Quantcast
Channel: EXO Fanfiction
Viewing all 4828 articles
Browse latest View live

BSCC (Teaser)

$
0
0

Picture1s

Teaser

Main Cast        :  Byun Baek Hyun (EXO)

Choi Bo Ryung (OC)

Jeon Rinjani (OC-IndoKorsel)

Cast                 : Kim Him Chan (B.A.P)

Jeon Jeong Guk (BTS)

Mark Tuan (GOT7)

Song Ji Eun (SECRET)

Other               : OCs, Jeon Hyo Sung (SECRET) and Kim Seok Jin (BTS)

Rating              : T/G

Genre              : Slice of Live, Romance, Family, Friendship, Comedy (?)

Length             : Chapter

Author             : Evilyoung (@yorinjase)

-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-

“Annyeonghaseo! Ah! Rin!”

“Hem? Author. Sedang apa kamu disini?” sahut seorang yeoja yang duduk di dekat pintu masuk sambil menaruh buku yang tadi dipegangnya.

“Aku mau minta tolong padamu!”

“Aku sibuk.” Jawabnya sambil melihat ke gelas yang berisi air.

“Sibuk apa? Sibuk memandangi air? Haah ayo lah! Pegang ini!” 

“Mic? Ada namaku…” bingungnya

“Sekarang, lihat ke kamera dan perkenalkan orang-orang yang ada disini!”

“Neee…”

IN CAMERA VIDEO

“Annyeong! MC Jeon Rinjani imnida! Langsung saja, kita pergi ke meja nomor 19.” Ucap yeoja berambut hitam yang diikat kuda sambil memegang mic yang bertuliskan namanya. Dia berjalan menunju meja yang berada di pojok ruangan.

“Himchan-samchon, tolong lihat ke kamera!” pinta yeoja itu pada namja yang sedang duduk sambil memandangi layar laptopnya.

“Eoh? Rin! Apa ini? Oh! Author!” bingung namja yang dipanggil Himchan-samchon itu.

“Author memintaku untuk memperkenalkan samchon dan yang lainnya.” Ujar yeoja yang dipanggil Rin itu.

“Namja ini namanya Kim Him Chan. Pemilik BSCC ini. Dia adalah saudara jauhku. Sekarang aku tinggal dengannya di lantai 3 BSCC. Himchan-samchon ini memiliki wajah yang tampan serta imut.” Ucap Rin dengan wajah datar. Mendengar perkataan Rin, Himchan tersenyum bahagia. Namun…

“Tapi, Himchan-samchon ini cerewet dan dia ini menyebalkan. Dia juga terkadang sok keren. Jadi, biarkan saja dia. Kita ke tempat lain.” Rin pun langsung pergi

“Yak! Jeon Rinjani! Siapa yang kau maksud tadi, huh?” gerutu Himchan

Rin berjalan mendekati dua orang namja yang sedang berbincang-bincang di bangku dekat pintu masuk. Ketika Rin ada di samping mereka, keduanya tersenyum pada Rin.

“Nah, tolong lihat ke kamera.” Pinta Rin sambil membalas senyuman kedua namja itu, “Baiklah, yang berambut merah kecokelatan ini namanya Jeon Jeong Guk. Marga kami sama, tapi kami bukan keluarga sekandung maupun saudara dekan dan saudara jauh. Lalu, yang berambut merah ini namanya Mark Tuan. Aku tidak bisa mendeskripsikan mereka karena aku tidak punya banyak waktu. Ok, gamsahabnida!” Rin pun berbalik badan dan menjauh dari kedua namja yang sedang kebingungan.

“Uni Jieun!” seru Rin memanggil seorang yeoja yang baru saja masuk ke dalam gedung bernama BSCC ini.

“Ah, Rin!”

“Selanjutnya, yeoja ini bernama Song Ji Eun.” Kata Rin yang di sahut dengan senyum yeoja yang berdiri di samping kanannya.

“Annyeonghaseo!” sapa Jieun pada kamera…

“Uni Jieun ini manager operasi di BSCC. Dia orang yang baik dan selalu mengerjakan tugasnya dengan baik. Dia juga pandai bernyanyi dan suaranya bagus! Tapi sayang, dia berteman sejak kecil dengan Himchan-samchon. Untung saja dia tidak ikut-ikutan menyabalkan.”

“Mwo? Himchan itu hanya jahil. Tapi dia pemilik BSCC yang lucu.” Sahut Jieun sambil terkekeh.

“Hatchiiiiih…” tiba-tiba saja, Himchan dipojokan bersin.

“Eng… lupakan tentang Himchan-samchon, nanti dia tahu kalau kita sedang membicarakannya. Oya Uni, gamsahabnida! Selamat bekerja!” Rin berjalan menuju dapur

“Sekarang kita ke dapur dan lihat siapa saja yang sudah datang.” Kata Rin sambil memasuki dapur, “Annyeong!”

“Oh! Rin! Wah, ada author!” ujar semua yang ada di dapur.

“Mian, biasakah kalian berbaris dan melihat ke kamera?” tanya Rin

“Ne!”

“Kita perkenalkan dari sebelahku, namanya Yoo Young Jae. Dia adalah koki handal di BSCC.”

“Mwo? Ani! Aku hanya koki biasa.”

“Sebelah Youngjae-ssi, namanya Kim Seok Jin. Jin-ssi ini juga koki bersama Youngjae-ssi. Mereka koki yang baik.”

“Gamsahabnida” ucap Youngjae dan Jin bersamaan

“Lalu, tiga yeoja di samping Jin-ssi. Jung Sun Ah, Lee Ji Hun, dan Bang Ga Rin. Mereka bertiga adalah asisten kedua koki ini. Baiklah, mianhae sudah mengganggu.”

Rin pun langsung keluar dari dapur dan berjalan menaiki anak tangga. dia pergi menuju lantai 2. Sampai di sana, dia bertemu dengan 6 orang berpakaian kemeja putih dengan garis-garis ke bawah berwarna cokelat tua dan memakai celemek berwarna cokelat tua. Mereka sedang merapikan tempat ini.

“Annyeonghaseo!” sapa Rin sambil mendekati mereka. Keenamnya pun langsung menoleh pada Rin.

“Hoy Rin!” sahut salah satu dari mereka

“Apa yang kamu lakukan disini? Lalu, kenapa ada author?” tanya yeoja berambut hitam kecokelatan sambil memandangi author.

“Aku diminta memperkenalkan kalian. Kita mulai saja.  Bisakah kalian berbaris?”

Keenamnya pun berbaris dengan rapi.

“Mereka semua adalah pelayan yang sangat rajin di BSCC. Kecuali namja berambut cokelat caramel di sebelah kiriku ini.”

“Mwo? Aku rajin, kok. Aku selalu datang tepat waktu. Lalu melakukan pekerjaanku dengan baik. Menyambut tamu dengan senyum semangat serta aku ini rendah hati.”

“Apa maksudmu, Baekhyun?” celetuk namja di sampingnya sambil tertawa

Rin hanya menggelengkan kepalanya pelan, “Ne.., di samping kiriku adalah namja super narsis dan sama cerewetnya dengan Himchan-samchon. Walaupun saat sedang bernyanyi suaranya bagus, tetap saja aku tidak suka saat dia mulai bernyanyi asal-asalan sambil berteriak di dalam mobil. Itu membuatku risih.”

“Yak, anak ini!” gerutu  Baekhyun sambil menjitak kepala Rin.

“Di sampingnya, namanya Cho Dong Ji. Dia orang yang baik dan sangat ramah. Lalu, Min Ho Ra, namja ini memiliki tubuh yang lebih kecil dariku. Padahal dia jauh lebih tua dariku. Dan dia memiliki bola mata yang indah!”

“Gamsahabnida. Tapi.. jangan usik tentang tubuh, Rin. Itu rasanya menyakitkan.”

“Jeongmal mianhae, Hora-ssi.” Rin membungkukkan tubuhnya ke arah namja yang memiliki tinggi badan yang kurang tinggi. Buktinya? Saat berdiri saja, ujung kepalanya hanya sampai dagu Baekhyun.

“Selanjutnya, Park Mi Hyun. Yeoja ini sebaya dengan Baekhyun-ssi. Dan dia memelihara 4 anjing. 2 ekor anjing Maltese dan 2 ekor anjing Papillon. Aku rasa, Mihyun-eonni merawat mereka dengan baik. Mereka tampak sehat.”

“Lalu, Choi Bo Ryung. Setahun lebih tua dari Baekhyun-ssi dan Mihyun-eonni dan lebih muda dari Dongji-ssi serta Hora-ssi. Satu kampus dan satu jurusan, oh, satu kelas pula dengan Baekhyun-ssi. Rumah mereka juga berdekatan. Hanya berjarak dua rumah saja. Boryung-eonni sangat baik dan aku rasa dia tidak pernah menunjukkan ekspresi marahnya pada kami. Hanya pada Baekhyun-ssi saja. Karena Baekhyun-ssi selalu membuat keributan yang tidak berarti.”

“Hey Rin!” seru Baekhyun sambil memandang Rin mengisyaratkan yeoja itu untuk berhenti membicarakan dirinya.

“Dan yang terakhir, Shin Nam Young. Namyoung-eonni ini yang paling senior bersama Hora-ssi. Mereka berdua sudah bekerja disini sejak 1 tahun yang lalu. Masa sulit saat BSCC baru buka sudah mereka lewati bersama Himchan-samchon dan Uni Jieun. Mereka berdua jadi sangat teliti dan cekatan dalam bekerja. Lalu, Namyoung-eonni juga memelihara seekor anjing Bichon fries.”

“Baiklah, mian sudah mengganggu. Aku permisi. Annyeong!” Rin pun langsung memberikan mic pada author dan dia menghilang (?)

“Neee…. Cukup sekian. Teasernya nggak jelas? Memang -,- Uh.., Rin sudah menghilang entah kemana dan sampai jumpa di Chapter 1, BSCC IN THE MORNING!”

.

.

.

.

.

“Baekhyun, sedang apa kamu disini?”

“Kenapa anak itu? Lihat wajahnya! Menakutkan!”

“HAPPY SUNDAY MORNING!”

“Jangan dibuka pintunya!”

Chapter 1, BSCC IN THE MORNING



Sprite Boyfriend (Chapter 2)

$
0
0

PicsArt_1396448161597

Title : Sprite Boyfriend [Chapter 2]

Genre : Fantasy, Romance, Hurt, Little bit comedy

Ratting : PG 15

Length : Chaptered

Author : kamila / @kamilabyy

 

Main Cast :

  • Byun Baekhyun
  • Kim Hyena

 

Other Cast :

  • Kim JongIn
  • Oh Sehun

 

 

Summary : Hyena yang setiap saat di tatap sinis oleh mahasiswi di fakultas-nya, semakin ditatap sinislah Ia karna ada kabar yang berisi tentang Ia dan JongIn di gossip-kan tengah menjalani hubungan yang special. Hyena yang tidak tahu menahu tentang JongIn tentu saja merasa heran. Bagaimana bisa ia dikabarkan pacaran dengan JongIn padahal dia tidak kenal siapa itu JongIn? Ia semakin dibenci oleh para mahasiswi karna adanya berita tersebut.

Kim JongIn, pria tampan yang menjadi bulan-bulanan para gadis di fakultas-nya, tentu Hyena sangatlah beruntung karna dikabarkan berpacaran dengan Kim JongIn ini, Kim JongIn yang kaya dan menjadi pria idaman para gadis. Tapi sayang, ia adalah seorang cassanova yang sengaja ia tutupi.

JongIn juga merasa bingung akan dirinya sendiri, ia tidak terlalu mengenal Hyena, bagaimana bisa ia tiba-tiba langsung tertarik pada gadis itu dan langsung bilang suka pada saat itu juga. Mungkin, ini adalah trik seorang cassanova untuk menarik hati perempuan yang ia inginkan dengan cepat.

Tapi, sebenarnya Hyena tau akan kelakuan JongIn melalui wajahnya, JongIn yang playboy dan suka mempermainkan hati perempuan. Tapi sayangnya, ia tidak yakin akan hal itu dikarenakan kebaikan JongIn pada dirinya. Ia harus berpikir dua kali akan pengamatannya tersebut.

Lalu, apa JongIn akan benar-benar membuat Hyena menjadi kekasihnya? Apa Hyena akan berhenti bersipat dingin pada JongIn dan berubah menjadi ramah? Apa JongIn akan menjadikan Hyena sebagai pacar terakhirnya? Apa JongIn berhenti menjadi cassanova dan mulai serius dengan Hyena?

· · ·

Hyena memandang ponsel Kai, ponsel yang tipis dan panjang. Perlu diakui, Hyena sangat ingin memiliki ponsel. Tapi, penghasilannya sekarang tidak memungkinkannya untuk membeli sebuah ponsel.

Kai merasa  bahwa sekarang ia sedang diperhatikan, ia menatap Hyena yang matanya menatap lurus kearah ponselnya. Kai heran, kemudian ia memperhatikan ponselnya bolak-balik apa ada suatu kejanggalan pada ponselnya.

Tapi ternyata tidak. Ponselnya baik-baik saja dan tidak ada kejanggalan. Lalu, kenapa Hyena menatap lekat ponselnya seperti itu?

“Apa yang kau lihat?” tanya Kai. Hyena mendongak kaget. “Itu pesan dari para pacarmu kan?” 

Kai membelalakan matanya. “B-bagaimana bisa k-kau tau?? Eh salah. Apa yang kau maksud dengan para pacar??”

Hyena memandang Kai heran. “Aku hanya bercanda. Kenapa kau salah tingkah seperti itu?”

Kai tertawa kikuk, “Wajahmu tidak terlihat seperti kau sedang bercanda..”

Hyena menatap Kai curiga. Gelagatnya aneh seperti gelagat saat pencuri dipergoki mencuri. “Apa jangan-jangan…. kau memang seorang Cassanova?!”

Kai menggeleng dengan cepat. “A-apa?? A-ani.. aku tidak-”

“Cepat keluar darisini!!”

Dari gelagat Kai, Hyena sudah tau bahwa apa yang ia rasakan selama ini benar adanya. Kai adalah seorang Cassanova dan semua kebaikannya dinyatakan palsu.

“Kenapa kau bersikap seperti ini? Aku bukan-”

“CEPAT PERGI!!”

“AKU BUKAN SEORANG CASSANOVA!”

Kai menggebrak kursinya hingga berbunyi lumayan keras. Kelihatannya Kai sedang emosi.

Kai mengatur napasnya yang turun naik, kemudian ia berjalan cepat menuju pintu lalu menutupnya dengan keras.

Hyena tidak perduli akan marahnya Kai. Ia sama emosinya sekarang.

“Cih. Dia benar-benar seorang cassanova.”

· · ·

Kai berjalan melewati lorong rumah sakit dengan langkah besar. Ia tidak peduli akan tatapan heran dari orang sekitarnya. yang sekarang ia inginkan adalah, pergi minum bersama Sehun.

“Untuk apa aku bersikap baik pada orang yang menyebalkan seperti dia? Membuang harga diriku saja.” Kai bergumam selama perjalanan dan kemudian ia menjalankan mobilnya dengan kecepatan tinggi.

Hyena mengatur emosinya di Ruang Rawat. Entah kenapa, ia jadi terbayang-bayang akan Kai yang menutup ruang rawatnya dengan keras. Ia menghembuskan napasnya pelan

“Kenapa aku jadi seperti ini?” Tanyanya pada dirinya sendiri.

Ia duduk di ranjangnya sembari menyentuh kedua pipinya, “Apa yang harus aku lakukan… aku ingin pulang..”

Hyena menundukan kepala tapi setelah itu ia langsung mendongak. Ia tersenyum cerah seperti ia baru saja mendapat harta karun.

“Apa aku kabur saja ya? Dia tidak mungkin membayar biaya rumah sakit karna sekarang ia sedang marah padaku. Daripada aku diminta untuk membayarnya, lebih baik aku kabur dari sini.”

Hyena meringis kesakitan begitu ia ingin bangkit dari ranjangnya. “Apa mungkin bagi tubuhku untuk kabur? Punggungku sakit..”

Hyena menggigit bibir bawahnya memikirkan sebuah cara agar ia dengan cepat kabur tanpa ketahuan oleh petugas maupun suster. “Tidak ada cara lain, aku harus memaksa punggungku untuk kabur dengan cepat.”

Hyena mengangguk yakin. Lalu ia mengganti baju rawat dengan bajunya yang terlihat sangat kotor dan terdapat bercak darah. “Ck. Apa-apaan ini..” ucapnya begitu melihat pakaiannya yang perlu di prihatinkan.

“Tidak ada cara lain. Kau pasti bisa Hyena!”

Hyena pun mulai mengubah penampilannya agar tidak terlihat seperti seorang pasien. Ia menggulung rambutnya kembali agar tidak terlihat berantakan. Kemudian ia keluar kamar dengan menahan sakit di punggungnya.

“Aah yatuhan… rasanya begitu sakit..” gumamnya hendak menangis

Orang-orang yang lewat memandang Hyena dengan pandangan prihatin. Tentu siapa yang tidak prihatin akan penampilan Hyena sekarang? Mukanya yang penuh akan lebam dan pakaiannya sangat kotor.

“Kau pasti bisa Hyena.. kau pasti bisa..”

Hyena tidak menghiraukan pandangan orang-orang terhadapnya. Ia sibuk menyemangati dirinya agar kuat berjalan menuju rumah.

Begitu telah keluar dari rumah sakit, dan tidak ada suster maupun petugas mencegahnya keluar karna memang biaya rumah sakit telah dibayar lunas oleh Kai. Sungguh beruntung bagi Hyena.

Hyena bengong. Bagaimana ini? Ini kawasan Gangnam. Rumahku cukup jauh jika aku berjalan kaki. dan sekarang kondisiku tidak memungkinkan untuk itu..

Hyena merengut. Dengan sangat terpaksa ia memakai uangnya kemudian ia menyetop taxi yang lewat untuk menuju alamat neneknya. Ia berusaha untuk menyemangati dirinya sendiri.

Begitu telah sampai, ia langsung keluar dari taxi setelah membayar argo. Ia berjalan pelan, punggungnya terasa semakin sakit. Mungkin sekitar 15 menit untuk sampai tepat di rumah neneknya. Ia menangis dalam diam

“Nenek….” tidak ada nama selain nenek yang timbul di pikirannya. Tangisannya semakin pecah

Dan syukurlah, setelah hampir 15 menit, ia tiba di rumah neneknya. Ia masuk kedalam halaman rumah kemudian mengetuk pintu karna pintunya telah dikunci. Tidak lama setelah itu, Nenek Hyena membukakan pintu dan langsung terperanjat kaget melihat kondisi Hyena sekarang.

“Yaampun! Hyena-ya!”

Nenek Hyena langsung menghampiri Hyena dan meneliti luka lebam yang ada di wajah Hyena. Tidak luput akan pakaian Hyena yang terdapat banyak bercak darah.

“Yaampun… siapa yang tega membuatmu sampai seperti ini?”

Hyena terdiam. Neneknya terlihat sangat khawatir. “Izinkan aku untuk berbaring nek..” ucap Hyena lirih

Neneknya dengan segera merangkul Hyena untuk masuk ke kamar dan membaringkan cucunya tersebut dengan pelan. Ia mengganti pakaian Hyena dengan pakaian tidur. Neneknya terlihat sedang menahan tangis.

“Cucuku…” gumamnya lirih

“Nenek, beri aku obat..”

Neneknya tersadar. Ia memiliki obat herbal yang dapat mengobati apapun. Dengan segera Neneknya pergi ke dapur untuk mengambil obat herbal tersebut.

Saat kembali, nenek Hyena membawa semangkuk obat dan satu buah pisang. Obat tersebut sangat pahit dan pisang untuk membuat rasa pahit tersebut memudar.

“Ini, minumlah”

Nenek membantu Hyena untuk duduk. Dan dengan sangat perlahan, Hyena meminum semangkuk obat pahit tersebut sampai habis. Ia menitikan air mata karna rasa pahit yang ia rasa sekarang sangatlah menyiksa. Dengan segera, Nenek menyodorkan pisang kepada Hyena untuk segera dimakan. Hyena dengan cepat memakan pisang tersebut yang lumayan sedikit membuat rasa pahitnya menghilang.

“Tidurlah, nenek mau mencuci bajumu sebelum menjadi noda.”

Hyena mengangguk pelan. Ia memandang neneknya yang hilang di ambang pintu. Ia menghembuskan napasnya pelan menunggu reaksi obat yang telah ia minum.

Tiba-tiba terdengar bunyi grasak-grusuk dari samping jendela kamarnya. Hyena merasa was-was. Menatap jendela tersebut dengan pandangan waspada.

Hyena merasa merinding. Begitu angin malam menusuk badannya. Ia tidak mampu lagi untuk berdiri sekedar mengunci jendela kamarnya yang terbuka lebar. Dan saat matanya tertuju pada sebuah bayangan di atas jendela tersebut, Hyena berusaha menahan dirinya untuk tidak berteriak.

“Annyeong!”

“AAAAAAAA! S-s-iapa i-itu?”

Hyena tidak dapat mengontrol dirinya lagi. Ia dengan refleks berteriak karna mendengar suara asing ditelinganya.

“Aku bidadari.”

Hyena ternganga. b-b-bida-dari?? Batinnya

Dengan perasaan takut ia menoleh kearah jendela, dan ia mendapati seorang lelaki yang sedang tersenyum cerah kearahnya. Hyena meneguk ludahnya kemudian ia tertawa melupakan  sejenak rasa sakit yang ia rasakan.

“Ahahaha…! Bagaimana mungkin k-kau seseorang bidadari??! Hahahaha kau adalah pria! Dimana-mana, seorang bidadari adalah perempuan! hahahahaha”

Lelaki itu menatap Hyena heran. “Tapi aku benar-benar bidadari.”

Hyena menggelengkan kepalanya. “Hahaha jangan bergurau. Aduh… pinggangku semakin sakit. Hahah”

“Aku tidak bergurau! Aku benar-benar bidadari!”

Lelaki itu bersikeras. Hyena menatapnya dengan tatapan mengintimidasi. “Kalau kau benar-benar bidadari, kenapa tidak ada sayap di punggungmu?”

“Aku memang tidak mempunyai sayap. Tapi aku bisa terbang dengan sendirinya.”

“Heh. Ini bukan negri dongeng yang penuh akan hal-hal mustahil.”

“Ini memang bukan negri dongeng. Tapi sayangnya ini adalah kenyataan.”

“Kalau begitu, tunjukan padaku jika kau dapat terbang dengan sendirinya.”

“Aku tidak bisa terbang di dalam ruangan. Aku hanya bisa terbang di alam bebas.”

“Ck. Keliatan sekali kalau kau sedang berbohong.”

“Aku tidak berbohong!”

Hyena terdiam. Ia menatap lelaki itu sinis. “Kau tidak terlihat seperti bidadari.”

“Benarkah? Kalau begitu aku adalah hantu.”

Hyena membelalakan matanya, “M-m-mwo?? Ha-ha-hantu?”

“Ya, hantu. Aku merupakan orang yang tidak bisa dilihat dengan mata umum. Hanya orang tertentu yang dapat melihatku. Termasuk kau.”

Hyena menunjuk dirinya sendiri. “A-aku? Kenapa aku…. jadi.. bisa.. melihatmu?”

“Mungkin karna kau memiliki beberapa indera. Sehingga kau dapat melihat makhluk-makhluk halus.”

“Heh. Jangan membuatku takut! Aku tau kau hanyalah manusia biasa yang sedang mengerjaiku!”

“Baiklah kalau tidak percaya. Yang penting, aku bukanlah manusia. Ah, lebih tepatnya, aku ‘bekas’ manusia.”

Hyena semakin takut. Tatapan dingin pria itu membuatnya merinding. Ia berkeringat dingin. Tidak ada cara lain selain memanggil neneknya.

“Akan ku buktikan kalau kau manusia biasa. Aku akan memanggil nenek ku. NENEEK! NENEEEK!”

Lelaki itu tertawa pelan. “Haha silahkan saja.”

Tidak lama setelah itu, Nenek Hyena datang dengan wajah penuh tanda tanya.

“Ada apa Hyena? Kenapa memanggil nenek? Apa masih sakit?” Tanya nenek Hyena. Hyena tidak menghiraukan pertanyaan neneknya, justru ia balik bertanya tanpa memberi jawaban.

“Nenek. Kau bisa melihat dia kan?”

“Mwo? Dia siapa?”

“Dia! Yang berbaju hitam putih! Dia ada di sampingmu nek!”

“Dia siapa? Tidak ada siapa-siapa disini.”

Hyena mulai gelisah.

“Dia ada disamping nenek!”

“Hush. Kamu ini bicara apa? Tidak ada siapa-siapa disamping kita..”

Lelaki itu menatap Hyena dengan tatapan penuh kemenangan. “Kau lihat? Dia tidak melihatku.”

“Nenek! Dia berucap! Apa nenek tidak mendengarnya?!”

“…Hyena.. apa karena sakit kau suka bicara aneh seperti ini? Apa kau mengigau? Tidurlah dengan nyenyak cucuku.”

“Tapi nek, dia ada disampingmu!”

“Ssst. Berhenti berbicara yang tidak-tidak. Nenek masih punya banyak kerjaan. Selamat malam cucuku,”

Nenek Hyena pergi meninggalkan Hyena yang dilanda penuh akan kebingungan. “Nek! Nenek!” teriaknya. Tapi Neneknya terus berjalan tanpa menghiraukan teriakan Hyena.

Lelaki itu tertawa. Hyena menatapnya bengis. “Siapa kau sebenarnya?? Kenapa nenek ku tidak bisa melihat dirimu??”

“Sudah kubilang, hanya orang-orang tertentu yang bisa melihatku.”

“Tapi kenapa.. aku bisa melihatmu?”

“Ck. Bukankah sudah kujelaskan sebelumnya? Kau memiliki beberapa indera!”

“Apa kau tahu berapa indera ku?”

“Aku tidak tau. aku tidak bisa mengetahuinya.”

Hyena mengacak rambutnya gusar. “Darimana kau berasal? Kenapa kau tiba-tiba muncul di jendelaku?”

“Aku tersesat. Bolehkah aku tinggal dirumahmu untuk sementara?”

Hyena terkejut. “Apa katamu?!”

“Aku tidak tau untuk kemana..”

“Kau adalah makhluk gaib. Kau bisa saja masuk ke rumah mewah untuk numpang tidur.”

Ya, Hyena merasa minder karna rumahnya begitu kecil. Walau lelaki itu sudah menyadari akan pemikiran Hyena.

“Aku ingin tinggal disini. Tenang saja, aku akan berbuat baik untukmu.”

Hyena menatap lelaki itu seolah bilang. Kau yakin?

“Tentu. Aku suka rumah ini.”

Hyena tersenyum kikuk. Ia menggaruk tengkuknya, “Lalu.. apa kau bisa memperkenalkan diri?”

Tidak buruk baginya untuk menerima lelaki ini tinggal dirumahnya. Ia akan memiliki teman berbincang walau lelaki ini berstatus ‘makhluk gaib’

“Aku Byun Baekhyun. Aku lahir pada 06 mei 1992. kau tau? Dulunya aku adalah seorang manusia. Tapi, aku mati karna bunuh diri. Dan mungkin Tuhan belum bisa menerimaku karna aku dihidupkan kembali menjadi seseorang yang penuh akan kekuatan. Walau hanya orang tertentu saja yang dapat melihatku.”

Hyena mengangguk mengerti walau merasa sedikit gugup. “Aku Kim Hyena, aku lahir tahun 06 Januari 1994. Aku dibuang ayah dan ibuku saat aku kecil di panti asuhan, lalu Nenek ku menjemputku untuk tinggal bersamanya. Dan aku hidup sederhana dengan paman sebagai tulang punggung keluarga, aku dibesarkan dengan penuh kasih sayang karna nenek-ku sangat sayang padaku.”

Baekhyun mengerjapkan kedua matanya. “Tega sekali ayah dan ibumu itu. membuangmu begitu saja,Sungguh orang tua yang kejam.”

Hyena tersenyum miris. “Ya.. mmm.. kalau aku boleh tau, apa kekuatan mu itu?” Tanya Hyena ingin tahu. Tidak ingin larut dalam kesedihan

Baekhyun terlihat sedang berpikir. “Wajahmu penuh lebam. Bagaimana kalau aku menghilangkan bekas lebam tersebut?”

Hyena terkekeh geli tidak percaya. “Bagaimana mungkin.. apa kau bisa melakukannya?”

“Jangan meremehkanku. Aku yakin kalau aku bisa. Sekarang, tutup kedua matamu.”

Hyena menaikan alisnya bingung.

“Tutup saja..”

Dengan penasaran, Hyena menutup kedua matanya. Lalu Baekhyun mendekati Hyena kemudian ia menyentuh kedua pipi Hyena, ia mulai mengeluarkan kekuatannya untuk semua luka yang dialami Hyena.

Hyena merasakan kalau sekarang pipinya sedang dipegang oleh Baekhyun. Awalnya tangan Baekhyun terasa hangat tapi lama kelamaan tangan Baekhyun berubah menjadi dingin. Ditambah punggungnya yang seperti disentuh oleh seseorang. Ia tidak yakin kalau itu Baekhyun karna kedua tangan Baekhyun sedang menyentuh pipinya. Lalu, siapa yang menyentuh pinggangnya? Hyena dilanda kebingungan

Setelah dua menit, Baekhyun menyuruh Hyena untuk membuka mata. Hyena pun membuka matanya. Ia mendapati wajah Baekhyun yang sedang tersenyum cerah. Mereka terlihat sangat dekat, Mungkin jarak antara keduanya hanya 10 cm.

Hyena mengerutkan alisnya. Kemudian Baekhyun memberikan sebuah cermin ke Hyena, Hyena dengan antusias bercermin untuk mengetahui kekuatan Baekhyun.

Dan Bingo. Hyena melongo sembari memandang wajahnya di cermin. Wajahnya kembali seperti semula, putih bersih tanpa luka lebam.

“Bagaimana bisa….” gumamnya tidak percaya. “Wajahku…”

Hyena tersenyum lebar. Tidak percaya akan hal ini. “Ini terlalu mustahil..”

Dan setelah itu, ia menyentuh punggungnya. Tidak terasa sakit. Ia menatap Baekhyun yang juga sedang menatapnya sedari tadi.

