Title: My Adorable Ghostgirl
Main Cast: Oh Se Hun (EXO-K), Yoon Cheon Sa (OC)
Supported Cast: Luhan (EXO-M), Park Chan Yeol (EXO-K)
Author: Ahra storyline
Rating: PG-16
Genre: Romance, Fantasy
Length: Multi Chapter
Disclaimer: All the cast belongs to the God, their agency and family. Author just borrow them except for the OC. The OC is mine. This idea is pure mine and it comes from my mind and please Don’t bash it. Typos everywhere, good readers and comments are welcoming ;)
OST (Just For Fun J): J. Rabbit – Talkin’ bout love & Ailee – Evening Sky
“ i need a time machine to find you in the past”
Chapter 5
Author POV.
“Cheon sa-ya” Sehun menyebut nama itu seakan-akan itu bisa membuatnya terbangun dari mimpi buruknya. Ya, ini adalah mimpi buruk bagi seorang Oh Se Hun. Yeoja yang selama ini terus menghantui pikirannya selama berminggu-minggu sekarang malah berada dihadapannya. Terbaring lemah di atas tempat tidur rumah sakitnya dan merasakan sakit yang bahkan tak bisa dibayangkan oleh Sehun sendiri. Perlahan, Sehun duduk di kursi yang berada tepat di samping tempat tidur Cheon sa dan ia kembali memperhatikan wajah gadis itu. Sehun merasa miris. Wajah yeoja manis itu terlihat pucat dan lemah. Kedua mata beningnya tertutup rapat dan suara hembusan nafas yang terdengar darinya pun terdengar begitu lemah. Sehun tak tahu apa yang harus ia lakukan. Ia masih begitu terkejut dengan apa yang ia lihat kini.
Jemari Sehun lalu bergerak menuju wajah Cheon sa. Ia menyentuh pipi pucat Cheon sa dengan sangat lembut seakan-akan pipi Cheon sa adalah sesuatu yang begitu rawan untuk disentuh. Sehun menyunggingkan senyum tipisnya.
“seandainya kau tidak lari dari takdirmu,” gumam Sehun, “kau akan bertemu dengan ku, Cheon sa-ya” lanjutnya. Sehun beralih menggenggam tangan Cheon sa yang diinfus dan membiarkan kedua matanya terus menerus memperhatikan wajah gadis itu.
Wajah seorang Yoon Cheon Sa ternyata sangat teramat cantik. Memang Sehun mengakui kalau Yeoja ini memang cantik sejak ia pertama kali ia bertemu dengan Cheon sa. Tapi ini baru pertama kali Sehun begitu memperhatikan setiap detail wajah seorang Yoon Cheon Sa.
Kedua pipi putih itu terlihat sangat pucat. Hidung mungilnya yang mancung kini harus menghirup oksigen dengan menggunakan selang kecil yang berada dibawah hidungnya. Kedua mata mungil Cheon sa tertutup rapat dan alis matanya yang terlihat tebal serta bibir tipisnya yang mungil semakin menambah kecantikan seorang Yoon Cheon Sa meskipun yeoja itu berada dalam kondisi sakit.
Sehun menghela nafasnya dengan berat dan sekarang ia mulai berpikiran sesuatu yang tidak mungkin. Seandainya di dunia ini ada sesuatu yang disebut Mesin waktu, Sehun bersumpah akan pergi ke masa lalu dan ia takkan membiarkan semua hal ini terjadi.
- Selalu saja kata itu muncul di dalam benak seorang manusia yang mengharapkan sebuah pengharapan atau menggumamkan penyesalan. Dan kali ini Sehun mengatakan sebuah pengharapan yang tak mungkin bisa terjadi.
Berjam-jam telah berlalu dan selama itupula kedua matanya terus terpaku pada wajah manis Cheon sa. Ia tak merasa bosan terus memandangi wajah itu dan terus berada disisinya. Sebaliknya, Sehun ingin terus berada bersama Cheon sa. Disampingnya. Melindunginya dari semua mimpi buruk yang mungkin saja menghampiri tidur panjangnya. Bahkan jika Sehun bisa melakukannya, ia ingin menanggung rasa sakit Cheon sa.
