Quantcast
Channel: EXO Fanfiction
Viewing all articles
Browse latest Browse all 4828

[1] The Dangerous Lover – batomvermello

$
0
0

 img_2113

She loves him more than she loves herself. That was her flaw

Tittle : The Dangerous Lover Part 1

Author : batomvermello

Cast : Sehun, OC

Genre : Marriage Life, Angst, Dark, Tragedy

Rating : PG17

Previous Chapter : Teaser (baca teasernya dulu ya)

***

Perempuan itu duduk didepan cermin berlapis perak berukuran besar, disana terpantul jelas bayangan wajahnya yang jelita. Dengan lihai, ia memoleskan blash on pada kedua pipinya yang putih bersih, sementara dua orang pelayan berpakaian seragam menata rambut hitam kecoklatannya yang panjang menggunakan babyliss.

Setelah beres dengan rambut serta make up, perempuan yang masih terbalut dengan kimono satin berwarna pink itu berjalan menuju ruangan dalam kamar itu yang berisikan pakaian, sepatu dan perhiasan miliknya, mirip sebuah lemari raksasa. Dia memilih random dress yang menurutnya cocok dengan dandanannya hari ini, berikut high heels keluaran Christian Louboutin dan kalung serta anting dari Swarovski. Karena ini musim dingin, Sora tentu tidak melupakan mantel dari Dior yang menjadi favoritnya.

Dia keluar dari ruangan itu dengan penampilan yang mendekati sempurna. Dua orang pelayan muda yang tadi membantunya menghias diri bahkan takjub melihat kecantikan nyonya muda mereka, hanya bisa tercengang karena tidak sanggup mengeluarkan kata apapun itu.

Seseorang mengetuk pintu kamarnya, itu adalah pelayan Kim, pelayan yang menjadi asisten khususnya di rumah itu. Umurnya menginjak angka lima puluh tahun, perempuan paruh baya itu membungkukan sedikit badannya untuk Sora. Dari mata yang sudutnya sudah mengeriput, perempuan itu menyernyit melihat penampilan Sora, antara terpana dan bingung.

“Anda mau kemana, Nyonya? Tadi tuan Sehun berpesan agar Nyonya tidak kemana-mana hari ini.” Pelayan Kim memberitahu dengan suara khasnya yang keibuan. Sora merasa kalau ia baru saja mendengar kabar buruk, sama buruknya dengan badai salju tadi malam yang tidak kunjung berhenti. Ayolah, dia sudah siap dan hanya tingga pergi, lalu apa-apaan ini?

“Dia tidak mengatakan apapun padaku.” awabnya pelan, berharap kalau Pelayan Kim salah kasih informasi.

Yeah, pria sialan itu langsung pergi setelah mengingatkan Sora untuk meminum pil anti hamilnya. Tidak ada kata-kata perintah lainnya, yeah Sora mengingat itu semua dengan baik.

“Tapi, Tuan betul-betul mengatakan itu tadi pagi, Nyonya.”

Sora mengambil tas Dior berwarna hitam yang tadi berada diatas kursi meja rias. Perempuan itu berjalan mendekati Pelayan Kim. “Aku akan pulang sebelum Sehun pulang.” Bisiknya, “jadi, biarkan aku pergi sekarang, ok?”

Pelayan Kim menggeleng, dia bahkan memberikan tatapan memohon kepada Sora agar dia tidak keras kepala, kali ini saja. Tapi seumur hidupnya, Sora merasa dia harus sekeras kepala itu hari ini. “Tapi, Nyonya. Bagaimana kalau tuan Sehun marah besar kepada Nyonya?”

Sora tersenyum manis kearah Pelayan Kim. “aku akan menghadapinya.” Jawabnya singkat. “Sekarang, bibi Kim lebih baik mengurus taman belakang, ok? Aku hanya pergi sebentar.” Tawarnya. Dia bahkan memberikan Pelayan Kim tampang memelas yang tidak mungkin ditolak siapapun.

Pada detik itu pula, Sora tahu bahwa pelayan Kim menyetujio permintaannya, toh dia merupakan pelayan yang paling dekat dengan Sora di rumah ini, satu-satunya yang bisa diajak kerja sama dan satu-satunya yang berani mengambil risiko dipecat karena Sora.

