Quantcast
Channel: EXO Fanfiction
Viewing all articles
Browse latest Browse all 4828

Weird Director

$
0
0

Title : Weird Director

Author : Bubblebit (@Novita_Milla)

Genre : Romance, Little bit Comedy

Cast : Jo Nayeon, Lay, Luhan, Sehun, Gayoon (4Minute), Zelo (B.A.P)

Rating : PG 15 – NC  (WARNING!!! Advice: Bagi yang belum cukup umur/masih polos harap tidak membaca fanfic ini. Karena fanfic ini ada adegan ehem-nya -_- duh Author ga berharap bikin rusak moral kalian. Benelan deh -_-)

Posted on novitafantasy

Weird Director

Author’s side

Untuk kesekian kalinya Nayeon tersenyum senang malam hari ini. Bukan karena dia kedapatan uang sekoper atau ayahnya memberikannya mobil. Tidak. Jangan harap semua itu bisa terjadi di dunia nyatanya.

Malam yang menurutnya indah ini—indah karena baru saja Sehun mengajaknya makan malam di pesisir Sungai Han. Ralat, maksudnya—mereka baru saja merayakan dua bulan err, berpacaran? Entahlah, apakah kata itu pantas untuk seorang Jo Nayeon? Sepertinya begitu. Sepertinya pantas untuk gadis yang masih polos. Tentu saja untuk ukuran wanita 23 tahun yang baru saja merasakan indahnya berpacaran—untuk pertama kalinya.

Sehun tak mengantarkannya pulang sampai depan apartemennya. Alhasil, gadis satu ini harus berjalan kaki barang 50 meter dari jalan raya—dimana Nayeon mendapati Sehun mengucapkan beribu kata maaf dari bibir manisnya. Kesal? Jujur saja, Nayeon sangat kesal. Wanita mana yang tidak kesal jika atasan pacarnya meraung-raung setengah mati sepanjang perjalanan pulang pasangan kekasih yang masih anget.

Bukan Nayeon namanya jika ia mampu meninggalkan alasan kesal yang menurutnya… sepele. Oh ayolah, Nayeon harus berpikir dewasa bukan?

Yah.. Nayeon masih tersenyum sambil memegangi jas cokelat pria yang tersampir indah di badannya. Sambil berjalan di tikungan seperempat menanjak di dekat rumah bertajub Eropa, Nayeon mengeluarkan bungkusan permen rasa strawberry di dalam jas Sehun. Membuang bungkusnya—lalu mengemut (?) isinya.

Manis.

“Lay Sunbae?”

Nayeon menyadari sesuatu. Seorang pria yang sangat ia ketahui dulu tinggal tak jauh dari rumahnya tiba-tiba berdiri tak jauh darinya. Baru saja melewati atau berpapasan dengannya.

Pria itu menghentikan jalannya—menoleh ke belakang beberapa detik kemudian. Lay tampak berpikir—Siapa?

Nayeon berdiri menatap Lay persis seperti adegan drama yang sering kalian tonton.

“Kau Lay sunbae kan?” Ulang Nayeon yakin pada indera penglihatannya setelah melihat cukup jelas si pria yang sekarang sudah membalikkan badannya—menghadap Nayeon. Lay menautkan alisnya, sedikit bingung.

“Aku Jo Nayeon. Dulu kita bertetangga! Di utara Hanam.”

“Ah.. kakaknya si kembar Kwangmin-Youngmin ya? Aku ingat.” Lay mengangguk mengerti. “Kau tambah tinggi dan… berbeda.”

Pria itu mengeluarkan senyum khasnya.

“Kau juga sunbae. Sunbae terlihat semakin tinggi…” dan tampan. Sangat tampan! Pikir Nayeon.

“Hmm.. kau pindah dari Hanam?”

“Tidak. Tentu saja tidak. Aku masih tinggal di Hanam, tapi untuk beberapa waktu ke depan aku harus tinggal di Seoul. Bekerja..” Ujar Nayeon cepat. “Sunbae sendiri sekarang bekerja dimana?”

Dering ponsel Lay sesaat menginterupsi dialog temu kangen yang sudah berlangsung lebih kurangnya 10 tahun.

“… Dia menerimanya?… Kapan?… Oh, baiklah… Tentu… Tut.

“Sepertinya aku harus segera pulang. Lain kali kita lanjutkan obrolan singkat ini. Selamat malam!”

Nayeon tersenyum semanis mungkin. Dan sama—mengucapkan selamat malam lalu berbalik ke apartemennya. Berjalan dan menggerutu.

***

“Muka lo kok lusuh. Kenapa lagi lo?”

Setelah sampai di apartemennya. Err, apartemen milik Gayoon tepatnya. Tidak. Milik mereka berdua ding. Hehe (?) Gayoon justru menyapa kedatangan Nayeon dengan pertanyaan yang retorik. Tak perlu dijawab lagi hanya dengan melihat bagaimana kondisi muka lusuh Nayeon.

