Quantcast
Channel: EXO Fanfiction
Viewing all articles
Browse latest Browse all 4828

Time Effect (Chapter 4)

$
0
0

TIME EFFECT (Chapter 4)

| Author : Shin Jaejae | Tittle : Time Effect (Chapter 4) |

| Genre : Romance, Marriage Life, Drama | Rate : PG-15| Length : Chaptered | Main Cast : Baekhyun EXO K, Shin Eunkyung (You) |

|Other cast : EXO K member’s, and find out more|

Summary       : Baekhyun, namja dingin dan acuh tak acuh terlahir dari keluarga kaya, bertemu dengan seorang yeoja mungil bernama Eunkyung yang sangat mandiri.Jangan harap pertemuan yang romantis atau bahagia, namun pertemuan konyol yang mengantarkan mereka ke kehidupan baru yang penuh lika-liku. Dapatkah Eunkyung mengubah sifat Baekhyun yang egois dan dingin?

Tak terasa udah chapter 4 aja…makasih banyak buat para readers yang selalu setia nungguin FF ini, selalu comment, makasih udah memberikan semangat (kayak winning speech aja, haha *peace*). Tapi bener, makasih bangeeet…maaf juga publishnya lama, soalnya cari inspirasi plus ngantri di tempat miminnya *colek mimin*….Langsung aja ya, chapter 4….

–CHAPTER 4–

            Eunkyung hanya terus memandang kosong ke arah ponselnya. Tidak ada pesan apapun yang masuk ke nomornya, bahkan telepon. Jam pada ponselnya telah menunjukkan pukul 10 malam, tapi Baekhyun belum pulang. Biasanya saat malam pun dia masih beradu mulut dengan Baekhyun, namun tidak malam ini. Baekhyun tadi sudah mengatakan padanya bahwa dia akan pulang terlambat karena ada proyek yang akan diselesaikan bersama teman-temannya. Eunkyung sebenarnya ingin tidur saja, namun sekeras apapun usahanya untuk memejamkan mata tetap saja matanya tak mau terpejam sedikitpun.

            Bosan, Eunkyung bangkit berjalan mendekati almari display tempat maket-maket buatan Baekhyun dipajang. Maket-maket gedung dan taman buatan Baekhyun dibuat dengan sangat rapi. Di setiap maket tercantum pula tanggal dibuatnya maket itu. Dari berpuluh-puluh maket, ada satu maket yang menarik perhatian Eunkyung. Maket rumah kecil dengan dua lantai dan taman di belakang rumah. Terlihat sederhana. Perlahan Eunkyung membuka almari dan mengambil maket itu.

12 Mei 2010 “My Future Home”

Baekhyun +………..

            Begitulah kata-kata yang tertulis di maket itu. Eunkyung tersenyum kecil. Dia pun beralih menuju meja tulisnya sambil membawa maket itu. Diperhatikannya baik-baik detail maket itu, walaupun dia sama sekali tidak tahu tentang maket. Satu simpulan yang dia dapatkan, seluruhnya terbuat dari kertas. Tidak seperti biasanya maket yang pernah dia lihat. Dia sangat suka dengan maket itu sehingga tanpa sadar dia pun mengambil gambar maket itu dengan ponselnya. Terlalu asyiknya Eunkyung memotret, dia bahkan tidak menyadari bahwa sikunya telah menyenggol segelas jus yang tadi diminumnya. Jus itu pun tumpah membasahi maket.

            “Omo..omo! Eottokkae?”, kata Eunkyung terkejut dengan apa yang telah dilakukannya. Cepat-cepat diraihnya maket itu, kemudian dikibas-kibaskannya agar air tumpahan jus hilang. Namun karena terlalu kuat mengibaskan, sebagian bagian dari maket itu malah terlepas dan rusak.

            “Aaaa…eottokkae? Baekhyun pasti marah sekali!”, kata Eunkyung tambah putus asa. Dia masih mencoba mengeringkan maket itu dengan meniupnya. Dia mengutuk dirinya sendiri karena telah sembarangan mengambil barang orang lain, dan kini rusak di tangannya.

