THE END OF MY HEART
A Fiction By Maii (@Maii041095)
Oh Sehun Han Ri-Ah Kim Joonmyun
EXO
PG-17 Romance, Friedship.
“My dream has came to kill me, and I know I can’t do anything…”
*****
SOPA HIGH SCHOOL’s BACKYARD
“Aku memilihmu tanpa beralasan, pada dasarnya hanya mengikuti naluri saja. Jadi…” gadis yang sedang berada dalam posisi berbaring itu merubah posisinya jadi menyamping, menatap teduh pada pahatan indah Tuhan yang kini bersetatap dengannya, lalu membubuhkan seringai kecil pada salah satu sudut bibirnya sebelum lanjut berbicara, membuatnya terlihat seperti iblis betina. “Jangan salahkan aku jika suatu saat nanti mungkin aku akan melepaskanmu tanpa alasan juga, Sehun.”
“Em, kau boleh melakukannya.” Pria yang dipanggil Sehun itu menyahut acuh, tak terganggu sama sekali dengan perkataan menyebalkan dari gadis arogan yang kini menjadikan perutnya sebagai bantal, sementara dirinya menyibukkan diri sendiri dengan memainkan rambut blonde gadis itu dengan jemari. “Saat aku mati, mungkin.”
“Tunngu,” Sehun memasang ekspressi berpikir, “Aku tidak yakin kau akan melakukannya, Han. Kau ‘kan, terlalu mencintaiku.”
Mereka berdua lalu tertawa ringan, menikmati setiap detik yang dilalui bersama dengan belaian angin musim dingin yang masih tersisa di penghujungnya. “Jujur saja,” Sehun mengalihkan tangannya pada pipi gadis itu, sementara tatapnya masih tertuju pada langit sore Seoul yang cerah di suhu yang masih terasa begitu dingin dan menusuk padahal musim dingin nyaris usai di penghujung Februari ini. “Aku benar-benar tidak mengira kau akan memilihku, Han. Dan aku berterimakasih, tentu saja.” Lanjutnya dengan nada rendah. “Padahal Joonmyun hyung kan lebih—”
Gadis itu menempelkan telunjuknya di bibir Sehun sebelum pria itu sempat menyelesaikan kalimatnya barusan, lantas tersenyum lembut pada Sehun saat pria itu menoleh kearahnya. Sesuatu yang selalu membuat rongga pernapasan pria itu menyempit sehingga oksigen tidak mengalir dengan baik.
“Aku sudah mengatakan alasannya,” ujar gadis itu setelah sedetik lalu menarik jemarinya darisana, lalu mendekatkan diri dan mengecup bibir pria itu singkat. “Itu hanya faktor keberuntunganmu saja, Sehun. Sebenarnya aku bisa saja memilihnya tadi.”
Sehun menarik leher belakang gadis itu dan mempertemukan bibir mereka dalam sebuah ciuman hangat, membawa gadis itu kedalam dirinya. Tidak berniat untuk mempedulikan ucapan gadis itu sama sekali, karena nyatanya, gadis itu telah memilihnya.
Dia menggerakkan bibirnya lambat-lambat, sedangkan tangannya turun dari leher, melewati punggung gadis itu dan menuju ke pinggang, lalu melingkar protective disana. “Aku mencintaimu.”
*****
EXO-K’s DORM, FEW DAYS LATER.
BRAK!
Sehun mendongak saat melihat sebuah map coklat kini terpampang diatas meja ruangan tengah dorm EXO-K setelah dibantingkan kesana oleh manager dan menimbulkan sedikit suara gaduh. Dia menatap pria yang lebih tua beberapa tahun darinya itu datar nyaris dingin, dengan ekspresi yang sama sekali bukan dirinya; mencoba untuk tidak peduli sama sekali.
“Buka!” ujar manager, dengan nada geram. Joonmyun yang baru saja keluar dari kamar karena keributan itu hanya menatapi apa yang terjadi disana dari ambang pintu kamarnya yang juga merupakan kamar Sehun, kemudian mendekat setelah manager memanggilnya dan member yang lain untuk bergabung.
“Ini masalah besar jika gambar itu sampai ke tangan pers, Sehun. Aku yakin kau mengerti.” Manager kembali berujar tanpa bisa menyembunyikan nada tegasnya saat Sehun melihat-lihat isi map coklat tadi yang ternyata isinya adalah beberapa lembar photo yang dicetak dalam kertas berukuran A4, photo dirinya dengan kekasihnya beberapa hari lalu di taman belakang Seoul Performing Art School yang nyaris selalu sepi itu, tanpa sama sekali mengeluarkan ekspressi apapun. Hanya menatapi kertas-kertas itu bergantian dengan ekspresi nyaris malas.
