Quantcast
Channel: EXO Fanfiction
Viewing all articles
Browse latest Browse all 4828

Future (미래) (Oneshoot)

$
0
0

Title : Future (미래)

Cast :

  • Oh Se Hun
  • Kau

Genre :Romance, Life slide

Author : Lee Young

Lenght : Oneshot

Rate : G

Summary :Kau dan Oh Se Hun tak pernah tahu apa yang terjadi di masa depan kalian.

Se Hun menghentikan langkah tepat di depan gerbang Seung Ri Deung Hak Gyo. Sekolah menengah atas yang pernah menjadi tempatnya menghabiskan masa muda. Dulu. Ketika Se Hun belum mengerti bagaimana harus bersikap. Ketika Se Hun belum mengerti apakah arti cinta sejati yang sebenarnya.

Se Hun menghela napas. Laki-laki itu sudah kesulitan mengingat berapa banyak gadis yang selalu mampir ke loker untuk sekedar menjejalkan surat cinta atau coklat berbentuk hati dengan pita merah jambu. Tapi, dari sedikit kenangan cinta monyet yang Se Hun alami di usia remajanya, hanya satu yang paling melekat di benaknya hingga detik ini.

Mungkin kau sudah lupa, tapi tidak dengan Oh Se Hun.

Laki-laki itu tahu bagaimana seharusnya dia memperjuangkan cinta sejati-nya terhadapmu. Lebih tepatnya, memperjuangkan cinta sejatimu yang belum tersentuh oleh siapa pun.

Se Hun tersenyum lebar. Laki-laki itu sengaja berdiri di luar pagar sekolah, menunggu kemunculanmu yang sudah lebih dari 7 tahun tak ditemuinya secara langsung. Kau sudah bekerja sebagai seorang guru di mantan sekolahmu dulu–ya, mantan sekolah yang sekarang menjadi kantormu sehari-hari.

Dulu, mungkin kau hanya seorang gadis yang tak pernah dipandang sebagai seseorang yang berarti. Kau dihindari. Se Hun pernah berkata jika dia malu jika harus menyapamu–seorang gadis tak populer yang menjadi teman SMA Se Hun. Bahkan laki-laki itu me-rejectpermintaan pertemananmu di SNS. Tanpa Se Hun tahu jika kau begitu menyukai seorang Oh Se Hun.

Tapi seiring berjalannya waktu, Se Hun mulai tahu jika kau istimewa. Kau menjadi cambuk Se Hun untuk melampaui nilaimu yang terlampau tinggi di angkatan. Kau menjadi alasan Se Hun untuk bersikap layaknya pria karena kau pernah bilang jika Se Hun tak bisa apa-apa. Dan kau membuat Se Hun tahu jika tak selamanya lelucon buatannya manjur membuat orang tertawa. Kau yang membuat Se Hun sadar jika hidup perlu etika–walau laki-laki itu sering berkata kau tak punya etika.

Se Hun mulai menyadari keberadaanmu ketika kau berniat menjauh. Kau menyerah dengan sikap dan gengsi Se Hun yang terlampau tinggi. Kau menyerah karena merasa jika Oh Se Hun terlalu sulit kau raih dengan segala kesederhanaan yang melekat pada dirimu. Kau memutuskan untuk menghapus nama Oh Se Hun. Bahkan menganggap tak pernah mengenal seorang Oh Se Hun. Ketika Se Hun mulai mencuri pandang ketika kau lewat di depan kelasnya.

Kau tak pernah tahu hati Oh Se Hun semenjak kau memutuskan untuk tak peduli. Hati Se Hun yang diselimuti gengsi hingga membuatmu harus sakit hati sesaat sebelum kalian menghadapi sooneung. Oh Se Hun memutuskan memiliki kekasih–teman sekelasmu sendiri. Kau menangis sembunyi-sembunyi. Disaat kau berjanji untuk tak memikirkannya lagi.

Pengumuman sooneung menjadi hari terakhirmu melihat Oh Se Hun. Begitu pula Se Hun yang diam-diam ingin melihatmu. Laki-laki itu diberangkatkan ke Jerman oleh kedua orangtuanya–demi menempuh pendidikan Sains terbaik dunia. Sementara kau, memutuskan untuk mengabdi sebagai seorang pendidik.

Kehidupan kalian sudah berbeda. 180 derajat berbeda. Dan kau memutuskan untuk mencari sosok lain sebagai pengganti Oh Se Hun. Tanpa tahu jika di Jerman, Se Hun selalu melihat postingan sederhanamu di facebook. Laki-laki itu selalu menyimpan foto yang kau upload. Ya, walau hanya foto keluarga yang kau pun hanya tampak kepalanya saja, Se Hun selalu menyimpannya. Sementara kau hanya teringat Oh Se Hun jika laki-laki itu membuat sebuah status tentang kalimat indah hasil kutipan motivator ternama. Kau berakhir tersenyum menyadari kebodohan masa mudamu.

