Quantcast
Channel: EXO Fanfiction
Viewing all articles
Browse latest Browse all 4828

Periculum (Chapter 1)

$
0
0

PERICULUM

|| Chaptered 1 ||

Poster - Periculum's

Waktu bersama di habiskan untuk bercerita, cerita panjang antara sahabat layaknya seperti nostalgia. Kalimat-kalimat terus terlontar tanpa henti dari pita suara ketiganya di selingi gelak canda tawa. Jenis persahabatan yang tak lekang oleh waktu bukan?”

Inspired from Se7en’s – I’m Going Crazy MV

|| Park Genie || Romance ||Chaptered || Im Yoona & Kris ||

|| Byun Baekhyun & Park Chanyeol ||

 

Seorang gadis berparas cantik duduk di sofa apartmennya sambil sebelah tangan menggenggam erat dada kiri, tempat hatinya sedang berdenyut tak terkendali.

“gwenchana Im yoona.. gwenchana..” suaranya tercekat, air mata mulai menetes jatuh di pipi.

Im Yoona, selama hampir 19 tahun hidup ia tak pernah merasakan sakit seperti ini. Sakit yang di akibatkan oleh dua kata:

Jatuh cinta.

Ia tahu, sangat tahu resiko dari keputusan yang ia pilih. Semua orang bahkan tak henti-henti mengingatkan. Hanya saja, tak ada yang mengingatkannyaa bahwa rasa sakit jatuh cinta bisa separah ini hingga ia sendiri yang mengalami.

***

 

Flashback 3 years later

 

Yoona baru saja menjatuhkan diri duduk di atas pesawat ketika di rasakan ponselnya bergetar.

From: Happy Virus

Yooong  kau jadi berangkat kan hari ini?

Maaf, sepertinya aku tak akan bisa menjemputmu.

Kita bertemu di sekolah saja ya!

Kau tidak akan marah bukan?

Ia mendecak kecil membaca isi pesan masuk sebelum kemudian jari-jari lentiknya sibuk mengetik pesan balasan.

To: Happy Virus

Ne, aku berada di dalam pesawat sekarang.

Apakah aku memintamu untuk menjemputku?

Sepertinya tidak chan, jadi mari bertemu

Di sekolah.

Selesai menekan tombol kirim ia menekan tombol untuk menon-aktifkan ponselnya. Sebentar lagi pesawat akan take off.

Di tolehkan kepalanya ke kanan, menatap keluar lewat jendela. Setelah sekian lama, akhirnya ia bisa kembali ke negara tempatnya di lahirkan. Tak bisa di pungkiri, perasaan bersemangat memenuhinya sedari tadi. Benar-benar tak sabar ingin segera tiba di negara yang di kenal dengan nama negara sembilan matahari.

***

Apa yang akan kau lakukan ketika idolamu duduk tepat di sampingmu? Berteriak histeris? Berjabat tangan? Meminta foto? Tanda tangan?

Apakah duduk diam mencuri pandang dari sudut matamu masuk ke dalam daftar? Sepertinya mustahil namun gadis cantik bernama Im Yoona melakukannya.

Ia mencuri pandang entah untuk yang keberapa kali hanya untuk sekedar memastikan sosok laki-laki yang duduk di sisi kirinya adalah benar orang yang di pikirannya. Setelah berkali-kali mecuri pandang, ia mengambil kesimpulan, matanya tidak salah. Laki-laki ini memang benar Kris.

Leader boy group EXO-M, idolanya..

Yoona tak bisa menahan diri, lagi-lagi entah sudah keberapa kali ia melirik sang idola. Kali ini gadis itu terganggu, melihat idolanya duduk dengan tumpukan kertas di atas pangkuan. Dari gestur tubuhnya Yoona tau, Kris kewalahan.

sorry” Kris menoleh ke sisi kanannya. Ia mendapati seorang gadis kurus cantik mengenakan jaket bertudung coklat tengah tersenyum padanya.

Can i help you with those thing?” Kris mengerjapakan mata tanpa menjawab. Membuat Yoona kelabakan ketika mencoba mengelurkan kalimat selanjutnya.

em sorry, if i distrub you, i just.. you look so..” gadis itu membuat isyarat menggunakan jari-jarinya, menunjuk ke arah lembaran kertas di pangkuan Kris lalu ke arah sang idola sendiri secara bergantian.

please?” belum sempat menyelesaikan kalimatnya tau-tau saja jemari Kris menunjuk kertas-kertas di panggkuannya.

oh yes, sure” buru-buru di ambilnya sebagian kertas dari pangkuan Kris lalu di jatuhkan ke pangkuannya sendiri.