“Lo inget cowok yang pernah gue ceritain ke elo itu? Yang namanya Lay.”

Merasa perlu curhat. Nayeon mendudukkan tubuhnya di sofa empuk di depan kertas-kertas berjubelan di meja ruang tengah milik Gayoon.

“Yang umurnya 5 tahun di atas lo itu bukan? Yang ga pernah ngomong panjang sama lo lebih dari 1 menit?”

“100 buat lo!” Nayeon mengacungkan jempolnya lalu bersandar di punggung sofa—kemudian diikuti oleh Gayoon. “Percaya atau enggak, gue tadi ketemu sama dia. Kurang dari 5 menit yang lalu. Di belokan romantis dengan lampu setengah redup.”

“Hahaha.. Gue berani taruhan. Setelah ketemu mantan pujaan hati—eh, ralat, pujaan hati lo itu. Lo pasti bakalan labil!”

“Lo nge-doain gue hah?” Nayeon melempar bantal ke muka kucel Gayoon yang malah seneng temen tipisnya setengah menderita.

“Eitss… tapi gue bener kan?” Gayoon menangkis si bantal dengan kedua tangannya.

“Apaan sih lo!! Dia kan cinta monyet gue. Please, masa SMP gue udah berlalu. Dan sekarang gue udah punya Sehun. Haruskah gue kehilangan Sehun cuman buat si mantan gebetan yang dulu gue anggep sebagai calon suami hah?”

“Ga usah boong deh lo! Hati-hati kalo ngomong. Ntar kalo kejadian baru tau rasa deh lo! Hahaha…”

Gayoon berlari ke dalam kamar sebelum Nayeon menghujamnya dengan seribu bantal lagi. Oke, Nayeon kesal! Itu sangat terlihat jelas dari raut wajahnya yang semakin lusuh. Mengingat-ingat bagaimana dulu Nayeon memuja laki-laki bernama ‘Lay’ yang sangat pinter, sholeh, dan ganteng!

Dan sekarang yang membuat Nayeon tambah labil adalah… tingkat kegantengan Lay semakin menjadi. Apalagi tadi! Oh, Jo Nayeon wake up! Sehun lebih ganteng dari pada Lay! Dia lebih pinter, baik, pengertian, dewasa, dan yang penting dia lebih ganteng! Apalagi Sehun juga lebih tinggi kok daripada Lay.

***

Nayeon bangun pagi-pagi. Berpakaian rapi dan siap berangkat kerja. Ingat! Hari pertama kerja di Seoul!

Sekedar informasi, Nayeon baru saja menyelesaikan study-nya di Amerika. Dia baru saja kembali ke Korea dua hari yang lalu. Dan di hari yang sama pula Nayeon mendapatkan tawaran kerja di perusahaan yang bergerak di bidang fashion ternama di Korea. Perusahaan yang produksinya di pakai hampir seluruh artis TOP di Korea bahkan Jepang dan China.

Nayeon sendiri pintar. Tentu saja.. tapi rasanya jika kita membicarakan kelebihan saja itu tak akan seru. Baiklah, Jo Nayeon adalah kakak perempuan dari member boyband ‘Mas Ganteng’ yang salah satu dua orang membernya adalah adik kembar Nayeon. Tapi, Nayeon merahasiakan itu. Dia juga menyumpel mulut adik kembarnya dengan iming-iming tiket liburan ke OVJ selama seminggu agar tidak buka mulut. (?)

Apalagi, Nayeon juga merahasiakan jati dirinya yang sesungguhnya. Yang lalu-lalu pada semua orang. Kecuali, Gayoon yang notabene adalah teman baiknya.

“Saya mengerti.” Jawab Nayeon setelah mendengar uraian cukup panjang dari pria di depannya. Seorang General Manager muda yang cukup ganteng.

‘Ah kenapa semua orang di dekatku punya wajah ganteng semua.’ Pikir Nayeon.

“Perusahaan kami memiliki aturan yang cukup ketat terhadap semua pegawai. Tak terkecuali Anda dan saya sendiri. Kami memiliki kebijakan untuk tidak mengizinkan para pegawai memiliki hubungan special terhadap rekan kerjanya. Dengan alasan, hal itu justru akan membuat pegawai tidak konsentrasi bekerja.”

Protes? Tentu tidak. Sehun tidak bekerja disini dan Nayeon tidak tertarik untuk berselingkuh.

“Perusahaan kami selalu merayakan ulang tahunnya setiap tahun. Dalam event seperti itu, Perusahaan akan memberikan beberapa penghargaan kepada para pegawai yang dinilai memiliki kinerja yang baik. Selain itu, perusahaan akan memberikan kenaikan jabatan jika progress pegawai semakin hari semakin baik dan juga memberikan kontribusi besar bagi kemajuan perusahaan. Kenaikan gaji juga akan dipertimbangkan.

