Quantcast
Channel: EXO Fanfiction
Viewing all articles
Browse latest Browse all 4828

The First Time, I Saw You

$
0
0

The First Time, I Saw You

 

Author : pandayeolli

Main Cast:

  1. Park Chanyeol (Chanyeol)
  2. Gillian Saunders (Gilly)
  3. Member EXO-K

Genre: Friendship, Romance *yaa mudah-mudahan dapet feelnya yaa!*

Length : One Shot (2.521 words)

Note:   Ada author dadakan di sini! Mulanya ngebuat FF ini sih, cuma buat ngisi waktu luang aja, eh ternyata keterusan! Idenya tiba-tiba aja turun dari langit *eh?* soalnya author lagi ngefans banget sama ni BB J Nah sekarang, tolooonggg banget yaa, dibaca dongg pliss!! Jangan lupa tinggalin jejak yaa! Dijamin deh, gak nyesel-nyesel amat baca ni FF, hehe.. :D Maap ya kalo ceritanya sedikit ngawur *atau emang ngawur* | *elah banyak omong lu thor!*| soalnya ini termasuk FF pertama author (W ‘0’)W. Gomawoo buat admin yg udah mau ngepost FF jadi-jadian ini ‘-‘)b

>>>>>>

…Pertemuan tak terduga, perbedaan yang terlihat…

>>>>>>

 

Gilly

Berbelanja di hari yang indah dan terlihat cerah ini tidak ada salahnya, kan? Lagipula wajar saja jika aku bisa menggunakan kesempatan ini untuk meluruskan pikiranku yang sudah penat selama 2 minggu terakhir. Dan akhirnya, guruku juga tidak bodoh-bodoh amat. Mereka masih mau berbaik hati memberikan libur yang cukup bagi murid-muridnya untuk belajar mandiri di rumah. Hmm, kalau dipikir, memangnya wajib belajar tiap hari? Membosankan.

 

Bisakah kau mengira-ngira apa alasan yang membuat guruku sangat baik seperti ini? Alasan yang cukup tak masuk akal, sebenarnya. Beberapa bulan terakhir ini, kotaku heboh dengan berita kedatangan sebuah grup terkenal. Ditambah lagi saat ini sedang riuh-riuhnya nama Korea Selatan sebagai salah satu dunia entertainment yang sudah merambati hampir seluruh dunia. Ya, begitulah.

Tebaklah, siapa yang rencananya akan mengunjungi kota ini. Boyband. Hanya 6 member saja bisa membuat kehebohan di mana-mana. Sungguh, keributan di luar sana mengganggu ketenangan batinku(?). Tapi, mau bagaimana lagi? Mereka memang akan datang, tepatnya hari ini.

 

Aku baru saja selesai memilih sepatu sneakers dan membayarnya pada kasir. Setelah keluar toko, barulah kusadari sejak tadi jalanan ramai dengan fans gila, yang hampir semuanya gadis-gadis seumur denganku, terus berteriak histeris. Padahal aku harus menyeberang jalan dan masuk ke toko langgananku. Rasanya sulit sekali.

 

“Maaf, ehmm, permisi.. Akhh!” ucapku, sedikit berteriak supaya suaraku terdengar. Memangnya ada apa sih itu? Menyeberang saja perlu terinjak-injak dulu baru sampai. Merepotkan sekali! Huuhh.. Aku akhirnya memutuskan untuk berhenti dan merapikan pakaianku. Benar-benar bikin repot saja boyband itu!

 

“Tunggu dulu, ini bukan toko langgananku!” gumamku, sambil mengernyit sebal. Yang sedang kutatap saat ini adalah sebuah salon khusus wanita. Cih! Belum belanja saja sudah mendapat masalah kecil seperti ini. Memangnya nanti ada kesialan yang lebih parah, ya? Dan kalau kau ingin tahu, aku sama sekali tidak tahu apapun tentang boyband atau girlband KOREA. Sialnya, hampir seluruh tabloid yang kubeli membahas tentang kedatangan boyband ini. Well, kau bisa bayangkan, sefrustasi apa aku sekarang.

 

Aku berjalan santai sambil sesekali menendang kerikil yang ada di depanku. Memang, aku ini kadang terlalu cepat bosan, sampai-sampai tak sadar apa yang sebenarnya terjadi di sekitarku. Itulah kekuranganku. Dan karena tingkah bodoh itu, hariku bakal rusak, tepat seperti sekarang.

