Do you know?
Author : @zhayrapiverz
Cast : Kim Kai dan Wendy
Length : Oneshoot
Rating : T, G
Genre : Songfic, Romance, Hurt
Disclaimer : FF ini Zay post di fb pribadi (Zayy Cardova), Exofanfiction.wordpress.com, Exo fanfiction grup tertutup serta beberapa Fanfiction grup lain dengan nama Author yang sama. Harap Coment dan like sebanyak-banyaknya yaw..happy reading *bow
How much I loved you… Because tears came out again when I saw you…
I had to avoid looking at you
Wendy terduduk seorang diri di pinggiran atap sekolah seperti rutinitasnya setiap hari demi menatap sesosok pria menawan di bawah sana, dikejauhan terik matahari yang bersinar hangat menembus kulit kecoklatan Kai yang tengah bermain sepak bola bersama kawan-kawannya di lapangan tanpa menghiraukan sinar terik itu – bahkan membuatnya menyipitkan mata, membuat kulitnya lengket karena keringat atau teriakan para siswi yang berkumpul ditepi lapangan menyoraki namanya tanpa henti seolah ia tengah berada di arena pertandingan sungguhan-.
Jika saja wendy mampu mengatakan sepatah atau dua kata yang terucap dari bibir mungilnya maka ia akan mengatakan “Aku sangat mencintaimu Kai..” namun ia tidak akan pernah bisa dan itu sebuah kemustahilan yang membuatnya berakhir sakit hati. Wendy terlahir tanpa pendengaran yang baik dan ia tidak mampu berbicara, ia seorang tuna wicara.
Keberadaannya di sekolah normal adalah karena kepandaian Wendy dalam mata pelajaran matematika, fisika, kimia, bahasa asing dan berbagai mata pelajaran lainnya kecuali sastra yang sesekali membuat nilainya kosong saat penilaian pidato ataupun pembacaan cerpen dan puisi, tetapi itu bukanlah masalah karena Guru di sekolah Wendy sangat baik. Mereka akan memberikan tugas lain sebagai pengalih dari penilaian berbicara.
Mengingat pertemuan pertama kali dengan sosok yang menjadi candunya adalah pengalaman paling manis yang dialami wendy selama bersekolah disini. Kai tiba-tiba datang menepuk pundaknya saat Wendy menangis di sebuah koridor buntu karena perlakuan beberapa siswi yang tidak pernah menyukai keberadaannya. Wendy hanya terdiam saat Kai memberikan sebuah sapu tangan biru miliknya -yang masih ia simpan hingga saat ini karena ia tidak tahu bagaimana cara mengembalikan benda itu- “Jangan pernah menangis lagi, itu membuatmu tampak lemah, seorang gadis akan terlihat cantik bila ia tersenyum…”
Perkataan Kai selalu terbayang dalam pikiran wendy ditiap waktunya, perkataan yang membuatnya menjadi kuat sekaligus lemah diwaktu bersamaan. Karena mengingat perasaan satu pihak itu selalu membuat wendy menitikkan air mata dari kedua netra coklatnya. Ia tidak bisa menjadi bagian siswi-siswi yang menjadi penggemar Kai, Wendy hanya bisa menghindar dari Kai ,menghindar dari segala hal yang berbau pria itu tanpa sepengetahuan Kai
Do you know… how much I waited for you… hiding in the street you went on
Waited long at least to look at the back of you going as much I want
Wendy melangkah begitu pelan dengan sebuah senyum samar dari bibirnya, menatap punggung seseorang yang berjalan seorang diri di kejauhan. Ia telah menunggu sosok itu sangat lama. Sosok Kai yang berjalan sendirian setelah pria itu baru saja keluar dari supermarket.
Lalu saat Kai menoleh -merasa ada seseorang yang memperhatikannya dibelakang sana-. Secepat itulah wendy bersembunyi dibalik tembok besar gang sempit, menekan dadanya tempat jantung kecil itu berdetak kuat, cepat dan rasanya ia bisa gila bila terus berhadapan dengan pria itu. Pria yang selalu menjadi pusat dari segala rotasi dan hidupnya.
Wendy hanya memandangnya dalam diam dari kejauhan, menatap punggung kokoh yang terasa begitu nyaman bila ia menyandarkan lelahnya disana “Kumohon agar kau tidak terlalu banyak bermimpi wendy, hal itu hanya membuatmu sakit” ia masih mengingat perkataan Taehyun kemarin saat tanpa sengaja menangkap pandangan Wendy pada Kai yang sekilas tersenyum padanya di depan kantin. Senyum miring atau seringai yang membuatnya nampak menggoda sekaligus nakal yang anehnya Wendy favoritkan. Wendy sadar Bagaimana cinta itu begitu buta dan sebuah teori logika tidak cukup untuk mengalahkannya, “Ini adalah permainan hati.”
