Quantcast
Channel: EXO Fanfiction
Viewing all articles
Browse latest Browse all 4828

Falling Leaves

$
0
0

Falling Leaves

Author             : layulia

Main cast        :Byun Baekhyun, Oh Sehun

Pairing             : BackHoon (read : BaekHun)

Support cast    : Kai

Lenght             : Oneshot

Genre              : Drama, Romance, Yaoi

 

 

Daun-daun kuning kecoklatan terjun dari tangkainya. Kipasan angin menyisir rerumputan dan bunga di taman kecil. Suara gesekan dedaunan mencoba menerobos kesunyian yang memekik. Itulah suasana yang biasa terjadi pada awal musim gugur.

Seorang perempuan manis menyusuri taman yang biasanya ramai itu. Suara daun kering yang terinjak menemani perempuan tadi dalam ketenangan dan angin kering menerpa helaian rambut hitamnya. Dengan berbalut jaket tebal ia mencari kesegaran di bawah pepohonan yang berjejer.
Langkahnya tiba-tiba berhenti saat ia melihat seseorang sedang dengan lincah menggerakkan tubuhnya di tengah taman, dance.  Dengan hanya mengenakan celana panjang dan kaos putih polos, Baekhyun bertanya-tanya apakah orang itu tidak kedinginan. Tertempel di telinganya sebuah earphone yang pastinya adalah alat untuk mendengarkan musiknya. Baekhyun mematung terpesona. Terlihat dari ekspresinya,suatu aura keluar saat orang tadi bergerak meliuk-liukkan tubuhnya. Entah aura tadi atau gerakan dancenya, Baekhyun melihat orang yang tidak ia ketahui namanya itu terlihat indah.

“Baekhyun…”

Seseorang menarik jaket Baekhyun dan berhasil membuatnya terperanjat terkejut . Baekhyun membalikkan tubuhnya dan mendapati Kai di belakangnya dengan tampang lesu.

“Aah… maaf..”

“Ayo pulang… ” rengek Kai seraya menarik-narik jaketBaekhyun.

Baekhyun tersenyum sesaat dan  menggandeng tangan adiknya yang hanya satu tahun lebih muda darinya itu. Sekalipun seorang adik, Kai tidak pernah memanggil saudaranya itu dengan panggilan kakak.

Baekhyun menyempatkan diri untuk menengok sesaat pada pemandangan indah tadi sebelum akhirnya ia benar-benar pergi dari taman itu.

 

~~~~~~~~~~

 

Baekhyun dengan langkah cepatnya berjalan berputar mengelilingi taman, berharap menemukan sosok pemuda tampan kemarin. Nafasnya mulai tersengal-sengal kelelahan.Ia memutuskan untuk menyerah. Hingga pada akhirnya ia mendapati pemuda yang dicari-cari tepat di depannya saat kebetulan ia membalikkan badannya.

Mereka berdua saling bertatapan. Hening sejenak sampai akhirnya pemuda dancer itu tersenyum dan sedikit membungkukkan badannya. Baekhyun hanya membalas dengan sebuah senyuman sebelum pemuda tadi melangkah pergi melewati Baekhyun.

Baekhyun duduk terdiam tak bergeming menonton pertunjukan. Sekitar 20 meter jarak Baekhyun duduk di sebuah bangku mengamati dancer tadi. Baekhyun bertanya-tanya dalam hatinya, untuk apa pemuda itu melakukan dance di tempat terbuka seperti ini. Sekalipun taman ini menjadi sepi saat musim gugur telah tiba.

“Oh… justru karena sepi kemudian dia menggunakan tempat ini. Hmm… mungkin.”gumam Baekhyun.

Lembaran hari terus berganti. Setiap hari Baekhyun terus mengamati pemuda yang sampai saat ini masih belum ia ketahui namanya. Walau semakin hari angin musim semakin dingin, Baekhyun dengan setia mengamati sambil terkadang membawa satu cupmi instan untuk manghangatkan tubuhnya. Setiap pukul 3 sore Baekhyun datang dan pukul 7 malam ia pulang. Selama empat jam penuh dalam sehari tidak pernah membuat Baekhyun bosan melihat pertunjukan pribadinya.

Kali ini Baekhyun berangkat lebih awal. Selembar kertas yang Baekhyun genggam rencananya ingin ia letakkan di tempat di mana pemuda tanpa nama itu sering berlatih.

“Oke, selesai!” ujar Baekhyun saat ia selesai melakukan misi pertamanya.

Baekhyun menunggu di bangku biasanya. Udara sangat dingin, tetapi Baekhyun percaya pemuda itu akan datang. Dan penantiannya akhirnya berakhir saat ia melihat orang yang ditunggunya datang.

Pemuda itu terheran-heran saat ia menemukan secarik kertas tergeletak bertindihkan batu. Ia mengambil kertas itu dan membacanya sekilas. Tanpa berpikir panjang pemuda itu meremas dan membuang kertas itu.

“Apa-apaan dia??!” ucap Baekhyun sedikit berteriak tidak terima.

Suara Baekhyun membuat pemuda tadi menoleh ke arahnya. Baekhyun kemudian mematung, malu sekali pastinya. Pemuda itu menatap Baekhyun dan kertas tadi bergantian.

“Namaku Sehun!!” teriak pemuda tadi sebagai balasan pertanyaan yang Baekhyun tulis di atas kertas kecil tadi.

Baekhyun melongo, sedangkan pemuda yang ternyata bernama Sehun tadi kemudian mengenakan earphonenya dan memulai latihannya. Jantung Baekhyun berdegup kencang. Ini adalah pertama kalinya ia mendengar langsung suara orang yang selama ini diam-diam ia kagumi.

 

