Quantcast
Channel: EXO Fanfiction
Viewing all articles
Browse latest Browse all 4828

Way To Get Yours (Chapter 2)

$
0
0

Way to Get Yours (Chapter 2)

 

Title                 : Way to Get Yours (Chapter 2)

Genre : Romance, Friendship, School Life

Length : Chapter

Rating : G

Cast                 : Lee Jihyun|Park Yoonhee|Kim Jongin|Oh Sehun

Author : Han Minra aka RahmTalks

way to get yours_cover

 

 

=== WAY TO GET YOURS===

 

“Mana Jihyun? Dia tidak masuk?” samar kudengar kalimat itu dari bibir Kai. Yoonhee menunjuk ke arahku dan aku langsung pura-pura membaca buku. Sial! Aku tidak tahu bagaimana ekspresi wajah Kai. Tunggu! Jadi sedari tadi ia tidak mengenaliku? Kalau begini berarti aku salah mengambil langkah, harusnya aku tetap di sisi Yoonhee dan tidak menghindarinya agar dia bisa melihat aku yang sekarang.

Untung aku diberkati bakat acting yang luar biasa serta seorang teman yang sangat polos, atau bodoh? Dengan mudahnya Yoonhee percaya padaku tentang mengapa aku sedikit menjauh darinya.

“Emm… Kau agak berubah ya…” katanya.

“Berubah bagaimana?” tanyaku pura-pura padahal aku tahu maksudnya.

“Penampilanmu berbeda. Kau tambah cantik.”

“Kau lebih cantik.”

“Kau sengaja merubah penampilan ya? Atau berganti image?”

“Tidak juga. Teman eonniku sering mengajakku menemaninya ke salon.”

“Memangnya kalian dekat sekali ya?”

“Lumayan sih, dia sangat baik. Yoon, keluar jalan-jalan yuk.”

“Kemana?”

“Keluar saja, cari udara segar.”

Tak jauh dari kelas kami ada siswa-siswi sedang berkumpul dan menciptakan kegaduhan.

“Eh, ada ribut-ribut. Ada apa?” Yoonhee menggandeng tanganku.

Ternyata mereka sedang mengerumuni papan pengumuman yang sama sekali tak terlihat tulisannya. Tubuh kami sama sekali tak bisa menerobos pertahanan gerombolan siswa ini, bahkan sekarang makin banyak yang datang.

“Pesta musim gugur ya?”

“Di aula sekolah? Yang benar saja, itu kan kurang luas. Harusnya di hotel, gedung atau apa, gor juga bisa.”

“Acara puncaknya jam 12 ?! Wah malam juga ya, mana aku pulang lewat kuburan lagi.”

“Eh, kau punya gaun berapa? Aku boleh pinjam satu?”

“Wah… Ini yang seru. Osis memang bisa-bisa saja… Ayo, siapa yang mau jadi pasangan dansaku?”

Kupikir kebanyakan dari mereka adalah anak orang kaya dan berasal dari keluaraga terhormat, tapi tingkah mereka kampungan sekali! Brutal sekali, padahal hanya membaca begituan. Bicaranya… Aigoo… Untung Tuhan baik hati jadi aku tidak dibiarkan tuli dengan mudah. Tapi gara-gara mereka aku jadi tahu semua isi pengumuman itu tanpa harus susah payah berdesakan.

Kalimat terakhir yang kudengar benar-benar membuatku galau. Pasangan? Dansa?! Ini masalah besar! Di kelas hanya aku, Soojin, dan dua namja culun berkaca mata yang belum mempunyai pacar. Pas kalian bilang? Andwae andwae! Tak mungkin aku menjadi pasangan dari salah satu anak culun itu.

“Kau dengar kan? Pesta musim gugur! Jarang sekali sekolah acara semacam ini. Kau ikut kan?” tanya Yoonhee antusias.

“Aku? M… Molayo…”

“Ayolah. Ini pasti seru.”

“Akan kupikirkan dulu.”

-

Aku berguling-guling di kasur. Sudah satu jam aku melakukan kegiatan bodoh tak bermanfaat ini. Acara itu, seharusnya jadi peluangku untuk menarik perhatian seorang namja, termasuk Kai barangkali. Paling tidak aku harus mendekati seorang namja dulu sebelum Kai, itu terlalu tinggi. Oke, kutinggalkan sejenak masalah pasangan karena kurasa sekarang aku sudah jauh lebih cantik dan pastinya tak lama lagi akan ada seseorang yang mengajakku. So, keep calm Jihyun.

