Quantcast
Channel: EXO Fanfiction
Viewing all articles
Browse latest Browse all 4828

Could it be Love? – HeLL (o), Dear ! (Chapter 6)

$
0
0

Could it be Love?- HeLL (o), Dear !

HeLLo, dear

Title        :               Could it be Love?- HeLL (o), Dear !

Author   :               usney or mee-icha

Main Cast:             Kang Hye Yeon, EXO

Length    :              Chapter

Disclaimer             :               http://asniishere.wordpress.com/

Note :Hola… apakabar? Ini dia Chapter 6-nya.Bersiap-siaplah karena chapter kali cukup panjang.Sedikit cemilan dan soft drink bisa jadi salah satu pilihan untuk menemani membaca chapter yang satu ini.Bisa dibilang ini salah satu chapter yang paling panjang yang pernah aku buat.

Jangan bosan untuk tekan scroll kebawah ya. Yah kalo udah mulai bosan sih, ditunda dulu bacanya dari pada jadi silent reader yang ga bisa ngehargai hasil karya orang lain.

Last but not the least. Well, I hope all of you will like it. But always feel free to tell me if you disappointed with this chapter. Well, enjoy it and don’t forget to write your comment.

^^^

Sehun menatap lurus sosok gadis yang sedang terbaring dengan bantuan alat pernafasan yang menutupi sebagian wajah pucatnya.Beruntung, sungguh beruntung Sehun dan teman-temannya berhasil membawa Hye yeon tepat waktu ke rumah sakit.Meski begitu, mereka belum bisa tenang sepenuhnya karena Hye yeon masih dalam masa-masa kritis. Dokter yang merawatnya mengatakan bahwa mereka harus tetap waspada hingga 24 jam kedepan. Jika dalam jangka waktu tersebut, tidak terjadi apapun maka mereka bisa tenang karena Hye yeon telah melewati masa kritisnya.

“Sehun-a, sebaiknya kau pulang dulu dan mengganti bajumu.Pakaianmu masih basah kuyup.Kau juga bisa sakit kalau begini caranya.” Tukas Baekhyun.

“Baekhyun benar.Kurasa dia akan baik-baik saja.” Tambah Chanyeol.

“Baik-baik saja?Bagaimana mungkin?Kau dengar perkataan dokter itu saat kita menemuinya?Dia kritis.”Sergah Sehun cepat.

Eunji yang dari tadi hanya berdiam berdiri terpisah dari mereka, kini berjalan mendekati mereka.“Sehun-si, mmm… sunbae, sebaiknya kau pulang. Aku yang akan menjaganya. Jujur saja, tidak akan ada yang berubah meskipun kau berdiri diam disini. Yang ada hanya kau akan jatuh sakit dengan keadaan seperti ini. Setidaknya, jika kau ingin menjaga Hye yeon, jagalah dirimu terlebih dahulu. Bagaimana mungkin kau bisa menolong orang lain kalau kau sendiri malah jatuh sakit.” Tukas Eunji padat dan jelas.

Sehun kembali menatap Hye yeon yang masih terbaring lemah.Dia menghela nafas pelan sebelum akhirnya terpaksa setuju dengan ucapan mereka.

“Chanyeol-a, kau temani Sehun pulang.Aku akan disini menemani dia.”Ujar Baekhyun yang seketika membuat Eunji mendelik kaget.

“Kenapa kau harus menemaniku?Aku baik-baik saja. Tidak ma…” Sela Eunji cepat.

Baekhyun langsung menoleh dan menatap tajam pada Eunji agar gadis itu diam. Sepertinya metode itu berhasil karena Eunji langsung terdiam dan memilih mengalihkan pandangannya kearah lain. “Chanyeol-a, cepat bawa Sehun dari sini sebelum dia berubah pikiran.Pastikan dia pulang kerumahnya dan tidak pergi kemanapun lagi.”Ujar Baekhyun sambil mendorong tubuh Chanyeol kearah pintu keluar dari ruang rawat inap tempat Hye yeon berada.

Baekhyun segera menutup pintu setelah melihat Chanyeol dan Sehun berjalan menjauh dari ruangan itu.“Eunji-si, kau sudah mengabarkan kepada orangtuamu kalau kau akan menginap disini?”Tanya Baekhyun membuka pembicaraan setelah dia duduk bersebelahan dengannya disofa.

“Sudah. Mereka juga akan datang kesini sebentar lagi untuk melihat keadaan Hye yeon sekaligus membawakanku baju ganti. Baekhyun-si, sebaiknya kau pulang saja sekarang.Aku tidak perlu ditemani.”Eunji berucap sambil memandangnya sekilas.Jujur saja dia merasa tidak nyaman dengan kehadiran Baekhyun disampingnya saat ini.

“Aku akan disini hingga orang tuamu datang.”Baekhyun bersikeras.“Sebaiknya kau berbaring untuk beristirahat.”Ujarnya lagi sambil bangkit berdiri.“Aku yang akan menjaga Hye yeon sementara waktu.Kau juga terlihat lelah saat ini.Jangan membantahku lagi.Aku tidak sedang ingin berargumen apapun denganmu.Aku akan membangunkanmu jika orangtuamu tiba.”Kemudian Baekhyun berjalan menjauhi sofa dan menuju ke sebuah kursi yang berada disamping ranjang Hye yeon.

Eunji yang semula berniat untuk kembali membuka suaranya langsung mengurungkan niatnya begitu melihat Baekhyun yang duduk membelakanginya.Aneh rasanya menerima sebuah perlakuan lembut dari namja tersebut. Tapi toh Eunji merasa bahwa apa yang dikatakan Baekhyun barusan adalah sesuatu yang tulus dari hatinya. Perlahan tapi pasti Eunji meluruskan kakinya disofa untuk bersiap-siap beristirahat.“Gumawo, Baekhyun-si” Ujar Eunji kemudian langsung memilih menutup matanya tanpa berani melihat ekspresi Baekhyun setelah mendengar kalimatnya.

^^^

“Dokter, apa dia baik-baik saja?Kau yakinkan dia baik-baik saja?”Desak Tuan Kang saat Dokter Lim tiba diruang rawat Hye yeon.

“Sejauh ini tidak ada tanda-tanda dari putri anda yang tidak perlu dikhawatirkan…”

“Tidak perlu dikhawatirkan?”Ulang Tuan Kang.“Seharusnya putriku sudah sadar sejak beberapa hari yang lalu.Kenapa sampai saat ini dia belum sadar juga?Bagaimana mungkin aku tidak khawatir melihat putriku yang terbaring pucat diatas tempat tidur seperti itu?”Tuan Kang terlihat sangat gusar.Perasaannya sangat campur aduk saat ini. Beliau terlalu khawatir dan takut akan kehilangan satu-satunya keluarga yang dimilikinya, putri semata wayangnya, Hye yeon.

