FANFICTION : Sorry, Because I’m Falling in Love With You [Part—1]
Written By : ArNy KIMTaemin
Genre : Romance, Comedy (litte-little)
Rating : PG-16 (Mungkin ada NC dikit *ditabok bolak-balik*) / NC 17-
Length : 2SHOOT
Main Cast :
- Shin Hye Rin
- Kim Jong In/ Kai {EXO-K}
Minor Cast :
- Choi Sulli {F(x)}
- Krsytal Jung {F(x)}
- Kim Taeyeon {SNSD}
- Choi Sooyoung {SNSD}
- Tiffany Hwang {SNSD}
Cameo :
- Kim Jong Hyun {SHINee}
- Choi Minho {SHINee}
Backsound Song :
- Angel—EXO-K
- Hot Times—SM The Ballad
- Twinkle—SNSD TaeTiSeo
- Alone—Sistar
- You’re the One—JYP *entah bagaimana bisa kepikiran lagu ini jadi BS* kekeke..
Disc : The casts are belonged to the GOD, and for EXO-K’s Kai, F(x)’s Sull-Krys, SNSD’s TaeTiSeo, and SHINee’s Minho-Jong Hyun Belonged to © SME. But, Own this story The plot is MINE!!!
A/N : Annyeong… Arny kembali lagi dengan FF yang gak jelas. FF ini sudah di publish sebelumnya di blogku sendiri: Itsourdream.wordpress.com dan blog temanku, FFamatir.wordpress.com.
Baiklah, mau ngomong apa ya? Hmm.. jujur deh, entah bagaimana ceritanya ini FF bisa terbuat. Berdasarkan bayangan dan pemikiran yang jauh tiap ngeliat wajah jahil+menggoda abang Kai (abaikan ini), akhirnya beginilah ceritanya.. maaf kalo aneh dan lebay.. tapi beginilah adanya. Hanya ini yang bisa Arny buat. Sedikit penjelasan lagi tentang FF ini. Rate-nya dapat dikatakan NC. awalnya mau Arny tulis NC 17 + pada Rate, tapi setelah saya pikir2 ternyata belum bisa dikategorikan NC 17+ *ini tanya ama temen, seriusan deh*. Jadi intinya, sekali lagi saya katakan.. :
BAGI YANG MERASA TIDAK BISA/TIDAK INGIN MEMBACA FF INI, HARAP JANGAN DIBACA!!! Kalo tetep baca juga padahal umurnya belum sampe’, Maaf sekali.. Author tidak dapat menanggung dosa kalian. Huhuhu~ Mianh. Cerita ini lebih ke cerita, bukan ke ‘NC’-nya. Semoga dapat di mengerti. Walaupun kagak bagus dan masih amatiran, semoga suka.. Amin, amin, amin *Bow*
***
DON’T BASH!!! SIDERS MENJAUH KAU!!! ^___________^
~~~~
Hyerin muak. Ia ingin tampil berani, berbeda, mencoba menjadi bagian dari bad people yang selama ini selalu dipandang rendah olehnya.
*@*
Bagi Hyerin, di sekolahnya hanya ada dua jenis murid: Bad Students dan Nice Students.
Bad Students adalah cowok-cewek yang doyan bolos kelas, nilai amburadul, hedonis, suka clubbing, masa bodoh dengan hidup, dan hobinya hura-hura. Sedangkan Nice Students, tidak perlu repot-repot dideskripsikan, lihat saja Hyerin. Ia duduk paling depan, tidak pernah terlambat, selalu juara umum, mengikuti aturan dan disukai guru-guru sekolah.
Bagi Hyerin, golongan nappeun saram alias bad people, benar-benar tidak niat hidup. Malah dia pikir, jangan-jangan cewek-cewek di kelasnya yang hobi bolos itu sebagian besar sudah tidak perawan lagi.
*@*
“Lihat itu, pikiran anak-anak zaman sekarang memang sudah tidak bisa ditolelir lagi. Benar-benar memalukan.”
Hyerin baru saja masuk ke kelas-nya ketika dia mendengar salah seorang teman dekatnya, Kim Taeyon, sedang berbicara dengan dua teman dekat Hyerin yang lain, Tiffany Hwang dan Choi Sooyoung.
“Kalian sedang lihat apa?” tanya Hyerin, mengagetkan Tiffany dan Sooyoung, sementara Taeyeon tampak duduk tenang dengan wajah datar yang sangat berbanding terbalik dari ekspressi wajah Sooyoung dan Tiffany. Saat ini tangan Sooyoung dan Tiffany sibuk berada didalam laci meja mereka.
“Kau seperti hantu, Hyerin-ah..” tawa Sooyoung, mengelus-elus dada. “YA! Kenapa masuk tiba-tiba, bodoh?!” gertaknya kemudian.
Hyerin kaget sesaat, tapi akhirnya dia berdecak kecil karena sikap ‘asli’ seorang Choi Sooyoung akhirnya keluar juga.
“Memangnya aku harus memencet bel kelas untuk masuk apa?”
“Bel? Tapi kelas kita kan belum punya bel, Hyerin-ah..”
Hyerin, Sooyoung, dan Taeyeon memandang geram Tiffany yang baru saja berkata polos.
“Fany-ah… itu hanya perumpamaan supaya si Youngie ini mengerti..” Hyerin menjelaskan dengan penekanan kata yang lebih. Dia harap Tiffany tidak bertanya apa-apa lagi, karena jika iya.. dia tidak tau harus menjelaskan bagaimana lagi supaya Tiffany mampu memahami maksud kata-katanya.
“Tck, mereka gila. Kau tau, Hyerin? Mereka baru saja membaca majalah X-Top.”
“YA, KIM TAEYEON!!!” hardik Sooyoung, tapi yang di hardiki malah memeletkan lidah. Hyerin menatapi Sooyoung heran. Seketika, wajah gadis bertubuh paling tinggi dikelas 3-Inti itu langsung memerah. Tiffany juga bersikap sama, meski tidak setampak Sooyoung.
“Kenapa hanya gara-gara majalah makanan saja dipermasalahkan?” #GUBRAK *Author jatuh dari atap tetangga *lho? ketauan mau maling deh*
Senyum langsung mengembang dibibir Sooyoung-Tiffany, seakan bahagia karena kedok mereka baru saja tidak berhasil terbongkar.
“Shin Hyerin, kau itu polos atau bodoh sih? Kau tidak pernah lihat di Internet atau media lain? Mana ada majalah X-Top itu membahas tentang masalah makanan..” ujar Taeyeon. Wajahnya sedikit kesal atas ke ‘babo’-an Hyerin.
“Jadi, apa dong kalau bukan makanan?” Hyerin bertanya lagi, wajah polosnya benar-benar membuat Taeyeon geram. Kenapa sekarang bertambah lagi temannya yang mulai ‘TelMi’, setelah sebelumnya prediket itu hanya dimiliki oleh seorang Tiffany. *Author digampar Tiff asli*
“X-Top itu majalah dewasa.” Kening Hyerin berkerut kasar mendengar kata-kata Taeyeon, dia semakin bingung saat Taeyeon menarik dirinya untuk mendekat lalu Taeyeon berbisik ditelinganya. “Isinya gambar-gambar cowok cewek yang tidak mengenakan busana sedikitpun atau kadang-kadang cerita tentang pasangan yang sedang ber-making love.. “
Mata Hyerin terbelalak. Tanpa dia sadari, Sooyoung dan Tiffany yang melihat ekspressinya itu langsung bergidik ngeri.
Hyerin berdiri lagi dan memekik pada Sooyoung dan Tiffany, “WHAT?!!!” Dia langsung menutup mulutnya karena mendapat lemparan tatapan tajam dari seisi kelas. Walaupun saat ini adalah waktu istirahat, tapi memang seperti hal biasanya, kelas 3-Inti tidak pernah dikosongi oleh penghuni kelasnya. sudah dikatakan, kan bagaimana type Nice Students itu? Murid-murid kelas 3-Inti yang merupakan kelas ter-unggul disekolahnya, kebanyakan terdiri oleh murid-murid nice students seperti Hyerin, Taeyeon, Sooyoung dan Tiffany.
Dan murid-murid Nice Students itu lebih memilih menghabiskan waktu istirahat mereka untuk mengulang kembali pelajaran kelas sebelumnya atau sekedar hanya membaca buku-buku saja di dalam kelas daripada harus menghabiskan waktu untuk berhura-ria di luar kelas, kantin atau taman sekolah, misalnya. Tak jarang pula mereka membawa bekal makanan sendiri jadi tak perlu repot-repot harus kekantin, yang artinya jika kesana akan lebih menyempitkan waktu saja untuk belajar.
“Ya, Choi Sooyoung, Hwang Tiffany! Apa-apa-an kalian, huh?!” seru Hyerin, tapi dengan suara yang dibuat bisikan agar tidak mengundang kemarahan teman-teman sekelasnya. “Apa yang kalian sembunyikan dibawah laci?! coba kulihat!”
Sooyoung dan Tiffany kelagapan. Sooyoung menahan tangan Hyerin yang mencoba menerobos celah laci meja belajarnya, sementara Tiffany buru-buru berdoa dalam ketakutan yang sangat, berharap keajaiban datang saat itu. Taeyeon hanya terkikik melihat tingkah kedua temannya itu.
Pertahanan Sooyoung gagal. Kini, ia dan Tiffany hanya bisa pasrah melihat Hyerin yang matanya hampir meloncat dari tempatnya semula. Tangan Hyerin yang tengah memegang sebuah majalah berukuran sedang, bergetar. Hyerin sungguh-sungguh tidak mampu melihat foto yang ter pampang jelas di cover majalah: seorang model yoeja yang memakai bikini ketat berpelukan erat dengan seorang model namja yang bertelanjang dada. Walau kedua model itu tidak telanjang sepenuhnya, tapi pose mereka sudah membuat tubuh Hyerin bergidik ngeri. Meski jujur, adrenalin Hyerin sempat bangkit walau sedikit namun untungnya ia masih dapat mengontrol diri.
BRAAKK! Sooyoung dan Tiffany terlonjak kaget ditempat duduk mereka masing-masing karena Hyerin membuang majalah X-Top tadi keatas meja didepan mereka. Mereka menatap Hyerin kembali dengan tubuh gugup, dan terjawablah sudah rasa penasaran mereka akan bagaimana reaksi Hyerin. Gadis itu murka. Sebenarnya sih sudah terbayangkan sebelumnya oleh keduanya bagaimana reaksi Hyerin jika dia tau, karena itulah dari awal mereka berdua tidak mau memberitau tau Hyerin tentang apa yang baru saja mereka baca. Sungguh, mereka baca hanya tanpa sengaja!
“Ya Tuhan, kali ini engkau tidak mengabulkan doa ku.. hiks, ampuni, aku Tuhan..” Tiffany kembali memejamkan mata, mendengadahkan tangan. Berdoa. Sementara Sooyoung langsung mengangkat kedua tangannya keatas, layaknya buronan yang baru saja tertanggap. Polisinya? Tentu saja Hyerin yang super kalem dan paling beriman diantara mereka berempat.
Karena selama ini Hyerinlah yang paling ‘Nice Stundets’ diantara mereka, Sooyoung dan Tiffany tak mau jika Hyerin melihat majalah itu. Gadis itu pasti salah paham, dan pada akhirnya omelan kencanglah yang akan keduanya dapatkan dari dia. Dan itu terjadi sekarang.
