Quantcast
Channel: EXO Fanfiction
Viewing all 4828 articles
Browse latest View live

Holiday Moment (Chapter 1)

$
0
0

Fanfiction

Author             : Hyun Jae

Title                 : Holiday Moment

Cast                 : Kai

Chanyeol

Sehun

Baekhyun

Suho

DO

Other cast       : Yeon Yun Ji

Genre              : mistery, horor(gagal),memories

Rating              : (asal bukan penakut)

Leght               : two Shoot

Disclaimer       : ini ff murni dari otak author, kalo castnya punya keluarga masing masing.

Author Note    : ini ff pertama yang gue post jadi banyak typo bertebaran kalo mau ngasih saran sama kritikan tinggal komentar aja, maafin author yaa… hehehe. No plagiant. No kacang.

Ff ini juga dipublis di blog KPOP GALAXY

Happy Reading!!!

 

 

 

 

 

 

CHAPTER 1

Kai POV

Weekend kali ini EXO tidak memiliki kegiatan apapun, kami memikirkan rencana kegiatan untuk dua hari kedepan. Malam ini kami berada di ruang tengah menonton tv serta memakan cemilan yang ditinggalkan DO hyung  ke Jepang untuk membuat drama terbarunya.

“hyung mengapa kita tidak liburan?” tanya Sehun

“mau liburan kemana lagi Hun? Bukankah semua tempat di Seoul sudah pernah kita kunjungi?” Suho balik tanya

“apa tidak ada yang memiliki referensi?” Baekhyun hyung

“bagaimana jika kita ke villa?” Chanyeol Hyung angkat bicara

“ villa orang tuamu yang jauh itu?” aku memastikan

“tentu saja, hanya itu yang orang tuaku punya”

“jauh? Memang dimana?”Suho Hyung

“di Busan, dan jauh dari pemukiman”

“darimana kau tau?”Baekhyun hyung penasaran

“Chanyeol hyung pernah bilang padaku”

“bagaimana? Kebetulan orangtuaku baru pulang dari sana, jadi sampai disana kita tidak perlu membersihkannya”Chanyeol hyung  menawarkan

“mengapa tidak? Kita tidak pernah ketempat seperti itukan? Pengalaman pertama pasti menyenangkan!” Sehun optimis

“kau yakin kita kesana? Apa tidak ada pilihan lain” Baekhyun hyung tidak terlalu senang

“ hyung apa yang kau ragukan? Chanyeol hyung, disana kita dapat melihat pemandangan bukan?”Sehun

“tentu saja” Chanyeol hyung turut semangat

“aku akan mengemas barangku dan besok kita berangkat” Sehun menuju kamarnya, dia begitu semangat untuk pergi besok. Yang lain  juga menuju kamar mereka dan mengemas barang untuk besok, meski Baekhyun masih tampak berat hati tapi Sehun terus meyakinkannya hingga Baek mengalah.

Aku membawa beberapa baju, dan barang lainnya yang kurasa diperlukan saat berada disana. Aku harus segera tidur agar besok dapat bangun lebih pagi.

“Sehun-ah ireona!” aku mengguncang badan Sehun yang tidur tengkurap

“apa belum bangun juga?”Baekhyun hyung memastikan

“belum hyung , huh anak ini kemarin paling semangat untuk pergi, sekarang bangun paling siang” aku  menggerutu

“biar aku saja yang membangunkan” Baekhyun hyung datang dengan segelas air putih dan berniat mengguyur maknae EXO itu

“andwe! Jangan mengguyurnya! Usapkan saja pada wajahnya!” Suho hyung yang tiba tiba muncul dari balik badan Baekhyun hyung menahannya

“wae?” Baekhyun hyung kesal

“nanti kita harus repot menjemur kasur, pabbo!” aku menjulurkan lidahku mengejeknya

“kya! Berhenti kau!” teriak Baekhyun hyung  mengejarku yang melarikan diri setelah mengejeknya.

Di dapur Chanyeol hyung tampak sibuk sendiri, ia memasak menggantikan pekerjaan DO. Meski hanya sup yang dia masak tapi tidak terlalu buruk.

“hyung aku lelah jangan dikejar lagi” aku berniat menyudahinya

“siapa suruh kau bilang aku bodoh?” Baekhyun hyung ikut berhenti, kami menuju meja makan siap menyantap makanan buatan ChanYeol hyung setelah suho memanggil kami. Sehun pun telah berada disana, rupanya teriakan Baekhyun hyung tadi yang membuat Sehun bangun dengan Sendirinya.

“bagaimana rasanya?” tanya Yeol

“terlalu asin” jawabku jujur

“apa kau tidak mencicipinya tadi?” tanya Suho

“ani” Yeol polos

“kau memasak kurang lama, sayurannya masih terlalu keras untuk dikunyah” Baekhyun menambah

“aku akan lebih baik lain kali”

Selesai sarapan kami  siap berangkat menuju Busan, tempat  villa orang tua Yeol berada. Semua mamber  telah menaruh tas mereka di bagasi, ternyata barang bawaanku yang paling banyak, dua koper dan  satu ransel. Chanyeol menyetir dan Suho disampingnya, di belakang Sehun, aku, dan Baekhyun yang berisik sepanjang jalan, membuat Suho frustasi dan memilih untuk tidur. Banyak hal yang kami lakukan, mulai dari menyanyi dengan mengubah lirik, membicarakan hal berbau  yadong, bahkan berteriak teriak absurd.

“Kai apa yang kau bawa hingga sebanyak itu?” Baekhyun penasaran

“banyak, yang pasti kita butuhkan nanati”

“apa kalian tidak bisa  diam?” Yeol tidak tahan lagi

“mian, tapi kami hanya bersenang senang” Baek menunduk

“apa masih jauh hyung?” tanya Sehun tidak sabar

“masih”

“berapa lama lagi kita sampai?”aku melihat jam tangan yang kukenakan

“mungkin 1 jam lagi”

“cepatlah sedikit! Aku lelah duduk terus menerus”Baek

“tidak bisa, jalanannya licin, sepertinya malam tadi turun salju”

“terserahlah aku ingin tidur juga”Baekhyun sudah mulai lelah

Ditinggalkan Baekhyun tidur, aku dan Sehun memilih tenang dan memakan cemilan dengan menikmati pemandangan. Tak lama kami berdua pun ikut tertidur.

“ireona! Kita hampir sampai” Suruh Yeol tanpa mengubah arah padangannya pada jalanan

Kami bangun satu per satu dan melihat sekeliling dengan sesekali mengucek mata. Pandangan kami tertuju pada hamparan perkebunan sayur di kanan kiri jalan.

“beruntung kita jadi kesini” Sehun kembali semangat seperti kemarin

“hyung kenapa tidak berhenti dan mengambil gambar?” usulku

“lain kali saja, banyak hal lain yang bisa kita lakukan”

Chanyeol memberhentikan mobilnya di depan sebuah villa  yang megah dengan pintu pagar yang masih tertutup rapat.

“aku akan membuka gerbangnya” tawar Suho yang kemudian turun dari mobil

“kita sampai” Sehun kegirangan

Mereka mengambil barang bawaan masing masing dalam bagasi. Chanyeol membuka pintu villa dengan menyeret kopernya masuk diikuti 4 member lain.

“apa ini yang kau katakan bersih Yeol?” Suho heran dengan keadaan villa yang berantakan dan berdebu

“diluar sangat bersih, tapi kenapa berbanding terbalik?” aku menyimpulkan

“biasanya tidak sekotor ini” Yeol menggaruk kepalanya

“sudahlah ayo kita bersihkan!” ajak Sehun

“dimana kamarnya? Aku ingin menaruh koperku dulu” tanya Baek

“di lantai 2, disini ada dua kamar dan kau akan tidur denganku,sedangkan kamar yang satu lagi ada dua ranjang kalian bertiga dapat menempatinya, ayo!”Yeol berjalan menyusuri tangga dan yang lain dibelakangnya

“modusmu bagus sekali hyung”pujiku menyinggung

“bilang saja jika iri” Yeol menggodaku

 ‘ah sial, mengapa Chanyeol hyung mengajak ke tempat seperti ini? Ini terlalu menyeramkan. Aku berharap ini tak seburuk seperti yang kubayangkan.aku tidak yakin jika semua akan baik baik saja.menginjakkan kaki di anak tangga pertama membuat bulu kudukku berdiri, sangat dingin memang tidak seperti diluar tadi yang hangat.’

Aku menggerutu sendiri, dengan cepat aku menyusul Suho hyung yang beberapa anak tangga diatasku dan menggenggam tangannya.

“kau takut?” sambutnya

“ani, apa mungkin ada yang kutakutkan?”

“tanganmu lebih dingin”

“perasaanmu saja” balasku mendahuluinya

“ini kamar kalian” chanyeol membuka pintu untukku, Sehun, dan Suho hyung. kami lalu masuk setelah Chanyeol menuju kamarnya.

“ini sangat luas” puji sehun

“tapi akan lebih lama membersihkannya” protesku

“kita kan bertiga jadi sebandinglah” Suho hyung menenangkan

Tempat tidur dan meja sangat berdebu, aku tidak yakin jika orang tua Yeol dari sini. Tidak mungkin mereka menempati tempat seperti ini tanpa membersihkannya. Kami lalu merapikannya hingga benar benar bersih dan layak ditempati. Aku menaruh koperku di dalam almari, ada beberapa majalah disana, karna penasaran aku mengambilnya dan melihatnya. Tampaknya ini majalah lama, tertera tanggal pada sampulnya tapi sudah tak terbaca hanya tahun yang masih jelas 2004. Aku membukanya sekilas tampak foto Chanyeol.

“Kai apa yang kau lihat” tanya Suho

“majalah ini hyung”

“lalu?”

“aku hanya penasaran ini majalah kapan”

“kembalikan pada tempatnya! dan kita turun untuk membersihkan lantai bawah”

“nde hyung”

Kami menuju lantai bawah, sepertinya Baekhyun dan Chanyeol belum selesai membersihkan kamarnya karna mereka belum tampak di bawah.Lantai bawah tidak sekotor kamar tadi jadi akan lebih mudah untuk dibersihkan.

“hyung mau membersihkan mana dulu?”

“dapur saja, ruang tengah agar Baekhyun dan Chanyeol yang membersihkan”

“Kai sapunya tertinggal di atas” Suho memberi tau

“aku akan mengambilnya” Sehun  dan Suho hyung pergi ke dapur sementara aku ke lantai dua untuk mengambil sapu.

”ada apa Kai?” tanya Baek hyung saat berpapasan di tangga

“mengambil sapu”

“cepatlah! Kita harus segera menyelesaikannya”

“nde hyung”

Sampai di atas aku segera mengambil sapu di kamarku yang tergeletak di bawah jendela. Aku membuka jendela itu dan mendapat angin segar juga  pemandangan indah. Sepertinya di samping villa terdapat taman dengan ayunan dan kolam air mancur. Aku ingin kesana tapi setelah makan siang nanti. Aku menutup kembali jendalanya dan teringat akan majalah tadi, baru akan mengambilnya Baekhyun hyung memanggilku agar cepat kembali ke bawah.

“kemana Suho dan Chanyeol hyung?” tanyaku setibanya di dapur

“pergi membeli bahan makanan” Baekhyun

“kenapa kita tidak membawanya dari drom?”

“entahlah, aku tidak mempikirkan itu”

“aku berharap mereka tidak berniat meninggalkan kita disini” aku hyung ragu

“itu tidak mungkin”

Tok tok tok

“ada yang mengetuk pintu” Baekhyun

“pergi buka pintunya Hun!”

“kenapa tidak hyung saja, aku sedang menyapu”

“ah kau ini, banyak alasanaku pergi ke ruang tamu untuk membuka pintu

‘ckleek’ pintu terbuka sebelum Kai membukanya, itu membuatnya sedikit terkejut

“mian, apa aku membuatmu terkejut?”tanya yeoja di ambang pintu

“ani, gwechanha”

“ apa Chanyeol datang?” tanyanya to the point

“nde, tapi sekarang dia pergi keluar”

“oh.. jika begitu katakan padanya bahwa aku sudah datang kemari!”

“baiklah, aku akan mengatakannya”

“aku akan segera pulang, tutup pintunya! Diluar berangin” yeoja itu pergi dan Kai kembali mengunci pintu

“siapa yang datang hyung?” Sehun datang dan menyapu ruang tamu

“entahlah”aku jujur

“hyung ini bagaimana?”

“yang jelas seorang yeoja”

“siapa namanya?”

“aku tidak tanya”

“lalu apa yang dia katakan?” Sehun seperti mengintrogasi

“dia menitip pesan agar aku bilang pada Chanyeol jika dia telah datang kemari”

“lalu bagaimana hyung menyampaikan pesan jika tidak tau namanya?”

“ah sudahlah aku tidak memikirkannya” aku kembali ke dapur berniat memantu Baekhyun

Aku dan Baekhyun hyung menata alat makan yang berserakan di dapur. Baekhyun hyung bilang dia ingat mimpinya semalam saat berpapasan dengan hantu di lorong yang sangat panjang. Itu membuatku merinding. Dari jendela Baekhyun hyung tengah memperhatikan  seorang yeoja berjalan di halaman menggunakan dress putih, pancaran wajahnya gembira, dia memetik bunga dan menaruhnya diatas telinga. Dia terus memperhatikan gerak geriknya dari dapur.

TBC…

Ff Holiday Moment Chapter 2

 



The Prospective Of Old Brother In Law Is My Husband (Chapter 6)

$
0
0

 

poster 5&6

Tittle            : The Prospective Of Old Brother In Law Is My Husband (Chapter 6)

Author       : Dwi Lestari
Genre         : Romance, Marriage Life

Length        : Chaptered

Rating         : PG 17+

Main Cast :
Yenni Wilson / Hwang Yen Ni (Yenni) | Byun Baek Hyun (Baekhyun)

Support Cast :

Hwang Re Ni (Reni), Byun Seo Hyun (Seohyun), Song Hen Na (Henna), Do Kyung Soo (Kyungsoo), Park Chan Yeol (Chanyeol), Xi Lu Han (Luhan)

 

Disclaimer           : Story and plot in this fanfic originaly made by me.

Author’s note       : Saya akan menunggu komennya para Readers. Mian jika alurnya gj. No kopas, no plagiat. Gomawo.

Warning                : Typo bertebaran      

 

The Prospective Of Old Brother In Law Is My Husband (Chapter 6)

 

Keesokan harinya Yenni pergi dengan mata sembab, setelah lelah menangis. Saat di depan pintu dia bertemu dengan orang yang semalam mengantar Baekhyun pulang. Orang itu menyapa Yenni. Yenni tidak langsung memandang orang itu, dia terlebih dahulu menghapus air matanya.

“Selamat pagi nona. Nona mau kemana? Apa nona sedang menangis?”, tanya orang itu sambil berusaha menatap wajah Yenni.

“Selamat pagi juga. Aku mau ke rumah eomma. Aku baik-baik saja. Kau mau menjemputnya”, tanya Yenni.

“Ne, aku mau menjemput Baekhyun sajangnim”.

“Dia masih tidur, kau bangunkan saja dia. Dia ada di kamarnya. Bilang padanya tidak usah menyusulku. Kalau mau berangkat, berangkatlah. Aku sudah mempersiapkan kopernya dan sarapannya ada di meja makan”. Yenni langsung pergi dari rumah itu, dia tak memperdulikan orang itu yang terus memanggilnya.

Merasa lelah, orang itu menghentikan teriakannya pada Yenni. Dia langsung masuk rumah itu, dan menuju kamar Baekhyun. Dia bermaksud membangunkannya, dia segera membuka pintu kamar itu. Benar apa yang dikatakan istrinya, Baekhyun masih tertidur. Dia segera mendekati Baekhyun. “Sajangnim. Palli ireona! Nanti kau ketinggalan pesawat”, kata orang itu sambil menggoyang-goyangkan tubuh Baekhyun.

Merasa tidurnya diganggu, Baekhyun bermaksud protes. “10 menit lagi , Yenni. Aku masih mengantuk”, kata Baekhyun dengan mata yang masih tertutup.

“Aku bukan Yenni, sajangnim. Aku Kyungsoo. Dia sudah pergi?”, kata Kyungsoo.

Mendengar hal itu, Baekhyun langsung tebangun, “Pergi! Pergi kemana?”.

“Dia pergi ke rumah eommanya”.

“Ah, sial. Ya sudah, kau tunggu saja di luar. Aku mau mandi”.

“O.K. sajangnim”, Kyungsoo segera keluar dari kamar Baekhyun.

Baekhyun masih termenung, kenapa Yenni pergi tanpa pamit padanya. Dia merasa aneh pada tubuhnya. ‘Astaga, kenapa aku tidak memakai pakaian?’, Baekhyun bertanya entah pada siapa. Syukurlah ada selimut yang menutupi tubuhnya. Lalu dia melihat noda pada seprainya. ‘Apa ini?’ pikir Baekhyun. Dia memeriksa noda itu. “Darah! Tidak mungkin, apa yang sudah terjadi semalam. Ah, sial. Pantas saja dia pergi, bahkan tanpa berpamitan padaku. Yenni, mianhae” katanya sambil mengacak-acak rambutnya.

Baekhyun lalu memutuskan untuk membersihkan dirinya dengan mandi. Saat keluar dari kamar mandi dia melihat kopernya sudah tertata rapi disamping lemarinya. Dia baru tersadar jika koper itu sebenarnya sudah disitu sejak tadi. “Dia bahkan sudah menyiapkan  koperku. Aku harus menelfonnya”. Baekhyun segera mengambil poselnya, mencari nomor Yenni, dan menelfonnya. Namun Yenni tidak segera mengangkat panggilan itu. Baekhyun mendengar ada ponsel yang berbunyi, dia mencari asal suara itu. Itu adalah suara ponsel Yenni yang tertinggal. “Dia bahkan tidak membawa poselnya. Yenni, apa kau benar-benar marah padaku?”, tanyanya frustasi.

Baekhyun lalu menemui Kyungsoo. “Mana kunci mobilnya?”, tanya Baekhyun seolah dia tahu kalau Kyungsoo lah yang membawa kunci mobilnya. Tapi hal itu memanglah benar. Kyungsoo lalu memberikan kunci mobil itu. “Sajangnim, mau kemana?”, tanya Kyungsoo. “Aku mau menyusul Yenni”, jawab Baekhyun singkat.

“Changkkaman sajangnim!”, cegah Kyungsoo.

“Mwo?”, tanya Baekhyun.

“Tidak usah menyusulnya. Dia bilang kalau kita mau berangkat, berangkatlah! Dia sudah menyiapkan kopermu dan sarapanmu ada di meja makan”, kata Kyungsoo menirukan perkataan Yenni.

“Apa tadi kau bertemu dengannya?”.

“Ne sajangnim, dan sepertinya dia menangis tadi. Namun saat aku tanya mengapa, dia bilang dia baik-baik saja”.

“Menangis?”.

Kyungsoo mengangguk. Baekhyun menghela nafas panjang. ‘Dia benar-benar marah padaku. Bahkan dia melarangku menyusulnya. Dia pasti tidak ingin bertemu denganku’, pikir Baekhyun. ‘Baiklah nona Yenni, mungkin kau memang butuh waktu untuk sendiri’, kata Baekhyun dalam hati. “Baiklah, kita berangkat sekarang!”, ajak Baekhyun.

“Apa kau tidak ingin sarapan dulu sajangnim? Aku benar-benar lapar”, kata Kyungsoo sambil memegang perutnya.

“Kau ini! Baiklah kita sarapan dulu”.

Mereka berdua lalau pergi sarapan, dan setelah itu mereka berangkat ke Beijing untuk urusan bisnis mereka.

§§§

Dirumah keluarga Hwang terlihat nyonya Hwang tengah sibuk membereskan rumah. Hari itu nyonya Hwang sedang sendiri karena sang suami tengah pergi bekerja. Dari arah luar terdengar ada yang mengetuk pintu. Segera saja nyonya Hwang menghentikan pekerjaannya dan membukakan pintu. Nyonya Hwang kaget saat tahu yang datang adalah Yenni. Dia bertanya-tanya mengapa Yenni pulang ke rumahnya.

“Sayang, kau kemari. Apa kau sendiri? Mana Baekhyun?”, tanya nyonya Hwang. “Baekhyun sedang ke Beijing, Eomma”, jawab Yenni. “Ow, ya sudah. Ayo masuk”, ajak nyonya Hwang. Mereka berdua masuk ke rumah. “Kau sedang tidak ada masalahkan dengan Baekhyun kan?”, tanya nyonya Hwang lagi. “Tidak, eomma”, jawab Yenni bohong. Sebenarnya dia sedang tidak ingin melihat Baekhyun setelah apa yang dilakukan padanya semalam. Baekhyun mengingkari janjinya, karena itu Yenni sangat membencinya.

“Kenapa kau tidak ikut dengannya?”, tanya nyonya Hwang.

“Eomma, ayolah. Aku tidak harus selalu bersamanyakan. Lagipula dia pergi untuk urusan bisnis. Aku tidak mau mengganggunya, apalagi menjadi beban untuknya. Dia juga tidak lama, hanya seminggu”, kata Yenni panjang lebar.

“Ne, eomma mengerti. Kau sudah sarapan?”.

Yenni menggeleng. Jangankan sarapan, minum saja dia tidak sempat. Memang pagi tadi dia memasak untuk Baekhyun, tapi dia belum sempat makan apa-apa. Yah, meskipun dia marah pada Baekhyun, sebagai istri yang baik dia tidak ingin membuat suaminya kelaparan.

“Kau harus menjaga kesehatanmu”.

“Aku sedang tidak ingin makan, eomma”.

“Wae? Apa akhir-akhir ini nafsu makanmu berkurang?”.

“Entahlah! Aku hanya tidak ingin makan”.

“Apa kau sedang hamil?”.

“What! Hamil! Eomma jangan bercanda!”.

“Wae! Eomma hanya menebak, lagipula kalian sudah cukup lama menikah. Wajarkan jika eomma bertanya seperti itu”.

“Itu tidak mungkin eomma”.

“Kenapa tidak mungkin! Jangan bilang kalau kalian belum pernah melakukannya?”.

“Melakukan apa eomma?”.

“Kau tidak paham dengan omongan Eomma?”.

“Bagaimana aku bisa paham, Eomma bicaranya tidak jelas”.

“Aduh anak ini! Kau sudah bersuami tapi tidak paham juga”.

“Aku baru berusia 21 tahun. Selain itu, Eomma lah yang memaksaku menikah dengan Mr Baekhyun. Seharusnya dia jadi kakakku, bukan suamiku.”.

“Mianhaeyo”. Raut wajah nyonya Hwang menjadi sedih.

Yenni merasa bersalah melihat raut wajah mamanya. Dia lalu menghiburnya, “Sudahlah! Eomma jangan terlalu merasa bersalah, semuanya sudah terjadi. Kita tidak mungkin mengulangnya lagi kan. Anggap saja ini sebuah takdir. Jadi apa maksud perkataan eomma tadi”.

“Maksud eomma, melakukan hubungan suami istri. Apa kau paham”.

Yenni termenung, “Itu…”, Yenni tidak melanjutkan kata-katanya. Dia teringat dengan kejadian semalam.

“Kenapa diam, sayang?”.

“Sudahlah, eomma. Aku tidak ingin membahasnya”. Yenni lalu meninggalkan eommanya yang masih heran dengan sikapnya. Dia pergi ke kamarnya. Eommanya hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkahnya. Nyonya Hwang hanya bertanya-tanya dalam hati mengapa putrinya bertingkah seperti itu. Apa mungkin Yenni memiliki masalah dengan Baekhyun. Dia jadi merasa bersalah karena sudah memaksanya menikah dengan Baekhyun. Seharusnya dia tahu kalau Baekhyun mungkin masih asing untuk Yenni.

§§§

Sudah sekitar 5 hari Yenni tingal dirumah eommanya. Dia hanya termenung mengingat kejadian malam itu. Dia merasa bersalah pada Baekhyun. Tidak seharusnya dia marah padanya. Dia sudah cukup sadar dengan perbuatannya, karena termenung selama 5 hari di rumah eommanya. Karena itu, dia memutuskan untuk kembali ke rumah Baekhyun. Menanti suaminya pulang. Dia lalu berpamitan pada eommanya.

Dia mencari eommanya yang ternyata sedang menonton TV. Segera saja dia menemui eommanya. “Eomma”, kata Yenni menyapa eommanya.

“Iya sayang. Ada apa? Duduklah!”.

“Aku mau pamit pulang, eomma”.

“Jinja!”.

“Ne eomma. Tidak seharusnya aku disini. Sekarang aku sudah memiliki suami. Bagaimanapun keadaanya aku harus selalu mendukungnya”.

“Kau benar sayang. Mau eomma antar?”.

“Boleh. Jika eomma tidak sibuk”.

“Tentu saja tidak sayang”.

“Baiklah, ayo eomma”. Mereka berdua akhirnya berangkat ke rumah Baekhyun.

————-

Mereka telah sampai di rumah Baekhyun. Yenni segera mengetuk pintu rumah itu. melihat hal itu, eomma Yenni heran. Bukankah Yenni bilang kalau Baekhyun sedang di Beijing, kenapa dia mengetuk pintu, batin eommanya Yenni. Lalu dia bertanya pada putrinya, “Sayang, mengapa kau mengetuk pintu? Bukankah kau bilang kalau Baekhyun sedang di Beijing. Memangnya ada orang di rumah ini!”.

“Tentu saja ada eomma. Dia pembantu kami”.

“Oh, ku kira kalian hanya berdua”.

“Tentu tidak eomma. Mana mungkin aku sanggup membersihkan rumah sebesar ini. Selain itu juga ada pak satpam”.

Eomma Yenni hanya mengangguk tanda dia sudah paham. Tak lama setelah itu, pintu rumah itu terbuka. Pembantunyalah yang membukakan pintu rumah itu. “Nyonya sudah pulang. Tuan bilang nyonya sedang ke rumah eommanya nyonya. Kau tahu nyonya, rumah ini sepi tanpa nyonya”, tutur pembantunya sambil mempersilahkan mereka masuk.

“Jeongmal!”, kata Yenni sambil tersenyum.

“Ne nyonya. Aku tidak bohong”.

“Oh ya ahjumma, kenalkan ini eommaku”, kata Yenni.

Eomma Yenni lalu berjabat tangan dengan pembantunya Yenni. Mereka lalu masuk ke ruang keluarga. Saat sampai di ruangan itu, langkah Yenni terhenti di depan sebuah foto. Itu adalah foto pernikahannya dengan Baekhyun. Dia melihat potret dirinya dengan senyum yang dipaksakan.

“Ahjumma, sejak kapan foto ini di pajang?”, tanya Yenni heran karena sebelum kepergiannya foto itu belum ada.

“Itu sudah 2 hari yang lalu nyonya. Tuan yang menyuruhku. Ow ya, apa nyonya tahu setiap hari tuan menelfon untuk menanyakan kabar nyonya. Dia pasti merindukan nyonya”, kata pembantunya.

“Jeongmal!”.

“Ne nyonya. Tuan bilang kalau nyonya tidak membawa ponsel, karena itu tuan menelfon di telfon rumah ini”.

Yenni lalu terdiam. Dia memang sengaja meninggalkan ponselnya, agar Baekhyun tidak bisa menghubunginya. Dia merasa bersalah. ‘Apa yang sudah aku lakukan, pasti dia sangat mengkhawatirkanku. Yeoja pabbo, tidak seharusnya kau melakukan itu’, batin Yenni. Lalu dia disadarkan oleh pembantunya.

“Nyonya baik-baik saja?”.

“Ah, ne ahjumma. Gwenchana. Aku mau ke kamar dulu. Tolong kau buatkan minuman untuk eomma”.

“Baik nyonya”.

Yenni segera menuju kamarnya. Dia membuka pintu kamarnya dan Baekhyun. Kamar itu sekarang sudah rapi. Terakhir kali yang dia ingat sebelum dia meninggalkan rumah itu, kamar itu masih berantakan dan Baekhyun masih tertidur di ranjangnya. Sekarang sudah sangat rapi dan seprainya juga sudah di ganti. Pasti pembantunyalah yang sudah merapikannya.

Dia lalu mencari poselnya, setelah ketemu dia melihat tulisan di layar ponselnya, ‘100 missed call dan 125 pesan masuk. Dia melihat semua panggilan yang gagal itu berasal dari Baekhyun. Setiap hari Baekhyun menelfon sampai 20 kali. Lalu dia melihat pesan masuk, dan semuanya berasal dari Baekhyun. Isi pesan itu rata-rata sama, yakni permintaan maaf atas kejadian malam itu yang tak disengaja. Yenni merasa sangat bersalah. Dia memutuskan untuk menjawab pesan itu.

‘I’m sorry too, Mr Baekhyun. Tidak seharusnya aku marah padamu. Anggap saja itu kecelakaan. Aku sudah memaafkanmu. Aku merindukanmu. Yenni’, itu pesan yang Yenni kirimkan untuk Baekhyun. Tak berapa lama kemudian pesan itu dibalas, ‘Thank you very much Miss Yenni. Aku akan menelfonmu’. Belum sempat Yenni membalas pesan itu, Baekhyun sudah menelfonnya. Yenni segera mengangkatnya.

“Yeobseyo”.

“Yeobseyo, Yenni”.

“Yeah, it’s me”.

“Syukurlah, kau tahu 5 hari ini aku hampir gila karena kau tidak mau bicara denganku”.

“I’m sorry. Aku tidak bermaksud seperti itu”.

“Ne, gwenchana. Aku tahu mengapa kau seperti itu. Seharusnya aku yang minta maaf, mianhae sudah melanggar janjiku. Aku benar-benar tidak sengaja. Aku…”, Baekhyun belum melanjutkan kata-katanya, namun Yenni sudah menyelanya.

“Mr Baekhyun, bukankah tadi aku sudah mengirim pesan untukmu. Jangan bahas itu lagi, aku sudah memaafkanmu”.

“Ne. Bagaimana kabarmu?”.

“Aku baik-baik saja. Kau sendiri?”.

“Bukankah tadi sudah ku bilang kalau aku tidak baik-baik saja tanpamu”.

“Kau bercandakan!”.

“Tentu saja tidak. Aku serius Yenni. Tapi sekarang aku sudah baik-baik saja, karena sudah mendengar suaramu”.

“Mr Baekhyun…”.

“Wae. Aku benar-benar serius. Ow ya, sepertinya aku tidak bisa pulang minggu ini. Perusahaanku belum stabil. Mungkin akan sedikit lama aku disini. Tidak apa-apakan nyonya Byun?”.

“Nyonya Byun. Maksudmu?”.

“Iya kau adalah nyonya Byun. Mulai sekarang kau harus mengganti nama belakangmu dengan Byun. Kau bukan lagi Yenni Wilson tapi Byun Yen Ni. Kau mengertikan nyonya Byun”.

“Bagaimana kalau aku menolaknya Mr Baekhyun”.

“Tidak ada penolakan”.

“Tapi”.

“Tidak ada tapi-tapian”.

“Iya baiklah!”.

“Manis sekali”.

“Apa kau benar-benar tidak pulang minggu ini?”.

“Bukankah tadi sudah ku bilang. Wae? Apa kau merindukanku? Ow benar, bukankah tadi kau bilang kalau kau merindukanku?”.

“Kapan aku bilang seperti itu?”.

“Apa kau lupa? Bukankan tadi pesanmu berisi seperti itu?”.

“Ah, itu hanya tidak sengaja?”.

“Akui saja nyonya Byun. Aku tidak akan marah, justru malah merasa sangat senang”.

“Baiklah, kau menang Mr Baekhyun. Jangan mengajakku debat lagi. Aku akui aku memang merindukanmu”.

“Nado. Aku harus menutup telfonnya. Sebentar lagi meeting akan dimulai. Nanti aku telfon lagi”.

“Ne, selesaikan saja dulu urusanmu. Jangan lupa makan dan istirahat yang cukup. Kesehatan itu sangatlah penting Mr Baekhyun”.

“Iya nyonya Byun. Kau perhatian sekali”.

“Itu karena aku mengkhawatirkanmu, Mr Baekhyun”.

“Iya, iya. I miss you nyonya Byun”.

“I miss you too”.

Baekhyun memutus sambungan telfonnya. Yenni merasa lega setelah meluruskan permasalahannya dengan Baekhyun. Dia masih teringat dengan pembicaraannya dengan Baekhyun. ‘Aku harus mengganti nama belakangku lagi. Padahal dulu nama belakangku Hwang, setelah diadopsi menjadi Wilson, dan sekarang aku harus menggantinya lagi dengan Byun. Oh my God’, pikir Yenni. Dia lalu teringat dengan eommanya, “Gee, kenapa aku bisa lupa, bukankah aku tadi bersama eomma. Dia pasti akan kesal, aku harus segera menemuinya”, Yenni lalu menemui eommanya.

Yenni bisa bernafas lega setelah tahu kalau eommanya masih disitu sedang menonton TV. Yenni lalu menghampirinya dan menyapa eommanya, “Hai, Eomma”.

“Kau lama sekali, sedang apa?”, tanya eommanya.

Yenni tersenyum, “Tadi Baekhyun menelfonku”.

“Pantas saja aku dicuekkan”.

“Eomma, bukan seperti itu!”.

“Iya, iya. Eomma paham. Sepertinya mama harus pulang. Di rumah tidak ada siapapun”.

“Iya hati-hati eomma?”.

Yenni mengantar eommanya sampai di depan rumahnya. Setelah memastikan kalau eommanya telah pergi, dia langsung masuk ke rumahnya.

 

-TBC-

 

Gimana, semakin seru atau tambah hancur? Tetap tinggalkan jejak. Thanks.


The Gray Autumn (Chapter 9)

$
0
0

IMG_20160103_094350

The Gray Autumn – Part.9

By : Ririn Setyo

Song Jiyeon || Oh Sehun

Genre : Romance ( PG – 16)

Length : Chaptered

FF ini juga publish di blog pribadi saya dengan cast yang berbeda  http://www.ririnsetyo.wordpress.com

Langkah Jongki terhenti saat baru saja hendak menaiki anak tangga, bermaksud untuk menemui Sehun dan Jiyeon di dalam kamar mereka di lantai atas sana, Jongin menyapanya dari sudut ruangan dekat tangga, tersenyum seraya berjalan mendekatinya. Di tangan laki-laki itu terdapat sebuah tablet dan amplob coklat.

“Tinggallah di sini hingga jam makan siang dan kau bisa mencicipi masakan istriku yang sangat lezat.”  Ucap Jongki setelah membalas sapaan Jongin padanya.

Senyum Jongin terpatri begitu manis, menyembunyikan suatu hal menakutkan yang tersirat dibalik sorot matanya yang tajam. Menyamarkan hal mengerikan yang akan terjabar sebentar lagi, Jongki tidak menyadarinya sama sekali.

“Terima kasih untuk tawarannya.” Jongin kembali mengulas senyum. “Tapi sebelum itu ada yang ingin aku katakan padamu, Tuan Song.”

Mata tajam Jongin berkilat dingin, tersenyum licik penuh kemenangan lalu melanjutkan kalimat yang membuat Jongki merasa tertarik, kalimat yang sudah terencana dengan apik demi menyelesaikan misi kejamnya. Misi untuk membalaskan dendam yang telah melekat di hati Jongin sejak puluhan tahun lalu, dendam dari sebuah tragedi kejam yang terjadi di masa lalunya.

“Sebuah rahasia tentang menantumu, Oh Sehun.”

“Sehun?”

Jongin kembali tersenyum licik, dia menyerahkan tablet tipis yang digenggamnya lalu Jongki memperdengarkan rekaman dari Sehun saat menjabarkan semua rencananya untuk mengambil alih saham Jongki, untuk membantu ayahnya yang sedang di ambang kebangkrutan dan Jiyeon sebagai tumbalnya.

“Ini adalah sepenggal rencana keji menantumu, pada putrimu, Tuan Song.”

Jongki mengalihkan pandangannya, menatap tajam sosok Jongin yang hanya tersenyum samar.

“Dari mana aku bisa yakin jika ini suara Sehun? Dari mana aku yakin jika ini bukan rekayasa, Jongin?” Jongki mengembalikan tablet ke tangan Jongin, aura kemarahan mulai terlihat, Jongki tidak terima jika Jongin memfitnah menantu kesayangannya.

“Kecuali urusan bisnis aku tidak punya urusan apapun padamu dan hari ini bukan awal di bulan April, jangan menyulut kemarahanku hanya untuk lelucon bodohmu yang tidak penting ini.”

Jongki menatap marah pada Jongin, merasa jika lelucon Jongin kali ini sudah sangat keterlaluan. Mana mungkin Sehun yang terlihat begitu mencintai putrinya, melakukan perbuatan serendah dan sekeji itu. Jongin tertawa pelan lalu menyerahkan amplob coklat pada Jongki.

“Dia merencakan ini semua, menjerat putrimu dan menghianatinya hingga Jiyeon mati rasa dan ingin mengakhiri hidupnya. Dan saat Jiyeon tak mampu lagi untuk sekedar bernapas di dunia ini, saat itulah dia akan mengambil semua hartamu tuan Song. Sehun tahu jika Jiyeon adalah kelemahan terbesar mu, kau akan hancur saat Jiyeon tak bernyawa.”

Serta merta Jongki mengeluarkan isi amplob, menatap terkejut pada puluhan lembar foto Sehun yang menjadi peran utamanya. Bersama seorang gadis cantik dalam posisi yang tidak biasa, foto Sehun bersama seorang wanita dalam adegan mesra di atas ranjang yang seketika mendidihkan darah Jongki hingga ke ubun-ubun.

“Wanita itu adalah sahabat Sehun saat mereka masih sama-sama menempuh bangku kuliah di Amerika. Aku melakukan semua ini bukan untuk mendapatkan simpatimu atau apapun, aku melakukannya hanya karena aku sering melihat putrimu menangis meski dia tertawa.” ucap Jongin dengan simpati busuknya.

Jongki meremas lembaran foto di dalam genggaman, hingga buku tangannya memucat lalu menghempaskannya ke lantai, berhamburan di lantai marmer yang dingin.

“Dengar! Aku tidak peduli jika dia mengambil seluruh hartaku, tapi aku akan membunuh siapapun yang telah menyakiti putriku tanpa negosiasi. Sehun akan mati di tanganku!”

Jongin kembali tersenyum seraya mengangguk pelan, dia merogoh sesuatu dari balik saku celananya. Sebuah pistol kecil berwarna silver lalu menyerahkannya pada Jongki yang telah kalap dan tidak bisa berpikir yang lain selain membunuh Sehun. Membunuh laki-laki yang telah berani menyakiti putri tercintanya, menyakiti sang malaikat kecil yang menjadi sumber oksigen Jongki di dunia ini. Dalam satu gerakan Jongki sudah berjalan cepat, menuju kamar Sehun yang ada di depannya. Di belakangnya Jongin sudah tersenyum penuh kemenangan, mengerakkan tangannya selayak konduktor orchestra, lalu terdengar kekehan kejam untuk semua hasutan yang berhasil dia ciptakan pada Song Jongki.

~000~

15 Year’s Ago

Tragedy Begin

Song Ballroom – Jiyeon Birthday

Ballroom mewah milik pengusaha kaya raya terlihat sudah dihiasi puluhan bunga Lily di dalam vas crystal yang menghiasi tiap sudut ruangan, lampu hias besar yang menjuntai indah dari langit-langit, bunga Lily dan lampu kecil di sekelilingnya. Terlihat mulai ramai oleh para orang tua dengan putra putri mereka, dalam balutan gaun malam dan jas-jas mewah berharga jutaan dolar, menjadi tamu undangan dalam pesta mewah malam ini. Dari para pengusaha, pejabat, kolega dan rekan bisnis Song Jongki yang datang untuk perhelatan besar sang pengusaha sukses pemilik CarDIA and MIACar Corporation

Lantunan music classic dari orchestra kelas dunia yang ada di bagian depan memenuhi tiap sudut ballroom, puluhan pramusaji juga terlihat sibuk melayani para tamu undangan dari kelas atas tersebut dengan senyum ramah mereka. Di tengah ballroom terdapat sebuah kue ulang tahun berukuran sangat besar berlapis dengan krim biru yang manis, ya hari ini Jongki mengadakan pesta mewah untuk merayakan ulang tahun putri tunggalnya, Song Jiyeon yang baru saja menginjak umur di angka 10.

“Ayah kapan Jiyeon akan datang? Kenapa dia lama sekali.”

Gumaman dari jejeran para tamu undangan yang menjadi teman bermain Jiyeon mulai terdengar, merasa tak sabar untuk pesta besar dan tentu saja, tak sabar untuk mencicipi kue besar dengan krim biru itu. Termasuk bocah laki-laki yang tak berpaling dari pintu ballroom yang ada di barisan paling depan.

“Sehun berhentilah makan, kau akan gemuk jika cara makanmu seperti itu?”

Wanita cantik dalam balutan gaun malam panjang berwarna hitam, terlihat menyambar tanpa perasaan piring besar berisi potongan kue dari tangan putra tunggalnya yang terlihat tidak terima.

“Tapi Bu—-“

“Cukup!”

Laki-laki berusia dua belas tahun, berbadan cukup gempal hingga jas yang di kenakannya, tidak bisa terkancing itu hanya mampu menekuk wajahnya. Beringsut pada sosok sang ayah yang hanya tertawa pelan, berdiri di samping Sehun dengan usapan sayang di bagian kepalanya.

“Kau lihat di depan sana?” sang ibu kembali bersuara, memaksa Sehun untuk menatap seorang laki-laki sebaya berwajah tampan, tinggi dan terlihat mulai menarik di mata para anak perempuan yang ada di dalam ballroom.

“Kim Jongin?”

“Iya Kim Jongin. Dia bahkan sudah mempunyai calon pendampingnya, sedangkan kau? Ya Tuhan Sehun, cepat pilih seorang anak perempuan yang kau sukai di pesta ini.”

Bukannya menjawab Sehun justru mendongak, menatap sang ayah yang lagi-lagi hanya tertawa. Tidak begitu mengerti dengan jalan pikiran orangtuanya, mengharuskan Sehun memilih salah satu gadis kecil yang saat dewasa nanti akan hidup bersamanya. Dan sang ibu adalah yang paling menginginkan itu terjadi, ibunya bahkan berpesan dia hanya boleh memilih salah satu gadis pewaris tunggal dari lima perusahaan terbesar yang ada di Korea Selatan.

Di kalangan konglomerat sudah sangat biasa jika mereka menjodohkan putra putri mereka sejak kecil, mengikat mereka dalam hubungan yang bahkan belum mereka mengerti, demi sebuah invertasi yang akan menjaga eksitensi mereka di dunia bisnis. Sehun putra tunggal dari pengusaha pemilik Hemelsky Enterprise Cho Junseok, juga harus menemukan gadis kecil yang akan diikatkan pada garis hidupnya.

“Jika saja kau semenarik Jongin, pasti Jongki akan mengikatkan putrinya padamu.”

“Hey! Jangan berlebihan Sayang, aku masuk dalam barisan pengusaha yang ditakuti di Korea Selatan ini. Dan asal kau tahu, Jongki sudah berniat menjodohkan Jiyeon untuk Sehun kita, tapi aku menolaknya karena menurutku perusahaan Jonghyun lebih cocok untuk Jongki.”

“Apa?”

“Tenanglah! Aku jamin tidak akan ada yang menolak Sehun,” Junseok berseru seraya menepuk pundak kecil Sehun, meyakinkan putra gembulnya itu kalau malam ini dia akan menemukan pasangannya.

Sesaat kemudian Junseok sudah mengajak istrinya dan Sehun untuk maju ke tengah ballroom, dari arah pintu ballroom yang terbuka, dari atas jalanan yang telah di lapisi karpet merah tampak sosok Jongki yang tampan, dalam balutan jas hitam, mengandeng seorang bocah perempuan cantik dalam balutan gaun putih yang manis, berjalan pelan memasuki ruangan di mana seorang wanita cantik dalam balutan gaun pesta mahalnya menyambut mereka.

“SELAMAT ULANG TAHUN, JIYEON SAYANG!!!!”

Wanita yang tak lain adalah ibunda Jiyeon, segera menunduk dan memeluk putri cantiknya itu erat, wanita yang datang lebih dulu untuk memastikan jika pesta ulang tahun Jiyeon kali ini sempurna.

“Selamat ulang tahun, Song Jiyeon.” Jiyeon kecil tersenyum pada sosok bocah laki-laki tampan yang berdiri di depannya.

“Terima kasih Jongin Oppa,”

Jongki tersenyum lebar seraya menghambur memeluk Kim Jonghyun hangat, pengusaha pemilik Parkheur Paradise Hotel. Hotel mewah yang tersebar di segala penjuru benua Asia hingga Eropa. Calon besan yang akan dia publikasikan hari ini, mengikat putrinya pada Jongin untuk mengamankan kejayaan dua keluarga dimasa yang akan datang.

“Junseok Hyung!” kini Jongki sudah memeluk Junseok yang baru saja bergabung bersamanya dan Jonghyun.

“Jika saja aku diajak untuk menentukan siapa yang akan mendampingi Sehun, aku pasti akan menerima putrimu dengan senang hati, Song Jongki.”

“Well yeah! Maafkan aku Jisung, tapi Hyung yang menolak putriku. Tapi kau tenang saja aku dan Junseok Hyung masih bisa bermitra dalam hal apapun, benar begitu Hyung?” jawab Jongki sopan, Junseok hanya tertawa.

Jongki sudah mengenal Jungseok sejak di bangku kuliah, laki-laki yang sudah menjadi sahabatnya sejak dulu. Dan malam itu semuanya terlihat bahagia, dalam tawa hangat yang menyelimuti mereka semua. Semua sudah terencana dengan begitu sempurna, namun sayangnya tidak semua yang sudah terencana begitu rapi akan menghasilkan hasil akhir yang juga sempurna. Bahkan bisa jadi akan menghasilkan akhir yang mengerikan, hasil yang menghancurkan takdir hidup dari manusia itu sendiri.

~000~

Jongki mengambil alih Jiyeon dari tangan Jongin lalu menjejalkan Jiyeon yang terlihat membeku tak berdaya ke dalam mobil hitamnya, tak mengubris pertanyaan retoris yang di layangkan sang istri yang kebingungan untuk semua hal yang terjadi. Jongki hanya memerintahkan wanita itu untuk ikut masuk ke dalam mobil tanpa bantahan, menahan lengan Jongin yang terlihat juga ingin memasuki mobilnya dengan pandangan dinginnya yang tajam.

“Aku akan mengurus putriku, tanpa bantuan siapapun termasuk kau, Jongin.”

“Kau benar-benar membunuhnya?” Jongki tidak menjawab, laki-laki itu berpaling dalam kesenyapan yang menyisakan pertanyaan hingga dahi Jongin mengeryit, merasa jika tatapan Jongki saat ini terlihat berbeda.

Jongin membalikkan tubuhnya sesaat setelah mobil Jongki melesat cepat meninggalkan pelataran rumah Sehun yang luas, tersungging senyum dingin dalam tatapan bengis untuk semua pencapaiannya saat ini. Jongin kembali ke dalam rumah Sehun, dia ingin memastikan jika Sehun benar-benar sudah mati. Jongin berhenti ketika suara tepukan terdengar dari ujung koridor, sosok dingin Kris muncul, dia tertawa sumbang untuk kematian kakak tirinya.

“Ah, ini menyenangkan sekali. Tembakan Jongki benar-benar tepat sasaran, well… kakakku telah tiada. Menurutmu apa aku perlu menangisinya, Jongin?”

Jongin tertawa puas, dia mendekati Kris.

“Terserah. Aku serahkan mayat kakak tercinta padamu, Kris. Barang kali, kau mau membuat pesta pemakaman yang meriah untuk Sehun.”

“Ide yang bagus. Akan aku pertimbangkan.”

Jongin menyeringai, dia menepuk pundak Kris sekilas lalu berbalik arah.

“Kau mau pulang?” Tanya Kris.

“Tidak. Aku ingin memastikan Jiyeon terpuruk lalu sekarat dalam scenario kejam yang aku susun untuknya, aku benar-benar tidak sabar, Kris.”

Eoh, bersenang-senanglah. Kim Jongin.”

~000~

Jongin menghempaskan tubuhnya di sofa mobil mewahnya, dia bersandar. Pikirannya melayang pada sebuah takdir kejam yang telah mengubahnya terlalu banyak, takdir yang membuatnya terlempar ke dasar jurang dendam yang tak kan pernah surut sampai kapan pun. Masih sangat ingat di benak Jongin malam dimana takdir kejam dan terasa tak adil untuknya dimulai.

Malam seharusnya menjadi malam yang membahagiakan dan tak terlupakan untuk dirinya. Malam itu Jongin yang baru berusia sebelas tahun hanya mampu termangu, mendapati sang ayah duduk lemas di hadapannya. Malam di mana seharusnya Jongin mengikat hidupnya pada Jiyeon dan menyatu dalam hubungan yang sebenarnya, hingga waktu yang telah di sepakati sebelumnya. Malam itu fakta brengsek terkuak, perusahaan ayahnya jatuh bangkrut karena penghianatan orang kepercayaan Jonghyun di perusahaan. Jonghyun kehilangan hampir seluruh dari asset kekayaannya. Jongki membatalkan hubungan yang sudah terencana begitu saja tanpa kompromi

“Aku tidak bisa mengancam kehidupan putri tunggalku, hanya karena aku salah mengikatnya. Hubungan ini berakhir, Kim Jonghyun.”

Malam itu Jongki menarik paksa gadis kecil dari dalam genggaman tangan Jongin, gadis kecil yang menangis dan meneriakkan namanya. Namun bukan itu kekejamaman takdir yang sebenarnya terjadi, tapi orang yang ada di belakang semua kehancuran ini lah yang membuat semuanya terlihat semakin keji. Penghianatan dari dua orang teman ayahnya sendirilah yang jadi penyebabnya. Oh Junseok adalah orang yang menjadi penghianat dengan membeli wakil direktur di perusahaan ayahnya, untuk menghacurkan Jonghyun tanpa sisa demi memuaskan hasrat ketamakannya. Semuanya terlihat semakin sempurna, saat menemukan fakta lain yang jauh lebih jahanam dari itu semua. Fakta jika sang ibu menghianati ayahnya, menghianati keluarga bahagianya bersama Song Jongki.

~000~

15 Year’s Ago

The Night Tragedy

Kim’s House

“Bagaimana mungkin kau menghianatiku, dengan laki-laki yang bahkan akan menjadi mertua anakmu sendiri, Kim Misook!”

Rahang keras Jonghyun terlihat bergetar, berselang dengan bunyi gemeretak dari gigi-giginya yang beradu. Menahan luapan emosi yang semakin sulit untuk di tahannya, menatap bengis sosok wanita yang begitu di cintainya. Wanita yang menghianatinya dengan begitu kejam, hingga membuat jiwa raganya hancur berkeping-keping tanpa sisa.

“Sejak awal aku tidak mencintaimu Jonghyun, kau tahu pasti tentang itu. Kau tahu pasti jika pernikahan ini, hanyalah pernikahan dua saham perusahaan yang diatur orangtua kita.”

“Misook!”

“Aku sengaja meminta bantuan Junseok untuk menghancurkan perusahaanmu, hingga Jongki punya alasan untuk membatalkan hubungan Jongin dan Jiyeon.”

“Cukup!”

“Aku sudah muak dengan pernikahan ini, AKU MENCINTAI SONG JONGKI!!!”

“KIM MISOOK!!!”

 

DOORRR!!!—-

 

Dalam hitungan detik tubuh Misook ambruk di lantai marmer putih bersih dalam ruang yang terasa begitu dingin, peluru menembus dadanya. Peluru dari pistol mini hitam yang ada di genggaman  Jonghyun yang bergetar, darah segar mulai membahasi ubin putih bersih itu, mengalir tanpa bisa dihentikan hingga menyentuh ujung sepatu yang dikenakan Jonghyun. Jonghyun merasa sekujur tubuhnya lemas nyaris tak bernyawa, dia melepaskan genggaman pistol di tangannya. Air mata pesakitan perlahan mulai turun membahasi pipinya, merentas tiap inci hati hingga jantungnya terasa nyeri dan semua terasa semakin menyakiti, saat Jonghyun menatap tatapan terkejut penuh air mata dari sosok Jongin yang berdiri terpaku di ambang pintu.

Jongin kecil melihat semua kejadian dengan nafas putus-putus, nyaris tanpa suara, wajah pucat pasi. Dia terlalu terejut melihat semua kejadian yang terlalu kejam, untuk di saksikan oleh anak berumur belasan. Dengan langkah tertatih Jonghyun beranjak dari tempatnya, melewati jasat Minsook yang mulai mendingin. Jonghyun memeluk Jongin sangat erat, menahan luapan air mata yang terasa menghujam jiwa dengan begitu dalam di tiap detiknya.

“Dengarkan ayah, Jongin. Mulai hari ini kau harus berjanji untuk membalas orang-orang yang telah merampas semua kebahagiaan kita, kau harus menjadi laki-laki kuat yang tak terkalahkan. Dan ingat satu hal—- jika tidak pernah ada persabahatan dan cinta sejati di dunia ini, tidak pernah ada!”

DOORRR!!!—-

~000~

Jongin terdasar dari semua lamunannya, nafasnya tersengal, rasa sakit kian menusuk jantungnya, menyayat tiap sudutnya hingga Jongin merasa mati rasa, merasa jika semua ini tidak akan pernah selesai jika belum semua nyawa melayang. Nyawa dari orang-orang yang telah menghancurkan Kim Jongin, bocah laki-laki yang ramah dan bersahaja, menghilang seiiring dengan dendam yang semakin membumbung tinggi tanpa pernah ada celah untuk kembali. Jongin meraih ponselnya yang bergetar dari dalam jas, sebuah nama dari seseorang yang sejak awal ikut dalam permainan takdir yang diciptakannya, seseorang yang dia temukan susah payah di benua Amerika. Seseorang yang hingga saat ini Jongin percayai, mempunyai tujuan yang sama dengan dirinya.

“Hello, Kim Jongin.”

TBC


The Lonely Kim Joon-Myeon

$
0
0

the lonely kim joon-myeon mwa

Title                : The Lonely Kim Joon-Myeon

Author            : AnaSophie

Genre             : Romance, Light Comedy

Length            : Oneshot

Main Cast      : SuHo (and the girl)

A/N                 : Hello! Its been a long time and I bring you something new, something fresh, something….gaje. lol. This fiction is all about Su-Ho. I mean, there’s only him and him lolz. Idk what to say. Enjoy!

Disclaimer      : I own the plot. Non of these are real. Kim Joon-Myeon belongs to me. Jk.

 

***

 

 

Seoul, current time

Hari ini Baek-Hyun kembali tenggelam ke dalam ponsel genggamnya. Kutebak, dia kembali mengirim pesan kepada Tae-Yeon noona seperti hari-hari lainnya. Mencoba mencari perhatiannya lagi kuduga. Beberapa hari lalu aku mendapatinya sedang tertidur dengan ponsel dalam genggaman tangannya.

Ralat, hampir setiap malam aku mendapati Baek-Hyun terlelap dalam posisi seperti itu. Mungkin aku harus menanganinya suatu hari nanti—ketika kegalauannya tak lagi terselamatkan. Nanti, mungkin.

Aku hanya mengedikkan bahuku tak peduli dan kembali membaca surat kabar yang sejak tadi belum berhasil merebut perhatianku secara sepenuhnya.

Kolom berjudul ‘Pemerkosaan kembali menghantui kota Seoul’ menarik perhatianku tepat sebelum Chan-Yeon berlari masuk ke dalam ruang tengah dengan wajah penuh semangat dan mata yang berbinar-binar. Deru nafasnya tak teratur, berhasil membuatku mengalihkan perhatian dari surat kabar dan menatap Chan-Yeol yang masih berusaha mengatur nafasnya.

“Han Cessa disini, Han Cessa disini. Se-Hun-ah, cepatlah kemari, Han Cessa disini!”

Ah, gadis itu.

Gadis bermata cokelat transparan yang telah merebut perhatian beberapa member dan mengaguminya seakan dia adalah wujud dari Dewi Yunani yang menjadi nyata. Baiklah, dia memang cantik—sangat cantik hingga berhasil membuat Kris dan Luhan terlihat seperti dua laki-laki bodoh yang bersedia menyerahkan seluruh nafas untuknya.

Sejak Luhan meninggalkan Korea, gadis itu sering datang kemari. Wajahnya selalu terlihat ceria dengan senyum yang sangat lebar. Kedatangan Cessa juga selalu memberi warna yang lebih di dalam dorm. Tetapi aku tahu, gadis itu datang kemari untuk mengisi ruang kosong di hatinya tiap kali dia merindukan Luhan.

Hal itu tertera jelas dibalik pandangan matanya.

“Apa kabar?”

Suara berat khas perempuan milik Cessa kini menyapa indera pendengaranku, sontak membuatku menengadahkan kepala ke samping kanan dan mendapati gadis berambut cokelat terang itu berdiri disana dengan penampilan yang sangat rapih.

Aku tak tahu merk apa saja yang dia gunakan hari ini, tetapi seperti biasa, Han Cessa selalu terlihat sangat cantik.

Oh baiklah, bahkan Baek-Hyun yang sejak tadi diam tanpa suara kini mengalihkan pandangannya dari ponsel genggam dan menyambut Cessa dengan mata yang berbinar cerah serta senyum super lebar tergambar diwajahnya.

Aku hanya bisa menggelengkan kepalaku dan tersenyum simpul. Benar bukan? Keberadaan Cessa selalu memberi warna lebih di dalam dorm.

“Merindukan seseorang?” tanya Kyung-Soo ketika Cessa melempar tubuhnya diatas sofa single. Aku bisa melihat gadis itu memutar bola matanya dengan malas dan melempar Kyung-Soo menggunakan bantal kecil yang seharusnya menjadi senderan tubuhnya.

Kyung-Soo hanya tertawa kecil dan mengacak-acakkan rambut cokelat terang milik Cessa. Rasanya kehadiran Luhan dan Kris bisa kembali kami dapatkan setiap kali Cessa datang untuk berkunjung.

Dia dan Kyung-Soo terlihat cukup dekat, mengingat sejarah singkat nan dramatis yang pernah terjadi diantara mereka berdua dua tahun lalu. Bukan sejarah yang indah. Jujur saja, sejarah itu bisa dikatakan sangat-sangat mengesalkan ketika aku harus menghadapi Kyung-Soo yang cukup depresi karena Na-Eun dan Luhan yang seperti mayat hidup karena mencampakkan Cessa.

Tak lupa dengan Kris yang seperti orang tolol karena harus kehilangan Cessa bahkan sebelum dia menyatakan cintanya.

Benar-benar sejarah yang tak terlupakan.

Aku kembali menghembuskan nafas panjang dan melipat surat kabar lalu meletakkannya diatas meja sebelum membuka obrolan dengan Cessa—yang kini dikelilingi seluruh member dan tertawa bersama.

Han Cessa adalah sosok yang sangat menyenangkan. Teman bertukar pikiran yang sangat baik, bisa dibilang. Gadis itu membuat Baek-Hyun mencurahkan seluruh isi hatinya tentang Tae-Yeon noona. Mungkin itu yang membuat kehadirannya bisa membuat Baek-Hyun mengalihkan matanya dari ponsel genggam.

Berbicara tentang perempuan selalu membawa pikiranku pada sosok seorang gadis di dalam pikiranku. Tidak, dia bukan kekasihku—aku tidak memiliki kekasih saat ini. Dia juga bukan gadis yang dekat denganku. Dan tak ada seorangpun yang mengetahui tentang hal ini.

Mereka bisa menganggapku gila jika aku memberitahu mereka tentang gadis ini.

Dia tak secantik Tae-Yeon noona ataupun Han Cessa. Rambutnya tak seindah rambut Yoon-A noona, kulitnya tak semulus kulit Irene, suaranya pun tak seindah suara Luna. Dia bukan bintang Korea ataupun member dari sebuah girlgrup. Dia juga bukan seorang trainee.

Dan lebih parahnya lagi, dia tak tinggal di Seoul, ataupun di Korea, tidak.

Aku belum pernah melihatnya secara langsung ataupun bertemu secara singkat dengannya. Sosial media mempertemukan kami—lebih tepatnya aku menemukannya di sosial media. Entah bagaimana caranya aku bisa menemukan akun instagram miliknya. Dia mengagumiku, satu hal yang sangat membanggakan, ohya, tentu saja!

Wajahnya cukup unik hingga berhasil menarik perhatianku begitu saja.

Dan sejak saat itu, aku memilih untuk berteman dengan ponsel genggamku ketika aku memiliki waktu luang hanya untuk mengecek akun sosial media apapun yang dia miliki. Ya, aku menemukan akun twitter, instagram, sesuatu bernama ask.fm, dan facebook miliknya. Dan masih banyak lagi.

Baiklah, aku terdengar seperti penguntit seram yang terkena penyakit kejiwaan. Aku sendiri sadar dengan hal itu, tentu saja. Mengikuti aktifitas seseorang yang tak kita kenali melalui sosial media pada setiap harinya bukanlah hal yang terdengar romantis, tetapi terdengar sangat menyeramkan.

Tapi, bukankah hal seperti ini yang diinginkan begitu banyak fangirl di luar sana? Diikuti oleh oppa secara diam-diam dan misterius karena dibatasi oleh kontrak agency juga segala titik bengek yang mengawasi kehidupan para oppa?

Kutebak, gadis ini akan merasa sangat beruntung jika dia tahu aku memiliki rasa tertarik padanya.

“Huahaha.”

Dan ruangan itu hening seketika. Sembilan pasang mata menatapku dengan tatapan heran, seluruh kepala yang ada disana kini melempar pandangan bingung kepadaku. Mataku berkedip beberapa kali sebelum membuka suara demi memecah suasana.

“Apa? Mengapa kalian menatapku seperti itu?”

Hyung, apa yang kau tertawakan?” Kini bibirku yang terkatup rapat. Aku? Sial, sepertinya aku menyuarakan isi kepalaku dengan keras tadi. Aku hanya bisa menggelengkan kepalaku perlahan hingga sembilan pasang mata itu kembali sibuk dengan diri mereka masing-masing.

“Dia kesepian akhir-akhir ini.” Aku bisa mendengar suara Kai berbisik kepada Cessa. Nada suaranya seakan menyatakan bahwa aku membutuhkan seorang psikolog atau seorang psikiater karena aku mulai memiliki gangguan dengan kejiwaan.

Sial.

 

***

 

Seoul, 2017

Dong-Hae hyung sudah menyelesaikan masa pengabdiannya terhadap Negara. Beberapa hari lalu, kami semua menyambut kedatangannya dalam gedung agency. Dia terlihat lebih tampan dan gagah daripada dua tahun lalu. Wajahnya juga terlihat jauh lebih cerah dan berseri-seri.

Beberapa hari lagi, Chang-Min hyung dan Si-Won hyung juga akan menyelesaikan masa pengabdian mereka.

Mungkin sekarang sudah waktunya untuk aku memikirkan masa pengabdianku. Bagaimanapun, itu akan tetap terjadi bukan?

Udara kota Seoul hari ini terasa cukup dingin. Angin musim gugur menyapa permukaan wajahku, meniupkan angin segar membawa wangi dedaunan yang berguguran. Aku menyukainya, entah mengapa aku menyukainya.

Hari ini kami tidak memiliki jadwal. Dan disinilah aku sekarang, pinggiran kota Seoul dimana semua orang menginginkan quality time untuk diri mereka sendiri. Tidak, aku tidak sendirian. Byun Baek-Hyun berjalan tepat di belakangku dengan ponsel genggam yang menguasai seratus persen perhatiannya.

Ya, dia sedang menunggu pesan singkat.

Tidak, dia belum bisa melupakan Tae-Yeon noona.

Dan ya, dia sedang menunggu pesan singkat dari Tae-Yeon noona.

Berbicara tentang seorang gadis, aku masih menaruh rasa penasaranku pada gadis itu. Oh baiklah, gadis yang berhasil membuatku terlihat seperti seorang penguntit bodoh secara diam-diam. Satu-satunya hal yang dapat kubanggakan dari peristiwa ini adalah, betapa hebatnya aku dalam menyimpan sebuah rahasia seperti ini.

Tak pernah sekalipun aku menyinggung tentang dia dalam stasiun televisi. Atau bahkan di hadapan anggota EXO sekalipun, tidak. Tak seorangpun dari sekumpulan anak-anak idiot itu yang tahu tentang gadis itu.

Ya, aku masih mengikuti segala aktifitasnya di dalam sosial media.

Tidak, aku tak melakukannya akhir-akhir ini.

Sudah satu tahun berlalu sejak dia menutup segala sosial media yang dia miliki. Twitter, instagram, dan segala macam yang dia miliki. Tentu saja, aku kehilangan segala upaya yang aku miliki untuk mengetahui kabar mengenai gadis itu.

Aku tak tahu apakah dia masih bernafas atau tidak di luar sana. Aku tak tahu apakah dia berada dalam keadaan sehat atau tidak. Aku juga tak tahu apakah dia masih mengidolakan aku atau tidak. O-oh, yang terakhir itu adalah hal terpenting yang sudah sepatutnya aku ketahui.

Aku menghentikan langkah ketika mataku menemukan sosok seorang gadis bertubuh mungil berdiri tiga meter di depanku. Rambutnya yang digerai cukup acak-acakan dengan warna cokelat tua seperti kayu jati. Wajahnya terlihat cukup tegas mengingat dia memiliki tubuh yang lumayan mungil.

Dia disana.

Gadis sosial media itu secara ajaib berdiri tiga meter di hadapanku. Kulitnya kini terlihat jauh lebih cerah dan pipinya terlihat lebih tirus daripada satu tahun yang lalu. Rambutnya kini tampak jauh lebih indah daripada yang biasa kulihat di layar ponsel.

Otakku sedang memproses ide untuk menyapanya ketika seorang laki-laki bertubuh tinggi—yang sialnya lebih tinggi dariku, dengan rahang tajam serta senyum lebar datang menghampirinya.

Gadis itu tersenyum bahagia mendapati laki-laki itu kini ada bersamanya.

Tunggu—tunggu…

Bukankah itu…?

Hyung, bukankah itu salah satu anggota SEVENTEEN? D—ah sial aku lupa siapa namanya. Tunggu sebentar, tunggu—” Baek-Hyun menjentikkan jarinya tidak sabar. “—Ah! DK! Sedang apa mereka? Wah, apakah mereka berpacaran?”

Kini, gambaran yang kudapatkan sangat buruk. Laki-laki bernama DK itu kini tertawa lebar seraya mengacak-acak rambut gadisku dengan santai. Mereka terlihat akrab—sangat akrab. Kelewatan akrab, malah!

Rahangku mengeras dalam hitungan detik. Ada sesuatu yang bergemuruh di dalam hatiku—yang aku sendiri tak mengerti mengapa bisa seperti itu. Melihatnya akrab dengan seorang laki-laki yang lebih muda dariku berhasil membuatku merasa pusing.

Tunggu… Apa yang dilakukannya disini? Mengapa dia bisa bersama DK?

“Siapa gadis itu?” tanyaku kepada Baek-Hyun. Aku yakin dia mengenal gadis itu. Jaringan yang didapatkan oleh Baek-Hyun tak perlu diragukan lagi. Dia, Chan-Yeol, dan Chen merupakan biang gossip dimana aku bisa mendapatkan segala kabar berita dari dunia luar.

Baek-Hyun mendecak. “Aku tak tahu dengan jelas namanya siapa. Tetapi aku bisa memastikan bahwa dia adalah trainee PLEDIS.” Trainee. Itu menjelaskan mengapa dia memiliki hidung yang lebih mancung serta rahang yang lebih tegas sekarang. Hal itu juga menjelaskan mengapa dia memiliki kulit juga rambut yang jauh lebih indah.

PLEDIS. Ini juga menjelaskan mengapa dia bisa berdiri disana dan tertawa bersama DK. Aku mengerti sekarang, semua terlihat sangat jelas.

