Quantcast
Channel: EXO Fanfiction
Viewing all articles
Browse latest Browse all 4828

Atom

$
0
0

rumit

|| Title : Atom. || Author : ryuzaki (@kinarachiya) ||

|| Cast : Oh Sehun [EXO-K] and Nattasha Kinara [OC] ||

|| Support Cast : Deanndra Khamai, (INFINITE) Myung-soo/L, (SHINee) Taemin etc ||

|| Genre : School-life, Friendship, Romance || Rating : PG-15 ||

|| Length : Series ||

Credit poster © Harururu98 | cafeposterart

-

Atom merupakan benda terkecil dari materi yang sudah tidak bisa dibagi lagi” – John Dalton (1805)

-
Sports Bar, 21.19 KST
Luas samudra dapat diukur tapi luas hati siapa sangka. Sehun tahu persis ia sedang menyerahkan dirinya pada salah satu lembah yang cukup mematikan. Jika ia hanya berhasil mencapai dasar, maka kegelapan akan menemaninya. Tapi jika ia berhasil bangkit mencapai puncak, maka cahaya indah yang akan menyembutnya. Sehun tahu persis bagaimana sikap gadis itu kepadanya. Acuh. Mungkin pada saat mereka saling mengobrol di ruang loker acuh tak acuh milik gadis itu tidak ia tampakkan. Akan tetapi setelah obrolan selesai dan Sehun mengajaknya pulang bersama, ia langsung menolaknya dengan alasan ada urusan yang harus ia selesaikan. Tapi itu memang benar. Yap! Seperti kalian ketahui Sehun mengikuti gadis itu pergi.

Mungkin itu sedikit berlebihan. Tapi mau bagaimana lagi. Ia benar-benar tidak beruntung jika harus menyerahkan dirinya pada gadis itu. Gadis yang ia kagumi adalah gadis yang kukuh pendiriannya, tak mudah goyang seperti rumput yang di terpa angin bagaikan tembok yang kokoh yang tetap berdiri meskipun dimakan waktu. Bagaimanapun juga ia harus bisa membuat gadis itu mempunyai rasa ketertarikan padanya, walaupun hanya sebutir beras.

Sehun itu mengerjapkan matanya berkali-kali. Rasa kantuk pun mulai menghinggapinya. Akan tetapi jarinya yang lentik itu masih tetap saja mengebet halaman dari novel Agatha Kristie itu.

Teman-temannya yang berada di sekitarnya itu mulai merasa iba. Sehun baru saja berkelahi dengan kakaknya, dan itu membuatnya pergi ke tempat yang sangat di larang oleh kedua orang tuanya. Tapi apa boleh buat, di kesini hanya ingin menenangkan pikiran dengan mendengar cerita dari pengunjung lain yang sedang membicarakan olahraga—Bar ini memang diperuntukkan bagi para penggemar olahraga untuk saling bertukar pikiran.

“Sehun-ssi, apa lebih baiknya kau pulang saja?” ujar salah satu temannya dengan iba—Jong In.

“Iya, kurasa itu memang benar sobat” Baek-hyun menimpali perkataan Jong In tadi.

“Tidak, lebih baik aku disini sa—“ omongan Sehun terputus gara-gara ia menguap karena rasa kantuknya yang terus menyerang.”Huahhh…”

“Tuh kan, apa yang Jong In dan Baekhyun bilang itu benar. Labih baik kau pulang saja Sehun-ah, aku benar-benar tidak tega melihatmu seperti gembel ini” ucap Kyung-soo sembari mengelus lembut rambut Sehun.

Sehun hanya diam. Ia masih menenggelamkan wajahnya di tangannya itu. Sebenarnya apa yang dikatakan Kyung-soo itu memang ada benarnya. Tapi ia juga masih belum bisa memaafkan kakak laki-lakinya itu. Ia benar-benar kesal dengannya. Apalagi jika ia mengingat kejadian tadi siang tentang laki-laki sombong itu, membuatnya semakin tidak ingin pulang ke rumahnya—terang saja kakak laki-lakinya itu memang sangat menyukai sahabatnya itu—Myungsoo, ah tidak ia bukan sahabatnya akan tetapi musuh.