***

Perempuan itu menekan kunci mobil Honda accord berwarna silver yang terparkir di antara mobil mobil mewah di umah bertingkat tiga itu. Beberapa hari terakhir, dia selalu mencari cara untuk pergi sendirian, menolak tawaran supir yang nyaris memaksa untuk mengantarkannya kemanapun dan sejauh apapun yang ia mau. Tapi untuk urusan ini, dia harus melakukan semuanya sendirian.

Sora menekan tombol starter pada mobilnya dengan meletakkan mantel pada kursi kosong disebelah kanan. Perempuan itu merasa terganggu dengan sepatu hak tinggi runcing yang ia kenakan pun dress selutut berwarna biru donker. Kakinya jadi terasa menggigil. Kalau saja dia bisa memilih, dia lebih suka mengenakan celana jeans dan baju casual. Sayangnya, society kelas atas membuatnya terpaksa harus melakukan segala sesuatu dengan definisi ideal dimata kelas atas. Jadilah dia lebih rela menahan dingin daripada malu.

Perempuan itu sesekali mengutuk ataupun mengeluh di dalam mobil yang hanya ada dirinya seorang. Punya suami kaya raya, harta berlimpah dan menjadi nyonya besar memang terlihat indah di drama-drama roman picisan. Tapi rupanya, berlian ataupun emas tidak membuat perutnya kenyang. Dia hanya bisa kenyang apabila dikasih makan nasi.

“Apa salahnya jika punya anak?” Sora berbicara sendiri ditengah konsentrasinya yang hampir menghilang ketika menyetir di jalanan yang cukup sepi karena jam kantor. Membahayakan diri sendiri sebetulnya.

Haruskah dia menggugurkannya sebelum Sehun tahu? Well, pria itu berkemungkinan akan marah besar atau mungkin membunuhnya apabila mengetahui hal ini. Dia sudah mengandung janin berumur lima minggu, baru ketahuan seminggu yang lalu. Dan dia bahagia setengah mati ketika mengetahui itu pertama kali. Lalu tiba –tiba dia teringat bahwa Sehun selalu mengingatkannya tentang satu hal, ‘jangan lupa minum pil kontrasepsi mu, aku tidak mau kau hamil.’ Itu membuatnya merasakan jatuh ke bebatuan runcing setelah diterbangkan keawan dalam sedetik.

Dan hari ini, dia harus menemui Nayoung, dokter kandungan sekaligus sahabat dekatnya sejak SMA. Hanya Nayoung yang mengetahui perihal kehamilannya. Sora merahasiakannya terhadap siapapun, termasuk pelayan Kim.

“Kau kelihatan setres.” Well, hanya Nayoung yang mengatakan kalau dia tampak setres hari ini, selain Nayoung, semua orang memujinya dengan kata kata manis yang terkadang berlebihan. Meskipun Sora tahu sendiri itu lebih terdengar seperti basa-basi ataupun kata manis didepan dan busuk dibelakang.

“Nayoung-ah, aku harus menggugurkan kandunganku.”

Gadis yang tadinya sibuk membolak balikkan majalah Vogue Korea itu sontak melemparkan majalahnya kearah Sora, “kau gila?” tanyanya membentak.

“Sehun tidak mau punya anak denganku.” Jawab perempuan itu pelan dan lesu. Uh, jadwal hari ini seharusnya mengecek kondisi kandungan Sora, memastikan bahwa sosok yang masih berbentuk segumpal darah itu baik-baik saja. Lalu, apa-apaan sekarang, Kwon Sora mau melenyapkannya? Seharusnya kalimat seperti itu tidak mungkin keluar dari mulut perempuan seperti Sora.

