Title : I Will Let You Go
Author : Annie Meymey
Genre : Romance, Sad, Friendship, A Little Bit Comedy
Main Cast : Byun Baekhyun EXO-K as Himself
Jung Yoo Mi (OC)
Other Cast : Member EXO-K yang lain.
Length : Twoshoot (Part 2)
Annyeong haseyo J
Ini adalah part kedua dari ff I’ll let you go, mudah-mudahan readers pada suka *ngarep*. Okedeh, gak usah terlalu banyak cingcong. Sok atuh silahkan dibaca
Happy reading yeorobundeul ^^
***
Akhirnya sampai juga di taman, tanpa berlama-lama lagi, segera kuedarkan pandanganku mencari sosok gadis yang paling ingin kutemui itu. Setelah beberapa detik mencari, aku tersentak, jantungku bedetak lebih cepat, terasa seperti dipompa. Disana, di bangku taman itu, dia duduk dengan manis, tersenyum, tertawa gembira. Mata indahnya memancarkan kebahagiaan, memberikan secercah sinar di tengah-tengah suasana mendung mencekam seperti ini.
“Jung Yoo Miiiiiiiiii ….” Teriakku dari tempatku berdiri yang berjarak beberapa meter darinya. Suaraku yang kurasa cukup lantang berhasil membuat Yoo Mi berbalik ke arahku. Tanpa menunggu aba-aba, segera kulambaikan tangan padanya kemudian memanggilnya sekali lagi.
Disana, di tempatnya sedang duduk, aku baru menyadari ia tidak sedang sendirian, ia tengah bersama seoarang pria? yang entah siapa itu, mungkin temannya. Tapi aku tidak peduli, yang ada dipikiranku sekarang hanya Yoo Mi, Yoo Mi dan Yoo Mi.
Yoo Mi masih mematung di tempatnya, aku memutuskan berjalan mendekat. Baru beberapa langkah aku berjalan, terlihat ia sudah bangkit dari tempat duduknya. Ia pun berjalan mendekat ke arahku. Setelah beberapa meter berjalan, akhirnya kami berdua berada dalam jarak yang cukup dekat. Untuk pertama kalinya setelah 2 tahun, kami berada dalam jarak sedekat ini, terakhir kali berada dekat dengannya adalah saat hari perpisahan itu. Dadaku bergetar hebat, ada keinginan untuk segera mengulurkan tanganku, merengkuhnya dalam pelukanku, namun suasana canggung yang tercipta dengan begitu saja menghapuskan keinginan itu.
Aku mematung di tempatku, tak mampu mengucap sepatah katapun. Aku menatapnya lekat-lekat. ternyata ia jauh lebih cantik dari apa yang selama ini aku bayangkan, bahkan lebih cantik dari fotonya yang tadi aku lihat di rumahnya. Mata besar dan indah miliknya, kulitnya yang halus, rambut coklat panjangnya yang tergerai tertiup angin, cantik sekali.
Sama halnya denganku, ia pun tidak mengucapkan sepatah katapun. Tidak mampu berdiam diri lebih lama, aku mencoba memulai percakapan.
“Hai …” sapaku dengan sedikit salah tingkah.
“Hai …” Jawabnya singkat, tanpa ekspresi. Aku sedikit terkejut. Selama mengenalnya, ia tidak pernah berbicara dengan ekspresi semacam itu padaku.
“Bagaimana kabarmu Yoo Mi-Ah?” Ada getaran hebat dalam dadaku ketika menyebut namanya.
“Baik, kau?” Jawabnya dengan senyum samar, hampir tidak tersenyum.
“Baik … Baik sekali malah” Jawabku sambil tersenyum lebar, memamerkan sederet gigi putihku.
Hening sesaat, dia hanya terus memandang ke bawah dan aku sendiri tak mampu mencegah mataku untuk terus memandangnnya.
“Heyy, kenapa diam? Apa kau tidak ingin mengajak Byun Baekhyun untuk duduk-duduk di bangku itu? Itukan bangku kita” Kataku menunjuk sebuah bangku di bawah pohon maple besar dengan daguku.
“Baiklah ….mari duduk disana”
Aku tidak tahu tapi aku merasa ada yang aneh. Ini seperti bukan dirinya. Jung Yoo Mi yang aku kenal adalah Jung Yoo Mi yang bersahabat, ceria dan selalu tersenyum. Tapi yang ini, sepertinya jauh sekali berbeda. Tapi aku mencoba berpikir positif. 2 tahun bukan waktu yang bisa dibilang singkat. Mungkin ia masih shock dengan kedatanganku yang tiba-tiba. Beberapa detik aku menunggunya berbicara padaku tapi dia hanya diam, dan lagi aku yang harus memulai percakapan.
“Kau sakit yah Yoo Mi-Ah?” Tanyaku sambil memegang dahinya.
Dengan satu gerakan cepat dia menepis tanganku, Memandangku dengan pandangan yang seolah mengisyaratkan untukku menjaga sikap.
“Eng … maaf Yoo Mi-Ah … maaf telah membuatmu tidak nyaman”. Kataku dengan nada menyesal. Kutunggu tanggapan darinya tapi lagi-lagi hening.
“Oh ya, orang yang bersama denganmu tadi itu siapa? Temanmu yah? Lebih baik kau ajak dia bergabung dengan kita disini” kataku menawarkan.
“Tidak perlu, dia disana saja” Jawabnya dingin.
Perasaanku semakin tidak menentu. Ada apa dengannya? Apa yang sebenarnya telah terjadi? Apa aku melakukan sesuatu yang menurutnya salah?