“Michyeosseo?!! Apa yang kalian lakukan?! Itu memalukan, kalian tidak tau ya? Kemana sikap menjaga norma kalian selama ini? Kemana hilangnya? Kenapa kalian mau melihat-lihat hal seperti itu?!! Kalian tidak sadar kalau itu sungguh menjijikkan, apa?!!” walau mengomel panjang lebar, tapi sekali lagi, Hyerin berusaha keras menahan emosinya dengan mengecilkan suara.
“Hyerin, sumpah! Kami tidak sengaja menemukan majalah ini dibawah laci mejamu,”
“Sooyoung benar!”
Hyerin melengos. “Laci.. ku?” ia menelan ludah. Kenapa hal mengejutkan lainnya datang lagi?
“Iya, Jika tidak percaya tanya saja pada Taeyeon.” Pinta tiffany.
Pandangan Hyerin berpaling cepat ke Taeyeon yang-masih- duduk dengan sikap tenang-nya.
“Kami tidak sengaja menemukan itu di laci mejamu, Hyerin..” jawaban enteng Taeyeon justru menjadi masalah besar buat Hyerin.
‘WHAT?! APA LAGI INI?!!’ Batin Hyerin, tak habis pikir.
“Tidak mungkin.. maksudku.. itu.. itu bukan punyaku.. aku tidak pernah membacanya! Aku bahkan tidak tahu menahu adanya majalah itu di…”
“Kami tau. Karena itu kami mengira sepertinya ini milik anak-anak bad students. Kau ingat kan kemarin sore setelah kita pulang sekolah, ada beberapa kelas luar dari kalangan murid C yang melakukan ujian ulang dikelas kita?” tutur Sooyoung.
Hyerin berfikir. Ia ingat sekarang!
‘Be..benar! sepertinya itu memang punya mereka. Soalnya, aku tidak pernah membawa majalah-majalah seperti itu. Apalagi membacanya. Kalian juga tau, itu kan?”
“Iya.. iya kami tau kok.” Ujar Tiffany. “Tenang saja. Karena itu, kau juga jangan salah paham pada aku dan Sooyoung. Kami tidak berniat apapun pada majalah ini.. paling Sooyoung nih, sedikit pingin baca.. tapi, Aku dan Taeyeon sudah melarangnya tadi. Jadi, dia tak akan coba-coba. Hehehe~” Tiffany yang polos tidak sadar sama sekali dirinya sudah dapat tatapan ‘pembunuh’ dari Sooyoung. Hyerin akhirnya tertawa, begitupun dengan Taeyeon dan Tiffany. Kecuali Sooyoung.
“Lebih baik cepat kau buang majalah itu, Youngie.. sebelum nanti teman-teman yang lain pada tau. Bisa gawat kalau mereka sampai lapor sama guru-guru..”
“Hyerin benar. Sudah sana, dibuang. Cepetan dong Sooyoung! Buang gih!” Tiffany mendorong-dorong bahu Sooyoung. Sooyoung memasang raut kecewa,”Baiklah..” katanya lalu berhela napas pelan. “Hhh.. sayang sekali.. padahal tadinya, aku berencana baca ini dirumah..”
“YA CHOI SOOYOUNG!!!” teriak Hyerin, Taeyeon, dan Tiffany serempak, mereka hilang kendali untuk tidak mengeraskan suara.
Sontak saja, keempat sahabat itu dapat tatapan ‘mematikan’ dari se-isi kelas. Ke-empatnya hanya bisa membungkuk meminta maaf sambil mengulas senyum penuh rasa bersalah.
*@*
“Aigoo.. penjelasan Lee Sajangnim tadi benar-benar membuatku merinding. Bagaimana bisa, anak-anak itu menganggap bahwa sex bebas adalah sesuatu yang lumrah dan merupakan salah satu kewajiban dalam berpacaran. Itu gila.” Hyerin menyeruput Mocha Ice-nya dan kembali menggeleng-gelengkan kepala, tak habis pikir. Entah sudah berapa kali ia melakukan itu dari sejak keluar kelas. Sekarang ia dan tiga sahabatnya tengah makan siang di Kantin sekolah.
Taeyeon yang sedang mengaduk Hot Chocolate miliknya hanya angkat bahu. “Nyatanya itu yang terjadi pada kaula muda di Korea sekarang.” Gumamnya singkat.
“Geundae, Taeyeon-ah.. ini tidak mungkin diteruskan. Adat Korea yang selalu menjunjung harga diri seorang wanita bisa memudar jika hal itu terus dibiarkan begitu saja! Kita tidak bisa membiarkan adat barat terus menerus menjajah prinsip Negara kita, kan!” Hyerin masih berceloteh melampiaskan kekesalannya.
“Lalu kau mau apa, coba? Kau mau menegur atau mungkin menghardik Ketua Menteri Remaja di dinas Kementerian Korea dan menyuruhnya untuk menghilangkan semua norma barat itu?”
Hyerin terdiam. Taeyeon benar. Dirinya bisa mengomel panjang lebar tentang adat masyarakat muda di Korea zaman sekarang yang sangat ia benci, tapi untuk berurusan dengan Menteri Remaja? Bukankah itu sama saja berurusan dengan hukum namanya? Tidak. Itu lebih gila lagi. Hyerin belum sanggup mengambil berbagai resiko karena secara otomatis tanggung jawab yang besar terletak di bahunya jika ia melakukan niat seperti yang ditanyakan Taeyeon tadi.
“Aku pernah baca dalam sebuah situs internet, kalau melalui sebuah hasil pengamatan, ada sekitar 75 dari 100 pasangan yang berpacaran sudah pernah melakukan sex bebas. Bahkan beberapa orang yang telah menikah mengaku bahwa mereka juga pernah melakukan hal itu sebelum mereka terikat pernikahan.” Jelas Taeyeon panjang lebar, dan mulai menyeruput hot chocolate-nya.
Hyerin menaikkan kacamata-nya. “Dunia benar-benar hampir kiamat.” keluhnya, lalu menghela napas panjang. Dia membuka lembaran buku didepannya, membaca sebentar. Tapi sesuatu yang terlintas dibenaknya membuat dia kemudian tertawa kecil.
“Taeyeon-ah?” Hyerin memanggil Taeyeon yang juga sibuk membaca buku sembari menikmati minuman pesanannya.
“Hmm?” sahut Taeyeon, tanpa menoleh.
“Kau sadar, kenapa hari ini sepertinya kita terus membahas tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan ‘sex’?”
Taeyeon mendongak. Berfikir. Lalu menyengir. “Benar juga. Entahlah, aku tidak punya niat apapun untuk itu. hanya terbawa emosi saja karena ceritamu barusan..”
“Tck..” decak Hyerin.
“Mungkin kau ingin merasakannya, Hyerin, makanya kau terus-terusan membahasnya..” canda Taeyeon dengan senyum jahil, tapi ‘sukses’ membelalakkan mata Hyerin. Dia sangat kaget hingga tersedak saat sedang minum. “Aku? Ingin? Melakukan ‘itu’?! Kau gila, Kim Taeyeon?” katanya, tak terima.
Lagi-lagi Taeyeon tertawa. Kali ini lebih besar, “Bhuahaha~ siapa tau saja, kan?”
“Tidak mungkin. Aku ini kan ‘Nice Students’..”
Taeyeon menatap Hyerin dengan kerutan dikening. Hyerin balas menatap dengan satu alis terangkat. “Mwo?” tanya Hyerin. Taeyeon bergeleng. “Benar. Kau Nice Students.” Ujarnya tersenyum simpul. “Saking ‘nice’nya tak ada seorangpun namja yang berani mendekati ‘Ice’ sepertimu..” sambung Taeyeon meledek.
“Haish, jincca..”
“Wuah, gila. Semakin hari dia semakin terlihat mempesona.” Hyerin dan Taeyeon menoleh ke asal suara yang terdengar. Tiffany baru saja datang dengan membawa sepiring Hamburger dan segelas Lemon Ice di tangannya. Dia duduk disamping Hyerin.
“Fany-ah.. berhenti menatapnya seperti itu. Dia ‘Kai-ku’..” Sooyoung yang datang setelah Tiffany berkata sambil menempatkan pantatnya dikursi sebelah Taeyeon.
“Haish, kalian membicarakan dia lagi? Tidak bosan apa?” tanya Taeyeon pada Tiffany dan Sooyoung. Sementara Hyerin yang memang tak mengerti sama sekali arah pembicaraan ketiga temannya hanya diam saja mendengarkan. Dilihatnya Sooyoung bergeleng cepat, disusul Tiffany. “Mana mungkin aku bosan, “ jawab keduanya serempak.
“Ya! Tiffany! Jangan mengambil kata-kataku!” Sooyoung membanting gelas berisi Apple Juice yang baru diteguknya sekali, dia menatap Tiffany geram.
“Siapa yang mengambil kata-katamu, Choi Sooyoung?! Kau sendiri yang malah mengikuti kata-kataku!” Tiffany balik menggertak diikuti suara bantingan sendok dan garpu di piringnya.
“Hufft! Ya ampun, mereka mulai lagi deh..” Hyerin menepuk kening. Sedangkan Taeyeon, hanya tersenyum kecil lalu menggeleng-geleng kepala kembali.
*@*
Hyerin melengos saat hendak menstarter mobilnya keluar dari parkiran. Taeyeon, Sooyoung, dan Tiffany sudah pulang lebih dulu dengan kendaraan mereka masing-masing. Taeyeon pulang bersama Sooyoung menggunakan Zenvo ST1 milik Sooyoung karena kebetulan hari itu mobil Taeyeon sedang berada dibengkel. Sementara Tiffany dijemput oleh supir pribadi keluarganya.
“BHUAHAHAHAHA!!!” Hyerin yang baru akan menarik pedal gas, membatalkan niatnya dengan mematikan mesin mobil saat ia lihat beberapa bad students, namja dan yoeja, berjalan sambil tertawa-tawa menuju mobil yang terparkir disamping Honda Civic-nya.
Tunggu! Bukankah beberapa diantara bad students itu ada pelajaran tambahan ya? Senin lalu saat upacara berlangsung, Kepala Sekolah Seoul International Senior High School—sekolah Hyerin— sudah mengumukan perencanaan itu dikarenakan kebanyakan Bad Students yang nilainya merosot hingga hampir menjatuhkan prediket ‘Internasional’ yang selama ini di sandang sekolah itu.
“Pasti mereka bolos lagi deh..” dengus Hyerin. Biar bagaimanapun, kadang Hyerin sebal juga. Beberapa dari bad students tersebut bahkan meraih ranking tinggi tanpa perlu belajar susah-susah. Nyebelin, kan? Hyerin yang tiap malam harus lembur baca buku, kok malah dikalahkan murid-murid brengsek macam mereka. Tidak adil.
Hyerin manyun. Buru-buru dia menghidupkan mesin mobilnya dengan agak jutek namun…… Ckiiiitt!
BRUGGGGGGG!!!
Mobil Hyerin menabrak sesuatu saat ia hendak rifting belok kanan keluar dari parking lot.
Hyerin terbelalak.
Audi putih. Mengkilap. Ditambah dengan kaca jendela buram yang biasa di pasang di mobil artis-artis.
Hyerin menelan ludah, ‘Mati aku. Sull-Krys Bersaudara!’
Sull-Krys alias Sulli dan Krystal. Baiklah. sebut saja mereka itu.. Primadona Seoul International Senior High School di periode 3 tahun belakangan ini. Duo cewek itu paling disegani seantero sekolah. Cantik, tinggi, smart, kaya, digilai laki-laki. Bisa dikatakan mereka sempurna dikalangan para wanita yang selalu bermimpi jadi seperti mereka. Tapi sekali lagi, karena kelakuan minus, mereka jadi makhluk paling dibenci kaum-kaum nice students seperti Hyerin.