Langsung saja Hyena memberikan Baekhyun sebuah pelukan tanda terimakasih. Ia menggoyangkan tubuh Baekhyun kesana kemari.

“Gomawo, Gomawo, Gomawoyo Baekhyun-ah~ aku telah kembali seperti semula. Aku sembuh! Nenek pasti terkejut akan hal ini!!” Seru Hyena dengan begitu senangnya. Ia tidak menyadari bahwa pelukannya terhadap Baekhyun terlalu over.sehingga membuat Baekhyun meringis. Namun Baekhyun berusaha untuk terus tersenyum.

“Sudah kubilang aku dapat melakukannya.”

“Bagaimana bisa kau melakukannya?”

“Itu rahasia.”

Hyena cemberut. “Huh, kau ini.”

Tapi setelah itu, ia berdiri berloncat-loncat dikasurnya. merasakan punggungnya yang tidak lagi sakit. Ia tertawa puas. “Ahahahaha aku sembuh!!!”

· · ·

Kai memberhentikan mobilnya di gerbang rumah Sehun. Sekarang masih jam 7 malam, terlalu awal untuk pergi ke club.

Kai memencet bel rumah Sehun berulang kali, dan setelah itu Sehun keluar dari rumahnya dengan celana boxer dan kaos putih.

“Ada apa Kai?” Tanya Sehun dengan sedikit berteriak.

Kai dengan tenang menjawab. “Ayo ke club.”

Sehun terkejut. “Kau yakin? Apa jam segini club telah opening?”

Kai mengangguk pasti. “Tentu saja.”

Sehun berdekhem. Kemudian ia menyuruh Kai untuk masuk

“Kemana saja kau seharian ini?”

“Sudah kubilang aku menemani Hyena di rumah sakit.”

“Apa dia penting bagimu?”

“Sudah tidak.”

“Hahahaha…! Wae?”

“Aku malas menceritakannya.”

Sehun berusaha untuk menahan tawanya. Ia yakin pasti Kai tidak akan lama bertahan dengan orang yang menyebalkan seperti Hyena.

“Sepertinya kau belum mandi..”

“Aku akan mandi di rumahmu.”

“Ck. Kau ini.”

Sehun dan Kai masuk kedalam rumah mewah milik Ayah dan Ibu Sehun. Mereka disambut dengan para pelayan Sehun, Kai tersenyum singkat lalu ia mengikuti Sehun naik kelantai atas.

“Aku pinjam bajumu.”

“Baiklah.”

Sehun memberikan Kai sebuah handuk untuk Kai mandi. “Ini, cepat mandi.”

Kai mengangguk pelan kemudian ia masuk kedalam kamar mandi untuk membersihkan badannya.

20 menit kemudian. Kai keluar dari kamar mandi. Ia mendapati Sehun sudah siap akan penampilannya, sekarang Sehun sedang bercermin untuk melihat penampilannya sendiri.

Kai terlihat bingung ingin memakai apa. Ia menggaruk kepalanya yang masih basah.

“Aku sudah memilih pakaianmu, aku letak kan di sofa, ambilah.”

Kai mencari sebuah sofa lalu setelah ia menemukannya, ia langsung memakai pakaian tersebut.

Sebuah baju kaos berwarna hitam dan ham berwarna merah kotak-kotak. Sehun memang tau apa kesukaan Kai.

Kai memasang celana panjangnya dan setelah itu, ia sudah siap akan penampilannya hari ini. Tinggal merapikan rambutnya yang masih acak-acakan.

“Kau sudah siap?” Tanya Sehun

Kai menoleh kearah Sehun, “Tunggu sebentar.”

Sehun mengangguk mengerti. “Arraseo.” Ucapnya tenang setelah itu ia tenggelam akan dunia game di ponselnya.

Kai mengatur rambutnya se-keren mungkin. Ini bertujuan agar kaum hawa semakin tertarik akan pesonanya. Haha genius Kai.

Tidak butuh lama, Kai sudah siap dengan rambutnya lalu menepuk kaki Sehun yang sedang tiduran di kasurnya sendiri.

“Heh, ayo berangkat.” Tegur Kai, Sehun pun bangun dan bangkit dari kasurnya. Ia memasukan ponsel kedalam jacket tipisnya.

Kemudian mereka keluar dari halaman rumah Sehun dan Sehun pun mengenderai salah satu mobilnya yang terparkir rapi di parkiran khusus. Kai juga sudah siap di dalam mobilnya, setelah itu mereka berangkat bersama-sama.

Sesampainya disana, club langganan mereka masih sepi. Tapi itulah yang diinginkan Kai, mereka turun dari mobil dan berjalan santai masuk kedalam sebuah club tersebut.

“Kau lihat? Masih sepi.” keluh Sehun.

Kai tertawa pelan. “Aku lebih suka seperti ini daripada penuh akan orang bercumbu.”

Sehun mengangguk mengiyakan, ia juga tidak suka saat melihat orang-orang bercumbu didalam club tersebut. Ia rasa itu sangat mengganggu penglihatan dan juga menjijikan.

Kai memesan segelas wine pada betender begitu pula Sehun, betender mengangguk mengerti lalu memberikan keduanya sebotol wine dengan dua gelas kecil.

“Hm. Sepertinya kita tidak bisa masuk kuliah besok.”

“Memang itu yang aku inginkan.”

Sehun menatap Kai tidak percaya. “Aku pahami kau untuk hari ini.”

“Kedengarannya itu bagus.”

· · ·

Pagi hari tiba, Hyena mengucek-ngucek matanya karna baru bangun dari tidurnya. Ia meregangkan tubuhnya karena merasa pegal. Kemudian ia mengambil handuk yang ada di sofa tanpa menyadari ia telah menginjak kaki seseorang.

“AAW!” Teriak seseorang tersebut karna rasa sakit di kakinya. Ia jadi terbangun karna terkejut.

Hyena kaget. Lalu ia menoleh ke bawah, Ia mendapati seseorang yang tengah meringis kesakitan. Hyena menaikan alisnya tinggi.

“YAAAA! KAU SIAPA?” Spontan Hyena berteriak karna tersadar akan keberadaan pria asing di kamarnya. Hyena menatap seseorang itu tajam.

Seseorang itu menatap Hyena heran. “Aku Baekhyun. Kenapa? Bukankah kau sudah mengijinkan ku untuk tinggal disini?”

Hyena terdiam. Tatapannya berubah menjadi seperti biasanya. Ia berpikir selama beberapa detik kemudian ia tertawa kikuk.

“Ahaha mianhae, aku lupa akan kehadiranmu.. aduh.. apa kakimu sakit? Hehe aku tidak sengaja menginjaknya..”

Baekhyun menggeleng. “Tidak terlalu sakit, hanya saja aku terkejut sehingga berteriak.”

Hyena tertawa canggung.

“Yasudah kalau begitu, aku mandi dulu.”

Baekhyun mengangguk mengiyakan. Lalu ia bangun dari berbaringnya. Ia menghembuskan napasnya pelan.

Tempat ia tidur memang berdekatan dengan Hyena, tapi tempat tidur Hyena lebih tinggi sehingga jarak diantara mereka terlampau jauh. Hal yang wajar bila Hyena tanpa sengaja menginjak kaki Baekhyun karna Hyena butuh beradaptasi akan kehadiran Baekhyun di kamarnya. Seharusnya Baekhyun-lah yang beradaptasi. Kenapa jadi Hyena?

Sembari menunggu Hyena selesai dari acara mandinya, Baekhyun menelaah kamar Hyena yang penuh akan kertas-kertas diskripsi. Baekhyun jadi teringat akan masa-masa kuliahnya dua tahun yang lalu.

Tanpa sengaja ia menemukan tulisan-tulisan tangan di dinding kamar Hyena. Baekhyun membaca tulisan tangan tersebut satu-persatu.

“Choi Hyena, Jang Hyena, Kim Hyena, apa-apaan ini? Kenapa dia punya 3 marga?” Tanya Baekhyun pada dirinya sendiri.

“Aku Kim Hyena, perempuan yang paling malang sedunia.” Baekhyun terkejut saat membaca tulisan tersebut. Ia masih belum mengerti akan keadaan sehari-hari Hyena. Tapi ia memutuskan untuk membaca tulisan-tulisan yang lain.

“Aku pusing.”

“Ayah dan Ibuku adalah orang yang paling mulia dihidupku, tapi, nenek dan paman jauh lebih mulia dari mereka.”

“Aku sayang nenek.”

“Terimakasih paman.”

“Aku berharap akan menjadi orang yang sukses dan membeli rumah mewah.”

“Izinkan aku untuk sukses, Tuhan!”

Baekhyun tersenyum kecil membaca tulisan-tulisan tersebut. Selain tulisan, Baekhyun juga mendapati gambar manusia-manusiaan yang digambar tidak manusiawi oleh Hyena. Baekhyun sampai terkikik geli melihatnya.

“Mereka adalah mahasiswi yang suka mengejekku!” Sebuah gambar 5  manusiaan yang dibuat seadanya dan terlihat senista mungkin.

Tidak sampai disitu, tangan Baekhyun memang tidak tau akan kata ‘diam’ mengambil sebuah buku notes yang terlihat seperti sebuah buku diary di meja kecil Hyena. Ia membuka lembar demi lembar buku tersebut dengan perlahan.

06/Januari/2014

Ini adalah hari ulang tahun ku, aku hanya mendapat dua ucapan ‘Selamat ulang tahun’  dari paman dan nenek. Jujur, aku sedih. Tapi hanya mereka yang tau akan ulang tahun ku. Bahkan teman-teman di kampus,-ah tidak. Orang-orang di Kampus tidak ada yang tau akan ulang tahunku. Haaaah aku ingin memiliki teman~ terlalu mustahil jika aku berteman dengan ‘salah satu’ orang di Kampusku. Mereka selalu menatapku rendah dan sinis. Ya, karna aku miskin jadi aku ditatap seperti itu. Tapi kenapa…. memangnya kenapa dengan orang miskin? Mereka juga manusia! Mereka juga makhluk sosial! Mereka butuh akan teman…. aku juga tidak ingin seperti ini! Aku juga ingin seperti kalian… tapi, keadaan tidak bisa kupaksakan, aku harus terima ini. akan buktikan kalau aku bisa sukses dan berhenti ditatap rendah.

Baekhyun menatap sendu buku tersebut. Ternyata Hyena di kucilkan di Kampusnya. tidak seperti dirinya yang penuh akan teman di Kampusnya dulu. Lagi-lagi Baekhyun menghela napas

“Apa yang kau lakukan?!”

Hyena muncul didepan Baekhyun. Ia selesai dari acara mandinya dengan masih memakai handuk dikepalanya dan juga dibadannya sebatas lutut. Baekhyun terkejut dan refleks menjatuhkan buku note yang ia baca tadi. Hyena melotot dan dengan segera mengambil buku note miliknya secepat mungkin.

“Kenapa kau membacanya?!” Tanya Hyena gusar

Baekhyun tergagap. “A-a-ku ti-tidak-”

“Apa yang kau baca?!”

“A-a-ku..”

“Jawab!”

Baekhyun meneguk ludahnya. Ya, memang, Hyena tidak menyadari jika dia masih memakai handuk. Itu membuat Baekhyun susah untuk berkata-kata. Saat melihat kulit putih Hyena, membuat Baekhyun terdiam ditempat. Biar bagamainapun, Baekhyun adalah seorang pria sejati.

“H-hyena..”

“Apa?!”

“Sebaiknya k-kau be-berpakaian dulu..”

“MWORAGO?!”

Akhirnya Hyena tersadar. Ia langsung menghindar dari Baekhyun karna merasa malu. Baekhyun juga terlihat sama seperti Hyena. Tiba-tiba suasana menjadi sangat absurd dan canggung.

Kenapa aku tidak menyadarinya? batin Hyena malu setengah mati.

“A-aku akan segera b-berpakaian!”

Hyena berlari menuju lemari bajunya dan memilih sebuah pakaian untuk hari ini. Baekhyun berdekhem mengalihkan pandangannya kesamping. Entah kenapa ia jadi merasa salah tingkah sendiri.

“Berbalik!”

Seruan Hyena membuat Baekhyun kembali menatapnya. “Mwo? Kau akan berpakaian disini?” Tanya Baekhyun polos

“Tentu saja tidak! Ada sesuatu yang harus kuambil… cepat berbalik!” Hyena terlihat malu-malu saat berkata ‘sesuatu yang harus ku ambil’, sesuatu itu memang untuk keperluan wanita. Sangat memalukan jikalau Baekhyun melihatnya.

Baekhyun mengangguk pelan, Dengan secepat kilat ia berbalik. Kemudian Hyena langsung mengambil keperluannya dan berlari ke kamar mandi secepat mungkin.

· · ·

Hyena sudah siap akan pakaiannya, dan rambutnya kini ia biarkan tergerai karna masih basah. Ia memakai bedak tipis agar wajahnya tidak terlihat pucat.

Neneknya memanggil Hyena untuk segera sarapan, Hyena menyahut akan segera kesana saat ia selesai menyapukan bedak di wajahnya.

Saat ingin mengambil map hijau yang sering ia bawa di meja kecilnya, Baekhyun menarik tangan Hyena saat Hyena melalui dirinya. Hyena menatap Baekhyun sembari menggigit bibir bawahnya. Keduanya memang bungkam untuk berbicara akibat kejadian beberapa menit yang lalu.

Baekhyun berdekhem, “Apa aku boleh sarapan juga?”

Baekhyun menatap Hyena penuh harap. Perutnya sangat lapar sekarang.

“Nde? Apa kau lapar?”

Baekhyun mengangguk cepat. Dengan masih menggenggam tangan Hyena, Hyena menggaruk tengkuknya karna sekarang pasti Nenek tidak membuat porsi makan yang banyak.

“Aku kira kau tidak akan lapar karna kau adalah makhluk gaib.”

Baekhyun melotot. “Aku bukan malaikat yang tidak memiliki hawa nafsu.”

Hyena langsung melepas tangan Baekhyun saat mendengar ucapan tersebut. Keduanya kembali canggung.

“Kau tunggu disini, a-aku akan membawa makanan untukmu.”

Baekhyun mengangguk sembari tersenyum kecil. Perutnya akan terisi sekarang.

Hyena langsung beranjak pergi meninggalkan Baekhyun di dalam kamarnya. Ia menghampiri nenek yang sedang menyiapkan makanan untuk dirinya dan Paman. Dan juga untuk.. emm… Baekhyun.

Hyena mengambil nasi lebih banyak dari biasanya. Dan juga lauk pauk yang lumayan banyak. Nenek menatap Hyena heran.

“Kau yakin akan menghabisi itu semua?” Tanya neneknya.

Hyena tertawa kecil. “Tentu saja.”

Neneknya tertegun. Hingga pada saat ia teringat akan keadaan Hyena tadi malam dan pagi ini, ada banyak  perubahan… Nenek meneliti wajah Hyena kemudian terlonjak kaget.

“Astaga!” kaget Nenek Hyena dan  refleks menjatuhkan sendok yang ia pegang.

Hyena memandang neneknya khawatir. “Ada apa nek??”

“W-w-wajahmu..” Nenek Hyena tergagap

Hyena tersenyum mengerti. “Aaah ini.. hahaha bagaimana nek? Nenek kaget kan?”

Neneknya mengangguk.

“Ada seseorang yang menyembuhkan ku nek..”

“Siapa itu?”

“Aku ingin menceritakannya tapi hal ini terlalu mustahil.”

“Kenapa begitu?”

“Karena…. Ah! Aku makan dulu ya, aku ingin membawanya ke kamar karna banyak tugas yang belum aku selesaikan.”

Hyena mengambil dua buah sendok dan segelas air. Kemudian ia berjalan menuju kamarnya kembali.

Nenek merasakan ada hal yang janggal pada diri cucunya, kenapa ia makan sebanyak itu dan.. kenapa ia membawa dua buah sendok? Karna penasaran, Nenek memutuskan untuk mengintip kamar Hyena.

Namun, tidak ada satu orangpun yang ada di kamar Hyena. Dengan itu, nenek Hyena berusaha untuk berpikiran positif dan melanjutkan kegiatan makannya.

Di dalam kamar, Hyena meletakan piring yang berisi makanan dan segelas air. Ia menyuruh Baekhyun agar segera mendekat.

“Apa itu?” Tanya Baekhyun menunjuk lauk pauk yang ada di piring makanan.

Hyena menjawab, “Itu sup rumput laut, dan ini ikan laut. Paman ku yang mendapatkannya.”

Baekhyun mengangguk mengerti. “Sepertinya ini enak.”

Hyena tertawa. “Tentu saja. Makanan nenek ku memang selalu enak.”

Baekhyun terkekeh. “Apa kita makan sepiring berdua?”

“Kelihatannya seperti itu.” Hyena tersenyum.

Baekhyun pun mengangguk lalu mengambil sendok dan menyendokan nasi beserta lauk ke mulutnya. Ia bergumam “Ini enak,”

Hyena berucap, “Sudah kubilang kan. Bahwa masakan nenek ku selalu enak.”

Keduanya tertawa. Setelah itu mereka makan bersama-sama untuk mengisi perut dipagi hari.

· · ·

Setelah selesai makan, Hyena pun pamit pada neneknya untuk segera ke Kampus. Neneknya tidak bisa berkata apa-apa lagi karna masih tertegun akan wajah Hyena yang kembali bersih seperti semula. Paman-nya yang tidak tau menahu akan keadaan Hyena justru makan dengan tenang sampai makanannya habis.

Saat di perjalanan, Hyena berjalan kaki seperti biasanya, Namun ada sesuatu hal yang baru baginya sekarang. Ya, ada Baekhyun yang mengikutinya.

Hyena tidak bisa mengelak saat Baekhyun merengek ingin ikut dirinya ke Kampus. Menurutnya itu tidak merepotkan karna Baekhyun adalah makhluk gaib.

“Aku bisa saja terbang kalau diluar seperti ini.” ucap Baekhyun dibelakang Hyena.

Hyena tidak terlalu menanggapi ucapan Baekhyun. ia terus berjalan dengan cepat.

“Kita bisa saja terbang di udara.”

Hyena menghembuskan napas. “Ayolah Baekhyun. jangan ajak aku bicara. Nanti aku bisa telat.”

Hyena berjalan lebih cepat lagi. Tapi terhenti saat Baekhyun mencegahnya dan menarik tangannya untuk berhenti.

“Baekhyun!” geram Hyena.

Baekhyun menatap Hyena polos. kemudian ia menjentikan jarinya di depan Hyena. Hyena mengernyit bingung.

“Dengan begini kau tidak bisa dilihat siapapun kecuali orang yang mempunyai indera.”

Hyena semakin bingung. “Maksudmu?”

“Ayo terbang.”

“MWORAGO?! YAAAA!”

Hyena refleks berteriak karna ia dibawa terbang oleh Baekhyun keatas langit. Hyena gemetar, “APA YANG KAU LAKUKAN BAEKHYUN-AH??! KENAPA KITA BISA TERBANG SEPERTI INI??”

Baekhyun berusaha untuk menyeimbangkan tubuhnya dan Hyena agar tidak sampai terjatuh. Hyena sangat gagah di genggamannya sehingga membuat Baekhyun sedikit oleng.

“Diamlah. jangan banyak gerak seperti ini. kita bisa saja terjatuh!”

Hyena membelalakan matanya. “APA?! AAA BAEKHYUN-AH!! INI HAL YANG PERTAMA UNTUK KU!!”

“Iya aku tau! diamlah! jangan berteriak!”

Hyena langsung terdiam. Ia tidak berani lihat ke bawah karna pasti di bawahnya sangat menyeramkan. Mereka terbang lumayan tinggi agar cepat sampai ke Kampus Hyena.

“Kenapa kau mengajak-ku terbang?”

“Untuk menghemat waktu. dengan terbang, kita hanya butuh beberapa menit untuk sampai.”

“Benarkah? tapi ini terlalu ekstrim..”

“Kalau begitu kita turun.”

“J-jangan! biarkan seperti ini!”

Baekhyun tertawa.

“Kampus mu dimana?”

“Di jalan Gwangju. atapnya berwarna merah.”

“Yang mana? banyak atap berwarna merah disini. Hey, coba kau lihat ke bawah!”

“Tidak mau!”

“Ini tidak terlalu tinggi. Ayo lihat!”

“Kubilang tidak!”

“Baiklah. kita harus meluncur. pegang yang erat.”

Jantung Hyena berdegup tidak karuan. Badannya gemetar, melihat awan-awan yang terasa begitu dekat dengannya membuat Hyena ingin memekik ketakutan.

Ia berusaha untuk mencengkram tangan Baekhyun agar ia tidak terlepas. Sungguh, ini adalah hal yang mengerikan. lebih mengerikan dibanding dengan menaiki Gyro Swing di Lotte World.

Hyena tidak bisa berucap apa-apa lagi. Walau terbang pada kenyataannya memang sangat menyenangkan, tapi biar bagaimana pun, Ini dadakan. Tentu Hyena belum siap.

“Baekhyun-ah, apa kita sudah sampai?”

Hyena merasakan sekarang ia terbang tidak setinggi sebelumnya. ia merasa semakin turun dan turun.

“Sepertinya begitu.”

Hyena memberanikan diri untuk melihat kebawah. dan memang benar, Ini adalah jalan yang sering ia jalani untuk pergi ke Kampus.

“Butuh berapa lama jika kau berjalan dari sini ke Kampus-mu?”

“Mungkin sekitar 20 menit.”

“Lumayan. kita berhenti disini saja karna kekuatanku untuk membuatmu transparan hanya bertahan selama 20 menit.”

“Nde? itu berarti tinggal 10 menit lagi…”

“Benar sekali.”

Hyena menghela  napas. “Apa tidak bisa diperpanjang lagi?”  Hyena memandang Baekhyun penuh harap.

“Tidak. itu sudah ketentuan waktunya..”

“Oh, yasudah..”

Hyena berjalan dengan lunglai dan lesu. Baekhyun memandangnya heran.

“Ada apa denganmu? Kenapa berjalan seperti itu?” tanyanya

“Kaki ku terasa lemah untuk berjalan. Badanku juga gemetar. Mungkin ini efek karena kita terbang tadi..”

Baekhyun mengangguk paham. lagi-lagi ia menjetikan jarinya di depan Hyena.

“Dengan begini, badanmu akan terasa segar bugar.”

Hyena bengong. tapi benar apa yang dikatakan Baekhyun. Badannya terasa fresh. Ia bertepuk tangan kagum akan kekuatan Baekhyun

“Kau hebat.” puji Hyena. Baekhyun tersipu dan menganggap bahwa kekuatannya hanya biasa-biasa saja.

Setelah itu, mereka berjalan beriringan. jalan Hyena tidak terlihat lunglai lagi karna gemetar yang ia rasa sudah hilang.  Ia tersenyum di sepanjang jalan. Sampai saat sebuah mobil hendak menabrak mereka, Mereka langsung lari ke pinggir. Walau mereka makhluk transparan, Tapi kalau ditabrak dengan sebuah mobil, bukan berarti mereka akan menembus mobil tersebut seperti para makhluk gaib lainnya.

Ketika sang pemilik mobil ke luar, Hyena terperanjat karna pemilik mobil tersebut adalah Kim JongIn. ia terlihat acak-acakan dan samrawut.

“Kim JongIn…” Gumam Hyena pelan.

Baekhyun menoleh kearahnya, “Kau kenal dia?”

Hyena mengangguk.

Tetapi, ada hal yang janggal. Kai seperti menyadari keberadaan Hyena. Ia menatap lekat Hyena dengan pandangan sendu.

“A-ada apa ini? K-k-kenapa dia bisa menatapku seperti… itu?”

Baekhyun memandang Hyena dan Kai bergantian. Kai memang seperti dapat melihat Hyena, Baekhyun mengernyit bingung.

“Sekarang apa sudah 10 menit?”

tiba-tiba Baekhyun teringat akan jangka waktu kekuatannya. Mungkin jangka waktu Hyena telah habis atau memang Kai memiliki indera sehingga dapat melihat mereka.

Hyena gelisah. “Sudah 10 menit! Aaaah pantas saja! Ayo kita lari!”

Andai Kai dalam kondisi sadar sekarang, mungkin ia heran karena melihat Hyena berbincang sendirian. Tapi beruntung untuk Hyena, karna Kai sedang dalam pengaruh alkohol. dan Kai pasti melupakan kejadian ini setelah ia sepenuhnya sadar.

· · ·

Hyena berlari sangat cepat. kenapa ia tidak menyadari bahwa waktu transparant-nya terbatas? Ia mengutuk dirinya sendiri. pasti Kai akan menilainya aneh karna berbicara sendirian. Tapi, sebenarnya ia tidak akan perduli akan hal itu.

Baekhyun dengan enteng terbang di belakang Hyena, sedangkan Hyena masih berlari cepat. Keringat pun bermunculan di pelipis Hyena.

“B-Baekhyun, K-kenapa kita… bisa… bertemu… dengan JongIn?” napas Hyena yang tersengal membuat perkataannya terputus-putus. Hyena berhenti berlari karna ia sudah tidak sanggup lagi.

Baekhyun mengangkat bahunya tanda tidak tahu.

Hyena menghembuskan napasnya kasar. “Aish. dia pasti menganggapku aneh!”

Baekhyun tertawa kecil. “Salah kau sendiri. kenapa berhenti dan menatapnya lekat.”

Hyena mendengus. “Aku kan tidak menyadari kalau kekuatanmu telah menghilang.”

“Maka dari itu sadarilah.”

“Mana bisa! Sudah aku bilang aku tidak sadar!”

Hyena berjalan sembari menghentak-hentakan kakinya karna merasa kesal dengan Baekhyun. Hyena seperti anak kecil yang sedang merajuk karna tidak dibelikan ice cream.

Baekhyun tertawa pelan melihat tingkah laku Hyena.

Saat telah sampai di Kampus, Hyena menjadi pusat perhatian karna mahasiswa maupun mahasiswi ingat kalau wajah Hyena penuh akan lebam dan luka kemarin pagi. tapi kenapa sekarang luka dan lebam itu menghilang selama 1 malam?  Itu hal yang mustahil.

Ketika hendak menaiki tangga, Mahasiswi yang menampar Hyena kemarin ada didepan Hyena dengan pandangan sinis. Hyena ikut memandangnya sinis. Biar bagaimanapun, mahasiswi inilah yang telah membuatnya terluka.

“Kau memang anak seorang dukun.”

Hyena terkejut. begitu pula dengan Baekhyun. Hyena semakin memandang sinis mahasiswi tersebut

“Bagaimana bisa luka lebam mu hilang selama 1 malam? Itu hal yang mustahil bukan?”

Hyena memilih untuk diam. Ia ingin mendengar sampai mana mahasiswi ini akan berceloteh di hadapannya.

“Hal seperti itu tidak akan mustahil jika yang menghilangkannya adalah seorang dukun. ah, pantas saja. Sehun dan JongIn menjadi mendekatimu karena kau jampe-jampe mereka dikarenakan kau anak seorang dukun!!”

Baekhyun melotot. yang menghilangkan luka lebam tersebut adalah dirinya. Ia tidak terima disebut dukun oleh mahasiswi ini. karena marah, Baekhyun hendak mendorong siswa tersebut tapi tangan Hyena menghalangnya karna Hyena lebih dulu menampar pipi mahasiswi tersebut.

PLAK!

Suasana menjadi tegang karna Hyena dengan berani menampar pipi mahasiswi itu.

Baekhyun ternganga.

“Jaga mulutmu. kau tidak tau akan siapa ibuku jadi kau jangan sok tau  dan berani berkata bahwa aku anak seorang dukun!! dan Aku tidak menjampe-jampe JongIn maupun Sehun karna aku tidak mengenal mereka!! lagi pula darimana kalian mengambil kesimpulan bahwa aku menjampe-jampe mereka agar mereka mendekatiku? Aku tidak akan pernah melakukan hal bodoh semacam itu karna nenek-ku tidak pernah mengajarkan hal semacam itu!! Kalian heran kenapa wajahku kembali seperti semula, hm? Kalian ingin tau kenapa wajahku kembali seperti sediakala?! Itu berarti kalian ingin tau tentang diriku. minggir!”

Hyena menyenggol  bahu mahasiswi itu karena mahasiswi itu menghalangi jalannya. Mahasiswi itu terlihat sangat marah. ia menatap Hyena dengan tatapan membunuh.

Baekhyun takjub akan tindakan Hyena. melawan memang sangat bagus untuk Hyena karna ia memang sedang terpojok-ki.

Sesampainya di kelas. tulisan di meja kecil Hyena belum juga hilang. Hyena menatapnya dengan tatapan lirih kemudian ia menutupnya dengan ransel-nya sebelum Baekhyun melihat.

“Aku sudah melihatnya. jangan di tutup-tutupi.”

Begitu mendengar ucapan Baekhyun, Hyena hanya bisa tertawa renyah.

“Aku bisa menghilangkannya.”

Hyena memandang Baekhyun seolah bilang, Benarkah?

Baekhyun mengangguk pasti lalu ia menjentikan jarinya ke meja Hyena. Satu detik kemudian, tulisan yang menyakitkan itu hilang. dan meja kecilnya bersih seperti semula.

Hyena bertepuk tangan lagi untuk Baekhyun. Baekhyun sangat membantunya hari ini.

“Kau hebat. Kau sangat membantu, Gomawo Baekhyun-ah..”

TBC

Note’s : Bagaimana chapter 2-nya? masih membingungkan? menurutku masih membingungkan -_- tapi nanti aku usahain buat diperjelas lagi. hahaha xD

Nah, Baekhyun udah nongol nih. wkwk posternya jga udah ganti xD maaf gabagus. soalnya masih pemulaa, dan maaf juga buat poster yang sebelumnya karna waktu itu aku kira JongIn. ternyata Suho =.= dan terimakasih yang udah comment ff aku :D thankyou for reading chingu-ya!

dan buat salah satu readers yang belum sempat aku bales komenannya, buat masalah pov, aku lebih suka make pov author ato make pov orang kedua :) bukan kaya misalnya ditulis pov Baekhyun, pov Kai, pov Sehun karna menurutku itu kurang menarik D: jadi di ngerti-ngertiin aja yaa

[Lets comment :D ini agar aku semakin semangat ngelanjutinnya dan semakin cepat ngirim ff-nya! Hehe]

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Her Favorite Series (Teaser)

$
0
0

Title: Her Favorites Series (HFS) Teaser

Author: @diantrf

Cast:

Exo Member | Their Own Girls (OC)

Genre: Fluff (Menyesuaikan per series) | Rating: T to PG-17  | Length: Series

0o0

“Ia adalah seorang ahjussi cerewet yang selalu mewarnai hariku di Korea ini. Walaupun aku jauh dari keluarga, namun dengan kehadirannya aku tak merasa kesepian. Minseok oppa, atau aku benar-benar harus memanggilnya ahjussi? Haha, tujuh tahun bukanlah perbedaan yang mampu memisahkan kami. Karena kami akan bersatu seiring dengan manisnya eskrim di musim panas. Ah, aku sangat menyukai eskrim, namun aku mencintai Minseok oppa. Jadi, eskrim atau ahjussi?”