Alasan mengapa dia menutup seluruh sosial media miliknya juga kini sangat jelas di mataku. Dia selalu bercita-cita untuk menjadi seorang trainee. Setidaknya sekarang aku tahu bahwa dia baik-baik saja dan sedang dalam proses untuk menggapai mimpinya.

Dan satu hal yang lebih penting, gadis itu ada di Korea. Lebih dekat untuk kugapai.

Seulas senyum tergambar diwajahku. Ada satu perasaan bahagia yang melebur dalam tubuhku, mengalir dari ujung kaki hingga ujung rambut. Rasanya aku terlahirkan kembali dan memiliki alasan untuk tetap bernafas. Aku memiliki dia untuk mengisi waktu kesendirianku.

“Ayo pulang.”

 

***

 

Everyone loves bubble tea
Who doesn’t?
Even dr.Phill from
Crazy Ex Girlfriend loves bubble tea

 

***

 

Dia menyukai bubble tea.

Aku menyimpulkan hal tersebut ketika dia menghentikan langkahnya tepat di depan sebuah kedai kecil yang menjual bubble tea lalu melangkah masuk kesana. Sayangnya, aku tak bisa membahayakan diriku dengan ikut masuk ke dalam sana. Aku hanya bisa menunggu di luar kedai, berdiri dibalik tiang listrik yang berdiri dua meter dari kedai tersebut.

Beberapa saat kemudian dia keluar dari sana dengan segelas bubble tea. Wajahnya terlihat sangat berseri-seri, membuatku semakin bahagia ketika melihatnya. Dia jauh lebih cantik daripada apa yang biasa kulihat di layar ponsel.

Dan saat ini aku memujanya lebih daripada saat ketika aku melihatnya di layar ponsel.

Kini dia berjalan dengan sepasang earphone di kedua sisi telinga nya sembari meminum bubble tea yang ada di dalam genggaman tangannya.

Aku tak memiliki keberanian untuk menghampirinya secara langsung, dan aku memutuskan untuk tetap berjalan sejauh lima meter dibelakangnya. Oh ayolah! Aku bukan seorang penguntit gila!

Dengan begini, aku juga melindunginya secara diam-diam.

Waktu luangku sering kuhabiskan untuk berjalan bersamanya. Ohya! Aku hapal jadwal yang dia miliki. Dan dia sangat suka berjalan-jalan di sepanjang kota Seoul dengan sepasang earphone. Aku? Mengikuti setiap langkahnya.

Aku tahu kapan dia akan kembali ke asrama. Aku tahu persis dimana dia tinggal dan jam berapa dia pulang. Aku tahu dia menyukai sushi, aku tahu dia menyukai milktea. Aku juga tahu dia sangat tergila-gila pada pemandangan sungai Han di malam hari.

Aku tahu dia menyukai sunset, aku tahu dia memakan buah apa saja setiap hari. Aku tahu dia baru saja menghabiskan 53.600 won untuk membeli buah-buahan. Aku juga tahu dia baru saja menghabiskan 250.000 won untuk membeli sebuah kemeja berwarna putih.

Aku tahu dia menghabiskan waktu dua jam empat puluh sembilan menit enam detik di dalam sebuah spa kemarin.

Oh tidak. Aku semakin terdengar seperti penguntit gila bukan?

Biasanya, ketika hal seperti ini terjadi di dalam drama picisan, tokoh utama perempuan akan membalikkan badannya kebelakang dengan wajah kaget luar biasa dan berteriak-teriak seperti orang gila. Lalu pemeran utama laki-laki akan muncul secara tiba-tiba menjadi sosok pahlawan bodoh untuk menyelamatkan tokoh utama perempuan.

Dan begitulah mereka berdua bertemu. Jatuh cinta. Berpacaran. Menikah. Dan memiliki anak. Happy ending.

Sontak aku menghentikan langkahku secara tiba-tiba. Berdiri dalam diam dan menatap gadis itu yang masih melanjutkan langkah kakinya bersama sepasang earphone di kedua sisi telinga nya.

Dia takkan berhenti dan memalingkan tubuhnya kan? Dia takkan berteriak seperti orang gila yang mengatakan bahwa aku adalah penguntit sinting yang mengikutinya kemanapun dia melangkah—KARENA AKU BUKAN!

Oke oke, baiklah Kim Joon-Myeon, kau harus meluruskan pikiranmu sekarang.

Aku kembali menatap ke sekelilingku, mencari tahu apakah ada seorang laki-laki muda nan tampan disini. Jawabannya, tidak. Di ujung sana terdapat sebuah tempat duduk yang diduduki kakek-kakek renta.

Di samping kanan jalan terdapat dua orang paman yang ada pada kisaran umur empat puluh tahun sedang merokok dan tertawa bersama. Baiklah, aku aman. Takkan ada pemeran utama laki-laki yang merebut peranku disini, karena aku-lah pemeran utama laki-laki dalam cerita kali ini.

Yang sialnya—tepat setelah aku memikirkan hal itu, sosok laki-laki dengan hoodie dan masker datang menghampiri gadis itu, mengacak-acakkan rambutnya lalu tertawa bersama. DK. Pasti dia.

Hal seperti ini sedikit menggangguku. Beberapa kali DK memang sering menjumpai gadis itu dan berjalan beriringan bagai sepasang kekasih. Well, mereka tidak berpegangan tangan. Tetapi melihat DK berjalan mengekor dibelakangnya dengan senyum tipis diwajahnya sedikit menggangguku.

Aku menggelengkan kepalaku beberapa kali dan menampar pipiku sangat keras. Sadarlah, Kim Joon-Myeon! Bahkan kau tidak memiliki keberanian untuk menyapanya dan memperkenalkan diri dengan baik dan benar.

Pemandangan yang kudapatkan kembali berubah. Kini DK sedang sibuk berbicara melalui ponselnya, terlihat sangat serius. Ya. Kau seharusnya melanjutkan promosi atau latihan, atau apapun itu. Bukan berdiri disamping gadisku dan tertawa lepas bersama. Aku tahu SEVENTEEN memiliki jadwal padat saat ini.

Tunggu sebentar—bukannya aku sendiri harusnya berada di dorm EXO? Oh sial. Baiklah DK, kau berhasil menemukan kelemahanku. O-oh, tidak. Kini aku merasa seperti orang sinting yang berbicara sendiri di dalam pikirannya.

Mataku menangkap DK yang kembali tertawa lebar lalu mengacak-acakkan rambutnya sebelum dia berjalan menjauh tanpa menatap kebelakang lagi. Sekelebat perasaan lega menghampiri seluruh rongga dada-ku, seakan aku baru saja menelan sebongkah makanan padat yang sejak tadi menghalangi saluran pernapasan.

Gadis itu kembali berjalan sendirian.

Entah mengapa, tapi aku bisa melihat dengan jelas bahwa dia sangat menikmati quality time yang dia miliki saat ini.

Aku juga menyukai quality time yang kumiliki saat ini. Berjalan dibelakang gadis itu dengan mantel dan topi yang hampir menutupi separuh wajahku. Ini adalah satu-satunya kegembiraan yang tersisa dalam diriku.

Dan hal yang tak pernah kuinginkan terjadi. Jalanan ini sangat sepi, hampir tak pernah dilewati kendaraan beroda empat. Well, aku belum menangkap sedikitpun bayangan kendaraan beroda empat sejak tadi.

Bagaikan adegan di dalam drama picisan, dalam satu kedipan mata sebuah mobil melaju mendekatinya, sementara tatapannya masih terpaku pada layar ponsel dan earphone yang digunakannya semakin membuat gadis itu tenggelam dalam dunianya sendiri.

Dan dalam satu helaan nafas, aku berlari menghampiri gadis itu, mendekapnya kedalam pelukanku, menariknya kearah pinggiran jalan yang lain agar mobil tadi tak bisa menyakiti satu orangpun diantara kita berdua.

Kita berdua kini terkapar diatas kerasnya aspal. Hal yang berhasil membuatku meringis tentu saja. Bubble tea yang tadi ada digenggaman tangannya kini melayang entah kemana.

Namun, tatapan mata cokelat gelap itu menatapku dengan tatapan penuh tanya, sedikit menyadarkanku.

Aku bisa merasakan detak jantungku yang kini berdegup lebih kencang daripada biasanya. Mungkin aneh jika aku meyakinkan diri bahwa itu adalah akibat dari mata cokelat yang untuk pertama kalinya menatapku dalam jarak sedekat ini.

Mungkin juga karena dia berada dalam dekapanku detik ini. Demi Tuhan, aku tak ingin melepaskannya begitu saja.

Tetapi satu hal membuatku tersadar dengan keadaan saat ini.

Sial, aku berada di posisi yang sama sekali tidak baik.

 

***

 

Love, kiss, and hug
AnaSophie
http://intoyourheaven.wordpress.com/


Chef D.O (Chapter 2)

$
0
0

kyungsoo-chef-poster

Author : Applexopie | Main Cast : D.O. Kyungsoo (D.O. EXO) | Oh Hani (OC/you)

Genre : Romance, Comedy

Rating : PG15

Length : Chaptered

Disclaimer : This fic real of my mind don’t claim as yours. This is just imagination

Blog pribadi : applexopie

Happy reading !!^^

++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++

Setelah Manajer Cha mengatakan bahwa Hani sudah bukan pegawai Sunshine lagi, kini satu-satunya yang dipikirkan oleh Hani adalah minta maaf. Entahlah dia juga tidak yakin dengan keputusan itu.

“Minta maaf? Apa aku harus minta maaf ke chef gila itu?” gumamnya sambil menundukkan kepala menatap kedua ujung sepatunya. Hani sedang duduk di sebuah halte bus depan restaurant berinterior Italia-Korea itu.

“Apa boleh buat. Setidaknya kali ini aku akan sedikit merendahkan diriku supaya besok aku tidak perlu membaya tiga puluh juta won kepadanya.” tekadnya seraya berdiri dan mengeratkan celemek bertuliskan Sunshine Bakery yang masih melekat di tubuhnya.

Hani berjalan menyebrangi zebra-cross dan perlahan berjalan menuju restaurant itu. Ketika sampai, pak satpam yang sempat menyapanya itu kembali berjalan kearah Hani.

“Loh, kenapa datang lagi? Ada yang bisa saya bantu?” ucap pak satpam keheranan. Lelaki dengan seragam lengkapnya itu mulai memperhatikan Hani dari ujung rambut hingga ujung kaki. Apa yang incarnya? Tidak sopan.

“Saya ingin bertemu dengan pemilik restaurant ini.”

Setelah berkata seperti itu, raut muka pak satpam tampak ragu. Kemudian dia mengiyakannya. Hani dituntun kembali ke ruangan yang masih belum ia tahu apa namanya itu. Di sana, seorang pria dengan pakaian putih-putih sedang duduk di kursi kerjanya. Hani mengetuk pintu perlahan dan tidak mendapat jawaban. Akhirnya dia langsung masuk saja.

“Apa aku menyuruhmu masuk?”

“Kan kau tidak menjawab.” jawab Hani secara spontan dengan nada kesal kemudian dia meminta maaf.

“Ada apa lagi? Mau minta maaf?” tebak Kyungsoo yang langsung membuat raut wajah Hani terkejut. Hebat juga Chef ini.

“Anu sebenarnya hmm..” Hani bingung harus mulai bicara darimana. Akhirnya dia menyerah.

“Begini saja ya, aku ini bukan orang yang suka berbasa-basi jadi aku langsung saja. Aku datang ke sini hanya untuk meminta maaf. Maaf atas kebodohanku yang telah menyebabkan acaramu jadi gagal, memalukan, berantakan dan tidak sesuai dengan keinginanmu. Maaf untuk semuanya. Aku mohon maafkan aku dan jangan tuntut aku untuk membayar uang sebesar tiga puluh juta won. Aku sangat memohon padamu.” Hani mengucapkannya dengan sungguh-sungguh sambil membungkuk berulang kali.

Kyungsoo mendesis dan berdiri dari kursinya. Berjalan kearah Hani berdiri.

“Aku sangat menghargai permintaan maafmu. Yah jujur saja aku juga merasa bersalah karena sudah memintamu untuk membayar kerugian. Masalahnya adalah aku belum rela memaafkanmu begitu saja. Kau tahu kan betapa pentingnya acara peresmian ini?” Hani spontan mengangguk. Tentu saja dia tahu. Pengusaha mana yang senang jika acara bisnisnya berantakan? Setidaknya Hani menyesali kesalahannya itu.

Kyungsoo memperhatikan Hani dari atas sampai bawah. Hani yang kepalanya masih tertunduk itu masih bisa melirik-lirik.

“Aku tahu aku memang gadis yang kau ucapkan tadi. Aku memang orang kampung. Orang kampung yang baru saja kehilangan pekerjaannya karena kebodohannya. Aku akui itu.”

Kyungsoo masih membeku. Hani pun akhirnya menegakkan kepalanya yang ternyata jarak antara Kyungsoo dan dirinya sangat dekat. Hani memutuskan untuk menundukkan kepalanya lagi. Gugup mungkin.

“J..jadi bagaimana? Aku dimaafkan tidak? Aku harus merendahkan diri seperti apalagi?” suaranya bergetar karena ketakutan. Entahlah apa yang membuat Kyungsoo berdiri di dekat Hani begitu lama, sebuah senyum menghiasi wajah Kyungsoo. Tapi hanya sebentar saja, 0,2 detik mungkin?

“Aku punya penawaran.” Ujarnya sambil berjalan menjauhi Hani. Kini gadis itu bisa bernapas lega. Apa lagi maunya orang ini?

“Apa?”

“Kau sedang butuh uang, kan?”

Ucapan Kyungsoo seratus persen begitu akurat. Mendengar kata ‘uang’ membuat Hani tersentak. Bukan karena dia gadis yang gila akan kekayaan, tapi dia memang sedang butuh uang. Selain chef, apa dia juga peramal, ya? Wah daebak!

“Bagaimana kau tahu?”

“Kelihatan kok dari wajahmu. Wajahmu mengatakan bahwa hidupmu melarat. Aku benar lagi,kan?”

“Kurang ajar.” desis Hani sangat kecil. Si Kyungmoo Kyungsoon atau apalah namanya, pria ini pasti sudah banyak mematahkan hati para wanita. Mulutnya benar-benar minta dihajar.

“Sudahlah jangan berbasa-basi. Cepat katakan agar aku bisa mendapat maaf darimu dan keluar dari tempat ini. Masih ada lagi yang harus aku kerjakan tahu.” Kyungsoo berbalik badan dan menatap lurus ke mata Hani yang terdiam di sana sambil berkacak dada.

“Kau akan menjadi pegawaiku.”

***

“Iya, Bu. Jangan sampai kelelahan. Makanlah daging ikan yang banyak. Kalian kan nelayan. Jaga kesehatan. Aku akan mengirimkan kalian uang. Jangan telat makan juga. Oh, ingatkan itu juga pada Ayah.”

“Astaga..baiklah. Ibu akan menuruti permintaan putri Ibu. Ayahmu sedang di belakang mencuci tangannya. Dia baru pulang dari melaut. Kau juga jaga kesehatan. Jangan berusaha terlalu keras untuk mendapatkan uang. Kami-lah yang seharusnya memberikanmu kebahagian dan hidup yang layak. Maafkan—“

            “Tidak, Bu. Jangan bicara seperti itu. Sudah kewajibanku sebagai anak untuk membantu orang tuanya. Pokoknya aku akan berusaha yang terbaik. Inilah caraku untuk membalas budi kalian. Ya sudah, aku tutup teleponnya ya. Aku sayang Ibu dan Ayah.”

Sambungan telepon terputus. Hani menjauhkan ponselnya dan menghapus air mata yang sedari tadi bergulir perlahan menuruni lekuk pipinya. Tenggorokannya terasa tercekat. Setidaknya inilah yang harus dilakukannya. Pria itu, bukan maksudku Chef itu memanglah tidak baik dan juga tidak jahat.

Buktinya dia memberi Hani pekerjaan sekarang. Meskipun Hani sendiri belum tahu harus bekerja di bagian apa, dia hanya menurut saja ketika Kyungsoo menyuruhnya keluar ruangan. Banyak karyawan berpakaian putih berlalu lalang dan menatapnya heran.

“Apa sih yang dilihat mereka? Apa aku sejelek itu?”

“Hey..kau yang di sana!!” ujar seseorang sambil berteriak ke arah Hani. Orang itu bukan Kyungsoo, siapa dia?

“Akhirnya aku bertemu dengan pengacau acara ini. Siapa namamu gadis kecil?” Gadis kecil katanya? Ya ampun, orang aneh apa lagi ini?

“Maaf, Tuan. Saya bukan gadis kecil.”

“Terserah aku mau memanggilmu apa. Kau tidak berhak protes. Kau tuli ya? Aku tanya siapa namamu?”

“Oh Hani.” Hani menjawab dengan kesal kemudian membuang mukanya.

“Ya ampun, apa begini caramu memperlakukan atasanmu?” Hani tersentak. Apa? Atasan?

“Apa? Apa maksudnya ‘atasan’?”

“Sepertinya kau belum diberitahu oleh Kyungsoo, ya?”

“Memang benar.”

“Perkenalkan namaku—“

“Ji Wook-ah, akhirnya kau datang juga.” Suara Kyungsoo memotong ucapan Ji Wook. Yah pria itu Choi Ji Wook. Ji Wook dengan sangat terpaksa harus membalikkan badannya dengan malas. Entahlah apa yang membuat dia mengajak Hani berkenalan.

“Permisi…Do Kyungsoo-ssi..boleh aku bertanya sesuatu?” ujar Hani dengan suara pelan. Kyungsoo mengangguk sambil melirik Ji Wook yang sedang membuang mukanya. Ada yang tidak beres.

“Apa dia ini akan menjadi bosku? Atau semacam atasan begitulah? Apa benar?” setelah mendengar pertanyaan Hani, Kyungsoo langsung menatap Ji Wook. Matilah aku.

“Kau bilang begitu Ji Wook?”

“Hah? Hahahaha aku bilang begitu, ya? Yeah…sepertinya begitu.”

“Dia bukan atasanmu. Yang memberimu pekerjaan kan aku. Kenapa kau begitu tertarik sekali Ji Wook?”  Kyungsoo tertawa sambil menepuk bahu Ji Wook. Entahlah dibalik tawanya sungguh terdengar garing. Situasi ini sama sekali tidak lucu. Sungguh. Ji Wook menggaruk tengkuknya yang sama sekali tidak gatal itu.

“Sudahlah, kau pulang saja sana. Dan kau ahh siapa namamu tadi?” Hani hanya menggeleng kepala melihat dua orang aneh di depannya ini. Ketika Kyungsoo bertanya, dengan cepat Hani menjawab.

“O-H H-A-N-I. Oh Hani.”

“Kau kira aku tidak bisa baca? Tidak perlu mengeja namamu.”

“Aku sangat kesal karena kalian berdua terus menerus menanyakan ‘siapa namamu?’. Apa aku harus  menulis namaku kemudian meletakkan note kecil dan menempelkannya di dahiku?”

“Idemu boleh juga.”

“Hm.Kyungsoo-ya aku rasa aku harus pergi dulu. Aku turut bersedih karena acara peresmianmu jadi kacau.” Ji Wook menekankan kata ‘kacau’ pada Hani. Punya dendam apa dia padaku?

“Sudah seharusnya kau pergi, sih. Besok aku akan menelponmu.”

Setelah Ji Wook pergi, kini hanya tinggal Kyungsoo dan Hani.

“Baiklah, kau belum tahu kan harus mengerjakan apa?” Hani mengangguk dan mengikuti Kyungsoo yang sudah mulai berjalan.

“Kau akan aku tempatkan di bagian desert making, bagaimana? Tapi sebelum itu, aku ingin mengujimu. Karena dari informasi yang aku dapat, kau cukup mampu membuat dessert.”

Hani menghentikan langkahnya. Kyungsoo pun ikut menghentikan langkahnya.

“Ada apa?”

“Sebenarnya daritadi aku ingin menanyakan ini, bagaimana kau tahu kalau aku bisa membuat dessert? Kau ini penguntit atau apa sih?”

“Menurutmu darimana lagi aku tahu? Sudahlah, ayo ke dapur. Kau harus menunjukkan skill-mu.”

Hani memanyunkan bibirnya. Sudahlah toh juga tidak ada pilihan lain. Mau chef ini tahu apapun tentang Hani pun itu sama sekali tidak penting. Yang penting adalah Hani bisa mendapatkan uang dan mengirimnya ke orang tuanya.

Setelah itu, Kyungsoo langsung menyerahkannya pada Ye Hwa, salah satu making dessert juga untuk menjelaskan apa-apa yang harus diketahui oleh Hani. Kyungsoo tidak bisa membantu memberi pengarahan pada Hani karena salah satu pegawainya mengatakan bahwa ada tamu di ruang kerjanya.

Setelah keluar dari dapur dengan cepat Kyungsoo menuju ruang kerjannya. Ruang dimana tadi Hani di interogasi. Ketika sampai, matanya yang besar terbelalak setelah mengetahui siapa yang datang.

***

Suasana begitu menegang. Satu pun tidak ada yang mengeluarkan suaranya. Dinginnya AC pun tidak dapat mencairkan suasana.

“Ada apa Ayah dan Ibu datang kemari? Bukankah sudah kubilang untuk tidak kemari?” suara Kyungsoo memecahkan keheningan.

“Bahkan di hari titik kehancuranmu saja kau masih bisa sombong.”

“Justru itulah kenapa Ayah malah datang pada saat hari kehancuranku? Aku tahu Ayah sama sekali tidak menyukai dengan jalan yang aku ambil ini, kan?”

“Jika saja kau menurut pada Ayahmu, Nak. Kita tidak akan jadi seperti ini.” Ibunya mulai bersuara. Kyungsoo menatap Ibunya dengan heran.

“Kita? Apa maksud Ibu? Ibu dan Ayah-lah yang membuat keharmonisan keluarga kita menjadi buruk seperti ini. Bukankah kalian memberikaku kebebasan dalam memilih hidup? Aku sudah menuruti permintaan kalian, namun apa yang terjadi sekarang? Perang dingin yang terjadi. Tidak bisakah kalian memberiku kebebasan?”

“Tutup mulutmu!” bentak Ayah Kyungsoo sambil menggebrak meja.

“Apa Ayah dan Ibu tahu? Di luar sana banyak orang-orang yang membicarakanku. Mereka mengatakan kalau aku hanya menumpang kekayaan pada orang tua, aku tidak mempunyai kemampuan, aku hanya benalu, bagaimana Ayah dan Ibu menanggapinya? Aku sudah lelah akan semua omongan mereka.”

“Kau tidak perlu pedulikan omongan orang yang tidak kau kenal!”

“Sudah kuduga Ayah akan bilang begitu. Maaf, tapi aku sama sekali tidak senang dan keberatan. Aku tidak ingin menjadi benalu. Aku bisa sukses dengan usahaku sendiri.”

“Lalu..apa yang bisa kau buktikan dengan ‘sukses’?? Apa ini yang kau maksud ‘sukses’??”

Kyungsoo terdiam. Apa dia baru saja kalah pada Ayahnya? Lagi? Ayah dan Ibunya kemudian langsung berdiri dan menatap putra satu-satunya mereka dengan tatapan yang sulit untuk diartikan.

“Ketahuilah, Ayah dan Ibu hanya ingin yang terbaik untukmu. Jika kau masih tetap tekad dengan kemauanmu dan jalanmu sendiri, Ayah akan biarkan kali ini. Tapi kau tidak bisa menolak dengan yang satu ini. Ayah akan bersumpah jika kau menolak, maka Ayah akan hapus namamu dari kartu keluarga dan menganggapmu bukan lagi anak Ayah.” Kyungsoo terdiam. Seperti patung tak bergerak sama sekali. Kyungsoo mengusap wajahnya pelan kemudian memijit dahinya.

“Apa? Apalagi yang Ayah inginkan?”

“Kau harus menerima pertunangan dengan anak dari Perusahaan Kube.”

“Apaa!??”

***

Setelah diberitahu oleh Ye Hwa didapur, Hani sudah sedikit menguasai dan sudah dapat mengingat-ngingat tempat alat-alat memasak dan bahan makanan. Beberapa menit yang lalu Ye Hwa meninggalkan dia sendiri di dapur karena Ye Hwa menyuruhnya untuk membuatnyan sebuah desert, sebagaimana yang Kyungsoo perintahkan padanya tadi.

Sambil tangannya bekerja, pikiran Hani pun selalu tertuju pada Kyungsoo.

“Kalau dilhat-lihat, dia pria yang baik. Meskipun perilakunya sedikit kasar pada karyawan. Mungkin itu cara dia mendidik karyawannya.”

“Hey..kau.” suara seseorang mengejutkan Hani yang hampir saja menjatuhkan sendok yang dia genggam. Hani langsung menoleh ketika ada seorang pria mengenakan pakaian putih-putih. Sepertinya dia juga chef. Bukan Kyungsoo pastinya.

“Kau memanggilku?” tanya Hani sambil menunjuk dirinya sendiri.

“Kau pegawai baru, kan? Aku sudah memperhatikanmu dari jauh. Perkenalkan namaku Yoo Ji Hwan. Aku seorang sous chef di sini. Siapa namamu?” ujar pria bernama Ji Hwan itu dengan senyum yang manis. Hani merasa senang karena baru Ji Hwan-lah yang duluan mengajak berkenalan di hari pertamanya bekerja. Tentu saja Hani tidak menolak. Hani menjabat tangan Ji Hwan seraya tersenyum juga.

“Namaku Oh Hani. Pegawai baru yang dipekerjakan di bagian dessert making. Senang berkenalan denganmu, Sous Chef-nim.”

“Jangan panggil aku begitu. Panggil saja Ji Hwan. Kau pasti di suruh Kyungsoo chef-nim untuk membuat dessert, ya? Kalau ada kesempatan, boleh kan aku mencicipinya? Begini-begini aku juga jago memberikan saran dan kritikan masakan seseorang lho. Bagaimana?” Hani tak mampu menahan tawanya. Yah pria bernama Ji Hwan ini cukup percaya diri sekali. Mungkin karena jabatannya. Hani mengangguk.

“Tentu saja. Tapi masakanku masih bisa dibilang awam. Aku masih pemula, aku rasa seharusnya aku memang mendapat banyak masukan dari orang yang lebih berpengalaman, kan?”

“Wah asyik sekali ya kalian bicaranya?

 

TBC


Still You, Only You (Chapter 3)

$
0
0

cover ff still you, only you

Story and cover by: ElByunPelvis

 

Cast     : Byun Baekhyun,  Ahn Seulrin (OC)

Kim Jong in

Min Seoji (OC)

 

Other cast  : member EXO , Ahn Jaehyun, Park Eun Bi, etc.

 

Rating    : +13 .

 

Leght    : Chapter

 

Genre    : Romance, Sad , Fluft, entertaiment life.

sekali lagi ff ini murni buatan saya. maaf jika ada kesamaan alur cerita di ff authordeul.

cekidottt!!!. ah jangan lupa komentarnya ne:)

**

“kau segalanya untukku Seulrin-ah. Kumohon jangan pernah menyerah untuk menungguku. Saranghae!”

Chapter 3

Ini sudah 1 bulan lebih setelah Baekhyun menginap dirumah Seulrin. Dan selama itu dirinya tidak pernah lagi bertemu kekasihnya. Seulrin selalu menunggu kabar dari Baekhyun tapi nihil, Baekhyun tidak pernah mengirimnya pesan walau hanya 1 kali. Pernah suatu malam baekhyun menelfonnya, tapi tidak terangkat oleh gadis itu. Sungguh itu adalah penyesalan terbesar Seulrin. Baekhyun berkata padanya jika bulan ini ia akan melakukan rekaman dan juga akan membuka showcase bulan depan. Tidak perlu diberitahupun Seulrin sudah tau jika kekasihnya itu tidak bisa diganggu. Ia harus sabar , ya kata kata ‘sabar’ sudah terpahat di otak Seulrin. Itu adalah jalan satu satunya agar dirinya dan Baekhyun tetap bertahan.

Saat ini gadis itu sedang makan di kafe dekat JHS tempatnya mengajar  bersama Jong In dan juga Kyungra . Pekerjaannya sudah selesai 1 jam yang lalu .

Gadis itu  mengaduk makanannya tidak berminat.. Selera makannya hilang , otaknya pun tidak bisa di ajak kompromi kerana yang ada difikirannya haya baekhyun,baekhyun,dan baekhyun. Hidupnya seolah hampa tanpa memikirkan namja itu . Bahkan ia tidak menanggapi obrolan yang dilakukan oleh kedua temannya itu.

sampai Jong in mengatakan sesuatu padanyapun ia tetap diam. Seulrin sangat ingin melalui harinya tanpa perasaan hampa ini, ia ingin bisa tertawa lebar seperti ia saat bersama Baekhyun.

“Seul-ah? Hei! ”

Jong In yang pertanyaannya tidak dijawab akhirnya memegang pundak Seulrin. saat itu juga gadis itu sedikit terjengkit kaget,

“nde?? eohh mworago? apa yang kau tanyakan tadi?”

Jong In menghela nafas, ini sudah kesekian kalinya ia diabaikan Seulrin. Kyungra yang melihat itu ikut memandang Seulrin dengan tatapan khawatirnya.

“Seulrin-ah apa kau sakit? Kau hanya diam sejak tadi.” tanya Kyungra pada akhirnya.

“geokjongma. Nan gwemchanayeo, aku hanya sedang memikirkan sesuatu”

“jeongmal? Apa ada masalah? Kau bisa menceritakannya pada kami .” timpal Jong In.

Seulrin mengeleng dan tersenyum untuk meyakinkan kedua temanya jika ia baik baik saja.

“ne, Jong In benar. Jika kau ada masalah ceritalah pada kami. Aku sangat sangat siap untuk mendengarkannya chinguya!” ucap Kyungra sembari menggenggam tangan Seulrin.

“ aku tidak apa apa . emmm aku akan ke toilet sebentar”

Jong In dan Kyungra mengangguk,

Seulrin bangkit dari bangkunya , ia melangkahkan kakinya menuju toilet. Mungkin mencuci wajahnya akan menyegarkan fikirannya kembali. Ia merutuki dirinya sendiri karena selalu melamun , bahkan saat bersama temannya sekalipun.

Kegiatannya untuk membuka keran air terhenti karena mendengar obrolan dua gadis disampingnya. Ia tertarik dengan obrolan tersebut karena menyangkut tentang orang yang dirindukannya, Baekhyun.

“iya . Baekhyun oppa akan berduet dengan Min Seoji, si model sexy itu. astaga dan parahnya lagi dia itu adalah mantan kekasihnya dulu” ucap perempuan berambut pirang kepada temannya.

Mendengar itu Seulrin mengepalkan kedua tangannya.

“benarkah?? ahh aku patah hati . kenapa harus Baekhyun oppa?” ucap gadis satunya lagi.

“nan molla. Yaa!! aku melihat info jika keduanya tertangkap kamera sedang berpelukan. Astaga bagaimana mungkin artis baru melakukan itu? bahkan ia belum punya banyak penggemar” ucap si rambut pirang lagi.

Seulrin sudah tidak tahan mendengar semuanya, jujur saja dirinya sangat mudah cemburu. ia melangkahkan kakinya kasar keluar dari toilet. Bahkan bahunya menabrak gadis yang baru saja membicarakan kekasihnya. Selama melangkahkan kakinya , Seulrin juga menepuk dadanya berulang kali untuk mencoba mengurangi rasa sesak.

Ia berjalan mengambil tasnya yang masih terletak dibangku tempat duduknya tadi. Tanpa pamit ia meninggalkan Jong In dan Kyungra yang menatap wajahnya dengan penuh tanya.

SEULRIN POV

Aku terus bembawa kakiku cepat. Air mataku sudah mengalir , nafasku memburu dan  rasanya sangat sesak setelah mendengar pembicaraan kedua gadi tadi. Apa semua itu benar? Baekhyun tidak menceritakan tentang itu padaku. Aku bisa saja menerima fakta ini jika rumor pelukan itu tidak benar. Apa secepat itu mereka dekat? Apa benar jika yeoja yang akan berkolaborasi dengan Baekhyun adalah mantan keasihnya dulu? andwe! Kenapa ini harus terjadi?

“seulrin-ah waeyo?”

Aku mengabaikan pertanyaan Kyungra, segera kulangkahkan kakiku untuk keluar dari tempat ini. Aku terus berjalan sembari menahan isak tangisku , tidak peduli dengan orang yang memandangku aneh.

“Ahn Seulrin tunggu!”

Aku mendengar suara Jong In memanggilku, tapi aku mengabaikannya dan terus berjalan . Aku tidak mau ia melihat wajahku yang menyedihkan ini.

“ya Seulrin-ah tunggu aku ! wae geure?”

Aku merasakan tangan Jong In manahanku,  terpaksa aku menghentikan langkahku.

“aku baik baik saja Jong. Aku hanya sedikit tidak enak badan”   biarlah aku berbohong pada Jong In.

“benarkah? Kau sedang tidak berbohong kan?”

“hemmmm. Aku ingin cepat sampai rumah”

Aku masih menundukun wajahku, enggan untuk menatap wajah Jong In.

“baiklah .  kajja aku akan mengantarmu”

Aku mengangguk dan berjalan bersama Jong In menuju halte bus.
kami dalam perjalanan pulang saat ini, didalam bus aku hanya memandang jalan dengan tatapan kosong. Aku memang sudah tidak menangis tapi dada ini masih sangat sesak, kenapa aku seperti ini? Aku tidak boleh berfikir yang tidak tidak. Aku harus percaya dengan Baekhyun.

“Seulrin-ah. Jika kau ada masalah kumohon ceritakanlah padaku. Aku akan dengan senang hati mendengarkanmu kapanpun itu.  Bukankah kita teman?”

Aku menoleh pada Jong In yang bertanya padaku. Aku tersenyum padanya, meyakinkannya jika aku baik baik saja.

“gomawo Jong In-ah . tapi aku sungguh baik baik saja”

“tapi kenapa kau menangis? Aku tau kau adalah tipe gadis yang cukup tegar Seulrin-ah”

Aku gelagapan atas pertanyaan Jong In . aku harus mengatakan alasan apa padanya? Aku tidak ingin bercerita padanya jika aku menangis karena mendengar pembicaraan orang tentang rumor kekasihku yang belum tentu benar.

“ee aku, aku hanya sedang teringat dengan eommaku tadi. aku merindukannya”

“jinjja? ahh pantas jika kau menangis. Hei tapi apa kau tidak malu menangis sepanjang jalan eoh?”

Tanya Jong In sambil menunjuk mukaku, astaga kenapa namja ini bertanya terus.

“y-ya aku  tidak sadar tentang hal itu, lagian aku buru buru pergi karena tidak enak badan. Ah sudah jangan bertanya lagi!”

Kulihat Jong In tersenyum tidak jelas. Aduh sepertinya alasanku tadi cukup aneh. Dia sangat senang membuatku kalah telak. Kami kembali terdiam karena aku mengarahkan pandanganku pada jalan seperti beberapa menit yang lalu..

*

@SeulApartement.

Aku memasuki apartement yang masih gelap. Oppa pasti belum pulang, aku segera melangkahkan kaiku menuju kamar . Seperti biasa, aku akan membersihkan diriku , memasak , dan setelah itu bersantai. Ah tidak, sepertinya ada sesuatu yang akan kukerjakan nanti. Waktu luangku tidak boleh terbuang sia sia. Eomma selalu mengajariku untuk mempergunakan waktu sebaik mungkin. Huhh Eomma jeongmal bogoshiphoyeo, mian karena kesibukanku aku tidak bisa mengunjungimu. Keundae aku janji , jika sudah sempat akan datang dengan Oppa dan Baekhyun seperti biasanya.

Sulrin pov end

*

Skip ………….

Author POV

Seulrin terduduk di lantai dekat ranjang kali ini, majalah berserakan dan juga sambungan internet pada laptopnya yang masih menyala.  Gadis itu  menekuk kakinya dan memeluknya, menelusupkan kepalanya . Sesekali isakan pedih keluar dari bibirnya, ia baru saja menemukan fakta jika rumor itu benar. Tertera besar tulisan pada layar artikel ‘Byun Baekhyun artis pendatang baru akan berkolaborasi dengan Min Seoji’

Tak hanya itu, rumor yang paling membuat hatinya sakit adalah ‘Byun Baekhyun dan Min Seoji adalah mantan kekasih, dikabarkan mereka kembali dekat’ , rumor itu bahkan disertai foto Baekhyun yang terlihat jelas sedang berpelukan dengan seorang gadis yang sudah pasti adalah model bernama Min Seoji itu.

“hapa ini alasanmu tidak pernah mengubungiku Oppa? wae?”

“kau tidak melakukannya kan oppa? semua ini tidak benar kan?”

Seulrin terus berbicara dan bertanya sendiri walau ia tau tidak akan ada yang menjawabnya. Poselnya berdering, ia meraih benda pipih itu dan seketika tangisnya kembali pecah saat melihat nama yang tertera pada layar ponselnya.

Seulrin memilih tidak menjawab panggilan itu, ia meletakan kembali ponselnya membiarkannya terus berdering. Ia belum siap untuk mendengar suara Baekhyun, ia takut hatinya bertambah sakit.

Sementara Baekhyun disebrang sana  berharap panggilannya cepat diangkat . Ia ingin tau kabar Seulrin, apakah gadisnya baik baik saja? atau sebaliknya.

*

BAEKHYUN POV

“ayolah Rin-ah . angkat telfonmu!”

Tut tut

Lagi lagi tidak diangkat. Sebenarnya kemana gadis ini? ia selalu saja mengabaikan panggilanku.
sebenarnya aku sudah berada di asrama sejak sore tadi. Manajer hyung menyuruhku untuk beristirahat. Tapi aku bahkan tidak bisa membaringkan tubuhku dengan tenang, aku terus memikirkan Seulrin.

Sepertinya tidak apa jika aku keluar sebentar, ya aku akan keluar menemui kekasihku. Aku bangkit dan mengambil jaketku dan keluar untuk mengambil mobil. tapi sebelumnya aku mengirim pesan pada manajerku, aku berbohong untuk mengunjungi rumah. Huh maafkan aku hyung.

*

Skip…………..

Aku memasukan kode apartement Seulrin.

Clek

Pintu sudah terbuka, aku melihat Jaehyun hyung yang sedang duduk sendiri menonton acara TV . Aku menghampirinya dan ia menoleh ke arahku.

“eohh baekhyun? kapan kau datang?”

“baru saja Hyung.  Aku ingin bertemu Seulrin” jawabku, kulihat jaehyun hyung menghela nafasnya.

“hemm. Dia tidak keluar kamar sejak tadi, aku mengetuk kamarnya tapi dia tidak menjawabnya”

“mwo? Dia baik baik saja kan ?”

“entahlah, tapi dia juga hanya diam sejak tadi. hei apa kalian ada masalah?”

Aku menggeleng , tanpa menunggu lama aku melangkahkan kakiku menuju ke kamarnya. Ku putar knop pintunya tapi ini dikunci. Aku menggedornya, ya wae? kenapa gadis ini mengurung diri dikamar? Apa jangan jangan dia sudah tau berita itu? tidak. Dia tidak boleh salah faham. Sudah banyak media yang mengabarkan gosip murahan itu, bahkan fans’ku sudah sangat ribut diluar sana.

“seulrin-ah buka pintunya! Ini aku.”

Aku terus menggedornya tapi tidak ada jawaban dari dalam sana.

“aku akan mendobrak pintu ini jika kau masih tidak mau mebukanya Rin-ah!”

Seulrin masih tidak menjawab . Baiklah jika aku harus melakukan cara ini, aku berniat akan mendobraknya sampai kuliat tiba tiba pintu terbuka, dan secepatnya aku masuk.  Aku melihat Seulrin sangat berantakan, ia tidak manatapku.

“ya!! Kenapa kau tidak menjawab panggilanku? Aku sudah puluhan kali menelphonmu Rin-ah”

Dia hanya diam, ini semakin membuatku curiga. Biasanya dia akan senang jika aku berkunjung .

“wae geurea? Huh?”

Seulrin masih tidak menjawab. Aku mengalihkan tatapanku pada lantai kamar yang  berantakan, membuatku mendekat dan pandanganku terpaku pada laptop Seulrin yang menyala. Tertulis jelas artikel tentangku disana. Aku kembali menatap Seulrin yang sudah terisak, bahunya bergetar.

“Seulrin-ah kau..”

Aku hendak meraih tubuhnya tapi Seulrin mundur, oh aku merasa sangat jahat sekarang. Seurin sudah pasti menangis karenaku.

“dengarkan aku Rin-ah. Semua yang kau baca itu tidak benar. Semua tidak seperti yang kau fikirkan”

Aku meraih tangannya tapi ia menepisnya, hatiku sangat perih melihatnya seperti ini. Kenapa semuanya menjadi sangat rumit? dugaanku benar. Ini bahkan baru awal, aku tidak tau apa yang akan dilakukan manajement itu untuk membesarkan namanya. Jujur saja aku marah dengan artikel itu, berita itu tidak benar . aku hanya sekedar berkolaborasi dengan gadis itu ‘Min Seoji’ . Selebihnya aku tidak mempunyai urusan dengannya.

“Rin-ah kau harus percaya padaku. Kumohon-.. “

“bagaimana aku bisa tenang jika dia adalah masa lalumu Oppa?”

Akhirnya aku mendengar suaranya, walau ia mengatakannya dengan sangt lirih. Ya, memang benar jika Seoji adalah mantan kekasihku. Tapi demi tuhan aku tidak memiliki perasaan lagi padanya, bahkan aku ragu jika aku pernah mencintainya.

“dengarkan aku! Aku dengannya hanya kerja sama saja tidak lebih. Setelah albumku selesai aku sudah tidak berurusan dengannya lagi Rin-ah”

“tapi berita itu, kau kembali lag-“

“apa kau lebih percaya pada berita gila itu?  kau tau kan jika aku sangat mencintaimu? Aku tidak semudah itu berpaling ”

Seulrin menatapku, kulihat matanya yang sangat sembab. Apakah gadis ini menagis sangat lama. Kuhapus air matanya, dan langsung merengkuhnya kedalam pelukanku. Aku merindukan pelukan ini, merindukan semua yang ada padanya.

“jangan percaya dengan  berita sialan itu. kau hanya harus percaya padaku hemm? Aku sangat ingin menolak semua itu tapi,… tapi aku tidak mempunyai pilihan lain”

“heemm arraseo Oppa. keundae, kenapa kau tidak mengatakannya padaku sebelumnya?”

Ya Seulrin benar, kenapa aku tidak mengatakan padanya jika aku akan berkerja sama dengan Seoji ? . tapi sebenarnya malam dimana aku menginap dirumahnya aku akan mengatakannya. Tapi melihat wajahnya yang bahagia membuatku mengurunkan niatku.

“aku hendak mengatakannya tapi aku tidak memiliki waktu Rin-ah”

Seulrin mendongakkan kepalanya menatapku,

“jeongmal? Walau hanya sebuah pesan?”

“Chagiya . Ak-“

“arraseo aku tau. Kau sangat sibuk jadi tidak sempat”

Aku tersenyum mendengarnya, ia memotong perkataanku dengan jawaban yang benar.

“hemmm jeongmal mian. Lagipula kau tidak mengangkat ponselmu saat aku menelfon. Apa sangking sibuknya huh”

“aku menyesal. Tapi kau memang benar , aku sibuk membuat tugas untuk siswaku ”

“haahh arraseo. Jadi sudah jelas kan? Jangan menangis lagi kau mengerti!”

Seulrin mengangguk dan tersenyum sangat manis, aku tidak tahan jadi kucium bibirnya. Aku menekan tengkuknya sebelum dia protes .

Bibir  chery  ini adalah favoritku, dan juga hanya miliku. Seulrin membalas lumatanku dengan lembut, membuatku semakin memperdalam ciumanku.

Bahkan sekarang tanganku sudah masuk kedalam kausnya, mengelus punggung mulusnya. Seulrin melepaskan tautan kami, aku meatapnya sedikit kecewa.

“waeyo?”

“jangan terlalu jauh Oppa”

“ha ha algeseo! Aku memang pabbo. Kemarilah!”

Aku merentangkan tanganku menyuruhnya masuk kepelukanku lagi, tapi tiba tiba kudengar ponselku berdering. Tentu saja aku mengabaikannya.

“oppa angkat ponselmu. Bagaimana kalo itu panggilan penting?”

“ckk arraseo. Aisshh mengganggu saja”

Aku mengambil ponselku, ‘manajer hyung’ tertulis jelas di layar. Dengan malas kutekan icon terima,

“Yoboseyo . wae Hyung”

“…..”

“ck arraseo. Aku sudah akan kembali”

Tut

Aku menghela nafasku, rasanya hanya baru 1 menit berada disini.

“hahh menyebalkan.”

“waeyo?”

“Chagiya, aku sudah harus kembali keasrama. Eothae?”

“kembalilah. Aku tidak mau kau dimarahi manajermu oppa. kau harus istirahat”

“ckk baiklah. Kau juga istirahatlah! Dan ingat, kau harus selalu memegang ponselmu. ”

Seulrin mengangguk, aku mengecup bibirnya lagi sebelum aku meninggalkan tempat ini. Aku pamit pada Jaehyun hyung yang masih menonton TV .

Seulrin mengantarku sampai depan pintu. Kutatap wajahnya sekali lagi,

“Saranghae, aku akan merindukanmu lagi ”

“nado  oppa! cha pergilah”

“hemm khaseyo!”

Aku berjalan meninggalkan apartement Seulrin, hufft sangat berat rasanya.

Baekhyun pov end

*

AUTHOR POV

Baekhyun melangkahkan kakinya di lobi gedung manajement , tapi kakinya berhenti saat mendengar seseorang memanggilnya.

“Baekhyun-ah aku memanggilmu sejak tadi”

Baekhyun menatap sinis wanita didepannya. Moodnya berubah buruk seketika, ia tidak memperdulikan dan kembali berjalan.

“yakk. Aku bicara padamu. Tidak bisakah kau mendengarkanku?”

Ucap gadis itu sembari menahan lengan baekhyun

“jangan sentuh aku! Pergilah!”

“kenapa kau berubah seperti ini Baekhyun?”

“tanyakan pada dirimu sendiri Seoji-ssi”

Setelah mengatakan kata kata dingin itu Baekhyun berlalu.  Seoji meremas tas nya, hatinya bergemuruh menerima sikap dingin Baekhyun. ia mempunyai keinginan untuk bisa kembali pada namja itu. Tapi harapannya pupus setelah tau Baekhyun membencinya,

“aku akan membuatmu kembali padaku baekhyun-ah”

Ucapnya, lalu Seoji membalikan tubuhnya. Ia berjalan menuju ruang kerja Appanya.

“aku akan melakukan apapun. Bahkan untuk membelimu Baekhyun-ah”

FLASBACK

@ seoji side

Seoji melihat berita , matanya tak membiarkan setiap kata dari artikel yang ia baca terlewatkan .

‘artis pendatang baru, Byun Baekhyun sedang menerbangkan sayapnya. Penyanyi solo naungan KingDom Entertaiment itu melakukan promosi album keduanya tahun ini.’

“Byun Baekhyun. kau benar benar meraih mimipimu hemm?”

Gadis itu tersenyum melihat foto baekhyun terpampang disana

“kau tidak berubah. Hahh aku menyesal baek”

Gadis itu teringat masa lalunya saat SHS dulu, ia pernah pacaran dengan Baekhyun walau belum genap satu tahun.

Dia pindah ke Paris tanpa pamit dengan kekasihnya, karena appanya memaksanya dan membuatnya tidak punya waktu untuk bertemu baekhyun.

Sampai suatu ketika ia pulang dan menemui Baekhyun, saat itu juga Seoji memutuskan hubungannya dengan alasan ia ingin fokus pada sekolahnya diluar negri. Ia tidak suka berhubungan jarak jauh , karena menurutnya itu tidak akan berhasil.

Dia berfikir dengan fokus pada sekolahnya akan membuat ia melupakan perasaannya pada Baekhyun tapi ternyata salah , ia justru sangat menyesal karena sudah memutuskan berpisah dengan Baekhyun.  Sampai ia berjanji jika urusannya sudah selesai ia akan kembali,

Kembali untuk menemui Baekhyun dan minta maaf padanya. Bahkan ia akan membuat Baekhyunkembali padanya.

“ini sudah saatnya. Nan dorawaseo Baekhyun-ah”

Seoji menelphone seseorang ia akan mengatakan sesuatu yang mungkin adalah bagian dari rencananya.

“yoboseyo! Appa, ada yang ingin kubicarakan”

“………”

“aku akan kembali ke Korea. Dan aku….”

**

skip

“selamat datang kembali di Korea Seoji” ucapnya pada diri sendiri.

Seoji melangkahkan kakinya di Icheon Airport. Gadis itu menyeret kopernya menuju pintu keluar. Dilihatnya sekeliling , gadis itu mencari jemputanya.

Tin tin

Tepat sebuah lamborghini hitam terparkir didepannya. Tepat saat itu juga keluar seorang namja .

“ Mark? Akhirnya kau datang juga”

Namja itu melepas kacamata hitamnya dan memandang Seoji.

“ya, maaf jika aku telat Seoji-ya!”

‘’aku masih bersyukur karena kau mau menjemputku. Kajja , langsung saja antar aku ke perusahaan Appa. aku sudah telat” ucap seoji sambil berlalu membuka pintu mobil dan masuk. Mark tersenyum miris menatap Seoji.

“bahkan kau tidak menanyakan kabarku Seo!” ucapnya lirih. Namja itu kembali memakai kacamata hitamnya dan masuk ke bangku kemudi.  

Didalam mobil Seoji terus saja mengecek penampilannya , sesekali ia mengoleskan bedak pada wajahnya. Namja disampingnya terkekeh melihat Seoji.

“ck kau tidak pernah berubah Seo . kau meniak berias” mendengar perkataan Mark , gadis itu menolehkan kepalanya.

“tentu saja. penampilan adalah yang nomor satu. Ah iya kau tidak mengatakan rindu padaku?” mark tersenyum mendengar Seoji. Namja itu mengecak rabut Seoji yang langsung mendapat omelan oleh gadis itu.

“ne, nan jeongmal bogoshipo SeoShi!”

“hei hentikan Mark! Aku benci kau memanggilku seperti itu! sebenarnya aku akan mengatakan jika aku juga merindukanmu tapi aku berubah fikiran”

Mark hanya tertawa dan memilih fokus pada jalannya.

 

** skip **

Setelah pamit pada Mark , Seoji sedikit berlari memasuki perusahaan Appanya. Ya KingDom entertaiment adalah milik orang tuanya . Gadis itu tersenyum sepanjang perjalanan memikirkan hal yang sudah dibicarakan dengan Appanya saat ia masih berada di paris.

Cklekk

Seoji langsung membuka pintu ruang tujuannya. Dilihatnya beberapa orang yang memandang kedatangannya.

“anyeonghaseyo, jeongsohamnida saya  telat “

 

Ucap gadis itu sembari membungkukan badannya.

 

“kau? Sedang apa kau disini?”

 

Mendengar suara familiar itu Seoji lantas menatapnya, betapa bahagianya ia saat ini karena benar benar betemu Baekhyun. gadis itu bejalan mendekat kesamping namja itu.

 

“kita bertemu lagi Baekhyun-ah”

 

‘’ wahh jadi kalian sudah saling kenal?”  ujar Minseok .

 

“ Ne,, kami sangat dekat dulu , iya kan Baek?” jawab Gadis itu ,sembari memperhatikan Baekhyun, tapi Baekhyun mengalihkan pandangannya kearah lain.

 

“baguslah jika seperti itu. langsung saja aku akan menerangkan. Baekhyun kau tau albummu akan segera dirilis? Aku akan menambahkan project baru untukmu. Kau akan berkolaborasi dengan putriku, Min Seoji. Dan kau tenang saja! aku akan membasarkan namamu. Promosimu akan kusebar luaskan. Oethae?”

 

Flashback End

 

TBC

No Preview for Chapter 4

hufftt………

he he readers.

jika kalian ingin lebih kenal aku  bisa mengunjungi  FB/TWITTER miliku.

fb : Ela ByunPelvis

Twitter : @Ella_AeriByun

gomawo sudah mau mampir…

 


All-Mate911 (Chapter 7)

$
0
0

img_2531

All-Mate911

A fanfiction by marceryn

Rating : PG-15

Length : Multichapter

Genre : AU, romance

Casts : EXO’s Chanyeol, Ryu Sena [OC], supporting by EXO’s members and others OCs

Disclaimer :: Except the storyline, OCs, and cover, I don’t own anything.

 (dipublikasikan juga di wattpad pribadi)

 

~all-mate911~

-kita jiwa-jiwa tersesat yang menemukan satu sama lain-

 

“Oh, wow.”

Sena mendelik. “Apa? Ada yang salah?”

Chanyeol mematut penampilannya dari atas ke bawah, dan Sena nyaris menyesali pilihan gaunnya. Ia kehabisan ide, semua gaunnya lama dan membosankan, jadi ia memilih gaun pendek hitam tanpa tali dengan ikat pinggang emas. Karena lama memikirkan pakaian, Sena hanya punya waktu sedikit untuk menata rambutnya ke samping dan berdandan seadanya. Masalahnya, gaun ini sepertinya memendek tiga senti, mungkin lebih. Jangan-jangan menciut waktu terakhir dicuci. Atau Sena yang bertumbuh?

Syukurnya, Sehun pergi bekerja lebih awal hari ini dan belum pulang sampai sekarang. Tentu saja, kalaupun Sehun melihatnya, Sena yakin ia akan diam saja. Mereka masih belum bicara sejak pertengkaran beberapa hari yang lalu.

“Apa?” bentak Sena sekali lagi.

Nothing, Sir,” jawab Chanyeol.

Sena mencibir. “Pelafalan r-mu masih saja jelek seperti dulu.”

Chanyeol menyengir dan mengacungkan tanda V dengan tangan kanannya. Laki-laki itu kemudian membukakan pintu penumpang sebelah kanan untuknya, dan Sena memutar bola matanya sebelum naik ke mobil.

“Aku sedang memikirkan pujian apa yang harus kuberikan pada usahamu,” kata Chanyeol saat mereka sudah melaju di jalan.

“Ini bukan apa-apa. Aku tidak punya banyak waktu.”

“Jadi kau masih bisa lebih cantik dari ini? Kupikir aku akan sesak napas.”

Sena mengerutkan wajahnya dengan tampang idih-jijik-sekali dan Chanyeol tertawa melihatnya.

“Siapa temanmu yang menikah ini? Kau bilang kau tidak punya teman,” Sena bertanya.

Chanyeol mengambil kartu undangan yang diletakkannya di dasbor pada Sena dan menjawab, “Namanya Kim Junmyeon. Kami pernah satu universitas dan ayah kami punya hubungan kerja sama.”

Sena membolak-balik undangan di tangannya dan menggumam terkesan karena desainnya yang berkesan mahal. Namanya terasa familiar, entah ia pernah mendengarnya di mana. “Dia wakil pemimpin perusahaan ayahnya sepertimu? Anak tunggal atau punya saudara laki-laki?”

Chanyeol menoleh sekilas dengan alis bertaut. “Kenapa, kau sedang mencari calon potensial?”

“Calon potensial yang kaya.”

“Calon yang kaya dan tampan ada di sebelahmu.”

Sena pura-pura muntah. “Aku akan menikah denganmu saat kau berubah jadi bebek-bebekan karet yang bisa berbunyi.”

“Kwek kwek.”

“Cih.”

Chanyeol tertawa, dan Sena mau tidak mau ikut tertawa.

“Jadi, kau sudah berpikir ingin menikah?”

“Tidak,” jawab Sena, menggeleng-gelengkan kepala. “Aku hanya bercanda. Aku tidak punya niat menikah.”

“Kenapa?”

Sena mengangkat bahu. “Tidak ada alasan.” Ia menoleh pada Chanyeol dan balas bertanya, “Bagaimana denganmu, Park Sajangnim? Kau laki-laki, punya pekerjaan, punya uang, dan umurmu tahun ini… berapa, dua puluh delapan, kan? Kapan kau akan menikah?”

“Saat aku berubah jadi bebek-bebekan karet yang bisa berbunyi,” jawab Chanyeol santai.

Sena mengerjap, kemudian mendengus geli dan membuang pandangan ke luar jendela. “Lucu.”

“Memang. Seperti apa suami yang kau inginkan?”

Sena tidak ingat bagaimana awalnya mereka jadi membicarakan omong kosong ini, tapi ia memutuskan tetap bermain. Toh tidak ada hal lain yang bisa dilakukan. “Kurasa dia hanya perlu kaya. Kaya dan bodoh. Nah, itu kombinasi yang bagus. Tapi tidak perlu.”

“Apanya?”

“Aku tidak akan menikah, jadi itu tidak perlu.”

“Kenapa kau tidak ingin menikah?”

“Kenapa kau ingin?”

Well, kenapa tidak?”

“Kenapa harus?”

“Jadi kau akan melajang selamanya?”

Sena bersedekap. “Apakah itu buruk?”

Chanyeol mengedikkan bahunya. “Kenapa hidup sendirian jika ada seseorang yang ingin menemanimu?”

“Aku cacat, oke? Siapa yang mau menikah dengan orang cacat?”

“Aku tidak keberatan.”

“Kalau begitu kau bodoh.”

“Kau bilang kau ingin seseorang yang bodoh dan kaya.”

Sena membuka mulutnya untuk membantah, tapi entah kenapa ia kehilangan amunisi kata-kata. Menyadari ia tidak bisa membalas, Chanyeol menyengir penuh rasa menang, yang membuat Sena ingin memukul hidung mancungnya.

“Aku tidak ingin bicara lagi,” kata Sena setengah menggerutu.

Sekitar setengah jam kemudian mereka tiba di gedung tempat pesta pernikahan diadakan. Setelah mengisi daftar tamu, ia dan Chanyeol memasuki aula besar bernuansa putih dan emas yang ramai dengan orang-orang berpakaian indah. Di panggung, si mempelai pria baru saja menyelesaikan sambutan untuk para undangan. Sena lega mereka sedikit terlambat, jadi ia melewatkan bagian-bagian yang membosankan.

Chanyeol mengambil dua gelas sampanye yang ditawarkan oleh pramusaji dan menyerahkan satu pada Sena. Mereka ikut mengangkat gelas bersama para tamu untuk melakukan toast dengan pengantin.

Chanyeol menyesap minumannya perlahan, lantas melongo ketika melihat Sena sudah menandaskan isi gelasnya. “Kau selalu minum seperti itu?”

“Eh, kurasa ya.”

“Seberapa banyak kau bisa minum?”

“Entahlah. Aku belum pernah mengetes batasku. Well, aku tidak mau mencoba. Mabuk itu tidak keren.”

“Tepat sekali.”

Beberapa orang menghampiri mereka untuk menyapa Chanyeol, dan Sena mendengar mereka berbasa-basi cukup lama, kemudian Chanyeol menarik Sena berkeliling untuk menghindari gerombolan orang ingin tahu lainnya sekaligus untuk mencicipi makanan. Malah, karena bosan, mereka memulai permainan menamai setiap kue di meja makanan penutup. Sena banyak tertawa; sepertinya karena alkohol membuat pikirannya lebih ringan dan segalanya dua kali lebih lucu.

Sena kemudian meninggalkan Chanyeol sebentar untuk pergi ke kamar mandi. Ketika kembali ke aula, ia melihat Chanyeol sedang mengobrol dengan si pengantin pria (Kim siapalah tadi namanya) dan istrinya. Sena sempat berpikir untuk menghampirinya, tapi urung karena ia tidak mengenal mereka. Jadi ia melangkah ke mini bar di pinggir ruangan dan mengambil gelas wine.

“Ryu Sena?”

Sena berbalik ketika mendengar namanya dipanggil (mengira itu Chanyeol, karena ia tidak berpikir akan bertemu orang lain yang mengenalnya di sini) dan langsung berhadapan dengan sepasang mata yang familiar. Detik berikutnya ia mematung, bukan karena berusaha mengenali mata itu—justru karena ia masih sangat mengenalinya meski sudah lama sejak terakhir kali melihatnya.

“Sena, benar?” Mata itu menyabit ketika pemiliknya tersenyum. “Aku tidak menyangka bisa bertemu denganmu di sini.”

Sena mengerjap-ngerjap. Ada sejuta perasaan beradu dalam kepalanya, tapi ia berhasil membuat dirinya tersenyum. “Lama tidak berjumpa, Minseok-ssi.”

 

***

 

Chanyeol menenggak gelas sampanye berikutnya sambil menunggu Sena. Matanya menemukan Junmyeon dan istrinya, Choi Soyeon menyapa para undangan. Chanyeol meletakkan gelas kosongnya dan menghampiri mereka.

Hyeong, selamat atas pernikahanmu.”

“Chanyeol-ah, kau datang!”  Junmyeon memeluk akrab bahu Chanyeol (ia tidak melihat tangan yang Chanyeol ulurkan untuk menyalaminya). “Terima kasih banyak.”

Setelah Junmyeon mundur, Chanyeol menyalami Soyeon dan mereka bertukar senyum. “Maaf karena aku tidak bisa datang pada acara-acara sebelumnya. Aku agak terlalu sibuk belakangan ini.” Bohong, tentu saja.

“Tidak apa-apa. Dana yang lenyap misterius dari akun perusahaan baru itu benar-benar membuat masalah besar. Aku juga hampir tidak—”

“Oh, demi dewa-dewi di surga,” Soyeon bersedekap dan memutar bola matanya, tanpa segan-segan menyela suaminya. “Bisakah kau tidak membicarakan pekerjaan di sini? Kau membuat sasak rambutku layu.”

“Maaf,” Junmyeon tersenyum kecil dan mengecup sekilas pipi Soyeon. “Mana Baekhyun-ie? Kau tidak datang dengannya, kan?” tanyanya dengan nada sok curiga.

Chanyeol tertawa hambar. Ya Tuhan. Pergi ke pesta berdua dengan Baekhyun adalah hal terakhir yang akan ia lakukan dalam hidupnya. “Tidak. Dia tidak bisa datang. Harus mengganti shift temannya di kelab.”

“Sayang sekali,” kata Junmyeon, tanpa mengurangi kebahagiaan di wajahnya. “Aku ingin mampir ke sana kapan-kapan, tapi—”

“Di antara segunung pekerjaan dan mengurus istri tercintanya, dia tidak akan punya waktu bermain lagi,” Soyeon melanjutkan untuk Junmyeon, seraya memberinya tatapan mengancam.

“Itu dia.” Junmyeon tertawa malu-malu. “Jadi, kau datang dengan siapa?”

“Temanku.” Tepat saat berkata begitu, Chanyeol menemukan Sena di dekat meja bar, sedang mengobrol dengan seseorang yang ia kenali sebagai sepupu Junmyeon, Kim Minseok. Sudah lama Chanyeol tidak bertemu dengannya. Terakhir yang ia tahu, Minseok berada di Beijing. Kapan laki-laki itu kembali ke Seoul?

Dan kenapa laki-laki itu mendekati Sena? Astaga, apa Chanyeol harus menempelkan stiker ‘do not disturb’ di dahi Sena agar orang-orang berhenti memerhatikannya?

Junmyeon menoleh ke arah pandang Chanyeol. “Gadis yang sedang bicara dengan Minseok hyeong? Tunggu, sepertinya dia tidak asing,” gumamnya, lalu menatap Chanyeol dengan alis berkerut. “Bukankah dia pacarnya Baekhyun? Song Ahyoung, kalau tidak salah. Dia datang ke pesta lajangku dulu.”

Ups.

“Bukan,” bantah Chanyeol. “Namanya Ryu Sena.”

“Benarkah? Tapi—”

“Banyak orang yang berwajah mirip,” sela Soyeon.

“Yah, memang, tapi…”

Chanyeol tidak memerhatikan Junmyeon karena ia masih memerhatikan Sena dan Minseok di sana. Mereka berdua sepertinya saling mengenal. Tapi kenapa ekspresi Sena terlihat aneh? Seperti… tidak nyaman. Khawatir. Apa pun itu, pokoknya sama sekali tidak bagus.

Hyeong, aku harus kembali padanya,” kata Chanyeol. Entah kenapa suaranya terdengar panik bahkan di telinganya sendiri. “Kita bicara lagi lain kali. Sekali lagi selamat.”

Tanpa menunggu respon Junmyeon, Chanyeol melangkah lebar menghampiri Sena dan langsung menempatkan satu tangannya di pinggang gadis itu dengan protektif.

Yep, penghargaan untuk penyelaan paling efektif pada Park Chanyeol.

“Sena-ya, kau menunggu lama di sini?”

Sena menoleh. Keterkejutan melesat di matanya, tapi ia tidak menampar tangan Chanyeol atau memukulnya, hanya menjawab dengan nada biasa, “Tidak juga.”

Chanyeol menatap Minseok seakan baru menyadari ia ada di sana. “Oh, Minseok Hyeong! Lama tidak bertemu. Kapan kau kembali dari Beijing?”

Minseok menjabat tangan yang ia ulurkan. “Sekitar dua bulan yang lalu.”

“Ini Kim Minseok hyeong, kakak sepupunya Junmyeon,” Chanyeol memberitahu Sena.

“Oh.” Sena mengangguk-angguk tanpa arti.

Chanyeol menatap mereka berdua bergantian, pura-pura bodoh. “Mungkin… kalian sudah saling mengenal?”

“Ya,” Minseok menjawab untuk mereka berdua.

Well, kebetulan sekali.” Chanyeol tersenyum lebar—terlalu lebar—dan menarik Sena lebih dekat padanya. “Sena ini pacarku.”

Kedua alis Minseok sedikit terangkat dan Chanyeol merasakan Sena tersentak. Tapi, yang mengejutkannya, gadis itu tidak berkata apa-apa.

“Kurasa sekarang sudah larut malam,” Chanyeol berkata pada Minseok, kemudian menoleh pada Sena. “Sebaiknya aku mengantarmu pulang sekarang.”

Larut apanya. Sekarang baru jam sebelas. Untuk ukuran normal, ini bahkan belum sore. Tapi ia melihat Sena mengangguk dengan tampang lega dan meletakkan gelas wine di tangannya ke meja bar, kemudian berkata pada Minseok, “Senang bertemu denganmu lagi, Minseok-ssi.”

“Aku juga,” balas Minseok.

Chanyeol menjabat tangannya sebelum mereka beranjak. Sena membiarkan tangan Chanyeol tetap di pinggangnya sampai mereka meninggalkan aula pesta.

Setengah perjalanan pulang berlalu dengan hening, jenis hening yang membuat Chanyeol merasa kursinya ditumbuhi paku, jadi ia memecahkan keheningan itu, “Ternyata aku bukan satu-satunya yang terpesona padamu malam ini.”

Sena tertawa hambar, kemudian bertanya, “Apa yang sedang kau pikirkan?”

“Hubunganmu dengan Kim Minseok.”

“Aku lebih suka tidak membicarakannya.”

“Lalu untuk apa kau bertanya apa yang kupikirkan?”

“Oke, anggap aku tidak bertanya apa-apa.”

Chanyeol gantian mendengus. “Kenapa kau tidak mau membicarakannya?”

Ia mendengar Sena mendengus. “Itu cerita lama, Park Idiot.”

“Park Idiot juga cerita lama, tapi kau masih mengungkitnya setelah sembilan tahun.”

“Itu karena aku amat sangat membencimu,” balas Sena dengan nada menggerutu.

Well, kalau begitu mungkin aku harus bersyukur.” Chanyeol menoleh menatap gadis itu. “Jadi kau tidak melupakanku.”

Sena mengerjap, lalu membuang mukanya ke samping dan mendengus.

Sisa perjalanan berlalu dengan Chanyeol menatap lurus jalanan di depannya, dan Sena memalingkan wajah ke luar jendela.

 

***

 

Mereka tiba di tempat Sena dan tanpa berkata apa-apa, Chanyeol mematikan mesin dan keluar, lalu berjalan memutar dan membukakan pintu mobil untuk Sena.

Cheesy much,” dumalnya pelan sebelum turun.

