Quantcast
Channel: EXO Fanfiction
Viewing all articles
Browse latest Browse all 4828

Angel-face Bitch (Chapter 1)

$
0
0

Tittle: Angel-face Bitch

Author: @diantrf

Cast:

Park Cheonsa (OC)

Kim Junmyeon/Suho, Oh Sehun, Park Chanyeol (Exo)

Genre: Angst, Fantasy, Romance, Bloody

Rating: T

Length: Chaptered (1 of 2)

0o0

“Terabaikan adalah hal terindah. Karenanya aku merasakan sakit yang menerbangkanku entah kemana.”

-Park Cheonsa-

0o0

Park Cheonsa, adalah seorang gadis cantik menawan yang mempunyai segalanya. Bagaikan Azoth yang dibangkitkan, ia benar-benar sebuah kesempurnaan yang nyata. Terlahir dalam keluarga terpandang yang sudah pasti disibukkan dengan segala urusan bisnis.

 

Klasik. Ia memang memiliki segalanya, namun tidak dengan kasih sayang. Tujuh belas tahun hidupnya ini mungkin dapat dihitung jari kapan kedua orangtuanya pulang ke rumah yang megah namun terkesan dingin dan jauh dari kata hangat itu.

 

Ia selalu merasa kesepian. Tidak memiliki teman. Oh, bahkan banyak sekali yang ingin berteman dengannya. Namun ia selalu menolak. Pikirannya terlalu menerawang ke depan, bahwa pasti semua orang berteman dengannya karena segala kesempurnaan yang ia miliki.

 

 

Oh Cheonsa sayang, sepertinya otakmu berfikir terlalu jauh.

 

 

Ia kini duduk di bangku kelas dua sekolah menengah. Seperti anak pada umumnya, ia belajar dan sangat menikmati waktu sekolahnya. Hanya saja dengan tampilan yang berbeda. Cheonsa bagaikan batu rubi berkilau diantara teman-teman normalnya yang lain.

 

Datang di pagi hari dengan mobil sport putih kesayangannya, yang tentu saja tidak sebanding dengan mobil murid yang lainnya. Rambut blonde khas Eropa dengan mata hijau berkilau seperti tiara, kulit putih susu, dan segala kesempurnaan lainnya.

 

Selalu datang pagi dan duduk menyendiri di bangku pojok kelasnya, yang jika murid lain datang terlihatlah pemandangan dirinya sedang membaca buku dengan kacamata bacanya. Sungguh terlihat sangat menawan melebihi apapun.

 

 

Namun, layaknya ratu es yang tak pernah tersentuh udara hangat musim semi, Cheonsa tetaplah Park Cheonsa si penyendiri. Ia tidak mempedulikan keadan sekitarnya yang menurutnya datar-datar saja. Oh, bahkan ia tak menyadari betapa lebih datarnya hidupnya itu.

 

Tapi, selalu ada titik kecil cahaya dalam kegelapan bukan? Beruntungnya ia memiliki seorang kakak yang baik hati dan sangat menyayanginya, walaupun terkadang rasa sayang itu Cheonsa anggap sebagai kekangan. Terkadang? Mungkin lebih pantas dibilang sering. Cheonsa sering merasa terkekang oleh kakaknya sendiri, Park Chanyeol.

 

 

Titik kecil itu gagal menerangi kegelapan jalannya.

 

0o0

Suatu pagi, ratu es kita ini sedang membaca buku di taman dekat lapangan berumput. Layaknya seorang putri surga yang sedang duduk di atas singgasananya, Cheonsa terlihat sangat menawan, as usual. Namun, kini ia tak sendiri lagi. Sepertinya ada seorang pemuda yang tiba-tiba saja berdiri di depannya.

 

Cheonsa tak menghiraukan orang itu, ia masih asik dengan dunianya sendiri. Oke, dia memang selalu asik dalam dunianya sendiri.