***

Yoona menyibukkan diri menyusun kertas-kertas milik fans Kris, sementara Kris di sisinya masih sibuk menandatangani kertas-kertas itu.

“are you a korean?” Yoona menoleh, ia mendengar suara Kris berbicara tapi laki-laki itu masih tampak sibuk membubuhkan tanda tangannya pada lembaran kertas putih.

“ah ne..”

“jadi kau pasti tau siapa aku kan?” Yoona memutar bola mata menatap Kris yang juga sedang menatapnya sambil tersenyum jahil. Yoona tak tahan untuk tak menarik sudut bibirnya ke atas.

“dan apakah kau tahu siapa aku Tuan Wu Yi fan?”

“apakah kau salah satu orang penting di Korea?” Yoona terkekeh geli mendengar pertanyaan yang terlontar dari Kris. Ia menggeleng.

“aniyo, aku hanya bercanda”

“bila kau bukan salah satu orang penting Korea, lalu..”

“Im Yoona, panggil aku Yoona”

“baiklah Yoona, panggil aku Kris”

***

Sisa perjalanan udara di habiskan keduanya dalam obrolan panjang. Yoona sedikit terkejut dengan kenyataan bahwa Kris tipikal laki-laki ramah yang tidak ragu untuk memulai obrolan bahkan dengan orang yang notabene baru di kenalnya.

Sesekali, obrolan mereka terpotong karena Kris kedatangan fans. Dengan senang hati seperti tak mengenal lelah laki-laki berpostur tubuh hampir menyentuh angka dua meter itu melayani keinginan para fans. Senyuman tak pernah lepas dari wajah tampannya.

Beberapa fans sempat melirik Yoona dengan tatapan bingung juga tak suka. Yoona tau, hanya saja ia memilih untuk tak perduli. Menyibukkan diri dengan lembaran kertas kosong di pangkuannya.

Sayang, Yoona terpaksa harus berhenti berpura-pura tak perduli. Ketika fans Kris mulai berulah lebih jauh, mengeluarkan kamera berusaha untuk mengabadikan dirinya. Dengan sigap gadis cantik itu menarik tudung jaket yang ia kenakan dan mengeluarkan kacamata hitam dari dalam tas. Ia juga semakin  merapatkan diri ke badan pesawat, membelakangi Kris bersama para fans.

Sorry girls, you can’t take her picture. Aku bukan melindunginya hanya saja, dia sudah cukup sial mendapati tempat duduk di sampingku. So please, jangan kalian tambahkan kesialannya” Kris mengakhiri kalimat dengan seulas senyum.

Seulas senyum yang berisi sihir, mungkin? Karena sesuai kalimatnya para fans menyimpan lagi kamera mereka membuat Yoona menghembuskan nafas lega.

***

“mereka sudah pergi Yoona, kau bisa tenang sekarang” Yoona menoleh, meneliti keadaan sebelum menurunkan tudungnya.

“kau akan tetap memakai kacamata hitammu?”

“ah kau benar” Kris menahan tawa, melihat sang gadis sedikit kikuk melepas kacamata hitam lalu memaksukannya ke dalam tas.

well, thankyou Kris”

“untuk?”

“menyuruh fansmu afar tidak mengambil fotoku”

“tentu Yoona. Aku tidak setega itu menambah kesialanmu”

Tapi aku tidak merasa sial, tidak sama sekali Kris. Aku bahkan merasakan sebaliknya.Yoona membalas kata-kata Kris dalam hati.

“oh, sampai mana pembicaraan kita tadi?” pandangan mereka bertemu, Kris mengulurkan sebelah tangannya.

“kau bertanya padaku, apakah aku fans EXO?” Yoona meletakan beberapa lembar kertas di atas tangan Kris yang terlulur.

are you?” lalu Kris melanjutkan kegiatannya lagi. Yoona mengambil jeda, pura-pura berfikir. Menahan diri agar tak segera mengangguk antusias mendengar pertanyaan Kris.

i am

“EXO-K atau EXO-M?”

Both of them” jawabnya tanpa ragu.

“Lalu, siapa member favourite-mu, Im Yoona?” Kris menoleh serta mengulurkan sebelah tangan lagi.

“kalo itu…” Yoona sengaja mengantung kalimatnya.  Merapikan sisa lembaran kertas di atas pangkuan.

i can’t tell you, Kris” di serahkannya lembaran terakhir pada Kris sambil tersenyum lebar. Kris sendiri reflek tertawa pelan, suara bass yang mewakili tawanya menyisakan efek memabukkan untuk Yoona.

