Yarkovsky
- Author : @zhayrapiverz
- Cast : Kim JongIn and OC
- Support Cast : Member exo, Boyfriend, SM Rookies
- Length : Oneshoot
- Rating : T, G
- Genre : Romance, Psikology, Friendship
- Disclaimer : FF ini saia post di fb pribadi (Zayy Cardova) dan banyak tempat dengan nama Author yang sama. Semua yang saya posting adalah karya original otak saya (Saya mah Cuma nyalurin aja ke MS. Word bhaks) yaudelah Happy reading *bow
Terlahir sebagai bintang dengan pesona paling terang serupa matahari. Hidup selalu dalam aturan dan tidak boleh keluar dari orbit lintasan karena semua yang mengitariku akan saling bertabrakan. Tapi apakah suatu kesalahan bila aku mengimpikan sedikit kebebasan seperti asteroid yang selalu terlihat bebas?~Kim Jongin
Menyadari hidup menderita dan sukar, aku tidak ingin terlarut ke dalam kisah para bintang yang membuatku terbakar menjadi debu Seperti asteroid yang bergerak bebas tanpa lintasan yang membuatnya dalam aturan, aku berada di orbit yang bebas. ~Shin Hyeri
Kelas Jongin terkenal gaduh mungkin karena beberapa siswa-siswi disini adalah trainee di beberapa agency, oleh karenanya tak jarang kelas kosong ini menjadi ajang unjuk diri sekaligus melatih kemampuan mereka terutama dalam bidang akting, menyanyi dan menari. Tapi bagi Jongin yang sudah debut dan sering mengadakan konser diluar negeri serta memiliki jadwal acara yang padat, adanya kelas kosong seperti ini membuatnya leluasa untuk beristirahat dari jadwal tidur yang sangat singkat -barang kali
“Jongin-ah kali ini kau sudah tertidur berapa menit?” Hansol teman sebangkunya bertanya dengan nada setengah mengejek
“Humm baru 180 menit sejak subuh tadi..” ucap Jongin sekenanya
Bola mata Hansol membulat “Mwo itu artinya kau baru istirahat selama 3 jam?”
“Yeah seperti itu!”
Seorang siswa mendatangi bangku Jongin dengan berbicara setengah cepat “Hey Bintang, seseorang mencarimu diluar sana!”
“Aissh jinjja..” jongin dalam hati menggerutu, mengutuk Ten yang membuat jadwal tidurnya terganggu untuk kedua kalinya
“Cepatlah! Shin Hyeri siswi sebelah sudah menunggumu!” Lanjut Ten lalu meninggalkan bangku Jongin dan bergabung dengan temannya kembali disisi kelas.
Seperti mendapat energi tambahan yang tak jelas asalnya dari mana, Jongin segera berlari keluar kelas dan membuat Hansol menahan tawa karena Jongin hampir tersandung kaki-kaki Meja. Hyeri adalah pujaan hati Jongin semenjak tujuh bulan lalu.
Diluar Shin Hyeri nampak berdiri tenang sesekali melirik arlojinya dan ia hampir saja terjungkal saat Jongin sudah berdiri di depannya disertai senyum menawan seperti senyumnya para bintang.
Mengenai terjungkal, Hyeri hampir saja mendaratkan pantatnya diatas lantai dingin kalau-kalau Jongin dengan cepat menarik tangannya sebelum jatuh “Ehm G-gomawo..”
Jongin tersenyum malu seraya menggaruk tengkuknya yang meremang “Ne..”
Hyeri mendapat ketengan lagi dan segera menarik tangannya dari Jongin
“Mianhae..”
“Jongin~ssi Kang Seongsaengnim sedang mencarimu di ruang guru, kau harus menemuinya!”
Pria itu mengangguk tanpa melepaskan tatapan matanya dari Hyeri sedangkan gadis itu nampak acuh sembari melihat ke arah lain “Gomawo aku akan menemuinya!”
Hyeri mengangguk lalu mulai berbalik meninggalkan Jongin.
Namun sebelum ia berada di kejauhan, suara berat Jongin menginterupsi membuat dahi Hyeri mengernyit dalam raut kebingungan “Hyeri~ssi berkencanlah denganku esok lusa. Aku menunggu kedatanganmu!”
Jongin mengambil ponsel di dalam saku seraya menekan beberapa digit nomor sambil tersenyum menatap punggung Hyeri yang semakin menjauh. Gadis itu tidak menjawab Jongin, lebih memilih pergi dari hadapannya seperti yang biasa ia lakukan
“Hyeong boleh aku meminta bantuanmu?”
«««»»»
“Exo bersiap dalam 5 menit!” Seorang crew melongokkan kepala kedalam ruang tunggu khusus dimana member Exo berada
“Arraseo!” Suho menyahut dan crew tersebut pergi
Disana kesebelas member sudah bersiap dengan penampilan mereka, Baekyun Chen D.O dan Lay sedang berlatih vokal singkat agar suara mereka semakin maksimal. Chanyeol, Luhan dan Sehun sedang berbicara di sudut ruangan bersama xiumin sesekali mereka tertawa pelan sedangkan Tao, Jongin dan suho duduk santai di atas sofa sembari meminum air
“Hey Jongin ponselmu berdering!” Suho berucap sembari mengamati ponsel Jongin yang berkedip-kedip
Jongin menghembuskan napas sebentar sebelum menekan tombol terima “Ne Hyeong?”
“Exo segera berdiri dibelakang panggung dalam enam puluh detik!” Kali ini suara manager Hyeong yang memberi perintah. Kesembilan member segera berjalan meninggalkan ruang tunggu sambil sedikit berlari kecil
“Matikan dulu ponselmu Kai!”
“Sebentar hyeong!”
Manager hyung menggeleng lalu merebut ponsel Kai dan langsung memutus sambungan telephone tanpa basa-basi “Kau tidak boleh seperti ini lagi atau aku akan menyita ponselmu!”
Jongin menghela kesal “Ne mianhae hyeong..”
“Bergabunglah bersama yang lain!” Perintahnya
Jongin berjalan cepat ke belakang panggung dan segera bergabung dengan Suho cs yang telah bersiap menaiki panggung
“Just love me right ,love me right..”
“Aah kau mengingatkanku pada lagu milik exo! Bagaimana jika kita menampilkan Exo langsung?” Suara mc wanita itu nampak antusias
“Apa kalian ingin melihat Exo?”
“Ne….Exo..exo..exo..” teriak para exo L yang memenuhi kursi penonton
“Kita sambut Exo…” Mc pria pada acara musik itu tak kalah bersorak.
Lampu ruangan tiba-tiba mati dan hidup beberapa detik setelahnya. Saat itu member exo sudah berada dalam posisi, lagu mulai diputar dan saatnya pertunjukan para bintang dimulai.
«««»»»
Aroma hangat bercampur manis khas toko kue mengundang para pejalan kaki untuk singgah kesana.
“Selamat datang apa yang bisa kami bantu Nyonya?”
