Quantcast
Channel: EXO Fanfiction
Viewing all articles
Browse latest Browse all 4828

A Lot of Love, In Every Silence (Chapter 2)

$
0
0

A Lot of Love, In Every Silence..

Author : phyokyo

Length : Two-Shoot

Rating : PG

Genre : Romance, Angst.

Cast : Do Kyungsoo, Hwang Naeri (OC).

Note : Waspadalah terhadap bahasa yang berantakan-,-

 

Disclaimer :

Everything belongs only to Allah, including my reasoning in making this fiction.

 shadow-and-girl-copy

Summary :

 

Tersirat beberapa makna dibalik diamnya seseorang.

Namun ketika kau menyadarinya, bukan hanya beberapa makna,

Tapi puluhan makna yang tersembunyi didalamnya.

 

###

“NAERI-YA! AWAS!!” Seseorang berteriak memanggil namaku dengan keras.

“eo?”

CKIIIT!

BRUK!

…………

 

Aku terdorong dan terseret beberapa meter dari tempat ku semula. Kepala ku membentur pembantas jalan dan tubuhku tengkurap dengan bebas disisi jalan.

“nngh..” Aku melenguh menahan rasa sakit dikaki dan kepalaku. Sungguh, aku merasakan seseorang mendorongku dengan sangat keras tadi. Aku berusaha membalikkan tubuhku yang terasa remuk dan sakit sekali. Sebuah mobil sport berwarna hitam terlihat menabrak pohon disisi trotoar.

Aku menyentuh kepalaku yang terasa pusing.

“… berdarah?”

Aku berusaha bangun dengan menopang pada kedua tanganku, namun nyatanya aku jatuh kembali. Kaki dan tanganku terasa sakit hingga tak mampu untuk ku gerakkan. Aku menatap ke sekeliling untuk meminta pertolongan. Tak sengaja mataku menangkap sosok tubuh seseorang yang tergeletak tak jauh dariku. Bukankah itu….

“KYUNGSOO!” Aku segera bangkit dan merangkak sebisaku untuk menghampiri Kyungsoo. Kepalanya terluka. Darah segar mengalir mengenai aspal trotoar dan luka-luka seretan terlihat ditangan dan kakinya. Aku mengangkat kepalanya dan mendapati tanganku yang ikut terkena bercak darah Kyungsoo. Sungguh, aku ingin menangis.

Perlahan Kyungsoo membuka matanya dengan lemah.

“N-naeri ya… G-gwaenchanayo?” Ucapnya terbata. Sungguh, aku tak ingin mendengar suaranya saat ini. Melihatnya tergeletak dengan darah segar yang mengalir dari kepalanya saja sudah membuatku ingin menangis. Dan saat ini, aku harus mendengar suaranya yang parau menahan sakit yang ia rasakan.

Aku mengangguk pelan. Terlihat Kyungsoo memejamkan matanya dan tersenyum.

Bagaimana bisa kau tersenyum disaat seperti ini Kyungsoo?

Tanganku bergegas merogoh saku jaket yang kukenakan dan mengambil ponselku. Bergetar, dan sungguh ini menyakitkan.

Aku meringis begitu menyadari kalau jari telunjuk kananku membengkok. Sesaat meratapi nasib, namun seseorang dalam pangkuanku lebih bernasib buruk dari pada aku.

Sebisa mungkin aku menekan tiga digit angka—yang selama ini tak pernah kubayangkan akan sepenting ini jadinya—dengan ibu jariku.

“Yeoboseyo? .. Ne! Ppali-wa!”

Kyungsoo.. Kumohon, bertahanlah….

