Between Egoisme
.
.
.
.
Menurutku . . .
Kini Kau tak harus selalu peduli dengan apa yang aku derita
Karena, derita itu kudapatdarimu.
_MinYoung Point’s Of View_
Pagi yang lumayan cerah, denganburung-burung berterbangan terlihat dari jendela dapur apartemenku. Aku sedangmembuat 2 gelas coklat panas. Satu untukku dan satu untuk sahabatku, Hwanbi.Apartemen ini dibeli dari hasil kerja keras kami berdua. Dan aku merasa cukupberuntung bisa memiliki sahabat seperti dia. Jika saja aku seorang namja, bisadipastikan aku akan memintanya menjadi yeojachinguku. Hahaha, aku hanyabercanda. Meski tidak begitu mirip, banyak yang mengira kalau kami bersaudara,karena dimana ada aku disitu ada Hwanbi.
Pekerjaan ku di dapur baru sajaselesai. Dengan segera, aku melangkahkan kaki ke kamar Hwanbi sambilbersenandung kecil. Tak lupa aku membawa nampan berisi 2 gelas coklat panas danroti yang telah kusiapkan tadi.
_HwanBi Point’s Of View_
Cahaya menyilaukan itu mulaimasuk ke kamarku. Mengganggu tidur panjang yang masih ingin kulanjutkan.Kemudian, disusul suara lembut seseorang yang sangat ku kenal. “Bii, buka matamu, pagi sudah datang. Aku tau Kau sebenarnya sudah bangun, jangan menipuku,”dengan sedikit terpaksa, ku kerjap-kerjapkan mataku malas, lalu melirik tajamsang pemilik suara,
“Oh,ayolah eonni. Ini masih jam 7 pagi. Aku ingin tidur lagi, kepalaku masihpusing,” rajukku.
“Tidak-tidak.Kau sudah tidur cukup lama tuan putri. Sarapanlah dulu, sudah 12 jam Kau tidakmakan.”
“Emm,baiklah eonniku yang cantik, berikan jatah sarapanku untuk pagi ini.”
“Akumemberimu coklat panas dan roti untuk pagi ini. Setelah itu jangan lupa minumobat. Sebentar lagi aku ada kelas, jaga dirimu baik-baik.”
“Siapsuster!” aku mengangguk lemah.
Hwanbi& Minyoung sedang menyantap sarapan sambil bercanda tawa, dan kemudian …
Trrtrrtrtrtttrt….
“Yeoboseo”
“__”
“Ah,ne. Wait for a minute chagiya.”
Pip
“Pastidari Woomin Oppa,” tanyaku.
“Ne,saengi. Siapa lagi yang kupanggil chagiya selain dirimu dengan Woomin Oppa,hah?” terlihat kekhawatiran dalam nada bicaranya yang diselingi bercanda.
“Arraseo,cepat pergi sana! Aku bisa sendiri!” aku pura-pura merajuk
“Ohayolah, jangan marah ne? Eonni ada kelas sebentar lagi,” Minyoung memasangaegyo terbaiknya.
“Janganlakukanitu lagi Eonni, aku muak melihatnya. Sudah- sudah, aku memaafkanmu,” akubangkit lalu berjalan ke bathroom di kamar ini.
Dengan tanpa suara, EonniMinyoung yang baru saja aku tinggalkan(?) keluar dari kamarku. Ia sudahdijemput kekasihnya, Xiumin Oppa, untuk pergi bersama ke kampus.
“HAHAHAHA”aku tertawa lepas karena berhasil mengerjainya.
Tiba-tiba, pintu kamarku terbukalagi. Terlihat sosok yang baru ku tertawai barusan. Aku hanya bisa memasangsenyum bodoh.
“Awasya Kau, Park Hwan BI!!!” bentaknya.
Aku hanya inginkau tak mengkhawatirkanku eonni, aku ingin terlihat bahagia dan baik-baik sajadimatamu. Aku tak ingin kau seperti aku, hancur hanya karena perasaan kusendiri.
Akh, ruangan ini semakin kabur.Aku frustasi. Aku tidak kuat lagi, semuanya gelap.
______________________________________________________________________________
Percuma . . .
Percuma Kau peduli !
Karena bagiku, itu tidaklahlagi penting
_Min Young Point’sOf View_
Ponselku berbunyi lagi, siapayang meneleponku disaat jam kuliah ini? Mengganggu sekali. Aku permisi sebentarpada dosen untuk keluar kelas. Terlihat nama yang tertera di ponselku, Xi LuHan, namja brengsek itu lagi.
“Yeo….”
“Youngie,cepat ke Namsan Seoul Hospital! Hwanbi, darurat!”
Aku berlari ke FakultasPenerbangan. Mencari Xiumin Oppa tentunya. Untung saja aku sudah melihat siluetnya dari kejauhan “Xiumin Oppa!” pekikku.
