Quantcast
Channel: EXO Fanfiction
Viewing all articles
Browse latest Browse all 4828

The Dusk ‘Before The Night’ (Chapter 7)

$
0
0

PicsArt_1399117156149

Author : @JiaceSuji

Title : The Dusk (Before the Night)

Chapter : 7 (On Going)

Genre : Romance, School life,Drama

Ratting : Teen

Cast  :

Park Chanyeol(Chanyeol) || Kwon Heesun (Oc)

Other cast :

Kai EXO ( Kai) || Jung Hea (Oc) and EXO member (cameo)

 

 

 

 

 

Seven

Chanyeol baru saja keluar dari gerbang sekolah saat ia menyadari bahwa ternyata akhir-akhir ini ia lebih sering berjalan kaki untuk pulang dan perginya. Ya, motornya memang telah ia tinggalkan sebagai taruhan.

Sejujurnya, Chanyeol memang lebih suka berjalan dibandingkan mengendarai motor yang super berat itu. namun ketika motor itu telah menjadi miliknya, disanalah ia berfikir. Apa guna motornya, jika ia terus berjalan kaki?

 

Sore ini terasa lebih dingin dari hari-hari yang kemarin. Chanyeol juga menyadari Hal ini. ia bahkan menyesal karena ia meninggalkan mantelnya di sekolah, sehingga membuatnya harus melawan angin dingin itu hanya dengan kemeja tipis dan sentuhan dasi yang acak-acakan yang tidak berguna sama sekali. Lalu apa yang bisa ia lakukan? Lebih baik ia cepat-cepat pulang sekarang.

Lagi pula sebentar lagi ia ada acara bukan? Entah mengapa ia merasa tidak sabar untuk itu.

-::-

Pada pukul 04.30 Chanyeol akhirnya pergi untuk bertemu Heesun di tempat yang sudah ia janjikan. Ia hanya memakai celana jeans hitam panjangnya, kaos abu tua dan sebuah mantel karena ia tidak ingin kedinginan untuk yang kedua kalinya. Untuk rambutnya, kalian pasti bisa menebaknya.

Chanyeol berjalan menelusuri gang-gang  kecil yang memang merupakan jalan keluar untuk sampai ke jalan utama. Ia sangat familiar dan sudah terbiasa dengan pemandangan gedung-gedung apartemen murah yang kebanyakan diantara mereka terkesan kumuh dan berantakan. Sepanjang jalan ia hanya melihat itu, dan ketika ia berjalan pulang dan pergi ia pasti melihat itu kembali.

Ia masih harus melewati blok-blok toko roti yang memang berpusat di daerah sekitar rumahnya. Jujur, ia pernah atau bahkan sering kali tergoda olehnya. Aroma khas roti yang baru dari oven itu sering kali membuatnya lapar dan ingin mencoba. Tetapi ia tidak pernah punya waktu untuk mencoba. Mungkin lain ia akan mencobanya bersama Kai, Suho atau mungkin Heesun? Sebentar lagi ia akan bersama gadis itu bukan?

Tetapi, sayangnya, Chanyeol tidak sedang berkencan dengan gadis itu.

Mungkin dua blok lagi, ia akan berhasil sampai di Seoul’s Bookstore. Kali ini lalu lintas sedang padat-padatnya begitu juga dengan para pejalan kaki itu, dimana ia termasuk didalamnya. Namun, satu yang membuat hatinya terganggu, merasa tidak nyaman ketika ia melihat sosok Pria paruh baya yang baru saja keluar dari sebuah toko bersama dengan seorang pemuda yang sebaya denganya dan dikawal langsung dengan para bodyguardnya yang memang tidak asing dimata Chanyeol.

Ayah.., batinya. Bahkan ini sudah sekian lamanya ia tidak mengucapkan kata itu. atau lebih tepatnya dia tidak mau.

Ya, dia adalah Park Yoo, ayah kandung Chanyeol. Dialah orang itu. Sementara itu, pemuda berkulit putih bersih dengan rambut rapi yang berada disamping beliau adalah adik tiri Chanyeol, Park Jeonha. Dan mereka terlihat bahagia sekali setelah belanja bersama.

Ia terdiam, ia tidak bersembunyi. Satu hal kecil dihatinya, ternyata ia merindukan ayahnya. Ya, ia bahkan tidak bisa mengucapkan kata-kata sekarang. Namun, terpintas kembali bagaimana ayahnya itu yang dulu sering menyiksanya, hingga menimbulkan banyak bekas luka ditubuhnya. Belum lagi penyiksaan-penyiksaan lainnya yang juga dilakukan oleh saudara tirinya itu. Ia pada akhirnya terkalahkan oleh perasaan dendamnya itu. dan..

Tidak, aku tidak punya ayah…

Namun, Chanyeol terlambat menyadari bahwa salah seorang bodyguard disana ternyata telah memperhatikannya dan menyadari siapa dia. Pria bertubuh besar itu bertanya untuk memastikan kepada tuannya. Ia menunjuk ke arah Chanyeol yang masih terdiam ditempatnya dan tenggelam dalam ruang dan waktu. Tuan Park Yoo melihatnya, dan ternyata reaksinya juga sama.

Beliau ikut terdiam juga sekarang.  karena satu, mungkin karena ia tidak percaya atau mungkin ragu jika anak itu benar-benar Chanyeol, dilihat dari anak itu yang kini benar-benar memiliki tubuh yang tinggi, lalu rambutnya yang berwarna kecokelatan, dan tubuhnya yang terlihat lebih kurus namun lebih berbentuk dari sebelumnya.

Kedua, atau mungkin Ia tidak percaya bahwa akhirnya ia akan bertemu kembali dengan anak itu. anak kandungnya satu-satunya. Dan anak yang telah pergi darinya.

Park Yoo ingin sekali memanggil sebuah nama yang telah hilang selama dua tahun itu. ia ingin memastikan itu dia. Ia ingin namja itu melihatnya. Ia ingin melihat reaksi namja itu walaupun ia sadar ia takut jika saja reaksi namja itu menyakitkan. Tetapi ia lebih sadar lagi bahwa ia pantas menerimanya. Ia pantas disakiti oleh anaknya itu.

Akan tetapi, Jeonha yang  juga melihat keberadaan Chanyeol, telah mengambil alih terlebih dahulu dan memerintahkan para bodyguarnya untuk menangkap Chanyeol. Segera selagi namja itu terdiam.

Dan ketika para bodyguard itu berlari dan semakin mendekat, Chanyeol akhirnya tersadar dan dengan cepat kilat sarafnya memerintahkan dirinya untuk berlari saat itu juga. Ia tidak ingin tertangkap dan berurusan dengan mereka lagi.

Sementara itu, Jeonha memasang wajah liciknya, dan tuan Park Yoo menatapnya dengan wajah tidak setuju. Ia tidak berencana untuk menangkap anak kandung satu-satunya itu. Namun, Jeonha sudah terlebih dahulu mengeluarkan perintah, bahkan belum dalam persetujuannya. Akan tetapi, ia tidak bisa mengelak ketika jeonha berkata, “Ini yang ayah inginkan bukan? Aku ingat saat anak itu kabur dari rumah, ayah bilang, ayah  sangat ingin mengangkapnya hidup-hidup dan menyeretnya pulang. Aku masih mengingat itu, Ayah. Tak disangka…sekarang kita menemukannya..” sehingga setelah mendengar kata-kata itu, Park Yoo hanya bisa terdiam.

Apa yang dikatakan Jeonha itu benar sekali. Park Yoo memang pernah berencana untuk melakukan itu.