 

 

~OoO~

 

 

Baby don’t cry tonight after the darkness passes
Baby don’t cry tonight it’ll become as if it never happened
You’re not the one to disappear into foam, something you never should’ve known
So Baby don’t cry cry my love will protect you

(EXO – Baby Don’t Cry)

~~~

Aku terbaring lemah diranjang rumah sakit. Kepala, kaki dan tanganku terbalut kain perban. Aku masih bisa menggerakkan tanganku—juga telunjuk kananku yang telah membaik—hanya saja kakiku lumpuh saat ini. Uisa mengatakan kalau kakiku patah. Aku terus mengatakan kalau ‘aku baik-baik saja eomma..’ saat eomma terus menerus menangis meratapi kakiku yang dinyatakan lumpuh.

Tapi aku tidak bisa mengatakan sepenuhnya kalau aku ‘baik-baik saja’. Karena pada kenyataannya, seseorang yang telah menolongku dari kecelakaan maut itu lebih menderita dari pada aku.

Dan itu Kyungsoo.

.

Aku berusaha bangkit dari ranjang putih beraroma khas obat-obatan ini.

Aku harus menemui Kyungsoo. Aku harus tahu keadaannya saat ini. Bagaimanapun juga, dial ah yang menyelamatkanku. Masa bodoh dengan ucapanku waktu itu.

“Kau mau kemana? Kau belum diperbolehkan untuk bangun Naeri..” Eomma menahan tanganku yang berusaha menopang tubuhku ini. Terlihat raut khawatir dari wajah Eomma. Matanya terlihat sembab dan terdapat kantung mata dibagian bawah matanya.

“Eomma, aku harus bertemu dengan Kyungsoo.. Aku ingin melihat keadaannya sekarang..” Setetes kristal bening mengalir dipelipis mataku.

Eomma terlihat mengiba, raut wajah khawatirnya kini menjadi sendu. Ia tertunduk, tubuhnya kini terduduk lemas pada kursi yang kutahu menjadi tempat tidurnya semalam. Air matanya mulai mengalir lagi membasahi pipinya.

“Naeri..” Eomma terisak.

“Kyungsoo sudah tidak disini..” lanjutnya. Aku menatap setiap pergerakan yang eomma lakukan. Ia menunduk, ku telusuri setiap garis wajah putihnya yang kini telah banyak kerutan.

“Maksud eomma?” Jantungku mulai berdegup dengan kencang.

“Kyungsoo telah mengalami pendarahan hebat dibagian kepalanya.. Dokter telah mengoperasi kepalanya dan berusaha menghentikan darahnya. Namun itu tidak berhasil..” Eomma terdiam, aku tahu, ia sedang berusaha menahan isakan tangisnya.

“Lalu?” Hidungku mulai terasa sakit akibat menahan sesak didadaku. Sungguh, aku takut ini kabar buruk.

“Kyungsoo masih dapat bertahan. Pihak rumah sakit dan keluarga Kyungsoo sepakat untuk memindahkan Kyungsoo pada rumah sakit yang lebih baik dikarenakan fasilitas rumah sakit yang kurang memadai untuk menyembuhkan Kyungsoo. Dan Kyungsoo, diterbangkan ke Kanada pagi tadi..” Jelas Eomma.

Aku tertegun.

Akal fikirku melambat, berusaha menerima baik-baik apa yang dikatakan eomma beberapa detik yang lalu. Perkataan eomma masih membayang dan sulit untuk aku resapi.

Apapun itu.. Aku harap, itu yang terbaik untuk Kyungsoo..

Kalimat itu selalu terdengar disetiap tetesan air mataku. Harapanku kemarin ternyata dikabulkan. Aku tidak akan pernah bertemu dengan Kyungsoo lagi entah sampai kapan.

Ini benar-benar kenyataan.

Eomma terlihat mengambil sesuatu dilaci meja samping ranjangku. Ditangannya kini ia menggenggam sebuah buku agenda bercover kulit warna coklat.

