Quantcast
Channel: EXO Fanfiction
Viewing all articles
Browse latest Browse all 4828

My Weird and Psycho Fiance (Chapter 1)

$
0
0

poster-mwapf-copy

Tittle : My Weird and Psycho Fiance (Chapter 1)

Author : TreaMond

Poster by : Funluobell’s art @Poster Channel

Cast : Kim Jong In, OC

Genre : School Life, Marriage Life, AU, Fluff

Length : Multichapter

Rating : PG – 17

Summary : Mereka sudah dijodohkan bahkan dari umur yang masih sangat kecil. Jangankan mengetahui wajah masing-masing, mengenal saja mereka belum tentu. Namun, keadaan itu berbalik tatkala sang laki-laki berusaha mencari tau dan mengenal sang sosok perempuan yang selama ini menjadi tunangannya. Tetapi sang perempuan ‘Shin Ga Yoon’ sangat tidak menyukai tingkah pola sang laki-laki. Apakah perjodohan keduanya akan berlanjut? Akankah hubungan mereka berdua bisa berjalan semulus yang diharapkan? Dan terpenting, apakah dimasa yang akan datang Ga Yoon dapat mencintai sang laki-laki?

Disclaimer : Fanfic ini hasil pemikiran murni saya. Member EXO milik orang tua dan OC sepenuhnya milik saya. Banyak typo yang bikin sakit perut. Happy reading! ^^

***

Ga Yoon POV

Aku menyesap bubble tea milikku perlahan. Rasa manis langsung saja menyergap lidahku. Dan minuman itu berhasil membasahi tenggorokanku. Setiap pulang sekolah aku pasti akan pergi kekedai bubble tea ini. Untuk menghilangkan kejenuhanku terhadap sekolah tentu saja.

Kedai inipun setiap harinya selalu ramai pengunjung. Kadang belum sampai malam kedai ini akan tutup karena bubble teanya yang habisnya sangat cepat. Yah walaupun pemilik kedai sudah menyiapkan beberapa stock bahan bubble tea agar bisa buka sampai malam. Namun, tetap saja sebelum malam tiba bubble tea milik kedainya sudah tandas terjual habis.

Aku sedang menatap jalan raya melalui kaca bening kedai ini dengan bosan, lalu aku beralih melihat cincin yang kukenakan dijariku yang sudah 17 tahun ada padaku. Ah, akan kubahas nanti saja. Lagipula cincin ini tidak sepenting itu kok. Tapi jujur, akupun tidak tahu ini cincin apa. Eomma dan Appa hanya bilang jangan sampai hilang karena itu sangat penting bagiku. Ah, entahlah. Intinya menurutku cincin ini tidak begitu penting.

Saat ini aku sedang menunggu seseorang. Bukan namja –catat bukan namja! –tentunya. Mana pernah selama 17 tahun aku hidup, aku dekat dengan seorang namja? Um mungkin pernah beberapa kali, tapi hanya bertahan beberapa bulan lalu namja itu hilang ditelan bumi, menjauhiku atau lebih parah lagi berpura – pura tidak mengenalku. Aku tak tau apa yang membuat mereka menjadi seperti itu.

“Mian, aku terlambat. Choi saem menahanku dikelas.”

Ah, akhirnya dia yang kutunggu datang juga. Jujur saja aku bosan menunggu.

“Ne. Ini habiskan bubble tea –mu. Sudah kubayarkan.” ujarku ketus sembari menyodorkan bubble tea kearahnya.

“Gomapta. Besok aku yang akan mentraktirmu bunny.” Ucapnya sambil menggerling dan menahan tawanya. Aku yang melihat hanya mendengus sebal dan sambil berusaha mempertahakan wajah datar.

“Ne. Terserah dirimu saja Soo-ah.” Cicitku dengan malas.

“Ya, wae geurae? Apakah kau marah? Ayolah ini kan tak aku sengaja. Salahkan saja Choi saem. Kau juga sih, tidak menungguku malah langsung pergi keluar kelas. Jangan memasang wajah datar seperti itu Yoon-ah. ” Ya, dia merayaku dengan aegyonya. Tentu saja tidak mempan. Dan catat, bukan dia yang membuatku tak mood seperti ini.

