Quantcast
Channel: EXO Fanfiction
Viewing all articles
Browse latest Browse all 4828

Cynicalace [Chapter 17]

$
0
0

@sosiyeology

Title : Cynicalace

Author : NadyKJI & Hyuuga Ace

Length : Chaptered

Genre : Romance, Comedy, Friendship

Rate : G

Main Cast :

Jung Re In (OC)

Geum Il Hae (OC)

Park Chanyeol (EXO)

Kim Jong In (EXO)

Web : cynicalace.wordpress.com

Disclaimer: Annyeong, ff ini adalah murni hasil pemikiran author yang kelewat sangat tinggi, dilarang meniru dengan cara apapun, don’t plagiator. Gomawo #deepbow.

Summary :

Aku tidak membencimu. Aku hanya tidak ingin berurusan lagi denganmu. Tapi mengapa kau selalu hadir di sekitarku layaknya modul akuntansi yang selalu kubawa setiap hari. Wajahmu mengangguku tapi aku mulai merindukannya ketika wajah itu menghilang dari keseharianku. Oh, menyebalkan.

–Jung Rein–

Aku tidak sudi, aku tidak sudi, aku tidak sudi! Dia menyebalkan, cuek, dan dingin. Tapi… terkadang dia baik juga walau dengan muka datar, terlihat tulus, dilihat-lihat juga ia lumayan.. bukan, tampan… Argh! Aku menyerah, sepertinya karma itu berlaku.

–Geum Ilhae–

Sama seperti panggilannya, yeoja itu memang kelewat bodoh. Sialnya, karena terbiasa menjadi dampak dari perilakunya, aku menjadi terbiasa untuk selalu hadir di sisinya. Namun entah mengapa aku merasakan keberadaanya bagaikan pelangi dalam keseharianku yang hanya dihiasi dua warna – hitam dan putih.

–Kim Jong In–

Melihat wajah seriusnya, merasakan kesinisannya padaku. Itulah makanan keseharianku karena ulahku sendiri. Well, kau memang bodoh dan gila jika bersangkutan dengan yeoja itu. Kau terlalu gila Park Chanyeol.. tapi, aku tidak keberatan gila untuknya. It’s a pleasure.

–Park Chanyeol–

___

-:Rein’s PoV:-

“Jung Rein, poin akhirmu 40. Bersiap-siaplah melawan Mansuk sunbae di semi final A.”

Aku tersenyum kecil sembari membawa busurku keluar dari arena.

Yap, sekarang aku sudah berada di villa di salah satu kaki gunung yang memiliki udara yang begitu bersih dan sejuk – well, aku sangat menyukainya – untuk mengikuti aktivitas club-ku. Sekarang kami sedang melakukan pertandingan di antara sesama anggota klub, dan aku baru saja memenangkan pertandingan perempat final melawan Seohyun sunbae. Aku mendapat masing-masing, 8 poin – konstan – dalam 5 set yang dimainkan. Sementara Seohyun kalah 2 angka di bawahku.

“Permainan bagus, Rei.” Nafasku tertahan, ketika sebuah suara tiba-tiba berbisik tepat di telinga kananku.

“Oh Sehun!” Aku mundur selangkah dan menatapnya kesal. “Kau mengagetkanku.”

Sehun terkekeh kecil sebelum dia tersenyum ke arahku.

Sesaat aku teringat akan janjiku pada Chanyeol, tentang menjaga jarak dari namja ini. Dan itu berhasil membuatku bersiap-siap pergi dari hadapannya. Mianhae, Sehunnie. Tapi aku tidak bisa melanggar janjiku sendiri.

“Sehun…” Aku mengambil langkah mundur. Senyuman di wajahnya runtuh dan aku benar-benar merasa bersalah.

“Kau mau menjauhiku lagi kali ini?”

DEG

Aku mematung mendengar perkataannya. Apakah tindakanku begitu jelas sehingga dia dengan mudah mengetahui bahwa aku selalu menjauhinya?

“Apa karena Chanyeol yang menyuruhmu?”

Lalu dengan 2 pertanyaan yang begitu tepat seakan menembus kepalaku, Sehun membalikkan tubuhnya dan berjalan meninggalkanku yang masih mematung melihatnya.

“Sehun! Persiapkan pertandinganmu melawan Daehyung di semi final B.”

Eo? Sehun juga lolos di perempat final?

Seseorang menepuk punggungnya sambil mengatakan hal itu, tapi Sehun kelihatan tidak mood untuk menanggapi ucapannya sehingga ia hanya menatap sekilas orang itu dan berjalan pergi. Ya, semua karenaku. Tapi apa yang harus kulakukan?

Aku harus menepati janjiku, tapi aku tidak bisa melihat wajah sedih dan kecewa yang Sehun berikan padaku. Bagaimanapun, sebelum adanya kejadian di rumah sakit. Sehun adalah teman baikku, dia yang menjagaku di klub.

Bahkan bisa dikatakan Sehun adalah satu-satunya orang di klub yang bisa kuajak berbicara panjang lebar, karena sejujurnya aku hanya dekat padanya. Yah, salahkan saja sifatku yang sulit sekali membuka diri untuk mengenal orang-orang baru.

Aku menghela napas dan mencoba menghilangkan pemikiran yang bercokol di benakku sepanjang hari. Mencoba fokus pada pertandingan di hadapanku. Lawanku adalah Mansuk sunbae, anggota paling tangguh di klub panahan. Dan sebenarnya aku tidak memiliki kepercayaan diri untuk melawannya.

Dan benar saja, aku kalah telak darinya. Selain aku memang tidak percaya diri sejak awal, rasanya sulit sekali memfokuskan diri pada permainan dan aku tahu pasti apa alasannya. Bahkan Mansuk sunbae meneriakkiku dari podiumnya.

“REIN! KAU! FOKUS! Ini di semifinal dan lawanmu aku, bodoh!”