Ia sudah menduga pasti dibalik permainan tennis tadi siang terdapat sebuah tujuan tersembunyi. Yang hanya saja baru Sehun sadari sejak permainannya semakin kesini semakin tidak terkendali.

Sehun semakin penasaran dengan permainan tennis tadi pagi.ia berpikir keras, berusaha mengingat kejadian yang ada kaitannya dengan dirinya. Pagi ia bertemu Myung-soo, dengan tiba-tiba membuatnya terjatuh. Kemudian ia tersadar kalau di belakangnya terlihat Kinara dan Deanndra sedang berjalan, sekilas Sehun menatap kearah Myung-soo yang sedang menaruh sepedanya dan memperlihatkan seringainya. Ia mengetuk-ngetuk dahiya dengan telunjuknya. Berusaha untuk membuat kesimpulan dari analisanya.

“Hei, coba lihat si Jong In. dia sedang mencari perhatian pada gadis-gadis bartender itu.” ujar Baekhyun sambil menunjuk arah telunjuknya kearah Jong In.

“Iya, kau benar. Sifat cassanovanya, lagi-lagi ia perlihatkan. Benar-benar…” Kyung-soo menggeleng-gelengkan kepalanya ketika melihat sobat karibnya itu.

Sehun berhenti berpikir sejenak. Mencari perhatian? Gadis-gadis? Jangan-jangan…

“Hei, apa semua pria itu suka mencari perhatian pada wanita?” tanya Sehun sambil menatap Baekhyun.

“Ya, tidak semuanya. Kalau pria itu bukan tipikal cassanova, tidak akan seperti itu.” Jawab Baekhyun sembari tersenyum.

Sehun berpikir sejenak entang sahabatnya—Myungsoo. Setahu aku, dia bukan tipikal cassanova. Tapi kenapa ia harus melakukannya? Apa jangan-jangan dia punya maksud lain?. Ia meremas rambutnya, semakin kesini ia berpikir semakin rumit. Ia sama sekali tidak tahu, jika berurusan dengan cinta maka masalah yang akan ia dapat adalah rumit dan merepotkan.

-
Genie High School, 13.00 KST.
Siang itu kelas 2-A sangat riuh. Guru fisika yang di jadwalkan akan memasuki kelas ini, terlambat. Oleh karena itu sikap semua murid disini tidak terkendali. Apalagi si biang keributan—Baekhyun ini, menari tidak jelas di depan kelas. Mulai dari tarian Sorry-sorrynya Super Junior sampai buttdancenya KARA – Mister. Well, hampir penghuni kelas itu tertawa , bahkan ada yang sampai keluar air matanya terkecuali Kinara, gadis berambut hitam kecoklatan sepunggung itu menenggelamkan kepalanya di meja dengan tangan satunya memegang buku untuk menutupi wajahnya. Bukannya ia tidak tertarik, hanya saja suasana udara yang sejuk membuatnya tidak bisa menahan rasa kantuknya.

Akan tetapi tiba-tiba saja pintu kelas bergeser dan memperlihatkan seorang pria berkepala empat dengan kacamata minusnya. Semua penghuni kelas kembali seperti semula, Kinara yang sedari tadi hanya tenggelam dalam buku yang menutupinya, ia mulai berberes—ia sama sekali tidak tidur hanya memejamkan matanya saja, suasana mulai hening dan sepi. Meskipun guru ini tidak termasuk killer-teacher.

“Hari ini, kita akan ulangan fisika.” ujar guru fisika—Yoo-jin seonsaengnim.

“Hah?!”
Semua murid yang berada di kelas ini tersentak. Mereka sama sekali belum mempelajari materi yang akan diuji hari ini. Maklum saja guru fisika ini memberitahukannya secara mendadak. Lagian dengan adanya ulangan fisika di siang hari, membuat otak mereka meleleh seketika.