Tanpa sepengetahuan Yoona, Kris tersenyum. Senyum yang sulit di artikan..

***

DUG!

“sial!” rutuk Yoona mengelus pelan dahinya. Gadis itu tengah tertidur hingga akhirnya terbangun karna kepalanya membentur jendela pesawat.

Ia menoleh ke sisi kiri, lalu tersenyum. Dia ternyata tidak bermimpi.

Kris benar-benar duduk di sisinya..

Sang idola juga tengah tertidur lelap dengan posisi menghadap ke arah Yoona. Di tatapnya lekat wajah Kris. Tiba-tiba saja pipinya terasa panas, desiran hangat juga memenuhi hati.

Yoona, tak pernah bermimpi bisa sedekat ini dengan Kris. Senyum manisnya semakin merekah. Ia rela menukar berjam-jam yang ia miliki hanya untuk menatapi Kris tidur. Menurutnya, Kris terlihat sangat bebas ketika tidur.

Detik selajutnya, tangannya tiba-tiba sudah terangkat setengah, entah apa yang ada di pikiran gadis itu hingga tau-tau tangan itu jatuh di atas wajah Kris.

Sengatan listrik langsung mengaliri tubuh Yoona ketika menyentuh permukaan wajah Kris.

Di pindahkan tangannya tadi ke dada, jantungnya meloncat-loncat seperti ingin keluar. Ia mencoba menyatukan keadaan antara kondisi jantung, wajah yang memanas dan Kris.

“apakah kau lebih dari sekedar idola bagiku, Kris?”

***

Pesawat baru saja mendarat di Incheon airport, Kris sendiri sedang bersiap-siap untuk turun ketika tanpa sengaja pandangannya mendapati Yoona masih duduk tak berekasi di tempatnya.

“Yoona kita sudah sampai, kau tidak mau turun?” tubuh Yoona tersentak.

“eo? Aku? Kau duluan saja Kris, aku ingin menghubungi orang yang akan menjemputku dulu” Yoona beralasan, dengan cepat mengeluarkan ponsel dari saku jaket yang sebenarnya masih dalam keadaan mati.

Kris diam untuk beberapa saat.

“baiklah, mungkin sebaiknya kita tidak turun bersama. Kalo begitu, sampai bertemu lagi Im Yoona” di lambaikannya sebelah tangan sebelum melangkah pergi.

Yoona menghembuskan nafas lega. Sejak insiden tak sopannya menyentuh wajah Kris dan menyebabkan sengatan listrik di tubuhnya, gadis itu merasa tak bisa bersikap wajar bila harus berhadapan dengan Kris.

Jantungnya selalu berdetak tak normal melihat wajah itu, nafasnya seperti kekurangan oksigen mendengar suara bass milik Kris masuk melalui gendang telinga. Dan juga ia terlalu takut, Kris menyadari perubahan warna wajahnya setiap kali mereka berinteraksi.

Hanya satu sentuhan, siapa yang bisa menyangka bahwa itu bisa berakibat Yoona jatuh cinta pada Kris, sang idola?

***

Butuh hampir 30 menit perjalanan dari bandara hingga akhirnya ia bisa sampai di apartemen barunya. Ruangan kecil berisikan satu kamar tidur namun lengkap dengan ruang makan, dapur, ruang tengah dan balkon.

Sempurna bagi Yoona. Sangat Sempurna. Terwakilan jelas lewat senyum manis di wajahnya.

Gadis berkaki jenjang ini  memang tak pernah menyukai hal-hal yang berlebihan meskipun latar belakangnnya berasal dari keluarga cukup berada di Kanada.

Beruntungnya, ia memiliki kedua orang tua yang tak membatasi apapun keinginan  anak mereka. Asalkan sang anak bisa bertanggung jawab, maka semua akan baik-baik saja.

Ia baru saja selesai berganti pakaian ketika ponselnya berdiring, segera di tekannya tombol jawab ketika melihat nama yang tertera di layar.

‘ada apa chan?’

‘yong! Kau sudah sampai? Kenapa tak membalas pesanku?’

‘oh ya? Aku bahkan belum membacanya’

‘kau jahat yoong, aku dari tadi terus mengkhawatirkanmu’ Yoona terkekeh seraya menjatuhkan diri di ranjang baru miliknya. Ia bisa membayangkan lawan bicaranya itu sedang mengerucutkan bibir kesal.

‘bagaimana apartemenmu? Kau suka?’

‘this is perfect, chen’ ia tersenyum tulus walaupun lawan bicaranya tak bisa melihat.