Aku merasa begitu malu saat ini, sehingga aku terus menerus melakukan blunder dan memalukan diriku sendiri di akhir pertandingan. Aku hanya bisa meraih poin 16 dari 5 set. Aku harus segera pamit dari tempat ini dan berendam di bathub untuk menenangkan pikiran dan perasaanku.

Tapi sebelum kakiku menyentuh villa, seseorang menggenggam pergelangan kiriku. Dia.. Sehun.

“Aku akan mengalahkan Mansuk sunbae dan kau akan berbicara denganku.”

Aku mengerjap dan menatapnya bingung. “Aniyo, kau bisa bicara denganku setelah ini, kau tidak perlu mati-matian mengalahkan Mansuk sunbae.”

Sehun menatapku tajam, pandangannya penuh dengan amarah. Dia marah padaku?!

“Sehun-“

“Dia meneriakimu dan mengatakan kau bodoh di hadapan banyak orang, Rei.”

Apa…. Apakah Sehun marah karena hal itu?

“Itu tidak masalah, Sehun. Aku memang bodoh.”

Geumanhae, Rei.” Lalu Sehun melepaskan tangannya padaku dan berjalan pergi.

Aku merasa begitu buruk sekarang. Sehun benar-benar sangat memperhatikanku dan menganggapku seperti sesuatu yang sangat berarti baginya. Tapi apa yang kulakukan padanya? Selain aku menggantungkan perasaannya, aku juga menjauhinya. Dia pasti terluka karenaku.

Dengan hati bersalah, aku merogoh ponselku yang berada di kantung celana trainingku.

“Yeol…” Aku memanggil sebuah nama ketika sambungan terjawab dengan begitu cepat. Seakan-akan orang ini memang menunggu panggilanku.

“Aku ingin berbicara dengan Sehun.” Mungkin Chanyeol bisa melihat luka di balik suaraku sehingga dia tidak membantah keinginanku seperti yang mungkin ingin ia lakukan. Ia hanya menghela napasnya dan berkata, “Jaga dirimu baik-baik.”

Aku tidak jadi masuk ke villa, melainkan kembali melangkahkan kakiku ke halaman belakang villa – tempat yang khusus hari ini disulap menjadi arena pertandingan panahan. Seperti yang Sehun janjikan, dia berhasil masuk final dan melawan Mansuk sunbae. Tapi aku bisa melihat dengan jelas aura yang terpancar dari dalam diri Sehun ketika ia menjalani pertandingannya. Dia begitu serius, bahkan Mansuk sunbae kelihatan kaget luar biasa ketika Sehun berhasil mencetak poin 10 pada set pertama. Yang berarti Sehun berhasil melesakkan panahnya tepat ke titik tengah target. Dia berhasil melakukan itu 2 kali, dan 3 set sisanya dia mendapat nilai 9.

Mansuk sunbae terus mengekor nilainya, bahkan mereka sempat seri karena orang itu juga berhasil mendapat poin 10. Namun namja yang lebih tua dari Sehun itu kalah 1 angka di bawah Sehun. Aku bertepuk tangan kecil dan melihat Sehun bangga, sementara dia langsung membawa busurnya turun dari panggung. Berjalan ke arahku dan menarikku keluar dari tempat itu.

Matanya masih menyaratkan ketegasan dan wajahnya tidak berekspresi sama sekali. Dia menyimpan busurnya beserta kantung panah yang ada di punggungnya meja di dekat temannya yang tadi menepuk punggungnya. Lalu kembali menarikku keluar dari kawasan villa itu.

Aku sama sekali tidak bisa berkata-kata, bahkan menanyakan ke mana dia mau membawaku. Tapi pertanyaanku terjawab ketika 5 menit kemudian dia melepaskan tanganku di sebuah padang rumput kecil dengan aliran sungai di depanku.

Di sini begitu sepi dan tenang. Aku suka tempat ini. Tapi aku tidak sempat menikmati pemandangan alam tempat itu karena Sehun sudah lebih dulu menjatuhkan bomnya padaku.

“Kau sudah menjadi milik Chanyeol?” Pertanyaannya jauh lebih mengarah pada pernyataan yang sangat ia yakini, dan itu membuatku menghela napasku.

“Belum.”

Sehun terlihat terkejut, tapi sedetik kemudian wajahnya mengerti. “Akan.”

Aku mendekatinya. Wajahnya tidak menunjukan ekspresi apa-apa, tapi matanya begitu kelam sehingga aku takut melihat ke arah bola matanya. “Kau menolakku. Seperti dugaanku.”

“Sehun, kumohon dengar dulu penjelasanku. Kenapa aku belum juga menjawab-“

“Rei, kau tidak menyukaiku dan kau bingung mengatakan hal itu karena aku adalah teman dekatmu. Kau merasa takut untuk membuatku terluka. Aku tahu.”

Aku menahan napasku ketika mendengar penuturannya yang begitu gamblang. Hatiku berdenyut nyeri ketika menyadari bahwa Sehun benar dan ia bahkan tahu apa yang kupikirkan… Kurasakan.

“Aku mengerti hal itu dan aku menerimanya.”

Dia menoleh padaku dan menyimpan tangan kanannya di pundakku. “Tapi yang tidak bisa kumengerti…” Dia sekarang sepenuhnya berhadapan denganku, tangannya kini mencengkram pundakku dengan begitu keras. Lalu dia melanjutkan kalimatnya. “Kenapa kau menjauhiku?”

Aku menelan salivaku dan mencoba menatap langsung matanya.

“Kau menjauhiku, bukan hanya di tempat ini. Kau tidak mengangkat panggilanku, menjawab pesanku, bahkan kau menghindari kelas pagi karena kau tahu disitu ada aku. Sehingga kau harus mengganti shiftmu di Paulo’s karena aku. Kenapa? Apa karena keinginan calon namja chingumu? Dia begitu protektif padamu sehingga dia takut jika kau bertemu denganku?”

Aku menggigiti bibir bawahku, merasa begitu frustasi. Bukan, Sehun! Bukan karena Chanyeol!