“Sebelum pergi, orang tua Kyungsoo sempat datang menjengukmu dan memberikan ini pada Eomma. Mereka bilang, ini dari Kyungsoo, untukmu…” Eomma menyerahkan buku itu padaku. Aku menatap lekat-lekat buku agenda yang saat ini kupegang. Ya, aku mengenal buku ini. Ini adalah buku yang Kyungsoo bawa saat kita bertemu ditaman kemarin, sebelum kecelakaan itu terjadi.

Perlahan aku membuka sampul buku yang bertuliskan nama Kyungsoo dipojok ujung kanan cover buku ini.

~Yeoja Tembam & Namja Kumal~

Dahiku mengernyit setelah membaca sebuah tulisan pada halaman depan buku ini.

“Kyungsoo?” Aku reflex menoleh, memanggil nama seseorang yang jelas-jelas tak ada dan mustahil akan menjawab panggilanku.

Kyungsoo tak ada disini, Naeri.

Batinku berusaha menekankan kata-kata itu lagi.

“Kaukah namja kumal itu?” Aku menatap sebuah tulisan pada halaman pertama buku yang kupegang ini, terlintas sebuah bayangan ukiran dengan tulisan yang sama pada batang pohon pinus ditaman kemarin.

Aku menghapus asal air mataku dan kembali membuka halaman selanjutnya pada buku ini.

Aku bukanlah namja yang selalu terlihat dingin.

Aku juga bukan namja yang pendiam dan tak bisa melakukan apa-apa.

Dan aku juga bukan namja yang selalu tidak acuh pada wanita.

Namun ketika menemukanmu (baca: berada didekatmu), aku lumpuh.

Aku akan menjadi bersikap dingin seolah aku tidak menyukaimu.

Aku akan menjadi namja pendiam yang hanya bisa menatapmu saat kau tidak menyadarinya.

Aku akan menjadi namja yang tidak acuh saat ada dirimu.

Dan ketika aku menjadi itu semua, aku hanya bisa menorehkan kalimat-kalimat rancu yang kualami saat aku bersamamu pada setiap lembar kertas buku ini.

Aku harap, kau dapat membacanya suatu saat nanti dan tidak membenci diriku lagi, seperti 10 tahun yang lalu…

Do Kyungsoo

~&~

Aku tertegun, berusaha memahami setiap kalimat-kalimat ini dan membayangkannya pada Kyungsoo. Perlahan, aku membuka lembar selanjutnya pada buku ini.

June 15th, 2011

Yeoja berpipi tembam.

Aku menemukannya. Nan chajattda..

Setelah 10 tahun, masihkah kau mengingatnya?

Aku Kyungsoo, Do Kyungsoo. Namja kumal dari balik pohon pinus.

Sejak 10 tahun yang lalu, kau masih terlihat cerah seperti matahari.

Dan entah kenapa, pipi tembammu yang merona itu seperti cahaya bulat yang menyenangkan bagiku.

Cahaya bulat yang memerah jika terkena sinar matahari. Haha~

Maaf, aku mengejekmu lagi.

Yeoja tembam..

Aku masih menyukaimu, sampai saat ini.

Selama ini aku gelap dan kelam, tanpa sedikitpun cahaya selama 10 tahun.

Dan saat ini, takdir baik bersamaku.

Aku menemukanmu, matahariku..

~~

“Dia amat penting bagimu, Kyungsoo. Kau bahkan masih mengingatnya selama 10 tahun. Kuharap, kalian dapat bersama lagi.” Setetes air mataku lagi-lagi mengalir. Sebisa mungkin berusaha menerima kenyataan yang seharusnya menyakitkan ini.

August 10th, 2011

Kenapa kau tak pernah menyapaku?

Kau tahu? Aku tak pernah berani menyapamu sampai saat ini. Itu karena aku terlalu takut. Takut jika kau harus lari menghindariku lagi, sama seperti 10 tahun yang lalu.

Dan sekarang, kau masih tetap menghindariku. Apa aku terlalu buruk bagimu?

Ya yeoja tembam, maafkan aku.. mungkin dulu aku sering mengejekmu dengan kata-kata buruk. Aku mengejekmu karna kau sangat cantik, dan aku tak ingin kau juga terlihat cantik didepan namja-namja lainnya.

Sekali lagi maaf..