“Mengingat perusahaan kami berada di bawah naungan Korea-Amerika, maka perusahaan mengadakan inspeksi atau pemeriksaan mendadak setiap 3 bulan sekali. Bahkan saya dan beberapa direktur tidak mengetahuinya.”

Nayeon menyela, “Siapa yang akan melakukan pemeriksaan itu? Orang Amerika? Atau orang perusahaan?”

“Tentu saja petinggi di Amerika. Mereka sangat selektif dalam hal kepegawaian.” Jawab si pria yang Nayeon duga seumuran dengan Lay. Jo Nayeon, berhenti memikirkan laki-laki itu! Rutuk Nayeon.

“Lalu, apa kebijakan utamanya?” Tanya Nayeon merasa bosan karena pria itu menjelaskan kebijakan nomor 2 dan seterusnya.

“Hari pertama bekerja. Pegawai baru harus mengikuti perintah dari atasan yang bersangkutan. Semuanya harus dilaksanakan dengan baik—sempurna.”

“Hanya 1 hari kan?”

“Tentu saja. Tenanglah, Nona Jo Nayeon.”

Nayeon mengangguk—tersenyum sopan. Ngomong-ngomong soal nama, dari tadi papan nama yang terbuat dari kaca yang terpasang di depan pria itu membuat mata Nayeon menerawang. General Manager, Xi Luhan.

Orang China? Bahkan bicaranya lebih mirip pembawa berita di TV. Lancar, luwes, dan cepat. Rollercoster.

“Jadi untuk sementara waktu Anda bisa menggunakan tempat Nona Kim dulu. Kebetulan dia sedang pergi ke luar negeri untuk beberapa hari. Sambil menunggu ruangan baru Anda selesai di bersihkan, alahkah baiknya Anda mau menggunakan tempat itu dulu. Tempat kerja Nona Kim berada di antara banyak pegawai, jadi Nona Jo bisa berinteraksi dengan mereka sambil bekerja.”

***

Nayeon merasa… sumpek!

Ayolah, dia adalah lulusan terbaik di Juliard tahun ini. Tapi, mengapa dia harus menuruti perintah Manager tadi? Okey, ini memang bagian dari kebijakan penting. Tapi, bukankah terlalu alay jika Manager lulusan Prancis itu menyuruhnya menggambar design untuk seorang artis terkenal yang katanya memiliki sejuta penggemar.

Jika ia disuruh menggambar 1 atau 2 untuk orang itu sepertinya itu tak akan masalah. Tapi masalahnya, Nayeon harus menggambar 100 design baju selama sehari penuh. Besok pukul 7 pagi, dia harus menyerahkannya pada sang Manager sialan itu.

Oh great! Perusahaan sudah tak berpenghuni. Di pojok ruangan ini dia harus menggambar 1 design lagi sebelum si Manager mengoceh lagi. Setidaknya dia harus selesai sebelum kedai ramen di depan itu tutup.

Selesai!

Nayeon mengecek lagi design buatannya. 15 menit cukup untuk melihat satu per satu kertas-kertas itu sebelum meletakkannya di atas meja sang Manager. Menumpuknya menjadi satu dan meninggalkan sebuah pesan di atasnya. Lantas, dia keluar dari tempat penguras tenaga dan otaknya. Menuruni lift dengan cepat dan bergegas menuju kedai ramen yang sepertinya buka 24 jam setiap hari.

Sepi. Hanya Nayeon si pembeli ramen malam ini. Siapa orang yang mau keluar pukul 3 pagi hanya untuk membeli ramen? Orang normal pasti akan berpikir 5 kali di saat awal musim semi Korea yang masih sangat amat dingin.

“Pegawai baru?” Tanya sebuah suara sopan seorang laki-laki muda. Masih muda. Nayeon pikir, anak ini pasti lebih muda daripada dua adik kembarnya.

Pemuda itu menghampiri meja Nayeon dengan raut wajah cerahnya.

“Iya.”

“Manager Xi memberikan tugas berat pada Noona bukan? Ah.. aku bahkan masih ingat ketika Noona lulusan terbaik Sekolah Fashion Prancis itu ditendang habis-habisan oleh Luhan Hyung.”

Nayeon menghentikan acara makannya karena ramennya sudah habis. Dia memperhatikan pemuda ber-name tag ‘Zelo’ yang saat ini sudah duduk di depannya. Meletakkan dua cokelat panas di atas meja.

“Sehari penuh dia menyelesaikan tugas pembantaian itu sampai pagi. Persis seperti Noona. Tapi, di hari berikutnya dia disuruh hal-hal lain yang lebih parah. Setahuku, dia disuruh membuat semua design-nya di Pabrik. Itu yang kutahu setelah Jimin Noona yang berwajah sangar itu menceritakan semua penderitaannya selama seminggu padaku.”

“Lalu apa yang terjadi dengannya?” Tanya Nayeon tertarik.