“Tadi aku ke rumahmu, aku bercerita banyak dengan ahjumma. Oh ya, rumahmu habis di renovasi yah? Kau ini benar-benar maniak warna putih Yoo-Mi ah, kau masih saja setia mengecat rumahmu dengan cat warna putih, padahal masih banyak pilihan warna lain. Kau benar-benar setia.” Kataku panjang lebar. namun ada yang sedikit menggangguku. Entahlah, ini hanya perasaanku saja atau bagaimana, aku melihat ekspresi kaget di wajahnya saat aku mengucapkan kata setia?
“K .. Kau tadi ke rumahku?” Tanyanya sedikit gugup.
“Ne. Ibumu tadi cerita, katanya akan ada acara. Acara apa sih?” Tanyaku penasaran.
Yoo mi kembali terdiam. Jelas sekali dia sedang gugup. Aku sangat mengenalnya, saat gugup dia pasti akan memainkan tangannya, persis seperti yang dilakukannya saat ini.
“Yoo Mi-Ah, ada apa sebenarnya?” Tanyaku dengan nada khawatir sambil memegang tangannya. Tapi lagi-lagi tanganku harus menyingkir. Tangan kanannya menjauhkan tanganku yang tengah memegang tangan kirinya.
“Baekhyun, akan lebih baik jika kau pulang saja, kau tidak seharusnya ada disini”
Apa aku salah dengar? Aku tidak percaya dengan apa yang kudengar barusan. Dia bahkan memanggilku dengan cara yang berbeda. Aku dapat menangkap perasaan marah dan tidak suka dari caranya melihat dan berbicara padaku. Tapi tidak, buru-buru kuenyahkan pikiran itu dari otakku. Aku harus selalu berpikiran positif. Bahkan sampai detik ini aku masih berharap dia hanya mengerjaiku. Dia sendiri yang selama ini selalu mengajarkanku untuk selalu berpikiran positif. Dia pernah mengatakan padaku, ketika kau berpikiran baik, maka semuanya akan berjalan dengan baik. Dan itulah yang aku pegang sampai saat ini.
“Yoo Mi-Ah, kau hanya sedang bercanda kan? Ayolah, aku baru kembali ke Bucheon. Kau seharusnya menyambutku dengan gembira. Aku datang jauh-jauh dari Seoul untuk menemuimu. Bahkan aku belum mengunjungi rumahku sendiri. Katakan, kau hanya bercanda kan? Hanya ingin mengerjaiku kan?” kataku menggodanya.
“Baekhyun!!! Aku tidak bercanda. Bukankah aku sudah menunjukkannya dengan begitu jelas? Aku tidak ingin kau disini, jadi pulanglah ke rumahmu. tempatmu bukan disini!”.
Aku terlonjak kaget, terlalu bingung untuk memahami situasi. Pemandangan seperti ini terasa begitu asing bagiku. Jujur saja, setelah sekian lama mengenalnya, ini baru pertama kalinya dia berteriak padaku.
“Yoo Mi, maaf kalau kedatanganku mengganggumu, tapi aku tidak bermaksud begitu. Aku benar-benar tidak tahu masalahnya apa. Yang aku tahu, aku datang kemari untuk menemuimu karena aku sangat merindukanmu. Hanya itu saja, aku benar-benar tidak bermaksud membuatmu marah atau merasa tidak nyaman seperti ini” Aku mencoba untuk menjelaskan pelan-pelan kepada Yoo Mi.
“Bukankah dulu kau sendiri yang mengatakan suatu hari nanti aku harus kembali membawa senyum kebahagiaanku dan kau menunggu? Aku datang membawa kebahagiaan itu sekarang. Aku sangat bahagia akhirnya aku bisa debut dan aku ingin berbagi kebahagiaan ini denganmu. Sudah hampir satu tahun semenjak aku debut tapi aku belum pernah memberitahumu. Aku dulu selalu mencoba menghubungimu lewat telepon tapi sepertinya kau ganti nomor ponsel. Apa kau benar-benar menggantinya?” Kata-kataku begitu mengalir. Sifat cerewetku memang tidak bisa disembunyikan. Aku sudah berbicara terlalu banyak. Aku takut Yoo Mi akan bosan dengan ocehanku. Kutunggu jawaban darinya mengenai nomor ponselnya tapi ia tidak menjawab.
“Baiklah, aku akan pulang saja. Mungkin ini bukan saat yang tepat. Lagipula sudah mulai hujan, pulanglah juga, terlalu lama hujan-hujanan disini bisa sakit” Kataku akhirnya. Baru aku akan berdiri dari tempat dudukku, ia tiba-tiba angkat bicara.
“Tidak. Jangan pulang sekarang. Kau sudah terlanjur disini. Lebih baik kita perjelas semuanya”. Katanya tanpa melihatku.
“Baiklah kalau itu maumu”
“Baekhyun …….. jangan pernah temui aku lagi dan lupakan semua tentang janji itu, anggap saja aku tidak pernah mengucapkannya….. dan namja itu, dia bukanlah temanku, dia adalah calon suamiku, kami akan menikah minggu depan”.
Aku merasa seperti ada sebilah belati yang dihujamkan tepat di dadaku. Sakit sekali, bahkan bernafaspun terasa amat menyiksa. Aku datang dengan penuh harapan namun disambut dengan pengkhianatan. Cinta dan harapanku telah dihancurkan, tak menyisakan apapun lagi selain luka dan kepedihan. Bahkan cinta itu belum sempat terbalaskan. Dia mengkhianatiku, dia ingkar janji.
