Quantcast
Channel: EXO Fanfiction
Viewing all 4828 articles
Browse latest View live

The Hex (Chapter 2)

$
0
0

The Hex  CHAPTER 2

Main Cast : Suho

Park Soo hee (OC)

Chanyeol

Bang Minah

Baekhyun

Author : Abstyle09

Genre : Horror, Romance, Crack

Rating : G

Length : Ficlet

***

Aku keluar dari sekolah dengan lesu. Aku masih syok dengan kejadian kerasukan yang dialami Minah. Mungkin, rumahku sudah seperti kandang harimau. Orang tuaku masih belum pulang sampai sekarang. Sudah 3 hari aku menginap dirumah bibi Yoora. Tapi disini, sangat nyaman. Ada teman paman Chanyeol yang selalu menjahiliku, dengan begitu saja semua bebanku hilang seketika. Dia bernama Baekhyun. Dia orang yang hangat dan jahil. Paman Chanyeol juga selalu menghiburku dengan lelucon-leluconnya. Dia selalu tersenyum dimanapun berada. Sampai-sampai aku tidak tahu, kapan dia merasa sedih. ‘TIN TIN …’ Paman Chanyeol membunyikan klakson. “Ini aku ..” serunya sambil tersenyum. Lagi-lagi ia tersenyum lebar. Aku membalas senyuman.  Selama aku menginap dirumahnya, dia dan paman Baekhyun menjemputku. Mereka berdua belum bekerja, mereka masih kuliah. Chanyeol dan Baekhyun mengambil jurusan yang sama dan berkuliah di kampus yang sama.

“Annyeong ..” sapanya. Aku hanya menjawab dengan senyuman.

“Ada apa denganmu? Kenapa sangat lesu?” tanya Chanyeol. Chanyeol menyentuh daguku dan memutar kepalaku kearahnya. “Kau sakit?”

“Aku baik-baik saja .. Hari ini, hari sialku.” Jawabku dengan suara serak.

“Kau membaca ramalan mingguan? Apa kau masih percaya dengan hal seperti itu?” Chanyeol langsung menancap gas mobilnya dan mulai mengendara.

“Ya .. Terkadang aku membacanya. Minggu kemarin, aku membacanya.” Jawabku polos.

“Tidak baik terus menerus mengandalkan hal seperti itu.” Ucap Chanyeol. “Kau kelihatan sedih. Ada apa denganmu?” tanya Chanyeol sedikit melirik kearahku.

“Aku mengkhawatirkan orang tuaku.” Jawabku pelan.

“Orang tuamu? Mereka belum pulang? Apa mereka tidak menelponmu?” tanya Chanyeol.

“Tidak. Aku belum mendapat telpon dari mereka” jawabku.

“Hmmm .. Ada sesuatu yang kau inginkan? Mungkin ini bisa membantumu.” Tawar Chanyeol.

“Hmmmm …. Aku ingin memeriksa apartemen. Sebentar saja.” Pintaku.

“Baiklah ..” Chanyeol memutar balik arah tanpa melihat kendaraan yang lewat . Tiba-tiba saja, setelah Chanyeol memutar stirnya .. ‘Ngitttt ..’ Sebuah mobil mengalami kecelakaan. Aku menoleh kebelakang melihat mobil itu.  ”Boom!”

“Paman berhenti!” seruku.

“Sudah kubilang berkali-kali jangan panggil aku paman!” seru Chanyeol.

“Cepat! Berhenti! Seseorang mengalami kecelakaan karena Paman!” Chanyeolpun  memberhentikan mobilnya di tepi jalan.

Aku langsung turun melihat keadaan orang itu. Pengendara itu seorang pria. Wajahnya hancur, berdarah-darah, separuh dari wajahnya kelihatan dagingnya. Kulitnya hangus terbakar api. Tersisa daging-daging yang masih melindungi tulang-belulangnya. Mataku beralih ke api yang berkobar-kobar melumat habis mobil si pengendara.

“Apa dia meringis kesakitan?” kataku dalam hati.

“arrkk .. Kau .. tolong .. aku ..” pria itu mengulurkan tangannya padaku.

Mataku membulat. Dari antara orang banyak, kenapa dia meminta aku untuk menolongnya?

Aku menatapnya dengan rasa waspada.

“Tolong aku Soo Hee ..” pinta pria itu.

“Aku tidak ingin menolongmu! Tidak akan! Darimana kau tahu namaku?!” dengan spontan aku berteriak. Semua orang melihat padaku.

“Hey, anak muda. Kau seorang penulis novel? Jangan bawa ide ceritamu sampai ke dunia nyata!”  Sahut seorang ahjussi berwajah brewokan.

Mataku membulat pada ahjussi itu. Aku memejam-mejamkan mata. “Dia tidak berbicara? Ini halusinasi?  Bahkan aku tidak bisa membedakan halusinasi dan kenyataan? Ada apa ini? Ini yang dimaksud dengan indigo?” aku bertanya pada diriku sendiri di dalam hati.

“Kalau begitu, telpon rumah sakit terdekat.” Suruh Ahjussi itu pada seluruh orang yang berkumpul disana. Aku berjalan mundur menjauh dari kerumunan itu. Aku tidak percaya dengan semua ini. Aku berusaha menenangkan diriku, menarik napas dalam dan menahannya. “Paman Chanyeol!” seruku dari kejauhan. Aku masuk kedalam mobil.

“Paman Chanyeol!” panggilku. Aku menoleh ke kursi pengemudi, dia menghilang.

“Baaaaa!!” Chanyeol menepuk pundaku dari belakang.

“AAA!” Dia tertawa kencang melihat aku terkejut bukan main.

Aku hanya memandangnya dengan sinis. “Ini tidak lucu paman.”

“Sudah kubilang, jangan panggil aku paman! Panggil aku oppa!”

“Terserah ..” jawabku.

“Apa ada kecelakaan? Seharusnya aku menolongnya tadi.” Sesal Chanyeol.

“Lupakan. Jangan bahas tentang kecelakaan itu.” Jawabku dengan ketus.

Chanyeol menyipitkan matanya, “Pasti ada sesuatu .. Apa itu mantan kekasihmu? Benar kan? Benar?

Hahahahahha” jawab Chanyeol asal bicara.

“Bukan! Dia sudah kakek-kakek, enak saja.” Bantahku.

“Sebenarnya apa yang terjadi? Cepat beritahu atau aku akan terus bertanya.” Ancamnya. “Kau memilih untuk mengatakan yang sebenarnya atau tetap diam? Kalau diam, siap-siap.”

“Baiklah, aku sudah tidak bisa membedakan indigo, halusinasi dan kenyataan!” jawabku. Bebanku sedikit lepas.

“Maksudmu? Tidak bisa membedakan indigo, halusinasi dan kenyataan?” tanya Chanyeol tak mengerti.

Aku menatap Chanyeol dengan sinis, “Lupakan. Oppa tidak akan mengerti sama sekali.”

“Ooohh .. Ternyata kau ..” ucapannya terputus, “Ya, ya ….” Aku langsung menjawab sebelum dia mengatakan sesuatu yang aku benci.

“Entah, ada apa dengan mataku atau mungkin diriku. Sekarang aku tidak bisa membedakan halusinasi, indigo, dan kenyataan.” Jawabku.

“Kau sudah berkata seperti itu berkali-kali …” jawab Chanyeol.

“Yaa … Bahkan orang yang sudah meninggal saja, bagiku dia masih bisa berbicara. Dia meminta tolong padaku. Padahal dia sudah meninggal.” Jawabku.

“Hmmm .. Aku tidak bisa memberi jalan keluar kalau seperti itu.” Jawab Chanyeol.

“Oppa ini bagaimana?! Kau kan mengambil jurusan dokter! Kenapa otak hanya pintar tidak cerdas?!” seruku.

“Apa bedanya? Sama saja kan?”

“Tentu saja berbeda!! Pintar hanya pandai dalam matapelajaran sedangkan cerdas pandai dalam mata pelajaran dan pandai menyelesaikan masalah yang rumit sekalipun! Kalau kau jadi presiden, apa jadinya Korea?!” jelasku panjang lebar.

“Aku baru tahu .. Oh ya, apartemenmu dimana?” tanya Chanyeol.

“Cheongdamdong …”

“Dasar orang kaya raya. Tunggu, sekarang kita dimana?” tanya Chanyeol lagi.

“Seoul …”

“Bodoh! Kenapa aku putar balik?! Cheongdamdong sangat jauhhh!” bentak Chanyeol.

“Mana aku tahu!” balasku.

=XOXO=

2 jam kami mengendara untuk sampai ke Cheongdamdong. Aku benar-benar terkejut saat melihat Minah tergeletak dilantai apartemenku. Dia sudah busuk dan belatungan. Dugaanku benar, banyak bercak darah disana. Ditubuhnya terdapat luka-luka cakaran dirinya sendiri. “Apa yang harus aku lakukan sekarang?” gumamku. Chanyeol berdiri disampingku. Dia hanya diam melihat keadaan apartemenku yang hancur.

“Aku rasa kau terkutuk ..” gumam Chanyeol.

“Apa?” aku berpura-pura tidak mendengar gumamannya.

“nngg .. Tidak-tidak ..”

Aku masuk kedalam apartemen dan mendekat sedikit kearah Minah. Rasanya aku ingin muntah melihat bau busuk bercampur dan belatung yang menjalari tubuhnya.

“Kita harus segera memakamkan segera.” Ujar Chanyeol. Aku hanya diam. Halusinasiku kembali. Aku melihat Minah berdiri di sudut dapur. “Minah eonni ..” panggilku.

“Ada apa?” jawabnya. Mataku membulat. “Apa itu benar dirinya? Lalu, siapa mayat ini?” tanyaku dalam hati. Dia begitu terlihat nyata disudut dapur. Aku mengucak-ngucak mata.

“Minah eonni ..” panggilku sekali lagi.

“Ada apa?! Kenapa kau selalu memanggilku?! Saat aku hidup kau tidak pernah membantuku! Jangan memanggilku lagi.” Jawab Minah.

“Minah eonni, ada apa denganmu?!” seruku. Chanyeol menjauh dari pintu apartemen dengan mata yang ketakutan.

“Kau tidak pernah membantuku!! Anak b*j*d!”  Jawab Minah.

“Ini bukanlah dirimu!”  Jawabku.

“Kau selalu membullyku, 2 bulan yang lalu kau mau membunuhku!”  Jawab Minah.

Aku menyipitkan mata, “Membully? Membunuh? 2 bulan yang lalu?” kataku dalam hati. Aku mencoba mengingat kembali apa yang aku lakukan 2 bulan yang lalu. “Oh ya, aku ini orang menerima orang apa adanya” kataku dalam hati dengan tiba-tiba.

“Tidak. Aku tidak membullymu atau membunuhmu. Sebenarnya siapa kau?! Cepat pergi dari apartemen ini!” seruku.

Chanyeol menghentak-hentakan kakinya tidak tahan dengan pemandangan yang dia lihat, “Sudah, sudah!! Lebih baik, jual apartemen itu! Lalu, beritahu pihak apartemen agar tidak menjual apartemen milikmu pada siapapun! Atau, panggil dukun. Kita harus panggil ambulans sekarang, bau busuknya sudah sampai luar!” Ujar Chanyeol tidak tahan.

Benar, tidak ada gunanya aku terus bertanya padanya. Aku langsung berdiri dan menjauh dari apartemenku. Tanganku merogoh kantong rok sekolahku. Aku memencet angka 1 sebagai nada panggilan tercepat untuk rumah sakit.

“Yeoboseyo? Ada orang meninggal di apartemenku, cepat datang. Apartemenku ada di cheongdamdong, alamatnya akan kukirim lewat pesan singkat.” Ucapku dengan dingin. Aku berbalik badan dan tersenyum pada Chanyeol.

“Melihatmu berkontak dengan hantu itu, aku jadi bergidik ngeri.” Gumam Chanyeol.

Aku hanya tersenyum tipis, “Aku menganggap itu orang yang sirik padaku.”

“Aku tidak melihat hantu. Padahal aku ingin sekali melihatnya, itu seperti petualangan yang seru.” Ucap Chanyeol.

“Ini .. terjadi secara tiba-tiba. Setelah aku pulang dari rumah kekasihku, mataku jadi buta sekejap. Lalu, setelah kejadian itu aku menjadi indigo. Aku tidak tahu, ini indigo atau apa.” Jelasku panjang lebar.

Tiba-tiba saja sekumpulan orang berseragam putih muncul membawa kain yang sudah direntangkan.

“Kalian cepat sekali ..” kataku. Mereka hanya tersenyum padaku, kemudian mereka langsung bertindak. Mereka menyemprotkan pengharum ruangan keseluruh apartemen dan menyingkirkan belatung-belatung itu dengan pembasmi hama. Kemudian, mereka membungkus Minah dengan kain yang dibawa.

“Sudah berapa hari dia meninggal?” tanya suster.

“Mungkin sekitar 3-4 hari.” Jawabku.

“Kau meninggalkan dia begitu saja?”

“Tidak, aku pikir dia tidak sakit saat aku tinggal pergi menginap dirumah bibiku. Saat aku kembali, aku melihat dia sudah membusuk.” Jawabku mengarang.

“Ini tidak mungkin karena penyakit. Dikulitnya terdapat cakaran dan besetan pisau. Aku rasa dia melakukan percobaan bunuh diri.” Jelas suster.

“oo .. oohh .. ohhh … Begitu. Aku rasa saat itu dia ada masalah.” Jawabku sedikit gelagapan.

“Baiklah, anda bisa melakukan administrasi terlebih dahulu di rumah sakit.” Ujar Suster.

“Ne ..” jawabku pelan sambil membungkuk.

“Selesai ..” kataku sambil menaruh pulpen dimeja tempat adminstrasi.

“Itu temanmu?” tanya suster.

“Ya ..” jawabku dengan ramah. Chanyeol mengerutkan keningnya melihat sifatku. “Hey, temanmu meninggal kenapa kau senang?”

“Apa aku terlihat senang? Aku sedih bodoh, tapi aku berusaha tersenyum.” Jawabku.

“Kau tersenyum diwaktu yang tidak tepat.” Ujar Chanyeol.

“Oh ya, Oppa ..” panggilku. “Aku ingin pergi ke dukun.”

“Untuk apa?” tanya Chanyeol bingung.

“Aku merasa ini adalah kutukan, aku rasa kata-katamu tadi benar-benar.” Jawabku sedikit termenung.

“Kata-kata apa?” Chanyeol berpura-pura tidak tahu. Tanpa berpikir panjang, aku langsung merebut kunci mobil yang dipegang Chanyeol dan berlari secepat mungkin. Terlalu lama untuk menunggu Chanyeol oppa. Dia pasti akan terus bertanya.

“Yaaak!! Kembalikan!” seru Chanyeol.

=XOXO=

Aku sampai ditempat dukun yang cukup terkenal di Cheongdamdong. Dia seorang dukun yang mendapat roh dari seekor salamander. Menurutku, dukun ini aneh. Aku terpaksa meminta bantuan dukun, karena aku sudah tidak tahan dengan semua ini. Seseorang yang pintarpun, tidak bisa membantu. Aku mermarkirkan mobilku jauh dari rumah dukun itu. Rumah dukun itu sangatlah besar. Aku melihat banyak orang yang mengantri. “Kalau banyak seperti ini, aku tidak bisa mendatangi upacara pemakaman.” Gumamku.

“Soo hee?!” sapa paman Baekhyun.

“Eoh? Paman Baekhyun?”

“Jangan panggil aku paman, aku ini masih muda!” ujar Baekhyun.

“Sedang apa oppa disini?” tanyaku.

“Kau sendiri? Ahh .. kau pasti disini untuk meminta jodoh, ya kan??” Dia kembali menjadi sosok yang menyebalkan.

“Aku sudah punya kekasih! Oppa yang kesini meminta jodoh, ya kan??” balasku.

“Tidak, Oppa kesini ingin tahu aku ini cocok jadi dokter apa ..” jawab Baekhyun.

“Kau cocok jadi dokter sakit jiwa. Sifat oppa saja hampir sama orang sakit jiwa.” Mungkin candaanku itu sedikit keteraluan.

“Mwo?? Enak saja ..” jawab Baekhyun.

Sekitar 1 jam menunggu diluar, aku dan Baekhyun Oppa masuk kedalam rumah sang dukun. Rumah dukun itu benar-benar membuatku merinding. Ada boneka fudu yang sudah tertusuk jarum pentul. Dukun itu tenang sambil memejamkan matanya agar bisa menangkap apa yang disampaikan roh.

Tiba-tiba saja dukun itu bergerak seperti ingin menyergap orang dan membunuhnya hidup-hidup. “AA!” teriakku, tapi langsung ditahan oleh Baekhyun.

“Kau laki-laki mudaaa …” kata dukun itu. Mata Baekhyun langsung membulat dan mendengarnya dengan serius.

“Kau harus berhati-hati .. Seseorang yang terkutuk akan membuatmu kehilangan hidupmu dibeberapa bulan kemudian.” Pesan dukun itu. Mataku langsung membelalak. “Maksudnya apa?! Aku akan membunuh dia?! Tidak mungkin!!” kataku dalam hati.

“Siapa orang yang terkutuk itu?” tanya Baekhyun penasaran.

“Dia ada disi ..” perkataan dukun itu langsung terpotong. Aku langsung menarik Baekhyun keluar. “Heeeeyy … Heeey .. Lebih baik aku duluan yang diramal, pergi sana!” aku mendorong Baekhyun hingga terjatuh. Aku langsung menutup pintu rumah dukun itu. “Yaaak!!” seru Baekhyun.

“Kau terkutuk ..” ucap dukun itu secara tiba-tiba.

“Siapa?” tanyaku bingung.

“Kau …” jawabnya. “Kau orang yang tertusuk oleh jarum-jarum di boneka fudu ini!”

                                                TO BE CONTUNIUE …



Destiny

$
0
0

Judul : Destiny

Nama author : Goseumdochi

Genre : Romance

Length : < 3000 (One Shoot)

Rating : Teen. 13+ can read this too

Main Cast : Baekhyun and Park Hana (You)

Twitter : @pamelaribka

Catatan : Cerita ini murni saya buat setelah membaca artikel berita baekhyun. Sasaeng fans mengganggu acara pernikahan kakanya baekhyun. okay no copas yaw

Disclaimer : Baekhyun. Actually he’s mine *digeret exotic*

This story is mine. Aku membuat cerita ini setelah membaca article yang bilang sasaeng fans mengganggu acara pernikahan kakaknya Baekhyun. Kasihan abang Yuyunku. Anyway, read and review ya.

Let’s begin the story!

***

Park Hana POV

“Maafkan aku Hana.”

Kalimat itu terus menggema ditelingaku. Kalimat yang menusuk hati. Bagaimana bisa seseorang yang sangat kau cintai ternyata membohongimu selama setahun ini. Sungguh kenyataan yang sangat bodoh. Ya, aku sangatlah bodoh karena sudah termakan semua kata – katanya selama setahun penuh. Kekasihku, tidak, mantan kekasihku akan menikah dengan seorang wanita yang ternyata telah menjadi kekasihnya selama satu tahun lebih.

Sial, seharusnya aku sudah menduga ini sejak awal dan tidak mempertahankan hubungan jarak jauh antara aku dengannya selama satu tahun ini! Susah payah aku pertahankan perasaan dan rasa percayaku padanya selama ini, ternyata dia sudah memiliki calon istri. Bodoh. Hanya itu kata yang menggambarkan diriku selama ini.

Selama ini aku datang ke Korea dari Indonesia hanya untuk menemuinya sebulan dua kali. Aku bahkan sampai mencari pekerjaan di Korea agar aku tidak jauh dengannya. Saat aku diterima disebuah perusahaan Korea dan bertemu dengannya untuk menceritakan hal tersebut, dia malah memberitahuku kenyataan pahit tentangnya yang akan menikah. Tidak ada kata yang keluar dari mulutku. Yang ada hanya tamparan keras yang kulayangkan dipipinya lalu aku pergi meninggalkan tempat tersebut dengan tatapan kosong.

Sesampainya aku di rumah yang selama setengah tahun ini aku sewa, aku langsung menangis meraung – raung didalam kamarku. Aku marah. Marah pada diriku yang terlalu mudah percaya dengan seseorang.

Aku memutuskan untuk berlari saat ini, biasanya berlari dapat membuat pikiranku jernih. Aku menguncir rambutku lalu mengganti pakaianku dengan celana training dan jaket hoodie putihku. Kuusap airmata dari pipiku dan memandang pantulan diriku dari cermin. Aku tersenyum sekilas lalu memakai sepatu olahragaku. Baiklah, aku pasti sudah gila karena berlari dimalam hari seperti ini.

Baekhyun POV

“Apa dia tidak malu telah merusak hari kebahagiaan saudaranya?”

“Cih, jika aku menjadi kakaknya, aku akan marah sekali.”

“Bukankah lebih baik dia tidak ada?”

“Memalukan.”

Kata – kata sindiran dari tamu – tamu undangan pernikahan kakakku menggema ditelingaku. Walaupun mereka hanya berbisik, aku tetap dapat mendengarnya. Bahkan tatapan mereka yang dulu hangat terhadapku, sekarang berubah menjadi sorotan kebencian. Ya, itu semua adalah salahku karena hadir diacara pernikahan hyungku.

Hyungku tidak marah terhadapku, dia hanya kecewa karena hari yang seharusnya menjadi hari kebahagiaannya rusak karena fansku. Sasaeng fans. Ya, itu adalah sebutan untuk fans yang terlalu fanatik. Bisa – bisanya mereka mengambil fotoku disaat prosesi pernikahan masih berlangsung. Mereka keterlaluan!

Sepanjang acara makan bersama atau pesta, aku meminta maaf kepada keluarga dan undangan lainnya. Aku tahu mereka pasti merasa terganggu oleh fansku dan hal tersebut terkadang membuatku berpikir tidak seharusnya aku menjadi artis.

Setelah pesta tersebut selesai, aku tidak langsung pulang ke dormku. Aku menuju ke sebuah taman diujung kota Seoul. Daerah sini cukup sepi dan aman untukku datangi tanpa penyamaran apapun. Karena aku cukup sering kesini.

Aku diantar oleh managerku kesini. Tadinya manager melarangku untuk pergi, tapi aku memohon padanya karena aku benar – benar sedang ingin sendiri. Manager akhirnya mengerti lalu mengantarku kesana dan berjanji untuk menjemputku jika aku sudah tenang.

Aku duduk disebuah bangku di taman tersebut untuk merenungi apa yang baru saja terjadi. Aku suka menyendiri disaat aku ada masalah. Itu akan membuatku merasa jauh lebih tenang.

Disaat pikiranku sedang kalut, tiba – tiba kulihat seorang gadis yang berlari mengelilingi taman ini sambil menangis.

Gadis itu terjatuh. Walaupun cahaya lampu taman ini hanya sedikit tapi dari kejauhan aku bisa melihat darah mengalir ditangannya. Dia hanya memandang kosong tangannya tersebut lalu bangkit dan kembali berlari. Bisa kupastikan dia sedang ada masalah.

Dia berhenti sejenak tak jauh didepanku untuk mengatur nafasnya.

“Tanganmu bisa infeksi.” ucapku datar.

“Ne?”

“Tanganmu…” jelasku sambil menunjuk tangannya yang berdarah.

Dia meilihat tangannya lalu tersenyum,”tidak apa, nanti akan aku obati.”

“Nanti bisa infeksi.” aku menarik tangan wanita keras kepala ini lalu menyiramnya dengan air mineralku kemudian membalut telapak tangannya tersebut dengan saputanganku. Dia sempat meringis saat aku membersihkan lukanya. Luka lumayan parah seperti ini mau diobati nanti, dimana otak wanita ini.

“Terima kasih…” ucapnya pelan setelah aku selesai mengikatkan saputanganku ditelapak tangannya tersebut. Aku hanya menganggukan kepalaku sebagai jawaban lalu kembali duduk. Moodku sedang buruk sehingga aku malas sekali untuk berbicara dengan seseorang.

“Orang gila macam apa yang berolahraga ditengah malam seperti ini?” tanyaku datar.

Dia menghela nafasnya kemudian duduk disebelahku,”Aku tidak sedang berolahraga.”

“Lalu? Kau daritadi berlari seperti orang sawan mengelilingi taman bukan berolahraga?”

“Ya! Siapa yang kau sebut orang sawan hah? Aku sedang ada masalah.”

“Biasanya jika sedang ada masalah aku akan tidur, makan es krim, atau berlari. Kali ini aku memilih untuk berlari.” lanjutnya tanpa melihat kearahku. Tatapannya seolah sedang menerawang jauh kedepan. Sorot matanya terlihat penuh kesedihan.

“Kenapa tidak makan es krim?” tanyaku sekedar basa – basi karena aku tidak ingin dia menangis lagi seperti tadi saat dia sedang berlari.

“Biasanya aku makan es krim di rumah itu. Tapi bibi sedang pergi jauh untuk sementara.” Dia menunjuk sebuah rumah yang tidak jauh dari taman ini.

“Apa kau hidup dijaman batu? Didekat sini ada supermarket.”

Dia menggeleng cepat,”buatan bibi lebih enak daripada es krim pasaran di supermarket!”

Aku hanya mengangguk mengerti lalu menatap lurus kedepan.

“Orang gila macam apa yang menyendiri di taman dengan pakaian rapi?” tanyanya dengan polos yang sebenarnya sedang menyindir pertanyaanku yang pertama tadi.

“Sama sepertimu.” jawabku datar.

“Aku lebih senang menyendiri disaat aku sedang ada masalah. Itu dapat membuatku berpikir jernih.” lanjutku lagi. Dia hanya dapat ber’ooh’ setelah mendengar pernyataanku barusan.

“Sampai akhirnya pikiran jernihku buyar setelah secara tiba – tiba ada wanita sinting yang berlari didepanku sambil menangis lalu terjatuh disana.” ujarku sambil menunjuk tempat dimana dia jatuh barusan.

“Ya! Kau melihatku?!”

“Kau lewat didepanku berkali – kali nona.” jawabku datar. Dia menundukan kepalanya lalu tersenyum miris.

“Tsk, Aku pasti terlihat menyedihkan.” gumamnya pelan dengan sorot mata yang kembali terlihat sedih.

Park Hana POV

Aku sangat menyedihkan. Menangis sambil berlari, terjatuh, ditolong orang tanpa ekspresi yang ternyata sudah melihat tingkahku daritadi. Tidakkah hidupku sangat miris?!

Hening sejenak terjadi diantara kami sampai tiba – tiba keheningan itu menghilang dikarenakan suara perutku yang cukup keras berteriak lapar.

Aku langsung memegang perutku dan tertawa nervous. Ini sungguh memalukan. Perutku berbunyi didepan seorang pria yang sangat kuyakini mendengarnya secara jelas.

Dia menatapku lalu tersenyum geli,”kau lapar?”

Aku mengangguk cepat lalu bangkit berdiri,”Kau mau makan? Aku tahu tempat makan enak dekat sini. Ramen Jong Yoon ahjussi pasti masih buka.”

Dia terdiam menatapku kosong.

“Mau ikut tidak?” tanyaku lagi.

“Apa kau penjaga daerah sini? Tempat makan favoritemu adalah tempat makan yang sama sekali tidak terkenal.” ujarnya datar yang terdengar seperti ledekan ditelingaku.

“Baiklah kalau kau tidak mau ikut.” Aku langsung melangkahkan kakiku menjauhinya.

Kudengar ia menghela nafasnya keras lalu tanpa berkata apapun ia sudah berada disebelahku, menyamakan jarak antara kami.

Tidak lama kemudian kami sampai didalam kedai mini milik ahjussi yang sudah kukenal satu tahun ini sejak aku berpacaran dengan namja yang hari ini aku tampar didepan orang banyak. Saat ini kedai tidaklah ramai, mungkin karena sekarang sudah lewat dari tengah malam. Tepatnya jam satu pagi.

“Ahjussi!!” sapaku pada laki – laki tua yang sedang mengelap meja pengunjung.

“Oiii! Hana! Kau apa kabar? Pacar barumu? Mana Joonie ah? Biasanya kau bersama dia?” aku tersenyum miris mendengar pertanyaan ahjussi tentang Lee Joon, mantanku.

“Kami sudah putus.” Ahjussi terlihat terkejut mendengar pernyataanku barusan lalu mulai bertanya macam – macam lagi tentang bagaimana kami bisa putus dan sebagainya yang hanya dapat kujawab dengan kata ‘begitulah’.

Aku memesankan namja disebelahku ramen yang menurutku sangat enak dan segelas air putih. Saat pesanan sudah jadi, pertama dia terlihat ragu dengan bentuk makanan dihadapannya.

“Coba dulu.” ujarku sambil menyenggol lengannya. Dia menggangguk lalu mengambil sumpit dan memakannya. Dia terlihat serius memandangi makanan dihadapannya, lalu memakannya dengan lahap. Aigo, dia lucu sekali.

“Aigo… anak muda pelan – pelan saja.” ujar ahjussi saat melihatnya makan seperti orang kelaparan.

“Ah.. makanlah yang banyak Hana. Lupakan saja Joonie, lihat laki – laki disebelahmu juga tampan.” goda ahjussi kepadaku. Aku langsung tertawa lalu memiringkan kepalaku untuk melihat wajah laki – laki disebelahku ini.

“Kau lihat apa hah?!” ujarnya dengan mulut yang masih penuh dengan makanan.

Aku tertawa kecil lalu mengibaskan tanganku ke ahjussi tanpa mengalihkan mataku darinya,”Tidak ahjussi, dia terlalu manis.”

Ahjussi tertawa lalu pamit kebelakang untuk membuatkan kami minuman lain.

“Aku belum tahu namamu. Aku Park Hana. Kau siapa?” tanyaku sambil menyumpitkan ramenku.

“Aku Lee Shin.” jawabnya datar. Ah.. nama yang singkat.

Baekhyun POV

Aku berbohong kepadanya soal namaku. Alasannya mudah, aku tidak mau mengakui diriku yang sebagai artis ini dihadapannya. Bukan karena aku takut dia memberitahu ke media dia melihatku malam ini di taman sendirian, bukan. Aku hanya merasa jijik terhadap diriku yang sekarang seorang artis besar. Aku tidak mau dia berpikir seharusnya aku tidak menjadi temannya seperti keluargaku yang barusan saja berpikir seharusnya aku tidak usah hadir ke acara tadi.

Aku tidak mau dia terkena masalah karena berteman dengan seorang artis. Maafkan aku karena telah membohongimu, Hana.

Park Hana POV

“Kau bukan orang Korea?” tanyanya tiba – tiba.

“Bagaimana kau bisa tahu?!”

Dia tersenyum lalu kembali memakan ramennya,”hanya tahu.”

Aku bercerita kepadanya tentangku yang berasal dari Indonesia dan nama Park Hana yang diberikan temanku sebagai pengganti nama Indonesiaku.

“Apa kau artis? Kau kelihatan berbeda?” tanyaku polos. Dia hanya menggeleng sebagai jawaban.

Ah.. Padahal dia terlihat seperti anggota boyband, walaupun aku tidak pernah menonton tv. Aku lebih suka menghabiskan hariku dengan mendengarkan lagu – lagu, surfing di internet, atau tidur daripada menonton tv.

Dia makan dengan sangat lahap sampai sampai menambah dua kali. Aku jadi heran, apa orang yang terkena masalah itu sangat kelaparan.

Dia menanyakan tentang umurku yang ternyata lebih muda darinya. Aku menggodanya dengan sebutan oppa yang langsung membuat dia tersedak dan menyuruhku untuk tidak mengulanginya namun tetap saja aku ulangi karena setiap aku memanggilnya oppa, wajahnya terlihat memerah lucu.

Dia membayari pesananku. Tadinya aku menolak namun dia bersikeras sebagai tanda terima kasih karena sudah mengajaknya ke tempat makan seenak ini. Dia cukup berlebihan.

“Rumahmu dimana?” tanyanya setelah keluar dari kedai ahjussi.

“Diujung belokan itu.” jawabku sambil menunjuk pertigaan yang aga jauh dari tempat kami berjalan sekarang.

“Temanku akan menjemputku dibelokan yang berlawanan arah denganmu.”

Aku mengangguk mengerti dan kembali berjalan dalam diam. Sebenarnya ada yang ingin kutanyakan padanya tapi aku terlalu takut akan menyinggung perasaannya.

“Lee Shin,”

“Hm?” melihatnya menoleh kepadaku dengan tatapan yang lebih baik daripada pertama kali melihatnya membuat lidahku kelu. Aku rasa moodnya sudah sangat baik sekarang, aku tidak ingin membuat moodnya kembali buruk seperti tadi.

“Apa?” tanyanya lagi yang terlihat mulai kesal karena sejak tadi aku malah diam memandangnya.

Aku menggeleng pelan lalu kembali berjalan.

“Kau ingin bertanya kenapa aku di taman tadi?” tanyanya yang seolah dapat membaca pikiranku.

Aku hanya dapat diam dan tetap berjalan pelan.

“Aku… merusak pernikahan kakakku.” gumamnya pelan sambil tetap menatap lurus kedepan tanpa menoleh kearahku.

Dia tersenyum miris seolah mengejek dirinya sendiri,”keluarga besar dan para tamu terlihat kesal. Beberapa malah terang – terangan menyindirku tadi.”

“Semua ini karena sekumpulan wanita yang mengejarku. Mereka mengganggu prosesi pernikahan sehingga semua orang menyalahkanku.” lanjutnya lagi.

“Ah… apa kau sangat terkenal?”

“Ya. Aku cukup terkenal dikalangan wanita.” mendengar jawabannya yang terdengar sok cool itu membuatku mendengus sebal dan meninju lengannya pelan.

Dia tertawa sambil mengusap lengannya,”kalau kau?”

Pertanyaannya membuatku seolah ditimpa oleh enam tabung gas besar dari atas langit. Mengingat namanya saja membuatku jijik. Aku bahkan tidak mau menganggapnya mantanku.

“Tidak apa jika tidak mau menjawabnya.” ujar Lee Shin santai.

Aku tersenyum lalu meninju pelan lengannya lagi,”Eiii~ itu bukan masalah besar. Aku baik – baik saja. Aku dibohongi oleh mantan kekasihku. Kami baru saja putus hari ini karena dia akan menikah. Selama satu tahun ini aku dibohongi olehnya yang ternyata sudah memiliki calon istri. Aku.. bodoh ya…”

“Ya… kau memang bodoh.” ucapnya dengan nada datar. Aish, apa dia tidak memiliki nada disetiap perkataannya? Atau ini hanya sekedar dia saat dia sedang badmood?

“Apa semua laki – laki seperti itu?” tanyaku. Dia langsung berhenti dan menghadapkan tubuhnya kearahku.

“Apa kau melihatku seperti itu?”

“Aku tidak tahu. Aku belum mengenalmu.” jawabku jujur. Dia tersenyum lalu menepuk puncak kepalaku pelan.

“Kalau begitu kenali aku… baru kau simpulkan jawaban dari pertanyaanmu barusan.” bisiknya pelan tepat didepan telingaku.

Dia mengambil handphoneku yang tengah berada ditanganku lalu menekan beberapa nomor yang kurasa adalah nomor teleponnya.

“Ini nomor teleponku. Akan kuhubungi kau kalau ada waktu. Sampai jumpa.” ujarnya sambil berlalu pergi meninggalkanku sendirian dibelakang.

Perlahan bayangannya mulai hilang dari hadapanku. Setelah dia menghilang, aku memandang handphone yang berada ditanganku.

Lee Shin.

Dia bahkan mengirim pesan ke nomornya sendiri lewat handphoneku berisikan ‘Hei tampan, ini aku~’

Aku mendengus membaca pesannya tersebut,”Bodoh…”

The end

Ahihi maaf ini fanfiction tidak jelas setelah membaca artikel tentang pernikahan kakaknya Baekhyun yang terganggu karena sasaeng fans rese. Langsung terinspirasi gitu buat cerita aneh begini. Tadinya mau buat sequel tapi… nanti deh. Heheh

So… tell me what do you think about this story?

 


Today, Our Love Begin (Chapter 3)

$
0
0

Title: Today, Our Love Begin { Chapter 3 }

Author: Sehunly

Genre: Romance, School Life

Casts:

- Kim Jong In ( Kai )

- Kim Eun Mi ( OC )

Support Casts:

- Exo Member

- Baek Ji Yoon ( OC )

Length: Multichapter

 

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

SOPA ( Seoul of Performing Art School ) , 4 Minggu yang lalu.

Member EXO K baru saja turun dari mobil mereka dan menyambut sehun yang sudah resmi bersekolah di sekolah yang sama dengan member EXO K lainnya. Entah darimana murid-murid SOPA mengetahui bahwa ada 1 member EXO K yang resmi bergabung dengan sekolah yang sangat terkenal itu. Sejauh mata memandang yang terlihat hanyalah banner-banner yang bertuliskan ucapan selamat datang sehun, selamat datang EXO K.

Disaat 5 member EXO K lainnya sibuk untuk menghindar dari kerumunan perempuan-perempuan yang sekarang sudah mengelilingi mereka dengan ganas, Kai sendiri yang sekarang sibuk dengan penglihatannya.

Apakah aku salah lihat?

Apakah ini semua hanya ilusi?

Atau ini semua adalah fiksi?

3 kalimat diatas berngiang-ngiang di kepala nya saat matanya menangkap sesosok perempuan dengan tubuh mungil dan senyum yang sangat mematikan, bagi kai.

Perempuan yang berhasil membuat member EXO lainnya tidak berhenti menggodanya.

Perempuan yang berhasil membuatnya tersenyum di setiap 7 hari dalam 1 minggu.

Perempuan yang berhasil membuatnya mengingat senyum manis saat fansigning 24 jam dalam 1 hari.

Perempuan yang berhasil membuatnya melupakan akal sehatnya 3600 detik dalam 1 jam.

Perempuan yang berhasil membuatnya tidak berhenti memikirkannya sejak saat mereka bertemu,

Dan hati kai semakin yakin bahwa perempuan itu adalah perempuan yang Ia temui di fansigning saat itu, karena ia berada di pinggir ruangan, terpencil, memandanginya sambil tersenyum dan meneriaki nama kai walau dengan volume yang kecil.

Bukankah itu berarti perempuan itu fansnya? Bukankah itu awalan yang baik untuk memulai segalanya? Kai tersenyum puas.

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Eunmi mengusap pelan matanya. Sekarang ia mengerjap-ngerjapkan matanya saat menyadari ada dua bungkus coklat dihadapannya. Selain coklat, disana juga ada selembar kertas coklat dengan beberapa tulisan diatasnya.

“ Sesuatu yang manis juga bisa membuat beberapa kejadian manis. Ingatkah saat kau memandangku dari kejauhan sambil tersenyum? Manis sekali. “

Eunmi yang baru saja terbangun dari tidurnya di meja kantin kembali mengerjap-ngerjapkan matanya saat menangkap tulisan-tulisan yang dia baca.Mwoya? Apakah semua ini dikerjakan oleh para sasaeng fans aneh itu?Batinnya dalam hati.

Eunmi menyambar kasar 2 bungkus coklat yang ada di meja kantin dan dengan cepat menuju ayunan di taman untuk menikmati coklat-coklatnya. Ia sama sekali tidak peduli dari siapa coklat itu. Dari sasaeng fans pun ia tidak peduli, sekalipun coklat-coklat itu sudah tercampur oleh racun. Kalau memang Ia sudah ditakdirkan untuk mati, ia tak bisa menghindar lagi. Bukankah begitu?

Eunmi membuang pembungkus coklatnya dengan kasar, kemudian mulai mendekati batangan coklat yang terlihat sangat enak itu. Mulutnya mengunyah dan mencerna coklat-coklat yang sudah masuk dalam mulutnya. Coklat ini benar-benar enak sekali. Sungguh. Ia bahkan bersumpah tidak akan berhenti mengunyah coklat didepannya sekalipun ada racun didalamnya.

Eunmi baru saja ingin mengunyah coklat nya untuk kedua kalinya saat tiba-tiba seseorang mendekati wajahnya kearah coklat yang ada di tangan kirinya dan menggigit coklat di hadapannya.

Wajahnya benar-benar dekat dengan wajah eunmi sampai-sampai berhasil membuat wajah eunmi memerah dengan sempurna. Eunmi memberanikan dirinya untuk membelokkan bola matanya ke sebelah kirinya untuk mengetahui siapa yang berani memakan coklatnya tanpa seizinnya.

Saat Ia membuka matanya, matanya bertatapan dengan dua bola mata yang agak kecoklatan dengan tatapan tajam.

Pemilik kedua bola mata yang indah itu adalah seorang lelaki.

Lelaki tersebut lebih tinggi darinya.

Lelaki tersebut sekarang sedang tersenyum manis padanya.

Dia tersenyum sambil memasang muka tanpa rasa bersalahnya.

Dan saat Eunmi sepenuhnya menyadari siapa dia, hati nya lagi-lagi berdebar tidak karuan.

Sekarang laki laki bernama Kim Jong In, yang lebih akrab dipanggil dengan Kai, sedang duduk diayunan disebelah kiri Eunmi. Mulutnya masih menempel pada batang coklat yang sudah mulai melumer di genggaman eunmi, dan kedua bola mata mereka masih tetap beradu seakan-akan tak ingin mengakhiri kejadian ini.

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Kai baru saja mengakhiri kelasnya hari ini. Ia baru saja berniat menuju parkiran dan masuk kedalam mobilnya lalu segera pulang ke dorm. Saat Ia melewati taman di SOPA, sekolahnya, matanya terpaku pada seorang perempuan yang sedang asik melahap coklat yang terlihat sangat menggoda Itu.

Kim Eunmi.

Entah sejak kapan, mungkin saat matanya menangkap sosok eunmi, akal sehatnya mulai tidak bekerja lagi. Tubuhnya bergerak sendiri tanpa diperintahkan menuju kearah eunmi. Entahlah apa yang membuatnya berani menghadapi perempuan yang baru saja ia buat menangis kemarin tanpa disengaja, tapi ada beberapa hal yang kai tau.

Tubuhnya tidak bisa lagi menahan untuk tidak kearahnya.

Matanya sudah tak sabar untuk beradu tatap dengannya.

Otaknya sudah tak sabar merekam wajah perempuan itu yang akan kaget melihat kai.

Dan hatinya, yang sudah sejak lama ingin merasakan debaran-debaran yang cepat dan tidak karuan.

Dengan berani ia menghampiri eunmi, dan sekali lagi akal sehatnya mulai tidak berfungsi lagi. Wajahnya mendekat kearah eunmi dan mulutnya  memaksanya untuk mengunyah coklat yang ada di genggaman eunmi. Dan sekali lagi, Kai tersenyum puas saat menyadari ia baru saja berhasil melakukan hal gila diatas.

Bagaimana tidak, persis setelah kai melakukan hal gila tersebut, ia bisa mendapatkan tatapan mata yang dalam memandanginya tidak percaya. Ia berhasil melihat wajah perempuan itu yang sangat shock. Dan yang pasti, ia bisa merasakan hatinya sedang berdetak tidak karuan.

“ bukankah kejam sekali, makan makanan enak tapi tidak membaginya kepada orang lain? “ kai duduk di ayunan di samping Eunmi. Mulutnya masih tidak berhenti melahap coklat yang mulai lumer di genggaman eunmi, dan matanya masih tetap menatap eunmi.

Eunmi masih memandangi Kai tidak percaya. Tunggu sebentar, dibandingkan terkejut dengan kai yang tiba-tiba datang menghampirinya, Ia lebih terkejut lagi saat mengetahui kai memakan coklat yang baru saja ia gigit.

YA! Bukankah artinya kita baru saja berbagi makanan? Bukankah ia baru saja men….cium…ku secara tidak langsung? Batin eunmi.

“ K..Ka…Kau…. baru saja memakan ini? “ Eunmi menunjuk coklat di tangan kiri menggunakan telunjuk kanan nya sambil tetap memandang kai tidak percaya.

“ Yup. “ Kai menjawab cuek dan masih tetap memandangi eunmi. Entah kapan mereka akan melepaskan tatapan mereka satu sama lain.

“ kenapa? Kau tidak suka? Kau marah? “ kai menjauhkan wajahnya dari coklat tersebut, berhenti mengunyah coklat-coklat itu, dan mulai menjilat sisa-sisa coklat yang menempel dimulutnya dengan ujung lidahnya.

“ ti…tidak. tidak papa. Kau mau? Aku masih punya satu. “ Eunmi merogoh tas nya dan mencari keseluruh penjuru tasnya. Dimana coklat itu berada? Kenapa disaat ia dibutuhkan coklat itu malah menghilang?

“ tidak. Aku tidak begitu suka coklat. Kau, makanlah coklat itu. Lihatlah coklat itu sudah mulai lumer dan mengotori tanganmu. “

Dan entah mengapa, eunmi tetap saja melahap coklat dihadapannya.

Dan saat menyadarinya, kai tersenyum lagi.

1-1, bukankah artinya aku dan dia resmi berciuman secara tidak langsung?Batinnya, lagi-lagi ia menyunggingkan senyum manisnya.

 

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

 

“ Mianhae, Kemarin aku meninggalkanmu. “

Kai mulai membuka pembicaraan, bukan awal yang baik memang, tapi jauh lebih baik daripada mereka berdua membisu. Bayangkan, sedari tadi perempuan itu masih saja asik melahap coklatnya yang sudah hampir habis.

“ mianhae? Ah gwaenchanna. “ eunmi melanjutkan kegiatannnya. Yah, walaupun dirinya tidak benar-benar baik kemarin.

“ Kau yakin? Ku dengar dari yang lain kau menangis kemarin. Apakah itu salahku? “ Kai bertanya hati-hati, berusaha untuk tidak menyakiti perasaan eunmi yang bisa saja teringat lagi dengan masa lalunya itu.

“ em. Bukan karena kau. Sungguh. Hanya…. teringat… akan sesuatu. Hanya itu. “ senyum kecil tergambar di bibir mungil eunmi.

“ memang, ada apa dengan.. masa lalumu? “ beberapa detik kemudian saat kai menyadari ia baru saja melontarkan kalimat itu, ia sangat-sangat menyesal. Sejak kapan ia jadi seperti ini? Sejak kapan ia jadi ingin mengetahui urusan orang lain?

“ hmm. Panjang. Dan… yang pasti cukup suram. Yang pasti tidak menyenangkan. “ Eunmi melempar bungkus coklat nya persis kedalam tempat sampah.

“ ceritakan, meskipun membutuhkan seumur hidup bagimu untuk menceritakan hal itu padaku, aku akan tetap mendengar dan menunggu. “ kai menatap eunmi dalam-dalam. Sekarang ia sudah tidak sabar untuk mengetahui semua detail masa lalu eunmi yang sudah sangat ingin ia ketahui semenjak member EXO K membicarakan tentang hal itu di dorm.

“ Kenapa kau ingin tahu tentang masa laluku? “ bukan jawaban, yang ada hanyalah pertanyaan yang terlontar dari bibir mungil eunmi. Entahlah, bagi eunmi Ia harus mengetahui apa alasan baginya supaya dapat menceritakan hal-hal itu pada Kai.

“ karena….. “

“ karena aku, peduli padamu. “

Eunmi pada akhirnya luluh juga dan berniat untuk menceritakan masa lalunya, saat menyadari mata kai menatapnya dengan serius, dan  yang pasti bagi eunmi, Kai adalah orang yang tepat baginya untuk menumpahkan segala masalahnya, sekarang sudah saat nya ia mulai terbuka akan masa lalunya, dan mulai memandang ke depan ke masa depannya.

Dan entah mengapa juga, eunmi merasa Ia cukup puas saat mendengar jawaban dari Kai.

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

“ aku, dulu sempat berpacaran dengan seorang idol. Yah ibaratkan saja bahwa dia seperti dirimu, diidolakan disini. Saat itu aku masih tinggal di busan dan belum pindah ke sini. Tidak perlu kusebutkan siapa dia, yang pasti dia senior ku. Kau pasti tau, pasti ada fans disekeliling artis, dan sialnya, aku bertemu dengan salah satu sasaeng fans yang benar-benar gila, dan yah…. begitulah. Mereka terus-terusan menggangu ku, dan berkali-kali mencoba melukaiku. “ terdengar helaan nafas tak lama setelah Eunmi menyelesaikan kata-katanya.

“ bukankah ada pacarmu? Neoye NamchinEodisseo? “

“ aku pernah…. menemukan fotonya dengan 2 sasaeng fans yang terus mengganggu ku, difoto itu dia… sedang berciuman dengan salah satu fansnya itu. “

“ lalu? “

“ aku… saat itu juga kepalaku memanas. Aku tak bisa berpikir dengan baik. Sempat aku berpikir akan menghampirinya, memaki-makinya. Tapi saat itu juga aku sadar, apa gunanya aku melakukan semua itu? Apakah ia akan meminta maaf padaku? Yang ada hanya aku yang akan terpojokkan, bukankah begitu? “

“ hmm. Aku ingin tahu apa yang dilakukan sasaeng fans itu padamu. “ Kai sekarang benar-benar tertarik dengan percakapan ini. Sebagai salah satu idol, Ia harus tau bukan apa yang dilakukan oleh para fans diluar sana?

“ kau ingin tahu? “

“ hmm. Ceritakan selengkap mungkin. “

“ ya mereka sempat mencoba melepar Vas bunga dari lantai 2 tepat diatas kepalaku, sempat suatu kali pot itu jatuh diatas kepalaku, dan karena itu, ada 5 jahitan disini. “ eunmi menunjuk kepalanya dengan jari telunjuk kanan nya.

Kai benar-benar benci mendengarnya.

“ mereka juga pernah menyembunyikan meja dan kursiku, dan melemparkan sampah ke tempatku, lalu mencibirku, aku terdengar rendah sekali bukan? “ suara eunmi mulai bergetar. Ia mulai tidak mampu melanjutkan kata-katanya.

Kai sudah mulai menunjukkan wajah tidak sukanya.

“ buku-buku ku bisa berubah menjadi abu dalam hitungan jam, bukankah itu menakjubkan? “

Tunggu, bukankah ini kelewatan? Batin kai.

“ aku bahkan sudah berkali-kali menemukan kumpulan paku payung di dalam sepatuku. Aku juga sudah bosan merasakan sakitnya tertusuk paku payung, aku bahkan bersyukur, bukankah karena hal itu aku jadi lebih teliti dan hati-hati? “

“ cukup. Aku benci mendengarnya. “ kai melepaskan genggaman tangannya dari rantai ayunan. Ia langsung menghampiri Eunmi dan memeluknya.

Eunmi langsung merasakan rasa panas di kedua pipinya.

“ aku bahkan lebih benci lagi saat tau kaulah yang merasakannya. “ Kai mempererat pelukkannya. Ia langsung melihat keatas kepala eunmi dan mengelusnya pelan. Bagaimana mungkin Ia ternyata pernah melalui masa lalu yang seburuk ini, disaat ia tersenyum lepas disetiap hari-harinya?

“ aku juga benci saat kau bilang untuk menganggapnya adalah diriku, karena aku tak akan mau ada disisinya, dan membuat kau merasakan hal-hal itu. “

“ dan aku juga tidak akan pernah menyia-nyiakan mu, sekali aku memilikimu. “

Kai mengecup pelan kepala eunmi, berharap luka-lukanya bisa hilang hanya dengan begitu. Tapi Kai sama sekali tidak menyadari bahwa tindakan nya itu berhasil membuat eunmi merasakan panas disekujur tubuhnya.

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Suho baru saja bergegas menuju kelasnya untuk bertemu dengan member EXO K lainnya yang sudah menunggu dirinya. Tapi tiba-tiba langkahnya berhenti saat menemukan sebuah pemandangan yang menurutnya rugi untuk di lewatkan.

Bukankah Itu….. kai dan eunmi? Batin suho.

Suho segera mengeluarkan ponsel nya dari saku celananya, menekan beberapa angka di layar ponsel touch screennya, lalu kemudian menempelkan ponsel di telinga kanannya. Ia menghentak-hentakan kakinya sambil menunggu suara seseorang yang ia tunggu-tunggu.

“ Ya, sehunnie, cepat kesini, di taman sekolah, kita bertemu di balik pohon besar di dekat pintu kantin, arraseo? Jangan sampai kai melihat kau. Ah jangan lupa ajak yang lainnya juga. “ suho mengoceh-ngoceh tanpa henti pada sehun yang ternyata sedari tadi ia tunggu suaranya.

Suho mengunci ponsel nya dan mengembalikkannya ke tempat semula, saku celananya saat mendapatkan jawaban yang Ia harapkan dari sehun. Ia lagi-lagi menghentak-hentakkan kakinya sambil menunggu sehun dan lainnya datang kesini. Tiba-tiba mulutnya terbuka kecil saat melihat kai menggigit coklat yang ada di tangan eunmi. Saat itu juga terdengar suara “omo”.

“ ya hyung, ada apa sampai kau menyuruh kami datang kesini? “ baekhyun berteriak saat tau Ia harus berjalan lagi. Bukankah menyusahkan sekali sampai ia harus berjalan hanya untuk bertemu leadernya itu?

“ sstt. “ chanyeol menutup mulut baekhyun. Baekhyun sadar ia harus mengecilkan volume suaranya saat melihat pemandangan di hadapannya.

“ kau tahu? Kai tadi baru saja memakan coklat itu. Coklat itu sebelumnya sudah di makan oleh Eunmi. Dan sekarang eunmi memakan coklatnya lagi. Berarti mereka…. “ suho menunjukkan muka usilnya sambil membeberkan kejadian yang ia lihat beberapa detik yang lalu.

“ omo “ sehun menutup mulutnya dengan kedua tangannya, dilanjutkan dengan Jiyoon yang ikut membulatkan mulutnya. Jiyoon juga ikut dengan member EXO K lainnya, ternyata.

“ memang kenapa? “ D.O memasang muka polosnya. Apa yang salah dengan makan coklat bersama, bukankah berbagi itu baik?

“ pabo D.O “ suho menggeleng-gelengkan kepalanya, tak percaya dengan kebodohan D.O

“ itu artinya, mereka berciuman secara tidak langsung, hyung. “ Sehun ikut-ikutan mendecakkan lidahnya, tidak percaya bahwa D.O sama sekali tidak mengerti.

“ a a a ~ “ baekhyun dan chanyeol berkata bersamaan, yang artinya mereka mengerti apa yang suho maksud.

“ jadi kalian berdua tidak mengerti apa yang kumaksud? Ya! Jinjja ternyata kalian berdua sama saja! “ Suho mendecakkan lidahnya sama seperti sehun, ternyata D.O tidak sendiri, ternyata dua makhluk lain yang sedari tadi memasang muka polos mereka juga tidak mengerti apa yang dibicarakan sedari tadi.

“ Kai memeluknya. “ D.O membuka suaranya, dan kata-katanya tersebut berhasil membuat Jiyoon, Sehun, Baekhyun, dan Chanyeol yang sedari tadi tidak memperhatikan pemandangan didepan mereka, segera mengalihkan mata mereka ke arah kai dan eunmi berada.

“ dan sekarang Ia mencium kepalanya. Aigoo. “ suho menggeleng-gelengkan kepalanya tidak percaya dengan pemandangannya. Kai benar-benar sudah tumbuh dewasa sekarang.

“ aku mungkin sudah meleleh jika aku ada di posisi eunmi. “ sehun membayangkan dirinya ada diposisi eunmi, tapi seketika menggeleng saat mengingat masa lalu eunmi.

“ anni, sehunnie. Eunmi hanya milik kai. Kai hanya boleh menjadi milik eunmi. “ Jiyoon memajukan bibirnya saat mendengar sehun yang sedang membayangkan dirinya ada di posisi eunmi.

“ dan aku, hanya milikmu “ kata-kata singkat yang cukup membuat Jiyoon merona terlontar dari bibir sehun. Sehun memeluk Jiyoon dan mengelus rambut hitam Jiyoon yang sekarang ada di pelukkannya. Sedangkan D.O, Suho, Baekhyun, dan Chanyeol hanya bisa menggeleng dan tersenyum saat menyadari kedua member mereka yang ada di line yang sama, 94 Line, sudah tumbuh dewasa.

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

“ Cih, wanita itu siapa? Berapa kali ia mendekati kai? “

“ entahlah, apa yang ia perbuat sampai kai sedekat itu dengan dirinya? “

“ bukankah wanita itu sudah kelewatan? “

“ dan bukankah Ia layak diberi ‘hadiah’ ? “

2 wanita yang sedari tadi bersembunyi di balik semak tersenyum puas saat salah satu dari mereka, dan juga merupakan pemimpin kelompok mereka, memberi mereka ide untuk memberi ‘hadiah’ untuk wanita yang sedari tadi ada dengan kai.

 

TBC

Credit: sehunly

 


Clumsy Me (Chapter 5)

$
0
0

Title : Clumsy Me

Subtitle : Stupid Salsa!

Author : NadyKJI

Web : http://cynicalace.wordpress.com/

Genre : Comedy (a little?), romance, friendship, School Life

Length : Chaptered

Rating : G

Maincast:

  • Kim Jong In – Kai
  • Cha Naraya (OC)

Other : Oh Sehun, Lee Ria (OC), Min Chan Rie (OC), Park Chanyeol, Byun Baekhyun, D.O, Tao, Chen, Choi Minho (Shinee), Sulli (fx), Kang  Chae Kyong, Han Yeon Yuk (OC), Cho Youn Hee (OC),  (will be added)

Disclaimer : FF ini murni ide-ide khayalan author yang kelewat tinggi, dilarang meniru dengan segala cara apapun, jika tidak ff ini tidak akan dilanjutkan lagi. Terima Kasih.

Author’s Note :

Helo readers!!!

Tidak kerasa ya sudah chapter 5 lagi *author menangis haru.

Author ingin memberitahukan nama guru tari Naraya – Cho Youn Hee. Tadinya sih tidak author kasih nama. Apa daya, sepertinya guru ini akan banyak muncul, jadi author beri nama, hehehe. *Thor, emng lw ibu-bapanya ya?!

Huee, author minta maap kalau posternya gaje ya ya yaaa~

Auhtor cuman pengen memberikan bayangan kepada readers ehehe (^∞^)

Ngomong apa lagi ya???

Ah! Author mau terima kasih sama admin exofanfiction.wordpress.com yang udah post ff ini ^^ jeongmal gomawoo! Dan ff ini sudah pernah di post di exomkfanfiction.

Udah deh, blm kepikiran lagi.

Happy Reading^^

Comment sangat diharapkan yaaa :D

Author lagi garing segaring keripik lays *LOL

CM-Chap 5

___

-:Author PoV:-

Semenjak kejadian gerakan salsa kecelakaan itu, Youn Hee-seongsaengnim menyuruh dua anak didiknya untuk segera berlatih. Bahkan mau mengkhususkan diri untuk melatih dua muridnya itu. Sedangkan Kai dan Naraya yang menjadi objek penderita hanya bisa pasrah akan panggilan saemnya untuk berlatih. Tak jarang waktu istirahat kedua mereka disabotase oleh sang saem yang terlalu obsesi ini.

_

“Nae Hakseng, kalian briliant. Cobalah Senin sepulang sekolah berlatih di ruang tari. Nanti saem yang bilang kepada petugas agar tidak dikunci dulu ruangannya.”

Kata Youn Hee-seongsaengnim kepada Kai dan Naraya pada saat latihan hari Jumat istirahat kedua tentu saja.

Kai dan Naraya hanya menganggukkan kepala pasrah. Mereka merasa sudah terpilih untuk mengisi acara saja. Saem sepertinya sudah melupakan tujuan awalnya membuat pasangan tari dari setiap kelas.

-:Naraya:-

“Bagaimana menurutmu?” aku bertanya kepada Kai.

“Eh?”

“Latihan Senin sepulang sekolah?”

“Terserah padamu saja.”

Sejujurnya aku masih sedikit kesal dengan insiden mengantar pulang dengan paksa yang diprakarsai oleh Kai. Aku lupa tepatnya, mengingatnya saja membuatku kesal setengah mati.

“Kenapa terserah padaku? Ini menyangkut kau juga dong!”

Aku tidak terima dia melimpahkan semua keputusan padaku. Kalau aku salah dan dia menyalahkanku nantikan tidak adil. Nappeun namja!

“Nanti saja dipikirkannya, eoh?”

Namja itu sedikit menyentakku, membuatku terlonjak sedikit.

“Cih, nappeun namja.”

Aku berjalan cepat meninggalkan namja menyebalkan itu menuju kelas.

_

Aku berjalan kearah tempat parkir, cuaca sabtu siang ini terlalu terik. Pelengkapan melukisku yang banyak inipun sama sekali tidak membantuku. Aku baru saja selesai dari kegiatan eskul melukisku, tapi entah kenapa tanganku masih gatal untuk melukis. Mungkin karena kanvas yang berada dalam pelukanku ini hanya terisi dengan sketsa gambar saja. Inilah diriku yang selalu perfeksionis segala harus tuntas tanpa ditunda dulu.

Dugh.

Suara barangku yang aku letakkan begitu saja di kap mobil berbunyi. Aku sudah sampai pada tujuanku – mobil oppa. Kekurangannya adalah Chen sang pemilik mobil belum ada, sehingga aku tidak bisa masuk dan langsung pulang. Padahal aku sudah lelah.

Pintu mobil yang masih tertutup kujadikan tempat untuk bersandar, sejenak melepas lelah walau hanya sedikit. Pandanganku mengarah ke lapangan sekolah yang lalu lalang dengan murid-murid yang baru keluar.

Mataku tiba-tiba saja menyipit. Seseorang keluar dari gedung dan langsung di kerumuni oleh para yeoja – baik dari anak kelas 1 sampai anak kelas 3. Seiring dengan orang yang di kerumuni berjalan mendekati tempat parkir, teriakan gumaman para yeoja itu semakin jelas. Tanpa bisa dicegah langsung saja telingaku mendengarkan ribut-ribut tersebut.

‘Jong In, ayo pergi dengan noona.’

‘Jong In, ini minumlah, kau haus kan?’

‘Tadi aku lihat, kau keren lho saat main anggar.’

‘Kyaaa!’

‘Oppaa…’

‘Jong In, kau ganti gaya rambut ya?’

‘Dongsaeng noona yang lucuu?!’

‘Saranghaeeee,’

Mendengar ribut-ribut itu cukup membuatku kesal. Kai. Namja tebar pesona itu. Setiap kali aku melihatnya di lapangan sekolah pasti saja membuat keributan dengan penggemarnya yang bejibun itu. Bagaimana orang semenyebalkan itu menjadi pasangan tariku? Mana Youn Hee-seongsaengnim juga menyukainya lagi – tentu saja karena Kai pintar menari.

Aku masih menatap kerumunan itu jengkel, sedikit menyipitkan mata karena silau.

“Naraya, apa yang kau lakukan?”

Punggungku terlonjak dan seakan terpeleset di badan mobil yang licin membuatku hampir jatuh. Sampai satu tangan menahan sikuku.

“Oppa! Mengagetkanku saja.”

Chen oppa tidak memperhatikanku, ia malah melihat ke arah pandangku tadi – kerumunan Kai.

“Kau menyukainya?”

“Hah? Oppa tidak mengigaukan?”

“Aniyo. Oppa secara sadar menanyakan padamu.”

“Ish, mana mungkin aku suka namja tebar pesona itu. Menyebalkan.”

“Hmm, kenapa aku melihatmu seperti mengawasi namja itu ya…”

“Oppa! Oppa kenapa sih? Aneh.” Cibirku tidak terima.

“Ya sudahlah. Kau memang masih polos.”

“Wa…wae?”

Sebelum aku bisa menahannya, aku menyadari hal lain. Cahaya matahari yang tadi begitu menyorot itu tiba-tiba lenyap. Seperti seseorang telah menghalangin cahaya matahari itu. Refleks layaknya orang biasa aku menoleh ke arah yang kuyakin adalah letak si penutup cahaya itu.

“Aku hanya mau menyampaikan, latihan hari Senin nanti jadi! Saem tadi memaksaku saat bertemu di lorong.”

Sudah tahu kan siapa? Kai. Setelah berkata seperti itu ia berbalik menghilang dikerumuni oleh para penggemarnya.

Cih, sudah tebar pesona. Sekarang memerintah?!

_

Hari minggu aku hanya berdiam bosan, menatap lukisanku yang belum selesai sabtu kemarin. Aku tiduran di kasur membayangkan warna yang harus aku pakai. Sampai satu harianpun masih belum terpikirkan.

-:Kai:-

Aku duduk di pojok ruang tari, sedang mengikat tali sepatuku. Sudah 10 menit dan Naraya belum juga muncul. Apakah gadis itu lupa?

SREKKK

Tap, tap, tap

Brak

Aku mendongak mendengar suara ribut yang berakhir disebelahku itu.

“Kau sedang apa?”

Naraya, gadis itulah yang membuat suara gaduh tersebut.

“Melukis, mian. Aku telat gara-gara ini.”

Ia menunjuk tangannya yang memegang kanvas berlukiskan bunga sakura berwarna merah menyala itu. Kanvasnya masih menunjukkan bagian-bagian berwarna putih menandakan belum selesai dilukis.

“Bagus, selesaikanlah dulu.”

“Jjinja?”

“Eoh. Kalau tidak kau tidak akan konsentrasi bukan?”

Kata-kata itu meluncur begitu saja, mungkin karena hyungku yang seorang pelukis membuatku sedikit mengerti. Tabiat seorang pelukis jika lukisannya belum rampung pasti uring-uringan. Kulihat tangan mungil gadis itu sudah membuka cat dan memegang kuas. Memulaskan warna-warna kepada kanvas di depannya.

Hening.

“Uhm..”

“Wae?”

Aku bosan diam terus…

“Kau suka melukis? Hobi?”

“Molla. Aku sendiri bingung. Tapi kebanyakan aku melukis saat aku kesal. Lebih tepatnya terkadang tempat pelarianku adalah lukisan atau toko peralatan lukis mungkin.”

“Wae?”

“Keluargaku bukanlah keluarga utuh. Appaku sekarang bukan appa kandungku. Eomaku menikah lagi. Chen adalah anak appa, jadi ia kakak tiriku. Tapi Chen baik sekali padaku.Eh, mian… aku jadi bercerita tidak jelas begini.”

“Gwaenchana, lagian kalau diam terus juga aku bosan.”

“Apakah melukis membutuhkan waktu lama? Aku lihat kau hanya berkutat dibagian itu terus. Padahal masih ada bagian yang belum tersentuh.”

“Hehe, melukis ada suatu kesabaran. Jika kau tidak sabar – lukisanmu tidak akan memuaskan.”

_

“One, two, three, four,”

jeda

“five, six, seven, eight.”

Aku dan Naraya sedang berlatih ketukan. Walaupun sudah diajari saem, Naraya masih kurang hafal dengan ketukannya. Jadi aku memutuskan melancarkan dasarnya saja. Musik jadinya tidak di putar. Sudah mulai gelap, keadaan jadi benar-benar hening.

Click.

Satu suara kecil namun berdampak cukup fatal. Kami berdua terdiam sejenak.

Sial!

Aku berjalan menggapai pintu kayu ruang tari, di kunci.

Skakmat.

“Wae?”

“Pintunya terkunci.”

“Bagaimana bisa? Tidakkah petugas itu melihat lampu masih menyala?”

Aku menggeleng, “pintu ruang tari ini sangat rapat, aku pikir cahaya dari dalam sini tidak bisa menembus keluar.”

“Saem? Bukankah dia bilang akan bilang pada petugas?”

“Molla. Coba aku telepon saem.”

Kuambil Iphoneku dari dalam tas. Kuketikkan nomor saem dan meneleponnya.

Tut, tut, telepon yang Anda hubungin sedang sibuk silahkan menghubungi beberapa saat lagi.

Suara Iphone ku yang di loudspeaker itu sudah memberitahukan kami kalau saem tidak bisa dihubungi.

_

Disisi lain tepatnya apartemen Youn Hee-seongsaengnim.

Wanita itu sedang berteleponan dengan kekasihnya, meninggalkan dua anak didik tercintanya terkunci di ruang tari semalaman.

_

“Tidurlah, gwaenchana. Aku akan membangunkanmu kalau seseorang membukakan pintu. Minimal saat saem bisa dihubungi.”

Kulihat Naraya yang masih duduk memeluk lutut.

Sekarang sudah jam 11 malam. Saem masih tidak bisa dihubungi. Dasar saem gila, mana ada guru yang menelantarkan anak didiknya seperti ini.

Sebagaimanapun aku kesal dengan yeoja disebelahku ini, masih ada keinginan untuk melindunginya sebagai namja. Mengabaikan kenyataan bahwa hubunganku dengannya memang tidak begitu baik aku mengulurkan tanganku perlahan.

Tanganku serasa macet ketika digerakkan. Beberapa menit lamanya baru tanganku berhasil memegang kepala gadis di sebelahku ini dan menaruhnya di bahuku. Bisa kurasakan ketakutannya.

“Gwaenchana, ne? Kau tidur saja. Aku pasti membangunkamu.”