            Pada akhirnya Eunkyung hanya bisa mengamati maket yang telah sebagian rusak itu dengan pandangan kosong. Dia tak tahu apa yang akan dilakukannya. Kertas-kertas yang digunakan sebagai bahan pembuat maket itu menggembung karena tersiram air. Warnanya pun memudar. Pikirannya buntu, dia pun menyembunyikan maket itu ke lemari pakaiannya. Entah sampai berapa lama. Yang ada dalam pikirannya saat ini hanya agar Baekhyun tidak tahu apa yang terjadi. Itu saja.

            “Kau belum tidur?”, tanya Baekhyun yang baru saja datang. Wajahnya terlihat lelah. Pukul 12 malam.

            Eunkyung yang saat itu berdiri di depan jendela hanya diam saja. Entah apa yang ada dipikirannya saat ini. Barangkalo pikirannya masih sangat kalut karena dia telah merusakkan maket buatan Baekhyun tadi. Otaknya sibuk memikirkan jalan keluar apa yang terbaik agar Baekhyun tidak mengetahui kalau dia telah merusakkan maketnya. Karena sibuk dengan pikiran-pikirannya itu dia bahkan tidak menyadari kedatangan Baekhyun.

            “Eunkyung! Kau sedang apa?”, tanya Baekhyun lagi, volume suaranya lebih tinggi. Kali ini dia berjalan mendekati Eunkyung. Eunkyung masih saja tidak menjawab. Jengkel pertanyaannya tidak dijawab, Baekhyun pun menepuk punggung Eunkyung.

            “Huaa! Kkamjakiya!”, seru Eunkyung terkejut karena tiba-tiba ada yang menepuk pundaknya. Dia pun menoleh, dia tambah terkejut karena Baekhyun ternyata sudah ada di belakangnya.

            “Kau…kau sudah pulang?”, tanya Eunkyung gugup melihat kedatangan Baekhyun. Jantungnya menjadi berdetak cepat sekali. Mungkin saja karena efek kaget tadi, atau mungkin karena dia takut Baekhyun mengetahui apa yang telah dilakukannya tadi.

            “Kenapa kau bertanya seperti itu? Memangnya kau harap aku pulang jam berapa?”, jawab Baekhyun dengan wajah merengut karena jawaban Eunkyung tadi. Dia pun beranjak ke ranjangnya dan melepas jaketnya.

            “Oh, ani. Maksudku, kau kenapa pulang—eee—maksudku—kau pulang—baru—eee—?”, tanya Eunkyung dengan kalimat acak. Pikirannya sangat kacau, ditambah lagi dengan detak jantungnya yang semakin tak terkendali, membuat kata-kata yang keluar dari mulut Eunkyung menjadi tak karuan. Eunkyung sebenarnya menyadari apa yang dia katakan, namun pikirannya seperti dilumpuhkan oleh ketakutan dan kegugupannya saat itu. Baekhyun menyadari perubahan sikap Eunkyung, dia hanya mengrenyitkan dahinya. Matanya lebih dia sipitkan untuk memandang Eunkyung dengan saksama.

            “Kau ini kenapa? Sikapmu aneh sekali.”, kata Baekhyun penasaran.

            “Eum..Ani..aku..aku..aku..mengantuk..aku..mau tidur saja.”, kata Eunkyung dengan salah tingkah. Dengan langkah tergesa dia mendekati sofa dan meraih selimutnya. Cepat-cepat dibaringkannya badannya ke sofa, kemudian diselimuti seluruh tubuhnya hingga menutupi mukanya. Baekhyun menjadi semakin heran.

            “Hei, kau tidak kepanasan? Tidur dengan berselimut seperti itu?”, tegur Baekhyun. Dia bahkan tidak melakukan kegiatan apapun, kedua matanya fokus kepada Eunkyung.

            “Em.”, jawab Eunkyung singkat. Dia merasa sama sekali tidak ingin berbincang dengan Baekhyun saat ini. Terlalu berbahaya baginya. Rahasianya bisa terbongkar.