Nomor ponsel diganti, cuti kuliah, rumah di renovasi, akan ada acara, pria lain yang tidak kukenal, semua itu berputar pelan, tampil silih berganti di kepalaku seperti sebuah slide show. Penglihatanku tiba-tiba terasa begitu kabur, kurasakan ada cairan hangat yang menggenang di pelupuk mataku yang kemudian jatuh menjadi butiran-butiran bening. Aku menangis namun hujan deras yang turun dengan cepat menghapuskannya. Air mataku luruh bersama air hujan. Sekarang aku menyadari, langit gelap mencekam yang menyambut kedatanganku ternyata adalah suatu pertanda. Bahkan Tuhan sudah secara terang-terangan menunjukkan padaku bahwa sore ini akan menjadi sore yang kelam untukku.
“Baekhyun, jangan pernah mengharapkan apa-apa lagi dariku, lupakan semua tentang masa lalu” Kata-katanya kembali menusukku. Ia bahkan seolah tak mau tahu betapa sakitnya aku.
Dalam pikiranku terlalu banyak sekali yang ingin kukatakan padanya. Sekuat tenaga kukumpulkan kekuatan untuk menyuarakan apa yang ada dalam pikiranku. Aku juga harus bicara. Bukankah dia ingin memperjelas semuanya? Aku ingin dia memperjelas tentang pengkhianatannya.
“Lalu …. bagaimana dengan janji kita? Di mana janjimu yang dulu Jung Yoo Mi? Di mana dirimu yang akan setia menunggu, dimana dirimu yang berjanji saat aku kembali, tidak akan ada lagi yang bisa memisahkan kita. Dimana??? Dimana hah??” Aku berteriak padanya, kugoncang-goncangkan tubuhnya sampai akhirnya aku menyadari ada tangan lain yang mendorongku menjauh dari Yoo Mi, Tangan itu adalah milik pria tidak kukenal tadi yang ternyata adalah calon suaminya.
“Jaga sikapmu! Dia calon istriku. Kalau kau berani menyakitinya, Kau akan berhadapan denganku!! Katanya sambil mencengkram kerah bajuku.
“Apa aku sedang bicara denganmu? Aku tidak punya urusan denganmu, bahkan mengenalmu saja tidak, jadi lepaskan tangamu!” Kataku sambil menatap tajam padanya.
“Tapi kau mencoba menyakitinya, dan dia adalah calon istriku, urusannnya tentu saja juga urusanku!” Katanya masih mencengkram kerah bajuku dan kali ini lebih keras.
“Menyakitinya? Sebenarnya siapa yang menyakiti siapa disini?” Tanyaku dengan nada sinis. Baru laki-laki ini akan menjawab, tiba-tiba Yoo-Mi berteriak dan menyela.
“Shin Woo, Baekhyun kumohon hentikan!!Tolong jangan seperti ini. Apa kalian tidak malu dilihat banyak orang??! Dan kau Shin Woo-Ah, lebih baik kau kembali kesana, ke tempatmu tadi menungguku. Aku akan menyusulmu sebentar lagi. Baekhyun tidak akan menyakitiku, percayalah” Katanya berusaha meyakinkan calon suaminya yang bernama Shin Woo itu. Dan setelah dibujuk oleh Yoo Mi akhirnya pria itu beranjak pergi.
***
“Aku minta maaf atas sikap Shin Woo. Dia mungkin hanya merasa sangat asing dengan pemandangan seperti ini. Ini pertama kalinya dia melihatku bersama pria lain” Katanya lembut. Aku bisa mendengar nada tulus dari cara bicaranya padaku. Aku sedikit heran, pergi kemanakah sikap dinginnya yang tadi?
“Sama seperti dengannya, aku juga begitu asing dengan keadaan seperti ini. Ini sama sekali bukan dirimu. Sekarang kau juga mudah berubah-ubah, sebentar dingin sebentar ramah. Rasanya aku tak lagi mengenalmu. Kau sangat jauh berbeda dengan dirimu yang dulu”. Kataku yang menatapnya dengan tatapan nanar.
“Aku tidak berubah. Aku masih diriku yang dulu. Hanya mungkin arah hidupku yang berubah”
Hening. Mungkin dia menunggu tanggapan dariku, namun aku lebih memilih untuk tetap diam dan menunggu penjelasan yang menurutku patut dicerna akal sehatku.
“Baekhyun, terkadang kita baru menyadari sesuatu ketika kita sudah berada di tengah perjalanan. Lalu apa yang akan dilakukan saat itu? Hanya akan ada 2 pilihan. Melanjutkan perjalanan meski kita tahu itu tidak akan membuat kita bahagia atau memilih untuk kembali dan memulai perjalanan yang baru. Dan aku memilih jalan yang kedua, memulai lagi perjalanan dari awal bersama Shin Woo. Dia adalah pria yang kukenal satu tahun yang lalu ketika aku masuk universitas. Dia adalah seniorku di Gwangju. Dan tanpa aku sadari rasa itu tumbuh begitu saja, aku mencintainya lebih dari apapun. Ketika aku bersama Shin Woo, aku merasa sangat bahagia, bersamanya aku tidak perlu berpura-pura menjadi pribadi lain untuk menutupi kekuranganku, cukup menjadi diriku sendiri saja. Aku begitu nyaman bersamanya. Dan dia selalu ada untukku, setiap kali aku membutuhkannya. Dan diapun begitu, dia juga membutuhkanku. Aku tidak bisa hidup tanpanya. Inilah pilihan yang telah kubuat, mengubah arah.”
Apa hanya dia yang membutuhkanmu? Lalu bagaimana denganku Yoo-Mi? Apa kau pikir aku tidak membutuhkanmu?
“Ini sangat lucu. Teori macam apa ini? Ini yang kau sebut mengubah arah? Ini sama sekali bukan mengubah arah tapi mengingkari perjanjian. Kau berkhianat” Kataku dengan nada sinis.