Dalam bentuk abadi berbentuk dua dimensi itu terlihat, seorang Oh Sehun, tengah berciuman dengan seorang gadis, dari sudut samping. Jelas sekali, tanpa reka sama sekali. Itu yang paling parah. Photo lainnya hanya berisi tawa Sehun dan gadis itu, atau gadis itu yang berbaring di perut Sehun.
“Tidak sampai ke pers, kan? Setidaknya belum.” Sehun menghela napas, “Dan tidak akan, jika tidak ada orang dalam yang—”
“KAU!”
Manager benar-benar tersulut emosi, pria itu maju kearah Sehun, dan benar-benar nyaris menerjang magnae EXO-K itu jika saja Chanyeol dan Jongin tidak langsung menahan. “Ini bukan hanya tentang kau, Sehun-ssi!”
“Hyung, tenang!” Joonmyun buka suara, ikut menarik manager mereka agar kembali duduk. Kyungsoo dan Baekhyun terlihat tegang dalam duduk mereka, menatap photo magnae mereka yang teronggok diatas meja setelah Sehun baru saja menyimpannya disana, benar-benar menyadari bahwa Oh Sehun tidak sepolos kesehariannya jika menyangkut seorang gadis, ternyata.
Mereka memang terkenal keras, tapi Joonmyun tidak menyangka bahwa akan sampai sekeras ini. Nyaris melukai Sehun dalam jangka beberapa hari menuju panggung showcase mereka yang sudah tersiapkan dengan matang.
“Kau!” manager menunjuk magnae group calon rokkie itu masih dengan tatapannya yang sangar, dengan napas yang kian memburu, dan, nyaris tidak ada siapapun yang berada di pihak Sehun saat ini. Magnae memang bersalah. “Jauhi gadis itu. Kau dengar?”
Sehun berdiri dan menantang manager hyung-nya dengan tatapan dingin yang ia miliki. Entah kemana melayangnya sisi magnae yang selama ini selalu melekat erat pada dirinya. Yang jelas, saat ini Sehun seperti bukan Oh Sehun si magnae polos dengan sejuta aegyo. Sehun berkata sebelum akhirnya berdiri dan enyah dari ruangan dengan suasana panas itu. “Aku tidak bisa.”
“Itu untuk kebaikanmu juga! Ya!” Enam orang di ruangan itu hanya bisa menghela napas saat Sehun, dengan kurang ajarnya sama sekali tidak berhenti melangkah tak menghiraukan nasihat manager sama sekali, dan malah membantingkan pintu dengan keras, sebelum menghilang dibaliknya.
“Tenang saja, hyung, kita akan membantu.” Chanyeol bersuara, yang langsung mendapat anggukkan setuju dari Baekhyun dan Kyungsoo.
“Ne,” Joonmyun, leader EXO-K itu juga ikut mengiyakan, “Jangan khawatir. Kita pasti membantu. Ini hanya masalah waktu, hyung.”
*****
“Sehun, aku baru saja akan—ya! Ada apa? Kau mau membawaku kema—ya! Aish, tanganku!”
Sehun tidak tau apa yang akan terjadi didalam jika saja dia tidak memutuskan untuk keluar beberapa detik lalu. Karena tepat saat dirinya menutup pintu, dia melihat sosok seorang gadis dengan kantung besar disalah satu tangannya hendak masuk kedalam dorm EXO-K, berjarak beberapa langkah dari sana.
Dia membiarkan kantung besar yang berisi sayur, buah-buahan, dan daging sapi beku itu terjatuh begitu saja dan menjadi sampah dijalanan, dan memutuskan untuk menarik lengan gadis itu lalu memasuki bis kosong yang kebetulan lewat beberapa meter setelah Sehun berjalan cepat sembari menarik-narik gadis dibelakangnya.
Sehun mendorong gadis itu untuk duduk di bangku paling belakang dari bus itu yang nyaris kosong, hanya berpenumpang dua orang nenek dan beberapa pria paruh baya.
“Mwosseumnika? Aish jinjja baboya! Aku sudah merelakan waktu berhargaku dihabiskan hanya untuk berbelanja bahan makanan untuk kalian yang selalu kelaparan, dan Kyungsoo pasti akan berbaik hati untuk memasakannya untuk kita berenam, dan aku juga berniat baik untuk meminta maaf pada Joonmyun jika saja kau tidak—”
“Han, dengar.” Sehun menarik gadis itu kedalam pelukan yang erat nyaris menyesakkan, setelah beberapa detik lalu menutup kepalanya dengan hoodie yang menempel dengan sweater yang digunakannya. Membuat celotehan gadis itu terhenti seketika. “Apapun yang terjadi, kau harus percaya padaku. Kau… harus tetap berada dipihakku.”
