Dating to Break Up
Author : Devilsdiva
Genre : Romance, Drama
Length : >1000. Songfict
Rating : T
Main Cast : Oh Sehun, Kim Jongin, Park Chanyeol, and You (as Park Hana)
Disclaimer : This story is mine. EXO milik Tuhan. Park Chanyeol suami aku~ *digebukin*
Ah! Maaf typo, kecepetan, biasa, feel kurang, aduh maaf.
Devilsdiva.wordpress.com
[ Epik High – Happen Ending ]
You POV
“Ya Sehun-” terlambat.. ia sudah mematikan sambungan teleponku.
Aku menghela nafasku panjang memandangi layar ponselku. Lagi.. hanya percakapan singkat yang kudapat setiap sore hari, sekali atau dua kali dalam sehari. Percakapan biasa yang bahkan tidak menggambarkan apapun.
Kau sedang apa, aku sedang melakukan penelitian, maaf aku sibuk, kutelepon lagi nanti, tidurlah, yah.. hanya itu percakapan kami setiap harinya selama setahun ini. Aku jadi penasaran, aku kekasihnya atau bukan. Cih, jika berakhir seperti ini kenapa tidak dulu aku tolak saja pernyataan cinta ‘buluk-tak berperasaan-tak romantisnya’ itu dulu?
Bodoh sekali mengingat betapa polosnya aku mengatakan ‘baiklah’ saat ia memintaku menjadi yeoja chingunya. Kalau saja aku tidak mengagumi dan mencintainya sejak dulu, akan kutolak mentah – mentah cintanya itu.
Sehun, namja chinguku selama setahun kebelakang ini adalah sunbaeku di kampus. Dia jurusan kedokteran sedangkan aku jurusan design. Jauh? Sangat. Berkenalan dengannya adalah suatu kebetulan, karena oppaku, Park Chanyeol adalah sunbae dari jurusan kedokteran yang paling dekat dengannya. Mereka berdua lebih mirip kakak – adik daripada aku dan Chanyeol oppa yang sering berjambak – jambakan denganku karena sepiring puding.
“Apa yang tadi itu Sehun?” kulirik pintu kamarku yang kini ditendang secara tidak sopan oleh oppaku sendiri. Dengan santainya ia memasuki kamarku sambil membawa piring dengan puding diatasnya.
“Untukku?”
“Kau gila.” dengan suapan lebar ia mengunyah sepotong puding coklat itu sendirian. Benar – benar.
“Kau tidak menjawab pertanyaanku tadi.”
Aku merebahkan tubuhku diatas kasur lalu menatap langit – langit kamarku dalam diam. Mengacuhkan pertanyaan yang jelas – jelas jawabannya ia tahu sendiri. Kudengar Chanyeol oppa meletakan piringnya disebelah mejaku. Dengan seenaknya ia ikut merebahkan tubuhnya disebelahku, bahkan menaruh lengannya diatas kepalaku,”Yah…”
“Kau tahu dia jurusan apa bukan?”
“Ara…”
“Dulu waktu aku baru setingkat Sehun, aku juga sesibuk dia bukan?”
“Hm…” jawabku seadanya,”singkirkan tanganmu.”
Chanyeol oppa tertawa dan malah semakin seenaknya dengan menaruh kakinya yang berat itu diatas perutku,”YAK!” aku mencoba menjitaknya tapi dia langsung menahan kedua lenganku, membuatku semakin gerah dan mulai menggerakkan kakiku untuk menendangnya. Alhasil kami saling menendang satu sama lain lagi.
“YA!” teriak seseorang dari depan kamarku, membuatku dan Chanyeol oppa langsung menghentikan pergulatan kami dan menengok kearah tersebut,”KALIAN SUDAH BESAR! KENAPA MASIH SEPERTI ITU EOH?!”
“Dia yang duluan, eomma!” Chanyeol oppa menunjuk wajahku dengan telunjuknya,”MWO?! YA KAU-!”
