Quantcast
Channel: EXO Fanfiction
Viewing all articles
Browse latest Browse all 4828

Don’t Go

$
0
0

DONT GO!

 

Author       :       kimjinma3424

Cast           :       Lim Seon Jam (OC), Wu Yi Fan a.k.a Kris

Genre        :       Romance, AU, a lil’ bit fantasy, Marriage Life

Lenght       :       Oneshot or Songfic *?*

Rating        :       PG-15

Notes         :       Yeay! Finally this ff has been released. This is also my first time to use Kris as the main cast on my ff. Have fun~ Give your comments as the tax!

 com

cr pict: cnredno@ffartdesign.wordpress.com

***

 

“Kubilang jangan pergi, Kris!” sergap Lim Seon Jam seketika begitu melihat suaminya, Wu Yi Fan yang tiba-tiba saja hendak pergi dari apartement.

“Tapi aku …”

“Eits! Mau melawan rupanya?” Seon Jam berjalan perlahan mendekati suaminya yang membeku bak terkena sihir magis dari istrinya. “Hei, Jam-ie gila, aku cuma mau buang sampah!” ujar Kris sambil mengacungkan plastik kresek hitam berisi tumpukan sampah rumah tangga.

Seon Jam mengangguk mengerti. “Ah, begitu rupanya. Oke baiklah~ baiklah.”

-

Seon Jam bergelayutan di pelukan Kris saat menonton televisi. Mereka hanyut dalam kehangatan hingga Seon Jam memecah kehangatan itu. “Kris, apa aku ini terlalu posesif padamu?”

Kris menggeleng. “Tidak juga. Yang tadi itu adalah kesempatan pertamamu berkata ‘Jangan pergi!’ padaku. Kau tidak boleh mengatakannya lagi. Mengerti?” jelas Kris sambil mencolek selai red velvet miliknya ke hidung mancung istrinya itu.

Seon Jam mengelak. “Ah! Tapi kenapa Kris?”

Seketika wajah Kris makin mendekat dan semakin dekat ke arah wajah Seon Jam hingga tak ada celah di antara mereka. Benar-benar sangaaaaaaaaaat dekat. “Karena aku akan selalu ada untukmu.” dan diakhiri dengan moment kecupan manis yang bertaut di bibir Seon Jam.

***

Firasat Seon Jam makin lama semakin kuat. Bukan tanpa alasan dirinya mengatakan “Jangan pergi!” kepada Kris akhir-akhir ini. Ia benar-benar tidak mau suaminya benar-benar pergi meninggalkannya seorang diri. Ia curiga bahwa …

“Ah! Seon Jam! Hilangkan pikiran tidak beralasan itu!” Seon Jam menggaruk-garuk kepalanya kesal. Kris tiba-tiba keluar dari kamar mandi dengan bath clothes dan rambut basah yang membuatnya makin hari makin menawan dan sexy.

“Ya! Jam-ie? Kau kenapa?” tanya Kris lalu mengambil jas kantor, dasi, dan kemeja putihnya yang sudah dipersiapkan Seon Jam sedari tadi di atas tempat tidur. Seon Jam menggeleng.

“Jam-ie, ayolah~ Katakan padaku. Kenapa sejak kemarin kau bertingkah aneh terus, eoh?” Kris mengelus rambut sebahu milik Seon Jam namun tak satupun kata terlontar dari bibir wanita itu. Kris terdiam sejenak hingga akhirnya ia memutuskan untuk pergi. “Oke, baiklah. Mungkin kau butuh waktu sendiri. Kalau begitu, aku pergi.”

Kris berjalan perlahan dengan langkah besar-besar miliknya hingga Seon Jam pun akhirnya angkat bicara.

“Maafkan aku. Tapi kumohon jangan pergi … dariku!” ujar Seon Jam dengan air mata yang tak diduga telah berlinang membuat anak sungai kecil di matanya.

Kris mematung disana. Wajahnya seketika merah padam. Kris seakan kehabisan kata saat itu. Ia bahkan merasa ingin segera menghajar Seon Jam karena kata-kata yang terlontar dari mulutnya itu. “Itu… kesempatan terakhirmu mengatakannya, Jam-ie. Tolong jangan katakan lagi.”