Adegan selanjutnya adalah, adegan kejar-kejaran antar seorang pemuda dan tiga orang bodyguard menakutkan seperti halnya adegan film action yang lagi-lagi tergambar dalam cerita ini. Chanyeol memang memiliki kaki yang panjang hingga sulit untuk menyamakan langkahnya, namun bodyguard itu sudah dekat sekali dengannya, membuatnya harus menambah kecepatannya dua kali lipat. Dalam hati ia telah tertelan oleh amarahnya akan dua orang itu. Iya, mereka!

Entah berapa kali sudah ia menyinggung dan menabrak para pejalan yang berada di sepanjang trotoar itu. ia merasa nafasnya sudah sesak sekali karena ia telah jauh berlari, ia juga sempat beratraksi secara spontan seperti melompat dan meluncur ketika tiba-tiba saja ada halangan yang tak terduga di tengah jalannya. Syukurnya, itu membuat posisi para bodyguard itu menjadi lebih jauh dari sebelumnya.  Dan Chanyeol ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk mencari celah untuk sembunyi.

Chanyeol berhenti, Ia melihat ke sekitarnya dan ia tahu ini adalah daerah dekat rumahnya. Namun, di belakang, para bodyguard itu telah melihatnya berhenti dan mempercepat laju mereka. Chanyeol memutuskan untuk kembali berlari di kesempatan yang sempit ini, sembari melihat celah-celah untuk mengelabuhi mereka. Tapi kakinya itu sakit sekali.

Hingga Chanyeol tak bisa percaya bahwa ia telah berbelok ke arah blok apartemen murah yang berada dekat rumahnya. Ia tidak pernah masuk ke blok ini sebelumnya, ia hanya melewatinya saja. namun ini adalah keadaan dan tak mungkin ia terus berlari lurus untuk kemudian ia bertemu dengan kantor polisi, atau menyeberang untuk menunjukkan jalan rumahnya. Ini adalah satu-satunya jalan yang terbaik. Dan semoga ia bisa memanfaatkan ke            kumuhan bangunan dan gang kecil yang berlika-liku itu.

Ia berbelok, belok, dan memasuki cabang-cabang gang itu dengan asal. Lalu ia melihat sebuah tangga di sebuah tikungan gang-gang itu, tanpa berfikir panjang, ia mencoba untuk bersembunyi dibawahnya, dan beberapa kardus dan drum-drum minyak kosong yang berada di bawah tangga itu telah membantunya untuk menyembunyikan tubuhnya.

Berhasil, tiga orang tertubuh besar itu terkelabuhi. Mereka hanya terus berjalan lurus tanpa ada curiga dengan persembunyiannya.

-::-

Setelah merasa mereka cukup jauh, Chanyeol memutuskan untuk menaiki tangga itu yang ternyata menuju ke atap apartemen. Disana ia disambut dengan angin dingin yang membuat tubuhnya yang basah karena keringat itu menjadi menggigil. Ia tidak tahu bangunan apa ini, yang jelas, ia akan bersembunyi diatas sini sampai pada waktu yang tepat, baru ia akan turun lalu pulang.

Chanyeol menyandarkan kepalanya pada sebuah dinding disana dalam posisi duduk. Ia menghembuskan nafasnya panjang bersamaan dengan bahunya yang merileks turun. Ia merasakan angin yang menyambutnya itu yang justru membuat tubuhnya yang basah oleh keringat itu menjadi menggigil.

Setelah merasa cukup mengatur nafasnya, dan juga darahnya dikakinya yang telah mengalir dengan lancar itu, akhirnya Chanyeol membuka matanya yang sejak tadi tertutup dan mengambil ponselnya yang ia taruh di sakunya. Ia harus membatalkan janjinya hari ini.

Lalu ternyata, ia sadar bahwa ia sama sekali tidak memiliki nomor ponsel gadis itu. iya, Heesun. Tentu saja Chanyeol belum memilikinya, ia belum sempat menanyakannya.

Pada akhirnya, ia hanya tahu satu nomor yang mungkin mengetahui berapa nomor Heesun. Walaupun ia akan menyesal jika ia menanyakan hal ini pada orang itu, akan tetapi, ini sudah tidak ada cara lain lagi. Ia harus memberi tahu gadis itu.

Beep..Beep

 

Suho memang suka buku. Hima juga suka buku. Akan tetapi, selera mereka berdua memang berbeda. Jika Hima sangat suka Manga atau anime dan berbagai hal tak masuk akal lainnya, Maka Suho lebih suka hal yang berbau misteri dan pemecahannnya seperti novel-novel detective misalnya. Ia sangat suka karya dari Sir Arthur Conan Doyle, Sherlock Holmes. Ya,Mereka berbanding terbalik.

Namun, walau mereka bertolak seperti itu, terkadang ada saja sebuah hal yang dapat mempersatukan mereka. Dan satu diantaranya adalah buku Komik karya Aoyama Gosho, Detective Conan. Mereka sangat suka buku itu!

Detective Conan, mungkin kalian sudah tahu. Sebuah manga yang bercerita tentang petualangan seorang detective cilik. itu adalah sebuah perpaduan antara dua selera buku mereka yang bertolak belakang.

Kali ini, Suho sedang menjalankan aktivitas rutinnya (2 minggu sekali ia dan Hima harus pergi bersama ke toko buku). Disana ia sedang melihat keluaran terbaru dari seri novel misteri, sementara Hima, dia sedang berada di blok komik shoujo.

Jarinya ia gunakan untuk membaca satu per satu judul buku di sebuah rak diatas. Sampai pada akhirnya ia mendengar ponselnya berbunyi dan melihat sebuah panggilan disana. Ia hanya tidak percaya siapa yang memanggilnya kali ini.

“Tumben sekali?” Suho tidak mengucapkan salam. Ia hanya berkata demikian karena si penelpon ini memang jarang sekali mengkontaknya. Mungkin ini yang kedua kalinya sejak terakhir kali nama itu mengkontaknya untuk menanyakan kunci ruangan Musik. Ya.. dialah Chanyeol.

Di seberang sana, Chanyeol menutup matanya, wajahnya terlihat lelah sekali. Nafasnya juga masih belum teratur. “Aku minta nomor ponsel Heesun. Aku tahu kau punya”

Suho menahan tawanya dengan menggigit bibirnya, “Kkk.. Untuk apa??” baiklah, Suho tertarik sekali dengan ini.

Lalu, ia mendengar suara nafas berat disana. Ia tak yakin kalau Chanyeol dalam keadaan baik-baik saja.

“.. ini Penting” jawab Chanyeol pada akhirnya. Suho terdiam sejenak, lalu melihat kembali layar ponselnya dengan wajah ‘Apa-Yang-Terjadi?’.

“Baiklah.. aku akan mengirimkannya..” ujar Suho. Lalu panggilan diputus oleh Chanyeol.

Suho memang memilikinya. Ia mencari nomor di kontaknya yang bernama ‘Heesun’ lalu mengirimkan salinan nomor itu kepada Chanyeol.

Suho kemudian mengalihkan pandangannya ke arah jendela toko, dan betapa terkejutnya ia melihat sesosok yeoja disana (yang sangat ia kenal) sedang duduk dengan memukul kepalanya berulang kali. Walaupun Suho hanya melihat yeoja itu dari belakang, namun, ia sudah bisa memastikannya.

Kenapa dia ada disitu?, batin Suho saat melihat gadis yang bernama Heesun itu.

“Oppa!” Hima datang dengan  satu paket buku komik yang telah ia beli. Itu adalah paket komik ‘Goong!’ yang sayangnya populernya sudah lama sekali. “aku beli ini!” tunjuknya dengan rasa bangga sekali.