Sehun teringat satu hal. Cheon sa atau lebih tepatnya arwah Cheon sa kini berada di suatu tempat. Di suatu tempat yang diketahui oleh Sehun. Rumah Chan yeol.
Haruskah aku menjemputmu kembali, Cheon sa-ya? Batin Sehun. Pertanyaan itu terngiang-ngiang muncul di benak Sehun. Dan sedetik kemudian, Sehun mengikuti kata hatinya untuk pertama kalinya.
Aku harus menjemputmu kembali, Cheon sa-ya. Karena aku tidak ingin Chan yeol memilikimu. Batinnya.
–
“memangnya kemana kita mau pergi?” Cheon sa memperhatikan kegiatan Chan yeol sedari tadi yang hanya sibuk mengemasi barang-barangnya. Chan yeol sibuk mengemasi barang-barang yang diperlukan dan ia tak lupa pula membawa gitar cokelat kesayangannya ke dalam bagasi mobilnya.
“kita akan pergi piknik” jawab Chan yeol sambil menoleh kearah Cheon sa. Namja itu menyunggingkan senyumnya dan memperlihatkan deretan gigi putihnya.
“jinjja? Kemana ?” tanya Cheon sa penasaran.
“kau akan tahu nanti” Chan yeol selesai mengemasi barang-barangnya dan ia menutup bagasi mobilnya. Chan yeol lalu membukakan pintu mobil di jok depan untuk Cheon sa dan Cheon sa hanya terkekeh sendiri.
“silakan masuk, tuan putri” ujar Chan yeol dengan senyumannya yang manis ditambah dengan tangannya yang mempersilahkan yeoja itu agar segera masuk. Cheon sa kembali terkekeh kecil saat Chan yeol mengatakan hal itu.
“untuk apa kau membukakanku pintu? Aku bahkan bisa menembus pintu itu tanpa membukanya” ujar Cheon sa. Ia masuk ke dalam mobil dan Chan yeol langsung menutup pintu mobilnya.
“ya! Jangan gunakan kekuatanmu dihadapanku. Dan juga, jangan menghilang seenaknya dariku. Ara?” Cheon sa mengangguk patuh sambil mengacungkan kedua jempolnya.
“arasseo. Aku takkan pergi kemanapun” lanjut Cheon sa dan diiringi dengan senyuman manis Cheon sa.
“baiklah, kau sudah berjanji. Sekarang, kita pergi” Chan yeol menyalakan mesin mobilnya dan perlahan mobil itu mulai berjalan menjauhi rumah Chan yeol menuju sebuah tempat yang dimaksud Chan yeol.
–
Sehun melajukan mobilnya menuju rumah Chan yeol. Sehun tak memperdulikan derasnya hujan yang turun yang mungkin saja bisa mengganggu penglihatannya dalam mengemudi. Sehun terus melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi di tengah hujan. Hal yang saat ini ada di dalam pikirannya hanya Cheon sa yang tidak lain adalah calon tunangannya.
Sehun sudah sampai di depan rumah Chan yeol dan ia langsung keluar dari mobilnya tanpa memperdulikan hujan yang masih turun sedari tadi. Sehun tak peduli jika hujan membasahinya. Yang ia pedulikan saat ini hanya Cheon sa.
Sehun berdiri di depan pagar tinggi rumah Chan yeol dan berkali-kali ia menekan bel yang ada di samping tembok pagar dan berharap Chan yeol akan segera membukakan pagar itu untuknya. Namun sayangnya tidak.
Sudah sekitar satu jam lamanya Sehun berdiri di depan pagar rumah Chan yeol dan mungkin sudah ratusan kali ia menekan tombol bel rumah itu. namun, tak ada satupun pertanda bahwa Chan yeol akan membukakan pagar untuknya. Berkali-kali pula Chan yeol keluar masuk mobilnya hanya untuk membunyikan klakson mobilnya namun tak ada satupun yang berhasil. Pagar tinggi itu masih tertutup rapat.
Sehun berdiri menghadap kamera pengintai yang berada tepat di pojok kanan atas tembok pagar itu. Sehun menatap ke arah lensa kamera itu dengan tatapan yang sama sekali tidak bersahabat.
