Tittle: My Teacher is My Husband (Chapter 8)
Author: Earthlings0812 (@rizqil_amni)
Genre: School life, marriage life, comedy, romance.
Lenght: Chapter
Cast:
- Xi Luhan
- Park Nayoung
- Byun BaekHyun
Support cast : cari sendiri okeeee!!!
Annyeong reader lama ngga bertemu, kangen kah? Semoga aja reader kangen sama author. Dan ini kelanjutan ceritanya.
HAPPY READING ^^
Baekhyun Pov
“JAWAB AKU DO KYUNG JIN!!”
Aku melihatnya masih terdiam dan tidak menjawab pertanyaanku. Aku melepaskan cengkramanku pada bahunya lalu mengusap gusar wajahku, aku yakin sekarang wajahku terlihat begitu frustasi. Bagaimana tidak? Melihat perempuan yang aku sukai selama 3 tahun ini dipeluk oleh laki-laki lain, aku memmang tidak punya hak untuk itu tapi ini masalah hati.
“Kyung Jin ku mohon jawab pertanyaanku” Aku terus memohon padanya.
“itu.. maafkan aku sebelumnya Baekhyun” Ucapnya. “Sebenarnya Nayoung sudah menikah dengan Luhan songsaengnim beberapa minggu yang lalu. Aku memang diundang kesana, aku kira Nayoung juga mengundangmu. Tapi, setelah aku tau kau adalah secret admirer Nayoung aku baru sadar kalau kau tidak tau kalau Nayoung sudah menikah.” Jelasnya lalu menunduk.
Aku terdiam mendengar penjelasan darinya, Tuhan aku berharap ini hanya mimipi.
“Apa kau tidak keberatan terus seperti ini, berakting seperti kau benar-benar tidak tahu, Baek.” Apa katanya? Pura-pura tidak tau, ini gila aku tidak mungkin seperti itu.
“Apa maksudmu dengan pura-pura tidak tahu?” Tanyaku dengan nada dingin.
“Maksudku, kau tau kan Nayoung tidak ingin dulu ada yang tahu tentang pernikahannya dengan Luhan songsaengnim. Aku mohon Baek jangan egois, pikirkan juga Nayoung nanti bagaimana.” Dia berusaha membujukku.
“Kyung Jin dengar ini masalah hati jadi..”
“Iya aku tahu, aku mengerti bagaimana perasaanmu. Kau pasti kecewa dengan semua ini.” Dia memotong pembicaraanku.
“Tapi Kyung Jin kau tahu? Aku teramat mencintainya kau juga tahu kalau aku sudah menyukainya sejak awal bertemu.” Jelasku.
“Tapi Baek mungkin ini sudah jalan Tuhan yang direncanakan untuk Nayoung. Kau jangan egois seperti ini, kau juga harus memikirkan bagaimana perasaan Nayoung. Kau boleh mencintainya, tapi kau juga harus punya batasannya. Dia sudah menjadi milik orang lain sekarang”
Aku termenung memikirkan perkataan Kyung Jin, sakit memang merelakan orang yang kita cintai jatuh ke pelukan orang lain. Tapi aku harus bagaimana lagi sekarang Nayoung sudah menjadi milik orang lain bahkan seutuhnya.
“Ku sarankan jika kau mau bertindak berpikirlah lebih dahulu jangan pentingkan perasaanmu saja tapi ingat lagi perasaan orang yang ada disekitar Nayoung dan dia sendiri.” Sarannya lalu berlalu dari hadapanku.
Nayoung Pov
Aku masih terpikir kejadian saat di taman tadi, apa benar itu Baekhyun? Jika memang iya mungkin aku sedikit lega karena mungkin dia tidak akan bermulut ember seperti siswa yang lain. Tapi yang aku khawatirkan bagaimana kalau itu adalah siswa lain? Aku takut mereka mengadu pada guru yang lain. Ahhhh eomma eottokaji?!!!
Saat mengangkat kepalaku kearah depan aku melihat Baekhyun sedang berjalan kearahku. Ku lihat tatapannya begitu kosong, apa yang terjadi?
“Baekhyun-a.” Panggilku.
Tidak ada respon seperti biasanya, dia terlihat pendiam. Apa dia ada masalah? Tapi tidak biasanya.
“Young-a.”
“Ne?” Sahutku.
“Gwenchana?” Tanya Kyung Jin lalu duduk disampingku.
“Gwenchana, Kyung Jin kau tau kenapa Baekhyun diam seperti itu?” Aku bertanya pada Kyung Jin mungkin dia tahu penyebab sahabatku yang satu lagi.
“Nan molla” Dia menjawab pertanyaanku dengan singkat.
“Aihhh wae geurae?” Teriakku dalam hati.
“Mungkin dia sedang tidak mood hari ini, kau tahukan dia itu labil” Jawab Kyung Jin sambil membaca komik kesayangannya.
“Tapi ini tidak seperti biasanya, kalau Baekhyun sedang tidak mood pasti dia akan merengek atau tidak melakukan hal gila lainnya.” Ucapku.
“Memang dia terlihat bagaimana?” Tanya Kyung Jin.
“Tadi ku lihat tatapannya sangat kosong, bahkan saat ku sapa dia tidak menyahut sama sekali. Dia seperti mayat hidup.” Jawabku.