“Sehun-“

“Itu yang menyakitiku.” Suaranya terdengar begitu tajam dan tegas sehingga membuatku menatap kosong wajahnya yang akhirnya menunjukkan ekspresinya. Ekspresi di mana seseorang terlihat begitu terluka.

Aku menundukan kepalaku agar ia tidak bisa melihat wajahku. Sekuat tenaga kucoba untuk menahan air mata yang siap tumpah kapan saja.

“Sehun, kau harus tahu. Bahwa aku takut sekali. Aku takut kau akan terluka setiap kali melihatku karena aku tidak bisa membalas perasaanmu. Jadi aku mencoba untuk menjauhimu untuk membuatmu lupa padaku, aku bodoh sekali bukan? Maaf karena namja yang kusukai adalah Park Chanyeol. Maaf karena aku tidak bisa membalas perasaanmu. Dan maaf karena aku menyakitimu.” Dan satu tetes air mata, bergulir begitu saja. Menyakiti seorang teman, rasanya begitu menyiksa kau tahu?

Tapi kemudian, aku merasa tangan Sehun bergerak. Dia menyentuh daguku dan menengadahkan wajahku dengan gerakan lembut. Dengan begitu ia bisa melihat seluruh ekspresiku yang tidak bisa kututupi lagi.

“Kau tidak usah mengurusi perasaanku. Aku tidak memintamu untuk melakukan hal itu. Aku hanya memintamu satu hal, Rei.”

Aku terdiam, menunggu kelanjutan kalimatnya. Wajahnya begitu tenang saat ia mengatakan.

“Kau mau mengabulkannya? Untuk mengobati hati temanmu yang terluka?”

Aku mengangguk. Dan kuharap Sehun tidak memintaku untuk mencoba menyukainya karena aku tahu sampai kapanpun aku tidak bisa. Aku sudah jatuh begitu dalam untuk seorang Park Chanyeol. Dan walaupun Sehun memiliki posisi di hatiku, tapi tempatnya hanyalah sebagai seorang teman.. Teman dekatku.

“Jadi temanku.”

Sehun tersenyum begitu tulus sebelum mengacak rambutku. “Aku mungkin kehilangan cintaku, tapi aku tidak mau kehilangan seorang teman.”

Perlahan, senyum terkembang dengan sendirinya di sudut bibirku. Aku mengenal hatimu, Oh Sehun. Namja yang begitu tulus dan penuh kehangatan. “Karena kau akan lebih memilih teman dibanding cinta.”

Sehun menatapku kaget sebelum mengerutkan keningnya. “Kau?”

“Coretan tanganmu yang kau tulis secara random di halaman akhir modul akuntansimu yang kau pinjamkan padaku saat membantuku. Aku melihatnya.”

Sehun menutup wajahnya dengan tangannya, samar aku melihat rona merah di kedua pipinya. “Well, sekarang aku terlihat seperti seorang namja mellow yang suka menuliskan isi hatinya di coretan-coretan tidak jelas.”

Air mataku berhenti mengalir dan aku melihatnya penuh ketulusan. “Kau namja paling hangat yang pernah kutemui.”

Dia mendengus. “Kau orang pertama yang mengatakan hal itu.”

Well, terima kasih atas posisi itu.”

Aku mengulurkan tangan kananku di hadapannya dan Sehun hanya bisa menatapku bingung. Tapi ketika aku tersenyum -seperti biasanya, senyumanku setiap kali berada di sekitarnya. Dia mengangguk mengerti sambil mengulurkan tangannya untuk membalasku.

“Teman.”

-:Author’s PoV:-

Berbeda dengan Rein yang pergi trip dengan klub panahannya, Geum Ilhae tengah mengganggu Chen dan Baekhyun di ruang musik ketika kuliahnya sudah selesai.

“Sebentar lagi ujian eh?” Ilhae duduk di sofa sembari bertopang dagu melihat kedua namja yang memiliki suara emas tersebut melatih suara mereka.

“Yep. Karena itu jangan ganggu kami! Tidakkah kau punya acara dengan seseorang?” Chen meneguk sebotol air.

Ilhae memelototi Chen dan memalingkan muka untuk menemukan sebuah gitar di ujung ruangan. Mungkin karena tidak ingin pulang ke apartemen yang sepi dan juga tidak ada kerjaan karena jadwalnya sudah santai semua, Ilhae ingin melakukan sesuatu yang menahannya untuk pulang.

“Kalian bisa bermain gitar?” Tanya Ilhae sembari berjalan menghampiri gitar dengan motif bendera amerika tersebut.

“Chanyeol yang bermain gitar. Lagipula itu gitar milik bersama fakultas musik.” Baekhyun menjawab.

“Ah, begitu rupanya.” Ilhae mengambil gitar tersebut sebelum kembali ke sofa dan menahan benda tersebut dalam pelukannya.

“Yah! Geum Ilhae jangan merusak properti, kembalikan pada tempatnya.” Chen mencemooh Ilhae, sedangkan Ilhae tidak menggubris namja menjabat psikopat tersebut.

“Diamlah.” Ilhae bergumam sebelum memetik gitar. Kunci D minor yang dipetik Ilhae dan berlanjut dengan kunci G, A, dan E minor.

Baekhyun dan Chen yang tidak menyangka bahwa teman barbar mereka ini tahu cara bermain gitar terdiam dan membiarkan Ilhae menyanyikan lagu OK dari B1A4 sampai pada reff kedua sebelum yeoja itu berhenti karena tidak bisa dengan lanjutannya. Walaupun permainannya biasa saja bahkan cenderung patah-patah karena Ilhae belum sepiawai itu mengerakkan jarinya untuk pindah kunci juga suaranya yang biasa-biasa saja, Chen dan Baekhyun cukup terkesan.

Ya! Wae?!” Ilhae menatap kedua namja yang menutup mulutnya rapat-rapat.

“Tidak kusangka.” Baekhyun berkedip.