“SHIKEREO!” lagi, eomma berteriak dan membuat kami berdua langsung diam. Ia kembali mengoceh dan menyuruh Chanyeol oppa untuk pergi dan aku untuk merapikan lemari pakaianku sore ini. Selesai eomma mengoceh dan pergi, Chanyeol oppa dan aku bertatapan satu sama lain lalu tertawa geli.
Chanyeol oppa bangkit dari kasurku lalu mengambil piring bekas makannya tadi. Baru saja ia melangkah pergi, ia berbalik kearahku lalu dengan lembut mengusap puncak kepalaku,”Kau harus belajar mengerti Sehun jika kau ingin mempertahankannya, ara?”
Aku tersenyum kecil sambil mengangguk sekali,”Ara.. aku bahkan bisa mengerti betapa petakilannya oppaku selama hidupnya ini, yang bahkan tega meninggalkanku di pusat perbelanjaan sendirian karena tidak aku ijinkan membeli topi baru, dan lupa memberikanku kunci rumah sehingga aku menunggu didepan rumah sampai jam dua belas malam, bahkan-”
“YA!YA!YA!” protesnya cepat,”AKU TIDAK SENGAJA KEMARIN!”
“Oh ya? Kau bahkan-”
“PARK HANA! PARK CHANYEOL!”
“NEEEE!” seru kami berdua menjawab teriakan eomma dari bawah sana. Chanyeol oppa mendengus kesal lalu berbalik pergi meninggalkan kamarku. Setelah ia menutup pintu, hening kembali menyelimutiku saat ini. Ini weekend, aku ingin bertemu dengannya, menghabiskan waktu dengannya, kenapa sulit sekali…
~x~o~x~o~
Aku senang sekali hari ini Sehun mengajakku berjalan – jalan. Entah apa yang terjadi dengannya di hari minggu ini, mungkin ia terbentur buku kedokteran tebalnya semalam, sehingga ia sadar untuk melihatku kali ini saja.
Setelah menerima pesan singkat darinya, dengan cepat aku bersiap untuk bertemu dengannya siang ini. Aku bahkan merombak isi lemariku untuk memilih pakaian yang akan aku gunakan. Walaupun pada akhirnya aku hanya memakai celana jeans, dengan atasan lengan tiga perempat berwarna putih, cukup terlihat manis.
“HANAAA! Ada Sehun dibawah!”
“NEEE!” aku segera memakai ketsku dari dalam kamar, lalu membuka roll rambut panjangku, dan sedikit merapikan penampilanku.
“Perfect.”
Aku menuruni tanggaku terburu – buru, lalu melihatnya yang kini sedang melirikku dalam diam,’Tampan sekali.’ teriakku dalam hati. Ia hanya menggunakan pakaian casual, jeans dan kemeja biru donker dengan kancing yang terbuka dibagian atasnya. Oh my God.. calon dokter ini..
“Terpana, eoh?” sindir Chanyeol oppa yang kini merangkul bahuku. Dengan cepat aku menyingkirkan tangannya tersebut lalu menghampiri Sehun,”Kajja!”
Ia mengangguk sekali lalu mengulurkan tangannya kearahku. Apa ini? Apa dia ingin bergandengan tangan denganku?! Apa yang terjadi dengan Sehun? Astaga dia pasti-
“Jam tanganku?” tanya Sehun yang langsung membuyarkan imaginasiku. Ia bukan ingin menggandeng tanganku, tapi meminta jam tangannya yang waktu itu aku sengaja ambil untuk aku gunakan didepan teman – temanku.
“Yaish.” aku membalikan tubuhku kembali ke kamar untuk mengambil jam tangannya. Tak lama kemudian aku kembali sambil membawa benda itu lalu memberikannya pada Sehun. Dengan santai ia memakai benda itu lalu menunduk hormat pada eomma dan Chanyeol oppa untuk pamit pergi.
Kulirik Sehun yang kini berjalan disebelahku. Tanpa bergandengan tangan. Hanya berjalan beriringan bersama. Astaga.. aku harusnya senang saat ini. Tapi kenapa aku merasa kesal karena kejadian barusan. Aku terlalu berharap banyak dari pria ini. Dan itu menyebalkan.