            Baekhyun hanya menggeleng, kemudian dia menuju ke lemari pakaiannya. Baekhyun mengambil sebuah kaus, lalu masuk ke kamar mandi. Beberapa menit kemudian dia keluar dari kamar mandi memakai kaus yang tadi diambilnya. Dilihatnya Eunkyung membuka selimut yang menutupi mukanya. Wajahnya memerah karena kepanasan. Baekhyun terkekeh kecil. Menyadari bahwa diawasi, Eunkyung segera menyelimuti tubuhnya kembali dengan selimut. Berpura-pura tidur kembali.

            “Babo.”, gumam Baekhyun.

            “Kau kenapa noona? Sepertinya kau sedang tidak sehat?”, tanya Sehun pada Eunkyung. Hari itu Sehun bertemu dengan Eunkyung lagi di kampus Eunkyung. Sudah sekitar dua hari ini Sehun pergi ke kampus Eunkyung untuk menemui profesor Park Siwan. Dan setiap kali itu pula dia selalu menyempatkan diri menemui Eunkyung.

            “Ani,,gwenchana.”, jawab Eunkyung.

            “Geure…”, jawab Sehun menggantung. Dia sebenarnya tidak percaya dengan jawaban Eunkyung. Sehun kembali berkonsentrasi menyetir mobilnya. Dia hanya menunggu jawaban Eunkyung yang lebih jelas. Namun Eunkyung masih tidak bersuara. Dia hanya terus memandang ke arah depan. Hening.

            “Eummmhokshi..kau bisa membantuku Sehun?”, tanya Eunkyung ragu. Akhirnya dia membuka suaranya. Sehun menoleh ke arah Eunkyung.

            “Apa yang bisa kubantu?”, tanya Sehun. Dia kembali berkonsentrasi menyetir.

            “Sebenarnya, lusa malam kemarin aku tidak sengaja merusakkan maket Baekhyun.”, kata Eunkyung perlahan. Dengan ekor matanya dia melirik ke arah Sehun untuk melihat reaksi Sehun. Tidak ada reaksi dari wajah Sehun.

            “Maket Baekhyun yang terbuat dari kertas, tak sengaja aku menumpahkan jus. Banyak bagian yang rusak dan menggembung. Aku –hanya–tidak ingin Baekhyun tahu kalau aku merusakkannya.”, tambah Eunkyung serius. Kali ini dia ingin sekali mendengar tanggapan dari Sehun.

            “Hmm..dari kertas? Kurasa– maket seperti itu agak sulit. Namun aku ingin lihat seberapa parah rusaknya.”, jawab Sehun sambil berpikir.

            “Baiklah. Nanti kutunjukkan padamu. Aku bingung harus berbuat apa. Sedangkan aku tidak tahu apapun tentang maket. Mungkin–hanya kau yang aku tahu bisa membantuku.”, kata Eunkyung lagi. Kali ini wajahnya sedikit terlihat lega.

            “Gwenchana. Nanti kau kuajari caranya.”, tanggap Sehun menoleh ke arah Eunkyung. Kali ini dia tersenyum, membuat muka Eunkyung menjadi merah padam. Bukan karena malu, namun karena Eunkyung tak bisa mengontrol perasaannya saat ini.

            “Nde..gomawo.”, jawab Eunkyung singkat.

            “Ah, kita sudah hampir sampai.”, kata Sehun melambatkan kecepatan mobilnya.

            “Beberapa hari ini kulihat kau terlihat sangat aneh.”, kata Baekhyun sambil menyumpitkan nasi ke mulutnya. Eunkyung duduk di hadapannya, namun wajahnya tertunduk, tak berani menatap Baekhyun. Malam itu mereka makan malam berdua saja. Eomma dan abeoji mereka sedang berlibur ke Jeju.

            “Aneh? Aneh apa maksudmu?”, jawab Eunkyung geragapan. Jantungnya kembali berdetak cepat. Entah mungkin perasaan takut akan ketahuan masih menyelimutinya, sehingga setiap kali bertemu Baekhyun jantungnya berdetak tak karuan.

            “Nah, itu. Aneh.”, jawab Baekhyun kembali. Mengambang. Walaupun begitu pandangan matanya tak lepas dari gerak-gerik Eunkyung. Eunkyung tak menjawab, dia hanya terus menyumpitkan nasi ke mulutnya. Dia bahkan tak tahu apa yang dilakukannya, karena dia sendiri tak dapat mengontrol diri. Dia sebenarnya juga heran, kenapa ketakutannya ini sangat besar hingga membuat dirinya lepas kendali. Jantungnya pun berdetak sangat cepat, melebihi saat dia bertemu dengan Sehun.