Dokter Lim kembali berusaha menjelaskan pada Tuan Kang setelah ucapan sebelumnya disela begitu saja oleh Tuan Kang.“Semua organ vitalnya menunjukkan kondisi normal.Tidak banyak yang bisa kami lakukan selain menunggu kesadaran putri anda. Tentu saja, pihak rumah sakit akan secara berkala mengontrol kondisi putri anda. Anda tidak perlu cemas.Kami berusaha yang terbaik untuk menyelamatkan putri anda.”

“Aaaahhh… bilang saja dari awal kalian tidak mampu menyelamatkan putriku. Aku akan segera membawanya ke Amerika. Mereka pasti bisa membuat putriku lebih baik.” Tuan Kang sudah tidak peduli lagi dengan penjelasan sang dokter. Dia mulai putus asa.

“Dokter Lim, Jika sampai besok pagi Hye yeon masih belum sadar, kami mohon kau mempersiapkan surat rujukan dan segala sesuatu yang kami butuhkan untuk memindahkannya ke salah satu rumah sakit di Amerika.” Ujar Nyonya Oh yang telah membantu menjaga Hye yeon selama beberapa hari belakangan.Dokter Lim hanya bisa mengangguk pasrah untuk menyetujui permintaan tersebut.

Tuan Kang berjalan mendekati tubuh Hye yeon yang masih terbaring kaku diatas tempat tidurnya.Tangan meraih salah satu tangan Hye yeon yang tidak terpasang alat infus.“Hye yeon-a, maafkan appa.Sungguh, appa tidak ingin membuatmu menderita.Appa tidak pernah menyangka bahwa kau akan melakukan hal seperti ini. Maafkan appa, Hye yeon-a.Tolong bangunlah, sadarlah.Sungguh, appa hanya ingin melakukan yang terbaik untukmu.Appa janji, jik kau sadar, appaakan menuruti semua kemauanmu. Appa tidak akan memaksamu untuk melanjutkan perjodohan ini jika kau tidak menyukainya. Appa janji.Tolong Hye yeon-a, bangunlah.”Tetesan air mata itu keluar begitu saja dari mata Tuan Kang saat menatap wajah putrinya yang pucat pasi itu.Diruangan itu hanya ada mereka berdua.Nyonya dan Tuan Oh yang tadi berada diruangan memilih keluar meninggalkan mereka berdua sejak beberapa menit lalu.

“Bangunlah, Hye yeon-a.Tolong jangan tinggalkan appa.Sungguh, hanya kau alasan kenapa appa masih bertahan hidup selama ini.Appa hanya ingin melihat kau bahagia.Maaf jika appa tidak selalu bisa berada disisimu saat masa-masa sulitmu saateomma-mu meninggalkan kita.Appa masih merasa bersalah padamu, bahkan sampai saat ini.Appa merasa tidak pantas menjadi orangtuamu.Appa takut kau akan semakin tersiksa jika melihat appa-mu ini karena kehadiran appa hanya mengingatkanmu pada kematian eomma-mu. Appa tidak ingin kau kembali tenggelam dalam depresimu lagi, karena itu appa memilih untuk tidak sering hadir disisimu.Tapi, tapi bukan berarti aku tidak peduli padamu.Appa selalu memperhatikanmu, selalu berusaha menjagamu dan selalu berusaha memberikan yang terbaikmu untukmu.Tapi kenapa kau melakukan hal seperti ini lagi, Hye yeon-a?Bangunlah dan katakan pada appa, katakan bagaimana appa bisa membuatmu merasa bahagia dan menjadi putri kecil kebanggaan appa seperti dulu.”Ujar Tuan Kang dalam sedu sedannya.Namun detik berikutnya tangis beliau pecah.Beliau memilih dan menenggelamkan wajahnya dalam tangkupan kedua tangannya.“Hye yeon-a, kumohon bangunlah.Putri kecil appa, bangunlah.”

^^^

Sehun masih terpaku diam menatap jendela yang menerima penerangan dari sinar matahari senja di ruang rawat Hye yeon. Namja ini tanpa sengaja mendengar semua perkataan ayah Hye yeon. Dia tidak pernah menyangka bahwa hubungan ayah dan anak dalam keluarga Kang ternyata lebih rumit dibanding yang pernah terpikirkan olehnya. Dia cukup tertegun dengan semua pengakuan yang didengarnya dari mulut Tuan Kang tentang semua rasa bersalah yang ditanggungnya selama ini begitu pula dengan besarnya rasa cinta yang dimilikinya untuk putri semata wayangnya. Tapi ada hal yang entah kenapa membuat namja ini merasa sedikit gundah sekaligus kecewa secara bersamaan, yaitu keputusan bahwa perjodohan itu akan dibatalkan.

Sehun benar-benar bingung kenapa dirinya bisa merasa seperti itu. Dia merasa ini bukan dirinya yang dikenalnya. Ada apa dengan dirinya?

“Sehun-a, bisakah kau membelikan eomma secangkir kopi di kafetaria rumah sakit dari pada kamu bengong seperti itu.” Ujar Nyonya Oh yang membuyarkan pikiran Sehun.

“Apa eomma tidak ingin pulang? Bukankah eomma sudah sejak tadi pagi berada disini?” Sehun balik bertanya pada eomma-nya yang terlihat betah menjaga Hye yeon seharian ini.

“Sebentar lagi. Eomma masih ingin disini. Eomma tidak tega membiarkan Hye yeon sendiri disini.” Jawab Nyonya Oh. Beliau memang sudah lama mengenal Hye yeon. Dan karena alasan itu pulalah beliau sangat senang dengan ide perjodohan ini. Beliau sudah menganggap Hye yeon seperti anaknya sendiri. Jadi, sangat wajar jika beliau merasa khawatir dengan keadaan Hye yeon saat ini.

“Dia tidak akan sendiri, eomma. Aku akan menjaganya. Lagi pula sebentar lagi Eunji dan Min ajhumma juga akan datang kesini. Eomma juga terlihat lelah. Eomma butuh istirahat.” Balas Sehun sambil menatap Nyonya Oh dengan serius.

“Baiklah, eomma akan pulang sebentar lagi. Sekarang, tolong belikan kopi untukeomma-mu ini ya.” Pinta Nyonya Oh dengan senyum keibuannya yang selalu bisa menghangat hati anaknya. Sehun tidak berkata apapun lagi. Dia melangkah keluar dari ruang rawat tersebut menuju kafetaria rumah sakit.

