Tittle : It’s Hard To Get You’re Heart (Chapter 1)
Author : Chikarusite
Length : Series
Genre : Romance and Friendship
Rating : PG 17
Main Cast : Kris Wu (EXO)
Park Luna (OC)
Oh Sehun (EXO)
Kim Sera (OC)
Disclaimer : Cerita ini murni milik penulis dan juga tidak hanya publis di tempat ini. Jika ada menemukan kesamaan dengan cerita lain. Baik latar, tempat atau kejadian, sekali lagi adalah murni ketidaksengajaan.
Author’s Note : Author sangat suka membaca dan begitu pula dengan menulis, untuk sekedar mengisi waktu luang. Hingga lahirlah fanfic ini. Please, NO PLAGIAT. Silent reader is welcoming here (karena authornya juga mantan silent reader, ckck) TAPI, saya sangat senang jika ada yang meninggalakan jejak komen berupa kritik ataupun saran dan lain – lain untuk mendukung masa depan yang lebih cerah fanfic ini.
FIRST
Gadis itu masih saja sibuk dengan notebook silver di hadapannya. Mata coklat kehijauannya yang bulat sempurna menatap fokus pada layar. Begitu pula kesepuluh jari – jari lentiknya juga turut bergerak lincah di atas keyboard. Sesekali juga, ia berhenti sejenak sekedar untuk berpikir sebelum kemudian melanjutkan aktivitasnya kembali. Tidak dihiraukannya keramaian dan lalu – lalang orang di sekitar kantin. Tempat di mana sekarang ia berada. Sementara itu, seorang yeoja cantik berambut pendek yang sedari tadi duduk tepat di sebelahnya hanya bisa menatap gadis itu dengan tatapan berharap sambil memainkan salad buahnya dengan sumpit
“Luna..”
keluh wanita itu pada akhirnya, berharap gadis yang duduk di sebelahnya tersebut peka dengan arti kalimat yang ia ucapkan tadi
1 detik
2 detik
3 detik
Hening
Baiklah, sepertinya ia salah karena terlalu berharap lebih. Gadis itu tetap saja sibuk dengan aktivitasnya sebelum kemudian ia tersentak keget karena layar notebooknya telah ditutup secara paksa
“Yaa!! Tadi kau bilang tugas ini masih 2 bulan lagi dikumpul dan kau mengacuhkan ku yang sedang bercerita!!”
Gadis bernama lengkap Park Luna itu hanya bisa mengerjab sambil menatap yeoja tersebut dengan polosnya
“Ani, aku tidak mengacuhkan mu eonni.. aku dengar kau bilang semalam bertemu dengan seorang namja yang amat terkenal bernama Sehun anak dari teman bisnis ayahmu itu bukan?”
Tanya Luna dengan seulas senyum yang dipaksaan. Sedetik kemudian, terjadilah perubahan ekspresi yang cukup signifikan tergambar jelas di raut wajah yeoja cantik itu
“Nee!! Aku seperti bermimpi rasanya”
Luna hanya memberikan sebuah anggukkan kepala sebagai respon, seolah mengerti kemana jalan pembicaraan tersebut. Jujur, sebenarnya ia tidak tertarik sama sekali untuk mendengarkan yoeja itu. Ia tidak suka waktunya terbuang sia – sia untuk sesuatu yang kurang bermanfaat, seperti saat ini. Adalah Kim Sera, sahabat sekaligus seorang eonni bagi Luna sejak masih duduk di bangku SMA. Hingga tidak terasa sudah memasuki tahun ke 3 keduanya berada di sebuah universitas yang sama. Berbeda dengan Sera yang masih menempuh pendidikan sarjana untuk jurusan ekonominya, Luna sedang sibuk mengejar gelar spesialis penyakit dalamnya di jurusan kedokteran. Gadis itu memang 3 tahun lebih muda darinya dan itu semua terjadi karena sewaktu SMP Luna masuk dalam program akselerasi. Hingga ia dapat lulus sekolah dengan usia yang masih terbilang sangat belia yaitu, 14 tahun. Seoul National University adalah tergolong universitas paling bergengsi di Korea. Jika mengingat status Sera yang ayahnya termasuk dalam jajaran politisi elit di Korea Selatan