“YA! Kau mau mati ya?!” seorang yoeja cantik dengan rambut blonde, menggelegar keluar dari Audi tersebut. Sulli.
“YA! Kau berniat mencelakai kami atau tidak pandai membawa mobil, huh?!!” Sial. Kroninya yang satu lagi, yoeja bertubuh sama tingginya namun terlihat lebih kurus dari Sulli pun ikut-ikutan keluar dan sekarang dia berdiri menghadang bemper mobil Hyerin. Dia memukul bemper itu beberapa kali sambil berteriak, “Nawa! Keluar kau!”
Tanpa dirinya sendiri sadari, Keringat mulai mengucur ditubuh Hyerin. Dengan takut-takut, akhirnya dia membuka pintu mobilnya dan melihat bekas tabrakan. ‘Mampus. Itu kap si Audi penyok.’
“Ma..maaf.. saya tidak senga—“
“Siapa yang menyuruhmu bicara, huh?” gertak Krystal, memotong ucapan Hyerin. Hyerin tentu saja tersentak kaget.
“Aduh, maaf.. saya benar-benar tidak sengaja.. lagipula, kenapa kalian ngebut di tempat parkir? Seharusnya kalian tidak melakukan itu kan karena itu dilarang oleh seko—“
“Berani melunjak, huh?!!Jangan mencoba menasihati kami, gadis bodoh! aah,..” Sulli. Gadis yang pernah mendapatkan prediket sebagai The Queen di SMA Seoul International itu, tiba-tiba mendekati Hyerin perlahan-lahan. Tangannya menarik kuat dagu Hyerin yang membuat Hyerin terkejut bukan main.
“Bukankah kau Shin Hyerin?” mata Hyerin membulat megetahui bahwa Sulli tahu namanya. “Waw.. Krys.. kau lihat. Kita berurusan dengan si Book princess.” Kata Sulli lagi, Hyerin merasa ada sindiran didalam ucapannya.
“Book Princess? Si Kutu Buku jelek itu? si Juara Umum berkacamata Beti?” tanya Krystal, sedikit tidak menyangka. Dia memperhatikan Hyerin lebih seksama. Ternyata seperti itu wujud lebih jelas seorang Shin Hyerin. Sosok yang sering menjadi pembicaraan utama penyebab kekesalan para Bad Students, teman-teman ia dan Sulli. Kenapa?
“Kau tau? Kepala sekolah dan para guru-guru bodoh itu selalu memuji-mujimu didepan kami. Sungguh-menyebalkan!” Sulli menekan dua kata terakhir dalam kalimatnya. Merasa kesal, dia akhirnya melepas pegangan-nya pada dagu Hyerin dan langsung buru-buru mengelap tangannya dengan tissue basah yang diambilnya dari dalam saku seragam.
“Hish..” Krystal memandang jijik ke Hyerin. Sementara Hyerin sendiri? Dalam hati, dia sudah mengeluarkan ratusan bahkan ribuan sumpah serapah utuk duo yoeja menyebalkan didepannya itu! Sungguh, Hyerin benar-benar ingin kabur! Berurusan dengan Sull-Krys sama hal-nya berurusan dengan kematian. Benar-benar hal terburuk seumur hidupnya. Bagaimana jika ia dijadikan korban bullying? Semua orang tunduk dibawah Sull-Krys, mana mau mereka repot-repot membela Hyerin yang notebene-nya bukanlah siapa-siapa.
“Krys.. enaknya cecunguk satu ini kita apakan, ya?” tanya Sulli sambil memilin rambut blonde panjang-nya.
“Hmm.. gimana kalau..”
Waduh. Gawat sumpah dikawat-kawat *author mulei ngantuk* , sepertinya dua primadona itu mulai naik darah.
“An.. Andwae! Tolong jangan hukum saya! Please.. iya, iya, saya ngaku salah. Sumpah, saya yang nabrak mobil kalian. Begini saja, kita selesaikan disini.. sekarang ya..” dengan sigap Hyerin mengeruk saku rok-nya, dan mengeluarkan dompet-nya dari sana. “Saya akan ganti kerusakan mobil kal—“
“Cih!” Krystal menepis dompet ditangan Hyerin. “Kau bodoh atau apa?! Kau pikir, kami tidak mampu apa mengganti kerusakan mobil kami sendiri? kau pikir, kami tidak punya uang untuk mengganti kerusakan yang cuma begini saja, HUH?! ”
Walah. Minta maaf ditolak. Dikasih uang ganti rugi, malah ngambek. Nih orang maunya apa sih sebenarnya?! Lama-lama Hyerin jengkel juga.
“Kau.. harus ganti rugi.. dengan cara lain,” ucapan Sulli yang tiba-tiba, membuat Hyerin terkesiap. “M..mwo?”
“Apa maksudmu Sull?” tanya Krystal. Sulli tersenyum smirk yang membuat Hyerin bergidik ngeri. Sulli menarik Krystal untuk mendekat, dan membisiki sesuatu padanya. Keduanya kemudian tertawa ngakak sambil memandang aneh ke Hyerin yang –sekali lagi—hanya mampu bergidik ngeri.
“Keaurae, Shin Hyerin.. kau harus melaksanakan hukuman yang akan kami berikan ini..”
“Nde?” kaget Hyerin atas pernyataan tiba-tiba yang terlontar dari mulut Krystal. Dia menelan ludah. Waduh, hukuman apa yang bakal dijatuhkan untuknya? Sungguh, Hyerin tidak ingin berurusan lebih jauh dengan duo primadona itu karena itulah ia memutuskan untuk mengaku salah dan mau mengganti rugi saja tadinya. Tapi kenapa mereka malah menolak?!! ME-NYE-BAL-KAN!!!.
“Ba.. baiklah, akan aku laku..kan..” Hyerin memaki dirinya sendiri dalam hati, tapi otaknya bersikeras berargumentasi bahwa setidaknya pikirannya tidak salah. Saat ini, dia masih belum mau dijadikan korban bullying yang biasanya berakhiran ‘menggenaskan’.
“Benar-benar murid patuh.” Gumam Sulli, ekspressinya dingin menatap Hyerin tidak suka.
“Sini kau!” Krystal menarik kasar bahu Hyerin lalu membisiki sesuatu ketelinganya. Beberapa detik kemudian, Hyerin tercekat. Menatap Sull-Krys bersaudara dengan mata membelalak.
*@*
“Mianh, jeongmal mianhae Rin-ah.. tapi saat ini aku betul-betul sibuk membantu toko kue nae eomma.. sorry, aku tidak bisa menemanimu.. JONGHYUN-YA, PESANAN MEJA 203!”
“Baiklah, aku mengerti. Ne, sampai nanti Tae..”
Hyerin menutup flip ponsel-nya dan membanting benda itu tidak terlalu keras ke atas meja disamping tempat duduknya di teras rumah. Hyerin manyun.
Ini malam Minggu. Dia sendirian. Tidak ada teman, keluarga. Tidak tahu harus kemana dan berbuat apa. Seluruh anggota keluarganya, ayah, ibu, dan satu orang adik laki-laki sedang pergi keluar kota. Sementara 3 sahabat Hyerin? Tak satupun dari mereka yang bisa diharapkan saat ini. Well, seperti kata Taeyeon ditelpon tadi. Dia adalah anak berbakti dari sebuah keluarga yang memiliki toko kue besar di Korea. Dan dimalam-malam minggu seperti ini, tentu saja banyak orderan yang diterima toko-nya, hingga mengharuskan Taeyeon yang super baik membantu orang tuanya. Hyerin tidak menyalahkan itu. ia mengerti. Tapi, kenapa toko itu harus sibuk disaat dirinya sedang gundah gulana seperti ini sih?
Sooyoung? Baiklah. ingatkan Hyerin untuk tidak mengingat lagi pembicaraan ditelfonnya dengan Sooyoung beberapa saat sebelum ia menelpon Taeyeon.
“Apa? Kerumahmu?”
“Ne. kau bisa kan ?”
“Duh, kenapa harus sekarang sih Hye?”
“Wae? Kau sibuk?”
“Iyaa.. mianh.”
“Baiklah. aku mengerti. Tapi, memangnya apa yang sedang kau lakukan Youngie?_”
“Aku? Sedang apa? Ooh.. aku hanya.. YA! KYUHYUN OPPA! KAU MENIPUKU! JANGAN MAIN CURANG BODOOOH!!! Tuh kan.. aigoo aigoo.. KALI INI TIDAK AKAN KUBIARKAN AKU KALAH LAGI DARIMU! AWAS KAU, EVIL!!! MINGGIR! MOBILKU MAU LEWAT!”
Hyerin menganga. Tanpa perlu bertanya lagi, ia langsung memutuskan sambungan telfon ke nomor Sooyoung. Malam minggu begini Sooyoung pasti bermain Playstation dengan tetangga rumahnya, Cho Kyuhyun.
Tiffany? Dari awal Hyerin tak mengharap ‘lebih’ untuk kedatangan Tiffany. Pukul 7 malam seperti ini sudah pasti gadis itu telah terkapar diranjang tidurnya yang empuk. Dibangunkan? Untuk membangunkan Tiffany, Hyerin rasa ia harus minta bantuan sirine ambulance atau toak masjid *Author ngelantur lagi*. Walau sudah begitupun, belum tentu seorang Tiffany Hwang akan terbangun dari tidur nyenyak-nya yang lama. Sampai sekarang, Hyerin masih penasaran bagaimana cara Ibu Fanny atau pembantu keluarga-nya untuk membangunkan gadis itu agar mau berangkat ke sekolah sehingga ia tak terlambat sama sekali? Pasti ada cara ampuh, tapi apa? Tck.. itu Mystery yang belum terpecahkan.
“Mereka pasti sedang senang-senang di night club,” gumam Hyerin lemas ketika mengingat insiden Sull-Krys bersaudara tadi siang.
Ada saatnya Hyerin merasa tidak adil. Kenapa justru orang-orang rebel dan nakal seperti Sull-Kryss atau para Bad Students lainnya yang mendapat kesenangan? Hyerin juga ingin bisa bersenang-senang dan bebas seperti mereka. Padahal ia sebenarnya adalah type yoeja rumahan, innocent, dan stick to the rules. Tapi apa? Justru kawanan bad students-lah yang mendapatkan kebahagiaan di malam Minggu, Bukannya nongkrong penuh kegalauan seperti dirinya saat ini.
ARGHH!!! Ingin rasanya Hyerin berteriak kencang sekencang-kencangnya agar seluruh Seoul tau betapa dia benci ketidak adilan dihidupnya ini!
Dan malam ini lah puncaknya.
Hyerin muak. Ia ingin tampil berani, berbeda, mencoba menjadi bagian dari bad people yang selama ini selalu dipandang rendah olehnya. Ia ingin memecahkan kepompong dan bermetamorfosis bak kupu-kupu.
Hyerin telah menjaga norma, sopan santun, bersikap tertib, namun malah cewek-cewek nakal seperti Sulli-Krystal yang dikejar-kejar lelaki. Dunia sudah benar-benar gila. Dan sepertinya, Hyerin harus menyesuaikan diri dengan keadaan yang ada.
“Baiklah!” Hyerin berdiri bangkit dari duduknya. Hatinya sudah dapat satu keputusan yang menurutnya sangat tepat. Ia beranjak menuju kamarnya dilantai dua.
“Cuma malam ini, tidak masalah kan?” Hyerin berjalan menuju lemari pakaian-nya yang besar, memilih beberapa long-dress. Dia juga mulai memakai make-up, berdandan mengikuti trend di dalam majalah fashion yang sering ia baca.
