Quantcast
Channel: EXO Fanfiction
Viewing all articles
Browse latest Browse all 4828

Let’s Cooking!

$
0
0

Bezz0fZCAAEyeZq.jpg large

Tittle : Let’s Cooking! (Rae Yoo Chanyeol series)

Author : Mochiberry

Main Cast : Park Chanyeol EXO-K and Lee Rae Yoo (OC)

Genre : Fluff, Romance.

Rating : PG-13

Leght : Vignette.

Note :

Ini cerita lain dari ‘My Birthday with Chanyeol’ ^^ Selamat Membaca!

 

Bel istirahat pertama berbunyi, Rae Yoo bersama sahabat-sahabatnya pergi ke kantin. Tapi tiba-tiba saja seorang lelaki datang menghampiri meja mereka. Ji Hee—sahabat Rae Yoo—menyikut lengan Rae Yoo yang belum menyadari kedatangan seorang, gadis itu sedang asik berbicara dengan Han Byung—teman Rae Yoo yang lain—.

Rae Yoo dengan tampang malasnya menoleh pada Ji Hee. “Ada ap—Chanyeol?”

Chanyeol tersenyum, kemudian berkata,“ayo ikut aku sebentar.”

Rae Yoo memandangi kedua sahabatnya, tidak enak meninggalkan mereka berdua hanya untuk menemui Chanyeol. Menurutnya sahabat lebih penting daripada kekasihnya.

Han Byung dan Ji Hee tersenyum seolah mengerti akan tatapan Rae Yoo tersebut. “Pergilah, aku jarang melihat kalian berdua di jam istirahat,” ujar Han Byung.

“Gomawo. Mianhe,” ucap Rae Yoo dengan nada lembut.

Rae Yoo pun pergi bersama Chanyeol.

 

Chanyeol membawa Rae Yoo ke taman belakang. Di tangan kanannya, Chanyeol membawa sebuah bungkusan. Entah itu apa Rae Yoo tak tahu. Mereka berdua pun duduk di bangku panjang taman tersebut.

Chanyeol meletakkan bungkusan itu di tengah-tengah mereka duduk, kemudian membukanya. Sebuah kotak bekal rupanya, terdapat nasi goreng kimchi di dalamnya.

Chanyeol mengeluarkan dua sendok dan memberikan satu kepada gadisnya. “Ayo makan, kau harus mencicipinya. Bilang padaku tentang rasanya,” kata Chanyeol.

Rae Yoo mengangguk. Mereka berdua pun memakan bekal tersebut.

“Ah jinja mashita!” seru Rae Yoo. Mungkin jika di dalam komik, matanya akan berbinar-binar.

“Benarkah?” tanya Chanyeol senang.

“Siapa yang membuatnya? Ibumu? Kakakmu?” tebak Rae Yoo.

“YA! Tentu saja aku yang membuatnya!” ungkap Chanyeol dengan nada kesal.

“HAH?” Rae Yoo menganga, menatap Chanyeol tidak percaya. Bagaimana mungkin Chanyeol yang konyol ini bisa memasak? Pikirnya.

“Aku kan sudah bilang akan jadi koki di restoran keluargaku nanti, makannya sekarang aku sedang dalam tahap belajar,” jelas Chanyeol.

Rae Yoo terdiam sambil terus menyuap makanan ke dalam mulutnya. Ia memikirkan sesuatu dan menyadari kenyataan kalau Chanyeol—kekasihnya—bisa memasak sedangkan dia sama sekali tidak bisa memasak! Memasak yang mudah seperti telur goreng saja ia tidak bisa, bagaimana yang sulit seperti buatan Chanyeol ini?

“Chagiya, kau makan terlalu cepat.” Rae Yoo—yang memang sedang makan dengan cepat sambil memikirkan sesuatu—tersadar akan perkataan Chanyeol dan mendongakkan kepalanya pada kekasihnya itu.

“Hei, ada nasi di dekat bibirmu,” kata Chanyeol menunjuk di wajah Rae Yoo.

Gadis itu buru-buru mengusapnya. “Sudah?”