tidaklah mengherankan, berbeda halnya dengan Luna. Luna sendiri hanya seorang yatim piatu yang sejak kecilnya dirawat di sebuah panti asuhan kecil nan sederhana. Ia tidak pernah tau siapa ayah atau siapa sosok ibu yang melahirkannya ke dunia ini dan ia pun tidak ingin memusingkan hal tersebut. Baginya ada ataupun tidak orang tuanya bukan suatu masalah yang besar, buktinya ia masih bisa hidup dengan baik sampai saat ini. Setidaknya dengan kenyataan pahit itu, ia masih memiliki alasan untuk bersyukur. Tuhan mengaruniakan otak yang cukup di atas rata – rata padanya, membuat jalan kehidupan yang sulit menjadi sedikit dipermudah. Lulus SMA dengan nilai tertinggi dan sederet prestasi olimpiade lainnya, menghantarkan Luna menerima banyak beasiswa penuh dari berbagai perguruan tinggi swasta maupun negeri dan yang salah satu diantaranya adalah Seoul National Unversity. Ia menerima beasiswa penuh untuk jurusan kedokterannya di sana. Setimpal saja dengan kerja keras yang selama ini ia lakukan. Hampir seluruh dari waktu hidupnya hanya dihabiskan untuk belajar lalu bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan sisanya hanya untuk hobi. Itulah sebabnya ia bisa menyelesaikan program sarjananya hanya dengan kurun waktu 2 tahun, lebih cepat 1 setengah tahun dari orang biasa. Sama sekali gadis itu tidak pernah membiarkan waktunya terbuang dengan sia – sia. Seperti bermalas – malasan atau bahkan menjalin hubungan dengan seorang pria dan hal semacamnya yang banyak dilakukan oleh anak jaman sekarang. Baginya itu tidak masuk daftar listnya untuk saat ini dan entah sampai kapan. Menurutnya masih banyak hal berguna yang masih bisa ia lakukan. Lagi pula, ia tidak pernah berteman ataupun dekat dengan lelaki manapun selama hidupnya. Bukan karena anti. Tetapi entah menggapa, lelaki itu mahluk yang menyebalkan di matanya. Tentu saja itu semua bermula karena dulu ia selalu menjadi objek bullyan murid laki – laki di kelasnya. Luna tidak menyalahkan 100% para lelaki untuk hal tersebut kerena ia juga berkaca pada dirinya sendiri. Jika dibandingkan dengan perempuan korea lainya, Luna memang sedikit agak berbeda. Kulitnya putih pucat seperti tidak pernah terkena sinar matahari. Rambut panjangnya melewati batas pinggang berwarna coklat tua. Matanya bulat sempurna dengan warna kornea yang coklat sedikit kehijauan dan ia memiliki tinggi badan yang sedikit di bawah rata – rata yang di mana juga menjadi salah satu faktor pemicu para pria di kelasnya dulu senang membullynya selain karena ia yang paling kecil dan termuda. Jika sudah begitu, sera yang akan datang untuk membelanya. Itulah sebabnya menggapa keduanya terlihat begitu akrab. Sebenarnya tanpa Luna sadari, di balik penampilannya yang terlihat sederhana, ia memiliki sebuah daya tarik. Walaupun Luna jarang tersenyum, gadis itu memiliki wajah natural yang tidak membosankan dan senyum menawan karena kedua lesung pipinya. Tetapi Luna memang jarang, bahkan memang tidak pernah menunjukkan hal tersebut karena sifatnya yang tertutup pada orang – orang di sekitarnya. Yoeja yang duduk tepat di sisinya itu mulai nenegakkan posisi tubuhnya sambil melipat rapi kedua tangannya di atas meja, lalu mulai menatap serius pada gadis mungil itu
“Tapi aku heran denganmu, dia dan temanya yang ku ceritakan itu memang sangat terkenal karena mereka, ya.. mereka artis luna!! Aku tidak percaya bahwa kau tidak mengenal mereka sama sekali, apa kau serius!? kau tidak tau tentang EXO!?”