Beberapa waitress dengan sigap melayani pengunjung yang datang. Beberapa waitress lainnya mengecek keadaaan meja bar yang telah kekurangan jumlah roti.
“Semuanya seratus dua puluh won. Terima kasih, kembali lagi kemari!” Sisanya lagi nampak tak kalah sibuk dibalik meja kasir dan beberapa didalam pantry sibuk membuat roti dan pastry.
“Muffin akan siap dalam sepuluh menit!”
“Red velvet akan siap dalam delapan menit!”
“Hey Shin Hyeri bukankah kau siswi SMA Greenhigh?”
Hyeri yang saat itu tengah mendinginkan cake red velvet kedalam lemari dingin transparan nampak mengangguk “Ne waeyo Taerin eonni?”
“Bukankah sekolah Itu sangat elit dan mahal? Kabarnya banyak trainee yang bersekolah disana dan satu bintang yang sudah debut, kalau tidak salah Kai Exo. Apa kau mengenal mereka? Apa Kai Exo teman sekelasmu?”
Hyeri terdiam seraya tersenyum lirih “Eonni aku mendapat beasiswa disana”
Gadis yang nampak lebih tua dari Hyeri nampak antusias disela-sela mengadoni bahan-bahan untuk membuat donat “Kau berarti sangat pandai ya? Hey bagaimana dengan bintang itu, apa kalian cukup dekat?”
“Dekat?” Hyeri tertawa pelan. Hubungan dirinya dengan Jongin tidak sedekat seperti redvelvet dan krim kocok ataupun kue sisir dan taburan gula.
Jongin pada beberapa bulan terakhir sering menyapanya, sering tanpa sengaja menatap dan tersenyum padanya serta beberapa kali mengajak Hyeri berkencan termasuk menyodori tawaran itu lagi.
Jadi Hyeri tidak bisa menyimpulkan sedekat apa dirinya dengan Jongin karena Hyeri tidak pernah membalas semua tawaran menggiurkan Jongin.
Lebih memilih menghindar dari jangkauan mata pria sejuta pesona bintang itu karena sebuah alasan dimasa lalu
“Ya! Hyeri~ya kau melamun apa? Kau menyukai bintang itu?”
“Ah aniyo Eonni, aku tidak mengenalnya!”
“Shin Hyeri tolong berikan aku dua potong Black Forrest secepatnya!” Seorang pelayan pria memberi perintah membuat Hyeri mengalihkan pembicaraan dari Taerin yang nampak kecewa
‘Bintang berada di tempat yang seolah dekat dari mata kita tapi asal kau tahu saja bahwa sebuah Bintang tidak akan bisa diraih karena sebenarnya ia berada di tempat yang jauh menembus atmosphere’
«««»»»
Jongin mengamati slide photo di galery smartphone sambil tersenyum cerah, secerah sinar supermoon diatas langit malam. Saat itu Chanyeol dan Suho melintasi sofa yang ditempati Jongin untuk bersantai lantas menghentikan langkah mereka, nampak penasaran dengan suara aneh Jongin yang tersenyum sendiri .
Chanyeol meletakkan telunjuk didepan mulut agar jangan berisik, Suho mengangguk dengan raut penasaran “Hey ternyata Uri Kamjong sedang menyukai seorang gadis!” Bisiknya di telinga Chanyeol
Chanyeol mengangguk “Hey dia gadis yang manis dan cantik!”
Jongin yang tersadar segera menoleh ke belakang dimana Suho dan Chanyeol sudah memberi tatapan menggoda “Aiish apa yang kalian lakukan Hyeong?”
“Aah Jongin-ah katakan pada kami siapa gadis itu! Apa dia kekasihmu?” Mereka langsung menempati posisi kosong diantara Jongin. Menjadi sangat penasaran dengan seorang gadis yang telah mencuri hati dongsaeng mereka
“Ne benar kata Chanyeol , apa kalian sudah lama berhubungan hum?”
Jongin tertawa lalu menggeleng “Mungkin suatu hari nanti hyeong. Kau tahu? Hyeri itu selalu mengacuhkanku seperti orang tidak butuh ya walaupun dia tidak membutuhkanku. Tapi sikapnya berbeda saat berhadapan denganku dengan temannya yang lain!”
Chanyeol merampas ponsel Jongin lalu melihat beberapa koleksi foto Hyeri yang Jongin ambil secara diam-diam “Berbeda bagaimana?”
“Dia bersikap hangat pada yang lain tapi saat bersamaku dia berubah menjadi sangat dingin”
Suho tertawa seraya menepuk-nepuk pundak Jongin “Ternyata uri dongsaeng benar-benar jatuh cinta pada gadis itu ya?”
“Hey Jongin, Hyeri terlihat sebagai gadis yang pandai. Kalau begitu kau harus bersikap dewasa dan jangan menjadi orang bodoh!” Chanyeol menyahut
“Jongin-ah kau harus membuat dirinya senyaman mungkin saat di dekatmu. Ingat, wanita itu sensitif sekali. Sekali kau salah bicara semua bisa hancur dan ia bisa menjauhimu!”
Jongin tertegun sebentar lantas mengangguk “Ne gomawo hyeong Aku akan berjuang mulai dari sekarang!”
«««»»»
Semilir angin berhembus diantara dahan pohon pinus yang tertiup angin musim semi. Disiang musim semi yang cerah ini Hyeri terduduk dibawah batang pinus yang menaunginya dari panas sembari membaca beberapa buku encyclopedia mengenai benda-benda langit dan Tata surya.
Dikejauhan Jongin mengamati Hyeri yang nampak nyaman dengan bacaannya “Pantas saja jika dia pintar. Waktu istirahat pun ia gunakan untuk membaca..” Jongin berjalan perlahan dan berhasil mendudukkan diri disamping Hyeri yang belum bergeming.
Lama dalam keheningan membuat Jongin berdeham seraya melirik Hyeri “Mengenai Kencan hari ini-” ia memulai pembicaraan
“Maaf aku tidak bisa!” Hyeri berujar cepat sembari mengemasi buku-bukunya dan pergi meninggalkan Jongin
“Aku tidak memaksamu untuk menyetujuinya Shin Hyeri!” Jemari Jongin menahan lengan Hyeri yang membuat gadis itu tertahan
Hyeri terdiam tidak tampak ingin mengatakan sesuatu lagi.
“Kau sedang sibuk ya?” Jongin bertanya dengan hati-hati
“Itu bukan urusanmu dan lepaskan tanganku!”
Namun Jongin masih belum membuat jemarinya bergeming dari lengan Hyeri sedang tatapan pria itu masih terfokus pada netra coklat bening yang membuatnya terlena.
Jongin baru menyadari jika seorang Hyeri sangat mempesona dari jarak sedekat ini.
Hyeri masih berusaha melepaskan tangan Jongin berikut menghindari tatapan menghujam darinya “Jongin~ssi lonceng sudah berbunyi!”
Jongin mengerjab dan segera melepaskan jemarinya yang membuat Hyeri pergi menjauh “Yang barusan itu apa?” Ucapnya dengan nada setengah linglung meraba dada tempat jantung kecilnya yang berdetak cepat.
