Title: I Love My Father
Cast:
- Xi Luhan as Shin Luhan
- Shin Youngah OC
- Park Chanyeol
- Huang Zi Tao as Hwang Zi Tao
Author: SungRIMIn
Genre: Romance, Supranatural, Mystery
Lenght: Chaptered
Rating: General
***
Di dalam kelas X-A terlihat semua murid yang sedang memperhatikan Guru Choi menerangi pelajaran Sains. Mereka diam, sibuk memperhatikan Guru cantik yang sedang menulis di papan tulis. Tak ada yang bosan dalam pelajaran ini. Karena, Guru Choi dikenal baik, ramah dan Good Looking. Jadi, semua murid tak ada yang bosan melihat wajahnya.
“Kali ini, Ibu akan menerangkan tentang pelajaran biologi.” Guru Choi membalikkan halaman buku paket yang begitu tebal. “Sifat-sifat yang dimiliki dalam ilmu Biologi adalah, yang pertama, bersifat sistematis. Kenapa dikatakan begitu? Karena, dalam biologi, kita mempelajari tentang sel. Apa yang kalian ketahui tentang sel?” tanya Guru Choi pada semua muridnya, berharap ada satu orang yang bisa menjawab. Ternyata, tak ada satu pun dari mereka yang berbicara. “Sel adalah, kumpulan materi paling sederhana yang dapat hidup dan merupakan unit penyusunan semua makhluk hidup. Jelas?”
“Jelas bu…!!” jawab anak-anak serentak, terutama kaum pria, mereka tak segan-segan mengumbar senyum ataupun tawanya demi menarik perhatian Guru Choi.
Tapi, hanya YoungAh saja yang diam tak bersuara. Ia menopang kepalanya dengan kedua tangannya, memandang Guru nya dengan raut wajah yang tak bisa di artikan. “Aku seperti, sudah mempelajari pelajaran ini!” sahutnya pada ChanYeol yang sedang tertawa sambil memandang Guru Choi. “Kau mendengarkanku?” tanya nya pada ChanYeol yang sepertinya sangat fokus memandang Guru cantik itu.
Yang ditanya, menoleh kearah sumber suara dengan raut yang sebal karena aktifitasnya diganggu, “Iya aku dengar!” ChanYeol kembali menatap Guru Choi yang sedang membaca buku pembelajaran tersebut. “Tapi itu tak mungkin. Buktinya saja, tadi kau tak bisa menjawab pertanyaan Guru Choi!”
“Tadi aku sibuk denga fikiranku. Aku seperti pernah mempelajarinya, tapi aku tak tahu kapan! Yang jelas, itu sudah lama sekali.”
“Menghayal! Kita baru mempelajarinya hari ini. Mungkin, kau sempat membaca buku pelajaran ini kemarin saat dirumah.” ChanYeol menoleh pada YoungAh, dan tak peduli lagi dengan aura yang terpancar dari Guru Choi.
“Tidak! Dalam ingatanku, aku berada dikelas, sama seperti ini! Mendengar penerangan dari Guru. Guru itu berada tepat di depanku sambil memegang buku. Persis seperti Guru Choi. Dan aku, mengenakan blazer merah marun, bukan cokelat seperti yang kita pakai.” YoungAh kembali terdiam mengingat penggalan ingatannya yang telah kembali. “Kemarin aku tak belajar. Aku sibuk makan pop corn sambil menonton tv. Kita ini pulang malam! Aku sudah terlalu lelah untuk belajar lagi di rumah.”
“Aku butuh bukti!” YoungAh mengerutkan dahi, “Kalau benar kau pernah mempelajarinya, dan itu sudah berlangsung lama, coba kau jawab pertanyaan dari Guru Choi nanti!” ChanYeol melipat kedua tangannya di dada. Menantang seorang Shin Young Ah.
“Baiklah!” ia menerima tantangan dari ChanYeol.
“Yang kedua, bersifat universal. Sebagai contoh, Ibu akan menerangkan materi tentang reproduksi yang terjadi pada manusia!” Guru Choi membuka lembaran bab selanjutnya pada buku pembelajaran, dan di ikuti oleh murid-muridnya, kecuali YoungAh yang memilih diam, tak menyentuh bukunya. Bukan ia tak mau belajar atupun merasa sudah pintar, ia hanya ingin melatih ingatannya, apa benar ia pernah mempelajari pelajaran tersebut?
“Reproduksi pada manusia dibedakan menjadi 2. Yaitu, alat reproduksi pada laki-laki dan wanita. Yang akan Ibu bahas kali ini adalah alat reproduksi laki-laki.” Guru Choi menatap seluruh anak muridnya yang terlihat menikmati pelajarannya. “Sebelumnya, Ibu akan bertanya, apa saja yang termasuk alata reproduksi pada laki-laki? Kalian pasti tahukan? Ini ada dipelajaran SMP, dan di ulang kembali di bab selanjutnya.”