 

Langkahku yang semula terasa ringan, tiba-tiba saja berubah menjadi berat. Kakiku memutuskan untuk berhenti, sehingga aku bisa memproses apa yang kulihat sekarang. Beberapa meter dari tempatku berdiri, toko langgananku sudah dipenuhi dengan, hmm, bagaimana aku menjelaskannya, ya? Pintu luar toko itu sudah dipadati belasan, mungkin puluhan fans, yang kebanyakan perempuan. Tanpa pikir panjang aku langsung menerobos kerumunan itu dan mendorong pintu toko. Tapi, tiba-tiba saja seseorang mencengkeram bahuku.

 

“Apa yang ingin Anda lakukan? Dilarang masuk.” ucap orang itu. Sebelum aku sempat menangkis ucapannya, mataku menatap orang itu dari atas ke bawah berulangkali. Badannya besar dan kekar, raut wajahnya sangar, lengkap dengan kacamata hitam yang ia kenakan. Aku hanya menghela napas dan memasang wajah sinisku. Tak susah melakukannya.

 

“Aku mau beli baju di sini. Memangnya kau pikir aku ini salah satu dari mereka?! Minggir!” tukasku sambil menatapnya galak. Ternyata lelaki itu adalah salah satu bodyguard si boygrup bodoh itu. Aku pun langsung mendorong pintu toko dan pengunjung yang berada di dalam toko ini membuatku terdiam sebentar.

>>>

Ternyata di dalam toko tak ramai, hanya ada beberapa orang saja. Pemandangan itu langsung membuat senyumku merekah. Aku memutuskan untuk segera melenggang ke bagian baju favoritku. Sebenarnya bukan baju, tapi seperti kaos yang agak tomboy. Maklum, aku memang begitu kalau masalah pakaian, agak selektif.

 

“Hmm.. yang ini agak kebesaran! Yang ini, warnanya mencolok! Aahh.. ini malah kekecilan!” gerutuku sambil mencari-cari baju itu. Kalau urusan kaos, aku akan sangat selektif! Apalagi saat harus memilih pakaian dengan waktu yang singkat, bisa dibayangkan? Seolah-olah toko itu milikku. Hmm, sekarangpun aku masih belum menemukan kaos yang cocok. Tapi tunggu dulu, kaos yang di sana! Aku langsung berjalan cepat dan segera mengambil kaos itu.

 

“Ini baru cocok!” seruku, hampir bersamaan dengan seseorang. Dia ternyata juga memegang kaos yang kupegang. Aku langsung menatapnya kaget. Dia pun tak kalah kagetnya, dan malah menatapku sambil melongo. Kemudian dengan cepat, kutarik kaos itu dari genggamannya.

 

“Aku yang melihat kaos ini duluan! Jadi, ini milikku!” ucapku padanya. Dia langsung merengut dan malah mendekatiku.

 

“Enak saja! Aku yang melihatnya duluan, tahu! Berikan padaku!” bentak laki-laki itu tak mau kalah, sambil berusaha merebut kaos yang kupegang. Aku berusaha mengelak darinya, sampai akhirnya seseorang melerai kami.

 

“Chanyeol.. kau sedang apa itu? Masih banyak kaos bagus di sini! Sudah, ayoo..” ucap laki-laki yang wajahnya terlihat kekanakan. Dia menarik lengan baju laki-laki yang tadi merebut kaos pilihanku dan tersenyum minta maaf. Aku hanya balas senyum simpul. Benar-benar aneh orang itu! Di sini memang masih banyak baju lain yang bagus. Dasar aneh!

 

Akhirnya, setelah sibuk mencari kaos dan hampir saja berebut dengan laki-laki aneh berambut keriting brunette itu, moodku memilih pakaian hilang begitu saja. Huuhh..benar-benar hari sial! Kuputuskan melenggang ke arah tempat topi-topi yang biasanya dipakai laki-laki, tapi bagiku tak ada bedanya.

 

Aku mulai mencari-cari dan mencoba satu per satu topi yang kuanggap cocok. Sampai akhirnya, aku melihat topi yang terletak paling ujung dengan warna hitam dan garis biru di pinggirnya. Ini baru cocok untukku, pikirku. Akupun langsung berjalan dan mengambil topi itu. Tapi, lagi-lagi seseorang menghalangi tanganku dan langsung seenaknya mengambil topi itu.

 

“Aku mau yang ini. Cocok untukku..” gumam laki-laki berambut brunette itu. Lagi-lagi aku bertemu dengannya. Tentu saja aku tak tinggal diam. Aku langsung merengutkan keningku dan menatapnya sinis.