Rupanya pesona Shin Hyeri sudah menjerat Jongin begitu dalam seperti membuatnya tertarik ke dalam medan magnet
«««»»»
Setelah waktu sekolah berakhir Hyeri bergegas menuju toko bunga mendahului siswa siswi lain yang masih dibelakang sana.
Selesai dengan urusannya, Hyeri menaiki Bus menuju halte 25 dan turun dari sana, berjalan sebentar lalu memasuki gedung bertingkat yang nampak lengang.
Langkah kaki kecilnya terhenti di depan lemari kaca transparan berukuran sedang dimana berisi sebuah kendi berwarna putih di dalamnya.
Hyeri tersenyum dalam diam lalu meletakkan buket krisan berwarna serupa di depan kaca “Bagaimana kabar ibu? Hyeri datang. Rasanya seperti baru kemarin ya kau pergi..”
Ia berujar lirih diantara suara Bergetar menahan tangis walaupun kedua mata Hyeri sudah menggenang air mata
“Ibu ini sudah setahun sejak kepergianmu dari sisiku. Apa kau bahagia di surga? Apa Tuhan memberi jamuan yang mengenyangkan padamu?”
Setitik air pada akhirnya lolos disaat dada Hyeri merasakan sesak kesekian kalinya, mengenang Ibu yang berpulang di haribaan sang pencipta “Setidaknya kau tidak menderita lagi Bu. Apa dia melihatmu disini, Apa dia menangis di hadapanmu. Maaf karena aku tidak bisa mencari keberadaannya, aku tidak ingin mengenal kata ‘Ayah’ lagi, bagiku memiliki satu orang tua sesempurna Ibu sudah lebih dari cukup. Aku tidak ingin terluka lagi saat bersama dengannya, tolong jangan paksa aku Bu..” Hyeri menyeka kedua matanya yang tak bisa berhenti membendung air mata kesedihan. Bagaimana luka selama bertahun-tahun yang dipendamnya belum sepenuhnya mengering, masih meninggalkan ngilu dan luka yang teramat dalam menghantam hati Hyeri “Ibu aku akan kemari lagi, selamat tinggal..” Hyeri membungkuk sebentar lantas berlari meninggalkan koridor dimana abu Jenazah Ibunya disimpan.
Setiap waktu kesana selalu membuat Hyeri nampak tenang namun sedih disaat bersamaan. Mengenai sosok ayah, Hyeri tak pernah memikirkan keberadaan pria yang dengan tega mencampakkan Ibunya disaat mengandung Hyeri tujuh belas tahun lalu. Hyeri muak saat bertemu pria yang menjadi ayahnya, bagaimana ia pergi dan lebih menjatuhkan pilihan pada seorang wanita kaya membuat Hyeri berjanji bila ia tak akan mempedulilkan pria yang telah membuat Ibunya selalu diliputi kesedihan dibalik senyum tegarnya.
Bagi Hyeri sekalipun ia harus menjalani hidup seorang diri, ia akan tetap bertahan tanpa harus mengandalkan harta milik pria itu.
Langkah Hyeri seketika melambat saat seorang menghalangi jalannya. Membuat ia berhenti lalu menengadah dalam keterkejutan “Kim Jongin?”
«««»»»
Suara aliran air dan kepakan sayap angsa yang berenang mengitari danau menjadi satu-satunya suara yang mendominasi diantara keheningan sore. Langit bercorak oranye kebiruan mendominasi serupa lukisan abstrak dihari yang senja. Angin selalu bertiup kencang disaat sore, menerbangkan dedaunan kering yang terjatuh dari dahan Ek dan juga membuat rambut mereka bergerak ditiup angin. Mereka?
Hyeri menunduk lalu melepas genggaman Jongin dari tangannya, berniad pergi meninggalkan pria itu
“Apakah kau terluka dengan masa lalumu?” Jongin berucap dibelakang sana, membuat langkah Hyeri terhenti “..Apakah aku pernah berbuat sesuatu yang menyakitimu hingga kau sangat membenciku Shin Hyeri?” lanjutnya seraya berjalan ke arah Hyeri yang masih terpaku “Apa kau-?”
“Aku membenci seorang bintang!” Jawabnya lirih “Cahayanya terlalu terang, membuatku silau. Dia terlihat begitu dekat padahal sebenarnya ia berada sangat jauh tak terjangkau”
“Dan apa kau serupa asteroid?” Jongin bertanya. Hyeri belum bergeming dalam diamnya
“Asteroid yang bergerak bebas tanpa orbit yang mengekangnya. Apa kau pernah berpikir kalau bintang juga ingin bergerak bebas seperti asteroid? Ya, mereka para bintang sering kali memimpikan hal-hal seperti itu -seperti para asteroid yang melintasinya…” Jongin mengambil dua langkah di depan Hyeri, tersenyum menatap netra coklat favorite yang menawan “Terdapat sebuah cerita dimana ada satu Bintang menyukai asteroid cantik yang saat itu berada di dekatnya. Apa kau tahu siapa dia?”
Hyeri masih terdiam menata hatinya yang bergemuruh aneh. Seperti ia baru saja berolah raga disore hari dengan jantung berdegup kencang bertalu-talu disertai sebuah sensasi aneh yang menggelitik perutnya. Perasaan asing itu datang begitu saja dibalut kenyamanan yang membuat Hyeri merasa melayang diantara para awan. Seharusnya Hyeri tidak meragu dan mempertahankan egonya. Seharusnya ia tidak menjadi lemah seperti ini
Jongin mengusap rambut panjang Hyeri dengan lembut sebelum menarik gadis setinggi dagunya ke dalam pelukan “Shin Hyeri jangan menangis dan terluka sedirian, jangan membuat asteroid mu menabrak planet dan melebur menjadi debu, itu sesuatu hal yang menyakitkan!”
Hyeri tertegun saat lengan panjang pria itu mendekap begitu erat seolah melindungi Hyeri dari cahaya bintang sebesar matahari yang membuat tubuhnya rapuh termakan cahaya.
Pelukan Jongin membuatnya terbaring dalam kehangatan dan sebuah kenyamanan yang Hyeri pikir ia hampir melupakan bagaimana cara meraup oksigen disaat paru-paru nya terasa sesak -disaat kekejaman, pengkhianatan dan ketidakadilan menyingkirkannya dari hidup bahagia.
Tapi dalam menit selanjutnya kesadaran Hyeri kembali utuh seratus persen, keidealisan menyadarkan dirinya bahwa ia tidak boleh bersama Bintang apalagi sampai jatuh hati pada pesona semenarik Jongin.
Hyeri mendorong bahu Jongin yang membuat pria itu nampak terhuyung sekaligus terkejut dan sesegera mungkin Hyeri berlari menjauhi bayangan pria itu. Ia harus berlari dari jerat bintang yang menggoda asteroid masuk kedalamnya sebelum ia terbakar menjadi kepingan debu yang terhempas diantara udara.