~~~~~~~~~~

 

Hari selanjutnya Sehun kembali dikejutkan dengan sebotol minuman dengan kertas yang tertempel.

Semangat!

Sehun menaikkan sebelah alisnya dan terkekeh pelan. Ia menengok ke arah bangku di mana ia yakini orang yang duduk di bangku itulah pengirim minuman tadi. Baekhyun tersenyum dan melambaikan tangannya sesaat.

 

~~~~~~~~~~

 

Sudah hampir satu bulan lamanya, musim gugur akan segera berakhir dan musim dingin semakin mendekat. Sehun memutuskan untuk pergi ke taman sekalipun udara musim dingin mulai berhembus. Tetapi kali ini ia datang tidak untuk berlatih, Ia hanya berpikir bahwa orang yang selalu memata-matainya tetap datang dan duduk di bangku biasanya.

Perkiraannya tidak salah. Orang itu tengah tertidur pulas di bangku tua berwarna coklat yang menjadi tempat tinggal keduanya akhir-akhir ini. Sehun mendekatinya. Matanya sedikit membulat ketika melihat Baekhyun tertidur dengan manisnya, “jadi, orang semanis ini yang selalu mengamatiku?”.

Sehun enggan membangunkan Baekhyun, takut jika ia mengganggu mimpi indah pemuda manis itu. Ia berjalan memutari bangku itu terus menerus, tetapi orang yang ia tunggu tidak juga bangun. Sehun berhenti saat ia mendengar nafas Baekhyun sedikit tersengal seperti orang sakit.

“Di sini dingin. Kalau mau tidur pulang saja. Nanti kau bisa sakit.” ucap Sehun seraya membangunkan Baekhyun.

Baekhyun mengerjap-ngerjapkan matanya. Ia terkejut dengan keberadaan Sehun dan langsung mendudukkan tubuhnya. Sehun duduk di sebelah Baekhyun dan meletakkan tangannya pada dahi Baekhyun. Panas.

“Kau pulang saja.” kata Sehun.

“Aku mau melihatmu berlatih.”timpal Baekhyun.

“Aku datang ke sini bukan untuk berlatih, tetapi untuk  menemuimu. Udara terlalu dingin dan membuatku malas untuk berlatih.”

“Aku ingin menanyakan sesuatu.. Kenapa kau selalu berlatih di sini? Apa tidak kedinginan?”

“Oh… aku bermimpi menjadi dancer. Tetapi keinginanku bertentangan dengan keinginan ayah. Sebenarnya aku diam-diam sering berlatih di rumah temanku, tetapi musim gugur ini temanku pergi ke luar kota. Jadi aku manfaatkan saja tempat ini karena sepi. Untuk pertanyaan kedua, seharusnya kau tahu, orang tidak akan merasa kedinginan saat dirinya berkeringat. ”

Baekhyun terdiam tak bergeming mendengar perkataan Sehun. Begitu besarkah keinginannya untuk menjadi dancer sehingga melakukan semua hal itu. Untuk beberapa saat keheningan melekat di antara mereka berdua sebelum akhirnya tiba-tiba Baekhyun bersin untuk beberapa kali.

“Kau demam. Pulanglah!” ucap Sehun khawatir, tetapi orang yang dimaksud hanya menggelengkan kepala. Sehun memutarkan bola matanya dan mengalungkan syal di leher Baekhyun, berusaha menciptakan kehangatan untuk orang di sebelahnya. Baekhyun memandangi Sehun. Berbeda dengan matanya yang terlihat dingin, pribadi Sehun sebenarnya hangat, itu yang menjadi pikiran Baekhyun saat ini.

Sehun beranjak dari bangku, “segera kembali ke rumah sebelum demammu tambah parah. Aku berjanji akan berlatih besok jika kau sudah sembuh.”

“Benarkah?”

“Ingat. Jika kau sembuh.”

Baekhyun menganggukkan kepalanya semangat. Rasa pusingnya seolah pergi bersama dengan angin musim yang menerpanya.

 