Tapi, bisakah kau menyapaku lagi saat ini? Kau juga boleh memukulku kalau itu membuatmu lebih baik..

~~

 

“Ada apa dengan yeoja itu, Kyungsoo? Kenapa ia begitu jahat padamu?”  Dahiku mengernyit tak paham. Semakin banyak kalimat yang kubaca, maka semakin besar pula rasa penasaran ku pada buku ini.

September 25th, 2011

Matahariku memang kembali, tapi ia redup.

Sudah lebih dari 2 bulan kita bersama dikelas ini, tapi aku tak pernah melihat senyum manismu sampai saat ini.

Sebegitu bencinya kah kau padaku?

Baiklah, aku tak akan mendekatimu lagi. Aku tahu, kau tak akan pernah mau mengenal dan menyapaku lagi.

 

Aku mohon, tersenyumlah untukku, matahariku..

~~

“Sekelas?” Aku kembali mengernyitkan alisku bertanya-tanya dengan maksud dari tulisan Kyungsoo ini. Tak sabar, aku langsung membalikkan beberapa lembar kertas agar aku tahu siapa yeoja yang dimaksud Kyungsoo dalam buku ini.

April 16th, 2012

Aku menemukan buku musikmu tergeletak dimeja ku begitu saja.

Tak perlu waktu yang lama untukku berfikir apa aku harus membukanya atau tidak. Aku sungguh begitu penasaran dengan apa yang kau gambar selama ini.

Aku selalu memperhatikanmu dari jauh saat kau tengah asyik menggambar, seolah dunia ini hanya ada dirimu dan gambarmu saja. Hahaha.. wajahmu saat menggambar itu sangat lucu. Alismu yang mengernyit dan lidahmu yang terjulur sedikit.

Tak sadarkah kau kalau aku selalu memperhatikanmu?

Gambar manga namja. Ini jelas saja bukan aku. Hm ya, karna rambutku tidak sekaku itu.

Gambar yang bagus yeoja tembam. Nan johahae!

Tanganku dengan mudahnya saja menorehkan sketsa-sketsa gambar menyerupai dirimu disebelah gambar milikmu.

Ya, aku memang sedang memikirkanmu saat itu. Tapi ternyata, hasilnya tak sebagus milikmu.

Mianhae, aku merusak gambarmu..

~~

 

“Gambar? Dibuku music?” Jantungku semakin berdegup dengan kencang, ini semakin membuatku bingung dan kesal disaat yang bersamaan. Entah apa sebab dari kesal yang aku rasakan ini.

Aku membalikkan lembar demi lembar buku ini dengan kasar.

June 20th, 2012

Matahariku redup sekali hari ini. Ada apa denganmu?

Dengan keberanianku yang tak seberapa, aku menghampirimu yang terduduk lemas dengan kepala yang kau sandarkan pada meja. Aku sengaja membawa sebuah buku agar aku tak terlihat kaku didepanmu nanti.

Aku telah duduk disampingmu, tapi kenapa kau masih tetap bergeming? Kau hanya melirikku sesaat lantas memunggungiku.

Kau tahu? Aku sungguh sangat sakit menerimanya. Tapi aku rasa, aku pantas mendapatkannya.

Jujur, aku merindukan senyumanmu, yeoja tembam..

Kembalilah seperti dirimu sepuluh tahun yang lalu…

~~

 

Air mataku mengalir begitu deras. Entah kenapa, semua cerita yang Kyungsoo ungkapkan dibuku ini, terlihat seperti drama yang tengah diputar diotakku saat ini. Dengan pemeran utamanya adalah Kyungsoo dan.. Aku. Aku? Kenapa harus aku? Kenapa ini terlihat seperti..aku?

May 31, 2013

Aku sungguh membutuhkanmu, matahariku.

Bagaimana bisa semua orang mengatakan kalau aku menyukai yeoja itu?

Aku dan yeoja itu hanyalah teman, tak lebih. Aku hanya merasa nyaman saat bernyanyi dengannya. Kenapa mereka terlalu berlebihan?

Kau dimana?

Kenapa kau begitu jauh dan menyedihkan?

Apa lagi yang kau gambar saat ini?

Kenapa saat itu kau malah mendengarkan kabar-kabar tak jelas dari mereka?

