A Nightmare
Author : choi sung yeon (CSY)
Twitter : @chrsvmfty
Cast : – Kris EXO
– Choi Jiyeon (OC)
Main cast : Member EXO
Genre : romance, sad gagal/?, hurt, dll. *cari sendiri genre yang lainnya
Length : Oneshoot
Rating : G
*maaf kalo ceritanya udah kelewat mainstream. Author hanya menulis ff ini karena ngegalauin Kris..
Sorry for typo, alur gaje, cerita maju-mundur, bahasa aneh/?, dll. karena aku juga masih termasuk newbie :v
Okay..
~Happy Reading~
Aku tak tega melihatnya kelelahan seperti ini. Aku ingin sekali menggantikan posisinya sekarang. Tapi itu tidak mungkin. Dia adalah anggota EXO, boyband Korea yang sangat terkenal itu.
Aku memandangi wajahnya yang terlelap di dalam mimpi. Tak lama kemudian, aku mendengar suara erangan darinya. Dia terbangun! Dia mengerlip-ngerlipkan matanya.
“Emm, Jiyeon-a?”
“Wae oppa?”
“Sejak kapan kau berada di sini?”
“Bukankah tadi malam aku tidur di kamarmu? Dan kau tertidur di sofa ruang tamu?”
Tiba-tiba dia berdiri dan segera melihat ke arah jam dinding yang tergantung di ruang tamu.
“Ah, tidak! Aku bisa dimarahi jika aku terlambat lagi!”
Lalu namja bernama Kris itu pergi ke dalam kamarnya. Mungkin dia akan kembali ke gedung SM lagi untuk latihan. Aku salut dengannya yang rajin seperti itu setelah menjadi salah satu member EXO. Sebelumnya dia malas-malasan dan sangat suka dimanja.
Aku pun berinisiatif untuk membuatkan roti panggang coklat kesukaannya.
Tepat setelah Kris membuka pintu kamarnya, roti panggangnya sudah jadi.
“Jiyeon-a! Come here!” pintanya. Aku hanya menurutinya dan masuk ke dalam kamarnya yang bisa dibilang cukup besar itu.
“Aku ingin bilang sesuatu ke kamu.” Katanya. “Kau adalah sahabat terbaik yang kumiliki. Dan, kalau boleh jujur, terkadang aku merasa kau adalah wanita yang paling baik dan perhatian yang pernah kutemui, setelah ibuku.” Aku mulai merasakan suatu tatapan aneh dalam mata Kris. Jantungku berdetak cepat. Apakah Kris akan menyatakan cintanya padaku? Aku menyukaimu Kris! Jangan memikirkan hal itu dulu Jiyeon!
“Aku, ingin menunjukkanmu ini.” Lalu dia memberikan selembar kertas padaku. Isinya hasil tes darah.
“Lihat bagian ini.” Katanya sambil menunjuk kertas bagian bawah.
Myocarditis..
Apa itu..?
Radang otot jantung…?
Tak mungkin…
“Jiyeon, tolong jangan beritahukan hal ini pada ibuku. Please.”
Tanganku mulai bergetar.
Mataku mulai berair.
Setetes air mataku pun jatuh bebas di pipiku.
Dan sekarang, aku menangis dalam diam di dalam dekapan Kris. Itu akan membasahi dada bidangnya! Seharusnya aku tak boleh menangis!
“Don’t cry, baby.”
Isakanku mulai terdengar.
“Aku akan baik-baik saja, Jiyeon! Jadi tolong jangan bilang kepada siapapun tentang hal ini. Termasuk ibuku.”
Suara tangisku pun meledak. Dia semakin mempererat pelukannya, mengelus rambutku yang terikat, dan aku juga merasakan bahuku yang mulai basah. Mungkinkah Kris juga menangis?
“Sudah. Jangan menagis lagi. Aku akan sembuh. Percayalah!” katanya. Lalu melepas pelukannya, memegang bahuku dan tersenyum yang terkesan seperti dibuat-buat.
“Tiga hari lagi aku ada konser.” Katanya sambil memberikan secarik kertas tiket padaku. “Datanglah! Kalau bisa paling depan agar aku juga bisa melihatmu!”
Aku hanya bisa menahan isakanku, walau tetap menangis. Aku pun menerima tiket itu.
“Aku pasti datang Kris!” kataku sambil memaksakan senyumku agar terlihat semanis mungkin di depannya. Lalu Kris memelukku lagi, dan sesekali mencium kening dan pipiku. Saat itulah aku mulai merasa tenang dan berhenti menangis.