Huh! Harusnya kusisakan lebih banyak lagi kemarin untuk jaga-jaga kalau ada keperluan mendadak. Uangku masih ada, namun apakah ini cukup untuk membeli gaun yang sangat mahal yang sekiranya dapat menandingi gaun Yoonhee yang sudah pasti barang berkelas dari luar negeri itu? Aish! Pusing aku memikirkannya.

“Jihyun-ah… Besok aku berangkat sebelum kau sekolah. Kau bisa memasak sendiri kan?” Nah, ini dia dewi penolongku.

“Aeri eonni!” aku membuka pintu kamar dengan tergesa.

“Ya?”

“Apa kau punya uang?”

“Untuk apa?”

Kalau aku jujur tentu saja ia tak akan mengizinkan.

“Untuk membayar buku.”

“Fotocopy saja.”

“Aish! Fotocopy juga butuh uang. Lagipula tidak enak membaca tulisan hitam putih.”

“Kapan terakhir membayar?”

“Tiga hari lagi.”

“Baiklah, akan kuusahakan.”

“Gomawo.” Benarkan… Dia memang benar-benar menjadi dewi penolong hari ini.

Masahlah penampilan, check!

 

===

 

Tiga hari berikutnya…

Aku menendang batu kerikil sepanjang perjalanan pulang. Dugaanku benar. Sama sekali tidak meleset malah. Banyak namja yang berdatangan untuk mengajakku ke pesta itu. Tapi… Ayolah, masa sama sekali tidak ada yang memiliki tampang pangeran? Aku mengutuki kebodohanku yang kemarin menolak ajakan Baekhyun karena kupikir masih ada lagi yang lebih tampan dan imut dari dia. Pesta tinggal dua hari lagi. DUA HARI dan aku belum mempersiapkan apapun. Oh iya, apa Aeri eonni sudah pulang? Akhirnya aku berlari pulang ke rumah. Sudah tidak sabar menerima uang dari Aeri eonni dan membelanjakannya.

CKLEK CKLEK

Terkunci. Yah, dia belum pulang. Aku masuk dan langsung menghempaskan diri di sofa kumal ini, tak lama akupun tertidur.

SKIP

Aku bangun dalam keadaan pusing karena memakai bantal yang terlalu tinggi. Masih sepi. Aku ingat kalau aku masih memakai seragam dan aku sangat lapar. Aku masuk kedalam kamar dan seketika itu juga pusingku hilang dan laparku juga sirna. Di tempat tidurku tergeletak uang seratus ribu won dari eonni.

‘Aku ada shift sampai malam. Kau jaga rumah dan hati-hati ya.’ Kata eonni yang diwakilkan oleh selembar kertas. Rasanya campur aduk antara bahagia dan tidak percaya saat aku membaca memo itu.

“Jika ditambah dengan uangku yang masih tersisa, tidaklah mustahil untuk dapat tampil sempurna.” Aku tersenyum lebar.

Tapi aku tidak terlalu bagus untuk memilih dan meng-combine sesuatu karena aku gampang bingung. Sepertinya aku tahu seseorang yang bisa membantuku. Kutekan beberapa tombol di ponselku.

-

“Wah… Daebak! Kau kelihatan sempurna dengan dress itu. Bagaimana menurutmu? Apa kau suka?” tanya Yoonhee.

Saat ini aku dan Yoonhee sedang berada di butik dan dress yang kucoba saat ini benar-benar manis menurutku, simple tapi modis. Tentu saja, ini kan pilihannya Yoonhee. Satu-satunya alasan mengapa aku mengajaknya adalah karena dia sangat mengerti fashion dan tahu bagaimana caranya tampil elegan dan tidak norak.

“Bagus. Aku ambil yang ini.”

“Baik agasshi.”

“Kau tidak membeli sekalian?” tanyaku.

“Aniya. Aku masih punya banyak, terlalu boros jika aku membeli lagi.”

“Terserah.” Kataku kemudian masuk ke fitting room lagi.

Setelah berbelanja dress aku mengajaknya membeli aksesoris dan sepatu. Sekalian aku memintanya untuk memilihkanku. Dengan begini kujamin penampilanku pasti sempurna.

Kurang enak apa mempunyai sahabat sebodoh dan sepolos Yoonhee. Aku mengajaknya berbelanja ini itu, dia yang sibuk memilih sedangkan aku hanya menggeleng atau mengangguk. Selain itu dia juga bersedia mengantar dan menjemputku. Aigoo… Dia benar-benar berguna.

Semua belanjaan kusimpan di bawah tempat tidur dan baru akan kukeluarkan saat hari-H tiba. Bisa gawat jika eonni tahu.