Jongin masih berdiri ditempat itu, Menatap nanar punggung rapuh Hyeri yang semakin menjauh dari batas penglihatannya hingga semakin mengecil serupa titik buta
«««»»»
Hyeri menyusuri jalanan disekitar sungai Han seorang diri lantas terduduk disalah satu bangku taman, menatap lurus bayangan lampu -lampu yang dipantulkan diatas sungai dalam kesunyian. Angin malam membuatnya sedikit menggigil dan sebuah flashback dimasa lalu yang seolah diputar kembali diatas piringan hitam
“Apakah dahulu Ibu pernah menyukai seorang pria?”
Ibu Hyeri tersenyum lalu mengangguk “Dahulu Ibu pernah menyukai seorang pria yang tampan, baik dan bijaksana” ucapnya sembari mengenang
“Apakah pria itu adalah ayahku?” Hyeri kecil menyahut antusias
“Ya. Dia seorang bintang yang bersinar paling terang diatas langit” Ibu Hyeri lantas menunjuk satu bintang yang bersinar paling terang diatas langit “Ayahmu seperti bintang Sirius, letaknya sangat tinggi dan sinarnya sangat cemerlang”
Hyeri tersenyum lirih sebelum akhirnya meninggalkan bangku itu. Seringkali penggalan kisah masa lalu menari dalam pikirannya. Membuat Hyeri diliputi atas rindu tak berbalas pada bintang Sirius itu.
Hyeri Berjalan gontai dalam kesedihan dan kesepian berselimut angin malam.
Disatu sisi Jongin merebahkan tubuhnya di atas ranjang sembari menatap langit-langit kamar yang gelap karena Kyungsoo selalu mematikan penerangan di kamar mereka
‘Shin Hyeri seorang gadis yatim piatu yang tinggal seorang diri di sebuah apartment sederhana. Ayahnya pergi meninggalkan mereka disaat Hyeri masih dalam kandungan sedangkan Ibunya meninggal setahun lalu karena ginjalnya mengalami gangguan akut. Hari ini tepat setahun memperingati hari kematian Ibu Hyeri’ Jongin mengingat-ingat perkataan Hongbin Hyeong yang ia tugaskan beberapa hari lalu demi mengetahui informasi Hyeri
‘Setidaknya kau tidak menderita lagi Bu. Apa dia melihatmu disini, Apa dia menangis di hadapanmu. Maaf karena aku tidak bisa mencari keberadaannya, aku tidak ingin mengenal kata ‘Ayah’ lagi, bagiku memiliki satu orang tua sesempurna Ibu sudah lebih dari cukup. Aku tidak ingin terluka lagi saat bersama dengannya, tolong jangan paksa aku Bu..’
“Apa yang sebenarnya terjadi pada Hyeri? Mengapa dia terlihat sangat terluka dan mengapa aku seolah mampu merasakan hal serupa dengannya? Astaga apakah cinta sebegini rumitnya?” Jongin berujar dengan raut setengah frustasi. Ia meraba nakas disamping lantas mengambil smartphone, membuka gallery dimana ia menyimpan banyak photo Hyeri disana “Mengapa kau membuatku gila seperti ini Shin Hyeri? Sehari tidak bertemu denganmu membuatku rindu, sehari tidak memikirkanmu membuat hidupku tidak semangat. Katakan mengapa kau membuatku seperti ini? Ahh jinjja aku pasti sudah gila..” Jongin menggelengkan kepala lantas meletakkan smartphone nya kembali, ia harus beristirahat karena beberapa jam lagi sudah subuh
«««»»»
Satu siswa dan siswi yang duduk di depan memutar haluan kearah bangku dibelakang mereka
“Ya! Gangmi~ya Hyeri~ya kajja kita ke kantin” Youngmin berkata seraya meletakkan buku ke dalam tas
“Ah ne kajja Hyeri!” Gangmi menyahut
Hyeri menepuk-nepuk tengkuknya sembari menguap kecil “Kalian pergi saja dahulu, hari ini aku sangat mengantuk. Mianhae”
“Kau bekerja sampai larut lagi Hyeri~ya?” Minwoo bertanya dengan khawatir mengingingat sobatnya ini sangat bekerja keras
Hyeri hanya tersenyum “Cepatlah pergi sebelum kalian tidak mendapat makan siang!”
Mereka bertiga berjalan keluar kelas hingga menyisahkan Hyeri dan beberapa siswi yang sedang mengerjakan sesuatu dibelakang sana. Hyeri menguap lagi dan meletakkan kepala diatas meja dengan mata terpejam.
Diluar sana Jongin menatap Hyeri yang tertidur seorang diri, kebetulan juga karena saat itu kelas Hyeri sudah kosong hanya gadis itu saja yang menghuni setelah dua siswi lainnya meninggalkan kelas.
Dengan langkah kaki perlahan Jongin berhasil mendudukkan dirinya dikursi depan meja Hyeri sembari meletakkan sebungkus roti dan sebotol susu rasa strawberry kesukaan gadis itu.
Angin berhembus lirih dari jendela disamping mereka yang terbuka membuat poni lurus Hyeri tidak beraturan menutupi wajah cantiknya yang tertidur tenang.
Jongin melipat tangan diatas meja, mengamati wajah Hyeri yang putih bersih, tangan Jongin perlahan terulur membenarkan rambut Hyeri menyelipkan dibelakang telinga hingga membuat Hyeri menggeliat kecil namun tak urung tetap membuatnya terpejam
“Apakah kau bekerja paruh waktu sampai larut malam? tubuhmu terlihat lebih kurus Shin Hyeri. Jangan lupa makan dan istirahat ya, jangan sampai sakit karena aku tidak bisa selalu mengamati keadaanmu…” Jongin berujar sangat lirih serupa berbisik memandangi mata Hyeri yang terpejam “Jangan membuatku mencemaskanmu seperti ini Hyeri~ya, aku tahu kau gadis yang kuat…” Jongin dengan hati-hati meninggalkan tempat duduknya, menutup pintu kelas dan menjauhi ruangan Hyeri dengan senyum mengembang tanpa mengetahui jika Hyeri tidak sepenuhnya terlelap. Ia masih mendengarkan suara Jongin yang begitu terdengar khawatir
«««»»»
“Apa kau sudah mendengar berita Luhan yang keluar dari Exo dan menyusul Kris yang memulai karir solonya di China?” Taerin Eonni bertanya disela-disela mengepel pantry sesaat waktu bekerja usai.
Hyeri masih melanjutkan mencuci loyang bekas kue dan hampir saja membuat kesalahan dengan menuangkan sabun terlalu banyak “Apa benar Eonni?”
“Ya! Shin Hyeri bukankah kau teman sekolahnya Kai exo, apa kau tidak tahu berita yang tengah hangat diperbincangkan itu?”
Hyeri terdiam membiarkan suara aliran air kran memenuhi pendengarannya ‘Apa dia baik-baik saja?’ mendadak bayangan Jongin melintas di pikirannya.
Dua hari lalu saat Jongin mendatangi kelasnya pria itu nampak biasa saja seolah tidak ada sesuatu yang terjadi.