YoungAh menaikkan tangan kanannya, lalu berdiri, “Yang termasuk alat reproduksi laki-laki adalah, tetis, skrotum, vas deferens, epididimis, vesikula seminalis, kelanjar prostat, uretra, dan penis.” YoungAh menjawab dengan lantang, tak ada jeda dari jawabannya. Tak seperti kebanyakan orang yang menjawab pertanyaan dengan jeda untuk berfikir.
“Kau pintar YoungAh. Sekarang, Ibu ingin bertanya lagi padamu. Jelaskan proses spermatogenesis!”
ChanYeol memandang YoungAh dengan kepulan tanda tanya di otaknya. Ia saja, yang merupakan murid terpintar di sekolah tidak tahu apa jawabannya. Walaupun sudah dipelajari sewaktu SMP, ia tetap saja lupa dan tak mengingatnya.
“Spermatogenesis terjadi di tubulus seminiferus testis. Dalam tubulus tersebut, terdapat sel sperma yang disebut spermatogonium. Spermatogonium kemudian membelah secara mitosis dan menghasilkan spermatogonium yang haploid. Spermatogonium kemudian membesar, membentuk spermatosit primer. Spermatosit primer seterusnya akan membelah secara I untuk menghasilkan dua spermatosit sekunder yang haploid. Kemudian, setiap spermatosit sekunder akan membelah secara meiosis II untuk menghasilkan dua spermatid yang haploid. Sel-sel spermatid akan berdiferensiasi menjadi spermatozoa atau sperma.” Penjelasan YoungAh membuat seisi kelas bertepuk tangan dan berdecak kagum. Terutama ChanYeol yang membuka mulutnya lebar, mengagumi sosok YoungAh yang jauh lebih pintar dari dirinya.
Guru Choi tersenyum karena anak muridnya bisa sepintar itu. Ia mempersilahkan YoungAh duduk kembali di tempat duduknya. Mata nya menoleh kearah ChanYeol yang duduk di samping YoungAh. “Ternyata, seorang Park Chan Yeol dapat dikalahkan oleh anak baru.” Guru Choi tertawa kecil melihat mimik wajah ChanYeol yang tak percaya dengan penjelasan YoungAh yang begitu mendetail.
“Kau percayakan? Aku sudah menyelesaikan tantanganmu dan berhasil!”
ChanYeol yang masih tak percaya dengan kebenaran yang terjadi, hanya menggeleng kepala. “Tidak! Itukan pelajaran SMP! Sudah jelas kau tahu!”
“Kau kan juga pernah SMP! Kenapa kau tidak tahu?” merasa di skakmat, ChanYeol memilih diam untuk merayakan kekalahannya.
Mereka berdua kembali fokus pada pelajaran, “Yang ketiga, bersifat obyektif. Sebuah ilmu, harus menggambarkan keadaan secara apa adanya, yaitu mengandung data dan pernyataan yang sejujurnya, bebas dari prasangka, kepentingan, atau kesukaan pribadi. Saat ini, ilmu biologi sudah mengalami perkembangan yang pesat. Kita ambil contoh prakara peledakan bom, untuk mengungkapkan identitas pelaku peledakan bom tidak bisa dilakukan dengan menggunakan sidik jari karena tubuh pelaku peledakan bom juga ikut hancur. Untuk mengetahui nya, hanya dapat di lakukan dengan satu cara, yaitu dengan melakukan tes DNA yang berasal dari serpihan tubuh pelaku peledakan yang kemudian di cocokkan dengan DNA orang tuanya. Kalian mau tahu bagaimana cara melakukan tes DNA? Kalian harus pintar menguasai pelajaran kimia. Karena, kita akan terus berada di laboratorium, dan kemungkinan besar, kalian bisa tahu cara melakukannya.”
Penuturan Guru Choi sukses membuat ChanYeol menoleh pada YoungAh yang sibuk memperhatikan cara Guru Choi mengajar. “ Hei! Aku tahu tahap selanjutnya untuk menyelesaikan mistery siapa dirimu sebenarnya!”
“Apa?”
“Tes DNA!”
***
Suara decitan kenop pintu terdengar, seseorang dengan rambut hitam panjang keluar dari sebuah ruangan yang di yakini adalah kamarnya. Dengan sweater putih dan hotpans, ia melangkahkan kakinya turun melewati tangga.