“Sepertinya dia baru kena marah Shin Songsaengnim tadi.” Kyung Jin masih fokus dengan komiknya sambil menjawab ocehanku.
“Haihhh kalau bicara denganmu dan kau sedang membaca komik aku seperti dianggap angin olehmu dasar menyebalkan.” Ucapku lalu menjitak kepalanya.
“YAKK!!” Dia hendak protes tapi aku berpura-pura tidak mendengarnya.
Ayolah kenapa aku semakin penasaran begini, Baekhyun kau kenapa? Apa yang terjadi padamu, kenapa tidak seperti biasanya.
Setelah bel pulang berbunyi semua siswa langsung berhamburan keluar terkecuali aku, Kyung Jin, Baekhyun dan beberapa temanku yang lain yang ikut serta dalam lomba olimpiade terkutuk itu. Kami semua dipanggil oleh Luhan oppa dan disuruh untuk berkumpul di ruang guru.
“Karena semuanya sudah berkumpul, saya ada pengumuman untuk kalian semua.” Ucap Luhan oppa yang ada dihadapan aku dan teman-temanku. Dengan fokus aku mendengarkan pemberitahuan yang mungkin saja masalah olimpiade itu tidak jadi diselenggarakan. Ohh okee aku sangat berharap akan hal itu.
“Mengenai olimpiade itu ternyata panitia penyelenggara memajukan jadwalnya”
“MWO?!!!” Sahut kami semua.
“Tapi songsaengnim kami belum siap seratus persen untuk itu.” Baekhyun mengajukan protesnya pertama kali.
“aku juga songsaengnim.” Kyung Jin pun melayangkan protesnya, tumben dia protes.
“Tapi mau bagaimana lagi, saya baru menerima beritanya tadi siang. Dan kalian juga tidak mungkin mengundurkan diri bukan? Kalian harus berusaha untuk mendapatkan sertifikatnya untuk ke universitas nanti.” Ucap Luhan oppa.
“Kami juga belum terlalu menguasai semua materi yang songsaengnim berikan.” Ucapku.
“Mungkin itu hanya kau saja Nayoung, karena setiap aku menjelaskan materi kau selalu tidak fokus dan matamu seliweran ke semua arah.” Apa katanya?!! Okee dia mempermalukanku didepan teman-temanku sekarang. Awas kau Xi Luhan!!!
“Jeongsomnida songsaengnim.” Ucapku setengah hati.
“Untuk masalah materi saya akan menambah intensitas pertemuan kita.” Katanya.
“NE?!!”
“Tidak ada cara lain, dengan begini mungkin kalian akan sedikit demi sedikit faham dengan apa yang akan kalian kerjakan nanti. Lumayan juga untuk latihan kalian nanti.”
“Ya Tuhan, kenapa dia sangat enteng mengucapkan hal seperti itu. Kenapa dia tidak berpikir bagaimana sibuknya kelas tingkat akhir sekarang ini. Dasar guru tidak punya perasaan.” Gerutuku dalam hati.
“Dan pertemuan intensif itu akan dimulai dari besok, dan lombanya tersisa hanya 2 hari lagi. Sekarang kalian boleh pulang.”
Aku dan teman-temanku langsung keluar dari ruang guru, dan sesampainya diluar semuanya langsung menggerutu tak terkecuali Kyung Jin yang notabenenya anak tercerdas di kelasku.
“Hey Park Nayoung, kenapa napyeonmu itu sangat menyebalkan, eoh?” Tanya Kyung Jin dengan nada kesal.
“Aku sudah biasa dengan sikapnya itu, kau tau saat dia sakit? Dia lebih manja dari seekor kucing pada majikannya. Jadi jangan aneh dengan kelakuannya itu.” Ucapku.
“Tapi.. tumben sekali kau melayangkan protes.” Kataku dengan nada menyindir.
“Hey hey nona Park, aku juga manusia. Kau pikir aku tidak lelah, pagi aku berangkat sekolah sampai sore lalu les privat dirumah dengan guru sewaan orang tuaku belum lagi persiapan sekolah kedokteranku yang hampir didepan mata.” Jawabnya.
“Aku lebih baik seperti itu daripada harus mengurus laki-laki tua tapi sifatnya seperti bayi besar.”
“Itulah resiko seorang istri, makanya jangan kawin muda.” Ejeknya.
“YAKK!!!”
“oke oke i’m just kidding.” Dia sangat menyebalkan kalau sedang bercanda. “Baiklah aku duluan, annyeong.”
“Ya sana cepat pergi.” Ucapku sambil mengibaskan telapak tanganku mengisyaratkannya untuk pergi.
Sepeninggalan Kyung Jin akhirnya aku berjalan sendiri menuju gerbang sekolah. Saat berjalan penglihatanku menangkap Baekhyun yang sedang berjalan sendirian. Aku langsung berlari kecil untuk menghampirinya. Setelah langkah kakiku sejajar aku melihat Baekhyun sedang memakai headset kesayangannya.
“Baekhyun.” Panggilku tapi tidak sahutan darinya. Apa dia mengeraskan volumenya?
“Baekhyun.” Panggilku sekali lagi.