“Maaf karena aku ingkar janji, tapi seperti inilah hatiku. Aku tidak mungkin meneruskan janji ini sementara hatiku mengatakan tidak. Kuharap kau mau mengerti. Aku benar-benar minta maaf, aku tidak bermaksud menyakititmu”
“Tapi kau melakukannya! Kau menyakitiku”
“Baekhyun ……. Aku sungguh minta maaf tapi aku benar-benar tidak pernah meiliki perasaan apapun padamu”
“Kau tahu betul bagaimana perasaanku selama ini padamu. Dan kau juga ternyata tahu betul bahwa selama ini kau tidak pernah menyukaiku. Lalu kenapa kau berikan aku harapan setinggi langit? Kenapa kau biarkan aku berharap? Seharusnya kau tidak usah berjanji jika kau sendiri tidak bisa menepatinya!”
“Aku sangat bingung waktu itu. Aku hanya tidak mau mengecewakanmu Baekhyun-Ah”
“Tidak mau mengecewakanku hingga akhirnya kau malah berpura-pura dan menipuku? Lebih baik kau mengatakan kejujuran yang pahit daripada menyuguhkanku kebohongan yang manis!” Kataku lagi-lagi dengan nada sinis.
“Mianhe Baekhyun-Ah”
“Pergilah, dia menunggumu. Kau sudah terlalu lama diguyur hujan. Kau bisa alergi. Jangan sampai kulitmu dalam kondisi yang tidak baik di hari pernikahanmu” Kataku tanpa melihatnya. Aku tahu betul, kulitnya begitu sensitif, dia alergi air hujan.
“Baekhyun-Ah …”
“Pergilah, aku juga harus pulang menemui orang tuaku. Seharusnya tadi aku menemui mereka dulu, bukannya kesini. Kurasa aku sudah memilih jalan yang salah”
“Aku benar-benar minta maaf” Suaranya bergetar. Aku rasa sekarang ia sedang menangis.
“Jangan menangis. Kau tidak perlu membuang air matamu untuk orang yang tidak pernah kau cintai. Aku minta maaf karena telah membebanimu dengan perasaanku. Jung Yoo-Mi, selamat menempuh hidup baru, semoga kau bahagia”
“Baekhyun ……”
Aku beranjak pergi meninggalkan tempat dudukku. Sepertinya ia masih ingin berbicara denganku, tapi aku tidak bisa bertahan lebih lama lagi. Aku terlalu sakit untuk tetap tinggal.
Di taman ini, aku dan Yoo Mi banyak menghabiskan hari bersama. Banyak sekali kenangan indah bersamanya disini, namun siapa yang menyangka, tempat ini seketika berubah menjadi tempat yang suram dan penuh luka.
Kuseret langkahku yang berat menyusuri jalan pulang ke rumahku. Aku berjalan gontai, tak ada sedikitpun semangat, bagaikan raga tanpa jiwa. Aku merasa khawatir bila nanti bertemu dengan orang tuaku. Bagaimana mungkin aku bisa berhadapan dengan mereka dalam keadaan seperti ini. Bahkan tersenyumpun rasanya begitu sulit. Atau mungkin lebih baik aku berpura-pura bahagia saja? Seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Hah, berpura-pura, aku benci kata itu. Yah, terkadang kita memang harus berpura-pura untuk menyenangkan orang lain. Sama seperti yang telah dilakukan Yoo Mi padaku. Namun kepura-puraannya justru berujung pada rasa sakit di hatiku.
***
2 days later
“Aku akan pulang ke Seoul besok” Kataku tiba-tiba saat aku, ayah dan ibuku sedang berkumpul di ruang tengah.
“Cepat sekali. Di telpon bukannya dulu kau bilang saat nanti pulang kemari, kau akan tinggal selama 4 atau 5 hari? Nah ini kau baru 2 hari sudah mau pulang” Tanya appaku.
“Rencana awalnya memang begitu, tapi tadi malam teman satu memberku tiba-tiba menelpon. Dia memintaku agar segera kembali. Katanya dia sakit di dorm, dia hanya sendiri disana. Aku rasa dia membutuhkanku” Kataku berbohong.
“Lalu bagaimana dengan pernikahan Yoo Mi? Kau akan tetap datang kan? Minta izinlah pada managermu 1 hari” Kata eommaku.
“Aku tidak akan datang” Jawabku singkat.
“Loh kenapa? Dia sahabatmu, tentu kau harus datang menyaksikan pernikahannya” Kata eommaku lagi.
“Dia tidak memberiku undangan”
“Aigoo Baekhyun, kenapa tiba-tiba kau berubah jadi orang sok penting seperti ini sih? Apa dia harus memberimu undangan baru kau akan datang? Dia bukan orang lain, dia itu sahabatmu sendiri. Sekalipun dia tidak memberimu undangan, kau tetap harus datang dong!” Kata eomma mengomeliku.
“Tapi aku benar-benar tidak bisa. Di hari pernikahannya nanti, aku juga ada perform, dan itu live”. Kataku lagi-lagi berbohong. Sebenarnya hari itu aku tidak ada jadwal.
“Kalau begitu sebelum berangkat ke Seoul besok, kau temuilah dia. Berpamitan padanya dan minta maaf karena tidak sempat menghadiri pestanya dan jangan lupa ucapkan selamat untuknya” Kata eomma mengusulkan.
“Sepertinya itu juga tidak bisa kulakukan. Aku harus berangkat pagi-pagi sekali. Eomma dan appa saja yang mewakiliku mengucapkan selamat padanya”
“Lalu apa bisamu? Sepertinya dari tadi tidak ada yang bisa kau lakukan. Jangan bilang ketenaran telah membuatmu lupa pada temanmu!” Kata eommaku kesal.