“Ye. Tidak. Aku tak marah. Aku tidak dalam mood baik. Sudah selesaikan kau dengan bubble teamu? Ayo kita pulang, aku bosan.” wajah Ye Soo kembali cerah karena kalimatku. Dasar aneh.

“Aku sudah selesai. Kau yakin akan pulang? Bukankah itu lebih membosankan? Bagaimana kalu kita ke Lotte World? Kemarin aku diberi ini eommaku.”

Dia mengacungkan Black Unlimited Credit Card –nya. Mataku yang melihat kartu itu langsung berbinar.

“Whoa! Daebak! Bagaimana kau bisa mendapatkan itu? Kau harus menceritakannya. Kajja.” Kini malah aku yang bersemangat. Aku bergegas menariknya keluar dari kedai ini.

“Ya! Tak usah terlalu semangat seperti itu! Gadis aneh!”

Aku hanya tertawa mendengar kalimatnya.

“Kita naik taksi saja. Aku malas jika dijemput oleh Ahjussi menyebalkan itu. Dia pasti tak akan memperbolehkan aku main. Dia akan mencegahku. Pasti aku dipaksa untuk pulang.”

Dia hanya membalas kalimatku dengan anggukan. Tidak lama, ada taksi dan kami memberhentikannya. Ternyata, taksi itu tidak hanya di stop oleh kami. Namun, ada seorang namja yg buru-buru masuk kedalam taksi itu bersamaan dengan kami.

“Ya! Ini taksiku. Jangan asal merebutnya!” bentak namja itu.

“Hei! Aku duluan yang memberhentikan taksi ini. Keluar sekarang juga!” bentakku tak kalah keras.

“Kau yang keluar yeoja gila!”

“Ya! Brengsek kau! Kau yang gila” Aku langsung saja menarik rambutnya asal. Sementara Ye Soo hanya terbelalak melihat kelakuanku.

“Appo! Hentikan!” namja itu langsung menghentakan tanganku. Dan tautan antara tanganku dengan rambutnya pun terlepas.

“Tidak hanya gila, kau juga kasar! Cih! Yeoja jadi-jadian.” Sambil bersmirk ria dia mengataiku yeoja jadi-jadian. Kurang ajar memang.

Saat aku akan menarik rambutnya lagi, kegiatanku terhenti karena supir taksi berbicara.

“Tuan, Nona tujuan anda kemana? Jangan bertengkar disini. Ini hanya mobil sewaan nona, tuan. Kalau aku tak dapat penumpang, aku yang rugi. Maaf kalau aku lancang Tuan, Nona.” Ucap sopir taksi itu sopan.

“Lotte world ahjussi” ucap aku dan namja itu –kebetulan –bersama-sama.

Aku langsung saja memberi death glare kearahnya. Dia hanya memasang wajah tanpa dosa. Ugh jujur saja mukanya ingin kulempari tomat busuk. Dan kemana Ye Soo? Bukannya membelaku dia malah diam saja terkesima dengan namja gila disampingku. Apa bagusnya namja ini?

“Nah, kan tujuan kalian sama. Maka ayo langsung naik taksiku saja.” ucap ahjussi itu ramah.

“Baiklah ahjussi. Maafkan temanku dan namja itu membuat keributan didalam taksi anda ahjussi.” Ujar Ye Soo. Ternyata dia tidak membelaku sama sekali. Ugh, Ye Soo awas saja kau Ye Soo. Malah minta maaf untuk namja itu pula. Benar-benar.

“Ye soo, habis kau nanti.” ujarku melotot kearahnya. Dia hanya meringis melihatku memberinya death glare.

Hening sesaat. Ye soo memilih untuk duduk disamping ahjussi pemilik taksi. Dia benar-benar membuat darahku naik keubun-ubun. Sialan. Sekarang aku terjebak duduk dibelakang dengan namja sialan ini.

“Sudah ahjussi ayo jalan.” Namja itu memecah keheningan yang tercipta.

Taksi pun jalan membelah jalanan Seoul menuju Lotte World. Sesampai disana, kami langsung turun dan hendak membayar taksi. Namun, dengan wajah sok keren yang uh, membuatku mual, dia membayarkan tagihan taksi kami semua. Oh, namja itu punya sisi baik juga ternyata.

“Berapa ongkos taksi tadi? Aku tak mau berhutang kepadamu.” Tanyaku dengan muka masam.