Suho mengerutkan alisnya lebih dalam (karena sejak tadi ia telah mengerutkannya saat memikirkan Heesun–Chanyeol.) lalu berkata, “Bukankah itu sudah ada drama televisinya?”

“Biar saja! Aku suka Shin si putra mahkota.” Balas Hima sembari melihat kembali cover buku komiknya.

“Tapi, Hima-ah…” Suho memanggilnya dan menyuruhnya melihat kearah jendela saat gadis itu menoleh kearahnya. Gadis itu menurutinya, namun ia tidak terkejut.

“Oh.. Heesun memang ada janji untuk bertemu seseorang.” Ucap Hima tanpa peduli. “Dengan?” Tanya Suho.

lalu Hima mengangkat kepalanya mengingat sesuatu. Ia membulatkan matanya seakan-akan ia tengah melihat kios ekrim didepannya. Padahal, itu bukan. “Dia beranji dengan..astaga!”Hima kali ini memfokuskan dirinya kepada bayangan di kaca. Sementara Suho masih belum mengerti apa yang teradi.

Setelah itu hima menjelaskan apa yang terjadi dengan serinci-rincinya kepada Suho. “dan.. sekarang, Heesun harus berdoa, semoga ada yang membatalkan janji ini..” ucap Hima diakhir ceritanya. Lalu Suho hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Tetapi dia ingat bahwa tadi Chanyeol meminta nomor ponsel Heesun. Untuk apa? Apa dia yang ternyata akan membatalkan janji ini?

 

Iya, benar. Seorang namja tampan (kalau menurut Hima) yang bukan seorang Chanyeol, datang dengan gayanya yang memang sangat keren (lagi-lagi menurut Hima, dan berapa kali sudah gadis cilik itu memuji siapa yang datang menghampiri Heesun). Cara berpakaiannya juga tidak berlebihan.

“oh, Jadi itu si dokter muda itu. tapi kemana Chanyeol?” Hima bertanya entah pada siapa. Disisi lain, Suho sejujurnya cemburu dengan Hima yang begitu memuji pria itu. namun, ia tertarik saat ternyata ia mengenali wajah pria itu.

“Bukankah itu… Kai?”

Dan disaat itu juga, Hima menoleh kearah Suho.

-::-

“Kai?”

“Hey!” suara namja itu terdengar lembut seperti biasanya. “Maaf aku terlambat.”

“uh..oh tidak apa-apa..” Heesun terlihat sedang menyembunyikan rasa frustasinya. Bukan itu yang ia permasalahkan. Lalu Heesun memeriksa ponselnya yang ternyata memang ada pesan masuk dari nomor yang tidak dikenal.

Heesun membukanya.

Heesun, Hari ini aku tidak bisa.

 Chanyeol

Dan Heesun membulatkan matanya. Satu sisi ia bersyukur. Namun sisi lainnya ia kecewa. Entah-mengapa-itu-terjadi.

“ada apa?” Kai akhirnya bertanya pada Heesun yang terlihat berbeda setelah gadis itu memeriksa ponselnya.

“tidak..” Heesun membantah apa yang terjadi, “tidak ada..” Heesun lalu memasukkan ponselnya.

Kai tersenyum. “Baguslah.. kalau begitu..bisa jalan sekarang?”

Heesun berfikir sejenak. Lalu melihat keadaan sekitarnya. “Tentu..” setelah itu, Heesun menerima genggaman tangan Kai.

 

-::-

Heesun merubuhkan dirinya tepat diatas tempat tidurnya. Ia merasa pusing sekali dan merasa berdosa disaat yang bersamaan. Jujur saja, Heesun sama sekali tidak merasakan sesuatu yang mengejutkan saat tadi ia menerima genggaman tangan kai dan setelah itu mereka berjalan mengunjungi beberapa tempat yang telah dikomandokan Kai. Ia merasa.. itu biasa saja. Maksudnya, ia bingung apa ini yang namanya berkencan? Tapi, kenapa ia merasa seolah-olah ini tidak spesial? Ini terasa seperti ketika ia mengantar Mingyu saat bocah itu ingin pergi ke suatu tempat.

Sudahlah, itu mungkin karena dia terlalu lelah.

Mungkin. Tidak ada satupun yang tahu mengapa itu bisa.

Kali ini Heesun teringat sesuatu. Ia membuka layar ponselnya dan melihat pesan yang tadi Chanyeol kirimkan padanya. Sebuah pesan yang benar-benar-benar-benar singkat. Tapi, kenapa Chanyeol membatalkannya ya?

Heesun belum tahu bukan? Untuk sekian detik, ia tidak ragu untuk menyentuh tanda Call pada ponselnya, ia ingin menanyakan hal ini pada Chanyeol. Namun, belum sempat panggilan itu terhubung, ia telah memutusnya kembali. Kali ini dia takut kalau dia mengganggu Chanyeol. Lihat!, ini sudah jam sepuluh malam.

Setelah mondar-mandir di dalam kamarnya untuk mempertimbangkan, akhirnya Heesun menyentuh tanda Call kembali. Walaupun ia merasa ragu dan takut yang luar biasa.

Panggilan itu terhubung. Jantung Heesun berdebar keras saat ini.

Semakin lama panggilan itu berhubung dan masih belum dijawab. Jantung Heesun semakin berdebar dan dirinya semakin penasaran.

“yeoboseyo..” Diangkat!

“Yeoboseyo.. chan-yeol?”

Chanyeol mengembuskan nafasnya, “ada apa?” jawabnya dengan nada datar.

Heesun, entah mengapa ia gugup sekali. “uh-oh…Yeol..hm..” sampai-sampai ia bingung untuk memilih kata-kata yang tepat. “Kau sedang apa? Aku tidak mengganggumu-kan?”

“Aku sedang diganggu oleh seseorang yang sedang meneleponku.”

Mendengarnya, Heesun menggigit bibirnya. Kemudian ia berusaha untuk mempersingkat bicaranya karena durasi. Disamping itu ia memang tidak ingin mengganggu Chanyeol. “Baiklah..Baiklah..Maafkan aku, Chanyeol-ssi. Tapi, kenapa tadi batal?”

Chanyeol tentu saja mendengarnya, tetapi ia belum menjawab.

Semetara Heesun masih menunggu. “Chanyeol-ssi, kau masih disana?”

“Ada masalah.”ucap Chanyeol buru-buru, bahkan hampir terdengar seperti menyela Heesun.

Lalu, Heesun mengangguk memaklumi. Ia baru saja ingin melanjutkan kembali pertanyaannya..

 

“Kau pulang dengan selamat, tadi?” namun tiba-tiba saja Chanyeol berkata seperti itu. nada suaranya memang seperti biasanya, namun, dia berkata dengan begitu pelan dan terkesan… lembut?

Tapi tunggu, mengapa dia bertanya seperti itu? apa karena memang seharusnya? Atau

Karena dia mengkhawatirkan Heesun? Ini masih ambigu. Namun, jantung Heesun kembali berdebar ketika mendengar itu. Ia tidak percaya ini. dan ia lebih tidak percaya lagi, menyadari baru saja dirinya telah lupa caranya bernafas.

“Mmm” Jawab Heesun dan mulai mengatur segala kegugupannya, “Jadi kapan hari gantinya?”

“Aku rasa, masih ada banyak waktu disekolah untuk membicarakan hari gantinya.”