 

===

 

Yoonhee’s POV

Aku sempat tak percaya saat ia menelponku tadi sore dan mengajakku berbelanja. Darimana ia mendapat uang sebanyak itu? Entah mengapa semakin lama aku merasa semakin tidak mengenalnya. Bahkan sekarang saja aku tak tahu siapa yang akan jadi pasangannya nanti, padahal jika sifatnya masih seperti dulu ia akan heboh memikirkan semua ini. Sekarang kami jarang berbagi cerita, bercanda, dan tertawa bersama seperti dulu. Aku rindu masa-masa itu. Apa yang terjadi dalam dirinya? Bisakah aku mengembalikannya seperti semula?

Aku masuk ke dalam cafe dan di ujung sana aku sudah dapat melihat keberadaan Kai dan Sehun. Sudah pukul sembilan tapi tempat ini masih ramai, tentu saja, cafe ini buka sampai pukul 12.

“Ada apa memanggilku?” tanyaku to the point.

“Duduklah dulu. Kau tidak sedang buru-buru kan?” Aku menuruti perkataannya.

“Sehun ingin bicara.” Kata Kai singkat.

“Katakan saja. Kenapa kau yang mengawalinya, Kkamjong? Sehun, kita kan sudah lama saling mengenal… Langsung bicara saja. Kupikir ada apa sampai mengadakan acara kumpul-kumpul semacam ini.”

“Ah, lebih baik kau memesan dulu. Ajusshi!”

Seorang ajusshi menghampiri kami dan aku menyebutkan pesananku. Hanya segelas coklat hangat karena sebenarnya aku ingin segera pulang. Menemani Jihyun berbelanja sangat melelahkan.

 

“Kau mencoba mengalihkan perhatian ya?” Kai menjitak kepala Sehun.

“Appo! Kau kira aku sedang memakai helm? Sakit tau!”

“Kalian lucu.” Aku tertawa pelan.

“Sudah cepat katakan! Lihat, Yoonhee sudah nampak lelah.”

“Baiklah… Begini…” Sehun menggantungkan kalimatnya.

“Ya?”

“Em… Mengenai pesta musim gugur.”

“Oh. Ada apa?”

“Aku… Aku ingin…”

“Ingin apa?”

“Ppali!” kata Kai.

“Aku ingin kau menjadi pasangan dansaku malam itu.”

Aku kaget, mataku terbuka lebar menatap Sehun dan Kai bergantian. Begitu pula Kai, aigoo… Kenapa di saat seperti ini ekspresinya lucu sekali. Sungguh aku ingin memotretnya dan kujadikan kenang-kenangan. Keheningan menyelimuti kami selama beberapa detik. Kedatangan ajusshi yang mengantar pesananku pun tidak kami hiraukan.

“Hahaha… Jadi kalian percaya?”

Kai langsung menjitak kepala Sehun untuk yang kedua kalinya. “Sudah! Katakan saja yang sebenarnya to the point!” perintah Kai.

“Kau kan sudah tahu, kenapa percaya? Hahaha… Seharusnya kufoto ekspresi kalian tadi.” goda Sehun.

“Kukira kau berubah pikiran karena terpesona oleh kecantikan yeojaku!” Kata Kai dengan keras tanpa malu sedangkan aku sudah ingin keluar dari tempat ini dan membenturkan kepalaku di tiang lampu jalanan saking malunya.

“Aish! Mana mungkin aku sejahat itu.”

“Jadi?” aku bertanya karena sejak tadi mereka membuatku super penasaran.

“Yoonhee… Aku… Aku butuh bantuanmu untuk…”

“Untuk bilang kepada Jihyun kalau Sehun ingin mengajaknya ke pesta itu. Selesai kan?” kata Kai cepat.

“Kenapa kau yang bilang? Aish! Kalau begini sama saja kau yang mengundangnya.”

“Salah sendiri kau lama. Harusnya kau berterimakasih padaku karena jika tidak ada aku mungkin sampai besok kita masih disini menunggu kau selesai bicara!”

“Gomawo. Hehehe, mian mian…” Sehun menepuk pundak Kai.

“Maaf, coba ulangi perkataan barusan karena aku kurang begitu jelas.” Pintaku karena Kai berbicara sangat cepat tadi.

“Baiklah. Gomawo. Hehehe, mian mian…” Kata Sehun.

Aku tidak mengerti maksudnya tapi Kai malah sudah keburu tertawa keras.

“Ha?”

“Perkataan barusan kan? Barusan aku mengatakan ‘gomawo, hehehe, mian, mian’.” Aku menepuk jidat. Aigoo… Polos sekali anak ini.