Nayoung kenal betul siapa Kwon Sora. Dia tipikal gadis yang tidak mau menikah ataupun tidak mau jatuh cinta dengan lelaki ketika SMA. Satu-satunya lelaki yang ia cintai mungkin hanya ayahnya, Sora bahkan tidak menyukai adik lelakinya sendiri. Dia hanya ingin punya anak, membesarkan anaknya dan hidup bahagia. Lalu Oh Sehun datang, mempora-porandakan hatinya, membuat perempuan careless dan anti lelaki yang dikenal Nayoung berubah menjadi budak cinta yang akan menuruti apapun perintah tuannya. Well, she loves him more than shole loves herself, that was her flaw. Ironisasi dalam hidup terkadang tidak masuk akal.

“Dia mau punya anak dengan perempuan lain?” tanya Nayoung bodoh. Uh, Sora sendiri tidak mengerti bagaimana bisa ada seorang dokter dengan gaya setolol Hwang Nayoung. Atau bagaimana bisa gadis setolol Hwang Nayoung diterima di Fakultas Kedokteran? Sekarang gantian Sora yang melempar Nayoung dengan majalah yang tadi berada didekatnya.

“Kau pikir suamiku lelaki macam apa?”

“Kau sendiri yang mengatakan kalau Sehun berkemungkinan selingkuh dibelakangmu.” Balas Nayoung tidak kalah sinis. Untung ruangan Nayoung dalam rumah sakit swasta ini kedap suara. Jadi kedua orang itu bisa berteriak-teriak sesuka hati tanpa didengar siapapun. Tidak perlu memikirkan image high class  yang penuh kepalsuan untuk sesaat.

Sora menghela napas berat pada akhirnya. Dia mau mengacak-acak rambut panjangnya yang tertata rapi dan bergelombang. Sehun memang lebih suka tidur diruang kerja daripada diatas tempat tidur yang sama dengannya, kadang dia pulang ketika Sora sudah tidur dan pergi ke kantor sebelum Sora sempat terbangun. Kalaupun ada yang ingin ia katakan pada pagi hari, Sehun selalu membangunkannya dengan cara paling menyebalkan yang pernah ada. Dia tahu kalau Sehun tidak mencintainya, tapi meskipun beberapa persen darinya percaya bahwa Sehun memiliki gadis lain, dia sangat berharap kalau itu hanya negatifitasnya saja. Itu jauh lebih baik jika Sehun tidak mencintainya dan tidak mencintai siapapun daripada pria itu diam-diam mencintai orang lain.

Jika ditanya apa yang paling ditakuti oleh Kwon Sora saat ini, dia benar-benar ketakutan apabila Oh Sehun menemukan perempuan lain yang membuatnya merasakan segala hal yang dirasakan Sora terhadap Sehun. Itu alasan kenapa Sora selalu melakukan segala hal sesuai kehendak Sehun, dia takut apabila pria itu menemukan perempuan yang ia cintai dan mencampakkannya suatu hari nanti.

“Haruskah aku menjadi pembangkang?”

Nayoung memajukan badannya agar bisa lebih dekat dengan Kwon Sora yang kebingungan dihadapannya, “bicaralah baik-baik dengan Sehun, mungkin dia akan mengerti.” Sarannya. “Aku mengenalmu, Sora. Kurasa kau akan lebih memilih anakmu dibanding Sehun, tidak peduli secinta apapun kau padanya.”

Sora menatap miris kedepan, “Yeah, meskipun dia tidak mau mengerti nantinya. AKu tidak akan menyakiti bayiku.” Ucapnya pelan yang sekaligus menjadi janji kesekian kali untuk bayinya.

Nayoung tersenyum tipis. Gadis ini jauh lebih baik ketika dia tidak memperlihatkan ketertarikan apapun terhadap lelaki daripada sekarang.

“Sekarang kita periksa kondisi anakmu. Aku yakin kau butuh vitamin tambahan.”

***

Sora melihat jam tangan Swarovski-nya yang berwarna perak. Pukul lima sore, dia keasyikkan menghabiskan waktu seorang diri dengan menonton bioskop kemudian menghabiskan waktu di café mall yang sepi. Meminum coffee yang tidak juga habis meskipun Sora sudah meninggalkan tempat itu. Seperti janjinya kepada pelayan Kim, dia akan pulang sebelum Sehun pulang. Pria itu paling cepat pulang pukul 7 malam. Dan Sora bisa memastikan kalau dia tiba dirumah bak istana itu sebelum jam 7.