Blush on terakhir di pipi putih Hyerin selesai dipoleskan-nya. Setelah merasa cukup cantik, Hyerin berputar-putar di depan kaca, lalu berhenti dan tersenyum dengan sangat lebar dihadapan kaca yang mematulkan dirinya itu. “Selamat datang Shin Hyerin yang baru!”
*@*
“Ini gila.” hanya kata itu yang keluar dari mulut Hyerin ketika matanya melihat pemandangan di luar melalui kaca jendela taxi.
Night Club. Sebuah Club eksklusif yang katanya cukup terkenal seantero Seoul, Hyerin berada didepannya sekarang! Setelah membayar ongkos Taxi, Hyerin turun dengan kaki tertatih karena hig heels yang dipakai-nya. “Kenapa ramai sekali? Gawat, kalau aku sampai salah kostum satu Seoul bisa tau nih..” Hyerin bergumam gusar.
Hyerin menatap sangsi gedung tinggi didepannya yang penuh dengan gemerlapan lampu warna-warni. Gedung itu dimasuki oleh banyak orang. Semuanya KAULA MUDA! Hyerin menelan ludah, merasa ragu untuk masuk. Tapi, dia juga tidak mungkin kembali lagi kerumahnya setelah melalui perjalanan yang cukup jauh dari perkomplek-kan rumahnya ke Club ini, kan?
‘Baiklah, aku harus masuk apapun yang akan terjadi nanti!’ pikir Hyerin. Sekarang ia hanya bisa berdoa agar tidak dipermalukan di Night Club itu.
Mulut Hyerin menganga selebar gerbang sekolah saat memasuki Night Club. Berisik sekali. lagu High-High dari Bigbang’s G-Dragon dan TOP berkumandang keras, memekikkan telinganya.
Suasana Club didepannya benar-benar tak pernah Hyerin lihat sebelumnya! Dulu, ia hanya melihat suasana ramai dan berisik seperti ini di Televisi. Suasana yang tidak pernah ingin Hyerin datangi, tapi itu dulu. Sekarang, meski masih agak kurang suka tapi Hyerin berusaha untuk sedikit membiasakan diri ditempat seperti ini.
“Gila. mereka selalu ketempat seperti ini, ya? Kenapa mereka begitu tahan dengan bau alkohol dan musik yang keras sekali? Apa telinga mereka tidak apa-apa jika dengar lagu seperti ini setiap harinya? Tck..” Hyerin berjalan menuju sebuah tempat. Dia memutuskan duduk didepan bar. Pandangannya mengarah ke lantai dansa. Belasan orang menari mengikuti irama musik disana, berdesak-desakan.
Bagaimana ya rasanya menari disana? menikmati alunan musik yang di putar? Ada sedikit rasa ‘ingin’ menari dilantai dansa dalam hati Hyerin, tapi dia menghancurkan rasa itu karena malu jika kesana sendirian. Masa’ yang lain menari dengan teman atau pasangan mereka, Hyerin malah menari sendiri!
“Agasshi..” Hyerin tersentak kaget karena sebuah suara terdengar di belakangnya. Hyerin menoleh kebelakang dan menemukan seorang pria tinggi dengan rambut coklat hampir sebahu dan bermata bulat berdiri dibalik meja bar. Pria itu sedang mengelap-ngelap beberapa gelas kaca tinggi. Hyerin mengira bahwa pria itu adalah seorang Bartender.
“Ada yang bisa saya bantu, Agasshi?” pria itu rupanya benar-benar sedang bertanya pada Hyerin. Hyerin yang kaget sesaat hanya mengeluarkan kata ketidak pahamannya, “N.. Nde?”
“Anda mau minum?”
“Mwo? Minum? Eh, errr.. i.. i..iya.. sepertinya begitu..”
“Mau minum apa?”
“Hah?” Hyerin menganga, tidak lama. “.a..anu..itu saja..” Tunggu! Kalau kita membicara tentang ‘Club’, apalagi Club malam seperti yang Hyerin datangi sekarang ini, pasti minuman yang tersedia didalamya tidak jauh-jauh dari kata ‘Alkohol’. Ani.. ani.. ani!!! Hyerin tidak boleh minum alkohol, itu berbahaya dan dilarang agama!
Tanpa dia sadari, sang pria bartender yang sedari tadi menunggu jawaban Hyerin akhirnya terkikik melihat ekspressi Hyerin yang kebingungan. “Anda masih baru ya?”
“Nde?” kaget Hyerin lagi. Ia tertunduk malu akhirnya sambil menggaruk-garuk leher, “i..iya..”
“Bagaimana kalau segelas Orange Juice?”
“Ah! Matjayo! Orange Juice saja, saya pesan itu!”
“Baiklah, tunggu sebentar ya Agasshi..”
Hyerin mengangguk kecil, dan melayangkan pandangannya kearah lantai dansa lagi. Kini lagu ‘High-High’ Big Bang’s G-Dragon dan TOP telah berganti dengan lagu ber-beat yang terpadu dengan suara lembut dan sexy dari para member Sistar yang membawakan lagu ‘Alone’. Jujur saja, itu salah satu lagu kesukaan Hyerin. Iramanya sungguh menyenangkan, dan.. menggoda, sedikit.
“Minho-ya!” seseorang menubrukkan pantat tiba-tiba di bangku sebelah Hyerin. “Cocktail dong..”
Hyerin mengedar pandang kearah pria bartender tadi. Ooh.. rupanya namanya Minho. Bagus, sebagus (Read : setampan) orangnya! Pikir Hyerin. Mata Hyerin beralih menekuri pria disebelahnya. Dia memakai kemeja hitam, celana hitam, berambut coklat sebahu, dan mengenakan topi berwarna senada dengan kemeja-nya yang dicampur dengan aksen putih dibeberapa bagian. Terlihat sangat… Cool dan Charming. Satu lagi yang diam-diam Hyerin sukai saat melihat pria itu adalah…. dia… Tinggi. Cukup tampan. Ani. Sangat tampan, Hyerin belum pernah melihat pria setampan itu sebelumnya, atau kalaupun pernah mungkin ia pernah melihatnya di layar Televisi.
Mungkin karena merasa risih sebab diperhatikan terus sedari tadi, pria itu menoleh pada Hyerin. “Wae?” tanyanya. AIGOO! Bahkan, suaranya begitu…. SEXY! Suara berat yang serak-serak basah..*author ngelantur lagi deh* membuat nafas Hyerin tercekat sesaat. Hyerin langsung buru-buru menggerakkan bola matanya ke arah lain.
“Aku belum pernah melihatmu disini. Baru?” tanya pria itu lagi. Tubuhnya membungkuk, sedikit menatap Hyerin dengan lekat. Itu membuat nafas Hyerin tertahan. Sekuat tenaga Hyerin bersikap tenang-tenang saja.
“Wuah, ternyata orang-orang disini sangat perhatian ya dengan orang baru atau orang yang sudah pernah kesini beberapa kali..” tanggap Hyerin, hanya itu yang bisa dia katakan.
“Tidak!” Pria itu bergeleng. “Soalnya aku tidak pernah melihat pendatang yang secantik dirimu,”
Hyerin hampir saja tersenyum, kemakan gombalan. Tapi dia berusaha tahan. Hanya mengucapkan kata ‘terima kasih’ dengan wajah datar. Padahal dalam hatinya ia mengupat-ngupat, ‘Pembohong!’
“Siapa namamu?”
“Shin Hyerin.” Hyerin mengalihkan tatapannya ke pria disampingnya lagi. “Kamu?”
Hyerin bisa melihat ujung bibir pria itu terangkat sebelum ia bangkit dan mengulurkan tangan kanannya pada Hyerin. “Dansa dulu denganku, baru aku beritau nanti..”
“Cih,..” Hyerin berdecak dan mengalihkan pandangan.
“Ayolah. Kamu baru pertama kali kemari, kan? Tidak afdhol (???) jika datang kemari tidak turun kelantai dansa untuk menari.. Hmm?”
Hyerin menyerah. Dia menyambut uluran tangan pria itu, terpaksa. Mau bagaimana lagi? bukankah dia sudah memutuskan hari ini ia akan menjadi Bad People? Dan melakukan dansa dengan seorang pria di club ini adalah salah satu bagian dari cara menjadi Bad People itu kan. Lagipula, tunggu apa lagi?! Mumpung ada prince charming yang mengajaknya berdansa, masa’ Hyerin menolak?
Sumpah ya.. ini pertama kalinya ia bisa dekat dengan seorang prince charming. Bukan karena dia tidak laku (padahal emang iya. keke), tapi karena dari dulu Hyerin lebih suka berdekatan dengan teman yoeja daripada teman namja. Buku dan segala hal yang barbau ‘ilmu’ juga menjadi teman dekat yang berada disekitar Hyerin selama 17 tahun hidupnya ini.
Hyerin diam saja saat pria yang bersamanya sekarang menarik tangannya ke tengah-tengah ruangan. Pria itu mengambil tempat kosong di bawah lampu spotlight lalu mengedikkan matanya ke arah DJ di lantai dua dan tiba-tiba mengalunlah lagu slow Hot Times oleh SM The Ballad. ‘Ya ampun! Kenapa dari tadi sepertinya lagu yang terputar adalah lagu-lagu ber-irama menggoda?’ batin Hyerin tak habis pikir.
Hyerin terkesiap ketika pria tadi tiba-tiba memeluk pinggangnya. Mata pria itu menatap Hyerin lekat-lekat. Entah kenapa Hyerin bukannya merasakan tatapan itu seperti tatapan namja-namja gatal umumnya yang hanya hobi merayu wanita, tapi tatapan pria didepannya itu.. lebih seperti tatapan rasa yang begitu tulus. Namun, Hyerin sendiri tidak tau rasa tersebut itu apa.
“Setelah sekian lama, akhirnya aku bisa berbicara denganmu juga..” ujar pria itu tiba-tiba.
Dahi Hyerin mengerut. “Sekian lama? Memangnya kau mengenalku?”
Pria itu melepas pelukannya, dan menatap Hyerin lekat-lekat. “Kau tidak ingat? Sama sekali tidak merasa pernah melihatku dimana begitu..?”
Hyerin memaksa otaknya berfikir, tapi percuma. Dia tidak ingat sama sekali. Malah dia pikir, saat ini adalah saat pertama kali dalam hidupnya ada seorang namja supeeeeeer tampan berdiri di depan wajahnya dalam jarak yang dekat. Bahkan sangat dekat. “Memangnya kita pernah bertemu ya?”
“Haish,” pria itu berdecak, tampangnya terlihat kesal. “Ya, Kau, Shin Hyerin! Murid Seoul Internasional Senior High School, kelas 3-A dan selalu juara umum, selalu menguncir rambutmu disekolah, dan memakai kacamata. Aku benar, kan?”
“Ba.. bagaimana kau tau?” kaget Hyerin. “Kau paranormal? Cenayang? Atau jin? Malaikat?”
Pria itu terkikik. “Tampang tampan begini kau bilang paranormal, dan apa itu, cenayang?” tanyanya tidak mengerti. Hyerin bergeleng, dia baru sadar bahwa sepertinya hanya orang yang suka baca buku seperti Hyerin yang tau kalimat-kalimat ‘aneh’ seperti cenayang. Well, Hyerin sering mendengar kata itu di FanFic2 yang sering dibacanya di situs blog-blog Korea. Tapi sebenarnya, Hyerin masih bingung kenapa pria itu tau banyak hal tentang dirinya?
