Quantcast
Channel: EXO Fanfiction
Viewing all 4828 articles
Browse latest View live

Kiss & Hug (Sehun ver.)

$
0
0

KISS & HUG (SEHUN VER)

Main cast :  lee yoo mi (OC)
Oh Sehun

Other Cast: Exo Member

Genre: School life, romance maybe

Leagh : long shoot (oneshoot)
author : JAYpopys
twitter (@yeoUnhyy)
FB (noni kartiikaa)

 kfashion-korean-girl-ulzzang-Favim.com-309919_副本

Okey KISS & HUG kedatangan Sehun.

Hati-hati Typo bertebaran semoga Para penggemar magnae ini bisa terhibur dan buat Admin gumawo udah mau post ff yang gaje ini, jangan ada plagiat karena ini murni pemikiran author juga dibumbui beberapa pengalaman oke tanpa menunggu lebih lama lagi mari kita mulai saja SELAMAT MEMBACA

 

Hari ini, hari dimana yoo mi harus menjalani kehidupan sebagai siswa baru SSHS (seoul senior high school) sekolah elit dimana hanya anak-anak orang kaya atau berpengaruh saja yang bisa sekolah di SSHS namun lain halnya dengan yoomi dia tak pernah menyadari bahwa dia bisa sekolah disini karena dia hanya dari keluarga yang serba sederhana tapi dia adalah yeoja cantik,manis dan kepintaran yoomi yang sangat diluar kesederhanaan sehingga ia bisa sekolah di SSHS dengan bantuan beasiswa berprestasi.

“yoomi yak, kau jadi bersekolah di SSHS?” ujar hwang mi, hwang mi merupakan teman masa JHS yoomi dulu dia kaya,CANTIK DAN IMUT namun prestasinya sangat merosot namun karena ada yoomi yang bersedia mengajarinya kapanpun,dimanapun dan GRATIS PULA makanya sekarang ia AGAK LUMAYAN dalam hal pelajaran

“hmm” seraya melangkan anggukan yoomi hwang mi pun langsung tersenyum lebar

“jeongmal?assek yasuda ayo sekarang kita menuju aula, ospeknya akan dimulai” hwang mi pun merangkul yoomi dengan perasaan senang yoomi pun menerima rangkulan hwangmi dan bejalan bersama menuju Aula

Setelah sampai di aula yoomi dan hwangmi langsung dihampiri oleh pandangan lautan manusia, banyak sekali orang dan sangat bising. Saat yoomi dan hwangmi sibuk dengan bincang-bincang tiba-tiba seorang sunbae memberikan kertas yang berisi daftar keolpok beserta pendamping

“yoomi-ah kau kelompok berapa?” raut muka hwangmi terlihat sangat penasaran

“5, neo?”

“aist aku 3 berarti tidak sama dong, padahal kalau kita sekelompok pasti sangat menyenangkan”

“iya,sayang sekali” ucap yoomi agak lirih, sebenarnya ia sangat mebutuhkan hwangmi di sampingnya bukan untuk memanfaatkannya namun untuk menemaninya karena yoomi tak punya kenalana selain hwangmi dan juga hwangmi sangat mengenal sekolah ini karena appanya merupakan wakil ketua yayasan di sekolah ini

“chakkaman, kelompok 5 pendampingnya ada seohyun sunbae,taeyeon sunbae,suho sunbae,sehun sunbae dan luhan sunbae wah pempamping kelompokmu charming-charming” hwangmi berucap dengan mata yang hampir keluar

“kenapa?” ujar yoomi dengan wajah polos dan terlihat bodoh

“kau tau seohyun dan taeyeon itu adalah sunbae tercantik di SSHS, suho sunbae,sehun sunbae dan luhan sunbae dan teman-temannya yang lain punya gang yang palinh populer di SSHS namanya EXO  dan sehun sunbae juga merupakan anak ke-“ belum sempat hwangmi melanjtkan kalimatnya

“DIHARAPKAN KEPADA MURID BARU AGAR BERBARIS SESUAI DENGAN KELOMPOK MASING-MASING” teriak salah satu subae menggunakan Toa yang besar suaranya kedengeran hingga seantero SSHS

“aist yoomi-ahh nanti kita lanjutkan aku pergi dulu yah bye, semoga menyenangkan” ucap hwangmi dan belari menuju kelompokknya sdangkan yoomi masih memasang wajah polos nan bodohnya tampak bingung kemana ia harus pergi

“otokkeh?”teriak yoomi dalam hati

“Hey bodoh sedang apa kau disana? Cepat cari kelompokmu!” ucap sunbae dengan paras yang tinggi,tanpan dan terlihat sangat elegan namun pandangan merendah terpancarkan jelas dari dalam manik matanya saat melihat yoomi

Sebenarnya yoomi sangat kesal dengan perkataan namja itu, karena menurutnya itu penghinaan terbesar untuknya baru kali ini ada orang berani berkata bodoh di depannya namun emang dasar yoomi yang sudah biasa dihina contohnya saja yoomi sering dikatakan udiklah,anak miskinlah namun tak ada yang berani mengatakan bodoh terhadapnyan karena ia adalah anak jenius

Saat yoomi sudah berbaris di kelompoknya, ia kaget saat melihat namja yang mengatainya bodoh sekaang menjadi pemdamping untuk kelompoknya

“annyeong hoobne, kenalkan aku LUHAN koordinator untuk kelompok 5 disamping kanan saya ada suho sunbae, di samping suho ada seohyun sunbae, sedangkan disamping kiri saya ada taeyeon sunbae dan disamping taeyeon ada sehun sunbae” ucap lelaki yang berparas cakep nan imut ini bernama Luhan

“jadi namanya sehun”ujar yoomi dalam hati

“oke sekarang waktunya absen” ucap luhan lagi,

“park mi hyun”

“hadir”

“seo joon ha”

“hadir”

“min tae ri”

“hadir”

“lee Yoo mi”

Yoomi yang sedang mencari-cari keberadaan sahabatnya hwangmi sampai tak sadar dan mendengar namanya dipanggil

“LEE YOO MI” teriak Luhan

“ne? Hadir” ucap yoomi dengan ekspresi kaget dan berhasil membuat hampir semua murid di kelompokknya terkekeh melihat ekspresi bodohnya

“ada masalah nona lee?” ucap luhan lagi, namun luhan hanya mendapat gelengan malu dari yoomi

“chakkaman, Lee yoomi? Apa itu kau?” kini yang bertanya dalah seorang yeoja yang cantik dan ia adalah seohyun

“ne sunbae” ucap yoomi dengan anggukan ragu

“oh jadi kau lee yoomi juara 1 olimpiade matematika,fisika, dan kimia tingkat JHS se-korsel dan diterima tanpa tes atau jalur undangan di sekolah ini, benarkan?” seohyun tampak kaget saat mendapat anggukan lagi dari yoomi

“jeongmal?” kini suho,luhan,dan taeyeon serempak

“ne, yoomi-ah selamat datang di SSHS kuharap kau dapat dapat melanjutkan prestasimu disini” ucap seohyun menjawab pertanyaan dari teman-temannya dan memberikan senyuman manisnya kearah yoomi

Sedangkan sehun tak pernah tertarik dengan yang namanya prestasi akademik, dimata sehun yoomi bukanlah anak jenius melainkan anak udik dan miskin. Namun bagaimana dengan sehun sendiri? Yah sehun adalah anak dari ketua yayasan atau komisaris tertinggi di SSHS dia bersama teman-temannya sangat populer di sekolah tidak sedikit yeoja yang menyukainya namun sayang sehun adalah orang yang suka berfoya-foya,menghabiskan uang bahkan karena hal tak penting pokoknya bad boy dan dibalik itu sehun adalah anak yang berprestasi paling buruk di SSHS namun siapa berani menantangnya? Tak seorangpun gurupun tak sanggup melawannya.

“jangan basa-basi dan membuang-buang waktu perkenalkan saja sekolah ini dengan cepat” ujar sehun dengan wajah datar

Yoomi yang melihat sikap sunbae-sunbaenya tersenyum malu namun saat mendengar perkataan sehun membuat senyum yoomi pun memudar

Para siswa baru akhirnya dibawa berkeliling sekolah agar mengetahui ruangan-ruangan beserta fungsinya disekolah. Ada ruang kepala sekolah,ruang guru,kantin,toilet,perpustakaan dan semuanya sungguh sangat lengkap. Dimata yoomi sekolah ini bukanlah sekolah namun bagaikan hotel yang dapat memanjakan tamunya, benar saja sekolah ini menggunakan lift, semua kelas memakai tv,AC,kantinnya pun berbeda-beda tiap kelas membuat yoomi tak pernah berhenti berhenti memperlihatkan wajah yang terkagum-kagum

“berhenti memasang wajah seperti itu, kau terlihat bodoh” yoomi yang mendengar perkataan seorang namja pun berbalik dan WOST kata-kata itu berasal dari bibir tipis milik dehun walau dengan wajah yang datar nbamun ia masih terlihat keren

Yoomi tak berani membalas perkataan sehun, bukannya takut tapi yang dikatakan sehun memang benar yoomilah yang terlihat sangat kagum dengan sekolah ini

“aist kenapa wajah bodohku bisa terlihat oleh sunbae datar itu membuatku malu, tapi sekolah ini sungguh sangat DAEBAK”runtuk yoomi dalam hati

………………………………….

Setelah 4 hari menjalani ospek, akhirnya kini hari terakhir yoomi dan hwangmi merasakan manis pahitnya ospek. Selama masa ospek yoomi dan hwangmi jarang bertemu, yoomi dan hwangmi akan bertemu jika saat pulang atau istirahat saja.

Selama yoomi berada di group 5, tidak ada teman yang didapatkan yoomi jelas saja orang-orang mana mau berteman dengan yoomi yang sederhana atau dipandangan teman satu grup yoomi dikatakan anak miskin sedangkan mereka adalah anak orang-orang KAYA

“yoomi-ah kenapa kau sangat lesuh?, ayolah sekarang hari terakhir ospek” ungkap hwangmi saat berjalan bersama yoomi di koridor sekolah menuju aula, sedangkan yoomi menatap lirih hwangmi

“mi-ah tak ada orang yang mau berteman dengan ku,apakah aku harus pindah sekolah?” ucap yoomi dengan nada lirih

“YAK, ANDWE siapa bilang kau tak punya teman, aku ini temanmu pabo” tatapan tajam seorang hwangmi kini menghujani yoomi dan saat bersamaan yoomi tampak terkekeh melihat tingkah laku sahabat satu-satunya itu

“gumawo mi-ah” ucap yoomi dengan tarikan kecil dari sudut bibir dan sungguh senyuman yang tulus dan cantik

Hwangmi yang melihat senyum yoomi juga ikut tersenyum, entah setan apa yang membuat hwangmi betah berteman dengan yoomi namun pertanyaan itu hwangmi juga tak bisa menjawabnya perasaannya yoomi sangat ramah dan baik hati walaupun dia miskin tapi eerrr, hwangmi tak pernah mempedulikannya yang jelasnya ida sangat nyaman berada di samping yoomi.

“hei kalian berdua cepat masuk aula ospek akan di mulai” teriak salah satu sunbae yang mempunyai paras yang ehh sangat lumayan

Mendengar itu yoomi dan hwangmi yang tadinya sedang berbincang langsung terkesiap akibat teriakan dari sunbaenya dan segerah berlalu menuju aula

Kini yoomi telah berdiri dengan keadaan siap di barisan grupnya dan untuk kedua kalinya matanya terbelalak saat melihat salah saatu sunbaenya, yah siapa lagi kalau bukan sehun. Bagaimana yoomi tak kaget setelah hari pertama ospek sehun tak pernah menampakkan batang hidungnya di sekolah dan baru hari terakhir ospek dia kembali hadir

“hmm dasar sunbae malas”gumam yoomi dalam hatinya sambil memandangi sehun dengan tatapan merendah

“SEKARANG MERUPAKAN HARI TERAKHIR OSPEK DAN TUGAS KALIAN ADALAH MENULISKAN NAMA-NAMA SUNBAE DI KATEGORI BERIKUT : SUNBAE PALING GANTENG,PALING CUEK, PEMARAH,CANTIK,PEMALAS,JAIL,RAPI,DAN SUNBAE YANG SUKA TERSENYUM MINIMAL 2 NAMA SUNBAE YANG HARUS KALIAN TULIS TAK BOLEH LEBIH ARASSEO” ucap ketua tim ospek namanya yaitu KRIS

“NDE” ucap serempak siswa baru dan segerah menuruti perintah tersebut

“otokkeh, aku bahkan hanya mengetahui nama subae pembibingku, seandainya ada hwangmi pasti dia akan membantuku”runtuk yoomi dalam hati

Namun yoomi berbekal akal dan ide cemerlang ia akan hanya menuliskan nama sunbae yang diketahuinya sajan dalam kategori-kategori tersebut

Sunbae paling Ganteng : Suho
sunbae paling cuek : sehun
sunbae paling pemarah: sehun
sunbae paling cantik:seohyun dan taeyeon
sunbae paling pemalas: sehun
sunbae paling jail:luhan
sunbae paling rapi: suho dan luhan
sunbae paling suka J : taeyeon dan seohyun

Seperti itulah selembaran kertas yang yoomi kumpul mengenai tugas terakhir mereka

“BAIKLAH SAYA KRIS WU KAPTEN SSHS MENGUCAPKAN KEPADA KALIAN SELAMAT DATANG DI SEOUL SENIOR HIGH SCHOOL” ucap kris dan diakhiri dengan tepukan tangan dari semua orang tampa terkecuali yoomi dan hwangmi

“akhirnya selesai juga HORE” batin yoomi dan senyuman yoomi kini mengembang sungguh sangat cantik tanpa yoomi sadari hwangmi menatapnya dari jauh dan merasa lega yoomi akhirnya tersenyum kembali.

…………..

“yak sehun, kenapa baru hari terakhir kau datang lagi hah! Kemana saja kau?” ucap luhan yang terlihat kesal karena salah satau anggotanya sering tak datang

“aist hyung kenapa kau marah, yang penting aku datangkan” sehun membalas perkataan luhan dengan nada enteng

“aist kau ini” ucap luhan seraya menjitak kepala sehun dan Bingo sehun hanya menatap luhan dengan tatapn tajam

“mwo? Kenapa kau menatapku seperti itu huh?” ucap luhan

“hyung, seandainya kau bukan sepupuku kau akan siap-siap angkat kaki dari sekolah ini” sehun yang mulai kesal kini akhirnya mengeluarkan kata-kata andalannya

“Ck,  aku bosan mendengar mu berkata seperti itu sehunnie tapi sayangnya ajussi lebih percaya perkataan ku daripada perkataan mu” luhan kini terkekeh karena sehun tampak kaget dengan perkataan luhan dan itu merupakan kebenaran appa sehun lebih percaya luhan dari pada anaknya sendiri dan itu merupakan kelemahan dari sehun TAK DIPERCAYAI OLEH AYAH SENDIRI

“tersera kau saja hyung” merasa tak tau harus membalas perkataan luhan dengan apa, sehun hanya bisa mendengus kesal

“Neo, pasti sudah clubing lagi kan dengan kai,chanyeol dan baekhyun?” kini luhan mulai mengintrogasi adik sepupu kesayangannya seraya memeriksa kertas-kertas yang tadi di kumpul oleh hoobnenya

“ne, we? Kau berniat memberi tau appa? Silahkan saja aku tak takut” gumam sehun dengan santai bukannya respon teriakan atau larangan atau makian atau ceramah yang biasa di ucapkan luhan, namun sehun kini memandang luhan yang sedang terpaku menahan tawa dengan pandangan menuju kertas yang tadi ia periksa

“BUHAHAHAHA” tawa luhan berhasil membuat tatapan aneh sehun malah lebih menerjang kearah luhan

“BUHAHAHA, sehun baru kali ini aku melihat seorang hoobne berani menuliskan namamu di kategori-kategori jelek” luhan tak bisa menahan tawanya saking tertawanya dia sampai berkali-kali mengusap air mata akibat tawanya itu seraya menunjukkan kertas kearah sehun

Sehun yang melihat kertas itu tiba-tiba saja langsung menjadi panas, bagaimana tidak namanya tercantum dengan jelas di semua kategori yang jelek dan menurut sehun itu merupakan suatu penghinaan apalagi yang melihatnya adalah luhan.

Tanpa menunggu tawa luhan yang reda sehun segerah merobek kertas itu menjadi potongan yang kecil, bukannya berhenti tertawa luhan malah makin tertawa melihat kelakuan adik sepupunya dan ekspresi marah sehun merupakan hiburan tersendiri bagi luhan.

………………

Akhirnya yoomi dapat merasakan menjadi siswa seutuhnya di SSHS, walaupun gak sekelas dengan hwangmi tapi yoomi dapat teman baru sekelas dengannya seorang namja yang baik hati,lumayan tanpan dan keadaan eonomi sama dengan yoomi dia masuk SSHS melalui beasiswa namanya Daehyun.

“mi-ah ajari aku ini” pintah daehyun

“yak daehyunnie kau ini anak pintar kenapa pake acara memelas hah?” yoomi tak habis pikir namja sepintar daehyun walau tak sepintar dari pada yoomi tak bisa menyelesaikan soal kimia yang gampang (bagi yoomi)

“aku tau kau pintar, kenapa mau ku ajari” lanjut yoomi

“hanya ingin saja” ucap daehyun dengan senyumannya yang jail membuat yoomi berdigik ngeri dan pergi meninggalkan daehyun

“Yak yoomi-ah kau mau kemana huh?” teriak daehyun dengan wajah yang bingung melihat yoomi pergi namun yoomi hanya berbalik dan tersenyum dan ahirnya daehyun mengerti, ia daehyun mengerti yoomi akan pergi keperpustakaan karena kemana lagi? Kalau ke kantin tidak mungkin karena yoomi selalu membawa bekal sendiri, wc juga bisa jadi tapi yoomi kelihatannya tidak kebelet jadi kesimpulannya adalah yoomi akan ke perpustakaan.

Yoomi bersenandung kecil saat telah sampai di perpustakaan yang lumayan sepi ahh bukan lumayan tapi sangat sepi, jelas saja ini jam istirahat biasanya murid-murid yang lain akan ke kantin untuk mengisi perutnya.

Saat telah sibuk memilih-milih buku yoomi tak sengaja mendengar desahan

“aist kenapa susah sekali membuat essai mengenai kebudayaan” desah seorang namja seraya mengacak-acak frustasi rambutnya yang pirang, yoomi yang penasaran akhirnya mengintip dan bingo itu adalah suara dari sunbaenya Oh Sehun

Yoomi terkekeh melihat tingkah sehun yang frustasi berat, merasa di awasi akhirnya sehun mengalihakan pandangannya dan melihat yoomi sedeng menahan tawa

“apa yang kau lakukan di sini?” ucap ehun dengan nada yang datar

“ini perpustakaan, apalagi kalau bukan mencari buku. Ini tempat UMUM sunbae” yoomi menekankan kata UMUM tak kala datar dan santai, entah setan apa yang membuat yoomi berani melawan perkataan dari sehun

“aist aku tau, tapi maksudku untuk apa kau memandangi ku seperti itu, seperti merendahkan saja, kau pikir kau siapa?” sehun mulai kesal, kesal karena tugasnya yang tak kunjung selesai,kesal karena baru saja ada seorang yeoja biasa yang berani menantangnya berbicara

“oebseo lanjutkan tugasmu, sebegitu susahnyakah membuat essai?” yoomi bergumam dengana nada yang sangat berkesan merendahkan dan sukses membuat sehun menganga dengan perkataan yang baru saja yoomi ucapkan

“kau pikir gampang” sehun mulai meninggikan suaranya

“sunbae,sunbae bahkan itu sangat gampang essai kimia,fisika,matematika pun aku bisa mengerjakannya dalam waktu 10 menit saja sedangkan kau hanya mengenai kebudayaan kau tak tau otakmu itu arahnya kemana huh?” yoomi masih heran keberanian dari mana ia dapatkan hingga berani mengatakan perkataan yang sangat-sangat merendahkan oh sehun, sedangkan sehun lagi,lagi dan lagi berhasil menganga plus mata melebar

“NEO” teriak sehun

“mwo? Butuh bantuan?” yoomi dan sehun kini saling tatap menatap dengan tatapan yang tak bisa di artikan. Tak ada jawaban dari sehun sjujur saja ehun sangat membutuhkan bantuan yoomi yang notabene adalah yeoja terpintar di SSHS saat ini namun rasa gengsinya selalu menghantui pikiran dan nalurinya

“ya sudah kalau tidak butuh bantuan, aku pergi dulu selamat mengerjakan tugas sunbae” ucap yoomi dengan senyuman, bukan senyuman mengejek tapi senyuman pemberi semangat dan sehun yang melihatnya hanya bisa diam tak bergeming

Yoomi mulai melangkahkan kakinya menjauh dari sehun namun ada sebuah tangan besar yang menggenggam tangan yoomi erat, yoomi refleks berbalik dan mendapati wajah sehun yang lirih

“aku sangat butuh bantuanmu” ucap sehun dengan nada yang nyaris tak di dengar oleh yoomi dan sudut bibir yoomi kembali tertarik dan membentuk sebuah senyuman yang sangat indah dan cantik

“seandainya dari awal kau memintanya aku tak akan segan-segan mengajarimu?” ucap yoomi seraya duduk di samping sehun dan Bingo tatapan mata sehun kini mulai tajam memandangi manik mata yoomi

“arasso, lupakan apa yang kukatakan. Sekarang sunbae memilih tema kebudayaan apa?” tanya yoomi namun bukan jawaban yang yoomi dapatkan tapi wajah yang polos dan bodoh seorang oh sehun

“dia benar-benar bodoh”runtuk yoomi dalam hatinya

“entahlah, aku tak mengerti kebudayaan. Kalau kau saat mengerjakan essai seperti ini kebudayaan apa yang kau angkat?” sehun kini mulai tertarik dengan pembicaraannya dengan yoomi namun lebih tepatnya bukan pembicaraannya melainkan orang yang menjadi lawan bicaranya saat ini

“hmm” yoomi tampak sedang berpikir disamping itu sehun masih memandanginya

“kebudayaan tradisonal korea mulai dari pakaian hingga makanan akan aku angkat”lanjut yoomi dan sehun hanya mengangguk-angguk tak jelas

“sekarang tema apa yang sunbae mau angkat?”yoomi lagi-lagi bertanya namun tak ada jawaban

“apa yang sunbae sering lakukan?”

“Clubbing” ucap sehun dangan santai

“itu juga kebudayaan” setelah mendengar ucapan sehun yoomi langsung punya ide untuk essai sehun

“mwo?bagaimana bisa?” sehun yang kaget mendengar ucapan yoomi

“apa sih yang tak bisa,Clubbing itu kebudayaan anak muda sekarangkan?, jadi sunbae tinggal meluruskan saja mengapa sekarang anak muda bisa sangat berkaitan dengan hal-hal semacam Clubbing,awal mula adanya clubbing itu semua termasuk essai, namun lebih mengarah ke kehidupan masa sekarang itu saja yang perlu sunbae pahami Gampangkan?” panjang lebar yoomi menjelaskannya dan langsung mendapat anggukan puas dari sehun

DDRRIINNGG

Bel masukpun berbunyi

“ohh bel, sunbae aku permisi semoga essaimu dapat nilai yang tertinggi” ucap yoomi seraya menarik diri dari kursi yang tadi ia duduki namun kali ini lagi,lagi tangan sehun menggenggam tangan yoomi

“Gumawo” ucap sehun sambil memandang ke arah yoomi dan tersenyum tulus

“ne, semoga berhasil” yoomi pun membalas perkataan sehun dan senyumpun terpampang jelas di wajahnya dan mulai berjalan meninggalkan sehun

“seyumnya indah”batin sehun,ia masih memandangi punggung yoomi yang lama kelamaan pergi meninggalkannya dan menghilang dibalik rak-rak yang berisi buku

Bingung? Mengapa sehun sangat frustasi karena tugas essai padahal biasanya sehun tak pernah mengerjakan tugas namun lain halnya dengan essai ini,di SSHS tak punya program ujian semester essai yang tiapa semester akan dikumpulkan dan dilihat hasilnya jika hasil memuaskan maka murid itu akan naik kelas namun jika essai ini tak lengkap atau tak terkumpul maka siap-siap tidak naik kelas atau di Drop out dari SSHS dan jika sehun di Drop out mau taro dimana mukanya dan muka appanya yang sekaligus ketuan komisaris dari SSHS.

……….

Hati yoomi berasa berbunga-bunga saat mengingat kejadian dimana dia bisa berbicara bahkan mengajari sehun tadi, memang yoomi mulai tertarik denga sehun saat masih di ospek namun kepertarikannya itu sebatas penasaran namun sekarang yoomi paham bahwa yoomi memang tidak punya banyak uang namun otak yoomi sangat berpengaruh dan senang yoomi juga dapat berbagi kepada orang.

“mi-ah kenapa kau tesenyum terus?” daehyun yang sebangku dengannya merasa heran sikap yoomi berubah saat pulang dari perpustakaan

“ahh, obseo. Oh ya ini buku tentang sejarah joseon tapi belum lengkap si, tugasmu adalah seaching di internet lusa tugas kelompok kita sudah harus selesai arasseo? Ucap yoomi

“ne, siap BOS” ucap daehyun dan senyuman dari yoomi pun berhasil daehyun dapatkan, jujur saja daehyun sangat suka dengan senyuman khas yoomi katenangan hati langsung ia dapatkan jika melihat senyuman yoomi

Akhirnya tiba dimana sehun harus mengumpulkan essainya. Raut wajah sehun tampak was-was menunggu hasil yang diberikan oleh saem

“sehunnie, kau rilexlah jangan terlalu tegang” ucap kai yang berada di samping luhan

“ne kai” ucap sehun

“baiklah anak-anak essai kalian semua tampak menarik dan bagus, namun ada yang sangat bagus dan itu adalah milik OH SEHUN” ucap saem menatap sehun, sedangkan sehun tampak kaget,shok namun sangat senang

“cukkai sehun” ucap guru dan diiringi tepuk tangan oleh semua siswa

“wah sehun, bagaimana ini bisa terjadi?” ucap kai tak percaya sahabatnya dapat nilai tertinggi padahal biasanya nilainyalah yang paling anjlok dari yang anjlok

“itu rahasia” sehun kini mulai menatap kai jail

“kau tak seru sehun! Apa jangan-jangan bukan kau yang mengerjakannya” goda kai

“memang tampang ku seperti penipu? Asal kau tau ini semua hasil jerih payahku sendiri” ucap sehun dengan sangat bangga dan saat bersamaan yoomi hadir dalam pikiran sehun, sehunpun tersenyum saat mengingat yoomi yang mengajarinya

“yoomi, lee yoomi ini semua berkatmu terima kasih”ucap sehun dalam hati dan masih dengan senyuman yang sangat bangga

“terserah kau, yang jelas cukkai kau harus mentraktirku dan chanyeol saat clubbing nanti malam”

“kkamjong-ah itu masalah gampang tapi aku tak bisa malam ini ada yang harus kukerjakan”

“of course,tak masalah yang jelas kita kan berpesta,memangnya apa yang harus kau kerjakan huh?” ucap kai dengan senyuman evilnya

“RAHASIA” sehun berucap lagi dan kai yang tadinya terseyum, senyumannya langsung memudar karena tak biasanya sehun main rahasi-rahasian dengannya.

…………..

Akhirnya jam sekolahpun berakhir yoomi yang terlihat kini sudah berjalan gontai menelusuri koridor sekolah yang sepi, sepi? bagaimana tidak sepi yoomi pulang sejam karena harus piket membersihkan kelas bersama daehyun dan teman-temannya yang lain.

“mi-ahh kau tak menungguku” ucap daehyun kini mulai menyamakan langkahnya dengan yoomi

“mianhe, kukira kau yang meninggalkanku”

“aniya, tadi aku pergi ke toilet”

“hm arasseo”

Tanpa yoomi dan daehyun sadari ada dua bola mata yang sedang berjalan di belakang mereka sambil menatap dengan tajam seakan tatapan tak rela dan BINGO itu adalah sepasang mata sehun yang kini mulai panas melihat keakraban dua sejoli di hadapannya ini

“Yoomi-ssi” teriak sehun, saat itu pula yoomi dan daehyun berbalik dan menemukan sehun yang menatap mereka tajam namun masih raut wajah yang datar

“ne?” yoomi memasang muka bingung saat melihat sehun sama seperti yoomi daehyunpun ikut memasang wajah yang bingung sedangkan sehun terus melangkah mendekati mereka dan kini sehun telah tepat berada di hadapan yoomi dan daehyun

“kau harus ikut dengan ku” ucap sehun dengan wajah yang datar

“apa maksud sunbae? Kenapa harus yoomi ikut dengan mu?” daehyun yang kaget mendengar perkataan sehun akhirnya memberanikan diri untuk angkat bicara sedangkan yoomi masih menatap bingung sehun

“aku tidak mengajakmu berbicara, ini bukan urusanmu” tatapan sehun kini kembali menajam ke arah daehyun, namun daehyun tak ingin yoomi ikut dengan sehun yaitu sunbae yang termasuk ke dalam komplotan bad boy

“ini urusanku karena yoomi temanku”

Yoomi yang mulai merasakan adanya sesuatu yang tak beres dan tak ingin mereka berdua atau mereka bertiga dalam masalah tanpa banyak pikir dan menunda-nunda akhirnya yoomi berusaha untuk melerainya

“sudah daehyun gwencana” gumam yoomi dengan nada yang lembut hingga membuat daehyun yang tadinya mulai emosipun dapat meredam emosinya

“sunbae, mau apa?” lanjut yoomi sama lembutnya dengan cara bicaranya dengan daehyun

“aku ingin kau ikut dengan ku”

“aku?untuk apa?”

Tanpa menjawab pertanyaan yoomi sehun pun mengenggam tangan yoomi dan berlari membawanya pergi dari tempatnya tadi dan tindakan sehun lagi-lagi membuat daehyun menganga

“Sunbae? Kau mau mem-“

“Gwencana hyunnie kau pulang duluan saja” teriak yoomi yang semakin menjauh dari hadapan daehyun

Sehun yang masih saja terus mengenggam tangan yoomi erat terus berlari tanpa mengetahui bahwa ini yoomi mulai ngosngosan dan sulit menyamakan langkahnya dengan sehun. Yoomi akhirnya tak kuat lagi dan mulai memberontak ingin melepaskan tautan tangan sehun dan tangannya

“sun,,,bae” ucap yoomi dengan nafas yang tersedak-sedak, merasakan bahwa yoomi kini mulai kelelahan akhirnya sehun melepaskan genggaman tangan mereka dan berdiri saling berhadapan. Yoomi yang masih tampak kelelahan berusaha memperbaiki asupan nafasnya dan menghapus keringat yang kini mulai memenuhi pelipisnya sedangkan sehun mulai mengambil sesuatu dari kantongnya. Karena yoomi hanya setinggi dagu sehun mau tak mau sehun meraih teguknya kemudian mulai mengelap keringat yang bercucuran di pelipis wajah yoomi yang cantik.

“aist jantung ini kenapa si, tdk biasanya ia bereaksi seperti ini dan sehun sunbae sebenarnya apa maksud perbuatannya ini padaku membuatku jadi tambah bingung”runtuk sehun

Karena tindakan sehun kini sukses membuat jantung yoomi seakan merengek keluar dan detakannya seakan sedang berlomba lari, sehun juga tak mengerti apa yang sedang ia lakukan, yang ia tau bahwa gadis yang did depannya ini hanya sangat kelelahan dan itu semua karena ulahnya

Sehun yang masih saja menghapus keringat yoomi

“mianhe dan gumawo” ucap sehun lirih dan lagi lagi berhasil membuat yoomi bingung

“ne?”

“aist kau ini bodoh sekali tapi kenapa kau bisa sangat pintar dalam hal pelajaran” ucap sehun sambil menunjuk-nunjuk dahi yoomi dengan telunjuknya karena kesal melihat ekspresi bingung yoomi dan jujur skpresi itu terlihat sangat menggemaskan di depan sehun namun sehun terus berusaha agar tetap JAIM (jaga image).

“aist sunbae sebenarnya apa maksudmu si? Apa maksudmu membawaku kesini?” ucap yoomi seraya menepis telunjuk sehun yang dari tadi menunjuk-nunjuk dahinya dan pertanyaan yang sedari tadi yoomi pendam akhirnya berhasil meluncur dengan bebas melalui mulutnya

“hmm,,, miaanhe membuatmu kelelahan dan gumawo karena berkatmu essaiku menjadi essai terbaik dan karena itulah aku ingin berterimah kasih, makanya aku ingin mengajakmu jalan-jalan” ucap sehun seraya menatap yoomi lekat-lekat

“jalan-jalan?”

“iya bodoh apa kau tidak mengerti kata jalan-jalan”

“bodoh? Siapa yang sebenarnya bodoh disini”ucap yoomi dalam hati sungguh ‘bodoh’ itu kata yang paling ia benci dan kini sehun sudah mengatakannya untuk kedua kalinya

Melihat tidak ada reaksi dari yoomi,sehun akhirnya memukul kecil pergelangan tangan yoomi

“sakit”

“makanya kau ingin pergi atau tidak?”

“entahlah bagaimana aku ingin pergi kalau sikapmu seperti itu, kau niat berterima kasih atau membully ku si?” yoomi mulai menatap sehun dengan pandangan err sangat tajam setajam silet

“ohh jadi kau marah? Baiklah mianhe, maukah kau berjalan-jalan denganku?” ucap sehun kini mulai melembut agar yoomi mau jalan bersamanya

“jadi kau mengajakku kencan?” goda yoomi

“tidak bisa dibilang kencan si, tapi bisa juga dibilang begitu dan  sebenarnya ini jalan-jalan tanda ucapan terima kasih” sehun mulai berbicara panjang lebar sedangkan yoomi yang melihatnya hanya bisa terkekeh

“sudalah sunbae, baiklah karena sekarang aku baik ,kau mau mengajakku kemana?”

“jalan-jalan” ucap sehun polos

“aku tau mau jalan-jalan tapi mau kemana sunbae?”

“jangan banyak tanya hanya tetap mengikuti ku arasseo” sehun mulai menunduk dan mensejajarkan wajahnya dengan wajah yoomi dan sukses membuat yoomi membulatkan matanya tanpa ia sadari kini rona-rona merah sudah muncul di wajah yoomi

“hm” gumam yoomi seraya mengangguk dan tersenyum kearaah sehun plus mata yang berbinar menambah keindahan senyum yoomi

“kenapa dengan jantungku?senyumnya sungguh sangat indah ” jerit sehun dalam hati

“baiklah” melihat respon yoomi, akhirnya sehun kembali menarik yoomi menuju tempat parkiran.

………..

Tempat yang mereka kunjungi ternyata sungai han, berhubung sekarang sudah jam 16.35 KST sungai han lagi ramai-ramainya

“wah lama sekali aku tak kesini” ucap yoomi sambil duduk di salah satu bangu

“apa kau menyukainya?” sehunpun juga mulai duduk disamping yoomi

“hmm”

“kenapa? Disini tak begitu menarik, aku tadinya ingin ke mall bersama mu tapi karena kau meminta untuk ke sini jadi terpaksa” gumam sehun dengan wajah yang bingung, ia tak mengerti jalan pikiran yoomi yang sangat menikmati keindahan pemandangan yang kini terpampang nyata di hadapannya

“kanapa? Aku juga tak tau yang jelasnya aku sangat suka disini dari pada mall. Disini aku bisa melihat langit yang berwarna biru itu sangat indah bukan dari pada memandangi orang-orang yang sibuk berbelanja di mall” ucap yoomi tanpa mengedarkan pandangannya dari hadapannya memandang kagum langit yang biru sedangkan sehun seakan hanyut karena kata-kata yoomi

“terkadang kita tidak menyadari sesuatu yang indah selalu berada di dekat kita dan malah mulai mengabaikannya dan menganggapnya tak penting, jadi saat aku masih diberi kehidupan oleh tuhan aku  ingin terus memandang langit. Siapa yang tau kalau besok,lusa,sekarang bahkan detik ini tuhan bisa mencabut nyawaku makanya sebelum itu semua terjadi aku ingin menikmati semua keindahan yang tuhan berikan di dunia sebelum melihat keindahan di surga nanti” gumam yoomi dan mulai berbalik dan bingo tatapannya dengan sehun bertemu bahkan manik mata mereka seakan meneliti betapa indahnya manik mata seseorang yang berada di hadapannya sekarang.

Lumayan lama mereka saling memandang, mereka tak sadar bahwa kini jantung mereka seaakan saling berlomba lari

Sadar akhirnya yoomi mengedarkan pandangannya dan mulai menatap langit lagi, Sehun? Ia masih tak mengerti mengapa setiap memandangi wajah yoomi ia merasan sesuatu yang aneh sedang begejolak dari dalam dirinya sendiri

“sunbae, bagaimana kalau kita naik sepeda. Liatlah orang-orang itu, aku juga mau bersepeda” kata yoomi sambil menunjuk beberapa orang sedang bersepeda di hadapannya

Sehunpun menuruti permintaan yoomi, merekapun pergi ketempat sewaan sepeda

“bagaimana ini sepeda tinggal satu” ucap yoomi sambil mempotkan bibirnya

“sudalah kau saja” ucap sehun datar

“tapi tidak enak bersepeda sendiri”

“otokkeh?”

Lagi-lagi tidak menjawab pertanyaan yoomi sehun langsung menaiki sepeda dan menyuruh yoomi naik di bagian depan sepeda

“mwo?”

“naik”

mau tak mau akhirnya yoomi naik, jujur saja kini jantung yoomi mulai memompa di ambang kewataswajaran bagaimana tidak kini yoomi di bonceng oleh seorang namja di depan dan ini sama saja kalau namaja itu memeluk yoomi dari belakang

“Hangat”runtuk yoomi

“bukanka begini lebih baik” ucap sehun. Sama halnya yoomi sehun juga lagi merasakan dag dig dug nyanyian jantung seperti itu dan sangat takut jika saka yoomi bisa mendengarnya

“iya” akhirnya yoomi dan sehun berkeliling bersepeda

“bodoh, bagaimana kau bisa pintar?” tanya sehun

“sunbae jujur aku paling tak suka dikatai bodoh dan ini sudah ketiga kalinya kau mengataiku bodoh”

“3?perasaan hanya 2” ucap sehun masih menggayuh sepeda

“sebenarnya 3 hanya satunya kau tak menyadarinya”

Sehun yang mendengar kata-kata yoomi langsung berpikir tanpa memperhatikan seekor anjing kini melintas di hadapan mereka dan

BRRUUG

Mereka sukses mendarat, anjing? Jelas anjing itu tak apa-apa karena langsung lari tapi bagaimana dengan sehun dan yoomi? Tentu saja mereka jatuh dan menabrak pohon

Posisi mereka sekarang saling menindih, atau lebih tepatnya yoomi menindih tubuh sehun

Sadar bahwa posisinya kini sangat rawan , akhirnya yoomi memberanikan diri untuk menarik diri dari sehun

“gwencana?”

“tidak, aku tidak baik. Lututku berdarah bodoh dan itu semua gara-gara kau sunbae” ucap yoomi sambil memegangi lututnya yang memar dan berdarah

Melihat yoomi yang meringis kesakitan sehun jongkok di hadapan yoomi membelakanginya, bertanda menyuruh yoomi naik dipunggungnya

“naik”

“tap-“ mata yoomi kini melebar bola matanya hampir keluar bagaimana tidak, perlakuan namja aneh ini sungguh sangat aneh

“semua tanda terima kasih jadi jangan ragu-ragu” ucap kembali sehun

Akhirnya yoomipun digendong oleh sehun dan sensasi awal yang ia rasakan saat mulai mendekap punggung sehun ada ‘hangat’

“mianhe,membuatmu kerepotan” yoomi mulai mengelungkan tangannya di leher dan dagunya ia topang oleh bahun sehun

“kubilang ini semua tanda terima kasih” ucap sehun dengan nada datar tapi sesungguhnya lagi-lagi hati sehun bergejolak saat yoomi mulai menyentuh tubuhnya

“yoomi, sebenarnya apa yang kaulakukan padaku hingga aku seperti ini” runtuk sehun dalam hatinya

Sesampainya di mobil sehun mulai memasukkan yoomi dan yoomi kini sudah tertidur pulas

pantas dia berenti mengoceh ternyata sedang tidur” ucap sehun

Setelah memasukkan yoomi, dia pun juga akhirnya diapun juga masuk kedalam mobil tapi ia tak meyalakan mobilnya, sekarang ia mencoba untuk memasangkan pengaman untuk yoomi saat selesai ia sadar bahwa wajahnya kini sangat dekat dengan wajah yoomi.

Entah setan apa yang membuat sehun makin mendekatkan wajahnya ke wajah yoomi

Chu sentuhan bibir sehun kini sudah mendarat mulus di dahi yoomi, turun ke hidung dan kini bibir sehun telah menyentuh bibir yoomi walau singkat namun sehun merasakan perasaan yang tak pernah ia dapatkan saat sedang mencium seorang yeoja apalagi ciumannya kini tak ada nafsu sama sekali

“apa aku sudah gila?”sehun memaki dirinya sesaat setelah mencium yoomi, seberapa teganya ia dengan yeoja jujur baru kali ini ia mencuri sebuah ciuman dari seorang yeoja yaang sedang tertidur dengan pulas

Sehun mulai menjauhkan dirinyaa dari yoomi dan mulai menjalankan mesin mobil dengan kepala yang dipenuhi dengan berbagaim macam pertanyaan yang sungguh membuat sehun tak mengerti jawabannya sendiri

Yoomi kini telah terbangun dari tidurnya dan kaget saat  sudah berada di depan rumah namun ia sadar ia masih berada di mobil sehun

“sunbae, kenapa kau tak membangunkanku? Kau tau jam berapa ini” ucap yoomi, sehun yang tadinya sibuk dengan handponenya akhirnya mengalihkan pandangannya menuju yoomi

“aku melimatmu tertidur pulas jadi aku tak ingin menganggumu, ini sudah jam 10 malam” ucapnya santai

“mwo?10?” yoomi sangat kaget saat tau bahwa kini sudah jam 10 malam, ia tak tau apa reaksi orang tuanya jika ia pulang larut begini

“sunbae aku pulang dulu, terima kasih sudah mengajakku berjalan-jalan” ucap yoomi dengan tersenyum dan senyuman itu membuat sehun menarik pergelangan tangan yoomi dan Chu bibir sehun lagi-lagi mendarat bebas di dahi yoomi, yoomi yang kaget bukan main hanya bisa membelalakan matanya namun jujur lagi-lagi dentuhan yang sehun berikan tak bisa ia tolak karena sensasinya sangat ‘HANGAT’

“pulanglah” ucap sehun menyudai ciumannya dan tersenyum ke arah yoomi

DEG

Jantung yoomi kini mulai berirama tak normal karena senyuman sehun,senyum yang pertama kali ia lihat dari seorang sunbae yang cuek seperti sehun

“hmm pai pai” yoomi pun melambaikan tangannya dan mulai menjauh dan masuk dari rumah

“apa yang tadi aku lakukan Aist” ucap sehun frustasi sambil mengacak-acak rambutnya, dia tak tau mengapa ia tak bisa mengkontrol tindakannya jika bersama dengan yoomi

……………………

Yoomi sedang berjalan di koridor sekolah

“mi-ah” teriak seorang yeoja dan ia tau bahwa itu adalah hwangmi sahabatnya

“hwangmia-ahh aku sangat merindukannmu”ucap yoomi sambil mengunbar pelukan hwangmi

“haha nado, tapi tak biasanya kau bersikap manja denganku mi-ah”goda hwangmi. Hwangmi sangat hapal dengan tingkah laku yoomi kalau dia sedang bermanja-manja seperti ini pasti ada sesuatu yang membuatnya senang

“naega? Memangnya salah bermanja-manja dengan sahabatku sendiri huh?” yoomi kini mulai menggembungkan pipinya dan menatap hwangmi

“aist berhenti bersikap begitu, kau buka yoomi yang ku kenal jika kau sok imut”

“aist, kau ini” ucap yoomi sambil mencitak kepala hwangmi

“YA! Lee yoomi apa yang kau lakukan huh?” hwangmi merasa kesakitan karena ulah yoomi

“hahaha kau sangat lucu hwangmi jika sedang marah” ucap yoomi sambil tetawa sedangkan hwangmi melihat sahabatnya itu tertawa juga mulai tersenyum

“mi-ah sebenarnya aku sengaja menemuimu?”

“memangnya ada apa? Apa ada Pr mu yang tak kau mengerti?”

“ani” ucap hwangmi sambil menggelengkan kepalanya pelan

“lalu?” ucap yoomi penasaran dengan hwangmi

“aku sering melihatmu bersama seorang namja? Namja itu siapa?”

“apakah dia melihatku dengan sehun sunbae”pikir yoomi

“seorang namja sepertinya sekelas denganmu” lanjut hwangmi, yoomi yang sempat berpikir bahwa hwangmi melihatnya bersama sehun ternyata salah total yang hwangmi liat adalah Daehyun

“daehyun maksudmu?”

“hmm”

“kenapa dengan dia?”

“tidak apa-apa”

“kurasa kau menyukainya hwangmi?” goda yoomi karena ia melihat semburan merah kini berhasil muncul di wajah hwangmi

“a,,nn,,ia” kata hwangmi terbata-bata karena apa yang dikatakan yoomi memang benar hwangmi menyukai daehyun

“haha kau tak pandai berbohong di hadapanku Bodoh”

“aist kau ini, aku tau kau pintar tapi jangan mengataiku bodoh” nada bicara hwangmi mulai  naik ia kesal karena sahabatnya kini mulai bebas mengejeknya

“ne, apa kau ingin aku bantu bersma daehyun”

“apa kau bisa?”

“tentu saja, soal cinta itu tidak menggunakan rumus jadi sangat gampang tak seperti matematika,kimia ataupun fisika” celetuk yoomi

Hwangmi tak merespon perkataan dari yoomi, ia malah diam dan membulatkan matanya saat melihat seseorang kini mulai mendekat dari belakang yoomi

“mi-ah kau sedang apa disini?” ucap seorang namja mendengar itu yoomi lansung berbalik dan berhasil menatap daehyun

“ahh hyunnie, ani aku hanya sedang berbicaa dengan sahabatku”

“ohh dia hwangmi itu yah?” tanya daehyun dan mendapat anggukan dari yoomi

“hwangmi” panggil yoomi sambil meyiku pelan hwangmi yang tadi hanya bisa diam tak bergeming

“ah ne?”

“hwangmi, ini daehyun, daehyun ini hwangmi” ucap yoomi

“anyeong senang bertemu denganmu”ucap daehyun sambil tersenyu ke arah hwangmi dan menuntuk pelan

“ne, senang bertemu denganmu”hwangmi membalas senyuman daehyun, yoomi yang melihat pemandangan itu hanya bisa terkekeh pelan baru kali ini ia melihat hwangmi yang salah tingkah

“kalian berbincanglah sebentar, aku ingin keperpustakaan mengambil  buku” ucap yoomi

“Mi-ah” ucap hwangmi dan daehyun secara bersama-sama, yoomi lagi-lagi mendengar itu haya terkekeh sedangkan daehyun tertawa kecil dan mulai menggaruk leher belakangnya yang jujur tidak gatal

“haha kalian berdua sangat mirip, memanggil namakupun sama. Sudalah enjoy saja kalian ngobrollah sebentar aku ingin mengambil beberapa buku diperpustakaan” selesai berucap dan mendapat anggukan dari kedua sejoli itu akhirnya yoomi pergi menuju perpustakaan

Diperjalanannya dia tak mengaja bertemu dengan sehun beserta komplotan-komplotannya

“Hai sunbae” ucap yoomi sambil tersenyum dengan senyuman khasnya dengan lambaian tangan

“sehun-a kau mengenalnya” ucap salah satu teman sehun yang tingginya bagaikan N seoul tower

“ani” ucap sehun acuh tanpa menatap yoomi, dan yoomi yang mendengarnya hanya bisa menganga ia tau saat mendegar perkataan sehun itu membuat hatinya bagaikan ditusuk oleh seribu jarum yang sangat tajam

“hei yeoja, jika sehun tak mau denganmu denganku saja” kini seorang namja yang memiliki kulit tan mulai angkat bicara

“kai sudalah, ayo pergi mungkin dia hanya seorang yeoja yang ingin cari perhatian dengan”ucap sehun dan mulai melangkah menjauh dari hadapan yoomi

Yoomi kini masih diam tak bergeming mencoba untuk mencerna semua kata-kata pedas yang sehun luncurkan dari mulutnya

Tes

Tes

Tes

Kini air matanya berhasil jatuh, ia mulai terisak sambil berlari menuju perpustakaan tempat yang menurutnya bisa membuatnya tenang

Yoomi tak tau sebenarnya apa gunanya ia menangis terlebih lagi menangisi seseorang yang sama sekali tak menganggapnya, ia juga tau mengapa hatinya begitu sakit saat sehun mengatakan ucapan pedasnya itu, dan lagi mengapa ia begitu bodoh dalam hal menilai orang

“kenapa aku begitu bodoh bisa mempercaai napaeun namja seperi dia, kenapa aku bodoh sekali dalam menilai orang, bagaimana aku bodoh sekali” yoomi tak henti-hentinya mengatai dirinya ‘bodoh’ kata yang paling ia benci namun berhasil keluar dari mulutnya sendiri untuk mengatai dirinya sendiri

Yoomi terus terisak di balik rak-rak yang penuh dengan buku, ia menangis hingga tak sadar bahwa ia membolos karena kelakuan bodohnya

Dan saat mulai merenungi kesalan fatalnya, bagaimana mungkin seorang seperti sehun mau dengan yoomi,yeoja miskin dan udik dan bodohnya yoomi sempat berpikir bahwa sehun menyukainya hanya dengan ciuman yang menurut yoomi kini sangat mengotori wajahya

Yoomi akhirnya mulai berdiri dan berjalan menuju wc, ia tak peduli seberapa bengkaknya matanya gara-gara napeun namja seperti sehun. Ia mulai membasuh wajahnya dan menatap pantulan dirinya di cermin yang terlihat sangat menyedihkan

“aku memang miskin dan udik tapi mengajaa juga aku harus menyedihkan seperti ini hanya dengan namja brengsek sepertinya” ucap yoomi menatap pantulan dirinya dan menatap tajam dirinya sendiri

Setelah yoomi tampak baik akhirnya iapun keluar dari toilet bermaksud kembali kekelasnya

“mi-ah kau kenapa?” daehyun yang kaget saat melihat yoomi dengan wajah yang sangat menyedihkan

“gwencana, tolong jangan beritau hwangmi kalau keadaanku seperti ini” ucap yoomi lirih seraya menarik kursi dan mulai duduk sambil menenggelamkan wajahnya dibalik lengannya

Daehyun yang tak mau mengurusi urusan yoomi tak bisa berbuat apa-apa

…..

Yoomi yang daehyun semakin hari semakin dekat,dan berkat daehyun yoomi dapat melupakan masalahnya namun nihil untuk bisa melupakan sehun serta kenangan-kenangan sehari yang ia berikan kepada yoomi

“mi-ahkau ta bawa bekal kan? Ayo kita kekantin, kata hwangmi dia akan mentraktir kita” ucap daehyun yang merengek sambil memegangi lengan yoomi, sedangkan yoomi terkekeh pelan melihat kelakuan manja daehyun

“hyunnie, seberapa dekat kau dengan hwangmi?” goda yoomi

“apa maksudmu?”

“biasanya hwangmi akan mengejakku duluan tapi kini ia sudah mengabaikan ku dan malah mengajak kau duluan huh kalau sampai kudapatkan anak itu kan kunjambak rambutnya hingga botak” ucap yoomi dan daehyun yang mendengar itu melepaskan ikatan tangannya dan mulai cemberut

“hahaha” yoomi selalu berhasil tertawa jika daehyun cemberut

Tanpa yoomi sadari ada sepasang matanya yang menatap tajam kearah yoomi dan daehyun

………………..

“sehun-ah” panggil luhan saat melihat adik sepupunya sedang melamun di balkon kamar adik sepupunya itu

“ne hyung” sehun membalas perkataan luhan tanpa mengalihkan pandangannya ke langit

“kenap kau dari tadi merenung di sini?”

“aku tak tau, tapi aku sangat ingin melihat langit” ucap sehun masih tanpa mengalihkan pandangannya ke langit

“kau tampak berbeda hari ini”

“hyung seseorang pernag berkata padaku “terkadang kita tidak menyadari sesuatu yang indah selalu berada di dekat kita dan malah mulai mengabaikannya dan menganggapnya tak penting, jadi saat aku masih diberi kehidupan oleh tuhan aku  ingin terus memandang langit. Siapa yang tau kalau besok,lusa,sekarang bahkan detik ini tuhan bisa mencabut nyawaku makanya sebelum itu semua terjadi aku ingin menikmati semua keindahan yang tuhan berikan di dunia sebelum melihat keindahan di surga nanti” seperi itu hyung dan apa kau mengerti apa maksudnya?”

“apa seorang yeoja berhasil mengubahmu seperti saat ini” luhan mulai tertarik dengan arah pembicaraannya karena baru kali ini ia melihat keadaan sehun yang sangat menyedihkan

“hmm, kata-katanya seperti sedang menyidirku yang sering mengabaikan semua orang yang menyayangiku” ucap sehun lirih dan kini pandangannya ia edarkan hingga menatap luhan

“kelihatannya dia memang sedang menyindirmu”

“benarkah? Kurasa hyung benar dan bodohnya aku menyia-nyikannya hingga kini telah pergi jauh dari ku” sehun mulai mengingat perkataannya yang ia lontarakan pada yoomi saat sedang menyapanya

“kurasa kau harus mengejarnya kembali, tapi sebenarnya siapa dia?” luhan mulai mengintrogasi adik sepupunya yang terlihat sangat menyesal

“tapi sudah ada namja yang selalu bersamanya bahkan jika bersama dengan namja itu senyumannya selalu hadir dan jujur itu selalu membuat hatiku sakit sangat sakit jika melihatnya tertawa gara-gara namja lain bukan karena ku”

“namja pacarnya?atau suaminya?”

“aku tak tau”

“jika kau tak tau mengapa kau tak memastikannya sendiri, jangan siksa dirimu dengan menduga-duga kepastian yang tak kau ketahui” ucap luhan mantap

“baiklah aku akan mencobanya”

“tapi kau belum menjawabku, sebenarnya siapa yeoja itu?” tnya luhan dengan senyum evilnya

“RAHASIA” ucap sehun dan pergi meninggalkan luhan

……….

Yoomi tengah sibuk membaca buku di perpuskan tiba-tiba ada sebuah tangan yang mengenggal tangannya dan menariknya menuju sebuh pelukan, yoomi kaget ia tak tau siapa yang kini telah menarik tubuhnya mendekap kedama pelukan seorang namja dengan dada yang bidang merasa was-was ia pun mulai memberontak namun hasilnya nihil namja itu tetap mengeratkan pelukannya

“tolong tetap seperti ini sebentar” ucap namja itu, yoomi yang mendengarnya langsung kaget suara yang lama tak didengarnya suara yang oernah membuatnya menangis

“lepaskan” rengek yoomi dan kini air matanya mulai mengalir lagi

Merasakan baju yang basah sehunpun mulai melepaskan pelukannya dan mentap gadis itu dengan lirih

Air mata yoomi terus mengalir, tak tau harus apa akhirnya sehun mengengkat jari-jarinya menuju permukaan wajah yoomi dan degan satu sapuan ia berhasil mengpus air mata yoomi

“mianhe” ucap sehun

“….”

Sehun mulai mensejajarkan wajahnya dengan yoomi mencari-cari keberadaanya lewat manik mata yoomi namun yang ia dapatkan hanya tatapan mata kosong yang yoomi pancarkan saaat menatapnya

“omi-ah Mianhe jeongmal mianhe” sehun sangat bersungguh-sunggu berminta maaf bahkan saat ini ia telah sadar bahwa yoomi berhasil membuat sehun jatuh cinta

Sedangkan yoomi yang menatap sehun kini telah berhasil menemukan suatu katulusan namun ia takut terjatuh lagi ia takut ia di abaikan lagi dan takut perasaan sukanya pada sehun bukannya berkurang tapi malah bertambah suka pada sehun

Yoomi berbalik dan ingin pergi dari tempat itu tapi sayang usahanya GAGAL TOTAL tangan besar sehun kini mengenggamnya saangat erat

“mianhe” ucap sehun

“aku tak mengerti sikap sunbae, sebenarnya ada apa denganmu sunbae?” yoomi mulai kesal

“aku ingin kau memaafkanku”

“memang sunbae punya salah apa denganku” ucap yoomi datar

“aku mengacuhkanmu,tak membalas senyumanmu dan tak ingin kau berada di dekatku”

“we?”

Sehun diam tak tau mau menjawab apa

“karena kau malu jalan dengan gadis miskin seperti ku kan?” ucap yoomi sambil menatap tajam sehun

Lagi-lagi sehun tak tau harus berkata apa untuk membalas perkataan benar dari yoomi

“sudalah sunbae aku sudah sangat mengenalmu” ucap yoomi dan membalikkan tubuh namun lagi-lagi sehun menari yoomi dalam pelukannya

“kau belum mengenalku, apa aku mendengar detak jantungku?, aku tidak tau kenapa jantungku selalu berdetak tak normal saat dekat denganmu namun saat ini telah kutemukan jawabannya”

Yoomi benar-benar bisa mendengar dan merasakan detakan jantung sehun yang sangat dekat tapi bukan hanya jantung sehun berdetak seperti itu jantung yoomi pun sama detakannya dengan sehun

“hangat bukan?” tanya sehun

Namun yoomi tak tau harus menjawab apa, ia malu jika harus mengakui kehangatan pelukan sehun

“memang pada awalnya aku malu, tapi entah mengapa perasaan itu berubah menjadi rindu saat tak melihatmu namun parasaanku juga bisa sangat marah jika melihatmu tertawa dan tersenyum karena namja lain, jadi mohon maafkan aku” ucap sehun

Yoomi berusaha tak kemakan ucapan sehun ia masih tak percaya sehun bersungguh-sungguh meminta maaf

“aku ragu memaafkanmu sunbae” ucap yoomi

“Ragu?”

“ia karena jika aku memaafkanmu hari ini mungkin besok kau akan melupakanku”

“itu tidak akan terjadi”

“bagaimana aku bisa percaya?”

Sehun yang mendengar itu akhirnya melepaskan pelukannya dan mulai menarik yoomi keluar dari perpustakaan semua mata melirik mereka bahkan tak sedikit yeoja yang notabene adalah fans sehun menatap tajam yoomi

“apa yang kau lakukan sunbae”

“kau bilang ingin kubuktikan sekarang aku sedang membuktikannya” sehun berhenti di tengah-tengah lapangan basket indor  semua orang menatap mereka

“LEE YOOMI AKU OH SEHUN INGIN MEMINTA MAAF dan SARANGE ” teriak sehun yoomi yang kaget dengan tindakan sehun bingung apa yang harus ia lakukan jujur kini hampir semua mata memandang aneh kepadanya dan perkataan sehun yang terakhir membuatnya diam tak bergeming

“maafkan” teriak seorang namja dan itu adalah Luhan

“maafkan,maafkan” teriak chanyeol dan kai

“maafkan,maafkan” kini daehyun dan hwangmi juga ikut berteriak hingga akhirnya semua orang yang menatap ikut berteriak ‘maafkan’

Yoomi yang malu mau tak

“iya aku maafkan” ucap yoomi lirih

“APA? AKU TAK MENDENGARNYA” teriak sehun

Semua teriakan tadi terhenti kini suasana hening menunggu jawaban YOOMI

“AKU MEMAAFKANMU BODOH” teriak yoomi dan senyuman sehun akhirnya terpampang nyata dihadapan yoomi saat ini

Sorak-sorak orang akhirnya mewarnai suasana lapangan basket indor itu, yoomi yang malu akhirnya menunduk ia bingung apa yang harus ia lakukan

GREB

Sehun kini menarik yoomi lagi dalam pelukannya dan membuat semua orang-orang membelalakan matanya

“aku malu bodoh” ucap yoomi

“aku sudah membuktikannya bukan”

“hmm, lepaskan pelukanmu”

“sebelum kau membalas pelukanku kau tak akan pernah bebas” sehun kini tersenyum dengan ancaman yang ia berikan kepada yoomi. Pasrah yoomipun membalas pelukan yoomi

“mulai sekarang kau jadi milikku” ucap sehun disela-sela pelukannya

“mwo? Milikmu?”gumam yoomi dengan wajah yang sangat-sangat bingung

“Bodoh, mulai sekarang jangan pernah tertawa,tersenyum ataupun menangis di depan namja lain kau hanya boleh melakukan itu dihadapanku, AKU HANYA AKU” ucap sehun meneknkan kata AKU

“kenapa begitu,karena kau milikku”

“aku masih tak mengerti”

Sehun melepaskan pelukannya meraih teguk yoomi Chu- satu ciuman kini mendarat bebas di dahi yoomi, bukan hanya orang-orang yang membulatkan mata saat melihatnya yoomi pun membulatkan matanya seperti bola matanya hampir keluar

“sehun kau mesum” teriak chanyeol dan berhasil membuat suasana yang sehun nikmati hacur seketika

Yoomi diam bagaikan patung tak berani bergeming,sedangkan sehun terkekeh saat melihat tingkah yeoja yang sungguh sangat ia sayangi

Sehun mulai berlutut dan diwarnai teriakan yeoja-yoja yang panik melihat tingkah sehun

“omi-ah Sarange jeongmal sarange, aku tau peasaan ku mungkin terlalu cepat bahkan terlalu lambat karena baru menyadarinya dan jujur saja setiap berada di dekatmu jantung seakan bernyanyi dan jika bersamamu entah perasaan ku selalu aneh, tak biasanya aku bersikap lembut pada yeoja tapi saat bersama mu aku ingin selalu bersikap lembut dan ingin selalu menjaga,melindungimu kemudian mencintaimu SELAMANYA” ucap sehun

Yoomi mendengar itu sukses menurunkan air mata

“Nado sarange sunbae” tanpa membabibuta sehun menarik yoomi dalam dekapan yang sangat erat ia sangat senag akhirnya kegelisahannya bisa teratasi

“jadi dengar mulai sekarang jauhi Daehyun oke?”

“tak bisa”

Sehun membulatkan mata dan menatap tajam yoomi “we?”