“Belum, aih kau ini!” Chanyeol menggapai wajah Rae Yoo dan mengusap daerah yang terdapat nasi tersebut.

“Gomawo.” Pipi Rae Yoo bersemu merah atas perlakuan Chanyeol padanya. Seperti yang ada di drama-drama saja, tapi bukan saatnya memikirkan itu Rae Yoo, runtuk gadis itu.

 

******

Seorang gadis membuka satu persatu halaman majalah masakan milik ibunya. Gadis itu kesal setengah mati, kenapa resep di majalah ini sangat sulit untuk di buat.

“Rae Yoo Noona, apa yang kau lakukan? Tidak biasanya kau membaca majalah masakan.” Rae Soo—adik lekaki Rae Yoo—memasuki kamar kakaknya.

“Ya! Kalau masuk kamarku ketuk dulu!” omel Rae Yoo. Rae Yoo memang selalu sensitif jika ada adik lelakinya ini.

“Kau selalu saja marah saat aku datang, menyebalkan!” Rae Soo nampak kesal tapi ia benar-benar penasaran dengan kakaknya ini. “Untuk apa sih kau membaca majalah itu?”

Rae Yoo menatap adiknya sedih. “Aku tak bisa memasak, sedangkan Chanyeol bisa. Aku ingin membuat suatu masakan untuknya, dan juga aku merasa malu tidak bisa memasak.”

“Lagi-lagi hyung yang bodoh itu, padahal dia sudah melupakan ulang tahunmu.” Rae Soo meledek kemudian terkikik geli.

Rae Yoo melemparkan bantal pada adiknya, dengan cepat lelaki itu menyingkir sehingga bantal itu terlepar jauh ke luar kamar.“Jangan ingat-ingat tentang hal itu, toh dia sudah datang ke rumah dan membawakanku banyak oleh-oleh!”

“Kenapa tidak minta tolong pada Eomma?”

“Kau itu bodoh atau pura-pura bodoh? Jelas-jelas Eomma sedang tugas dinas di luar kota!”

“Ah aku punya ide!” Rae Soo membisikan sesuatu ke telinga Rae Yoo.

“Hmm,” Rae Yoo menghela nafas panjang.

 

*********

“Chanyeol!” Rae Yoo berteriak memanggil Chanyeol begitu jam istirahat berbunyi dan Guru Kim meninggalkan kelas. Tempat duduk Chanyeol sangat jauh dengan tempat duduk gadis itu.

Chanyeol sangat hafal dengan suara gadisnya, ia menoleh. Rae Yoo memberi isyarat agar ia datang padanya. Chanyeol menurut.

“Ada apa?” tanya Chanyeol ketika sudah berada dihadapan Rae Yoo.

“Karena kemarin kau sudah membuat bekal untukku, sekarang aku yang membuatnya,”  jelas Rae Yoo. Ia kemudian mengeluarkan kotak bekal dari laci mejanya dan menyerahkannya pada Chanyeol.

Chanyeol tersipu, “Aigo, kau repot sekali. Baiklah ayo kita pergi ke taman belakang.”

 

******

 

Setelah bel pulang berbunyi, Chanyeol menyuruh Rae Yoo untuk menunggunya di depan sekolah karena Chanyeol piket hari ini. Ia kebagian membersihkan laci meja sedangkan temannya yang lain membersihkan lantai ataupun menghapus papan tulis. Chanyeol mengeluarkan setiap sampah yang terdapat di laci meja satu persatu sambil membayangkan kejadian istirahat tadi. Bekal yang dibawakan Rae Yoo sangat enak, ia tidak menyangka gadisnya bisa memasak.

Chanyeol membersihkan laci meja baris ketiga pojok dari meja guru, ia ingat ini tempat duduk gadisnya. Ia melihat ke dalam laci itu. Bersih, pikir Chanyeol sambil tersenyum. Ia meraba dengan tangannya ke dalam laci meja itu. Ah, ia menemukan sebuah kertas!