Hingga hari itu datang. Kau menghadiri reuni SMA. Bertemu dengan seluruh teman-temanmu yang sudah menjadi sosok penting di bidang masing-masing. Termasuk sosok berkulit putih susu yang begitu kau kenal.

Dia menatapmu dari kejauhan. Membuatmu risih dan tak tahu harus berbuat apa. Gaunmu bukan gaun terbuka yang menggoda, wajahmu pun hanya dipoles make up sederhana. Tapi laki-laki itu sama sekali tak melepaskan tatapannya hingga acara berakhir. Hingga kau pulang dan membuat Se Hunmeruntuki dirinya sendiri karena tak sempat menyapamu. Orang paling berharga yang membuatnya mengerti bagaimana harus menjalani hidup.

Oh Se Hun berakhir mencari tahu tentangmu melalui beberapa teman lamamu. Dan, tidak ada yang tahu lagi tentangmu kecuali seorang teman yang ingat jika kau pernah bilang kau sudah menjadi guru di almamatermu dulu.

Tibalah hari ini, Oh Se Hun memutuskan menunggumu bahkan sebelum jam pelajaran berakhir. Laki-laki itu bersandar di pagar sekolah, sebari memainkan kerikil dengan ujung sepatunya. Meredam kebosanan karena sudah berada disini sejak satu jam lalu.

“Seonsaengnim… nanti malam pokoknya aku tanya tentang soal yang tadi. Seonsaengnim sih sulit sekali soalnya”

“Susah bagaimananya? Kau kan tinggal memasukkan rumus saja..”

“Aigo, mollayo. Pokoknya aku harus tanya. Titik”

“Tsk…. makanya belajar yang rajin…” suara itu terdengar bersamaan dengan teriakan anak-anak untuk berpamitan. Se Hun masih menghafal suaramu dengan begitu sempurna. Membuat laki-laki itu segera menegakkan posisi tubuh. Dia berbalik kearahmu yang tengah berdiri di ambang gerbang sebari menatap punggung siswamu yang berlarian di trotoar jalan. Kau tersenyum. Membuat jantung Se Hun berdetak cepat.

Wajahmu tidak berubah. Namun keteduhan yang terpancar dari sana membuat Se Hun yakin jika sudah seharusnya dia datang untukmu. Untuk menjemputmu.

Se Hun menyebut namamu lirih. Suaranya bergetar. Tapi kau masih mampu mendengarnya. Karena kau pun masih ingat bagaimanakah seorang Oh Se Hun bersuara.

“Oh Se Hun?” kau menyebut namanya tak kalah lirih. Waktu seperti terhenti, mengijinkan kalian untuk saling menatap satu sama lain. Matamu membulat tak percaya. Oh Se Hun datang untuk menemuimu.

“Lama tak bertemu. Bagaimana kabarmu?” sekarang Se Hun bertanya kabar. Kau membalas dengan anggukan–tak mampu bersuara. Tapi Se Hun malah tersenyum dengan matanya yang berbinar lain. Laki-laki itu menarik napas dalam, sebelum menatapmu semakin lekat.

“Sama sepertiku. Aku juga…. baik. Sangat baik. Maaf jika membuatmu terkejut, tapi bolehkah aku langsung mengutarakan maksudku?”

Kau masih belum bisa menjawab. Hari ini pertama kalinya kau melihat Oh Se Hun begitu gugup di hadapanmu.

“Bolehkah aku tahu nomor dan alamatmu?”

***

Kau tersenyum ketika mendengar daun pintu rumahmu diketuk dari luar. Namamu langsung terdengar menggema di rumah karena ibumu begitu antusias menyambut tamu kalian hari ini. Oh, ternyata, tak hanya ibu yang antusias. Bahkan ayahmu sudah menyiapkan minuman terbaik yang pernah diramu oleh keluarga besar kakekmu.

Kau keluar dari kamar, menyambut Oh Se Hun yang tersenyum lembut kepadamu. Laki-laki itu menggeser tubuhnya setelah kau menerima bunga yang dia bawa. Menampilkan tiga orang keluarga Se Hun di belakang tubuh laki-laki itu. Ibu, Ayah, dan Adik perempuan Se Hun.

Hari ini, Se Hun datang menjemputmu. Ya, menjemputmu dengan penjemputan paling terhormat di dunia ini. Menjemputmu untuk melengkapi separuh kehidupan seorang Oh Se Hun. Menjemputmu demi mengarungi lautan kehidupan bersama-sama.

Karena hanya bersama denganmu, Oh Se Hun mengerti arti kehidupan. Ya, hanya bersamamu.

FIN

Note :Ndak jelas? Oke, nggak apa-apa, karena author pun nggak tahu motivasi apa yang membuat author menulis fanfic semacam ini. Harap maklum. Miscrosoft word hanya tempat menuangkan ide yang mencuat diantara tantangan abad 21 (?) yang menuntut author harus segera lulus kuliah *curhat. Mohon doa restunya….



Viewing all articles
Browse latest Browse all 4828

Trending Articles