Masih tidak ada sahutan darinya aku langsung menarik headset dari telinganya itu.
“Kau ini apa-apaan sih?” Tanyanya dengan nada dingin. Aku sedikit kaget dengan nada bicaranya.
“Aku dari tadi memanggilmu tuan Byun,” jawabku.
“Ada apa?” Tanyanya dengan ketus.
“Kau ini kenapa? Dari tadi diam saja tidak seperti biasanya? Ditanya malah menjawab begitu.” Kataku dengan sedikit kesal.
“Apa pedulimu?”
“Ne?” Aku terperangah dengan pertanyaan yang dia lontarkan.
“Ku bilang apa pedulimu?” Dia menatapku dengan tatapan yang tajam.
“Tunggu tunggu, aku ini sahabatmu maka dari itu aku peduli padamu.” Kataku dengan suara senormal mungkin tapi sebenarnya aku sedikit gemetaran.
“Cihh sahabat? Aku tanya padamu, apa ada seorang sahabat yang membohongi sahabatnya sendiri?”
Aku berpikir keras dengan pertanyaan yang ia lontarkan. Sejujurnya aku tidak mengerti maksud pembicaraannya.
“Kau tidak bisa menjawabnyakan, ternyata dugaanku benar selama ini. Dan ingat jangan pernah pedulikan aku lagi.” Dia langsung berbalik dari hadapanku.
Aku membeku ditempat, baru pertama kalinya Baekhyun memperlakukanku seperti ini. Aku berpikir keras dengan kata-katanya tadi, “sahabat?” membohongi? Apa maksudnya sungguh aku tak mengerti tentang ini.
Author Pov
“Kenapa kau lama sekali?” Tanya Luhan saat Nayoung memasuki mobilnya.
“Tadi aku mengobrol dulu dengan Kyung Jin dan Baekhyun.” Jawab Nayoung sambil memasang sabuk pengamannya.
“Hey kenapa mukamu ditekuk seperti itu?” Tanya Luhan dengan nada bercanda.
“Ayo cepat kita pulang sekarang.” Ucap Nayoung dengan nada dingin.
“Kau kenapa?” Tanya Luhan.
“Masih bertanya kenapa? Apa oppa tidak merasa bersalah?” Nayoung mulai menyolot sekarang.
“Memang aku salah apa?” Luhan dibuat bingung oleh istri kecilnya ini.
“Masalah olimpiade itu kenapa tidak jadi saja sekalian?” Nayoung menjawabnya dengan sedikit kesal.
Luhan yang mendengar jawaban itu hanya mengerlingkan matanya bosan. Oh ayolah istrinya ini marah hanya karena olimpiade itu.
“Kau marah padaku hanya karena itu?” Luhan bertanya sambil menghadap sedikit kearah Nayoung.
“Iya aku sangat kesal pada oppa karena tadi diruang guru.” Jawab Nayoung dengan polosnya.
“Kenapa marah padaku? Salahkan saja panitia penyelenggaranya karena memberitahuku terlambat.” Luhan mencoba membela dirinya, karena memang jika dipikir-pikir Luhan tidak salah.
“Bukan karena itu saja tapi karena oppa dengan sengaja mengikut sertakanku dalam perlombaan terkutuk ini, dan satu lagi aku sangat kesal saat oppa dengan seenaknya memelukku di tempat umum.”
“Aku kan tidak tahu saat itu kau bagaimana jadi harap dimaklumlah. Apa kau tidak suka kalau aku memelukmu?” Luhan memang kesal pada Nayoung saat ini tapi dia berusaha meredamnya agar tidak terjadi perang dingin seperti waktu itu.
“Ya aku tak suka, karena saat oppa memelukku ada orang yang memergoki kita. Dan aku takut dia menyebarkan pada seluruh sekolah.” Diakhir ucapannya Nayoung menurunkan nada bicaranya dan itu juga membuat mata Luhan membulat sempurna.
“Apa? Ada yang memergoki kita?” Luhan mulai merasa panik sekarang, dan Nayoung hanya mengangguk membalas pertanyaan Luhan tadi.
“Siapa yang melihatnya?” Luhan mulai melancarkan introgasinya.
“Aku tidak tahu yang jelas aku hanya melihatnya sekilas. Dan aku melihatnya saat kita duduk dibangku taman.” Jawab Nayoung.
“Semoga saja dia tidak melaporkannya, ya sudah kita bicarakan ini di aparteman saja.” Luhan menyalakan mobilnya lalu berjalan kearah letak apartemannya.
Dari kejauhan terlihat seseorang sedang memperhatikan mobil Luhan, dan siapa lagi kalau bukan Baekhyun.
“Aku sudah menduganya dari awal dan sekarang aku melihatnya dengan sangat jelas Nayoung. Tapi aku sepertinya akan susah untuk mencari penggantimu.” Baekhyun menunduk lalu berjalan untuk pulang.
Sesampainya di aparteman Luhan dan Nayoung masuk ke kamar masing-masing, dan jangan pernah lupakan tentang peraturan orang tua Luhan yang melarang Luhan berada satu kamar dengan Nayoung. Tapi, tetap saja kadang Luhan suka masuk seenak jidatnya. Setelah masuk kamar Nayoung langsung mengganti seragamnya dengan pakain santai, lalu ia merebahkan tubuhnya yang lumayan lelah diranjang. Saat menatap langit kamar tiba-tiba pikirannya kembali ke Baekhyun yang bersikap aneh padanya.