“Tak usah.” ujarnya masih dengan wajah sok kerennya itu.

“Gomawo, um, aku belum tau namamu. Aku Ye Soo. Dan dia temanku Ga yoon.” Ye soo menimpali ucapanku. What the heck? Apa-apaan dia?

“Kim Jong In. Kau bisa memangilku Kai.” ujarnya dengan senyum yang –lumayan –manawan. Baiklah, kali ini pikiranku mulai melantur.

“Oh, jadi nama gadis gila ini Ga Yoon. Oke terimakasih atas perkenalannya. Sampai jumpa Ye Soo, Ga Yoon.” Dia lantas beranjak meninggalkan kami dan memasuki area Lotte World.

“Ya! Untuk apa kau memperkenalkan diri ke namja gila itu? Kenapa kau tidak membelaku!” Semburku dengan muka yang aku yakin memerah.

“Dia namja yang tampan. Jadi sayang kalau aku tak tau namanya. Yah, siapa tau kita akan bertemu lagi dengannya.”

“Kau gila! Mana sudi aku bertemu dengannya lagi! Dan tampan? Huh, ayolah kau payah! Kau harus memakai kacamata rupanya!” Usulku dengan kesal.

“Terserahmu. Tapi menurutku dia tampan. Ah sudahlah. Ayo kita bermain. Kau jangan marah lagi. Aku janji akan menuruti maumu kali ini.” Dia memberiku tawaran yang bagus rupanya.

“Arraseo. Kupegang janjimu”

Selanjutnya kami berputar-putar Lotte World. Bergantian menaiki wahana satu ke wahana lainnya. Lalu mencicipi aneka masakan khas Korea. Ya walaupun setiap hari makan makanan khas Korea, tentu saja makanan seperti ini tak bisa dilewatkan.

Saat perut kami sudah terisi dan kami merasa cukup kenyang, kami melanjutkan berkeliling Lotte World –lagi.

Yah, tak terasa kami menghabiskan waktu cukup lama dan waktu sidah menunjukan pukul 6 sore. Kami memutuskan untuk pulang. Sebenarnya Ye Soo berniat untuk mengajakku naik taksi. Tapi aku malas kalau kejadian tadi siang terulang kembali. Jadi aku memutuskan untuk minta dijemput oleh Ahn Ahjussi. Ye Soo baru mau menelpon rumahnya sebelum aku mematikan handphonenya dan aku mengatakan bahwa dia akan kuantar. Dia hanya menurut.

Ahn Ahjussi pun sampai dan langsung mengantarkan kami kerumah masing – masing. Aku sudah mengantarkan Ye Soo pulang kerumah. Dan sekarang aku masih dalam perjalanan menuju rumah. Sesampainya aku dirumah aku langsung mandi setelahnya aku merebahkan diri dikasur empuk milikku.

Rasanya hari ini tubuhku remuk. Aku benar-benar lelah bermain di Lotte World sepanjang hari ini –padahal sebelumnya aku hanya merasa senang. Ya mungkin karena terbawa rasa senang itu aku tidak merasakan pegal – pegal. Tak tau sejak kapan mataku mulai memberat dan aku mulai tertidur.

***

Someone POV

Disisi lain, seseorang yang sedang mengenakan cincin yang sama dengan Ga Yoon memegang cincinnya dengan tatapan yang tak bisa diartikan.

“Ternyata menemukan sekolahmu tak sesulit yang kubayangkan. Bahkan kita bertemu secara tidak sengaja. Pertemuan yang menguntungkanku tentu saja.” Ujar namja yang tersenyum misterius. Namja itu sedang merencanakan sesuatu yang besar –sepertinya.

***

Ga Yoon POV

Esok hari aku bangun dengan kondisi badan yang masih pegal. Rambut acak-acakan. Belum lagi kasurku yang tak berbentuk –aku punya kebiasaan buruk saat tidur –aku selalu berputar layaknya jarum jam yang berotasi.

Karena malu melihat kondisi diriku dicermin akupun bergegas mandi. Setelah itu aku sarapan –seperti biasa, tanpa eomma dan appa. Menyebalkan. Mereka selalu saja sibuk dengan bisnis masing-masing. Tak memperhatikan kondisiku sekarag bagaimana, sehat atau sakit. Mungkin mereka baru akan peduli dengan diriku jika aku sudah mati. Eh tidak-tidak. Mereka tidak sekejam itu.

