Quantcast
Channel: EXO Fanfiction
Viewing all articles
Browse latest Browse all 4828

The Last Wish (Chapter 3)

$
0
0

Judul               : The Last Wish

Author             : Mytha Raisila

Genre              : Drama, OC, Hurt, Romance

Length             : Multi Chapter

Genre              : Romance, Angst

Cast                 :

-          Park Minyoung

-          Oh Sehoon as Sehun

-          Park Chanyeol

-          Byun Baekhyun

-          Xi Luhan

-          Lee Hyera

-          Kim Soojin

Summary          : “Aku selalu di sampingmu, sayang. Kamu gak usah bingung siapa dia, karna aku yang memilihkannya untukmu, sayang.”

chapter 3

***

            2 bulan lalu…

 

2 hari lagi adalah hari yang paling dinanti oleh para anggota tim basket cowok. Gimana gak? Mereka bakal tanding ngelawan Chungdam High School dalam final Liga Basket Antar Sekolah se-Kota. Sebelum final, semuanya pada repot. Termasuk Minyoung yang jadi manajer. Dia harus beli air mineral bolak-balik laundry handuk yang bau keringet. Secara anak-anak tim basket pada latihan tiap jam, menit, detik kalo ada waktu kosong. Termasuk Dika, pacarnya.

Zel, kamu gak capek tiap hari latihan?” tanya Minyoung sambil menghapus peluh di kening Zelo.

“Ya capeklah, sayang! Tapi harus tetep latihan, secara ini itu final!”

“Tapi gak maksa juga kali!”

“Aku gak maksa kok! Kamu liat aja nanti aku bawa piala!”

“GR! Nanti bisa aja yang bawa piala itu Chanyeol, masa kamu sih?”

Zelo diam. Minyoung yang mengelap keringat Zelo diam juga melihat pacarnya itu terdiam. Akhirnya Zelo angkat bicara, “Kenapa kamu gak manggil Chanyeol pake ‘Oppa’?”

Minyoung yang mendengar pertanyaan Zelo tertawa. Ternyata pacarnya ini cemburu pada kakaknya sendiri.

“Kamu gelo, Zel! Masa aku suka sama kakakku sendiri?”

It’s maybe. Siapa tau…”

“Sekarang otak kamu emang kayak bola basket. Kosong!”

Zelo yang gak terima dibilang kayak bola basket ingin balik balas. Tapi udah keburu didekap mulutnya sama tangan Minyoung. “Gak usah deh ngomongin hal yang gak jelas kayak gitu, Zel.”

“Ehem…” terdengar suara batuk dari tengah lapangan basket. Zelo dan Minyoung bersamaan menengok ke asal suara itu.

“Kalian kalo mau pacaran cari waktu sama tempat yang tepat dong! Masa pas mau latihan baru pacaran?” cemooh Baekhyun sambil mengdrible bola basketnya.

“Ya, gue tau dah yang jomblo!” balas Zelo gak mau kalah.

“Gue bukannya jomblo! Tapi lagi pengen sendiri aja.”

“Sorry, Bacon. Perasaan lo bukannya pengen sendiri, tapi lo-nya aja yang gak laku!” kata Luhan ikut-ikutan.

Minyoung hanya cekikikan melihat 3 goce, gokil-kece, itu saling ejek. Minyoung membiarkan saja, coz semua gak bakal dimasukin kedalem hati sama mereka bertiga. Persahabatan buat mereka gak seru kalo gak saling ejek. Tapi kalo kelewatan banget, bogem langsung nyasar dimuka deh!

“Sebenernya gue yang harus bilang ‘kalian kalo pacaran cari waktu sama tempat yang tepat!’ Kalian mau gue jewer ya?” semua terdiam mendengar suara itu. Chanyeol entah dari mana telah muncul dibelakang Baekhyun dan Luhan yang sekarang menahan kesakitan, coz kupingnya dijewer sama Chanyeol.