Nyonya Oh meraih tangan Hye yeon yang terlihat lemas itu. Dia mengusap-usap perlahan seakan ingin menyampaikan pesan kekhawatirannya terhadap gadis itu. “Hye yeon-a, cepatlah bangun. Banyak sekali orang yang berharap melihat senyum ceriamu. Mungkin aku bukanlah eomma-mu, tapi aku yakin eomma-mu juga akan merasakan hal yang sama jika melihatmu seperti ini sekarang. Kau membuat kami sedih. Sadarlah, Hye yeon-a.” … “Sebenarnya aku sangat berharap kau setuju dan bahagia dengan perjodohan ini. Dulu, waktu kau baru lahir, aku sangat iri pada ibumu yang mendapatkan anak perempuan. Aku juga ingin memiliki anak perempuan. Jadi sejak saat itu aku memutuskan pada diriku sendiri bahwa aku akan menganggapmu seperti anak sendiri. Dan setelah beberapa tahun kemudian, akhirnya aku mendapatkan anak perempuan, Namjoo. Tapi bukan berarti aku melupakanmu, Hye yeon-a.” … “Sejak kecil aku dan ibumu pernah iseng berbicara bahwa kami akan menjodohkan anak kami saat kalian telah dewasa, kemudian akan sama-sama mempersiapkan hari besar pernikahan kalian bersama. Tapi ternyata Tuhan mengambil eomma-mu duluan sebelum semua tercapai. Aku tidak pernah menyangka bahwa eomma-mu akan meninggalkan wasiat tentang perjodohan kalian. Meski aku sangat, sangat, sangat sedih karena meninggalnya eomma-mu tapi dilain sisi aku senang tentang rencana perjodohan kalian.” … “Tapi lihat dirimu sekarang, aku tidak pernah menyangka ide yang menurut kami cemerlang itu akan menjadi sebuah malapetaka bagimu. Aku tidak pernah menyangka kau tidak bahagia dengan perjodohan ini. Aku akan membatalkannya perjodohan ini jika kau menginginkanya. Tidak masalah kalau kau tidak menjadi bagian dari keluarga besar kami, toh aku sudah menganggapmu seperti anakku sendiri. Tapi kau harus bangun dulu Hye yeon-a jika kau ingin aku membatalkan perjodohan ini. Kau tahu, aku tidak akan membatalkannya kalau bukan kau yang mengatakan langsung padaku.” Papar Nyonya Oh panjang lebar yang diakhiri dengan sebuah candaan yang sebenarnya sama sekali tidak lucu.

Nyonya Oh mengalihkan pandangannya kearah jendela, kilauan senja sudah mulai memudar berganti dengan cahaya redup langit yang akan memperlihatkan pesona gemerlap malam. Baru beberapa detik yang lalu pandangan itu teralihkan, Nyonya Oh langsung menatap kembali ke arah tangan Hye yeon. Mata Nyonya Oh melebar sempurna diiringi dengan sebuah senyum yang mengembang diwajahnya. Tangan gadis itu bergerak diatas telapak tangannya.

“Hye yeon-a… Hye yeon-a… Hye yeon-a, kau sudah sadar?” Panggil Nyonya Oh sambil menatap wajah Hye yeon. Gadis itu sedang berusaha menggerakkan kelopak matanya untuk mengatur cahaya yang masuk kedalam indera penglihatannya.

“Hye yeon-a…” Nyonya Oh kembali berucap namun dengan nada yang lebih sabar. Dia menyadari Hye yeon sedang mengalami kesulitan beradaptasi dengan keadaannya saat ini.

Hye yeon, gadis itu akhirnya berhasil membuka matanya dengan sempurna. Setelah mengerjap beberapa kali barulah dia menoleh untuk melihat kehadiran seseorang disampingnya. “Eom-mo-nim…” Satu kata yang akhirnya berhasil lolos dari mulut gadis itu begitu menyadari wajah Nyonya Oh yang tersenyum haru padanya.

“Akhirnya kau sadar, nak. Kau tidak tahu betapa cemasnya kami karena keadaanmu. Terima kasih telah kembali pada kami.” Nyonya Oh berkata sambil menitikkan air mata. Beliau begitu emosional saat ini. “Tunggu sebentar, aku akan memanggil dokter dan yang lain untuk mengabarkan keadaanmu. Sebentar ya, sayang.” Nyonya Oh beranjak bangkit setelah mengelus pelan rambut Hye yeon yang tergerai lepas.

Eomma, ini kopinya.” Ujar Sehun saat Nyonya Oh keluar dari kamar Hye yeon dengan sedikit tergesa-gesa.

“Oh, Sehun-a. Baguslah kau sudah datang. Tolong jaga Hye yeon. Eomma mau mengabarkan pada yang lain bahwa Hye yeon telah sadar.” Nyonya Oh berucap bahagia.

“Ne? Hye yeon sudah sadar, eomma?

“Hm… Cepat sana. Temani dia. Tapi jangan terlalu bertanya macam-macam dulu padanya. Sepertinya dia masih menyesuaikan diri dengan keadaan.” Pesan Nyonya Oh sebelum pergi melanjutkan misinya(?).

Sehun melangkah cepat menuju kamar rawat Hye yeon namun tiba-tiba langkahnya terhenti tepat saat dia berada didepan pintu kamar tersebut. Suka atau tidak, dia menyadari ada sesuatu dalam dirinya yang terasa aneh. Jantungnya sedang berdetak sangat kencang saat ini dan sebuah rasa gembira tiba-tiba membuncah dalam hatinya. Sebuah semangat seakan terbakar didalam dirinya dan tak pelak(?) dia merasakan wajahnya panas karena hal itu. Tangannya bergerak membuka pintu kamar itu.

Perkataan Nyonya Oh benar. Hye yeon telah sadar dan sekarang wajah gadis itu sedang menatap ke arah jendela yang memperlihatkan langit yang sedang menyapa malam.

Sepertinya Hye yeon belum menyadari kehadiran Sehun hingga namja itu berdiri beberapa langkah lagi dari tempatnya berbaring dan menyapanya dengan sangat pelan. “Hye yeon-si…”

Hye yeon mengubah arah pandangnya. Dia menatap Sehun selama beberapa detik dalam diam. “Hai Sehun-si…” Sebuah sapaan pendek dengan mata yang terus menatap mata Sehun dengan dalam. Entah maksud apa yang sedang tersirat disana.