“Nona, mobilnya sudah siap. Ayo kita berangkat.” Ujar Ahn Ahjussi.

“Ne, tunggu sebentar ahjussi. Sebentar lagi aku menyelesaikan sarapanku. Ahjussi tunggulah dimobil. Aku akan segera menyusul.” Kulihat Ahn Ahjussi hanya mengangguk.

Setelah selesai bersarapan ria, aku langsung menuju kelokasi dimana mobilku berada –tentu saja didepan pekarangan rumahku.

Ringtone Line dihandphoneku berbunyi. Ternyata line dari Ye Soo

Ga yoon-ah, bagaimana kalau hari ini kita ke sungai han? Aku bosan dirumah. Lagipula orang tuamu tak ada dirumahkan? Untuk urusan ahn ahjussi serahkan saja padaku. Okey?

Aku membalas.

Um, terserah padamu saja. Tapi kau harus jamin aku diperbolehkan ikut.

Tak lama handphoneku kembali berbunyi.

Ne, ne. Dasar cerewet. Sampai bertemu nanti.

Dan line Ye Soo pun tak kubalas.

Sekarang aku sedang duduk diam dimobil. Memandang jalanan Seoul yang bahkan sudah kuhafal diluar kepala karena terbiasa melewati daerah ini. Tiba-tiba Ahn Ahjussi berbicara.

“Nona, anda tidak boleh sperti kemarin. Main kabur saja. Nona tidak tau kan kalau orang –orang rumah mengkhawatirkan anda? Ah iya satu lagi, kalau nanti aku di pecat bagaimana nona? Nona tidak kasihan kepadaku?” ujar Ahn Ahjussi dengan tampang melas yangkentara sekali –dibuat-buat.

“Ahjussi, aku sudah dewasa.berhentilah terlalu mengkhawatirkan aku sperti itu. Ah iya Ahjussi hari ini aku akan keluar bersama Ye Soo. Tidak boleh ada penolakan!” balasku.

“Ah, baiklah. Tapi nona harus berjanji akan memberi tau aku diamana ona berada. Biar aku dan yang lainnya tidak mengkhawatirkan nona.” Balas Ahn Ahjussi tulus.

Aku langsung mengirim line ke Ye Soo bahwa masalah Ahn Ahjussi sudah beres. Dia hanya memberi emoticon love. Dia kira aku tak normal apa? Setelah selesai dengan line Ye Soo, akupun melanjutkan obrolanku dengan Ahn Ahjussi.

“Ne, paman. Tenang saja.” Ahn Ahjussi hanya membalas dengan senyum. Sisa perjalanan selanjutnya kini hanya diisi oleh keheningan. Yah, kukira akan sepanjang sebelumnya. Ternyata tidak juga. Tak terasa aku sudah sampai didepan gerbang sekolah.

“Aku berangkat dulu paman. Hati-hati dijalan.” Ujarku sambil melambai ke arah Ahn Ahjussi. Dia hanya mengangguk seraya tersenyum.

Setelah mobilku dan Ahn Ahjussi melaju, aku melangkahkan kakiku menuju koridor. Koridor ini lumayan sepi –ya, maklum saja siswa masih banyak yang belum berangkat karena terlalu pagi. Aku menundukkan kepalaku melihat tali sepatuku yang tidak terpasang dengan benar. Tiba-tiba ada seseorang yang tak tau darimana asalnya duduk dan mengikatkan tali sepatuku. Wajahnya tak terlihat karena kepalanya menunduk.

“Whoaa, Gomapta…”

Mataku masih berbinar-binar memandang sosok itu. Dan tak lama dia berdiri. Lalu akupun mendongak untuk mengetahui siapa namja ini. Dan Hell yeah! Aku benar-benar menganga –karena kaget– melihat orang ini.

“Hai Ga Yoon-ssi.” Ucapnya sambil mengangkat tangan. Aku tak jadi terkesima karena sikap gentle namja ini jika yang kutemukan –dan melakukannya– adalah namja tengik hitam dan kurang ajar satu ini. Darahku naik hingga keubun – ubun. Emosiku meledak-ledak mengingat kejadian kemarin.

“Ya! Kenapa kau disini? Dan, chakkaman! Sejak kapan kau sekolah disini? Dan maaf, kata-kataku tadi kutarik.” Dengusku sebal.