Sorry ya, Yeol. Gue tu gak pacaran sama si Bacon ini! Amit-amit cabang bayi!” kata Luhan sambil memukul pelan kepalanya 3 kali dan 3 lagi buat bola basket yang dia pegang.

“Eh, harusnya gue yang bilang entu!” timpal Baekhyun yang masih berusaha melepas jeweran Chanyeol dari kupingnya. “Chanyeol, lepasin dong! Nanti gue kasi permen.”

“Gue gak butuh permen!” kata Chanyeol masih menjewer telinga 2 goce itu. “Dan elo juga, Zel! Untung tangan gue cuma 2, kalo 3 udah gue jewer juga lo!”

Thank’s God!” syukur Zelo sambil menadahkan tangan. “Terima kasih karena Engkau telah menciptakan manusia dengan 2 tangan. Kalo 3, gue udah opname di rumah sakit!”

Chanyeol, gue bantu ya?” kata Minyoung sambil menjewer telinga Zelo.

“Yah, sayang! Jangan dijewer dong!”

“Makan tuh sayang! Enak gak?”

“Enak dari Hongkong!”

“Masa Hongkong terus? Amerika kek, Jepang juga bagus.”

Up to you aja dah!”

Semua tertawa melihat 2 sejoli yang gaje itu. Chanyeol ampe gak ngerasa udah ngelepas jewerannya. Baekhyun dan Luhan langsung menjauh dari Chanyeol. Siapa tau kalo nanti Chanyeol ngejar mereka bisa langsung ngibrit?

***

Pertandingan udah masuk di quarter 4. Skor masih kejar-kejaran, dan sekarang masih unggul 56-54 buat Chungdam High School. Chanyeol and timnya minta time out buat istirahat sekalian nentuin strategi. Minyoung udah siap-siap dengan air mineral dan handuknya.

“Kalo kita gini terus kita bisa ketinggalan!” gerutu Chanyeol frustasi. Saat itu Minho songsaenim gak ada karena lagi sakit.

“Terus, kita mesti gimana?” tanya Baekhyun lalu kembali meneguk sisa air mineralnya.

“Gue sama Chanyeol dijaga ketat! Jadi kita harus pake siasat lain kalo gini!” timpal Zelo sambil mengelap keringat yang mengucur tiada henti. “Kita pake Kai.”

Kai? Elo beneran mau pake Kai?” tanya Luhan gak percaya. Bukan cuma Luhan yang gak percaya. Semua anggota tim gak percaya. Zelo emang pengatur strategi dalam pertandingan kali ini. Jadi dia berhak buat gonta-ganti pemain. Tapi dari semua strategi gila Zelo, ini yang paling gila! Masa dia mau masukin Kai, si jangkung tapi ngedrible bola aja belum mahir dalam pertandingan final ini?

“Iya. Kai elo masuk! Lay, elo keluar!” perintah Zelo. Kai yang jadi pemain cadangan terus ini sebenernya ikut kaget karena dia ikut. Sebenernya Kai masuk tim buat dilatih. Postur tubuhnya sangat memadai buat basket. Tapi, ya kalian tau, Kai sepertinya gak ada bakat buat basket.

“Jadi, gini strateginya…” Zelo menjelaskan dengan sejelas-jelasnya agar semua mengerti. Akhirnya time out habis, semua masuk lapangan.

Di lapangan, anak-anak tim Chungdam High School bingung juga ngeliat komposisi pemain LG High School. Penonton juga bingung, apa lagi penonton dari LG High School. Mereka bingung ngeliat Kai masuk, padahal selama ini dia selalu jadi cadangan. Semua pada mikir kalo udah akhir-akhir gini harusnya ngeluarin pemain-pemain yang paling jempolan, lah ini?

Pertandingan kembali dimulai. Kai yang masih canggung hanya berlari-lari di sekitar area lawan. Benar yang dibilang Zelo. Dia dan Chanyeol dijaga ketat oleh pemain-pemain Chungdam High School. Tim Chungdam High School tau kalo Chanyeol dan Zelo adalah jempolan LG High School. Jadi mereka buat strategi kayak gitu.