“Ada yang salah? Aku dulu pernah tertarik dengan gitar sebelum cita-citaku itu musnah karena eomma tidak mempercayaiku untuk membeli gitar sendiri.”

“Well, kau bermain bagus sekali.”

Itu bukan Chen atau Baekhyun mengingat tambahan tepuk tangan pelan yang menyertai. Ketiga orang yang tengah berdebat tersebut menoleh ke pintu ruang musik dan mendapati Ok Taecyeon bersandar pada daun pintu.

“Maaf, aku datang untuk mencari Ilhae.” Taecyeon berjalan mendekati Ilhae, Baekhyun, dan Chen.

“Taecyeon, annyeong.” Ilhae menyimpan gitarnya sebelum mengangguk singkat.

“Dari mana kau tahu Ilhae ada di sini?” Chen melipat tangannya dan dengan tatapan menyelidik melihat Taecyeon dari atas sampai bawah.

“Bertanya. Tidak sulit. Aku hanya ingin bicara, ada yang harus kusampaikan.” Taecyeon menjawab santai.

“Eh?” Ilhae memiringkan kepalanya.

Taecyeon mengangguk dan melihat ke Baekhyun juga Chen yang menatapnya kurang ramah. “Kau ada waktu bukan? Ayo kita ke kantin. Sepertinya kita agak menganggu.”

Ilhae menatap ragu ke arah Baekhyun dan Chen yang terlihat menghakimi Taecyeon. Kenapa semua teman-temannya kurang suka dengan namja ini? Tentu saja berbeda dengan dirinya yang memang agak mengenal namja itu, tapi seharusnya tidak dengan Chen, Baekhyun, dan Rein yang bahkan baru satu kali saja bertemu dengan Taecyeon.

“Ilhae tidak menganggu.” Baekhyun bersedekap.

Oh well. Walaupun Ilhae terharu karena Baekhyun mengatakan dirinya tidak menganggu – hal yang bertolak belakang sekali dengan beberapa waktu lalu – tapi Ilhae benar-benar harus berhenti mengganggu mereka.

“Kalau begitu ayo. Sekarang kalian berlatihlah yang baik, anak-anak.” Ilhae bangkit untuk mengembalikan gitar pada tempatnya sebelum memperbaiki letak tas selempangnya dan berjalan menuju pintu diikuti oleh Taecyeon.

“Yah Geum Ilhae! Aku bukan anak-anak.” Protes Chen dan percayalah setelah pintu itu tertutup Ilhae masih sempat mendengar kasak-kusuk Baekhyun yang tidak terima karena Chen hanya membela dirinya sendiri dan menganggap Baekhyun anak-anak berkat faktor tinggi badan – walaupun keduanya sama-sama pendek.

Mereka berdua berjalan ke arah kantin dalam keheningan dan Ilhae sama sekali tidak berminat untuk memecahkannya. Bahkan yeoja itu malah berpikir mengapa Taecyeon sampai ingin bicara dengannya. Apakah karena Rein? Ish, yeoja itu memang agak kasar tapi dibalik kekasarannya Ilhae tahu apa sebenarnya motif Rein. Yeoja itu hanya ingin melindungi Ilhae.

Well, aku minta maaf untuk Rein.” Ilhae berucap ketika mereka sudah duduk di salah satu meja kantin.

“Kenapa kau mengatakannya?”

“Eung.. terakhir kau menelepon…”

Taecyeon mengangguk mengerti ketika memori tentang temannya Ilhae yang marah-marah di telepon. “Seharusnya aku yang minta maaf. Aku tidak tahu kalau kau alergi seafood.”

“Tidak apa-apa. Tidak semua orang tahu kalau aku punya alergi. Mungkin hanya orang-orang terdekatku saja.”

Dan Taecyeon merengut ketika mendengar kata-kata ‘orang terdekatku’, pikirannya langsung tertuju pada namja bernama Kai. Namja yang hanya ditemuinya sedikit kali karena pesta Suyeon di Jeju ataupun di rumah sakit. Lalu mengingat hal itu, ia jadi mengingat tujuan awalnya untuk berbicara dengan Ilhae;

“Ilhae-ya, maukah kau datang ke sebuah pesta denganku?”

Ilhae langsung memikirkan pestanya keluarga Do. “Eonje?”

“Sabtu ini.”

Well, mian Taec, aku ada urusan hari itu.”

Raut wajah Taecyeon langsung menggelap detik itu juga. “Geurrae, aku akan datang dengan Suyeon saja kalau begitu.”

Ilhae terkejut dengan penuturan Taecyeon. “Kalian berkencan?”

“Kami.. hanya teman.” Taecyeon tersendat kata-katanya sendiri. Hebat juga yeoja ini di hadapannya. Tidakkah ia sudah cukup mengobral perhatian untuk Ilhae?

Ilhae tidak terlalu memperhatikan perkataan Taecyeon dan malah sibuk bertopang dagu.

“Kau tahu…”

Taecyeon menatap Ilhae.

“Kupikir acara yang kuhadiri dengan yang kau hadiri sama. Karena kita diundang oleh orang-orang bermarga Do.”

Eoh.” Taecyeon memainkan ponselnya di tangan, karena itu Taecyeon ingin mengajak Ilhae.

“Lalu, kupikir Suyeon menyukaimu. Well, dia selalu suka dengan namja-namja tampan sih.” Ilhae masih bersasumsi mengabaikan fakta bahwa Taecyeon sepertinya sudah mengetahui fakta itu sejak Suyeon sendiri yang memberitahukannya.

“Ilhae-ya…”

Ne?” Ilhae menganggukkan kepalanya.

“Kalau begitu, sampai bertemu di pesta. Aku memiliki urusan setelah ini dan sebaiknya aku bergegas.”