Sehun mendekat satu langkah.Matanya masih saja beradu pandang dengan mata gadis itu.“Apa kabar?”Sebuah pertanyaan yang terdengar aneh untuk dipertanyakan.

Hye yeon kembali mengalihkan pandangannya kearah lain. “Aku hidup”.Pandangan gadis itu terlihat sendu.Ada sebagian dalam dirinya berharap bahwa ini bukan tempat seharusnya dia membuka matanya lagi, tapi ada sebagian dalam dirinya merasa lega dengan keberadaannya sekarang.Dia tidak berucap apapun lagi.Hanya ada diam diantara mereka.

Sehun baru saja berniat untuk kembali membuka suara saat beberapa orang telah masuk dan ribut berebut untuk menyapa gadis itu.Sehun hanya bisa menyingkir perlahan saat Tuan Kang dan orang tuanya mengerubungi Hye yeon dan mulai bertanya tentang keadaannya.Meski begitu pandangannya tidak pernah lepas dari wajah gadis itu.Untuk beberapa detik, Sehun tertegun saat menyadari Hye yeon menatap balik padanya dan tersenyum lemah padanya.

“Sekarang tanggal berapa?” Tanya Hye yeon tiba-tiba.

“Kenapa kau bertanya seperti itu, sayang?” Balas Tuan Kang yang tidak mengerti maksud pertanyaan anaknya itu.

“Acara pertunanganku masih berapa hari lagi?” Semua yang berada diruangan itu terlihat kaget dengan kalimat Hye yeon barusan. “Kenapa kalian semua diam? Apa tanggalnya sudah lewat?” Sepertinya aku tertidur terlalu lama ya? Pantas saja badanku kaku semua.” Meski hanya sekilas, Hye yeon bisa melihat ekspresi kaget diwajah Sehun yang berada cukup jauh darinya.

“Kenapa kau tiba-tiba membicarakan masalah pertunangan ini?” Tanya Tuan Kang.

“Hye yeon-a, kau tidak usah memikirkan hal ini dulu. Kau baru saja bangun setelah tidur panjangmu. Badanmu sudah pasti kaku semuanya. Kau harus fokus dul…” Ucapan Nyonya Oh terhenti karena Hye yeon tiba-tiba menyela ucapannya

“Bagaimana kalau awal bulan depan saja?Belum terlambat ‘kan untuk menjalankan persiapannya?”

Kalimat tersebut berhasil membuat mereka semua saling pandang satu sama lain. Tapi hanya satu orang yang tentu saja tidak pernah melepaskan pandangannya dari gadis itu, Sehun. “Sehun-si, kau tidak masalah ‘kan kalau pertunangan kita diundur sampai bulan depan? Aku harus fokus untuk recovery kesehatanku dulu untuk bulan ini.” Kali ini Hye yeon menatap lurus pada Sehun dengan ekspresi yang tidak mengerti oleh namja itu sama sekali. Tuan Kang serta Tuan dan Nyonya Oh juga hanya bisa menatap Sehun dan menunggu jawabannya darinya.

“Ne.” Sebuah Jawaban singkat yang membuat orang tuanya dan orang tua Hye yeon tersenyum lega mendengarnya.

“Baiklah sayang. Kita akan melaksanakannya bulan depan. Kau tidak perlu memikirkan apapun. Kau hanya perlu kembali sehat dan jangan berbuat seperti ini lagi.” Ujar Nyonya Oh sambil mengelus pelan rambut Hye yeon penuh sayang.

Sebuah anggukan pelan disertai senyum kecil menjadi jawaban Hye yeon sebelum dia mengucapkan kalimat penyesalannya. “Ne. Mianhe eommonim, aboenim dan appa.” … “Keurigeu…Sehun-si… Jongmal mianhe.”

^^^

“Hye yeon sudah sadar?”Ulang Chanyeol seakan tidak percaya.

“Tapi kenapa wajahmu begitu?Bukankah kau seharusnya bahagia?Kau berhasil menyelamatkannya.”Tanya Baekhyun saat melihat ekspresi bingung yang terus menerus menempel pada wajah Sehun sejak tadi pagi.

“Entahlah.Aku merasa ada yang aneh dengan dirinya.Kalian ingat apa yang dikatakan Eunji pada saat kita dirumah Hye yeon tentang betapa gadis itu membenciku dan ingin membatalkan pertunangan ini?”Tanpa ragu Chanyeol dan Baekhyun langsung mengangguk untuk menanggapi pertanyaan Sehun. “Tapi, saat tersadar kemarin, dia malah minta acara pertunangan itu tetap dilanjutkan dan acaranya akan diundur hingga awal bulan depan.”

“Hah? Dia benar-benar berkata seperti itu?”Baekhyun ikutan bingung.

“Iya.Dia bertanya langsung padaku tentang pengunduran acara itu didepan orang tua kami.”Jawab Sehun sambil mengingat-ingat kejadian kemarin.

“Dan kau menyetujuinya?”Kali ini Chanyeol yang bertanya.

“Ne.”Sehun menjawab tanpa ragu.Baekhyun dan Chanyeol saling memandang dengan tatapan bingung.“Waeyo?”Sehun bertanya setelah melihat tingkah aneh duo sahabatnya itu.

“Bukan hanya Hye yeon yang aneh.Kau juga aneh.”Baekhyun berujar serius.

“Neaga?Wae?”Sehun masih tidak mengerti arah pembicaraan dari mereka berdua.

“Bukankah kau juga sangat ingin membatalkan perjodohan ini, tapi kenapa sekarang kau menyetujuinya?”Baekhyun mengangguk setuju mendengar ucapan Chanyeol.

Sehun tertegun.Kenapa aku tiba-tiba menyetujuinya?, sehun membatin.

“Ya!Kenapa kau tiba-tiba diam?”Chanyeol menyenggol tangan Sehun.

“Karena aku juga bingung.Aku juga sedang mempertanyakan hal itu pada diriku sendiri.” Balas Sehun sambil memandang lurus ke depan.

“Kurasa kau mulai menyukainya.”Timpal Baekhyun santai.Sehun menoleh sekilas ke arah Baekhyun.Dia terdiam lagi memikirkan kalimat Baekhyun barusan.

“Oh iya, apa Eunji sudah tahu tentang keadaan Hye yeon?” Baekhyun bertanya seolah-olah dia baru mengingat sesuatu.

“Kurasa begitu.”Sehun menjawab sekenanya.

“Oh…”Baekhyun mengangguk mengerti.

“Kenapa ekspresimu itu?Belakangan ini aku merasa kau cukup sering bertanya tentang gadis itu?Eeeeiiiihhh… kau sedang jatuh cinta juga yah?”Ledek Chanyeol.