“Byun Baekhyun apa yang terjadi padamu, huh?” Nayoung berucap sambil erguling-guling diranjangnya. Dan seketika tatapannya jatuh pada boneka pinguin yang diberikan penggemar rahasianya.
“Sebenarnya aku penasan siapa yang memberikanku boneka selucu ini” Gumam Nayoung.
Tokk..tokk..
“Nayoung..” Panggil Luhan dari luar.
Nayoung punya ide jahil diotaknya, dengan sengaja ia pura-pura tidak mendengarkan lalu berakting tertidur dengan lelap.
Cklek..
Luhan menyembulkan kepalanya lalu menengok kearah ranjang Nayoung. Dan terlihat kalau Nayoung sedang tertidur, dengan langkah pelan Luhan menghampiri ranjang Nayoung. Luhan memperhatikan Nayoung dengan seksama seperti menilai seperti ada yang aneh dari cara tidurnya. Dengan keyakinan yang bulat kalau Nayoung itu hanya pura-pura tertidur.
Luhan merebahkan dirinya disamping Nayoung lalu memeluknya dari belakang. Lalu berbisik tepat ditelinga kiri Nayoung.
“Aku tahu kau hanya akting, cepat bangun jika kau tidak ingin aku gelitiki sampai kotak tertawamu rusak”
Nayoung langsung membuka matanya lebar-lebar. “Hey ancaman macam apa itu?” Pikirnya. Dengan sigap Luhan membalikan tubuh Nayoung kehadapannya.
“See, kau itu tidak tidur.” Ucap Luhan sambil mencubit hidung mancrit Nayoung.
“Aww.. sakit oppa. Wae geurae kau membangunkanku?” Tanya Nayoung sedikit kesal karena rencananya gagal total.
“Karena kau sudah bangun, kau buatkan ramyun untukku ya?” Kata Luhan dengan mimik aegyo andalannya.
Nayoung menghembuskan nafasnya pelan. “Oppa bisa buat sendirikan?”
“Aku sangat lelah hari ini Youngi.” Luhan terus merengek, dan kalau Luhan bukan suaminya mungkin Nayoung akan membantingnya sekeras mungkin ke lantai.
“Tidak aku tidak mau, aku juga sama lelah dengan oppa.” Tolak Nayoung sambil membalikan badannya.
“Ayolah Youngi, aku sangat lapar dan aku hanya ingin makan ramyun sekarang.” Luhan terus membujuk Nayoung.
“Nan shiroe!!”
“Bagaimana kalau kau membuatnya dua porsi, jadi kau juga ikut makan.”
“Tidak terima kasih, aku sedang diet sekarang.” Nayoung bersikukuh tidak mau.
“Heuhhh baiklah kalau kau tidak mau, aku akan bilang pada kakakmu kalau kau sudah menganiayaku dengan membiarkanku kelaparan. Ohh tidak bagaimana kalau aku bilang pada abeoji kalau ulangan metematikamu kemarin harus melakukan perbaikan.” Dan itulah ancaman konyol Luhan selanjutnya.
Nayoung langsung membalikan badannya kehadapan Luhan lalu memandangnya dengan mata seolah berkata.
“Dasar guru menyebalkan!!”
“Bagaimana kau akan membuatkan ramyun untukku?” Tanya Luhan dengan nada angkuh, karena dia sudah merasa menang sekarang setelah melihat tatapan Nayoung.
“Awas aku akan membuatkannya, dasar menyebalkan.” Nayoung berucap dengan nada kesal lalu beranjak dari ranjangnya.
Sesampainya di dapur dia langsung menyiapkan air untuk direbus. Nayoung hanya berniat membuat satu porsi karena dia tidak merasa lapar dia hanya merasakan lelah sekarang.
Sedang asyiknya membuat ramyun Luhan memeluk Nayoung dari belakang dan meletakan dagunya dibahu Nayoung.
“Nayoung apa ramyunnya sudah matang?” Tanya Luhan tepat ditelinga kanan Nayoung.
“Belum.” Hanya satu kata jawaban Nayoung.
“Aihh kau masih marah padaku?” Tanya Luhan.
“Tidak.”
“Kalau kau tidak marah kenapa kau menjawab pertanyaanku dengan singkat?” Okee Luhan sudah terlihat seperti anak kecil yang merengek pada ibunya.
Nayoung membalikan badannya dan menatap Luhan dengan jengah. Oh ayolah istri mana sih yang tidak jengkel punya suami yang kelakuannya seperti anak TK.
“Kau marah?”
“Iya.” Jawab Nayoung dengan penuh penekanan.
“Wae?” Dan Luhan menjawabnya dengan polosnya.
“Kapan kau tidak menyebalkan selama tinggal satu atap denganku? Hari ini saja kau sudah membuatku kesal ke 3 kalinya, aku selalu berpikir kau membuatku kesal seperti makan obat 3x 1 hari. Bagaimana kalau setahun? Atau selamanya? Entah berapa kali kau akan membuat hipertensi atau mungkin mati berdiri karena tingkahmu yang menjengkelkan ini.” Nayoung mengeluarkan semua unek-uneknya.