“Hm..benar juga. Sekali lagi, maafkan aku karena sudah mengganggumu.” Kali ini Heesun ragu untuk mengucapkan kata ini, “Selamat Malam..Yeol”

Tidak ada balasan dari Chanyeol. Namun, panggilan masih tetap terhubung, belum diputus oleh kedua belah pihak.

Ah, Lebih tepatnya, Heesun masih ingin menunggu balasan dari Chanyeol dulu. Namun masih…

“Ne, Selamat malam.” Itu dia pada akhirnya. Panggilan telah diputus Chanyeol setelah berakhirnya kata itu. Lalu Heesun, ia kembali menjatuhkan dirinya di ranjangnya setelah panggilan berakhir. Ponselnya masih ia genggam di satu tangannya.

Ia menatap langit-langit kamarnya dengan kesadaran bahwa sejak tadi jantungnya masih belum berhenti berdebar. Ia bahkan tidak tahu kapan ini bisa berhenti dan dia tidak bisa mengendalikannya. Demi apapun, ia tidak tahu perasaan apa ini. ini sedikit menyulitkannya kalau boleh jujur.

Tapi kalau boleh jujur juga, dia juga menikmati perasaan ini. seperti sekarang, ia membiarkan perasaan itu menyelubunginya dan berharap ia bisa memastikannya.

Apa ini karena Chanyeol? Lalu pertanyaan itulah yang berhasil membuatnya tidak tidur semalaman.

-::-

Hari berikutnya sekolah adalah hari senin.

Heesun berusaha memfokuskan dirinya pada mata pelajaran kali ini. kenapa berusaha? Bukan dia bukan anak yang sulit berkonsentrasi. Akan tetapi, akhir-akhir ini ia sadar bahwa ada sebuah racun yang mempengaruhi otaknya dimana dia sendiri sulit untuk mempercayainya. Racun itu boleh diberi judul ‘Park Chanyeol’ karena memang semua ini tentang namja itu.

Ia terus memikirkan namja itu. mungkin memang kemarin-kemarin ia pernah memikirkan namja sekali atau dua kali tetapi kali ini ia merasa bahwa ada sesuatu yang aneh didalam dirinya ketika nama namja itu terpintas dipikirannya. Ini sungguh memusingkan!

Sementara itu, guru di depan kelas masih tetap menerangkan pelajaran.

Heesun melirik sekilas ke arah teman sebangkunya, Hima, yang lagi-lagi malas untuk memperhatikan guru yang menerangkan. Ia lebih memilih untuk memenuhi bagian belakang buku catatannya dengan gambaran dan coret-coretan tanda tangannya. Heesun juga memperhatikan beberapa teman sekelasnya yang lain yang justru melakukan hal serupa.

ya, dia memperhatikan seluruh teman sekelasnya. termasuk juga Chanyeol.

 

dan tatapannya terhenti hanya pada sosok itu. ia juga tak sadar ternyata ia telah menatap namja itu lebih dari batas wajar. ia seperti menikmatinya.

itu mungkin karena ia melihat pemandangan baru dari sosok Chanyeol. jika kemarin-kemarin, Chanyeol selalu datang terlambat, tertidur di dalam kelas atau menghilang di tengah pelajaran, kali ini, Heesun menemukannya masih tetap bertahan disana tanpa ada sinyal-sinyal bahwa dia akan pergi atau sebagainya. bahkan anehnya, Heesun melihat namja itu yang(meskipun duduknya masih seenaknya) terlihat serius mendengarkan guru dan berulang kali dia terlihat sedang menulis sesuatu di sebuah buku. apa,dia telah berubah?

Heesun tersenyum melihat itu semua, walau ia sendiri belum tahu apa penyebabnya,tetapi ia senang melihat perubahan dari diri park Chanyeol yang semakin membaik tentunya. tetapi lagi-lagi, ada saja yang membuat Heesun terus memikirkan Park Chanyeol.

Dan ketika mereka kini sedang duduk berdua di dalam ruangan kosong pun, Heesun tetap tidak bisa bersikap tenang. Tidak tahu, dari mana itu dimulai, namun tiba-tiba saja semua memori Heesun akan Chanyeol terus terngiang-ngiang di pikirannya. Apalagi, dalam satu bangku yang memuat dua orang itu, Chanyeol yang duduk disebelahnya. Padahal, masih banya bangku yang lebih nyaman ( yang sesuai dengan ukuran tinggi Chanyeol) diruangan ini.

Hari ini, mereka telah membuat janji untuk menyelesaikan tugas-tugas itu. Chanyeol sengaja menggunakan sekolah atau lebih tepatnya ruangan latihan Musik untuk mengerjakannya. Dan, itupun setelah ia meminta perizinan Suho.

Tadi, ketika ia telah berhasil mendapatkan kunci ruangan dari Suho, ia sempat dicegat oleh sunbae yang terkadang bisa jahil itu. Ia sempat ditanyai beberapa pertanyaan yang tentunya bukan bagian dari kejahilannya, dia terlihat sedikit lebih serius saat bertanya, dan sepertinya memang dia bukan sepenuhnya bergurau.

Ia lebih memilih untuk menjawab sekedarnya, itu karena Suho mulai bertanya-tanya tentang perkembangannya dan kehidupannya. Tetapi, entah bagaimana bisa lingkupan Tanya-jawab diantara senior yang dulu pernah dekat sewaktu SMP itu bisa sampai menyebutkan nama ‘Heesun’.

Pada saat itu, Ketika Chanyeol bertanya, namun Suho berbalik bertanya dan kemudian justru dijelaskan oleh Chanyeol disanalah bagian yang menurut Suho adalah bagian yang paling menarik.

Adapun pertanyaan itu adalah yang membuat Heesun penasaran sampai saat ini. Karena pada saat itu, disaat kedua namja itu sedang berbicara, Heesun muncul dibalik pintu Ruangan dan membuat pembicaraan mereka itu terhenti dan bersambung (ini karena Suho sempat mengatakan ‘Kapan-kapan kita lanjutkan lagi’ sebelum pergi.)

Itu juga salah satu yang membuat Heesun kurang fokus saat mencari bagian-bagian penting dalam Tugas Sejarah kali ini.

‘Aku Gila!’ Heesun membatin dan mencoba untuk kembali serius. Syukurnya kali ini ia bisa dan tugasnya untuk mencari keruntuhan Kerajaan Dinasti Joseon lebih cepat selesai, dibanding Chanyeol yang masih berkutat menyusun tugasnya pada Microsoft word.

Sekarang apa yang bisa dilakukan? Ya diam.

Heesun hanya bisa diam dan membiarkan keheningan itu semakin menguasainya. Ia bingung harus bagaimana, toh juga kalau dia bicara, dia takut jika itu akan menganggu Chanyeol. Jadi ia putuskan untuk melihat tugas yang diketik oleh Chanyeol. Pada awalnya ia bermaksud mengoreksi, jika saja ada kesalahan dalam preposisi tugas itu. Itu wajar bukan? Bagi seorang yang jarang memperhatikan guru. Namun, ternyata Chanyeol sudah bisa mengaturnya. Tugasnya bahkan terlihat rapi dan .. sempurna? Jadi Heesun merasa itu tidak menarik lagi. Chanyeol sudah pintar dalam sekejap.

Tak lama kemudian, ia mendengar hembusan nafas Chanyeol yang panjang lalu menguap sembari meregangkan otot-otonya. Ia juga sempat mendengar namja itu berkata ‘finish’.

“Sudah kau kirim ke Guru Do?” Heesun kaget, kenapa cepat sekali, bahkan namja itu.. “Kau sudah memeriksanya?”