“Dia mengundurkan diri. Tepat seminggu lalu. Dia dipermalukan di hadapan sidang direksi.”

“Sidang Direksi? Bagaimana kamu mengetahuinya?”

“Jimin Noona bercerita padaku. Selama itu dia selalu datang kemari—menceritakan semua masalahnya padaku.” Zelo menyesap cokelat panasnya, “Noona dari tadi siang belum makan, kan? Kenapa malah makan ramen? Itu tak baik untuk lambung Noona.”

“Aku tahu. Tapi… hanya kedai ini yang masih buka.” Nayeon menyesap cokelat panasnya—seperti Zelo. “Lalu, apa yang kamu ketahui tentang perusahaan ini?”

“Setahuku, Direktur Eksekutif disana sangat kejam. Dia benar-benar mengerti bisnis—lebih dari apapun. Sempurna dalam segala hal. Bahkan aku ragu jika dia punya kekurangan. Dan.. dia selalu pulang pukul 10 malam. Dengar-dengar, sesampainya di rumah dia langsung bekerja lagi. Lembur sampai pagi. Pokoknya dia hanya tidur 2 jam per hari.”

“Dia Direktur! Bukan CEO!!” Cibir Nayeon merasa Zelo terlalu berlebihan.

Zelo mengendikkan bahunya. Dia menyandarkan bahunya di punggung kursi lantas menatap Nayeon dengan pandangan menyelidik.

“Apa aku pernah melihat Noona sebelumnya? Sepertinya aku mengenal Noona. Siapa nama Noona?”

Nayeon meletakkan cangkir cokelatnya di meja. Sepertinya tingkat kepanasan cokelat itu sudah menurun dari waktu ke waktu. “Jo Nayeon.”

“Benarkah?”

***

Jujur saja, Nayeon sangat mengantuk. Manager gila itu datang-datang membawanya keluar dari perusahaan. Menyuruhnya masuk ke mobil. Dan berakhir pada tempat menyedihkan ini.

Sekali lagi, Nayeon harus merealisasikan gambaran-gambaran di kertas itu ke dalam keadaan nyata. Artinya, dia harus tinggal menetap di Pabrik selama 3 hari ke depan bersama beberapa pegawai pabrik.

Namun, untung saja itu semua sudah berlalu. Dia berada di ruangan resmi seorang designer. Tentu setelah seminggu penuh penyiksaan bersama Manager Xi. Hingga Nayeon tahu bahwa Manager yang bermuka imut itu ternyata sangat tua. Pria yang umurnya sudah seperti memiliki anak satu.

Sekarang. Tepat dua bulan Nayeon bekerja sampai larut malam. Sudah saatnya ia mempresentasikan design resmi miliknya untuk pertama kali di hadapan seluruh Dewan Direksi. Tentu dengan sang artis dan perusahaan iklan yang ditunjuk untuk mempromosikan produk terbaru di tengah pergantian musim semi ke musim panas.

CEO membuka rapat dengan pengecekan beberapa project ke depan. Kemudian Manager Xi mengemukakan beberapa hal yang berkaitan dengan produk baru. Lalu Nayeon yang memberikan presentasi gemilangnya dan tanpa Nayeon duga Sehun berada diantaranya. Berdiri setelah Nayeon selesai. Nayeon hampir lupa jika pria itu adalah Direktur di salah satu perusahaan iklan terkenal. Dan tak lupa ada…. Lay?

Seketika Nayeon lupa bagaimana cara bernapas. Jantungnya berdetak tak tentu. Pembuluh darahnya tercekat ketika melihat pria itu menggantikan posisi Sehun di depan seluruh anggota rapat.

Baru kali ini Nayeon melihat Lay berbicara penjang lebar dengan sangat sempurna. Hebat! Sangat mengagumkan… Indera penglihatan Nayeon bahkan tak mampu berpaling sekalipun dari si pria bahkan setelah dia sudah duduk di tempat awalnya.

DRRTT DRRTTT 

Ponsel Nayeon bergetar, tanda pesan masuk.

 

From : Sehun

Kau lapar? Sudah lama aku tak mengunjungi Coffe House. Kudengar ada menu baru.

Mau kesana?

Nayeon tersenyum. Lantas ia membalas pesan Sehun.

To : Sehun

Sangat lapar. Baiklah! Aku juga ingin makan di tempat itu.

Sent!

***

Nayeon kembali ke perusahaan setelah pergi makan malam bersama Sehun. Pekerjaannya sangat banyak dan sangat menguras tenaga. Tapi untunglah, di luar dugaannya pukul 10 malam Nayeon berhasil menyelesaikan pekerjaannya sampai selesai.

Nayeon menuju ke ruangan khusus menjahit di kantor perusahaan. Lumayan kecil karena ia memang menginginkan hal yang demikian khusus untuk dirinya. Apalagi ruang itu tidak jauh dari ruangannya.

Nayeon memilah-milah beberapa kain yang masih bisa digunakan. Kemudian mencatatnya di note kecil di ujung meja.