            Eunkyung masih terus saja menyumpitkan nasi ke mulutnya. Baekhyun menghentikan makannya. Dia hanya memandang Eunkyung yang masih terus makan sambil menyembunyikan wajahnya. Tak berani menatap Baekhyun sama sekali.

            “Jangan makan cepat-cepat, nanti kau bisa ter—“, ucap Baekhyun terputus, karena tiba-tiba saja Eunkyung sudah terbatuk-batuk karena tersedak nasi. Cepat-cepat Baekhyun meletakkan mangkuk nasinya kemudian berlari ke arah Eunkyung.

            “Uhuk..uhuk.uhuk…‼”, hanya itu suara yang keluar dari mulut Eunkyung. Wajahnya menjadi merah padam. Eunkyung pun meraih segelas air, diteguknya sebagian. Namun batuknya tak juga berhenti.

            “Apa kubilang, kau hati-hati makan. Jadinya kau malah tersedak seperti ini.”, ucap Baekhyun khawatir, kemudian menepuk-nepuk kecil punggung atas Eunkyung. Eunkyung hanya mengangguk, sambil terus terbatuk. Namun dia tetap tak berani memandang ke arah Baekhyun. Yang Eunkyung harapkan saat itu hanyalah agar Baekhyun segera menghilang dari pandangannya. Namun gagal. Pada akhirnya Baekhyun malah duduk di samping Eunkyung.

            “Gwenchana?”, tanya Baekhyun masih terus menepuk kecil punggung Eunkyung. Eunkyung hanya mengangguk kecil. Melihat tanggapan Eunkyung, Baekhyun hanya menaikkan sebelah alisnya. Dia kemudian berdiri mengambil mangkuk nasi yang berada agak jauh di depannya. Dia pun melanjutkan makan dengan duduk di samping Eunkyung, yang membuat Eunkyung menjadi benar-benar mati kutu.

            “Ahh,,neomu himdeureo.”, keluh Eunkyung yang melihat pekerjaan besar di hadapannya. Benar-benar besar, karena harus memperbaiki maket. Pekerjaan yang sama sekali bukan ranahnya. Kalau diibaratkan, seperti seorang nelayan ikan yang tiba-tiba harus mengoperasi pasien. Tidak ada relasinya sama sekali.

            “Ikuti saja feelingmu. Itu lebih baik.”, jawab Sehun tersenyum melihat apa yang dikerjakan Eunkyung. Sudah dua hari ini dia membantu Eunkyung menyelesaikan maket itu.

            “Ah, kepalaku pusing. Aku istirahat sebentar.”, kata Eunkyung menyerah. Sehun tertawa. Diteguknya segelas jus yang telah disiapkan Eunkyung sejak tadi. Kemudian dia pun meraih sepotong cookies dan dimakannya.

            “Istirahat saja dulu. Tak bagus nanti hasilnya kalau dengan paksaan.”, kata Sehun kembali. Eunkyung mengangguk, kemudian diteguknya juga jus yang hanya tinggal separuh di gelasnya. Dia pun mengamati sekali lagi hasil pekerjaannya. “Not bad”, begitu pikir Eunkyung.

            “Beruntungnya Baekhyun hyung memiliki istri sepertimu, noona.”, kata Sehun tiba-tiba membuat konsentrasi Eunkyung teralih pada Sehun yang duduk di depannya.

            “Wae?”, tanya Eunkyung penasaran. Dia tak menyangka sama sekali Sehun mengucapkan kata-kata itu padanya.

            “Humm..Kau baik, mandiri, kau sangat perhatian. Kau bahkan mau membuat maket yang yaaah sulit untuk dikerjakan.”, puji Sehun, kemudian meneguk jusnya lagi. Eunkyung hanya terperangah. Otaknya berhenti bekerja. Dia tak menyangka dia dipuji seperti itu oleh Sehun. Tapi ada yang aneh dengannya, jantungnya dirasanya tak berdegup kencang lagi. Atau mungkin tidak sekencang saat dia bertemu Baekhyun kemarin.