Perempuan itu memasuki pintu rumah yang dibukakan oleh pelayan laki-laki. Dia berjalan menuju lantai atas, tapi langkah Sora terasa kaku tiba-tiba melihat kehadiran perempuan paruh baya dengan pakaian serba mahal yang membalut tubuhnyayang masih terlihat bugar. Kapan si nenek sihir ini kembali? Sora bertanya dalam hati, beberapa perasaan campur aduk yang rata-rata buruk berkecamuk dalam dirinya.

“Apakah ini kelakuanmu dirumah? Keluyuran tidak jelas?” tanya Lee Jiyoung, nenek sihir yang tadinya dibicarakan Sora dalam hati. Dia adalah bibi dari Sehun, satu-satunya orang yang perkataannya selalu menjadi pertimbangan untuk Oh Sehun, dia sudah dianggap ibu sendiri oleh pria itu karena Sehun hanya punya Bibi Lee dan kakek setelah kedua orangtuanya meninggal. Jika ada hierarki dirumah ini, maka yang menduduki posisi pertama adalah semua perkataan Bibi Lee dan yang kedua adalah Oh Sehun. Perkataan penghuni lainnya tidak akan didengar, termasuk Sora.

Uh, kenapa tidak ada yang bilang kalau Bibi Lee pulang hari ini? Dia bersumpah apabila dia dapat mengulang waktu, dia jauh lebih memilih berada dirumah meskipun dia sudah siap sepenuhnya seperti tadi. Kalau sudah begini, itu tandanya dia harus menerima caci maki dan sederetan siksaan batin sebentar lagi.

“Aku ada urusan penting.” Jawab Sora pelan.

“Alasanmu tidak diterima.”

“Tapi, aku benar-benar ada urusan penting!” tekan Sora sekali lagi. Dia tidak berbohong kalau dia punya urusan penting. Dia harus memeriksa kandungannya dan itu sangat penting untuk Sora.

“Urusan penting seperti melacur maksudmu?”

“Ya! Jaga mulutmu!” bentak Sora tidak terima. Membuat perempuan tua dihadapannya itu tersontak kaget dengan balasan dari istri keponakan kesayangannya in. Biasanya, apabila Lee Jiyoung mengata-ngatai Kwon Sora, perempuan itu akan diam saja. Tapi, lihatlah sekarang!

“Jangan kurang ajar, Kwon Sora.” Suara dingin itu membuat Sora mau tidak mau menahan napas. Tanpa perlu melihat kearah belakang, dia sudah tahu siapa yang berada disana. Pria itu mendekati mereka, ia baru saja pulang kantor dan harus menyaksikan ribut-ribut menyebalkan seperti ini.

“Istrimu ini butuh diberi pelajaran, Oh Sehun.” Ucap Lee Jiyoung sembari melipat kedua tangannya didepan dada. Dia menatap Sora bengis, dia hanya perlu Sehun untuk balas dendam atas tindakkan perempuan itu yang tidak sopan dan kurang ajar kepadanya, kan? “aku hanya memberitahunya agar tidak berkeluyuran seperti wanita tidak beretika. Tapi dia malah membentakku.” Lanjut perempuan tua itu memanas-manasi Sehun yang mungkin sudah kelewat panas.

“Aku keluar karena ada urusan penting.”

“Bukankah aku sudah memberitahumu untuk tidak keluar hari ini?”

Mampus! Apakah riwayatnya akan tamat beberapa detik lagi? Kenapa dia malah mengakui kesalahannya sendiri secara terang-terangan. Cari mati, huh? Sementara disekitar situ, Bibi Lee memberikan senyuman kemenangan karena hiburan didepan matanya ini.

“Lihat! dia semakin tidak beretika, kan? Dia bahkan tidak mendengarkan ucapanmu. Istrimu sudah benar-benar keterlaluan dan kurang ajar.” sindir Bibi Lee lebih lanjut.

Sora sudah tidak tahan berdiri diantara dua orang yang tidak henti menyudutkannya. Perempuan itu langsung naik keatas, pura-pura tidak mendengar panggilan sebal dari Bibi Lee yang mulai mengeluarkan kata-kata tidak sopan untuknya.