“karena dia pacar sahabatku, bagaimana aku bisa jauh dari dia Bodoh”

“jadi selama ini kau cemburu dengan daehyun hah?” lanjut yoomi

“bisa dibilang begitu, kau gampang sekali tertwa bahkan tersenyum di depan daehyun dengakan aku?” ucap sehun

Yoomi yang mendengar kata-kata terkekeh kecil kemudian mencium pipi putih sehun, sehun ang kaget langsung tersenyum

“apa kau tak sadar sekarang orang-orang menatapmu”senyum evil sehun menggoda yoomi

Tanpa pikir panjang akhirnya yoomi berlari meninggalkan kerumunan orang yang tadinya sedang menggelilingi dirinya dan sehun

“bodoh tadi itu apa yang kulakukan? Mana harga dirimu bodoh” gerutu yoomi tanpa ia sadari sehun ternyata berlari kecil di belakangnya dan masih bisa mendengar gerutuan yoomi

“omi-ah” mendengar seseorang memanggilnya ia pun berbalik

“SARANGE” ucap sehun mengubar pelukan pada yoomi

“nado sarange” yoomipun membalas pelukan hangat yang sehun berikan kepada yoomi

“HEI APA YANG KALIAN LAKUKAN DI SITU?” teriak saem heechul saat melihat sepasang murid saling berpelukan

“LARI”

tanpa pikir panjang yoomi dan sehunpun berlari sambil saling mengenggam tangan dan tertawa bersama

FIN

RLC OKEY



Yours, Only Me (Her Family)

$
0
0

YOM (HF) cvr

Title                 : Yours, Only Me (Her Family)

Author             : Leon

Genre              : Romance

Length             : Series

Rating             : PG-15

Main Cast        : Park Chanyeol (EXO) ; Choi Inhi (OC)

 

“Fine, you know I never say no to you!”

 

“Ini berkas-berkas yang perlu anda tandatangani, sajangnim.”

Yoon Jeyoung, sekretaris Park Chanyeol menaruh 1 map berisi beberapa kertas ke hadapannya. Mata gadis itu menatapnya lapar, tidak peduli akan kesantunan yang diutamakan di perusahaan tersebut. Sudah bukan rumor lagi kalau Park Chanyeol, pemilik Exo Corporation memiliki ketampanan yang patut diperhitungkan untuk masuk nominasi pria tampan abad ini. Dengan tubuh tinggi proporsional, kepintaran diatas rata-rata, sukses diusia muda, dan tentu saja pesona yang dia miliki, siapapun yakin wanita normal jenis apapun tidak akan sanggup menolaknya.

Menurut kabar yang beredar, hampir seluruh karyawan wanita di perusahaan itu tertarik pada atasan mereka. Tidak yang masih single atau sudah berkeluarga, mereka sama sekali tidak imun pada pesona Park Chanyeol. Dan pria itu sadar setiap kali ada karyawati yang datang ke ruangannya ataupun ketika dia lewat, para wanita itu akan memandangnya penasaran. Senyum ramah Chanyeol selalu terlempar gratis untuk mereka nikmati. Suara berat Chanyeol akan membalas sedikit apapun salam mereka. Dan dia tidak mempermasalahkannya selama mereka bekerja profesional untuknya.

“Ne, akan kutandatangani setelah kubaca. Terima kasih.”

“Ye, sajangnim.”

Sekretaris itu langsung keluar setelah membungkuk di hadapannya. Meninggalkannya sendiri bersama pekerjaannya. Chanyeol melirik jam yang tergantung di dinding, pukul 12.30. Waktunya makan siang, dan dia sama sekali tidak berniat beranjak dari kursi besarnya ini. Baru saja dia akan membuka map yang baru didapatnya tadi ketika ponselnya berbunyi. Nama Choi Inhi terlihat di layar yang berkedip-kedip itu.

Tanpa menunggu apa-apa, Chanyeol mengangkat panggilan itu dan tersenyum simpul ketika suara Inhi terdengar di sana.

“Yoboseyo, Nyeol?” Dia menyandarkan punggung ke sandaran kursi masih dengan senyum di bibirnya. Rasa suntuknya seolah menguar ke udara digantikan rasa lega yang teramat sangat ketika suara gadis itu tertangkap gendang telinganya. Seperti air es selepas olahraga, yang dia inginkan, yang dia butuhkan.

Are u there? If not I’m gonna turn it off.”

I’m here.” Sahut Chanyeol cepat. Dia melepas kacamata yang membingkai wajahnya lalu mengurut tulang hidungnya.

“Belum makan siang, ya?”

“Belum, kenapa?”

“Bagaimana kalau kita makan siang bersama? Aku sedang menunggu lift untuk ke ruanganmu, lantai 7, kan?”

“Yap~ Kau bawa makanan?”

“Tentu. Sudah ya, aku sudah di dalam lift,” ucap gadis itu lalu tanpa persetujuan Chanyeol dia menutupnya. Chanyeol menggeram kesal, hal yang bisa dia lakukan hanya satu. Menunggu pintu jati ruangannya terbuka dan Inhi muncul di sana.

Chanyeol baru akan memakai kacamatanya kembali ketika suara ribut-ribut terdengar dari luar.

“Kenapa aku tidak boleh masuk? Aku hanya akan memberinya makan siang.”

Chanyeol mengintip dari dalam ruangannya yang memang ditutupi kaca dari balik pintu. Inhi di sana, dengan gaun santai abu-abu dan kardigan hitam tengah meributkan sesuatu dengan Jeyoung, sekretarisnya. Dia tersenyum geli melihat Inhi memasang wajah tidak terima sambil menatap Jeyoung geram. Tentu saja karena sekretarinya itu tidak membolehkan Inhi masuk seenaknya, sebagaimana peraturan kantor yang telah ditetapkan.

“Karena Chanyeol sajangnim hanya bisa ditemui kalau anda sudah membuat janji.”

“Aku sudah membuat janji!”

“Tapi nama Choi Inhi tidak ada di daftar orang yang akan ditemui Chanyeol sajangnim hari ini.”

Inhi menggeram kesal. Terlalu kentara di wajahnya hasrat untuk menjambak rambut lurus panjang Jeyoung hingga habis.

“Bisa kau tanyakan dulu padanya kalau aku datang? Dia pasti akan membolehkanku masuk”

“Maaf, tapi sajangnim sedang sibuk dan tidak dapat diganggu, walaupun saat jam makan siang.”

“Tidak dapat diganggu? Baru saja dia terdengar sangat senang ketika menjawab teleponku!”

Chanyeol kembali terkekeh dibalik pintu. Apa rasa senangnya terlalu jelas tadi?

“Tetap tidak boleh, agashi!”

“Kau menyukainya, ya?”

Jeyoung tergugup, “t-tidak! Kalaupun iya itu bukan urusanmu sama sekali, agashi.”

“Aku hanya akan mengantarkan makan siang untuknya, tidak beracun!”

“Kau bisa menitipkannya padaku kalau kau mau.”

“Shireo, aku akan mengantarkannya sendiri!”

“Tidak bisa. Titipkan atau aku panggil security untuk mengusirmu karena membuat keributan di sini.”

Oh okay, sudah cukup untuk bermain petak umpet begini. Chanyeol pun membuka pintu dan mendapati beberapa pasang mata tertuju padanya. Tapi hanya satu tubuh yang menjadi pusatnya saat ini. Choi Inhi, gadis itu terlihat lebih cantik daripada saat ia lihat dibalik kaca.

“Nyeol!” Gadis itu langsung berlari lalu memeluk pinggangnya. Menatap sengit sekretaris tadi seolah berkata ‘how is it? jealous?‘ Dengan sebelah alis terangkat.

“Jeyoung-shi, lain kali kalau dia datang kau langsung saja suruh dia langsung masuk. Kecuali kalau aku ada meeting di sini.”

Bersamaan dengan itu, Chanyeol merangkul pundak Inhi untuk masuk ke dalam. Meninggalkan sekretarisnya itu dengan wajah kaget sekaligus menahan malu.

“Kau tahu ruanganku dari mana?” Tanya Chanyeol begitu pintu ditutup. Menatap Inhi yang berjalan cepat ke sofa putih di tengah ruangan lalu duduk di sana. Menaruh paper bag yang dia yakin isinya makanan di meja berikut menepuk-nepuk tempat di sebelahnya. Menyuruh Chanyeol duduk.

“Kau punya resepsionis kan? Nah itu.”

“Sekretarismu menyebalkan sekali, kau tahu? Kenapa tidak diganti saja, sih? Seperti tidak ada yang lain saja,” lanjut Inhi dengan kepala mendongak menatap Chanyeol yang berdiri di seberang meja.

“Kerjanya bagus. Lagipula dia cukup memenuhi kriteria sekretaris ideal. Rajin, pintar, cantik, dan sexy tentu saja.”

“A-apa?! Sexy? Aku bertaruh dadanya itu pasti plastik!” Geram Inhi lalu membuka cardigannya dan menggelung rambutnya ke atas. Entah kenapa tiba-tiba suasana ruangan Chanyeol menjadi panas. Dia yakin pendingin ruangannya masih dalam kondisi bagus.

“Memangnya kau bisa bedakan mana yang plastik atau asli?” Tanya Chanyeol yang langsung membuat gadis itu menatapnya tidak percaya. “Hell, aku wanita! Terlebih aku calon dokter.” Sahut Inhi lalu menyandarkan tubuh ke sandaran sofa.

Okay, that’s a lie if she says she feels nothing. Karena nyatanya dia merasa Chanyeol membandingkan dia dengan si sekretaris itu. Well, dia tidak akan mengaku kalah dan mundur begitu saja karena.. Yuck! Dia benci kekalahan. Kalau sudah begini, dia akan introspeksi diri dan memperbaiki sisi yang dia anggap tidak lebih baik dari wanita dada plastik itu.

Chanyeol tertawa, mengangkat bahu kemudian duduk di samping Inhi. Dia mengambil satu kotak makanan dan membukanya. Seperti biasa, makanan yang Inhi berikan padanya selalu lengkap. Tidak seperti hidupnya dulu yang menganut asas makan apapun asal tetap hidup.

“Kau menyukainya ya?” Cetus Inhi akhirnya.

Sejurus kemudian dia mendapati Chanyeol menatapnya horor. “Pertanyaan bodoh! Jelas-jelas kau sudah tahu jawabannya.”

“Oh? You like her.”

“Hah?”

You. Like. Her.”

“Aku sebenarnya tidak pernah mau mengatakanmu bodoh, tapi sepertinya kali ini.. Well.. Kau tahu apa yang mau aku katakan.”

“…”

“Aku bahkan sudah memanggilmu dengan panggilan aneh dan kau masih tidak mengerti?”

“Panggilan.. Aneh?”

Baby, hubby, sweety, hunny?”

Inhi tertawa lalu dengan gemas menjepit hidung Chanyeol dengan telunjuk dan ibu jarinya. Dia senang, tentu saja. Oh, haruskah dia mengibaskan rambut di depan sekretaris berdada plastik itu?

“Yak! Jorok sekali!” Jerit Inhi ketika Chanyeol berniat memasukkan ibu jarinya ke hidung pria itu. Dan tanpa bisa ditahan tawa keduanya memenuhi seisi ruang kerja tersebut.

“Ngomong-ngomong, terimakasih,” ucap Inhi lalu mengambil sepotong salmon dengan sumpit.

“Untuk?”

“Uang yang kau transfer ke rekeningku. Tidakkah itu berlebihan? Jumlahnya hampir sebanding dengan uang belanjaku setahun.”

Chanyeol menyuapkan nasi ke mulutnya, mengunyah sesaat, lalu memandang gadis itu sambil mengangkat bahu. “Kudengar kau suka belanja. Jadi kupikir kau pasti rindu masa lalumu. Oh ya, kalau tidak salah dengar sekitar 1 jam yang lalu beberapa karyawati di sini berkata kalau charles and keith baru mengeluarkan produk baru, limited edition.”

Masih dengan sepasang sumpit menempel di bibir, Inhi mengerjap. Oh God, how can this guy being so care of me? Detik berikutnya dia menyandarkan kepalanya ke pundak Chanyeol. Hangat.

Close your eyes!” Perintah Chanyeol kemudian dan Inhi menurutinya. Dia mengambil brokoli yang berukuran paling besar diantara potongan yang lain, menatap gadis itu untuk memastikan dia masih menutup mata. “Say aaa!”

“Aaa..” Inhi membuka mulutnya. Chanyeol memasukkan brokoli tersebut ke mulut Inhi lalu tertawa keras. Gadis itu sendiri membuka matanya dengan alis mengkerut. Mengunyah pelan makanan di mulutnya, menerka-nerka. Dengan satu gerakan cepat dia mengambil botol air putih di meja lalu meneguknya hingga setengah. Hell! She hates broccoli! Tidak peduli seberapa besar kandungan vitamin di dalamnya. Sayuran itu lebih terasa seperti rambut ketika hancur di mulut.

You okay?” Tanya Chanyeol ketika tawanya reda. Dia bahkan harus memegangi perut saking semangatnya tertawa. Dia rela mendapat omelan Inhi tiga kali lipat demi melihat wajah konyol gadis itu lagi. Bersamaan dengan itu dia menyadari otaknya yang sebelum jam makan siang tadi serasa mau pecah kembali segar. Hanya dengan melihat Choi Inhi. Kalau begini, Chanyeol rela menghabiskan jam makan siangnya lebih lama beberapa menit kalau gadis itu bersamanya.

Definitely not! Jahat!” Omel Inhi lalu mengelitiki pinggang Chanyeol hingga pria itu setengah telentang di sofa. Tertawa keras sambil berusaha menahan tangan gadis itu agar berhenti mengelitikinya. Beruntung mulutnya tidak sedang mengunyah apapun. Kalau iya mungkin dia harus dibawa ke rumah sakit lantaran tersedak hebat. Gadis itu sendiri sudah berlutut di atas sofa dengan serangannya yang bertubi-tubi.

Please stop!” Teriak Chanyeol namun kembali tertawa ketika telunjuk Inhi terasa bergetar di pinggangnya. Beberapa detik kemudian Chanyeol menarik tangan Inhi hingga gadis itu menimpa tubuhnya. Tidak ada cara lain. Kepalanya sedikit pusing karena terlalu banyak tertawa. Oh, akan lebih baik kalau dia menyusun rencana untuk membalas perbuatan gadis itu nanti.

See? Karyawati-karyawatimu pasti iri padaku,” ucap Inhi saat sudah bangun dari dada Chanyeol. “Mereka mengintip dari tadi. Harusnya kau memasang tirai di sekeliling ruanganmu ini. Kalau kau mau ganti baju bagaimana? Mereka pasti akan memvideokanmu lalu menyebarkannya di internet.”

Chanyeol terkekeh, “mereka memang sering melirikku. Tapi tenang saja, aku tidak pernah mengganti baju di sini. Kau lihat pintu itu?” Chanyeol menunjuk satu-satunya pintu yang berada di ujung. Gadis itu mengangguk. “Itu kamar mandi yang luas dan cukup untuk kita berdua.”

“Oh, ne… W-WHAAAT?” Pekik gadis itu bingung tapi Chanyeol hanya mengangkat bahunya misterius dan kembali makan.

***

I got something special, really really special and my heart’s gonna burst because of it!” Pekik Inhi senang sambil memasukkan kembali kotak-kotak makanan ke dalam paper bag.

What was that?” Chanyeol menatapnya antusias. Inhi sendiri masih sibuk tersenyum, membiarkannya penasaran seorang diri. Oh, dia baru sadar kalau gadis tersebut menggunakan kontak lens hari ini. Abu-abu, sewarna dengan bajunya. Rambut bergelombangnya yang digelung ke atas memperlihatkan tulang selangkanya yang menimbul indah di bawah leher. Beberapa helai rambut yang menjuntai turun pun seolah membingkai wajahnya.

“Skripsiku diterima!” Satu detik kemudian Inhi sudah menghambur memeluk pinggangnya hingga dia bisa mencium feromon gadis itu. Aroma favoritnya baru-baru ini. Rambut panjang ikal yang beraroma seperti lily, lalu tubuh semampai gadis itu tercium seperti permen. Manis dan khas. Sekali dia mencium perpaduan kedua aroma itu, dia pasti sadar ada Inhi di sana. Chanyeol jadi berpikir apa sensasi yang akan dia dapat kalau dia merasakan tubuh gadis itu.

“Woaaa cukkhae!! Aku akan memikirkan hadiah setelah ini” Chanyeol mengusap kepala Inhi yang berada di dadanya. Dia senang bila gadis itu senang.

“Ah untung kau bicara soal hadiah, keponakanku ulang tahun lusa. Aku akan membelikannya kado, kau mau ikut?” Tanya Inhi lalu mengangkat kepalanya menatap Chanyeol.

“Kita bisa pergi setelah kau pulang,” lanjut Inhi ketika mendapati Chanyeol menatapnya ragu. Oh yeah, he won’t leave the works just for gifts. She knows it.

“Boleh. Tapi janji jangan pakai baju terbuka seperti ini.” Jawab Chanyeol sambil mendelik pundak Inhi yang hanya ditutupi sepasang tali tipis.

“Aku, kan pakai kardigan hari ini, Nyeol. Di depanmu saja aku terbuka begini.”

“Begitu?” Tanya Chanyeol memastikan. Gadis itu mengangguk semangat kemudian tersenyum lebar hingga ekor matanya tertarik ke atas.

How if I ask you for naked?”

NO WAY! Stupid.”

Chanyeol tertawa. Damn! This girl looks totally cute. Dia jadi bertanya sendiri apa Inhi bisa lebih cute dari ini. Rasanya gelar dokter yang terkesan serius sama sekali tidak berpengaruh untuknya. Dibalik semua keseriusannya saat belajar dan sifat cerewetnya, dia tetap Inhi. Gadisnya yang ramah, penuh candaan, dan tentu saja hangat. Sosok yang selama ini menunggunya di rumah. Alasannya untuk selalu pulang. Satu-satunya gadis yang berpengaruh dihidupnya saat ini. Yeah, saat ini, dan dia berharap untuk seterusnya akan sama.

“Baiklah, aku pulang. Bekerjalah dengan baik.”

Inhi meraih kardigan yang tadi dilampirkan ke samping sofa lalu memakainya kembali. Berdiri dengan satu paperbag berisi kotak-kotak makanan kosong di tangan kirinya, kemudian menatap Chanyeol. Tidak perlu mendongak, karena heels yang dia kenakan hari ini telah membuat tingginya sebatas hidung Chanyeol.

This, this, or this?” Tanya Chanyeol sambil menunjuk dahi, pipi, dan bibirnya bergantian. “For lips just once, twice for cheeks, thrice on forehead. Pick one!”

“Eum… Forehead! Come here,” pilih Inhi cepat lalu menarik kepala Chanyeol yang sudah menunduk untuk mendekat. Melabuhkan bibirnya di sana lalu memejamkan mata. Dia mendoakan Chanyeol saat mengecup pria tersebut. Hal yang selalu kakaknya lakukan setiap kali menciumnya, dan dia melakukannya pada Chanyeol. Setelah doa-doanya selesai, Inhi melanjutkan memberi 2 kecupan tambahan sesuai jumlah yang diminta Chanyeol sebelumnya.

“Jangan mengikat rambutmu ke atas begitu.”

“Kenapa?”

“Bagaimana kalau tiba-tiba ada yang mencium lehermu dari belakang? Aku tidak mau itu terjadi.” Bersamaan dengan ucapannya Chanyeol melepas ikat rambut Inhi, lalu melingkarkannya pada pergelangan tangan gadis itu.

“Mau kuantar?” Tawar Chanyeol yang dibalas gelengan tegas Inhi. “Antarkan saja sampai lobby. Aku akan naik taxi.”

“Kau yakin?”

“Yap.”

“Arraseo.”

***

“Sudah?” Tanya Chanyeol begitu Inhi masuk ke dalam mobil, duduk di sampingnya. Gadis itu sedikit memundurkan kursi kemudian mengangguk pada Chanyeol yang langsung menjalankan mobil yang sudah menyala tersebut.

“Pakai seatbelt!” Perintah Chanyeol sambil melirik Inhi dari ujung matanya, dan untungnya gadis itu menurut malam ini.

“Kenapa buru-buru sih? Aku bahkan belum make up,” umpat Inhi sambil mengaduk-aduk isi tasnya. Dia mengeluarkan satu tas kecil berisi peralatan make up kemudian membubuhkan bedak tipis ke wajah, sedikit blush on, eyeliner, dan maskara.

“Tidak pakai juga cantik kok.”

“Dan membuat orang-orang menjerit karena wajah pucatku?”

Chanyeol menoleh sedikit lalu tertawa. Tangannya memainkan setir dengan gemulai, menyetir santai di jalan kota Seoul yang ramai, seperti biasa. Sebagai laki-laki sejati, dia telah menguasai segala teknik dalam menyetir. Dan dia selalu memastikan orang yang bersamanya di dalam mobil merasa nyaman walaupun dia mengemudi secara cepat. Beruntung rumahnya berada di kawasan strategis, hingga tidak sulit untuk mencapai pusat publik. Pajero tersebut mulai berkurang kecepatannya ketika lampu lalu lintas berwarna merah.

Dan ketika mobil tersebut berhenti, dia menatap Inhi. Gadis itu tetap terlihat elegan dengan jeans, tanktop, dan cardingan setengah dada yang dia kenakan. Walaupun pakaian itu sederhana, tapi Chanyeol harus mengakui pakaian itu terlihat mengagumkan di tubuh Inhi. Tanktop tersebut menonjolkan aset-aset di tubuh Inhi yang sebenarnya tidak ingin dia bagi pada orang lain—siapapun itu. Tapi kasusnya kali ini, dia menyukai Inhi dalam balutan pakaian ketat nan membentuk tubuh tersebut dan tidak ingin Inhi menggantinya.

Chanyeol masih mengamati Inhi yang kini tengah memoleskan lip balm ke bibir. Raspberry, sebagaimana yang tertulis di penutupnya. Rasa dan aroma yang selalu dia dapatkan setiap kali mencium bibir gadis itu. Setelahnya dia mengutuk dalam hati ketika mendapati bahwa bibir Inhi terlihat semakin berwarna merah muda. They look so kissable. Yang ingin dia lakukan saat ini juga adalah menarik tengkuk Inhi lalu melumat bibir gadis itu sampai puas. Tapi rasanya fantasinya harus pupus karena saat itu juga lampu lalu lintas berubah menjadi hijau.

Selagi mencari tempat parkir, Inhi kembali memasukkan peralatan make-upnya ke dalam tas. Dia mengambil parfum lalu menyemprotkannya ke baju dan leher. Seisi mobil langsung dipenuhi aroma parfum tersebut dan Chanyeol harus menahan diri untuk tidak menggeram ketika aroma permen yang manis menyergap hidungnya. Oh God, kenapa dia baru menyadari kalau gadis ini ternyata memegang sebagian besar titik terlemahnya?

“Kenapa tidak pakai parfum bayi yang kau beli waktu itu?” Tanya Chanyeol ketika dia membukakan pintu untuk gadis itu. Mereka sudah sampai salah satu mall dengan pusat perbelanjaan yang lengkap. Inhi menaruh tangannya di atas telapak tangan Chanyeol yang terulur, berikut dia merasakan tangannya diganggam ringan. Chanyeol menekan tombol kunci otomatis setelah memastikan semua pintu tertutup rapat, lalu berjalan santai dengan Inhi di sisinya.

“Sebenarnya parfum itu hadiah dari sabun yang kubeli. Jadi aku jarang memakainya,” jawab Inhi.

“Rasanya sudah lama sekali aku tidak ke mall. Sudah berapa lama ya?” Gumam Chanyeol ketika mereka sudah menginjakkan kaki di dalam. Dia mengitari sekeliling mall dengan matanya dan menyadari beberapa bagian sudah berubah semenjak terakhir kali dia ke sini. “Bisakah kita lanjut berjalan? Aku akan menganggapmu kampungan kalau kau masih diam begini.”

Chanyeol tertawa, menarik tangan Inhi untuk kembali berjalan dengan mata yang masih melihat-lihat takjub. “Keponakanmu laki-laki atau perempuan? Ulang tahun ke berapa?” Tanyanya begitu mereka memasuki toko mainan.

“Perempuan. Ulang tahun ke-4.”

“Ah, belikan ini saja.” Inhi menatap ngeri boneka baby life yang ditungjuk Chanyeol. Mereka semua terlihat seperti hidup. Seingatnya sewaktu dia kecil dulu tidak ada boneka seseram ini. Yang ada barbie-barbie ukuran normal yang cantik dengan mata mereka yang besar. Inhi ingat, dulu dia sangat menyukai princess Aurora dan Belle. Eomma sering menceritakan kisah kedua princess itu sebelum tidur. Namun itu sudah sekitar.. 15 tahun yang lalu.

“Hey, bagaimana? Lihat dia bisa bicara,” lanjut Chanyeol sambil menekan tombol yang ada di gelang boneka tersebut.

No, boneka itu hanya akan membuat Yeonsu takut.” Inhi berusaha menarik Chanyeol ke tempat boneka lain, tapi pria itu yang justru menahannya. “Yeonsu? Nugu?”

“Keponakanku. Ayolah, Nyeol, lihat yang lain saja.”

“Sebentar-sebentar, yang tertulis di sini boneka ini bisa menangis, makan, dan buang air.” Chanyeol membacakan satu kalimat yang tertulis di bagian depan kardus boneka tersebut. Inhi kembali memandang horor baby life itu, boneka itu sudah seperti manusia. Hell, bagaimana kalau boneka itu hidup saat malam-malam? Bisa saja boneka itu membunuh keluarganya seperti di film-film.

What are you thinking about?” Tanya Chanyeol ketika mendapati Inhi diam saja menatap boneka itu tanpa berkedip.

Fine, let’s move,” lanjut Chanyeol lagi dan kali ini badan Inhi terasa begitu ringan saat di tarik.

“Hei, sudah! Jangan mikir yang aneh-aneh.”

“…”

“Choi Inhi!”
“Hah? Oh.. Ya.” Chanyeol harus menggelengkan kepalanya prihatin saat melihat mata Inhi yang tidak fokus. Dia tidak tahu apa yang Inhi pikirkan, tapi dia tahu Inhi menganggap boneka baby life seakan benda tersebut adalah hantu.

“Rencananya kau mau belikan Yeonsu apa?”

“Mainan dan baju yang membuatnya terlihat keren,” jawab Inhi sambil melihat-lihat deretan boneka barbie berbagai karakter yang berada di depannya. Tokoh kartun paling cantik yang sangat dia gilai saat kecil.

“Ini saja, aku suka sekali barang ini waktu kecil.”

“Chanyeol.. Please, that’s a gun, for boy.”

“Bagaimana kalau ini?” Chanyeol mengangkat sebuah kardus berisi mahkota yang berada di seberang rak barbie.

Rapunzel crown? Ah, aku baru ingat Yeonsu sedang suka-sukanya pada Rapunzel.”

We take it?”

Yes!”

Setelah membayar di kasir, mereka segera keluar dari toko mainan itu. Seperti biasa, dengan tangan kanan masih menggenggam tangan Inhi dan sebelah tangan membawa barang belanjaan, Chanyeol berjalan perlahan dengan Inhi disampingnya. Dia memperhatikan Inhi, gadis itu menatap antusias produk-produk andalan yang dipamerkan setiap toko yang mereka lewati. Seumur hidup dia tidak pernah berbelanja dengan wanita kecuali eomma dan noonanya. Sekalipun mantan-mantan kekasihnya memohon-mohon agar dia menemani mereka belanja, Chanyeol tidak pernah mau melakukan hal itu. Dia tidak suka ada orang yang membuatnya menenteng barang belanjaan, kecuali eomma dan noona-nya tentu saja. Sebenarnya sekarang pun dia juga bingung kenapa dia justru melakukan hal yang tidak disukainya itu pada Inhi.

“Ah sini, Nyeol. Bajunya lucu-lucu ya?” Tanya Inhi yang membuat Chanyeol kembali dari dunia khayalnya. Inhi menunjuk satu toko pakaian balita sambil memiringkan kepala, menunggu pendapat Chanyeol.

“Kkaja.”

Dengan sedikit canggung Inhi berjalan di depan Chanyeol memasuki toko pakaian balita itu. Yeah canggung, hampir semua pembeli adalah sepasang suami istri dengan anak-anak mereka. Seorang pramuniaga menghampiri mereka kemudian bertanya, “ada yang bisa dibantu? Anaknya laki-laki atau perempuan? Berapa tahun?”

Inhi mengerjap. Anak? Fine, dia tidak pernah keberatan mendapat pertanyaan seperti itu kalau sedang membeli baju untuk keponakan-keponakannya sebelum ini. Seorang diri, tanpa Chanyeol. Tapi kali ini dia merasa salah tingkah dengan kebersamaannya bersama pria itu hingga disangka sepasang suami istri. Hell, bahkan Chanyeol sudah terkikik sendiri di telinganya sambil menatap ke belakang.

“Pe.. Perempuan, 4 tahun.”

“Putrinya tidak dibawa ya? Mari ikuti saya,” ucap si pramuniaga lalu berjalan di depan Inhi ke bagian kanan toko.

Selagi berjalan, pramuniaga tersebut kembali berkata, “kalian sangat serasi. Pasti putrinya cantik sekali, ya? Ibunya saja cantik begini.” Inhi mengerjap. “Aigoo~ terima kasih.” Sedetik kemudian dia tertawa sumbang menimpali kalimat konyol yang tadi dia dengar.

“Ini khusus anak perempuan usia 4-5 tahun. Kalau ada perlu lain bisa panggil saya lagi.”

“Terima kasih.”

“Kembali kasih.”

Setelah pramuniaga tersebut pergi Chanyeol sudah tidak bisa menahan tawanya lagi. Beruntung kali ini suaranya tidak terlalu besar hingga mereka tidak menjadi pusat perhatian.

What are you laughing for?” Tanya Inhi sinis sambil memilah-milah baju yang digantung.

Your trolled face. Aku penasaran bagaimana cara ayah dan ibumu saat membuatmu sampai kau bisa berganti ekspresi secepat tadi?”

“Bukankah kau lebih pintar dariku soal itu?”

“Ya, tentu saja. Aku laki-laki dan sudah memimpikannya berkali-kali.”

“Dengan siapa?” Tanya Inhi sambil kemudian pria itu jahil. Dia tidak pernah keberatan berbicara hal seintim ini dengan teman-temannya, entah laki-laki atau perempuan. Apalagi bersama Chanyeol yang sudah seakrab ini, walaupun dia tetap merasa malu bila Chanyeol sudah mulai menggodanya.

“Molla, aku tidak kenal. Sebagian besar western, tapi sepertinya denganmu pernah,” jawab Chanyeol sambil menerawang dan lagi-lagi harus tertawa di pundak Inhi ketika wanita itu menatapnya kaget.

Shut up your fucking mouth!” Bersamaan dengan itu Chanyeol justru tertawa lebih parah sambil memegangi perutnya. Dan Inhi tidak bisa menahan dirinya untuk tidak ikut tertawa. This guy has really good sense of humor. Light humor as she likes also.

“Lucu tidak?” Tanya Inhi sambil mengacungkan sehelai dress floral putih. Membolak-balik dress tersebut lalu menatap Chanyeol, meninta pendapat.

“Coba warna lain. Anak kecil gampang kotor.”

“Hmm.. Kuning? Merah? Pink?” Tanya Inhi dengan tangan kanan menunjukkan dress yang sama berwarna merah, berikut sebelah kiri memegang yang berwarna kuning dan pink.

Red looks hot on you.”

Please stop that kind of stuff. Baju ini masuk sampai kepalaku saja tidak.”

“Hahahah~ fine, pink.”

“Eh atau ini saja ya? Aku keren, kan, pakai ini? Dia bisa pakai legging untuk bawahannya.” Kali ini Inhi menunjuk baju di manekin yang serupa dengan yang dia pakai saat ini. Tanktop berikut cardingan setengah dada, yang membedakan hanya ukuran dan warna.

“Dia pasti belum tumbuh dadanya, tidak akan seseksi kau.” Dan Inhi kembali tertawa ketika Chanyeol mengatakan hal itu. Dia menyadari, waktu-waktu seperti inilah yang dia butuhkan. Saat dia bersama Chanyeol. Bukannya belanja seorang diri sebagaimana hobinya.

“Kau mau anak laki-laki atau perempuan kalau sudah menikah?” Tanya Chanyeol, berbalik badan, melihat-lihat pakaian balita laki-laki.

“Laki-laki. Semuanya laki-laki. Kau?”

“Sama, tapi aku mau anak perempuan juga. Katanya ada teknik tertentu, ya?”
“Yang kupelajari sih begitu. Tapi kalau sudah melakukan salah satu tekniknya tidak bisa diganggu gugat kalau mau berhasil.”

“Maksudnya?” Tanya Chanyeol lalu menatap Inhi dengan alis mengkerut.

“Ya, sekali kau melakukan untuk mendapat anak laki-laki, kau jangan melakukan yang lain lagi. Itu berpengaruh,” terang Inhi singkat. Sebagai calon dokter dia telah dilatih untuk tidak canggung saat membicarakan soal sex.

“Begitu? Oh ,ya ingatkan aku untuk menamakan putra pertamaku Hyunwoo, Park Hyunwoo. Kadang aku lupa nama itu.”

“Bagus. Bagaimana dengan putri pertamamu?” tanya Inhi antusias. Kalau dia tidak salah, ini pertama kalinya mereka membicarakan soal masa depan. Karena biasanya justru topik masa lalunya lah yang selalu dia ingat ketika mereka berbicara.

“Katanya kau tidak mau punya anak perempuan?” tanya Chanyeol balik sambil menatap Inhi aneh. Gadis itu mengerjap, “A-apa?”

Forget it! Kalau anak saja kau ada rencana, bagaimana dengan suami? Kau mau menikah dengan siapa?”

Inhi mendelik Chanyeol. Pria itu sudah tersenyum sendiri dengan mata menerawang. Sebelah tangannya menyisir rambut, bertingkah sombong.

Gadis itu ikut menerawang, “kalau bisa aku mau menikah dengan Cho Kyuhyun.”

W-WHAT? Cho Kyuhyun? Super junior? ARE YOU KIDDING ME?”

“Jangan histeris begitu. Memangnya ada masalah apa dengan Cho Kyuhyun? He’s hot!”

Entah hanya perasaannya saja atau memang kenyataannya, inhi mendapati wajah chanyeol menggelap. Great, tell her what just she did! Senyum pria tersebut saat beberapa jam lalu selalu menghiasi wajahnya kini benar-benar berubah menjadi wajah datar tanpa ekspresi. Chanyeol menarik napas,

“Banyak. Pertama, dia lebih tua dariku, apalagi darimu. Kedua, dia tidak setampan aku. Ketiga, dia tidak lebih tinggi dariku. Keempat, suaranya tidak seberat suaraku. Kelima, dia tidak mengenalmu. Keenam, dia tidak menyayangimu sebagaimana aku. Ketujuh, dia tidak bisa membuatmu tertawa setiap hari, hanya bisa menyanyikanmu dan pasti kau akan bosan. Kedelapan, dia tidak bisa menciummu lebih baik dari aku.”

Dan ketika ucapan panjang itu berakhir, Chanyeol mendapati napasnya terengah. Gadis itu sendiri sudah menganga, hingga satu detik kemudian tawanya kembali terdengar. “Ada lagi?”

“Banyak! Nanti kupikirkan.”

Fine, kutunggu. Eh ngomong-ngomong Yeonsu punya adik laki-laki. Lucu sekali, kau pasti suka.”

“Begitu? Jadi kau beli yang mana?”

“Dua-duanya.” jawab Inhi lalu membawa kedua baju tersebut ke kasir.

***

You okay?” tanya Inhi begitu melepas seatbelt. Wajah Chanyeol terlihat panic, dan dia tahu penyebabnya adalah pertemuan keluarga ini. Hampir 10 menit sekali—selama 1 jam perjalanan— Chanyeol bertanya apa dia akan baik-baik saja. Awalnya memang Inhi menimpali dengan beberapa candaan, tapi sepertinya tidak ampuh, karena pria itu hanya melempar senyum miris padanya. Untungnya dia mengerti penyebab Chanyeol seperti ini. Siapa coba yang tidak gugup bertemu keluarga besar pasangannya sendiri untuk pertama kali?

“Apa aku terlihat baik? Astaga, jantungku!” Chanyeol mencoba mendramatisir dengan memegang dadanya, lalu mendongak sambil memejamkan mata. Dia tidak bercanda kali ini, karena kenyataannya jantungnya berdegup kencang sekali. Bukan degupan yang biasa dia nikmati ketika bersama inhi, rasanya seperti saat dia pertama kali memimpin meeting di perusahaan ayahnya dulu saat masih kuliah. Tapi ini lebih parah.

Come on, you promised!”

“Apa aku punya pilihan lain? Seperti mengantarmu, pulang, lalu menjemputmu lagi nanti malam?”

Inhi menggeleng tegas. “No! ayolah, memangnya kau mau kalau Kyuhyun yang kukenalkan lebih dulu pada keluargaku?”

What the heck?! Sure don’t!”

“Kalau begitu, cepat buka kuncinya. Kau akan kukenalkan pada eomma.”

“Ada eommamu?” tanya Chanyeol lalu menatap Inhi horror. Inhi mengangguk, dan seolah menyadari apa yang Chanyeol pikirkan dia berkata, “ya, tapi kau tenang saja aku sudah pernah bercerita pada eomma tentang kita. Beliau juga sudah pernah melihat fotomu, she said you’re awesome and she likes you a lot.

Fine, you know I never say no to you!”

Thank you sooo much! Here’s my present..” ucap Inhi lalu menarik tengkuk Chanyeol dan menyapukan satu lumatan penuh di bibirnya.

***

“Aigoo~ Kita lihat siapa yang datang!”

Chanyeol tidak pernah menyangka akan menemukan keluarga sebesar keluarga Inhi. Rumah ini memang terlihat sepi dari luar, tapi keadaannya 360 derajat dengan apa yang berada di dalamnya. Chanyeol mengikuti Inhi bersalaman dengan beberapa orang tua lalu ikut berhenti ketika Inhi memeluk seorang wanita setengah baya yang wajahnya mirip sekali dengan Inhi. Detik itu juga dia menyadari, wanita itu adalah mantan Ny. Choi, eomma Inhi.

“Bagaimana hidupmu? Kau baik-baik saja, kan? Maafkan eomma.”

“Tidak pernah lebih baik dari ini, eomma tenang saja. I miss you, mom.”

Me too..Me too! Minho dan appa datang?”

Inhi menggeleng,  “Oh ya eomma, ini Chanyeol. Yang kita bicarakan waktu itu, ingat?” tanya Inhi lalu menarik tangan Chanyeol agar pria itu maju selangkah.

Chanyeol membungkuk sedikit sambil tersenyum. Merasa salah tingkah sendiri ketika eomma Inhi menatapnya tanpa berkedip untuk beberapa saat. “Astagaaaa~ kau ternyata lebih tampan dari yang di foto. Dan.. Oh my God, kau tinggi sekali, nak. Berapa usiamu?”

“26 tahun, ahjumma,” jawab Chanyeol sopan.

“Panggil aku eomonim, anggap aku juga ibumu. Terima kasih sudah menjaga Inhi untukku.”

“Dengan senang hati, eomonim.”

“Maaf eomma, aku mau memberi Yeonsu kadonya dulu.” Ucap inhi lalu menarik tangan Chanyeol untuk mengikutinya ketika eommanya itu mengangguk.

Still nervous?” tanya Inhi sembari mereka melewati ruang makan untuk sampai ke halaman belakang.

“Yeah, aku tidak pernah merasa segaring ini sebelumnya,” jawab chanyeol sambil menggeleng lemas. “Mau beri aku satu pelukan?” Lanjutnya sambil menahan Inhi yang yang terus berjalan.

Yes, at home.”

“Ga guna.”

“Aku berniat mengenalkanmu pada keluargaku sebagai kekasihku, keberatan?”

“Ya aku tahu hanya kekasih, karena calon suamimu adalah Cho Kyuhyun.”

Inhi menaikkan sebelah alisnya heran, “Aku anggap kau setuju.”

Chanyeol hampir saja menjerit ketika memasuki taman belakang rumah ini. Kalau tadi bagian depan dihuni oleh orang-orang dewasa, taman belakang ini dipenuhi anak-anak kecil yang dia kira-kira berumur 4 tahunan dengan beberapa babysitter yang sibuk mengejar mereka. Sebagian besar anak kecil itu perempuan, karena dari 10 anak, yang laki-laki hanya–dengan 1 bocah yang masih sekitar 1 tahun.

“Inhi imo!!!” jerit salah satu anak perempuan yang berdiri di depan kue tart. Gadis kecil itu berlari ke arah mereka, dan Inhi buru-buru mengoper paper bag berisi kado di tangannya ke tangan Chanyeol. Seiring jeritan itu, 8 anak lain ikut berlari menghampiri mereka, berikut Chanyeol yang langsung menatap horror gerombolan bocah tersebut.

“Kenapa baru datang? Yeonsu sudah meniup lilin setengah jam yang lalu,” protes gadis kecil itu setelah melepas pelukannya berikut mencium kedua pipi Inhi yang tengah berlutut.

Inhi mengelus rambut sebahu gadis kecil itu lalu berkata, “Rumah imo dengan rumah Yeonsu, kan jauh. Maaf ya..”

“Imo tidak lupa kado untuk Yeonsu, kan?”

“Tidak, ini kadomu.” Inhi kembali mengambil paper bag hello kitty dari tangan Chanyeol dan menyerahkannya pada Yeonsu.

“Apa isinya imo?”

“Rahasia. Jangan lupa suratnya dibaca juga, imo dengar kau sedang belajar membaca, ya?”

“Ne! Gomawo imo, saranghae.”

“Terima kasih juga pada Chanyeol samchon, dia yang memilihkan hadiah Yeonsu,” ucap inhi sambil menarik tangan Chanyeol untuk ikut berlutut sepertinya.

“Chanyeol samchon?” Tanya Yeonsu dengan mata menilik.

“Ne, dan kau Yeonsu?”  Jawab Chanyeol lalu tersenyum.

“OMO! Suara samchon besar sekali! Samchon keren!” Pria itu melirik ke sumber suara dan mendapati seorang anak laki-laki menatapnya kagum. Yeonsu memberi tanda agar bocah lelaki itu diam lalu kembali menatap Chanyeol. “Samchon pacarnya Inhi imo?”

“Ne!”

Sedetik kemudian Yeonsu tersenyum cerah dan berhambur memeluk Chanyeol. “Aigoo~ samchon, kau tampan sekali. Benar kata Hyunseong, samchon keren.”

“Gomawo.”

“Tidak, tidak. Terima kasih kadonya samchon. Sejauh ini kau pacar Inhi imo yang terbaik.”

“Ca! Semuanya, ayo berkenalan dengan Chanyeol Samchon!” Satu persatu bocah-bocah itu memeluk Chanyeol dan pria itu menyambutnya ramah. Yeonsu benar, sejauh ini Chanyeol lah yang terbaik. Karena mantan-mantannya dulu tidak ada satupun yang menyukai anak kecil.

Sekejap rasa hangat melingkupinya ketika melihat Yeonsu menarik tangan Chanyeol diikuti beberapa bocah lain untuk ikut ke meja kue. Inhi hampir saja ikut berjalan ketika seseorang menarik-narik rok dressnya.

“Aigoo~  Choi Hyunjae, kau sudah bisa berjalan?” Pekik Inhi ketika melihat keponakan yang paling dia sayang itu berdiri di sampingnya. Dia segera mengangkat bocah itu dan mencium kedua pipinya yang terlihat seerti bakpao.

“Biar kutebak.. Kau sudah 14 bulan? Benar kan?” Bocah itu terkikik mendengar penuturan Inhi. Tidak ada yang tahu apa dia mengerti atau tidak omongan orang dewasa.

“Untung kau masih ingat imo, Hyun, nah sekarang kita kenalan dengan Chanyeol samchon, ne?”

Inhi berjalan pelan menuju tempat Chanyeol yang kini tengah bermain boneka dengan bocah-bocah perempuan. Astaga, Park Chanyeol bermain boneka? Inhi sontak tertawa ketika melihat wajah pria itu kebingungan dengan ulah anak perempuan yang meyuapi boneka-boneka mati itu.

“Kenapa diberi makan? Dia tidak bisa makan,” tanya Chanyeol bingung dan Inhi bisa mendengarnya karena kini dia sudah duduk di samping pria itu.

“Boneka juga lapar seperti kita. Tapi mereka selalu merasa senang, makanya selalu tersenyum,” jawab seorang anak kecil yang berwajah western. Hell, boneka lapar? Kalau iya begitu tentu boneka-boneka itu sudah memakan manusia satu-persatu.

“Nyeol, ini Hyunjae, adiknya Yeonsu,” ucap Inhi mengalihkan perhatian Chanyeol dari anak-anak itu padanya.

“Annyeong Hyunjae, aku Chanyeol.”

“Hyunjae, say hi,” pinta Inhi yang hanya dibalas pandangan kosong bocah laki-laki itu.

Hyunjae mengangkat tangan kanannya ke mulut lalu melepaskannya pada Chanyeol. “Eh bukan, itu kissbye! Bilang hai ke Chanyeol samchon,” ulang Inhi. Bocah itu menggerakkan tangannya menyerupai lambaian. Mau tidak mau Chanyeol tertawa lalu menangkap tubuh mungil Hyunjae saat bocah itu berjalan ke arahnya.

“Mbem!” Ucap bocah itu polos sambil menatap Chanyeol.

“Apa?” Tanya Chanyeol dengan mata melirik Inhi.

“Mobil maksudnya,” jawab Inhi menerangkan.

“Hyunjae mau naik mobil? Nanti samchon ajarkan kalau Hyunjae sudah lebih besar.”

Bocah itu terkekeh, “mbem!”

“Biasanya Hyunjae tidak mau pada orang baru. Kenapa denganmu mau, ya?”

“Mungkin karena aku tampan.”

“Atau mungkin kau sudah siap punya anak,” sahut Inhi asal kemudian tertawa.

“Aku sih selalu siap selama kau siap,” balas Chanyeol.

Inhi menarik perhatiannya dari Hyunjae dan menatap pria itu seakan dia mendengar Chanyeol berbicara tapi tidak memahami apa yang dia dengar.

“Aku siap selama kau siap.” Chanyeol mengulang pernyataaannya.

Dan seperti baru sadar akan apa yang sedang dia lakukan, Inhi menarik napas terkejut, matanya membelalak, wajahnya memerah dan langsung membuang muka. Dalam hati Chanyeol menyumpah, sekali lagi, how can this woman being so cute?

Chanyeol berdeham sedikit, “anak itu imajinasinya tinggi sekali,” ucapnya sambil menunjuk bocah berwajah western  yang tadi mengatakan kalau boneka bisa lapar dengan dagunya.

“Baby?” Tanya Inhi.

“Hah?”

“Aku bukannya memanggilmu. Anak itu namanya Baby. Ayahnya orang Belanda.”

“Oh.. Aku tidak pernah mengerti pikiran anak kecil.”

Inhi mengangguk tapi tidak memberikan penjelasan lebih lanjut. Selama Chanyeol kembali bermain pikiran Inhi masih terpaku pada setiap kata yang pernah diucapkan Chanyeol padanya, hingga dia tidak sadar kalau seluruh keluarga sudah memasuki taman belakang. Sepertinya pesta baberque akan segera dimulai. Puncak setiap pesta yang sudah menjadi tradisi keluarganya.

***

“Kau tidak mengantuk, kan?” Tanya Inhi begitu mereka sudah memasuki mobil. Pesta sudah usai beberapa menit yang lalu dan kini mereka siap pulang. Pria itu sudah terlihat lebih santai ketika pulang, sangat berbeda dengan airmukanya begitu mereka sampai di sini tadi sore.

“Tidak, kau tenang saja.”

“Mereka menyukaimu, syukurlah.”

Chanyeol melirik Inhi sedikit, “siapa?”

“Keluargaku.”

“Aku tidak pernah menjadi sepengecut hari ini sebelumnya. Kau tidak akan tahu sensasi apa yang kudapat saat kau mendenting gelas dengan sendok, saat kau mengenalkanku pada mereka, dan semua mata melihatku, tanpa terkecuali.”

Inhi tertawa. Dia mengingat apa yang telah dia lakukan beberapa jam yang lalu dan Chanyeol menyalami keluarganya satu persatu. Dan jangan lupakan soal eomma Inhi yang begitu terkesan saat Chanyeol menceritakan sedikit penggalan hidupnya.

“Aku tidak pernah melihat keluarga sebesar keluargamu, kau tahu?” Tanya Chanyeol lagi sambil menggenggam sebelah tangannya yang tadi berada di parsneling.”

“Ibuku 12 bersaudara,” jawab Inhi datar.

“Apa?!”

“Ibuku 12 bersaudara. Aku saja terkadang lupa nama mereka yang tidak begitu dekat denganku.”

“Ne kau benar, dari semua anak kecil yang ada di taman belakang, aku cuma ingat Yeonsu, Baby, dan Hyunjae.”

“Aku baru tahu kau 26 tahun. Berarti perbedaan usia kita 5 tahun, ya?”

“Ne, dan itu lebih baik daripada kau bersama Kyuhyun yang usianya 9 tahun diatasmu.”
Mereka saling tatap beberapa detik. Inhi yang berkedip duluan segera memeluk Chanyeol dari samping dan berkata, “thank you, you’re the best.” Kemudian dia menyapukan ciuman di leher Chanyeol. “Please don’t tease me, Inhi!”

I don’t.”

“You kissed my neck.”

“Salah kau terlalu tinggi. Aku hanya ingin mencium pipimu tapi tidak sampai.”

“Tapi aku tetap tergoda, bagaimana?”

“Aku tidak tanggung jawab!”

***

Gimana? Panjang ya? Ngebosenin ga sih? It’s 20 pages and it’s the longest story I’ve ever written just for 1 episode. What do you think? Ada ide buat scene selanjutnya?


Love Guarantee (Chapter 1)

$
0
0

Love Guarantee (Chapter 1)

 

Author : RahmTalks

Genre  : Romance, Friendship, Sad

Length : Chapter | Status : On going

Rating  : PG-15

Main Casts : Choi Nayoung | Byun Baekhyun | Do Kyungsoo | Park Kyura

Support Casts : EXO-K members, etc

 

love guarantee cover

===

Love drives us crazy. But it can give comfortable just by its small touch. What does exactly love mean? Love is just love, something that never can be explain. A simple answer but has a big meaning to every single soul. But, just watch out! Love also need a guarantee to keep it real, pure, and happen eternally.

Four love stories, now, past, and future. Will the past ruin everything that just happen now? And can something that just happen now, change the future that has been design in the past?

===

 

TING TONG

Kyungsoo beranjak dari laptopnya dan menuju pintu keluar dan membukanya.

“Nak, sepertinya temanmu terlalu lama menunggumu hingga ia ketiduran. Sudah kubangunkan beberapa kali namun ia tak juga bangun.” Kata seorang tetangga.

“Teman?” Kyungsoo bingung.

“Dia tidur di bangku itu.” ahjumma itu menunjuk bangku yang ada di halaman rumah Kyungsoo yang dekat dengan pagar, dan dapat dilihat seorang gadis tertidur disana.

Ahjumma itu memimpin dan Kyungsoo mengikutinya dari belakang. Begitu melihat wajah gadis itu, ia sama sekali tak mengenalinya.

“Baiklah ahjumma, terima kasih.”

“Baiklah, aku pulang dulu.”

Kyungsoo melihat gadis di depannya dari mulai ujung kaki hingga wajah dan kembali lagi ke bawah. Gadis itu terlihat seumuran dengannya.

‘Apa dia gelandangan?’ pikirnya.

Ia pun kembali masuk ke dalam tanpa mengambil pusing masalah gadis misterius itu.

Jam demi jam terlewat, Kyungsoo menaikkan suhu pemanas ruangannya.

‘Di dalam rumah dengan pemanas ruangan saja masih dingin, apalagi di luar. Eh, apa gelandangan itu masih disana?’ Ia menyibak tirai dan melihat keluar dan gadis itu masih dalam posisi yang sama, tak berubah sedikitpun. Ia mulai khawatir dengan gadis itu karena di luar angin sedang bertiup dengan kencang.

“Sebaiknya kubangunkan dia dan kusuruh pulang.” Desahnya dan ia berlari kecil keluar.

Kyungsoo mengguncang pelan tubuh gadis itu namun sama sekali tak ada tanda-tanda kalau ia akan bangun.

“Hei… Agasshi, bangunlah. Kau tidur di halamanku.” Perkataan Kyungsoo hanya didengar oleh angin. Ia merasakan tubuhnya agak merinding karena angin bertiup dengan sangat kencang.

Ia berfikir cukup lama sembari menatap gadis di hadapannya yang kini wajahnya berubah pucat. Di akhir perdebatan antara otak dan hatinya akhirnya ia memutuskan untuk membawa gadis itu ke dalam.

“Badannya dingin sekali. Aish, merepotkan!”

Ia meletakkan tubuh gadis itu di dalam kamarnya karena selain malas memindahkan pemanas ruang, kamar itu lah satu-satunya kamar yang bersih. Ia menyelimuti gadis itu kemudian mengemasi barang-barangnya dan memindahkannya di meja. Ia berniat akan melanjutkan mengerjakan tugas kuliahnya yang tertunda namun moodnya hilang seketika karena memikirkan sesuatu.

Pagi yang menyejukkan dengan matahari yang bersinar ramah, membuat awal hari bagi seseorang berlangsung dengan sempurna.

Gadis itu perlahan membuka matanya dan segera terbelalak menyadari dirinya berada di ruangan serba putih yang sangat asing baginya.

“Hei! Kau siapa?!” katanya dan membuat seorang pemuda yang tengah membuka jendela hampir melompat kaget.

“Apa yang telah kau lakukan padaku?!” Gadis itu membuat tanda silang di udara di depan dadanya.

“Aku ini orang baik-baik. Singkirkan semua pikiran bodoh yang mungkin terlintas di otakmu.” Lelaki itu melakukan gerakan yang sama dan berlalu keluar.

Bayangan gadis itu menerawang kejadian semalam dimana ia diusir dari rumahnya karena hutang mendiang ayahnya yang tak terlunasi. Ia berjalan terus tanpa arah tujuan, kemudian ia duduk di sebuah bangku dan setelah itu ia tak ingat apa-apa. Ia hidup sebatang kara tanpa ada tempat untuk bersandar. Melewati semuanya dengan keceriaan dan sebuah senyuman sepertinya sudah melekat pada dirinya karena ia tak ingin orang lain memandangnya sebagai gadis yang rapuh dan lemah. Ia menggeleng-gelengkan kepala karena ingatannya tentang masa lalu mulai berputar.

Ia menyibak selimutnya dan mendapati pakaiannya masih lengkap. Setidaknya yang menolongnya adalah orang baik. Pikirnya. Ia jadi malu bertingkah berlebihan di depan lelaki tadi.

Ia keluar dari kamar dan sorot mata tajam dari seorang pemuda, menyerangnya dengan tatapan mengintimidasi. Gadis itu mencoba tersenyum kepada pemuda itu. Ia berjalan mendekatinya berniat mengucapkan terimakasih.

“Kenapa semalam kau tidur di halamanku.” Pemuda itu berkata sinis.

“Selamat pagi. Kau pemilik rumah ini? Terima kasih telah menolongku.” Katanya dengan senyum yang hangat.

“Sekarang kau bisa pergi.” Jawab pemuda itu dingin dengan ekspresi datar.

“Apa aku bisa bertemu orang tuamu dulu? Aku ingin berterimakasih.”

“Orang tuaku tidak disini.” Pemuda itu lanjut mengunyah toast-nya.

“Kau tinggal sendiri?” Gadis itu terkejut dan pemuda itu mengangguk malas.

“Khamsahamnida.” Ia membungkuk dengan sangat sopan seperti yang diajarkan eommanya dulu. Sedetik kemudian ia merasa malu dan tak enak.

‘Berarti dia sendiri yang membawaku?’

“Mengapa kau seenaknya saja tidur di halamanku? Merepotkan saja.”

“Apa iya? Mianhae, aku tak tahu kalau bangku itu berada di halaman rumah. Mungkin karena pagar rumahmu terbuka lebar kukira itu taman.” Kata gadis itu polos.

Pemuda itu memiringkan kepala dan mengernyitkan alisnya lagi. Ia mendapati bahwa ada sesuatu yang tak beres pada gadis di hadapannya. Namun ia urungkan untuk bertannya karena itu bukan urusannya. Sebenarnya ia ingin sekali mengusir gadis itu saat ini juga namun karena adanya ketidak beresan itu, kembali lagi ia mengurungkan niatnya.

“Maaf, apa kau melihat tasku?”

“Masih di luar.”

Gadis itu segera berlari keluar mencari tasnya dan setelah menemukannya di bawah bangku ia memeluknya sambil tersenyum puas. Si pemuda kaget melihat kelakuan gadis itu. Entah sudah berapa kali ia kaget pagi ini.

Sampai di dalam rumah gadis itu membongkar-bongkar tasnya dan tersenyum lebar. Masih lengkap. Batinnya.

‘Jangan-jangan dia orang gila.’

“Mengapa menatapku seperti itu?”

“A… Aniya.”

“Kalau boleh tahu, siapa namamu?”

“K… Kyungsoo imnida.”

“Nayoung. Nayoung Choi imnida.” Gadis itu mengeluarkan senyum yang berasal dari hatinya.

“KYUNGSOO!! Bukakan pagarmu!” seseorang berteriak dari luar pagar.

“Gawat! Kau harus sembunyi!”

“Wae?”

“Sudah lakukan saja!”

“Dimana?” Kyungsoo dan Nayoung panik.

“Masuk ke sana!” Kyungsoo menunjuk sebuah pintu dimana di dalamnya ia menyimpan barang-barang yang sudah tak ia pakai atau lebih tepatnya disebut gudang. Nayoung segera menghilang di balik pintu.

“Aish! Kenapa lama sekali?” kata Baekhyun begitu Kyungsoo keluar.

“Mianhae, aku tak dengar mobilmu datang. Apa kau sudah sarapan?” Kyungsoo membuka pagarnya secara sempurna.

“Belum.”

Kyungsoo hampir saja menawari Baekhyun sarapan seperti biasanya namun tak ia lakukan hari ini, karena mengantisipasi kemungkinan terburuk dengan adanya seorang gadis asing di rumahnya.

“Nanti akan kutraktir di kantin kampus. Tunggu sebentar, aku mau mengambil sesuatu.”

Tanpa Kyungsoo ketahui Baekhyun mengikutinya masuk ke dalam dan duduk di sofa untuk menyalakan TV.

“Pagi ini kau tidak menonton berita apapun?”

“Aku tidak sempat.” Sahut Kyungsoo dari kamarnya.

….

“Ahaha… Ada-ada saja. Hei! Kau harus dengar yang satu ini. Seorang ayah membunuh anaknya karena anaknya lebih memilih menghabiskan waktu dengan pacarnya ketimbang dengan keluarganya. Pertanyaanku, apakah ayah itu menyukai pacar anaknya sehingga ia cemburu? Hahahaha…” Tawa Baekhyun kembali meledak. Kyungsoo yang masih mengemasi barang-barangnya juga tertawa mendengar celotehan Baekhyun.

Baekhyun kembali fokus ke dunianya. Dia memang menyukai acara berita pagi di channel itu kerena selalu menghadirkan berita yang unik. Menurutnya.

“Kajja.” Tepat saat Kyungsoo keluar kamar ia mendapati Baekhyun tertawa hingga mukanya merah.

“Apa lagi yang kau dengar?” Kyungsoo tersenyum heran.

“Kyungsoo, yang satu ini sangat gila. Lebih gila dari yang pernah kau bayangkan.” Baekhyun melanjutkan tawa renyahnya.

“Ceritakan padaku!”

“Mendekatlah.” Suara Baekhyun berubah menjadi serius. Terpaksa Kyungsoo mendekati sahabatnya yang selalu dipertanyakan berasal dari galaksi mana.

“Apa kau pernah mendengar kasus seorang istri yang membunuh suaminya?”

“Tentu saja sering.”

“Dan setelah dibunuh, sang istri memotong organ paling esensial dari sang suami?”

“Hah?”

“Kau tahu apa yang kumaksud.” Baekhyun menyandar pada sofa dan menaikkan kedua alisnya.

Dua detik berlalu dan secara tiba-tiba rumah yang tidak bergitu besar itu dipenuhi oleh tawa kedua namja itu.

“Jinjja. Aku baru mendengar berita sesadis ini namun sekaligus dapat membuatku tertawa. Hahahaha.” Kata Kyungsoo di sela-sela tawanya.

Tanpa seorangpun yang tahu, gadis yang berada di balik pintu malah merasa malu mendengar berita semacam itu.

“Sudahlah. Kajja berangkat! Kelas dimulai jam 9 kan?”

“Ne. Ne…”

Tepat saat Baekhyun berdiri ekor matanya tertuju pada sebuah tas yang berada di pojok sofa yang baru ia sadari keberadaannya.

‘Kenapa Kyungoo menyimpan tas berwarna terang seperti itu? Biasanya juga hitam.’

Kyungsoo menyadari arah pandangan Baekhyun dan ia segera menarik Baekhyun keluar.

“Sepertinya temannya itu sangat lucu.” Gumam Nayoung yang baru keluar dari persembunyiannya.

 

===

 

“Waahh… Kenyang sekali. Annyeong Kyura!!” Baekhyun menyapa Kyura yang sedang duduk membaca sesuatu.

“Annyeong…” Balas Kyura dengan senyum khasnya yang mampu membuat hati Kyungsoo berdegup kencang.

Kyungsoo dan Kyura berteman sejak kecil. Rumah Kyungsoo dan Kyura bersebelahan dan sejak kecil mereka selalu melakukan suatu hal bersama-sama. Apapun mereka lakukan bersama dan bagai tak terpisahkan. Namun keadaan tak lagi menyenangkan saat mereka duduk di kelas 3 SD dimana anak-anak sangat memilih dalam bergaul. Laki-laki dan perempuan dalam satu kelas terbagi menjadi dua kubu yang tak pernah sepaham. Menurut anak-anak perempuan, anak laki-laki itu menjijikkan. Sedangkan di lain pihak, anak laki-laki selalu menggoda anak perempuan karena menganggap mereka lemah. Hal ini juga berdampak bagi Kyura dan Kyungsoo hingga suatu hari Kyungsoo secara sengaja melempar permen karet ke rambut Kyura dan mengejeknya karena belum keramas selama satu minggu. Kyura menangis dan mengadu pada ibunya. Ibu Kyura mengadu ke Ibu Kyungsoo dan Kyungsoo beranggapan bahwa semua orang berpihak pada gadis itu dan menyalahkannya atas semua hal sepele yang terjadi. Ia menjadi benci pada Kyura. Sejak saat itu mereka menganggap satu sama lain sebagai musuh terbesar.