            “Anieyo. Kau terlalu berlebihan.”, jawab Eunkyung datar, dia menyadari kecanggungan antara mereka. Sehun tersenyum. Eunkyung mengganti topik pembicaraan.

            “Ah, aku sangat penasaran. Menurutku kau ini tampan, sangat baik. Tapi kenapa aku tak pernah melihatmu sekalipun dengan seorang yeoja?”, tanya Eunkyung hati-hati. Ia ingin sekali mengulik tentang kehidupan Sehun.

            “Emm…kau bisa saja, Noona.”, jawab Sehun singkat. Tak ada ekspresi sama sekali. Jawaban itu benar-benar membuat Eunkyung menjadi semakin penasaran.

            “Eiii..ini benar. Aku hanya ingin tahu, sebenarnya seperti apa tipe idealmu?”, tanya Eunkyung kembali. Sehun tertawa. Dia menggeleng-gelengkan kepalanya.

            “Tipe ideal? Seperti apa, ya?” jawab Sehun sembarangan namun sambil berpikir. Eunkyung hanya diam menunggu jawaban Sehun. Entah mungkin hampir satu menit. “Seperti Noona mungkin?”, canda Sehun sambil tertawa.

            Jawaban Sehun itu serta merta membuat Eunkyung terkejut bukan main. Hatinya serasa meloncat mendengar perkataan Sehun tadi.

            “Na?!”, kata Eunkyung di sela-sela rasa terkejutnya. Wajahnya sudah berwarna merah padam.

            “Hahaha..wae? Noona sangat baik kurasa.”, jawab Sehun bersungguh-sungguh. Dan jawaban itu semakin membuat Eunkyung salah tingkah. Dia tak tahu harus menjawab apa. Setelah itu mereka berdua hanya diam. Kecanggungan antara mereka pun menjadi semakin terasa.

            “Tapi aku penasaran, siapa sebenarnya yeoja yang kau sukai? Apa..mungkin..ah..jangan kau bilang kau suka padaku?”, tanya Eunkyung samar. Dia sangat ingin menuntaskan pertanyaannya dan rasa penasarannya pada Sehun, namun di satu sisi dia tak ingin Sehun mengetahuinya. Dia sangat berhati-hati melemparkan pertanyaan itu pada Sehun. Dan Sehun tertawa.

            “Hahaha..kau sangat lucu, Noona. Tidak mungkin aku menyukaimu. Kau milik Baekhyun hyung. Aku tidak akan pernah mengkhianati hyung-hyungku. Tapi aku menyukai kepribadian noona. Jinjja, jjang!”, kata Sehun bersungguh-sungguh.

            “Ah, geure!”, kata Eunkyung sambil menepuk lengan Sehun. Sehun tertawa. Eunkyung pun tertawa. Namun dia tidak tahu mengapa dia harus tertawa. Mungkin dia tertawa untuk menyembunyikan perasaannya yang kini berantakan oleh kata-kata Sehun tadi. Mungkin saja karena dia terlalu berharap. Mungkin. Atau mungkin karena dia berhasil mengetahui perasaan Sehun.

            Malam itu Baekhyun pulang terlambat lagi. Dia seminggu ini sibuk dengan proyek yang dikerjakannya bersama teman-temannya. Namun itu sangat melegakan hati Eunkyung, karena dengan Baekhyun pulang malam dia mempunyai banyak waktu untuk menyelesaikan maket.

            Pukul 12 malam. Baekhyun membuka pintu depan dan langsung ke atas menuju kamarnya. Namun begitu sampai di kamar, ada sesuatu yang dirasanya tidak biasa. Eunkyung tidak ada di kamar itu. Biasanya dia akan dengan mudah menemukan Eunkyung yang sudah tergeletak di sofanya. Selalu begitu. Tetapi malam ini Eunkyung tak ada di sofanya.

            Baekhyun pun segera meletakkan tas ranselnya dan turun ke lantai 1. Dia mencari Eunkyung di ruang keluarga. Tidak ada Eunkyung di situ. Kemudian dia beralih ke dapur. Eunkyung juga tidak ada di situ. Dia pun beralih menuju ke taman belakang, namun saat dia melewati perpustakaan matanya melihat sosok yang dikenalnya. Baekhyun pun berbelok ke arah perpustakaan.