“A..apa ini? Struk restoran?” Chanyeol membaca lebih jelas struk tersebut. “Bimbibap? Bukankah ini bekal yang ia berikan padaku?” Chanyeol meremas kertas tersebut kesal.

******

Rae Yoo memperhatikan jam yang melingkar di tangannya terus-menerus. Menunggu memang hal yang membosankan bagi semua orang termasuk dirinya. Tak lama ia mendengar suara derap langkah kaki seseorang, ia menoleh. Ah, itu Chanyeol.

“Chan—Appo!“ belum selesai ia bicara, Chanyeol menarik lengannya kasar.

“YA? Kau membohongiku? Kau bilang bekal tadi buatanmu tapi ternyata kau membelinya, kan?!” sambar Chanyeol dengan nada sedikit ditinggikan.

Rae Yoo kaget mendengar penuturan Chanyeol ah lebih tepatnya bentakan. Ia takut jika Chanyeol sudah marah seperti ini. “Dari mana kau tahu?”

Chanyeol membuka kertas struk yang tadi diremasnya. “Ini? Apa ada kebohongan lainnya?”

“Maaf Chanyeol, aku memang tidak bisa memasak.” Rae Yoo tertunduk lesu.

Chanyeol meremas kembali kertas itu dan membuangnya ke sembarang tempat. Ia kemudian pergi meninggalkan gadis yang sudah terkena sesak napas mendadak.

Air mata Rae Yoo meluncur tanpa seizinnya. “Bodoh! Kau cereboh sekali, Rae Yoo!”

******

Malam yang menyedihkan bagi Rae Yoo. Ia terbaring di tempat tidur sambil memeluk bantal, air matanya tak kunjung usai meneteskan air mata. Ia merutuki kebodohannya.

Atas saran adiknya, ia membeli bimbibap itu kemarin malam di restoran dekat rumahnya. Ia memasukan makanan itu ke dalam kota bekal dan menggunakan plastik restoran itu untuk membukus bekalnya. Saat ingin mengeluarkan bekalnya di kelas,ia menemukan struk restoran tersebut dan tanpa sadar meletakannya di laci mejanya.

“Chanyeol, mianhe. Kenapa kau tidak membalas pesanku dan menolak teleponku? Huhu.” Ia menatap layar ponselnya sambil menangis, ia tambah menangis saat melihat fotonya bersama Chanyeol di layar ponselnya. Di sana—di layar ponselnya—tangan kiri Chanyeol memeluk lehernya, sedangkan tangan kanannya memotret.

Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kamarnya.

“Nuguya?!” tanyanya dengan emosi.

“Tentu saja adikmu yang tampan ini,” kata Rae Soo sambil tertawa dari balik pintu sana.

“Kau jahat! Tidak seharusnya aku menuruti perkataanmu kemarin! Huhuhu,” katanya sambil berteriak.

“Mianhe, kupikir itu saran yang bagus! Hahaha!” ledek adiknya. Kurang ajar sekali adiknya itu. “Ah Appa sudah pulang dan membawa banyak makanan, cepat turun nanti aku dan si kecil Rae Mi yang mengabiskannya! Kekekeke.”

“Habiskan saja aku tidak mau! Aku hanya mau Chanyeol sekarang!”

 

******

Rae Yoo bertambah sedih saat Chanyel menjauhinya di sekolah. Chanyeol tidak mau menatapnya, ia bahkan tidak mencubit pipi Rae Yoo hari ini. Ia cemburu Chanyeol bicara dengan teman-teman wanita di kelas, apalagi saat mereka tertawa bersama. Ia benci itu! Masalahnya diantara mereka ada yang menyukai Chanyeol.

Rae Yoo hanya mencoret-coret bukunya hanya untuk menahan kekesalannya. Ji Hee dan Han Byung melihatnya prihatin.

“Gwencana? Kau sudah makan?” tanya Ji Hee begitu mereka berada di kantin saat jam istirahat.

“Aku tidak mau makan, kalau ingat makanan aku jadi ingat Chanyeol,” jawab Rae Yoo lesu.

“Bukankah setiap waktu kau mengingat Chanyeol terus?” sambar Han Byung.