“Se.. sebenarnya.. si..siapa kamu?” Hyerin tak bisa menahan dirinya untuk tidak bertanya lagi. pria dihadapannya tersenyum lembut, lalu menarik pinggang Hyerin lagi. Memeluknya erat. Nafas Hyerin tercekat. “Namaku Kai..” Shit! Pria itu membisikkan namanya dengan lembut tepat ditelinga Hyerin, membuat seluruh darah ditubuh Hyerin berdesir kencang hingga kepuncak ubun-ubun. Suara bass dan seksi pria itu juga telah membuat jantung Hyerin berdegup tiga kali lebih cepat.
“Oh.. Kai ya..” Hyerin menggumam, matanya tidak berani menatap langsung pria didepannya yang telah mengaku bernama Kai itu. “Memangnya ada ya yang namanya Kai disekolah?”
“Kau tidak tau?” Kai terkejut. Hyerin kembali menggeleng. “Aku tidak tau ada yang namanya Kai disekolahku.. “
Kai memanyunkan bibirnya, cemberut. “Kamu jahat sekali.. kupikir aku populer disekolah,” katanya. Hyerin tergelak, tertawa. Melihat itu, bibir Kai makin maju. Aigo-aigo.. lihat itu. Hyerin benar-benar gemas sekali melihat bibir Kai yang seksi (?) seperti itu.. Kai benar-benar terlihat ‘imut’ jika melakukan gaya-nya tadi..
Lho? Ada apa ini? Kenapa pikiran Hyerin tiba-tiba membahas seperti ini? Dia.. tidak sedang mulai jatuh cinta pada Kai, kan? Huh. Tentu saja tidak! mana ada orang yang baru bertemu satu jam saja sudah langsung jatuh cinta. Jika ada, jarang sekali. terlebih hal itu tak berlaku untuk type yoeja seperti Hyerin yang tak pernah bisa jatuh cinta hanya dengan pandangan pertama.
Tapi.. TUNGGU! Hyerin berfikir keras. Kalau tidak salah, baru tadi siang saat dikantin sekolah ketiga temannya membahas tentang seseorang yang bernama…. KAI! MATJAYOO~ Hyerin yang tidak tau apa-apa tentang makhluk bernama Kai sungguh tidak menyangka akan bertemu dengan dia langsung disini, bahkan berbicara, dan berdansa! Oh.. apa yang akan dikatakan Tiffany dan Sooyoung, ya, jika mereka tau bahwa malam ini.. disaat mereka disibukkan dengan kegiatan masing-masing, Hyerin justru berdansa dengan seorang namja yang ‘sepertinya’–kalau Hyerin tidak salah tangkap- mereka idolakan, Kai?`
“Hmm, sepertinya aku mulai ingat.. ya, aku ingat! Aku pernah dengar namamu sekali dua kali..”
“Ckk, Apa gunanya hanya sekali dua kali? Ya, Shin Hyerin.. kau itu sebenarnya hidup didunia mana sih? kukira selama ini aku sangat populer dikalangan yoeja. Semua gadis disekolah terpesona padaku. Sampai aku selalu berfikir bahwa sepertinya popularitasku sudah sangat berlebihan.. hahaha,”
Hyerin nyengir. “Memangnya.. sudah berapa wanita yang menyatakan cinta padamu?”
Kai tersenyum smirk, lalu memonyongkan bibir—itu membuat Hyerin semakin gemas. “Sudah sebanyak bintang dilangit,” jawab Kai dengan senyum andalannya, smirk penuh aura tampan dan menggoda.
“Ooh..” Hyerin mengangguk-angguk.
“Tapi sebanyak apapun, itu tak berguna jika bukan kau yang menyatakannya padaku..” gumam Kai kecil.
“Apa?” tanya Hyerin, merasa tidak yakin dengan apa yang barusan didengarnya.
“Tidak ada.” Kai menggeleng. Dia menatap wajah Hyerin lagi sambil tersenyum.
‘Tuhan, gadis ini cantik sekali!’ Batin Kai menjerit.
“Baiklah, Tuan-yang-sudah-ditembak-yoeja-sebanyak-bintang-dilangit, tapi ‘maaf sekali’ aku tidak mengenalmu..”
“Kau tidak tau? Aku sekelas denganmu dalam kelas ekstrakurikuler Bahasa inggris. Tidak ingat?”
“Benarkah? Aku.. tidak sadar ada kau disana..” Hyerin tersenyum tipis, merasa bersalah.
“Haissh,”
Pantas sih Kai jauh dari perhatian Hyerin. Pasti Kai tipe bad students yang suka bolos. Intinya, sepopuler apapun kamu di sekolah, kalau masuk checklist bad students, Hyerin akan masa bodoh dengan kehadiranmu. Lihat wajah-wajah mereka saja bikin Hyerin muntah. Tapi gadis itu benar-benar takjub, bahwa di antara bad students itu, ada permata sebening Kai!
Keduanya terdiam. Hanya tubuh yang yang terus bergerak seiring dengan musik yang sudah memutarkan lagu sorry-sorry answer-Super Junior. Kai masih memeluk pinggang Hyerin, menuntun gadis itu berdansa pelan dengan suasana dibawah cahaya lampu remang-remang. Hingga Kai tiba-tiba memecahkan keheningan diantara keduanya,
“Babo. Aku seperti orang bodoh yang hanya memerhatikan orang yang bahkan sama sekali tidak menyadari kehadiranku..”
Hyerin terkejut. “Mi.. Mianheyo, Kai-ssi. Tapi…” Hyerin menahan kata-katanya sendiri, beralih menatap Kai dengan kerutan dikening. “Kau memerhatikanku? Kenapa?”
‘Pertanyaan bodoh,’ batin Kai. Kai tersenyum samar, “Lagi-lagi kau tidak tau, Nona Shin?” Kai mendekatkan wajahnya menatap Hyerin lekat-lekat, nafas Kai terasa menerpa permukaan wajah Hyerin, membuat bulu gadis itu meremang.
“Dirimu yang membuat mataku tak bisa lepas darimu, Shin Hyerin. Aku jatuh dalam pesonamu. Kau sudah membiusku.” Oh, Tuhan. Hyerin tidak tau apa yang harus ia lakukan saat ini. Bisikan lembut Kai benar-benar membuat hatinya meluber, luluh. Sebersit.. rasa ‘suka’ mulai hadir menyelubungi hatinya. Hatinya yang sebentar lagi -mungkin- akan menjadi milik Kai.
Perlahan demi perlahan, semburat merah muda muncul di kedua pipi Hyerin, membuat Hyerin tertunduk. Ia tidak mau jika Kai menyadari bagaimana ekspressi wajahnya sekarang. Sumpah! Dijamin seratus persen, 17 tahun hidupnya, Hyerin tidak pernah merasa segalau ini, sebahagia ini, dan sebingung ini. Dan tiga rasa itu.. hanya disebabkan oleh satu objek. Kai. Sosok yang bahkan belum genap dua jam Hyerin kenal.
Kai melepas dekapannya, ia mengamati wajah Hyerin yang sudah merah membara sekarang. Kai tersenyum perlahan melihat itu. sekali lagi Kai memerhatikan setiap sudut wajah Hyerin.. kening gadis itu.. alis gadis itu.. mata gadis itu.. hidung, bibir bahkan dagu gadis itu.. benar-benar amat cantik dalam pandangannya. Sangat amat cantik. Perlahan, Kai mendekatkan bibirnya, mengecup bibir Hyerin penuh kelembutan. Sangat lembut, hangat dan juga basah.
Shock, Hyerin hanya bisa kedap-kedip kaget. Terlebih, saat ia merasa lidah Kai berusaha untuk menerobos masuk, saat itulah tanpa dia sadari kehidupannya mulai berubah total.
*@*
Hyerin menunggu dengan perasaan gelisah di Loby Area Night Club. Dia tidak lagi bersama Kai karena saat ini pria itu sedang membayar biaya masuk Club dirinya dan juga diri Kai sendiri. Kai menyuruh Hyerin untuk menunggu dirinya di loby parkiran, didekat mobil Bugatti Veyron Super Sport biru milik Kai. Kai beriat untuk mengantar Hyerin pulang kerumahnya, karena waktu sudah terlalu larut. Alasannya sih, simple. Kai tidak bisa membiarkan hyerin keluar malam sendirian, itu sangat berbahaya. Entah apa maksud Kai berkata seperti itu, tapi yang jelas.. diam-diam hati Hyerin tersenyum senang mendengar kata-kata tersebut terlontar dari Kai. Untuknya.
Hyerin bersander pada mobil Sports Kai dan menghela napas panjang. Diliriknya jam tangan yang dikenakannya malam itu. Jarum pendek sudah menunjuk ke angka 12 sementara jarum panjang menunjuk keangka yang sama pula. Pukul 12 malam tepat! Waktu yang SANGAT lama untuk seorang Shin Hyerin berada diluar rumah.
Hyerin memegangi dadanya. Kai sudah tidak ada tapi debaran dijantungnya masih belum berhenti. Meski debarannya tidak separah saat Kai menciumnya tadi. Cium? C-I-U-M?! YA AMPUUUUUUUUN! Tolong jangan ingatkan Hyerin akan hal itu! BLUSH~ pipi Hyerin bersemu lagi. ya ampun, hanya membayangkan kejadian tadi saja dirinya sudah seperti ke-blingeran seperti ini, bagaimana jika Kai lagi-lagi akan mencuiumnya untuk kedua kali. Ngomong-ngomong kedua, jujur saja.. ciuman Kai tadi adalah First Kiss bagi Hyerin!! WAO! Ciuman pertama langsung dengan namja secemerlang Kai! Dalam hati Hyerin bersyukur sekali… (?)
BRUUGHH!
Hyerin tersentak kaget karena seseorang menubruk tubuhnya. Namja. Lebih tepatnya Adjusshi-adhjusshi berumur 40-an. Adjusshi itu terlihat mabuk. Terbukti dari cara jalannya dan gerakan tubuhnya. Pakaiannya yang berupa baju dan celana seperti penyanyi-penyanyi zaman kuno -menurut Hyerin- terlihat berantakkan. Hyerin bergidik ngeri saat merasakan si bapak cengar-cengir menatap dirinya.
“Hallo, gadis manis..” si Adjusshi genit (?) menyolek dagu Hyerin, membuat Hyerin terkejut. Adjusshi itu berusaha menyentuhnya lagi, tapi Hyerin langsung menggeser posisinya, menghindar. Seakan tidak menyerah, bukannya pergi Adjusshi itu malah mendekati Hyerin. Terus dan terus. Hingga posisi Hyerin tidak bisa bergeser lagi, langkahnya tertahan karena punggungnya menubruk tembok dibelakangnya. Hyerin menatap cemas Adjusshi itu yang sudah semakin dekat dengan dirinya. Seringaian Adjusshi itu sungguh mengerikan, Hyerin berada dalam ketakutan sekarang!
“Kau sudah tidak bisa menghindar lagi!” Tiba-tiba si Adjusshi itu mengunci kepala Hyerin dengan kedua tangannya yang menempel ditembok. Hyerin menggigit bibir, rasa takut yang begitu kuat semakin menerjangnya. Ia menatap bapak tua dihadapannya dengan tubuh bergetar hebat.
“A..apa yang.. ma.. u an..da laku..kan, adhjus..shi?” tanya Hyerin tertatih. Si Adjusshi tua malah kembali menyeringai lalu mendekatkan wajahnya ke wajah Hyerin. “Aku? Hahaha,” di telinga Hyerin tawa Adjusshi itu lebih terdengar seperti suara iblis yang menakutkan. “Tentu saja menemanimu gadis manis..” katanya berusaha untuk berbicara seksi tapi –sekali lagi- ditelinga Hyerin suara-nya bagaikan suara makhluk antah barantah aneh yang sangat menjijikkan.