Tanpa pikir panjang Baekhyun langsung melempar bungkus rotinya pada teman jangkungnya itu.“Jangan ngomong sembarangan.”

“Kenapa memangnya? Sehun-a, tidakkah kau juga merasakan hal yang sama sepertiku tentang teman kita satu ini?” Chanyeol masih bersikeras dengan pendapatnya dan meminta dukungan Sehun.

Sehun memandang sekilas pada Baekhyun, kemudian mengangguk setuju pada perkataan Chanyeol.“Sudahlah, akui saja.”

“Apa yang harus kuakui.Aku tidak menyukainya.”Baekhyun juga masih bersikeras dengan pendapatnya sendiri.“Kau yang harusnya mengaku.Kau menyukai Hye yeon ‘kan?Kau tidak mungkin berlari menerjang hujan deras seperti dipemakaman waktu itu, jika kau tidak punya alasan yang jelas.”Tukas Baekhyun berusaha menyerang balik pada Sehun.

Lagi, Sehun hanya bisa terdiam mendapatkan kalimat itu.Kenapa hari ini Baekhyun mengucapkan semua kalimat yang selalu berhasil membuatnya bertanya pada diri sendiri seperti ini.

“Ah, sudahlah.Memang sulit berbicara pada orang-orang yang sedang jatuh cinta tetapi tidak mengakuinya.”Ujar Chanyeol seakan ingin menyinggung kedua sahabatnya itu. “Aku berani taruhan kau(Sehun) nantinya akan bersama Hye yeon dan kau(Baekhyun) akan bersama Eunji. Tapi kalau kau(Baekhyun) tidak mau, kurasa aku bisa mengambil Eunji darimu, bagaimana?”

Chanyeol langsung mendapatkan tatapan tajam dari Baekhyun akibat kalimat barusan. “See, kau tidak ingin aku mengambil Eunji darimu ‘kan?” … “Kau juga Sehun-a. Jangan sampai Hye yeon ada yang merebutnya darimu baru kau menyadari bahwa kau menyukainya.” … “Kenapa kalian berdua memandangiku seperti itu?Aku yakin saat ini kalian sedang mengiyakan kalimatku barusan didalam hati kalian ‘kan?Aku benarkan?”

Sehun memang menyadari perkataan Chanyeol ada benarnya, tapi Baekhyun?Namja itu masih meyakini dirinya tidak menyukai hoobae satu itu.

“Sudahlah.Ayo kembali ke kelas.Kurasa sebentar lagi bel masuk akan berbunyi.”Chanyeol berdiri dan berjalan duluan mendahului kedua temannya itu.

^^^

Namjoo bersembunyi dibalik salah satu rak buku yang berjejer diruangan itu.Setiap kali satu langkah maju diambilnya detik itu pula dia memundurkan langkahnya.Ada rasa ragu yang menyelimuti pikirannya ketika memandang seseorang yang sedang sibuk membolak-balikkan buku sejak tadi.“Ah, kenapa sulit sekali.Ada apa denganku?”Namjoo bergumam sendiri sambil menggigit kuku tangannya karena rasa gugup yang membanjirinya dirinya.

Namjoo melangkah dari ‘persembunyiannya’ tapi lagi-lagi kakinya langkah mundur.

“Namjoo-a, sedang apa?” Sapa Hyorin.

“Ah, aniyo.Eopseo-yo.”Namjoo berbohong. Dia tidak ingin ketahuan sedang mendekati seorang namja.

“Oh ya?”Hyorin tampak tidak percaya.Dia berusaha mengintip kearah tujuan Namjoo barusan.Sedangkan Namjoo bergerak-gerak kecil untuk menghalangi pandangan Hyorin.

“Ada apa eonni?”Namjoo berusaha berbicara dengan nada sewajar mungkin.Sejak awal, Namjoo memang tidak menyukai sosok Hyorin.Entahlah, tapi Hyorin selalu membuatnya merasa bahwa semua yang dilakukan gadis itu hanya sebuah kepura-puraan saja.Baginya, ekspresi yang terbentuk pada wajah cantik itu hanyalah topeng.

“Tidak ada apa-apa.Hanya ingin menyapamu.Tumben sekali aku bisa melihatmu di perpustakaan. Biasanya ak…”

“Kau juga, eonni.Biasanya kau selalu berkumpul dan bergosip dengan teman-teman cheerleaders-mu ‘kan?”Sela Namjoo cepat yang membuat Hyorin sedikit terperanjat.

“Begitu ya? Hoho…” Ujarnya sampai tertawa kecil yang dibuat semanis mungkin.“Mmm… belakangan ini aku jarang melihat Sehun oppa.Dia kemana?”

“Ada kok.Tadi pagi aku berangkat bersama dengannya.Tapi aku tidak tahu dia sekarang dimana.”Tanpa sadar Namjoo menjawab pertanyaan tidak penting itu dengan ketus. Entahlah, tapi setelah melihat cara Hyorin tertawa membuatnya tidak bisa menahan diri.

Hyorin sepertinya menyadari sikap Namjoo yang terlihat tidak senang dengan kehadirannya.“Oh, begitu ya.Baiklah, mungkin aku bisa bertemu dengannya jika aku ke lapangan basket sekarang.Bye, Namjoo-a.”Hyorin meninggalkan Namjoo sendiri setelah tersenyum semanis mungkin.

“Ah, kenapa dia harus hadir disaat seperti ini.Mengganggu saja.” Namjoo bergumam lagi sambil kembali mengintip kembali ke arah ‘sasarannya’, untuk memastikan sang target belum bergerak selama jeda waktu barusan. “Terserahlah apa yang terjadi nanti.Yang penting aku maju dulu.”Ujar Namjoo sambil menetapkan hatinya.

Menit berikutnya Namjoo sudah berada dibelakang seorang namja yang masih saja sibuk menekuni bukunya sambil sesekali mencatat sesuatu di note kecilnya.“Kyungsoo oppa…”Panggilnya pada namjayang langsung menengadahkan wajahnya saat namanya disebut.Sontak Kyungsoo langsung berdiri tegak begitu menyadari siapa yang menyebut namanya hingga membuatnya kakinya terbentur kaki meja.“Gwencana oppa?”Tanya Namjoo khawatir.

“Oo… Ne…”Jawab Kyungsoo agak tergagap.

Mereka saling berhadapan dalam diam. Tapi tidak ada yang berani menggangkat kepalanya. Mereka hanya berani saling mencuri pandang satu sama lain. Sebuah keadaan yang terasa sangat aneh setelah kejadian di taman tempo hari.