Tahun ajaran baru dimulai dan untuk pertama kalinya mereka memakai seragam SMP. Pemikiran mereka menjadi lebih berkembang dan dewasa. Mereka sadar bahwa mempermasalahkan hal sepele adalah hal yang paling kekanakan yang pernah ada. Jadi mereka memutuskan untuk menjadi sahabat dan Baekhyun yang baru mereka temui saat SMP juga turut bergabung. Namun meskipun sudah berstatus sahabat, selalu ada kejadian pembully-an diantara mereka dimana Kyura yang selalu jadi korban. Menurut mereka Kyura diciptakan untuk jadi bahan pembully-an para namja itu. Meskipun begitu Kyura tak pernah sekalipun membenci mereka.

Persahabatan mereka tetap berlangsung hingga SMA meskipun mereka tidak satu sekolah lagi. Masa-masa SMA merupakan masa yang penuh kenangan bagi mereka, terutama bagi Kyura. Ia pertama kali jatuh cinta sekaligus patah hati di saat yang hampir bersamaan. Dan tentu saja tetangga sekaligus sahabatnya, Kyungsoo, akan selalu menyediakan telinga untuk mendengar keluh kesahnya, mulut untuk memberikan nasihat dan dorongan, juga bahu untuknya bersandar dan menangis di atasnya tiap malam.

Sayangnya hal itu tak lagi mudah didapat oleh Kyura karena orang tuanya memutuskan untuk pindah rumah. Kyura merasa ada sesuatu dalam dirinya yang hilang, begitupun Kyungsoo. Beberapa minggu setelah penghuni baru rumah Kyura tinggal, Kyungsoo mulai merindukan tawa, cerita, bahkan tangis Kyura ketika malam hari. Dirinya tak pernah menyadari dan selalu menolak untuk menyadari bahwa sebenarnya ada suatu kekuatan dalam dirinya yang terikat dengan diri Kyura, sesuatu yang disebut cinta.

“Kau sedang membaca apa?” Baekhyun menyerobot buku Kyura sementara Kyungsoo duduk di belakang Kyura.

“Ya! Baekhyun, turunkan! Itu sedang seru!”

“Eternal Love.” Baekhyun menutup mulutnya setelah membaca judul di kover buku itu.

“Kenapa wajahmu begitu?” Kyura kesal.

“Aku. Tidak. Percaya.”

“Apa?”

“Sejak kapan kau menyukai buku semacam itu? Ha? Yang cocok untukmu itu semacam komik Doraemon, Sailor Moon, Pokemon… Detective Conan juga sepertinya layak untuk kau baca.” Kata Baekhyun sambil tertawa meledek.

“Apa-apaan kau ini! Kita sudah dewasa mengerti? Aku sudah bukan anak kecil lagi!” Kyura menyahut novelnya di tangan Baekhyun.

“Kau pikir menangis hingga seminggu setelah diputuskan kekasih bukan anak kecil?” Baekhyun hendak mengeluarkan makian lagi namun diselak oleh Kyungsoo.

“Berhentilah mengganggunya, Baekhyun.”

“Nah… Kau dengar sendiri kan? Hidupku saja sudah cukup menderita, apalagi ditambah dengan kehadiranmu.” Kata Kyura sambil menjulurkan lidah pada Baekhyun.

“Tapi kalian bahagia kan mempunyai sahabat setampan, sepopuler, dan semenyenangkan aku? Buktinya kalian betah terus bergaul denganku.” Kyungsoo menoleh ke arah lain sementara Kyura melirik malas.

“Sonsaengnim datang. Sonsaengnim datang!” Para yeoja yang menggosip di luar segera masuk ke dalam kelas –Saat mereka bubar berarti ada sesuatu yang terjadi, misalnya ada dosen datang- dan Baekhyun memutar untuk dapat duduk di sebelah Kyungsoo. Tepat di saat itu Kyura menoleh ke arahnya dan memberikan tatapan –Terima kasih-  yang membuat jantungnya berhenti untuk sejenak.

 

===

 

“Apa nanti malam kalian ada acara?” tanya Kyura sambil meneguk sodanya.

“Memangnya kau mau mengajak kami kemana?” Baekhyun balik bertanya.

“Sekedar jalan-jalan dan makan malam. Aku bosan sendirian di rumah.”

“Yah… Mianhae, aku ada kencan dengan Sujin.” Sesal Baekhyun.

Kini Kyura menatap Kyungsoo penuh harap dan tentu ia tak bisa mengabaikan tatapan itu. “Kujemput jam 7.”

“Gomawo Kyungsoo-ya…” Kyura memeluk lengan Kyungsoo yang menyebabkan gerakan refleks bagai hentakan dalam diri Kyungsoo. Namun tak ada yang menyadarinya karena ia masih terlihat tenang di luar.

“Sepertinya ada yang memperhatikanmu.” Kata Kyura pada Baekhyun.

“Yah aku tahu aku tampan. Inilah resiko menjadi orang tampan yang selalu diperebutkan oleh wanita. Menyusahkan bukan?” Baekhyun bertanya pada Kyungsoo yang hanya ditanggapi dengan anggukan –Iya terserah apa katamu. Aku bosan mendengarnya tiap hari- dari Kyungsoo. Sementara Kyura lagi-lagi melirik malas.

“Kurasa aku harus pergi sekarang. Annyeong.” Kata Baekhyun kemudian berjalan dengan gembira menghampiri Sujin seperti anak kecil menghampiri penjual balon.

“Dia terlalu memanjakan gadis itu.” kata Kyura sinis.

“Wajar saja. Mereka kan berpacaran.”

“Aku hanya khawatir, apa Baekhyun benar-benar mencintainya dan sudah melupakan Eunji?”

“Sebaiknya kita tak pernah menyebut nama itu lagi. Itu hanya sebagian masa lalu dari Baekhyun. Sekarang ia sudah mulai bangkit jadi tidak seharusnya kita mengacaukannya.”

“Aku bahkan belum pernah bertemu dengan Eunji.”

“Kau pikir aku pernah? Baekhyun hanya sekedar bercerita padaku tentang seorang gadis sederhana bernama Eunji yang tinggal tepat di depan rumahnya namun entah sejak kapan ia berhasil mendapatkan hati seorang Byun Baekhyun. Mereka berpacaran dan siapapun yang melihat pasti beranggapan bahwa nantinya hubungan mereka akan berakhir bahagia di pelaminan.”

“Tapi bisa saja sampai sekarang Baekhyun terus berharap dapat menemukannya. Ia masih yakin bahwa Eunji belum meninggal.”

“Sayangnya aku juga berharap begitu, namun bagaimana dengan Sujin?”

“Jika dilihat dari mata keduanya, mengapa seolah aku melihat bahwa mereka tidak saling mencintai.” Bisik Kyura.

“Mereka berdua dijodohkan. Awalnya mungkin tidak saling mencintai, namun kurasa setelah dua tahun berpacaran, mana mungkin keduanya tidak saling mencintai. Apalagi mereka sering kencan.”

“Maksudku… Mungkin…” Kyura menggantungkan kalimatnya.

“Apa?” Kyungsoo penasaran.

“Mungkin saja kan, mereka hanya pura-pura di depan satu sama lain.”

“Mana mungkin? Lalu jika mereka tidak saling mencintai untuk apa mereka berkencan hampir setiap hari.”

“Molla. Itu hanya tebakan randomku.”

“Ada apa dengan jalan pikirmu? Mengapa tiba-tiba membahas ini, huh?”

“Wajah gadis itu semakin hari terlihat semakin mengesalkan. Matanya seolah malas melihat Baekhyun dan senyumnya adalah senyum yang dibuat-buat. Namun kakinya seperti tak bisa menahannya untuk mengikuti kemanapun Baekhyun pergi.” Ungkap Kyura kesal.

Kyungsoo terkekeh, “Apa kau cemburu? Mengapa kau terlihat sangat membenci Sujin, huh?”

“Ani! Untuk apa aku cemburu terhadap Bacon.”

“Lalu? Apa arti ucapanmu tadi.”

“Aku hanya khawatir padanya!”

“Arraseo. Akan kuadukan pada Baekhyun kalau kau tak setuju dengan hubungan mereka.” Katanya sambil terus menatap layar handphone dengan ekspresi yang masih datar seperti semula.

“Ya! Apa maksudmu Do Kyungsoo! Kau pikir aku siapa, diantara mereka?”

“Kau tak mengerti? Aigoo… Pantas saja nilaimu tak pernah bisa melebihiku.”

Kyura mulai menyerang bahu Kyungsoo dengan novel yang ia baca sedangkan Kyungsoo diam-diam ujung bibirnya terangkat sangat sedikit membentuk senyum dalam mengarungi penderitaannya itu.

“Hei hei! Aku yakin kau tak akan sanggup membayar biaya rumah sakit jika aku cidera karena pukulan liarmu ini.” Kyungsoo meraih pergelangan tangan Kyura berusaha menghentikan serangan liar darinya.

“Sssttt!! Apa otakmu sedang terganggu hingga tak sadar bahwa kita sedang menjadi objek perhatian dari semua orang?” Kyura menoleh ke segala penjuru kantin dan menunduk meminta maaf. Ia kembali menoleh ke sebelahnya dan manusia yang tadinya duduk disana kini telah lenyap.

“Kita selesaikan permainan yang kau mulai, Do Kyungsoo!!” Dengan lincah Kyura menyahut tasnya dan mengejar Kyungsoo yang kini berlari menjauh hingga hampir tak terlihat.

Mereka berhenti di sebuah taman tak jauh dari kampus pusat untuk mengambil nafas.

“Kau boleh juga.” kata Kyungsoo dengan nafas menderu.

“Payah!” Kyura menjentikkan jari dan berjalan tegak berusaha terlihat tetap cool seolah tak merasa lelah, padahal sendi-sendi kakinya serasa mau lepas. Kemudian duduk dan mengambil botol minuman yang ada di tasnya untuk meneguk setengah isinya.

“Aku juga mau.” Kyungsoo menyerobot botol itu dan meminum semuanya dalam sekali teguk. Kyura berusaha melarangnya namun terlambat karena bibir Kyungsoo sudah terlanjur menempel pada ujung botol itu.

Andwae! Aku terlambat! Dalam novel itu Shinyeong merampas botol itu lagi dari tangan Jungho karena ia tak mau berciuman secara tidak langsung dengannya. Ternyata gerakan refleks-ku harus dilatih lebih keras lagi. Pikir Kyura. Namun tanpa bisa ia hindari, pipinya terlanjur bersemu merah.

“Kenapa dengan wajah itu? Kau tidak ikhlas? Ini aku kembalikan.” Kyungsoo dengan cuek memberikan botol kosong pada Kyura dan merebahkan diri di atas rumput.

Kyura kesal dan membuang botol itu ke tanah. “Jangan membuang sampah sembarangan. Ambil!” Perintah Kyungsoo namun Kyura malah meninggalkannya sendirian. Kyungsoo hanya tersenyum melihat kepergian Kyura.

Kenapa kau tak pernah berhenti untuk terlihat menggemaskan di mataku? Batin Kyungsoo.

 

===

 

“Kenapa kau masih disini?” tanya Kyungsoo kaget. Nayoung yang baru memasak menoleh ke belakang.

“Apa kau lupa? Tadi pagi kau mengunci pintunya.”

“Ah… Eum. Aku hanya menghindari kemungkinan kau kabur membawa barang-barangku.” Kata Kyungsoo asal kemudian dia duduk di meja makan.

“Apa mukaku ada bakat untuk melakukan tindak kriminal?” Nayoung tidak terima.

“Mungkin. Who knows?” Kyungsoo menyunggingkan senyum meremehkan. “Kapan kau pergi?” tanya Kyungsoo dingin sambil meneguk segelas air.

Nayoung diam dan beberapa detik kemudian baru mengeluarkan suara. “Apa aku boleh tinggal di sini?” ucapnya pelan sekali. Mata Kyungsoo terbelalak dan iapun tersedak. Nayoung hanya menatapnya prihatin sekaligus takut terhadap jawabannya nanti.

“Tidak bisa!” Kata Kyungsoo setelah lama terbatuk.

“Jebal. Tolong bantu aku. Aku mau menjadi pembantumu meskipun tanpa dibayar dan makan sehari hanya sekali.”

“Tidak. Jika orang tuamu mencarimu, bisa-bisa aku dikira penculik dan dituntut di pengadilan.”

“Itu tidak akan terjadi. Aku tidak punya orang tua.” Nayoung memohon sedangkan Kyungsoo hanya tertegun. Nayoung mengucapkan itu dengan datar tanpa terlihat sedih. Mungkinkah ia sudah lama ditinggal pergi kedua orang tuannya sehingga sudah terbiasa? Atau mungkin aku yang terlalu tidak peka terhadap perasaan perempuan? Batin Kyungsoo.

“Bagaimana jika kakakmu, adikmu, dan keluarga yang lain mencarimu?”

“Aku… Aku tak mempunyai siapa-siapa lagi. Tolong, terimalah aku bekerja disini. Aku hanya butuh tempat untuk bernaung.”

“Jadi kau tak punya rumah?”

“Tidak lagi.” Katanya sambil menunduk.

Kyungsoo menyadari perubahan dari tatapan mata Nayoung dan pada akhirnya ia menerima Nayoung bekerja menjadi pembantunya. Sebenarnya ia ragu, namun ia segera menepis semuanya dan berniat menolongnya.

“Baiklah.” Kata Kyungsoo sambil menuju ke kamar. Nayoung mendongakkan kepalanya dan tersenyum lebar, membuat wajahnya berubah seperti anak kecil yang baru mendapat permen.

“Gomawo.” Katanya semangat dan ia segera melanjutkan memasak.

-

TOK TOK TOK

“Kyungsoo-ssi. Sebaiknya kau makan malam dulu.” Ini sudah yang kesekian kalinya Nayoung mengetuk pintu kamar itu namun tetap tak ada jawaban. Merasa khawatir akhirnya ia masuk ke dalam kamar yang rupanya tidak dikunci.

“Kau harus makan dulu sebelum tidur. Dan sebaiknya kau juga mandi dulu.” Ia berkata di sebelah ranjang Kyungsoo yang nampak tertidur dengan pulas.

“Mungkin ia terlalu lelah.” Ekor mata Nayoung menangkap ruangan itu agak berantakan jadi ia memutuskan untuk membereskannya –ia ingin melakukan tugasnya sebagai pembantu dengan baik.

Mendengar suara di dekatnya membuat Kyungsoo sedikit terusik dan sesaat kemudian ia membuka matanya dan melihat Nayoung sedang membereskan mejanya. Ia mengabaikan gadis itu dan ingin melanjutkan tidurnya. Ia membalik posisinya dan secara tiba-tiba matanya terbelalak lebar. Ia segera mencari ponselnya.

“Kenapa tidak membangunkanku dari tadi?!” Mendengar teriakan tiba-tiba dari Kyungsoo membuat Nayoung kaget dan menjatuhkan beberapa buku yang ia tata.

“Aku sudah membangunkanmu puluhan kali.” Jawab Nayoung polos.

“Arrgghh!!” Kyungsoo segera beranjak dan pergi ke kamar mandi sementara Nayoung menatapnya bingung.

 

===

 

Berkali-kali Kyungsoo menelpon Kyura namun tak ada jawaban, sementara Kyura sudah tidak ada di rumah. Akhirnya ia menuju ke Restoran tempat biasa mereka bertiga berkumpul karena menurut instingnya Kyura sedang berada di sana.

Setibanya disana, ia juga tidak melihat Kyura. Ini sudah lewat satu setengah jam dari jam yang sudah ia tentukan sendiri. Kembali ia menelpon Kyura dan kali ini diangkat olehnya.

“Yeob…”

“Aku di Namsan tower. Kemarilah.” Kyura memotong perkataan Kyungsoo dan langsung menutup telfonnya.

Kyungsoo lega akhirnya ia tahu dimana Kyura berada namun setelah itu ia khawatir, pasti Kyura akan marah besar padanya.

-

Kyura berdiri di membelakangi Kyungsoo, ia satu-satunya yang sendirian diantara beberapa pasangan lain yang juga menikmati malam disana. Ia sedang sibuk melihat nama-nama yang ada di setiap gemboknya dan begitu menyadari ada langkah kaki yang mendekat ia menoleh, mendapati Kyungsoo dengan wajah pucatnya.

“Kau berlari?” Tanya Kyura tidak percaya.

“Ne. Mianhae…” Kyungsoo mengambil nafas sebanyak-banyaknya.

“Kenapa kau buru-buru sekali?” Kyura duduk di sebuah bangku dan Kyungsoo mengikutinya.

“Mianhae. Tadi aku ketiduran. Maaf telah mengecewakanmu.”

“Gwaenchana. Aku tidak kecewa sama sekali.” Kyura tersenyum santai.

“Kau tidak marah?” Kyungsoo kaget.

“Ani.” Kyura mengambil tissue dari dalam tasnya dan mengusap dahi Kyungsoo yang berkeringat.

“Gara-gara aku kau sampai berlari malam-malam begini.” Kata Kyura yang seolah tidak menyadari perubahan ekspresi dari Kyungsoo karena perlakuannya yang tiba-tiba. Kyungsoo sadar dan meraih tissue pada dari genggaman Kyura, “Aku bisa sendiri.” Katanya sambil menatap wajah Kyura namun tak berani melihat matanya.

Kyura mengalihkan pandangannya melihat ke langit dimana hanya ada sedikit bintang dan bulan sabit.

 

===

 

Kyura’s POV

Diam-diam aku mengamati pasangan-pasangan lain yang juga ada disini. Mereka terlihat sangat manis. Apa kalian tahu? Aku iri, sangat iri kepada mereka. Selama 21 tahun hidup aku baru sekali berpacaran, itupun saat SMA. Aku masih menunggu, menunggu seseorang untuk menyatakan perasaannya padaku, dan aku harap ia adalah namja yang kini ada di sebelahku.

Sudah sejak lama aku menyukainya dan entah apa yang ada di pikiranku sehingga aku bisa menyukai namja ini. Maksudku, dia sangat tidak peka, tidak seru, dan cuek terhadap wanita. Tapi dibalik sifatnya yang dingin di luar, ia adalah seorang yang sangat baik di dalam. Sejak dulu aku selalu berharap perasaanku ini bisa terbalas, namun sampai sekarang sepertinya aku harus memendam perasaan ini sendirian dan mungkin untuk selama-lamanya.

Namun dibalik itu aku juga selalu bertanya-tanya, bagaimana perasaannya padaku? Ia menganggapku sebagai apa? Satu-satunya yeoja –yang kuketahui- yang ia perlakukan dengan baik hanyalah aku. Aku merasakan hal itu, dengan sangat jelas. Namun mengingat kami berteman sejak kecil bahkan bisa dibilang kami tumbuh bersama, sudah cukup bagiku untuk menjawab semuanya.

Keheningan ini… Arrghh! Aku tidak pernah tahan berada di situasi seperti ini. Ayolah, kenapa ia tidak bertanya kenapa aku kesini, bagaimana aku kesini, dan sebagainya.

“Lama sekali kan kita tidak kesini.” Ucapnya tiba-tiba. Aku langsung menatapnya karena terkejut.

“A… Aniya. Aku tidak bermaksud apa-apa.” Katanya. Rupanya ia mengartikan lain pandanganku tadi. Mungkin ia kira aku menatapnya begitu karena ia pikir telah membuatku ingat pada namjachinguku yang dulu.

Dulu setiap malam aku bercerita kepadanya tentang namjachinguku itu. Bahkan aku memamerkan gembok cinta kami padanya juga Baekhyun. Sungguh kenangan yang ironis karena tak beberapa lama kemudian namja itu meninggalkanku tanpa alasan yang jelas. Pada malam harinya ia menemaniku melepas kunci gembok itu dan aku segera melempar gembok itu ke udara, ia mencegahku namun terlambat.

“Bagaimana bisa kau melakukannya?” katanya panik pada saat itu.

“Waeyo?” Aku terisak keras.

“Gembok itu bisa mengenai kepala seseorang.” Ia mengguncang bahuku. Aku bahkan tak memikirkan hal itu. Kemudian aku tertawa, karena dia. Dia selalu ada untukku dan selalu membuatku tertawa di kala sedih. Namun kadang juga sangat sangat menjengkelkan hingga membuat hari baikku menjadi buruk.

Aku tahu datang kesini merupakan ide yang buruk karena bayangan namja itu langsung muncul begitu saja di hadapanku. Namun selama ada Kyungsoo disini tak masalah bagiku, karena hanya dia yang mampu mengubah pandanganku tentang tempat yang dulunya kuanggap terkutuk ini.

“Kau… Tidak gila kan? Mengapa kau tersenyum, padahal…” Ia menatapku bingung.

“Ah… Gwaenchana. Hanya teringat sesuatu yang menyenangkan.”

“Menyenangkan?” Ia bergumam dengan tatapan bingung. Ini ekspresi yang paling kusukai darinya. Melihatnya dalam kebingungan.

“Sudah, jangan berfikir terlalu keras. Kepalamu bisa botak.” Aku terkekeh dan ia memasang death glarenya.

Aku segera beranjak mendekati pagar dan melihat ke bawah untuk menghindarinya. “Kemarilah.” Ia menurut.

“Apa kau lihat lampu itu? Yang berwarna merah.”

“Ne. Bukankah itu Restoran tempat biasa kita berkumpul? Sangat besar dan berbeda dari yang lain hingga terlihat sampai disini.”

“Tepat sekali. Tadi aku melihatmu berlari kecil masuk ke sana dan sesaat kemudian berlari lagi keluar sebelum akhinya masuk ke mobil.”

Ia bingung. Tentu saja. Aku sendiri bingung apa yang kubicarakan.

“Ya! Kau menggodaku, hah? Mana mungkin terlihat sampai disini. Lampu itu saja hanya terlihat sebagai noktah kecil.” Dia mencubit pipiku.

“Appo.” Aku mengelus pipiku yang masih berharga.

“Jeongmal? Mian. Mian. Mwo? Lihat, pipimu berdarah!” ia memasang muka panik. Aku meraba lagi pipiku dan kemudian ia mundur secara perlahan. Aku memasang death glare dan ia berlari mendahuluiku.

“Awas kau Do Kyungsoo!!” aku berlari mengejarnya.

 

===

 

To be Continued

 

===

 

 

Chapter pertama emang ngebosenin, saya akui karena belum kelihatan konfliknya. Mian untuk segala typo. Thanks for reading.


Perplexity (Chapter 3)

$
0
0

Author : flatfla (@flatfla_)

Tittle : Perplexity

Genre : Romance, sad

Length : Chaptered

Cast :

  1. Choi Sooyoung (Sooyoung) SNSD
  2. Wu Yifan (Kris) EXO M
  3. Jung Sooyeon (Jessica) SNSD
  4. Xi Luhan (Luhan) EXO M
  5. And other cast

Rate : PG-15

perplexity2

 

“2 hari yang lalu Hari Valentine bukan ?”tanya Seohyun . Semua mengangguk . “Unnie kita ada yang mendapat hadiah dari pengagumnya !”ujar Yuri semangat . “NUGU ?”teriak Sunny . “Hoho, tanya kepada Jessica !”ujar Yuri lagi .

Jessica menyikut Yuri . Yuri hanya menunjukkan giginya sambil bersembunyi dibalik Sooyoung . “Dari siapa ?”tanya Tiffany . “Eoh, ah, Kris,”ujarnya sambil tersipu . Sooyoung tercekat . “Aaah,”ujar Sooyoung sambil tersenyum . Taeyeon menggenggam tangan Sooyoung .

“Kau diberi apa ?”tanya Tiffany lagi . “Hmm, Coklat, bunga dan boneka,”ujarnya lagi . Sooyoung semakin sakit . Rasanya oksigen disekitarnya itu mulai habis . Ditambah lagi entah mengapa airmatanya mau tumpah . Kemarin saja ia sewaktu valentine dapat pesan ataupun kado dari Kris saja tidak, dan sekarang Jessica diberi ? Well, selamat datang dalam dunia sakit hati .

“Aku pergi sebentar,”ujar Sooyoung . Ia tidak kuat menahan air matanya lagi . Ia berlari menuju dalam gedung dan menuju kamar mandi .

~***~

Setidaknya, sudah 20 menit ia sudah puas menumpahkan semua tangisannya . Dan ya, Matanya masih sangat sangat sembab . Ia tidak tahu harus bagaimana . Make Up nya sudah hancur . Ia menghapus semua make up-nya . Ia juga mengobrak-abrik rambutnya sehingga rambutnya tidak ia jepit atau ia ikat . Ia pun akhirnya keluar dari kamar mandi .

“Lama sekali ,”

“Luhan ?”pekik Sooyoung . “Aku tau kau menangis,”ujarnya lagi . “Anja !”ujarnya . Sooyoung menurut dan duduk di sebelah Luhan . “Matamu masih sembab Soo,”ujar Luhan lagi . Sooyoung hanya mencibir . “Tidak akan kelihatan,”ujarnya lagi .

Luhan menggeleng . “Dasar keras kepala !”ujar Luhan . “Bagaimana Hyoyeon ?”tanya Sooyoung . “Darimana kau …”,”Lay ,”ujar Sooyoung . Dasar ember bocor .

“Aku melihatnya Kiss dengan Eunhyuk sunbae di lorong kantin tepat jam 6 pagi di hari Valentine . Jadi aku bisa apa ?”tanya Luhan . “Kau bisa, bernafas,”ujar Sooyoung polos . Luhan menyikutnya . “Kau sungguh, komedian paling lucu sedunia, Soo ,”ujarnya kesal .

“Jadi mereka, berpasangan ? Maksudku, Jess dan Kris ?”tanya Sooyoung . Luhan mendesah . “Aku tidak tahu tepatnya ,”ujar Luhan . “Mungkin akan jelas beberapa tahun lagi,”ujar Luhan lagi . “Well, Jessica sudah semakin tua dan tidak mau menunggu, rambutnya akan semakin putih ketika menunggu Yifan sinting itu, ”ujarnya polos . Luhan tertawa lepas . Sooyoung pun ikut tertawa .

“Ayo kembali ke pestamu !”ujar Luhan lagi . “Iya iya,”ujar Sooyoung . Mereka pun memasuki Sooyoung’s Graduation Day Garden Party .

~***~

Party itu sudah selesai . Sooyoung hanya tinggal menunggu keberangkatannya menuju New York dalam menghitung hari . Alasannya sudah bulat untuk tidak memperpanjang perannya dalam GG .

Sooyoung kembali mengingat kejadian Jessica yang mendapat hadiah dari Kris . Ia kembali mengingat masa lalunya ketika hari valentine pertamanya dengan Kris .

Flashback Start~

Sooyoung bertekat memberikan coklat kepada Kris hari itu . Ia tidak peduli berapa banyak yeoja yang akan berebutan dengannya . Yang jelas Sooyoung harus mencobanya .Sooyoung kembali dari ruang tari . Ia membawa sebatang coklat yang di sembunyikan di dalam jaket almamaternya .

Ia mendapati Kris sedang duduk di bangkunya sambil memandang keluar jendela . Sooyoung memasuki kelas . Ia langsung mengambil alih duduk . “Ah,”ujar Kris . “Why ?”tanya Sooyoung .”Ah, nothing,”ujar Kris .

Kali ini giliran Sooyoung . “Ah,”ujarnya . “What ?”tanya Kris . “Nothing,”ujar Sooyoung . Gugup dan keringat dingin di kepalanya .

Sooyoung bingung . Ia bingung bagaimana memberikan coklat ini .Apakah perlu ia memberikannya seperti para gadis di sekolahnya yang menggemari pria ini ? Atau memberikannya langsung ? Oh tuhan . Baru tahu rasanya menjadi gadis pemalu .

Sooyoung mati kutu . Rasanya ia ingin berteriak berkata kotor, mencaci maki dirinya karena tidak berani memberikan coklat itu kepada Kris . Entah karena tatapan matanya yang dingin, atau takut tidak diterima . Tidak tahulah . Yang jelas ia rasanya ingin menonjok dirinya sendiri yang pengecut .

Pada bel akhir pelajaran, coklat putih itu ia masukkan ke dalam tasnya dan dibawa pulang olehnya . Ia memakan sendiri coklat putih itu .

Hari itu, ia gagal .

Flashback end~

Sooyoung menyumpal telinganya dengan iPod nya . Ia memutar lagu Baek Ji Young- After a Long time . Sweet, air matanya mau menangis mendengar lagu ini .

Maju bomyeo nanudeon yaegideul
Uridul man aratdeon yaegideul
Jiulsu eobtnabwa
Beoril suneobtnabwa
Ijjimotanabwa

 

Tanpa sadar, Taeyeon memasuki kamar Sooyoung . Ia duduk di sisi samping kasur milik Sooyoung . “Babo Soo,”ujar Taeyeon . Sooyoung tidak bergeming . Ia masih sibuk di dunia nya . “Babo Soo!”panggil Taeyeon lagi sambil menncubit kakinya .

Sooyoung bangun . “Kim Taeyeon, kau benar-benar janda nakal,”ujar Sooyoung . “Aku bukan janda babo Soo !”ujarnya kesal . “Bagaimana perasaanmu ?”tanya Taeyeon . “Aku, merasa, menyesal mencintainya,”ujar Sooyoung sambil patah patah . Ada perasaan tak rela ketika ia ingin mengucapkan kata yang sakral dan haram menurutnya, apalagi untuk namja itu . Setidaknya mencintainya selama 6 tahun lebih bukanlah waktu yang lama .

“Kau harus tegar, risiko mencintai orang seperti itu . Bukan kah kau yeoja kuat ?”ujar Taeyeon . Sooyoung menganguk . “Aku tidak yakin aku akan kuat ketika mendengar namanya saja,”ujar Sooyoung lagi . “Mungkin aku ini hanya satu dari 20 kupu-kupu yang ada di sekitarnya, tapi Jessica ? Ia adalah 1 dari 1juta Kupu-kupu bagi Kris,”ujar Sooyoung .

“Maksudmu ?”tanya Taeyeon . “Ia menganggapku seperti orang lain, tidak ada yang bisa aku lebihkan . Tapi ketika ia menatap Jessica, ia pasti menganggap Jessica seseorang yang spesial,”ujar Sooyoung lagi . Ya tuhan, miris sekali sih .

“Sudahlah, lupakan namja itu,”ujar Taeyeon . “Ada namja yang menunggumu,”ujarnya lagi . “Nan Micheoso, semua orang juga tau kalau anggota GG pasti banyak fans namja yang siap menunggu kita,”ujar Sooyoung .

“Hoho, it’s not that easy, Soo babo,”ujar Taeyeon . “It’s really easy, Short Taeyeon !”ujarnya semangat . Taeyeon menjitak kepalanya . “Seenakmu memanggilku pendek !”,”Kau memanggilku babo !”

Taeyeon keburu kesal dan membanting kamar pintu Sooyoung . Sooyoung cekikikan mendengarnya . “Kau pasti akan dikejar anggota EXO !”ujar Taeyeon . “TIDAK MAU !”teriak Sooyoung . Sumpahan konyol .

Taeyeon dan Sooyoung bersumpah tidak akan menyukai berondong manapun biarpun mereka tampan, mapan, kaya, pintar, atau apalah . Intinya janji mereka begitu . Tapi akhir-akhir ini, Taeyeon dan Baekhyun . Ya, tidak usah dibahas karena pasti semuanya sudah tahu hubungan mereka . Dekaaat sekali seperti prangko yang di tempel di amplop . Dan Sooyoung sudah jelas, ia melanggar sumpahan tersebut .

~***~

Pagi-pagi sekali Sooyoung membuka sebuah fancafe . Melihat berapa banyak orang yang mengucapkan selamat tinggal kepadanya . Everyone’s feel lost at least . Sampai ia menemukan sesuatu .

Ada sebuah thread . Sooyoung tidak sengaja menyentuh tab tersebut dan tab tersebut terbuka . “Jessica dan Kris ! Berhentilah bermesraan !”

Sooyoung shock . Ia rasanya hampir mau berteriak . Entah senang, shock, atau sedih . Bercampur aduk jadi satu . Ia mengebawahkan kursornya lagi . Semakin ke bawah, thread yang berbau hal yang sama semakin banyak .

Taeyeon yang baru saja bangun tidur dan menyaksikan apa yang Sooyoung ekspresikan di wajahnya, langsung menuju ke arahnya .”Wae ?”tanya Taeyeon penasaran . Sooyoung memberikan handphone nya .

Taeyeon dengan cepat membacanya . “W-O-W,”ujarnya .

~***~

“Terima kasih sudah datang di acara konferensi pers,”

Mengenai masalah Thread yang memasuki web fancafe tersebut . Well, semua member soshi duduk manis dalam balutan dress selutut . Mereka menemani Jessica yang mengadakan konferensi pers nya hari ini .

Jessica bebicara banyak . Menanggapi berbagai pertanyaan personal yang cukup signifikan . Toh, ia bisa melewatinya . Ia menjawabnya dengan lancar, tanpa gugup . Bahkan hingga akhir acara . Semua member hanya diam menemaninya .

“Terimakasih atas waktunya, sekian,”ujar Jessica lagi .

Dasarnya, para wartawan dan paparazzi mana mau melepaskan sumber skandal yang hebat ini . Dalam hitungan detik, lampu flash para wartawan menyala dimana-mana . “Nona JUNG ! APA ANDA TIDAK MALU BERMESRAAN DENGAN KRIS DI DEPAN MATA SEMUA FANS ANDA ?”teriak seorang wartawan .

Jessica menghentikan langkahnya . “Oh, atau anda tidak memiliki malu ? Bukankah sudah sepatutnya anda sebagai publik figur menjaga image anda ?”ujar wartawan itu lagi . “Memalukan sekali anda tidak bisa menjawab pertanyaan yang saya lontarkan . Anda memang memalukan ! TIDAK PANTAS DI GIRLGROUP INI !”teriak wartawan ini .

Semua menjadi hening . Para wartawan memperhatikan wartawan tersebut dengan air muka tidak suka . Jessica masih terdiam . “A..Aku..”kata Jessica terbata-bata . Tiba-tiba saja kepalanya blank .

“Terima kasih atas pendapat anda . Tapi lebih baik anda tidak usah mengatakan Jessica tidak pantas di girlgroup ini . Kami berkualifikasi . Jadi harap jaga perkataan anda sekali lagi, terima kasih,”ujar Sooyoung mengalihkan .

Semu wartawan kembali terkejut . Kali ini air muka mereka menunjukkan kekaguman yang hebat kepada Sooyoung . “Now, let’s go back girl,”ujar Sooyoung mengkomando member . Semuanya menurut padanya .

Setidaknya, dengan jawaban Sooyoung tadi yang diplomatis, tidak terjadi sebuah berita buruk yang akan tersebar ke seluruh permukaan bumi ini mengenai mereka . Karena satu berita saja, muka dan gambaran mereka yang sempurna, bisa saja hancur dengan seketika .

“Gomawo, atas bantuanmu , aku…”ujar Jessica tidak bisa melanjutkan . Ia masih shock . “Gwenchana Jess, sudah sepatutnya,”ujar Sooyoung lagi . Dalam hati ia tersenyum getir . Mengapa ia harus menolong menjawab pertanyaan Jessica yang notabene bukan merupakan urusannya . Babo .

Kali ini Taeyeon menggenggam tangannya lagi . “Gwenchana Soo,”ujarnya menenangkan . Sooyoung mengangguk lemah . Bahkan mungkin, kali ini yang keadaannya paling parah adalah Sooyoung .

Dalam diamnya, ia menyimpan rasa sakit . Dalam senyumnya, ia melindungi orang-orang . Yeoja yang kuat . Tiffany mengelus rambut Soo dengan lembut sambil memberikannya sekaleng grass jelly drink kesukaannya . “Ini,”ujar Tiffany .

Sooyoung tersenyum . “Gomawo,”ujarnya . Hari yang melelahkan .

~***~

“Soo, jaga diri baik-baik di New York !”ujar Tiffany sambil memeluknya erat . “Aku ingin menyusulmu Soo,”ujar Tiffany lagi . “But, I Can’t,”ujar Tiffany lagi . “Kau kan di San Fransisco, bukan di New York,”ujar Sooyoung . “Still babo,”ujar Tiffany kesal .

“Good luck GG,”ujar Sooyoung . Seohyun menangis keras dan memeluk Sooyoung erat . Biarpun maknae yang suka dibully nya, setidaknya Soo menjadi salah satu Unnie nya yang bijak dan baik . “Oh ayolah Seobaby seororo, kapan aku bisa berangkat jika kau tidak melepaskanku ?”tanya Sooyoung .

Dalam hati ia menjerit pilu . Tapi ia harus tetap kuat . Meninggalkan girlgroup yang mendongkrakkan namanya ini adalah pilihannya . “It’s Time to go, seo,”ujar Soo . Seo melepaskannya sambil berlinangan air mata .

“Kau bisa mengajakku Skype, besok malam . Arrachi ?”ujar Sooyoung . Seohyun mengangguk mengerti . Pastilah, ia akan merindukan keberisikan para member, apalagi leader nya itu . “Tae,”ujar Soo . “Kau tidak mau mengucapkan apapun padaku ?”tanya Soo . “Aku akan menangis pastinya,”ujar Taeyeon sambil memeluk Sooyoung erat .

“Kau akan merindukan bagaimana rasanya tanpa Sooyoung yang selalu memotivasimu menjadi tinggi, kkkk,”ujar Sooyoung sambil tertawa . “Tidak sopan,”kekeh Taeyeon . “Jaga diri baik-baik,”ujarnya . Sooyoung mengangguk mengerti .

Demi tuhan, diantara semua member, hanya Jessica yang paling dingin . Ia tidak menangis . Tidak menyapa Sooyoung . Hanya tersenyum . Ya, entah tersenyum kemenangan atau karena pura-pura melindungi segala kesedihan akan kepergiannya Sooyoung .

“Goodbye,”ujar Sooyoung .

~TBC~

 


Our Love (Chapter 3)

$
0
0

OUR LOVE (Chapter 3)

Author: Choi Nunu a.k.a. Kim Hye Seok

Genre: Romance; Friendship

Cast:

  • Oh Sehun
  • Kim Hana
  • Park Chanmi
  • Park Chanyeol
  • Kim Jong In

 

Annyeong readers!! *tebar bunga sama Sehun* *dicekek Hana*

Chapter 3 nih… just happy reading, and leave your comment please! Gamsahamnida *bow*

 

***

“Sehun-ah, mianhe.” Hana masih mencoba meminta maaf pada chingunya itu, meskipun sejak tadi Sehun bahkan tidak meresponnya sama sekali.

“Sehun-ah, aku punya alasan….”

“Mwo? Alasanmu itu, katakan.” potong Sehun tiba-tiba.

Hana menatap Sehun terkejut. Mata hitamnya bertemu dengan lensa hazel milik Sehun yang menatapnya lekat-lekat seolah mencoba membaca pikiran yeoja itu.

“Mianhe, aku… tetap tidak bisa mengatakan alasannya padamu.” Hana menunduk menghindari tatapan Sehun.

“Geumanhe. Sikapmu sudah kelewatan Kim Hana.” Sehun beranjak dari bangkunya dengan kasar dan meninggalkan Hana yang hanya bisa menatap namja itu menjauh.

“Mianhe Sehun-ah. Jeongmal mianheyo.”

Chanmi yang melihat semua kejadian itu dari balik pintu kelas, menahan lengan Sehun saat namja itu keluar.

“Sehun-ah, jangan begini.” Chanmi menatap namja itu sedih.

Dia bukannya tidak memahami perasaan Sehun, tapi bagaimanapun juga Hana adalah sahabat mereka, itu yang dipikirkan Chanmi.

“Chanmi-ah, dia yang memulai ini.” ucap Sehun dingin.

“Dia sahabat kita Sehun-ah.”

Sehun menarik nafas panjang, “Lebih dari sekedar sahabat Chanmi-ah. Itu sebabnya aku merasa sangat marah padanya.”

Tangannya melepas genggaman Chanmi dan beranjak pergi, dengan sigap Chanmi mengejar langkahnya.

“Kau merindukannya Sehun-ah?” langkah Sehun terhenti mendengar kata-kata Chanmi.

Namja itu mengulas senyum masam, “apa kau perlu aku untuk menjawabnya?”

 

*Park Chanmi POV*

“Sehun-ah, jangan begini.” aku mencoba menahan Sehun yang meninggalkan Chanmi begitu saja, mencoba membujuk namja dihadapankku ini untuk memaafkan Hana.

“Chanmi-ah, dia yang memulai ini.” ucap Sehun dingin.

“Dia sahabat kita Sehun-ah.” ujarku dengan sedikit putus asa.

Sehun menarik nafas panjang, “Lebih dari sekedar sahabat Chanmi-ah. Itu sebabnya aku merasa sangat marah padanya.”

Aku menatap Sehun, apa maksud perkataannya tadi? Tangannya melepas genggamanku di lengannya dan dia beranjak pergi. Aku menatap punggungnya sejenak dan memutuskan untuk mengejarnya. Semua masalah ini harus diselesaikan. Aku tahu kalau Sehun marah karena sebenarnya dia sangat kehilangan Hana. Ya, namja ini pasti sangat merindukan Kim Hana, entah apa yang membuatnya keras kepala seperti ini dan tetap bersikeras untuk tidak memaafkan Hana.

“Kau merindukannya Sehun-ah?” langkah Sehun terhenti setelah aku mengajukan pertanyaan itu padanya.

Namja itu mengulas senyum masam, “apa kau perlu aku untuk menjawabnya?” tanyanya.

Aku hanya dapat diam dan menatapnya. Sehun-ah, apa kau begitu menyayangi Hana?

Selama Hana menghindar dari kami, aku memang selalu berada di dekat Sehun. Menemani namja itu kemana pun dia pergi, mencoba menggantikan sosok Hana, dan hasilnya adalah nihil.

Aku tahu setiap yang Sehun lihat selalu berhubungan dengan Hana, dan semua yang dilakukan namja itu mengingatkannya pada sahabat yang sangat ia sayangi, Kim Hana.

Sehun-ah, kurasa tidak aneh jika kesimpulan itu muncul begitu saja dalam pikiranku. Kesimpulan yang kudapat sendiri, bahwa kau mencintai Hana.

Rasanya aku ingin bertanya padanya, apakah dia mencintai Kim Hana? Tapi pertanyaan itu terasa menyumbat tenggorokanku dan yang dapat kulakukan hanya menyimpannya jauh-jauh.

Mungkin aku egois, tapi aku juga belum siap dengan kenyataan itu, kalau sampai Sehun memang mengiyakan pertanyaanku, karena aku pun memiliki perasaan yang mencintai seorang Oh Sehun.

 

***

 

Aku tidak tega melihat wajah murung Hana seharian ini, aku berniat menghiburnya tapi tidak tahu harus bagaimana. Kami hanya duduk di taman sore itu tanpa berbuat apa-apa. Aku dan Hana sibuk dengan pikiran kami masing-masing.

“Hana-ya.” Panggilku.

“Hm?”

“Apa aku boleh tahu alasan sebenarnya kau menghindar dariku dan Sehun?” aku menatap Hana, dia hanya terdiam, ekspresinya seolah dia tengah berpikir. Aku mencoba sabar, aku yakin Hana akan menjawab pertanyaanku. Aku harus tahu alasannya yang sebenarnya baru setelah itu dapat menjelaskan semuanya pada Sehun.

“Itu, karena aku…” dia menghela nafas sejenak.

“Aku sedang bingung untuk menentukan universitas pilihanku Chanmi-ah. Aku tidak seperti kau dan Sehun yang sudah memiliki pilihan sendiri. Aku menjauh dari kalian, hanya untuk menenangkan diri, tidak menduga kalau Sehun akhirnya marah padaku.”

Aku tersenyum mendengar penjelasannya.

“Hana-ya, mungkin kau berbeda denganku dan Sehun, tapi kata oppaku kau sudah menentukan pilihanmu kan?”

“Ne.” Hana mengangguk pelan.

“Kupikir setelah ini aku bisa seperti biasa bersama kalian lagi, tapi Sehun sepertinya terlalu marah padaku.” lanjut Hana lagi.

Aku menggeleng cepat, “aniyo. Sehun sangat merindukanmu, makanya dia seperti itu.”

“Jinjja?” aku dapat mendengar nada suara Hana yang sama sekali tidak percaya itu.

“Aku sangat yakin dengan hal itu Hana-ya! Kau ini sahabat terbaiknya, dia sangat kehilanganmu Hana-ya.”

“Ne, aku memang sahabatnya.” Hana menganggukkan kepalanya pelan dan kami lagi-lagi terdiam cukup lama.

Aku sangat ingin mengetahui kebenaran ini dari Hana, kurasa sekarang waktu yang tepat menanyakan perasaan Hana pada Sehun. Ya, aku akan mencobanya sekarang. Kurasa aku sudah siap dengan jawaban apapun dari Hana, aku akan mencoba menerimanya.

“Hana-ya, boleh aku bertanya sesuatu?”

Hana mengangguk cepat, “Ne”

“Bagaimana perasaanmu yang sebenarnya pada Sehun?”

*Park Chanmi POV End*

 

“Hana-ya, boleh aku bertanya sesuatu?” tanya Chanmi yang dijawab Hana dengan anggukan, “ne”.

“Bagaimana perasaanmu yang sebenarnya pada Sehun?”

Hana tersentak kaget dan menatap Chanmi bingung. Chanmi balas menatapnya, ia sangat berharap jawaban jujur dari Hana, apapun itu, sekalipun dia harus mendengar kalau Hana juga menganggap Sehun lebih dari sekedar sahabat.

“Perasaanku pada Sehun? Kenapa kau ingin tahu Chanmi-ah? Apa kau punya perasaan lain terhadap Sehun?” Hana balas bertanya pada Chanmi.

Kedua yeoja itu saling bertatapan selama beberapa detik sebelum Hana mengalihkan pandangannya ke arah lain. Chanmi tetap menatap Hana lekat-lekat.

“Ne. Aku punya perasaan yang lebih dari sekedar sahabat pada Sehun.” Chanmi menghela nafas dan mengangguk, “aku mencintai Sehun, Hana-ya.” ucap Chanmi lagi.

Itu kenyataan. Dia tidak ingin menyembunyikan kenyataan itu lagi. Dia ingin berjuang mendapatkan Sehun, mendapatkan hati namja itu. Hana tersenyum, ekspresinya sulit diartikan, sementara Chanmi mempertahankan pandangannya ke arah Hana.

“Johae.”

“Huh?”

“Ne, itu sangat baik. Kau tahu, aku juga punya dugaan kuat kalau Sehun menyukaimu Chanmi-ah.” ujar Hana ringan, walau jauh di dalam hatinya, rasanya sudah sangat sesak sekarang.

“Hana-ya…”

“Entahlah, momen itu, kau tahu? Tiap kali Sehun bersamamu, dia bersikap seperti seorang namja pada yeoja. Selama aku mengenal Sehun, dia bukan namja yang cepat akrab dengan yeoja, tapi itu berbeda denganmu Chanmi-ah.” Kata-kata Hana meluncur begitu saja, tidak dapat dikontrolnya.

“Aku yakin, kalau kau mau berjuang, kau pasti bisa bersama dengan Sehun.” Hana tersenyum lebar pada Chanmi, tetapi matanya sendiri terasa panas.

“Hana-ya, jinjjayo?”

“Mm.” Hana mengangguk.

“Ah, sudah hampir gelap, aku harus segera kembali, nanti eomma mencariku.” Hana bangkit dari duduknya, bersiap beranjak dari tempat itu.

Chanmi menatap Hana, masih bingung dan sedikit tidak mengerti dengan sikap yeoja itu.

“Chanmi-ah, perasaanku pada Sehun tidak lebih dari sekedar sahabat. Aku…menganggap Sehun seperti oppa, dongsaeng, bahkan saudara kembarku, hajiman aku tidak pernah melihatnya sebagai seorang namja yang dapat dicintai. Tidak perlu khawatir, kau bisa terus mencintainya Chanmi-ah. Kattaulke.” Hana melambai dan bergegas pergi kembali ke apartemen, meninggalkan Chanmi yang hanya dapat menatapnya terus hingga punggung yeoja itu menghilang di kejauhan.

 

*Kim Hana POV*

Aku berjalan cepat menuju apartemenku. Air mataku sudah menggenang, aku berkedip sekali dan air itu sudah mengalir menuruni pipiku sekarang. Sakit. Hatiku rasanya sangat sakit, dadaku sesak, aku tidak dapat menahan tangisku lagi.

Dari semua orang di dunia ini, kenapa harus aku dan Chanmi yang sama-sama mencintai
Sehun? Kenapa aku harus punya perasaan ini pada Sehun?

Aku berjalan sambil menangis, kakiku sangat lemas, dan akhirnya aku berjongkok di tangga darurat apartemen yang memang selalu kosong. Mengeluarkan semua air mataku, menangis sendirian.

Apa rasanya memang sesakit ini? Bukankah aku ingin membahagiakan sahabatku? Tapi aku tidak bisa, tidak bisa tanpamu Sehun-ah. Aku mencintaimu Sehun-ah. Jeongmal saranghae.

“Hana-ya?” sentuhan di bahuku dan panggilan itu membuatku terkejut.

Aku mendongak dan mendapati sepasang mata hazel menatapku. Sehun.

*Kim Hana POV End*

 

*Oh Sehun POV*

Aku menghabiskan sore ini di balkon bagian atap apartemen 10 lantai tempatku tinggal ini. Satu-satunya jalan kesini hanya melewati tangga darurat, karena itu tempat ini sangat kosong, dan sangat cocok dijadikan tempat menyendiri.

Aku memang tidak berniat menemui siapapun saat ini. Sejak siang tadi pikiranku penuh dengan seseorang bernama Kim Hana.

Yeoja yang tiba-tiba menghilang dan datang kembali tanpa merasa bersalah sedikit pun. Aku tidak mengerti dengannya. Hampir seumur hidupku berteman dengannya dan baru kali ini dia bersikap seperti itu. Ah, sebenarnya aku sudah memaafkan Hana, aku bahkan memang tidak bisa marah padanya sedikit pun. Tapi entah kenapa aku jadi kesal kalau mengingat ekspresinya saat bersama Chanyeol hyung. Jujur saja, kejadian itulah yang paling menggangguku.

Kenapa Hana menjauhiku dan malah bersenang-senang dengan Chanyeol hyung? Aku benci pemikiran dalam kepalaku yang mengatakan kalau Hana menyukai Chanyeol hyung. Anjoha.

Langit hampir gelap, sebaiknya aku turun sekarang kalau tidak mau penjaga gedung mendapatiku menyelundup kemari, dia bisa menyeretku pada eomma dan appa.

Aku melangkah menuruni tangga sampai ke lantai 6, dimana apartemenku berada. Langkahku terhenti saat mendengar suara orang menangis. Apa itu hantu?

Aku menoleh ke sekeliling lalu menggeleng kuat-kuat untuk menghilangkan pemikiran aneh itu. Tapi itu memang suara tangisan, aku melongokkan kepala ke bawah dan mendapati seseorang memang sedang duduk dan menangis di sana.

Tunggu, aku kenal orang itu. Aku bergegas turun, mendekatinya. Ya, itu dia. Kenapa dia menangis seperti ini?

Aku memegang bahunya perlahan, “Hana-ya?”

Dia mendongak dan menatapku. Mata hitamnya berkilat penuh dengan air mata, wajahnya memerah. Dia terkejut melihatku, aku tahu itu.

Tanpa dapat kutahan aku segera berlutut dan menariknya ke pelukanku.

“Kenapa menangis? Uljima… Uljima Hana-ya.” Aku mengusap kepalanya pelan.

Perasaan ini, hatiku sakit melihatnya seperti ini. Hana selalu kuat, selama ini dia tidak pernah menangis seperti ini. Rasanya dadaku sesak mendengar tangisannya.

Hana mendorong dadaku pelan, menjauhkannya dari pelukanku. Wajahnya benar-benar kacau saat ini. Apa yang sebenarnya terjadi?

“Mianhe, apa ini karenaku? Hana-ya, aku sudah tidak marah lagi padamu, uljima.”

“Aniyo. Gwaenchana.” Hana memaksakan senyumnya, suaranya setengah terisak.

Aku menangkupkan kedua tanganku di pipinya dan mengusap air matanya.

“Apa yang terjadi?” tanyaku lembut, tapi dia hanya menggeleng.

“Mianhe, membuatmu melihatku seperti ini. Pergilah, aku baik-baik saja.” Hana memutar badannya membelakangiku.

Aku tidak mungkin meninggalkannya. Aku memilih untuk duduk di sampingnya. Kutarik pelan kepalanya agar bersandar ke bahuku.

Hana dan aku duduk dalam diam, entah berapa lama, tapi tidak sepatah kata pun keluar dari mulut kami. Aku tidak tahu apa yang dipikirkan Hana, dan aku juga tidak tahu harus bicara apa padanya.

“Mianhe Sehun-ah.” ucapnya tiba-tiba.

“Untuk apa? Kau tidak bersalah Hana-ya.”

“Mianheyo.”

Aku hanya dapat menghela nafas, “ne”.

“Sudah malam, kau tidak ingin kembali?” tawarku.

Hana hanya mengangguk pelan, “kau duluan. Aku masih ingin di sini.” Ia mengangkat kepalanya dari bahuku. Aku menatapnya lagi, memastikan dia akan baik-baik saja.

“Geurae, jangan terlalu lama. Nanti ahjumma khawatir.” aku bangkit dan mengusap kepalanya pelan sebelum berlalu, “Jangan menangis lagi Hana-ya. Aku sedih melihatmu seperti ini.” ucapku pelan dan berlalu meninggalkannya.

*Sehun POV End*

 

*Park Chanmi POV*

“Sehun?” panggilku saat melihat sosok namja itu berjalan menuju apartemennya, tepat di depanku.

“Chanmi-ah, dari mana?” tanyanya pelan.

“Taman depan, kau sendiri?”

“Tempat rahasiaku. Hehehe.” Sehun memasang cengiran imutnya, aku hanya tersenyum melihatnya.

Ah, aku jadi ingat perkataan Hana tadi, apa mungkin yang dikatakannya benar? Kalau Sehun juga…

“Chanmi-ah, kau mendengarku?” tiba-tiba tangan Sehun sudah melambai dihadapanku. Aku tersadar dari pikiranku.

“Ne? Mianhe, tadi kau bilang apa?”

“Tentang Hana, apa kau tahu apa yang terjadi pada Hana sepulang sekolah? Apa dia mengatakan sesuatu tentang aku yang marah padanya atau hal semacam itu?”

Eh, kenapa tiba-tiba Sehun menanyakan Hana?

“Mm…tadi aku memang bersamanya, tapi kemudian Hana pergi. Aku hanya mencoba menghiburnya karena dia terlihat sangat murung seharian.” jelasku pada Sehun.

Sehun seperti berpikir, entah apa, tapi aku harus mencoba membujuknya untuk memaafkan Hana.

“Sehun-ah, jangan marah lagi pada Hana.”

“Jangan khawatir, aku tidak marah padanya.” aku tersenyum lega mendengar perkataan Sehun.

“Chanmi-ah, gomawo.”

“Eoh? Untuk?”

Sehun hanya mengangkat bahunya pelan dan mengangguk padaku sebelum berlalu.

*Park Chanmi POV End*

 

*Kim Jong In POV*

Hari ini aku sedang dalam mood yang kurang baik.  Sekyung dan aku tidak bertemu seharian, dia sedang ada tugas penting bahkan mengirim pesan singkat saja tidak. Huff…aku melempar ponselku dengan asal ke tempat tidur.

Brakk!

Aku menoleh dan pintu kamarku sudah dibuka lebar-lebar oleh yeodongsaengku.

“Hana? Ada apa?”

Hana tidak menjawabku, dia berjalan dan duduk di pinggir tempat tidurku. Aku bangun dan ikut duduk disampingnya.

“Waeyo? Kau habis menangis?” tanyaku lembut. Hana hanya menggeleng dan menyandarkan kepalanya di bahuku. Aku membiarkannya.

Aku sangat tahu sifatnya, kalau habis menangis dai hanya akan diam dan bersandar padaku. Aku mengusap kepalanya pelan. Kami terdiam beberapa lama.

“Oppa, seandainya Sekyung eonnie mencintai namja lain, apa kau akan melepaskannya?” Hana mengangkat kepalanya, mata sembabnya menatapku.

Aku menghela nafas panjang, “itu pertanyaan sulit. Aku bahkan tidak pernah membayangkan akan kehilangan Sekyung.” ucapku pelan.

“Aku tidak yakin dapat melepaskannya dengan tulus karena aku sangat mencintainya, aku juga tidak yakin dapat melupakannya dari hidupku dan mencoba mencintai yeoja lain. Hajiman, kalau dengan cara seperti itu dia dapat bahagia…” aku menarik nafas pelan, “aku akan mencoba untuk melepaskannya.” lanjutku.

Aku dan Hana kembali terdiam dan Hana menyandarkan kepalanya lagi di bahuku.

“Arraseo. Gomawo oppa.” ucapnya pelan.

Aku menarik Hana dari sandarannya dan memegang kedua pundaknya, “Apa ada yang terjadi?”

“Kau… sedang patah hati?” tanyaku lagi.

“Hehe. Oppa, memangnya aku pernah jatuh cinta sampai harus patah hati?” dia tersenyum, dan aku tahu itu senyum terpaksa.

“Gotjimal. Kau mencintai seorang namja? Sehun?” matanya seketika membulat, aku tahu tebakanku benar.

“Sejak kapan?” tanyaku lagi.

“Mollayo.” Jawabnya pelan.

“Lalu, apa masalahnya?”

“Chanmi… dia juga mencintai Sehun.” aku mengangguk pelan, entah kenapa masalah ini seperti telah ada dalam pemikiranku sebelumnya. Aku bahkan tidak terkejut mendengarnya. Hal yang mengejutkanku justru karena Hana yang biasanya tidak pernah peduli dengan apapun, ternyata sebegitu mencintai Sehun, tapi tidak bisa mengkhianati sahabatnya sendiri.

“Lalu, apa yang akan kau lakukan?”

Hana diam dan tidak menjawabku, lalu ia menggeleng kepalanya pelan.

“Mau ku beritahu sesuatu?”

“Mwoya?”

“Kalau kau memang mencintainya katakanlah perasaanmu yang sebenarnya pada Sehun. Masalah dia mencintaimu juga atau tidak, itu resiko yang harus kau hadapi. Dan juga bersikaplah adil pada Chanmi dengan memberinya kesempatan yang sama. Satu hal lagi, bagaimanapun juga, persahabatan kalian harus tetap dijaga. Arraseo?”

“Mm… arraseo. Gomawo oppa.” Hana memelukku dan aku hanya menepuk-nepuk kepalanya pelan.

Yeodongsaengku ini sudah jadi dewasa rupanya.

“Chankaman! Jadi itu alasannya kenapa kau menjauh dari Sehun? Kau tahu, kata Sekyung, namdongsaengnya itu seperti ayam kehilangan induk saat kau tidak bersamanya. Aissh.. kalian ini…”

“Hoahm.. Oppa, aku mengantuk. Jaljayo!” Hana berlari secepat kilat ke kamarnya. Aku hanya geleng-geleng melihat kelakuan yeodongsaengku yang satu ini. Padahal aku baru akan menceramahinya.

Sudahlah, biarkan saja mereka berdua. Lagipula kurasa Sehun dan Hana memang saling menyayangi, semoga Chanmi dapat mengerti.

Drrt… drrt… drrt…

Aku mengambil ponselku secepat kilat dan kecewa secepat kilat karena pesan yang kudapat bukan dari Sekyung-ku.

“Yak! Kenapa tadi Hana lalu sekarang Sehun? Mana Sekyung-kuuu????”

*Kim Jong In POV End*

 

“Sehun-ah!!” Chanmi berlari menghampiri namja yang sedang berjalan setumpuk buku di tangannya.

“Mau kubantu?” tawar Chanmi.

“Aniyo!  Aku ini namja. Namja! Tidak boleh meminta yeoja membantuku dengan hal yang seperti ini.” Chanmi tertawa melihat tingkah chingunya itu.

“Ne. Ne. Setelah ini mau makan siang bersama?”

“Otte!” Sehun melempar senyum manisnya dan diikuti dengan wajah Chanmi yang bersemu merah.

“Eoh, Hana odieyo?” tanya Chanmi.

“Katanya ada urusan dengan Lee seongsaenim, mungkin masalah pilihan universitasnya. Ujian kan sudah dekat.”

“Aku perpustakaan dulu, nanti aku menyusulmu.”

“Ne.” Chanmi menatap punggung Sehun yang menjauh dan memasuki perpustakaan, kemudian melanjutkan langkahnya ke kantin sekolah.

 

***

 

“Mwo?! Universitas itu kan berbeda dengan aku dan Chanmi. Kau yakin?”

“Ne. Universitas itu memiliki fakultas sastra terbaik. Lagipula aku sudah mendiskusikannya dengan Lee seongsaenim, dia juga berpendapat itu pilihan yang baik.” sahut Hana ringan sedangkan Sehun menatapnya tak percaya.

“Tapi bukankah kita akan masuk universitas yang sama?”

“Sehun-ah, bagaimanapun juga kita harus memiliki pilihan sendiri kan?”

“Lalu kau akan sendirian di sana?” Sehun tidak mau kalah.

“Aniyo, kau tahu, Chanyeol oppa juga di sana, iya kan Chanmi-ah?”

“Eoh? Ne.” jawab Chanmi singkat.

Sehun hanya mendengus pelan, “terserah kau saja.”

“Sehun-ah, kita kan tetap bersahabat, eoh? Kau masih bisa menggangguku di apartemen?”

“Ne, Hana benar. Lagipula, kau masih bersamaku kan Sehun-ah?”

“Terserah kalian saja.” Sehun menutup pembicaraan mereka disambut senyuman kedua yeoja di depannya.

 

***

 

Sore itu Chanmi sedang sibuk sendiri di dapur apartemennya. Park Chanyeol baru saja tiba di rumah dan melihat yeodongsaengnya yang sibuk segera menghampirinya.