“Maksudnya tentang rencanamu mengajak Jihyun ke pesta, Sehun.” Terang Kai masih dengan tertawa namun kali ini agak ditahan. Sehun mengangguk. Entah karena baru mengerti atau sebenarnya tadi dia mengerti tetapi sedang acting pura-pura bodoh saja. Dia kan memang jago acting dan bercanda.

“Pesta musim gugur nanti ada pesta dansanya kan? Nah, aku ingin Jihyun yang menjadi pasanganku. Jebal bantu aku.” Nada bicaranya berubah menjadi memelas.

Aku tidak salah dengar, memang Jihyun lah yang dimaksud.

“Lalu aku harus membantu apa?”

“Eh, tapi sebelum itu, apa dia sudah mempunyai pasangan?”

“Setiap hari beberapa namja menawarinya untuk datang bersama namun sepertinya ia belum menjatuhkan pilihan. Kurasa.”

“Bagus. Bantu aku mengatakan padanya kalau aku ingin menjadi pasangannya. Jebal… Kau kan baik.”

“Kau sendiri saja. Memangnya kenapa dengan mulutmu? Tidak sobek kan? Tidak sariawan ataupun radang kan?”

“Jahat sekali… Kau malah mendoakanku.”

“Habisnya kau menyebalkan.”

“Aku hanya malu. Aku belum terlalu mengenalnya, masa iya tiba-tiba aku mengajaknya pergi.”

“Kau pikir namja-namja itu mengenalnya? Selama ini Jihyun tidak pernah dekat dengan satu namja pun.”

“Tolong sekali ini saja, kau kan sahabatnya. Kau tadi tahu kan, saat mengatakan ini kepadamu saja aku sangat malu, apalagi di depannya langsung.”

Aku terdiam agak lama.

“Kenapa Jihyun?”

“Karena dia menarik.” Katanya datar.

“Baiklah, akan kutanyakan. Tapi jangan salahkan aku kalau dia langsung menolak karena yang mengajaknya adalah seorang anak mami yang pemalu.”

“Aku bukan anak mami!”

“Lalu?”

“Kubilang aku hanya malu jika berhadapan dengan yeoja.”

“Aku yeoja tapi kau tidak merasa malu bahkan selalu menggodaku.”

“Untuk kau kasusnya beda. Kau temanku sejak SD dan orang tua kita saling mengenal.”

“Tapi kurasa benar kata Yoonhee, kau harus mencobanya sendiri.”

“Kau berbalik mendukungnya?” Sehun tidak terima.

“Kupikir ini sudah saatnya, Sehun. Lagipula apa salahnya? Toh itu cuma ajakan dan setelah itu tidak berarti apa-apa. Kecuali…” Kai memotong kalimatnya membuat aku dan Sehun mencondongkan badan ke arahnya.

“Kecuali nantinya tumbuh benih-benih cinta diantara kalian. Cieeeee….”

“Alasan kau mengajaknya karena dia menarik tidak membuatku puas. Apa kau menyimpan perasaan padanya?” selidikku.

“Ani.”

“Aku tahu kau berdusta.” Kata Kai dengan gaya mendramatisir.

“Aniya!”

“Kenapa malah marah? Berarti benar kan?” desak Kai.

“Jika kau memang menyimpan perasaan padanya, jangan sungkan mengatakannya pada kami. Kami sahabatmu kan? Tidak enak tahu, menyimpan semuanya sendiri sedangkan masih ada tempat berbagi. Paling tidak dengan kami tahu kami bisa membantumu.” Kataku.

“Nah, benar.” Kai menjentikkan jarinya tepat di depan muka Sehun.

“Katakan saja. Jujur pada perasaanmu. Kau menyukainya kan?”

“M… Mungkin. Sebenarnya sudah lama, sejak tahun kedua.” Katanya pada akhirnya.

“Cieeeeee…” Seperti biasa, Kai selalu seenaknya padahal ia tahu Sehun sangat malu. Baru pertama kalinya aku tahu Sehun menyukai seseorang, aku akan membantumu Sehun karena kalian berdua –kau dan jihyun- adalah sahabat terbaikku.

Kai masih tertawa dan aku mengikutinya karena melihat muka Sehun yang kini berubah merah.

“Sudah, sudah!”

“Kau yang sudah! Sudahi membohongi perasaanmu pada yeoja. Sudahi sifatmu yang memiliki perasaan malu pada yeoja. Sudahi  sifat acuh dan kaku mu pada yeoja. Sudahi sifat kekanakanmu karena kau sudah remaja dan sudah saatnya mengenal yang seperti itu. Kau bisa memulainya dari Jihyun, yeoja beruntung yang memiliki hati Oh Sehun.” Aku mengangguk semangat menyetujui perkataan Kai sementara Sehun menunduk, merenung mungkin.