Mulutku mengulangi perkataan yang sama agar gadis ini mau tidur walaupun sebentar.

_

Mataku terasa berat. Baterai Iphoneku sudah tinggal 20%.

Sekarang sudah hari Selasa jam 11. Harusnya sebentar lagi ruangan ini terbuka, berhubung kelasku yang ada pelajaran.

Aku bukannya tidak usaha. Hanya saja lantai satu itu sepi sekali, apalagi bagian ruang tari yang terpojok. Usahaku mengedor-gedor pintu sia-sia saja.

Click.

Suara itu yang memulai kesialan ini, suara ini pula yang mengakhirinya. Aku tertawa dalam hati. Aku mengendong Naraya dan menghampiri pintu. Beruntunglah hanya ada Youn Hee-seongsaengnim.

“Mwo?!”

Saem terlonjak kaget melihatku.

“YA! Saem kemana saja, sudah aku telepon tidak menjawab. Kemarin petugas mengunci ruang tari.”

“Eh? Petugas menyerahkan kunci padaku sambil berkata dia tidak merasakan tanda-tanda kalian latihan karena itu ia mengunci pintunya.”

“Aish, mian saem. Kemarin kami berlatih, tapi tidak menggunakan lagu karena ketukan Naraya belum benar. Sekarang saem, bisakah saem membuatkan surat ijin untuk ke ruang kesehatan dan beristirahat?”

_

Perlahan aku membaringkan Naraya di ranjang UKS, menyimpan barang bawaannya di kursi sebelahnya.

Aku sendiri merebahkan diri di ranjang sebelah yang terpisah oleh tirai.

Sesudah menemukan kami saem yang merasa bersalah langsung berlari ke ruang kesehatan dan menjelaskan bahwa dua muridnya sakit, sehingga ia mendapatkan ijin untukku dan Naraya agar bisa beristirahat.

-:Naraya:-

Seseorang menyentuh keningku. Aku yang sudah setengah sadar dapat merasakannya.

Perlahan aku membuka mataku,

“Ah, Naraya. Mianhae. Seongsaengnim ini lalai hingga kau sampai begini.”

Kulihat Youn Hee-seongsaengnim duduk disebelahku.

“Gwaenchanayo saem.”

Aku perlahan bangkit. Saem yang masih khawatir berusaha menyuruhku tetap berbaring.

Aku setengah memenangkan perdebatan. Aku sudah tidak berbaring lagi, tapi tumpukan bantal tetap menahanku agar tidak bangun sepenuhnya. Hanya membuatku duduk tegak diranjang.

Hal pertama yang aku lakukan adalah menyurvei sekelilingku.

Bau antispetik khas rumah sakit, dinding putih yang di hias gambar daun pepermint, ranjang, lemari obat, dan tirai. Ruang kesehatan? Bagaimana bisa aku sampai disini?

Seakan membaca pikiranku saem menceritakan apa yang terjadi padaku. Aku mendengarkan dengan sabar, tentang kesalapahaman petugas itu.

_

“Dan yang membawamu kesini adalah Kai. Dia namja yang baik.”

Saem mengakhiri ceritanya.

Aku mengangguk-angguk asal. Pikiranku melayang.

Kemarin aku berlatih tari, tapi tiba-tiba pintu terkunci. Kai meminjamkan bahunya untukku tidur, dan sekarang ia membawaku kesini? Kenapa tidak dibangunkan? Dia kan sudah janji!?

“Dimana dia?”

Tangan ramping saem menunjuk tirai.

Kusibakan tirai putih itu dan mendapati Kai sedang tertidur. Wajahnya saat tidur sangat tampan dan terkesan polos. Tidak seperti saat ia dikerumuni para penggemarnya, tidak juga saat ia menatapku sinis akibat kecerobohanku. Tapi dia selalu menolongku dari kecerobohanku!

Aku mengeplak kedua pipiku.

Bagaimana bisa namja ini yang selalu menolongku?

-:Author PoV:-

Sejak kejadian itu Naraya menghindari Kai. Bukan karena benci, tapi karena malu. Sehingga latihan tari belum dilaksanakan lagi. Saem yang merasa sangat bersalah, memaklumi keabsenan dua muridnya itu. Tanpa sadar Naraya dan Kai sudah menjadi murid kesayangannya.

Sedangkan Kai yang merasa Naraya menjaga jarak mulai aneh dengan sikap gadis itu. Apa salahnya, ia tidak mengerti. Setelah kesehariannya yang duduk di sebelah gadis ceroboh itu ia merasa ada yang aneh ketika gadis itu dan kecerobohannya tidak mengganggunya. Ada sebuah rutinitas menolong gadis itu yang hilang.

Sedangkan Naraya sendiri uring-uringan dengan rasa bersalah dan malunya karena di tolong terus oleh Kai. Perasaannya menjadi aneh jika dekat-dekat namja bernama Kai itu.

_

Sudah hampir dua minggu Naraya menjauhi Kai, membuat Kai sedikit uring-uringan.

“Ne? Kai?”

“Mwo?”

“Aish, dengarkanlah pembicaraan, eoh?”

Sehun berkata gemas pada Kai, sudah sejak awal istirahat eskul anggar Kai menghilang entah kemana. sedangkan Tao yang baru dekat dengan Sehun tidak bisa mengerti apapun.

“Mian, kalian mengobrolkan apa?”

“Tidak jadi.”

Sehun melihat ke arah Kai sedikit kesal.

“Tentang tari untuk nilai semester.” Tao menjawab dengan polosnya.

“Bagaimana dengan pasangan kalian?” Kai mencoba berpartisipasi.

“Chan Rie bisa diajak bekerja sama. Gerakannya kaku, tapi cocok untuk hip hop menurutku.”

Begitu Tao menyebutkan nama Cha Rie, Kai yang sudah lebih berpengalaman tersenyum. Jelas sekali Tao tertarik dengan Chan Rie.

“Kau bagaimana?”

Tao bertanya balik, yang tidak mengetahui itulah asal-muasal uring-uringannya Kai – pasangan tarinya.

“Ani…”

Sehun yang sendari tadi diam tiba-tiba tertarik.

“Wae? Bukankah kalian menjadi perhatian saem?”

Kring….

Kai menoleh ke tasnya. Iphonenya berbunyi. Nama seorang yeoja tertera di layar iphone itu. Biasanya Kai akan langsung mengambilnya dan menjawab telepon itu. Sebuah keajaiban sedang terjadi, Iphone itu di abaikannya sampai  berhenti berbunyi.

“Wae geurae?

*(Apa yang terjadi? / Ada apa?)

Sehun yang semakin melihat kelakuan aneh temannya itu melotot meminta penjelasan.

“Ya, nanti saja Sehun. Hehe. Ayo latihan sudah mau mulai lagi.”

Kai mengalihkan pembicaraan, berjalan menjauhi Sehun dan Tao.

-:Sehun:-

Ada yang aneh dari Kai…

Eskul sudah selesai, sekarang kami bertiga akan pulang.

Seperti biasa kami pasti di kerumuni oleh yeoja-yeoja. Para fans Kai. Tapi sangat lain, Kai tidak tersenyum ataupun melambai. Wajahnya melihat ke bawah, pandangannya menerawang jauh. Untuk pertama kalinya aku khawatir akan keadaan Kai.

Dari balik kerumunan aku melihat Ria yang berjalan berdampingan dengan Naraya. Tanpa permisi aku langsung mendesak keluar. Aku harus bicara pada Ria. Ada yang salah diantara Kai dan Naraya. Menurut penglihatanku masalah ini tidak sehat untuk jiwa mereka berdua. Begitu mendekat kulihat Naraya yang keadaannya tidak lebih baik dari Kai – sama-sama melamun.

Aku menarik tangan Ria.

“Ada apa dengan mereka?”

“Molla. Dia sudah begitu entah sejak kapan.”

Ria melirik kearah Naraya yang masih berdiri diam tidak jauh darinya.

-:Naraya:-

Apa yang kau lakukan?

Kenapa jadi menjauhinya?

Aneh!

Aishhhhh?!

Aku berguling-guling gelisah di kasurku. Kenapa mengetahui selalu Kai yang menolongku sangat mengangguku?! Bukannya berterima kasih, kau malah menjauhinya tanpa alasan, Naraya.

Babo!

“AIH!”

Aku terduduk di kasurku sekarang. Otakku panas memikirkan masalah ini. Aku harus melakukan sesuatu. Kulihat sekeliling kamarku. Aku jadi teringat perkataan eomma.

‘Naraya, bereskan buku SMPmu!’

Ingatan itu seakan memberi berkah. Aku langsung menumpuk dan memisahkan buku-buku SMPku. Mencari sedikit kesibukan.

Debu-debu yang menumpuk bertebaran.

“Hatchih! Hatchih!”

Aku bersin-bersin hebat. Aku melupakan kenyataan aku alergi debu. Mau berhenti tanggung juga, alergi sudah kambuh. Aku memutuskan melanjutkan.

Setelah cukup lama memilah-milah buku aku turun ke lantai bawah. Lampu masih menyala, tapi ruangan sudah sepi. Sepertinya semua sudah memilih berdiam diri di kamar masing-masing. Setelah mengambil empat kardus aku kembali ke kamarku.

SRETTT “Hatchii!” – SRET SRAT “Hatchih!” SRET – “Hatchih, Hatchi!!”

Aku beraksi dengan lakban. Memasukkan bukuku dan melakbannya disertai bersin-bersin. Lebih parah lagi hidungku sudah meler, sekotak tissu sudah bertengger manis di sampingku. Kehadiran kotak tissu itu bagaikan pelampung penyelamatku.

Aku melihat jam dinding, jam 10 malam.

Huaa?! Malam sekali. Aku belum mandi!

Aku melihat keadaan tanganku yang kotornya sangat mengenaskan – aku memutuskan bergerak cepat. Aku asal mengeluarkan kotak-kotak ke luar. Menyapu kamarku yang sudah seperti kapal pecah sebisanya.

Terakhir aku mengambil handuk, mandi dengan air hangat.

_

“Hatchih!”

Sial, sudah mandi air hangat pun masih dingin.

Suara dengungan hairdryer memenuhi kamarku, aku tidak mau mengambil resiko sakit kepala besok.

Setelah semuanya beres aku memasukkan diriku ke selimut menghangatkan tubuhku.

Merasa nyaman, aku mulai memperhatikan hal lain. Iphoneku contohnya.

Iphone yang sendari tadi aku anggurkan di meja samping ranjangku aku ambil. Ada pesan dari Ria.

Lee Ria:

Narayaa, sedang apa kau? Aku tadi melihat foto reherseal dari Shinee yang baru.

Taemin melakukan hal yang lucu, wajahnya jadi terlihat ‘derp’. Tapi menurutku tetap tampan. ><

Tahu tidak, aku pikir Sehun lebih tampan daripadanya…

Aku melihat pesan itu malas. Aku mulai mengetikkan balasan.

Iya “Hatchih!”  iya “Hatchih!”  Sehunnya Ria memang tampan.

Tanpa mengeceknya lagi aku mengirim pesan tersebut.

Balasan datang dengan cepat, lebih cepat dari yang aku bayangkan. Masa ia menuliskan fangirling yang pasti banyak itu sebentar sekali.

Lee Ria:

YA! Apa yang ada dipikiramu? Aku tampan? Gila kau!

Aku kaget melihat balasannya. Aku mengerjapkan mata. Kulihat pesan yang kukirim sebelumnya.

TO: LEE RIA

Iya ita, Ria memang tampan.

Aku terdiam sejenak, tanpa alasan jelas aku membayangkan muka kaget yang biasa Ria dimunculkan berkat keserampanganku.

“Hahahahhha.”

Aku tertawa tanpa henti. Tubuhku bergetar sempurna di balik selimut.

Kring…Kringg…

Ada telepon.

Kulihat nama yang tertera – Lee Ria.

Aku mengangkatnya masih tertawa.

“Halo? Haahhahaahahahah.”

“Mwo? Kenapa kau Naraya?”

Sekali lagi aku membayangkan wajah kagetnya. Semakin tertawalah aku. Aku tidak bisa bicara. Otakku masih menyuruhku tertawa. Entah ada angin apa aku bisa tertawa seheboh ini.

“CHA NARAYA! APA YANG MERASUKIMU HAH?!”

Ria sudah setengah berteriak.

“A.. Ani. Ahahahha,” aku berhenti sebentar,“Ria tampan… heheahaahahah.”

“Bagus kau sekarang membullyku hah? Apa yang baru saja kau lakukan?”

“Ah, hanya membersihkan kamar. Mengepak buku SMP. Hatchih!”

Aku bersin kembali.

“Alergimu kumat heh?”

“Sepertinya. Ahahahhahhah. Ria sekarang Sehun tidak akan menyukaimu. Kau kan tampan.”

“YA! Yeoja ini!!”

“Ahahhaa, mian, mian. Sepertinya ada yang tidak beres denganku.”

“Ne, kelihatan kok.” Ria menjawabku dengan nada datarnya.

“Ahahahhaa.”

“…..”

Tut….

Sambungan telepon terputus.

_

“Hatchih!”

“Aish, alergiku bertahan sampai sekarang.”  Ujarku begitu bangun tidur keesokan harinya.

Aku bangun dengan malas langsung turun, berteriak menganggu eomma.

“Eomaaaaaa! Ada minuman yang hangat tidak? Hatchih!”

Ahhhh~, batinku menderita.

_

Kakiku berjalan asal memasuki gedung sekolah. Sepagian ini konsentrasiku hanya pada hidungku yang bersin dan mulai meler ini – menyebalkan.

“Hatchih!”

“Ha… hatchih!”

Sepanjang jalanku – ralat, sepanjang hariku ini hidupku hanya di penuhi dengan bersin, aku asumsikan.

“Hatchi-…”

GREP!

Seseorang menahan dahiku dari belakang, dari maut mencium kusen pintu.

“Gomawo…,” aku berbalik dan berterima kasih kepada orang yang menolongku, “…Kai.”.

“Gwaenchana. Hati-hatilah.”

Namja itu langsung berjalan masuk mendahuluiku. Membiarkan aku mematung sambil memegang jidatku terpana.

“Ha…ha…hatchih!”

“Ish…”

-:Kai:-

“Hatchih~”

“Hatchih~”

“Ha…hatchih~”

Suara bersin tertahan gadis disebelahku ini sudah aku dengar sejak gadis ini masuk kelas. Ada apa dengannya? Aku hanya bertanya-tanya dalam hati.

Beberapa menit berlalu…

“Hatchih!”

Tak

Aku menoleh.

“Eum, mian. Bisakah kau mengambilkan pensilku yang jatuh?”

Aku melirik kebawah kursiku, kearah yang Naraya tunjuk. Dengan sigap aku mengambil pensil itu.

“Hatchih!”

Tak

Aku menoleh.

“Eum Kai, mian. Bisakah kau mengambilkan pensilku yang jatuh, lagi?”

Aku melirik kebawah kursiku, kearah yang Naraya tunjuk. Dengan sigap aku mengambil pensil itu lagi… -_-“

“Hatchih!”

Tak

“Eum Kai…”

Sebelum gadis itu berbicara aku sudah mengambil pensilnya yang jatuh, untuk yang ketiga kalinya dalam 10 menit. Ada apa sih? Flu?

Tak

Aku memutar bola mataku kesal, sekali lagi mengambil pensil gadis itu.

“Ya! Ada apa dengamu?”

Pada akhirnya aku penasaran, juga tidak kuat menahan sabar.

“Ehehe, mian, sungguhan. Alergiku debuku kambuh karena kemarin aku membereskan kamar.”

Kulihat wajah gadis itu yang sudah memerah, terutama bagian hidungnya. Lucu juga.

-:Author PoV:-

“Hei, apa yang sebenarnya kedua orang itu lakukan?”

Sehun yang dari tadi bingung melihat Naraya yang tak kunjung berhenti dan menjatuhkan barangnya lalu diambil oleh Kai. Bertanya pada Ria, yeoja teman sebangkunya itu.

“Molla. Tapi kalau soal Naraya yang menjatuhkan barang karena bersin itu aku tahu.”

“Wae? Flu?”

“Andwae. Alerginya kumat, jadi bersin-bersin. Otaknya juga pasti sangat tidak beres.”

“Jjinja? Bagaimana kau bisa berkata seperti itu?”

“Eoh… Kemarin malam entah kenapa saat aku meneleponnya ia hanya tertawa heboh. Sendirian. Tidak ada sebab.”

Ria yang mengingat kejadian kemarin malam hanya menunjukan straight facenya. Tidak usah di bahas tentang sms Naraya yang sangat tidak masuk akal itu.

Heuhhh…Dasar manusia error… batin Ria kesal.

_

Kai berjalan di sebelah Naraya menuju ke ruang tari. Sepanjang jalan itu Kai hanya bisa menghela nafas pasrah saat Naraya yang bersin-bersin itu tersandung ataupun hampir menabrak sesuatu. Tangannya yang cekatan hanya bisa menahan siku gadis itu, sebelum terlibat kecelakaan. Namja itu tidak melihat kehadiran Ria, sahabat Naraya di sekitar gadis itu sejak pagi. Sehingga mau tidak mau ia yang merasa was-was berkat ketidakkonsenan Naraya, berjaga mengantikan posisi Ria. Kegiatannya itu didukung juga dengan keabsenan Sehun.

Sedikit demi sedikit perasaan uring-uringan Kai berkurang. Berada di samping Naraya dan gadis itu tidak menghindarinya membuatnya lega.

-:Naraya:-

“Hatchih!”

Aku duduk di pojok ruang tari. Hidungku tidak membaik. Saem yang melihatku bersin-bersin seperti orang berpenyakit akut membiarkanku duduk.

Aku menyenderkan kepalaku de dinding kaca, memejamkan mata, mengistirahatkan seluruh tubuhku yang lemas habis tenaga karena bersin-bersin.

“Kemana Ria?”

Kurasakan seseorang tiba-tiba duduk disebelahku. Aku tidak ambil pusing, masih memejamkan mata aku menjawabnya.

“Molla, kurasa ia hanya merajuk, hatchih!”

“Wae?”

“Ani. Hal memalukan.”

Hening…

“Kenapa…”

Perkataannya mengangtung.

“Mwo?”

“Kenapa kau menghindariku? Jawab aku.”

Mataku langsung terbuka lebar-lebar. Perasaan lelahku hilang sudah.

Aku membeku, melihat ternyata Kai yang berada di sebelahku.

“Tidak berlatih?” aku mencoba berbasa-basi – sepertinya gagal (@_@).

“Ani, bagaimana bisa berlatih jika pasangan tarimu menghindarimu dan sekarang terduduk tak berdaya begini?! Dan jangan coba-coba untuk mengalihkan pembicaraan. Kupastikan kau tidak pandai dalam hal itu.”

Benar kan….

Kai menatapku tajam, membuatku salah tingkah. Merasa dalam keadaan tidak menguntungkan, dengan pengecutnya aku perlahan mundur, bersiap pergi. Apapun resikonya. Aku bahkan tidak mengerti diriku.

“You can’t run!”

Pergelangan tanganku sudah di tangkap Kai, memaksaku untuk beringsut mendekatinya.

“Jawab aku!”

Suara Kai datar, dingin.

“Eh? Uhmm…”

Aku memutar otakku, apakah ada alasan bagus untuk sikapku yang memang aneh ini. Jauh di dalam hatiku aku tahu, namja ini harus mendapat penjelasan.

“Aku…,” setelah jeda cukup lama, “tidak tahu.”

Alis Kai terangkat, mulutnya sudah membuka akan memprotes jawabanku.

“Tunggu. Itu benar, aku tidak berbohong. Aku memang tidak tahu.”

“Mwo?! Kau menghindariku tapi kau tidak mengetahui alasannya?!” Kai berkata padaku tidak terima, “YA, lalu untuk apa kau menghindariku? Babo.”

Aku mengigit bibirku, tanganku yang bebas menutup mukaku. Dalam hati aku meratapi, mengapa aku bisa sebodoh ini.

“Biar kuluruskan. Jika kau memang tidak memiliki alasan, jangan menjauhi orang. Kau seperti membuat orang itu bersalah padahal tidak. Lagipula jika ada sesuatu katakanlah. Eoh?”

Setengah berpikir aku menganggukkan kepalaku.

“Ha…hatchih!”

JDUK

Kali ini bersinku membuat kepalaku terbentur dinding kaca.

“YA! Yeoja ini. Tidak bisakah kau tidak membuat dirimu sial sehari saja?!”

Kai yang berada di sebelahku terperajat kaget.

TO BE CONTINUE…

 

 


Impossible

$
0
0

Impossible

Author: Kim Na Yong

Genre:Friendship,Humor,and Romance maybe

Length: 5 (End)

MainCast: -Kim Nana

                -Yang Misun

                -Cho Kimin

                -All Member EXO

Rating: Segala Usia hahaha

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Mata Nana mulai berkaca-kaca entah dia harus menangis atau senang mendengarkan ucapan Lay, Misun melihat Nana yang hampir menangis tidak Nana memang sudah menjatuhkan air matanya , tapi Nana tidak terisak hanya mengeluarkan airmata. Benar apa yang di takutkan Misun dan Kimin kejadian dua bulan lalu pasti terjadi dan benar sekarang terjadi.

nongdam haji malla”(Jangan bercanda) kata Misun kesal. “nae nongdam-eul haji anhseubnida” (Aku tidak bercanda) kata ChanBaek+Sehun. Lay hanya mengangguk kencang.

neon doum-eulhaji anhgessdago yagsog?” (Kau sudah berjanji membantuku bukan?) kata Sehun, Misun mendengus kesal “hajiman i babo gat-eun !” (Tapi bukan seperti ini bodoh !).

Luhan bingung. “doum” (Membantu) kata itu terngiang-ngiang di pikiran Luhan. “dangsin-eun dul mueos-eul uimihabnikka?” (Apa maksud kalian berdua?) kata Kai. Luhan pun mengalihkan pandangannya ke Misun, Misun hanya menghela nafas dan mulai membicarakan kejadiannya dari awal.

SKIP TIME

geulaeseo iyagineun ganda” (Begitulah ceritanya) ucap Misun lemas ketika sudah selesai menceritakan tentang dirinya dan Sehun. Nana bengong , semua juga ikut bengong termasuk Luhan. Jadi Luhan mencurigai Sehun menyukai Misun padahal ternyata Sehun menyukai Nana dan Misun hanya membantu Sehun untuk mendapatkan Nana , Luhan pun bernafas lega.

Tapi tidak Chanyeol, Baekhyun dan Lay mereka amat sangat kesal. Ternyata Sehun minta bantuan langsung pada teman dekatnya Nana.”Sehun-ah neon sagi “ (Kau curang Sehun) geram Chanyeol dengan suara beratnya.”hyeong, joesong hajiman geuleul eodgi wihaeseo” (Maaf hyung tapi ini demi mendapatkannya) Sehun mengeluarkan smirk liciknya. Chanyeol yang kesal langsung menarik ujung atas pakaian Sehun, mencengkramnya kuat dan menatap tajam Sehun namun Sehun hanya memandang Chanyeol dengan wajah datar.

Suho menarik Chanyeol yang mulai akan meninju Sehun, sedangkan Chen menarik Sehun supaya tidak ditinju Chanyeol. Misun membisikkan Nana sesuatu agak lama mungkin Misun sedang menceritakan sesuatu. “Nana-shi eotteohge gyeoljeong ?” (Bagaimana keputusan mu Nana?) ucap Kyungsoo. Nana dan Misun yang tadinya sedang berbisik mendiskusikan sesuatu sontak kaget. Nana memiringkan kepalanya dan menatap ke empat pria yang ada di depannya bergantian, dari Chanyeol, Baekhyun, Lay, Sehun. Dan Nana berpikir sejenak, Misun memegangi bahu Nana seolah berkata keputusanmu yang terbaik melalui tatapan matanya terhadap Nana.

Nana berdiri dari duduknya , menatap lagi ke empat pria itu bergantian dengan tatapan polos namun terkesan sulit di artikan. Dan berjalan mendekati mereka , tapi Nana malah berbelok menuju arah Luhan, dan Luhan kaget semua juga ikut kaget. Namun Nana tersenyum kepada Luhan, Luhan hanya terdiam tak mengerti kenapa Nana berjalan ke arahnya.

Nǐ xiàng wǒ de péngyǒu ba?” (Kau menyukai temanku bukan?) kata Nana seraya tersenyum dengan manis, mulut Luhan menganga kaget atas ucapan Nana, semua member EXO yang mengerti bahasa China pun langsung mengarahkan pandangan kepada Luhan.

Nǐ zěn…me zhīd..ào?” (Bagaimana kau tahu?) ucap Luhan terbata. Nana tetap tersenyum, Luhan mengerti maksud Nana. Luhan mengangguk dan berjalan mendekati Misun. Misun mengusap tengkuknya dan salah tingkah ketika Luhan sudah ada di sebelahnya. Luhan yang melihat Misun salah tingkah tersenyum kecil , dan langsung memegangi kedua tangan Misun. Seketika muka Misun menjadi merah , jantungnya berdegup kencang. Misun tak berani melihat Luhan.

neon nae yeoja chinguga doel geos-inga?” (Maukah kau menjadi kekasihku?) kata Luhan yang langsung to the point. Misun mendadak kaku, bahkan dia tak melihat Luhan saat mengucapkan kata-kata itu, Misun tetap dalam posisi menundukkan kepalanya. Misun kemudian mengalihkan pandangannya kepada Nana. Nana tersenyum nyengir dan mengangkat bahunya. “Anak bodoh” gumam Misun kesal. “Ne?” kata Luhan yang tadi sepertinya mendengar Misun mengucapkan sesuatu. Misun pun langsung melihat Luhan dan menggeleng kepalanya kuat. Seketika kontak mata Luhan dan Misun bertemu. Tak ada kebohongan di mata Luhan , dan Misun pun tahu itu. Baru saja Misun ingin mengatakan sesuatu, namun jari telunjuk Luhan sudah ada di depan bibirnya.

dabbyeon-eul seoduleul pil-yoga eobs-seubnida. naneun gabjagi dangsin ui gamjeong-eul pyohyeon hamyeon chung-gyeog-eul ajigdo algoissda. deo na-eun cheos beonjjae chinguga doel su issseubnida. hajiman nan dangsin-e daehae simgaghaessda algo dangsin-eul pil-yo” (tak usah buru-buru menjawab. Aku tahu kau terkejut tiba-tiba aku menyatakan perasaanku. Lebih baik kita berteman dahulu. Tapi perlu kau tahu aku serius terhadapmu) kata Luhan panjang lebar. Yah memang benar Misun baru ingin mengatakan hal yang sama seperti Luhan, namun di bagian terakhir kalimat Luhan itu sama sekali berbeda dengan apa yang dipikirkan Misun. Misun sebenarnya tak habis pikir kenapa Luhan tak menyukai Nana yang notabenenya sangat cantik tapi biarlah itu menjadi rahasia yang Misun tak ingin tahu, toh walau Luhan suka padanya itu mungkin karena memang sudah takdir.

“Nana-shi geuleom ulineun?neon ulil geoneun museun il-ibnikka?”(Bagaimana dengan kami?Apa kau akan menggantungkan kami Nana?) ucap Baekhyun kesal, Nana pun menoleh dengan polosnya lagi dan tersenyum. Deg !! Baekhyun merasakan jantungnya berdegup kencang, Baekhyun langsung membuang muka. Nana tertawa kecil melihat Baekhyun sangat imut mungkin.

“I’m willn’t choose ” kata Nana sambil tetap tersenyum. Semua melempar pandangan heran , Misun pun sama. “Nana-shi hangug-eo iyagi” (Bicaralah dengan bahasa korea,Nana) kata Chanyeol kesal. Nana mengerti maksud Chanyeol dengan tatapan kesal itu pasti dia tak mengerti apa yang Nana katakan. Nana menghela nafas panjang.

“I’m not going to choose because if I had to choose one of them, they friendship will be broken and I want’nt that to happen” Nana kembali menarik nafasnya.Pemikiran yang sangat dewasa bagi Misun, tapi inggrisnya sungguh sangat berantakan mungkin dia akan membuka jam les pada Nana pikir Misun.

HENING

Nana mengerjapkan matanya. Apa Nana salah bicaranya pikirnya, ah mungkin inggrisnya berantakan tapi harusnya mereka mengerti kan mereka kan artis pikir Nana. Nana terkekeh pelan seperti menghilangkan kesunyian dan kembali ke sofanya namun ….

GREP

Tangan Nana di pegang oleh Lay, Lay menatap Nana penuh arti, menyalurkan semua cintanya melalui sebuah tatapan mata. Yaa banyak yang bilang kalau orang berbohong coba lihat matanya , Nana berusaha mencari kebohongan itu namun nihil tak ada kebohongan namun kesungguhan dimata Lay.

Lay menarik tangan Nana agar bisa dipeluknya, dan akhirnya Nana berhasil di peluk oleh Lay. Lay mencoba menyalurkan cintanya melalui pelukannya , dibisikkannya kata-kata cinta dekat telinga gadis yang Lay cintai menggunakan bahasa Mandarin tentunya. Mengusap rambut panjang Nana . Nana hanya bisa diam entah kenapa tak bisa menggertak dia merasa nyaman di pelukan Lay.

Para member EXO yang melihat terkejut apalagi Misun, Misun merasa aneh terhadap Nana. Nana yang biasanya tak mau di peluk bahkan oleh Misun sendiri sekarang dia melihat Nana di peluk Lay yang notabenenya seorang pria? Dan terlebih lagi Nana tak meronta.

Chanyeol yang mulai kesal dengan hyungnya memeluk gadis yang dia suka mengepalkan tangannya kuat. Baru saja Chanyeol ingin menghampiri mereka namun tangan Baekhyun sudah tepat di dadanya. Chanyeol langsung menoleh ke Baekhyun dengan kesal dan Baekhyun membalasnya dengan menggeleng. Sehun pun sama dia tak ingin mengganggu kemesraan gadis yang dicintainya, biarlah waktu yang akan mengubah segalanya pikirnya sambil tersenyum.

Suho mengisyaratkan agar semuanya meninggalkan tempat ini membiarkan Lay dan Nana berdua saja. Semuanya mengangguk termasuk Misun. Mereka semua jalan perlahan menuju pintu depan, membuka pintu dengan hati-hati dan menutupnya dengan pelan. Membiarkan pasangan yang di mabuk asmara ini berdua saja.

Misun pun membungkuk pamit untuk pulang, pada saat membalikkan badan tangannya di pegang oleh seseorang yah itu Luhan. Luhan seperti tak rela. Namun Misun melepaskan genggaman tangan Luhan sambil tersenyum “ulineun dasi mannal geos-ibnida” (Kita akan bertemu lagi). Luhan tersenyum dan mengangguk, Misun pun berjalan menjauh dan Luhan hanya bisa menatap punggungnya yang mulai tak terlihat.

Meanwhile in otherside

Nana masih dalam pelukan Lay, hangat, nyaman, penuh dengan kasih sayang itulah yang Nana rasakan tapi Nana tak membalas pelukan Lay kedua tangannya masih berada di depannya untuk menahan tubuh Lay agar tak terlalu mepet (?) dengannya.

Nana mulai mendongakkan kepalanya untuk melihat Lay, dilihatnya Lay sedang memejamkan mata. Sadar kalau ada orang yang memandangi Lay pun membuka matanya dan melihat Nana dengan tatapan lugunya , entah sadar atau tidak Lay mulai mendekati wajah Nana , memperkecil jarak antara mereka. Dahi mereka pun bertemu namun Lay tak berhenti sampai situ dia tetap lebih memperkecil lagi jarak antara mereka.

Nana yang kaget langsung mendorong tubuh Lay hingga jatuh ke sofa, Lay yang lebih kaget lagi harusnya namun dia malah tertawa pelan. Tapi suatu kejanggalan terjadi yah Nana dan Lay baru menyadari kalau tak ada orang disekitarnya. Kemana mereka semua pikir keduanya.

At Van EXO to SM Build

“Hyung, tak apa kita meninggalkan mereka berdua?”  tanya Baekhyun ke Kris. Kris menggeleng, pandangan Baekhyun berlari ke Suho. Suho hanya terkikik dan juga ikut menggeleng. “Tenang saja mereka berdua memilki kepribadian yang sama jadi kurasa takkan terjadi sesuatu yang buruk” kata Chanyeol yang mulai tenang, Baekhyun mempoutkan bibirnya dan mengangguk.

“Kurasa aku harus memberitahu Ibu Lay gege kalau dia akan mempunyai seorang cucu” kata Tao dan langsung mengetik di ponselnya. “Ah apa kita perlu ke Mall dahulu membeli pakaian bayi? Ah aku sudah tak sabar” kata Xiumin sambil tepuk tangan. “Beli pakaian yang bermotif hello kitty” kata Luhan senang. “Tapi kalau anaknya laki-laki?” tanya Sehun. “Tetap dia harus memakainya” kata Chen sambil tertawa. Semua pun ikut tertawa , memenuhi Van mereka dengan canda dan tawa berharap Lay akan berbuat “ini itu” kepada Nana, tapi itu tak mungkin karena walau Lay sudah cukup umur namun sifat Lay yang polos sama seperti Nana dia tak akan mungkin menyakiti Nana.

7 tahun kemudian

Disebuah ruang makan terlihat seorang wanita cantik memakai apron sambil memasak, rambutnya di ikat keatas memamerkan lehernya. Dan di meja makan seorang anak laki-laki sedang memakan sarapannya dengan lahap.

And the last song from legend boyband is ……… EXO with Wolf

Radio itu memutarkan lagu EXO-Wolf, wanita yang sedang memasak itupun langsung mengikuti lagu tersebut.

“Awooooooooo~”

Anak yang sedang makan itupun sontak menutup kedua telinganya, menggumam kesal.  “Ibu, tolong”. Wanita yang dipanggil Ibu oleh anaknya mengabaikan panggilan anaknya malah semakin menjadi-jadi.

“Awooooooooooooooooooooo~

“Hey Mom, please”

Seorang pria datang sambil membetulkan kancing lengan kemejanya “Hey ada apa ini?” tanyanya.

“Ayah, Ibu terus mengaum” rengek anaknya.

“Mengaum??? Hey itukan laguku” kata Pria itu ketika mendengar lagu yang sedang diputar diradio tersebut.

“Yaa Xiao YuMeng Atmadjaya cepat habiskan makananmu dan sekolah” ucap ibunya sambil mencubit hidung anaknya. Anaknya memeletkan lidahnya dan langsung lari.

“Apa? Lihatlah Xi Luhan anakmu sangat kurang ajar pada ibunya sendiri” wanita itu mendengus kesal. Namun orang yang dipanggil Xi Luhan itu hanya tertawa dan menghampiri istrinya tersebut, memeluknya hangat. Istrinya meniup poninya tanda kesal.

“Kau sendiri bukan yang memanjakannya Yang Misun?” kata Luhan sambil tertawa. Misun langsung mendongakkan kepalanya dengan raut muka kesal dan meronta dalam pelukan Luhan. Luhan yang tak bisa menahan tawa melepas tawanya sambil memeluk kencang istrinya agar tak meronta.

“Ayah, Ibu tak bisakah kalian lakukan itu dikamar?” ucap anaknya yang tiba-tiba ada di depan mereka. Sontak mereka pun melepas pelukannya, muka Misun menjadi merah padam malu terhadap anaknya. Anaknya menggumam kesal lagi dan langsung pergi keluar rumah “Ayahhhhh cepattttt” teriak anaknya. Luhan melihat Misun sekilas “Kita lanjutkan nanti malam yah sayang” kata Luhan sambil mengedipkan matanya. Misun pun membulatkan matanya, baru saja Misun ingin memukul Luhan namun Luhan sudah berlari. Misun pun tertawa pelan dan membereskan meja makan.

Meanwhile in otherside

Seorang wanita sedang duduk di atas ayunan, mengayunkan ayunannya dengan pelan. Wanita itu sedang menikmati senja di sebuah taman kecil di rumahnya. Menyenandungkan lagu-lagu kecil , hilir angin yang sejuk membuatnya betah berlama-lama di ayunannya.

Sebuah tangan menghentikan pergerakan ayunan tersebut, wanita itu terdiam. Tangan yang menghentikan ayunan itupun memeluk leher sang wanita tersebut. Wanita tersebut menoleh dan tersenyum.

“Bagaimana keadaan anak kita nyonya Zhang?” kata pria-yang tangannya menghentikan ayunan tadi- itu sambil mengusap perut wanita itu yang besar. Wanita itu tersenyum dan mengalihkan pandangannya ke depan. Lay –nama pria itu- mengerucutkan bibirnya . Istrinya itu tertawa pelan lalu diusap pipi suaminya tersebut. “Dia baik-baik saja” ucap Nana gemas-nama wanita tersebut-. Lay yang senang menarik pinggang istrinya agar bisa dipeluknya.

“Nana setelah anak ini lahir bagaimana kalau kita membuat satu lagi yah?” kata Lay polos, mulut Nana menganga “Dan hem bagaimana kalau kita membuat klub kesebelasan dari anak kita? Jadi kita membutuhkan 11 anak lagi untuk itu” kata Lay lagi dengan polosnya. Mulut Nana tambah menganga lebar, tak percaya kalau suaminya itu sungguh sangat polos atau bodoh “Siapa yang menyuruhmu?” tanya Nana kesal. Lay berpikir sejenak “Sehun yang menyuruhku agar dia punya klub kesebelasan bola” Nana meijat pelipisnya, mengandung satu anak saja sudah cukup pusing bagaimana jika 11 ah Nana tak ingin memikirkannya yang penting dia nyaman di pelukan Lay sekarang ini. Lay mengusap rambut Nana dan mengecup dahinya. Mereka berdua menikmati senja yang indah yang biasa mereka melewati bersama.

-FIN-

Ah gimana? Tamatnya tijel yah? Apalagi kata-katanya kadang pake bahasa korea kadang pake bahasa china kadang pake bahasa indo haha tak apalah yang penting ini sudah tamat, terima kasih buat admin yang sudah merilis ff saya dan para reader yang setia menunggu datangnya ff saya , saya senang sekali . dan ah iya ini hanya cerita belaka fiktif dan tak nyata tapi kalau Tuhan menghendaki menjadi nyata berarti ini real story. Haha

Oke see you dan lain cerita ~


XOXO (Kiss and Hug) The Series (Growl-Sehun ver)

$
0
0

Xoxo (kiss and hug) the series (growl-sehun ver)

Author: laelynur66

Main cast: Oh Sehun (exo)

            Park Hyesoo (oc)

Support cast: all member Exo

Length: chapter or Series (?)

Genre: romance, friendship

Rating: PG-15

 

Author note: ff ini author namain the project xoxo the series, maksud authornya sihh gini, dalam album exo xoxo itu kan ada 13 lagu, sementara member exo sendiri terdiri dari 12 orang, so tiap lagu mewakili tiap member exo dengan cerita mereka masing-masing sedangkan satu lagu yang lebih itu merupakan epilog atau sambungan dari tiap cerita sebelumnya, jadi kalo ada yang merasa salah satu cerita sedikit ngambang maka lanjutannya ada di judul lagu yang terakhir.gak ngerti? Authornya juga ga ngerti!!!

 

FF INI PUNYA AUTHOR!!!!

PhotoGrid_1381153088620 

**************************************************************************

 

Menjadi magnae di Exo itu terkadang aku berpikir ada enak dan tidaknya juga. Salah satunya adalah saat sekarang, saat aku sendiri sama sekali tidak tau di mana langkah kakiku membawaku. Walaupun tak bisa kupungkiri semua ini adalah kesalahanku sendiri, memakan makanan milik Luhan hyung tanpa seijinnya. Hey, aku biasa melakukan itu dan biasanya Luhan hyung tidak marah sama sekali entah setan apa yang merasukinya hingga tega membentakku seperti itu hanya karena sekantong keripik. Parahnya lagi Luhan hyung menyuruhku menggantinya dan mau tidak mau aku harus melakukannya.

Entah sudah berapa jauh aku berjalan, tidak ada satu tokopun yang menyediakan keripik seperti itu. Aishhh, ini di manapun aku sama sekali tidak tau. Sejauh apa jarakku dengan dorm sekarang? Kalau ada yang mengenaliku bagaimana?Kurapatkan hodie di kepalaku, menutupi wajahku.Tempat ini terasa asing bagiku, walaupun banyak orang yang berlalu lalang, tetap saja aku merasa tidak aman.

Aku lelah kurasa aku harus beristirahat, sebentar saja. Kusapukan pandanganku ke seluruh penjuru, cukup ramai dan ada beberapa kursi taman. Aku berjalan ke arah salah satu kursi yang kosong, membanting bokongku di sana dan menyandarkan punggung pada sandaran kursi. Aku mendesah perlahan. Kurogoh sakuku menggapai ponselku saat kurasakan benda itu bergetar pertanda sebuah pesan masuk

From: deerhyung

Sehun-ah, mianhae aku memarahimu, sekarang kau kembalilah.Aku hanya sedikit emosi tadi.

Aku mendesah pelan,  sudah kuduga ini akan terjadi. Sekarang bagaimana caranya aku kembali? Hal yang paling mungkin adalah berjalan kembali melalui jalan yang ku lalui tadi, aku terdiam sejenak.Apa yamg harus kulakukan sekarang? Menghubungi para hyungku agar menjemputku kemari tapi harga diriku terlalu tinggi untuk melakukan itu atau diam saja di sini menunggu seseorang yang akan menolongku? Bukankah itu sama saja dengan bunuh diri? Baiklah, mari berpikir sejenak. Ku tumpukan daguku di tanganku yang menumpu pada pahaku, tanpa sengaja, mataku menatap seorang yeoja yang duduk tidak jauh dari tempatku. Aku terus mengamatinya, kurasa dia mabuk karena samar-samar aku mendengar mulutnya meracau kata-kata yang sama sekali tidak mampu diserap otakku. Aku terus menatapnya takjub, lalu tanpa sengaja pandangan kami bertemu, yeoja itu memicingkan matanya ke arahku lalu mengalihkan pandangannya ke arah lain. Aku tertegun, dengan pencahayaan yang minim aku dapat melihat betapa manisnya wajahnya itu, oke ini memang sedikit berlebihan tapi aku benar-benar berkata jujur. Aku terus menatapnya, yeoja itu kembali mengalihkan pandangannya ke arahku lalu memicingkan matanya kemudian mengalihkan pandangannya ke arah lain. Aku tersenyum dan terus memandangnya. Lalu, yeoja itu kembali menatap ke arahku memicingkan matanya lalu mununjuk ke arahku.Aku terkejut saat yeoja itu bangkit dari duduknya dan berjalan ke arahku.

“Apa yang di lakukan anak kecil sepertimu di luar rumah malam hari seperti ini?” bentaknya dihadapanku. Aku tertegun, apa? Anak kecil?Anak kecil? baru aku akan membuka mulutku membalas perkataannya, yeoja itu menghempaskan tubuhnya di sampingku, lalu menangis tersedu-sedu. Apa apaan ini? Pikirku dalam hati.Beberapa orang lewat menatapku curiga, aku panik.

“hey, hey, hey!” panggilku sambil menjawil-jawil pundaknya. Bukannya reda tangisnya semakin menjadi-jadi.

“hey, apa yang terjadi? Kenapa kau?” tanyaku panik.Yeoja itu memandangku sekilas lalu menenggelamkan wajahnya pada kedua tangannya kembali menangis.

“aku tidak tau apa masalahmu, tapi bisakah kau berhenti?” pintaku panik.

“huaaaaaaaa tega sekali kau Han Jaewoo brengseeeek”  tangisnya semakin menjadi. Han jae woo? Siapa dia?Ku hembuskan nafasku pasrah. “terserah kau sajalah!” desahku.

Setengah jam waktu yang yang digunakannya untuk menangis, selama setengah jam pula orang-orang  yang lewat menatapku seolah aku ini pria brengsek.Sebenarnya bisa saja aku bangkit dari dudukku dan meninggalkannya sendirian tapi perasaan tidak tega begitu menggangguku.Yeoja itu masih tersedu-sedu di sampingku syukurlah. Setidaknya tangisnya sudah sedikit mereda.

“agashi?” tegurku. Yeoja itu menatapku dan kembali memicingkan matanya.

“siapa kau?” tanyanya sarkastik. Ku pautkan kedua alisku menatapnya heran.

“agashi, apa kau mabuk?” tanyaku lalu melambai-lambaikan tanganku di depan wajahnya.

“ani, aniya! Aku tidak mabuuk!” sergahnya.Bohong, dengan sangat jelas aku bisa mencium aroma soju dari mulutnya.

Yeoja itu bangkit dari duduknya lalu berdiri di hadapanku, “anak kecil di mana rumahmu?Apa yang kau lakukan di luar? Ayo pulang, aku akan mengantarmu!” racaunya sembari mengulurkan tangannya di hadapanku.Aku bangkit dari dudukku, bediri tepat di hadapannya.

“apa aku terlihat seperti anak kecil?” tanyaku sedikit tersinggung.

“aniya, kau terlihat seperti anak hilang!” jawabnya polos. “tapi kau lumayan tinggi juga!” tambahnya. Baiklah, yeoja di hadapanku ini positif mabuk.

“kalau kau tidak mau kuantar, baiklah! Anneyeong!” serunya lalu berjalan sempoyong meninggalkanku.

Entah apa yang merasukiku, dengan santainya ku langkakan kakiku mengikutinya. Memperhatikan setiap hal yang dilakukannya dan jika seseorang menatapnya heran aku buru-buru tersenyum pada orang itu.Ku rasa yeoja ini harus membayar mahal untuk ini.Aku seorang Oh Sehun magnae Exo idol group terkenal di seluruh dunia mau mengikutinya seperti ini.Baiklah ini berlebihan.

Aku terus mengikutinya dengan berjalan beberapa langkah dibelakanngnya dan terkadang terkikik geli saat yeoja itu tidak bisa mengendalikan keseimbangan tubuhnya, atau saat dia meracau tidak jelas.Di ujung jalan yeoja itu berbelok ke arah kiri menuju sebuah flat kecil diujung jalan.Aku terus menatapnya sampai sosoknya menghilang dari pandanganku.Sekarang saatnya kembali ke dorm, tapi aku tersadar bagaimana caranya aku kembali?

“HYUNG!!JEMPUT AKU SEKARANG JUGA!!!!” teriakku di ponselku.

 

Dorm Exo..

“sehun-ah, mianhae!” entah sudah berapa kali Luhan hyung mengatakan itu padaku, tapi aku sama sekali tidak menggubrisnya. Marah? Aku sama sekali tidak bisa marah padanya, Luhan hyung sudah terlanjur mendapat lebel hyung-kesayangan dariku. Aku hanya lelah saja sungguh.Tiba-tiba aku mengingat kembali yeoja tadi dan tanpa ku sadari bibirku membentuk lengkungan, aku tersenyum.Semoga kita bisa bertemu lagi agashi.

“Baiklah, jika kau tidak mau memaafkanku, tidak apa. Tidurlah!” ucapnya lalu pergi meninggalkanku.

“hyung!” panggilku. Bisa kurasakan Luhan hyung berbalik.

“hyung. Gomawo!” tambahku.

“untuk?”

“kau tidak perlu tau! Selamat malam hyung!”

“sehun-ahh!” seseorang memangggil namaku dan menggungcang-guncang tubuhku. Perlahan kubuka mataku lalu menggeliat di atas kasur.

“sehun-ah. Kau tidak sekolah? Ini sudah jam berapa?” Ku hentakkan selimut yang menutupi tubuhku, kulihat Kyungsoo hyung berjalan ke arah jendela kamarku dan menyingkap tirainya.Mataku menyipit ditimpa cahaya matahari yang berlebihan.

“kenapa kau masih di sini? Cepat mandi sana!” titahnya sembari melipat selimut yang teronggok di kasur.

“ne, eomma!” seruku lalu menyambar handuk dan berlari ke kamar mandi.

“aihhh, bocah! Berhenti memanggilku eomma!” samar-samar masih kudengar teriakan kyungsoo hyung dari luar.

“selamat pagi hyuuung!” sapaku pada hyung-hyungku yang memadati ruang makan dorm kami. Kulihat hanya kris hyung yang menanggapiku dengan senyum.Yang lainnya sibuk dengan urusannya masing-masing.Kulirik Luhan hyung yang sibuk memperbaiki seragam sekolahnya dan kemudian membantu tao merapikan dasinya.Sebuah piring berisi sandwich disodorkan di hadapanku membuatku mengalihkan perhatianku dari Luhan hyung.

“sarapan dulu Sehun-ah!” tawar Kyungsoo hyung. Aku tersenyum padanya dan mencomot sepotong sandwich.

“sehun-ah, dasimu tidak rapi!” seru Luhan hyung yang entah sejak kapan sudah ada di sampingku lalu mengulurkan tangannya ke arah dasiku.

“selamat pagi hyung!” sebuah suara serak terdengar dari belakangku. Aku menoleh dan melihat Jongin yang sedang menguap sembari mengancing seragamnya dengan mata terpejam. Aku bersumpah wajahnya sangat cute saat melakukan itu tapi akan lebih cute lagi jika kulitnya tidak selegam itu. Lalu terdengar suara gaduh di belakang  Jongin, terdengar seperti orang yang sedang berdebat tidak salah lagi, mereka Baekhyun dan Chanyeol hyung entah Mereka berdebat apa, aku hanya mendengar sedikit tentang blazer sekolah.

Aku belum memperkenalkan mereka ne? mereka itu hyungku di group Exo. Aku menyayangi mereka seperti keluargaku sendiri.Kami bersama-sama sudah hampir sepuluh tahun sejak awal traine sampai saat kami debut sekarang. Di ujung sana yang tampak sibuk dengan ipad di tangannya itu Suho hyung wajar saja dia begitu serius dia sedang mengamati jadwal kami selanjutnya lagi pula itu memang tugas seorang leader di groupkan?Lalu, di sampingnya namja cool dengan tinggi badan fantastis tapi sangat mencintai boneka itu Kris hyung, wajar saja dia blasteran Cina-Kanada.Lalu yang wajahnya sangat imut mengkhianati usianya itu Minseok hyung, kami memanggilnya Xiumin. Namja dengan lingkaran hitam di matanya -tapi menurut itu keren- dan dengan karisma yang terpancar ke mana-mana itu adalah Tao hyung, lalu Lay hyung nama aslimya Yixing kulitnya emang pucat seperti mayat dia yang sedang sibuk dengan sarapannya. Jongdae hyung namja tampan tapi lucu itu sedang sibuk mengetes suaranya di sebelah Tao hyung.Kemudian, ah iya, Kyungsoo hyung. Dia eomma bagi kami, aku tidak bercanda, hanya dia yang bisa memerankan ibu rumah dengan baik dan benar di antara kami, dia yang setiap pagi membangun kami dan memasak sarapan, lihat saja dia memakai celemek dan berjalan mondarmandir mengantarkan sarapan di hadapan kami. Luhan hyung,-hyung yang paling ku sayangi-namja ‘tercantik’ di antara kami yang sedang duduk di sampingku ini. Lalu Jongin, aku malas memanggilnya hyung beda usia kami hanya bebarapa bulan saja, dancing macine dan visual di group kami, tampan, pandai menari, digilai para noona, sempurna, hanya saja dia memiliki kulit yang legam. Lalu Baekhyun dan Chanyeol hyung duo happy virus ini yang selalu bersama membuat kekacaun di manapun tapi sangat ampuh membuat mood kami kembali baik.

“sehun ah?” kenapa melamun?” Luhan hyung membuyarkan lamunanku.Aku menatapnya kesal. “aku tidak melamun hyung!” bantahku.

“cepat berangkat!” mereka sudah meninggalkanmu!” katanya. Dengan cepat ku sambar tasku dan berlari mencari sepatu yang diikuti oleh Luhan hyung.

“kalian tidak ke sekolah?” Tanyaku saat melihat para hyungku masih duduk ditempat mereka masing-masing.Suho hyung, Kris hyung, Minseok, Luhan dan Lay, menatapku bersamaan lalu menggeleng.

“wae? Tapi kalian memakai seragam kalian!”

“sooman ahjussi itu meminta kami menemuinya, setelah itu baru kami akan ke sekolah” Jelas minseok hyung. Aku hanya mengangguk lalu berlari keluar mengejar hyungku yang lain.

***

Aku berjalan dengan ringan menuju tempat mengajarku yang baru, baiklah sebenanya ini hanya untuk sementara, menggantikan temanku yang sedang cuti melahirkan.Aku Hyesoo, profesiku sebagai seorang pengajar.Aku menamatkan pendidikanku saat usiaku 23 tahun.Ku langkahkan kakiku dengan pasti memasuki gerbang mewah bertuliskan SM Internasional Art School. Membaca namanya saja orang tau bahwa sekolah ini memang cabang dari agensi terbesar di korea SM Entertaiment. Sekolah yang memang di khususkan untuk para artis yang jadwalnya padat, kurasa di sekolah ini bukan sekolah menentukan jadwalnya muridnya tapi para murid yang menentukan jadwal sekolah.Ini sangat berlebihan memang.

“guru Hyesoo?” panggil seseorang, aku berbalik seorang pria paruh baya dengan kemeja dan dasi tampak rapi dan berwibawa berdiri di belakangku.

“aku Lee Sooman!” aku tau betul nama itu, nama dari pemilik sekolah ini. Aku mengangguk lalu berjalan ke arahnya lalu mebukkan badanku memberi salam.

“aku tidak kau masih begitu muda, tapi ku harap kau bisa bekerja dengan baik!”
katanya dengan sangat wibawa. Aku tersenyum, “kau bias mengandalkanku pak!”

Aku menarik  nafasku perlahan dan menghembuskannya dengan perlahan juga sebelum memasuki ruangan kelas yang terdengar gaduh dari luar.

“ingat, hyesoo yang kau hadapi ini adalah selebriti bukan siswa biasa bukan mereka yang harus menyesuaikan diri denganmu tapi kau yang harus menyesuaikan diri dengan mereka”  perkataan temanku kembali terngiang.

Lalu tanganku memgang gagang pintu dan membukanya. Kulangkahkan kakiku memasuki ruang kelas ini.Ku rasa seluruh mata memandangku.Aku gugup, sangat gugup. Ku angkat wajahku menatap mereka satu persatu, tidak salah lagi  aku mengenali wajah-wajah mereka aku sering melihat mereka berwara wiri di televise.

“kemana Jihye-ssi?” Tanya seorang murid wanita dengan wajah cantik tanpa make up sedikitpun. Aku tersenyum padanya “beliau sedang cuti melahirkan!” jawabku.

“jinjja?” bagaiman kalau kita menjenguknya? Aku ingin sekali melihat seorang bayi!” teriaknya riang.

“sulli, bisakah kau jangan bertanya dulu? Dia pasti guru baru di sini, biarkan dia memperkenalkan dirinya!” seru seorang dari bangku belakang, seorang murid laki-laki denagn kulit seputih kapas dan tampan tentu saja dengan rambut blonde mencolok mata. Rasanya aku pernah melihatnya, tentu saja bukankah dia memang selebriti? Aku pasti selalu melihatnya di tv. Murid wanita itu menggembungkan kedua pipinya lalu kembali duduk.

“anneyeong haseyoo, aku Park Hye..” perkenalan diriku terinterupsi saat pintu ruang kelas terbuka dan masuklah 3 orang murid laki-laki dengan santainya, salah satunya menguap secara terang-terananan di hadapanku seragamnya tampak berantakan namun terlihat sangat keren, lalu yang satu lagi yang memiliki badan atletis sibuk mengutak atik ponselnya, sementara yang satu lagi mentapku dengan mulut menganga, herankah? Atau takjub? Entahlah. Aku terdiam mengamati mereka bertiga yang dengan santainya melewatiku begitu saja dan berjalan ke meja masing-masing melempar ransel mereka di meja lalu menghempaskan bokong mereka di kursi, seorang menelengkupkan wajahnya di meja kembali tidur yang satu masih sibuk mengutak atik ponselnyanya sembari mengangkat kakinya dan meletakkanya di meja, sementara yang satu lagi masih menatapku takjub.Ku hembuskan nafasku pasrah, bukankah memang ini konsekuensi yang harus ku terima?

***

Sepertinya dewi fortuna memang sedang berpihak padaku, tadi saat membuka pintu kelasku, aku melihatnya lagi. Aku melihat yeoja semalam, yeoja yang menangis di sampingku, tapi apa yang di lakukannya di sini? Dari awal memasuki ruang kelas  aku terus mengamatinya, tidak salah lagi itu memang dia. Aku tau dari caranya menatap sekelilingannya dengan memicingkan matanya. Namanya? Park Hyesoo. Dia guru pengganti sementar menggantikan Jihye ssi ynag cuti melahirkan. Sepanjang jam pelajaran ini aku terus tersenyum menatapnya, tidak kuhiraukan igauan Jongin disela-sela dengkurannya atau teriakan Tao hyung saat kalah dalam permainan gamenya. Aku hanya menatap guru Hyesoo, gerak-geriknya apa yng dikenakannya. Sudah ku bilangkan dia memang manis, pikirku. Setelan kemeja berwarna peach dengan celana berwarna senada tampak kontras dengan flat shoes berwarna merah terang yang dikenakannya. Rambutnya panjang bergelombang, proporsi tubuhya lumayan, dengan hidung lumayan mancung, mata nyaris bulat sempurna bibir tipisnya yang tampak seksi saat berbicara tampak  pas membalut wajahnya yang hanya disapu make up tipis. Aiisshh, apa yang ku pikirkan.

“hei, Sehun! Kenapa wajahmu mendadak berubah yadong seperti itu?” Jongin menepuk bahuku lalu mengamati wajahku seksama, sejak kapan dia terbangun?

“aniyaa!” sergahku. Jongin hyung menatap ke arah mataku, lalu membalik wajahnya mentap ke arah yang menjadi sorotanku, lalu mentapku dengan seringai lebarnya.

“apa yang kau pikirkan?” tanyanya dengan nada menggoda. Aku mengeleng kuat.

“bukankah Hyesoo-ssi tampak seksi?” aku mengangguk lalu buru2 menggeleng. Jongin terkikik

“jadi seleramu, noona-noona seksi seperti Hyesoo-ssi?” Tanya masih dengan nada menggoda.Kubekap mulutnya menggunakan tanganku.

“aishhh, aku tidak begitu! Nanti aku akan menceritakannya di dorm! Tidak sekarang!” jelasku, aku melepas bekapanku di mulutnya.

“hahhh, kau membuatku tidak bernafas” teriak jongin. Sontak satu kelas menoleh ke arah kami termasuk guru Hyesoo.

“ada apa?” Tanya guru Hyesoo lalu mengahmpiri kami.Aku menggeleng kuat, kulirik Jongin sedang tegrsenyum lebar ke arahku.

“aniya, gwenchana Hyesoo ssi!” ucapku gugup.

Hyesoo-ssi baru akan membuka mulutnya untuk berbicara saat bel tanda istirahat berbunyi. Aku menghembuskan nafas lega.

“jadi, apa yang akan kau jelaskan padaku?” Tanya Jongin  penasaran. Aku menatap sekelilingku, ini di kantin siswa lain sedang menyantap makan siang mereka. Kami bertiga sedang duduk di kelilingi makanan dan minuman yang teronggok di meja di hadapan kami. Chanyeol hyung, Baekhyun hyung, Jongdae hyung dan Kyungsoo hyung tidak bergabung bersam kami, tingkatan mereka di atas kami, mereka memiliki kantin sendiri.

“bukankah kubilang aku akan menjelaskannya di dorm?” kataku sarkastik.

“ohh, ayolahh!! Kami penasaran!” rengek Jongin.

“kami?” heranku.

“iyakan Tao hyung?” Jongin  menyenggol bahu kiri Tao hyung yang terus saja sibuk dengan ponselnya. Tao hyung menoleh sekilas lalu mengangguk. Demi tuhan, seperti dia tau saja apa yang sedang  kami bahas.

“kau taukan kalau semalam aku tersesat?” aku mulai bercerita,

“mwo? Tersesat?Kapan?” tanyanya bingung. Pletak, aku menjitak kepalanya.

“jadi kau tidak tau kalau semalam aku tersesat?” tanyaku emosi. Jongin  menggeleng. “apa yang kau lakukan semalam?” tambahku

“menonton, lalu aku tidur!” jawabnya dengan wajah polos.

“tao hyung, kau taukan kalo aku tersesat?” aku berbalik menatap Tao yang yang masih saja sibuk dengan ponselnya. Di mengangguk, “apa yang bisa kau banggakan dengan tersesatmu itu?”tanyanya.Aku mendengus sebal.

“sudahlah, lanjutkan ceritamu” pinta Jongin.

“semalam aku tersesat, lalu aku bertemu seorang yeoja mabuk dia manis hyung, sangat. Dan aku mengantarnya pulang..”

“kau mengantarnya pulang?” potong Jongin.

“aniya, aku mengikutinya berjalan pulang di belakang, bukankah itu sama saja dengan mengantar?”

“lalu?”

“tebak siapa wanita itu?” tanyaku penasaran.

“hyesoo-ssi?” tebak Jongin, aku menjetikkan jari di hadapanya. “lalu?” tambahnya.

“lalu dia menelpon suho hyung menangis ingin dijemput karena tidak tau di mana dia berada.” Tambah Tao hyung bercanda. Jongin tertawa Tao hyung tersenyum puas.Aku menelungkupkan wajahku pada meja, “aku tidak menangis!!!” teriakku.Tawa jongin hyung semakin keras.Aiisshhhhhhh.

“lalu apa yang akan kau lakukan? apa kau yakin dia masih mengingatmu?” cerca Jong in. Aku mengendikkan bahuku.

“ku rasa tidak, bukankah dia mabuk?” Tanyaku lebih pada diri sendiri.

“apakah ada sesuatu yang bisa membuatnya mengingatmu?”. Aku berpikir sejenak. Lalu tanpa ku sadarai sebuah senyum terkembang di bibirku.

***

Han jae woo sialaaan! Apa yang kau lakukan padakuuu!!!! Teriakku dalam hati.Ruang guru saat ini sedang kosong semua sedang menikmati makan siang mereka, hanya aku di sini dengan kepala tertelungkup di meja meratapi nasib percintaanku yang amat sangat buruk.

“hyesoo-ssi?” seseorang memanggilku.

“hmm? Aku tidak lapar aku tidak makan siang!!” jawabku tanpa mnegangkat wajahku.

“guru Hyesoo?” panggilnya lagi.

“bukankah kubilang aku tidak lapar!” bentakku sedikit emosi lalu kuangkat kepalake menatap seseorang yang memanggilku itu. Aku tercengang saat mendapati salah satu muridku sedang berdiri di sampingku menatapku dengan tersenyum. Oh Sehun, yahh namanya Oh Sehun. Sehun menarik kursi lalu duduk di sampingku dengan menyangga dagunya dengan tangannya yang tertumpu pada meja.Sehun mentapku dengan seksama.

“kau tidak mengingatku?” tanyanya membuka pembicaraan.

“apa? Ingat apa?” tanyaku sedikit canggung. Wajar saja, walaupun lebih muda dariku anak ini cukup tampan.

“semalam? Kau sama sekali tidak mengingatnya?” tanyanya dengan nada kecewa.

Semalam? Kalau tidak salah apa yang kulakukan? Mabuk! Aku mabuk semalam. Ku picingkan mataku saat menatapnya. Senyum lebar terkembang di bibirnya. “kau mengingatku?” tanyanya lagi. Aku menggeleng.

“semalam aku mabuk, tidak ada yang kuingat sama sekali” jawabku asal.

“kau berkata Han Jaewoo brengsek, lalu menangis dan memanggilku anak kecil!” Jelasnya sembari menggerak-gerakkan kepalanya ke kiri dan ke kanan.

“ahh, kau bocah itu? Bocah yang mengikutiku sampai flatku?” seruku terkejut. Aku sama sekali tiak menyangka kalau bocah itu  ternyata anak ini.

“tepat! Kau mengingatku?” tanyanya lagi

“tentu saja!” seruku bersemangat.

“syukurlah” desahnya lalu menegakkan tubuhnya.

“lantas, kenapa kalau aku mengingatmu?” aku tau, aku tidak perlu bertanya seperti ini. Sehun kembali menyangga dagunya di meja dan menatapku intens.

“aku menyukaimu” bisiknya pelan. Aku terbatuk, “apa?” tanyaku lagi sambil mengorek kupingku.Apa dia bilang tadi?

“aku menyukaimu! Jadilah yeojachinguku guru Hyesoo!”

Apa aku sedang bermimpi? Apa yang terjadi padaku, ku pukul-pukul kepalaku sendiri, tapi sosok muridku dengan wajah tampannya yang sedang duduk di sampingku dan menatapku intens ini sama sekali tidak menghilang.

“tidak! Tidak mungkin! Jangan bermain-main denganku Oh Sehun!” kataku parau.

“aku serius, noona! Aku menyukaimu!” ucapnya dengan wajah serius.Aku menggeleng.Tidak mungkin.Aku berdiri dari dudukku.

“kau pikir berapa lama waktu yang dibutuhkan seseorang untuk menyukai seseorang?” tanyaku masih tidak percaya.

“satu detik kurasa!” jawabnya dengan santai.

“berapa usiamu?” tanyaku lagi.

“mm, Sembilan belas tahun?” jawabnya santai lalu berdiri berhadapan denganku. Ku akui tubuhnya cukup tinggi dibandingkan aku.

“aku 23 tahun! Aku lebih tua darimu!” kataku setengah berteriak.

“tidak apa, bukan akan sangat keren, cinta noonadongsaeng!” ujarnya lebih santai dari sebelumnya. Aku melotot, apa yang sedang dipikirkan anak ini?

“tidak, tidak, tidak!” aku menggeleng. “dan enyahlah dari hadapanku!”

“apa yang harus kulakukan agar kau mau noona?” Tanya dengan nada kecewa yang nampak jelas.

Ku hembuskan nafasku keras, kutatap kepala yang tertunduk pasrah itu.

“buatkan aku sebuah pelangi agar aku bisa melihatnya dimalam hari!” kata-kata meluncur begitu saja dari mulutku.

“sebuah pelangi?” gumamnya. Aku mengangguk. “di mana saja?” tambahnya. ”yah, di mana saja!” jawabku.

“kalau aku berhasil, kau akan menepati janjimu kan?” serunya kembali ceria.

“aku tidak janji!” jawabku santai.

“aisshhh,  kau tidak boleh begituu!” rajuknya.

“arra, aku akan menepatinya!” seruku. Aku tidak tau apa yang akan terjadi selanjutnya dengan perjanjian ini. yang cukup kusadari semua ini akan membawa bencana bagiku dan juga bagi siswaku yang sedang menatapku dengan senyum kekanakan di wajahnya itu. Dan lagi-lagi aku menghembuskan nafasku pasrah.

***

Aku berjalan keluar dari ruang guru yang sepertinya baru kali ini kumasuki demi noona Hyesoo.Aku tersenyum saat mendapati Jongin dan Tao hyung menungguku.

“bagaimana?” Tanya mereka bersamaan.

“tentu saja dia mengingatku.” Jawabku mantap

“lalu?”

“entahlah, dia menolakku!” jawabku lalu berjalan meninggalkan mereka.

“mwoo?” seru mereka dan menyusulku lalu berjalan di sisi kiri dan kananku. Bahkan Tao hyung menempelkan tangannya di keningku. “kau sakit?” tanyanya panik. Aku menggeleng.

“dia gurumu Sehun-ah!” pekik Jong in. “guru sementara!” ralatku.

“dia lebih tua darimu! Berapa usianya?” tanyanya masih belum bisa menerima.

“23, ku rasa!” jawabku asal.

“biarkan saja dia Jongin-ah, bukankah dia memang sangat terobsesi dengan cinta noonadongsaeng!”  kata Tao santai dan tersenyum padaku.

“tapi dia menolakmukan?” Jong in masih tidak percaya.

“yah, dia menolakku.tapi masih ada harapan. Dia memintaku membuatkan pelangi agar dia bisa melihatnya di malam hari!” kataku dengan nada menerawang.

“hahhh, lalu kau menyetujuinya?”

“tentu saja!” jawabku bersemangat.

“lalu apa yang akan kau lakukan?”

“entahlah! Tapi bisakah kalian merahasiakannya dulu?” pintaku. Mereka berdua mengangguk tanda setuju.

***


Last Winter (Chapter 1)

$
0
0

Last Winter

Maincast : -Kris

-          Lian

-          Kai

-          Baekhyun

-          Suho

-          D.o

-          Lay

-          Xiumin

-          Chen

-          Chanyeol

-          Sehun

-          LuHan

-          Tao

Genre : Romance,sad romance

Length : 4 Part

Author : winda-chan ( @winda_chan_ )

Note : selamat baca ajah deh,, maaf jika typo bertebaran dan fanficnya kurang menarik, oh iya jangan lupa kasih komentar yah. Terima kasih. ^_^

/Lian POV/

“hujan….” Ucapku lirih.