Chanyeol menutup pintunya, tapi ia tidak menyingkir dari jalan Sena. Sebaliknya, ia melangkah lebih dekat, membuat Sena refleks mundur dan punggungnya merapat pada sisi mobil, kemudian Chanyeol meletakkan kedua tangannya di bahunya, praktis menahannya di sana. Permukaan mobil yang menempel di pundaknya dingin, sementara telapak tangan Chanyeol hangat.

Bagus sekali. Sekarang jantung Sena bertingkah.

“Apalagi sekarang, Park Idiot?” Sena berusaha bersikap biasa, tapi suaranya terdengar gugup. Bagaimana tidak, Chanyeol berdiri terlalu dekat dengannya, tangannya memerangkap ruang geraknya, dengan kedua mata menunduk menatapnya. Perempuan mana yang tidak gugup dalam keadaan seperti ini?

“Seandainya aku menciummu sekarang, apa yang akan terjadi?”

Tanpa sadar, Sena meneguk ludah. “Kau akan pulang dengan rasa sakit karena aku akan menendang selangkanganmu, lalu meninju hidungmu dan meludahimu.”

Chanyeol mendengus pelan dan tersenyum. Sena bisa mencium aroma sampanye dari napasnya. “Kasar sekali.”

“Dari dulu aku memang terkenal sombong dan menyebalkan, ingat?”

“Tentu saja. Kau seseorang yang tidak mudah dilupakan.”

Sena menimbang apakah ia akan menganggap itu pujian atau bukan, tapi sebelum ia genap berpikir, Chanyeol menunduk lebih rendah dan melakukan apa yang sebelumnya ia katakan akan lakukan, dan Sena mengecap sisa sampanye dari mulut Chanyeol di ujung lidahnya saat laki-laki itu menekan bibir mereka.

Chanyeol menarik wajahnya untuk memiringkan kepala ke arah lain dan kembali menutup celah mulut Sena dengan pas, dan ciuman yang kedua ini tidak lagi terasa seperti sampanye, hanya bibir yang basah dan penuh. Sena memaksa matanya tetap terbuka, tapi pandangannya jadi berkunang-kunang, jadi ia memejamkannya. Dan ciuman itu ternyata terasa lebih baik dalam gelap karena panca indera lainnya lebih peka ketika ia tidak bisa melihat. Ujung hidung Chanyeol menyentuh pipinya dan hembusan napas yang hangat di wajahnya meyakinkan Sena kalau ini benar terjadi.

Bukan berarti ia menyukainya. Sama sekali tidak.

Chanyeol mengigiti bibir bawah Sena sedikit, lalu tiba-tiba ia berhenti dan menarik wajahnya lagi. Perkataannya berikutnya membingungkan Sena, “Kau belum melakukannya.”

“Apa?”

“Menendangku.”

Satu kata itu cukup untuk membuat Sena terbakar rasa malu. “Apa? Kau menunggu?” balasnya dengan nada satu oktaf lebih tinggi.

Chanyeol mengangkat bahu, dan cengiran menggoda bermain di bibirnya yang mengilap. “Tidak juga.”

Sena mendorong Chanyeol menjauh dengan kedua tangan, tapi sepertinya ia tidak mendorongnya dengan seluruh tenaga. “Astaga, aku nyaris lupa betapa bencinya aku padamu. Sekarang aku ingat.”

“Aku pernah bilang kalau aku akan membuatmu menyukaiku,” kata Chanyeol, mengabaikan perkataannya sebelumnya. “Mungkin kau sudah mulai.”

“Mulai apa?”

“Menyukaiku.”

Sena bersedekap defensif dan tertawa sumbang. “Seakan itu bisa terjadi saja,” katanya ketus. Ia bermaksud beranjak dari sana, tapi Chanyeol meraih sikunya dan membuat Sena kembali menghadapnya.

“Apa kau membiarkan Kim Minseok menciummu seperti ini juga?” tanyanya.

Sena memutar bola matanya malas. “Kenapa kita kembali ke sana?”

“Ekspresimu aneh saat bicara dengannya. Seperti tidak nyaman, atau mungkin takut,” kata Chanyeol. “Apa yang terjadi pada kalian?”

Sena meluruskan tangannya dan mendesah berlebihan. “Aku pernah mencoba berpacaran dengannya dan hubungan kami tidak berhasil. Kau puas?”

Kedua mata Chanyeol membulat. “Berpacaran? Kau dan dia?”

“Bukan, aku dan kakeknya,” balas Sena. “Nah, karena kau sudah mendengar apa yang ingin kau dengar, aku permisi. Aku sudah lelah dan muak melihat mukamu.”

Dengan itu, Sena berbalik dan melangkah lebar. Ada sejuta pikiran beradu di dalam kepalanya. Entah kenapa angin malam jadi terasa lebih dingin dan napasnya sesak. Tidak nyaman.

Yang baru saja terjadi adalah bencana. Memang, Sena tidak balas mencium Chanyeol, tapi ia juga tidak mendorongnya, hal yang dalam keadaan normal pasti ia lakukan. Itulah masalahnya. Keadaannya tidak normal. Sena sadar ia merasakan sesuatu tadi. Sesuatu yang bukan benci.

Dan ia sama sekali tidak siap menerimanya.

 

***

 

“Baek? Baekhyun-ah? Kau di sana? Aku tahu kau di sana. Kau mengangkat teleponku. YA! JAWAB AKU!”

Terdengar gumaman sumpah serapah paling kasar ala pelaut sampai Baekhyun menyahut sebal, “Demi Tuhan, sekarang jam setengah lima pagi. Apa maumu?”

“Kau sedang apa?”

“Apalagi menurutmu, Jelek?” ulang Baekhyun. “Aku mengantuk. Kau mau bicara dengan dengkurku atau bagaimana?”

“Oke. Kau ingat Kim Minseok hyeong?”

Baekhyun menggumam-gumam lama di seberang sana. “Mantan DJ lepas di kelab, dada tegap, lengan kokoh, wajah es batu, sepupu Junmyeon-ie hyeong?”

“Iya.”

“Tidak ingat, sorry.”

Chanyeol memutar bola matanya dan mendengus. “Aku serius.”

Baekhyun tertawa. “Oke. Ada apa dengannya?”

“Aku bertemu dengannya di pesta semalam. Ternyata dia sudah kembali dari Beijing.”

“Aku tahu.”

“Kau tahu?”

“Aku pergi ke pemberkatan pernikahan Junmyeon hyeong, aish. Sudah kubilang padamu, bergaullah, nerd.”

Well, terserah. Jadi, aku baru saja tahu kalau dia pernah pacaran dengan Ryu Sena entah kapan. Tidak masuk akal, kan? Kebetulan sialan macam apa ini? Di antara semua orang di dunia, Sena pernah pacaran dengan Minseok hyeong. Well, itu dulu, tapi tetap saja. Bisa kau cari tahu kenapa mereka berpisah?”

“Persetan, Park-keparat-Chanyeol. Kau mengganggu tidurku untuk omong kosong ini? Apa peduliku gadis incaranmu pernah pacaran dengan siapa?”

“Kau paling pintar ikut campur urusan orang lain dan mencari informasi. Ayolah.”

Baekhyun mendengus. “Apa yang akan kauberikan sebagai imbalan?”

“Eh… persahabatan yang bersih dan menyenangkan.”

“Aku tutup teleponnya.”

YA!” Chanyeol berseru pada ponselnya. “Oke, apa yang kauinginkan?”

“Rumah.”

“Yang benar saja.”

Baekhyun tertawa mengantuk, kemudian, “Sudahlah. Nanti akan kutanyakan padanya. Omong-omong, aku baru ingat. Apa kau tahu Tiffany juga sedang berada di Seoul sekarang?”

“Tiffany?” Kedua alis Chanyeol terangkat ketika mendengar nama itu. “Aku tidak tahu.”

“Yah, kupikir memang tidak. Bye.”

 

***

 

Sena tersentak bangun dari tidur karena suara heboh air dari kamar mandi. Kantuknya langsung lenyap meskipun ia baru tertidur sekitar dua jam. “Oh Sehun?” panggilnya. “OH SEHUN? HUNIBUNI!”

“AKU TIDAK TULI! BERHENTI BERTERIAK!”

Mendengar balasan Sehun membuat Sena dibanjiri rasa lega. Ia ingin melompat turun dari tempat tidur dan mendobrak pintu kamar mandi dan memiting leher Sehun (oke, mungkin tidak juga, karena ia sedang mandi), tapi sebelum ia sempat melakukannya, pintu kamarnya dibentang terbuka.

Jimin, tentu saja. Kedua mata gadis itu merah dan bengkak, rambutnya berantakan, dan Sena tahun kelegaan singkatnya berakhir.

Sena ingin berkata sinis, apalagi sekarang? tapi sesuatu dalam wajah menyedihkan Jimin membuatnya bertanya, “Ada apa denganmu?”

Jimin duduk di tepi tempat tidurnya (nyaris menduduki kaki Sena) dan Sena melihat garis bekas air mata di wajah Jimin. Mungkin baru menangis, atau malah sudah menangis semalaman. Apa pun itu, pasti buruk. “Luhan,” katanya.

“Dia tidak kecelakaan, kan?” tanya Sena was-was. Ia tahu Luhan pergi ke mana-mana dengan motor, dan laki-laki itu tidak pernah berkendara pelan.  Sena tahu, ia pernah diantar sekali, dan ia menolak mencoba lagi.

“Aku lebih suka dia kecelakaan daripada ini,” Jimin berkata getir, entah karena marah atau sedih.

“Apa yang dia lakukan?”

“Aku tidur di tempatnya semalam, lalu aku tidak sengaja melihat ponselnya,” Jimin cegukan sekali. “Aku membaca pesan singkat dari nomor tidak dikenal, pesannya bilang, ‘Oppa, terima kasih untuk kemarin malam. Kau yang terbaik. Ayo bertemu lagi lain kali. Nayoung.’ Saat aku bertanya pada Luhan siapa Nayoung, dia malah balik bertanya, ‘Siapa? Aku tidak kenal siapa pun bernama Nayoung’.”

“Bisa saja dia memang tidak kenal.”

“Tidak,” bantah Jimin berapi-api. “Saat aku menunjukkan pesan itu dan mendesknya, dia akhirnya mengaku pernah mengantar gadis itu pulang sekali. Sudah jelas, kan? Dia berbohong terlalu sering, mengira aku bisa terus dibodohi.”

Jimin menggosok matanya dengan punggung tangan. Tepat saat itu, pintu kamar mandi dibuka dan Sehun keluar, sayangnya sudah berpakaian lengkap, padahal Sena berpikir Jimin mungkin akan sedikit terhibur dengan pemandangan dada telanjang adiknya. Tapi kali ini Jimin bahkan tidak melirik, seakan tidak menyadari Sehun ada di sana. Jimin pasti benar-benar sedih.

“Aku bertaruh itu gadis yang dulu diciumnya,” desis Jimin. “Jalang keparat. Aku akan membunuhnya. Mereka berdua sekalian.”

Sena memijat pelipisnya. Astaga, ia sudah punya seribu masalah dan sekarang Jimin hanya membuatnya jadi seribu satu. “Han Jimin, jangan menarik kesimpulan sendiri. Belum tentu juga Luhan berbohong. Memang, dia banyak berbohong, tapi mungkin saja sekarang dia jujur. Orang bisa berubah.”

Kalimatnya terdengar seperti pernyataan palsu sebuah iklan televisi. Sena benar-benar tidak berbakat menghibur orang lain.

“Itu hanya ciuman,” Sehun tahu-tahu bergabung tanpa diminta.

Sena mengangkat wajah menatapnya. “Apa maksudmu ‘hanya’?”

“Zaman sekarang ciuman hampir tidak ada artinya. Semua orang bisa melakukannya dengan mudah,” jawab Sehun dengan nada sok tahu terbaiknya.

Sena merengut. “Tentu saja tidak. Kalau itu aku, aku hanya akan melakukannya dengan seseorang yang kusukai.”

Ciumannya dengan Chanyeol semalam terbesit kembali dan Sena merasa seperti ada yang meninju ulu hatinya. Ia bergidik. Tidak, yang semalam itu pengecualian. Tidak mungkin terjadi, dalam ribuan tahun, Sena menyukai Park Idiot.

Jimin di sebelahnya menangis lagi, dan Sehun menatap Sena dengan sepasang mata laser yang membuatnya salah tingkah, seakan laki-laki itu bisa membaca pikirannya. Lalu, Sehun menyambar ranselnya dan keluar tanpa berkata apa-apa.

Sena berpikir ia seharusnya mengejar Sehun dan mengajaknya berbaikan sekarang, tapi ia tidak bisa meninggalkan Jimin begitu saja di sini. Siapa tahu Jimin akan melompat bunuh diri. Lagipula, Sena masih bisa bicara dengan Sehun nanti malam setelah adiknya itu pulang kerja.

“Oke, Han Jimin, sekarang tenang. Berpikir positiflah. Belum tentu dia benar-benar berselingkuh di belakangmu.”

“Lalu apa maksud pesan itu?” tuntut Jimin. “Ramah-tamah? Bercanda? Jelas tidak.”

“Itu harus kau bicarakan berdua dengannya.”

“Dan kau akan bilang aku harus memercayai kata-katanya? Tidak. Aku tidak mau. Dia pembohong dan tukang selingkuh bajingan, titik.”

“Han Jimin, kau menatap bokong Sehun setiap ada kesempatan.”

Pernyataan itu membuat wajah Jimin merona hampir semerah kedua matanya. “Bagaimana itu bisa seimbang dengan apa yang Luhan lakukan padaku?” serunya melengking.

“Tentu saja tidak sama, tapi tetap saja, kalian punya masalah,” kata Sena datar. “Mungkin sudah saatnya kalian berpikir ulang tentang hubungan kalian.”

“Aku mencintainya!”

“Kalau kau benar-benar mencintainya, kau tidak akan tergoda postur model adikku tercinta, kau mengerti?” balas Sena. “Yang harus kau lakukan adalah temui dia, bicara dengannya baik-baik, dan cari jalan keluar yang paling tidak menyakitkan untuk kalian.”

Jimin berhenti menangis dan terpekus, kemudian menyedot ingus yang menyumbat hidungnya kuat-kuat. Suaranya seperti traktor di ladang. Sena lega Jimin sudah lebih tenang. Sekarang Jimin bisa meninggalkannya untuk berurusan dengan masalahnya yang lain.

Bukannya berterima kasih atas pencerahannya, Jimin malah berkata, “Kau begitu pintar soal ini, kenapa kau tidak berkencan seperti orang normal?”

Sena membuka mulut untuk mengusir Jimin dengan jengkel, tapi mendadak ia teringat pada Chanyeol, dan rasa tidak nyaman itu kembali. Ini harus berhenti. Tanpa berpikir, Sena mendapati dirinya menyahut, “ Apa kau punya teman laki-laki yang baik? Kenalkan padaku.”

Jimin melongo. “Apa?”

“Kau punya banyak kenalan. Cari satu yang kau rasa cocok denganku,” kata Sena datar.

“Kau serius?”

“Ya,” jawab Sena. “Aku sedang berpikir untuk mencoba.”

 

***

 

Sehun melemparkan ransel dari bahunya ke balik meja konter kafe keras-keras. Bunyinya mungkin seperti balita yang dibanting ke lantai, kalau memang pernah ada orang yang mencoba membanting balita.

“Astaga, Bro,” Kim Jongin, teman sesama karyawan parowaktunya, muncul entah dari mana dan mengeluh.

“Jangan panggil aku ‘bro’,” gerutu Sehun.

“Oke, Bro.”

Sehun tertarik untuk meraih ranselnya lagi dan melemparnya ke muka Jongin, tapi ia tahu tidak adil melampiaskan kemarahannya pada seseorang yang sama sekali tidak terlibat dan tidak tahu apa-apa, sementara Sehun sendiri tidak yakin ia marah pada siapa.

Pada Sena, yang katanya hanya akan mencium seseorang yang ia sukai?

Pada Park Chanyeol, yang mencium Sena begitu saja?

Kedua orang bodoh itu sama sekali tidak tahu Sehun ada di sana dan melihat mereka semalam. Dengan tidak sengaja, tentu saja. Kalau Sehun tahu ia akan melihat adegan itu, ia akan pulang lebih terlambat lagi. Atau tidak perlu pulang saja sekalian, selamanya.

“Jongin-ah,” panggil Sehun.

Ya, kau harus memanggilku hyeong! Aku lebih tua darimu tiga bulan.”

Sehun ingin mengacungkan jari tengahnya, tapi ia menahan diri dan sebagai gantinya tersenyum manis. “Oke, Hyeong. Kau punya ruang lebih di kamarmu? Aku ingin menumpang tinggal sementara.”

“Memang kenapa di tempatmu?”

“Tidak ada air.” Alasan bodoh.

Jongin berpikir sebentar sambil menggaruk belakang kepalanya. “Yah, boleh saja,” katanya. “Bagaimana dengan nuna-mu itu? Dia akan menumpang di tempatku juga? Karena, kau tahu, tempat tidurku cukup untuk berdua…”

Sehun memejamkan mata dan menangkupkan kedua tangannya di depan dada. “Aku berdoa semoga suatu saat pikiran orang ini dibersihkan dari segala dosa.”

Jongin tertawa dan menimpuknya dengan kain lap. “Baiklah. Tapi kau membayar makan siangku hari ini dan besok, Bro.”

“Tidak masalah.”

Menghindar adalah tindakan pengecut, tapi Sehun tidak mungkin bisa melihat Sena tanpa mengingat kembali hal itu dan merasa sakit hati.

Mungkin sebenarnya ia hanya marah pada dirinya sendiri.

Kenapa, di antara semua orang di dunia, harus Ryu Sena?

 

=to be continued=


The Legends of Black Pearls (Chapter 6)

$
0
0

Author             : Zhou Si Yu

Tittle                : The 12 Legends of Black Pearls

Cast                 : EXO Members OT12

Main Cast        : Others..

Genre              : Fantasy, Romance, Friendship, Brothership, Sad, Action, School Life

Lenght             : Chaptered

Rating             : T

Chapter           : 6

Twitter            : @Khalisah_ES

Summary         : 11 orang Ksatria Legends telah terpisah di berbagai belahan Bumi karena adanya peperangan di EXO Planet tempat mereka terlahir, yang mengancam ke-11 Ksatria tersebut agar mereka terbunuh sebelum memusnahkan kegalapan. Tetapi sebelum kegelapan berhasil membunuh para Ksatria di perang tersebut, MAMA telah meminta kepada The Tree Of Life memindahkan para bayi Ksatria ke tempat yang aman dan diasuh oleh para orang kepercayaan MAMA.

Note                : Asli buatanku sendiri, NO COPAS! NO PLAGIAT!

Aku terkejut bagaimana bisa kekuatannya sudah ada sebelum gerhana matahari muncul?

Suho Prov end

Author prov

“Apa gelang dan pin kalian itu ada tanda mutiara hitam di tengahnya? Ah, maaf aku lancang. Perkenalkan namaku Kim Joon Myun panggil saja Suho.” Ucap Suho sopan, “Lu Han imnida, dan ini adikku Oh Se Hoon. Ne, di tengahnya ada mutiara hitam. Bagaimana kau tahu?”, jelas Luhan. “Karena aku juga mempunyainya.” Ucap Suho menunjukkan kalungnya, Luhan terkejut melihat mutiara hitam dikalung Suho, “A…apa yang dimasukkan Appa ku itu kau, seorang guardian” ucap Luhan terbata-bata, “Ne, aku seorang guardian. Ppali ikut aku ke tempat teman-temanku.” Ajak Suho.

SKIP

“Yakk!! Hyung kenapa lama sekali? Aku menunggumu dari tadi, anak-anak ini sudah makan banyak sekali siapa yang akan mehfffhttt” Mendengar Lay mengomel seperti itu di depan umum membuat Suho harus membekap mulut adiknya itu. “Maafkan adikku yang cerewet ini yah hyung, dia memang seperti yeoja.” Kata Suho malu dihadapan Luhan, yang sudah dia ketahui lebih tua darinya. Walaupun awalnya dia tidak percaya.

Suho menceritakan semuanya kepada Luhan dan Sehun, Suho tidak perlu mengeluarkan kekuatannya untuk membuktikannya. Karena Luhan langsung percaya setelah melihat keanehan Sehun yang dapat membuat angin mengikuti perasaannya. Dari semnang, marah, dan sebagainya.

SKIP

Di istana kegelapan yang meyeramkan, membuat manusia biasa tidak mau masuk ke dalam. Tapi berbeda dengan para penguasa kegelapan, istana kegelapan bagaikan surga buat mereka. Di atas singgahsana terlihat seorang Raja duduk dengan angkuhnya yaitu Raja kegelapan, Raja Kim Young Min. Menjadikan siapa saja sebagai budaknya untuk meraih apa yang dia mau.

“Salam hormat, My Lord,” hormat yeoja tersebut. “Sulli-yah apa sudah kau dapatkan ke empat namja itu?” tanya Raja Young Min. “Sudah, My Lord. Bawa masuk!” perintah Sulli pada pelayan khususnya. “Ini mereka, My Lord.” Lanjut Sulli.

“Kenapa kalian ingin mengikutiku di kegelapan?” tanya Raja angkuh “Kami ingin membalas dendam pada Suho yang membuat kami babak belur dan malu di depan umum.” Ucap namja tampan, Minho. “Alasan yang cukup bagus, tetaplah disini aku akan memberi kalian kekuatan.” Ucap Raja Kim Young Min angkuh.

SKIP

Terlihat 7 namja sedang berada di depan rumah sederhana yaitu rumah Lay dan Suho. “Apa tidak sebaiknya kita berkumpul bersama untuk saling melindungi? Kalau kita tinggal di rumah masing-masing itu sangat menyusahkan, apalagi buatku yang tidak bisa mengontrol kekuatanku sendiri. Ayolah hyung tinggal di rumah ku saja, Suho hyung ayo tinggal di rumahku saja. Ajari aku cara mengontrol angin, Cuma aku kan hyung yang kekuatannya tidak disegel di gerhana matahari. Aku mohon hyung ‘buing-buing’ aku gak mungkin minta ajarin Luhan hyung. Kekuatannya sendiri saja dia gak tau cara gunainnya”, rengek Sehun ke Suho. “Yakk! Oh Se Hoon awas kau.” Marah Luhan karena perkataan Sehun.

Suho akhirnya setuju untuk pindah ke rumah Luhan dan Sehun, karena tidak sanggup melihat aegyo Sehun yang betu-betul imut di mata mereka. “Baiklah, aku mau. Lay-ah rapikan baramg-barang yang di bawa.” Suruh Suho, “Aniya, hyung langsung masuk mobil saja,” ucap Sehun sembari mendorong kelima hyung barunya masuk mobil semuanya hanya pasrah dengan kelakuan maknae mereka itu.

Di depan rumah Luhan dan Sehun mereka hanya bisa melongo, rumah itu sangat besar bagaikan sebuah istana. “Pilihlah kamar kalian masing-masing, masalah pakaian sudah ada di dalam lemari. Aku ada di lantai 2 kalau butuh sesuatu, aku naik dulu semuanya.” Ucap Luhan. “Gomawo hyung.” Ucap mereka serempak.

“Tuan muda.” Panggil seorang wanita paruh baya. “Ada apa?” ucap Luhan. “Tadi Tuan….

TBC

 



First Love – chapter 4

$
0
0

First Love – chapter 4

Author       : Mardikaa_94

Genre         : school life, romance, friendship

Length       : multi chaptered

Rating        : PG-13

Main Cast  : Song Chae Yoon (you), Oh Sehun, Park Chanyeol, Kim Jongin, Byun Baekhyun

~happy reading~

“ah, sudahlah. Lupakan.”

“eeeh, apa-apaan? kau ini kenapa sih? Ayoo ceritakan padakuu.”

“sudah. Aku pulang.” Katanya sambil berlalu meninggalkanku yang masih melongo dengan ucapannya.

“yak! Kau tidak mau pulang?” tanyanya lagi.

“ah. Iya, mian. Kalau begitu aku duluan Chanyeol-ah. Anyyeong.”

Sekarang, kami berjalan kearah yang berlawanan. Chanyeol kearah kiri dari halte dan aku kearah kanan dari halte.

~000~

“Chae Yoon!”

“anyyeong, Sehun-ah. Kau menungguku, ya?”

“tentu saja. Ayo, kita masuk ke kelas.”

Sambil berjalan, aku dan Sehun asik mengobrol tentang bodohnya kami saat masih kecil dulu. Mengingat semua masa-masa kami yang bahagia dan tenang di Ulsan. Mengingat betapa bodohnya Sehun yang jatuh ke lumpur karena melihat ular yang sedang berjemur di pinggir sawah. Mengingat kenakalan kami yang mencuri mangga milik paman Kim. Dan, mengingat kecerobohan kami yang hampir terjun ke sungai yang dalamnya hampir 2 meter. Kalau tidak ada paman Oh, mungkin kami sudah berada di surga sekarang.

“yak! Yang punya ide seperti itu kan kau duluan, Oh Sehun!” kataku sambil menjitak kepala Sehun cukup keras.

“tapi kau mau kan? Lagipula saat itu memang kita sudah sangat lapar. Jadilah, ide nakal seperti itu muncul di kepalaku. Apa salah? Toh, yang penting tidak ketahuan dan perut kita kenyang.”

“tapi aku hampir mati karena jatuh dari pohon!”

“salah siapa ikut memanjat padahal tidak bisa memanjat. Kan aku sudah bilang biar aku saja yang memanjat dan kau tunggu dibawah, Song Chae Yoon.” Jawabnya sambil mengusap ujung kepalaku lembut.

“Chae Yoon-ah!” teriak seseorang dari kejauhan sambil berlari. Yang dipanggil hanya melihat dengan tatapan bingung.

“ada apa Baekhyun-ah?”

“apa kau sudah mengerjakan tugas dari Kim seongsaenim?”

“sudah, kenapa?”

“boleh aku lihat?”

“itu tugas mandiri dan sudah seminggu lalu Baekhyun-ah. Kemana saja kau sampai tidak mengerjakannya?”

“ayolah, kumohon.”

“tidak. Minta saja Jongin.”

“dia sakit.”

“kalau begitu, nanti kau harus berdiri di lapangan.”

“ya Tuhan, kenapa temanku ini jahat sekali.”

“bukan jahat Baekhyun-ah. Kalau jawaban kita sama, bisa-bisa aku ikut dihukum.”

“kita kan teman, kau tidak mau jadi teman seperjuanganku?”

“kalau menyangkut nilai, aku lebih memilih mundur jadi temanmu.”

“Sehun-ah. Cuma kau harapanku satu-satunya. Kumohon, bantulah aku dengan otak jeniusmu. Aku janji akan menuruti apa saja kemauanmu.”

“haha, tidak usah begitu Baekhyun-ah. Ini, ambillah bukuku. Kita kan beda kelas. Jadi tidak akan ketahuan.”

“haha terimakasih Tuhan. Karena kau sudah mempertemukan aku dengan orang jenius yang sudi berteman dengan orang sepertiku. Tidak seperti yeoja dihadapanku ini.”

“yak! Baekhyun! Maksudmu apa?”

“oh, kau merasa? Maaf kalau begitu, yeoja jahat.” Katanya sambil berlalu pergi.

“yak! Baekhyun! Mati kau!”

KRIING! KRIING!

“sudah bel. Aku kekelas dulu ya, Chae Yoon-ah.”

“ne Sehun-ah. Lagipula aku masih ada pekerjaan.”

“pekerjaan apa?”

“membunuh Baekhyun.”

“hahaha, baiklah kalau begitu. Semoga berhasil.”

Disaat aku sedang menghujani kepala Baekhyun dengan jitakan mematikan andalanku, Park Seongsaenim masuk kelas dan menghentikan kegiatanku—menjitak Baekhyun.

“maaf anak-anak. Sebelumnya saya ingin memberitahu bahwa minggu depan sekolah akan mengadakan liburan ke Pulau Nami. Kelompok boleh bebas dan anggotanya boleh dari kelas lain. Dan, harus ada perempuan maupun laki-laki. Info lebih lanjut bisa kalian lihat di mading saat istirahat. Sekarang buka halam 46 dan kerjakan sampai nomor 20.”

“kita harus mengajak Jongin, Sehun, dan Chanyeol! Bagaimana Chae Yoon-ah?”

“terserah kau saja. Asalkan aku tidak sendirian.”

“kalau begitu ajak saja aku!” teriak seorang yeoja yang mampu membuat kupingku dan Baekhyun pengang seketika. Suara cemprengnya ditambah teriakannya yang tepat berada di belakang kami, mampu membuat semua mata—termasuk Park seongsaenim melihat kearah kami.

“ah, mianhae, Park ssaem.” Katanya lagi. Sadar sudah diperhatikan banyak orang.

~000~

“yak! Kau mau kemana?” kata yeoja itu sambil menarik lenganku dan Baekhyun yang hendak ke kantin.

“menurutmu?” jawab Baekhun ketus.

“ke kantin.” Jawabnya lagi polos.

“anak pintar.” Kata Baekhyun sambil melepas tangan yeoja itu dan menarikku ke kantin.

“arrggh! Aku benci yeoja itu!”

“memangnya kenapa? Kelihatannya dia baik.”

“baik apanya? Dengarkan aku Chae Yoon-ah. Dia, Kim Nara, adalah yeoja paling menyebalkan dan aneh seantero dunia. Kau harus percaya padaku.”

“buktinya?”

“buktinya, dia selalu mengejarku padahal orang yang dia suka adalah Jongin. Dia selalu menyatakan perasaannya pada Jongin dengan cara yang benar-benar memalukan dan tentu saja mendapat penolakan dari Jongin. Dia selalu menaruh note yang bertuliskan ‘kau pasti akan menyukaiku suatu hari nanti’ di loker milik Jongin. Dia suka menghayal mirip dengan Taylor Swift dan bermimpi untuk menjadi penyanyi agar nyanyiannya bisa diiringi oleh tarian Jongin. Dia selalu saja mengikuti Jongin jika sedang bersamaku. Tapi anehnya, dia selalu menghindar jika ada Chanyeol. Aneh, kan?”

“yaa, memang aneh, sih. Tapi tidak ada salahnya jika mengajak dia agar sekelompok dengan kita. Aku juga ingin punya teman perempuan.”

“tapi kan—“

“Chae Yoon! Disini!”

Perkataan Baekhyun terpotong karena teriakan Sehun. Segera aku menoleh ke sumber suara dan mendapati sehun juga Chanyeol tengah menghampiri kami dengan sebuah brosur di tangan mereka. Sepertinya mereka habis dari madding. Melihat pengumuman tentang liburan ke Pulau Nami juga mengambil brosur pendaftaran.

Tak lupa ku sunggingkan senyum manis kepunyaanku. Menatap dua namja didepanku secara bergantian. Tapi lebih kearah Chanyeol. Mencoba bersahabat mungkin. Tapi nihil, namja dingin itu malah mengalihkan pandangannya. Seolah muak melihatku karena kejadian kemarin malam.

“ini untukmu. Tulis namamu dan juga kelasmu.” Seketika ucapannya membuyarkan lamunanku. Membuatku kembali ke dunia nyata bahwa sekarang Chanyeol sedang menyodorkan sebuah kertas putih dengan ekspresi dingin kepunyaannya.

“ah, gomawo.”

“jadi, siapa saja anggota kelompok kita?” Baekhyun membuka percakapan seputar liburan. Dan hanya dijawab oleh ekspresi ‘tidak tahu’ dari yang ditanya.

“oh ayolah, Chae Yoon. Kalau kau perempuan sendiri, tidak masalah, kan?” tanyanya lagi. Kali ini mendapat tatapan tajam dariku tentunya.

“sudah kubilang, ajak aku.” Oh, ternyata yeoja itu kembali. Kim Nara. Gadis yang menurut Baekhyun ‘aneh’.

“yak! Sejak kapan kau disini?”

“sejak kapan ya?” balasnya dengan wajah sok berpikir sambil memamerkan aegyo yang menurutku sama sekali tidak imut seperti kebanyakan orang.

“aarrgh! Sudahlah. Hentikan.”

“kau sungguh mau ikut?” tanyaku hanya untuk membuat suasana kembali tenang. Daripada harus mendengar dua manusia bertengkar karena hal kelewat sepele.

“iyap. Sangat sangat mau.”

“baiklah, ayo kita tulis namamu di brosur kelompok ini.”

“mwo?!?! Tidak tidak tidak! Jangan Chae Yoon-ah. Aku tidak mau!”

“aish, kenapa ribut sekali, sih. Sudahlah Baekhyun, tidak apa-apa. Anggap saja dia tidak ada.” Akhirnya pertengkaran yang lumayan sengit itu dibubarkan oleh Sehun.

“Tuhan, tolong kuatkan batinku.”

~000~

Akhirnya hari yang dinanti tiba. Hari dimana aku dan lima temanku akan menginap di Pulau Nami selama seminggu. Apalagi ini musim dingin. Sangat menyenangkan, bukan? Hari ini kami akan berangkat menggunakan bus pukul delapan. Jadi kami harus berkumpul bersama masing-masing kelompok pukul tujuh. Tidak terlalu pagi. Tapi terlalu dingin di pagi musim salju.

Setelah selesai mandi, segera kubuka lemari pakaian dan mulai memilih baju apa yang akan ku kenakan. Setelah sibuk berkutat—atau lebih tepatnya mengobrak-abrik lemari, aku mengenakan celana panjang warna hitam, dengan atasan kaus panjang putih polos, dengan luaran rompi wol yang cukup tebal berwarna-warni dengan motif abstrak. Dan untuk luarannya aku memilih mantel dengan warna senada. Sneakers, syal, dan kupluk warna senada pula. Berlebihan memang, tapi aku tidak kuat dingin. Memang sangat menyebalkan.

Setelah barang-barang yang harus dibawa sudah siap, aku langsung menuju halte bus dengan berjalan sekitar sepuluh menit. Menikmati dinginnya udara pagi seoul saat musim salju. Melihat jalanan kota seoul yang mulai dipenuhi oleh salju yang turun kemarin malam. Serta menunggu lampu untuk pejalan kaki menjadi warna hijau.

Dan sekarang, aku sudah berada di depan gerbang sekolah. Mataku yang sedari tadi sibuk mencari seseorang—atau lebih, mulai lelah karena yang dicari tidak ketemu. Aku mendesahkan nafas berat. Kusenderkan tubuhku yang mulai pegal karena harus menggendong tas yang cukup berat ke tembok disamping gerbang. Kulirik jam tangan yang melingkar manis ditanganku. Jam setengah delapan rupanya. Apa mereka belum datang? Apa mereka berkumpul di suatu tempat? Tapi tidak mungkin, kami sudah janjian untuk berkumpul di depan gerbang sekolah. Jadi, dimana mereka?

Bus yang akan kami tumpangi akhirnya datang tepat jam 07.45. tapi, batang hidung anggota kelompokku belum juga kelihatan. Sampai terdengar suara Do seongsenim yang menyuruh kami untuk berbaris dengan kelompok masing-masing, mereka belum kelihatan. Tuhan, tidak mungkin kan mereka mati disaat yang bersamaan?

Disaat aku sibuk berkutat dengan layar handphone-ku, terdengar suara langkahan kaki seseorang—tidak, lebih tepatnya banyak orang. Apa itu mereka? Karena penasaran, kutengokkan kepalaku menghadap gerbang sekolah. Begitu juga dengan orang-orang yang mendengar langkah kaki itu. Dan ternyata benar saja, di ujung gerbang dapat kulihat seorang namja bertubuh kecil berteriak dengan napas tak beratur.

“maaf kami terlambat!”

Disusul dengan empat orang lainnya tepat di belakang Baekhyun. Terlihat seorang perempuan yang berlari dengan tingkah bodoh dan wajahnya yang pucat, sedang melihat tangannya yang digenggam oleh seorang laki-laki. Laki-laki itu tetap focus pada penglihatannya—menatap jalanan. Meski rasanya muak ditatap terus menerus oleh perempuan yang tangannya ia genggam agar mau berlari lebih cepat.

Tapi, mataku terpaku saat melihat dia. Tubuhku kaku hanya untuk bergerak seinci. Lidahku kelu hanya untuk menelan ludah. Hanya karena melihat laki-laki yang sekarang sudah berada tepat didepanku dengan napas tak beraturan. Jantungku berdegup sangat cepat kala mata kami bertemu. Ditambah senyumnya yang mampu membuat jantungku meledak. Oh ya, jangan lupakan bahwa ini adalah pertama kalinya aku melihat dia tersenyum dengan wajah penuh keringat yang otomatis membuat rambut dan poninya basah.

“maaf, aku terlambat.”

Ya Tuhan, dia tampan sekali.

“yak. Kau tidak apa-apa, kan?” oh astaga. Dia menyadari jika aku sedang memperhatikannya.

“ah, kenapa kalian terlambat? Tidak tahukah kalian jika aku menunggu kalian sampai rasanya mau jantungan karena kalian tidak kelihatan secara bersamaan?!” langsung kuubah raut wajahku menjadi semarah yang aku bisa. Menyembunyikan rasa malu karena tertangkap basah sedang melamun memperhatikannya.

“ceritanya panjang—ah bukan, sangat panjang.” Kini semua anggota kelompokku melihat kearah Nara. Apalagi Baekhyun yang menjawab dengan tatapan kebencian-yang-amat-dalam.

“baiklah anak-anak, daripada nanti kita terlambat, lebih baik kita berangkat sekarang. Masing-masing kelompok diharapkan menunjuk satu ketua untuk memimpin kelompok, melindungi anggota, dan menjadi tanggung jawab jika terjadi sesuatu pada kelompoknya. Setelah selesai, silahkan naik ke bus dan utamakan perempuan terlebih dahulu. Laki-laki membantu perempuan membawa tasnya. Dan sekarang, selamat berlibur.” Ujar Do seongsaenim yang langsung disambut suka cita oleh semua murid. Selanjutnya, masing-masing kelompok sibuk memilih siapa ketua kelompok, begitu juga dengan kelompokku. Tapi bedanya, jika kelompok lain membicarakannya secara baik-baik, berbanding terbalik dengan kelompokku.

“baiklah, kita adakan votting saja, bagaimana?” usulanku yang ternyata langsung disambut oleh anggukan setuju dari semua anggota. Kecuali satu orang yang menggeleng cepat dan langsung berceloteh ria dengan nada yang sedikit manja—lebih tepatnya menjijikan mungkin.

“tidak, tidak, tidak. Pokoknya, yang jadi ketua harus Jongin Oppa. Iya kan, oppa?” apa? Oppa? Oh mungkin dia ingin mengakhiri hidupnya sekarang dengan berkata seperti itu sambil bergelayut manja di lengan kekar milik Jongin.

Sementara yang melihat hanya memasang ekspresi geli yang seolah berkata ‘astaga Jongin, kalian sangat menjijikan’. Dan yang diperlakukan seperti itu langsung menepis dan menghindar untuk bersembunyi di belakang punggung milik Sehun. Menampilkan tatapan death glare kepunyaannya untuk Nara.

“yak! Apa-apaan kau ini! hentikan perlakuan dan omonganmu Kim Nara! Dan jangan pernah memanggilku oppa karena umur kita sama!”

“apa salahnya memnaggilmu oppa? Sebentar lagi kau akan menjadi namjachingu-ku.” Semua yang mendengar langsung melongo bak sedang dihipnotis, apalagi yang diajak bicara. Serasa dunia sedang menertawakan dirinya Karena disukai oleh yeoja seperti dia. Dan yang bicara seperti itu hanya memasang tampang innocent.

Karena suasana sudah berubah menjadi—ya, kau tahu apa. Segera aku berusaha mengembalikan topic semula. Berdehem sebentar, lalu melanjutkan pembicaraan.

“jadi, siapa yang kau pilih, Jongin-ah?”

“jelas aku pilih yang paling jenius diantara kita.”

“kalau kau?”

“aku ikut Jongin.” Ok, dia kembali seperti semula. Dingin.

“kau? Baekhyun-ah?”

“sudahlah Chae Yoon. Kita sama-sama tahu siapa yang akan jadi ketua.” Cibir Baekhyun sambil melirik mengejek kearah sehun. Sementara yang dilirik malah menamplkan wajah ‘ada apa? Aku?’.

“baiklah, ayo kita naik bus!”

Selama diperjalanan, kami menghabiskan waktu untuk bercanda, mengobrol, bahkan bergosip tentang Kyungsoo. Namja yang kejeniusannya jauh diatas rata-rata. Bahkan jauh melebihi Sehun. Yang digosipkan mempermalukan keluarga Do hanya untuk melepaskan hasrat yang bersarang di pikiran kotornya. Menghamili yeoja polos dibawah umur yang mempunya badan—kau tahu apa maksudku, dan pergi tanpa kata maaf setelah melakukan perbuatan bejatnya. Keluarga sang yeoja jelas tak terima. Mereka mengadukan Kyungsoo ke pengadilan, namun ayah Kyungsoo yang notabene adalah pengusaha kaya raya dengan segudang keangkuhan yang rela mengorbankan apapun asalkan harga dirinya tidak dipandang rendah dimata orang lain, memberikan uang sebanyak yang dia punya kepada keluarga sang yeoja yang ternyata hanya keluarga seorang petani desa untuk mencabut tuntutannya. Tapi, nasi telah menjadi bubur. Sekarang Kyungsoo sudah mendekam di penjara, dengan perjanjian bahwa anak sang yeoja dan Kyungsoo akan dipenuhi kebutuhannya sampai lulus kuliah. Dan sekarang, ayah Kyungsoo mungkin sedang menangis meratapi nasib bahwa dunia sudah memandang rendah dirinya. Perusahaannya menurun begitu drastis. Banyak karyawan yang berhenti dan memilih untuk bekerja di tempat lain, daripada harus luntang-lantung di kantor dengan bayarang kecil.

“tapi, kalau boleh jujur, aku kasihan padanya.”

“biarkan saja dia seperti itu! Sewaktu sekolah dia juga tidak pernah meminjamiku PR. Hanya dengan berkata ‘dasar bodoh. Begini saja kau tak bisa?’ dia selalu berkata seperti itu saat aku ingin meminjam PR-nya.” Jelas Baekhyun dengan berapi-api. Merasa dendamnya terbalaskan Karena sekarang giliran dia yang bisa tertawa di atas penderitaan Kyungsoo.

“sudahlah tidak usah dipikirkan. Bagaimana kalau sekarang kita menyusun kegiatan untuk liburan nanti?” usul Sehun seraya mengeluarkan note dan pulpen dari tasnya.

“pokoknya aku ingin makan marshmellow di depan api unggun.”

“kebiasaanmu masih sama saja, Chae Yoon-ah.” Usapan lembut sukses mendarat dikepalaku kala Sehun melakukannya.

Sesampainya disana, kami langsung meminta kunci kamar karena badan kami serasa mau patah karena harus duduk di bus lumayan lama.

“kenapa Cuma satu?!” pekikan Baekhyun mampu membuat kami semua bergidik ngeri kala melihat raut wajah namja itu—mengerikan.

“ya, kata Kim seongsaenim tiap kelompok satu kamar. Tapi tenang saja. Ada pembatas antara laki-laki-dan perempuan.” Kini giliran sang pemimpin kelompok yang menenangkan.

“astaga, mimpi apa aku semalam? Kenapa aku harus sekamar dengan yeoja gila seperti dia?” curhat Jongin yang terdengar seperti rengekan.

“gwenchana, Jongin-ah. Anggap saja aku tidak ada. Dengan melihat wajahmu saja aku sudah bahagia.”

~000~

Malam hari sudah menyapa langit Pulau Nami. Kami semua sekarang sedang berkumul di tanah lapang yang indah jika dilihat saat terang. Bernyanyi sambil bersenda gurau di depan api unggun. Setiap kelompok harus menampilkan sesuatu yang menarik. Bisa dibilang, ini adalah sebuah perlombaan.

“apa yang akan kita tampilkan?” celetukan Baekhyun mampu membuat seluruh raut wajah kami berubah menjadi ‘apa ya?’.

“aha! Bagaimana jika Chanyeol bermain gitar dan… siapa yang bisa bernyanyi disni?”

“Chae Yoon bisa!”

“yak! Sehun! Aku tidak bisa! Apa-apaan kau ini!”

“kenapa? Dulu saat kita mau tidur kau selalu bernyanyi agar aku cepat tidur, bukan?”

“itu kan dulu. Jauh berbeda dengan sekarang.”

“menurutku kau sama saja.” Kalau ditanya apa kelemahanku, bisa dipastikan adalah senyum teduh Sehun. Senyumannya selalu mampu membuatku percaya dan menuruti perintahnya. Dan sialnya, sekarang dia sedang mengeluarkan senjata andalannya itu.

Menghela napas panjang dan agak kasar, aku melanjutkan, “baiklah, aku mau.”

“bagus! Baiklah, mungkin sekarang—.”

“ok, sekarang kita harus melihat penampilan dari kelompok  di bawah pimpinan Oh Sehun!” semua orang sekarang sukses membuat suara gaduh. Pasalnya, kelompokku yang memang beranggotakan ‘namja populer’ sebentar lagi akan melakukan pertunjukan. Yang mana, bagus tidaknya tidak akan bepengaruh pada suara gaduh yang ditimbulkan oleh para yeoja. Mereka hanya sibuk berteriak karena terpana melihat penampilan namja itu—kau tahu siapa.

Segera kulangkahkan kakiku menuju tempat duduk yang disediakan khusus oleh panitia, diikuti Chanyeol yang sedang sibuk mengatur kunci gitarnya. Jantungku berdegup kencang, kala semua mata sedang menatap kearah kami. Kulihat Sehun disana, yang sedang mengepalkan tangannya diudara dan berteriak ‘fighting!’ ke arah kami.

“kau siap?”

“iya, ayo kita mulai.”

 

TBC

 

Waah, maaf ya kalo yang ini nggak jelas. Ini terakhir bagian CHAE YOON POV. Selanjutnya bakal masuk ke inti cerita. Dan  pake AUTHOR POV. Maaf banget kalo kalian kecewa sama chapter yang ini. Selanjutnya aku usahain yang terbaik.

Hope you like it! Sorry for typos, and thank you for reading my fanfic! See you soon, guys! Bye, bye~~

-istri Sehun, tunangan Chanyeol-

 

 

 

 


Be My Love : First Meet (Chapter 1)

$
0
0

Untitled-1

Title : Be My Love | Main Cast : Byun Baekhyun – Han Hyena – Do Kyungsoo | Genre : School Life, Romance, Comedy | Rating : PG-17 | Length : Chaptered

Summary :

“No matter what happens, you will always be my love.”

 

.

.

.

.

.

 

Teriakan yang begitu nyaring terdengar sangat ramai di lapangan basket ini. Bukan karena ada pertandingan melainkan itu semua bersumber dari pria bernama Byun Baekhyun. Sejak satu jam yang lalu ia memulai latihan basket, dirinya selalu menjadi pusat perhatian para gadis di Hasae High School. Lihat saja saat Baekhyun memasukan bola kedalam ring, seluruh gadis yang menonton langsung gaduh. Sejujurnya Baekhyun tidak terlalu memperdulikan gadis-gadis itu, menurutnya teriakan gadis itu sungguh menganggu ketenangan telinganya.

 

Dengan keringat yang membasahi seragam basketnya ia pun berlari ke tepi lapangan untuk mengambil sebotol air lalu meminumnya. Kemudian ia menyeka keringatnya dengan sebuah kain putih miliknya. Sebenarnya hari ini ia tidak harus latihan, tapi demi menghindari mata pelajaran guru Jung – guru matematika ia pun keluar dengan alasan ingin latihan basket. Sungguh tingkat kecerdikannya dalam mengelabui guru sangat ampuh.

 

Dari jauh, tanpa sadar ada seseorang yang berjalan mendekati Baekhyun. Sampai orang itu harus menepuk pundak Baekhyun dengan sedikit keras, “Yak apa kau tidak mau pulang? Kelas pulang lebih awal karena para guru akan mengadakan rapat dengan komite.”

 

“Benarkah? Baguslah setidaknya aku ingin meneruskan game ku yang tertunda.” Baekhyun menjawabnya dengan santai sambil merapikan handuk serta yang lainnya. “Ah aku lupa memberitahumu. Kemarin aku melihat ada restoran yang baru dibuka, jika kau ingin mentraktirku cepat beritahu aku, Kyungsoo-ya.”

 

Kyungsoo pun mengdengus pelan, “Jangan berharap aku akan mentraktirmu.” Setelah itu Kyungsoo pun berbalik dan mulai berjalan menjauhi Baekhyun. “Sudahlah aku pulang dulu.”

 

.

 

.

 

.

 

.

 

.

 

Setelah perjalanan jauh yang ia tempuh akhirnya sekarang ia bisa menginjakan kaki di kota Seoul. Tepat detik ini ia turun dari bus yang ia tumpangi, sambil membawa seluruh barang bawaannya ia pun mencoba melihat secarik kertas yang berisikan alamat apartement yang sudah ia sewa beberapa minggu yang lalu. Kedatangannya kesini bukan tanpa alasan melainkan ia sekarang sudah resmi pindah sekolah, kedua orang tuanya sengaja memindahkannya agar anak mereka bisa belajar lebih pintar lagi.

 

Dengan langkah pasti Hyena pun berjalan dengan hati-hati karena takut gedung yang ia cari terlewati. Sampai pada sebuah gedung yang terlihat tenang, karena lokasinya sedikit jauh dari jalan utama. Ia pun menyeret koper yang ia bawa, tanpa ia sadari resleting dari koper tersebut terbuka tanpa sengaja. Membuat beberapa pakaiannya berceceran di lorong apartement ini. Dan Hyena pun masih belum menyadarinya.

 

Dari arah belakang Hyena terdengar suara derap langkah , tapi ia tidak terlalu memperhatikannya apalagi menoleh ke belakang. Sedangkan orang yang berjalan di belakang Hyena terlihat bingung melihat banyak pakaian yang berserakan, ia pun mengambil salah satu pakaian yang menarik perhatiannya.

 

Yaitu… sebuah Bra berwarna merah!

 

“Apa ini milikmu?” Baekhyun bertanya dengan sorot mata yang masih terkesan dingin sambil menunjukan benda itu dan menganyun-ayunkannya diudara.

 

Sedangkan Hyena seperti merasa terpanggil, ia pun menoleh dan matanya seketika terbelalak kaget. “Bra-ku! Yak apa yang kau lakukan dengan pakaianku! Apa kau pencuri?! Dasar pria cabul! Mesum!”

BUGH!

 

Dengan sedikit brutal Hyena menghampiri Baekhyun lalu memukulnya dengan tas yang ia bawa. Baekhyun yang belum sempat menghindar pun menjadi sasaran empuk dari tas tersebut, membuat sebelah pipinya kini terasa nyeri. Ia pun yang merasa tidak terima langsung menghentikan Hyena dengan menggenggam tangan gadis tersebut agar berhenti memukulinya.

 

“Ya! Bisa kau singkirkan tanganmu?” dengan sedikit kasar berkata seperti itu, terlihat ia langsung menghempaskan tangan Hyena begitu saja. Tanpa sadar Baekhyun memegang sebelah pipinya yang terasa nyeri itu lalu ia pun melenggang pergi kemudian berjalan begitu saja meninggalkan Hyena yang masih mematung di tempatnya.

 

Belum jauh Baekhyun berjalan, Hyena kembali berteriak. “Dasar pria mesum!”

 

.

 

.

 

.

 

.

 

.

 

Seperti biasanya jika Baekhyun sampai di sekolah ia akan selalu duduk di kursinya kemudian melanjutkan kembali mimpinya yang terpotong. Lagi-lagi tanpa memperdulikan para gadis yang sepertinya merupakan adik kelas yang sedari tadi mengintip dari arah jendela. Kepalanya ia tundukan lalu bergulung di balik kedua lengan nya yang bertumpu di meja.

 

Tiba-tiba ada seorang gadis yang datang dan langsung bersandar pada bahu Baekhyun. Jujur saja tanpa suruh Baekhyun untuk melihat orang itu pun ia sudah sangat tahu siapa orang yang selalu berani menempel padanya seperti ini. “Berhenti bersandar padaku. Kau berat.”

 

Kata-kata yang terlontar dari bibir Baekhyun itu cukup membuat gadis yang bernama Yoonji itu merengut sebal, Yoonji juga bisa mendengar suara tawa kecil Kyungsoo yang tepat ada di depan meja Baekhyun. “Apa yang kau tertawakan, huh?!” kata Yoonji yang mulai mengamuk. Kembali ia melanjutkan, “Asal kau tahu, aku sudah berdiet akhir-akhir ini jadi mana mungkin aku masih berat Oppa?” meski kesal tapi tetap saja Yoonji akan selalu bersikap manis jika dihadapan Baekhyun.

 

Baekhyun sama sekali tidak berniat untuk menjawab kembali pertanyaan Yoonji jadi ia memilih diam dan memejamkan matanya lagi.

 

Sedangkan Yoonji sudah biasa diabaikan seperti ini, “Ah ya, apa Oppa mau makan siang denganku nanti? Tadi pagi aku sudah menyiapkan bekal untuk kita berdua.”

 

“Aku tidak mau.”

 

“Oh ayolah Oppa.” Dengan sedikit merajuk Yoonji mencoba merayu Baekhyun.

 

“Apa kau tuli? Aku bilang aku tidak mau.” Kata-kata ini berhasil membuat Yoonji beranjak dari sebelah Baekhyun.

 

“Oppa jahat!” Yoonji mengatakannya dengan sedikit keras membuat beberapa orang sempat memusatkan perhatian pada mereka berdua. Sambil menghentakan kakinya Yoonji pun pergi dari hadapan Baekhyun dan menuju kursinya yang ada di paling depan.

 

Setelah itu kelas menjadi sedikit gaduh karena guru Jung sudah datang. Tapi kali ini berbeda karena tepat di belakang guru Jung ada seorang murid yang tentu sudah bisa ditebak kalau itu adalah murid baru. Murid tersebut adalah seorang gadis cantik dengan rambut panjang yang ia gerai dan juga poni rata menutupi dahinya. Melihat hal itu membuat sebagian murid pria berteriak senang.

 

“Kalian akan mendapat teman baru, jadi tolong perhatiannya.” Guru Jung meminta seluruh murid diam dan memperhatikan.

 

Kemudian dengan sedikit tegang, murid baru itu pun mulai memperkenalkan diri. “Perkenalkan namaku Han Hyena dan aku adalah seorang pindahan dari Busan.” Setelah ia memperkenalkan diri, semua pun bertepuk tangan dan lagi-lagi murid laki-laki lah yang paling keras.

 

Sadar akan kelas yang mulai berisik bagi Baekhyun ia pun mulai menegakkan kepalanya, kedua matanya langsung tertuju pada gadis yang ada di depan kelas. Pandangan Baekhyun belum sepenuhnya lepas karena ia sedang memperhatikan gadis itu yang menurutnya ia pernah melihat gadis tersebut. Selang beberapa detik kemudian mata mereka bertemu, Hyena juga melihat Baekhyun dengan teliti. Matanya kembali terbelalak kaget, ia mengingatnya!

 

Ini tidak salah lagi…

 

Tidak sampai satu detik pun Hyena sangat mengenalinya bahkan dengan melihat sebentar membuat emosi Hyena naik kembali…

 

“Kau! Pencuri Bra!”

 

“…”

 

“…”

 

Seluruh mata kini tertuju pada Baekhyun. Hyena benar-benar menunjuk Baekhyun dengan jarinya… jika boleh diibaratkan… sungguh sekarang ini Baekhyun terlihat seperti seseorang yang sangat mesum…

 

Dalam hatinya Baekhyun sungguh merutuki tingkah gadis itu. Kenapa ia harus sampai berteriak?

 

Jangan tanya bagaimana reaksi Kyungsoo, saat ini matanya seakan ingin keluar dari tempatnya berada karena cukup terkejut dan juga bingung dengan apa yang terjadi apalagi ketika mendengar kata-kata Hyena.

 

.

 

.

 

.

 

.

 

.

 

Berkat teriakannya itu kini membuat Baekhyun menjadi bahan pembicaraan di sekolah. Berita tentang hal yang tadi terjadi benar-benar cepat menyebar. Tapi mau bagaimana lagi nasi sudah menjadi bubur, reputasinya dan juga imagenya yang cool kini pun tercoreng. Sekarang semua orang menganggapnya pria yang mesum.  Bahkan ketika ia melewati lorong sekolah ini seluruh murid terlebih para gadis membicarakannya.

 

“Aku tidak menyangka jika ia semesum itu. Tapi bukankah itu tetap saja tidak mengurangi betapa kerennya dia?”

 

Aku memang keren. Tapi aku tidak semesum itu!

 

“Syukurlah ia masih menyukai hal-hal seperti itu. Pernah aku berfikir ia sempat menjadi pria gay karena ia sama sekali tidak pernah dekat dengan seorang gadis sekali pun. Apalagi berfikiran kotor seperti itu.”

 

Oh yaampun kau kira aku menyukai sesame jenis?!

 

            “Aku pun pernah berfikir seperti itu. Kau tahu? Kedekatannya dengan Kyungsoo pun sempat membuat beberapa orang pernah menganggap mereka gay!”

Ini lebih baik kalian mengatakan bahwa aku adalah pria mesum daripada pria gay yang menyukai mata besar itu!

 

            “Ah itu akan menggemaskan jika mereka berdua benar-benar menjadi pasangan! Aku setuju sekali jika mereka berdua berpacaran!”

 

Apa kalian gila?!-_-

 

Mendengar beberapa percakapan dari gadis yang sedari tadi terus membicarakannya pun cukup membuat bergidik ngeri.  Baekhyun pun keluar dari tempat persembunyian dan berjalan seperti berpura-pura tidak mendengar apapun dari para gadis itu.

 

“Oh! Baekhyun Oppa!”

 

Salah satu dari gadis itu memanggilnya, tetapi Baekhyun mengabaikannya dan melenggang begitu saja menuju tangga dan naik sampai di lantai yang paling atas yaitu rooftop dari sekolah ini. Salah satu tempat favorit dari seorang Byun Baekhyun, entahlah ia menganggap tempat ini begitu tenang karena memang tidak ada seorang pun yang ada di sini.

 

Tapi saat ia membuka pintu dari kejauhan ia melihat ada seseorang yang sedang bersandar pada pagar rooftop, seseorang itu tepat membelakanginya. Dari belakang pun Baekhyun sudah tahu siapa orang itu. Oh tidak, apa benar kata gadis-gadis tadi kalau ia dan Kyungsoo benar-benar seperti sepasang kekasih? Bahkan Baekhyun sudah tahu kalau itu adalah Kyungsoo.

 

Baekhyun bedecak sebal, dengan sebelah tangan yang ia masukan kedalam saku celananya ia pun turut berdiri di sebelah Kyungsoo.  “Apa yang kau lakukan disini?” Tanya Baekhyun tanpa menatap Kyungsoo.

 

Kyungsoo terkesiap, menoleh sebentar kemudian kembali tatapannya menghadap lurus kedepan. “Mencari udara segar.” Jawab Kyungsoo singkat. “Ah ya aku hampir melupakannya.”

 

“Apa?”

 

“Kau tahu kelas terus saja berisik membicarakanmu. Bukan hanya dikelas, bahkan di kantin pun begitu.” Kyungsoo kembali melanjutkan. “Apa kau mengenalnya?”

 

“Mengenal siapa?”

 

“Tentu saja gadis itu, bodoh. Memangnya siapa lagi.” Kata Kyungsoo yang terkesan malas. “Aku hanya kasihan saja, dihari pertama ia masuk sekolah dan ia tidak tahu apapun dengan berani ia menyerangmu seperti itu. Jika saja ia tahu kalau para gadis-gadis yang mengejarmu itu  sangat mengerikan  terlebih mereka seperti rubah yang siap menerkam mangsanya.”

 

“Lihatlah cara bicaramu. Benar-benar seperti guru bahasa.” Baekhyun menjawabnya dengan terkekeh pelan. “Jadi disini kau menyalahkanku? Aku bahkan tidak mengenal gadis itu sama sekali. Lagipula siapa suruh ia berteriak dan mengatakan hal-hal seperti itu?”

 

“Tidak akan ada asap kalau tidak ada api.” Baekhyun sedikit termenung mendengar kata-kata pribahasa yang terus keluar dari bibir Kyungsoo. Lalu Kyungsoo kembali menyambung kata-katanya. “Jujur saja, kau pernah bertemu gadis itu kan? Ia berteriak seperti itu pasti ada alasannya.”

 

Baekhyun pun menoleh kearah Kyungsoo. “Ada apa denganmu? Kenapa kau seperti tertarik dengan masalahku dan  gadis itu?”

 

“Bukan seperti itu Baekhyun-ah, aku han – “

 

“Ah sudahlah, perutku lapar aku ingin kekantin dulu.” Kata Baekhyun sambil merebut minuman yang Kyungsoo pegang lalu berjalan sambil meminum air tersebut.

 

“Bocah itu benar-benar.”

 

.

 

.

 

.

 

.

 

.

 

Jika kalian menanyakan dimana kini keberadaan Hyena, ya kiranya gadis itu tidak ada bedanya dengan apa yang dirasakan oleh Baekhyun beberapa saat yang lalu. Tetapi untuk Hyena itu terasa lebih berat karena sedari tadi sampai sekarang sudah jam istirahat pun ia belum beranjak dari kursinya. Bahkan ia sama sekali belum sempat bersosialisasi dengan teman yang lain semenjak kejadian itu terjadi. Sungguh dalam hati pun ia sudah merutuk pada dirinya sendiri.

 

Bahkan hal ini pun cukup membuat diri Yoonji panas seperti di bakar oleh bara api! Atau bahkan lebih dari itu! Menurutnya Hyena itu seperti orang yang tidak tahu diri! Sungguh membuatnya ingin sekali menjambak rambut Hyena! Karena sudah tidak tahan lagi, akhirnya dengan langkah cepat Yoonji pun menghampiri Hyena.

 

“Yak! Kau!” Yoonji berteriak sambil mendorong bahu Hyena, tapi untung saja hal itu tidk membuat Hyena jatuh dari kursinya. Hyena sedikit terkejut dengan bentakan Yoonji. “Berani sekali kau membuat image Baekhyun Oppa jadi seperti ini?! Kau benar-benar tidak pantas mengatakan hal itu!”

 

Untuk beberapa saat yang lalu memang Hyena cukup sabar untuk meladeni setiap omongan dari beberapa murid lain, tapi untuk kali ini benar-benar tidak bisa dibiarkan. “Pria itu pantas mendapatkannya! Jika kau tidak mengetahui hal yang sebenarnya lebih baik kau diam saja.”

 

“Apa katamu?! Kau baru saja masuk hari ini dan sudah berani bertingkah?! Heol… Yak kau! Aku tidak segan-segan untuk balas dendam padamu!” Yoonji terlihat mulai mengancam tapi itu sama sekali tidak membuat Hyena takut. “Rasakan ini!”

 

BUGH!

 

Dengan dorongan yang keras itu berhasil membuat Hyena tersungkur dilantai akibat perbuatan Yoonji. Hyena yan terkejut itu pun mencoba bangun tapi kembali di dorong oleh Yoonji.

 

“Yak kau!” bentak Hyena yang mulai tidak tahan.

 

“Apa sakit? Rasa sakit seperti itu bahkan belum cukup kau dapatkan!”

 

Yoonji bersiap kembali untuk menyerang Hyena dengan cara menjambak rambutnya. Tapi itu semua terhentikan kala ada tubuh seseorang yang mencoba melindungi Hyena. Tangan Yoonji pun berhenti di udara, ia juga tidak menduga kalau Kyungsoo sudah posisi melindung Hyena. Tanpa berfikir panjang Kyungsoo pun langsung menolong Hyena untuk berdiri.

 

“Apa kau tidak apa-apa?” Tanya Kyungsoo pada Hyena yang sudah berdiri.

 

Hyena pun menjawabnya sedikit gugup. “Oh? Ya aku tidak apa-apa.”

 

Kini  Kyungsoo berbalik menatap Yoonji yang masih terdiam ditempatnya. “Apa kau sudah gila? Yang kau lakukan ini berbahaya Lee Yoonji. Lebih baik kau meminta maaf atau kau mau aku memberitahu guru agar kau di hukum?” Tanya Kyungsoo cukup tegas yang berhasil membuat Yoonji tertunduk.

 

“Kau menyebalkan!”

 

Setelah mengatakan hal itu Yoonji pun pergi meninggalkan kelas. Kyungsoo yang melihatnya pun menghela nafas sejenak. Sungguh hari ini benar-benar berbeda dari biasanya, ya itu menurut Kyungsoo.

 

“Jangan terlalu diperdulikan. Gadis itu memang suka bersikap seenaknya karena ia benar-benar menyukai Baekhyun.” Kata Kyungsoo lagi. “Tapi kau benar-benar tidak terluka kan? Aku bisa mengantarmu ke unit kesehatan.”

 

Segera Hyena menggelengkan kepalanya cepat, “Tidak perlu! Aku benar-benar tidak apa-apa kok.” Kemudian Hyena pun tersenyum kaku.

 

“Ah baiklah kalau begitu.”

 

.

 

.

 

.

 

.

 

.

 

Saat ini jam pelajaran Bahasa sudah dimulai sejam setengah jam lalu, tapi sampai selama itu Hyena tidak terlalu fokus memperhatikannya. Karena entah mengapa seluruh pikirannya tertuju pada seseorang yang ia tahu namanya adalah Kyungsoo. Ya orang yang tadi menolongnya. Bagi Hyena ia adalalah orang pertama yang berbuat baik padanya disini.

 

Ia lihat kursi sebelahnya yang masih terlihat kosong. Kalau di lihat-lihat bukankah kursi itu milik pria yang mencuri bra nya? Mengingat kejadian itu lagi membuat Hyena menjadi kesal. Dengan cepat ia  menghapus kejadian itu dari otaknya. Ia sama sekali tidak memperdulikan pria mesum itu lagi.

 

Yang terpenting saat ini adalah Hyena harus mengatakan terima kasih kepada Kyungsoo, ya bagaimanapun caranya. Karena Hyena salah satu orang yang meraa tidak enak jika ia belum berbalas budi.

 

Ok nanti aku akan berterima kasihnya padanya saat pulang sekolah!

 

.

 

.

 

.

 

.

 

.

 

Baekhyun menggeliat dalam tidurnya. Saat ini ia masih berada di rooftop sekolah dan sepertinya ia baru menyadari kalau dirinya kembali ketiduran di tempat ini. Sepertinya ini efek dari dirinya yang tidak bisa tidur semalam. Ia lihat jam arloji yang melingkar ditangannya, ternyata ia tertidur sampai jam pulang sekolah dengan melihat langit yang mulai sore pun Baekhyun baru menyadarinya.

 

Dengan langkah malas ia pun berjalan meninggalkan rooftop sekolah. Kali ini ia menuruni tangga ya tujuannya adalah kelas, karena ia hanya ingin mengambil tasnya yang masih berada disana. Tapi saat ia masih berada di tangga langkahnya harus terhenti karena ia bisa mendengar suara seseorang yang berteriak.

 

“Kyungsoo!”

 

Baekhyung yang merasa penasaran siapa yang memanggil Kyungsoo pun langsung ia mengintip dari balik tembok dekat tangga. Sedikit matanya ia pertajam agar melihat siapa gadis itu. Karena suasana  sekolah yang sudah sepi membuat suara Kyungsoo dan gadis yang tentunya merupaka Hyena menjadi terdengar jelas bagi Baekhyun.

 

“Oh ada apa kau memanggilku?” Kyungsoo terlihat menghentikan langkahnya dan berbalik sambil bertanya pada Hyena.

 

“Ah aku hanya ingin mengatakan sesuatu padamu.” Baekhyun masih terus melihat gerak-gerik mereka berdua.

 

“Apa?”

 

“Aku sangat berterima kasih soal yang tadi.” Ia lihat Kyungsoo hanya tersenyum menanggapinya.

 

Kemudian ia menaruh sebelah tangannya di bahu Hyena lalu berkata. “Itu bukan apa-apa. Lain kali berhati-hatilah.” Setelah itu Kyungsook tersenyum sambil menepuk bahu Hyena.