“Eomma … Tolong jangan bicara seperti itu. Aku sama sekali tidak pernah melupakannya. Hanya saja, untuk yang satu itu aku benar-benar tidak bisa”
Seandainya saja eomma tahu kalau Yoo Mi telah menyakitiku.
“Kalau nanti dia menanyakanmu bagaimana? Tanya appaku kemudian.
“Dia tidak akan menanyakanku. Appa dan eomma cukup datang dan nikmati saja pestanya. Bersenang-senanglah disana”
“Terserahmulah! Lakukan sesuka hatimu!” Kata ibuku kesal. Aku hanya bisa tersenyum melihat tingkahnya. Melihat ekspresinya saat ia kesal selalu berhasil membuatku tertawa atau bahkan hanya sekedar tersenyum. Meski kadang ia suka mengomeliku tapi dia adalah ibu yang paling perhatian yang pernah ku kenal. Dia adalah ibuku, ibuku yang cantik dan penyayang. Kupandangi ayahku yang sedang serius membaca buku biografi Albert Einstein. Terlihat raut wajah lelah disana tapi itu sama sekali tidak mengurangi ketampanannya, ia adalah ayahku. Ayahku yang bijaksana. Aku sangat menyayangi mereka.
Rasanya aku ingin sekali menangis. Moment-moment berkumpul bersama keluargaku seperti ini pastinya akan sangat aku rindukan sekembalinya aku ke Seoul nanti. Sejujurnya, aku masih ingin tinggal lebih lama lagi bersama orang tuaku, aku masih sangat merindukan mereka tapi keadaan memaksaku untuk meninggalkan orang tuaku jauh lebih cepat dari yang kurencanakan sebelumnya. Bahkan aku sampai harus membohongi mereka, benar-benar tindakan yang kubenci. Tapi mau bagaimana lagi, inilah jalan yang terbaik. Aku juga tidak mungkin tinggal lebih lama disini. Semakin lama disini semakin lukaku akan sulit untuk sembuh, mengingat terlalu banyak sekali hal-hal yang akan mengingatkaku pada Yoo-Mi disini. Aku berharap, di Seoul lukaku perlahan-lahan bisa sembuh, meski aku tahu itu akan sangat sulit.
***
“Baekhyun-Ah, kau belum tidur?” Suara Chanyeol tiba-tiba menyadarkanku dari lamunan panjangku.
“Jam berapa sekarang?” Tanyaku padanya tanpa menjawab pertanyaannya.
“Setengah sebelas”
Ternyata sudah lebih dari satu jam aku terbawa oleh lamunanku. Waktu benar-benar berjalan tanpa terasa.
“Kenapa tadi tidak ikut makan malam?” Tanyanya lagi.
“Aku tidak lapar”
“Masuklah, jangan terlalu lama disitu. Di luar dingin sekali, kau bisa sakit. Lagian sudah larut malam, apa kau belum mengantuk?”
“Belum. Kau tidur saja duluan. Jangan kunci pintu kamar, kau sangat susah dibangunkan. Aku tidak mau menggedor-gedor pintu hanya untuk membangunkanmu”
“Okehsip” Katanya sambil mengacungkan jempolnya. Chanyeol dan aku berbagi kamar bersama. Sebagai teman sekamar, kurasa Chanyeol cukup perhatian dan tidak jarang ia mau mengalah untukku. Aku yang tidak suka dingin dan dia yang tidak suka panas. Aku terkadang menyalakan pemanas ruangan dengan suhu yang tinggi, tapi dia tidak pernah protes. Jika seperti itu dia akan memilih untuk keluar dan tidur di sofa ruang tamu. Benar-benar sahabatku yang baik. Dia yang selalu menghiburku saat aku sedang sedih dan tentu masih banyak kebaikan-kebaikan lain dari seorang Park Chanyeol, meski kadang-kadang ia juga suka membuatku kesal dan marah. Tapi bagaimanapun keadaannya, ia tetaplah sahabatku dan selamanya akan seperti itu.
***
2 days later
“Baekhyun bangun!! Jam berapa sekarang???!!! Dasar kerbau tukang tidur! Bangun kau!! Lihat, siapa sebenarnya yang susah dibangunkan huh??!!!” Suara berat Chanyeol benar-benar terasa mengganggu di telingaku, ditambah lagi caranya membangunkanku yang begitu kasar, memukulku berkali-kali dengan bantal guling.
“Arrrgggghhhhhhhh …. Kau ini apa-apaan???!!!!! Ini namanya penyerangan!!!”
“Makanya cepat bangun! Kau tahu hari ini kita harus datang ke perusahaan, kita harus latihan, persiapan untuk konser SMTOWN. Hyaaaaaaa kau dengar aku tidak sih?? Hey Baekhyun!!!”
“Iyaaa aku dengaaaaar!!! Jangan menarik-narik bajuku seperti itu!! Singkirkan tanganmu!”
“Ayo cepat bangun kalau begitu!!”
“Ne ne ne ne ne!! Lihat aku sudah bangun!! Puas kau??!!”
“Belum! Aku belum puas. Sekarang cepatlah mandi dan berganti pakaian dan segera turun untuk sarapan. Yang lain sudah menunggu di bawah” Katanya sambil melemparkan handuk yang mendarat dengan sempurna di wajahku.
Aku menggerutu kesal, kenapa hari ini mesti ada latihan? Padahal hari ini aku benar-benar tidak ingin melakukan apa-apa. Kuseret langkahku menuju kamar mandi, dan tidak seperti biasanya, kali ini aku menghabiskan waktu untuk mandi sedikit lebih lama.