Aku menatap nanar jendela kamarku yang mulai basah karna air hujan yang turun ke bumi, udara terasa begitu dingin. Aku hanya mampu menatap keluar dengan tatapan sendu, jendela kamar yang biasa ku buka setiap malam kini ku tutup untuk menghindari Air yang masuk ke kamarku. Malam ini sangat berbeda.

Ku rebahkan tubuh mungilku di ranjang tempat tidur, menutup perlahan dua bola mataku dan bersiap untuk hari esok.

“Good night….” Ucapku lagi seraya tersenyum pada sebuah foto di samping ranjang.

/Skip/

“Ge,, mau kemana?” tanyaku

“Gak kemana-mana, aku di sini”

“Ge,, kau terlihat lebih ceria, kenapa?”

“hahaha,, kau yakin? Aku kira aku seperti biasanya?” ucapnya dengan tenang.

“ah iya ya,,, kau selalu terlihat ceria ge, tapi,,,”

“Tapi kenapa?”

“emm,,,  ah,, gak jadi ge” ucapku, ku lihat dia heran melihatku.

“kau selalu seperti itu Lian” dia mengusap rambutku dengan sayang.

“aku sayang Gege.. “

“Gege juga sayang kamu”

Ku rasakan tubuhku mulai menghangat karnanya, kehangatan yang menjalari tubuhku. Ku hirup aroma tubuhnya yang memenuhi rongga dadaku. Pelukkan hangat yang begitu ku rindukan. Tapi,,,

“Ge,,, Gege,, Gege…” panggilku, saat perlahan kehangatan pelukkan itu mulai menghilang, Ku lihat dia mulai pergi,,

“GEGEEE…..!!!” teriakku Histeris,, sosoknya mulai menjauh dan tanganku tak mampu meraihnya.

“Ge,, Jangan pergi,, ku mohon jangan Pergi,, Gegeeee..!!”

/skip/

“Lian,, Lian,, bangun! LIAN!!”

Aku mendengar seseorang memanggil namaku dengan keras, dan secara paksa ku buka kedua mataku.

“Gege!!” teriakku sekali lagi.

“Lian,, ada apa? Apa yang terjadi padamu?”

“Kris Gege??!” ucapku kaget saat yang di sampingku bukan dia tapi Kris Gege.

“Lian, ada apa? Kenapa kau berteriak dari tadi?” tanyanya, aku hanya menggelengkan pelan kepalaku.

“Ah, ya sudah, cepat ganti pakaianmu, nanti kamu telat ke sekolah”

“Em,,, iya Ge”

“Oh ya,,, nanti Gege akan antar kamu ke sekolah, jadi kamu tak perlu membawa Sepeda atau naik Bus Hari ini”

“lho?? Pulangnya bagaimana Ge?”

“tenang lha, ,jangan lupa bawa ponselmu, nanti Gege jemput juga”

“baiklah Ge”

/Skip/

Ntah kenapa akhir-akhir ini Kris Gege sering mengantar dan menjemputku sekolah, padahal lebih menyenangkan naik bus atau mengayuh sepeda. Tapi aku tak bisa menolak ajakan Kris Gege, karna dia adalah kakak laki-laki kesayanganku dan selalu ada di sampingku.

“Liaaaannn…. Mau berapa lama lagi kau di kamar? Sarapan telah siap”

“Iya Ge,, sebentar lagi”  ucapku membalas teriakkan Gege. Ku sisir rambutku perlahan, rambut panjang dengan poni dan sebuah bando berwarna ungu yang menghiasi rambut Hitamku.

“yak,, aku selesai” ucapku tersenyum saat ku lirik wajahku di cermin. Ku ambil foto yang ada di meja dekat ranjangku.

“Ge.. apakah aku terlihat cantik hari ini?” tanyaku dengan seulas senyum di bibirku. “emm,, Ge,, aku sarapan dulu yah,, oh iya, aku juga mau langsung pergi ke sekolah, aku tak mau Kris Gege menungguku terlalu lama” ku letakkan foto itu kembali ke tempatnya. “Sampai jumpa nanti Ge”

/Skip/

“Ge,, sampai di sini saja kau mengantarku, nanti kau terlambat ke kampus”

“Ya,, kau benar, sampai jumpa nanti yah” ucapnya sambil tersenyum padaku.

Aku membalas senyum manis dari Gege kesayanganku dan melambaikan pelan tanganku.

/Skip/

Sekolah begitu terasa sunyi, cahaya mentari pagi mulai memasuki celah-celah jendela sekolah, pemandangan dari jendela begitu indah. Yah,, jendela kelas yang langsung menghadap lapangan sekolah dan menatap dari ketinggian lantai 3, pemandangan yang menarik bukan? Ku tarik nafas panjang dan menghembuskannya.

“Eh…??” ucapku saat aku teringat mimpi tadi malam, mimpi tentang dia. Seorang pria yang sangat familiar bagiku. Mengingat senyumnya, ekspresinya, dan,,, pelukkan hangat darinya. Semua itu seperti nyata untukku. Tapi lamunanku terhenti saat seseorang menutup mataku.

“Eh,,, siapa ni?” ucapku bingung.

“Ohayo,,” suara itu? Suara itu sangat familiar untukku, mungkinkah??

“Kai?? Kau kah itu??” tanyaku.

“Ah,, Lian,, kenapa kau bisa menebakku?”

“yah tentu saja, kau menyapaku dengan bahasa Jepang. Dan hanya kau yang mengusai itu”

“ya kau benar,, memang hanya aku yang bisa mengusainya” ucapnya sambil memasang tatapan bangga di wajahnya.

“ bagaimana tidak? Kau kan tinggal di sana, eh.. tungu dulu,, bukannya tahun depan kau akan kembali?”

“Em,, Aku hanya bergurau akan pulang tahun depan”

“Eh?? Maksudmu?”

“maksudku, aku hanya bercanda bilang pulang tahun depan, aku tak mau kau menunggu ku terlalu lama”

“menunggumu? Siapa yang menunggumu?” ucapku sambil menggembungkan pipiku.

“Hahahaha,,, iya aku tau,, yang kau tunggu kan bukan aku tapi dia. Eumm,, kapan dia akan pulang?”

“aku tak tau, ntahlah, belum ada kabar darinya”

“kau gadis yang kuat Lian”

“maksudnya?”

“nanti juga kau akan tau..” elusan ringan di rambutku, ku lihat senyumnya yang manis mengikuti setiap gerak tangannya yang menyentuh rambutku. Tapi bukan elusan yang ku impikan, walau aku juga merindukan Kai, tapi ada seseorang yang benar-benar ku tunggu.

“hei,, hei,,, apa yang kaLian lakukan?”

“Sehun?” ucapku dan Kai bersamaan.

“Hei,, tak perlu sekaget itu kan?”

“Ah,, kebiasaanmu tak berubah Hun”

“benarkah? Eh,, Kai,, kapan kau mulai masuk?”

“Eh?? Maksudnya…” ucapku bingung

“Aku akan sekolah di sini lagi Lian”

“benarkah?”

“tentu saja,,, hari ini aku udah mulai masuk dan mulai hari ini,, Aku dan Sehun akan jagain kamu”

“jagain? memang aku kenapa?”

“Eh,, itu? Eumm,,,”

“Ah sudahlah, yang penting kami akan menjaga kamu” ucap Sehun dengan sebuah senyum yang menurutku sangat ‘aneh’

/Skip/

Kriiiiiinnnggg,,,,,

Bunyi lonceng panjang yang melegakan telinga dan rasa lelahku, usai sudah pelajaran hari ini.

“Huaaaaaaa,,, melelahkan”

“Kai,, kau berisik”

“ah,, Sehun, aku sudah terlalu lama di jepang dan pelajaran ini melelahkan untukku”

“Akh,, Terserah lha,, oh iya,, Lian..”

“yah”

“Nanti kita kerjakan tugas tadi bersama yah di rumahmu”

“emm.. baiklah”

“Kai,, kau ikut tidak?”

“baiklah, aku tak mungkin membiarkan kau dan Lian berduaan”

“hah??”

“Ah,, sudahlah,, tenang aja Kai, lagian,, selama Kau dan Dia tak ada, Sehun selalu menemaniku”

“Baiklah, aku mengerti,, ayo kita ke rumahmu nanti,, aku merindukan Kris Gege,, sudah lama tak melihatnya”

/Skip/

Aku duduk sendiri di lapangan sekolahku, ku ayunkan kakiku dengan santai, menunggu jemputan Kris Gege, Kai pulang lebih dahulu, sedangkan Sehun di lapangan parkir. Sejenak aku teringat kenangan ku bersamanya di sini, di tempat ini.

/Flashback/

Memandang lapangan sekolah yang kosong di senja hari memang begitu indah, angin dengan lembut menghebus tubuhku. Mataku mengedar ke seluruh sudut tempat, menikmati setiap keindahan sudut sekolah. Pandanganku berhenti pada seorang pria yang beridiri di tengah lapangan, tubuhnya yang tinggi dan senyumnya yang indah. Perlahan dia jalan ke arahku dengan senyum yang indah.

“Kau belum pulang Lian?”

“eumm, belum Ge, Kris Gege belum menjemputku”

“oh,, boleh aku duduk di sampingmu?”

“eh,, emm,, silahkan Ge”

Dia menemaniku menunggu Kris Gege, hanya ada kami berdua. Tapi aku tak tau harus berbuat apa padanya, kami hanya Diam sampai akhirnya dia membuka suara.

“Lian,,”

“ya,,,”

“Eumm,,, Bolehkah aku bercerita padamu”

“Cerita? Cerita apa Ge?”

“Aku tak tau kenapa, akhir-akhir ini aku memikirkan seseorang, ntahlah,, setiap malam dia muncul di mimpiku. Senyumnya dan suaranya begitu membekas padaku. Terkadang aku ingin hentikan waktu saat aku bersamanya, aku ingin membuat dunia berhenti berputar agar waktu lebih lama berlalu. Aku tak tau apa yang sedang ku rasakan, Semua terasa begitu indah dan menyenangkan”

“eumm,, apakah Gege sedang Jatuh cinta?” tanyaku dengan bibir bergetar.

“Ntah lah Lian, aku tak mengerti. Jika aku Jatuh Cinta, bagaimana caraku untuk mengatakannya?”

Deg’

Sebuah kata yang tak ingin ku dengar darinya, tenang Lian, tenang..

“Katakan saja padanya Ge,, aku yakin Gege pasti bisa”

“tapi,, aku tak yakin dia memiliki perasaan yang sama denganku”

Ku atur nafasku untuk mengeluarkan sepatah kata  untuk menyemangatinya, walaupun ini ‘SAKIT’

“C-Coba aja ge,,”

“Kau yakin?”

“ya,,,” Kutarik lagi nafasku “ aku yakin dia juga menyukaimu Ge, walaupun aku tak tau dia Siapa”

“Apa kau ingin tau siapa wanita itu Lian?”

“eh?? Eumm,,,,” perlahan ku anggukkan kepalaku. Dan,,,

“kau lah Orangnya Lian.. kau lah yang selalu muncul dalam mimpiku, suara dan senyummu yang begitu membekas di hatiku. Aku gak tau kenapa,, tapi,, kau Wanita pertama yang membuat ku hampir Gila karna CINTA”

Deg’

Dia, dia menyukaiku? Benarkah ini? Atau ini mimpi? Nggak ini bukan Mimpi,, Dia menyatakan perasaannya padaku. Cairan yang berusaha ku bendung tumpah dan membasahi pipiku.

“Lian,,, Kenapa kau menangis? Apa ada perkataan ku yang salah?”

“……..” aku masih diam, aku tak tau kenapa tapi,, aku bahagia. Tanpa berfikir aku langsung memeluknya, semakin erat dan terasa hangat menjalar ke seluruh tubuhku.

“Aku juga menyukaimu ge, Suka,, sangat SUKA”

/Flashback end/

“Lian,,,” seseorang memanggilku dan suara itu pastinya..

“Kris Gege..”

“Ayo pulang,,”

“iya,,,” ucapku

“Oh ya,, aku punya kejutan untukmu”

“kejutan?? Kejutan apa Ge?”

“Eumm,,, nanti kamu juga tau”

Aku terus berjalan menuju Mobil Kris Gege, dan betapa terkejutnya aku saat aku melihat seorang yang sangat familiar untukku. Mungkinkah??

TBC


Beautiful Mistake

$
0
0

COVER ULAN

Author :        Park Cung San ^^

Main Cast :  Park Chanyeol as Park Chanyeol

                        You as Park Soya

                        Oh Sehun as Oh Sehun

Other Cast : Dokter Kim (OC)

                        Kim Jung Min (OC)

Genre :         Romance

Leght :           Oneshot

Rating :         PG-17

 

Beautiful Mistake

Park Soya POV

Sudah  dua bulan berlalu sejak kejadian itu, dimana saat aku dan kekasihku melakukan itu untuk yang pertama kalinya. Kami berhubungan badan setiap kami bertemu mulai sejak sebulan yang lalu, dan kini di dalam perutku sudah ada anak dari aku dan Oh Sehun. Sehun belum tahu bahwa aku hamil, aku baru mengetahuinya tadi pagi melalui alat tes kehamilan. Aku curiga karena sudah sebulan ini tidak mengalami haid.

Hari ini aku pergi menemui kekasihku, Oh Sehun. Aku akan berbicara serius tentang hal ini, kami memang sudah sama-sama dewasa, jadi aku memutuskan untuk menikah dengannya.

“Oppa..”

“Ne, jagiya? Kau ingin melakukannya lagi?” Sehun memeluk pinggangku dari belakang, dia menciumi leherku.

“Tidak, Oppa. Aku ingin bicara serius.”

“Aku juga serius, jagiya. Aku ingin melakukannya lagi.” Kata Sehun sambil terus menciumiku.

“Ya! Oppa! Dengarkan aku! Aku benar-benar serius.”

Sehun melepaskan pelukannya dan duduk di sebelahku. Dia menatapku dengan serius.

“Ada apa, jagiya?” Tanyanya.

Aku mengeluarkan alat tes kehamilan tadi pagi, dan memberikannya pada Sehun.

“Apa ini? Milik siapa ini?” Tanyanya kebingungan, ia mengerutkan dahinya.

“Aku hamil, Oppa. Aku baru mengetahuinya tadi pagi.”

“Benarkah?! Bagaimana bisa?” Sehun terkejut, matanya  membesar dan menatapku dalam.

“Kita kan selalu menggunakan pengaman.” Sehun menambahkan.

“Aku juga tidak tahu, Oppa. Apakah tidak sebaiknya kita ke dokter kandungan saja, Oppa? Agar semuanya jelas.”

Sehun mengangguk, bergegas memakai jaketnya dan mengambil kunci mobilnya. Kami keluar dari apartemen Sehun dan menuju mobil. Sehun melajukan mobilnya menuju rumah sakit.

Normal POV

“Selamat, kau akan jadi seorang appa.” Dokter Kim tersenyum sambil menyalami Sehun.

Sehun membalas senyuman dokter Kim.

“Berapa usia kandungannya, dok?” Tanya Sehun.

“Baru 4 minggu. Janinnya sangat sehat. Jagalah dia baik-baik.”  Kata dokter Kim.

“Itu pasti, dok.” Jawab Sehun mantap.

“Jangan beraktivitas terlalu berat, itu berbahaya untuk janin yang ada di perutmu.” Dokter Kim meperingatkan Soya.

Soya menganggukkan kepalanya dan tersenyum kepada Dokter Kim.

“Oya, dok. Bagaimana bisa dia hamil, padahal kami selalu menggunakan pengaman saat berhubungan.” Tanya Sehun.

“Itu tidak menjamin semuanya aman, mungkin saja ada yang bocor. Tapi jarang sekali ada kasus bocor seperti itu, mungkin Tuhan menyayangi kalian dan merestui kalian untuk terus bersama.” Dokter Kim menjelaskan.

“Jadi kita akan menikah?” Sehun menatap Soya sambil tersenyum.

Park Soya hanya tersenyum malu melihat Sehun.

“Baiklah, dok. Terima kasih, kami akan pamit pulang.” Sehun bangkit dari tempat duduknya dan diikuti Soya.

Mereka keluar meninggalkan ruang praktek Dokter Kim.

Park Soya POV

“Oppa, jadi kita benar-benar akan menikah?”

“Tentu saja, Jagiya.” Sehun mengusap pelan rambutku dan berusaha mencium keningku.

“Ya! Oppa! Kau sedang menyetir, perhatikan jalannya.”

Sehun menjulurkan sedikit lidahnya sambil tersenyum, kemudian ia kembali berkonsentrasi menyetir.

Park Chanyeol POV

“Rupanya Soya pulang dari berkencan dengan Sehun.” Batin Chanyeol.

Sehun tampak memeluk Soya, kemudian mereka berciuman cukup lama. Sehun mencium kening Soya dan mengusap rambut kekasihnya itu dengan lembut. Benar-benar sangat romantis. Tapi Park Soya tidak tahu siapa Oh Sehun sebenarnya.

Aku dan Soya adalah sahabat sejak kami kecil. Soya bahkan sering menginap di rumahku, begitu juga aku. Hanya saat Sehun datang ke kehidupan Park Soya, semuanya berubah. Soya bahkan tidak pernah berkunjung ke rumahku, kami hanya berkomunikasi lewat telepon, tentu saja Soya hanya membahas Sehun. Itu membuatku sedikit bete.

Mobil Sehun tampak meninggalkan rumah Soya, Soya masih berdiri di depan rumahnya menunggu mobil Sehun benar-benar hilang dari pandangannya.

“Ya! Kedelai!” Itu nama panggilanku kepada Soya.

Ibunya pernah bercerita ketika mengandung Soya, ia sangat suka susu kedelai, maka dari itu ibunya memberikan nama Soya kepadanya.

Soya menoleh ke arahku, tersenyum sambil menunjukkan kepalan tangannya.

Aku berlari kearahnya.

“Baru pulang berkencan rupanya. Kau tampak bahagia sekali.”

“Tentu saja, Dobi oppa.” Katanya sambil tersenyum.

Dia memanggilku Dobi karena telingaku yang besar.

“Oppa! Kau tahu, aku akan…”

Aku menarik tangannya menuju rumahku sebelum dia menyelesaikan kalimatnya.

“Aahh.. Ada apa ini? Kenapa kau menarikku, oppa?”

“Mampirlah ke rumahku, lalu bercerita. Sudah hampir dua bulan kau tidak datang kerumahku. Terakhir kau kerumahku saat kau mabuk dan menangis karena Oh Sehun-mu itu.” Kataku sambil tetap menarik tangannya.

“Benar juga ya, Oppa.” Soya tersenyum sambil menjulurkan lidahnya.

Normal POV

Soya melemparkan tubuhnya ke ranjang Chanyeol. Chanyeol menarik kursi dan duduk di sebelah tempat tidurnya sambil memainkan gitar.

“Oppa, nyanyikan sebuah lagu! Sudah lama aku tidak mendengarmu menyanyi.” Pinta Soya.

“Kau mau lagu apa?”

“Apapun, terserah Oppa saja.” Soya mengganti posisinya, yang tadinya terlentang kini duduk bersila di atas ranjang milik Chanyeol.

Intro sebuah lagu terdengar mengalun dari gitar yang dipetik Chanyeol dengan mahirnya. Soya tersenyum dan memperhatikan Chanyeol. Chanyeol tampak lebih tampan dua kali lipat jika sedang menyanyi dan bermain gitar.

*lirik don’t go*

Soya menikmati suara Chanyeol sambil menutup matanya. Mendengarkan setiap alunan gitar dan suara Chanyeol yang berat. Begitu indah dan menyentuh. Kemudian Soya membuka matanya, menatap Chanyeol lekat-lekat.

“Oppa..” Panggil Soya.

Chanyeol menghentikan lagunya.

“Ne? Ada apa, Kedelai?”

“Apakah kita akan tetap seperti ini? Apa aku masih tetap bisa melihatmu menyanyi untukku? Apakah aku masih bisa tetap tidur di ranjangmu yang nyaman ini?” Mata Soya menatap Chanyeol dalam.

“Tentu saja, kau ini kenapa? Kenapa tiba-tiba jadi serius begini?” Chanyeol menatap mata Soya.

“Aku akan menikah, Oppa.” Jawab Soya sambil mengelus perutnya.

Park Chanyeol POV

“Aku akan menikah, Oppa.” Soya mengelus perutnya.

Mataku terbelalak. Aku terkejut mendengar apa yang baru saja dikatakan olehnya. Dia akan menikah! Si Kedelai akan menikah!

“Mwo??!! Apa kau bilang?! Menikah?!! Dengan siapa?!!”

“Tentu saja dengan Sehun Oppa.”

“Apa yang terjadi? Mengapa secepat ini?”

“Aku hamil, Oppa.” Soya kembali mengelus perutnya.

“Apaaaa?!! Kau hamil?! Aigooooo!” Aku semakin mebelalakan mataku, kini aku bangkit dari kursiku.

Soya bangkit dari ranjangku, mendekatiku.

“Oppa, bernyanyilah saat upacara pernikahanku nanti.”

Ia mengecup pipiku dan tersenyum. Aku membalas senyumannya dengan senyuman kecut, sebenarnya aku tidak setuju dengan semua ini. Apa yang harus aku lakukan? Soya akan menikah dengan Oh Sehun. Laki-laki itu tidak sebaik yang Soya pikir. Tapi Soya hamil, Soya sudah sejauh itu rupanya dengan Oh Sehun. Cih!

“Oppa, aku pulang dulu yaa.” Soya melambaikan tangannya ketika akan menutup pintu kamarku dari luar.

Si Kedelai akan menikah.. Aku mengacak-acak rambutku. Pikiranku kacau. Soya akan menikah dengan Oh Sehun, ya Oh Sehun yang tidak baik itu.

Keesokan Harinya..

Park Soya POV

*Oppa, aku sudah berada di Sweet Scent Cafe, cepat kemari ya! Saranghaeyo~*

PIP!

Aku mengirimkan pesan singkat untuk Sehun.

Tak lama kemudian Sehun datang dan menuju meja tempatku duduk. Dia duduk di depanku. Dia tampak tampan sekali hari ini.

“Baru saja aku mengirimkan pesan padamu, Oppa.”

“Benarkah?” Sehun mengecek ponselnya.

“Ah, benar.” Tambahnya.

“Kau sudah makan, Oppa?”

“Aku sudah makan tadi. Cepat habiskan makananmu, Jagiya.” Kata Sehun sambil tersenyum.

Aku mengangguk.

Hari ini kami akan mencari sepasang cincin untuk pernikahan kami 5 hari lagi. Aku sangat bahagia hari ini. Sebentar lagi aku akan menjadi Nyonya Oh.

Aku menghabiskan makan siangku dan bergegas membayar bill-nya. Kami keluar dari cafe, namun saat Sehun akan masuk ke dalam mobil, seorang wanita datang menghampiri Sehun.

Normal POV

Seorang wanita mengampiri Sehun dan memeluknya. Wanita itu menangis tersedu-sedu dan di tangannya terdapat sebuah amplop. Soya keluar dari mobil dan menghampiri mereka. Matanya terbelalak dan dengan cepat ia menarik wanita itu dari pelukan Sehun.

“Siapa kau?!” Teriak Soya.

“Kau yang siapa?!” Teriak wanita itu kepada Soya.”

Pertengkaran sepertinya akan terjadi. Sehun yang menyadari itu segera menengahi mereka. Orang-orang disekitar cafe itu berkerumun melihat aksi tersebut.

“Oh Sehun, Aku hamil!” Wanita itu berteriak sambil menangis dan mencoba memeluk Sehun, namun Sehun menahan bahu wanita itu.

Soya membelalakan matanya, tampak jelas di wajahnya, ia terkejut dengan apa yang dikatakan wanita tersebut.

“A-apa?! Apa yang baru saja kau katakan?!” Soya mendekati wajah gadis itu.

“Aku hamil! Dan Oh Sehun yang telah menghamiliku!” Pekik wanita itu.

PLAK!

Soya menampar wanita itu.

PLAK!

Wanita itu kini membalas tamparan Soya hingga Soya jatuh tersungkur.

Sehun terkejut dan berusaha membantu Soya untuk bangun, namun wanita itu menarik tangan Sehun. Wanita itu menyerahkan amplop yang ada di tangannya kepada Sehun.

Sehun membuka amplop itu yang ternyata isinya adalah hasil tes kehamilan.

“Kau akan menjadi seorang appa, aku hamil, Jagiya.” Kata wanita itu sambil menangis.

Sehun terpaku, matanya terbelalak, mulutnya terkatup kaku dan wajahnya pucat.

Soya bangkit dan merampas amplop itu, ia melihat hasil tes tersebut dengan pandangan gusar. Soya menatap Sehun dalam-dalam.

“Katakan bahwa ini semua bohong, ini tidak benar kan?” Air mata Soya menetes, bibirnya bergetar.

“KATAKAN OPPA?! KATAKAN BAHWA INI BOHONG!!!” Soya berteriak histeris, air matanya terus mengalir.

Sehun menatap Soya yang terus menatap mata Sehun, wajah Sehun pucat, Ia memegang kedua pundak Soya, dan membuka bibirnya.

“Wanita itu bohong, Jagiya.” Kata Sehun lembut dengan wajah yang masih pucat.

Soya menggeleng dan menangis.

“LALU APA INI, OPPAA?!!!” Soya melempar hasil tes tersebut ke wajah Sehun.

Sehun memeluk Soya paksa namun Soya terus memberontak dan menangis histeris.

Kenyataan pahit yang dirasakan Soya sangat terlihat di wajahnya, ia tampak sangat kacau. Soya terus memberontak hingga akhirnya Soya berhasil melepas pelukan Sehun.

“Percalah padaku Soya-ah! Wanita itu bohong. Ia berbohong!” Sehun berteriak.

Wanita itu kemudian menarik tangan Soya kasar, membuat Soya kesakitan.

“Lihat ini!” Wanita itu menunjukkan sesuatu di layar ponselnya.

Soya semakin histeris melihat foto Sehun yang sedang bertelanjang dada bersama wanita itu di atas sebuah ranjang. Mereka seperti sepasang kekasih yang sangat romantis dan bahagia.

“Kau! Kau pikir kau siapa?! Aku yang lebih dulu mengenal Sehun! Aku sudah berpacaran dengan Sehun selama 2 tahun, dan kau tahu, SEKARANG ANAK SEHUN YANG BERADA DI PERUTKU SUDAH BERUMUR 3 BULAN!!!” Wanita itu berteriak dan itu semua semakin membuat Park Soya sakit.

Park Soya jatuh terduduk sambil terus menangis. Hatinya sakit, sakit sekali, bahkan sangat amat sakit.

“YAAH!! KIM JUNG MIN! APA YANG KAU LAKUKAN PADA SOYA???!!!” Sehun membantu Soya untuk bangkit, namun Soya menolak.

“JANGAN SENTUH AKU, BAJINGAN!!! KAU BAHKAN TAK PANTAS BERBICARA LAGI DENGANKU!!!” Teriak Soya.

Sehun terpaku. Menatap Soya yang terus menangis, terlihat ia sangat kesakitan. Sehun hanya bisa diam kaku.

Chanyeol POV

Aku melihat kerumunan orang-orang di depan sebuah cafe. Sepertinya terjadi perkelahian. Aku mendekati kerumunan itu. Ia melihat seorang wanita menangis terduduk dan sorang wanita lagi menatap wanita yang menangis itu dengan tatapan penuh kebencian, dan ada seorang laki-laki yang diam terpaku memandang wanita yang sedang menangis. Laki-laki itu.. Oh Sehun! Jadi yang menangis itu, ya Park Soya!

Aku menerobos kerumunan itu, menghampiri Park Soya yang sedang menangis. Kupeluk Soya dengan sigap.

“Apa yang terjadi, Soya-ah?” Tanyaku khawatir. Wajahnya sangat kacau.

“Pasti ulah Oh Sehun.” Batinku.

Soya tak mampu menjawab pertanyaanku, ia menangis sekencang-kencangnya di pelukanku. Aku dapat merasakan kesakitan yang ia rasakan.

“JANGAN SENTUH SOYA-AH!!” Teriak Sehun.

“DIA MILIKKU! DIA CALON ISTRIKU!!” Pekik Sehun lagi padaku.

Aku menatap Sehun penuh amarah. Rasanya ingin kubunuh laki-laki bajingan ini. Aku mengepalkan tangan kananku kuat-kuat.

“KAU TAK BERHAK MENGATAKAN ITU BAJINGAN!! MULAI SAAT INI PARK SOYA BUKAN MILIKMU LAGI” Pekikku di hadapan Oh Sehun.

BUGGH!!

Sebuah pukulan keras melayang di rahang Sehun. Wanita yang tadi berdiri menatap Soya dengan benci itu tampak terkejut dan langsung membantu Oh Sehun bangkit. Orang-orang yang dari tadi menyaksikan juga ikut kaget.

Aku menarik tangan Soya yang masih tetap menangis keluar dari kerumunan tersebut, menyetop taksi dan segera pergi dari tempat itu.

Park Soya POV

Aku masih terus menangis setelah kejadian tadi siang. Aku sudah meceritakan semuanya kepada Chanyeol Oppa. Malam ini aku memutuskan menginap di rumahnya, tidak mungkin aku pulang dengan keadaan seperti ini. Chanyeol Oppa membiarkanku menangis sendirian setelah aku menceritakan semua kejadian tadi siang. Aku berusaha menenangkan diriku, aku sangat terguncang. Aku masih merasakan perih dan sakitnya. Aku memegang dadaku dan mengelus perutku.

“Bagaimana nasib anak ini?” Batinku. Aku kembali menangis.

TOK! TOK!

“Boleh aku masuk?” Tanya Chanyeol Oppa dari balik pintu.

“Masuklah, Oppa.” Aku menjawab dengan lemas, tenagaku sudah habis dan wajahku kacau.

Chanyeol masuk dengan membawa semangkuk bubur yang masih hangat. Terlihat uap masih mengepul dari mangkuk bubur itu.

“Makanlah. Umma membuatkannya khusus untukmu.” Chanyeol menyodorkan mangkuk bubur tersebut.

“Aku tidak lapar, Oppa.”

Selera makanku hilang. Rasanya aku ingin mati saja.

Chanyeol meletakkan mangkuk bubur itu di meja dan mengambil gitarnya. Dia duduk di sebelahku.

“Aku akan menghiburmu. Tolong dengarkan.” Katanya.

Dia mulai memetik gitarnya, intro sebuah lagu dimulai. Aku menatapnya dan tersenyum dengan air mata yang masih terus membasahi pipiku. Wajahnya sangat tampan, matanya yang besar dan bulat, senyuman itu menenduhkan hatiku.

*Lagu baby don’t cry*

Aku menatap Chanyeol dan memeluknya. Dia tampak terkejut. Aku menangis kencang, kencang sekali. Dia meletakkan gitarnya perlahan kemudian mengusap-usap punggung dan rambutku lembut.

“DIA BAJINGAN, OPPAA!!” Aku menangis dan berteriak.

“Aku tahu.. Aku tahu itu.” Katanya sambil terus memelukku.

“Menangislah, aku tahu betapa sakitnya itu.” Tambahnya.

Aku menangis di pelukannya selama hampir satu jam. Chanyeol Oppa sangat sabar terhadapku, begitulah dia sejak dulu. Selalu melindungiku, menghapus air mataku dan menggantinya dengan senyuman, memainkan lagu untukku.

Dia melepaskan pelukanku, meletakkan kedua tangannya di pipiku.

“Lihat aku.” Katanya pelan.

“Aku sudah mengetahui semuanya Park Soya sebelum hari ini.”

“Maksudmu, Oppa?” Aku menatapnya bingung.

“Waktu itu, aku melihatnya berciuman dengan wanita itu lalu masuk ke dalam sebuah apartemen. Maafkan aku tidak memberitahumu, aku hanya tak ingin kau terluka saat itu, kau terlihat bahagia bersamanya. Maafkan aku.”

“Sudahlah, Oppa. Semuanya sudah berakhir. Oh Sehun bukan siapa-siapaku lagi.” Kataku sambil terus menangis.

Aku menatap wajahnya. Dia menghapus air mataku dengan ibu jarinya.

“Sudah cukup kau menangis untuknya, dia tidak pantas untuk ditangisi.” Katanya lembut.

“Tapi oppa, bagaimana dengan anak ini?”

“Ceritakan padaku bagaimana itu bisa terjadi?” Tanya Chanyeol.

Aku menceritakan semuanya kepadanya, termasuk kami selalu menggunakan pengaman saat berhubungan badan.

“Maafkan aku, Oppa.” Aku tertunduk.

“Waeyo?”

“Aku tidak bisa menjaga diriku sendiri.”

Chanyeol mengusap pucuk kepalaku dengan lembut.

“Aku yang tidak bisa menjagamu dengan baik, maafkan aku.” Dia tersenyum.

Andai aku bisa memiliki calon suami seperti Chanyeol, pasti hidupku akan sangat bahagia. Namun semuanya sudah terlambat, kini aku sudah mengandung anak Oh Sehun.

“Soya-ah.. kau ingat sesuatu?” tanya Chanyeol

“Mwo?” Jawabku bingung.

“Saat kau mabuk dua bulan yang lalu, itu terakhir kali kau berkunjung kesini kan?”

“Ne, oppa. Ada apa?”

“Apa kau yakin itu adalah anak dari Oh Sehun?”

Aku terkejut saat mendengar perkataan Chanyeol.

“A-a-apa mak-maksudmu, oppa?”

“Maafkan aku, kau jangan marah. Saat kau mabuk, kau tidak sadarkan diri. Kau terus menangis dan tertawa bergantian, kau bercerita panjang lebar tentang Sehun dan kata-katamu kacau.” Chanyeol menatap mataku lekat-lekat.

“Lalu apa, oppa? Aku tidak ingat apa-apa saat itu. Yang aku ingat, malam itu aku mengetuk pintu rumahmu, terjatuh dan saat bangun sudah pagi dan aku tertidur di kamarmu.” Aku masih bingung.

“Kau menciumku.”

“MWOOO?” Aku memegang bibirku, mataku terbelalak.

“Kau membuka pakaianmu dan menggodaku. Kau terus menciumku.”

“KAUUU BOHONGGG OPPAAA!!! ITU TIDAK MUNGKINNN!”

“Aku serius. Maafkan aku Soya-ah. Aku tidak dapat menahan nafsuku. Kita melakukannya malam itu. Maafkan aku Soya-ah.” Ia mencakupkan kedua tangannya di depan wajahnya.

Aku hanya terpaku melihatnya. Lidahku kaku, badanku kaku, dan mataku masih terbelalak. Aku tidak percaya.

“AHAHAHA! Kau pasti bercanda, oppa.” Aku berusaha mencairkan suasana.

“Tidak, aku serius. Tunggu, aku punya sebuah bukti yang akurat.”

Chanyeol terlihat mengacak-acak isi lemarinya. Lalu mengeluarkan sebuah kotak dan memberikannya padaku.

“Bukalah!”

“Apa ini, oppa?” Tanyaku memastikan.

“Sudah buka saja.” Ia menggaruk kepalanya dan menggigit bibir.

Ternyata isinya sebuah kain yang dilipat rapi. Setelah aku angkat kain itu dan merentangkannya, ternyata itu.. CELANA DALAMKU!

“Oppaaa!!!! Ba-ba-bagaimana bisaa??!! Darimana kau dapatkan ini?!!” Mataku melotot kearahnya.

“Ma-ma-maafkan aku, Kedelai. Ah! Maksudku Soya.” Dia terlihat kaku dan tak enak.

Aku tidak percaya ini, ternyata Chanyeol dan aku sudah pernah berhubungan badan. Rasanya aku ingin marah, tapi anehnya ada perasaan tenang di hatiku. Apakah aku mencintainya? Apakah selama ini aku tidak menyadari perasaanku sendiri? Argh!

“Kenapa kau lakukan itu, oppa?! Kenapa kau tidak mencegahnyaaa?!!!” Pekikku.

“Maafkan aku Soya-ah, aku sudah berusaha menahannya, tapi perasaan ini sangat kuat. Maafkan aku sudah melakukan itu terhadapmu, dan maafkan aku karena selama ini aku mencintaimu..”

Maafkan aku karena selama ini aku mencintaimu..

Apa?! Chanyeol mencintaiku? Apa ini? Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa semuanya jadi begini? Apa yang ada di perutku ini adalah anak dari Chanyeol? Berbagai pertanyaan menghujam otakku. Aku shock.

Chanyeol POV

Soya masih terdiam kaku. Sepertinya dia shock. Bodoh sekali aku, melakukan hal gila pada sahabat kecilku sendiri. Aku tidak bisa memendam perasaanku sendiri, bodoh sekali aku.

“S-s-soya-ah? Kau marah padaku?” Tanyaku memastikan.

“Oppa…” Dia membuka mulutnya.

“Oppa, aku hanya bingung dengan perasaanku.” Dia menambahkan

“Mak-maksudnya?”

“Awalnya aku merasa marah saat mengetahui yang sebenarnya oppa, tapi saat kau bilang bahwa kau mencintaiku. Aku merasa bahagia sekaligus bodoh.”

“Apa maksudmu Soya-ah? Bodoh?”

(Disarankan saat membaca bagian ini dengarkan lagu XOXO ya chingu ^^)

“Ya, oppa. Aku bodoh karena sibuk mencari seseorang yang benar-benar mencintaiku, padahal orang itu ada disisiku, orang itu ada di dekatku. Dia menjagaku, menghapus air mataku, membuatku tersenyum, dan selalu menyanyikan lagu untukku.” Dia menatapku dan tersenyum.

“Jadi kau tidak marah Soya-ah?”

Dia menggeleng dan masih tersenyum.

“Sekarang aku yakin ini bukan anak Oh Sehun. Tapi, aku sudah melakukannya dengan Oh Sehun. Aku begitu bodoh, tidak menyadarinya. Kau yang selama ini mencintaiku, tapi aku terlalu bodoh untuk menyadari itu. Aku membiarkan laki-laki bajingan itu mempermainkanku.” Senyuman itu masih ada namun air mata mulai mengalir di pipinya.

“Masih pantaskah aku untuk dicintaimu, oppa?” Soya menangis namun mencoba untuk tetap tersenyum.

Aku menatapnya lekat-lekat. Aku sangat terkejut mendengar kata-kata yang keluar dari mulutnya. Aku memeluknya erat dan mengusap rambutnya lembut.

“Kau selalu pantas untuk aku cintai, Park Soya.”

Soya melepaskan pelukannya dan menatapku dalam. Dia menutup matanya dan mendekatkan bibirnya ke bibirku, lalu bibir kami bersentuhan.

“Nado Saranghae, Oppa.” Katanya lembut.

Hatiku merasakan kebahagiaan yang begitu besar. Park Soya mencintaiku! Aku tersenyum kepadanya dan mencium keningnya.

Park Soya POV

Park Chanyeol tersenyum memperlihatkan rentetan giginya yang putih bersih lalu ia mencium keningku.

“Hey keledai!” Katanya sambil mencium pipiku.

“Ya! Oppa! Jangan memanggilku seperti itu lagi.” Aku menggembungkan pipiku berpura-pura kesal.

“Hehehe.. Aku hanya bercanda. Sebentar lagi aku akan jadi appa.” Dia mencium perutku.

Aku sangat bahagia, bahagia sekali. Sakit di hatiku kini hilang, digantikan rasa bahagia yang begitu besar. Park Chanyeol, menebarkan virus bahagianya, membuatku merasa berarti, melindungiku dengan sepenuh hatinya. Dan kini, yang di perutku bukanlah anak Oh Sehun tetapi anak Park Chanyeol.

“Ne, Oppa. Kau akan jadi appa.” Aku tersenyum bahagia.

“Tunggu sampai aku menikahimu, Soya-ah. Lalu Yeol kecil lahir dan kita akan mempunyai keluarga kecil yang bahagia.”

“Kau tahu, Oppa. Aku bahagia sekali. Aku tidak perlu khawatir lagi, aku masih tetap bisa melihatmu menyanyi untukku, tidur di ranjangmu yang nyaman ini, bahkan sebentar lagi kau akan menjadi suamiku.” Aku tersenyum.

Chanyeol tersipu malu. Ia mencium pipiku.

“Ayo tidur, kau pasti sangat lelah hari ini, aku tak ingin Yeol kecilku marah padamu karena umma-nya tidak menjaga dirinya dengan baik. Besok kita akan mulai mempersiapkan pernikahan kita.” Dia memperlihatkan senyum khasnya.

“Baiklah, Oppa. Jaljayo~”

“Jaljayo~” Balasnya dengan suara beratnya yang khas sambil mencium keningku.

END

 

Epilog

TOK TOK! TOK TOK TOK!

Terdengar seseorang mengetuk pintu rumahku dengan gusar. Aku berlari menuju pintu.

“Siapa yang datang malam-malam begini?” Batinku.

Aku membuka pintu dan ternyata seorang wanita jatuh terduduk di depan pintu rumahku.

“Yahh! Park Soya! Apa yang terjadi denganmuuu?!!” Aku membantunya bangkit.

“Oppaa.. Hahahahaha!” Dia tertawa seperti orang gila, matanya masih tertutup.

“Aigo! Kau mabuk?!” Bau alkohol tercium jelas dari mulutnya.

Aku membawanya ke kamarku. Umma sempat keluar untuk mengecek keadaan, namun kupastikan padanya bahwa Park Soya baik-baik saja.

Kubaringkan tubuh Soya di ranjangku. Aku meletakkan tasnya, melepaskan sepatunya dan juga mantelnya. Wajahnya sangat kacau.

“Minumlah, kau mabuk Park Soya. Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa kau mabuk seperti ini?!”

Soya meminum air yang kuberikan hingga gelas itu kosong.

“Ya!! Park Chanyeol! Jangan berteriak! Kau ini gila?!” Kemudian itu tertawa lagi.

Aish! Kenapa si Kedelai ini? Tampak seperti orang gila.

“Oppa, kau tahu. Aku melihat Sehun pergi dengan seorang wanita.” Dia mulai menangis.

“Di-dimana?”

“Sudahlah Oppa! Jangan bahas dia, aku tidak selera.” Dia tersenyum dan mendekatiku.

“Yahh! Kau ini gila, lalu apa yang terjadi berikutnya?”

Dia mencium bibirku dan melumatnya. Aku mendorong tubuhnya dan menahannya.

“Kau ini apa-apaan Soya-ah?!”

Dia membuka setiap kancing bajunya dan melepaskan kemeja warna biru mudanya itu.

“Temani aku, oppa.” Dia terus menciumku.

Aku membalas ciumannya. Maafkan aku Park Soya, aku tidak mungkin melewatkan ini. Aku mencintaimu Park Soya, aku harap ini bukan yang terakhir kalinya. Maafkan aku tidak bisa menahan perasaan ini, aku begitu mencintaimu.

Tak lama kemudian kami sudah tidak berpakaian sama sekali. Soya masih dalam keadaan mabuk. Kami melakukan hubungan badan. Andai Soya milikku..

Maafkan aku Park Soya.. Aku mencintaimu, sangat mencintaimu…

 

END

 

Finally! Chanyeol dan Soya bersama! ^^ Maaf kalau ceritanya jelek, soalnya masih belajar untuk bikin FF. Cerita dalam FF ini murni dari imajinasiku ya, Chingu. Jadi mohon tidak di copy paste dan jangan jadi Silent Reader yaa ^^ Terima kasih untuk nae chingu Shin Hae Mi yang sudah membuatkan cover.

Terima kasih sudah membaca FFku ini. Sangat diharapkan masukannya dan komennya ya chingu ^^

Annyeong~



You Can’t Disappear From Me (Chapter 4)

$
0
0

you-cant-disappear-from-me-final

Tittle : You Can’t Disappear From Me

Author : Hyuuga Ace (@dioxing_0307)

Length : Multichapter

Genre : Romance, Drama, School Life, Hurt

Rate : G

Web : cynicalace.wordpress.com

Main Cast :

  • Oh Yu Bin (OC)
  • Kim Jong In / Kai
  • Park Chan Yeol
  • Lee Sae Ra (OC)

Other Cast : Kwon Yura (OC), Xi Luhan, Do Kyungsoo /D.O, Oh Se Hun, Zhang Yixing / Lay, Park Ye Rin (OC), Shin Hee Ra (OC), Han Jae Ha (OC)

Author’s note :

Annyeong.. Chapter ini agk panjang.. Hehehe, smga ga bosen yah baca’a..

Skli lg, gomawo bwt admin  yg udh mw ngepost ff ini ehehe..

HAPPY READING ALL ^^

____

Author’s PoV

2 minggu telah berlalu, dan tentunya inilah waktu yang ditunggu- tunggu siswa- siswi kelas 1 dan 2 “Yo Su” High School karena mereka diberikan libur selama 1 minggu full. Tapi tidak untuk siswa- siswi kelas 3 yang akan menghadapi ujian. Mimpi buruk, begitu yang mereka katakan.

“Songdo bada?” Tanya D.O bingung, ketika Kai merekomendasikan suatu tempat untuk berlibur.

“Kita bisa saja berlibur ke luar negri, Jepang mungkin? Berjalan- jalan dan belanja di Shibuya street akan mengasyikan.”

“Kau seperti yeoja saja, Kyungsoo-ya. Kita bisa liburan ke China, sekalian pulang kampung untukku. Changsa tempat yang menarik.” Usul Yixing kelewat bersemangat.

“Aku dan Luhan Hyung malahan ingin berlibur ke Eropa. Terutama Luhan Hyung yang ingin sekali pergi ke Manchester untuk dapat mengunjungi Old Traffod.” Kini giliran Sehun yang memberikan usul sambil mempoutkan bibirnya lucu.

“Kalian semua.. Bukankah waktu liburan kita hanya 1 minggu? Aku tidak ingin banyak menghabiskan waktu di jalan dengan pergi ke luar negri, apalagi benua lain. Kita akan berlibur di Busan. Biaya penginapan dan lain- lain akan ku tanggung karena aku yang mengajak, bagaimana?” Rayunya dengan nada yang berusaha sebisa mungkin -santai.

“Gratis?” Ujar mereka serempak sambil melirik- lirik satu sama lain.

Kai hanya tersenyum malas, tentu saja siapa orang yang akan melewatkan sesuatu yang gratis? “Hmm.. Tidak sepenuhnya gratis, aku hanya akan membayar uang penginapan.”

“Tunggu sebentar, Kai. Ada sesuatu yang tiba- tiba kuingat. Bukankah kau memiliki vila pinggir pantai di Busan? Mengapa harus repot- repot menginap di penginapan?” Keluhnya tiba- tiba.

“Jangan bilang villanya sudah dijual?” Tanya Sehun polos.

“Hun-ah, itu tidak mungkin. Keluarga Kai bukan orang yang membutuhkan uang sampai harus menjual villa.”

“Ah aku lupa dia orang kaya, hyung.” Kai hanya memutar bola matanya bosan.

“Berbaur dengan masyarakat terkadang lebih baik, ah aku bosan dengan keluhan kalian. Pokoknya kita akan ke Songdo bada dan menginap di penginapan.” Ujar namja bermarga Kim dengan nada yang -tanpa-ada-penolakan.

“Yixing hyung, ambil stik PS mu, by one denganku.” Lanjut Kai, sambil berdiri dan mengambil stik PS nya dan menyalakan PS 3 nya yang belum tersentuh semenjak mereka semua datang ke rumah Kai untuk sekedar menghabiskan waktu.

“Kai aku bosan bermain PS. Ayo kita bermain catur.” Ajak Yixing atau yang sering juga dipanggil Lay sambil menunjukan cengirannya yang sudah diketahui maksudnya oleh yang lainnya, ia bosan kalah bermain PS dengan Kai.

“Aku jadi ingin tahu, apakah Kai pintar bermain catur? Kekekeke.” Kekeh D.O dipojok ruangan.

____

Yubin’s PoV

“Jadi kau akan berlibur di Songdo Bada?” Tanya seseorang di ujung sana, Saera. Sudah sekitar 2 minggu kami berteman. Entahlah dia sangat ramah padaku. Walau kadang aku juga tidak mengerti mengapa dia sangat tertarik tentang kehidupanku, seperti hal sejenis: apakah aku punya pacar? Atau adakah orang yang sedang kusukai?

Yang hanya bisa kubalas dengan gelengan kepala, tak berniat sedikitpun menceritakan mengenai Kai- orang yang kusukai. Bercerita tentang perasaan yang tak terbalas kadang memang menyakitkan.

“Yeoboseyo? Yubin-ah, kau masih disana?” Sapa Saera diujung sana yang membuyarkan lamunanku.

“Ah mian Saera-ya. Ne aku, Yura, dan Chanyeol akan berlibur kesana.”

“Hanya kalian bertiga?”

“Kurasa begitu..”

“Kapan kalian akan berangkat?”

“Besok pagi, jam 7. Ehmm, apakah kau mau ikut?”

“Mianhae Yubin-ah, sepertinya aku tak bisa. Aku tidak ingin menganggu acara kalian, seperti yang kau tahu aku hanya dekat denganmu. Walaupun Chanyeol duduk di belakang meja kita, namun aku jarang mengobrol banyak dengannya. Dan Yura? Walau kita sering istirahat bersama ber 4 -Kau, aku, Yura, dan Chanyeol-, entahlah aku kurang bisa mengobrol santai dengannya.” Celotehnya panjang lebar.

“Ne, gwaenchana Saera-ya. Apa yang sedang kau lakukan?”

“Aku sedang dalam perjalan ke rumah Ka- ah temanku.” Aku mendengar dia terdiam sebentar di ujung sambungan telepon dan kembali melanjutkan ucapannya. “Sepertinya sudah mau sampai, aku tutup teleponnya dulu. Untuk liburannya, have fun yah?”

“Ne, gomawo.”

“Annyeong.”

“Nado annyeong.”

BIPP- dan sambungan telepon terputus. Aku kembali ke aktivitasku semula, membereskan baju yang akan kupakai selama liburan ke Busan 3 hari ke depan. Sebenarnya aku ingin berlibur lebih lama lagi, hanya saja aku merasa tidak enak tentang pekerjaan baruku. Aku baru saja bekerja kurang lebih 2 minggu dan aku sudah meminta cuti? Pegawai macam apa aku ini.

Awalnya aku sudah bersiap- siap membatalkan rencana ini ketika memikirkan kemungkinan terburuk bahwa Seungho ahjussi tidak memberikanku cuti.

Tapi entah karena Seungho ahjussi yang terlampau baik atau dia mengerti jiwa mudaku, dia membolehkan begitu saja tanpa mengurangi gajiku sedikitpun.

Dikarenakan rasa malu, maka aku hanya meminta cuti selama 3 hari.

____

Author’s PoV

Seseorang yang ia tahu adalah pembantu di rumah Kai membukakan pintu untuknya, dan sesegera mungkin seorang yeoja mungil melangkahkan kakinya cepat ke dalam rumah Kai. Dia hanya ingin segera bertemu dengan Kai-nya. Tiba- tiba dia mendengar suara namja- namja yang jujur saja tidak bisa disebut bisik- bisik karena suaranya yang menggema sampai ke ruangan depan rumah Kai.

“Aku tidak mengerti mengapa Kai mengusulkan untuk berlibur ke Songdo bada. Dikala dia bisa saja naik helikopter untuk terbang ke Eropa.”

DEG

Apa yang diucapkan namja tadi?

Kai? Mengusulkan berlibur kemana?

“Yah, kau benar Hyung. Yah sudahlah, mungkin dia hanya ingin berlibur ke tempat dekat.” Ujar namja lainnya.

Saera -yeoja itu- melangkahkan kakinya cepat ke arah suara- suara itu berada. Mereka masih berjalan santai menuruni tiap anak tangga rumah ini.

“Kau bilang kalian akan berlibur kemana?” Tanya yeoja itu cepat saat berada di depan teman- teman Kai. Mereka hanya terkesiap kaget melihat Saera yang entah muncul dari mana sudah berada di hadapannya. Tapi itu tidak bertahan lama, mereka kembali memasang wajah tenangnya, termasuk Luhan yang akan menjawab pertanyaan yeoja itu.

“Songdo bada, Busan. Waeyo?”

“Jangan bilang kau akan ikut, Saera-ssi.” Ini D.O yang berbicara. Entahlah namja bermata bulat ini memang tidak pernah menyukai keberadaan Lee Saera, sehingga ia tidak merasa bersalah mengatakan hal apapun padanya.

“Kenapa harus kesana?” Tanya Saera dengan pandangan yang mungkin bisa diartikan sebagai takut dan juga resah.

“Kami tak tahu, tanya saja Kai yang mengusulkan-”

“Ani- memaksa kami semua berlibur kesana.” Ralat D.O ketika Yixing mengatakan kata ‘mengusulkan’.

“Sudah dulu yah Saera-ssi. Kami harus segera pulang. Dan jika kau ingin mencari Kai, lebih baik kau tunggu dulu disini, dia mungkin sedang mandi sekarang, ia yang bilang akan segera mandi ketika kami beranjak keluar dari kamarnya.” Tukas Luhan yang kelihatannya paling sopan terhadap Saera yang masih membatu di tempatnya, entah apa yang yeoja ini pikirkan? Luhan bertanya- tanya dalam hatinya.

Dan tidak butuh waktu lama ke-4 namja yang diketahui sebagai teman- teman terdekat Kai itu menghilang dari pandangan.

“Apa mungkin Yubin berbohong padaku? Apakah dia juga mengajak Kai?” Renungnya.

_____

Matahari telah menunjukan sinarnya dari ufuk barat, menandakan hari telah berganti. Hari inilah hari yang sangat ditunggu- tunggu seorang Oh Yubin. Hari dimana pada akhirnya ia bisa berlibur, mengingat ketika libur musim dingin kemarin ia malah sibuk mencari lowongan pekerjaan kesana sini. Ia juga melakukan hal itu untuk membantu ekonomi keluarganya yang makin hari makin merosot.

“Yura-ya, ppali!” Ujar Yubin tidak sabar ketika dirinya melihat mobil Chanyeol berbelok dari tikungan dan segera menghampiri rumah Yura. Yubin memang sengaja menginap di rumah Yura, agar memudahkan Chanyeol yang menjemput mereka. Mengingat rumah Yubin yang paling jauh dari rumah Chanyeol.

“Tunggu sebentar lagi, Yubin-ah! Barang- barangku kelewat banyak.” Teriak yeoja yang masih saja berada di dalam rumahnya.

“Astaga dia itu membawa apa saja untuk berlibur 3 hari sih? Aku curiga ia juga membawa Puka- kucing kesayangannya.”

CITTT~

Suara mobil berdecit membuat Yubin ikut menolehkan pandangannya ke arah jalanan. Disana mobil Chanyeol sudah berhenti sempurna, dan ketika melihat kebalik kaca, Yubin sedikit terkejut ketika melihat tidak hanya Chanyeol yang berada disana. Melainkan ada seorang namja lagi.

Chanyeol membuka pintu mobilnya cepat dan segera berhambur ke arah Yubin. Begitupun namja asing yang menyusul Chanyeol dari arah belakang.

‘Wow! Dia lebih tinggi dari seorang Park Chanyeol?!’ Tanya Yubin dalam hati. Terkejut melihat orang yang lebih tinggi dari teman dekatnya.

“Annyeong chagiyaaaaaa.” Sapa Chanyeol penuh semangat.

“Nuguya, Yeollie?” Tanya Yubin to the point sambil mengarahkan matanya kepada namja yang jujur saja sangat tampan itu.

“Ah, hyung! Come here. Dia sepupu jauhku yang lama tinggal di Kanada.” Yubin hanya membulatkan mulutnya ketika mendengar ucapan temannya itu.

“Ah annyeonghaseyo” Bungkuknya sopan ketika melihat namja itu berada di depannya. “Kalau Chanyeol memanggilmu Hyung, berarti aku juga harus memanggilmu oppa. Euhm. Wait, you can speak Korean, right?”

Namja itu hanya terkekeh pelan mendengar ucapan yeoja itu.

“Tenang saja Yubin-ah, hyungku ini dapat menguasai 4 bahasa.” Bela Chanyeol.

“Jinjja? Bahasa apa saja yang kau kuasai oppa?”

“Eum, sebelum itu perkenalkan namaku Wu Yi Fan imnida, tapi aku biasa dipanggil Kris. Dan ya, Chanyeol benar aku menguasai Korean, English, Chinesse, dan bahasa Kanton.” Ujarnya tanpa menunjukan sedikitpun kesombongan.

“Whoaaa keren!” Refleks, Yubin pun mengeluarkan dua jempolnya untuk menunjukan kekagumannya pada namja di depannya, tentu saja bukan Chanyeol. “Ah mianhae, aku juga lupa memperkenalkan diri, Nae ireumeun Oh Yubin imnida, bangapseumnida Kris oppa.” Lanjutnya.

“Nado bangapseumnida.”

“Eum, chagi, kau tidak keberatan kan jika aku mengajak Kris Hyung ikut bersama kita, kan? Semenjak kedatangannya dari Kanada satu minggu yang lalu ia hanya mendekam sepanjang hari di rumah seperti orang pengangguran. Aku benar- benar tidak tahan melihatnya maka dari itu kuajak sekalian dia ke Busan.” Tentu saja kau sudah tahu siapa yang baru saja berbicara bukan? Siapa lagi orang yang memanggil Yubin dengan sebutan chagi seperti itu, selain Park Chanyeol?

“Ne, mianhamnida jika aku menganggu acara kalian. Tapi Chanyeol terus menerus memaksaku juga.” Yang ini giliran Kris yang merasa tidak enak.

“Aniyo oppa. Aku sama sekali tidak keberatan kau ikut. Bukankah semakin banyak orang semakin baik?” Ujar yeoja bermarga Oh ini sambil menunjukan cengirannya yang kelewat lebar.

“Kau sangat baik hati, gomaseupmnida.”

DRTTT~ bunyi ponsel seseorang terdengar, karena merasa itu bukan ringtone yang dipakai. Yubin dan Chanyeol pun melirik Kris yang mulai mencari ponselnya di saku celananya.

“Ah, mianhae. Aku harus mengangkat telepon sebentar.” Kris pun berjalan menjauhi Chanyeol dan Yubin sembari memutar tubuhnya membelakangi mereka.

“Yeol-ah, kau tidak pernah menceritakan padaku kau memiliki sepupu jauh berkebangsaan China yang ganteng sekali seperti dia.” Bisiknya  sewot pada namja tinggi satunya lagi.

“Bodoh! Dia memang sedikit lebih tinggi dariku, tapi aku lebih tampan darinya, chagi.” Ujar Chanyeol yang hanya ditanggapi Yubin dengan gelengan kepala yang juga membuat Chanyeol hanya mendengus sebal. “Dimana Yura?”

“Hahh hahh..” Seseorang dengan tergopoh- gopoh lari menghampiri mereka, yang tanpa ditanya lagi, itu pasti Kwon Yura.

“Ahh mianhae chingudeul. Selain mengurusi barang- barangku yang kelewat banyak. Puka minta diajak juga rupanya. Ia mengamuk di dalam sana, ketika aku mau melangkahkan kakiku ke-” Yura terkesiap ketika melihat sesosok namja yang dengan luar biasanya lebih tinggi dari Park Chanyeol, temannya yang kelewat tinggi. Oh- bahkan dalam pikirannya Yura selalu berlebihan. Kekekeke~

“Siapa dia?” Bisiknya heboh pada Yubin yang berada di sampingnya. Tunggu, bisakah itu disebut bisik- bisik? -__-

Yubin pun dengan malas menjelaskan siapa sebenarnya Kris dan mengapa Kris juga ada disini yang hanya dibalas Yura dengan kilatan bersemangat dari matanya. Huh, dia selalu begini kalau melihat namja tampan. Pikir Yubin dengan nada lelah.

Ketika Kris menyudahi sambungan teleponnya, ia pun segera berbalik dan berkenalan dengan teman sepupunya yang lain yang bernama Kwon Yura. Dan Kris sangat senang ketika melihat ada seekor kucing mungil berada dalam pelukan yeoja ini. Ahh, perlu diketahui bahwa Kris adalah pecinta kucing, dan tentu saja ia juga memelihara beberapa diantara spesies kucing di rumahnya, di Kanada.

“Ah, sudah waktunya berangkat. Kajja!” Ajak seseorang sambil membawa tas yang dibawa Yubin di tangannya.

“Ya! Park Chanyeol! Bawa koperku sekalian! Hiksss eomma namja bodoh itu selalu pilih kasih terhadapku.” Rengek Yura dengan hiperbolanya. Membuat Kris jadi tertawa melihatnya.

“Bisa kubantu membawa kopermu?”

“Eh?!” Ditanya begitu Yura hanya bisa menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, atau bisa dibilang dia juga sedang salah tingkah. “Ah ani oppa, aku hanya bercanda. Aku bisa membawa koperku sendiri kok. Hehehe.” Yura hanya bisa tertawa garing menanggapinya yang disambut dengan kekehan Kris. Dan tanpa perlu bertanya lagi, Kris langsung mengambil koper yang berada di sebelah Yura dan membawanya memasuki bagasi mobil Chanyeol.

“Kau akan kesulitan membawa koper ketika mengendong kucing cantik seperti itu.”

“Cantik?! Kau tahu kucingku ini betina?”

_____

Perjalanan menuju Busan terasa begitu membosankan bagi Yubin yang sedari tadi hanya bisa mendengar celotehan kelewat bersemangat dari sahabatnya yang sedang bercakap- cakap dengan seseorang di bangku belakang mengenai segala hal yang berbau kucing, siapa lagi kalau bukan Yura.

Sama halnya dengan Chanyeol yang hanya bisa menghembuskan nafasnya bosan ketika mendengar sepupunya ini ikut mendiskusikan hal yang sama dengan Yura. Kucing. Chanyeol lupa jika sepupunya ini juga penggila kucing. Dan rupanya hyungnya telah bertemu seseorang yang tepat untuk berceloteh tentang kucing.

“Chagi, kau tidak bosan?”

“Bosan.”

“Chagi, kau mengantuk?”

“Lumayan.”

“Chagi, apakah kau sudah sarapan tadi pagi? Mungkin kita akan sampai di Busan sekitar jm 2 atau 3. Bisa bahaya kalau kau belum sarapan.”

“Sudah.”

“Ya! Jangan jawab pertanyaanku hanya dengan satu kata!” Dengusnya sebal.

“Yeol-ah, bisakah kau tidak memanggilku chagi? Kau sendiri tahu aku tidak pernah suka dipanggil begitu, kalau aku boleh jujur.”

Entahlah, Chanyeol merasa sedikit sakit ketika mendengar perkataan Yubin tadi, rasanya bahkan sebelum Chanyeol mengutarakan perasaannya pada Yubin, Yubin telah terlebih dahulu menolaknya.

Namun, dengan cepat ia mengubah mimik wajahnya.

“Oh jadi kau masih mempermasalahkan hal itu, oh ayolah.. Itu hanya ungkapan sayangku padamu saja.” Ujarnya santai, ani- mencoba santai. Itu lebih tepat.

Disisi lain, Yubin kembali teringat Heera, yang pernah mengatakan bahwa Chanyeol menyukainya. Ia takut hal itu adalah benar.

Bagaimanapun, Yubin masih menyukai Kai- ahh cukup. Kenapa harus terpikir Kai lagi? Yubin menggeleng kencang- kencang berniat menghapus nama yang baru saja melintasi pikirannya tadi.

Tentu saja Chanyeol melihat apa yang sedang dilakukan Yubin. Dan ia kembali bertanya- tanya..

Apakah ia masih saja memikirkan Kai?

____

2 jam berlalu dan situasi di mobil ini pun berubah ketika Chanyeol menyalakan DVD playernya dan mulai menyanyi- nyanyi sendiri, dan tiba- tiba Yura dari jok belakang pun ikut bernyanyi. Begitupun dengan Yubin, menyisakan Kris yang tetap diam namun ikut menikmati suasana hidup di mobil ini.

 

Chanyeol memiliki teman- teman yang menyenangkan.

Pikir Kris dalam hati.

Suasana jauh lebih menyenangkan bagi Chanyeol dan Yubin sekarang daripada hanya mendengar pembicaraan tentang kucing di jok belakang, dan malahan kucing yang juga ikut menjadi tokoh utama -Puka, kucing Yura-  sedang tertidur pulas di bangku di sela- sela Yura dan Kris.

Dan mungkin saja, jika seseorang melihat mereka dari luar, orang akan menyangka orang- orang di dalam mobil ini sedang menggelar konser.

Inilah sifat asli ketiga orang ini, rusuh.

____

Songdo bada. Pantai yang dekat dengan pedesaan di sekitarnya, tidak jauh juga dari kota, dengan pemandangan laut yang luar biasa indah. Dan disinilah mereka sekarang, ke 4 orang yang baru saja keluar dari penginapan yang bisa juga disebut hotel itu. Tentu saja setelah mereka semua membereskan barang- barang mereka. Mereka sedang bersiap- siap untuk memulai wisata kuliner mereka, ketika mereka melihat resto di dekat pantai yang menarik perhatian. Namun seseorang menghentikan langkahnya.

“Ah, sebentar-”

“Waeyo, Yubin-ah?”

“Seperti ponselku tertinggal di hotel dan aku lupa untuk mengabari eomma ketika aku sampai disini.”

“Biar kutemani kembali ke hotel.”

“Ah, tidak usah, Yeol-ah. Aku bisa sendiri kok, kalian tunggu saja di resto itu dan pesankan aku sedikit makanan. Aku akan kembali cepat.” Ujarnya seraya berlari meninggalkan mereka.

“Ckk.. Ceroboh.” Dengus Chanyeol, tentu saja ada sedikit perasaan khawatir dalam dirinya.

Maka mereka bertiga pun kembali melanjutkan perjalan mereka menuju resto itu.

Betapa terkejutnya Yura dan Chanyeol ketika kaki mereka melangkah masuk ke resto itu, ada wajah- wajah tak asing yang sedang makan disitu.

Yixing, D.O, Sehun, Luhan, dan.. Kai.

____

“Jadi kalian berlibur disini juga?” Tanya Chanyeol heran. Ketika mereka memutuskan untuk makan di meja yang sama.

“Ya, seperti yang kau lihat bro.” Tidak seperti Kai -namja yang sedari tadi hanya mengerutkan keningnya, seperti memikirkan sesuatu- yang tidak begitu dekat dengan Chanyeol, Sehun malah sangat dekat dengan namja tinggi itu. Mereka berada di satu tim yang sama, basket.

“Oh dan perkenalkan ini sepupu jauhku, Kris Hyung.”

Satu persatu dari teman- teman Kai saling memperkenalkan diri sampai giliran Kai.

“Dimana Yubin?” Tanyanya tanpa basa basi. Jadi sedari tadi, hal yang ia pikirkan adalah hal itu.

“Apa pedulimu padanya?” Yura membalasnya dengan sinis.

“Tadi dia bilang akan mengambil ponselnya yang tertinggal di hotel.” Kris dengan santai menjawab pertanyaan namja yang belum ia ketahui namanya itu.

“Tunggu, apakah kalian lupa Yubin itu buta jalan. Jalan yang sudah lama ia lewati pun ia bisa lupa, apalagi jalan baru seperti ini?” Tanya Kai sengit.

“Ah! Kau benar.” Chanyeol hanya bisa bergumam pelan dengan nada penuh penyesalan seraya menggesturkan tubuhnya untuk segera berdiri dari kursinya. Namun ia kalah cepat dengan Kai yang sudah bergegas pergi meninggalkan resto itu.

Chanyeol yang melihat itu hanya bisa menggertakan giginya kesal dan ikut keluar dari resto ini, menemui Yubin.

“Ada apa dengan mereka berdua?” Tanya Kris heran. “Dan apakah temanmu itu tahu hotel dimana kami menginap?” Lanjutnya.

Seketika ada yang terpikirkan di benak seorang Do Kyung Soo.

“Ah! Si Kai itu..”

“Mwo?” Tanya Yixing heran dengan celetukan sahabatnya itu.

“Aku baru saja terpikir bahwa, Kai memaksa kita berlibur disini dan menginap di hotel sementara ia mempunyai villa itu dikarenakan Yubin. Yeoja itu juga berlibur disini dan menginap di hotel itu.”

“Ah itu mungkin saja benar, Kyungsoo-ya.”

“Geurom. Memang selain itu ada hal lain yang lebih masuk akal?”

_____

Jujur saja, diantara mereka ber-enam. Tidak ada satupun yang dapat menikmati makanan mereka dengan tenang. Semenjak kepergian Kai dan Chanyeol sejam yang lalu, dan setelah itu Chanyeol menghubungi Yura dan mengatakan bahwa Yubin memang belum kembali ke hotel. Mereka semua merasa resah.

“Lebih baik kita tidak makan- makan saja disini, kita bantu cari Yubin.” Usul Luhan sambil menaikan tangan kanannya, memanggil waitress untuk membayar bill mereka.

“Kau benar oppa.” Yura yang paling khawatir mengenai nasib teman- temannya -tentu saja terkecuali Kai yang memang dia tidak suka- menyetujui ajakan Luhan.

Dan setelah membayar bill -Luhan dengan senang hati membayarnya-. Mereka semua pun segera bergegas.