 

 

Nuna.. bisa tolong ambilkan bola yang berada di belakang bangku yang kau duduki itu?” pinta orang asing itu dengan tatapan datar.

 

Setidaknya kita tahu tak hanya Cheonsa saja yang punya tatapan datar andalannya.

 

 

Cheonsa masih tak menghiraukan orang itu, yang sepertinya adalah salah satu adik kelasnya yang sial karena terpaksa harus berhadapan dengan ratu es semacam Cheonsa. Karena kesal, pemuda itu menghampiri Cheonsa dan dengan tatapan malasnya ia tanpa aba-aba mengangkat Cheonsa dalam gendongannya.

 

Cheonsa refleks berteriak dan memukul pemuda yang tengah menggendongnya itu. Pemuda itu diam membisu. Ia terpikat pesona sang Azoth yang tak terelakkan. Harum tubuh Cheonsa yang seperti wewangian surga itu berhasil menghipnotisnya.

 

Seakan sependapat, Cheonsa pun kini terdiam. Matanya tertancap pada mata hazeld pemuda di hadapannya. Mata yang terkesan dingin namun teduh disaat bersamaan. Mata seorang pelindung.

 

 

Pemuda itu kini tersadar dari diamnya lalu menurunkan Cheonsa dari gendongannya, segera mengambil bolanya, lalu pergi meninggalkan Cheonsa yang kini kembali dalam wujud semulanya. Ratu es.

 

“Oh Sehun. Namaku Oh Sehun. Senang mengenalmu, Cheonsa nuna.” ucapnya dengan senyum menggodanya, lalu dengan cepat berlari kembali menuju lapangan tempatnya bermain sepak bola tadi.

 

 

Cheonsa masih menatap lekat kepergian Sehun. Sampai kini adik kelasnya itu kembali bermain dengan kawan-kawannya. Cheonsa kembali duduk di tempatnya semula, larut dalam bacaannya yang sempat tertunda.

 

 

“Oh Sehun. Maaf, tapi bukan kamu orangnya.” gumamnya, dan bel masuk kini berbunyi dengan nyaringnya.

 

0o0

Untuk kesekian kalinya, Cheonsa pulang ke rumah mewahnya. Sangat membosankan karena ia langsung dihadapkan pada pemandangan menyebalkan yaitu keheningan yang menenggelamkannya ke dasar jurang yang paling dalam. Ia menghela nafas lalu berjalan santai menuju kamarnya di lantai dua.

 

Saat melewati ruang keluarga, ia melihat kakaknya sedang menonton televisi dengan tenang. Ia tak mempedulikan pemandangan itu dan terus saja berjalan lalu menaiki tangga menuju kamarnya. Chanyeol yang merasakan langkah kaki seseorang langsung saja berbalik dan mendapati sosok adiknya yang berjalan dalam diam.

 

 

Cheonsa merebahkan tubuhnya begitu sampai di kamar. Ia memang tidak terlalu lelah, namun sepertinya berbaring adalah hal ternyaman sejauh ini. Ia memejamkan matanya, memikirkan sesuatu yang bahkan ia tak tahu apa itu. Merasa aneh dengan segalanya. Bosan, suntuk.

 

“Mengapa tidak memberi salam saat masuk, hm?” sapa sebuah suara berat yang membuat Cheonsa membuka matanya kembali.

 

 

Sang dewa, begitulah Cheonsa memberi julukan pada kakaknya. Interpretasi dari kelakuan namja itu yang suka mengatur hidupnya. Sungguh, ia bukan anak lima tahun lagi yang harus diawasi  tingkah lakunya. Ia sudah dewasa, setidaknya begitulah pemikirannya.

 

 

Oppa..” panggil Cheonsa dengan suara manjanya. Chanyeol hanya tersenyum lalu mendekati adiknya, ikut berbaring di samping tubuh mungil Cheonsa.