“Beri dia pelajaran, Oh Sehun.” Bisik Bibi Lee yang terdengar seperti titah raja. Sehun menghela napas berat. Dia baru saja mau melanjutkan langkahnya untuk naik keatas, agar bisa menyelesaikan urusannya dengan Kwon Sora, tapi Bibi Lee menahan lengannya. “Tunggu sebentar.” Pintanya. Dengan tangannya yang gemulai, Bibi Lee mamanggil seorang gadis yang tadinya hanya mengintip didekat dapur untuk datang mendekati mereka, gadis itu sepertinya diam-diam menyaksikan semuanya dari sana.

“Sehun, kenalkan, ini Jung Eunhee. Dia yang tadinya menolong Bibi ketika Bibi hampir ketabrak mobil di bandara. Dia cantik, kan?’

Sehun hanya memandang perempuan yang dikenalkan dengan sumringah oleh Bibi Lee secara sekilas. Tampangnya yang emotionless tidak menunjukkan ketertarikkan apapun terhadap gadis cantik itu.

“Aku Jung Eunhee.” Eunhee mengeluarkan senyum manisnya sembari mengulurkan tangan. Tapi Sehun tidak dalam mood yang cukup baik untuk berkenalan dengan orang baru.

“Kau bisa menanyakan namaku kepada Bibi Lee.” Ucapnya singkat dan kemudian langsung naik keatas tanpa basa-basi lagi.

***

Sehun membuka pintu kamarnya kemudian membantingnya dengan kasar, pria itu tentu tidak lupa menguncinya rapat-rapat. Sora masih berdiri disana, perempuan itu tidak memiliki keberanian untuk memandang suaminya yang mungkin sedang kerasukan setan itu. Sehun membuat Sora tersudut diantara dinding dan tubuhnya, beruntung pria itu tidak mendorongnya secara kasar kali ini.

“Bukankah kau tidak boleh keluar hari ini?” tanya Sehun dingin, suaranya penuh penekanan sekaligus intimidasi.

Sora mengangguk lemah. Yeah, dia sudah diberitahu oleh Pelayan Kim. Tapi, sedikitpun ia tidak menebak kalau kondisinya akan sekacau ini ketika ia pulang.

“Lantas, kenapa kau masih keluar, huh?”

Sora menghela napas, ia kemudian memberanikan diri untuk menatap mata gelap Sehun yang tersirat amarah bertumpuk. Apa yang paling parah yang mungkin dilakukan Sehun kepadanya malam ini? Apakah Sehun akan menghajarnya sampai mati? Atau mungkin Sehun akan menghabisinya langsung?

“Aku punya urusan penting.” Ucapnya singkat.

“Kau melawanku?” Sehun bertanya kasar. Well, itu bukan kesalahannya kan untuk menjawab sebuah pertanyaan? “Kenapa kau susah sekali mendengar perkataanku?” sehun bertanya kesal. Dari suaranya yang dingin saja kelihatan sekali bahwa kekesalannya sudah bertubi-tubi, apalagi Sora terlihat mada bodoh beberapa saat yang lalu. “Apa yang kau inginkan sebenarnya, Kwon Sora?”  tanyanya, nyaris mengeluarkan tinjuan terhadap perempuan itu dari tangannya yang sudah terkepal.

“Ya! Aku memintamu untuk menjawabku!” Sehun mencengkram dagu perempuan itu agar menatap kearah matanya.  Membuat Sora tersadar kalau dia benar benar dalam posisi terkurung antara Sehun dan dinding.

“Sehun lepaskan.” Pintanya dengan suara yang seperti sesak napas. Tapi Sehun tetap mencengkram dagu perempuan itu sehingga masih dalam jarak dekat dengannya. “Sehun lepaskan…” sekali lagi dia meminta.

Karena Sora tidak punya tenaga untuk melepaskan diri dari Sehun, dia akhirnya pasrah mengeluarkan isi perutnya yang mati-matian ia tahan sejak tadi di kemeja Sehun. “What the fuck is this?”  Sehun langsung melepaskannya dan mundur ke belakang. Perempuan itu hampir terjatuh, tapi Sehun dengan tangkas lebih dulu menahannya. Tubuh Sora terasa benar-benar dingin. Dia sama sekali tidak kelihatan sakit beberapa saat yang lalu.