Berpencar. Yura bersama Kris, D.O bersama Yixing, dan Luhan bersama Sehun.

_____

Yubin’s PoV

Sial! Aku benar- benar menyesal menolak ajakan Chanyeol barusan. Sudah sejauh apa aku berjalan, aku benar- benar tidak bisa menemukan hotel tadi. Dan masalah yang lebih berat sekarang, aku ini dimana?

Disini sudah jarang terlihat bangunan atau pondok- pondok seperti sebelumnya. Dan yang makin kutakutkan, langit makin gelap. Kulirik jam tangan yang kusematkan di pergelangan tangan kiriku. Dan sekarang sudah jam setengah 6. Aku sudah berjalan hampir sejam.

Dan disini sudah jarang orang.

Teman- temanku pasti mencariku, aku benar- benar merepotkan.

Dan merindinglah aku ketika dari jauh aku mulai bisa melihat terhamparnya hutan bakau yang kelihatannya cukup luas. Disini ada hutan bakau? Aku tidak pernah tahu sebelumnya.

Badanku mulai bergetar hebat, dan air mata ini rasanya ingin saja aku tumpahkan mengingat rasa takutku yang sangat besar.

Matahari sebentar lagi akan kembali keperaduannya, menandakan gelap yang akan menghiasi langit. Aku takut gelap. Sangat takut.

Dan benar saja, tidak butuh waktu lama air mataku terjatuh, sesukanya.

Kakiku terasa lumpuh dan aku hanya bisa jatuh tersungkur ke depan.

“SIAPAPUN! TOLONG AKU! TOLOOONG!” Jeritku sekeras- kerasnya.

Kududukan tubuhku dan kupeluk lututku keras- keras. Hawa dingin mulai menyergap. Dan ini makin membuatku ketakutan.

_____

Kai’s PoV

Sedari tadi aku pun tak tahu berjalan kemana. Aku berjalan tak tentu arah, menyerahkan semuanya kepada kedua kakiku yang akan membawaku kemana.

Aku sudah mencari Yubin di daerah pemukiman penduduk dengan mobilku dan tak menemukan apapun, makadari itu kuparkirkan mobilku asal -tak peduli dimana itu- dan mulai berjalan kaki menyusuri pantai.

Kakiku mulai lelah, dan aku juga lapar -makanan yang kumakan tadi belum habis dan sudah pasti tidak membuatku kenyang-. Tapi rasa ingin bertemu Yubin dan memastikan keadaannya baik- baik saja jauh lebih besar ketimbang apapun.

Aku makin bingung ketika dari jauh aku mulai melihat adanya hutan bakau.

Dan kakiku melangkah mendekati tempat itu, entah kenapa.

Dan betapa terkejutnya ketika kulihat ada seseorang dengan tubuh gemetar sedang memeluk lututnya.

Itu Yubin, aku tahu itu Yubin.

Dan dia sedang ketakutan.

Tenggorokanku tercekat melihat pemandangan seperti ini.

Aku berlari sekencang- kencangnya ke arahnya, dan ketika aku berada di dekatnya aku hanya menarik tangannya dan membiarkan tubuhnya jatuh ke dalam pelukanku.

Dia masih gemetar, dan dia menangis.

“Yubin, Oh Yubin tenanglah. Aku disini. Kau tidak perlu takut apapun lagi.” Bisikku tepat di telinganya, meyakinkannya.

“Kai.. Kai.. kau datang, Kai.” Lirihnya seraya mengencangkan pelukannya padaku.

“Ya aku disini. Bersamamu.”

Di dadaku rasanya membuncah suatu perasaan yang teramat membingungkan. Aku merasa sakit dan juga hangat pada waktu yang sama.

Sakit karena melihat yeoja yang kucintai dalam keadaan seperti ini. Ketakutan dan menangis.

Hangat karena yang ada di pelukanku sekarang adalah dia, Oh Yubin.

Tuhan, terima kasih karena aku masih bisa bertemu dengannya. Ketika melihat Yubin tadi, rasanya segala lelah yang bersarang dalam tubuhku sirna begitu saja. Digantikan oleh perasaan lega. Namun ketika kulihat keadannya, ada sesuatu yang menggetarkan hatiku dengan cara yang tidak nyaman sehingga membuatnya merasakan rasa sedih dan sakit.

____

Lama sekali kami berpelukan, aku tahu dia masih belum sadar apa yang sedang ia lakukan -memeluku dengan erat-. Tapi aku bisa merasa getaran dalam tubuhnya makin lama makin berkurang dan akhirnya diam. Begitupun dengan tangisannya.

Hingga yang tersisa sekarang adalah debaran jantungku yang berpacu begitu cepat. Apakah Yubin mendengarnya?

_____

Yubin’s PoV

Ketakutanku perlahan sirna, ini semua berkat Kai. Yang kurasakan sekarang hanyalah perasaan hangat dan debaran jantungku yang bekerja tidak normal. Aku takut Kai dapat mendengarnya.

Tunggu- ketika logika ku kembali berfungsi. Tidak seharusnya aku dan Kai berpelukan seperti ini dan, MENGAPA KAI BISA ADA DISINI?!

Aku yang kaget dengan cepat melepaskan pelukanku, namun tangan besar Kai masih melingkar sempurna di pinggangku.

Kudorong dengan sekuat tenanga tubuhnya namun tetap saja tidak ada yang berubah. Layaknya aku tidak bergeming di pelukannya.

“YA! Lepaskan aku!” Pekikku sambil sekali lagi mendorong tubuhnya dengan kedua tanganku.

“5 menit lagi.” Ujarnya malas sambil menutup matanya seperti yang sebelumnya ia lakukan.

“MWO?! Apa yang kau lakukan?! Cepat lepaskan aku, bodoh.”

“Ckkk…” Kai pun melepaskan pelukannya. Dan dengan polosnya ia berkata,

“Ah sudah mulai gelap rupanya.”

“Kai, ayo kita segera pergi dari tempat ini.” Ajakku sambil menarik pergelangan tangannya untuk beranjak pergi.

Namun secepat kilat Kai menggenggam tanganku. Aku hanya melotot padanya dan segera menarik tanganku dari genggaman tangannya yang membuahkan hasil sia sia.

“Ya!”

“Sudahlah, jangan berisik. Aku hanya ingin memberikan kehangatan padamu, karena aku juga tidak memakai jaket untuk dipinjamkan padamu.”

Ya… Cuaca memang dingin, aku juga hanya memakai T-Shirt polos. Dan dia benar, dari tanganku mengalir kehangatan. Yang entah kenapa pipiku juga mulai merasa hangat sekarang.

Perasaan takut gelapku hilang entah kemana, ketika bersamanya.

____

“Ahhh sial! Disini benar- benar tak bersinyal!” Gerutunya dengan wajah tidak terima.

“Tuan muda, kau tahu kita sudah masuk kawasan terpencil dan aku tak berharap banyak tentang sinyal.”

“Ckkk. Ini semua gara- gara kebodohanmu yang tak pernah hapal jalan!”

“Memangnya aku mau begini, hah?!”

“Sudahlah.”

“Eumm Kai.”

“Mwo?”

Kami masih menyusuri pantai- yah, masih dengan posisi dia mengenggam tangaku. Berusaha menemukan tanda- tanda kehidupan yang masih belum bisa kami temukan sejauh ini.

“Mengapa kau bisa ada disini?” Inilah hal yang sedari tadi aku bingungkan yang pada akhirnya kutanyakan juga.

“Liburan dengan D.O, Sehun, Luhan Hyung, dan Yixing Hyung. Dan aku tidak sengaja bertemu Chanyeol, Yura, dan seorang lagi aku lupa namanya di resto.”

“Eoh.” Angguku mengerti.

“Wae?”

“Aneh rasanya bertemu denganmu secara tidak sengaja disini. Hehehe.”

“Memangnya apa yang kau harapkan? Aku sengaja berlibur kesini untuk menyusulmu, eoh?” Kekehnya sambil melirikku jahil.

“Aniyo!” Balasku cepat.

“Kkkkk… Jam berapa sekarang?” Tanya Kai sembari melirik jam tanganku.

“8.”

“Kau lapar?”

“Lapar, aku baru makan berat pagi tadi. Dan hanya diselingi makanan ringan selama di perjalanan.”

“Chanyeol terkutuklah dia. Tidak bisakah mampir sebentar ke rest area dan makan siang?!”

Hey! Mengapa orang ini sewot sekali! Tapi jujur saja, aku merasa sangat lapar sekarang, bahkan rasa sakit mulai menghinggapi kepalaku dan perutku terasa perih.

Tapi entahlah, aku sedang tidak ingin berdebat dengannya. Aku ingin merasakan sedikit kedamaian ketika bersamanya.

“Kai, sebenarnya ada suatu hal yang sejak dulu ingin kutanyakan padamu.”

“Mwo?”

“Aku tidak melupakan fakta bahwa kau tidak membalas perasaanku. Dan oh! Jujur saja berkata seperti ini sangat memalukan.”

“….”

“Tapi Kai, apa sebenarnya alasanmu tersenyum padaku di setiap pagi?”

Hening. Kai tidak langsung menjawab pertanyaanku. Dan aku sendiri memilih untuk menatap pasir putih di bawah kakiku.

“Apa, kau hanya ingin membuatku kegeeran lagi?”

“….”

“Jika kau tak mau menjawab pertanyaanku juga tak apa Kai.”

“Aku tidak bermaksud seperti itu. Disetiap pagi, ketika aku melihatmu, aku tersenyum karena aku senang.” Ujarnya sambil menatap bintang- bintang yang bertaburan di langit.

“Apa maksudmu?”

“Aku senang karena di setiap pagi aku masih bisa bertemu denganmu. Dan setidaknya ada satu hal dalam sehari yang kulakukan tanpa kepura- puraan. Senang bertemu lagi dengan dirimu.”

Ah sial, hati kau jangan mengharapkan apa- apa lagi. Otak! Berhentilah berpikir bahwa mungkin saja Kai benar- benar menyukaimu. Ahh ingat Yubin! Dia telah menolakmu, dia selalu mempermainkanmu. Tapi mengapa perkataan dia tadi terdengar tulus yah? Arghhh sial! Perasaan ini membuatku frustasi.

“Yubin-ah…” Panggil namja disebelahku yang dan menatapku dengan lekat yang membuatku ikut melihatnya dan menghentikan debatan aneh dalam diriku. Tiba- tiba aku merasa hal seperti ini lagi. Tatapannya itu, entah mengapa berhasil membuat kedua pipiku memanas.

“Mwo?”

“Bolehkah aku berkata jujur padamu…” Dia menarik napas panjang dan kemudian berkata.

“Sejujurnya….”

_____

Author PoV

Karena sudah hampir 2 jam mereka mencari dan hasilnya nihil, Chanyeol Yura dan yang lainnya pun kembali ke hotel.

Dan betapa terkejutnya Chanyeol ketika melihat hanya Kai dan tentu saja Yubin yang belum kembali ke hotel.

“Hyung. Aku rasa Kai sudah menemukan Yubin.”

“Tapi mengapa mereka belum kembali juga, Hun-ah?”

“Ne, dan Kai sama sekali tidak mengubungi salah satu diantara kita.”

Hal itu makin membuat Chanyeol merasa uring- uringan. Kai dan Yubin? Memikirkan mereka bersama saja sudah membuatku kesal.

Ini salahmu Park Chanyeol, yang tak pernah mengungkapkan perasaanmu kepada Yubin sejak dahulu.

Jujur saja, makin hari kesalahannya itu membuatnya makin menyesal.

Dilangit yang sama namun di tempat yang berbeda, ada satu orang lagi yang merasa perasaan dilema yang sama dengan Chanyeol.

Lee Saera.

Apakah mereka bertemu disana? Kai dan Yubin, memikirkan namanya saja sudah membuatku takut.

Aku takut kehilanganmu Kai.

Tanpa  Saera dan Chanyeol sadari bahwa Kai dan Yubin sudah tidak bisa menahan perasaan mereka lebih jauh lagi.

TBC


Humming (Part One)

$
0
0

humming part1Tittle    : Humming (Part One)
Cast    :
Kyungsoo
Jongin
Chanyeol

Genre    : Brothership, Drama, Family, Tragic
Length    : Two Shoot
Author    : Summer

Humming
a wordless tone with meaningful melody.

when time makes you hurt to speak.
sometimes Hum is the only way to express your feeling

*

Prolog

Dengan kertas baru dan pensil usang yang kecil
Aku menggambar masa depan kau dan aku

Tanpa bersuara kau mendengarkan dengan seksama
Tanpa kusadari aku tertidur dengan tersenyum

Saat aku naik ke atas bukit dan melihat ke bawah
Hanya terlihat dirimu seorang di tengah dunia yang sangat luas ini

Pejamkan matamu sebentar dan jangan bergerak
Aku menghapus, gambarku hampir selesai

Ada pot bunga kecil di atas atap merah dan pohon yang besar
Dan dua anak berkejar-kejaran

Isi dan penuhi peti harta karun dengan keinginan kita
Lalu sembunyikan di bawah pohon yang kita sepakati
Dongeng kau dan aku

Di antara gambar cantik yang terkuak di depan mata
Terdengar suara tawa anak-anak yang bahagia

Asap dari cerobong dan burung camar di lautan
Kau menyerah atas mimpi yang kau gambar, cintaku

Bukit impian di bawah sinar matahari yang cerah
Hanya anak-anak yang bermain dan kita berdua
Hanya kau, aku, dan anak-anak

소녀 시대 – My Child

Selama lima belas tahun Kyungsoo dibesarkan oleh wanita bernama Saeron, tapi hingga sekarang pria itu belum bisa memberikan apapun untuk wanita yang seharusnya sudah pantas mendapatkan julukan ibu darinya. Bahkan disaat wanita itu benar-benar membutuhkan sesuatu yang menyangkut dengan hidupnya, Kyungsoo hanya bisa menangis dan tidak tahu harus berbuat apa. sekarang saat dia menatap batu yang mengukir nama wanita itu, hatinya semakin terasa sakit.
Wanita itu mengalami kecelakaan lalu lintas beberapa hari yang lalu, mengalami pendarahan yang cukup parah, dan membutuhkan transfusi. Kyungsoo tentu berniat untuk memberikan bantuan untuk ibunya, tapi melalui serangkai pemeriksaan, Dokter tidak mengizinkan pria itu untuk melakukannya. Dan disinilah ibunya sekarang, berbaring dengan damai, di tempat yang seharusnya. Bahkan hingga saat ini air mata Kyungsoo belum juga habis, mata bulat itu bertambah bengkak, entah bagaimana Tuhan akan mengampuninya, menjadi beban bagi seorang wanita yang harus membesarkan dirinya sendirian, membuat pria itu tidak mengampuni dirinya sendiri. Kyungsoo hanya berharap ibunya bisa beristirahat dengan tenang sekarang. Dan tidak lagi mengkhawatirkan dirinya.

*
Kyungsoo tertawa, entah apa yang membuat dirinya tertawa disaat suasana kelam melanda hatinya, tawanya seperti orang yang kehilangan akal, tapi memang begitu, pria itu memaksakan tawanya di saat ia tidak bisa berkata apa-apa lagi pada Tuhan yang sudah menentukan takdirnya.
‘jadi begini’ pria itu kembali tertawa sambil mengangguk-anggukan kepalanya, seakan mengerti dengan berkas yang sedang dipegangnya sekarang.
‘kenapa begitu jahat huh?’ pria itu menyeringai, melempar berkas itu ke atas meja yang ada di hadapannya, menaikan satu kakinya, membentuk posisi yang nyaman. Kyungsoo menatap langit-langit rumahnya yang dibeberapa sisinya terdapat lumut akibat air hujan yang merembes masuk kedalam plafon. Kembali dengan pikiran-pikiran patetiknya. Bagaimana ia bisa percaya di antara sekian juta umat manusia di dunia, mengapa Tuhan harus memilih dirinya lahir dan menjalani hidup seperti ini.dan di antara sepuluh dari sembilan puluh persen orang yang menderita hal ini, mengapa dirinya harus masuk ke dalam sepuluh persen itu.
Kyungsoo membetulkan posisinya, menatap berkas-berkas medis tadi, bertumpukan dengan surat-surat lusuh yang berserakan di atas mejanya. Ia merapihkan surat-surat itu. Memasukannya ke dalam kotak dimana surat itu seharunya berada. Kyungsoo memutuskan untuk mengejar apa yang memang harus dimilikinya, ia ingin merasakan apa yang selama ini tidak pernah ia rasakan, Kyungsoo akan meminta pertanggung jawaban dari semua yang ia alami saat ini. Pertanggung jawaban mengapa dirinya harus berada di tempat ini. Dan ia berharap Tuhan memberikannya cukup waktu, ia tidak membutuhkan waktu yang lama, hanya sampai ia bisa mendapatkan apa yang selama ini terlewatkan olehnya itu sudah cukup.

*
Kyungsoo kembali memasukkan surat yang ia pegang tadi kedalam saku jaketnya setelah memastikan bahwa inilah alamat yang setiap bulan selalu rutin mengiriminya surat. Surat yang ia terima hanya berisi tentang cerita harian si penulis yang menyatakan diri sebagai ayah dari dirinya. Kyungsoo selalu menanti surat itu setiap tanggal tiga, tidak pernah terlambat, seperti para pekerja yang menunggu datangnya hari gajian, Kyungsoo lebih tertarik dengan tanggal tiga, dia bisa mendengar cerita tentang keluarga dimana ia seharusnya berada. Pria itu memang tidak sepenuhnya ingat bagaimana masa kecilnya dulu, tapi ia bisa merasakan dan membayangkan setiap kalimat yang digambarkan oleh ayahnya di dalam surat itu tentang keluarganya. Dan ia sangat menginginkan hal itu.
Pria itu menekan bel yang berada di sudut pagar yang berada di hadapannya, memundurkan dirinya beberapa langkah dan menunggu seseorang membuka pintu. Hampir musim dingin, jadi Kyungsoo berharap orang yang berada di rumah ini segera mempersilahkan dirinya masuk, karena angin yang sedari tadi menyentuh wajahnya hampir membuatnya menggigil. Ia menggoyang-goyangkan kakinya pelan untuk menghilangkan hawa dingin yang ia rasakan. langkah kaki terdengar mendekat. Detak jantung Kyungsoo pun meningkat, membayangkan ia akan bertemu dengan ayah kandungnya sendiri, bertemu dengan saudara-saudaranya, bertemu dengan ibunya. Pria itu mengatur napasnya saat engsel pagar itu berbunyi dan sebuah kepala keluar di antara pagar besi itu.
‘nuguseyo?’ Kyungsoo membulatkan matanya menatap sosok yang kini sudah berada di hadapannya, pria yang hampir lanjut usia dan rambut yang hampir memutih hingga terlihat seperti anggota grup pria jaman sekarang, hanya saja keriput tidak bisa membohonginya. Kyungsoo menelan ludah.
‘aku Kyungsoo’ pria tua di hadapannya tergagap, sekarang tubuhnya sudah berada di luar pagar, tepat berhadapan dengan Kyungsoo, tangannya terulur seakan ingin merengkuh tubuh mungil itu, matanya memperhatikan sosok nyata dihadapannya. Perasaan haru tergurat di wajahnya.
‘kau anakku? Benarkah itu?’ pria itu masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya, berkali-kali ia menanyakan hal itu dan berkali-kali pula Kyungsoo mengagguk-anggukan kepalanya, dan kemudian mereka berdua berhambur, berpelukan satu sama lain.
Kyungsoo seakan merengkuh dunianya, meresakan sesuatu yang sangat ia rindukan. Memang ini yang Kyungsoo butuhkan, pelukan seperti ini yang ingin sekali ia rasakan. Di akhir musim gugur seperti ini, Kyungsoo yakin dirinya tidak akan lagi membeku, kehangatan yang akan kekal selamanya adalah pelukan seorang ayah. Air mata pria itu kini sudah menggantung di ujung matanya, semua perasaannya menjadi satu, jadi jika ada yang bertanya apa yang membuatnya menangis saat ini, Kyungsoo tidak akan bisa menjelaskannya. Merindukan seseorang yang sangat dalam, lelah, takut, bahagia, semuanya menjadi satu dalam air mata itu.

*
Pagi ini, setelah kedatangan seorang pria bernama Kyungsoo yang mengaku sebagai anak dari seorang pria tua bernama Kyungmin membuat rumah di pusat kota seoul itu sedikit rusuh. Wanita setengah baya dengan potongan rambut pendek terduduk lemas dan menangis meminta anak itu pergi dari rumahnya, pria bernama Kyungmin itu mencoba menenangkan istrinya dan membawa wanita itu masuk ke dalam kamar. Sedangkan Kyungsoo sekarang duduk di ruang tengah, mengamati kondisi ruangan rumah barunya, kepalanya terangkat menatap sebuah bingkai foto berukuran besar yang langsung menyambut dirinya saat pertama kali ia masuk ke dalam rumah ini. Dia bisa melihat sepasang suami istri duduk dengan gagah di kursi depan dan dua orang pria lainnya berdiri di belakang, tersenyum, seakan merekalah keluarga yang paling bahagia di dunia ini.
Dua pria yang usianya tampak tak berbeda jauh dengannya hanya menatap Kyungsoo dengan tatapan bingung, heran, kesal dan tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, tidak tahu siapa Kyungsoo. Kyungsoo lalu tersenyum kepada mereka.
‘Bukankah seharusnya kita bermain?’ pria yang lebih tinggi di hadapan Kyungsoo mengernyitkan jidatnya. Bermain di saat kondisi seperti ini bukanlah waktu yang tepat menurutnya, tidakkah pria itu mengerti bahwa ibunya sedang gusar karena kehadirannya.
‘sebetulnya siapa kau? Apa yang kau inginkan disini?’ pria satunya dengan kulit coklat gelap menatap Kyungsoo dengan sebal.
‘aku? Tentu saja aku saudaramu’ Kyungsoo menyipitkan matanya, menampilkan senyum termanis dari bibirnya.
Tapi tentu saja kedua pria dihadapannya ini tidak akan meleleh melihat senyum itu.
‘aku tahu nama kalian, kau Chanyeol. Ah ani, Chanyeol Hyung’ Kyungsoo kembali dengan senyumnya, rasanya pria berkulit coklat itu ingin menerkam pria dihapadapannya ini setiap kali pria itu menampilkan senyumannya.
‘dan kau Jongin. Matci?’ Jongin terkejut dengan tebakan Kyungsoo. Bagaimana pria asing ini bisa mengetahui namanya, menyeramkan. Sedangkan Chanyeol masih dengan tatapan datarnya, tidak melakukan apa-apa, seakan ia tahu apa yang sebenarnya terjadi.
‘kau stalker benar?’ Jongin menyipitkan matanya. Kyungsoo kembali tersenyum dan berkata dengan tenang
‘aku saudaramu’

*
Entah pembicaraan apa yang telah pasangan itu lakukan, tapi kini Kyungsoo sudah bisa masuk ke dalam kamarnya. Dia berbagi kamar dengan Jongin, pemuda itu bersungut kepada ayahnya, memohon untuk merapihkan gudang agar pria bernama Kyungsoo itu bisa tidur di ruangan yang berada di halaman belakang. Tapi usahanya tidak berhasil saat ayahnya memberikan tatapan mengerikan dan mengancam tidak akan memberi Jongin uang saku dalam seminggu.

‘hei, letakan tas mu di lantai, jangan di atas kasurku. Itu kotor!’ Jongin berteriak saat Kyungsoo akan merapihkan pakaiannya dan meletakkan tas nya di atas ranjang Jongin. Kyungsoo lalu tersenyum dan segera menurunkan tasnya.
‘kau tidur di bawah oke. Aku akan meminta Ajuma untuk membawakan selimut, tapi jangan berani naik ke tempat tidurku!’ Kyungsoo mengangguk dan kembali merapihkan pakaiannya.

*
Tentu saja, di malam seperti ini udara akan sangat dingin, Kyungsoo memutar-mutar badannya agar menciptakan lantai yang cukup hangat untuk tidur, selimut yang di berikan oleh seorang Ahjuma yang bekerja disini lebih pantas disebut sebagai sehelai kain tentu saja tidak mampu menahan rasa dingin itu. Kyungsoo menghela napasnya, menatap langit-langit kamar barunya sekarang, ia lalu sedikit tersenyum, setidaknya tidak terdapat lumut di langit-langit kamarnya sekarang. Kyungsoo mulai bersenandung, menciptakan sebuah nada tanpa kata, pria itu memang sering bergumam, menurutnya nada itu lebih bisa menyampaikan ketenangan dibandingkan sebuah kalimat.
Jongin mengerjapkan matanya, dia terbangun karena nada itu, entah apa yang pria itu lantunkan tapi Jongin merasa tenang mendengarnya, seperti merasakan sesuatu yang pernah dirasakan sebelumnya, tapi kau tidak ingat kapan dan hal apa itu, mungkin banyak orang menyebutnya Deja Vu. Dan sekarang Jongin merasakannya.

*
Kyungsoo mulai menjalani hari-harinya dalam keluarga yang selama ini ia inginkan, walaupun pada kenyataannya, pria itu belum mendapatkan sambutan sebagai anggota baru keluarga itu. Istri Kyungmin menjelaskan pada anak-anaknya yang setiap hari selalu bertanya tentang asal-usul seorang pria yang tiba-tiba datang dan mengaku saudara kepada mereka adalah anak dari seorang wanita yang pernah menjalin hubungan dengan ayahnya dulu. Dengan begitu bagaimana mungkin Jongin dan Chanyeol bisa berhubungan baik dengan Kyungsoo yang statusnya adalah saudara tiri mereka, yang membuat ayah mereka berselingkuh, tentu saja kedua anak itu atau Jongin lebih tepatnya tidak menyukai Kyungsoo.
Pagi ini di hari ketiga Kyungsoo berada di keluarganya ia selalu bangun lebih awal, menjadi orang pertama yang duduk dengan manis di meja makan, selalu mengucapkan Selamat Pagi kepada siapapun yang tiba dan duduk bersama dirinya, hanya Ayahnya lah yang tersenyum dan menjawab sapaannya, sedangkan ibunya hanya menunduk, tanpa ekspresi, menghindari menatap wajah Kyungsoo.
Kyungsoo mulai mengoleskan mentega di atas roti gandungmnya, beberapa roti yang sudah selesai ia letakan di atas piring Chanyeol, Jongin dan juga ayahnya. Sedangkan ibunya sudah mengolesi rotinya sendiri. Jongin menyeringai.
‘apa yang kau cari disini huh? Uang?’ pria itu lalu menatap roti yang berada di piringnya, lalu kembali menatap Kyungsoo.
‘mungkin kau akan berhasil dengan cara ini jika tujuannya adalah ayahku’ Pria tua itu menatap Jongin, membulatkan matanya agar pria berkulit coklat itu berhenti berbicara.
‘kau hari ini mulai sekolah dengan Jongin kan? Jadi sehabis sarapan kau bisa bersiap-siap’ Kyungmin tersenyum kepada Kyungsoo tanpa melihat ekspresi anak bungsunya yang sudah bersungut. Ia lalu meraih tas yang berada di bawah kakinya.
‘dan ini, untukmu’ Kyungsoo meraih tas belanja yang terbuat dari kertas berwarna coklat itu dan melihat isinya. Ia lalu mengeluarkan sebuah kota persegi panjang dengan lambang N di pinggirnya. Jongin terkejut dengan benda yang sekarang berada di tangan Kyungsoo. Bagaimana mungkin ayahnya memberikan pria itu sepatu baru yang ia inginkan, sedangkan dirinya harus bersusah payah menabung untuk medapatkannya sendiri.
‘wah, terimakasih..’ Kyungsoo tersenyum dan memeluk erat sepatu barunya.

*
Kyungsoo tersenyum, berkali-kali ia melangkahkan kakinya, sebanyak itu pula ia merasa langkahnya begitu ringan, tulang pipinya seakan tidak mau turun, selalu terangkat ke atas membentuk sebuah lengkungan yang manis. Entah karena sepatu barunya, tas barunya atau seragam baru yang ia kenakan. Jongin melirik pria yang sejak tadi tersenyum sendiri, ia mendesis. Jongin sungguh tidak menyukai Kyungsoo, bagaimana bisa ia berteman baik dengan anak yang menghancurkan keharmonisan keluarganya, setidaknya begitulah pikiran Jongin. Ia terus memikirkan cara untuk membuat Kyungsoo tidak menyukai keluarga ini, membuat pria itu akhirnya menyerah dan meninggalkan dirinya dan keluarganya.
‘kau bilang kita saudara?’ Kyungsoo menatap Jongin, terkejut dengan pertanyaan yang pria itu berikan, dengan penuh semangat Ia lalu menganggukkan kepalanya
‘tentu saja’ Jongin menyunggingkan senyumannya melihat ekspresi Kyungsoo, seakan berhasil menangkap seekor ikan dengan umpannya.
‘apa yang biasanya dilakukan oleh saudara kepada adik atau kakaknya?’
Kyungsoo memutar matanya, menatap jalanan di depan sambil berpikir. Ia lalu menggumam sebentar dan menjawab pertanyaan Jongin.
‘saling berbagi, saling menyayangi’ Jongin kemudian menghentikan langkahnya lalu menatap Kyungsoo.
‘kalau begitu, aku menginginkan sepatu baru mu. Berikan kepada ku’ Kyungsoo menahan napasnya mendengar permintaan Jongin. Tentu saja ia mau berbagi apapun dengan saudaranya ini, tapi memberikan sepatu nya di tengah perjalanan ke sekolah, sedangkan pria itu tidak mempunya sepatu lain, bagaimana mungkin. Kyungsoo menggigit bibirnya tidak yakin.
‘ini sudah lima menit, apakah begitu sulit untuk menentukan kita bersaudara atau tidak?’ Jongin menghentak-hentakkan kakinya ke jalanan, memberikan kesan tidak sabar, sambil menikmati ekspresi gelisah Kyungsoo. Kyungsoo lalu menundukkan badannya, mulai melepaskan sepatu yang berada di kakinya. Jongin tersenyum sekaligus sedikit terkejut, tidak menyangka bahwa pria itu mau melakukan apa yang ia minta.
Kini kaki Kyungsoo sudah tidak beralaskan lagi, ia melihat Jongin melepaskan kedua sepatunya dan menggantinya dengan yang baru. Kyungsoo kembali menatap Jongin yang siap melanjutkan perjalanan ke sekolah mereka.
‘bisakah kau berikan sepatu mu yang lama?’ Jongin membalikan tubuhnya ke arah kyungsoo yang masih belum beranjak dari tempatnya.
‘aku tidak pernah menganggapmu sebagai saudaraku, jadi aku tidak perlu berbagi bukan?’ Jongin menyeringai, dan kemudian berjalan meninggalkan Kyungsoo dengan kaki telanjangnya.

Jongin tentu berhasil membuat pria itu malu, tapi hatinya merasakan sesuatu yang lain, bukan sesuatu yang membuatnya belum puas, ia merasa keterlaluan mungkin?, Jongin menggelengkan kepalanya, mencoba menepis rasa iba terhadap pria dengan rambut coklat itu dan dengan langkahnya yang cepat ia kembali menuju sekolah, bahkan tidak sekalipun ia membalikkan tubuhnya untuk memastikan apakah pria itu mengikutinya atau tidak, Jongin benar-benar tidak peduli dengan pria itu.

*
Hari pertama di sekolah baru sungguh jauh dari harapan Kyungsoo, pria itu berhasil membuat semua orang menatap dirinya, bukan karena ia cukup tampan dan menjadi pusat perhatian, tapi baru kali ini di sejarah sekolahnya yang baru menerima seorang murid tanpa alas kaki, tentu saja semua murid yang berada di sekolah itu mentertawakannya dan menatapnnya aneh. Kyungsoo berkali-kali menatap Jongin yang duduk di sudut kelas, berharap pria itu mau membantu dirinya. Tapi hal itu sepertinya memang tidak mungkin, Jongin malah ikut tertawa bersama teman-temannya yang lain.

Kyungsoo menggumamkan nada-nada itu dari mulutnya, menikmati angin sore yang menerpa wajahnya. Kaki Kyungsoo sekarang sudah beralaskan, sepulang sekolah tadi ia memutuskan untuk membeli sepasang sandal pantai di toko yang berada di perempatan jalan dekat sekolahnya. Tapi untuk sepanjang pelajaran tadi pria itu hanya menyembunyikan kakinya di balik meja, tidak melangkah kemanapun. Bahkan niatnya untuk menjelajahi sekolah barunya tidak bisa ia lakukan. Nada itu terus ia lantunkan, ia teringat kepada seseorang yang mengenalkannya pada nada indah itu, seseorang yang mengantarkannya kepada sebuah mimpi terindah dalam sebuah kehidupan, sampai tiba-tiba ia tersadar dan terbangun di dunia nyata yang tidak ia kenal sebelumnya
Karena jarak sekolahnya yang dekat dari rumah, pria itu hafal dengan rute rumahnya, selama perjalanan pulang pikiran pria itu kembali ke masa dimana ia tidak bisa melakukan apa-apa, dimana ia percaya bahwa ia hadir dari rasa sayang kedua orang tuanya hingga suatu saat ia tahu, bahwa kenyataan membawa dirinya pada sebuah dunia yang tidak ia kenal, siapa dirinya, apa yang menyebabkan ia berada di dunia. Sekarang Kyungsoo berjanji pada dirinya sendiri, bahwa ia harus egois terhadap keadaan, ia tidak mau mengalah, karena kali ini waktu nya terbatas.

*
Mata Jongin terus lekat dengan layar smartphonenya, Chanyeol yang berada di belakang kemudi sesekali menatap adiknya itu.
‘kemana Kyungsoo?’ Jongin masih tidak bergeming, terkadang pria itu terlihat tersenyum sendiri dengan benda yang berada di tangannya.
‘Yya- Jongin ah!’ Jongin memalingkah wajahnya menatap Chanyeol. Ia lalu menyenderkan kepalanya ke jok mobil.
‘dia kubiarkan pulang terlebih dahulu, aku harus latihan sepak bola hyung’ Jongin mengatur posisi tubuhnya agar nyaman untuk memejamkan matanya sebentar, lagipula jika ia tidur kakaknya ini tidak perlu cerewet menanyakan dirinya lagi. Chanyeol memperhatikan Jongin sekilas, ia lalu menangkap ada sesuatu yang aneh di tubuh Jongin, dengan kaki pria itu lebih tepatnya.
‘Jongin! Bagaimana sepatu itu bisa denganmu?’ Jongin terkejut, ia lupa bahwa kakaknya itu pasti akan menanyakan sepatu baru Kyungsoo yang diberikan oleh ayahnya. Jongin lalu sesekali membenarkan posisinya lagi dan menjawab dengan mata tertutup agar tidak merasa terintimidasi dengan tatapan Chanyeol.
‘aku meminjamnnya dan dia memberikannya. Memangnya salah?’ Chanyeol menarik napasnya, dia berharap Jongin tidak melakukan hal yang keterlaluan kepada Kyungsoo.
‘kau jangan terlalu membencinya, kau tahu, dia itu saudara kita.’ bibir Jongin bergerak-gerak, menirukan ucapan Chanyeol.
‘aku hanya tidak ingin kau menyesal dengan perbuatan mu Jongin’ pria itu bangkit dari posisinya, kupingnya panas mendengarkan ceramah Chanyeol
‘apa yang kau katakan? Dia bukan saudara kita Hyung. Dan kau tega melihat Eomma menangis karena kehadiran anak itu?’ Jongin mendesis.
‘aku bahkan tidak pernah menyangka Appa ternyata tega melakukan hal itu’ Chanyeol menghembuskan napasnya. Bagaimana ia harus memberi tahu adiknya ini bahwa belum tentu yang ia pikirkan itu adalah yang sebenarnya.
‘aku hanya memintamu jangan terlalu berlebihan kepadanya’
‘dia bukan saudara kita, lihat saja tubuhnya kecil seperti itu’ Jongin menghempaskan tubuhnya kembali ke jok mobil, Chanyeol melirik adiknya sekilas.
‘kau juga tidak lebih tinggi dariku, dan lihat kulitmu gelap’ Chanyeol melirik adiknya jahil.
‘Hyung!!’ pria itu lalu tertawa.

*
‘aku pulang’ Kyungsoo melepas sendal pantai yang ia beli tadi di perjalanan pulang lalu meletaknya di rak ujung meja. Ia melihat sekeliling rumahnya, seperti nya belum ada yang pulang, Chanyeol biasanya pulang sekitar jam enam malam karena kampusnya berada cukup jauh dari rumah, sedangkan Jongin harus berlatih sepak bola. Kyungsoo melangkahkan kakinya ke arah dapur, dan ia mendapati wanita paruh baya dengan apron warna krem melingkar di pinggangnya, pria itu tersenyum lalu menghampiri wanita itu.
‘Eomma, apa yang sedang kau masak, biarkan aku membantu’ wanita itu terkejut dengan keadiran Kyungsoo, ia langsung sibuk dengan kegiatannya, mengiris wortel, mengecek air yang mendidih, yang menurut Kyungsoo terlihat di paksakan.
‘tunggu sebentar, aku akan mengganti bajuku’ Kyungsoo berlari kecil ke arah tangga di belakangnya kemudian wanita itu membalikkan tubuhnya menatap punggung Kyungsoo.
‘kenapa kau kesini?’ Kyungsoo menghentikan langkahnya.
‘untuk apa kau kesini?’ suara wanita itu bergetar, nadanya terdengar sedikit frustasi
‘aku sudah membiayaimu dari kecil, apa itu masih belum cukup? Kau ingin lebih? Katakan padaku, berapa yang kau inginkan?’ Kyungsoo kini berbalik dan menatap wanita itu sambil tersenyum.
‘aku sudah memaafkanmu, kau tidak perlu bersembunyi di balik sikap itu. Eomma’ kalimat terakhir  yang di ucapkan oleh Kyungsoo seakan menusuk hati wanita itu. Eomma. Wanita itu tahu bahwa Kyungsoo seharusnya memanggil dirinya dengan sebutan itu. Ia mencari tumpuan untuk tubuhnya yang lemas, kakinya seakan tidak bertulang sedangkan Kyungsoo kembali melangkah ke dalam kamarnya.
‘maafkan aku-’ wanita itu mendekap mulutnya, dan jatuh terduduk kelantai.

*
‘Appa.. Appa.. jangan pergi.. Appa…’ ‘Kyungsoo dengar, ini eomma mu sekarang, Appa nanti akan membawa Chanyeol dan Jongin sering berkunjung dan bermain di sini arra?’ ‘sirheo..’ ‘Appa…. Appaa..’

Pria itu membuka matanya, dadanya naik turun, terkejut dengan mimpi yang ia alami. Kyungsoo mencoba menenangkan dirinya. Sekarang ia sudah kembali dimana tempatnya berasal, tapi ia masih merasakan ketakutan setiap kali mimpi itu hadir dalam tidurnya, tinggal sedikit lagi ia bisa merasakan apa itu keluarga sebenarnya, merasakan lima belas tahun yang terlewati bersama ayah, ibu dan saudaranya. Kyungsoo mendengarkan detak jarum jam yang jelas berbunyi mengisi kepalanya, ia melihat ke atas ranjang Jongin, tentu saja pria itu sudah tertidur nyenyak. Ia merasakan tenggorokannya gatal, dan mimpi itu membuatnya membutuhkan sedikit ketenangan, jadi pria itu memutuskan untuk turun ke dapur mengambil sedikit air.
Kyungsoo membuka pintu refrigator, membuat cahaya putih itu berpencar ke seluruh ruangan. Mengambil sekotak susu dan menuangkannya ke dalam gelas yang berada di atas meja. Mungkin susu bisa membantunya tenang dan membuatnya kembali tidur. Ia lalu meneguk susu dari gelas kaca itu. Mata Kyungsoo tiba-tiba tertarik pada sosok pria tinggi yang duduk di halaman belakang rumahnya. Ia lalu meletakkan gelas susu yang sudah habis dan mendekati sosok itu. Di penghujung musim gugur seperti ini, apa yang dilakukan seseorang di luar rumah, udara pasti sangat dingin, apalagi di malam hari.
Pria itu menggeser pintu kaca yang membatasi ruang keluarga dan halaman belakang, sosok itu lalu membalikkan tubuhnya.
‘Kyungsoo, apa yang kau lakukan disini?’ Chanyeol terkejut dengan kehadiran Kyungsoo yang tiba-tiba berada di belakangnya.
‘belum tidur Hyung?’ Kyungsoo duduk disamping Chanyeol, melipat kaki didepan dada, dan memeluknya erat-erat. Chanyeol menggelengkan kepalanya lalu kembali menatap buku yang ia pegang. Kyungsoo mengamati pria yang berada di sampingnya, tidak pernah berubah. Pria itu tidak pernah berubah, masih sama saat ia berumur lima tahun. Beberapa menit, keheningan menyelimuti mereka berdua, hingga Kyungsoo memutuskan untuk berbicara.
‘Hyung, kau mengingatku kan?’ Chanyeol memalingkan wajahnya menatap Kyungsoo. Ia menelan ludahnya lalu kembali melemparkan matanya ke arah bunga mawar yang ditanam oleh ibunya.
‘kau ingat bagaimana dulu kita bermain bertiga, kau tahu, Jongin selalu takut dengan anjing yang berada di sebelah rumah kita, dan kau selalu menggendongnya jika ia mulai merasa kelelahan bermain’ Chanyeol menahan napasnya, ia ingin pria itu berhenti berbicara tentang masa lalu, karena hal ini terlalu sulit untuk di bahas. Ia tidak tahu harus berbuat apa. Chanyeol kembali menatap Kyungsoo, tentu saja pria itu ingat, bagaimana ia bisa melupakan mata bulat itu, bagaimana ia bisa melupakan adiknya sendiri. Tapi keadaan ini terlalu absurd untuk di jelaskan sekarang. Chanyeol lalu beranjak dari kursinya dan masuk ke dalam.
‘aku tahu kau mengingatnya Hyung’ Kyungsoo lalu tersenyum, ia bisa merasakan bagaimana semua orang di rumah ini mencoba menghindarinya, menghindari kenyataan bahwa mereka seharusnya bersama.

*
Chanyeol menghampiri seorang wanita yang duduk di balkon rumahnya, asap mengebul mengelilingi sosok itu, ia lalu menarik sebatang rokok yang berada di selipan jari panjang ibunya.
‘tidak ada rokok di rumah ini’ wanita itu terkejut dengan kehadiran anak sulungnya. Ia lalu menyenderkan kakinya ke atas meja. Chanyeol sudah menempatkan diri duduk di samping wanita itu. Ikut menikmati pemandangan malam pusat kota seoul yang sebenarnya sama sekali tidak bisa dibilang indah, kau bahkan tidak bisa melihat bintang karena pencemaran cahaya.
‘kau tahu bahwa yang kau ciptakan itu bukanlah sebuah robot’ wanita itu menatap Chanyeol dengan jidat berkerut. Ibunya sudah berubah beberapa minggu ini, sejak kepindahan Kyungsoo lebih tepatnya, lebih terlihat frustasi dan terkurung dalam rasa bersalah yang dalam, kerutan yang berada di wajahnya terlihat semakin nyata, padahal Chanyeol merasa bahwa ibunya selalu terlihat cantik walaupun usianya tidak lagi muda.
‘dulu bayi itu tidak bisa menentukan hidupnya sendiri, dia lahir bukan atas kemauannya. Tapi mungkin sekarang adalah jawabannya’ wanita itu menahan air matanya mendengar ucapan anak sulungnya. Ia bahkan lupa bahwa Chanyeol sekarang sudah tumbuh besar, sudah bisa mengutarakan pendapatnya sendiri. Ia menarik napasnya dan menghembuskannya perlahan, mencoba membuat rasa sesak itu ikut keluar dari dalam tubuhnya. Ia tahu ia sudah menciptakan satu makhluk hidup yang mempunyai perasaan, bukan sekedar benda mati yang bisa ia ambil bagiannya lalu ia buang disaat ia tidak membutuhkannya lagi. Wanita itu sama sekali tidak membenci Kyungsoo, hanya saja setiap ia melihat wajah polos itu ia selalu teringat atas kesalahannya atas keegoisannya.
Seandainya waktu bisa diputar kembali, ia akan melahirkan Kyungsoo dengan sempurna, menanti kandungannya yang semakin membesar, menyiapkan baju-baju lucu untuknya, menyiapkan nama yang memang sesuai untuk dirinya. Dan bahagia saat bayi itu lahir di dunia dan berada di dekapannya. Bukan dengan cara seperti ini.

*
Kembali ke beberapa tahun yang lalu, disaat sepasang suami istri yang bahagia hidup dengan kedua anak lelakinya, merancang kehidupannya dengan sempurna. Sampai suatu saat kita tidak pernah tahu apa maksud dari kata ‘Takdir’ sebenarnya.

wanita itu mengelus tubuh anaknya yang terbaring di atas ranjang, tanpa busana, anak bungsunya Jongin beberapa hari sakit, dan ia menemukan memar di beberapa bagian tubuhnya, jadi dia memutuskan untuk melakukan pemeriksaan.
‘bisa jadi virus, kita akan melakukan tes yang lebih lanjut’ Pria dengan jas putih itu memasukkan stetoskop kedalam kantung jasnya. wanita itu menggigit bibirnya, melihat anaknya yang berumur satu tahun terbaring di atas ranjang rumah sakit, dan ia berharap bahwa tidak ada hal serius yang terjadi kepada Jongin kecil.

Sepasang suami istri itu memperhatikan seorang pria dengan jas putih datang menghampiri mereka, membawa beberapa catatan medis di tangannya. Wanita itu sibuk menggoyang-goyangkan kakinya, agar bayi yang berada di pangkuannya merasa nyaman. Pria dengan jas putih tadi menundukkan kepalanya lalu mengambil kursi lain dan duduk di hadapan pasangan itu.
‘Pagi tuan Kim. Benar?’ pasangan itu mengaggukkan kepalanya, lalu kembali fokus dengan apa yang akan pria itu sampaikan. Dokter yang berada di hadapan mereka membetulkan kacamatanya dan membalik lembar pertama berkas yang berada di tangannya.
‘kita sudah melakukan pemerikasaan kepada anak kalian, Jongin. Jumlah sel darah putih Jongin di bawah normal, dan kita sudah melakukan ke pemeriksaan yang lebih spesifik. Kanker’ wanita itu menutup mulutnya, terkejut dengan diagnosa Dokter itu. Bagaimana mungkin anak berumur satu tahun bisa menderita kanker. Suaminya mengusap pelan punggung istrinya.
‘kita membutuhkan transplantasi sumsum tulang, hanya itu satu-satunya cara untuk menyembuhkan Jongin’
‘kalau begitu lakukan’ wanita itu memajukan tubuhnya dan mendekap Jongin kecil yang berada di pangkuannya erat.
‘masalahnya adalah hanya ada satu dibandingkan seratus orang tua yang HLA (Human Leukocyte Antigen) nya cocok dengan anaknya sendiri. Mereka penting dalam pertahanan penyakit. Mereka adalah penyebab utama penolakan Transplantasi’
‘bagaimana dengan Chanyeol? Mereka saudara kandung’ Dokter itu membetulkan kacamatanya kembali.
‘kita tidak bisa memastikan itu’ wanita itu menitikan air matanya meletakkan wajahnya di bahu Jongin, ia harus menyelamatkan anak bungsu nya ini.
‘saya bisa menyarankan salah satu alternatif lain’ pria itu menatap kedua pasangan di hadapannya dengan tatapan ragu-ragu.
‘bagaimana dengan mempunyai anak lagi? Kita bisa memastikan kesamaan HLA melalui pemeriksaan. Dan dengan diagnosa genetik itu akan cocok seratus persen’ wanita itu membulatkan matanya, tentu saja dia tertarik dengan tawaran dokter itu, apapun untuk kesembuhan anaknya pasti akan ia lakukan. Tapi suaminya hanya diam tidak bergeming, tidak yakin dengan apa yang di sugestikan dokter itu. Karena pria itu tahu, mereka seharusnya membuahi, bukan menciptakan.

Beberapa bulan kemudian, setelah kombinasi sempurna antara kedua sel sepasang suami istri itu, seorang bayi bernama Kyungsoo hadir di bumi, bernapas dengan cara yang sama, menangis dengan cara yang sama dan hidup dengan cara yang sama seperti bayi-bayi lainnya. Hanya saja Kyungsoo hadir untuk berbagi dengan saudaranya, ia lahir untuk menyelamatkan nyawa Jongin.
Selama menunggu beberapa tahun untuk kesiapan Kyungsoo mendonorkan tulang sumsumnya Kyungsoo sering bermain bersama Jongin, ibunya juga sering menceritakan Dongeng-dongeng kepadanya, sama seperti anak kecil lainnya, Kyungsoo selalu mendengar cerita bahwa dia lahir atas rasa kasih sayang kedua orangtuanya kepada dirinya.
Dan seakan tidak mendapatkan petunjuk apa-apa, setelah Kyungsoo berusia tiga tahun ia dianggap sudah siap dan matang untuk melakukan transplantasi, karena penanganan untuk Jongin tidak boleh terlambat. Kyungsoo kecil dibawa masuk kedalam ruang bedah, memaksa jarum tebal menembus punggungnya, mengambil secara paksa sesuatu yang mungkin belum tentu ia setujui.
Setelah berumur empat tahun, Jongin dinyatakan telah sembuh dengan perawatan berjalan yang masih harus rutin di lakukan. Orang tuanya bersyukur kepada Tuhan yang telah menolong anaknya, hanya saja ia lupa dengan kehadiran Kyungsoo. Karena alasan memang tidak berencana mempunyai anak lagi, wanita itu membujuk suaminya untuk menyerahkan Kyungsoo kepada seorang temannya yang tidak mempunyai anak, mencoba bersembunyi di balik rasa bersalahnya kepada Kyungsoo, agar ia tidak hidup dalam kejaran dosa setiap hari, karena disaat wanita itu menatap wajah anaknya, ia akan  menyalahkan dirinya sendiri. Sikap pengecut yang diambilnya beberapa tahun lalu, kini tetap harus dibayar.

‘apa yang kau gambar Kyungsoo?’ seorang anak kecil yang mengenakan celana pendek dengan permen di tangannya menghampiri saudaranya yang sedang asik berkutat dengan buku gambar dan pastel hingga membuat tangannya berwarna-warni.
‘ini, Jongin lihat’ Jongin kini sudah meletakkan permen itu ke dalam mulutnya, memperhatikan gambar yang ada dihadapanya.
‘ini kau, ini hyung, lalu ada Appa, dan Eomma’ Kyungsoo menunjuk masing-masing bentuk yang ia gambar di atas kertas putih itu, walaupun garis yang di ciptakan Kyungsoo tidak sempurna, tapi bagi Jongin, saudaranya ini sudah bisa menggambarkan keadaan keluarganya dengan sangat indah dalam sebuah gambar.
‘lalu kau yang mana?’ Jongin membulatkan matanya. Saudaranya lalu kembali dengan posisinya, ingin melanjutkan kembali maha karyanya.
‘ini belum selesai Jongin’ belum sempat ia menggoreskan pastel berwarna krem itu di kertasnya, ayahnya datang menghampiri mereka, membawa satu koper kecil bergambar kelinci dan wortel.
‘Kyungsoo, saatnya pergi’ suara ayahnya terlihat lemah, Kyungsoo membalik tubuhnya, menatap pria dewasa itu dengan koper di tangannya.
‘pergi kemana? Jongin dan Chanyeol Hyung tidak ikut?’ Jongin yang sedari tadi duduk di samping Kyungsoo sekarang ikut bingung dengan sikap ayahnya.
‘nanti mereka menyusul’ pria itu lalu menarik lengan Kyungsoo ke arah mobil
‘Appa!! aku ikut, Jongin ikut appa, aku ingin pergi dengan Kyungsoo’ Jongin mengejar langkah ayahnya yang sudah hampir di pintu mobil. Ayahnya menghentikan langkahnya lalu berbalik menatap Jongin.
‘nanti kita akan sering menjenguk Kyungsoo, sekarang Jongin jangan sedih, kau masih bisa bertemu Kyungsoo, arra?’ ayahnya kini berlutut di hadapan Jongin, Kyungsoo yang berada di belakang pria itu tidak berbicara apapun, hanya diam menatap Jongin, menatap saudaranya agar ia mau membantunya, anak itu memang tidak tahu apa yang akan ayahnya lakukan, ia tidak tahu akan pergi kemana, tapi ia merasa bahwa ia dan saudaranya akan berpisah. Ini tidak seperti berwisata dengan keluarganya, ini berbeda dan Kyungsoo merasakan itu.
‘Sirheo! Jongin ikut. Kyungsoo tidak boleh pergi, dia belum menyelesaikan gambarnya appa, jangan bawa dia pergi’ ayahnya bangkit, sedangkan Jongin masih menggenggam kertas putih dengan gambar keluarga mereka. Pria itu membuka pintu belakang, memasukkan koper kecil itu lalu menggendong tubuh Kyungsoo untuk duduk di kursi depan, sedangkan Jongin sudah menangis mengikuti setiap langkah ayahnya, menarik kemeja yang dikenakan ayahnya untuk tidak pergi. Setelah Kyungsoo duduk dan dipasangkan sabuk pengaman pria itu berlari memutari mobil dan masuk ke belakang kemudi. Jongin masih sibuk dengan usaha menghentikan ayahnya. Pria itu menatap dari jendela, seandainya ia mempunyai pilihan lain, tapi istrinya tetap bersikeras dengan kemauannya, ia menginginkan Kyungsoo pergi. Benar-benar seperti barang yang sudah tidak di butuhkan lagi, Kyungsoo kini harus pergi meninggalkan keluarga yang memaksanya lahir di dunia ini. Meninggalkan keluarga dimana ia yakin bahwa ia lahir karena kasih sayang.
Chanyeol yang saat itu berumur enam tahun menarik lengan Jongin agar tidak melintasi jalan terlalu jauh mengejar mobil ayahnya sambil terus meneriakan nama Kyungsoo dan menangis, Chanyeol sebenarnya ingin menangis seperti adiknya. Ia merasa bersalah tidak bisa menyelamatkan Kyungsoo, tentu saja anak seumur Chanyeol sudah mengerti apa yang terjadi, dan dia tahu orang tuanya telah melakukan kesalahan besar.


Back

$
0
0

Back

Tittle              : back

Genre            : friendship

Cast               : kyungsoo (EXO-K) and OC

Rating           : G

Author           : luhanupa

 kalau saja.. waktu bisa kembali, aku tidak mau merelakan orang yang  menyayangiku demi orang yang kusayangi –sumarry.


Aku melangkahkan kakiku cukup jauh, bahkan sudah sangat jauh. Aku kembali melihat kearah kyungsoo- sahabatku. Tanganku hangat, karena sedari tadi  ia menggengam tanganku. Kyungsoo bilang ia ingin aku menemaninya untuk saat ini. Entahlah. Apa ia akan menceritakan kisah itu. kisah yang menurutku tidak akan pernah ada habisnya. Bahkan, aku sempat berpikir, Kapan kisah itu berakhir kyungsoo ?

Dulu, aku sempat berpikir bahwa.. tak apa jika orang yang menyayangiku pergi meninggalkanku, karena aku memiliki kyungsoo. Tak apa aku akan selalu baik-baik saja, karena aku memiliki kyungsoo. Aku tak akan pernah menyesal, karena aku memiliki kyungsoo. Tapi itu ternyata.. bulshit. Aku sendirian. Dan akan selalu sendirian sekarang, dan bahkan untuk selamanya.

Dulu, aku benci saat seseorang mengatakan kata ‘seandainya’. Aku berpikir untuk apa mengatakan kata ‘seandainya’ karena aku sudah memiliki kyungsoo. Untuk apa aku mengatakan kata ‘seandainya’ karena aku sudah memiliki segalanya.

Tapi sekarang, aku menyukai kata ‘seandainya’. ‘Seandainya’ saja aku tak melakukan hal itu, ‘seandainya’ saja aku.. bisa kembali. Walaupun permohonanku dengan kata ‘seandainya’ tak pernah terjadi. Tapi tak apa, aku tak pernah lelah akan hal itu.

Dengan perlahan. Kau melepaskan genggaman tanganku.

“ kita sampai, kau masih ingat tempat ini “ kau bertanya, sambil menatapku dengan mata bulatmu.

Aku melihat kesekeliling. Tempat ini. Detik itu juga aku langsung menatapmu.

“ aku rasa kau masih mengingatnya “ kau menghela nafas, lalu menyuruhku untuk mengikutimu duduk disampingmu, dipadang rumput hijau ini.

“ aku kira kau lupa “ kau bertanya, tapi kau tak menatapku. Mata bulatmu fokus melihat padang rumput hijau yang ada tepat dihadapanmu.

“ tidak, tidak sama sekali “

Aku terus memperhatikanmu, kyungsoo lebih indah daripada pemandangan ditempat ini. kau tampan, kau mempesona, kau pintar memasak. Dan karena itu aku mencintaimu. Tapi aku tau kau tak mungkin menyadarinya bukan ?

“ jadi..” kau langsung melihat kearahku, “ bagaimana dengan Ri Ah eonni ? “ suaraku tercekat.

Kau tak langsung menjawab, kau hanya memperhatikanku. Apa yang kau pikirkan kyungsoo ?

“ kyung.. “ suaraku terdengar bimbang.

“ ah dia, dia.. baik-baik saja “ kau menjawab sambil tersenyum padaku.

-

 

“ soulhi-ah kau tak akan percaya “ dengan antusias kau bertanya padaku.

 

Apa ?apa  kau ingin mengatakan bahwa kau..

 

“ aku dan Ri Ah noona berpacaran “ kau menggungcang-guncang bahuku, nada suaramu. Aku benci itu.

 

Kau pasti tak menyangka bahwa Ri Ah eonni menyukaimu. Kau bodoh, dia pasti menyukaimu, karena kau mempesona kyungsoo.

 

“ aku tidak menyangka, sungguh, aku benar-benar tidak menyangka bahwa dia ternyata juga menyukaiku “ kau semakin mengguncang-guncangkan bahuku.

 

Apa kau merasa menjadi orang yang paling bahagia ? oh tentu saja. Karena kalau aku mengetahui fakta bahwa kau menyukaiku pasti aku juga akan menjadi orang yang paling bahagia. Tapi itu tidak akan pernah terjadi bukan ?

 

“ kau tau ? aku merasa menjadi manusia yang paling bahagia sekarang “ matamu berbinar, senyuman diwajahmu belum juga menghilang.

 

Tapi, bagaimana denganku ? aku mencintaimu kyungsoo.

 

-

 

“ akhirnya kau datang, kau tau aku hampir mati membeku menunggumu disini “ kau mengerucutkan bibirmu, kau tau ? kau tampak sangat menggemaskan kyungsoo.

 

“ maaf, tadi ada sesuatu yang terjadi, apa yang ingin kau katakan kyung ? “ aku bertanya, untuk saat ini bolehkah aku sedikit optimis, karena aku mendengar bahwa kau dan Ri Ah eonni sudah berakhir ?

 

“ aku bercuiman dengan Ri Ah noona ! “ aku seperti terjatuh, terjatuh dan tak pernah bisa terbangun lagi, karena luka ini terlalu sakit.

 

Lalu apa ? kau ingin mengatakan bahwa ciuman itu adalah ciuman pertamamu.

 

“ kau tau ini adalah ciuman pertamaku, kau tak akan pernah bisa membayangkan, kau tau rasanya seperti apa ? “ kau bertanya.

 

Strowberry ?

 

“ rasanya seperti.. strowberry, dan juga basah “ kau berkata, sambil membayangkan sesuatu.

 

Kau tau kenapa rasanya seperti strawberry ? karena Ri Ah eonni menggunakan lipgoss rasa strawberry kyungsoo.

 

“ aku tak pernah tau ternyata cuiman seperti ini rasanya ? “ kau berkata, tidak. mungkin seperti bertanya.

 

-

Aku selalu berpikir bahwa kau selamanya akan selalu menjadi milikku. Aku selalu berpikir bahwa kau selamanya akan selalu melindungiku. Tapi apa ? sekarang aku harus menggunakan kata ‘seandainya’ didepan kalimat itu semua. Aku pikir kau akan menepati janjimu saat itu kyungsoo.

“ apa yang kau pikirkan ? “ kau bertanya, membuatku langsung menghadap kearahmu.

“ aku.. itu rahasia kyung “ aku menjulurkan lidahku.

“ ah, kenapa rahasia ? “ kau bersikap manja padaku.

“ hei! Jawab aku! “ aku terkekeh saat kau mengatakan itu.

-

“ ibu.. bilang pada ayah agar lebih cepat mengendarai mobilnya “ aku berkata pada ibuku.

 

“ kau ini “

 

‘kyungsoo sakit ia demam dan diharuskan dirawat dirumah sakit, aku kira aku harus meminta bantuanmu, karena, saat ini aku sedang diluar kota, jadi aku tidak bisa menemani kyungsoo’ pesan dari Ri Ah eonni 20 menit yang lalu.

 

Tiba- tiba aku mendengar teriakan dari ibuku dan juga ayahku. Saat aku melihat kedepan. semua gelap.

 

12 desember 2010.

 

-

Kecelakaan itu membuat kedua orang tuaku meninggal. Saat itu aku menangis dan menangis. Lalu kyungsoo datang. Dia mengatakan bahwa dia akan menjagaku. Dia mengatakan bahwa ia akan selalu bersamaku. Selalu. Dan dia juga sudah berjanji akan hal itu. dan aku percaya. Tapi apa sekarang ?

Orang yang menyayangiku lebih dari aku yang menyayangi mereka pergi meninggalkanku. Orang tuaku dan juga.. luhan.

Aku jadi ingat, Saat aku bertemu dengannya, luhan. Ditoko buku. Saat itu kyungsoo mengatakan bahwa ia tidak bisa mengantarku pergi, karena Ri Ah eonni dan dirinya akan berkencan. Bahkan aku menghitung kecan mereka itu adalah kencan yang ke-38. Aku tersenyum tipis saat kyungsoo membatalkan janji hari itu.

Saat itu aku sedang kesusahan untuk mengambil sebuah buku yang terletak pada rak buku paling atas, aku sudah berusaha untuk menggapainya, lalu dia datang, seorang pria berusaha menolongku mengambil buku itu, tapi tangan lelaki itu juga tidak sanggup mencapainya, karena lelaki tersebut tingginya sama dengan tinggiku. Saat itu juga aku dan dia tertawa bersama.

Dan aku mengetahui sesuatu. Namamu xi luhan, kelas 2 SMA di SMA art school. Kau menyukai semua jenis bubble tea, tapi kau tidak suka yang rasa oreo. Menurutmu rasanya aneh. Kau suka es krim karena kau tau bahwa aku sangat menyukai eskrim.

Tapi hal itu terjadi.

Saat aku ingin menemui kyungsoo, aku melihatmu terengah-engah sambil berjalan kearahku. Saat itu kelasku baru saja selesai. Aku tau kau berlari kesini. Karena sekolah kita berlawanan arah, hanya ada satu jalur. Dan itu berarti kau berlari kesini bukan ?

-

 

“ hai “ kau berkata sambil tersenyum padaku.dengan terengah-engah.

 

Aku hanya mengangkat tangan kananku untuk menyapamu.

 

“ hem, cuaca sangat dingin. tapi Bagaimana kalau kita makan es krim, aku tau tempat yang-

 

“ tidak. Aku tidak bisa. Maaf “ aku memotong pembicaraanmu.

 

Detik itu juga. Senyumanmu menghilang.

 

“ aku pergi.. lu “

 

-

Aku berjalan meninggalkanmu saat itu. dalam setiap langkahku berjalan menjauh darimu aku selalu mengatakan kata maaf, maaf dan maaf. Hingga tiba-tiba kau menghentikan langkahku, memelukku dari belakang. dada hangatmu menyentuh punggungku.

Dan saat itu juga aku mendengar kau berbisik jangan pergi aku mohon, aku menyukaimu.

 

Tapi, aku tak mengatakan apapun. Aku hanya melepaskan pelukanmu. Dan berlari. Aku takut kyungsoo menungguku cukup lama saat itu. karena aku tau kyungsoo benci akan hal itu. menunggu.

Sejak saat itu, luhan menghilang. Dia tak pernah mengantarku pergi ketoko buku, makan es krim bersama, ataupun menceritakan seberapa lucu, Sehun-adiknya.  Luhan lebih tampan dibandingan dengan kyungsoo, luhan juga mempesona. Tapi, entah kenapa. Aku tak tau. Aku lebih memilih kyungsoo.

‘seandainya’ saja aku bisa kembali saat itu. entah sudah berapa kali. Aku selalu mengucapkan kalimat itu.

-

Sejak tadi, kyungsoo hanya diam, begitu pun denganku. Aku tak tau apa yang sedang ia pikirkan.

 

Sudah cukup.

 

Aku berdiri, kyungsoo terlihat terkejut.

“ kau mau kemana ? “

“ pergi “

Kyungsoo Terkejut tentu saja. Ini pertama kalinya aku sedingin ini padanya.

Aku pun berbalik. ingin aku berlari. Karena air mata ini sudah mulai memenuhi mataku.

“ tunggu! Kau mau pergi kemana ? ada apa denganmu “ kau bertanya sambil menahan tangan kananku.

“ kemasa lalu “ aku menjawab. aku menundukan kepalaku takut kau melihat bahwa aku sedang menangis sekarang.

“ untuk apa ? bukankah saat itu kau mengatakan bahwa hidupmu-

“ terlalu indah “ aku memotong pembicaraanya.

Aku memberanikan diri untuk menatapnya. Aku tak peduli wajahku seberapa menyedihkan sekarang. Bolehkah aku mengeluarkan semuanya kyung ?

Aku tau kau ingin bertanya, mulutmu bergerak. Tapi kau tak mengeluarkan suara apapun. Kau tak bisa bicara ? kau ingin bertanya apa yang sebenarnya terjadi bukan ? baiklah kalau kau tak sanggup untuk mengatakan hal itu. aku akan menjelaskannya sekarang.

Aku menghapus air mataku dengan kasar.

“ ternyata kau punya ingatan yang baik kyung “ aku tersenyum kearahnya. Mungkin aku menyeramkan sekarang. Menangis dan juga tersenyum. Aku tak dapat membayangkan wajahku saat ini.

Air mataku kembali terjatuh.

“ hidupku menyedihkan kyung bahkan sangat menyedihkan. Aku berbohong saat itu, aku berbohong saat kau bertanya apakah aku ingin kembali kemasa lalu. Bolehkah aku menjawab jujur sekarang ? “ kau tak menjawab kau hanya menatapku. Tidak bisa berkata apapun.

“ aku ingin kembali kemasa lalu. Seandainya saja aku bisa. Tapi itu tidak mungkin bukan ? “

“ untuk apa ? “ kau berkata “ untuk apa ? “ kau mengulangi kalimat itu. tanganmu masih menggengam erat pergelangan tanganku.

“ agar.. “ aku memejamkan mataku sesaat “ agar aku tidak membiarkan orang yang menyayangiku pergi meninggalkanku “

“ agar aku bisa kembali kemasa dimana aku seharusnya tidak perlu menemuimu dirumah sakit. tidak perlu meminta ibuku untuk menyuruh ayahku mengendarai mobil lebih cepat. dan seharusnya lebih baik aku tidak usah pergi. Dan mengabaikan pesan dari Ri Ah eonni 2 tahun yang lalu. Sehingga aku masih bisa melihat kedua orang tuaku. Yang menyayangiku dengan tulus. “

“ aku ingin kembali kemasa lalu. Dimana seharusnya aku tak menemuimu dan membiarkanmu menungguku lebih lama saat itu. seharusnya aku menemani luhan untuk makan es krim bersama. Seharusnya aku tidak berlari disaat luhan memelukku dan mengatakan bahwa ia menyukaiku. Seharusnya itu yang lakukan. agar aku tak mendengar kau bercerita tentang seperti apa ciumanmu dengan Ri Ah eonni. tidak seharusnya aku meninggalkannya sehingga ia tak pernah kembali. “

“ dan juga.. agar aku tak menyukaimu. “ suaraku mulai melemah. Aku lelah. Sungguh.

“ aku menyesal ! aku menyesal ! “ aku berteriak kearahmu.

Perlahan kau melepaskan genggaman tanganmu.

Kau menangis. Untuk apa ?

“ mengapa kau menangis ? untuk apa ? apa kau kasian pada hidupku yang menyedihkan ini ? “ aku membentakmu.

“ aku kira hidupku akan baik-baik saja karena aku memilikimu. Aku kira tak apa jika orang tuaku meninggal karena aku memilikimu. Tak apa jika luhan pergi karena aku memilikimu. Tapi.. “ aku menghela nafas. “ aku tahu aku tak akan pernah memilikimu “

“ kau tidak tau seberapa menderitanya aku. Saat kau mengatakan kau menyukai orang lain. Saat orang tuaku meninggal kau mengatakan bahwa kau tidak akan pernah meninggalkanku, kau mengatakan bahwa kau selalu bersamaku. Tapi apa sekarang ? apa ? “ suaraku mengecil.

