Quantcast
Channel: EXO Fanfiction
Viewing all articles
Browse latest Browse all 4828

Are You Happy ? (Chapter 1)

$
0
0

Are You Happy? (Chapter 1)

Are You Happy? chapter 1

Cast :

  1. Oh Sehun
  2. Xi Luhan

Genre : Yaoi, Romance, School

Author : @leedonghyunn

New York, 2015

Namja itu masih saja memandangi langit malam tanpa bintang dari jendela apartemen lantai 30-nya; tatapannya kosong. Entah apa yang sedang ia pikirkan begitu kerasnya, ia terlihat begitu menyedihkan dan kesepian.

Bahkan gemerlap malam New York ini tak lagi membuatnya terpesona.

Ia hanya, ah… entahlah. Tak ada kata yang tepat untuk menjelaskannya.

Ia hanya… ah, kemana kebahagiaan begitu kejamnya pergi meninggalkannya?

+++

Seoul, 2010

Xi Luhan, dengan setelan jas lengkapnya, berdiri di tengah kerumunan orang berpakaian formal. Di sebelahnya, Kim Jongdae sedang sibuk menyantap makanannya. Ia sendiri sudah terlalu kenyang untuk menyantap makanan lain saat ini.

Ya, kau sudah coba puding cokelat di pojok sana?” tanya Jongdae pada Luhan.

Ani, perutku rasanya sudah mau meledak.” jawab Luhan datar, membuat Jongdae mengernyit tak setuju.

“Jarang-jarang kita bisa makan cuma-cuma seperti ini, all you can eat!”

Ya! Kita kesini bukan untuk makan, tapi memberi selamat, jinjja.”

“Yah, memang. Tapi kita punya alasan kedua, yang kau tahu apa, kan?”

Luhan menatap Jongdae sebal. “Molla! Dasar orang tak tahu malu!”

Jongdae tak memedulikan omelan Luhan, malah kembali sibuk dengan makanannya. Diacuhkan seperti itu, Luhan tak lagi memiliki hasrat untuk berbicara dengan sahabatnya yang menyebalkan itu, ia memutuskan untuk pergi ke toilet sejenak, atau kemanapun –yang keramaiannya tidak membuat ia pusing seperti di ruangan ini.

Dan ia menuju sebuah balkon yang ditemukannya dalam perjalanan menuju toilet. Rupanya balkon itu berada di atas sebuah taman kecil penuh dengan bunga berbagai jenis dan warna. Ia tersenyum melihatnya, setidaknya membuat kepalanya sedikit lebih rileks. Ah, leganya.

Krek. Pintu menuju balkon terbuka. Seorang namja berdiri di sana, menatap Luhan sejenak sebelum meneruskan langkahnya ke ujung balkon, jarak terjauh yang bisa ditempuhnya dari Luhan. Luhan pun tak ambil pusing, ia kembali memusatkan perhatiannya pada bunga-bunga di bawahnya.

Ia sedang mengamati kumpulan mawar putih saat namja itu bersuara secara tiba-tiba.

“Apa yang sedang kau pikirkan?” ucapnya, membuat Luhan menoleh bingung.

“…?” Namja itu menatapnya lurus. “Kau berbicara padaku?”

Ia mengangguk. “Apa yang kau pikirkan?”

Luhan terdiam sejenak. Pertanyaan yang aneh.

“Kau lihat bunga-bunga ini? Meski mereka terlihat tak bernyawa, sebenarnya di dalam sana, mereka tak pernah berhenti bekerja untuk terus hidup. Namun, meski mereka hidup dan bernyawa, mereka begitu tak berdaya, dan itu sangat menyedihkan.” ucap Luhan sambil mengedarkan pandangannya ke sekeliling taman.

Dan ia kembali menoleh kepada namja itu sambil tersenyum.

“Itulah yang sedang kupikirkan.”

Namja itu tertawa kecil. “Kau benar-benar aneh.”

Rasanya Luhan ingin jatuh ke dalam jurang yang paling dalam saat ini juga.

“Tapi juga menarik.”

Namja itu tersenyum, sedangkan Luhan hanya bisa terdiam menatapnya lurus.