Selesai mandi dan berganti pakaian, kupandangi diriku di cermin. Benar-benar menggelikan. Aku pasti akan diomeli oleh manager hyung. Keadaanku benar-benar kacau. Kulit pucat, mata bengkak lengkap dengan lingkaran hitam di bawahnya, jelek sekali. Kalau tidak mengingat bahwa itu adalah diriku sendiri, mungkin aku sudah berteriak melihat sosok yang ada dalam cermin ini.
***
Kuturuni tangga tanpa semangat. Aku hampir saja terjatuh karena turun tanpa melihat anak tangga. Sakitku hampir menjadi dua kali lipat, sakit hati ditambah sakit fisik.
“Yang ditunggu-tunggu akhirnya muncul juga” Kata Chanyeol yang melihatku berjalan ke meja makan. Ia yang pertama kali menyadari kedatanganku.
“Astaga hyung, ada apa denganmu? Apa kau sedang anemia? Kau pucat sekali. Dan … dan penampilanmu sungguh begitu kacau. Atau jangan-jangan kau belum mandi?” Ocehan Sehun membuatku sedikit kesal tapi aku tidak menanggapinya.
“Ssstttt! Tutup mulutmu maknae!” Kata Chanyeol sambil memelototkan mata pada Sehun.
“Baekhyun-Ah, kau tahu kan hari ini kita ada latihan?”
“Suho hyung, aku tidak amnesia! Tentu saja aku tahu. Jangan perlakukan aku seolah-olah aku ini tidak tahu apa-apa! Kau pikir karena keadaanku yang kacau balau seperti ini aku jadi lupa semua jadwal yang harus kita jalani??!” Kataku kesal pada Suho. Sebenarnya aku tidak bermaksud membentaknya tapi moodku benar-benar sedang tidak baik.
“Mianhe Baekhyun-Ah jika aku menyinggung perasaanmu, Aku sebenarnya tidak bermaksud seperti itu. Kata-kataku barusan itu belum sampai. Pertanyaanku yang tadi juga bukan pertanyaan yang harus kau jawab kok. Itu hanya pertanyaan basa-basi untuk membuka pembicaraanku. Tadi aku ingin mengatakan padamu jika kau tidak bisa ikut latihan, lebih baik kau di dorm saja. Aku akan memberitahu manager kalau kau sedang tidak sehat. Tapi mungkin pemilihan kataku yang tidak tepat sehingga membuatmu tersinggung”.
Mendengar penjelasan Suho hyung membuatku malu sendiri. Tadi aku terlalu emosi. Aku benar-benar merasa bersalah. Bahkan disaat aku berteriak-teriak padanya, dia malah yang meminta maaf padaku.
“Jeongmal mianhe hyung. Aku sangat menyesal dengan perkataanku barusan”
“Ne, tidak apa-apa. Jadi bagaimana? Kau mau ikut latihan atau tetap di dorm?”
“Menurutku kau di dorm saja dulu. Kalau kau di dorm kau bisa istirahat. Kalau kau ikut ke perusahaan yang ada nanti manager hyung mengomelimu karena keadaanmu yang seperti ini. Dan kondisimu yang sedang tidak sehat tentu juga akan berpengaruh pada latihanmu. Kau tidak akan latihan dengan maksimal. Kalau sudah seperti itu, kau akan tambah dimarahi lagi. Tapi itu hanya saran sih, terserah kau juga mau ikut atau tidak” Kata D.O mengusulkan. Aku mengangguk-angguk mengerti, usulannya memang ada benarnya.
“Yah, aku setuju dengan Kyungsu” Kata Chanyeol sambil memandang bergantian padaku dan Kyungsoo.
“Ne, aku di dorm saja” Kataku akhirnya.
Setelah selesai sarapan, kelima member meninggalkan dorm untuk berangkat ke perusahaan. Aku sendiri memutuskan untuk tetap di dorm. Setelah meninggalkan meja makan, aku langsung masuk kembali ke kamar. Kurebahkan tubuhku di atas kasur. Aku benar-benar merasa lelah.
***
Kudengar derap langkah kaki berjalan kesana-kemari. Kubuka mataku pelan-pelan. Ternyata sudah sore. Aku tidur terlalu lama.
“Kau sudah bangun rupanya” Kata Chanyeol sambil berjalan mondar-mandir kesana kemari entah mencari apa.
“Kau cari apa Chanyeol-Ah?”
“Aku sedang mencari sepatu sportku, itu loh yang kubeli waktu kita ke London dulu, yang warna putih itu”.
“Coba lihat di keranjang pakaian kotormu, kemarin rasanya aku melihat ada sepatu disitu”
“Oaaahh iya, ternyata ada di sini. Gomawo Baekhyun-Ah”
“Nee, tapi kau mau kemana sih?”
“Aku, Suho dan Sehun mau bersepeda di sekitaran sungai Han. Mau ikut?”
“Ani, aku di dorm saja”
“Baekhyun-Ah, kau jangan seperti ini terus dong. Dimana Baekhyun yang dulu selalu ceria? Baekhyun yang selalu aktif dan banyak bicara. Kami merindukan dirimu yang dulu. Sedih itu wajar-wajar saja, tapi jangan terlalu dinikmati. Justru kesedihan itu harus dilawan. kau tahu, yang kau lakukan saat ini namanya adalah menyiksa diri dan itu akan merugikan dirimu sendiri. Bangkitlah perlahan-lahan, lakukan sesuatu yang menyenangkan” Kata Chanyeol menasehatiku. Aku sebenarnya juga tidak mau terlalu lama seperti ini.