“Kau kenapa?” tanyanya membuyarkan lamunanku lagi. Aku hanya tersenyum kecil lalu menggeleng pelan untuk menjawab pertanyaannya.
“Kau tidak suka berjalan denganku?”
“Aniya…”
“Lalu? Kenapa cemberut?” Sehun mensejajarkan wajahnya denganku. Dia menatap mataku lurus, seolah mencari sesuatu, membuatku sedikit salah tingkah karenanya.
“Aniya…” aku sengaja tersenyum lebar untuk menunjukkan padanya aku baik – baik saja,”Lihat, aku tersenyum kan?”
“Kau menyeramkan.” ucapnya datar. Kedua tangannya tiba – tiba mencubit kedua sisi wajahku lalu melebarkannya,”Senyummu tidak wajar, kau tahu itu?”
“YaEhuah!Apa!Awawawa” dia tertawa melihatku lalu melepaskan cubitannya tersebut. Tangan kirinya turun memegang telapak tangan kananku, membuatku sedikit terkejut karenanya. Ia tersenyum lalu menarikku mengikutinya.
Selama setahun bersama dengannya, kami tidak pernah melakukan skinship seperti berciuman atau berpelukan. Bahkan berpegangan tangan seperti ini saja bisa dihitung dengan jari.
Awalnya acara jalan – jalan kami berjalan dengan lancar. Sampai akhirnya Sehun bertemu dengan seorang lelaki yang ternyata teman semasa sekolahnya dulu saat kami sedang makan malam bersama. Ia sangat ramah kepada temannya itu, bahkan mengajaknya makan bersama. Sanking serunya bercanda dengan temannya itu, sampai ia melupakan ada aku disini.
“Hana, kami ingin pergi ke tempat bermain kami dulu, kau ingin ikut?” tanya Sehun semangat. Aku tersenyum lalu menggelengkan kepalaku cepat,”Aniya, kau bisa pergi. Aku akan pulang sendiri naik taksi.”
“Jinjja?”
Aku menganggukkan kepalaku cepat,”Gwaenchana. Bersenang – senanglah.”
“Jja!”
Begitu saja ia pergi meninggalkanku sendirian dengan temannya tersebut. Saat mereka berjalan kearah yang berlawanan denganku, sekilas kudengar temannya tersebut mengatakan bahwa ia masih berhubungan dengan wanita yang disukai Sehun dulu, raut wajah Sehun terlihat senang dan mereka semakin menjauh.
Aku menghela nafasku panjang melihat punggungnya yang kian menjauh itu,”Mempertahankan, eoh?”
“Hana?” aku menoleh kebelakangku dan menemukan Kim Jongin, teman semasa kecilku sejak taman kanak sampai tingkat pertama itu, kini melihatku sekarang dengan tatapan takjub,”Oh my God..” lirihku pelan melihat penampilan temanku tersebut.
“Jongin!” pekikku histeris lalu berlari kearahnya untuk memeluk pria itu.
Kurasakan lengan pria itu melingkar dipinggangku, membalas pelukanku dengan erat,”Yah.. tidak berubah eoh?” bisiknya tepat ditelingaku. Aku tertawa dibalik bahunya lalu melepaskan pelukanku tersebut.
“Apa kabarmu? Kudengar kau pergi ke luar negeri untuk belajar tari? Bagaimana bisnis eommamu? Apa kabar Monggu? Berapa banyak anjingmu sekarang?”
“Woah woah..” Jongin menutup mulutku dengan telapak tangannya,”banyak sekali pertanyaanmu nona.”
Aku mendengus kesal lalu menyingkirkan tangannya tersebut,”Kau menghilang…” ucapku pelan. Mengingat bagaimana dulu tiba – tiba dia hilang lalu aku sendirian menjalani hariku di sekolah tingkat pertama dulu.
“Masih manja.” Jongin tersenyum lalu menggenggam kedua tanganku erat,”Bagaimana kalau secangkir coklat?”
