LESION
Baekhyuncupcakes
Sehun x OC // Hurt
Lesion | Lesion #1 | Lesion #2 | Lesion #3
Summary:
“Your eyes are wide open. I feel as though I could step inside them
and make myself at home.”
.
.
.
.
.
.
Samar – samar aku mendengar suara tangisan dan suatu bunyi tak asing yang berasal dari pintu, bunyi ketukan.
Aku mengangkat kelopak mataku yang terasa berat, menggumam kesal karena terbangun oleh suara ketukan di pintu. Aku berguling dalam selimutku, membawa kepalaku tenggelam makin dalam ke bantal, tanpa repot-repot menggubris ketukan itu.
Ayolah, sekarang bahkan masih pukul 3 dini hari, tidak bisakah aku tidur dengan tenang tanpa gangguan sama sekali? Aku tidak perduli jika si pengetuk tersebut adalah hantu paling menyeramkan sekalipun, aku hanya ingin waktu tidurku tidak diganggu.
Ketukan dari pintu tersebut semakin kencang. Baiklah, tidak ada plilihan lain. Dengan rambut berantakan dan penglihatan yang masih belum sepenuhnya kembali normal aku bangkit dari tempat tidur dan berjalan ke arah pintu.
Jariku dengan lemas beberapa kali memutar kunci yang menggantung di lubang pintu, setelah yakin bahwa pintu sudah tidak terkunci aku membuka pintu itu.
Rasa kantukku berganti dengan rasa terkejut saat menyadari jika lelaki itu lah yang sedari tadi tak hentinya mengetuk pintu apartment ku. Oh Sehun.
Ia membawa Hyemi yang sedang menangis di dalam dekapannya. Tidak ragu aku mendengar suara tangisan seorang bayi saat aku terbangun tadi.
“Oh Sehun? Apa yang kau lakukan disini?” Ekspresiku bercampur antara curiga dan kaget.
“Kau berkata ‘hubungi aku jika kau butuh sesuatu’ bukan? Well, sesuatu terjadi dan aku membutuhkan bantuanmu.” Dari caranya berbicara ia menunjukkan jika ia memang membutuhkan bantuan
“Aku rasa kau salah mengartikan. Maksud kalimatku itu adalah dalam waktu yang tepat, Oh Sajangnim. Lalu, bagaimana kau tahu jika aku tinggal disini? Yang aku ingat hanyalah kau mengantarku sampai di depan gedung. Apa kau menguntitku, Sehun-ssi?”
“Bisakah kita membahas ini nanti? Hyemi menangis di rumah juga di sepanjang perjalanan dan aku sama sekali tidak mengetahui penyebabnya, itu adalah alasan aku kemari.” Ia terlihat putus asa.
Aku menghela nafas panjang.
“Kau mengunjungiku hanya karena kau tidak mengetahui alasan putrimu menangis? Tidak bisakah kau menjadi lebih konyol lagi Oh sajangnim?” Terselip nada menyindir dalam kalimatku
“Pertama – tama berhenti panggil aku ‘sajangnim‘. Kedua, kau lah yang merawat bayi ku semenjak awal. Aku tidak mengerti apapun, Ketiga, Perintah bukanlah suatu pilihan.” Ia mengatakannya tanpa jeda lalu menerobos masuk ke dalam apartment ku.
Aku menghempaskan pintu di belakangku sambil bergumam kesal, sekarang bukanlah waktu bekerja dan apartment ku bukanlah perusahaannya. Bagaimana bisa ia memerintahku di pukul 3 huh?
“Biar aku saja yang memeriksanya” aku mengangkat Hyemi dari dekapan Sehun ke dalam dekapanku, Ia masih terisak kecil.
Aku membaringkan Hyemi di sofa ruang tamuku dengan hati – hati, memeriksa secara teliti permasalahan sebenarnya.
Aku menggerakan jari telunjukku ke sekitar mulut Hyemi dan ia membuka mulutnya mengikuti arah gerak jariku. Lagi dan lagi aku menghela nafas panjang setelah menemukan penyebab sederhana Hyemi tidak hentinya menangis. Ia lapar.
Oh tidak, aku tidak masalah jika Sehun mengganggu tidurku karena putrinya tersengat serangga atau hal yang lebih berat lainnya. Tetapi ini adalah hal paling umum mengapa bayi menangis. Bagaimana bisa ia tidak mengerti hal itu?