‘tentu! Aku tau seleramu yooong’suara di sebrang telpon terdengar bangga.

‘hei Chen, aku lelah jika tak ada hal penting yang ingin kau bicarakan kita lajutkan besok saja obrolan ini’kali iniYoona bisa mendengar seseorang di sebrang telpon menghela nafas keras.

“baiklah baiklah! I’ll see you tommorow’

Klik.

Sambungan terputus sebelum ia sempat mengucapkan kalimat terakhir. Gadis itu tertawa pelan, menjatuhkan ponsel di sisi kirinya sebelum menutup kedua kelopak mata.

***

Pagi berikutnya, Yoona berdiri diam meneliti setiap inci bagian tubuhnya yang terpantul dalam cermin hampir berukuran setinggi dirinya sendiri.

Seragam. Inilah salah satu alasan mengapa ia memilih untuk melanjutkan sekolah di Korea. Selama hampir sembilan tahun menuntut ilmu di Kanada, belum pernah ia menggunakan seragam sekalipun.

Ada rasa senang sekaligus bangga menyelinap di hati melihat bayangan dirinya yang terbalut seragam sekolah, blazer berwarna kuning di padukan rok selutut berwarna coklat.  Entah mengapa hanya menggenakan seragam sekolah saja sudah bisa membuat Yoona merasa sangat-amat bahagia pagi ini.

Jangan merasa terlalu bingung, beginilah seorang  Im Yoona. Hampir sama dengan sifatnya yang tak suka tentang sesuatu berbau berlebihan maka tak heran bila hal sederhana sekecil apapun bisa membuatnya merasa bahagia. Benar-benar bahagia.

Gadis itu mendekat ke ranjang, menuju ponselnya yang ada di sana berniat mengecek waktu namun ternyata ia menerima satu pesan baru.

 

 

 

 

From: Happy Virus

Morning Yong! Kau sudah siap?

Aku dan Baeki berniat mampir menjemputmu

Mencegah agar kau tak tersesat di hari pertama

Bagaimana, yong?

Tanpa harus berfikir lama segera di ketiknya pesan balasan, lalu melangkahkan kaki jenjangnya keluar dari apartmen menuju sekolah.

To: Happy Virus

Aku hargai niat baik kalian tapi biarkan aku

Berangkat sendiri menggunakan taxi. Hanya untuk hari ini saja.

Sampai bertemu di sekolah chen, i miss you.

***

“bagaimana Yeolli? Apakah dia mau kita jemput?” tanya laki-laki bertubuh mungil-Baekhyun pada laki-laki bertubuh jangkung di sisi kanannya, Chanyeol. Keduanya sedang menunggu di depan pintu lift untuk turun dari dorm-apartmen menuju ke sekolah baru mereka. Laki-laki mungil itu bahkan harus sedikit mendongak.

“tidak Baeki-ah, Yoong ingin pergi sendiri. Hanya untuk hari ini, oh ya dia juga bilang dia merindukanku” senyum Cahnyeol seketika merekah berbanding terbalik dengan Baekhyun.

“apa Yoong tidak merindukanku?” protesnya.

TING!

Pintu lift terbuka. Chanyeol segera merangkul teman sekamarnya itu untuk masuk ke dalam lift tanpa mengindahkan protes sang sahabat.

***

Sepertinya Yoona harus benar-benar berterima kasih pada kedua sahabatnya. Selain keadaan apartemen yang sempurna, tapi juga karena letak apartemen yang strategis. Perjalanan dari apartmen menuju sekolah bahkan tidak memakan waktu lama. Ia sendiri sudah bisa mengingat perjalana tadi.

Tidak seperti murid baru lainnya yang tampak bersemangat memasuki gedung sekolah ini, Im Yoona malah asik sendiri, meneliti tiap inci bangunan sekolah dari depan pintu gerbang. Seulas senyum manis menghiasi wajahnya.

Ia memejamkan mata, memenuhi rongga dada dengan udara pagi yang baginya sangat berbeda saat ia berada di Kanada sebelum tiba-tiba tubuhnya di tabrak dari belakang. Lebih tepatnya, di peluk.

“Yoong! Akhirnya kita bertemu lagi!” suara berat memenuhi gendang telinganya bersamaan dengan pelukan mendadak di pagi hari.

“Hei, kau mengagetkannya Yeolli” suara lain terdengar, kali ini sedikit cempreng.

Yoona membalikkan badan, mendapati dua sahabat baiknya Chanyeol dan Baekhyun di sana.

“Kalian merusak pagiku” kalimat itu yang ia pilih untuk di lontarkan pertama.