Aku kecewa saat kau bahkan menerima kabar itu dengan senyuman.

Dan aku merasa, sepertinya tak ada harapan lagi untukku bisa bersamamu..

~~

 

Aku terisak. Ini seperti teka-teki, tidak sulit namun aku tidak dapat memastikannya. Aku tidak bisa percaya diri begitu saja dengan beberapa fakta-fakta yang tercantum pada tulisan Kyungsoo ini. Ini sulit.

June 12th, 2013

Dimana kau yeoja tembam?

Aku sudah mempersiapkan ini jauh-jauh hari untuk menyebut namamu sebagai salah satu orang membuatku berhasil saat ini. Kenapa kau tidak ada?

Langit gelap dan hujan mulai turun. Aku mencarimu sebisa mungkin walau dalam cuaca dan langit yang segelap ini.

Pada derasnya hujan yang turun, aku menangkap sebuah bayangan seseorang yang sangat kukenal.

Ya, aku yakin itu kau..

Hwang Naeri.

 

DEG

Jantungku berdetak melebihi batas normal biasanya. Sesaat nafasku terhenti, sampai setitik air mata menetes mengenai permukaan kertas putih ini. “A-aku? Y-yeoja tembam itu..aku?” Aku menatap kosong sebuah tembok putih dihadapanku.

Sebuah perasaan kesal dan bingung dengan kenyataan yang harus kuterima saat ini.

Bagaimana bisa aku berlaku sejahat itu padamu Kyungsoo?

 

Sinarmu sangat redup. Apa yang membuatmu bersedih, matahariku?

Rasanya ingin sekali aku menghapus air mata yang mengalir dipipi tembammu dan memelukmu sesaat agar kau bisa menyalurkan apa yang kau rasakan padaku.

Biar saja aku yang merasakan, sesulit dan sesakit apapun yang kau hadapi.

Kau sungguh terlihat begitu rapuh saat ini.

Naeri.. Matahariku.. Aku mencintaimu. Tak peduli seberapa banyak kau membenciku.

Aku berjanji, mulai saat ini, aku tak ingin melihat matahariku bersedih dan tersakiti lagi.

Mulai saat ini, aku akan menjadi pelindungmu, Naeri..

 

Tanganku terkulai lemas meninggalkan sebuah buku yang terbuka pada pangkuanku. Seketika tubuhku tak lagi memiliki kekuatan bahkan untuk menggenggam sebuah buku. Semua ini nyata dan begitu menyakitkan.

 

Aku jahat.

Bagaimana bisa aku lupa dengan panggilan itu?

Dimana kau selama ini, Naeri?

Kau bahkan lupa dengan namja kumal itu.

Namja yang selalu bersembunyi dibalik pohon pinus dan siap mengejekmu kapanpun ia mau.

Namja kumal itu memang menyebalkan, dan aku membencinya.

Tapi kenyataan ini semakin menyakitkan

Saat aku tahu, bahwa Kyungsoo lah namja kumal itu.

 

Dia tidak melupakan panggilan kecilmu.

Dia bahkan mengingatmu dan selama itu pula ia tetap menyukaimu.

Kaulah yeoja beruntung itu.

 

Semua kenyataan ini sekaligus menjadi cambukan hebat bagiku.

Dengan sedikit kekuatan yang kumiliki, perlahan aku membuka halaman terakhir dari buku bersampul coklat itu. Sebuah gambar dengan seorang anak laki-laki dan perempuan yang bergandengan tangan. Dibawahnya tertulis huruf K&N dan terdapat catatan kecil dibawahnya.

Aku yakin, Tuhan selalu memberikanku hadiah yang terbaik.

Namun ketika aku bertemu denganmu, aku merasa, kaulah hadiah yang terbaik untukku..

Dan aku yakin, seberapa lamapun Tuhan mengujiku untuk memberikanku hadiah itu, aku akan tetap menunggunya.

Sampai kelak suatu saat nanti, gambar ini akan menjadi kenyataan… J

 

Aku menghela nafas dalam. Memejamkan mata dan mengangkat pandanganku pada langit-langit ruangan putih ini. Membiarkan air mataku mengalir begitu saja mengikuti aliran-aliran kecil yang telah ada sejak awal aku membuka buku ini, turun melewati leher jenjangku.