-Xian Tianshi-

E

X

O

“Pria blasteran gila yang selalu menganggap dirinya sempurna, Kris. Memiliki hidup sempurna, wajah sempurna, kepribadian sempurna, dan semuanya yang serba sempurna. Namun, ia tak akan pernah menjadi sempurna tanpa aku di sampingnya. Karena aku adalah penyempurna hidupnya, penyempurna hatinya, dan penyempurna cintanya. Cinta kami yang sempurna, terlukis indah di bawah rintikan salju. Hatinya dingin seperti salju, karena itulah aku sangat menyukai salju. Aku mencintainya.”

-Angelina Whiteny-

E

X

O

“Pria manis yang selalu menganggapku setara dengan anak tk. Memanjakanku selayaknya aku ini balita yang masih harus dituntun saat berjalan. Pria baik hati yang selalu merelakan baju mahalnya basah akibat air mataku. Ayolah, aku hanya seorang gadis cengeng yang beruntung mempunyai malaikat pelindung seperti Junmyeon oppa. Dan saat aku menangis, aku tak dapat lagi membedakan mana rasa manis dari permen dan perasaan manis dari senyumnya.”

-Hyun Jiya-

E

X

O

“Sahabat terbaik yang pernah aku miliki. Jongdae, yang sudah kuanggap sebagai kakakku sendiri. Orang paling baik hati yang pernah aku kenal. Dengan nada bersuara lembut yang selalu ia lantunkan untuk menemani tidurku. Dan kurasa aku beruntung. Karena sahabatku, kakakku, guruku, dan cinta pertamaku adalah orang yang sama yang selalu bernyanyi untukku.”

-Hanagawa Ren-

E

X

O

“Bertemu karena suatu hal yang tak sengaja di moment yang tidak tepat, saat ia menghancurkan hampir setengah dari kebun mawarku dengan jurus wushunya. Menyebalkan! Panda tirai bambu yang sama sekali unrecommended untuk dipeluk karena tubuh kurusnya, namun dengan bodohnya aku terbelenggu dalam pelukannya dan tak mau memikirkan bagaimana caranya melepaskan diri. Karena aku telah terjebak dalam pesona cinta Huang Zitao.”

-Shinoda Tenshi-

E

X

O

“Gerakannya adalah energi positif yang membuat semua orang semangat dan sangat menyukainya. Dan pergerakan cintanya adalah energi cinta bagiku yang harus setiap hari aku rasa jika masih ingin berumur panjang. Tatapan polos dengan senyum manis itu dapat berubah seketika menjadi tatapan liar nan menggoda. Dancing machine Zhang, sepertinya aku tak dapat lari darimu.”

-Han Hyunna-

E

X

O

“Agak risih saat mengetahui jika ia selalu mengikutiku. Padahal aku hanya ingin belajar di perpustakaan dengan tenang, dan saat itu juga pasti ia akan selalu terlihat dalam jarak pandang sepuluh meterku. Pria tampan sang happy virus kampus, dengan kacamata bacanya yang membuatnya terlihat manis. Dan dengan tak tahu malunya ia memojokkanku di sudut rak buku fisika, membuatku jantungan. Tanggung jawab kau, Park Chanyeol! Kau membuatku merasakan love at first sight.”

“Moon Myeonsa”

E

X

O

“Adik manis yang telah dewasa, namun aku merasa bahwa ia masihlah adik kecil kesayanganku. Setiap perkembangannya dari tahun ke tahun selalu aku abadikan dengan bidikan kameraku, mulai dari ia yang baru bisa naik sepeda sampai sekarang ia yang selalu menjemputku dengan motornya. Jongin kecil yang dengan tiba-tiba menyatakan perasaan cintanya padaku, membuatku tertawa dan menyadari jika Tuhan punya caranya tersendiri untuk membuat dua insan bersatu.”

-Kim Ryeona-

E

X

O

“Pria manja dengan segala perlakuan manisnya dan hidupnya yang full of aegyo, namun akan sangat terlihat menawan jika duduk di depan grand piano putih milikku. Permainan piano yang indah perpaduan lembutnya perasaanku dan keceriaannya, sangat indah. Pria yang selalu beradu mulut dengan oppaku yang jahil. Aku menyukainya, dengan segala panggilan ‘nuna’nya yang manja padaku. Baekhyunnie, the king of aegyo who has stole my heart.”

-Cho Kyuna-

E

X

O

“Guru les menyebalkan yang selalu menghantui hidupku. Menggunakan kekuasaan yang eomma limpahkan padanya untuk mengerjaiku. Aku suka memasak, namun aku tidak suka dia! Kyungsoo oppa yang dengan wajah polosnya mampu meluluhkan hati ibuku. Kyaa! Aku benci dengan fakta bahwa aku mencintainya. Ah, eottokae?”

-Jo Yeonae-

E

X

O

“Orang asing itu kini telah menjadi bagian dalam hidupku. Berawal dari perjodohan konyol yang berakhir dengan manisnya cinta. Sama seperti cokelat, sepahit apapun itu pasti akan selalu terasa manis pada akhirnya. Dan aku menyukai cokelat, apalagi cokelat buatannya yang sangat enak. Luhan gege, pria China cantik yang akan selalu ‘menghukumku’ jika aku mengatainya cantik, haha.”

-Oh Sena-

E

X

O

“Kami bagai anjing dan kucing yang jika bertemu pasti akan langsung berdebat tentang hal yang sebenarnya tak penting. Dan akan selalu diakhiri dengan sebuah ciuman manis. Tunggu, manis? Bahkan aku sanksi mengapa banyak orang yang bilang ia innocent padahal dia itu pria paling pervert yang pernah aku kenal. Sehun, yang selalu memberikan tatapan menggodanya yang menjijikkan padaku. Namun entah mengapa aku menyukai sebuah ciuman darinya. Sehun, kau pasti menyantetku!”

-Park Cheonsa-

 

 

0o0

 

 

Huaa balik lagi dengan sebuah series yang absurd haha. Gimana teasernya? Para gadis kayaknya punya cerita masing-masing tentang kegeblekan Exo member hehe. Apa kalian bisa tebak hal apa aja yang para gadis sukai dari teaser itu? Tunggu series pertamanya yaa. Annyeong^^


I’m Sorry Because I Love You (Chapter 3)

$
0
0

texture_142_by_frostbo-d5ah5cl1

“I’m Sorry,Because I Love You..” (Chapter 3)

 

 

Author : Park Eunjun (@ParkEunjunWirlwinds)

Main Cast :

-         Kim JongIn/Kai (EXO-K)

-         Park Jihyun/Jihyun (OC)

Other Cast :

-         All Member EXO

-         Jung So Jung/Krystal (F(x))

-         Cho Eunjun/Eunjun (OC)

-         Nam Soora/Soora (OC)

And Other..

Genre : Sad, Romance And Little Comedy(?)

Rating : G

Type : Chaptered

Disclaimer : Para tokoh diatas punya Tuhan dan orang tua mereka masing-masing kecuali OC, DON’T BASHH!! DON’T PLAGIAT!!

N/b : Cerita ini asli 100% dari imajinasiku. Ff ini terispirasi dari pengalaman hidupku beserta imajinasiku yang terlalu melayang tinggi ke angkasa. Okeh dari pada banyak Bacon *PLAKK# -_-‘ Eh salah. Bacot mending Cekidot!.

Warning!! FF ini dapat menyebabkan kebosanan yang luar biasa. Dan maaf banyak Typos *Bow*

?////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////?

Author POV

At Jihyun House.

“Appa! Eomma! “ Suara bass oppa jihyun menggelegar terdengar di dalam rumah yang mewah dan luas itu.  Jihyun mencibir suara oppanya yang bass itu mencoba berteriak. ’ Suara mu itu tidak cocok untuk berteriak.. kalau berteriak suaramu seperti Gajah mengamuk’ . Hal itu dianggap angin oleh Chanyeol. Ia memeluk eomma dan appanya itu dengan riang.

Sedangkan jihyun berjalan menuju dapur untuk memasak. Ia juga merasa lapar setelah berbelanja tadi.

Jihyun menyiapkan bahan – bahan masakkan yang akan ia gunakan. Sedangkan Chanyeol bercerita tentang kehidupannya selama di paris. Sesekali ia membangga – banggakan dirinya.

Jihyun mencuci Lobak dan Sawi Putih, lalu ia memasukkan lobak dan sawi putih itu kedalam mangkuk berukuran Sedang yang sudah air garam , ia biarkan lobak dan sawi itu meresap air garam itu beberapa saat. Sambil menunggu ia garam teresap oleh Lobak dan Sawi Putih itu ia merebus mie ramen serta meracik sayur – sayuran.

Di samping itu, Chanyeol tersenyum manis melihat adiknya itu memasak. Tidak pernah ia melihat adiknya memasak seumur hidupnya. Sungguh baru kali ini ia melihat adiknya berusaha memasak makanan yang lezat untuk lidah mereka. Ia tau mengapa adiknya berusaha belajar memasak. Kai. Namja yang merupakan Sahabat masa kecilnya dulu itu memang manis, namun sejak memasuki Sekolah Menengah Pertama Sifat Kai berubah 180. Jihyun merasa terpukul melihat Kai tidak lagi ingin berdekatan dengannya, malahan kai menghina dan mencaci maki adiknya sepuasnya tanpa memperdulikan perasaan adiknya yang terluka karena di sakiti oleh orang yang ia cintai. Mereka dulu adalah kekasih masa kecil , namun semakin lama kai berubah membuat mereka semua mau tak mau menjauh dari kai, karena kai yang meminta.

Rawut Chanyeol mendadak Sayu, ia merasa bersalah karena meninggalkan adiknya di saat- saat dimana Status kakak sangat dibutuhkan . namun, Appa nya menyuruhnya untuk berkuliah di negara kerajaan itu , karena disana ia bisa mendapatkan sekolah terbaik didunia dan bisa mengurus perusahaan dengan baik.

“Oppa? Apa yang kau lakukan disana? Ayo kemari, aku kerepotan. Eh, Oppa malah diam disana..” Sewot Jihyun Pada Chanyeol. Wajah Chanyeol yang sekarang tengah melongo berubah menjadi sumringan. Adiknya tidaklah berubah. Adiknya yah tetap adiknya ‘Pikir Chanyeol’.

“Okeh..” Chanyeol menghampiri Jihyun dan membantu Jihyun sebagai asisten masaknya. Walau Chanyeol hanya mengetahui beberapa bumbu masakan namun ia akan mencoba belajar dari Jihyun, kalau – kalau jika ia lagi kelaparan ‘Pikir Chanyeol dan melanjutkan aktivitasnya mengambil bahan – bahan masakan yang dibutuhkan Jihyun.

?/////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////?

Jihyun POV

At SCHOOL OF PERFORMING ARTS (SOPA) Seoul, South Korea.

“Jihyun-ah, nanti telepon oppa kalau kau sudah pulang.. Arraseo!” oppaku berkata sambil memegang iPhoneku , ia tengah memasukkan nomor barunya kedalam daftar kontak iPhoneku.

“Arraseo..” Ku balas Pertanyaannya. Lalu ia menyerahkan iPhoneku kepadaku, sebelum aku pergi ia mengacak rambutku yang membuatku sebal dan kesal.

“Ya! Rambutku bisa hancur tau.. Huft” kesalku pada oppaku ini.

“Hahaha. Selamat belajar dongsaeng, belajar yang rajin ya.. Fighting Chagi, Anyeong” Oppa menjalankan mobilnya perlahan menuju perusahaan appa.

“Gomawo Oppa! Saranghae.” Aku membetukkan tanganku dengan bentuk ‘LOVE’. Kulihat ia terkekeh dari kaca spion mobil yang baru beberapa meter menjauh dari posisiku berdiri.ia oppa terbaik yang pernah ku miliki.

?/////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////?

At Classroom

“Ah..” menjatuhkan kepalaku kemeja, bersiap untuk membuat danau(?) disekitar buku ku ini.

Pelajaran matematika selalu membosankan, dan bahkan lihatlah Eunjun. Dari tadi ia sudah tertidur pulas ketika Mr. Kyuhyun mengajar beberapa menit lalu. Seluruh siswa dan siswi di kelas ini takut pada keevilan Mr. Kyuhyun dalam menghukum siswa. Ia menghukum tanpa pandang bulu. Namun Eunjun tenang – tenang saja sebab ia adalah keponakan Mr. Kyuhyun. Lagipula, Eunjun menyimpan beberapa rahasia Mr. Kyuhyun jadi ia bisa mengancam, walau telah melakukan kesalahan.

“EKHEM!!” ku lihat Eunjun tersentak keras, hingga hampir terjatuh dari Kursinya.

Aku berpura-pura membaca buku. Lihatlah Eunjun ia hanya diam dengan santainya duduk berpura-pura membaca buku Matematika dengan serius.

“Siswi Eunjun, Silahkan kerjakan soal didepan.” Kulihat Mr. Kyuhyun mengeluarkan smirk Evilnya didepan Eunjun.

“Araseo..” Eunjun bangkit kemudian menulis jawaban dari soal yang diberikan Mr. Kyuhyun.

“Bagaimana? Benar bukan?” Eunjun duduk kembali dikursinya, Aku diam menatap jawabannya. Apakah anak itu sedang demam? Biasanya dia selalu bertanya padaku. Ah, Lebih baik begitu dari pada dia selalu meminta jawaban matematika itu padaku yang terlalu membuat otakku ngeres berat dan berakhir dengan pembolosan. Ckck -_-a

?/////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////?

Author POV

Bel Pulang Sekolah membuat Jihyun dan Eunjun berekspresi Sumringan. Bagaimanapun Hari ini hari yang menyebalkan.

“Jihyun-ah, kajja. Sudah lama aku tidak melihat Chanyeol oppamu itu.” Eunjun menarik tangan Jihyun lalu berlari menuju Mobil Chanyeol Yang sudah terparkir pas disamping gerbang sekolah Jihyun dan Eunjun.

“Anyeong oppa!”

“Ah, Anyeong Eunjun-ah.”

Jihyun memutar matanya malas lalu mengembungkan Pipinya kesal. Jika mereka sudah bertemu, Seperti ini lah jadinya. Mereka Berpelukan bagai halnya Teletubis yang sering Eunjun tonton Hingga sekarang.

“a, Sedikit lagi aku melupakanmu Jihyun chagi.”

“Ne, Jihyun Chagi..” Eunjun ikut – ikutan menyebut Jihyun dengan Sebutan Chanyeol.

“Ya! Apakah kalian melupakanku?” Suara Baekhyun mengejutkan mereka bertiga. Ia duduk di dalam mobil dengan wajah kesal yang sangat imut.

“Ah iya. Baekhyun datang menjemput kalian bersamaku.”

“Ya, Ya! Bukankah tadi kau yang memaksaku untuk ikut.” Baekhyun memukul bahu Chanyeol pelan.

“Sudahlah. Ayo kita ke Lotte World.” Jihyun tiba-tiba semangat dengan ucapan yang keluar tanpa ia pikirkan itu dari bibir cerynya itu

“Ne, Kajja!!” eunjun dan Chanyeol dengan semangat menjawab.

Adakah yang tau kalau Smirk Evil Jihyun keluar? ‘Hahahaha.. Persiapkanlah Uang kalian, hahahahaha’  Begitulah ucapan dalam Hati Jihyun ..

TBC/To Be Continue..

Aigoo.. Jeongmal Mianhae. Aku nggak tau lagi bagaimana kelanjutan ff ini. Ide mentok terus – terusan. Trus maaf kalau ff ku ini kependekan, Aku nggak terlalu bisa bikin ff panjang-panjang, dan itulah kekuranganku, aku lagi belajar bikin ff Oneshoot. Dan juga kalau ff Mungkin aku bakalan ngirim kelanjutan ff ini telat. Soalnya guruku di sekolah menyebalkan banget. Masa ia memberi tugas Pas libur? Hah -_-“. Sekian dan Terimakasih telah membaca. Comment Please.. J ^*^.


Hard Love (Chapter 2)

$
0
0

Picture1d

Title : Hard love

Author : Han Soo Chan

Length : Multi-Chapter

Rating : PG-12

Main cast  :

  • Byun Baekhyun
  • Xi Luhan
  • Oh Sehun
  • Han seul rin
  • Kim Soo Rin
  • Shin Min Chan

Additional Cast : Find it yourself ^^

Disclaimer : Ini adalah hasil imaginasi & pengalaman saya.. Don’t Bash                    & Copas!

Author note : Yehet ^^ Akhirnya Chapter 2nya Selesai juga ._.v Btw ternyata chapter 1 nya komentarnya positif semua.. Kansahamnida *bow bareng Baekhyun* Dan Kirain Author ngak bakal banyak yg baca >.< ternyata ya… Lumayan lah :b Banyak yg suka karena ada “Konflik”nya.. Author mau kasih tau nih.. Sebenernya chapter 1 hampir semuanya berasal dari pengalaman ^^ Udahlah kebanyakan ngomong Author yg satu ini *plak* *ditabok Luhan* Happy Reading ><

 

Author POV

“Kita putus!” Minchan berteriak sekuat mungkin sambil menahan air mata keluar dari matanya

Entah kenapa,tapi Luhan menjadi seperti patung setelah kata-kata yg baru saja Minchan katakan.

MiInchan pun berlari sekencang mungkin sampai kedua sahabatnya tidak bisa mengejarnya..Sangat berbeda dengan Luhan yg sekarang sudah menjadi patung.

Setelah beberapa menit Luhan pun beranjak dari tempatnya dengan muka yang sangat datar.

Seul rin & Soo rin pun hanya bingung melihat Minchan & Luhan..Tiba-Tiba.

“Wow! Mereka beneran putus?” Baekhyun mengagetkan Seul rin & Soo rin.

“Sumpah mereka beneran putus?” Tiba-tiba Sehun ada disebelah Baekhyun.

“Yak!” Teriak Seul rin & Soo rin bersamaan.

“Kalian itu teleportasi(?) atau apa sih?” Soo rin berteriak sambil menunjuk Baekhyun & Sehun.

Pak!

Soo rin menendang kaki Sehun pas di tulang kering kakinya Sehun.

“Yak! Appo!” Teriak Sehun sambil memegang kakinya yang tadi ditendang oleh Soo rin.

Tak!

Satu jitakan sudah mendarat di kepala Baekhyun.

“Yak! Appo!” Teriak Baekhyun sambil menatap Seul rin dengan tatapan kesal.

“Bisakah kamu menghilangkan kata “Wow” di kata-katamu tadi” Kata Seul rin dengan nada kesal sambil berjalan dengan Soo rin entah kemana.

“Jeongmal! Kalian berdua itu Preman apa??” Teriak Baekhyun & Sehun bersamaan.

“Kita bisa menedengar mu..” Tiba-tiba ada suara Seul rin & Soo rin. Walaupun orangnya sudah entah kemana tapi mereka bisa mendengarnya.

-Hard Love-

“Min chan ah~ neo gwenchana?” Kata Soo rin sambil duduk dibangkunya, untungnya tempat duduk mereka bertiga sangat berdekatan. Seul rin disebelah Soo rin sedangkan Min chan berada di belakang mereka.

“Gwenchanayo..” Kata Minchan sambil menghapus air matanya dan tersenyum kepada kedua sahabatnya itu.

“Sudahlah..lupakan aja mantan pacarmu itu..” Kata Hyun ah tiba-tiba datang mendekati mereka bertiga sambil memberi penekanan di kata “Mantan”

Minchanpun hanya mengacuhkan Hyun ah begitu pula dengan Soo rin & Seul rin.

“Wahaha!” Haegyul tertawa merehkan mereka bertiga.” Pasti ngak berani jawabkan?”

Brak!

Seul rin memukul mejanya, Soo rin & Min chan pun kaget karena mereka baru pertama kali melihat sahabatnya seperti ini. Biasanya Seul rin selalu ceria walaupun belum tentu perasaannya sedang baik.

“Maaf ya.. Kita itu ngak takut sama kalian” Kata Seul rin sambil menunjuk kearah Haegyul & Hyun ah.

“Kita bukan takut tapi males dengerin kata-kata kalian” Kata Soo rin membantu Seul rin

“Dan please.. jangan ikut-ikutan masalah orang” Min chan ikut membantu juga.

Seul rin, Soo rin & Min chan pun beranjak pergi dari kelas.

“Ciihh~ tunggu aja kalian! Pasti aku akan dapat Luhan!” Teriak Min ah

“Aku juga akan mendapat Sehunku!” teriak Hae gyul

Walapun mereka bertiga sudah jauh dari kelas tapi tetap saja terdengar. Merka bertigapun berjalan ke ruang musik. Ruang musikc memang adalah tempat dimana mereka bertiga sering bermain & curhat.

-Hard Love-

“Yak Luhan” Teriak Baekhyun sambil melambai-lambaikan tangannya di depan muka Luhan. Luhan masih saja melamun.

“Hyung!” Sehun berteriak sambil menggoyang-goyangkan badan Luhan. Tetap saja usaha mereka tetap tidak berhasil.

1

2

3

“Luhan” Teriak mereka berdua , semua orang menatap mereka berdua dengan tatapan kesal karena terlalu berisik.

“kenapa? Kenapa?” Akhirnya Luhan sudah tidak melamun lagi.

“Hyung! Hyung beneran putus sama Min chan?” Tanya Baekhyun sambil memainkan bola yang ada di tangannya.

“Iya..” Jawab Luhan dengan muka yang sedih.

“Bukannya Hyung ingin putus dengan Min chan ?” Tanya Sehun sambil bermain lempar tangkap dengan Baekhyun.

“Sekarang sudah tidak lagi..” Jawab Luhan yang sekaranng sudah semakin “Galau”

“Yaudah.. Hyung minta balikan aja..” Kata Baekhyun sambila mengambil bola yang jatuh dari kursi.

“Jadi ceritanya, hyung sudah menyukai Min chan? Dulu kan Hyung hanya terpakasa untuk pacaran dengan Minchan? “ Tanya Sehun

“Sepertinya sekarang aku Menyukainya..” Jawab Luhan

“Aku tau walaupun Min chan yg memutuskanmu tapi 100% Min chan masih menyukai mu..”Kata Baekhyun

“Nanti aku akan memintanya untuk balikan” Kata Luhan sambil tersenyum..

“Gitu dong Hyung..” Ujar Sehun & Baekhyun berbarengan.

“Ayo.. cepetan kita pergi ke kelasnya Min chan” Kata Sehun sambil menarik tangan Luhan *waaaa…ada Hunhan #author gaje

Mereka bertiga pun berjalan ke Kelasnya Min chan.. tiba-tiba

Tringgg~

Bel berbunyi..berarti misi hari ini Gagal karena Luhan datang terlalu lambat.

Luhanpun kembali ke kelas untuk mengambil tasnnya dengan muka sedih. Saat Luhan pergi, Min chan,Seul rin & Soo rin datang ke kelas mereka. Min chan,Seul rin & Soo rin sama sekali tidak tau tentang kedatangan Luhan,Baekhyun & Sehun.

-Hard Love-

Sekarang mereka sudah pulang, Soo rin,Min chan & Seul rin bermain bertiga seperti biasnya. Tiba-tiba pintu ruang musikc terbuka dan ada 3 namja sedang berdiri disana. Yup! Mereka adalah Luhan,Sehun & Baekhyun.

“Yak! Ngapain kalian kesini? Sini berikan aku semprotan nyamuknya ingin aku semprot pas di mukanya si “PHP”!” Kat Soo rin sambil memegang semprotan nyamuk ditangannya yang sekarang di arah kan kemuka Luhan.

“Yak! Aku disini ingin minta maaf ke Minchan..” Kata Luhan sambil menghiraukan Soo rin.” Min chan ah~ miahae~ cheonmal mianhae~”

“Ngapain kau ke sini? Oh gituhh..jadi kamu mau baikan heh? Kayak tau salahnya aja! Kataku berteriak sambil mengambil tasku dengan kasar dan pergi keluar. Min chan menerobos Baekhyun & Sehun yang berada di depan pintu.

“Luhan! Kalo mau baikan tunggu sampai “mood”nya Min chan sudah lebih baik.. Sekarang Min chan malah tambah Bad Mood!’ Kata Seul rin sambil mengambil tasnya dan keluar dari ruang musik.

“Coba saja besok atau lusa..Min chan masih menyukaimu malah sangat menyukai mu!” Tambah Soo rin sambil berjalan keluar dari ruang musik.

Saat Min chan,Seul rin & Soo rin sudah pergi. Baekhyun & Sehun langsung menghampiri Luhan.

“Tuh kan! Aku bilang apa, Pasti Min chan masih menyukaimu..” Kata Baekhyun sambil menenagkan Luhan.

“Pasti bakal balikan lagi kok! Tenang saja..” Sehun juga ikut menengakan Luhan.

“Sudahlah! Sekarang kita pulang saja.. Inget ya besok ketemuan di Starbuck..” Kata Luhan sambil beranjak pergi dari Ruang musik.

“Besok ya.. Luhan fighting!” Kata kedua sahabat Luhan sambil menyemangatkan(?) Luhan.

Luhan hanya tersenyum melihat tingkah kedua sahabatnya itu.

Sedangkan ditempat lain…

“Min chan ah~ pasti Luhan sudah menyukaimu sekarang.. 100% aku yakin.. kalau tidak kenapa dia ingin balikan?” Tanya Seul rin pada Min chan .

“Iya juga sih..tapi sekarang aku belum bisa menerima permintaan maafnya” Jawab Min chan dengan sedih.

“Pasti kalian akan balikan.. Pasti..” Kata Soo rin dengan semangat

“Kalian memang sangat baik” Kata Min chan sambil merangkul kedua sahabatnya tidak peduli beberapa banyak orang yang memperhatikan mereka bertiga.

“Jangan lupa ya.. besok kita ketemuaan di Starbuck” Seru Min chan sambil melambai-lambaikan tangannya ke Seul rin & Soo rin.

-Hard Love-

Kringgg

Jam wekernya Soo rin berbunyi dengan sangat keras..

Soo rin pun terbangun walaupun matanya masih tertutup.Hari ini adalah hari Minggu. Soo rin turun ke lantai bawah untuk membuat sarapan. Orangtua Soo rin memang sering sekali pergi keluar kota karena pekerjaan orang tua Soon rin yang sangat sibuk.

Soo rin sudah selesai membuat 2 sarapan. Hah? Kok 2?

“Oppaaaa~” Teriak Soo rin dengan sangat kencang. Yup! Soo rin memang mempunyai satu kakak laki-laki yang lebih tua 4 tahun dari Soo rin. Nama oppa nya Soo rin adalah “Kim Jong In” tapi sering disapa dengan nama Kai.

“Yak! Bisakah kau tidak usah teriak-teriak huh?” Jawab Kai dengan nada yang kesal

“Sudahlah cepat makan.. Aku ada janji hari ini..” Kata Soo rin sambil memakan rotinya.

“Janji? Sama Namja?” Tanya Kai dengan nada serius.

“Ngak lah.. Aku ada janji dengan Min chan & Seul rin seperti biasa” Jawab Soo rin dengan santai.

Ting Tong

Bel rumah Soo rin berbunyi. Soo rin pun langsung membuka rumahnya.

Soo rin melihat Yeoja yg berada dirumahnya saat ini.

“Siapa engkau?” Tanya Soo rin

          “Saya mengantarkan ayam yang tadi dipesan atas nama Kai” Jawab seorang  yang bisa dipastikan adalah Pengantar Ayam.

“OPPA!!” Teriak Soo rin dengan kencang sampai membuat Pengantar Ayam terbelak kaget dengan suara Soo rin.

“Yak! Bisakah kamu ngak usah teriak-teriak!” Ujar Kai memarahi Soo rin.

“itu” ujar Soo rin sambil mengisyaratkan melihat Yeoja yang berada didepannya “Bayar sendiri aku ngak punya uang”

“Siapa yang bilang pingin dibayarin kamu?” Ujar Kai “Memang ada yang memesan dengan nama Kai?” Tanya Kai sambil bertanya pada Pengantar ayam tersebut.

“Iya.. Dan Alamatnya disini” Jawab si Pengantar Ayam

“Jangan-Jangan Oppa mengigau(?) membeli Ayam lagi?” Tanya Soo rin

“Omg! Apakah aku melakukannya lagi!” Kata Kai sambil menepuk jidatnya. “Berapa totalnya?” Tanya Kai pada pengantar ayam.

“200 ribu.. karena anda membeli 10 ayam goreng”  Kata si pengantar ayam goreng sambil memberikan “bill”nya. Kai terbelak Kaget! Walaupun bisa dibilang keluarga Kai bisa dibilang “Kaya” Tapi tetap saja itu sangat merugikan.

“Whaaattt? Sudahlah ini Uangnya” Kata Kai sambil memberi uang kepada pengantar ayam.

Setelah itu si Pengantar ayam itu pun langsung pergi. Soo rin & Kai pun kembali ke dalam rumah dan kembali meneruskan Sarapan. Walaupun Kai tidak sengaja membeli Ayam goreng tapi tetap saja dia memakannya saat ini..Kai memang beneran “Chicken Mania” sangat berbeda dengan sepupu mereka berdua yang bernama Kris. Bahkan Kris pernah diberi Ayam tapi malah berkata “Chicken is not my style”-.- .

-Hard Love-

Sekarang Min chan, Seul rin & Soo rin sedang jalan bersama menuju Starbuck.

Saat sampai mereka duduk disamping jendela. Mereka seperti biasa memesan “Double Chocolaty Chip Frapucino” Mereka bertiga memang sangat menyukai “Chocolate” #kok jadi Promosi .-. *Author Gaje.