“Ya! Kau tidak mendengarku Shin Hyeri?” Taerin Eonni menyikutnya pelan membuat kesadaran Hyeri kembali terkumpul, ia segera menyelesaikan tugasnya mencuci loyang dan perkakas kue lainnya
“Aah Mianhae. Anieyo Eonni, Hyeri tidak tahu berita itu”
“Kau aneh sekali Shin Hyeri, jangan terlalu acuh pada lingkungan sekitar. Berita teman sekolahmu saja kau tidak tahu, Baiklah aku pulang dulu Annyeong..” taerin Eonni yang sudah selesai dengan tugasnya lantas meninggalkan Hyeri seorang diri.
Lima hari usai pemberitaan itu Hyeri tidak pernah lagi melihat Jongin mendatangi sekolah. Biasanya pria berkulit Tan itu bermain basket ataupun bola sepak setiap jam istirahat ataupun tertidur di dalam kelas.
Tapi Jongin tak pernah ada dilapangan atau dikelas. Ia seolah menghilang tanpa jejak semenjak pemberitaan rekannya yang memutuskan kontrak dengan agency yang menaungi mereka.
Pemberitaan itu juga masih sering Hyeri dengar dari pembicaraan siswa siswi disekolah. Seperti yang terjadi selalu ada pro dan kontra.
Hyeri tidak mengenal siapa itu Luhan dan ia juga bukan penggemar Exo seperti siswi-siswi disekolahnya. Hanya mengetahui berita-berita itu dari teman-teman di toko kue ataupun Gangmi yang kebetulan sangat update dengan pemberitaan artis Korea.
Hyeri menyusuri jalanan malam yang lengang setelah turun dari pemberhentian bus. Ia tahu bagaimana perasaan seorang yang ditinggal keluarga atau kerabat sendiri karena Hyeri pernah mengalaminya.
Tapi yang membingungkan, mengapa bayangan Jongin tidak pernah pergi dari pikirannya? ‘Apakah dia baik-baik saja?’
‘Apakah dia akan kembali ke sekolah lagi?’
‘Apakah dia menerima kenyataan ini?’
Dan banyak lagi pertanyaan ‘Apakah’ seputar Jongin yang memenuhi otak Hyeri selama hampir seminggu ini.
Dipersimpangan jalan yang sepi dan mendapat cahaya paling sedikit, seorang dengan menggunakan pakaian serba gelap berdiri disamping tiang listrik. Wajahnya tidak terlihat karena dia menggunakan topi berwarna gelap.
‘Apa kau pernah mendengar seorang yang berpakaian serba gelap? Banyak panggilan untuk orang misterius itu tapi kami selalu menyebutnya Adam’ perkataan Gangmi mengenai orang misterius yang berdiri disana sangat mirip dengan Adam
“Apakah dia Adam?” Hyeri mengeratkan genggaman tangannya pada tali Tas saat jaraknya tinggal beberapa meter lagi dari pria itu.
Hyeri menoleh ke belakang kalau-kalau ada seorang yang kebetulan melintas. Mungkin dewi Fortuna belum berpihak padanya karena jalanan sudah sangat sepi, memangnya siapa yang akan berkeliaran pada pukul sebelas malam seorang diri kecuali pemabuk dan Adam?
Hyeri hampir saja berteriak saat Adam berada di hadapannya secara tiba-tiba, menghalangi jalannya. Hyeri segera berbalik seraya berlari namun belum sempat selangkah tangannya terasa dingin karena digenggam Adam. Tamatlah riwayatmu Shin Hyeri!
“Lepaskan aku!” Hyeri memekik dengan raut ketakutan, jantung berdetak cepat serta tubuh gemetaran. Ia berusaha melepaskan tangannya namun Adam terlalu kuat menggenggam “Lepaskan!!”
“Ini aku Shin Hyeri!” pria itu berujar dengan suara beratnya lantas melepas topi yang menutupi sebagian wajah
“Jongin?” Hyeri begitu terkejut seraya menutup mulutnya “Apa yang kau lakukan disini?” Suara Hyeri nampak terkejut, lega sekaligus terdengar aneh. Bagaimana pria ini bisa berada disini, ditengah malam yang dingin?
“Aku membutuhkanmu…”
«««»»»
Hyeri masih mencerna segala hal yang terjadi sejak satu jam lalu dan ia tersadar mengikuti keinginan konyol Jongin yang membuatnya terdampar di Blitz Megaplex Cinema, diatas kursi empuk berwarna marun dan sebuah Led besar yang menampilkan film bergenre comedy romance. Disamping Hyeri, Jongin sedang serius-seriusnya berkonsentrasi pada film “Jangan menatapku seperti kau akan memakanku Shin Hyeri!”
Hyeri berdecak, ia sudah sangat lelah bekerja seharian dan bertemu Jongin membuatnya harus mengurangi waktu tidur singkatnya.
Walaupun sebenarnya Hyeri cukup lega karena Jongin nampak baik-baik saja hanya terlihat sedikit lelah “Mengapa kau membawaku kemari, apa kau gila?”
Jongin tersenyum Lalu mencubit pipi apel Hyeri “Tentu saja aku merindukanmu Shin Hyeri!”
Hyeri jadi tertegun ‘Merindukanku? Mengapa harus merindukanku’ Hyeri tak tahu apakah ia harus senang ataupun tidak mendengar ucapan Jongin. Tapi yang pasti, Perut Hyeri terasa dipenuhi kupu-kupu dan ia merasakan euphoria aneh yang membuat wajahnya bersemu merah muda.
Jongin kembali menonton film yang sempat tertunda, menyembunyikan rasa bahagia sekaligus tawa saat melihat wajah Hyeri yang terkejut dibalik sikap tenang gadis itu “Astaga filmnya akan selesai, ayo kita pergi!” Secara tiba-tiba Jongin menarik tangan Hyeri dan meninggalkan Cinema sedangkan gadis itu bahkan tidak mengerti bagaimana jalan cerita film karena tidak menyimak sejak awal.
Jongin membawanya disebuah dataran tinggi yang menampilkan landscape kota dimalam hari dengan gedung-gedung tinggi serta Lampu kerlap-kerlip yang menjadi latar pemandangan. Hyeri melirik arloji yang menunjukkan waktu tepat pukul satu pagi “Apa kau tidak mengantuk?” Hyeri bertanya dengan raut setengah sebal
“Tidak! Bisanya aku tidur pukul tiga pagi dan bangun dua sampai tiga jam setelahnya”
Setelah itu keadaan menjadi begitu hening. Jongin memeluk lutut dalam diam sedangkan Hyeri sesekali melirik Jongin dan kembali mengedarkan pandangan ke sekitar.
‘Apa kau sudah mendengar berita Luhan yang keluar dari Exo dan menyusul Kris demi memulai karir solonya di China?’