“Sejak hari ini aku akan sekolah disini Ga Yoon-ssi. Aku akan mengawasimu.” Ucapnya sambil terkekeh.

“Kau! Bocah tengik sialan! Apa maksudmu hah? Dasar gila!” Untuk apa dia sekolah disini? Apa dia gila? Umpatku dalam hati.

“Sudah kubilang untuk mengawasimu gadis kecil.” Dia terkekeh –lagi. uh oh apalagi ini, mengacak rambutku segala, dasar namja sok kenal. Cih benar-benar membuatku muak.

“Sialan! Untuk apa kau mengawasiku? Aku tidak tau siapa dirimu. Dan kita baru saling bertemu kemarin! Dan satu lagi jangan panggil aku gadis kecil Kai-ssi!” Aku membentak dia yang lancang memanggilku gadis kecil. Hey, memang dia pikir dia siapa?

Aku melenggangkan kakiku menuju kelas secepat mungkin. Bocah tengik itu benar-benar merusak moodku. Sialan –sekali lagi– umpatku dalam hati. Aku berharap saja dia sunbaeku atau kalaupun memang seangkatan dia tidak sekelas denganku. Malang sekali jika diriku sekelas dengan bocah tengik itu.

***

Author POV

“Dasar gadis labil. Tentu saja aku sekolah disini untuk mengawasimu. Padahal aku jujur, tapi kau malah marah-marah.” Ujar Kai sambil tersenyum melihat punggung Ga Yoon yang mulai menjauh. Hey –dia pikir siapa yang tidak marah, jika orang yang baru dikenalnya berbicara seperti itu seolah-olah mereka sudah lama kenal.

Namja itupun sesegera mungkin melangkahkan kakinya menuju keruangan Tata Usaha di sekolah barunya. Dia terlihat kesulitan mencari ruangan itu. Sampai dia tak sadar kalau ada seorang yeoja yang bersembunyi dibalik tembok dan sedari tadi memperhatikannya .

Tentu saja yeoja mengikuti Kai karena penasaran. Yeoja itu terlihat bingung. ‘Bagaimana bisa Kai ada disekolah ini? Untuk apa juga dia datang kesini? Kenapa dia memakai seragam yang sama denganku?’ batinnya berbicara. ‘Ah, aku tanyakan saja. Lagipula untuk apa repot-repot berpikir kalau targetnya ada disini?’ ucap batin Yeoja itu.

Yeoja itu segera saja menghampiri Kai. Namun, tampaknya Kai masih belum menyadari kehadirannya sampai dia menepuk bahu Kai. Kai segera menoleh dan mendapatkan seorang yeoja dihadapannya. ‘Tidak asing’ batin Kai. Dia sedang mengingat-ingat dan..

“Oh, Ye soo.” Ucap Kai datar. Yah mungkin dia pikir yang akan menepuk bahunya adalah Ga Yoon. Huh, kau terlalu berharap bung.

“Ne. Oh iya Kai, untuk apa kau kesini? Lalu kenapa kau memakai seragam sekolahku? Apakah kau pindah kesekolah ini?” Ucap Ye Soo mengintimidasi dan disertai dengan pertanyaan yang bertubi-tubi. Tapi itu tidak berpengaruh apa-apa bagi Kai. Memangnya siapa dia untuk Kai?

“Tentu saja untuk sekolah disini. Kau pikir untuk apa lagi huh? Ya, aku pindah kesini.” balas Kai dengan sarkatis.

‘Kenapa Kai jadi cuek begini? Bukankah kemarin dia tampak friendly? Uh, hancurlah sudah kalau namja ini ternyata dingin.’ Ye soo tampak berpikir sendiri lalu membalas ucapan Kai.

“Lalu apa alasanmu pindah kesini?” Ucap Ye Soo tak kalah sarkatis.

“Rahasia.” Balas Kai dengan pendek lalu melenggang pergi begitu saja.

Ye Soo ternganga melihat sifat Kai yang sebenarnya. Jadi kemarin sifatnya hanya topeng? Uh, mungkin juga tidak. Siapa tau hari ini dia sedang dalam mood yang tak baik bukan? Ye Soo tentu saja sedang berusaha untuk tetap positive thinking.