“Ne, aku juga sedang mencoba melawan kesedihanku. Gomawo sarannya”
“Ne. Untuk itulah teman ada. Oke, kalau begitu aku berangkat dulu yah, baik-baiklah di sini” Katanya sambil melambaikan tangan padaku.
***
Waktu menunjukkan pukul 20.00 KST. Ini sudah waktunya makan malam tapi sama seperti malam-malam sebelumnya, lagi-lagi aku tidak ikut bergabung. Sebenarnya perasaanku sudah lebih baik jika dibandingkan malam sebelumnya, hanya saja aku benar-benar sedang tidak nafsu makan.
Bergantian wajahku menengok ke bawah dan menengadah ke atas. Menengok ke bawah untuk sekedar memperhatikan manusia-manusia yang berjalan lalu lalang menuju ke tempat tujuan mereka masing-masing. Menengadah ke atas untuk melihat bintang-bintang yang jauh disana. Dari kecil aku memang sangat suka melihat bintang di langit, aku tidak pernah sedikitpun merasa bosan memandanginya.
Setelah merasa puas memandangi para kumpulan bintang di langit, kurogoh kantong celanaku. Kukeluarkan lagi foto Polaroidku dan Yoo Mi. Kupandangi lekat-lekat wajah yang ada dalam foto itu. Mungkin karena perasaanku sekarang yang sudah lebih baik, melihat foto itu tidak lagi membuatku begitu sakit meski harus kuakui sesekali rasa sakit itu kadang datang menyerang tapi jika dibandingkan sebelumnya, kali ini aku benar-benar merasa lebih baik.
“Hyaaaaaaaaaaaaa … apa ini? Wuihhh, foto siapa ini? Byun Baekhyun berfoto dengan seorang wanita. Hahaa, ini harus diupload ke internet. Ini akan menjadi berita paling menggemparkan di Korea Selatan” Chanyeol tiba-tiba muncul entah berantah darimana dan mengagetkanku. Foto Polaroid yang aku pegang direbutnya dan kini tengah berada di tangannya.
“Woy, kembalikan!! Jangan membuatku kesal! Kedatanganmu yang tiba-tiba saja sudah membuatku kesal, jangan menambah-nambahnya lagi. Kembalikan fotoku!!” Kataku marah.
“Kau jangan marah dong! Aku kan Cuma bercanda. Nih, ambil fotomu. Aku tidak butuh! Asal kau tahu, kau sangat jelek di foto itu” Kata Chanyeol dengan ekspresi jijik.
“Dan kau sangat jelek dimataku! Jadi menyingkirlah dari hadapanku Park Chanyeol!!”
“Shireo!! Apa balkon ini milikmu??” Katanya sambil memeletkan lidahnya.
“Terserahmu!!!”
Park Chanyeol kenapa harus muncul sekarang. Dia memang suka muncul disaat yang tidak tepat. Contohnya seperti sekarang ini. Disaat aku ingin sendiri, dia malah datang dan membuatku kesal.
“Baekhyun-Ah, eum … itu, apa wanita itu yang …”
“Ne, dia orangnya”
Chanyeol memang sudah tahu masalahku dengan Yoo Mi, saat hari pertama aku kembali dari Bucheon, aku menceritakan semuanya pada Chanyeol. Awalnya aku tidak mau bercerita tapi karena dia terus mendesak dan rasanya juga tidak nyaman memendam sakit ini sendiri, akhirnya kuceritakan semuanya. Ada sedikit perasaan lega saat aku membagi dukaku. Menyimpan masalah sendiri memang tidak menyenangkan. Berbagi dengan sahabat sedikit banyak mengurangi bebanku. Sahabat memang memiliki peran yang sangat penting dalam hidup.
“Baekhyun-Ah, jangan bersedih terlalu lama. Move on dong!! Move on!!” Katanya berapi-api.
“Bicara sih gampang tapi merealisasikannya yang begitu sulit”
“Tidak. Menurutku, jika kau punya niat dan kemauan yang kuat disertai dengan usaha yang kuat pula, kau pasti bisa keluar dari keadaan ini. Ingat, Badai itu pasti berlalu, meski semua yang dilaluinya hancur luluh lantah” Katanya lagi.
“Maksudnya apa itu?” Tanyaku dengan tampang polos
“Wah, ternyata sakit hatimu juga berdampak buruk terhadap otakmu. Kau sekarang jadi lebih bodoh hahahahahahaha” Katanya menertawaiku. Tawanya yang begitu keras sampai membuat para pejalan kaki mendongak ke atas melihat kami dengan tatapan yang seolah mempertanyakan kewarasan kami atau mungkin lebih tepatnya mempertanyakan kewarasan Chanyeol.
“Heh tutup mulutmu! Jangan tertawa terlalu lebar begitu, nanti mulutmu kemasukan gajah”
“Habis kau sih yang terlalu bodoh hahahaha” katanya masih tertawa.
“Kau mau berhenti tertawa atau tidak??! Kalau kau tidak berhenti, aku akan melemparmu ke bawah!” Kataku kesal.
“Iya iya, aku berhenti” Katanya sambil mengangkat kedua tangannya tanda menyerah.
“Katakan, apa maksud perkataanmu tadi yang soal badai badai itu”
“Itu maksudnya kau harus bangkit kembali! Sekalipun hidupmu telah dilanda badai kehancuran yang meluluhlantahkan hatimu tapi kau tetap harus semangat. Kau mulailah semuanya dari awal lagi. semangat!! Semangat!! Semangat!! Begitu maksudku!”
“Ooohh begitu rupanya” Kataku sambil ber’Oh ria.