Kyungsoo merasakan kembali sensasi panas mengaliri seluruh tubuhnya bahkan hingga ke wajahnya disertai degup jantung yang berdebar cepat.Tidak perlu lagi Namjoo dalam pelukannya untuk bisa membuatnya merasakan seperti ini, hanya dengan saling berdiri seperti ini saja sudah bisa membuatnya merasakan nervous yang teramat sangat.

Sedangkan Namjoo, gadis itu hampir tidak bedanya dengan Kyungsoo. Bahkan dia sudah merasakan nervous sejak awal hanya karena ingin mengembalikan sapu tangan yang dipinjamkan namja itu tempo hari. Sapu tangan itu sejak tadi sudah berada digenggaman tangan tapi sepertinya dia harus mengurungkan niatnya mengembalikan sapu tangan itu karena sapu tangan itu sudah tidak berbentuk lagi karena sejak berdiri berhadapan dia terus meremasnya untuk menghilangkan kegugupannya.

“Opp…” “ad..”. Dua kata itu tidak ada yang selesai karena mereka mengucapkannya pada waktu yang bersamaan.“Kau saja yang duluan.”Kyungsoo mempersilahkan Namjoo untuk menyelesaikan kalimatnya duluan.“Tapi, bagaimana kalau kita duduk. Sepertinya kita mulai diperhatikan Shin songsaenim (seorang guru yang juga bertugas sebagai kepala perpustakaan).”

Mereka saling duduk bersampingan dan kembali diam diantara mereka. “Tadi kau mau mengatakan apa, Namjoo-si?” Tanya Kyungsoo berusaha memecah keheningan diantara mereka.

“Mmm… itu… mmm…” Namjoo kembali meremas kembali sapu tangan tersebut.“Mmm… siang ini kau mau ikut aku menjenguk Hye yeon eonni, tadi malam dia sudah sadar.”Namjoo mengatakannya sambil harap-harap cemas dalam hatinya.

“Sadar?Apa maksudmu? Bukannya dia hanya sakit cacar?”

Namjoo segera menyadari kesalahannya.Dia lupa bahwa tidak ada yang tahu tentang keadaan Hye yeon sebenarnya kecuali keluarga Oh dan keluarga Kang serta orang-orang yang ikut saat mencari Hye yeon.Namjoo terlihat gelisah.Dia mulai menggigit jari kukunya tanpa sadar.

“Namjoo-si, ada apa?” Tanya Kyungsoo hati-hati.

Namjoo mengubah arah duduknya sehingga bisa menatap lurus ke arah Kyungsoo.Untuk kedua kalinya Kyungsoo dibuat kaget oleh sikap spontanitas Namjoo.“Oppa, aku bisa mempercayaimu ‘kan?”Tanya Namjoo sungguh-sungguh sambil menatap lurus mata Kyungsoo.

“Waeyo?”Kyungsoo salah tingkah ditatap seperti itu dan tentu saja dibarengi dengan kerja jantungnya semakin menggila.

“Berjanjilah kau tidak akan mengatakan pada yang lain, eoh?” Namjoo berkata dengan suara yang sangat pelan.

“Arraseo.”Kyungsoo mengangguk setuju.

Namjoo meminta agar Kyungsoo mendekat padanya.Meski awalnya terlihat ragu, Kyungsoo akhirnya menggerakkan bangkunya mendekat pada Namjoo.Wajah Namjoo dan Kyungsoo mungkin hanya berjarak sekitar 2 jengkal karena suara Namjoo yang begitu pelan saat menceritakan hal yang sebenarnya terjadi pada Hye yeon.

Berkali-kali helaan nafas terdengar dari Kyungsoo maupun Namjoo.Kadang-kadang mereka terpaksa saling membuang pandangan saat menyadari bahwa wajah mereka semakin mendekat.

“Bagaimana, oppa mau ikut denganku menjenguk Hye yeon eonni?”Namjoo bertanya lagi setelah selesai menceritakan kejadian yang sebenarnya terjadi pada Hye yeon.

“Oke.”Balas Kyungsoo sambil melirik sekilas.

Jinjja?”Sebuah senyum terukir diwajah Namjoo. “Kalau begitu kita bertemu setelah jam pulang sekolah berakhir ya?”

Saat Kyungsoo mengiyakan permintaan Namjoo, bel tanda masuk ikut berbunyi nyaring yang menandakan berakhirnya jam istirahat siang. “Namjoo-si…” Panggil Kyungsoo saat gadis itu berjalan menjauhinya.“Mmm… boleh kuminta nomor ponselmu?”Kyungsoo terlihat hati-hati dengan permintaannya yang satu ini.

Sebuah senyum singkat menghiasi wajah Namjoo. “Mana ponselmu,oppa?”.Tidak butuh waktu lama bagi Namjoo untuk menekan kombinasi angka dan langsung men-dial-nya tanpa pikir panjang untuk bisa mendapatkan nomor ponsel Kyungsoo.Begitu ponsel miliknya berdering, dia langsung menyerahkan kembali ponsel Kyungsoo.“Nomormu juga akan kusimpan, oppa.

“Bukankah itu sapu tanganku?”Kyungsoo melihat sebuah sapu tangan yang tidak sengaja terjatuh saat Namjoo mengeluarkan ponselnya barusan.

Namjoo buru-buru memungut sapu tangan itu dan kembali memasukkannya ke saku rok sekolahnya. “Aku akan mengembalikannya lain kali padamu, oppa.

“Kenapa tidak sekarang saja?”Kyungsoo bingung.

Oppa lihat sendiri ‘kan?Sapu tangannya jatuh.Kotor.Aku akan mengembalikannya jika sudah bersih.”

It’s okay. Nanti bisa kubersihkan.”

Aniyo.Biar aku saja.” Tolak Namjoo.

“Tidak apa-apa.Lagian kotornya tidak parah kok.”Kyungsoo masih bersikeras.

Oppa, biar aku saja.Please…” Pinta Namjoo.“Biarkan aku punya alasan untuk bisa bertemu denganmu lagi selanjutnya.”Gumamnya sendiri dengan cukup pelan.

Kyungsoo salah tingkah lagi karena ditatap Namjoo dengan ekspresi yang memohon seperti itu.“Baiklah kalau itu memang tidak merepotkanmu.”

“Tidak akan.Aku janji.Aku duluan.Sampai bertemu nanti siang.”Ujar Namjoo sambil berjalan menjauh dan menuju kearah kelasnya dengan senyum tipis yang tidak pernah lepas dari wajahnya.