Saat pelukan pria itu menekan punggungnya dengan kuat, gadis itu tahu bahwa ada sesuatu yang tidak beres. Jadi dia memilih untuk diam dan mengangguk. Menunggu. Menunggu pria itu tenang dulu. “Kau tidak perlu meminta untuk itu.”
Gadis itu menjawab dengan nadanya yang tenang, lalu dengan perlahan mendorong dada Sehun, melepaskan pelukan itu dan menghapus air mata itu wajah tampannya dengan jemari. Dia tidak tahu dan tidak perlu untuk mengetahui apa masalah yang menorehkan warna tak menyenangkan dalam hidup prianya yang bernama Oh Sehun itu, tapi… “Aku akan selalu ada. Untuk apapun, kapanpun. Untukmu.”
*****
EXO-K’s DORM, 01.08 AM
Sehun membuka pintu dorm, dan menutupnya dengan amat pelan. Ini sudah lebih dari jam satu malam, jadi dirinya yakin bahwa semua member sudah tertidur dan… ia harus berterimakasih pada seseorang yang sengaja berbaik hati tidak mengunci pintu untuknya.
Pemuda itu menghabiskan waktunya dengan berdiam di rumah kekasihnya yang nyaris selalu kosong setiap hari itu seharian tadi, dan menyadari bahwa masalah ini akan menjadi semakin rumit jika dirinya tidak pulang, jadi Sehun memutuskan untuk pulang ke dorm, dan memilih waktu selarut ini untuk menghindari kontak apapun, dan dengan siapapun.
Pada awalnya dia berniat untuk tidur di sofa, jika saja tidak merasakan hawa dingin yang benar-benar menyiksa tubuhnya dimenit kedua dalam posisi berbaringnya di atas kursi empuk memanjang itu. Jadi dia beranjak ke kamar untuk sekedar mengambil selimut, jika saja dirinya tidak mendapati Joonmyun belum tertidur dikamar itu, dan membuat langkahnya terhenti di ambang pintu karena hyung-nya itu menatapnya lega.
“Darimana saja?”
“Bukan urusanmu.” Jawab Sehun, ketus. Dia menoleh dan mendapati tatap datar dari Joonmyun setelahnya. “Kau, kau marah padaku?”
“Mwo?” Joonmyun menoleh, “Aku tidak!”
“Kau marah padaku,” ulang Sehun, lalu beranjak membuka jendela kamar itu dan sejurus kemudai merasakan dinginnya angin malam yang menembus setiap inci pori-pori kulitnya, menyimpan kedua tangannya diatas dudukan jendela itu dan menatap keluar. “Kau marah karena gadis itu memilihku, hyung.”
Joonmyun hanya menghela napas panjang, malas berdebat. Jadi dia mendekat kearah Sehun dan memposisikan diri tepat disamping bocah tinggi yang sudah ia anggap sebagai keluarganya tersebut. Dia tidak mengerti, hanya merasakan saja. Mengapa begitu banyak perubahan yang terjadi pada Sehun secara mendadak? Sehun, menjadi arogan, dingin, dan sedikit menyebalkan.
“Awalnya mungkin iya.” Joonmyun tersenyum kecil, “Tapi sekarang tidak lagi, Sehun-a.”
Sehun mendengus. “Apa semudah itu melupakan seseorang yang pernah kau sayangi, hyung?” ujarnya dengan nada yang tidak menyenangkan. Menyudutkan seorang Joonmyun.
“Kau mungkin tidak mengerti, Sehun. Tapi ini bukan tentang melupakan.” Pria itu lagi-lagi tersenyum, merasa dirinya benar-benar pribadi yang hebat sebagai seorang pria dewasa di kalimat selanjutnya yang ia ucapkan. “Tapi, tentang akan menjadi seberapa besar kebahagiaan orang yang kau sayangi jika memang membiarkannya memilih pergi dan bersama orang lain adalah pilihan yang membuat kesempatan itu menjadi semakin lebar. Jadi aku melepaskannya.”
Sehun mencoba meresapi perkataan Joonmyun barusan, mencoba memahaminya. Ia beralih, menatap siluet hyung-nya itu dari samping, sekilas, dan kemudian dengan langkah pendek-pendek beranjak dan membaringkan diri diatas ranjangnya yang nyaman.