Dan…. PET! Mati listrik—mati lampu.

Nayeon lupa jika pukul 10 malam listrik otomatis akan padam. Dan betapa bodohnya Nayeon baru menyadari hal itu sebelum secara tak sengaja ia berjalan mundur dan menabrak sesuatu. Sesuatu yang menyerupai manusia. Atau memang manusia?

Akhirnya Nayeon kehilangan keseimbangan dan terjatuh terlentang bersamaan dengan jatuhnya ‘sesuatu’ itu di atas tubuhnya.

‘Dasar high hells sialan!’ Rutuk Nayeon berusaha bergerak. Nihil! Tubuhnya terkunci dibawah tubuh si pria. Gelap-gelap seperti ini, Nayeon benar-benar tak bisa melihat wajah sang pria dengan jelas. Tapi, dengan sangat jelas Nayeon bisa merasakan deru napas yang terdengar tak seimbang. Potongan rambut dan beberapa ciri-ciri yang mengarahkan pada seorang pria yang ia kenal.

Pria itu berusaha bangkit dari tubuh Nayeon. Samar-samar, Nayeon bisa melihat wajah pria macam mana itu. Namun, entah setan apa yang menghinggapi jiwa Nayeon. Tiba-tiba ia menahan pria itu untuk bangkit dari tubuhnya. Dia meraih punggung si pria dengan kedua tangannya—menahannya agar tetap di sisi Nayeon. Mengunci.

Entah ini pengaruh film panas yang tadi malam Nayeon tonton dengan Gayoon atau karena setan-setan yang mulai berkeliaran di pembuluh nadinya, tangan liar Nayeon kini telah bersarang di tengkuk pria itu. Kemudian, entah siapa yang memulainya. Keduanya kini terhanyut pada ciuman mesra yang bisa didefinisikan akan mengarah pada Frech Kiss. Dan, ini gila!!

Buru-buru Nayeon melepaskan pertautan itu sebelum tangan laknatnya membuka kemeja putih miliknya. Selain itu, Nayeon juga merasakan sesuatu yang err—pokoknya milik semua pria….. hmm, lupakan!

Nayeon masih waras untuk tak melakukan hal gila lain sebelum menikah. Okey, dia masih suci. Dan sekarang dia malah berselingkuh dari Sehun!

***

Sesi shooting iklan sudah selesai beberapa menit lalu. Dan kini, Nayeon dan Luhan terhanyut dalam setumpukan dokumen di atas meja kerja Direktur. Mereka mengerjakan segalanya itu dengan cepat. Jika tidak, Direktur itu akan memojokkanmu selama seminggu penuh dalam penjara kejamnya.

Luhan menghentikan acara kerjanya, pertanda dia sudah selesai. Dia mengerling sedikit ke arah Nayeon yang masih sibuk dengan beberapa berkas di kedua tangannya.

“Mau sampai kapan kau bekerja seperti itu? Ckck, kau seperti siput yang dikuliti. Sungguh menyedihkan.”

Shit!

Secara tidak langsung, perkataan itu menusuk hati Nayeon. Mendengarnya saja sudah membuat jantungnya panas. Apalagi setelah derap langkah itu berangsur-angsur menuju tempatnya, Nayeon benar-benar ingin muntah.

Orang itu mengisyaratkan Luhan untuk keluar dari ruangannya. Menunggu derap langkah Luhan menghilang dari balik pintu. Lantas ia berjalan beberapa langkah menuju tempat Nayeon bekerja—berdiri tepat di belakang tubuh Nayeon—mencondongkan tubuhnya ke depan.

“Kau yakin akan bekerja seperti? Untuk selamanya?” Bisik suara itu tepat di telinga Nayeon.

Seringai tajam muncul di ujung bibir pria itu. Mengerikan. Sangat mengerikan ketika pria itu tak pernah menunjukkannya di masa lalu.

Nayeon menghentikan aktivitasnya. Ia meletakkan kertas-kertas itu di atas meja. “Tidak, Direktur.” Ucapnya sopan. Tanpa membalikkan badannya ke arah lain. “Saya akan memperbaikinya. Saya akan bekerja lebih giat dan… cepat.”

“Apa jaminannya?” Direktur itu semakin mendekat dan semakin mencondongkan tubuhnya dari belakang.

Nayeon membisu. Baiklah, dia akan menerima apa saja hukuman untuk kali ini. “Maaf, saya tidak bisa memberikan jaminan. Tapi, saya bisa memberikan bukti—jika Direktur mempercayai saya.”

“Aku bukanlah orang yang mudah percaya pada orang lain.”

“Lalu, orang macam apa Anda itu?”

“Bagaimana kalau aku seperti Raja Koeryeo? Apa kau akan menyukaiku, hmm?”

“Saya pikir Direktur lebih mirip dengan Gi Cheol.”