Kau terus menangis. Kyung berhenti menangis kumohon. Hanya aku yang menderita. Kau tidak perlu menangis kyung.

“ aku membenci ini semua. Sangat membencinya “

Tiba-tiba kau menarikku kedalam pelukanmu. Wajahku menyentuh leher hangatmu. Aku menangis terisak-isak disana. Pelukan ini. Aku menyukainya.

“ bisakah seperti ini dalam beberapa saat saja “ aku memohon padamu.

Kau tak menjawab kau hanya semakin mengeratkan pelukan ini.

“ kisah ini sudah berakhir. Aku dan Ri Ah noona sudah berakhir. “ kau berkata. Tapi aku tak mengubris perkataanmu. Tangisanku semakin kencang.

“ berhentilah menangis kumohon “ katamu sambil mengelus rambutku.

“ maafkan aku, mungkin aku adalah lelaki paling kejam yang pernah kau temui “  kau menghela nafas. Aku tak bisa menebak wajahmu saat ini. Aku hanya terus memelukmu. Dan berharap waktu berhenti sekarang juga.

“ tapi bisakah kau tak membenciku ? bisakah kita mengulanginya dari awal ? maaf karena aku tak menyadari bahwa ternyata kau menyukaiku. Tapi aku mohon tetaplah seperti ini, tetaplah mencintaiku. Karena aku membutuhmu. Maukah kau menjadi milikku ? “ kau berkata lembut.

Aku tak menjawab. Aku tau. Kyungsoo pasti mengetahui jawabannya.

Find.


You Don’t Know (Chapter 2)

$
0
0

Main cast  : Jung Je In
All Member Exo
And Other Cast
Genre      : Romace, Sad, Friendship,    Marrige life
Rating      : PG – 14

(###)
“Itu semua karena aku begitu mencintaimu.”
(###)

Je in melangkahkan kakinya di sebuah koridor di gedung SM,  beberapa langkah di depanya ia melihat seseorang,  itu salah satu member exo yang duduk di depan ruangan dengan sebuah earphone di kedua telinganya, ia tersenyum lalu menghampiri member exo yang terkenal dengan kepintaranya dalam menari itu. Kai.

“Oppa.”

“Ah, je in kau masih di sini?.” Kai berdiri melepas earphonya.

“Ya, tapi sebentar lagi aku akan pulang.” Je in tersenyum.

“Yakkk ..” Mereka berdua menoleh, melihat luhan berjalan dengan agak cepat ke arah mereka.

“Yakkk jung je in, jadi ini kebiasaanmu.” Luhan berdir di depan je in, membuat kai sedikit terjungkal ke belakang.

“Maksudmu apa lagi?.” Je in memasang wajah sangar.

“Setelah kau tidak berhasil menggoda kris, sekarang kau ingin menggodanya?.” Luhan menunjuk kai, kai hanya mengerutkan dahinya aneh.

“Jangan asal bicara.” Je in mengehela nafas kasar, saat ini ia sudah seperti banteng yang ingin menyeruduk mangsanya.

“Dasar kau, apa kau selalu seperti itu pada pria?.”

“Hyung.” Seorang lelaki berlesung pipi yang sangat manis mendatangi mereka.

“Apa yang kau lakukan? Kau membuatnya marah lagi?.” Lay mencoba menjadi pembela je in.

“Tidak, aku tidak melakukan apa-apa.” Luhan melipat kedua tanganya angkuh.

“dengar, aku tidak pernah mempunyai niat untuk menggoda kris oppa, kai oppa, atau siapapun itu. Aku mohon, jika kau tidak tau permasalahnya jangan pernah ikut campur. Aku sudah muak.” Je in pergi meninggalkan mereka, lay menatap luhan kesal, sedangkan kai hanya dapat mengedipkan matanya tak percaya, baru kali ini je in yang ia anggap sebagai hoonbae yang paling menggemaskan dan penyabar itu dapat berbiacara lantang seperti itu. Wahh, sangat hebat.

“Kau selalu seperti itu hyung.”

(###)

Je in berdiri di atap gedung SM, matanya terlihat sangat sembab, sedari tadi ia terus menangis memikirkan luhan yang selalu saja berbuat yang tidak baik padanya, faktanya jika mereka bertemu pastilah mereka berdua akan bertengkar dengan sangat hebatnya, tentu saja yang memulai itu semua adalah luhan.

“Huaaaa .. Kenapa denganya? Kenapa selalu membuatku marah Dan menagis?.” Je in menggosok-gosokan telapak tanganya di matanya, ia menagis seperti anak kecil.

“Jangan menagis.” Je in menoleh, ia menangkap sosok lay yang berjalan mendekati dirinya.

“Gege?” Lay berjalan ke arah je in dengan kedua tangan di saku celanya, lalu menatap je in sedu, tanganya ia gunakan untuk mengusap lembut rambut je in yang berawarna pirang itu.

“Kau cengeng sekali,” je in menundukan kepalanya, lay tersenyum singkat, tanganya masih aktif mengelus puncak kepala je in.

“Kenapa luhan gege selalu seperti itu jika dia bersamaku?.” Je in memberanikan dirinya untuk menanyakan sesuatu yang mengganjal di hatinya pada orang yang menurutnya cukup dekat dengan luhan. Lay terdiam memikirkan jawaban yang tepat, ia menghentikan aktivitasnya, lalu menatap pemandangan kota seoul dari atas atap gedung tinggi itu.

“Molla. Mungkin dia cemburu karena kau menyukai kris hyung atau mungkin kai.”

“Cemburu?” Je in mengernyitkan dahinya, ia tidak mengerti, jika itu yang dijadikan alasan oleh luhan selama ini, itu sama sekali tidak masuk akal, karena sejak awal ia menjelaskan bahwa ia sama sekali tidak mempunyai rasa pada kris apalagi kai.

“Benar” lay mengangguk

“Tapi aku tidak menyukai kris gege.” Lay menatap je in kembali, lalu tersenyum sangat manis dengan kedua lesung pipinya.

“Aku tau.” Lay masih tersenyum, je in makin tidak mengerti. Lay mengacak rambut je in gemas.

“Sudahlah, tidak usah difikirkan, luhan, anggap saja dia … Mmm .. “Lay terlihat berfikir.

“Tidak waras.” Je in langsung melanjutkan dengan cepat, lay kembali mengengguk.

“Tepat, tidak waras.” Je in tersenyum senang, hatinya mulai sedikit tenang, lay menatap je in penuh arti.

“Aku juga sudah tidak waras karenamu.” Lay membatin.

(###)

“Yakk .. Kalian tau tidak dengan hyorin dari group sistar?” Tiba-tiba kai datang di tengah-tengah, dia mulai menggosip.

“Hyorin noona? Ah, aku tau. Wae?” Sehun bertanya begitu polos.

“Kalian tau , aku  punya nomer ponselnya, aku  hebat kan?”  Kai merasa menjadi pemenang.

“Lalu?.” Sehun yang masih menjawab

“Aishhh .. Maksudku, aku ingin memberikanya pada kalian, aku  tidak tega melihat kalian berdua sendirian terus.” Kai mencibir.

“Aniyo, aku tidak mau, sehun masih kecil.” Sehun menolak penawaran kai

“Jinja? Baiklah, untukmu saja hyung.” Kai menawarkan penawaran yang tetap pada suho.

“Aniyo .. Tidak usah.” Suho mengibas-ngibaskan tanganya pelan.

“Owh, wae? Kau tidak bisa mengatakan alasan yang sama seperti sehun, lalu kenapa kau menolak? Kau tidak tau dia itu idol wanita tersexy di korea” kai tetap tak mau menyerah

“Aniyo, aku tidak mau kai.” Suho tetap saja menolaknya

“Aishh .. Kau babo hyung, wanita seperti ini kau sia-siakan.” Dalam hatinya kai membantin.

“Luhan hyung.” Kai memanggil luhan yang tengah mengobrol pada baekhyun, ia menoleh lalu menghampiri baekhyun sendiri yang sudah menggerutu di tempatnya karena luhan meninggalkanya begitu sama tanpa permisi.

“Waeyo?.” Luhan duduk di tengah-tengah mereka.”

“apa kau mau dengan hyorin?.” Kai mendekati luhan, ia sepertinya imgin menjodohkan hyungnya itu.

“Sistar?.” Kai mengangguk.

“Ada apa denganya?.” Luhan membenarkan dasinya, mereka semua tengah berada di backstage music bank.

“Kau mau denganya?.”

“Tidakkkkkk.”

Kenapa kau tidak menjodohkanku denganya saja ..

TBC


Try To Loving Other Gay

$
0
0

Title                       : Try to Loving other gay

Author                  : Rachudo

Genre                   : Romance , Genderswitch , Hurt

Cast                       :               Kim Jongin

Do Kyungsoo – Do Kyungi

( Secret Cast)

Hallo readers, ini FF pertama saya . Mohon kritik dan sarannya. ^^Oh ya tidak lupa saya menyelipkan ’3 cast’ rahasia . Kira – kira siapa ya tokoh itu ? Ayo reader baca yang cermat ya dan silakan tebak siapa misterius cast yang akan muncul di FF ini.

Disarankan dengarkan lagu ‘ what is love ‘ – EXO , terserah mau yang Korea atau China. Jangan lupa diresapi arti lagunya sama setiap hentakan setiap lagu *alay><. Semoga teresap dengan baik ya. Maaf kalau FF nya masi abal – abal . Ini dibuat di kesibukan praktek yang menggunung. Hhe ^^

RCL please ^^

**

Prolog

I lost my mind when you walk into my sight

The whole world around you get in slow motion

Please tell me if this is love

From now on, do thing for you

Feel distressed for you , wait for you ,

I will never leave

I just want to give you my whole life’s love

( Do Kyungsoo – Do Kyungi )

**

Aku tak menyangka jika akhirnya akan seperti ini , aku juga tak menginginkan ini semua terjadi . Aku memang patut disalahkan atas semua hal yang terjadi . Aku siap bertanggung jawab atas segalanya . Tapi aku tak sanggup menerima kenyataan , dimana sosok yang selama ini berada disampingku harus tersakiti terlalu dalam hanya karena namja bodoh sepertiku

( Kim Jong In )

**

Rasa khawatir mulai melingkupi diri seorang Kyungi, ia mulai resah karna sosok orang yang biasanya ia manjakan kini belum menampakkan dirinya seharian ini.

“Kau dimaa ?”, Kyungi hanya bisa mengungkapkan itu berulag kali dalam hatinya. Batinnya mulai bergejolak tak karuan.

‘clek’

Suara pintu terbuka terdengar diikuti dengan sosok namja berperawakan tinggi dan kurus berjalan masuk dengan tubuh basah kuyup. Tanpa diberi aba-aba Kyungi berlari menghampiri namja itu , namja yang sering dipanggilnya ‘KAI’. Dipeluknya Kai erat .

‘Kau dari mana saja ?”, sambil mengeringkan rambut Kai denga handuk kering.

Tak ada jawaban yang keluar dari bibir seorang Kim Jong In atau Kai. Kyungi sangat mengena Kai lebih dari Kai mengenal dirinya sendiri. Jika tak mau menjawab pertanyaannya, berarti Kai sedang lelah.

Kai berjalan melewati Kyungi yang masih mengeringkan rambutnya. Hal ini membuat Kyungi terlonjak kaget tak seperti biasanya Kai seperti ini. Namun ini segera menepis prasangka buruk akan itu dan berjalan mengikuti Kai yang kini duduk di sofa sambil menyandarkan kepalanya di sofa.

Kai seakan tidak peduli dengan bajunya yang kini mulai membasahi sofa. Kyungi yang melihat itu hanya menghela nafas pelan.

“Mandilah, Akan kubuatkan kau coklat panas”, Kyungi berjalan kearah dapur dan mengeluarkan cangkir dari buffet.

‘BLAM’

Terdengar suara pintu terbanting keras.

Kyungi menolehkan pandangannya kearah kamarnya dan Kai

“Apa yang terjadi padanya ?”  desah Kyungi lirih dan menatap cangkir di tangannya nanar.

**

Melihatmu yang tersenyum tulus, semakin membuatku tak pantas berada disisimu

**

KAI POV

“Good Morning,Kai. Kau sudah bangun ? Aku buatkan spaghetti kesukaanmu”

Senyuman itu selalu kau berikan . Hentikan . Kumohon. AKu tak sanggup lagi.

Aku hanya tersenyum kecil membalas sapaan paginya.

“ Tuhan , kenapa perasaan jenuh mulai menghampiri ku ?”, desah ku lirih

”Makanlah dulu . Aku siapkan air panas untukmu madi “, kata Kyungi sambil berjalan pergi dengan senyuman yang tak pernah bosan terukir dibibirnya.

**

Author Pov

“Kai aku pulang!”, teriak Kyungi menggema di sepenjuru ruangan

“Kenapa tidak ada yang menyahut ?”, gumam Kyungi sambil melepaskan sepatunya dan menggantinya dengan sandal rumah.

Dua hari sudah Kai tak pulang , nomor handphone nya pun sulit untuk dihubungi..

“Kai-ah eonndigayo ?”, keluh Kyungi resah.

Entahlah bagaimana perasaannya saat ini, Kyungi sangat merindukan sosok Kim Jong in yang selama ini ada disisinya. Sedangkan sekarang sosok itu sudah pergi dan menghilang selama 2 hari tanpa kabar. Kyungi hanya bisa mengelilingi setiap ruang apartementnya untuk membuatnya ingat akan sosok Kai dan membuat dirinya bersama Kai saat ini.

Ketika Kyungi membuka laci di meja kerja Kai dia melihat selembar notes . Hanya serasa hancur saat membaca tulisan itu

“ Aku pergi, mungkin seminggu, sebulan atau setahun atau mungkin aku tak kembali.

Kumohon jangan menungguku “

( Kim Jong In )

Bagaikan disambar petir, Kyungi hanya bisa terjatuh dan bersandar pada sisi meja kerja Kai. Ia tak percata akan apa yang dibacanya.

“Kai, kenapa?”

Air mata Kyungi berjatuhan tanpa permisi da membasahi kedua pipinya. Pikiran Kyungi kalut ia hanya bisa menangis dan beraung tak jelas dan membuat suasana apartment kini dipenuhi dengan suara isak tangisnya.

Seketika pandangan mata Kyungi buram dan kepalanya terasa pusing dan berputar-putar . Setelah ini hanya gelap yang terlihat.

**

“nggghhhhmmm . . “

“Kyung, kau taka pa ?”, suara seorang namja dan membuat Kyungi melihat padanya.

“Suho oppa, aku dimana ?” tanya Kyungi parau

“Kau ada dirumah sakit, aku menemukanmu pisang di ruang kerja Kai. Dan aku membawamu kemari”, jelas namja Suho , namja yang dipanggil Kyungi oppa. Suho oppa.

“Aku pingsan?” tanya Kyungi bingung dan memegangi sebelah kepalanya. Pikirannya kosong, yag “diingatnya hanya notes yang ditinggalkan Kai di laci meja kerjanya.

“Ne, kau istirahatlah. Akan ku belikan makanan, kau tunggu sebentar”, Suho segera keluar dari ruangan Kyungi dan membeli makanan di kantin rumah sakit. Kyungi hanya memandang kepergian Suho kosong . PIkirannya tetap berkeliaran dan dipenuhi akan Kai.

‘clek’

Tiba – tiba pintu terbuka dan diiringi masuknya seseorang berpakain jas putih.

“Mungkin itu dokter”, pikir Kyungi

“Anyyeonghaseyo”, sapa orang itu yang kini sudah berdiri disisi ranjang Kyungi

“Ne, anyyeong”, jawab Kyungi lirih

“Keadaan anda sudah baik, mungkin besok atau beberapa hari lagi anda boleh pulang .” ucap dokter itu dan masih melihat hasil laporan Kyungi.

“Ne, khamsahamnida”

“Oh ne agasshi, selamat untuk anda”, ucap dokter itu dan memberikan senyuman lebar pada Kyungi

“Selamat ? Untuk apa dok? “, tanya Kyungi heran

“Agasshi hambil, kini usianya sudah memasuki bulan ke 3 . Dan syukurlah kondisi janin agasshi kuat dan sehat . “ jelas dokter itu panjang lebar dan tetap tersenyum tulus menatap Kyungi

Tapi reaksi yang di tunjukkan Kyungi benar – benar bertolak belakang . Kini pikirannya seakan terbelah menjadi dua, antara dirinya harus bahagia ataukah sedih.

“Baiklah , istirahatlah yang cukup . Saya permisi, selamat pagi”, ucap dokter itu memecah pikiran Kyungi dan berjalan pelan menuju pintu.

**

“Yak,Kyungi-ah chukkae eoh”, kini Suho sudah memeluk Kyungi erat . Kyungi yang di peluk hanya bisa terdiam. Namun tiba – tiba terdengar isakan kecil dari Kyungi. Suho yang mendengar itu hanya bisa terdiam, dilihatnya Kyungi yang seakan tidak bahagia dengan berita kehamilannya.

“Ada apa ini ? Kyungi-ah kau kenapa ?”, Suho yang mulai bingun hanya bisa bertanya . Dan saat itu juga Kyungi mencoba untuk meluapkan semua bebannya dan menceritakan semuanya pada Suho. SUho yang notabennya sudah dikenalnya sejak di bangku SMP itu sudah dianggap seperti oppanya sendiri.

Sedangkan Suho, tentu sajanya dia menggagap Kyungi seperti saengnya sendiri. Tapi tiba – tiba muncul perasaan yang lain saat melihat Kyungi bersama Kai, hati kecilnya berkecambuk dan membuatnya sakit saat meliht keduanya bersama. Tapi sedikit – demi sedikit Suho mencoba merelakan Kyungi untuk Kai. Karna dia pikir, Kyungi pasti akan bahagia bila bersama dengan orang yang dicintainya, Kai.

Tapi kini semua membuat Suho merasa menyesal karena sudah merelakan mereka berdua bersama dan bersatu. Harusnya saat itu dia berusaha mati – matian memisahkan mereka. Dan membuat Kyungi ada disisinya.

“Brengsek kau Kim Jong In “, geram Suho dan mengepalakn kedua tangannya kuat.

**

Sejak kejadian di rumah sakit, kini Suho rajin untuk merawat Kyungi dan membantu Kyungi saat dirinya sedang melakukan ritual ibu – ibu hamil pada umumnya ( nyidam ). Kejadia ini jelas membuat kedunya samakin dekat dan semakin terbiasa untuk bersama. Dan sampai detik ini sampai kehamilan Kyungi mencapai 9 bulan . Kai juga tidak pernah muncul di hadapan Kyungi maupun Suho.

Meski begitu, di dalam hati Kyungi dia selalu berdoa untuk kesehatan dan keselamatan Kai . Diam – diam Kyungi juga melakukan rutininas yang tak diketahui oleh Suho. Kyungi selalu memberikan pesan suara kepada Kai meskipun dirinya yakin Kai sudah tidak menggunakan nomor tersebut. Tapi apasalahnya untuk berharap.

**

Hari berganti hari dan hari kelahiran si kecil semakin dekat.  Suho yang kini selalu menemani Kyungi, sangat menikmati perannya  sebagai pendamping Kyungi. Sedikit terbesit di pikirannya untuk memiliki Kyungi dan membesarkan dikecil bersama – sama dan membuat keluarga kecil yag bahagia. Namun tak ada keberanian untuk mengatakannya, dirinya masih dibayangi akan rasa takut jika di tolak ataupun jika tiba – tiba orang itu datang . ( Kai )

“Pagi Kyungi-ah, apa menu hari ini?”, suara Suho terdengar sampai dapur

“Pagi oppa, aku hanya sedang membuat sup ayam”, sahut Kyungi lirih dan masih focus dengan masakannya.

“Pasti rasanya enak”,  jawab Suho .

Suho kini berjalan mendekat ke dapur dan berjalan pelan mendekati Kyungi dari belakang dan mencoba memeluknya dari belakang sambil mengusap pelan perut Kyungi yang mulai membesar.

“Kau tau Kyungi-ah, disini ada malaikat kecil yang sebentar lagi menampakkan dirinya. Dan malaikan kecil itu akan melihat betapa cantiknya eommanya ini”

Mendengar ucapan Suho membuat Kyungi berkaca – kaca , Kyungi membalikkan badan menghadap Suho.

“Oppa, sup ayamnya akan segera matang” , ucap Kyungi mencoba mengalihka pembicaraan da berjalan menjauh dari Suho untuk mengambil mangkuk.

Tiba-tiba lengan Kyungi tertahan oleh genggaman tangan Suho

“Kyungi-ah Saranghae”

**

**

Epilog

.

.

.

.

“Yak , Kai bangun , ini sudah pagi”, teriakan seorang yeoja terdengar menggema disetiap sudut apartement milik keluarga kecil itu.

“Appa ileona. . .ileona.. eomma thudah mengamuk”, kini terdengar suara cadel dari anak kecil berusia 4 tahun. Anak kecil itu hanya bisa meloncat – loncat diatas kasur sang appa. Di tunjukkannya giginya yang masih 2 sambil tersenyum gembira.

“Aisshh anak apa kenapa nakal ? Cepat turun atau tidak apa belikan mainan”, suara sang appa mengintruksi anaknya untuk turun dan tidak mengganggu tidurnya.

“Anio, Thehun ingin mainan”, rengek Thehun dan sedikite menampakkan wajah polosnya

“KIM JONG IN CEPAT BANGUN , JANGAN MENGGANGGU ANAK MU ”, terdengar teriakan sang istri yang melengking dari luar kamar .

.

“BERHETILAH BERTERIAK ATAU KAU AKAN CEPAT TUA BABY LU”

THE END

 


Hard To Be Loved Him (Chapter 2)

$
0
0

Judul: Hard To be Loved Him (Chapter 2: “Happy or Sad Ending?”)

Author: Bacon’s sauce (@felicfiore)

Cast: Xi Luhan (Luhan), Kim Sekyung (OC)

Other cast: Byun Baekhyun (Baekhyun), Suho (Kim Suho) , Hyejin (OC), ect;

Genre: Romance, Comedy (mungkin), Marriage life

Lenght: 1 of …

“Akhrinya… Setelah kulihat dia dari kejahuan, sekarang aku bisa mendekapnya dengan erat. Jangan pernah tinggali aku.…. bersamaku.” –Xi Luhan

Summary: “Kim Sekyung, adalah seorang designer yang sangat terkenal di seluruh kota Seoul. Ia tinggal bersama paman dan bibinya. Sampai tiba-tiba ia dijodohkan olehanak dari seorang perusahaan terkenal yang bernama Kim Suho. Sekyung pun menolak perjodohan tersebut.Lalu ia pun bertemu dengan Luhan. Lalu apa yang terjadi setelah mereka bertemu?”

Author: Hai! author Bacon’s Sauce balik lagi dengan CHAPTER 2! Siapa yang udh nunggu? Author lupa bilang di Chapter selanjutnya kalo FF ini bakal lama soalnya author bener-bener sibuk di kelas 9. Jadi author di sini buat langsung endingnnya aja ya! :D Sipp check this out!! *Bacon’s sauce kabur!

Warning: This casts belong to God, and OC original from this Author! RCL needed after you read this FF!COPAS NOT ALLOWED EXEPT YOU GOT CONFRIM ME FIRST!

Recommended song: ArianaGrande ft Nathan Skyes – Almost Is Never Enough and TTS – Goodbye Hello (kalo pake lagu lain gak apa-apakok ^^)

Chapter 2: Happy or Sad Ending?

Sekyung’s POV

Sudah 2 bulan aku dan Luhan melakukan sandiwara ini. Awalnya kami sangat canggung untuk menjadi status ini. Tapi di sisi baiknya, aku dapat perlakuan baik olehnya.

Awalnya saat baru ketiga pernihakan kita, Ia sungguh mengesalkan! Bagaimana tidak?

Hari pertama, saat aku baru pulang jam 10 malam, ia menyuruhku untuk membuatkan makanan untuknya padahal aku sangat lelah!

Pada hari kedua, dia tiba-tiba dia seperti merasa pusing. Aku menyuruhnya untuk tidur di kamar lalu dia bilang dia sudah sembuh -__- maksudnya apa ini?

Sungguh membingungkan. Apakah dia selalu seperti ini?

Luhan’s POV

Di dua bulan pernikahan kami, aku masih memikirkan kejadian pernikahan 3 hari itu. Aku memikirkan pada hari ke 2.

 

Flashback #Luhandemenflasback *author bacot*

Aku sedang berada di kantor bersama Baekhyun dan Hyejin (entah kenapa Hyejin suka sekali ke kantorku)

“Hyung, tolong cari tahu donk tentang Kim Sekyung, aku sangat ingin mengetahui profilnya” Suruhku.

“Loh, hyung memangnya kenapa?” Tanya Baekhyun

Hanya Baekhyun dan Hyejinlah yang tahu kalau pernihakahan kami itu hanyalah sebuah fikti belaka saja. Aku sangat percaya pada mereka berdua.

“Setahuku dia pernah satu sekolah dengan kak Luhan. Dia kelas 9 waktu itu. Dia sangat suka membaca di dekat taman perpustakaan. Aku pernah melihatnya.” Kata Hyejin.

Tiba-tiba aku teringat! “Hyun, kau masih ingat tidak saat aku bertanya siapa yang duduk di kursi taman belakang di perpustakaan?!” Tanyaku panik.

Apakah benar itu… dia?

“Iya aku ingat!” Jawab Baekhyun berteriak. (untungnya kami semua di ruang kantorku)

Aku sangat kaget mendengar jawaban Baekhyun. Ternyata dia adalah Kim yang aku cari selama ini. KIM SEKYUNG.

“Akhrinya… Setelah kulihat dia dari kejahuan, sekarang aku bisa mendekapnya dengan erat. Jangan pernah tinggali aku.…. bersamaku.” Kataku dalam hati.

“Tapi hyung, kenapa kau bertanya soal Sekyung?” Tanya Bekhyun.

“Jangan-jangan kau suka denganya ya? Baru 2 hari menikah hahaha” Goda Hyejin.

“Ti….ti…dak! Aku tidak menyukainya. Aku menunudukkan wajahku yang sekarang berubah menjadi kemerahan.

“Hahahaha!! Analisa yang bagus Hyejin” Lalu Baekhyun high-five dengan Hyejin -__-

“Maaf, aku harus pulang dulu!” Kataku tergesa-gesa.

Aku tidak peduli mereka mengehentikan langakahku untuk pulang. Aku ingin menemuinya sekarang.

Jam 9 malam. Aku sudah ada di apartementku (tepatnya di depan pintu)

Saat aku membuka pintu, aku melihat Sekyung sedang duduk di sofa ruang tengah sambil memakan ice creamn cup dan menonton TV.

“Luhan kau sudah pulang” #logakliatguadisini-__-

Aku pun langsung ke arahnya yang sekarang di dalam posisi berdiri dan menatapku seperti –Ada apa?–

Aku langsung memeluknya. Sangat erat. Aku sudah bisa merasakan jantungku berdetak tidak karuan saat ini.

Dia langsung menjauh dariku dan berteriak “Apa yang kau lakukan?1 Tiba-tiba kau memelukku?!” Tanya Sekyung.

“Kau dulu sekolah SMA di mana?”

“Seoul Senior High School.” Jawabnya yang masih shock (?)

Ternyata benar. Dia memang si Kim itu. Terima kasih, Tuhan. Kau telah mempertemukankun dengan dia.

Aku tiba-tiba merasa pusing dan Sekyung berkata “Kau pusing Luhan? Sana tiduran di kamar” Suruh Sekyung.

“Tidak usah tidak apa-apa” Kataku sambil tersenyum.

Flashback end

Sejak itulah aku sangat perhatian padanya. Tapi masalahnya dia masih canggung denganku. Semoga saja dia tahu perasaanku.

Hmm? Aku melihat kalender. Aku melihat hari ini tanggal 14 April. Tanggal pernikahan kami. Aku harus merayakannya. Harus.

Sekyung’s POV

“Hai Sekyung!” “KYAA!” Aku berteriak kaget saat Luhan tiba-tiba dating di depanku

“Ada apa?” tanyaku datar. “Hehehehe….. aku hanya ingin kita merayakan pernihkahan kita.” Kata Luhan senang.

“Bunga untukmu hmm?” Luhan memberikanku sebuket bunga mawar #eea “ah.. Terima kasih Luhan ^^” Kataku ramah.

“Kau nanti malam pakai dress yang cantik ya? Kita akan makan malam di restaurant mewah” Kata Luhan sambil Wink (?)

“Ya… iya” Jawabku.

Luhan’s POV

Aku sudah siap pergi. Aku memakai jas berwarna hitam, rambut yang agak di rapihkan (gak culun ya woi) yang akan memperlohatkan warna rambutku ini #eaa *Author diem*

“Sekyung, kau sudah siap belum?” Tanyaku dari luar kamar.

“Sebentar” Jawab Sekyung.

Sekyung’s POV

Aku memakai dress bewarna biru muda digabung dengan roknya yang bewarna hitam. Kerah yang bewarna putih mengelilingi leherku dan kerah tangan. Aku sudah siap.

“Ayo Luhan kita berangkat!” Luhan melihatku dari atas ke bawah –melihat penampilanku—

“Ee.. Luhan? Ayo” Kataku takut.

“Oh, iya ayo” Kata Luhan yang langsung menggenggam tanganku. >.<

35 menit kemudian….

Luhan’s POV

Kami sudah sampai. Aku mempersiapkan semua ini untuk dia Kim kesayanganku ini.

Kulihat sudah ada pengiring music dating di belakang Sekyung. “Hey, lihat di belakangmu!” suruhku lembut.

Sekyung sangat terkejut dengan apa yang dilihatnya yang ternyata merka memainkan music yang di sukai.

“Bagaimana? Kau suka ?” Tanyaku.

“Aku menyukainya!! Terima kasih Luhan!” Kata Sekyung senang. Aku sengang saat dia tersenyum.

Setelah makan di restaurant selama 1 jam, #lamaamat  kami memutuskan untuk ke taman duduk-duduk santai.

Aku membuka percakapan “Bagaimana yang tadi? Kau suka kan?” tanyaku.

“Bagus sekali! Aku menyukainya! Terima kjasih Luhan!” Toba-tiba Sekyung langsung memelukku dari samping. Aku pun mengelus-elus puncak kepalanya.

“Sekyung, sebenarnya ada yang ingin aku katankan padamu selama ini” Ucapku agak gugup.

Dia melepaskan pelukannya dan menatapku serius. “Aku menyukaimu sejak SMA.” Kataku langsung to the point.

Kulihat dia terlihat kaget. Saat aku berniat memegang tangannya, Ia lalu berdiri. “Maafkan aku Luhan, tapi aku tidak bisa.” Sekyung pun langsung pergi begitu saja.

Bukannya aku tidak mau mengantarnya pulang, tapi aku tidak bisa dekat dengannya setelah dia mengatakan itu.

Sekyung’s POV

Sudah 6 hari aku menjauh darinya dan saat kami di apartemnet, kami hanya diam. Kami masih tidur di kamar bersama-sama tanpa percakapan sedikitpun. Ap dia tidak peduli padaku?

Kulihat kalender tanggal 20 April.

Mungkin aku harus merayakan ulang tahunnya.

“Luhan?” Aku masuk ke kamar dengan membawa cake tart yang sudah aku hiasi dengan angka umurnya 24 tahun.

Dia berdiri dan menatap cake lalu menatapku lekat. Aku menundukkan wajahku. Aku sangat malu >.<

“Bodoh, kenapa kau harus merayakan ulan g tahun namja pabo sepertiku?” #luhanngaku :D

“Pabo! Kau kan suamiku” Jawabku malu-malu.

Luhan menaruh cake di meja dan membawaku ke umjung tembok. Astaga, kenapa harus begini?

Luhan’s POV

“Terima kasih” Bisikku di telinganya. “Dulu aku hanya bisa melihatmu dari jauh, Sekarang kau didepannku” kataku lembut.

Jantungku berdetak tidak karuan lagi. “Maafkan aku.” Aku mendekatkan wajahku ke Sekyung dan…

CHUP~

Aku meciumnya (lagi) tapi kali ini terasa lebih tulus untuknya. Aku benar-benar mencintai yeoja yang kucium sekarang. Dia membalas ciumanku. Dia memeluk leherku dan aku memeluk pingganya.

Aku melepas ciuman kami dan aku berkata “Sarangaheyo, Kim Sekyung.” Dia masih diam.

“Aku tahu kau masih belum bisa mencintaiku. Ketahuilah kau bisa mencuri perhatianku karena melihat dirimu saat di sekolah. Seharian aku mencari mu tapi aku gagal. Setelah bertemu denganmu di gudang, awalnya aku meremhekanmu kalau aku tidak pernagh mencitaimu. Tapi.. aku sadar.” Jelasku panjang lebar.

“Nado sarangheyo” Lalu Sekyung mencium pipi kiriku.

“Sekarang namamu Xi Sekyung! Hahahaha! Kataku senang

“Ya! Luhan kenapa aku diberi nama itu?” Dia manyunkan bibirnya.

Akhirnya kami saling mencintai. Aku akan membahagiakannya apapun halangannya. Jeongmal sarangheyo Kim Sekyung.

END

Author: Akhrinya selesai juga 17 halaman! Gimana FFnya? Gak seru ya? Ya udh deh author kabur aja #loh? Anyway makasih banget yang udh baca dan suka sama FF aku yang abal ini. Author seneng banget ada banyak orang yang baca. Kalo pada minta sequelnya, Maybe the next FF! Anyway selamatnya buat Luhan sama Sekyung! #boongan. See you!! XD


Hate or Love (Chapter 2)

$
0
0

Title : Hate or Love (Chapter 2)

Author : starLinn (@StellaW_)

Genger : Romance, family, comedy (i hope.-.)

Rating : G

Main cast : Yoon Hagun (OC), Oh Sehun, Kim Jongin

Sub cast : Yoon Joonmyeon, Yoon Bora, Xi Luhan, ……

Length : Chapter

Annyeongg! Aku kembali dengan chapter 2!! WOOO, semoga readers tambah suka sama FF ini. Hati-hati, typo bertebaran dimana-mana. Ditunggu RCLnyaa

Happy reading all~ ^^

PYONGG!!

********

“Jadi dia anak keluarga Yoon?? Kelihatannya aku akan tersiksa nanti.” Ucap seseorang yang memperhatikan Hagun dari belakang pohon.

Chapter 2

 

“Kim Jongin cepat sedikit, aku tidak mau sampai terlambat!” Suruh Hagun sambil memukul punggung sahabatnya.

“YA! Bisakah kau tidak memukulku? Kau sudah menumpang bukannya berterima kasih malah menyiksaku.”

“Aishhh, sudah jangan banyak bicara. Ayolah, goes sepedamu lebih cepat.”

“Hahh… Baiklah tuan putri.” Jonginpun mengoes sepedanya dengan seluruh tenaga.

“YAAAA! KIM JONGIN!” teriak Hagun lalu memeluk Jongin dari belakang. Jongin hanya tersenyum dan terus mengoes sepedanya dengan kecepatan tinggi.

@Starship High School~

“Hagun, ini sudah sampai. Kenapa kau masih memelukku?” tanya Jongin yang terlihat sulit bergerak.

“Kau…mau membuatku mati, HAH?!?”

“Hey, siapa yang menyuruhku mengoes lebih cepat? Kau bukan? Sudah lepaskan pelukanmu ini. Jangan-jangan kau nyaman ya memelukku?” tanya Jongin sambil sedikit ber-smirk.

“Hah? Tubuhmu yang seperti kayu beduri, kau bilang nyaman?” Hagun melepaskan pelukannya pada Jongin dan menatapnya penuh emosi. Jongin yang melihat Hagun mulai naik darahpun, berlari meninggalkannya sendiri.

“Maaf Hagun, aku ingin ke toilet sebelum masuk kelas. Aku duluan ya! Jangan lupa kelas kita itu X-A bukan X-Z!”

“HAHA! Iya, silahkan Kim Jongin! X-Z katanya? Sejak kapan sekolah ini memiliki kelas sampai Z hmm???” ucap Hagun geram sambil meremas roknya

‘Jongin lihat saja kau!’ batin Hagun dengan death glarenya.

Disisi lain..

“Bora! Lihat siapa yang datang!” ucap Joonmyeon saat membukakan pintu untuk seseorang.

“Hmm? Arasso tunggu sebentar” Bora berlari menuju pintu dan

“Oh Sehun?!? Apakah ini kau?” tanya Bora yang terlihat terkejut.

“Ne ahjumma, aku Oh Sehun” jawab Sehun sambil sedikit menundukan kepalanya, sekedar memberi hormat.

“Omona, kau tampan sekali!”

“Ahh, gomawo ahjumma”

“Hey, kau tak pernah mengucapkan kata tampan untukku. Tapi kau mengucapkannya untuk Sehun?” tanya Joonmyeon, sepertinya dia cemburu.

“Yap! Memangnya kenapa? Kau itu sudah tua dan Sehun masih muda.”

“Apa hubungannya, eoh?”

“Yang muda pasti lebih tampankan? Sudah, ayo kita masuk Sehun” ajak Bora lalu menarik tangan Sehun.

“Ohh! Joonmyeon-ah tolong kau angkat barang-barang Sehun ke kamarnya.” Lanjut Bora.

“Ahh, ahjumma tidak usah. Aku bisa membawanya sendiri.”

“Hmm, Sehun sudah kau masuk saja. Perjalanan dari Busan pasti melelahkan bukan?”

“Tapi ahjussi-“ kata-kata Sehun terpotong karena Bora menariknya untuk masuk ke dalam.

*******

Hagun Pov

Huaahh, akhirnya aku bisa pulang juga. Aku sudah bosan berada dalam gedung terkutuk ini.

“Jongin-ah, mau pulang bersamaku?” tanyaku pada Jongin, sepertinya dia kesal padaku. Ya, mungkin karena aku mengambil dompetnya dan menjajankan uangnya dengan samauku. Salah sendiri dia menggoda dan meninggalkanku sendiri.

“Ya! Kau marah padaku, eoh?”

“Ani”

“Terus kenapa kau tidak menjawab pertanyaanku?”

“Sudahlah, kau pulang saja sendiri. Aku ada urusan, annyeong” pamit Jongin lalu berlari ke sepedanya dan pergi begitu saja.

“Aishh, ya sudah kalau kau tak mau pulang bersamaku.” Hagun berjalan keluar sekolah dan beranjak menuju rumahnya.

Jongin Pov

“Jongin-ah, mau pulang bersamaku?” tanya Hagun, aku hanya diam dan tidak menjawab pertanyaanya. Entah perasaanku tak enak, aku ingin cepat-cepat pulang.

“Ya! Kau marah padaku, eoh?”

“Ani” aku benar-benar tidak marah pada yeoja ini. Walaupun dia mengambil dompetku dan menjajankan semaunya. Itu hanya masalah sepele untukku, biasanya dia melakukan hal yang jauh lebih buruk. Bayangkan dia pernah berpura-pura pingsan untuk menakut-nakutiku. Aku hampir menangis karenanya -_-

“Terus kenapa kau tidak menjawab pertanyaanku?”

“Sudahlah, kau pulang saja sendiri. Aku ada urusan, annyeong” pamitku lalu berlari menuju sepedaku yang terpakir rapi di dekat halaman sekolah. Dan langsung meninggalkan Hagun. Aku sebenarnya ingin berbalik tapi sepertinya lebih baik kalau aku pulang sekarang.

Normal Pov

Sepanjang jalan Hagun memikirkan Jongin. Dia tak pernah menolak ajakan Hagun untuk pulang bersama, sekalipun sedang marah padanya.

‘Ini kejadian yang cukup langka’ bantin Hagun.

Cklek.. Blam.. *ceritanya suara pintu –-“*

 

“Aku pulang!” ucap Hagun saat memasukki rumahnya.

“Dimana eomma dan appa? Aishh tega-teganya mereka meninggalkanku sendirian.” Hagun berjalan ke arah dapur untuk mengambil segelas air. Saat ia hendak meminum airnya.

Srekk..Srekk..

“Roo? Apa itu kau?” Hagun membalikkan tubuhnya.

“AAAAAA!!!  SIAPA KAU??” tanya Hagun dengan teriakannya.

To Be Continue~



My Devil Handsome (Chapter 1)

$
0
0

MDH

My Devil Handsome

Author :

TinkerRose

 Riska normalita
@RiskaKAIIka

Judul : My Devil Handsome

 

Genre : Romance, Drama, School life, dan Marrid life.

Length :  Chapter 1

PG : 17+

Sudut pandang : Author dan Cast

Kunjungi Blog saya ^^ : http://tinkerrose.wordpress.com

Main Cast :

-          Park Jihyun (OC)

-          Oh Sehun (EXO-K)

-          Kim Taehyung (BTS)

-          Other

NB :

Annyeong!!!! Minka dateng!!! Kali ini saya membuat ff Chepter yang beda dari biasanya, Cast ffnya Sehun dan genrenya beda kali ini, okk kita cekidot aja yaa XD

SELAMAT MEMBACA

Pov Author

“Terimakasih, kalian mau memberi ku pilihan”
pria itu terlihat menundukan kepalanya, di hadapan ke dua orang yang bisa di bilang sudah berumur ini ia terlihat gugup. Di ruang tengah keluarga Oh sangat jarang terjadi hal seperti ini. bagaimana tidak, satu-sama lain tenggelam dalam kesibukannya masing masing.

“Kami yakin apa yang kamu pilih, adalah hal yang benar”

Pria paruh baya yang terlihat tegas itu menampakan wajah sangat serius. Ia sebenarnya menyimpan keraguan dari dalam dirinya, ia tidak percaya dengan keputusan yang baru di ambil putra sulungnya. Sang ibu terlihat tersenyum bangga, berbeda dengan suaminya, ia yakin kalau anak satu-satunya ini bisa melakukannya.

“Aku ucapkan terimakasih sekali lagi”

“Aku sebagai ayah mu saja, masih bingung menghadapi mu”

Pria itu tersenyum miring, ia mengangkat kepalanya dan memandang datar sang ayah. Ada raut kebencian di sana, pria itu tau kalau anaknya ini sangat membenci dirinya.

“Tapi ia yang bukan siapa-siapa tau cara menghadapi ku”

Api amarah begitu cepat tersulut dari dalam hati pria paruh baya itu, kalau tidak sang Ibu menepuk punggung Suami pasti anak itu sudah di pukul hingga berdarah.

Tuan Oh memang keras, ia menerapkan didikan keras bak tentara ketika umur anaknya menginjak remaja, seperti Yin-Yang dan Api-Air sang Ibu selalu menjadi penetral segalanya. Pria putih dan jakun ini pun mengalihkan matanya ke sang Ibu.

“Jadilah seorang Pria bertanggung jawab Sehun”

Pria jakun, tinggi, putih itu tersenyum lembut. Ia lalu memberi hormat dengan membungkukkan tubuhnya.

“Pegang janji ku”

“Ayah!!! Tunggu!!!”

Seorang gadis ber rambut panjang berlari tergesah-gesah, ia terlihat kesulitan berjalan kerena tali sepatunya tidak terpasang dengan baik. Sorang pria yang memakai jas dengan rapi hanya bisa menggelengkan kepalanya saja.

“Jangan berlari sayang! Nanti kamu jatuh!”

Gadis cantik itu hanya cengegesan, lalu matanya beralih cepat ke kotak makanan berwarna pink yang berada di gengaman wanita paruh bayanya itu.

“Itu punya ku kan?”

Setelah mendapat anggukan dan senyuman meneduhkan dari sang ibu, ia segera mengambil dan berlari menuju ayahnya.

“Ibu kami pergi dulu!”

Gadis itu melambai dengan raut penuh keceriaan. Gadis itu pun masuk ke dalam mobil bersamaa ayahnya, sang ibu hanya bisa tersenyum sambil menggeleng kepalanya.

“Gadis itu selalu membuat suasana menjadi hangat”

“Sayang nanti kamu ikut ayah ke temu sama temen ayah ya?”

Gadis mungil itu mengerutkan kening ketika sedang memeriksa akun jejaring sosialnya, ia menatap pria paruh baya itu dengan tatapan heran. Ada rasa jangal dan aneh di pikirannya, sang ayah jarang mengajaknya bertemu dengan rekan kerjanya.

Ia juga menolak karena itu membosankan, kalian juga pasti akan ketiduran mendengar perencanaan proyek-proyek dengan bahasa-bahasa yang membingungkan dan menguras otak. Yaa Park Jihyun tidak suka itu, ia membenci hal yang berbau menguras tenaga otaknya.

“Aku tidak mau, Ayah lupa kejadian dua bulan yang lalu? Aku ketiduran saat kalian asik berbicara tentang End apa lah itu, yang jelas itu membosankan”

“Ini bukan bicara tentang proyek sayang”

“Jadi apa?”

“Ia adalah teman lama ayah, dan kami sudah sangat lama tidak bertemu”

“Dan ia ingin melihat ku?”

“Tentu, ia dulu pernah mengganti popok mu ketika umur satu bulan”

Gadis itu memandang ayahnya yang tertawa pelan dengan kesal kesal.

“Ayah itu privasi!”

“Tenang hanya kami berempat yang tau, ayah-ibu lalu ia dan istrinya”

Jihyun menghela nafas pelan lalu kembali fokus ke penselnya. Lalu matanya terhenti pada sebuh poto yang menurutnya menarik. Terlihat seorang pria duduk rapi sambil membaca buku berwarna putih, Jihyun merasa nyaman ketika menatap poto itu.

Dasar Iblis

Gadis itu mengerutu pelan, ia mulai memperhatikan lekukan wajah sang objek dengan perlahan. Mulai dari rambut, mata, hidung, dan … gadis itu menggeleng cepat. Jantungnya berdetak tidak menentu ketika melihat bibir sang objek. Bibir tipis dan mungil, begitu menggiurkan bagi Jihyun.

Ia iblis Jihyun! malaikat dan iblis tidak bisa bersama!

Ia memanyunkan bibirnya, lalu matanya beralih ke tulisan di bawah poto itu. Ia sudah menduganya kalau yang membagikan poto pria itu di jejaring sosial sekolah adalah fans club pria itu sendiri. Ia tau betapa menakutkannya fans mereka dan mengerikannya.

Setiap gerak gerik pria itu selalu jadi bahan hangat di Time line setiap jam istirahat. Pria itu? Ia tidak perduli, ia mengacuhkannya dan tidak berterimakasih kepada fans telah membuatnya tenar seperti member Boyband.

“Sudah sampai sayang”

Gadis itu tersentak pelan, ia segera mengambil tasnya di bangku belakang dan membuka pintu mobil. Sang ayah terlihat sibuk membenarkan rambut gadis kecilnya, sang empuhnya rambut tesenyum manis.

“Thanks Dady”

Sang ayah lalu mencubit pipi Jihyun dengan gemas, gadis itu memang di manjakan dan di cintai selayaknya tuan putri. Tapi yang berbeda darinya, ia setidaknya mempunyai rasa mandiri yang tinggi meski terkadang ia biarkan kedua orang tuanya memanjakannya.

“Jihyun mau kan pergi malam ini?”

Gadis itu mulai berpikir dan mengaguk, apa salahnya bertemu teman ayahnya yang katanya pernah menggantikannya popok dulu. Ia ingin tertawa mengdengarnya.

“Baiklah, Ayah pergi dulu yaa”

“Iya! Daa daa Dady!!!”

Gadis itu tersenyum penuh keceriyaan, setelah melihat mobil ayahnya yang menjauh ia segera berlari kecil menuju gedung sekolah.

Hingga tanpa sadar ia menabrak seseorang, ia menunduk dan meminta maaf tapi yang ia dapatkan adalah umpatan pelan yang menyakitkan serta tatapan super dingin yang membuat tangan Jihyun gatal untuk menamparnya.

“Jalan pakai mata, dasar bocah”

Gadis itu terdiam dengan raut wajah kesal, ia tau senior memang harus di hormati dan apa lagi orang yang kini pergi berlalu di depannya ini sangat terkenal membuatnya harus ektra hati-hati bicara kalau tidak ia akan di hajar masa oleh fans clubnya.

Dasar Iblis!

Pov Jihyun

Pria ini mau ku bunuh atau apa? Benar-benar menyebalkan, bukannya bilang maaf atau apa ehh malah aku yang di beri perkataan pedas seperti itu.

Ia memang iblis, matanya menatap tajam aku dan terlihat sekali kilatan ke kesalan di sana hingga aku sempat merinding melihatnya. Setelah ia berlalu meninggalkan ku, aku pun mengumpatnya.

“Dasar sialan! Kalau kau bukan Sunbae ku pasti ku hajar kau!”

Siapa yang tidak kesal coba? Aku sama sekali tidak pernah merasa kalau menabraknya. Tapi lihat! Lihat! Ia bicara seperti itu seolah aku yang repot-repot menabraknya hanya untuk berbicara dengannya, oh tidak terima kasih. Ku tarik nafas ku berat dan mulai menjernikan pikiran ku.

“Aku tidak boleh memikirkan hal lain, ini demi mereka”

Pikiran ku kembali melayang pada tiga hari yang lalu, aku tanpa sadar mendengarkan ayah-ibu bicara tentang masalah keuangan kami yang mulai anjlok karna proyek Ayah yang selalu gagal. Aku sangat sedih, itu sudah pasti.

Aku ingin membantu mereka tapi orang tua ku berbeda, mereka memang memanjakan ku tapi tidak sedikit pun mereka memperbolehkan ku melakukan perkerjaan sendiri kecuali hal-hal tertentu.

Aku pun melangkah kan diri menuju kelas ku. Jika ada murid baru yang tidak tau apa-pun tentang sekolah ini dan artisnya –ketenaran sehun– mungkin ia akan mengaga sebesar-besarnya melihat hampir seluruh meja mem Browsing tentang laki-laki sarap itu.

“Tidak penting”

Lirih ku pelan sambil menuju bangku, ku lihat seorang berdiri tepat berada di samping ku setelah aku sudah sampai di bangku dan meletakkan tas. Aku membalas senyumannya dengan tipis, jujur aku selalu ingin tertawa melihat senyuman aneh laki-laki ini.

“Kau bahagia sekali Kim Tae-Hyung?”

Ia cengengasan lalu memutar kursi yang berada di depan bangku ku lalu mendudukinya, ia menatap ku dengan wajah seperti kucing meminta makan. Aku hanya mengangkat alis kiri ku sambil menunggu jawabannya.

“Tentu saja! Kau sudah datang!”

Aku memutar bola mata ku cepat dan kembali menatapnya, Hei! Kita berpisah cuman satu hari dan itu hari minggu. Okk itu berlebihan, tapi bagini lah ia selalu ceria dan menjadikan aku alasan dalam keceriaannya. Kami adalah teman dari kecil wajar saja Taehyung sangat akrap dengan ku.

“Apa Ayah mertua tidak menanyaiku?”

Aku sempat cekikikan sendiri mendengar kata-kata itu. Ia selalu saja berkata seperti itu mengangap ia adalah suami ku, sungguh lucu sekali. ayah-Ibu malah mengangapnya kalau ia adalah kakak ku, tidak ia sama sekali tidak bisa di anggap seorang kakak. Karna sifatnya jauh kekanak-kanakan dari ku, dan sangat manja dari ku.

“Tidak, Ayah lupa menanyai mu”

“Huu Ayah kejam sekali pada menantunya yang tampan ini”

Seketika tawa ku pecah, bagaimana tidak perkataan seperti itu dan wajahnya yang lucu itu secara bersamaan ia tunjukan. Aku ingin sekali mencubitnya, tapi aku sekarang berada di dalam kelas jadi tidak mungkinkan?, sudah cukup aku di gosipkan kawin muda dengan gara-gara ia mengatai Ayah ku mertuannya.

“Dasar Taehyung”

“Apa? Bukan kah aku benar?”

Sebuah tepukan keras melanda pundak ku membuat ku terkejut dan melata. Segera ku pukul saja orang itu, aku tau itu siapa. Ia selalu saja membuat ku terkejut dan menjahili ku, tapi aku tetap mengangapnya sahabat meski ia sangat jahil.

“Jinri! Kau selalu membuat ku hamir terserang penyakit jantung!”

“Maaf, hehehe ohh ya aku lihat di depan gerbang kau bicara dengan si moster?”

Terlihat sekali kalau Jinri sangat penasaran dengan kejadian tadi, ehh aku saja tidak mau mengnang kejadian bersejarah dlam hidup ku. Yaa bak proklamasi kemerdekaan saja rasanya ada rasa bahagia, tidak yakin, dan aneh. Kalian penasaran siapa yang di panggil moster oleh Sahabat baik ku ini?

“Hah?? Sherk itu tidak membuat mu terluka kan?”

Kini Teahyung yang bicara, aku hanya tersenyum sambil menggeleng saja. Mereka memang baik, tapi yaa memang terlalu berlebihan. Tapi kenyataan kalau si Moster Sherk itu memang jahat. Aku tidak pernah mau berurusan dengannya dan fans gilanya, yaa fans club yang menamai dirinya TinkerBell itu sangat mencintai sang Paterpan mereka yang menyeramkan itu.

“Tidak, aku hanya tidak sengaja menabraknya”

Jinri menggeleng pelan, ia memang tau kebiasaan ku kalau sedang berjalan. Tapi sunggu aku sama sekali tidak berniat menabrak pria gila itu. Jika aku punya nyali aku mungkin akan memakinya saja karena umpatan sial dari mulutnya. Okk kalian pasti sangat penasaran dengan sosok itu yaa? Ookk ,

Namanya Oh Se-Hun, biasa di panggil Sehun. Ia sangat tampan dan sempurna bahkan tanpa cela. Tidak seorang pun yang berani padanya bukan hanya karna ia anak pemilik sekolah ini dan pamannya kepala sekolah di sini tapi ia memiliki sifat dingin yang melebihi kulkas.

Bayangkan saja, kau terkurung di kulkas seharian, kau pasti mati membeku. Dan itu lah yang terjadi kalau ku bermasalah pada orang gila itu, ia seperti Psychopat jahat.

Ia pernah menceburkan seorang siswa yang mengatainya “Bersembunyi di ketek Ayahnya”, tentu siapa pun pasti marah kan jika di katai seperti itu.

Tapi balasan yang di berikan Sehun membuat siswa itu keluar dari sekolah, dan kabar terakhirnya ia sering keluar masuk kantor Psikolog semenjak kasus ia di bully selama tiga hari oleh Geng Sehun. Menyeramkan bukan?.

Bukan cuman itu saja, ia terkenal dengan sabuk merah Tekwondo dan sabuk hitam karate, lalu ia sudah langganan juara kelas, juara sekolah, juara nasional, dan ia juga juara pangeran tampan ver sekolah ini selama tiga tahun berturut-turut tanpa ada saingan sama sekali, jadi wajar fans Clubnya sangat mencintai Moster tampan ini.

Untung saja aku ini adik kelasnya, jika seangkatan aku akan merasakan hawa kegelapan seperti tadi setiap hari di koridor yang sama. Ihhh menyeramkan.

“Yang penting, aku sama sekali tidak berhubungan apa pun dengannya”

“Ibu yakin? Aku harus berdandan?”

Ibu hanya menatap ku dengan senyuman mengembang sambil merapikan Make-up ku, jujur meski aku sangat menyukai Barbie dan princess tapi aku tidak pernah berniat berdandan seperti mereka, aku lebih suka berdanda ala anak-anak saja, seperi sering memakai rok, menguncir dua rambut ku dan memakai aksesoris umut untuk pelengkapnya.

Dan sekarang aku memakai Gaun cantik dan memakai Make-up lumayan tebal. Okk Gaun itu aku terima tapi dandanan ini benar-benar menggangu.

“Ibu, tidak kah ini berlebihan?”

“Tidak sayang kau sangat cantik, pasti mereka menyukai mu”

Aku hanya bisa mengerutkan kening ku saja, okk aku sudah berjanji pada diri ku senridi, bahwa mulai sekarang aku akan menuruti apa-pun keinginan mereka dan menghemat keunangan.

“Ibu?”

“Iya sayang?”

“Kalian jangan lagi memanjakan ku ya?”

Ibu menatap ku heran, tak lama ia berkaca-kaca membuat ku tidak tega harus meneruskan kalimat ku.

“Aku sudah besar, dan suatu saat aku akan hidup sebagai orang dewasa jadi aku akan mandiri dan menghemat keungan demi kalian”

“Sayang, Kami tidak mau kau terbeban oleh masalah itu”

“Tidak apa-apa, apaun aku lakukan aku akan membahagiakan kalian”

“Iya, Maafkan kami sayang membawa ku ke jurang yang menyeramkan”

Ibu memelukku, tunggu! Kata-kata macam apa itu? Kenapa kata-kata itu terdengar janggal?, apa ada sesuatu di balik kata-kata itu?. Aku juga tidak tau, aku ingin sekali bertanya tapi ada sesuatu hal yang menahan ku dan mencegat ku. Aku berharap perasaan tidak nyaman ini segera terjawab.

Pov Author

Sehun menatap dingin pemendangan di luar kaca mobil, ia terus melihat keadaan kota yang penih dengan warna warni yang indah. Keadaan kota seoul memang sangat cantik dengan lampu berwarna-warni pada malam hari. Tapi entah apa yang ada di pikiran Sehun hingga menatap dingin seluruh pemandangan menabjukkan di luar sana. Ia seperti menerawang akan sesuatu yang memang hanya dirinya sendiri yang tau.

Keputusan ku benar

Ia menggengam erat tangannya, ia ia meredam eramannya dalam diam. Hanya suara mesin mobil yang terdengar, tidak ada pembicaraan yang berarti di dalam mobil itu meski ada tiga orang di damanya.

“Sehun?”

Suara lembut itu kembali membuat perhatian Sehun terpacah. Ia sudah cukup merasa beban berat di kepanya, tututan guru-guru yang mewajibkan ia untuk selalu menang dalam kejuaraan, menjaga reputasi dan belum lagi fans club yang menyusahkan nya itu, ia memang perlu refres tapi ia menggambil jalan yang sangat berbeda, ia tau pasti akan menabah bebannya dan membuat ia mati perlahan, tapi ini lah kesempatannya.

Ia sudah mendapatkan apa yang ia mau di dunia ini dan hanya satu yang sekarang ia kejar.

“Iya Ibu?”

Wanita paruh baya itu tersenyum cantik pada anak nya, ia tau apa yang melanda pikiran anak nya ini.

Ia sangat mengenal Sehun melebihi Suaminya sang selalu berkerja keluar negeri, meski ia juga berkerja tapi ia selalu memantau perkembangan buah hatinya ter masuk saat ini, ketika ia sedang mempunyai masalah.

“Ibu yakin, Semua pasti berjalan dengan baik”

Sehun tersenyum, ia sangat menyayangi Ibunya. Ia memang dingin, dan kejam jika marah tapi ia sangat menjunjung tinggi yang namanya menghargai seorang wanita. Ia tau itu, wanita itu mahluk yang lemah dalam hal tenaga, tapi ia tidak pernah bayangkan bahwa mahluk selamah itu bisa membuatnya hancur perlahan tanpa menyentuhnya.

Seperti gadis itu

Sehun pun mengalihkan pandangannya kepada kaca, kali ini ia sedikit tersenyum. Kini ada rasa tegar dan bahagia ketimbang yang tadi, ia kini merasa tenaganya di isi dan di pompa begitu besar.

Wanita itu berpengaruh bagi hidup ku

Sehun tersenyum, ia mulai menjalankan kerja otaknya. Otaknya yang terkenal licik akan sebuah rencana-rencana besar dalam dirinya. Ia tidak pernah merasakan menginginkan sesuatu segila ini, ia tidak pernah harus susah paya membuat rencana gila seperti ini untuk memdapatkan hal yang ia mau.

Tubuh itu milikku

Ia mengepal tangannya, ia merasa dadanya berdeguk seperti drum yang di pukul keras dan cepat. Rencana yang ia susun matang akan ia mainkan, dan seperti yang ia mau, gadis itu menjadi pemeran utama dalam rencana ini. setelah berhasil, ia berjanji tidak akan melepaskan gadis itu meski ia harus rela menjadi pria berengsek, hidung belang, dan buaya darat demi dirinya.

Aku sangat mencintainya …

To be continued….

 

 

 Ada yang tau My Prevert Husban author Jiyoo19? Atau Scenarion nya author Miss Blue? Ini terinspirasi ama ff yang minka sebutin tapi tetep aja yaa minka buat sendiri dan tanpa unsur COPAS!!! Dan sebenarnya Cast utama cowonya V dari BTS tapi akhirnya gak jadi akhirnya Sehun lah jadi pilihan #Selalu ,Okk yang mau minta lanjut komentar, kalau jelek yaa saya gak lanjutin TT___TT okk gomao pai pai XD


Moonlight Destiny (Chapter 12/END)

$
0
0

Title                : Moonlight Destiny

Author            : Azumi Aozora (@AzmiWiantina) & Kunang Anna (@helloimnia)

Main Cast      : Park Chan Rin (OC), Han Hee / Honey Lau (OC), Oh Se Hun (EXO-K), Kim Jong In / Kai (EXO-K), Jung Dae Hyun (B.A.P), Yoo Young Jae (B.A.P)

Support Cast : Park Chan Yeol (EXO-K), Henry Lau (Suju-M), Lee Taemin (SHINee), Kim Myung Soo / L (Infinite), Luhan (EXO-M), Kris (EXO-M), Wu Zun.  The other EXO, B.A.P, and Infinite members

Length            : sequel

Genre             : Fantasy, family, romance, life, friendship, mystery

Rating                         : PG+15

Summary       : Bagaimana bila berbagai makhluk yang kau kira hanya ada di negeri dongeng, kini benar-benar nyata? Guardian angel, devil, werewolf, spirit, dan vampire. Kau tidak pernah menyadari dirimu berbeda dan special, hingga kau bertemu mereka. Lalu apa yang akan terjadi saat kau mengetahui berbagai rahasia gelap yang seharusnya tidak kau ketahui?

382486_343825359080588_89188603_n

 Masa depan bisa berubah sesuai pilihan yang kita ambil. Tapi, apakah takdir bisa berubah?

Inilah kisah kita. Takdir kita.

12th Destiny – By : Azumi Aozora & Kunang Anna

 

======== Chan Rin PoV =========

Sejak kejadian malam itu, aku selalu mengalami mimpi buruk. Mungkin semua itu bukan hanya sekedar mimpi buruk melainkan ingatan-ingatanku di masa lalu. Ya, Kris-lah yang membuatku mengingat semuanya. Dengan kekuatannya, ia mengembalikan ingatanku tanpa perlu mengubahku menjadi diriku yang sebelumnya. Tapi menurutku, diriku yang sebelumnya (sebelum reinkarnasi) maupun sekarang (setelah reinkarnasi) tetaplah aku.

Aku kini ingat, bahkan dulu ketika aku masih balita pun, aku tahu saat itu aku tidak memihak ayahku. Ingatan-ingatan masa laluku sangat mengerikan. Aku melihat banyak kekejaman ayahku terhadap kaum angel dan manusia. Aku juga melihat kekejaman ayahku terhadap ibuku. Aku sangat sedih mengingat L Oppa mengikuti jejak ayah kami.

Seandainya dulu ibuku tidak berusaha menghilangkan kekuatanku dan membuatku bereinkarnasi…., seandainya dulu ibuku tidak mengorbankan nyawanya demi aku…, apakah mungkin saat ini L Oppa masih hidup dan tidak memiliki pikiran jahat?

Aku menggeleng. Tidak ada gunanya berandai-andai. Ini semua sudah takdir. Inilah takdir yang harus kujalani. Masa depanku bisa berubah sesuai pilihan yang aku ambil, tapi bagaimanapun aku tetap tidak akan bisa melawan takdir. Selalu ada “kekuatan gaib” yang menuntun kita semua menuju takdir kita. Tanpa kita duga, pilihan-pilihan yang harus kita ambil sebenarnya menuntun kita pada jalan takdir yang telah digariskan untuk kita. Mungkin jalan-nya berbeda-beda, berkelok-kelok, memutar, atau lurus, tapi pada akhirnya tujuan terakhirnya tetap sama. Itulah takdir. Masa depan yang berbeda-bedapun pada akhirnya akan menuntun kita pada takdir.

Aku menatap langit-langit kamarku. Masih belum bisa tidur. Padahal sekarang sudah jam 12 malam. Tok….tok..tok…, aku mendengar suara jendela kamarku diketuk. Aku duduk, menyalakan lampu, menyibakkan gorden jendela, dan tersenyum melihat seorang pria bersayap hitam dengan mata kuning bercahaya berdiri di depan balkon kamarku.

“Aku tahu kau bisa langsung masuk tanpa harus membuka pintu, Kris Oppa.” Aku menyilangkan kedua lenganku, lalu kembali berbaring di tempat tidurku dengan malas.

Satu detik kemudian Kris sudah duduk di tempat tidurku, di sampingku. Dia merubah wujudnya menjadi manusia. “Tadi itu namanya sopan santun. Kau juga pasti tidak suka kan kalau aku tiba-tiba muncul di sampingmu?”

Aku mengangkat bahu. “Aku tidak bisa tidur.” Kataku.

Kris menatapku lekat-lekat. “Mimpi-mimpi itu lagi?”

Aku mengangguk. “Ingatan-ingatan buruk.” Aku masih berbaring dan menatap mata Kris dalam-dalam. “Kau tahu hal apa yang paling aneh, Oppa? Bahkan diantara sekian banyak ingatan buruk tentang ayahku di masa lalu, aku masih bisa mengingat bagaimana rasanya kasih sayang L Oppa untukku dulu. Saat itu.., aku tidak pernah berpikir L Oppa akan berubah menjadi jahat seperti ayahku. Bagaimana mungkin.., L Oppa yang dulu begitu baik.., bisa berubah menjadi…..”

Kris membungkukkan badannya dan membelai pipiku dengan lembut. “Maafkan aku, Rin. Mungkin waktu itu seharusnya aku tidak langsung melenyapkan Myungsoo…” mata Kris berubah menjadi gelap.

Aku menggenggam tangan Kris dan menggeleng. “Aku tidak menyalahkanmu, Oppa. Aku tahu… L Oppa yang sekarang bukanlah L Oppa yang dulu. Aku tahu, ketika aku menatap matanya, aku tidak akan pernah bisa membuat pikirannya berubah. Kau melakukan hal yang benar, Oppa. Kau menyelamatkan manusia…”

Kris tersenyum. “Jadi aku adalah si bad guy sekaligus si good guy?”

“Good guy. Menurutku kau adalah good guy, Oppa.” Aku menatap Kris tajam. “Tidak peduli seburuk apapun masa lalu seseorang, bila pada akhirnya dia memutuskan untuk menjadi baik, maka ia adalah orang baik. Tapi sebaik apapun masa lalu seseorang, jika pada akhirnya ia jahat, maka ia adalah orang jahat.”

“Maafkan aku, Rin…” kata Kris sungguh-sungguh. “Dan.., terima kasih karena kau menganggapku good guy.” Kris tersenyum. “Padahal semua kekacauan ini tidak akan terjadi seandainya dulu aku tidak terpengaruh oleh pangeran angel kembar itu.” Kris mengangguk. “Ya, dulu aku memang sempat ingin memanfaatkannya untuk menguasai dimensi ini. Tapi kurasa, aku menyesal karena telah ikut campur dalam penciptaan vampire. Aku menyesalinya setelah sahabatku, Xi, meninggal. Saat itu aku tahu, seperti yang sudah Xi katakan padaku ribuan tahun lalu, aku akan bertemu dengan Luhan, dan juga denganmu.”

Kris membelai kepalaku. “Aku sempat kesal pada Xi karena dia tidak memberitahuku secara detail tentang masa depanku, atau apa yang akan terjadi padaku saat ini. Bisa saja saat ini aku sama jahatnya seperti Myungsoo…”

Aku menggeleng. “Tidak, Oppa. Saat itu pasti Raja Xi sudah tahu. Ia tahu kau adalah good guy, hanya saja ia tidak ingin membuat hidupmu membosankan, sehingga ia tidak memberitahumu.”

Kris tertawa. “Hahahaha. Ya, aku ingat. Dulu Xi pernah berkata ia tidak ingin membuat hidupku membosankan. Bagaimana kau bisa tahu?” Kris menatapku heran.

“Hmmm.., mungkin karena aku mewarisi sedikit gen dan kekuatannya?”

Kris menatapku tajam dan dingin. “Akulah yang paling banyak menyumbangkan kekuatanku dan juga gen-ku padamu. Kau lebih mirip aku daripada kaum devil maupun angel.”

Aku menahan senyum. “Oh ya? Jadi apakah aku harus memanggilmu ayah?”

Kris tertawa. Aku pun ikut tertawa. Kris membelai-belai kepalaku lagi. “Tidurlah. Besok pagi kau harus sekolah. Aku akan menjagamu di sini. Setiap malam aku akan menjagamu. Aku tidak ingin ada makhluk lain yang seenaknya datang kemari di malam hari, dan mencuri-curi kesempatan.”