“geurae, jika kau tidak mau membukakan pagar ini, aku akan tetap disini. Sampai kapanpun” tegas Sehun. Sehun memegang ucapannya. Dan selama dua jam ia berdiri, pagar rumah Chan yeol masih tertutup rapat.
Sehun masih berdiri sambil bermandikan air hujan yang masih turun dengan derasnya. Sehun mulai tak kuat berdiri. Ia merasakan pandangannya mulai melemah dan mengabur. Sehun lalu menopangkan kedua tangannya pada pagar itu. ia mulai merasa tidak sanggup menahan berat badannya sendiri.
Sehun menyerah. Untuk saat ini ia menyerah. Sehun memilih untuk pulang ke apartemennya dibandingkan jatuh pingsan dengan konyol didepan rumah Chan yeol. Sehun berjalan menuju mobilnya dengan susah payah. Ia menggigil kedinginan dan sekujur tubuhnya benar-benar basah kuyup. Tanpa membuang banyak waktu, Sehun segera melajukan mobilnya menuju apartemennya.
Sehun sampai di basement dan ia langsung memarkirkan mobilnya. Dengan sisa tenaganya yang ada, Sehun berjalan ke arah lift yang akan membawanya ke apartemennya.Ia membuka pintu apartemennya dan ia langsung menuju kamarnya. Sehun langsung menjatuhkan dirinya di atas kasurnya tanpa mengganti bajunya terlebih dahulu.
“aku tidak akan menjadi seperti ini kalau bukan kau, Cheon sa-ya” gumam Sehun di balik selimutnya.
–
Hujan sudah berhenti sejak 15 menit yang lalu dan untungnya mereka datang disaat yang tepat. Cheon sa dan Chan yeol pikir acara piknik mereka akan terganggu karena hujan yag sedari tadi terus menerus turun saat di perjalanan. Dan Chan yeol harus bersyukur sekarang karena akhirnya hujan berhenti sebelum mereka benar-benar sampai di tempat tujuan mereka.
“setidaknya hujan tidak membuat keadaan pantai ini menjadi buruk bukan?” Chan yeol membuka bagasi mobilnya dan mulai menurunkan barang-barangnya. Cheon sa sedikit membelalakkan matanya saat ia baru menyadari bahwa Chan yeol juga membawa sebuah tenda.
“kau membawa tenda?” tanya Cheonsa.
“piknik tidak akan lengkap jika tidak ada tenda” jawab Chan yeol. Chan yeol mulai dengan kesibukannya sendiri. ia mulai memasang tenda otomatis itu dan ia menggelar tikar kecil didepan tendanya.
“tapi..”
“wae?” tanya Chan yeol.
“apa kau tidak apa-apa jika orang lain melihatmu berbicara sendiri? maksudku.. apa kau tidak merasa risih jika ada orang lain yang melihatmu berbicara sendirian?” tanya Cheon sa.
“tentu saja tidak. lagipula pantai ini sangat sepi, Jadi kau jangan khawatir” ujar Chan yeol.
“jinjja?”
“eum” gumam Chan yeol.
“kau tahu? ini pertama kalinya aku bersenang-senang setelah aku menjadi arwah” Cheon sa duduk di atas tikar dan memperhatikan Chan yeol yang sibuk dengan aktifitasnya.
“benarkah? “ Chan yeol menoleh pada Cheon sa. Cheon sa mengangguk mengiyakan.
“eoh,”
“lalu selama kau berada di apartemen Sehun, apa yang kau lakukan?” Chan yeol selesai dengan pekerjaannya. Ia lalu duduk di samping Cheon sa sambil menopangkan kedua lengannya pada kedua lutut kakinya.
“ehm.. yang kulakukan? Tidak ada. Aku hanya diam disana. Tidak ada hal menyenangkan lainnya” jawab Cheon sa dengan datar sambil menjuruskan tatapannya pada lautan biru yang terhampar luas dihadapannya.
“benarkah?”
“ehm. Sangat membosankan. Bahkan kupikir aku lebih senang tinggal ditempatmu” perkataan Cheon sa berhasil membuat Chan yeol sedikit membelalakan matanya. Terlihat jelas pula mimik senang di wajah Chan yeol atas perkataan yang diucapkan Cheon sa padanya.