 

Tanpa kata apapun, Cheonsa langsung memeluk kakaknya, menenggelamkan wajahnya dalam dada Chanyeol. Chanyeol mengelus kepala Cheonsa lembut, merasa miris dengan keadaan adiknya yang seperti ratu es itu.

 

Namun, bagaimanapun Cheonsa tetaplah Cheonsa, adik kecilnya yang haus akan kasih sayang dan perhatian. Sebenci apapun Cheonsa pada Chanyeol, ia tetaplah sayang dengan kakaknya itu. Hanya Chanyeol yang mampu memberikan kasih sayang untuknya, walaupun terkadang berlebihan dan itu menyebalkan.

 

 

Jalja, nae dongsaeng..” gumam Chanyeol setelah mengecup kening Cheonsa. Lalu mereka telah terbang ke alam mimpinya masing-masing.

 

0o0

Chanyeol terbangun beberapa jam setelahnya. Kaget, begitu meraba tempat di sampingnya dan tak menemukan keberadaan adiknya. Chanyeol refleks bangkit dan mencari Cheonsa ke seluruh penjuru rumah. Namun nihil.

 

Hhh, Cheonsa tetaplah Cheonsa.” ucap Chanyeol pasrah, kemudian ia pergi menuju kamarnya. Hanya bisa berdoa semoga adiknya itu tidak melakukan hal-hal aneh.

 

 

 

Disisi lain, Cheonsa sedang duduk tenang di dalam sebuah mobil yang dikemudikan oleh seorang pria tampan berkulit putih yang sedang fokus melihat jalanan. Gadis itu masih asik memainkan ponselnya, tidak menghiraukan pria di sebelahnya yang tiap menit melirik kearahnya.

 

Mata Cheonsa sedikit berat, akibat baru bangun tidur beberapa menit yang lalu. Dan ia dengan santainya meninggalkan kakaknya yang masih tertidur pulas di sampingnya. Perlahan matanya kembali terpejam, dan kini ia sukses tertidur. Pria di sampingnya hanya tersenyum lalu kembali memfokuskan pandangannya ke depan.

 

 

Setelah kurang lebih dua puluh menit perjalanan, akhirnya mereka sampai di sebuah mansion yang sangat luas dan megah, tak kalah jauh dengan keadaan rumah Cheonsa. Pria itu menghentikan mobilnya lalu menggendong Cheonsa yang masih terlelap memasuki rumah.

 

Bak tuan muda yang diagungkan, kehadirannya disambut beberapa pelayan yang memang kebetulan melewati ruang tamu. Ia hanya tersenyum lalu segera berlalu menuju kamarnya di lantai dua. Ia memandangi wajah gadis dalam gendongannya.

 

Cantik, manis, dan imut disaat bersamaan. Benar-benar sempurna. Sampailah mereka di kamar sang tuan muda. Ia membaringkan Cheonsa di ranjang empuknya, lalu beranjak meninggalkan kamar itu untuk sekedar mengambil air dan camilan untuk gadisnya jikalau nanti ia terbangun.

 

 

“Dari mana, hyung?” tanya seorang bermata sipit saat ia telah sampai di dapur. Ia menoleh dan tersenyum kearah orang itu.

 

“Menjemput seseorang. Wae, Sehun-ah?” pria itu kembali fokus dengan kegiatannya menaruh beberapa biskuit itu di piring.

 

“Eum, Junmyeon hyung..” panggil Sehun pelan. Yang disebut namanya hanya bergumam untuk menyahut panggilan sepupunya itu.

 

“Sudahlah abaikan.” lalu Sehun pergi meninggalkan hyungnya begitu saja. Junmyeon hanya mengendikkan bahu lalu bergegas membawa nampan berisi susu dan biskuit ke kamarnya.

 

 

Junmyeon membuka pintu dan mendapati Cheonsa masih tertidup lelap dengan wajah imutnya. Ia meletakkan nampan di meja nakas pinggir ranjangnya lalu ia duduk di samping Cheonsa. Ia mengelus rambut blonde bergelombang gadisnya.