Flashback on
“Hi!” sapa seseorang padaku.
“Oh, hi!” balasku.
“My name is Wu Yi Fan. You can call me Wufan.” Dia mengajakku berkenalan
“Oh, my name is Choi Jiyeon.”
“Are you korean?” tanyanya antusias.
“Yes.”
“I’m from China.” Katanya.
Hening
Tak ada percakapan lagi diantara kami. Aku memutuskan untuk membuka percakapan kembali.
“Apa cita-citamu?” tanyaku pada Wufan. Entah kenapa tiba-tiba aku menanyakan hal itu. Namja itu hanya menoleh sambil tersenyum.
“Aku? Aku ingin menjadi artis.”
“Really? Artis apa?”
“Aku ingin mengikuti audisi SM entertainment bulan depan di Korea.”
“Really? Semoga diterima, ya!” kataku sambil tersenyum. Tampan.
“Maukah kau menemaniku?” pintanya. Aku ragu ingin menyetujuinya. Kami baru bertemu hari ini.
Kalian tahu bagaimana kami bisa bertemu di Kanada ini?
Saat aku ingin ke cafe di dekat kampusku, dia tak sengaja menabrakku dan menjatuhkan tumpukan buku-buku yang kubawa. Dan konyolnya, aku mengajaknya ke cafe itu. Memalukan memang. Tapi dia terlihat biasa saja.
Dia terlihat dingin, tapi ramah saat berbicara pada orang lain. Wufan namanya. Dari yang kuketahui tentangnya, dia blasteran China-Kanada. Temanku, tetangganya Wufan, memberitahuku tentang hal ini sebelumnya.
“Bagaimana? Mau tidak?” aku pun tersadar dari lamunanku.
“Okay. Why not?”
“Thank you.” Ucapnya tersenyum ramah padaku.
Lalu aku menyeduh latte yang sudah agak mendingin yang ada di depanku sekarang.
“Kau tahu? Dari dulu aku memimpikan hal ini.”
“Hal apa?” tanyaku sambil menaruh cangkir latte ke meja depanku.
“Seperti memiliki banyak fans, perform di atas panggung, dan lainnya. Aku ingin merasakan bagaimana rasanya menjadi artis.” Ujarnya dengan penuh kesungguhan.
“Di Seoul, aku sering bertemu artis karena rumahku berada di daerah Gangnam.”
“Dan aku jamin setelah ini kau juga akan sering melihatku di sekitar rumahmu saat aku menjadi artis nanti.” Candanya diikuti tawa garing yang diciptakannya.
“Oke.” Kataku tersenyum semanis mungkin. Entah mengapa aku bahagia bisa berbasa-basi dengannya.
“Kau manis.” Ucapnya tiba-tiba.
Pipiku memanas
Seperti ada kupu-kupu yang terbang di perutku
Detak jantungku tak terkontrol
Aku terdiam mematung hingga dia menyadarkanku dengan suara jentikan jarinya.
“Kau tak apa kan?”
“I’m okay Wufan.”
Lalu aku melihat jam tangan yang bertengger di lenganku.
“Oh, Wufan, sebentar lagi aku ada kelas. Bye!” kataku sambil berdiri dan melambaikan tanganku padanya.
“Bye!” dia tersenyum. Tampan.
Aku pun berjalan menjauhi Wufan dengan senyum yang terukir di wajahku.
Flashback off
“Kris, apa kau akan kuat mengikuti konser itu? Konser itu bisa memperburuk kondisimu.” Ucapku dengan nada khawatir.
“Aku akan baik-baik saja. Sungguh! Aku berjanji padamu, tak akan ada hal buruk yang akan terjadi padaku.” Katanya dengan bersungguh-sungguh.
Tiba-tiba ada pemikiran yang terlintas di otakku.
“Kris, tak maukah kau memutuskan kontrakmu dengan SM? Kau bisa memulai lagi dari awal. Kau bisa menjadi aktor yang sukses, dan kesehatanmu juga akan lebih baik.” Ucapku dan mendapat lirikan tajam dari mata elangnya.
“Apa kau bilang? Memutuskan kontrak? Apa kau ingin usahaku selama ini menjadi sia-sia?”
Kris pun bersiap-siap dengan kopernya, lalu berjalan keluar kamar menuju pintu apartement.
“Apa kau tak ingin sarapan dulu?” tanyaku dan hanya mendapat gelengan kepala dari Kris.
“Maaf, Jiyeon. Tapi aku sudah ada janji akan sarapan dengan para memberku.” Jawabnya dingin lalu keluar dan membanting pintu dengan kasar.
