Quantcast
Channel: EXO Fanfiction
Viewing all articles
Browse latest Browse all 4828

Secret Admirer

$
0
0

sehuns

 

Secret Admirer Story

Author                 : @zhayrapiverz

Cast                      : Oh Sehun and Lee Gang Mi

Length                 : Oneshoot

Rating                  : T, G

Genre                   : Romance, Hurt

Disclaimer : FF ini Zay post di fb pribadi (Zayy Cardova), Exofanfiction.wordpress.com, Exo fanfiction grup tertutup serta beberapa Fanfiction grup lain dengan nama Author yang sama. Harap Coment dan like sebanyak-banyaknya yaw..happy reading *bow

 

Aku sadar telah begitu bodoh melakukan hal itu  setiap hari tanpa henti. Mengharapkan sesuatu yang mustahil itu  menjadi nyata. Kurasa aku tidak bisa lagi menjadi secret admirer-nya.

Rasa sakit ini membuat hatiku semakin membengkak seiring berjalannya waktu. Aku berharap kau akan tetap bersinar hingga kapanpun.  Tetapi –kuharap- bukan di hatiku lagi. Aku berusaha menutup pintu hatiku untukmu, Oh Sehun

Melupakan segala kemungkinan terberat bahwa diriku terluka, pandanganku seolah memburam serta pendengaranku yang mendadak tak lagi focus.

Kau tahu? Semua ini karena dirimu…

♬•♬

Gangmi pov

Aku memegang amplop  surat bercover biru yang selalu ku letakkan di dalam loker bernomer 35AN –Exo L pasti tahu- milik Oh Sehun. Hanya memegangnya tanpa berniat meletakkan itu kembali. Terduduk di samping toilet sembari menunggu sahabatku Gayoung dari kelas sebelah.

Gayoung berjalan tergesa-gesa sambil sedikit berlari kecil ke arahku yang berdiri di depan toilet wanita. Sontak aku langsung berdiri “Gangmi-ya aku titip ini sebentar, jangan pergi kemana-mana”

Dahiku berkerut “Ini jaket siapa?” Gayoung tidak sempat menjawab perkataanku karena ia langsung memasuki toilet begitu cepat. Aku menyampirkan jaket itu di atas lengan tanganku, menyisipkan amplop surat itu dibalik jaket agar tidak terlihat dengan siswi lainnya. Sambil kembali terduduk menunggui Gayoung yang sepertinya tengah buang air kecil.

Dari arah berlawanan seorang pria berahang keras tengah berlari ke arahku. Pandangannya memicing dan ia berhenti di depanku yang membuatku langsung membeku, tak mampu berkata kata, kurasakan jantungku berdetak sangat kuat dan cepat seolah tengah menyelesaikan lari marathon. Mendadak waktu berjalan menjadi lambat dari sebelumnya. Memang Terdengar sangat drama, namun inilah yang aku rasakan tiap kali bertemu pemilik manik jelaga hitam itu

“Kembalikan jaketku!” Seperti biasanya wajahnya selalu menatap sekeliling dengan dingin seolah dia memang diciptakan dari sebongkah es.

Alisku terangkat, tidak mengerti “I..ini jaket milikmu?” Sehun hanya terdiam namun ia merampas jaket hitam itu dengan sedikit kasar membuatku hampir saja terhuyung ke arahnya jika saja kakiku tidak menapak dengan kuat  “Kau memang cantik, tapi aku tidak menyangka kau pencuri!”

Aku mengerjap beberapa saat lantas menggeleng  “P..pen..pencuri? A..ani..aniyo, aku tid-” baiklah, aku akui begitu merasakan kegugupan saat ini, tapi mengapa dia marah dan menuduhku pencuri? Memang apa yang kulakukan hingga dia menyimpulkan demikian?

Sehun mengibaskan tangannya “Tolong hargai privasiku, Arrachi. Jangan menjadi sasaeng yang merugikan aku. Ini bukan permintaan melainkan peringatan!” ia berkata sangat dingin dengan pandangan mata tajamnya yang menusukku. Jelaga hitam itu tepat menusuk di dalam retina yang membuatku nampak merasakan silau.

Aku merasa sakit akan hal ini, tentu saja. Seorang yang aku kagumi bertindak seperti ini bahkan ia membentakku saat pertama kali dia berbicara padaku. Tentu saja ini Pertemuan yang sangat buruk baginya “Mianhae..” ucapku sambil menunduk lalu meninggalkannya

Aku tahu tidak seharusnya meninggalkan Sehun terlebih dahulu. Tetapi aku tidak bisa terus berdiri di hadapannya yang menatap sangat marah, kesal sekaligus jijik. Sama-samar ku dengar suara sehun yang memanggil namaku. Aku tidak peduli lagi padanya. Aku benar-benar akan menghentikan segala perasaanku padanya.

Sungguh, rasanya berlipat-lipat lebih sakit dibanding saat aku mengetahui Sehun sedang menjalin hubungan dekat dengan seorang model bernama Jia

♬•♬

Author pov

Sehun menatap amplop biru yang terletak di atas meja dengan lipatahn memanjang pada dahinya, teringat sesuatu lantas mengambil tumpukan surat di dalam kotak berwarna hitam di atas lemari pakaiannya “Amplop yang sama?”

Dahinya semakin berkerut dengan satu garis aisnya terangkat “Apa gadis itu?” Sehun mengetukkan jemarinya di atas meja seraya membuka isi surat tersebut, mencocokkan bentuk font tulisan yang ternyata juga serupa

“Terima Kasih,,,”

Dahi Sehun semakin berkerut membaca isi pesan surat yang ia temukan dibalik jaket miliknya. Ia sempat terheran saat seorang siswi berambut sebahu tanpa basa-basi segera menyambar jaket Sehun yang tergeletak di tribun sedang pria itu nampak asik bermain basket di lapangan indoor.

Beruntung Chanyeol melihat siswi yang membawa jaket Sehun tersebut lantas memberitahukan pada Sehun yang langsung berlari mengejar siswi itu hingga langkah kakinya semakin melambat saat jaketnya tersampir di lengan seorang siswi yang awalnya Sehun yakin memang dia yang mengambilnya.