 

Kyungsoo kembali melanjutkan perkataannya. “Lebih baik kau pulang sekara – Oh Baekhyun-ah?”

 

Baekhyun mulai berjalan mendekati mereka berdua. Bahkan Kyungsoo sempat memanggil namanya. Tetapi saat semakin dekat…

 

Baekhyun hanya berjalan dengan santai tanpa memperdulikan panggilan Kyungsoo dan juga Hyena yang masih berada disitu. Membuat Kyungsoo dan Hyena menatap kepergian Baekhyun dengan bingung.

 

Ada apa dengannya?, batin Hyena yang bertanya dengan bingung pada dirinya sendiri.

 

.

 

.

 

.

 

.

 

.

 

TBC

 

 


The Pain Of Love

$
0
0

The Pain Of Love

The Pain Of Love

Disclaimer :

Fanfiction ini murni dari otak author sendiri! Tanpa campur tangan siapapun!

No Plagiat! Maaf jika ada kesalahan dalam penulisan, trims ^^

Author :

Littlechick / Sherly Irawati

(www.sherlyirawati99.wordpress.com)

Cover by :

Littlechick / Sherly Irawati

Cast :

Oh Sehun

Kim Yeri

Other Cast:

Park Hana

Han Seulgi

(selebihnya bisa ditemukan dalam cerita)

Genre : Hurt, Angst, Romance, Friendship, School Life

Length: One-Shoot

Rating : PG-15

Summary :

“When you know what love is, then you know what pain is as well.”

-Happy Reading-

 

Seorang gadis berusia 19 tahun itu kini sedang memperhatikan layar laptopnya. Jurusan yang gadis itu ambil adalah Jurusan Sastra. Impiannya adalah untuk menjadi seorang penulis yang dapat mengambil hati para pembacanya. Jam sudah menunjukkan pukul 9 malam tapi gadis itu tetap berkutat dengan laptopnya. Tiba-tiba seseorang masuk ke dalam kamar gadis itu. Seketika gadis itu menutup layar laptopnya dan menoleh kearah pria yang masuk kedalam kamarnya itu.

 

“YA! OH SEHUN! Kau masuk ke kamar wanita seenak jidatmu!”

“Toh kita sudah sering bersama. Sembilan belas tahun apa masih kurang?”

“Cih! Kau mengganggu konsentrasiku saja.”

“Entah kenapa aku merasa ceritamu itu tidak selesai-selesai.”

“Itu karena kau selalu mengganggu konsentrasiku Oh Sehun!”

“Apa karya seorang Kim Yeri akan terkenal nantinya? Sulit dipercaya.”

“YA!!!”

 

Orang tua mereka saling bersahabat sehingga anak-anak mereka pun saling bersahabat. Kim Yeri dan Oh Sehun sudah bersama sejak mereka lahir. Sehun selalu menemani Yeri, bahkan Sehun tahu kalau Yeri ada penggila novel. Setiap minggu Yeri selalu mengajak Sehun untuk menemaninya membeli novel terbaru.

 

Bagi Yeri, novel adalah perasaan dari penulis yang tak dapat diungkapkan secara langsung. Maka dari itu ia ingin menjadi seorang penulis yang menginspirasi banyak orang bahwa sebenarnya kehidupan itu tidaklah sepenuhnya indah.

 

Yeri sedang menulis apa yang ada di pikirannya di sebuah buku pada saat jam istirahat. Jam istirahatnya ia habiskan hanya di dalam kelas. Han Seulgi, sahabatnya selalu membawakan minuman atau makanan ringan untuk Yeri.

 

“Apa yang sedang kau tulis?”

“Entahlah…. Mungkin perasaanku saat ini.”

“Kau jatuh cinta?”

“Tidak bisa di bilang seperti itu juga sih.”

“Kau bahkan mempunyai banyak bahan untuk dijadikan sebuah cerita.”

“Yeri-ya,” lanjut Seulgi.

“Apa?”

“Oh Sehun akhirnya menembakku! Aku tak tahu kalau perasaanku terbalaskan.”

 

‘Sehun bahkan tidak pernah menceritakan tentang perasaannya padaku. Dan kenapa hatiku sakit. Sehun bahkan lebih memilih Seulgi daripada dirinya.’

 

“Yeri-ya.” Seulgi menyadarkan Yeri dari lamunannya.

“Ah selamat Seulgi-ah! Perjuanganmu selama ini tidak sia-sia.”

“Gomawo…. Aku tak menyangka sahabat kecilmu bisa mencintai seseorang sepertiku. “

“Siapapun bisa mencintaimu, termasuk kekasihmu itu.” Yeri hanya tersenyum. Lebih tepatnya memaksakan untuk tersenyum.

 

Yeri sendiri tidak tahu kalau ia mencintai sahabatnya sendiri. Dan bodohnya ia berpikir bahwa Sehun juga mencintainya. Ternyata 19 tahun pun masih kurang untuk membuat Oh Sehun jatuh cinta pada dirinya. Tapi kenapa harus Seulgi? Kenapa harus sahabatnya sendiri? Yeri dan Sehun selalu pulang kuliah bersama. Keadaan sangat sunyi di dalam mobil Sehun.

 

“Kim Yeri?” Sehun membuyarkan lamunan Yeri.

“Ah ne?”

“Apa yang sedang kau pikirkan? Tumben sekali kau menjadi pendiam. Biasanya kau akan memintaku pergi ke suatu tempat.”

“Ah tidak apa-apa. Hanya memikirkan bagaimana kelanjutan cerita yang harus kubuat. YA! Oh Sehun kau bodoh atau bagaimana? Sekarang kau sudah memiliki kekasih. Seharusnya kau sedang pergi bersama Seulgi.”

 

‘Aku memikirkanmu Oh Sehun bodoh!’

“Kau sepertinya perlu ke psikiater karena cerita-cerita karanganmu itu. Kau menyuruhku pergi dengan Seulgi sedangkan aku harus mengantarmu pulang!”

“Cih dasar tak ikhlas!”

 

Setelah mengantar Yeri pulang, mobil Sehun berbalik arah. Yeri sudah menduga bahwa Sehun akan mengajak Seulgi pergi. Sepertinya ia harus membiasakan diri tanpa seorang Sehun. Ia membanting tubuhnya pada sebuah sofa.

 

“Kim Yeri! Kau makan siang dulu!”

“Aku sedang tidak mood eomma….” Ny. Jung memperhatikan anaknya yang sepertinya memang tidak dalam kondisi yang baik.

“Kau kenapa eoh?”

“Aku jatuh cinta eomma.”

“Mwo? Apa eomma salah dengar?”

“Aku serius!!”

“Ah arraseo…. Kau jatuh cinta dengan siapa?”

“Dengan sahabatku sendiri. Oh Sehun.”

“Lalu kenapa kau lesu seperti itu?”

“Dia sudah bersama Seulgi sekarang. Kenapa harus Seulgi! Kenapa harus sahabatku juga!”

“Sepertinya bagus untuk dijadikan sebuah cerita pada novelmu.”

“Eomma…. Aku sedang serius.”

“Ah ne eomma!” lanjut Yeri.

“Apa?”

“Bolehkah saat aku semester enam pindah ke Amerika?”

“Lalu bagaimana dengan novelmu? Apa kau tidak ingin menerbitkannya?”

“Tentu saja aku mau! Aku tidak mau menyia-nyiakan kesempatanku. Aku akan mengirimkan karyaku pada penerbit sebelum aku berangkat ke Amerika.”

“Apa alasanmu ingin bersekolah di Amerika?”

“Alasanku? Sepertinya aku belum mengarang alasan yang bagus,” ucap Yeri dengan bercanda. Sedangkan Ny. Jung hanya berdecak melihat tingkah putrinya.

 

Alasan? Yeri sendiri tidak tahu apa alasannya untuk pindah sekolah ke Amerika. Yeri kembali mengetik kelanjutan novelnya. Biasanya saat ia sedang mengetik, Sehun selalu datang dan mengganggu konsentrasinya. Tapi hari ini berbeda. Yeri merasa kesepian. Ia harus terbiasa dengan keberadaan Sehun.

 

‘Kau terlalu mengharapkannya bodoh!’

 

*

*

*

*

Pagi-pagi sekali Yeri sudah bangun. Ia sedang bersiap-siap untuk pergi kuliah. Hari ini Yeri memiliki jadwal kuliah pagi. Bahkan sangat pagi. Ia meraih kunci mobilnya dan mengendarainya. Hari ini ia akan membiasakan diri tanpa Oh Sehun dan juga tanpa Seulgi. Semester lima sudah tiba. Dimana para mahasiswa akan memilih jalur dari jurusannya tersebut. Seulgi memilih jalur sastra umum sedangkan Yeri memilih sastra Inggris. Ia sudah cukup memahami sastra Korea sehingga ia memilih sastra Inggris untuk dipelajari selanjutnya.

 

Ia hanya duduk dan melamun. Hingga sebuah suara menyadarkan Yeri dari lamunannya.

 

“Anyeong Kim Yeri.” Yeri menatap gadis culun yang sedang mengajaknya bicara.

“Kau Park Hana?” Gadis culun itu hanya menganggukan kepala.

“Ada apa? Tumben sekali kau menyapaku.”

“Eumm…. Itu karena kau selalu bersama dengan Seulgi atau Sehun.”

“Ah mian. Kau benar.”

“Aku hanya ingin menyadarkan kau yang sedari tadi sedang melamun.”

“Ah gomawo….” Hana hanya tersenyum.

“Bisakah kita menjadi teman sekarang?” tanya Hana dengan ragu-ragu.

“Tentu saja Hana.” Yeri tersenyum kearah Hana.

“Tapi apa alasanmu ingin berteman denganku?”

“Eum? Itu karena kau mau berbicara denganku. Selain itu….”

“Selain itu?”

“Kau sepertinya memiliki banyak masalah. Kau hanya melamun daritadi, aku rasa kau butuh teman untuk berbagi. Aku tahu kau kesepian karena jadwalmu terpisah dengan Seulgi.” Yeri hanya tersenyum sinis.

“Selain itu aku juga akan pindah semester depan.”

“Kemana?”

“Amerika. Sebelumnya aku akan mengirimkan karyaku pada sebuah penerbit. Kau jangan lupa membelinya nanti ya.”

“Tentu saja. Yeri-ah?”

“Ne? Apa ada masalah?”

“Bisakah kau mengajariku cara berdandan?”

“Kau sedang jatuh cinta?”

“Bagaimana kau bisa tahu?”

“Karena wanita akan melakukan apapun saat ia sedang jatuh cinta. Termasuk tipe orang sepertimu. Aku akan mengajarimu.Pulanglah bersamaku.”

“Gomawo….”

 

Sepertinya Yeri tidak akan kesepian. Hanya saja ia takut jika Hana akan menyakitinya juga. Tapi ia berusaha untuk berpikir positif. Ia akan menambahkan tokoh Hana pada karyanya. Yeri pulang bersama Hana. Ia berpas-pasan dengan Seulgi dan Sehun. Saat Seulgi dan Sehun akan menyapanya, Yeri berjalan melewati mereka. Hatinya berusaha menahan sakit. Hana hanya mengikuti Yeri dari belakang dan melihat sikap Yeri terhadap Seulgi dan Sehun.

 

Hanya keheningan yang memenuhi mobil Yeri. Hana ingin berbicara tapi ia takut membuat Yeri marah. Saat sampai di rumah, Yeri langsung menaiki tangga menuju kamarnya. Sedangkan Hana mengucapkan salam pada Ny. Kim.

 

“Anyeong Ahjumma,” sapa Hana manis sambil membungkukan badannya.

“Sepertinya wajahmu tidak asing.”

“Aku Park Hana Ahjumma.”

“Omo! Bagaimana kau bisa bertemu dengan Yeri lagi?”

“Hobi kita membuat kita bertemu kembali. Tapi Yeri sama sekali tidak mengingatku.”

“Nanti ia akan mengingatmu kembali. Dia sedang patah hati.”

“Park Hana.” Yeri memanggil Hana yang sedang asik berbicara dengan eommanya.

“Ah ne. Aku akan naik sekarang.” Ia membungkukan badan pada Ny. Kim lalu berjalan menuju kamar Yeri.

 

Yeri benar-benar mengajarinya cara berdandan. Wajahnya kini benar-benar berubah. Tapi perubahannya itu membuat Yeri seperti mengenali wajahnya.

 

“Wajahmu tidak asing bagiku.”

“Apa kau hanya mengingatku sebagai Nana saja?” tanya Hana ragu-ragu.

“YA!! Kau benar-benar Nana?” Yeri masih tidak percaya kalau sahabatnya itu sekarang bersama dengannya lagi.

“Nana yang selalu muncul saat kau bertengkar dengan Sehun. Sepertinya kejadian saat awal kita bertemu terulang kembali. Kau mencintai Sehun kan? Dan kau sedang menghindarinya karena kau melihat Sehun berpacaran dengan Seulgi, sahabatmu sendiri.”

“Kau itu selalu lari dari kenyataan,” lanjut Hana. Yeri memeluk Hana sambil menangis.

“Sebelum membahas Sehun, aku ingin bertanya padamu. Selama ini kau kemana?”

“Aku? Maaf aku meninggalkanmu. Padahal kita baru bersahabat 1 minggu. Saat itu aku pindah ke Jepang. Perusahaan appaku kan berada di Jepang. Karena usiaku masih terlalu kecil untuk ditinggal sendirian di Korea, jadi eomma sama appa membawaku ke Jepang. Saat lulus SMA aku meminta eomma sama appa untuk membiarkanku tinggal di Korea. Mereka mengijinkanku dan sekarang aku tinggal bersama Lee ahjumma.”

“Lalu apa yang membuatmu culun seperti ini eoh?!”

“Itu karena aku patah hati. Sudahlah lupakan. Aku sudah membuang jauh-jauh pria itu dari hatiku. Dan kau melamunkan Sehun saat pagi tadi?”

“Heum….”

 

Tok… Tok… Tok…

 

“Permisi Nona.”

“Ne Han ahjumma. Ada apa?”

“Sehun mencarimu.”

“Ne?” Yeri menatap Hana.

“Temui dia. Aku pulang dulu. Ini sudah jam 5 sore. Eomma akan datang ke apartemenku jam 7. Jadi aku harus pulang. Anyeong,” ucap Hana berlalu. Ia juga membungkukan badan pada Ny. Kim dan juga Sehun. Yeri akan mengejar Hana tapi ia ditahan oleh Sehun. Sehun mengajaknya pergi ke suatu tempat.

 

“Temani aku mencari hadiah untuk Seulgi.”

“Ne?”

“YA! Apa kau lupa dengan ulang tahun sahabatmu sendiri?”

“Ah iya lusa!”

“Apa kau ada masalah?”

“Tidak.”

“Aku sahabatmu! Setidaknya kau menceritakannya padaku.”

“Aku sudah menceritakan pada sahabatku, Hana. Dan kau juga tidak menceritakan padaku kalau kau menyukai Seulgi.”

“Hana? Itu karena aku tidak mau kau mengatakan hal aneh pada Seulgi.”

“Yap! Dia juga sahabatku waktu kecil selain kau. Cih.”

“Terserah kau saja.”

 

‘Dia bahkan tak peduli denganku sekarang cih.’

 

Yeri menemani Sehun yang memilih kalung untuk Seulgi. Yeri melihat ke bagian gelang. Ia memilih gelang dengan hiasan bintang untuk Seulgi. Ia juga memilih sebuah gelang dengan hiasan hati untuk Hana. Ia pun membayar apa yang ia pilih tadi. Sehun juga sudah selesai memilih. Ia berjalan menuju sebuah toko yang membuat miniatur dari clay. Ia memesan sebuah miniatur dirinya dan Sehun. Ia akan mengambilnya minggu depan. Setelah selesai, Sehun menawarkan Yeri ke suatu tempat. Tapi Yeri menolaknya.

 

“Aku ada kuliah pagi Sehun. Bahkan jauh lebih pagi dari kalian.”

“Baiklah. Kita pulang.”

 

Saat sudah sampai, Yeri menitipkan sesuatu pada Sehun.

 

“Bisa kau titipkan bungkusan ini pada Seulgi? Pastikan dia membaca pesannya juga.”

“Kenapa kau tidak memberikan pada orangnya secara langsung?”

“Jadwalku terlalu padat. Aku bahkan harus menyelesaikan ceritaku sebelum semester 6.”

“Ah selain itu. Jangan lupa untuk menjemput dan mengantar Seulgi pulang,” lanjut Yeri.

“Apa kau inginku jemput besok?”

“Gomawo. Tapi kau sudah tidak perlu melakukan itu mulai besok. Aku selalu pulang bersama Hana. Aku membawa mobil sendiri dan juga aku akan pulang lebih sore. Anyeong.” Yeri pun meninggalkan Sehun yang hanya melihatnya dengan bingung.

 

Yeri menghindar dari Sehun dan juga Seulgi. Setiap Sehun mendatangi rumahnya, Yeri selalu berkata ia tidak ingin di ganggu. Saat Seulgi ingin berbicara Yeri selalu mengatakan berbagai alasan. Seulgi bahkan belum membuka bungkusan yang Yeri berikan padanya melalui Sehun.

 

Saat Hana sedang menuruni tangga tiba-tiba Seulgi melewatinya dan tidak sengaja menabraknya. Hana yang kehilangan keseimbangan pun jatuh dan tak sadarkan diri. Yeri yang sedang mencari Hana melihat ada kerumunan mahasiswa disana. Ia melihat ada Seulgi dan juga Sehun. Saat ia melihat siapa yang jatuh, ia langsung berlari menuju ketempat dimana Hana terjatuh. Ia melihat Seulgi yang sedang menangis. Mata Yeri menatap Seulgi dengan tajam.

 

“Kenapa Hana bisa seperti ini?!”

“Maaf Yeri-ya… Aku tidak sengaja menabraknya,” ucap Seulgi sambil menangis.

“Kau lihat sekarang Hana tak sadarkan diri karena kau!” Seulgi tersentak saat Yeri membentaknya. Sehun juga terkejut melihat Yeri yang seperti ini.

“Kim Yeri! Bagaimana bisa kau membentak sahabatmu sendiri eoh?!” Yeri hanya menatap Sehun dengan raut kebencian. Ia benci saat Sehun tidak bersikap adil seperti ini. Semua yang ada disana mengerti perasaan Yeri. Yeri terkenal cukup ramah walaupun jarang berinteraksi dengan mereka.

“Tolong bantu aku membawanya ke mobilku,” ucap Yeri meminta tolong pada yang lain.

 

Yeri hanya memandangi Hana yang terbaring lemah di atas tempat tidur rumah sakit. Tanpa terasa air matanya terjatuh. Ia mengingat kembali saat Sehun jauh membela kekasihnya dibandingkan dengan sahabatnya. Tiba-tiba jari-jari Hana mulai bergerak. Matanya mulai membuka secara perlahan. Mata Hana menangkap sosok Yeri yang tengah menangis.

 

“Yeri-ya…,” sontak Yeri langsung melihat kearah Hana yang kini sudah sadar. Yeri langsung menekan tombol yang ada di tembok rumah sakit itu. Dalam beberapa saat, seorang dokter dan seorang suster datang dan memeriksa keadaan Hana.

“Keadaannya baik-baik saja, hanya perlu istirahat yang banyak. Ia sudah bisa pulang 2 hari kedepan.”

“Ah ne terima kasih.” Dokter beserta suster itu pun keluar.

“Lee ahjumma sedang dalam perjalanan kesini.”

“Ah ne…. Gomawo.”

“Untuk apa?”

“Karena kau peduli dan sudah membawaku kesini. Dan meninggalkan kelas untuk menemaniku disini.”

“Aku juga berterima kasih padamu karena mau menjadi sahabatku dan pendengar yang baik.”

“Kenapa kau menangis Yeri-ah?”

“Ah tidak apa-apa kok.”

“Bohong. Kau tidak bisa membohongiku Kim Yeri.”

“Mian. Hanya saja sikap Sehun membuatku sakit.”

“Lupakan dia.”

“Ne?”

“Kau hanya akan merasakan sakit jika kau mengingatnya terus-terusan.”

“Pulanglah…. Selesaikan novelmu dan beristirahatlah. Aku akan merindukanmu,” lanjut Hana.

“Maaf aku tidak bisa menemanimu besok dan mungkin beberapa tahun kedepan. Tapi aku akan berusaha untuk terus menghubungimu. Ah iya. Ige.” Yeri memberikan sebuah kotak yang berisikan gelang yang ia beli saat menemani Sehun.

“Apa ini?”

“Sebuah gelang. Pakailah gelang itu. Mungkin dengan gelang itu kau akan selalu mengingatku.”

“Tentu saja. Gomawo.”

“Ne…. Aku akan menunggumu sampai Lee ahjumma datang.”

 

Beberapa saat akhirnya Lee ahjumma datang. Lee ahjumma berterima kasih pada Yeri. Kemudian Yeri memeluk Hana dan menangis. Ia tidak tahu kalau ia akan meninggalkan sahabatnya yang sedang sakit.

 

“Kita pasti bertemu lagi. Anyeong.”

 

Yeri pun meninggalkan Hana yang masih menangis karena Yeri akan pergi ke Amerika besok. Sebelum pulang, Yeri mampir ke toko miniatur itu untuk mengambil pesanannya. Kemudian ia menuliskan beberapa pesan. Miniatur itu untuk Sehun. Ia mengendarai mobilnya tepat di depan kediaman Sehun. Ia menitipkan miniatur itu pada seorang satpam yang menjaga kediaman keluarga Oh. Yeri pun mengendarai mobilnya kembali menuju rumahnya. Ia melanjutkan ceritanya. Kini cerita itu sudah selesai dan tinggal ia terbitkan. Tapi ia merubah pikirannya. Ia hanya mengirimkan ceritanya itu pada email Hana. Dan ia menuliskan beberapa pesan.

 

Dear, Hana.

 

Aku harap kau membacanya. Aku tidak bisa menerbitkannya. Jadi aku hanya ingin kau membacanya. Aku harap novelku ini bisa menemani hari-harimu yang membosankan di rumah sakit.

 

Yeri pun menekan tombol send.

 

Hari keberangkatannya pun tiba. Ia benar-benar akan meninggalkan Seoul. Ia akan melupakan segala kenangannya bersama Sehun.

 

To : Hana

Aku boarding sekarang! Jangan lupa buka emailku^^ Anyeong~

 

Sent.

 

*

*

*

*

 

Tring~

 

Suara ponsel Hana berbunyi. Hana pun membukanya.

 

From : Yeri

Aku boarding sekarang! Jangan lupa buka emailku^^ Anyeong~

 

Email? Seketika Hana mengambil laptopnya dan membuka emailnya. Ada satu pesan masuk yang berasal dari Yeri. Hana pun membukanya. Betapa terkejutnya Hana membaca penuturan Yeri.

 

Dear, Hana.

 

Aku harap kau membacanya. Aku tidak bisa menerbitkannya. Jadi aku hanya ingin kau membacanya. Aku harap novelku ini bisa menemani hari-harimu yang membosankan di rumah sakit.

 

‘Bagaimana bisa dia tidak menerbitkan novelnya padahal dia selalu menghabiskan waktunya untuk mengarang.’

 

“Ahjumma….”

“Bisakah aku pulang hari ini?” lanjut Hana.

“Dokter tidak mengijinkanmu.”

 

Tok… Tok…

 

Lee ahjumma pun membuka pintu kamar rumah sakit itu. Hana mendapati Seulgi dan Sehun sedang berjalan kearahnya.

 

“Maafkan aku Hana,” ucap Seulgi sambil menangis.

“Aku tak apa-apa kok. Ah apa kau sudah membuka kotak yang diberikan Yeri?”

“Aku sudah membukanya. Sekarang ia dimana?”

“Di dalam pesawat.”

“Maksudmu?” tanya Sehun.

“Dia berangkat ke Amerika pagi ini.” Seulgi dan Sehun terkejut. Pantas saja Yeri menuliskan bahwa ia tidak bisa bersama dengan mereka berdua lagi.

“Aku bahkan belum meminta maaf padanya,” ucap Sehun penuh penyesalan.

“Apa yang kau lakukan padanya?”

“Aku membentaknya saat ia membentak Seulgi. Pada saat kau jatuh dan tak sadarkan diri.”

“Pantas saja ia menangis saat menemaniku.”

“Dia hanya belum bisa mengontrol emosinya saat bersamamu Sehun-sshi,” lanjut Hana lagi.

“Kau bahkan jauh lebih mengerti Yeri dari pada aku Hana-sshi,” ucap Seulgi.

“Karena keadaannya sama saat aku bertemu dengannya pertama kali.”

“Maksudmu?” ucap Sehun dan Seulgi nyaris bersama.

“Kau akan tahu nanti saat aku akan menerbitkan novel karangan Yeri. Jadi aku tak berniat untuk memberi tahu kalian sekarang.”

“Bukankah dia akan menerbitkannya?”

“Dia mengurungkan niatnya. Tapi aku tak ingin usahanya sia-sia. Aku akan menerbitkannya saat aku keluar dari rumah sakit ini. Aku bahkan tidak bisa menemaninya ke bandara.” Kini bulir-bulir air mata jatuh dari mata Hana. Seulgi juga menangis. Ia bahkan tak pernah bersama dengan Yeri lagi.

“Dan kalian akan tahu alasan Yeri menghindari kalian.”

*

*

*

*

 

Sudah lima tahun semenjak Yeri meninggalkan Korea. Bahkan ia terlalu sibuk dengan hobi barunya hingga ia hanya menghubungi Hana sekali dua kali melalui sebuah aplikasi bernama Line. Setelah pindah ke Amerika, Yeri belajar menjadi seorang fashion designer. Brand-nya pun cukup terkenal hingga Korea. Angela Sugar adalah fashion brand rancangan Kim Yeri. Kini ia akan menginjakan kaki lagi pada Negara kelahirannya, Korea Selatan. Ia mendapatkan undangan untuk menghadiri pertemuan para fashion designer terkenal se-Korea Selatan.

 

“Kim Yeri!” Yeri langsung melihat ke arah pemilik suara.

“Park Hana!” Yeri lari kepelukan Hana.

“Kau belum memberiku alasan kenapa kau kembali. Kim Yeri answer me!”

I comeback as the founder of Angela Sugar*.”

“Kau benar-benar wanita sukses! Bahkan karya buatanmu menjadi buku best seller di toko buku.”

“Aku bahkan belum menerbitkannya.”

“Kau tidak pernah membuka emailmu sama sekali?”

“Aku terlalu sibuk dengan fashion brand-ku.”

“Kau benar-benar! Pantas saja tak pernah ada fanmeeting dengan penulis buku The Pain Of Love.”

“Aku yang menerbitkannya Yeri-ah. Sekitar tiga tahun yang lalu,” lanjut Hana.

“YA!! Kau benar-benar.”

 

Akhirnya mereka mengangkat kaki dari bandara itu. Yeri meminta Hana untuk mengantarnya sesuai dengan alamat yang diberikan. Mereka pun sampai didepan sebuah rumah yang cukup besar.

 

“Yeri-ah.”

“Kita bicara didalam saja.”

“Ah ne….”

 

*

*

*

*

 

“Park Hana kau mengajakku kemana?Bukankah kau sudah tahu bahwa aku–” Hana menarik Yeri untuk masuk ke sebuah restoran.

“Seseorang ingin bertemu denganmu. Tenanglah, biar mereka aku yang urus. Aku akan mengajaknya kesini tepat waktu. Sekalian kita makan bersama.” Hana memutuskan kata-kata Yeri. Yeri hanya menghela nafas kesal.

“Chaaa… Kau duduk disini. Sebentar lagi ia akan datang. Ia yang memaksaku untuk mengajakmu kesini. Aku tinggal dulu ya. Anyeong,” ucap Hana. Hana berlalu pergi untuk menjemput seseorang.

“YA!!”

“Kim Yeri-sshi?” ucap seorang pria yang menggunakan masker dan kacamata hitam sontak membuat Yeri terkejut.

“Bolehkah aku meminta tanda tanganmu di novel ini?” Pria itu memberikan Yeri sebuah novel dan sebuah ball point. Novel itu adalah novel karangan Yeri. Dengan senang hati Yeri memberikan sebuah tanda tangan di buku itu.”

“Rasa sakit juga bisa datang karena cinta ya? Bahkan sampai saat ini aku merasa menyesal pada wanita yang menulis cerita ini?” Pria itu kemudian membuka masker dan kacamata hitamnya. Yeri terkejut melihat pria yang berada di depannya itu.

“Oh Sehun.”

“Mian. Aku sudah membentakmu, mengabaikanmu, dan menyakiti hatimu. Sembilan belas tahun waktu yang cukup lama untuk saling mencintai, tapi maaf aku tidak menyadari kalau kau mencintaiku.”

“Sudahlah Sehun. Tidak ada yang perlu disalahkan lagi,” ucap Yeri.

“Karanganmu sangat indah. Aku juga tidak pernah berpikir bahwa kita sudah bersahabat selama itu.”

“Kita akan tetap bersahabat Sehun-ah.”

“Sembilan belas tahun kita sudah saling mengenal dan selalu bersama. Apakah aku tidak bisa menjadi lebih dari seorang sahabat?” tanya Sehun.

“Bukankah kita sudah bahagia dengan jalan kita masing-masing? Kau bersama Seulgi dan aku–“

“Aku putus dengan Seulgi. Ternyata perasaan kami tidak lebih dari seorang sahabat.”

“Tapi tetap saja aku tidak bisa.”

“Kenapa?”

 

Tiba-tiba sebuah suara membuyarkan suasana canggung dari Sehun dan Yeri.

 

“Maaa… Maaa…” Seorang anak perempuan yang masih kecil berjalan ke arah Yeri. Seorang pria yang cukup tinggi berjalan bersama Hana menuju meja Sehun dan Yeri.

“Kau ingin tahu alasannya? Aku sudah menikah dan aku sudah memiliki seorang anak.”

“Kenalkan suamiku Sehun-ah. Dia adalah Park Chanyeol. CEO dari Park Corporation. Dan anak perempuanku, Park Nari. Aku dan Chanyeol menikah empat tahun yang lalu, setahun kemudian kami di berikan sebuah momongan. Kini Nari sudah berusia satu setengah tahun.” Sehun hanya tersenyum sinis.

“Jadi kau sudah berbahagia semenjak pindah ke Amerika.”

“ Bukan hanya bahagia, tapi aku menemukan profesiku yang sesungguhnya. Aku menjadi seorang fashion designer dengan brandAngela Sugar’.”

“Aku harap kita tetap bersahabat Sehun-ah. Dan juga kau Hana-ya,” lanjut Yeri.

“Tentu saja Yeri-ah,” ucap Hana dan Sehun nyaris bersamaan. Yeri kini berada di sebelah suaminya yang sedang menggendong anaknya.

 

Sehun hanya bisa merelakan Yeri. Merelakan sahabat kecilnya bahagia dengan orang lain. Membiarkannya menikmati kebahagiaannya dengan keluarga kecil yang ia miliki. Sehun sudah cukup menyakiti hati Yeri selama ini. Andai saja ia menyadarinya dari awal. Mungkin saja Yeri sudah menjadi miliknya. Tapi takdir berkata lain. Ia bahagia bukan bersama dirinya melainkan bersama orang lain.

 

The Pain Of Love adalah buku karangan Yeri yang dibuat sesuai dengan kehidupan yang selama ini Yeri jalani. Bagaimana perasaannya terhadap Sehun dan juga bagaimana ia menemukan sahabat terbaiknya, Park Hana. Buku itu juga menceritakan rasa sakit yang selama ini Yeri rasakan saat mengetahui Sehun menjalin hubungan bersama Seulgi. Dan buku itu juga menceritakan bagaimana bahagianya Kim Yeri bersahabat dan menghabiskan waktu bersama Sehun. Tapi kini buku itu hanya sebuah masa lalu yang pahit. Masa lalu yang menyakitkan hanya karena cinta. Lembaran baru itu mungkin saja tidak tertulis tapi lembaran baru itu membuat kebahagiaan Yeri yang sebenarnya terwujudkan.

 

‘Aku mencintaimu Kim Yeri. Semoga kau bahagia.’

‘Aku juga masih sedikit mencintaimu Oh Sehun. Terima kasih kenangan manis yang pernah kau berikan selama ini.’

-The Pain Of Love End-

*Angela Sugar : ini adalah salah satu brand fashion yang ada pada sebuah anime berjudul Aikatsu! ^^ Karena namanya imut makanya aku tertarik menggunakannya sebagai nama brand fashionnya Yeri.


Thunder Love (Chapter 1)

$
0
0

Poster Thunder Love

Tittle    : Thunder Love – Chapter 1

Author : Baegirl20

Cast     : Go Nami (OC) || Oh Sehun (EXO)

Main Cast : Song Jane || Park Chanyeol

Genre  : Marriage Life || sad || angst || hurt(?)

Rating : G

Length : Chapter

Disclaimer : Jika terjadi kesamaan itu bukanlah sebuah ‘plagiat’ melainkan hasil yang telah aku buat dengan imajinasiku sendiri. Ingat typo pasti ada ya chingu.

.

menolehmu dan biacara denganmu saja jarang apalagi memperhatikanmu

.

.

.

 “Nami kerjakan bagian yang ini, arra! Jangan sampai ada bagian yang tersisa sedikit pun. Aku akan kembali 10 menit lagi.” jelas Chanyeol sambil menepuk bahu Nami.

“Ne, arasso” jawab Nami sambil melihat malas pada tumpukan berkas di atas mejanya.

 

Go Nami. Ialah seorang penulis yang terkenal,cantik dan menyukai kesederhanaan. Bekerja di sebuah perusahaan Glam, Seoul. Yang setiap harinya hanya sibuk mengurusi dokumen-dokumen yang akan dirilis setiap akhir bulannya. Namun, bukan berarti dia hanya pemuda cantik yang disibukkan di kantor saja.

 

2 bulan yang lalu Go Nami resmi  mengubah statusnya menjadi seorang istri. Telah terjadi sebuah acara perjodohan yang dilakukan oleh keluarga Tuan Go dan Tuan Oh sehingga Nami berhasil menikah dengan Sehun.

Selama 2 bulan ini, kondisi keluarga mereka bisa saja dibilang baik-baik saja. Jika di depan umum. Namun, nihil. Tidak ada kebahagiaan, setiap harinya hanya diselimuti oleh kebisuan dari masing-masing pelaku.

 

Oh Sehun. Pemuda tampan yang kini menjabat sebagai CEO yang diwariskan dari perusahaan milik Tuan Oh sebagai hadiah dari perjodohan yang bisa dibilang ‘konyol’ baginya.

Sehun berstatuskan suami dari Nami selalu bersikap dingin, bahkan tidak memperdulikan jam kerja Nami yang begitu padat. Tetap saja, pada awalnya pun ia tidak menyetujui perjodohan konyol ini yang dimana ia sedang berstatus sebagai pacar dari Song Jane hingga saat ini.

 

09:00 AM KST

“Aku pulang.” seru Nami yang kini melepas sepatunya.

“Gelap. Tidak biasanya seperti ini, apakah dia belum pulang” Nami hanya mengangkat kedua bahunya saja, bersikap tak acuh kepada lingkungannya yang kini gelap gulita.

Nami pun menyalakan lampu apartemennya, kemudian ia menuju dapur. Saat ia membuka lemari pendingin terdapat secarik stickynote. Nami pun membacanya.

-jangan khawatirkan aku. Kau jagalah rumah ini setidaknya sampai aku pulang. Ada sesuatu yang ingin kukatakan padamu-

 

“Cihh.. memang siapa yang peduli padamu. Lihatlah setiap hari kau bersikap dingin padaku, bahkan kali ini kau menganggapku seperti anjing peliharaan. Dan lihatlah baru kali ini kau mengira bahwa aku mengkhawatirkanmu..?? Yang benar saja Oh Sehun..!!.” Nami yang berbicara pada stickynote yang ia pegang sambil meremasnya.

Jujur saja, ia sebenarnya tidak mau bersikap seperti itu pada suaminya – Oh Sehun. setiap hari tidak ada pembicaraan yang amat penting untuk dibicarakan. Nami ialah istri yang sangat perhatian terhadap siapa saja, ia mewariskan sikap sabar dan tegar dari ayahnya sendiri.

“Molla..” lanjutnya, dibenaknya ia sedikit kebingungan untuk apa Sehun menempel stickynote yang ia dapatkan tadi. Sehun ingin mengatakan sesuatu yang lebih penting untuk Nami ketahui, itulah yang dipikirkan Nami saat ini.

 

At Distrik Jung 11:00 AM KST

“Jane.. ayolah tidur dirumahku saja ne. Kau akan lebih nyaman daripada tidur di apartemen yang kecil ini.” Sehun yang sedang merajuk pada Jane.

“Mwwoo..!! YA..!! kau memang tidak apa karena itu milikmu dengan Nami. Tapi aku akan malu jika berada disana. Yah, mau bagaimana lagi jika ini maumu tidak masalah bagiku chagiyaaa..” jawab Jane sambil menggelayutkan kedua tangannya pada lengan Sehun yang kini memandanginya.

“baiklah jika itu maumu.. aku juga ingin bicara dengannya nanti. Kajja..”

 

***

06:15 AM KST

Pagi ini adalah pagi yang cerah bagi Nami. Ia tidak mau melewatkan kesempatan untuk melihat festival karangan bunga yang kini diadakan oleh salah satu donatur dari rekan kerjanya.

Bip.

Bip.

Bip.

Dengan segera Nami bangun dan mengangkat teleponnya “oh.. Chanyeolie. Apakah kau sudah siap”tanya Nami antusias dan sesekali menguap.

“YAA..! festival itu akan dimulai jam 8 kau masih punya banyak waktu. Nanti aku akan menjempumu. Jadi siap-siaplah arasso..” jawab Chanyeol dengan santai.

“Ya. ta-taapi.. aku ta-“

“Takut dengan Oh Sehun..?? tenanglah aku hanya sahabatmu. Siapa yang akan peduli kepadamu? Dia..?

Cihh.. menolehmu dan biacara denganmu saja jarang apalagi memperhatikanmu. Jika dia bersikap begitu padamu tenanglah aku tetap berada disisimu. Ahh.. mengapa setiap aku berbicara kepadamu selalu saja ada yang mengganggu. Baiklah sudah dulu ne, Eommaku menyuruhku untuk menyiram bunga. Sampai jumpa di festival nanti. “Annyeong Nami-ya”

“Ne anyyeong..”

Setelah menutup telepon dari Chanyeol, sedari tadi ada seseorang yang berdiri dibalik pintu yang sedikit terbuka. Oh Sehun. Ia mendengar semuanya, bahkan ia terlalu peka untuk mengetahui hal yang seperti itu.

Ia pun membuka pintu kamar Nami “kau berbicara dengan seseorang..?” Sehun pun memasangkan matanya dengan sinis ke raha Nami.

 

“Aahh.. it-itu dari temanku.. ani. Itu dari sahabatku. Ya..itu dari sahabatku.” Nami terlonjak kaget melihat keberadaan Sehun yang kini memasuki kamarnya. Ia tidak tahu harus berkata apa, namun di depan suaminya ini. Dia harus bersikap jujur dengannya –Oh Sehun.

***

Disamping itu, Jane yang terlihat bangun tidur. Kebingungan melihat arah tepat sebelahnya ia tidur.

“Tidak ada..” gumam Jane.

Dia mencari Sehun. Dan berkat mencari Sehun ia pun berkeliling, di sekitar rumah mereka dengan disuguhkan pemandangan yang sejuk namun sempat mengiris hati Jane. Pajangan beberapa foto pernikahan Sehun & Nami.

Jane pun seolah-olah bersikap tegar. Mungkin ini yang harus ia relakan demi Nami. Namun, ia juga tidak harus merelakan Sehun begitu saja bukan..?

Disana. Jane melihat suatu pemandangan yang sangat menarik  baginya.

“Daebakk.. aku belum menemukan miniatur yang se-indah ini. Tapi, jika dipikir-pikir rumah ini bagus juga. Tidak ada salahnya jika aku tinggal disini beberapa bulan. Toh si pemilik rumah ini tidak masalah dengan keberadaanku” Jane yang melihatnya pun terpukau sambil memandangi design rumah yang mewah milik Nami dan Sehun.

Jane mendekat, kemudian mendekat. Ingin melihat lebih jelasnya miniatur yang berkelas ini.

Namun.. “non..” seorang pelayan yang sambil menepuk bahu Jane.

Jane langsung tersentak kaget. Berteriak. Alhasil Miniatur yang dilapisi kaca berbentuk persegi jatuh begitu saja dan tentunya berserakan. Dan pastinya kejadian ini pun di ketahui oleh dua insan yang tengah berada di dalam kamar tersebut.

“Non.. kau memecahkan miniatur kesayangan nyonya Nami, bagaima-“ ucap bibi Won yang kini bergantian melihat minatur tersebut dan Jane.

“Heii.. bagaimana apanya, aku hanya ingin menyentuhnya dan kau malah mengagetkanku. Apa ini disebut sebuah kesalahan. Kau ingin melaporkanku kepada Sehun..? perihal ini..? Yang benar saja, disini kau yang mengagetkanku.. KAU YANG MENGAGETKANKU DAN MENGHANCURKAN MINIATUR INI.” teriak Jane ditelinga Bibi Won.

“Bu- buk- bukan begitu non.. hanya saja kau ingin menyentuh miniatur itu. Saya kebetulan lewat dan sempat melihat nyonya mendekati miniatur itu. Saya tidak tahu siapa nona, setahu saya kemarin tidak ada tamu disini, jadi saya in-..” jelas bibi Won yang menahan takutnya terhadap Jane.

“Mwoo..!!! Jadi, kau yang pikir aku ingin merusak miniatur ini..?? Lihatlah siapa yang merusaknya. Ini semua gara-gara kau, bodoh. Ini semua kau-” teriaknya yang kedua kalinya sambil mengarahkan jari telunjuknya tepat di depan wajah Bibi Won.

“Hentikan Jane.!!! YAA.. apa yang kau lakukan terhadap Bibi Won” potong Sehun sambil mendekat ke arah mereka berdua.

Disamping itu, Nami berdiri tidak jauh dari mereka sambil melihat miniatur yang kini berserakan dilantai tidak karuan. Nami menatapnya sedih mengingat kenangan yang ia lakukan bersama mendiang Eommanya dulu, dengan miniatur yang sudah berserakan bukan berarti ia tidak dapat memperbaikinya kembali. Namun, kenangan tersebut akan terselip selalu jika ia melihat miniatur itu. Ia selalu membayangkan ketika bersama Eommanya dulu. Dan jika ia harus memperbaikinya itu akan sia-sia saja. Karena tidak ada Eommanya yang dulu yang kini dapat membantunya untuk mengerjakan bersama Nami.

“Hei.. lihatlah. Disini aku bukan orang asing pelayan. Kemarin malam Sehun lah yang membawaku kesini. Mungkin saja kau sudah tidur karena kelelahan mengurusi rumah ini, disamping tubuhmu yang sudah terlihat rapuh dan wajahmu yang selalu masam, dan telalu kecut untuk dilihat.”

“Kau tau aku ini adalah Jane. Kekasih Sehun. Oh Sehun.!! Arra.?” lanjutnya.

“hentikan Jane, ini masih pagi kau seharusnya tidak harus bersikap seperti itu kepada Bibi Won. Minta maaflah sekarang.” ucap Sehun dengan perasaan bersalah pada Bibi Won

“Ne..? Kau bilang aku harus meminta maaf pada pelayan tua ini..?” tanya Jane yang tidak mengerti, “jelas-jelas disini aku yang jadi korban dan ka-“

“Minta maaflah sekarang. Jane..!!” Sehun sudah tidak bisa menahan amarahnya lagi.

Apapun yang ia lakukan jelas-jelas untuk melindungi Bibi Won yang ia anggap layaknya ibunya sendiri.

 

Namun, tetap saja Jane telah mengejutkan Nami dan Bibi Won, mereka sama sekali tidak percaya dengan apa yang barusan Jane katakan.

“Kekasih..? Jane..?Jane..?” batin Nami yang kini bertanya-tanya. “apakah dia Jane..? tapi sepertinya nama itu tidak asing. Jane ? Nami mengulanginya kembali, “apakah itu Jane yang aku kenal..?”

*TBC*

Annyeong chingu… gimana dengan FF ini?  Kepanjangan?  Flat? Biasa-biasa aja? Dst.

Oke, mohon dimaafkan yah, karena ini FF pertamaku, jadi aku akan berusaha untuk menyajikan yang layak kalian baca😀

mmm.. apalagi yah, mungkin itu aja dari author. Mohon dihargai yah dengan tidak bertindak plagiat terhadap FF ini. Sorry for typo, mohon tinggalkan comment yah setelah membaca…

Ppaii…

 


Vampire Prosecutor (Chap 3)

$
0
0

Vampire Prosecutor Poster

VAMPIRE PROSECUTOR

CHAPTER 3

Author          : Cantika_Kim

Length          : Chaptered

Genre           : Action, crime, thriller, mystery

Main Cast     :

  1. EXO Kai as Kim Jong In
  2. Nam Yura (OC)
  3. EXO Sehun as Oh Sehun
  4. SHINEE Taemin as Lee Taemin

Supported Cast :

  1. EXO Suho as Kim Joonmyeon
  2. EXO Lay as Zhang Yixing

Disclaimer      : FF ini murni buatanku, seiring bertambahnya chapter akan semakin berkembang kasus-kasus yang sedang mereka tangani.

Sinopsis          : Nam Yura, seorang jaksa muda yang tidak percaya dengan adanya vampir diharuskan menghadapi sejumlah kasus-kasus mengerikan yang berkaitan dengan vampir. Yura sangat menaruh kepercayaan terhadap Kim Jongin, partnernya. Bahkan kepercayaan itu lama kelamaan berubah menjadi rasa cinta. Namun apa yang akan terjadi bila Yura tahu bahwa Kim Jongin adalah vampir, makhluk yang tak pernah dipercayainya ?

 

 

 

 

 

 

-Vampire Prosecutor-

 

-Author’s POV-

 

“Tolong saya, tuan. Tolong saya”, seorang wanita paruh baya terlihat berlutut di depan Jongin. Sementara Jongin ? Ia hanya menatap wanita tersebut sambil sesekali menghela napas.

“Maaf nyonya. Bukannya saya tidak mau, tapi kasus tersebut sudah ditutup sejak 2 tahun lalu dan itu murni kasus bunuh diri”

“TIDAKKK!!! ANAKKU TIDAK BUNUH DIRI!! DIA DIBUNUHH!!”, wanita itu berteriak histeris, beberapa orang disekitarnya memegangi wanita tersebut agar tidak menyerang Jongin.

“Ada apa ini ?”, kedatangan Yura membuat semua orang terdiam.

“Begini, Yura–“,

“Ibu ini ingin agar kasus kematian anaknya dibuka kembali”, Jongin memotong perkataan Junmyeon.

“Kapan kasus itu ditutup ?”

“2 tahun yang lalu, Ra. Dan pengadilan menegaskan kalau itu kasus bunuh diri”, ucap Junmyeon.

Yura terlihat berpikir, ia kemudian mengajak ahjumma tadi untuk berbicara dengannya, “ahjummeoni, ikutlah denganku sebentar.”

Mata Jongin mengikuti arah perginya Yura dan ahjumma itu. Entah kenapa ia takut Yura akan kenapa-kenapa mengingat ahjumma tadi yang hampir menyerangnya.

“Sudahlah, Kai. Dia akan baik-baik saja”, ucapan Sehun membuat Jongin mengeraskan rahangnya.

“Jangan panggil aku dengan sebutan itu lagi”, Jongin menatap Sehun sebentar lalu berlalu ke ruangannya.

Sementara itu, Sehun hanya geleng-geleng kepala. Ia tidak menyangka temannya itu masih menyimpan dendam pada Lee Taemin, “Kapan ini akan berakhir”, gumam Sehun.

 

 

 

 

 

 

Taman depan kantor kejaksaan

“Tolonglah saya, nona”, ahjumma tersebut menggenggam tangan Yura erat.

“Kenapa ? Apa alasan kuat saya harus membuka kembali kasus tersebut, ahjummeoni ?”, wanita tersebut menghela napas berat. Ia mengelap air matanya kasar lalu menatap Yura.

“Chanmi-ku bukanlah orang yang akan melakukan bunuh diri. Jelas sekali bahwa ia dibunuh vampir” ucap ahjumma itu.

“A–apa ? Va–mpir ?”, Yura membelalakkan matanya. “Apa maksud ahjummeoni ?”

“Detektif yang menangani kasusnya selalu mengatakan bahwa Chanmi sengaja menusukkan garpu ke lehernya. Itu tidak mungkin, kan ? Aku sangat-sangat yakin itu perbuatan vampir”, ahjumma tadi menatap lirih ke arah Yura.

“Kumohon, bantu saya”, tanpa berpikir panjang Yura mengangguk. Bagaimanapun juga dengan membuka kembali kasus ini, maka dia juga dapat menguak misteri kematian orang tuanya.

“Baiklah, ahjummeoni. Saya akan naik banding kasus ini ke pengadilan tinggi. Saya sangat berharap kita dapat membangun kerja sama yang baik”, ucap Yura sambil tersenyum.

“Terima kasih, nona. Terima kasih..”, ahjumma tadi kemudian memanggil taksi dan berpamitan pulang pada Yura.

‘Vampir ? Tidak mungkin’ batin Yura. Ia pun kembali menjejakkan kakinya ke dalam gedung kejaksaan dan segera menuju ke ruangan Jongin.

.

.

.

.

.

.

.

.

“Kau menyetujuinya ?”, Jongin melipat kedua tangannya di depan dada.

Yura mengangguk. “Ya. Memangnya apa salahnya ?”

“Tapi kasus itu sudah ditutup, Yura! Lagipula sudah jelas detektif mengatakan kalau itu murni tindakan bunuh diri”, Jongin berdiri dari kursinya, kemudian berjalan ke depan meja dan sedikit bersender di meja.

Jongin benar. Kasusnya memang sudah di tutup 2 tahun lalu dan untuk naik banding atas satu kasus itu bukan perkara mudah.

Flashback

“Terima kasih, nona. Terima kasih..”, ahjumma tadi kemudian memanggil taksi dan berpamitan pulang pada Yura.

“Ahh.. ahjummeoni..”, ahjumma tersebut berbalik menatap Yura.

“Siapa detektif yang menangani kasus puteri anda saat itu ?”

Ahjumma tersebut terlihat berpikir keras. “Kalau aku tidak salah.. Nam Jonghyun”

Yura terdiam. “Nam Jonghyun ?”, gumam Yura.

 Ahjumma tersebut yang hanya melihat Yura diam akhirnya memutuskan untuk pamit pulang.

Flashback off

.

.

.

.

.

.

.

“Hmm.. Kau mau membantuku, kan ?”, tanya Yura.

“Tidak”

“Ayolah…”

“Tidak”

“Aku akan mengabulkan apapun yang kau inginkan”

“Benarkah ?”, Jongin mengerutkan alisnya.

“Iya”

Senyuman miring Jongin membuat Yura mengutuki dirinya sendiri. Ugh, ia hanya bisa berharap Jongin tidak minta yang aneh-aneh. ‘Mati saja kau Yura’ batin Yura.

“Ahh.. molla. Aku tidak tahu. Nanti saja ya aku mintanya”, perkataan Jongin membuat Yura menghela napas lega.

Jongin kemudian menelpon rekannya mengenai kasus Chanmi, sementara Yura duduk di sofa ruangan sambil memutar-mutar handphonenya.

“Nam Jonghyun”, Yura bergumam pelan, “Mungkinkah itu kau, oppa ?” Akhirnya Yura memutuskan untuk menelpon kakaknya.

“Yeoboseyo”

“Oppa”

“Hmm.. Yura-ya, bagaimana kabarmu ?”

“Aku baik, oppa”

“Baguslah”

“Oppa”

“Ne ?”

“Apa kau ingat kasus Lee Chanmi, gadis remaja yang bunuh diri dengan menancapkan garpu di lehernya ?”, Yura berusaha bertanya dengan sangat lembut.

“Ahh.. apa yang kau bicarakan ? Aku tidak mengerti”

“Oppa, kita harus bertemu. BESOK”, Yura sengaja menekankan kata besok, karena jika tidak, kakaknya itu akan mencari-cari alasan agar tidak bertemu dengannya.

Baiklah, oppa akan pulang ke korea malam ini”

“See you”, Yura memutuskan sambungan telponnya.

“Siapa ?”, Jongin sedikit khawatir melihat perubahan ekspresi Yura.

“Ahh.. itu, oppaku”, Jongin mengangguk-anggukkan kepalanya.

.

.

.

.

“Jong”, panggil Yura pelan.

Kata-kata ahjumma tadi masih terngiang di benak Yura, terutama soal vampir. Vampir itu tak pernah ada kan?

Is vampire exist ?”

 

Hening.

 

“Ada apa ? Kenapa tiba-tiba bertanya seperti itu ?”, Jongin melangkahkan kakinya dan duduk di samping Yura.

“Aa..ahh tidak..aa..pa”, jawab Yura sedikit tergagap karena Jongin duduk terlalu dekat dengannya.

“Jong, kau maauu..aa..paa ?”, Yura memundurkan tubuhnya ketika tangan Jongin menyentuh dahinya.

“Kau sakit ya ?”, Yura tersenyum geli mendengar perkataan rekannya itu.

“Hey, tanganmu dingin sekali. Aku rasa kaulah yang sakit”, Yura menggenggam tangan Jongin dengan kedua tangannya dan meniup-niup tangan Jongin.

“Bagaimana ? Sudah lebih hangat, kan ?”, Yura tersenyum ke arah Jongin dan entah kenapa itu membuat Jongin salah tingkah. Jongin langsung menarik tangannya dari Yura.

Bodoh. Seharusnya Yura tidak melakukan itu. Karena itu sama saja dengan memancing Jongin.

“Ehh, maaf aku tidak bermaksud—hmpphh”, Jongin tiba-tiba melumat bibir ranum Yura dengan cepat dan terkesan memaksa. Jongin tahu mungkin ia sudah gila, dan ia tahu mungkin setelah ini Yura akan benci padanya, tapi ia sudah tidak bisa menahan rasa tertariknya pada Yura.

Sejak awal Yura datang, Jongin bisa merasakan aura berbeda dari gadis itu. Setiap manusia yang ada di dunia ini memiliki aura berbeda-beda yang terpancarkan melalui bau darah mereka. Dan bau darah Yura sangat harum menurut Jongin.

Jongin melepas pagutannya pada bibir Yura. “What do you think ?

Ya ampun. Yura sangat yakin saat ini wajahnya pasti sudah semerah kepiting rebus. Ia hanya bisa tertunduk, tak berani memandang wajah Jongin.

There’s no way vampire exist”, jawab Yura terengah-engah.

“I’m not talking about vampire, but i’m asking if you know what I wanted”, Jongin menyingkirkan anak-anak rambut di dahi Yura dan itu lagi-lagi sukses membuat Yura tersipu.

“Be mine”, Jongin mengatakannya tepat di telinga Yura, membuat gadis itu sedikit bergidik geli.

“What ?”, Bodoh. Yura jelas-jelas tahu maksud Jongin barusan. Tapi entah kenapa ia ingin memastikan permintaan Jongin.

“Be mine. I want you to be mine

“Tapi–hmmphh”,Jongin kembali mempertemukan bibir mereka dan kali ini Jongin memagutnya dengan sangat lembut. Dan tanpa Yura sadari, ia mulai menikmati permainan bibir Jongin.

Seseorang, tolong katakan pada Yura kebenarannya.

.

.

.

.

.

.

.

.

Hal yang dapat Yura lihat kini adalah wajah Jongin yang begitu dekat dengannya. Ia dan Jongin resmi berpacaran 30 menit yang lalu.

Kalian tahu ? Sebenarnya Yura sudah mengagumi Jongin sejak lama. Tepatnya saat Jongin mengisi mata kuliah hukum saat ia masih menjadi mahasiswi. Yura tidak bisa mengalihkan tatapan matanya dari Jongin saat itu, ia merasa seperti Jongin adalah mutiara berharga yang sangat berkilau. Dan..

“Akhh.. appo”, Yura memegang dahinya yang sakit akibat disentil(?) Jongin.

“Yakk!! Kau–”

“Siapa suruh melamun”, sergah Jongin cepat sebelum terkena semburan kemarahan Yura. Yura mempoutkan bibirnya kesal.

“Omo!! Kau ini lucu sekali”, Jongin mencubit gemas pipi Yura.

“YAKKK KALIAN!!!”, Jongin dan Yura menoleh ke sumber suara. Yixing, Junmyeon dan Sehun berdiri berjejer di depan pintu dengan tangan dilipat di dada.

“Jadi begini kelakuan kalian ?”, ucap Yixing gemas.

“Sejak kapan kalian pacaran ?”, Sehun bertanya datar, matanya menyiratkan sedikit kemarahan.

“Sudahlah, mereka mau pacaran atau apa terserah mereka”, sergah Junmyeon.

“Kalian bertiga, kemarilah”, Jongin menepuk-nepuk sofa kosong di sebelahnya.

Berbeda dengan Junmyeon dan Yixing yang langsung duduk, Sehun malah memilih pergi dari ruangan Jongin.

“Ada apa dengan anak itu ?”, gumam Yixing.

“Hey, Yura, apa kita akan membuka kasus itu lagi ?”, tanya Junmyeon.

“Setelah aku baca datanya, aku rasa kasus itu tidak masuk akal”, Yixing menyenderkan kepalanya di bahu Junmyeon.

“Mana mungkin ada orang yang bunuh diri dengan menancapkan garpu di lehernya ? Kenapa tidak sekalian dia tebas saja kepalanya ?”, tambah Yixing.

“Yakk!! Kau ini menyeramkan sekali”, ucap Junmyeon.

“Ibunya yakin sekali kalau itu perbuatan vampir”, Yura berucap pelan.

Yixing dan Junmyeon serempak menatap Jongin. Sementara itu Jongin mentap lurus ke depan, tangannya terkepal erat.

“Yura-yaa, vampir itu tidak ada, kau tahu ?”, Yixing tertawa terbahak-bahak dan dihadiahi pukulan dari Junmyeon.

“Yakk!! Tidak ada yang lucu”, kata Junmyeon.

“Masalahnya, detektif yang menangani kasus ini adalah..”, Yura menghela napas, “kakakku.”

WHAT???”, Yixing dan Junmyeon berteriak serempak.

Jongin berdiri dan keluar dari ruangannya tanpa mengatakan sepatah katapun. Hal itu membuat Yura berdecak sebal ke arah dua rekannya ini.

“Kalian sih berisik”, ucap Yura.

.

.

.

.

.

.

.

Another place

“Heyy, Kim Kai!! Lama tidak bertemu, sobat”, Taemin memegang bahu Jongin gemas dan dengan cepat di tepis oleh Jongin.

“Siapa yang melakukannya ?”, tanya Jongin datar.

“Yakk!! Kenapa senang sekali marah, huh ? Kau ini baru datang kan, bagaimana jika kusediakan minuman dulu ? Kau pasti haus”, ucap Taemin panjang lebar.

“Apa kau yang melakukannya ?”, pertanyaan Jongin membuat Taemin mengerutkan alisnya.

“Sebenarnya kau berbicara apa?”, tanya Taemin.

“Lee Chanmi”

“Chanmi ??? Hmm… Aku tidak tahu”, ucap Taemin enteng.

“Ini pasti ulah pengikutmu”

“Tenang saja, nanti akan kutanyakan pada mereka. Apa sih yang tidak akan kuberikan pada sahabatku ini ?”, sungguh Jongin sudah muak dengan semua omong kosong ini. Ia pun mulai melangkahkan kakinya keluar dari ruangan Taemin.

“Hey, Kai!”, Jongin berbalik.

“Nam Yura, dia sangat cantik”, kata Yura sambil menunjukkan smirk nya.

“Sialan kau”, dengan kekuatan teleportasinya, Jongin sudah berada di depan Taemin dan menghujami laki-laki itu dengan pukulan.

“Dengar, Lee Taemin!! Jika kau berani menyentuh satu helai pun rambutnya, kau akan habis ditanganku”, ucap Jongin pelan lalu menghempaskan tubuh Taemin ke dinding.

Taemin bangkit dari duduknya tepat setelah Jongin pergi. Kini, ia yakin Yura sangat berharga bagi Jongin.

“Benarkah, Kai ? Kau akan melukaiku kalau aku menyentuhnya ? Coba kita lihat nanti”, gumam Taemin sambil menyeka darah segar yang masih mengalir di sudut bibirnya.

 

 

 

 

 

 

 

 

TBC

I’m back woohooo😆😆 Maaf ya disini ga ada adegan-adegan yang serem, soalnya mood aku lagi baik bangett, entah kenapa suasah bikin yang serem-serem wkwkwk..

Buat Jongin-Yura shipper,, tuh aku kasih adegannya. Tapi maaf ya kalo kurang feel nya, soalnya aku punya banyak imajinasi di pikiranku tapi masukin ke ceritanya agak susah yaa.. maklum masih new author.

Sekedar ngasih bocoran, di chap berikutnya Yura udah mulai curiga sama Jongin. Jadi tungguin chapter depan yaa!!

RCL yaa guyss😊

 

 


All-Mate 911 (Chapter 8)

$
0
0

img_2531

All-Mate911

A fanfiction by marceryn

Rating : PG-15

Length : Multichapter

Genre : AU, romance

Casts : EXO’s Chanyeol, Ryu Sena [OC], supporting by EXO’s members and others OCs

Disclaimer :: Except the storyline, OCs, and cover, I don’t own anything.

 (dipublikasikan juga di wattpad pribadi)

 

~all-mate911~

-semua manusia yang hidup selalu berubah pikiran-

“Anak sialan itu benar-benar…” Sena mendumal rendah seraya berderap menuju kafe. Dua hari terakhir, Sehun tidak bisa dihubungi. Ponselnya aktif, tapi ia tidak menjawab telepon. Belum lagi, Sena menyadari tidak ada satu pun barang-barang Sehun tertinggal di kamarnya. Jelas si jelek itu memang sengaja pergi tanpa mengatakan apa-apa.

Kalau ibunya sampai tahu, Sena pasti mati.

Sena melewati pintu kafe dan mendapati tempat itu nyaris dipadati seluruhnya oleh gadis-gadis. Ia baru ingat, malam ini jadwal tampil Luhan dan bandnya.

Sena berjalan ke ruangan di dalam kafe. Selain Luhan, semua anggota band ada di sana, sedang sibuk dengan instrumen masing-masing dan berlatih sendiri dalam diam. Ketika Zitao mengangkat wajah dari bass-nya dan melihat Sena di ambang pintu, alih-alih menyapanya seperti biasa, ia berdiri dari sofa dan menghampirinya.

“Lu-ge di halaman belakang. Dia sedang menyedihkan sekali, suasana jadi tidak bagus. Kau bisa bantu dia?” bisik Zitao kaku, lalu menambahkan sesuatu dalam bahasa Mandarin yang tentu saja tidak Sena pahami, tapi melihat wajahnya, mungkin maksudnya ‘aku sudah mencoba, tapi tidak berhasil’.

Sena mengangguk. Zitao menepuk bahunya, lalu Sena beranjak ke halaman belakang.

Baiklah, sebenarnya bukan halaman. Pintu belakang kafe terbuka ke arah jalanan sempit yang gelap dan agak berbau tidak sedap karena di sanalah tempat sampah kafe, butik, dan restoran-restoran berada. Sena melihat Luhan duduk di tangga, mengepulkan asap dari sebatang rokok. Baiklah, urusan Sehun bisa menunggu sebentar. Ia mendekat dan duduk di sebelahnya. “Hei.”

Luhan tersentak kecil dan menoleh. “Oh. Hei.”

“Aku sudah dengar soal kau dan Jimin,” Sena tidak pernah bagus berbasa-basi, jadi ia langsung saja. “Omong-omong, bisa kau buang itu? Mengganggu pernapasanku.”

“Maaf,” Luhan melempar rokoknya ke jalan. Baranya padam dalam genangan air kotor.

“Bukankah kau sudah berhenti merokok?”

“Tadinya.”

“Karena Jimin tidak lagi berada di sekitarmu untuk mengomel, kau mulai lagi.”

Luhan tidak mengiyakan maupun membantah pendapat Sena. Selama beberapa saat mereka duduk diam, lalu Luhan sendiri yang menyentuh topik itu, “Aku tidak tahu apa saja yang Jimin ceritakan padamu, tapi keadaannya tidak seperti yang dia bayangkan.”

Sena menatapnya. “Ceritakan.”

“Gadis itu, Dayoung, Dahyun, siapalah namanya.” Luhan berdecak, berhenti berusaha mengingat. “Dia salah satu penonton yang datang ke pertunjukan band. Satu malam setelah pertunjukan, dompetnya hilang di kafe, jadi dia tidak bisa pulang. Saat itu sudah tengah malam dan bus terakhir sudah lewat. Aku menawarkan untuk mengantarnya. Benar-benar hanya itu.”

“Dari mana dia tahu nomor ponselmu?”

“Aku meminta nomornya lebih dulu. Kubilang padanya aku akan mengabarinya kalau dompetnya ditemukan. Yah, lalu dompetnya ketemu dan aku meneleponnya agar dia datang mengambilnya. Itu hanya pesan terima kasih. Aku tidak menduga Jimin akan membacanya dan meledak sebelum aku sempat menjelaskan apa-apa.”

“Siapapun akan begitu jika mencintai seseorang seperti dia mencintaimu. Dia marah karena dia takut kehilanganmu.” Entah kenapa, Sena mendadak teringat pada Sehun karena perkataannya sendiri. “Kenapa kau tidak menemuinya saja?” tanyanya.

“Kupikir dia butuh waktu untuk berpikir. Dia tidak akan mau mendengarkanku sekarang, saat dia sedang benar-benar marah.” Luhan merogoh saku jinsnya dan mengeluarkan bungkus rokok, tapi saat tidak sengaja melirik Sena, ia seperti baru ingat dan kembali menyimpannya. “Aku akan menunggu sampai dia mau bicara padaku. Saat itu, aku baru bisa menjelaskan padanya.”

Sena mengerjap. Benar juga. Jimin tidak mau mendengarkan Luhan, sama seperti Sehun tidak mau mendengarnya sekarang.

“Kau mau ke mana?” Luhan mendongak dan bertanya ketika ia melihat Sena berdiri.

“Pulang.”

Luhan mengerjap-ngerjap. “Kau bukan datang untuk menonton bandnya?”

Sena mencibir. “Aku mencari Sehun, tapi sekarang aku tahu di mana dia. Terima kasih.”

“Terima kasih kenapa?”

Sena ingin menepuk-nepuk puncak kepala Luhan, tapi karena laki-laki itu lebih tua darinya, mungkin hal itu akan dianggap tidak sopan, jadi ia membatalkannya dan hanya menyengir. “Senang bicara denganmu. Sampai jumpa.”

Sena berbalik. Di panggung, Kris, Yixing, dan Zitao sudah bersiap-siap. Tanpa menyapa mereka, Sena berjalan diam-diam melewati meja-meja dan keluar dari kafe.

Sena merogoh ponsel dari saku jinsnya dan mengirim tiga pesan singkat berurutan pada Sehun.

Kau sedang marah, kan?

Aku yang salah. Aku minta maaf.

Cepat pulang kalau kau sudah tidak marah dan bicara denganku, oke? Nana love Hunibuni~

Lalu satu pesan singkat pada Jimin.

Aku bersumpah seandainya bokong Luhan tidak rata, aku akan berkencan dengannya saja. Dia benar-benar KEREN grrr

 

***

 

“Yo, Pork Dumbyeol,” Baekhyun bersiul dari ujung lain telepon itu.

“Kau sudah bertanya padanya?” tanya Chanyeol.

So rude,” gerutu Baekhyun. “Bukankah kau seharusnya basa-basi menanyakan kabarku dulu atau apa? Foreplay itu penting. Pantas saja kau tidak punya pacar.”

Chanyeol mendesis jengkel, “Aku sedang di tengah-tengah rapat, tidak ada waktu mendengar lelucon mesummu. Cepat katakan.”