Saat mereka duduk sambil meminum,minuman yang mereka pesan. Ada 3 namja yang duduk disebelah meja Min chan, Seul rin & Soo rin. Min chan, Seul rin & Soo rin pun langsung terbelak kaget saat mereka melihat ada Luhan,Baekhyun & Sehun berada di sebelah mereka bahkan sampai Seul rin ingin menyembur minumannya ke Min chan.Tapi yang kerennya Luhan,Baekhyun & Sehun tidak tahu keberadaan 3 Yeoja gila ini.

“Yak! Sebagusnya sekarang kita pergi dari sini..” Bisik Min chan ke kedua Sahabatnya.

Mereka bertiga pun berdiri dan saat itu juga Luhan,Baekhyun & Sehun meyadari keberadaan mereka bertiga..

“Yaa! Soo rin, Seul rin, Min chan” Teriak Sehun sampai semua yang ada didekat mereka langsung memperhatikan Sehun.

“Sial” Gumam mereka Min chan, Seul rin & Soo rin

Bisa dibilang Baekhyun dari tadi hanya memperhatikan Seul rin. “Yeppeo” Ujar Baekhyun dalam hati jadi tidak ada yang bisa mendengarnya selain dirinya sendiri.  Seul rin hari ini memakai kemeja yang diikat bawahnya tapi tidak sampai terlihat perutnya dan Short jeans berwarna hitam dan sepatu kets “converse” yang berwarna senada dengan bajunya. Saat Baekhyun sedang cari pandang ke Seul rin, Tidak sengaja tatapan mereka berdua bertemu dan mereka berdua langsung mengalihkan wajahnnya ke lantai.

Setelah itu Seul rin, Soo rin & Min chan langsung pergi tanpa memberi tau Baekhyun, Luhan & Sehun. Yup! Mereka kabur.. mereka kabur pergi ke taman.Mereka bertiga pun menjadi bosen setelah beberapa menit hanya diam duduk di bangku taman.

“Kalian ingin main basket ngak? Aku bosen.. disana ada lapangan basket dan ada bola basket yang memang disediakan untuk bermain basket.

“Ayuukk…Aku juga bosen!” Jawab Min chan & Seul rin berbarengan. Setelah itu mereka bertiga langsung berlari kearah lapangan upacara dan bermain basket.

Tanpa sepengetahuan 3 Yeoja gila ini ternyata dari tadi Sehun,Baekhyun & Luhan dari tadi memperhatikan mereka didekat lapangan basket.

“Yak! Mereka bertiga jago sekali bermain basketnya! Bisa-bisa kita bisa dikalahin sama mereka!” Kata Luhan sambil tetap memperhatikan Min chan, Soo rin & Seul rin tapi bisa dibilang Luhan hanya memperhatikan Min chan.

“Ya iyalah Hyung! Mereka kan masuk tim basket -.- “Kata Baekhyun dengan kesal.

“Yang paling jago Soo rin” Ujar Sehun sambil menunjuk-nunjuk Soo rin.

“Yaelah.. Iya deh fansnya Soo rin..” Kata Baekhyun & Luhan sambil memberi penekanan pada kata Fans.

Sehunpun hanya memukul mereka dan Luhan & Baekhyun hanya terkekeh melihat tingkah sahabatnya ini.

-Hard Love-

Min chan merasa sangat malas hari ini, Apalagi hari ini ada pelajaran Science. Science adalah pelajaran yang paling dibenci Min chan. Sedangkan kedua sahabatnya (re: Seul rin & Soo rin) Sangat unggul di pelajaran yang satu ini.

“Huuuhhh~ kenapa harus ada pelajaran IPA” Ujar Min chan dalam hati kalau dia mengatakannya pasti bakal kedengeran sama guru IPA yang paling kejam SEDUNIA… Siapa lagi kalau bukan Bang Seongsaengnim.

Tapi sebelum pelajaran dimulai ada pengemuman dari Wali kelas bahwa akan ada murid baru.

Krek

Pintu kelas terbuka dan terlihat seorang Namja, semua murid belum bisa melihat muka namja itu karena dia memalingkan pandangaannya ke lantai.

“Anak-Anak dia adalah murid baru di kelas kita.. silahkan perkenalkan diri..” Kata Bae Seongsaengnim.

“Annyeonghaseyo~” Si  murid baru itu baru memalinkan pandangannya ke satu kelas. Dia mempunyai mata yang besar dan mulut yang membentuk hati. Semua Yeoja yang ada di kelas C berteriak semua kecuali Min chan,Seul rin,Soo rin,Hae gyul & Hyun ah.

“Sepertinyaku pernah melihatnya? Atau Cuma pernah bertemu? Coba Min chan ingat-ingat” Ujar Min chan didalam hati jadi tidak ada yang mendengarnya kecuali dirinya sendiri.”Tunggu.. sepertinya aku sering bertemu dengannya? Atau teman saat SMP? Atau SD? Aku harus mengingatnya lagi..tunggu.. dia bukannya. Ngak.. Ngak mungkin!” Min chan terus bergumam sendiri

“Yak! Do Kyung Soo!”

TBC~

Fiuuhhh~ Akhirnya nih ff selesai juga udah lebih panjang kan? ^^ Jangan lupa comment ya… ;D


The Best Decision (Baekhyun’s POV)

$
0
0

Picture1f

Story by Serenade

Son Hanun, Byun Baekhyun

Park Chanyeol, Lee Kikwang (support cast).

Romance, Marriage Life

PG-17

“Oneshoot”

***

 

Hari bersejarah versiku tidak lagi disaat aku mengenakan toga dan melempar topinya keatas sambil tersenyum penuh bahagia. Tak lagi ketika ibu diam-diam masuk ke kamarku pukul dua belas malam dengan kue berhiaskan lilin yang setiap tahun bertambah angkanya, ataupun ketika aku duduk di kursi CEO perusahaan untuk pertama kalinya.

Kini, dengan setelan tuxedo hitam melekat di tubuhku yang tidak terlalu tinggi. Masih teringat janji yang kuucapkan di depan banyak orang siang tadi. Itulah saat-saat paling indah dalam hidupku, dimana jantungku berpacu ratusan kali lebih keras mengetuk dan memunculkan sensasi tersendiri, begitupun jemari tanganku yang memucat dan menjadi dingin, bersumpah untuk hidup bahagia selamanya bersama seorang wanita tiga tahun lebih muda dariku yang saat ini sedang duduk di sofa apartment kami dengan gaun panjang masih melekat di seluruh tubuhnya.

Tidak ada satupun dari kami berniat memecah keheningan apartment yang telah terisi dengan berbagai perabot ini. Aku merasa menjadi manusia paling buruk di dunia ini, memutuskan sebuah ikatan sepihak, menyenangkan diriku sendiri tetapi menyakiti hatinya. Maka dari semua yang telah kulakukan, aku tidak hanya bersumpah atas nama Tuhan, aku bersumpah pada diriku sendiri untuk membuatnya terbiasa akan kehadiranku dalam hari-harinya yang masih berstatus sebagai mahasiswi. Aku juga bersumpah membuatnya bahagia dan tidak membiarkan sekecil apapun hatinya terluka oleh siapa saja.

”Aku bisa tidur di sofa, jika kau masih keberatan”, aku bergumam. Berharap mendapat jawaban dari bibir yang siang tadi telah berani kukecup di depan puluhan manusia.

Tanpa mendapat jawaban darinya aku berlalu ke kamar mandi, membasahi kulit tubuhku yang lengket akibat aktifitas seharian. Aku keluar dengan kaos dan celana santai, aku baru akan melangkah ketika samar-samar ku dengar isakan dari bibirnya, aku sembunyi dibalik pintu kamarku melihatnya yang masih setia dengan gaun pengantin meneteskan air dari matanya. Aku memilih berada di kamar menghap laptop dan menyelesaikan laporan kantor. Sampai aku tidak sadar ketika dia masuk dengan gaun yang dibawa ditangannya. Mungkin dia mandi di bawah.

”Baek..Baekhyun-ssi..”, demi apa seseorang memanggil suaminya seformal itu. Wajahnya datar tanpa ekspresi sedangkan aku hanya menatapnya tanpa bersuara menunggunya melanjutkan perkataan, ”Kau tidak perlu tidur di sofa, aku bisa memahaminya”. Lanjutnya kemudian naik ke atas tempat tidur menyelimuti dirinya tanpa sepatah kata dan tanpa ucapan ‘selamat malam’ atau ‘semoga mimpi indah’ yang biasa diucapkan sepasang suami istri menjelang tidurnya. Lantas aku melepas kaca mata dan mematikan laptop, berbaring di sampingnya yang membelakangiku hanya bisa memandang rambut hitamnnya yang sedikit basah.

”Selamat tidur sayang”, suaraku dalam hati.

***

Hari-hari yang kulalui serasa hambar. Di pagi hari aku hanya akan melihatnya membuat sarapan pagi, makan dalam diam kemudian mengucap ”Aku berangkat kerja dulu” tanpa balasan darinya, kemudian kembali setelah hari sudah gelap dan menemukannya tertidur di atas tumpukan tugas kuliahnya atapun di tempat tidur sendirian. Seperti saat ini aku menemukannya terlelap disofa ruang tamu dengan TV yang masih menyala. Apa dia menungguku pulang malam ini?

”Hanun-ah..”, dia tak kunjung membuka matanya, kuberanikan diri menyentuh pundaknya yang terbungkus sweater biru muda ”Hanun-ah, bangunlah..”, matanya terbuka memandangku dengan tatapan kagetnya kemudian tergesa duduk di sofa.

”Kau sudah pulang? Baiklah, aku akan tidur ke kamar”, jawabnya masih dengan wajah dinginnya tidak mengijinkanku berucap sepatah katapun dan berlalu membawa gulingnya ke kamar.

Aku mengganti pakaianku kemudian tidak menyusulnya tidur tapi duduk di tempat tidur melanjutkan pekerjaan lemburku. Aku masih ingat jelas ketika Chanyeol memintaku lembur di kantor dan aku menolaknya dengan alasan aku ingin pulang, padahal aku hanya tak ingin meninggalkannya bermalam seorang diri. Kurasa tubuh di sampingku berberak gelisah.

”Kau belum tidur”, kataku menebak dan mendapat gumaman darinya. ”Maaf membuatmu menunggu”, lanjutku dan kurasa helaan napasnya sudah teratur kurasa dia telah tertidur.

***

Esok paginya, aku terbangun dari tidurku saat kudapati dia masih terlelap disampingku. Tidak biasanya dia masih mendekam dalam selimut? Setiap aku bangun dia pasti sudah berkutat dengan resepnya di dapur, mungkin dia lelah jadi bangun lebih siang. Aku bergegas untuk mandi dan berganti seragam kantor. Aku menatap jam yang menunjukkan pukul 06.30. sial! Sepertinya aku juga bangun kesiangan hari ini, tanpa mengisi perutku aku langsung mengambil tasku.

“Hanun-ah, aku berangkat dulu”, pamitku dan tidak mendapat jawaban darinya yang masih diatas tempat tidur dengan mata terpejam. Aku berjalan keliar apartment sedikit tergesa, sampai di depan lift aku berhenti.

“Oh, Tuhan..”, aku menepuk jidatku mengingat bahwa ponsel dan dompetku lupa tidak kumasukkan ke dalam tas. Aku berlari kembali ke apartmentku. Sepertinya aku akan benar-benar terlambat hari ini. Saat aku masuk ke apartmentku rasanya masih sama ketika kutinggal beberapa saat tadi, sepi. Aku masuk ke kamar untuk mengambil ponsel dan dompetku saat kulihat Hanun sama sekali belum berpindah dari posisinya. Aku mulai curiga, sepertinya dia sedang tidak dalam keadaan baik-baik saja.

“Hanun-ah, kau tidak mau bangun?”, sapaku sambil menyentuk telapak tangannya yang terasa? Hangat. “Hanun-ah, kau sakit?”, kataku sambil meletakkan telapak tanganku di keningnya, dan benar saja tubuhnya demam dan bibirnya pucat. Aku meraih ponselku menghubungi Chanyeol.

“Hello, Park Chanyeol. Bisa kau mengijinkanku untuk tidak bekerja hari ini? Hanun tiba-tiba demam”

“…….”

“Baiklah terima kasih Yeol”, aku menitup panggilanku pada Chanyeol kemudian kembali menghubungi Baekbeom hyung.

“Hello hyung. Hanun tiba-tiba demam. Apa obat yang bisa kuberikan padanya?”, tanyaku pada orang diseberang sana tak lain adalah hyungku sediri yang berprofesi sebagai dokter.

“Jika dia tidak menggigil, kau hanya perlu memberinya obat yang bungkusnya berwarna merah. Minumlah 3x sehari setelah makan, dan buatkan saja dia bubur untuk makan”, jawabnya lalu aku menutup ponselku berlari kearah kota obat dan kembali dengan semangkuk bubur instan dan beberapa obat di tanganku.

“Bangunlah, ayo makan lalu minum obat.”, dia tetap menutup mata sambil menggeleng. Kulihat setetes air mata keluar dari matanya.

“Ibu….”, dia terisak memanggil nama ibunya. Haruskah aku memanggil ibu kemari? Kupikir tidak usah, dia telah menjadi istriku saat ini jadi apa yang terjadi padanya adalah tanggung jawabku.

“Ayo sayang, makan dan minum obatnya agar demammu turun”, lagi-lagi dia menggeleng keras dan kembali memanggil ibu.

Aku bingung dengan apa yang harus kulakukan padanya. Akhirnya aku memancingnya untuk memanggilkan ibu jika dia mau makan dan minum obat, terbukti dia mau bangun. Setelah itu aku membiarkannya kembali terlelap, mungkin dia butuh istirahat hari ini. Aku tahu dia banyak berfikir akhir-akhir ini, memikirkan tugas kuliahnya, memikirkan pernikahannya tanpa cinta, dan menyembunyikan statusnya yang telah bersuami. seharian aku hanya duduk di sebelahnya yang terbaring lemas ditempat tidur, sepanjang hari dia hanya tidur kecuali ketika aku membangunkannya untuk makan dan minum obat.

Sorepun menjelang, setelah aku mandi dan mengganti pakainya kutengok dia yang masih di tempat tidur, bedanya matanya telah terbuka. Aku berjalan kearahnya meletakkan telapak tangan di keningnya. Syukurlah demamnya sudah turun. Melihat perlakuanku dia hanya diam, aku beranjak untuk mengambil bubur di dapur sampai suaranya terdengar di telingaku.

“Terima kasih hari ini”, kata-katanya nyaris seperti berbisik mengingat tubuhnya yang masih belum fit. Aku menoleh padanya tersenyum dan mengangguk.

***

Hari minggu sangat menyenangkan, meskipun aku tidak keluar berkencan. Hah, jangan lupakan jika aku belum pernah berkencan dengan wanita yang saat ini asik dengan tugas kuliahnya. Sedangkan aku duduk di sofa belakangnya sambil menonton acara televisi.

”Hmm.. Hanun-ah..”, kataku padanya yang seperti biasa menjawab dengan gumaman tanpa mengalihkan pandangan dari layar laptopnya. ”Besok ada pesta kecil di kantor, dan diminta mengajak istrinya”, jarinya berhenti menekan keyboard menghela napas sejanak,

”Oh..”, jawabnya tidak menyelesaikan masalah. Bukan iya ataupun tidak.

”K..kau bisa?”, lanjutku berharap mendapatkan jawaban pasti darinya.

”Tugasku masih banyak, Baekhyun-ssi”, aku terdiam. Harusnya aku tidak perlu menanyakan sesuatu yang bahkan aku sendiri sudah tahu jawabannya. Kuletakkan kepala di sandaran sofa, melihatnya duduk di depanku dari belakang. Tiba-tiba pintu apartment diketuk, dia bangun dari tempat berlari menghampiri pintu.

”Kikwang-ah..”, kudengar nama seorang laki-laki terucap darinya dengan senyum yang terkembang. Senyum yang belum pernah terukir di dapan wajahku. Aku segera berdiri menyimpan rasa penasaran tentang sosok yang terlihat sangat akrab dengan istriku.

”Ah..anyeong haseyo Lee Kikwang imnida, aku teman Hanun”, sapanya padaku dan kubalas dengan senyum singkat. ”Nuguya?”, lanjutnya dengan mata penasaran sambil menunjukku. Hanun terlihat gugup meremas ujung kaos merah mudanya, tak terkecuali aku tak tahu bagaimana harus menjelaskannya.

”Di..dia..”,

”Aku sepupu Hanun, namaku Byun Baekhyun”, lanjutku membuat Hanun sedikit menghembuskan napas lega.

Aku memang tidak tahu pasti apa statusnya yang telah menikah telah tersebar di kampusnya, mengingat pernikahan kami terkesan sederhana dengan hanya mengundang beberapa keluarga dan kawan dekat, sehingga aku berinisiatif untuk menyembunyikan dulu, mungkin sampai dia siap mengakui keberadaanya yang kini telah menyandang predikat ‘Nyonya Byun’ di depan teman kampusnya.

“Oh, senang bisa mengenalmu hyung. Aku akan mengerjakan tugas dengan Hanun”, lanjutnya kemudian aku pamit ke kamar dengan alas an melanjutkan tugas kantorku.

***

Ada hal yang berbeda dari sebelumnya. Bolehkan kusebut sebagai kemajuannya? Saat aku mengunyah roti selai sambil berdiri dengan keadaan yang belum terlalu rapi. Dia berjalan kearahku tanpa kata meraih dasi yang ada di pundakku lalu mengaitkan untukku. Meski aku tak pernah meminta sebelumnya, aku tidak berniat merusak moment indah ini, sehingga akupun memilih diam untuk tidak menanggapinya, setelah itu dia kembali berjalan menjauh dengan ekspresi yang tak pernah berubah. Ini hampir menginjak bulan ketiga semenjak pernikahan kami, tapi kurasa rumah tangga kami masih sangat asing, dia masih dingin dan tak pernah mau menatap mata ketika kuajak bicara.

“Kau benar tidak mau ikut ke kantor? Mungkin mereka akan menanyakanmu”, ucapku membuatnya berhenti mengoles selai pada roti yang akan dia makan.

“Tidak.”, datar dan tanpa ekspresi, tanpa pikir panjang aku meraih jasku berlalu tanpa kata.

Apa aku marah padanya? Bisa dikatakan sedikit. Bagaimana mungkin hari ini aku datang seorang diri sedangkan semua rekan kerjaku mengajak istri ataupun kekasih mereka. Ini terkesan bahwa aku seorang CEO yang tidak memiliki pasangan. Sungguh mengerikan,padahal aku memiliki seorang istri yang bisa dibilang tidak buruk dirumah.  Sesampainya di hotel tempat berlangsungnya acara, kehadiranku disambut ramah oleh rekan kerjaku yang sedang asik menggandeng pasangan mereka.

“Hei, dude.. bagaimana bisa kau datang sendirian”, seorang lelaki berpostur tinggi tak lain adalah Park Chanyeol, sahabat sekaligus teman kerjaku.

“Dia sibuk Yeol”, jawabku dengan ekspresi yang buruk.

Acara peresmia hotel telah dimulai, aku menoleh kesamping memperhatikan kursi yang seharusnya diisi oleh Nyonya Byun kini kosong. Aku cukup iri melihat semua rekan kerjaku disini. Walau tadi aku sempat mendapat tatapan aneh dari mereka karena datang tanpa pasangan, tapi aku mencoba untuk cuek. Aku kembali berfikir, apa yang dia lakukan saat ini? Apa dia benar-benar sibuk, dan banyak fikiran tentangnya, sampai ketika Chanyeol menyikut lenganku.

“Baek..”, aku mengikuti arah pandangnnya, di seberang sana telah berdiri seorang wanita mengenakan dress selutut berwarna peach dengan rambut yang dibiarkan tergerai, tatapannya tegas dengan alis yang tebal menambah satu kesan dalam benakku “Dia Cantik”. Aku berdiri dari tempatku untuk berjalan kearahnya yang mungkin sedikit canggung mengingat mungkin ini kali pertamanya mengikuti acara semacam ini.

“Terima kasih telah datang…..Nyonya Byun”, sapaku dengan senyum lantas menarik tangannya untuk duduk kembali. Dia tak membalas apa yang kukatakan, tetapi mengikutiku menuju tempat duduk kami. Kudengar dia membalas sapaan beberapa karyawan yang kami lewati dengan senyum ramahnya, senyum yang entah kapan akan diberikan padaku.

***

“Terima kasih untuk hari ini..”, kataku sewaktu kami telah berada di tempat tidur. Dia yang memeluk gulingnya tidak menjawab kata-kataku. Tapi aku terus tersenyum memandang punggungnya dari belakang. “Aku tahu hatimu sudah mulai terbuka, walau itu masih sedikit. Aku masih menunggumu sayang” batinku sebelum menutup mata dan menyusulnya kealam mimpi.

Tiba-tiba aku merasa tempat tidurku bergerak beberapa kali, lantas aku membuka mata dan mendapati dia berguling merubah posisi tidurnya berkali-kali ke kanan dan kiri sambil tetap menutup matanya. Apa dia sedang mimpi buruk? Batinku. Beberapa saat kurasa dia sedikit tenang. Aku baru saja akan menutup mati dia kalau saja tangannya tidak mengguncang pundakku.

“Baekhyun-ssi..”, katanya membuatku membuka mata menatapnya yang memasang wajah err..takut?

“Ada apa?”, balasku.

“A..apa aku boleh Tanya padamu?”, lanjutnya sambil memeluk gulingnya erat.

“Hmm…”, gumamku sambil menutup kembali mataku.

“Jangan tutup matamu dulu, kumohon”, kurasa wanita di depanku ini semakin aneh. Apa sih yang dia pikirkan?

“Arraseo.. ada apa sih? Kau terlihat aneh malam ini?”, aku pura-pura cemberut padahal dalam hati senang bukan main mengingat ini percakapan terpanjang yang pernah kami lakukan.

“Apa kau percaya dengan hantu?”, kata yang keluar dari bibirnya membuatku memasang wajah cengo. Wanita yang selalu memajang wajah datar dan dingin seperti dia takut dengan hantu? Aku menahan habis-habisan tawaku. Aku takut dia merasa terganggu atau mungkin marah dengan ekspresiku.

“Aku tidak percaya. Tidak ada hantu di dunia ini Hanun-ah”, balasku sambil tersenyum.

“Ta..tapi, ibu bilang. Hantu itu seperti bayangan hitam yang bisa memakan kita dimalam hari”, Iya Son Hanun aku percaya akan hantu yang saat ini merasuki tubuhmu dan membuatmu bisa bicara sepanjang itu kepada suamimu saat ini. Ucapku dalam hati.

“Hantu hanya ada di film, jadi berhenti berhalusinasi melihatnya di dunia nyata. Dan.. ini sudah melam, cepat tidur atau kau akan telat masuk kuliah besok”, setelah itu kulihat dia berganti posisi memunggungiku lagi. Kupikir dia telah menyesal berbicara panjang lebar danganku tadi, kini dia kembali pada Son Hanun yang dingin seperti sebelumnya. Aku menutup mataku untuk kembali tidur tapi suaranya mengusikku.

“Baekhyun-ssi”,

“Hmmm..”, balasku dengan mata terpejam, aku sungguh mengantuk dan harus meladeni halusinasi istriku yang cantik ini, hah..

“Bo..bolehkah aku meminta hanya satu saja permintaan darimu? Anggap saja hadiah ulang tahunnya bulan lalu”, katanya membuatku mengingat bahwa bulan lalu aku lupa memberinya hadiah ulang tahun.

“Baiklah, katakan padaku?”, apa mungkin dia meminta kami berpisah? Atau mungkin dia meminta aku mengijinkannya berpacaran dengan lelaki lain, mengingat dia tidak pernah menginginkan pernikahan ini terjadi. Bayanganku terhenti setelah dia berbalik dan kembali menghadapku.

“A..aku takut  hantu. Bi..bisakah kau me..melukku setiap tidur?”, ucapnya terbata dan tidak menatapku. Tanpa membalas ucapannya, aku menarik tangannya pelan. Membuat kulit kami yang dibatasi untaian kain-kain menyatu berkat dekapanku.

“Bukankah sudah kukatakan tidak ada hantu di dunia ini? Sekarang tidurlah, dia tidak akan memakanmu”, balasku sambil mengeratkan pelukan. Dia tidak balas memelukku, hanya memegang kaos tidurku dan kembali menutup matanya. Entah sudah berapa kali kejutan muncul dari dirinya hari ini, kuharap ini bukanlah sebuah ilusi mimpiku. Jika memang ini tidak nyata, maka aku rela selamnya tidak pernah terbangun dari mimpi demi dirinya.

***

Seperti malam-malam sebelumnya kini aku telah diijinkan untuk memeluknya ketika tidur walaupaun sikapnya masih dingin seperti biasanya. Tapi ini merupakan awal yang baik menurutku. Saat ini dia lebih memilih tidur memunggungiku meskipun masih minta kupeluk dari belakang, karena dia masih percaya bahwa hantu itu akan datang ketika malam tiba dan melahapnya tanpa habis, konyol dan membuatku selalu tersenyum jika mengingtnya.

“Besok aku akan ke Jepang”, kataku memecah keheningan ketika kusadar bahwa dia belum terlelap.

“Oh..”, hanya itu jawaban yang kudapat.

“Kuharap kau tidak takut untuk tidur sendirian, aku tidak lama hanya 5 hari”, kataku dan dia tidak merespon apapun. “Hanun-ah, bolehkah aku bertanya padamu?’, kataku tidak mendapat balasan dan kuartikan sebagai ‘Ya kau boleh Baekhyu-ssi’. “Apa kau memiliki kekasih saat ini?”, aku tak tahu pasti bagaimana ekspresinya yang kulihat dia menggeleng keras. “Syukurlah..”, balasku selanjutnya.

“Apa op…maksudku apa Baekhyun-ssi memiliki kekasih”, aku cukup tertegun ketika dia hendak memanggilku oppa dan buru-buru dia ralat dengan penggilan berembel-embel ‘ssi’ kesukaannya.

“Hmmm…”, balasku tersenyum karena kuyakin dia tak tahu ekspresiku, hanya tahu ketika aku menariknya lebih dekat dan memeluknya lebih erat.

“Di..dia cantik bukan?”, lanjutnya.

“Hmmm…”, balasku lagi sambil terpejam membayangkan wanita berambut panjang yang selalu menatap dingin kearahku.

“Kau sering kencan dengannya?”, lagi-lagi dia bertanya.

“Emm.. hampir setiap malam”, jawabku membuatku penasaran, apa dia tidak cemburu? Ribuan istri diluar sana pasti akan menggugat cerai suaminya ketika mendapat jawaban seperti yang kukatakan. Tapi istriku yang satu ini hanya memasang wajah santai sambil memainkan boneka didepannya.

“A..pa. dia alasanmu selalu pulang malam?”, sepertinya dia mulai antusias dengan ceritaku. Senyumku semakin lebar mendengar kata-katanya.

“Tentu, aku mencari uang untuknya”, lanjutku. Kulihat dia sedikit bergerak tidak santai. “Dia seorang mahasiswi dan kini dia tanggung jawabku, itulah mengapa aku rela untuk tidak bertemu dengannya lima hari kedepan karena pergi ke Jepang agar mendapat gaji bonus untuknya”, kulihat dia berbalik sambil menutup mata kemudian memelukku erat tanpa sepatah katapun.

“Selamat tidur sayang”, kata yang kuucap benar-benar tidak kusengaja. Dia tidak membalas ucapanku dan aku memeluknya erat seolah tidak membiarkan hantu manapun akan memakannya malam ini.

Keesokan paginya aku berkemas dengan beberapa barang yang mungkin kubutuhkan di Jepang nanti. Hanun hanya duduk di depan TV sambil memakan camilan kesukaannya, setelah sekiranya cukup aku beranjak untuk segera berangkat ke bandara tanpa diantar olehnya.

“Aku akan berangkat”, kulihat dia bergegas bangun dari duduknya. Dia sangat tahu ketika aku mengucap kata itu berarti aku minta diikatkan dasi olehnya.

“Jangan pulang larut malam saat kuliah”, kataku sambil memperhatikannya memasangkan dasiku. “Kau hanya perlu menyalakan lampu ketika tidur, dan hantu-hantu jelek itu tidak akan memakanmu”, kulihat dia hanya mengangguk seiring dengan dasi yang telah terikat sempurna pada leherku.

“K..kau harus minum vitaminmu”, katanya sambil mamandang ujung kakinya. Aku tersenyum dan mengangguk akan nasihat istriku.

“Baik, kalau begitu aku berangkat dulu”, dia mengantarku sampai depan pintu apartment. Sebelum aku benar-benar pergi kuraih tengkuknya mendekatka wajahku untuk mengecup keningnya, kulihat dia memejamkan matanya tanda mengijinkanku untuk melakukannya.

“Aku akan merindukanmu…”, kataku kemudian benar-benar meninggalkan istriku sendirian sampai lima hari kedepan.

***

Hiroshima, JAPAN

Berurusan dengan klien di Jepang sedikit sulit dan berbelit-belit membuat kami harus bekerja ekstra merevisi makalah-makalah agar mereka setuju dengan proyek yang akan kami lakukan. Sampai di hari ketiga disini aku sampai lupa untuk menghubungi Hanun di Seoul saking banyaknya laporan yang kami buat.

To : My Wife

Maaf baru bisa menghubungimu, apa kau hidup dengan baik? Kau tahu aku sangat ingn  bertemu denganmu.

Tak beberapa lama pesanku dibalas.

From : My Wife

Aku baik-baik saja. Aku tahu kau sibuk, jangan lupa untuk meminum vitaminmu.

 

 

Aku tersenyum membaca, kupikir dia tak akan membalas pesanku. Aku kembali membalas pesan singkat berulang kali. Dalam hati aku ingin segera menyelesaikan proyek ini dan kembali ke Seoul untuk menemuinya.

Setelah mengubah beberapa laporan akhirnya para klien menyetujui pembangunan hotel di Hiroshima sebagai cabang dari perusahaan kami di Korea. Kami sangat senang dengan hal ini, sehingga setelah menyelesaikan acara kami bergegas mengemas barang untuk kembali ke Korea.

***

Seoul, South Korea

Incheon siang ini sangat padat, setelah melewati perjalanan pesawat beberapa jam kami tiba di tanah air dengan senyum yang terkembang karena keberhasilan kami. Diantara padatnya pengunjung Incheon hari ini aku melihat lelaki jangkung berkacamata hitam diseberang sana yang kuyakini sebagai Chanyeol, tapi yang membuatku tertarik malah sosok wanita dengan sweater rajut yang berdiri di sebelahnya. Senyumku terkembang berjalan mendekati mereka tapi wanita yang menyadari kehadiranku justru berlari kearahku dan memelukku secara tiba-tiba.