 

 

Gadisnya? Sebenarnya ada hubungan apa Cheonsa dengan Junmyeon?

 

 

Junmyeon yang tadinya mengelus rambut Cheonsa, kini beralih turun menuju pipi chubby Cheonsa yang sangat mengemaskan. Ia mencium pipi gadis itu dengan lembut, lalu turun perlahan menuju bibir cherry gadisnya yang ternyata lembut dan manis seperti es krim di musim panas.

 

Cheonsa menggeliat kecil lalu membuka matanya perlahan. Menelisik ke sekitar dan mendapati sebuah wajah tampan yang kini menatapnya dengan senyum manisnya. Cheonsa mengusap matanya seperti anak kecil yang baru bangun tidur.

 

 

“Sepertinya dongeng putri tidur itu memang nyata ya? Buktinya kamu bangun karena aku cium.” Junmyeon mengacak rambut Cheonsa gemas.

 

Oppaaa!” Cheonsa menepis tangan jahil Junmyeon dan berteriak manja padanya. Junmyeon semakin bersemangat dan malah melompat ke atas ranjang.

 

 

Lalu terjadilah perang bantal tak terelakkan antara Park Cheonsa dan Kim Junmyeon. Pemandangan Cheonsa yang tertawa bahagia saat ini merupakan kejadian langka yang patut diabadikan. Cheonsa saat bersama Junmyeon sangat berbeda dengan Cheonsa di rumah maupun di sekolah.

 

Wajah cantiknya kini semakin terlihat bersinar akibat keceriaan yang terpampang jelas disana. Dan itu semua berkat Junmyeon, pria yang lebih tua lima tahun (secara harfiah) darinya. Yang ia temui di sebuah cafe yang menjual berbagai jenis es krim, pukul tengah malam.

 

Kalian heran? Memang sangat mengherankan. Untuk apa mereka berada di cafe dan makan es krim pukul dua belas keatas? Hanya mereka dan Tuhan yang tahu alasannya. Dan memang begitulah takdir Tuhan bekerja.

 

 

“Ahh oppaaa!” teriak Cheonsa saat Junmyeon tiba-tiba menerkamnya, mengunci gerakannya dengan kedua tangan kuat pria itu.

 

Junmyeon menyelami mata hijau Cheonsa yang demi apapun sangat memabukkan, menatapnya dengan lembut. Cheonsa hanya diam ditatap seperti itu. Matanya beberapa kali berkedip lucu yang membuat Junmyeon semakin gemas.

 

 

Entah siapa yang memulai, kini bibir mereka telah bertemu, seolah berkata ‘hai, kamu sangat manis’ satu sama lain. Mereka hanyut dalam kehangatan tautan yang mereka ciptakan. Dunia hanya milik berdua, mungkin seperti itulah mereka saat ini.

 

Ciuman lembut itu perlahan berubah menjadi sedikit menuntut. Junmyeon semakin merapatkan tubuh mereka, benar-benar menghapus jarak barang seinci pun. Cheonsa yang berada di bawahnya masih terhanyut dalam kelembutan bibirnya.

 

 

Desahan-desahan kecil mulai terdengar ke seluruh penjuru kamar. Kini mulai berlakulah lumatan-lumatan kecil yang berubah menjadi penuh nafsu. Junmyeon menggigit bibir Cheonsa yang otomatis membuat gadis manis itu membuka mulutnya, memberikan akses mudah bagi Junmyeon untuk memasukkan lidahnya dan mencari sesuatu di dalam sana.

 

Mengambil nafas sejenak, kini Junmyeon bermain dengan leher jenjang gadisnya. Dikecupnya segala ruang kosong disana. Junmyeon sangat menikmati kegiatannya ini, apalagi mendengar desahan-desahan Cheonsa yang terdengar manis di telinganya.

