Quantcast
Channel: EXO Fanfiction
Viewing all articles
Browse latest Browse all 4828

ME AND THE WHIRLWIND GIRL ARE XXX

$
0
0

JUDUL: ME AND THE WHIRLWIND GIRL ARE XXX

AUTHOR: SAHIKARETRACE

GENRE: ROMANCE

RATE: T/15

CAST: OH SEHUN, HAN SEUNGHEE (OC/YOU), SUHO

A/N: sekalian mampir d blog ff saya.. ff khusus sehun sebagai main castnya. Thewhirlwindman . wordpress . com… untuk sementara masih drable-drable kecil.. see you :D

.

HAPPY READING ^^

.

Aku membuka laptop dengan malas. Aku tidak seharusnya seperti ini, karena ini saatnya aku untuk mengerjakan pekerjaanku. Seharusnya aku masuk kelas Cho-seongsaengnim. Tapi aku memilih untuk membolos saja. Aku malas. Membuka laptop saja aku malas, apalagi beranjak dari ranjang dan mengikuti kelas.

Suara geruduk langit terdengar samar-samar. Aku khawatir hari ini hujan. Suho-hyung sedang pergi kuliah dan Kai pergi entah kemana. Aku sendirian di rumah. Jika hujan datang, akan menjadi keadaan yang tidak menyenangkan bagiku.

Itu karena… rumah kami bocor.

Bukan bocor biasa.

Ini memang bukan sekedar bocor setetes dua tetes air yang bisa ditadahi dengan ember, dan sebelum ember itu penuh, hujan sudah reda. Tidak seperti itu.

Kebocoran ini begitu absurd hingga aku berpikir untuk melubangi atap dan membuat kolam renang di bawahnya.

Aku bahkan sampai membuat postingan di ig, dengan caption “waterfall”. Bukan aku yang melebih-lebihkan, melainkan kebocoran itulah yang lebay. Saking rusaknya, sampai-sampai kebocoran itu menyerupai air terjun yang tiba-tiba menjadi shower dadakan di rumah kami. Bahkan burungnya Kai pun mandi di sana.

“Ya Tuhan. Tolong jangan turunkan hujan di Seoul, dan mohon kirimkan ke tempat yang lebih membutuhkan. Bukannya saya menolak rejeki, hanya saja kelebihan rejeki juga tidak baik. Seisi rumah hampir menjadi kolam renang, dan urat encok yang belum sembuh, bisa kumat lagi.”

Aku menulis status di line dan kemudian melempar ponselku.

Minggu lalu aku jatuh dari motor. Bukan jatuh juga. Aku terlibat kecelakaan kecil saat menghindari pesepeda yang memotong jalan. Aku tidak terluka, tapi otot bahuku terkilir. Aku tidak diperbolehkan mengangkat beban berat atau melakukan pekerjaan berat, atau leherku akan sakit lagi. Aku bahkan tidak bisa menoleh atau menggerakkan leherku sedikitpun.

Beruntung, beberapa hari lalu, aku dengan diantar Suho-hyung, pergi ke tempat pijat. Meskipun awalnya aku tidak yakin, tapi ternyata tukang pijat itu sangat ampuh. Tukang pijat itu seorang nenek-nenek yang terlihat sangat lemah. Aku sedikit tak tega. Sepertinya jika badan ringkih itu disentuh, akan langsung hancur.

CTARRR

Suara geruduk petir beserta kilat kuningnya membuatku semakin khawatir kalau hujan akan datang. Nyatanya bukan hujan yang datang. Geruduk itu mengantarkan seorang gadis tanpa ekspresi ke rumah kami.

“Tuan Lee ada, tidak?”

“Tidak ada yang namanya Tuan Lee di sini.”

“Kalau begitu, di mana rumah Tuan Lee?”

Dasar bodoh. Mana kutahu. Walau aku dan dua temanku sudah tinggal di sini selama tiga bulan, tapi tidak menjamin kami mengerti siapa Tuan Lee.

“Entahlah, mana kutahu.”