“jeongmal? Kalau begitu kau harus terus tinggal ditempatku sampai kau bisa kembali ke tubuhmu” Chan yeol meraih gitar cokelat nya dan mulai memetik tiap senar gitarnya. Suara-suara merdu khas gitar accoustic keluar bersamaan dengan senandung kecil Chan yeol.
“lagu apa itu?” tanya Cheon sa.
“call it magic, kau tidak tahu lagunya? Baiklah akan kunyanyikan untukmu” Chan yeol berdehem kecil sebelum memulai pertunjukkan kecilnya dihadapan Cheon sa. Ia lalu memetik tiap senar gitar nya dan suara beratnya yang khas terdengar merdu di telinga Cheon sa.
Chan yeol sudah menyanyikan lagunya separuh jalan dan selama itupula Cheon sa memperhatikan tiap mimik wajah Chan yeol dan suara indahnya. Namun, ada sesuatu yang tiba-tiba saja mengganggu Cheon sa.
Cheon sa mendengar suara seseorang yang tengah memanggilnya. Memanggil namanya dengan susah payah dan suara itu terdengar sangat familiar ditelinganya.
‘Cheon sa-ya…
‘Cheon sa-ya…
‘salyeojuseyo… jebal..
Suara itu terdengar begitu lemah. Suara itu bercampur dengan helaan nafasnya yang terengah-engah dan terdengar seperti ingin meminta bantuan.
Apakah itu suara Sehun? Batin Cheon sa. Suara itu semakin terdengar jelas ditelinga Cheon sa dan terdengar semakin lemah. Tanpa memikirkan apapun lagi dan tanpa berusaha membuang waktu, Cheon sa segera menghilang dari samping Chan yeol bahkan sebelum Chan yeol mengetahuinya.
–
Sehun terbaring lemah di atas tempat tidurnya. Ia kini berada di bawah selimut tebalnya dan masih dengan menggunakan pakaiannya yang basah. Keringat dingin bercucuran deras dikeningnya dan berkali-kali pula ia mengganti posisi tidurnya.
Sehun mencoba memejamkan matanya namun matanya terasa begitu berat dan panas. Ia bahkan sempat meracau sendiri saat tertidur. berkali-kali ia memanggil nama Cheon sa dan sayangnya gadis hantu itu tidak ada disampingnya saat ini.
“Cheon sa-ya…” Sehun memanggil nama gadis itu dengan suaranya yang parau dan nafas yang terengah-engah. Ia bahkan merasa tidak punya tenaga lagi hanya sekedar untuk membuka matanya.
“Sehun-ah, Gwenchanha?” Sehun mendengar suara seseorang berada disampingnya. Tepat disampingnya. Dan hanya dari mendengar suaranya pun Sehun sudah mengenali siapa pemilik suara itu.
“Cheon sa-ya?” gumamnya kecil. Cheon sa mengangguk sebagai jawabannya meskipun ia tahu Sehun tak bisa melihat anggukkan nya karena kedua mata namja itu terpejam.
“Cheon sa-ya? Kaukah..itu?” ulang Sehun sambil berusaha membuka matanya secara perlahan. Sehun pun dapat melihat sosok Cheon sa meskipun samar.
“eoh, ini aku, Cheon sa” jawab Cheon sa, “kau demam?” Cheon sa mengarahkan tangan kanannya menuju kening Sehun dan bodohnya ia, ia adalah seorang arwah yang bahkan tidak bisa mengukur suhu tubuh ataupun merasakan hangat matahari. Cheon sa menyadari hal itu dan ia lalu berinisiatif untuk menggunakan termometer untuk mengukur suhu tubuh Sehun.
Cheon sa mengarahkan termometer itu ke belakang telinga Sehun dan berusaha untuk mendapatkan suhu tubuh Sehun. Tak selang berapa lama Cheon sa kembali menarik tangannya dan melihat angka yang tertera di termometer itu.
“ya.. kau demam?” Cheon sa melihat hasil termometer yang menunjukkan angka 39 derajat celsius. Suhu tubuh yang cukup panas bagi seorang manusia.
“diam disini dan jangan pergi kemanapun. Aku akan membawakanmu obat penurun panas” tanpa banyak kata, Cheon sa segera menuju dapur dan membawakan sebaskom air es dan sebuah handuk kecil dan juga obat penurun panas. Hanya dalam sekejap, Cheon sa sudah kembali berada di dalam kamar Sehun.