Setelah mencoba sekian kali, Zelo berhasil lepas dari pemain Chungdam High School. Dia segera berlari menerima bola dari Baekhyun. Zelo berlari menuju tengah lapangan. Posturnya yang agak kecil memudahkannya untuk menyelinap diantara pemain-pemain Chungdam High School yang besar-besar.

Jalan Zelo akhirnya tertutup karena Xiumin, kapten Chungdam High School yang badannya bongsor itu menghalanginya. Segera Zelo melempar bola ke Luhan. Luhan berlari menuju area lawan. Seperti Zelo, jalannya terhenti. Diliriknya Kai dan Baekhyun yang tak jauh darinya, Luhan juga menoleh ke Zelo yang mengedipkan mata padanya. Tak lama, Luhan melempar bola kepada… Kai?

Kai menerima bola dengan gugup. Dia telah berdiri di area pencetak three point. Dengan cepat Kai melempar bola itu. Tak disangka, bola itu masuk dengan polosnya. Pendukung LG High School seketika berteriak girang dari tempat duduknya. 56-57 untuk LG High School.

Itulah recana Zelo. Kai emang lemah kalo drible. Tapi kalo lempar three point, Kai jago. Posturnya yang tinggi semampai membuat ia dengan mudah memasukkan bola dari jarak yang cukup jauh itu.

Pertandingan berjalan seru. LG High School masih terus memimpin. Minyoung yang menonton dari bangku penonton sedikit khawatir. Sedari tadi ia mengikuti Zelo yang mengdrible bola kesana-kemari. Ia merasa kalo permainan Zelo tidak sebagus permainannya saat di awal quarter 4. “Kamu kenapa, Zel?”

Akhirnya dengan skor mepet 72-70. LG High School menang! Semua pendukung dan anggota tim bersorak riang. Minyoung segera turun menuju lapangan untuk menemui Zelo. Dengan susah payah dia menerobos kerumunan orang menuju Zelo yang di tengah lapanngan. Kini disisinya, Zelo bersama yang lain menerima piala. Tentu saja yang menerima piala itu Chanyeol, coz dia kapten. Tak lama setelah penerimaan piala, Dika ambruk setelah sedari tadi berdiri gontai. Di hidungnya mengalir darah segar. Minyoung langsung jongkok untuk memeriksa Zelo. Zelo tersenyum pada Minyoung, “Bener kata kamu, sayang. Aku gak bisa bawa piala itu.”

***

Perjalanan menuju rumah sakit berasa seabad buat Minyoung. Kini ia sedang memangku kepala Zelo sambil menahan mimisannya dengan tisu dimobil Chanyeol yang melaju cukup kencang. Disamping Chanyeol duduk Baekhyun yang dari tadi bolak-balik depan-belakang melihat Zelo dan jalan. ”Tunggu, Zel. Udah hampir sampe.”

Luhan yang memangku kaki Zelo hanya memijat-mijatnya pelan. Semua tampak khawatir sekarang. Siapa yang menyangka kalo Zelo tiba-tiba pingsan saat penerimaan piala. Mereka cepat-cepat menggotong Zelo ke mobil Chanyeol yang langsung capcus ke rumah sakit terdekat.

***

 

City Hospital

 

“Maaf kalian tidak boleh masuk!” larang suster ketika Minyoung, Chanyeol, Baekhyun dan Luhan hampir ikut masuk ke ruang UGD.

Dok, Zelo bakal baik-baik aja kan?” tanya Minyoung berusaha tegar padahal hatinya sudah mencelos saat Dokter akhirnya datang.

“Kami akan coba sebisa kami.” kata dokter itu mencoba meyakinkan Minyoung. Minyoung hanya bisa pasrah. Air matanya tumpah tepat saat suster menutup pintu UGD.

“Dek, Zelo pasti baik-baik aja.” yakin Chanyeol sambil mengelus-elus kepala adiknya itu. Minyoung tak bisa menjawab. Pikirannya hanya dipenuhi Zelo.