“Apa kau bersungguh – sungguh sekarang? Bayimu lapar, Sehun-ssi. Kau seharusnya memberinya susu alih – alih datang kesini untuk menghancurkan mimpi indahku”
“Aku sangat panik dan terbawa suasana saat ia menangis, aku tidak berfikir dua kali dan fikiranku hanya tertuju padamu, kau dapat merawatnya di lain hari bukan?” ia berkata polos
Aku mencoba menahan kesabaranku. Tenanglah, ia hanya masih belajar karena ia baru saja menjadi seorang ayah.
“Tetapi aku tidak memiliki susu bubuk bayi dan jika-pun aku memilikinya, aku sama sekali tidak tahu cara membuatnya.” Aku berjalan mendekati Sehun, mengambil tas perlengkapan bayi yang tergantung di atas bahunya yang kekar.
Aku membuka resleting tas tersebut dan menggeledah satu – persatu isi di dalamnya mulai dari botol susu, popok, baju ganti, baby oil dan perlengkapan lainnya sampai akhirnya aku menemukan sesuatu yang aku cari, kotak susu formula.
“Kau bukan ‘tidak memiliknya‘ tetapi kau hanya belum mencarinya. Aku akan membuatkan susu formula untuk Hyemi sekarang, lebih baik kau ikut denganku, jika tidak aku tidak akan bersedia membantumu lagi.” Gumamku dan berjalan pergi ke arah dapur. Meninggalkannya yang masih belum mengeluarkan sepatah kata, dari ujung mata, aku melihat kedua kakinya mulai menyamai jejakku.
Tanganku dengan cermat bergerak menuangkan susu bubuk ke dalam botol susu. Sehun berdiri tepat di sebelahku, fokus memperhatikan dengan detil segala sesuatu yang aku kerjakan.
“Kau harus menambahkan sedikit gula agar rasa susu tidak terlalu hambar. Lalu kau campurkan air hangat ke dalam bubuk yang sudah diberi gula tadi. Aduklah dengan rata. Sebelum kau memberi bayimu susu buatanmu. Kau harus mencobanya terlebih dahulu, pastikan jika susu tersebut tidak terlalu panas, tidak terlalu manis dan juga tidak terlalu hambar. Kau akan mendapat masalah lainnya jika salah satu dari ketiga unsur tersebut ada di dalam susu buatanmu.
“Sekarang cobalah sedikit susu ini” aku menyerahkan botol susu itu ke genggamannya.
Tanpa protes ia meminumnya lengkap dengan botol susu bayi. Melihat Sehun meminum susu dengan botol itu membuatnya terlihat seperti bayi sungguhan. Ia tidak jauh berbeda dengan Hyemi.
“Hey, aku berkata ‘sedikit’ Sehun-ssi. Kau tidak diperbolehkan meminum susu itu karena itu adalah milik putrimu yang sedang kelaparan sekarang.” Ia berhenti meminumnya.
“Itulah perkiraan rasa susu yang harus kau buat nanti, Kau mengerti?” Sehun mengangguk, wajahnya tampak yakin.
Aku tahu jika IQ nya tidaklah serendah itu Ini hanyalah sekedar susu formula. Ia bahkan bisa menghafal ratusan kata yang sengaja ia hafalkan untuk persentasi meeting di perusahannya, mustahil jika ia tidak bisa mempelajari ‘cara membuat susu formula untuk darah dagingnya sendiri’.
Sehun mengangkat bayinya dan menyuapi Hyemi susu itu. Sepertinya bayi Sehun benar – benar lapar. Ia bahkan menghabiskan penuh susu itu hanya dalam sekejap dan dengan beberapa tegukan.
“Sekarang kau bisa menidurkannya di ruangan kamarku. Ruangan kamarku terletak di depan pintu, itu adalah kamar utama, kau bisa memakainya untuk menidurkan Hyemi.” Tukasku terhadapnya
Tidak menunggu lama Sehun berjalan ke arah ruangan kamar yang aku tujukan dan masuk ke dalamnya. Setidaknya ia mengerti bagaimana membuat bayinya tertidur.
Pikiranku beralih ke bayang – bayang sebelumnya, saat Sehun tidak pernah banyak berbicara kepadaku. Ia bahkan terkadang melupakan namaku, aku tidak mempermasalahkannya karena aku mungkin hanyalah seorang ‘pegawai’ baginya. Aku tentu harus menyadai status ku sebagai orang yang beruntung.