“Bagaimana kalau dia menolak?”

“Tidak ada salahnya mencoba. Lagipula kalau dia menolak itu tidak masalah. Ayolah… Di rumah kau punya cermin kan? Kau sangat tampan dan pasti sangatlah mudah untuk mengajak seorang yeoja ke pesta. Oh iya, jangan bilang kau melupakan antrian yeoja yang ingin sekali menjadi pasanganmu!”

“Baiklah. Akan kucoba sendiri.”

“Nah… Begitu baru sahabatku.”

“Jadi apa gunanya aku kesini?” aku merasa kehadiranku sebenarnya tidak dibutuhkan setelah perdebatan panjang ini.

“Untuk apa ya? Ya sudah, pulang saja sana!” kata Sehun yang terkesan seperti mengusir. Aku memalingkan muka dan berdiri.

“Hei… Jangan marah. Dia hanya bercanda, duduklah dan habiskan minumanmu karena Sehun yang mentraktir.”

“Aku baik kan.” Sehun menepuk dada.

“Ini yang pertama sejak tiga bulan lalu kau mentraktirku samgyupsal.” Jawabku datar.

-

“Aku pulang ya, sudah malam dan sebaiknya kalian juga pulang karena besok sekolah.”

“Arraseo. Kami akan mengikutimu dari belakang sampai rumah, berbahaya seorang yeoja berkeliaran malam-malam, sendirian pula.”

Aku tersenyum menjawab perkataan Kai. Sebenarnya aku bingung ini senyum apa, senyum senang karena mereka bersedia repot-repot mengantarku, atau malah senyum meremehkan karena tadi mereka yang mengundangku kesini malam-malam tetapi mereka pula yang mengatakan hal itu.

-

Kubuka pintu mobil dan berlari keluar karena keduanya masih berhenti disana entah karena apa.

“Gomawo sudah mengantarku. Kenapa masih disini?”

“Kenapa masih disini?” Kai malah mengulangi pertanyaanku dan ditujukan pada Sehun yang ada di balik kemudi.

“Aku menunggumu turun.” Katanya datar.

“Aish! Sudah berapa kali kau berulah semalaman ini Oh Sehun!” Kai memukul bahu Sehun.

“Ya sudah, kalau tidak mau turun tidak usah marah-marah.” Sehun cemberut dan membuatnya semakin imut.

“Stop! Berhenti membuatku tertawa. Perutku sangat sakit.” Kataku.

“Baiklah. Annyeong…” kata mereka bersamaan.

“Sebentar! Kutunggu janjimu Oh Sehun, buktikan ucapanmu besok!”

“Siap!”

 

===

 

Author’s POV

“Emm… Jihyun-ah, apa kau sudah mempunyai pasangan untuk pesta besok malam?” tanya Yoonhee hati-hati.

“Belum. Kenapa?”

“Tidak apa-apa. Hehe.”

“Aneh.”

Jihyun menutup bukunya dan berdiri.

“Kau mau kemana?”

“Kemana? Kau pasti tahu aku selalu bosan di kelas apalagi jam istirahat begini.”

“Disini saja. Aku punya novel bagus dan kau wajib membacanya.”

“Arraseo.”

“Dia bilang dia mau kesini saat jam istirahat, tapi mana?” gumam Yoonhee sangat pelan dan tidak terdengar oleh Jihyun.

Istirahat pertama, lewat. Istirahat kedua juga sama, Sehun tak kunjung datang padahal Yoonhee sudah berusaha mengeluarkan berbagai alasan untuk menahan Jihyun agar tak berkeliaran keluar kelas karena itu akan mempersulit Sehun untuk menemukan Jihyun dan mengatakan ajakannya.

“Awas kau Oh Sehun!” gerutu Yoonhee.

“Mwo?”

“Aniya.”

-

Bel pulang sekolah, semua masih berjalan normal dan tak berjalan sesuai harapan Yoonhee. Ia dan Jihyun keluar kelas paling akhir karena Jihyun masih menyalin catatan Yoonhee.

“Kalian mengagetkanku saja!” Yoonhee mundur beberapa langkah karena ada dua sosok namja jangkung berdiri di dekat pintu kelasnya saat mereka berdua keluar.

“Aku pulang dulu. Annyeong.” Kata Jihyun malas dan segera meninggalkan mereka.

“Kau ini bagaimana! Cepat kejar dia!” Yoonhee membentak Sehun namun ia sama sekali tak bergerak.

“Ini kesempatan terakhirmu. Kudengar tadi Kyuwon akan mencegatnya diluar pagar dan mengajaknya. Kalau dia mau pupuslah harapanmu.”