‘Luhan membatalkan kontrak eksklusif memilih karir solo di negeri asalnya, China. Dongsaeng kesayangan Luhan itu sehun lalu Kai, pasti dia sangat terpukul akan pemberitaan ini’ perkataan Taerin eonni dan Gangmi melintas begitu saja -begitupun dengan berbagai pertanyaan ‘Apakah’ yang sempat memenuhi pikiran Hyeri beberapa waktu lalu. Hyeri sebenarnya ingin memastikan apakah Jongin sungguh dalam keadaan yang baik atau tidak
“Kau mengantuk?” Jongin bertanya, memecah keheningan yang lama tercipta “Menurutmu apakah aku terlihat seperti Kim Jongin atau Kai exo?”
Hyeri menimang sesuatu sebelum bertanya kembali “Manakah yang membuatmu lebih nyaman?”
Pria itu tersenyum lantas mengusap rambut panjang Hyeri yang malam itu terurai “Tentu saja Kim Jongin. Kai exo adalah nama panggungku..”
“Apakah nama panggungmu tidak terdengar menyenangkan?”
“Tidak juga. Saat orang-orang memanggilku Kai, mereka akan mengetahui jika aku anggota Exo, dancing machine di Exo..”
Hyeri menatap langit dini hari yang masih diselimuti bintang-bintang “Ya kau memang terlahir sebagai bintang diantara para bintang..”
Jongin tersenyum menatap Hyeri, setidaknya moment seperti ini sangat langkah dimana hanya ada dirinya dan Hyeri. Duduk berdua dalam kesederhanaan memandang landscape dan langit “Apa kau baik-baik saja?” Pertanyaan itu lolos tanpa mampu dikontrol Hyeri sendiri Dahi Jongin mengernyit “Ya Aku baik-baik saja..”
“Tidak..” Hyeri mengalihkan pandangan pada sepasang mata jongin “Maksudku apakah hatimu baik-baik saja? Apakah kau merasakan kehilangan sesuatu?”
Lama mereka saling bertatapan, Jongin pada akhirnya berdiri dari duduknya seraya mengulurkan tangan pada Hyeri “Ayo kita pulang!”
Hyeri berdiri sendiri tanpa menyambut tangan Jongin namun suatu hal membuat Hyeri mengernyit bingung tatkala sepasang netra Jongin terlihat berbeda dari beberapa menit yang lalu.
Netra itu seolah menyimpan kesedihan, kehilangan dan rasa kesal yang meluap menjadi satu -mungkin benar kata nurani Hyeri jikalau pria itu tidak baik-baik saja.
Pada akhirnya Hyeri membuang jauh sikap idealisnya, membuang jauh segala rasionalnya dan membiarkan perasaan memenuhi dirinya. Ia maju selangkah lalu merengkuh tubuh Jongin kedalam pelukannya, walaupun ia terkejut dan mungkin Jongin sama terkejutnya, biarlah waktu yang akan menyimpan kisah ini dalam kenangan “Aku membayar hutang satu pelukan kepadamu..” lirihnya
Jongin terdiam dengan perasaan bergejolak. Lamat-lamat ia membalas pelukan Hyeri sembari memejamkan mata perlahan.
Hingga di detik selanjutnya Hyeri mulai menepuk punggung Jongin tatkala terdengar suara isakan kecil yang menyayat pilu disertai tubuh yang bergetar. Hyeri terdiam tak tahu jika Jongin harus menyimpan kenyataan pahit ini seorang diri seperti seorang kesepian yang tidak mempunyai teman. Baru kali ini ia melihat Jongin yang begitu menyedihkan seperti Bintang diterpa hujan badai
“Luhan hyeong -Aku tidak mengerti mengapa ia pergi dan meninggalkan kami setelah semua kerja keras yang kita lakukan bersama-sama sejak sebelum debut hingga saat ini. Luhan hyeong orang yang baik, dia sosok hyeong yang mengayomi kami semua dan dia sangat ramah. Kenapa dia pergi? Mengapa ia tidak bertahan bersama kami?”
Bibir Hyeri keluh ia tidak tahu harus menjawab apa dan ia takut jawaban itu tak sesuai dan berakhir semakin menyakiti Jongin. Jadi Hyeri hanya menepuk punggung Jongin seraya mengeratkan pelukan.
Sekalipun sebuah bintang berdiri kokoh mempercantik galaxy, mereka juga bisa menjadi rapuh dan terluka disalah satu sisinya, seperti para asteroid yang tersesat karena orbit bebas mereka dan berakhir menjadi debu angkasa.
Walaupun mungkin Bintang tidak akan berakhir semenyedihkan asteroid, mereka juga menjalani kehidupan serupa lainnya.
Walaupun Jongin seorang Bintang yang bersinar dan menjadi idola banyak orang, ia tetap manusia biasa yang pernah terluka dan merasakan kesedihan seperti kebanyakan khalayak.
Setelah beberapa lama akhirnya Jongin melepas pelukan seraya mengusap wajahnya yang basah, Hyeri memberikannya beberapa lembar tissue “Bagaimana perasaanmu?”
“Sudah lebih baik. Hehehe Tidak seharusnya aku menangis di depan wanita” ucapnya disertai cengiran malu
“Lupakan apa yang baru saja terjadi. Terkadang seorang pria juga perlu menangis agar perasaannya membaik..”
Jongin mengangguk dalam kelegaan yang membuat perasaan sedih itu tertiup angin “Terima kasih Shin Hyeri”
«««»»»
Sinar Lampu Mobil Audy meredup ketika terparkir di depan apartment sederhana berwarna biru pastel bercahaya temaram. Jongin melirik dimana Hyeri terduduk, menilik gadis yang sudah tertidur pulas karena kelelahan.
Sangat tidak mungkin kalau Jongin menunggu Hyeri terbangun dan menghabiskan sisa waktu di dalam mobilnya karena akhir pekan ini Jongin akan mengisi banyak acara musik di stasiun televisi. Jongin tak ingin mendapat masalah semakin banyak.
“Pukul 1.45 dini hari..” ucapnya seraya melihat jam kotak kecil disamping kemudi
Jongin bergegas keluar mobil, membuka bagian pintu Hyeri dan membawa gadis itu keatas punggungnya seraya berjalan perlahan ke dalam.
Jongin hampir saja tertawa kegelian saat kepala Hyeri bersandar di bahunya dengan bibir hampir menyentuh kulit leher dengan napas teratur gadis itu menerpa lehernya membuat kulit Jongin meremang aneh. Beruntungnya Tubuh Hyeri sangat ringan sehingga ia tidak terlalu kesusahan menggendong Hyeri yang masih belum berkutik “Hey apa yang kau mimpikan? Apa aku ada di dalam mimpimu Shin Hyeri?” Jongin berujar lirih seraya tersenyum kecil
“Kata Hyeong, Ruangan Hyeri nomor 0114. Ah ya benar ini!” Ia memaku di depan pintu yang tertutup rapat, melirik Hyeri lagi “Shin Hyeri katakan password pintumu!”
Hening.
Hyeri sepertinya tidak mendengar suara Jongin saking asiknya terlelap “Ya Shin Hyeri! Cepat bangun, kita sudah sampai..” jongin berujar sedikit keras seraya menggerakkan punggungnya, hal itu sukses membuat Hyeri melenguh seraya mengerjapkan mata perlahan “Shin Hyeri apa password kuncimu?”