“Oppaa….”, teriaknya ketika telah sampai dipelukku. Aku tersenyum dan membalas pelukannya, kudengar sebuah isak tangis darinya. “Jangan pergi lagi…”, katanya yang terisak di dadaku. Aku tidak tahu apa yang membuatnya berubah 360 derajat dari sebelumnya tapi yang pasti aku senang, dia telah menganggapku ada.

“Aku tidak akan pergi, lihat aku sudah disini sekarang..hmm?”, kataku mengendurkan pelukan untuk menatapnya, dan menghapus sisa air matanya.

“Aku takut, oppa. Jangan tinggalkan aku sendiri”, ratusan manusia yang berlalu lalang di sini tak lagi kupedulikan. Aku terlanjur senang bahkan hampir seperti mimpi.

“Iya sayang..”, kataku sambil mengelus rambutnya dan kembali memeluknya yang masih terisak, sejenak kutatap Chanyeol sambil tersenyum “Gomawo”, gumamku tanpa suara dan dia tersenyum. Aku yakin Chanyeol berhubungan erat dengan berubahnya istriku.

***

Malam ini tidak berubah dari sebelumnya, hanya saja terkesan berbeda. Sosok dingin yang selalu kupeluk setiap malam kini justru memandangku dengan senyum yang terkembang indah, senyum yang kutunggu sejak lama. Tangannya mengusap pelan wajahku membuatku kembali tersenyum dan membalas tatapan mata indahnya yang baru kusadari malam ini.

“Wae? Baru menyadari bahwa kau memiliki suami yang tampan?”, kataku kemudian dia menekuk bibirnya pura-pura kesal, dan aku hanya tertawa ringan menanggapinya.

“Maaf..”, satu kata keluar dari bibirnya membuatku memegang tangannya yang masih di pipiku.

“Tidak ada yang salah, tidak perlu minta maaf”, kataku balas mengelus pipinya yang baru pertama kali kulakukan sejauh kami terikat dalam pernikahan.

“Aku manusia yang paling jahat kau tahu”, katanya kemudian setetes air mata mengaliri pipinya.

“Jangan menangis sayang, seburuk apapun dirimu tidak akan merubah rasa sayangku padamu”, dan dia berhambur memelukku sambil terisak lagi mengucap berkali-kali kata maaf, aku hanya mengelus rambutnya pelan kemudian kudengar tangisnya terhenti, dia mengendurkan pelukannya lalu memandangku. Semua terasa begitu cepat ketika bibirnya mengecup bibirku lalu mengucap satu kata.

“Saranghae oppa..”, dia tersenyum dan aku memeluknya erat.

“I love you too..”, kataku kemudian kami terlelap menuju mimpi-mimpi tidur kami, dan menyambut esok hari dengan ratusan memori yang akan kami ukir berdua atau bahkan bertiga dengan anak kami kelak.

Sepertinya aku menemukan hari bersejarahku untuk kedua kalinya, Tuhan tidak hanya mengijinkanku mengucap janji untukNya tapi Tuhan mengijinkanku memiliki seluruh yang ada pada diri seorang yang berada dalam dekapanku setiap malam. Ketika keputusasaanku memuncak di ujung kepala, Tuhan memiliki rahasia atas kesabaran yang aku lakukan selama ini. Aku tidak pernah mensia-siakan puluhan anugerah Tuhan untukku, termasuk kepercayaaNya menyerahkan wanita terindah yang pernah kutemui untuk menjadi wanita pertama dan terakhir menjadi bagian dari tulang rusukku, dia belahan jiwaku dan aku mencintainya. Son Hanun.

END

Thanks for reading my story…

Visit my personal blog exoticbluelight.wordpress.com


Never Hurt You (Chapter 5 – END)

$
0
0

 

(FF / YAOI) NEVER HURT YOU ( BAEKYEOL)

 

Title : NEVER HURT YOU ( FINAL CHAPTER)

Author : Byun Genie (pstttt… author labil ) :3

Pairing : Baekyeol ( Baekhyun , Chanyeol) and others

Main Cast : Park Chanyeol, Byun Baekhyun

Other Cast : EXO member

Rate : T+ ( little bit M) ._.

Lenght : Chaptered ( 5 of 5 )

Genre : Sad, Romance,Hurt ,Yaoi , apa lagi ya ? # lol :D

A/N :huhuhu gak terasa ini adalah chapter terakhir dari ff ini. T_T #athor lebay -_-“

Semoga readers puas dengan the last chapter ini :D Oh ya.. Author sempat cedera ketika membuat ff ini lohh :’) jari kelingking author sempat terkilir karna terlalu semangat mengetik hahaha~ :D  #Curhat T^T Tapi author tetap berusaha menyelesaikan ff ini mengingat readers yang sedang menunggu chapter ini ^3^ gomawo readers atas supportnya selama ini :* ^^

Oh ya ini real hasil imajinasi saya sendiri… Don’t be plagiat ne ? ^^

HAPPY READING

*************************

 

Dan Chanyeol menyeringai tersenyum nakal hingga akhirnya menindih tubuh Baekhyun.

“Gomawo baby… aku ambil hadiahku sekarang… Selamat makan”

Dan malam itu Chanyeol dan Baekhyun telah menyatu dengan perasaan cinta tentunya.

“Sarangahae…”

 

Ditempat lain terlihat Kris yang mondar-mandir dilema karna dia sangat ingin mengucapkan selamat ulang tahun pada adiknya itu. Tapi munafik sangat, hingga akhirnya dia tidak   bisa tidur malam itu. Sedangkan Tao hanya tertawa sambil menghitung barang belanjaan mahal hasil buruannya hari itu.

 

 

FINAL CHAPTER  ^^

> Author POV <

Keesokan harinya setelah acara penyatuan yang mereka lakukan pada malam hari ultah Chanyeol, Baekhyun tampak bangun dan lelah. Yaaaa dia sangat lelah sekali, maklum itu hal pertama yang dilakukan olehnya. Dia menatap Chanyeol yang masih setia dengan dengkuran halusnya itu.

“Chanyeol…Channie irreona, ppali kita harus sekolah…… Chanyeol~? ”

Baekhyun mengusap sayang rambut panjang kekasihnya itu. Chanyeol mulai membuka matanya dan lihatlah wajahnya memperlihatkan kalau dia masih butuh tidur , dia capek, okay? Sebenarnya kedua insan tersebut sama-sama capek sih, tapi apalah mau dikata tuntutan mereka sebagai pelajar masih membebani mereka untuk kesekolah hari itu. Setelah mandi dan sedikit menguap beberapa kali, mereka akhirnya pergi ke sekolah dengan Chanyeol yang mengendarai kendaraan mewah miliknya  disertai wajah yang benar-benar menggambarkan kalau dia masih mengantuk. Ketika di sekolahpun Chanyeol tampak tidak semangat dengan kejutan yang diberikan oleh para fansnya, dia dengan setia mengenggam tangan Baekhyun disampingnya. Kai dan Sehun yang ikut merayakan Ultah Chanyeol dengan para fans yeoja tersebut juga ikut bingung, tapi yeahhh Kai dan Sehun maklum jika saja Chanyeol kelelahan. Hei mereka bukan bayi lagi yang harus mendengar secara rinci penjelasan dari seorang Park Chanyeol akan kelelahannya hari itu. Mereka sudah tahu dengan pasti ketika melihat  kissmark yang sedikit tampak dileher Baekhyun, makanya mereka kalem menerima sikap Chanyeol hari ini.

“Kami pulang duluan ne~? Hadiahnya kalian bawa pulang saja Sehun , Kai. Aku gak butuh hadiah itu. Berikan saja pada kekasih kalian masing-masing, aku lihat banyak barang yang disukai oleh Luhan dan D.O disana”

Chanyeol yang masih menggenggam tangan kekasihnya memerintah kepada dua namja kesayangannya itu. Baekhyun tetap diam, entah kenapa dari tadi pagi kesekolah sampai sekarang dia masih belum banyak bicara. Pertanyaan Chanyeol pun hanya dijawabnya secara simpel seperti “Yup” , “Heummm”, “ne” tak ada banyak kata yang keluar dari bibir cherrynya itu. Sedangkan Chanyeol hanya memaklumi sikap Baekhyun hari itu, entahlah mungkin sang kekasih sedang tak enak badan , begitulah fikirnya.

“Mwo?! Kalau kami membawa hadiah sebanyak itu bisa-bisa Luhan dan D.O akan mengadakan perang dunia ke-III nanti Chanyeol !! Mereka akan cemburu setengah mati dan bisa-bisa ngambek selama berbulan-bulan, tidak mau ! Ya kan Sehun?”

Kai takut kepada sang uke-nya yang bermata bulat , dia takut D.O akan marah apabila diberi hadiah dari fans Chanyeol tersebut. Ayolah , belum pernah melihat D.O marah? Sehun tersenyum manis kepada Kai yang bertanya kepadanya, siapapun yang melihat senyum di paras tampannya itu pasti luluh, pantas saja Luhan akan dengan senang hati memeluknya ketika Sehun sedang tersenyum tulus kepadanya.

“Tentu thaja,, Luhan baby bitha membantaiku kalau aku memberikan kado konyol itu padanya. Kau belum pernah lihat rutha mengamuk eoh? Maaf Chanyeol, untuk Xiumin hyung thaja ne? Ini demi kethelamatan kami juga dari amukan uke kami yang manith,,,,”

Masih dengan senyum menawannya Sehun menolak pemberian sahabatnya. Well , sekarang dia harus dewasa, jika saja pada Ultah Chanyeol sebelumnya dia akan dengan senang hati mengambil kado dari fans Chanyeol, sekarang berbeda. Dia sudah memiliki Luhan, kekasihnya  yang sangat pencemburu yang telah mengisi kehidupannya. Jadi , sebagai seme yang baik dan menyayangi sang ukenya dengan tulus, Sehun menolak hadiah tersebut. Baekhyun tampak bosan mendengar percakapan tentang hadiah konyol dari fans yeoja Chanyeol tersebut, “CK, kasih saja sama Xiumin Hyung…”  begitulah dia merutuk dalam hatinya. Tapi hei lihatlah ekspresi wajahnya datar sekali, seolah dia betah menunggu Chanyeol dengan ocehan tentang kado bodoh tersebut. Padahal memang benar dugaan Chanyeol, dia sedang tidak enak badan dan benar-benar butuh istirahat sekarang. Tapi Baekhyun bukanlah kekasih egois yang akan memaksa Chanyeol untuk pergi dari sana secepatnya, dia mengerti. Lebih tepatnya dia Berusaha mengerti.

“Ahhh dasar rusa kekasihmu itu  , arasso~ aku akan memberikan pada Xiumin hyung kalau begitu,,,  oh ya aku pulang duluan ne~?  Baekhyun sepertinya sedang tak enak badan…”

Duo namja sahabat Chanyeol tersebut langsung mengangguk tanda mengerti, toh mereka juga harus pulang ke kediaman mewah mereka untuk melakukan beberapa kepentingan .

> Baekhyun POV <

Seharusnya pagi ini aku bangun dengan lebih semangat dan ceria untuk Chanyeol. Tapi entah kenapa ketika memikirkan eomma dan appa Chanyeol yang terlalu mementingkan pekerjaan daripada Chanyeol itu membuatku sedikit murung. Hei dibandingkan aku tentu saja aku lebih menderita dibuang oleh eomma dan appa kandungku sendiri, tapi entah kenapa rasanya aku ikut memikirkan keadaan Chanyeol yang kurang kasih sayang. Bukannya aku tidak memandang kepedihan hidupku sendiri, tapi aku sudah menganggap eomma dan appa yang telah membuangku sebagai kenangan. Yahh kenangan yang tak perlu aku ingat-ingat lagi. Sekarang aku hanya memikirkan masa depanku dengan Chanyeol yang tulus menerimaku apa adanya.

Hari ini dia berulang tahun, disekolahnya begitu banyak yeoja yang memberi hadiah. Jengkel ? tentu saja aku jengkel, tapi aku lebih memilih tersenyum manis sambil menggandeng tangan kekasihku yang jangkung ini. Dan dia sepertinya juga tidak terlalu tertarik untuk menanggapi sorakan dan teriakan selamat ultah dari fansnya itu. Aku tahu dia masih lelah dengan aktivitas semalam,,, kyaaaaaaa~ membayangkannya saja sudah membuat pipiku memerah. Beruntung Chanyeol tidak menyadarinya, kalau tidak sudah pasti dia akan menggodaku, yeahhhh dia itu  pervert !!

“Ahhh arasso~ aku akan memberikan pada Xiumin hyung kalau begitu,,,  oh ya aku pulang duluan ne~?  Baekhyun sepertinya sedang tak enak badan…”

Lihatlah dia akhirnya menyerah untuk memberikan kado-kado bodoh itu kepada Kai dan Sehun. Baguslah itu artinya kami akan segera pulang, dan aku bisa beristirahat sejenak. Pusing, rasanya aku benar-benar kurang tidur sekarang. Setelah itu Chanyeol menarik tanganku untuk pulang, yeahhh  kami langsung menuju mobil. Chanyeol tersenyum lembut kearahku sambil mengendarai mobilnya yang mewah ini.

“Baek,, beristirahatlah dengan baik nanti ne sayang?”

Dia bertanya dengan lembut kepadaku, aku hanya menjawab dengan simpel. Entahlah sepertinya sifat pendiamku kembali lagi. Aku lelah dan aku masih terus memikirkan Chanyeol yang kesepian selama ini.

“Heummm..”

Dia meneruskan mengemudi sambil bersenandung kecil, sedangkan aku hanya menatap kosong keluar jendela mobil. Yahh aku hanya mempunyai feeling yang buruk hari ini,tidak tahu kenapa, padahal seharusnya aku bahagia kan? Bukankah orang lain akan ikut bahagia dihari ultah kekasihnya? Tapi entah kenapa aku mempunyai firasat buruk sekarang, molla~ mungkin hanya perasaanku saja. Hal yang wajarkan kalau aku mengkhawatirkan kekasihku sendiri?  #Iya Baekki >_< lupain author sarap -_-

Drttt Drtt , tiba-tiba I-phone milik Chanyeol bergetar dan terlihat ada sms yang masuk disana. Mungkin Kai atau Sehun yang mengirimkan pesan tersebut, aku hanya menoleh sebentar kemudian melihat kembali keluar jendela. Aku tahu Chanyeol membacanya sebentar, tapi kemudian dia kembali melanjutkan mengemudi lagi.

> Author POV <

Sesampainya di rumah mewah kediaman keluarga Park tersebut, Baekhyun langsung menuju kamar Chanyeol dan beristirahat. Di lain hal Chanyeol malah berdiam diri di ruangan keluarganya setelah mengantar Baekhyun ke kamar mereka terlebih dahulu tentunya. Kenapa Chanyeol tidak ikut saja tidur dan beristirahat dengan Baekhyun? Well , dia baru saja menerima pesan aneh dari body guardnya, Xiumin. Disana tertulis “Chanyeol tunggu aku pulang hari ini juga, penting !!!”Chanyeol sebenarnya bingung kenapa Xiumin yang ditugaskan oleh appanya pergi keluar kota untuk beberapa hari tersebut mendadak pulang hari ini, bahkan dia belum pergi selama 2 hari. Ck lupakan saja, Chanyeol malas beranggapan yang aneh-aneh tentang hal itu. Dia sudah cukup lelah karna tidur pada jam 4 dini hari tadi malam, dia malas membuat dirinya semakin lelah untuk membuat prediksi tentang kepentingan apa yang dimaksud oleh Xiumin di pesan singkat sebelumnya itu.

Sudah 2 jam Chanyeol menunggu kehadiran body guard pribadinya itu. Tapi yang ditunggu tak kunjung datang juga menampakkan batang hidungnya. Chanyeol akhirnya memilih untuk melihat photo selca yang sering diambil olehnya dengan Baekhyun, dia terkikik geli melihat kenarsisan mereka di dalam photo tersebut. Tak lama kemudian , Xiumin datang dan Chanyeol baru saja akan bertanya kepada Xiumin tentang hal apa yang dikatakan oleh Xiumin di pesan singkat yang dia terima sebelumnya. Tapi itu tak jadi dilakukan olehnya ketika sebuah pukulan keras tepat mengenai rahangnya. Siapa lagi kalau bukan Xiumin yang datang dengan tiba-tiba tersebut yang langsung memberikan beberapa pukulan pahit di wajah tampan Park Chanyeol. Xiumin bertubi-tubi memukul orang yang seharusnya dilindunginya itu.

Bingung , kaget ? tentu saja Chanyeol bingung dan kaget dengan apa yang tengah dilakukan oleh body guard pribadinya tersebut. Apa yang sebenarnya terjadi? Chanyeol tidak melawan sama sekali, dia terbatuk mengeluarkan darah segar dari mulutnya dan dia menatap Xiumin seolah berkata Kau kenapa Hyung?

“Uhukkk…. Yak !!”

Chanyeol akhirnya membentak Xiumin ketika dia merasa bahwa Xiumin tak akan menghentikan pukulan brutalnya pada Chanyeol yang telah tersungkur di lantai . Dan betapa terkejutnya Chanyeol ketika melihat Xiumin yang tengah menangis dalam diamnya memukul Chanyeol dengan tanpa ampun. Air mata mengaliri wajah Xiumin, dia seperti tidak tega memukul Chanyeol orang yang seharusnya dia lindungi dengan mempertaruhkan nyawanya sendiri. Itu membuat Chanyeol heran , sangat heran !! Siapa saja tolong jelaskan kepada Chanyeol apa yang tengah terjadi sekarang ?! Lihatlah bibir bawahnya mengalirkandarah segar yang menodai seragam sekolahnya itu. Dia kesakitan tapi dia tidak melawan, entahlah Chanyeol mungkin juga lelah…. yahh terlalu lelah karna pukulan tanpa ampun dari Xiumin , body guard terlatih yang membabi buta memberi pukulan menyakitkan kepada tubuh jangkungnya itu. Wajah tampannya meringis kesakitan, sangat sakit…..

“Hiks…”

Akhirnya isakan tangis Xiumin keluar ketika melihat Chanyeol telah jatuh pingsan akibat pukulan terakhir yang mendarat di punggung Chanyeol tersebut. Tuan mudanya yang telah 4 tahun dia jaga dengan sepenuh hati itu tampak terkulai lemas tak berdaya. Dia berhenti memukul Chanyeol dan dengan bibir bergetar dia menatap nanar kepada darah yang masih mengalir dari mulut Chanyeol tersebut.

“Wae?! Kenapa kau berhenti eoh?! Anak kurang ajar itu masih harus diberi hukuman lebih Xiumin !!”

Terdengar bentakan dari seorang namja yang baru saja memasuki ruangan keluarga tersebut. Siapakah namja itu? Well , dia adalah appa Chanyeol yang telah kembali ke Korea pada pagi hari tadi, dia sengaja kembali dengan kemarahan yang luar biasa yang bersarang dihatinya. Dia kembali setelah menerima beberapa bukti tentang hubungan sejenis yang dijalani oleh darah dagingnya sendiri. Darimana appa Chanyeol memperolehnya? Chen !! salah satu dari body guard Yuri tersebut sudah tidak sabar untuk mengirimkan bukti hubungan terlarang yang dijalani oleh Chanyeol kepada tuan Park. Chen melakukannya karna dia tidak tega melihat Yuri yang menangis dengan mata sembab memandang foto Chanyeol di ruangan kamar mewah sang nona kaya tersebut, awalnya Yuri melarang. Tapi dia akhirnya dengan wajah polos yang dibuat-buat mengangguk menyetujui pengiriman bukti tersebut. Yeahhh tunggu apalagi, bukankah bukti foto dan rekaman pengakuan Chanyeol adalah bukti yang kuat?!

“Sudah cukup, hiks dia bahkan sudah tak sadarkan diri tuan besar, aku mohon hiks”

Sekarang Xiumin tampak iba melihat tubuh Chanyeol yang tergeletak tak sadarkan diri dilantai. Namja tampan itu dipenuhi luka hampir disekujur tubuhnya. Yahh sang appa sebenarnya orang yang baik namun tegas, dan appa Chanyeol akan sangat marah jika apa yang dia larang telah dilanggar oleh sang buah hati. Disini , tuan Park itu tidak akan mentolerir jika kesalahan tersebut sudah benar-benar membuat dia murka. See ? bahkan dia tega menghukum Chanyeol secara brutal melalui Xiumin, body guard handal itu.

“Ck, Kau bawa dia ke ruangan eommanya,, aisshhh kepalaku sungguh sakit melihat Chanyeol yang juga mengikuti jejak kakaknya yang brengsek itu ! dulu Kris sekarang Chanyeol  ! aku terpaksa pulang dari luar negri hanya untuk mengajarinya.. aishhhh ”

Mengajari ? Well, itu sama saja dengan menganiaya kan? Tuan besar Park tampak menuju ke ruangan mewah lainnya dengan beberapa orang bodyguard lainnya yang mengekor dari belakang. Sedangkan Xiumin mulai menggopoh tubuh Chanyeol dibantu oleh beberapa pelayan yang ikut menangis melihat keadaan tuan muda mereka yang tampan tersebut sedang tidak sadarkan diri. Beruntunglah  kamar Chanyeol jauh dari ruangan tempat dia dipukuli, kalau tidak sudah dapat di pastikan Baekhyun akan menangis histeris melihat sang kekasih dihukum tanpa ampun seperti itu. Yah namja mungil nan cantik itu sedang terlelap tidur sekarang dengan mendengarkan beberapa lagu menggunakan headset ditelinganya, dia tidak menyadarinya sama sekali. TIDAK !

“Huwaaaaaaa,, hiks hiks Chanyeol, gwaenchana nak? Hiks hiks, Xiumin kau seharusnya tak menuruti perintah appa Chanyeol !”

Eomma Chanyeol berteriak histeris melihat keadaan putra kesayangannya itu dipenuhi luka. Dia , yeoja paruh baya itu menangis sambil membentak Xiumin dan Xiumin hanya menunduk menyesal. Hey , perintah tuan besar Park itu mutlak tak ada yang  bisa membangkangnya ! Eomma Chanyeol tahu itu dengan baik, bahkan ketika eomma Chanyeol menangis melarang sang suami untuk menghukum sang buah hati,dia hanya diabaikan oleh tuan besar Park.  Tapi entah kenapa melihat Chanyeol terluka seperti itu, sang eomma malah menyalahkan Xiumin, lebih tepatnya menyalahkan keadaan !

“Chanyeollie,,,~ Irreona nak,, Xiumin , tolong panggil Dr. Suho sekarang juga hiks,, “

Eomma Chanyeol memeluk tubuh jangkung anaknya yang tengah pingsan itu. Yeoja itu mengelap darah yang keluar dari bibir Chanyeol dengan tangannya. Air mata kesedihannya mengalir dengan deras, yahh naluri keibuannya sangat besar dan dia benar-benar menyayangi Chanyeol tentunya.

“Mianhe nyonya,,, saya melakukannya juga melawan hati saya sendiri nyonya , saya terpaksa melakukannya, karna itu perintah dari tuan besar Park,  baiklah akan saya panggilkan Dr. Suho segera… “

Xiumin tampak bergegas pergi meninggalkan ruangan tersebut.

            > Chanyeol POV <

Aku tak tahu apakah alasan sebenarnya Xiumin hyung memukuliku tanpa ampun. Baju seragam sekolahku menjadi merah oleh darah yang mengalir dari mulutku. Aku tak ingin melawan Xiumin hyung, karna aku tak dapat menemukan alasan untuk melawan kepadanya sedikitpun. Hei dia adalah body guardku kan? Tapi jika dia mulai memukuliku seperti ini aku rasa aku telah membuat suatu kesalahan fatal, tapi apa? Molla ~ aku tak sempat hanya untuk sekedar menerka kenapa Xiumin hyung memukuliku, yang aku ingat hanyalah pukulannya yang kasar dan aku tak ingat apa-apa lagi ,semuanya gelap.

“Hiks, Channie,, hiks,, irreona nak”

Hal pertama yang aku rasakan adalah sakit disekujur tubuhku, aku rasa mungkin ada beberapa bekas pukulan di tubuhku. Mwo ?! Apakah aku sedang berhalusinasi ? Aku mendengar suara eomma disampingku sekarang. Bukankah eomma masih berada di luar negri? Secara perlahan aku membuka mataku , kabur pertamanya aku merasa pandanganku kabur. Tapi setelah beberapa saat, akhirnya aku bisa melihat dengan jelas. Sekarang eomma tampak menangis mengenggam tanganku, aku menatapnya sayu. Aku baru ingat aku telah dipukul tanpa ampun oleh Xiumin hyung sebelumnya, dan sekarang aku sedang berada di kamar eomma. Dr. Suho tampak tersenyum miris melihatku, manik hitamnya seakan sedih melihat keadaanku.

Aku tersenyum dan seolah mengatakan semuanya baik-baik saja. Tersadar bahwa ini bukan mimpi atau illusi yang aku ciptakan sendiri, aku akhirnya menenangkan eomma yang masih terisak dihadapanku . Hey , berbulan-bulan kami tak bertemu bukan tangisan yang aku harapkan untuk aku lihat !

“Eomma,, gwaenchanna , aku baik uhukk aku baik-baik saja, arasso?”

Aku mengusap punggung telapak tangan eomma dengan lembut dan aku menghapus air mata yang menghiasi malaikatku ini.

“Mianhe ~ hiks, mianhe Chanyeol, eomma tak bisa menghentikan appa untuk menghukummu sayang hiks mianhe ..”

Eomma semakin menangis pilu. Aku mengenggam erat tangan eomma, sedangkan Dr. Suho meninggalkan kami berdua memberi privasi untuk eomma dan anaknya. Eomma menjelaskan bahwa Yuri telah mengirimkan barang bukti bahwa aku dan Baekhyun pacaran kepada appa, jadi itulah sebabnya appa menjadi geram dan marah kepadaku hingga aku dihukum melalui Xiumin hyung. Hahh aku menghela nafasku dengan berat, akhirnya setan kerdil itu bergerak juga eoh? Yuri benar-benar licik.

“Eomma, aku mencintainya,,, aku harap eomma mengerti, mungkin ini terlalu buruk bagi eomma untuk melahirkan anak sepertiku eomma. Tapi aku mohon, pandanglah hubungan kami dari sisi yang lain eomma. Dia bukan namja sembarangan eomma, sudah cukup dia menderita selama ini. Aku ingin membahagiakannya ,,, Aku sangat mencintainya eomma,, sangat..”

Aku menundukkan kepalaku frustasi dengan keadaan yang tak bersahabat dengan kisahku dan Baekhyun. Inikah yang harus terjadi di hari ulang tahunku eoh?! Dari awal aku sudah mempersiapkan batinku untuk ditentang seperti ini, tapi entah kenapa ini rasanya sangat menyesakkan Tuhan ?! Ini terlalu tiba-tiba !!!

“Arrasso Channie~ eomma akan coba mengerti, bolehkah eomma bertemu dengannya? Kebetulan appamu sedang mengunjungi appa Yuri, jadi eomma rasa tak akan ada gangguan,,, “

Eomma tampak mengusap air matanya kasar. Mungkin eomma sudah sedikit lega melihat aku yang tengah berdiri walaupun masih sedikit terasa ngilu dibadanku.

“Gomawo eomma ~ Dia ada disini eomma, di kamarku. Dia sudah lama tinggal disini eomma..”

Aku menjawab lirih sambil menatap jam dinding, ternyata sudah lebih dari 4 jam aku meninggalkan Baekhyun yang tadi tertidur lelah dikamar.

“Jinjja? Kalau begitu bawa eomma ke hadapannya Chanyeol .. ne?~ ”

Aku menjawab permintaan eomma dengan menganggukkan kepalaku. Tapi aku memberikan syarat kepada eomma bahwa eomma baru boleh bertemu dengannya setelah aku berbicara dengan kekasihku itu , Byun Baekhyun. Dengan jalan yang sedikit pincang karna aku masih merasakan beberapa sakit ditubuhku, aku berjalan ke arah kamarku yang cukup jauh dari ruangan ini.

> Baekhyun POV <

Entah berapa jam aku tidur dari sepulang sekolah tadi. Aku tak melihat kekasihku yang tampan itu disampingku kali ini. Hmmm jujur aku merindukannya sekarang , mengingat betapa aku cuek padanya hari ini membuatku sedikit menyesal. Aku melangkah ke kamar mandi dan membersihkan wajahku, hmmmm cantik seperti biasanya, aku tersenyum melihat pantulan diriku di dalam kaca tersebut.

“Tok..Tok..Tok”

Satu jam sudah aku menunggu Chanyeol di kamar ini, akhirnya aku mendengar ketukan pada pintu kamar kami ini. Aku melangkah kesana dengan riang dan tersenyum manis, entahlah setelah kejadian tadi malam rasanya aku semakin berdebar-debar untuk bertemu dengan Chanyeol. Yeahhh walaupun aku sempat bersikap dingin sih tadinya di sekolah karna kelelahan, well sekarang saatnya menyambut Chanyeol dengan hangat.

“Channie~ aku merindukanmu sayang…”

Aku langsung menghambur ke dalam pelukan namjachinguku nan tampan ini. Chanyeol tersenyum dan mengecup puncak kepalaku dengan sayang. Aku sedikit heran dengan wajahnya yang sedikit meringis ketika aku mempererat pelukanku padanya, dan lagi kenapa dia memakai sweater Xiumin hyung?! Baju seragamnya mana?

“Sayang kau kemana saja eoh?! Aku takut tadi kau kenapa-napa tahu ! Oh ya kenapa kau seperti kesakitan sayang? Wae ? Apakah pelukanku terlalu menyakitimu dan lagi kemana seragammu?! Kenapa kau memakai sweater kebesaran milik Xiumin hyung? Hah dan lagi sepertinya wajahmu sedikit terluka,, dan hmpthff”

Pertanyaanku yang cerewet tersebut akhirnya berhenti ketika bibir kissable kekasihku, Park Chanyeol telah mencium bibir Cherry milikku. Refleks aku langsung merespon dengan baik ciuman kekasihku ini,, yeah aku merindukan bibir kekasihku ini. Setelah Chanyeol melepaskan ciumannya dia menjelaskan kepadaku,,

“ Hei Baby,, aku hanya sedikit terjatuh tadi ditangga tak sabar untuk menemuimu kekasihku yang manis, makanya aku sedikit terluka,,, arassso?”