Direktur itu tersenyum. “Jujur sekali.” Direktur itu bangkit berdiri. Ia berjalan memutar menuju kursi kerja empuknya dan menatap Nayeon dengan pandangan… mesum?

Nayeon menunduk diam. Dia tak tertarik untuk berbicara dengan orang ini. Dia pikir orang itu tak separah ini. Terhitung setelah kejadian semalam yang sangat abnormal di antara ribuan benang yang membalut keduanya di lantai atas. Kalau tahu akan berakhir seperti ini, Nayeon bersumpah tak akan me-replay lagi acara itu di dalam otaknya. Benar-benar buruk!

“Kau dipecat!”

Sudah kuduga. Pikir Nayeon.

“Tapi karena pegawaiku yang satu ini menganggapku baik hati, maka aku akan memberikanmu kesempatan.” Direktur memberi jeda sedikit diantara kalimatnya. Ia menyandarkan tubuhnya pada punggung kursi seraya berkata, “Karena kau tak bisa memutuskan akan memberi jaminan apa. Jadi, biar aku saja yang memutuskan.”

“Kau!! Gantikan posisi Nona Heo Gayoon sebagai asistenku! Dan merangkap dua jabatan selama waktu yang kutentukan, Nona Jo.”

***

Gayoon marah.. Oh, sangat marah ketika ia melihat Nayeon berjalan bersama atasannya. Yang benar saja. Setelah mengambil pekerjaannya selama 2 tahun terakhir, Nayeon juga mengambil pujaan hatinya.

Sangat jelas jika kalian melihat bagaimana dua orang itu tidak memakai pakaian kantor. Duduk berhadapan di Café Prancis. Yang lebih menyakitkan lagi adalah Gayoon harus mengantarkan pesanan ke meja itu.

Gayoon meletakkan pesanan dengan hati-hati—tak berharap dipecat gara-gara berbuat onar. “Selamat menikmati hidangan kami!”

Gayoon buru-buru berjalan pergi. Meninggalkan dua orang yang sepertinya tak menyadari kedatangannya beberapa saat lalu.

“Berapa umurmu?” Tanya Direktur setelah mereka menyelesaikan acara makan malam secepat kilat.

“23. Wae?”

“Berapa lama menyelesaikan kuliah?”

“3 tahun.”

“Sejak?”

“Setelah lulus SMA.”

“Kapan lulus SMA?”

“5 tahun yang lalu.”

“Lalu, setelah kuliah apa yang kau lakukan?”

“Bekerja.”

“Bekerja apa?”

“Menjahit dan mendesign?”

“Berapa lama?

“Kalau dijumlah ada 2 tahun.” Nayeon merengut—sebal. Kenapa orang ini berubah menjadi orang kepo?

“Kau sendiri?” Balas Nayeon menginterogasi.

“Aku… bekerja selama 8 tahun. Kuliah 2 tahun di Prancis dengan predikat lulusan terbaik. Bekerja pertama kali di China sebagai designer pakaian dalam wanita.” Ucapnya santai sambil mencondongkan badannya sedikit ke depan. “Jadi, aku sangat berpengalaman dalam ukuran dada semua wanita.”

“Cih..” Nayeon mengumpat jijik. “Dasar mesum.”

“Secara profesional, itu masalah peruntungan. Masalah aku mendapatkan pekerjaan itu karena secara teknis dosenkulah yang senang hati mau membantu mencarikanku pekerjaan. Dan tanpa kusangka aku mendapatkan tantangan kerja baru, Nona Jo.”

Nayeon memperlihatkan tatapan jijiknya. Kemudian mencondongkan tubuhnya agak ke depan—menegakkannya—sama seperti yang dilakukan pria itu sebelumnya.

“Jadi… apakah aku bisa menjadi salah satu wanita beruntung? Bagaimana jika Direktur membuatkan beberapa—ah tidak, hanya satu untukku?” Tanya Nayeon dengan ekspresi sebal. Tak berniat untuk menggoda apalagi mengajak pria mesum itu ke ranjang.

“Dengan senang hati, Nona Jo.” Jawabnya dengan seringaian ganteng, “Apakah saya harus memulainya sekarang? Oh tentu saja. Lebih cepat lebih baik, bukan?”

Nayeon menautkan kedua alisnya. Gila!! Bahkan Nayeon tak serius dengan ucapannya! Jo Nayeon bodoh, kenapa kau tak berpikir bahwa pria ini benar-benar gila!

Direktur bangkit berdiri dan menghampiri tempat Nayeon duduk. “Hmm, saya harus mengukur dada Anda terlebih dahulu. Bisakah Anda berdiri sebentar. Saya merasa ukuran dada Anda berbeda dengan ukuran biasanya.” Bisiknya tepat di telinga Nayeon. “Atau Anda menginginkan tempat yang lebih privasi? Di kamar hotel misalnya.”