Chanyeol mengangguk sembari menguap untuk kedua kalinya, ia bukan bosan, tapi benar-benar mengantuk.

“Kau yakin itu sudah benar?”

Lalu Chanyeol melirik Heesun dengan tatapan datarnya, “Ragu?”

Heesun menggeleng, “Tidak juga sih.”

Tidak ada balasan dari Chanyeol. Namja itu hanya masih duduk disampingnya dan menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi. Matanya yang sudah lelah itu ia biarkan istirahat sejenak dengan memejamkannya. Tetapi dia tidak tertidur, dan dia sedang berusaha untuk itu.

“sekarang apa yang ditunggu?” Tanya Heesun. Sedangkan Chanyeol bersuara tanpa membuka matanya, “Menunggu balasan dari Guru Do, kalau email tugasnya sudah ia simpan. Tunggulah sebentar.”

“oh..” Heesun mengangguk. Lalu dia mengalihkan pandangannya ke jendela.

Sementara itu, Chanyeol membuka sedikit matanya dan memperhatikan bagaimana gadis itu tetap diam tanpa kata disaat seperti ini. itu bagus. Namun, ia lebih senang jika saja gadis itu menghadapnya lagi, pasalnya, wajah Heesun yang sedang teralih ke jendela itu membuatnya tidak bisa melihat bagaimana manisnya wajah itu lagi. Ia hanya bisa melihat punggung dan rambut panjang Heesun sekarang.

Baru saja ia hendak membuka mata, namun gadis itu sudah berbalik dan membuatnya harus berupa-pura tidur.

“Chanyeol?” gadis itu sepertinya berhasil tertipu dengan akting Chanyeol. “Chanyeol, Kau tertidur?”

Lalu, tiba-tiba saja gadis itu mendekatkan wajahnya dan menyentuh pundaknya.

“Hey!, Kau benar-benar tidur?” Heesun ingin mengguncangkan tubuh itu, tapi, sudahlah. Heesun tidak ingin mengganggu namja itu. tetapi, secara tak terduga, Heesun yang tadinya mengira Chanyeol benar-benar terlelap itu, terkejut ketika salah satu tangan Chanyeol bergerak dan menyentuh tangannya yang masih berada di pundak Chanyeol. Lalu, perlahan, tangan yang lebih besar itu membawa tangan Heesun menyingkir dari bahunya, dan meletakkannya diatas paha gadis itu. Setelah itu, Chanyeol berakting seolah ia bangun dari tidurnya.

Chanyeol hanya tidak bisa berlama-lama jika saja tangan itu masih melekat di pundaknya. Yang ada, ia hanya akan merasa lemah, jantungnya terasa aneh dan ia seperti ingin segera merubuhkan diri pada sisi gadis itu.

Pada saat itu juga, Hima datang dengan suara gerakan pintu yang kurang santai, dan menyerukan nama Heesun disana. Sepertinya gadis itu baru berhasil menemukan Heesun disini dan betapa overnya reaksinya seakan-akan ia telah kehilangan Heesun berminggu-minggu.

Chanyeol berterima kasih karena berkat kedatangan gadis itu, ia bisa lebih menenangkan dirinya yang sejak tadi tidak karuan berada di dekat Heesun. Tetapi juga, ia menyayangkan kedatangan Hima karena ia tidak bisa menikmati lebih lama perasaannya. Chanyeol terlihat labil sekarang.

-::-

Setelah ada balasan email dari guru DO, mereka bertiga pun pergi meninggalkan ruangan. Chanyeol berjalan di depan sedangkan Hima dan Heesun terlihat seru sekali dibelakang. Chanyeol sempat mendengar gadis yang berambut tebal itu menyebutkan nama toko roti yang berada di dekat rumahnya berulang kali. Ia bisa menebak, pasti gadis itu dekat-dekat ini akan kesana.

 

“Hey! Tuan Park yang menyeramkan!” tiba-tiba saja Hima menyerukan.. ya julukan yang cukup keterlaluan.. yang diperuntukkan untuk Chanyeol.

Chanyeol yang berjalan pergi itu menghentikan langkahnya, kemudian memutar kepalanya melihat Hima dengan satu alis terangkat. Oh, rupanya Chanyeol merasa bahwa dirinya memang menyeramkan.

 

“Bagaimana kalau kau ikut bersama kami? aku(hima menunjuk dirinya), Heesun (dia menunjuk Heesun), dan Suho Oppa (dia tidak menunjuk siapapun) akan pergi ke Lucia Bakery dan tenang saja soal bayaran. Oh iya, sebentar lagi, Suho oppa akan datang!” dia tersenyum lebar.

sementara itu Chanyeol masih berekspresi menunjukkan ketidak-tertarikan.

“Tidak” jawabnya datar dan mulai untuk berjalan. “Ya! kau akan ikut Yeol!” entah sejak kapan, Suho ternyata sudah berada disana dan kini berusaha merangkul Chanyeol yang jauh lebih tinggi darinya. “Harus!”

 

Chanyeol menatap Suho dengan tatapan tajamnya. “Shirreo!” dan dia berusaha kabur lagi tetapi Suho melompat dan berhasil merangkul leher namja itu, sehingga Chanyeol kesusahan untuk berjalan. “Hey!” tungkasnya berusaha melepaskan diri dari Suho.

“Oh! bukankah aku sudah berbaik hati mau meminjamkan tempat untukmu kerja kelompok?” Suho mulai perhitungan. “dan juga, aku sering meminjamkan ruang latihan untukmu bolos kan? ayolah, anggap saja kau sedang membayar semua jasaku!”

dan itu berhasil membuat Chanyeol kehabisan kata-kata. Chanyeol tidak menolak lagi. tetapi ia juga tidak berkata kalau dia setuju. Dia hanya diam masih menatap Suho tajam.

“ck.” Chanyeol memutar bola mata. Dia menyerah.

 

lalu Suho tersenyum lebar dan menatap dua gadis yang berada di belakangnya. “Ayo!”

-::-

 

Heesun tahu persis Bread Café Lucia Bakery ini. Ini adalah salah satu toko roti yang pernah ia datangi bersama ayahnya dulu, sebelum beliau meninggal. Tetapi ia tidak keberatan, karena ia memang sedang ingin mengenang ayahnya. Ia ingat, dulu ia merengek untuk dibelikan roti coklat saat ia terakhir kali mengunjungi Seoul waktu kecil. Itu sudah delapan tahun yang lalu.

Kini Heesun masuk kedalamnya untuk delapan tahun kemudian.

Ada sebuah meja di sudut kedai yang memuat sampai enam orang. tiga kursi di bagian kiri dan tiganya lagi di sebelah kanan. Itulah tempat yang akan mereka ambil.

Hima yang terlihat paling semangat, sudah membooking tempat di bagian dekat jendela. Lalu yang kedua datang adalah Heesun. Hima memberi isyarat agar mengambil tempat duduk yang menghadapnya. Heesun menurutinya.

dan yang berikutnya datang adalah Suho dan Chanyeol. Suho duduk tepat disamping Hima sementara itu Chanyeol mengambil tempat di sebelah Heesun namun membiarkan satu kursi yang menjadi jarak diantara mereka.

Chanyeol tidak menyangka bahwa pada akhirnya dia akan kesini juga, dan duduk bersama beberapa orang yang memang ingin ia ajak kemari. Ini seperti beberapa impiannya yang terwujud, kalau boleh dibilang. Dan ia sangat senang sekali sebenarnya, walaupun ia tidak bisa mengekspresikannya dengan benar. Ia tetap saja terlihat datar seperti itu.