“Dan jangan berpikir bahwa aku tidak memikirkan kau, Sehun. Terlepas dari itu, apapun, statusmu adalah statis. Kau, tetaplah adikku.”
Joonmyun menghempaskan diri keatas ranjangnya yang berada di sisi lain kamar, berbaring menyamping dan menatap Sehun yang tanpa ekspresi menatapi langit-langit ruangan ini.
“Jika kau memahami arti dari kalimatku barusan, mungkin kau akan melepaskannya, dan mendengar apa yang dikatakan oleh manager hyung tadi. Dia… hanya cara penyampaiannya yang salah padamu, Sehun.”
“Maksudmu?”
“Kau belum mengerti juga ternyata.” Joonmyun tersenyum sabar, ikut-ikutan menatapi langit-langit kamar yang berwarna putih polos itu. “Aku yakin kau tahu, jika kita sudah debut nanti, dan kau memiliki banyak fans, maka apa kau pikir, gadis itu akan bertahan dalam keadaan seperti itu?”
Tentu saja, Sehun mengiyakan dalam hati. Yah, meskipun gadis itu memang sedikit arogan dan kasar, tapi ia yakin gadis itu bukan type seperti itu. Bukan karang yang akan mudah kalah hanya karena tertempa oleh ombak ganas lautan.
Lalu Sehun diam menunggu apa yang akan dikatakan pria itu selanjutnya. “Apa kau pikir, dengan begitu dia berada dalam sebuah keadaan aman saat kau memiliki banyak orang, dalam hal ini, jutaan gadis diluar sana yang berada dipihakmu nantinya, dengan tangan yang siap melakukan apapun untuk sekedar menyingkirkan apa yang menurut mereka tidak pantas untuk bahkan berada dalam dunia yang sama dengan idolanya?”
“Aku tahu. Dan aku mengerti.” Sehun membenarkan ucapan leader groupnya itu dalam hati. Sangat. Tapi ia mempunyai pikiran lain.
“Lagipula bukankah management kita memang melarang hal-hal seperti itu terjadi sejak awal, Sehun? Kita tidak boleh terikat dalam sebuah hubungan. Ingat? Itu juga yang membuatku bertahan dengan menawarkan diri dengan hanya menjadi kakaknya saja. Terlepas dari perasaan sayangku padanya yang memang sedikit aneh. Dan dia memilihmu. Menutup segala kesempatan untukku.”
“Kau pengecut.”
Lihat, betapa frontalnya Sehun si polos itu saat ini. Tapi Joonmyun diam bergeming karena merasa adiknya berkata hal yang sebenarnya. Fakta.
“Sepertinya jalan pikiran kita berbeda, hyung.”
Sehun mengambil posisi tidur yang nyaman dan mulai membalut tubuhnya dengan selimut, sementara Joonmyun masih menatapi pria yang lebih muda beberapa tahun darinya itu, mengangkat bahu merespon ucapannya, sebelum kemudian melakukan hal yang sama. Menyelimuti diri. “Ah, ya.” Joonmyun sepertinya baru saja teringat akan sesuatu. “Besok pagi YiFan dan yang lain kembali.”
“Aku malah memikirkan tentang, bagaimana gadis itu bisa bahagia jika aku malah pergi dan meninggalkannya, sedangkan sumber kebahagiaannya adalah… aku?”
Joonmyun menyadari bahwa sepertinya, Sehun tidak mendengar perkataannya tadi sedikitpun. Malah menyuarakan cara berpikirnya yang sedikit banyak membuat Joonmyun kaget juga. Ternyata bocah polos bernama Oh Sehun bisa berpikiran sejauh itu.
“Dan bagaimana denganku? Apa kau pikir aku akan hidup dengan baik jika harus melepaskannya, sedangkan hidupku adalah dia?” Sambung Sehun, yang membuat Joonmyun semakin terhenyak. “Eottokhe, Hyung-ah? Aku.. apa aku salah?”
*****
EXO-K’s DORM, 09.15 AM
“Panggungnya besar sekali, hyung! Aaaa, aku kira nanti akan ada sekitar lima-atau sepuluh-kyaaaa atau duapuluh ribu orang yang akan menyaksikan showcase kita? Aku benar-benar gugup! Eotthokhae?”
“Jangan melebih-lebihkan, Xiumin~ah,” Jongdae menyuapkan sarapan berupa bubur ayam buatan Kyungsoo itu ke dalam mulut, memutar bola mata melihat Xiumin yang memanyunkan bibirnya tak terima.