Wendy melirik ke jalanan, Kai kembali meneruskan langkahnya yang tertunda, Wendy menghela dengan wajah lega. Ia tidak peduli seberapa lama menunggu bahkan sampai ia mati demi menunggu pemilik punggung nyaman itu. Punggung Kai
If you ask me why I didn’t tell you those things
Can’t answer nothing cause my heart aches
I just want you to remember like it is, knowing nothing,
Us and me
Sehabis pelajaran berakhir sore itu Kai selalu menghabiskan waktu hingga hampir larut untuk berlatih menari di ruang kosong bekas latian ekskul anggar. Ruangan yang cukup luas dan dikelilingi kaca adalah tempat paling cocok berlatih dance baginya. Kai menyimpan tape recorder berukuran sedang yang selalu ia letakkan di lemari penyimpanan ruang ini karena Suho sebagai ketua anggar adalah sabahatnya sejak lama, Kai sedikit memanfaatkan itu untuk mendapatkan akses ruangan ini, toh ia tidak melakukan hal macam-macam selain berlatih gerakan-gerakan tari.
Musik slow mulai beralun sebagai awal permainannya -Bayangkan saja Kai menari baby dont cry- ia memejamkan mata sebentar, merasakan aliran hangat musik menyentuh tubuhnya hingga kakinya mulai bergerak disusul tubuh dan tangannya. Kai mulai memasuki dunianya sendiri
**
Wendy tanpa sadar terduduk di depan ruang anggar, bersandar pada dinding sambil tangannya meremas selembar kertas hingga buku-buku jarinya memutih ‘Taemin Cancer Hospital’ sebuah surat rujukan agar Wendy mengistirahatkan dirinya dari rutinitas sekolah dan mengambil keputusan untuk memulihkan keadaan tubuh lemahnya di rumah sakit. Well hal itu hanya menjadi sebuah kesia-siaan saja, baginya ia berada disana -rumah sakit- atau tidak, tidak akan membuat Wendy cepat sembuh serta terbebas dari penderitaan ini. Ia berdiri dari duduknya sambil menatap lurus koridor kosong yang nampak remang ditimpa cahaya senja yang mulai berganti hitam ‘Hari sudah petang’ namun sesuatu terjadi, kedua mata Wendy terasa perih, ia tak kuasa menahan langkahnya hingga berjalan sempoyongan mencari sandaran yang tepat, tanpa sadar ia mendorong pintu yang sedikit terbuka -sebelumnya Wendy hanya anggap itu jendela- hingga ia terjerembab kedalam ruangan itu.
Kai menghentikan aktivitasnya sejenak saat suara pintu terbuka disusul seorang gadis yang tumbang dibelakang sana, Kai mengamatinya sebentar dari pantulan kaca lantas mendekati gadis itu “Apa kau tidak apa-apa?”
Wendy merasa ada seseorang yang berjongkok disampingnya ia terduduk di lantai, mengusap matanya yang berair -membuat gadis itu terlihat habis menangis- hingga ia menyadari seorang Kai menatapnya dengan raut khawatir “Kau tidak apa-apa ?” Ia bertanya kembali
Cara wendy mengenali pembicaraan seseorang adalah mengamati bagaimana gerak bibir mereka, karena itulah ia benar-benar mengandalkan penglihatannya. Akhirnya Wendy mengangguk lirih menanggapi pertanyaan Kai sambil mencoba meninggalkan ruangan itu sebelum tergugup semakin lama.
Namun tak urung bahu Wendy ditahan oleh tangan Kai yang menyentuhnya, membuat Wendy berbalik “Bukannya kau Song Wendy dari kelas 12 A1? ” kai mengetahui bagaimana kepandaian gadis ini yang telah melegenda di sepanjang penjuru sekolah. Ia selalu mengagumi sosok gadis yang pandai dan menawan.
Wendy kembali mengangguk sambil sesekali menggigit bibirnya gugup
“Kau mengenaliku? Maksudku aku sering melihatmu dijalan, apa kita berada di jalan searah pulang? Mungkin aku bisa mengantarmu, wajahmu pucat..”
‘Itu karena aku akan mati..’ Wendy mengeluarkan ponselnya, menulis sesuatu pada note nya lalu memberikannya pada Kai “Ya. Arah rumah kita searah Kai-si..” ucap sebuah aplikasi suara yang dibuatkan khusus oleh Ibu Wendy.