Menyesal, namun aku tak bisa berbuat apa-apa. Ini takdir. Takdir dari Tuhan, untukku yang membenci seorang Kyungsoo, 10 tahun yang lalu.

Kyungsoo..

Aku berjanji akan selalu mengingatmu, sama seperti kau yang mengingatku selama 10 tahun..

Aku berjanji, aku selalu menyukaimu, sama seperti kau yang menyukaiku selama 10 tahun..

Aku berjanji, akan selalu menunggumu, sama seperti kau yang menungguku selama 10 tahun..

 

~OoO~

 

Even if I tell myself that right now, its not like before
Even if you forget me completely,
Even if I am just a person that just went by
Tonight is just one night
Just like before I lost you

(Fly To The Sky – Missing You)

 

Aku terpaku memandang keindahan sungai Han dimalam hari. Pesona air mancur yang menari-nari dan lampu-lampunya yang berwarna warni bagai pelangi memantulkan warna yang indah pada air sungai yang tenang. Sungai pelangi, gumamku.

Ya, ini adalah suasana kotaku dimalam hari. Sejak kecil, aku selalu ingin melihat keindahan sungai Han dimalam hari sambil membuat sketsa-sketsa acak pada buku gambarku. Dan hari ini, keinginanku terkabul.

Aku memandang sepasang muda-mudi yang dengan mesranya berdiri menghadap sungai Han. Sama sepertiku, menikmati keindahan air mancur yang menari-nari indah diatas sungai. Angin yang cukup kencang membuat sang pria sesekali menyingkirkan helaian rambut yang menutupi wajah wanitanya.

Aku yang hampir genap berumur 23 tahun, munafik jika tak memiliki rasa iri melihatnya. Namun keinginan untuk memiliki seorang kekasih tak pernah terlintas dibenakku. 5 tahun bukanlah hal yang singkat. Tapi bagi Kyungsoo, 5 tahun hanyalah setengah dari penderitaannya.

‘Kyungsoo tak akan kembali, ia menetap di Kanada.’

 

Kabar yang kuterima beberapa bulan setelah aku kembali dari rumah sakit, eomma menerima telefon dari orang tua Kyungsoo. Ia memberi kabar kalau cedera Kyungsoo selama ini, telah pulih. Dan juga, Kyungsoo akan menetap bersama kedua orang tuanya di Kanada. Kabar itu menjadi kabar baik sekaligus kabar buruk bagiku.

Aku tersenyum miris mengingatnya.

Secuil harapan kosong agar Kyungsoo segera kembali dari Kanada menuju tempat asalnya lagi, disini, dikota yang penuh keindahan-keindahan, dan kenangan. Sudahlah, itu hanya harapan kosong. Iya kan?

Aku memandang sepasang kekasih yang berdiri disampingku—kira-kira berjarak kurang dari 5 meter. Sudut bibirku terangkat, sebuah ide tiba-tiba saja terlintas dikepalaku. Ku rasa, aku perlu menambahkan ini pada sketsa ku tentang sungai Han, pasti akan terlihat seperti suasana yang penuh cinta dan kehangatan.

Aku mengetuk-ngetuk pensilku pada pagar besi pembatas sesaat, sebelum akhirnya ujung tajam pensil ini menyentuh permukaan halus kertas putih dari sketch book yang kupegang. Menimbulkan bunyi yang cukup khas saat tanganku dengan lincahnya membuat sketsa-sketsa tipis.

Drrt.. Drrt..

Aku mendengus dan bergumam kesal saat merasakan suatu getaran dalam kantung sweater yang kukenakan. Padahal seingatku, aku sudah meminta izin pada eomma akan pulang telat malam ini.

Dengan terpaksa, aku merogoh kantung sweater lantas menatap layarnya yang menyala.

Satu panggilan masuk.

[Unknown Name]

Who’s this?

 