Semua kertas berisi 10 soal sudah di bagikan di bangku masing-masing. Tidak ada kata ‘mencontek’ disini. Karena setiap siswa mendiami satu bangku dan kursi, sehingga mereka hanya bisa pasrah pada cerebrumnya kali ini. Dimana otak besar—cerebrum terutama antara bagian tengah dan belakang merupakan pusat perkembangan kecerdasan, ingatan, kemauan dan sikap. Mau tidak mau cerebrum mereka akan bekerja keras kali ini.

Dalam hitungan menit soal ulangan yang di berikan oleh Yoo-jin seonsaengnim telah selesai Kinara kerjakan.Ia menulis angka-angka di kertas itu yang tidak terlihat ia sedang menghitung, seolah mengalir begitu saja dalam otaknya.

Ia mendorong kursinya dan berdiri sembari menggenggam kertas ulangan itu.

“Selesai? Natt?“ Gadis yang biasa di panggil oleh guru fisika itu dengan sebutan—Natt, mengangguk sopan. Ia menyunggingkan senyumnya selagi ia mengumpulkan kertas itu padanya.

“Sekarang, kau boleh keluar” perintah pria berkepala empat itu sambil membetulkan kacamata minusnya.

“Baik, ssaem.”
Di sana—tepatnya di depan jendela sudut kelas ini. Laki-laki bertubuh tinggi dan memiliki sorot mata yang seperti elang ini bersandar pada dinding dengan kedua tangan ia masukkan di dalam sakunya. Tatapan matanya terus menatap kearah gadis yang sedang diincarnya ini—walaupun gadis itu sama sekali tidak menyadarinya sekalipun. Kinara tepat berjalan melewatinya, tanpa sapaan atau senyum sekalipun—karena biasanya ia mendapatkan sapaan atau senyuman dari gadis-gadis yang tak sengaja melihatnya. Laki-laki itu seperti atom walaupun wujudnya itu tetap dianggap ada akan tetapi benda yang paling kecil itu tidak bisa dilihat dengan mata telanjang. Apakah seperti itu Kinara menganggap seorang yang di juluki ‘prince’—Sehun di sekolahnya itu?

Sehun memutuskan untuk mengikuti kemana gadis itu akan pergi, jam pelajarannya kali ini adalah Matematika. Tungkai kakinya mulai membuat langkah, untuk kali ini saja ia membolos di jam matematika. Ia sudah bertaruh, mungkin kali ini Kyu-hyun seonsaengnim tidak bisa mengajar karena sakit—maklum saja Sehun tahu karena ia adalah ketua kelas dari 2-B. Tangan yang satunya ia sembunyikan di belakang punggungnya, bermaksud menyembunyikan benda sakral yang biasa orang kasih untuk menyatakan perasaanya pada orang yang disukainya.

Tungkai kakinya berhenti di depan sebuah ruang yang terdapat sebuah papan di atas ruang itu, Ladies. Bisa di tebak jikalau gadis ini ada keperluan untuk pergi ke toilet.

“Apa kau baik-baik saja?” tanya Kinara pada gadis yang tengah bersandar di sudut ruangan itu. Gadis itu hanya bisa diam. Garis matanya sudah terlihat hitam, seperti mata panda. Air matanya terus mengalir di wajah ranumnya itu.

“Kau baik-baik saja Chorong–ssi?” Kinara mengulang pertanyaannya. Tapi tetap saja nihil. Gadis bernama Cho-rong itu hanya bisa diam sembari mengusap-usap pipinya yang sudah dibasahi oleh air mata.

“Aku baik-baik saja Kinara-ssi” jawabnya kemudian, ia pun bergegas pergi meninggalkan tempat itu. Akan tetapi seseorang menahannya.

“Bila ada seseorang yang berbicara, maka ada pula orang yang mendengarkan dan merenspon”

Cho-rong tersentak, ia sama sekali tidak percaya bahwa ada orang yang mempunyai rasa keinginantahunya yang besar tentang dirinya itu. Karna saat ini rasanya tidak mungkin jika ia menceritakan kronologi kejadiannya secara detail pada Kinara. Tentu saja ia hanya berakting, untuk mengetahui renspon dari Kinara. Menangis, itu hanya akal-akalan orang yang menyuruhnya untuk seperti ini. Awalnya Cho-rong menolak, mengingat ia tidak pandai berakting akan tetapi imbalan yang ia dapatkan adalah PC tablet yang sangat ia impikan. Maklum saja ia tidak bisa menolaknya, jika ada orang yang mengasih sesuatu mana mungkin kita menolaknya.