~~~~~~~~~~

Sehun berdecak saat ia mulai kebosanan. Semua orang, kecuali Sehun, memperhatikan slide demi slide yang terpampang di dalam ruangan gelap ber-AC itu. Sesekali mereka menganggukkan kepalanya menandakan setuju dengan apa yang dipresentasikan. Rapat ayahnya kali ini lebih lama daripada biasanya. Sebuah rapat yang selalu membahas hal yang sama, hal yang menjadi obsesi ayahnya, membangun sebuah perusahaan besar baru di Amerika.

Rapat telah ditutup dan Sehun bergegas keluar dari ruangan. Baru saja ia melangkahkan kakinya beberapa meter dari pintu keluar ayahnya sudah memanggilnya, “Sehun!”

“Ya?”Sehun membalikan badannya segera, tidak ingin membuang-buang waktu hanya untuk meladeni ayahnya.

“Setelah ini kita akan terbang ke Amerika. Kau mau ke mana?” kata ayah Sehun seraya mendekati anaknya yang masih mengenakan jas hitam rapi berdasi.

Tubuh Sehun seakan-akan  membeku seketika, terlalu terkejut dengan perkataan ayahnya tadi, ”apa?”

“Haah… kau pasti melamun lagi sepanjang rapat tadi. Kita akan pergi ke Amerika dan memulai proyek di sana. Kau akan menjadi kepala perusahaan di sana. Jadi aku hanya membimbingmu saja di sana.”jelas laki-laki berumur lima puluh tahunan itu.

“Ayah! Aku sudah bilang tidak tertarik dengan hal semacam itu. Aku tidak…”

“Kemas barang-barangmu dan kita akan segera berangkat.” belum selesai Sehun berbicara ayahnya sudah memotong.

“Tapi ayah…”

“Kau anakku satu-satunya. Apa kau ingin mengecewakan ayahmu?”

Sehun diam sejenak, mengutuki dirinya sendiri yang menjadi anak tunggal di keluarganya, “jam berapa kita berangkat?”

“Jam satu..”