Namun semakin mendekati letak jaketnya Sehun sempat terheran karena gadis tadi sedikit berbeda dengan yang ditemuinya, dia berambut sepunggung dan yang mengambil jaketnya berambut sebahu. Gadis yang terduduk tak jauh dari toilet itu nampak tenang sambil sesekali melirik ke arah dalam toiket seakan menunggu seorang dari dalam sana. Sehun sudah terlanjur kesal dan marah jadi wajar saja bila ia mendamprat siswi itu bukan?

Sehun masih terdiam dengan segala spekulasi pemikirannya sembari memandangi tumpukan amplop yang hampir tiap hari ia temukan di dalam loker miliknya. Wajar saja bila  Sehun memiliki banyak penggemar di seluruh penjuru sekolah, Awalnya  Sehun tidak terlalu peduli pada secret admirer yang selalu memberikan surat-surat kepadanya. Namun dari berpuluh-puluh surat, selalu terdapat amplop bersampul biru serta pesan singkat tanpa embel-embel ‘Aku mencintaimu Oppa’ atau ‘Berkencanlah denganku Oppa’ atau ‘Kau sangat tampan hari ini, ‘jangan lupa hubungi nomer teleponku’ dan sebagainya dan sebagainya

Surat itu hanya berisi kalimat pendek yang tujuannya memberi semangat pada Sehun agar selalu menjalani hari dengan berdoa, berusaha dan berjuang. Sekali lagi, tanpa embel-embel perasaan sang penulis tersebut. Itulah yang membuat surat berwarna biru nampak spesial bahkan tanpa nama pengirim sedikitpun, tanpa ada  petunjuk siapa pemilik amplop biru ini.

Sehun menghela “Jadi kau itu sasaeng fans juga atau bukan sih?” Sehun bermonolog sambil menatap surat biru itu “Gadis yang cantik” buru-buru Sehun  menggeleng, memasukkan amplop-amplop itu kembali kedalam kotak meletakkan di atas lemari seperti biasanya

♬•♬

Gangmi memeluk boneka bear coklat berukuran besar, Mendekapnya sangat erat seolah tidak mengizinkan ‘ Teddy-Nya’ -Nama boneka Gangmi-  pergi kemanapun. Terdiam dengan pandangan kosong hingga rasa sesak itu kembali mengoyak dadanya.

Bagaimanapun Gangmi masih bersedih akan kejadian siang tadi saat pertama kali dalam hidupnya berdialog dengan pangeran tampan yang selalu diimpikannya tiap malam, Oh Sehun. Seseorang yang menjadi alasannya bertahan hidup, tetap bernapas dan alasannya tersenyum. Namun bukan seperti itu yang diinginkan Gangmi. Berdialog dengan nada marah-marah dan kesal bukan untaian perkataan manis yang mampu membuatnya melayang karena ucapan Sehun yang terasa pedas mampu membuatnya tersudut

‘Kau memang cantik, tapi aku tidak menyangka kau pencuri!’

Sebenarnya Gangmi begitu bahagia saat Sehun mengatakannya cantik tetapi hatinya mendadak sakit mendengar kalimat selanjutnya

‘Tolong hargai privasiku, Arrachi. Jangan menjadi sasaeng yang merugikan aku. Ini bukan permintaan melainkan peringatan!’

Selain menuduh Gangmi pencuri Sehun juga menuduhnya sebagai sasaeng fans? Tentu saja Gangmi tidak menerima perkataan Sehun. Kembali lagi, Gangmi terlanjur sakit hati mendengar perkataan Sehun ditambah wajah tampannya nyaris tanpa ekspresi. Gangmi seolah berhadapan dengan tembok dingin yang memiliki bibir merah marun namun hanya mampu mengucapkan perkataan yang menyakiti hatinya.

Gangmi kembali mengusap wajahnya yang basah disaat langkah seseorang berjalan ke arahnya “Eoh? Eomma waeyo?” ututrnya sedikit tersentak

Wanita separuh baya itu hanya menampakkan kepalanya disamping dinding yang memperlihatkan ranjang mungil Gangmi “Jangan lupa minum obatnya sayang. Jika sudah habis, katakan pada eomma”

Gangmi tersenyum sambil mengangguk “Ne eomma. Gangmi akan meminumnya, jangan khawatir”

“Geurae. Jaljja”

Terdengar suara pintu yang ditutup. Gangmi menghela cukup lama lalu  berjalan ke arah nakas obat lantas meminumnya sebagai rutinitas

“Mulai sekarang aku hanya akan melihat kenyataan. berusaha Menepis segala bayangan tentang Sehun”

♬•♬

Gayoung menekuk lututnya yang lemas setelah menjadi sprinter dadakan yang mengejar Gangmi ke dalam perpustakaan “Ya! kau belum menceritakan pertemuanmu dengan Sehun. Geurae  cepat ceritakan!”

Gangmi tersenyum masam sambil tetap berjalan santai diantara deret-deret panjang lemari kayu yang berisi buku dalam berbagai jenis. Gayoung mengekor dibelakangnya sambil melipat tangan di atas dada, sesekali mencerucutkan bibir mungilnya karena Gangmi yang seolah mengacuhkannya ‘Memang apa yang salah?’

Gayoung melirik arloji putihnya lantas menatap punggung  Gangmi yang semakin menjauh “Bukankah Seharusnya Gangmi meletakkan surat itu? Kenapa dia masih ada disini? Apa sesuatu telah terjadi?” gayoung mengetukkan jemarinya di dagu ,berpikir hingga ia kembali berlari kecil menyusul Gangmi “Ya! Ya! Wae geurae Gangmi-ya?” Gayoung mendudukkan dirinya disamping gadis yang tengah serius membaca buku ensiklopedi “Ayolah gangmi katakan, jangan membuatku mati penasaran seperti ini?”

Gangmi menghela “Kau Tahu? Sehun sukses menuduhku sebagai pencuri, mengganggu privasinya dan menyebutku sasaeng fans. Puas?” Gangmi berkata sangat ketus lantas meninggalkan gayoung yang nampak sangat terkejut bahkan dengan mulut menganga membuat mata sipitnya nyaris tenggelam.  Tak lama ia menyadari kepergian Gangmi yang ketiga kalinya membuat dia harus kembali mengejar gadis yang entah sejak kapan hobi berteleportasi

“Mianhae Gangmi-ya, aku hanya membantumu agar kau-”

Gangmi memutus pembicaraan sepihak Gayoung tidak sabaran bahkan terkesan emosi “Apa? Agar sehun juga menuduhku sebagai orang tidak tahu diri yang mengganggu kehidupannya dengan terus mengirim surat bodoh itu. Iyakan?”