            Begitu sampai di dalam, ditemukannya Eunkyung tertidur dengan kepalanya di atas meja. Wajahnya tampak kelelahan. Di dekat kepala Eunkyung terlihat sebuah maket yang telah dirusakkan oleh Eunkyung. Baekhyun mendekat ke tempat Eunkyung dengan hati-hati.

            “Babo. Kenapa dia tidur di sini. Di sini kan dingin.”, gumam Baekhyun melihat Eunkyung yang tertidur di meja itu. Tak sengaja mata Baekhyun tertuju ke arah benda yang sangat dikenalnya. Maket pertama yang dibuatnya. Diraihnya maket itu. dia heran kenapa maket itu bisa ada di ruang perpustakaan. Diamatinya baik-baik. Ada sedikit bagian yang berbeda. Baekhyun pun menyipitkan matanya untuk melihat lebih jelas. Ada bagian-bagian yang diganti, ada juga yang ditambal. Selain itu, ada juga bagian yang masih menggembung. Baekhyun yang melihat itu hanya menghembuskan napas panjang.

            “Kenapa dengan yeoja ini. Dia selalu saja membuat pekerjaan yang aneh.”, gumam Baekhyun kembali. Maket itu dia singkirkan ke sebuah lemari di perpustakaan itu. Dilihatnya Eunkyung yang tertidur di atas meja. Kasihan, Baekhyun pun membopong Eunkyung. Dibopongnya Eunkyung dengan hati-hati agar tidak membangunkannya. Dibawanya Eunkyung menuju kamarnya.

            Tiba di kamarnya, Baekhyun meletakkan tubuh Eunkyung dengan hati-hati di ranjang. Bukan di sofa seperti biasanya Eunkyung tidur. Perlahan dia lepaskan tangan kanannya yang tadi menopang lutut Eunkyung, kemudian beralih tangan kirinya dia gerakkan agar terlepas dari leher Eunkyung. Namun saat dia akan melepaskan tangan kirinya itu dari leher Eunkyung, tiba-tiba saja Eunkyung bergerak. Wajah Eunkyung yang semula menghadap ke atas menjadi berbalik ke arah Baekhyun. Tubuh Baekhyun serta merta membatu. Dia tak berani bergerak sedikitpun. Wajah Eunkyung begitu dekat dengan wajahnya. Bahkan di remang-remang lampu tidur seperti itu Baekhyun dapat melihat jelas wajah Eunkyung.

            Baekhyun meneguk ludahnya sendiri. Tak pernah sekalipun dia berdekatan dengan wanita dengan jarak sedekat itu. Otaknya serasa membeku. Untuk beberapa saat dia hanya diam membatu, tak melakukan apapun. Bahkan untuk bernapas pun dia tidak berani. Namun pada akhirnya Baekhyun berhasil menarik tangannya dari leher Eunkyung tanpa membangunkannya. Baekhyun pun meraih selimut dan menyelimuti badan Eunkyung. Pada saat itulah, tiba-tiba tangan kanan Baekhyun digenggam kuat oleh Eunkyung. Baekhyun sangat terkejut.

            “Eomma. Hajima.”, kata Eunkyung lirih, menggumam dalam tidurnya. Baekhyun terperanjat. Dilihatnya wajah Eunkyung dengan seksama. Ekspresi Eunkyung saat tidur tidak begitu baik. Dahinya berkerut, wajahnya terlihat gelisah.

            “Apa dia bermimpi buruk?”, gumam Baekhyun lirih. Dia benar-benar tidak ingin membangunkan Eunkyung. Semakin lama genggaman Eunkyung semakin kuat, begitu pula ekspresi Eunkyung semakin terlihat ketakutan. Baekhyun tak tahu apa yang harus dia lakukan. Beberapa menit dia habiskan hanya diam dan memandang Eunkyung. Akhirnya dengan tangan kirinya yang tidak digenggam Eunkyung dia coba memberanikan untuk mengelus puncak kepala Eunkyung. Mungkin itu bisa membuat Eunkyung lebih tenang. Hati-hati sekali dia melakukannya. Perlahan wajah Eunkyung menjadi lebih tenang.