“Kesempatan untuk mendekatimu makin besar tuan Kim, yah walau aku tau kalau mungkin usaha itu cukup untuk memakan hati karena sifatmu yang kelewat dingin. Tapi aku yakin, itu karena moodmu pagi ini kurang baik. Semangat Ye Soo. Kau pasti bisa mendapatkannya!” Ujar Ye Soo yang kelihatan semangat dan sangat percaya diri.

Ye Soo berlari menuju kelasnya. Menaiki tangga demi tangga. Karena sangking semangatnya dia hampir saja terjungkal kebelakang akibat tersandung kakinya sendiri. Untunglah dia tidak terjungkal. Sempat hampir terjungkal ternyata tak membuat Ye Soo mengurangi kecepatan kakinya. Dia tetap mempertahankan kecepatannya. Seolah dia tau bahwa dewi fortuna akan memihaknya –dua kali –padahal belum tentu.

Tapi nyatanya memang iya. Dewi fortuna memihaknya –dua kali –malah.

Setelah sampai dikelas, gadis itu berdiri didepan pintu miliknya –kelas, maksudnya –dan mulai mengatur nafasnya. Dia melihat satu kepala diujung kelasnya dengan rambut hitam kelam menutupi wajahnya. Dia berjengit takut, hampir saja menjerit jika kepala itu tidak mendongak kearahnya. Ternyata itu Ga Yoon.

Mukanya terlihat merah menahan marah. Ye Soo tentunya tidak tau apa yang membuat Ga Yoon terlihat seperti itu. Tapi Ye Soo terlihat santai-santai saja. Sudah biasa baginya. Dan tentu saja dia tidak membuat kesalahan bukan?

“Ga Yoon –ah, kau tau tidak? Kai akan bersekolah disini! Ah aku harap dia akan sekelas dengan kita. tapi bagaimana kalau ternyata dia adalah sunbae kita. Andwaeyo!” Ucap Ye Soo girang bercampur cemas. Ga Yoon yang mendengar nama namja yang dia hindari keluar dari mulut Ye Soo tampak tambah emosi.

“Neo! Kau gila? Kau berharap sekelas dengannya? AKU. TIDAK. MAU. Jika memang dia sekelas dengan kita, akan kuusahakan aku pindah kelas!” sembur Ga Yoon dengan nada penuh penekanan.

“Ya! Dia kan tampan. Lagipula kenapa kau langsung marah-marah padaku? Oh, ayolah. Kau sedang datang bulan? Tidak biasanya pagi-pagi begini kau marah tak jelas.” Jelas Ye Soo yang merasa gusar karena keanehan Ga Yoon.

“Bagaimana aku tidak marah-marah jika namja yang membuatku moodku rusak pagi ini dengan lantangnya kau sebut huh? Dia tadi benar-benar membuatku naik pitam. Kau tau? Dia menalikan tali sepatuku dengan gaya sok cool, lalu berdiri menunjukan senyum menjijikannya dihadapanku. Itu sudah cukup membuatku muak melihat wajahnya. Dari kemarin tidak berubah tetap saja menjijikan, membuatku muak. Dan, KAU IM YE SOO. Aku peringatkan jangan menyebut-nyebut nama namja terkutuk itu dihadapanku! Call?!” cerocos Ga Yoon panjang lebar, yang membuat sahabatnya bingung seketika. Pasalnya Ga Yoon tidak pernah berbicara menggunakan kalimat sepanjang –sungai nil –ini.

“Call.” Ucap Ye Soo yang masih setengah melongo. Ye Soo lantas melayangkan punggung tangannya kedahi Ga Yoon untuk mengecek suhu tubuh Ga Yoon. Ga Yoon hanya diam. Tidak bereaksi.

“Tidak panas.” Ujar Ye Soo. Sontak Ga Yoon pun hendak membuka mulutnya dan buru-buru dibungkam oleh Ye Soo.

“Diamlah. Aku pusing. Ada yang aneh dalam dirimu Yoon-ah. Kalau otakku mampu memecahkannya, baru kau boleh berbicara lagi.” Ujar Ye Soo sambil menimbang-nimbang sesuatu.