“Ani, bukan begitu” gayoung menggelengkan kepalanya “Aku hanya menginginkan kau bahagia saat bertemu Sehun. Bercakap-cakap sebentar dengan orang yang kau puja. Jeongmal mianhae..aku tidak tahu jika Sehun justru menyakitimu”

Gangmi menunduk seraya mendesah berat lantas menepuk pundak Gayoung sembari tersenyum “Gwenchana. Maafkan aku juga gayoung-ah, tetapi kau tidak perlu membantuku lagi”

Alis gayoung terangkat begitupun dengan dahinya yang berkerut “Wae? Jangan katakan kalau..”

Gangmi mengangguk “Aku sudah memutuskan tidak mengirimnya surat lagi dan berhenti menjadi secret admirer-nya”

“Kau akan melepaskan kebiasaan selama hampir dua tahun ini?” dapat Gayoung simpulkan bila sahabat sedari kecilnya ini menahan kesedihan, namun gayoung tak mampu berbuat apapun, semua tergantung pada Gangmi. Tugasnya sebagai sahabat hanyalah memberi semangat dan doa. Walaupun Gayoung tahu apa yang sebenarnya terjadi pada kehidupan Gangmi yang kurang beruntung. Namun sekali lagi, Gayoung tidak bisa berbuat apapun.

Gangmi tersenyum lirih sejurus  menatap lapangan basket dimana Sehun dan grupnya tengah bermain disana “Aku tidak ingin menyakiti diriku lebih dalam lagi youngie. Aku tidak apa-apa, jangan mengkhawatirkan aku!”

gayoung mengusap bahu sahabatnya dalam diam. Ia rasa pemikiran Gangmi tidak ada salahnya, lagi pula melakukan hal konyol seperti itu tidak akan membuat Sehun mengetahui keberadaan gangmi lantas menyukainya, mungkin saja begitu.

♬•♬

Gangmi memeluk bahu Ibunya yang tengah berkutat menyiapkan makan malam diatas dapur sambil nengaduk makanan dengan spatula “Gangmi-ya ibu sedang sibuk, cepat lepaskan tanganmu”

gangmi mencerucutkan bibirnya lantas berdiri disamping ibunya sambil menyilangan lengannya di atas dada “Aneh. Tidak biasanya Ibu membuat makan malam sangat banyak seperti ini”

Haera -Ibu gangmi- lantas tersenyum “Iya tentu saja, sebaiknya kau cepatlah mengganti pakaian dan jangan lupa bubuhkan sedikit make-up, Arrachi!”

“Mwo? Untuk apa, memangnya ada yang akan datang ke rumah?”

Haera mengangguk lantas mendorong Gadis itu ke depan pintu kamarnya “Jangan banyak tanya dan cepatlah mengganti pakaianmu. Sebentar lagi mereka akan datang!”

“Nugus-” gangmi mendengus sebal karena Ibunya buru-buru menutup pintu kamarnya sambil cekikikan berlari-lari kecil ke dapur. Walaupun Gangmi tidak mengerti maksud ‘mereka’ ia segera mempersiapkan diri, tidak ingin mengecewakan ibunya

 

Suasana rumah yang awalnya tenang dan sepi mendadak menjadi ramai dengan suara anak-anak yang Gangmi pikir berusia dibawah sepuluh tahun. memang Terdengar sangat berisik namun hal itu seolah menjadi hiburan bagi Gangmi yang memang menyukai anak kecil  “Eomma eonni itu sangat cantik, aku ingin memiliki rambut yang sangat panjang seperti dia” anak gadis berkuncir kuda itu nampak menggemaskan sambil menarik-narik ujung pakaian Ibunya

Baik Gangmi dan Haera hanya tersenyum simpul. Gangmi berjongkok di depannya “Adik kecil kau juga cantik, aku punya sesuatu, mau ikut denganku?” Anak itu mengangguk, Gangmi kembali tersenyum sambil menggenggam jemari kecilnya, menggiring mereka ke taman belakang yang terdapat kolam ikan

“Oh iya, kau bilang anak lelakimu akan datang Minjung-ah?” tanya Haera sambil membawakan makanan kecil ke ruang tamu

“Aku sudah menelponnya, Sehun itu memang sedikit bandel. Dia tadi bilang masih ada latihan basket”

“Annyeong Haseyo..”

Ibu gangmi berjalan ke arah pintu “Aigo apa dia Oh Sehun, Minjung-ah? Masuklah nak..”

Sehun mengangguk sebentar lantas menghampiri Ibunya yang tengah terduduk sambil memakan cemilan ringan “Kau dari mana saja eoh?”

“Eomma aku sedang sibuk”

Ibu gangmi tersenyum ringan “Gwenchana. Kajja kita ke ruang makan minjung-ah, ajak sehun juga”

Minjung mengangguk sambil menggiring sehun yang nampak berjalan malas “Eomma kau bilang Saera juga ikut?” Minjung menepuk jidatnya “Dia di taman belakang, cepat panggil adikmu dulu”

Sehun mendengus “Arraseo..” sambil berlalu dari hadapan minjung dan haera

“Dia kusuruh memanggil Gangmi dan Saera..” sahut Minjung sambil terduduk di kursi makan sedang Haera nampak menata makanan yang terhidang

“Rupanya anak-anak kita sudah tumbuh dewasa ya Minjung-ah?”

Mereka lalu tertawa bersama

♬•♬

“Eonni  ikan-ikan itu sangat cantik, aku juga ingin memilikinya tetapi Eomma selalu berkata jika aku buruk dalam memelihara binatang” Gangmi yang berjongkok disamping Saera -nama gadis kecil itu- lantas tersenyum “Kau harus merawat hal yang kau cintai dengan baik jangan sampai membuatnya terluka. Arrachi?”