Tanya Sera dengan ekspresi yang sulit diartikan. Ia tau Luna termasuk tipikal perempuan yang cuek, tetapi ia tidak menyangka bahwa situasinya akan lebih buruk dari pada yang ia bayangkan. Gadis itu hanya merespon dengan mengindikkan kedua bahunya secara bersamaan sambil menyesap milk shake strowberrynya. Sebenarnya ia tidak sungguh – sungguh akan pernyataanya tersebut. Jujur, ia hanya sekedar tau nama saja. Walaupun ia jarang menonton televisi, Luna sangat menyukai musik dan koreografi tarian modern, tentu saja ia tau EXO. Hanya saja, ia bukan termasuk fans fanatic boyband tersebut seperti Sera dan kebanyakkan kaum hawa di kampusnya tersebut. Jadi, kesimpulanya ia memang tidak begitu tau
“Ah! aku hampir lupa! kau juga harus berdoa untukku karena.. DIA MENGAJAKKU BERKENCAN MALAM INI!! Arghhh.. memikirkannya saja sudah membuatku hampir gila karena senang”
Luna harus kembali menghela nafas panjang memperhatikan tingkah laku chingunya tersebut. Sera mengencani seorang artis ? Tidak berlebihan, di Korea jika keluargamu termasuk dalam status orang berada akan sangat mudah terkoneksi dengan siapapun termasuk seorang artis. Tapi entahlah, menurut Luna artis atau siapapun itu sama saja. Mereka juga bernafas menghirup oksigen, makan, tidur bahkan menginjak bumi dan memandang langit yang sama. Jadi, Luna sedikit heran jika ada seseorang yang memuja sesama mahluk ciptaan Tuhan itu dengan berlebihan seperti Sera. Luna ingat, Sera sampai harus menangis 2 hari 2 malam karena tiket boyband bernama EXO itu sudah habis terjual. Sampai – sampai ia juga ikut direpotkan karena harus membujuk sera agar mau makan akibat insiden tersebut dan kali ini luna sangat yakin. Pasti Dera juga tidak tidur semalaman karena hal ini, sangat terlihat dari lingkaran hitam yang samar – samar terbentuk di bawah matanya itu
“Eonni apa yang membuatmu tertarik dengannya” tanya Luna menatap heran pada chingunya itu
“Ah? umh.. sebenarnya aku tidak tertarik dengannya saja.. tapi dengan mereka semua Luna hhe.. tapi, tapi, Sehun juga sudah cukup. Dia itu luar biasa tampaaaan”
Jawab Sera dengan senyum berbunga
“Hanya itu?” Lanjut Luna
“Tentu saja tidak!! Dia juga sangat bertelenta terutama dalam tarian, rapnya juga tidak kalah keren” tegas Sera.
Luna hanya mengangguk paham. Sebenarnya ia ingin menyanggah kalimat tersebut seperti ‘Justin Bieber, Niall Horan, Cody Simpson juga tampan dan berbakat’ tetapi setelah ia menimbang kembali, hal tersebut pasti akan mengundang Sera untuk lebih berbicara panjang lebar padanya dan luna terlalu malas untuk itu karena ada banyak hal yang sudah menunggu untuk ia kerjakan
“Nah! aku harus ke salon sekarang. Jangan lupa doakan agar kencan eonni mu sukses ya!?”
sebelum beranjak pergi Sera menyempatkan diri untuk mencubit kedua pipi chingunya itu. Hingga timbul bekas memerah yang sangat kontras dengan warna kulit putihnya
“Yaa!! eonni!”
Luna meringis kesakitan memegang kedua pipinya sambil melemparkan tatapan nanar ke arah Sera
“Itu salahmu karena terlalu manis dan jangan memasang eksperesi seperti itu kau membuatku semakin gemas saja ha ha.. ah! Satu lagi, kau juga tidak boleh tidur nanti malam sebelum aku menelpon! jaaa…”
ucap yeoja itu sambil melenggang santai. Sementara Luna hanya bisa menatap malas pada kepergiannya.
.
.