Tetapi akhir – akhir ini Sehun menjadi orang yang sudah tidak asing lagi. Ia menjadi sedikit lebih terbuka, ia bukanlah orang yang mudah berteman dengan orang lainnya, apalagi dengan gadis seperti diriku. Aku masih tidak mengerti dengan statusku dengannya, apa ia masih menganggapku seorang asisten direktur? Atau seorang teman?
Jika ia masih menganggapku sebagai seorang asisten, mengapa ia berani menunjukkan batang hidungnya di apartment ku sekarang dan di pukul 3 dini hari?
Berbicara soal apartment, ia belum menjawab pertanyaanku tadi. Bagaimana ia bisa mengetahui lantai dan nomor kamar tempat aku tinggal? Apakah ia sungguh menguntitku?
Disaat aku masih sibuk berkutat dengan pikiranku sendiri, suara decitan pintu ruanganku terbuka. Menampilkan pria bertubuh jenjang dengan rambut yang sedikit kacau. Ia berjalan kearahku dan duduk tepat di sampingku
“Apakah bayimu sudah tertidur?” Tanyaku pelan kepadanya mengingat Hyemi baru saja berhenti menangis
“Ya, ia tidur dengan cukup cepat. Mungkin karena sekarang sudah lewat dari jam tidurnya.” Sehun menjelaskan.
“Baiklah.”
Ada sedikit jeda di dalam percakapan kami berdua.
“Hyejin-ssi, maafkan aku karena sudah lancang mengganggu jam tidurmu. Aku hanya menjadi sangat panik saat Hyemi mulai menangis, aku takut jika sesuatu terjadi.” Ia meminta maaf dengan tulus
Aku mengangkat kedua pundakku, tidak tahu dengan apa aku harus membalas ucapannya.
“T-tidak apa – apa. Setidaknya kau mempunyai prinsip untuk mencari bantuan. Sudah sangat jarang seorang pria mempunyai prinsip.” Sial, mengapa aku tergagap. Ini hanyalah pembicaraan biasa Hyejin, sadarlah.
“Itu adalah hal yang bagus jika kau berfikir seperti itu.” Aku mengangguk setuju
“Kau ingat jika kau belum menjawab pertanyaanku bukan? Bagaimana kau dapat mengetahui tempat tinggalku?” Tanyaku ingin tahu
“Aku masih menyimpan resume yang kau bawa saat interview tiga bulan yang lalu. Kau memasukkan alamat lengkapmu, kau ingat?”
“Ah, kau benar. Mengapa aku tidak memikirkannya lebih awal.” Balasku terhadap pertanyaan Sehun.
“Mungkin karena kau tidak sepintar yang kau kira.” Inilah dia, kembali menjadi pria menyebalkan yang berbicara tajam.
“Jika aku tidak sepintar yang aku kira lantas mengapa aku bisa diterima menjadi asisten seorang direktur di perusahaan berkelas tinggi huh?” Aku mengejeknya
“Aku hanya tidak sampai hati menolak gadis lugu yang sangat membutuhkan pekerjaan.”
Aku terdiam, mungkin karena perkataannya tidak sepenuhnya salah, bahkan benar. Aku memang membutuhkan pekerjaan saat itu untuk menghidupi diri sendiri, tiga bulan lalu adalah awal dari kehidupanku yang sesungguhnya. Karena tepat tiga bulan yang lalu aku resmi meninggalkan panti asuhan untuk menghadapi apa yang ada di luar sana.
“Itu hanyalah lelucon, kau seharusnya tidak menanggapinya terlalu serius nona Lee. Aku tidak mungkin membiarkan sembarang orang bekerja di perusahaanku. Aku melihat kau memiliki kinerja kerja yang bagus maka dari itu aku mempekerjakanmu.” Jelasnya
“Terima kasih karena sudah mempekerjakanku.”
“Tidak masalah. Sebenarnya tujuanku kesini bukan hanya karena Hyemi, tetapi aku juga ingin sedikit belajar darimu bagaimana cara memahami hal – hal kecil tentang balita.” Aku sedikit menyukai gairah semangat ingin–tahu nya.
“Ada banyak hal yang aku ketahui, tetapi menyebutkan beberapa hal yang paling umum aku rasa bukanlah masalah. Kau benar – benar ingin tahu?” Tanyaku penasaran
“Tentu. Kenapa tidak?” Ia menjawab yakin.