“Jadi,” Baekhyun sengaja berdeham-deham lama, membuat Chanyeol gatal ingin menjitak seseorang, “mereka berpisah sekitar tiga tahun yang lalu. Ryu Sena yang meminta berpisah. Menurut Minseok hyeong, hubungan mereka rumit karena Sena sangat tertutup. Mereka pergi berkencan dan bercinta seperti pasangan-pasangan biasanya, tapi Minseok hyeong sama sekali tidak tahu apa-apa tentang kehidupan gadis itu.”

“Bagaimana mereka berkenalan?”

Baekhyun mendengus panjang. “Kau tidak menyuruhku bertanya itu sebelumnya. Syukurnya aku pintar, jadi ini dia. Mereka bertemu di sebuah kafe tempat Minseok hyeong pernah ikut kursus barista. Ryu Sena adalah pramusaji di sana. Mereka berkencan selama hampir setahun. Oh, satu lagi. Kau akan senang sekali mendengar informasi ini.”

Chanyeol tidak optimis dengan kesempatannya, tapi ia tetap bertanya, “Apa?”

“Minseok hyeong sepertinya masih menyukai Sena-mu.”

Nah.

“Kalau instingku benar—dan aku selalu benar—Sena juga masih menyukai Minseok hyeong.”

“Kau tidak pernah bertemu dengannya, dari mana kau bisa tahu?” balas Chanyeol cepat. Baiklah, itu tidak benar. Baekhyun pernah bertemu Sena sebagai orang lain, tapi itu tidak masuk hitungan.

“Kalau begitu kenapa kau tidak mengajak Sena ke kelab minggu depan untuk memastikan aku benar atau tidak?”

“Bagaimana bisa?”

“Minseok hyeong akan ada di sana, jadi mereka bisa bertemu.”

“Hmm. Tidak, terima kasih. Aku tidak mau memastikan apa-apa.”

“Astaga,” dari nadanya, Chanyeol bisa membayangkan Baekhyun sedang memutar bola matanya, “jangan bertingkah seperti ayah protektif. Dan kau benar-benar harus datang. Tiffany akan ada di sini juga. Ini akan sangat seru. Seperti reuni para mantan pasangan.”

“Akan kupikirkan nanti,” sahut Chanyeol malas. “Sekarang aku harus kembali bekerja.”

Ia memutus sambungan dan menjejalkan ponselnya kembali ke saku dalam jas. Ia mau saja mengajak Sena pergi dengannya. Masalahnya, gadis itu menghindari teleponnya sejak pesta malam itu. Dan Chanyeol tidak yakin apa sebabnya.

 

***

 

Jam sibuk siang ini sudah lewat dan kafe kembali sepi. Sehun menghabiskan sisa waktu shift-nya sambil memainkan online game lewat ponsel di balik meja konter sendirian. Jongin sedang mengepel lantai dapur. Kira-kira setengah jam kemudian, pintu kafe terbuka dan ia melihat Han Jimin melangkah masuk, langsung berjalan ke arahnya.

“Satu ice americano,” gadis itu memesan, lalu, “Hai. Apa kabar?”

“Baik,” jawab Sehun singkat sementara kedua tangannya bergerak mengambil gelas plastik dan meracik kopi. “Bagaimana denganmu? Nuna.” Ia menambahkan panggilan itu belakangan karena ia menimbang-nimbang dulu apakah perlu bersikap sopan.

“Sama,” balas Jimin singkat. “Bagaimana kabar Sena?”

“Aku tidak tahu,” Sehun memutuskan menjawab jujur. “Aku belum pulang seminggu ini.”

“Benarkah?” Jimin bertanya dengan nada terkejut, tapi ekspresi wajahnya tidak berubah. “Sena tidak bilang apa-apa padaku. Kalian sedang bertengkar?”

“Tidak.”

“Lalu?”

“Aku hanya ingin menginap di rumah teman.”

“Begitu.” Jimin menerima kopinya dan membayar dengan uang pas, kemudian menyesap minumannya sedikit lewat sedotan. “Hei, boleh minta sirup gula?” tanyanya.

Sehun mengulurkan tangan untuk mengambil botol sirup, tapi Jimin menyela, “Biar aku sendiri saja,” lalu berjalan ke balik meja konter. Sehun melihat gadis itu menuangkan sirup ke dalam kopinya, dan dalam hati membatin, seharusnya Jimin memesan ice syrup. Bukan americano namanya kalau gulanya sebanyak itu.

“Ini cukup,” kata Jimin setelah setakar gula yang sepertinya bisa menyebabkan diabetes. “Thanks, boy.” Ia menepuk pundak Sehun sebelum keluar dari meja konter dan duduk di meja terdekat.

“Bukankah band Luhan tidak tampil malam ini?” tanya Sehun berbasa-basi.

“Aku tidak datang untuk menonton band, hanya untuk bertemu Luhan. Aku perlu bicara dengannya dan kami berjanji bertemu di sini,” kata Jimin seraya mengecek jam tangannya. Lantas ia teringat sesuatu. “Oh, omong-omong, apa yang salah dengan Ryu Sena?”

“Ada apa dengannya?” tanya Sehun cepat.

Jimin mengangkat bahunya acuh. “Bukan hal penting, aku hanya terkejut dia mau berkencan seperti orang normal, sekali dalam hidupnya,” jawabnya sambil lalu. “Aku mengatur kencan buta untuknya dengan temanku malam ini.”

Sepasang mata Sehun melebar. “Kencan buta?”

Jimin mengangguk. “Dua tahun aku melihatnya bekerja menemani orang di sana-sini, tiba-tiba dia bilang tertarik untuk mencoba berkencan sungguhan dengan pria baik-baik. Dasar sinting.”

“Demi Tuhan, kapan dia akan mulai bersikap dewasa?” gerutu Sehun dalam napasnya. Ia melepas apron pramusajinya dan melemparkannya sembarangan ke sudut.

“Kau mau ke mana?” tanya Jimin ketika melihat Sehun berderap melewati mejanya. Sehun tidak menjawabnya, tapi Jimin menyandarkan punggungnya ke kursi dan menghela napas, kemudian berdecak. “Apa hanya aku yang merasa Ryu Sena dalam masalah?”

 

***

 

Pintu dibanting terbuka dan Sena terkesiap. Ia menoleh dalam satu sentakan, lantas sepasang matanya melebar. “Astaga, Oh Sehun!”

Sehun, alih-alih menyapanya atau semacamnya, hanya berkata dengan nada kesal, “Yang benar saja. Kencan buta? Apa kau sudah hilang akal?”

Sena tertawa datar dan mengangkat cermin di tangannya, sekali lagi menatap wajahnya yang sudah dirias. Ia sudah memakai gaun selutut semi-formal dan siap berangkat. “Kau pulang hanya untuk mengomeliku?”

Sehun tidak menjawabnya. “Jangan pergi.”

“Apa yang salah dengan berkencan?” tanya Sena.

“Kau benar-benar tidak tahu atau memang bodoh?” Sehun balas bertanya kasar. “Aku tahu operasi itu mengganti tulang belakangmu dengan pena besi, tapi aku tidak tahu mereka juga mengganti otakmu dengan kepala udang.”

Sena membuka mulut untuk membalas, tapi nada dering ponselnya yang tergeletak di tepi tempat tidur menyela. Ia mengulurkan tangan untuk mengambilnya, tapi Sehun lebih cepat dan ponselnya sudah berada di tangan laki-laki itu dalam kurang dari sedetik. Sehun menatap nama yang muncul di layar, kemudian menyentuh ikon jawab dan mengaktifkan pengeras suaranya.

Sepasang mata Sena melebar ketika suara berat Chanyeol terdengar dari ujung lain sambungan, “Sena-ya. Astaga. Akhirnya kau jawab juga teleponmu. Ke mana saja kau? Kau marah padaku atau apa?”

Sehun dan Sena bertatapan, dan Sehun berkata, “Gara-gara si brengsek ini, kan?”

“Halo? Sena-ya? Kau di sana? Halo? Siapa ini?”

Sena melompat dari tempat tidur dan merebut ponselnya dari tangan Sehun, kemudian cepat-cepat memutuskan sambungan. Suara Chanyeol menghilang dalam sekejap. “Ini tidak ada hubungannya dengan siapa pun,” katanya.

“Apa pun yang kau lakukan, semua akan berakhir sama seperti dulu, kau tahu?” kata Sehun rendah. “Kau akan jatuh cinta—”

“Tidak,” potong Sena.

“—terlalu dalam dan terluka,” Sehun melanjutkan seolah Sena tidak mengatakan apa-apa. “Tidak ada yang namanya akhir bahagia, jadi hadapi saja selayaknya orang dewasa, tidak bisakah kau?”

Sena menyambar tas tangan mungilnya dan menjejalkan ponselnya ke dalamnya. “Aku sudah terlambat. Sampai jumpa nanti malam,” ia berkata tanpa menatap Sehun, kemudian memakai sepatu haknya dan meninggalkan kamarnya.

Sehun ingin berlari dan menyeret Sena kembali ke sini, tapi ia tahu itu tidak ada gunanya. Bukan ia yang bisa menghentikan gadis itu.

Pandangannya tanpa sengaja menemukan ponsel kerja Sena yang setengah terkubur di bawah bantal. Sehun mengambilnya dan menimbang-nimbang sesuatu. Akhirnya ia menghela napas menyerah dan menggumam, “Aish, masa bodohlah,” lalu keluar untuk mengikuti Sena.

 

***

 

Chanyeol duduk sendirian di ruang kantornya dan menatap ponsel yang ia letakkan di atas meja menghadap ke arahnya. Ia sudah mencoba menelepon Sena beberapa kali lagi, tapi sama sekali tidak ada jawaban. Chanyeol merasa mengenal suara yang berbicara di telepon tadi (suara yang, kalau ia tidak salah dengar, menyebutnya brengsek), sayangnya ia tidak bisa mengingat di mana pernah mendengarnya.

Langit di luar jendela kantor sudah gelap sempurna dan Chanyeol lapar, tapi ia tidak merasa ingin makan. Ia hanya meletakkan dagunya di atas meja dan menatap layar ponselnya lamat-lamat, mencoba menggunakan kekuatan pikirannya untuk membuat benda itu melakukan keajaiban.

Tentu saja itu tidak mungkin. Karena itulah Chanyeol terkejut saat tiba-tiba layar ponselnya menyala dan menunjukkan panggilan masuk dari aplikasi All-Mate atas nama Song Ahyoung. Selama sedetik, ia tidak bisa melakukan apa-apa. Baru detik berikutnya ia buru-buru menyambar ponselnya dan menjawab, “Ryu Sena, apa yang terja—”

Suara di seberang sana menyela dan tidak memberinya kesempatan membuka mulut. Chanyeol mendengarkan, dan kemudian ia membeku.

“Di mana dia sekarang?”

Laki-laki itu memberitahunya. Chanyeol memutus sambungan dan berdiri, langsung menyambar kunci mobil dan jasnya, kemudian melesat keluar dari kantornya.

Chanyeol menginjak pedal gas dalam-dalam menuju restoran yang disebutkan laki-laki di telepon tadi dan tiba dalam dua puluh menit yang terasa sangat panjang. Tanpa menghiraukan penjaga pintu, pramusaji yang terkesiap kaget melihatnya, ia menerjang masuk dan menolehkan kepalanya ke kiri-kanan dengan cepat untuk mencari Sena.

Ia menemukan gadis itu duduk berhadapan dengan seorang laki-laki. Laki-laki itu (kurus, mata besar, rambut ditata rapi, tidak menarik) mengatakan sesuatu sambil tersenyum dan Sena tertawa mendengarnya, dengan jenis tawa ramah yang tidak pernah ia tunjukkan pada Chanyeol sebelumnya, dan Chanyeol merasakan nadi di lehernya berdenyut keras sampai membuat kepalanya pening.

Sebelum Chanyeol sempat berpikir, kakinya lebih dulu berderap lebar-lebar menghampiri mereka, dan sebelum satu pun dari mereka sadar apa yang datang, Chanyeol menyambar tangan yang Sena letakkan di pangkuannya dan menarik gadis itu berdiri.

Yep, satu lagi penyelaan dramatis oleh Park Chanyeol.

Sena terkesiap ketika melihatnya. “Ya, apa yang kau lakukan di sini?”

Laki-laki itu ikut berdiri dan menatap mereka berdua bergantian dengan pandangan bingung. “Ada masalah?” tanyanya, ragu.

Tanpa repot-repot menjawab pertanyaan Sena mau pun menjelaskan sesuatu, Chanyeol menatap langsung ke arah laki-laki itu dan berkata setegas dan sejelas mungkin, “Ya, ada. Gadis ini adalah milikku dari ujung rambut sampai, eh—” ia menoleh sekilas pada Sena, lalu menunjuk batas pinggangnya dengan tangannya yang lain, “—sini. Bagian pinggang sampai ujung kakinya sedang kuusahakan, tapi akan kupastikan tidak akan makan waktu lama, jadi tidak perlu repot-repot.”

Lalu Chanyeol menarik Sena pergi, diiringi pasang-pasang mata yang terkesima mengikuti mereka.

 

***

 

Hak sepatunya yang runcing berkeletak-keletuk seiring jantung Sena yang berdebar cepat. Sebagian karena ia terkejut dengan kemunculan sok keren Chanyeol, sebagian lagi karena ia takut jatuh dan mencederai dirinya sendiri karena berjalan terlalu cepat dengan sepatu berhak tinggi.

Chanyeol membukakan pintu mobil untuknya dan mendorong—praktis melemparnya—ke dalam, lalu membanting pintunya dan berjalan memutar ke kursi pengemudi.

“Apa-apaan ini?” tuntut Sena.

“Tanya dirimu sendiri,” balas Chanyeol dan menoleh menatapnya. “Apa yang kau lakukan di sini?”

Tatapan Chanyeol membuat Sena gugup. Saat gugup, ia entah jadi sangat pendiam atau tidak bisa berhenti merocos. Yang terjadi kali ini ternyata yang kedua. “Sejak kapan apa yang kulakukan jadi urusanmu? Bagaimana kau bisa tahu aku ada di sini? Dan apa maksudmu, ‘gadis ini adalah milikku’? Aku ini manusia yang bebas. Tidak ada bagian dari diriku yang dimiliki siapa pun, oke?”

“Kalau kau bukan milikku, lalu apa? Kita sudah berciuman.”

“Zaman sekarang ciuman hampir tidak ada artinya. Semua orang bisa melakukannya dengan mudah.” Ironis sekali, sekarang Sena menggunakan pendapat Sehun yang sebelumnya ia bantah sebagai argumennya.

“Lalu apa yang berarti? Kencan? Tidur bersama? Tinggal serumah? Ayo kita lakukan semuanya, kalau begitu.”

Sena tercenung mengira telinganya rusak. “Apa?”

Chanyeol menarik napas dalam-dalam dan berkata, “Aku ingin kau bicara dan tertawa hanya denganku. Aku tidak suka memikirkan kau melihat orang lain. Aku ingin kau memikirkan aku, dan hanya aku. Aku ingin menjadi sesuatu yang berarti untukmu.”

“Itu…” Sena meneguk ludah. “Tidak masuk akal.”

“Itu masuk akal,” balas Chanyeol. “Karena aku menyukaimu.”

Sena tidak lagi mengira telinganya rusak, telinganya memang rusak. “Apa?”

“Aku menyukaimu.”

“Kenapa?”

Chanyeol tertawa pelan. “Apanya kenapa? Aku menyukaimu begitu saja, apakah harus ada alasannya?”

Sena membuka dan menutup mulutnya dengan bingung. Tidak ada satu pun kata yang mencuat dari otaknya.

“Aku serius.”

Tapi untuk apa Park Idiot menyukainya? Laki-laki itu punya segalanya, Sena tidak punya apa-apa.

“Ryu Sena?”

“Aku—aku harus kembali,” hanya itu yang bisa Sena katakan sebelum turun dari mobil. Udara di luar terasa panas dan pengap dan membuat napasnya berat. Ia berusaha berjalan dengan cepat, tapi satu kakinya tidak sengaja menyandung kaki lainnya dan jatuh dengan suara pekikan kecil.

Lucu sekali, ia baik-baik saja berlari dengan sepatu ini tadi, tapi sekarang berjalan saja tidak becus.

Sena mendengar suara pintu mobil dibuka dan langkah-langkah lebar mendekat, lalu Chanyeol menekuk lutut di hadapannya dan bertanya, “Kau tidak apa-apa?”

Wajah Sena memanas, padahal ia pikir tidak bisa lebih panas lagi. Ia menggeleng, lalu buru-buru mengangguk dengan linglung. Chanyeol membantunya berdiri dan Sena pikir ia harus mengatakan sesuatu. “Kau, tidak bisakah kau… tidak menyukaiku?”

Chanyeol menunduk menatapnya, dan Sena tidak bisa tahu apa yang laki-laki itu pikirkan dari tatapannya.

Ia melanjutkan dengan gelagapan, “Aku—aku tidak bisa balas menyukaimu—tidak, aku tidak membencimu lagi, kurasa, tapi—maksudku, kupikir itu tidak adil—”

Chanyeol melepaskan pegangannya, dan Sena merasa sedikit kehilangan. “Apa kau baru saja menolakku?” tanya Chanyeol datar. “Wah, sakitnya.”

Sena menggigit bibir bawahnya dan menggumam, “Maaf.”

Kemudian Chanyeol tersenyum lebar. “Tidak apa-apa, kau tidak perlu balas menyukaiku. Tapi kita masih bisa berteman, kan?”

Sena menatapnya dengan perasaan lega dan mengangguk dengan seulas senyum kecil. “Yah… tentu saja.”

“Bagus. Karena aku hanya punya kau.” Chanyeol menyilangkan tangan di dada dan mengernyitkan dahinya. “Well, kurasa ada satu lagi, tapi dia brengsek.”

“Kau juga menyebalkan, jadi kalian cocok,” komentar Sena.

“Kau menaburkan garam di atas luka.”

Mereka tertawa, sedikit canggung, tapi mungkin keadaan akan jadi lebih baik nanti. Kemudian Sena mengatakan bahwa ia harus kembali ke dalam (ada laki-laki yang harus ia sembah untuk minta maaf—yeah, karena Chanyeol—dan semoga saja laki-laki itu belum pergi) dan Chanyeol berkata sampai jumpa, tapi ketika Sena memutar punggungnya dan berjalan, Chanyeol memanggil namanya lagi.

“Kau tahu, aku memang tidak akan memaksamu, tapi tidak ada yang tahu apakah kau akan berubah pikiran. Manusia tidak pernah konsisten, kau tahu?”

Selama sesaat Sena tidak mengerti apa yang Chanyeol bicarakan, lalu ia melajutkan.

“Mungkin saja besok, atau lusa, atau entah kapan, kau akan menyukaiku.”

Sena tidak mengatakan apa-apa, hanya mengangkat bahu dan kembali berbalik.

Memang benar, manusia tidak pernah konsisten dan selalu berubah pikiran. Lalu bagaimana jika besok, atau lusa, atau entah kapan, Sena akan menyukai Chanyeol, tapi saat itu Chanyeol tidak lagi menyukainya? Apa yang harus ia lakukan?

 

***

 

Sehun duduk sendirian kursi besi di halte bus yang dingin.

Yah, sebenarnya tidak. Di sebelah kiri dan kanannya ada sepasang kekasih yang sama-sama menunggu bus. Ada satu pasangan lagi yang berdiri di tepi trotoar. Sehun hanya menghela napas melihat mereka semua. Rasanya seakan-akan seluruh kota Seoul sedang meledeknya dengan menunjukkan bahwa semua orang sedang berbahagia, hanya ia sendiri yang tidak.

Sehun bertanya-tanya apakah Park Chanyeol berhasil tiba tepat waktu, dan apakah Chanyeol melakukan hal yang benar, misalnya menerobos masuk ke restoran itu dan menyeret Sena pergi dari sana. Karena itulah yang akan ia lakukan seandainya ia adalah Chanyeol.

Sayangnya, ia adalah Sehun yang tidak bisa melakukan apa-apa. Ia hanya bisa mengikuti Sena dan melemparkan kewajiban pada orang lain.

Sehun menghela napas sekali lagi dan menggumam pelan sehingga hanya ia sendiri yang bisa mendengarnya, “Setidaknya aku melakukan sesuatu untukmu.”

Bus baru saja tiba, ketiga pasangan itu beranjak masuk dan meninggalkannya, kali ini benar-benar sendirian. Sehun menatap bus itu pergi dengan tatapan nelangsa. Ia menggunakan semua uang di sakunya untuk naik taksi mengikuti Sena. Ia pikir tindakan itu keren, seperti di film-film. Sayangnya, baru saja ia sadar dompetnya ada di saku celana jinsnya, dan sekarang ia masih memakai seragam kafe.

Sehun menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Sekarang bagaimana caranya pulang?

 

***

 

“Ryu Sena, apa yang terja—”

“Kau tahu kenapa dia menghindarimu? Kau membuatnya takut. Dia tidak bisa membencimu yang sekarang. Jika dia tidak bisa membencimu, dia akan menyukaimu, dan dia sama sekali tidak siap. Dia pernah jatuh cinta dan terluka, jadi dia mencoba lari sebelum terlambat dengan bertemu orang lain dan mungkin melakukan hal-hal bodoh lainnya. Sekarang, apakah kau akan membantunya atau tidak?”

“Di mana dia sekarang?”

“Dia punya janji makan malam dengan seseorang. Aku akan mengirimkan posisinya. Kau punya waktu setengah jam. Jika kau terlambat, aku janji aku akan membunuhmu saat kau mencoba menemuinya lain kali.”

Sehun memutus sambungan dan menatap layar ponsel kerja Sena, lalu menggumam, “Ini pengorbanan terakhirku, dasar kucing tua. Kali berikutnya, aku tidak akan peduli kau gantung diri atau terjun ke sungai.”

 

=to be continued=

 

Lol this chapter was a mess -w- kurasa aku kena writer’s block. Ahahahahahaha…….ha. Oke. Ehem. Maaf untuk membuang-buang waktu kalian membaca ini😄 #plakplak

 

See you againn~~~

Rin


My Answer Is You (Chapter 1)

$
0
0

cute-girl-korean-fashion-sweet-ulzzang-favim-com-910371

Story be : ELbyunPelvis

Cast                 : Kim Hyemi (oc) , Byun baekhyun, Oh Sehun.

Other cast       : Kim Minji (oc) , Pak Haerin (oc) , Park Chanyeol and member EXO lainya.

Genre : Sad , Romance , Friendship.

Rating : +13

Leght : Chapter

Read

Ff murni dari pemikiran saya. Maaf jika ff saya ada alur yang sama dengan ff lain.

Mungkin jalan cerita ini sudah sering kalian temui , tapi saya mencoba untuk membuat cerita dengan ide dan alur yang saya tulis sendiri.

Dan ff ini merupakan ff kedua saya yang saya post.

Terimakasih buat staf Exo Fanfiction Indonesia yang sudah post ff saya.

Ok cekidot… happy reading.

*

In Author eyes

 

Dinginnya cuaca Seoul dimalam hari tidak mengurangi keramaian Negri gingseng itu. Beberapa orang terburu buru berjalan karena ingin segera pulang ke rumahnya setelah seharian penuh beraktifitas.

Tidak halnya dengan Hangan Park, disana ramai dengan pengunjung yang bersantai mencari udara segar. Beberapa gadis dengan seragam sekolahnya belum beranjak dari sana, mereka menyegarkan fikiran merekayang suntuk karena berkutat dengan buku satu hari penuh.

***

Seorang gadis yang masih menggunakan seragam SMA memasuki rumah mewahnya dengan santai , ini sudah sangat larut tapi yeoja itu sama sekali tidak ada rasa takut saat telat pulang lebih dari 6 jam. Ia melewati ruang keluarga yang terpampang kedua wanita yang sedang bercanda bersama,

“ah kau sudah pulang?”

Gadis tadi tidak menghiraukan pertanyaan yang dilontarkan oleh wanita paruh baya yang berstatus sebagai ibunya itu. ia terus berjalan sampai menemukan ayahnya yang sedang berdiri tegap di depan kamarnya.

“bagus, selarut ini kau baru pulang. Apa kaubarusaja main main hah?” ucap sang ayah dengan nada dingin , terdengar menahan amarah karena kelakuan anak gadisnya.

“apa peduli appa? aku tidak pulangpun pasti appa juga tidak peduli kan? Tidak usah berpura pura perhatian seperti itu”

“ Kim Hyemi jaga ucapanmu!” balas pria yang disebut ayah itu dengan sedikit membentak

“untuk apa aku mejaga ucapanku?. Appa saja tidak menjagaku”

Setelah mengatakan itu Hyemi memasuki kamarnya dan mengunci rapat agar appanya tidak ikut masuk. Ia bersandar pada pintu , selalu seperti ini jika ia pulang kerumah, yang ada hanya perasaan muak melihat orang orang yang sudah terasa asing untuknya, bahkan ayahnya sekalipun.

Diluar , tuan Kim memejamkan matanya, ia sangat prihatin dengan perubahan sikap putrinya sejak beberapa tahun ini. ia memang sangat marah dengan Hyemi , jika mau ia akan memukul putrinya untuk memberi pelajaran. Tapi sekali melihat wajah Hyemi pria baruh baya itu teringat dengan mendiang istrinya- eomma kandung Seulrin.

“yeobo! gwemchanayeo?” wanita yang sekarang menjadi istrinya berusaha menenangkan suaminya.

“ne , aku baik baik saja. aku ingin tidur”

“baiklah yeobo. ayo”

Sang istri menuntun suaminya untuk menuju kamar, tapi sebelumnya wanita itu memandang kamar Hyemi .

**

Malam semakin larut, tapi Hyemi masih duduk dengan pandangan kosong dibalkon kamarnya. Disampingnya berserakan beberapa kertas dan buku tabungan.

Angin dingin yang menusuk tulangnya tidak ia rasakan sama sekali kerena ia lebih merasakan luka hati yang setiap hari semakin bertambah. Walau begitu Hyemi tidak ingin meluapkan air mata berharganya, ia tidak ingin membuat eommanya yang berada disurga tuhan ikut bersedih.

“eomma , aku mrindukanmu . sangat”

ucapnya sembari memandang langit malam yang begitu indah penuh dengan bintang, dulu ia sangat suka duduk dengan eomma dan appanya untuk melihat benda langit yang bersinar itu.

“maafkan aku eomma. Aku menjadi seperti ini. aku tidak berguna eomma”

Hyemi ternyata tetap tidak bisa menahan air matanya, walau ia mencoba menahan sekuat hatinya. Gadis itu memeluk kedua kakinya dan meyelusupkan kepalanya, ia terisak disana.

Tidak ada yang peduli padanya, tidak ada yang menyayaginya sepenuh hati. Hyemi sangat kesepian,

**

Hyemi , seorang yeoja yang sangat cantik, manis, ceria dan ramah kini hilang. Ia menjadi gadis pemberontak dan selalu membuat masalah.

Kejadian itu dimulai sejak 8 tahun yang lalu, saat wanita lain datang membawa seorang gadis yang tidak jauh berbeda umur dengannya. Wanita itu mengaku jika anak yang dibawanya adalah putri appa-nya.

Saat itu terjadilah pertengkaran hebat antara Eomma dan Appanya, ia menutup rapat telinganya karena tidak tahan dengan setiap teriakan kedua orangtuanya yang saling menghakimi. Bahkan eomma Hyemi menuntut sebuah perceraian. Hyemi kecil yang tidak tau apa apa hanya menangis melihat kedua orang tuanya saling membentak.

Sampai suatu malam Hyemi diajak pergi dari rumah oleh eommanya, melihat itu sang appa berniat menahannya. Tapi eomma Hyemi bersikukuh ingin tetap pergi, ia membawa putrinya lari dan masuk ke mobil.

Dengan perasaan kacau eomma hyemi membawa mobil dengan sangat kencang. Hujan lebat pun menghalangi kepergiannya. Naas , saat menghindar kejaran sang appa , kecelakaan hebat menimpa Hyemi dan eommanya. Tapi Hyemi selamat dari kecelakaan itu karena sang eomma melamparnya keluar saat sebelum mobil hancur dan meledak. Hyemi menagis, berteriak dan ketakutan.

Setelah kejadian mengerikan dalam hidupnya , Hyemi sampai pernah tidak berbicara pada siapapun selama beberapa tahun. Orang orang yang disayanginya sudah meninggalkannya, ia merasa tidak semangat melanjutkan hidup tanpa Eomma yang sangat disayanginya.

Melihat kesepian Hyemi, Tuan Kim memutuskan untuk menikah resmi dengan Park Shinhye- seseorang yang juga sudah melahirkan darah dagingnya. Ia tidak tau jika Hyemi tidak menyutujuinya,

Dan sekarang Hyemi sangat membenci kehidupannya, ia membenci dua orang yang hadir dalam hidupnya. Oh , bahkan ia tidak sudi menyebutnya sebagai keluarganya.

Hanya teman temannya yang bisa membuatnya tertawa dan melupakan kisah hidupnya .

 

 

 

Skip.

Ini masih sangat pagi dan matahari belum menampakan diri , tapi Hyemi sudah rapi dengan seragam sekolahnya . Berangkat sangat pagi sudah menjadi kebiasaannya, gadis itu sengaja melakukannya untuk menghindar dari orang orang dirumahnya.

Tok tok

Pintu kamarnya diketuk , Hyemi menyuruh seseorang yang ternyata adalah pelayan keluarganya masuk.

“nona, kau sudah sangat rapi”

“hemm nde Jung ajhuma” Hyemi tersenyum tipis pada wanita paruh baya itu, ya hanya Jung ajhuma-nya yang sangat perhatian padanya. Ia cukup dekat karena sejak kecil pelayan itu sudah mengurusnya.

“oh seperti biasa, aku membuatkanmu bekal untuk sarapan” ucapnya sembari menyodorkan kotak bekal yang berisi sendwich kesukaan Hyemi.

“Gomawo ajhuma, aku berangkat ne”

“ne , hati hati nona”

“eoh”

**

Hyemi memasukan beberapa buku diloker miliknya, stelah selesai ia menguncinya dan berbalik. Ia berjalan sembari memasukan kunci kecil itu kedalam tasnya tanpa melihat jika didepannya ada seseorang yang juga tidak melihat jalan. Dan alhasil,

Brukkk , prakk.

Hyemi meringis kecil lalu ia bangkit kembali dan membungkuk minta maaf pada orang yang ditabraknya.

“jeongsohamnida”

Setelah mengataknnya Hyemi berniat pergi tapi tangan besar meraih lengannya. Seseorang yang ternyata namja itu berdiri dengan tampang kesal.

“yakk. Kau sudah menabrakku, dan lihat ! aigoo ponselku pecah karena terbanting” cecar namja itu dengan nada kesal.

“wae?” tanya Hyemi membuat namja itu melongo.

“wae? kau tanya kenapa?. Yakk kau harus meminta maaf dan ganti rugi” ucap namja itu sembari menyodorkan ponsel mahalnya yang sudah menjadi barang rongsok kepada Hyemi.

“aku sudah meminta maaf. Dan untuk ponselmu tidak ada urusannya denganku” balas Hyemi tanpa ekspresi.

“mwo? Hei kau yang membuat ponselku jadi hancur begini, jika kau tidak menabraku pasti tidak akan terjatuh”

“hah merepotkan. Apa kau terlalu miskin ?”

“mwo? Yakkk!”

“Tidak kan? Kalau begitu beli saja sendiri. Kau juga salah karena jalan sambil memainkan ponselmu”

Setelah mengatakan itu Hyemi benar benar berlalu. Ia tidak memperdulikan namja yang berteriak merutukinya .

HYEMI POV

Sial, kenapa ada saja kejadian seperti tadi. Lihat saja penampilannya itu, dia tidak terlihat seperti orang yang kekurangan uang tapi untuk membeli ponsel yang sudah hancur saja meminta ganti rugi orang lain. Hei, itu bukan sepenuhnya kesalahanku karena dia juga berjalan tidak melihat jalan.

Ah sudahlah, aku tidak tau orang itu dan semoga saja aku tidak pernah bertemu lagi dengan orang itu .

Aku masih berjalan dikoridor menuju kelasku. Huftt kenapa terasa sangat jauh?

“Hyemi-yaa!!!!”

Seseorang meneriaki namaku. Aku menoleh dan menemukan satu satunya sahabatku yang berlari kearahku.

“eoh Haerin-ah”

 

“ya ya kau selalu saja meninggalkanku. Sudah kukatakan tunggu aku , aku akan menjemputmu”

“sudahlah, aku tidak ingin merepotkan” jawab Hyemi yang masih terus berjalan.

“mwoya? Ya! Aku tidak merasa repot atau apapun. Apa saja akan kulakukan untuk sahabat terbaiku”

“ne arraseo. Lebih baik kau berangkat dengan kekasihmu saja”

“shireo, Kai selalu barangkat kesiangan. Aku tidak mau di skors sepertinya.”

“ya sudah. Ganti saja pacar yang selalu bangun pagi”

“yakk enak saja. colte andwe”

“hah aku bercanda nona Park”

Author POV

Keduanya masuk kedalam kelas yang masih lumayan sepi, Hyemi duduk dibangkunya yang terletak di paling pojok belakang. Ia memilih tempat itu karena terasa nyaman menurutnya. Ia bisa tertidur jika pelajaran yang diberikan seonsaengnim membosankan.

Sedangkan Haerin duduk bangku ketiga dari depan , tepat disamping namja chingunya.

“Hyemi-ya. Apa tadi malam kau tidak dimarahi oleh appa-mu?”

“orang itu tidak akan peduli padaku”

“hyemi jangan begitu, dia kan-“

‘’sudahlah, aku mengantuk. Semalam aku hanya tidur 4 jam saja”

Ucap Hyemi sembari menjatuhkan kepalanya di meja. Haerin menghela nafasnya, ia khawatir pada sahabatnya ini. Semalam sebenarnya mereka merayakan pesta kecil perayaan kaka laki laki Haerin karena masuk universitas ternama di Seoul. Bahkan Hyemin berniat tidak ingin pulang tapi Chanyeol –oppa Haerin tetap mengantar Hyemi pulang. Ia tidak mau gadis yang sudah dianggap seperti adiknya itu mendapat masalah karenanya.

“dasar Hyemi. Selalu seperti itu jika aku membahas –“

“ekhmm”

Belum sempat Haerin melanjutkan kata katanya Hyemi memotongnya dengan dehaman.

“ck arraseo arraseo”

**

Murid sudah memenuhi setiap bangku, bel masuk pun sudah berdering. Hyemi menguap kecil karena baru saja bangun dari tidur singkatnya. Teman teman disekitarnya memandangnya heran, bagaimana mungkin seorang siswa berangkat pagi hanya untuk tidur dikelas sampai bel masuk.

Tapi Hyemi mengabaikan tatapan mereka, yang terpenting ia tidak membolos atau apa.

Hyemi cukup semangat kali ini karena sekarang adalah pelajaran yang menurutnya tidak membosankan. Ia memandang kedepan , tepat kearah seonsangnim yang baru saja masuk membawa seorang siswa baru. Hyemi sempat membulatkan matanya melihat siswa itu, tapi setelahnya ia tidak peduli.

“dia lagi”

Ucapnya lalu memalingkan pandangannya ke arah jendela yang mengekpos lapangan basket. Ia lebih memilih memandang para namja latihan basket daripada melihat wajah namja yang pagi ini membuatnya jengkel.

“haksaengdeull. Mohon perhatiannya! Kalian mendapat teman baru. Silahkan perkenalkan dirimu nak”

“nde. Anyeonghaseyo, jeneun Oh Sehun Imnida. Aku murid pindahan dari China . bangapsumnida, aku harap kalian bisa berteman baik denganku” ucap namja itu sembari membungkuk sopan pada calon temannya.

Hyemi memutar malas kedua bola matanya karena mendengar treiakan para yeoja centil, dan juga pujian yang menurutnya memuakan.

“baiklah silahkan duduk di…. eoh didepan gadis itu”

“ah nde seonsaengnim . khamsahamnida”

Sehun berjalan menuju bangku yang ditunjuk oleh guru, namja itu membari salam kenal pada murid yang dilewatinya lalu mendudukan pantatnya dan sempat tertegun karena melihat gadis yang beberapa saat lalu menabraknya duduk tepat dibelakangnya.

“neo!”

Hyemi pura pura tidak mendengar dan masih memandang luar.

“yakkk. Neo!”

Tangan Hyemi disenggol oleh Kyungsoo , teman sebangkunya.

“ck wae wae? aku tidak mengenalnya Kyungsoo-ya”

“hei kita selesaikan urusan kita setelah ini” ucap sehun lalu memalingkan wajahnya ke depan untuk menyimak pelajarang yang sudah guru terangkan.

“mwo? Neo nuguya ? dasar orang gila” ucap heyemi lirih. Sementara Kyungsoo teman sebangkunya memandang hyemi dengan sedikit tersenyum. Membuat hyemi juga memandang Kyungsoo si kutu buku dengan tatapan bertanya.

Skip

Hyemi berjalan bersama Haerin di koridor sekolah, sekarang sudah saatnya para siswa pulang,

“ya Oh Sehun tadi, apa kau mengenalnya?”

“anhiyeo” jawab Hyemi singkat.

“mwo? Lalu kenapa ia mengajakmu bicara? Bahkan dia akan menahanmu saat kita ingin kekantin”

“entahlah , dia sok kenal sekali.”

“wah apa dia menyukaimu ya?” ucap haerin dengan wajah berbinarnya, berharap pertanyaannya benar. Karna ia tidak betah terus melihat Hyemi sendiri tanpa seorang kekasih.

“seolma. Jangan bicara aneh”

“araseo. Hah kau semakin sensitif saja”

Keduanya masih berjalan sampai tiba tiba Sehun memblokir jalan yang membuatnya terpaksa berhenti. Hyemi berdecak kesal, ia yakin 100% jika namja didepannya akan memaksanya.

“jangan kabur lagi nona. Emm Haerin-ssi boleh aku pinjam temanmu ini? hanya sebentar” tanya Sehun sambil membaca tag name Haerin.

Haerin tersnyum dan mengangguk, baru saja Hyemi akan protes tapi sahabatnya sudah berlari menjauh. Ia rasanya ingin menendang namja didepannya ini.

“wae?” ucap Hyerin cukup dingin.

“kenapa kau selalu tanya , Wae ? wae? . tentu saja aku mau meminta ganti rugi darimu”

“sudah kubilang kan ponselmu bukan urusanku”

“andwe. Kau tau ponsel itu sangat mahal”

“aku tidak mau tau” ucap Hyemi sembari berlalu dari Sehun. Sehun berdecak kesal dan mengekori Hyemi.

“yah terserah, jika kau tidak mau ganti rugi aku akan menjual gelangmu ini”

Kata kata Sehun membuat Hyemi berhenti dan melihat lengannya. Betapa bodohnya ia tidak merasakan jika gelangnya tidak ada. Hyemi berbalik dan melihat Sehun tersenyum sembari mengoyang goyangkan gelangnya didepan wajahnya. Gadis itu hendak meraihnya tapi Sehun meninggikannya. Tubuh Hyemi yang lebih pendek dari Sehun tentu saja membuatnya kesulitan untuk ia gapai.

“yakk kembalikan! Dari mana kau mendapatkannya?”

“ini? aku menemukannya saat kau menabrakku tadi”

Flashback

Sehun mengumpat pada gadis yang baru saja menabrak tubuhnya. Ia meringis melihat ponselnya yang sudah tidak bisa ia gunakan lagi.

Ia hendak memungut bangkai ponselnya tapi matanya menangkap gelang perak yang sangat cantik dilantai.

“eohh. apa ini milik gadis itu? wahh ini sepertinya mahal. Hah kena kau !”

Sehun memasukan gelang itu kedalam sakunya.

“yahh terpaksa aku harus mencarimu, gadis menyebalkan”

Flashback end

“geurae. Kajja ! akan kubelikan ponsel yang sama persis seperti punyamu! Tapi kembalikan gelangku!”

Sehun tersenyum puas dan memasukan gelang Hyemi kedalam sakunya lagi. Hyemi melotot dan mencoba mengambilnya. Tapi Sehun memegang kedua tangannya.

“sudah kubilang aku akan menganti ponselmu tapi kembalikan dulu itu!”

Ucap Hyemi sembari berusaha melepaskan tangan Sehun, ia tidak bisa kehilangan gelang itu karena sangat berharga.

“tidak sebelum kau menyerahkan ponsel baruku!”

“aishh merepotkan”

Hyemi pergi dan meninggalkan Sehun yang memandangnya .

“gadis yang menarik”

**

Hyemi memukul kepalanya sendiri karena lupa bertanya ponsel apa yang kira kira sama dengan siswa baru itu. Ia menggunakan uang ditabungannya yang menumpuk untuk membeli benda pipih itu. setiap bulannya ia diberi uang untuk keperluannya oleh appanya, tapi Hyemi tidak pernah menggunakannya untuk macam macam.

Gadis itu sampai di pusat toko ponsel yang cukup besar. Disana ia memilih ponsel yang paling bagus, ia menemukan ponsel yang sepertinya sama persis dengan milik Sehun.

Ia hendak mengambil ponsel itu tapi tangan lain juga mengambilnya. Hyemi menolehkan kepalanya kesamping dan menemukan namja yang juga menatapnya. Keduanya diam beberapa saat, ia seperti pernah menemukan tatapan mata itu.

“eohh ambilah” ucap namja itu .

“anhiyeo , tak apa jika kau menginginkan yang ini”

“tidak tidak. Aku akan mencari yang lain saja”

Namja itu tersenyum dan berlalu. Hyemi mengangguk dan membawanya kekasir, ia tidak tau jika namja tadi ternyata masih memandangnya. Bahkan sampai Hyemi pergi keluar dari tempat itu.

**

Seperti biasa, Hyemi sangat malas pulang kerumahnya . ini masih sore dan ia belum ingin pulang , gadis itu memilih membawa dirinya ketempat favoritnya sungai han. Ia mendudukan tubuhnya disalah satu bangku dan memandang lampu lampu cantik yang menghiasi sekitar sungai Han.

Ia mengalihkan pandangannya kesamping dan menemukan orang yang tadi ditemuainya di toko ponsel sedang berdiri tidak jauh darinya. Ia sekali lagi terdiam saat melihat namja itu, sepertinya wajah dan posturnya tidak begitu asing baginya. Tiba tiba ia mengingat seseorang.

Hyemi gelagapan saat tertangkap basah sedang memandang namja itu. ia berdehem dan bangkit berjalan pergi.

**

Hyemi memasuki rumahnya tepat jam 8 malam, ia menemukan 3 orang yang sedang tertawa bahagia diruang tamu. Bahkan kedatangannya tidak disadarinya,

Ia tertawa miris karena bahkan kehadirannya tidak dianggap. Padahal jelas jelas ia membuka pintu dengan cukup kasar.

“eoh Hyemi-ya. Kau sudah pulang?” ucap gadis yang umurnya tidak jauh berbeda darinya.

“sudah tau tidak usah bertanya”

“hyemi ! kau ditanya baik baik , setidaknya hargai saudaramu” ucap sang Appa .

“ahh terimakasih sudah mengingatkanku Appa!”

Setelah mengatakan itu Hyemi berjalan menuju kamarnya. Tuan Kim mendudukan tubuhnya kembali , ia memijat keningnya yang terasa pusing.

“aku harus bagaimana Shinhyea-ah?”

“sudahlah yeobo! ia mungkin edang lelah”

“ne appa. nan gwemchana” ucap Kim Minji.

**

Seorang namja memandang indahnya pemandangan Seoul dimalam hari dari balkon apartement mewahnya. Ia lelah karena baru saja pulang dari acara jalan jalanya mengelilingi Seoul.

Namja itu baru saja kembali ketanah kelahirannya ini setelah menyelesaikan SHS’nya di London.

“aku merindukan semuanya, ternyata tidak jauh berbeda sejak 10 tahun yang lalu”

Ia tersenyum karena sekarang rasa rindunya sudah terbayarkan. Tapi ada satu hal yang paling ia rindukan disini, cinta pertamanya.

“Kim Hyemi, aku kembali.”

Namja itu sangat ingin bertemu dengan yeoja kecil yang dulu sangat disayanginya. Mungin sekarang yeoja kecil manis itu sudah tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik seperti yang dibayangkannya.

Ia ingat saat dulu ia selalu bersama yeoja kecilnya. Bermain bersama dan selalu berpegangan tangan.

“besok kita akan bertemu , hemmm aku tidak sabar bertemu denganmu, Hyemi !”

 

TBC

 

 

 

 

 

My Answer is You (Chapter 2)

Story be : ELbyunPelvis

Cast                 : Kim Hyemi (oc) , Byun baekhyun, Oh Sehun.

Other cast       : Kim Minji (oc) , Pak Haerin (oc) , Park Chanyeol and member EXO lainya.

Genre : Sad , Romance , Friendship.

Rating : +13

Leght : Chapter

 

 

Chapter 2

 

Hyemi rasanya tidak ingin berangat ke sekolah pagi ini, ia hanya ingin duduk dirumah menunggu sore nanti. Karena hari ini adalah hari menyakitkan dan juga penting untuknya. Ia bisa saja membolos jika mau , tak jarang ia absen tanpa ijin . Bahkan sampai pernah mendapat surat peringatan dari gurunya. Tapi mengingat hari ini akan diadakan kuis maka ia terpaksa berangkat.

Hyemi menyeret kakinya malas menuju kelasnya, dan seperti biasa. Kelas masih sangat sepi ,

Ia menghela nafas lega saat sudah sampai dikelasnya tapi saat ia akan menuju bangkunya ia dibuat jengkel dengan adanya Sehun yang duduk dibangkunya dengan kaki diletakan diatas meja. Mata namja itu terpejam sembari mendengarkan musik dari mp3player.

Hyemi berjalan mendekat dan merogoh tasnya , ia mengambil sebuah kotak dan meletakannya kasar tepat dimeja Sehun. Namja itu agak terjengkit kaget karena suara gubrakan, saat ia membuka matanya Hyemi sudah berjalan melewatinya dan duduk ditempat duduk yeoja itu.

“haiss bisakah kau memberikannya dengan sopan?”

Hyemi tidak menjawab dan ia malah meletakan kepalanya dimeja, seperti biasa ia memilih terlelap untuk menunggu kelas masuk.

“astaga gadis ini. disaat semua gadis memujaku kau palah mengacuhkanku “

Sehun menggerutu lalu mandang kotak yang baru saja diberikan oleh Hyemi , sudah pasti itu adalah ponsel pengganti yang ia tagih kemarin.

“wah wah kau benar benar membelikannya untukku eoh? Ah gomawo. Aku tidak harus menggunakan uang jajanku untuk membeli ini”

Mendengar itu Hyemi mengangkat kepalanya ia menatap Sehun dengan tatapan dingin, tatapan yang selalu ia tunjukan pada semua orang.

“wae? “

“gelangku”

Ucap Hyemi sambil menyodorkan tangannya, sehun terdiam beberapa saat lalu menunjukan ekspresi santainya.

“ooh gelangmu ya? Maaf sepertinya tertinggal”

“mwo? Ya!! Kenapa kau tak menepati janjimu?”

“hei aku tidak sengaja meninggalkannya, tidak usah melotot begitu. Aku pasti akan mengembalikannya!”

Hyemi kesal dan berdiri dari bangkunya untuk keluar kelas. Ia sangat malas membuat perdebatan dengan namja yang baru 1 hari dikenalinya itu. Sedangkan Sehun memandang Hyemi dengan perasaan sedikit bersalah . Sesungguhnya ia memang niat meninggalkan gelang itu, entahlah tapi rasanya namja itu ingin sekali menjahili Hyemi.

“oh sehun ,ada apa dengan dirimu hu?” eluhnya pada diri sendiri.

**

Hyemi baru saja dipanggil oleh wali kelasnya untuk menghadap. Tadi ia diceramahi dikarenakan nilainya yang semakin memburuk.

Perubahan itu sangat berpengaruh pada peringkatnya yang merosot jauh dari sebelumnya.

Wali kelasnya cukup kenal dengannya karena beliau adalah teman Appanya, dengan sedikit memohon Hyemi meninta penurunan nilainya tidak ditunjukan pada appa-nya. Itu akan semakin membuat masalah dalam hidupnya.

“Hyemi-ya kau baik baik saja?”

“iya , apa kau ada masalah ? sudah ceritakan saja pada kami. “

Kedua sepasang kekasih itu bertanya pada Hyemi, ya mereka adalah Jong In dan Haerin.

“aku baik baik saja” jawab Hyemi singkat.

“ck ck percuma saja aku bertanya. Kau hanya akan menjawab ‘aku baik baik saja’ . padahal aku tau kau tidak baik baik saja” ucap Haerin dengan nada sedikit kesal. Hyerin sedikit menunjukan senyumnya dan menggenggam tangan sahabatnya.

“hah dasar, eoh bukankah itu murid baru?” ucap kai sembari menunjuk pada namja yang membawa nampan makanan dan kebingungan mencari tempat duduk, padahal banyak yeoja yang mempersilahkannya tempat kosong.

“namanya Oh Sehun” timpal Haerin. Kemudian Kai memanggil Sehun dan melambaikan tangannya untuk mengajak bergabung. Sehun menoleh dan berjalan menuju bangku mereka.

“ya. Kai mengapa kau mengajaknya kemari?” tanya Hyemi dangan nada lirih. Kai menunjukan tampang bertanya tapi terlambat, Sehun sudah duduk disamping Hyemi.

“salam kenal, Kim Jong In imnida. Tapi kau panggil saja aku Kai agar terdengar keren”

“eoh nde Oh Sehun imnida. Dan kau Haerin-ssi dan ini Hye- ee Hye-“

“Hyemi. Namanya Kim Hyemi” sambung Haerin . sedangkan Hyemi melirik malas namja disampingnya. Ia ingin sekali pindah tempat duduk tapi sialnya kantin ini sudah cukup penuh.

“ah nde , Hyemi-ssi”

**

Para siswa yang sedang serius menyimak pelajaran tidak mendengar suara bel yang menandakan pelajaran berakhir. Seonsaengnim menutup salam dan meninggalkan kelas, Hyemi mengemasi bukunya dan segera pulang. Ia pulang sendiri karena haerin sibuk kencan dengan Kai.

Sehun memandang punggung Hyemi yang semakin jauh dan menghilang saat sudah melewati pintu. Namja itu memanyunkan bibirnya , yang pasti jika ada yang melihatnya pasti akan berteriak histeris karena ke’imutannya.

Sedangkan hyemi sedang berjalan santai saat tiba tiba Minji yang berstatus sebagai saudara tirinya menghampirinya dan jalan disampingnya.

“Hyemi ayo pulang bersama, appa memitaku untuk pulang bersamamu”

“ck sudah sana pulang . aku ada urusan” Ucap Hyemi dengan nada ketusnya .

“ya Hyemi-ya tapi_”

Minji menghentikan kata katanya karena Hyemi menatapnya dengan tatapan benci, ia sudah tau dan sangat faham jika seorang Hyemi tidak bisa dipaksa.

“ah baiklah”

Minji berbalik menjauh dari Hyemi. Keduanya memang satu sekolah tapi betapa bersyukurnya Hyemi karena tidak satu kelas dengan saudara tirinya itu. Ia memang satu angkatan dengan minji tapi jika ditanyakan status umur maka Minji lah yang disebut eonni karena ia lebih tua 8 bulan dari Hyemi. Disitulah Hyemi membenci Minji, bahkan Appanya lebih dulu berhubungan dengan Park Shinhye- eomma dari Minji.

**

Langit belum berubah menjadi petang tapi Hyemi sudah berada dirumahnya. Jika tidak karena ada hal penting maka ia tidak akan pulang se-awal ini.

Hyemi sudah bersiap untuk keluar, ia cukup faminim dan cantik hari ini. Sebelumnya ia mengecek ponselnya dan mendapati 1 pesan dari haerin

From Haerin

Hyemi-ya mianhae.

Aku tidak bisa menemanimu. Aku harus mengantar Halmoniku untuk cek-up.

Ah eothokae?😦

Hyemi membalas pesan Haerin dan keluar dari kamarnya.

HYEMI POV

Aku keluar dari kamarku, saat melewati ruang tamu aku melihat ketiga orang itu sedang saling merapikan pakaiannya.

“Hyemi ganti bajumu, kita akan keacara formal”

Ucapan appa membuatku terkekeh. Aku mendekati appa dan memandang ketiga orang ini bergantian.

“sudah kubilang aku tidak ingin menghadiri acara itu” ucapku. Appa memegang bahuku

“hyemi ayolah , ini acara penting. Kita diundang makan malam oleh keluarga-“

“jadi appa mementingkan acara itu daripada ke makan eomma? “

Aku memotong ucapan Appa, aku merasa sangat marah kali ini. teganya Appa melupakan hari peringatan kematian eomma dan lebih memilih ke acara makan malam bersama teman kerjanya.

“Hyemi, mian Appa tidak bisa”

“ya, aku tau . appa selau seperti itu. apa tidak peduli lagi padaku maupun eomma. Appa lebih menyayangi meraka daripada aku dan eomma. Appa hanya peduli pada istri simpanan appa itu dan juga Minji”

#plakkk

“yeobo/appa”

Aku merasakan pipi kananku panas , aku tertawa miris mendapat tamparan dari Appa.

“ee Hyemi-ya Appa-“

“gomawo. Ini menjawab pertanyaanku padamu appa.”

Aku berlari keluar, tidak memperdulikan Minji yang mencoba menahanku. Hatiku sudah sangat sakit saat ini. jebal, kau boleh tidak peduli padaku Appa. tapi aku mohon pedulilah pada eomma. Aku hanya ingin melihatmu mengunjungi makam eomma, aku hanya ingin appa memberi bunga pada nisan eomma.

Aku menagis didalam taxi, aku sungguh tidak bisa menahannya. Beban ini terlalu berat untuk kutanggung sendiri. Maaf , maaf karena aku sudah mengingkari janjiku sendiri untuk tidak menangis.

Skip **

Aku melangkahkan kakiku melewati gundukan tanah yang terbaris rapi. Tujauanku adalah nisan dengan ukiran nama Kim Shinyeong-eommaku.

setelah menemukannya aku berjongkok dan memberikan satu buket bunga kesukaan eomma yang kubeli tadi.

“eomma nan whaseo”

Aku tersenyum memandang nisan eomma. Setidaknya aku terlihat ceria didepan makam eomma.

“mianhae eomma. Aku tidak bisa menepati janjiku untuk membawa Appa kemari. Jeongmal mian”

Air mata sudah menggenang dipelupuk mataku. Aku mengigit bibir bawahku untuk menahan isakan yang mungin akan keluar. Tidak, aku tidak boleh seperti ini didepan eomma.

“eomma. Aku, aku kesepian. Bawa kau bersamamu eomma”

Aku menutup mulutku karena isakan terdengar , dadaku sangat sesak. Aku mencengkram rumput yang ada disampingku. Aku yakin eomma juga menangis melihatku seperti ini. Tuhan, harus berapa kali aku mngucapkan kata maaf untuk eomma?

Kuatkan aku , aku mohon.

Hyemi POV End.

**

Author POV

Perbincangan hangat terdengar dari kedua sahabat lama yang baru bertemu kembali ini. Kedua orang itu sangat senang bisa bertemu setelah lama tidak berjumpa.

“Byun Seunghwa, senang sekali bisa bertemu denganmu, tidakkah ini sudah sangat lama?”

“ya , kau benar Kim Tan. 10 tahun ternyata membuatmu semakin tua”

“yakk tentu saja. masa iya aku semakin muda eoh?”

Kedua laki laki paruh baya itu tertawa, membuat kedua wanita yang berstatus sebagai istri mereka terabaikan. Tapi tidak halnya dengan Minji yang sibuk memandang sekitar.

“eoh apa ini putri-mu?” tanya nyonya Byun pada Eomma Minji.

“ah nde dia putriku”

“eoh lalu dimana Hyemi gadis kecilku? Apa dia tidak ikut?” kali ini Tuan Byun yang bertanya. Sontak saja itu membuat ketiga orang itu terdiam.

“hyemi ada urusan penting jadi tidak bisa hadir” jawab Tuan Kim .

“ah begitu, padahal aku ingin sekali melihatnya, iya kan sayang?” ucap Tuan Byun sembari memandang isrtinya.

“aku akan mengajak nya kerumahmu jika ada waktu”

“jinjjaro? Baguslah. Akan kusambut dengan senang hati. Aigo apa dia tumbuh semakin cantik?”

“tentu saja yeobo, kau tau bahkan putra kita selalu menceritakannya” sahut nyonya Byun. Hal itu membuat Park Shinhye dan juga minji merasa asing ditempat itu. Tuan Kim yang tau keadaan berniat mengalihkan topik pembicaraan.

“Byun Seunghwa, dimana putramu yang tampan itu? “

“eoh, maaf sepertinya anak itu akan datang terlambat. Dia sudah memiliki apartement sendiri jadi tidak berangkat bersama kami”

“eoh arraseo”

Kelima orang itu melanjutkan acara makannya, sampai tiba tiba terdengar suara yang menyapa.

“anyeonghaseyo. Jeongsohamnida aku telat sangat lama” ucap namja itu sembari membungkukan bandannya sopan. Melihat itu sang eomma menyruh putranya duduk disampingnya.

“gwemchana nak. Wah kau sangat mirip dengan Appa-mu , sangat tampan”

Puji Tuan Kim yang membuat orang yang dipujinya tersenyum lebar.

“Baekhyun-ah, kenapa kau sangat lama?”

“mian Appa, aku menyelesaikan pendaftaranku tadi”

Tuan Byun mengangguk dan menyuruh putranya untuk memesan makanan.

Baekhyun terus memandang gadis yang tak jauh darinya, ia sangat senang bisa bertemu lagi dengan gadis yang menjadi cinta pertamanya .

Ia segera menyelesaikan makannya dan sedikit mengobrol tentang kepindahannya ke Seoul dan juga tentang ia yang diterima di Seoul University.

“emm Kim Ajhussi. Boleh aku pinjam putrimu?”

Mendengar itu semua orang tertawa. Tuan Kim mengangukk mantap, Baekhyun berdiri dan mengajak gadis didepannya untuk berjalan jalan disekitar.

Keduanya masih terdiam walau sudah cukup jauh berjalan menyusuri taman.

“sudah lama sekali ya?” ucap Baekhyun memecah keheningan.

“nde?”

“haiss. Kenapa kau berlagak tidak mengenalku sejak tadi eoh?”

“maaf tapi aku benar benar tidak tau siapa kau”

Baekhyun memutar bola matanya malas, ia mendekatkan wajahnya pada gadis disampingnya. Membuat gadis itu memundurkan wajahnya, tapi keseimbangan tubuhnya hilang dan hampir saja jatuh jika Baekhyun tidak memeluknya.

“kkaebsong. eothae? Sekarang kau mengingatku kan pororo?”

Gadis didepannya masih mengerjapkan kedua matanya karena jaraknya dengan baekhyun cukup dekat. Gadis itu meneguk ludahnya susah karena terlalu gugup dengan wajah tampan baekhyun.

“ya Kim Hyemi” ucap baekhyun pada akhirnya. Ia tidak tahan dengan sikap gadis kecilnya yang seolah tidak mengenalnya.

“a-aku bukan Hyemi”

“mwo? Astaga kau masih saja pura pura.” Ucap baekhyun sembari melepaskan pelukannya.

“aku memang bukan Hyemi”

Baekhyun masih tertawa karena msih tidak percaya, ia tidak bodoh karena anak Tuan Kim hanya satu yaitu Kim Hyemi.

“ya jika kau bukan Hyemi lalu siapa. Memangnya appa-mu punya anak selain seorang yeoja bernama Kim Hyemi eoh”

“aku Minji, saudara tiri Hyemi”

Baekhyun menghentikan tawanya dan merubah ekspresinya kaget.

“apa?’’

###

Minji menceritakan semua tentang nya dan Hyemi, Baekhyun cukup terkejut karena gadis yang sedang bersamanya memang bukan Hyemi yang ia kira . Yang ia tau Eomma Hyemi meninggal dan Appa Hyemi menikah lagi, tapi orang tuanya tidak pernah cerita jika istri baru Tuan Kim mempunyai anak seumuran Hyemi.

Baekhyunsebenarnya memang sudah merasa asing sejak menatapnya pertama kali, mata Minji tidak seperti tatapan gadi kecilnya.

“ah jadi begitu, mianhae aku kira kau Hyemi” ucap Baekhyun sembari menggaruk tengkuknya yang tidak terasa gatal.

“gwemchanayeo. Apa kau dekat dengan Hyemi, Baekhyun-ssi? tanya Minji penasaran, ia cukup iri dengan Hyemi karena sebenarnya gadis itu lebih banyak mempunyai orang terdekat dari pada dirinya.

“emm ya. Kami berteman sejak kecil. Tapi saat 8 tahun aku pindah ke London bersama orang tuaku.”

“ah begitu”

“ne, dan selama di London aku kehilangan kontak dengan Hyemi. Eoh apa kau memiliki nomor ponselnya?’’

Pertanyaan Baekhyun membuat Minji tertegun, jujur saja ia tidak memiliki nomor Hyemi karena memang ia jarang berkomunikasi dengan saudara tirinya itu.

“emm e.. mian . aku tidak membawa ponsel”

“oh tak apa. mungkin aku bisa minta Kim Ajhussi”

“hemm ne”

“mengapa hyemi tidak ikut?”

Pertanyaan Baekhyun lagi lagi membuat Minji terdiam, ia bingung harus menjawab apa. Sebenarnya Minji cukup tertarik dengan baekhyun saat pertama kali menatapnya. Ia kurang suka saat sedari tadi yang menjadi bahan pemicaraannya dengan Baekhyun adalah Hyemi.

“Hyemi? Dia .. lebih memilih keluar bersama teman temannya”

“mwo?”

**

Hyemi pulang cikup larut seperti biasanya, ia menghabiskan waktunya dengan terdiam di samping makan eommanya. Berharap jika appa-nya berubah pikiran untuk mampir sebentar tapi yang ia lihat adalah ketiga orang yang membuatnya muak sedang sibuk sendiri.

Hyemi berjalan cepat menuju kamarnya, ia lelah dan ingin segera membersihkan dirinya. Mungkin ia akan tidur lebih awal malam ini. ia tidak peduli untuk tidak belajar, padahal dirinya sudah pada tingkat kelas 3 dan seharusnya ia lebih giat lagi , tidak malas malasan .

Tak lama untuk membuatnya terlelap, setelah Hyemi selesai membersihkan dirinya dan menata buku untuk jadwal besok pagi , yeoja itu langsung membaringkan tubuhnya dikasur hangatnya.

Sekarang yeoja itu sudah berada dialam mimpi.

Pintu kamarnya terbuka pelan, memunculkan sosok pria yang sebenarnya sangat disayangi Hyemi.
tuan Kim sengaja mengendap agar tidak membangunkan tidur purinya yang sangat pulas. Pria paruh baya itu tersenyum melihat wajah polos Hyemi saat tidur. Persis seperti mendiang istrinya,

Beliau mendudukan dirinya di semping renjang putrinya.

“Hyemi, maafkan Appa sayang” ucapnya sembari membelai lembut rambut Hyemi.

“Appa memang sangat jahat. Appa tidak menjenguk eommamu seperti yang kau inginkan. Mianhae”

Ia memang terlalu tua untuk menangis, tapi Tuan Kim benar benar merasakan rasa bersalah yang sangat besar pada Hyemi dan eomma Hyemi dimasa lalu dan masa sekarang. Pria paruh baya itu menangis dalam diam.

“kau tau nak? Alasan Appa tidak ingin kesana karena Appa pasti akan merasakan penyesalan terbesar. Appa tidak sanggup Hyemi-ya”

“suatu hari kau akan menemukan kebahagiaanmu . Tanpa Appa-mu yang brengsek ini”

Tuan Kim membenarkan selimut Hyemi, dan mencium kening putrinya. Ia yakin jika Hyemi melihat ini pasti akan tidak suka. Tapi biarkan sekali saja ia melakukannya.

“mimpi indah”

Tuan Kim bangkit dan melangkahkan kakinya menuju pintu, tapi sebelumnya ia sempat memandang foto besar yang berada didinding kamar Hyemi. Foto keluarganya yang bahagia dulu,

“maafkan aku ShinYoung-ah”

Setelah itu Tuan Kim benar benar keluar dari kamar Hyemi. Beliau tidak tau jika Hyemi sedari tadi tidak benar benar tidur, ia terbangun saat merasakan seseorang membelai rambutnya. Tapi ia sengaja tetap memejamkan matanya , ia ingin tau apa yang akan Appa-nya katakan saat ia tertidur.

Hyemi menghela nafasnya berat, ia tidak tau mengapa dirinya tidak bisa dengan mudah memaafkan Appa-nya dan menerima kenyataan.

**

Baekhyun kembali ke apartementnya cukup malam, kerana sebenarnya ia mampir kerumah teman barunya ‘Park Chanyeol’ . Tubuhnya sangat lelah , hari ini aktifitasnya benar benar padat. Mulai dari mengurus kepindahannya di Seoul Universitas, melakukan sosialisasi , bertemu dengan keluarga Tuan Kim, dan juga berkunjung kerumah Chanyeol. Walaupun matanya terpejam tapi fikirannya masih saja memikirkan Hyemi ‘gadis kecilnya’. Ia sungguh ingin bertemau dengannya tapi nyatanya orang lain yang ditemuinya.

“Hyemi , kenapa sangat sulit bertemu denganmu?”

Baekhyun membuka matanya dan bangkit untuk mengambil sebuah kotak kecil yang ia simpan dengan hati hati selama ini.

Setelah mendapatkannya baekhyun duduk dimeja belajarnya dan membuka kotak itu. Didalamnya terdapat beberapa lembar surat dengan nama pengirimnya ‘Kim Hyemi. ’Juga beberapa stiker pororo kesukaan Hyemi. Ia mengambil buku catatan yang bisa disebut buku hariannya, didalam terdapat fotonya bersama Hyemi saat ia kecil dulu.

“ah yaeppo . Kau sangat imut Hyemi-ya ” ucapnya sembari tersenyum. Foto itu menunjukan baekhyun memeluk Hyemi dari samping, dengan Hyemi yang tersenyum lebar. Kemudian ia menemukan foto lainya, kali ini saat ia mencium bibir mungil Hyemi dulu. Bahkan ia ingat eommanya tertawa saat mengambil gambar itu .

“aigo, pasti wajahmu tidak jauh berbada, tetap cantik dan membuatku tertarik”

Malam itu Baekhyun melupakan rasa lelahnya dengan mengingat kenangan masa kecilnya bersama gadis kecilnya yang sangat ia rindukan. Ia janji akan segera menemui Hyemi, membuat gadis itu menjadi miliknya lagi sama seperti dulu.

TBC

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

My Answer is You ( Chapter 3)

Story be : ELbyunPelvis

Cast                 : Kim Hyemi (oc) , Byun baekhyun, Oh Sehun.

Other cast       : Kim Minji (oc) , Pak Haerin (oc) , Park Chanyeol and member EXO lainya.

Genre : Sad , Romance , Friendship.

Rating : +13

Leght : Chapter

Chapter 3

Hyemi membuka matanya karena sinar matahari masuk lewat jendela yang baru saja dibuka tirainya oleh pelayannya. Ia menguap kecil dan mengusap matanya.

“nona maaf sepertinya anda telat. Saya kira nona sudah berangkat sangat pagi seperti biasanya”

“nde?”

Kemudian Hyemi beralih mengecek jam diatas nakas dekat ranjang. Betapa terkejutnya karena jarum jam sudah menunjukan puku 07.45 SKT.

“astaga aku telat”

Hyemi dengan cepat turun dari ranjangnya dan memasuki kamar mandi. Ia bangun kesiangan karena semalam ia tidak bisa tidur seteah Appa-nya keluar dari kamarnya . ia memejamkan matanya baru pukul 3 pagi.

Setelah selesai Hyemi menggunakan sepatunya, Jung Ajhuma membantu mengambil tasnya. Wanita paruh baya itu tak lupa untuk memasukan kotak bekal berisi roti untuk sarapan nona’nya itu.