07:00 p.m. Angka itulah yang tercetak jelas pada jam tangan hitam yang melingkar manis di pergelangan tangan kirinya. Terlihat sebuah lesung pipi dan senyuman manis terukir di bibir mungil gadis itu. Ia bisa pulang lebih cepat 2 jam dari biasanya hari ini karena toko roti di tempatnya bekerja laku keras. Seraya mengeratkan tas ransel ungunya, gadis itu menambah volume musik yang ia dengarkan melalui headsetnya. Sambil otaknya bekerja untuk menyusun rencana apa saja yang akan ia kerjakan nanti, setelah sampai di rumah. Ketika kedua kakinya yang dibungkus oleh sepatu kets Nike pink itu melewati sebuah swalayan, langkahnya seketika terhenti di tengah keramaian. Ia teringat, bahwa ia belum berbelanja untuk kebutuhannya minggu ini. Saat ia memutuskan untuk melangkah masuk ke dalam swalayan langganannya tersebut, Luna dapat melihat bahwa tempat itu cukup ramai seperti biasanya. Setelah mengambil keranjang belanja, gadis itu segera bergerak menuju ke deretan rak daging dan sayuran segar. Tidak lupa, ia juga membeli beberapa camilan dan beberapa botol susu kedelai. Menggapa susu kedelai? Karena dulu ibu pengasuhnya pernah bercerita, saat ia bayi dan pertama kalinya Luna meminum susu sapi ia harus menerima kenyataan bahwa ia alergi hingga membuat sekujur tubuhnya menjadi merah karena mengalami ruam. Sejak saat itulah, Luna kecil mulai dibiasakan untuk meminum susu kedelai. Walaupun Luna yakin rasanya tidak seenak susu sapi. Tapi ia tetap menyukai susu kedelai, mungkin karena lidahnya yang memang sudah terbiasa. Merasa semua kebutuhanya sudah terpenuhi Luna segera ikut mengantri berdiri di kasir. Saat ini, tepat di depanya. Ada seorang pria berkacamata hitam dan bertubuh tinggi tegap juga sedang mengantri. Entah apa yang terjadi, tiba – tiba pria jangkung itu mundur selangkah hingga kakinya yang terbungkus sepatu boots hitam, besar nan tebal itu menginjak sebelah kaki luna yang tengah berdiri santai di balakangnya. Sontak Luna meng’aduh’ karena merasakan sakit pada kakinya dan refleks saja ia mendorong tubuh tinggi itu ke depan dengan tangannya. Nampak pria itu sejenak menoleh padanya dengan ekspresi tidak suka dari balik kacamata hitam yang ia kenakan. Tanpa mengucapkan sepatah kata apapun pria itu hanya beralalu begitu saja, dengan sebuah botol minuman dingin di genggamanya. Luna menatap dengan jengkel pada kepergian pria itu
‘bagaimana bisa orang itu tidak meminta maaf?! Padahal jelas – jelas dia yang salah!’ gerutu Luna dalam hati
Dengan gerakan kasar gadis itu segera meletakkan keranjang belanjaannya di atas meja kasir hingga menimbulkan suara hentakkan yang cukup nyaring. Sontak saja seluruh pasang mata di tempat itu langsung memperhatikannya dengan tatapan bingung. Merasa telah melakukan suatu tindakkan yang bodoh. Luna segera meminta maaf sambil membungkukkan badannya, guna menyembunyikan wajahnya yang sudah kelewat merah akibat menahan rasa malu
“Ah senang melihatmu luna ssi. Sepertinya suasana hatimu sedang buruk”
sapa seorang yeoja paruh baya yang sedang sibuk menghitung kumpulan barang belanjaannya tersebut
“Mianheyo, jika tindakkan ku tadi sedikit mengganggu ahjumma. Aku hanya sedikit kesal” jawab Luna
“Gwaenchana.. gadis cantik seperti mu tidak baik marah seperti itu, kau akan cepat tua. ini belanjaan mu Luna ssi totalnya 32.000 won”