“230896”
Jongin segera menekan digit angka tersebut dan akhirnya pintu terbuka. Sambil sedikit mendorong pintu dengan kaki, Jongin berhasil meletakkan Hyeri diatas ranjang kecil yang terasa nyaman.
Jongin melepaskan sepatu flat Hyeri lalu menyelimutinya hingga sebatas dada “Aku pergi dulu Hyeri, jaga dirimu baik-baik. Terima kasih sudah membuat perasaanku jauh lebih tenang…” Jongin mengusap kepala Hyeri lantas mencium kening gadis itu sebelum pergi
«««»»»
Gangmi, Minwoo dan Youngmin menarik Hyeri lantas mendudukkan gadis itu di kursi tribun diantara para siswa-siswi yang memenuhi kursi sore itu “Ya! Shin Hyeri kau harus refreshing dari membaca buku dan aktifitas belajarmu itu supaya kau terlihat normal seperti lainnya!” Minwoo berujar dengan raut setengah sebal karena sulit sekali membujuk gadis keras kepala ini agar sedikit mengistirahatkan matanya dari deretan panjang huruf memusingkan
“Ne kau tidak akan menjadi bodoh kalau mengistirahatkan otakmu selama sembilan puluh menit Hyeri~ya, percayalah!” Youngmin turut menyahut seraya menepuk pundak gadis yang nampak gusar sedari tadi
“Hey dengar-dengar si Bintang itu turut berpartisipasi dalam tournament kali ini”
“Nugu Gangmi~ya?” Minwoo bertanya “Apa maksudmu member Exo itu?”
Gangmi tersenyum seraya mengangguk “Kita lihat saja…”
Youngmin melingkarkan tangan diatas bahu Hyeri “Hey tersenyumlah! Kau sudah jelek Hyeri~ya, jangan membuat wajahmu semakin jelek lagi ne?”
“Dasar idiot!” Hyeri menyahut seraya menjitak dahi Youngmin yang lebar. Ia lantas tersenyum setelahnya
Dikejauhan para pemain berjalan hingga mencapai garis tengah lapangan dan saling bersalaman dengan lawan mereka. Para siswi ditribun bawah seperti biasa selalu bersorak ramai karena mereka fangirling Kim Jongin yang menjadi salah satu pemain.
Setelah pelemparan koin, para pemain mulai menempati posisi masing-masing seraya bersiap menerima bola. Jongin tersenyum kecil kepada mereka yang bersorak menyebut namanya namun saat ia mengalihkan pandangan, entah mengapa ia melihat Hyeri diantara penonton lain. Satu hal yang membuat Jongin kesal adalah Hyeri duduk diantara dua pria dengan salah satu pria berambut blonde yang melingkarkan tangan dibahunya dan mereka tertawa bersama seolah larut dalam dunia mereka berdua.
Jongin ingin sekali memberi pelajaran pria yang beraninya merangkul Hyeri namun Hansol sudah memanggil namanya supaya fokus pada permainan
“Hey apa Jongin baru saja melihatmu Hyeri~ya?” Gangmi bertanya saat pertandingan tengah berlangsung dengan dahi berkerut bingung
“Benarkah? Mungkin hanya perasaanmu saja Gangmi~ya!” Hyeri tersenyum canggung seraya menggaruk dahinya. Ia lantas melihat ke dalam pertandingan lagi -mengalihkan pembicaraan
“Apa bintang itu mulai kelelahan?” Minwoo menyuarakan pendapat saat melihat Jongin mulai terengah-engah merebut bola dari lawan ‘Bisanya aku tidur pukul tiga pagi dan bangun dua sampai tiga jam setelahnya’ perkataan Jongin beberapa hari lalu berkelebat, membuat Hyeri bertanya-tanya apakah Jongin masih kuat melanjutkan permainan dengan waktu tidur sesingkat itu disetiap hari, seharusnya ia tidak perlu mengikuti tournament diantara jadwal Jongin yang padat.
Suara terikan fangirling Jongin membuat Hyeri tersadar dan ia memekik pelan saat seorang pemain merebut bola hingga tanpa sadar menyikut Jongin yang membuatnya tumbang seraya meringis kesakitan.
Wasit datang memberikan yellow card pada pelanggar itu dan memeriksa keadaan Jongin yang sangat disesalkan tidak mampu melanjutkan pertandingan.
“Sayang sekali Kim Jongin tidak bermain lagi, padahal aku ingin melihatnya”
“Permainan ini menjadi biasa saja setelah dia tidak ada”
“Ayo kita pulang saja!”
Hyeri menoleh kesamping saat beberapa siswi meninggalkan tribun karena Jongin tidak berpartisipasi kembali. Jujur saja permainan itu memang tidak terlihat menarik lagi begitupun dengan fangirling yang tadi ramai bersorak, mereka nampak terdiam tanpa semangat.
‘Apakah dia baik-baik saja?’
Hyeri ingin sekali menengok keadaan Jongin tapi ia tak tahu harus berbuat apa sehingga terus terdiam selama sisa pertandingan berlangsung.
«««»»»
Penerangan mulai meredup saat Taerin menekan saklar dan beberapa pegawai yang bertugas segera meninggalkan toko kue itu “Sampai jumpa saengi..” Taerin melambaikan tangan karena arah rumah yang berbeda dengan Hyeri
“Hati-hati Unni..” Hyeri terdiam menatap Taerin di kejauhan lantas berbalik
“Shin Hyeri!”
“Kau ?”
Hyeri masih mencerna kedatangan ajaib pria ini namun ia seolah tidak mendapat waktu cukup demi mendapat jawaban. Hyeri lebih dulu ditarik ke dalam Audynya dan berakhir di sebuah cafe yang ternyata milik keluarga Jongin
“Mengapa kau membawaku kemari Kim Jongin?” Hyeri bertanya setelah pelayan selesai dengan pesanan mereka, lebih tepatnya Jongin yang memesan semua yang terhidang diatas meja
Alih-alih Jongin menjawab, ia justru mengeluarkan sesuatu dari dalam jacketnya lalu meletakkan dihadapan Hyeri
“Apa ini?”
“Itu tiket Konser Hyeri, apa kau tidak tahu?”
Hyeri balik menatap Jongin yang lebih dulu membingkai wajahnya “Maksudku mengapa kau memberikan tiket itu padaku?”
Jongin meraih kedua sisi jemari Hyeri lantas menggenggamnya lembut, menyalurkan kehangatan diantara dinginnya udara “Aku berharap kau datang disana. Mungkin ini terdengar begitu cepat tapi…Aku menyukaimu, aku selalu merindukanmu, aku selalu memikirkanmu, aku selalu mengkhawatirkanmu. Jangan tanya mengapa, aku tidak menemukan jawabannya setelah mencari kemanapun. Tapi saat aku melihatmu, saat kita bertemu aku menjadi lega sekaligus bahagia, saat aku terluka kau seolah memberi ketenangan yang aku sendiri sangat bingung mengapa aku menjadi seperti ini. Tapi akhirnya aku mengerti jika sebenarnya aku jatuh hati padamu Hyeri, maafkan aku…”
Hyeri menunduk, terdiam dengan mata sayup-sayup berembun. Mengapa sesuatu di dalam hatinya meneriakkan kebahagiaan serupa, mengapa Hyeri menjadi bingung dengan dirinya sendiri. Hatinya berkata berlainan dengan otaknya.