Hyerin menelan ludah saat Adjusshi itu memegang erat bahunya, berusaha mencium Hyerin. Meyadari hal itu, dengan segera tangan Hyerin berusaha keras untuk mendorong tubuh Adjusshi itu menjauhinya, tapi.. Hyerin sendiri yakin jika usahanya ini tidak akan bertahan lama mengingat bahwa ia adalah seorang wanita yang punya daya tenaga lebih kecil dibandingkan daya tenaga Adjusshi-adhjussi yang sedang berusaha menyerangnya.
Kaki Hyerin melemas, namun tangannya sekuat mungkin masih mendorong tubuh si bapak tua. Sebisa mungkin Hyerin menjauhkan wajahnya dari si Adjusshi-adjusshi mesum (?). Tidak. Bukan ini yang ia harapkan. Ia memang menginginkan menjadi Bad People satu malam saja.. tapi bukan menjadi pelampiasan hawa nafsu *author udah gak tau lagi mau nulis apah* om-om gila seperti ini!
Ya Tuhan.. tenaga Hyerin semakin berkurang. Dia benar-benar membutuhkan seseorang yang menolongnya sekarang!!! Siapapun itu, asalkan ia bisa terbebas dari serangan bapak-bapak aneh ini! Otak Hyerin mengacu pada satu nama. Kai.. iya, Kai. Hyerin membutuhkan sosok itu sekarang. Bukankah Kai berjanji untuk menjaganya? Tapi, dimana pria itu disaat-saat Hyerin membutuhkan penjagaan-nya?
‘Oh, Kai.. kumohon selamatkan aku..’ batin Hyerin menjerit. Benar saja, pertahanan Hyerin melenyap. Hyerin baru menyadari itu tatkala bibir si Adjusshi tua *Nauzubillah, apa ini arny..* telah menempel di pipi kanannya. Hyerin mengupat sekuat-kuat didalam hati. Dengan tenaganya yang masih tersisa ia berusaha kuat mendorong tubuh si Adjusshi.
“LEPASKAN! LEPAS!!!” Hyerin tersentak karena si Adjusshi malah menampar pipinya. Tangan kanan Hyerin menyentuh pipinya, matanya berair, mengeluarkan sorot marah yang sangat besar dari kedua manik matanya. Dia menatap Adjusshi tua didepannya dengan tajam.
“CIH! Jangan-pandang-aku-SEPERTI ITU, BEGO!!!” PLAK!!! Tamparan kedua sukses mendarat dipipi kiri Hyerin. Tangis Hyerin makin menjadi.
Ya Tuhan, apa yang akan terjadi sekarang? Hyerin tidak sanggup membayangkan jika dirinya.. jika dirinya.. DIA TIDAK SANGGUP! TOLONG DIA TUHAN!!!!!
Kedua mata Hyerin refleks terpejam takut dan kepalanya segaja ditundukkan ketika Adjusshi tadi hendak menciuminya lagi, dengan kali ini tepat di bibir, namun niat kotor itu batal karena sebuah tangan kekar tiba-tiba menarik kasar kerah belakang kemeja si Adjusshi, membalikkan tubuhnya dan….
DUESSSSSHHH!!!!!
Mata Hyerin terbuka saat telinganya mendengar suara keras itu. Terbelalak, Hyerin menutup mulutnya sendiri dengan kedua tangan. Kai, pria itu berdiri tepat didepannya sekarang. Bibir Hyerin mengembangkan senyum, ingin rasanya ia berlari kearah Kai dan menghambur kepelukan pria itu. Tapi, tunggu, Adjusshi- Adjusshi genit tadi? kemana hilangnya dia? Hyerin menajamkan pandangannya lebih jelas, dan terkesiap kaget saat menemukan tubuh Adjusshi tadi telah terkulai di atas lantai lobby. Kepala Adjusshi itu tertunduk dalam posisi kaki berlutut dan tangan kanan yang memegangi tengkuknya sendiri.
Bibir Hyerin baru akan mengeluarkan suara untuk memanggil Kai sebelum Kai malah menarik kerah kemeja si Adjusshi lagi, melayangkan sebuah tinjuan yang cukup menimbulkan suara keras. Hyerin begitu terkejut karena Kai terus-menerus melayangkan tinjuan-nya hingga wajah si Adjusshi penuh dengan darah yang mengucur. Kai seakan kerasukkan sesuatu karena terus saja menghabisi Adjusshi didepannya.
Hyerin tertegun. Baru kali ini.. baru kali ini dia melihat sisi lain dari seorang Kai. Hanya dia yang melihatnya. Saat ini. Hyerin tidak sanggup mengeluarkan suara lagi, batinnya sudah sangat kaget dengan semua kejadian yang baru saja menimpanya.
“KEPARAT KAU!!! KAU APAKAN WANITA ITU, HUH ??!!!” Kai seolah tidak memberi ampun pada si Adjusshi yang kini mulai balik memukulnya. Hyerin memekik kaget ketika tubuh Kai terpental ke atas lantai berkat pukulan kuat si Adjusshi di perutnya. Hyerin berlari kearah Kai. Dipeganginya wajah Kai yang penuh memar. Sudut bibirnya berdarah. “Kai! Kau tak apa-apa?” tanya Hyerin, benar-benar cemas.
“Masuk ke mobil, Hyerin.” Kai berkata disela nafasnya yang tersengal-sengal, tanpa menatap Hyerin. Hyerin menyeka airmatanya dan kembali menatap Kai dengan bingung, “Apa?”
Pandangan Kai beralih pada Hyerin, tatapannya dalam dan seolah mengartikan satu permohonan kuat untuk Hyerin. “Aku mohon, Hyerin. Masuklah ke mobilku sekarang. Aku tidak mau kau diapa-apakan lagi oleh paman itu, cepatlah!” tangan Hyerin bergetar saat Kai meletakkan sebuah kunci kecil yang baru diambil Kai dari saku kemeja hitamnya, ke atas telapak tangan Hyerin.
“Tidak, Kai.” Hyerin bergeleng kuat. “Lalu bagaimana denganmu? Kau bis—“
“CEPAT HYERIN!!” bentakkan Kai membuat Hyerin terkesiap. Bibirnya begetar, untuk kali ini ia dapat mengerti mengapa Kai membentaknya. Tapi.. tetap saja dia tidak bisa membiarkan Kai sendirian, tidak bisa membiarkan Kai kembali berkelahi yang akan membuat tubuh pria itu kesakitan. Hyerin tidak bisa.
“Aku tidak mau. Kau bisa mati kalau kau terus dipukuli Kai.. aku mohon, berhentilah.” Hyerin menangis. entah kenapa perasaannya jauh lebih tenang saat jari Kai menghapus bulir air dipipinya. “Jangan membuatku marah karena itu cepat masuklah. Jebal, Hyerin-ssi..”
“HEY! KALIAN MAU BUAT DRAMA FILM ROMANTIS YA?!!!” tiba-tiba Adjusshi yang sedari tadi menghilang entah kemana (?) *udah jam berapa ini? Author udah ngantuk* muncul dengan suara menggertak Hyerin dan Kai.
“Siapa sih gadis ini sampai terus kau bela? PACARMU, HUH?!!”
Kai tidak menjawab. Dia hanya menatap Adjusshi itu dengan sorot mata yang sangat dingin. Merasa diacuhkan, Adjusshi itu mendengus kesal. Dia mendekati Hyerin dan kai. Gerakannya begitu cepat, hingga Hyerin terkesiap kaget karena Adjusshi itu menarik tubuh Hyerin untuk berdiri menghadapnya. Adjusshi sialan itu bersiap mencium bibir Hyerin lagi, tapi lagi-lagi Kai menggagalkan niatnya. Kai meninju kuat pipi si Adjusshi hingga Adjusshi itu terpental jatuh kelantai Lobby. Darah segar kembali mengalir dari lubang hidungnya. Dia menatap Kai penuh amarah.
“SIALAN KAU BOCAH!!!” seru si Adjussi. Kai tak memperdulikan dan beralih pada Hyerin dibelakangnya.
“SUDAH KUBILANG CEPAT MASUK, SHIN HYERIN!!!” Hyerin terkejut dengan gertakan Kai. Tanpa pikir lagi, buru-buru Hyerin berlari menuju mobil sport biru yang terparkir beberapa meter didekatnya, membuka mobil itu dengan kunci yang tadi diserahkan oleh Kai dan masuk kedalamnya.
Hyerin menyanderkan punggung dan kepalanya ke kursi mobil, menarik-hembuskan nafasnya yang sedari tadi keluar tidak teratur karena rasa takut yang melanda. Hyerin melirik kearah Kai dari kaca mobil. Kai dan si Adjusshi masih berkelahi. Berusaha melampiaskan rasa amarah mereka dengan cara menyerang lawan lawan masing-masing. Hyerin bergidik tiap melihat tinjuan tangan dan tendangan kaki Kai yang terarah ke wajah atau sesekali ke perut si Adjusshi. Memukulnya tanpa ampun—Sekali lagi.
Mungkin, jika perkelahian itu tidak dihentikan Adjusshi itu bisa mati, pikir Hyerin. Dia bukannya perduli pada Adjusshi tersebut, namun dia merasa cemas jika Kai yang melakukan tindakan ‘pembunuhan’ itu. Dia cemas. Yah, Hyerin kini menyadari sesuatu. Hyerin tidak bisa membiarkan.. pria yang mulai dicintainya masuk penjara hanya gara-gara menolonginya!
“Kai.. hentikan..” Hyerin menangis, suaranya lirih memanggili Kai yang sudah pasti tidak mendengar suaranya. Hingga satu menit kemudian..
BLAM! Hyerin tersentak dan refleks membuka matanya yang tadi terpejam karena menangis. Serasa memenangkan penghargaan terhebat seumur hidupnya—merasa bahagia— saat Kai menjatuhkan tubuhnya dikursi penumpang, disebelah kursi pengemudi yang diduduki Hyerin.
“KAI!” Hyerin menghambur, memeluk tubuh Kai yang terlihat lemas. Suaranya sedikit bergetar, menandakan ketakutan yang dalam. Gadis itu mengangkat kepalanya lagi dan seketika senyumnya melenyap saat disadarinya bibir dan hidung Kai berdarah. Tangannya bergerak cepat, menyentuh bibir Kai, menatap namja itu khawatir. “Kai.. kau berdarah..”
Kai tersenyum samar menikmati raut khawatir pada wajah gadis dihadapannya. “Gwaenchana..” ujarnya, berusaha menenangkan Hyerin. Hyerin menggeleng, sama sekali tidak mempercayai kata-kata Kai. Wajah pria itu jelas jauh dari kata ‘Baik-baik saja’.
“Kau bisa bawa mobil?” Hyerin mengerutkan kening.
“Aku tidak bisa menyetir dalam keadaan seperti ini, bisakah kau yang menyetir mobilnya menuju ke Apartmentku? Kita harus segera pergi sebelum Adhjussi itu sadar dari pingsannya, Hyerin..”
Hyerin tak menanyakan penyebab pingsannya si ‘Adhjussi’ pada Kai, meski sejujurnya ia sedikit penasaran. Karena saat ini, ada hal penting lain yang harus dilakukannya. Mengobati luka-luka Kai yang sama sekali tidak dimengerti oleh Hyerin, mengapa dirinya bisa begitu cemas tiap melihat goresan-goresan itu melukai wajah dan tubuh Kai.