Seon Jam segera melompat dari tempat tidur dan merengkuh suaminya. “Apa maksudmu? Apa maksudmu dengan ‘kesempatan’ itu, Kris? Tolong katakan padaku!! Katakan!!” Seon Jam mengguncang-guncangkan bahu Kris agar pria itu mau memberi sedikit penjelasan kepadanya. Namun yang didapatnya justru Kris yang masih diam mematung.

“Kau bilang tadi aku aneh, kan? Kau juga aneh, Kris. Kita berdua sama-sama aneh! Kenapa ini? Kenapa bisa seperti ini?” pekik Seon Jam frustasi sambil menjambak rambutnya sendiri. Kris terdiam dan pergi juga pada akhirnya.

“Maafkan aku, Seon Jam. Maafkan.” ujar Kris dalam hati.

***

Seon Jam dan Kris berubah dingin semenjak kejadian beberapa hari yang lalu itu. Tak ada kata-kata manis menjelang tidur. Tak ada kecupan manis sebelum Kris pergi kerja. Tak ada lantunan sajak indah yang biasa Kris dengungkan ketika sarapan pagi. Semua adat-istiadat ‘milik mereka’ yang indah itu seakan tergerus dan tak berjejak.

“Jam-ie…” Kris memecah keheningan di meja makan malam hari ini. Seon Jam menoleh ke arah suaminya itu lalu melanjutkan makan malamnya lagi dalam diam.

“Aku akan …”

“Pergilah!” ujar Seon Jam spontan sebelum Kris melanjutkan kata-katanya. Kris tersentak kaget mendengarnya. Istrinya bahkan berubah menjadi lebih dingin dibanding dirinya sendiri sewaktu belum menikah. “Jam-ie…”

“Kau mengharapkan jawaban itu, bukan? Pergilah. Pergilah kemanapun kau mau, Kris.” ujar Seon Jam lalu membanting kasar sendok garpu makannya dan berjalan menuju kamar. Kris hanya bisa menatap piring dan sisa makanan yang ditinggalkan Seon Jam di seberang kursi duduknya. Ia tak habis pikir bahwa beginilah akhir dari segalanya.

***

Kris membereskan pakaian-pakaiannya ke dalam koper. Ia memasukkan pakaian-pakaian yang ia rasa akan dipakainya nanti, atau mungkin tak akan pernah dipakainya lagi? Yang jelas Kris membawa sedikit sekali pakaian di dalam kopernya. Seon Jam sedang pergi ke supermarket untuk belanja kebutuhan bulanan dan inilah saat yang tepat baginya untuk pergi. Ia juga tak lupa meninggalkan ATM dan beserta passwordnya di atas meja rias.

Kris segera meninggalkan apartemen yang akan selalu dikenang dalam hatinya terlebih Lim Seon Jam yang sudah dengan setia menemaninya selama ini dan menjadi istri yang terbaik baginya.

“Sampai jumpa, Jam-ie. Aku akan selalu mencintaimu. Terimakasih karena telah berkata ‘Pergilah!’ kepadaku, Jam-ie.”

-

Kris  tiba di sebuah sabana yang sangat luas dan berdiri di tengah-tengahnya sambil menengadah ke langit. “Mama, aku datang.”

Tiba-tiba suara gaib yang entah dari mana asalnya menggema di sana. “Kau tahu alasanmu kemari, kan?” dangan treble yang benar-benar mengerikan.

“Aku mengerti, Mama. Aku… ingin kembali ke Extra Solar Planet. Aku tahu ternyata aku salah hidup di bumi.” ujar Kris hampir menangis. Ia sebenarnya ingin hidup lebih lama lagi bersama Seon Jam di bumi. Tapi bagaimana lagi, Seon Jam pulalah yang membuatnya harus pergi dari bumi lebih cepat dari perkiraannya.

“Istrimu, orang yang sangat menyayangimu di bumi, Lim Seon Jam, telah mengatakan ‘Jangan pergi!’ sebanyak dua kali. Itu adalah larangan yang telah terlanjur terjadi. Kau memang harus kembali ke Extra Solar Planet dengan atau tanpa penyesalan manusiawimu itu. Mengerti?”

“Baik. Mama. Aku mengerti. Aku mengerti konsekuensi dari seorang EXO yang telah melakukan larangan itu di bumi. Aku tahu sejak awal keputusanku tinggal di bumi adalah keputusan gila dari seorang pembelot. Aku sudah siap menghadapi segala resikonya.” ujar Kris dengan ketegaran hatinya yang rupanya belum benar-benar tegar.