Ga Yoon hanya mengangguk patuh. Diapun ikut-ikutan bingung karena sikap Ye Soo dan juga dirinya –karena bisa berbicara sepanjang itu –dia kan biasanya berbicara dengan kalimat minim. Sebesar itukah efek nama ‘Kai’ bagi dirinya? Jawabannya TIDAK. Ga Yoon lalu mengibas-ngibaskan tangannya dan berusaha untuk tidak memikirkan itu.

Hari semakin siang. Jam juga terus berputar sesuai dengan rotasinya. Begitupun dengan kelas Ga Yoon juga Ye Soo yang semakin ramai dengan siswa lain yang baru datang. Perlahan, namun pasti, bangku-bangku dikelas merekapun mulai terisi dengan penghuninya.

Dan bel berbunyi. Hal itu tidak membuat kelas menjadi sunyi namun membuat kelas semakin ramai karena tidak ada guru yang mengajar. Keramaian semakin menjadi-jadi tatkala seseorang siswa lewat. Hanya dikalangan siswa perempuan yang berisik, namun itu tidak berlaku bagi Ga Yoon. Karena dia tak perduli. Lain halnya dengan Ye Soo atau teman sekelasnya yang lain. Mereka sangat-sangat berisik.

Kondisi menjadi hening ketika Lee Saem memasuki wilayah kelas. Belum selesai lagi dengan itu, ada seseorang yang menyusul memasuki kelas. Siapa lagi kalau bukan murid baru itu. Dan itu adalah kejutan tersendiri bagi Ga Yoon maupun Ye Soo.

What the hell…” Ucap Ga Yoon lemas –tapi, dalam hatinya dia sedang menahan amarah dan menahan diri untuk tisak menjerit. Beda dengan Ye Soo yang ngomong-ngomong kelihatan girang.

“Kai-ah, kita akan sekelas.” Ucap Ye Soo dengan tatapan berbinar. Ga Yoon yang mendengar itu menatap Ye Soo dengan nyalang.

***

Ga Yoon POV

Satu persatu murid dikelasku datang dan menempati bangkunya masing – masing. Yah sudah lumayan berisik. Apalagi gerombolan gadis diujung sana. Yah, untung saja Ye Soo duduk denganku dan bisa berbagi obrolan denganku. Kalau tidak? Uh, aku mungkin hanya menjadi kambing yang diam sambil memasang tampang bodoh didepan teman-temanku.

Bel tanda masuk berbunyi. Dan demi apapun, kelas ini sangatlah berisik –sebenarnya ini kelas atau sarang ahjuma arisan –pikirku. Bisakah mulut mereka yang cerewet itu diam? Telingaku sungguh sakit mendengar celotehan mereka yang tak jelas itu. Topiknya pun benar-benar norak. Dan apalagi ini? Ye Soo malah ikut – ikutan dan mengacuhkanku. Sialan. Mereka benar-benar tak jelas tujuannya apa.

Aku beralih mengganggu Ye Soo yang sedang menguping pembicaraan kumpulan gadis-gadis abnormal itu. Hell no!

“Soo-ya. Kau mau ikut berkumpul seperti mereka yang membicarakan hal tak penting seperti itu?” ucapku sambil menggoyang-goyangkan tangannya. Dan sialnya, malah ditepis olehnya. Dia langsung menaruh jari telunjuk dibibirnya.

“Ssstt. Aku sedang fokus. Sebentar lagi.” Ye Soo melanjutkan aktivitasnya yang sempat tertunda.

“Heol. Sialan kau.” Umpatku pada Ye Soo. Ye Soo langsung mengalihkan lagi tatapannya padaku.

“Hei, aku dengar ada murid baru. Dan katanya berjumlah 2 orang. Semuanya namja. Aku berharap salah satunya akan masuk kelas ini Yoon –ah.” Ucap Ye Soo dengan ekspresi berharap –yang membuatku mual.

“Lalu apa untungnya bagi dirimu?” Tanyaku padanya.

“Ya, sebenarnya tidak ada sih. Namun, siapa tau dia bisa menjadi calon namjachingu-ku.” Mendengar ucapannya aku segera memukul kepalanya.

“Kau ini berniat apa datang kesekolah ini? Pacaran huh?” Tanyaku sartis.

“Tentu saja bersekolah. Ah, sudahlah. Tak usah dibahas, lagi pula Lee saem sudah datang.” Ujar ye soo sambil menjulurkan lidahnya. Dia bermain-main denganku rupanya. Lihat saja saat makan siang nanti. Yah, tak butuh waktu lama memikirkan rencana ini. Sudah sangat jelas terekam diotakku.