 

“Hei! Itu topi pilihanku! Sini, berikan padaku!!” bentakku. Aku berusaha meraih topi yang dipegangnya, tapi tetap saja tak bisa. Dia terlalu tinggi. “Kau mengikutiku, kan, sejak tadi?! Berhentilah menggangguku!” seruku, tepat di depan wajahnya.

 

Sekarang, seluruh perhatiannya terpusat padaku. Tatapannya meremehkan. “Enak saja! Kau ini bodoh atau apa? Untuk apa aku mengikutimu? Dasar.. Aku juga berbelanja di sini. Aku mau beli topi ini. Sudah yaa..”

 

“Kau ini, benar-benar! Mengalahlah sedikit.. Kau itu terkenal, pasti bisa membeli banyak topi seperti ini. Kumohon?” ucapku sedikit memelas padanya. Itu benar-benar hal paling bodoh yang pernah kulakukan. Lama-kelamaan raut wajahnya sedikit melembut. Tapi dengan cepat dia langsung tersenyum sinis. Karena kesal, aku langsung memukul kepalanya sedikit keras.

 

Laki-laki yang bernama Chanyeol ini, mengusap-usap kepalanya. “Dari mana kau tahu aku ini terkenal?”

 

Dia membuatku ingin tertawa karena pertanyaan bodohnya, “Kau sadar tidak sih saat mengenakan kaos itu?” Aku sengaja memandangi kaos hitam yang dikenakannya seperti anak TK, “Atau orang lain yang memakaikannya? Menjijikan!”

 

Matanya terbelalak dan tangannya langsung mendorong kepalaku menjauh, “YA! Jinjja! Neo michyeosseo?!” Dia merendahkan suaranya, “Aku juga lupa, sebenarnya.”

 

Aku menganggukkan kepala berulangkali. Ternyata dia masih sama seperti remaja normal lainnya. Aku menatapnya dari atas ke bawah. Pakaiannya sekarang, memang terlihat sangat simple, tidak heboh sepeti yang pernah kulihat di banyak tabloid. Kemudian, mataku menangkap topi yang masih dipegangnya. Otomatis, tanganku merampas topi itu. Sayangnya, dia lebih cekatan.

 

 “Cari saja topi lain, gadis tomboy!” ucapnya, sambil tersenyum. Aku hanya menatapnya dengan sebal. Sempat-sempatnya ia menjulurkan lidahnya, mengejek.

 

Chanyeol

 

Tak kusangka akan bertemu gadis setomboy dia. Benar-benar keras kepala! Seleranya selalu sama denganku. Dan setelah berdebat beberapa kali dengannya, akhirnya aku yang menang meskipun dia kelihatannya masih menginginkan topi ini. Tapi biarlah.. Dia sepertinya juga tak peduli lagi. Aku pun akhirnya memutuskan untuk menghampiri Baekhyun yang sedang asyik melihat-lihat hoodie.

 

“Sudah selesai berebut topinya? Kau ini memang kekanakan sekali! Lebih parah dariku tahu!” ujarnya, tanpa melihat ke arahku. Dia sengaja menyibukkan diri dengan hoodie yang sedang dipilihnya. Aku hanya bisa nyengir dan mengacak-acak rambutku.

 

Jadi begini, sebenarnya yang terlihat kekanakan dan lucu itu Baekhyun. Tapi kadang, sifat kami sering tertukar. Aku lebih sering bertingkah kekanakan daripada Baekhyun yang sudah lebih dewasa. Hal itu yang biasanya membuat Baekhyun kerepotan menghadapi tingkahku.

 

Sementara itu, aku malah ikut-ikutan Baekhyun untuk memilih hoodie. Menurutku, hoodie di sini tak terlalu cocok dengan seleraku. Sedikit terlalu mencolok. Karena bosan, aku melirik ke sebelah kananku.

 

Jauh di sana, si gadis tomboy sedang asyik memilih jepit berpita sederhana dan berbagai jenis gelang yang sedang trend saat ini. Dia tersenyum-senyum sendiri sambil bercermin. Diam-diam aku juga tersenyum melihat tingkah gadis tomboy itu. Dia berbeda dari gadis lainnya. Walaupun, sebenarnya, aku juga punya kakak perempuan yang seleranya hampir mirip dengan gadis ini. Masih ada sesuatu yang membuatnya tampak berbeda.

 

Dengan santai, aku pun berjalan menuju perempuan itu, hanya untuk mengganggunya sebentar. Hanya tinggal 2 langkah lagi, sedikit lagi, aku berdiri tepat di sebelahnya. Tapi, tiba-tiba saja dia berbalik dengan cengiran di bibirnya. Dia belum menyadari kehadiranku sampai aku akhirnya tak bisa lagi menahan tawa.