Karena ucapan karangan Kai, Sehun berbalik dan mengejar Jihyun. Tapi bukannya berlari ia malah berjalan dengan santai.

“Sehun-ah! Ppali ppali!” Sehun tidak menanggapi perkataan Yoonhee, masih berjalan dengan tenang.

“Aish! Kenapa dengan anak itu? Kau pasti tidak mengingatkannya saat istirahat tadi!” Tuduh Yoonhee.

“Aku bahkan sampai mendorongnya untuk sampai ke kelas kalian tadi dan kau tahu, itu membutuhkan waktu yang sangat lama sampai dia benar-benar mau berjalan. Kami sudah sampai di depan kelas kalian tadi, aku memanggil-manggilmu namun kau sama sekali tak menggubris. Parahnya aku melakukan itu sebanyak dua kali! Sekarang kau masih menyalahkan aku?”

“Kenapa tidak langsung masuk saja?”

“Untuk mengajaknya sampai kesini saja aku sudah bekerja sangat keras, apalagi untuk masuk ke dalam? Seharusnya kau tahu saat kami sudah berada disini!”

“Aku sama sekali tidak tahu, kau kan bisa meminta seorang murid untuk memanggilku!”

“Sudah. Aku tadi meminta Youngbin untuk memanggilmu, tapi apa? Kau mengabaikannya kan?!”

“Saat itu aku sedang mati-matian melarang Jihyun untuk keluar kelas karena kupikir Sehun akan masuk dan berkata tepat di depannya, jadi aku tak dengar panggilanmu!”

“Jadi ini semua salahmu!” bentak Kai. Yoonhee kaget karena Kai membentaknya.

“Kau! Kau menyebalkan!!” Yoonhee berjalan cepat melewati Kai sementara Kai tetap berdiri di sana.

-

At Other Place

Sehun menepuk pundak Jihyun dan tentu saja Jihyun kaget karena baru pertama ini Sehun menghampirinya secara terang-terangan di sekolah.

“Ada apa?”

“Aku…” ada jeda yang cukup lama setelah kata itu keluar.

“Ya?” namun Sehun tak kunjung mengutarakan maksudnya.

“Emm… Aku tidak punya banyak waktu. Maaf aku harus pergi.” Jihyun pergi namun Sehun masih berdiri karena berbagai pikiran berkecamuk di dalam dirinya.

Jihyun sudah hampir sampai di depan pagar dan tiba-tiba perkataan Kai terlintas begitu saja. Akhirnya ia berlari menyusul Jihyun dan menghadangnya.

“Ap…”

“Maukah kau menjadi pasangan dansaku di pesta besok malam?” belum sempat Jihyun menyelesaikan sepatah kata, Sehun telah mendahuluinya. Keheningan yang cukup lama terjadi di antara mereka menjadi awal sebelum akhirnya keduanya saling tersenyum.

“Besok akan kujemput jam tujuh.” Keduanya pun berpisah.

 

===

 

Sehun’s POV

Aigoo… Kenapa dia lama sekali. Ah tidak, aku saja yang datang setengah jam terlalu cepat. Obrolan ringan antara aku dan kakaknya cukup menghiburku yang sudah gelisah ini. Kenapa aku gelisah?

“Sebentar ya, akan kupanggilkan Jihyun sekali lagi.”

“Tidak usah terburu-buru noona.”

“Gwaenchana, kau sudah menunggu terlalu lama.”

Sudah lima menit noona itu masuk ke dalam kamar Jihyun yang ada di lantai atas. Kurasa ia turut membantu Jihyun berdandan. Apa Kai juga sering mengalami ini saat menjemput Yoonhee? Sungguh, ini membuatku bosan sekaligus gugup.

Pintu kamar Jihyun terbuka, kuharap ia sudah selesai dan benar saja, seorang yeoja cantik dengan dress biru muda selutut dan rambut terurai dengan hiasan pita yang membuatnya semakin manis keluar dan turun dengan anggunnya. Apakah ini Jihyun? Ia nampak sangat berbeda. Ia sangat mempesona. Menurutku ini agak berlebihan dari perkiraanku, tapi kuakui, aku kagum dengan penampilannya malam ini.

“Kau cantik.” Opps! Kenapa kau bisa keceplosan mengatakan itu?! Di depan kakaknya pula.

“Ah… Kau juga sangat tampan.” Aku tersipu malu.

“Sudah siap berangkat?”

“Kajja.”

“Noona, kami berangkat dulu.”

“Hati-hati dan pastikan kau menjaga Jihyun dengan baik ya.”

“Aish! Eonni itu apa-apaan.” Aku terkekeh geli mendengarnya, ia sangat imut.