Dan Luhan hanya merespon perkataan Nayoung dengan kerejapan matanya. Mungkin kalau anak kecil yang seperti itu akan terlihat lucu, tapi ini?
“Lihat bahkan kau hanya meresponku dengan muka andalanmu itu, cih menyebalkan. Sudahlah oppa tunggu saja ramyunnya dimeja makan.” Setelah berucap Nayoung kembali mengurusi ramyun buatannya.
Luhan membalikan tubuh Nayoung, lalu menatap Nayoung dengan dalam.
“Kan sudah ku bilang oppa tunggu saja di…”
CUP~~
Luhan mencium bibir Nayoung,Nayoung langsung membulatkan matanya karena kaget. Meskipun itu ciuman singkat tapi itu cukup mengagetkan baginya.
“Mian..” Ucap Luhan setelah melepaskan ciumannya.
Nayoung langsung berbalik membelakangi Luhan dan tidak menjawab permintaan maaf Luhan. Luhan yang mendapat perlakuan itu mendesah kecewa, berbanding terbalik dengan Nayoung yang tersenyum malu. Setelah ramyunnya matang Nayoung membawanya ke meja makan.
“Kau hanya membuat satu?” Tanya Luhan saat Nayoung menyajikan ramyunnya.
“Lalu aku harus buat berapa? 12 begitu? Ya ampun oppa sejak kapan kau jadi perut karet?”
“Bukan begitu, maksudku kau tidak membuat untukmu sendiri?” Tanya Luhan.
“Kan aku sudah bilang, aku sedang diet.” Jawab Nayoung dengan cuek lalu beranjak pergi dari dapur.
“Badan sudah rata terus saja diet, nanti kau hanya tersisa kulit dan tulang.” Ejek Luhan.
“Yak!! Dasar menyebalkan, sudah untung aku buatkan ramyun.” Kata Nayoung dengan kesal lalu berlalu dari hadapan Luhan.
“Ya..ya kau mau kemana?” Karena ucapan Luhan, Nayoung terpaksa membalikan badannya.
“Naega? Aku akan terbang ke galaxy?” Dan lihat Luhan malah mendapat jawaban ngelantur dari istri kecilnya.
“Hahah, leluconmu itu lucu sekali chagi.”
“Sudahlah aku lelah berdebat hari ini.” Ucap Nayoung tak peduli.
“Kau mau jadi istri durhaka karena tidak menemani suaminya makan.”
“Aku tidak peduli.” Kata Nayoung bersikukuh.
“Baiklah, lihat saja apa besok abeoji akan menghubungimu lalu mengomelimu.” Ancaman itu lagi.
“Ya Tuhan Tuan Xi kenapa kau sangat menyebalkan!!” Ucap Nayoung dengan nada frustasi.
“Terima kasih ku anggap itu pujian.” Ucap Luhan dengan cueknya.
“Baiklah ku tunggu kau disini.”
“Tidak, kau harus duduk disini.” Instruksi Luhan sambil menepuk kursi disampingnya. Mau tidak mau akhirnya Nayoung memilih mengalah dan duduk disamping Luhan. Setelah Nayoung duduk disampingnya Luhan memakan ramyunnya dengan lahap, sesekali ia melirik Nayoung dengan ekor matanya yang sedang memainkan ponselnya untuk menghilangkan bosan.
“Kau yakin tidak ingin makan?” Tanya Luhan.
“Tidak aku tidak lapar.” Jawab Nayoung sambil terus memainkan smartphonenya.
“Baiklah kalau kau tidak mau.” Luhan melanjutkan makannya lagi.
Krukk~~~ dan suara tidak etis itu berasal dari perut Nayoung. Dalam hati Nayoung merutuki perutnya yang tidak bisa diajak kompromi. Dan Luhan yang mendengar suara aneh itu langsung menoleh pada Nayoung dengan muka menahan tawa.
“Wae?!” Tanya Nayoung sewot.
“phhhttt.. buahahahahahah…” Dan akhirnya tawa Luhan meledak juga, Nayoung menatapnya dengan kesal.
“Oppa geumanhae.” Nayoung berucap dengan kesal.
“hahahahaha.” Dan lihat Luhat masih terus tertawa dengan memegangi perutnya, oh ini memang sangat menyebalkan kawan.
“YAKK!! Geumanhae.” Dan Nayoung akhirnya marah juga.
“baik-baik aku berhenti.” Ucap Luhan sambil menetralkan tawanya, siapa sangka wajah imut seperti Luhan jika tertawa dia akan lepas kontrol bahakan bisa mengundang kekesalan yang teramat sangat. Dan Nayoung masih menatap Luhan dengan tatapan “AKU BENCI PADAMU”.
“Kau ini kalau perut lapar bilang saja, jangan gengsi seperti itu. Sudah tahu badan kurus masih saja berlagak diet, kalau kau diet kau hanya tinggal tulang dan kulit.” Ejek Luhan.
“YAKK, jangan bahas itu lagi. Kalau oppa tak suka aku kurus kenapa mau menerima perjodohan ini? Dasar menyebalkan.” Ucap Nayoung sambil menjambak rambut Luhan.