Alisku mengernyit menatap layar ponsel ku ini. Beberapa detik kemudian, aku menekan tombol hijau dan menempelkannya pada telingaku.

“Yeobose—“

“Naeri-ya… Ini aku, Kyungsoo..”

Aku terhenyak, jantungku berdegup dengan cepat seketika. Sungguh, aku dapat mendengar lagi suaranya saat ini. Suara yang amat sangat kurindukan.

Ia terdiam beberapa saat. “Aku hanya ingin mengucapkan, maaf padamu.. Maaf kalau saat itu aku mengganggu dan mengejekmu..”

Terdengar helaan nafas yang dalam dari seberang sana. “Naeri ya.. Sekarang, aku sudah mampu melupakanmu..” Aku menutup mulutku berusaha sebisa mungkin agar isakanku tak terdengar oleh Kyungsoo. Secuil harapan itu benar-benar kosong.

“Apa kau telah membaca buku itu? Sudahlah, kau pasti juga sudah melupakannya.. Dan kau juga pasti masih membenciku sampai saat ini.. Walaupun aku tahu kalau kau tidak akan mencintaiku, setidaknya buku itu telah membuat kau tahu tentang seluruh harapan-harapanku. ” Tenggorokanku tercekat. Ingin sekali rasanya aku mengelak kata-kata Kyungsoo saat ini. Tapi aku tak memiliki kekuatan untuk mengelak, bahkan untuk mengeluarkan suara sekalipun.

“Naeri.. Masihkah kau mendengarku? Kumohon, tetaplah dengar pembicaraanku sampai aku menutup panggilan ini. Kau tak perlu lelah untuk berbicara. Kau cukup menjadi pendengarku saat ini. Biarlah ini menjadi percakapaan pertama dan terakhirku padamu.” Satu tusukan hebat tepat mengenai jantungku. Aku menekan dadaku kuat-kuat menahan rasa sesak yang menghinggapiku.

“3 tahun lagi setelah musim dingin dan setelah aku menyelesaikan pendidikanku disini, aku akan menikah dengan Ji Eun. Kau ingat Ji Eun? Ya, dia menyusulku hingga ke Kanada. Dia sungguh mencintaiku.”  Tanganku melemas seolah tak ada tulang yang menahannya. Kalimat demi kalimat yang Kyungsoo katakan sungguh menusuk, membuat nyawaku serasa melayang saat ini juga.

“Kau pasti sudah tahu kabar ini. Ya, aku tak akan kembali lagi ke Seoul, aku menetap disini. Kau boleh tersenyum lega saat ini, Naeri…” Satu isakan terlepas begitu saja. Dengan cepat aku menutup lubang microphone pada ponselku.

Hening.. Tak terdengar sedikitpun suara dari seberang sana. Hanya aku dan isakanku yang terdengar disini.

“Aku akan mencoba sebisaku untuk menahan rasa rinduku padamu. Aku akan mencoba sebisaku untuk mencintai wanita lain. Dan aku akan mencoba sebisaku, untuk tidak selalu mengingatmu disetiap hariku.” Sungguh, suara Kyungsoo begitu terdengar yakin saat ini. Dan itu membuatku semakin rapuh.

Kyungsoo terdengar menghela nafas, “Naeri.. Jika kau menelusurinya, dihatiku, disetiap aliran darahku dan disetiap hembusan nafasku, selalu ada perasaan cinta untukmu yang tak akan hilang, bahkan sampai titik nadi ini tak lagi berdetak..” Suaranya terdengar melemah.

….

“Sebisaku, aku akan melupakanmu dan mencoba dengan cinta yang baru yang akan mengisi hari-hariku nantinya. Tetaplah jadi dirimu sendiri, tidak seperti aku. Aku yang bahkan tidak punya keberanian untuk menyatakan perasaanku pada gadis sepertimu.” Terdengar tawa yang seperti dibuat-buat dari seberang sana. Aku masih terisak, namun suatu kekuatan tiba-tiba saja mendorongku untuk dapat berbicara. Aku tidak ingin menyesal untuk kedua kalinya.

“Naeri ya, berjanjilah kau akan bahagia dengan hidupmu nanti, akupun akan turut bahagia disini.. Dan tetaplah jadi yang terbaik.”