“Oh! Baiklah maaf jika kau terhambat hanya karena ingin mengajakku. Mian. Kalau begitu sampai ketemu di pesta. Aku akan datang dengan Rein, Chanyeol, dan –”

“Aku tahu.” Taecyeon mengepalkan tangannya dan karena ia sedang tidak ingin mendengar nama yang membuatnya tidak terlihat di mata Ilhae itu keluar dari mulut yeoja itu.

“Baiklah. Dah!” Ilhae langsung bangkit bersama dengan Taecyeon. Bedanya Ilhae berjalan menuju perpustakaan sedangkan Taecyeon berjalan menuju lapangan parkir tempat mobilnya berada.

*-*-*

Seorang namja tengah berdiam diri di teras kamarnya dan melihat langit malam yang begitu terang karena cahaya bintang. Teman sekamarnya di villa sudah tidur lelap sejak 1 jam yang lalu dan dia masih belum bisa tidur karena hatinya yang begitu complicated.

Walaupun Rein berjanji akan bersikap biasa saja padanya, dan kembali ke posisi di mana mereka berdua adalah teman dekat – dia sangat bersyukur akan hal ini. Tapi Sehun tidak bisa memungkiri hatinya yang bersedih karena dia baru saja ditolak oleh seseorang.

Rasanya sesak dan melelahkan. Tapi itu lebih baik daripada kehilangan seorang teman. Selama ini Sehun selalu memegang teguh prinsipnya, sehingga ia selalu menahan dirinya untuk mengutarakan perasaan cintanya pada Rein karena ia takut kehilangan temannya. Tapi kemudian Rein memeluknya erat dan membuatnya ingin merasakan hal itu secara berkelanjutan. Dan karena hal itulah, ia kehilangan prinsipnya dan akibat dari keegoisannya dia benar-benar kehilangan Rein. Dia kehilangan temannya.

Dan itu rasanya jauh lebih buruk.

Tapi kini, Tuhan memberikannya kesempatan untuk memperbaiki apa yang sudah ia kacaukan. Rein mau berbicara lagi dengannya.

Mungkin sampai kapanpun, Sehun hanya bisa menjadi seorang teman bagi Rein. Tapi itu sudah lebih dari cukup baginya.

Sehun menghela napasnya, tapi dia tersenyum kecil. Dia mengerti sesuatu, bahwa..

“Tidak semua perasaan cinta harus diungkapkan.”

Biarkanlah Sehun menyimpan cintanya bagi dirinya sendiri, menguncinya rapat- rapat di sudut hatinya, dan membiarkan Rein berada disisinya sebagai teman yang begitu berharga baginya.

Kau sudah bisa melihat sendiri akhir dari kisahmu dengan Rein, Oh Sehun. Ckk.. Aku benar- benar tidak beruntung karena menyukai seorang yeoja yang menyukai namja lain.

-:Ilhae’s PoV:-

Namja tolol!

Aku mengetuk-ngetukkan jariku pada lengan kursi tidak sabaran. Setiap ketukan yang terdengar tersebut seperti alarm yang menerorku bahwa setiap detik berlalu dengan menyebalkan.

“Ilhae-ya, tolong berhenti bergerak.”

“Ah, mian.” Aku berusaha diam dengan menatap pantulan diriku di cermin yang tengah menjadi barbie hidup wanita berusia 20an ini.

Perlu kuperkenalkan dia – namanya Son Naeun – seorang penata rias profesional juga teman dekat dari kakak Kai. GYAH! Ini dia! Namja itulah yang membuatku uring-uringan hari ini. Bukannya dia menjemputku atau bagaimana, namja sialan itu malah berani-beraninya menyuruh orang suruhan untuk menculikku dari apartemen dan membuatku datang ke tempat eksekusi ini. Mana Rein juga belum pulang ketika aku pergi!

Mataku melirik jam dinding yang memberitahukan kalau aku sudah duduk manis selama tiga jam – tiga jam aku menjadi korban.

Naeun mempertemukan ujung kuasnya pada permukaan pipiku dan melukiskan rona pink tipis di sana. Dengan cekatan tangan lentik itu mengambil lipgloss dari kotak makeupnya yang benar-benar besar itu dan melukiskannya di bibirku.

“Rapatkan bibirmu dan kau sudah bisa berganti baju.”

Aku menuruti perintahnya merapatkan bibirku dan membiarkan lipgloss berwarna coklat keunguan tersebar merata mewarnai bibirku.

Neomu yeppo.” Naeun meletakkan kedua tangannya di pinggang dengan wajah bangga – puas dengan hasil kerjanya.

Aku bangkit dengan tanganku yang langsung menarik kasar kain yang melingkar di leherku. Seketika serpihan rambutku jatuh bersama dengan kain itu, yep, selain rias wajah rambutku juga ditata. Penata rambut yang bawel itu – Jokwon – bersikeras rambutku harus dipotong sedikit agar lebih rapih – menjelaskan serpihan rambut yang jatuh. Selain kekesalanku pada potongan rambut, kerja Jokwon memuaskan, ia hanya mengeriting rambutku dan membiarkannya tergerai. Jika saja namja-yeoja itu berani menyanggul rambutku aku pasti perang dunia dengannya – aku kurang suka dengan rambutku yang tersembunyi rapih di kepalaku – membuat wajahku terlihat bulat dengan hilangnya rambut yang menyembunyikan pipiku.

“Apakah aku harus ganti baju sekarang?”

Naeun mengangguk. “Tentu saja! Kkaja, sebentar lagi akan ada yang menjemputmu.”

Dan kuharap itu bukanlah orang random lainnya. Seorang namja tidak mungkin berdandan lebih lama daripada yeoja bukan? I hope.

Dengan Naeun yang mendorong pundakku aku berjalan menuju ruang ganti. Tanganku memutar kenop pintu dan mendapati manequin dengan gaun pink pastel panjang – gaun yang akan segera menyusahkanku malam ini! Kucermati gaun panjang itu muram. Modelnya yang seperti baju-baju greek memang indah dan tapi tetap saja…

Kai!