Sesosok laki-laki terlihat sedang asyik menonton tv dengan santainya, padahal, jam sudah menunjukkan pukul 23.00, tapi ia enggan beranjak dari tempatnya. Kaos putih tipis dan celana training bermotif kotak-kotak ia kenakan untuk menyambut tidur pulasnya nanti, setelah acara nonton tv nya selesai.
Gadis itu menghampiri seorang laki-laki tersebut. Ia membawa gelas beling dari kamarnya, mungkin ia keluar kamar untuk mengambil air putih atau menaruh kembali gelas yang ia pakai.
“Ayah?” panggil gadis itu.
“Youngie? Kau belum tidur?” tanya Luhan pada YoungAh, anak nya.
“Belum. Setelah aku menaruh gelas ini didapur, aku akan tidur. PR ku banyak sekali, aku sampai haus dan membawa segelas air putih ke kamar.” Aku nya sambil memperlihatkan gelas beling putih di tangannya. “Tumben sekali Ayah masih disini. Biasanya, sehabis kerja Ayah langsung ke kamar!”
Luhan hanya tersenyum membalasnya, “Duduklah!” ia menepuk sofa di sebelahnya, mempersilahkan YoungAh agar duduk di sampingnya. Dan YoungAh pun menurutinya. “Ayah merindukanmu Youngie..” dengan sigap, Luhan segera memeluk YoungAh erat. Membuat YoungAh tak bisa bernafas karena pelukannya yang begitu kencang. “Ayah sudah lama tidak memelukmu sayang!”
YoungAh berusaha tenang. Ia mencoba menetralisir jantungnya yang memompa darah begitu cepat. Ia berharap, Luhan tidak dapat mendengar degupan jantungnya itu. “Ayahh… aku tidak bisa bernafas. Ayah memelukku terlalu erat! Aku yakin, setelah Ayah melepaskan pelukan ini, rambut ku sudah berantakkan seperti singa.” YoungAh pura-pura menggerutu, tapi dalam hati nya, ia sangat senang diperlakukan seperti ini.
“Kau ini, dari kecil sampai sekarang sifatmu tak berubah. Saat kau kecil, kau juga tidak mau dapat pelukan seperti ini karena bisa membuat rambut mu hancur. Ternyata, kelakuan mu yang dulu masih tertinggal dalam dirimu.”
“Benarkah??” Luhan mengangguk. “Ayahh.. lepaskanlahhh..!!” ia berusaha melepaskan pelukannya dari Luhan. Dan akhirnya, berhasil juga. Dengan cepat, ia merapikan rambutnya yang tidak berantakan.
“Kau ini! Ayah rindu padamu! Seenaknya saja melepasnya!” Luhan tertawa kecil, begitu juga YoungAh.
“Ayah ingin minum? Biar aku ambilkan. Sekalian, aku ingin ke dapur!” tawar YoungAh.
“Baiklah, ambilkan Ayah air putih yaa.” Luhan mengelus pucuk kepala YoungAh.
“Okee..” YoungAh bangkit dan berjalan menuju dapur.
Luhan tersenyum melihat anaknya yang sudah tumbuh dewasa dan menjadi wanita yang cantik jelita. Ia sangat berterima kasih kepada siapapun yang telah merawat anaknya sampai sebesar ini.
YoungAh berdiri di belakang Luhan dengan segelas air putih. Luhan tidak menyadari Youngah telah berdiri tepat dibelakangnya. Senyum jahil mulai merekah di wajah cantiknya. Ia mendekat dan memeluk Luhan dari belakang. Membuat Luhan terlonjak kaget dan bahkan, ia bisa terkena serangan jantung saat itu juga.
“Kau ini, membuat Ayah serangan jantung!”
“Hehe.. abis Ayah serius sekali nontonnya.” Ia menyerahkan gelas itu pada Luhan. Ia berjalan mundur hendak duduk di samping Ayahnya. Tapi langkahnya terhenti saat melihat sesuatu pada diri Luhan.
“Benarkah?” tanya Luhan tanpa menoleh. Karena ia yakin, YoungAh telah memperhatikan rambut hitamnya.
“Iya. Ayah ini bagaimana? Wajah awet muda. Umur, masih 30 tahun. Tapi sudah beruban. Bukankah uban muncul sekitar umur 50-an? Aku saja tak percaya kalau Ayah berumur 30 tahun. Aku malah menganggap Ayah berumur 20 tahun.” YoungAh mencabut 1 rambut Luhan yang berwarna putih.
“Coba Ayah lihat ubannya.” Luhan membalikan tubuhnya menghadap YoungAh.
“Ayah membuatku kaget! Uban nya jadi jatuh! Padahal, aku ingin memberitahu teman-teman kalau Ayah ku yang tampan, awet muda, dan baby face sudah memiliki uban.” YoungAh menjulurkan lidah, meledek Luhan.