“Kyungsoo, aku mencint—“

‘Pip’

…..

[Author POV]

Angin berhembus begitu kencang, membuat rambut seorang gadis yang tengah bersandar pada pagar pembantas tertiup dan menutupi wajahnya yang pucat. Matanya membelalak, seolah ia baru saja melihat sesuatu yang menyeramkan. Sedetik kemudian, sebuah benda putih persegi panjang—dengan sebuah gantungan berbentuk beruang berinisial K&N—yang menempel di daun telinganya, kini terlepas dari tangannya, meluncur melewati celah pagar dan berakhir dengan bunyi ‘blup’.

Gadis itu terduduk lemas, ia menunduk membuat rambut kusutnya kini semakin tak beraturan. Tak pelak sebuah sketch book ditangannya kini ikut terbang terbawa angin entah kemana. Gadis itu memeluk erat kedua lututnya. Hening, tak sedikitpun isakan yang keluar dari mulutnya—mengingat wajahnya yang basah dan lengket karena air mata. Tiba-tiba saja langit bergemuruh. Tanpa membutuhkan waktu yang lama, serbuan tetesan air hujan turun dari langit, membasahi jalanan sekitar sungai han, dan tak terkecuali gadis itu.

Tak sampai 1 jam kemudian, tubuh gadis itu oleng. Ia terbaring dengan posisinya yang tak berubah sedikitpun. Kaku dan semakin terlihat menyedihkan sejak hujan turun membasahi setiap permukaan kulitnya yang semakin pucat.

Hujan perlahan mereda bersamaan dengan terdengarnya suara sirine mobil ambulance dari kejauhan. Mobil itu berhenti tak jauh dari raga seorang gadis yang tergeletak tak berdaya. Terbiasa mengatasi hal ini, dengan sigap dan cekatan beberapa orang berpakaian putih itu berlari keluar bus dan mengeluarkan sebuah tandu. Dengan sebuah aba-aba, mereka hendak mengangkat tubuh dingin gadis itu. Namun, sebelum akhirnya tubuh lemah gadis itu terangkat, salah seorang berpakaian putih—yang sepertinya lebih berpengalaman—terlihat mengernyitkan dahinya. Curiga. Ia lantas menggeser posisinya yang semula berada di kepala gadis itu. Tangannya meraih dan menggenggam pergelangan tangan gadis itu. Wajahnya semakin serius tatkala ia mendapati suatu hal yang ganjil. Ingin meyakinkan lagi, ia menaruh telunjuknya pada ujung hidung gadis itu. Beberapa detik kemudian, ia menghela nafasnya panjang. Kecurigaannya terbukti.

Gadis itu, kehilangan nyawanya.

In silence, we are able to love another one.

In silence, we were able to keep a little love we had.

In silence, we are able to understand the nature and character of each of us.

And in silence, we were able to keep our pain respectively.

I will still love you, Kyungsoo ..

In my silence ..

(Hwang Naeri)

 

Aku menyukaimu karena kepribadianmu.

Aku menyayangimu karena ketulusan hatimu.

Tetaplah jadi yang terbaik.

Aku akan selalu menatapmu dari jauh

Dan aku akan tetap selalu mencintaimu…

Dalam diamku..

(Do Kyungsoo)

 

In every silence, there’s a lot of love..

~Fin~

Thanks to readers yang udah bersedia baca ff saya yang gembel ini sampai akhir. sebelumnya saya minta maaf karena pada part 1 ada kesalahan penulisan, seharusnya yang ditulis ‘noona’ bukan ‘eonni’ karna yang memanggil anak laki-laki. Ngga ‘ngeh saya pas ngeditnya lagi-,-memalukan.

Don’t be silent reader! komentar kalian sangat dibutuhkan untuk pemula seperti saya. Gomawo!

 



Viewing all articles
Browse latest Browse all 4828

Trending Articles