“Em… semoga saja.” Lay menyambungi, “Semoga saja mereka dapat menerima kita dengan baik, seperti para sunbaenim yang sudah sukses.”
Joonmyun yang baru saja bangun langsung bergabung di meja makan tersebut setelah mencuci muka, lalu meminta semua member untuk berkumpul.
“Ada sesuatu yang harus kita bicarakan.” Ujarnya dengan nada rendah, setelah semua member telah berkumpul, minus Jongin yang baru saja beranjak ke ruangan depan untuk mengambil sesuatu.
“Tunggu, Sehun dan Kkamjong mana? Kita kan—”
“Ige.” Jongin. Menyimpan map coklat diatas meja, menatap kearah Luhan, dan membuat pria itu mengambil map tersebut. Memperlihatkan isinya, membuat semua member EXO-M yang baru tadi pagi mendarat di Korea setelah survey panggung showcase mereka di China selama seminggu kemarin itu heboh karena melihat potret Sehun disana.
“Kita bisa diam dulu?” YiFan kembali bersuara, membuat semuanya diam dan kembali pada kursi masing-masing. “Ini masalah serius.”
Leader EXO-M itu menatap kearah Joonmyun yang masih menundukkan kepala, “Hyung, kau bisa mulai.”
Joonmyun mendongak dan menyadari bahwa kini seluruh member menatap fokus kearahnya, dengan kening berkerut. Dia menghela napas, memikirkan kata apa yang pas untuk memulai rapat ini. “Bocah itu.”
Joonmyun menatap kearah kertas berisi photo Sehun dan tersenyum miring. “Dia membuat sedikit masalah.” Joonmyun cepat-cepat meralat, “—tapi, tapi percaya padaku dia tidak bersalah!”
“Jangan melindunginya, Hyung.” Sahut Jongdae, tahu benar dengan karakter Joonmyun. “Katakan saja.”
“Dia ketahuan?” ZiTao menggumam polos, membuat Baekhyun yang duduk disebelahnya mendengus geli setelah mengangguk mengiyakan.
“Kemarin, manager datang kemari dan membawa map itu.” Ujar Jongin tenang, membuat semua member menelan ludah. Mereka tahu jika manager EXO-K sangat tegas dan keras.
“Dia menegur Sehunnie dan nyaris memukulnya. Aish, untung saja kita berhasil menahan.” Chanyeol menimpali.
“Jadi dimana letak permasalahan yang sebenarnya?” Luhan. Bertanya dengan mata yang masih menatapi foto-foto yang seharusnya tidak ada itu diatas meja.
Rata-rata member memang mempunyai teman dekat seorang gadis, meskipun tidak semuanya berstatus sebagai kekasih. Tapi Luhan tidak menyangka bahwa Sehun akan seceroboh ini sampai tertangkap kamera tengah berciuman.
“Kemarin, manager bilang, Sehun harus menjauhi gadis itu,” ujar Kyungsoo, lalu menatap Baekhyun, meminta pria itu melanjutkan. “Dan Sehun malah pergi sambil berkata ‘aku tidak bisa’.”
Baekhyun menirukan Sehun dengan gerakan, membuat Chanyeol tertawa, sedangkan yang lain diam dan menatap dua orang itu setengah jengkel, jadi, mereka berdeham untuk menghentikan tawa dan buru-buru meminta maaf pada semuanya.
“Tenang saja.” Suara itu. Suara tenang yang terdengar serak itu membuat semuanya menoleh. Sehun menutup pintu kamar dengan pelan. Menatap member EXO satu persatu. Matanya sayu dan dia… terlihat seperti sudah menangis. “Aku sudah menemukan jalan keluar. Aku… akan melepaskannya.”
“Mungkin, Joonmyun hyung benar,” Semua orang yang berada disitu bisa melihat senyum palsu yang Sehun umbar kearah mereka pagi ini setelah ucapan Sehun barusan. “Bagaimana, aku baik, kan, hyungdeul?”
*****
HAN’S HOME
Rumah mewah di bilangan Gangnam itu terlihat begitu megah dari luar, dengan beberapa tiang yang sedemikian rupa kian menambah aksen bangunan ala Canada disana. Sayang, rumah mewah tersebut terlihat begitu mati. Sepi. Berbanding lurus dengan penghuninya yang memang jarang menempati rumah tersebut. Terlalu sibuk dengan urusan duniawi, seakan sengaja menjauhkan diri dari rumah ini.
Tak ayal rumah megah dengan cat putih pucat itu terlihat berdebu, dan nampaknya tiada seorangpun nampak peduli dengan keadaan tersebut.