 

 

Setelah cukup puas bermain disana, Junmyeon mengeluarkan sesuatu dari saku kemejanya. Sebuah benda kecil mengkilap dengan ujung runcing itu memantulkan wajah angel Junmyeon di permukaannya.

 

“Sedikit sakit, tenanglah.” bisik Junmyeon tepat di telinga Cheonsa.

 

 

Akh!” jerit Cheonsa tertahan. Junmyeon mengusap wajah Cheonsa dengan lembut.

 

 

Benda itu, sebuah pisau lipat, dengan mulusnya menggores leher Cheonsa perlahan. Darah segar keluar dari sana, diiringi rasa sakit Cheonsa yang amat sangat. Matanya terpejam, berusaha mengabaikan rasa sakit itu. Junmyeon dengan cepat mendekatkan wajahnya lalu mulai menghisap darah itu perlahan, berusaha tidak membuat Cheonsa merasakan sakit itu lebih lagi.

 

 

Sekitar lima menit, darah itu berhenti mengalir dan Junmyeon menjauhkan dirinya dari Cheonsa. Selama itu pula Cheonsa menggenggam tangan Junmyeon erat, menahan rasa sakit. Kini Cheonsa terkulai lemas dengan nafas yang sangat pelan.

 

Oppa..” lirih Cheonsa pelan. Yang disebut namanya hanya tersenyum lembut memandang gadisnya yang kini terlihat pucat.

 

“Sebentar lagi keadaanmu membaik. Minum susunya dulu, ne?” Junmyeon bagai pangeran yang dengan senantiasa menemani kekasih hatinya.

 

 

Untuk beberapa saat, mereka larut dalam keheningan. Entah apa yang ada di pikiran mereka masing-masing, hanya mereka yang tahu. Cheonsa masih sibuk memakan biskuitnya seperti anak kecil. Sangat menggemaskan. Sepertinya keadaannya sudah kembali seperti semula.

 

Oppa..” panggil Cheonsa yang sekarang sedang bergelayut manja di lengan Junmyeon yang duduk menyandar kepala ranjang.

 

“Ada apa, nae Cheonsa?” tanyanya lembut sambil mengusap pelan rambut gadisnya.

 

“Apakah menjadi vampir dan hidup abadi itu menyenangkan?” tanya Cheonsa dengan nada sedikit dipelankan, takut membuat Junmyeon tersinggung.

 

Junmyeon, diluar perkiraan hanya tertawa kecil mendengar pertanyaan gadis kecilnya. Ia malah mencubit pipi Cheonsa dengan penuh semangat karena gemas.

 

 

“Yaa!”

 

“Tadinya hidupku sangat membosankan. Namun, entah mengapa semenjak bertemu denganmu malam itu aku merasa jika hidupku seperti ada yang menerangi. Kamu benar-benar malaikat yang dikirimkan Tuhan untuk menemani hidup iblis sepertiku ini.”

 

Cheonsa membulatkan matanya. Ia memukul bibir Junmyeon pelan dengan tiga jarinya, yang membuat Junmyeon ikut membulatkan matanya juga.

 

“Hei, kenapa kamu memukul bibirku?” kini Junmyeon mengerutkan alisnya tanda ia bingung.

 

Oppa tidak boleh bicara sembarangan. Oppa itu bukan iblis. Junmyeon oppa adalah malaikat yang Tuhan kirimkan untuk menemani hidupku. Aku bisa merasakan sebuah rasa sayang itu karenamu juga. Aku mencintaimu.”

 

Junmyeon terharu. Baru kali ini ada gadis yang benar-benar tulus mencintainya. Sepanjang usianya ini, kira-kira tiga ratus tahun, ia sudah banyak bertemu dengan banyak gadis dari masa ke masa, dan semuanya selalu meninggalkannya dengan alasan jika ia bukah manusia seutuhnya.

 

 

Namun Cheonsa berbeda. Ia adalah gadis luar biasa dengan segala kesempurnaannya. Tapi bukan kesempurnaan itu yang membuat Junmyeon menyukainya, melainkan karena ketulusan hati seorang Park Cheonsa. Seorang gadis kesepian yang haus akan kasih sayang.