“Kau tahu favoriteku!”
“Kita ke tempat favorite kita dulu?”
Aku membuka mulutku lebar,”Maksudmu cafe tempat Chanyeol oppa mentraktir kita dulu masih ada?”
“Tentu, kau tidak pernah kesana?” aku menggeleng pelan, Chanyeol oppa berbohong padaku selama lebih dari lima tahun?! Karena menangisi Jongin, setiap aku ingin ke cafe itu untuk mengingat Jongin, Chanyeol oppa selalu melarangku kesana dan tiba – tiba mengatakan padaku cafe itu tutup sebelum kami akhirnya pindah rumah walaupun masih daerah Seoul. Dan bodohnya aku percaya pada jangkung, tukang makan, perebut puding itu?! ASTAGA…
“Hana?” Jongin menjentikan jarinya didepan wajahku, membuatku kembali ke alam sadarku.
“Kita pergi?”
Aku mengangguk cepat mendengar pertanyaannya tersebut,”Kajja!”
Jongin dan aku berjalan disisi jalan Seoul sambil mengingat – ingat kenangan kita pada masa lalu. Terlalu banyak yang kami ingat dan ingin kami sampaikan. Sampai saat berada di mobilnya menuju tempat favorite kami tersebut, waktu tidak terasa sama sekali karena kami terus bercanda tanpa henti.
“Kajja, kita turun.” Jongin melepaskan seatbeltnya lalu keluar dari mobil untuk membukakan pintu disebelahku.
“Yah.. sejak kapan kau berubah jadi manly seperti ini?”
“Bukankah sejak dulu aku selalu seperti ini?”
Aku mendengus sebal lalu meninju lengannya pelan,”Yang benar saja.”
Jongin sengaja memarkirkan mobil sportnya agak jauh dari cafe tersebut, agar kami bisa berjalan menyusuri jalanan dipinggir toko – toko tersebut sambil berbicara. Terlalu banyak yang ingin Jongin ceritakan sampai ia mengatakan di cafe tidak akan cukup waktu untuk bercerita denganku.
Aku tidak henti – hentinya tertawa karena kelakuannya yang membuatku sakit perut. Ia menceritakan kisahnya saat belajar menari jazz di Inggris dulu. Dia sama sekali tidak mengerti apa yang dikatakan gurunya, jadi ia hanya mengatakan ‘yes’ pada setiap pertanyaannya dan malah mendapat makian.
“Berhenti tertawa… kau menyakiti perasaanku.” gerutu Jongin lalu melipat kedua tangannya didepan dada. Aku menghentikan langkahku untuk menarik nafas lalu berpegangan padan lengannya. Aku mencoba menghentikan tawaku untuk beberapa saat. Tawaku langsung terhenti begitu saja saat aku tidak sengaja melihat restaurant disebelahku.
Tidak, bukan restaurant itu yang menjadi masalahku.
Tapi orang yang berada didalam sana.
Sehun.
Saat ini ia sedang bersama teman – temannya, termasuk temannya yang tadi. Ia duduk bersebelahan dengan wanita yang sangat cantik, bahkan bisa kukatakan mirip dengan anggota SNSD. Apa ia wanita yang dimaksud temannya tadi?
Wanita itu terlihat sangat dekat dengan Sehun. Mereka berdua tertawa dengan bebas. Yah.. apa ini.. kenapa aku merasa sesak..
Aku tidak pernah membuat Sehun tertawa selepas itu. Sehun tidak pernah tertawa seperti itu saat bersama denganku. Bahkan tersenyum pun jarang kulihat.
“Hana?”
“Eo? Ne?”
“Kau kenal mereka?” kulihat Jongin kini memperhatikan Sehun dan teman – temannya,”Eo?” ia menunjuk kearah Sehun dengan wajah terkejut.
“Wae?”
“Daeun sunbaenim?” tanya Jongin pelan yang terdengar lebih ke dirinya sendiri,”Apa itu Daeun sunbaenim? Dulu aku pernah melihat Daeun sunbaenim dengan pria disebelahnya itu di Inggris.”