“Kenapa kau hanya diam? Hmmm… sebenarnya bukan aku lancang atau apa, aku hanya ingin tahu kenapa kau menangis. Lagian..” Kinara mengusap tengkuknya kemudian tersenyum manis. “Kau bisa curhat denganku. Aku janji tidak akan membagikannya pada yang lain” katanya sambil mengeluarkan dua-jari.

“Kinara aku…” tiba-tiba saja Cho-rong memeluknya. Kinara sempat tersentak dibuatnya, akan tetapi akhirnya ia tersenyum sembari mengelus kepala Cho-rong dengan lembut dan tenang.

“Cintaku baru saja ditolak.”

“Hah?! Terus, kenapa kau menangis? Mungkin dia bukan orang cocok denganmu.” ucap Kinara menenangkan.

Cho-rong melepaskan pelukannya. “Bukan itu yang jadi masalah. Tapi…”

“Apa?! Apa dia melakukan yang tidak-tidak padamu.” Kinara mulai khawatir, padahal ia sama sekali belum tahu siapa laki-laki yang menolak cintanya Cho-rong itu.

“D, dia menyukaimu, Kinara”

“Hah..” Kinara menghembuskan nafas beratnya. Ia sama sekali tidak percaya kalau selama ini ada laki-laki yang tertarik padanya. Ini diluar dugaan, baginya. Selama seumur hidupnya ia tidak pernah berurusan dengan hal itu, akan tetapi kali ini ia tidak mau berurusan dengan itu. Tidak akan pernah. Tapi sebenarnya ia tahu siapa laki-laki yang menyimpan rasa padanya.

“Ya sudah, bilang saja pada orangnya. Kalau gadis yang disukainya ini idak menyukainya.” Katanya sambil berjalan memasuki toilet.

“T, tapi kau tahu siapa orangnya?”

Kinara membalikkan badannya kemudian ia tersenyum. “Tidak ada laki-laki yang aku sukai di sekolah ini. Percayalah.” Setelah berkata seperti itu ia langsung menutup pintu toiletnya dan meninggalkan Cho-rong yang sedang membulatkan mulutnya.

Deg!

Sehun yang mendengar percakapan mereka dari luar hanya bisa berdiri tertunduk, tangannya yang sedari tadi memegang benda sakral itu hanya bisa meremasnya. Benda dengan dominan warna scarlet itu, lusuh. Kali ini ia tidak bisa menahan emosinya, kemudian ia pun berjalan menuju waste-paper basket yang berada di depannya. Matanya penuh dengan kilat-kilat merah, kali ini menyesal. Seharusnya aku bisa membaca keadaanya dari dulu, pikirnya. Ia mulai membuat langkah, meninggalkan tempat itu.

Magnet tidak bisa menarik bahan nonmagnetik.

-
Cho-rong melangkahkan kakinya keluar menuju tempat dimana ia punya janji dengan seseorang untuk menemuinya. Akan tetapi matanya sempat menangkap punggung Sehun yang mulai mmenghilang. Ia menggigit bibirnya, perasaan cemas, panik mulai menemaninya. Ia mengira kalau Sehun sudah berada di tempat itu sebelum Kinara datang. Jika ia maka orang itu pasti….

“Ssstt..” desis Myung-soo yang berada di belakangnya. Sontak ia langsung membalikkan badannya, dan menemukan sebuah tangan yang sedang menyodorkannya benda yang sangat ia impikan itu.

“Untukmu, kau berhasil melakukannya.” ucap Myung-soo datar.

Cho-rong tersenyum, “Benarkah? Thank you Myungsoo-ssi, kalau begitu aku kembali ke kelas dulu. Bye~” katanya kemudian meninggalkan laki-laki itu sendirian disini.

Myung-soo sama sekali tidak menghiraukannya, arah matanya yang lurus terus menatap Sehun dari kejauhan. Ia membalikkan badannya, kemudian bibirnya mengukir sebuah senyuman. Aku percaya kau bukan tipikal orang seperti itu, katanya dalam hati.

