Nama: SakuRaa (@rara_raraa84)
Judul: Empty Heart
Cast:
-Kim Jongin
-Do Kyungsoo
Genre: Brothership, Friendship, family, Slight! Sad, happy.
Rating: General
Length: Two Shoot
Catatan: Hai Hai Hai! (Tebar Senyum:D) Author Raraa balik lagi! Karena yang romance udah dipost kemarin, sekarang aku post Brothership, oke? Tetap Coment & Saran ya, =author amatiran._.= gomawoo.
“Hati manusia tidak akan selamanya seperti itu. Akan ada waktu yang datang untuk menghapus luka…”
*
2 orang pria berjalan searah melewati koridor sekolah mereka. Pria bertubuh tinggi dengan blazer Biru Dongker berjalan mendahului seorang Pria bertubuh mungil yang memakai blazer yang sama dengan dirinya. Langkah pria mungil itu sedikit tergesa, berusaha menyeimbangi pria yang terus berjalan dihadapannya kini.
“Jongin-ah, bisa kau berjalan lebih pelan. Seperti ada seorang yang mengejarmu saja”
“kau yang lambat!” pria bertubuh tinggi itu menjawabnya ketus, tanpa menoleh sedikitpun kebelakang. Ia terlalu naif untuk itu.
Kim Jongin. Ia mempunyai segalanya dalam hidupnya. Kekayaan ayahnya yang berlimpah, kekuasaan nya disekolah, bahkan perhatian dari para gadis yang seakan menjadi fans nya. Jongin selalu mendapatkannya. Dan ia butuh itu. Tapi semua itu terasa kurang lengkap, ketika Ayahnya akan menikah lagi dengan dengan seorang wanita rekan bisnisnya. Ia biasa menyebut nya ‘wanita Jalang’.
Jongin pikir itu sebutan yang tepat untuk seorang wanita yang menggoda ayahnya sehingga Ayahnya sudah buta dan tak mau mendengarkannya lagi. Ia datang kerumah besar mereka, sambil membawa seorang anak yang umurnya sedikit lebih tua darinya. Kyungsoo.
Ya, itu tak seberapa, ketika Ayahnya bilang, ia akan mewariskan 40% saham perusahaan kepada Kyungsoo yang notabene nya hanya anak tiri. Sedangkan Jongin, ia hanya mendapat 25% saja. Sungguh tak adil, pikirnya.
*
Seorang wanita sedang menyiapkan sarapan bagi keluarga barunya. Keluarga baru yang baru terbentuk 3 bulan lalu, karena pernikahannya dengan Duda kaya beranak satu.
Hye Sung dengan telaten mengoleskan roti berisi selai disetiap piring angggota keluarganya. Pertama, untuk suaminya yang sedang duduk sambil menyeruput kopi dan tersenyum hangat kearahnya.
Perlahan, Kyungsoo berjalan menuruni anak tangga lengkap dengan seragam sekolah barunya dan segera memberi sapaan ‘selamat pagi’ untuk ayahnya dan ibunya. Ibu kandungnya. Ia kemudian duduk dikursi sambil meletakkan tasnya disamping kaki kursi.
“Kyungsoo, dimana Jongin?”
“mungkin sebentar lagi ia akan turun, Bu”
Benar dugaan Kyungsoo, Jongin menuruni anak tangga tanpa menoleh sedikitpun, dan langsung duduk dikursi kosong yang jauh dari Kyungsoo. Jongin sangat membencinya. Dan ia sangat menunjukkan hal itu.
Ayah Jongin, Hye Sung, dan Kyungsoo hanya saling tatap tanpa ada yang mulai berbicara. Termasuk ayahnya, ia sangat mengerti perubahan sikap Jongin. Setiap pagi selalu seperti ini.
“Jongin, kau mau selai apa? Ada stroberi, nanas, coklat at—”
“kau tak usah peduli denganku. Urus saja dirimu sendiri dan—”
“dan anak haram mu itu.” Ucap Jongin sambil mengarahkan dagunya ke Kyungsoo.
“Jongin! Cukup!” bentak ayahnya yang seketika dibalas dengan cibiran Jongin.
“apa? Ayah selalu membelanya kan? Yayaya, Tinggal tunggu saja, sampai kapan wanita Jalang ini akan terus bersamamu.”