Seorang gadis, pada halaman depan yang luas di bangunan itu terlihat tengah memainkan ponselnya ditangan, sesekali melemparkannya keatas, dan menangkap kembali ponsel yang tertarik gaya gravitasi tersebut masih dengan tangan yang sama.
Gadis itu membiarkan ponselnya teronggok sejajar dengan kakinya saat dia kembali melemparkan benda berbentuk persegi panjang itu keatas, dan kali ini gagal menyelamatkannya, karena tidak fokus sebab terlintas sesuatu di kepalanya.
Dia harus mengakui, bahwa dia benar-benar merasa senang karena ayahnya baru saja menyempatkan diri untuk menelfon dan berbicara dengannya sebentar, meskipun secara tidak langsung.
Ayah Ri-Ah terlalu sibuk dengan dunia bisnisnya. Bisa pulang satu kali dalam satu bulan pun, sudah merupakan keajaiban bagi gadis dengan rambut blonde itu.
Ri-Ah sangat menyukai tempat ini; halaman depan rumahnya. Tempat dimana ia dan Sehun sering menghabiskan waktu bersama. Nyaris di setiap waktu yang ada. Tempat dimana ia bisa menatap wajah favorit-nya itu selama apapun yang ia mau.
Tapi pagi kemarin, gadis itu menerima surel dari Sehun. Sesuatu yang seakan membentangkan jarak yang lebar untuk mereka berdua.
Surel itu berisi tentang betapa sibuk dirinya dan teman-temannya yang lain menjelang panggung showcase mereka beberapa hari kedepan. Ri-Ah mengerti, dan berusaha untuk tidak mengganggu kekasihnya dulu. Apalagi perkataan pemuda itu dalam bus beberapa hari kebelakang membuat dirinya benar-benar merasa tidak enak jika harus merecoki dirinya dan member EXO yang lain demi mengusir rasa sepi yang selalu menemani harinya. Hanya saja… mungkin, saat ini Ri-Ah ingin hari Minggu untuk cepat datang.
Dia mendudukkan diri di ayunan mini yang berada di tengah taman tersebut, menatap kosong kearah ponselnya yang terpisah menjadi beberapa bagian beberapa langkah dari tempatnya saat ini.
Menghela napas dalam-dalam, gadis itu membiarkan segala angan tentang masa lalunya berterbangan disekitar kepala, mengisi setiap kekosongan yang selalu menghampirinya.
Han Ri-Ah bukan tipe gadis yang pandai bergaul, malah nyaris selalu sendiri setiap saat, bahkan disekolah tempatnya bersosialisasi. Padahal, jika sudah dekat seseorang, gadis ini bukanlah gadis yang pandai menyembunyikan rahasia. Terkesan bawel malah.
Gadis dengan paras dingin itu memang sudah cukup terbiasa sendiri, sejak ibunya meninggalkan keluarga kecil mereka dua belas tahun lalu, dan dia benci itu setengah mati. Dia benci diabaikan.
Mencoba untuk menikmati angin dingin yang kini berusaha untuk menemaninya, mungkin satu-satunya hal yang tengah ia lakukan saat ini untuk menyibukkan diri. Terlepas dari pikiran setengah buyar-nya tentang Kim Joonmyun dan Oh Sehun. Dua orang yang pernah benar-benar masuk dan mengotak-atik hidupnya, dan selalu menjadi pelaku utama dalam skenario yang Ri-Ah buat di kepalanya sendiri.
Menikmati oksigen yang terasa begitu segar di sore yang merambat untuk berjumpa dengan malam. Ri-Ah selalu menyukai tempat ini. Segala suasananya. Hanya saja… ada yang kurang. Kau tau apa?
Oh Sehun. Saat ini pemuda itu tidak duduk disampingnya untuk mengeluarkan segala keluh kesahnya seperti biasa, atau sekedar menemaninya saja. Atau… untuk menjadikan perut pemuda itu sebagai bantal pribadinya. Oh, sudahkan Ri-Ah mengakui bahwa dia benci sendirian?
EXO-K’s DORM, SUNDAY MORNING
“Oh, jadi ini,” Ri-Ah menjatuhkan kantung makanan yang digenggamannya begitu saja… secara tidak sadar, dan tidak sengaja. Dia merasakan seluruh tubuhnya bergetar, hingga dirinya hanya sanggup untuk berdiri mematung diambang pintu itu. Mengusahakan diri untuk tidak terlihat hancur oleh dua pasang mata yang jelas mengacu kearahnya saat ini.