Ketika pesanan datang dan mereka mulai memakan roti-roti yang baru matang dari oven itu, hanya Heesun yang terlihat tidak banyak bicara. Sementara itu, Chanyeol yang seharusnya terlihat canggung, justru terlihat setidaknya lebih banyak bicara ketimbang Heesun. Itupun jika saja Suho tidak menggodanya. Yang telihat dominan disini, justru pemandangan Kemesraan kakak adik antara Suho dan Hima.

Itu terus bertahan, Hingga pada akhirnya mereka keluar dari Kedai itu dalam keadaan puas setelah memesan beberapa potong roti dan dua cangkir eskrim (terkecuali Hima yang memesan tiga gelas eskrim caramel). Semua tagihan makan kali ini ditumpahkan pada Suho, bukan Hima. Dan Suho melakukannya dengan senang hati. Baik bukan?

Ketika mereka keluar, Hari memang sudah gelap. Suho memang sejak awal berjanji untuk mengantar Hima. Sementara itu, ia sedikit khawatir dengan antusiasme Heesun untuk pulang sendiri. Padahal ia berulang kali menawarkan dirinya dan bahkan ia sudah menyuruh Chanyeol.

“Gwaenchana, Sunbae. Aku pulang sendiri saja.” Itu kalimat terakhir Heesun, sebelum akhirnya ia memutuskan untuk kabur dan menggunakan ‘Tugas’ sebagai alibi. Suho berulang kali berdecak khawatir, sedangkan Hima, dia tampak tidak peduli, karena Hima tahu bahwa Heesun tidak mungkin Heesun akan berjalan sendiri.

Chanyeol melihat Heesun yang sudah berlari terburu-buru menuju halte. Terakhir kali, ia mendengar gadis itu yang terus menolak kebaikan Suho. Entah mengapa, Chanyeol sendiri juga tidak tahu. Ia juga mendengar ke sok-tahu-an Heesun yang berkata bahwa dirinya akan baik-baik saja. Kalau seperti ini, Chanyeol sulit untuk berdiam diri.

“Benar-benar.” Chanyeol membawa dirinya mengikuti Heesun dan berniat untuk menarik tangan gadis itu agar berjalan berdampingan dengannya. Ini supaya tidak terjadi apa-apa, begitulah sekiranya. Saat, Suho dan Hima mengetahui Chanyeol yang berjalan menyusul Heesun, mereka hanya bisa tertawa geli dan selanjutnya, Hima memuji-muji tindakan Chanyeol yang sejak tadi sudah ia prediksi. Ternyata itulah pemikirannya sejak tadi.

 

“Berhenti.” Chanyeol untuk kedua kalinya dalam hari ini meraih lengan Heesun.

Heesun berbalik dengan keterkejutan yang luar biasa. “Apa-yang-kau–”

“Tidak baik Anak kecil berjalan sendiri malam-malam begini.” Chanyeol memotong perkataan Heesun dengan nada datarnya. “Tapi sungguh, aku-” Heesun berusaha menolak kembali. Dan Chanyeol berhasil memotongnya kembali pula. “Sudah, Cerewet! Cepat jalan!” Chanyeol berusaha terlihat galak. Namun sebenarnya ia menahan senyumnya ketika melihat ekspresi Heesun yang diam seketika setelah mendengar perkataannya. Chanyeol mulai berjalan dan ia juga tahu gadis itu juga ikut melanjutkan jalannya. Namun, dibelakangnya.

Chanyeol berhenti. Dan dia menoleh kebelakang yang juga membuat gadis itu ikut berhenti.

“Jangan berjalan di belakangku! Karena kau bukan sedang mengikutiku!” Ucap Chanyeol.

Heesun memasang wajah bingung, tetapi dia menurutinya. Heesun tidak berjalan dibelakang, melainkan dia berjalan melewati Chanyeol. Akan tetapi, Chanyeol justru berdecak dan suaranya membuat Heesun berhenti. “Tetapi, bukan berjalan di depanku juga. Aku bukan sedang mengikutimu!”

Kali ini Heesun yang menoleh kebelakang melihat wajah namja itu masih dengan wajah bingungnya. “Huh,” Chanyeol berjalan dan meraih telapak tangan Heesun dengan tangannya. Chanyeol Menggenggam nya. Dia menggenggam Tangan Heesun. “Berjalanlah disampingku.”

Heesun sedikit shock karena namja itu menyentuh tangannya kembali. Itu seperti sebuah sihir yang membuat jantungnya berdebar dan dirinya seketika merinding. Namun, Heesun sadar ia menyukainya. Tetapi, tidak semestinya seperti ini.

“Chanyeol!”

Chanyeol tidak bergeming. Ia masih tetap berjalan, sementara itu Heesun memang sejak tadi berusaha untuk menyamai langkahnya dengan Chanyeol, ia juga sedang berusaha membuat Chanyeol melihat kearahnya. “Baik, aku akan berjalan disini. Kau bisa lepaskan ini sekarang.”

Tiba-tiba Chanyeol berhenti. Tetapi tidak melepaskan apa yang dimaksud, pandangannya juga masih lurus kedepan. Dan, dia bisu.

Heesun lagi-lagi kebingungan dengan tingkah Chanyeol. Ia ingin menyerukan nama namja itu lagi, namun ia rasa juga percuma. Lalu, tiba-tiba lagi, namja itu menoleh kearahnya. Pandangan itu sulit ditebak.

Dan tautan tangan itu sudah terlepas seperti seharusnya. Kemudian mereka berjalan dalam keheningan, sampai pada akhirnya ada satu bus di halte sana dan mereka menaikinya.

 

Tidak ada sesuatu yang terjadi selama mereka berada di bus itu. Heesun sendiri memutuskan untuk melihat pemandangan lewat jendela, sementara Chanyeol yang saat itu duduk tepat disampingnya, hanyut dalam alunan lagu yang terputar dalam mp3nya. Heesun sendiri tidak berani untuk mengganggu namja itu. walaupun dia sendiri penasaran, lagu apa yang sedang didengarkan Chanyeol. Ia ingin tahu lagu favorit namja itu. Tetapi, sudahlah.

Saat mereka turun dan mulai berjalan juga mereka masih belum ada yang berbicara. Tetapi sekali lagi, Heesun tidak betah terdiam seperti ini.

“Suho sunbae dan Hima, kira-kira mereka sudah sampai dirumah atau belum ya?” akhirnya Heesun membuka pembicaraan tanpa melihat ke arah namja di sampingnya.

“Entahlah..” Jawab Chanyeol tanpa berfikir berat.

“Sunbae, dia sangat menyayangi Hima. Aku senang, karena gadis itu punya malaikat pelindung.” Heesun tersenyum kearah langit malam saat mengatakan hal itu.

Chanyeol menoleh kearah Heesun sejenak, lalu mengalihkannya kembali. “Suho menyukai Hima.”

Dan Heesun kali ini menoleh kearah Chanyeol, “kau tahu hal itu juga?”

“Mmm.” Chanyeol membalas.

Heesun kembali tersenyum. Ia rasa, ia tidak perlu membahas ini lagi. Ini adalah masalah Hima dan Suho, ia harus membiarkan mereka berkembang dengan sendirinya dulu. Itu benar kan?

Pada saat itu juga, Chanyeol tak sengaja melihat gadis itu yang tersenyum dan membuat pandangannya terkunci disana. Ia memang sedang berjalan, tapi matanya terfokus bukan pada jalanan. Syukurnya tidak ada satupun tiang listrik disana, karena mereka bukan sedang berjalan di trotoar.  Kalau tidak..