“Hm…baunya enak. Kau sedang membuat apa?” tanya Chanyeol sambil menggerak-gerakkan hidungnya lucu.

“Oppa…kau sudah pulang?” sambut Chanmi dengan senyum mengembang.

“Aku sedang membuat cake.” katanya lagi sambil mengangkat cakenya yang sudah matang dari oven.

“Cake? Memangnya ada apa?” tanya Chanyeol, sedikit tergoda pada wangi kue yang baru diangkat dari panggangannya.

“Besok 14 April.”

“Ne, nan arra. Geundae wae?”

“Oppa!! Itu hari ulang tahun Sehun!” Chanmi cemberut karena sikap tidak peduli oppanya.

“Jinjja? Wah, jadi kau akan memberikan ini untuknya?” Chanmi mengangguk cepat.

“Dia pasti senang. Tapi, kau mau buat cake apa?”

“Rahasia!” *mehrong*.

“Oppa, pergilah! Jangan melihat, apalagi memberitahu Sehun.” Seru Chanmi mendorong oppanya dari dapur.

“Arra. Arra. Semoga sukses!” teriak Chanyeol beranjak ke kamarnya.

“Mwo? Sukses apanya? Dasar oppa!” gerutu Chanmi, dia mulai menghias cake didepannya sambil sesekali tersenyum melihat hasil karyanya.

“Semoga Sehun menyukainya.”

 

***

 

*Oh Sehun POV*

Aku sedang sibuk mengacak-acak tempat favoritku yang sudah lama tidak kudatangi ini, kamar Hana. Dia sedang sibuk di mejanya menulis entah apa. Aku melihatnya dari belakang, yeoja kesayanganku ini cantik sekali dari belakang. Hehe.

“Hana-ya!” panggilku usil.

“Hm?” sahutnya tapi tidak menoleh ke arahku. Huh, aku bangkit dari tempat tidur dan mendatanginya.

“Hana-ya!” panggilku lagi, aku sudah berdiri di belakangnya.

“Hm? Ada apa Sehun-ah?” tangannya masih sibuk menulis, tetap belum menoleh ke arahku.

“Coba tebak besok tanggal berapa?”

“Mollayo.” jawabnya, tetap sambil menulis. Ah, aku kesal!

“Hana-ya!!!” panggilku keras, membuat Hana terlonjak kaget.

“Sehun!! Waeyo? Tidak perlu seperti itu kan?” akhirnya dia menoleh ke arahku, tapi pandangannya terlihat sangat kesal padaku.

“Kau lupa besok tanggal berapa?” tanyaku lagi.

“Ne. Memangnya tanggal berapa?”

Aku hanya menghela nafas, apa dia memang sudah tidak peduli padaku lagi sekarang? Ini menyebalkan, tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa, dia hanya seorang sahabatku saat ini.

“Sudahlah, aku pulang saja. Sepertinya kau sangat serius.” Aku menepuk bahunya pelan dan berjalan keluar, tapi tangan Hana menahan lenganku.

“Mianhe.” katanya pelan, “Jangan marah Sehun-ah.”

Aku berbalik, mendekatkan wajahku padanya dan menangkup pipinya dengan kedua tanganku, “Aniyo. Aku tidak akan bisa marah padamu, eoh?”

“Wae?” pertanyaannya membuat kerongkonganku mendadak kering. Tentu saja aku tidak akan pernah bisa marah padanya, dia yeoja yang paling kucintai, dia juga sahabatku yang sangat kusayangi. Kim Hana, kau itu segalanya bagiku, tidak mudah untuk marah apalagi benci padamu.

Aku menghela nafas panjang, menatapnya lekat-lekat, dan memutuskan untuk menjawabnya.

“Karena aku menyayangimu Hana-ya.”

***

 

Upss… mianhamnida TBC lagi yaakk!! Gamsahamnida fo reading. *bow*

 


Wedding Dress

$
0
0

Title : Wedding Dress

Author : @revina_shiro (EyelinerPrincess)

Length : Ficlet

Genre : Romance, Angst, Friendship

Rating : PG-14

Main cast :

-          Byun Baek Hyun ( EXO-K)

-          Kim Nari (OC’s)

-          Park Chanyeol (EXO-K)

Summary : “Aku berdoa, semoga kau bahagia bersamanya…”

Disclaimer : No one from you guys to plagiarize my story. It’s pure from my imagination. I belive that guys.

Author Talks :  Readers, semoga FF yang kalian akan baca ini *kalo emang mau* enak di baca sama berkenan dihati… Happy reading :D

WEDDING DRESS

 

___________

Aku selalu berdoa pada tuhan, supaya hari ini tidak akan datang…

Dimana aku harus merelakan perasaanku…

Untuk kebahagianmu… cintaku.

____________

(Baekhyun’s Side)

Pagi ini aku akan menghadiri sebuah acara pernikahan. Ya, pernikahan teman terbaikku. Sekaligus orang yang teramat aku cintai. Kim Nari. Yeoja yang selama ini mengisi relung hatiku. Aku sangat mencintainya, tapi sayangnya aku tidak punya keberanian besar untuk mengutarakan perasaan ini. Aku takut, jika persahabatan yang kami jalin selama ini akan terputus begitu saja karena hal bodoh yang ingin kulakukan itu.

Hari ini dia mengundangku sebagai pianist di acara pernikahanya dengan Park Chanyeol yang merupakan sahabat terbaikku juga. Aku bingung harus mengeluarkan ekspresi seperti apa ketika aku bertemu mereka. Disatu sisi mereka adalah sahabatku yang paling aku sayangi, dan sudah seharusnya aku ikut senang atas pernikahan mereka. Tapi disisi lainnya, aku tidak ingin pernikahan ini terjadi. Aku tidak rela jika yeoja yang selama ini aku cintai itu harus menikah dengan sahabat terbaikku sendiri. Bukankah itu terdengar sangat menyakitkan? Tapi tetap saja, pada akhirnya aku harus menyunggingkan sebuah senyuman palsu sebagai tanda rasa bahagiaku atas pernikahan mereka. Sungguh ironis.

Sebuah kotak berwarna merah marun yang kusimpan diatas nakas itu menarik perhatianku. Ku ambil kotak itu dan kulihat isi di dalamnya. Sebuah cincin perak cantik bermatakan berlian indah yang mampu membuat semua orang terpana ketika melihatnya. Kuambil cincin itu dari kotak merah marun tadi dan aku melihatnya intens. Indah. Satu kata itulah yang terucap ketika kau melihat cincin itu. Tapi sayang, cincin cantik itu tak penah bisa kuberikan pada pemilik yang sebenarnya. Ya, siapa lagi kalau bukan Kim Nari.

Kumasukan cincin cantik itu kedalam saku celanaku. Kemudian berjalan pelan ke arah grand pianoku dan mengambil beberapa sheet music yang ku kumpulkan semalam. Sebelum aku beranjak pergi, aku menatap sebuah foto dengan tiga orang yang terlihat sangat bahagia disana. Aku hanya tersenyum miris melihat itu dan berkata,

“Semoga kalian bahagia… sahabatku.”

~***~

Aku menyusuri jalanan Seoul pagi ini. Dan seperti biasa tempat ini selalu terlihat ramai dengan mobil-mobil dan pejalan kaki di trotoar jalan.

(Flashback)

“Baekhyun-ah lihat ini. Kau lucu sekali,” ucap yeoja disampingku.

“Ahaha… kau ini. Bukan lucu tapi tampan Nari,” ucapku sambil mengusap rambutnya pelan.

“Tampan? Tapi kan di foto itu kau sangat lucu Baekhyun-ah,” ucap Nari sambil membetulkan kembali tatanan rambutnya.

“Iya, Baekki. Kau terlihat lucu… sangat lucu malah,” tambah Chanyeol diiringi tawa kerasnya.

“Yakh… kalian ini. Jelas-jelas aku ini tampan. Huh.”

“Iya… iya kau tampan Baekhyun-ah,” ucap Nari sambil mencubit pipiku gemas.

Aku hanya tersenyum simpul setelah mendapat perlakuan dari Nari barusan.

(Flashback End)

Tepat di hadapanku sekarang berdiri gejera megah yang akan menjadi saksi bisu pernikahan kedua sahabatku itu. Aku tersenyum getir ketika melihat sang pengantin pria sedang menyambut tamu diluar gereja.

“Hey Baekhyun… kenapa kau baru datang? Nari menunggumu dari tadi,” ucapnya dengan senyum merekah di bibirnya.

“Jinjja? Kalau begitu aku masuk duluan ya Yeol,” ucapku sambil menyunggingkan senyum palsu padanya.

“Ne… kau duluan sana.”

~***~

Aku melihat sang pengantin wanita yang tak lain adalah Kim Nari terlihat sangat cantik hari ini dengan gaun putih dan mahkota di rambutnya. Dia selalu membuatku kagum dengan kecantikannya. Sungguh wanita yang sempurna, menurutku.

Nari melambaikan tangannya padaku disertai senyum manis yang selalu membuatku terpesona padanya. Aku membalas senyumnya dengan senyum simpul dan berjalan ke tempat dia duduk sekarang.

“Baekhyun-ah akhirnya kau datang juga. Aku menunggumu dari tadi,” ucapnya masih dengan senyum manisnya.

“Tentu, hari ini kan pernikahan kedua sahabatku. Mana mungkin aku tidak datang,” ucapku pura-pura terlihat bahagia.

Seorang namja yang kuyakini adalah Chanyeol itu berjalan ke arahku, dia menyunggingkan senyuman yang ku tau adalah senyuman kebahagian.

“Baekhyun, terima kasih karena kau sudah datang di acara pernikahan kami,” ucap Chanyeol sambil merangkul Nari.

“Sudah sepantasnya seorang sahabat yang baik datang ke pernikahan sahabatnya dan memberi mereka ucapan selamat,” ucapku dengan senyuman getir di bibirku.

“Ahh… Aku juga sangat berterima kasih karena Baekhyun mau jadi pianist diacara pernikahanku hari ini,” ucap Nari sambil melihat kearah Chanyeol.

“Tidak perlu sungkan hehehe,” timpalku dengan tawa yang dibuat-buat.

~***~

Saatnya telah tiba, dimana sang pengantin pria dan wanita akan mengucap janji sehidup semati mereka di hadapan hadirin dan sang pendeta agung.

Aku yang hanya seorang hadirin disini, hanya bisa melihat mereka berciuman begitu mesranya di hadapan seluruh tamu agung di dalam gereja ini. Bohong kalau aku bilang aku baik-baik saja sekarang. Hatiku benar-benar hancur mengetahui kenyataan bahwa yeoja yang teramat aku cintai itu sudah dimiliki seutuhnya oleh sahabatku sendiri. Tepukan tangan dari seluruh hadirin menggema diseluruh penjuru gereja. Aku hanya bisa menagis dalam hati dan merutuki kesalahanku sendiri. Benar-benar menyedihkan.

Nari menyunggingkan senyuman hangatnya padaku. Aku dengan sangat terpaksa membalas senyuman itu dengan senyuman getir yang kuyakini dia tidak akan menyadarinnya. Aku benar-benar tidak sanggup melihat kenyataan ini. Setiap kali aku melihat senyum di wajah yeoja itu, dinding tinggi yang melindungiku selalu saja ambruk begitu saja. Dan membuat rasa pilu tepat di hatiku begitu saja.

Aku segera menekan tuts piano itu sesuai nada-nada yang ada pada sheet music yang kubawa hari ini, terdengar merdu memang. Berbanding terbalik dengan kondisi hatiku yang benar-benar hancur berkeping-keping.

Sekarang seluruh hadirin yang hadir tengah memberikan ucapan selamat pada kedua mempelai yang beberapa menit tadi secara resmi sudah sah menjadi suami istri. Tak kuasa aku menahannya lagi, akhirnya air mataku turun membasahi pipiku. Aku menagis dalam diam tanpa seorang pun tahu.

“Menyedihkan,” lirihku kemudian beranjak pergi meninggalkan gereja suci ini.

Saat aku meninggalkan gereja itu, terdengar tepuk tangan yang meriah dari semua orang disana. Aku menoleh kebelakang dan untuk pertama kalinya aku tersenyum tulus untuk mereka.

“Aku berdoa, semoga kau bahagia bersamanya…”

Setelah mengucapkan kalimat terakhir itu seluruh tubuhku terasa sakit, nafasku tercekat, kepalaku terasa sakit sampai-sampai cairan merah pekat mengalir dari kepalaku dan menghalangi pengelihatanku.

Samar-samar aku mendengar isakan tangis seorang yeoja dan teriakan namja yang memanggil-manggil namaku. Suara mereka terdengar sangat familiar di telingaku. Pelan-pelan aku buka kedua kelopak mataku. Terlihat jelas seorang yeoja yang menangis dengan isakan yang memilukan hati, terutama hatiku.

“Ul- uljim..ma nna..ri-ya,” ucapku terputus-putus dengan darah yang terus keluar dari mulutku.

“Jangan bicara lagi Baekhyun-ah…” ucap Nari terus memegangi tanganku.

“Chanyeol… to..tolong jaga Nari u-untuk-ku a-aku mohon,” ucapku yang hampir kehabisan nafas.

“Tentu Baekhyun… aku akan menjaganya dengan mempertaruhkan nyawaku. Aku janji,” ucap Chanyeol sambil terus membersihkan darah disekitar mulutku.

Dengan sisa tenaga yang ku miliki, kugerakan tanganku untuk mengambil sesuatu di saku celanaku.

“Nari-ya sebenarnya, aku  ingin memberimu cincin ini. Tapi sayang aku tidak punya keberanian seperti suami itu.”

“Ohookk… ohoook. Nari-ya tolong simpan cincin ini untukku, anggap saja hadiah dari seorang teman. Ne?” ucapku mulai melemah.

“Baekhyun-ah…” kata terakhir yang kudengar sebelum aku menutup mata.

_______________

Dengan melihat senyumu…

Itu sudah cukup membuatku merasa berarti…

Dan membuat kisah cintaku lebih berarti.

________________

 


Your Heart Desires

$
0
0

Your Heart Desires

 

Author: pearlcrown (@EunRi_Jung)

Rating: PG-13

Genre: Romance, Sad

Length: 410 words *nanggung, padahal 90 words lagi udah jadi Ficlet*

Cast: Oh sehun (EXO K), Kim Miryeon (OC), Jung Seona (OC)

Disclaimer: Plot dan Original Character adalah milik Author. Mian apabila terdapat kesalahan ketik ataupun bahasa yang tidak tepat. Maafkan author yang ngga bisa bikin judul dan cover *puppy eyes*

Note: Annyeong!! Saya author baru di sini. I just wanna say “Enjoy and don’t be a plagiarist”

 Your Heart Desires Cover

~Your Heart Desires~

 

>All of Kim Miryeon P.O.V<

 

Friday, 2009-09-13 17:31 KST

- Aku, Kim Miryeon. Seorang siswi dari Euphoria Senior High School. Seseorang yang payah, bodoh, dan seseorang yang unlucky. Di dalam kehidupanku, tidak ada satupun sesuatu yang menyenangkan. Terkecuali satu hal. ‘Sebuah rasa cinta’. Ya, aku mencintainya. Mencintai namja dengan rambut coklat kemerahan dan sorot mata yang tajam. Aku mencintai dia, Oh Sehun.–

Sunday, 2010-02-27 19:04 KST

- ‘Oh Sehun’. Itulah nama yang selalu terngiang di kepalaku saat ini. Oppa, terima kasih untuk hari ini. Terima kasih untuk hadiah yang kau berikan untukku. Sebuah boneka koala yang sangat lucu. Dan terimakasih, untuk menjadikanku seseorang yang special di hatimu, meskipun bukan seorang yeojachingu-mu (pacarmu). ‘OPPA, SARANGHAEYO’ -

        Aku hanya bisa tersenyum kecil sembari membaca sederet tulisan yang berada di atas kertas kusut. Semua kejadian yang telah aku lalui bersamanya kini mulai berputar kembali di kepalaku. Sungguh masa masa yang sangat indah. Aku melangkah menuju dining room dengan sebuah buku diary  berwarna biru langit yang ada di tanganku.

Lagi. Kenangan itu kembali terngiang di kepalaku. Kurasakan pipiku mulai memanas. My first kiss. Aku bahkan tidak menyangka bahwa Sehun oppa melakukan itu kepadaku.

Aku kembali melangkahkan kakiku menuju ruang tengah dengan senyum yang masih mengembang. Tapi, perlahan senyum itu mulai memudar. Hei! Bagaimana kabar sahabatku Seona sekarang ini?. Aku sangat merindukan sahabatku yang sangat suka bercanda itu.

KRIINGGGG……

Suara telepon rumah yang berdering membuat lukisan yang sedang kupandang kinin berubah menjadi sebuah telepon yang ada di pojok ruangan.

Yeoboseyo (Halo)”

“YA! Miryeon-ah. Bogoshipeoyo (aku merindukanmu)”

“Seona-ya? Nado bogoshipeoyo (aku juga merindukamu)”

“Hahaha. Ahh…bagaimana dengan orang yang kau sukai itu”

“Dia sudah mencapai keinginannya…ya…dia sudah mencapai keinginannya” keinginan untuk menjadi seorang yang ada di hatimu.

Yeobo….(-panggilan untuk pasangan suami istri-)”, terdengar suara seorang namja dari sebrang sana. Dia, Oh Sehun. Suami Jung Seona. Ohh…apakah aku harus memanggilnya Oh Seona?

END

 

~Your Heart Desires~

Hmm…(-..-) Gimana? Pasti kependean ya? (-..-?)  *garuk garuk pantatnya Chanyeol, suami ke-8 Author* *di gorok readers*

Mian atas bahasa yang kurang berat,  plot gaje, typo, dan yang lainnya lah, dan yang lainnya, dan yang lainnya, dan yang lainnya, dan yang lain-lainnya. *minta dihajar nih authornya -..-*

RCL juseyooo…. *pasang aegyo* *readers munah-muntah*

 

 


One Mistake (Chapter 1)

$
0
0

One Mistake

One Regret

(Part 1)

Title                      : One Mistake, One Regret ( Part1 )

Author                  : Jessica (@jessicabellaa)

www.jevianff.wordpress.com < mampir ya ke blog author ^^

Main Cast             : D.o (exo-k), Park Sin Hye, other cast find it by yourself

Genre                   : Sad, Romance

Length                  : General

Disclaimer            : Say no to plagiat! And leave your comment J

Seorang yeoja tengah menangis di bangku sebuah taman. Kondisi yeoja itu terlihat sangat memperihatinkan. Matanya bengkak seperti habis menangis. Wajahnya pucat serta  rambutnya acak-acakan. Seakan tidak mengerti keadaan, hujan turun dengan deras. Tetapi, yeoja itu sama sekali tidak berniat untuk meninggalkan tempatnya. “Hye-ah itu tidak seperti perkiraanmu, itu hanya kesalahpahaman saja” kata-kata itu seolah mendominasi pikiran yeoja tersebut ketika hal yang tidak pernah di harapkannya terjadi.

-Flashback-

“Ting” bunyi bel tanda masuk pelanggan di sebuah kafe mengalihkan perhatian seorang yeoja tomboy yang sedari tadi asik dengan pesanannya. “Cheonsa, apakah itu kyungsoo? apakah benar-benar dia?” bisik Masya penasaran. “Mwo? Eoddi?” Cheonsa melihat sekeliling kafe. “di arah tepat jam 1 bersama seorang yeoja”. “yeoja di samping Kyungsoo itu bukankah Hyora sunbae? Mengapa mereka bersama?” Cheonsa menyipitkan matanya. “Bagaimana dengan Shin Hye? Apakah dia tahu kalau namja chingunya sedang bermesraan dengan yeoja lain?”. “Molla coba besok kita tanyakan ke Shin Hye” Masya menatap prihatin.

***

“Chankkanman” teriak Sin Hye yang sedang terburu-buru menuruni tangga ketika bel rumahnya berbunyi. “ayo masuk kalian seperti dikejar setan aja sampai terburu-buru seperti itu, ada masalah apa?” Sin Hye memandang kedua chingunya dengan penasaran. “kemarin aku sama Cheonsa melihat namja chingumu sedang bermesraan dengan seorang yeoja yang tak lain adalah Hyora sunbae, apakah kau tau Hye-ah?” tanya Masya sedikit takut dengan perubahan ekspresi di wajah Sin Hye. “Kau tidak apa-apa Hye-ah? Sebaiknya tidak usah dilanjutkan ceritanya” saran Cheonsa. “Shireo, lanjutkan saja ceritanya dan dia sama sekali tidak memberitahuku apa-apa” ujar Sin Hye dingin. “Hyora sunbae memperlihatkan sebuah kertas tapi aku tidak mengetahui itu apa, setelah itu mereka… mereka berpelukan Hye-ah”.  “mianhae sebaiknya kalian pergilah dari sini, aku butuh waktu sendiri dan aku belum sepenuhnya yakin dengan perkataan kalian”. “Ne, kami berdua pamit dulu dari sini” kata Cheonsa dan Masya sebelum mereka bergegas pergi. Sekarang tinggal Shin Hye yang terkulai lemas setelah mendengar pernyataan mengejutkan dari kedua sahabatnya, ia terduduk lemas di lantai sambil menangis “Kyungsoo, kenapa kau tega berbuat seperti itu terhadapku? Apakah aku pernah berbuat salah” teriak Shin Hye frustasi sambil sesekali terisak.

TBC

Akhirnya selesai juga part 1 nya, mian kalau ada kesalahan kata okay ditunggu ya commentnya chingudeul!!

 

 



Noona Neomu Yeppeo (Special Baekhyun’s Birthday)

$
0
0

Tittle: Noona Neomu Yeppeo (Special Baekhyun’s Birthday)

Author: Muni .Z ft Nana .M

Genre: Straight, Romance, Friendship, a little bit comedy

Cast:

  • Byun Baekhyun
  • 11 member EXO lainnya
  • Ham Iie Seul (OC)

Rated: General

Length: Oneshoot

Disclaimer:
Annyeonghaseyo semuanyaa~
Demi menyambut hari jadinya abang Bacon, akhirnya FF ini tercipta juga berkat kerja keras kami *basuh keringat di jidat abang Kai* -_- Ehm by the way ini FF kombinasi pertama kami loh. (cie debut) *kedip-kedip najong *readers muntah*
jadi mohon maaf jika banyak typo atau alur yang kecepetan dan lain lain dan lain lain.
Ini juga ide gila munculnya dari otak author gila, ya seperti kami kami ini. MuNa (Muni Nana) yang shipper MuNa mana suaranyaaa?! (readers: ga ada thor, buruan ah)
Oke oke, happy reading semuaaa! Chuuu~ kkkk~

Wait, bentar bentar. Ngumpul yok kita nyanyi bareng

TU! WA! GA!

SAENGIL CHUKKAE HAMNIDA! SAENGIL CHUKHAE HAMNIDA! TANJOUBI OMEDETOU! TANJOUBI OMEDETOU! SELAMAT ULANG TAHUN BAEKHYUN! BACON BAEKKI! SELAMAT ULANG TAHUN! (author ga ngerti ini lagu ucapan selamat ulang tahun pake melodi yang mana, yang penting PD aja nyanyi okeh!) *nimpuk kue ke wajah Baekhyun oppa* nyahahaha xD KABUR READERS!

Kamsahamnida, readers! *bow bareng Ka Nana, dan Kai juga Luhan, eh iya Baekhyun juga. Semua member EXO deh*
Happy reading! ^^~~~~~~~

♥ ♥ ♥

Baekhyun menatap layar ponselnya sebentar lalu menatap titik-titik hujan yang turun, menghembuskan nafasnya pelan kemudian kembali menatap layar ponsel lebih lama dari sebelumnya. Lamat-lamat bibir tipisnya membentuk lengkungan indah yang mampu membuat semua orang merasa nyaman di dekatnya
Diliriknya jam dinding di tengah ruangan bercat putih itu. Pukul 5.15 pm

“Sebentar lagi” gumamnya hampir tak terdengar

Disudut lain Sehun terus berbisik-bisik disamping Chanyeol yang tengah merebahkan badannya diatas karpet yang didominasi abu-abu bermotif abstrak

“Hyung, lihat Baekhyun hyung bersikap aneh lagi” Sehun menarik-narik ujung kaos Chanyeol

“Dia kan memang begitu” Chanyeol masih tetap pada posisinya

“Tapi hyung yang ini lain”
Sehun menekan-nekan pipi Chanyeol dengan telunjuknya agar menoleh pada Baekhyun. Dengan sedikit kesal Chanyeol melihat ke arah Baekhyun, matanya yang hampir tertutup terpaksa ia buka

“Kau lihat kan hyung, Baekhyun Hyung tersenyum pada ponselnya” Sehun sedikit berjingkrak-jingkrak  disamping Chanyeol
“Apa dia baru menang lotre? Ah kalau iya aku akan minta traktir bubble tea selama seminggu. Bagaimana hyung ide yang bagus bukan?”

Hening

“Hyung?”

Hening

“Hyung?”

Samar-samar terdengar dengkuran halus dari arah Chanyeol yang tidur memunggunginya. Sehun mengerucutkan bibirnya kesal kemudian ikut merebahkan badannya disamping Chanyeol.

Sehun hampir memejamkan matanya saat Baekhyun mendekatinya

“Sehun-ah aku pergi sebentar ne. Suho hyung, Kyungsoo dan Jong In akan pulang malam”
Sehun memperhatikan penampilan hyungnya dari atas hingga bawah, menatapnya skeptis
“Kau seperti teroris”

Baekhyun sedikit tertawa
“Tidak ada teroris seimut ini” tangkis Baekhyun sambil memasang masker hitamnya

“apalagi di tambah itu, ah sangat mengerikan” ujar Sehun sambil menutup matanya dengan kedua tangan

Lalu Bakhyun meninggalkannya, merasa Baekhyun tidak lagi di dekatnya, Sehun berteriak
“Hyung! Mau kemana?”

Namun, Baekhyun hanya meletakkan telunjuk kanannya di depan mulut yang sudah di tutupi masker, dan mengedipkan sebelah mata kepada Sehun tanpa memberi petunjuk apapun

“semoga, Baekhyun hyung membawakan ku bubble tea” ujar Sehun sambil menangkupkan kedua tangannya di depan dada, tingkah konyol.

***

Dibalik pohon baobab kecil itu namun cukup untuk bersembunyi di baliknya. Baekhyun berdiri menyandarkan punggungnya menunggu seseorang lewat tanpa menyadari kehadirannya. Dua minggu sudah dia melakukan hal yang mungkin orang anggap konyol ini, masa bodoh baginya, yang terpenting adalah dia dapat melihat Noonanya.
Namun, sayang. Hingga kini Baekhyun tidak cukup punya keberanian untuk menemuinya atau bahkan hanya untuk menyapanya, hei jangan mengatainya pengecut!
Baekhyun hanya takut noonanya akan berfikir sama halnya dengan Sehun tadi, walau sedikit tak masuk akal.

Samar-samar terdengar senandung kecil suara seorang perempuan. Baekhyun sangat hafal suara itu, bubu-buru dia mengeluarkan ponsel dari saku kirinya dan mengarahkan kamera ponselnya pada seorang gadis berambut hitam panjang yang melewati pohon baobab, tamengnya sekarang

Gadis itu terus berjalan dan bersenandung kecil sampai tubuhnya tak terlihat dibalik tikungan
Baekhyun mendesah kecil “Ah, seandainya aku tak menghiasi layar kaca di tiap rumah, pasti kini aku sudah bisa menjadi namjachingu noona itu” gumam Baekhyun sambil menerawang jauh di langit sore yang berwarna jingga.

Noona neomu yeppo…
Geu geunyuhreul boneun naneun micheo

Merasakan getaran kecil berasal dari ponsel yang berada di saku kirinya, padahal baru saja tadi ia masukkan. Dengan sedikit terburu Baekhyun merogoh saku tersebut dan menslide unlock layar ponselnya

“yeoboseyo?” tanya Baekhyun
“Hyung, bagaimana? apa kau menang lotre?” tanya seseorang di sana
“mworago?”
“ah, sudahlah. Ppali! Belikan aku bubble tea, aku dehidrasi disini”
“Sehun-ah aigooo~ aku tidak menang lotre, kenapa kau—”

Bip bip bip

“yeo..yeob–” seru Baekhyun tertahan karena baru menyadari dia tidak tersambung ke operator manapun
“haish! Dasar anak satu ini, orangtua mana yang sanggup membesarkan anak senakal ini?” umpat baekhyun kesal

Namun, ketika kedua manik mata Baekhyun menatap layar ponselnya, secara refleks ia tersenyum, dan merasa ada jutaan kupu-kupu tengah bermain di perutnya

“noona neomu yeppo” ujarnya sambil tersenyum gembira, dan berjalan menuju salah 1 kedai toko untuk membeli bubble tea.

***

“aku pulang” seru Baekhyun di sambut dengan senyuman khas Chanyeol, dan tampang polos Sehun namun kali ini lebih memuakkan dari apapun.

“kalian kenapa? Apa ada yang salah denganku?” tanya Baekhyun karena merasakan berhadapan dengan orang yang tidak waras

“anni… tapi ceritakan pada kami apa yang terjadi.” celetuk Chanyeol tanpa mengubah ekspresi wajahnya

“dan itu bubble tea untukku kan hyung? Ah sudah ku kira” tambah Sehun sambil menunjuk plastik yang di jinjing Baekhyun

“Yeollie~! Sehunnie~!” seru Baekhyun
“NDEEE?!” mereka menjawab secara serentak
“aku tidak memenangkan apapun” ujarnya lemas
“cepat duduk di sini, dan ceritakan pada kami kronologinya. Aku juga ingin tersenyum saat melihat layar handphoneku” seru Chanyeol
Sehun sedikit terbatuk.
“Aahh… anni lupakan lupakan. Maksudku, aku juga ingin punya sesuatu yang membuatku bahagia. Itu saja Hyunnie~” ralat Chanyeol kalap.
“kurasa kalian berhasil menjadi penguntitku. Aku jadi punya ide menarik” seru Baekhyun

“apa benar-benar menarik? Apakah itu seperti mendeteksi bom di sebuah mall?” tanya Sehun antusias sambil mengaduk-ngaduk gelas plastik bubble teanya

“tak ada penjinak bom yang tersenyum saat melihat ponselnya Sehunnie~ ini lebih menyenangkan” ujar Baekhyun

“JINJJA?!” seru mereka berdua, terlebih suara Chanyeol yang memekakkan telinga ketika berteriak, tidak seperti suara Baekhyun yang terdengar indah hingga 7 oktaf sekalipun.

“nde” Baekhyun tersenyum riang sambil mengangguk-anggukkan  kepalanya berkali-kali seperti mainan kucing di dashboard mobil, cukup menggelikan

“diam dan dengarkan. 2 minggu silam aku melihat seorang noona yang saangat cantik berjalan di depanku, saat itu aku tidak sengaja, namun kuperhatikan setiap sore sekitar pukul 5 sore lewat 30 menit dia selalu melalui jalan yang sama. awalnya aku kira hanya kebetulan, namun keesokan harinya aku melihatnya lagi. Hingga kini sudah 2 minggu aku memperhatikan noona itu. dan aku sangat menyukainya, sangat anggun. Sempurna untuk menjadi istri masa depanku”
Jelas Baekhyun sambil menangkupkan kedua tangannya di depan dada, tersenyum dengan makna yang tak bisa di jelaskan.
“Hya! Hya! Jangan terlena dengan dongeng sebelum tidur. Jelaskan pada kami bagian apa yang menarik” seru Chanyeol tak sabaran

“bagaimana kalau kalian juga menemaniku untuk menguntit noona itu? kita bisa mengetahui secara bersama dimana noona itu tinggal, dan bekerja” jelas Baekhyun dengan mata berbinar

“ah, itu sih menarik bagimu. Lagipula bila berhasil, mati-matian kau akan mengajaknya ke pelaminan kan, bukan kita ber-tiga” ujar Chanyeol tak tertarik

“tapi aku menyetujuinya Hyung, beberapa minggu inidan kedepannya kan kita tidak terlalu sibuk, aku sih bisa mati kebosanan di dorm ini. pasti seru untuk menjadi stalker” ujar sehun dengan polosnya

“ah, nde~ kau benar Sehunnie~ pasti sangat membosankan di dorm saja. Tapi, kalau kau tak mau ikut tak apa Yeollie~ biar aku dan Sehun saja”

“Hyunnie~~ kau tega! Membiarkanku di dorm sendirian”

“itukan maumu” ujar Baekhyun acuh

“Hyunnie~~ kyaaah~ awas kau Hyunnie, malam ini kau tidur di sofa ruang tengah!”
“Kya~ Kya~!”teriak Baekhyun tak mau kalah melempar sebuah bantal ke arah Chanyeol.  Chanyeol berdiri dan berlari mengelilingi ruangan itu, sedang Baekhyun mengejarnya dan berhasil membuat dorm itu gaduh.
Sehun hanya memandangi mereka berdua layaknya sedang melihat anak TK salingberkejaran di taman. “ah, manis sekali” gumam Sehun sambil menghabiskan bubble teanya

***

“nah, itu noona yang kumaksud. Cantik kan?” seru baekhyun di balik pohon baobab, di belakangnya ada Chanyeol dan juga Sehun yang juga memperhatikan noona itu dengan seksama
“ne, pantas saja” gumam Chanyeol

“keundae, bila Baekhyun hyung hanya melihat saat dia pulang, tak akan pernah tahu kan, noona itu bekerja di mana. Bagaimana kalau besok pagi kita ke sini lagi” ujar sehun menyampaikan pendapat

“nde, aku juga terfikir seperti itu, namun aku selalu bangun terlambat”

“bagaimana kalau aku yang berjaga dari jam 7 sampai sekitar jam 8 pagi. Hyung selanjutnya”

“ya, kita bergantian saja” seru Chanyeol

“arraseo, kajja kita pulang. Kita lanjutkan bicaranya di dorm saja” ajak Baekhyun

***

“HYUNG! BAEKHYUN HYUNG! AKU TAHU HYUNG! AKU TAHU!” teriak Sehun heboh

“Sehunnie~ kau darimana? pagi-pagi sudah diluar, pulang dan berteriak. Apa yang kau ketahui?” tanya Kai lembut setelah mengalihkan perhatian dari layar televisi

“itu, aku tahu. Ah Baekhyun hyung! Dimana dia, Kai?” tanya Sehun masih dengan semangatnya

“ dia masih tidur, cepat bangunkan. Tapi jangan buat keributan” perintah Kai

“akan kupastikan, dia yang berteriak setelah ini” seru Sehun dan melesat ke kamar Baekhyun

“ah, dasar mereka. Pagi-pagi sudah tidak waras” gumam Kai dan melanjutkan menonton acara di televisi

“Hyung! bangun! Hyung~!” seru Sehun sambil menggoyang-goyangkan  badan Baekhyun dan juga Chanyeol bersamaan

“HYUNG!” teriak Sehun tepat di telinga Baekhyun, dan berhasil membangunkannya

“ah kau, kukira tadi seorang yeoja memanggilku. Tapi mengapa dengan panggilan hyung ya? aku jadi bingung. Untunglah aku hanya bermimpi” ujar Baekhyun sambil menekan-nekan kelopak matanya yang masih sedikit terpejam

“aku tahu dimana noona itu bekerja”

Seolah baru saja di setrum oleh listrik berkekuatan 1000 Volt, Baekhyun tersadar. Sangat sadar bahkan.

“eo..eodiga? kedai kopi? Teh? Restoran cepat saji? Atau di counter pulsa?” tanya Baekhyun

“lebih elit dari yang hyung sebutkan”

“dimanaaa.. ah langsung beritahu saja”

“nde, noona itu bekerja di toko bunga, tak jauh dari pohon baobab itu”

“geure? Jja!! Kita langsung kesana!” Seru Baekhyun heboh, dan menarik tangan Sehun

“hyung…. sadarlah, semua yeoja akan pingsan bila kau pergi dengan keadaan seperti itu” ujar Sehun

“aigoo~ Aku mandi dulu, ne! jangan ikut!” seru Baekhyun masih bersemangat bahkan lupa membawa handuknya

Beberapa menit kemudian

“Sehunnie~ kau masih di sana?” tanya Baekhyun dari dalam kamar mandi

“nde. Wae hyung?” Sehun yang saat itu tengah memainkan ponselnya memalingkan wajah ke arah pintu kamar mandi

“engg.. anu… aku lupa membawa handukku, dan aku… baru ingat setelah…” ujar Baekhyun terbata

“arraseo… akan kuambilkan” jawab Sehun mengerti apa yang di maksud

“ini hyung. sekaligus baju gantimu” ujar Sehun

“gomawo Sehunnie”

“neeee~”

***

“Hyung, apa tidak kita bangunkan Chanyeol hyung?” tanya Sehun ketika mereka berjalan menuju pelataran parkir

“ah, tak usah, biar dia terima hasil jadinya saja. Dia terlihat lelah karena begadang tadi malam”

“jja!” ajak Baekhyun dan menuju ke sisi kiri mobil, di kursi pengemudi

“bagaimana kalau aku langsung saja membeli bunga di toko bunganya?” tanya Baekhyun meminta pendapat

“anni, biar aku saja yang beli Hyung. Sekaligus aku menanyakan bunga kesukaan dia” tawar Sehun

“tak akan seru bila sang gadis sudah mengetahui bunga apa yang di berikan oleh lelakinya” tambahnya dan berhasil membuat Baekhyun tersipu malu

“geuroum” gumam Baekhyun lalu terdiam sambil mengemudi juga memikirkan perkataan Sehun barusan

“ah, keundae. Bunganya diletakkan di tanah bukan? Itu berbahaya. Maksudku, kita sengaja membelikan bunga itu. namun bila bunga kesayangannya di letakkan di tanah begitu saja, sangat tidak berperasaan. Bagaimana kalau aku yang memberikannya langsung?” tawar Baekhyun

“dengan masker?” tanya Sehun

“molla, menurutmu?”

“terserah Hyung saja. Kurasa tempat itu cukup sepi, untuk hitungan orang yang menyadari keberadaan Hyung”

“nde, aku akan memberikan bunga itu. tapi kau yang membelikannya bukan?”
“siap Hyung!”

Tak terasa percakapan singkat itu mengantarkan mereka ke tempat yang mereka tuju.

“aku menunggu disini” seru Baekhyun

***

“Sehunnie~ iroena! ini sudah jam 5 sore, jja! kita keluar mobil” ya, Baekhyun dan Sehun menunggu selama itu sambil melihat tingkah laku noona idaman Baekhyun dari dalam mobil. Cukup membosankan, namun tidak untuk Baekhyun.

Sehun saja dari tadi sudah menguap berulang kali memejamkan mata, namun dibangunkan Baekhyun saat noonanya melakukan tiap aktifitas yang berbeda.

“ergh… masih setengah jam lagi Hyung, biarkan aku memejamkan mata sebentar”

“biarkan aku mengecek bunga itu” seru Baekhyun

“di jok belakang” ujar Sehun masih memejamkan mata

“tidak layu, nde”

Baekhyun mengendus pelan di sekitar bunga tulip yang tadi Sehun beli, ya ternyata noonanya menyukai bunga tulip.
‘Sehun memang bisa di andalkan, aku menyayangimu Sehunnie~ kekeke~’ batin Baekhyun

“wangi, prevent as perfect!”

“good job, Baekhyun! Kini kau tinggal keluar, ah nde. Beberapa sentuhan di bagian rambut” seru Baekhyun sambil merapikan rambutnya

“pengharum mulut” Baekhyun mengambilnya dan menyemprotkan ke mulutnya

“parfum”

“Daebak Baekhyun! Kau memang yang terbaik untuk menyatakan perasaan kepada perempuan” puji Baekhyun dengan konyolnya, karena bangga dengan dirinya sendiri

***

Baekhyun kini tidak lagi bersembunyi di balik pohon Baobab, dan menggunakan masker, bahkan seperti jaket, dan topi. Namun kini ia berpenampilan seperti namja biasa. Untunglah tak ada yang menyadari, salah satu member boyband terkenal tengah dimabukkan oleh cinta hingga ia berani untuk keluar dorm dengan pakaian sesantai mungkin, dan tanpa staff yang menemani.

“noona itu datang” gumam Baekhyun

“annyeong has—“ Baekhyun hendak menyapa noona itu, namun saat melangkah Baekhyun merasakan tubuhnya limbung, dan–

BUG!

Tiba-tiba Baekhyun terjatuh tepat di depan noona idamannya

“annyeong. Sini ulurkan tanganmu, biar ku bantu” seru noona itu, sambil mengulurkan tangan ke arah Baekhyun dan membantunya berdiri

“cwesonghamnida. Aku sangat ceroboh. Gamsahamnida noona” sesal Baekhyun dengan pipi yang masih merona menahan malu, dan menunduk berulang kali

“ne, gwenchana”

“Aaah~ ye. Annyeong haseyo, Byun Baekhyun imnida” tanpa sadar Baekhyun mengulurkan tangan, dan tersenyum semanis mungkin

“Ham Iie Seul imnida” balas noona itu, dan saling membungkuk

“noona, maukah kau menerima bunga ini? aku menyukai noona~” Baekhyun mengeluarkan kalimat yang tanpa di duga , namun sudah terlanjur karena bunga itu telah Baekhyun sodorkan ke noonanya.
‘Aah Ppabo! Kau tidak romantis Byun Baekhyun! Seharusnya kau mengajaknya berjalan, atau membeli eskrim, sekedar bubble tea mungkin. Lalu duduk di taman. Barulah itu saat yang tepat untuk menyatakannya’ batin Baekhyun.

“Gomawo Baekhyun-ah. ah seandainya tadi aku mampir ke toko sebentar, dan membelikanmu sesuatu. Kau hari ini berulang tahun, bukan? Aku bahkan tak menyangka akan bertemu denganmu hari ini. Saengil chukkae hamnida Baekhyun-ah!”

“maksud noona?” Baekhyun terlihat seperti berfikir sesuatu

“geureom .. biar ku tebak, noona salah 1 penggemarku?”

“anni. Bukan aku, tapi adikku. Errr.. ya, adikku. Dia sangat mengagumimu. Postermu tertempel banyak di kamar kami”
mendengar penjelasan noonanya Baekhyun yakin, cintanya tak akan bisa berjalan semulus yang ia bayangkan

“ah, aku jadi terharu. Terimakasih noona, aku tak membutuhkan apapun. Mmm, bagaimana kalau ku antar noona pulang saja? Hitung-hitung itu saja hadiahnya” tawar Baekhyun

“ rumah ku ada di balik gang ini, jangan repot-repot Baekhyun-ah”

“tidak noona, tak apa. Ya, sudah ku bilang anggap saja ini hadiah ulangtahun dari seorang gadis yang Byun Baekhyun sukai, bukan?” tawarnya dengan senyum yang lagi-lagi menjadi jurus andalannya

“benar, tak apa?” tanya Iie Seul meyakinkan

“nde” Baekhyun menangguk semangat

Baekhyun kini berjalan beriringan dengan seorang gadis yang menyita hampir seluruh memori otaknya, tak lama. Hanya 5 menit.

“sudah sampai” kini Iie Seul yang membuka suara dalam keheningan 5 menit yang mereka ciptakan.

“chagi-ah?” seru seseorang dengan suara yang sedikit asing di telinga Baekhyun
Iie seul menoleh menuju suara tersebut, dan segurat senyuman terlukis di wajah cantiknya

“ne~”

Baekhyun’ POV

Seorang namja yang memanggil iie seul dengan sebutan ‘chagi’ tadi berjalan mendekati kami berdua, atau uh-oh! bahaya, dia mendekatiku. Aku sudah menyiapkan ribuan alasan, bila dia hendak memukulku, namun.Apa itu?
dia mengeluarkan pena, dan selembar kertas

“Annyeong, Byun Baekhyun. Aku sangat mengagumimu. Bisakah kau tuliskan suatu hal untukku, dan bagaimana kalau kau bubuhkan tanda tanganmu juga? Aku akan sangat berterimakasih” tuturnya dengan mata berbinar.

“aah? Nde.. ndee.. dimana? Eerrr.. maaf bila tulisanku tidak begitu bagus” ujarku masih shock dengan kejadian ini. bagaimana bisa terjadi? Apa ini adiknya?  Yang noona maksud mengagumiku, dan maksud noona tadi, fotoku ada di kamar mereka? Apa? Mereka sepasang suami istri. Ah aku bisa gila

“noo… noona, lelaki ini suamimu?” tanyaku takut takut

“nde, kami adalah sepasang suami istri. Namun umurnya yang beberapa tahun lebih muda, memintaku untuk memanggilnya adik saja”jelas iie seul

“nde, kami baru 5 bulan menikah. Kekeke” tambah namja itu, ah dia … jeongmal kyeopta. Aku bahkan melupakan tujuan utamaku hari ini

“ah, nde chagi-ah. bagaimana kalau kita memasak sesuatu untuk Baekhyun hyung di hari ulang tahunnya”

“cho..choggiyo. hyung? kau kelahiran tahun berapa?” tanyaku

“hanya berbeda beberapa bulan denganmu, tapi aku senang memangil idolaku dengan sebutan hyung. sungguh kekeke”

Demi apapun, bisakah aku kembali ke 3 minggu yang lalu, dan tidak mengenal noona secantik Ham Iie Seul, dan tidak mengenal suaminya yang tergila-gila padaku, dan sadarkah namja itu bahwa aku tergila-gila dengan istrnya, kakaknya.

Ini kejutan yang Suho hyung rekayasa bukan? Sengaja menjadikan hal gila ini menjadi hadiah ulangtahunku?

***

Author POV

Baekhyun berjalan gontai menuju mobil yang ia bawa tadi bersama Sehun, setelah dengan susah payah dan selembut mungkin dia menolak ajakan Iie Seul dan suaminya untuk makan dirumah mereka.
Apa mereka sengaja mau membuatku terbakar hah?
Batin Baekhyun kesal. Dibukanya pintu mobil tanpa tenaga

Sehun menggeliat pelan kemudian mengusap matanya, mengerjap beberapa kali saat dirasa cahaya matahari sore menusuk kornea matanya

“Bagaimana hyung? Berhasil?” Ucap Sehun dengan suara parau khas orang bangun tidur

“Terlambat” jawab Baekhyun lemas

“Terlambat apanya? Bagaimana bisa?” Sehun menaikan sebelah alisnya tidak mengerti

“Dia sudah jadi milik orang lain” Baekhyun menenggelamkan wajahnya diatas stir mobil

“Mwo! Maksud hyung dia sudah punya namja chingu? Aish sayang sekali padahal dia sangat serasi dengan hyung. Bagaimana kalu kita coba lagi hyung, siapa tahu noona mau menerima hyung dan memutuskan pacarnya?” Ucap Sehun menggebu

“Sehun-ah dia sudah punya suami” lirih Baekhyun masih pada posisinya

“MWORAGO?!!? Ba-bagaimana mungkin?”
Respon Sehun sama terkejutnya dengan Baekhyun tadi. Namun dengan cepat Sehun memulihkan keterkejutannya setelah melihat keadaan Baekhyun yang sedikit berantakan

“Gwaenchana hyung. Mungkin dia bukan orang yang tepat untuk mendapatkan hati hyung, tuhan itu menciptakan makhluknya berpasang-pasangan dan aku yakin setelah ini kau akan menemukan gadis terbaik yang tuhan ciptakan untukmu”
Sehun tersenyum tulus di akhir kalimat panjangnya dan menepuk bahu Baekyun  pelan berusaha menghiburnya dan dibalas oleh anggukan dan senyum tak kalah tulus dari hyungnya itu.
Tapi sedetik kemudian Baekyun tersadar. Darimana maknae mereka mendapat kata-kata sebagus itu?

“Ah hyung, bagaimana jika kita kesuatu tempat dulu sebelum kembali ke dorm? Hitung-hitung untuk merefresh suasana hati hyung” usul Sehun

Baekhyun terlihat berfikir sebentar kemudian mengangguk menyetujui. Mobil merekapun melaju meninggalkan tempat yang mungkin akan menjadi kenangan yang menyesakkan bagi Baekhyun jika mengingat tempat ini, tepat dibawah pohon baobab kecil itu, dan jalan setapak disampingnya yang selalu noona cantiknya lewati.

Tepat pukul 8.30pm Baekhyun  dan Sehun sampai di dorm. Keadaannya sangat gelap

“Kenapa gelap begini, tidak seperti biasanya” gumam Baekhyun sembari meraba dinding mencari stop contact lampu utama. Dan tepat ketika lampu menyala

“SAENGIL CHUKKAE BAEKHYUN HYUNG/AH”

11 pria tampan berteriak bersamaan mengagetkan Baekhyun dengan memakai kostum tokoh kartun, sedikit aneh. Terlihat Sehun di tengah-tengah mereka memakai kostum rusa. Bagaimana dia berganti baju secepat itu?

Mata Baekhyun memanas, rasa kecewa, menyesal dan sakit dihatinya tiba-tiba menghilang seketika, berganti dengan rasa haru dan bahagia yang tak bisa ia ungkapkan dengan kata-kata.
Hyung dan dongsaengnya membuat kejutan untuknya, di hari ulang tahunnya, 11 member Exo disini. Ah rasanya Baekhyun ingin menangis sekarang, tapi dia harus menahannya, apa kata member lain nanti jika dia menangis?

Sehun yang menyadari air muka Baekhyun segera berjalan mendekat dan menghambur memeluk Baekhyun, melihat apa yang Sehun lakukan 10 member lain ikut menghambur memeluk Baekhyun namun gagal karena terhalang Sehun yang memeluk Baekhyun dengan kostum rusanya.
Baekhyun gagal menopang tubuhnya dan terhuyung ke belakang, member Exo lain dengan brutal menindih Baekhyun
Semuanya larut dalam tawa kebahagiaan dihari yang awalnya menyakitkan untuk Baekhyun, namun sangat membahagiakan setelahnya.

“HYUNG DAN DONGSAENGKU AKU MENCINTAI KALIAAANNNN!!!”

Teriak Baekhyun dibawah tumpukan namja tampan itu, tidak peduli walaupun suaranya tenggelam oleh suara gaduh dari member lain.

END


30 Days Promise

$
0
0

               Title                       : 30 Days Promise

Author                  : Kim Na Na

Genre                   : Romance, fluff, sad

Length                  : Oneshot

Main Cast            : Oh Se Hun (EXO-K)

Hwang Kyu Ri (oc)

Other Cast          : Suho (EXO-K)

Kris (EXO-M)

Author Note      : Hai author Na Na is back setelah hiatus cukup lama karena harus UNAS. Dan sekarang UNAS sudah selesai berarti bebas bikin ff sebanyak apa pun. Mianhae kalau banyak typo dan ceritanya gaje karena sudah lama tidak menulis FF. Tapi tetep RCL. Ok langsung saja baca.

30 Day Promise

Se Hun POV

“Hwang Kyu Ri, waktumu di dunia ini tinggal 30 hari lagi.” kataku pada seorang yeoja yang tampak terbaring lemah. “30 hari lagi ya?” katanya sambil tersenyum tapi aku dapat melihat kesedihan di matanya. “Aku boleh meminta sesuatu?” tanyanya sambil tersenyum padaku.

**&**

                “Wah Se Hunnie datang lagi!” seru Kyu Ri omma. “Ne. Kyu Ri dimana?” tanyaku. “Dia ada di kamarnya. Kamu langsung naik saja. Nanti ajummeonim bawakan kue untukmu ke atas.” kata Kyu Ri omma lalu menghilang ke dapur. “Kamsahamnida.” seruku ke arah dapur.

Aku menaiki tangga dan langsung menuju ke sebuah kamar. Aku mengetuk pintu kayu berwarna putih itu pelan. “Kyu Ri-a aku masuk ya.” kataku lalu membuka pintu itu. “Wah oppa sudah datang. Oppa hari ini syalnya sudah jadi. Sini aku tunjukan.” kata seorang yeoja yang duduk di tempat tidur sambil memberikan isyarat agar aku mendekat.

“Oppa tumben hari ini datang terlambat. Aku pikir hari ini tidak akan datang.” katanya kesal. “Mana mungkin aku tidak datang. Aku kan sudah berjanji padamu akan selalu menemanimu.” kataku sambil mengacak pelan rambutnya.

Ya, aku adalah malaikat pengabar kematian yang 10 hari lalu datang untuk mengabarkan kematian pada seorang yeoja bernama Hwang Kyu Ri. Kyu Ri yang sejak kecil memiliki kelainan jantung akan meninggal 20 hari lagi. Tapi saat aku memberitahunya bahwa waktu kematiannya semakin dekat dia malah memintaku untuk menemaninya hingga dia meninggal. Entah kenapa saat itu aku mengiyakan saja permintaannya. Mungkin karena baru kali ini ada seseorang yang tidak takut padaku.

Selama ini malaikat pengabar kematian adalah mahkluk yang paling ditakuti oleh manusia. Mana ada orang yang ingin meninggal jika tidak terpaksa. Keberadaan kami pastilah dianggap sebagai pembawa kesialan bagi manusia. Tapi yeoja bernama Hwang Kyu Ri ini malah memintaku untuk menemaninya.

**&**

“Nah minum obatnya lalu tidur ya.” kataku sambil memberinya obat. Setelah dia selesai meminum obatnya, aku membaringkannya ke tempat tidur dan merapikan selimutnya. “Gomawo untuk hari ini oppa.” katanya sambil tersenyum. “Aku yang harusnya berterima kasih karena sudah kamu buatkan syal.” kataku sambil mengusapa rambutnya. Dia hanya tertawa. “Jalja. Annyeonghi jumuseyo.” kataku lalu berjalan keluar kamarnya.

“Kyu Ri sudah tidur?” tanya Kyu Ri omma saat aku turun dari kamar Kyu Ri. “Ne.” kataku sambil tersenyum. “Gomawo kamu sudah mau mengunjunginya setiap hari. Selama ini karena penyakitnya Kyu Ri hampir tidak memiliki teman. Baru kali ini ada teman yang mau menjenguknya setiap hari.” kata Kyu Ri omma kepadaku.

Aku hanya bisa terdiam. Andai saja dia tahu kalau aku yang akan memisahkannya dengan Kyu Ri selamanya, apa dia masih bisa tersenyum seperti itu? Aku hanya tersenyum lalu berpamitan pulang. Kasihan sekali keluarga itu. Lama tidak memiliki anak, sekarang anak satu-satunya malah akan pergi.

Tapi meskipun aku berkata kasihan tapi aku juga harus tetap mengambil Kyu Ri. Sudah tugasku untuk membawanya ke surga. Mungkin karena itu malaikat kematian dianggap sebagai mahkluk yang tidak memiliki hati. Kami pun juga sebenarnya tidak boleh memiliki hubungan langsung dengan orang yang akan kita bawa. Aku bisa kena hukuman. Tapi aku tidak bisa menolak permohonan  Kyu Ri saat itu. Kenapa harus ada aturan seperti itu.

**&**

“Oppa aku  bosan didalam rumah terus.” kata Kyu Ri padaku. Ini hari ke 15 berarti tinggal 15 hari lagi aku menemani Kyu Ri. Semoga saja aku tidak akan ketahuan hingga selesai membawa Kyu Ri ke surga. “Iya juga ya. Ini kan musim semi. Apalagi aku lihat kemarin bunga mae bermekaran.” kataku sambil membuka jendela kamar Kyu Ri. “Jinjayo?” tanyanya bersemangat. “Eung. Ah! Bagaimana kalau kita keluar jalan-jalan di taman, eotte?” ajakku. “Mau! Tapi omma pasti tidak mengijinkan.” katanya murung, membuatku tidak tega. “Baiklah. Aku akan coba bujuk ommamu.” kataku sambil berjalan keluar kamar Kyu Ri. “Oppa hwaitting!” seru Kyu Ri.

“Ajummeonim, aku boleh mengajak Kyu Ri jalan-jalan ke taman?” tanyaku pada Kyu Ri omma. Kyu Ri omma tampak berpikir sejenak lalu berkata “Boleh.” “Jinja?” tanyaku tidak percaya. “Asal dia tidak terlalu banyak berjalan, tidak masalah.” kata Kyu Ri omma. “Tenang saja hari ini aku bawa sepeda jadi Kyu Ri tidak akan terlalu banyak berjalan.” kataku semangat. “Kalau begitu tidak ada yang perlu ajumma khawatirkan. Ayo segera ajak Kyu Ri keluar. Dia pasti senang.” kata Kyu Ri omma sambil tersenyun. “Kamsahamnida.” kataku sambil membungkuk lalu segera naik kembali ke kamar Kyu Ri.

“Ommamu mengijinkan asal kamu tidak terlalu banyak berjalan.” kataku padanya. “Jinja? Yee! Gomawo oppa.” serunya. Kami lalu bersiap-siap. Tidak boleh sampi ada obat Kyu Ri yang lupa. Lalu kami pun turun ke bawah.

“Silahkan Gongju.” kataku sambil mempersilakannya naik ke sepedaku. Dia lalu duduk di boncengan. “Siap. Pegangan ya. Hana, dul, set go!” seruku sambil mengayuh sepeda dengan cepat. Kami melewati jalan dibelakang rumah Kyu Ri. Karena meskipun lebih lama tapi pemandangan di sana indah karena ada barisan pohon mae.

“Kyeopta.” gumam Kyu Ri ketika melihat bunga mae yang berguguran. “Oppa bunga mae ini sama sepertiku. Dia hanya bisa mekar sesaat lalu akhirnya gugur.” kata Kyu Ri sambil mengulurkan tangannya menangkap kelopak bunga mae yang berguguran. “Tapi aku suka bunga mae. Meskipun saat berguguran ia tetap indah. Membuat setiap orang yang melihatnya merasa bahagia. Aku juga ingin seperti itu. Meskipun aku nanti sudah tidak ada tapi aku berharap masih dapat membawa kebahagian bagi appa dan omma. Jika aku pergi, omma tidak perlu repot mengurusiku lagi. Appa juga tidak perlu susah payah mencari uang untuk pengobatanku.” katanya.

“Pabo. Mana ada orang yang bahagia jika orang yang disayanginya pergi. Semua orang pasti sedih kalau tidak akan pernah melihat lagi orang yang mereka sayangi.” kataku pada akhirnya setelah sempat diam karena perkataanya itu. “Iya juga ya. Omma dan appa pasti sedih. Dasar Kyu Ri pabo.” katanya. Aku dapat mendengar kesedihan dalam nadanya. “Tapi kita pasti selalu mengingat orang itu sebagai kenangan yang membahagiakan sehingga orang itu akan selalu hidup di hati kita.” lanjutku berusaha menghiburnya.

Tiba-tiba aku merasakan sesuatu membuat punggungku basah. Saat aku menoleh kebelakang dia tertunduk, sepertinya menangis. “Uljimma. Kalau menagis aku akan memperpendek umurmu.” kataku. “Andwe. Lagipula aku tidak menagis kok.” katanya berusaha tegar. Aku tersenyum melihat kelakuannya.

Kami hanya diam menikmati pohon mae yang berderet. Ketika pohon mae mulai jarang dan memperlihatkan langit biru Kyu Ri bertanya lagi. “Oppa surga itu seperti apa?” tanyanya sambil memandang langit. “Kenapa bertanya seperti itu?” tanyaku yang sebenarnya bingung mau menjawab apa. “Aku ingin tahu saja bagaimana tempat yang akan menjadi tempat tinggalku untuk selamanya itu.” katanya.

“Surga itu indah. Tidak ada kesakitan. Tidak ada ketakutan. Hanya ada kehangatan dan kebahagian. Aku yakin kamu pasti betah disana.” kataku. “Apa aku bisa bertemu denganmu lagi disana?” tanyanya lagi. “Mungkin.” jawabku seadanya. Sepertinya dia mau bertanya lagi tapi aku langsung menyela dengan mengatakan bahwa kami sudah sampai. “Ayo aku gendong saja agar kamu tidak perlu berjalan.” kataku sambil menaikkannya ke punggungku.

Aku tidak suka dengan pertanyaanya. Seakan dia akan pergi begitu saja. Memang waktunya hanya tinggal 15 hari lagi, tapi seharusnya dia tidak perlu seperti itu. Aku ingin dia tetap kuat dan tersenyum hingga terakhir.

Saat kami sedang menikmati taman tiba-tiba terdengar bunyi lonceng gereja. “Lho disini ada gereja?” tanyanya. “Ada. Itu di sana. Memang bukan gereja besar sih. Aku tahu karena ada temanku yang bekerja di sana sebagai pendeta. Mau lihat? Lagi pula ini bukan bulan purnama.” tawarku. “Mau! Kajja, ppali, ppali.” katanya riang. “Tapi memang kenapa kalau bulan purnama?” tanyanya penasaran. “Ani. Hana, dul, set go!” seruku sambil berlari.

Tidak perlu waktu lama, kami sudah sampai di depan gereja. Ternyata sedang ada acara pernikahan karena kami melihat 2 orang mempelai berjalan menuruni tangga gereja. “Wah pengantin wanitanya cantik sekali. Dia pasti bahagia bisa bersama dengan orang yang dia cintai. Aku jadi teringat impianku saat masih kecil.” katanya. “Memang apa impianmu?” tanyaku penasaran. “Ingin menjadi seorang pengantin. Mengenakan gaun yang indah dan berjalan disamping orang yang kucintai. Tapi pasti tidak mungkin terwujud. Siapa yang mau menikah dengan yeoja yang umurnya hanya 15 hari lagi.” katanya sambil tertawa pahit.

Aku baru akan menjawab saat kerumunan orang itu menjadi riuh. “Wah sepertinya acara lempar bunga. Kamu mau mencoba. Mungkin kamu bisa dapat.” kataku sambil berlari menggendong Kyu Ri mendekati kerumunan. “Memang tidak apa? Kita kan bukan tamu undangan.” katanya panik. “Tidak masalah. Ayo tangkap!” seruku saat kedua mempelai melempar buket bunga. Kyu Ri mengulurkan tangannya. Dan dengan sedikit bantuan angin yang kukeluarkan tanpa sepengetahuan Kyu Ri, akhirnya buket bunga itu jatuh di telapak tangan Kyu Ri.

“Oppa aku dapat.” serunya bahagia. “Berarti impianmu sebentar lagi terwujud.” kataku sambil tersenyum. “Meuseum seoriyeyo?” tanyanya bingung. “Rahasia.” kataku sambil tersenyum jahil.