“Hei kau ini!!” Luhan baru saja ingin menangkap YoungAh kalau saja ia tidak menghindar dari serangannya.
“Ayah! Aku tidur duluan yaa. Kau jangan lupa tidur, okee!” YoungAh melambai dan menaiki tangga segera masuk kekamar.
***
Suara jam weker berbunyi nyaring, membuat seseorang menggerang karena suaranya yang begitu menusuk telinga. Diluar sana, tak tampak matahari yang menampakkan diri, langit masih diselimuti awan hitam . Tak ada burung yang mengitari langit, hanya ada kelelawar dan burung sejenisnya yang masih berkeliling di atas langit.
YoungAh bangun, mematikan jam sialan itu. Matanya masih tertutup, arwahnya entah berada di mana sekarang. Pikirannya masih terbayang akan mimpi-mimpi indahnya. Ia kembali pada ranjang nya yang cukup nyaman. Kembali mengambil posisi tidur dan melupakan janjinya pada seseorang untuk berangkat lebih awal.
Tapi, seakan ingat dengan sesuatu, ia menyikap selimutnya yang membungkus dirinya dan lekas turun dari kasur. Walupun terombang ambing menahan berat badannya, ia paksakan kakinya untuk bergerak menuju kamar mandi. Ruhnya baru kembali setengah, mungkin setelah mandi, ruhnya dapat berkumpul kembali.
Tak lama kemudian, ia keluar dari kamar mandi dengan seragam sekolah tanpa blazer. Rambutnya dibalut handuk kering yang menjulang keatas. Ia mengambil ponselnya, melihat apakah ada pesan masuk atau tidak. Ternyata tidak ada. Ia berdecak kesal karena orang itu tidak memberi kepastian. Ia akan memakan hidup-hidup orang itu apabila ia tidak menepati janji.
To: ChanYeol
From: YoungAh
Hei kau! Apa kau sudah bangun? Kau dimana?
Message send.
Selang beberapa menit, ChanYeol pun membalas.
To: YoungAh
From: ChanYeol
Aku sedang diperjalanan menuju rumah mu.
Saat menerima pesan itu. Ia segera melepas handuk yang melilit rambutnya dan segera pergi ke meja rias untuk berdandan. Tapi, tak lama kemudian, ponselnya bergetar kembali.
To: YoungAh
From: ChanYeol
Aku sudah di depan pintu rumahmu. Segeralah keluar! Aku tak ingin Ayah mu bangun mendengar suara klakson mobil ku. Ini juga masih jam 05.30, aku bisa di gebukin warga kalau membuat bising di tempat ini.
ChanYeol mengiriminya pesan. YoungAh membulatkan mata, karena ChanYeol akan datang secepat ini. Tidak! ChanYeol menepati janjinya akan datang tepat pukul 05.30. ia semakin bergerak cepat karena tidak mau mengecewakan ChanYeol.
To: ChanYeol
From: YoungAh
Iya. Tunggu sebentar!
YoungAh segera menghambur untuk mengambil tasnya di atas meja belajar dan segera menghambur ke luar kamar. Tapi, seakan mengingat sesuatu, ia menghentikan derap langkahnya.
Ia menoleh kebelakang, mengarahkan pandangannya ke meja lampu sebelah kanan. Memandang foto tersebut lekat-lekat. Ia kembali masuk kedalam kamar. Mengambil note kecil dan menulis sesuatu disana.
‘Ayah, aku berangkat bersama ChanYeol. Maaf aku tidak memberi tahumu secara langsung. Ini mendadak sekali. Salahkan ChanYeol ya Ayah ;)’
Setelah menulis note tersebut, ia memandangnya sambil tersenyum. Setelah itu, ia pergi meneruskan langkahnya keluar kamar dan menghampiri ChanYeol yang sudah lama menunggu.
YoungAh membuka pintu mobil Lamborghini hitam milk ChanYeol. Ia yakin sekali, ChanYeol akan memarahinya. “Lama sekali kau!”, dan akhirnya, tertebak lah prediksi YoungAh, ChanYeol akan memarahinya.
“Maaf. Aku fikir kau akan datang terlambat!” YoungAh menunduk karena takut melihat ekspresi wajah ChanYeo yang mengerikan.
ChanYeol menyalakan mesin mobil mahalnya, dan segera melaju ketempat tujuan.
“Kau beralasan apa sama Ayahmu?” tanya ChanYeol dengan amarah yang sudah meredam.
“Aku hanya memberi note kecil padanya, dan ku taruh di meja lampu kamar ku.”
ChanYeol mengangguk. “Mana sampel rambutnya?”
TBC