 

“Apa yang kau lakukan? Seperti orang gila saja!” ucapku, berusaha menahan tawa. Dia hanya merengut dan berbalik, kembali memilih gelang dan jepitan berpita. Aku dengan sengaja berdiri di sebelahnya dan mengambil bando dengan hiasan telinga kelinci dan langsung saja memakainya.

 

Gadis itu menatapku dengan wajah datar, seolah aku ini hanya tontonan murahan, “Sama sekali tidak cocok untukmu.” gumamnya.

 

“Benarkah? Tapi ini cocok untukku. Lihat?” jawabku, sambil mencoba ber-aegyo di depannya. Yang kudapatkan hanya ekspresi heran dan jijik darinya. Aku menghentikan aegyoku dan melepas bando itu kemudian meletakkannya. Gadis itu masih saja menatapku heran.

 

“Apakah semua laki-laki sepertimu selalu melakukan itu? Menggelikan sekali!” Dia mulai memandangku dari atas ke bawah,seolah sedang menilai apakah aku ini sedang membuat lelucon atau sedang menurunkan harga diriku.

 

Aku merasa terganggu dengan tatapannya itu, tapi tetap saja kubalas dengan senyum simpul, “Menurutku, ya. Karena dengan begitu, kami jadi disukai.”

 

“Harusnya kau jadi dirimu sendiri. Itu saja sudah cukup untukmu.” Dia mengatakan hal ini dengan sangat cuek, tapi berhasil membuatku tertegun. Dia ada benarnya juga. Aku diam beberapa saat dan tanpa kusadari, gadis itu sudah berjalan ke tempat lain. Aku langsung celingak-celinguk untuk mencari sosoknya. Dan ternyata dia sudah ada di bagian hoodie. Aku langsung melangkah ke arah sana.

 

“Hei!! Cepat sekali kau berjalan.” Dia sama sekali tak terusik dengan kehadiranku. “Ngomong-ngomong, namamu siapa? Aku bingung ingin memanggilmu dengan apa.” ucapku sambil menatapnya.

 

“Lebih baik tidak tahu.” Jawabannya singkat, tapi dia melirikku, “Gilly.” Mendengar jawabannya langsung membuatku hampir tertawa geli. Gilly? Itu namanya? Sama sekali tak cocok dengan sifatnya yang tomboy itu.

 

“Kau pasti bercanda!” ucapku sambil cekikikan. Dia langsung menoleh dan menatapku galak. Seketika itu juga aku berusaha menelan kembali tawaku.

 

“Gillian Saunders. Itu nama lengkapku. Memangnya kenapa? Bukan urusanmu namaku Gilly. Sudah, sana pergi! Kau itu mengganggu, Tuan Chanyeol!” usirnya. Dia memberi penekanan pada kata ‘Tuan’.

 

“Tuan? Panggil saja aku Chanyeol. Jangan terbawa emosi.” ucapku polos. Dia hanya buang muka dan berjalan menjauh. Kali ini aku tak mengikutinya. Sudah cukup hanya mengetahui namanya.

 

Dengan santai aku melenggang ke arah Sehun dan Baekhyun yang kelihatannya sudah membayar belanjaan mereka. Tapi tiba-tiba saja suara seseorang mengagetkanku.

 

“Kau ini belum berubah. Harusnya kau lebih ramah padanya.” ucap Kai yang sedang berjalan menghampiriku. Aku malah merengut dan mengangkat bahu.

 

“Hanya bercanda. Ayo kita cari toko lain.” kataku cuek. Kai hanya diam berjalan di sebelahku.

 

Kai tertawa ringan dengan sifat kalemnya. Dia melirikku meremehkan, “Bukan begitu caranya jika kau ingin melupakannya.”

 

Aneh, komentarnya agak berbeda. Biasanya, Kai hanya menanggapi fans perempuan dengan gaya sok cool-nya itu. Tapi kali ini dia kelihatannya agak berbeda. Tidak, tidak. Jangan berpikir yang tak masuk akal, batinku. Kata-katanya itu sangat sensitif bagi pendengaranku, jadi aku tak mau repot menanggapinya. Dia tak perlu mengatakan hal itu pun aku sudah tahu.

 

Aku membetulkan letak topiku dengan gugup, kemudian mempercepat langkahku ke arah Sehun dan Baekhyun yang tampaknya sudah siap untuk menceramahiku sepanjang perjalanan.