Setelah Namjoo menjauh, Kyungsoo hanya memandangi ponsel miliknya yang sedang memperlihatkan nomor ponsel Namjoo.Sambil menghembuskan nafas perlahan diiringin dengan elusan didadanya, dia tersenyum puas.

^^^

“Hye yeon-a, makan buah ini dulu.”Eunji berucap sambil menyerahkan sepotong apel yang baru saja dikupasnya.

“Ternyata menyenangkan ya jadi orang sakit.”Hye yeon menguyah sambil tersenyum jahil.

Eunji meliriknya dengan tatapan kesal.“Apanya yang menyenangkan? Jika sekali lagi kau melakukan hal seperti ini, aku tidak akan mau lagi menjadi temanmu. Plak..”Sebuah jitakan pelan mendarat dijidad Hye yeon.

“Appo, kenapa kau memukuliku?”

“Hanya ingin mengecek apakah otakmu masih cukup waras untuk bisa mengerti rasa sakit itu seperti apa. Wek..” Eunji menjulurkan lidahnya dan langsung memasang tampang tidak bersalah sama sekali. “Hye yeon-a, kenapa kau tiba-tiba setuju dengan perjodohan ini?”

“Hmm… Mungkin kau benar bahwa Sehun bukan pilihan yang jelek untuk dijadikan pasangan hidup.”

“Mwoya???”Eunji menatap sangsi atas jawaban tersebut.

Hye yeon hanya terkikik geli melihat ekspresi sahabatnya tersebut.“Entahlah, tapi aku merasa bahwa aku harus melakukannya apalagi setelah aku mengucapkan janji itu.”

“Janji? Janji apa? Pada siapa?”Eunji tampak bersemangat.

Tok… tok..

Suara ketukan pintu itu menarik perhatian dua gadis remaja yang ada diruangan tersebut.“Eonniiiiiii…”Sapa Namjoo bersemangat saat kepalanya nongol dipintu ruangan itu.“Oh, mianhe.Aku tidak tahu jika kau sedang ada tamu.”

“Tidak apa-apa.Silahkan masuk, Namjoo-si.”Eunji berucap santai.

“Kau pasti Eunji eonni.Teman baiknya Hye yeon eonni ‘kan? Aku Namjoo, adik ipar masa depannya Hye yeon eonni.” Ujar Namjoo sambil tersenyum sumringah.

Eunji hanya tersenyum geli sambil melirik pada Hye yeon yang sedang tertegun karena kalimat perkenalan yang sangat luar biasa dari Namjoo.

Oppa, masuklah.Kenapa kau hanya diluar?”

Oppa?Siapa Namjoo-a?”Hye yeon akhirnya bersuara.

Kyungsoo oppa.Teman sekelas eonni.Oppa, palli.”Ujar Namjoo sambil menarik Kyungsoo masuk.

“Apa kabar Hye yeon-si?”Sapa Kyungsoo agak canggung setelah tiba didepan Hye yeon. Hye yeon dan Eunji saling berpandang kebingungan(?).

Eonni, aku sudah menceritakan masalah pertunanganmu dengan oppa-ku padanya.Dan semua hal yang terjadi padamu beberapa hari ini.Tidak apa-apa ‘kan?Kyungsoo oppa sudah berjanji padaku untuk tidak membocorkan masalah ini pada siapapun.”Jelas Namjoo yang langsung direspon dengan anggukan pelan dari Hye yeon.

“Tidak masalah, Namjoo-a” Balas Hye yeon pada Namjoo kemudian beralih pada satu-satunya namja diruangan itu.“Apa kabar Kyungsoo-si?”

“Kurasa lebih baik darimu.”Kyungsoo memandangnya prihatin.

“Jangan memandangku seperti itu.Aku lebih baik dari yang kau bayangkan.Bagaimana rasanya kelas tanpa lawan yang sepadan denganmu?”Hye yeon berucap santai untuk meledeknya.

“Rasanya aneh melihatmu seperti ini.Cepatlah sembuh sehingga kelas tidak membosankan lagi bagiku.”

“Tenang saja.Bersiaplah untuk menyerahkan tahta juara kelas untukku karena aku tidak akan memberi ampun padamu.”Ejek Hye yeon.

Kyungsoo tersenyum geli.“Just dream on about that.Tahta itu sudah mutlak jadi milikku hingga aku aku lulus.”Namja ini masih saja bersikeras.

“I don’t think so. My advice, try to prepare for the worst from now.”Hye yeon tidak mau kalah. Tidak ada ekspresi jengkel, hanya sebuah senyum samar yang terus mengembang diantara keduanya.

“Oh ya? You’re al…”

Oppa, eonni. Kalian berdua sedang bicara apa?” Namjoo berucap frustasi melihat mereka berdua yang terlihat seperti orang bertengkar tapi malah saling senyum. Selain Namjoo, semuanya pada tertawa lepas.

Beberapa menit kemudian suasana mulai mencair. Semua orang diruangan itu saling bercanda satu sama lain hingga tidak ada yang menyadari bahwa pintu ruangan itu kembali terbuka dan masuk dua orang namja.

Oppa, kukira kau akan datang nanti malam?”Seru Namjoo saat menyadari kehadiran Sehun dan Baekhyun diantara mereka.

Sehun memperhatikan satu persatu orang yang berada diruangan itu.Dia bingung dengan kehadiran Kyungsoo. Sehun mulai berpikir macam-macam dan mulai kembali membuat spekulasi sendiri terhadap sejauh apa hubungan Hye yeon dan Kyungsoo hingga membuat namja itu bisa berada diruangan itu dan tampak akrab dengan semua yeoja yang ada disana terutama Hye yeon. Namun, kalimat dari Namjoo ternyata telah berhasil mengganti topik utama dibenaknya.

Oppa, besok Hye yeon eonni ulang tahun.Kami berencana untuk mengajak eonni keluar sebentar.Kau tidak perlu khawatir karena kami sudah mendapat izin dari dokter Lim. Kami berencana untuk mengadakan acara di Fun Frezh Café.Yah, sekedar makan-makan dan mengobrol saja.Kalian berdua mau ikut ‘kan?”Namjoo bertutur panjang lebar.

Sehun menoleh pada Hye yeon yang ternyata sedang membahas sesuatu dengan Kyungsoo.Hal itu tiba-tiba membuat Sehun merasa kesal.Kata yang diucapkannya pun tidak melewati otaknya dulu, melainkan langsung keluar tanpa filter apapun.“Tidak” Ujar Sehun ketus.