Jinjja

Meski ia tak ingin mengakuinya, saat ini ia sedang terpesona.

+++

Luhan menatap jalan dari jendela bus yang sedang berjalan, meski tak sedang benar-benar memerhatikannya. Ia hanya bosan melihat kursi-kursi di depannya dan orang-orang yang sedang mendudukinya. Dan tiba-tiba ponselnya bergetar, tanda sebuah pesan baru saja masuk.

Ya, kau dimana?

Dari Park Chanyeol, begitu yang tertera di sana. Luhan mengetik balasan dengan cepat.

Sebentar lagi aku sampai, sisakan makanannya untukku, Chanyeol-ah.

Memang, satu-satunya alasan ia masuk ke dalam bus membosankan ini di hari Minggu hanya karena iming-iming makanan sisa bekas pesta kemarin malam. Dan sebagai siswa dan manusia normal lainnya, tentu saja ia tertarik dengan tawaran itu. Drrt.. drrt..

Cepatlah, atau kau hanya akan makan tulang ayam.

Ah, menyebalkan.

Luhan tak lagi membalas pesan itu karena bus berhenti di tempat tujuannya. Ia segera turun dan bergegas menuju rumah Chanyeol yang –untungnya– tak jauh dari halte bus ini. Rumah mereka sendiri sebenarnya tak sejauh itu, ia hanya sedang malas untuk berjalan 15 menit di siang bolong seperti ini, apalagi dengan perut kosong. Dan 3 menit berlalu cepat, Luhan sudah sampai di depan rumah yang cukup besar. Ia membuka pintunya sendiri tanpa memencet bel, sudah terbiasa.

Bagian dalam rumah terlihat lebih penuh dari biasanya. Ya, jika biasanya rumah ini hanya diisi oleh Chanyeol dan ayahnya, kini tak lagi sama. Perbedaan-perbedaan lain pun terlihat meski tak mencolok, seperti bagaimana rumah ini terasa lebih hangat dengan hadirnya seorang wanita di keluarga mereka. Luhan memang belum pernah bertemu ibu baru dari sahabatnya ini, tapi ia percaya ia adalah wanita yang baik dan hangat.

“ Xi Luhan, apa yang kau lakukan terdiam di sana? Cepat kesini!” Luhan tersadar dari lamunannya sambil menoleh pada Chanyeol yang sudah duduk di meja makan dengan Jongdae di sebelahnya. Ia pun berjalan cepat ke ruang makan.

Begitu sampai lebih dekat, ia melihat sesuatu yang aneh. Ia melihat seorang namja sedang duduk membelakanginya. Dan begitu ia sampai tepat di depan meja makan, ia sungguh terkejut melihat siapa yang ada di hadapannya.

Namun namja itu hanya menatapnya datar.

Mwohae? Cepat duduk dan makan!” seru Chanyeol lagi, yang lagi-lagi menyadarkannya.

Akhir-akhir ini ia jadi banyak melamun.

Luhan pun duduk di sebelah namja itu, aneh rasanya.

“Oh ya, ini Oh Sehun, adik baruku. Tampan sekali, bukan?” ucap Chanyeol sambil menunjuk namja itu, yang sedang menatapnya lurus. Luhan balas menatapnya. “Sehun-ah, ini Xi Luhan, sahabatku sejak kecil. Meski ia agak aneh, sebenarnya ia anak yang baik.”

Luhan merengut. “Siapa yang kau bilang aneh?” gerutunya sebal.

Tapi namja itu, Oh Sehun, malah tertawa. “Ya, aku tahu.”

Ah, lagi-lagi Luhan terpesona.

“Nah, lihat, bahkan melihat wajahmu saja ia sudah tahu betapa anehnya kau.” Kini Jongdae yang berbicara dengan mulut penuh dengan makanan. Tampaknya ia benar-benar cinta dengan makanan gratis, seperti.. apa yang ia bilang sebelumnya? Ah, ya, all you can eat.

‘Kami sudah bertemu sebelumnya, babo.’ seru Luhan sebal dalam hatinya.