Aku terdiam mendengar perkataan Jongin barusan.
Ia mengenal gadis itu, dan aku mengenal pria itu. Setahuku memang dulu Sehun pernah ke Inggris dua tahun. Tapi aku tidak tahu kalau Jongin pernah melihatnya… kebetulan macam apa ini.
“Kau mengenalnya?” aku menghela nafasku panjang lalu tersenyum kecil kearah Jongin,”Kurasa aku harus membatalkan rencana kita hari ini, Jongin.”
“Ne?”
“Aku tiba – tiba tidak enak badan.” bohongku. Ya.. aku tidak enak badan. Tepatnya perasaanku. Seolah dihisap oleh dementor, makhluk hitam di film Harry Potter, perasaanku tiba – tiba berubah kosong dan ingin menangis sejadi – jadinya setelah melihat Sehun hari ini.
“Apa karena-”
“Ani. Aku tidak mengenal mereka. Dan ini bukan salahmu. Aku hanya-”
“Keurae.” potong Jongin cepat lalu tersenyum kepadaku,”Aku tahu kau berbohong. Aku tahu apa yang terjadi denganmu. Perasaanmu pasti sedang sangat kacau setelah melihat orang itu” Jongin menunjuk Sehun dari kejauhan,”karena kau berubah setelah melihat orang itu,”
“Jongin-” ia menutup mulutku dengan telapak tangannya lagi,”Aku yang akan mengantarmu pulang.”
Jongin menarik tanganku kembali ke mobilnya lalu mengantarku pulang.
~x~o~x~o~
Author POV
“Aigoo.. kau sudah-” kata – kata Chanyeol terhenti begitu melihat orang yang mengantar Hana saat ini,”pulang…” ucapnya pelan.
“KIM JONGIN!” seru Chanyeol lalu memeluk pria tersebut,”Bagaimana kalian bisa bersama? Kenapa kau bisa bersama Jongin? Apa yang terjadi?”
Jongin tersenyum lembut lalu mengusap puncak kepala Hana,”Istirahatlah.. kita bertemu lagi besok.”
Hana menganggukan kepalanya lalu berbalik memasuki rumahnya.
“Waeyo? Apa yang terjadi? Apa Hana sakit?”
“Kurasa begitu.”
“Kita masuk! Kurasa kau berhutang banyak penjelasan saat ini tentang dongsaengku!”
Jongin tertawa lalu menganggukan kepalanya sekali,”Ara…”
~x~o~x~o~
Hana memasuki kamarnya dengan tatapan kosong. Dilihatnya ponsel yang berada ditangannya saat ini. Tidak ada telepon bahkan pesan masuk ke dalam ponsel tersebut. Yang ada hanya wallpaper foto Sehun dulu.
Selain jarang melakukan skinship, Hana juga tidak pernah berfoto bersama dengan Sehun karena Sehun sangat tidak suka difoto. Jadi Hana diam – diam mengambil foto Sehun saat Sehun sedang berjalan di koridor kampusnya.
Tidak pernah melakukan skinship.
Tidak pernah berfoto.
Berhubungan telepon hanya sekali sehari.
Selalu diperlakukan biasa saja didepan teman – temannya.
Setahun.
“Apa aku benar – benar milikmu.. Sehun ah?” lirih Hana pelan. Ia menjatuhkan tubuhnya keatas kasur lalu menangis sejadi – jadinya dengan wajah yang sengaja ia tutupi bantal.
Ya… kenapa ia baru menyadarinya sekarang. Kenapa ia baru menyadari semuanya setelah melihat Sehun tertawa bersama gadis tadi. Kenapa…
~x~o~x~o~
Tiga hari berlalu sejak kejadian di hari Minggu tersebut. Tiga hari lamanya juga baik Sehun atau Hana saling tidak menghubungi satu sama lain. Hana tidak mau menghubungi Sehun karena ingin menenangkan perasaannya terdahulu. Sedangkan Sehun hilang tanpa sebab.