Tiba-tiba langit seperti terbuka dan cahaya putih berkilauan membentuk lubang yang amat besar. Sang Mama berujar. “Bersiaplah. Kau akan kembali menjadi EXO Kris dan akan menerima hukuman yang cukup berat di Extra Solar Planet.”

Tubuh Kris seketika terbang menuju arah lubang itu. Perlahan namun pasti. Kakinya bahkan sudah tak menapak bumi lagi. Ia tampaknya sudah menyerahkan segala hidupnya pada takdir yang telah tertulis. “Selamat tinggal, Lim Seon Jam.” ujarnya dalam hati untuk terakhir kali sebelum akhirnya ia membungkam mulutnya dan tidak akan pernah berkata apapun lagi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan Lim Seon Jam.

“Tidak! Tidak! Kris kau mau kemana! Kris! Kumohon, jangan pergi!” pekik seorang wanita dari ujung sabana itu yang ternyata adalah Lim Seon Jam. Benar. Seon Jam telah mendengar percakapan  suaminya dengan suara gaib yang disebut oleh Kris sebagai Mama itu. Seon Jam menjatuhkan tas belanjaan ke tanah tanpa disadarinya dan berlari mendekati tempat berdiri suaminya itu.

“Hei! Mama! Mau kau apakan suamiku?!” pekik Seon Jam sambil mendongak ke arah lubang cahaya yang terbuka itu dan melihat Kris melayang mendekati lubang cahaya itu. Tiba-tiba suara gaib itu membalasnya. “Suamimu akan kembali ke tempat asalnya, kau mengerti?”

“Hei! Apa maksudmu? Jangan sentuh suamiku!” pekik Seon Jam lagi.

“Suamimu sudah mengingatkanmu untuk tidak berkata ‘Jangan pergi!’ kan? Kenapa kau masih melakukannya?! Suami sudah memberimu kesempatan, kan? Sekarang rasakan akibat dari kebodohan manusiawimu!” Mama itu membentak keras Seon Jam dan seketika hati Seon Jam serasa terpukul dan terhempas di tanah amat keras.

“Tidak! Kris! Wu Yi Fan! Jangan pergi! Kau manusia, kan? Kumohon turunlah dari situ, Kris!” pekik Seon Jam. Namun sepertinya semuanya percuma. Kris telah hilang ditelan lubang cahaya itu. Perlahan lubang cahaya itu tertutup kemudian hilang. Kondisi juga telah kembali seperti semula seperti tidak ada kejadian apapun yang terjadi disana.

Seon Jam terjatuh ke tanah. Ia sungguh menyesal dengan apa yang telah dilakukannya. Seharusnya ia mendengar apa yang dikatakan suaminya dan tidak melakukan apa yang suaminya larang. Dan yang tertinggal sekarang hanya sesuatu yang tak lebih dari sebuah penyesalan.

“Jam-ie..” Kris memecah keheningan di meja makan malam hari ini. Seon Jam menoleh ke arah suaminya itu lalu melanjutkan makan malamnya dalam diam.

“Aku akan …”

“Pergilah!” ujar Seon Jam spontan sebelum Kris melanjutkan kata-katanya. Kris tersentak kaget mendengarnya. Istrinya bahkan berubah menjadi lebih dingin dibanding dirinya sewaktu belum menikah. “Jam-ie…”

“Kau mengharapkan jawaban itu, bukan? Pergilah. Pergilah kemanapun kau mau, Kris.” ujar Seon Jam lalu membanting kasar sendok garpu makannya dan berjalan menuju kamar.

Seon Jam menggeleng dan menjambak rambutnya karena frustasi. “Tidak, Kris! Aku tidak pernah mengizinkanmu pergi, asal kau tahu saja! Tapi kenapa kau masih pergi juga?! KENAPA KRIS?! KENAPAAAAAAA?!” rasa-rasanya pita suara Seon Jam akan rusak kalau ia berteriak lagi. Atau mungkin pembuluh vena di lehernya bisa jadi putus.

Ia menoleh ke arah kanannya dan menemukan koper Kris yang ternyata ditinggalkan begitu saja oleh Kris. Ia memeluk erat koper itu dan membukanya. Ia dapat menemukan pakaian-pakaian Kris di dalamnya. Seon Jam menghirup kemeja putih favorit Kris itu amat dalam dan kentara sekali aroma tubuh Kris di kemeja itu.