“gomawo Jung ajhuma, aku berangkat dulu”

“nde , hati hati nona”

Hyemi mengangguk dan berlalu. Ia berlari menuju halte bus , tapi di persimpangan jalan ia menabrak bahu orang yang akan masuk kedalam mobil. Hyemi membungkuk meminta maaf tanpa melihat wajah orang yang ditabraknya. Hyemi kembali melanjutkan langkah lebarnya., ia merutuki dirinya sendiri karena selalu saja tidak melihat jalan dengan benar.

“aiss dia lagi? dasar tidak sopan. Sudah menabraku tidak meminta maaf dengan benar” ucap pria sembari mengambil kunci mobilnya yang jatuh.

**

Hyemi sampai kesekolahnya sangat telat. Tapi begitu beruntungnya ia karena gurunya memperbolehkannya tetap mengikuti pelajaran. Saat ini pelajaran olahraga sedang berlangsung, dan parahnya hari ini adalah pengambilan nilai lari. Hyemi tidak menyukainya ,

“Kim Hyemi , Jung Soojung , Oh sehun . sekarang giliran kalian”

Gadis itu berdiri dengan tidak semangat saat guru olahraga mereka memanggil. Hyemi bersiap di garis start dan berlari saat Jeon seonsaengnim meniup pluit. Lari Hyemi cukup cepat dan mampu menyusul Oh Sehun. Tapi dipertengahan jalan tubuhnya kehilangan keseimbangan dan jatuh menghantam lantai beraspal itu, ia sudah kehilangan energinya dikarenakan terus berlari saat berangkat sekolah tadi. Soojung masih meneruskan larinya, tapi tidak dengan Sehun yang justru berhenti menghampiri Hyemi yang sedang memegang kakinya kesakitan.

“yaa!! Gwemchana?” tanya Sehun dengan nada yang bisa dibilang khawatir. Sehun semakin terkejut karena melihat lutut Hyemi yang memar dan berdarah. Gadis itu ingin berdiri tapi kesusahan,

“kyaa Hyemi-ya!!” teriak Haerin ikut menghampiri sahabatnya itu. Gurunya menyuruh seseorang untuk membantu mengantar Hyemi ke ruang kesehatan, sedangkan teman teman yang lain hanya menonton.

“Kai ayo bantu ” ucap Haerin meminta Kai untuk membawa keruang kesehatan tapi kai menggeleng.

“Haerin-ah tapi giliranku sebentar lagi” keluh Kai pada yeojachingunya. Haerin melotot karena Kai menolak perintahnya.

“ya kau-“

“sudah biar aku saja yang membawanya” potong Sehun. Hyemi tidak menolak atau protes karena buat apalagi, dirinya sedang dalam keadaan kesakitan dikakinya.

Seonsaengnim dan Sehun membantu Hyemi jalan sampai ruang kesehatan, mendudukan gadis itu diranjang yang tidak terlalu besar.

“Sehun-ssi . aku harus memimpin yang lain , kau tunngui Hyemi-ssi disini” ucap seonsaengnim yang dibalas anggukan oleh Sehun.

“sudah sana kau keluar!” ucap Hyemi seperti mengusir .

“yakk. Kau tidak tau terima kasih. Bahkan aku rela mengorbankan kemenanganku tadi untuk menolongmu” balas Sehun dengan nada sedikit kesal.

“jadi kau tidak iklas?”

“t-tentu saja aku iklas. Setidaknya kau menghargai jasaku” ucapan Sehun membuat hyemi memutar malas kedua bola matanya. Ia menghela nafasnya menghadapi pria macam Sehun.

“tskk kau mengharap? Baiklah terima kasih!” balas Hyemi tanpa ekspresi, membuat Sehun melongo.

“kau terlihat sangat terpaksa mengucapkan itu nona. Hah baiklah , untuk apa juga aku memaksamu”

Hyemi diam tidak menyahut, ia melihat Sehun yang berjalan menuju tempat kotak obat yang berada dilemari kecil pojok ruangan. Kemudian namja itu kembali dengan membawa kapas,alkohol dan juga plaster luka.

Diangkatnya kaki kiri Hyemi yang berdarah itu, sebelum sang pemilik kaki protes Sehun sudah menyuruh Hyemi diam. Entah kenapa gadis itu menurut. Namja itu menuangkan alkohol pada kapas dan menempelkannya pada luka memar dilutut Hyemi.

“auuww sakit . pabbo-ya! Kemarikan aku akan mengobatinya sendiri”

Hyemi mencoba merebut kapas ditangan Sehun tapi namja kurus itu menjauhkannya.

“kau gadis keras kepala ternyata. Diamlah!”

“ishh kau membuat lukaku tambah parah.”

Sehun menyelesaikan tindakan pertolongannya pada Hyemi, ia memasangkan plaster luka bermotif hati pada lutut Hyemi, hal itu membuat gadis dihadapannya mengangkat sebelah alisnya.

“hanya itu yang kutemukan, hah seharusnya aku mencari plaster bermotif singa untukmu”

“mworago?”

“ah sudah ya! Aku mau kembali kelapangan. Kau gadis keras kepala, tetaplah disini!”

“ck ck siapa kau berani memerintahku?”

Sehun mengendikan bahunya cuek, membuat Hyemi ingin melemparinya dengan vas bunga yang ada disampingnya. Gadis itu memandang Sehun yang semakin hilang dibalik pintu , Ia berhutang budi pada namja yang menurutnya sangat menyebalkan itu.

**

Pelajaran selesai , semua siswa mengemasi bukunya dan beranjak meninggalkan kelas. Haerin menghampiri Hyemi yang belum selesai memasukan bukunya kedalam tasnya.

“Hyemi eothae? Jadi mampir kerumahku kan? Oppa-ku menunggumu”

“jeonmal?”

“hemm. Hei bagaimana saat Oh Sehun saat menolongmu tadi?”

Haerin mengatakannya dengan berbisik. Hyemi menunggu sampai Sehun keluar kelas, tapi nyatanya namja kurus itu belum bangkit dari duduknya. Malah mengobrol dengan Kai.

“biasa saja. yah aku berhutang budi padanya”

“ wah dia cool sekali tadi”

“hentikan Park Haerin, kalau Kai mendengar itu pasti ia akan protes” ucap Hyemi mengingatkan sahabatnya itu. Haerin hanya meringis sembari memandang hati hati namjachingunya, takut kalau Kai mendengar kata katanya barusan.

“baiklah kajja. Kita akn pulang dengan mobil Kai.”

“heemm nde”

“eoh apa kau bisa berjalan?” tanya Haerin yang terdengar sangat berlebihan ditelinga Hyemi.

“aku baik baik saja”

“ok , call”

Setelah menempuh perjalanan akhirnya mereka sampai dirumah Haerin . Oppa-nya sengaja menyiapkan makanan spesial untuk Hyemi, kadang Haerin sedikit kesal dengan Chanyeol karena lebih perhatian dengan Hyemi. Tapi ia selalu tau tujuan Oppa-nya melakukan itu, karena Hyemi adalah gadis yang kurang kasih sayang selama ini. Chanyeol mencoba untuk menjadi sosok Oppa yang sayang dengan hyemi. Hyemi sudah dianggap seperti dongsaengnya sediri.

“cha masuklah” ajak Haerin pada Kai dan Hyemi.

Ketiganya berjalan menuju ruang tengah dan menemukan Chanyeol yang masih lengkap dengan kostum kokinya. Haerin menghampiri dan memeluk sayang oppa satu satunya itu.

“yakk dongsaeng oppa sangat maja eoh”

“wuahh kau masak sangat banyak Oppa” ucap Haerin memandang kagum pada makanan yang sudah tersaji rapi di meja.

“Oppa tidak memasaknya sendiri. Bibi Shin membantu tadi”

“arraseo. Ah aku membawa adik lainmu Oppa dan juga kekasih tercintaku”

Chanyeol tersenyum lebar sembari mengacak pelan rambut adiknya. Ia menyuruh kedua orang yang masih duduk diruang tengah untuk keruang makan.

“anyeong Hyung” ucap kai yang memang sudah akrab dengan Chenyeol , namja itu merangkul leher namja yang lebih tua dua tahun darinya itu dan membuatnya protes.

“yakk Kim Jong In lepaskan”

Kai mengerucutkan bibirnya mendapat respon tidak memuaskan dari orang yang dianggap sebagai calon Hyung iparnya itu.

“anyeonghaseyo Chanyeol Oppa” sapa Hyemi meberi salam sopan .

“nde Hyemi-ya , Oppa senang kau jadi datang. Ah kalian cuci tangan lalu kita makan bersama aratchi?”

“”nde/nde”” jawab ketiganya bersamaan.

Beberapa menit berlalu, saat ini keempat orang itu sedang menikmati makan bersama. Biarlah mereka masih menggunakan seragam sekolah karena malas untuk menggantinya terlebih dahulu.

“Oppa, kau tau? disekolahku ada murid baru yang tampan dan sangat cool” ucap Haerin membuka pembicaraan setelah beberapa waktu lalu hening.

“jinjja?”

“ne, dia sepertinya menyukai Hyemi , Oppa”

Ucapan Haerin membuat Hyemi yang sedang meminum air putih menjadi tersedak.

“yakk terus saja memuji Oh Sehun. Lihat, kau membuat Hyemi tersedak” ucap kai yang sebenarnya kesal karena Haerin mengatakan jika Sehun tampan dan cool. Haerin hanya memeletkan lidahnya pada namjachingunya yang cemburuan itu.

“Hyemi gwemchana?”

Tanya Chanyeol sembari memberi Hyemi tisu. Hyemi mengangguk kemudian memandang Haerin galak. Sedangkan gadis yang ditatapnya hanya tersenyum tanpa dosa sembari mengangkat tangannya membentuk huruf V (peace).

“jangan sembarangan bicara Park haerin” ucap Hyemi pada akhirnya.

“mian Hyemi-ya. Hah lagian sikap Sehun memang aneh, ya walau kalian baru kenal 3 hari”

Hyemi menggelengkan kepalanya mendengar ucapan Haerin .

“tapi apa kalian percaya cinta pada pandangan pertama?” tanya Chanyeol.

“nde/tidak”

Kai dan Hyemi menjawab bersamaan. Membuat Chanyeol menatapnya dengan alis terangkat.

“aku percaya, karena itu terjadi padaku saat pertama kali bertemu Haerin, iya kan Chagiya?” tanya Kai yang membuat Haerin menganguk meng-iyakan pertanyaan namjachingunya.

“aku tidak” Hyemi ikut bicara.

“wae? kau pasti punya cinta pertama kan Hyemi-ya?” tanya Chanyeol pada Hyemi .

“nan mollaseo Oppa, bahkan aku lupa bagaimana rasanya itu”

“ah kau payah sekali hyemi-ya”

ucapan Kai membuat haerin memumukul kening namjachingunya dengan sumpit, Kai mengaduh sambil mengelus kening yang dianggapnya sexy itu. Chanyeol tertawa melihat kedua pasang kekasih yang selalu saja bertengkar kecil, begitu juaga dengan Hyemi .

**

Hyemi dan Kai memutuskan untuk pulang setalah acara mengobrol mereka selesai.

“aku pamit Chanyeol Oppa, jeongmal gomawo untuk makan malamnya. Aku sangat menikmatinya” ucap Hyemi sembari teseyum. Chanyeol membalasnya,

“cheonma, apa kau yakin tidak perlu diantar eoh?”

“nde. Aku bisa menumpang Kai sampai halte”

“baiklah, hati hatilah”

Chanyeol melambaikan tangannya pada Hyemi . Sementara Hyemi berjalan menuju mobil Kai, tapi tiba tiba saja ia menghentikan langkah kakinya saat melihat seseorang berdiri didepannya, membuatt jalannya terhalangi. Hyemi menatap kaki yang menggunakan sepatu nike itu dan mendongak untuk melihat wajah yang sepertinya namja .

Betapa terkejutnya karena ini ketiga kalinya ia menjumpai wajah itu. Di toko, di sungai Han dan sekarang didepan rumah Chanyeol.

Sedangkan namja yang ditatapnya memandang gadis didepannya dengan tatapan kurang suka, hapir saja tubuhnya tertubruk Hyemi yang berjalan sambil menunduk.

Tanpa berkata apapun Hyemi berlalu dan segera menghampiri mobil Kai.

Namja itu masih menatap mobil Kai yang perlahan menjauh sampai sebuah suara menegurnya.

“Baekhyun-ah? Kau sudah datang?”

“nde? Eohh maaf Chanyeol-ah aku telat “

“tak apa . jja masuklah!” ajak Chanyeol menyuruh Baekhyun kedalam rumahnya.

“yeoja barusan siapa?”

“yeoja? Ahh dia teman yeodongsaengku” jawab Chanyeol sembari mendudukan tubuhnya disofa ruang tengah.

“ah geure.”

“nde.ada apa?” tanya Chanyeol karena melihat baekhyun seperti memikirkan sesuatu.

“anhiyeo. Aku pernah melihatnya beberapa kali. Oh bahkan pagi ini yeoja itu menabrakku.”

“jinjja? “

“ne dan dia tidak minta maaf dengan benar. Hah kalau dia di luar negri pasti mendapat masalah” ucap baekhyun membuat Chanyeol tertawa.

“dia memang seperti itu, tapi sebenarnya dia yeoja yang manis. Ah sudahlah, kita mulai mengerjakan tugas. Aku akan mengambil file’ku dulu”

Baekhyun mengangguk , namja itu sebenarnya masih memikirkan yeoja tadi. tatapannya sangat tidak asing untuknya. Tapi ia tidak mau pusing untuk memikirkannya.

**

Hyemi duduk dimeja belajarnya saat ia barusaja selesai membersihkan diri dan mengganti pakaiannya dengan piyama tidur.

Hari ini rumahnya cukup sepi karena Appa dan Eomma-tirinya sedang pergi keluar negri untuk urusan bisnis. Dirumah hanya ada dirinya dan Minji, tapi yeoja yang berstatus saudaranya itu sedang keluar entah kemana dan ia tidak mau tau.

“cinta pertama?”

Ucapnya pada diri sendiri, ia tertawa miris mengingat orang yang pernah disukainya pergi meninggalkannya. Dan belum kembali menemuinya sampai saat ini. ia takut mungkin saja namja yang disukainya sejak kecil itu sudah tidak ingat lagi padanya. Atau parahnya namja yang dirindukannya sudah memiliki kekasih yang berkali kali lebih cantik darinya.

“aku lelah menunggumu, – Baekhyun oppa!. kau mengingkari janjiimu untuk kembali lebih cepat . kau mengingkari janjimu untuk selalu menemaniku saat aku kesepian, oppa aku…..”

Hyemi meremas kertas yang didalamnya berisi tulisan lagu yang pernah dibuat namja yang dirindukannya saat ia masih kecil dulu.

“aku merindukanmu Baekhyun Oppa”

Hyemi menutup buku yang sebenarnya ingin ia baca tapi tidak jadi karena rasa malas menguasai dirinya . gadis itu bangkit dan terduduk lagi karena merasakan rasa perih dilututnya, ia lupa belum mengganti plaster luka yang diberikan sehun tadi. Mengapa tiba tiba saja ia mengingat namja menyebalkan yang sudah menolongnya hari ini.

“ Oh Sehun, pria macam apa kau?”

**

Sehun side

Sehun baru saja mengunjungi rumah mewah orang tuanya di daerah gangnam. Namja itu pulang ke apartementnya yang tidak terlalu mewah itu . Ia sengaja memilihnya karena selain irit ia juga kurang rutin mengurus apartement yang besar.

Sehun memasukan kode pintu apartementnya , setelah terbuka namja itu masuk. Betapa terkejutnya ia menemukan yeoja yang sedang tertidur pulas disofa .

“kau mabuk lagi noona” ucapnya lalu pergi kekamar untuk mengambil selimut. Beberapa hari ini ia menemukan yeoja yang tertidur disofanya itu di depan pintu apartementnya dengan keadaan mabuk. Sungguh ironis, tapi sekarang lebih parah karena berada didalam apartementnya.

Sehun kembali dan menyelimuti yeoja yang pernah dicintainya itu.

“ harus berapa kali lagi aku mengatakannya? Aku membencimu noona”

 

**

Pagi cepat sekali datang untuk mengusir gelapnya malam. Sehun sedang menghabiskan sarapannya, ia tidak masak karena cukup sarapan dengan roti panggang dan segelas susu hangat. Tidak lupa ia membuatkan teh hijau hangat untuk yeoja yang masih tertidur disofa itu.

Namja itu meletakan cangkir diatas meja dan bersiap untuk berangkat sekolah, tapi sebelum ia membuak pintu sebuah tangan memeluknya dari belakang.

“Sehunnie, bogoshipeoyo”

Sehun menghembuskan nafasnya kasar dan melepaskan tangan yang melingkar diperutnya. Namja itu berbalik dan menatap dingin yeoja dihadapannya.

“cukup noona. Harus berapa kali aku mengatakannya padamu? Ini sudah 1 tahun tapi kau selalu saja mengharapkanku”

“Sehunnie . apa kau tidak merindukanku huh?”

“cepat habiskan teh-mu lalu pergi dari apartementku. Dan jangan pernah kembali!”

Sehun hendak berbalik tapi tangannya ditahan

“Jaeri noona aku mohon. Jangan mengganggu hidupku lagi!”

Sehun menghempaskan tangan yeoja itu dan membuka pintu apartement. Namja itu berjalan cepat agar Jaeri tidak mengejarnya lagi.

Ia benci mengingat dan bertemu lagi dengan jaeri karena yeoja itu sudahmembuatnya merasakan perasaan sakit dan kecewa yang teramat dalam.

Dan bodohnya ia lupa menggunakan sandi lain untuk mengkode pindu apartementnya, Sehun menggunakan tanggal dan tahun lahirnya , pantas jika Jaeri dapat membukanya dengan mudah.

Sudah 1 tahun lamanya ia mampu dengan cepat melupakan perasaannya pada Jaeri tapi saat ia kembali ke Korea, gadis yang lebih tua 1 tahun dengannya itu selalu menemuinya. Meminta maaf dan meminta hubungannya kembali baik seperti dulu. Jaeri memohon seribu kali pun ia tidak akan pernah mau menerima gadis itu lagi, karena Sehun sudah sangat kecewa.

Flashback

Sehun melangkahkan kakinya dengan semangat untuk menemui gadis yang selama ini sangat disayanginya , ia berencana akan menyatakan cintanya hari ini . satu buket bunga kesukaan gadisnya ia beli.

Sehun sudah menunggu berjam jam ditaman tapi gadis yang ditunggunya tidak kunjung datang, didalam hatinya terbesit rasa khawatir. Ia memutuskan untuk pergi langsung ke rumah Jaeri.

Tidak cukup jauh berjalan ia sudah sampai dirumah yang sangat sederhana itu. diketuknya pintu kayu itu berkali kali tapi tidak ada sahutan dari dalam. Ia yakin jika Jaeri ada dirumah mengingat rumahnya yang sangat terang. Jaeri tinggal sendiri karena kedua orang tuanya baru saja meninggal, hanya sehun satu satunya orang yang menjadi tumpuan untuk Jaeri.

Jaeri bekerja sebagai bartender di pup kawasan gangnam , terpaksa ia tidak melanjutkan pendidikannya karena faktor keuangan yang sangat kurang, sehingga sehun selalu saja membantunya.

Sehun yang tidak sabar karena Jaeri lama membuka pada akhirnya namja itu menarik knop pintu yang kebetulan tidak dikunci, ia masuk dan melihat sepasang sepatu pria yang tergeletak dirak. Sehun semakin penasaran dan memasuki ruang tamu kecil tapi tidak menemukan jaeri. Ia menuju dapurpun tidak menemukannya. Sampai pendengarannya menangkap suara aneh, suara desahan dan tawa.

Sehun berjalan perlahan menuju kamar Jaeri, dan betapa kagetnya saat ia menemukan pemandangan paling mengejutkan saat ini. Orang yang dicintainya sedang bercinta dengan seorang pria yang cukup jauh umur dengannya.

“NOONA!!!”

Sehun yang tidak bisa menahan emosinya berteriak memanggil Jaeri. Nafasnya naik turun dan matanya memerah karena sangat marah. Sehun membanting pintu dan pergi . saat sehun memakai sepatunya jaeri memegang tangan Sehun.

“Se-Sehunnie. A a-ku …”

“ah jadi ini dirimu yang sesungguhnya? Aku menyesal Noona!” ucap sehun lalu melangkahkan kakinya, dan melempar bunga yang dibelinya lagi kelantai , tapi jaeri tidak tinggal diam dan menahan Sehun lagi.

“Sehun aku mohon. Aku bisa menjelaskannya-“

“sudahlah. labih baik kau lanjutkan acara bercintamu dengan ajhussi itu!”

“ Sehunnie aku melakukan ini karena terpakasa . aku mohon percaya padaku, aku hanya mencintaimu”

“omong kosong. Kau seperti seorang pelacur Noona.”

“kumohon Sehun, ini kulakukan karena aku dipaksa olehnya. Dia,….. dia akan melunasi semua hutang Appa jika aku-“

“hutang? Kau melakukan itu karena sebuah hutang ? lalu kau anggap apa aku selama ini hah?. aku bisa membantumu noona . Berapapun yang kau minta. Tapi kau- …. kau lebih memilih jalan bercinta dengan ajhussi itu. menjijikan! Kau sudah membuatku membencimu mulai detik ini. jangan pernah menemuiku lagi!”

Sehun pergi tanpa memperdulikan teriakan Jaeri. Hatinya benar benar hancur melihat orang yang dicintainya bercinta dengan namja lain.

**

Sehun memasuki rumahnya dengan perasaan yang masih emosi. Ia menemui appanya yang berada diruang kerja.

“appa kau benar, dia memang gadis murahan seperti apa katamu. Appa aku menerima tawaranmu untuk pindah ke China”

Sehun bisa melihat senyum lega dari bibir Appa-nya. Ia akan meninggalkan Korea besok pagi.

FLASHBACK END

Sehun tertawa miris mengingat itu semua. Ia terlalu polos dan bodoh untuk memilih gadis yang dicintainya dulu. Seharusnya ia mendengarkan apa kata appa-nya sejak awal. Seorang Jaeri , gadis miskin yang tidak sengaja dicintainya. Semua itu berawal dari rasa kasihan,

Sehun mengendarai motornya dengan kecepatan penuh , ia tidak bisa mengontrol emosinya. Dengan motor sportnya itu mampu mempercepat waktunya untuk sampai ke sekolah.

 

Sehun memakirkan motornya dan segera berjalan menuju kelasnya. Tapi dikoridor langkahnya terhenti karena melihat Hyemi berjalan sendirian. Entah mengapa hatinya mendadak berubah menjadi tenang saat melihat gadis yang belum lama ini dikenalnya.

Sehun mengecek penampilannya dan berlari kecil untuk menyamakan jalan Hyemi.

“ekhmm, anyeong!”

Mendengar ada yang menyapa Hyemi menolehkan kepalanya menatap Sehun. Gadis itu tidak menjawab dan terus berjalan. Sehun sedikit kesal karena sapaannya tidak dibalas.

“Anyeong Hyemi-ssi. bagaimana pagimu pagi ini?”

Sapa Sehun lagi, kali ini ia berjalan mundur didepan Hyemi. Hyemi menghela nafasnya dan berhenti berjalan, membuat Sehun juga berhenti.

“Anyeong. Minggirlah kau bisa terjatuh jika jalan mundur seperti itu pabboya”

“ wuaahh apa kau baru saja menghawatirkanku? Omona omona”

ucap Sehun dengan sangat percaya diri membuat hyemi ingin berteriak didepan wajah namja itu. tapi ia menjaga imagenya sebagai yeoja dingin.

“jangan bermimpi. Aku hanya tidak mau dikira mendorongmu jatuh.”

Kali ini Hyemi menggeser tubuh Sehun dan mempercepat jalan nya , ia bersyukur karena pintu kelas sudah berada didepan matanya.

Melihat itu Sehun tersenyum , dan ikut berjalan dibelakang Hyemi. Ia sedang menghapalkan cara Hyemi berjalan. Konyol memang.

Skip

After school….

Haerin mengucapkan kata kata menyesal karena tidak bisa pulang bersama Hyemi , hari ini Kai menagih jatah kencannya. Padahal haerin sudah merayu Kai untuk Double date dihari minggu tapi namjachingunya itu sudah ngebet sekali ingin kencan. Hyemi heran dengan sifat Kai yang menurutnya terbalik dengan sifat Haerin ‘benar benar pasangan yang aneh’ ucap Hyemi dalam hatinya.

Gadis itu berjalan menuju halte dekat sekolahnya. Sesampainya gadis itu mendudukan dirinya dibangku.

“Hyemi?”

Hyemi menoleh kesamping, saat itu juga moodnya menjadi buruk. Minj-saudara tirinya juga sedang menunggu bus saat ini .

“apa mengasyikan naik bus?’’ tanya Minji.

“kau fikir itu sebuah kereta hiburan?” jawab Hyemi tanpa memandang Minji.

Minji menghela nafasnya , ia mencoba basa basi dengan saudara yang tidak menganggapnya ini, tapi bagaimanapun ia mencoba tetap sulit.

Hyemi berdiri dan berniat pergi tapi Minji menahannya.

“eodiga? Kita tunggulah bersama!”

“na? Tiba tiba aku malas pulang” ucap Hyemi lalu membalikan tubuhnya. Minji lagi lagi menghalangi Hyemi untuk berlalu.

“Hyemi setidaknya kita pulang bersama. Aku ingin Appa senang melihat kita bersama”

“mwo? Dengar ya Kim Minji! Aku tidak suka bersandiwara. Biar saja kita tetap seperti ini. saling membenci”

“tapi aku tidak membencimu Hyemi”

“geurae? Baiklah kalau begitu biar aku yang membencimu”

Minji menahan tangisnya saat mendengar kata kata Hyemi, yeoja itu sangat berharap menjalin persaudaraan seperti yang lain.

Hyemi tersenyum lemah dan membalika badannya.

“Hye-!”

“LEPASKAN!!”

Hyemi menepis tangan Minji dan sedikit menorong.

“ya!! Kau tidak perlu kasar padanya seperti itu”

Ucap seseorang yang tiba tiba menghampiri mereka. Keduanya tidak sadar jika sedari tadi ada yang memperhatikannya dari dalam mobil. Hyemi menatap heran namja didepannya . Kenapa ia sangat sering bertemu dengan namja ini.

Minji membulatkan matanya melihat siapa yang datang.

‘Baekhyun-ssi?’

…………………………

TBC

 

 

 

 

Kkeut.

Maaf readers kalo bahasa ff’ku masih berantakan. Saya selalu membutuhkan komentar dan saran dari para readers.

Tunggu Chapter selanjutnya readers J

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 



3 Foolish Girls and Handsome Aliens (chapter 3)

$
0
0

PhotoGrid_1446637599688

3 Foolish Girls and Handsome Aliens (chapter 3)

 

Title              : 3 Foolish Girls and Handsome Aliens chapter 3

Author        : Hyun Ra

Genre        : Romantis, fantasi, school, friendship

Cast               : Park Chanyeol

Xiumin

Oh Sehun

Kim Hyu Ra (OC)

Kim Ha Ni (OC)

Lee Hyun Hae (OC)

Other cast : All member EXO

Rating                : Semua umur

Length               : chaptered

Disclaimer            : EXO belong to GOD, SM, and their parents. Dan ini adalah cerita murni dari hasil pemikiran kami, jadi mohon maaf apabila ada kesamaan jalan cerita atau latarnya. Don’t Plagiat, Don’t be SIDERS and I HOPE YOU LIKE IT. And don’t forget to give a Cement.

Author note’s : Terima kasih atas komentar dan semangat dari para readers, terutama kepada para readers yang sudah memberi kami saran, kritik dan komentar.  Sekali lagi author mengucapkan gamsahamnida ^^

 

AWAS!!!      Typo bertebaran dimana-mana!!!

 

 

***

 

 

 

“Sepertinya rahasia kita sudah terungkap” ucap Sehun, salah satu namja yang berada di ruangan tersebut

 

“Sebaiknya kita segera menemui yang lain, untuk mengatakan masalah ini” ucap D.O sambil meninggalkan Chanyeol dan Sehun.

 

Setelah keluar dari rumah tersebut, Hyu Ra berhenti sebentar dengan nafas yang terengah-engah. “Apa benar, kejadian yang aku lihat ini nyata” gumamnya setelah ia bisa mengatur nafasnya.

 

.

.

.

.

.

.

.

 

 

 

 

“Hei, kenapa kau lama sekali?” tanya Ha Ni  kesal.

 

“Sudahlah, nanti saja kujelaskan lebih baik sekarang kita pergi dari sini” ucap Hyu Ra terburu-buru dan langsung menaiki kendaraannya dan diikuti Hyun Hae dan Ha Ni di belakangnya.

 

 

 

 

***

 

 

 

 

Setelah selesai makan malam, kedua belas namja itu segera berkumpul di suatu ruangan yang biasanya mereka gunakan untuk membahas hal-hal yang penting. Setelah disuruh berkumpul oleh D.O, Chanyeol, dan Sehun.

 

“Sebenarnya apa yang ingin kalian bicarakan disini?” ucap Suho memulai pembicaraan.

 

“Sepertinya kekuatan kita sudah diketahui oleh manusia” ucap D.O

 

“Maksudmu . . . Bagaimana bisa ? Kita selalu menyembunyikan kekuatan kita selama ini” jawab Tao

 

“Apa salah satu dari kalian, telah mengeluarkan kekuatan saat berada di luar?” sahut Kris

 

“Bukan, tapi dia telah melihat aku dan Chanyeol hyung saat kami sedang berlatih” jelas Sehun

 

 

Seketika itu suasana menjadi tegang, karena rahasia yang telah mereka simpan selama beberapa tahun tinggal di bumi telah diketahui oleh seseorang. Sebagai seorang pemimpin, Suho harus segera mengambil tindakan, meski dari raut wajahnya terlihat tenang, tapi tetap saja hatinya mengatakan yang sebaliknya.

 

Setelah beberapa saat, Suho akhirnya menghembuskan nafasnya perlahan “Lalu apa kalian melihat orang itu?”

 

“Eoh,, kami tahu, dia adalah orang yang mengantar makanan tadi” ucap D.O

 

“Kalau begitu, kita sudah tahu nomor telepon dan alamat dia bekerja. Dan Chen, aku ingin kau menyelidiki latar belakangnya” tegas Kris.

 

“Aku? Kenapa aku? Bukankah seharusnya D.O atau Chanyeol atau Sehun yang menyelidikinya. Bukankah mereka yang tahu siapa orang itu?” jawab Chen protes

 

“Aku sudah memiliki tugas lain untuk mereka, jadi kau jangan banyak bicara dan selidiki orang itu” ucap Kris tegas. “Ah, kau juga bisa meminta bantuan dari mereka bertiga, karena mereka yang tahu bagaimana wajahnya. Kalau tidak ada lagi yang ingin dibicarakan aku pergi dulu. Aku lelah” lanjutnya

 

Setelah membahas permasalahan itu, mereka segera pergi dan bubar. Sedangkan Chen segera pergi untuk mencari latar belakang orang yang telah mengetahui rahasia mereka.

 

 

 

 

 

***

 

 

 

 

 

Setelah sampai di Cafe, Hyu Ra segera masuk ke dalam meninggalkan kedua temannya, sedangkan kedua temannya itu hanya saling berpandangan sambil mengangkat bahu tidak tahu.

 

“Haah, aku pasti sudah gila. Tidak mungkin yang aku lihat itu nyata” ucap Hyu Ra sambil menenggelamkan kepalanya ke atas meja.

 

“Ya, memangnya apa yang terjadi?” sahut Ha Ni sambil mendudukkan dirinya di salah satu kursi dan diikuti oleh Hyun Hae.

 

“Jika aku mengatakannya kepada kalian, apa kalian akan menganggapku gila?” ucap Hyu Ra dengan tatapan kosong.

 

“Tergantung. Jika yang kau katakan itu tidak masuk akal, maka itu artinya kau memang sudah gila” jawab Hyun Hae.

 

Setelah itu Hyu Ra mengangkat kepalanya dan menutupinya dengan kedua tangannya “Haah. Molla…. aku bingung, meskipun aku akan mengatakannya kepada kalian, kalian pasti tidak akan mengerti dan akan menganggapku gila”.

 

“Baiklah, tapi apa kalian tahu tadi aku dan Hyun Hae melihat seorang namja yang masuk ke dalam rumah itu. Sepertinya wajanya tidak asing” sahut Ha Ni mengalihkan pembicaraan, sambil mencoba mengingat siapa namja itu.

“Apa kau ingat Hyun Hae-ya?” lanjutnya.

 

Kemudian Hyun Hae mencoba untuk mengingat namja yang dilihatnya tadi bersama dengan Ha Ni.

 

“Aku ingat” teriak Hyu Ra yang seketika mengagetkan Hyun Hae dan Ha Ni. “Hei, apa kalian sudah lupa?” Tanya Hyu Ra. Sedangkan yang ditanya hanya menatap Hyu Ra dengan tatapan bingung.

 

“Memang apa?” Tanya Hyun Hae.

 

“Rumah yang kita datangi tadi adalah rumah dari kedua belas namja yang menyebalkan itu” jelas Hyu Ra.

 

Seketika Hyun Hae dan Ha Ni langsung ingat dengan kejadian tadi pagi kemudian ekspresi mereka berubah dengan mata dan mulut yang terbuka lebar.

 

“Apa kalian tahu, ternyata mereka benar-benar kaya” ucap Hyu Ra kagum sambil mengingat saat dia berada disana. Tapi itu semua tidak berlangsung lama, karena Hyu Ra ingat akan kejadian tadi.

 

“Ah. . . Bukannya tadi kau ingin mengatakan sesuatu kepada kami” ucap Ha Ni.

 

“Ah itu . . . Lupakan saja” ucap Hyu Ra sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Sesaat kemudian, secara tidak sengaja, ia menoleh ke arah jendela.

 

Seketika itu juga, tubuh Hyu Ra menegang melihat seorang pria yang sedang berdiri tidak jauh dari mobilnya.

 

‘Apa yang dia lakukan disini. Apa karena kejadian tadi?’ batin Hyu Ra.

 

Tidak lama kemudian, pria itu masuk ke dalam Cafe. Hyu Ra yang tahu pria itu, segera pergi ke dapur meninggalkan Hyun Hae dan Ha Ni yang bingung.

 

“Ada apa dengannya?” tanya Ha Ni.

 

“Entahlah, aku tidak tahu” jawab Hyun Hae. Kemudian gadis itu melihat ke arah belakang, mencari sesuatu yang mungkin menyebabkan Hyu Ra pergi. Tapi sayangnya, gadis itu tidak menemukan apapun dan kembali ke posisi awal, sambil menyesap minumannya.

 

 

 

 

 

Hyu Ra POV

 

 

Astaga, apa yang dia lakukan disini dan bagaimana dia tahu tempat ini. Apakah dia kemari karena aku mengetahui apa yang dilakukan oleh mereka?. Bagaimana ini?. Gumamku sambil ketakutan bersembunyi di dapur.

 

Setelah beberapa menit kemudian, aku mendapat pesan dari Hyun Hae yang mengatakan jika ia dan Ha Ni kembali pulang ke rumah. Kemudian aku memberanikan diri mengintip di belakang pintu untuk melihat apa pria itu sudah pulang atau tidak. Tapi sayangnya saat aku melihat dia masih berada disini.

 

“Huft. Sebenarnya apa yang dia lakukan disini? Kenapa dia masih belum kembali, bukankah pesanannya sudah selesai?” gumamku. “Bahkan sekarang dia sedang menggoda salah satu karyawan disini. Ck dasar” lanjutku.

 

“Apa yang kau lakukan disini?”

 

“Astaga paman, kau selalu saja mengagetkanku”

 

“Memangnya apa yang kau lakukan disini?” tanya paman kembali.

 

“Aku? Aku…. aku, hehehe tidak ada” ucapku bingung Kemudian memberikan senyuman terpaksa.

 

“Kau tidak bisa berbohong dari paman, jika tidak ada sesuatu yang terjadi tidak mungkin kau bersembunyi disini” ucap paman. Kemudian ia mencoba untuk menengok ke arah pintu yang setengah terbuka. Setelah itu paman tersenyum padaku.

 

“Apa karena namja itu? Kau punya hubungan dengannya?” ucap paman dengan senyuman yang menggodaku.

 

“Ania, aku tidak punya hubungan apapun dengannya. Bahkan aku sama sekali tidak mengenalnya” ucapku menyangkal.

 

“Kalau kau tidak mengenalnya, mana mungkin kau sampai bersembunyi disini”

 

“Sungguh paman, aku sama sekali tidak mengenalnya”.

 

Setelah berdebat kecil dengan paman, aku langsung menoleh ke arah pintu dan tidak mendapatkan namja itu lagi. Mungkin sepertinya dia sudah pergi.

 

“Sudahlah, kalau begitu kau bantu merapikan tempat ini. Sekarang sudah malam, dan kita harus pulang sekarang” ujar paman.

 

“Astaga, sepertinya keponakan paman sudah dewasa sekarang. Bahkan sekarang sudah memiliki kekasih” ucap paman sambil melangkah menjauh.

 

“Sudah kubilang aku tidak memiliki hubungan apapun dengannya paman” teriakku di dalam dapur. Setelah itu aku langsung membersihkan lantai.

 

Setelah 30 menit kemudian, kami sudah selesai membersihkan semuanya dan para karyawan juga sudah pulang. Aku kemudian pergi keluar dan menunggu paman, setelah paman keluar ia segera mengunci cafe dan kami pulang ke rumah.

 

 

 

 

Hyu Ra POV End.

 

 

 

 

 

Setelah berjalan beberapa meter, Hyu Ra merasa bahwa ada yang mengikutinya dari belakang. Beberapa kali gadis itu menoleh ke belakang, tapi sayangnya dia tidak mendapatkan siapapun di belakangnya.

 

“Ada apa?” tanya paman.

 

“Tidak, tidak apa-apa” setelah mengucapkan hal itu, Hyu Ra masih tetap saja menoleh ke belakang.

 

“Ada apa,  kenapa dari tadi kau selalu menoleh ke belakang?” tanya paman sekali lagi.

 

“Ania, hanya saja aku merasa seperti ada orang yang mengikuti kita dari tadi”

 

Mendengar hal itu paman langsung menoleh ke belakang sebentar namun tidak menemukan apapun kemudian tersenyum sambil merangkul pundak Hyu Ra “Tidak apa-apa, mungkin itu hanya imajinasimu saja”

 

 

 

 

***

 

 

 

 

Di suatu tempat dan dunia yang berbeda, terlihat ada seorang pria yang tiba-tiba muncul dengan kekuatan teleportasinya. Pria itu kini sedang berjalan di sebuah istana dengan sedikit mengendap-endap agar kedatangannya tidak diketahui.

 

Terlihat pria itu sepertinya sedang mencari sesuatu, entah itu apa, yang pasti pria itu selalu memasuki tiap ruangan yang ada, hingga akhirnya ia menemukan sebuah ruangan dan mendengar ada suara seseorang yang sedang berbicara di dalamnya, dengan pintu yang sedikit terbuka. Di bukannya pintu itu sedikit lebar, agar ia bisa melihat dan mendengar percakapan mereka.

 

Terlihat ada dua orang asing, yang satu memakai jubah berwarna hitam dengan tudung yang menutupi hampir seluruh wajahnya dan sedikit menundukkan kepalanya, sedangkan yang satunya tidak memakai jubah, tapi sayangnya dia tidak bisa melihat wajahnya yang menghadap ke belakang dan mereka berbicara saling berhadapan.

 

“Apa kau sudah mengetahui keberadaan dari mereka?” tanya seorang pria yang tidak memakai jubah.

 

“Belum paman, aku masih belum mengetahui tentang keberadaan mereka”

 

Orang yang dipanggil paman Itu pun terlihat frustasi, Karena masih belum mengetahui keberadaan mereka.

 

“Kau harus segera menemukannya, jangan sampai Raja Cyrus marah karena kau masih belum mengetahuinya”

 

“Ah, aku memiliki tugas lain untukmu. Apa kau bisa melakukannya?” lanjutnya.

 

“Jika aku bisa melakukannya, maka akan aku lakukan” jawabnya yakin.

 

“Baiklah, mungkin aku bisa mempercayakan tugas ini padamu dan jika kau bisa melakukannya, aku yakin ayahmu pasti bangga”

 

“Memang apa yang harus aku lakukan?”

 

“Aku ingin, agar kau menemukan sebuah buku…”

 

Belum selesai pria itu berbicara, tiba-tiba saja orang yang diajak bicara mengetahui jika pembicaraannya di dengar oleh orang lain saat ia mendongakkan kepalanya sedikit, melihat hal itu ia segera berjalan meninggalkan pria yang di panggil paman tersebut.

 

Melihat jika keberadaannya sudah diketahui, pria itu segera melangkah pergi meninggalkan tempat itu dan bersembunyi di suatu ruangan. Sedangkan pria bertudung itu, pergi berlari untuk mencarinya.

 

“Ternyata kau sudah berani masuk ke dalam kerajaan, Kai…” gumam pria bertudung itu dengan sedikit menyeringai.

 

“Tak kusangka, saat aku mencari keberadaanmu dan yang lainnya, aku justru malah menemukanmu disini” lanjutnya sambil berjalan mencari pria yang ia panggil Kai itu.

 

Saat ini pria bertudung itu sudah berada di depan ruangan itu. Setelah beberapa saat, akhirnya ia memegang kenop pintu itu tapi kemudian hal itu diurungkannya, kemudian pria itu berbalik sambil menunjukkan smirknya dan segera berlalu dari tempat itu.

 

Setelah merasa cukup aman, Kai segera keluar dari ruangan itu dan menuju ke suatu tempat. Tanpa ia sadari, ada seorang pria yang berada di belakangnya.

 

‘Sepertinya, sebentar lagi aku akan mengetahui keberadaan mereka’ batin pria itu.

 

 

 

 

***

 

 

 

 

Tidak lama setelah itu, saat hampir berada di perempatan jalan, tiba-tiba mereka dihadang oleh sekumpulan pria yang sedang mabuk . Melihat hal itu, Hyu Ra langsung bersembunyi di belakang pamannya.

 

“Wah, kenapa kau bersembunyi gadis cantik? Kau pikir kau bisa bersembunyi di belakang pria tua ini?” ucap salah satu pria yang berada di paling depan dengan setengah mabuk

 

“Daripada kau bersama pria tua itu, lebih baik kau bersama dengan kami” ucap pria yang lainnya yang sepertinya bertubuh tegap.

 

“Hei, kalian jangan asal bicara aku bukan pria tua, aku ini masih berumur 30-han” ucap sang paman kesal.

 

“Hah, aku sama sekali tidak peduli, sebaiknya sekarang cepat berikan gadis yang berada di belakangmu itu” ucap pria yang paling tinggi di antara yang lainnya dengan nada sedikit meninggi.

 

Tidak jauh dari tempat mereka berada, terlihat seorang pria yang dari tadi sudah mengikuti mereka. Wajahnya terlihat tenang, meski di depannya ada dua orang yang sedang membutuhkan bantuan.

 

“Aku ingin tahu apa yang akan terjadi selanjutnya”

 

 

 

 

***

 

 

 

 

Di lain tempat, terlihat ada seorang pria yang sedang memasuki ruang keluarga

 

“Bagaimana dengan keadaan disana Kai?” tanya Suho.

 

“Semuanya dalam keadaan baik-baik saja, tapi aku mendapat sedikit informasi saat mereka sedang berbicara tentang sesuatu”

 

“Informasi apa?” tanya Xiumin.

 

Setelah mendengar ucapan dari Kai, salah satu di antara mereka tiba-tiba merasa terkejut dan ketakutan.

 

“Ada apa Tao?” tanya seorang pria yang berada di sampingnya.

 

“Apa kau tahu sesuatu tentang hal ini?” lanjutnya

 

“Entahlah ge, tiba-tiba saja setelah Kai mengatakan hal itu aku langsung mendapatkan sedikit gambaran tentang sesuatu yang akan terjadi di masa depan” jelas Tao.

 

“Lu ge, apa ini akan benar-benar terjadi?” lanjut Tao bertanya kepada pria yang berada di sampingnya.

 

Sedangkan yang lain, sama sekali tidak mengerti dengan apa yang diucapkan oleh Tao, dan yang hanya mengetahui hal itu hanyalah Luhan. Karena pria itu memiliki kekuatan pengendali pikiran, jadi dia bisa melihat apa yang ada di pikiran Tao saat ini.

 

“Lu ge, katakan pada kami apa yang dimaksud oleh Tao” ucap Lay.

 

“Aku tidak tahu, gambaran yang dilihatnya tidak terlalu jelas dan terpotong-potong. Tapi aku yakin jika sesuatu yang buruk akan terjadi” jelas Luhan.

 

Seketika itu semuanya menghela napas kasar, bahkan ada juga yang bingung dan pusing memikirkan apa yang akan terjadi nanti. Baru saja rahasia mereka telah diketahui dan sekarang, mereka harus menghadapi masalah yang lebih rumit.

 

“Tadi kau bilang mereka mengatakan sesuatu, memang apa yang mereka katakan?” tanya Suho sambil memijit pelipisnya, pria itu pusing masih belum selesai dengan masalah yang tadi, dan sekarang mereka harus menghadapi masalah yang lain.

 

“Entahlah, tadi aku sempat mendengar mereka berbicara mengenai sebuah buku. Dan belum sempat aku mengetahui lebih lanjut, salah satu dari mereka hampir saja menemukanku” jelas Kai.

 

“Kalau begitu untuk ke depannya kau harus lebih berhati-hati” ucap Xiumin menasihati salah satu adiknya.

 

“Sekarang Chen kemana, apa dia masih belum pulang?” lanjutnya.

 

“Kurasa belum” jawab Sehun.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

.

 

.

 

.

 

.

 

 

 

TBC

 

Gimana dengan kelanjutannya, alurnya kacepetan gak? Terkadang author sempat khawatir kalo alurnya kecepetan, mungkin di chapter yang selanjutnya kalian akan liat, apa yang akan mereka lakukan kepada Hyu Ra. Jadi author harap kalian bisa bersabar menunggu kelanjutannya. Gamsahamnida ^^

 

And PLEASE give the comment and LIKE. Saran dan kritikan dari para readers sangat penting  and DON’T BE SILENT READERS!!

 

 

 

 


Your Choice

$
0
0

Your Choice

Your Choice

(One Story of Hurtful Love Life)

 

Author Note:

Fanfiction ini terinspirasi dari berita terbaru KaiStal(Kai Krystal) yang kini menjalin hubungan. Dulu juga author pernah membuat FF yang berjudul ‘Tears Of Baekhyun Fangirl’ pada saat berita BaekYeon berkencan di konfirmasi. FF itu juga pernah di publish di www.exofanfiction.wordpress.com , kalau mau baca silakan ketik judulnya pada kolom search yah^^

Disclaimer :

Fanfiction ini murni dari otak author sendiri! Tanpa campur tangan siapapun!

No Plagiat! Maaf jika ada kesalahan dalam penulisan, trims ^^

Author :

Littlechick / Sherly Irawati

(www.sherlyirawati99.wordpress.com)

Cover by :

Littlechick / Sherly Irawati

Cast :

Kim Jong In (Kai)

Shin Hyeri (OC)

Genre : Hurt, Idol’s Life

Length: One-Shoot

Rating : PG – 15

Summary :

“The hurtful things is to let go of your lovers with other people.”

-Happy Reading-

Kalian sebagai fans tentunya tahu bagaimana perasaan yang muncul saat mengetahui idola kalian sedang berkencan. Tapi kalian selalu menangkal semua berita itu. Tentu saja karena belum ada klarifikasi dari agency itu sendiri kan? Lalu, bagaimana kalau semua berita itu sudah di klarifikasi? OH NEPTUNUS! AKU SEDANG BERMIMPI! Fans saja bisa gila apalagi wanita yang mencintai pria idolanya itu!

 

SM Entertainment , 25 November 2014

 

Shin Hyeri adalah seorang gadis berusia 18 tahun yang menggilai seorang K-Idol berusia 20 tahun yang berada di bawah naungan SM Entertainment. Tapi ia bukan hanya menggilainya melainkan mencintainya. K-Idol itu adalah Kim Jong In atau yang biasa di sapa Kai. Mungkin ia adalah salah satu fans yang beruntung karena mendapatkan pekerjaan sebagai seorang manajer dari idolanya sendiri. Tapi itu sebelum ia bekerja dengan pria itu.

 

“Kai! Cepat bangun!!! Kau akan terlambat untuk melakukan rehearsal jika kau tidak segera bangun!” Hyeri menarik selimut yang digunakan Kai saat ini untuk menutup seluruh tubuhnya.

“KAU BERISIK!” Kai menarik selimutnya kembali.

“Oh Tuhan! Baru satu bulan saja aku bekerja sebagai manajernya rasanya sudah cukup melelahkan,” ucap Hyeri pada dirinya sendiri. Ucapan Hyeri pun masih terdengar oleh Kai.

“Jika kau sudah lelah maka berhentilah menjadi manajerku!”

 

‘Dia sudah gila!’

 

“Kai kumohon kau bangun!” Kai masih tidak bergeming.

“Ah! Aku akan menghubungi Kim Sajangnim untuk mengurangi jadwal tampilmu di music show mana saja!” lanjut Hyeri.

“Baik-baik! Aku bangun!”

“Bagus.”

 

‘Aku sudah gila sepertinya! Bagaimana bisa aku pernah mengidolakan pria itu!’

 

Setelah semua urusan di dorm selesai, mereka pergi menuju tempat dimana mereka akan melakukan rehearsal untuk comeback terbaru dari grup Kai, EXO. Selama perjalanan tidak ada yang membuka suara. Kai hanya sibuk dengan ponselnya. Entah apa yang sedang pria itu lakukan.

 

Setelah selesai melakukan rehearsal, Kai meminta Hyeri untuk memperbaiki riasan pada wajahnya. Selesai itu, Kai langsung meninggalkan Hyeri tanpa mengucapkan terima kasih. Pria itu langsung menuju ke atas panggung untuk tampil.

 

‘Pria itu bahkan tidak tahu cara berterima kasih. Aku heran bagaimana pria itu bisa terkenal!’

 

*

*

*

*

Semakin hari hubungan mereka semakin membaik. Kai selalu menuruti setiap perkataan Hyeri. Hingga media tidak mengetahui bahwa mereka sudah menjalin hubungan. Hanya mereka dan agency naungan mereka yang mengetahuinya. Tentu saja fans tidak akan mencurigai mereka, karena mereka selalu dekat. Bisa disebut karena fans hanya mengetahui bahwa mereka adalah sepasang idol dan manajernya.

 

SBS Broadcasting Centre, Mok-Dong, 15 Desember 2015

 

Para manajer di panggil oleh pihak pelaksana acara akhir tahun ‘SBS Gayo Daejun’ untuk melakukan sebuah rapat. Mereka membahas akan ada beberapa project yang akan dilakukan oleh para artis. Misalnya artis agency yang satu dengan yang lain akan melakukan sebuah duet atau juga artis sesama agency akan melakukan performance bersama. Keputusan pun sudah mereka buat secara bersama. Rapat pun di tutup. Pihak pelaksana akan menyerahkan latihan untuk performance itu kepada para manajer. Terlihat Hyeri mengambil ponsel miliknya dan menekan nomer seseorang.

 

“Kai, datanglah ke practice room-mu sekarang.” Hyeri langsung menutup panggilan tersebut. Ia menghubungi artisnya karena ia akan membicarakan sesuatu tentang acara tahunan tersebut.

 

Ceklekk.

 

“Kau sudah makan?” tanya Hyeri pada saat Kai masuk ke practice room yang biasa digunakan oleh EXO.

“Eum…”

“Ada apa?” lanjut Kai.

“Aku hanya ingin mengatakan mulai sekarang kau harus berlatih sebelum tanggal 24 ini. Tadi aku menghadiri rapat para manajer dan aku sebagai perwakilan dari EXO. Kau sendiri mempunyai project untuk melakukan penampilan bersama Krystal dari grup F(X). Aku akan melepaskan tanggung jawabku pada manajer Krystal untuk memantaumu saat berlatih. Aku hanya menemuimu setiap malam. Saar kau selesai berlatih. Selebihnya aku akan memantau kegiatan member EXO yang lainnya. Hanya itu saja yang ingin aku katakan. Sekarang kau berlatihlah bersama Krystal. Ia ada di lantai 6 bersama dengan manajernya. Selamat berlatih.” Hyeri pun bangun dari duduknya dan beranjak pergi dari ruangan itu. Saat langkah kelima ia berhenti.

“Kau mau kemana?” tanya Kai.

“Aku harus mengurus teman-temanmu bodoh!” Hyeri menoleh melihat Kai.

“Kau cemburu?”

“Anni, aku percaya padamu Kai. Aku harus pergi. Masih banyak pekerjaan yang menungguku. Aku ingin bersikap professional. Ah! Pelatih kalian sudah menunggu, berlatihlah. Aku pergi.” Hyeri pun meninggalkan Kai.

 

‘Aku sangat cemburu bodoh! Karena di choreography dance kalian akan ada scene dimana wajah kalian saling berdekatan!’

 

Hyeri berusaha untuk bersikap professional dan tidak mau mengungkit masalah itu sehingga membuat pekerjaannya malah menjadi kacau.

 

Sudah seminggu ia tidak menghubungi Kai begitu pula dengan Kai. Selama seminggu ini Hyeri menemani Sehun yang sedang membintangi sebuah film di China. Manajer Kim yang menggantikan pekerjaan Hyeri untuk menemani dan mengurus Kai.

 

Setelah jadwal syuting Sehun selesai, Hyeri bersama Sehun langsung kembali ke Korea. Ia berencana untuk bertemu dengan Kai setelah mengantar Sehun ke practice room yang digunakan EXO. Ia melihat anggota EXO yang sedang berlatih tetapi ada satu orang yang tidak ada disana.

 

‘Pria itu pasti sedang berlatih dengan Krystal.’

 

“Kalian berlatihlah dengan baik. Jangan sampai kelelahan. Kalau kalian membutuhkan sesuatu langsung hubungi aku. Aku ada di ruanganku. Nanti aku akan mengecek kalian lagi.”

“Ne Manajer Shin!” ucap para member.

 

Hyeri pun meninggalkan para member EXO tersebut. Ia berjalan menuju lantai 6 untuk menemui Kai. Rencananya ia akan membuka pintu practice room itu tapi ia mengurungkan niatnya saat melihat Kai bersama Krystal sedang berpelukan. Hyeri pun langsung pergi. Ia kembali ke ruang kerjanya. Saat ini Hyeri sedang bersama dengan Manajer Kim. Manajer dari EXO yang selalu mengurus keperluan Kai selama ia pergi.

 

“Manajer Shin.” Seorang pria dengan ber-name tag Manajer Kim itu memanggil Hyeri.

“Ne? Ada apa oppa?” Hyeri memanggil Manajer Kim dengan sebutan oppa. Karena pria itu 6 tahun lebih tua daripada dirinya.

“Aku minta maaf.” Hyeri bingung melihat Manajer Kim.

“Untuk apa?”

“Aku tak bisa menjaga Kai dengan baik.” Sepertinya Hyeri sedikit mengerti apa yang sedang di bicarakan dari Manajer Kim tersebut.

“Sudahlah oppa. Aku tidak apa-apa.”

“Kalau kau ingin menangis, menangislah. Terlihat dari wajahmu sedang menahan tangis.” Manajer Kim benar. Daritadi ia menahan agar air mata itu tidak membasahi wajahnya. Tapi ucapan Manajer Kim membuat wajahnya kini basah dengan air mata. Manajer Kim memeluk Hyeri. Pria itu sudah menganggap Hyeri sebagai adiknya sendiri. Setelah merasa air matanya sudah habis Hyeri melepas pelukan Manajer Kim tersebut.

“Aku harus menemui para member oppa… Aku permisi.” Manajer Kim pun ikut keluar dari ruangan itu.

 

Hyeri mendatangi practice room milik EXO.

 

“Latihannya cukup sampai disini. Ayo kita pulang.”

“Baiklah.” Semua member keluar dari ruangan itu. Mereka berjalan menuju basement gedung SM ini. Saat sampai di basement tersebut, Hyeri melihat Kai sedang bersama dengan Krystal. Sepertinya mereka pulang bersama. Jarak mereka sangat dekat sehingga Kai sendiri dapat menyadari kehadiran Hyeri. Hyeri mengisyaratkan kepada para member bahwa ia tidak ikut dengan mereka. Para member pun pulang ke dorm mereka.

“Apa latihannya berjalan dengan baik?” tanya Hyeri dengan senyum terpaksanya.

“Eum…”

“Baguslah. Aku pulang dulu.” Hyeri pun meninggalkan Kai.

“Shin Hyeri.” Hyeri menghentikan langkahnya tanpa menoleh ke arah Kai.

“Maafkan aku,” lanjut Kai.

“Aku mengerti Kai. Hubungan kita sudah berakhir. Pulanglah. Lihatlah kekasihmu sudah menunggu.”

“Ah satu lagi. Berhati-hatilah kalian saat sedang bersama,” lanjut Hyeri.

 

Hyeri berjalan meninggalkan Kai. Ia langsung masuk kedalam mobilnya dan menjalankannya dengan kecepatan tinggi. Kai merasa bersalah pada Hyeri. Ia menyesal telah mengkhianati kepercayaan yang Hyeri berikan pada dirinya.

 

*

*

*

*

 

SM Entertainment, 1 April 2016

 

 Kai dan Krystal memiliki hubungan spesial.

 

Dispatch rilis foto kedekatan Kai dan Krystal.

 

Seketika kepala Hyeri pusing membaca berita-berita yang ada di layar laptopnya itu. Padahal hari ini adalah hari dimana seharusnya Hyeri tidak melakukan pekerjaan apapun atau sebut saja Hyeri sedang libur. Tapi berita itu membuatnya harus mengkonfirmasi segalanya. Hyeri tahu setelah penampilan mereka di SBS Gayo Daejun itu para netizen mengikuti mereka. Hanya saja Hyeri tidak berani mengambil tindakan.

 

“Manajer Shin.” Manajer Kim mendekati Hyeri. Ia tahu bahwa hari ini adalah hari libur Hyeri.

“Oppa tolong panggilkan Kai dan Krystal kemari.” Pria itu pun menuruti perkataan Hyeri.

 

Beberapa menit kemudian, Kai dan Krystal menampakan diri mereka bersama dengan Manajer Kim.

 

“Sekarang media sudah tahu hubungan kalian. Lalu apa yang akan kalian lakukan sekarang?” tanya Hyeri.

“Aku akan mengklarifikasinya.” Kai menjawab ucapan Hyeri dengan tegas. Mata mereka bertemu tapi Hyeri langsung mengalihkan pandangannya tersebut.

“Lalu bagaimana denganmu Krystal-sshi?”

“Aku akan melakukan hal yang sama dengan Kai.”

“Apa kalian benar-benar berkencan?”

“Kami benar-benar berkencan,” ucap Kai.

“Baiklah aku akan mengkonfirmasi pada media yang sedang menunggu diluar. Aku akan berbicara denganmu Kai setelah ini. Kau bisa kembali berlatih Krystal-sshi. Aku permisi.”

“Apa kau bisa sendiri Manajer Shin?” tanya Manajer Kim.

“Temani aku oppa.” Pria itu langsung mengekori Hyeri.

 

Hyeri menemui media yang daritadi menanti jawaban dari pihak agency sendiri. Hyeri mengkonfirmasi hubungan Kai dengan Krystal. Hyeri mengatakan bahwa Kai dan Krystal resmi berkencan. Setelah tidak ada yang perlu dibahas lagi Hyeri pergi meninggalkan media yang kini sudah sibuk dengan laptop dan gadget mereka masing-masing. Hyeri masuk menemui Kai. Ia mengajak Kai ke sebuah practice room yang sedang tidak di pakai.

 

“Aku ucapkan selamat untukmu Kim Jong In. Dan aku berterima kasih karena kau merusak waktu liburku.”

“Maaf. Tapi bukankah itu sudah kewajibanmu?”

“Memang benar. Dan lagipula setelah ini aku berhenti menjadi manajermu. Aku akan menjadi manajer dari grup Red Velvet.”

“Kenapa?”

“Jangan egois Kim Jong In! Manajer Kim akan menjadi manajermu dan aku sudah menemukan manajer baru untuk kalian. Kau sudah memiliki Krystal sekarang. Karena itu jangan egois untuk membuatku tetap menjadi manajermu. Aku sudah cukup sakit hati Kai. Terima kasih kau sudah merusak kepercayaanku.”

 

Saat Hyeri akan meninggalkan Kai, pria itu menarik Hyeri kedalam pelukannya.

 

“Maafkan aku Shin Hyeri. Terima kasih untuk semuanya.”

“Lepaskan aku.” Kai pun melepas pelukannya.

“Aku akan tetap melihat kegiatan kalian. Anyeong. Aku ingin menikmati waktu liburku.” Hyeri meninggalkan Kai.

 

Hyeri meninggalkan gedung SM itu. Ia melajukan mobilnya menuju sebuah taman. Ia menangis. Mengikhlaskan apa yang sudah menjadi milik orang lain. Ia tersenyum menatap ke arah langit dengan sisa air matanya.

 

‘Terima kasih Kai. Kau membuatku mengetahui bagaimana rasanya berkencan dengan seorang idol. Membuatku merasakan sakit dan cemburu. Membuatku sadar bahwa mencintai seorang idol adalah pilihan yang salah walaupun terkadang ada yang dapat hidup bersama. Semoga kau bahagia dengan Krystal, Kim Jong In.’

 

‘Aku mencintaimu bodoh.’

 

-FIN-


My Beautiful Seducer (Chapter 2)

$
0
0

1453860962307_mh1455242335772

My Beautiful Seducer Chapter 2

 

Author : Angel Devilovely95 (@MardianaSanusi)

Cast : Oh Sehun & Im Neyna (OC)

Other Cast :

Kim Jongin

Lee Kurumi (OC)

Park Hyejin (OC)

Genre : Romance

Rating : 18 or Mature

Length : Chaptered

Disclaimer : Kalau belum baca Teaser monggo baca dulu ya ^^

Warning you may be bored! Chapter ini panjang banget dan gak dibagi kaya chapter sebelumnya!

Also posted on my WP (https://angeldevilovely95.wordpress.com/)

 

[Teaser][#1A][#1B]

 

 

“Baby sitter bukan baby sitere! Pengucapanmu salah Neyna-sshi!” Dasar perfeksionis. Kebiasaanya mengoreksi pelafalan mahasiswanya saat mengajar rupanya terbawa saat menghadapi Neyna. Alih-alih meremehkan asumsi konyol Neyna—tidur dengannya, jadi pacarnya, jadi simpanannya, dan jadi istrinya—Sehun yang tadinya menyeringai licik kini justru memasang tampang kesal.

“Aaah baby sitter.” Neyna kali ini mengucapkannya dengan benar, tapi ekpresi gadis itu terbilang datar seperti sedang kebingungan—kontras dengan keberhasilannya. “Ahjussi.” Neyna mengigit bibir bawahnya, lalu menelengkan wajahnya. “Baby sitter itu apa?”

 

BANG. Sehun tertohok. Neyna tidak tahu arti baby sitter? Gadis itu idiot atau hilang ingatan sih? Hah keterlaluan! “Ya! Kau bodoh sekali sih! Masa baby sitter saja tidak tahu. Baby sitter tergolong kata paling mudah dalam bahasa Inggris. Kau seharusnya sudah belajar kata semudah itu sejak kelas 4 SD. Kalaupun kau lupa pelajaran bahasa Inggris kelas 4SD, kau kan pasti pernah mendengar kata itu lagi di SMP atau di SMA Neyna-sshi!” Maki Sehun sambil mencubit pipi Neyna dengan tangan kanannya.

 

“Akhh…Akkhh…Aku benar-benar tidak tahu arti baby sitter. Aku tidak lulus SD Ahjussi. Aku bahkan hanya sekolah sampai kelas 3 SD…Akhh sakit Ahjussi tolong lepaskan eoh…”

 

Sehun terbelalak kaget dan sontak melepas cubitannya “Kau benar-benar tidak lulus SD? Kau tidak bercanda kan?” Sehun menatap Neyna lekat-lekat, menunggu penjelasan gadis itu. Demi apapun, ia tidak percaya di jaman modern seperti sekarang ini dan di Negara maju seperti Korea Selatan, ada gadis semuda Neyna yang bahkan hanya sekolah sampai kelas 3 SD. Huh tidak masuk akal! Sungguh, ia benar-benar akan mencubit pipi Neyna lebih kencang kalau sampai gadis itu bergurau.

 

“Aku tidak bercanda Ahjussi. Aku sangat serius.” Neyna berjalan dua langkah lebih maju hingga jaraknya dengan Sehun kini hanya tinggal sepuluh senti. Detik berikutnya Neyna menggenggam tangan Sehun yang terkulai, melingkarkannya di pinggangnya, lalu mendekap punggung tangan Sehun dengan tangan kirinya agar lingkaran tangan Sehun tetap melekat erat di pinggangnya. Neyna melancarkan aksinya dengan hati-hati, seperti pencopet kelas kakap yang mengendap-ngendap saat sedang mencuri dompet korban incarannya.

 

“Memangnya kenapa kau sampai tidak lulus SD? Kemana orang tuamu? Apa mereka tidak membiayai pendidikanmu?” Sehun nampak terlarut dengan topik seputar pendidikan Neyna sampai tidak sadar kalau Neyna sudah bertindak nakal dengan tangannya.

 

Neyna tiba-tiba menunduk dan melepaskan dekapan tangannya di punggung tangan Sehun, membuat Sehun yang baru menyadari tindakan nakal Neyna—setelah tangannya terlepas begitu saja dari pinggang Neyna—akhirnya mendengus. “Saat usiaku 8 tahun, Appaku dipecat lalu Appaku meminjam uang dengan Song Ahjumma sebesar 100 juta won untuk membuka usaha. Tapi Appaku ternyata ditipu orang dan akhirnya kabur meninggalkanku dan Eommaku. Mendengar berita itu, Eommaku sangat syok sampai Eommaku terkena serangan jantung dan akhirnya meninggal.” Neyna menautkan kedua tangannya di depan perut sambil mengigit bibir bawahnya, sebisa mungkin menahan air matanya agar tidak mengalir. Well, meskipun ia menangis saat ini, Sehun mungkin tidak akan memarahinya kalau matanya sembab seperti halnya Song Ahjumma. Tapi tetap saja ia tidak boleh menangis, apalagi di saat pertanyaan Sehun belum terjawab sepenuhnya. Masih terus menunduk, Neyna akhirnya menghela nafas panjang.

 

“Sejak saat itu, Song Ahjumma mengajakku tinggal bersamanya agar aku bisa mencicil hutang Appaku dengan mengurus semua pekerjaan rumahan seperti bersih-bersih dan memasak. Karna hutang Appaku sangat banyak, Song Ahjumma juga menyuruhku untuk berlatih menari setiap hari sebelum akhirnya aku bisa menjadi penari di Club. Jujur saja aku tidak keberatan melakukan itu semua, tapi dengan begitu tentunya aku jadi tidak punya waktu untuk sekedar pergi ke sekolah Ahjussi. Dan sebenarnya Song Ahjumma melarangku sekolah karna menurutnya aku hanya akan menambah hutang Appaku.”

 

Sehun terkesiap. Tidak pernah sekalipun terbesit di benaknya kalau Neyna yang selalu ceria dan selalu bertingkah seakan tidak memiliki beban hidup ternyata hidup semenderita itu. Putus sekolah hanya karna masalah hutang piutang Appanya benar-benar keterlaluan menurutnya. Mucikari sialan itu sudah mengeksploitasi Neyna terlalu jauh, ia jadi merasa kasihan pada Neyna.