“Jika bayi menangis, hal yang pertama kau lakukan adalah memeriksa popoknya, lalu berikan ia susu dan angkat tubuhnya. Jika kau sudah melakukannya, baringkan ia kembali dan pijat secara lembut perutnya, lalu dudukkan bayi dengan posisi lurus, juga tepuk pelan punggungnya. Sebelum kau memberikan bayi susu, saat kau belum yakin apakah ia sudah lapar atau belum, letakkan jarimu di sekitar mulut bayi, jika ia membuka mulutnya dan mengikuti arah gerak jarimu artinya ia lapar.” Aku menolehkan wajahku ke arahnya hanya untuk menemukan ia yang sudah tertidur lelap di sebelahku dengan kepalanya yang bersandar ke handle sofa.
Ia mungkin sudah terlalu lelah. Sekarang waktu sudah menunjukkan pukul 5. Mengendarai mobil di tengah malam dengan bayi yang menangis adalah tantangan yang cukup berat. Aku mengambil beberapa bantal dan selimut dari dalam kamar, lalu mengalasi kepala Sehun yang sedang bersandar dan juga menyelimuti tubuhnya.
Langkah kakiku berjalan memasuki ruangan kamarku lainnya dan ikut terjun ke dalam dunia mimpi.
—
Hari baru semangat baru.
Mungkin kalimat tersebut tidak selalu ada dalam kamus ku, tetapi aku tetap menjadikan kalimat itu mottoku di setiap pagi hari yang membosankan. Setidaknya kata – kata tersebut sedikit meningkatkan adrenalin setelah mendapatkan waktu tidur 3 jam tadi malam.
Dengan malas aku bangun dari tempat tidur ku yang masih sangat nyaman dan memaksa kedua kakiku berjalan menuju kamar mandi.
Setelah selesai berpakaian dan bersiap, pandangan mataku memandang pria yang masih terlelap nyenyak di sofa ruang tamuku. Ia masih belum terbangun rupanya.
Aku tidak berniat membangunkannya karena ia terlihat sangat lelah, lagipula ia adalah direktur tempatku bekerja, tidak pernah ada peraturan yang melarangnya untuk terlambat datang ke perusahaan.
Alih – alih segera pergi, aku memeriksa Hyemi kecil bertepatan dengan tujuanku untuk menulis dan meninggalkan note kecil berisi pesanku untuk Sehun lalu menempelkan note itu tepat di dahinya.
Sorot mataku menangkap bayangan Sehun sebelum jemariku sepenuhnya menutup pintu masuk apartment.
—
Sehun’s POV
Kukerjapkan mataku perlahan saat sinar mentari mengganggu tidur nyenyakku. Tubuhku menggeliat pelan untuk merilekskan badanku dan mataku kini tengah mengerjap imut. Setelah cukup lama menyesuaikan sinar mentari yang masuk ke dalam retina mataku tanpa sengaja manik mataku menangkap note kecil yang menempel di dahiku.
Tempat ini bukanlah rumahku. Aku menyadari jika aku tidak sengaja tertidur di sofa Hyejin beberapa jam yang lalu, segera aku beranjak turun dari sofa dan berjalan keluar mengelilingi setiap ruangan di tempat asing ini untuk menemukan bayiku dan juga dia. Aku menemukan Hyemi yang masih tertidur dengan tenang di dalam kamar utama.
Aku baru mengingat jika note yang menempel di dahiku tadi masih kupegang erat.
Aku membaca satu – persatu kata yang tertulis di dalam sana dan tersenyum samar.
‘Selamat pagi sajangnim. Maafkan aku karena tidak membangunkanmu, hanya saja kau terlihat sangat lelah dan butuh banyak istirahat. Ambillah cuti jika kau menginginkannya, aku bisa menggantikanmu untuk sementara. Hubungi aku diwaktu yang tepat jika terjadi sesuatu.
P.s: Aku sudah membuatkan Hyemi susu formula dan aku menempatkannya di atas meja makan, hangatkanlah jika susu itu sudah mulai mendingin, aku hanya berjaga – jaga jika bayimu menginginkannya. Aku juga menyediakan sedikit sarapan pagi untukmu, makanlah walau hanya sedikit. Jangan lupa kunci pintunya sebelum kau pergi! Aku menaruh satu kunci cadangan di sakumu. Have a good day Hyemi’s appa.’
—
Duh, failed banget ya? Mau coba keluarin aura keibuan si Hyejin, tapi malah jadi ancur:(
Maafin ya, tata bahasa ku emang kurang bagus dan butuh banyak perbaikan. Jadi jangan sungkan kritik dan saran cerita ini. Tunggu dan baca juga kelanjutan FF ku Idiotical – Monster okay? Tysm^^