Aku mengerutkan keningku. “Siapa?” tanyaku. Tapi Kris hanya terdiam dan menggertakkan giginya seolah menahan marah.

Aku terkekeh. “Kris Oppa, kau tahu? Kau lebih parah dari Chanyeol Oppa dan Henry Oppa. Kalau ada nominasi penghargaan kakak ter-protektif, kau pasti menang.” Sindirku.

Kris mengangkat bahu. “Aku tidak bisa mempercayai pria.”

“Kau kan pria!” tukasku.

“Maksudku…, pria-pria yang mendekatimu. Sehun…, Kai.., Daehyun…”

Aku memutar bola mataku. “Dan kau juga…”

Kris menatapku sambil menahan senyum. “Apakah kau juga memperhitungkanku dalam daftar calon kekasihmu?”

“Seandainya umurmu tidak lebih dari 10 ribu tahun mungkin aku akan mempertimbangkanmu, kakek tua…”

Kami berdua tertawa terbahak-bahak. Kris masih terus membelai kepalaku dengan lembut. Aku tersenyum. Aku tahu, ia menyayangiku seperti saudara. Aku juga.

“Apakah di dimensi-mu…. kau memiliki gadis yang kau sukai, Oppa?” tanyaku.

Kris menggeleng. “Tidak.”

“Oh ayolaaaah…, kau sudah tua sekali, Oppa! 10 ribu tahun? Hmm…tepatnya sepuluh ribu sembilan ratus tahun? Aku ingin punya keponakan….”

Kris tertawa. “Meskipun umurku sudah tua, tapi aku tetaplah pria paling tampan dan paling sexy di seluruh jagad raya ini.”

Aku mencubit lengannya dengan keras, tapi ia hanya tersenyum cheesy. Kemudian aku tersenyum lebar. “Aaah.., aku ingat.., Chanyeol Oppa pernah memberitahuku, dulu… saat kalian tampil di acara musik, kau tidak bisa melepaskan matamu dari ChoA eonni dari grup AOA kaan?!”

Kris mendengus. “Jangan percaya pada Chanyeol!” Tukasnya kesal, tapi ia menghindari menatap mataku. Aku hanya tersenyum jahil.

Kris mengerutkan keningnya. “Aku akan berjaga di luar, aku mendengar suara langkah kaki Chanyeol.” Kris mengecup keningku lalu bangkit berdiri.

“Kau tidak perlu menjagaku, Oppa! Tidak akan ada yang menyakitiku.”

Kris menyeringai. “Memang tidak. Aku menjagamu dari para pria yang menyukaimu.”

“Mwo?”

“Sudah ya. Sampai nanti.” Dalam sekejap mata, Kris pun menghilang.

Benar saja, satu menit kemudian, Chan Yeol masuk ke dalam kamarku. “Rinrin.., kau belum tidur?” tanyanya sambil menghampiriku.

Aku menggeleng. “Aku tidak bisa tidur. Kau kenapa, Oppa?” aku heran melihat wajahnya yang terlihat ketakutan.

Chan Yeol berbaring di sampingku dan menutupi tubuhnya dengan selimutku. “Aku mimpi buruk lagi.” katanya. Aku mengerutkan keningku. Aku tidak tahu ternyata kakakku juga sering mengalami mimpi buruk.

“Aku bermimpi kau menghilang begitu saja.” Chan Yeol menoleh padaku dan menatapku dengan cemas.

Aku tersenyum. “Aku tidak akan pergi, Oppa.” Kemudian aku terdiam. Teringat kata-kata Kris. Dia bilang…..umurku akan jauh lebih panjang dari manusia manapun. Dia bilang pertumbuhanku sangat lambat. Saat aku berusia 17 tahun nanti, maka pertumbuhan manusia-ku akan terhenti. Aku tetap manusia, tanpa kekuatan seperti Kris, tapi seratus tahun berikutnya aku hanya akan terlihat bertambah tua satu hari. Terus berulang seperti itu. 100 tahun usia manusia sama seperti 1 hari usiaku. Itu adalah teori Kris. Kris juga tidak tahu pasti karena aku adalah makhluk campuran angel dan devil pertama yang mewarisi gen-nya.

“Aku tidak akan pergi begitu saja tanpa penjelasan.” Kataku pada Chan Yeol. “Apapun yang terjadi nanti.., aku tidak akan pergi begitu saja tanpa memberimu kabar, Oppa.”

Chan Yeol hanya terdiam dan terus menatapku. Jarang sekali kakakku bersikap serius seperti ini. “Rinrin.., kau tahu? Mungkin dulu aku memang berkata…, aku tidak mempercayai kelebihanmu dalam berkomunikasi dengan binatang.” (catatan author : buat yang belum baca silakan baca side story MD “I’m Sorry, Oppa”)

Chan Yeol masih menatapku. “Sebenarnya aku hanya takut. Aku takut apa yang kupikirkan ternyata bukan hanya imajinasiku. Hhhhhh….” Chan Yeol menghembuskan nafas berat. “Maafkan aku, Rin, tapi dulu aku berbohong. Aku tahu kau berbeda, tapi aku mempercayaimu.”

Aku memeluk Chan Yeol, kakak yang paling kusayangi di seluruh jagad raya ini. “Gomawo, Oppa…”

“Aku sangat menyayangimu, Rin. Kau adalah adik yang paling kusayangi di dunia ini. Mungkin aku memang bodoh, tapi aku tahu ada sesuatu yang kau sembunyikan dariku. Apapun itu, aku akan mendengarkan ceritamu di saat kau sudah siap menceritakannya padaku. Seaneh apapun ceritamu. Se-tidak masuk akalnya pun ceritamu, aku akan mempercayaimu.”

Tanpa terasa air mataku menetes. “Gomawo, Oppa.” Hanya itu yang bisa kukatakan pada kakakku saat ini. Aku beruntung karena dikelilingi oleh orang-orang yang menyayangiku. Aku bersyukur karena aku bereinkarnasi dan dilahirkan kembali menjadi adik kandung Park Chan Yeol, kakak terbaik yang kumiliki. Aku tidak bisa meminta lebih dari ini.

*******

Keesokan harinya, sepulang sekolah, Kai masih menjemputku dan menemaniku ke tempat penampungan hewan. Padahal kini sudah tidak ada bahaya yang mengintaiku. “Mungkin sudah terbiasa, jadi tidak masalah.” Kata Kai cuek.

Akhir-akhir ini Kai terlihat lebih ceria dibanding biasanya. Mungkin dia senang karena kutukan manusia serigala-nya sudah hilang. Padahal kalau boleh jujur, aku lebih suka Kai berada dalam wujud serigala. Entahlah, dalam wujud serigala, Kai terlihat lebih keren. Saat jadi manusia, Kai sangat konyol dan bodoh.

Kami memandikan anjing-anjing sambil bermain busa. Kami tertawa-tawa lepas, seolah tidak memiliki beban. Seolah kami hanyalah manusia biasa yang hanya memikirkan masalah-masalah manusia. Aku tahu, sekarang setelah Kai terlepas dari kutukannya, maka ia akan mulai sepenuhnya menjalankan tugas sebagai pangeran mahkota angel ke-2 setelah Tae Min. Aku tahu, Kai dilemma antara tetap tinggal di dunia manusia sambil bertugas sebagai angel, atau kembali ke dunia angel seperti dulu.

Ah, biarlah. Tidak perlu memikirkan masalah terlalu dalam. Lebih baik menghadapi masalah dengan biasa saja. Seperti sudah kubilang, ada kekuatan gaib yang menuntun kita untuk memilih jalan yang harus kita lalui.

Aku juga masih berhutang “cerita” pada Chan Yeol Oppa dan keluargaku yang lain : ayahku, Henry Oppa, dan ibu tiriku. Apa yang harus kukatakan pada mereka nanti setelah umurku 17 tahun dan ternyata pertumbuhan tubuhku terhenti?

Biarlah, tidak perlu memikirkan hal yang belum terjadi. Aku percaya, aku akan bisa melaluinya suatu hari nanti. Bukankah dulu aku tidak pernah menebak bahwa saat ini aku akan berakhir seperti ini?! Bukankah dulu aku dan Kai pernah membicarakan kemungkinan-kemungkinan terburuk apa yang terjadi bila kekuatanku bangkit kembali?!

Tapi apa yang terjadi? Aku ada di sini sekarang. Normal, se-normal manusia biasa. Jadi, tidak ada gunanya berandai-andai. Yang seharusnya terjadi pasti akan terjadi. Tidak perlu memikirkannya terlalu dalam. Yang terpenting adalah, sebisa mungkin kita menjalani kehidupan kita dengan baik. Setiap detik, setiap menit, setiap jam…. berusahalah sekuat tenaga untuk menjadi good person, bukan bad person. Maka takdir yang baik pun akan menanti kita di depan sana.

“Kai! Jangan menggosok punggung Revi terlalu keras!” kataku sambil memelototi Kai yang sedang menggosok punggung seekor anjing golden retriever cokelat dengan terlalu bersemangat.

Kai tertawa. “Sorry….”

Revi menggonggong berterima kasih padaku. Aku tersenyum dan terus memandikan Tom si anjing bulldog hitam dan Ren si pooddle putih.

Tiba-tiba saja Kai mencipratkan air dan sabun ke wajahku. “KAI!” bentakku. Kai hanya tertawa dan cepat-cepat membawa Revi yang sudah selesai dimandikan untuk dikeringkan dengan handuk tebal.

Aku masih memandikan Tom dan Ren. Kedua anjing itu sangat suka bermain air. Aku tidak bisa menolak keinginan mereka. Tak lama kemudian, Kai datang lagi dan berjongkok di sampingku. Ia meraih Tom dan mulai menggosok tubuhnya.

“Kai! Tom masih ingin bermain air! Biarkan saja dia bermain-main dulu.”

Kai menyeringai dengan seringaian khas-nya. “Aigoo~ dia kan bukan bayi. Dia hanya anjing.”

“Kai!” aku memelototi-nya sambil menyilangkan kedua lenganku di depan dada.

“Arrasseo..arrasseo..” Kai pun melepaskan Tom dan menciprat-cipratkan air ke tubuh Tom. Aku menggosok kepala Ren. Tiba-tiba saja sebuah ide muncul di kepalaku. Aku memegang belakang kepala Kai dan langsung menceburkan wajahnya ke dalam bathtub berisi air dan sabun.

“YAAHHH!!!!” bentak Kai kesal sambil mengusap wajahnya yang penuh air dan sabun.

Aku hanya tertawa. “Itu pembalasanku. Aish! Mataku masih perih karena sabun yang kau cipratkan ke wajahku tadi!”

Kai tersenyum jahil. Perlahan dia mendekatiku, tapi sebelum ia sempat memegang tanganku dan menjatuhkanku ke dalam air, aku segera berlari pergi dari sana.

“YAAH!! BERHENTI KAU PARK CHAN RIIIIN!!!!” Kai mengejarku tapi aku berhasil menghindar. Para anjing dan kucing melingkar di sekelilingku, berusaha melindungiku dari Kai. Aku menjulurkan lidahku padanya.

Kai menggaruk belakang leher-nya yang tak gatal. “Aish! Kau licik sekali punya pasukan!”

“Guk…guk..guk…”

“Meong….meong..meong….”

Aku menyeringai. “Tentu saja. Kau tidak akan bisa menangkapku, serigala!”

Kai balas menyeringai. “Oh ya?” kemudian dengan secepat kilat, Kai sudah berada di depanku dan menggelitiki pinggang dan perutku.

“Hahahaha..hahahaha..hahaha…hentikan Kai!”

Kai terus saja menggelitikiku. Para anjing dan kucing ribut, tapi sama sekali tidak membantuku. Aku berbaring telentang di lantai, lelah karena tertawa-tawa terus. Kai juga ikut berbaring di sampingku. Anjing-anjing menjilati wajah dan lengannya.

“Aku tahu wajahku manis, tapi berhentilah menjilatiku, bro….” Kata Kai pada anjing-anjing itu. Aku hanya tertawa.

Kai menatapku sambil tersenyum. “Park Chan Rin, kau harus sering tertawa seperti ini.”

“Kenapa?” aku mengangkat sebelah alis mataku dengan angkuh.

Kai mendengus. “Karena manusia perlu tertawa, dan juga perlu menangis. Kalau kau ingin tertawa, tertawa saja. Kalau ingin menangis, menangis saja. Tidak usah pura-pura kuat, angkuh, dan dingin.”

Aku memukul lengan Kai pelan. “Sok tahu!” tapi aku tersenyum tipis.

Aku duduk dan menatap Kai yang masih terbaring. “Kau juga, Kai…, tidak usah berpura-pura menyukaiku di hadapan orang lain.”

“Mwo?” Kai membelalakkan matanya, seolah kaget aku bisa mengetahui rahasianya.

Aku menyeringai. “Pabo. Kau ini serigala. Yah.., meskipun sekarang sudah bukan serigala lagi, tapi dulunya kau serigala. Perasaanku lebih sensitif terhadap binatang dibanding manusia, jadi…sejak dulu aku tahu kau menyayangiku sebagai saudara.” Aku tersenyum. “Tapi di hadapan semua orang…, kau berpura-pura mencintaiku untuk menutupi perasaanmu yang sebenarnya. Iya kan?”

Kai tertawa lalu mengulurkan tangannya dan mengacak-acak rambut panjangku. “Anak pintar. Tapi sebaiknya kau juga urusi dulu masalah cinta-cintaanmu sebelum menasehatiku.”

Aku melipat kedua lenganku dan menatap Kai dengan kesal. “Aku juga tidak perlu nasihat dari orang yang tidak berpengalaman.” Aku menggelengkan kepalaku.

“Mwo? YAH! Siapa yang tidak berpengalaman, hah?!”

“Aku akan minta pendapat Tae Min Oppa saja. Dia jauuuuhhh lebih berpengalaman darimu, Kai.”

Kai mendecakkan lidahnya sambil menatapku sebal. Aku tertawa. Rasanya akhir-akhir ini aku memang jadi lebih sering tertawa karena orang-orang di sekelilingku. Tuhan.., terima kasih karena telah mengirimkan orang-orang yang menyayangiku dan membuat hari-hariku jadi menyenangkan.

******

Aku tahu Oh Sehun berusaha menghindariku. Aku tahu dari Kai. Dengan kekuatannya, Kai bisa tahu hawa keberadaan Sehun. Kai memberitahuku bahwa berkali-kali ia melihat Sehun menghindari keberadaanku saat kami berada dalam jarak yang dekat. Kai memang masih sering bersamaku, tapi sekarang aku tahu dia punya tujuan lain. Kemarin Kai sudah bercerita panjang lebar padaku. Hah! Aku baru tahu ternyata Kai bisa juga curhat seperti seorang perempuan. Aku saja yang sudah jelas-jelas seorang perempuan, tidak pernah tuh curhat-curhatan.

Aku sempat bertemu dengan Sehun beberapa kali di café, berkat bantuan Kai. Tapi percuma saja. Sehun tidak banyak bicara dan seolah menghindari tatapanku. Karena itulah, hari ini aku sudah memutuskan akan membuntuti Oh Sehun.

Kai menertawakanku. Katanya seperti bukan aku saja! Kai tidak tahu sih, dulu juga aku sempat membuntuti Sehun, saat aku ingin tahu makhluk apa Sehun sebenarnya.

Hari ini hari minggu. Aku menolak tawaran shopping bersama Han Hee. Aku juga menolak tawaran jalan-jalan ke taman bermain bersama Chan Yeol Oppa. Alasannya hanya 1. Untuk mengikuti Sehun. Aku tahu dari Kai, hari ini Sehun pergi ke toko cheesecake favoritnya. Segera setelah mendapat telepon dari Kai itu, aku berlari menuju toko cheesecake favorit Sehun yang memang terletak tak jauh dari rumahku.

Aku berdiri di balik pohon, melihat Sehun dari kejauhan. Rasanya seperti de ja vu. Sehun sedang duduk sambil memakan cheesecake dan meminum bubble tea. Beberapa menit kemudian, Sehun memesan beberapa box cheesecake untuk dibawa pulang.

Sehun keluar dari dalam toko sambil membawa plastik besar berisi banyak sekali box berisi cheesecake. Aku merapatkan syal di sekitar leherku lalu membenarkan letak kacamata dan topi-ku. Aku berjalan cukup jauh dari Sehun, berharap ia tidak bisa mencium hawa keberadaanku dari jarak se-jauh ini.

Sehun terus berjalan menuju halte bus. Aku mengerutkan keningku. Tumben sekali dia tidak memanfaatkan kekuatan teleportasi-nya.

Sehun naik ke dalam bus. Aku cepat-cepat menyetop taksi dan meminta sopir taksi mengikuti bus yang ditumpangi Sehun.

Setelah 90 menit, Sehun turun dari bus. Dia berjalan menuju sebuah sekolah menengah tua yang sudah ada sejak 200 tahun lalu. Sekolah itu memang masih berdiri hingga sekarang, tapi dengan berbagai renovasi bangunan.

Aku turun dari taxi, lalu kembali berjalan mengikuti Sehun. Sial! Aku kehilangan jejaknya. Aku tahu tadi dia berjalan menuju sekolah itu. Tapi di mana dia sekarang? Apakah dia berteleportasi dan masuk ke dalam sekolah?

Aku terdiam di depan gerbang sekolah yang digembok. Aku menatap kiri kananku. Sepi. Daerah ini memang cukup jauh dari pusat kota Seoul. Letaknya di dekat bebukitan.

Tiba-tiba saja aku merasakan sebuah tangan dingin menggenggam tanganku. “Sehun?”

Sehun menatapku tanpa ekspresi. “Kenapa mengikutiku?” tanyanya datar.

Aku hanya terdiam dan menatapnya. Sehun menuntun tanganku. “Ayo. Kau ingin tahu aku pergi ke mana kan?”

“Tidak. Aku tidak ingin tahu.” Kataku angkuh.

Sehun menyeringai lalu tertawa pelan. “Pabo. Aku bisa mencium darahmu sejauh apapun kau berjalan jauh dariku. Ayo! Aku ingin pergi ke makam kakakku.”

Aku menggigit bibir bawahku. Masih merasa bersalah atas kematian kakak Sehun. Seandainya malam itu aku tidak tertangkap oleh kakaknya, mungkin kakak Sehun tidak akan mati. Mungkin L Oppa juga tidak akan mati.

Aku menggelengkan kepalaku. Lagi-lagi aku berandai-andai. Ya, bagaimanapun aku adalah manusia. Manusia sering menyesal dan berandai-andai kan?

Sehun menuntun tanganku. Kami berjalan ke bukit belakang sekolah. Pepohonan rindang memenuhi jalan setapak. Aku merapatkan mantelku. Angin musim dingin menerpa wajah dan tubuhku, membuatku menggigil. Tanganku yang digenggam Sehun juga terasa beku. Sehun berhenti berjalan dan menatapku. Aku balas menatapnya. “Kenapa?”

“Kau kedinginan.” Katanya sambil mengerutkan kening. Ia melepaskan tanganku lalu melepaskan syal yang melilit di lehernya. Ia mengikat tangannya dengan syal itu, lalu mengikat tanganku dengan ujung syal yang lain. “Ayo jalan lagi.” katanya.

Aku tertawa. Kini Sehun menuntun tanganku melalui syal yang melilit tangan kami. “Kau pikir aku anjing?!”

Sehun menatapku datar. “Kau mau mati beku?”

Aku mendengus, lalu kembali berjalan di sampingnya. Tangan kami masih terikat oleh syal.

Kami pun sampai di puncak bukit rendah. Di sana ada sebuah taman bunga. Sayang sekali sekarang musim dingin. Bunga-bunga itu pasti akan terlihat cantik sekali saat musim semi.

Sehun berjalan mendekati bunga-bunga yang layu itu. Aku kembali menggigil terkena angin dingin. Salju memang belum turun bulan ini, tapi dinginnya sudah luar biasa rasanya.

Sehun berjongkok, mengeluarkan sebuah batu nissan kecil dari dalam tas-nya, lalu menancapkan batu nissan itu di dekat bunga-bunga layu. Aku tahu, jasad kakaknya lenyap begitu saja oleh L Oppa. Tidak ada yang tersisa. Bahkan abu-nya pun tidak. Jadi, alasan Sehun meletakkan batu nissan di sini pasti karena tempat ini adalah tempat yang bersejarah bagi kakaknya.

“Sekolah tadi adalah sekolahku saat masih menjadi manusia.” Kata Sehun sambil menatap nissan bertuliskan nama kakaknya. Aku tahu Sehun bicara padaku.

“Dulu aku sering bolos dan tidur di sini. Aku senang sekali tiduran di padang rumput dekat bunga-bunga ini.” Sehun terus bercerita. Matanya masih memandang nissan kakaknya. Aku menatap Sehun tanpa bicara apapun dan terus saja mendengar ceritanya.

“Dulu tubuhku sangat lemah. Aku sering sakit-sakitan dan merepotkan ibu dan kakakku. Saat itu kakakku sudah menjadi tentara. Dia adalah letnan perang yang sangat hebat.” Sehun tersenyum tipis.

“Aku selalu ingin menjadi kuat dan hebat seperti kakakku. Kakakku sangat tampan, pintar, dan sangat kuat. Aku iri padanya. Aku lemah, bodoh, dan sering sakit. Aku biasa berjemur di sini, melewatkan pelajaran. Aku benci karena teman-temanku mengejekku lemah, dan mereka bilang wajahku terlalu pucat. Karena itulah aku sering sekali berjemur agar kulitku tidak terlalu pucat.” Sehun tertawa. Aku tersenyum.

Sehun menghela nafas panjang. “Kakakku dulu juga sekolah di sini. Dia yang menceritakan tentang tempat ini padaku. Dia bilang, dulu dia juga sering bolos dan tidur di sini. Tapi anehnya dia tetap pintar meskipun sering bolos. Tidak sepertiku.”

Sehun mengeluarkan banyak sekali kotak berisi cheesecake dari dalam kantung plastik dan meletakkannya di sekeliling nissan kakak-nya. “Kakakku sangat suka cheesecake. Ya, bahkan 200 tahun lalu pun cheesecake sudah ada. Kakakku punya kedudukan yang penting di militer, jadi dia tahu banyak hal yang tidak diketahui oleh manusia lain pada zaman itu, termasuk cheesecake.” Sehun kembali tersenyum damai. Tapi tiba-tiba matanya mengeras. “Ini adalah tempat yang paling berharga bagiku, karena ini adalah satu-satunya rahasia yang kakakku bagi denganku.”

“Kakakku sangat tertutup, bahkan pada ibu kami sekalipun. Ia punya banyak sekali rahasia. Tempat ini…adalah satu-satunya rahasia yang ia beritahukan padaku. Siapa yang menyangka Wu Zun yang begitu pintar dan hebat, sang murid teladan yang menjadi legenda ternyata semasa sekolahnya sering sekali bolos dan tidur di taman ini. Aku senang karena kakakku memberitahuku rahasia kecil ini.”

Aku meletakkan tanganku di atas pundak Sehun. Sehun masih berlutut dan menatap nissan kakaknya. “Kakakku punya terlalu banyak rahasia, termasuk saat ia berubah menjadi vampire. Ia sangat pintar menyembunyikannya. Dia juga sangat pandai berpura-pura, karena itulah dia berhasil menipuku. Aku sangat membencinya. Tapi kemudian aku tahu.., semua kebencian yang ia tanamkan untukku adalah demi kebaikanku juga. Tapi semua itu sudah terlambat, karena kebencianku selama ratusan tahun padanya telah menutupi hatiku. Semuanya terlambat, karena di saat aku mengingat masa laluku, di saat aku menyadari segala pengorbanan kakakku, dia sudah mati.”

Sehun masih terus bicara dengan nada datar, tapi aku bisa melihat sebutir air mata menetes di wajahnya. “Sehun~ah…” aku melingkarkan sebelah lenganku di pundaknya dan mengelus-elus lengannya.

“Hyung.., maafkan aku.”

“Aku juga, Wu Zun sshi…, maafkan aku..” kataku. Sehun menatapku heran.

“Karena aku…,” sebelum aku selesai mengucapkan kata-kataku hujan turun dengan deras dan membasahi tubuh kami. Sehun menuntunku. Kami berlari ke bawah pohon dan berteduh di sana. Sehun membantuku memanjat pohon agar kami bisa berteduh di sebuah rumah pohon.

“Ternyata rumah pohon ini masih ada. Sepertinya sudah diperbaiki.” Sehun tersenyum tipis.

Aku menggigil kedinginan. Sehun sepertinya tidak merasa kedinginan. Kami duduk di rumah pohon yang sempit. Hujan masih turun dengan sangat deras disertai petir yang menggelegar. Seperti sudah kukatakan sebelumnya, aku tidak takut petir. Bahkan ketika kilatan petir itu terlihat sangat jelas dari atas rumah pohon ini, seolah kilatan cahaya petir itu menyambar pohon ini.

“Kau tidak takut petir?” tanya Sehun.

Aku mendengus. “Memangnya semua perempuan itu takut petir ya?!” Aku menatap Sehun tajam. “Maaf, tapi aku bukan perempuan yang akan berteriak karena mendengar suara petir atau pura-pura ketakutan karena hujan dan petir agar dipeluk….”

Sehun langsung memelukku dengan erat. Aku terdiam. Tidak tahu harus berkata apa.

“Terima kasih karena kau hidup, Park Chan Rin.” Kata Sehun pelan.

Aku menggigil kedinginan karena bajuku basah, cuaca di sekitarku dingin, ditambah pelukan Sehun yang membuatku beku. Kenapa sih suhu tubuh vampire harus dingin seperti ini?!

Sehun melepaskan pelukannya dan menatapku. “Kau kedinginan. Maaf….aku…”

Tanpa pikir panjang, aku pun memeluk Sehun. Sehun membelalakkan matanya, tapi kemudian ia tertawa pelan. “Kau benar-benar penuh kejutan, Park Chan Rin.”

Aku tidak membalas ejekkannya itu. Aku terus saja memeluk Sehun meskipun tubuhku terasa beku. Sehun balas memelukku dan membelai punggungku dengan lembut.

Sehun mengecup leher-ku sambil memejamkan matanya. Aku merasakan sensasi aneh yang tidak ada hubungannya dengan cuaca dingin ataupun dinginnya bibir Sehun.

Sehun menatapku lekat-lekat. “Sepertinya aku memang bodoh ya. Baik saat menjadi manusia dulu, maupun sekarang. Tapi sekarang…, aku tidak mau mengulangi kesalahan yang sama lagi. Aku tidak ingin baru menyadari rasa sayangku pada seseorang setelah orang itu meninggal. Cukup pada kakakku saja aku merasakan hal itu. Aku tidak ingin terlambat lagi.”

Sehun menatapku dengan tatapan yang belum pernah kulihat sebelumnya. “Aku tidak tahu di hatimu sekarang apakah ada Kai atau aku. Tapi di dalam hatiku selalu ada kau, Park Chan Rin. Sejak dulu. Selalu.”

Aku tertawa. “Kau memang pabo, Oh Sehun! Kau pikir untuk apa aku mengikutimu kalau di hatiku ada Kai? Dan sekarang aku baru sadar, kau memang sangat kuno, Sehun. Kata-katamu seperti drama percintaan di zaman nenekku.”

Kami berdua pun tertawa. Sehun mengecup bibirku sekilas lalu menatapku sambil tersenyum. Kedua matanya yang biasanya terlihat dingin kini ikut tersenyum. “Saranghae, Park Chan Rin.”

Aku balas melingkarkan lenganku di leher Sehun dan balas mengecup bibirnya sekilas. “Aku juga, Tuan Vampire.”

Sehun tersenyum. Ia meletakkan sebelah tangannya di tengkuk-ku. Perlahan ia mendekatiku sambil memejamkan mata. Bibirnya yang dingin menyentuh bibirku dengan lembut. Aku juga memejamkan mataku dan membalas ciumannya yang dingin. Aku tertawa pelan karena lelucon-ku, tapi Sehun terus menciumku. Ciuman yang dingin? Hahaha. Ciuman biasanya hangat. Ya, kalau kau mencium manusia tentu saja hangat. Tapi aku kan mencium vampire, dan aku menyukainya.

Hujan dan petir, angin dingin yang membuat tulang-tulangku beku, sentuhan Sehun yang membuatku semakin beku – semuanya aku suka.

Detik ini semuanya terasa sempurna. Hanya ada Sehun dan aku. Sehun si vampire angkuh, dingin, dan cheesy yang membuat makhluk campuran bernama Park Chan Rin jatuh cinta padanya.

Ya, semuanya memang terasa sempurna sampai kemudian terdengar suara batuk-batuk keras. “Ehem..ehem…uhuk…uhukk…”

Kami berdua langsung menatap seorang makhluk bersayap hitam yang melayang-layang di depan kami dengan kesal.

Kris. Siapa lagi!

“Ayo pulang.” Kata Kris padaku. Aku memutar bola mataku. Tentu saja inilah yang akan dilakukan seorang kakak yang memenangkan penghargaan kakak ter-protektif se-jagad raya! Padahal Kris bukan kakakku sih, dia kan hanya makhluk dari dimensi lain yang “menyumbangkan” gen-nya untukku. Tapi sikapnya jauh lebih parah dari Chan Yeol Oppa yang merupakan kakak kandungku!

“Park Chan Rin. Lepaskan tanganmu dari leher Sehun, lalu kita pulang. Tubuhmu basah. Kau bisa sakit.” Kris masih melayang sambil menyilangkan kedua lengannya di depan dada.

Aku masih memeluk leher Sehun dan Sehun pun masih memeluk pinggangku. Aku menatap Kris dengan tatapan menantang. “Tidak mau. Kau saja yang pulang.”

Kris menatapku tajam. Meskipun wajahnya tanpa ekspresi, tapi kedua bola matanya berubah menjadi merah karena marah. “Oh Sehun. Kau baru bisa mencium Chan Rin kalau kau sudah menikahi-nya.”

Aku tertawa terbahak-bahak. “YAH! Sekarang ini tahun 2013, bukan zaman sebelum masehi saat kau masih remaja, Yang Mulia Kakek Buyut Kris!” aku menatap Kris sambil mengangkat sebelah alis mataku, sengaja ingin membuat Kris kesal.

Kris tetap menatapku tanpa ekspresi. “Park Chan Rin, pulang.” Katanya datar. “Atau aku akan mengirimmu ke dimensiku.”

Aku mendengus. “Oke,,,oke,,,,” kemudian aku menatap Sehun lagi dan mengecup bibirnya, membuat Sehun dan Kris membelalak lebar menatapku. Aku tertawa pelan. Sepertinya aku berhasil membuat Kris menunjukkan wajah marah-nya. Aku bosan melihat wajahnya yang selalu menampakkan poker face.

Aku mengulurkan tanganku pada Kris. “Aku siap untuk pulang, Yang Mulia Kakek Buyut Kris…”

“Berhenti memanggilku dengan sebutan itu.” Gertak Kris kesal.

Sehun tertawa terbahak-bahak. “Hyung.., harusnya barusan aku mengambil foto-mu. Lucu sekali ekspresi wajahmu.”

“Diam kau, Oh Sehun!” Kris menggenggam tanganku.

“Ewwww.., tanganmu lebih dingin dari Sehun.” Keluhku.

“Hati-hati, chagiya…” kata Sehun sambil berusaha menahan tawa. Aku tahu dia berusaha membuat Kris menampakkan wajah marah-nya lagi. Maka aku pun menanggapi. “Sampai nanti, baby…”

Kris memberenggut kesal. “Kalian membuatku ingin muntah.”

“Hahahaha…” aku dan Sehun hanya tertawa. Ponselku berdering. Han Hee.

“Han Hee..” kataku riang. “Ya.., aku pulang sekarang. Mwo? Kau mau cerita apa?  Pasti soal cowok kan? Oke..oke..tunggu aku. Hahaha, iya. Oke. Bye..”

Sehun dan Kris menatapku. “Kenapa?” tanyaku.

Sehun menatapku dengan lembut. “Kau harus lebih sering tersenyum seperti itu, Chan Rin~ah…”

Aku tersenyum. “Ya. Mulai sekarang aku memang ingin tampil apa adanya. Menangis kalau aku sedih. Tersenyum kalau aku bahagia. Kai memberitahuku…” aku melihat raut wajah Sehun berubah. Kini giliran Kris yang tertawa.

Aku hanya memutar kedua bola mataku. Sampai kapanpun aku tidak akan pernah mengerti pria. Sama seperti pria tidak akan pernah mengerti wanita.

======== End of Chan Rin PoV =========

 

========Han Hee PoV ============

 

Sudah hampir genap satu bulan sejak kejadian di villa orang tua ku. Tapi rasanya itu semua masih seperti mimpi. Segalanya seperti berada di luar logika dan sulit diterima oleh otakku yang memang pas pasan : fakta ancestor vampire yang hampir membunuhku, fakta bahwa hari ini aku masih hidup dan terutama jika Chan-Chan adalah adik dari kloningan ancestor vampire yang telah membunuh daddy. Tapi Chan-Chan tetaplah Chan Chan, mau dia nanti tidak bertambah tua (dan itu membuat ku agak sebal hahahaha) atau dia sekarang dengan bodohnya malah berpacaran dengan Oh Sehun (baiklah- aku masih takut kalau vampire aneh itu mengisap darah Chan-Chan) dia tetap saudara ku yang sangat kusayangi. Tak ada gadis yang bisa menjadi saudara ku sebaik Chan-Chan.

Oya, Luhan oppa membuat ku sadar, selama ini aku tidak pernah benar-benar bahagia karena rasa dendam yang tertanam di lubuk hati ku.  Selama ini aku tersenyum, tentu, aku tertawa, ya, tapi tidak pernah dari hati ku. Rasanya sungguh ajaib sekali, sekarang setelah aku membebaskan perasaan dendam itu, hati ku jauh lebih damai dan rasanya aku jadi mulai menyukai diriku sendiri.

YEAYYY!! CHEERFUL PRINCESS IS BACK!!

Aku melompat dari tempat tidurku begitu jarum jam tepat menunjukkan pukul 6.00 pagi, sebenarnya aku belum tidur sama sekali, tapi anehnya aku benar-benar tidak mengantuk. Apa karena aku sudah terbiasa bergadang untuk memburu vampire? Entahlah.. mungkin saja. Mata ku menangkap gitar kesayangan ku, gitar dari Henry oppa saat ulang tahun ku ke-15, langsung saja ku peluk gitar itu. Mata ku melirik lagi jam wekerku dengantidak sabar, masih jam 6.03, ya Tuhan!! Kenapa waktu terasa lambat sekali!! Aku benar-benar tak sabar menunggu pukul 11.00 KST!

Untuk menghabiskan waktu, aku memutuskan untuk memainkan gitarku saja. Tidak masalah, kamar ku ini diam-diam kupasangi alat pengedap suara karena aku memang suka menyetel lagu agak (?) keras atau memainkan alat musik tengah malam. Aku bersila di kasur ku dan begitu saja, mataku menangkap sosok Jung Dae Hyun di poster besar BAP ukuran setengah badan ku yang kupasang di dinding. Tanpa sadar aku sedikit tersenyum melihat wajah tampannya yang telah sukses aku coret-coreti dengan tinta hitam dan merah. Aku membuat lingkaran hitam yang sangat tebal di bawah matanya, kubuat dia mempunyai kumis seperti kucing, kumerahi bibirnya dan kuberi dia janggut panjang seperti raja-raja arab. Aku jadi teringat Luhan oppa yang tak bisa berhenti tertawa saat melihatnya.

Trek Trek

Aku menajamkan pendengaran ku, hanya satu orang yang akhir-akhir ini sering sekali melempari jendela dan pintu balkon kamar ku dengan batu. Tanpa sadar mulutku membentuk lengkungan kembali, tersenyum sebelum membuka pintu ke arah balkon.

“LUHAN OPPA!! GOOD MORNING!!” aku melambai ke arah seorang namja tampan dengan kulit halus dan berambut cokelat. Lucu sekali, aku baru melihatnya menggunakan piyama. Tadi malam aku yang menyuruhnya memakai piyama karena aku bosan melihatnya menggunakan tuksedo hitam dengan model kuno, lagian Luhan oppa sendiri yang bilang mau mencoba menjalani hidup sebagai orang normal.

Aneh sekali, dengan Luhan oppa aku merasa seperti menemukan kakak ku yang hilang. Dalam benakku sejak dulu, aku selalu merasa ingin mempunyai seorang kakak laki-laki seperti Luhan oppa. Bukan berarti aku tidak menyayangi Henry oppa, tapi dengan Luhan oppa aku bisa sedikit lebih santai. Luhan oppa bukan tipe seperti Henry oppa yang akan menceramahiku 24 jam kalau-kalau pulang telat atau melanggar aturan.

“Morning juga Princess Honey!” Luhan oppa balas melambai sambil mengembangkan killer smile nya. Oya rumah yang dia tempati saat ini (tepat di samping rumah ku) sekarang adalah miliknya. Alasan dia membelinya menggelikan sekali, hanya satu yaitu untuk menjagaku. Aku sudah tahu kalau aku sangat mirip dengan adiknya yang sudah meninggal, dan aku memang tidak keberatan dianggap sebagai adiknya.

“Huaammpf” aku menutup mulutku, menguap. Sepertinya rasa kantuk ini perlahan mulai muncul.

Luhan oppa menyandarkan kepalanya di pagar balkon. Matanya menatapku penuh selidik “Kau tidak tidur? Kau tidak menangisi si bodoh Jung Dae Hyun itu lagi kan?”

Tanpa sadar dahi ku mengerenyit, aneh sekali dada ku tidak lagi se-sakit  dan se-sesak sebelumnya saat mendengar ‘nama namja itu’.

“Honey?” Luhan oppa menatap ku  yang masih melamun dengan cemas “Kau baik-baik saja?”

“Hahhahahhahaa… tentu saja aku baik-baik saja! Sudah ya oppa! Aku mau mandi!” aku segera berbalik dan mengenyahkan si bad man itu dari pikiranku sebelum dia merusak suasana hatiku yang sedang baik. Jika kalian bertanya padaku sekarang apa aku masih mencintai Jung Dae Hyun? Aku sendiri tidak bisa menjawabnya dengan pasti.

“Honey?”

Aku terkejut sesaat saat mendapati –entah kapan- Luhan oppa sudah ada di dalam kamar ku “Kau masih belum bisa menerima Dae Hyun mempunyai yeojachingu? Aku tak habis pikir apa yang si bodoh itu lakukan, bahkan dia mengatur agar kau kencan dengan Young Jae”

Aku mengerjapkan mata, agak terkejut dengan pertanyaan to the point Luhan oppa. Pikiran ku menerawang ke beberapa hari sebelumnya, saat itu Dae Hyun oppa mengenalkan seorang gadis cantik padaku sebagai yeojachingunya. Dan yang lebih membuat ku sakit, dia tahu perasaan ku tapi malah mengatur agar aku pergi kencan dengan Young Jae oppa.

Luhan oppa menyadari perubahan suasana hatiku, perlahan dia mendekati ku dan memelukku erat “Sorry Honey-ya, aku malah membuat mu sedih”

Aku menggeleng keras dan membalas pelukan Luhan oppa. Rasanya seperti memeluk Henry oppa, begitu hangat tapi mungkin terlalu hangat. Suhu tubuh Luhan oppa memang di atas suhu normal manusia biasa.

Tapi aku menyukai pelukannya…

***||****

09.00 KST, Depan Pintu Masuk Station TV

“Oh Sehun!!! Chan-chan!!!” pekik ku heboh saat melihat kedua manusia (oke Oh Sehun bukan manusia melainkan vampire) saat sampai di salah satu stasiun TV terkenal. Aku memelototi Oh Sehun dan dia malah balas menyeringai, rasanya aku masih sedikit khawatir karena sekarang dia menjadi namja chingu nya Chan-Chan. Bagaimana kalau tiba-tiba insting vampire nya kambuh lalu menggigit dan menghisap darah Chan-Chan sampai habis? Walau Sehun bersumpah itu tidak akan sampai terjadi, rasanya aku belum bisa tenang.  Dan lagi bagaimana dengan Kai oppa? Bukan kah dia mencintai Chan-chan? Pasti dia sangat patah hati sekarang.

“Han Hee kami— aku jelaskan nanti oke!” Chan Rin melambai ke arah ku sebelum Sehun membawanya berteleportasi, menghilang begitu saja bahkan sebelum aku sempat mengedip. Aku menghela nafas panjang, sepertinya aku harus mulai menerima si vampire aneh itu sebagai kekasih Chan-Chan.

“Han Hee?”

“Kai oppa!” aku tersenyum agak kikuk saat mendapati sosok yang ku kenal keluar dari pintu. Walaupun dia menggunakan topi, hoodie besar dan kacamata tapi aku mengenal suara dan sosoknya. Mata ku melirik ke arah banner-banner menuju pintu keluar tempat Chan Rin dan Sehun oppa menghilang. Rasanya aku jadi penasaran, apa Kai oppa sudah tahu kalau Chan Rin sudah ‘jadian’ dengan Oh Sehun?

“Kenapa kau diam saja? Sini kubawakan!” dengan sikap gentle Kai oppa mengulurkan tangannya, meminta gitar besar yang sejak tadi aku gendong di belakang punggung ku. Melihatnya seperti ini mengingatkan ku saat-saat kami masih berhubungan dulu, Kai oppa selalu memperlakukan ku dengan sangat baik, tapi aku malah bodoh sekali mencintai orang yang memperlakukan ku dengan buruk.

“Tidak perlu oppa! Tidak berat hehe!”

“Oh ya sudah” kata Kai oppa enteng kemudian berjalan begitu saja meninggalkan ku

Eh?

Ehh??

Ehhh???

Bukan nya kalau di drama atau komik-komik, kalau kejadian seperti ini si pemeran pria akan tetap keras kepala membawakan barang pemeran wanita kan? Baiklah, sadarlah Honey Lau! Ini bukan drama, ini kenyataan! Dan lagi Kai oppa bukanlah lawan main ku jika ini memang seperti drama. Dengan agak menahan jengkel aku pun mengikuti Kai oppa ke dalam bangunan yang tingginya lebih dari sepuluh tingkat ini.

Mungkin kalian penasaran apa yang akan aku lakukan di stasiun tv ini. Sebenarnya aku terpilih menjadi salah satu  dari tiga orang yang bisa menunjukkan talent di acara musik live bernama The Talents. Aku mengirimkan video permainan gitar dan piano ku, dan mereka mengundangku sebagai salah satu pengisi acaranya.

Selama acara The Talents ini berlangsung, Kai oppa selalu menemani ku seolah dia adalah manager ku. Kru-kru lain yang kebanyakan adalah kenalan Kai oppa sama sekali tidak keberatan melihat ku dengan Kai oppa. Aku memang hanya mengambil porsi kecil, 10 menit saja untuk menyanyi sambil memainkan gitarku. Judul lagu pertama yang kumainkan adalah ‘Bad Man’ menceritakan seorang gadis yang begitu mencintai seorang pria tapi pria itu malah balas menyakitinya, dan akhirnya si gadis memutuskan untuk berhenti mencintai pria itu dan mencari pria yang lebih baik. Rasanya lagu ini memang tercipta untukku, tapi aku ragu, apakah mungkin bisa aku mencintai pria lain? Pria selain Jung Dae Hyun? Sedangkan untuk lagu kedua aku membawakan lagu Grenade yang dipopulerkan oleh Bruno Mars. Sepertinya aku harus berterima kasih pada Jung Dae Hyun karena bisa menghayati kedua lagu itu.

Author Note : Han Hee covered by Juniel (Author saranin kalian tonton link di bawah dulu sebelum lanjut baca, It’s worth!)

Bad Man performance ( Click )

Grenade performance ( Click )

Sepertinya aku cukup berhasil tampil cukup baik karena penonton memberi tepuk tangan meriah bahkan beberapa dari mereka memberiku standing ovation. Rasanya aku senang sekali, jadi ini kah perasaan yang mungkin saja dirasakan oleh Henry oppa saat memainkan alat musik di depan audience? Aku benar-benar tidak sabar untuk memberi tahunya.

Great Job!” Kai oppa menegakkan kedua jempol tangannya saat aku menemukannya di balik panggung.

“Ini semua berkat Kai oppa!” aku tersenyum lebar “Kalau oppa tidak menyarankan agar aku menganggap semua penonton adalah orang-orangan sawah, aku pasti tidak bisa bermain sebaik tadi”

“Kau benar-benar menganggap penonton tadi orang-orangan sawah?” Kai oppa mengeleng-geleng tak percaya “Daya imajinasi mu luar biasa Hon—Han Hee Park” lanjutnya lagi setelah melihat ekspresiku, ya aku memang memutuskan tidak menggunakan nama asliku, Honey Lau. Aku tidak mau ada yang curiga aku adalah adik dari maknae Super Junior-M, Henry Lau.

“Aku anggap itu sebagai pujian” aku menganguk senang. Kemudian dia menatapku penuh arti sesaat sebelum menarik tangan ku, membawa ku keluar studio. Walau agak bingung, aku mengikuti saja.

“Han Hee apa minggu depan kau ada waktu? mau pergi ke suatu tempat?” tanya Kai oppa setelah kami sampai di koridor yang sepi. Mata nya terlihat berbinar-binar, atau cuman perasaan ku saja? Mungkin saja Kai oppa hanya sedang menutupi perasaannya saja dan membutuhkan teman untuk mengobati rasa patah hati nya.

“Kemana?”

“Rahasia” Kai oppa tersenyum dan kemudian menggenggam tangan ku dengan tangannya yang hangat. Ya, tangan ini dari dulu selalu hangat.

Dan kali ini kehangatannya bahkan menular ke hatiku

*****||******

Keesokkan Harinya

Baru tampil sekali saja di statiun TV tampaknya membuat orang-orang disekitarku heboh. Henry dan Chan yeol oppa bahkan Chan-Chan sampai mengadakan semacam pesta kecil-kecilan tadi malam, kami membeli kue-kue dan karaokean berempat sampai larut malam. Di sekolah, teman-teman ku tampak penasaran dan tak habis nya bertanya mengenai bagaimana bisa aku tampil di TV dan kekaguman mereka akan perform ku. Bahkan ada sampai yang bilang, aku begitu menghayati lagu yang kunyanyikan. Bagaimana tidak? Lagu itu memang mirip sekali dengan kisah cintaku.

“Oppa?” aku memasang aegyo ku begitu Luhan oppa menepikan mobil sportnya tepat di pinggir pintu gerbang Yangsan Music Course, setengah berharap dia akan menjalankan mobilnya kembali.  Aku masih belum siap bertemu dengan Daehyun oppa.

Luhan oppa menepuk kepalaku “Aku ingin kau dan Daehyun membereskan masalah kalian” kemudian dia menatapku sedih “Maafkan aku Han Hee ya… aku menyembunyikan nya selama ini”

Aku menggelengkan kepalaku “Ini bukan salah siapa-siapa, aku mengerti, lagi pula ini sudah takdir” kataku sambil memberi pelukan singkat pada Luhan oppa sebelum membuka pintu mobil. Luhan oppa benar, aku harus membereskan masalah ku dengan Daehyun oppa. Luhan oppa bercerita kalau Daehyun oppa selama ini sengaja membuatku membencinya karena perintah dari Luhan oppa.

Akhirnya aku pun keluar dari mobil Luhan oppa, melambaikan tangan ku saat mobilnya menjauh dan hilang dari pandangan ku. Aku menghembuskan nafas panjang sebelum masuk ke pintu gerbang, setengah berharap tidak akan menemukan Dae Hyun oppa, semoga dia masih sibuk dengan persiapan konsernya jadi tidak sempat untuk mengajar. Tapi baru saja beberapa langkah…

GREP

Seseorang yang menggunakan masker dengan lambang matokki BAP merangkul bahu ku dengan kuatnya. Dia tidak berbicara apapun, hanya membalik tubuhku dengan mudahnya dan menyeretku berjalan kembali ke arah jalan, tepat nya ke sebuah mobil sport berwarna hitam.

Tapi aku tahu jelas siapa orang ini. Walau sekarang dia kembali mengecat rambutnya menjadi pirang, aku mengenalnya. Hanya satu orang yang mempunyai wangi tubuh seperti peppermint dan feromonnya yang selalu sukses membuat jantungku berdetak tak karuan. Laki-laki ini pasti  Daehyun oppa!

“Op—“ kali ini Daehyun oppa menutup mulutku dan setengah mendorongku agar masuk ke dalam mobil. Sebentar?! Bukan kah ini penculikkan? Aku terlalu shock untuk berpikir apalagi berontak.

“Kita mau kemana? Yoo Ahn In seonsaeng menunggu ku!” tanya ku begitu Daehyun oppa masuk dan duduk di kursi mobilnya. Alih-alih menjawab pertanyaan ku, dia menunduk ke arahku untuk memasangkan sabuk pengaman. Dengan sukses aku berhasil mencium kembali aroma tubuhnya yang segar sekaligus membuatku kacau.

Daehyun oppa memberiku tatapan lembut sebelum menyalakan mesin mobil. Rasanya seperti Deja Vu, mungkin saja karena ada kejadian yang mirip seperti ini, tapi waktu itu Daehyun oppa membohongiku dengan berkata ada pelajaran tambahan, dan kali ini apa kata-kata menculik cukup pantas? Tiba-tiba aku teringat Luhan dan Henry oppa, mereka tidak akan membiarkan begitu saja kalau tahu Daehyun oppa membawaku diam-diam.

Selama perjalanan Daehyun oppa tidak berkata sepatah kata pun. Dia hanya diam, matanya yang teduh menatap ke depan dengan tatapan hampa. Sepertinya pemilik mata itu sedang sedih, tapi kenapa? Aku memutar otakku, bingung apa yang harus kulakukan, dan akhirnya aku memutuskan untuk ikut diam. Sekali lagi aku tak bisa mengerti jalan pikiran Daehyun oppa.

“Kita sudah sampai” itu adalah kata-kata pertama yang aku dengar darinya setelah dua jam lebih kami berkendara. Daehyun oppa telah menepikan mobilnya di halaman parkir sebuah pemakaman tua yang sepi dengan pagar-pagar tinggi berkarat yang mengelilingi makam tersebut. Aku masih diam saja sampai Daehyun oppa membuka pintu mobilku.

“Turun lah”

“Tempat apa ini?”

“Pemakaman”

“Aku tahu, tapi kenapa?” aku masih menolak untuk keluar, berbeda dengan makam biasa seperti pemakaman ayahku, aku bisa merasakan aura jahat disini. Bahkan aku sudah bisa merasakan dan melihat beberapa hantu jahat yang menatapku penuh minat.

“Mereka tidak akan berani mengganggu mu” kata Daehyun oppa menyadari arah pandangan ku “Mereka tahu kau berharga bagi Pangeran Luhan”

Aku menatap tajam Daehyun oppa dan kemudian menghembuskan nafas panjang sebelum turun dari mobil “Baiklah, tapi kita tidak benar-benar ke dalam sana kan?”

Daehyun oppa mengangkat bahu nya dan setengah mendorong punggung ku untuk mengikutinya masuk ke dalam pemakaman itu. Rasanya aku teringat dengan pemakaman di MV BTOB yang berjudul Thriller.

Daehyun oppa mendengus “Sudah kuduga, kau tidak se-pemberani Chan Rin”

Aku menatapnya agak kesal, tapi rasa kesalku menghilang begitu melihat wajahnya yang terlihat lebih mendung dibanding tadi. Ada apa? Apa mungkin karena Daehyun oppa teringat Chan-Chan? Aku memukul dadaku yang tiba-tiba sesak. Aku sudah tahu, sejak dulu perasaan Daehyun oppa tidak pernah berubah, dia masih mencintai Chan-Chan.

“Makam siapa ini?”  Aku ikut duduk di samping Daehyun oppa, tepat di depan sebuah makam yang hanya ditandai sebuah nisan tua terbuat dari batu marmer berwarna putih yang telah menguning.

“Makam ibuku, dia manusia”

Aku mengerling menatap Daehyun oppa yang kini menatapku sungguh-sungguh “Dia baru saja meninggal setahun lalu, jika bukan karena Young Jae menyelamatkannya dia pasti sudah meninggal saat aku kecil”

“Young Jae oppa?” aku tiba-tiba merasa agak sedih mengingat sudah beberapa hari ini aku tak melihatnya. Young Jae oppa saat ini sudah pergi ke dunia angle karena harus ada yang dia lakukan di dunia nya.

“Han Hee ya- aku berjanji pada Young Jae akan melakukan apapun untuk membalas budi nya, dia menyukai mu, jadi aku berpura-pura berpacaran dengan gadis lain agar kau menyerah” Dae Hyun oppa menghembuskan nafas panjang, dia terlihat seperti orang kebingungan “Berhenti mencintai ku Honey Lau, kau hanya akan menderita jika terus mencintai ku, aku yakin Young Jae jauh lebih baik dari ku”

Tanpa sadar air mata ku mengalir, aku menggeleng keras dan berdiri. Tak mempedulikan hantu ataupun spirit jahat yang menatap kami seolah kami adalah tontonan yang menarik. Daehyun oppa masih duduk di tempatnya, menatapku khawatir.

“Han—“

“CUKUP!” pekikku histeris, rasanya luka hatiku yang menutup kini terbuka lagi “Jebal! Jangan gunakan alasan balas budi! Jangan gunakan alasan kalau ada pria yang lebih baik untukku! Jangan gunakan alasan kalau mencintaimu akan membuatku menderita! Aku tahu kau tidak pernah menyayangi apalagi mencintai ku.. A.. AKU BENAR KAN?”

Daehyun oppa berdiri dan kemudian memelukku yang malah membalasnya dengan memukul dadanya sambil menangis.

“Kau tidak sepenuhnya benar Han Hee ya, aku menyayangi mu, aku sangat menyayangimu seperti adik ku sendiri, tapi mianhae… yang ku cintai adalah dia, aku masih mencintai Park Chan Rin” katanya dengan suara lirih, aku bahkan bisa merasakan air matanya mengalir di dahiku “Walau dia memilih orang lain”

“Hua hiks hiks hiks kau jahat Jung Dae Hyun!!” sentakku sambil mendorong dadanya, tapi kali ini Daehyun oppa lebih kuat, dia tetap memelukku dengan erat sambil membisikkan kata-kata maaf berulang kali hingga aku tak sanggup lagi mendengarnya.

“Han Hee ya~… mianhae”

Aku menggeleng keras di dadanya “Jebal! jangan meminta maaf lagi, diam saja dan biarkan aku memeluk mu untuk terakhir kalinya”

Mungkin kali ini aku memang harus melupakan namja yang sangat ku cintai, benar-benar berhenti memikirkannya. Jadi ini yang dirasakan oleh Daehyun dan Kai oppa sekarang karena Chan Rin telah memilih Sehun? Sesakit ini kah? Tapi memang takdir tidak bisa dipungkiri, Chan Rin dan Sehun diciptakan untuk bersama. Mungkin yang ditakdirkan bersama dengan ku bukanlah Dae Hyun oppa.

Aku memejamkan mataku yang basah, menghirup aroma Daehyun oppa untuk terakhir kalinya. Untuk hari ini saja aku masih ingin mencintainya, mencintainya sepenuh hati dan berusaha melupakannya keesokkan harinya.

***||***

Seminggu Kemudian

GUK GUK GUK

Aku membelalakkan mata ketika seekor anjing besar berwarna hitam menggonggong ke arah ku. Merapat di pintu kandang besar yang berisi kurang lebih dari 10 ekor anjing yang hampir sebagian besar bertampang galak. Tidak seperti Chan Rin, aku memang agak takut dengan anjing karena trauma pernah dikejar dan digigit anjing tetangga ku saat aku kecil. Saat ini aku hanya bisa merutuki diriku sendiri yang sok berani masuk ke dalam kandang anjing ini.

“Hahahhahaha kenapa kau takut seperti itu? Mereka tidak akan menggigit mu!” namja berkulit agak tan yang berjongkok di samping anjing itu melihat ku dengan tatapan mengejek, sementara anjing besar yang lebih mirip anjing pelacak itu menjilati pipinya. Beberapa anjing lainnya juga mengelilinginya seolah dia adalah tuan mereka. Sepertinya dia pantas diberi gelar pawang anjing kedua setelah Chan-chan.

“Hahahhahaa…” aku tertawa kaku “aku tidak takut kok Kai oppa, hanya— KYAAA!!” pekik ku ketika Kai oppa menyodorkan seekor anjing mungil yang baru saja dia tangkap, hampir saja aku terjatuh terjungkal kalau saja dibelakangku bukan pintu. Aku mengerjap ngerjapkan mata ku, menyadari bahwa anjing mungil dengan bulu unik itu sama sekali tidak terlihat menakutkan, malah mungkin lucu?

“Ini anjing jenis pooddle, namanya Honey, sama seperti mu” promosi Kai oppa sambil setengah memaksaku menggendong anjing kecil itu “Aku yang menamainya sendiri saat dia lahir beberapa bulan lalu, karena kupikir kadang wajah bodohnya mirip dengan mu”

Aku merenggut kesal tapi Kai oppa malah tertawa melihat reaksi ku yang gemetaran menggendong anjing ini, akhir-akhir ini Kai oppa memang sering sekali menggoda ku. Tapi justru Kai oppa yang seperti ini yang lebih ku sukai, Kai oppa yang dulu memang selalu menjaga ku tapi seolah aku adalah orang lain baginya.

“Eothokkhe?! Hei Honey! Diam lah!” kata ku panik karena anjing poddle ini sama sekali tidak mau diam dalam gendongan ku, dan tanpa kuduga anjing kecil ini malah melompat ke pelukkan Kai oppa dan menjilati wajahnya. Entah mengapa aku merasa iri, tidak jelas pula iri pada siapa? Apa iri pada Kai oppa karena begitu disukai oleh anjing lucu itu atau… iri pada anjing itu karena dengan bebasnya menjilati pipi Kai oppa?

Aku menggelengkan kepalaku yang sepertinya mulai kongslet, kenapa aku harus iri pada seekor anjing??

“Sepertinya kau bukan tipe yang akan disukai oleh para anjing, anjing-anjing itu tahu kau takut pada mereka jadi mereka merasa waspada padamu” Kata Kai oppa sok tahu dan kemudian berjongkok untuk melepaskan Honey- si anjing poodle yang terlihat tidak rela lepas dari Kai oppa, Kai oppa masih menatap anjing kecil itu dan menepuk kepalanya “Tapi mungkin wolf menyukai mu”

“Wolf? Serigala?” aku menatap bingung Kai oppa, apa hanya perasaan ku saja kalau pipinya memerah?

“Mau melihat binatang lain?” Kai oppa langsung mengalihkan pembicaraan, aku hanya menganguk bingung dan dengan senang hati mengikutinya keluar dari kandang anjing.

Kali ini Kai oppa mengajakku memandikan kucing-kucing, hewan yang sangat kusukai walaupun harus agak bersusah payah memandikan hewan yang dikenal tidak suka mandi itu. Ya, hari ini tepat seminggu setelah aku bertemu dengan Kai oppa di statiun TV dan berjanji untuk bertemu. Aku tidak menduga Kai oppa akan membawa ku ke tempat penampungan hewan yang biasa Chan Rin datangi. Aku masih ingat Chan Rin pernah menawari ku kemari tapi mengingat ada anjing, aku tidak mau datang.

“Oppa… aku jadi agak tenang, sepertinya kau baik-baik saja” kata ku saat menyabuni seekor kucing anggora bernama Holmes yang terus berusaha melepaskan diri dariku, sedangkan Kai oppa sibuk mengeringkan bulu kucing yang baru saja dia mandikan.

“Heoh? Memangnya ada yang tak beres dengan ku?” kata nya dengan nada ceria, jelas-jelas tempat ini menyimpan banyak kenangan dia dengan Chan Rin, tapi kenapa?— aku bukannya ingin Kai oppa terlihat sedih, hanya aneh saja, apa dia begitu pandai menyembunyikan rasa patah hatinya?

“Oppa tak menganggap ku orang lain kan? Aku bahkan bercerita pada oppa sampai dini hari saat kejadian itu…” kata ku menerawang, teringat saat terakhir aku bertemu dengan Daehyun oppa. Setelahnya aku tak bisa menyembunyikan rasa sedih ku dan mengurung diri ku seharian di kamar, aku bahkan tidak sanggup bercerita dulu pada Luhan oppa. Aku takut dia akan murka dan melakukan hal buruk pada Daehyun oppa. Tapi untunglah saat tengah malam, entah tahu dari mana Kai oppa menghubungi ponselku dan berhasil membuatku bercerita.

Kai oppa memajukan wajahnya ke hadapan ku, tangannya yang baru saja memegang sabun mencubit pipiku dengan gemas “Kenapa kau ingin ‘aku tidak baik-baik saja’?”

Aku memutar mataku tak percaya, dan balas mencubit pipinya “Memangnya aku bodoh! Aku tahu kau sama seperti ku sedang patah hati” aku melonggarkan cubitanku dan akhirnya melepaskannya “Aku tidak suka kau berpura-pura ceria, kau kesini karena merindukan Chan – Chan kan?”

“Heoh? Kau benar-benar mengira seperti itu?” Kai oppa terlihat terkejut dan kemudian tawanya pecah, aku hanya menatap nya tanpa berkedip. Sebentar, apakah kata-kata ku tadi begitu lucu?

“HA HA HA HA..”

“YAA! Aku serius!”

“Hmpff.. mian.. hahhaha… tapi ternyata memang, Chan Rin lebih peka dan pintar dibandingkan kau”

Aku  memelototinya, dan kemudian berdecak sebelum kembali menyabuni Holmes, tapi ketika aku mengambil sabun batangan khusus hewan itu, Kai oppa menggenggam telapak tangan ku.

“Apa?! Belum puas meledekku?!” kata ku pura-pura marah

“Holmes sudah 3 kali kau sabuni” Kai oppa sambil menggelengkan kepalanya seolah mencoba memahami kebodohanku, aku mendecak kesal dan berinisiatif akan mengambil keran shower—ketika hal itu begitu saja terjadi, Kai oppa menggenggam tanganku lebih erat dan mendekatkan wajahnya padaku. Memejamkan matanya dan mencium bibirku dengan bibirnya yang hangat, hanya sekilas, tapi terasa begitu tulus. Dan setelahnya dia kembali memandikan kucing lainnya, seolah tidak terjadi apa-apa!

Otak ku blank, Kai oppa sekarang sibuk memandikan Holmes yang sukses kabur dari pegangan ku sambil bersiul. Aku memegang bibir ku yang hangat dengan tanganku yang berbusa, apa tadi aku sedang berimajinasi? Tapi kenapa begitu nyata? Tapi … bagaimana mungkin Kai oppa mencium ku?

Aku menatap Kai oppa lagi yang sibuk mengeringkan bulu Holmes. Aku ingin bertanya apa tadi dia benar-benar mencium ku? Tapi rasanya itu pertanyaan yang sangat bodoh! Maka aku pun kembali berpura-pura sibuk memandikan kucing lainnya, sepertinya aku benar-benar mengkhayal!

Tapi kenapa aku harus mengkhayal dicium Kai oppa?!

***||***

Setelah dari tempat penampungan hewan, aku dan Kai oppa pergi ke pantai dan menghabiskan waktu berjalan-jalan sepanjang bibir pantai. Lucu sekali, aku memaksanya menggunakan masker matokki yang mirip dengan yang biasa digunakan Daehyun oppa. Sebab menurutku, walau dia memakai topi dan syal orang-orang masih bisa mengenal sosoknya dengan mudah. Bagaimana pun Kai oppa adalah idol. Di tengah perjalanan, Kai oppa sudah melepaskan maskernya alasannya panas dan tidak bisa berbicara dengan bebas. Lagipula tidak banyak orang yang lalu lalang.

“Ahh.. sepertinya enak makan es krim” kata ku begitu saja ketika merasa haus

“Bagaimana kalau kita beli es krim” Kai oppa meraba saku celana nya “Ckk! Dompet ku tertinggal di mobil”

“Dompet ku juga tertinggal di mobil mu!!” Aku menepuk dahi ku dan kemudian entah mengapa kami sama-sama tertawa, kami sudah berjalan hampir satu jam tentu saja sudah cukup jauh dari tempat Kai memarkirkan mobilnya. Mata ku tiba-tiba menangkap seorang kakek pengamen yang sedang mengisap cerutunya, tak jauh dari kafe di pinggir pantai. Sebuah gitar tua bersandar di sebelahnya.

“Tunggu sebentar!” aku mengedipkan sebelah mata ku pada Kai oppa sebelum berlari ke arah pengamen itu. Dengan sedikit bujukkan, kakek itu mau meminjamkan gitarnya padaku. Aku pun sibuk mengatur senarnya, sambil berpikir lagu apa yang kira-kira akan ku mainkan.

“Apa yang akan kau lakukan dengan gitar itu?” mata Kai oppa menyipit “Jangan bilang—“

“Tenang saja! Begini begini aku pernah melakukan street performance di Kanada, oh ya kau tahu lagu yang berjudul ‘Babo?’ yang dinyanyikan oleh Juniel dan Jung Yong Hwa”

Kai oppa menaikkan alisnya “Judul yang sangat cocok untuk mu”

Aku mendengus, babo kan artinya stupid- bodoh,  tapi anehnya aku tak bisa marah. Maka aku pun mulai memetik gitar ku dan bernyanyi, dan tanpa kusangka Kai oppa ikut bernyanyi dengan ku…

Oh I love you love you love you, You love me love me love me

I know your heart is for me ~ (your heart)

Oh I love you love you love you, Are you love me love me baby

Because I love you too

#I’m fool, I’m fool who only look at you

I love you, even no matter people tease us

I’ll become a fool who look only at you, take my hand, hug me

I’m fool who only love you

(Originally sang by Juniel Feat Jung YongHwa, translating cr : @junielindo, click )

***||***

“Nafsu makan mu besar sekali!” aku menggeleng takjub melihat Kai oppa dengan kilatnya memakan 2 batang es krim vanilla dan cokelat, sementara aku masih menjilati es krim strawberry ku. Kali ini kami sedang duduk di pasir putih menikmati es krim sambil menunggu sunset tiba. Tiba-tiba tatapan ku jatuh pada bibirnya yang masih tersisa noda es krim, aku memejamkan mataku dan membalikkan wajah ku, jangan sampai aku mengkhayal yang bukan-bukan seperti tadi siang!

“Aku bahkan masih bisa makan es krim mu“ Kai oppa tiba-tiba menggigit sepotong besar es krim ku, sebagian menyembul di mulutnya, membuatku agak kesal. Bagaimana pun itu adalah es krim kesukaan ku yang kudapat dengan susah payah.

“Kembalikan Kim Jong In!” aku memasang tampang kesal dan memukuli tubuhnya, Kai oppa menunjuk ke arah mulutnya seolah berkata kalau mau aku bisa mengambilnya langsung dari mulutnya. Akhirnya aku menyerah dan memutuskan untuk menjaga baik-baik sepotong es krim ku dari serigala rakus ini.

“Han hee… kau yakin tidak ada yang ingin kau tanyakan?” kata Kai oppa kemudian, aku yang telah menghabiskan es krim ku menatapnya bingung “Misalnya, kenapa aku mencium mu tadi siang? Kau tak ingin tahu alasannya?”

Aku membuka mulutku, terlalu terkejut untuk berkata-kata. Jadi semua itu nyata? Rasanya pipiku menghangat, pantas saja rasanya begitu nyata. Tapi kenapa?

“Aku mencintai mu, sejak dulu— ini bukan karena kau mirip dengan Putri Aster, tapi karena kau adalah kau Honey Lau, aku menyukai kepolosan mu, semangat mu, perhatian mu pada orang lain, semuanya dalam dirimu aku menyukainya, jadi mau kah kau mencoba lagi dengan ku?” tanya Kai oppa, dia terlihat gugup, tangannya sejak tadi tidak bisa diam. Kadang menggaruk tengkuknya, atau kepalanya. Tapi matanya penuh kesungguhan “Dulu kau pernah bilang, aku lumayan tampan, tidak ada salahnya mencoba dua kali, siapa tahu cocok kan?”

Aku mengerjapkan mata, begini kah rasanya dicintai? Selama ini sepertinya aku hanya tahu rasa mencintai dan akhirnya bertepuk sebelah tangan. Dulu aku tak pernah benar-benar memikirkan perasaan Kai oppa, tapi sekarang… aku merasa bersyukur dia ada di sisiku. Aku menganguk.

“Tapi kau harus berhasil membuat ku jatuh cinta pada mu tuan werewolf!”

Kai tertawa kecil “Lihat saja, tidak ada yang bisa menahan pesona ku” katanya lagi dengan penuh percaya diri, ntah kepercayaan itu datang dari mana. Dan lagi-lagi, Kai oppa mencium bibirku, berbeda dengan sebelumnya ciumannya kali ini begitu dalam, lebih hangat dan begitu manis. Semenit yang rasanya sedetik itu membuat ku sangat bahagia. Sepertinya kepercayaan diri Kai oppa bukan tanpa alasan.