Mobil Bugatti Veyron Super Sport Biru itu perlahan melaju, keluar dari Lobby Area Night Club.
*@*
Kepala Hyerin tertunduk saat kakinya terus berjalan mengikuti langkah tertatih Kai didepan. Hyerin baru menaikkan kepalanya saat mereka tiba didepan pintu sebuah apartment besar yang harganya bisa Hyerin taksir sangat mahal, apartment itu berada di kawasan Daegu yang sudah terkenal dengan gedung-gedung perumahan atau gedung-gedung apartment termewah di Seoul.
Hyerin hanya diam, memerhatikan tangan Kai yang sedang memencet beberapa digit tombol pada kotak kode elektronik. Tak lama setelah itu, suara kunci pintu yang terbuka terdengar. Tangan Kai membuka pintu, “Masuklah,” ia mempersilahkan Hyerin untuk masuk. Hyerin menurut.
Kai masih menutup pintu saat Hyerin sudah berada di ruang tengah. Bisa dilihatnya perabotan-perabotan ruangan itu juga terlihat mahal.
“Duduklah dulu, akan kubuatkan minum untukmu. Kau mau minum apa?”
“Tidak!” tolak Hyerin sembari berbalik menghadap Kai. Ia bisa melihat dengan jelas wajah lelah pria yang kini menghampirinya dengan kening berkerut itu. Tatapan Kai seolah minta penjelasan, tapi Hyerin hanya tersenyum kecil dan segera menarik tangan kanannya, mendudukkan pria itu di sofa ruang tengah. Kerutan dikening Kai semakin menjadi karena Hyerin terlihat mondar-mandir diruangannya. Seperti sedang mencari sesuatu. Saat Hyerin menemukan yang dicarinya, ia tersenyum senang dan langsung meletakkan benda itu diatas meja didepan Kai.
Sebelah alis Kai terangkat menatap kotak P3K didepannya.
“Maaf, jika aku tidak sopan mengambilnya tanpa izinmu. Tapi, aku yakin sekali kau tidak akan mengizinkanku mengambilnya untuk mengobati lukamu.. sementara aku tidak bisa membiarkan kau terluka begitu,” Hyerin menjelaskan saat ia sudah duduk disebelah Kai. Kai tidak percaya pada tindakan gadis yang kini tengah meneteskan obat merah pada balutan kapas tipis itu.
“Tapi, sungguh! Kau tak perlu melakukan In— Akhh!“ ucapan Kai terpotong karena rasa sakit di keningnya berkat sentuhan kapas yang dipegang Hyerin.
“Diamlah. Aih, memarnya biru sekali..” Hyerin terus menekan kapas disetiap lekuk wajah Kai yang timbul memar atau goresan, sepertinya goresan itu bekas senjata tajam. Hati Hyerin memerih tiap kali melihat goresan itu.
“Paman gila itu menyerangmu pakai apa sih?! Keterlaluan sekali! kenapa dia melukaimu sampai separah ini?!! Andai saja aku bisa bela diri, paman itu pasti sudah kuhajar! Supaya dia tau rasa, kenapa telah melukaimu!!! Hish, Sial. Sayangnya aku tak pandai bela diri.”
Kai tersenyum tipis mendengar celoteh demi celotehan yang keluar lancar seperti air dari bibir mungil Hyerin. Diam-diam hatinya merasa sangat-sangat-sangat bahagia. Bersyukur, sungguh! Akhirnya.. wanita yang selalu dia perhatikan selama ini, sepertinya kini sudah mau memerhatikannya.
“Ya ampun, aku lupa dengan darah dihidungmu! Tunggu dulu, biar kuambilkan es batu!” Hyerin hendak beranjak dari duduknya untuk menuju dapur, tapi tangan Kai menahan lengannya. Kai membuat gadis itu kembali terduduk. Dan kini, Kai hanya tersenyum lembut saat gadis itu melemparkannya satu tatapan tidak mengerti.
“Aku tidak apa-apa. Sungguh, kau tak perlu mengobatiku lagi.” kata Kai, lalu tangannya bergerak menyentuh pipi Hyerin yang tampak bekasan tangan berwarna merah. “Dia menamparmu?” tanya Kai dengan suara ditekan. Hyerin tidak menjawab, hanya menjauhkan tangan Kai dengan tangannya. Hyerin berusaha bangkit, namun sekali lagi Kai menahan gadis itu. Kali ini Kai memeluk perut Hyerin hingga gadis itu terkesiap.
“Mianhae..”
Kening Hyerin berkerut mendengar ucapan Kai. Mengapa pria itu meminta maaf?
“Maafkan aku karena aku tidak bisa menjagamu..”
Hati Hyerin mencelos. Namun segera berganti dengan detak jantung yang bergemuruh cepat saat Kai berdiri dan semakin mengeratkan pelukannya dari belakang. “Padahal aku sudah berjanji, tapi aku malah membuatmu hampir.. hampir..” Kai tidak melanjutkan kata-katanya. Tapi Hyerin mengetahui kelanjutan itu. sejujurnya, dia sendiri tidak ingin Kai melanjutkan kata-kata. Ucapan pria itu, selalu membuat perasaan Hyerin meluluh.
Tiba-tiba sesuatu yang ganjal dirasakan Hyerin. Oh, tidak. Kai menangis. Hyerin yakin karena ia dapat merasakan dressnya membasah. Tapi, tidak ada suara? Mungkinkah pria itu sengaja meredamnya agar tidak ketahuan oleh Hyerin? Mendadak, kesedihan yang dirasakan Kai menular pada Hyerin. Gadis itu sedih. Ia sedih jika melihat Kai bersedih. Karena itu, ia tidak bisa melihat pria itu bersedih apalagi menangis.
Hyerin segera berbalik disaat pelukan Kai ditubuhnya mengendur, dia melihat Kai yang kepalanya tertunduk dengan satu tangan mengepal menutup mulut. Menahan tangis. Jemari-jemari Hyerin yang lentik menghampus pelan air yang membasahi pipi Kai. Sungguh tidak pernah disangka olehnya, Kai, sang pangeran popular di sekolahnya.. menangis hanya karena dirinya? Hanya karena pria yang di kelilingi banyak sekali wanita itu tidak bisa memenuhi janjinya untuk menjaga Hyerin? Cih, jika ini sebuah film. Hyerin yakin, ia sudah pasti menangis terharu karena sikap sang aktor utamanya.
“Uljima.. kau tidak salah, kok. Semua hanya musibah. Jangan menangis lagi, kumohon..”
Kai heran memandangi Hyerin yang kini ganti menitikan air mata, “Kenapa.. kau memohon?”
Hyerin menatap Kai, sangat dalam. “Tidak tau.” ia menggeleng dan menelan ludah untuk dapat mengeluarkan suara lebih jelas karena tenggorokannya sempat tercekat beberapa saat lalu. “Tapi, aku tidak sanggup melihatmu menangis. Hatiku perih melihatnya..” Hyerin berkata jujur.
Senyuman muncul lagi menghiasi wajah Kai yang tampan. Dia memandangi Hyerin lama sekali, sampai entah apa yang merasuki tubuhnya hingga perlahan dia mendekatkan bibirnya ke bibir Hyerin, mencium bibir gadis itu dengan sangat lembut. Hyerin yang awalnya kaget, mulai terhanyut dalam keadaan yang ada. Entah mengapa ia suka sekali dengan ciuman lembut Kai. Suasana ruangan yang remang-remang, hanya tersinar oleh cahaya rembulan yang menembus tirai jendela didekat Hyerin dan kai berdiri—Kai lupa menghidupkan lampu ruangan tengah—membuat keadaan saat itu semakin terlihat romantis.
Tanpa sadar, Hyerin melingkarkan kedua tangannya memeluk pinggang Kai. Ciuman Kai semakin bertambah lembut, membuat bulu Hyerin meremang, kadang kala ia tidak tahan dengan sentuhan lembut itu.
Sepuluh menit terlewati hanya untuk berciuman, saat melakukannya mereka berdua merasa saling memperlihatkan rasa yang tersimpan dalam hati mereka. Rasa yang penuh akan cinta. Hyerin melepas ciuman tersebut dan berusaha menghirup oxygen disekelilingnya. Begitu pula yang dilakukan oleh Kai. Namun saat Kai melihat Hyerin yang masih tengah menarik hembuskan napasnya, segera ia merengkuh wajah Hyerin dan mendaratkan ciumannya lagi di bibir gadis itu. Ia benar-benar tidak tahan dengan gerakan gadis itu yang terlihat ‘sangat sexy’ di matanya. Setiap gerakan bahkan suaranya membuat Kai benar-benar ingin menciumi gadis itu lebih dalam, memeluk gadis itu lebih erat. Intinya ia ingin sekali memiliki gadis itu seutuhnya. Sudah lama ia menanti-nantikan hal ini. Tapi, apakah ia harus melakukannya malam ini? Melakukan hal itu disaat Hyerin bahkan belum menyatakan apakah ia sudah menyukai Kai atau belum?
Kai menyerah pada pertanyaannya sendiri, ia lebih memilih untuk terus fokus pada ciumannya. Asalkan Hyerin sudah membalas ciumannya seperti yang saat ini gadis itu lakukan, itu sudah lebih dari cukup untuknya. Melalui ciumannya, Kai hanya ingin Hyerin tau perasaannya yang besar untuk gadis itu. Rasa kagum, suka, bahkan cinta, Kai salurkan melalui setiap sentuhan bibirnya yang kini beralih mencium kedua mata Hyerin secara bergantian. Tak sampai disitu, ia juga mengecup pipi-pipi Hyerin, berusaha menghilangkan noda-noda kotor yang ditinggalkan oleh pria jahat yang hampir membuat gadis yang sangat disukainya celaka.
Hyerin semakin hanyut tatkala Kai mengecup keningnya sangat lembut. Pria itu berbisik di telinga Hyerin, “Biarkan aku menghapus bekas kotor yang dibuat paman tadi padamu..” Hyerin menggeliat, bisikan Kai mengeluakan efek desahan yang menggelitik bagian belakang telinga Hyerin.
Hyerin benar-benar merelakan dirinya untuk Kai, karena ia hanya diam saja malah hatinya menyambut hangat ketika Kai mendorong tubuhnya ke sofa. Mereka masih berciuman. Namun ciuman lembut itu segera berganti dengan ciuman panas. Membuat tubuh keduanya hampir mengeluarkan keringat.
Bagi Hyerin, ini tentu saja ciuman pertama. Karena itu ia selalu kesusahan tiap ingin membalas ciuman Kai yang amat irresistible, nakal, dan juga berpengalaman. Otaknya mengatakan harusnya ia bersyukur menyerahkan keperawanannya pada pria secemerlang Kai. Tapi..
Sementara itu, Kai merasakan hal lain yang amat sangat menyiksanya. Antara logika dan batinnya saling berperang melawan satu hal. Logikanya mengatakan sangat tidak ingin mencumbu tubuh Hyerin, tapi hal itu jelas-jelas berbanding terbalik dengan hasrat tubuhnya. Kai merasa tubuhnya seakan bersinkronasi penuh nafsu untuk menyerang gadis polos di depan matanya itu.
Hyerin menyadari bahwa tubuh Kai sudah semakin merapat, menindih tubuhnya diatas sofa. Tangan Kai memeluk pinggang Hyerin erat sekali sambil memberikan ciuman dari bibir tebalnya yang seolah-olah berkata bahwa ia tak mau kehilangan bibir Hyerin. Kai sama sekali tidak memberikan Hyerin kesempatan untuk menghirup udara agar nafasnya tidak tersengal-sengal.