Seperti biasa, jika hari sabtu tiba, maka dia akan senang hati berbelanja panganan mentah untuk member EXO yang selalu kelaparan, dan kali ini saat ia datang ke dorm, dia diberi kejutan yang ternyata berhasil membuat dunianya kalang kabut.
Oh Sehun. Diatas sofa. Dengan tubuh yang menempel pada gadis disampingnya yang menoleh ketika Ri-Ah membuka pintu tadi, Krystal Jung. Dia kenal betul gadis itu. Sahabat-dari-kekasihnya-Oh Sehun.
Sebenarnya tidak apa-apa, jika saja saat dirinya tiba tadi, Oh Sehun tidak sedang berada dalam posisi yang saling memiringkan wajah dengan gadis itu, saling memejamkan mata, dan langsung saling menjauh saat dirinya membuka pintu. Apa-apaan itu?
“Han aku bisa jelaskan—”
Ri-Ah menggeleng cepat, “Aku… apa aku masih harus berada dipihakmu mulai sekarang dan kedepannya, Sehun?” nada itu terdengar begitu rapuh, seperti kupu-kupu yang baru saja kehilangan sayapnya. “Ah, a-aku sudah tahu jawabannya, kau benar. Aku.. kau tidak lagi.. ini.. kita..”
Dia menghentikan celoteh berantakan dari mulutnya dan mulai membalikkan tubuh, berniat pergi darisana sejauh mungkin, menghindar dari pemandangan yang terlalu menyakitkan itu.
Tapi dia gagal di langkah pertamanya, karena dahi gadis itu menabrak pintu yang tadi terbuka, membuat semuanya otomatis berhenti dan gadis itu lalu tertawa dengan begitu konyol, terlihat begitu tak hidup, dan berantakan. “Ah, sejak kapan pintunya pindah ke sebelah sini?” gumamnya tolol.
Dia lalu menarik kenop pintu itu dengan tangan, membuka akses keluar untuk sepasang kakinya, tidak merasakan sakit di dahinya yang lebam sama sekali, dan mulai mengambil langkah cepat untuk menuju ke satu-satunya tempat yang dirasanya aman. Rumah.
Tapi semuanya tidak berjalan secara mulus. Dunia berbalik memusuhinya. Gadis itu terlihat seperti manusia ling-lung, tatapannya kosong, matanya pasi berkaca, dan wajahnya putih memucat. Sedangkan mulutnya mengulum ujung dari jemarinya dan tanpa segan sesekali menggigitnya frustasi. Langkahnya yang terlihat tidak mantap itu membuatnya berkali-kali kehilangan fokus dan terjatuh.
*****
“Terimakasih, Krys.” Sehun beranjak dari duduknya, menjauh dari Krystal. “Aku tahu kau selalu bisa kuandalkan.”
Luhan dan Jongin keluar dari kamar, mendudukkan diri di sofa. Ditilik dari wajah Sehun yang terlihat muram, sepertinya rencana pemuda itu berhasil…
Krystal tersenyum, tapi matanya berkaca. Dia menatap Sehun dan menggapai pergelangan tangannya, meminta pemuda itu untuk berbalik, tapi Sehun sama sekali tak bergeming. Masih memilih untuk membiarkan Jongin, Luhan, dan juga Krystal yang masih terduduk di tempatnya tadi untuk hanya melihat punggungnya saja.
“Apa tidak ada pilihan lain?” Krystal bergumam, menatap sayu pada Luhan dan Jongin. Meminta persetujuan. “Maksudku, mungkin mereka bisa—” dan ucapannya terhenti saat Jongin menggelengkan kepalanya lemah, sedangkah Luhan tetap bergeming dalam sepi yang tercipta. Krystal melepaskan tangan sahabatnya itu perlahan, menghembuskan napas menyerah. Sehun telah memutuskan, dan dia harus mencoba untuk mengerti.
Luhan berdiri dan beranjak memeluk adik kesayangannya itu, membiarkan air mata yang sejak tadi tak terbendung dari sepasang hazel milik Sehun mengalir deras di bahunya.
“Sehun, dengarkan aku,” bisik Luhan disela pelukan itu, tangannya tergerak untuk mengusap-usap punggung Sehun yang bergetar pilu. “Ini yang terbaik, okay?”
“Aku baik-baik saja,” Sehun melepaskan pelukan itu dan sedikit menjauhkan diri, tersenyum paksa kearah Luhan, yang kemudian menyeka air mata Sehun dengan tangan. “Aku… aku hanya tidak tahu, bahwa rasanya akan sesakit ini…”
-THE END OF MY HEART-
Ri-Ah mengeluarkan kunci rumah dari saku celananya dan berkali-kali gagal untuk sekedar memasukan kunci tersebut kedalam liang pintu, dan berakhir dengan terjatuhnya kunci tersebut. Ia menjerit frustasi, lalu memungut kunci itu dengan kasar dan mulai berusaha lagi untuk membuka pintu.