Seon Jam juga menemukan secarik kertas di sekitar koper Kris dan membacanya.

Untuk istriku yang sangat aku cintai di bumi, Lim Seon Jam.

Jam-ie, terimakasih karena telah menorehkan pengalaman indah di bumi bersamaku. Terimakasih karena selalu ada bersamaku di saat apapun juga. Terimakasih karena janji pernikahan yang telah kau ucapkan di hadapan Tuhan benar-benar telah kau laksanakan. Kau benar-benar istri yang sempurna bagiku. Maafkan aku karena waktuku telah habis. Jujur saja, aku kecewa karena kau mengatakan kata-kata ‘Jangan pergi!’ kepadaku. Kau harus tahu bahwa dengan berkata seperti itu, kesempatan hidupku makin menipis. Tapi tidak apa-apa, Jam-ie. Rasa cintaku rupanya berhasil menghempas rasa kecewaku padamu. Sungguh. Aku percaya maksudmu berkata ‘Jangan pergi!’ kepadaku karena kau memang sangat mencintaiku dan tak mau kehilanganku, kan? Walaupun rasa tak-mau-kehilangan mu itulah yang membuatmu harus kehilangan diriku.

Terimakasih atas kata ‘Pergilah!’ untukku beberapa hari yang lalu. Itu tandanya kau merelakkan aku pergi, kan? Walaupun sebenarnya dengan atau tanpa mengatakan hal itu, aku juga harus tetap pergi. Tapi aku senang bisa pergi dengan kerelaan hatimu itu. Semoga hati kita berdua tak tersakiti dengan kenyataan ini.

Selamat tinggal, Lim Seon Jam. Berbahagialah tanpaku. Makanlah yang banyak tanpaku. Kau akan selalu berada di hati dan benakku. Percayalah.

Wu Yi Fan.

 

Seon Jam tak kuasa menahan tangisnya setelah membaca surat itu. Jujur saja ia tidak benar-benar mengizinkan Kris untuk pergi. Tidak sama sekali. Namun apalah dayanya, takdir dan kenyataanlah yang pada akhirnya berkuasa saat ini.

“Kris, kaulah separuh hidupku. Izinkan aku menyusulmu, Kris. Aku ingin ikut kemanapun kau pergi, Kris.” Seon Jam sadar bahwa perkataannya itu hanya dapat bertiup begitu saja.

Tiba-tiba dengan begitu anehnya, koper dan surat yang ia genggam mendadak hilang tak berjejak. Seon Jam mencoba mencari barang-barang itu, namun ia tak jua menemukannya.

-

Seon Jam kembali ke apartement. Ia membuka lemari pakaian dan disana yang tersisa hanyalah pakaian miliknya. Seon Jam merasa benar-benar janggal dengan kenyataan saat ini dan berinisiatif amat sangat liar dari perkiraan siapapun juga.

Ia juga membuka dokumen-dokumen keluarga dan mencoba mencari akta pernikahan mereka. Seon Jam terkejut karena di sana tidak tertulis nama Wu Yi Fan sebagai suaminya. Foto yang tertempel di akta itu pun hilang begitu saja.

Seon Jam kemudian membuka album pernikahannya dengan Kris, ia tidak menemukan satupun foto bersama Kris. Seon Jam terlihat berfoto sendirian dengan gaun pengantinnya tanpa ditemani siapapun, padahal sebenarnya itu adalah foto Seon Jam bersama Kris.

“Kris! Kenapa kau hilang tak berjejak seperti ini?” kesal Seon Jam. Ia mencoba menghubungi kantor tempat Kris bekerja, Hansae Corp.

“Halo. Saya ingin dihubungkan dengan Kepala Marketing, Wu Yi Fan?”

Kemudian telepon itu dibalas oleh receptionist kantor. “Maaf, Nyonya. Di kantor ini, tidak ada yang bernama Wu Yi Fan. Kepala marketing kantor Hansae Corp. adalah Byun Baek Hyun.” jelas receptionist kantor itu. Seon Jam kemudian menutup telepon itu kasar.

Seon Jam tak patah semangat. Inisiatifnya bekerja lebih liar lagi. Ia mencoba menghubungi ayah Kris. “Halo. Papa, apa aku bisa bicara dengan Wu Yi Fan?”