Namun gadis itu mendadak menoleh kearahnya dan siap meluntarkan pertanyaan untuknya, membuatnya dengan cepat mengalihkan pandangannya kembali pada jalanan

Masih ingat bukan? Heesun masih penasaran dengan hal yang satu ini. “Yeol, sebenarnya, apa yang kau bicarakan dengan Suho sunbae tadi?”

Chanyeol hanya menoleh kearahnya tanpa ekspresi, namun Heesun dapat membaca itu ‘yang mana?’ mungkin begitu.

“Tadi, sewaktu aku datang ke ruangan musik, kau sempat berbicara dengan Suho sunbae kan?”

Chanyeol mengerutkan dahinya, “oh, kenapa?”

“hanya ingin tahu.” Heesun menunduk.

 

“Kenapa kita sekelompok?”

Heesun berhenti, begitu juga Chanyeol. Lalu mereka saling menatap, “Kenapa kita sekelompok, baik dalam piket atau tugas ini?” begitu ucap Chanyeol sekali lagi.

Heesun bingung, apa yang harus ia jawab. Ia sendiri tidak tahu, dan entah mengapa ia takut jika saja ia mendengar kata bahwa namja itu tidak menyukai ini. Heesun menggeleng sebagai jawaban.

Chanyeol menghela nafas, “No one Knows.” Balas Chanyeol, “Itulah yang tadi aku tanyakan pada Suho, lalu..” tetapi, Chanyeol merasa bahwa dia telah terlalu banyak bercerita, sehingga “Tetapi saat itu juga, kau datang dan jawabannya ya, masih belum ada satupun yang tahu.” Itulah yang justru keluar di mulutnya.

Heesun menelan ludahnya dengan susah payah, “Tetapi apa aku boleh bertanya sesuatu lagi?”

Chanyeol menatap wajah Heesun yang terlihat berbeda dari biasanya. Chanyeol, menghembuskan nafasnya dan berkata ‘apa?’

“apa kau keberatan, satu kelompok denganku?” gadis itu bertanya tanpa berani melihat ekspresi wajah Chanyeol. Heesun takut jika saja ia bisa menebak jawabannya dari raut wajah namja itu setelah ini. bagaimana jika namja itu mengeluarkan tatapan tajamnya lagi?

.

.

“tidak tahu..” Chanyeol berusaha menjawab, “tetapi, kau lebih baik dari pada yang lain.” Sebuah senyum tipis yang langka itu menutup perkataannya. Itu cukup, membuat Heesun kembali berdebar-debar dan matanya benar-benar terpukau melihatnya.

“Oh, iya, ngomong-ngomong, aku melihatmu belajar.” Heesun mengalihkan topic kali ini.

“Oh,lalu?” hanya sebatas itu responnya. Chanyeol mengerti bahwa pemandangan-dirinya-belajar-adalah-hal-langka.

 

“Kau, berkembang lebih baik dan aku senang melihatmu seperti itu”. Heesun tersenyum. Dan Chanyeol melihat senyum itu yang sangat manis kalau menurut Chanyeol. Entah sejak kapan Chanyeol menyukai senyum yang seperti itu, yang sepertinya baru kali ini ia melihat yang sejenis itu.

 

Chanyeol ikut tersenyum, walaupun itu sangat simpul.

“Gomawo” Heesun lagi-lagi merasakan debaran kecang dalam dadanya, terlebih saat ia menyadari tangan namja itu yang berada di puncak kepalanya dan mengusap kepalanya dengan lembut.

 

ternyata mereka sudah sampai di sebuah cabang jalan yang kalau berbelok itu menuju rumah Kai dan jika lurus mereka akan sampai ke rumah Heesun. mereka seharusnya berjalan lurus. Tetapi tidak ketika lagi-lagi ada seorang di depan mereka.

mereka berdua berhenti disana.

“Kai?” itu sosok Kai yang sedang menyandarkan diri di sebuah tiang lampu jalanan. Dia terlihat menunggu dan sekarang apa yang ditunggunya sepertinya telah datang.

“Kenapa kalian pulang berdua?” Kai bertanya dan menatap mereka dengan kebingungan.

 

lalu Chanyeol menjelaskannya dengan singkat saat mengetahui Heesun yang terlanjur kaget akan kemunculan Kai dan tidak bisa berkata apa-apa.

Kai mengangguk paham. tetapi pandangannya terhadap Chanyeol seketika berubah dimana pandangan itu sama sekali tidak mengenakkan. Apa mungkin dia… cemburu?

“Kalau begitu,” Kai mengamit tangan Heesun yang syukurnya masih dengan perlakuan lembut. “Kau cukup mengantarnya sampai sini saja. Selanjutnya biar aku saja. Kau boleh pulang sekarang.” Begitulah kata Kai kemudian dan langsung membawa Heesun pergi meninggalkan Chanyeol.

-::-

 

“Kai, Bicaralah!” ucap Heesun pelan ketika mereka sudah sampai di depan rumah Heesun. sejak tadi, Kai hanya terdiam dan terus menuntun Heesun dengan tangan mereka yang masih terjalin.

Kai belum berkata apa-apa  Yang justru menjawab adalah angin dingin dan serakan ranting-ranting pohon.

“Kai?”

“Nuna,

Aku menyukai mu.”

dan ini merupakan kata-kata yang membuat Heesun Shock. Dia tidak percaya,tidak mengerti,tidak tahu atau apalah disana. Dia merasa perasaannya campur aduk. tetapi yang jelas, dia tidak ingin menjawab jika saja Kai meminta balasan. Dia tidak bisa memastikannya. dan uuughhh, entah bagaimana cara mendiskripsikannya.

 

kembali Hening yang menguasai mereka berdua, disaat Kai menggenggam kedua tangan Heesun.

 

“Kai, Aku…..” Heesun berusaha mengutarakan perasaannya yang masih tanda tanya ini.  Dan ia telah memprediksi bahwa mungkin ini mungkin akan menyakiti perasaan Kai. tetapi mau bagaimana lagi?

“Jangan menjawab apapun, Nuna” entah mengapa Kai justru tersenyum. “Aku tidak ingin mendengarnya. aku hanya ingin mengatakan apa yang aku rasakan sebenarya, dan..” Kai melepas tangan Heesun. “Maaf kalau ini terkesan tiba-tiba.”

 

Heesun menggigit bibirnya. “Kai-ah, aku bingung kata apa yang seharusnya aku katakan sekarang.”

namun Kai tersenyum lemah, “Tidak, nuna. sekarang lebih baik nuna masuk saja. Aku berharap semoga ini tidak membebanimu.” baiknya perkataan itu justru membuat Heesun semakin merasa berdosa.

walaupun Kai sudah menyuruhnya masuk, tetapi Heesun masih tetap tinggal dan tidak beranjak.

“Nuna, Masuklah. Aku baru akan pergi saat nuna sudah masuk.”

 

“Kai, Ma-a..” Heesun baru saja ingin meminta maaf. tetapi dia terkejut ketika Kai mencium pipinya dengan tiba-tiba. Kata maaf itu pun tak terselesaikan.

“Masuklah” begitu ucap Kai Lembut.

mereka sempat menatap satu sama Lain namun Heesun yang sudah tidak kuat lagi, langsung mengucapkan selamat malam dan masuk ke dalam rumahnya seperti apa yang dikatakan Kai.

 

begitu pula jadinya, Kai sendiri saat ini, masih berdiri didepan sana. senyum lembutnya justru beralih menjadi sebuah kekehan kecil ketika ia mulai berjalan pulang.