Mungkin perkataanku tadi salah sehingga Kris menjadi dingin padaku. Harusnya aku tahu itu.
Flashback on
“This is Korea!” ucapku sambil membawa koperku. Aku memutuskan untuk pindah kuliah di korea saja. Aku lebih terbiasa dengan Korea ketimbang di Kanada.
“Beautiful. Apa kau tak ingin mengajakku berkeliling dulu?” tawarnya.
“Oke.”
Aku pun mengajaknya menaiki taksi yang kuberhentikan barusan. Kami berkeliling kota Seoul.
Lalu, aku menemaninya menyewa apartement yang tak jauh dari rumahku.
“Thanks for today.” Katanya sambil tersenyum dan membuka pintu apartement barunya.
“Okay. Bye! See you tomorrow!” kataku sambil melambaikan tanganku.
Aku pun berjalan pulang menuju rumahku yang tak jauh dari apartement ini.
Flashback off
Aku masih ingat bagaimana aku dan Kris bisa bertemu, mengobrol, dan kencan pertama kami di hari pertama di Seoul, atau mungkin bukan kencan? Entahlah, aku menyebut itu sebagai ‘kencan’.
Flashback on
“Yes! Aku berhasil! Aku lolos!” ujarnya dengan senyum manis dan terlonjak-lonjak senang setelah membaca secark kertas dari SM Entertainment.
“Really? Congratulation!” tiba-tiba dia memelukku.
“Wufan..”
“Jangan panggil aku Wufan lagi. Panggil aku Kris.”
“Kenapa tiba-tiba namamu berganti?”
“Karena aku sudah menjadi artis sekarang.” Ucapnya sambil meregangkan pelukannya. Dia menatapku dalam.
“Aku harap aku masih bisa sering bertemu denganmu seperti sekarang ini.” Ucapnya sambil tersenyum.
“Kau pasti akan sibuk Kris.”
“Aku tahu itu.”
Flashback off
Aku juga masih ingat bagaimana dia menyuruhku untuk memanggilnya dengan sebutan ‘Kris’.
Dan kenapa aku mengingat-ingat tentang masa lalu seperti Kris sudah pergi untuk selamanya? Sungguh menyedihkan.
Tiba-tiba perasaanku jadi tidak enak. Aku takut terjadi sesuatu pada Kris nanti
Flashback on
“Aku benar-benar tak menyangka aku akan diterima di SM. Aku merasa sangat beruntung. Ternyata usahaku tak sia-sia. Dari latihan vokal dan dance aku lakukan untuk bisa lolos masuk SM. Pernah aku melakukan dance sampai pingsan. Dan ternyata semua itu sudah terbayarkan sekarang.” Ocehnya panjang.
“Ya, kurasa begitu Kris. Kau sempat demam kemarin karena terlalu memikirkan tentang SM itu.”
“Ya. Dan sekarang aku bahagia. Aku janji akan menjadi artis yang baik.” Ujarnya sambil tersenyum membayangkan bagaimana dia ke depannya nanti.
“Kalau sudah sukses nanti jangan melupakanku ya.” Ujarku sambil menyeruput capucino buatan cafe yang sedang kami singgahi sekarang setelah menemani Kris mengambil hasil audisi yang diikutinya.
“Pasti, Jiyeon.”
Flashback off
@@@
Hari ini, aku sudah bersiap-siap untuk menonton konser Kris. Aku hanya mengenakan celana jeans dan baju berlambangkan EXO yang kemarin baru saja kubeli bersama dengan atribut lainnya, seperti lightstick, topi, dan pin EXO.
Tiba-tiba ponselku berdering. Kris.
“Yeoboseyo.”
“Jiyeon. Apa kau sudah sampai di tempat konsernya?”
“Belum. Ini mau berangkat.”
“Oh, cepatlah! Di sini sudah ramai.”
“Baiklah oppa.”
Kuputuskan sambungan teleponnya dan beranjak pergi menuju ke tempat konser itu.
@@@
Tak kusangka di sini sangat panas. Aku lupa membeli kipas tadi.
Telingaku kadang berdengung setelah yeoja di sampingku berteriak menyebut satu-persatu nama member-member EXO.
Tiba-tiba stadiun ini gelap dan hanya disinari dengan lightstick berwarna putih.
Lalu, lampu-lampu yang berada di atas panggung menyala dan disambut dengan teriakan yang keras dari orang-orang yang membanjiri stadiun ini. Dan hal ini membuatku pusing seketika. Untungnya aku mendapatkan tempat yang ada kursinya, jadi aku bisa duduk. Tiba-tiba aku merasa ngantuk. Lalu aku merasa pandanganku mengabur. Tapi sekuat tenaga aku tahan agar aku bisa melihat Kris dan teman-temannya di sini.