Memulai lagi dari awal. Kata-kata itu mengingatkanku lagi padanya. Akan ada 2 pilihan, melanjutkan perjalanan meski itu terasa sakit atau kembali dan memulai dari awal. Yoo Mi memilih jalan kedua, dan kurasa sekarang aku juga akan memilih jalan yang sama. Memulai lagi dari awal, menata kembali hatiku.
“Eh, mana tadi fotomu?” Tanyanya sambil memasukkan tangannya ke saku jaketku.
“Tidak ada disitu! Fotonya sudah kumasukkan kembali ke saku celanaku. Memangnya kenapa?” Tanyaku sambil menyingkirkan tangannya.
“Coba keluarkan foto itu” Pintanya.
“Ada apa sih?”
“Sudah, keluarkan saja fotonya! Kau ini cerewet sekali”
“Mau kau apakan foto ini?” Tanyaku sambil mengeluarkan kembali foto itu dari saku celanaku.
“Nah, coba sekarang kau tatap yeoja yang ada di foto itu, katakan dengan mantap padanya bahwa kau akan melepaskannya”
“Mwoo? Kau pikir aku ini sudah gila? masa aku harus bicara dengan foto”.
“Kalau begitu besok kuantar kau ke Bucheon untuk mengatakan langsung padanya bahwa kau akan melupakannya”
“Itu lebih gila lagi!!! Aku tidak mau!!!”
“Yasudah kalau begitu, katakan pada foto itu, kau akan melepaskannya. Aku hanya ingin membebaskanmu dari penderitaanmu saja kok”
Aku berpikir sejenak, mencoba menimbang-nimbang perkataan Chanyeol. Dia memang benar. Aku tidak mungkin seperti ini terus, aku harus mengakhiri penderitaanku. Aku tidak boleh mengingatnya lagi, dia sekarang sudah menjadi istri orang.
“Baiklah, akan kulakukan” Kataku setelah berpikir sejenak.
“Bagus! Memang begitu seharusnya” Katanya sambil menepuk pundakku.
Kutatap wajah Yoo-Mi yang tengah tersenyum manis di foto itu. Kutarik nafasku dalam-dalam sebelum akhirnya aku berbicara.
“Jung Yoo-Mi, Sebenarnya aku membenci kenyataan bahwa aku tidak bisa besamamu, tapi inilah jalan yang terbaik, terbaik untukmu dan mungkin juga untukku. Berbahagialah disana, dimanapun kau berada. Yang lalu biarlah berlalu. Semua kenangan indah akan kusimpan di hatiku selamanya dan semua kenangan pahit akan kubuang. Perasaanku padamu, aku juga akan berusaha menghapuskannya, meskipun itu mungkin membutuhkan waktu yang lama tapi aku akan berusaha. Yoo-Mi, terima kasih untuk segalanya. Sekarang, dengan segenap keikhlasan dan kebesaran hatiku, aku akan melepaskanmu. Doaku selalu menyertaimu”.
Aku merasa begitu lega setelah melakukan hal ini. Jujur, perasaan sedih itu masih ada, tapi tidak separah sebelumnya. Kenapa tidak dari kemarin-kemarin saja Chanyeol menasehatiku seperti ini.
“Lihat, aku sudah melakukannya” Kataku padanya.
“Hahaa, sekarang berikan fotonya padaku”
“Loh, mau apa lagi?”
“Berikan saja!!” Katanya sambil merebut foto itu dari tanganku.
“Kau ini mau apa sih?”
“Berhubung karena kau sudah bertekad ingin melupakannya, berarti tidak apa-apa jika foto ini tidak ada lagi di dompetmu dan terlebih kau sangat jelek di foto ini dan takutnya nanti foto ini malah bocor ke publik. Kau tidak mau kan masa lalumu yang ini terekspos ke publik? Jadi akan lebih baik jika kita tiadakan foto ini” katanya sambil merobek foto polaroidku.
“Hyaaaaa … itu kenang-kenanganku satu-satunya”
“Kenangan indahmu lebh baik kau simpan dalam hatimu saja”
Aku hanya bisa pasrah melihat Chanyeol merobek foto polaroidku. Aku tidak mungkin memprotesnya. Foto itu sudah terlanjur robek. Sekalipun aku bunuh diri, fotonya juga tidak akan utuh kembali. Dan memang benar kata Chanyeol, lebih baik kenangan indah itu kusimpan baik-baik dalam hatiku.
“Baekhyun-Ah …”
“Eum, apa lagi sekarang?”
“Badai pasti berlalu”
“Ne. Badai pasti berlalu”.
Kutengadahkan kembali wajahku ke langit malam, kupandangi bintang yang bersinar dengan indahnya di sana. Kudapati diriku sedang tersenyum. Ini pertama kalinya aku merasa begitu lega dan bersemangat semenjak kejadian sore itu.
Tuhan, terima kasih telah menggantikan soreku yang kelam dengan malam indah penuh bintang. Terima kasih telah mengirimkan bantuanmu untuk membebaskanku dari kepedihan ini secara perlahan-lahan melalui sahabatku. Semoga akan ada banyak cinta dan kebahagiaan di hari-hariku berikutnya.
THE END
Hola hola hola *tiba-tiba muncul entah darimana*
Gimana? Absurd? Gaje? Biasa-biasa aja? Ending tidak sesuai dengan harapan karena Baekhyun harus jadi joki alias jomblo ditinggal kawin? Maap banget kalau Baekhyun harus mengalami kejombloan dan tidak berakhir dengan cintanya
.
Okee, buat seluruh dan semua*sama aja kali* readers2 yang cantik, ganteng dan baik hati, jangan lupa komennya yah ^~^