“Aku sudah terlalu jahat” Ucap Kai untuk dirinya, sendiri.

sementara itu, Heesun masih berdiri di balik pintu masuk rumahnya dan dia berfikir disana.

dia bertanya-tanya.

 

aku tidak mengerti ini..

aku tidak bisa menemukan hal itu ketika bersama Kai. Aku tidak merasakan debaran yang gila ketika bersama Kai. Bahkan saat tangan itu menggenggamku, dan ketika tadi dia menciumku. Dia nekat sekali.

tetapi kenapa aku justru merasakan hal yang berbeda ketika bersama Chanyeol? aku merasa Jantungku ini mau copot dan aku sadar, aku terus memikirkannya.

ini.. membingungkan.

apa mungkin aku menyukai Chanyeol?

 

 

Lalu,Ditengah malam yang dingin itu, Chanyeol berjalan sendirian dan syukurnya jalanan memang sudah sepi.  Beberapa lampu toko yang seharusnya hidup juga perlahan menipis dan mereka mati seiring waktunya toko untuk tutup. Yang telihat sekarang, Chanyeol menghentikan langkahnya di sebuah trotoar dan tangannya menyandar pada sebuah tiang listrik. Matanya melihat kebawah dan ekspresinya berhasil tertutupi oleh gelapnya malam. Yang jelas, ia merasakan dirinya yang campur aduk sekarang. dia juga benci ketika dia menyadari dirinya yang marah saat tadi, Kai merebut gadis itu dari sisinya. Dan sekarang pertanyaannya, Apa dia cemburu?

 

 

TBC

 

Hola lagi.

akhirnya.. sampai juga di chapter tujuh. terimakasih lho yang sudah baca. Ada yang bilang kalau gaya bahasaku rada bertele-tele. itu saran,dan maaf kalau memang benar adanya. aku masih perlu banyak belajar.

Chapter selanjutnya adalah sambungan prolog. dan semoga kalian bakal tertarik.

XIE XIE!

 

*bonus*

Apa yang terjadi dalam ruangan musik, sebelum akhirnya Heesun datang?

 

“Baiklah, mana kuncinya?” Chanyeol berkata dengan mengulurkan tangannya. Satu tangannya lagi masih setia memegang gitar yang tadi ia mainkan.

Lalu, Suho memberikan sebuah kunci yang tidak menarik itu tepat diatas tangannya.

“Thanks.” Chanyeol memasukkan kunci itu ke dalam saku celananya, lalu tangan itu kembali memetik gitar asal.

Lalu, suho berdeham tetapi ia tidak mengharap siapapun mengalihkan pandangan kearahnya, ia hanya ingin Chanyeol mendengarkannya kali ini. “Yeol, Bagaimana kabar Kai?”

Tangan chanyeol masih sibuk pada gitarnya dan sesekali petikan itu terdengar mirip lagu That XX milik G-Dragon. “Kenapa, tiba-tiba menanyakannya?”

“Aku sempat melihatnya, tetapi tidak sempat menghampirinya.”

Chanyeol terlihat tidak peduli, “Oh, bagaimana ekpresinya saat itu? itulah kabarnya sekarang.” benar, chanyeol juga akhir-akhir ini jarang bertemu Kai. Itu karena anak itu terlalu sibuk dengan Ujian Prakteknya.

“Ck” Suho memayahkan ucapan Chanyeol. Tetapi seketika ekspresinya berubah, “Aku jadi ingat saat kita masih SMP. Kita sering main bola bersama.” Ucapan suho terdengar belum selesai, dia yang sebelumnya berdiri, kini duduk di salah satu kursi dekat chanyeol, “Tetapi, tidak lagi saat kau pidah sekolah ke daerah Gangnam, dan juga pada saat aku lulus.”

Akan tetapi, mendengar cerita masa lalu itu, chanyeol tiba-tiba saja merasa resah. Dia tidak ingin membahas ini, karena itu hanya mengingatkan dirinya pada masa lalunya yang kelam itu. tetapi, dia sebenarnya rindu juga dengan masa-masa itu.

“aku sedang tidak ingin membahas hal ini, Hyung”

Suho mengangguk pelan. Dia memang mengerti mengapa chanyeol begitu walaupun dia sendiri tidak tahu bagaimana detailnya ketika chanyeol yang tiba-tiba saja pindah sekolah dan berubah seratus delapan puluh derajat ketika mereka bertemu kembali di SMA.

“Kalau begitu, kita membahas gadis yang baru sekolah sebulan lalu itu saja! Bagaimana?” Suho menepuk kedua tangannya seperti biasa. Betapa terkejutnya suho didalam sana ketika melihat chanyeol yang berhenti memainkan gitarnya dan teralih mengingat-ingat sesuatu.

“Oh iya.” Chanyeol melihat kearah suho, “Kenapa kau membiarkanku satu kelompok dengannya?”

“Kenapa? Kau senang?” wajah suho berubah jahil.

“Ck,” Chanyeol memutar bola matanya, kembali pada gitarnya.

“Yah, aku bercanda. Aku hanya melihat sesuatu yang aneh antara kalian berdua saat itu. ah, terlebih tepatnya kau..”

 Reaksimu sangat beda kepada gadis itu. Tidak seperti reaksimu pada gadis-gadis lainnya. Lanjut suho dalam Hati. Suho memang kenal betul siapa chanyeol, tetapi tidak sebelum mereka berpisah sewaktu di SMP. Dan pada saat itu, mereka juga sering bertukar cerita.

“Huh, Bicara apa-kau, Suho!” Chanyeol terdengar malas, dan menganggap omongan itu kosong. Tetapi sebetulnya, tidak juga.

Suho menunjukkan satu jarinya, “Ah, Kau menyangkal!”

Lalu, Chanyeol menatap suho tajam, “Menyangkal apa?!”

Setelah itu, Suho menyipitkan matanya, “Kau menyukainya?”

Diam. Chanyeol diam. Dia mengalihkan diamnya dengan mengeratkan senar-satu pada gitarnya dan sesekali memetiknya untuk mencoba suaranya. “aku lebih suka jika kau sedang salah paham,” suara Chanyeol mengecil dan…sendu?

Suho ikut terdiam. Karena ia juga tahu, Chanyeol belum selesai berbicara. “Kai menyukainya.” Itu dia lanjutnya.

Ya, pada akhirnya dia memang paham situasi ini. Setelah kemarin ia sempat diceritakan oleh Hima, ia merasa bahwa tidak ada yang perlu dibuktikan lagi, memang benar, ada kisah cinta segitiga disini. Dan Suho tertarik sekali.

Suho sejujurnya ingin tertawa geli, namun tidak begitu ia melihat raut wajah Chanyeol yang begitu sedih entah itu karena memang ia sedang memainkan instrument ‘Auttumn In My Heart’ dengan gitarnya atau memang Chanyeol sedih karena kisah ini. Ini pertama kalinya ia melihat Chanyeol seperti ini, semenjak ia menmukan chanyeol yang telah berubah menjadi badboy.

“Kau harus memahami dirimu dulu, Yeol. Kalau tidak, kau juga tidak bisa memahami apa yang ada disekitarmu..”

Ketika suho sudah memulai sarannya seperti yang dulu ia sering lakukan kepada Chanyeol sebagai seorang senior, tiba-tiba saja pintu ruangan berdecit dan menampakkan sosok Heesun disana. Permbicaraan pun bersambung.

Tetapi, Chanyeol tahu, ia harus memahami dirinya sendiri dan ia sangat berterimakasih pada saran yang masih setengah terucap itu.

-::-

 

RCL



Viewing all articles
Browse latest Browse all 4828

Trending Articles