.
.
Lalu aku melihat 12 orang itu sudah berjejer rapi di atas panggung. ‘Wolf’. Itu lagu yang mereka bawakan sekarang.
Aku melihat Chanyeol maju ke bagian depan dan menyanyikan lagu itu dengan gaya nge-rap-nya.
Chogiwa danbeone neukkyeo
Neol hanibe chijeucheoreom jibeoneoheulteda
Lalu Chanyeol kembali ke barisan yang rapi itu, dan Kris yang berganti maju ke bagian depan. Teriakan para fans pun mulai memanas.
Hyanggimatgo saekkkal eummihago
Wainbod….
Mendadak semuanya hening
Aku masih belum bisa mencerna yang sedang terjadi di atas panggung itu
“Hyung!!!” dan teriakan Tao yang keras itu pun membuatku tersadar akan kejadian ini.
Kris pingsan di tengah panggung
Semua member EXO, kecuali Kris, berlari menuju tempat Kris yang terbaring lemah.
“OMO!! Denyut nadinya tak terasa…” ucap Chanyeol lirih. Tapi terdengar oleh semua orang karena dia tengah mengenakan mic sekarang.
Denyut nadi, tak terasa? Andwae….
“Hyung!!” semua namja itu pun menangis di samping jasad Kris.
Aku masih shok. Yeoja di sebelahku pun mulai terisak dan menangis sejadi-jadinya.
Tak terasa air mata ini terjun dengan sendirinya di pipiku.
“Kris..” gumamku tak percaya.
Tim medis pun datang dan diikuti manager EXO
“Maaf. Sepertinya ada kesalahan di sini. Jadi, konser hari ini dibatalkan dan akan digantikan dilain hari. Kami akan informasikan lebih lanjut besok.”
Lalu tim medis tadi membawa Kris pergi dari panggung.
Suara parau tangisan para fans pun tak terelakkan
Mereka semua meneriakkan nama Kris
Dan aku? Aku hanya duduk sambil menggumam nama Kris berkali-kali
Karena mulai tidak kuat dengan keadaan ini, mataku terasa sangat berat dan semuanya menjadi gelap
….
….
“Jiyeon-ah!”
….
“Ireona!”
“JIYEON-AH!”
Aku menatap kesekelilingku. Ruangan berwarna putih. Bau obat-obatan. Ini di rumah sakit!
“Jiyeon!”
Aku melihatnya! Tepat berdiri di sampingku! Apakah ini mimpi?
“Syukurlah kau sudah bangun. Kau tadi pingsan saat berada di stadiun.”
Lalu kesadaranku pun pulih sepenuhnya.
“Kris? Bukankah kau…”
“Kenapa? Ada apa denganku?” tanyanya dengan nada yang khawatir.
“Tapi, tadi aku melihatmu terbujur kaku di atas panggung. Bagaimana bisa…?”
“Ya! Apa yang kau bicarakan? Aku masih hidup! Lihatlah!”
“Tapi…”
“Mungkin kau bermimpi saat pingsan tadi. Kau sudah pingsan sebelum konsernya dimulai.”
Benarkah? Berarti kejadian tadi hanya mimpi? Oh Tuhan!
Tiba-tiba Kris memelukku yang masih terbaring di atas ranjang rumah sakit ini.
“Mimpi buruk ya? Tenang. Bukankah aku sudah berjanji? Tak akan ada hal buruk yang akan terjadi.” bisik Kris dengan lembut di telingaku yang menenangkan pikiranku. Lalu aku teringat sesuatu.
“Lalu, konsernya?”
“Konser?” tanyanya sambil melepas pelukannya, “Sudah selesai. Setelah konser berakhir aku cepat-cepat datang ke sini untuk menjengukmu.”
Hening
Aku sebal dengan suasana ini. I hate this.
“Maaf telah membuatmu khawatir Kris.” Ucapku yang hanya ditanggapi senyuman olehnya.
“It’s okay. Sorry for make you worried too for about three days ago. I’ll always be a part of EXO and make everyone not worry about my health. I promise.”
끝Kkeut~
Absurd? I think so-.-
Alurnya aneh ya? Maaf, aku bingung mau buat ff kaya gimana. Jadi komen kalian sangat membantuku untuk memperbaiki ff-ff ku yang akan datang. So, comment please. Dont be siders~