Hana bahkan tidak mau ke kampus demi menenangkan dirinya dahulu. Untungnya seminggu ini ia jarang memiliki kelas untuk didatangi. Tapi Chanyeol, ia selalu datang ke kampus dan melihat Sehun yang bersikap biasa saja kepadanya.
Chanyeol tahu apa yang terjadi dihari minggu, dan sangat tahu orang yang tidak diketahui oleh Jongin adalah Sehun, namjachingu dongsaengnya tersebut. Tapi ia tidak bisa ikut campur, karena akan menyakiti perasaan Hana saja.
Jongin setiap hari masih sering bermain ke rumah Hana dan mengajaknya bercanda, walaupun responnya tidak terlalu menyenangkan. Tapi Jongin paham, itu Hana yang biasa.
“Mau menemaniku ke taman?” tawar Hana tiba – tiba, mengajak Jongin yang kini sedang menonton televisi di kamarnya.
“Tentu, kajja.”
Dengan tangan yang berada disaku jaket masing – masing, kedua orang itu berjalan dengan santai menyusuri jalan menuju taman terdekat didaerah perumahan tersebut.
Mereka berdua berbincang ringan soal keseharian mereka. Hana mulai bisa bercanda dengan Jongin saat ini. Bahkan ia bisa tertawa seperti awal mereka bertemu kembali waktu itu. Jongin sangat senang menjadi alasan tawa Hana saat ini. Sampai akhirnya langkah Hana kembali terhenti ketika melihat sepasang insan sedang bercanda diujung jalan, Sehun dan wanita itu.
Jongin yang menyadari hal tersebut langsung berbalik dan menarik tangan Hana untuk menjauh,”Kita pulang.” ucap Jongin tegas, tapi Hana tetap terdiam melihat kedua orang tersebut.
Matanya mulai berkaca – kaca saat melihat Sehun merangkul gadis itu lalu berbalik berhadapan dengan gadis itu. Sehun berdiri memunggungi Hana sehingga pandangan Hana tidak jelas dengan apa yang sedang pria itu lakukan sekarang. Yang bisa Hana lihat hanya gadis itu menutup kedua matanya, ditambah lagi sebelah tangan Sehun yang kini memegang wajah gadis tersebut, posisi yang bahkan semua orang bisa tahu mereka saat ini sedang berciuman.
Tanpa Hana sadari, airmatanya sudah jatuh begitu saja dikedua pipinya. Jongin yang melihat itu langsung membalikan tubuh Hana dan memeluknya erat. Menghalangi pandangan gadis tersebut dari pria itu.
“Dia tidak pantas untukmu, Hana.” ucap Jongin pelan.
~x~o~x~o~
Hana kembali mengurung diri dikamar selama dua hari penuh. Chanyeol bahkan sudah berusaha untuk menghibur adiknya tersebut dengan membelikannya puding, tapi Hana terus mengurung diri disana. Jongin mengatakan pada Chanyeol kalau itu percuma, Hana pasti akan kembali kalau ia sudah siap.
Hana memeluk kedua lututnya sambil menatap ponselnya yang sejak lima hari yang lalu tidak ada telepon bahkan pesan masuk dari Sehun.
“Apa aku harus melepaskannya…” lirih Hana dengan airmata yang kembali terjatuh dari pipinya. Hana menghapus air matanya dengan kasar,”Ani, ini harus diselesaikan.”
Hana menekan nomor satu pada ponselnya tersebut dengan cepat. Layar ponselnya menunjukan nama Sehun yang kini sedang dihubungi olehnya.
“Ani.” dengan cepat ia mematikan panggilan itu lalu membuka bagian pesan dan mengetik sesuatu disana.
“Selesai.” ucap Hana lalu tersenyum senang setelah mengirim pesan tersebut ke Sehun.