“kau harus minum obatmu terlebih dahulu” Cheon sa duduk di tepi ranjang Sehun dan mulai membuka tutup botol obat itu. untungnya ia adalah arwah padat yang bisa menyentuh benda apapun.
“kau bisa bangun sebentar?” tanya Cheon sa. Sehun menggeleng lemah. Cheon sa lalu langsung membantu Sehun agar namja itu bisa duduk di tempat tidurnya dan bersandar pada headboard. Cheon sa menopang punggung Sehun dan mengarahkan sesendok kecil obat penurun panas.
“minum ini” Cheon sa menyodorkan sesendok kecil obat penurun panas pada Sehun dan dengan patuh namja itu segera meminumnya tanpa banyak protes.
“setelah ini, kau harus banyak istirahat. Aku akan mengompresmu” Cheon sa meraih handuk kecilnya dan membenamkannya ke dalam air es. Cheon sa meletakkannnya diatas kening Sehun dengan hati-hati.
“ sudah selesai, Baiklah, aku harus..” ucapan Cheon sa terpotong saat ada sebuah tangan yang menggenggam tangannya secara tiba-tiba. Cheon sa membelalakkan matanya saat ia menyadari tangan Sehun lah yang kini tengah menggenggam tangannya erat.
“w-wae?” tanya Cheon sa.
Sehun berusaha membuka matanya dengan sekuat tenaga meskipun ia merasa sangat pusing saat itu. Sehun menatap wajah gadis itu dengan tatapan sendu. Sementara Cheon sa hanya bisa kebingungan sendiri melihat sikap aneh dari Sehun.
“bisakah kau tetap disini?” pinta Sehun. Cheon sa mengerutkan keningnya bingung.
“apa maksudmu, Sehun-ah? Kau..” tanpa berusaha membiarkan Cheon sa menyelesaikan kalimatnya, Sehun berusaha duduk dan memeluk Cheon sa tiba-tiba. Cheon sa yang dipeluk hanya bisa mematung dalam dekapan Sehun dan tak bisa berkata apa-apa.
“bisakah kau tidak pergi lagi? Untuk yang ketiga kalinya?” Sehun mengucapkan kata yang begitu ambigu dan begitu sulit untuk dicerna oleh pemikiran seorang Yoon Cheon Sa.
“apa maksudmu, Oh Se Hun?” Cheon sa kembali mempertegas pertanyaannya. Sehun melepaskan pelukannya dan kini ia menatap intens kedua bola mata milik Cheon sa.
“Kau adalah yeoja yang dijodohkan dengan ku, Yoon Cheon sa” tegas Sehun.
Cheon sa terdiam untuk sesaat dan ia berusaha untuk memahami semua perkataan yang Sehun lontarkan. Sangat aneh dan hal yang bisa Cheon sa simpulkan adalah Sehun tengah meracau saat ini.
“kau harus segera istirahat, Sehun-ah. Lihat, kau meracau aneh seperti ini” Cheon sa berusaha membantu Sehun agar kembali membaringkan dirinya di tempat tidur. Namun namja itu menolaknya.
“aku tidak meracau, Cheon sa-ya” ujarnya.
“Mwo?”
“kau masih ingat saat aku menceritakan padamu kalau calon tunanganku sedang koma?” Ujar Sehun dengan susah payah “dan yeoja itu adalah kau, Cheon sa-ya” lanjutnya.
“jadi kau..” Cheon sa bergumam dan diiringi dengan anggukkan kecil Sehun.
“aku adalah Oh Se Hun. Calon tunanganmu.” Jawabnya.
–
Chan yeol terlihat gelisah sedari tadi. Ia sudah mengelilingi pantai ini dan berkali-kali pula ia meneriakkan nama Cheon sa. Memang kali ini ia terlihat seperti orang gila tapi Chan yeol sama sekali tidak memperdulikan hal itu. yyang harus ia pikirkan adalah Cheon sa. Kemana gadis itu pergi dan mengapa ia menghilang tiba-tiba seperti itu tanpa memberitahu Chan yeol.