Ri-Ah beringsut masuk kedalam rumah, menaiki setiap undakan didalam rumahnya nyaris berlari, membiarkan air mata yang membuat pipinya menghangat itu berjatuhan.
Gadis itu membuka pintu kamar, kali ini berjalan lambat dan menjatuhkan diri diatas ranjang ayahnya yang lebar. Ia mengacak dan menjambak rambutnya sediri, merasa frustasi dengan spekulasi otaknya tentang Oh Sehun… dan gadis itu… dan mereka…
Dengan gerakan tangan yang sangat bergetar, ia mengacak-acak nakas kecil dikamar ayahnya ini demi meraih toples berisi obat tidur berukuran sedang, membuka tutupnya dengan tergesa-gesa, membuat beberapa butir kapsul berwarna merah pucat itu terjatuh dan teronggok diatas lantai marmer kamar dingin yang jarang sekali diinjak oleh pemiliknya ini.
Masih dengan tangannya yang gemetaran, gadis itu menumpahkan lebih dari setengah isi dari toples itu keatas genggaman tangannya yang lain, beranjak dari tempat itu menuju kamarnya yang berada disisi lain.
Lalu tanpa ragu menenggak belasan butir obat itu dalam masa satu kali telan, merasa frustasi karena tidak menemukan gelas diatas dudukan dispenser, jadi tangannya terulur untuk mewadahi air yang ia cucurkan dari dispenser, meminunnya, membiarkan sebagian airnya membasahi leher, membiarkan tenggorokannya merasa sakit karena mencerna belasan butir bentuk padat dari kapsul penenang itu sekaligus.
Han Ri-Ah hanya ingin melupakan semua ini. Sesaat saja. Bagaimana pria itu melepaskannya begitu saja, membuat dunia juga ikut berbalik arah darinya, setelah menemukan gadis yang lebih dan lebih dari dirinya. Lebih tinggi, lebih cantik.
Dia pernah berangan untuk hidup bahagia tanpa ada luka dengan satu-satunya pemuda yang dia inginkan untuk menjadi teman hidupnya, Oh Sehun. Dan nampaknya angan itu hancur begitu saja, tercabik oleh kenyataan yang berbanding terbalik dengan angannya yang terlalu tinggi.
Dan Ri-Ah tidak menyangka, bahwa angannya itu kini datang untuk membunuhnya.
Seluruh tubuhnya terasa memberat hanya dalam hitungan detik setelah belasan kapsul itu meluncur turun dari kerongkongannya. Tak berapa lama kemudian, kepalanya terasa berputar, membuat tubuhnya bergerak tak terkontrol hingga akhirnya terduduk pilu diatas lantai marmer kamar itu dengan kepala menyender pada tembok terdekat yang bisa ia gapai, sedangkan rasa sakit yang menyiksa itu terus menggerogoti tubuhnya.
Samar, amat samar gadis itu bisa menangkap sebuah pigura berbentuk cup bubble tea yang tercetak tiga dimensi terpajang manis diatas nakas disamping ranjang dengan matanya yang tak seratus persen terbuka. Ia mencoba memfokuskan mata dan gagal, demi melihat hubungannya yang amat dekat dengan member EXO-K yang belum debut itu, dalam bentuk dua dimensi hasil jepret sebuah kamera, yang lagi-lagi, dalam samar, terlihat begitu indah dan mengagumkan, karena suasana kekeluargaan yang begitu tergambar disana… dan gadis itu merasakan derai air mata yang menderas menghangatkan permukaan pipi putihnya yang dingin setelah tahu bahwa semuanya tak akan pernah menjadi seperti itu lagi. Selamanya tidak akan pernah.
Dia tersenyum, mengerahkan seluruh kemampuannya untuk berucap diantara kesadarannya yang nyaris sepenuhnya hilang, “Oh Sehun aku mencintaimu…”
…sebelum akhirnya kepala gadis itu benar-benar terasa berat, benar-benar tak tertahan, dan yang ia sadari terakhir kali adalah satu sisi wajahnya yang berciuman dengan lantai, dan semuanya tak terlihat lagi. Berubah hitam menjadi seperti lorong gelap tak berhulu.
END
Meet Ri-Ah @Han041095 and meet me @Maii041095 n.n
Oh ya, temukan cerita lainnya di indayleeplanet.wordpress.com ya~^^