Saera mengangguk, dengan tingkah polos ala balita ditambah dengan wajah menggemaskannya itu mau tak mau membuat Gangmi jadi gemas sendiri menciumi pipi apel Saera “Eonni mengapa kau terus menciumku? Memangnya kau tidak memiliki kekasih ya?”

“Saera-ya!” Gadis mungil itu dan Gangmi menoleh bersamaan. Saera dengan senyum lebarnya segera berlari ke arah Sehun sedang Gangmi terdiam menatap dengan raut terkejut luar biasa ‘Dapat dipastikan bila aku bermimpi’

“Oppa oppa ikut kemari!” Saera menarik jemari sehun, menuntunnya ke arah Gangmi yang masih termenung seperti orang bodoh “Kenalkan, eonni cantik ini namanya Yoo Gang Mi. Sepertinya dia belum memiliki kekasih makanya pipi Saera selalu menjadi sasaran ciumannya. Oppa kau harus menjadikannya kekasih, Arrachi” Sehun tertawa seraya mengacak poni pagar Saera lalu menggendongnya

‘Sehun tertawa?’ Gangmi rasa ia akan tidak sadarkan diri melihat wajah Sehun yang berkali-kali lipat lebih tampan ditambah penampilan casualnya malam ini semakin memancarkan aura dari seorang Oh Sehun. Astaga, Lutut Gangmi terasa lemas melihatnya

“Kau ini masih kecil Saera-ya” Gadis mungil itu mencerucutkan bibirnya seraya minta diturunkan dari gendongan sehun “Oppa menyebalkan sekali!” Sahutnya ketus seraya meninggalkan Sehun yang -masih- menatapnya gemas

Hingga ditaman belakang hanya tersisa Sehun dan gangmi yang membuat suasana nampak sangat canggung. Dari awal Sehun sudah berdiri dibelakang Saera dan gadis ini, mendengarkan percakapan singkat mereka bahkan Memori sehun masih mengingat gadis sasaeng yang membawa jaketnya tempo hari, gadis yang ditemuinya di depan toilet, wanita sama yang ia temui beberapa waktu lalu

Sehun berdeham “Bukannya kau gadis tempo hari. Sasaeng fans atau seseorang yang melupakan amplop birunya di jaketku?”

Gangmi mengerjapkan mata beberapa kali, mengumpulkan kesadarannya yang hilang entah kemana hingga mata bulan sabitnya membulat seraya tangannya menepuk jidatnya keras “Gangmi-ya apa yang kau lakukan sih? Pabo!pabo!”

Sehun menahan tawa melihat tingkah konyol gadis di depannya. Entah mengapa raut tanpa ekpresi Sehun yang selalu ditunjukkan disekolah seolah tak berarti malam ini. Apakah lelaki ini benar-benar Oh Sehun? Oh Sehun yang beberapa hari lalu menatapnya marah,benci sekaligus kesal namun malam ini ia tertawa, tersenyum dan berbicara pada Gangmi terlebih dahulu? Gangmi rasa ia harus segera mengecek keadaannya pada psikiater

“Aah m..mian..mianhae” sesal gangmi sambil menunduk berkali-kali. Jadi seperti ini? Pertahanan yang dibuatnya runtuh seketika saat Tuhan kembali memberikan kesempatan langka dengan mempertemukan Gangmi dengan sehun. Apakah Tuhan benar-benar berbaik hati padanya?

“Ya! Cepat masuk kedalam, makan malam segera dimulai” sahut Haera dari ujung pintu sambil sedikit berteriak

Gangmi sedikit menoleh karena Sehun menghalangi pandangannya “Ne Eomma..” ucapnya sambil lalu meninggalkan sehun. Bukan apa-apa, tapi Gangmi rasa ia tidak kuat terus berhadapan dengan pangeran dalam impiannya itu, bisa-bisa ia mati di tempat dengan wajah semerah tomat yang tentunya sangat memalukan.

Sehun berlari kecil menyusul Gangmi yang sudah berada di dalam ‘Jadi kau secret admire itu?’

 

 

“Haera dan Gangmi-ya gomawo sudah mengundang kami bertiga makan malam. Ngomong-ngomong aku menyukai Gujeolpannya. Haera-ya kau harus membagi resepnya padaku, Arrachi?”

Haera dan gangmi saling berpandangan lantas tersenyum “Ne tentu saja eomma akan memberikan resepnya pada Bibi”

Saera menarik-menarik ujung dress selutut Gangmi “Eonni kau harus mengepangkan rambutku jika rambutku sudah lebih panjang dari milikmu” Gangmi mengangguk sambil mengusap kepala gadis mungil itu “Geurae, aku juga akan memberikan ikan-ikan itu padamu”

Mata bulat Saera berbinar terang “Jinjjayo?”

“Iya, tentu saja Ra-ya”

Sehun termenung menatap Gangmi, biasanya Saera akan langsung marah bila orang yang tidak dikenalnya melafalkan namanya dengan Ra-ya. Namun yeodongsaengnya ini justru nampak gembira. Terlihat sekali bila Gangmi begitu menyukai anak kecil dan Saera juga menyukai sosok penyayang Gangmi. Sehun rasa ia merasa sedikit aneh tiap kali memandang eyesmile almond Gangmi yang terasa meneduhkan

“Baiklah kami akan pulang, sampai jumpa..” minjung melambaikan tangannya sesaat ia terduduk di dalam mobil dengan memangku Saera yang turut melambaikan tangan.

Sehun menunduk sebentar pada Haera dan Gangmi yang berdiri di samping alpard milik sehun “Sampai jumpa Yoo Gangmi” sehun tersenyum tipis sambil lalu memasuki mobilnya dan melesat

Gangmi  membeku, mengerjapkan mata beberapa kali hingga Haera mengguncangkan bahunya “Eomma barusan Sehun bilang apa?” Rupanya Gangmi perlu memastikan apa yang baru saja di dengarnya

“Sampai jumpa yoo gang mi!” Haera mengulang ucapan sehun barusan dengan tawa tertahan. Mata gangmi berbinar terang ,sambil berjingkat-jingkat senang ‘Oh Sehun mengetahui namaku dan sekarang ia mengenalku?’