“aish, dimana kau Cheon sa-ya?” Chan yeol mengacak-acak rambutnya dengan kesal. Ia bingung apa yang harus ia lakukan saat ini. apaka ia harus pulang tanpa Cheon sa?
“Cheon sa-ya! Kau dimana?” Chanyeol sudah menyisiri sepanjang pantai dan ia sama sekali tidak bisa menemukan gadis itu.
Chan yeol masih ingat betul janji Cheon sa beberapa saat yang lalu. Ia berjanji tak akan menghilang dari pandangan Chan yeol. Tapi sekarang gadis itu malah menghilang bahkan sebelum Chan yeol mengetahuinya.
“Cheon sa-ya, kau lupa janjimu?”
–
Cheon sa masih duduk terdiam di sisi Sehun. Kedua tangannya masih sibuk mengurusi Sehun yang sakit namun pikirannya melayang entah kemana. Ia masih dibingungkan dengan perkataan Sehun bahwa ialah yeoja yang akan dijodohkan dengan Sehun.
Sehun kini sudah memejamkan kedua matanya. Setidaknya keadaan namja itu sedikit membaik karena akhirnya ia bisa tertidur. Tapi hal itu tidak lantas membuat Cheon sa bisa pergi begitu saja.
Sehun tertidur sambil menggenggam erat tangan Cheon sa. Seakan-akan memaksanya untuk tetap tinggal dan tak pergi kemanapun. Di sisi lain, Cheon sa yang merupakan seorang arwah sebenarnya bisa pergi dengan begitu mudahnya. Tapi Cheon sa masih merasa berat untuk meninggalkan namja ini.
“kau masih disini, Cheon sa-ya?” suara Sehun yang tiba-tiba saja terdengar oleh indra pendengarannya lantas membuat Cheon sa tersentak. Ia menolehkan kepalanya pada sosok Sehun yang sudah membuka kedua matanya. Dan terlihat jelas bahwa kondisi Sehun sudah mulai membaik.
“eum. Bagaimana keadaanmu?” tanya Cheon sa.
“sudah lebih baik” jawab Sehun sambil terus menerus menyunggingkan senyumnya. Cheon sa yang melhat hal itu lantas mengerutkan keningnya.
“kenapa? Ada yang aneh?”
“ani. Hanya saja.. aku senang melihatmu disini” jawab Sehun yang disambut dengan wajah Cheon sa yang terlihat berusaha menyembunyikan rasa malunya.
“Sehun-ah” panggil Cheon sa.
“ada apa?”
“aku ingin bertanya sesuatu padamu” Cheon sa menundukkan wajahnya dan intonasi nya pun terdengar begitu hati-hati saat mengatakan hal itu.
“tanyakan saja. Ada apa?”
“soal tadi.. saat kau bilang kalau aku adalah yeoja yang dijodohan denganmu, apa.. itu benar?” tanya Cheonsa.
Sehun mendekatkan dirinya dengan Cheon sa. Ia lalu menatap setiap detail wajah Cheon sa, seakan-akan ia tengah mencocokkan setiap detail wajah seorang yeoja yang ia temui di rumah sakit tadi pagi.
“ eum. Aku masih ingat bagaimana wajah cantik yeoja yang dijodohkan dengan ku saat aku menemuinya dirumah sakit tadi pagi” jelas Sehun “ dan itu kau, Yoon Cheon Sa” lanjut Sehun.
“kau masih tidak percaya?” tanya Sehun. Sementara itu, Cheon sa hanya terdiam.
“ani. Aku percaya” jawabnya.
–
Chan yeol pulang ke rumahnya dengan gusar dan perasaan yang teramat kacau. Rencananya untuk berlibur berdua bersama Cheon sa benar-benar gagal karena Cheon sa yang menghilang secara tiba-tiba bahkan tanpa diketahui oleh Chan yeol.
“kenapa kau pergi begitu saja, Cheon sa-ya?” Chan yeol menaiki tangga menuju kamarnya. Ia membuka pintu kamarnya dan melempar asal backpacknya.
Perhatian Chan yeol terarah pada televisi dihadapannya. Ia tidak bermaksud untuk menonton acara tv hari ini melainkan ia ingin mengecek kamera cctv nya.
Chan yeol menyandarkan kepala dan punggungnya pada headboard dan perhatiannya tertuju pada layar televisi itu. beberapa menit berlalu dan tak ada apapun disana.