“Hah? Wu Yi Fan itu siapa?” Seon Jam sontak terkaget dengan kenyataan yang terjadi saat ini. Bagaimana bisa ayahnya sendiri tak mengenali Kris?

“Papa, Yi Fan itu anakmu.”

“Hah? Aku tak punya anak yang bernama Yi Fan. Anakku bernama Wu Shin Zhang. Dan kau ini siapa rupanya?” Dengan berat hati, Seon Jam menutup teleponnya.

Seon Jam rasanya ingin mencabut rambut yang menempel di kepalanya saking frustasi. Seon Jam melempar semua dokumen-dokumen keluarga itu ke sembarang arah. Ia sama sekali tak menemukan jejak Kris. Kris hilang tanpa ada jejak satupun yang tertinggal. Seon Jam tak habis pikir karena semua terasa benar-benar magis dan tak masuk akal. Lalu apa arti kebersamaannya dengan Kris selama ini? Apa yang dirasakannya selama 3 tahun pernikahan ini? Apakah semuanya hanya ilusi Seon Jam. Apa Seon Jam mengidap kelainan jiwa stadium akut selama 3 tahun belakangan ini?

Ia menoleh ke arah meja rias dan tak ada satu pun parfum ataupun skincare milik Kris yang tertinggal. Semuanya milik Seon Jam. Padahal setiap kali Kris akan pergi, ada saja parfumnya yang tertinggal disana.

Seon Jam segera berlari ke tempat cuci pakaian dan melihat baju-baju kotor di dalamnya. Lagi-lagi yang ia temukan hanya baju-baju kotor miliknya.

“Kris.. inikah kenyataan yang harus kuhadapi? Kumohon kembalilah padaku. Kembalilah, Kris.”

***

Seon Jam mengambil kartu ATM miliknya dan pergi begitu saja ketika Kris masih mandi. Ia berniat untuk berbelanja kebutuhan bulanan rumah tangga di supermarket yang lumayan dekat dari apartemen miliknya.

Ketika Seon Jam akan kembali ke rumah. Ia melihat suaminya memasuki sebuah taksi premium dan pergi membawa koper yang bahkan belum pernah disentuhnya. Ya, untuk pertama kalinya, Kris memakai koper.

“Kris tidak pernah membawa koper bila pergi untuk keperluan dinas luar, ia biasa membawa ransel berisi beberapa helai jas dan kemeja. Kenapa semakin hari dia semakin terlihat aneh saja? Mau kemana dia?” Seon Jam berinisiatif mengikuti taksi suaminya itu dengan taksi premium. Namun rupanya percuma karena taksi yang lalu lalang di hadapannya sekarang justru adalah taksi-taksi regular. Akhirnya dengan sangat terpaksa ia mengikuti taksi premium itu dengan taksi regular.

“Paman, tolong kejar taksi premium itu. Berapapun akan kubayar!” ujar Seon Jam yang mulai panik karena gelagat suaminya itubenar-benar mencurigakan dan malah tak biasa.

Taksi premium itu berjalan ke arah sebuah pinggiran kota yang jauh dari hiruk-pikuk perkotaan. Rasa curiga Seon Jam makin lama makin tajam bak pisau yang diasah oleh pengasah pisau kualitas super. Taksi premium itupun menepi di sebuah sabana yang sangat luas. Seon Jam turun dari taksi dan membayar ongkos jalannya kepada paman sopir.

Seon Jam menelisik apa yang dilakukan Kris disana. Ia samar-samar  mendengar suara Kris yang tampak berbicara sendiri disana. Namun… tidak! Suaminya tidak berbicara sendiri! Perkataannya dibalas oleh suara gaib yang entah darimana asalnya. Seon Jam mencoba mendengar dan menyerap maksud percakapan mereka hingga akhirnya lingkaran cahaya besar muncul di langit dan mulai menelan suaminya. Seon Jam berinisiatif untuk menghentikan kejadian tak masuk akal itu sesegera mungkin.

“Tidak! Tidak! Kris kau mau kemana! Kris! Kumohon, jangan pergi!”

 

-FIN-

 

Wah~ how was is it? Is it okay? or what? Yoyo~ explode your mind about this ff on the comments box. Your mind are appriciated!

 



Viewing all articles
Browse latest Browse all 4828

Trending Articles