Gangmi rasa malam ini akan menjadi malam paling manis yang pernah dialaminya. Hingga tak terasa ia melupakan niad awalnya melupakan Oh Se Hun, bukankah gangmi terlihat bipolar?

♬•♬

Gayoung mengguncan-guncangkan  bahu Gangmi dengan nada tidak sabaran “Aah jinjja? Kau tidak bohong kan Gangmi-ya?”

Gadis yang dimaksud nampak tenang sembari membaca buku literatur yang baru dipinjamnya dari perpustakaan “Apa aku terdenger seperti sedang berbohong?”

Gayoung menggertakkan gigi gerahamnya sembari memandang lurus lapangan di depan sana, hingga ia kembali menggungcang-guncangkan bahu Gangmi “Wae irae?” Tutur gangmi yang nampak kesal

“Sehun terus melihatmu dari tadi!”

Gangmi segera mengalihkan pandangannya sejurus ke arah lapangan. Benar kata Gayoung, sesekali Sehun memang menatapnya seperti saat ini, pandangan mereka bertemu dalam diam. Menciptakan perasaan aneh yang menggelit dada Gangmi “Ani, aku tidak bisa terus begini young~ah” gangmi menggeleng keras -menepis segala perasaan- seraya meninggalkan tempat singgahnya dengan Gayoung

Sedang gayoung masih melongo “Tsk! Jika kesempatan terbuka lebar seperti ini, dia justru menghindarinya. Kurasa ini semua harus diluruskan. Aah..nan micheolgeot gatta, jinjja..” ucapnya  frustasi seraya mengacak poni pagarnya

Di kejauhan sehun menatap kepergian Gangmi dalam diam, dalam berbagai spekulasi

♬•♬

Sehun berjalan gontai menuju lokernya sesaat mengadakan pembicaraan singkat dengan seorang gadis yang mengaku bila sebenarnya dialah yang mengambil jaket miliknya tempo hari ‘Tolong jangan berpikiran buruk pada Gangmi, sunbae salah paham akan hal itu. Walaupun dia bersikap biasa saja di depanku atau mungkin di depanmu, aku tahu dia menyembunyikan kesedihannya. Sekali lagi, jangan terlalu bersikap keras dan dingin padanya. Waktunya tidak sebanyak yang kita miliki’

Perkataan siswi itu terus berputar di pikiran Sehun. Membuat perasaan aneh yang terus berfluktuasi di pikirannya. Sehun menghela lantas langkah kakinya terhenti saat seorang yang tengah memenuhi pikirannya berdiri di depan loker miliknya, menatap kosong loker berwarna hijau tua tersebut

Gangmi menghela sambil mengusap kasar pelupuk matanya yang nampak basah sambil berjalan meninggalkan tempatnya yang berpijak.

Sehun melangkah pasti ke arahnya hingga Gangmi mendongak sedetik kemudian terkejut seraya menutup mulutnya “Apa yang kau lakukan di depan lokerku?”

“A..a..aniyo” tuturnya lirih seraya kembali melangkah

Sehun menarik lengan Gangmi, menggiringnya hingga terhenti di dekat bekas laboratorium biologi yang telah lama tidak terpakai “Katakan Yoo Gangmi!”

“Aku harus bicara apa?” Gadis itu nampak tidak mengerti

Sehun menyentuh dagu gadis itu mengangkatnya “Katakan apa yang seharusnya kau katakan padaku atau-”

Gangmi menghempaskan jemari sehun yang bertengger di dagunya “Aku tidak ingin mengatakan apapun yang membuat dadaku terasa sesak lagi Sunbae. Jadi berhentilah terus mencecariku pertanyaan, aku harus  menghentikan semuanya”

Alis sehun bertautan sedang dahinya nampak berkerut namun tak lama Sehun kembali bersikap normal, acuh seperti biasanya “Kau..pengirim amplop surat warna biru itukan?”

Beruntung  Sehun telah menyinggung perihal amplop surat biru yang selalu ia kirimkan dimalam saat Ibu mengadakan acara makan malam dengan keluarga Sehun. Semalaman pula semenjak kepulangan Sehun, gangmi terus memikirkan berbagai spekulasi yang akan terjadi karena itu  “Melalui perkataanmu aku sadar, kau memiliki privasi dan aku juga menyadari bahwa apa yang aku lakukan hanya sebuah kesia-siaan semata. Terima kasih sunbae” gangmi kembali menunduk seraya berujar lirih, menahan air mata yang kapan saja tumpah. Terlalu sakit menatap mata bulan sabit milik Sehun yang selalu membuatnya nampak tak berdaya serta terjatuh kedalam jeratnya semakin dalam. Gangmi tidak bisa seperti ini terus, Sehun memiliki kehidupan pribadi, ia berhak menentukan siapa saja yang Sehun pilih menjadi teman atau bahkan kekasih. Gangmi rasa ia bahkan tak akan memasuki nominasi salah satunya

“Tapi kau menyukaiku bukan?” Sehun kembali berujar

Gangmi semakin menunduk. Bibirnya ingin sekali berkata ‘Iya’ namun sekali lagi tidak bisa. Kata-kata itu hanya terhenti sampai di tenggorokan. Mulutnya keluh hanya untuk mengatakan tiga abjad itu. Lagi pula, Gangmi akan berkata ‘iya atau tidak’ toh keadaan tidak akan berubah, berpikir justru akan memperburuk kehidupannya “Yoo gang mi, jawab pertanyaanku sekarang!” Sehun berujar tegas, menatap gadis mungil ini dengan berbagai hipotesis yang memuncak di kepalanya. Entah mengapa, hati Sehun ingin berkata ‘Ya’ walau berulang kali ingin menepisnya

“Sunbae, kalaupun aku menyukaimu ataupun tidak, aku takkan  mendapatkan apapun dari perkataanku. Itu juga bukanlah urusanmu..” gangmi tersenyum lirih seraya meninggalkan Sehun yang masih mematung dengan tatapan sulit di artikan

Gangmi mengusap kedua belah mata sabitnya yang basah selepas berjalan lebih jauh dari laboratorium. ‘Jadi seperti ini sakitnya?’ gangmi menekan dadanya yang terasa sangat sesak hingga membuatnya kesulitan bernafas

‘Jadi Semuanya sudah berakhir?’