Ji Hee menyuruh Han Byung untuk diam, tapi Rae Yoo sama sekali tidak menunjukan ekspresi apapun. Ia masih memasang muka datarnya. Tanpa disadari di ujung kantin sana Chanyeol memperhatikan Rae Yoo.

*****

Ini sudah lewat 2 hari setelah kejadiannya bertengkar dengan Rae Yoo. Hari libur pagi ini Chanyeol habiskan dengan menonton televisi dengan ibunya di ruang keluarga. Ayahnya berada di restoran sedangkan kakaknya—Park Yura—berkencan dengan kekasihnya.

Chanyeol menonton televisi sambil memakan popcron-nya, tapi pikirannya hanya terpusat pada satu  nama, ehem tentu saja Rae Yoo. Masih terbayang wajah gadis itu saat ia membentak Rae Yoo, ada sedikit rasa bersalah dihatinya. Tapi disisi lain gadis itu memang harus diberi hukuman!

“Chanyeol ada apa? Kenapa kau sepertinya sangat gelisah?” tanya ibunya tiba-tiba.

“Aniyo, Eomma. Aku baik-baik saja,” jawabnya sambil tersenyum.

“Bagaimana mungkin kau tidak papa. Cepat ceritakan pada Eomma!” kata Nyonya Park dengan sedikit memaksa. “Ah eomma tahu, pasti gadis manis itu kan?” tebaknya. Ia tahu tentang Chanyeol yang berpacaran dengan Rae Yoo, karena waktu itu tidak sengaja ia bertemu mereka sedang berkencan di mall. Menurutnya, Rae Yoo adalah gadis yang manis dan imut walaupun sedikit manja.

“Ah eomma cepat sekali menebaknya,” kata Chanyeol kesal.

“Ah ayo cepat ceritakan.” Ibunya tidak sabar lupanya.

Chanyeol pun menceritakan semuanya dari awal hingga akhir.

Nyonya Park tersenyum mendengar cerita Chanyeol. “Kau harusnya senang punya gadis seperti dia.”

“Hah?” Chanyeol kaget minta pejelasan.

“Tentu saja dia melakukan itu karena ingin terlihat baik dimatamu,” kata Eomma Chanyeol. “Coba Eomma tanya, kau marah karena ia membohongimu atau karena ia tidak bisa memasak?”

“Karena ia membohongiku!” jawab Chanyeol.

“Ah benarkah? Eomma tidak percaya. Kalau karena ia telah membohongimu, apakah selama ini kau tidak pernah membohonginya?” Chanyeol memikirkan perkataan Eommanya. Ah benar juga, bahkan ia sudah banyak membohongi gadis itu saat ia pergi ke Yanggu.

“Jadi karena ia tidak bisa memasak kan? Kau suka dengan gadis yang suka memasak?” Chanyeol mengangguk menyesal.

“Hmm, bukankah jika ia tidak bisa memasak kau bisa mengajarinya? Itu akan menjadi sangat romantis saat kalian berada dalam satu dapur dan kau mengajarinya bagaimana cara memasak.” Benar juga, pikir Chanyeol. “Aaaah, aku merindukan masa mudaku. Gerue, cepatlah temui dia, Rae Yoo pasti sangat sedih. Ah Eomma akan pergi belanja, Chanyeol~” Ibu Chanyeol bangkit dari sofa dan pergi ke kamar untuk berganti pakaian.

 

****

 

Chanyeol mencoba menghubungi Rae Yoo tapi tidak diangkat. Ditambah hari ini hujan deras jadi ia tidak bisa mengunjungi rumah Rae Yoo. Chanyeol menyambar telepon rumahnya di dapur dan menghubungi nomor telepon rumah keluarga Rae Yoo.

“Yeobseyo?” terdengar suara laki-laki disebrang sana. Ah Chanyeol tahu, ini suara Rae Soo.

“Yeobseyo, Rae Soo,” sapa Chanyeol ramah.

“Ah Chanyeol Hyung, Wae?” Rae Soo sedang asik bermain games di notebooknya sebelum Chanyeol menelpon.