Entah darimana datangnya rasa kepercayaan ini, tapi wendy dapat bertaruh kalau raut lelah Kai berbinar terang. Itu membuat Wendy kebingungan beberapa saat
“Tunggu, aku juga akan pulang. Kita bisa pulang bersama..”
Wendy belum sempat menolak saat Kai berbalik mengemasi tape nya pada ruang kecil anggar, menyampirkan jas seragamnya di atas bahu dan membiarkan tubuhnya dilapisi kaos tipis berwarna putih. Wendy yakin kalau Pria berkulit Tan ini berlipat-lipat lebih tampan dari yang pernah ia lihat dalam jarak sedekat ini, lima jengkal.
Wendy tahu ia sangat gugup berada pada jarak sedekat ini, ia tahu kalau jantungnya sudah jatuh ke perut karena perlakuan Kai yang tiba-tiba dan Wendy tidak mengingat apa yang diimpikannya semalam hingga malam ini ia berjalan berdampingan dengan Kai.
Orang yang ia cintai, puja, sumber dari rotasinya. Tetapi walaupun rasa cinta itu begitu ingin terucap dari bibir Wendy, ia tidak akan mengucapkan rasa itu sampai kapanpun. Ia berjanji akan tetap menyimpan dan menahan perasaan itu untuk dirinya sendiri. Dan bila disuatu hari nanti Kai mengetahui perasaannya, bertanya mengapa Wendy tidak mengatakan hal itu, ia tidak akan mengatakan penyebab sakit hati ini karena sejujurnya ia tak tahu . Membiarkan Kai tidak pernah mengetahui apapun tentang perasaannya. Hanya wendi seorang diri
Do you know… How hard it was… I got so much to say..
Maybe I could say them if I become unable to hear
You didn’t know? I’m fine even if you don’t know my suffering heart till the end
I lived with power of longing for you
If you don’t exist, I don’t exist
Suatu hari dimusin gugur Wendy menjumpai sekumpulan pria yang membentuk lingkaran kecil di depan gudang beras tidak terpakai di dekat blok rumah Bibinya. Wendy ingat bagaimana ucapan ibunya “Kau harus cepat-cepat lari saat ada orang jahat dan jangan pernah bertingkah konyol menjadi pahlawan. Kekuatan perempuan jauh berbeda dengan pria” yang selalu diingat Wendy. Ia tahu kalau tidak ada urusan apapun dengan mereka
“Apa kau pikir dengan menyandingkan kekuatan yang kau miliki orang lain akan menunjukmu sebagai orang terhebat? Kau juga harus menggunakan otakmu!”
Langkah kaki Wendy terhenti saat mendengar suara samar-samar yang ia tahu juga seharusnya ia tidak mampu mendengar sama sekali. Tetapi entah keyakinan darimana Wendy mendekati tempat itu saat bayangan Kai berputar di pikirannya “Aku tahu hal itu tapi kau terlalu memikirkan bagaimana duniamu sendiri, kau tidak peduli pada orang lain..”
Wendy merasakan seseorang menarik tangannya dengan kasar, membawanya ke tengah sekumpulan pria yang masih menggunakan seragam, nanun sosok itu hanya menanggalkan jas miliknya saja. Kai.
“Apa kau tahu kalau misalnya Wendy menyukaimu?”
Wendy menatap tidak percaya pada sosok Taehyun yang menatapnya dengan iba lalu berbalik menatap sosok Kai di depannya -Seolah menunggu kehadiran Wendy-. Bagaimana bisa teman kepercayaannya di sekolah berkata demikian?
Kai tersenyum tipis, berkata tanpa beban “Aku tidak mengenal gadis itu, aku hanya tahu namanya”
Wendy mengamati gerak bibir kai hingga perlahan dadanya merasa sesak. Yah Kai tidak akan mungkin mengenal dirinya sebatas nama apalagi hingga menyimpan perasaan yang dalam, anggap saja sebuah mimpi
“Kai, dia menyukaimu bahkan mencintaimu hampir dua tahun. Tapi Wendy hanya bisa diam melihatmu dikejauhan karena ia tidak bisa mendengar dan berbicara, itu keterbatasannya. Sekarang urusanku selesai” Taehyun melengos meninggalkan Kai tapi sebelum itu ia mendekati Wendy yang menunduk sambil menangis “Wen aku yakin apa yang kulakukan benar..” ungkapnya lantas meninggalkan Kai dan Wendy yang masih terdiam dengan pikiran masing-masing
Kai menarik napas, menghembuskan perlahan lalu menghampiri Wendy yang masih belum beranjak “Aku antarkan kau pulang”
Wendy menatap kai lalu menggeleng “Lalu?” Raut kai berubah kebingungan. Gadis itu mengeluarkan ponsel dari sakunya, meletakkan di telinga kai “Aku ingin kau mengatakan perasaanmu padaku sekalipun mungkin sesuatu yang tidak aku inginkan akan terucap dari bibirmu”
Kai masih terdiam namun jemarinya terulur mengusap air mata dari kedua mata Wendy yang sembab “Kau sudah tahu jawabannya, Wendy. Aku berterima kasih kau tidak mempersulit hal itu..”