Setelah itu, Sora langsung melepaskan diri dari Sehun dan berlari ke kamar mandi, membuang apapun yang ingin ia buang dari perutnya yang mual ke dalam closet, rata-rata hanya air yang ia keluarkan.

Sehun menyusulnya. Pria itu tentu sudah membuka kemejanya yang bekas muntah Sora, mungkin akan langsung ia letakkan ke kotak sampah.

“Aku akan panggilkan dokter.” Ucap Sehun pelan. Matanya yang tajam masih memandangi Sora, mungkin bingung untuk melakukan apa. Jauh dari dugaan Sora yang mengira kalau Sehun akan semakin naik darah setelah ia muntah dibajunya, pria itu malah mulai melunak.

“Jangan!” Sora reflek menjawab begitu. Si dokter bisa saja membuka rahasia yang sedang ia tutupi rapat-rapat. Dia belum siap apabila Sehun mengetahuinya sekarang kemudian melakukan hal yang paling ia takuti. “Aku baik-baik saja.”

Sehun mendekati Sora yang sedang terduduk di lantai bathroom. “Mau kupijat?” tawarnya.

Gadis itu menggeleng lemah, “Kau mandi saja dulu. Jangan terlambat makan malam atau Bibi Lee akan memarahimu.” Sora menyarankan. well, Bibi Lee akan memarahi Sora lebih tepatnya. Karena apapun hal buruk yang terjadi pada Sehun, itu adalah kesalahan Sora dimata Bibi Lee. Sehun mengangguk meskipun dia terlihat ragu-ragu sebentar sedangkan Sora keluar dari kamar mandi luas itu.

Yeah, sehebat apapun perkelahian mereka, Sehun tidak pernah sekalipun memukulnya. Pria itu belum pernah menyakitinya secara fisik bagaimanapun.

***

“Kau turun saja duluan, nanti aku menyusul.” Ucapnya.

“Aku akan menyuruh pelayan untuk membawakan makananmu.”

Sora menggeleng, “aku akan turun.”

“Bibi Lee akan mengerti kalau kau sedang tidak enak badan.”

Sora menggeleng sekali lagi, “aku baik-baik saja, Sehun.” Tegasnya. Pria itu tidak mau melanjutkan perdebatan. Dia membuka pintu kamarnya dan turun ke meja makan. Disana Bibi Lee sudah duduk dengan perempuan yang tadi ia kenalkan kepada Sehun, bercengkrama akrab. Mungkin ini pertama kalinya Sehun melihat Bibi Lee bisa seakrab ini dengan gadis yang baru ia kenal. Namanya Jung Eunhee, Sehun tentu memiliki ingatan yang bagus.

“Mana istrimu?”

“Dia akan turun sebentar lagi.”

“Dasar lambat.”

Dalam hati, Bibi Lee merasa sangat senang, ia membayangkan pelajaran apa yang diberikan Sehun kepada Sora, si perempuan kurang ajar yang dari awal sekali sudah ia benci dan akan selalu ia benci.

Sora akhirnya bergabung bersama ketiga orang yang duduk di meja makan itu. Dia tidak menyadari kehadiran satu orang asing yang lain. Perempuan itu langsung duduk dan terus menerus menatap kebawah. Ayolah, dia berharap banyak, untuk malam ini saja, dia benar-benar berharap Bibi Lee tidak mencari-cari kesalahannya. Kepala dan perutnya sudah menyiksanya habis-habisan, Bibi Lee tidak perlu menambahnya menjadi lebih parah, kan?

“Kalau begitu, mari kita mulai makan.” Ucap Bibi Lee. Sora masih menundukkan kepalanya bahkan gadis itu tidak tertarik dengan Sapi Panggang dengan daging empuk yang pasti lezat didepan mata. Ia hanya memakan salad sayur dan sedikit nasi, tidak meminum wine, hanya air putih. Setelah makan malam itu selesai, Bibi Lee mulai melanjutkan pembahasannya tentang Jung Eunhee, gadis yang sejak tadi belum Sora sadari sepenuhnya keberadaannya.