 

~~~~~~~~~

Baekhyun termenung menunggu kedatangan Sehun. Ia sudah bosan dengan acara meremas-remas syal di tangannya, syal milik Sehun. Sebuah surat sudah siap di kantongnya. Baekhyun mengambil nafas panjang, tidak peduli yang ia hirup adalah udara dingin. Ia mencoba mengubah kebosanannya menjadi sebuah keuntungan saat ia sadar hal ini memberikannya lebih banyak waktu untuk mempersiapkan hatinya. Ia membutuhkan hati yang siap untuk menyatakan cintanya kali ini.

“Satu, dua, tiga…”Baekhyun menghitung daun musim gugur yang jatuh, Sehun belum datang, “Satu, dua, tiga….”Sehun belum juga datang, “Satu, dua, tiga….”Baekhyun terus menghitung, “Satu, dua, tiga…”Baekhyun tidak menyerah, “satu, dua…”

“Baekhyun!” seseorang memanggil. Baekhyun menengok ke sumber suara dan mencoba memberikan senyum terbaiknya.

“Akhirnya kau datang..” ujar Baekhyun dengan suara seraknya.

“Apa yang membuatmu selalu betah di tempat ini? Aku heran…”

“Menunggu seseorang.”

“Menunggu seseorang selama setahun ini… Memangnya siapa?”

“Bukan urusanmu…  Jam berapa sekarang?”

“Ini sudah jam 7 malam. Ayo pulang… ibu sudah menyiapkan makan malam untuk kita.”

Baekhyun menganggukkan kepalanya pelan dan beranjak dari duduknya menuruti perkataan pemuda tinggi tadi. Mereka berdua bergandengan tangan dalam kedamaian gelap sang malam. Meski lampu-lampu berjajar teratur di pinggir trotoar, sekalipun berjuta bintang berkelip di langit, tetap tidak bisa menghilangkan kesan gelap dari yang empunya malam hari.

Genap satu tahun sudah sejak malam itu,sejak Sehun tidak pernah datang kembali, Baekhyun masih setia menunggu kedatangan Sehun. Hingga suatu hari Baekhyun menemukan sebuah surat usang di sebuah celah kecil ‘bangku miliknya’. Entah sudah berapa lama, karena Baekhyun baru saja menyadari keberadaan surat itu.

 

            Hai…

            Aku sungguh minta maaf.  Ayahku tiba-tiba mengajakku pergi ke Amerika untuk suatu proyek penting dan suatu alasan membuatku tidak bisa menolaknya. Aku tahu kau pasti datang, jadi aku meletakkan surat ini sebelum aku berangkat.

Apa demammu sudah sembuh? Kalau kau sembuh berarti aku mengingkari janjiku. Maaf… Kalau masih demam, pulanglah segera. Aku tidak ingin kau sakit hanya karena terlalu sering menghirup udara dingin.

            Kemungkinan aku kembali sangat kecil. Aku diberi mandat oleh ayahku menjadi kepala perusahaan di sana. Terima kasih jika selama ini sudah mau menungguiku. Oiya.. syalnya untukmu saja, hehee…

Satu hal lagi yang ingin aku katakan. Sepertinya… aku menyukaimu.

 

Dari Sehun, untuk… hey!! Kau belum pernah menyebutkan siapa namamu!

Kalau begitu, untuk anak manis tanpa nama.

Selamat tinggal. Jaga kesehatanmu.

 

Surat dari Sehun satu tahun yang lalu…, tubuh Baekhyun terkunci lemas. Selama ini ia menunggu seorang yang tak akan pernah datang kembali. Jadi, untuk apa ia datang ke tempat itu setiap hari? Adiknya bahkan sudah terlalu bosan untuk selalu menjemputnya. Perasaannya campur aduk. Antara senang, sedih, dan kesal. Senang untuk mendapatkan pernyataan cinta dari Sehun, sedih mengetahui Sehun tak akan kembali, dan kesal menyadari penantiannya selama ini adalah sia-sia. Baekhyun menggigit bibir bawahnya, ia mendongakkan kepalanya berusaha agar air matanya tetap terbendung tak mengalir ke bawah.

“Tidak…. semua ini tidak sia-sia. Kalau saja aku menyerah menunggunya dan tidak lagi ke tempat ini, mungkin aku tidak akan menemukan surat ini. Dan kalau aku tidak menemukan surat ini, aku tidak akan pernah mengetahui alasan dia tidak kembali. Oh… kemungkinan lain aku bisa menunggunya setiap hari sampai tua. Hahahaa…” Baekhyun mencoba menghibur dirinya sendiri. Tawanya sedikit dipaksakan, masih sulit menerima kenyataan yang ada. Yang membuatnya kecewa bukanlah Sehun, melainkan dirinya sendiri yang dengan bodohnya tidak menyadari keberadaan surat dari Sehun setahun yang lalu.

“Tetapi… Sehun mengatakan kemungkinannya kembali sangat kecil. Sangat kecil itu masih merupakan kemungkinan kan? Kemungkinan untuk kembali.. Tidak ada salahnya aku terus menunggunya… sambil mengitung kembali daun yang berguguran…. sekalipun harus sejuta kali aku menghitung.”

 

 

 

END

~~~~~~~~~~~~~

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

~~~~~~~~~~~~~

 

Done~ J sebenernya ini FF dibuat pas author ngerjain tugas cerpen B. Indonesia. Tapi gatau kenapa gaisa-isa. Susah buatnya.. Soalnya author udah terlanjur sering mikirnya yaoi #plaaak!! Alhasil buatnya FF, terus aku ganti namanya, dikumpulin deh. Hahahaa! LOL

Need a sequel?? If you say yes, i will make it, but if you say no, i will not J

Then…, kritik saran, ne? Kamsa~ ^_^

 

 

 

 

 



Viewing all articles
Browse latest Browse all 4828

Trending Articles