Gangmi tersenyum masam seraya bersandar di celah sempit lantas  memejamkan mata. Membiarkan air mata itu kembali membasahi wajahnya yang mulai memucat

♬•♬

Gayoung menghela. Mendapati kursi disebelahnya masih kosong. Tiga hari lamanya gangmi tidak pernah memasuki sekolah lagi. Gayoung khawatir, tentu saja. Bahkan Gangmi melewatkan pelajaran di jam terakhir tiga hari lalu, menghilang entah kemana dan kembali saat kelas sudah sepi demi mengambil tasnya yang tertinggal, semenjak itulah ia tak lagi melihat  Gangmi bahkan dirumahnya pun nampak sepi senyap.

Gayoung mendapati sehun yang terduduk di tribun bersama kawan-kawannya selepas bermain basket seperti biasanya “Sunbae kita harus bicara”

Alis sehun terangkat “Tentang?”

“Yoo Gang Mi!” Gayoung sengaja memberi penekanan pada ucapannya.

Sehun lantas mengikuti perginya gayoung yang memasuki ruangan kolam renang “Katakan!”

Gayoung menyilangan tangannya diatas dada “Apa kau baru saja bertemu Gangmi tiga hari lalu?” Ujarnya tanpa basa-basi. Gayoung hanya menginginkan kejelasan dari pria ini setelah menaruh kecurigaan yang nyata

“Apa yang terjadi dengannya?”

Gayoung mendengus kesal karena pertaannya belum terjawab sekalipun “Dia tidak pernah datang lagi ke sekolah. Kau mengatakan apa saja pada gangmi, sunbae? Sudah kubilang jangan berlaku kasar padanya!” Nada bicara gayoung mulai meninggi, jelas saja ia kesal pada Sehun yang menjadi penyebab berubahnya Gangmi sejak awal

Pupil sehun melebar “Apa dia sakit?”

“Sunbae! Jawab pertanyaanku dulu!”

Sehun menghela “Aku bertanya apakah dia pengirim surat beramplop biru itu”

“Lalu apa lagi yang kau tanyakan?”

“apakah dia menyukaiku atau tidak”

Gayoung telah menduga Sehun akan menanyakan hal semacam ini pada Gangmi “Apa saja yang Gangmi katakan?”

Sehun nampak mengingat-ingat  “Sunbae, kalaupun aku menyukaimu ataupun tidak, aku takkan  mendapatkan apapun dari perkataanku” dia mengucapkan seperti yang Gangmi katakan.

Gayoung menggertakkan giginya, merasa gemas akan sikap lelaki ini jika saya Gangmi tidak menyukainya “Tentu saja dia menyukai sunbae, selama dua tahun ini Gangmi memendam perasaan itu. Aku tahu tidak boleh membocorkan rahasia Sahabatku. Tapi aku tidak bisa lagi. Gangmi gadis yang lemah dan dia sering sakit-sakitan, aku tidak tega terus melihatnya bersedih sepanjang waktu dibalik sikap pendiamnya. Kumohon sunbae bahagiakanlah Gangmi saat ia masih membuka mata..” gayoung mengusap air mata yang mengalir di pipinya, berharap akan kebahagiaan sahabatnya sendiri “Kita tidak pernah tahu kapan Tuhan akan mencabut nyawa yoo gangmi. Setidaknya, dia harus bahagia dahulu  sebelum pergi. Aku berharap banyak padamu” Gayoung meninggalkan sehun yang masih termenung dengan tangisan lirihnya.

Sehun membungkam mulutnya. Entah mengapa pelipisnya terasa pening dan mendadak berputar-putar seolah pikirannya tengah melayang entah kemana. Pikirannya yang terus menyebutkan nama Yoo Gang Mi

♬•♬

Pintu kayu mahoni itu terbuka menampakkan sosok wanita setengah baya dengan senyum tipisnya, namun kali ini tatapannya nyaris kosong entah kemana.

“Annyeong Haseyo, Ahjummonim” sehun membungkuk seraya memberi hormat

“Ne, apa yang membawamu datang kemari?”

Sehun memberikan sebuket buah pada Haera “Ibu menitipkan ini untukmu.. Oh ya dimana Gangmi, saya dengar dia tidak masuk sekolah selama beberapa hari ini”

Haera menggangguk sembari menuntun Sehun untuk masuk “Dia sedang sakit, kau ingin melihatnya?”

Sehun tersenyum malu sambil mengangguk “Ne. Bolehkah saya melihatnya?”

“Geurae. Pintu yang tergantung kartu ucapan berwarna biru itu kamarnya. Masuklah, Gangmi baru saja selesai check up”

“Ne..gamsahamnida” sehun membungkuk sembari berjalan ke arah pintu tersebut. Sehun sempat tertegun begitu menjumpai seorang suster yang keluar dari ruangan milik gangmi ‘wae irae?’

“Silahkan masuk tuan” suster itu mempersilahkan Sehun

Sehun berjalan pelan hingga terlihat seorang gadis yang tengah meringkuk dengan selang inpus yang tergantung disamping ranjangnya, di depan nakas. Hal itu semakin membawa sehun mendekat ke arah Gangmi yang tengah memejamkan mata dengan wajah yang sangat pucat serta wajah yang lebih tirus dari  biasanya.

Sehun mengamati gadis yang tengah terpejam itu hingga membuat kelopak matanya nyaris basah, ia mengepal tangannya kuat-kuat. Menahan emosi yang entah sejak kapan begitu meluap-luap

‘Kau harus merawat hal yang kau cintai dengan baik jangan sampai membuatnya terluka. Arrachi?’

‘Tolong jangan berpikiran buruk pada Gangmi, sunbae salah paham akan hal itu. Walaupun dia bersikap biasa saja di depanku atau mungkin di depanmu, aku tahu dia menyembunyikan kesedihannya. Sekali lagi, jangan terlalu bersikap keras dan dingin padanya. Waktunya tidak sebanyak yang kita miliki’

“Aku tidak ingin mengatakan apapun yang membuat dadaku terasa sesak lagi Sunbae. Jadi berhentilah terus mencecariku pertanyaan, aku harus  menghentikan semuanya”

‘Sunbae, kalaupun aku menyukaimu ataupun tidak, aku takkan  mendapatkan apapun dari perkataanku’

‘Tentu saja dia menyukai sunbae, selama dua tahun ini Gangmi memendam perasaan itu. Aku tahu tidak boleh membocorkan rahasia Sahabatku. Tapi aku tidak bisa lagi. Gangmi gadis yang lemah dan dia sering sakit-sakitan, aku tidak tega terus melihatnya bersedih sepanjang waktu dibalik sikap pendiamnya. Kumohon sunbae bahagiakanlah Gangmi saat ia masih membuka mata..’