 

Tanpa sadar, Sehun menempatkan salah satu tangannya di puncak kepala Neyna, hendak mengelus puncak kepala gadis itu. Tapi belum sempat melancarkan aksinya, Sehun sudah lebih dulu menyadari tindakan spontannya. Sehun yang punya gengsi setinggi langit tentu enggan berlaku manis pada Neyna. Alih -alih mengelus puncak kepala Neyna, Sehun malah mengacak-ngacak rambut Neyna sampai membuat sebagian rambut panjang Neyna menutupi wajah gadis itu.

 

“Ahjussi… Kenapa kau mengacak-ngacak rambutku?” Neyna mendongak, lalu menangkap tangan Sehun yang masih saja mengacak-ngacak rambutnya.

 

Sehun buru-buru menarik tangannya, lalu menggaruk tengkuknya yang sebenarnya tidak gatal “Ada kotoran dirambutmu.” Jawabnya asal.

 

Kesedihan Neyna seketika lenyap, perhatian Sehun yang sampai rela membersihkan kotoran di rambutnya telah mampu membuat suasana hatinya kembali membaik. Masih dalam keadaan berantakan dengan rambut yang menutupi wajahnya, Neyna tersenyum tipis dan akhirnya memeluk Sehun. “Ahjussi terimakasih sudah membersihkan kotoran di rambutku eoh. Kau perhatian sekali padaku.”

 

“Ya!” Sehun melepaskan paksa tautan kedua tangan Neyna di pinggangnya, lalu memundurkan tubuhnya tiga langkah dari hadapan Neyna “Cepat rapikan rambutmu! Kau terliat seperti hantu Neyna-sshi!” Titahnya ketus.

 

Neyna tidak mengindahkan titah Sehun. Gadis itu malah mempertahankan wajahnya yang tertutup rambut, menelengkan kepalanya, kemudian berjalan perlahan dengan gerakan pura-pura terseok mendekati Sehun sambil meregangkan kedua tangannya kedepan seperti zombie. “Ahjussi…Ahjussi…Hihihihi.” Neyna terkikik, nada suaranya dibuat semenyeramkan mungkin berusaha menakut-nakuti Sehun.

 

“Haish apa-apan kau ini? Aku tidak takut dengan hantu tahu!” Sehun hanya diam di tempat, malas meladeni ledekan Neyna.

 

“Tentu saja kau tidak takut Ahjussi—” Neyna menghentikkan aksinya, kemudian mengibaskan rambutnya ke belakang seperti bintang iklan Shampo“—karna hantunya secantik aku. Benarkan Ahjussi? Hehe.” Seakan tidak puas menjahili Sehun, Neyna pun mengecup pipi Sehun dan akhirnya mencubit gemas pipi Sehun dengan kedua tangannya.

 

“Hentikan!” Sehun melepaskan tautan tangan Neyna di pipinya, kemudian membopong tubuh Neyna.

 

“Ahjussi kita akan bercinta eoh?” Tanya Neyna saat Sehun membawanya kembali ke kamar pria itu.

 

“Tidak!” Sehun menolak dengan tegas, nyaris sinis. Rahang pria itu mengeras, kentara sekali kalau saat ini dia sedang tidak mau diajak bercanda oleh Neyna. Sehun terlanjur tersulut emosinya, dia tidak kenal kompromi dan akhirnya membanting tubuh Neyna di ranjangnya. Neyna tersungkur, sedangkan Sehun hanya diam di posisinya, berdiri angkuh di depan ranjang dengan tampang kesalnya.

 

“Damn!” Sehun tiba-tiba mengumpat. Rok dress Neyna tersingkap hingga celana dalam gadis itu terekspos. Bokong sintal Neyna dalam balutan celana dalam pun akhirnya tak terelakan dari pandangannya. Posisi Neyna yang tertelungkup pasrah di ranjang sialannya ikut-ikutan memperparah keadaan. Sehun mulai kualahan, libidonya mulai meningkat. Tatapannya mulai menggelap, terbalut nafsu.

 

He absolutely wants to fuck her hard right now! From that position doggy style is a must!

 

Pria itu menjilat bibir bawahnya dan bergerak menghampiri Neyna. Baru satu langkah, Sehun justru berhenti. Pria itu jelas-jelas mulai hilang kendali dan nyaris menerkam Neyna. Ini bukan dirinya, ini bukan kebiasaanya. Sehun menggeleng dan akhirnya menggeram “Neyna-sshi rapikan rok dressmu dan duduklah!”

 

“Eum.” Neyna merapikan rok dressnya dan akhirnya duduk di ranjang.

 

“Neyna-sshi aku belum menjawab pertanyaanmu tentang arti baby sitter, jadi aku ingin kita serius kali ini.”

 

“Baiklah Ahjussi.”

 

“Ok, Neyna-sshi baby sitter itu artinya pengasuh anak. Aku membelimu untuk melayaniku, tepatnya untuk menjadi pengasuh anakku.”

 

“Hah? Pengasuh anak? Ahjussi sudah punya anak? Itu artinya Ahjussi… Ahjussi sudah punya istri kan?” Neyna mendekap mulutnya, sorot mata gadis itu nampak kecewa. Bukan karna pernyataan Sehun yang akan menjadikannya baby sitter, tapi lebih kepada asumsinya sendiri, terlebih pada asumsinya kalau Sehun sudah beristri.

 

“Aku memang sudah punya anak, tapi aku belum punya istri Neyna-sshi. Lagipula kenapa memangnya? Kau keberatan menjadi pengasuh anakku?”

 

Neyna menghela nafas lega dan akhirnya tersenyum tipis. Ia benar-benar senang karna ternyata asumsinya melenceng. “Aku tidak keberatan sama sekali Ahjussi.” Ucap Neyna, lalu tersenyum lebar “Aku malah senang karna aku suka sekali dengan anak kecil. Aku pasti bisa menjadi pengasuh yang baik untuk anakmu Ahjussi. Apalagi Ahjussi belum punya istri. Jadi mungkin saja kan Ahjussi akan tertarik padaku, lalu menjadikanku istrimu suatu saat nanti hehe.” Neyna berucap dengan nada yang manja. Gadis itu akhirnya kembali menjadi gadis yang jahil dan centil, terlebih dari cara dia mengerling jahil pada Sehun setelahnya.

 

“Jangan menghayal yang tidak-tidak Neyna-sshi! Aku tidak akan tertarik padamu, apalagi menjadikanmu istriku! Tidak! Tidak mungkin!”

 

Bukannya balik marah, Neyna malah tersenyum cerah. Dari cara Sehun bertindak, gadis itu tahu kalau Sehun adalah pria yang kaku dengan gengsi setinggi langit, jadi ia tidak heran kalau Sehun sampai menolak pernyataanya mati-matian seperti itu. Masih terus mempertahankan senyumannya, Neyna beranjak dari ranjang. Gadis itu menghampiri Sehun, mendempetkan tubuhnya pada tubuh Sehun, dan akhirnya mengecup leher Sehun tepat di tahi lalat pria itu. “Jangan berbicara seperti itu Ahjussi. Kau bisa menyesali perkataanmu nanti.” Bisik Neyna lagi-lagi dengan suara yang manja sambil mengelus-elus dada bidang Sehun.

 

Oh Shit! Kejantanannya mulai berkedut. Bulu kuduknya meremang. Sehun merasa kini tubuhnya lemas seperti baru saja disengat listrik. Sentuhan Neyna telah berhasil membuainya—terutama kecupan gadis itu di lehernya. Neyna benar-benar mengerikan! Dengan sisa tenaganya, Sehun akhirnya mendorong tubuh Neyna sampai membuat tubuh mungil Neyna kembali tersungkur ke ranjang. “Aku…Aku tidak akan menyesali perkataanku Neyna-sshi!” Sergah Sehun sedikit terbata lengkap dengan suaranya yang agak parau, jelas sekali kalau pria itu masih lemas dengan aksi nakal Neyna.

 

“Baiklah, terserah padamu saja Ahjussiku yang tampan.” Neyna melayangkan flying kiss pada Sehun dan terkekeh senang setelahnya. Sedangkan Sehun yang digoda seperti itu hanya bisa mendengus sebal sambil melayangkan tatapan tajamnya pada Neyna.

 

“Oh, ya Ahjussi tadi kau mengatakan kalau kau punya anak tapi kau belum punya istri kan?”

 

“Iya. Kenapa?”

 

“Kenapa bisa seperti itu? Bukankah pria tidak bisa melahirkan eoh? Tapi kenapa kau bisa punya anak padahal kau belum punya istri Ahjussi?”

 

Sehun menghembuskan nafasnya kasar “Pria memang tidak bisa melahirkan Neyna-sshi!” Jawabnya ketus. “Dan kenapa aku bisa punya anak padahal aku belum punya istri itu karna anak yang aku akui sebagai anakku sebenarnya bukan anak kandungku Neyna-sshi. Dia anak mendiang sahabatku, Chanyeol dan Hyera. Kedua sahabatku meninggal karna kecelakaan tiga jam yang lalu saat perjalanan ke Busan. Dalam kecelakaan maut itu, ternyata Hyejin anak mereka yang baru berusia lima bulan selamat dan tidak terluka sama sekali. Karna Chanyeol dan Hyera sama-sama yatim piatu dan tidak memiliki kerabat dekat yang bisa diandalkan, jadi akulah yang akan bertanggung jawab pada Hyejin. Aku yang akan menjadi orang tua Hyejin. Aku yang akan membesarkan Hyejin.”

 

“Ahjussi baik sekali.” Puji Neyna sungguh-sungguh. Sehun dengan segala tingkahnya yang terkesan dingin ternyata memiliki hati yang benar-benar baik. Well, mana ada pria lajang semuda, setampan, dan sekaya Sehun mau membesarkan anak orang lain. Meski Hyejin adalah anak sahabatnya sekalipun, Sehun kan bisa saja menitipkan Hyejin di panti asuhan. Tapi Sehun justru ingin mengurusnya, membesarkannya.

 

“Ahjussi…Aku kasihan pada Hyejin… Hyejin mirip sepertiku, sama-sama ditinggal oleh orang tuanya. Aku yakin Hyejin pasti sedih. Hyejin pasti kesepian. Hyejin pasti saat ini sedang menangis.” Ucap Neyna dengan raut wajah yang murung. “Tapi dari tadi aku tidak mendengar suara tangisan anak kecil di rumah ini.”Neyna celingak-celinguk, menoleh ke kanan dan ke kiri, mencari keberadaan Hyejin “Hyejin dimana Ahjussi?” Tanyanya penasaran.

 

“Hyejin saat ini ada di rumah sakit. Saat aku ke rumah sakit untuk melihat keadaannya, Hyejin memang sedang menangis. Hyejin menangis bukan hanya sedih karna ditinggal orang tuanya tapi juga karna kehausan. Setelah Eommanya meninggal, Hyejin tidak bisa minum ASI lagi jadi para suster memberikannya susu formula. Tapi Hyejin terus-terusan memuntahkannya karna mendiang Hyera selalu memberikan ASI pada Hyejin. Agar Hyejin tidak kehausan lagi—” Sehun menyeringai, lalu kembali bersidekap “—aku ingin kau yang memberikan ASI untuk Hyejin Neyna-sshi.”

 

“A-aku?” Pekik Neyna terbata, saking syoknya.

 

“Iya. Kau. Kenapa? Kau keberatan huh?!”

 

Neyna menggeleng cepat “Aku tidak keberatan Ahjussi karna menurutku menyusui adalah tugas yang mulia untuk seorang wanita. Aku hanya kaget saat tiba-tiba kau menyuruhku menyusui Hyejin—” Neyna terdiam sambil mengigit bibir bawahnya, ada keraguan pada ekspresi wajahnya, kontras dengan ekspresi wajah gadis itu yang terkesan serius saat melontarkan kalimatnya barusan. Lain dengan Neyna, Sehun justru menunduk dan tersenyum samar. Pria itu rupanya ingin menyembunyikan kenyataan bahwa dia terkesan dengan pemikiran bijak Neyna, diluar dari fakta bahwa Neyna memiliki latar belakang yang buruk sebagai penari telanjang dan kerap bertingkah kekanakan.

 

Neyna menghela nafas dalam-dalam, setelah itu menatap Sehun lekat-lekat. “—padahal aku belum pernah hamil, aku juga belum pernah melahirkan sebelumnya, dan usiaku juga baru 17 tahun Ahju—”

 

Sehun sontak mendongak dan terbelalak “Apa? Usiamu baru 17 tahun?” Sehun berteriak dengan sangat kencang sampai membuat Neyna terlonjak kaget.

 

“I-iya…Usiaku baru 17 tahun Ahjussi. Dua hari yang aku aku baru ulang tahun.”

 

“Astaga!” Sehun mengerang sambil mengusap wajahnya kasar. Sumpah demi apapun, ia rasanya ingin melabrak Song Ahjumma sekarang juga, mengembalikan Neyna pada mucikari sialan itu, dan membenturkan kepalanya karna sudah begitu bodoh. Ya. Bodoh. Sehun mengakui kalau dia begitu bodoh karna tidak menanyakan usia Neyna terlebih dulu pada Song Ahjumma ataupun pada gadis itu sebelum membawanya kemari.

 

Seharusnya ia curiga pada penampilan Neyna sejak gadis itu tampil tanpa makeup untuk pertama kalinya setelah mandi beberapa saat yang lalu. Seharusnya juga ia curiga pada kelakuan Neyna yang begitu polos dan kekanakan. “Haish menyebalkan!” Umpat Sehun membatin. Nasi sudah menjadi bubur, ia sudah membeli Neyna, ia juga sudah tidak punya waktu untuk mencari korban lain. Lagipula belum tentu ada gadis lain yang rela menyusui Hyejin seperti Neyna.

 

Sehun mengembuskan nafasnya kasar dan memijat pelipisnya pelan, berusaha menenangkan dirinya. “Usiamu baru 17 tahun, apa kau yakin bisa mengurus anak kecil? Apa kau juga yakin bisa menyusui Hyejin huh?!”

 

“Aku suka sekali anak kecil Ahjussi, aku juga pernah melamar jadi guru TK, tapi aku tidak pernah diterima hanya karna aku tidak punya pendidikan yang tinggi. Tapi walaupun aku selalu gagal jadi guru TK, aku bisa jamin aku bisa mengurus Hyejin dengan baik Ahjussi. Dan eumm…” Neyna mempoutkan bibirnya sejenak, lalu menghela nafas pelan “—Soal menyusi Hyejin sebenarnya aku tidak terlalu yakin aku bisa melakukannya karna seperti yang aku katakan sebelumnya… Usiaku baru 17 tahun dan aku juga belum pernah hamil ataupun melahirkan sebelumnya Ahjussi.”

 

“Dari artikel yang pernah aku baca, kau tetap bisa menyusui meskipun kau belum pernah hamil ataupun melahirkan sebelumnya. Soal bagaimana caranya ASI bisa keluar dari dadamu, nanti aku akan tanyakan pada Jongin. Dia sepupuku, dokter anak di rumah sakit tempat Hyejin berada. Jadi mulai sekarang kau tidak perlu khawatir lagi.”

 

Neyna seketika mengangguk, seperti biasa anggukan sok paham. “Ahjussi…Ahjussi coba perhatikan dadaku. Dadaku terbilang besar untuk menyediakan ASI yang banyak untuk Hyejin. Hyejin pasti tidak akan pernah kehausan lagi benarkan Ahjussi?” Ucap Neyna antusias sambil memegang dadanya sendiri dan tersenyum cerah pada Sehun.

 

BLUSH. Pipinya sontak memerah. Sehun buru-buru memalingkan wajahnya dan meneguk salivanya susah payah. “Haish! Gadis bodoh! Dadamu memang besar, tapi kenapa harus dipegang segala sih!” Keluh Sehun membatin. Sehun menggeram, kemudian menghembuskan nafasnya kasar “Mungkin!” Jawabnya ketus.

 

Masih memalingkan wajahnya, Sehun melirik sekilas ke arah Neyna, mengecek posisi tangan gadis itu. Ketika Neyna sudah tidak memegang dadanya lagi, Sehun pun akhirnya kembali menoleh ke depan, kearah Neyna. “Kenapa kau tidak tahu malu sekali sih?! Aku kan pria. Kau tidak seharusnya memamerkan dan memegangi dadamu seperti tadi di depanku Neyna-sshi!”

 

Neyna terkekeh sambil berjalan mendekati Sehun. Dengan sigap, Neyna berjinjit, mengalungkan tangannya di leher Sehun, lalu mengecup pipi pria itu “Ahjussi…kau tergoda ya melihat dadaku? Benarkan?”

 

“A-aku tidak te-tergoda!” Sehun menggeram. Shit! Gagap terus. Gagap terus. Kenapa dia jadi gagap terus-terusan sih? Menyebalkan! Sehun menghentakkan kakinya kesal, lalu melepaskan paksa tautan tangan Neyna di lehernya. Mendapati Neyna yang malah terkekeh, Sehun yang memang sudah kesal celakanya jadi tambah kesal. Pria itu akhirnya membopong tubuh mungil Neyna dan berjalan tergesa keluar kamar.

 

“Aku bukan pelawak, jangan tertawa terus Neyna-sshi!” Bentak Sehun kesal sambil memukul pelan bokong Neyna.

 

“Aaahh Ahjussi kau sudah berani menyentuh bokongku. Kau nakal…. Nakal.” Neyna memukul-mukul manja punggung Sehun dan akhirnya tertawa semakin geli.

 

“Diam!” Sehun berteriak kali ini, membuat Neyna sontak membekap mulutnya dengan kedua tangannya. “Kita akan ke rumah sakit menyusul Hyejin Neyna-sshi! Jadi kita tidak punya waktu untuk bercanda lagi. Mengerti?!”

 

“Ah begitu… Baiklah aku mengerti Ahjussiku yang tampan.”

 

“Hmm..” Sehun berdehem dan memutar bola matanya malas, enggan menganggapi kecentilan Neyna.

 

“Ahjussi rumahmu kenapa sepi sekali?” Tanya Neyna setelah berhasil keluar rumah sambil celingak-celinguk mengecek sekitar rumah Sehun. Dari mulai ia datang ke rumah Sehun sampai sekarang ia akan pergi, rumah Sehun nampak sunyi senyap seperti tidak ada kehidupan. Benar-benar seperti rumah kosong.

 

“Ini sudah jam setengah sebelas malam, jadi tentunya rumahku sepi Neyna-sshi.” Sehun menurunkan Neyna dan mengeluarkan kunci mobilnya “Sebenarnya ada tiga pelayan di rumahku, tapi jam segini mereka tentunya sudah tidur.” Sehun berjalan ke pintu mobil, setelah itu menyender di badan mobil dengan satu tangannya bertumpu di atap mobil.

 

“Selain para pelayan, kau tinggal dengan siapa lagi Ahjussi?” Tanya Neyna menyelidik seraya berjalan menghampiri Sehun.

 

“Tidak ada.”

 

“Orang tuamu tidak tinggal di rumah ini?”

 

“Tidak, mereka tinggal terpisah setelah bercerai. Eommaku tinggal di Jepang, sementara Appaku tinggal di Amerika.” Jawab Sehun santai dengan tampang datarnya, seakan tidak terbebani sama sekali dengan polemik keluarganya.

 

Neyna memandang Sehun dengan tatapan iba, lalu mengusa-usap bahu Sehun “Ahjussi sudah jangan bersedih eoh. Aku tidak bermaksud menying—”

 

“Perceraian hal yang biasa, jadi aku tidak sedih Neyna-sshi!” Sergah Sehun ketus, lalu menyingkirkan tangan Neyna dari bahunya. “Ah ya.” Sehun menepuk dahinya pelan seperti baru mengingat sesuatu. “Untung kau membahas tentang penghuni rumah ini…” Sehun berdehem dan bersidekap “Neyna-sshi mulai hari ini kau akan tinggal di rumahku.”

 

“AAAAA daebak! Terimakasih Ahjussi!” Neyna meloncat-loncat kegirangan sambil tersenyum lebar. Harapannya benar-benar terkabul. Ia akhirnya bisa tinggal di rumah sebesar ini lengkap dengan pemiliknya yang tampan.

 

“Ya! Ya! Sudah jangan meloncat-loncat seperti itu!”

 

“Eum.” Neyna mengangguk patuh dan berhenti meloncat-loncat sesuai instruksi Sehun. Gadis itu masih tersenyum lebar, kemudian menggulung ujung rambutnya berulang-ulang.

 

“Satu hal lagi… Aku akan memberikan uang saku untukmu setiap minggu.”

 

“Gaji?”

 

Sehun menggeleng “Uang saku. Kata gaji terlalu berat untuk gadis seusiamu.” Ucapnya tegas, lebih ke arah mengoreksi penggunaan diksi Neyna.

 

“Terimakasih Ahjussi. Kau baik sekali.”

 

Sehun hanya mengendikan bahunya acuh, lalu menekan tombol otomatis di kunci mobilnya “Aku bukan supirmu, aku tidak mungkin membukakan pintu mobil, memakaikan ataupun melepaskan sabuk pengaman untukmu terus-terusan. Jadi sekarang kau harus belajar cara membuka pintu mobil, memakai sekaligus melepas sabuk pengaman Neyna-sshi!”

 

“Siap Ahjusiku sayang.”

.

.

.

.

.

“IN…IN?” Gumam Jongin sambil terus memperhatikan bordiran bertuliskan ‘IN’ di sapu tangan pemberian Neyna. “Apa ini inisial namanya ya? Apa dia yang menjahit sendiri tulisan ini?” Jongin kembali bergumam, jemarinya bergerak meraba-raba bordiran di sapu tangan berwarna pink itu. Meski sudah beberapa kali ia memperhatikan sapu tangan pemberian Neyna, tapi entah kenapa ia tidak pernah merasa bosan.

 

Ia malah kecanduan untuk terus-terusan mengutak-atik sapu tangan Neyna yang sebenarnya biasa saja. Dari bahannya jelas-jelas terbuat dari kain perca, tidak bermerk, tentunya murah atau malah Neyna tidak membelinya tapi membuatnya sendiri dari potongan baju bekas, modelnya juga biasa dan bisa dibilang tidak ada modelnya—sama saja seperti sapu tangan pada umumnya. Kalau diperhatikan lebih jeli benang bordiran bertuliskan ‘IN’ seperti benang murahan, tipis dan bukan terbuat dari benang emas.

 

Semuanya serba biasa tapi Jongin tidak memungkiri kalau sapu tangan pemberian Neyna kini menjadi mainan favoritnya. Ya…Bagaimana tidak? Seharian ini Jongin bahkan sudah mencuci sapu tangan Neyna lima kali, mengeringkannya, menyimpannya, lalu memperhatikannya lagi seperti orang gila.

 

“Aku harap kita bisa bertemu lagi seperti yang kau katakan sebelumnya…” Ucap Jongin penuh harap masih dengan senyum di wajahnya. “Aarrghh tapi kapan?” Jongin tiba-tiba mengerang dan mengacak rambutnya frustasi.

 

“Kalau besok aku menunggunya di depan Gedung Senam di jam yang sama seperti saat aku bertemu dengannya, apa dia akan muncul? Lalu apa yang akan aku lakukan kalau aku bisa bertemu dengannya? Apa aku akan mengajaknya berkenalan? Apa nanti dia mau berkenalan denganku?” Jongin meletakkan sapu tangan Neyna di meja, lalu mengusap wajahnya kasar. Ia bisa gila kalau terus-terusan memikirkan gadis itu. Jongin menghela nafas berat dan akhirnya menenggelamkan wajahnya diantara kedua tangan yang bertumpu di atas meja kerjanya, berusaha meredam segelintir rasa penasarannya tentang Neyna.

 

BIP…BIP….BIP

 

Suara deringan handphone miliknya tiba-tiba menggema, membuat Jongin mau tidak mau menegakkan tubuhnya. Jongin mengeluarkan handphonenya dari saku jas dokternya sebelum akhirnya melihat nama penelfon. “Sehun?” Jongin mengerutkan dahinya saat nama ‘Sehun’ muncul sebagai penelfon di layar handphonenya.

 

“Untuk apa dia menelfonku? Tumben sekali.” Jongin menghela nafas pelan, kemudian mengangkat panggilan telfon dari Sehun. “Sehun-ah…Ada apa? Tumben sekali kau menelfonku.”

 

“Aku butuh bantuanmu.”

 

“Bantuanku?”

 

Aku ingin kau kosongkan jadwalmu sekarang juga, terutama ruanganmu. Aku sudah ada di parkiran rumah sakit Wooridul Spine. Kira-kira sepuluh menit lagi, aku akan tiba di ruanganmu.”

 

Baru saja Jongin ingin menanggapi ucapan Sehun, tapi Sehun dengan semena-menanya sudah lebih dulu mematikan panggilan telfonnya. Jongin menghela nafas panjang dan akhirnya terkekeh sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, memaklumi tingkah semena-mena sepupunya itu.

.

.

.

.

.

Setelah melepas seat bealt miliknya, Sehun bersidekap, lalu menoleh ke arah Neyna, mengecek apa gadis itu bisa melepas seat bealtnya sendiri seperti yang sudah dia ajarkan sebelumnya. Seketika Sehun menaikkan sebelah alisnya dan menyeringai saat mendapati Neyna berhasil melepas seat bealt miliknya.

 

“Ahjussi aku berhasil melepas sabuk pengaman ini.” Neyna tersenyum bangga dan langsung menyenderkan kepalanya di bahu Sehun sambil mengelus-elus dada bidang pria itu.

 

Sehun menggeram dan menggerakan lengan atasnya sampai membuat kepala Neyna lengser dari bahunya. Tangan Neyna yang masih saja bergerak nakal di dadanya ia tepuk pelan, tapi dasar Neyna. Gadis itu bukannya menyingkirkan tangannya, tapi malah terkekeh dan semakin antusias mengelus dada Sehun, perut, sampai akhirnya hampir menyentuh kejantanan Sehun.

 

“Ya!” Sehun sontak berteriak dan mencubit pipi Neyna. “Kau rupanya tambah nakal Neyna-sshi!! Apa yang ingin kau pegang hah?! Apa?!”

 

“Akh…akh… Aku hanya ingin memegang itu…” Neyna mengarahkan telunjuknya dan mengendikkan dagunya ke arah kejantanan Sehun. “Kejantananmu terlalu menyembul Ahjussi. Tanganku jadi gatal untuk tidak mengelusnya.”

 

Sehun mendelik “Dasar mesum!!!” Teriaknya kesal. Sehun melepas cubitannya di pipi Neyna dan beralih mengusap wajahnya kasar.

 

“Ahjussi… kejantananmu ternyata besar sekali haha.”Ucap Neyna antusias sambil menoel lengan Sehun. “Aku pernah dengar dari Jina eonni. Kalau pria menggunakan minyak pelumas khusus untuk mempebesar kejantanannya. Ahjussi kau juga pakai kan? Mengakulah Ahjussi eoh…eoh hehe.” Neyna mencubiti pinggang Sehun seakan memaksa Sehun untuk mengiyakan pertanyaanya.

 

Sehun kembali menggeram dan mencengkram pergelangan tangan Neyna, sontak membuat cubitan Neyna di pinggangnya terhenti. “Kau sudah keterlaluan! Kau harus diberi pelajaran gadis centil!” Ucap Sehun membatin. Sehun menyeringai, lalu mendorong Neyna sampai membuat tubuh mungil gadis itu terpojok di jendela mobil. Buru-buru Sehun mendempetkan tubuhnya dan menghimpit tubuh Neyna. “Aku tidak pernah pakai minyak pelumas khusus atau apapun itu untuk memperbesar kejantananku, karna sebenarnya kejantananku sudah besar dari dulu Neyna-sshi.” Bisik Sehun seduktif dengan suara beratnya, membuat Neyna bergidik dan diam tak berkutik.

 

“Kalau kau macam-macam denganku, meraba-raba tubuhku atau menggodaku lagi. Kau akan rasakan bagaimana kejantananku yang besar ini menyerang kewanitaanmu. Mengerti?!” Ancam Sehun sambil menatap Neyna tajam. Sungguh ia benci sekali mengatakan kata-kata kotor seperti itu, tapi mau bagaimana lagi? Neyna sudah terlalu nakal. Gadis itu sudah menggodanya terlalu jauh.

 

Neyna mengigit bibir bawahnya. Ia tidak menyangka Sehun bisa bertindak dan berkata nakal seperti itu. Tatapan tajam serta ekspresi Sehun yang tengah kesal saat ini bukannya terlihat mengerikan, tapi malah terlihat sexymenurutnya. Alhasil bukannya menangis atau menunduk ketakutan, Neyna justru mengelus pipi Sehun dengan satu tangannya yang terkulai, lalu mengecup pipi pria itu. “Ekspresi Ahjussi saat ini benar-benar sexy.”

 

Sehun mendelik “K-kau me-menggodaku lagi!” Bentaknya terbata. “Kau…kau tidak takut dengan ancamanku huh?!”

 

Neyna menggeleng “Aku tidak takut Ahjussiku sayang, aku malah senang.”

 

“Senang?”

 

Neyna menangguk “Eum.” Jawabnya, lalu tersenyum cerah “Karna kalau ancamanmu benar-benar terjadi, itu artinya aku akan jadi milik Ahjussi seutuhnya. Setelah itu, Ahjussi akan menikahiku hehe.” Neyna terkekeh, kemudian mencubit gemas pipi Sehun.

 

“Oh Shit!” Sehun berteriak kesal sambil menjauhkan tubuhnya dari tubuh Neyna dan kembali duduk di jok mobilnya. Sudah susah payah ia merelakan harga dirinya untuk mengancam Neyna dengan kata-kata kotor yang sebenarnya dia sendiri jijik untuk mengatakannya. Tapi semuanya gagal total. Ancamannya tidak mempan sedikitpun dan malah membuat Neyna kegirangan. Sehun memijat pelipisnya dan menghembuskan nafasnya kasar. “Aku tarik kembali ancamanku. Anggap aku tidak pernah mengancamu Neyna-sshi.”

 

“Hehe tapi aku sudah terlanjur mengingatnya Ahjussi.”

 

“Pura-pura saja kau lupa. Susah sekali sih!!” Bentak Sehun kesal. “Sudah jangan tertawa terus. Lebih baik kau keluar dari mobil Neyna-sshi!”

 

Neyna mengangguk, lalu keluar dari mobil begitupun dengan Sehun yang juga keluar dari mobil. “Cepat ikuti aku!” Titah Sehun tegas yang langsung ditanggapi anggukan patuh oleh Neyna. Sehun pun akhirnya berjalan santai menuju lift di ujung area parkiran. Tanpa basa-basi, Sehun lantas menekan tombol ‘lt9’ di badan lift. Tidak ada satu menit, akhirnya lift pun terbuka, Sehun kemudian masuk ke dalam lift diikuti Neyna.

 

“Ahjussi… Ahjussi Anna dan Cristien Greye berciuman saat lifte sedang sepi seperti ini. Apa kita juga akan meniru mereka eoh?” Neyna mengapit lengan Sehun sambil tersenyum cerah dan menatap Sehun dengan tatapan penuh minat, seakan berharap adegan ciuman kontroversial Anna dan Christian Grey di lift dalam film FSOG terjadi padanya.

 

Sehun menyentil pelan dahi Neyna, setelah itu melepas paksa tautan tangan Neyna di lengannya. “Bukan Christien Greye, tapi Christian Grey! Haish seharusnya aku membetulkan pelafalanmu saat di ruang karaoke!” Sehun mengerang, nampak menyesal tidak membetulkan pelafalan Neyna saat di ruang karaoke. Pertanyaan dan tuduhan Neyna yang mengiranya ‘suka bermain kasar seperti si Christian Grey’ saat itu lebih dulu mengambil alih atensinya, membuatnya tersulut emosi sampai lupa membetulkan pelafalan Neyna.

 

“Kau juga seharusnya mengucapkan lift bukan lifte!”

 

“Christian Grey, lift, lalu apalagi Ahjussi?”

 

“Selanjutnya….”Sehun bersidekap, lalu membungkukan tubuhnya hingga wajahnya sejajar dengan wajah Neyna “Jangan membayangkan yang tidak-tidak Neyna-sshi. Kita tidak akan berciuman seperti pasangan gila itu!” Sehun menyentil pelan dahi Neyna dan akhirnya menegakkan tubuhnya kembali.

 

“Hah pasangan gila?”

 

“Ya. Mereka memang pasangan gila bukan? Mana ada pria segila si Christian Grey yang tega menyiksa pasangannya hanya untuk kepuasan seks. Dan mana ada wanita yang mau disiksa oleh si gila Grey itu huh?!”

 

Neyna menggeleng cepat, menangkis persepsi Sehun “Apa kau lupa kau kan pernah bilang kalau kau juga suka bermain kasar seperti Christian Grey Ahjussi? Dan saat itu aku juga bilang kalau aku bersedia untuk disiksa olehmu. Bukankah itu artinya kau juga gila Ahjussi? Dan aku hampir gila seperti Anna. Benarkan?”

 

“Ya! Kau menyebut dirimu hampir gila atau gila sekalipun aku tidak perduli! Asal jangan menyebutku gila Neyna-sshi! Apalagi menyamakan aku dengan si gila Grey! Tidak! Aku tidak sudi!” Sehun berteriak kesal, seakan tidak terima dikatai gila oleh Neyna.

 

“Ahjussi kau sudi atau tidak, aku tetap menganggapmu sama gilanya dengan Christian Grey hehe. Sudah jangan kesal seperti itu. Aku tetap akan menyukaimu tampan.” Neyna menggelitik dagu Sehun sejenak sebelum akhirnya memeluk Sehun dan mengecup dada bidang pria itu.

 

“Ya! K-kau nakal sekali sih! Kau selalu saja menggodaku. Kau senang ya menggodaku? Senang?!” Sehun melepas pelukan Neyna, lalu mencubit pipi Neyna dengan kedua tangannya.

 

Neyna meringis dan malah terkekeh “Eoohhhh.” Ucapnya antusias.

 

“Dammit you little devil!!” Omel Sehun membatin. “Haish!” Sehun menggeram dan akhirnya mencubit pipi Neyna lebih kencang, membuat Neyna meringis semakin histeris. Tanpa Sehun sadari, lift yang ditumpanginya sudah terbuka. Dua Ajumma yang menunggu di luar lift, memandang Sehun dengan tatapan mengintimidasi seolah-olah Sehun pelaku penganiayaan anak di bawah umur.

 

“Agasshi baik-baik saja?” Pekik salah satu Ahjumma dari luar lift, membuat Sehun akhirnya tersadar dan melepas cubitannya di pipi Neyna.

 

Neyna mengusap-usap pipinya, lalu menggeleng “Aku tidak baik-baik saja Ahjumma.” Ucapnya jujur dengan tampang polosnya, membuat kedua wanita paruh baya yang ada di luar lift mendelik dan langsung masuk ke dalam lift, lalu memukuli lengan Sehun.

 

“Dasar kasar. Bagaimana bisa kau tega menyiksa gadis di bawah umur huh?!” Omel salah satu Ahjumma sambil terus memukuli lengan Sehun.

 

“Ahjumma… Ahjumma aku tidak menyiksanya.” Bela Sehun yang justru membuat Ahjumma yang satunya semakin kencang memukuli lengannya.

 

Neyna menatap panik ke arah Sehun dan dua wanita paruh baya tersebut. “Aah…Bagaimana ini?” Neyna bergumam pelan dan akhirnya memekik kencang “Ahjumma dia suamiku! Dia mencubitku tadi karna gemas padaku. Hanya itu.” Sehun terbelalak, hendak protes tapi Neyna langsung menghalaunya dengan memeluk tubuh pria itu. Kedua Ahjumma itu pun akhirnya berhenti memukuli lengan Sehun dan menatap Sehun-Neyna dengan tatapan curiga.

 

“Jadi kalian suami istri?” Tanya salah satu Ahjumma pada Sehun dan Neyna.

 

Neyna mengangguk “Eum.” Tandasnya, lalu tersenyum tipis pada kedua Ahjumma itu dan terakhir pada Sehun.

 

Sehun mendengus kesal dan akhirnya tersenyum terpaksa “Ahjumma kami pergi dulu.” Ucapnya sinis. Sehun kemudian membalas pelukan Neyna dan berjalan tergesa membawa Neyna keluar dari lift. Ketika pintu lift tertutup, Sehun melepas pelukannya di tubuh Neyna dan melepas tautan tangan Neyna di tubuhnya. “Dasar pembohong!” Omel Sehun ketus, lalu berjalan meninggalkan Neyna.

 

“Ahjumma tadi terus saja memukuli lenganmu, jadi aku terpaksa berbohong Ahjussi.” Neyna berjalan tergesa mengejar Sehun, lalu mengapit lengan pria itu, membuat Sehun akhirnya menghentikkan langkahnya. “Lenganmu pasti sakit. Maafkan aku Ahjussi.” Ucap Neyna penuh penyesalan sambil mengelus-elus lengan Sehun.

 

Sehun hanya diam, membiarkan Neyna mengelus-elus lengannya. Well, lengannya memang sakit tapi sebenarnya hanya sedikit. Ia hanya ingin membiarkan Neyna menebus kesalahannya. Melihat Neyna yang kini sibuk mengelus lengannya dengan tampang serius, tanpa sadar Sehun tersenyum samar. “Gadis centil ini ternyata tambah cantik kalau sedang serius.—pikirnya. Sehun tiba-tiba memejamkan matanya, lalu mengerang saat menyadari apa yang baru saja ia pikirkan. Dia pasti sekarang sudah gila karna terus-terusan digoda Neyna.

 

“Lenganku sudah tidak sakit.” Sehun menghempaskan tangan Neyna yang ada di lengannya dan akhirnya kembali berjalan.

 

“Benarkah Ahjussi?”

 

“Hmm.”

 

“Haah syukurlah.”

 

Sehun hanya mencebikkan bibirnya acuh. Pria itu kemudian menghentikkan langkahnya tepat di depan ruangan Jongin, membuat Neyna juga ikut menghentikkan langkahnya. Tanpa mengetuk pintu, Sehun langsung membuka pintu dan masuk ke ruangan Jongin bersama dengan Neyna yang masih setia mengekor di belakangnya.

 

“Jongin-ah..” Panggil Sehun sambil celingak-celinguk, mencari keberadaan Jongin yang tidak terlihat di ruangan berdominasi putih tersebut. Mendengar suara percikan air dari dalam kamar mandi, Sehun akhirnya berjalan menuju kamar mandi di ruangan tersebut. Neyna tentunya yang selalu mengekor di belakang Sehun juga ikut berjalan ke kamar mandi.

 

“Jongin-ah…” Panggil Sehun sesampainya di depan pintu kamar mandi sambil mengetuk-ngetuk pintu kamar mandi.

 

“Jongin-ah…” Panggil Neyna sambil mengetuk pintu kamar mandi setelah Sehun, membuat Sehun menatap malas ke arahnya “Jangan meniruku!” Ucapnya ketus.

 

Bukannya mengangguk patuh seperti biasanya, Neyna justru terkekeh dan semakin antusias memanggil Jongin sambil menggedor-gedor pintu kamar mandi.

 

“Ya! Kau! Berisik tahu! Jangan menged—” Omelan Sehun terpotong saat Jongin akhirnya membuka pintu kamar mandi.

 

DEG

 

Jongin membulatkan matanya, tubuhnya menegang mendapati gadis yang membuatnya gila seharian ini berdiri tepat di hadapannya. Neyna yang masih mengingat wajah Jongin juga ikut membulatkan matanya, tapi hanya sejenak. Gadis itu lebih memilih tersenyum manis, lalu melambaikan kedua tangannya. “Oppa…”

 

“Oppa?! Kau memanggilnya Oppa?! Kau mengenalnya huh?!” Sehun mendelik ke arah Neyna. Pria itu terlihat penasaran sekaligus jengkel dengan panggilan mesra yang disematkan Neyna pada Jongin.

 

“Agashi… Kita bertemu lagi.” Jongin menepuk halus pundak Neyna sambil tersenyum kikuk, seketika mengalihkan perhatian Neyna hingga tidak sempat membalas pertanyaan Sehun.

 

“Eum.” Neyna mengangguk dan membalas senyuman Jongin dengan senyuman manis seperti sebelumnya.

 

“Lagi?! Sebenarnya ini pertemuan kalian yang keberapa huh?! Kalian sebelumnya pernah bertemu dimana?” Sehun menatap Jongin dan Neyna bergantian, meminta penjelasan lebih pada kedua orang di hadapannya yang sebenarnya lebih tertuju pada Jongin.

 

“Ini pertemuan keduaku dengan Oppa ini. Sebelumnya Oppa ini pernah bertemu denganku tadi sore di depan gedung senam Ahjussi.”

 

Jongin seketika mendelik “Ahjussi? Kenapa Aggashi ini memanggilmu Ahjussi? Oh ya kenapa kau datang bersamanya? Di jam selarut ini pula? Kalian saling mengenal?” Jongin mencecar Sehun dengan pertanyaannya yang terdengar retoris. Tidak ada titik ataupun koma, Jongin berbicara sangat cepat bagaikan kereta super cepat. Pria itu rupanya baru sadar bahwa Neyna datang bersama Sehun dan kerap memanggil Sehun dengan sebutan ‘Ahjussi’.

 

Neyna hanya melongo. Kebiasannya menyela perkataan orang lain seketika gugur. Sementara Sehun mendesis, setelah itu menghembuskan nafasnya kasar “Gadis ini menilaiku sudah tua jadi dia memanggilku Ahjussi. Haish! Padahal kau dan aku seumuran, tapi dia memanggilmu Oppa dan malah memanggilku Ahjussi. Menyebalkan!”

 

“Aahaha jadi kalian seumuran?”

 

“Hmm.” Sehun mendengus sebal yang malah membuat Neyna terkekeh geli.

 

“Lalu?” Jongin tidak terkekeh sama sekali, tersenyum pun tidak. Pria itu memasang tampang serius seakan lebih tertarik dengan penjelasan Sehun yang belum selesai.

 

“Aku baru bertemu dia malam ini di suatu tempat, aku melihat dia memasang tampang memelas jadi aku memungutnya.” Sehun berucap santai yang justru cenderung asal. “Chanyeol dan Hyera meninggal beberapa jam yang lalu, Hyejin anak mereka selamat. Jadi aku akan mengangkat Hyejin sebagai anakku. Dan gadis ini akan jadi baby sitter untuk Hyejin.”

 

Sadar bahwa Jongin akan bertanya lagi padanya, Sehun pun mencondongkan tubuhnya ke arah Jongin. “Kalau kau punya pertanyaan lain, tanyakan padaku saja jangan coba-coba tanyakan pada gadis ini.Dia hanya akan memberikan informasi yang tidak valid padamu. Aku punya janji dengan suster untuk menjemput Hyejin. Jadi aku pergi dulu.” Sehun berbisik sepelan mungkin, setelah itu membalikkan tubuhnya dan mulai berjalan.

 

Jongin mengeryit, sementara Neyna berlari mengejar Sehun “Ahjussi tunggu aku.”

 

Sehun yang baru membuka pintu, akhirnya menoleh pada Neyna “Kau tunggu disini. Jangan ikut! Aku hanya pergi sebentar!”

 

“Aaah Ahjussi tapi aku ingin ikut…”

 

Sehun menghembuskan nafasnya kasar “Sudah aku bilang aku hanya pergi sebentar! Aku akan kembali ke sini bersama Hyejin! Mengerti?!”

 

Neyna mempoutkan bibirnya sejenak dan akhirnya mengangguk lesu. “Jongin-ah aku titip sebentar gadis ini!” Titah Sehun tegas, kemudian benar-benar pergi meninggalkan ruangan Jongin.

.

.

.

.

.

“Aggashi kemarilah.” Jongin tersenyum lembut sambil mengibaskan satu tangannya, meminta Neyna untuk menghampirinya.

 

Neyna menurut. Gadis itu membalas senyuman Jongin dan berjalan menghampiri pria itu. “Oppa jangan panggil aku Aggashi lagi, panggil aku Neyna-ya saja eoh.”

 

“Namamu Neyna?”

 

Neyna mengangguk dan tersenyum cerah “Eum.. Namaku Neyna. Im Neyna.”

 

“Aah ternyata inisial ‘IN’ di sapu tangan yang kau berikan padaku kepanjangan dari namamu.”

 

“Eum.”

 

Jongin menghela nafas lega, akhirnya rasa penasarannya pada bordiran bertuliskan ‘IN’ yang ada di sapu tangan Neyna terjawab. Terlebih ia kini bisa berkenalan dengan Neyna, tanpa harus repot-repot memikirkan sekelumit cara yang memusingkan.

 

“Aku masih menyimpan sapu tangan darimu.” Jongin mengeluarkan sapu tangan pemberian Neyna dari saku jas dokternya dan menunjukkannya pada Neyna.

 

“Wah sapu tangan ini sudah bersih Oppa. Noda kopi yang sempat berceceran di sapu tangan ini bahkan sudah tidak ada lagi.” Neyna tersenyum senang sambil menyentuh sapu tangan yang ada di telapak tangan Jongin.

 

“Aku mencucinya lima kali Neyna-ya.”

 

“Apa?” Neyna memekik, terlampau kaget dengan pengakuan Jongin. Ia tidak menyangka sapu tangannya di perlakukan seistimewa itu oleh Jongin. Padahal jelas-jelas sapu tangan itu hanya terbuat dari bahan bekas sobekan bajunya.

 

“Aku hanya ingin sapu tangan pemberianmu benar-benar bersih dari noda kopi.” Jongin berdalih sambil tersenyum kikuk. Mencuci sapu tangan pemberian Neyna lima kali tentu karna dia terlalu senang dengan sapu tangan itu, jauh dari pernyataannya menyangkut noda kopi. Akan tetapi, Jongin lebih memilih berbohong. Jujur, dia belum siap ditertawakan oleh Neyna kalau sampai gadis itu tahu alasan yang sebenarnya. “Sapu tangan ini kau yang membuatnya sendiri Neyna-ya?”

 

Neyna lagi-lagi mengangguk “Eum. Aku membuatnya sendiri Oppa. Aku juga yang menjahit inisial namaku sendiri hehe.”

 

“Kau hebat sekali.”

 

“Terimakasih Oppa.” Neyna menoel singkat pipi Jongin, membuat Jongin terkesiap dan akhirnya tersenyum samar. Jantungnya sudah tidak bisa diajak kompromi, pipinya juga pasti sudah merona. Jongin tidak bisa berbuat lebih selain menghela nafas berkali-kali.

 

“Oppa sepupu Sehun Ahjussi yang asli?” Neyna menatap Jongin lekat-lekat dengan tampang polosnya.

 

Jongin seketika terkekeh, lalu duduk di sofa “Iya. Aku sepupu Sehun yang asli. Seratus persen asli.” Jongin sepertinya sudah mengenyahkan kecanggungannya pada Neyna. Tentunya berkat tampang polos dan kalimat lucu yang dilontarkan Neyna.

 

Neyna yang merasa pertanyaanya belum sepenuhnya terjawab akhirnya ikut duduk di sofa, di samping Jongin. “Oppa tapi berbeda dengan Sehun Ahjussi.”

 

“Berbeda? Maksudmu masalah kulitku dengan Sehun?” Jongin sepertinya mengerti arah pembicaraan Neyna. Gadis itu pasti akan menyinggung masalah perbedaan kulitnya dengan Sehun. Dia tahu betul itu.

 

“Bukan hanya itu.”

 

“Lalu?”

 

“Oppa terlihat lebih muda dari Sehun Ahjussi, Oppa juga memiliki sifat yang jauh lebih lembut dari Sehun Ahjussi.” Ucap Neyna sambil mengelus lengan atas Jongin.

 

Jongin mengerutkan wajahnya sambil mengigit bibir bawahnya, nampak larut dengan elusan Neyna. Dia hampir mengerang, tapi harus urung saat pintu ruangannya menjeblak, menampilkan sosok Sehun serta Yuri—suster yang sempat menunjukkan ruangan khusus bayi—dengan Hyejin yang masih saja menangis di gendongannya.

 

“Apa yang kau lakukan?” Sehun mendelik ke arah Neyna, meminta penjelasan lebih dari apa yang baru saja dilihatnya.

 

“Aku hanya memuji Jongin Oppa.” Neyna menghampiri Sehun, lalu menoel dagu pria itu.

 

“Memuji kenapa harus mengelus lengan Jongin segala sih?! Kau ternyata centil tidak padaku saja huh?!” Sehun berdecak sebal dan bersungut-sungut tidak jelas. Entah kenapa ia tidak suka kalau Neyna bertingkah centil pada Jongin, dan bukan padanya. “Haish kenapa aku harus kesal begini sih?” Umpat Sehun membatin. Ini pasti karna Neyna terbiasa mengodanya? Jadi dia merasa terabaikan? Hah entahlah.

 

“Aku hanya mengelus lengan Jongin Oppa Ahjussi, tidak lebih. Sudah jangan cemburu eoh.” Ucap Neyna sambil mengelus pipi Sehun. Ok, sebenarnya bukan Sehun yang patut cemburu disini, tapi Jongin. Jongin nampak mendengus dan menatap kedekatan Sehun-Neyna dengan tatapan tidak suka, curiga lebih tepatnya.

 

“Aku tidak cemburu!” Sehun menyingkirkan tangan Neyna dari pipinya dan terus saja cemberut.

 

“Baiklah, baiklah.” Neyna tersenyum manis dan mengelus-elus lengan Sehun sebelum akhirnya beralih pada Hyejin. “Jadi kau yang namanya Hyejin eoh?” Masih terus tersenyum manis, Neyna mengelus-elus pipi gembul Hyejin, lalu meraih satu tangan Hyejin dan menggoyangkannya pelan, membuat Hyejin yang tadinya menangis kini cekikan.

 

“Iya, dia Hyejin.” Jawab Sehun ketus, mewakili Hyejin.

 

“Nya…Nyah…Nyahhh… mmah…cacaahh…mmmaah…” Hyejin masih saja cekikikan sambil mengoceh. Bayi lima bulan itu nampak sangat menyukai Neyna bahkan sampai mengedip-ngedipkan matanya manja ke arah Neyna.

 

“Ahjussi sepertinya Hyejin menyukaiku.” Neyna tersenyum senang tanpa menoleh sedikitpun pada Sehun. Sehun lagi-lagi merasa terabaikan, tapi ya ia tidak menampik kalau sekarang ia senang melihat Hyejin berhenti menangis dan nampak sangat menyukai Neyna.

 

“Senyumanmu sangat manis Neyna-ya. Salah satu alasan Hyejin menyukaimu pasti karna senyumanmu.” Jongin berbicara sambil berjalan santai dan tersenyum lembut. Pria itu sepertinya sudah jengah duduk sendirian hanya menatap kemesraan Sehun dan Neyna.

 

“Cih pujianmu berlebihan sekali Jongin-ah!” Gerutu Sehun membatin. Sehun mencebikkan bibirnya dan memutar bola matanya malas. Dari gerak-geriknya, Sehun jelas-jelas jengkel dengan pujian Jongin yang menurutnya berlebihan.

 

“Oppa terimakasih.” Neyna terkekeh senang dan menepuk pelan lengan atas Jongin sesaat setelah Jongin berdiri di sampingnya, membuat Sehun seketika mendelik dan mendegus sebal.

 

“Hyejin-ah apa benar kau menyukaiku karna senyumanku? Karna senyumanku sangat manis?” Neyna menoel-noel hidung Hyejin, lalu menggelitik pelan perut buncit Hyejin.

 

“Aaah nyaah nyahh tcah tcahh.” Seakan mengerti dengan pertanyaan Neyna, Hyejin mengangguk-angguk sambil mengoceh dan terkekeh kegelian.

 

“Wajahmu sangat cantik seperti boneka Neyna-ya. Hyejin mungkin menganggapmu adalah boneka.” Jongin memuji lagi, kali ini sembari menelengkan wajahnya dan menatap Neyna hampir tanpa berkedip.

 

Neyna hanya bisa tersenyum cerah sambil mengelus-elus pipi gembul Hyejin. Sementara Sehun lagi-lagi mencebikkan bibirnya dan memutar bola matanya malas. Kesal sendiri melihat Neyna di puji pria lain tentunya aksi yang abnormal. Ia sadar betul itu. Tapi ia juga tidak bisa mengontrolnya. Baru beberapa jam ia putus dengan Kurumi, baru beberapa jam pula ia bertemu dengan Neyna. Meski hanya selang beberapa jam, celakanya ia merasa sudah lama putus dengan Kurumi dan sudah lama mengenal Neyna sampai bisa merasa sekacau ini.

 

Ia bukan pria yang cepat jatuh cinta atau cemburuan, hell no! Itu bukan gayanya! Saat berdua saja dengan Neyna, gengsinya yang terbilang sangat tinggi memang lebih dominan, tapi saat ada saingan—pria lain, Jongin— entah kenapa ia jadi bertingkah seperti orang gila seperti ini. Ia tidak tahu apa yang menimpanya saat ini. Ia tidak mungkin jatuh cinta pada Neyna secepat ini kan? Tidak. Tidak mungkin. Sehun menggeleng-gelengkan kepalanya, menepis prasangkanya barusan. Jongin yang melihat Sehun menggeleng berkali-kali sambil memandangi Neyna dengan tatapan intens nampak mengernyit dan memicingkan matanya, nampak curiga dengan tindak tanduk Sehun saat ini.

 

“Uuh Hyejin ingin eonni menggendongmu sayang?” Tanya Neyna saat Hyejin mengulurkan tangannya seperti minta digendong. Neyna terkekeh senang melihat tingkah lucu Hyejin. Bayi berusia lima bulan itu bahkan mengepakkan kedua tangannya berkali-kali, seperti mendesak Neyna untuk cepat-cepat mengendongnya.

 

“Sudah cepat gendong Hyejin!” Titah Sehun sambil bersidekap.

 

“Eum.” Neyna menunduk sopan dan tersenyum tipis pada Yuri sejenak seperti meminta izin pada suster berperawakan gempal tersebut. Yuri balas tersenyum, dan akhirnya menyerahkan Hyejin pada Neyna.

 

“Kau ternyata berat Hyejin-ah hehe.” Ucap Neyna setelah Hyejin berada di gendonganya.

 

“Kyahh kyaah mmmhhh cacahhh caaah.” Hyejin tersenyum cerah dan menggesek-gesekan kepalanya manja di tengkuk Neyna, kelihatan sekali kalau Hyejin senang bisa digendong oleh Neyna.

 

“Kau lucu sekali Hyejin sayang.” Neyna mengelus rambut Hyejin berkali-kali, lalu mengecup puncak kepala Hyejin. Melihat adegan itu, Sehun dan Jongin serempak menjilat bibir bawahnya. Kedua pria itu bertingkah seakan-akan ingin menggantikan posisi Hyejin. Sehun yang sudah biasa dielus dan dicium oleh Neyna bahkan tidak bisa mengendalikan tindakan spontannya. Sedangkan Jongin yang baru mendapatkan elusan ringan dan belum pernah mendapatkan kecupan dari Neyna kini nampak menerawang, seperti sedang berfantasi liar tentang Neyna.

 

“Cacacahh…nyaah…nyaah…” Celotehan Hyejin tidak sehisteris sebelumnya. Celotehan Hyejin kali ini terdengar pelan seperti gumaman. Hyejin mulai menyenderkan kepalanya di bahu Neyna dan memainkan rambut panjang Neyna, mengulung-gulungnya berkali-kali. Matanya mulai sayup-sayup dan akhirnya Hyejin pun menguap.

 

“Hyejin-ah kau mengantuk sayang? Ottokhae? Kau kan belum minum susu eonni sayang.”

 

“Susumu?” Jongin menaikkan sebelah alisnya dan menatap Neyna dengan tatapan menyelidik seperti meminta penjelasan perihal kalimat yang baru saja dilontarkan gadis itu.

 

“Iya, Oppa. Susuku. A.S.I.” Ucap Neyna penuh penekanan.

 

“ASI? Kau akan memberikan ASImu untuk Hyejin?”

 

“Eum.”

 

Jongin memicingkan matanya dan mengendikkan dagunya ke arah Sehun, meminta penjelasan lebih pada Sehun. “Ok, begini…..Mendiang Hyera selalu memberikan ASI pada Hyejin, jadi saat Hyejin diberikan susu formula, dia selalu memuntahkannya. Agar Hyejin tetap bisa minum ASI, aku menyuruh gadis ini untuk memberikan ASInya pada Hyejin.” Jelas Sehun santai.

 

Jongin mendegus, lalu menghela nafas panjang “Pertama, berapa usia Hyejin?”

 

“5 Bulan.” Jawab Sehun singkat.

 

“Kalau begitu Hyejin muntah saat diberikan susu formula bukan karna mendiang Hyera selalu memberikannya ASI. Hyejin muntah karna dia sebenarnya masih dalam usia membutuhkan ASI eksklusif, dimana Hyejin seharusnya memang hanya minum ASI tanpa minuman atau makanan pendamping apapun.”

 

Jongin melirik sekilas ke arah Neyna, kemudian menghembuskan nafasnya kasar “Kedua, aku yakin Neyna belum pernah hamil ataupun melahirkan sebelumnya, jadi kau tidak bisa seenaknya menyuruhnya menyusui Hyejin Sehun-ah.”

 

“Aku sudah membeli gadis ini, jadi aku punya hak untuk menyuruhnya menyusui Hyejin. Lagipula dia bersedia untuk menyusui Hyejin.” Sehun berbicara seperti tengah membentak Jongin, raut wajahnya terlihat kesal, jelas sekali tidak terima dengan asumsi Jongin tentang keputusannya menyuruh Neyna menyusui Hyejin.

 

“Membeli?”

 

Sehun hanya mengangguk, lalu melirik ke arah Hyejin “Hyejin sudah mengantuk, jadi sebaiknya kau cepat beritahu aku bagaimana caranya ASI bisa keluar dari dada gadis ini Jongin-ah.”

 

“Tahap ASI keluar dari payudara seorang wanita yang belum pernah hamil atau melahirkan sebelumnya sebenarnya membutuhkan waktu yang agak lama Sehun-ah, sekitar dua minggu sampai satu bulan menggunakan metode terapi hormon. Tapi dalam kasus yang satu ini—”

 

Jongin berdecakdan mengusap wajahnya kasar. Sungguh, ia menentang keras keputusan Sehun. Ia enggan membiarkan Neyna menyusui Hyejin. Tapi ia juga belum tahu solusi lain di luar keputusan anarkis Sehun saat ini. Ia belum tahu bagaimana caranya agar Neyna tidak jadi menyusui Hyejin. “—ASI bisa keluar dengan cepat, menggunakan metode pijatan pada payudara dan rangsangan pada putting susu dalam ritme yang kasar, kemudian dilanjutkan dengan stimulasi mekanik menggunakan pompa ASI.”

 

“Baiklah. Cepat lakukan!” Sehun berjalan santai ke arah meja kerja Jongin, lalu duduk menyender di pinggir meja tepat setelah melontarkan perintahnya.

 

“Eum…” Seperti tidak kenal takut, Neyna yang seharusnya bergidik ngeri setelah mendengar pejelasan terakhir Jongin, kini justru terlihat bersemangat dan lebih memilih berjalan menghampiri Sehun.

 

“Ayo cepat lakukan Ahjussi.” Ucap Neyna sambil menggoyang-goyangkan lengan Sehun.

 

Jongin mendelik begitu juga dengan Sehun. “Bukan aku yang akan memijat dadamu! Tapi kau..” Sehun melepaskan tautan tangan Neyna sambil mengendikkan dagunya ke arah Yuri… “Kim Yuri-sshi.” Ucap Sehun sambil mengeja tulisan nama ‘Kim Yuri’ di name tag jas suster yang dikenakan Yuri.

 

Jongin mendegus kesal. Sehun memang menolak untuk memijat dada Neyna, tapi Sehun seharusnya menunjuk dia, bukan Yuri. Disini dialah dokternya, bukan Yuri. Lagipula metode pijatan laktasi ASI seharusnya dilakukan oleh pria. Sehun memang tidak tahu informasi yang satu itu, makanya Sehun bisa asal memerintah Yuri. Itu memang salahnya tidak memberitahu Sehun lebih awal, tapi ya biarkan saja Yuri juga pasti akan memberitahu Sehun. Lihat saja…

 

“Maaf Tuan, saya tidak bisa melakukan pijatan laktasi karna metode itu harus dilakukan oleh pria.” Benar dugaan Jongin, Yuri menolak perintah Sehun. Biarpun tadi sempat kesal, Jongin kini tersenyum tipis. Jongin sepertinya senang dengan kemungkinan bahwa nantinya dialah yang akan memijat dada Neyna.

 

“Sebelumnya kau memberikan diagonis yang salah padaku. Kau bilang Hyejin muntah karna dia lebih sering diberikan ASI oleh mendiang Hyera sampai dia tidak bisa minum susu formula, tapi nyatanya Hyejin memang masih dalam usia membutuhkan ASI eksklusif. Dan kali ini kau memberikan diagnosis lainnya kalau hanya pria yang bisa melakukan pijatan laktasi. Hah kau pikir aku percaya pada diagnosis asal-asalanmu Yuri-sshi?!” Bentak Sehun seraya menatap Yuri dengan tatapan nyalang.

 

Sehun kelihatan marah. Pria itu menggeram berkali-kali dan tetap memandang Yuri dengan tatapan mematikannya padahal jelas-jelas Yuri sudah menunduk ketakutan. Hyejin yang tadinya mengantuk bahkan menangis seolah terkejut dengan nada suara Sehun yang kelewat tinggi barusan. Tidak ada yang bisa Neyna lakukan saat ini selain mengecupi puncak kepala Hyejin sambil mengelus-elus lengan Sehun, membuat Jongin yang melihatnya iri bukan main.

 

“Seorang suster memang tidak seharusnya melakukan diagnosis…” Ucap Jongin sambil menghampiri Sehun, Neyna lebih tepatnya. “Tapi diagnosis Yuri yang terakhir itu benar Sehun-ah.” Jongin tersenyum tipis, yang sebenarnya lebih kelihatan seperti senyum yang dipaksakan. “Tenaga pria jauh lebih besar dari wanita, pijatan laktasi ASI tentunya akan berhasil kalau pria yang melakukannya.” Jongin yang kini berdiri di samping Neyna berucap sambil mengelus punggung Hyejin, membuat Hyejin merasa nyaman dan akhirnya berhenti menangis.

 

Sehun menghembuskan nafasnya kasar, menyingkirkan tangan Neyna, dan akhirnya bersidekap. “Kalau begitu kau saja yang melakukannya Jongin-ah.” Ucap Sehun ketus, kemudian menoleh ke samping, membuang muka. Jujur saja ia tidak rela membiarkan Jongin memijat dada Neyna, tapi ia juga enggan merelakan dirinya memijat dada Neyna. Alasannya simple, malas dan lagi-lagi karna gengsi.

 

“Baiklah.” Jongin tersenyum cerah, dengan senang hati ia melakukannya.

 

“Ahjussi bukan kau yang memijat dadaku?” Neyna mempoutkan bibirnya, nampak kecewa dengan keputusan Sehun.

 

“Tidak.” Tolak Sehun tegas tanpa menoleh sedikitpun. “Jongin seorang dokter, dia pasti lebih ahli.”

 

“Aaah begitu ya..” Neyna mengangguk sok paham, lalu tersenyum cerah. “Kalau begitu Oppa ayo cepat, pijat dadaku.” Ucap Neyna antusias yang langsung membuat Jongin tersenyum senang, sedangkan Sehun? Dia mendegus kesal.

 

“Neyna-ya serahkan Hyejin pada Yuri dulu eoh.” Ucap Jongin lembut, tapi sarat akan rasa antusias di dalamnya.

 

Neyna mengangguk “Hyejin-ah eonni ingin memeras susu yang banyak untuk Hyejin dulu eoh. Kau dengan suster Yuri dulu ya sayang.” Ucapnya sambil mengelus pipi Hyejin. Jongin seketika terkekeh, kalimat Neyna terdengar lucu dan terkesan sangat polos. Ia menggeleng berkali-kali, nampak terkesan dengan kepolosan Neyna, kontras dengan Sehun yang justru kelihatan jengkel. Jengkel dengan kenyataan bahwa Jongin kelihatan tertarik pada Neyna. Well, Sehun sebenarnya sempat melirik sekilas sebelum akhirnya kembali membuang muka.

 

Sebelum menyerahkan Hyejin pada Yuri, Neyna mengecup puncak kepala Hyejin. Baru sempat menjauhkan Hyejin dari tubuhnya, belum sempat menyerahkan Hyejin sepenuhnya pada Yuri. Hyejin sudah lebih dulu protes. “Ang Ang Angghhhh…” Hyejin menggeleng, bibirnya melengkung kebawah, kaki mungilnya bergerak menendang-nendang, tangannya bahkan melingkari leher Neyna, jelas sekali dia tidak mau diserahkan pada Yuri.

 

“Hyejin-ah eonni nanti akan menggendongmu lagi sayang.” Neyna kembali mengelus pipi gembul Hyejin dan akhirnya melepaskan tautan tangan Hyejin di lehernya. Ia sebenarnya tidak tega melihat Hyejin merengek seperti ini, tapi ya mau bagaimana lagi? Hyejin harus minum susunya sebelum bayi itu tertidur. Dengan terpaksa Neyna akhirnya menyerahkan Hyejin pada Yuri, lalu menggandeng lengan Jongin. “Ayo Oppa. Cepat peras susuku.”

 

Hyejin tentunya menangis dan Sehun tentunya semakin jengkel. Mendapati Neyna menggandeng lengan Jongin dan akan melakukan adegan erotis dengan pria lain membuatnya harus berdecak sebal berkali-kali. Tapi memang dasar Sehun, pria itu tetap mempertahankan gengsinya, tidak bergeming sedikitpun dari posisinya—masih saja duduk diam di meja kerja Jongin—tanpa mencegah Neyna dan Jongin yang kini mulai berjalan menuju ranjang pasien di ruangan Jongin.

 

“Neyna-ya silahkan duduk.” Ucap Jongin sambil mengulurkan satu tangannya, mempersilahkan Neyna duduk di ranjang pasien.

 

Neyna mengangguk, melepaskan tautan tangannya di lengan Jongin, kemudian duduk di ranjang. “Oppa duduklah juga.” Neyna tersenyum tipis dan menepuk-nepuk kasur, mengajak Jongin untuk duduk di sampingnya.

 

“Baiklah, tapi aku tutup tirai ini dulu hmm…” Sembari memegang tirai di sisi ranjang pasien, Jongin balas tersenyum. Jujur ia gugup, tapi ia lebih memilih bersikap sesantai mungkin. Tanpa basa-basi lagi, Jongin akhirnya berjalan seraya menarik tirai hingga akhirnya ranjang pasien tertutupi tirai bergambar sungai Mississippi tersebut.

 

“Cih ditutup segala! Aku juga tidak mau melihat adegan erotis kalian tahu! Aku tidak tertarik!”—Gerutu Sehun membatin. Sehun berdiri, menggeram sejenak, dan akhirnya berjalan, berniat meninggalkan ruangan Jongin.

 

“Neyna-ya…Oppa buka resleting dressmu eoh.” Pinta Jongin tepat setelah mendudukan tubuhnya di samping Neyna. Neyna hanya mengangguk, lalu bergerak memunggungi Jongin, mempersilahkan Jongin untuk membuka resleting dressnya. Sementara Sehun yang baru sampai di ambang pintu kembali menggeram.

 

“Oh dammit!!” Gumam Sehun kesal sambil menendang pintu. Sekuat apapun ia menahan gengsinya, ternyata ia tetap tidak bisa menahan emosinya. Ia tidak bisa membiarkan Neyna dan Jongin melakukan adegan erotis. Ia tidak tahu alasan kenapa ia jadi kesal begini, tapi yang jelas ia tidak sudi. Ia tidak rela. Sehun mengacak rambutnya sejenak sebelum akhirnya membalikkan tubuhnya dan berjalan menghampiri Jongin dan Neyna.

 

“Stop it Jongin-ah!” Titah Sehun tegas ketika tiba di hadapan Jongin dan Neyna. Sehun langsung menyingkirkan tangan Jongin di dress Neyna, sontak membuat kegiatan Jongin membuka resleting dress Neyna terhenti.

 

“Ahjussi… Ada apa?” Neyna menatap Sehun lekat-lekat, penasaran dengan tindakan tiba-tiba Sehun.