**&**

“Oppa hari ini rasanya dadaku sesak karena bahagia. Banyak sekali perasaan yang belum kurasakan sebelumnya yang aku rasakan hari ini. Gomawo.” kata Kyu Ri yang sudah kembali berbaring ditempat tidurnya. “Chomaneyo. Sudah kubilang jangan menangis. Nanti umurmu kuperpendek.” kataku sambil menghapus genangan air mata yang sudah mengenangi pelupuk mata Kyu Ri. “Hehehe. Tapi aku kan tidak tahu apa bisa merasakan seperti hari ini lagi.” katanya sambil tersenyum. “Pasti bisa. Sudah cepat tidur sana. Hari ini kamu pasti lelah.” kataku sambil merapikan selimutnya. “Mana mungkin. Aku kan selalu kamu gendong jadi tidak mungkin aku lelah. Tapi aku memang mengantuk.” katanya sambil memejamkan mata. “Jalljayo. Annyeonghi jumuseyo.” kataku lalu berdiri dari tempat tidurnya.

Sebelum keluar dari kamar Kyu Ri, aku melihat ke arah buket bunga yang dia letakan disamping tempat tidur. Untung pasangan tadi berbaik hati mau memberikan buket bunga itu pada Kyu Ri . Aku tersenyum lalu melihat ke arah kalender. Tepat 7 hari setelah hari ini ternyata bukan bulan purnama. Baiklah berarti aku bisa melaksanakan kejutan itu, batinku semangat.

**&**

“Oppa, memang kita mau ke mana? Kenapa mataku harus ditutup?” kata Kyu Ri kebingungan. “Sudahlah sebentar lagi kamu juga akan tahu.” kataku. “Tadaaa..” kataku sambil membuka penutup mata Kyu Ri. Aku bisa melihat keterkejutan di matanya karena melihat gereja yang sudah kuhias penuh dengan bunga. Aku sudah mempersiapkan sebuah pesta pernikahan yang sederhana khusus untuknya.

“Ini semua untukmu. Meskipun aku bukan orang yang kamu cintai tapi aku ingin mengabulkan permohonanmu. Mianhae.” kataku. Tiba-tiba dia langsung memelukku, membuat aku sedikit terhuyung kebelakang. “Gomawo. Jeongmal gomawao. Aku sangat bahagia.” katanya sambil sesenggukan. “Uljimma nanti umurmu yang sudah pendek akan aku perpendek lagi.” kataku sambil membelai punggungnya.

“Tapi bagaimana dengan gaunnya?” tanya Kyu Ri sambil melepaskan pelukannya. “Tenang saja. Hana, dul, set.” kataku sambil menjentikkan jari. “Sekarang kamu lihat kecermin di sana.” kataku sambil menujuk sebuah cermin di pojok ruangan. “Wua.. yeppuda.” katanya setelah melihat bayangannya di cermin. Dia melihat seorang yeoja cantik yang berbalut gaun pengantin berwarna putih di cermin. “Eotte?” tanyaku. “Nan johae. Waa..” katanya setelah berbalik  melihatku memakai jas yang serasi dengan gaunnya. Dia lalu mengacungkan kedua ibu jarinya dan kami berdua tertawa bersama.

“Jja kita segera temui Suho hyung.” kataku sambil menarik pergelangan tangannya. “Siapa itu?” tanyanya. “Dia itu malaikat yang lebih senang tinggal di bumi lalu menjadi pendeta. Kan aku pernah bilang aku memiliki teman di gereja ini. Nah dia yang akan bertugas memberkati kita.” kataku. Dia hanya mengangguk saja.

“Hyung, kami sudah siap.” kataku pada orang yang berada di balik altar. “Wah kalian serasi sekali. Tapi Se Hun, apa benar tidak apa-apa?” tanya Suho hyung padaku dengan wajah khawatir. “Aish sudahlah hyung. Hyung segera mulai saja acara pemberkatannya.” kataku tidak sabar.

“Saudara Oh Se Hun bersediakah anda mencintai dan menjaga saudari Hwang Kyu Ri selamanya. Baik saat senang maupun duka, sehat maupun sakit hingga ajal yang memisahkan?” tanya Suho hyung. “Saya bersedia.” kataku mantap sambil megenggam tangan Kyu Ri. “Saudari Hwang Kyu Ri bersediakah anda mencintai dan menjaga saudara Oh Se Hun selamanya. Baik saat senang maupun duka, sehat maupun sakit hingga ajal yang memisahkan?” tanya Suho hyung pada Kyu Ri. “Saya bersedia.” kata Kyu Ri sambil tersenyum ke arahku. “Baiklah sekarang saya sebagai pendeta telah mengesahkan anda sebagai sepasang suami istri di hadapan Tuhan. Sekarang saudara Oh Se Hun dipersilahkan mencium mempelai wanita.” kata Suho hyung lagi.

Aku lalu berbalik menghadap Kyu Ri. Dia menunjuk ke arah pipinya, member isyarat agar aku mencium di bagian itu saja. Aku tersenyum lalu mendekatkan wajahku ke wajahnya sambil memejamkan mataku begitu juga Kyu Ri. Tinggal sedikit  lagi hingga bibir kami bertemu ketika tiba-tiba terdengar suara seseorang yang sangat kukenal. “Suho, kamu ada?” seru orang itu. “Kris hyung!” seru Suho hyung terkejut karena kedatangan mendadak Kris hyung. Aku pun terkejut karena seingatku ini belum bulan purnama jadi tidak mungkin ada malaikat yang turun ke bumi kecuali ada tugas khusus. Sial, kenapa disaat seperti ini malah harus datang orang yang paling aku hindari. Habislah aku sekarang.

“Ah mianhae, kamu sedang melakukan pemberkatan. Siapa yang menikah? Kenapa tidak ada tamu yang datang? Tapi rasanya aku kenal dengan orang itu.” kata Kris hyung sambil berjalan ke arahku. Aku akhirnya membalikkan badan, siap untuk menghadapi kemarahan Kris hyung. “Hyung, annyeong.” kataku sambil tersenyum dipaksakan.

**&**

Kyu Ri POV

“Hyung, annyeong.” kata Se Hun sambil tersenyum yang aku tahu pasti dia paksakan. “Nuguya?” bisikku kepada Se Hun. “Dia Kris, ketua tim kami.” kata Se Hun. Aku dapat merasakan kekhawatiran diwajahnya. “Se Hun apa yang kamu lakukan di sini? Kenapa kamu menikah? Kamu tahu kan seorang malaikat tidak boleh menikah!” bentak orang yang bernama Kris itu kepada Se Hun. Se Hun hanya bisa menundukkan kepalanya.

“Lagipula yeoja ini..” kata Kris sambil mengamatiku. “Hyung, akan kujelaskan tapi tidak disini.” kata Se Hun menyela perkataan Kris. “Baiklah.” kata Kris lalu mereka bertiga menghilang di ruangan kecil di belakang altar.

Aku berjalan mendakati pintu itu dan mendapati ternyata pintu tidak tertutup rapat. Aku mencoba untuk mengintip apa yang mereka bicarakan.

“Sekarang apa penjelasanmu? Kamu tahu kan umur yeoja itu hanya hitungan hari lagi, kenapa kamu masih tetap bersamanya?” kata Kris. “Arasseo. Karena itu aku bersamanya. Aku telah berjanji agar menemaninya hingga dia meninggal.” kata Se Hun.

Aku merasa dadaku sakit mendengar perkataan Se Hun. Aku terlalu bahagia hingga lupa bahwa dia hanya menemaniku, bukan karena dia menyukaiku sama seperti aku menyukainya.

“Kita tidak boleh berhubungan langsung dengan orang yang akan kita bawa. Rasanya aku sudah mengingatkanmu, tapi masih saja kamu langgar.” bentak Kris. “Aku tahu peraturan itu. Aku mendengarnya dengan jelas berulang kali. Tapi aku tidak mengerti kenapa peraturan itu harus ada?” bentak sehun kepada Kris.

“Peraturan itu dibuat agar kita tidak memilki ikatan batin dengan orang yang akan kita bawa. Bayangkan jika kamu sekarang harus mengambil nyawa yeoja itu apakah kamu akan tega? Aku yakin kamu tidak akan tega karena aku tahu kamu menyukainya. Kamu pasti akan menagis dan itu adalah kesalahan terbesar bagi para malaikat.” jelas Suho.

Aku bisa melihat Se Hun mengepalkan tangannya menahan rasa marah. “Aku tidak akan menangis juga tidak akan pernah menyukainya.” kata Se Hun dengan nada dingin. Aku tanpa sengaja menjatuhkan karangan bunga yang kupegang. Aku tidak pernah mendengar nadanya sedingin itu. Tidak akan pernah menyukaiku? Berarti dia tidak akan pernah menerima perasaanku.

“Mianhae, aku akan pergi sekarang. Se Hun gomawo karena mau menemaniku selama ini.” kataku saat semua melihat kearahku. Aku menunduk lalu langsung berlari pergi sebelum air mataku tidak dapat aku tahan. Aku sedang menuruni tangga gereja ketika Se Hun mengejarku lalu langsung menaikanku ke atas punggungnya.

“Turunkan aku! Se Hun turunkan aku!” bentaku sambil memukul bahunya. “Aku sudah berjanji pada ommamu kamu tidak akan terlalu banyak berjalan.” katanya sambil tetap menggendongku menyusuri jalanan pulang. “Se Hun banyak orang yang melihat. Aku malu. Ayo turunkan aku.” kataku lagi.

“Tidak akan lagipula siapa suruh kamu pergi begitu saja dari gereja. Kyu Ri-a, aku tadi berbicara seperti itu agar Kris hyung tidak mengomeliku lagi. Enak saja dia mengacaukan semua rencanaku. Awas nanti kalau aku bertemu dengannya lagi. Kyu Ri-a aku akan menemanimu hingga kamu meninggal. Aku akan selalu membuatmu bahagia hingga saat terakhirmu. Dan kamu harus tahu, aku pasti akan sangat sedih jika kamu pergi. Jadi jangan kamu masukan ke dalam hati perkataanku tadi.” katanya sambil mengalungkan lenganku ke lehernya. Aku hanya bisa menangis di pundaknya. Se Hun bolehkah aku berharap hingga saat terakhirku?

**&**

“Nah sudah sampai. Sebentar, aku harus mengembalikanmu seperti sebelum pernikahan. Ommamu pasti kaget kalau melihatmu memakai gaun pengantin seperti ini.” katanya sambil menurunkanku dari punggungnya. “Chakaman, jangan dikembalikan dulu ayo kita foto sebagai kenangan.” kataku sambil menahan lengannya. “Baiklah.” katanya. Aku lalu membawanya ke ayunan yang ada di halaman rumahku. “Oppa duduk di sini.” kataku sambil menepuk tempat yang ada disebelahku. “Hehehe akhirnya kamu mau memenggilku oppa lagi.” kata Se Hun sambil duduk disebelahku. Aku lalu mengeluarkan handphoneku. “Siap. Hana, dul, set kimchi.” seruku lalu menekan tombol capture. Merekam senyum bahagia kami berdua. Semoga kami bisa selamanya seperti ini. Jika kami tidak bisa bersama di dunia ini kami masih bisa bersama di sana. Di surga, tempat yang tidak pernah ada kesedihan dan kesakitan.

**&**

Se Hun POV

Aku berjalan pulang menuju ke gereja. Karena selama 30 hari aku tidak bisa pulang kembali ke surga, aku akhirnya menginap di gereja Suho hyung. Aku berjalan sambil mengamati bunga mae yang berguguguran. Jika di siang hari bunga mae terlihat indah dan membawa perasaan hangat, tapi jika malam hari terlihat seperti air mata.

Aku kembali teringat pertengkaran tadi siang. Tapi memang aku yang sekarang tidak mampu membawa Kyu Ri. Entah sejak kapan senyuman Kyu Ri tidak bisa lepas dari pikiranku. Apa mungkin aku menyukai Kyu Ri yang selalu tersenyum itu?

Aish, itu tidak boleh Oh Se Hun. Kamu tidak boleh menyukainya. AKu lalu kembali melihat ke arah bunga mae yang berguguran bagai air mata, sama seperti perasaanku sekarang.

Haah.. kenapa kami harus bertemu dalam keadaan seperti ini. Jika saja kami bertemu dalam keadaan lain, mungkinkah kami bisa selalu bersama? Semoga jika Kyu Ri terlahir kembali, aku dapat kembali bersamanya sebagai manusia biasa. Tidak terikat dengan peraturan-peraturan ini lagi.

“Hyung, aku pulang!” seruku sesampainya di gereja. Aku melihat Suho hyung berbicara dengan Kris hyung. “Se Hun hari ini hari terakhirmu bersama yeoja itu. Mulai besok kamu tidak boleh bertemu dengannya. Baru ketika kamu mau membawanya saja kamu boleh bertemu dengannya, arachi?” kata Kris hyung saat aku melewatinya. “Wae?! Aku kan sudah mengatakan aku tidak mungkin jatuh cinta padanya!” teriakku. “Se Hun turuti perkataanku. Kamu tahukan apa hukuman bagi malaikat yang melawan? Apa kamu sudah tidak ingin di surga lagi?” kata Kris hyung sinis.

Aku hanya bisa mengepalkan tanganku menahan amarah, aku tahu tidak mungkin melawan Kris hyung. Kyu Ri-a, mianhae, aku tidak bisa menepati janjiku.

**&**

Kyu Ri POV

Sudah 5 hari Se Hun tidak datang menemaniku lagi. Mungkin orang yang bernama Kris itu melarangnya datang menemuiku lagi. Padahal waktuku semakin sedikit, tapi dia malah tidak ada disampingku. Aku melihat foto kami berdua. “Se Hun, aku takut. Waktuku hanya tinggal 2 hari lagi. Akhirnya aku menyadari arti keberadaanmu. Nan jeongmal bogoshipoyo.” kataku sambil menitikan air mata.

Tiba-tiba aku merasa dadaku sangat sesak. Seakan semua udara dikeluarkan secara paksa dari paru-paruku. “Se Hun…” ucapku lirih lalu sekelilingku berubah menjadi gelap.

**&**

“Kyu Ri-a, Hwang Kyu Ri, ireona.” aku bisa mendengar seseorang memanggil namaku. Aku berusaha mengumpulkan kesadaranku. “Hwang Kyu Ri. ireona.” kata orang itu lagi. Akhirnya aku berhasil membuka mataku. Ternyata orang itu Se Hun. Tapi kali ini ada sepasang sayap putih di punggungnya, berarti dia datang untuk membawaku

“Oppa sayap oppa ternyata seindah ini, apa itu berarti oppa datang untuk membawaku?” kataku lemah. Sepertinya Se Hun menggelengkan kepalanya, tapi aku tidak mampu melihat jelas karena air mata membuat mataku buram. Aku dapat merasakan Se Hun menggengam tanganku

“Oppa selama oppa tidak datang aku merasa takut. Takut akan kematian yang akan datang menjemputku. Tapi akhirnya aku tahu satu hal. Selama ini aku tidak takut meskipun kematian semakin dekat itu karena oppa. Oppa selalu membuatku tersenyum dan bahagia, dan itu semua membuatku mampu melupakan rasa takut itu. Aku merasa oppa menunjukkan kepadaku seperti apa surga itu selama 30 hari ini. Benar-benar hanya ada kebahagian dan kehangatan. Nan jeongmal haengbokaeyo. Oppa gomawo tto saranghae. Hehehe akhirnya bisa kukatakan sebelum aku pergi. Oppa, sekarang oppa bisa membawaku. Dengan begitu oppa bisa menyelesaikan tugas ini.” kataku sambil kembali memejamkan mataku menunggu Se Hun mengambil nyawaku.

**&**

Se Hun POV

Saranghae?, batinku tidak percaya. “Jangan bercanda Kyu Ri-a. Setelah kamu mengatakan itu semua kamu mau pergi meninggalkanku begitu saja. Paling tidak dengarkan jawabanku dulu. Hwang Kyu Ri ireona.” kataku yang panik dan bingung dengan semua. perkataan Kyu Ri tadi. Aku mengguncang tubuh Kyu Ri tapi dia sama sekali tidak membuka matanya.

Tiba-tiba aku melihat garis di alat penunjuk detak jantung semakin tidak satabil. Napas Kyu Ri pun semakin pendek. “Kenapa ini? Aku kan belum mengambil nyawanya?” kataku kebingungan. “Aku yang melakukan.” kata seseorang di belakangku. Saat aku membalikan badan aku dapat melihat Kris hyung sudah ada di ruangan ini.

“Sudah aku katakan jangan pernah berhubungan secara langsung dengan orang yang akan kamu bawa. Kamu pasti tidak akan mampu membawanya. Kamu tidak percaya dan berkata kamu tidak mungkin menyukainya. Sekarang kalau aku mengatakan itu semua bohong, aku tidak salah kan?” kata Kris hyung sambil tertawa sinis.

Aku hanya bisa menggertakan gigi mendengar hinaan Kris hyung. “Ya itu semua memang hanya kebohongan saja. Aku sekarang menyukainya dan tidak ingin dia pergi.” kataku sambil kembali membalikkan badan ke Kyu Ri.

“Kyu Ri-a, nado saranghae. Jukjima, kajima, nottemune nae jongug. (Jangan mati, jangan pergi karena kamulah surgaku.)” kataku lalu menyatukan bibir kami berdua. Aku sudah tidak peduli aku akan diusir dari surga atau tidak menjadi malaikat lagi, asalkan selalu bersama Kyu Ri, itu pastilah surgaku. Surga yang hanya untukku seorang.

Tanpa sadar air mata mengalir turun di pipiku dan jatuh ke pipi Kyu Ri. Sebuah cahaya terang menyilaukan mataku dan aku dapat merasakan sayapku menjadi panas. Aku masih sempat mendengar seruan Kris hyung agar aku berhenti sebelum semuanya menjadi gelap.

**&**

Kyu Ri POV

Sudah satu bulan sejak kejadian itu, tapi aku tidak meninggal. Saat aku bangun keesokan harinya aku melihat bulu-bulu putih berserekahan di sekitarku. Se Hun juga sudah tidak ada. Dan sudah satu bulan ini juga aku tidak melihat Se Hun.

Dokter mengatakan kesehatanku berangsur-angsur membaik. “Ini pasti sebuah keajaiban, karena sebenarnya penyakit Kyu Ri agasshi sulit disembuhkan. Kesehatan Kyu Ri agasshi pun menujukan perkembangan baik dan mungkin akan menuju kesembuhan. Meskipun saya tidak tahu penyebabnya, tapi apa pun itu, ini semua merupakan kabar baik.” kata dokter yang disambut dengan wajah bahagia kedua orang tuaku. Sekarang aku dirawat di rumah sakit hanya untuk pemulihan saja

Meskipun sembuh, tapi aku sedih karena tidak melihat Se Hun lagi. Aku lalu mengambil foto kami berdua yang kami ambil di halaman rumahku. “Oppa, neo eodiseoyo? Nan jeongmal bogoshipoyo.” kataku sambil mengusap wajah Se Hun yang ada di foto itu.

Tiba-tiba aku mendengar pintu kamarku diketuk. Aku segera menghapus air mata yang ada di pelupuk mataku. “Agashii, mulai hari ini aku yang akan mengawasi proses penyembuhanmu.” kata dokter muda yang masuk ke kamarku. “Se Hun?!” seruku terkejut saat melihat siapa dokter muda itu. “Wah kamu sudah tahu namaku? Padahal aku baru bekerja di rumah sakit hari ini. Aku memang terkenal. Ehm, annyeonghaseyo joneun Oh Se Hun imnida. Mohon kerjasamanya mulai hari ini, Kyu Ri-a.” katanya sambil tersenyum dan mengulurkan tangan ke arahku. Aku menyambutnya dengan ragu, “Ne.” jawabku lirih.

Itu pasti Se Hun, Se Hun yang kukenal selama ini. Tapi kenapa dia seperti tidak mengingatku? Apa yang terjadi. “Nah sudah selesai. Hari ini tidak ada masalah. Kalau ada apa-apa panggil saja aku. Saya permisi dulu.” katanya sambil membungkuk lalu pergi meninggalkanku yang kebingungan.

“Dia diusir dari surga dan tidak bisa menjadi malaikat lagi.” kata seseorang dari ujung kamarku. “Kris,sebenarnya apa yang terjadi?” tanyaku pada orang itu yang ternyata Kris. “Dia memberikan seluruh kekuatannya agar kamu tidak meninggal. Tapi sebagai hukumannya dia diusir dari surga dan seluruh ingatannya dihapus. Sekarang dia hanya ingat bahwa dia adalah seseorang bernama Oh Se Hun yang tinggal sebatang kara dan bekerja sebagai dokter di rumah sakit ini.” jelas Kris kepadaku. “Ingatannya tentangku juga dihapus?” tanyaku lagi. “Ne.” jawab Kris. “Tapi apa aku boleh mengigatkannya lagi tentang diriku. Maksudku ingatannya selama 30 hari bersamaku.” tanyaku dengan ragu. “Boleh saja asal kamu tidak menyinggung tentang masalah surga dan malaikat. Tapi itu pasti membutuhkan waktu. Aku pergi dulu sekarang. Semoga kalian bahagia.” kata Kris lalu pergi menghilang begitu saja.

Hah, tahaengijwo. Aku pikir aku tidak akan melihat Se Hun lagi. Tapi berapa lama lagi aku harus menunggu hingga Se Hun bisa mengingat semuanya kembali? Jika  Se Hun melupakan semuanya berarti dia juga lupa pernyataan cintaku waktu itu. Hah.. aku harus mengulangi semuanya lagi dari awal.

Aku mendengar pintu kamarku diketuk lagi. Dan kali ini Se Hun datang sambil membawa bunga mae. “Aku pikir kamu pasti suka dengan bunga mae, jadi aku bawakan.” katanya sambil menyerahkan bunga mae lalu pergi dengan kuping merah sambil menyampirkan syal yang dulu aku buat.

Aku hanya bisa terkejut lalu tersenyum. Mungkin waktu itu tidak akan lama lagi.

KEUTT

Gimana? Gaje kah? Atau jelek? Apa pun itu tetep RCL ya. Oh ya author ada beberapa project FF. Ini author beri forewordnya.

1. We Got Married: Hun Ji couple (Se Hun dan Eunji (oc))

Eun Ji seorang yeoja yang didesak appanya agar segera menikah dan Se Hun seorang boyband yang mendapat tawaran untuk bermain dalam reality show ‘We Got Married’ adalah teman sejak kecil. Akhirnya mereka berdua memilih untuk mengikuti acara WGM agar bebas dari masalah mereka. Tapi apakah appa Eun Ji selamanya akan percaya bahwa itu pernikahan sungguhan, dan apakah cinta mereka berakhir begitu saja setelah acara WGM selesai?

2. Spring Day’s Promise (Se Hun, Luhan dan 2 orang OC)

Se Hun, seorang putra pewaris tunggal perusahaan raksasa Dae Sang company. Dia hanya tinggal dengan kakeknya yang dingin. Kehidupannya berubah menjadi berwarna setelah bertemu dengan Ahn Jae In. Tapi setelah kakeknya meninggal dia menjadi sasaran paman tirinya yang ingin menguasai Dae Sang Co. Meskipun tidak berhasil membunuh Se Hun tapi pamannya berhasil membuat Se Hun mengalami kecelakaan dan bertemu dengan Park Yoo Ri, putri dari Se Ryong Company, musuh perusahaan Dae Sang Co. Di saat yang sama, Jae In yang sedih karena mengira Se Hun meninggal, bertemu Dengan Lu Han, sepupu Se Hun, anak paman Se Hun yang mengambil perusahaan. Akankah Se Hun dapat kembali mengambil Dae Sang Co sekaligus Jae In dari Lu Han?

3.  Classroom 3-B (all EXO n’ SNSD member)

Kisah kehidupan sehari hari tahun terakhir penghuni kelas 3-B di SMA.

Dan beberapa oneshoot. Nah author pingin tahu dari 3 itu mana yang readers sukai. Nanti ff itu bakalan aku buat pertama dan pasti aku  selesaikan. Yang lain belum tentu selesai sih kekeke.


Memories (Chapter 11)

$
0
0

Title: Memories (Sequel of Soulmate) | Part 11

Sub-Title: Xi Lu Han / Luhan (Saranghae)

Author: Lee Yong Mi / @YongMiSM

Genre: Romance, Thriller, Tragedy, Fantasy

Length: Chapter

Main Cast:

  1. EXO-M Luhan
  2. Lee Yong Mi
  3. All EXO members
  4. Lee Hyunwoo
  5. BAP Members
  6. U Kiss Members

Rating: Part 11… NC-17

Disclaimer:

Annyeonghasseo~ Author kembali dengan soulmate part 11 XD

Ada yang menyadari ratingnya? Yup, NC-17 ._. Kenapa bisa rating seperti itu? Ada yang bisa menebak? XD

Oke, selamat membaca readers~ Dan ini bukan untuk SILENT READERS :D

Poster credit: cipzcagraph.wordpress.com

 memories-luhan-saranghae

 

Xi Lu Han / Luhan (Saranghae)

 

Xi Lu Han / Luhan

Aku menatap wajah itu dari jauh. Dia masih tetap cantik-bahkan bertambah cantik-, membuatku tidak dapat mengalihkan tatapanku padanya. Ia tersenyum lembut pada Kris, Suho, dan Lay yang mengelilinginya. Sesekali ia tertawa saat Lay berusaha menceritakan leluconnya.

Sebaliknya, aku justru kesepian tanpa dirinya. Harus membagi dirinya dengan sebelas saudaraku memang bukanlah hal yang mudah, namun mau tidak mau, aku harus tetap melakukannya.

Dan juga, ada sesuatu yang sebenarnya membuatku takut untuk mendekatinya…

+++

Luhan memutuskan untuk mengurung dirinya di kamar. Ia memikirkan akan ‘sesuatu’ yang ia lihat kemarin, ketika Kai berhasil membawa Yong Mi dan Xiumin kembali ke rumah mereka…

Flashback

“Dimana mereka sekarang…? Aku sangat khawatir…” gumam Kris seraya berjalan mengelilingi ruangan. Semua anggota EXO gelisah, terutama Luhan. Tubuhnya yang lemas karena memaksakan diri untuk menggunakan kekuatannya terlalu besar membuatnya tidak dapat berangkat dari duduknya.

“Su, suara Yong Mi!”

Mereka segera menoleh ke arah Kai. Kai sendiri menteleportasikan dirinya ke tempat dimana Yong Mi berada, kemudian beberapa detik kemudian ia membawa Yong Mi dan Xiumin kembali ke rumah mereka.

Luhan menghela nafas lega, namun sekilas, ia melihat sesuatu membentang di punggung Yong Mi.

Sepasang sayap berwarna bening…

Flashback Off

“Sayap bening… Yong Mi, apakah kau…”

+++

Lee Yong Mi

Sepi. Padahal tadi cukup ramai karena Wu Fan, Joon Myung, dan Yi Xing yang mengelilingiku. Tapi setelah mereka pergi, aku merasa sendiri lagi. Seakan… ada yang kurang.

“Luhan?” gumamku mengucapkan nama seseorang yang melintas di pikiranku. Seketika aku tersadar. “Luhan!”

Aku segera beranjak dan berlari ke kamar Luhan. Mataku menatap ia yang duduk di tepi jendela, dan ia balas menatapku terkejut.

“Yo, Yong Mi-ah! Apa yang sedang kau lakukan disini?!” tanyanya. Ia segera beranjak, namun ia tidak menghampiriku seperti biasanya.

“Aku… hanya mengunjungimu, Luhan.” Jawabku pelan. Ia kembali duduk dan membuang muka dariku. Aku merasa tertampar.

“Pergilah. Aku sedang ingin sendiri.”

Perkataannya itu seakan menusuk diriku. Yang kurasakan? Sakit. Hanya rasa sakit.

“A… arasseo…”

Aku segera berlari keluar, mengabaikan tatapan Wu Fan yang kebetulan berdiri diluar kamar Luhan. Aku mengurung diriku di kamar dan… menangis keras.

Xi Lu Han…

Apa yang sebenarnya kau pikirkan?

+++

Luhan menghela nafas pelan. Ia melihat sayap itu lagi, sayap yang berada di punggung Yong Mi.

“Hyung? Kenapa Yong Mi menangis?”

Luhan segera menoleh. Ia melihat Kris berjalan masuk ke dalam kamar. Kris menatapnya dengan penuh tanda tanya.

“Aniyo. Sepertinya… aku bersikap terlalu dingin padanya.” Jawab Luhan jujur. Ia kembali menghela nafas. Kris merasa bingung akan tingkah laku hyung-nya yang satu ini.

“Kau sepertinya banyak pikiran, hyung. Apa ada sesuatu yang salah? Katakan saja pada kami.”

Luhan menatap dongsaengnya itu. Ia baru menyadari bahwa selama ini, ia selalu menyimpan semuanya sendiri. Mulai dari tugas dari orang tuanya untuk menjaga Yong Mi saat ia lahir, kemudian menyembunyikan fakta bahwa Yong Mi mempunyai sepasang sayap? Luhan berpikir, betapa bodohnya ia untuk menyembunyikan semuanya?

“Panggil semuanya-kecuali Yong Mi-untuk segera ke kamarku! Ada yang harus kukatakan pada kalian semua.”

+++

Xi Lu Han / Luhan

“Dengar semua.” Ucapku seraya berdiri di hadapan semua saudaraku. “Seharusnya aku mengatakannya pada kalian, tapi entah mengapa aku selalu takut untuk mengatakannya.”

“Mengatakan apa, hyung?” tanya Sehun padaku. Aku menarik nafas dalam.

“Kalian ingat bukan, saat dimana wingstales pernah menyerang kita?” tanyaku. Mereka semua mengangguk. “Apa ada diantara kita telah mengetahui alasan mereka mengincar Yong Mi? Mengapa mereka bersikeras untuk merebut Yong Mi dari kita?”

Awalnya tidak ada yang menjawab, namun Tao segera bersuara.

“Hyung… Aku, aku tahu alasannya…”

Ia pun mengatakannya pada kami semua, alasan mengapa wingstales mengincar Yong Mi… dan dugaanku benar.

Yong Mi adalah salah satu dari para wingstales tersebut.

“Jadi, kita sekarang mengetahui suatu fakta.” Ucapku, tetap berusaha untuk tenang. “Semenjak proses transferisasi, Yong Mi telah sepenuhnya menjadi vampire. Dengan kata lain, jiwa manusianya memang telah mati. Oleh karena itulah, dia secara perlahan mendapatkan kekuatan wingstales-nya…”

Mereka semua memperhatikanku dengan seksama, membuatku menelan ludah.

“Yang menjadi pertanyaanku adalah… bagaimana bisa makhluk kegelapan seperti vampire, berada di satu tubuh dengan makhluk cahaya seperti wingstales? Bagaimana bisa Yong Mi mempunyai dua sisi yang jelas sangat berbeda tersebut?”

+++

Lee Yong Mi

Duduk di ayunan. Mungkin hal ini dapat membuatku merasa lebih baik. Semilir angin yang memainkan rambutku mungkin juga dapat menghilangkan rasa sakit di dalam hatiku.

Tapi nyatanya tidak. Aku tetap merasakan sakit. Mengingat semua ucapan Luhan… membuatku merasa tidak berharga sedikit pun di dunia ini.

Apa lebih baik aku mati saja…?

“Yong Mi, sudah seharusnya kau mengikuti kami.”

Aku terkejut mendengar suara itu. Dengan cepat aku menoleh dan… aku melihat Hyunwoo oppa berdiri tidak jauh dariku, bersama dengan 6 orang namja.

“Oppa…”

“Apa yang Hyunwoo katakan itu benar, Yong Mi. Lebih baik kau mengikuti kami ke tempat dimana kau seharusnya berada.” Ucap salah satu namja itu padaku. Aku, yang merasakan keputusasaan yang amat besar, merasa bahwa apa yang mereka ucapkan itu… benar. Jika Luhan membutuhkan waktu untuk sendiri… itu berarti dia tidak menginginkan aku di sisinya lagi, bukan?

“Oppa, aku…” aku sedikit ragu untuk mengatakan ‘ya’, namun Hyunwoo oppa segera menghampiriku dan meraih tanganku lembut.

“Lupakan apa yang pernah terjadi, ne? Oppa akan selalu menjagamu. Kami semua akan menjagamu, Yong Mi. Kau percaya pada kami, bukan?” tanya Hyunwoo oppa dengan senyum yang sangat meneduhkan hatiku. Tapi aku tetap saja merasa ada yang kurang.

“Aku, aku hanya bingung, oppa…” ucapku seraya menunduk. Benarkah pilihanku ini? Aku akan mengikuti mereka pergi? Kalau ya… kenapa aku merasa berat untuk pergi?

“Yong Mi-ah, gwenchana. Mereka semua akan tetap baik tanpa dirimu.” Ucap namja lainnya, membuatku tersadar seketika. Mereka semua akan baik tanpa diriku… jadi tidak apa-apa kalau aku pergi…

“Oppa, ara-“

“LEE YONG MI!!!”

Aku terkejut mendengar teriakan itu. Baru saja aku ingin berbalik, Hyunwoo oppa telah menarikku.

“Tidak, Lee Yong Mi. Kau tidak boleh kembali kesana. Kau harus tetap mengikuti kami.”

Nada lembut yang tadi ia gunakan telah menghilang, bergantikan dengan nada memerintah. Aku menggeleng cepat seraya berusaha melepaskan tanganku darinya.

“Oppa, mereka memanggilku. Mereka membutuhkanku, mereka…”

“MEREKA TIDAK MEMBUTUHKANMU! SAMPAI KAPAN KAU AKAN DIBUTAKAN OLEH CINTA, HUH?!”

Bentakan Hyunwoo oppa itu membuatku terdiam. Aku menoleh ke belakang-dimana Luhan dan yang lainnya menatapku khawatir dari dalam rumah karena mereka tidak bisa keluar di tengah cahaya matahari seperti ini.

“Atau…”

Seorang namja melangkah menghampiri kami. Ia berbicara dengan lantang.

“Jika kalian ingin Yong Mi tidak kami bawa, maka kalian harus berdiri di tempat ini selama 10 menit.”

Aku terbelalak. Membiarkan semua suamiku berdiri di bawah terik matahari selama 10 menit?! Mereka gila!! Mereka berniat membunuh suamiku!

“Lepaskan aku!” teriakku seraya menyentakkan tanganku dari pegangan Hyunwoo oppa, namun tidak berhasil.

“Ya, benar. Lebih baik kalian melakukannya, lalu kami akan mengembalikan Yong Mi pada kalian.”

Hyunwoo oppa justru memanas-manasi semua keadaan ini. Aku menggeleng cepat, memberikan isyarat pada Luhan agar tidak melakukan tindakan bodoh itu. Namun Luhan justru tersenyum tipis.

“Baiklah.”

Aku terbelalak ketika melihat Jong In membawa mereka berteleportasi ke tengah halaman, membuat cahaya matahari menyinari mereka secara langsung…

“ARGH!!”

Mereka semua terjatuh. Aku meronta, berusaha melepaskan diri, namun Hyunwoo oppa benar-benar menahanku dengan kuat.

“Lihat itu, Yong Mi? Mereka mengorbankan dirinya. Jika mereka mati, maka kau baru bisa pergi dari dunia ini, bukan?” ucap Hyunwoo oppa dengan tawa yang terdengar kejam. Aku menatap semua suamiku cemas, dan mereka… perlahan menghilang…

“Andwae…” ucapku tertahan. “Andwae… Andwae!! KIM JONG IN BAWA MEREKA KEMBALI MASUK, BODOH! XI LU HAN APA YANG KAU PIKIRKAN?! WU YI FAN KAU INGIN AKU MEMBUNUHMU?? PARK CHANYEOL KAU LEMAH TERHADAP CAHAYA!! BYUN BAEKHYUN KAU INGIN MATI, HAH?! ZHANG YI XING KAU MAU MENINGGALKANKU?? DO KYUNGSOO KAU JUGA MAU PERGI?! OH SE HOON AKU AKAN MEMBUNUHMU!! KIM JOON MYUNG KAU ITU PEMIMPIN MEREKA, BODOH!! HUANG ZI TAO APA GUNA KEKUATANMU ITU?! KIM JONG DAE DIMANA PIKIRANMU, HAH?! KIM MIN SEOK KENAPA KAU MELAKUKANNYA????”

Suaraku habis. Aku menatap Hyunwoo oppa dengan tatapan aku-akan-membunuhmu-sekarang.

“Pergi dari sini. Sekarang.”

Entah aura apa yang kukeluarkan, yang jelas Hyunwoo oppa segera melepas pegangannya dari tanganku. Aku mengayunkan tanganku dan tiba-tiba saja ia terlempar ke belakang.

“Aku membencimu, Hyunwoo! AKU MEMBENCIMU KARENA KAU BERANI MENYAKITI SUAMIKU!!”

Aku segera melesat ke arah suami-suamiku dan mengeluarkan kemampuan teleportasiku untuk membawa mereka masuk ke rumah, dan kemudian aku menyegel rumah ini dengan tameng air, api, angin, dan tanah.

Dan sedetik kemudian, tubuhku ambruk di atas lantai. Aku… kelelahan.

+++

“Woah, kemampuannya menarik sekali.” Ucap Zelo antusias. Ia tadi menyaksikan dengan jelas bagaimana kemarahan seorang Lee Yong Mi melempar mereka semua ke belakang. Aura yang dikeluarkan oleh Yong Mi bukanlah aura biasa, melainkan aura tersebut adalah aura campuran antara vampire dengan wingstale.

“Dan ia hampir mengalahkan kita.” Ucap Yong Guk seraya membersihkan debu yang menempel di bajunya. “Hyunwoo, kali ini kita harus memikirkan strategi terlebih dahulu sebelum menyerang kembali.”

“Ugh… Aku harus merebutnya kembali dari tangan mereka…”  gumam Hyunwoo kesal. Ia dan keenam namja itu segera pergi meninggalkan tempat itu.

+++

Lee Yong Mi

“Yong  Mi-ah…”

Ugh… Siapa itu yang memanggilku?

“Yong Mi…”

Siapa…?

“Yong Mi, ireona…!”

Suara ini… sepertinya aku mengenalnya…

“Yong Mi! Jebal, ireona!!”

Aku segera membuka mata lebar. Hal pertama yang kulihat adalah wajah khawatir semua anggota EXO.

“Yong Mi! Akhirnya kau sadar!!” ucap Tao yang duduk paling dekat denganku. Ia memelukku erat, terlalu erat sampai rasanya aku tercekik.

“Tao, kau mencekiknya!!” ucap Yi Xing seraya menjauhkan Tao dariku. “Yong Mi-ah, gwenchana? Ada bagian tubuhmu yang sakit?” tanyanya yang kubalas dengan gelengan kecil.

“Kau benar baik-baik saja? Apa kau haus? Aku akan memberikan darahku-“

“Tunggu, aku yang akan memberikannya-“

“Hey! Seharusnya aku yang memberikannya-“

“BERISIK!!”

Aku terkejut ketika Luhan berteriak. Kami semua terdiam.

“Kalian semua…” ucap Luhan seraya menunjuk semua saudaranya. “… kembali ke kamar. Sekarang.”

Tanpa ragu, yang lain segera berjalan pergi meninggalkan kami. Luhan menghela nafas dalam, kemudian ia menghampiriku.

“Gwenchana, Yong Mi?” tanya Luhan seraya mengusap rambutku lembut. Ini… adalah sentuhan yang kurindukan…

“Luhan, bukankah kau… sedang ingin sendi-“

“Aku tahu apa yang kukatakan!” ucap Luhan sedikit keras, memotong perkataanku. Aku terdiam, takut akan bentakannya itu. Ia sepertinya menyadari ketakutanku. “Mianhae…”

Ia duduk di sebelahku, matanya menerawang ke langit-langit kamarku.

“Ka… kau meminta maaf untuk apa, Luhan?” tanyaku terbata. Ia tidak menjawab. Yang ia lakukan hanyalah terus menatap langit-langit tersebut.

“Aku bersalah karena… membuatmu menjauh dariku.”

Ia menghela nafas, sedangkan aku hanya menunduk.

“Mianhae… Aku terlalu kasar padamu tadi.”

Aku merasakan tangannya menggenggam erat tanganku, membuatku menoleh ke arahnya. Matanya menatapku lembut, membuatku merasakan keteduhan yang sangat menenangkan…

“Maafkan aku, Yong Mi…” ucapnya lagi. Aku mengangguk pelan. Tentu saja aku memaafkanmu, Xi Lu Han… Jika tidak, maka aku adalah yeoja terbodoh yang pernah ada di muka bumi ini.

Perlahan, aku merasa bahwa jarak wajah kami semakin dekat. Aku juga merasakan nafasnya yang menerpa wajahku, semakin dekat dan… bibirnya menyentuh bibirku.

Boleh aku melakukannya?

Aku mendengar suara telepatinya di dalam pikiranku, dan bersamaan dengan itu aku merasakan tangannya yang berada di punggungku menarikku ke dalam dekapannya. Hangat…

Yong Mi, bolehkah aku melakukannya? Atau kalau kau tidak mau, aku akan berhenti sampai disini.

Luhan… ia selalu memperlakukanku dengan lembut. Ia juga suamiku…

“Auw!”

Ia menggigit bibirku, memaksaku untuk segera memberikan jawaban. Sorot matanya lembut, membuatku terpana beberapa saat.

Bahkan aku tidak menyadari ketika ia telah mendorongku jatuh ke atas tempat tidur dengan bibir yang saling bertautan.

Bolehkah?

Luhan…

Ne.

Ia tersenyum di sela ciumannya, dan aku tahu bahwa kami akan melakukannya sekarang.

+++

Xi Lu Han / Luhan

Malam yang sangat panjang bagiku. Membiarkan Yong Mi tertidur di dalam pelukanku setelah apa yang kami lakukan tadi. Em… aku senang, karena aku memang menjadi yang pertama baginya. Tapi… aku merasa bersalah karena ia harus merasakan sakit terlebih dahulu.

“Gomawo, Yong Mi-ah…” gumamku seraya mencium puncak kepalanya pelan. “Aku mencintaimu. Sangat mencintaimu…” ucapku. Kueratkan pelukanku padanya.

“Engh…”

Yong Mi perlahan bangun. Awalnya ia menatap sekelilingnya, kemudian tatapannya berhenti padaku. Saat ia menyadari bahwa aku dan dia sama-sama tidak mengenakan pakaian, wajahnya memerah dengan cepat.

“A, aku…”

“Ssstt, sudahlah…” ucapku memotong perkataannya. “Katakan padaku kalau suatu hari nanti kau mual atau ingin muntah, ne? Aku akan selalu berada di sebelahmu, chagi…”

Aku kembali mencium puncak kepalanya, namun ia justru terdiam.

“Luhan…”

“Hm?”

“Apa kau melakukan ini karena… mencintaiku… atau hanya-“

Dengan cepat kubungkam bibirnya dengan bibirku. Aku menahan kedua tangannya, menciumnya dalam, kemudian melepas ciumanku.

“Kau tak percaya bahwa aku mencintaimu, Yong Mi?” tanyaku. Ia hanya menunduk. “Yong Mi… Dengarkan aku, ne?”

Aku kembali memeluknya seraya mengusap rambutnya pelan.

“Kalau aku tidak mencintaimu, tidak mungkin aku melindungimu. Kalau aku tidak mencintaimu, tidak mungkin aku merasa kehilangan saat kau tidak ada di sampingku. Kalau aku tidak mencintaimu, tidak mungkin aku memaksa yang lain untuk segera mencarimu ketika kau diculik.”

Ia terisak. Aku mempererat pelukanku, berusaha untuk menenangkannya.

“Karena itu, Yong Mi… Jangan berpikir bahwa aku tidak mencintaimu, karena aku telah mencintaimu bahkan sebelum kamu tahu akan diriku…”

+++

Lee Yong Mi

Ugh… Seluruh tubuhku masih terasa sakit. Sepertinya aku harus beristirahat sejenak.

“Yong Mi-ah.”

Aku segera beranjak dari posisiku. Tadi Luhan telah kembali ke kamarnya, jadi siapa yang memanggilku?

“Lihat ke arah jendela.”

Mataku menatap ke arah jendela dan aku terbelalak. Dia… dia…

“Ke, Kevin…” gumamku tidak jelas. Namja itu-Kevin-menatapku datar.

“Aku datang kesini untuk menagih sesuatu…” ucap Kevin seraya melompat masuk ke dalam kamarku. Aku segera berdiri dan berjalan menjauh darinya.

“A, apa… yang akan kau tagih?” tanyaku pelan. Dalam sekejap, ia telah meraih tanganku dan mendorongku ke arah dinding.

“Kau-harus-meminum-darahku.” Bisiknya di telingaku, dan seketika aku menyadarinya. Ia… menginginkanku untuk menjadi istrinya.

“Shi-shireo!” ucapku seraya berusaha mendorongnya. Ia menahan kedua tanganku dan menatapku tajam.

“Turuti perintahku, Yong Mi. Hisap darahku!” bentaknya. Aku menggeleng cepat, sedangkan ia benar-benar memaksaku untuk melakukannya. Aku segera mengirim telepati pada siapa pun yang berada diluar.

Brakk!!

Seseorang melesat dari arah jendela. Samar, aku melihat ketika orang itu menarik Kevin menjauh dariku dan memukulnya kuat.

“Jauhi Lee Yong Mi, dasar brengsek!”

Ia memukul Kevin tanpa ampun, namun disaat ia lengah, Kevin segera melesat kabur.

“Cih, dasar tukang kabur! Lemah!” gerutu namja itu. Aku mendekatinya secara perlahan. Sepertinya aku pernah melihat wajah itu… Tunggu dulu, ia…

“Himchan?”

Namja itu terkejut. Ia segera menjauh dariku.

“Kau… menolongku?” tanyaku tidak percaya. Ia terlihat salah tingkah, namun kemudian ia melesat keluar dari arah jendela. Aku segera berlari ke arah jendela untuk melihat ke arah mana ia pergi, namun ia telah menghilang.

“Himchan-ah!!” teriakku memanggilnya, tapi tidak ada jawaban. “Himchan-ah!! Himchan-ah!!!”

+++

Himchan menghela nafas. Ia bersandar pada sebuah pohon di dalam hutan yang sangat lebat.

“Apa yang kulakukan…?” tanyanya pada dirinya sendiri. “Kenapa aku menolongnya? Bukankah tadi selangkah lagi Kevin berhasil membawa Yong Mi?”

Ia memukul pohon di belakangnya dengan kesal, merutuki dirinya sendiri. Ia telah melakukan kesalahan, karena ia justru menolong Yong Mi.

“Ugh!!”

Himchan terbatuk, dan ia segera sadar bahwa batuknya tadi mengeluarkan darah.

“Gawat, aku melanggar aturan…” gumamnya pelan. Ia merasakan sakit di dalam tubuhnya, membuatnya meringis. “Ini baru hukuman… Aku bisa mati jika melanggar lagi.”

Ia terduduk di atas tanah. Matanya menerawang ke atas, terbayang oleh wajah seseorang. Wajah seseorang yang seharusnya tidak ia pikirkan.

“Sial… Aura wingstale-nya benar-benar menarikku…”

+++

Xi Lu Han / Luhan

Yong Mi sedang bermain di halaman rumah kami. Hari ini matahari bersinar cukup terik, sehingga aku tidak dapat menemaninya. Sesekali ia melambai ke arahku yang melihatnya dari balik jendela rumah.

“Luhaaann!” sapanya ceria. Aku balas melambai ke arahnya, membuat ia tersenyum dan kembali melnajutkan kegiatannya. Sedari tadi ia berlarian di antara bunga-bunga, membuat ia bertambah cantik.

Dan sepasang sayap itu semakin berwarna putih, meskipun sepertinya hanya aku yang dapat melihatnya. Yong Mi sendiri belum menyadarinya, dan entah kapan aku akan memberitahukan hal ini padanya.

Memiliki seorang istri yang merupakan vampire dan wingstale… Mungkin ini hal yang terjadi sekali dalam seumur hidup, tapi tidak apa-apa.

Aku akan tetap mencintainya.

Selalu mencintainya…

+++

Yong Mi mengernyit. Ia bingung ketika Luhan mengajaknya untuk keluar.

“Luhan-ah, memangnya kita mau pergi kemana? Sekarang matahari sedang bersinar… Aku takut kau akan-“

“Aku akan selalu menggenggam tanganmu, jadi aku tidak akan musnah.” Ucap Luhan memotong kalimatnya. Ia menggenggam tangan Yong Mi erat dan membawanya keluar dari rumah. Mereka berjalan cepat menelusuri hutan, dan akhirnya mereka tiba di peradaban manusia.

“Kau benar-benar tidak apa-apa, Luhan? Disini ada banyak manusia…” ucap Yong Mi khawatir. Luhan menggeleng tegas. Ia merangkul Yong Mi erat.

“Kenapa aku harus melirik yang lain jika kau ada di sampingku?”

Wajah Yong Mi merona, membuat Luhan tertawa dan mengecup puncak kepalanya lembut. Mereka berjalan mengelilingi tempat itu, terus berjalan…

Dan mereka tidak menyadari bahwa Hyunwoo mengawasi mereka dari kejauhan.

“Sial… Beraninya kau melakukan itu pada adikku, Luhan… Lihat saja, kau adalah orang pertama yang akan kubunuh nanti…”

Hyunwoo segera melesat pergi, meninggalkan Yong Mi dan Luhan yang masih berjalan dengan tangan yang saling menggenggam erat.

“Yong Mi-ah…” panggil Luhan pelan. Yong Mi segera menoleh.

“Ne, Luhan?”

“Ada sesuatu yang ingin kukatakan padamu…”

Luhan membawanya ke sebuah taman, kemudian mereka duduk berdua di bangku taman tersebut. Luhan menarik nafas dalam, sedikit ragu untuk memberitahukan hal tersebut pada Yong Mi.

“Apa itu?” tanya Yong Mi bingung. Luhan mengepalkan tangannya, ia kembali menarik nafas, kemudian matanya menatap Yong Mi lembut.

Kau adalah salah satu dari wingstale, Yong Mi.

Yong Mi terbelalak. Tangannya hampir saja terlepas dari genggaman Luhan.

“M-mwo…?” tanya Yong Mi tidak percaya. Ia menganggap semua yang ia dengar tersebut adalah salah.

Itu benar, chagi… Kau adalah salah satu dari wingstale, dan kau juga vampire. Setelah proses transferisasi, kau menjadi vampire seutuhnya… Karena itulah, jiwa manusiamu mati.

Yong Mi menggeleng cepat. Ia tidak mau mendengar kelanjutan dari apa yang dikatakan oleh Luhan.

Kami tidak tahu mengapa kau menjadi wingstale, Yong Mi… Yang jelas, kau memang telah memiliki sepasang sayap bening yang berada di punggungmu, lalu…

“Aku tidak mau mendengarnya!!!”

Luhan segera memeluk Yong Mi yang terisak. Ia mengusap punggung yeoja itu pelan.

“Hiks, aku tidak mau mendengarnya… Aku tidak mau…” lirih Yong Mi di dalam pelukan Luhan.

“Mengapa kau tidak mau mendengarnya?” tanya Luhan. Selama beberapa saat hanya isakan Yong Mi yang terdengar.

“Aku… aku tidak peduli akan apa yang ada di dalam tubuhku sendiri, Luhan…”

Yong Mi mempererat pelukannya.

“Se, selama… aku masih bersama kalian, aku tidak akan peduli akan apa yang terjadi… Karena itu…”

Ia menggerakkan kepalanya ke atas, menatap ke arah Luhan. Luhan dapat melihat air mata yang menghiasi wajah gadisnya itu.

“Aku tidak perlu mendengar apa pun… karena bersama dengan kalian, adalah hal yang terpenting bagiku…”

 

TBC

 

Next Episode: Kris (Shireo!)

 

“Silahkan masuk. Anda ditunggu di lantai 8 ruangan nomor 804.”

 

“Entahlah… Ada firasat yang mengatakan bahwa aku harus segera menemuinya… Firasat buruk.”

 

“Kau tidak mau keluar dari ruangan ini hidup-hidup?”

 

“Hyura telah mati, hanya tinggal Yong Mi yang tersisa. Maka, Yong Mi juga harus mati. Benar begitu bukan, Kris?”

 

“Jangan menyentuhnya.”

 

“Musuh!! Musuh menyerang!!”

 

“Baiklah, kita akan menantikannya…”


Saranghaeyo Ahjussi (Chapter 9)

$
0
0

Saranghaeyo Ahjussi ^^

Chapter 9

Author: Dreamcreampiggy(@DebDebyanca)

 

Length: Chaptered

 

Genre: Romance, Family, School Life, AU

 

Rating: Teenager

 

Cast:

-Lee Youra (Fiction)

-Wu Yi Fan/Kris (EXO-M)

-Park Chanyeol (EXO-K)

-Im Yoon Ah/Yoona (SNSD)

-Kim Jae Joong (JYJ)

-Lee Yourin (Fiction)

-Song Qian/Victoria (F(X))

-Kim Jae In (Fiction)

 

Disclaimer:Cast adalah milik mereka sendiri, Tuhan, dan Orang Tua mereka. Tapi ‘Fiction’ adalah fiksi.  Cerita milik Author. Tidak ada plagiat apapun karena cerita ini murni 100% ‘Imajinasi’ Author. Maaf sekali jika ada kesamaan nama ataupun latar belakang cerita. Nama sekolah maupun perusahaan disini adalah fiksi.

Saranghaeyo Ahjussi (Next Cover)

 

 

 

~Happy Reading~

 

Malam ini, Youra merasa dirinya sendirian. Ia merasa dirinya sudah terasingkan dari dunia ini. Malam yang seharusnya terasa begitu indah dan menenangkan dengan cahaya lembut dari bulan dan bintang, berubah gelap saat awan mendung menutupinya. Youra memilih terduduk pada sebuah kursi besi dingin di depan kamar khusus rumah sakit. Menatap sepatunya sendiri dengan sisa-sisa air mata yang masih membekas. Dingin sekali di sini. Terlebih lagi ia kesepian. Waktu sudah menunjukan pukul dua belas malam dan ia belum terpikir untuk kembali pulang.

Kaki Youra bergerak sedikit demi sedikit untuk berdiri. Berjalan mendekati pintu di sampingnya dan memegang kenop pintu sambil memandang lesu dari kaca kecil yang tersemat pada pintu tersebut.

Youra melihat seorang laki-laki yang kini terbaring lemah di sebuah tempat tidur. Kepalanya di perban dengan rapih, bercak-bercak darah sedikit terlihat dari perban itu, wajahnya yang sebelumnya sangat tampan tanpa cacat sekarang di penuhi oleh luka-luka. Tubuhnya pun kini tak bergerak dan ia terluka parah.

KLEK

Pintu itu terbuka dan Youra melangkah memasuki ruangan itu. Mendekat ke arah tempat tidur dan menyentuh tangan laki-laki itu lalu menggenggamnya.

“Maafkan aku Oppa.”, suara Youra terdengar lirih dan serak. Ia sudah menghabiskan waktu untuk menangis dan menyesal hari ini. Terlebih ketika dokter mengatakan kondisi Kris yang sangat parah. Hantaman benda tumpul pada kepalanya ternyata berakibat cukup berbahaya pada otaknya. Beberapa jari tangannya pun patah. Berbeda dengan Chanyeol yang menderita luka sedikit lebih ringan daripada yang di alami Kris.

“Aku seharusnya tidak berlaku bodoh. Harusnya aku benar-benar menjauh. Harusnya aku tak berharap banyak. Harusnya aku tak mengenalmu. Ini semua salahku.”, isakan Youra mulai terdengar dan air matanya kembali meluncur keluar. Rasa sakit dan sedihnya belum terobati sama sekali. Ia masih menderita dengan rasa bersalahnya dan ia sangat menyesali keadaan Kris. Ia sadar bahwa ia sudah melukai Kris.

Youra terus menundukan kepalanya ke bawah dan menangis. Sayangnya tak ada yang bisa mendengar tangisan Youra. Ruangan itu terlalu sepi. Hanya ada dirinya dan Kris yang kini tak bisa di katakan sebagai pendengar dengan kondisinya. Sesekali Youra melihat ke arah sebuah alat monitor jantung untuk memastikan keadaan Kris. Jae Joong, Yourin, orang tuanya dan orang tua Kris bahkan sudah merayu Youra untuk pulang. Membiarkan salah satu di antara mereka yang menjaga Kris. Tapi Youra menolak dan hanya bisa menangis saat itu.

Keadaan Youra sangat buruk dan kacau ketika ia baru sampai di rumah sakit. Ia segera membantu Chanyeol ke salah satu ruangan yang di tunjukan perawat sedangkan Jae Joong yang tak sengaja melihat perkelahian antara Kris dan Chanyeol saat itu segera mengurus segala hal yang di butuhkan agar adiknya bisa di selamatkan dengan kondisi yang tak sadarkan diri.

Youra berterima kasih atas kebetulan yang Tuhan berikan padanya. Ia tak menyangka Jae Joong akan datang karena tak sengaja melewati jalan itu dan segera melerai perkelahian yang terjadi.

Walaupun hal itu juga tak mengubah kondisi Kris saat ini.

Youra menatap wajah Kris sekali lagi dan saat itu dadanya terasa sakit dan sesak. Bayangan-bayangan bersama Kris selama ini berkelebat bagaikan film. Membuat Youra menyadari kebodohannya karena menolak Kris. Tapi ia tahu ia tak pantas untuk Kris. Ia terlalu jauh untuk menggapai Kris. Menurutnya, hubungannya dan Kris tak akan pernah berhasil dengan usia yang terpaut begitu jauh.

Tangan Youra membantunya untuk berdiri. Membungkukan tubuhnya ke arah wajah Kris dan dengan perlahan mendekatkan wajahnya pada bibir pucat Kris. Mengecupnya tepat di sana. Mengungkapkan rasa sesal dan betapa bodohnya seorang Lee Youra. Dalam ciuman pertamanya yang penuh dengan kesunyian itu air mata Youra tak bisa berhenti mengalir. Air matanya membasahi wajah manisnya dan dengan lembut juga mengalir pada wajah Kris. Mengisyaratkan bahwa laki-laki di bawahnya kini juga menangis. Jika Kris bisa bergerak dan berbicara mungkin kini laki-laki itu akan memeluk Youra erat agar perempuan itu tak pergi kemanapun lagi lalu membalas ciumannya. Membuktikan bahwa laki-laki itu memang mencintainya. Membuktikan bahwa Kris tak ingin kehilangan perempuan ini.

Perlahan namun pasti, Youra mengangkat wajahnya dari wajah Kris dan menjatuhkan dirinya kasar ke lantai. Menangkupkan wajahnya pada telapak tangannya dan menangis histeris. Suara tangisannya begitu memilukan. Ini adalah cinta pertamanya. Dan ia harus menyakiti cinta pertamanya tersebut. Suara tangisan Youra seakan-akan membuat siapapun juga menangis. Merasakan kesedihan gadis itu. Ketika ia sangat mencintai laki-laki di hadapannya yang ternyata harus ia lepaskan karena sebuah alasan yang ia sendiri masih pertanyakan. Kenapa ia harus melepas Kris? Apa karena Yoona? Ataukah karena ia takut Kris mempermainkan anak kecil sepertinya? Atau ia takut dengan jarak di antara mereka? Youra sendiri tidak tahu. Ia ingin menjauh. Dan ketika ia berjalan untuk menjauh, Kris berlari mendekatinya. Lalu ketika ia berhenti, justru Kris yang kini semakin menjauh.

Perasaannya sungguh kacau. Dan rasa sedihnya kini juga di rasakan oleh seorang laki-laki sebaya dengannya yang berdiri di depan pintu ruangan itu. Mengintip dari sela kaca pintu sedari tadi. Chanyeol. Laki-laki itu adalah Chanyeol. Ia juga merasakan air matanya meluncur keluar melihat perempuan yang ia cintai menangis.

Ya. Chanyeol berdiri di sana sedari tadi, menyaksikan semua yang terjadi. Dengan tiang infus yang masih tertempel pada pergelangan tangannya. Dengan perban di tubuhnya, juga luka-luka yang tidak kalah parah. Chanyeol tak pernah menangis seumur hidupnya ketika ia menginjak sekolah menengah pertama. Karena ia sudah merasakan cinta kepada sahabatnya, dan ia harus melindungi sahabatnya itu.

Tapi ketika Chanyeol melihat betapa memilukannya kondisi Youra sekarang, ia sadar bahwa ia bukanlah laki-laki yang di ciptakan untuk melindungi dan bersama dengan Youra selamanya. Mungkin ia harus melepaskan sahabat yang ia cintai itu pada sosok laki-laki yang kini terbaring lemah nantinya dan berusaha tersenyum bahagia ketika mereka bahagia walau hatinya terasa sakit.

Dengan kepala tertunduk kini Chanyeol membalikan tubuhnya, mengusap sisa air matanya dan berjalan menjauh. Ternyata ialah orang ketiga dalam kisah cintanya ini. Dan dalam setiap cerita bahagia, orang ketiga itu pasti akan pergi merelakan orang yang ia cintai.

Dan Park Chanyeol akan melakukan itu. Hanya untuk seorang Lee Youra.

~**^^**~

Cahaya matahari yang hangat dan terang, menyilaukan mata Lee Youra yang masih terpejam erat. Youra mengangkat kepalanya yang ia letakan pada punggung tangannya sebagai bantalan di atas tempat tidur putih yang masih ditiduri oleh Kris. Youra membetulkan posisi duduknya di kursi dan mengusap wajahnya. Jam sudah menunjukan pukul sembilan dan itu artinya ia melewatkan sekolahnya sekarang. Beberapa menit belum berlalu, Youra sudah mendengar suara pintuterbuka.

Sosok Im Yoon Ah terlihat jelas disana. Ia menatap Youra sekilas dan segera berlari menghampiri sisi lain dari tempat tidur Kris. Youra segera berdiri dan menundukan wajahnya.

“Ini semua karenamu.”, suara Yoona terdengar begitu tegas dan Youra yakin Yoona sangat membenci Youra saat itu.

“Maaf.”

“Aku sudah menyuruhmu menjauhinya. Jangan pernah kembali. Tapi kau tak mendengarkanku. Sekarang kau lihat keadaan Kris! Kau tahu? Keadaan Kris tak pernah separah ini sebelumnya. Dan kini kau membuatnya seperti mayat hidup!”, Yoona berteriak pada Youra yang hanya bisa terdiam. Youra tahu ia sangat mudah menangis sekarang. Buktinya kini air mata sudah mengalir keluar lagi. Ia pengecut.