“Waeyo oppa?”Namjoo kembali bertanya, heran. Dan saat yang sama Hye yeon juga memandang ke arah Sehun dengan pandangan datar namun itu semua karena dia terkejut dengan jawaban namja itu.

“Aku sibuk.”Balasnya tak kalah ketus dari sebelumnya sambil membuang muka.

Meski masih bingung pada oppa-nya, Namjoo kini beralih pada Baekhyun untuk mempertanyakan hal yang sama. Baekhyun terlihat melirik pada Eunji dan Eunji ternyata juga sedang menoleh pada namja satu itu hingga pandangan mereka bertemu.Sejenak Baekhyun terlihat berpikir sebelum akhirnya menyampaikan jawabannya.“Aku ikut.”

Sehun mengerutkan jidadnya saat mendengar jawaban Baekhyun.“Sehun-a, belakangan ini banyak sekali tugas.Otakku butuh refreshing.Kurasa bergabung dengan mereka bukan pilihan yang buruk, benarkan Namjoo-a?”

Sehun mendengus tidak percaya mendengar kalimat Baekhyun barusan.

“Betul sekali.”Balas Namjoo bersemangat.“Kau yakin tidak mau ikut, oppa?”Tawar Namjoo lagi pada Sehun.

Disudut hati kecilnya, Sehun ingin mengiyakan tawaran tersebut tapi harga dirinya yang menghalanginya menarik kembali kalimat yang telah diucapkannya.Sekali lagi Sehun mencoba menoleh pada Hye yeon dan ternyata gadis itu sudah siap dengan tatapan datarnya yang sejak tadi.Situasi saling pandang itu ternyata memberi efek pada mereka yang menyaksikannya.Ada ketegangan yang muncul akibat hal tersebut dan membuat orang sekitarnya seakan menahan nafas tanpa sadar.

“Kurasa kita harus meninggalkan mereka berdua.Sepertinya ada hal yang ingin kalian bicarakan.Melihat kalian saling bertatapan seperti ini entah kenapa membuatku merinding.Eunji-si, kajja. Aku akan mengantarmu pulang. Namjoo-a, Kyungsoo-a, kalian berdua bisa ikut denganku kalau mau.”Ujar Baekhyun yang langsung memecah keheningan diantara mereka.Kalimat itu langsung membuat Eunji mengekspresikan kekagetannya tapi Baekhyun menolak untuk mempedulikannya.

“Tidak perlu.Kyungsoo oppa saja yang mengantarku pulang.Kau tidak masalahkan, oppa?”Namjoo menunggu respon Kyungsoo.

“O…oke.” Balas Kyungsoo agak tergagap namun langsung direspon dengan senyum manisdiwajah Namjoo.

“Kalau begitu kami duluan.Bye, eonni.” Ujar Namjoo yang tanpa sadar langsung mengalungkan tangannya dilengan Kyungsoo.Tak pelak Kyungsoo hanya bisa melotot kaget tanpa bisa mengatakan apapun.Hari ini gadis itu sudah berkali-kali berhasil menghancurkan irama normal dari kerja jantungnya. “Oppa, kau jangan meninggalkan Hye yeon eonni hinggaMin ajhumma datang, oke?” Pesan Namjoo kemudian menarik Kyungsoo keluar dari ruangan itu.

Baekhyun berjalan mendekati Eunji.“Kajja, kita juga harus pergi.”

“Ta… ta… tapi ak..aku…” Eunji bingung mau berucap apa. Baekhyun berjalan menjauh untuk mengambil tas Eunji dan kembali ke hadapan gadis itu tanpa berkata apapun selain menyerahkan tas sekolah tersebut. Meski ragu, Eunji akhirnya menyerah dan mengambil tas miliknya dari tangan Baekhyun. “Aku pulang, Hye yeon-a.Telepon aku jika ada apa-apa.”Pesan Eunji saat menoleh pada sahabat baiknya itu.

“Hye yeon akan baik-baik saja. Kau pikir Sehun itu monster yang akan melukainya? Mereka akan segera tunangan bulan depan dan sekarang mereka butuh bicara. Mengerti?”Ujar Baekhyun tepat didepan wajah Eunji.

Eunji tentu kesal dengan sikap Baekhyun tersebut.Dia mendengus marah tepat didepan muka Baekhyun.“Bye, Hye yeon-a”.Setelah tersenyum singkat pada Hye yeon, dia sengaja menggeser pelan tubuh Baekhyun dengan lengan tangannya untuk memberinya jalan.Namun dia berhenti sesaat disamping Sehun “Awas saja kalau sampai terjadi sesuatu pada sahabatku.”Kemudian gadis itu melanjutkan langkahnya keluar dari ruang inap Hye yeon.

“Aku duluan.”Baekhyun berujar singkat kemudian langsung mengejar Eunji.

Baekhyun melihat gadis itu melangkah keluar rumah sakit menuju kearah halte bus.Dia berlari kembali untuk mengejar gadis itu.“Kau mau kemana? Sudah kubilangkan aku akan mengantarmu pulang. Ayo ikut aku.”

“Aku bisa pulang sendiri.Berhentilah seolah-olah kita saling kenal, sunbae.” Tolak Eunji.

“Kita memang saling kenal.”Bantah Baekhyun cepat.

Eunji terdiam sesaat. Heran dengan sikap pede sang sunbae satu ini. Mereka belum kenal lama tapi kenapa sunbae satu ini bisa bersikap seperti ini padanya.Dia menghela nafas pelan kemudian melanjutkan langkahnya yang tertunda.Sungguh, dia sedang malas beradu argumen dengan namja satu ini.

“Kau mau kemana?Arah menuju mobilku bukan kesana.”Kali ini Baekhyun menggenggam lengan tangan Eunji untuk menahannya melangkah lebih jauh.

“Aku mau pulang.Aku lelah.Sunbae, ku tegaskan bahwa kita itu tidak saling kenal jadi berhentilah bersikap seperti ini.”Eunji berucap pelan sambil berusaha melepaskan tangan Baekhyun dari lengannya.

Baekhyun kembali meraih lengan Eunji kemudian menatap dengan serius.“Beri aku kesempatan untuk mengenalmu.Biarkan aku mengenalmu lebih jauh jika itu yang kau inginkan supaya aku bisa dekat denganmu.”

 

To Be Continued

That’s it Chapter 6. Gimana?Gimana?Ada yang kecewa.

Panjangnya kebangetan ga?Ada yang bosan?Atau masih adakah yang penasaran?

Speak your mind in your comment and don’t be a silent reader

See you in next chapter… bye #melambai bareng pohon kelapa… haha



Viewing all articles
Browse latest Browse all 4828

Trending Articles