-

Semua mata tertuju pada kami saat kami memasuki aula yang sudah lumayan padat ini. Mata mereka seolah-olah sedang mengawasi tahanan yang akan melarikan diri, ah tapi aku tidak peduli. Acara utama belum mulai, anak-anak yang lain masih menikmati hidangan yang tersedia dan asik mengobrol.

“Ini untukmu.” Aku menyerahkan segelas minuman berwarna orange pada Jihyun.

“Gomawo.” Dia tersenyum sangat manis. Ha! Ada apa ini? Jantungku berdetak lebih cepat hanya karena melihat senyumnya. Padahal dari tadi aku sudah mengalami sport jantung, ditambah kali ini jadi double sport.

“Aku tidak melihat Kai dan Yoonhee sejak tadi. Kira-kira mereka dimana ya?” aku mencari topik perbincangan.

“Mollayo. Kenapa kau tanya padaku? Aku kan baru datang bersamamu.” Benar juga perkataannya.

Aku mengedarkan pandangan ke sekeliling ruang. Nah itu dia Kai, sedang mengobrol dengan teman-teman kami yang lain di dekat jam besar. Mereka tertawa dan sepertinya seru sekali, aku ingin kesana dan bergabung tapi aku sama sekali tidak ingin kehilangan kesempatan untuk terus bersama Jihyun jadi aku disini saja menemaninya meskipun agak canggung.

Setelah beberapa saat mengobrol tak sengaja mataku menangkap sesosok yang baru datang. Cantik. Sangat cantik. Itu Yoonhee dengan dress putih gading yang simple serta rambutnya yang dikepang ke samping menambah kesan sederhana namun tetap elegan. Aku merasa bangga pernah menjadi orang yang menyukainya. Meskipun ia kaya raya dan hidupnya nyaris sempurna namun ia tetaplah Yoonhee yang apa adanya yang tak pernah membedakan status sosialnya dengan orang lain. Sejak SD sampai sekarang ia sama sekali tidak berubah, ia tetaplah Yoonhee yang kukenal.

Aish! Mengapa aku mengingat lagi masa itu? Aku sama sekali tidak mencintainya lagi karena sekarang di depanku sudah ada yeoja yang sudah membuatku menyukainya karena segala kesederhanaannya. Yah, meskipun aku agak kecewa karena malam ini ia sedikit tampil berlebihan dengan aksesoris perak itu. Aku sudah lama memperhatikannya namun tak pernah ada kesempatan untuk sekedar dekat dengannya, dan aku sangat bersyukur dengan kejadian saat kami bertabrakan itu. Itu pertama kali aku berbicara dengannya dan kalian tahu? Rasanya aku juga ikut sedih melihatnya menangis saat itu. Aku ingin mencari tahu apa sebabnya namun kuurungkan niatku karena itu sama sekali bukan urusanku.

“Yoonhee datang sendirian?” Jihyun menyadarkanku dari lamunan kurang penting. Aku baru sadar kalau tadi Yoonhee masuk sendirian sedangkan Kai sudah datang dari tadi. Tidak biasanya, apa mereka ada masalah?

“Kurasa iya, tadi kulihat Kai bersama teman-teman yang lain.” Kataku.

“Dia mengarah kesini.” Mendadak aku jadi gugup.

“Annyeong.” Sapa Yoonhee ramah.

“Annyeong, kau datang sendirian?” tanya Jihyun.

“Begitulah. Akhirnya kalian berangkat berdua ya? Senangnya. Have a good night.” Lalu dia pergi meninggalkan kami, dapat kulihat ada kesedihan di matanya. Tidak salah lagi, mereka berdua sedang ada masalah.

“Dia tahu?” Jihyun bingung.

“Ya.” Jawabku singkat.

 

===

 

Yoonhee’s POV

Tak kusangka malam yang kupikir menyenangkan ini ternyata sangatlah membosankan. Aku hanya duduk di kursi dekat tembok dan memperhatikan beberapa pasangan dansa, kadang aku tersenyum sendiri melihat Sehun dan Jihyun yang sama-sama tidak bisa berdansa tetapi keduanya seperti memaksakan. Aku tersenyum kecut mengingat gara-gara meributkan mereka aku dan Kai jadi bertengkar, pertengkaran yang cukup membekas karena hatiku sempat terluka karena ucapannya. Padahal yang kami ributkan pada akhirnya dapat bahagia berdansa disana.

