Title : Espérer
By : avatar
Main Cast : Oh Sehun (EXO) || Im Nayoung (OC)
Genre : Romance, Hurt, AU
Rating : PG-17
Length : Drabble
Disclaimer : Don’t be Siders please & also please don’t be plagiators! Imagination world is big enough for all of us so please don’t copycat my story. This story is pure from my own wild imagination. Thank you.
All cast other than OCs belongs to God, their agencies, and their relatives.
Originally posted on my personal blog ^^
Peringatan! FF ini mengandung unsur ke alay-an yang bisa bikin kalian muntah pelangi.
WARNING FOR TYPOS!
Happy Reading! ^^
.
.
.
.
.
.
.
.
Bodoh
Ya, mungkin kata itu adalah kata yang paling tepat untuk menggambarkan gadis seperti apa diriku. Aku rasa bodoh pun tidak cukup. Memang tidak pernah ada yang cukup jika hal itu sudah menyangkut manusia itu. Sosok itu, yang mencuri hatiku selama bertahun-tahun ini.
“Aku berjanji akan selalu ada untukmu.”
Sepertinya itu hanya akan menjadi angan-angan belaka yang menghantui pikiranku. Janji manis itu, janji yang kutahu adalah fana. Tidak ada yang abadi tentu saja di dunia ini, tapi berharap tidak ada salahnya bukan?
Ah, berharap. Entah sejak kapan aku berpegang teguh bagai pilar kokoh pada satu kata perusak angan itu dan tak akan kulepas sampai kapan pun.
“Aku berjanji tidak akan pernah menyakitimu.” Lebih baik kau simpan janjimu itu dari awal. Sudah biasa aku melihat bibir manismu itu mengecup bibir gadis lain di mana seharusnya hanya akulah satu-satunya gadis yang bisa menikmati bibirmu. Di mana saat spasi di antara jemarimu diisi oleh tangan gadis lain yang seharusnya hanya aku yang mengaitkan jemari kita. Aku terlalu banyak berharap memang.
“Jangan pernah pergi dari sisiku.” Tanpa kau minta, aku dengan segala kebodohanku akan tetap berada di sisimu, selalu menunggumu, selalu berharap. Aku berusaha untuk membencimu, tapi kurasa sia-sia. Di saat hati ini berusaha menghapus jejakmu, kau selalu datang lagi dan membuatku lupa betapa kau telah menyakitiku.
Bibir manis itu, yang selalu mengucapkan kata-kata manis pembuai sanubari yang haus akan cinta ini. Sekarang hanya terasa seperti bualan, sarat akan makna. Tapi kenapa hati dan pikiran ini tidak bisa sinkron?
Hati ini sakit, tapi asa ini yang terus kupegang teguh membuatku bertahan. Dari awal aku tahu bahwa mencintaimu tidaklah mudah, tapi apa boleh buat jika hati ini sudah berkehendak?
Ke mana pun aku pergi kau selalu di sana, bermain-main dengan alam bawah sadarku, selalu masuk tanpa permisi.
Lelah? Jika kau bertanya maka jawabannya adalah ya, sangat.
Semua yang ada pada dirimu bagaikan candu yang tak akan pernah bisa kulepas. Aroma tubuhmu, sentuhanmu, senyummu, bisa saja aku membuat daftarnya, tapi hatiku terlalu sakit untuk memikirkannya.
Netraku tak tentu arah membidik fokus, jatuh pada tembok berwarna hitam apartemenmu.
Hitam
Warna kesukaanmu
Apakah mencintaimu juga harus membuatku merasakan warna kesukaanmu itu? Hitam, kelam, sakit tak berujung hanya menimbulkan siksaan batin.
Setelah kupikir, takdir memang kejam. Kenapa takdir mengarahkanku padamu? Kenapa takdir membuatku harus jatuh pada seribu pesona yang ada dalam dirimu?
Lapisan kaca bening yang sedaritadi menghalangi jarak pandangku, akhirnya meluruh, mengalir membawa sejuta pilu yang kurasakan. Sayangnya, alirannya tidak cukup deras untuk menghapus semua sesal yang ada. Nasi sudah menjadi bubur. Hati ini sudah tak bersedia untuk diubah.
Kudengar suara pintu dibuka. Langkah kaki menggema dalam setiap peraduannya dengan lantai marmer. Diriku terlalu sibuk menangis untuk peduli dengan pemilik langkah-langkah itu.
Kurasakan tangan-tangan kokoh melingkari pinggangku. Tangan-tangan yang selama ini selalu menjadi pegangan hidupku, yang setia melindungiku entah sampai kapan.
“Hey, kau kenapa, hm?” Entah harus sampai kapan aku terbuai dengan kata-kata lembutmu. Kata-kata yang selalu membuatku lupa betapa diriku telah sakit karenamu. Aku hanya menggeleng sebagai jawaban.
Aku berbalik untuk menatap matanya penuh arti. Bahkan bibir ini kelu hanya untuk sekedar berucap.
“Sehun, apa kau mencintaiku?” Jangan menghakimiku, aku sudah bilang kan kalau harapan adalah satu-satunya yang kupunya sekarang.
“Im Nayoung, apa maksudmu? Tentu saja aku mencintaimu.” Kuharap itu bukan hanya pretensi belaka. Ya, lagi-lagi berharap. Tapi jawabanmu itu sudah cukup bagiku. Setidaknya mendengarmu mengucapkannya sudah lebih dari cukup untukku.
Kutahu ada sejuta makna tersirat dibalik kalimat aku mencintaimu yang keluar dari mulut beracunmu itu yang sialnya selalu berhasil membuatku terbuai dengan sejuta kata manis yang kaulontarkan.
Berharap dan bertahan. Hanya itu yang bisa kulakukan.
A/N :
Hai haii para readers ketje :v terima kasih bagi kalian yang sudah meluangkan sedikit dari waktu berharga kalian untuk membaca dan memberi komen di ff gaje ini. Maaf bila masih banyak kekurangan karna aku juga masih dalam proses belajar dalam menulis. Jadi mohon saran dan bimbingannya ya kawaaan ^^ FF Learning To Love series nya ditunggu yaa.
Best regards,
avatar