“appo..appo.. Young-a.” Ucap Luhan dengan kesakitan.
“Ini balasannya karena telah mengejekku.”
“Baiklah maafkan aku, aku menerima perjodohan ini karena aku sayang padamu.” Dan ucapan Luhan itu sukses membuat Nayoung terdiam dari aktivitas menjambaknya.
“Jeongmal?” Tanya Nayoung dengan wajah polosnya.
“Iya.” Jawab Luhan sambil mengusap rambutnya.
“Oppa mianhae.” Sesal Nayoung.
“Tidak ku maafkan.” Sahut Luhan dengan cueknya.
“Oppa..”
“Tidak.”
“Ayolah oppa..” Nayoung terus membujuk Luhan, dan Luhan tidak menyahutnya sekarang.
“Ya sudah aku ke kamar saja.” Saat akan beranjak dari kursi Luhan menahan Nayoung dan menyuruhnya kembali duduk.
“Anja..” Nayoung menurut lalu menatap Luhan yang sedang menarik nafas lalu membuangnya perlahan. Dan dapat Nayoung tangkap kalau Luhan sedang kesal padanya. Bukan Nayoung namanya kalau dia tidak menyebalkan.
“Baiklah aku memaafkanmu, kau harus makan nanti kau sakit. Arra?” Nayoung hanya mengangguk menjawab perintah Luhan.
“Buka mulutmu..aaa” Luhan menyuapkan ramyunnya ke mulut Nayoung yang sudah terbuka.
“Oppa mianhae..” Ucap Nayoung sambil sedikit mengunyah ramyunnya.
“Gwenchana, cepatlah makannya.”
“Tapi bukannya oppa lapar?”
“Tenang saja masih ada kau yang akan membuatkannya.” Goda Luhan sambil mencolek dagu Nayoung.
“Dasar menyebalkan.” Ucap Nayoung lalu meneruskan makannya.
MTIMH~~
Keesokan harinya Nayoung lebih pagi datang ke sekolah karena ada tugas yang belum ia selesaikan tadi malam dan ia sedang berjalan dilorong menuju lokernya, saat akan berbelok dimana lokernya diletakan Nayoung melihat ada seseorang yang membuka lokernya.
“Ahhh tidak itu siapa? Pencurikah? Ku mohon jangan curi buku-buku milikku.” Nayoung merasa panik dalam hatinya.
Sebenarnya Nayoung ingin lari sekarang juga tapi rasa penasarannya lebih besar dari rasa takutnya yang ia rasakan saat ini. Setelah pintu lokernya tertutup terlihatlah siapa yang membuka loker Nayoung tanpa izin.
“BAEKHYUN?!!” Ucap Nayoung histeris dalam hati.
Nayoung ingin melabraknya karena seenaknya membuka loker orang dengan sembarangan dan tanpa izin malah. Tapi niat itu terurungkan saat Nayoung melihat raut muka Baekhyun yang terlihat sedih dan menatap lokernya dengan nanar. Ada perasaan bersalah dalam hati Nayoung yang entah berasal dari mana. Setelah Baekhyun pergi Nayoung langsung membuka lokernya lalu melihatnya kedalam. Setelah mengechecknya ternyata Baekhyun memberikan sebuket bunga mawar putih yang terselip kertas berwarna biru muda didalamnya. Dengan hati-hati Nayoung membukanya.
“Ini mungkin terakhir kalinya aku memberikan barang kesukaanmu,sebenarnya aku sudah menyukaimu sejak pertama kali bertemu disekolah ini, tapi aku cukup sadar diri untuk menyukaimu yang sudah menjadi milik orang lain sekarang. Mungkin sudah tidak ada kesempatan lagi untuk menjadi pemilikmu. Dan selamat atas kehidupan barumu.”
S.A
Setelah membaca surat itu Nayoung meneteskan air matanya. Dia merasa bodoh sekaligus bersalah pada Baekhyun karena ketidak pekaannya terhadap perasaan Baekhyun yang sudah menyukainya entah dari mana Nayoung tak ketahui.
“Mianhae Baekhyun-a.” Ucap Nayoung dengan sedikit terisak.
Dengan langkah gontai Nayoung berjalan menuju kelas tatapan kosong mendominasi wajahnya. Setelah sampai di kelas Nayoung langsung duduk dibangkunya dan Kyung Jin. Kyung Jin yang melihat raut muka Nayoung merasa khawatir.
“Young-a neo gwenchana?” Tanya Kyung Jin dengan nada khawatir.
“Kyung Jin, apa aku perempuan yang jahat?” Tanya Nayoung yang membuat Kyung Jin menyerngitkan dahinya.
“Apa yang kau katakan aku tak mengerti.” Ucap Kyung jin.
“Berapa lama Baekhyun menyukaiku?” Pertanyaan Nayoung membuat Kyung Jin terdiam ditempat dan membisu seolah lidahnya kelu untuk menjawabnya.
“Aku baru tahu kalau selama ini Baekhyun yang mengirim barang-barang kesukaanku. Tadi pagi aku melihatnya sedang membuka lokerku lalu menyimpan sebuket mawar putih lalu menyisipkan surat ini didalamnya.” Ucap Nayoung sambil menyodorkan surat dari Baekhyun, Kyung Jin langsung membacanya dan harus Kyung Jin akui kalau surat itu memang hanya bertuliskan beberapa baris tapi memiliki makna yang dalam. Sebegininya kah perasaan Baekhyun pada Nayoung.