Tangan kanan Nayeon hampir saja terayun menuju pipi mulus nan ganteng si pria, kalau saja Nayeon tak melihat Sehun berciuman dengan sahabatnya di sudut café. Ciuman panas yang tidak manusiawi.

Dengan cepat Nayeon keluar dari café. Berlari sejauh mungkin sampai ingatannya tentang kejadian itu terhapus.

Siapa kira jika Sehun berselingkuh duluan. Siapa kira jika sahabat dan cinta pertamanya berciuman dengan sangat jelas! Baiklah mungkin itu semua adalah karma karena Nayeon memang mencium atasannya duluan. Dan.. jika mengingat bagaimana direktur gila itu mengotori harga dirinya, nayeon benar-benar ingin menampar mulut pria itu sampai keluar darah.

Hujan. Ditengah jalan Nayeon masih berlari berlinang air mata. Persetan dengan tempat apa yang ia gunakan untuk berteduh. Yang pasti dia yakin tempat ini gelap dan hanya sorot lampu remang-remang yang menyinari tempat itu. Nayeon menggesek-gesekkan telapak tangannya di kedua sisi lengan. Dingin. Jika bukan karena Direktur sialan itu, Nayeon tidak akan sudi memakai dress hitam sexy selutut yang sangat minim ini. Apalagi dengan ukuran dadanya yang tidak umum, tentunya semakin membuat dress itu tidak cukup muat untuk menampungnya. /maafin Author ya readers huhuhu -___-/ /maaf telah membuat kepolosan kalian ternodai huhuhu -__-/ Namun, Nayeon cukup bersyukur karena hanya dia seorang yang berada di depan toko yang telah tutup itu. Setidaknya tidak ada orang lain yang mengganggunya.

“Noona?”

DEG

Nayeon mendengar suara bocah laki-laki di sampingnya. Zelo? Si tukang mie?

“Noona menangis? Wae? Noona dipecat? Noona diturunkan paksa dari mobil? Noona… karena Direktur?”

“Pacarku mencampakkanku dengan sahabat baikku… Huweee!!!”

“Huweeee!!! Huhuhu…” Zelo ikutan nangis dan berpelukan! “Huweee!!!! Jelo mintha syusyu..” /yadong kumat -__-/

***

Beberapa jam setelah hujan reda, Nayeon dan Zelo akhirnya pulang bersama-sama.

“Tadi Noona dari mana? Ga biasanya pake dress gitu malem-malem gini. Hehe…” Zelo membuka pembicaraan setelah mereka menaiki bus yang hanya berisi setengah dari gigi-gigi keroposnya Om Sooman.

“Tadi diajak dinner.”

“Sama siapa? Kok aku ga diajak sekalian?”

“Sama Direktur.” Jawab Nayeon dengan tampang watados-nya.

“Heh? Yang bener? Direktur Zhang Yixing yang super kampret itu?”

“Iya. Gue serius kali. Masa gue boong.” Sahut Nayeon dengan sewot. Merasa tersinggung karena bocah tengik ini ga percaya dengan omongannya yang tidak kosong mlompong (?). “Eh, eniwei, lo dari mana? Kok bisa kebetulan gini sih ketemu sama gue? Jangan ngomong kalo kita jodoh!! Amit-amit deh…”

“Yey!” Zelo merasa tersinggung dengan omongan Nayeon barusan. Dia melipat kedua tangannya di depan dada lalu berbicara, “Tadi gue dari sekolah kali, Noon. Gue kan anak sekolah, Noona ga liat apa kalo gue pake seragam yang super rapi gini?”

“Hah? Jam segini lo baru pulang sekolah? Rajin bener! Wow, emejing!!”

“Hahaha… I~YADONG!!” Zelo terkekeh yadong, “Ga juga sih, Noon. Selama 3 tahun sekolah, otak gue isinya cewek mulu. Palingan kalo pelajaran cuma nemplok sedetik. Ya, ga perlu diraguin lagi sih kalo gue ganteng. Jadi semua cewek pada naksir sama gue. Hehe…”

Nayeon merengut jijik mendengar omongannya si Zelo. “Omong-omong soal cewek. Apa pendapat lo masalah cowok dengan tatapan mesumnya pada cewek?”

“Yaelah Noon, itu wajar aja kali. Semua cowok normal pasti mesum.”

“Heh? Maksud lo?”

“Maksud gue, cowok itu punya semacem respon aneh pada cewek. Semua cewek sih. Tapi kalo ke cewek yang disukai pasti responnya aneh. Sorry Noon, kalo masalah ini gue ga bisa njelasin. Soalnya gue belom pernah pacaran. Hehe…”

WHAT??

Teng Teng Nong Neng Kring Kring Gong GONGGG!!

Dering sms dari ponsel Nayeon membuatnya harus membaca pesan yang ditujukan padanya

From: Direktur Labil

Datang ke apartemenku sekarang!! Produk kita bocor dalam Majalah Prancis bulan ini!

***

Hebat! Nayeon dikerjai..