-
Sore itu suasana sekolah mulai sepi. Hanya ada beberapa siswa yang mengisi waktu pulang sekolahnya dengan kegiatan-kegiatan yang disediakan di sekolah. Ruang english-club yang bertempat di kelas 3-A, sekarang sedang dimulai pembelajaran. Kinara mengisi kelas itu bersama teman-temannya yang lain dan adik-adik kelasnya. Setiap pembelajaran pasti akan berbeda tutor. Kinara meminta izin pada tutor tersebut— Mr. Edward untuk keluar sebentar disebabkan kakak sepupunya—Yoona meneleponnya.

Kinara berjalan menuju rooftop sekolah—letak kelas 3-A berada di lantai tiga. Ia menyandarkan punggungnya di sudut tembok pembatas itu— yang berfungsi untuk membatasi para siswa-siswi yang ingin melihat ke bawah agar tidak terlihat terlalu mengerikan.

“Langit yang indah..” sebuah suara menyelinap selagi Kinara memutuskan sambungan teleponnya. Ia tidak menyahut. Baginya, suara ini terkesan familiar di telinganya sehingga ia tidak perlu repot-repot menghiraukannya.Kinara melangkahkan kakinya untuk keluar dari rooftop ini.
“Tapi sayang, kali ini awannya mendung..” lagi-lagi suara itu terdengar, Kinara memberhentikan langkahnya. “Biasanya jika awan itu mendung akan menurunkan hujan, tapi… kali ini aku melihatnya berbeda. Aku hanya bisa mendapatkan sebuah reaksi yang terlalu acuh, apakah aku ini atom?”

Deg!
Apa yang sebenarnya ingin dikatakan olehnya?
. Kinara mencoba mencerna perkataan dari Sehun ini. Awalnya ia sempat mengira kalau laki-laki ini sedang membicarakan hal lain, akan tetapi ia merasa arah pembicaraan, tujuan objeknya adalah dirinya sendiri!
Ia menyadari itu, menganggap laki-laki itu seperti atom yang tak terlihat dengan mata telanjang. Jangan salahkan dia bersikap acuh pada orang itu, ada banyak sebab ia menganggap orang itu seperti atom. Jika ia berdekatan dengan laki-laki itu pasti semua akan gempar, Sehun sangat terkenal di sekolahnya. Fansnya pun tidak bisa dihitung lagi. Ia tidak ingin menyakiti perasaan para fans Sehun. Hanya itu… akan tetapi Sehun selalu mendekatinya, ia bingung harus melakukan apa? Disisi lain ia juga baru menyadari, kalau ia pernah bertemu Sehun di suatu tempat. Entahlah ia juga lupa tentang itu.

“Baik, aku bisa memahami perasaanmu.” Sehun menoleh, ia sedikit senang karna sangat mudah berbicara dengan gadis ini.

“Maaf, aku harus pergi dulu. Mr. Edward dan teman-teman menunggu disana” katanya sambil melangkahkan kakinya.

Sehun membiarkan gadis itu pergi. Ia tidak ingin mengejarnya. Kalaupun ia melakukannya, gadis itu mungkin akan mulai berakting padanya. Dengan sikap perhatiannya. Sehun tahu itu, padahal ia sangat suka dengan gadis yang bersikap apa adanya jika berada dihadapannya bukan gadis yang pandai berakting. Baru kali ini ia melihatnya. Biarpun begitu rasa suka pada gadis itu takkan pernah luntur. Meskipun matahari mulai datang untuk mencairkan salju itu, tapi salju itu kan tetap mengeras dan membuat sebuah debu berlian.

-to be continued

A/N : Mohon maaf atas keterlambatan dalam mengepost ff ini. Jujur, author sendiri juga seorang pelajar yang sibuk dengan tugas-tugas dan kegiatan di luar sekolah. Semoga kalian bisa memahaminya….

Satu lagi, aku kurang tahu soal cassanova



Viewing all articles
Browse latest Browse all 4828

Trending Articles