Apakah Hyeri akan mengulang cerita seperti Ibunya di masa lalu?
Apakah suatu hari Jongin berubah antagonis dengan meninggalkannya seorang diri setelah semua hal yang terjadi?
Apa yang harus Hyeri perbuat? Dia tidak mendapat jawaban satupun dari puncak kebimbangannya
“Shin Hyeri kalau kau datang dimana hari konserku tiba, aku akan menganggap kalau kau membalas perasaanku. Tapi jika kau tidak datang…”
Hyeri kembali menatap Jongin dalam pandangan sulit diartikan “…Kau menolakku, seperti perasaan sepihak. Itu yang terjadi jika kau tak datang” Jongin menarik tangannya kembali namun ia selalu menatap Hyeri dalam perasaan meletup-letup yang aneh.
Jongin ingin sekali memeluk Hyeri, memberi penjelasan bahwa ia bersungguh-sungguh mengenai perasaannya namun Jongin tidak kuasa saat kilat mata Hyeri seolah memantulkan penolakan samar-samar
“Jika aku tidak datang apakah Kau akan marah padaku?” Hyeri kembali berbicara setelah keadaan begitu hening beberapa waktu
Jongin tersenyum sambil menggeleng. Berusaha menyembunyikan kesedihan yang tiba-tiba datang “Tidak, itu hakmu Hyeri. Aku…hanya ingin memperjelas semuanya..”
“Jongin, Ayo kita pulang ini sudah tengah malam!” Hyeri tidak bisa makan malam dengan tenang jika Jongin terus menatapnya dengan raut sayang, itu membuat Hyeri semakin berada dalam kebingungan.
Ia harus berpikir bagaimana perasaannya, bagaimana hidupnya setelah ini ataupun bagaimana hati Jongin setelahnya. Hyeri tahu bagaimana rasanya dikecewakan, ia selalu diajarkan agar tidak menyakiti perasaan orang lain. Tapi hal ini berbeda seperti dia tengah menjadi buah harapan seorang bintang, semua jawaban berada di tangannya.
Disepanjang perjalanan suasana begitu hening dengan pikiran masing-masing. Jongin fokus dengan jalanan sedangkan Hyeri menatap dunia luar di balik jendela.
“Terima kasih..” Hyeri berucap lirih saat Mobil Jongin sudah terparkir di samping Apartmentnya.
Hyeri melangkah menjauhi Mobil Jongin dengan perasaan berat. Mungkin ia akan menyakiti Jongin esok hari.
Jongin tidak bisa menahan dirinya lagi dibalik kemudi, dalam langkah cepat ia meraih jemari Hyeri, menggenggam dengan kuat hingga membuat Hyeri kebingungan “Jangan terlalu dipikirkan, aku baik-baik saja Shin Hyeri. Kau tidak perlu memaksakan diri!”
“Jongin aku…” Hyeri menunduk dengan mata kembali berembun “Aku hanya takut berakhir seperti ibuku, Ayah…dia dulu seorang bintang sama sepertimu, mungkin dia masih menjadi bintang hingga detik ini. Bintang yang meninggalkan Ibuku sebelum aku sempat bertemu dan mengatakan jika aku merindukannya. Jika aku ingin mengucapkan panggilan ayah kepadanya suatu hari nanti” suara Hyeri bergetar dengan aliran air mata yang membasahi wajah pucatnya “Maafkan aku, kau tidak seharusnya menyukaiku dan aku berakhir menyakitimu. Aku hanya terlalu takut kalau aku menerimamu dan kau akan meninggalkanku seperti ibu…”
Jongin merengkuh Hyeri kedalam pelukannya, mengusap punggung Hyeri yang bergetar seraya mengecup kepala Hyeri demi menenangkannya
“Kau hanya perlu percaya jika aku tidak pernah pergi. Aku akan terus berusaha agar tetap tinggal di dalam sisimu Hyeri, sekuat yang aku mampu…”
Jongin mengusap air mata gadis yang begitu ia cintai melebihi diri Jongin sendiri. Merasa sangat sakit saat melihat Hyeri dalam kesedihan serta luka mendalam yang terlalu lama ia pendam seorang diri.
Jongin lantas menggendong Hyeri ke atas punggungnya seperti saat itu dan menurunkannya di depan pintu “Jika sesuatu terjadi kau harus menghubungiku Hyeri! Jangan membuatku khawatir seperti ini”
Hyeri tersenyum kecil sambil mengangguk.
Jongin mengusap rambutnya perlahan lalu mengecup kening gadis itu sebelum meninggalkannya.
Saat ini, dibelakang punggung mereka terdapat beban harapan masing-masing. Membiarkan harapan menjadi nyata atau membiarkan keidealisan menjadi pemenang.
«««»»»
Mengapa seseorang harus menutup masa lalu yang pahit dimasa depan? Hidup berjalan dengan tawa dan duka. Namun mereka yang memikul beban pahit selama hidupnya tidak akan merasakan banyak tawa karena beban itu seolah menghantui disetiap langkah. Beban itu menghalangi datangnya sinar kebahagiaan yang layaknya dirasakan setiap orang. Kau harus mendapat satu keberanian keluar dari kotak nyaman masa lalu yang sebenarnya secara samar membelenggu hidupmu.
Diatas panggung dengan pencahayaan terang beraneka warna adalah tempat dimana Jongin mendapat kepercayaannya. Sebuah bintang diantara para bintang yang bersinar menyilaukan dengan aura paling memikat.
Hari itu Hyeri datang berselimut keberanian. Ia mencoba selangkah maju dari Hidup yang berat dan meninggalkan kesedihannya dijalan sempit gelap yang menakutkan.
Diantara dua daratan berbeda, Kedua pasang mata berembun kasih sayang saling melemparkan senyum dan menatap dalam rona cinta.
Apakah sesuatu seperti cinta yang terbalas terdengar menyenangkan?
Bagi Jongin hal itu membuatnya larut dalam gelombang besar keharuan.
Bagi Hyeri hal itu membuatnya terhanyut diantara gelombang kebahagiaan.
‘Sinar Matahari selalu mempengaruhi gerak Asteroid. Seusai sinar matahari mencapai asteroid, cahaya itu diserap oleh permukaannya dan menunggu sebentar kemudian dipancarkan kembali ke angkasa.Energi panas yang dipancarkan kembali akan menambahkan dorongan kecil pada gerak asteroid. Efek ini kita sebut Yarkovsky~~’
Ps: Semoga terhibur dan harap tinggalkan jejak berupa like dan komentar ya readers yang baik:)
Annyeong~