‘Kita tidak pernah tahu kapan Tuhan akan mencabut nyawa yoo gangmi. Setidaknya, dia harus bahagia dahulu  sebelum pergi. Aku berharap banyak padamu’

Sehun menunduk. Merasa menjadi lelaki yang jahat dan berpikiran bahwa Gangmi seperti ini karenanya. Gangmi terbaring lemah seperti itu karena sikap dinginnya yang merugikan orang lain. Sehun tidak tahu harus melakukan apapun, hanya mampu terdiam dibalik rasa sesak yang menghujamnya bagai sembilu

“Eomma…” Gangmi merasa kepalanya berputar-putar,masih setengah Sadar ia menangkap silhuet seorang yang berdiri tak jauh darinya. Gangmi mengusap matanya lantas menekuk kedua lututnya “eomma aku haus!”

silhuet itu berjalan ke arah nakas lantas memberinya segelas air yang langsung diteguk hingga mencapai  setengah dari ukuran gelas lalu menyerahkannya kembali. Gangmi menguap sembari menyesuaikan cahaya terang dari sisi kiri jendela, cahaya senja sore hari

“Eomo sejak kapan kau disini?” jantung Gangmi hampir saja terlonjak keluar sesaat mendapati sosok Sehun sudah berdiri di depannya, ia kira silhuet itu eommanya

“Bagaimana keadaanmu?” Sehun mendekat ke arahnya. Menempelkan punggung tangannya pada dahi Gangmi “Dahimu hangat, kau sakit apa?”

Gangmi memundurkan kepalanya mengingat mata bulan sabit sehun sejurus dengan miliknya, gangmi rasa ia akan pingsan bila seperti ini terus. Sehun tersenyum lalu mengitari sisi kamar Gangmi yang dipenuhi warna biru “Apa yang membawamu kemari?”

“Kau benar-benar menyukai warna biru ya..”

Gangmi mendengus sebal tatkala pertanyaannya tidak dijawab sekalipun dengan pria jangkung itu. Sehun terdiam di depan lemari kecil disamping meja rias. Di permukaan paling atas terdapat sekumpulan amplop berwarna biru lengkap dengan lembaran kertas yang masih kosong. Persis seperti yang ia miliki di rumah.

Pupil gangmi melebar kala Sehun terpaku ditempat itu cukup lama “Jangan sentuh apapun yang kau lihat!”

Sehun tersenyum jahil, membawa satu sampel amplop itu sambil menggoyang-goyangkannya “Amplopnya secret admirer-ku” ujarnya sambil tertawa

“Ya! Oh seh-” napas gangmi kembali berburu tidak teratur, ia menekan dadanya kuat-kuat, mencoba meredakan rasa sakitnya.

Sehun menangkap gelagat tidak baik dari tingkah Gangmi, ia segera berlari mendekat “Gwenchana?” Ucapnya sambil  menangkupkan tangannya di bahu Gangmi “Aku akan memanggil suster dan ibumu”

Gangmi menggeleng “Andweyo”

“Keadaanmu tidak tampak-”

Gangmi menghirup oksigen kuat-kuat, mencoba bersikap biasa saja “Aku bilang jangan!”

Sehun membungkam mulutnya sambil terduduk di tepian ranjang, mengamati Gangmi yang masih nampak menunduk. Kentara sekali jika gadis itu menahan sakit. Sehun tidak tahu harus melakukan apapun, namun yang pasti ia seolah turut merasakan sakit yang serupa dengan Gangmi, tak tahu mengapa.

Namun dalam waktu lama Gangmi masih terus menunduk, Tangan sehun terulur menyisipkan rambut panjang Gangmi ke belakang telinganya “Neo jeongmal gwenchana?”

Gangmi mendongak seraya tersenyun tipis “Aku tak apa, sunbae”

Setelahnya suasana kembali hening. Yang terdengar sayup suara kicauan burung gereja di luar sana lalu Suara detakan jantung mereka yang saling memburu satu sama lain. Sehun berdeham “Mianhae…jeongmal mianhae”

Dahi Gangmi berkerut, memberikan tatapan tidak mengertinya “Untuk apa? Kau tidak melakukan kesalahan apapun”

Sehun menggeleng “Aku merasa bukan pria sejati bila seperti ini”

Gangmi menangkap raut sedih tersembunyi dari balik mata sabit Sehun “Mengapa sunbae? Kau tidak harus bersikap seperti ini, nan gwenchanayo. Aku sudah lama sakit jadi kau tidak perlu seperti ini, jangan menyiksa dirimu lagi”

“Maaf bila aku tidak tahu cara membalas semua yang kau berikan untukku”

Gangmi menatap Sehun tidak mengerti sedang pria itu masih mengalihkan pandangannya ke arah lain “Dari banyak surat yang selalu kuterima setiap hari, aku menyukai satu surat yang memiliki diksi paling berbeda. Surat itu terlihat paling sederhana tanpa pernyataan perasaan sang penulis, tanpa nama dan tanpa petunjuk apapun. Hanya sebait kalimat yang selalu membuatku mengingat perkataannya”

“Sunbae…” Bibir gangmi nampak bergetar dengan mata yang mulai memanas seakan dijejali sesendok sambal pedas “Keumanhae..” gangmi tidak mampu mendengar perkataan Sehun lagi. Perkataan yang membuat benteng pertahanannya runtuh. Yang akan membuat dirinya makin terlarut dalam kesedihan seperti ini. Ada baiknya bila Tuhan segera mencabut nyawanya detik ini juga.