“Tidak ada penyesalan.” ucapnya pada dirinya sendiri. Ia tersenyum puas lalu membuka baterai ponselnya tersebut,”Tidak ada penyesalan…”
Disisi lain Sehun sedang membuka pesan masuk diponselnya. Ia membaca pesan tersebut dengan serius. Bahkan selesai membacanya, ia membaca ulang pesan itu lagi.
“Hana…”
~x~o~x~o~
“Yah! Kim Jongin!” seru Hana dari lantai dua pada makhluk yang kini sedang santai memakan keripik bersama oppanya sambil menonton televisi. Kedua orang tersebut langsung menengok kearah Hana dengan mulut yang terbuka lebar. Gadis itu tiba – tiba tersenyum dan berbicara setelah dua hari lamanya seperti orang mati didalam kamar.
“Kita ke cafe favorite kita? Kau janji mau mentraktirku.” ucap Hana sambil menuruni tangga. Sedangkan orang yang diajak bicara hanya terbengong sama dengan orang yang berada disebelahnya.
“Waeyo?”
“K-kau sehat?” tanya Jongin lalu menyentuh kening Hana, begitu juga dengan Chanyeol,”Kau terbentur pintu tadi?” tanya Chanyeol gantian.
“Gwaenchana..”
“Jinjja?”
Hana menganggukan kepalanya yakin menjawab pertanyaan Jongin lalu mengaitkan lengannya pada lengan pria tersebut,”Bantu aku.”
Jongin yang seolah mengerti maksud gadis itu tersenyum lalu mengusap puncak kepala gadis itu pelan,”Arasso.. ppalli.. ganti bajumu, kita kesana.”
“Gomawo.. Jongin ah.”
“Uum.”
~x~o~x~o~
Sehun menjalankan mobilnya menuju ke rumah gadis tersebut. Pikirannya tidak tenang saat membaca pesan gadis tersebut.
“Berakhir?” Sehun mendengus pelan mengingat isi pesan tersebut,”Kau tidak bisa mengakhiri hubungan kita, Park Hana.” Sehun mencengkram kemudi mobilnya erat.
“Tidak akan…”
Saat ini lampu jalanan sedang menunjukkan lampu merah. Sehun menghentikan mobilnya tepat dibelakang garis zebra cross jalan tersebut. Sambil menunggu lampu berubah menjadi hijau, Sehun terus memikirkan Hana tanpa henti.
Semua orang yang berada dimasing – masing ujung jalanan tersebut mulai berjalan menyebrangi jalan tersebut. Sehun yang awalnya mengetuk – ngetukan jarinya di kemudi mobilnya dengan gusar, tiba – tiba berhenti ketika melihat objek yang sangat ia kenal, Hana.
Diantara kerumunan orang yang sedang menyebrang tersebut, gadis itu memeluk lengan seorang pria sambil tertawa bersama. Hana tersenyum begitu manis kearah pria tersebut, membuat Sehun semakin mengeratkan pengangannya pada kemudi mobil.
“Hana…” desis Sehun pelan.
Detik itu juga, Hana tanpa sengaja melihat kearah kirinya, dimana mobil Sehun sedang berhenti tepat didepannya. Ia melihat Sehun didalam sana sedang memandangnya intens. Hana tidak menghentikan langkahnya tapi juga tidak melepaskan pandangannya dari Sehun.
“Hei, kau bisa jatuh kalau terus melihat ke belakang.” ucap Jongin yang langsung membuat Hana menengok kearahnya,”Kau lihat apa?”
Hana menggelengkan kepalanya pelan menjawab Jongin, lalu mengeratkan pegangannya pada lengan pria tersebut dan berjalan lurus bersama dengannya.
‘Tidak ada penyesalan….’
TBC or The End?
Random banget tak sih~ abis dengerin oom Epik High langsung ngetik begini. Tolong bantuannya untuk FF ini, lanjut atau tidak?
Anyway, maaf kalau ada yang sensi disini ada Daeunnya wkwk jangan gitu, dia hanya nama disini. Bukan Daeun asli. Okey? Mian~~
Kalau begitu, JANGAN LUPA COMMENT! Annyeong~~~