Tidakkah ia mendengarkan argumenku ketika ia membawaku ke butik kakaknya?! Aku tidak ingin gaun panjang yang merepotkan ini! Juga high heels! Ekor mataku melirik high heels pink yang tersimpan manis di kiri bawah manequin. Ini akan sulit, rengekku pada diriku sendiri untuk yang entah keberapa kalinya.

-:Rein’s PoV:-

Tiga hari yang penuh dengan kerja keras akhirnya berakhir sudah – oke untuk sementara aku ingin mengucapkan selamat tinggal pada busur, panah, dan teman-temannya. Kini aku sedang dalam perjalanan pulang menuju apartemenku, dengan Sehun yang dengan senang hati mengantarkanku dengan mobilnya. Hubunganku dengan Sehun kembali normal. Teman. Dan aku benar-benar bersyukur karena hal itu.

“Bagaimana tanggapanmu mengenai trip kali ini, Rei?” Sehun membuka mulutnya untuk melenyapkan keheningan yang kami ciptakan sedari tadi.

Aku menghela napas mengenai hal ini. “Tidak bisa disebut trip sama sekali. Awalnya aku menduga bahwa kita akan bersenang-senang di villa – BBQ di otakku. Tapi realitasnya, berlatih dan pertandingan panahan 3 hari beruturut-turut. Kurasa tanganku mulai kram karena terlalu sering mengangkat busur yang beratnya tak kira-kira itu.”

“Kau benar.” Lalu Sehun tertawa keras. “Belum lagi aku sama sekali tidak bisa tidur selama 2 hari karena para namja begadang dan berisik sepanjang malam karena piala dunia.”

Majayo, Hun! Suaranya terdengar sampai kamar yeoja. Hell, menganggu sekali.”

“Mungkin itu keasikan tersendiri bagi para penggila bola.”

“Dan kau tidak masuk dalam kategori itu.”

Sehun tertawa lagi sambil membelokan mobilnya ke kanan. “Kau harus istirahat sesampainya di apartemen, Rei. Kau pasti sangat lelah.”

Aku menggaruk pipiku yang gatal sebelum menoleh dan menatap wajahnya. “Jika aku bisa. Sayang sekali aku memiliki sebuah acara nanti malam. Dan-” mataku beralih pada jam di dasbor mobil Sehun yang menunjukan pukul 15.48. “Sial! Aku telat.”

Sehun mengerutkan keningnya.

“Aku bilang pada Chanyeol bahwa aku akan sampai di apartemen pukul 15.00. Aku tidak menyangka akan pulang telat, semua karena bus yang mendadak mogok dalam perjalanan menuju Joonmyung.”

Sehun mempertahankan ekspresinya dan sepertinya aku salah bicara dengan menyebutkan nama Chanyeol di depan namja ini. “Kau ada acara dengan Chanyeol?”

Aku menggigiti bibir bawahku. “Mian, maksudku..”

“Tidak, tidak apa-apa.”

Tersenyum kikuk, aku menjelaskan. “Kau mengingat Do bersaudara? Well, sekali lagi aku minta maaf karena insiden pemaksaan Ilhae saat itu, sungguh konyol. Tapi dengan begitu kau jadi kenal dengan Kyungsoo dan Kyungah, bukan? Mereka punya acara malam ini, aku dan Ilhae diundang. Chanyeol juga diundang dan dia bilang dia akan membantuku untuk urusan make up dan lain sebagainya sehingga ia menungguku di apartemen.”

Sehun tersenyum kecil, terlihat tulus. “Have fun, Rei. Tapi jangan sampai kelelahan, lalu aku mendengar kabar bahwa besok-besok kau ambruk karena sakit.”

Mobil Sehun masih melaju lancar di jalanan, sementara kami berdua memilih untuk tidak mengobrol lebih lanjut. Mobilnya sampai di depan apartemenku pukul 16.05 dan aku langsung melompat turun dari mobilnya dan membawa barang-barangku, setelahnya mengucapkan terima kasih dan hati-hati di jalan pada Oh Sehun dan berlari menuju apartemen tapi aku menemukan Chanyeol berdiri tegak di depan pintu apartemen dan menatapku kesal.

“Yeol! Kenapa kau menunggu disini? Kubilang tunggu saja di lobby – tidak seperti satpam di pintu masuk.”

Chanyeol menatapku lekat-lekat sebelum mengambil koper di tangan kiriku. “Pulang dengan Sehun, eoh?”

OH! Dia pasti melihatnya. “Itu…”

“Aku meminta penjelasan, tapi nanti. Sekarang kita sudah sangat telat. Noonaku sudah menunggu sangat lama.”

Aku mengerjap beberapa kali sebelum membuka mulutku. “Noonamu?”

Eoh. Penata riasmu hari ini. Kita naik ke atas menyimpan barang-barangmu, mengambil gaun dan segera berangkat. Kaja.”

Chanyeol menarik pergelangan tanganku lembut tapi setelah 3 langkah memasuki apartemen dia berhenti. Membalikan tubuhnya dan menatapku dalam. Jantungku otomatis beraksi atas tatapannya.

“Sebelum itu..” Dia mendekatkan wajahnya pada wajahku dan mencium keningku. “Aku merindukanmu, sangat.”

Dan aku terdiam dalam beberapa detik kemudian sehingga ia tertawa kecil dan kembali berjalan. Kini ia tidak menarikku, melainkan berjalan beriringan denganku.

Park Chanyeol, tidak tahukkah dia bahwa hal kecil yang ia lakukan padaku, juga perkataannya yang begitu terus terang selalu berhasil membuat jantungku jumpalitan karenanya.

“Oh ya, satu hal lagi, Rein. Kau harus tidur di perjalanan untuk men-charger tenagamu walau sedikit dan aku akan mampir ke restaurant terlebih dahulu sebelum ke rumah Noona.”

“Kau bilang kita sudah telat?”

“Ya, memang. Tapi bagaimanapun, kondisi fisikmu jauh lebih penting daripada hal itu bukan? Kau sangat kelelahan.”