Luna memberikan sebuah senyuman manisnya setelah menyerahkan beberapa uang kertas dari dalam dompetnya. Saat akan beranjak pergi, Luna memaku sejenak di depan swalayan. Benar juga, seharusnya ia tidak perlu sampai sekesal itu. Apa lagi sampai bertindak memalukan dirinya seperti tadi, hanya karena pria itu tidak meminta maaf. Bisa saja orang itu tidak sengajakan? Merasa cukup dengan rasa kesalnya yang tidak berguna, gadis itu pada akhirnya memutuskan untuk melupakan kejadian tersebut dan dari tempat ia berdiri saat ini, Luna biasanya dapat sampai menuju rumahnya dengan waktu kurang lebih hanya 5 menit dengan berjalan kaki. Sesampai ia di rumah sederhananya, luna segera meletakkan barang belanjaan tersebut di atas meja makan lalu bergegas mandi. Gadis itu mengendurkan otot – otot tulangnya ketika merasakan hangatnya air, tempat di mana ia berendam saat ini. Tidak lupa, ia juga membubuhkan aroma therapy kesukaannya ke dalam tube sebelum ia berendam tadi. Sangat jarang ia bisa melakukan hal yang santai seperti ini karena sebelumnya ia selalu pulang di atas jam 9 malam. Jadi, ketika sampai di rumah ia harus segera bergegas mandi lalu memasak makan malam dan setelah itu ia harus belajar. Hal itu juga yang selalu membuatnya berpikir untuk mencari pekerjaan baru yang lebih santai dengan gajih yang sama. Tetapi, sampai saat ini ia belum juga menemukan solusi untuk permasalahan tersebut. Bahkan, ia juga juga sampai harus meminta bantuan Sera untuk mencarikannya perkerjaan. Setelah berendam sekitar 20 menit dan berganti pakaian tidur baby doll, Luna berencana akan memasak makanan spesial guna merayakan saat santainya kali ini. Gadis itu mengeluarkan beberapa potong irisan daging sapi, wortel, kentang, jamur shitake, asparagus kemudian pasta tomat untuk hidangan utama. Semuanya ia masak menjadi satu di wadah penggorengan, ditambah sedikit kaldu dan penyedap. Lalu, setelah setengah jam kemudian makanan tersebut ia sajikan di atas piring porselin. Tidak lupa juga dengan susu kedelai hangat yang baru saja ia panaskan di microwave tadi, serta hidangan pembuka berupa pancake keju dan hidangan penutup sebuah pudding coklat sisa kemaren. Sempurna. Gadis itu kembali tersenyum manis memandangi meja makannya yang sudah tertata rapi dengan berbagai jenis makanan di atasnya. Sejenak ia memeriksa telpon genggamnya yang ada di atas kursi. Pukul 08:15 p.m dan Sera belum menghubunginya juga. Terlintas dibenaknya apakah ia harus menghubungi yeoja itu terlebih dulu? Tapi.. mungkin saja itu akan mengganggu. Jadi, Luna menyimpulkan lebih baik ia menunggu saja agar Sera lah yang menghubunginya terlebih dulu. Seusai acara makan malamnya, Luna melanjutkan acaranya dengan duduk rapi di hadapan meja belajar sambil mendengarkan musik melalui headsetnya. Ada sebuah buku tebal berwarna putih bertuliskan ‘Human Anatomy’ di genggamannya dan matanya terus fokus membaca sambil sesekali menulis hal penting di buku catatannya. Entah sudah berapa lama ia berkutat dengan buku itu. Ketika matanya mulai merasa lelah, Luna melemparkan padangannya pada jam waker hijau di meja belajarnya 11:56 p.m. Tidak terasa sudah hampir 3 jam ia belajar. Karena sudah merasa cukup lelah, luna beralih menuju kasurnya yang terlihat menggoda memanggilnya untuk segera ditiduri. Ketika ia akan menutup kedua matanya secara sempurna, Luna kembali teringat pada Sera. Yeoja itu belum menghubunginya juga sampai saat ini dan ia memang berencana akan menunggu. Tetapi tidak terhitung sampai 5 menit gadis itu malah terlihat sudah tertidur pulas di atas kasurnya dengan posisi menelungkup.
***
Pendek ya? Tenang, ini masih awalan guys. Jadi, masih belum keliatan apa – apa. Gimana? Lanjut kaga ? share your comment, please..