Ketika Lee saem memasuki area kelas, keadaannya mendadak sepi. Berbalik 180 derajat dengan sebelumnya. Tidak lama kulihat seorang namja menyusul memasuki kelas yah mukanya belum tampak –tapi sungguh seperti tidak asing. Tampak siswa putri terpana melihatnya –termasuk Ye Soo. Heol bodoh sekali.

“Segera perkenalkan dirimu nak. Mereka calon teman sekelasmu.” Ucap Lee saem ramah.

Namja itu mengangkat kepalanya dan HELL NO! BIG NO! Kenapa dia bisa sekelas denganku. Sialan! Aku yakin wajahku kini tampak memerah –lagi, menahan emosi. Namja itu benar-benar memiliki andil besar untuk membuat moodku hancur.

“What the hell…” Ucapku lemas, tapi jujur saja aku ingin berteriak kearah namja sialan yang sekarang berada didepan kelas itu. Berbeda halnya dengan manusia yang berada disebelahku.

“Kai-ah, kita akan sekelas.” Ucap Ye Soo dengan tatapan berbinar. Aku yang mendengar itu menatap Ye Soo dengan nyalang.

Kai langsung memperkenalkan dirinya. Aku tak memperhatikannya alias mengacuhkannya. Aku benar-benar malas melihat wajahnya. Yah, tapi aku yakin Ye Soo benar-benar memperhatikannya seakan-akan dia takut kehilangan sedikit informasi yang akan diberikan oleh Kai.

“Kim Jong In imnida. Mohon bantuannya. Kau bisa memanggilku Kai.” Dia hanya memperkenalkan diri secukupnya. Kasihan kau Ye Soo, terlalu berharap banyak nyatanya dia hanya memberi sedikit informasi. Ucapku dalam hati sambil tertawa setan.

Lalu Lee saem mempersilahkan dia duduk kemejanya –yang kebetulan aku sendiri maupun bocah tengik itu belum mengetahuinya.

“Silahkan duduk dibelakang Ga Yoon, Kai-ssi.” Kai hanya mengangguk lantas berjalan kearahku –kebangkunya maksudku.

“Ga Yoon, Ye Soo. Senang bisa sekelas dengan kalian.” Merasa terpanggil aku dan Ye Soopun menghadap kebelakang.

“Ne, Kai-ah. Semoga harimu menyenangkan.” Ucap Ye Soo dengan wajah sumringah. Kai hanya tersenyum simpul membalas kalimat dari Ye Soo. Aku hendak memutar badanku kedepan, tetapi tidak jadi karena suara Kai lebih dulu menginterupsi.

“Senang bisa duduk dibelakangmu Ga Yoon-ah. Ini membuatku lebih leluasa untuk mengawasimu.” Ujar Kai dengan smirknya yang menjijikan. Ye Soo yang tidak tau apa-apa jelas hanya berdiam diri, dan menatapku. Tersirat pertanyaan lewat pandangan matanya ‘apa maksud ucapan Kai, Yoon-ah?’. Aku hanya memutar bola mataku malas. Akupun membalas pertanyaan Ye Soo dengan tatapan mata –juga. ‘Memangnya aku tahu?’.

“Iya, kau senang tapi aku tidak.” ucapku ketus. Aku langsung saja memutar badanku menghadap kedepan. Jengah melihat kai serta sifatnya. Sama-sama gila.

“Selamat menjalankan hari bagai dineraka Ga Yoon –ah. Ingat aku akan selalu mengawasimu.” Ucap Kai berbisik dengan pelan, namun masih terdengar olehku.

“Ya tuhan. Tolong jauhi aku dari namja psycho ini.” Ujarku memohon pada tuhan.

TBC

Hai, kayanya aku emang gak bisa maen rahhasia-rahasiaan. Jadi bener kalo karakter utama cowoknya Kai. Dia sifat dia disini belum terlalu ditonjolin. Maklum lah ye, kan baru chap pertama. Heuheu, tapi tenang aja nanti ada kaya cowok 1 lagi geto. Pokoknya liat aja nanti wkwk. Rcl yaaa bye! wkwk



Viewing all articles
Browse latest Browse all 4828

Trending Articles