“Oppa…” aku hanya bisa terperangah saat Kai oppa melepaskan ciumannya dan beralih mencium jemariku, lalu dia tersenyum. Wajahnya berkilauan di tempa cahaya matahari sore yang berwarna kejinggaan.

“Thank you Honey, I love you”

“EHEM!!!”

“UHUKK!!!”

Aku langsung menelan ludah begitu menyadari ada sosok-sosok di belakang kami, dan benar saja ketika berbalik, Tae Min oppa sudah menatapku tajam sedangkan Luhan oppa sudah menatap Kai seolah siap untuk memangsanya bulat -bulat.

“Putri Aster, maksudku Honey Lau, sampai kapan kau mau mempermainkan perasaan adikku?” Lee Tae Min berkata tajam, sedikit menyakiti hati ku tapi Kai oppa menggeleng, mengisyaratkan agak aku tidak mempedulikan kata-kata hyung nya itu.

“Honey tidak mempermainkan perasaan ku kok Hyung!”

“Bisa kau jelaskan apa maksud semua ini Kim Jong In? Sepertinya kau masih belum kapok juga, atau kau ingin dikutuk jadi werewolf lagi?” suara Luhan oppa kali ini dengan nada mengancam, aku menepuk dahi ku sebelum menyeret Luhan oppa.

“Oppa.. aigoo… kenapa kau bisa disini? Ayo kita pulang!”  bujukku sambil menarik tangannya, Kai oppa tersenyum pada ku sebelum setengah memaksa hyung nya pergi dengannya, berlawanan arah dengan ku dan Luhan oppa. Sementara itu cahaya dari matahari terbenam perlahan menghilang digantikan kegelapan malam bersamaan dengan lampu-lampu pinggir pantai yang dinyalakan. Di kejauhan aku masih bisa mendengar suara Kai oppa.

“Sudah kubilang dari dulu, Han Hee itu takdir ku hyung! Dan lihat, aku benar!”

“WOLF ITU?!” geram Luhan oppa yang rupanya mendengar kata-kata Kai oppa, sepertinya dia masih belum bisa terima kalau aku berhubungan dengan Kai oppa.

“Abaikan saja oppa hehe.. oya mau makan di rumah ku? Aku— bla bla”

Sepertinya hubungan ku dan Kai oppa akan sedikit sulit.  Bukan karena aku tidak memiliki perasaan apapun pada Kai oppa, tapi karena hubungan kami akan sedikit (?) sulit diterima oleh kedua kakak kami. Dan jangan lupa tambahkan Henry oppa, Chan Yeol oppa juga ribuan fans wanita Kai oppa di dunia angle dan manusia. Belum lagi kami berasal dari kaum yang berbeda, tapi tidak buruk juga memiliki pacar seorang pangeran mahkota angel ke-2. Yang jelas aku tak mau memikirkan masalah-masalah itu dengan berat, seperti kata Kai oppa kami akan mencobanya.

Dan sepertinya aku mulai mempercayai kata-kata Kai oppa, ya, aku Honey Lau adalah takdir Kim Jong In. Sejak dulu, dan selamanya.

THE END

 

Cuap-cuap dari Azumi :

Aaaaaaarrgghhh.., akhirnya cerita ini beres juga. Fiuh.., ini adalah cerita KuMi (Kunang – Azumi) yang paling cepat selesai. Dalam waktu 6 bulan ternyata sudah beres. Hihihi.

Makasih buat semua readers yang udah setia mengikuti cerita ini. Buat readers yang juga setia meneror kita lewat twiiter, FB, line, bbm, biar cepet lanjutin cerita ini. Hehehe.

Oh ya secret Story bakal kita publish paling cepat minggu depan yaa. Password secret story juga akan kita DM ke twitter kalian.

Jangan lupa baca secret story-nya yaa. Cerita special yang diperuntukkan untuk para pembaca yang sudah setia mengikuti perjalanan takdir Chan Rin dan Han Hee.

Sekali lagi, gomawooooooo!!!! I love you all. <3

Cuap-cuap dari Kunang :

Eh ini ciyusan udahan? Terus gimana nasip DaeJae? *okesipp reader tenang ajah karena KuMi siap menampung mereka /ditendang jauh ke Mato/ :D

Thank you buat semua yang udah ngikutin, terutama yg udah koment dari awal dan ga bosen nanya kelanjutannya kapan, baik yang udah ngikutin di fb ku, di wp ku (http://fanfictionandkpop.wordpress.com/), di wp azumi (http://wiantinaazmi.wordpress.com/), atau di exo FF ini :)

Kunang saranin, walau MD ini udah the end KALIAN WAJIB BACA SECRET STORY (SS) NYA! MASIH BERHUBUNGAN DENGAN MD!! Nyesel 7 tahun 7 hari kalau ngga /okesipp ini terlalu lebay/ ada kah yg bisa nebak apa yang akan kami ceritakan di SS? /ga ada? Bagusss!?!/

Oyaa.. kunang lagi suka Juniel *nah /abaikan/

Gimana??  , yeayy HunRin :D ,, hahhaa … dan mungkin sedikit tidak terduga KaiHee yang finally official /yang ship DaeHee atau KaiRin  ato kopel lainnya jangan ngamuk yaa *sebarr member exo +bap/

Thank you thank you…sampe jumpa di secret story tahun depan *dijitak *kidding mudah2an minggu depan, soo.. yang pengen baca DAN HARUS BACA (baca MD ga baca secret story nya kayak makan sayur asam tanpa sayur! ciyus),, silahkan kalian koment di sini atau wp kami, follow @helloimnia (kunang) or/and @azmiwiantina (azumi), minta kami folbek, dan akan kami dm buat passwors secret story nanti (Secret Story MD hanya di WP KuMi)

Finally, please comments for MD’s Last Chapter  :D *no sequel may be hehe


Super Fantasy Idol (Chapter 8)

$
0
0

Super Fantasy Idol

Author             : Azumi Aozora & Kunang

Main Cast        : Yang Shin Young (Sandy) (OC), Oh Se Ra (OC),  Oh Se Hun (EXO-K), Baek Hyun (EXO-K), Zelo (B.A.P), Kai (EXO-K), Lee Tae Min (SHINee), Luhan (EXO-M)

Support Cast   : Yang Seung Ho (MBLAQ, Shin Young’s oldest brother), the rest of MBLAQ member, Bi/ Rain, Two-X members, EXO members, SHINee members

Length             : sequel

Genre              : Family, romance, life, friendship, business entertainment

Rating              : PG-15

Summary        : Populer grup EXO boleh punya kekuatan super di MV mereka, tapi di dunia nyata ada dua orang yeoja yang memiliki kekuatan yang tidak dimiliki manusia biasa. Kedua yeoja itu adalah Yang Shin Young, (17 tahun) dan Oh Se Ra (16 th). Dari mulai mereka mulai jadi trainee di JTUNE ent ada saja yang selalu mereka ributkan, dan lagi mereka sama-sama menyimpan rahasia. Rahasia kekuatan yang bisa berguna bagi mereka ataupun mencelakakan mereka ….

 ~~ Chapter 8 ~~

===== Lee Tae Min’s PoV ======

Aku duduk di atas dahan pohon yang besar. Menatap langit berwarna jingga yang benderang. Sore yang cerah. Saat ini juga aku berharap hujan turun dengan deras, seperti hari-hari sebelumnya, semenjak Se Ra datang ke bumi.

Aku meremas majalah gossip murahan dengan kesal. Akhir-akhir ini, semenjak Sera dan Baekhyun menghilang, banyak media massa memberitakan gossip tentang mereka berdua.

Oh Se Ra..,  sebenarnya kau pergi ke mana? Apakah kau pulang ke Mato? Tapi … tidak mungkin. Aku tahu dia tidak akan mungkin pulang ke Mato tanpa membawa Sehun.

Aku merobek majalah yang menampakkan wajah Baek Hyun. Cih! Byun Baek Hyun! Sejak awal aku sudah tahu kalau dia menyukai Sera. Bukan hanya Baekhyun, tapi Luhan juga. Tidak akan kubiarkan siapapun merebut Sera dariku! Termasuk Kai. Meskipun dia manusia bumi pertama yang kukenal, teman baikku, aku tidak akan membiarkannya memiliki apa yang harusnya kumiliki. Aku tahu Kai tidak memiliki perasaan khusus pada Sera, tapi sepertinya Sera menyukainya…..

Tatapanku langsung terpaku begitu melihat sebuah mobil berhenti tak jauh di bawahku. Sehun?

Aku melihat Sehun keluar dari dalam mobil sambil berbicara di ponsel-nya. “Oh.., Onew hyung.., iya..aku sudah sampai. Hyung di mana? Villa? Bisakah kau kemari sebentar? Aku bersama Candy. Hmm.., ya.., dia tertidur. Dan aku lupa membeli pesanan hyung. Cepatlah kemari hyung dan tolong jaga Sandy sementara aku pergi membeli ayam goreng untuk hyung. Ne..ne.., aku melihat toko-nya tadi, tapi aku lupa berhenti. Lagipula bensin mobilku habis, jadi aku tidak bisa memutar balik. Oke hyung.., cepatlah kemari, aku pergi sekarang sebelum gelap…, sekalian membeli bensin.” Sehun mengunci pintu mobilnya, lalu mulai berjalan menjauh.

Aku menyipitkan mataku. Di dalam mobil, Yang Shin Young alias Sandy sedang tertidur pulas. Seketika sebuah ide muncul di kepalaku. Aku yakin sebentar lagi ia akan terbangun karena kesakitan…, karena kalung itu…

Benar saja, beberapa saat kemudian, Sandy keluar dari dalam mobil sambil memegang kepalanya. Dia terduduk di tanah sambil mengerang kesakitan.

Aku langsung melompat turun dari atas pohon dan mendarat dengan mulus. Perlahan aku memegang bahu gadis itu.

“Gwenchanayo?” tanyaku dengan suara lembut. Aku menampakkan senyum termanis-ku. Berbagai rencana mulai berputar di kepalaku.

Di jagad raya ini.., ada 3 orang yang tidak akan pernah kumaafkan. Ayah tiriku. Zelo. Dan.., gadis ini.

Rencanaku berjalan mulus.

BYUUUURRRRR….

Jembatan kayu itu terputus dan mulai berjatuhan ke dalam sungai. “Oppa tolong…” bisik Sandy. Wajahnya terlihat pucat. Ketakutan. Aku hanya tersenyum menyeringai.

Biar saja.., biarkan dia terjatuh ke dalam sungai penuh bebatuan tajam itu. Biarkan saja dia hanyut dan tenggelam. Biarkan saja dia menghilang selamanya…

Gara-gara dia.., aku kehilangan sahabatku. Gara-gara dia.., Sera kehilangan Sehun. Jadi, biarkan saja gadis pembawa sial ini mati.

Bawa dia…

Tiba-tiba saja sebuah suara berat memenuhi kepalaku. Telepati. Aku mendengus. Hafal betul suara siapa ini.

Bawa dia kepadaku.

“Untuk apa? Biarkan saja dia mati….”

Aku yang akan menghukumnya. Belum saatnya dia mati. Dia masih berguna.

“Cih! Berguna?”

Cepat selamatkan dia dan bawa padaku! Aku akan memberikan apa yang kau inginkan.

“Apa? Kekuasaan? Aku tidak menginginkan posisi raja. Bagiku status tidak penting. Lihat saja…, suatu hari nanti.., aku-lah yang akan lebih kuat darimu, Yang Mulia…”

Hahahaha…, aku tahu. Kau tidak membutuhkan kekuasaan. Aku selalu tahu Lee Tae Min. Aku juga tahu…. Sejak dulu… kau menginginkan keponakanku.

Sera. Keponakan kesayanganku. Dia ada di sini.

Cepat bawa gadis itu kemari! Dan aku akan memberikan Sera padamu.

“Jangan berani-berani melukai Sera!”

Hahahaha…, tenang saja. Aku tidak mungkin melukai keponakan kesayanganku.

Pergilah ke dekat jurang. Aku sudah menyediakan kapsul untukmu. Sampai jumpa di Mato, anakku…

Telepati itu pun terputus. Kedua tanganku terkepal keras. Sial!

Dengan terpaksa, aku berbalik ke arah Sandy. Dia masih bergelantungan pada sepotong kayu. Mata sayu-nya hampir terpejam, dan sebelum kehilangan kesadaran sepenuhnya, cepat-cepat aku meraih tangannya dan menariknya ke tempat yang aman.

Gadis itu tak sadarkan diri. Dengan ringan, aku membopong tubuhnya di atas pundakku. Aku berjalan ke arah selatan, menuju jurang. Seperti yang ayah tiri-ku katakan, di bawah jurang, tersembunyi di balik bebatuan, sebuah pesawat ruang angkasa dari planet Mato sudah tersedia.

Dengan cekatan aku menuruni jurang yang curam itu sambil tetap membopong Sandy di bahu kanan-ku. Hanya perlu beberapa menit sampai aku tiba di dasar jurang.

Aku menekan tombol sebuah pesawat kecil titanium berbentuk capsule. Pesawat itu hanya berkapasitas 4 penumpang. Pesawat otomatis, tanpa perlu kendali, yang akan membawaku ke Mato. Pulang.., tapi rasanya tidak seperti pulang.

Se Ra.., tunggu aku. Beberapa jam lagi aku akan segera tiba.

Pesawat mulai bergetar halus, dan dalam sekejap mata langsung melesat keluar dari atmosfer bumi. Menembus ruang angkasa yang hampa dan gelap. Meninggalkan planet biru yang berjarak jutaan tahun cahaya dari planet asalku.

==== End of Tae Min PoV ====

==== Oh Se Ra’s PoV ====

“YAAH!! Baek Hyun! Bangun!!” aku mengguncang-guncang tubuh Baekhyun yang terentang di atas karpet tebal di dalam kamarku.

Baekhyun masih tetap tertidur pulas. Napas-nya teratur. Mulutnya agak terbuka sedikit. Wajah polos-nya itu mau tak mau membuatku tersenyum. Dasar! Seperti bayi saja! Padahal dia sedang berada di planet orang, tapi malah tertidur layaknya di rumah sendiri!

Sudah berapa lama aku tiba di sini? 1 hari? 1 minggu? Rasanya seperti terbangun dari mimpi yang panjang.

Aku membuka jendela kamarku lebar-lebar. Meskipun aku benci karena pamanku membawaku pulang dengan paksa, tapi aku senang bisa kembali menghirup udara Mato yang bersih.

Sehun.

Bagaimana dengan Sehun?

Apakah ia akan mencariku? Apakah ia akan merasa kehilangan? Apakah ia…. Peduli?

Hhhhh…, aku menghela nafas panjang. Perlahan awan gelap mulai berkumpul di langit. Rintik hujan mulai turun. Semakin lama semakin deras. Air di Mato sama dengan air di bumi, tapi entah kenapa tetap saja terasa berbeda….

Sera.

Panggil Pamanku. Suaranya bergema di dalam kepalaku.

Sera, sayang.., turunlah untuk makan siang.

Aku hanya terdiam. Sama sekali tidak membalas telepati pamanku.

Sera.., sudah 3 hari kau tertidur. Makanlah. Aku menyediakan makanan kesukaanmu.

Aku masih terdiam.

Kau marah padaku?

Aku mengepalkan tanganku dengan keras. Kuku-kuku jari tanganku yang tajam menusuk telapak tanganku.

Sera….

Tanpa perlu membalas telepati pamanku, aku segera keluar dari dalam kamarku. Berjalan menuruni tangga, menuju ruang makan. Kini aku baru menyadari, ternyata istana ini kelewat luas. Sepi. Dingin…

Pamanku menyambutku dengan senyuman lebar. Aku hanya menatapnya dingin, dan duduk di sebrang.

“Kau sudah bangun, sayang?” tiba-tiba saja Ratu datang dan duduk di samping pamanku. “Kau bertemu Taemin di bumi? Apakah dia baik-baik saja?”

“Untuk apa Paman membawa Baekhyun juga?” tanyaku to the point, mengabaikan ibu Taemin.

“Kau akan merindukan pacarmu itu kalau dia kutinggalkan di bumi.”

“Dia bukan pacarku! Cepat pulangkan dia ke bumi sebelum dia terbangun!”

Pamanku tertawa terbahak-bahak. “Hahahaha…hahahaha.., Sera..Sera.., kau yakin?” Pamanku menatapku tajam. “Mungkin dia tidak akan pernah sampai di bumi. Dalam perjalanan-nya bisa saja aku mengirimnya ke tempat lain. Kau yakin ingin mengusirnya dari sini?”

Aku mendengus kesal. Belum pernah seumur hidupku aku merasa se-marah ini pada pamanku.

“Aku ingin kembali ke bumi!” kataku tegas.

Pamanku menggeleng. “Bumi tidak cocok untukmu, Sera. Di sinilah tempatmu. Aku akan mengizinkan manusia itu tinggal di sini, selama kau mau tetap berada di istana ini.”

“Aku akan pergi ke bumi! Dan aku akan membawa Baekhyun bersamaku. Masih banyak yang harus kuketahui..” Aku berdiri dan berjalan pergi. Tapi, baru juga beberapa langkah, kedua pengawal berbaju besi langsung menghampiriku dan mencekal kedua lenganku dengan keras.

“DUDUK, SERA!” Teriak Pamanku. Dingin.

Kedua pengawal itu menyeretku kembali ke meja makan.

“Yang Mulia.., kau berlebihan…” kata ibu Taemin.

Pamanku hanya menatapku lurus-lurus. Sekilas, aku melihat matanya berubah menjadi merah, lalu hitam lagi. “Jangan berpikir aku tidak bisa bersikap tegas padamu, Sera. Jadilah anak baik seperti dulu! Semua ini demi kebaikanmu.”

Aku menyeringai. Kedua pengawal berbaju besi itu masih menahanku dengan meletakkan tangan dingin mereka di atas kedua bahuku. Mengunci gerakanku.

“SERAAAAA!!! Sera!!!!!” suara Baekhyun tiba-tiba saja terdengar.

“Baekhyun…” kataku pelan. Baekhyun berlari menuruni tangga. Tapi, tepat ketika ia sampai di undakan tangga terakhir, tiba-tiba saja ia menjerit kesakitan dan menggeliat-geliat di lantai.

“BAEKHYUUUNNNN!!!!” Aku meronta-ronta, tapi cengkraman kedua pengawal itu terlalu keras. “PAMAN!!! HENTIKAN!!!” aku tahu itu ulah pamanku.

Pamanku tersenyum lebar. “Kau tidak menginginkan dia di sini, bukan?”

“HENTIKAN!!!! AKU AKAN TINGGAL DI SINI!!! JADI HENTIKAN SEKARANG JUGA!!!!”

Pamanku tersenyum puas. Seketika, Baekhyun berhenti mengerang. Kedua pengawal melepaskan tangan besi mereka dariku, dan secepat kilat aku menghampiri Baekhyun.

Baekhyun meringkuk di lantai, terengah-engah. Keringat dingin membanjiri wajahnya.

“Mianhae….” Kataku pelan. Air mataku menetes. “Mianhae, Baekhyun~ah…”

Baekhyun terbatuk-batuk. Aku tahu, ia masih merasa kesakitan akibat ulah pamanku tadi. Ia duduk dan memegang kedua lenganku hangat. “Kau baik-baik saja, Sera ssi?”

Aku mengangguk. Air mataku masih mengalir. Aku merasa sangat bersalah pada Baekhyun. Ditambah lagi.., ini pertama kalinya aku melihat Pamanku bersikap sekasar itu.

“Uljima…” Baekhyun mengusap air mataku dengan ibu jarinya.

Aku mengangguk lagi. “Kau bisa berdiri?” aku membantu Baekhyun berdiri. “Kajja…” Aku menggenggam tangan Baekhyun.

“Sera.., makan-lah..” kata Pamanku.

Tanpa memedulikan pamanku, aku pun menuntun Baek Hyun keluar dari dalam ruang makan. Kami menyusuri lorong-lorong istana yang panjang dan berliku. Baekhyun hanya terdiam dan terus berjalan mengikutiku.

Kami keluar dari gate belakang istana. Masih menuntun tangan Baekhyun, aku membimbingnya berjalan di padang rumput.

Baekhyun tiba-tiba berhenti. Aku menoleh dan menatapnya.

“Apakah ini mimpi?” tanya Baekhyun polos. Dia memandang sekeliling. Beberapa binatang (yang mungkin terlihat aneh bagi Baekhyun) bergerombol di padang rumput. “Waaaaa…..ada singa!!!!” Baekhyun menjerit dan segera bersembunyi di balik punggungku.

Aku hanya tertawa. “Itu bukan singa, pabo!” aku menuntun Baekhyun. “Ayo kemarilah…” aku mendekati binatang yang Baekhyun kira singa itu. Binatang itu memang memiliki wajah seperti singa, tapi begitu binatang itu bangkit dari duduknya, akan terlihat jelas kalau binatang itu memiliki tubuh, kaki, dan ekor seperti kuda di bumi. Tapi dengan tambahan sayap yang bisa dilipat maupun direntangkan lebar-lebar.

Binatang itu merunduk begitu aku menghampirinya. Aku mengelus-elus kepalanya penuh sayang. “Hallo.., kau penghuni baru di padang rumput ini ya? Aku baru pertama kali ini melihatmu. Sayap perak-mu cantik sekali….” kataku penuh sayang pada binatang itu. Aku menatap Baekhyun yang hanya bisa membuka mulutnya. Syok. Aku tertawa pelan. “Binatang ini disebut Lihorse. Jangan takut. Meskipun wajahnya seperti singa di bumi, tapi dia lebih mirip kuda bumi. Kau bisa menunggangi-nya dan dia akan membawamu berlari, bahkan terbang.”

Baekhyun masih terlihat tak percaya dengan apa yang ia lihat di sekelilingnya. Ia menatap langit takjub. “Kenapa langitnya terlihat berbeda? Kenapa siang-siang begini terlihat banyak bintang? Dan kenapa bentuknya aneh-aneh? Oh! Mobil terbang!!!!!!” Baekhyun menunjuk-nunjuk mobil terbang yang mulai berseliweran di langit.

Aku hanya terkekeh. “Selamat datang di Planet Mato, makhluk bumi.”

“Mwo???”

Aku tersenyum. “Kau satu-satunya makhluk bumi yang pernah menginjakan kaki di planet ini. Sekarang kau jadi alien di sini…”

“Alien?”

“Hmmm.” Aku mengangguk. “Ayo! Akan kutunjukkan banyak hal padamu.” Aku mengulurkan tanganku. Baekhyun masih terlihat kebingungan. Cepat-cepat aku meraih tangannya dan menuntunnya pergi.

Akhirnya, lama-lama Baekhyun bisa menerima kenyataan bahwa saat ini dia sedang berada di planet Mato, bukan bumi.

Aku menunjukkan banyak sekali hal padanya. Bunga-bunga yang berbeda dengan bumi, mobil terbang, orang-orang yang beraktivitas dengan kekuatan special masing-masing. Aku bahkan mengajak Baekhyun berjalan super cepat. Di sini, aku tidak perlu menyembunyikan kekuatanku.

Selama berkeliling kota, orang-orang yang melihatku otomatis membungkuk hormat dan menyapaku. Baekhyun seperti ingin menanyakan sesuatu, tapi ia hanya terdiam.

Kami tiba di depan sebuah gedung pencakar langit, dengan design futuristik, dan di-dominasi warna perak.

Aku melepaskan tangan Baek Hyun. Menatap gedung yang dijaga banyak sekali pengawal berbaju besi dan bersenjata.

“Di bumi…, kau akan menyebut tempat ini bandara…” kataku. Menatap gedung yang tinggi dan luas itu. Perlahan bagian atas bangunan yang berbentuk bulat membuka, dan hanya dalam sekejap mata, beberapa pesawat ruang angkasa dengan berbagai design dan ukuran melesat ke luar dengan cepat, menembus atmosfer Mato. Menembus jagad raya.

“Woaaaahhh…, daebak!!!” gumam Baekhyun kagum.

“Kau bisa pergi ke planet mana-pun.” Kataku. “Baekhyun~ah…, kau harus mengingat tempat ini. Kalau suatu saat terjadi sesuatu denganku.., kuharap kau bisa pulang ke bumi dengan selamat.”

“Sera ssi…” Baekhyun menyentuh bahu kiri-ku. Aku masih tetap memunggungi-nya. Seketika, hujan turun dengan sangat deras, membasahi sekujur tubuhku dan juga tubuh Baekhyun.

“Aku hanya ingin tahu…, mengapa Sehun meninggalkanku. Mengapa dia tidak pernah kembali kemari.” Kataku sambil berurai air mata. Masih tetap memunggungi Baekhyun. Dia tidak akan tahu aku menangis, karena aku terus menurunkan hujan deras. “Aku rindu Sehun…, meskipun dia tidak merindukanku, tapi aku sangat merindukannya…, karena itulah aku datang ke bumi. Aku merindukan kakak-ku..”

Perlahan Baekhyun menurunkan tangannya dari bahu-ku, menyusuri lenganku dan menggenggam telapak tanganku. Sebelah lengan Baekhyun yang lain melingkari pinggangku, membuatku berbalik dan menghadapnya. Baekhyun menarikku ke dalam sebuah pelukan hangat.

“Sehun juga merindukanmu. Dia sering menyebut nama-mu semenjak kami masih menjadi trainee . Dia selalu berkata…, dia merindukan adiknya yang berada di London. Sekarang aku tahu, adiknya ternyata alien.” Baekhyun memegang kedua bahuku dan menatapku lekat-lekat.  “Hey alien cantik..,” kata Baekhyun serius. “Apakah ada makanan yang bisa kumakan?” sudut mulutnya berkedut menahan tawa. Kruyuuuukkk…

Aku tertawa mendengar suara perut Baekhyun yang kelaparan. Ya ampuun.., aku lupa kalau kami belum makan apapun sejak 3 hari yang lalu.

“Ayo! Aku akan membelikanmu makanan paling enak di sini.”

“Horeeeee!!!!!! Asyiik..asyiiikkk…., aku mau semua makanan alien yang paling enak yaaa!!!” Baekhyun tersenyum lebar sambil menggoyang-goyangkan lenganku kesana-kemari. “Tapiiii…, aku tidak akan keracunan kan?” Baekhyun menatapku takut-takut dengan ekspresi bodoh.

Aku terpingkal-pingkal melihat wajahnya. “Hahahaha…, bacon, kau tahu? Kau lebih cocok bersikap seperti ini daripada bersikap sok cool seperti beberapa hari yang lalu.”

“Oh ya?” sikapnya kembali cool.

Aku mengangguk. “Hmm. Aneh sekali melihat kau pendiam. Kau lebih cocok bersikap periang seperti biasanya.”

Baekhyun berdehem, lalu nyengir lebar sambil membentuk peace-sign dengan kedua jari-nya. Matanya yang sipit menghilang. Eye smile khas Baekhyun.

Yah.., setidaknya kini aku tidak akan merasa kesepian lagi. Tapi kuharap.., aku bisa kembali ke bumi. Bersama Baekhyun.

Tanpa kusadari, sejak tadi…ada sepasang mata yang terus mengawasi kami.

********

Aku tidak tahu.., yang kulihat kini apakah mimpi atau kenyataan. Atau.., masa lalu?

Aku hanya melihat sekilas-sekilas. Tidak utuh. Seperti cuplikan film.

Adegan pertama berlokasi di sebuah padang rumput indah, yang telah dihias menyerupai pesta pernikahan outdoor. Aku memakai gaun putih cantik dan tiara perak anggun. Mungkin aku baru berusia 5 tahun? Atau 6 tahun?

“Kau cantik sekali, Putri.” Puji seorang anak laki-laki yang lebih tua dariku. Rambut anak itu pirang. Wajahnya terlihat polos, tapi tinggi dan ukuran badan-nya membuat dia terlihat sudah dewasa.

Aku tersenyum pada anak laki-laki itu. “Kau jadi apa? Pendeta?” Aku melihat jubah emas yang dikenakan anak laki-laki itu.

Anak pirang itu mengeructkan bibirnya. “Bukan! Tentu saja aku jadi raja. Hmm.., raja sekaligus pendeta. Hehehe. Oh, sekaligus pengiring pengantin. Hehehe. Kau suka permainan kita kali ini, Putri?”

Aku mengangguk. “Hmm. Aku sukaaaa bermain hal-hal baru. Tapi.., Zelo.., kenapa kalian ingin permainan ini? Lebih seru main balapan dengan menaiki Lihorse.”

Zelo mengangkat bahu. “Karena di masa depan.., kau dan Taemin akan seperti ini. Menikah.”

“Kenapa? Kenapa dengan Taemin? Kenapa tidak dengan kau? Kenapa tidak dengan Sehun?”

Anak laki-laki pirang itu tertawa terbahak-bahak, lalu membungkuk dan menepuk-nepuk kepalaku pelan. “Anak nakal.., kau tidak mungkin bisa menikah dengan 3 orang sekaligus! Hahaha. Dan kau tidak mungkin menikah dengan Sehun. Dia itu kakak-mu.”

“Tidak boleh menikah dengan kakak?”

Zelo menggeleng dan menyilangkan tangannya membentuk huruf X. “Tidak boleh.”

“Kau bukan kakak-ku.” kataku polos.

Zelo tertawa sambil mengelus kepalaku. “Aku menganggapmu sebagai adikku, Putri bodoh!” Zelo tersenyum. Aku ikut tersenyum.

Zelo mengulurkan tangannya. “Ayo…”

Aku nyengir lebar dan menggandeng lengan Zelo. Zelo membimbingku menuju altar putih berhias bunga. Di depan altar, Taemin kecil sudah menungguku sambil tersenyum. Dia memakai tuksedo.

Zelo menyerahkan tanganku pada Taemin, lalu cepat-cepat berdiri di balik altar, layaknya pendeta.

“Lee Tae Min, apakah kau bersedia selalu mencintai Oh Se Ra di saat suka dan duka, sehat dan sakit, sepanjang hidupmu, sepanjang eksistensi-mu di jagad raya ini?”

“Ya, aku bersedia…” kata Taemin.

“Ya, aku bersedia.” Aku membeo.

“Yah! Oh Se Ra! Belum saatnya kau bicara! Hahaha. Tapi tidak apa-apa…” Zelo mengangguk-angguk.

Perlahan Taemin mendekatkan wajahnya padaku dan mencium bibirku.

“LEE TAEMIN!!! APA YANG KAU LAKUKAN????!!!” Teriak seseorang. Sehun, dengan wajah marah, segera berlari mendekati kami dan langsung menonjok Taemin. Taemin tersungkur ke tanah.

Sehun terus memukul Taemin bertubi-tubi. Darah mengucur dari hidung dan bibir Taemin. Taemin hanya terdiam dan tidak balas memukul Sehun. Tapi tiba-tiba saja Sehun menggeliat kesakitan. Sehun berguling-guling di tanah sambil mengerang menahan sakit. Taemin menggunakan salah satu kekuatan-nya.

“Huwaaaa…., hentikaaannn….huwaaaa….” aku menangis keras. Zelo memelukku sambil mengelus-elus kepalaku.

Taemin pun menghentikkan kekuatannya. “Zelo.., hapus ingatan Sera dan Sehun tentang kejadian ini.”

Adegan pertama berakhir.

 

Adegan ke-2 yang kulihat berlokasi di dalam sebuah kamar. Kamar Sehun.

Sehun duduk di atas tempat tidurnya sambil memegang sebuah kertas yang agak buram.

“Kakak.., kau sedang apa?” aku – yang terlihat lebih tua dibanding kilasan adegan pertama – melongokkan kepalaku di balik pintu kamar Sehun.

Sehun masih terdiam. Aku masuk dan berjongkok di hadapan Sehun. Menatap wajah tampan-nya yang terlihat murung.

“Kenapa kau tidak mau makan malam?” tanyaku.

Sehun tetap terdiam dan terus saja menatap kertas itu. Dia menghela napas panjang. “Aku harus pergi. Aku mungkin tidak akan kembali dalam waktu yang lama…”

Adegan ke-2 berakhir.

 

Adegan ke-3 sepertinya berlokasi di ruang bawah tanah istana, dengan dinding yang terbuat dari bebatuan hitam.

Terdengar jeritan kesakitan. Aku mengintip di balik sebuah batu besar. Seorang laki-laki pirang diikat pada dinding. Kedua tangannya diborgol dengan borgol besi yang menempel di dinding batu. Tubuhnya penuh luka.

“Kau membantu gadis itu menyelamatkan diri?” tanya sebuah suara berat. Pamanku.

“Tidak.” Kata laki-laki pirang itu. “Aaaarrgghhhh..” Ia menjerit kesakitan.

“Kau tahu gadis itu seharusnya dihukum mati, dan kau malah membantunya melarikan diri???!!! Apa yang harus kulakukan padamu, Zelo?” kata pamanku, geram.

“Aaarrrrgghhhhhh….!!!!!!!!” Zelo menjerit, menahan rasa sakit yang luar biasa.

Aku menutup mulutku dan terisak.

Adegan ke-3 berakhir.

 

 

Adegan ke-4 berlokasi di padang rumput lagi. Tapi kali ini, padang rumput itu tidak berhiaskan seperti pesta pernikahan outdoor. Sebagai gantinya, padang rumput itu dipenuhi banyak sekali binatang.

Aku, Taemin, dan Zelo berbaring di atas rumput. Kepalaku disandarkan di perut Zelo, dan kepala Taemin bersandar di paha-ku. Zelo tampak asyik membaca buku, sementara aku asyik mengganggunya dengan bertanya banyak hal padanya. Taemin sibuk mengangkat berbagai macam benda dengan kekuatannya. Kadang dia jahil dengan mengangkat serangga, membuat serangga-serangga itu mendekati wajahku.

Cuaca sangat cerah. Langit biru keperakan membentang di atas kami.

Samar-samar terdengar suara tertawa anak laki-laki dan perempuan. Semakin lama semakin jelas.

“Seraaaa!!!” Sehun melambaikan tangannya dengan riang, dia berlari mendekati kami, sambil menuntun seorang anak perempuan.

Aku, Zelo, dan Taemin langsung duduk begitu Sehun dan gadis itu datang. “Sera.., dia teman baruku yang sering kuceritakan.” Kata Sehun.

Gadis di sebelah Sehun tersenyum padaku. “Hallo, Sera…”

“Waahhh.., Kak Candy kan?”

Gadis itu terkekeh dan menjabat tanganku. “Aku Sandy. Senang akhirnya bisa bertemu denganmu.”

Adegan ke-4 berakhir.

Aku merasakan keningku disentuh sebuah tangan. Dingin. Kilasan-kilasan adegan yang terasa nyata itu pun terputus.

“Good morning, Princess.” Sapa sebuah suara lembut. Aku membuka mataku, dan mendapati Lee Tae Min tersenyum padaku. Aku bisa merasakan nafasnya yang hangat di pipi-ku.

“Taemin?” cepat-cepat aku duduk dan menatap sekelilingku. Rupanya tadi aku tertidur. Mimpi. Kejadian-kejadian yang kulihat tadi hanyalah mimpi.

Tapi.., benarkah? Benarkah itu semua hanya mimpi? Kenapa terasa begitu nyata?

“Kenapa kau ada di sini?” tanyaku, baru sadar mengapa Taemin bisa tiba-tiba ada di Mato. Di istana. Di dalam kamarku.

“Aku pulang.” Taemin duduk di atas tempat tidurku dan menatapku sambil tersenyum.

“Taemin…”

“Ya?” Taemin masih tersenyum.

“Zelo.., bukan hanya sahabatmu kan?” tanyaku. Taemin menatapku lekat-lekat. Senyumnya seketika lenyap. “Zelo bukan hanya sahabatmu, tapi dia juga sahabatku. Dulu…”

Taemin hanya terdiam dan terus menatapku.

“Gadis yang kau maksud saat di hutan itu…, Sandy kan? Semuanya berhubungan. Kau – Zelo – Sehun – gadis itu – pamanku – dan aku. Gadis itu.., Sandy kan?”

Taemin tersenyum sinis. “Kau sudah ingat?”

“Ternyata memang bukan mimpi.” Aku memijit keningku yang terasa pusing. Aku menatap Taemin tajam. “Tapi kenapa? Kenapa dulu Sandy bisa ada di sini? Apa yang dia lakukan? Kenapa Pamanku ingin membunuhnya? Apa hubungan Sehun dengan semua itu? Apakah Zelo dihukum karena Sandy? Kenapa kau membenci Zelo? Dan.., kenapa kau meminta Zelo menghapus ingatanku?”

Taemin menatapku tajam. Perlahan dia mendekatiku dan berbisik pelan. “Terkadang.., tidak ingat adalah hal yang baik. Terkadang mengingat hanya akan membuatmu terluka. Lebih baik kau tidak mengingat semuanya. Lebih baik kepingan puzzle itu tidak pernah bersatu selamanya, Oh Se Ra.” Taemin meraih tanganku dan mengecup punggung tanganku. “Kau yakin ingin mengingat semuanya?”

Aku hanya menatap Tae Min. Tae Min masih memegang tanganku, menyusuri bekas luka di telapak tanganku.

“Benar. Gadis itu Sandy. Sehun tidak mengingatnya, sama sepertimu. Tapi Sehun pergi ke bumi untuk mencari ingatannya yang hilang. Karena dia berpikir sesuatu…, seseorang yang hilang dari ingatannya itu ada di bumi. Sehun meninggalkanmu. Demi gadis itu.” Taemin berhenti sejenak, masih menatapku lekat-lekat. “Sekarang…, gadis itu ada di sini. Terkurung. Di bawah tanah. Awalnya aku ingin melenyapkannya.., tapi pamanmu memintaku membawanya kemari.”

Aku tersentak. “Sandy ada di sini?”

“Sekarang.., semuanya kuserahkan padamu. Aku tidak akan menuruti pamanmu. Aku hanya akan menurutimu. Apa yang ingin kau lakukan, Princess?”

Aku memijit keningku yang terasa sakit. “Aku tidak tahu. Aku tidak bisa mengingat semuanya. Bisakah kau mengembalikan semua ingatanku?”

Taemin tersenyum dan menggeleng. “Tidak. Tapi.., mungkin sebentar lagi bisa. Setelah aku mendapatkan Crystal of Life….”

Aku mengerutkan keningku. Tidak mengerti. “Bukankah benda itu berada pada Zelo? Di bumi?”

Taemin tersenyum. “Benda itu sedang menuju kemari.”

“Zelo akan datang ke Mato?” tanyaku.

Taemin mengangguk. “Yap. Aku berani bertaruh. Aah…, akhir-akhir ini banyak sekali tamu dari bumi.” Taemin membaringkan tubuhnya di tempat tidurku.

“Baekhyun.” Tiba-tiba aku teringat Baekhyun. “Di mana Baekhyun?”

Taemin menyeringai. “Kau pikir.., di mana seharusnya dia berada, Princess?”

==== End of Se Ra PoV ====

==== Author PoV =====

Oh Se Hun mengacak-ngacak rambutnya dengan kesal. Frustasi. Niatnya untuk mencari Se Ra bersama Sandy gagal, karena kini justru Sandy juga ikut menghilang.

“Kau dapat petunjuk?” Zelo terengah-engah. Dia sudah mencari tanda-tanda keberadaan Sandy, Sera, dan Baekhyun , tapi sama sekali tak ada jejak.

Sehun menggeleng lemah. Zelo terduduk di atas tanah yang lembap. Keringat bercucuran dari dahi-nya. “Sial!” umpat Zelo. Malam semakin gelap, dan sama sekali tidak ada cahaya rembulan. Langit mendung, tapi hujan tidak turun.

“Kuharap hujan turun…” gumam Sehun. “Kuharap Sera baik-baik saja.” Sehun menghembuskan nafas panjang. “Baekhyun hyung dan Sandy juga. Hhhhh…”

“Hey, Sehun! Kau bawa ponsel? Cepat nyalakan senter di ponselmu. YA! Sehun! Kau dengar aku? Di sini semakin gelap!” ujar Zelo panjang lebar, tapi Sehun tidak memedulikannya. Sejak tadi Sehun hanya menghela nafas panjang berkali-kali sambil sibuk berpikir.

“Sial! Awas kau Oh Sehun! Kubunuh Kau nanti!” umpat Zelo kesal. Keadaan di hutan benar-benar gelap. Seketika itu juga Zelo langsung berubah menjadi anak kecil. Menjadi Leo.

Ponsel Sehun berbunyi. “Onew hyung…” ternyata Onew yang meneleponnya. Sebenarnya dia agak kesal pada Onew, karena gara-gara Onew, tadi sore dia terpaksa meninggalkan Sandy di dalam mobil. “Apa? Taemin hyung juga menghilang? Arrasseo.., oke…” Sehun menutup ponselnya.

“Mato.” Ujar Leo.

“Siapa kau?” Sehun tersentak kaget.

“Ini aku, bodoh!” ujar Leo sinis. “Gara-gara kau! Coba kalau sejak tadi kau mengeluarkan ponselmu. Di sini gelap sekali, aku jadi berubah.”

“Kenapa gara-gara aku?” Sehun tidak terima.

“Sudahlah!” Leo mengalah. “Mereka pasti ada di Mato. Mungkin Taemin yang membawa mereka.”

“Tapiii…, untuk apa?” tanya Sehun. “Kenapa Taemin hyung membawa Sandy dan Baekhyun hyung juga?”

Leo alias Zelo menatap Sehun dengan tatapan meremehkan. “Pabo! Kau masih belum bisa mengingat semuanya ya? Aku tidak tahu kenapa Baekhyun di bawa juga. Tapi Sandy.., sudah jelas…, pasti si Raja menyebalkan itu!”

Sehun mengerutkan keningnya. Tidak sepenuhnya mengerti apa yang Leo alias Zelo katakan.

“Kalau begitu.., ayo kita pergi ke Mato.” Kata Sehun.

“Bagaimana caranya? Memangnya kau punya capsule?” Leo mengangkat sebelah alis matanya sambil menatap Sehun sinis.

“Tidak. Tapi temanku punya.”

“Teman? Teman yang mana?”

“Jangan banyak bicara! Ayo naik!” Sehun naik ke dalam mobilnya. Zelo pun mengikuti Sehun.

@Rumah D.O

“Hyung…, boleh kan aku…”

“Meminjam capsule ayahku?” sebelum Sehun selesai bicara, D.O langsung melanjutkan apa yang hendak Sehun katakan. Sehun mengangguk.

Leo menatap D.O tajam dan sinis sambil menyilangkan kedua lengannya di depan dada.

“Ya, aku punya capsule. Milik ayahku sebenarnya.” Kata D.O pada Leo. Leo tersentak dan terus menatap D.O. “Ya, aku orang Mato. Aku bisa membaca pikiranmu, Zelo.” D.O menyeringai. Tampak puas.

Pembicaraan D.O dan Zelo tampak seperti pembicaraan satu arah bagi Sehun.

“D.O hyung manusia Mato pertama yang kutemui di sini. Aku banyak berhutang budi padanya.” Kata Sehun pada Leo.

D.O menepuk-nepuk punggung Sehun. “Sesama Mato harus saling membantu. Hehehe.”

Leo masih terus menatap D.O dan bertanya melalui pikirannya. D.O membaca pikiran Leo dan menjawabnya. Terlihat seperti monolog bagi orang normal.

“Ya, kau benar Zelo. Aku lahir di bumi. Orangtua-ku dibuang ke bumi karena raja menganggap orangtua-ku pengkhianat. Aku tidak pernah melihat Mato secara langsung.” Kata D.O. “Apa? Pergi bersama kalian? Hahaha.., tidak..tidak. Meskipun orangtuaku berasal dari Mato, tapi aku lahir dan besar di bumi. Jadi aku orang bumi. Dengan kekuatan khusus tentunya. Hehehe…”

D.O membimbing Sehun dan Leo ke halaman belakang rumahnya yang luas. D.O mengetuk-ngetuk tanah dibalik rumput tipis. “Di sini.” Katanya. Ia pun memijit sebuah tombol. Seketika, sepetak tanah di balik rumput tipis itu membuka, menampakkan sebuah pesawat kecil berbentuk capsule.

“Ayahku selalu menyimpannya baik-baik. Aku tidak pernah ingin menggunakannya untuk pergi ke Mato. Karena bagiku.., bumi adalah rumahku.” D.O tersenyum. “Nah, Sehun, Zelo…, semoga kalian berhasil.”

D.O menatap Leo alias Zelo. “Kau hanya bisa berubah kalau dicium Sandy ya?” celetuk D.O, kontan Sehun langsung menatap Zelo tajam.

“Aku punya teori. Boleh kucoba kan?” tanya D.O pada Leo.

“Teori apa?” tanya Leo. Dia menggulung baju dan celana-nya yang kebesaran sekali. Tidak sempat membawa ransel berisi baju Leo saking terburu-burunya tadi sore ketika menelepon Sandy.

D.O membungkuk dan perlahan mendekatkan wajahnya pada Leo.

Cup.

D.O mengecup pipi kanan Leo.

“YAAA!!! APA YANG KAU LAKUKAN???!! DASAR MAHO!!!!” teriak Leo.

Dalam beberapa detik, tubuh Leo memanjang, dan 1 menit kemudian, Leo sudah berubah kembali menjadi Zelo.

“Oh? Kenapa bisa?” Zelo menatap takjub tubuhnya.

D.O tersenyum puas. “Teori-ku benar kan? Selama ini kau baru bisa berubah kalau dicium Sandy. Kau pernah dicium wanita lain, manusia bumi, tapi tidak mempan kan? Tapi kau tidak pernah mencoba dicium Sera kan?”

Lagi-lagi Sehun langsung menatap Zelo tajam dan sinis.

“Teori-ku…., kau akan berubah bila dicium orang yang memiliki kekuatan Mato. Bukan hanya wanita, tapi pria juga. Itu artinya Sehun juga bisa merubahmu.” Kata D.O, Zelo menatap Sehun jijik. Tapi Sehun tampak serius. “Sandy berasal dari Mato?” tanya Sehun.

D.O menggeleng. “Dia manusia bumi, tapi dia memiliki kekuatan Mato. Aku tidak tahu kenapa.., aku hanya membaca pikirannya waktu itu..” D.O mengangkat bahu.

Sehun menatap Zelo. “Kau tahu hal ini? Bagaimana bisa…Sandy mempunyai kekuatan Mato? Kekuatan itu.., kupikir itu kelebihannya, bukan kekuatan yang berasal dari Mato..”

Zelo menarik nafas panjang. “Sudahlah. Lama-lama kau akan mengingatnya. Sekarang…, yang terpenting…, kita harus menyelamatkan Sera dan Sandy.”

Sehun mendengus. “Sera? Untuk apa kau peduli pada adikku? Kau menyukai adikku?”

Zelo menyeringai. “Pabo! Tentu saja aku peduli. Aku sudah menganggapnya sebagai adikku sendiri. Terlebih…dulu dia sahabatku. Tapi dia tidak mengingatnya, sama sepertimu. Kau sama sekali tidak mengingatku kan, Oh Se Hun?”

Sehun hanya menatap Zelo datar. “Ayo pergi.” Ajaknya. Sehun pun masuk ke dalam capsule.

D.O melambaikan tangannya. “Good luck Sehun, Zelo. Oh ya.., Zelo.., bukankah ruang angkasa itu gelap? Kalau kau berubah jadi kecil lagi…, minta saja agar Sehun mencium-mu! Hahaha.”

“No way! Aku akan terus menyalakan senter!” tukas Zelo. Sehun juga hanya menatap Zelo jijik. D.O terbahak-bahak dan terus melambaikan tangannya dengan riang.

Sehun menekan tombol otomatis. Capsule bergetar halus, lalu melesat secepat kilat ke angkasa. Membelah langit yang kelam.

-          TBC -

 


Humming (Part Two)

$
0
0

humming part2

Tittle    : Humming (Part Two)

Cast     :

–         Kyungsoo

–         Jongin

–         Chanyeol

Genre  : Brothership, Drama, Tragic

Length : Two Shoot

Author  : Summer

========================================================================

Kyungsoo wants something that belongs to him.

He must pursue those thing immediately

 

Because

He has a limited time.

 

*

 

          

            Terkadang pasangan memilih untuk tidak merencanakan kapan mereka bisa mempunyai anak, mereka lebih menyukai saat dimana buah cinta mereka hadir dengan sendirinya, beberapa bayi yang hadir dalam keluarga yang biasanya disebut bahagia adalah sebuah ketidak sengajaan, hanya pasangan yang sulit memiliki anaklah yang merencanakan kehamilan. Dan di jaman buram seperti ini, bayi lebih banyak hadir karena mabuk, pergaulan bebas, atau sesuatu yang sering di sebut insiden. Tapi untuk Kyungsoo, ia kebalikan dari semua kasus di dunia, ia memang sengaja direncanakan untuk berada di dunia ini. Orangtuanya membutuhkannya untuk suatu tujuan. Kyungsoo lahir karena alasan.

========================================================================

Sebuah pasangan yang merencanakan hidup mereka harus seperti apa, mulai menggambar bagaimana kehidupan anak-anaknya nanti, merencanakan hal apa yang akan di berikan kepada buah hatinya, menemani anaknya tumbuh dewasa, bertemu dengan pasangan hidupnya, menyaksikannya mendapatkan gelar kehormatan yang biasanya dijadikan sebagai pengukur status sosial mereka dalam masyarakat, hingga menantikan kehadiran seorang cucu.

Tapi mungkin pasangan itu lupa bahwa terkadang realita berbanding terbalik dengan takdir yang memang sudah dari awal di gariskan untuk mereka. Setelah satu tahun menikah, keluarga kecil itu di karuniai seorang anak laki-laki, mereka memberikannya nama Chanyeol, selang beberapa tahun kemudian, seorang bayi yang mempunyai jenis kelamin yang sama kembali hadir di dunia. Dia adalah Jongin. Seperti anak bungsu kebanyakan, tentu saja Jongin mendapatkan perhatian yang lebih dari kedua orang tuanya. Bahkan di saat keadaan begitu jahat kepada Jongin yang belum tahu apa-apa, orang tuanya tidak akan menyerah untuk menyelamatkan bayinya. Jongin harus mendapatkan transplantasi tulang sumsum untuk penyakit kanker darahnya. Orangtuanya tidak bisa berbuat apa-apa sampai takdir mengatakan sesuatu.

Melalu teknik yang biasanya di sebut dengan In Vitro, sel telur di buahi di luar tubuh wanita, dan dengan kombinasi yang sempurna serta pengecekan genetik yang akurat, secara di sengaja atau tidak lahirlah seorang bayi laki-laki bernama Kyungsoo. Tentu saja Kyungsoo lahir untuk menyelamatkan saudaranya Jongin. Kyungsoo lahir karena perencanaan yang berbeda dengan bayi-bayi lainnya, tentu saja dengan kedua orang tuanya, yang lebih dulu telah menggambarkan bagaimana kehidupan keluarga mereka nanti, dan Kyungsoo belum termasuk ke dalamnya.

Kyungsoo tentu pantas bahagia, tentu pantas mendapatkan apa yang seharusnya dia dapatkan di dunia, tapi keegoisan kedua orang tuanya membuat pria itu harus hidup di tempat yang tidak seharusnya. Orang tuanya seakan lupa dengan kehidupannya semuanya bagaikan tidak terlihat, tertutupi oleh kepentingan anak bungsunya Jongin.

Chanyeol, anak sulung mereka bahkan kesulitan untuk berbaur dengan anak-anak seumurnya di tahun pertamanya sekolah. Entah karena kurang mendapat perhatian dari kedua orang tuanya yang sudah lebih dulu fokus kepada Jongin, Chanyeol menderita kesulitan dengan lingkungan sosialnya.

‘Ayo sayang, ini tidak sulit, kau hanya akan duduk di meja, mendengarkan hal-hal yang menyenangkan dan kau nanti bisa bermain dengan teman-temanmu’ pria itu menatap anak sulungnya yang hanya menundukkan kepalanya. Chanyeol kecil menggelengkan kepalanya pelan, sambil menggenggam pensil yang berada di tangannya.

‘aku yakin kau bisa, ayo, anak laki-laki tidak boleh gampang menangis’ Chanyeol terisak tangan mungilnya mengusap matanya, menghapus air yang meluncur di pipinya. Pria itu mengusap kepala anaknya pelan. Ia lalu menggendong Chanyeol.

‘oke, akan aku temani kau seharian ini’ pria itu menatap anaknya, mengerti bahwa Chanyeol juga membutuhkan dirinya, ia tahu bukan hanya Jongin yang membutuhkan orangtuanya untuk berada di samping mereka.

Kyungsoo sering bermain bersama Jongin dan Chanyeol, mungkin karena Chanyeol sulit berkomunikasi dengan orang lain, anak itu lebih sering terlihat mengamati saudaranya bermain di halaman belakang rumahnya. Orangtua mereka juga sering membacakan dongeng sebelum mereka akan berangkat tidur, Kyungsoo selalu mendengar kalimat yang sama di setiap awalan mimpinya.

‘Appa dan Eomma sangat menyayangi kalian, karena itulah kalian ada disini’ ibunya lalu mencium satu-satu kening anak mereka. Sesuatu yang terlihat klise, tapi membekas untuk selamanya di pemikiran setiap anak, menentukan bagaimana nanti, dan apa tujuan mereka mempunyai keturunan di masa depan.

Tapi Kyungsoo tidak pernah tahu mengapa ia harus di bawa ke dalam sebuah ruangan dingin, tanpa busana, dengan selang oksigen yang hampir menyelimuti seluruh wajahnya, meminta ayahnya untuk tetap tinggal, berteriak dan menangis, hingga beberapa orang dengan pakaian putih di lapisi plastik bercahaya mengambil dirinya, dan setelah itu, Kyungsoo tidak mengingat apa-apa lagi.

Kyungsoo mempunyai harapan, ia mempunyai mimpi, dan ia masih percaya bahwa ada sesuatu yang akan terjadi kepada Pria biasa seperti dirinya. Kyungsoo dipaksa untuk memanggil seorang wanita bernama Saeron dengan sebutan Eomma, wanita yang bekerja sebagai pemilik toko yang menjual kebutuhan sehari-hari seperti beras, ikan, daging, juga sayuran. Yang selama ini ia ketahui, ibunya adalah seorang wanita yang selalu menemaninya dengan cerita dan senandung sebelum tidur. Walaupun Kyungsoo tetap mendapatkan perlakuan yang sama atau bahkan lebih. Tapi Kyungsoo tahu bahwa wanita itu bukanlah ibunya,

Kyungsoo tidak mengerti mengapa ayahnya membawa dirinya kepada orang lain, ia merasa telah menjadi anak yang baik selama setahun terakhir, ia tidak pernah menangis walaupun dirinya di suntik dengan jarum besar. Tapi Kyungsoo memang tidak pernah mengerti, sikap pengecut dan mencoba bersembunyi dengan membuang dirinya, tidak akan pernah merubah apa-apa. Mereka tetap keluarga, dan tidak ada sesuatu yang kebetulan di dunia ini. Mereka akan tetap bersama. Sebelumnya, sekarang atau di kehidupan yang selanjutnya.

========================================================================

Kyungsoo menggenggam tangannya erat, kemeja kotak-kotak flanel berwarna warna hijau yang ia kenakan kini sudah berubah warna, bercak-bercak darah secara asal menyebar di bajunya. Kejadian yang baru saja di saksikannya beberapa menit yang lalu masih terekam jelas, mobil pengangkut buah yang besar telah menabrak ibu angkatnya. Dan dia tidak tahu harus berbuat apa.

‘ibu anda membutuhkan transfusi’ seorang wanita dengan rambut digulung ke atas menghampiri Kyungsoo.

‘aku bisa memberikannya’ tapi sedetik kemudian ia ragu dengan kesediannya, bukan karena dia tidak mau menolong ibunya, atau takut dengan jarum suntik, bahkan hal yang lebih buruk pernah terjadi padanya waktu ia berumur empat tahun. Hanya saja Kyunsoo tahu bahwa ia bukanlah darah daging wanita itu. Tapi kemungkinan akan selalu ada, mungkin Tuhan akan mengasihani dirinya yang tidak mempunyai siapa-siapa lagi di dunia ini. Setidaknya yang mau mengakuinya sebagai keluarga.

‘Kemungkinan memang selalu ada’. Tentu saja, selesai melakukan beberapa langkah untuk menentukan apakah pria itu bisa mendonorkan darahnya, Kyungsoo hanya bisa pasrah. mungkin kemungkinan tidak akan berlaku untuk hal yang memang kita ketahui kepastiannya, Kyungsoo tentu saja tidak dapat mendonorkan darahnya, mereka bukan darah daging, lagipula Ibunya mungkin sudah lelah dan sudah saatnya ia tidak membebankan dirinya lagi pada orang yang pada dasarnya bukan siapa-siapa untuknya. Kemungkinan itu membawa Kyungsoo pada kenyataan yang memang sudah di gariskan untuknya.

Pagi-pagi sekali, setelah hari pemakaman wanita itu, Kyungsoo masih bergelut di dalam selimut tipis dan kasur lembeknya, matanya yang masih bengkak harus dipaksa dibuka walaupun air yang mengering di sudut-sudut matanya, membuatnya sedikit sakit saat dikedipkan.

‘ini dari rumah sakit di pusat kota, hasil seluruh pemeriksaanmu kemarin’

Kyungsoo meraih map coklat dari seseorang yang berdiri di depan pagarnya.

Pria itu tertawa, ia mulai membaca penjelasan tentang apa yang di tulis di atas lembar tipis dari rumah sakit pusat kota itu. Hypertrophic Cardiomyopathy tercetak di bagian hasil diagnosis itu. Walaupun terdengar seperti bahasa latin hewan atau tumbuh-tumbuhan yang pernah ia pelajari di waktu sekolah menengah pertamanya, Kyungsoo tahu bahwa ini adalah hal yang serius. Kardiomiopathi adalah cara dokter mengatakan bahwa otot jantung kita semakin lemah, hal ini bisa terjadi karena penyempitan pembuluh arteri atau katup jantung.

Ia lalu melihat lembar selanjutnya yang di buat oleh dokter yang menanganinya kemarin. Ia mulai membaca pesan yang dokter itu tuliskan.

‘Penyakit anda bisa disebabkan oleh beberapa faktor, kita harus melakukan pemeriksaan yang lebih lanjut bersamaan dengan orang tua anda agar kita bisa mengetahui apakah ini suatu kelainan bawaan.’

 

            Kyungsoo melempar berkas itu ke atas tumpukan-tumpukan surat Lusuh. Untuk apa ia membawa orang tua kandungnya, ia sudah tahu bagaimana nasibnya nanti, ia tahu takdir sudah di tuliskan untuknya dari lahir, jadi untuk apa ia bersusah payah untuk menyelamatkan hidupnya sendiri.

Pria itu hanya ingin melewati sisa harinya dengan hal yang selama ini terlewatkan dan sengaja diabaikan atau dihindari dari kedua orangtuanya.

Dan ia berharap Tuhan memberinya Cukup waktu. Kali ini saja.

========================================================================

 

           

Jongin tersadar, angin yang berasal dari jendela kamar nya yang terbuka membelai wajahnya bersamaan dengan nada indah yang langsung menyambut telinganya. Ia memutar tubuhnya, menatap sosok pria dengan perawakan mungil di depan lemari, menyusun pakaian-pakaiannya dengan rapi.

Entah mengapa Jongin menyukai setiap senandung yang selalu di gumamkan oleh Kyungsoo, ia merasa bahwa dirinya dan Kyungsoo telah mengenal jauh sebelumnya, bahkan sebelum pria itu datang dan membuat keluarganya sedikit berubah, ibunya menjadi lebih pendiam dari biasanya, ayahnya selalu pulang larut. Dan Chanyeol menjadi lebih sering berkutat di dalam kamarnya, walaupun hal itu biasa terjadi, tapi Jongin merasa keluarganya seperti menghindari sesuatu. Memang pantas kalau keluarganya menghindari Kyungsoo, ibunya mengatakan bahwa Kyungsoo adalah anak dari seorang wanita yang pernah menjalin hubungan dengan ayahnya. Tapi Jongin merasa hal ini lebih dari sekedar yang ia pikirkan. Tidak mudah membenci pria dengan mata bulat itu. Jauh dari yang ia ketahui, mereka memang terikat satu dengan yang lainnya.

*

‘jangan menyentuh barang-barangku!’ Jongin melemparkan handuk ke atas ranjangnya, ia baru saja keluar dari kamar mandi yang berada di kamarnya. Kyungsoo yang sedari tadi sibuk merapihkan kamarnya dan juga Jongin kini berdiri dan tersenyum.

‘tenang saja, ini sangat berdebu, tidak sehat jika tidur di ruangan seperti ini’ Kyungsoo lalu mulai menyapukan kemoceng di atas nakas yang berada di ujung ruangan. Jongin memutar matanya

‘memangnya selama ini tempat seperti apa yang kau tiduri? Kamar hotel bintang lima?’ Kyungsoo tidak bergeming, masih dengan kesibukannya, mencoba mengabaikan intimidasi dari Jongin.

‘kalau iya untuk apa kau kesini? Tujuanmu sudah jelas terlihat olehku. Uang!’ Kyungsoo memutar badannya, Jongin terkejut dengan sikap pria itu. Ia pikir Kyungsoo tidak akan pernah menyerang dirinya.

‘kalau kau berani menyentuhku aku akan teriak!’ Jongin memundurkan langkahnya. Tapi Kyungsoo malah tersenyum, membuat rasa takut Jongin agak berkurang sekaligus bingung.

‘pernahkah kau melihat bagaimana masa kecilku?’ Jongin menahan napasnya, pertanyaan macam apa itu pikirnya, ia bahkan baru mengenal pria ini. Kyungsoo menatap Jongin lalu kembali tersenyum.

‘aku juga mencari dari dunia seperti apa aku hadir’ pria itu lalu kembali membalikkan tubuhnya, kembali dengan aktifitasnya membersihkan kamarnya dan Jongin. Jongin sendiri masih terpaku di tempatnya. Tatapan menyedihkan yang diberikan Kyungsoo, tatapan itu seakan pernah ia lihat sebelumnya, tatapan memohon pertolongan, putus asa dan tidak bisa berbuat apa-apa.

‘sebelum kau menilaiku, cobalah dengan keras mencintaiku lihatlah dan rasakan di hatimu yang paling dalam. Pernahkah kau melihat masa kecilku?’ Jongin meneteskan air matanya, entahlah, ia tidak tahu apa yang ia tangisi, tapi dia merasakan di dadanya ada sesuatu yang memaksa keluar, ada sesuatu yang di ketahui hatinya tapi tidak pikirannya.

========================================================================

Jongin melangkahkan kakinya masuk kedalam kamar Chanyeol, biasanya baru beberapa langkah Jongin masuk, kakaknya langsung berteriak dan menyuruhnya keluar, seperti kamar rahasia, dulu Jongin ingin sekali mengobservasi isi kamar ini, seakan bisa menemukan harta karun, bagaimana tidak. Pengamanannya lebih dari Bank Dunia.

Jongin berencana untuk meminjam beberapa kaset game player yang di punyai Chanyeol, mungkin karena pagi ini cukup sepi, dan kakaknya pun tidak terlihat dari tadi Jongin memutuskan mengambilnya sendiri. Lagipula ia begitu penasaran kenapa semua orang tidak boleh menyentuh kamarnya itu. Jongin menarik kenop pintu kamar Chanyeol pelan-pelan, dan dengan sekali putar pintunya bisa terbuka. Mata Jongin membulat juga senang, bagaimana bisa kakaknya tidak mengunci pintu. Tapi mungkin hari ini adalah hari keberuntungan Jongin untuk menjelajahi kamar Chanyeol.

Jongin melangkahkan kakinya pelan, ia melihat sebuah komputer dengan mode standby di atas meja yang berada di ujung ruangan. Ia lalu memutuskan untuk mencari kaset itu di nakas samping tempat tidur Chanyeol. Pria itu duduk di ujung ranjang kakaknya. Menarik laci pertama. Hanya tumpukan alat-alat tulis, lalu laci kedua masih tidak ia temukan, tapi mata Jongin tertarik dengan satu kotak berwarna biru dengan gambar kucing di sekelilingnya. Ia lalu meraih kotak itu. Membukanya, terdapat beberapa Amplop surat dan selembar kertas putih lusuh. Jongin meraih kertas putih itu, terdapat gambar yang terlihat seperti coret-coretan. Kepala Jongin terasa sakit, begitu pula jantungnya, ia seakan ingat gambar yang ada di tangannya.

‘ini kau, ini hyung, lalu ada Appa, dan Eomma’

‘lalu kau yang mana?’

‘ini belum selesai Jongin’

Potongan-potongan kenangan yang muncul di kepalanya, seperti sebuah film. Ia seakan bisa melihat masa kecilnya disitu, tapi ia tidak pernah ingat tentang hal itu. Dan memori itu membuat kepala Jongin seakan ditusuk-tusuk

 

‘Appa!! aku ikut, Jongin ikut appa, aku ingin pergi dengan Kyungsoo’

‘nanti kita akan sering menjenguk Kyungsoo, sekarang Jongin jangan sedih, kau masih bisa bertemu Kyungsoo, arra?’

‘Sirheo! Jongin ikut. Kyungsoo tidak boleh pergi, dia belum menyelesaikan gambarnya appa, jangan bawa dia pergi’

           

            Jongin berteriak, melemparkan kertas itu, air matanya mengalir, potongan-potongan kejadian itu memaksa hadir di pikirannya, dan itu menyiksanya. Kepalanya sakit seakan mau meledak. Pria itu terus mengerang menarik rambutnya sendiri.

‘Kyungsoo’ nama itu keluar dari bibir Jongin.

‘Kyungsoo memang saudaraku’

Chanyeol tergesa-gesa memasuki kamarnya, mendengar ada suara aneh yang berasal dari ruangan itu, ia lalu melihat pintu yang sudah terbuka setengah. Ia melihat Jongin mengerang di atas kasurnya, pria itu lalu masuk dan memeluk tubuh Jongin

‘aku bilang jangan pernah masuk kamarku sembarangan’ Chanyeol mengusap kepala Jongin, sedangkan pria itu mendekap lengan kakaknya.

‘Kyungsoo, aku bahkan tidak menyadarinya’ Chanyeol menahan air mata yang hampir keluar disudut matanya, menatap langit-langit kamar.

‘maafkan aku. Aku begitu jahat padanya’ Chanyeol tidak menjawab apa-apa. Jongin memang tidak membutuhkan itu, jadi Chanyeol hanya mendekap adiknya erat. Ia tahu Jongin sudah mengingat semuanya, mengingat potongan kenangan yang menyedihkan disaat mereka berdua dipisahkan.

Jongin yang waktu itu berumur empat tahun mengalami shock yang dalam, hingga dia harus di bawa ke rumah sakit. Selalu memanggil nama saudaranya Kyungsoo. Tapi beberapa hari kemudian Jongin seakan lupa segalanya. Dan orang tuanya memutuskan untuk tidak memberitahunya. Menyimpan semua barang yang berhubungan dengan Kyungsoo. Dan mungkin sekaranglah jawabannya.

*

Chanyeol menatap kertas lusuh itu. Kertas dimana dirinya tergambar dengan jelas, potongan tubuhnya yang tinggi sudah bisa digambarkan dengan sempurna oleh Kyungsoo yang saat itu masih berusia empat tahun. Ia menarik napasnya dalam dan menghembuskannya perlan-pelan. Ia selalu mengingat adiknya itu. Ia tidak pernah melupakan Kyungsoo. Adiknya yang selalu terlihat lucu dengan bibir tebal dan mata bulatnya. Adiknya yang sealu menarik tangannya untuk mengajaknya bermain, adiknya yang selalu membersihkan baju Jongin yang jatuh akibat berlari terlalu kencang. Kyungsoo sebenarnya tidak pernah hilang dalam pikiran mereka. Ayah dan ibunya, Chanyeol yakin mereka semua mengingat pria itu. Dirinya menyesal tidak bisa melakukan apapun untuk Kyungsoo disaat ayahnya membawa adiknya untuk pergi meninggalkan rumah, pergi dari keluarganya. Ia menyesal membiarkan Kyungsoo harus tinggal di dunia yang tidak seharusnya.

Sekarang Chanyeol yakin, bahwa keadaan tidak akan lebih kejam lagi kepada Kyungsoo, takdir pasti akan datang walalupun kita besembunyi di bawah tanah sekalipun. Kyungsoo memang keluarga mereka, bagaimanapun keadaannya.

*

Jongin menggeser tubuhnya hingga ke sudut kasur, menatap tubuh kecil yang meringkuk di bawah tempat tidurnya, Jongin sadar bahwa dirinya sangat merindukan sosok itu. Ia tidak pernah mengerti mengapa ibunya harus menutupi kehadiran kyungsoo, harus memisahkan mereka berdua. Jongin beranjak dari kasurnya, menapakkan kakinya di lantai, seketika pria itu terkejut. Ia baru sadar betapa dinginnya lantai kamar ini. Dan dia dengan tega menyuruh Kyungsoo untuk tidur di bawah, membiarkan tubuh kecil itu merasakan dinginnya udara di akhir musim gugur ini. Jongin merebahkan tubuhnya di samping Kyungsoo, mencium aroma rambutnya yang khas, dan melingkarkan lengannya ke tubuh pria itu, mendekap tubuh Kyungsoo erat.