“Aku jahatkan Kyung Jin?” Tanya Nayoung sambil meneteskan air matanya lalu menundukan kepalanya dalam.
“Aniya, kau mungkin tidak tahu kalau Baekhyun menyukaimu.” Hibur Kyung Jin. “Tapi aku tahu semuanya Nayoung, maafkan aku.” Tambah Kyung Jin dalam Hati.
“Dan aku semakin merasa jahat karena aku tidak peka pada perasaan Baekhyun selama ini. Dia sudah menyukaiku sejak 3 tahun lalu dan aku baru mengetahuinya sekarang.” Kyung Jin langsung menari Nayoung kedalam pelukannya.
“Kau tidak jahat, mungkin Baekhyun sengaja tidak memberitahumu karena takut merusak persahabatan kita.” Hibur Kyung Jin sambil terus memeluk Nayoung dan mengusap punggungnya.
“Bukan begitu harusnya tanpa Baekhyun beritahu aku harus tahu perasaannya bagaimana.” Nayoung terus menangis senggukan.
“Dengarkan kalau kau menyadari duluan dan kau menceritakannya pada orang lain kau akan dianggap GR, geumanhae uljimayo.” Kyung Jin terus berusaha menenangkan Nayoung.
Saat bel istirahat berbunyi Nayoung menghampiri bangku Baekhyun.
“Bisa kita bicara sebentar? Ku tunggu ditempat biasa.” Ucap Nayoung dan berlalu dari hadapan Baekhyun. Setelah Nayoung menghilang dari hadapannya, Baekhyun melemparkan pandangannya pada Kyung Jin seolah tatapannya berkata “ada apa?”, Kyung Jin yang menyadari itu hanya menggidikkan bahunya.
Baekhyun langsung berjalan menyusul Nayoung ke atap sekolah tempat mereka menghabiskan waktunya bersama. Sesampainya di atap sekolah Baekhyun menyiapkan dirinya bersikap sedingin mungkin.
“Ada apa?” Tanya Baekhyun dengan nada dingin yang terkesan dipaksakan.
“Kau sudah datang?” Tanya Nayoung dengan mata yang sedikit berair, dalam hati Nayoung dia sudah tidak bisa menahan air matanya tapi dengan sekuat mungkin Nayoung menahannya.
“Bisa kau bicara Langsung pada intinya? Aku tak punya banyak waktu sekarang?” Jawab Baekhyun dengan ketus, sebenarnya Baekhyun tak tega melihat Nayoung yang sedang menahan air mata.
“Kau tak punya banyak waktu ya sekarang, padahal dulu kau selalu punya waktu untukku Baekhyun-a.” Ucap Nayoung sambil tersenyum getir.
Baekhyun terdiam sejenak mencerna perkataan Nayoung. “Kau akan bicara apa?”
“Apa yang membuatmu bersikap seperti ini padaku Baekhyun, bukannya kita sahabat?” Tanya Nayoung.
“Sahabat? Apa katamu sahabat? Kau sudah membohongiku selama berminggu-minggu.” Jawab Baekhyun.
“Kau baru dibohongi berminggu-minggu sudah marah dan menjauhiku seperti ini? Lalu apa yang harus aku lakukan kalau kau sudah membohongiku selama hampir 3 tahun?” Diakhir perkataannya Nayoung sedikit meninggikan nada bicaranya, dan itu membuat Baekhyun membeku seketika.
“Lihat bahkan kau hanya diam sekarang? Kenapa kau belum pernah bicara tentang perasaanmu padaku? Kau tahu saat membaca surat darimu tadi aku sangat merasa bersalah.” Dan akhirnya butiran bening itu menetes dari mata Nayoung.
“Kau sudah tahu kalau aku telah menjadi milik orang lain sekarang, apa itu alasanmu mendiamkanku bahkan menjawab pertanyaanku dengan ketus?” Tanya Nayoung sambil terus menangis.
Dan kalian tahu apa yang Baekhyun rasakan? Dia sangat merasa amat bersalah pada Nayoung sekaligus sakit hati karena melihat perempuan yang mat sangat ia cintai menangis dihadapannya karena kelakuannya sendiri.
“Ku kira kita akan terus bersahabat, dan kau tetap ada disampingku bagaimanapun keadaannya. Tapi ternyata, tidak sesuai dengan yang aku bayangkan. Aku minta maaf karena perlakuanku padamu selama ini. Sekarang aku sadar kau benar-benar tidak ingin bersahabat denganku.” Nayoung tersenyum miris saat akan meninggalkan Baekhyun sendiri, tiba-tiba Baekhyun kembali menarik tangan Nayoung.
“mianhae, jeongmal mianhae.” Ucap Baekhyun.
“Gwenchana..” Jawab Nayoung. “Semua ini bukan salahmu tapi ini adalah salahku yang tidak memikirkan perasaanmu.” Tambah Nayoung sambil melepaskan genggaman Baekhyun.