“Lebih baik kau keluar sekarang.”, kata Yoona. Ia menunjuk arah pintu dengan tangannya kasar. Youra berjalan pelan keluar dan segera menjatuhkan dirinya ke kursi besi di samping ruangan. Membiarkan Yoona yang sibuk melakukan sesuatu yang Youra tak tahu. Ia hanya melihat Yoona mengusap pelan wajah Kris saat ia keluar tadi. Membuat hati Youra sakit. Ia cemburu. Ia cemburu pada Yoona. Bahkan sejak awal.

Detik-detik kemudian, waktu bergulir semakin cepat dan suara langkah kaki terdengar semakin lama semakin mendekat. Disana, Jae Joong berjalan mendekat. Menghampiri Youra dengan setelan jas yang biasa ia kenakan untuk bekerja. Namun kini Jae Joong hanya menyampirkan jasnya di tangannya yang terlihat membawa sebuah kantung kertas yang berukuran cukup besar.

“Youra? Kau? Di luar?”, tanya Jae Joong tiba-tiba. Ia segera menempati kursi di sebelah Youra dan menatap perempuan itu.

“Ne. Aku di luar.”, kata Youra sambil mengusap sisa air matanya. Jae Joong tak ingin berkomentar tentang hal itu. Ia tahu Youra pasti akan menangis melihat kondisi Kris. Jae Joong tahu bahwa dua orang ini saling mencintai sejak awal. Tapi entah apa yang membuat hubungan mereka berjalan dengan sangat rumit kini.

“Kenapa? Di dalam ada dokter?”

Youra menggeleng. Jae Joong segera bangkit dan mengintip ke dalam ruangan lewat kaca kecil pada pintu. Hembusan napas Jae Joong terasa kesal. Ia melihat Yoona sedang duduk pada kursi di samping tempat tidur Kris sambil mengusap wajah adiknya dan berbicara sesuatu.

Untuk apa perempuan itu datang? Sudah cukup perempuan itu menyakiti hati Kris dan kini ia tiba-tiba datang kembali? Ia pikir Kris manusia macam apa yang bisa dengan mudah menerima seseorang sepertinya.

“Youra kau harus masuk denganku.”, kata Jae Joong yang kemudian menarik tangan Youra dan membawa perempuan itu masuk ke dalam ruangan.

“Jae Joong Oppa…”, kata Yoona pelan. Ia terkejut ketika melihat Jae Joong disana. Apalagi ketika ia melihat Youra juga ikut memasuki ruangan.

“Mau apa kau kesini?”, tanya Jae Joong.

“Aku ingin menjenguk Kris. Aku bertanya pada Jae In kemana Kris karena rumahnya kosong dan Jae In bilang padaku bahwa Kris sakit. Jadi…”

“Aku tahu semuanya. Kau tak perlu menjenguk Kris. Ia tak butuh itu.”, kata Jae Joong ketus.

“Tapi bagaimana pun juga…”

“Kau bukan siapa-siapa lagi bagi Kris Yoona.”, Jae Joong selalu memotong setiap kata-kata Yoona sebelum perempuan itu berhasil menyelesaikannya. Dengan kata lain, sebenarnya Jae Joong sudah sangat muak mendengar semua ucapan Yoona. Jae Joong tak ingin perempuan itu kembali menyakiti adiknya.

“Maaf tapi sungguh Oppa aku mencintai Kris.”

“Aku akan memanggil perawat kemari untuk mengurus Kris. Jadi lebih baik kau keluar.”, kata Jae Joong tegas. Youra yang sedari tadi hanya berdiam diri menatap Jae Joong, hendak pergi sebelum Jae Joong menyerahkan kantung kertas di tangannya yang berisikan keperluan Youra.

“Youra, Ibu-mu sudah memberikan surat izin pada sekolahmu. Dan ini adalah semua keperluanmu. Ibu-mu juga memberikan uang di dalamnya. Jadi lebih baik kau bersihkan dirimu dan membeli sesuatu untuk di makan. Aku bisa mati tercekik oleh Eonni-mu jika kau sakit.”, kata Jae Joong sambil tersenyum pada Youra. Youra tertawa kecil walaupun wajahnya terlihat sangat sedih. Ia mengangguk dan pergi meninggalkan ruangan itu di susul oleh Yoona.

“Kau puas sekarang?”, Yoona menyentuh pundak Youra dan membalikan tubuh Youra kasar.

“Maaf. Tapi aku tak mengerti.”, kata Youra singkat. Ia menatap Yoona tepat di manik mata perempuan itu dan menunjukan bahwa ia benar-benar menyesal dan berharap perempuan di hadapannya ini berhenti menyalahkannya.

“Kau tak mengerti? Kau penyebab ini semua! Kau membuat Kris sepeti itu! Aku sudah mengatakan semuanya padamu! Jauhi dia! Jangan pernah kembali! Kau harus bertanggung jawab atas ini semua! Seharusnya akhir bulan ini aku bisa mengajak Kris kembali ke Kanada. Tapi karena ulahmu semuanya kacau! Kau tak tahu apa yang kau lakukan bukan? Pasti. Karena kau hanya anak-anak. Kau tidak tahu apa-apa dan kini kau berusaha menghancurkan hidup Kris!”, suara Yoona terdengar sangat keras di telinga Youra. Membuat Youra ingin mati saat itu. Kenapa ia selalu menjadi satu-satunya tempat untuk di salahkan? Ia sudah berusaha menjauh tapi ia tak tahu bahwa ternyata Kris tak membiarkannya pergi dan berusaha mengejarnya lagi.

Youra menundukan kepalanya dan tanpa sadar rentetan kalimat keluar begitu saja dari mulutnya.

“Lalu aku harus bagaimana? Apa aku harus mati? Atau aku harus menggantikan Kris Oppa di sana? Aku sudah berusaha menjauhinya sebisaku. Aku mengacuhkannya dan menghindarinya setiap saat. Tapi aku tak tahu jika ternyata ini yang terjadi! Kenapa aku harus selalu di salahkan? Apa urusanmu memangnya? Kau bukan siapapun bagi Kris Oppa! Kau meninggalkannya dulu bukan? Lalu kenapa sekarang kau berpura-pura baik dan menginginkannya kembali? Aku memang anak-anak yang tak bisa melakukan apapun! Aku memang pengecut! Aku memang seharusnya di salahkan! Lalu kenapa sekarang tidak kau bunuh saja aku!”, teriak Youra histeris. Ia menarik kasar tangan Yoona dari pundaknya dan menatap Yoona dengan dua matanya yang sudah di basahi oleh air mata. Youra berlari kencang hingga keluar rumah sakit dan terduduk pada bangku taman di sana. Memeluk erat kantung kertas di pangkuannya.

Ia menghembuskan napasnya lelah dan berjanji pada dirinya sendiri. Ia akan melupakan semua perkataan Yoona. Ia akan mengikuti kata hatinya sendiri. Maka ia akan mempertahankan Kris. Ia akan mempertahankan dirinya dan seperti harapan Kris pada malam itu, ia akan memulainya lagi dari awal.

~**^^**~

Pandangan lurus Chanyeol yang terarah pada suasana taman rumah sakit teralih ketika ia mendengar suara pintu ruangannya terbuka. Perlahan Chanyeol menoleh dan mendapati Jae In melangkah mendekat. Menghampiri Chanyeol dengan senyum khawatir.

“Kau kesini?”, tanya Chanyeol yang kemudian segera menatap jam dinding dan mendapati ternyata waktu bergulir dengan sangat cepat dan senja sudah menanti.

“Ya. Aku ingin menjenguk Oppa. Keluarga Oppa sudah datang?”, tanya Jae In. Ia meletakkan kantung kertas kecil berisi bubur hangat di meja samping tempat tidur Chanyeol. Mengambil mangkuk putih dan sebuah sendok lalu menyiapkan makanan itu untuk Chanyeol.

“Begitulah. Mereka kesini.”, kata Chanyeol dengan wajah sumringah. Berbeda dengan keadaan sebenarnya, Chanyeol selalu bisa tersenyum. Menunjukan wajah ceria walaupun hatinya sedang menangis mengingat kejadian malam kemarin.

“Oppa tampak senang?”, tanya Jae In lagi. Ia mengambil mangkuk itu dan memberikannya pada Chanyeol. Chanyeol mengambil bubur itu sambil tersenyum senang dan menyuapkan satu sendok bubur ke dalam mulutnya.

“Terima kasih. Akhirnya aku bisa makan sesuatu yang di buat di luar. Bukan dari rumah sakit.”, kata Chanyeol senang. Jae In tersenyum dan menunggu Chanyeol menjawab. Chanyeol yang merasakan keheningan di antara mereka berdua menatap Jae In sekilas dan menurunkan letak mangkuknya ke pangkuannya di tempat tidur.

“Ayahku adalah pria yang tegas dan keras. Ia jarang menunjukan kasih sayangnya. Berbeda dengan Ibu-ku. Maka ketika aku sakit seperti ini, aku bisa melihat ayahku khawatir dan menunjukan kasih sayangnya padaku. Dan satu lagi. Aku bisa melihat Ibuku menangis… Hahaha~ Rasanya jarang sekali…”, jawab Chanyeol ringan. Jae In tertawa dan memukul tangan Chanyeol pelan.

“Oppa masih bisa membuat orang tertawa di saat seperti ini. Hebat.”, kata Jae In masih tertawa. Ia menatap mata Chanyeol yang juga menatapnya lekat. Mereka terdiam sebentar dan keheningan yang hanya diisi tatapan mata itu terpecah ketika suara sendok yang membentur mangkuk akibat tangan Chanyeol.

“Bukankah itu yang membuatmu menyukaiku?”, tanya Chanyeol.

Jae In membelalakan matanya seketika. Wajahnya berubah merah dan ia tak tahu harus berbuat apa. Chanyeol yang menyadari reaksi Jae In segera berdeham dan menyantap makanannya lagi dengan cepat hingga tersedak.

Jae In dengan sigap mengambil air putih di meja yang berada di dekatnya dan memberikan minuman itu pada Chanyeol.

“Hati-hatilah ketika makan.”, kata Jae In khawatir. Guratan wajahnya yang merah masih tergambar di sana.

“Kim Jae In.”, Chanyeol menggenggam tangan Jae In dan menatap matanya lekat.

“Kau tak ingin jujur padaku?”, kata Chanyeol kemudian. Jae In menunduk dan menghembuskan napas. Jantungnya berdegap tidak karuan saat itu. Begitu cepat dan ia tak tahu harus bagaimana. Ia menatap Chanyeol sekali lagi dan menguatkan hatinya.

Ya atau tidak sama sekali.

“Oppa. Aku menyukaimu sejak dulu.”, kata-kata itu terlontar begitu saja dari mulut Jae In. Hatinya terasa lega saat itu. Beban yang ia pikul akhirnya dapat ia keluarkan. Dan apapun yang akan Chanyeol katakan nanti, Jae In akan menerimanya.

Wajah Chanyeol terlihat berbeda dari sebelumnya, wajahnya terlihat serius dan kemudian wajah Chanyeol semakin lama berubah menjadi cerah. Ia mengangguk pelan dan dengan perlahan mendekatkan tubuhnya ke arah Jae In.

Tubuh Jae In terasa hangat ketika tangan Chanyeol melingkar di tubuhnya dan Chanyeol menyandarkan kepalanya di pundak Jae In. Rasanya Jae In ingin menangis saat itu. Ini adalah hal pertama baginya. Akhirnya Chanyeol melihatnya.

“Oppa.”, suara Jae In yang terdengar sangat pelan bahkan seperti berbisik itu membuat Chanyeol menggerakan tangannya untuk melepas pelukan Jae In dan menatap perempuan di depannya ini.

“Ya?”

“Aku sudah jujur padamu. Aku mungkin tak tahu apa jawabanmu. Tapi, jangan berharap kalau aku bersedia menjadi pelampiasanmu.”, Jae In menghembuskan napasnya dan menatap wajah Chanyeol lagi setelah menunduk cukup lama ketika ia berbicara.

“Ya. Aku janji.”

Walaupun ia tak tahu apa yang Chanyeol akan lakukan. Apakah pria itu akan membalas perasaannya atau tidak, biarkan waktu yang menjawab. Tapi kini, Jae In hanya ingin merasakan pelukan Chanyeol lebih lama lagi di tengah-tengah ruangan yang hanya di terangi oleh cahaya matahari senja dari jendela di samping mereka.

~**^^**~

Youra menggenggam sebuah handuk putih yang lembut dan mencelupkan handuk itu pada sebuah mangkuk berisi air hangat. Memerasnya untuk mengurangi kadar air yag terserap dan dengan sangat lembut juga di penuhi ke hati-hatian, ia mengusapkan handuk itu lembut pada wajah Kris. Membersihkan sedikit wajahnya dan memberikan beberapa obat pada luka kecil di wajahnya dan menutupnya dengan plester luka.

KRIET

Pintu ruangan itu terbuka dan Youra melihat seorang wanita dengan senyum yang ramah pada dirinya balas menatap Youra. Wajah wanita itu tampak asing. Youra baru saja akan berdiri sebelum Jae Joong memasuki ruangan itu dan menyapa Youra.

“Bagaimana keadaanmu? Baik-baik saja?”,tanya Jae Joong. Your mengangguk dan berdiri dari kursinya.

“Kenalkan. Ini Victoria. Dia asisten Kris di kantor sekaligus teman kecil kami berdua dan… Yoona.”, kata Jae Joong sedikit terhambat di akhir. Victoria segera berjalan mendekati Youra dan menjabat tangan Youra.

“Kau pasti Youra kan? Kau hebat bisa membuat Kris tergila-gila padamu.”, kata Victoria sambil tertawa kecil. Youra tampak terkejut saat itu tapi dengan senyum dari Victoria, suasana menjadi lebih hangat.

“Victoria. Kau membuatnya terkejut.”, kata Jae Joong yang kemudian mengambil handuk di tangan Youra dan melanjutkan pekerjaan yang sempat tertunda itu.

“Ayolah Jae, memang benar kan? Kris sempat tak bisa mengerjakan apapun di kantor karena Youra? Berarti Youra memang sangat hebat. Benar kan?”, tanya Victoria pada Youra yang masih terdiam dengan wajah memerah.

“Aku tak berani membantah.”, kata Jae Joong sambil mengedikkan bahunya. Victoria melangkah mendekati Jae Joong dan mengambil handuk di tangannya.

“Biar aku. Kau tak cocok melakukan ini. Jika perawat tak tahu kau ini adalah saudara Kris, mereka mungkin akan mengiramu dan Kris pasangan Gay.”, kata Victoria sambil menjulurkan lidah mengejek Jae Joong.

“Yak!”, teriak Jae Joong tak suka.

“Apa? Jae ayolah~ Wajahmu memang cantik.”, kata Victoria.

“Kau tahu sebenarnya Youra yang lebih berhak.”, bantah Jae Joong.

“Astaga kau benar! Youra sungguh aku minta maaf~ Benar-benar maaf. Kau pasti tak suka dan cemburu karena aku menyentuh pacarmu ini.”, kata Victoria yang kemudian berlari menuju Youra dan memberikan handuk itu pada Youra.

“Tak apa Eonni. Sungguh. Lagipula aku belum berpacaran dengan Kris Oppa.”, kata Youra sambil tersenyum. Setidaknya ia masih mempunyai orang-orang yang mendukung dan menghiburnya saat ini.

“Belum berpacaran? Astaga? Kalian belum berpacaran?”, tanya Victoria bingung.

“Dasar ketinggalan jaman.”, kata Jae Joong.

~**^^**~

Youra terduduk pada salah satu sofa di ruangan itu bersama Jae Joong selagi Victoria sibuk mengobati luka-luka Kris.

“Oppa.”, panggil Youra. Jae Joong menoleh ke arahnya dan menunggu Youra mengatakan sesuatu.

“Sebenarnya. Bagaimana hubungan Kris Oppa dan Yoona-ssi sebenarnya?”

Victoria menoleh pada Jae Joong saat itu. Dan dengan cepat Jae Joong menatap mata Victoria. Memberikan isyarat agar wanita itu saja yang menjelaskan.

“Youra-ya~ Kau belum tahu?”, tanya Victoria yang di balas dengan gelengan dari Youra.

“Mereka dulu berpacaran. Sudah lama sekali. Dan Yoona adalah satu-satunya orang yang berhasil membuat Kris bangkit dari keterpurukannya karena kehilangan seorang ibu. Dan dulu, aku, Jae Joong, Kris, Yoona dan satu orang lagi yang bernama Nickhun adalah sahabat. Tapi entah beberapa tahun yang lalu, mungkin sekitar lima tahun atau lebih, ketika Kris semakin yakin dengan Yoona, entah apa yang ada di pikiran wanita itu, tapi Yoona justru meninggalkan Kris. Membuatnya patah hati. Padahal yang ku tahu, Yoona adalah cinta pertama Kris.”, akhir Victoria.

“Lalu?”, tanya Youra karena merasa Victoria belum menceritakan semuanya. Tapi kini Jae Joong yang bercerita. Mengambil alih peran Victoria yang ia yakin tak akan mau menceritakan kisah berikutnya.

“Lalu, setelah Yoona meninggalkan Kris, kami baru tahu bahwa sejak dulu, Yoona dan Nickhun berhubungan di belakang kami. Dan sayangnya Nickhun adalah kekasih Victoria. Lalu mereka, maksudku Yoona dan Nickhun pergi bersama ke Kanada. Meninggalkan kami. Dan semenjak itu Kris kacau. Aku tak bisa menceritakan bagaimana ia dulu, tapi ia memang sangat berandalan. Jika kau melihatnya sekarang dan dulu, itu sangat berbeda. Dan ia bisa berubah lebih baik pun hanya karena Jae In. Mungkin ia sadar bahwa Jae In sudah mulai dewasa dan mengerti segala hal. Maka karena itu ia berubah menjadi lebih baik. Bagaimanapun Jae In juga menjadikannya panutan.”

“Berarti Kris Oppa sangat menyayangi Jae In?”, tanya Youra.

“Pasti. Youra~ya, Jae In adalah satu-satunya saudara yang masih memiliki aliran darah yang sama dengan Kris. Karena Jae Joong tidak. Dan anehnya dulu Kris belum bisa menerima Ibu Jae Joong sebagai Ibu-nya. Dan ketika Jae In lahir, Kris baru bisa menerima hal itu. Bahkan kalau aku melihat Kris sekarang, ia terlalu banyak mengalami tekanan sebenarnya.”, kata Victoria dengan wajah sedih dan prihatin.

“Oppa. Eonni. Apa yang menyebabkan Ibu kandung Kris Oppa meninggal?”, tanya Youra. Matanya kini sudah kabur dengan air mata. Entah kenapa tapi ia sedikit tidak percaya dengan semua ini. Rasanya ia belum pernah mendengar satu kata yang mengungkapkan kesedihan Kris tentang masa lalunya.

“Ibu kandung Kris meninggal karena sakit. Tapi aku tak tahu penyakit apa tepatnya. Tapi yang pasti, yang membuat Kris kecewa adalah karena Ayahnya tak mau memberi tahu Kris penyakit Ibunya sejak awal. Ayahnya dan Ibunya selalu mengatakan bahwa Ibunya hanya sakit biasa. Tapi Kris merasa sesuatu yang aneh pada Ibunya lama kelamaan. Dan ketika ia mengetahui itu. Ibunya meninggal. Youra?”, Tanya Jae Joong di akhir.

“Ya?”, jawab Youra sambil mengusap air matanya.

“Kau pernah merawat Kris saat demam bukan? Kau tahu bagaimana reaksinya saat harus meminum obat?”, tanya Jae Joong. Youra mengangguk.

“Dulu, aku dan ayah pernah membawanya ke psikiater. Dan hasilnya memang sedikit aneh. Kris mempunyai trauma tersediri pada obat. Itualah kenapa ia tak mau meminum obat jika sakit. Awalnya kami masih ingin mendengar penjelasan dari Kris sampai ia jujur pada kami. Bahwa sejak kecil sebelum Ibunya meninggal, diam-diam ia sering melihat Ibunya kesakitan sambil meminum obat-obatan. Dan anehnya, Ibunya meninggal ketika Kris baru saja memberika obat pada Ibunya. Tapi bukan berarti Ibunya teracuni karena obat. Tapi ayahnya yakin karena penyakit ibunya memang sudah tak bisa di sembuhkan dengan obat. Maka dari itu Kris membenci obat-obatan. Mungkin aneh tapi saat ia tidak sadarkan diri saat ini dokter sudah mencoba memasukan obat pada tubuh Kris tapi tubuhnya menolak.”, kata Jae Joong.

Youra mengangguk paham. Ia sudah mengetahui semuanya. Ia sudah mengerti semuanya. Dan bodohnya ia menyakiti laki-laki yang ternyata begitu rapuh di dalam.

~**^^**~

Bumi terus berputar, dan itu berarti waktu terus bergulir. Tiga hari sudah Youra menunggu Kris agar sadar. Tapi hasilnya nihil. Youra terkadang menghabiskan waktunya dengan Chanyeol untuk sekedar berbicara satu sama lain dan meluruskan masalah yang ada. Dan ini adalah titik puncak dimana Youra sangat mengharapkan Kris agar sadar. Ia bahkan sudah menyerah dan memutuskan untuk kembali ke rumah dan tetap datang ke rumah sakit sesekali.

Sore ini, Youra berjalan memasuki gedung rumah sakit. Memasuki lift dan menyapa beberapa perawat yang sudah mengenalnya belakangan ini. Ia ingin menemui Kris dan merawat laki-laki itu lagi. Kabar baik yang ia bisa syukuri saat ini adalah karena Chanyeol sudah keluar dari rumah sakit dan masih dapat berhubungan baik dengannya.

Youra melangkah di koridor rumah sakit dan berbelok ke kanan menuju satu ruang. Ruangan kamar Kris. Youra dengan perlahan membuka pintu itu dan seluruh tubuhnya terasa membeku dan ia bisa merasakan jantungnya lama kelamaan berdenyut dengan sangat nyeri. Rasanya seperi sebuah duri mengganjal di sela-sela jantungnya.

Di sana. Di tempat tidur, Youra melihat Kris. Sadar. Ya Kris sudah sadar.

Tapi bukan itu yang membuat Youra serasa ingin mati sekarang. Ia melihat dengan jelas Kris terduduk di tempat tidurnya sambil memeluk Yoona. Entah darimana sehingga Yoona ada di sana dan bagaimana Kris bisa memeluknya, tapi yang pasti Youra hanya mendengar suara pintu tertutup di belakangnya dan Kris juga Yoona menoleh menatapnya.

“Youra?”, itu adalah kata pertama yang Youra dengar setelah Kris kembali sadar. Youra merindukan suara itu. Bahkan ia sempat berpikir ia tak akan mendengar Kris berbicara lagi.

 

~To Be Continued~

Author’s Note: Ini bener-bener parah… Author lega sih udah bisa nyelesain Chapter ini. Tapi yang Chapter 10 Author masih harus mencari cerita-cerita penghubung. So~ Mungkin akan sedikit lama dan Chapter 10 bakal panjang. Tapi bener deh. Author akan berusaha sebaik-baiknya. Karena di Chapter ini Author pengen banget ngeletakin TBC di situ… TT_TT Full of stress! Dan Author buat Kiss Scene! Liat kan? Wkwkwkwk Kiss Scene abal-abal karena Author belum pernah jadi Author susah mendeskripsikannya. Lagipula Author masih anak-anak. Tapi tenang aja kalo gak puas sama Kiss Scene mungkin di next Chapter ada lagi? Wkwkwk soalnya Author udah dapet izin dari ortu buat nulis Kiss Scene~ Kekekekekeke… Oh iya jangan lupa RCL! Ini Author kasih bocoran kalo sebentar lagi Saranghaeyo Ahjussi tamat! Yuhuhuhuhuhuhu~ Makanya kalo misalnya RCL sedikit Author bakal susah lanjutin… Btw, Sorry Readersdeul kalo ada kesalahan dan Thanks yang sudah baca dan Author harap mau Comment! Jangan bosan nunggu Chapter selanjutnya! Semoga cerita ini bisa selalu diinget sama Readersdeul! See you^^ Jangan lupa Visit Blog Author ya. Address-nya udah di ganti jadi Imaginepiggy.wordpress.com

 


Give Me XOXO!

$
0
0

Give Me XOXO!

Author: Kwon Hajar (@sm_hajar)

Cast:

-          EXO-M Lay

-          Summer Kim/Kim Sungmi (OC)

Genre: Romance

Length: Oneshoot

Rating: PG-13

Disclaimers: Semua karakter bukan punya saya, they belong to God and themselves. Ide dan plot murni dari otak ganjil saya, kalaupun ada kesamaan judul, itu hanya ketidak sengajaan.

Warning: Typos everywhere! Out of Character!

 

 

A simple question, yes or no

Just tell me X or O

No more waiting, a meaningless waste

 

(EXO – XOXO)

 

 

 GIVE ME XOXO!

 

“X untuk menerima dan O untuk menolak,”

 

Aku masih sibuk menangkap maksud pemuda di hadapanku itu. Sejak kapan simbol X digunakan untuk menerima dan O menolak? Biasanya X digunakan untuk menolak dan O untuk menerima. Apa anak itu kembali eror?

 

“Dan setiap pilihan terdapat konsekuensi,” alisnya terangkat nakal.

 

Sialan, kau Zhang Yixing!

 

Aku tak tahu takdir apa yang membuatku bertemu dengan pemuda asal Changsa itu. Tapi harus kuakui, aku benar-benar bersyukur bisa mengenalnya. Sangat bersyukur.

 

oOOo

 

Kami bertemu pertama kali di ruang kepala sekolah sebagai sesama siswa pindahan. Saat itu aku baru pindah dari Kanada. Orangtuaku berpisah—bercerai istilahnya—dan aku memilih ikut Mama—sekarang aku harus memanggilnya eomma—pulang ke negaranya. Aku 18 tahun dan kurasa aku sudah dewasa untuk tidak mencampuri urusan Papa dengan Stefani—istri mudanya. Oleh karena itu aku memilih ikut Mama—maksudku Eomma—meski aku benci setengah mati harus beradaptasi dengan lingkungan baru.

 

Aku gugup setengah mati kala itu. Kalian bisa merasakan sendiri ketika kalian menjadi orang baru. Bahasa Koreaku juga masih aneh, meskipun eomma sering melatihku sejak kecil dan ikut kurus sebulan. Sungguh aku tak punya kepercayaan diri. Apalagi siswa baru, yah kau tau sendiri. Tidak setiap siswa baru mendapat sambutan baik dari siswa lama.

 

Ketika itu aku duduk ssendirian di ruang kepala sekolah yang membosankan. Tiba-tiba seseorang membuka pintu ruangan itu. Seorang pemuda kurus memakai seragam yang sama denganku. Punggungnya menggendong tas MCM warna ungu. Ia menunduk sambil tersenyum canggung kemudian duduk diujung sofa. Hening. Kami hanya saling diam.

 

“Halo,” dia lebih dulu menyapa dengan aksen yang aneh, bukan warga Korea—pikirku.

 

“Halo,”

 

“Aku Zhang Yixing,” ia memperkenalkan diri. Nama yang aneh untuk orang Korea.

 

“Summer Kim—eh maksudku Kim Sungmi,” aku ingat eomma juga menggantin namaku jadi nama orang Korea.

 

“Aku dari Hunan, Cina. Kau?”

 

“Kanada,”

 

“Senang bertemu dengamu,” ia kembali tersenyum, menampakkan singel dimple pada pipi kanannya. Sungguh manis.

 

“Aku juga,”

 

oOOo

Kejutan. Kami ditempatkan di kelas yang sama karena memang kelas itu yang mampu menampung kami. Aku memilih duduk di bangku pojok belakang dekat jendela sedangkan Yixing duduk di sampingku. Kebetulan tinggal bangku belakang yang tersisa.

 

Ketika jam istirahat, aku tidak ke kantin sebab eomma membawakan bekal. Beliau tahu aku belum terbiasa dengan makanan Korea. Entah apa yang ditaruh eomma di kotak bekalku. Mungkin kue muffin, donat atau mungkin salad . Aku tidak terbiasa makan nasi saat siang.

 

“Tidak biasa dengan makanan Korea ya?” aku menoleh ke arah Yixing.

 

Selalu, ia selalu tersenyum dengan singel dimple-nya. Dan aku tidak suka, tidak suka dengan reaksi tubuhku yang aneh. Aku hanya mengangguk menanggapi pertanyaannya.

 

“Aku juga,” ia mengeluarkan beberapa snack dari tasnya—paling mencolok adalah sebungkus besar keripik kentang. Aku mengangkat alis. Apa dia kenyang hanya makan itu? Kubuka kotak bekalku. Tiga buah kue muffin. Terlalu banyak, aku biasa makan dua saja.

 

“Untukmu,” aku menyerahkan satu buah muffinku. Kulihat matanya membulat.

 

“Kupikir, kau masih akan kelaparan jika hanya makan keripik macam itu,” ia tersenyum lagi mendengarkan penjelasanku.

 

“Terima kasih,” dan tanpa kusadar bibirku sudah melengkung.

 

oOOo

Seminggu di tempat baru dan aku belum bisa mendapat teman baru kecuali Yixing. Jujur, aku sendiri orang yang canggung dan cenderung pendiam. Saat di Kanada juga hanya satu dua orang yang berteman denganku, itu pun tidak dekat—maksudku tidak sampai bergelar sahabat. Sebenarnya beberapa teman laki-laki sering menyapaku, sering mendekatiku, namun aku terlalu canggung sehingga mungkin mereka bosan. Sementara teman perempuan, entahlah, mereka seperti menganggapku aneh.

 

“Mau ke kantin?” Yixing sudah berdiri di sampingku. Aku sudah bisa menelan makanan Korea—meskipun aku masih bingung dimana letak kelezatan kimchi?

 

“Baik,” kamipun berjalan bersama menuju kantin. Entah perasaanku saja, beberapa siswa memandang aneh kearah kami. Tapi kurasa Yixing tak peduli. Ia tetap berjalan santai.

 

“Oi, Xing!” kami hendak duduk saat seseorang memanggil nama Yixing. Aku menoleh ke sumber suara. Tiga orang laki-laki duduk dalam satu meja. Mereka adalah Kris, Luhan dan Tao, teman sekelas kami. Luhan terlihat melambai pada Yixing—menyuruhnya bergabung. Aku menggigit bibir gelisah. Oh, tidak! Aku akan sendirian.

 

Tapi aku salah. Karena yang selanjutnya terjadi adalah Yixing meraih pergelangan tanganku dan menyeretku ke bangku tiga pemuda tadi.

 

“Aku boleh bawa teman, kan?” aku tersenyum canggung pada tiga pemuda itu.

 

“Tentu saja,” Luhan menyambut dengan senyum lebar. Dan akhirnya aku berkenalan dengan mereka.

 

Kris, nama aslinya Wu Yifan. Dia keturunan Cina-Kanada. Pernah tinggal di Kanada juga dan pindah ke Korea saat kelas tiga Middle School. Dia tinggi, lumayan pendiam, garis wajahnya tegas mengesankan dia sosok yang dewasa, dia ketua kelas—meskipun ia warga negara asing—sekaligus kapten tim basket. Dia termasuk siswa populer dan sangat tampan.

 

Luhan, asli dari Beijing. Pindah ke Korea setelah lulus Middle School. Dia sosok yang manis—mendekati cantik dengan mata rusa-nya, anggota inti tim sepak bola, meskipun kelihatan cantik tapi dia luar biasa manly, terkadang sangat jahil. Siswa paling populer.

 

Tao, nama lengkapnya Huang Zitao. Asal Qiangdo. Pendiam seperti Kris—karena bahasa Koreanya masih parah, baru pindah tiga bulan lalu, memiliki raut wajah yang garang apalagi dia jago kungfu, tetapi dia cengeng dan manja bukan main, seorang food monster.

 

Setelah perkenalan itu aku cukup dekat dengan orang-orang Cina itu, membuat kami dijuluki gank Cina di kelas, padahal aku sama sekali tak memiliki darah Cina. Tapi tak masalah karena mereka orang-orang yang menyenangkan. Kris yang meskipun cool, tapi punya sisi konyol, Luhan si cantik yang mengaku tampan, Tao yang tak banyak bicara tapi sangat imut dan Yixing yang pemalu tapi lucu. Dan terpenting, mereka menenerimaku, meski aku canggung, tertutup, mereka selalu membuatku nyaman, menghiburku dan mendukungku.

 

Mereka sahabatku, ya sahabat-sahabatku.

 

oOOo

Namun dari keempat namja itu, aku paling dekat dengan Yixing—sekarang aku suka memanggilnya Lay. Entahlah, aku merasa lebih nyaman dengannya. Lay alias Yixing selalu punya cara untuk menghidupkan suasana. Meskipun julukannya JPG tapi terkadang tingkahnya membuatku terpingkal-pingkal.

 

“Sam…,”—panggilan sayang Yixing padaku.

 

“Ya, Lay?”

 

“Kris mengajak kita ke festival kembang api nanti sore, bagaimana?” Aku menganggu dengan semangat. Kudengar festival itu diadakan di pinggir Sungai Han dekat Jembatan Banpo. Pasti sangat seru, apalagi ada banyak stan makanan disana. Aku ingin sekali wisata kuliner.

 

“Baiklah, kita berangkat bersama saja setelah aku latihan dance,”

 

“Oke, aku juga ada kegiatan di klub lukis sampai sore,” aku menyetujui usulan Lay.

 

Aku, Lay dan Kris berjalan beriringan sambil membawa segelas Bubble Tea. Bisa kulihat wajah Kris sangat masam. Kadang-kadang ia menyumpahi Luhan dan Tao. Sebenarnya tadi kami berangkat bersama Luhan dan Tao. Tapi begitu sampai di lokasi, Luhan langsung pergi bersama kekasihnya—si manajer tim bola dan Tao menyeret seorang siswa kelas satu. Sekarang tinggallah aku, Lay dan Kris.

 

“Awas saja, akan ku bocorkan rahasia memalukan dua makhluk jejadian itu pada kekasihnya. Mereka kan tidak tahu kalau si panda manja itu pernah ngompol di kelas dan si rusa genit itu doyan menirukan tarian girlband,” Kris menghela nafas sejenak.

 

“Untungnya kalian belum jadian,” Sontak aku dan Lay saling berpandangan. Tapi sedetik kemudian kami menunduk. Kurasakan wajahku memanas.

 

“Atau jangan-jangan kalian sudah jadian!” Kris berteriak histeris.

 

“Tidak, Kris. Kami tidak jadian. Kami masih berteman kok,” Lay menyanggah.

 

“Memang kau tak punya pacar, Kris?” tanyaku. Kris menggeleng dan aku memandangnya miris. Sungguh, laki-laki setampan Kris tidak punya pacar? Itu kebohongan paling konyol yang pernah kudengar.

 

“Apa? Tidak percaya? Aku memang tidak punya pacar, tapi aku punya calon istri di Kanada sana,” ujarnya santai. Sementara aku dan Lay memasang wajah datar. Dasar naga jadi-jadian!

 

“Eh, sebentar!” Kris tiba-tiba menjauh. Sedang menerima telepon mungkin. Sementara aku dan Lay terdiam. Suasana canggung menyelimuti kami. Entahlah, sejak Kris menuduh kami jadian, aku merasa agak aneh. Karena tiba-tiba saja jantungku berdebar kencang. Dan saat Lay menyanggah, aku merasa sedikit kecewa. Aneh kan?

 

“Oi, aku lupa harus menjemut Mama di bandara. Kutinggal ya? Selamat berkencan!” Kris melesat pergi. Aku dan Lay saling berpandangan. Wajahku memanas, sementara Lay… yeah melihat ekspresinya, kurasa dia masih me-loading perkataan Kris. Dasar lemot! -_-

 

“Bagaimana?”

 

“Ya sudah, kita jalan-jalan saja. Katanya mau wisata kuliner, ayo!”

 

Akhirnya aku dan Lay mengelilingi stan festival. Mulai dari kedai ddokbuki, fish cake, dan kedai-kedai lain. Lay menggandeng tanganku dengan langkah cerianya. Ia selalu tersenyum dan bersemangat. Terkadang ia ber-aegyo—akting cute—pada bibi pedagang agar mendapat diskon. Membuatku tertawa lepas. Meskipun kadang ia malu-malu dan sedikit pendiam, tetapi dalam diri Lay tersembunyi sosok lucu dan ceria. Senyumnya tak pernah redup, ia selalu punya semangat.

 

Dari situ aku menyadari bahwa tanpa Lay, aku tetaplah Summer yang pendiam, introvet dan canggung. Tanpa Lay aku tak akan menemukan sosok sahabat seperti Kris, Luhan dan Tao. Lay yang sudah membuka diriku… dan tanpa kusadari dia juga membuka hatiku.

 

oOo

 

“Aku menunggu jawabanmu, Sam,” Lay menyadarkanku.

 

“Kalau aku memilih O, apa konsekuensinya?”

 

Lay maju beberapa langkah sampai kami saling berhadapan.

 

I’ll give you a big hug,” bisiknya.

 

Ah… aku mengerti… Secepat kilat kubuat tanda X dengan kedua tanganku. Ya, tak ada alasan menolak laki-laki yang kucintai kan? Senyum Lay terkembang. Senyum yang paling kusuka. Senyum yang membuatku menyadari bahwa aku mencintainya. Senyum yang membuatku selalu berterima kasih dan bersyukur.

 

“Hadiahku?”

 

Lay menangkup pipiku dan perlahan bibir kami bertemu dengan lembut.

 

X for a soft kiss,”

 

END


Destiny – ps : I Love You (Chapter 1)

$
0
0

FF “Destiny – ps : I Love You” (part 1 / ?)

 

author : yooaebi

title : Destiny – ps : I Love You (part 1 / ?)

main cast : Xi Luhan , Kim Heechul , OC

Genre                                                 : Romance , Comfort

Rating                                                 : PG+13

Length                                                : Chaptered

Acc Facebook                                                :http://www.facebook.com/asviolitasaputri

Acc Twitter                                        : http://www.twitter.com/phiophiooo /

Blog                                                    :

Recommended Song                         :

  • Like a Poem – Yiruma
  • Don’t Go – EXO

Disclaimer                                          : don’t be silent readers and plagiator ! buat KAMU ! iya KAMU ! makasih udah mau baca ^^

 

Let’s Begin The Story ~

Bismillah ^^

Destiny - ps-

Happy reading

Caffe itu tampak begitu ramai dengan beberapa orang didalamnya. Kebanyakan dari mereka adalah orang orang yang mengenakan setelan jas hitam rapih dan juga dress formal yang kebanyakan dipakai oleh kebanyakan karyawan wanita. Luhan menyesap hati hati kopi di cangkirnya. Matanya tampak sibuk melihat foto foto gadis gadis yang bahkan tidak dikenalnya sama sekali.

“eomma, kau—“

“ayolah Luhan-a, eomma sudah memilihkan gadis gadis terbaik untukmu. Bagaimana apa ada yang menarik perhatianmu ?” wanita paruh baya itu hanya tersenyum dan menyesap kopinya santai.

“aku tidak suka” Luhan melempar foto foto itu diatas meja. “sudah berapa kali kukatakan pada eomma kalau aku tidak mau dijodohkan !”

“kalau begitu cepatlah mencari kekasih atau pendamping”

“Eomma~”

“tidak ada penolakan kali ini Xi Luhan. Kau tidak lihat berapa umurku sekarang, aku sudah ingin segera melihatmu bahagia membentuk sebuah keluarga kecil dan juga aku ingin segera menimang cucu”

“eomma, tidak sadarkah kau kalau umurku bahkan baru menginjak 23 tahun. Bagaimana bisa aku menikah di usia semuda ini ?” seru Luhan tampak jengah menghadapi sang ibu.

“usia bukan masalah, yang jadi masalah untukku adalah aku ingin segera melihat pendampingmu dan menimang cucu hanya itu”

“Eomma” Luhan sedikit meninggikan suara dan langsung mendapat tatapan tajam dari sang ibu. Luhan menunduk takut, walau begitu ia tidak berani membantah apa kata nyonya besar di rumahnya. Bisa gawat kalau berani membantah sedikit saja. Ibunya benar benar mengerikan dan sulit untuk dilawan.

“aku tidak mau tahu, pilihlah gadis mana yang kau suka lalu katakan padaku. Aku akan menghubungi mereka dan mengatur jadwal pertemuan kalian” ucapnya.

Xi Ya –Ibu Luhan- pun akhirnya bangkit dari tempat duduknya, pergi meninggalkan Luhan sendiri. Tapi sebelum itu ia menepuk bahu Luhan sambil tersenyum penuh arti.

Selang beberapa menit Luhan mulai menggaruk kepalanya frustasi. Bagaimana bisa sang ibu memintanya untuk memilih gadis mana yang akan ia jadikan sebagai pendamping seumur hidupnya kelak nanti. Hei. Memilih pendamping itu tidak semudah membalik telapak tangan, mungkin mudah bagi ibunya tapi ini hidupnya bukan hidup ibunya.

Luhan selalu bercita cita agar mempunyai seorang pendamping yang mencintainya dan juga menerima segala kekurangan darinya. Mencintainya setulus hati dan juga tentu Luhan harus mencintainya. Gadis itu harus memiliki nama dengan huruf awalan ‘Y’ entah kenapa Luhan sangat mengidamkan hal itu. selain itu juga ia harus lahir ditahun 1991-1995. mungkin kedengarannya seperti dia terlalu pemilih, tapi mau bagaimana lagi. ia ingin tipe gadis seperti itu.

“aku tidak yakin mereka lahir di tahun yang kuinginkan” gumam Luhan menatap nanar kearah foto foto yang ada dimejanya saat ini. Semua foto itu adalah gadis gadis yang dipilih oleh ibunya sendiri untuk dijadikan istrinya. Tapi, baru melihatnya saja Luhan sudah  malas. Tidak ada yang menarik perhatiannya sama sekali.

“kau sedang apa disini , tidak kuliah ?”

Luhan menoleh kearah sumber suara lalu tersenyum singkat. Seorang pria dengan kemeja santai itu tampak tersenyum samar dan mengambil tempat untuk duduk didepannya.

“sedang apa kau disini hyung, jangan jangan kau menguntitku !” selidik Luhan Kyu Hyun tertawa mendengar gerutuan Luhan.

“Ya ! mana mungkin. Hei, aku melihatnya”

“apa ? apa yang kau lihat ?”

“sepertinya kau akan dijodohkan bukan ?” Kyu Hyun mengangkat satu sudut bibirnya membentuk smirk.

“mengakulah~” tambah Kyu Hyun karena Luhan hanya diam tak menjawab tapi dari ekspresi wajahnya saat ini pria itu tampak frustasi, membuat Kyu Hyun tergoda untuk menjahilinya..

“Ya ! jangan menggodaku hyung, lalu kenapa kalau aku dijodohkan hah? Aku akan menolaknya mentah mentah”

“meskipun ibumu yang memintanya ?”

“bagaimana kau— ah, selain menguntit ternyata kau menguping semuanya. Hebat” dengus Luhan sebal.

“hei jangan salahkan aku kalau mengetahui semuanya. Kau disini dan berbicara cukup keras dengan ibumu barusan, di caffeku. Tentu saja aku tahu itu Luhan sayang~”

“Oh” Luhan menjawab singkat sembari mencibir. berdebat dengan Cho Kyu Hyun sama saja mencari masalah. Tidak, dia sedang malas berdebat dengan makhluk Tuhan yang satu itu.

Kyu Hyun hanya tersenyum melihat reaksi Luhan. Menjahili seorang Xi Luhan merupakan sebuah kegiatan yang mengasyikkan dan  mempunyai kepuasan sendiri baginya. Dia tidak akan berani melawan karena Kyu Hyun adalah ‘hyung’nya. Sekalipun ingin melawan Kyu Hyun, pria itu akan dengan mudah melawannya lagi. begitu seterusnya sampai akhirnya Luhan yang tidak sanggup melawan Kyu, akhirnya memilih menyerah.

“yang ini cantik” Kyu Hyun mengambil satu foto dan memperhatikannya baik baik.

“sama sekali tidak ada yang cantik hyung”

“hei, kau sudah melihat semua foto foto ini hah ?”

“sudah dan tidak ada yang menarik perhatianku” acuh Luhan kembali menyesap kopinya.

“coba lihat dulu yang ini, namanya –“

“hyung !” teriak Luhan. Ia benar benar mulai kesal dengan Kyu Hyun. moodnya hari ini benar benar hancur karena sang ibu yang terus merengek agar ia segera menikah dan pada akhirnya memutuskan untuk melakukan sbeuah perjodohan ditambah Kyu Hyun yang saat ini terus menggodanya dan itu benatr benar membuatnya kesal setengah mati.

“hei kau kenapa ? sakit ?” tanya Kyu Hyun dengan wajah super polos sementara wajah Luhan sudah memerah padam karena sejak tadi menahan emosi. Ia pun bangkit dari tempat duduknya dan segera pergi meninggalkan Kyu Hyun. pria itu langsung memasuki mobil Ferrari hitamnya yang terparkir didepan caffe dan memacunya dengan kecepatan tinggi.

Sementara Kyu Hyun hanya terdiam tak bergeming sekaligus masih heran dengan sikap Luhan yang terlihat begitu uring uringan itu. matanya masih menatap keluar jendela berharap kalau Luhan kembali dan membawa foto foto yang kini tersebar dimejanya. Ia hanya menghela nafas berat dan kembali memperhatikan sebuah foto yang memuat gambar seorang gadis.

            “padahal menurutku yang ini sesuai dengan tipenya. Lumayan”

* * * *

            Gadis berambut panjang yang sengaja dikuncir biasa itu baru saja menurunkan kakinya dari mobil yang membawanya tepat di sebuah gedung megah yang kelak akan menjadi tempatnya menuntut ilmu. KyungheeUniversity dipilihnya menjadi tempatnya kuliah selama ia berada di Korea. Yap, gadis itu bukan asli Korea melainkan gadis keturunan Jepang – Korea yang kebetulan harus menuntut ilmunya dinegara tetangga karena perjalanan bisnis ayahnya.

Ia tampak sedikit linglung saat memasuki lobby utama KHS. Pasalnya ia baru saja kembali ke Korea dan baru saja mneginjakkan kakinya di kampus yang asing baginya. Ia melihat banyak orang orang berlalu lalang disana tapi ia terlalu takut atau bahkan malu untuk sekedar menanyakan dimana ruangan kepala sekolah berada. Aish, harusnya ia tidak menyuruh ayahnya pulang terlebih dulu kalau tahu akan begini jadinya. Tersesat di sekolah baru ? pengalaman pertama yang begitu miris.

“kau anak baru ?”

Gadis itu membalikkan tubuhnya kebelakang dan terlonjak kaget begitu tahu siapa yang baru saja bertanya padanya. Seorang pria tampan atau bahkan bisa dibilang memiliki wajah super imut tengah berdiri berhadapan dengannya dengan wajah super polos.

Jika dia boneka, aku ingin membawanya pulang. Batin Ji Yong. Ia tidak akan menyangka akan bertemu pria yang menurutnya lebih imut atau bahkan cantik dari dirinya. Ji Young mengangguk ragu.

“i-iya”

“kau tersesat ?” tanya pria itu dengan wajah super polos lagi. Ingin sekali rasanya Ji Yong mencubit pipi pria itu, tapi dia tidak cukup gila untuk melakukannya.

“hmm, mungkin sedikit”

“kalau begitu aku bisa membantumu”

“a-apa ?”

“membantumu. Karena kau anak baru jadi hal yang wajar kalau tersesat. KHS bukan kampus yang kecil. aku pasti akan membantumu” ucap Luhan terkekeh pelan melihat reaksi gadis yang baru saja ditegurnya.

Ji Yong tidak menjawab. Ia masih bingung sekaligus heran kepada pria ini. Kenapa bisa ada pria yang bahkan bisa dengan mudah menawarkan sebuah bantuan kepada dirinya yang jelas jelas tidak dikenalnya, dan lagi kenapa dia bisa tahu kalau Ji Yong memang tersesat ? apa sangat kentara sekali ?

“bagaimana ? kau mau ?” Luhan kembali bertanya.

“baiklah, kalau tidak merepotkanmu-mungkin” ujar Ji Yong tersenyum. Ia mengatasi debaran jantungnya yang mulai berdetak tidak karuan. Astaga, kenapa ia mennjadi segugup ini didepan seorang pria.

“kemana tujuanmu ?”

“ruang kepala sekolah, apa kau bisa mengantarku kesana ?”

“kau meragukanku ?” Luhan bertanya balik dengan ekspresi polosnya—lagi dan itu sukses membuat Ji Young terkekeh mendengarnya sambil mengibas ngibaskan tangan didepan wajahnya.

“aniyo”

“kalau begitu ayo. Percayalah, aku tidak akan membuatmu tersesat” ujar Luhan lagi memberi instruksi.

Ji Young mengangguk dan mulai mengikuti Luhan dari belakang. Ia terus memperhatikan Luhan dari belakang. Pria itu lumayan tinggi, mungkin tingginya sekitar 175 atau 178, entahlah tapi yang jelas pria itu lebih tinggi daripadanya. Rambutnya berwarna coklat keemasan. Tidak, pria ini bukan bule atau orang barat, pasti ia mewarnai rambutnya. Ada sebuah headphone yang tersampir indah di lehernya yang lumayan jenjang dan itu meyakinkan Ji Young kalau pria ini pastilah sangat menyukai musik. Pikiran pikiran Ji Young penuh dengan berbagai macam pertanyaan akan siapa sebenarnya sosok pria itu hingga dia semakin sadar kalau jarak keduanya menjadi jauh karena langkah kaki pria itu begitu panjang, membuatnya tertinggal.

“Y-ya, hei. Tunggu” Ji Young berusaha berteriak namun pria itu sepertinya tidak terlalu dengar. Wajar saja, ia baru saja melewati kerumunan orang berbadan tegap. Entah siapa mereka tapi yang jelas kerumunan yang kebanyakan pria itu mulai memperhatikannya dengan tatapan … nakal.

“permisi, maaf permisi” Ji Young menunduk nundukkan kepalanya beberapa kali saat berusaha melewati kerumunan pria itu. tapi langkahnya terhenti saat ada salah satu pria dengan tubuh tidak terlalu besar menghadangnya begitu saja.

“anak baru yang cantik ternyata” Kim Heechul memperhatikan gadis ini dari atas kebawah. Ji Young mundur beberapa langkah saat sadar kalau orang yang berdiri dihadapannya menatapnya dengan pandangan mata yang mengerikan, terlihat seperti ingin memakannya mungkin.

Ji Young tidak menjawab. Tatapan Heechul benar benar membuatnya takut saat ini. Ditambah teman temannya –yang sama menakutkan sepertinya- mulai berdiri dibelakangnya sambil menyeringai. Ia terkepung dan semakin takut dalam kondisi seperti ini.

“siapa namamu cantik ?” tanya Heechul seraya semakin mendekatkan wajahnya pada wajah Ji Young. Gadis itu ingin sekali menampar wajah pria yang menurutnya sekarang ini sangat tidak sopan padanya tapi kenapa rasanya berat sekali untuk melakukan hal itu.

“kau semakin cantik bila diam seperti ini” bisik Heechul. Pria itu semakin mendekatkan wajahnya kewajah Ji Young. Dekat sekali hingga ia hampir berhasil menyentuh hidung Ji Young yang hanya berjarak beberapa cm darinya. Tangan Heechul menyentuh lembut pipi Ji Young dan semakin sukses membuat gadis itu berkeringat dingin.

Tapi, belum sempat Heechul menyentuh ujung hidung Ji Young seseorang menghempaskan tubuhnya kesamping sehingga membentur tembok dan menarik tangan Ji Young, menyembunyikannya tepat dibelakang tubuhnya.

“jangan macam macam dengannya Kim Heechul-ssi” desis Luhan tajam. Heechul tersenyum miring sembari menepis tangan beberapa temannya yang langsung menghampiri Heechul.

“pahlawan kesiangan” desisnya.

“siapa dia ? kekasihmu ?” pertanyaan Heechul membuat Ji Young kembali menundukkan kepalanya. Wajah orang yang bernama Kim Heechul ini menurutnya sangatlah menakutkan. Cantik, tapi mengerikan.

Luhan tidak menjawab. Yang ada hanya wajahnya yang terlihat sangat marah. Ada apa dengannya ? gadis itu bukan kekasihnya tapi bagaimana bisa ia berani melawan seorang Kim Heechul yang terkenal dengan sikapnya yang sadis dan merupakan pemberontak yang bahkan membuat dosen dosen malas menghadapinya. Menghadapi seorang Kim Heecul memerlukan nyali yang besar dan Luhan adalah satu satunya orang yang punya nyali itu.

“kau berani menantangku rusa cilik ?”

“aku tidak punya waktu untuk meladenimu, putri cantik

“ahh~ kau takut kalau tadi aku akan mencium kekasihmu itu ? hmm walau sebenarnya aku memang ingin melakukannya.” Ujar Heechul tenang. Tanpa sadar Luhan mengepalkan satu tangannya yang tidak menggenggam tangan Ji Young. Rasa itu tanpa ia sadari muncul. Rasa kesal yang membuat wajahnya sedikit memerah dan membuatnya tampak terlihat begitu menakutkan untuk saat ini.

“kau tahu kenapa aku ingin ?” Heechul mendekatkan wajahnya ke wajah Luhan.

“karena dia sangat cantik dan begitu … menggoda” desah Heechul dengan nada yang dibuat seksi lalu terkekeh, tertawa terbahak bahak seperti setan yang baru saja berhasil keluar dari neraka. Ia berhasil membuat wajah seorang Xi Luhan yang terkenal pendiam dan jarang menunjukkan ekspresi merah padam.

“minggir” ucap Luhan tenang. Ia berusaha tetap tenang. Sekalipun emosinya sempat naik tadi. Ia pun mendorong tubuh Heechul kesamping lagi walau tidak membuatnya terbentur tembok seperti yang ia lakukan tadi. Pergi meninggalkan Heechul adalah jalan yang terbaik. Setidaknya ia tidak ingin membuat gadis yang tengah digandengnya saat ini terganggu di hari pertamanya datang.

“mianhae”

Luhan menghentikan langkahnya dan membalikkan tubuhnya, menatap gadis itu. gadis yang kini menundukkan wajahnya.

“untuk apa ?”

“karena aku, kau hampir bertengkar dengan temanmu” sesal Ji Young.

“kenapa harus minta maaf. Lagipula ini semua bukan salahmu”

“tapi tetap saja aku sudah membuat kau hampir berkelahi tadi”

“tidak. Ini bukan salahmu sama sekali” ujar Luhan meyakinkan.

“tapi—“

“Kim Heechul memang suka berbuat masalah di sini. Jadi, ini semua murni bukan salahmu okay” ujar Luhan meyakinkan. Gadis itu mengangkat wajahnya, sekedar ingin tahu bagaimana rupa pria yang sudah menyelamarkannya tadi.

Gosh

Pria itu sangat sangatlah tampan dengan senyuman simpul yang membingkai wajahnya. Matanya sedikit menyipit karena tersenyum dan satu hal yang membuat Ji Young hampir lupa bernafas adalah saat tangan pria itu terangkat keatas dan mengacak pelan rambutnya.

“kita lanjutkan perjalanan ne ?” ucapnya masih tetap tersenyum sementara Ji Young bahkan hampir lupa menjawab dengan kata ataupun dengan gerakan. Prilaku pria itu membuat otak sarafnya berhenti sesaat hingga ia tidak sadar Luhan kembali menggeretnya kearah ruang kepala sekolah.

“ini ruangannya”

“eh ?”

“ini ruangan kepala sekolah. Ruangan yang sedang kau cari. Kau tidak sedang melamun kan daritadi ?” ucap Luhan bingung.

Ji Young menggeleng cepat. Akhirnya kesadaran kembali juga setelah beberapa saat hilang entah kemana. Efek berdekatan dengan pria itu benar benar membuatnya … seperti terhipnotis.

“cepatlah masuk” ucap Luhan masih dengan senyuman yang sama. Tangan pria itu terangkat keatas untuk mengetuk pintu. Ia mendengar sahutan dari dalam dan lagi lagi tersenyum, menoleh kearah Ji Young disampingnya. Ji Young mengangguk dan melangkah masuk begitu Luhan sendiri yang membukakan pintunya. Ia masih terdiam dan masih memperhatikan pintu yang perlahan mulai tertutup itu, tidak ada lagi sosok Luhan disana tapi … kenapa ia merasa sedih ?

* * * *

            “kau masih disini ?” tanya Ji young tak percaya sekaligus terkejut ketika melihat Luhan berada disamping pintu ruang kepala sekolah. Sepintas ia melihat pria itu kemudian menoleh kearahnya begitu ia berteriak seperti tadi. Pria itu hanya tersenyum tapi tangannya masih sibuk memainkan sebuah benda kotak yang ia tahu itu adalah  rubik.

“bagaimana sudah selesai ?” tanya Luhan.

“begitulah. Kau, apa yang kau lakukan disini ?”

“menunggumu, apalagi” jawaban enteng Luhan sukses membuat Ji Young terdiam dan semburat rona kemerahan muncul di wajahnya.

“me-menungguku ?”

“iya, aku menunggumu. Bagaimana, apa yang dikatakan kepala sekolah ? apa kau sudah mendapat jadwalmu hari ini ?” cecar Luhan. Tangan pria itu bahkan masih sibuk bermain dengan rubik dan sudah berapa kali juga Ji Young melihat pria itu menyelesaikan rubiknya dan kemudian membuatnya hancur lagi lalu kembali menyelesaikannya. Sudah hampir 5 kali dia melakukan itu.

“huaaa kau hebat sekali” seru Ji Young tanpa menjawab pertanyaan Luhan sama sekali. Ia sangat tertarik dan tidak bisa menyembunyikan kekagumannya saat melihat sudah ke enam kalinya Luhan menyelesaikan rubiknya.

“eh ? kau tertarik dengan rubik ?”

“a-aniyo. Aku sama sekali tidak bisa memainkan rubik. Aku payah sekali dalam hal itu”

“kalau begitu akan kuajari. Kau mau kan ?”

“tapi—“ Ji Young menggantung kalimatnya. Ia bingung, sebenarnya sangat bingung karena bukannya tidak mau tapi, ia baru saja mengenal pria itu beberapa jam yang lalu dan sekarang apakah ia harus menyanggupi permintaan pria yang bahkan tidak ia ketahui namanya. Ji Young hendak membuka suara, mungkin menolak lebih baik tapi semua itu tidak jadi ia lakukan saat pria itu –Luhan menatapnya dengan pandangan mata nan teduh berupa puppy eyes. Astaga, dia tidak bisa menolaknya.

“baiklah, aku mau tapi kalau tidak merepotkanmu” ujar Ji Young lagi dengan senyuman dan Luhan ikut tersenyum mendengar keputusan Ji Young. Entah kenapa ia begitu tertarik dengan gadis ini. Gadis itu cantik, rambutnya panjang dikuncir kebelakang biasa, wajahnya juga bisa dibilang cukup imut menurut Luhan sendiri, dengan mata bulat yang akan menyipit jika tersenyum semua yang ada digadis ini cukup membuat Luhan penasaran. Gadis ini menurutnya sedikit pendiam atau bahkan sedikit bicara. Terbukti beberapa kali pertanyaan Luhan tidak dijawab olehnya.

“tidak. Sama sekali tidak merepotkan hmm nona—siapa namamu ?”

“namaku ?”

“iya namamu, apa kau tidak punya nama ?” goda Luhan yang lagi lagi membuat Ji Young tidak bisa menahan tawanya. Sekaligus rona merah diwajah pastinya.

“Ji Young. Yoo Ji Young” ujar Ji Young mengulurkan sebelah tangannya yang disambut hangat oleh Luhan.

“Luhan, Xi Luhan senang berkenalan denganmu”

“senang bertemu denganmu, Luhan-ssi”

* * * *

            Ji Young tersenyum lembut kearah siapapun yang menyapanya pagi itu. berkat Luhan ia dapat dengan mudah dan cepat beradaptasi dengan lingkungan barunya. Tak butuh waktu lama ia sudah hampir –setidaknya mengenal beberapa murid. Padahal waktu masih di Jepang teman saja ia tidak punya. Hanya satu orang yang saat itu mau menjadi temannya dan sekarang ia bahkan tidak tahu keberadaan temannya itu.

Ji Young meraih ponsel androidnya dan melihat layar itu. seulas senyum ia tunjukkan saat membaca sebuah pesan singkat yang selalu ia terima saat pagi hari. Seperti ini.

From : Luhan

            Pagi ^^ kau ada kelas pagi bukan ? semangat !

Dengan cepat Ji Young langsung mengetikkan balasan untuk pesan itu dengan jari jarinya yang lincah. Sambil terus tersenyum pastinya.

To : Luhan

            Pagi juga ^^ ya, aku dapat kelas pagi. Kau bagaimana ? semangat !

Setelah menekan tombol send. Ji Young kembali tersenyum. Entah kenapa ia mudah sekali tersenyum jika seperti ini. Sudah beberapa hari berteman dengan Luhan menciptakan perasaan berbeda setiap harinya. Ada rasa tenang, nyaman dan hangat ketika bersamanya dan itu selalu membuatnya betah.

Ponsel Ji Young kembali bergetar menandakan ada pesan masuk.

From : Luhan

            Ne. mian, aku masuk kelas siang L

Pesan singkat yang diterimanya langsung membuat senyum Ji Young menguap sudah. Yang ada hanya wajah yang mulai tertekuk. Ji Young sedikit kecewa karena Luhan masuk kelas siang. Itu artinya dia hanya akan bertemu Luhan jika sudah siang dan itu artinya pagi ini dia akan sendiri dikelas. Karena biasanya yang selalu menemaninya adalah Luhan.

From : Luhan

            Kita akan bertemu nanti siang.

            From : Luhan

            Jangan khawatir. Aku akan langsung menemuimu setelah mata kuliah pagimu selesai. Sampai bertemu nanti Youngi~

            Ji Young tak dapat menahan tawanya saat serentetan pesan singkat ia terima dari Luhan. Gadis itu pun hanya tersenyum dan kemudian mulai mengetikkan beberapa kalimat untuk membalas pesan pesan dari Luhan. Senyuman tak henti hentinya pudar dari wajahnya. Sambil terus berjalan ia mengetik pesan itu sampai tak sadar kalau …

BUK

“ah, mian—maaf aku tak—“ mata Ji Young langsung membulat tatkala sadar kalau yang ia tabrak bukanlah sembarang orang. Kim Heechul menatapnya dengan sadis seperti hendak memakannya ketika Ji Young tidak sengaja menabraknya.