“Apa ada Rae Yoo di rumah?” tanya Chanyeol tanpa basa-basi sedikit pun.

“Oh kau mencari Noona. Sejak kemarin malam ia berada di rumah nenek untuk belajar memasak,” jawab Rae Soo.

Chanyeol tersentak. “Memasak?”

“Ne, Rae Yoo Noona tak berhenti menangis setiap malam karena kau hyung. Jadi Eomma menyuruhnya pergi ke rumah Nenek,” jelas Rae Soo.

“Memangnya dimana rumah nenekmu?”

Rae Soo menjauhkan telepon dari telinganya dan menggerutu, “Kau penasaran sekali!”

“Ah tak jauh dari rumah, Hyung!” ucap Rae Soo dengan manis, tentu saja dengan dipaksakan.

“Gerue, Gomawo Rae Soo,” kata Chanyeol menyudahi pembicaraan kemudian menutup teleponnya.

“Hah.” Chanyeol merebahkan badannya di sofa dan memejamkan matanya. Membayangkan bagaimana giat gadisnya hanya untuk bisa memasak.

“Rae Yoo, aku mencintaimu,” lirih Chanyeol.

Tiba-tiba terdengar suara bel dari depan gerbang rumahnya.

“Aigo, siapa yang datang saat hujan begini?” kesal Chanyeol. Ia segera bangkit dari tidurnya dan berjalan ke depan rumahnya.

Samar-samar ia melihat siluet seorang gadis dengan jas hujan pink yang melekat di tubuhnya. Apakah itu ibunya? Ah tidak mungkin, ibunya tidak sekurus itu. Yura Noona? Ia pasti akan diantar oleh kekasihnya.

Chanyeol buru-buru mengambil payung di depan pintu dan menghampiri gadis itu.

“Rae Yoo?!” kaget Chanyeol begitu ia mendekati gadis itu. Ia pun membuka gerbang dan merangkul serta memayungi gadis itu. “Neo Paboya?!”

******

Mereka duduk berhadapan di meja makan. Di depan mereka terdapat bemacam makanan, ada tteobboki, jajangmyeon, kimbab, dan juga kimchi. Rae Yoo yang membawanya kesini setelah tadi memasaknya bersama nenek Rae Yoo. Rae Yoo menatap Chanyeol yang menatapnya bergantian dengan makanan di depannya.

Rae Yoo mengambil tutup kotak makanan tersebut. “Kalau kau tidak mau aku akan—“

Chanyeol memotong, “Aniyo, aku akan memakannya.” Ia kemudian mengambil sumpit dan memakannya.

“kenapa sih, kau harus serepot ini? Kau tahu aku sudah memaafkanmu sebelum kau membawa makanan ini kesini,” kata Chanyeol sambil mengunyah makanannya.

“Kau tahu, aku berpikir bagaimana mungkin kekasihku bisa memasak sedangkan aku tidak?” Rae Yoo menatap Chanyeol dalam dengan mata berkaca-kaca.

“Aku.. tadinya berpikir, kau tidak bisa memasak dan itu berarti kau tidak masuk kriteria gadis idamanku,” ucap Chanyeol dan membuat gadis di depannya tersentak kaget. “Tapi bukankah aku bisa mengajarimu nanti?” lanjutnya sambil tersenyum, senyum tulus tentu saja.

“Buka mulutmu.” Chanyeol menyuapi Rae Yoo Kimbap yang langsung dilahap oleh gadis itu.

“Aku mencintaimu dan juga menyayangimu,” kata Chanyeol.

“Aku juga mencintaimu,” balas Rae Yoo.

Kemudian tiba-tiba saja Chanyeol berdiri dari duduknya dan mengarahkan wajahnya pada gadis itu. Tadinya ia ingin mencium bibir gadis itu, tapi karena posisinya yang cukup jauh, jadi ia mencium keningnya.

Chanyeol kembali duduk. “Jadi, ayo kita memasak!”

THE END



Viewing all articles
Browse latest Browse all 4828

Trending Articles