Hyerin sedikit mendesah ketika ciuman Kai mulai turun kedagunya. Semakin kebawah, hingga, “Akh!” Hyerin memekik saat Kai menggigit lehernya. Menjilatnya lembut, dan sesekali menghisapnya kuat. Meninggalkan bercak merah kebiruan. Kai tersenyum puas dalam hati saat mendengar desahan demi desahan yang keluar dari mulut gadis itu. Sexy.
Kai menjauhkan wajahnya dari leher Hyerin untuk menatap gadis itu dengan senyuman smirknya sebentar, sebelum dia kembali melanjutkan aksinya. Perlahan-lahan, dalam suasana yang begitu romantis bagi wanita manapun didunia ini, Hyerin merasakan sensasi dahsyat yang tidak pernah ia rasakan dulu. Sensasi geli, sekaligus nikmat.
Hyerin mengerti mengapa dirinya mau melakukan hal yang dianggapnya paling ‘gila’ bersama—baiklah. katakan saja dengan orang yang bukan suami sah-nya—. Tapi, Hyerin tidak bisa lepas dari pesona Kai. ia menggigit bibir menahan rasa geli ketika ia dapat merasakan tangan Kai, yang entah sejak kapan menyusup ke dalam dress hitam selututnya, mengelus-elus punggungnya. Gerakan tangan Kai sangat pelan dan halus, membuat Hyerin semakin kegelian. Ia tidak tahan.
“Cankkamanyo…” Hyerin tiba-tiba mendorong Kai mundur, melepas adegan panas mereka. Ia megap-megap mengambil napas.
“Wae?” sebelah alis Kai terangkat.
“Harus ya?” lirikan mata Hyerin mengarah ke atas tempat tidur yang tersedia didalam ruangan, tidak jauh dari sofa yang terbaringkan tubuh Hyerin—ceritanya kamar dalam apartmen Kai bersambung langsung dengan ruang tengah dan dapur, tidak ada pintu, hanya terpisah dengan lemari kaca sebagai pembatas antara kamar dengan ruang lainnya—*#garuk2 kepala# Author kagak ngerti mau ngejelasinnya gimana*
Kai terdiam. Seacara perlahan, pelukan tangannya yang tadi melingkar di punggung Hyerin mengendur. Kai menarik tubuhnya sendiri untuk duduk. Kepalanya tertunduk dan keningnya mengernyit seakan tengah berfikir keras. Tidak. Lebih tepat jika dikatakan sedang berperang keras antara ego dan naluri-nya.
Hyerin yang tubuhnya masih terbaring di ranjang, bisa melihat sorot mata ragu dari manik mata hitam pekat pria itu. Diam-diam Hyerin menelan ludah, takut, melihat reaksi Kai tersebut. Merasa takut karena satu bayangan terbesit di otaknya. Sepertinya Kai akan melepaskannya begitu saja setelah pria itu merebut ciuman pertama milik Hyerin. Parahnya lagi, Kai membuang dirinya begitu saja dengan mudah setelah hatinya mulai dimiliki oleh pria itu. Mulai membuka, mengharap dan menantikan cinta Kai. Ottohke? Kai pasti akan melakukan semua hal itu!
Hyerin ikut bangkit dari posisi berbaringnya dan terduduk, disebelah Kai yang belum mengangkat wajah sedikitpun. Air mata Hyerin perlahan menitik, bergulir turun dipipinya yang tadi sempat bersemu merah karena ciuman kai disana. Hyerin menyesal, mengutuki kebodohannya sendiri karena telah terhanyut terlalu dalam pada ketampanan, perhatian, dan pesona Kai. Seharusnya dari awal ia sadar bahwa hal ini pasti terjadi! Mana mungkin, seorang Kai mau melakukan ini dengan wanita yang tidak dia cintai. Lalu ciuman tadi? Dukung Hyerin untuk kembali mengingat bahwa ada banyak sekali wanita yang berada disekeliling Kai. Dan, kebanyakan dari mereka pasti lebih cantik daripada Hyerin. Sekedar ciuman, baik dari di bibir hingga leher, seperti yang telah Kai perbuat terhadap tubuhnya tadi.. itu pasti merupakan hal ‘Biasa’ dalam kamus seorang pecinta wanita seperti Kai. Pasti. Kenyataannya, Kai memang tidak mencintai Hyerin dengan tulus. Sangat berbanding terbalik dengan perasaan Hyerin untuk pria yang baru dikenalnya selama beberapa jam itu.
Hyerin yang sibuk dengan pemikirannya sendiri sama sekali tidak sadar bahwa Kai telah meraih tangannya dan menggenggam tangan itu erat. Hyerin baru tersentak, ketika pipinya yang tadi terasa dingin karena dibanjiri air mata perlahan-lahan menghangat karena sesuatu. Hyerin tidak sanggup meluapkan perasaan bahagianya saat ia menyadari bibir Kai mengecup pipinya lembut sekali.
“Kenapa menangis?” tanya Kai setelah menjauhkan wajahnya dan mulai kembali menatap Hyerin. Hyerin terisak, rasa perih dihatinya makin menjadi saat Kai melontarkan pertanyaan itu. Ia menggeleng, “Tidak apa-apa..” jawabnya bohong.
“Jangan bohong.” Kai menekankan ucapannya, jari-jari tangannya mulai menghapus air mata Hyerin. “Hentikan tangisan ini sekarang juga. Aku tidak suka melihatmu menangis.”
Hyerin tertegun. Dipandanginya Kai dengan kerutan dikening. Kai hanya membalas tatapan Hyerin dengan senyum lembutnya yang selalu mampu membuat Hyerin menahan napas.
“Shin Hyerin,”
“….” Hyerin menatap Kai dengan melukiskan pertanyaan diwajahnya.
“Kau… tidak apa-apa.. jika aku melakukan‘nya’ padamu?”
Pertanyaan Kai yang tersendat-sendat dan terlontar dengan penuh hati-hati dari bibir pria itu membuat Hyerin terkesiap. Apa maksud Kai menanyakan hal itu padanya?
“Apa kau selalu menanyakan hal ini pada setiap wanita yang bercinta denganmu?”
Kai kembali diam. Tidak lama karena setelahnya dia segera menjawab, “Tidak pernah!”
Hati Hyerin mencelos. Benar kan. Diri Hyerin memang ‘tidak penting’ bagi seorang ‘Kai’. Dan apa itu tadi.. ‘Tidak pernah’? Ternyata Kai sudah sering melakukan ‘Making Love’ dengan banyak wanita. Itu membuat perasaan Hyerin tersakiti. Hyerin cemburu. Yah, cemburu.
“Sudah berapa banyak wanita yang kau cium?” entah kenapa mulut Hyerin terasa gatal untuk bertanya lebih lanjut.
“Kenapa kau menanyakan itu?”
“Hanya ingin tau saja, aku ini yang ke-berapa..”
“Mungkin.. sudah seribu.”
“Jadi aku yang ke 1001?”
Mulut Kai lagi-lagi bungkam. Ekspressinya mengatakan pada Hyerin bahwa ia tidak suka Hyerin bertanya seperti itu. “KENAPA TIDAK MENJ—“ bentakkan Hyerin tersendat berkat ciuman Kai mengunci bibir mungilnya. Tangan Kai memeluk tubuh gadis itu, begitu erat. Hingga Hyerin sama sekali tidak diberi kesempatan untuk bergerak sedikitpun. Kai terus melumat bibir Hyerin, tidak lama karena bibir nakal pria itu sudah mulai berani menggigit bibir bawah Hyerin, membuat Hyerin mendesah dan secara otomatis membuka bibirnya.
Lidah Kai langsung masuk, bergerilya menjejali setiap rongga mulut Hyerin, satu sudut pun tak dilewatkan olehnya. Kemarahan Hyerin yang tadi membesar perlahan-lahan mereda berkat sentuhan ‘mematikan’ Kai di tubuhnya. ‘Sial!’ maki Hyerin dalam hati untuk dirinya sendiri. Ternyata, semarah apapun ia pada Kai.. Hyerin tetap tidak bisa melepas aura pesona pria tampan itu. Hyerin selalu tidak pernah menolak atas semua tindakan Kai yang dia perbuat untuk dirinya.
“AKH! APPO!” Hyerin menjerit karena Kai menggigit lehernya sangat keras. Tetesan darah mengalir segar dari bagian leher Hyerin tersebut. Tidak banyak, hanya seperti goresan, tapi cukup menyakitkan. Kai tersenyum menang—smirk— pada Hyerin. Mulutnya kemudian beralih ke arah telinga Hyerin, menghembuskan napasnya beberapa kali di cuping telinga hingga membuat tubuh Hyerin menggelinjang entah untuk yang keberapa kali di malam itu. “Ahh~ henti.. khan Kai.. gel.. li.. Hhh..” Hyerin sudah tidak perduli lagi pada rasa sakit dilehernya yang telah mengeluarkan darah. Kegelian ditelinganya berkat kelakuan Kai, telah membuat Hyerin melupakan rasa perih pada sakit itu.
“Salah sendiri. Kau tidak menjawab pertanyaanku dan malah bertanya yang macam-macam.. Sekarang rasakan pembalasanku, Nona Shin Hyerin..” bisik Kai, lalu kedua tangannya mulai bergerak kebelakang, bersiap untuk menarik resliting dress hitam Hyerin yang entah kenapa sangat ingin Kai musnahkan sejak tadi.
Hyerin pasrah. Ada satu pemahaman baru yang berhasil dia temukan malam ini. Sekarang ia mengerti mengapa banyak anak-anak kaula muda yang rela menghabiskan masa muda mereka yang cerah hanya untuk melakukan perbuatan terlarang ini. Disatu sisi, Hyerin masih merasa takut dan bersalah, tapi disisi lain.. ia tidak bisa memungkiri bahwa apa yang ia lakukan malam ini bersama Kai.. sungguh, ini menyenangkan. Bukan menyenangkan lantaran ia ingin ber-making love. Tapi, perubahan rasa itu hadir karena.. Kai yang melakukannya. Pria yang Hyerin cintai sendiri-lah yang melakukannya pada Hyerin. Jadi, mana mungkin Hyerin menolak?
—To Be Continued—
*HENIIIIIIIIIIIIIIIIIIING*
Baiklah. baiklah. kalian boleh protes kenapa saya bisa buat FF NC begini… akkh!!! *sembunyiin wajah dibalik bantal guling* Maaf, kalo NC-nya gak bagus kali.. soalnya saya tidak ahli dalam hal buat FF ber-rating itu. dan sekali lagi saya tekankah : ‘Cerita SBIFILWY ini pun saya lebih mengutamakan CERITA, bukan NC-nya’ !
Sebenernya ini FF 1Shoot. (karena itu jangan heran kalo nemu ini di Blog-ku lengthnya Oneshoot). Tapi karena kebanyakan jadinya aku bagi jadi 2Shoot. Makanya part-2 nya cepet kupublish disini. Hoho.
Dan, Subhanallah! Ini FF 1Shoot terpanjang yang pernah saya buat! 53 Halm. Micr. Word. Gak tau kenapa bisa jadi panjang bener begini. Tapi yang jelas, Tiap kali mau buat ‘the end’ pasti keinginan untuk nyambungin lagi selalu muncul. Makanya alur terus jalan sesuai dengan ide yang timbul bermunculan, jadi tolong—sekali lagi— jangan heran kenapa di part ini bisa panjang banget halaman-nya. Wkwkwkw~ J XD
Boleh coment apapun, asal jangan nge-Bash. Tolong hargai karya orang lain, please!