“ma-maafkan aku Heechul-ssi” Ji Young membungkukkan tubuh beberapa kali, meminta maaf pada Heechul tapi justru Heechul hanya menatapnya dingin.

“kau pikir minta maaf saja cukup” desis Heechul tajam. Ji Young mendongak dan kaget saat melihat wajah Heechul yang begitu menakutkan. Ia mempertajam matanya. Mengintimidasi Ji Young yang langsung gemetar karenanya.

“mi-mian Heechul-ssi, aku aku benar benar—minta maaf” Ji Young memundurkan langkahnya sambil terus meminta maaf. Heechul yang melihat itu sedikit mengangkat sebelah alisnya dan mendekati Ji Young.

Satu langkah.

“kau harus minta maaf nona Yoo Ji Young” gadis itu mundur selangkah saat Heechul ikut memajukan langkahnya.

“maaf- aku—“

Dua langkah

“kau pikir semudah itu hah ?”

Tiga langkah

“aww” Ji Young meringgis pelan saat tahu dirinya menabrak tembok. Astaga, kesialan apa lagi yang kini terjadi padanya. belum habis rasa keterkejutannya bertambah saat tiba tiba saja ia melihat kedua tangan kekar mengurungnya. Itu tangan Heechul, yang sekarang menghimpitnya di sebuah tembok sudut kampus.

Ji Young menunduk, takut dengan tatapan mata Heechul yang begitu tajam dan begitu menusuk. Suasana menjadi hening seketika. Orang orang yang semula berlalu lalang terlihat menghilang entah kemana. Sekarang hanya ada mereka berdua.

“cantik” Heechul mendesis. Matanya tampak menelusuri gadis itu dari atas hingga bawah. Tangannya yang satu terangkat dan menarik dagu Ji Young sehingga membuat gadis itu mengangkat kepalanya. Pandangan Mata mereka bertemu diudara. Heechul mengeluarkan smirknya sementara Ji Young semakin gemetar karenanya.

Ji Young cantik. Setidaknya itulah yang Heechul tangkap saat pertama kali bertemu dengan gadis itu. menurutnya gadis itu tidak biasa. Cantik, sosoknya sedikit pendiam dan selalu mengikuti Luhan. Ah, pria itu selalu membuatnya kesal dengan menghalang halanginya untuk mendekati Ji Young.

Salah satu sudut bibir Heechul terangkat keatas membentuk smirk yang menawan. Ia tergoda untuk mencoba sesuatu yang memang sejak awal ingin ia lakukan. Mencium Ji Young, merasakan bibir plum gadis itu yang begitu manis.

Ji Young melebarkan matanya saat Heechul semakin mendekati wajahnya ke wajahnya. Ia terdiam, tidak tahu harus berbuat apa. Semua syaraf tubuhnya seakan berhenti dan otaknya seakan tidak bisa mengirimkan sinyal ke anggota tubuhnya untuk bergerak.

Ji Young menutup matanya, tangannya meremas ujung bajunya dengan kuat, ia berharap akan ada keajaiban menghampirinya saat ini. Mungkin saja ada seseorang yang akan membantunya menghempaskan pria ini dari hadapannya. Mungkin ! ia berharap hal itu.

BUK

Ji Young membuka matanya yang terkatup rapat dan melebarkan matanya saat mendapati Heechul sudah tersungkur dilantai dengan darah disudut bibirnya. Ia menoleh ke samping kanan dan mendapati seseorang tengah berdiri disana sambil mengepalkan tangannya.

“Luhan-ssi”

Ji Young menutup mulutnya yang terbuka dengan satu tangan. Bagaimana bisa ada Luhan disini ? ini masih pagi dan jadwal masuk kuliah Luhan bukankah saat siang nanti ?

Luhan mendekati Heechul dan menarik kerah baju pria itu. menatapnya tajam dan sadis.

“jangan dekati dia lagi!” desis Luhan tajam.

“cih, memang kau siapanya ? kekasihnya ? bukan kan” sinis Heechul. Luhan kembali merdang dan memberikan pukulan manis di wajah Heechul. Wajahnya yang tampan kini sedikit lebam karena ulah Luhan. Tapi bukannya meringis kesakitan, Heechul malah tertawa terbahak bahak.

“apa yang lucu ?!” geram Luhan aneh.

“kau itu tidak punya hak atas dirinya. Dia itu bukan milikmu dan begitu sebaliknya. Jadi apa urusanmu kalau aku menciumnya tadi ? hash, kau menghancurkan moment romantis—“

BUK

Sekali lagi Luhan melayangkan pukulan ke wajah Heechul. Wajah Luhan yang biasanya tenang dan  tidak peduli itu mendadak berubah menjadi merah padam. Emosinya benar benar tersulut karena ucapan Heechul barusan. Ia terus memukul Heechul tanpa ampun. Bahkan ia melakukannya sambil duduk menindih Heechul.

Ji Young yang melihat Heechul sudah babak belur merasa sedikit tidak tega. Ia pun akhirnya memberanikan diri untuk maju setelah beberapa menit yang lalu hanya berdiam diri. Ia menarik tangan Luhan untuk menjauh dari Heechul. Luhan menoleh kearah Ji Young –masih dengan wajah marah-

“sudahlah Luhan-ssi, lebih baik kita pergi saja yah”

“apa katamu !? kau sadar apa yang baru saja ia lakukan padamu hah !?” suara Luhan masih meninggi. Ji Young hanya membalasnya dengan senyuman dan kembali menarik tangan Luhan.

“kumohon” pinta Ji Young memelas. Luhan menatapnya tidak mengerti.

Awalnya pria itu tidak mau begitu saja meninggalkan Heechul. Walau sudah membuat wajah pria itu babak belur tapi entah kenapa ada yang masih ganjal dihatinya saat ini. Dengan enggan Luhan berdiri setelah Ji Young kembali menariknya tangannya. Ia masih memandang Heecbul yang saat ini masih tertawa seperti orang gila. Mereka berdua tidak tahu kalau dibalik tawa mengerikan Heechul, tersimpan sebuah rencana brilian.

Rencana brilian dari seorang Kim Heechul.

 

TO BE CONTINUED !~

 

annyeoung~ aebi’s here ! hahaha~

ini FF aku buat untuk pipi, seorang sahabat. yeahh she’s my best pal’s ever ^^ and curious with Luhan, hmm or she’s fanatic fans Xi Luhan. yeah ~ because she always screaming when see Luhan -.- like crazy ahh~ and Kim Heechul tsk.

okeh. makasih udah mau baca~ tapi lebih bagus lagi kalo comment sih hehehe ^^

silahkan kalo ada yang minat (?) mampir ke sini yahh >> my blog *promosi

http://kyubittersweet.wordpress.com

gomawoyo~


Family, Love and Feeling (Chapter 4)

$
0
0

Family, Love and Feeling (Chapter 4)

Author : Do Sang Hwa

Genre: Romance, Comedy maybe.-.

Main Cast : KaiSoo & HunHan

Maaf demi apa ini ff udah aku anggurin ampe satu tahun, gila satu tahun-_- ini gara-gara efek maen rp jd aku lupa cara menulis ff lagi masa L (curcol). Ada yang masih ingatkah ff ini? “Gaaaak” </3 ini ff semacam kambek aku mungkin, hahaha. Makasih buat like dan komennya, sangat aku hargai J

zsgr

Di sebuah ruangan di rumah keluarga Cho entah kenapa terasa begitu menegangkan. Tapi tidak bagi sepasang suami istri yang setelah 5 tahun menunggu, akhirnya menghasilkan penantian yang tidak sia-sia.

“Kamsahamnida.” Ucap Chanyeol yang membuyarkan lamunan Kyuhyun dan Sungmin. “Gomawo karna telah merawat anak kami. Kalau Kyungsoo tidak ditemukan oleh kalian saya tidak tahu gimana dengannya nanti.” Ucap Chanyeol sambil tersenyum tulus. “Tapi D.O anak kami.” Ucap Sungmin. “Bagaimana kalian bisa mengatakan bahwa D.O kami adalah Kyungsoo anak kalian? Mungkin mereka hanya mirip saja.” Terang Kyuhyun.

“Dari perasaan kami sebagai orang tua, kami bisa merasakan kalau D.O adalah Kyungsoo. Sejak kecil kami yang merawatnya, kami bukan orang tua yang gampang menitipkannya pada baby sister. Sebisa mungkin kami selalu menyediakan waktu untuknya, entah bermain atau belajar. Setiap hari kami habiskan waktu bersama. Walau suami saya lelah karna pekerjaannya, tapi setiap Kyungsoo mengajaknya bermain atau memintanya membantu mengerjakan PR dia tidak pernah menolak. Saat Kyungsoo menghilang dan tidak ada kabar, kami benar-benar merasa sakit. Dan saya merasa sangat tidak berguna. ” Jelas Baekhyun sampai tidak terasa airmatanya menetes. Chanyeol pun mengusap punggung Baekhyun, mencoba menenangkan istrinya itu. “Uljima.” Ucapnya di telinga Baekhyun.

“Mian.” Ucap Sungmin akhirnya. “Saat saya hamil, kami sangat bahagia. Tapi karna terjadi kecelakaan kandungan saya tidak bisa diselamatkan. Dan disaat itu, dokter mengatakan kalau saya tidak bisa mempunyai anak lagi. Saya benar-benar sedih, rasanya seperti hancur berkeping-keping. Kami bisa saja mengadopsi anak, tapi saya takut tidak bisa merawat anak itu dengan baik. Sampai akhirnya kami menemukan D.O. Mian karna tidak memikirkan perasaan kalian, semenjak ada D.O kami merasa menjadi keluarga yang utuh. Tapi ternyata selama itu kalian merasa sakit. Maafkan kami.” Ucap Sungmin menunduk.

“Gwenchana, yang penting kami sudah tau Kyungsoo aman bersama kalian.” Jawab Chanyeol. “Kami akan memberitahukan hal ini pada D.O. Tapi kalian harus tau kalau D.O itu amnesia. Karna itu dia tidak mengingat kalian sebagai orangtuanya. ” Jelas Kyuhyun. “Sejak kapan?” Tanya Chanyeol khawatir. “Sejak kami menemukannya dengan luka di kepalanya.” Jawab Kyuhyun. “Apakah itu permanen? Maksud saya apa ingatannya tidak akan bisa kembali?” Tanya Baekhyun khawatir. “Bisa, mungkin dengan adanya kalian ingatannya akan kembali. Tapi apakah nanti saat ingatan D.O kembali, kami dapat mengunjunginya lagi?” Tanya Sungmin ragu.

“Tentu, kalian juga orang tuanya. Saya tau kalian sangat menyayangi Kyungsoo. Gomawo. Bagus kan, berarti sekarang Kyungsoo punya dua orang tua.” Jelas Baekhyun dengan senyum manis tergambar di wajahnya. “Kamsahamnida Baekhyun-ssi.” Jawab Sungmin dengan senyum manisnya.

Mereka pernah merasakan yang namanya kehilangan, dan mereka tau hal itu merupakan sesuatu yang menyakitkan. Maka itu mereka saling mengerti dan dapat memahami satu sama lain. Di lain tempat, tepatnya di sebuah kamar. Kamar D.O atau yang sekarang bisa kita sebut Kyungsoo. D.O mendengar semua yang terjadi di ruang tamu rumahnya itu. Entah perasaan apa itu, tapi ia merasa tenang. Walau ingatannya belum pulih. Tapi ia yakin suatu saat ingatan itu pasti kembali.

¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤

Keesokan harinya ^^

“Gue denger ada anak pindahan baru lg ya? Kalau ga salah katanya itu sodaranya Yoona loh.” Ucap Suho memecahkan keheningan yang terjadi pada ke 5 temannya itu. “Jangan-jangan…, eh siapa namanya?” Tanya Chen cepat. “Kalau ga salah sih namanya Krystal.” Jawab Suho santai. ‘JLEGEEER’ bagai kesamber petir, Sehun, Xiumin, Lay, dan Chen pun langsung membatu ngedengernya. Gimana engga? Mereka kan bermaksud menjauhkan Krystal dari Luhan. Nah kalau udah satu sekolah bisa ketauan lah masalah pertunangan Sehun.

“Lo pada kenapa sih? Jadi keliatan tegang gitu. Ada masalah?” Tanya Suho khawatir. “Eh..em, engga. Hehehe.” Jawab Sehun sambil nyengir gaje. Biarlah masalah itu mereka yang menyelesaikan. Kasian Suho udah galau gara-gara Kyungsoo.

“Saatnya lo beraksi.” Bisik Chen pelan. “Ih kenapa jadi gue yang kena sih?” ucap Lay lemes. “Sorry Lay, tapi lo satu-satunya harapan gue.” Jawab Sehun melas. “Iya Lay, kasian Luhan juga.” Hasut Xiumin. “Iya deh oke.” Jawab Lay pasrah. “Thank you Lay.” Ucap mereka bertiga sambil meluk Lay erat.

Suho yang melihat itupun hanya dapat geleng-geleng kepala. Suho tau pasti ada ‘sesuatu’ yang mereka sembunyikan. Tapi sudahlah, mungkin mereka bisa menyelesaikannya sendiri. Beda dengan Kai yang dari tadi melihat keluar kelas lewat jendela. Senyumnya selalu mengembang setiap ia melihat yeoja itu. Entah kenapa dari dulu semenjak ia bertemu dengan yeoja itu, di otaknya selalu terbayang senyum manis yeoja itu. Dan itu selalu sukses membuat Kai tersenyum.

¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤

“HAH jadi tunangan sodara lo itu Oh Sehun?” Tanya D.O ngga percaya. D.O dan Yoona yang sedang berjalan di koridor pun menjadi perhatian. “Ssst jangan keras-keras. Ne, dan sekarang kan dia pindah ke sekolah ini.” Jelas Yoona. “What? Pindah kesini? WOW, gue boleh koprol ga?” ucap D.O saking kagetnya. “Lebay lo.” Jawab Yoona.

“D.O!!” teriak Luhan dari jendela kelasnya sambil melambaikan tangannya semangat. “Hoi Luhaaan.” Jawab D.O balas melambaikan tangannya semangat. “Lo kenal Luhan? Dia kan yeoja yang deket sama Sehun sunbaenim.” Bisik Yoona. “Yup, dia temen gue.” Jawab D.O. D.O pun menandakan tangannya ke kelas pada luhan, karna dia akan masuk kelas. Luhan pun mengangguk.

“Dia yeojachingunya Sehun sunbae bkn sih?” Tanya Yoona penasaran. D.O pun mengangguk. “Tapi dia tau ga sih kalau Sehun sunbae mau tunangan?” Tanya Yoona lagi. D.O pun langsung menatap Yoona. “Lo sayang ga sama sodara lo?” Tanya D.O. “Sayang lah, maka itu gue kurang setuju dia sama Sehun sunbae. Habis setau gue Sehun sunbae keliatan sayang banget sama Luhan. Gue takut Krystal sakit hati.” Jelas Yoona. “Lo bener, Sehun oppa sayang banget sama Luhan. Soal pertunangan itu, semua ga sengaja. Maka itu gimana caranya supaya mereka pisah. Lagian kan kasian juga kalau Krystal sodara lo itu patah hati.” Ucap D.O.

“Lo kok tau banget sih, lu kenal deket Sehun sunbae bkn?” Tanya Yoona penasaran. “Yah lumayan. Dia udah gue anggap kaya oppa gue sendiri. Dan gue juga ga mau Luhan sedih.” Terang D.O. “Sama, gue juga gamau Krystal sedih. Tapi masalahnya Krystal tuh suka banget sama Sehun sunbae.” Jelas Yoona. “Mending kita cari solusi bareng sama Sehun oppa nanti.” Jawab D.O akhirnya.

¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤

Sepulang sekolah, rencana D.O adalah berdisukusi dengan Sehun tentang masalah “pertunangannya” itu di Mall dekat sekolah mereka. Tapi tanpa disangka-sangka Sehun tidak sendiri. Ia membawa Chen, Lay, Xiumin, dan orang yang tidak ia suka, tp entah kenapa ia merasa ada sesuatu yg merambat hatinya saat melihat orang itu, membuatnya susah untuk tidak suka, Cuma sebel. (Lah apa bedanya-_-)

“Oppa, kita mau bahas masalah itu tp kenapa oppa bawa rombongan satu kampung?” ucap D.O kesal. “Mereka juga termasuk orang-orang yang tau masalah gue ini, ya kecuali yang satu ono” lirik Sehun pada Jongin. D.O pun otomatis mengikuti arah mata Sehun, dan saat itu juga mereka saling berpandangan. D.O pun segera mengalihkan pandangannya.

“terus kenapa diajak?” Tanya D.O kesel. “Abis pas gue bilang mau ketemuan ama lo dia langsung ngotot pengen ikut-_-“ jawab Sehun dengan muka datarnya. “Yaudahlah, bubur telah menjadi aer” jawab D.O asal, saat itu juga Sehun pun menjitak D.O “Aw ish appo” runtuk D.O sambil mengusap-usap kepalanya. “Lagian udah bagus nasi telah menjadi bubur, tp malah dibikin aneh” ucap Sehun. “Hak dong!” protes D.O. akhirnya mereka berdua pun kembali ke meja.

“Jadi siapa yang mau nlaktir nih?” ucap Lay polos. Dan seketika mereka semua membeku kaya ingus(?) (gak nyambung oke sip-_-) “Lay sunbae mau ditlaktir? Sama Yoona aja. Hahaha” jawab Yoona yg menghilangkan kebekuan yg lengket ini(?) Sebenernya Yoona udah ngakak aja denger kata-kata Lay. Kalo di liat-liat Lay sunbaenya itu polos pake banget gak pake aja.

“Gue juga mau dong” sambung Chen. “Eh..em.. kalo oppa, Oppa aja yg nlaktir Yoona, hehe.” Ucap Xiumin yg membuat Chen dan Lay nahan ketawa. Mereka berempat pun sibuk dengan obrolan yang menyenangkan, dengan Chen yang asal ceplos, Lay yang polos dan bisa dibilang oon, serta Xiumin yang grogi dan senang secara bersamaan. Akhirnya ia bisa berdekatan dengan Yoona. Sedangkan Yoona? Dia menikmati obrolan itu sambil sesekali melirik Kai, yah walau masih ada rasa tapi tidak sebesar dulu. Malah Yoona rada sebel sama Kai-_-.

Tapi saat Yoona melihat Kai, selalu seperti itu, wajah Kai yang selalu sedang menatap wajah D.O dengan pandangan yang tidak bias dijelaskan. Tidak jauh beda dengan Sehun, Sehun yang sedang berbincang-bincang dengan D.O pun sesekali melirik Kai yang hanya diam saja, tapi tidak bengong. Kai terus menatap D.O. Oh seperti orang bodoh Kai sekarang, yah walau tidak bias dipungkiri dia tetap keren menurut author. Kekeke~

D.O yang menjadi tontonan bagi Kai pun mulai kesal, ia merasa risih, kalau dibilang tidak sadar? Tentu saja tidak. Ia sadar dari tadi Kai memperhatikannya terus. Saat itu juga D.O berdiri dari duduknya dan menarik Kai dari kursinya, menjauh dari teman-temannya itu dan membuat semua melihatnya bingung.

“Oke Kai, stop natapin guenya, gue risih tau.” Ucap D.O kesal. “Emang gue lagi natapin lo? Emng lu ngerasain gitu?” Tanya Kai dengan tampang polosnya. “Em..kayanya sih iya.” Jawab D.O ragu “Tapi bukan kayanya lagi deh. Tapi beneran iya! Emang ada apa sih dengan wajah gue? perasaan wajah gue ga ada yang aneh.” Ucap D.O sambil ngeraba-raba(?) wajahnya. Seketika itu juga kegiatan D.O berhenti karna Kai menangkap tangan D.O. D.O yang digituin hanya diam membeku karna kaget.

“Lo ga inget gue? Lo ngelupain gue? Padahal selama ini gua nyari lu dengan bayangan lo yang susah ilang. Tapi dengan gampangnya lo lupain gue?” Tanya Kai sambil menatap D.O dalam. “Em..Kai gue ga..” ucapan D.O terpotong saat Kai berkata “Kenapa segampang itu? Kenapa lo dengan gampang lupain gue? Tapi kenapa bagi gue itu susah..” ucap Kai menunduk kecewa dan melepas genggamannya pada D.O. D.O yang melihat raut wajah Kai itu pun entah kenapa merasa sedih.

“Denger oke!” perintah D.O. Kai pun mengangkat wajahnya dan menatap D.O dalam “Maaf soal kalo gue ngelupain lo. Gue gatau karna kemungkinan gua lupa ingatan, yeah maybe.” Ucap D.O ragu-ragu. “Tapi emang lo siapa? Maksudnya em..lo siapa gue? Kenapa lo susah ngelupain gue? Kenapa lo keliatan kecewa.. oh mungkin gua kepedean saat bilang lo kecewa. Tapi kenapa lo liatin gue terus sih? Dan sebenernya gue penasaran dengan panggilan lo itu yang em..”uco” kenapa gue ngerasa ga asing dan reflex nyebut ongin?” ucap D.O sambil mengeluarkan unek-unek dan rasa penasarannya.

Kai yang mendengar itupun tersenyum lembut, sangat lembut. D.O yang melihat itupun jadi salah tingkah. “Semua jawabannya karna lo adalah istri gue dan gue adalah suami lo uco.” Ucap Kai yang sukses membuat D.O syok. “Heh lo ngarang banget, gue masih kecil, gue baru kelas 2 SMA. Gimana udah punya suami-_-“ ucap D.O kesal yang berniat pergi meninggalkan Kai dengan ucapan yang menurutnya ngarang pake nget ga pake jah.

Kai pun mengejar D.O dan berkata tepat ditelinganya “gue bakal buat lu inget semuanya, dan buat lu inget gue lagi.” Ucap Kai dengan senyum senangnya lalu berjalan mendahului D.O. membuat D.O juga tersenyum entah kenapa.

Kai dan D.O pun kembali ketempatnya masing-masing, tapi bedanya raut wajah Kai dan D.O sama-sama ya..entah lah, mungkin bisa dibilang gembira(?) tapi yang lain tidak mau ikut campur walau mereka semua sejujurnya penasaran. Oke ralat, amat penasaran. Itu efek kepo yang overdosis sih, tp ntar juga kalo sudah saatnya pasti Kai ataupun D.O bakal cerita.

“Yeah makanan datang.” Ucap Chen dan Lay girang. “Xiumin jangan ditanya, seneng sih tapi untuk sekarang dia perlu menjaga image jangan keliatan alay di depan gebetannya (Lay&Chen: Jadi lo bilang kita alay-_- ; Author: Ga maksud. Wkwk ^-^v)

“Maaf tadi kalian pergi jadi gue nyamain makanannya. Hehe.” Ucap Sehun. “Gpp kok oppa.” Jawab D.O sambil senyum, Sehun pun mengacak-acak rambut D.O karna gemes. Tanpa sadar tatapan Kai seolah-olah tidak suka melihat kedekatan D.O dan sehun. Setelah selesai, akhirnya perbincangan masalah sehun pun dimulai.

¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤

“Oke, jadi rencana sunbae apa buat ngebatalin pertunangan ini?” Tanya Yoona to the point. “Kok lu tau gue mau ngebatalin pertunangan ini?” Tanya Sehun bingung. “Karna aku tau sunbae ga suka sama saudara aku Krystal. Aku juga ga mau Krystal sakit hati, ya bisa juga pacar sunbae.” Jawab Yoona. Sehun pun membayangkan bagaimana kalau Luhan tau akan hal ini.

“Tunggu, lo tunangan? Sama sodara Yoona?” ucap Kai kaget dengan pembicaraan ini. Sehun pun mengangguk malas. “Luhan?” Tanya Kai lagi. “Dia gak tau apa-apa.” Jawab Sehun dengan raut wajah menyesal. “Oh good.” Ucap Kai kesal.

“Tapi kita udah punya rencana.” Ucap Chen, Xiumin pun mengangguk senang. “Apa apa?” Tanya D.O penasaran. “Noh rencana kita.” Jawab Chen sambil melirik Lay. “Lay subae?” Tanya Yoona yang tidak mengerti. “Buat Krystal yang ngebatalin pertunangan ini. Ya dengan cara buat dia suka sama namja lain, namja itu bisa dicoba sama Lay.” Jawab Xiumin. Yang lain terdiam, sibuk dengan pikiran masing-masing.

“Boleh juga, tapi gimana caranya?” Tanya D.O. Lay yang dijadikan tumbal pun hanya menghela nafas malas dan pasrah. Pasalnya Krystal nyebelin, coba kalo manis, lembut, ia pasti langsung menerima tawaran ini dengan tangan terbuka. Akhirnya mereka pun membicarakan rencana mendekatkan Lay dengan Krystal.

“Krystal suka namja cool, pinter, lebih tinggi dari dia, terus apa lagi ya..” terlihat Yoona berfikir. “Itu bukan Lay banget, dia ga cool. pinter? Ada juga lemot. Kalo lebih tinggi..bisa lah, walau Cuma dikit.” Ceplos Chen. Lay yang mendengarnya pun langsung menjitak Chen sekuat tenaga. “Gue cool, pinter juga. Enak aja lo ngatain lemot-_-. Soal tinggi sih kan masih ada masa tumbuh dan berkembang. haha.” ucap Lay malu-malu(?)

¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤

“Udah pulang?” Tanya Baekhyun saat tiba-tiba ada yang memeluknya dari belakang dan bahunya pun terasa berat karna ada sebuah(?) kelapa eh kepala nemplok disana. “Hmm.” Jawab Chanyeol singkat. “Cape ya? Sana istirahat dulu. Aku bikinin air hangat buat kamu mandi.” Ucap Baekhyun yang berniat meninggalkan Chanyeol. “Jangan bergerak dulu sayang, dengan gini aja ntar cape aku ilang kok.” Ucap Chanyeol sambil mengecup singkat pipi Baekhyun. Membuat pipi Baekhyun bersemu merah.

“Cie langsung merah gitu pipinya, padahal Cuma dicium, belum diapa-apain. Hahaha.” Ucap Chanyeol yang berniat menggoda Baekhyun. “Heh, emang diapa-apin itu maksudnya apa!” balas Baekhyun yang langsung mencubit tangan Chanyeol. “Aw ish appo yeobo. Emang kamu mikir apa sih?” Tanya Chanyeol sambil meringis. “Ya..em..diapa-apin(?)” Jawab Baekhyun ragu. “Ah istriku sekarang pikirannya suka yang menjurus ya…” ucap Chanyeol jail. “Ga menjurus kok ih, YA! habis kamunya yang ngasih jurusan” elak Baekhyun. “Emang kamu ngerti yang menjurus itu apa?” Tanya Chanyeol.

“Aish tau tau! Yang menjurus itu yang begitu-begitu!” jawab Baekhyun saking keselnya. “Eh padahal aku ga bahas yang begitu-begitu loh. Oh… sayangku ini mau yang begitu-begitu? Yaudah ntar malem aja, sekarang masih tanggung, masih sore, Hahaha.” Jawab Chanyeol yang dengan santainya pergi meninggalkan Baekhyun ke ruang tamu. “DASAR PARK CHANYEOL!!!!” Teriak Baekhyun menggelegar.

¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤

“Masak apa?” Tanya Kris saat melihat Tao sedang mengoseng oseng didapur. “Masak semur jengkol, kamu suka kan?” Tanya Tao sambil  melihat kea rah Kris. “Biasa aja.” Jawab Kris datar. “Bukannya suka?! Kamu kan suka ih!! Kenapa sekarang pas aku bikin jadi ga suka!!” ucap Tao sambil narik-narik kerah baju Kris. “Aduh aduh lepas Tao aku kecekek!” jawab Kris yang mulai sesak napas. “Masakan kamu noh napa ditinggal.” Ucap Kris yang langsung mengalihkan perhatian Tao. “Oh iya lupaaaaa!!!” Tao pun segera berlari ke tempat semula.

“Hampir aja..” ucap Kris lega. “Yaudahlah daripada mubanjir mending mulongsor(apaan-_-) mending aku kasih tetangga aja semur jengkol ini.” Ucap Tao santai. “Eh jangan dong.” Sambung Kris. “Yang ga suka diem aja, jangan banyak omong.” Jawab Tao jutek dengan muka keselnya. “Aku suka.” Jawab Kris singkat. “Tapi tadi…”

“Ya ga usah ditanya maksud aku, kamu kan udah tau. Ngapain pake ditanya.” Jawab Kris santai. “Alah eta suami saha! Ngeselin amat-_-“ ucap Tao yang udah diambang batas kesabaran terdalam(?) “Ya suami kamu lah siapa lagi cinta.” Jawab Kris sambil memeluk Tao dari belakang. “Idih, punya suami kaya begitu? Mikir-mikir lagi deh.” Jawab Tao. “Gausah dipikirin, ntar jadi naksir.” Balas Kris. “udah naksir sih.” Jawab Tao polos. “Tuh kan, makanya jangan dipikirin, mending diituin(?)” jawab Kris dengan senyum sesuatunya.

Tao pun mematikan kompor dan membalikan badannya. “Diituin? Maksudnya?” Tanya Tao polos. “Mau tau ga nih? Mau tau banget apa aja?” Tanya Kris jail. “Mending banget apa aja?” Tanya Tao bingung. “Banget aja, biar pake praktek.” Jawan Kris seneng. “Yaudah deh banget aja.” Jawab Tao bener-bener polos. “Yaudah ayo aku kasih tau, mumpung Jongin belum pulang.” Ucap Kris sambil menarik Tao. Tao pun nurut-nurut aja masuk ke kandang macan. “Hahaha senangnya dalam hati, punya istri begini.” Ucap Kris dalam hati. (ampun deh Tao T.T)

¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤

Kembali ke Foodcort^^

“Oke semua setuju kan?” Tanya Sehun pada teman-temannya itu. Semua pun mengangguk setuju. “Aku setuju, bagus-bagus aja sih idenya. Lagian Lay sunbae juga ga jelek kok.” Jawab Yoona membuat Lay yang mendengarnya pun senang. “Kalo bisa jangan ampe Luhan tau, ya walau kemungkinan dia tau bakal lebih besar.” Jelas D.O. “Ehm, ada apa nyebut-nyebut nama gue?” Tanya Luhan yang entah tiba-tiba ada di belakang D.O. semua yang melihat itu pun langsung diam membeku, bingung mau jawab apa.

“Lu, kamu kesini sama siapa?” Tanya Sehun mengalihkan perhatian. “Sulli sama Suho, beli keperluan buat eskul tataboga. Kamu kesini kenapa ga ngajak-ngajak aku ih cutau.” Jawab Luhan dengan wajah cemberutnya. “Ga gitu, ini em.. itu..em..” elak Sehun yang kehabisan kata-kata.

“Luhan!” teriak Sulli sambil berlari kearah Luhan. Dibelakangnya ada Suho yang jalan dengan santainya. “Dikirain diculik, hehe.” Ceplos Sulli yang langsung mendapatkan jiatakan dari Luhan. “Enak aja, emang gue anak kecil apa.” Jawab Luhan kesal. “Woy Suho.” Ucap Trio Chen, Lay, Xiumin sambil melambai-lambai(?)

“Tau gitu tadi gue bareng aja berangkatnya ama lu pada dari pada ama nenek-nenek rempong ono.” Ucap Suho melirik kearah Luhan Sulli. “Kita denger oppa.” Timpal Sulli dengan death glearenya. “Hii serem” ceplos Suho. “Eh ngomong-ngomong kalian ngapain disini? Kok banyakan?” Tanya Suho sambil melihat sekeliling, dan Tepat saat melihat D.O. matanya tidak berniat untuk melihat yang lain. Dirinya hanya terpaku pada sosok itu. “Kyungsoo?” Ucap Suho pada D.O. Dan yah D.O hanya bisa pasrah jika seseorang sudah menyebutkan nama Kyungsoo lagi padanya, pasalnya ia sekarang tidak mungkin mengelak karna memang kenyataannya dia Kyungsoo.

“Ya? Apa kita kenal?” Tanya D.O pada Suho. “Jadi lo beneran Kyungsoo kan? Gue ga salah kan?” Tanya Suho. “Maybe.” Jawab D.O bingung. “Oh tunggu, lo beneran Kyungsoo? Serius kan? Tapi kenapa pas gue bilang Kyungsoo waktu itu lo ga ngaku?” Tanya Luhan sama syoknya dengan Suho.

“D.O lupa ingatan.” Jawab Kai. Semua yang mendengar itu pun kaget, bukan karna itu aja, mereka juga kaget karna ‘kenapa Kai bisa tau?’ Mereka pun melihat kearah Kai dan D.O bergantian. “Bisa ga jangan liatin gue gitu? Gue risih.” Ucap D.O sebel.

“Jadi kyungsoo yang selama ini lu maksud itu?” Tanya Chen di telinga Suho. Suho pun hanya mengangguk mantap. “Wow pertemuan yang ga terduga.” Ceplos Lay. “Ini Kyungsoo yang lu cari-cari?” bisik Sehun ditelinga Kai. “Yes.” Jawab Kai mantap.

“Kenapa disini gue ngeliat dua kubu ya.” Ucap Yoona pelan. “Sama..” sambung Luhan yang berada di sebelahnya. “Eh…” Yoona pun menengok ke sebelah. “Oh hallo, Luhan imnida.” Ucap Luhan memperkenalkan dirinya. “Hallo Luhan, Yoona imnida.” Mereka berdua pun tersenyum ramah. “Ikutan dong, Sulli imnida. Hehe.” Sambung Sulli membuat Yoona terkekeh.

“Sorry kalau gue ga inget apa-apa soal kalian, gue juga baru tau ini kemarin.” Ucap D.O dengan wajah menyesalnya. “Gapapa, oppa ngerti, jangan sedih lagi.” Ucap Sehun sambil menepuk pelan bahu D.O. “Em mau malem, pulang yuk.” Ceplos Sulli. Membuat semua menyadari sekarang sudah jam 06.PM.

“Lulu, kamu pulang bareng aku ya.” Ucap Sehun pada Luhan. “Tapi Sulli…” jawab Luhan ragu. “Gue dijemput, tenang aja. Hehe.” Jawab Sulli ramah. “Yoona pulang bareng oppa ya, udah malem ga baik pulang sendiri.” Tawar Xiumin. “Eh.. em..”pikir Yoona. Akhirnya ia pun mengangguk setuju. Lay, dan Chen membawa motor masing-masing. “Mau pulang bareng?” tawar Suho pada D.O atau sekarang bisa kita sebut Kyungsoo.

“Ga usah, gue bisa nganter istri gue pulang kok.” Tolak Kai yang membuat semua mata kembali tertuju padanya. “What? Kai SUAMI Kyungsoo?”

Sepertinya Kai dan Kyungsoo belum cukup membuat semua teman-temannya kaget.

-

END tapi boong. Wkwk

TBC

Oh iya maaf kalo kata-kata aku kurang bagus ya, trus aku ga bisa pake yg terlalu korea-korea. Payah ih L dan maaf cuma pendek, mungkin chap selanjutnya bakal lebih panjang, dan lebih focus kisah para pelajar SMA ono. Hehe. Dan maaf lagi kalo banyak typo. Terimakasih^^

 



When You’re With Her (Chapter 3)

$
0
0

When You’re With her (Chapter 3)

 

 

Title       : When You’re With Her

Author  : @deboratif_ksk

Genre   : School life, a little sad, romance, GENDERSWITCH

Rating   : Teen

Length  : Chapter

Cast       : Byun Baekhyun, Park Chanyeol.

                                                                                         

 

Disclaimer :

 

Hai hai hai ^0^ Ketemu lagi sama saya author ketjeh nan cantik jelita ini LOL. Ada yang kenal saya gak ? Atau ada yang pernah baca ff She’s Cold. Itu FF saya. Hahaha liat komentar di She’s Cold ternyata banyak yang minta sequel eh tapi sayanya gak punya ide buat sequelnya. Mungkin karena endingnya terlalu gantung #YangBuatSiapaYangBingungSiapa

 

Tapi yang belum baca She’s Cold monggo dibaca http://exofanfiction.wordpress.com/2013/05/16/shes-cold/#more-12282 Malah promosi FF. Satu lagi, FF saya yang Am I Death ? juga dibacanya ya ‘-‘

 

Ingat! Ini GENDERSWITCH, alias TRANSGENDER. Gak suka ? Gak usah baca. Dan anggap aja kalau Baekhyun, Zitao, Luhan dan yang ‘sejenisnya’  tuh disini cewek bukan cowok .__.

Daripada bacot tak jelas mending langsung baca nih FF baru saya (chap 3) CEKIDOTTT~~

 Baekyeolff

Baekhyun menatap miris sang Ayah yang kini sedang terbaring di ranjang rumah sakit. Tidak, Baekhyun tidak menangis. Ia sudah lelah untuk menangis. Air mata yang dikeluarkan tidak membuat keadaan menjadi lebih baik. Baekhyun hanya bisa menghela nafas berat saat mendapati kenyataan bahwa sang Ayah mengalami koma. Chanyeol dan ‘Ibunya’ baru saja datang dan seakan tidak ingin memperkeruh suasana,Baekhyun memutuskan untuk pergi dari rumah sakit.

 

 

Pulang ke rumah ?

 

 

Tidak, rumah bukanlah tempat yang disayanginya sekarang.

 

 

Jadi ?

 

 

 

Ah~ entahlah, Baekhyun sendiri pun tidak tahu.

 

 

 

“Kenapa di saat seperti ini Tao malah pergi kerja kelompok ?” keluhnya saat melewati taman kota yang letaknya tidak terlalu jauh dari rumah sakit.

 

 

“Kenapa hidupku menjadi seberat ini ?”

 

 

Baekhyun terduduk di bangku taman. Mencoba melepas lelah, (yang tentu saja) bukan lelah secara fisik, namun lelah secara mental dan psikology nya.

 

 

Baekhyun mengerutkan kening saat matanya menangkap sosok familiar yang sangat dikenalnya.

 

 

“Senior Luhan…?” Baekhyun menggumam pelan. “Kenapa senior Luhan disini ?” Tanya Baekhyun pada dirinya sendiri dan pertanyaan besar merajai otak Baekhyun saat melihat Luhan bersama dengan Sehun, seorang murid kelas satu di sekolahnya. Apalagi saat melihat Luhan bergandengan tangan dengan Sehun, saling tertawa bersama, semakin membuat Baekhyun bertanya-tanya pada dirinya sendiri.

 

 

“Baekhyun!”

 

 

“E-eh ?” Baekhyun tergagap saat Luhan menyerukan namanya dengan lantang, dan kemudian gagapan tersebut berubah menjadi kegugupan saat Luhan berlari kecil menghampiri dirinya.

 

 

“Hai, Baekhyun.” Ujar Luhan riang –seperti tak terjadi apa-apa- “Sedang apa disini ? Tumben sekali kau kemari ?”

 

 

“I-itu aku hanya berjalan-jalan saja sebentar, hehehe…” Baekhyun menggaruk kepalanya yang sama sekali tidak gatal.

 

 

“Baiklah, Baekhyun. Kalau begitu aku pergi dulu. Aku ada kencan dengan Sehun.” Ujar Luhan riang. “Daaagg~hh.”

 

 

Baekhyun tertegun sejenak, apalagi otaknya yang berat dengan kata ‘kencan’

 

 

“Ke-kencan?! Tapi..Cha-chanyeol…?”

 

 

Luhan mengerutkan alisnya. Apa ada yang salah ? Memangnya kenapa dengan Chanyeol ? Namun, sepertinya Luhan tahu bagaimana kondisinya saat ini, dengan cepat bibir kecilnya membuka suara.

 

 

 

“Baekhyun, aku…tidak berpacaran dengan Chanyeol.”

 

 

 

Badai menerjang, kilat menyambar, tornado berputar cepat, gempa bumi mengguncang dan otak Baekhyun mulai terjadi korslet dan error.

 

 

 

Hah ? A-apa ? Senior Luhan…tidak berpacaran dengan Chanyeol ? Bagaimana mungkin ?!

 

 

“Ya, aku memang tidak berpacaran dengan Chanyeol. Dan itu mungkin, Baekhyun.” Ujar Luhan lagi seakan ia dapat membaca pikirannya. Baekhyun hanya mematung di tempat, tidak percaya dengan apa yang dikatakan Luhan.

 

 

 

“Jadi, kau tenang saja. Chanyeol-mu masih sendiri hehehe. Waktu itu aku menolaknya, sih. Aku kan punya Sehun” Luhan kembali berujar dengan riangnya, wajah manis dan imutnya itu bertambah jutaan kali lipat saat ia tersenyum dengan gembira seperti ini.

 

 

Otak Baekhyun tidak dapat memproses dengan cepat. 

 

 

“Ja-jadi….senior dan Chanyeol tidak berpacaran ?” tanyanya pelan.

 

 

“Yap.”  Ujar Luhan mantap.

 

 

 

“Luhan deer ^0^” Ucapan riang –yang terkesan manja- mengalun di telinga Baekhyun dan Luhan. Baekhyun memutar cepat kepalanya, terlihat Sehun yang berjalan cepat untuk mencapai tempat Luhan dan ia bercengkerama saat ini.

 

 

“Oh, Sehun! Sini, aku sedang bersama Baekhyun.” Ujar Luhan tak kalah riangnya.

 

 

 

Ugh, pasangan yang sangat bahagia rupanya.

 

 

 

“Mau pergi ke sungai Han, tidak ? Disana kita akan makan di tempat biasa aku ber- eh….Senior Baekhyun ?!” Sehun memotong percakapannya sendiri saat manik matanya menangkap sosok Baekhyun yang duduk tepat di samping Luhan.

 

 

 

Baekhyun tersenyum kikuk.

 

 

“Halo…..” sapanya pelan.

 

 

“Ba-bagaimana bisa senior Baekhyun disini ?”

 

 

“Aku..hanya berjalan-jalan saja. Kau sendiri ? Ah iya, aku lupa. Kau kan bersama sedag kencan bersama Luhan Deer-mu.” Jawab Baekhyun dengan senyum kecil yang kini menghiasi wajah indahnya.

 

 

Sehun tersenyum malu. “Baiklah, jadi….deer Luhan, kita pergi sekarang ?”

 

 

Dan Luhan pun mengangguk cepat, mengiyakan permintaan Sehun yang sempat terpotong oleh perkataan pria itu sendiri.

 

 

 

 

-

-

-

 

 

 

 

Chanyeol menendang batu kerikil tidak berdosa yang berada tepat di depan kaki panjangnya. Ayah Baekhyun sudah melewati masa kritisnya, dan kini ‘Ibu’ Baekhyun lah yang menjaga di rumah sakit. Chanyeol mengira, mungkin dengan berjalan-jalan sedikit dapat membantunya melepas penat. Belakangan ini tugas sekolah benar-benar menumpuk, membuat pria jangkung tersebut tidak dapat menikmati rumah barunya –rumah Baekhyun- dengan tenang. Namun acara jalan-jalan tersebut harus terhenti sebentar saat manik hitam Chanyeol menangkap sosok Baekhyun di taman kota, sedang duduk sendirian.

 

 

 

“Baekhyun…”

 

 

Chanyeol hendak melangkahkan kaki panjangnya namun saat melihat seseorang menghampiri Baekhyun, tubuh Chanyeol dengan reflex berhenti sendiri.

 

 

 

“Luhan…” untuk kedua kalinya Chanyeol bergumam kecil. “Kenapa Luhan bersama Baekhyun ?”

 

 

 

Chanyeol memperhatikan seksama Baekhyun dan Luhan yang tengah bercengkerama. Oh, sebenarnya Chanyeol hanya memperhatikan-

 

 

“Luhan Deer ^0^” seruan riang –yang terkesan manja- terdengar hingga ke dalam gendang telinga Chanyeol.

 

 

“Loh ? Sehun….?” Pertanyaan mulai muncul dalam benak Chanyeol, namun otak nya dengan cepat memberi tanggapan. “Hm, paling mereka sedang kencan.” Gumam Chanyeol ringan seakan hal tersebut bukanlah hal yang besar –mengingat ia pernah menyatakan cintanya pada Luhan-

 

 

 

Chanyeol kembali melangkahkan kaki panjangnya saat ia melihat Sehun dan Luhan berjalan pergi meninggalkan Baekhyun yang masih setia duduk di bangku taman. Wajah kusut Baekhyun terlihat sangat jelas. Mungkin dia lelah, pikir Chanyeol.

 

 

 

 

-

-

-

 

 

 

 

Baekhyun menundukkan kepalanya.

 

 

Aku tidak berpacaran dengan Chanyeol

 

 

Perkataan Luhan masih terngiang dengan jelas di kepalanya. Apa sekarang Baekhyun punya kesempatan untuk mendapatkan Chanyeol ?Walaupun Luhan menolak Chanyeol, tapi Chanyeol kan….menyukai Luhan.

 

 

“Aih, Park Chanyeol manusia autis, kau membuatku selalu merasa gembira sekaligus sedih di saat yang bersamaan. Menyebalkan! Ugh!” Baekhyun berseru lantang, tidak peduli pada orang lain yang menatapnya aneh.

 

 

Dan tanpa sadar, Baekhyun mengeluarkan kebiasaan super aneh miliknya, menggigiti ujung kuku ibu jarinya. Baekhyun terus menggigit ujung kuku ibu jari kanannya, hingga ibu jari tersebut memerah. Bahkan kuku-kukunya ikut terkikis dan sedikit terkelupas.

 

 

“Tidak baik menggigit kuku sendiri.” Suara bass yang sangat dihapal Baekhyun terdengar hingga mengagetkan dirinya.

 

 

“Chanyeol!” Seru Baekhyun lantang untuk kedua kalinya.

 

 

“Ck, jangan berisik. Suara mu itu sangat melengking.” Ujar Chanyeol datar. Tubuh Chanyeol dengan sendirinya mengambil tempat di samping Baekhyun, mendaratkan tubuh tingginya dan bersantai menikmati pemandang taman –buatan- itu.

 

 

“Se-sedang apa kau disini ?” Tanya Baekhyun tak tenang. Mata kecil Baekhyun melotot menghadap sosok jangkung yang saat ini tengah duduk menikmati sejuknya udara.

 

 

“Sedang apa ? Seharusnya aku yang bertanya padamu. Kau sedang apa disini ? Ayahmu sakit dan kau malah terduduk sambil menggigiti kuku jarimu sendiri. Lihatlah, bahkan ujung kukumu sudah terkelupas. Astaga, sebenarnya kau ini kenapa ?” Chanyeol berujar tanpa jeda sedikitpun. Perasaan Baekhyun saja atau memang, akhir-akhir ini Chanyeol menjadi sangat cerewet ?

 

 

Baekhyun hanya menundukkan kepalanya, tidak tahu harus menjawab apa. Otaknya terlalu buntu untuk menjawab Chanyeol. Lagipula, kenapa pria jangkung itu bisa berada disini ?

 

 

“Tidak bisa menjawab, hm ?” ujar Chanyeol, kali ini ini dengan nada lebih lembut. “Ya, aku tahu bagaimana rasanya. Aku juga pernah melihat orangtuaku terbaring tidak berdaya seperti Ayahmu, dan yang lebih parah orangtuaku malah dipanggil Tuhan.” Ucap Chanyeol dengan mata menengadah ke atas, menatap awan putih bersih yang kini menyelubungi langit.

 

 

Baekhyun mendongakkan kepalanya, menatap manik hitam Chanyeol dengan sedih. “Maaf….”

 

 

“Tidak apa-apa, Baekhyun. Ini semua hanya cobaan yang menguji dirimu. Ayahmu, Ibu emm…maaf ibu tirimu, semua masalah itu ada jalan keluarnya. Kau hanya perlu bekerja keras, berpikir positif, mengambil hal baik dari setiap kejadian yang membuatmu kacau seperti ini. Dan jangan lupa untuk berdoa. Anggap saja ini ujian kesakitan yang akan membuatmu kuat nantinya.” Ucapan bijak –panjang lebar- Chanyeol membuat Baekhyun terbelalak takjub.

 

 

“Woaahh, darimana kau mengutip setiap bait kata-kata itu ?” Tanya Baekhyun dengan mata berbinar penuh keingin tahuan.

 

 

TAK!

 

 

“Yak! Aish, Park Chanyeol! Kenapa kau malah memukul kepalaku ?!” Baekhyun berseru lantang –dan marah- saat tangan besar Chanyeol menghantam kepalanya. Ayolah, siapa yang tidak marah jika ada seseorang dengan tenaga besar yang tiba-tiba memukul kepalamu ?

 

 

“Yak! Aku tidak mengutip kata-kata itu. Itu semua hasil karangan otakku yang pintar ini.” Balas Chanyeol sewot.

 

 

“Cih, mana mungkin kau bisa merangkai kata dengan bijak seperti itu ?”

 

 

“Hei, kau meremehkanku, ya ?”

 

 

“Ya, tentu saja.”

 

 

TUK!

 

 

Sekali lagi, tangan besar Chanyeol mendarat dengan mulusnya di kepala kecil Baekhyun.

 

 

“Hey, ini sakit!” Seru Baekhyun dengan tatapan melotot marahnya. Dan Chanyeol-

 

 

“HAHAHAHA” Tawa menggelegar bass Chanyeol berderu di tengah-tengah ucapan bengis marah Baekhyun. Baekhyun terdiam, kalau keadaan seperti ini…..Chanyeol sangat tampan….

 

 

Tidak, bukan tampan. Chanyeol terlihat sangat…gembira dan mempesona, mungkin ? Hm, Baekhyun tidak tahu. Yang jelas saat ini matanya tidak bisa lepas dari Chanyeol.

 

 

“HAHAHAHAHA”

 

 

PUK!

 

 

Baekhyun menepuk pelan pipinya, berusaha meluruskan otaknya yang mulai memasuki dunia khayal.

 

 

“Ke-kenapa tertawa…itu tidak lucu tahu!” Seru Baekhyun keras. Namun, bukannya berhenti, tawa Chanyeol malah semakin meledak.

 

 

“Yak, Park Chanyeol! Jangan tertawa.”

 

 

“HAHAHAHA, I-iya..iya HAHAHA habis kau lucu sekali sih, HAHAHA.”

 

 

DEG~~DEG~~

 

 

Baekhyun diam lagi.

 

 

Jantung, kumohon, jangan seperti ini. Bekerjalah dengan normal, jangan biarkan Park Chanyeol si manusia autis itu menguasaimu. Jangan terpikat jebakan pesonanya, jangan! Tuhan Yang Maha Kuasa, aku tahu aku banyak dosa. Aku tahu aku salah karena mengatai ‘Ibuku’ sebagai wanita murah, tapi tolong sekali, jangan menghukumku seperti ini. Jangan menghukumku melalui Chanyeol. Jangan biarkan jantungku tiba-tiba menjadi tidak normal karena dia.

 

 

Chanyeol menghentikan tawa nya saat melihat Baekhyun yang terdiam –melamun-

 

 

“Hei, Baekhyun.”

 

“…”

 

“Baekhyun….”

 

“…”

 

“Byun Baekhyun!”

 

“…”

 

“YA BYUN BAEKHYUN!”

 

 

“E-eh..? Ah, apa ?” Tanya Baekhyun yang sudah tersadar di pikiran kacaunya. Chanyeol hanya bisa menghela nafas.

 

 

Kenapa orang ini hobi sekali melamun ? Tanya Chanyeol dalam hatinya.

 

 

“Sudahlah, ayo kembali ke rumah sakit.” Chanyeol mengangkat tubuhnya dari bangku dan kemudian menatap Baekhyun seakan manik hitam itu mengisyaratkan untuk pergi. Baekhyun menengadah. Dalam keadaan seperti ini, saat Baekhyun duduk dan Chanyeol berdiri, Baekhyun pikir Chanyeol menjadi ratusan juta kali lipat lebih tinggi.

 

Baekhyun menggeleng pelan.

 

 

“Tidak mau, aku…tidak mau kembali ke sana…” jawab si ‘cantik’ itu.

 

 

Chanyeol terkesiap. Tidak mau kembali ? Kenapa ?

 

 

“Ke-kenapa ? Kau…tidak mau melihat Ayahmu ? Padahal menurut dokter kondisi Ayahmu sudah membaik. Ayahmu sudah melewati masa kritisnya, jadi…kenapa tidak mau ?” Tanya Chanyeol dengan raut wajah penuh tanda tanya.

 

 

Baekhyun menggeleng pelan.

 

 

“Aku tidak mau bertemu Ah Ri.” Jawab Baekhyun pelan. Chanyeol mengerutkan keningnya.

 

 

“Ah Ri ? Siapa itu ?”

 

“Ibuku…”

 

“…”

 

“Ba-baiklah, kalau kau tidak ingin bertemu dengan ibumu. Kalau begitu, kita disini saja sebentar…”

 

 

Semenit, dua menit, lima menit, lima belas menit.

 

 

Tidak ada percakapan, hanya ada sunyi. Dan kesunyian itu pecah saat Chanyeol membuka suaranya.

 

 

“Aku tidak tahu jika ini membuatmu merasa lebih baik atau tidak. Tapi…aku sebenarnya tidak berpacaran dengan Luhan…”

 

 

Perkataan Chanyeol  barusan berhasil menarik perhatian Baekhyun, walau dibalas hanya dengan sebuah senyuman.

 

 

“Ya, aku tahu.” Jawab Baekhyun sambil memasangan senyum manisnya. Chanyeol terbelalak kaget.

 

“Kau…tahu ?”

 

“Ya, aku tahu.”

 

“Ba-bagaimana bisa ?” Tanya Chanyeol tidak percaya.

 

“Senior Luhan sendiri yang mengatakannya.”

 

Chanyeol mengangguk paham. Dan kemudian hening kembali menyelimuti kedua insan tersebut. Seakan terbius oleh lembutnya hembusan angin, keduanya tidak ada yang membuka suara.

 

 

 

-

-

-

 

 

 

Tao menatap jam tangannya dengan pandangan khawatir atau lebih bisa disebut…panik ? Mata Tao bergerak-gerak, tubuhnya gelisah.

 

“Hey, Zitao, kau kenapa, huh ? Dari tadi perilakumu sangat aneh.” Taemin, teman sekelas Zitao bertanya dengan kerutan di dahinya.

 

“Tidak, hanya saja…kapan kita bisa pulang ? Bukankah semua tugas sudah selesai ? Aku harus pergi.” Ujar Tao sambil meringis. Taemin mengangguk paham.

 

“Oh, tunggu saja. Mungkin beberapa menit lagi selesai. Kita kan harus menunggu Jinri dan Soojung dari dapur. Oh, jangan lupakan Myungsoo dan Daehyun, mereka sedang ke kamar mandi”

 

“Lama sekali sih. Memangnya Jinri dan Soojung sedang apa di dapur ?” Tanya Tao tak sabar.

 

“Membuat makanan untuk kita, tentu saja. Kau ini bagaimana, huh ? Kan tuan rumahnya Soojung.”

 

Tao memasang muka masam miliknya. “Habisnya, aku ‘kan harus cepat.” Ketusnya. Taemin menatap Zitao sebentar.

 

“Memangnya ada apa ?”

 

Dan sebelum Tao membuka mulutnya untuk menjawab, Taemin sudah terlebih dahulu memotong perkataan si ‘Panda’ itu.

 

“Ja-jangan-jangan….kau…Yak! Huang Zitao! Kau mencuri sesuatu ya ?!” Seru Taemin Lantang

 

 

TAK! PLUK! BUK!

 

 

“Hiyaaaaa! dasar orang Cina! Apa yang kau lakukan ?! Ini sungguh sakit!” Taemin menjerit bengis saat mendapati kenyataan bahwa kepalanya baru saja ditimpuk bertubi-tubi dengan Pulpen, Pengaris dan…buku fisika super tebal milik Tao.

 

 

“Makanya, tuan Lee, jangan sembarangan bicara!” balas Tao tak kalah bengis. “Aish, kapan pulangnya?! Aku mau ke tempat Baekhyun!” Dan kembali raut masam terpajang di wajah Tao.

 

 

 

-

-

-

 

 

 

“Baiklah, Byun Baekhyun. Ini sudah keterlaluan, sekarang ayo pulang!” Chanyeol berseru lantang untuk ke seribu kalinya. Dua jam sudah ia dan Baekhyun berdiam dan mendekam di taman dan dua jam sudah ia berkoar-koar hanya untuk mengajak Baekhyun pulang.

 

 

“Sebentar lagi. Engg..aku masih mau disini.” Balas Baekhyun pelan. Chanyeol mendengus kesal.

 

 

“Tidak bisa, Byun Baekhyun. Kau pikir ini jam berapa, huh ? Ini sudah pukul lima dan kita bahkan belum makan siang karena acara ‘berdiam di taman’ ini.”

 

 

Baekhyun mengerucutkan bibir mungilnya, pertanda bahwa ia memang tidak ingin pulang.

 

 

 

“Sebentar lagi ya….”

 

“Tidak!”

 

“Ayolah, Channie, sebentar lagi, ya. Kumohon…”

 

 

 

Chanyeol diam. Entah karena apa. Tiba-tiba saja mulut dan lidahnya tidak mau bergerak. Rasanya seperti ada sesuatu yang mengganjal di tenggorokannya, membuat sang pemilik enggan membuka suara.

 

 

Channie ? Sudah lama aku tidak dipanggil seperti itu dari mu. Yah…setidaknya aku senang kalau kau masih mengingat panggilan itu.

 

 

“Cha-chanyeol ?” Baekhyun menggerakkan tangannya di hadapan Chanyeol. Namun Chanyeol segera terkesiap. Ditatapnya Baekhyun sebentar dan kemudian Chanyeol hanya bisa menghela nafas.

 

“Baiklah, tapi hanya sebentar lagi. Setelah itu aku ingin berada di rumah, makan malam dengan tenang tanpa adanya gangguan untuk tetap tinggal di taman. Kau mengerti ?”

 

 

 

-

-

-

 

 

 

Makan malam tenang di rumah keluarga Byun yang penuh kedamaian. ‘Ibu’ Baekhyun masih berada di rumah sakit. Hanya ada Baekhyun dan Chanyeol. Dan dengan ajaibnya, Sanghyun kembali menghilang entah kemana. Mungkin sore tadi ia sudah kembali ke apartementnya atau…ia tertidur di lantai atas ?

 

Chanyeol berdiri dan berjalan menuju kearah kulkas yang letaknya berada di sudut dapur. Kulkas putih yang penuh dengan foto Polaroid. Salah satunya terdapat foto Polaroid Baekhyun dan Sanghyun yang tersenyum cerah menghadap kamera.

 

 

“Hey, Sanghyun hyung sangat tampan ya.” Celutuk Chanyeol tiba-tiba.

 

 

“Kau orang ke sejuta yang mengatakannya.” Balas Baekhyun dengan mulut masih penuh makanan. Chanyeol terkekeh pelan. “Ya, tidak mirip denganmu. Apa jangan-jangan kalian bukan saudara ?” Ledek pria jangkung itu.

 

 

“Memang.”

 

 

PLUNG

 

 

Garpu yang berada dalam genggaman Chanyeol terjatuh begitu saja saat ia mendengar perkataan Baekhyun. Apa maksudnya ?! Jadi…selama ini Baekhyun…bukan…

 

 

“Kenapa ? Hei, sadarlah, Park Chanyeol.”

 

 

Chanyeol dengan sigap menarik kursi tepat di hadapan Baekhyun.

 

 

“Kau…dan… Sanghyun hyung bukan saudara kandung ?!” seru Chanyeol tak percaya. Baekhyun mengangguk.

 

“Iya. Kau lihat saja. Dari segi fisik kami sudah sangat berbeda, bukan ?” balas Baekhyun sambil menyendokkan nasi kedalam mulutnya.

 

 

Chanyeol mengamati wajah Baekhyun dengan seksama. Benar, dari segi fisik Baekhyun dan Sanghyun tidak mirip. Lihatlah mata kecil Baekhyun berbanding seratus delapan puluh derajat dengan mata besar milik Sanghyun. Bibir mungil Baekhyun berbeda dengan bibir tebal Sanghyun. Alis pucat Baekhyun sangat berbeda dengan alis tegas milik Sanghyun. Belum lagi hidung kecil Baekhyun yang berbeda dengan hidung bangir milik Sanghyun.

 

 

“Kenapa bisa ? Semua orang mengira kalian suara kandung ?” Tanya Chanyeol masih dengan nada tidak percaya. Botol air yang digenggamnya sampai bergetar saking tidak percayanya dirinya.

 

“Sanghyun anak adopsi dari panti asuhan. Saat itu umurku masih sembilan tahun. Aku adalah anak tunggal dan…menjadi satu-satunya tidaklah menyenangkan. Aku selalu kesepian hingga akhirnya Ayah dan Ibu kandungku memutuskan untuk mengadopsi anak.” Baekhyun menghela nafas sebentar. Sendok yang berada di genggamannnya kini tergeletak begitu saja diatas piring.

 

“Aku sangat senang bisa menjadi bagian dari hidup Sanghyun. Dia tampan, pintar dan cerdas. Aku merasa beruntung karena Ayah memilihnya sebagai saudaraku, walaupun pada awalnya aku merengek supaya dicarikan saudara perempuan….”

 

 

 

Baekhyun menatap Chanyeol sebentar. Sepertinya ia sudah larut dalam cerita Baekhyun.

 

 

“Kau sendiri…bagaimana, Channie ?”

 

 

Chanyeol tersentak. Mungkin dalam sehari ini ia sudah tersentak ratusan kali.

 

 

Tak tahukah kau betapa gembiranya aku ketika kau memanggilku dengan sebutan aneh itu ?

 

 

“Aku ? Tidak ada yang istimewa. Biasa saja. Aku anak tunggal dan aku tidak kesepian. Hehehe.” Tawa renyah Chanyeol memenuhi ruang telinga Baekhyun. Huh, betapa senangnya Baekhyun.

 

 

Baekhyun menunjukkan senyum manis miliknya. “Setidaknya Ibuku yang sekarang tidak punya anak perempuan. Jika saja itu terjadi mungkin kisah hidupku akan sama seperti Cinderella.”

 

 

Sunyi. Chanyeol dan Baekhyun sama-sama diam. Hingga akhirnya Baekhyun membuka suara.

 

 

“Jadi…ada lagi yang hendak kau tanya ?”

 

 

Chanyeol mengangguk pelan.