            Baekhyun termenung. Diperhatikannya wajah Eunkyung baik-baik. Terlihat sekali olehnya lekukan matanya, hidungnya yang kecil dan bibir tipis Eunkyung. Baru Baekhyun sadari sekarang, wajah yang selalu dia temui setiap hari. Eunkyung memang tidak terlalu cantik, namun ada sesuatu yang membuatnya menjadi terlihat sangat menarik. Semakin lama Baekhyun tenggelam dalam lamunannya, berbaring di samping Eunkyung. Memperhatikan wajah Eunkyung yang tepat berada di hadapannya, serta dengan jemarinya yang bertautan dengan jemari Eunkyung.

            Entah apa yang sedang dipikirkannya, pikirannya kini terlarut oleh perasaannya sendiri. Perlahan namun pasti, kini wajah Baekhyun semakin mendekat ke arah Eunkyung. Ragu-ragu, dikecupnya dengan lembut kening Eunkyung. Setelah itu dia hanya terus berbaring menghadap Eunkyung. Mengamati Eunkyung dari jarak yang sangaet dekat. Ada suatu perasaan yang mengganjal hatinya saat ini. Baru dia sadari, dia bahkan tidak tahu siapa orang tua Eunkyung. Dan Eunkyung tidak pernah menceritakan apapun padanya, sampai sekarang.

            Sinar mentari pagi menerobos masuk melalu celah-celah jendela, membangunkan Eunkyung yang masih terbaring. Perlahan dia membuka matanya. Terasa ada yang berbeda. Dia tidak tidur di sofa seperti biasanya. Dan satu lagi, tangannya terasa hangat. Dia singkapkan selimut yang membungkus dirinya. Terlihat tangannya menggenggam kuat sebuah tangan. Eunkyung menoleh kepada siapa pemilik tangan itu.

            “Omo! Kenapa kau—kau? Kenapa aku bisa—“, kata Eunkyung terbata karena terkejut dengan kehadiran Baekhyun yang berbaring di sampingnya. Baekhyun yang mendengar kata-kata Eunkyung bangun dengan mengerjap-ngerjapkan kedua matanya. Kesadarannya sepertinya belum kembali 100%.

            Berbeda seratus delapan puluh derajat dengan Baekhyun, Eunkyung sangat terkejut kemudian serta merta melepaskan tangan Baekhyun yang menggenggam tangannya. Baekhyun tersentak.

            “Yak! Appo! Kenapa dengan kau ini?”, teriak Baekhyun.

            “Yak! Kenapa kau tidur di sini?”, tanya Eunkyung yang kini sudah berdiri di samping ranjang. Dia memandang Baekhyun dengan pandangan menginterogasi.

            “Waeyeo? Ini ranjangku sendiri, kurasa!”, jawab Baekhyun tak mau kalah. Kini dia bangkit berdiri di samping Eunkyung.

            “Geunde—kenapa—kau tidur—di samping—?”, tanya Eunkyung lagi, kebingungan. Dia susah sekali menyusun kata-kata yang membuatnya merasa malu.

            “Wae? Bukankah kita suami-istri? Apa itu hal yang aneh?”, jawab Baekhyun enteng. Kali ini dia merasa di atas angin.

            “Tapi tidak biasanya—kau—ah—apa yang kau lakukan—kemarin—“, kata Eunkyung dengan kalimat acak. Dia sekarang seperti alien yang baru datang ke Bumi.

            Baekhyun menyengir. Perlahan kepalanya dia dekatkan ke arah Eunkyung.

            “Hmmm..apa yang kulakukan padamu? Kau tahu apa yang dilakukan suami-istri? Umm—bagaimana aku menerangkannya?”, goda Baekhyun sambil terkekeh. Eunkyung yang mendengar itu menjadi ketakutan, apalagi wajah Baekhyun kini yang hanya berjarak lima centimeter dari wajahnya. Dia pun hanya membalikkan badannya untuk menghindari Baekhyun. Baekhyun tersenyum geli.

Di saat itulah Eunkyung kembali pada ingatan semula. Dia harusnya berada di perpustakaan, dan MAKET! Mengingat benda itu, dia pun segera berlari keluar, meninggalkan Baekhyun yang masih terkekeh.