Kyungsoo geram, ia paling tak suka jika ibunya dibilang seperti itu oleh Jongin. “jongin! Kau boleh mengataiku, kau boleh bilang aku anak haram, atau anak tak tahu diri, anak yang bodoh, pendek atau jelek, aku tak peduli”
“tapi jangan pernah mengatai Ibuku. Aku lebih tahu dia daripada kau mengetahuinya. Dan ibuku bukan seperti itu!”
Jongin bangkit sambil membawa roti nya, “aku juga lebih tak peduli, dimataku, dia tetap wanita Jalang. Dia bukan ibuku” ia kemudian berjalan keluar dan menutup pintu dengan keras. Ia tak pernah mau berangkat bersama dengan Kyungsoo yang diantar ayahnya.
*
Dipagi hari, disekolah, dan dikelas ku seperti ini, dia masih datang kekelasku sambil melanjutkan pembicaraan kami tadi pagi, sungguh aku tak punya waktu untuk membahas ocehannya.
“hei, jangan pernah panggil aku saudaramu. Aku bukan saudaramu. Kita tak akan pernah terikat apapun, kita bukan satu Ibu, ataupun satu Ayah!” ucapku geram, ia sedari tadi hanya mengucapkan jika ia dan aku bersaudara.
“kau salah Jongin. Saudara bukan karena ikatan darah yang kental, tapi karena seberapa kita saling menjaga satu sama lain. Bagaimana kita berpikir bahwa ia pantas untuk dijaga, dan dirawat. Tak perlu menunggu ada nya ikatan darah. ”
Mulutku terkatup rapat. Dadaku sangat sesak mendengar ucapan-ucapannya yang sangat tajam tapi penuh makna. Tidak. Aku tak mungkin luluh dengan kata-kata manis dari mulutnya itu. Tidak akan.
“Cukup! Kau tak tahu apa-apa tentang aku dan Ibuku!” Aku memojokkannya, dan segera melayangkan kepalan tanganku dihadapannya. Ia tak bergeming. Masih terus menatapku dengan tatapan tajam.
“kau mau memukulku? Pukul saja! Pukul saja aku!
jika itu bisa mengisi lubang dihatimu! Pukul aku!”
“kau tahu, kau tidak dilahirkan untuk menjadi anak yang liar seperti ini, Jongin-ah”
Tidak. Aku tak bisa memukulnya. Aku ingin, tapi hatiku berteriak agar aku tidak melakukannya.
Aku melepaskan cengkeraman ku pada kerah bajunya dan segera mengambil tas sekolahku diatas kursi sambil berjalan keluar kelas tanpa peduli sorot mata itu memperhatikanku atau bisikan dari para murid lain.
*
“Jongin! Kau kemana saja! Ini sudah hampir tengah malam tapi kau masih keluyuran diluar sana. Sejak kapan kau menjadi sosok yang liar seperti ini, Jongin!” ya, kali ini Jongin memang keterlaluan, ia baru pulang jam 8 malam tepat setelah semuanya sudah selesai makan malam dan Kyungsoo sudah ada dikamarnya.
“semua sudah berubah ayah! Kau juga sudah tak mau mendengarkan ku lagi kan? Kau lebih memilih menikahi wanita itu daripada menuruti permintaanku. Aku tak pernah meminta lebih darimu Ayah. Apapun yang kau pilihkan untukku, aku tak pernah menyangkalnya, Tapi tolong, biarkan hanya ada 1 ibu didalam hidupku!”
“kita tak bisa terus seperti ini, Jongin. Ayah semakin sibuk, dan kau juga butuh banyak perhatian dariku, kau sudah mulai dewasa. Banyak pergaulan tak sehat diluar sana, maka dari itu aku memilihkan ibu untuk mu. Untuk menjagamu, merawat kita,”
“tidak Ayah. Aku tak butuh itu. Aku lebih baik mempunyai 1 ayah kandung, daripada mempunyai Ibu dan saudara Tiri. Dan kau tak pernah mengerti perasaanku!” Jongin perlahan keluar dari kamar Ayahnya dan membanting pintu dengan suara yang keras.
*
“Jongin-ah, biarkan aku masuk” Hyesung mengetuk pintu kamar Jongin, walaupun ia tahu, Jongin tak mungkin menyahuti suaranya.