Kwon Sora mendongak, memandangi gadis yang rupanya sejak tadi sudah memandangnya lebih dulu. Ketika mata mereka bertemu, Jung Eunhee memberikan Sora senyuman, yang tidak mampu gadis itu balas barang sedikitpun.

“Hallo, aku Jung Eunhee.” Sapanya kepada Sora, dia hanya belum berkenalan dengan Sora dirumah ini. Sora masih menatap lekat-lekat kearah gadis disebrangnya ini. “Kau masih mengingatku, kan Sora?” tanyanya ramah.

Sora mengangguk, dia tidak mungkin melupakan sepupunya sendiri yang sudah ia kenal dari kecil. “Lama sekali kita tidak bertemu.”

“Ya, lama sekali. Aku senang bertemu denganmu lagi disini.”

“Aku tidak menyangka kalian berdua saling mengenal.” Bibi Lee berkata dengan nada suara yang ambigu. Setelah itu, dia melanjutkan perkatannya yang ditujukan untuk Sehun, “Sehun-ah ada yang ingin Bibi katakan padamu. Kurasa Eunhee merupakan gadis baik, cekatan dan cerdas. Dia cocok sekali menjadi Sekretarismu di kantor, kan? Dan kebetulan sekali Eunhee sedang mencari pekerjaan.”

“Aku sudah punya sekretaris.” Balas Sehun singkat.

“Sekretarismu akan naik menjadi sekretaris Presiden Direktur.”

Kali ini Sehun menatap bibirnya, terkejut dengan pemberitahuan yang baru ia dengar sekarang. “Sekretaris Park sudah sepaham denganku.” Tegas Sehun, ingin mempertahankan sekretarisnya yang merupakan lelaki berpengalaman berumur lima puluh tahun lebih, seseorang yang sudah menjadi sekretarisnya sejak pertama kali dia bekerja. Dia berani bertaruh kalau gadis seperti Jung Eunhee hanya bisa merepotkannya saja nanti.

“Aku yakin Jung Eunhee akan cepat sepaham denganmu.” Bibi Lee masih meyakinkan Sehun. Kenapa harus setiba tiba dan sememaksa ini? Apa yang dilakukan oleh Jung Eunhee terhadap bibinya?

“Tapi bi…”

“Bi, aku tidak perlu menjadi sekretaris Tuan Oh.” Ucap Eunhee sopan. Gadis itu bahkan cukup terkejut mengetahui Bibi Lee akan memberikannya posisi sekretaris Oh Sehun.

“Ayolah Sehun. Aku selalu memberikanmu yang terbaik.” Bibi Lee tetap bersikukuh meskipun Eunhee membantu Sehun untuk menolak.

Sehun menghela napas berat pada akhirnya. Dia menatap kearah langit langit rumahnya yang megah. Pada akhirnya, dia tahu kalau dia hanya bisa menurut, “baiklah.” Gumamnya pelan, lagi dan lagi mengalah kepada Bibi kesayangannya.

Well, Bibi Lee tidak bermaksud membuat Sehun dan Eunhee saling jatuh cinta, kan? Kalau memang begitu, kebencian Bibi Lee terhadapnya sudah sangat keterlaluan.

“Maaf. Aku keatas duluan.” Pamit perempuan itu yang tidak dipedulikan oleh Bibi Lee, atau mungkin siapapun. Dia masih merasa mual dan ingin melanjutkan acara muntah-muntahnya. Atau mungkin tangisannya.

*** TBC***

Hello ini part satunya sudah jadi. Bagaimana? Ayo di komen kalau baca ya, kalo ngga baca mah gausah atuh. Jangan di like doang haha. Biar lolos administrasi kalau nanti ada part di protect. Lol. Tapi, biasakan komen di ff lain juga ya, di semua ff yang kalian baca. Tolong biasakanlah kebiasaan baik hehe. Jaljaaaa



Viewing all articles
Browse latest Browse all 4828

Trending Articles