Wendy mengangguk walau hatinya sudah pasti hancur saat ini. Wendy berjinjit mendekati telinga Kai, dengan cara berbisik mungkin saja ia mampu mengatakan apa yang menjadi kesedihannya “A-ku baik-baik sa-ja wa-lau mung-kin men-de-ri-ta se-jak a-wal, Kenya-ta-an bah-wa ki-ni kau me-ngeta-hui ba-gai-ma-na pe-ra-saan-ku it-u su-dah cu-kup ba-ik un-tuk-ku wa-lau ki-ta ti-dak ak-an sa-ling me-mi-liki sa-tu sa-ma la-in…”
Kai tahu ia tidak seharusnya seperti ini, bersikap aneh dan turut merasakan bagaimana kesedihan gadis itu. Tetapi jujur saja Kai tidak menyukai Wendy, mungkin saja belum. Kai menunggu suatu hari nanti saat perasaan itu akan mengembang atau justru tidak “Maafkan aku..”
Satu bulir air mata kembali lolos, Wendy mengangguk lirih. Kai menangkupkan kedua tangannya pada wajah tirus Wendy, mengecup keningnya lamat-lamat lantas mendekap gadis itu sangat erat. Membiarkan semuanya tertumpah menjadi satu.
Walau mungkin Wendy tidak bisa mendapatkan Kai, perlakuan inipun sudah lebih dari cukup untuknya, ia bukan gadis muluk-muluk yang akan meminta lebih
“A-ku hi-dup de-ngan ke-ku-atan ke-rinduan-mu Kai. Ka-rena ji-ka kau tak ada ma-ka aku tak a-da te-tapi kau a-kan te-tap a-da wa-lau a-ku tak a-da..” kai masih mendengar bisikan Wendy, ia tak tahu harus memgatakan apa saat ini “Te-tapi mung-kin ini perte-muan te-rak-hir ki-ta. Se-te-lah i-ni kau a-kan ber-jalan di-atas ke-hi-dupan-mu dan aku akan me-mulai hi-dup yang baru di-langit yang berbeda..”
Kai melepaskan pelukan Wendy, rautnya mendadak kebingungan sekaligus gusar “Apa maksud dari perkataanmu? Apa maksud itu semua?”
Wendy tidak lagi menangis karena ia berada pada kondisi yang sangat nyaman “Tidak ada tempat yang lebih baik dari gadis tuli, bisu dan penderita tumor otak selain kehidupannya berakhir di liang lahat sebentar lagi..”
Saat itu Kai tidak mampu berkata apapun. Bibir tebalnya keluh, ia membisu namun tatapan kesedihan itu timbul perlahan dari kedua netra hitamnya yang bergejolak emosi. Bagaimana mungkin gadis ini begitu menderita selama hidupnya? Bagaimana mungkin Kai menjadi sosok paling tega yang tidak mampu memberikan sedikit kebahagiaan di kehidupan singkat Wendy? “Maafkan aku Wen, aku tidak mengetahui hal itu selama ini dan aku belum mampu membalas perasaanmu walau sebenarnya aku ingin..”
Wendy kembali mencoba tersenyum lebar, mencoba menata hatinya yang dilanda kehancuran. Tetapi satu hal yang membuatnya tidak menyesal akan hal ini adalah malam ini seolah berjalan sangat lambat saat ia dan Kai hanya saling bertatapan dalam diam. Hingga Kai semakin mendekati wajah wendy, menarik tengkuk gadis itu hingga bibir mereka menyatu. Kai mencium gadis itu lamat-lamat berharap mampu menebus kesalahannya saat ini. Membiarkan kehangatan itu berpendar diantara mereka berdua. Dua hati dan dua dunia yang tidak akan menyatu
No matter how many times I get born again and leave again
There won’t be a world like this one where I met you
This world is beautiful probably because it has your traces
Sad today is the last day you and me standing together under the same sky
Do you know..
Ps: Wah betapa anehnya ff Zay ini sodara-sodara. Mohon dimaklumi karena Zay hanya ingin menghibur kalian dengan karya-karya Zay. Semoga terhibur dan harap tinggalkan jejak berupa like dan komentar ya readers yang baik:)
Annyeong~