“Kamu sudah pernah bertemu.” Dan Luhan menatap Sehun dengan horor, entah bagaimana, tapi namja ini seperti bisa membaca pikirannya. “Dan ia benar-benar aneh.” Ia tertawa lagi.

Tapi kali ini Luhan sudah bisa menjaga perasaannya.

Ya, siapa yang kau bilang aneh?” seru Luhan pada Sehun, protes.

Sehun tersenyum lebar. “Kau.”

Luhan merengut. “Ya, aku ini hyung, kau tahu.”

Sehun tersenyum semakin lebar. “Mianhae, hyung.” ucapnya dengan nada mengejek.

Ya, jinjja! Lihat ini, ia jadi semakin mirip dengan kalian.” ucap Luhan dengan wajah kesal kepada kedua sahabatnya yang sedang tersenyum melihatnya.

“Sudahlah, terima saja dan mulai makan sebelum kami menghabiskannya.” ucap Chanyeol, membuat Luhan berhenti berbicara dan mulai mengambil makanan sebanyak-banyaknya.

Dan benar juga, segala sesuatu yang berlebihan memang tidak baik.

Luhan merasa perutnya akan benar-benar meledak saat ini, maka itu ia memutuskan untuk beristirahat sejenak dari acara makan sepuasnya itu dan berdiri di garasi belakang rumah Chanyeol, memandang taman kecil yang tak kalah indah dibandingkan taman di hotel yang kemarin ia lihat.

Krek. Pintu terbuka. Sehun datang. Seperti deja vu saja.

“Sedang memikirkan nasib tragis yang dimiliki pohon mangga yang akan ditebang sebentar lagi?” ucap Sehun membuka pembicaraan dengan nada mengejek. Luhan terdiam sejenak, memikirkan topik apa yang akan ia bicarakan karena ia sudah malas dijadikan bahan ejekan.

“Aku tak tahu kalau kau adik tiri Chanyeol rupanya.”

“Aku juga tak tahu kalau kau sahabat Chanyeol rupanya.”

Luhan menatap Sehun sebal, namun Sehun malah tersenyum nakal.

“Aku sungguh tak menyangka akan bertemu denganmu lagi.”

“Sebenarnya, aku berharap akan bertemu denganmu lagi.”

Luhan menatap Sehun lurus. Ia merasa jantungnya bekerja lebih cepat dari biasanya.

“Mengapa?”

“Karena orang aneh sepertimu jarang kutemukan..?”

Luhan terdiam sejenak.

“Memangnya aku se-aneh itu?”

Sehun menatap Luhan sebelum ia tersenyum.

Bagiku kau orang aneh yang menyenangkan.”

Dan lagi, lagi, dan lagi, Luhan kembali terpesona.

Tapi kali ini, ia benar-benar sangat terpesona, sampai jantungnya seakan ingin meloncat keluar saat ini juga. Dan kali ini, ia benar-benar tak dapat mengalihkan pandangannya lagi.

Xi Luhan, 18 tahun. Kelas 3 SMA.

Dan ia sedang menjalani kisah cinta pertamanya.

+++

New York, 2015

“Luhan, keadaan eomma semakin parah. Em.. appa tahu kau sedang sibuk dengan kuliahmu di sana, tapi ..bisakah kau pulang sebentar menemui eomma? Ia ingin sekali bertemu denganmu.”

Luhan terdiam.

Kembali ke sana berarti kembali pada kenangan yang sudah lama ditinggalkannya. Dan kembali ke sana berarti kembali ke tempat di mana ia meninggalkan segala kebahagiaan dan kenangan indahnya.

Akankah ia sanggup untuk kembali ke tempat di mana segala penyesalannya berlabuh?

… Bahkan dirinya sendiri tak tahu jawabannya.

Tapi eomma membutuhkannya.

Ne, aku akan pulang ke Seoul secepatnya, appa.”

Dan jauh di dalam sudut hatinya yang tersembunyi, hanya satu hal yang ia harapkan, meski ia tak ingin mengakuinya.

Ia merindukannya.

Oh Sehun.

Sometimes you can’t explain what you see in a person.

It’s just the way they take you to a place where no one else can.

+++



Viewing all articles
Browse latest Browse all 4828

Trending Articles