“Bukan begitu, aku memang egois yang terlalu memikirkan perasaanku saja, masalah kemarin aku marah padamu dan mendiamkanmu sebenarnya aku tidak bermaksud begitu. Tapi setiap melihatmu kejadian itu terbayang lagi..”
“Kejadian itu? Mwoya?” Tanya Nayoung heran.
“Kemarin.. aku melihatmu dipeluk oleh Luhan songsaengnim.” Nayoung terdiam, dan benar instingnya kalau yang melihat semua itu adalah Baekhyun.
“Kemarin hati dan pikiranku dibutakan oleh rasa cemburu dan sakit hati, jadi aku berbuat seperti itu.” Ucap Baekhyun sambil menunduk.
“Lalu masalah kau tahu aku sudah menjadi orang lain?”
“Itu.. aku langsung menarik Kyung Jin kesini dan meminta penjelasannya. Dari situlah aku tahu semuanya, sebenarnya aku selalu mendapati sedang berdua dengan Luhan Songsaengnim entah itu saat di butik gaun pengantin, saat kau turun dari mobilnya mungkin masih banyak lagi.” Jelas Baekhyun. Sebenarnya Nayoung merasa tersentuh hatinya kalau Baekhyun tidak membeberkan rahasia terbesarnya.
“Kenapa kau tidak membocorkannya kalau kau merasa sakit hati?” Tanya Nayoung sambil menatap Baekhyun.
“Karena aku menyayangimu, kalau aku berlaku begitu sama saja dengan aku menghancurkan kebahagiaan orang yang aku sayangi.” Dan kalian tahu? Perkataan Baekhyun tadi membuat hati Nayoung terenyuh dan sedikit berdenyut sakit.
“Kenapa kau bisa menyimpulkan aku bahagia dengan Luhan Songsaengnim?” Tanya Nayoung.
“Aku bisa melihat semua dari pancaran matamu. Kau ingat saat kau tak masuk 3 hari dan Luhan Songsaengnimpun sama dengan alasan sakit kalian berdua serempak tidak masuk dalam waktu yang bersamaan dan masuk sekolah pun sama?” Nayoung mengangguk.
“Dari sana aku semakin yakin kalau kalian sudah lebih dari hubungan sepasang kekasih.”
“Baekhyun, maafkan aku.” Ucap Nayoung sambil menunduk.
“Gwenchana, mungkin ini sudah menjadi suratan takdir dari Tuhan untukku, untukmu dan Luhan Songsaengnim.” Nayoung tersenyum menanggapi perkataan Baekhyun.
“Jadi bagaimana perasaanmu sekarang?” Tanya Nayoung mulai membaik.
“Sudah lumayan mendingan, semua beban didadaku serasa terangkat.” Jawab Baekhyun sambil tersenyum.
“Baguslah kalau begitu.”
“Young-a..” Panggil Baekhyun.
“Ne?” Sahut Nayoung sambil menengok kearah Baekhyun.
“Boleh aku meminta sesuatu?”
“Tentu saja, kau ingin kutraktir?” Tanya Nayoung dengan aksen bercanda.
“Tidak, boleh aku memelukmu?” Tanya Baekhyun dengan cemas seolah takut permintaannya tidak dikabulkan.
“Tentu saja boleh, kau meminta padaku pelukan persahabatan? Dengan senang hati aku mengabulkannya.” Ucap Nayoung lalu memeluk Baekhyun dengan erat, dan Baekhyun langsung membalas pelukan Nayoung. Setelah melepaskan pelukannya mereka langsung tertawa seolah tak terjadi apapun.
“Kita tetap menjadi sahabat?” Tanya Nayoung.
“Tentu saja, kau akan terus jadi sahabat sejatiku.” Jawab Baekhyun. “Dan akan terus menjadi perempuan yang aku sayangi.” Tambahnya dalam hati.
@ Incheon Airport
“Eomma kita akan kemana?” Tanya seorang anak laki-laki kecil dengan mata bulat yang amat lucu itu.
“Kita akan bertemu halmonie dan teman lama eomma disini, kau ingin bertemu dengannya?” Tanya sang ibu.
“Tentu saja eomma.” Jawab anak laki-laki itu dengan imutnya.
“Kajja…”
TBC~~
Annyeonghaseyo.. ^^ ahhh akhirnya kee=temu lagi setelah lama aku hiatus.. :D gimana kabarnya para reader? Apakah baik-baik saja? Semoga aja. Nah setelah author ujian kemaren tanpa disangka dan diduga author langsung drop dan akhirnya tepar dikasur selama beberapa hari. Ternyata efek UN sama Ujian Pondok tuh kaya gitu. Hahah lupakan. Dan ternyata waktu hiatus author lebih cepet dari yang author kira. Sesuai janji author dichap sebelumnya dengan memanjangkan cerita chapter selanjutnya terus bikin greget tiada duanya. Chapter ini menurut penilaian author nih setelah disunting ulang lumayan greget dan bikin emosi sedikit naik turun. Semoga reader pada suka ya. Terus jangan lupa tinggalin jejak, kalau bisa sama kritik sarannya ya supaya ada introkspeksi ke authornya makasih yang udah nungguin ff geje ini..
Dan sampai jumpa di chapter selanjutnya. Annyeong~~ ^^ *bow