Hye Sung tersenyum, mendapati anak tirinya yang sudah ia anggap sebagai anaknya sendiri sedang tidur membelakanginya. Ia duduk dipinggir kasur Jongin.
“ruangan mu selalu dingin. Apa kau tidak kedinginan? Hm?” Ia menaikkan selimut sampai menutupi pundak Jongin.
“Aku akan menaikkan suhu penghangat ruangan ini”
Ia mengelus pelan kepala Jongin. Dan menepuk pundaknya perlahan. Setelah beberapa saat, Jongin hanya merasa tangan itu hilang, dan berakhir dengan suara pintu yang ditutup pelan.
Jongin sebenarnya belum tidur. Ia hanya tak pernah terlihat bangun ketika Hye Sung datang kekamarnya untuk sekedar membenarkan selimut Jongin, membereskan buku-buku yang tergeletak dikasur atau mematikan komputer yang masih menyala.
Jongin tahu itu. Tapi ia berusaha untuk tidak menyadarinya. Ia seakan berusaha melawan hatinya untuk selalu membenci Hyesung, walau sebenarnya ia sangat rindu belaian tangan seorang ibu.
*
“kau tidak bisa mengatur hidupku!” teriak Jongin sambil mengambil Jaketnya dan kunci mobil dimeja tamu. Kyungsoo sudah mengingatkannya agar tidak pergi, ini sudah malam dan Jongin akan pergi entah kemana.
“Jongin, sampai kapan kau begini? Hidup akan terus berputar, waktu akan terus berjalan. Kau tak bisa terus ada dimasa lalu”
*
“Kyungsoo, ada apa? Kenapa mondar-mandir daritadi?”
“aku hanya—” “hanya khawatir pada Jongin”
“ada apa dengannya?”
“entahlah. Aku merasa, kita disini hanya memperburuk suasana, aku pikir Jongin benar, sebelum ada kita, keluarganya baik-baik saja walau tanpa Ibu”
“Hati bisa berubah, Sayang. Sekeras apapun es yang melingkupi hati itu, akan ada waktu yang kelak mencairkannya”
Kyungsoo mengangguk, Ibunya benar, Hati Manusia tidak akan terus selamanya seperti itu, akan ada waktu yang datang untuk menghapus luka.
Kring… kring…
Telepon rumah disamping tempat duduk Kyungsoo berdering, Ibunya mengisyaratkan agar ia yang mengangkatnya.
“Halo, kediaman keluarga Kim? Kami dari pihak Rumah Sakit ingin memberitahukan bahwa Jongin kecelakaan mobil ……”
*
“ini semua salahku, seharusnya aku lebih melarangnya lagi. Seharusnya Aku tak membiarkannya pergi—” Ucap Kyungsoo sambil terus mondar-mandir di depan ruang Operasi.
“dia benar, Bu. Aku hanya bisa berbicara, tanpa berusaha apapun untuknya.”
“tidak Kyungsoo, kau sudah berusaha.” Ibunya tersenyum sambil mengelus pundak Kyungsoo.
Tak lama, Dokter keluar dari ruangan dan langsung disambut oleh Kyungsoo, Ibunya, dan Ayah Jogin.
“keadaannya sangat lemah, dan ia kehilangan banyak darah. Stok persedian darah AB diRumah Sakit ini sangat menipis, adakah dari anggota keluarganya yang bergolongan AB?”
“saya dokter, saya AB, ambil saja darah saya.”
“Tapi Kyungsoo—” ayahnya mencegah langkah Kyungsoo yang akan mengikuti dokter. Kyungsoo mengelus pundak ayahnya sambil tersenyum,
“tenang saja, Ayah. Semua akan baik-baik saja. Aku akan membuktikan padanya” Kyungsoo tersenyum, ia sangat yakin kali ini.
*TBC*
Oke, kali ini diputus TBC dulu ya, kekeke. Sebenernya mau jadiin nih ff oneshoot aja, tapi kalo oneshoot nanti bosenin, apalagi ceritanya panjang >< =curhat author=
Nb: bagi kalian yang mau request poster Fanfiction (tentang EXO) atau jadiin aku buat jadi Beta-Reader kalian? = Dipersilahkan=, oke? Tinggal mention di Twitter ku @rara_raraa84
Oke, jangan lupa komentar dan saran ya, bye. /teleport bareng Jongin/