            Eunkyung berjingkat ke kamar dengan hati-hati. Di tangan kanannya terdapat maket yang baru saja diambilnya dari perpustakaan. Dia tidak ingin Baekhyun mengetahui tentang rusaknya maket itu. Kebetulan saat itu Baekhyun sedang mandi, maka Eunkyung tidak menyia-nyiakan kesempatan itu untuk mengembalikan maket yang telah dirusaknya.

            Hati-hati sekali Eunkyung melangkah, menuju lemari display maket. Kini dia sudah berdiri di depan lemari itu dan tangannya pun sudah bergerak untuk membuka pintu lemari. Namun sial, tepat di saat itu Baekhyun keluar dari kamar mandi. Dilihatnya Eunkyung yang membuka pintu lemari dengan gerakan yang mencurigakan.

            “Hei, apa yang kau lakukan di situ?”, tanya Baekhyun datar. Dia sebenarnya sudah mengetahui masalah maket itu. Eunkyung yang sejak tadi berkonsentrasi agar tidak membuat keributan, sangat terkejut dengan suara yang didengarnya tadi. Eunkyung pun mengurungkan diri membuka lemari.

            “Em, aniya. Aku hanya—ingin—melihat-lihat saja.”, kata Eunkyung mencari alasan. Maket itu dia sembunyikan di balik punggungnya. Baekhyun pun mendekat, dia tampak curiga dengan gerak-gerik Eunkyung.

            “Apa yang kau sembunyikan di balik punggungmu?”, tanya Baekhyun yang kini berada di depan Eunkyung. Eunkyung menggeleng sambil berjalan mundur.

            “Aniya, bukan apa-apa.”, kata Eunkyung sambil meringis. Jantungnya berdegup kencang, dia benar-benar gugup perbuatannya ketahuan oleh Baekhyun.

            “Gotjimal. Tunjukkan padaku.”, kata Baekhyun memaksa. Kini tangannya sudah tersodor di depan Eunkyung. Eunkyung menolak mati-matian. Akhirnya dengan paksaan, Baekhyun pun berhasil mengambil maket di tangan Eunkyung. Eunkyung hanya bisa pasrah.

            “Ini maket pertama yang aku buat, kan? Kenapa bisa ada di tanganmu?”, tanya Baekhyun sambil memandang maket itu seksama. Dia sebenarnya sudah tahu bahwa maket itu sudah rusak. Baekhyun hanya berpura-pura di hadapan Eunkyung. Eunkyung diam seribu bahasa. Dia tak tahu apa yang harus dikatakannya.

            “Huh?! Kenapa dengan maketku ini? Kenapa ada yang berbeda?”, komentar Baekhyun menyadari perubahan pada maketnya. Eunkyung semakin pasrah. Wajahnya pucat pasi. Akhirnya dia pun memberanikan diri untuk mengeluarkan suaranya.

            “Umm..mmianhae..aku sudah merusakkan maketmu. Minggu lalu aku tak sengaja menumpahkan jus di maketmu itu.”, ungkap Eunkyung jujur. Dia sudah pasrah kalau Baekhyun nanti akan mencaci atau marah padanya, karena itu semua salah Eunkyung juga.

            Tak ada jawaban dari Baekhyun. Baekhyun hanya terus mengamati maket itu, sambil sesekali menyentuh bagian yang rusak. Karena diamnya itu, Eunkyung malah menjadi salah tingkah.

            “Kau..kau boleh marah padaku. Aku siap. Aku bersalah.”, kata Eunkyung pasrah. Dia menunduk, sudah siap untuk dimarahi oleh Baekhyun.

            “Marah? Ini terlihat lucu. Bisa jadi inspirasiku untuk membuat maket yang lain kurasa.”, kata Baekhyun enteng sambil mengamati maket itu. Eunkyung sontak kaget mendengar ucapan Baekhyun. Tak disangkanya Baekhyun akan bicara seperti itu.

To Be Continued……

Chapter 4 selesaaaiii…tungguin chapter 5 yaa…makasih para readers buat komentar-komentarnya….. :D



Viewing all articles
Browse latest Browse all 4828

Trending Articles