Aku tersenyum lebar, hatiku menghangat karena perhatiannya yang begitu penuh untukku. “Well, gomawoyo calon namja chinguku.”

Dia menggerutu. “Masih calon, eoh?”

Lalu aku tertawa karena sebenarnya aku bisa menjadi yeoja chingunya kapanpun aku mau, karena aku sudah menyelesaikan urusanku dengan Sehun – seperti perjanjianku dengannya. Tapi aku harus menahan cerita itu sekarang.

Bukan timing yang tepat untuk membicarakannya. Kau harus menunggu sebentar lagi, Chanyeollie.

-:Author’s PoV:-

Geum Ilhae MALU SEKALI!

Berada di atas red carpet sebuah gedung hotel mewah dengan Kai yang melingkarkan tangannya di pinggang ramping Ilhae, seluruh hadirin melihat ke arah mereka. Mungkin Kai terlihat bangga tapi bagi Ilhae ini adalah bencana apalagi karena ia tidak nyaman dengan pakaian yang digunakannya.

EONNI! OPPA! COCOK SEKALI!”

Itu Kyungah yang menyambut mereka di depan bersama dengan Kyungsoo – OH SO GOOD SEKALI.

“Terima kasih Kyungie.” Kai tersenyum lebar.

“Di mana Rein dan Chanyeol?” Ilhae mencari-cari kedua sosok itu.

“Mereka akan sedikit terlambat.” Baekhyun tiba-tiba hadir disebelah Kyungah.

Ilhae menganga sebentar sebelum bertanya. “Chen juga?”

Ani, dia tidak hadir. Namja single itu memilih untuk menamatkan game computer di apartemen.”

“Haha, tidak punya pasangan eoh?” Ilhae terkekeh pelan.

“Diamlah, kau juga kalau bukan karena cinta yang bersemi mendadak ini akan ikut menjadi pasangan Chen, atau tidak ikut sama sekali karena alasan yang sama; tanpa pasangan.” Cemooh Baekhyun yang membuat Ilhae menggerutu kesal.

“Lalu kau?” Kai yang lebih jeli bertanya pada Baekhyun.

Baekhyun tersenyum lebar. “Karena princess kita ini sedang single aku diutus untuk menjadi pangerannya malam ini.”

“Baguslah kau sudah putus dengan namjachingumu Kyungah, dan jangan berpikir untuk punya namjachingu dekat-dekat ini. Dua puluh tahun.” Kyungsoo memberikan ultimatum.

“Iya oppaku yang sangat kuno.” Cibir Kyungah. “Oh ya ayo masuk dulu ke lobby, di luar cukup dingin.”

Kyungah lalu memimpin mereka menuju lobby hotel yang luas dan padat dengan banyak pasangan – tamu pesta.

“Kenapa kita semua berkumpul di sini?” Ilhae menanyakan sembari melihat tangga megah bercabang yang terletak di tengah-tengah lobby.

“Itu kejutan. Kita tunggu dulu Rein-eonni dan Chanyeol-oppa.” Kyungah terlihat bersemangat sebelum melirik tajam pada Kyungsoo yang ingin menjelaskan tentang hal aneh ini.

“Yang pasti, uri Kyungahlah dalangnya.” Sindir Kyungsoo.

Lalu pasangan Rein dan Chanyeol datang 20 menit kemudian dengan tangan Rein yang berada dalam genggaman Chanyeol. Mereka berjalan beriringan menuju tempat di mana Ilhae dan yang lainnya menunggu.

Rein tampak anggun malam itu – tampak berbeda juga. Beberapa helai rambut terjatuh dari sanggulnya, namun tetap menampilkan kesan alami. Dengan gaun putih panjangnya yang mencolok karena dipakai oleh seorang Jung Rein yang paling tidak suka sesuatu yang merepotkan geraknya melekat di tubuhnya.

Mianhae, kami telat.” Ujarnya begitu pasangan itu tiba di depan pasangan lain – minus, Kyungsoo yang berdiri sendiri.

“Anggun sekali Jung Rein. Kau baru keluar dari negri dongeng eh?” Ilhae berdecak kagum dan berjalan perlahan untuk menghampiri sahabatnya itu dan mengamati lebih dekat.

Rein yang merasa risih langsung membuka mulutnya. “Negri dongeng, aku berharap bertemu elf dan fairy goodmother di sana, sayangnya yang kutemui hanyalah seperangkat alat make up.”

Tapi sebelum Ilhae memikirkan kalimat yang harus ia utarakan untuk mulai mendebat – menggoda sahabatnya, sebuah pengumuman dari pengeras suara mengejutkan mereka.

“Para hadirin sekalian, sekarang seluruh tamu sudah datang.”

Lalu muncullah berpuluh-puluh pelayan dengan nampan berisi topeng dari tangga bercabang yang Ilhae lihat tadi.

Pelayan namja memberikan topeng pada tamu pria dan menyuruh mereka untuk masuk melewati tangga sisi kiri, dan begitu pula dengan pelayan yeoja yang menginstruksikan Ilhae dan Rein – tamu wanita – untuk mengambil tangga sisi kanan.

Mwohae?” Ilhae mengerutkan wajahnya.

“Sudalah eonni, ikuti saja dan pakai topengnya, Kaja!” Kyungah menarik tangan Ilhae dan Rein – membuat genggaman Chanyeol dan rangkulan Kai terpaksa terlepas.

“Jangan tersandung.” Itu pesan terakhir dari Kai yang membuat Ilhae memberengut. Juga ada Chanyeol yang memperlakukan Rein dengan manis. “Tunggulah aku. Aku pasti akan menemukanmu diantara banyak orang Rein-ah. Mau bertaruh? Aku akan menemukanmu kurang dari 5 menit.” Rein hanya tersenyum sebelum mengikuti langkah Ilhae di depannya. Ilhae dan Rein menaikki tangga dengan kehati-hatian tingkat tinggi – berbeda dengan Kyungah yang lincah.