_Hwan Bi Point’s OfView_
Ku kerjap-kerjapkan mataku.Ruangan putih. Apa ini?
Srreeet… pintu perlahanterbuka. Terlihat sosok namja yang sungguh ku kenal. Orang yang aku rindukan,namun ingin ku buang jauh dari hidupku.
“ Chagiya, Kau sudah sadarrupanya. Maaf membuatmu menunggu lama,” sapanya lembut.
Aku memalingkan wajahku,menghindari tatapan matanya yang teramat lembut, tetapi seperti sebuahkebohongan.
______________________________________________________________________________
Perhatianmu takkan lagi berharga dimataku.
Mungkin kadang Kau sendiri tak mengerti dan tak tahu apa salahmu
Tapi aku hanya semakin takut . . .
_Hwan Bi Point’s OfView_
“EONNI!” pekik ku ketika pintukamar terbuka.
Dua puluh menit telah berlalu sejak aku sadar. Tapi aku sama sekali tidak mau bersuara dihadapannya. Hinggaakhirnya Minyoung Eonni & Xiumin Oppa datang sebagai malaikatku.
“Annyeong Hwanbi-ya, Luhan-ah,”sapa Xiumin Oppa, diikuti Minyoung Eonni.
“Xiumin Oppa, tolong usir namjaitu,” bujukku sambil menunjuk Luhan.
Xiumin dan Minyoung menatap Luhan tajam, mengisyaratkannya untuk pergi. Tapi Ia sama sekali tak beranjak.Sampai Xiumin beranjak untuk menyeret Luhan keluar.
“Jangan datangi Dia sampai Diamemintamu kembali!” bentak Xiumin, saat mereka sudah diluar ruangan.
***
_Author Point’s Of View_
Meskipun sudah dilarang olehMinyoung, Luhan tetap nekat menjenguk Hwanbi setiap hari. Lama kelamaan, Hwanbi luluh juga. Ia kembali berbicara pada Luhan, hubugan mereka membaik.
Sampai suatu hari …
“LuhanOppa, Aku ingin kita menjadi teman saja,” kata Hwanbi.
“Kenapa, aku masih mencintaimu, sangat.”
Aku takut kesalahanmu itu
Membuat rasa sayang dan cinta yang sudah lama bertahan di hatiku
Mulai hilang dan takkurasakan lagi.
*flashback*
Sore yang sedikit cerah. Namunmasih dengan jalanan yang tertutup salju. Hwanbi berjalan ke taman kotasendirian, Ia akan bertemu dengan namjanya. Hwanbi tetap tersenyum ditengah dinginnya sore, sambil mengeratkan jaketnya.
1 jam…..
2 jam…..
3 jam…..
Namjanya tak datang juga. Takada kabar. Hwanbi tetap menunggu. Padahal sudah sejak 30 menit lalu, hujansalju turun. Hwanbi tetap tak bergeming, menunggu namja yang sangat dicintainyadi salah satu kursi di taman itu, sambil bersenandung kecil.
Hwanbi sudah terlihat menggigil.Dari kejauhan, terlihat seorang yeoja muda seumurannya sedang setengah berlari.
“Hwanbi! Sekarang hujan salju!Kenapa kau tetap disini!”
Hwanbi menjawab sambil tersenyum, “aku menunggu Luhan Oppa, Youngie Eonni” lalu kesadarannya hilang.
Dengan segera, Min Young menelepon Xiumin, lalu mereka membawa Hwanbi ke rumah sakit. Karena kata dokter, Hwanbi baik-baik saja, mereka kembali pulang ke apartemen.
Sesampainya di apartemen, Xiumin dibantu Minyoung menggendong Hwanbi yang belum sadarkan diri. Ponsel Hwanbiberbunyi, dengan segera Minyoung membaca pesan tersebut,
From: Luhannie Oppa
Chagiya,maafkan aku. Oppa lupa jika
hariini ada acara keluarga, maaf tak
bisamenemuimu. Saranghae :*
*endof flashback*
“Karena aku sudah lelah, Oppa tak pernah berubah,” Hwanbi melangkah pergi, tanpamenoleh lagi.
“Hwanbi-ya,tapi …” Luhan tak bisa menolak kemauan Hwanbi (lagi). Karena hwanbi sudahberulang kali melontarkan kata-kata itu. Tapi sekarang Luhan tau, Hwanbibenar-benar serius.
Hwanbi berlari sekuat tenaga,mencari tempat yang nyaman untuk menangis. Ia berhenti di padang ilalang yangcukup luas.
“Maafkanaku Oppa, aku masih mencintaimu. Tapi aku takut semua rasa itu sirna jika oppaselalu begitu.”
Disudut lain di padang ilalangitu, “Maafkan aku chagiya. Aku tau aku salah. Aku sudah berusaha untuk berubah,tapi tetap saja tidak bisa. Mianhae, jeongmal saranghae …” ucap Luhan.
=THE END=