 

“Ya, ada apa Sehun-ah?” Jongin tersenyum tipis, nada bicaranya barusan terdengar datar, nyaris dingin. Satu alisnya yang menukik, mengisyaratkan kalau sebenarnya dia kesal, terganggu lebih tepatnya. Tapi senyumannya menutupi kekesalannya, membuat Sehun yang sepupunya sekalipun terkecoh dengan emosi yang tengah melandanya.

 

“Biarkan aku yang melakukannya.” Sehun mengibaskan satu tangannya, mengisyaratkan Jongin untuk menyingkir. Jongin menurut, pria itu mau tidak mau berdiri dan membiarkan Sehun menggantikan posisinya, duduk di samping Neyna.

 

“Ahjussi yang akan memijat dadaku?”

 

“Hmm.”

 

“Asaa…Yeyey…” Neyna menyenderkan kepalanya di bahu Sehun, lalu menggesekan kepalanya manja sambil tersenyum cerah.

 

“Sial!Apa hubungan kalian sebenarnya?!” Umpat Jongin membatin. Jongin mengepalkan tangannya di samping tubuhnya sambil mengatupkan bibirnya rapat-rapat, takut-takut umpatannya keluar begitu saja. Mendapati Sehun mulai menyingkirkan kepala Neyna dari bahunya, Jongin pun kembali tersenyum tipis. Sehun terkenal dengan gengsinya, tapi ia tidak peduli itu. Ia hanya peduli kalau sekarang Neyna tidak lagi bermanja-manja dengan Sehun.

 

“Kenapa kau tiba-tiba ingin melakukannya? Kenapa kau tiba-tiba ingin menggantikanku?” Tanya Jongin santai, tapi terkesan retoris.

 

“Hyejin anakku sekarang, jadi sebagai Appanya aku harus bertanggung jawab penuh. Aku harus pastikan sendiri kalau ASI untuk Hyejin keluar dari dada gadis ini.”

 

“Aah…begitu.” Jongin tersenyum lembut, kemudian menunduk. Perlahan seringaian menggantikan senyuman lembutnya, bukan seringaian licik, tapi seringaian mengerikan yang sarat akan amarah di dalamnya. Jongin marah, Jongin tidak terima apapun alasan Sehun, tapi dia tidak mungkin marah-marah di depan Neyna. Dia adalah pria yang lembut, semua orang tahu itu, termasuk Neyna. Jadi sekesal apapun ia sekarang, lebih baik ia sembunyikan rapat-rapat.

 

Jongin kemudian menghembuskan nafasnya kasar, mendongak dan kembali tersenyum lembut. “Ok, Sehun-ah sekarang kau bisa meneruskan kegiatanku membuka resleting dress Neyna, setelah itu kau harus membuka bra yang Neyna kenakan. Aku akan memberikan instruksi selanjutnya dari meja kerjaku.” Bisik Jongin yang langsung membuat Sehun meneguk salivanya kepayahan.

 

Jongin tahu libido Sehun meningkat karna instruksinya, maka dari itu ia berdehem, bermaksud menyembunyikan geraman kesalnya.Tidak mau berlama-lama di hadapan Neyna dan Sehun, Jongin akhirnya tersenyum tipis sejenak pada Neyna, lalu berjalan ke meja kerjanya.

 

“Ahjussi, Jongin Oppa tadi bicara apa?” Tanya Neyna menyelidik.

 

“Bukan urusanmu.” Sehun menyentil pelan dahi Neyna, lalu menyeringai “Aku akan mulai membuka dressmu, jadi duduklah yang benar!” Bisiknya otoriter, tapi malah terdengar sangat sexy.

 

Bulu kuduknya seketika meremang, jantungnya berdetak tak karuan, pipinya memanas. Neyna mengigit bibir bawahnya dan bergerak kikuk memunggungi Sehun. Gugup bukan main, itulah yang ia rasakan saat ini. Tidak biasanya ia gugup seperti ini, apalagi saat bersama Sehun. Tangan Sehun yang kini bergerak menurunkan resleting dress yang ia kenakan, justru membuatnya semakin gugup.“Ommo… bagaimana ini? Ahjussi mulai menelanjangiku…” Ucap Neyna membatin. “Tenanglah Neyna-ya. Tenang. Kau cantik, tubuhmu juga bagus, Ahjussi pasti menyukainya.”—pikir Neyna, berusaha mensugesti dirinya.

 

Well, bukan hanya Neyna yang gugup disini, Sehun juga. Pria itu bahkan harus meneguk salivanya dan menjilat bibirnya berkali-kali. Resleting dress Neyna yang menjuntai sampai pinggang akhirnya berhasil dia buka sepenuhnya. Sehun buru-buru menyibakkan rambut Neyna hingga rambut panjang Neyna terjuntai kesamping, lalu melepas pengait bra Neyna dengan tergesa, cenderung tidak sabaran. Punggung mulus Neyna yang mulai terekspos benar-benar seperti oasis ditengah tugas menyessakkannya. Kejantanannya yang sudah mengeras dari tadi seakan berkedut. Antara sesak dan nikmat.

 

Sehun mulai tersulut nafsu setannya dan mungkin mulai hilang akal. Pria itu mengelus punggung Neyna sambil satu tangannya menurunkan bagian atas dress Neyna sampai batas perut. Detik berikutnya, Sehun memajukkan tubuhnya, hingga tubuhnya kini berdempetan dengan Neyna. Tangan kanannya kini mulai melingkari perut Neyna, sedangkan tangan kirinya menarik kasar bra Neyna. Neyna terkesiap, tapi ia lebih memilih diam. Ketika bra yang dikenakannya dilempar asal ke lantai oleh Sehun, Neyna pun akhirnya menoleh “Ahjussi…kenapa kau melem—”

 

“Ughh diamlah.” Sehun mendesah, suaranya terdengar serak lantaran nafsunya sudah membumbung. Sehun kemudian menggesekkan hidungnya di pipi Neyna, mengecup, menjilat, dan melumatnya rakus.

 

“Aahh Ahjussi… ” Neyna ikut mendesah, membuat Sehun semakin nafsu dan semakin brutal menjamah pipinya.

 

“Sehun-ah kau sudah berhasil membuka bra Neyna?” Jongin berteriak, wajahnya kelihatan kesal. Suara kecupan dan desahan dari balik tirai terdengar menjijikan, membuat emosinya yang sempat stabil kembali tersulut.

 

Sehun menggeram dan akhirnya berhenti menjamah pipi Neyna. Sumpah demi apapun, ia terganggu dengan teriakan Jongin. Tapi ia lebih terganggu dengan apa yang baru saja ia lakukan. Belum pernah ia hilang kendali seperti tadi, dan Neyna berhasil membuatnya berubah menjadi pria gila sekaligus mesum. Meski begitu, ia bisa bernafas lega sekarang. Bersikap agresif sedikit pada gadis secentil Neyna ternyata tidak buruk! Look! Dia tidak lagi gagap. Itu nilai plus diantara sepersekian hal yang menyesakkan sebenarnya. Tapi ya… it’s quite nice…

 

“Tampangmu saat ini benar-benar jelek!” Ejek Sehun sambil mencubit pipi Neyna.

 

“Ahjussiii…” Neyna mempoutkan bibirnya, lalu menangkap tangan Sehun. Dengan sigap Neyna kembali menoleh dan mengecup punggung tangan Sehun “Ckck Ahjussi tadi kau benar-benar seperti Christan Grey, kasar, sexy dan mudah hilang kendali.” Ucapnya manja, lalu kembali menciumi punggung tangan Sehun.

 

Sehun tidak protes. Tidak juga menarik tangannya. Sehun membiarkan Neyna menciumi punggung tangannya dan hanya memutar bola matanya malas. “Jongin-ah setelah melepas bra, apalagi yang harus aku lakukan?”

 

“Kau bisa langsung melakukan pijatan laktasi ASI. Caranya simple, pertama kau harus menempatkan kedua tangannmu di dinding payudara Neyna, kemudian memijatnya dengan gerakan melingkar. Kedua, sesekali kau harus menekan dan menarik putting Neyna. Dan terakhir, kau harus melakukannya dengan kasar dan teratur selama sepuluh menit.” Jelas Jongin setengah berteriak hampir seperti memaki.

 

“Baiklah.” Tanpa sadar Sehun menjilat bibir bawahnya, jelas sekali kalau dia sebenarnya antusias. Pria manapun pasti antusias kalau ada di posisinya, apalagi… “Damn!” Sehun seketika mengumpat. Dada Neyna benar-benar berisi, padat, dan menggiurkan. Sehun rupanya baru sadar, lantaran sejak tadi ia terlalu fokus menciumi pipi Neyna. Postur tubuhnya yang jauh lebih tinggi dari Neyna meski sedang duduk seperti ini luar bisa memudahkan dia melihat lekuk dada Neyna. “Sial! Usianya baru 17 tahun, tapi dia sudah sesexy ini.” Keluh Sehun membatin. Sehun mengerang, pikirannya benar-benar kotor sekarang! Terlebih kejantanannya mulai kembali berkedut. Ia tidak boleh hilang kendali lagi. Tidak. Tidak boleh!

 

Sehun menghembuskan nafasnya kasar, lalu menjauhkan tangannya dari perut Neyna. “Sudah hentikan!” Titah Sehun sambil menyentil pelan puncak kepala Neyna.“Tanganku sudah basah karna liurmu gadis centil!”

 

Neyna menghentikkan ciumannya di punggung tangan Sehun, lalu beralih mengusap-usap punggung tangan Sehun. “Tenagaku sudah penuh, ini aku kembalikan tanganmu Ahjussi hehe.” Neyna menghempaskan tangan Sehun begitu saja dan mengerling jahil pada Sehun.

 

“Ya!” Bentak Sehun kesal.

 

“Ya!” Sahut Neyna sambil terkekeh, meledek Sehun.

 

“Haish kau senang sekali meniruku!”

 

“Haish kau senang sekali meniruku!”

 

Hah! Menyebalkan! Neyna malah mengulang kalimatnya lagi. Sehun mendesis sebal dan akhirnya meremas kasar dada Neyna, sontak membuat Neyna berhenti tertawa.

 

“Akhh…”

 

“Tidak ada lagi bercanda, ini saatnya aku memijat dadamu Neyna-sshi.” Bisik Sehun tegas tepat di telinga Neyna. Neyna hanya meringis, sementara Sehun harus menghembuskan nafasnya kasar. Meski ia terbuai dengan dada berisi Neyna, sayangnya kali ini ia tidak bisa menuruti nafsu setannya. Sangat menyesakkan memang, tapi mau tidak mau ia harus tahan. Sesuai instruksi Jongin, Sehun yang sempat meremas asal dada Neyna, kini mulai memijat dinding payudara Neyna dengan gerakan melingkar, teratur dan kasar. Sehun juga menekan dan menarik putting Neyna hingga membuat putting Neyna mengeras.

 

“Akkkh Ahhh Ahjussi.” Neyna meringis dan mendesah di saat yang bersamaan lantaran pijatan Sehun terasa perih sekaligus nikmat.

 

“Jangan berteriak seperti itu Neyna-sshi!” Bentak Sehun sambil terus memijat dada Neyna.

 

“Aku-akuh akhh tidak bisa Ahjussi…”

 

Sehun menggeram, lalu menghentikkan pijatannya di dada Neyna. Buru-buruSehun mengangkat tubuh mungil Neyna dan mendudukannya di pangkuannya. Sehun kemudian memutar tubuh Neyna hingga kini Neyna duduk menyamping. “Neyna-sshi diluar ada Jongin, suster Yuri dan Hyejin yang masih saja menangis. Kalau kau berteriak seperti tadi, mereka akan terganggu. Begitu juga denganku.” Ucap Sehun sambil menekan pelan pipi Neyna berkali-kali dengan telunjuknya.

 

“Maaf… maafkan aku Ahjussi. Aku janji aku tidak akan berteriak lagi.”

 

Sehun menghembuskan nafasnya kasar, kemudian mendekatkan wajahnya ke wajah Neyna “Aku tidak percaya.” Tandasnya sinis. Tanpa menunggu tanggapan Neyna, Sehun langsung mengecup bibir Neyna, menghisap, dan melumatnya rakus sambil kedua tangannya memijat kasar dada Neyna.

 

“Mpph…mmhh…” Neyna terbelalak kaget. Ia tidak menyangka Sehun akan menciumnya, apalagi sampai sebrutal ini. Meski begitu, ia tidak memungkiri kalau sebenarnya dia senang. Ia rela ciuman pertamanya direnggut paksa oleh Sehun. Sensasi aneh akibat ciuman Sehun luar biasa menyenangkan sekaligus menegangkan, meletup-letup hingga membuat adrenalinnya begitu terpacu.

 

Sehun menyeringai di sela-sela kegiatannya mendapati Neyna tidak lagi berteriak. Neyna terlihat menikmati ciuman darinya, terlihat dari lenguhan tertahan dan kelopak mata gadis itu yang mulai terpejam. Sehun merasa bangga telah membuat Neyna tidak berdaya, tapi disisi lain ia harus merasa prihatin dengan kondisi kejantanannya. Kejantanannya semakin mengeras, berkedut, dan sesak, nafsu setannya juga mulai sulit dikendalikan.

 

Bibir ranum sekaligus dada berisi Neyna sungguh nikmat, Sehun yang awalnya berniat mengendalikan nafsu setannya justru mulai hilang kendali lagi. Pria itu mengigit bibir bawah Neyna sampai membuat bibir Neyna akhirnya terbuka. Sehun yang sudah terbawa nafsu, kemudian melesakkan lidahnya ke mulut Neyna. Lidahnya bergerak membelit lidah Neyna, menghisapnya, dan mengadunya.

 

“Hah… eugghh…aahh.”

 

Desahan Neyna memperparah libidonya. Sambil terus memijat dada Neyna, Sehun pun akhirnya melepas ciumannya di bibir Neyna, kemudian beralih mengecup, menjilat, dan melumat leher Neyna dengan agresif, hingga beberapa kissmark miliknya tercetak jelas di sana.

 

“Aakh… aah…Ahjussi …” Neyna meringis dan mendesah manja, seakan merajuk Sehun untuk terus menyentuhnya.

 

Sehun memelankan lumatannya, lalu beralih melumat daun telinga Neyna, membuat Neyna menggeliat kegelian. Seolah mengerti, Sehun berhenti menjamah daun telinga Neyna dan akhirnya kembali menjamah bibir Neyna. Neyna terus meringis dan mendesah tak karuan, sedangkan Sehun semakin larut menjamah bibir dan dada Neyna.

 

“Maaf Tuan, ini sudah lebih dari sepuluh menit.” Ucap Yuri setengah memekik.

 

Sehun sontak menghentikkan kegiatannya di bibir dan dada Neyna. Pria itu menggeram, lalu kembali mendudukan Neyna di ranjang—menyingkir dari pangkuannya “Haish baiklah silahkan masuk Yuri-sshi.”

 

“Ahjussi…Tadi itu ciuman pertamaku.” Neyna tersenyum malu-malu, kemudian mengecup pipi Sehun. “Terimakasih eoh. Aku senang Ahjussi yang menciumku.”

 

“Begitukah?” Sehun menyeringai sambil mencubit pipi Neyna. Entah kenapa ia jadi gemas dengan kepolosan Neyna.

 

“Eum.”

 

“Ck dasar centil!” Sehun hanya berdecak pelan, tidak memaki dengan nada tinggi seperti biasanya. Pria itu kemudian menyentil pelan pipi Neyna dan akhirnya berdiri.

 

Tepat setelah Sehun berucap, Yuri pun datang bersama Hyejin dengan pompa ASI elektrik di gengamannya. Yuri tersenyum tipis pada Neyna, lalu mendudukan Hyejin di ranjang “Nona, mari saya pasangkan pompa ASI eoh.”

 

“Iya, silahkan eonni.” Neyna tersenyum lembut sambil satu tangannya mengelus puncak kepala Hyejin, membuat Hyejin berhenti menangis dan mulai mengoceh tidak jelas.

 

Tanpa basa-basi Yuri lantas mengelap payudara Neyna dengan washlap, lalu memasangkan pompa ASI di payudara Neyna. “Akhh…” Ringis Neyna saat pompa ASI mulai bekerja.

 

“Nona tahan eoh…”

 

“Eum..” Neyna mengangguk lesu, sementara Sehun memandang Neyna sambil mengerutkan dahinya, jelas sekali kalau dia sebenarnya khawatir.

 

Ketika ASI Neyna menetes di tabung pompa ASI elektrik, Yuri pun melepas pompa ASI di dada kiri Neyna dan beralih memasangkannya di dada kanan Neyna. Neyna mengigit bibir bawahnya, satu tangannya mencengkram seprai, sedangkan tangan lainnya terus mengelus puncak kepala Hyejin.

 

“Ok, sudah selesai Nona, ASI Anda berhasil keluar lagi.” Ucap Yuri sambil melepas pompa ASI di dada Neyna saat ASI Neyna kembali menetes. Yuri kemudian menggendong Hyejin dan menidurkan Hyejin di pangkuan Neyna, membuat Neyna sontak menyanggah kepala Hyejin menggunakan lengannya.

 

“Anda bisa mulai menyusui Hyejin Nona.” Ucap Yuri sambil tersenyum lembut.

 

Neyna mengangguk, lalu mengelus pipi gembul Hyejin “Hyejin-ah sekarang Hyejin bisa minum susu eoni hmm.” Neyna menoel sejenak bibir Hyejin dan akhirnya mengarahkan dadanya ke mulut Hyejin. Hyejin yang memang sudah kehausan (dan kelaparan—berkat fakta baru yang diungkap Jongin) langsung menyesap ASI yang keluar dari putting Neyna.

 

“Hyejin-ah minum yang banyak eoh.” Ucap Neyna antusias sambil mengelus puncak kepala Hyejin.

 

Oh Shit. Sehun mengerang. Nafsu setannnya mulai bangkit lagi hanya karna melihat Neyna menyusui Hyejin. “Kenapa aku jadi mesum begini sih?” Keluh Sehun membatin. Sehun mengusap wajahnya kasar, lalu menghela nafas berat “Neyna-sshi aku keluar dulu.” Ucapnya, kemudian berjalan tergesa.

.

.

.

.

.

“Jongin-ah apa yang kau lakukan disini?” Sehun menghampiri Jongin yang tengah menyender di dinding sambil meremas sapu tangan Neyna.

 

“Aku baru saja menerima telfon Sehun-ah.” Jongin tersenyum tipis, tapi terkesan dipaksakan. Pria itu berbohong. Sebenarnya tidak ada yang menelfonnya. Jongin muak akibat suara kecupan dan desahan menjijikan di dalam ruangannya. Ia tidak tahan makanya ia ada disini, di depan ruang kerjanya. “Apa ASI Neyna berhasil keluar?”

 

“Iya.”

 

“Bagaimana kabar Kurumi?”

 

“Terakhir kali aku melihatnya, dia baik-baik saja.” Jawab Sehun acuh.

 

“Kau masih berpacaran dengannya?” Tanya Jongin menyelidik.

 

“Tidak.”

 

Jongin seketika terbelalak. Tangannya bergerak gusar meremas-remas sapu tangan Neyna. “Kenapa kau putus? Apa karna Neyna?”

 

“Tidak, bukan karna Neyna. Aku putus karna Kurumi yang memutuskanku. Dia sudah muak denganku.”

 

“Hmm begitu..” Jongin terlihat sedikit lega karna ternyata bukan Neyna penyebab kandasnya hubungan Sehun dan Neyna. “Lalu apa kau punya hubunga spesial dengan Neyna?”

 

“Tidak ada.”

 

“Benarkah? Tapi kenapa Neyna terlihat sangat manja padamu?”

 

“Gadis itu hanya baby sitter yang aku beli di Ellui Club. Dia sangat manja padaku hanya karna dia senang aku sudah membelinya. Tidak lebih.”

 

“Kau membelinya di Club? Kau tidak bergurau kan?” Tanya Jongin setengah berteriak.

 

“Aku tidak bergurau. Aku memang belum bilang kalau aku membelinya di Club, tapi aku kan sudah bilang kalau aku membeli gadis itu.” Sehun mendengus, kelihatan sedikit jengkel.

 

“Aku…aku kira kau membelinya dari penyedia jasa baby sitter. Bukan di Club Sehun-ah.” Jongin menghembuskan nafasnya kasar. Pria itu kelihatan frustasi dengan fakta mengenai Neyna yang diungkap Sehun barusan. “Apa Neyna pelacur?”

 

“Bukan. Neyna bukan pelacur. Dia penari telanjang yang hampir saja dijadikan pelacur hanya karna masalah hutang Appanya. Aku membelinya memang karna aku membutuhkan Neyna untuk menyusui Hyejin, dan kebetulan sekali gadis itu sedang dilelang.”

 

Jongin mengerang, lalu memijat pelipisnya pelan “Berapa kau membelinya?” Tanyanya retoris.

 

“3 Milyar won.”

 

“Serahkan Neyna padaku, aku akan membelinya dua kali lipat!”

 

 

 

TBC

 

 

Ok di chapter ini baru ketauan yah kalo Neyna itu gak ngerti bahasa Inggris. Pas GPS Sehun bilang kalo bentar lagi mereka bakal sampe di RS Woridul di chapter 1B itu kan pake bahasa Inggris, nah si Neyna mah diem diem aja, dia gak tau Sehun mau bawa dia kemana, ya soalnya dia emang gak ngerti apa yang diomongin tuh GPS hehe^^

 

Regards

 

Angel Devilovely95

 


The Pulchra Bridge [Chapter 4]

$
0
0

The Pulchra Bridge [Cover]

a fanfic by bubblecoffee97 (drixya)

 

Cast(s) : Lee Aeri, Oh Sehun, Luhan and find by yourself

Genre : Fantasy & Romance || Rating : T || Length : Chaptered

 

Summary : Hidup seorang Aeri layaknya berada dalam neraka. Ia tak pernah berpikir bahwa kehidupannya akan berubah begitu ia melewati sebuah jembatan sulur. Jembatan Pulchra.

 

Disclaimer

Casts belong to God. I just own the storyline. If you’re a plagiarist, please be proud of yours.

And this fanfic also published on another blog. Thanks to AXyrus for the beautiful poster.

Previous : Prolog || Chapter 1 || Chapter 2 || Chapter 3

 

*****

Semilir angin bertiup dengan tenang, membelai permukaan kulit seorang gadis. Gadis berparas rupawan yang tengah memejamkan kedua kelopaknya, menikmati hembusan angin yang seolah menggoda untuk larut dalam lelap. Perasaan tenang menyergap jiwa ketika menyelami sensasi alam Krasivyy Garden. Begitu kelopak matanya membuka, bunga warna-warni bermandikan sinar mentari pagi yang hangat menghadiahinya pemandangan menakjubkan.

Tak henti hatinya bersyukur dapat menikmati keindahan sebuah taman yang belum pernah disambanginya sebelum ini. Serta perasaan berterimakasih pada dua pemuda yang telah menyelamatkan hidupnya memenuhi benaknya. Jika saat itu mereka tak menemukan dirinya, mungkin ia tak ‘kan pernah berdiri di sini dan merasa sebahagia ini.

“Kau senang?”

“Kau bercanda? Aku sangaaatt senang! Rasanya sudah lama aku tidak melihat pemandangan seindah ini,” ucap Aeri.

Sudut bibir Luhan yang sedari tadi membentuk senyum semakin tertarik ke atas mendengar nada riang gadis di sisi kiri. Jantungnya berdesir mengetahui Aeri begitu bahagia seakan kebahagian yang gadis itu rasakan turut menjalar perlahan ke tiap sudut hatinya. Ia meraih lengan Aeri dan membawanya memulai tur kecil, melihat lebih dekat hamparan sukma penuh warna cerah di hadapan mereka.

Aeri terdiam begitu Luhan mengenggamnya tapi juga tak menolak. Ia membiarkan pemuda itu menuntunnya berkeliling taman karena seperti ucapan Luhan hari lalu, ia mempercayainya maka Aeri pun mempercayai Luhan. Di sisi kiri serta kanan jalan berhias bebatuan pualam itu terbentang bunga berbagai warna serta jenis.

Sesekali jemarinya menyentuh kelopak bunga yang ia lewati. Tak terbesit olehnya untuk memetik salah satu karena tak ingin mengambil risiko jikalau hal itu dilarang di sini. Terlebih rasanya amat sayang jika harus melukai tanaman-tanaman indah tersebut hanya karena keinginannya ntuk memiliki sesaat.

“Kau ingin tahu lebih banyak tentang Omorfi, kan?”

Gadis Lee mengangguk sebagai jawaban. Ia mengikuti langkah Luhan pada sebuah pohon besar yang nampaknya telah berusia ratusan tahun. Mereka duduk di sana, bersandar pada batang kokoh pohon. Aeri memanjangkan kaki jenjangnya yang tertutup gaun panjang yang ia kenakan. Gaun kuning cerah yang tampak serasi dengan hijau rerumputan dibawahnya.

“Jadi, apa yang ingin kau tahu?”

Raut Aeri berubah bingung, sibuk berpikir apa yang sekiranya ingin ia tahu tentang Omorfi. Sebab sebelum ini ia tak memikirkan lebih jauh apa yang ingin diketahuinya. Sejauh ini ia hanya merasa perlu informasi mengenai tempat dimana ia berada saat ini. Luhan terkekeh tanpa suara melihat bagaimana ekspresi kebingungan Aeri yang tampak lucu dan menggemaskan dalam satu waktu.

“Bagaimana kalau ‘tempat apa ini sebenarnya’?” tanya Aeri seketika. Luhan terlihat tidak begitu terkejut mendengar pertanyaan yang Aeri ajukan. Karena pertanyaan semacam itu ia yakini pastinya akan Aeri luncurkan.

“Ini kerajaan Omorfi. Kerajaan yang terbentuk ratusan tahun lalu setelah pecahnya peperangan Cross,” jelas Luhan singkat. Jawaban yang sayangnya tak begitu memuaskan bagi si gadis.

“Peperangan apa? Lalu apa ini di Eropa? Australia? Asia?”

Luhan tersenyum, “Sepertinya kau sangat ingin tahu, ya? Baik, akan ku jelaskan. Omorfi bukan di tempat-tempat yang tadi kau sebut dan juga bukan di dunia yang sama dengan dari mana kau berasal,” Aeri terpaku mendengarnya, “Ya, Aeri. Kau berada di dunia yang berbeda saat ini. Tapi jangan khawatir, kau masih hidup karena ini bukan surga. Dan perang Cross yang ku maksud adalah perang antara Mediocris dan Neraida, dua kaum terkuat di dunia ini.”

Setelah keterpakuan sedikit sirna karena Luhan menjelaskan bahwa dirinya bukan berada di surga, kini ia kembali bertanya soal nama kaum yang tadi si pemuda sebutkan. Ternyata masih ada istilah asing yang baru didengarnya saat ini.

“Mediocris adalah kaum yang dianugerahi kekuatan putih dan Neraida, kaum berkekuatan hitam. Mereka berperang untuk menunjukkan siapa yang terkuat tapi pada akhirnya kehancuran yang mereka dapat. Lalu para Fata, kaum yang awalnya tak dianggap karena tidak memiliki kekuatan special, membangun lagi puing-puing kehancuran itu dan berdirilah kerajaan ini. Hukum alam memang berlaku, kan?” Luhan bercerita sambil menerawang. Membayangkan bagaimana keadaan kerajaan ini sebelum terbentuk. Kehancuran dimana-mana karena keserakahan mereka yang merasa dirinya terkuat, tak terkalahkan. Yang dengan keegoan mereka, nyawa banyak orang seakan tak berarti apapun.

“A-Apa kaum Mediocris dan Neraida masih ada?” tanya Aeri. Tiba-tiba ia merasa gugup mengetahui kerajaan dimana ia berada, dahulu terbentuk karena sebuah kehancuran.

Senyum maklum tercetak di wajah Luhan, ia cukup mengerti bagaimana perasaan Aeri saat ini. Mengetahui bahwa tempat yang beberapa hari sebelumnya ia kagumi ternyata memiliki sejarah yang agak mengerikan tentu sedikit banyak meningkatkan kekhawatirannya.

“Mereka masih ada hingga sekarang, tapi tak punya lagi kekuatan karena perang itu. Dan mereka tinggal di pinggiran kerajaan, jauh dari sini. Mereka memilih memisahkan diri sejak Feya yang memimpin kerajaan,” terang Luhan. Tanpa sadar Aeri menghela nafas lega. Setidaknya ia tak perlu lagi merasa khawatir akan kembali terjadi peperangan, pikirnya.

“Sekarang biar ku tebak, Feya itu pasti seperti keturunan raja, kan?”

“Hm, pada masa sekarang bisa dibilang begitu. Tapi dahulu, Feya adalah sebutan untuk para Fata yang berperan sebagai pelopor pembangunan kerajaan. Itulah mengapa Feya mendapat kepercayaan serta kehormatan untuk memimpin Omorfi.”

“Jadi, kau dan keluargamu adalah keturunan Feya?”

Luhan terdiam sesaat sebelum menjawab, “Ya, begitulah. Bagaimana kalau kita kembali sekarang?” Aeri mengiyakan ajakan Luhan. Pun teringat ia belum memberi tahu Miyoon akan pergi ke Krasivyy karena saat ia bangun pagi tadi, tempat tidur Miyoon telah kosong.

***

“Aku belum melihat Luhan pagi ini. Apa kau tahu dimana dia, Sehun?”

Sehun menggeleng, ia memang tidak tahu keberadaan sang kakak yang belum terlihat sejak sarapan tadi. si penanya yang tak lain ialah sang Vasilissa yang juga ibu dari dua bersaudara tersebut menampakkan raut keheranan. Belum pernah sekalipun putra sulungnya bersikap seperti hari ini, seolah menghilang di telan bumi.

Sepasang ibu dan anak itu tengah berjalan di halaman belakang. Merupakan kebiasaan bagi sang Vasilissa berkeliling istana di pagi hari. Ia senang melihat keadaan di Das Schloss secara langsung. Memantau kegiatan para pekerja serta berinteraksi dengan mereka pun merupakan hal yang menyenangkan baginya. Sedang sang putra, Sehun, sekedar menemani ibunya selagi tak ada tugas yang diberikan sang ayah untuk sementara ini.

Sementara mereka berbincang santai seraya menuju dapur istana yang berlokasi di sudut kiri belakang istana, dua muda-mudi berjalan berlawanan arah dari gerbang halaman belakang. Sehun yang sempat menoleh tentu menyadari keberadaan mereka, tidak dengan sebaliknya.

“Bu, ku rasa aku tahu Luhan hyung dimana,” ujar Sehun tanpa melepaskan tatapannya.

Sang ibu turut menghentikan langkahnya dan mengikuti arah pandang Sehun, mengernyitkan dahi mendapati Luhan bersama seorang gadis yang belum pernah dilihatnya. Keduanya tampak tertawa saat membicarakan sesuatu, tak menyadari ada yang memperhatikan.

Mereka baru tersadar saat sudah berpapasan. Luhan tersenyum manis dan menyapa sang ibu dan adiknya seperti biasa. Sedangkan si gadis membungkuk serta menyapa dengan nada gugup yang amat ketara, terlebih Sehun menatapnya dengan tatapan yang tak ia mengerti.

“Jadi, siapa gadis cantik yang bersamamu ini, Luhan?” Jessica, sang Vasilissa, tersenyum lembut menatap gadis yang ia maksud dan Luhan secara bergantian.

“Ini Lee Aeri, Bu. Gadis yang diselamatkan Chanyeol dan Sehun,” jelas Luhan, ia sempat melirik Sehun sekilas. Vasilissa mengangguk paham, ia memang sudah mendengar perihal seorang gadis yang dibawa si bungsu namun belum sempat melihatnya langsung karena kemarin kondisi kesehatannya sedang tak begitu baik hingga mengharuskannya istirahat selama sehari.

“Luhan, apa Aeri ini…” Vasilissa menggantungkan kalimatnya untuk melihat ekspresi Luhan yang hanya mengangguk tanda apa yang ingin ia tanyakan memang benar adanya. Aeri keheranan melihat sang Vasilissa dan Luhan yang seakan tanpa bicara pun dapat mengerti satu sama lain lewat tatapan.

“Nah, Aeri, maukah kau menemaniku minum teh?” tawar Jessica.

Aeri menoleh pada Luhan, meminta persetujuan pemuda itu karena ia sedang bersamanya. Dan tentu saja Luhan mempersilahkan Aeri pergi bersama Jessica. Dua wanita berbeda generasi itu pun melangkah menjauh hingga hanya tersisa kakak beradik .

“Apa yang ibu dan hyung maksud tadi?” tanya Sehun memecah keheningan setelah ibunya dan Aeri jauh dari pandangan.

“Seperti yang sudah kau tahu, Sehun.”

“Bahwa dia adalah seorang Neraida?”

Luhan mengangguk meski tatapan kosongnya masih mengarah pada jalan yang tadi dilewati Aeri dan Vasilissa. Tanpa memperhatikan raut keraguan yang terpampang jelas di wajah Sehun. Meski Sehun memang sudah mengira hal itu yang dimaksud ibunya tadi, entah mengapa ia tidak begitu yakin. Firasatnya mengatakan bahwa ada hal lain yang disembunyikan mereka berdua.

Namun ia berusaha mengenyahkan pikiran tersebut karena sesuatu lain mendesak untuk ditanyakannya sejak ia melihat sang kakak tampak begitu bahagia bersama Aeri tadi.

Hyung, apa kau menyukainya?”

Secara reflek, Luhan menoleh, menatap Sehun dengan pandangan menilai yang belum pernah Sehun lihat. Hingga setelah beberapa detik dalam keheningan, Luhan tersenyum simpul sambil berucap santai, “Menurutmu?”

Sejurus kemudian berjalan meninggalkan Sehun bersama pikiran yang kembali memenuhi benaknya.

***

Dentingan sendok beradu dengan cangkir terdengar di suatu sudut bangunan kokoh utama Das Schloss. Gula yang semula berupa butiran perlahan larut dalam cairan pekat yang menguarkan aroma menenangkan. Yang sayangnya tak setenang hati salah satu wanita di ruangan tersebut. Aeri beberapa kali membetulkan posisi duduknya, terlihat mencari posisi nyaman yang nyatanya tengah berusaha menutupi rasa gugup.

Di sebrangnya, ialah pendamping hidup sang pemimpin kerajaan, tak ada alasan bagi Aeri untuk tak merasa gugup duduk berhadapan dengan wanita nomor satu di Omorfi. Belum lagi sang Vasilissa masih betah tak bersuara semenjak ia memfokuskan diri meracik teh untuk mereka. Gerak tangannya tampak terampil, meyakinkan Aeri bahwa pastinya ibu dua anak itu sudah terbiasa menyiapkan tehnya sendiri.

“Ini teh untukmu,” ujar Jessica. Tangannya menyajikan satu cangkir di hadapan yang lebih muda, mempersilahkan Aeri untuk menikmati sajian tersebut. Aeri mengangguk sebagai tanda terimakasih lalu menyesap teh yang tersaji dengan khidmat. Gadis Lee bisa merasakan hangat minuman tersebut menjalar ke tubuhnya, mengurangi sedikit kadar kegugupannya.

Jessica meletakkan kembali cangkir yang isinya tinggal setengah di atas tatakan kecil, “Aku selalu senang memiliki teman untuk minum teh.”

“Saya juga senang menerima jamuan anda, Yang Mulia.”

“Jangan terlalu formal, Aeri. Kau bisa memanggilku ‘Ibu’, anggap saja aku orang tuamu selama kau di sini.”

Mendengar itu, Aeri dapat merasakan perasaannya menghangat entah untuk keberapa kalinya semenjak ia berada di dunia asing ini. Ia merasa amat tersanjung dengan kalimat yang Jessica lontarkan.

“Sejak dulu, aku berharap memiliki seorang putri. Tapi sayangnya…penyembuh kerajaan mengatakan aku tak bisa mengandung lagi karena kondisi fisikku.” Jessica menatap jendela di sisi kirinya sendu. “Aku turut sedih mendengarnya, Ya—maksudku, Bu,” Aeri buru-buru membenarkan. Aeri belum terbiasa menyapa wanita dihadapannya dengan panggilan tersebut. Dan dilihat dari ekspresi Jessica, ia tampak memakluminya.

“Setidaknya aku masih memiliki dua anak lelaki yang sangat ku sayangi. Dan sekarang ada dirimu. Apa tidak masalah jika aku menganggapmu seperti putriku sendiri?”

Gadis Lee terpaku. Belum sampai sejam ia bertemu dengan wanita dihadapannya ini namun beliau telah menganggapnya sebagai anak. Entah bagaimana lagi Aeri harus bersyukur merasa dikelilingi orang-orang yang peduli dan menyayanginya.

“Aku justru akan sangat senang, Bu.”

Jawaban Aeri tak elak menyeruakkan perasaan bahagia di sudut hati sang Vasilissa yang langsung berdiri dan mendekap Aeri sebagai bentuk kebahagiaan serta terimakasihnya. Seperti sebuah mimpi, ia dapat memiliki seorang putri meski bukan anak yang lahir dari rahimnya. Pun Aeri begitu tenang berada dalam dekapan sesosok wanita yang memintanya memanggil ‘ibu’. Sosok yang setahun belakangan teramat ia rindukan.

Setitik air mata jatuh dari pelupuk mata Aeri, sudah lama ia tak merasakan pelukan seorang ibu. Dan kini ia bisa merasakannya lagi, seolah kesedihan yang ia simpan sendiri selama ini menguap begitu saja.

“Terimakasih, Aeri,” bisik Jessica.

***

Miyoon tengah berjalan tergesa di salah satu koridor istana. Tadi salah satu pelayan memberitahunya bahwa Aeri tengah bersama sang Vasilissa di ruang baca istri raja tersebut. Saat ia kembali ke kamar untuk memberikan sarapan pada Aeri, ia tak menemukan gadis itu di kamarnya maupun di tempat lain yang pernah di kunjungi Aeri. Ia sempat berpikir apakah gadis itu kembali ke dunianya atau diculik oleh orang tak dikenal. Sampai berita tadi datang ia belum bisa bernapas lega.

Vasilissa Jessica memang terkenal akan keramahan serta kebaikan hatinya namun itu tak mengurangi perasaan khawatir di benak Miyoon, mengingat Aeri belum tahu banyak mengenai Das Schloss beserta hal-hal lain seputar kerajaan. Khawatir bila sang Vasilissa menanyakan banyak hal pada Aeri lalu gadis itu tidak dapat menjawabnya.

“Oh, hai, Miyoon!”

Miyoon sempat melompat mundur karena terkejut mendengar sapaan itu. Terlalu sibuk berpikir membuatnya tak sadar bahwa ia telah berada tepat di depan ruang baca dimana Aeri dan Vasilissa baru saja menutup pintu dibelakang mereka.

“Ya ampun, Aeri!” Miyoon segera memeluk Aeri dengan erat, “Kau membuat jantungku mau copot saking khawatirnya!”

Begitu pelukan tersebut terlepas, Aeri berkata dengan nada menyesal, “Maaf membuatmu khawatir, Miyoon. Kau tidak ada di kamar sewaktu aku bangun, jadi aku memutuskan pergi padahal aku belum memberitahumu.”

“Tidak apa-apa, yang terpenting kau baik-baik saja.”

“Seharusnya aku yang meminta maaf disini karena aku-lah yang mengajak Aeri,” ujar Vasilissa membuat Miyoon tersadar bahwa ada sosok istri Vasilias di antara mereka. Segera saja ia membungkuk hormat dan meminta maaf karena ketidak sopanannya.

“Aeri telah bercerita padaku tentangmu. Kurasa Aeri benar kalau kau memang teman yang baik,” puji Jessica. Kedua pipi Miyoon merona mendengar pujian yang seorang Vasilissa lontarkan padanya tanpa lupa berucap terimakasih atas pujian tersebut.

“Bu, sepertinya aku harus kembali bersama Miyoon.”

Jessica mempersilahkan Aeri beserta Miyoon untuk mengundurkan diri. Ia tersenyum memandang punggung gadis yang telah mencuri perhatian hati keibuannya sejak pertama kali melihat gadis itu.

***

“DEMI APAPUN, AERI! ITU KEREN!”

Secara spontan Aeri menutup kedua telinganya mendengar pekikan Miyoon. Ia tengah menceritakan kegiatannya hari ini dari mulai kepergiaannya ke Krasivyy Garden bersama Luhan sampai pertemuan dengan Vasilissa ketika tiba-tiba saja Miyoon memekik diakhir cerita.

“Vasilissa menganggapmu putrinya?! Oh, kau memang cocok menjadi Printesa!” seru Miyoon seraya menatap Aeri penuh kekaguman tanpa berhenti mengelap salah satu jendela di ruang musik. Ya, mereka memang sedang menjalankan tugas untuk membersihkan ruangan tersebut. Walau sebenarnya Miyoon yang mendapat tugas itu sedang Aeri tidak karena ia dianggap sebagai tamu khusus di istana tapi Aeri bersikeras membantu Miyoon.

“Aku juga senang ketika mendengarnya,” sahut Aeri tapi wajahnya menampilkan yang berbanding terbalik.

Miyoon yang menyadari hal itu pun menjadi heran, “Tapi kenapa kau terlihat tidak senang?”

Aeri menghela napas pelan, “Aku tidak mengerti mengapa Prionsa Sehun masih bersikap dingin padaku? Bahkan tadi sewaktu kami bertemu dia menatapku dengan pandangan yang—entahlah aku tidak paham apa artinya.”

“Tenanglah, Aeri. Dia tidak membencimu, mungkin dia hanya belum terbiasa dengan keberadaanmu,” ujar Miyoon menenangkan. Aeri mengangguk lesu lalu kembali fokus menghilangkan debu yang menempel di piano. Berbeda dengan hatinya yang fokus untuk meyakinkan diri sendiri bahwa Sehun memang tak membencinya.

To be continued…

 

drixya’s chat!

Hola~ Apa kabar yang di sana? Masihkah inget sama fanfic ini? Semoga masih, tapi kalo udah lupa boleh baca ulang chap sebelumnya kok, hehe. Maaf ya karena lagi-lagi late update. Aku sempet kehilangan feel sama TPB makanya jadi males buat ngelanjutin. Tapi setelah aku banyak belajar lagi dari author senior dan baca komentar kalian di chap lalu, semangat aku untuk nulis jadi muncul lagi. Dan inilah hasilnya. Ya walau mungkin emang ngga sebagus author lain, hehe.

Jadi, makasih untuk kalian yang mau baca terlebih meninggalkan jejak di kolom komentar. Buatku, komentar dari kalian itu bener-bener penyemangat yang ampuh untuk nulis. Thanks a lot! ♥♥♥ Oya, sedikit pemberitahuan aja, sekarang aku udah ganti penname jadi ‘drixya’ ^^

Last, wish y’all enjoy this fanfic! See you on next chap~


You and I – Blind Date (Chapter 2)

$
0
0

IMG_20160307_182445

You and I – Blind Date (2)

Author        : mardikaa_94

Genre          : romance, gatau apaan lagi (?)

Length        : chaptered

Rating         : teen, PG 17

Cast            : Park Chanyeol, OC, and others

~happy reading~

Seorang laki-laki tampan berbalut kemeja putih dengan kancing yang sudah terbuka dibagian atasnya dan dasi yang berantakan memasuki sebuah Bar didaerah Gangnam. Tersenyum samar saat salah seorang pelayan disana melambaikan tangan menyambut kedatangannya.

“sedang stress, Tuan Park?” laki-laki dengan tubuh mungil yang sekarang sudah berdiri tepat didepan Chanyeol itu menopang dagu dengan satu tangannya sambil menaikkan sebelah alis. Sudah terlalu hapal jika saat Chanyeol stress,tempat inilah pelariannya.

“iya. Aku muak dengan sekretaris sialan itu.”

“Minri?”

“siapa lagi! Astaga, emosiku benar-benar diujung tanduk. Jika dia bukan seorang perempuan, kupastikan tulangnya patah dibagian kaki dan tangan.” Chanyeol mengusap wajahnya kasar, seraya menenggak wine yang berdiri tepat didepannya.

“memangnya masalah apa?”

“dia mencuri uang perusahaan.”

“astaga, dia pintar sekali.”

“Baekhyun, sekali lagi kau memujinya, akan kubuat kau dipecat dari tempat ini.”

“cih, kau hanya menggertak.”

Baekhyun kembali meninggalkan Chanyeol, dia terlalu sibuk hanya untuk mendengarkan curhatan Chanyeol. Lebih baik melihat wanita cantik dengan mini dress yang tersenyum menggoda kearahnya. Selagi asik melihat pemandangan yang ada, Baekhyun teringat satu hal. Satu hal yang mungkin bisa membantu Chanyeol agar sahabatnya itu tidak memilih Bar sebagai pelariannya.

“hei, Chan. Kenapa kau tidak ikut kencan buta saja?”

“apa?”

“ya, umurmu sudah hampir dua puluh tujuh tahun, dan kau masih belum mempunyai pasangan. Aku hanya khawatir jika kau—ya—kau tahu apa maksudku.”

“kau sendiri?”

“aku akan mencari pasangan saat aku sukses sepertimu.”

“aku datang ke sini bukan untuk itu.”

“ayolah, satu kali saja. Aku punya kenalan wanita cantik. Aku yakin kau akan menyukainya.”

“bagaimana kalau tidak?”

Baekhyun mendengus kasar, kesal dengan sikap Chanyeol yang seperti ini. Selalu enggan jika berbicara masalah wanita. Selalu tidak peduli jika ada banyak wanita cantik yang mengantre untuk mendapatkan hatinya. Selalu menjadi sosok dingin tak berperasaan di depan wanita manapun. Padahal, niat Baekhyun hanya untuk mengenalkan. Mereka berdua hanya perlu berkenalan, berbasa-basi sebentar, lalu bertukar nomor telepon. Selebihnya mungkin mereka bisa berpisah atau jalan-jalan sebentar. Tidak sulit, kan?

“kau harus mau. Aku tidak mau tahu.”

“terserah.”

~000~

Lelah. Satu kata yang tepat untuk menggambarkan raut wajah wanita itu. Ini sudah larut malam, dan file-file sialan itu masih menunggunya dari atas meja. Dia mendengus kasar, mengusap pelan wajahnya yang sudah kelewat lusuh. Kopi panas yang tadi dipesannya masih mengeluarkan asap putih, tanda kopi itu baru saja tiba. Merasa lelah, dia beristirahat sejenak. Mengecek HP-nya, lalu membaca pesan singkat yang mampu membuat alisnya bertaut.

Besok ke apartemenku jam sepuluh, ya. Tidak ada penolakan. Selamat malam sayang. Semangat!

 

Minsoo.

“apa-apaan?”

~000~

“kenapa lama sekali, sih? Kau tidak tahu jam berapa sekarang ini?”

“masih bagus aku datang. Sekarang, apa maumu?”

“astaga, wajahmu benar-benar kusut. Semalam kau pulang jam berapa?”

“jam tiga pagi.”

“ya Tuhan. Sebanyak itukah?”

“itu karena kau yang tidak mau membantuku.”

Minsoo hanya bisa tersenyum, kalah telak dengan sahabatnya sendiri. Tidak, mungkin lebih tepatnya atasan barunya. Semenjak Chae Yoon pindah ke Korea, perusahaan turun temurun keluarga Song sudah dijatuhkan kepada tangan wanita itu. Sehingga, CEO Crown Corp sekarang adalah Chae Yoon.

“tunggu disini, akan aku buatkan teh.”

Chae Yoon merebahkan punggungnya yang pegal keatas sofa empuk berwarna pastel milik Minsoo. Terlalu lelah karena pekerjaannya semalam. Dia memejamkan mata sejenak. Menikmati harumnya ruang tamu dan merdunya music klasik yang setiap hari menggema di ruangan itu.

“kau mau temani aku belanja tidak?”

Minsoo mendudukkan dirinya di kursi kecil seberang Chae Yoon. Berbicara hati-hati sembari menaruh dua cangkir teh. Yang diajak mengobrol justru tidak bergeming sama sekali. Membuat lawan bicaranya geram dan akhirnya sedikit berteriak.

“ya! Kau mau tidak?”

“tidak.”

Satu kata yang keluar dari bibir manis atasannya itu makin membuat emosi Minsoo naik ke permukaan. Tapi, sebelum mengeluarkan sumpah serapahnya, dia ingat sesuatu. Jadi dia urungkan dulu niatnya itu. Meminum sedikit tehnya, lalu melanjutkan dengan nada sabar kepunyaannya.

“kumohon, sekali saja.”

Kali ini, wanita itu mengangkat tubuhnya, memasang ekspresi marah dan terkejut, yang membuat Minsoo berulang kali meneguk salivanya.

“jadi kau menyuruhku kesini hanya untuk menanyakan itu?” yang benar saja. Siapa yang tidak kesal saat kau merasa benar-benar lelah, dan tetap pergi ke apartemen temanmu hanya umtuk menemaninya belanja?

Senyum memohon terlukis jelas dibibir Minsoo. Wanita bermarga Son itu harus sedikit mengeluarkan jurus andalannya agar rencananya berhasil. Tapi, Chae Yoon sudah terlalu hapal dengan aksi konyol wanita dihadapannya. Dengan rambut kusut dan mata hitam, Chae Yoon bangkit dari sofa empuk itu dan berjalan menuju pintu apartemen Minsoo. Sedikit mempercepat langkahnya kala mendengar panggilan Minsoo yang ditujukan untuknya. Tanpa menoleh, Chae Yoon berucap yang mampu membuat bulu kuduk Minsoo meremang. Mematung di tempatnya, dan membiarkan Chae Yoon pulang dengan tenang.

“selangkah lagi kau melangkah, kupastikan meja sekretarisku bukan atas namamu lagi.”

~000~

“maafkan aku, aku gagal membujuknya.”

“ya! Kau tahu? sepanjang hari tadi, aku dimaki dan dibentak olehnya.”

“aku sungguh-sungguh minta maaf, bagaimana perasaanmu kalau kau diancam akan dipecat?” Minsoo kembali menenggak minuman berwarna coklat dihadapannya dalam sekali tenggak. Terlalu pusing memikirkan nasib sahabatnya. Apalagi dengan kejadian kemarin, pasti hubungannya dengan Chae Yoon tidak akan baik senin nanti.

“baiklah. Kita usahakan lain kali saja.”

~000~

Chanyeol mengusap pelan wajahnya yang kusut. Terlalu muak dengan pekerjaannya yang seperti ini. Dia ingin sekali jalan-jalan mengitari kota Seoul. Sesekali merasakan terik matahari dan sesaknya bis umum. Belum selesai membayangkan kehidupannya yang bebas, seseorang diluar sana mengetuk pintu ruang kuasa Chanyeol.

“masuk.”

“Tuan, ada yang ingin bertemu denganmu.”

“siapa?”

Belum sempat pria paruh baya yang menjadi bawahannya itu menjawab, seorang wanita cantik sudah menyembul keluar dari balik punggung lelaki paruh baya itu. Berlari dengan semangat ke arah Chanyeol. Sambil merentangkan tangannya yang mungil, wanita itu meneriakkan nama Chanyeol dengan manja. Yang malah membuat chanyeol memutar bola matanya malas. Dia lupa kalau hari ini wanita itu pulang dari Jepang.

“Chanyeol Oppa. Aku sangat merindukanmu.”

Wanita itu memeluk Chanyeol erat. Sedangkan chanyeol hanya memberi isyarat agar pria paruh baya di ujung sana segera pergi meninggalkan mereka berdua. Dengan malas, Chanyeol melepas pelukan wanita itu. Menangkup kedua bahu wanita cantik didepannya, lalu mengucapkan sesuatu dengan senyum palsu andalannya.

“kumohon jangan ganggu pekerjaanku. Kita bisa mengobrol nanti sampai kau puas. Tapi, lebih baik sekarang kau pulang. Beristirahatlah, kau pasti lelah. Aku juga merindukanmu, Choi Yonggi.”

“benarkah? Kalau begitu aku akan kerumah Oppa. Membantu ibu memasak makan malam.” Senyum Yonggi makin lebar. Matanya berbinar menampakkan kebahagian yang jelas dia rasakan sekarang.

“eoh, kau akan diantar supirku sampai rumah.”

Yonggi tersenyum lalu membungkuk dan mengucapkan salam perpisahan. Melambaikan tangan, lalu menghilang dibalik pintu kaca didepan chanyeol. Chanyeol kembali duduk di kursi kuasanya. Sibuk memikirkan rencana untuk kembali mengusir wanita itu dari hadapannya.

~000~

Chanyeol berjalan santai menghampiri seorang gadis cantik yang sedang menikmati indahnya salju yang berjatuhan di musim dingin. Tersenyum manis saat gadis itu berpaling dan menatapnya dengan senyuman. Chanyeol segera menghampiri gadis pujaannya itu. Tapi seketika itu juga senyum Chanyeol hilang bersamaan dengan air mata yang menetes dari mata gadisnya.

“kau kenapa? Kau baik-baik saja?”

Gadis itu tidak menjawab apapun. Hanya terdengar isakan kecil dan deru napasnya yang tak beraturan. Tangannya sibuk mengusap kasar air mata yang terus mengalir melewati pipinya yang mulus dan pucat.

Chanyeol tidak tahu apa yang terjadi, yang dia tahu hanyalah gadisnya tidak dalam keadaan baik-baik saja. Chanyeol melangkah mendekati gadisnya. Tangannya terangkat hendak merengkuh tubuh mungil kekasihnya. Tapi pergerakannya terhenti saat gadisnya malah menjauh. Terus seperti itu sampai Chanyeol berhenti melakukan kegiatannya. Pikiran kalut mulai memenuhi otaknya.

“ayo putus.”

“apa?”

Chanyeol benar-benar tidak mengerti. Bagaimana bisa gadisnya memutuskan hubungan secara sepihak tanpa Chanyeol ketahui apa sebabnya. Namun, hati chanyeol sakit mendengar gadisnya mengucapkan kata-kata itu. Chanyeol melangkah sekali, begitu juga gadisnya. Tapi, arah mereka berlawanan. Yang satu kedepan dan yang satunya menghindar kebelakang. Chanyeol semakin tidak mengerti. Apa salahnya? Bukankah kemarin hubungan mereka baik-baik saja?

“ada apa denganmu?”

“aku—aku hanya ingin kita putus.” Gadis itu menunduk. Menyembunyikan wajahnya yang sembab dibalik syal tebal yang membungkus rapat lehernya.

Chanyeol mendengus kasar. Membuang wajah tampannya kesembarang arah. Menahan amarah yang sudah muncul ke permukaan. Matanya mulai panas dan berair. Tidak sudi meninggalkan gadisnya seperti ini. Ini adalah cinta pertamanya. Haruskah berakhir seperti ini?

“tidak masuk akal.” Hanya itu yang dapat Chanyeol keluarkan dari bibirnya yang bergetar. Mengepalkan tangannya agar tidak memeluk gadis cantik dihadapannya. Menahan air mata yang siap meluncur membasahi pipinya.

“aku lelah! Aku lelah menjadi pacarmu, Chanyeol-ah!”

Gadis itu makin terisak. Membuat Chanyeol tidak tahan dan segera memeluk gadis cantik itu. Yang dipeluk hanya berusaha memberontak dengan sisa tenaga yang dia punya. Jelas jika gadis itu yang kalah. Akhirnya, dalam beberapa menit, keheningan menyelimuti mereka. Sampai gadis itu melanjutkan kalimatnya.

“tidak bisakah kita menjadi teman? Setidaknya, aku ingin melihat wajahmu setiap hari.”

“apa yang kau bicarakan?”

“kumohon, lakukan permintaanku kali ini.”

Chanyeol melepas pelukannya. Menatap lekat mata bulat hitam favoritnya. Mengisyaratkan agar gadis pujaannya itu menjelaskan apa yang dia maksud. Tapi nihil. Yang Chanyeol dapat hanya gelengan kecil dan isak tangis yang mulai pecah.

“ayolah, ceritakan padaku. Kalau begini, aku tidak ingin putus denganmu. Aku janji, setelah kau menjelaskan semuanya. Kita akan menjadi teman.” Senyum tenang menghiasi wajah tampan Chanyeol. Mengusap pelan pipi gadis itu yang basah dan pucat akibat air mata yang mengalir.

“Choi Yonggi. Dia—dia mengancamku.” Gadis itu membuka sedikit baju dibagian lengan dan kakinya. Menampakkan luka lebam kebiruan yang besar dan banyak. Matanya kembali menteskan air mata. Takut kalau Chanyeol akan marah dan menolak untuk putus. Gadis itu sudah lelah. Semenjak dia dan Chanyeol berpacaran, dia selalu diganggu, diusili, bahkan dibully sampai seperti ini. Dan itu semua akibat Choi Yonggi. Seseorang yang menggilai Chanyeol sepenuh hati. Rela melakukan apa saja asalkan Chanyeol jatuh kepelukannya. Dan Chanyeol membenci gadis bernama Choi Yonggi.

“kumohon, ayo kita putus, Chanyeol-ah.”

~000~

“kau sungguh-sungguh bersedia?”

“iya. Cepatlah. Waktuku tidak banyak.”

“sebentar.”

Baekhyun meninggalkan Chanyeol dibelakang sana. Mengambil smartphone hitam dari balik saku celananya, lalu dengan cekatan mengetik sebuah nomor dan menempelkannya tepat didepan telinga.

“ada apa?”

“apa temanmu ada waktu?”

“entahlah, dia selalu sibuk.”

“ayolah, ini kesempatan emas kita.”

Seseorang diseberang sana menghela napas panjang. Mengumpulkan sederet keberanian untuk melakukan tugasnya dengan baik.

“baiklah. Akan aku usahakan.”

~000~

Dengan keberanian seadanya, Minsoo mengetuk ruang CEO kantornya. Berharap jika Chae Yoon ada didalam dan sudi menerima kehadirannya. Karena sudah mengetuk beberapa kali dan tidak ada jawaban, Minsoo mencoba membuka sedikit pintunya dan mendongak melihat keadaan didalam. Terlihat jika disana, didepan computer yang masih menyala, Chae Yoon tertidur dengan tangan yang masih memegang sebuah pena. Minsoo masuk kedalam ruangan sahabatnya. Memastikan bahwa Chae Yoon hanya tertidur, tidak—ya, kalian sudah tahu apa maksudnya.

Minsoo menghempaskan badannya yang lelah karena harus berjalan seharian dengan high heels setinggi sepuluh senti ke sofa putih di dekat meja kuasa Chae Yoon. Mengatur rencana apa yang masuk akal agar Chae Yoon mau mengikutinya tanpa tahu apa maksud sebenarnya. Dan tanpa sepengetahuan Minsoo, Chae Yoon dengan mata panda-nya sedang mengamati gerak gerik sekretarisnya itu.

“apa yang kau lakukan?”

Minsoo hampir terjungkal kala melihat wajah Chae Yoon yang lebih mirip gelandangan. Bagaimana tidak, rambut berantakan, make up yang sudah hilang separuhnya, mata hitam, wajah kusut, dan baju yang sangat berantakan. Cukup untuk mendeskripsikan bagaimana lelahnya Chae Yoon saat ini.

“hei, kalau ada orang bertanya itu dijawab, bukan ketakutan seperti itu.” Chae Yoon mulai membenarkan penampilannya. Sambil melirik Minsoo, dia mengambil kotak make up-nya.

“umm, ah, ini, kau mau menemaniku makan siang di restoran depan butik itu?”

Chae Yoon melihat sekilas jam tangannya. Menimbang perkataan Minsoo barusan. Tidak bisa dipungkiri bahwa sekarang Chae Yoon memang sangat kelaparan. Tapi, setelah matanya menatap file-file itu, dia menggeleng cepat. Menolak permintaan Minsoo mentah-mentah.

“ayolah, biar itu aku yang kerjakan.”

“cih, sudah berapa kali kau mengatakan itu, Son Minsoo?”

“kali ini aku bersungguh-sungguh!” mungkin sepertinya kali ini Minsoo sangat bersemangat, dia mengangkat tangannya tinggi-tinggi diudara. Menghampiri Chae Yoon yang hanya menaikkan sebelah alisnya dengan tangan terkepal didepan dada.

“baiklah.”

Tak sampai sepuluh menit, dua wanita cantik itu sudah berdiri menatap restoran ramen terenak didaerah itu. Minsoo tersenyum bahagia. Dia lalu mengambil smartphone-nya, dan mengetik sebuah pesan singkat untuk seseorang. Setelah selesai dengan perkerjaannya, dia kembali melirik Chae Yoon dan butik yang berada tepat didepan kedai itu bergantian. Akal sehatnya mulai bekerja dengan baik disaat yang tepat.

“ramai sekali.”

“kau benar. Bagaimana kalau kita masuk kedalam butik itu?” Minsoo mulai menjalankan misinya yang kedua. Membuat penampilan sahabatnya jauh dari kata gelandangan.

Chae Yoon melihat butik itu sekilas. Lalu kembali melihat kedai ramen itu. Dengan cepat, Chae Yoon menggeleng. Cacing diperutnya sudah melakukan demo besar-besaran agar diisi makanan.

“tidak, aku lapar.” Belum sempat Chae Yoon melangkah, Minsoo dengan tidak sopannya langsung menarik lengan Chae Yoon dan menariknya kearah butik.

“ya! Lepaskan, Minsoo! Aku lapar!”

“astaga! Baju itu cantik sekali!” Minsoo lagsung menyambar sebuah dress ungu yang panjangnya sebatas lutut, dengan ukuran pas bodi, dan lengan pendek yang sangat cantik. Tidak menggubris penolakan Chae Yoon barusan. Tekatnya sudah bulat, kali ini, misinya harus berhasil.

“coba kau pakai.”

“kenapa aku? Kan tadi kau yang mengajakku ke sini.”

“ayolah, badanku terlalu besar untuk dress ini.”

“badanmu kurus Minsoo.”

“kalau begitu badanmu lebih kurus.” Minsoo menarik paksa lengan Chae Yoon, memanggil beberapa petugas agar membantu Chae Yoon memakai dress-nya, kembali mengacuhkan penolakan mentah-mentah Chae Yoon.

Selang beberapa menit, Chae Yoon keluar dari balik tirai butik itu. Terlihat cantik dengan dress yang melekat sempurna di badannya yang ramping. Kaki jenjangnya makin terekspos kala high heels sepuluh senti menghiasi kaki-kakinya yang putih. Minsoo tersenyum puas. Membanggakan selera pakaiannya yang bisa dibilang modern.

“baiklah, ayo kita makan.” Minsoo segera mengeluarkan kartu kredit-nya, membayar dress cantik yang sekarang sudah melekat di tubuh Chae Yoon.

Chae Yoon masih melongo ditempatnya, memikirkan apa maksud perbuatan sahabatnya. Sementara Minsoo hanya tersenyum puas sambil menarik lengan Chae Yoon menjauhi butik. Chae Yoon tergagap saat orang-orang memperhatikannya takjub. Dia baru sadar bahwa dress itu masih menggantung di tubuhnya. Cepat-cepat dia tahan langkah kaki Minsoo, memperhatikan penampilannya lalu menarik lengan minsoo dan mendekatkan bibirnya pada telinga Minsoo.

“aku masih memakai dress ini. Kau sengaja mau mempermalukanku, ya?”

“tidak. Lihat, orang-orang terpukau pada penampilanmu.”

“ayo ke butik. Aku ingin ganti baju.”

“ya, hargai apa yang sudah aku berikan.”

“apa aku yang minta?”

“sudah, pakai saja. Kalau dandananmu seperti tadi, kau lebih mirip gelandangan ketimbang CEO perusahaan.”

Chae Yoon mendengus sebal. Selalu kalah bila adu argument dengan Minsoo. Didepan sana, Minsoo memamerkan senyum kemenangan dan jari tangan yang membentuk ‘ok’ pada seorang laki-laki. Memberikan kode bahwa hari ini mereka berhasil menjalankan misinya.

“ya! Son Minsoo! Tunggu aku!”

Entah Chae Yoon yang tidak sadar atau memang dia terlalu polos untuk menyadari bahwa meja yang sekarang dia tempati sudah dipesan sebelumnya. Buktinya, restoran ini sangat ramai. Tapi, kenapa dia bisa mendapat meja dekat jendela tanpa hambatan?

“kau ingin pesan apa?”

“astaga Chae Yoon-ah, maaf, aku lupa jika aku punya janji dengan seorang teman. Kau tidak apa-apa jika aku tinggal sendiri? Biar tugasmu aku yang kerjakan. Kau tenang saja.” Minsoo langsung bangkit dan meninggalkan Chae Yoon sendiri, sebelum sempat mendengar persetujuan sahabatnya. Senyum kembali terpatri dibibirnya. Kala melihat seorang laki-laki yang berdiri tak jauh didepannya.

“bagaimana?”

“beres.”

~000~

Selera makan Chae Yoon sudah hilang menguap diudara. Terlalu malas melihat daftar makanan lezat didepan matanya. Dia alihkan pandangannya keluar jendela. Berharap menemukan sesuatu yang mampu menaikkan moodnya. Tapi, sedang asik melihat mobil-mobil yang berlalu-lalang, sebuah tangan menepuk pundaknya pelan.

“Chae Yoon-ssi?”

“Chanyeol-ssi?”

Entah ini kebetulan atau takdir Tuhan, tapi Chanyeol merasa benar-benar beruntung. Meskipun orang yang dia tunggu bukan Chae Yoon, setidaknya dia bisa melihat wajah wanita cantik itu lagi.

Chanyeol tersenyum, sedangkan Chae Yoon melongo terkejut. Lalu berdiri dan membungkuk kaku pada Chanyeol. Chanyeol yang baru menyadari penampilan Chae Yoon, membulatkan matanya sempurna. Memuji ciptaan Tuhan yang satu ini didalam hati.

“boleh aku duduk? Orang yang aku tunggu belum datang dan sudah tidak ada bangku kosong.”

“eoh, silahkan.”

Mereka berbincang bersama. Sesekali tertawa ketika Chanyeol menceritakan sebuah lelucon. Layaknya dua sahabat yang sudah lama tidak bertemu. Chanyeol senang, begitupula Chae Yoon. Dia senang, karena moodnya melonjak naik ke permukaan. Melupakan kejadian Minsoo yang meninggalkannya sendiri. Dia malah bersyukur karena ada Chanyeol disini. Setidaknya dia tidak harus membicarakan seputar dunia fashion. Bahkan, Chanyeol lupa jika dia ada janji bertemu.

“astaga, sudah jam tiga sore. Selama itukah kita mengobrol?” Chae yoon berucap dengan sudut mata yang berair karena terlalu banyak tertawa.

Chanyeol memasukkan suapan terakhirnya sebelum menjawab sambil melihat jam tangannya, “eoh, kau benar. Astaga, aku sampai lupa waktu.”

“kalau begitu,” Chae Yoon bangkit dari tempatnya, mengelap mulutnya dan merapikan penampilannya. Chanyeol ikut berdiri sambil tersenyum, “aku permisi dulu.”

“mau aku antar?”

“ah, tidak usah. Kantorku ada didepan blok ini.”

“baiklah kalau begitu.”

Chae Yoon meninggalkan Chanyeol dengan senyuman. Senyuman yang mampu membuat detak jantung Chanyeol terpacu dengan cepat. Dia tersenyum, memegang dadanya yang kembali memberontak. Sampai sebuah suara membuyarkan kebahagiannya.

Bagaimana kencannya? Kau suka?

 

Baekhyun.

“apa?”

 

TBC

Holla! Bagaimana? Maaf ya kalau yang ini kepanjangan. Sampe 14 halaman loh :v

Aku ada pertanyaan nih. Tolong dijawab yaa.

  1. Kalian pengennya Minsoo dipasangin sama Kai, Sehun, atau Baekhyun?
  2. Kalian mau ff ini ada NC atau ngga?

Udah segitu aja dulu. Like and comment jangan lupa yaa.

Hope you like it! Sorry for typos and thankyou for reading my fanfic!

Annyeong!

 

-istri Sehun, tunangan Chanyeol-


Viewing all 4828 articles
Browse latest View live