Blushhh, wajahku langsung memerah karna mendengar ucapan Chanyeol yang lebih terasa seperti gombal itu.

“Ck, lain kali hati-hatilah sayang,,, jangan melukai tubuhmu ne~? Atau aku akan melakukan hal yang sama pada tubuhku eoh?!”

Aku berjinjit mencium kening Chanyeol.

“Andwe ! Yak, jangan menyakiti tubuh cantikmu itu, kamu itu milikku jadi harus mendengarkan kekasihmu yang tampan ini heummm?”

Lihatlah dia marah kepadaku, dianya sendiri suka membuat luka di tubuhnya. Ahhhh sudahlah kekasihku memang egois. Aku hanya mengangguk tanda mengerti tak ingin membuat kekasihku ini semakin mengamuk nanti kalau aku mengancamnya begitu. Dia sangat bersikeras tak ingin membuatku melakukan hal yang seperti itu. # Yeol kan sayang Baekki >_<

“Oh iya, eomma hari ini pulang ke Korea. Dan ,, ehmmm dia ingin bertemu denganmu Chagia…”

Chanyeol mengatakan hal tersebut dengan santai. Mwo ?! Aku langsung membelalakkan kedua mataku tak percaya, bukankah eomma Chanyeol akan pulang 1 minggu lagi? Molla~ aku langsung berlari ke meja rias dan memakai eyelinerku dengan hati-hati. Aku panik dan berusaha mengganti bajuku. Sedangkan Chanyeol kekasihku yang tampan itu hanya tertawa terbahak-bahak melihat aku yang tampak sibuk menghias diri. Ck dasar menyebalkan ! Kenapa dia tidak menelpon dari tadi?! Lihatlah sekarang aku jadi kerepotan mempersiapkan penampilanku bertemu eomma Chanyeol kan?

“Hahahaha padahal tanpa itu semua kau sudah cantik kok chagia,, “

Aku cemberut menatap kepada Chanyeol yang tengah menertawaiku. Lucu darimananya? Dia bahkan tak berniat untuk membantuku memilih baju,, hufffftt setelah 20 menit , aku akhirnya memakai kemeja putih yang sedikit memperlihatkan leher putihku. Aku menarik lengan Chanyeol untuk menemui eommanya.

“Kau yakin mau menemui eomma dengan baju itu chagia?”

Sekarang apa lagi? Aku memutar bola mataku dengan malas.

“Memangnya kenapa sayang? Tak boleh eoh?”

> Author POV <

“Memangnya kenapa sayang? Tak boleh eoh?”

Baekhyun bertanya kepada Chanyeol sambil duduk disebelah Chanyeol di ranjang king size milik Chanyeol tersebut. Baekhyun tak mengetahui keadaan luka ditubuh Chanyeol akibat pukulan Xiumin sebelumnya,, Yahh Park Chanyeol terlalu pintar untuk menyembunyikan hal itu dari Baekhyun. Hei, yang luka hanya pada tubuhnya saja kan? Jadi sweater kebesaran yang dia pakai cukup untuk menutupinya. Lalu bagaimana dengan wajahnya? Dia sungguh pandai beralasan kepada namjachingunya yang terus menanyakan hal itu kepadanya. Sekarang dia malah menggoda Baekhyun yang tengah berganti pakaian untuk menemui eommanya.

“Anni~ boleh kok, malahan kau sangat cantik sayang,,, tapi tanda merah di lehermu itu apakah tidak terlalu vulgar untuk memperlihatkannya eoh..?”

Chanyeol sengaja menunjuk bekas kissmark yang dia berikan di leher indah Baekhyun ketika aktivitas mereka semalam. Baekhyun yang baru menyadarinya langsung malu setengah mati dan dia menutupi tanda tersebut dengan tangannya. Chanyeol hanya tertawa sambil mengusap sayang rambut namjachingunya itu. Setelah mengganti bajunya yang bisa menutupi karya Park Chanyeol tersebut, mereka berduapun menuju ke ruangan kamar sang eomma yang telah deg degan menunggu kehadiran namjachingu putranya itu dari tadi.

“An.. annyeong eom,, anni~ ajjuma,,, Byun Baekhyun imnida “

Baekhyun tampak gugup untuk memperkenalkan dirinya. Hal itu tampak pada caranya menggigit bibir bawahnya dan dia mengenggam erat tangan kekasihnya yang tersenyum hangat.

“Annyeong,, wahhh jadi ini namjachingumu Channie? Aigoooo~ dia manis sekali, panggil eomma saja ne Baekki?”

Eomma Chanyeol tampak hangat memeluk Baekhyun. Hahhhhh sungguh hangat rasanya pelukan seorang ibu itu, dan Baekhyun membeku menikmati pelukan sang eomma Chanyeol tersebut. Bagaimana dengan Chanyeol? Lihatlah dia tersenyum hangat melihat eommanya yang memperlakukan Baekhyun dengan lembut.

“Eom,, Eomma..”

Semburat merah langsung menghampiri wajah putih nan cantik yang dimilki oleh Baekhyun tersebut. Perasaan hangat menghinggapi hatinya sekarang. Eomma Chanyeol mengusap sayang surai hitam milik namja mungil tersebut, yahhhhh Baekhyun sangat merindukan kasih sayang seorang ibu, sangat rindu.

“Eomma bicaralah dulu dengan Baekhyun ne~? Aku akan menunggu appa di ruang keluarga… “

Eomma Chanyeol terkejut mendengar perkataan anaknya itu. Dia menatap Chanyeol tak percaya. Heyy bahkan luka di tubuh Chanyeol baru diobati kuang lebih 3 jam yang lalu, sekarang dia malah ingin menemui sang appa yang baru saja menghukumnya melalu Xiumin itu? Entahlah , eomma Chanyeol akhirnya pasrah ketika Chanyeol memelas menatap eommanya seakan berkata aku akanbaik-baik saja eomma. Beruntung Baekhyun sedang dipeluk oleh eomma Chanyeol, sehingga dia tak melihat tatapan memohon Chanyeol sebelumnya kepada eomma.

“Chagia~ berbincanglah dengan eomma  ne? Aku harus menemui appa dulu, mungkin appa sudah pulang sekarang..”

Chanyeol mengusap pelan surai hitam milik kekasihnya itu dan dijawab oleh anggukan kecil dari Baekhyun. Baekhyun sepertinya nyaman dengan perlakuan eomma Chanyeol yang bersahabat itu. Sepeninggalan Chanyeol, Baekhyun tampak menyimak cerita eomma tentang sifat, kebiasaan, atau pengalaman Chanyeol dari bayi hingga dewasa. Sesekali tampak terdengar tawa renyah dari namja mungil tersebut ketika eomma Chanyeol menceritakan beberapa kejadian lucu yang pernah Chanyeol alami.

Di lain tempat, tampak Chanyeol melangkah ke ruang keluarga dengan sedikit terburu-buru, tapi dia tak menemukan siapa-siapa disana. Akhirnya dia memutuskan untuk menunggu sang appa disana. Selang beberapa menit tampak appa Chanyeol memasuki ruang keluarga keluarga Park yang mewah itu, bola matanya langsung menatap marah kepada Chanyeol. Appa Chanyeol mengisyaratkan kepada empat orang body guard yang berada dibelakangnya untuk meninggalkan dia dan Chanyeol di dalam ruangan itu sendiri. Keempat body guard tersebut menurut dengan patuh dan pintu ruangan mewah itu ditutup.

“Kau sungguh keterlaluan Chanyeol !! Atas dasar apa kau berubah menjadi manusia menjijikan seperti itu eohh?! Appa sangat kecewa dengan sikapmu Chanyeol, jika saja bukan kamu satu-satunya ahli waris appa , pasti appa sudah menghukummu tanpa ampun walaupun itu akan membuatmu cacat seumur hidup ! Kenapa kau mengikuti jejak hyungmu itu eohh?! Kamu itu satu-satunya harapan appa , kau tak pantas mengotori hidupmu dengan memiliki hubungan sesama jenis, Arrasso?! “

Chanyeol tampak terdiam dan menundukkan kepalanya. Dan appa Chanyeol kembali membentak Chanyeol , yeahhh lagi.

“Appa mana di dunia ini yang tak akan marah mengetahui hubungan terkutuk yang dijalani anaknya eoh?! Dan lagi, kau membuat Yuri patah hati? Yeoja kecil yang manis dan sopan itu kau tolak mentah-mentah eoh? Dimana otakmu Park Chanyeol?Yuri tadi mengatakan kepada appa bahwa namja yang kau cintai itu miskin , kotor, dekil dan tak layak ! Appa harus menanggung malu menerima protes dari appa Yuri tadi dikediamannya. Kau tahu, tanpa dana dari perusahaan appa Yuri bisnis appa akan mengalami kesenjangan , karna itu akan menghambat kelancaran dari beberapa aspek !! Kau harus mencampakkan namja gembel itu sekarang juga !!”

Chanyeol akhirnya mengalirkan air mata dari mata indahnya . Dia tidak terima jika sang appa mencaci maki kekasih yang sangat disayang olehnya itu.

“TAPI AKU MENCINTAINYA APPA !! Dia memang miskin tapi dia berhati lembut. Dia memang malang dalam hidupnya , tapi dia tak pernah mengemis kepadaku atau kepada  orang lain agar membantunya appa ! Akulah yang memohon untuk membahagiakannya, bukan dia yang memintanya appa !! hiks ku mohon jangan hina dia lebih jauh appa ! Jebal ~ rasanya aku terluka mendengar cacian dari appa kepadanya,,  dia tak sehina yang appa katakan, dia adalah hidupku appa !!! ”

“PLAKK “ sebuah tamparan keras menghampiri pipi namja jangkung itu. Appanya geram melihat tingkah Chanyeol yang sangat mencintai kekasihnya itu. Lalu dengan kasar appa Chanyeol menarik kerah baju putranya itu dan menatap dengan marah kepada bola  mata Chanyeol yang tengah mengalirkan air mata itu.

“Sejak kapan kau berani meninggikan suaramu kepada appa eoh?! Aku tahu namja yang menjadi kekasihmu itu sekarang sedang tinggal dirumah ini kan? Kau bahkan lancang membawa orang asing untuk tinggal disini Chanyeol! Baiklah jika dengan berbicara tak akan membuatmu meninggalkannya, maka appa akan menyuruh body guard terlatih kita untuk menghabisinya sekarang juga ! Urusan menghilangkan mayatnya nanti mudah saja. Appa tak ingin terulang dengan kejadian yang sama ketika Kris , hyungmu itu kabur sebelum appa bisa menghukum dia maupun kekasihnya itu di masa lalu ! Sekarang kau tinggal pilih Chanyeol meninggalkannya atau membunuhnya? Bagaimanapun juga tiga minggu lagi kau akan bertunangan dengan Yuri, appa sudah mengatur semuanya bersama appa Yuri”

DEG DEG perkataan appa Chanyeol terasa menusuk tepat di jantungnya. Membunuh Baekhyun? Well , kenapa tak membunuh Chanyeol saja sekalian?  Chanyeol terduduk di lantai, dia benar-benar sedih dengan appanya yang tidak peduli sedikitpun kepada hatinya yang terkoyak ketika kekasihnya direndahkan oleh sang appa yang terlalu tempramental itu. Dan dia tidak ingin jika Baekhyun disakiti, TIDAK SEDIKITPUN !! Lalu dengan mengumpulkan  keberaniannya Chanyeol berlutut di hadapan sang appa yang keras tersebut.

“Appa masih ingat sekarang masih hari ulang tahunku kan? Appa pernah berkata bahwa appa akan memberikan apa saja untukku. Selama ini aku tak banyak bertingkah dan selalu menurut kepada appa. Aku tak pernah menuntut appa maupun eomma untuk memperhatikanku walaupun aku kesepian,, aku menahan diri karna aku tahu appa dan eomma sibuk, makanya aku tak pernah meminta apapun kepada appa kan? Tapi untuk kali ini ku mohon dengarkan permintaanku appa, hanya kali ini. Permintaanku tak banyak  appa, ku mohon berpura-puralah untuk bersikap baik kepada Baekhyun,,  Aku tak minta sepersenpun uang appa untuk membelikan aku hadiah,, ku mohon appa. Hanya berpura-pura tersenyum tulus padanya ..  Setelah itu aku akan bersedia bertunangan dengan Yuri ,, aku akan meninggalkan Baekhyun appa, hanya untuk tiga minggu kedepan aku mohon appa..~ jebal?!“

Miris , namja jangkung itu tampak menanggung luka yang menganga di jantungnya sekarang. Dia memegang kaki appanya dan terus memohon, berharap jika sang appa akan mendengar , anni~ mengabulkan permohonannya itu. Appa Chanyeol sebenarnya merasa iba melihat anaknya dalam keadaan seperti itu sekarang. Tapi kemarahan telah menghinggapi jantungnya hingga dia buta akan kasih sayang, yang dia tahu sekarang adalah dia murka ! Walaupun begitu akhirnya appa Chanyeol menjawab.

“CK, aissshhhhh kau membuat semuanya semakin membingungkan Chanyeol ! Hahhhh Ne~ Arrasso, hanya 3 minggu sajakan? Setelah itu kau harus benar-benar membuangnya jauh Chanyeol ! Appa tak akan mentolerir jika kau mengingkari janjimu.. sekarang berdirilah, lihatlah anak appa yang tampan sebentar lagi akan bertunangan… Kau pegang janjimu ne? ”

Chanyeol menghela nafasnya dengan lega , yahhhh sedikit lega ketika appanya akhirnya menyetujui permintaannya itu. Setidaknya dengan begini Baekhyun juga akan memperoleh kehangatan dari appanya seperti yang eommanya lakukan sebelumnya, yahh dia melakukan semua ini untuk Baekhyun. Walaupun kasih sayang yang akan diberikan oleh appanya nanti adalah kebohongan semata, tapi itu sudah jauh lebih baik daripada melihat Baekhyun disakiti oleh body guard handal appanya kelak. Chanyeol berkorban demi Baekhyun, yahhh demi kekasih yang sangat dia sayangi itu. Chanyeol meninggalkan ruangan keluarga tersebut setelah dipeluk oleh appanya sebentar. Cihhh jujur saja Chanyeol sangat benci dengan kelakuan appanya yang seakan menganggap tak terjadi apa-apa sebelumnya. Lihatlah luka di tubuhnya belum kering, tapi sang appa seolah-olah tak menyadarinya. Molla~ Chanyeol menuju kamarnya dan terlihat Baekhyun yang tengah tertidur dengan lelap, Baekhyun telah selesai dengan percakapannya dengan eomma Chanyeol beberapa  menit yang lalu. Dan Baekhyun tertidur ketika menunggu kedatangan Chanyeol kembali kekamarnya.

“Baekhyun,, aku menyayangimu~ Aku sangat menyayangimu,,, percayalah aku bahkan rela mati untukmu sayang,  ku mohon berbahagialah,,, ada ataupun tidak adanya aku disisimu nanti, ku mohon tersenyumlah sayang… jebal ?  “

Chanyeol menyentuh wajah kekasihnya yang cantik itu dengan sendu, dia mencium kening sang kekasih dengan sayang. Air mata Chanyeol tampak ikut terjatuh ke wajah cantik Baekhyun, dan si mungil Baekhyun tak menyadari hal tersebut. Mungkin Baekhyun terlalu mendalami mimpinya  sekarang sehingga dia tidak melihat kepedihan nyata yang dialami kekasihnya.

Chanyeol membiarkan kekasihnya itu terlelap tidur dan menyelimutinya. Dia berjalan kearah balkon kamarnya dan menekan beberapa digit angka pada I-Phone hitam miliknya itu, , dia menangis dalam diam, dia berteriak tanpa suara,,, yahhh pilu.  Dia menghubungi Kai, sahabat sekaligus sepupu yang sangat mengerti dengannya itu.

halo, ada apa tiang kau menelponku malam-malam begini? Merindukanku eoh? Hahaha ”

Terdengar tawa jahil dari Kai disebrang sana.

“Iya, aku,, ak,, aku sangat merindukanmu,, sangat Kai, aku membutuhkanmu sekarang..”

“……ah, aishhh mianhe~ kamu kenapa Chanyeol? Aku akan segera ke rumahmu sekarang juga… tunggu aku ne~?”

Benarkan ? Kai tak perlu mendengar penjelasan yang lebih jauh tentang kenapa Chanyeol bersedih. Dia mengerti jika Chanyeol dalam kondisi hati terburuk sekarang dengan mendengar suara Chanyeol yang seperti menahan tangis, bukankah dia sahabat sekaligus sepupu yang sangat baik kan ?

“Andwe~ jangan kesini Kai, hmm kita bertemu di rumah Sehun saja, disana lebih tenang, bukankah eomma dan appanya baru saja pergi ke Italia? “

Chanyeol menjawab dengan sendu.

“Oh, ne~ Baiklah, aku akan menelpon Sehun,, sampai jumpa disana”

Chanyeol mengakhiri panggilan tersebut lalu dengan hati-hati dia membangunkan kekasihnya , Byun Baekhyun. Yahhh dia ingin pamit supaya Baekhyun tidak cemas dan berkeliling mencarinya nanti, Chanyeol waspada agar Baekhyun tidak bertemu dengan appanya sekarang.

“Baek,, Baekki? Sayang, aku ke rumah Sehun dulu ne..?”

Tampak Baekhyun mengerjapkan matanya dan melihat ke arah Chanyeol dengan sayu. Kemudian dia memeluk Chanyeol dengan lembut dan mencium pipi Chanyeol.

“Ne~ Jangan terlalu lama sayang, aku tak mau tidur sendirian,, arrasso?”

Beruntung si mungil Baekhyun kembali merebahkan badannya dan mulai memejamkan matanya lagi setelah memberi izin kepada namjachingunya itu. Jika tidak, sudah dapat dipastikan bahwa Baekhyun akan dapat melihat dengan jelas mata Chanyeol yang sudah sembab karna menangis dari tadi. Heyy menangis bukan berarti lemah, tapi keadaan menyakitkan itulah yang membuat air matanya mengalir.

Chanyeol mengambil kunci mobilnya dan melesat pergi dengan kendaraan mewahnya tersebut. Fikirannya berkecamuk didalam sana,, entahlah yang dia inginkan hanyalah segera sampai di tempat Sehun sekarang.

“Mathuk lah tiang,,, kami telah menungggumu dari tadi.. Kai mondar-mandir dari tadi menunggumu..”

Sehun menyambut hangat sahabatnya itu. Dan mereka bertiga telah berada di dalam kamar mewah milik Oh Sehun.

“Kamu kenapa Chanyeol? Lihatlah matamu sungguh sembab…”

Kai menatap sendu melihat keadaan adik sepupunya itu.

“Iya Chanyeol, berbagilah dengan kami, kita itu thahabat , jika kamu ada mathalah lebih baik kamu cerita kepada kami , ne?”

Sehun menimpali sambil mendekat kepada Chanyeol.

“Aku,, aku akan bertunangan dengan Yuri tiga minggu lagi …”

Chanyeol mengatakan dengan ekspresi menahan pedih seolah dia sangat berat untuk mengatakan kenyataan buruk tersebut.

“MWO ?! Andwe ~ ! yeoja licik itu tidak pantas untukmu Chanyeol…! Lalu bagaimana dengan Baekhyun yang sangat kau cintai itu ?! ”

Kai tampak membentak Chanyeol , sedangkan disisi lain tampak Sehun yang tengah membuka mulutnya lebar-lebar mendengar perkataan Chanyeol itu.

“ Yak ! Aku tahu,, aku tahu itu Kai, tapi  ini semua aku lakukan demi Bekhyun…”

“Ceritakan kepada kami Chanyeol…”

Sehun yang sadar dari keterjutannya mulai merangkul sahabatnya yang tampak mengalami tekanan batin yang hebat itu. Dan Chanyeolpun menjelaskan semuanya dengan sendu, Kai dan Sehun tampak ikut bersedih dengan kemalangan yang dialami oleh kisah Chanyeol dan Baekhyun. Yahhhh bagaimanapun juga, jika mereka yang berada pada posisi Chanyeol pasti akan terasa sangat beratkan? Ketika Chanyeol mengakhiri ceritanya Kai langsung memeluk Chanyeol dengan erat.

“Akhh,, hentikan Kai !~”

Chanyeol merintih kesakitan karna luka pada punggungnya yang masih lebam itu terasa sangat ngilu ketika Kai memeluknya dengan erat. Berbeda dengan ketika Baekhyun memeluknya dia akan mati-matian menahan sakit tersebut. Refleks Kai yang belum mengatahui hal itu langsung menarik paksa sweater Chanyeol dan sukses Sehun dan Kai menutup mulutnya tidak percaya melihat tubuh sahabat mereka tersebut dipenuhi luka. Kecemasan luar biasa langsung menghampiri kedua sahabat  Chanyeol tersebut. Mereka menatap Chanyeol dengan iba, tapi Chanyeol malah tersenyum tipis.

“Gwaenchanna,,, aku baik-baik saja. Ini hanya hukuman dari appa, aku sudah terbiasa..Aku hanya ingin melindungi Baekhyun, appa bahkan mengancam akan membunuh Baekhyun tadinya..”

“Gwaenchanna eoh? Kau kira kami buta Chanyeol ?!  lihatlah luka itu melekat dipunggungmu?! Kenapa kau tak melawan hukuman bodoh itu eoh,,  ahh andai aku ada di….”

Belum sempat Sehun melanjutkan kata-katanya, Kai telah memegang pundak Sehun dan memotong pembicaraan Sehun dengan cepat.

“Sudahlah Sehun,, Kau tahu sendirikan bagaimana kerasnya appa Chanyeol?!  Dalam hal ini kita tidak bisa menyalahkan Chanyeol yang tidak melawan… !”

Sehun tampak menunduk masih dengan kekesalan,, anni~  lebih tepat kekecewaannya melihat luka di tubuh sahabatnya itu.

“Jadi appamu mengancam akan membunuh Baekhyun ne? Bagaimana kalau kita bawa Baekhyun kabur Chanyeol?”

Lagi-lagi Sehun memberi usulan kepada Chanyeol dan Chanyeol terdiam membeku.

Kabur ? Hei itu sama saja memulai perang dengan appa Chanyeol dan sudah dipastikan pemenangnya adalah appa Chanyeol. Karna asal tahu saja appa Chanyeol mempunyai banyak mata-mata disana-sini. Bisa-bisa kalau tertangkap oleh body guard appanya kelak, Baekhyun malah di sakiti tanpa ampun. Tidak , Chanyeol tidak ingin itu terjadi. Lalu kenapa appa Chanyeol tidak mengirim mata-mata kepada pasangan Kris dan Tao sebelumnya? Well appa Chanyeol tak melakukannya karna baginya Kris sudah bukan anaknya lagi, jadi dia malas mengurus Kris dan kekasihnya itu.

“Yak ! Kau jangan memperumit keadaan eohh?! Sudah jelas sekarang ini Chanyeol serba salah ! Ini jalan buntu ! Kita hanya bisa menerima kenyataan saja,, dan tugas kita selanjutnya adalah menenangkan Baekhyun ketika acara pertunangan Chanyeol dan Yuri kelak dilaksanakan… arrasso? Kita akan menggantikan Chanyeol untuk membalut LUKA dihati Baekhyun nanti..”

Kai sudah tidak tahan lagi dengan kenyataan pedih yang dialami oleh sepupunya itu. Sehun mencengkram kepalanya  dengan kuat dan lagi-lagi dia memeluk Chanyeol, tapi pelukan kali ini lebih lembut , bahkan sangat lembut mempertimbangkan keadaan luka pada tubuh Chanyeol.Kai tampak mengusap punggung tangan Chanyeol dan menatapnya dengannya tulus. Bukankah mereka sahabat yang menyayangi Chanyeol eoh? Sangat sayang, bahkan mereka dapat merasakan luka pada jantung Chanyeol sahabat mereka, See?

“Gomawo ~ ku mohon jangan biarkan Baekhyun menangisi ku terlalu lama nantinya,, buatlah dia tersenyum ne~? Aku tahu luka yang akan aku tinggalkan dihatinya disaat aku bertunangan dengan Yuri nanti pasti akan sangat dalam,, maka dari itu aku mohon sembuhkanlah lukanya itu secara perlahan , dan buatlah dia melupakan aku yang brengsek ini ! Akulah orang yang berjanji tak akan membiarkan siapapun menyakitinya termasuk aku, tapi ternyata akulah yang akan MELUKAI nya !! Aku bahkan tak mampu melawan kehendak appa ! Aku ini hanya namja pabbo ! Ku mohon,, jangan biarkan dia terlalu lama mengenangku ne? Dan tolong carikan dia namja yang akan mencintainya  setulus aku mencintainya,,  Oh ya, jangan biarkan dia terlalu malam untuk tidur karna itu akan membuat kepalanya sakit dipagi hari,,, dan ku mohon buat dia bahagia ada atau tidak adanya aku dalam kehidupannya nanti,, Kalian mau membantuku kan ?!”

Chanyeol berkata seperti itu sambil berusaha dengan kuat menahan kesedihan yang terus menghujam jantungnya secara perlahan dari dalam. Kai dan Sehun menganguk lemah. Akhirnya Chanyeol kembali ke kediaman mewahnya setelah merasa benar-benar lega telah mendapat support dari kedua sahabat yang disayanginya itu. Yahhh itulah sahabat yang dimiliki oleh Park Chanyeol, sahabat yang akan menangis untuk luka yang ditanggung oleh Chanyeol, dan juga akan ikut tersenyum jika Chanyeol bahagia tentunya.

> Baekhyun POV <

“Hoammmm,, Channie irreona ,, ppali “

Aku menggoncangkan tubuh kekasihku ini, hahhhhh aku tak ingat jam berapa dia pulang dari rumah Sehun semalam. Aku terus menggoncang tubuhnya dan dia mulai bangun dan menatap ke arahku dengan wajahnya yang masih mengantuk itu. Aigoo ~ dia tetap tampan walau dia bangun tidur dengan wajah seperti itu.

“Sayang.. Hari ini tak usah ke sekolah ne? Appa ingin bertemu denganmu chagia…”

Chanyeol mengusap pipiku dengan lembut. Hey ,,, kenapa mata Chanyeol sembab seperti ini ?

“Channie ,, kenapa matamu sembab eoh?! Apakah kau baru menangis semalaman sayang? Apakah terjadi sesuatu semalam? Kau sudah janji akan menceritakan apapun kepadaku kan? Wae Chanyeol?”

Dapat ku rasakan bahwa sekarang Chanyeol sedang terkejut, tapi tak lama kemudian dia menjawab.

“Hahaha gwaenchanna  chagia,, kemarin malam setelah pulang dari rumah Sehun aku mendengar cerita appa tentang teman bisnisnya yang ditimpa musibah, entahlah rasanya aku merasa kasihan karna appa menceritakannya sambil menangis juga… hey , aku ini hanya terlalu baik untuk ikut menangisi kemalangan yang menimpa orang lain sayang…”

Lihatlah kekasihku ini sungguh baik hatikan? Dia bahkan membuat matanya menjadi sembab hanya karna kasihan kepada kisah malang yang menimpa orang lain. Aku tersenyum tipis dan memeluknya. Setelah mandi dan berpakaian rapi, kami berdua menemui appa Chanyeol yang ingin menemuiku. Yahhh kami akhirnya bolos sekolah hari ini demi bertemu appa Chanyeol. #appa mertua loh Baekki -_-

“Annyeong,, Byun Baekhyun imnida~ ..”

Aku tersenyum semanis mungkin kepada appa Chanyeol di ruangan keluarga ini. Aku akhirnya memahami darimana Chanyeol memperoleh ketampanan itu, lihatlah appa Chanyeol juga sangat tampan dan berwibawa. Appa Chanyeol mendekat kearahku dan mengelus surai hitamku dengan lembut, dia tersenyum hangat kepadaku.

“Ne~ Baekki , Kau boleh memanggilku dengan sebutan appa ne?”

Betapa hangatnya hatiku sekarang dengan kasih sayang yang disalurkan dari usapan di kepalaku oleh appa Chanyeol.

“Ap,, Appa,, “

Aku mencoba memanggil appa Chanyeol dengan gugup.

“Ne? Wae Baekki, apakah kamu ingin mengatakan sesuatu?”

“Anni~ ,, Itu,, Apakah appa menyayangi Channie?”

Seketika aku dapat melihat kedua bola mata appa membelalak terkejut oleh pertanyaanku. Tapi beberapa detik kemudian appa Chanyeol menjawab dengan ekspresinya yang teduh. Sedangkan Chanyeol tersenyum lembut mengenggam jemariku , yah dia berdiri disampingku dari tadi.

“Ne~ tentu saja appa menyayangi Channie,, dan appa juga akan menyayangimu Baekki “

Appa Chanyeol mencubit pipiku dengan pelan.

“Kalau begitu lain kali temanilah Channie di hari ulang tahunnya ne appa? “

Aku meneliti mata appa Chanyeol dan appa tersenyum.

“Pasti akan appa lakukan .. ”

Ku rasa appa dari kekasihku ini adalah seorang appa yang betul-betul hangat. Aku ikut tersenyum bahagia…

“Ck mianhe appa , kekasihku ini banyak permintaan … hahaha dia adalah kekasih yang sangat keras kepala , jadi sebaiknya appa turuti saja ”

Aku mencubit pipi kekasihku ini dengan gemas. Hey , dia merendahkan aku di depan appa kan? Dia hanya tertawa lebar.

“Hahaha kalian lanjutkan bertengkarnya , appa ada urusan bisnis dulu. Sudah dulu ya Baekki nanti sore appa kembali..”

Appa Chanyeol melangkah keluar dengan tersenyum hangat ke arahku.

“Ne appa ~ “

[ SKIP TIME]

> Baekhyun POV <

Begitulah aku sangat menikmati kehangatan eomma dan appa Chanyeol dari hari ke hari. Mereka seolah tak bosan menyalurkan kasih sayang kepadaku setiap hari dan aku sangat terbuka menerima kasih sayang dari eomma dan appa yang baik ini. Lalu Chanyeol bagaimana? Well, dia adalah kekasih yang akan dengan senang hati memberikan kasih sayangnya kepadaku. Pada malam ini tepatnya 2 minggu 4 hari kami telah bersama dengan orang tua Chanyeol, diruangan makan .