Setelah kejadian kemarin aku sama sekali tidak berbicara dengan Kai dan dia bahkan tidak memulai untuk meminta maaf, semarah itukah? Saat itu dia bahkan tidak mengejarku atau apa, sungguh keras kepala. Sebenarnya aku sangat menyesal, kemarin aku membentaknya dan mungkin itulah yang membuatnya ikut marah. Aku ingin minta maaf. Tapi sekarang dimana dia? Bahkan aku tak melihatnya sama sekali setelah acara dansa dimulai. Apa dia sudah menemukan pasangan dansa lain?

Sepertinya acara masih lama. Sungguh aku merasa bosan, lebih baik aku menuju atap sekolah. Tidak peduli disana gelap dan aku sendirian, yang penting aku butuh waktu untuk menenangkan dan mengintrospeksi diri.

Yah… Keadaan disini memang gelap. Hanya ada dua lampu di atap seluas lapangan ini. Aku duduk di pinggiran atap dimana aku bisa melihat keadaan aula yang ramai dari atas sini. Hanya diam dan menikmati pemandangan bintang di langit. Aku tertunduk, tiba-tiba aku merasa sangat sedih.

“Kkamjong… Mianhae. Aku memang salah. Aku yang terlalu keras kepala, bukan kau. Aku tidak ingin hubungan kita jadi seperti ini.”

Aku menghela nafas berkali kali. “Aku merindukanmu.” Setitik air jatuh dari mataku.

“Kau bisa jatuh jika duduk disitu.” Itu suara Kai. Aku tak bergerak sama sekali, terlalu terkejut. Suara langkah kaki mendekat ke arahku, sebuah tangan memegang bahuku dan menarikku untuk berdiri dan menghadapnya. Aku hanya menunduk menutupi kalau aku sedang menangis. Tiba-tiba ia memelukku, ya, aku ingin pelukan ini. Lama kami berada di posisi ini dan aku menemukan kenyamanan dan kehangatan dari apa yang ia berikan. Aku tak ingin kehilangan pelukan ini. Aku tak ingin kehilangan dia.

“Aku juga minta maaf.” Ia membuka percakapan walau masih dengan posisi ini dan ia mengelus puncak kepalaku.

“Seharusnya masalah sesepele itu tidak membuat kita jadi begini.”

“Aku baru memikirkannya semalam. Kita terlalu kekanakan. Hahaha.” Sempat-sempatnya dia tertawa walau dipaksakan.

“Kenapa masih menangis? Padahal ini lucu.” Ia menyeka air mataku dengan kedua jarinya.

“Kau mau memaafkanku kan?” aku mengangguk.

“Lalu apa kau juga mau memaafkanku?” tanyaku.

“Tentu saja. Biar impas. Lain kali kalau ada masalah kita pikir dulu, pantas atau tidak masalah itu dijadikan alasan kita berselisih.”

“Kalau aku malah tidak ingin kita bertengkar lagi.” Ia tersenyum, akupun tersenyum karena melihat senyumnya.

“Kenapa kau bisa tahu kalau aku disini?”

“Hehe. Sebenarnya dari tadi aku memperhatikanmu dan kulihat kau meninggalkan aula. Jadi aku mengikutimu, aku khawatir kau akan bunuh diri atau apa karena terlalu merindukanku. Hahaha.”

“Nah kan… Kau masih menyebalkan.”

“Kau sendiri yang bilang kalau kau merindukanku.” Aku tersipu malu karena pasti dia mendengar semuanya.

“Kajja. Ada sesuatu yang harus kita lakukan.” Ia menggandeng tanganku menuruni tangga.

Kupikir ia mengajakku kembali ke aula dan berdansa disana. Ternyata ia malah menyuruhku masuk ke mobilnya untuk pergi entah kemana. Di sepanjang perjalanan ia tak henti-hentinya mengoceh dan membuatku terkekeh akan cerita konyolnya. Jangan salah, dari luar dia memang nampak sebagai namja yang cool, angkuh, dan dingin. Tapi siapa sangka wujud aslinya malah seperti ini.

“Kenapa kesini?”

“Aku alergi keramaian. Disini tenang, sejuk, dan indah.”

Kami sampai di sungai Han. Tempat yang sangat spesial bagi kami karena Kai pertama mengutarakan perasaannya padaku di tempat ini juga. Kami duduk di tepian dan menghitung bintang sambil bercanda, hal konyol yang biasa kulakukan bersamanya.

Kai menyelimutkan jasnya ke bahuku, aku terkekeh dan kami kembali menghitung bintang. Jika begini akhirnya, kucabut kalimatku tadi… Malam ini terasa begitu indah.

 

 

===To be Continued===

 

What do you think about this weird fic? I’m so happy if you wanna share your thought with comment.

Gomawo, saranghae~~~



Viewing all articles
Browse latest Browse all 4828

Trending Articles