Sehun tersenyum tipis sambil menatap Gangmi dalam “Kau tahu? Aku sangat menyukai orang yang menulis surat itu. Aku merasa sedih saat surat berwarna biru itu tidak kutemukan lagi diantara tumpukan surat-surat lainnya. Sampai-sampai aku lupa bila aku telah menerima surat yang tertulis ‘Terima Kasih’, berpikir berhari-hari apa makna dari ucapan itu. Akhirnya aku sadar itu adalah surat terakhir yang dikirimkan orang itu. Aku tetap berharap pemilik surat itu terus memberiku surat berwarna biru setiap harinya”

Air mata Gangmi satu per satu terus berjatuhan tanpa henti. Merasakan perasaan yang beragam. Ia tidak tahu apakah harus bahagia atau justru bersedih karena perkataan Sehun yang membuatnya mengembalikan diri Yoo Gangmi sesungguhnya, dirinya yang sempat hilang entah kemana, kini telah kembali “M..mengapa begitu?”

Sehun mengusap air mata gangmi secara perlahan “Apa kau pernah membaca buku yang di dalamnya tertulis, ‘Cinta tidak pernah membutuhkan alasan?’ Kurasa aku tengah mengalaminya”

“Kau bohong!”

Sehun masih menerbitkan senyum tipisnya “Aku selalu menyukai orang yang mencintai Saera juga. Yang aku tahu, Saera sangat menyukaimu, begitupun denganku”

Gangmi tersenyum haru  ditengah tangisnya. Ia tidak mampu berkata apapun, bibirnya terkunci. Semua perkataan yang berada di otaknya tak mampu ia katakan, semua diksi itu kembali tertahan di tenggorokannya. Maka biarlah kedua mata dan bahasa tubuhnya yang menjadi jawaban

“Jangan menangis..” sehun menarik Gangmi kedalam pelukannya. Mendekap gadis itu begitu erat sembari menepuk-nepuk ringan punggung Gangmi

‘Jadi seperti ini rasanya dipeluk orang yang kita cintai?’ Gangmi menenggelamkan dirinya dibalik dada bidang Sehun. Merasakan kedamaian sekaligus kenyamanan berada di dalam pelukan Sehun, cinta pertama sekaligus cinta terakhir bagi Yoo Gangmi

‘Aku akan terus mencintaimu bahkan hingga mataku tertutup selamanya, suatu hari nanti’

♬•♬

Iring-iringan yang awalnya menyemut semakin merenggang seiring hari yang beranjak petang. Minjung terduduk disamping Haera yang nampak terdiam di depan photo seorang gadis cantik yang nampak tersenyum manis, mengusap punggung  sahabatnya demi memberikan ketegaran “Gomawo Minjung~ah”

“Eomma, apakah Gangmi eonni akan hidup bahagia di surga?”

Minjung dan Haera saling berpandangan lantas tersenyum lirih “Gangmi gadis yang baik, eomma rasa ia akan sangat bahagia dari alam sana” Minjung mengusap kepala Saera yang tersenyum menatap photo Gangmi

Sehun tidak kuasa terus bertahan disana. Ia berlari-lari kecil, menjauhi ruangan abu jenazah yang nampak menakutkan sekaligus mengerikan dimatanya. Kepulan asap dingin dari bibir marunnya membuat uap yang turut membuat wajah Sehun memucat. Terdiam memandangi pantulan dirinya di atas beningnya air danau disamping building. Riak air yang terlihat tenang sesekali dihinggapi angsa-angsa putih  yang entah datang dari mana. Mereka -para angsa yang berenang- seolah menyambut kedatangan Sehun ditempat yang menyimpan misteri mengenai kematian. Kematian yang merupakan sebagian kecil kuasa Tuhan demi membebaskan umatnya dari derita berkepanjangan, seperti yang terjadi pada Gangmi kekasihnya.

Seorang berjalan dengan langkah pasti lalu menepuk pundak Sehun yang membuat pria itu terkejut setengah mati “Kenapa kau bisa disini?” Sehun melirik gayoung sebentar lalu kembali menghadap ke arah danau

“Terima kasih sunbae..kau telah membahagiakan Gangmi di akhir hidupnya. Jeongmal gomawo, aku rasa Gangmi pergi dengan wajah bahagia. Aktingmu sangat bagus” gayoung berdecak kagum sambil tertawa ringan mengingat hari itu saat Sehun menyetujui permintaan konyolnya

“Aku benar-benar menyukai Yoo Gangmi” sehun tersenyum tipis

Pupil Gayoung melebar “J..jadi k..kau?”

Sehun mengangguk “Aku sudah menyukainya sejak ia memberikanku surat bersampul biru, yang selalu memberiku semangat dari tiap kalimat dalam surat itu”

Gayoung membekap mulutnya, tidak menyangka bila sosok pria tampan ini memiliki perasaan serupa dengan Gangmi. Cinta Gangmi tidak pernah sepihak, ia mencintai seorang yang turut mencintainya pula. Mendadak Gayoung merutuki perkataannya. ‘Gangmi, seharusnya saat ini kau bahagia dengan Oh Sehun, orang yang selalu hadir dalam mimpimu’

“Aku sangat mencintai Gangmi diakhir gadis itu menutup mata” sehun masih berujar lirih, dalam suara beratnya terbersit sebuah kesedihan mendalam. kesedihan karena sebuah kenyataan pemilik hatinya tak akan pernah bersamanya lagi, dalam pijakan langit yang sama. Tak akan tangannya menjumpai untaian surai lembut rambut Gangmi. Tak akan sehun merasakan kembali berbagai gejolak yang membuat wajahnya memanas tiap kali menatap eyesmile Gayoung yang teramat menawan “Aku menyesal tidak pernah mengatakannya dari awal namun disatu sisi aku juga bahagia karena akhirnya Gangmi terlepas dari penderitaan” sehun mengusap pelupuk matanya yang basah, mengabaikan perasaan sakit yang menyerangnya tanpa henti “Setidaknya aku sangat yakin akan menjumpainya suatu saat nanti” Sehun berujar tenang

Gayoung memandangnya dalam berbagai ekspresi namun tak lama ia tersenyum lirih sembari mengikuti arah pandang sehun. Menatap air danau yang memberikan mereka ketenangan di bawah langit sore

“Selamat jalan, Yoo Gang Mi”

 

 



Viewing all articles
Browse latest Browse all 4828

Trending Articles