“Apakah makanannya enak Baekki.. ?apakah tidak terlalu pekat rasanya, aigooo eomma rasa eomma terlalu banyak memasukkan bumbu tadi ”

Eomma bertanya kepadaku.

“Anniyo~ masakan eomma daebak ! Aku sangat menyukainya eomma..”

Jujurku sambil terus melahap masakan eomma Chanyeol. Chanyeol tampak makan dengan tenang disampingku.

“Jinjja? Wah Baekki sependapat dengan appa,, hahaha”

Appa Chanyeol mendukung statemenku sebelumnya dan aku menyengir kepada appa yang sangat hangat ini.

“Eomma tenang saja jika masakan eomma kurang enak,, menantu eomma,, ehmmm Yuri akan memasak lebih baik untuk eomma kelak. Tiga hari lagi kami akan bertunangan eomma, mianhe~ appa , eomma aku mempersiapkannya diam-diam. Setelah aku fikir-fikir dengan matang, ternyata hubungan sesama namja akan membawa kerugian padaku kelak di masa depan.”

Aku terkejut dengan keisengan Chanyeol berkata seperti itu.

“Hahaha candaanmu sangat lucu jerapahku pabbo~.  dasar bodoh, kau kira aku tak tahu jika cintamu itu hanya untuk aku eoh ?! ”

“Mianhe Baekki~ Aku tak bermaksud membuatmu kecewa,, jebal mianhe? Ada baiknya kita menjadi normal Baekhyun~ah ..”

Lagi-lagi dia berkata aneh.

“Eomma, appa.. lihatlah dia sering menggodaku seperti ini. Dia memang namjachingu menyebalkan ! Membuat lelucon bodoh hanya untuk membuatku tertawa.. hahaha”

Aku kembali tertawa dengan menatap kepada appa dan eomma yang tampak  menatap heran kepadaku. Huhh ? Wae? Kenapa appa dan eomma heran? Bukankah gurauan kekasihku ini terlalu lucu?!

“BAEKHYUN !! Aku serius,, ini saatnya kita berpisah Baekhyun !! Aku harus menjadi normal dan kau juga !! CINTA? Aku tak setulus yang kau bayangkan Baekhyun,, !! Dua minggu ini aku telah bertarung dengan fikiranku sendiri,, dan yahh akhirnya aku ingin kita PUTUS !! Yuri lebih memerlukan aku sekarang !! Terimalah kenyataan ini BAEK !! Kau membuatku muak dengan sikap sok polosmu yang menganggap ini hanya lelucon.. !! “

“Tapi kau tak pernah menunjukkan kebencian atau perubahan apapun selama ini Channie..”

Aku berusaha menggapai tangannya tapi dia menepis tanganku dengan kasar. Sangat kasar !!

“Aku lelah BAEK … Mengertilah…. !! ”

Dia bercandakan ? Hey, candaannya ini tidak lucu sama sekali ! Tidak ! Candaannya ini terasa sakit dan aku benci akan hal itu !! Berita konyol apa yang aku dapat sekarang?! Seseorang , siapa saja tolong katakan kalau ini BOHONG !! Aku melepas sendok dari tanganku dengan lemah, bibir bawahku bergetar hebat. Setega inikah orang yang aku banggakan selama ini?! Tanpa terasa air mata telah mengalir di pipiku, aku tidak peduli pada tatapan iba dari eomma Chanyeol kepadaku sekarang. Apakah aku harus menerima kenyataan perih yang terlalu mendadak ini?

“Baekki yang sabar ya nak,, hiks biarkan Channie menempuh hidupnya dengan normal ne sayang ?”

Eomma tampak memegang tanganku yang sedari tadi bergetar hebat. Aku menoleh kepada Chanyeol dan memohon agar dia mengatakan ini semua bohong. Tapi Chanyeol mengabaikan tatapanku, aku kembali terisak. Sesingkat inikah kisah indahku denganmu Chanyeol? Dia bahkan tak menunjukkan sikap yang sedikit aneh selama ini, dia menyayangiku dengan tulus dan aku dapat merasakan itu. Tapi sekarang dia berkata bahwa dia akan bertunangan dengan Yuri tiga hari lagi?! Permainan sialan apa ini yang tengah aku jalani ?!Apakah takdir belum puas menyiksaku eoh ?! Apapun itu sekarang sukses membuat aku hancur, yah hancur dari dalam.

“Baekki~ fikirkanlah dengan baik, ini demi kebaikan kau dan Chanyeol juga…”

Sekarang appa Chanyeol tampak berdiri disampingku dan mengusap punggungku dengan lembut.

“Arrasso~ Hiks hiks Chanyeol-ssi terimakasih dengan kisah kita yang indah,, aku akan pergi sekarang juga dari rumah ini. Appa, Eomma ,, gomawo~ untuk kebaikan appa dan eomma selama ini kepadaku,, appa dan eomma benar-benar membuatku hiks merasakan sedikit kedamaian dari hangatnya orang tua. Selamat tinggal appa , eomma,, hiks aku pergi dulu..”

Dan aku berlari kekamar kami, anni~  ke kamar Chanyeol. Aku mengambil pakaianku dan aku masukkan kedalam koper. Yahhh saatnya untuk pergi Byun Baekhyun, aku mengemasi barang-barangku dengan menangis.

“ Terlalu singkat kisah indahku dengan Chanyeol Tuhan ?! Haruskah semuanya berakhir dengan konyol seperti ini?! Lucu ! Sangat lucu !! Ini hal terlucu yang pernah aku alami hingga membuat dadaku terasa sesak dan air mataku mengalir deras… LUCU SEKALI !! ,, hiks hiks..”

Aku memasukkan semua pakaianku dengan rasa sesak luar biasa yang bersarang didadaku sekarang. Rasakanlah , luka ini terlalu sakit untuk aku tanggung sendirian. Luka ini bahkan lebih sakit dibandingkan dengan luka ditinggal oleh appa dan eomma selama ini !!

Setelah mengemasi semua pakaianku, aku menuju ruangan keluarga dimana appa , eomma . Anniyo~ aku menemui appa dan eomma Chanyeol dan menemui mantan kekasihku ini yang tampak angkuh tanpa memandangku sedikitpun.

“Aku pamit eomma , appa ,,,, aku pergi dulu Chanyeol-ssi,, terimakasih untuk semuanya..hiks selamat tinggal “

Kemudian aku berlari keluar dari ruangan keluarga yang mewah itu. Aku berlari tanpa menghiraukan semua pertanyaan dari pelayan yang kebetulan melihatku , mereka kelihatan panik , tapi aku tetap berlari tanpa berniat untuk kembali lagi kesini.

> Chanyeol POV <

“Aku pamit eomma , appa ,,,, aku pergi dulu Chanyeol-ssi,, terimakasih untuk semuanya..hiks selamat tinggal “

Baekhyun mengatakan hal seperti itu dengan lirih. Tuhan , aku berusaha mati-matian menahan sedihku dihadapannya. Mwo ?! Chanyeol-ssi ? Akhirnya dia kembali menganggapku sebagai orang asing.. Baguslah, setidaknya dengan membenciku akan membuat dia lebih kuat untuk melupakan aku kelak. Berbahagialah Baekhyun, aku melakukan semua ini untukmu, untuk kebahagiaanmu. Maafkan aku yang tak bisa melawan takdir yang pedih ini. Saranghae Byun Baekhyun , aku akan menyimpan kisah kita dengan tulus di dalam lubuk hatiku yang terdalam.

“Kau melaksanakan tugasmu dengan baik Chanyeol,,, hmmm appa bangga padamu…”

“Dan appa juga telah melakukan tugas appa dengan baik … terimakasih telah berpura-pura selama ini appa…”

Aku hanya tersenyum miris kepada appa yang telah bersedia berpura-pura selama ini untuk menyayangi Baekhyun.

“Hiks, Hiks, ini terlalu kejam yeobo,, hiks entah kenapa rasanya ini terlalu menyakitkan untuk namja yang polos seperti Baekhyun.. hiks”

Eomma tampak masih menangisi kepergian Baekhyun. Yahhh eomma menyayangi Baekhyun , dapat ku rasakan itu. Berbeda dari appa yang hanya berpura-pura, eomma menyayangi Baekhyun dengan tulus.

“Ini semua demi kebaikan masa depan anak kita juga sayang,, kau akan menyadarinya kelak dimasa depan….”

Appa masih dengan senyum puasnya berusaha menenangkan eomma yang masih terisak dari tadi. Cih , aku sangat muak dengan appa sekarang. Aku melangkah pergi meninggalkan eomma dan appa. Yahhh aku pergi ke kamarku dan melihat lemari yang terbuka. Aku menangis dalam diam mengingat tak akan ada lagi namja yang sangat ku sayangi  membangunkanku di pagi hari, yahhh dia yang sangat ku cintai telah pergi, pergi karna kelemahanku !!

Aku menghubungi Kai dan memintanya untuk mencari Baekhyun dan membawanya tinggal di rumah Kai. Aku tak ingin dia kembali ke rumah lamanya dulu, membayangkan dia yang kesusahan di rumah yang sangat memprihatinkan itu membuat dadaku terasa sesak.

“ Kai, , Kau ingat pesanku kan? Lanjutkanlah tugasku untuk menjaganya… Gomawo Kai…”

Kai mengerti dan aku yakin dia telah mencari Baekhyun sekarang. Hahhh aku hanya mencengkram kepalaku yang sakit ini.

Tak berapa lama kemudian I-phoneku bergetar dan ternyata itu Yuri. Ck, yeoja licik itu mau apa menelponku sekarang? Bukankah semua keperluan tunangan kami telah di persiapkan dengan baik oleh orang suruhan appaku dan appanya?! Cih, aku mengangkat telpon itu dengan malas.

“Halo ?! Ada apa kau menelponku eoh?!”

“Halo oppa,, jangan marah-marah ne? aku merindukan oppa,, hehehe aku sangat senang karna tiga hari lagi kita akan bertunangan,, hehehe saranghae oppa.. anni Saranghae sayang..”

Aku merasa jijik dengan panggilan sayangnya untukku, jika saja dia bukan tukang ngadu kepada appanya , sudah dapat ku pastikan dia akan menerima makianku sekarang. Bersyukurlah kau Yuri, kau terlahir dari keluarga kaya raya dan bisa mengendalikan orang lain dengan bisnis !!

“Nado..”

Aku menjawab dengan pasrah. Aku tidak boleh membuat yeoja gila ini mengamuk dan mengadu kepada appanya nanti. Bisa-bisa Baekhyun malah diincar oleh orang suruhan appanya. Andwe !! Aku tak ingin hal itu terjadi.

“Oh ya sayang,, gembel dekil itu udah pergi dari rumahmu ne? Hehehe aku baru tahu dari appa Park tadi melalui telpon..”

Dengarlah , mulut kecilnya itu tetap mengucapkan kata-kata merendahkan kepada Baekhyun. Aku sangat membencinya ! Tuhan , yeoja licik inikah yang harus jadi pasangan hidupku eoh?! Ini tak adil… yahhh sangat tak adil, aku bahkan tak mencintainya.

“Ne sayang, dia sudah pergi .. pergi dari kehidupanku selamanya”

Aku menjawab dengan lirih.

“Jinjja?! Baguslah,, hehe aku harus medicure and pedicure dulu ne sayang,,, aku harus kelihatan cantik di hari pertunangan kita nanti , bye sayang !”

“Bye.”

Aku mengakhiri panggilan dari Yuri tersebut. Cih, bagaimanapun cantikmu di hari pertunangan kita kelak aku tidak peduli Yuri! Di dalam jantungku hanya tertulis nama Baekhyun, sampai kapanpun akan seperti itu. Mungkin nanti Yuri memang akan memiliki ragaku, tapi sayang sekali , dia tak akan pernah bisa menyentuh hatiku.

> Author POV <

Benar saja dugaan Chanyeol. Setelah menerima panggilan darinya,  Kai langsung bergegas mencari Baekhyun ke rumah Baekhyun yang dulu. Ternyata namja mungil itu sedang terisak disana, Kai langsung memeluknya dan berusaha menenangkan namja manis tersebut.

“Sshhh,, gwaenchanna Baekhyun,, jangan menangis lagi,, gwaenchanna,, arrasso?!”

Kai menghapus air mata Baekhyun dengan lembut. Lihatlah dia melaksanakan perintah Chanyeol dengan baik kan?

“Hiks, hiks Kai,, hiks Chanyeol jahat, hiks dia membuangku , hiks dia mencampakkan aku, hiks padahal aku sudah mencintainya dengan tulus,  tapi dia malah membuangku, hiks Kai, sakitt, hiks rasanya sakit sekali disini, hiks… di dalam dadaku rasanya sangat sakit, hiks.. bantu aku menghapus sakit hiks.. ini Kai, .. Jebal Kai eoh?! “

Baekhyun menangis sepuasnya di dalam pelukan Kai. Bukan hal yang mustahil juga kalau Kai juga ikut bersedih melihat keadaan Baekhyun sekarang. Dia hanya semakin mempererat pelukannya kepada Baekhyun dan mengelus dengan kasih sayang punggung namja yang telah menjadi mantan kekasih Chanyeol tersebut.

“Sudahlah Baekhyun,,  kalau memang dia jahat lupakan dia ne~? Kajja, kau tak boleh tinggal disini, kau harus tinggal di tempatku ne..?”

Kai membohongi Baekhyun dengan mengiyakan bahwa Chanyeol itu jahat. Hey , dia melakukan itu karna dia telah berjanji kepada Chanyeol untuk tidak memberitahu kebenaran kepada Baekhyun. Semua itu untuk menghindari kesedihan Baekhyun yang akan menjadi berlipat ganda jika dia tahu Chanyeol mengorbankan hidupnya untuk melindungi Baekhyun. Beruntunglah Baekhyun tidak menolak ajakan Kai untuk tinggal di kediaman Kai . Molla~ mungkin kehangatan yang selalu diberikan oleh Kai membuat Baekhyun percaya dengan kebaikannya.

“Jangan bersedih lagi ne~ ?”

Baekhyun hanya mengulum senyumnya mendengar perhatian Kai kepadanya. Dia  menyandarkan kepalanya melihat pemandangan yang ada dengan air mata yang masih mengalir tentunya. Kai tampak iba dengan sesekali mengusap kepala Baekhyun, namun akhirnya dia kembali konsentrasi mengendarai mobil menuju ke kediamannya.

Sesampainya dikediaman Kai , Baekhyun disambut oleh namjachingu Kai dan namjachingu Sehun. Yahhh D.O dan Luhan memaksa untuk menemui Baekhyun setelah mendengar kisah sedih tentang hubungan Chanyeol dan Baekhyun yang akhirnya melukai kedua belah pihak. D.O dan Luhan merasa iba setelah mendengar cerita tersebut dari seme mereka masing-masing, yahhh sebagai sesama uke, mereka sangat memahami kepedihan yang dialami oleh Baekhyun , hal tersebutlah yang membuat mereka berada di rumah Kai menyambut kedatangan Baekhyun sekarang.

“Kesinilah Baekhyun-ahh”

Luhan , kekasih Sehun langsung memeluk Baekhyun dengan lembut. Mata Luhan yang sembab kembali mengalirkan air mata ketika memeluk Baekhyun.

“Hiks, Luhan Imnida, aku kekasih Sehun, hiks salam kenal Baekhyun”

Sebenarnya Baekhyun sangat terkejut dengan Luhan yang baru saja bertemu dengannya itu. Baekhyun bingung karna Luhan menangis memeluknya. Tapi beberapa detik kemudian Baekhyun membalas pelukan Luhan yang hangat. Mungkin Sehun dan Kai telah tahu bahwa Chanyeol akan bertunangan dengan Yuri sebelumnya, dan mungkin kekasih Sehun dan Kai merasa Kasihan kepadanya. Baekhyun berfikiran seperti itu. Molla~

“Hiks, Byun Baekhyun imnida , hiks aku mantan kekasih Chanyeol”

Baekhyun memperkenalkan dirinya dengan lirih. Setelah Luhan memeluk Baekhyun, akhirnya giliran D.O yang memeluk Baekhyun dan menunjukkan simpatinya kepada Baekhyun.

“D.O imnida, hiks,, aku pacarnya Kai,  yang kuat ne Baekhyun-ah?”

Baekhyun mengangguk lemah dengan air mata yang mengalir di pipinya. Kai dan Sehun tampak berdiri berdampingan sambil menatap iba kepada Baekhyun. Mereka membiarkan uke mereka untuk menenangkan Baekhyun di ruang tamu yang tak kalah mewah dengan ruang tamu keluarga Park Chanyeol itu.

> Tao POV <

“Mwo ?! Uhukk apa kau bilang Chagia? Chanyeol akan bertunangan dengan Yuri..? Bukankah dia sudah memiliki namjachingu..?!”

Kris terbatuk parah mendengar kabar yang aku ceritakan tentang adiknya yang akan bertunangan dengan Yuri. Kris terbatuk oleh minumannya sendiri,, hahaha shock eoh?!

“Ne~ Sepertinya dia membunuh perasaanya sendiri dengan bertunangan dengan Yuri,,, aku mendapat semua ceritanya dari Kai.. apa yang akan kau lakukan eoh?! Aku dengar sih tubuh adikmu hampir remuk dihukum oleh appamu yang kejam itu sebelumnya melalui body guard terlatih pengawal pribadi Chanyeol itu sendiri… aigooo~ kasihan… ”

Yahhh aku mengetahui tentang hal tersebut dari Kai, sahabat dari adik iparku, Park Chanyeol. Awalnya aku menerima telpon dari nomor baru, aku langsung mengangkatnya dengan ogah-ogahan karna aku takut jika itu adalah fansku yang iseng menelponku yang manis ini. Kekeke~ # Tao Ge-eR ih -_-“

Setelah mengetahui itu adalah sahabat dari adik iparku, akhirnya aku bersabar mendengar ceritanya. Ternyata dia bisa mendapatkan nomor HP-ku dengan mudah, cih aku merasa dia terlalu pintar untuk anak seumurannya. Melacak nomor HP-ku semudah itu eoh?! Molla~ aku kaget dan sedikit geram dengan yeoja kerdil yang bernama Yuri yang memaksakan untuk memiliki Chanyeol melalui kekayaan appanya. Mungkin Kai menelponku hanya untuk memberi tahu kepada kekasihku yang bodoh ini bahwa adik kesayangannya sedang mengalami kemalangan didalam hidupnya. Aku menunggu reaksi apa yang akan dilakukan oleh kekasihku ini, apakah dia akan menolong adik kesayangannya itu atau membiarkan adiknya menderita dengan menikah dengan orang yang tak dicintai olehnya?!

“Cih.. tua bangka itu menyakiti Chanyeol eoh ?! Kita lihat saja nanti,, !! Chagia, kapan mereka akan bertunangan dan dimana tempatnya?! “

Ohoooo reaksi yang bagus. Dia memukul meja makan dengan keras, dia terlihat geram dan tatapan membunuhnya itu tampak marah. Tangannya mengepal dengan kuat, hahhh sepertinya Kris  sudah capek dengan kelakuan appanya yang keterlaluan itu. Baguslah , sekarang saatnya untuk memperlihatkan taring yang selama ini dia sembunyikan dari keluarganya, yahhh semuanya harus melihat kemarahan kekasihku ini nanti.

“Arrasso ~ aku akan menanyakan kepada Kai nanti… sabar dulu ne ?”

Aku melenggang pergi ke dalam kamar kami untuk mengambil I-phone milikku dan menghubungi Kai tentunya.

“Kai ? Ini aku kekasih Kris ,, bisakah kau memberitahu secara detail tentang pertunangan Chanyeol itu?”

Beruntunglah Kai dengan senang hati memberitahu kepadaku tentang acara tunangan konyol tersebut. Hahhh aku kembali menemui Kris setelah aku mendapatkan informasi yang aku perlukan. Kris langsung sibuk menghubungi beberapa nomor di I-phonenya, entah dia sedang menghubungi beberapa bodyguard terlatih atau apa aku tak tahu, karna aku langsung melenggang menuju kamar kami untuk berendam. Hahh aku butuh aroma terapi sekarang. Yahh biarlah kekasih yang tampan itu yang akan mengurus semuanya untuk menolong Chanyeol. Yang penting sekarang berendam dulu dengan bahan-bahan berendam yang mahal yang disediakan oleh Kris untukku. Hahhh betapa menyenangkannya… ~ #Ikut dong Tao-ie ^3^

> Author POV <

Di lain tempat tampak Sehun dan Kai yang tengah berbincang.

“Apa kau gila eohh ?! Kenapa kau meminta bantuan kepada Kris yang selama ini ingin mencelakai Chanyeol ?! “

Sehun marah kepada Kai setelah mendengar percakapan Kai dan Tao sebelumnya melalui telpon.

“Lalu kita harus meminta bantuan kepada siapa lagi eoh ?! Aku juga melakukan ini untuk menolong Baekhyun dan Chanyeol,, apakah kau tega melihat mereka menderita?!”

Kai membentak Sehun yang menyalahkannya.

“Wae ?! Lalu apa yang membuatmu yakin kalau dia akan membantu Chanyeol nantinya ?!”

Sehun kembali bertanya kepada Kai.

“Tentu saja dia akan membantu Chanyeol !  Aku sedikit berbohong , aku mengatakan bahwa Yuri akan mengambil semua harta warisan keluarga Park ketika mereka telah menikah kelak. Kau lupa bahwa tujuan Kris hyung mengejar-ngejar Chanyeol selama ini hanya demi warisan itu eoh?!”

Yahh Kai memang tidak tahu sama sekali bahwa Kris tidak bertujuan untuk mendapatkan warisan tersebut. Wajar saja jika Kai mengira dengan berbohong seperti itu akan membuat Chanyeol terbebas dari tunangan konyolnya dengan Yuri nantinya, dengan harapan bahwa Kris akan menggagalkan tunangan tersebut demi harta warisan nantinya.

“Mwo?! Kenapa thampai thejauh itu kau bertindak Kai?”

Sehun yang masih tidak percaya oleh tindakan sahabatnya itu kembali bertanya.

“Aku hanya tak ingin melihat Chanyeol menderita lebih jauh lagi Sehun,, aku tak ingin dia membunuh rasanya dan terus menjadi orang yang jahat demi melindungi Baekhyun,, Aku tak ingin dia berpura-pura menjadi seorang yang brengsek dengan membuang Baekhyun ! Kau tahu sendirikan dia telah menerima pertunangan tersebut dengan terpaksa membunuh impiannya untuk bersatu dengan orang yang dia sayang? Dia mengorbankan hidupnya demi Baekhyun ! Kau tahu itu dengan baik kan ?!!”

“Prangg !! “ tiba-tiba mereka dikejutkan oleh bunyi pecahan kaca yang berasal dari arah pintu dan disana terlihat Baekhyun yang tengah menutup mulutnya tidak percaya. Yahh Baekhyun telah mendengar pembicaraan Kai dan Sehun. Dia bermaksud mengantarkan minuman kepada Kai dan Sehun sebelumnya , sekalian dia ingin mengobrol untuk melupakan masalahnya yang terlalu berat itu sejenak. Tapi ketika tak sengaja diam-diam mendengar percakapan antara Kai dan Sehun tersebut , akhirnya dia shock mengetahui kebohongan yang dibuat dengan rapi oleh Chanyeol untuk melindunginya. Dimana D.O dan Luhan ? Well, mereka pulang kekediaman mereka masing-masing setelah dijemput oleh supir pribadi yang mereka punya.

“Mwo?! Kau jahat Kai, Kau bahkan tak ingin memberitahu kebenaran itu kepadaku eoh ?! Hiks kenapa kalian semua jahat kepadaku eoh..?! kenapa kalian menutupi kebenaran itu dariku eoh?!”

Baekhyun mulai mengeluarkan lagi air matanya yang baru saja kering itu.

“Baekhyun,, anni~ kami tak bermaksud membohongimu Baek..”

Kai berusaha mendekat kearah Baekhyun untuk menghapus air matanya. Namun Baekhyun menepis tangan Kai dengan kasar. Dia marah, dia kesal kepada Kai dan Sehun yang terlihat menyembunyikan kebenaran Chanyeol kepadanya.

“Mianhe~ Baekhyun ,, kami melakukan ini juga demi melindungimu,, ini permintaan Chanyeol…”

Sehun juga ikut-ikutan mendekat kepada Baekhyun. Tapi lagi , Baekhyun menepis tangan Sehun yang akan menghapus air matanya.

“Hiks Hiks,, baiklah, hiks aku akan memaafkan kalian jika kalian mau menceritakan semuanya kepadaku,, jebal Kai eoh?! Sehun eoh ?! ”

Kai dan Sehun akhirnya pasrah dan menceritakan semua kenyataan sebenarnya tentang pertunangan Chanyeol dan Yuri. Baekhyun mendengarnya sambil meremas erat tangan Sehun yang mengenggam tangannya dengan lembut. Yahh hati kekasih mana yang tak akan tercabik-cabik ketika orang yang paling dia sayangi mengorbankan hidup dan cintanya demi melindungi pasangannya?! Cerita Kai tentang kebenaran Chanyeol berakhir dan Baekhyun telah memeluk erat Kai dan Sehun yang tengah menenangkan tangisnya,, yahhh setidaknya dia tidak sendiri dalam luka ini.

> Chanyeol POV <

Damn ! Hari pertunangan sialan ini akhirnya datang. Aku menatap lesu kepada kaca yang tengah memperlihatkan wajah senduku. Aku memakai tuxedo berwarna hitam, tampan memang. Tapi itu tak ada gunanya jika bukan dengan Baekhyun, ketampanan ini tak akan lengkap jika tidak bersanding dengan Baekhyun, namja manis yang selalu aku sayang itu.

“Chanyeollie,, ayo segera berangkat,, aishhh anak appa memang tampan.. cocok dengan tunanganmu, Yuri sangat cantik,, kajja”

Appa menarik tanganku dengan lembut menuju mobil mewah yang telah disiapkan untukku. Muak !! Aku sangat muak dengan keadaan ini ! Ternyata eomma telah menungguku dari tadi didalam mobil, mata eomma terlihat masih sedikit sembab. Molla~ mungkin eomma masih menangisi takdir yang tidak berpihak kepadaku ini. Aku tersenyum tipis dan memasuki mobil. Nikmati hari kehancuranmu ini Chanyeol ! Aku menertawakan diriku sendiri di dalam hati. Sesampainya di tempat tunangan menyebalkan itu….

“Oppa,, kau sangat tampan sayang,, hehehe”

Cih Yuri menghampiriku dengan gaun putih yang tengah dia pakai.

“Ne..”

Aku hanya menjawab dengan singkat. Akhirnya disinilah aku menunggu detik-detik pertukaran cincin dengan orang yang ku benci beberapa menit lagi. Terlihat banyak kerabat dan tamu undangan yang menatap kearah ku dan Yuri yang tengah duduk berdampingan sambil meminum minuman yang ada.

Sehun dan Luhan , serta D.O tampak menatap sendu kepadaku. Mwo? Kenapa mereka datang? Kai mana? Entahlah, aku mengabaikan pandangan mereka dan sibuk dengan fikiranku sendiri. Tiba-tiba aku mendengar seseorang menyanyi, yahh suara ini sangat ku kenal, suara indah ini terdengar seperti suara Baekhyun !! Aku langsung mengedarkan pandanganku dan benar, Baekhyun menyanyi disana dan Kai memainkan piano ?! Baekhyun memakai kemeja putih yang sempat kami beli beberapa hari yang lalu ketika kami kencan. Yahhh sebelum aku menyakiti dan melukainya. Apa-apaan ini?! Kenapa Kai membawa Baekhyun kesini?! Aku ingin menghampirinya , namun tangan Yuri telah mengenggam erat tanganku.

> Author POV <

“ Deoneun mangseoriji ma jebal nae simjangeul geodueo ga

Geurae nalkaroulsurok joha dalbit jochado nuneul gameun bam

Na anin dareun namjayeotdamyeon huigeuk anui han gujeorieotdeoramyeon Neoui

geu saranggwa bakkun sangcheo modu taewobeoryeo

Baby don’t cry tonight eodumi geochigo namyeon

Baby don’t cry tonight eobseotdeon iri doel geoya

Mulgeopumi doeneun geoseun nega aniya kkeutnae mollaya haetdeon

So baby don’t cry cry nae sarangi neol jikil teni”

( Buanglah semua perasaanmu untuku, jangan kau ragu lagi

Bulan pun menutup matanya, melihat betapa kejamnya diriku

Andai aku adalah lelaki yang berbeda, berharap semua ini hanya lelucon

Akan kuhapus semua lukamu dengan cinta ini

Sayang janganlah kau menangis malam ini, Setelah kelam menghampirimu

Sayang janganlah kau menangis malam ini, Setelah semua ini terjadi

Semua ini akan berlalu dengan cepat . Cintaku akan tetap melindungimu,

 jadi sayang Aku mohon janganlah kau menangis malam ini )

(Baby Don’t Cry, EXO K)

Baekhyun menyanyikan lagu itu dengan menahan  kesedihan yang luar biasa. Terbukti dengan suara indahnya yang bergetar menahan tangis ketika menyanyikan lagu tersebut. Chanyeol tampak membeku di tempatnya dengan Yuri yang terus mengenggam erat tangannya. Chanyeol menitikkan air matanya, dia merasa sesak mendengar lagu yang seolah menggambarkan kesedihan Baekhyun sekarang. Yuri tampak kesal dan berlari kepada appanya, sehingga setelah Baekhyun selesai menyanyi,  acara pertunangan mereka yang sebenarnyapun  segera di laksanakan.

Baekhyun tersenyum miris melihat Chanyeol yang akan memakaikan cincin pertunangannya kepada Yuri. Chanyeol tampak ragu dan melihat kepada Baekhyun yang tengah menatapnya dari arah pengunjung yang datang.

“Cepatlah oppa !! Atau Baekhyun akan jadi teraniaya setelah ini jika oppa berniat membatalkan pertunangan kita sekarang !”

Yuri berbisik untuk mengancam Chanyeol. Tidak ingin Baekhyun disakiti, Chanyeol menurut dan akan memakaikan cincin tersebut.

“BRAKKKK !!” Chanyeol tidak jadi memakaikan cincin  kepada Yuri setelah mendengar pintu ruangan mewah aula mewah tersebut dibuka dengan paksa. Yahhh seseorang telah datang untuk mengancurkan pertunangannya, siapa lagi kalau bukan Kris dan kekasihnya Tao yang telah membawa berpuluh-puluh bodyguard handal yang langsung bertarung dengan body guard keluarga Park dan body guard keluarga Yuri disana.