Sebuah mobil lalu muncul di depan pagar rumah Chan yeol pada pukul 15.15. Chan yeol mengerutkan keningnya karena ia sama sekali tidak mengenali mobil itu.
“siapa yang datang?” gumam Chan yeol. Chan yeol memfokuskan perhatiannya pada layar televisi dan tak berapa lama kemudian, seorang namja tinggi keluar dari mobilnya dan berdiri di depan pagar sambil berkali-kali menekan bel di samping pagar.
“Oh Se Hun? Untuk apa dia kesini?” gumam Chan yeol.
–
Cheon sa berbaring di tempat tidur barunya. Ia memutuskan untuk kembali tinggal di rumah Sehun karena namja itu bersikeras membujuknya agar tinggal di apartemennya. Dan sekarang, Cheon sa tengah berada di kamar barunya. Lebih tepatnya di kamar tamu yang sekarang ditempatinya.
Cheon sa memutuskan untuk kembali ke apartemen Oh Se Hun yang sudah beberapa minggu ditinggalkannya. Meskipun Se hun sudah menganggap Cheon sa seperti orang yang tak asing lagi baginya, Cheon sa masih menganggap Sehun sebagai orang asing. Orang asing yang baru saja dikenalnya.
Dan Cheon sa kembali merenung ditempatnya. Ia tak tahu apa yang harus ia lakukan kini. Cheon sa hanya terdiam sembari memandangi jendela kamar barunya yang terbuka lebar dan membiarkan angin yang masuk begitu saja ke dalam kamarnya.
Dan tiba-tiba saja rasa sakit itu kembali datang. Secara tiba-tiba dan begitu menyiksa seorang Yoon Cheon Sa. Bahkan rasa sakit itu semakin terasa menyakitkan dibandingkan sebelumnya. Rasa sakit itu bahkan sampai membuat air mata Cheon sa keluar dari kedua matanya.
Cheon sa kembali mencengkeram kuat dada kirinya. Berusaha meredam rasa sakit yang mendera jantungnya. Ia semakin lemah dan lemah. Rasa sakit itu bahkan memaksanya hingga tak bisa lagi merasakan detak jantungnya. Cheon sa memejamkan kedua matanya erat. Sangat erat dan bahkan ketika Cheon sa berusaha membuka kedua matanya, semua yang ada dihadapannya mengabur.
Saat Cheon sa tak lagi bisa menguasai rasa sakitnya, saat itulah ia menyebut satu nama. Satu nama yang kini setidaknya bisa menjadi penolongnya. Satu nama asing yang kini mulai memasuki kehidupannya.
“Oh Se Hun, tolong aku..”
–
To Be Continued.
Haaaa maafkan author chingudeul…. chapter kali ini author akui sangat-sangat pendek. Author aja nyadar hehe.. kenapa? Baiklah, saatnya author ngeles –__–
Yang pertama, author lagi persiapan buat bikin makalah laporan magang, tugas-tugas selama magang yang belum dikerjain dan pas author mau ngerjain yang chapter ini, otak author bunttuu banget gak ada ide sama sekali. Dan untungnya ada secercah ide yang muncul walopun ga seberapa..
Dan maafkan author kalo selalu ngaret ngepost chapter2 ff ini. dan sekali lagi, tolong koreksi semua kesalahan dalam ff gaje binti aneh ini. dan buat semua readers yang baca, author gatau mau ngucapin apa lagi selain kata gomawooo yang segede-gedenya..
Tetep aja.. ga henti-hentinya author mohon komen kalian, kritik, saran dan apapun itu diterima dan selalu author masukin ke dalam otak yah.. terkecuali kalo ada komen yang bilang ‘panjangin lagi dong thor’ dan sejenis itu. author gabisa nepatin itu yaa chingudeul –__– mianhae.
Tapi tetep author bakal ngasih yang lebih baik lagi dan lebih baik lagi. Author janjiii…
Okeh author mau lihat sesetia apa kalian para readers sama author #plak author mau lihat sebanyak apa komen kalian di chapter kali ini. bwahahaha.. sekali lagi.. kamsahamnidaaa..
Dont forget to RCL. Love you all readers … ppyong!