“Kalian? Tidak Yong, hanya dia bukan aku.” Protes Bakhyun jari telunjuknya menunjuk tubuh menjulang Chanyeol.

“apakah kalimat itu pantas di ucapkan pada sahabat baikmu yang sudah sangat-amat-lama tak bertemu, Im Yoona?”  Chanyeol tampak kecewa tapi malah membuat Yoona tertawa kecil.

i miss youuu!” ia setengah menjerit. Memeluk erat kedua sahabatnya yang tampak syok.

“kau sama sekali tak berubah” Chanyeol membalas pelukan. Mengelus lembut rambut coklat Yoona.

i miss you too, Yoong!” Baekhyun bersuara tak mau kalah, ikut membalas pelukan Yoona.

Yoona berkata jujur, ia memang sangat-amat merindukan keduanya sahabatnya itu. Di awal kepindahannya ke Kanada memang ia masih bisa bertemu dengan kedua laki-laki itu dalam kurun waktu satu bulan sekali. Kebanyakan Chanyeol dan Baekhyunlah yang menyempatkan diri untuk mengunjunginya di Kanada.

Hanya saja, frekuensi pertemuan mereka semakin berkurang semenjak kedua sahabatnya menjalani masa trainee sebagai anggota boy group baru bentukan salah satu perusahaan terbesar di Korea.

Masa-masa Trainee yang ketat itu memaksa sang sahabat untuk tidak bisa datang ke Kanada lagi. Bahkan ketika ia ke Korea tidak banyak waktu yang bisa mereka habiskan bersama-sama.

Maka sangatlah wajar, jika ketiganya bersuka cita dengan pilihan Yoona untuk kembali ke Korea. Chanyeol dan Baekhyun malah sampai rela meluangkan waktu di tengah masa-masa promo mini album pertama mereka untuk mencari langsung apartmen Yoona meskipun Yoona sendiri sudah menolak tapi bisa apa, keduanya tetap tak mendengarkan.

Jadi di sinilah Im Yoona bersekolah, Seoul of Performing Art School (SOPA). Sekolah yang terkenal karena banyaknya artis-artis Korea memilih untuk menuntut ilmu di sini, termasuk Chanyeol dan Baekhyun.

Mereka bertiga menempati kelas yang sama. Chanyeol dan Baekhyun duduk tepat di belakang Yoona.  Waktu bersama di habiskan untuk bercerita, cerita panjang antara sahabat layaknya seperti nostalgia. Kalimat-kalimat terus terlontar tanpa henti dari pita suara ketiganya di selingi gelak canda tawa. Jenis persahabatan yang tak lekang oleh waktu bukan?

Yoona sangat menikmati hari ini, menyampingkan tatapan para murid lainnya. Hey, jangan lupakan status Chanyeol dan Baekhyun. Siapa yang tidak heran melihat seorang gadis biasa bisa begitu dekat denga idola semua remaja Korea saat ini?

Bukan hanya heran tapi juga iri. Ya, tentu saja siapa juga yang tidak iri? Tapi nyatanya ia tak perduli. Bagi seorang Im Yoona, Park Chanyeol dan Byun Baekhyun tetaplah laki-laki terbaiknya jauh sebelum kedua laki-laki itu di kenal sebagai member group EXO.

***

Jam sekolah sudah berakhir hampir sejam yang lalu. Saat ini, Yoona, Bakehyun dan Chanyeol memilih untuk menghabiskan waktu duduk bersantai di ruang tengah apartemen Yoona. Setidaknya, sebelum sang manager menjemput kedua idola itu.

“Oh ya, ceritakan tentang penerbanganmu kemarin?” Yoona menoleh bingung pada Baekhyun.

“kau bertemu Kris hyung kan?” Chanyeol menambahi sekan mengerti kebingungan Yoona.

“Bagaimana kalian tahu? Apakah fans Kris berhasil mengambil fotoku?” nada suaranya tampak panik.

“tentu saja tidak”

“lalu? Kalian tahu dari mana?”

“Kris hyung, Im Yoona. Dia memberitahuku dan Baekhyun kemarin malam setibanya ia di dorm” bola mata Yoona langsung membulat.

“MWO???!!!!”

 

—To Be Continued—

A.N: Hello! How was it? Bad or great? Hehehehe oh ya kalo chapter selanjutnya lama nongol di sini kalian bisa langsung ke blogku http://kidsforeverkids.wordpress.com/and last, thankyou for reading! – Park Genie.



Viewing all articles
Browse latest Browse all 4828

Trending Articles