 

“Apakah kamu sedang mencoba menggombaliku? Wah, gadis kecil ini sudah tumbuh dewasa sepertinya.” dan terjadi lagi, Junmyeon dengan segala rasa gemasnya malah mengelitiki pinggang Cheonsa, yang membuat gadis itu berteriak kegelian.

 

Oppa, jebal..ampun, aaaa oppaaa!” begitulah seterusnya suara yang terdengar. Hanya suara tawa Junmyeon dan teriakan Cheonsa yang memenuhi kamar itu.

 

 

Tanpa mereka sadari, telah ada sepasang mata yang melihat bagaimana kemesraan mereka berdua. Sepasang mata yang menatap mereka dengan pandangan datar namun samar terlihat tidak suka.

 

 

Oh Sehun.

 

0o0

Cheonsa terbangun dari tidurnya. Sekarang masih pukul enam pagi, namun ia langsung bangkit dari ranjang dan bersiap untuk sekolah. Setelah menambah sentuhan terakhirnya, bando tosca berpita kecil, ia segera keluar dan turun menuju ruang makan.

 

Disana telah menanti Chanyeol dengan pakaiannya yang minimalis khas anak kuliahan. Cheonsa duduk di samping Chanyeol dan langsung menyambar segelas susu putih hangat favoritnya. Chanyeol hanya tersenyum melihat penampilan adiknya yang manis ini.

 

“Cobalah tersenyum, kamu akan semakin cantik.” ucap Chanyeol sambil mencubit pipi Cheonsa pelan. Gadis itu langsung mengembungkan pipinya yang masih penuh dengan susu.

 

“Malas.” hanya itu jawaban yang ia berikan.

 

 

Ruang makan itu kembali hening. Sekitar sepuluh menit dalam diam, mereka akhirnya menyelesaikan sarapan masing-masing. Cheonsa langsung bangkit dari duduknya, mencium pipi Chanyeol dan berjalan santai meninggalkan ruang makan tanpa sepatah kata pun.

 

“Tidak mau berangkat bersama oppa?” tanya Chanyeol, berusaha mengejar adiknya itu.

 

“Tidak. Aku sudah dijemput orang lain.” jawab Cheonsa tanpa menoleh kepada kakaknya.

 

“Junmyeon hyung?” Cheonsa terdiam. Pertanyaan Chanyeol membuat sarafnya berhenti seketika.

 

 

Chanyeol menghampiri adiknya yang terdiam, memeluknya dari belakang. Cheonsa refleks membalikkan tubuhnya dan memeluk Chanyeol sekuat yang ia bisa. Tak ingin menunjukkan segala kelemahannya pada kakaknya yang paling ia sayang. Chanyeol hanya mampu menghela nafas, berusaha agar titik bening itu tidak keluar dari matanya.

 

“Cheonsa, bagaimana bisa..”

 

Oppa, mian..” entah iya atau tidak, namun suara Cheonsa bergetar. Sepertinya ia menangis.

 

Chanyeol ikut mengeratkan pelukannya. Tak menyangka adik kecilnya akan secepat ini mengerti arti hidup yang sebenarnya. Arti dari kehidupannya. Kehidupan seorang Park Cheonsa.

 

 

Bahwa tujuannya hidup hanyalah untuk sebuah kematian.

 

 

“Apa yang telah ia lakukan padamu, hm?” tanya Chanyeol lembut, menatap mata Cheonsa sedalam-dalamnya.

 

Mian, oppa..hiks..” tak ingin menuntut banyak, Chanyeol paham dengan keadaan adiknya saat ini.

 

“Sudahlah. Ia sudah menunggumu di depan. Nanti kamu terlambat.” Chanyeol mengusap air mata Cheonsa. Ia juga meletakkan kedua jari telunjuknya di kedua sisi bibir Cheonsa, membuat sebuah lengkungan pelangi disana.