“Jadi ini maksud dari ‘pesta topeng’, Kyungah-ya?” Rein mengangguk-anggukan kepalanya.

“Yep, karena hal ini aku tidak menyuruh para tamu memakai topeng sendiri.”

Ihae yang tidak mengerti langsung berbicara. “Aku tidak mengerti.”

“Begini, yeoja dan namja di pisahkan dengan memakai topeng yang seragam. Lalu kita masuk ke ballroom secara terpisah – dan akan ada dansa. Kita harus menemukan pasangan kita.” Rein menjelaskan saat mereka berjalan menuju lorong dan pada akhirnya berhenti di satu pintu besar.

Geurae.” Kyungah menganggukkan kepalanya.

Tak lama kemudian pintu besar itu terbuka dan mempersembahkan ballroom yang sangat mewah, para yeoja langsung memasuki ballroom tanpa bertanya lagi sama halnya dengan para namja di pintu sebrang.

Rein dan Ilhae tidak berniat masuk duluan, tapi mau tidak mau mereka masuk karena terdesak masuk oleh kerumunan.

“Jung Rein… Ini memusingkan.” Ilhae berusaha untuk tidak terjatuh diantara orang banyak yang terlihat seperti semut ini. Rein sudah membuka mulutnya untuk menjawab tetapi perhatiannya tersita oleh stand-stand makanan yang berada di setiap sudut ballroom.

“Para hadirin sekalian.” Kontan semua orang berhenti dan menatap ke arah panggung. Di sana ada Kyungsoo, appa, dan eommanya kecuali Kyungah yang berbaur diantara para tamu.

“Ini ide dari putri kami untuk menambah sedikit acara daripada hanya ballroom seperti tahun-tahun sebelumnya. Kali ini kalian semua dicoba peruntungannya untuk menemukan pasangan kalian.”

Seluruh tamu langsung menengok ke kanan dan kiri bahkan ada juga yang senang karena dapat mengenali pasangannya tanpa harus berusaha.

“Akan ada 2 lagu untuk mengiringi dansa dengan pasangan bertopeng kalian sebelum kalian diperkenankan untuk melepas topeng dan menikmati hidangan.” Lanjut nyonya Do.

“Nikmatilah acara pembuka malam ini.” Lanjut nyonya Do sebelum musik mengalun memenuhi ruangan dan membut orang-orang kembali bergerak.

Di tengah-tengah kerusuhan tersebut Rein dengan lihainya mencoba mencari sosok tinggi Chanyeol juga telinga fairy namja itu. Sedangkan Ilhae mati-matian mengingat ciri khas tuxedo yang dikenakan Kai – bukannya mencari Kai dengan fitur unik dari namja itu.

“Ini memusingkan.” Ilhae mengeluhkan hal yang sama sekali lagi di samping Rein yang nampaknya sudah pasrah dengan nasib dan menunggu Chanyeol untuk menemukannya.

“Kita harus berjuang keras jika ingin makan. Itulah pesan moral dari acara – maaf Kyungah – tidak penting seperti ini.” Rein bergumam dan menoleh ke arah sahabatnya itu hanya untuk menemukan punggung yeoja bergaun pink pucat itu berjalan mejauh.

“Cih, Kai sudah menemukan Ilhae?” Rein begumam dengan senyum bermain di sudut bibirnya sebelum memilih berjalan menuju tepi ruangan untuk berdiam diri di depan stand dim sum – pikirnya ia tidak perlu berdansa dan memilih untuk mengantri paling pertama. Tapi dalam hatinya, ia pun turut penasaran akan taruhan yang Chanyeol utarakan tadi.

Kira-kira berapa waktu yang dibutuhkan Rein untuk menunggu Chanyeol menemukannya?

“Mana Ilhae? Kalian terpisah?”

Mungkin saja Rein menyangka kalau namja itu Chanyeol, tapi sayangnya bukan, itu bukanlah suara berat Chanyeol.

Mwo? Kai? Kau mengenaliku?” Rein melongo setelah berbalik dan menemukan Kai?

“Tentu saja, tidak ada yang menunggu di stand makanan selain kau Rein – lagipula gaunmu cukup menonjol di sini. Seperti gaun pengantin.”

Rein menunduk malu mendengar ‘gaun pengantin’. Namun pikirannya segera teralihkan ketika menyadari kalau Kai berada di hadapannya. “Kalau kau Kai, lalu Ilhae pergi dengan siapa?”

To Be Continue…

 

Next Chapter:

“May I have this dance?” Namja bertopeng itu berbalik menghadapku dan bicara, rasanya.. aku mengenal suaranya… Tapi di mana? Berpikirlah Geum Ilhae.

///////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////

Aku membalikkan tubuhku dan menemukan siluet seorang namja yang cukup tinggi dengan topeng birunya berdiri tegak di hadapanku. Aku cukup kecewa karena namja itu bukanlah Chanyeol. Suaranya berbeda. Pakaiannya berbeda. Dan degup jantungku di hadapan namja ini, juga berbeda.

Author’s Note:

ANNYEONGHASEYO YEOROBUN!!! *lempar bias*

Spesial buat chapter ini, author’s notenya di belakang hihihihi… Alesannya? Supaya gak bosen #LAH

Oh ya, authors mau nanya asumsi para readersssss…. tentang….. Itu lho…. Yang bikin kepo di atas dikit seudah TBC…

Authors kepo sama pemikiran kalian… jadi yang ingin cuap-cuap silahkan comment di bawah yang panjang!!!

Apakah ada tokoh baru? Konflik baru? Atau hanya main-main authors… NYAHAHAHAHAHAHAHA

JA!! Sekalian bagi yang mau share pemikiran kalian soal ending cyc yang diinginkan juga bisa komen di bawah ini…. HIHIHI

Baiklah… SAMPAI BERJUMPA DI CHAPTER SELAJUTNYAAAAA~

ANNYEONG!!!



Viewing all articles
Browse latest Browse all 4828

Trending Articles