 

Hyung, kenapa sejak tadi kau terus mengikuti gadis itu?” ujar Sehun, memasang wajah polosnya. Aku langsung melirik ke arah Baekhyun yang langsung cemberut. Melihat itu, aku cepat-cepat berdiri di sebelahnya dan tersenyum santai.

 

“Bukan apa-apa kok. Hanya iseng seperti biasanya.” jawabku santai. Aku langsung menyikut Baekhyun yang sejak tadi senyum-senyum sendiri. Tak lama kemudian D.O, Suho, dan Kai menghampiri kami. Suho langsung berdeham.

 

“Ayo, kita jalan-jalan lagi. Masih banyak tempat yang harus kita datangi.” ucap Suho sambil berjalan duluan keluar toko. Aku dan baekhyun langsung mengikutinya dan menarik napas panjang sebelum kembali dikerumuni oleh fans gila di luar.

Gilly

 

Semenjak keluar dari toko itu dan hampir babak belur karena kerumunan fans gila, aku terus-menerus bergumam sendiri sambil menendang kerikil di trotoar yang lumayan sepi. Hariku benar-benar rusak hanya gara-gara tak sengaja bertemu dengan salah satu member boygrup itu. Dia mengejek namaku dan harusnya aku langsung menendang kakinya saat itu juga. Dan ini, kalung dengan liontin berbentuk seperti burung phoenix, salah satu member lain memberikannya padaku hanya untuk menenangkan diriku.

 

“Kalian pikir aku ini anak kecil? Dasar bodoh!” gumamku sambil menendang kerikil yang langsung jatuh ke selokan. Barang yang kubeli lumayan banyak, jadi memang sedikit berat jika aku harus menentengnya sampai ke rumah. Untungnya, tak jauh dariku ada sebuah halte bus. Aku langsung mempercepat langkahku. Ketika sampai, aku langsung duduk di bangku dan mendesah.

 

Betul-betul hari yang berat. Harusnya sebentar lagi bus yang kutunggu datang. Mungkin jalanan sedang macet, pikirku berusaha santai. Tapi, lima belas menit sudah berlalu dan bus yang kutunggu belum juga datang. Aku mulai gelisah. Akhirnya, aku pun langsung berdiri dan berjalan ke tepi trotoar. Dengan cuek aku celingak-celinguk seperti orang idiot. Dan di sana, tak jauh dari halte, aku melihat gerombolan yang isinya para fans gila itu sedang asyiknya memotret ke-enam laki-laki, yang menurut perkiraanku, adalah boyband yang tadi kutemui. Dengan buru-buru aku berjalan menjauhi halte dan memberhentikan taksi yang sedang lewat. Tanpa pikir panjang, aku langsung masuk ke taksi itu dan menyuruh sopir untuk menyetir dengan kecepatan penuh.

 

“Ke 62nd Street. Menyetirlah secepat yang kau bisa, akan kubayar 2 kali lipat!” ucapku dengan terburu-buru. Mendengar perkataanku, si sopir langsung menginjak gas dan meluncur di jalan.

 

Aku langsung bersender pada kursi penumpang, menatap jalanan yang tidak pernah ramai. Kecuali, hari ini tentunya. Napasku masih terengah-engah, entah karena apa. Mungkin aku terlalu jauh memikirkan kejadian tadi, sampai membuat kepalaku berdenyut-denyut. Jadi, seperti ini rasanya bertemu dengan orang terkenal. Membayangkan diriku sebagai salah satu fans mereka, tampaknya akan lucu. Itu berarti, aku adalah gadis yang beruntung. Walaupun pertengkaran kecil dengan laki-laki itu membuatku sedikit kesal, tapi lumayan juga. Karena hal itu justru bisa membuatku tersenyum seperti dulu.

 

Hari yang memang terlalu cerah untukku, sampai membuatku harus menahan diri untuk tak tersenyum beberapa jam lalu. Semua peristiwa hari ini pasti tidak terjadi begitu saja, bukan? Terutama kalung ini, pasti ada artinya. Mungkin peristiwa hari ini akan terus melekat di otakku. Dan memang aku menginginkan peristiwa hari ini mempunyai sedikit ruang di otakku. Sekuat apapun aku mencoba, memori itu pasti takkan hilang. Juga, sebuah nama.

 

 

 

 

 

Note:

Silahkan berikan commentnya dan terutama sarannya J rencananya, author mau bikin sequelnya nih! Kekeke~ annyeong!



Viewing all articles
Browse latest Browse all 4828

Trending Articles