 

Cheonsa memeluk Chanyeol sekali lagi, lalu keluar dari kediaman Park karena Junmyeon telah menjemputnya. Chanyeol, sekali lagi hanya dapat menghela nafasnya menatap kepergian Cheonsa. Ia mengambil kunci mobilnya dan ikut keluar menuju dunia perkuliahan yang lumayan menguras tenaga.

 

 

“Apakah aku terlambat, Cheonsa?”

 

0o0

Cheonsa sedang duduk sambil membaca buku, seperti biasa. Namun kali ini lokasinya adalah pojok perpustakaan yang hening dan sepi. Hanya ia yang membaca buku disana. Sebuah keuntungan baginya karena ia suka keheningan saat membaca.

 

 

“Sendirian?” tanya seorang asing yang tiba-tiba sudah duduk di sampingnya. Seperti suara yang ia kenal.

 

As you can see..” jawab Cheonsa singkat tanpa mengalihkan pandangannya kepada orang asing itu.

 

“Aish, nuna..” rengeknya manja pada Cheonsa. Cheonsa menutup bukunya dan menatap orang itu datar. Tatapan andalannya.

 

“Ada perlu apa, Seh..”

 

 

Belum sempat menyelesaikan kalimatnya, namja itu sudah menarik Cheonsa. Tubuh Cheonsa kini terhimpit antara dinding dan tubuh tinggi sang lawan bicara. Sehun menatap Cheonsa dalam. Ada sesuatu dalam gadis ini yang membuatnya terpesona.

 

 

Ia jatuh dalam lubang cinta berduri milik Park Cheonsa.

 

 

“Sehun!”

 

Ssstt..” Sehun menempelkan jari telunjuknya di bibir Cheonsa.

 

 

Perlahan, Sehun mendekatkan wajahnya ke wajah Cheonsa. Tangan kanannya memegang tengkuk belakang gadis itu, menahannya agar tetap pada tempatnya. Cheonsa mencoba melepaskan diri dari Sehun, namun nihil. Tenaganya kalah telak dengan Sehun.

 

 

BRUK!

 

 

Suara itu mengagetkan keduanya. Sehun refleks menjauhkan tubuhnya dari Cheonsa, melihat apa yang menimbulkan suara berisik itu.

 

Ternyata suara buku yang jatuh tepat di samping mereka berdua. Pemandangan tidak wajar. Apa yang menyebabkan buku itu jatuh dengan sendirinya?

 

 

“Junmyeon hyung!” teriak Sehun frustasi. Cheonsa seketika membulatkan matanya begitu mendengar nama Junmyeon disebut.

 

“Sehun..kenal..”

 

“Ia kakakku. Sepupu lebih tepatnya.” jawab Sehun pelan, berhasil mengontrol emosinya.

 

 

“Tunggu aku nuna. Aku akan menyelamatkanmu.” itulah ucapan terakhir Sehun sebelum ia pergi meninggalkan Cheonsa.

 

 

“Menyelamatkan..ku?” gumam Cheonsa di tengah keheningan yang kembali menyelimutinya.

 

 

 

Tanpa gadis itu ketahui, ada seseorang yang memperhatikannya dengan mata darah berkilaunya.

 

 

Kim Junmyeon.

 

 

TBC

Annyeong^^ ketemu lagi sama Angel hehe. Agak ga tega bikin ff yang menjurus ke-lalalalalala *abaikan*. Tapi kalo ga gini jadi ga menjiwai. Maaf menistakan Kim Junmyeon sang angel menjadi seorang iblis (walaupun tetep ganteng), Oh Sehun jadi sedikit liar, dan Chanyeol.. Yeolie karakternya baik-baik aja kan ya disini? doakan part selanjutnya lancar. Kamsahamnida and annyeong^^



Viewing all articles
Browse latest Browse all 4828

Trending Articles