“Kau otaku, ya?

Gadis itu mengamatiku dari atas ke bawah dan memandangku dengan tatapan sinis. Wajahnya yang tanpa ekspresi di awal tadi memang sudah menunjukkan tatapan sinis. Jadi aku tidak terlalu kaget. Aku hanya tak menyangka ia akan menyebutku sebutan aneh. Otaku.

Aku tahu Otaku. Makhluk anti sosial yang tidak pernah keluar dari kamarnya, kecuali untu berak. Pekerjaannya? Hanya duduk di depan laptop dengan komik, DVD anime, dan ratusan figurin mengelilinginya.

Satu lagi, Otaku biasanya terlihat culun. Astaga. Aku yang tampannya melebihi Orlando Bloom ini, darimananya mirip Otaku? Orlando bukan Otaku.

“Hei, aku memang tidak tahu siapa, Tuan Lee. Kau tidak berhak menyebutku ‘otaku‘, karena hal itu. Mengerti?”

“Aku hanya mengira-ngira. Kalau kau memang bukan otaku, jangan marah, dong.”

“Astaga, demi burungnya Kai, cewek ini beneran, deh…”

“Burung?”

“Ada apa Sehun?”

Suara Suho-hyung mengejutkanku. Ia sudah ada di belakang gadis itu, dengan menenteng beberapa buku tebal.

“Dia bertanya Tuan Lee.”

“Tuan Lee? Ah, apakah yang kau maksud Tuan Lee Donghae?” Cewek sialan itu tampak tersipu ketika Suho-hyung bertanya padanya. Berbeda sekali dengan sikapnya padaku tadi. Dasar cewek jejadian. Bersikap baik hanya di depan pria baik seperti Suho-hyung.

“Iya. Bisakah anda menunjukkan jalan.”

“Oh, beliau tinggal di sebelah rumah ini, kok. Rumah bercat hijau itu.”

“Oh, begitu.”

Lagi-lagi gadis sialan itu tersenyum-senyum tidak jelas dan pipinya memerah tersipu.

“Mau kos, ya?”

“Iya.”

“Beliau pemilik rumah tempat kami tinggal ini. Kosnya ada di sebelah sini. Jadi sepertinya kita akan sering-sering bertemu.”

“Iya. Terima kasih, aah anu…”

“Aku Kim Joonmyeon, tapi temanku biasa memanggilku Suho. Ini Sehun, adik tingkatku.”

Aku menghindari tatapan matanya yang sinis, dengan membalasnya lebih sinis lagi. Mata memang harus dibalas dengan mata.

“Baiklah. Aku pamit dulu. Terima kasih Suho-oppa.”

What? Oppa?

Aku tertawa miris. Tak kusangka masih ada gadis bermuka dua sepertinya di jaman seperti ini. Ah, iya. Di jaman seperti ini, memang banyak penipu.

“Apanya yang Oppa.”

Sindirku setelah ia pergi. Suho-hyung tertawa kecil seraya masuk ke dalam rumah. Aku membiarkan hyung masuk sambil membantu membawakan beberapa bukunya.

“Kupikir ada apa sampai kau membawa-bawa burung Kai. Ternyata hanya berdebat dengan gadis manis.”

“Gadis manis apanya? Nenek sihir sepertinya mana mungkin gadis manis. Iya, kan Shiro!?” ujarku dengan meminta pendapat Shiro, burung Kai yang sedang asik memakan biji.

“Kalau bertemu lagi dengannya, tanyakan nama gadis itu, ya.”

“Untuk apa, sih? Hyung tanyakan saja sendiri.”

“Yah, supaya kita lebih dekat saja. Kita kan satu bapak kos. Masa’ mau kelahi? Mungkin kalian juga bisa berjodoh.”

“HYUNG!”

Dan Suho-hyung tertawa-tawa sambil membawa lagi bukunya yang sangatlah tebal.

Anehnya, kenapa pipiku bisa sepanas ini?

-END-



Viewing all articles
Browse latest Browse all 4828

Trending Articles