 

 

“Ya…sebenarnya..bagaimana pertemuan pertamamu dengan Sanghyun hyung ? Aku benar-benar penasaran soal itu.”

 

 

Baekhyun diam, menatap Chanyeol sebentar. “Kau berani bayar berapa untuk itu, hm ?” Chanyeol terbelalak kaget. Bayar ? Baekhyun bilang ‘bayar’ ? Oh, ayolah. Pria jangkung itu benar-benar penasaran.

“Yak, Byun Baekhyun. Pelit sekali, sih.” Protes Chanyeol.

 

“Hey, kau pikir mengingat masa lalu itu mudah. Lagipula, aku mengingat itu semua hanya untuk kujadiakan kenanganku sendiri.”

 

“Kenapa pelit sekali berbagi kenangan mu itu ? Aku kan mau tahu.”

 

“Terlalu indah untuk dibagikan.”

 

“Ya! Beritahu aku!”

 

“Tidak mau!”

 

 

Chanyeol mengerucutkan bibirnya. Ya, Tuhan. Baekhyun berani bersumpah, dengan keadaan bibir seperti itu Chanyeol adalah mahluk paling menggemaskan di dunia. “Ayolah…beritahu aku..” nada lirih keluar dari bibir Chanyeol dan menggema di rongga telinga Baekhyun. Oh, tidak. Mana bisa Baekhyun tahan dengan nada lirih seperti itu. Apalagi…yang mengucapkannya Chanyeol.

 

Baekhyun menghela nafas sejenak. “Baik, akan kuceritakan.” Jawabnya sambil memasukkan sesendok sup jagung ke dalam mulutnya. Mata Chanyeol kembali berbinar. Tubuhnya dicondongkan agar semakin jelas mendengar cerita Baekhyun.

 

“Tapi…ini rahasia.”

 

Chanyeol mengangguk senang. “Tenang saja, bersamaku maka semua rahasiamu akan aman terkendali.”

 

“Jadi…begini ceritanya. Saat itu aku baru bangun tidur dan….

 

 

 

 

Baekhyun kecil terbangun dari tidur lelapnya. Mentari menyapa dirinya melalui celah jendela. Musim semi memang yang terbaik. Seharusnya ia bergegas mandi bukan ? Mentari semakin tinggi di ufuk sana dan Baekhyun kecil masih kotor. Badannya berkeringat dan ia belum mandi.

 

“Baek ?” Seseorang menyapanya dari balik pintu. “Kau sudah bangun ?”

 

“Ya, ibu.” Sahut Baekhyun kecil. Pintu kamar terbuka, menampakkan seorang wanita yang berparas cantik. Wajahnya putih bersih walaupun ia sudah berumah tangga. “Tidak mandi ? Kau tidak mau ikut, Baek ?” Tanyanya dengan senyuman tulus di wajah rupawan nan anggun miliknya. Baekhyun kecil mengangguk pelan. “Ya, aku ikut, Bu. Beri aku waktu sebentar.”

 

Baekhyun kecil secepat kilat menyambar handuk yang berada di lemarinya dan bergegas mandi. Ia…tak sabar untuk bertemu ‘saudara’ barunya.

 

Dan ketika mereka sampai di panti asuhan, Baekhyun menelan ludah pahit.

 

“Ugh, tidak ada yang aku suka. Bagaimana ini ?” Baekhyun kecil menjadi sedikit panik.

 

“Kau lihat di sana, Baek ? Ada anak perempuan yang manis sekali. Usia nya sama denganmu. Kau ingin dia ?” Sang Ibu bertanya dengan mata berbinar pada Baekhyun. Baekhyun kecil menggeleng pelan. “Tidak, Ibu. Aku tidak suka dia.” Sang Ibu mengernyit bingung. “Kenapa, Baek ?”

 

Baekhyun diam sebentar.

 

“Tadi aku melihatnya…dia sangat suka bermain dengan belalang. Aku ‘kan benci belalang dan dia tadi makan kacang…sedangkan aku alergi kacang.”

 

Sang Ibu menatap Baekhyun kaget. Begitukah ? Sedetail itukah Baekhyun-nya memperhatikan orang lain yang sama sekali tidak ia kenal ?”

 

“Jadi…Baek mau yang mana ?”

 

Baekhyun menjadi sedikit murung. “Entahlah, aku tidak tahu, Bu.” Sang Ibu mengangguk mengerti. “Baek sendiri ingin yang seperti apa ?” tanyanya lagi. Baekhyun menengadah. Otaknya sedikit berpikir.

 

 

“Yang jelas, dia itu harus pintar, Bu. Orangnya yang ceria, jujur dan baik hati. Aku ingin dia lebih tua daripadaku.” Sang Ibu tersenyum. “Baiklah, sekarang…ayo pulang.”

 

 

Hari itu Baekhyun kecil, Ibunya dan Ayahnya pulang dengan tangan hampa.

 

 

“Hah ? Hanya itu ?! Ya! Aish, sesingkat itu ?!” Chanyeol berseru di hadapan Baekhyun.

 

“Yak! Park Chanyeol! Aku belum selesai!” balas Baekhyun keras. “Lalu esoknya..”

 

 

Baekhyun terdiam di ruang tamu rumahnya. Di pagi hari Ayah dan Ibunya pergi –entah kemana- dan begitu kembali ke rumah, mereka membawa seorang bocah laki-laki yang –menurut Baekhyun- tampan sekali. Badannya tegap dan berisi. Surai hitam di kepalanya melengkapi kesempurnaan paras yang dimilikinya. Namun, semua itu menjadi mencekam saat…Baekhyun tahu bahwa bocah laki-laki di hadapannya ini adalah Saudaranya.

 

 

“Kan, aku sudah bilang, Bu. Aku ingin yang perempuan.” Rengekan Baekhyun untuk kesekian kalinya terdengar.

 

 

Baekhyun mendengus pasrah. Bocah di hadapannya berusia 13 tahun. Mereka terpaut jarak 4 tahun. Namanya Sanghyun. Aslinya bernama Park Sanghyun namun sekarang dan selama-lamanya sudah menjadi Byun Sanghyun.

 

 

 

Aku pikir bersama Sanghyun sangat tidak menyenangkan. Tapi aku salah besar. Dia baik sekali. Dia humoris dan membuatku nyaman di dekatnya. Karena itulah, aku merasa beruntung saat Ayah dan Ibu meilihnya sebagai saudaraku.”

 

Chanyeol mengangguk paham.

 

“Di hari kedua ia berada di rumah, ia mengajarkanku naik sepeda. Dia juga mengajariku bagaimana caranya mendekorasi kamarku. Dia bahkan kerap membuatkanku sarapan. Dan…aku pikir aku harus menjadi saudara yang baik untuknya.”

 

Baekhyun menatap Chanyeol sebentar.

 

 

“Sudah, ya. Aku sudah selesai makan. Aku mau ke kamar.” Chanyeol menatap Baekhyun tak percaya. “Kenapa ceritanya cepat sekali berakhir ?!” Serunya tak terima.

 

 

“Besok saja aku lanjutkan.”

 

 

Baekhyun beranjak dari duduknya. Kaki mungil miliknya berjalan menjauhi meja makan dan beranjak ke ke arah kulkas. Tanpa Baekhyun sadari, di dekat kulkas terdapat garpu milik Chanyeol yang terjatuh tadi. Baekhyun –dengan santainya- berjalan dan tentu saja kakinya menginjak garpu tersebut. Tentu saja sakitnya bukan main.

 

 

“HIIYAAAA SAKIT…SAKIT….KENAPA GARPU DISINI ?! ADUH!!!” Baekhyun berseru kesakitan. Chanyeol membelalakkan matanya. Dengan sigap ia beranjak dari kursinya dan berlari kearah Baekhyun.

 

 

“Kau..tidak apa-apa ?! Mana yang sakit, eoh ?” Chanyeol bertanya dengan raut wajah panik. Oh, ralat. Benar-benar panik. Padahal kaki Baekhyun yang tertusuk garpu namun malah Chanyeol yang bergetar dan berkeringat. Baekhyun sendiri sampai bingung.

 

 

“Sini, biar aku periksa kakimu! Astaga, bagaimana kalau ini infeksi ?! Apa perlu ke rumah sakit ? Tidak, tidak, sebaiknya aku menelfon Sanghyun hyung saja. Tapi jika tidak segera diobati kakimu pasti akan semakin sakit. Ya Tuhan, bagaimana ini ?!” Chanyeol berseru frustasi sambil menggenggam erat pergelangan kaki Baekhyun. Dan Baekhyun semakin tidak mengerti. Yang kakinya tertusuk garpu siapa, yang panik siapa.

 

 

“Jangan seperti itu. Kau harus meluruskan kakimu seperti ini….ya seperti itu…awas meja itu, nanti kepalamu terbentur dan jangan…UWAAAAA!”

 

 

BRUK!

 

 

Baekhyun tanpa sengaja menyenggol sudut meja makan dan membuatnya sedikit oleng. Dengan sisa tenaga, Baekhyun memanjangkan tangannya, berusaha meraih apapun yang bisa membuat tubuhnya kembali seimbang. Dan tanpa berpikir panjang, Baekhyun menggapai lengan Chanyeol. Namun tubuh Chanyeol yang tidak siap dengan reaksi itu ternyata tidak kuat untuk menopang tubuh mungil Baekhyun hingga akhirnya terjatuh lah kedua insan tersebut dengan keadaan yang….

 

 

“Baekhyun, ini aku Zitao. Baekhyun sedang apa di da- ASTAGA! APA-APAAN INI! KALIAN SEDANG APA ?!” Teriakan Zitao yang baru saja masuk ke dalam dapur membuat seluruh tubuh Baekhyun merinding. Tamatlah dia.

 

 

Dengan keadaan Chanyeol menindih tubuh Baekhyun dan wajah Chanyeol yang sangat dekat dengan wajah Baekhyun –mungkin dengan sedikit gerakan maka bibir Chanyeol sudah bersentuhan dengan bibir mungil Baekhyun- Belum lagi kedua kaki panjang Chanyeol yang masuk ke dalam sela kaki Baekhyun dan tangan Chanyeol yang memeluk erat pinggang Baekhyun, membuat semuanya seperti….Chanyeol siap meniduri Baekhyun…?

 

 

“Pa-panda aku…aku bisa jelaskan…” Ujar Baekhyun gugup tanpa melepas posisinya. Chanyeol yang tidak kalah terkejut pun hanya bisa menganggukkan kepalanya cepat.

 

“APA YANG KALIAN LAKUKAN HAH ? APA KALIAN HENDAK MEMBUAT ADEGAN PORNO YANG DAPAT MERUSAK KE INNOCENT-AN KU ? HIYAAAAA SEGERALAH BANGUN! JANGAN TERLENA DENGAN POSISI INTIM SEPERTI ITU ! BYUN BAEKHYUN DAN PARK CHANYEOL, KALIAN BERDUA AKAN AKU LAPORKAN KEPADA SANGHYUN!”

 

 

Baekhyun dan Chanyeol menelan saliva mereka dengan susah payah.

 

 

Matilah!

 

 

 

 

 

 

TBC~~

 

 

 

Halo para readers~~ Saya datang bawa Chapter 3 nya nih. Hehehe, maaf kalau lama. Habis kan udah kelas 9, Jadi sibuk mulu. Pr menumpuk, kerja kelompok, Les di bimbel, les sekolah, belum lagi ekstra di sekolah. Latihan ini itu bikin badan pegel linu mulu. Belum lagi buat ngetik FF, untung saya gak mentok ide -,-

 

#EhMalahCurcol

 

Ya udah deh, ini FF mungkin tamat di chapter 4 atau 5 atau 6, saya juga gak tahu deh hehehe  .-. #LohYangPunyaFFsiapaYangGakTauSiapa

 

Yang penting kasih komen ya. Biar saya tahu sebenernya yang baca ff ini siapa ^0^

 

NB : Thanks to

 

Nisa wirasyah, Park Jae In, hye han, yeollshin, difa, yumi, hilda25, Hyuma michiko, memefortoday, ussi uswah, gil, Mochibum, Theressaaa, alfiau, Punya jongwoon, rugun, PreciousTinkerbell, byungogi, inggit, byun bina, nadd, Rynryn, Amanda dan Putri. (Yang udah komen di chap 1) ^0^

 

Karena kalian ber-24 aku jadi semangat buat bikin chapter 2 ini FF ^0^

 

Thanks to

 

Melatisafitri, memefortoday, shiby, Lee byung hun, likeapanda, @nikitaiddy, jung eun woo. (Yang komen di chap 2)

 

Karena kalian ber-7 aku juga semangat buat bikin Chap 3 ini ^0^
Padahal gak ada satupun dari kalian yang aku kenal –kecuali rugun ya- eh tapi karena liat komen dari kalian aku jadi semangat bikinnya :D

 

 

Special thanks to :

 

memefortoday

 

Hei engkau memefortoday /? aku berterima kasih yang sebanyak-banyaknya karena kamu mau komen di dua chapter ff ini loh ^0^ habis kalau aku perhatiin di wp ini banyak siders sih T^T #CeritanyaSedih

 

 

 

See you di chapter berikutnya ‘-‘)/


Fallen (Chapter 8)

$
0
0

Tittle    : FALLEN – CHAPTER 8 PART A: MENYELAM TERLALU DALAM
Author : @FYEAHZELO_
Main Cast :  -Lucinda Price : Park Gi Eun (OC)

-Daniel Grigori : Xi Luhan (EXO-M)

-Cameron Briel : Wu Yi Fan a.k.a Kris (EXO-M)

-Arriane Alter : Amber Josephine Liu (F(X))

-Pennyweather Van Syckle-Lockwood : Lee Sun Kyu a.k.a Sunny (SNSD)

-Roland Sparks : Roland Sparks (OC)

-Gabrielle Givens : Lee Hyori (OC)

 

Support Cast :        -Sophia Bliss : Kim Hyun Jin—Miss Kim (OC)

-Mary Margaret ‘Molly’ Zane : Choi Jin Hee (OC)

-Randy : Kim Joon-myun a.k.a SuHo (EXO-K)

-Callie : Jung Ji Hyun (OC)

-Todd Hammond : Park Chanyeol (EXO-K)

-Trevor : Trevor (OC)

 

 

Genre  : Western-Life, Paranormal Romance, Supernatural Romance, Young Adult Fiction, Fantasy

 

 

Credit : FALLEN karya Lauren Kate

 

 

Warning : Typo merajalela (?), OOC

CHAPTER 8 PART A:

MENYELAM TERLALU DALAM

Ketika Gi Eun membuka pintu kamar asramanya yang diketuk pada Sabtu pagi, Sunny langsung tersungkur ke pelukannya.

 

“Kupikir suatu hari aku akan menyadari bahwa pintu terbuka ke dalam,” gadis itu meminta maaf, meluruskan posisi kacamata. “Harus ingat untuk tidak lagi bersandar pada lubang intip pintu. Omong-omong, kamarmu lumayan juga,” ia menambahkan, memperhatikan sekitar. Sunny menyeberangi kamar kea rah jendela di atas tempat tidru Gi Eun. “Bukan pemandangan jelek, kalau tidak ada teralis dan yang lain.”

 

Gi Eun berdiri di belakang Sunny, menatap ke luar, ke arah pekuburan dan, yang tampak jelas, pohon ek tempat ia piknik dengan Kris. Dan, tidak terlihat dari sini tapi jelas dalam benaknya, tempat ia terjebak di bawah patung bersama Luhan. Patung malaikat maut yang menghilang misterius setelah kecelakaan tersebut.

 

Mengingat-ingat tatapan Luhan yang khawatir ketika cowok itu membisikkan namanya hari itu, hidung mereka nyaris bersentuhan, sensasi yang ia rasakan saat ujung-ujung jemari Luhan menyentuh lehernya—semua itu membuatnya merasa panas.

 

Dan payah. Ia menghela napas dan berpaling dari jendela, menyadari Sunny sudah berpindah posisi juga.

 

Gadis itu mengangkat barang-barang dari meja Gi Eun, mengamati tiap benda dengan hati-hati. Pemberat kertas berbentuk patung Liberty yang dibawa ayahnya dari pertemuan di NYU, foto ibunya dengan rambut keriting yang mengerikan ketika ia masih seusia Gi Eun, CD lagu-lagu Lucinda Williams yang diberikan Ji Hyun pada Gi Eun sebagai hadiah perpisahan sebelum ia bahkan pernah mendengar nama Sword & Cross.

 

“Mana buku-bukumu?” ia bertanya pada Sunny, tak ingin mengingat-ingat lebih lama. “Katamu kau datang ke sini untuk belajar.”

 

Saat ini Sunny sudah mulai mengacak-acak isi lemari pakaiannya. Gi Eun memperhatikan ketika Sunny segera tidak tertarik pada berbagai pakaian bertema serbahitam yang terdiri atas kaus dan baju hangat. Ketika Sunny bergerak menuju laci-laci meja rias, Gi Eun maju untuk menghalangi.

 

“Oke, cukup, Tukang Intip.” Kedua mata Sunny berkilat. “Ya, memang ada penelitian yang harus kita kerjakan. Tapi bukan seperti yang kaupikirkan.”

 

Gi Eun menatap Sunny dengan pandangan kosong. “Hah?”

 

“Dengar.” Sunny menaruh tangannya dibahu Gi Eun. “Jika kau benar-benar ingin tahu tentang Xi Luhan—“

 

“Ssst!” Gi Eun mendesis, melompat untuk menutup pintu kamar. Ia menyembulkan kepala ke lorong dan mengamati keadaan sekitar. Situasi terlihat aman—tapi bukan berarti tidak ada apa-apa. Orang-orang disekolah ini bisa muncul tiba-tiba. Terutama Kris. Dan Gi Eun rela mati jika cowok itu—atau siapa pun—mengetahui betapa tergila-gilanya ia pada Luhan. Atau, pada saat ini, siapa pun kecuali Sunny.

 

Dengan perasaan kedua tangan di balik punggu dan menyusupkan jemari kaki ke dalam bulu-bulu karpet bundar berwarna merah di dekat pintu. “Apa yang membuatmu berpikir aku mau tahu segalanya tentang Luhan?”

 

“Yang benar saja,” sahut Sunny, tertawa. “A, jelas-jelas kau menatap Xi Luhan setiap saat.”

 

“Ssst!” Gi Eun mendesis lagi.”

 

“B,” Sunny berkata, tidak merendahkan volume suara, “aku melihatmu memata-matai dia secara online sepanjang pelajaran kemarin. silahkan marah, kau benar-benar tidak tahu malu. Dan C, jangan terlalu paranoid. Kau pikir aku akan mengoceh pada semua orang di sekolah ini kecuali dirimu?”

 

Sunny memang benar.

 

“Aku Cuma mau bilang,” Sunny melanjutkan, “seandainya ingin tahu lebih banyak tentang seseorang, kau bisa mendapat hasil lebih banyak saat menyelidiki pohon keluarganya.” Sunny mengangkat sebelah bahu. “Kau tahu, jika kau dibantu.”

 

“Aku mendengarkan,” kata Gi Eun, menjatuhkan diri di tempat tidur. Pencarian di Internet kemarin hanya sampai pada tahap mengetik, lalu menghapus, kemudian mengetik lagi nama Luhan pada kolom pencarian.

 

“Aku memang berharap kau berkata begitu,” Sunny berkata. “Aku tidak membawa buku-bukuku hari ini karena akan memberimu,”—ia melebarkan mata dengan konyol—“tour berpemandu ke kantor penyimpanan catatan di sarang bawah tanah Sword & Cross yang terlarang!”

 

Gi Eun meringis. “Entah ya. Memata-matai catatan Luhan? Rasanya aku tidak perlu alasan lain merasa seperti cewek pengintai gila.”

 

“Ha.” Sunny mengejek. “Dan ya, kau memang baru saja mengatakannya dengan lantang. Ayolah, Gi Eun. Pasti menyenangkan sekali. Lagi pula, apa lagi yang akan kaulakukan pada Sabtu pagi cerah yang sempurna ini?”

 

Hari ini memang indah—tepatya hari indah yang akan membuatmu kesepian jika tidak punya rencana apapun untuk di luar ruangan yang menyenangkan. Tengah malam tadi, Gi Eun merasakan embusan angin dingin melalui jendelanya yang terbuka, dan ketika ia terjaga pagi ini, hawa panas dan lembap sudah lenyap.

 

Ia dulu menghabiskan hari-hari awal musim gugur yang keemasan ini dengan menjelajahi jalur sepeda di sekitar lingkungan rumahnya bersama teman-teman. Ia sebelum ia mulai menghindari jalur yang ditumbuhi pepohonan karena adanya bayangan-bayangan yang tidak pernah dilihat gadis-gadis lain. Sebelum teman-temannya pada suatu hari saat jam istirahat menyuruhnya duduk dan mengatakan orangtua mereka tidak ingin mengundangnya lagi, karena takut ia mengalami insiden.

 

Sejujurnya, Gi Eun sempat panic menghadapi akhir minggu pertamanya di Sword & Cross. Tidak ada pelajaran-pelajaran, tidak ada tes kesehatan yang menakutkan, tidak ada acara social dalam jadwal. Hanya waktu luang sepanjang empat puluh delapan jam. Yang terasa seperti selamanya. Sepanjang pagi ia dilanda rindu kampong halaman yang menyesakkan—hingga Sunny muncul.

 

“Oke.” Gi Eun mencoba tidak tertawa ketika berkata, “Bawa aku ke sarang rahasiamu.”

 

Sunny seperti melompat-lompat gembira ketika menuntun Gi Eun menyeberangi rumput lapangan yang terinjak-injak menuju lobi utama dekat pintu masuk sekolah. “Kau tidak tahu sudah berapa lama aku menantikan teman berkomplot untuk kubawa ke sini.”

 

Gi Eun tersenyum lega karena Sunny lebih memikirkan bakal punya teman yang bisa diajak menjelajah daripada memikirkan… yah, sesuatu yang dirasakan Gi Eun terhadap Luhan ini. Di ujung lapangan, mereka melewati beberapa anak yang bermalas-malasan di bangku penonton dibawah sinar matahari penghujung pagi yang cerah.

 

Rasanya aneh melihat warna di sekolah ini, dikarenakan murid-murid yang dianggap Gi Eun selalu mengenakan warna hitam. Tapi di sana ada Roland yang memakai celana pendek sepakbola hijau terang, mengoper-oper bola di antara dua kakinya. Dan Hyori dalam balutan kemeja gingham ungu. Jules dan Philip—pasnagan yang memiliki cincin lidah—saling menggambar di lutut pasangannya yang sama-sama mengenakan celana jins lusuh. Park Chanyeol duduk terpisah dari anak-anak di bangku-bangku penonton itu, membaca komik dalam balutan kaus loreng-loreng. Bahkan tank top dan celana pendek Gi Eun yang kelabu rasanya lebih berwarna daripada apa pun yang ia kenakan sepanjang minggu ini.

 

Pelatih Diante dan si Albatross bertugas mengawasi lapangan dan meletakkan dua kursi malas dari plastic dan payung lusuh di pojok lapngan. Kalau tidak ada gerakan mereka membuang abu rokok di lapngan, mereka bisa saja sedang tidur di balik kacamata hitam. Mereka kelihatan sangat bosan, terperangkap oleh tugas mereka, seperti juga murid-murid yang mereka awasi.

 

Banyak orang di lapangan, tapi saat berjalan rapat di belakang Sunny, Gi Eun lega karena melihat tak ada siapa pun di dekat lobi utama. Tak ada yang memberi tahu Gi Eun tentang pelanggaran daerah terlarang, atau bahkan daerah mana yang terlarang, tapi ia yakin SuHo akan memberikan hukuman yang setimpal.

 

“Bagaimana soal merah?” tanya Gi Eun, tiba-tiba teringat pada kamera pengintai yang ada di mana-mana.

 

“Aku memasukkan baterai mati ke beberapa kamera waktu berjalan ke kamarmu,” sahut Sunny, dengan nada tidak acuh yang sama dengan yang mungkin digunakan orang untuk mengatakan “Aku baru saja mengisi bensin mobil.”

 

Sunny menoleh-noleh ke sekitarnya sebelum menuntun Gi Eun ke jalan masuk belakang gedung utama dan menuruni tiga anak tangga curam menuju pintu berwarna zaitun yang tidak kelihatan dari lantai atas.

 

“Apakah ini ruang bawah tanah dari zaman Perang Saudara juga?” tanya Gi Eun. Tempat ini kelihatan seperti pintu masuk tempat kau biasa mengurung tahanan-tahanan perang.

 

Sunny mengendus udara lembap dengan gaya dramatis. “Apakah bau busuk yang tidak sedap ini menjawab pertanyaanmu? Ini lumut sebelum Perang Saudar.” Sunny nyengir pada Gi Eun. “Kebanyakan murid akan senang sekali jika punya kesempatan menghirup udara yang penuh sejarah ini.”

 

Gi Eun mencoba tidak bernapas melalui hidung ketika Sunny mengeluarkan sejumlah besar kunci yang disatukan dengan tali raksasa. “Hidupku akan jauh lebih mudah jika mereka membuat kunci serbaguna untuk sekolah ini,” Sunny berkata, memilih-milih diantara beragam model kunci dan akhirnya menarik satu kunci perak tipis.

 

Ketika anak kunci itu berputar di dalam lubang kunci, Gi Eun merasakan getaran kegembiraan yang tidak disangkanya. Ternyata Sunny benar—ini jauh lebih baik daripada memetakan pohon keluarga.

 

Mereka berjalan di koridor pendeng yang sangat hangar dan lembap dengan langit-langit yang hanya berjarak beberapa senti meter di atas kepala. Udara yang apak itu berbau seperti ada sesuatu yang mati di dalam sini, dan Gi Eun nyaris lega bahwa ruangan ini terlalu gelap sehingga ia tidak bisa melihat lantainya dengan jelas. Tepat ketika ia mulai ngeri karena berada di dalam ruangan tertutup, Sunny mengeluarkan kunci lain yang membuka pintu kecil yang lebih modern. Mereka menunduk melewati pintu itu, lalu bisa berdiri tegak lagi di sisi lain.

 

Di dalamnya, kantor penyimpanan catatan itu berbau lumut, tapi udaranya lebih dingin dan kering. Keadaan gelap gulitan, hanya ada cahaya merah pucat tanda EXIT di atas kepala mereka.

 

Gi Eun bisa melihat sosok Sunny yang kekar, kedua tangannya menggapai-gapai udara. “Dimana sih tali itu?” ia bergumam. “Ini dia.”

 

Dengan tarikan lembut, Sunny menyalakan lampu bohlam tanpa tutup yang menggantung dari langit-langit pada rantai besi. Ruangan itu masih suram, tapi sekarang Gi Eun bisa melihat dinding-dinding ruangan itu juga dicat dengan warna hijau zaitun dan dipenuhi berderet-deret rak besi berat serta lemari penyimpanan arsip. Puluhan kotak penyimpanan arsip ditumpukkan di rak-rak besi, dan lorong di antara lemari-lemari seakan berjajar sampai ke ujung dunia. Segalanya dilapisi selimut debu tebal.

 

Sinar matahari tiba-tiba saja terasa sangat jauh di luar sana. Walaupun Gi Eun tahu mereka hanya beberapa anak tangga di bawah tanah, tapi rasanya seperti satu setengah kilometer. Ia mengusap lengannya yang telanjang. Jika ia bayangan, ruangan bawah tanah ini tempat yang tepat baginya. Tidak ada tanda-tanda kemunculan bayangan, tapi Gi Eun tahu tidak pernah ada alasan yang bagus untuk merasa aman.

 

Sunny, tidak merasa terganggu dengan ruang bawah tanah yang suram, menarik tangga pendek dari pojok. “Wah,” ia berkata, menarik tangga itu di belakangnya sambil berjalan. “Ada yang berubah. Arsi-arsip biasanya berada di sebelah sini… kurasa mereka bersih-bersih sejak terakhir kali aku berada di sini.”

 

“Kira-kira sudah berapa lama?” tanya Gi Eun.

 

“Sekitar seminggu yang lalu…” Suara Sunny mengecil ketika ia menghilang ke dalam kegelapan di balik lemari tinggi.

 

Gi Eun tidak bisa membayangkan apa yang dilakukan Sword & Cross dengan semua kotak ini. Ia mengangkat tutup satu kotak dan mengeluarkan arsip tebal berlabel TINDAKAN PERBAIKAN. Ia menelan ludah dengan susah payah. Mungkin lebih baik ia tidak usah tahu saja.

 

“Nama murid-murid disusun sesuai abjad!” Sunny berseru. Suaranya terdengar seperti teredam dan jauh. “V, W, X… ini dia, Xi Luhan.”

 

Gi Eun mengikuti suara gemersik kertas melalui lorong sempit dan tak lama kemudian menemukan Sunny membawa kotak dengan dua tangan, berjuang menahan bebabnnya. Arsip Luhan dikepit di bawah dagu.

 

“Arsip ini tipit sekali,” Sunny berkata, mengangkat dagunya sedikit sehingga Gi Eun bisa mengambilnya. “Biasanya arsip-arsip itu jauh lebih, mmm…” Ia mendongak kea rah Gi Eun dan menggigit bibir. “Oke, sekarang aku yang kedengaran seperti gadis pengintai gila. Kita lihat saja apa yang ada di dalamnya.”

 

Hanya ada satu halaman di dalam arsip Luhan. Foto hitam-putih hasil scan yang seperti foto identitas siswanya ditempel di kanan atas kertas. Cowok itu menatap lurus kea rah kamera, pada Gi Eun, senyum samar di bibirnya. Gi Eun tidak bisa menahan diri untuk tidak balas tersenyum. Raut wajah Gi Eun tampak sama persis seperti malam itu, ketika—yah, Gi Eun tidak bisa mengingat kapan. Ingatan tentang ekspresi cowok itu begitu jelas dalam benak Gi Eun, tapi ia tidak bisa mengingat kapan pernah melihatnya.

 

“Ya Tuhan, dia kelihatan tidak berubah, ya?” Sunny membuyarkan lamunan Gi Eun. “Dan lihatlah tanggalnya. Foto ini diambil tiga tahun lalu ketika di baru pertama kali datang ke Sword & Cross.”

 

Pasti itu yang dipikirkan Gi Eun… bahwa Luhan kelihatan sama persis seperti saat ini. Tapi Gi Eun merasa ia memikirkan—atau akan memikirkan—sesuatu yang lain, hanya saja sekarangia tidak bisa mengingatnya.

 

“Orangtua: tidak diketahui,” Sunny membaca, sementara Gi Eun bersandar pada bahunya. “Wali asuh: Panti Asuhan Wilayah Los Angeles.”

 

“Panti Asuhan?” Gi Eun bertanya, menekankan tangan di atas jantung.

 

“Cuma ini. Sisanya yang ditulis di sini adalah—“

 

“Catatan kriminalnya,” Gi Eun menyelesaikan kalimat Sunny, ikut membaca. “Lontang-lantung di pantai umum setelah jam tutup… merusak kertas belanja… menyeberang jalan tidak pada tempatnya.”

 

Sunny membelalak pada Gi Eun dan menahan tawa. “Si Tampan Luhan pernah ditahan karena menyeberang jalan tidak pada tempatnya? Akuilah, ini lucu sekali.”

 

Gi Eun tidak suka membayangkan Luhan ditahan karena alasan apapun. Ia lebih tidak suka lagi bahwa, menurut Sword & Cross, seluruh hidup cowok itu tidak lebih daripada daftar kejahatan kecil. Di antara sekian banyak kotak arsip di ruang bawah tanah ini, hanya kertas ini yang berisi catatan tentang Luhan.

 

“Pasti masih ada lagi,” Gi Eun berkata.

 

Terdengar suara langkah kaki dilantai atas. Tatapan Gi Eun dan Sunny sontak tertuju ke langit-langit.

 

“Kantor utama,” bisik Sunny, menarik selembar tisu dari balik lengan baju untuk membersit hidung. “Bisa siapa saja. Tapi takkan ada yang masuk ke bawah sini, percayalah.”

 

Sesaat kemudian, pintu yang jauh di dalam ruangan berderit terbuka, dan cahaya dari lorong menerangi anak tangga. Sura derap langkah sepatu menuruni anak tangga. Gi Eun merasakan cengkeraman tangan Sunny pada bagian belakang bajunya, menariknya ke dinding dibalik rak buku. Mereka menunggu, menahan napas dan memegang erat-erat arsip Luhan yang diambil tanpa izin. Mereka benar-benar tertangkap basah.

 

Gi Eun memejamkan mata, menanti yang terburuk, ketika senandung merdu yang mengesankan memenuhi ruangan. Ada orang bernyanyi.

 

“Duuuu da dad a duuu,” senandung suara perempuan dengan lembut. Gi Eun mengulurkan leher ke antara dua kotak arsip dan bisa melihat wanita dewasa bertubuh kurus yang di dahinya ada lampu sorot kecil seperti penambang batu bara. Miss Kim. Ia membawa dua kotak besar, ditumpuk, sehingga satu-satunya bagian tubuh Miss Kim yang kelihatan hanyalah dahinya yang berkilauan. Langkah kakinya yang ringan membuat kotak-kotak itu seperti dipenuhi bulu, bukan kertas-kertas arsip yang berat.

 

Sunny mencengkeram tangan Gi Eun ketika mereka memperhatikan Miss Kim meletakkan kotak-kotak arsip itu di rak kosong. Mengeluarkan pena untuk menulis sesuatu pada buku catatan.

 

“Tinggal sedikit lagi,” Miss Kim berkata, lalu mengatakan sesuatu sambil menghela napas yang tidak bisa didengar Gi Eun. Sesaat kemudian, Miss Kim menaiki tangga lagi, menghilang secepat munculnya. Senandungnya masih terdengar sesaat setelah ia pergi.

 

Ketika terdengar suara pintu ditutup, Sunny menghembuskan napas keras-keras. “Tadi dia berkata masih ada lagi. Mungkin dia akan kembali.”

 

“Apa yang akan kita lakukan?” tanya Gi Eun.

 

“Kau diam-diam naik tangga lagi,” Sunny berkata, menunjuk. “Begitu sampai di atas, langsung belok kiri dank au akan masuk lagi ke kantor utama. Jika ada yang melihatmu, bilang saja kau mencari kamar mandi.”

 

“Bagaimana denganmu?”

 

“Aku akan mengembalikan arsip Luhan dan menemuimu di bangku penonton di lapangan. Miss Kim takkan curiga jika hanya melihat diriku. Begitu seringnya aku ada di bawah sini rasanya tempat ini seperti kamar asrama keduaku.”

 

 

To Be Continue

 

 

Buat yang udah baca chapter ini jangan lupa tinggalin comment ya…

Don’t be a silent readers

Gomawo ^^


Sweetest Chat Ever!

$
0
0

Tittle: Sweetest Chat Ever

Author: pink sista

Main Cast: Wu Yifan a.k.a Kris, Lee Jaeri

Other Cast: Exo member (kecuali Kris)

Rating: Teen

Genre: Romance, School Life

Length:

 

Sweetest Chat Ever

Jaeri POV

Ahhh… aigoo.. lelah sekali. aku langsung menghempaskan tubuhku begitu saja di kasurku.

 

PING!

 

Eh? Siapa ya?? Ganggu aja kalo lagi enak nyantai ><

 

From: Kris oppa^^

Jaeri-ah, bogoshipo :*

 

Aigoo, ternyata dari namjaku.

 

To: Kris oppa^^

Mwoya?! Yak, kau baru saja mengantarku pulang. Tidak usah lebay-_-

 

PING

Dengan cepat, aku membuka pesanku.

From: Kris oppa^^

Omo! Bicaramu kasar sekali. yak! Aku ini namjachingumu! Lagipula memangnya tidak boleh kalau aku merindukanmu??

Haha… perutku mual setelah membaca pesan darinya. aigoo.. pria ini benar-benar. Belum selesai aku membalas pesannya. Ada satu pesan lagi masuk.

From: Kris oppa^^

Chagi, kau masih ingat tidak saat pertama kali kita bertemu?? Haha.. itu sangat berkesan bagiku :D

 

Hmm… ahh kalau dipikir-pikir memang benar-benar berkesan sekali yah.

 

FLASHBACK

 

Jaeri POV

“Yaisshh… Jaeri paboya! Kenapa hari pertama masuk kau bisa telat?!” ujarku merutuki diriku sendiri. Sekarang aku bingung mau kemana. Gerbang sudah di tutup, kalau aku pulang pun pasti di marahi eomma. Yaishh!!yeoja pabo!

Aku pun menendang kaleng minuman bekas yang ada di jalan dan..

“aaaa!!” aku mendengar suara teriakan namja. Aku pun mendongakkan kepalaku ke depan dan aku melihat genk dari sekolahku sedang berkumpul. OMO! Mati aku. Kemudian aku melihat ada namja yang mendekatiku. Yaisshh… kau hari ini benar-benar akan mati, Jaeri-ah!

“yak!! Apa yang kau lakukan?! Kau sengaja menendangku dengan botol itu hah??!!” namja itu berteriak dengan galaknya tapi entah kenapa aku merasa tidak takut padanya. Walau tatapannya tajam dan mulutnya yang kasar, tapi aku juga tidak membencinya. Yaiishhh… Jaeri-ah, apa yang kau pikirkannn??!!

“yak! Yeoja pabo! Kau tuli, hah??!!” teriak namja itu.

“mwoya?!! Yak!! Kau mengataiku pabo?! Heh, dengar ya namja yang sok keren! Aku tidak tuli dan insiden tadi itu hanya sebuah KETIDAK SENGAJAAN! Dasar namja pabo!” teriakku keras-keras dan memberi nada penekanan di kata ‘ketidak sengajaan’ aku langsung melewatinya dengan langkah lebar.

Haahh….. seluruh hariku ini benar-benar sangat menyebalkan! Kalian pasti bingung, namja tadi namanya Wu Yifan dan dia sering dipanggil dengan nama Kris karena dia pernah tinggal di Canada. Bagaimana aku bisa tau dia??

Aku bukan penggemarnya, oke? Dia murid terpopuler di sekolahku dan dia juga seorang leader dari geng yang mungkin melindungi sekolahku ini (?)

 

  • Wu Yifan atau Kris

Leader dari geng EXO. Keahliannya adalah dengan judo dan taekwondo. Dia adalah satu-satunya namja pemegang sabuk hitam di Seoul (plis, jangan percaya ini, karena ini hanya imajinasi author saja.wkwk) dia adalah namja yang cool dan terkesan dingin. Ini hanya analisaku saja dan ternyata dia adalah namja terpopuler 3 di sekolah.

  • Zi Tao

Namja kedua terkuat setelah Kris karena dia sangat ali dalam kungfu dan dia adalah namja terpopuler kelima seantero sekolah.

  • Kim Jongin atau Kai

Kim Jongin atau yang sering dipanggil Kai adalah namja terpopuler pertama disekolah. Dia juga pemegang sabuk tertinggi di Ju Jit Su. Hebat? Yah sangat hebat. Dia juga namja terpintar di sekolah. Oleh karena itu, tidak heran banyak yeoja-yeoja centil yang menggilainya.

  • Oh Sehun

Ice Prince. Begitulah julukannya di geng EXO. Dari semua anggota, hanya Sehun lah yang paling dingin. Dia jago dalam dunia boxing dan mencintai dunia boxing.

  • Park Chanyeol

Namja ini kebalikan dari Sehun. Jika Sehun adalah namja yang dingin, dia adalah namja yang hangat. Happy Virus, itulah julukannya. Begitu dia memasuki duniamu, tak ada hari untukmu bersedih dan hanyalah canda tawa yang menghiasi harimu. Jangan tanyakan tentang kemampuan karena namja yang satu ini sangat jago dalam berkelahi.

 

Kalian pasti bertanya-tanya, apa mereka tidak pernah dihukum jika ketahuan berkelahi atau membolos kelas??

Hampir tidak pernah. Karena apa? Ayah Kris adalah direktur dari Wu Corp dan ayahnya juga pemilik Seoul High School, yaitu sekolahku. Guru-guru pun takut dan mencari aman. Jika ada guru yang berani memarahinya, maka sudah pasti guru itu tak akan pernah ada di sekolah itu lagi.

Keesokan harinya aku di datangi oleh kelima org tersebut. Kris dengan gayangnya yang sok tampan itu menatapku tajam. Aissh… menyebalkan! Aku kemudian balik menatapnya tajam. Dan dia seperti terkejut. hahaha… aku ini adalah yeoja yang menyeramkan ketika aku bertemu dengan orang yang tidak kusukai. Rasakan itu, Kris!

Seminggu terlewati dan aku sama sekali tidak melihat kelima namja itu, terutama Kris. Ha! Mungkin saja dia takut padaku! Haha… baru mendapat death glare dariku, dia sudah menghilang entah kemana. Heiii… Hari ini adalah hari yang paling membosankan! Bagaimana tidak? Selama kurang lebih tiga jam, aku mendengarkan guru kimiaku mengoceh tentang blablabla itu.

Seperti biasa, aku pulang menaiki bus. Saat menunggu bus datang, aku mendengar suara gaduh di gang sempit belakang halte dan itu sukses membuatku penasaran. Aku pun mendekati tempat yang sangat tidak menyenangkan dan…. OMO! betapa terkejutnya ketika aku melihat seorang namja kecil dipukuli sampai pipinya yang putih mendapat luka lebam, hidung dan bibirnya penuh darah.

“yak! Dasar kau anak nakal! Kenapa kau memukulnya, hah?!!! Dasar! Cepat pergi!” teriakku pada kelima namja kecil yang memukuli bocah imut itu. kelima namja itu menatapku takut dan langsung berlari pergi. Aigoo… anak jaman sekarang perilakunya makin kasar! Ckck.. kemana orang tua mereka? Apa mereka sudah tidak di pedulikan dan sekarang membuat tingkah yang merugikan orang lain? aigoo…

Aku mendapati bocah yang tersungkur lemas di gang sempit ini. “ bocah manis, apa kau tidak apa-apa??” tanyaku lembut.

“n-ne, nan gwaenchana noona. Gamsahamnida sudah menolongku tadi” ucap bocah kecil itu sambil meringis dan mencoba berdiri.  “aakkhh!”

“hei! Hati-hati! Aigoo.. inikah yang kau namakan tidak apa-apa?” ucapku memarahinya walaupun masih terdengar nada lembut. Sungguh, entah kenapa aku merasa sayang dan tak pernah bisa memarahinya.

“geotjimal, noona tahu kau berbohong. Kajja, aku akan mengantarkanmu ke klinik terdekat”

“keundae, apa tak merepotkan noona?” tanyanya saat aku memapah tubuhnya dan menatapku.

“aniyo.. noona malah senang. Hemm.. namamu siapa bocah manis??”

“omo! Mianhamnida, noona. Aku lupa untuk memperkenalkan namaku! Wu Li Jun imnida, bangapseumnida!” ucapnya memperkenalkan diri. Omo! Tidak bisakah yang bermarga Wu hanya satu orang dan itu cukup Wu Yifan alias Kris??!!

“kau orang china? Wahh, kukira kau orang korea karena kau sangat fasih berbahasa korea. Lee Jaeri imnida.” Ucapku dengan nada selembut mungkin padanya.

“ani, jaeri noona. Sejak kecil, aku belum pernah meninggalkan korea. Tapi aku juga bisa berbahasa cina dengan baik dan benar, noona”

“wuaahhh… daebak! Kecil-kecil sudah menguasai dua bahasa sekaligus! Oh ya, kita sampai. Sebaiknya kau diobati dulu dan kuantar pulang, ne?”

“ne!” jawab bocah itu riang.

Jaeri POV-END-

 

Author POV

Setelah selesai dengan pegobatan di klinik, Jaeri mengantar Li Jun pulang. Sebenarnya Jaeri juga berasal dari dunia yang sama dengan Kris, tapi dia tidak mau menyombongkan diri. Dia mau mencapai apapun dengan usahanya sendiri. Berangkat dan pulang sekolah pun naik bis. Bisa masuk ke sekolah beken dan hanya orang-orang kalangan atas yang bisa masuk pun membuktikan bahwa dia sangat pintar.

Orang tuanya pun menyetujui kalau mereka tidak akan memberitahu pekerjaan mereka di hadapan teman-temannya dan bahkan Jaeri menyuruh orang tuanya untuk membeli rumah yang sedikit minimalis karena jika Jaeri pikir, untuk apa membeli rumah besar-besar jika hanya di tempati 3 orang dan 1 orang asisten rumah tangga? Itu terlalu boros!

Orang tuanya juga menyetujui hal itu karena jujur saja, orang tua Jaeri juga jarang pulang ke rumah dan mengerti keinginan anak kesayangan mereka. Jujur saja, jika Jaeri disinggung tentang kekayaanya maka dia akan marah. Dia tidak menginginkan orang-orang mendekatinya karena dia kaya, tidak inign di puji karena kaya, dan sebagainya.

A good name is better than riches.

Itulah prinsip hidupnya, nama yang harum lebih berharga daripada kekayaan.

 

Author POV-END-

 

Kris POV

Isshh…. Namdongsaeng-ku kemana??! Dari siang sampai sore belum pulang-pulang juga! Aigoo… aku sangat khawatir! Disaat pikiranku sedang kalut, bel rumah berbunyi. Aisshh mengganggu!

Aku pun membuka pintunya dan, “GEGE!!! Bogoshippo!”

Dongsaengku yang imut ini tiba-tiba datang dan memelukku. Aku terkejut dan berlutut mensejajarkan wajahku dengan wajahnya.

PLETAK!

“yak! Appo, gege!” ucap dongsaengku sambil mengerucutkan bibirnya. Perlahan, aku melihat bagian wajahnya.

“OMO! Yak! Siapa yang memukulimu, hah??!!” ucapku memanas. Aigoo… siapa orang yang tega memukuli adikku yang imut ini?!

“ternyata, kau perhatian juga” nada datar dari seorang yeoja mengagetkanku. Aku pun mendongak dan melihat gadis itu. iya, gadis yang selama seminggu ini menyita waktu, otak, hati, dan pikiranku ini.

Kris POV-END-

 

Jaeri POV

Omo! Apa yang aku lihat saat ini?? Jadi Lie Jun adalah adiknya KRIS??! Omo! Otthoeke?? Hemm… tunggu Jaeri, jangan ke GEER-an dulu. Dia sepertinya tidak menyadari keberadaanku ini.

“OMO! Yak! Siapa yang memukulimu, hah??!!” ucapnya dengan nada marah. Omo! Aku tak tau ternyata dia sangat menyayangi adiknya ini.

“ternyata, kau perhatian juga” ucapku dengan nada yang kubuat benar-benar datar. Tidak bisa di pungkiri, aku kagum dengan sikapnya kepada adiknya ini. Eh… tunggu, apa yang kubicarakan ini?? Aigoo… aku pasti melantur.

“yak! Kau! Apayang kau lakukan pada adikku, hah??!!” ucapnya marah. MWO??! Aku yang menolong dongsaengnya , tapi dia malah marah-marah kepadaku.

Baru saja aku ingin membalas perkataanya, tapi adiknya sudah berbicara duluan. “gege! Noona tidak salah! Tadi aku dipukuli oleh 5 orang dan noona ini menolongku. Hyaa… gege! Jeballll jangan memarahi noona!!” ucapnya sambil memelukku.

“yak! Wu Li Jun, kau sebenarnya kenapa? Lalu kenapa kalian bisa bersama noona ini, hmm??”

“gege, sebaiknya Kita masuk dulu. Aku akan menjelaskannya di dalam”  aigoo… Lie Jun ini benar-benar bijaksana. Tidak seperti kakaknya yang kekanak-kanakan!

<skip>

“oh jadi begitu…” ucap kris dengan mengangguk-anggukan kepalanya.

“ne, gege. Jadi, minta maaf lah kepada Jaeri noona.  Jeri noona ini sangat baik sekali!” ucap Lie Jun dengan memamerkan giginya yang putih itu. aigoo… aku benar-benar terharu sekali.

“Jaeri-a, mianhe ne? aku benar-benar tidak tau geurigo (dan juga) gomawo kau telah menyelamatkan adikku ini” ucap Kris sambil menundukkan kepalanya. Woahh.. pemandangan yang jarang sekali dilihat. Kris yang begitu berkuasa dan menyeramkan menurut teman-temanku, di hadapan adiknya dia bisa begitu berperasaan dan… sopan.

“hmm.. cheonmaneyo” ucapku dengan menyunggingkan senyuman.

“ah! Matta! Noona, noona belum makan kan? Bagaimana kalau makan malam di sini bersamaku dan Kris gege?? Eotte??” ucap Lie Jun dengan bersemangat. “oh ya, mulai sekarang noona harus datang ke sini dan menemaniku bermain? Mau yah??”

 

FLASBACK-END-

 

Yah, itulah awal kedekatanku dengan Kris. Manisnya… :D

DRRTTT DRRTTT

From: Kris Oppa^^

Yaakk! Yeoja bodoh?! Kau kemana?!! Kenapa tidak membalas pesanku, eoh??!”

Omo! Aku baru ingat kalau aku sedang sms-an dengan Kris oppa.

To: Kris Oppa^^

Omo! Aigoo.. mianhe ne? tadi aku melamunkan pertemuan kita dulu. Hehe… ^^

 

DRRTT DRRTT

From: Kris Oppa^^

Aigoo-__- banyak alasan kau! Hufft….  Oh iya, aku mau mandi dulu, chagi. kau lakukanlah apapun yang kau mau asal tidak macam-macam. Geurigo…. Jaeri-a, saranghaeyo. Nan jeongmal jeongmal saranghaeyo ;) ;*

aigoo… namja ini benar-benar. Selalu bisa membuatku terbang. Haha…

To: Kris Oppa^^

Ne. nado saranghaeyo Kris-a. ;*

 

 

-END-

Wuaahhhhh….. bagaimana? Bagaimana? Bagaimana?? Haha. Gaje yah? Ne, arrayo..

Tadinya aku mau certain keseluruhan pertemuan Kris dengan Jaeri. Ah tapii, aku rada males nih.hehe.. :D akhir ceritanya ga ngegantung lho….. jadi…….. jangan lupa comment setelah baca *lah? Kok ga nyambung?-__- #PLAKK! *abaikan

Gomawo udah baca, para readers tericintaaaa. Saranghaeyooo!!;*;*


PASTEL (Chapter 1)

$
0
0

Title: PASTEL

Author: Pikrachu

Genre: Romance, fluff

Rating: G

Length: Chapter

Cast: (OC)Ahn Sina, Tao, Sehun

a/n:

Check trailer video for this fanfict in this blog—>http://littlesweetfanfiction.wordpress.com/2013/09/04/pastel-trailer/

pastel

“Bisa tolong ambilkan yang biru muda, violet, pink, hijau muda, kuning dan jingga?”

“Maaf bisa diulangi lagi?”

“Biru muda, violet, pink, hijau muda, kuning, jingga.”

“Biru muda…violet…”

“pink, hijau muda, kuning, jingga.”

“Maaf…bisa ulangi lag….”

“Ya Pabo!”

Seorang gadis sedang terpaku di depan laptopnya, telinganya ditutupi earphone sehingga dapat dipastikan bahwa ia sedang tidak bisa dan tidak ingin diganggu. Kepalanya mengangguk mengikuti ritmik musik yang sedang didengarnya.Tangannya sibuk mengetik, entah itu mengerjakan tugas atau chatting dengan temannya. Seragam dan tas ransel yang digantung di depan pintu menandakan bahwa hingga saat ini ia masih sekolah.

“Sinaaaaaaaaaaa” namanya terpanggil, namun volume musik yang hampir menyampai titik maksimum membuat suara yang memanggil nama itu menjadi sia-sia.

Semenit dua menit tidak ada respon dari gadis yang dipanggil Sina itu, hingga akhirnya suara yang memanggilnya kehabisan suara dan memilih menendang pintu kamar yang otomatis membuat Sina menengokkan kepalanya. Ia melihat kakak perempuannya berdiri di depan kamarnya, bibirnya tersenyum, lebar, benar-benar lebar, matanya yang bulat memandang Ahn Sina yang hanya memandangnya balik dengan tatapan datar.

Jika Ahn Sina adalah adik perempuan pada umumnya, tentu dia akan berlari menuju kakaknya, melompat dan bertanya dengan girang “Ada apa unnie?  Ayo ceritakan padaku!”

Tapi.

Dia Ahn Sina. Dan Ahn Sina tidak akan melakukan hal seperti itu. Tidak akan ada yang bisa mengalahkan rasa malasnya untuk meninggalkan kasur dan laptopnya, terlebih ia tahu kalau itu hal penting pasti kakaknya akan menghampirinya, ke kasurnya.

Jadi Sina hanya memandang balik sekitar lima detik, dan kembali mengarahkan pandangannya pada monitor laptop. Volume musik sama sekali tidak dikecilkan. Mungkin kurang sopan, tapi memang ada kalanya dia butuh waktu sendiri, tanpa gangguan kakaknya.

“Ya! Siiiiiinaaaaa!” Tanpa pikir panjang kakaknya melepaskan earphone dari telinga Sina. Sina mengerutkan dahinya, terganggu, tapi marah tidak ada gunanya, dia lebih suka menebak hal apa yang akan dibicarakan kakaknya kali ini.

“Hari ini bukan valentine, bukan tanggal jadian kalian, bukan hari ulang tahunnya, ini masih bulan maret bukan musim dingin, untuk apa Miyoung-unnie mendatangiku?” ia bertanya datar, monoton sama sekali tidak ada tanda bahwa ia tertarik dengan pembicaraan kakaknya

Minyoung tersenyum sudah terbiasa dengan perilaku adiknya “Apakah butuh alasan untuk bertemu adik sendiri?”

“Cepat katakan saja, aku sibuk”

Melihat adiknya yang terlihat serius dengan kata-katanya Miyoung mengangguk dan segera mengeluarkan hpnya,  tangannya dengan sigap mengetik lalu ia menunjukkan layar hpnya pada Sina, Sina mengerutkan dahinya melihat foto yang dilihatkan kakaknya itu.

“Dia Oh Sehun” ucap Sina singkat, dan kembali sibuk pada laptopnya, dia tidak tahu ada urusan apa Oh Sehun dan kakaknya.

“Kau tahu dia??” mata Miyoung makin membulat, tidak percaya adiknya mengenal orang yang baru saja ia kenal belakangan ini.

“Teman sekelasku”

Oh Sehun, teman sekelas Ahn Sina sejak ia berada di kelas satu SMA, semester pertama mereka bahkan sempat duduk bersebelahan, study tour kedua mereka sempat duduk bersebelahan di bis, dan sekarang mereka satu kelompok untuk tugas presentasi. Ketiga hal itu cukup membuat alasan mengapa seorang Ahn Sina yang sulit menghafal wajah atau entah nama orang cukup familiar dengan pria bernama Oh Sehun.

“Kau bercanda Sina, tidak mungkin” Miyoung mematikan hpnya dan memandang serius pada adiknya, seluruh tampang jenaka yang tadi terlihat di wajahnya hilang digantikan ekspresi serius yang jarang sekali ia keluarkan.

“Ya sudah, unnie percaya atau tidak aku tidak peduli”

Miyoung menghela nafas, sekarang ia benar-benar percaya, Oh Sehun merupakan teman sekelas adiknya, sekarang otaknya sibuk memproses apakah fakta itu merupakan hal yang menguntungkan untuknya atau malah sebaliknya, tapi Ahn Miyoung, merupakan gadis yang terlalu malas berpikir terlalu kompleks sehingga akhirnya ia memutuskan tidak mempedulikannya dan memilih memberitahu Sina tujuan pertama ia mendatangi kamarnya.

“Dia pacarku sekarang”

To Be Continued


Love It’s Hurt (Chapter 1)

$
0
0

Love it’s hurt (Chapter 1)

 
Author: @ghinanj

Cast: Jang SeoHwa

Wu YiFan

Genre: Flat, Sad, Romance maybe(?)

 
Ini ff pertama yang aku kirim kesini, maaf masih abal, minta comment nya ya, jangan jadi silent reader hehe

 

_______________

(Seohwa Pov)

Aku sedang bermain dengan sahabatku di taman, memang aku ini sudah dewasa tapi sikap ku belum dewasa, bisa di bilang masih ke kanak kanakan. Nama ku Jang Seohwa, bermarga Jang. Dan aku mempunyai sahabat bernama Kwon Yerin, dia sahabat terbaik ku, saat aku sedih dia selalu mendengar keluh kesah ku, dan memberi ku semangat. “Seohwa-ah, ayo kita pulang, sudah sore aku tidak mau di marahi ibu ku lagi seperti kemarin”. Yerin adalah anak bungsu di keluarga nya, dia sangat manja kepada ibu nya. “iya yerin, tunggu sebentar” aku menutup novel dan membereskan kotak makan ku.

Tiba tiba……

“Seohwa-ah” suara lelaki yang aku kenal, namun mustahil jika itu adalah dia, dia sudah pergi. “Ne?” aku membalikan badan agar bisa melihat lelaki yang memanggil ku tadi. benar itu adalah dia, lelaki itu, lelaki yang aku kenal, lelaki itu tersenyum kepadaku, senyuman yang sudah lama tidak aku lihat, aku ingin sekali memeluk nya, mengatakan bahwa aku sangat rindu dia. Namun seperti nya aku tidak mungkin melakukan itu, ada sedikit rasa benci ku untuk lelaki itu karena masa lalu, yang tidak bisa aku lupakan sampai saat ini…

 

*Flashback

Di sebuah taman, terlihat satu orang lelaki dan perempuan yang sedang termenung, seperti menikmati detik demi detik yang mereka punya. “Kau tidak ingin merubah keputusanmu? Apa kau benar benar ingin meninggalkan Korea dan pergi ke Kanada?” tanyaku kepada dia, sungguh aku tidak ingin meninggalkan korea dan tentu nya aku tidak ingin dia meninggalkan ku. “benar, maafkan aku, suatu saat aku pasti kembali, tapi entah kapan” tiba tiba dia memelukku, entah aku merasakan ini adalah pelukan dia yang terakhir untuku, mataku memanas, air mataku sudah jatuh. Ya, aku menangis siapa pun yang akan di tinggal kan oleh orang yang dia sayang pasti akan menangis. Itu hal yang wajar bukan? Aku terisak, pundak lelaki itu basah oleh air mataku. “sudah jangan menangis seohwa, biasa nya kau malu menangis di hadapan ku bukan?” dia tersenyum dan menghapus air mataku, sungguh aku benci dia di saat seperti ini masih saja bisa tersenyum, ini malah tambah membuat ku sedih. “pergi lah, aku ingin meluapkan emosi ku kepada kau disini” ucapku datar. “baiklah, besok keberangkatan ku ke Kanada, aku harap kau datang ke bandara seohwa-ah” lelaki itu pergi, pergi meninggalkan ku disini, mungkin kisah yang terjadi antara aku dan dia hanya akan menjadi kenangan, yang tidak akan pernah aku lupakan. Aku menangis disini, seorang diri, aku butuh teman, aku butuh dia, butuh lelaki itu, aku butuh kau……………..Wu Yi Fan.

*Flashback end

 

(Author Pov)

Setelah 4 tahun Kris meninggalkan ku, dia datang kembali, menemuiku di tempat ini, taman yang dulu menjadi tempat perpisahan aku dan dia, perasaan ku saat ini tidak bisa di ucapkan dengan kata kata, sedih, senang, benci, semua ada di dalam diri ku saat ini. “kau masih ingat aku kan Jang Seohwa?” tanya dia, lagi lagi dia tersenyum, aku sangat lemah melihat dia tersenyum, seakan aku terhipnotis oleh senyuman dia. “tentu saja Wu Yi Fan” ucapku datar seperti biasa, tanpa ekspresi. “Seohwa, dia siapa? Kau kenal dia?” Yerin berbisik kepadaku. “dia Kris, teman ku dulu”. “aku Wu Yi Fan atau kau bisa panggil aku Kris, dan siapa namamu?” ucap Kris sambil mengulurkan tangan nya untuk berkenalan dengan yuri. “Yerin imnida, Kwon Yerin. senang bertemu dengan mu, Kris.”

“aku sudah harus pulang, sudah sore. Mungkin kita bisa bertemu lain kali Kris” Seohwa lalu pergi meninggalkan Kris dan menarik Yerin untuk pulang. “seohwa-ah, besok aku tunggu kau disini lagi ya!” teriak Kris kepada Seohwa.

 

***************************************************************************

Sesampainya di rumah Seohwa langsung masuk kamar dan manghempaskan diri nya ke tempat tidur, sungguh hari ini melelahkan, apalagi perasaan nya yang sedang tidak karuan karena bertemu dengan Kris lagi. “kenapa kau harus datang lagi Wu YiFan? Kenapa kau tidak diam di Kanada saja? Kenapa kau harus kembali kesini? Kenapa??!!” gerutu Seohwa, mata dia memanas, air mata sudah keluar dari mata nya.

 

Sinar matahari sudah masuk ke kamar ku, jendela ku terbuka. Aku lupa semalam tidak menutup jendela karena tertidur akibat menangis semalaman. Aku turun ke bawah untuk menemui eomma. “seohwa-ah, matamu kenapa bengkak?” tanya eomma. “emang iya? Mungkin aku terlalu banyak tidur eomma” aku lupa belum bercermin dan melihat keadaan ku sekarang, pasti sangat berantakan.

**************************************************************************

 

Di sebuah cafe terlihat satu orang lelaki dan satu orang perempuan yang sedang mengobrol sambil menikmati coffe. “bagaimana keadaan mu Kris? Menjadi lebih baik? Menjadi sangat cerdas?” tanya perempuan itu sambil meminum coffe nya. “aku baik baik saja, sama seperti dahulu. Kau bagaimana Choi Haneul , apa sekarang kau sudah tidak seperti Ice princess lagi?” tanya Kris, sambil sesekali memperhatikan wajah Haneul, Haneul memang cantik, tapi dia perempuan yang dingin, hanya Kris yang tahu di mana Haneul akan tidak terlihat sebagai Ice Princess, ketika ada yang berbicara tentang sosok eomma, eomma Haneul meninggal dunia saat dia masih kecil, dan sekarang appa nya sudah terlihat tidak peduli dengan keadaan Haneul. “sepertinya kau juga masih menjadi namja yang dingin, Kris.”

 

Terlihat dua orang perempuan memasuki cafe, “Seohwa-ah”. Seohwa membalikan badan, dia langsung tertegun.

 

 

 

 

 

 

TBC


Ditunggu comment nya hehe

 


Viewing all 4828 articles
Browse latest View live