‘maafkan aku, aku menyerah terhadap gambar yang belum kau selesaikan’ Jongin berucap tepat di punggung Kyungsoo hingga pria itu bisa merasakan hembusan napas yang keluar dari bibir Jongin.

Jongin tidak sadar bahwa Kyungsoo masih terjaga. Ia menahan napasnya yang semakin berat, air mata mengalir dari ujung matanya, semua perasaannya ini, ia ingin membalikkan tubuhnya, menatap Jongin dan juga berkata bahwa ia juga sangat merindukan saudaranya. Tapi Kyungsoo memutuskan untuk tetap pada posisinya.

‘aku bahkan lupa dengan hal itu. Kau adalah saudaraku’ dada Kyungsoo sesak, air matanya menggambarkan perasaan hatinya. Ia berterimakasih kepada Tuhan yang sudah mengasihani dirinya. Dan ia meminta Tuhan tidak mengambilnya secara tiba-tiba, setidaknya ia ingin mengucapkan salam perpisahan untuk yang terakhir kalinya.

========================================================================

Kyungsoo meremas dada nya, memukul-mukul nya pelan, mencoba membantu sistem kerja jantungnya, tapi itu tidak berhasil tentu saja. Bibirnya pucat, matanya sayu. Ia berjongkok di bawah wastafel. Menahan rasa sakit yang ia derita. Napasnya semakin berat, ia tidak tahu apakah ia bisa menang melawan keadaan ini.

‘Kyungsoo, ayo kita pergi, nanti kita terlambat’ Jongin mengetuk pintu kamar mandi. Baru kali ini Jongin terlihat bersemangat pergi ke sekolah bersama Kyungsoo, biasanya pria itu akan bersungut dan berjalan cepat meninggalkan saudaranya.

‘Kyungsoo..’ Jongin kembali mengetuk pintu kamar mandinya. Tapi tidak ada jawaban. Hanya terdengar suara air yang mengalir di bak mandi. Tapi sesaat kemudian pintu itu terbuka. Jongin memundurkan langkahnya. Ia menatap Kyungsoo yang berkeringat, wajahnya pucat.

‘aku sepertinya tidak bisa pergi sekolah hari ini’ Jongin mengamati Kyungsoo, pria itu tampak tidak sehat

‘kau kenapa? Sakit?’ Jongin meletakkan tangannya di jidat Kyungsoo, mencoba merasakan suhu badan pria itu. Kyungsoo tersenyum

‘hanya demam biasa, mungkin penyesuaian diri terhadap musim dingin yang akan datang’ Jongin menggigit bibirnya. Mungkin karena ia menyuruh Kyungsoo untuk tidur di lantai yang dingin setiap hari. Pria itu kini sungguh merasa bersalah.

‘kalau begitu kau harus beristirahat yang benar, aku akan meminta Eomma membuatkan mu bubur’ Kyungsoo tersenyum dan menepuk bahu Jongin

‘cepat pergi, nanti terlambat’ Pria itu lalu mengangguk dan pergi meninggalkan Kyungsoo.

Kyungsoo memijat jidatnya pelan lalu kembali mengusap dadanya.

‘sedikit lagi. Baik-baiklah ara’ pria itu menatap dadanya, seakan mencoba berkomunikasi dengan organ tubuhnya. Dan ia berharap semoga itu berhasil.

========================================================================

Kyungsoo merasakan sinar matahari membelai wajahnya bersamaan dengan angin yang sejuk, membuat hatinya merasakan ketenangan. Ia berterimakasih masih diberi kesempatan untuk menikmati hal ini. Kyungsoo menatap bunga-bunga mawar yang di tanam oleh ibunya. Sudah merekah, bahkan hampir layu karena musim dingin yang sebentar lagi akan datang.

‘Jongin memintaku untuk membuatkan mu bubur, bagaimana kau bisa membuat semua orang berpihak padamu’ wanita itu kini berada di hadapan Kyungsoo, meletakan nampan yang berisikan mangkuk di atas meja halaman belakangnya.

‘kapan kau akan pergi? Suami ku, mencari uang dengan tangan dan keringatnya untuk membiayai keluarga ini, tidak cukupkah kau menikmatinya di sana?’ Kyungsoo menatap ibunya yang gusar, tapi jauh di dalam matanya terlihat rasa bersalah yang jelas. Kyungsoo menahan air matanya, tidak kuat menerima setiap ucapan yang dilontarkan wanita itu. Matanya merah, ia pikir kalau bukan sekarang mungkin Tuhan tidak akan memberikan tambahan waktu kepadanya untuk menyampaikan semua ini, menyampaikan bahwa ia merindukan sosok ibunya, memberitahu ibunya untuk berhenti bersembunyi di balik sikap itu.

‘tidakkah kau sadar kita mempunyai mata yang sama? Hidung yang sama?’ Kyungsoo menarik napasnya. Mencoba memberikan ketenangan kepada dirinya, wanita itu terdiam mendengar ucapan Kyungsoo. Saling bertatapan, melihat jauh ke dalam satu sama lain.

‘aku selama lima belas tahun tidak bertemu tapi masih bisa mengenalimu, masih bisa merasakan bahwa kau adalah ibuku’ kini air mata Kyungsoo jatuh karena pelupuknya sudah tidak bisa menahan genangan itu lagi.

‘aku sangat membencimu, hidup tanpa diriku aku pikir dapat membuatmu membayar semuanya’ wanita itu menahan tubuhnya yang lemas, mendekap mulutnya untuk menahan isakannya. Bahunya terlihat naik turun akibat napasnya yang berat. Setiap kalimat yang di ucapkan oleh Kyungsoo bagaikan serangan untuknya

‘aku pikir dapat membuatmu menyesal telah membuangku’ Kyungsoo menghapus air matanya dengan lengan baju panjang yang ia kenakan sambil memaksakan senyumannya

‘tapi pada akhirnya aku menyakiti diriku sendiri’ Kyungsoo semakin terisak, dadanya panas. Wanita itu berhambur menghampiri Kyungsoo, ia menyerah dengan kebohongannya, ia merindukan anaknya. Wanita itu merindukan Kyungsoo

‘bayiku- maafkan aku’ dia mendekap anaknya dengan erat, mengelus kepalanya berkali-kali

Kyungsoo membenamkan wajahnya di dada ibunya, mengisi paru-parunya dengan aroma yang selama ini dia rindukan. Ia mau terus begini, ia mau terus berada di dekapan ibunya.

‘maafkan aku karena membencimu. Eomma’

kali ini kalimat itu keluar tanpa penyangkalan dari bibir Kyungsoo, kali ini Kyungsoo bisa memanggil wanita itu dengan sebutan Eomma setulus-tulusnya.

========================================================================

Minjung mengusap surat lusuh yang berada di pangkuannya. Kertas lama yang serat-seratnya sudah terlihat jelas, warnanya pun sudah berubah menjadi kuning kecoklatan. Tinta yang tercetak di atasnya sudah hampir pudar. Tapi wanita itu masih bisa membacanya dengan jels, ia bisa mengingat dengan pasti setiap kalimat yang dituliskan oleh wanita bernama Saeron. Wanita yang ia percayai selama ini untuk menjaga anaknya Kyungsoo.

Ia menyandarkan tubuhnya di sofa yang berada di hadapan televisi ruang tamunya, membiarkan benda itu menyala hanya untuk menemani dirinya hanyut dalam cerita-cerita lama yang wanita itu tuliskan untuknya. Ada penyesalan yang dalam setiap kali ia selesai membaca lembaran-lembaran itu.

‘Kyungsoo akan masuk sekolah dasar tahun ini. Dia bersekolah di daerah pinggir Daebu. Sepertinya ia menyukai teman-teman barunya’

 

‘Kyungsoo selalu menanyakan kapan Chanyeol dan Jongin datang menjemputnya. Minjung ah, bisakah kau mengunjunginya sekali saja?’

 

            Minjung menahan napasnya, ia bahkan tidak pernah membalas satupun surat yang dikirimkan Saeron untuk dirinya, ia terlalu pengecut. Ia mencoba bersembunyi sebisanya dari nama Kyungsoo. Entah apa yang membuatnya begitu ketakutan setiap mendengar nama itu. Kyungsoo anaknya sendiri. Tapi sekarang anaknya sudah kembali, dan ia sadar betapa ia begitu merindukan sosok mungil itu.

Wanita itu terkejut dengan suara langkah yang mendekatinya, ia memutar kepalanya dan mendapati Kyungsoo datang dengan selimut membalut tubuh mungilnya.

‘kenapa kau belum tidur?’ Kyungsoo kembali mendekat ke arah sofa tempat wanita itu merebahkan tubuhnya, cahaya televisi berpendar menghiasi seluruh ruangan.

‘aku kedinginan’ wanita itu tersenyum lalu membuka celah di antara dirinya, agar anaknya bisa berada dalam dekapannya, ia menyingkirkan surat-surat yang berserakan di sekitar pangkuannya

‘sini’ Kyungsoo masuk kedalam pelukan ibunya, wanita itu melingkarkan tangannya di tubuh Kyungsoo dan mendekapnya dari belakang erat-erat. Tentu saja sekarang Kyungsoo bukan bayi lagi hingga membuatnya sedikit susah untuk memeluk tubuh anaknya. Minjung sadar bahwa sekarang anaknya sudah kembali. Bayi kecilnya sudah kembali kedalam pelukannya, dan ia tidak akan menyia-nyiakan Kyungsoo seperti waktu dulu.

‘bisakah kau bersenandung seperti waktu dulu?’ suara Kyungsoo terdengar parau, tapi wanita itu mengira anaknya hanya mengantuk, ia lalu tersenyum dan mulai bergumam, melantunkan nada-nada yang indah di kuping Kyungsoo. Sedangkan pria itu semakin tenggelam dalam dunianya, hanyut bersama nada-nada yang di senandungkan oleh ibunya, merasakan bahwa mungkin inilah yang di sebut surga, melodi indah yang selalu ia senandungkan setiap hari, tidak dapat dibandingkan dengan nada yang diciptakan oleh ibunya. Kyungsoo merasakan tubuhnya sangat ringan. Sangat ringan hingga ia merasa bahwa dirinya bisa terbang sekarang.

 

 

Tuhan, jangan ambil aku tiba-tiba. Ijinkan aku mengucapkan selamat tinggal

 

*

Wanita itu berlari, mengikuti ranjang beroda yang terus membawa tubuh anaknya entah ke ruangan apa, lorong-lorong rumah sakit yang sudah lama tidak pernah ia kunjungi, aroma dingin yang sama sekali tidak membawa kesejukan, suara dentingan pintu lift yang terbuka, semuanya kembali mengingatkannya bagaimana ia berusaha untuk menyelamatkan nyawa Jongin waktu kecil, dan ia tidak pernah menyangka untuk kembali ketempat ini.

Disaat ia menidurkan Kyungsoo, ia merasa tubuh anaknya semakin berat, dan Kyungsoo tidak memberikan reaksi apapun saat ia memanggil namanya. Kyungsoo bukan lagi tertidur, setidaknya orang akan bangun dengan beberapa kali sentuhan dan itu membuatnya takut, wajah Kyungsoo pucat, napasnya juga berat. Dan sekarang ada selang oksigen menutupi wajahnya. Wanita itu pernah menyia-nyiakan Kyungsoo, tapi kali ini, ia akan mempertahankan anaknya dengan jiwa dan tenaganya, dengan semua hal yang dapat ia lakukan.

*

‘bagaimana dengan transplantasi jantung?’ wanita itu memajukan tubuhnya ke depan meja yang membatasinya dengan seorang pria yang merupakan Dokter di rumah sakit ini

‘sudah terlambat, saya bahkan tidak menyangka penebalannya secepat ini’ wanita itu merasakan waktu seakan berhenti untuk sesaat. Hal ini kembali terjadi kepada dirinya. Tapi untuk Jongin, anaknya itu masih mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan hidupnya. Sedangkan Kyungsoo, bahkan dokter sudah tidak memberikan beberapa pilihan lagi.

‘aku mohon dokter, dia anakku’ Dokter itu hanya menghembuskan napasnya, memberikan ekspresi permohonan maaf untuk wanita itu.

Beberapa orang bilang, bahwa penyesalan akan selalu datang di akhir cerita, tapi mungkin sebenarnya kita melupakan sesuatu. Penyesalan tentu saja akan selalu hadir. Tidakkah mereka menyadari bahwa setiap penyesalan akan selalu datang bersamaan dengan beberapa pilihan, penyesalan adalah konsekuensi yang harus kita terima dalam setiap keputusan. Apapun itu.

Wanita itu pernah membuang anaknya, dan penyesalannya adalah terlambat menyadari bahwa anaknya membutuhkan dirinya, bahwa ia telah menyia-nyiakan Kyungsoo. Tapi mungkin jika waktu dapat diputar, wanita itu pasti akan tetap mendapatkan penyesalan. Penyesalan melahirkan Kyungsoo dengan cara yang salah.

*

Jongin berlari mengejar seorang pria yang berjalan dihadapannya, ia hampir menabrak beberapa kursi roda yang melintasi lorong itu. Setelah cukup dekat Jongin menarik tangan pria itu.

‘dokter, aku mohon selamatkan saudaraku’ dokter itu terkejut dengan sikap tiba-tiba Jongin. Ia hanya menatap pria itu, sedangkan Jongin masih mencoba mengatur napasnya

‘dia- dia baru sembilan belas tahun, dia bahkan belum menyelesaikan gambarnya untukku’ Jongin tergagap, bahkan permohonannya saat ia meminta ayahnya untuk tidak membawa Kyungsoo pergi kembali terulang. Pria itu memohon seseorang untuk menyelamatkan saudaranya, untuk tidak membawa saudaranya pergi

‘berdoalah, hanya itu yang kita bisa sekarang. Kalian sudah terlambat’ dokter itu kembali melanjutkan langkahnya.

‘Kau dokter kan!!’ Jongin berteriak hingga suaranya menggema di seluruh lorong rumah sakit itu

‘ayahku akan memberikan apa saja agar Kyungsoo sembuh. Yya!! Dokter!’ pria itu frustasi, ia menendang tembok yang berada di sampingnya. Tapi dokter itu telah hilang dari pandangannya.

‘Terlambat’ mereka memang terlambat menyadari Kyungsoo selama ini. Terlambat menyadari Kyungsoo membutuhkan keluarganya, terlambat mengetahui takdir yang mereka punya. Terlambat menyadari bahwa mereka seharusnya bersama.

Jongin sadar bagaimana sosok kecil itu menyelamatkan nyawanya dulu, bagaimana Kyungsoo datang untuk menolongnya. Dan saat ini, bahkan dirinya tidak bisa melakukan apa-apa untuk pria itu. Berteriak sekencang-kencangnya seperti ini, Jongin yakin hal itu tidak akan merubah apa-apa. Jongin memohon kepada Tuhan untuk mengasihani pria itu. Untuk memberinya waktu yang lebih lama.

========================================================================

Kyungsoo tersenyum saat ibunya datang dari balik pintu. Terlihat jelas wanita itu mencoba menyembunyikan ekpresi putus asanya. Wanita itu berjalan dan duduk di samping ranjangnya, mencoba membalas senyuman anaknya. Senyuman Kyungsoo membuat wanita itu semakin merasa bersalah. Lima belas tahun yang terlewati, dan sekarang ia harus melihat senyuman anaknya dalam keadaan seperti ini.

‘apa kata dokter?’ wanita itu mengedipkan matanya berapa kali untuk kembali fokus terhadap dunianya sekarang, setelah beberapa menit yang lalu ia tenggelam dalam pikiran-pikiran sempitnya

‘dokter bilang kau harus beristirahat, kau hanya terlalu letih’ Kyungsoo tersenyum, ia tahu ibunya berbohong, bagaimana mungkin pria itu tidak mengetahui apa yang terjadi dengan dirinya sendiri. Bahkan penyakit itulah yang membuatnya kembali dalam keluarganya. Kyungsoo kembali menatap ibunya

‘boleh aku meminta sesuatu?’ wanita itu membulatkan matanya, kali ini, ia berjanji akan memberikan apapun yang anaknya pinta.

‘aku ingin berfoto, foto keluarga yang besar seperti yang ada dirumah’ wanita itu merasakan tenggorokannya sakit, menahan air mata terlalu lama membuat hampir seluruh tubuhnya nyeri. Ia lalu mengaggukan kepalanya yakin.

‘tentu saja, kita akan membuat foto yang lebih besar dari itu’ Kyungsoo tersenyum, sudut-sudut matanya ikut berkerut. Senyumannya terlihat begitu lemah, bibirnya kering. Bahkan rambutnya sudah tidak berkilau lagi. Wanita itu hanya bisa memberikan kebahagiaan yang pernah terlewati dulu.

Kyungsoo duduk di antara ibu dan ayahnya, ia mengenakan tuksedo hitam yang hampir kebesaran, sehingga para penata gaya yang ada di studio itu harus menambahkan beberapa pin di belakang bajunya. Chanyeol dan Jongin tidak pernah melepaskan rangkulannya kepada Kyungsoo, selama perjalan bahkan mereka habiskan dengan bercanda, membuat mobil itu terasa sangat ramai.

Jongin sering merapikan rambut Kyungsoo yang tidak tersisir sempurna, menambahkan pelembab pada bibirnya agar tidak terlihat kering dan pucat. Sedangkan Chanyeol walaupun terlihat sedikit kaku tapi ia selalu menanyakan bagaimana kondisi adiknya itu, apakah pusing, lelah atau ingin duduk?

Butuh hampir satu jam untuk menentukan foto mana yang akan di cetak, karena beberapa foto ada yang terlihat tidak sempurna, banyak pose-pose yang menurut mereka tidak bagus, tentu saja anak muda seperti Jongin dan Chanyeol menginginkan dirinya selalu terlihat tampan bahkan di foto, jadi di saat mereka bertengkar menentukan foto, Kyungsoo hanya bisa menikmati suara ramai itu, melihat saudaranya yang masih seperti anak kecil. Dan hal itu tidak akan pernah ia lupakan.

Setelah memakan waktu yang cukup lama, sekarang foto dengan ukuran besar itu sudah terpajang dengan gagah di dinding ruangan Kyungsoo di rawat. Tepat di depan ranjangnya. Mereka benar-benar terlihat seperti keluarga yang sempurna.

Biasanya orang-orang tidak akan percaya terhadap Family Potrait. Terlihat sempurna, terlihat bahagia, bahkan bisa membuat orang lain iri dengan keluarga ini. Tidak akan ada yang tau apa yang terjadi di balik cerita foto itu.

Dan bagi Kyungsoo, itu tidaklah lagi penting, karena kesempurnaan terletak dari bagaimana kita bisa menutupi kekurangannya. Kyungsoo menutup matanya, malam ini ia tertidur sambil tersenyum menatap foto itu

*

Kyungsoo terkejut, lampu kamarnya yang mati tiba-tiba menyala, ia menutup sebelah matanya dengan tangan, menghindari sinar yang tiba-tiba menyambut pemandangannya, ia lalu melihat ke ujung pintu ruangan. Keluarga nya datang dengan senyum dan tawa yang terdengar jelas mengisi ruangan itu. Jongin membawa satu kue tart besar yang di atasnya terdapat lilin, sedangkan Chanyeol membawa beberapa kantung belanja. Ayah dan ibunya langsung berjalan ke arah Kyungsoo, memeluk anaknya, wajah mereka terlihat sangat lelah. Tapi mereka berusaha menutupinya dengan make up yang sempurna, senyuman dan tawa. Kyungsoo sering mendengar lagu ulang tahun, siapa yang tidak tahu lagu itu. Lahir di dunia mana mereka sampai tidak hafal dengan lagu gembira itu. Tapi bagi Kyungsoo, inilah pertama kalinya, ada beberapa orang yang datang dan menyanyikan lagu itu untuknya. Untuk merayakan ulang tahunnya.

‘ini bukan hari ulang tahunku’ Kyungsoo tertawa, ia lalu melihat Jongin yang sudah memutar langkahnya duduk di sudut ranjang saudaranya itu.

‘apakah itu penting?’ Jongin tersenyum lalu memukul kaki Kyungsoo pelan. Tentu saja bagi Kyungsoo itu tidak penting, hal klasik yang sering dirasakan orang, seperti memberi kejutan di saat ulang tahun, atau membuat sebuah drama dalam perayaannya, memang terdengar sedikit ketinggalan jaman, tapi untuk sebuah kebahagiaan tentu hal itu tetap terasa menyenangkan, mereka akan tetap terkejut dengan kedatangan teman-teman mereka di tengah malam, tetap tertipu atau membiarkan dirinya masuk ke dalam drama yang di rancang oleh keluarganya. Mereka dan Kyungsoo akan tetap merasa bahagia walaupun orang yang merayakan ulang tahunnya datang hanya dengan sepotong roti. Karena yang di butuhkan Kyungsoo adalah hal ini, orang yang menyanyikan lagu untuknya.

Chanyeol membagikan kantong belanja yang ia pegang sedari tadi. Ibunya yang pertama kali menerima lalu membuka tas belanja itu. Kyungsoo mengerutkan jidatnya saat melihat beberapa baju bayi dan juga sepatu kecil yang ada di dalam kantung itu.

‘ini kado untukmu, aku belum pernah memberikan mu baju yang lucu dari kau lahir-’ wanita itu menelan ludahnya, dan tenggorokannya masih terasa sakit karena ia berusaha menyembunyikan tangisan itu.

‘dulu aku hanya memberikan mu baju yang pernah Jongin pakai, aku tidak pernah membelikan dan membayangkan bagaimana bayiku akan lahir di dunia, membelikan dia baju yang lucu, membelikan sepatu yang bagus. Aku hanya memikirkan kepentingan ku saja, aku terlalu egois’ air muka mereka yang berada di ruangan itu tidak lagi tersenyum, masing-masing berkutat dengan pikirannya, dengan penyesalan-penysalannya.

‘maafkan aku’ wanita itu lalu memeluk anaknya, menangis tanpa suara di potongan leher Kyungsoo. Kyungsoo lalu tersenyum dan menatap Chanyeol

‘aku membelikanmu ini’ ia lalu melempar benda bundar yang berada di tangannya, Kyungsoo lalu menangkap bola itu

‘kita harusnya sering bermain bola sewaktu kecil.. jadi aku akan memberikan mu ini’ Kyungsoo memutar-mutar benda itu di tangannya, ia tahu harusnya masa kecilnya dulu dihabiskan dengan bermain dengan saudara-saudaranya, bukan diasingkan seperti itu. Tapi Kyungsoo yakin dengan takdir, mereka tetap bersama, tetap keluarga bagaimana pun keadaannya.

Jongin membetulkan suaranya lalu merogoh saku celana yang ia kenakan. Pria itu lalu mengeluarkan secarik kertas putih dan di lebarkan di hadapan Kyungsoo

‘masih ingat ini?’ Kyungsoo memperhatikan gambar kaku yang berada di hadapannya, warna-warna pastel yang hampir pudar, kertas yang bisa robek dengan sekali tarikan. Pria itu kini tercekat, ia lalu menatap Jongin yang matanya sudah memerah. Pria itu tersenyum

‘dulu kau belum sempat menyelesaikannya, jadi aku yang akan menyempurnakannya’ Jongin menunjuk satu gambar yang terlihat masih basah, masih tercetak jelas bahwa itu adalah gambar baru

‘ini kau.. sekarang gambar keluarga ini sempurna’ Jongin meraih tas belanja yang di berikan oleh Chanyeol, mengeluarkan satu bingkai foto yang terbuat dari kayu, ia lalu memasang gambar itu di dalamnya.

‘sekarang gambaran keluarga kita lengkap’ Kyungsoo masih tidak bisa berkata apa-apa, keadaan ini sangat membahagiakan, sangat sempurna hingga membuat ia takut untuk mengingat kepergiannya. Tuhan telah memberinya cukup waktu untuk merasakan apa itu keluarga. Dan ia tidak ingin terlalu serakah untuk meminta Tuhan menambah waktunya walau hanya satu menit.

Pria itu menundukkan kepalanya, menghapus semua air mata yang mengalir. Chanyeol, Jongin dan juga kedua orangtuanya hanya bisa menahan air mata mereka. Malam ini mereka berusaha memberikan keadaan yang bahagia, tidak ada tangisan. Kyungsoo lalu mengangkat kepalanya kembali. Menampilkan senyum cerianya seperti biasa. Keluarga itu lalu kembali bersenang-senang sepanjang malam. Menghabiskan waktu dengan semua kegiatan yang ingin mereka lakukan bersama. Hal yang biasanya di lakukan bersama keluarga.

*

‘Sudah mengantuk?’ wanita itu menarik selimut Kyungsoo hingga menutupi dadanya. Pria itu lalu mengangguk.

‘kau bisa tidur denganku malam ini? Sepertinya ranjang ini muat untuk berdua’ wanita itu tersenyum mendengarkan permintaan anaknya, ia lalu mengangguk

‘baiklah’ Kyungsoo tersenyum membuka selimut lalu menggeser tubuhnya, membiarkan ibunya masuk dan tidur bersamanya. Mereka lalu masuk kedalam selimut bersama. Wanita itu membiarkan lengannya menjadi bantal bagi Kyungsoo, mengusap rambutnya yang pendek, mendekapnya erat. Kyungsoo tersenyum, menurutnya inilah tempat ternyaman baginya.

Kyungsoo menatap Jongin dan Chanyeol yang tidur di sofa sudut ruangan, sedangkan ayahnya tidur di bawah dengan selimut yang cuku tebal, ia lalu menatap foto keluarga mereka yang besar lalu tersenyum. Mereka telah melewati malam yang cukup melelahkan dan juga menyenangkan, berkaraoke, bermain bersama, makan bersama. Kenangan itu semuanya terekam jelas di kepala Kyungsoo. Tidak ada satupun yang terlewat.

Ia menatap wanita yang berada di hadapannya.

‘Eomma, aku mulai menangantuk, bersenandunglah untukku’ wanita itu membelai rambut anaknya lalu tersenyum. Kyungsoo mulai menutup matanya, merasakan alunan indah itu mengisi pendengaran dan hatinya. Kali ini tidak ada hal lain yang dia inginkan, tubuhnya ringan tanpa beban apapun. Semua yang dicarinya telah berkumpul menjadi satu. Chanyeol, Jongin juga kedua orang tuanya telah bersamanya lagi. Kyungsoo berterimakasih kepada Tuhan yang telah berbaik hati memberikan ia kesempatan merasakan semua ini.

‘Eomma’ Kyungsoo memanggil wanita itu lembut, ia lalu mengangkat kepalanya melihat wajah anaknya

‘hmm?’

‘kita akan bertemu dimanapun itu tempatnya, kita akan bersatu bagaimanapun keadaannya’ wanita itu menteskan air matanya sambil tersenyum, anaknya sudah tenggelam dalam dunianya, tertidur mendengarkan senandung yang di lantunkan olehnya.

========================================================================

epilog

Jongin merasakan tanah basah itu menembus celananya, sudah hampir setengah hari pria itu hanya terduduk di pinggir danau yang membeku karena musim dingin. Hidungnya yang memerah tidak membuat pria itu beranjak, ia asik dengan lamunannya sendiri. Dua hari lagi adalah hari natal, mereka sudah mengisi hari-hari yang terlewati oleh Kyungsoo dengan keluarganya, tapi mengapa Kyungsoo tidak bisa menunggu datangnya hari natal? Kenapa Tuhan tidak memberinya waktu sampai hari itu tiba, hari  dimana semua keluarga merencanakan sesuatu yang mengasyikkan untuk di habiskan bersama.

Jongin menghapus air matanya, ia menatap bingkai foto coklat yang menampilkan gambar buatannya dan Kyungsoo saat kecil dulu. Ia lalu mengeluarkan foto ukuran kantongnya yang mereka lakukan beberapa bulan yang lalu sebelum Kyungsoo pergi dan meletakknya berdampingan

‘kau sudah mendapatkan apa yang kau inginkan. Maafkan aku begitu jahat kepadamu, maafkan aku yang tidak pernah melihat masa kecilmu. Aku menyerah terhadap gambar yang bahkan belum kau selesaikan dulu.’

Jongin menarik napasnya, hidungnya perih saat udara itu masuk ke dalam paru-parunya, mungkin karena ia terlalu lama berada di luar saat cuaca seperti ini. Ia lalu melanjutkan kalimatnya

‘di kehidupan selanjutnya kau akan tetap menjadi saudaraku. Dan aku akan memperlakukan mu dengan lebih baik. Aku menyayangi mu Kyungsoo’

Jongin kini merebahkan tubuhnya, menatap langit, di musim dingin langit terlihat seperti gumpalan kapas. Semuanya terlihat putih. Dalam gambar yang ia lihat tadi, Jongin bisa merasakan tawa mereka yang bahagia sewaktu kecil. Jongin sekarang mengerti apa maksud dari ucapan Kyungsoo saat pertama kali ia datang di rumahnya.

‘sebetulnya siapa kau? Apa yang kau inginkan disini?’

‘kau stalker benar?’

 

‘Aku Saudaramu’

 

Jongin kini tersenyum, ia tahu takdir tidak pernah salah. Kyungsoo, Chanyeol, dan dirinya adalah saudara. sebelumnya, saat ini, atau di kehidupan selanjutnya

                                                                                    *

 

Mengapa dunia seperti hanya mengerti kita berdua.

Perasaan yang pernah kita rasakan sebelumnya

 

Meskipun aku menyangkal dan beranggapan bahwa kita tidak pernah bertemu sebelumnya.

Aku tidak tahu maksud dari setiap nada itu

Ternyata kita berdua saling mencari dalam waktu yang lama.

Aku tidak tahu bahwa selama ini kau disampingku. Aku merasa seperti orang bodoh yang sendiri dalam sepi.

 

Datanglah sedikit lebih dekat, peluk diriku dengan erat.

Aku ingin mengirimkan pesan dari hatiku yang berlari entah kemana.

 

Sampai kemarin aku tidak mengetahui sorot matamu yang jernih, tetapi aku merasakan kelembutan seperti salju yang putih.

 

Suatu hari, disaat salju pertama kembali menyentuh tanah ini, menutupi nya dengan warna putih. Aku percaya bahwa kita akan bertemu kembali, dalam keabadian yang nyata.

 

-Humming


Loving You Like Crazy (Chapter 8)

$
0
0

Loving You Like Crazy [Part. 8]

new-poster

Title: Loving You Like Crazy [Part. 8]

Author: nune

Main Cast: -Park Chanyeol

-Baek Jisun

Length: Multichapter

Genre: Drama, Romance, Marriage Life

Ratting: PG-15

*****

Scene before Myungsoo and Chanyeol Accident~

“Aku tidak lapar, aku hanya lelah. Kau boleh keluar.”

Sepertinya Chanyeol sedang tidak mau diusik, sebaiknya Jisun menjauh. Jisun berlalu keluar dari kamar dan menutup pintunya perlahan.

“Tunggu lah sebentar lagi, Park Jisun. Kau pasti akan pulih, aku sedang berusaha.” Gumamnya setelah Jisun sudah tak ada disekitarnya lagi. Setelah itu Chanyeol memejamkan matanya dan tertidur.

Chanyeol membuka matanya perlahan, lalu ia sedikit menggerakan tubuhnya yang kaku. Ia mendelik pada jam dinding yang tergantung didekat sudut kamar. Hmm sudah jam enam pagi, seharusnya pada jam ini Chanyeol masih terlelap. Tapi dibandingkan kemarin, tubuhnya sudah cukup bugar untuk menghadapi hari ini. Baiklah, ia harus siap siap sekarang. Banyak hal yang harus ia capai.

20 Menit Kemudian…

Setelah dirasanya rapih, Chanyeol mengambil jaket kulitnya dan bergegas keluar. Tubuhnya terhenti seketika saat melihat Jisun yang tertidur damai dibalik pintu yang sedikit terbuka. Ternyata semalaman Jisun tidur dikamar tamu. –Memang biasanya seperti ini, tepatnya setelah kejadian mengejutkan di lampu merah beberapa hari lalu-

Chanyeol menghampirinya. Jiwanya seakan terhanyut dalam wajah polos gadis itu. Beberapa hari ini ia tak melihat paras gadis ini, membuatnya sedikit frustasi, tak kuat untuk menahannya. Andai rasa cinta yang besar itu bisa diungkapkan……

“Aku sangat merindukanmu, Jisun-ah~” Chanyeol mendekatkan wajahnya pada gadisnya itu, ia perlahan menempelkan hidung mancungnya ke permukaan pipi Jisun. Dihisap dan diciumnya pelan. Seakan-akan aroma tubuh gadis itu adalah pasokan oksigen terpentingnya.

“Tunggu aku kembali.” Chanyeol berlari kecil kearah bagasi untuk mengeluarkan mobil sedan-nya. Menatap gadis itu di waktu yang berkepanjangan seperti tadi membuatnya lupa akan rencana awalnya. Ya, hari ini Chanyeol akan pergi ke suatu tempat…

*****

“Tidak bisakah tolong anda fikiran sekali lagi, pak? Sebentar lagi saya lulus. Izinkan saya bekerja disini.” Pelas Chanyeol pada seseorang dihadapannya.

“Tidak bisa. Aku tahu skill mu tidak perlu ditanyakan lagi dalam bidang Programmer, tapi perusahaan kami punya peraturan yang mementingkan formalitas, anak muda. Minimal kau harus lulus S1.” Sesal pria paruh baya yang berpakaian rapih. Pembawaannya terlihat sangat berwibawa.

Huh jika persyaratan pendidikan bukan jadi penghalang, mungkin perusahaan besar ini sudah merekrut Park Chanyeol sekarang juga!

“Baiklah. Terimakasih. Saya permisi” Chanyeol tidak bisa lagi menutupi kekecewaannya.

Ia berjalan gontai menuju pintu keluar dari ruangan megah sang Manager dari Line Corporation ini. Ya, Line Corporation. Kalian semua pasti sering mendengar aplikasi messenger Line yang tengah naik daun itu ‘kan? Rencananya Chanyeol ingin melamar pekerjaan disini, menjadi ahli programmer di aplikasi ini.

“Bagaimana Chanyeol-ah? Diterima?” sahut seseorang ketika Chanyeol menutup pintu ruangan manager itu.

Chanyeol menggeleng lemas, disusul dengan helaan nafasnya yang melelahkan.

Ia menepuk pundak Chanyeol pelan “Memang sulit, Chanyeol-ah. Mengapa kau tidak bekerja Part-Time (kerja paruh waktu) di café saja?” ujarnya lagi dengan mata besarnya yang lucu.

“Dokter itu butuh uang 10 juta won untuk semua biaya kesembuhan Jisun, Kyungsoo-ah. Aku tidak enak hati pada mertuaku, seakan-akan aku menantu yang tak berguna. Sekarang Jisun adalah tanggung jawabku! Aku harus cepat-cepat mendapatkan uang itu. Lagipula aku sudah berkeluarga, aku harus mulai mencari nafkah untuk anak dan istriku kelak.”

“Bersabarlah. Kita cari yang lain~” Kyungsoo tersenyum menguatkan, Chanyeol membalas senyuman sahabatnya itu.

Mereka berdua melangkah lebar-lebar menuju Basement

Yaaah… Beginilah kegiatan rutin Chanyeol belakangan ini. Setiap hari waktu luangnya hanya ia gunakan untuk menandai lowongan pekerjaan di surat kabar atau internet. Baru kali ini Chanyeol sangat antusias untuk mendapatkan uang.

Chanyeol memekik gembira ketika Hyesun, -sepupunya- memberitahu bahwa ia menemukan dokter yang pass untuk Jisun. Dokter yang cukup berbakat, dengan tarif prakteknya yang tidak terlalu mencekik leher.

Chanyeol yang sudah dibiasakan mandiri sejak kecil pun memutuskan untuk mencari pekerjaan yang cocok untuknya, untuk membiayai Jisun. Namun apa daya, hingga sekarang pekerjaan itu masih belum ia temukan. Sebelum ayahnya mewarisi perusahaan yang ia bina, Chanyeol harus belajar mencari uang dari nol.

Tak terhitung pula penolakan yang ia terima dari perusahaan ternama sampai perusahaan kecil. Namun hal ini tidak juga mematahkan semangat Chanyeol untuk terus berusaha. Semuanya demi Park Jisun, orang yang paling berharga untuknya. Chanyeol ingin segera menyembuhkan Jisun dari amnesia yang sedang dideranya.

Sejak awal ia memang ingin merahasiakan semua ini dari Jisun. Maka dari itu ia sedikit menjauh dari gadis itu, Chanyeol hanya ingin fokus pada target pekerjaan dulu. Susah payah Chanyeol menepis rasa rindu yang berkabung di relung hatinya. Walau bagaimanapun, Chanyeol harus kuat menahannya!

“Lho?! Mengapa kau berada di kursi kemudi?” tegur Kyungsoo.

Sedikit terkejut, Kyungsoo dan Chanyeol mendapati yeoja ini sedang bersantai ria di kursi kemudi –mobil Chanyeol- saat Kyungsoo kebetulan membuka pintunya.

“Hyesunie, pindah!” titah Chanyeol dingin, menghimbau sepupunya untuk pindah ke jok belakang.

“Oppa~~~ Antar aku ke kampus! Aku lupa belum mengumpulkan refrensi ini pada dosenku.” Pelasnya dengan manja.

“Tapi kami masih ingin mencari lowongan pekerjaan dulu.” Sergah Kyungsoo sambil menggaruk tenguknya. Hyesun memasang muka sedih + aegyo, agar oppa nya itu goyah.

“Baiklah. Tapi minggir dulu, oppa yang akan menyetir.” Hyesun terlihat memekik senang dan langsung menyilang Safebelt ditubuhnya.

“Tidak! Aku saja!”

Entahlah Chanyeol sedang dikadali atau apa, sebelumnya Chanyeol sudah menjamin untuk menuruti apa saja yang Hyesun mau sebagai balas budi karena ia telah menemukan dokter yang tepat. Dan lihat? Hyesun jadi berbuat seenaknya.

*****

            Tak terasa sudah jam delapan malam. Chanyeol memutuskan untuk kembali ke Apartment, ia tidak bisa menahan lagi rasa resahnya karena meninggalkan Jisun yang sendirian disana.

DEG!

Ia terenyuh saat melihat Myungsoo tengah mengelus rambut Jisun yang sedang tertidur damai dihadapannya. Emosinya membuncah hebat! Chanyeol murka dan melayangkan tinjunya kearah perut Myungsoo.

Kenapa Myungsoo bisa berada disini? Chanyeol membatin, detik berikutnya ia menyadari bahwa dirinya gagal mengawasi gadis itu! Sial! Untuk kesekian kalinya Chanyeol berurusan lagi dengan Myungsoo, Chanyeol’s biggest rival.

Chanyeol dan Myungsoo awalnya berteman baik, mereka saling berbagi dan setia satu sama lain. Bahkan Myungsoo menceritakan semua kisah hidupnya pada Chanyeol, termasuk tentang Jisun –gadis yang Myungsoo sukai-. Sebagai teman yang baik, Chanyeol mendukungnya dan terus menghimbau Myungsoo untuk terus mendekati Jisun.

Korea Selatan memang sangat sempit, kebetulan Chanyeol menjadi guru tutor untuk gadis yang disukai Myungsoo. Namun apa daya, ternyata Baek Jisun mencintai Park Chanyeol, sangat mencintainya. Namun Chanyeol sama sekali tak mengacuhkannya, dilain sisi ia tak enak hati pada Myungsoo.

Sampai pada akhirnya Myungsoo mengetahui bahwa gadis yang selama ini ia sukai ternyata mencintai namja lain, yang tidak lain dan tidak bukan adalah temannya sendiri –Chanyeol-. Myungsoo patah hati, ia berharap bahwa Chanyeol tidak memiliki perasaan yang sama untuk Jisun.

Chanyeol berusaha keras untuk meyakinkan Myungsoo bahwa ia tidak menyukai Baek Jisun, ia hanya menganggap Jisun sebagai murid, tidak lebih. Mulanya Myungsoo sedikit lega, tapi semakin hari ia sadar bahwa rasa cinta Jisun pada namja jangkung itu semakin menjadi-jadi, membuat Myungsoo frustasi dibuatnya.

Setelah itu, perlakuan Myungsoo terhadap Chanyeol jadi berubah total! Myungsoo selalu menjadi saingan sengit Chanyeol dalam segala hal, termasuk memperebutkan posisi pertama di kampus. Myungsoo juga sering memojokkan image Chanyeol didepan orang banyak, sejak itu Chanyeol jadi tidak mau berurusan lagi dengan Myungsoo. Pertemanan mereka berdua pun hancur.

Luka yang Chanyeol goreskan masih membekas direlung hati Myungsoo, terlebih lagi saat ia harus menerima kenyataan bahwa Chanyeol menikahi gadis yang ia suka. Saat Myungsoo tahu bahwa Jisun amnesia, ia memutuskan untuk memanfaatkannya!

PRANGG…

Myungsoo dan Chanyeol refleks menoleh pada Hour Glass yang sudah pecah tak berbentuk dilantai. Pasir yang terdapat didalamnya berserakan dimana-mana.

“JISUN-AH!!!!!!” pekik mereka berdua.

Dan hal yang Chanyeol khawatirkan selama ini pun akhirnya terjadi…

 

*****

Scene after Myungsoo and Chanyeol Accident~

 

At Hospital~

Chanyeol terkulai lemas diatas deretan bangku ruang tunggu. Ia memejamkan matanya, menetralkan sakit kepala dan rasa nyeri akibat pukulan yang Myungsoo berikan tadi. Otaknya seakan bertanya pada dirinya ratusan kali ‘Apakah Jisun ku akan baik-baik saja? Apakah Jisun ku akan baik baik saja? Apakah Jisun ku akan baik baik saja?’

Chanyeol tidak akan memaafkan dirinya jika ada sesuatu yang buruk menimpa Jisun, sama sekali tidak akan!

“Semoga Jisun baik-baik saja.” gumam Myungsoo sambil berjalan resah kesana kemari. Ya, Myungsoo dan Chanyeol tengah menunggu kepastian dokter yang sedang memeriksanya.

“Ini semua tidak akan terjadi jika dia jadi milikku!” lanjutnya. Chanyeol mendelik sinis pada Myungsoo. Berkata begini saja sudah membuat Chanyeol naik pitam, bagaimana jika hal itu menjadi kenyataan?

“Diamlah! Kepalaku rasanya ingin pecah karena terlalu banyak memikirkan dia! Dengar, ya! Sampai kapanpun aku takkan melepaskannya!” ujar Chanyeol penuh penekanan

Myungsoo tertawa renyah “Guraae, Gurae~ Kita lihat saja nanti.”

Chanyeol berusaha sabar, menahan hasratnya untuk tidak memukul Myungsoo ditempat ini. Ini dirumah sakit, tidak pantas berlaku semena-mena disini.

TAP TAP TAP… Oh Hani berlari kecil menghampiri mereka berdua “Chanyeol-ah apa Jisun baik-baik saja?”

Chanyeol memaksakan diri untuk bangkit, lalu berhadapan dengan mertuanya yang masih berseragam suster. Oh Hani hanya bisa datang sendiri karena suaminya sedang mengoperasi pasien lain.

“Omo… Ada apa dengan wajahmu? Mengapa bisa babak belur seperti ini, Chanyeol-ah?”

“Gwokjonghajimaseyo (tolong jangan hiraukan aku) Mianhaeyo eomonim. Aku… Gagal menjaganya. Semoga Jisun akan baik-baik saja.” sesal Chanyeol seraya menundukan kepalanya.

*****

Setelah pemeriksaan yang memakan waktu dua jam akhirnya Chanyeol dan Oh Hani dipersilahkan masuk ke ruangan dokter yang biasa merawat Jisun selama ini, Song Jongki.

“Secara tidak sengaja, Amnesia yang dideranya sudah sembuh! Cukhaeyo Hani-ya, Chanyeol-ssi!” Ujarnya dengan wajah sumringah.

Chanyeol dan Oh Hani saling bertatapan. Rasa haru dan bahagia tidak bisa mereka bendung lagi. Akhirnya Jisun sembuh! Tak ada yang lebih baik dari ini~

Rasanya Chanyeol ingin berlari-lari sambil berteriak ditaman belakang rumah sakit, mengungkapkan rasa bahagianya.

“Terima kasih Tuhan… Terimakasih banyak…” Gumam Chanyeol.

“Gomawo Jongki-ah!” Oh Hani mulai terisak. Akhirnya malaikat kecilnya itu sudah pulih.

“Jeongmal Gamshamnida uisanim… Jeongmal Gamshamnida… Berkahmu tak terhingga uisanim, terimakasih sudah menyembuhkan Jisun-ku.” Chanyeol membungkuk kan tubuhnya berkali-kali.

Song Jongki hanya tersenyum hangat, ia bisa merasakan kelegaan yang terpancar di mimik wajah mereka berdua.

“Sama-sama. Obati wajahmu dulu, Chanyeol-ssi. Kau tidak ingin istrimu khawatir ‘kan?”

Chanyeol tersenyum lebar “ne! ^^”

*****

            Aku membuka mataku perlahan, lalu cahaya putih itu berlomba-lomba masuk kedalam retinaku. Aku dimana? Samar-samar aku melihat… Nghh Tempat ini sangat berdominan putih, bau kaporit yang menyeruak itu sangat mengganggu indra penciumanku! Apa aku sedang berada dirumah sakit? Tapi…

Akghh… Sakit!! Kepalaku sangat sakit sekali! Aku menekan-nekan kepalaku pelan, agar rasa nyerinya berkurang. Tapi… Kenapa aku bisa berada disini? Seingatku tadi malam aku minum lima botol soju setelah pulang dari Paraeso Falls bersama…. Akghhh

Aku terbangun dari baringanku dan terduduk. Park Chanyeol? Mengapa tiba-tiba aku mengingat nama namja yang selalu menyakitiku itu? Tanpa terasa mataku memanas dan ada yang jatuh dari sana melewati pipiku, aku menangis!? Ada apa denganku? Mengapa tiba tiba hatiku perih sekali, perih tanpa ada alasan yang jelas!

Sebenarnya ada apa denganku? Ku paksakan otakku untuk mengingat semuanya perlahan~ Oh Tuhan, setelah meminum soju itu… aku… aku kecelakaan?! Tapi kenapa aku masih berada didunia yang kelam ini? Kenapa aku masih bernafas ditempat yang sama dengan Park Chanyeol? Aku bersikeras melupakannya! Aku tidak ingin mengingatnya lagi! Aku berharap setelah kecelakaan itu, aku meninggal dan bisa melupakan Chanyeol tanpa ada rasa sakit!

Aku mengedarkan pandanganku keseluruh ruang rawatku.

DEG! Apa itu? Aku mengambil secarik kertas yang sengaja ditegakkan diatas meja sebelah tempat tidurku.

Halo, Park Jisun… Kau sudah bangun?

Istirahatlah yang cukup. Bila kau butuh

sesuatu tekanlah bel yang terdapat disebelah

tempat tidurmu. Kau tau? Aku sangat bahagia

kau bisa sembuh dari Amnesia mu~

Sekarang kau sudah mengingatku ‘kan? Ah iya,

Jangan memikirkan banyak hal dulu, ya!

-Chanyeol-

Aku menautkan alisku bingung. Tunggu dulu! Apa ini mimpi? Seorang Park Chanyeol mengkhawatirkanku? Mengapa tiba-tiba dia memikirkan keadaanku? Ku baca lagi secarik surat itu, namun kali ini lebih teliti. Amnesia? Park Jisun? Mengapa dia mengganti margaku dengan Park? Aku mulai berfikir keras.

DEG! Detik berikutnya nafasku mengebu ngebu! Jantungku berdetak tak karuan! Iya! Aku sudah mengingat semuanya! Aku kecelakaan dan amnesia! Setelah itu aku masuk ke Universitas Korea, dan Chanyeol… dia… dia segera… menikahiku?! Apa-apaan ini?

Kini mataku mulai memanas lagi. Air mata itu mengalir pelan melewati pipiku, rasa sesak didadaku ini membuatku kesulitan bernafas. Memori itu berlomba-lomba masuk kedalam otakku! Kenangan manisku bersama Chanyeol setelah kecelakaan, kenangan yang belum pernah aku rasakan sebelum aku Amnesia.

Ya Tuhan… Bolehkah aku bertanya? Mengapa saat aku melupakannya dia malah peduli padaku? Mengapa saat aku tidak mengharapkannya lagi dia malah berbuat manis padaku? Mengapa saat hati ini tidak mengharapkannya lagi dia malah membalas cintaiku? Apa rencanamu dibalik semua ini, Ya Tuhan?

Baek Jisun yang dulu telah kembali. Apa kau senang Park Chanyeol? Apa kau akan tetap berlaku manis padaku seperti sekarang? Atau.. Kau akan memperlakukanku semena-mena lagi seperti dulu? Apa kau akan memandang rendah diriku lagi? Apa kau akan mengacuhkanku karena aku sudah kembali menjadi Baek Jisun yang bodoh? Baek Jisun yang idiot karena terlalu mencintaimu? Ah! bukankah Baek Jisun yang terbodoh itu sudah berjanji untuk melupakanmu dan berhenti mencintaimu?

Jisun si Amnesia sudah tak ada lagi. Yang mana yang lebih kau sukai? Jisun si Amnesia atau Jisun si bodoh? Sepertinya kau sangat menyukai Jisun si Amnesia. Aku benar?

*****

            Dengan senyuman manisnya, Chanyeol berlari menelusuri lorong rumah sakit. Ia segera meninggalkan kelas pentingnya saat menerima panggilan bahwa Jisun sudah tersadar. Chanyeol tak peduli walau ia sudah banyak meninggalkan kelas selama mencari pekerjaan, Jisun jauh lebih berharga dari itu.

“JISUN-AH!” pekik Chanyeol girang setelah satu langkah memasuki ruang rawat Jisun. Terlihatlah gadis itu sedang terduduk santai membaca novel favorite-nya.

Chanyeol menghampirinya dan menghambur memeluk tubuh mungil itu. Jisun terenyuh, hingga novel yang tengah dibacanya itu terjatuh kelantai, hatinya berdetak tak karuan.

“Bagaimana keadaanmu, hem?” tanya Chanyeol lembut, selembut bisikan angin yang menggelitik perasaannya. Chanyeol sesekali mencium puncak kepala gadis itu. Rasa rindu yang berkabung lama dihatinya tak bisa ia tahan lagi. Banyak hal yang ingin Chanyeol jelaskan dan ceritakan padanya.

Diam-diam Jisun menggapai tombol darurat yang tersampir dimeja. 30 detik kemudian beberapa suster berlari tergesa-gesa menghampiri mereka berdua.

“Ada yang bisa kami bantu, nona?”

“Tolong keluarkan namja aneh ini! Dia sangat menggangguku!” titah Jisun dengan wajah datarnya.

Beberapa suster disana terlihat saling bertatapan. Chanyeol sedikit melonggarkan pelukannya dan memberi tatapan tak-percaya pada Jisun. Perasaannya berkecamuk antara kaget dan bingung.

Sebenarnya apa yang salah disini? Chanyeol membatin.

“CEPAT!” pekik Jisun. Beberapa suster tersebut berhamburan keluar, melakukan apa yang Jisun perintahkan.

Jisun menghindari tatapan Chanyeol yang sejak tadi menikam nya. Mengibas jauh jauh rasa sakit dihatinya.

“Ada apa denganmu, Jisun-ah? Ini aku! Chanyeol!”

“…..”

Gadis itu menatap Chanyeol sekilas. Jisun melihat memar yang terdapat di wajah Chanyeol. Apa pukulan Myungsoo sesakit itu? Hati Jisun ikut teriris melihatnya.

“Ah! Kau masih marah padaku karena aku meninggalkanmu di Apartment beberapa hari lalu. iya ‘kan? Baiklah biar kujelask— Hey! Apa-apaan ini?!“ seru Chanyeol saat dirinya tiba-tiba dibopoh mundur oleh dua satpam rumah sakit.

“Aish lepaskan! Aku suaminya! Kalian tak punya hak untuk berbuat hal ini!” ujar Chanyeol gusar sambil melepaskan tarikan kuat kedua satpam itu berkali-kali.

“Keluarkan dia dari ruanganku!”

Chanyeol merasakan hatinya tengah terkoyak! Tenaga Chanyeol seketika menciut dan dengan mudahnya kedua satpam itu menyeret Chanyeol keluar.

*

“Chanyeol-ah, kau tidak masuk?” Oh Hani menghampirinya yang masih mematung didepan ruang rawat Jisun. Chanyeol terhentak dan memberi hormat padanya.

“Ye? Hm, Aku berniat mencari buah-buahan untuk cuci mulutnya.” Jawab Chanyeol dengan gugup.

Oh Hani tertawa kecil “Aku terlambat. Satpam itu sudah mengusirmu, ya? Aku sempat melihat tadi kau diseret keluar. Nanti biar ku marahi mereka! Kau jangan khawatir~”

Chanyeol tersenyum tipis. Sifat dan pesona wanita paruh baya yang dihadapannya ini menurun pada gadis yang ia cintai, Baek Jisun. Ah bukan, maksudnya Park Jisun.

“Ayo masuk!”

“Sepertinya Jisun masih belum ingin bertemu denganku.” Kata Chanyeol pelan. Mengingat perlakuan Jisun padanya membuatnya semakin tak percaya diri. Padahal sejak kemarin Chanyeol sudah berharap jika Jisun sudah sadar, Chanyeol akan selalu disampingnya.

“Mwo? Jadi dia yang memanggil satpam untuk mengusirmu? Fyuhhh anak itu. Baiklah biar aku yang bicara padanya!”

Chanyeol memutuskan keluar untuk mencari makan siang setelah Oh Hani beringsut masuk kedalam ruang rawat Jisun. Menasihatinya~

*****

5 Days Later~
“Masuklah Chanyeol-ah. Sudah saatnya kalian bicara~” seru Oh Hani pada Chanyeol yang tengah merenung disana. Kalian tahu? Ia hanya menghabiskan harinya tanpa berpindah tempat dari sini, duduk dilantai tanpa alas didekat area ruang rawat Jisun.

“Apa dia sudah menerimaku, eomonim?” tanya Chanyeol dengan ragu. Oh Hani hanya tersenyum tipis. Percintaan anak muda memang menyulitkan. Diam-diam tapi mencintai dan peduli, begitulah istilahnya~

Setelah Oh Hani melenggang pergi. Chanyeol melangkah pelan memasuki kamar rawat Jisun yang bisa terbilang sangat nyaman dan hangat.

Chanyeol bisa melihat gadis yang tengah ia rindukan dari sini, gadis yang menggoncang dunia-nya dan memperkenalkannya apa arti Cinta dan Penyesalan.

Gadis itu dengah terduduk tegap diatas tempat tidur putih empuk, menghadap jendela besar yang menyajikan pemandangan Sunset di taman belakang Rumah sakit. Perlahan namun pasti, Chanyeol menghampirinya dan duduk disebelahnya.

“Halo Jisun-ah~” oh Tuhan ini terlihat sangat Awkward. Jisun hanya mendengus dan tidak menghiraukan apa yang laki-laki itu katakan.

Chanyeol sedikit tertegun atas respon yang Jisun berikan. “Kau masih marah padaku? Baiklah biar ku perjelas. Aku minta maaf, karena meninggalkanmu di Apartment waktu itu.”

Hening… Masih belum ada jawaban darinya.

“Kau pasti ingin tahu alasannya ‘kan? Eungg, selama ini aku pergi mencar—“

“Aku akan menepati janji itu!” ujar Jisun pelan namun penuh penekanan. Chanyeol hanya menghela nafas saat ungkapannya tiba-tiba disela.

“Eungg, Yaksok? (Janji) Mwusun Yaksok? (Janji macam apa)”

Chanyeol mulai menahan nafasnya, berharap bukan hal buruk yang terlontar

Jisun terkekeh meremehkan, didetik selanjutnya kekehan itu terhenti. “Janji setelah kita pergi ke Paraeso Falls, kau ingat?”

DEG! Chanyeol sedikit terenyuh. Jangan bilang kalau…

“Janji untuk tidak mendekatimu, melupakanmu, berhenti mencintaimu dan menghindar sebisaku. Aku akan menepati itu semua~” Jisun beralih menatap Chanyeol tajam. Tatapan itu seolah menghujat perasaannya, tatapan yang tersirat keputus asaan didalamnya.

Ya, Chanyeol memang ingat betul janji tersebut. Untuk apa mempunyai IQ tinggi jika tidak bisa mengingat janji semacam itu? Tapi jujur saja, ini adalah hal yang paling tidak mau Chanyeol ungkit dengan Jisun. Karena bagaimanapun Chanyeol takkan pernah bisa melepasnya~

“Jangan bercanda! Kau dan aku sudah terikat pernikahan!” seru Chanyeol dingin. Menentang mentah-mentah fakta yang telah ia terima.

“Kau menikah dengan Jisun si Amnesia! Dan yang berbicara padamu sekarang adalah Jisun si bodoh… tch… bukan bodoh lagi, tapi idiot!”

Sekarang giliran Chanyeol yang membisu. Mencerna setiap kata-kata yang yeoja ini berikan. Mengapa mendengarnya saja bisa sesakit ini? Apa maksudnya Jisun si Amnesia dan Jisun si Bodoh? Bagi Chanyeol semuanya itu sama! Intinya dia hanya mencintai satu orang di dunia ini, yaitu Baek Jisun!

“Kita bercerai saja, mudah ‘kan? Toh, kita belum pernah bersetubuh. Jadi tidak masalah~”

DEG!

Chanyeol menatap Jisun nanar, menghempas rasa sesak ini sebisa mungkin. Bercerai dari Jisun merupakan hal yang tidak pernah ia bayangkan! Apa maksud dari semua ini? kenyataan ini sangat jauh dari apa yang sudah Chanyeol fikirkan! Fikirnya, Setelah Jisun pulih mereka berdua akan membina rumah tangga yang seutuhnya dan sesungguhnya.

“Sudah, ya. Aku ingin istirahat. Biar ku-urus perceraiannya setelah aku pulih total.” Jisun mulai melebarkan selimutnya dan terbaring disana.

Didetik berikutnya Chanyeol memposisikan tubuhnya diatas tubuh Jisun yang terbaring dibawahnya. Mata Jisun membulat sempurna atas perlakuan Chanyeol ini. Terkejut.

“Apa yang—“

“Kau masih ingat tentang taruhan yang kita buat itu ‘kan?”

Jisun menelan salivanya. Iya, Jisun masih mengingat betul tentang hal itu! Sebuah taruhan bodoh. Jika Jisun mengakui bahwa Chanyeol adalah orang yang dicintainya dan sangat berarti untuknya, maka Chanyeol lah pemenangnya.

“Aku menang! Kau sudah pulih dan mengingat semuanya! Kau mengakui itu? Jadi kau harus siap menuruti apapun yang ku minta!”

Chanyeol mengatur nafasnya yang mengebu-ngebu. Menahan emosi yang sejak tadi berkabung dibenaknya.

Jisun tersenyum miring “Tapi aku tidak mencintaimu, Park Chanyeol.”

Kalimat yang selama ini Chanyeol takuti akhirnya terlontar juga.

‘Aku-TIDAK-Mencintaimu…’

Seseorang tolong tampar wajahnya dan meyakinkannya bahwa ini semua hanyalah mimpi! Maka Chanyeol akan terbangun dari mimpi kelam ini dengan segera.

Jisun merasakan goresan pedih yang ia rasakan dihatinya. Inikah kata kata yang seharusnya ia lontarkan pada namja yang sesungguhnya masih ia cintai itu?

“Baiklah kita bersetubuh sekarang juga!”

Chanyeol segera menciumi Jisun kasar. Ciuman yang sangat jauh dari kata hangat dan manis. Chanyeol melampiaskan frustasi dan sakit hatinya lewat ciuman ini. Jisun mencoba mendorong tubuh Chanyeol yang berada diatasnya.

Entah sejak kapan. Kini Chanyeol mulai mengecupi leher putih Jisun tanpa izin. Hasratnya ingin sekali memiliki Hati, Cinta dan Tubuh Jisun sepenuhnya.

Dia memperlakukanku semena mena lagi. Desis Jisun dalam hati. Mengapa rasanya perih sekali? Bukan! Bukan perlakuan kasar seperti ini yang Jisun inginkan! Bukan, Bukan begini! Setidaknya bisakah tolong Chanyeol mengerti Jisun sekali saja?

Jisun mencengkram kedua tangan Chanyeol erat ketika ia mulai membuka kancing-kancing piyama Jisun dengan agresif. Dengan sekali gerakkan, Chanyeol berhasil menghempaskan cengkraman tangan Jisun yang tengah menghalanginya dengan keras! Dan…

BRAAAKKK…

Tanpa sengaja lengan Jisun yang tadi Chanyeol hempas membuat tiang infuse yang tengah berdiri kokoh itu terjatuh! Tanpa Chanyeol sadari, jarum infuse yang tertancap di punggung tangan Jisun terlepas. Sehingga darah segar itu mengalir bebas dari sana~

Chanyeol sontak berhenti melakukan aktifitasnya dan beralih menatap Jisun.

Tapi… Yang ia lihat hanya isakan menyedihkan darinya dan air mata yang tak henti-hentinya mengalir dari mata indah itu… Suatu pemandangan yang paling Chanyeol benci, yaitu saat Jisun menangis! Terlebih lagi Chanyeol lah penyebabnya! Hati Chanyeol ikut teremas melihatnya.

Jisun mendorong pundak Chanyeol kasar. Kali ini berhasil!

Jisun memojokkan tubuhnya ke sudut tembok, tubuhnya mulai bergetar dan isakan itu semakin terdengar menyedihkan!

“AKU MEMBENCIMU! JANGAN PERNAH KAU MUNCUL DIHADAPANKU LAGI!”

Hatiku seketika mati rasa! Sakit… Kata-kata itu… Apa benar itukah yang kau inginkan Jisun-ah? Chanyeol membatin. Ia menyesal. Perlakuannya tadi sama sekali tidak memperbaik keadaan, tapi malah sebaliknya. Chanyeol tertegun saat melihat cairan merah pekat mengalir dari punggung tangan gadis itu. Ugh… Apakah Chanyeol sudah menyakitinya sejauh ini?

Chanyeol mendekat…

“PERGI KAU BEREGNESK!”

Mengapa Jisun terlihat seperti melihat hantu atau orang gila? Benarkah itu? Benarkah Jisun sudah tidak mencintai Chanyeol lagi? Akankah ia mundur?

“Jisun-ah, aku… aku… aku…”

Rasa sakit dihatinya itu mulai menyebar ke seluruh tubuhnya. Semua syarafnya serasa mati rasa dan membeku, membuatnya sulit bicara. Padahal hanya satu organ yang terluka (hati), tapi kenapa dampaknya bisa sedahsyat ini?

Jisun menggapai buah jeruk dilantai dan melemparkan jeruk itu pada Chanyeol.

PUK… Jeruk itu… mengenai pundak kiri Chanyeol…

“AISH PERGI!!” pekik Jisun. Chanyeol masih terus menatapnya sendu~

“Baiklah. Istirahat lah yang cukup, Jisun ku” Chanyeol menyeka dengan cepat air mata yang mengalir disudut matanya. Lalu melenggang pergi dari jarak pandang Jisun.

*****

Next Day…
Chanyeol berjalan di lorong rumah sakit sambil membawa sekotak Macaroons pelangi kesukaan Jisun, sebagai permintaan maafnya. Yaah… Kalian bisa memanggil Chanyeol dengan sebutan Si Muka Tembok, sekeras apapun beban menghantamnya, ia tak akan goyah!

Enggg… Akankah Jisun memaafkannya?

Semakin dekat langkahnya semakin berdebar juga detak jantungnya. Chanyeol sangat nervous, lebih nervous dari menghadapi Ujian Fisika sekalipun.

“Kau~?” Jisun menaikkan sebelah alisnya. Ia menatap bingung pada namja yang baru saja selangkah memasuki ruang rawatnya, Kim Myungsoo.

“Aku hanya ingin melihat keadaanmu saja…” balasnya.

Mengapa setiap saat harus ada orang yang mengusiknya, sih? Padahal hari ini Jisun ingin menyendiri, ia ingin merenungi ucapan dan perbuatannya pada Chanyeol tadi malam. Tapi niat baik seseorang tidak boleh ditolak, bukan?

“Masuklah,”

Myungsoo berjalan mendekat ke arah Jisun, lalu ia meletakan kantung plastik yang sejak tadi ia bawa diatas meja.

“Samgyupsal untukmu.” Ujar Myungsoo sambil tertunduk. Jujur saja, Myungsoo masih merasa tak enak hati padanya. Syukurlah gadis itu tidak mengusirnya keluar atau membentaknya.

“Gomawo, Myung oppa.”

DEG!! Ternyata benar… Ingatan Jisun sudah pulih!

Jisun berdiri didekat Myungsoo setelah membuang kulit buah salak pemberian nenek nya ke tempat sampah.

“Kau sudah pulih total Jisun-ah?”

“Hmm, Seperti yang kau lihat.” Jisun tersenyum kecil.

“Cepat sembuh, ya. Agar kau tidak tertinggal materi kelas terlalu jauh.” Jisun mengangguk mengiyakan. Myungsoo bisa bernafas lebih leluasa sekarang, ternyata Jisun baik-baik saja walaupun ia masih belum bisa beraktifitas seperti semula.

Jisun terhentak saat melihat Chanyeol tengah membuka pintu ruang rawatnya. Detik berikutnya Jisun mengalungkan lengannya keleher Myungsoo dan mencium bibirnya.

Chanyeol yang melihat ini hanya terdiam membeku disana. Jisun berciuman dengan orang lain… di… hadapannya?

Sakit… Ia rasa hatinya akan segera membusuk sekarang juga! Sesak… dadanya terasa sangat sesak, tenggorokannya seketika tercekat dan kaki kokoh itu perlahan melemas. Chanyeol menolak pemandangan yang tengah ia lihat sekarang! Ia harap matanya membuta!

Chanyeol

Tidak

Pernah

Merasa

Serapuh

Ini

Entah sejak kapan Macaroons itu sudah berserakan asal diatas lantai…

Jisun masih terus mencium Myungsoo. Tapi kali ini lebih dalam… Hati Myungsoo berkecamuh bingung. Apa yang salah disini? Aku tidak mengerti. Jelas jelas Chanyeol berada dihadapan kami. Tapi mengapa Jisun malah menciumku?

Jisun melepaskan tautan bibirnya saat Chanyeol sudah menghilang. Setetes air mata mengalir, dengan cepat Jisun menghapus air mata itu dengan ibu jarinya. Apa benar kata mereka? Kita akan ikut merasakan sakit saat menyakiti orang yang kita cintai?

Bagus Baek Jisun! What have you done?! Entahlah… Jisun sendiri tidak mengerti bagaimana jalan fikirannya sekarang.

Dengan fikiran kacau Chanyeol berlari menelusuri taman belakang rumah sakit yang sepi. Dirinya berhenti dihadapan pohon maple yang kokoh.

BUGH!! BUGH!! BUGH!

Chanyeol mengarahkan tinjunya pada pohon maple itu tanpa henti, hingga buku buku tangannya lecet dan berdarah.

Cairan bening sialan itu perlahan jatuh melewati pipinya. Sejak awal Chanyeol tidak percaya bahwa dirinya akan menangisi hal bodoh yang disebut cinta. Tapi disini ia melanggar kepercayaannya sendiri!

“Apa yang harus kulakukan? Aku… Sangat Mencintainya~ Hiks”

*

“Tch… Kau mempergunakanku untuk…. Membuat Chanyeol cemburu?!” ujar Myungsoo sinis.

“Ini hukumanmu!” nada suara Jisun mulai bergetar. Ia tak kuasa menahan rasa perih ini sendirian. Sampai kapan ia harus berlaga Munafik dihadapan Chanyeol?

“Apa maksudmu?”

“Kau bohong! Kim Hyesun bukan mantan kekasihnya, melainkan sepupunya. Aku benar?”

DEG!

*To Be Continued*

Ternyata Chapter ini bukan yang terakhir kan? Kekekkeek

Ah, Mohon maaf ya aku ngirimnya agak telat. Pass Chapter ini udah selesai eh tiba tiba laptopku rusak, ya ampun! Nyesek banget~ Semua data dan berkas FF ini ada di laptopku itu! Terpaksa aku ngetik ulang dari awal TT-TT Capek banget, tapi banyak yang ngasih support dan dorongan buat ngelanjutin FF ini! Termasuk readersdeul yang setia. Sekali lagi, Nune mohon maaf yaaa~~^^

Leave Your comment kekekkee


Viewing all 4828 articles
Browse latest View live


Latest Images