***

            Kamar 12 lantai 2…

           

            “Kenapa kamu gak pernah kasi tau aku kalo kamu sakit parah kayak gini?” tanya Minyoung sesenggukan. Baru saja Dika keluar dari ruang UGD dengan membawa serta berita menyedihkan ini.

            “Karena aku gak mau kamu nangis. Nangisin aku yang malang ini, sayang.

            Minyoung terdiam mendengar jawaban Zelo. Air matanya yang tadi telah berhenti kembali menetes, meluncur lembut melewati pipinya yang mulus.

            “Tuh kan! Baru aja dibilangin kamu udah nangis! Cup cup, jangan nangis dong!” kata Zelo masih sempat bercanda sambil menghapus air mata dipipi Minyoung.

            “Kamu yang jahat sama aku! Kenapa kamu gak kasih tau kalo kamu sakit kanker darah?” Minyoung masih menangis. Malah lebih keras. Zelo masih saja tetap menghapus air mata Minyoung yang mengelir deras itu.

            “Karena aku mau disisa waktuku ini bersamamu, sayang. Selalu disisimu! Melihat kamu ketawa aja udah bikin aku bahagia. Kalo kamu nangis gini aku sedih. Kamu bukan orang lemahkan?”

            “Tapi…ak…” kata-kata Minyoung terhenti. Bibir Zelo melekat dibibirnya. Mereka berciuman cukup lama. Minyoung masih menangis, hatinya semakin mencelos.

            “Aku akan selalu dihatimu, sayang. Selalu.” Zelo mengakhiri ciumannya. “Kamu akan mendapatkan yang lebih baik dari pada aku. Aku adalah orang yang paling beruntung sempat memilikimu, Park Minyoung.”

            Minyoung menangis sejadi-jadinya. Zelo telah pergi. Choi Junhong pergi meninggalkannya untuk selamanya. Selamanya.

***

            “Kenapa gue mesti inget kejadian itu lagi?” batin Minyoung sambil membolak-balikkan buku fisikanya dengan enggan. Besok dia ulangan fisika, tapi lagi gak mood belajar. Tiba-tiba saja ia teringat Zelo, pacarnya yang telah tiada itu. Sebenarnya Minyoung sudah hampir berhasil melupakan Zelo dari hidupnya. Tapi, dengan kedatangan Sehun hidupnya kembali dirundung masa lalu yang kelam itu.

“Dek!” panggil Chanyeol dari luar pintu kamar Minyoung. Dengan ogah-ogahan Minyoung berjalan membuka pintu.

“Apaan, Yeol?”

“Gue mau pergi. Jadi kunci rumah gue yang bawa. Gue gak mau ambil resiko kayak dulu lagi!” jelas Chanyeol sambil memutar-mutar kunci rumah dijarinya. Dulu, saat Chanyeol pulang dari acara ngedatenya, ia kebingungan setengah mati saat pintu rumah terkunci dan sepertinya Minyoung telah tertidur. Jadi, Chanyeol gedor-gedor pintu sambil terus menelefon Minyoung didalam. Setelah 30 menit, akhirnya pintu dibuka Minyoung yang masih ngantuk. Langsung aja Chanyeol ceramah panjang lebar, Minyoung yang lagi ngantuk berat cuma angguk-angguk dengernya.

“Hehehe. Sorry deh kalo yang itu.”

“Ya udah, gue cabut dulu! Bye!”

Bye!”

Minyoung kembali duduk didepan meja belajarnya. Ia berusaha untuk konsen belajar, tapi tetep aja gak bisa. Diluar, mendung menghiasi angkasa luas. Udara mulai dingin dan turun butir-butir air, bersamaan dengan air mata Minyoung yang jatuh berlinang dipipinya. “Maafin aku, Zel. Ternyata aku itu lemah tanpa kamu.”

***



Viewing all articles
Browse latest Browse all 4828

Trending Articles