Sial! Bagaimana bisa aku percaya pada direktur gila ini… ARRRGGHH!!!

Sekarang Nayeon berada di dalam ruang kerja si direktur. Dua jam terakhir Nayeon disuruh mengerjakan dokumen hasil kerjasama perusahaannya dengan perusahaan kain dari Italia. Lalu, sekarang Nayeon disuruh menggambar wajah direktur itu dengan pakaian hasil rancangan nayeon sendiri. Yang tentunya dijahit oleh tangan Nayeon seorang.

“Sudah selesai?” Tanya Direktur Zhang Yixing tidak tahan dengan posisi berdirinya yang hampir setengah jam.

Nayeon masih mencoret-coret kertasnya dengan pensil. “Sudah!” Zhang Yixing atau Lay—nama kecilnya, dia langsung merebahkan diri di sofa sambil mengeluh pegal.

“Ini.” Nayeon menyerahkan hasil karyanya pada orang itu lalu beranjak pergi.

“Hei, mau kemana? Aku belum selesai. Ralat, aku bahkan belum memulainya.”

Nayeon membalikkan badan, “Apa lagi? Haruskah aku begadang malam ini?”

“Tidak. Setelah ini kau bisa tidur.”

“Baiklah. Apa lagi yang harus saya lakukan?”

“Cukup mudah. Hmm, sebenarnya kau hanya perlu menuruti intruksiku. Tak akan sulit. Percayalah!”

Nayeon bergidik ngeri ketika Lay berbicara seolah-olah akan ada hal lain yang akan terjadi. Apalagi saat Lay berjalan mendekati Nayeon dan membisikkan sesuatu di telinga gadis itu. “Aku sudah mengatakan akan memulainya tadi bukan? Di café itu.” Lay berpindah posisi berada di belakang Nayeon, “Dasar gadis nakal. Karena kau tak mengikuti perintahku, kau akan merasakan hukumannya!”

Nayeon menelan ludah dengan paksa. Berdiri mematung karena takutnya.

“Lepas dress ini dan aku akan mengukurmu dengan benar, Nayeon-ah.” Lay mengendus bagian leher belakang Nayeon, “Tidak menurut? Baiklah, aku akan melakukannya sendiri.”

Lay bersiap menurunkan resleting dress belakang Nayeon. Nayeon hanya menutup mata. Dia tak bisa berbantah. Dia tidak mungkin bisa bernegosiasi dengan pria ini di wilayah pribadinya.

Berhasil! Lay berhasil menurunkan resleting itu sampai bawah. Bersiap melepaskannya.

CHU~

Tiba-tiba Nayeon berbalik. Mencium bibir merah jambu Lay dengan segala kelembutan. Nayeon melepas dressnya lalu meraih tengkuk Lay hingga tangan laknat Nayeon sudah menjambak-jambak rambut rapi pria itu.

“Saranghae..” Ujar Nayeon tanpa melepas ciumannya.

Seringaian tajam itu muncul lagi dari ujung bibir pria itu. Dalam hati, dia tertawa senang. Zhang Yixing dahulu bukanlah Zhang Yixing sekarang. Siapa sangka pria setampan dia berkelainan.

THE END

a/n : Halo semuanya! /muncul dari kuncup bunga dengan unyunya/ Halo saya adalah Author dari fanfic Stupid Love. Masih ingatkah? Duh Author ga nyangka fanfic gila penuh typo itu mengundang komen sejumlah gigi-gigi keroposnya Om Sooman. Makasih ya buat yang sudi RCL. Maaf juga Author ga bisa bales komen kalian satu-per-satu. Itu semua karena ke-error-an M*zila di PC Author -___-

Curhat bertar boleh? Fanfic ini awalnya mau dibuat weird beneran. Terinspirasi dari tetangga Author yang ganteng. Auuuww.. kita ga pernah ngomong lama. Paling lama itu 5 menit. Coba liat fanfic ‘Crazy Lips’ di wp Author. Ada kutipannya, tapi beda cerita /yaiyalah, songgong lo thor? -_-/. Lalu kenapa Author milih cast-nya Lay? Karena dia mirip-mirip Lay. Tapi wajahnya rada datar semacem Kris. Oiya, fanfic ini Author buat di tengah-tengah stress-nya ukk. Jadi maaf kalo typo berjejeran -_- And, thanks for Aishita Kim eonnie buat posternya. Gomapseumida, eonnie! /bungkuk/

Maaf kalo semua fanfic Author jelek. Bener-bener maaf deh karena emang dasarnya Author adalah manusia biasa. Jadi, harap para readers mau kasih kritik dan saran yang membangun buat perbaikan karya-karya Author selanjutnya. Bagi yang mau komen, Author doain kalian bisa DIPELUK bias-nya masing-masing. Hehe.. /kiss & hug/ /ppai/

With Love, Bubblebit (@Novita_Milla)



Viewing all articles
Browse latest Browse all 4828

Trending Articles