“HYUNG !!”

Chanyeol berlari menemui Kris dan berniat memukul Kris yang dikiranya akan membuat masalah dengannya. Namun apa yang terjadi?

“Grebbb”

Kris memeluk Chanyeol dan membisikkan sesuatu ditelinga Chanyeol.

“Apakah aku melewatkan sesuatu eoh?! Aku datang untuk menyelamatkanmu dari pertunangan bodoh ini ! Hey,, aku tak sejahat yang kamu pikirkan adikku sayang.. Biarkan aku melindungimu Chanyeol,,, percayalah~Jebal .. ”

Deg ! Chanyeol dapat merasakan ketulusan dari Kris, sang kakak kepadanya. Chanyeol menatap tak percaya kepada Kris. Tapi akhirnya dia menganguk mengerti dan berusaha percaya kepada kakak yang selama ini jahat kepadanya. Chanyeol berlari ke arah Baekhyun dan memeluk Baekhyun dengan erat, ditengah kebisingan pertempuran antar body guard itu mereka menangis dan saling berpelukkan. Bukan menangis seperti meraung atau terisak, tapi mereka menangis dalam diam. Saling menyalurkan kasih sayang yang bersarang di dalam dada mereka masing-masing.

“Baekki ~ Mianhe~ Aku telah menyakitimu,, Aku telah mengingkari janji yang aku ucapkan kepadamu.. Mianhe sayang,, aku melukai perasaanmu,, aku memang brengsek,,, mianhe ??”

Chanyeol mengecup kening Baekhyun dengan tulus.

“Anniyo~ Ini bukan salahmu.. Ini salahku tak menyadari ketulusanmu yang rela berkorban demi keselamatanku,, Aku mengerti Channie~ Jangan terus menyalahkan dirimu sayang, Arrasso?!”

Baekhyun menangkup pipi Chanyeol dengan kedua tangannya dan menatap kedalam bola mata indah Chanyeol yang sedang berkaca-kaca itu.

“Jadi maukah kamu menjadi kekasihku lagi Byun Baekhyun…?”

“Tentu saja aku mau pabbo !! Memangnya siapa lagi yang mampu membuatku takluk menyerahkan hatiku sepenuhnya eoh?”

“Hehehe.. ne gomawo Baekki .. Saranghae..”

“Nado Channie..”

Akhirnya Chanyeol mempersempit jarak diantara dia dan Baekhyun, dia mencium bibir cherry milik namja yang sangat disayangnya itu. Baekhyun membalas ciuman Chanyeol dengan haru, dia mengalungkan kedua tangannya di leher sang kekasih. Yah persetan dengan keributan yang berada disekeliling mereka.

Sedangkan Kai dan Sehun tampak berusaha menenangkan namjachingu mereka yang ketakutan oleh perkelahian yang terjadi di aula mewah tersebut. Begitulah D.O dan Luhan tampak shock dengan pertarungan tersebut. Para tamu undanganpun panik dan berlarian kesana-kesini, ada yang berteriak histeris dan ada juga yang menangis ketakutan.

Ditengah keributan yang terjadi tersebut, tampak appa Chanyeol dengan geram menatap benci kepada Kris dan tetap diam di tempat. Appa Chanyeol sebenarnya ingin menampar Kris yang telah lancang mengacaukan acara pertunangan Chanyeol itu sekarang juga, tapi mengingat bahaya melewati pertempuran antar body guard itu membuat tuan besar Park mengurungkan niatnya. Bagaimana dengan Yuri dan keluarganya?! Well mereka cukup panik dan diam ditempat dikawal oleh beberapa body guard melindungi mereka.

Selang bebarapa menit akhirnya Kris mengendalikan keadaan.

“semuanya hentikan perkelahian sekarang juga !!

Kris tampak berteriak dengan suara sangarnya yang telah muak dengan perkelahian tersebut. Awalnya cukup susah membuat mereka berhenti, tapi setelah tuan besar Park sendiri yang berteriak tegas baru semua body guard tersebut berhenti dengan pertarungan tersebut.

“HENTIKAN !!!”

Kris tersenyum kecut melihat ketegasan appanya itu. Tao tampak bergelayut manja di lengan namja yang lebih jangkung dari Chanyeol tersebut.

“Apa tujuanmu kemari anak sialan?!”

Tuan besar Park mendekat kepada Kris disertai oleh beberapa pengawal disisinya.

“Aku hanya ingin melindungi adikku appa. Aku tak ingin dia berkorban dan membuang perasaannya demi bisnis appa , itu terlalu kejam appa !”

Kris menanggapi perkataan appanya tersebut. Sedangkan Chanyeol yang tengah mengenggam tangan Baekhyun tampak menyimak pada percakapan hyung dan appanya tersebut. Sedangkan Baekhyun memperkuat genggamannya kepada Chanyeol yang sangat dicintai olehnya itu.

“Mwo?! Anak kurang ajar !! Jika tidak dengan begitu maka perusahaan keluarga kita bisa mengalami kesenjangan Kris..!! Kau tak memandang kesulitan appa juga eoh ?!”

Tuan besar Park tampak mulai jengah dengan Kris yang keras kepala .

“Kita? Jadi appa masih menganggapku anak eoh ?! Hahaha ne~ arrasso,, kesulitan appa bilang? Ne ~ kami sangat menyadarinya appa, tapi menjual anak sendiri demi bisnis bukankah itu keterlaluan yang mulia Park?!”

“KAU !!! “

Tuan besar Park benar-benar marah sekarang.

“Ck,, aku malas memperdebatkan ini terlalu lama appa. Aku ingin appa membatalkan pertunangan konyol ini sekarang juga ..!”

Kris mempertegas suaranya. Tao tampak tersenyum tipis mendengar namjachingunya yang mulai serius tersebut. Yahh Kris terlihat sangat keren jika seperti itu menurut pandangan Tao.

“MWO?! Jika Chanyeol tak jadi bertunangan dengan Yuri lalu bagaimana dengan kesenjangan bisnis appa jika tak ada bantuan milyaran dana dari perusahaan appa Yuri kelak ?! Kau gila Kris.. !”

Tuan besar Park marah kepada anak sulungnya tersebut.

“Appa tenang saja biar perusahaanku yang memberikan dana sebanyak yang apa mau untuk memperlancar cabang perusahaan Park di luar negri.. Appa tak perlu mengorbankan adikku demi kepentingan perusahaan appa .. “

Kris menjawab dengan santai.

“Perusahaan jidatmu eoh?! Kau hanya seorang anak appa yang bodoh yang tergila-gila kepada namja bodoh disampingmu itu ! Mana mungkin kau punya perusahaan.. jangan bercanda Kris !! ”

Tao kesal setengah mati dan ingin melemparkan tas Gucci ditangannya kepada appa mertuanya itu. Jika saja Tao tidak pandai mengontrol emosi, sudah dapat dipastikan bahwa tuan besar Park akan menerima pukulan gratis dari tas Gucci milik Tao diwajahnya.

“Hei aku tak sebodoh yang appa fikirkan .. apa appa tahu dengan manager di perusahaan besar Swiss yang ada di Korea itu?”

“Ne~ dia manager muda yang sangatberbakat dan handal. Namanya sangat sering muncul dalam berbagai perdagangan dunia. Aku mendengar isu bahwa penghasilannya sampai 400 Triliyun per minggu karna perusahaan Swiss tersebut menjadi perusahaan berpengaruh didunia karna kecerdasannya. Wu Yi Fan yahh namanya adalah Wu Yi Fan . Wae ?!”

Kris merangkul pundak Tao dan menjawab dengan santai.

“Well,  aku terharu ternyata appa dapat mengenali nama itu dengan baik.. ternyata appa masih sering memperhatikan anak yang terbuang ini, Wu Yi Fan adalah aku appa ! Itu adalah nama samaranku ! “

Chanyeol yang masih menyimak dari tempatnya dan Baekhyun langsung terbelalak kaget ketika mengetahui bahwa Kris adalah seorang manager terkenal dan sukses. Lalu kenapa mengincar warisan eomma dan appa mereka selama ini?! Chanyeol sibuk dengan kebingungan yang menghampiri kepalanya secara mendadak. Sehun dan Kai yang juga ikut mendengar percakapan tersebut juga ikut terkejut dengan pernyataan Kris. Baekhyun hanya terus menyimak percakapan antara Kris dan tuan besar Park tersebut tanpa berniat untuk berkomentar apapun.

“Kau bercanda Park Kris !! Jangan membodohi appa?!”

Kris lagi-lagi tersenyum kecut.

“Jika appa tak percaya silahkan menghubungi nomor HP pada kartu nama Wu Yi Fan yang tengah beredar di internet. Aku yakin appa memilikinya.. hahaha”

Akhirnya dengan kesal dan ragu tuan besar Park menghubungi nomor Wu Yi Fan tersebut. Dan benar saja I-Phone Kris berdering dan tuan besar Park membelalakkan kedua matanya tak percaya. Kris dengan tingkahnya yang santai menyadarkan appanya tersebut dari keterkejutan sang appa.

“Jadi.. Berapa Triliyun dana yang akan aku berikan appa?”

Bagai mendapat harta karun yang berlipat ganda, appa Kris langsung menyetujui permintaan Kris untuk membatalkan pertunangan Chanyeol dengan Yuri. Hey, dana yang diberikan appa Yuri selama ini hanya milyaran, tapi yang dijanjikan oleh Kris Triliyunan !! Keluarga Yuri sangat kecewa dengan keputusan tuan besar Park tersebut. Chanyeol langsung memeluk Baekhyun dengan penuh haru dan mencium puncak kepala Baekhyun berkali-kali. Sehun , Kai, D.O , dan Luhan menghampiri pasangan yang tengah terharu tersebut, mereka sangat bersyukur dan ikut bahagia.

Entah frustasi atau sudah stress tidak terima tunangannya dengan Chanyeol batal, Yuri membawa pisau yang dia dapat dari meja hidangan di acara pertunangan tersebut dan berniat menusuk Baekhyun dari belakang.

“BLETAKK !!”

Yuri tak jadi melakukannya karna Tao telah memukul kepala Yuri dengan tas Gucci miliknya itu. Dengan sigap Tao mengambil pisau yang ada pada tangan Yuri dan mengancam Yuri.

“Sudah cukup menganggu adik iparku yeoja kerdil tak tahu diri… !! Jangan mengusik kebahagiaan mereka !! Enyahlah kau, atau aku akan menggunduli kepalamu dengan pisau ini sekarang juga.. !!”

Yuri takut dengan ancaman Tao , akhirnya dia berlari kepada keluarga besarnya yang kemudian bergegas meninggalkan aula mewah tersebut.

“Gomawo~ kakak ipar,, “

Chanyeol mengucapkan terimakasih dengan tulus dan tersenyum manis. Tampan, dia sungguh tampan. Tao gemas setengah mati dan mencubit pipinya.

“Yak !! Ajjushi mesum jangan sentuh Channieku !!”

Baekhyun sewot ketika Tao mencium pipi Chanyeol karna gemas. Chanyeol hanya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sama sekali itu. KaiDo, HunHan hanya tertawa melihat Baekhyun seperti itu.

“Mwo? Hikss gege,, aku dipanggil ajjushi mesum oleh pacar adikmu ini,, huweeeeeee”

Tao tampak berlari mengadu kepada Kris yang tengah membicarakan masalah bisnis dengan appanya di sisi ruangan tersebut . Yahh tuan Park menginginkan penjelasan lebih jauh tentang dana dari Kris nanti. Sedangkan Baekhyun hanya memeluk Chanyeol dengan posesif dan Chanyeol tertawa melihat kekasihnya yang marah , cemburu kepada ciuman Tao kepada Chanyeol sebelumnya.

“Jadi segitu dulu appa, untuk kelanjutannya akan kita bicarakan besok pagi di kantor appa yang ada di Korea…”

Kris tak mengubris aduan kekasihnya itu. Yahh ini bukan saat yang tepat Tao,,,,,, -_-“

“Baiklah ,, appa pergi mengurus beberapa kepentingan lainnya. Ingat janjimu untuk kembali ke rumah kita Park Kris , dan kau boleh membawa namjachingumu itu…”

Tuan besar Park meninggalkan aula mewah tersebut.

“Ck ,, jangan cengeng pabbo ~ “

Kris akhirnya mengusap sayang kepala Tao. Yahh akhirnya dia mendengarkan namjachingunya yang merengek heboh tersebut. Tanpa Kris sadari eommanya mendekat kepadanya dan memeluk putra sulungnya tersebut. Kris terkejut tapi kemudian dia membalas pelukan yeoja tersebut dengan lembut. Dia tahu bahwa yeoja tersebut tengah menangis tersedu didalam pelukkannya sekarang.

“Hiks,, aku merindukanmu !! Eomma benar-benar sedih ketika kamu pergi oleh kemarahan appamu dimasa lalu,, Hiks , aku tak ingin kamu menghilang lagi dari kehidupan kami nak !! “

Kris tampak terharu , yahh dia juga sangat merindukan sang eomma selama ini. Chanyeol tersenyum hangat melihat hyungnya telah kembali. Tao yang menyaksikan hal tersebut hanya menunduk , dia gugup karna pertama kali bertemu dengan Ny. Park secara langsung.

“Oh ya eomma, perkenalkan ini Tao , dia hmm dia adalah,, ahh,, dia”

Kris tampak gugup untuk memberitahu kepada eommanya.

“Aku tahu, dia adalah namjachingumu kan? Aigoo dia manis sekali…”

Blushh >_< Wajah Tao langsung memerah dan Kris hanya Tertawa.

3 TAHUN KEMUDIAN…

Terlihat dua namja jangkung tengah berkutat dengan komputer mereka. Yeah mereka adalah Kris dan Chanyeol yang sedang bekerja dengan serius di ruangan kerja yang dikhususkan untuk mereka berdua dikediaman mewah keluarga Park tersebut. Chanyeol juga telah menjadi seorang yang sukses sekarang setelah mengikuti jejak sang kakak. Dan Kris dengan sabar membimbing adiknya tersebut dalam memahami dunia bisnis.

“Cklekkk “

Pintu ruangan kerja mereka terbuka dan disana terlihat dua orang namja manis tengah mempoutkan bibirnya dengan kesal. Yah mereka adalah Tao dan Baekhyun yang kesal karna Kris dan Chanyeol mengabaikan mereka karna terlalu sibuk dengan pekerjaan mereka di dunia bisnis akhir-akhir ini.

“Channie~ aku ingin pergi liburan ke pulau Jeju bersamamu ne? Aku  merindukanmu sayang… Luhan, Sehun, Kai dan D.O juga akan pergi kesana Channie~ Ne ? Kita pergi juga ne..? ”

Baekhyun mulai mendekati Chanyeol dan duduk dipangkuan sang kekasih. Chanyeol mencubit sayang hidung mungil namja cantik yang sangat dia sayang itu.

“Gege… Ayolah,, aku juga ingin ke pulau Jeju dan berlibur disana denganmu ne chagia…”

Tao tak mau kalah dan juga ikut duduk di pangkuan Kris. Kris tersenyum hangat kepada kekasihnya itu.

“Mianhe sayang aku harus menyelesaikan tugas ini terlebih dahulu, mungkin lain kali… “

Chanyeol menolak ajakan kekasihnya , Byun Baekhyun.

“Mianhe Chagia,, aku tak bisa meninggalkan pekerjaan ini,, ini sangat penting, lain kali saja ne?”

Tak jauh berbeda dengan jawaban Chanyeol. Kris juga menolak ajakan dari kekasihnya , Tao.

Kesal dan geram , Baekhyun dan Tao berdiri dihadapan namjachingu mereka masing-masing.

“Arraso~ Kami akan mencari namja lain di klub Kai nanti malam, dan kami akan berlibur ke pulau Jeju bersama mereka…!! Kami akan menguras semua isi ATM kalian, ya kan Baekhyun?”

Tao mengedipkan sebelah matanya kepada Baekhyun.

“Ne~ Tentu saja… !! Aigoo~ aku mau mencari namja tampan yang akan mementingkan aku daripada pekerjaannya nanti… Kita harus memakai baju yang seksi untuk mendapatkan namja tampan !! Kajja Tao-ie”

Baekhyun menarik tangan Tao.

“Andwe !! Yak ! Baekki, kau tak boleh melakukan hal itu ! Arraso ~ aku akan ikut ,, ne sayang jebal jangan seperti itu ne~? Tak akan ada yang setampan aku kekasihmu ini Chagia… ~ ”

Kena kau Chanyeol. Baekhyun menyeringai dan berlari memeluk namjanya tersebut. Bagaimana dengan Kris?

“Humm,, itu bukan style-ku untuk meninggalkan pekerjaan , tapi sepertinya aku harus melakukannya agar panda manisku tidak diambil oleh namja lain ..”

Tao tersenyum dan juga berlari memeluk Kris. Yahh begitulah Chanyeol dan Kris yang sangat sayang kepada kekasih mereka masing-masing. Akhirnya mereka benar-benar berlibur dengan namjachingu kesayangan mereka bersama Kai dan Sehun dengan uke mereka masing-masing (D.O dan Luhan) di pulau Jeju yang indah di pandang mata.

“Channie~ ayo kita jalan-jalan dengan yang lain ne?”

Tampak Baekhyun bergelayut manja di lengan kekasihnya, Park Chanyeol.

“Andwe ! Kita di kamar ini saja,, di sini lebih nyaman..”

Chanyeol yang baru selesai mandi itu menolak ajakan kekasihnya.

“Mwo?! Aku kesini bukan untuk berdiam diri di kamar penginapan ini jerapah pabbo~ aku ingin refreshing. Arrasso? Kau sungguh keterlaluan , kau itu hmpfttt…”

Baekhyun telah dicium bibirnya oleh Chanyeol dan langsung menarik Baekhyun ke ranjang penginapan tersebut. Yeah, Park Chanyeol lebih suka melakukan this and that dibandingkan dengan berjalan-jalan di luar sana. Baekhyun pertamanya memberontak tetapi dia kalah kekuatan dan akhirnya dia menikmati ciuman sang kekasihnya itu.

Pada keesokan harinya Baekhyun kesal setengah mati dan mengamuk kepada Chanyeol karna telah menggagalkan rencananya untuk jalan-jalan menikmati suasana di pulau Jejukemarin. What the hell? Mereka berada dipulau Jeju tapi malah berdiam diri di kamar penginapan?! Chanyeol hanya tertawa terbahak-bahak menerima kekesalan namjachingunya itu. Setelah berpakaian yang rapi, Baekhyun berlari keluar mencari Tao untuk mengadu, tapi apa yang ditemukan oleh Baekhyun adalah Tao yang tengah cemberut didepan pintu kamar penginapannya dan Kris.

“Gege jahat,,  gege tak mau menemaniku jalan-jalan eoh?! Aku kesini bukan untuk melakukan itu denganmu..! Dasar naga jelek.. ”

Tao tampak mengambek kepada Kris yang ternyata tidak jauh bedanya dengan Chanyeol. Yahh mereka juga habis melakukan this and thatsemalam. Kris hanya menutup kepalanya dengan bantal, dia masih mengantuk.

“MWO?! Hyung dan adiknya sama saja.. Lihatlah karya Park Chanyeol semalam.. huffffft”

Baekhyun mendekati Tao dan memperlihatkan kissmarkyang telah dibuat oleh Chanyeol pada leher putih Baekhyun. Tao membelalakkan matanya, jadi Chanyeol sama saja dengan Kris ? Beberapa detik kemudian Baekhyun tersenyum licik, yah dia ingin membalas sikap keterlaluan Chanyeol dan Kris sekaligus. Dia membisikkan sesuatu ketelinga Tao dan Tao mengangguk setuju.

Tiga jam setelah itu…

Tampak Kris yang telah berganti pakaian dengan rapi dan dia sudah mandi tentunya. Dia pergi keluar dari kamar penginapan untuk mencari kekasihnya yang telah dia abaikan pagi tadi. Tapi dia tidak menemukan sosok Tao dimanapun juga. Akhirnya dia berniat pergi ke kamar Chanyeol dan Baekhyun, namun sayang yang ditemukannya hanyalah Chanyeol yang juga tak kalah bingungnya dengan Kris sekarang.

“Apakah kau melihat Tao?”

Kris bertanya kepada Chanyeol.

“Tidak,, apakah hyung melihat Baekhyun?”

Sekarang balik Chanyeol yang bertanya.

“Tidak ,, hahhh kemanakah mereka? Dari tadi Hp Tao tidak aktif..”

“Baekhyun juga tak bisa dihubungi dari tadi Hyung…”

Chanyeol menyandar kelelahan pada dinding penginapan tersebut.

Kris berfikir sejenak dan tiba-tiba Hp Chanyeol berbunyi , ternyata itu adalah pesan dari Baekhyun.

“Mwo?! Mereka,,,?! Aisshhhh ayo hyung, kita harus menyusul namjachingu kita sekarang juga..!! Baekhyun dan Tao itu arrrghh ,, aishhh cepatlah hyung !”

Chanyeol tampak panik membaca pesan singkat tersebut. Kris masih bingung tapi memilih untuk mengikuti adiknya untuk mencari namjachingu mereka masing-masing. Apakah isi pesan baekhyun sebenarnya kepada Chanyeol? Kami sedang berada di sebuah tempat yang dipenuhi namja tampan dan seksi sekarang, kalau ingin menemui kami tanyakan saja kepada Kai !! Chanyeol sangat panik dan menemui Kai dan Kai tertawa renyah sambil menunjuk ke arah pantai. Apanya yang lucu?! Molla~ Chanyeol dan Kris berlari terburu-buru kesana.

“Byun Baekhyun, kau dimana?!”

Chanyeol frustasi dan Kris terengah-engah mengikuti sang adik yang berlari kencang.

“Buat apa berteriak Channie.. aku disini”

Baekhyun tiba-tiba muncul dari beberapa gerombolan orang yang tengah menikmati suasana pantai. What? Tak ada lelaki seksi manapun disana? Hanya gerombolan turis yang ikut menikmati suasana pulau Jeju. Dan itupun sebagian besar ibu-ibu dan keluarganya.

“Yak ! Kau menipuku eoh?!”

Chanyeol marah kepada Baekhyun. Sedangkan Kris juga telah melihat Tao dan mengomelinya karna telah membuat Kris panik.

“Siapa yang menipumu eoh?! Kalau kami tak mengancam kalian, kalian akan terus dengan keegoisan kalian kan? Molla~ Channie, aku hanya ingin menikmati pemandangan yang indah ini denganmu.. tapi jika itu memang membuatmu merasa repot lebih baik tak usah.. Ayo kita kembali ke penginapan dan lakukan itu berkali-kali hingga kau puas, aku tak apa-apa kok.. Jika memang itu keinginanmu..”

Baekhyun berniat menarik tangan Chanyeol pergi dari sana. Namun Baekhyun harus terkejut ketika tangan besar Chanyeol menarik si mungil Baekhyun ke dalam pelukkannya. Dia menyesal telah seenaknya menganggap remeh hal kecil yang diharapkan oleh namjachingunya itu.

“Mianhe sayang,, aku tak bermaksud seperti itu,, hei jangan berkata seolah aku adalah penggila sex, bukan! Aku mencintaimu,, bukan ingin menjadikanmu tempat pelepas hasratku sayang.. Jebal. Mianhe….”

Baekhyun senang dengan perlakuan namjachingunya yang seperti itu. Yahh dia nyaman dengan ketelusan sang kekasih.. kemudian Kris yang telah berhasil menenangkan Tao mendekati Chanyeol dan Baekhyun.

“Chanyeol, sepertinya kita harus menambah waktu liburan kita disini lebih lama lagi.. aku akan menelpon appa… “

“Hahaha ne hyung aku setuju… Aku juga ingin memanjakan Baekhyun namjachingu yang sangat aku sayang ini.. Urusan pekerjaan itu tidak terlalu penting hyung… ”

Chanyeol mencium puncak kepala Baekhyun dengan sayang. Akhirnya urusan pekerjaan mereka tinggalkan, biarkan saja karyawan mereka yang menggantikan mereka untuk mengerjakannya. Yeahh demi uke tercinta… ^^

END

Yeyeye~ Akhirnya selesai juga. Huwaaaa T^T #siap-siap dilempar batu oleh readers. :D

Bagaimana readers ? Garing, Gaje, Ngawur?! Hahaha~  author harap readers sukadengan akhir dari chapter Never Hurt You ini. ^3^ mianhe~ jika ada yang kurang dapat feelnya ato gimana. Maklumi saja kekurangan author ne~? # gubrakk >_< Gomawo udah membaca ff ini dari Chapter 1 sampe akhir. Luph You Readers ^3^ hahahhahaha~

# Peluk Baekki ^^ See you in the next fanfiction. Gomawo~~~~~~~~~~~~~

*Really deep bow bareng Baekyeol (^^)7


Maybe.. I Should Choose One (Chapter 1)

$
0
0

gishafz_miscoo

| Title : Maybe.. I Should Choose One Chapter 1 |

| Author: gishafz (@ginashafanm) |

| Length: Chapter |

| Genre: School Life, Romance, and Little Comedy (maybe?) |

| Rating: General/ Teens |

| Main cast :Kim Hye Ju as Hyeju (OC/ Yourself)&Park Chan Yeol as Chanyeol (EXO) |

| Other Cast : Song Ah Ri (Hyeju’s Friend), Jungroo (Chanyeol’s Friend), Kim Hyo Ra (Hyeju’s Sister) and EXO members. |

| Kunjungi blog pribadi author : http://gishafz.blogspot.com/ |

Disclaimer: Cerita ini asli imajinasi dan khayalan author sendiri. Jika ada kesamaan cerita saya tidak tahu menahu dan tidak ada unsur kesengajaan. Maaf jika ada kesamaan alur atau plot karena JUJUR author tidak tahu menahu.

Author’s noteWARNING! Typo beredar dimana-mana. Harap membaca do’a sebelum membaca ff gak jelas ini :v .. Di fanfiction ini ada beberapa kata yang menggunakan bahasa Korea :D *maafin.. Yaudah daripada lama, Yuk ah capcus!! GAK SUKA? JANGAN BACA!

~ Happy Reading ~

Hyeju Pov

*Pagi @Kamar Tidur Hyeju*

Tenonet tenonet … Tenonet tenonet .. Tenonet … #suara alarm pukul 06.00

Aigoo! Menggangu saja!” aku mengerang tak senang karena suara aneh itu bersuara. 

Tenonet tenonet … Tenonet tenonet … Tenonet … #suara alarm semakin kencang bergema

“Baiklah-baiklah aku bangun!” ku renggangkan badan mungilku ini. Mengerjap-ngerjapkan mataku pelan seraya menekan tombol OFF pada alarm jam itu. Sesudah itu aku ambil jam alarm yang berhasil membangunkan si Sleeping Beauty ini.

“Terkutuklah kau jam alarm! Terkutuklah kau! Lancangnya membangunkan Sleeping Beauty yang tengah tertidur cantik ini !”

Kulirik jam alarm itu,“Astaga masih jam 06.08! Itu masih sangat pagi! Kau itu alarm bodoh! Aku masih mengantuk!” refleks aku lempar jam alarm itu menghantam lantai lalu aku menghempaskan tubuhku ke ranjang lagi. Ya untuk melanjutkan ritual tidur lagi tapi semua itu hilang ketika suara decitan pintu kamarku bergema. Dasar pengganggu! Siapapun dia akan kubunuh!

CIIIITTTT #suara pintu kamarku terbuka.

CEKLEEK ! #suara saklar lampu (kini kamarku terang).

“Ya Tuhan! Siapa yang berani menyalakan lampu kamarku! Ppali matikan! Aku sangat membenci terang pada saat tidur!” dalam satu kali hentakan. Ku tarik selimut yang kini seluruh badanku tertutupi selimut tebal.

“Astaga! Dongsaeng ku masih persis seperti dulu, seperti anak kecil.” Teriakan itu bergema di dalam ruangan kamarku. Suaranya bak ultra sonic. Siapa saja yang mendengarnya pasti bergidik ngeri dan mengusap telinganya karena nyeri.

Mwo?” aku masih bingung dengan suara teriakan itu berasal. Kupikir-pikir kembali sepertinya aku tidak asing dengan suara ini.

Ppali bangun, Hyeju!” ujarnya seraya menarik selimut tebal yang sedang menyelimutiku.

“Kyaaaa~ Wae kau melakukan ini? Hah? Hyora Eonni? Kapan kau pulang? Bukankah kau bil-” perkataanku belum selesai Hyora Eonni menutup mulutku secepat kilat. Sungguh tidak memiliki sopan santun gumamku.

 “Memang, aku pulang lebih cepat dari Kanada. Aku sudah sangat rindu dengan rumah ini, Eomma dan adik chuby ku yaitu kau..” sekerjap Hyora Eonni mencubit pipiku hingga merah seperti memakai blush on tapi ini blush on alami yang dibuat Hyora Eonni dengan rasa sakit yang menggelegar.

Baiklah. Akan ku jelaskan sedikit tentang Hyora Eonni.

~Dia adalah kakak kandungku. Ia lebih tua dariku sekitar kurang lebih 4 tahunan. Mengapa ia berada di Kanada? Ia sedang berkuliah disana. Sejak kira-kira 2011, tinggal tersisa 1 tahun lagi Eonni lulus. Dia mengambil dalam bidang seni dan fashion. Tak heran bila Hyora Eonni itu sangat cantik. Terlebih bila akan berkencan dengan namjachingunya. Sungguh! Hyora Eonni sangat pintar dalam memilih gaun, menata rambut, merias wajah, pokoknya perfect! Baiklah-baiklah, disini aku sangat iri padanya.~

“Kyaaa~ Sakit Eonni. Pabo!” ku tatap tajam matanya sambil mengusap pipi chuby ku yang kesekian kalinya ternodai oleh tangan Eonni kusendiri.

Mianhaeyo dongsaeng. Kajja! Mandi, kau sekolahkan? Tak terasa kau sudah kelas 10 ne! Haha kau akan diorientasi! Sebagai ucapan selamat, Eonni akan mengantarkanmu.” sembari menarik tanganku dan mendorongku ke kamar mandi.

Aku mengusap-usap dan menggaruk kepalaku, “Eoh.. Aku masih mengantuk Eonni.”

Paboya! Kau tidak ingin sekolah? Kau sendiri yang rugi! Jika kau sudah selesai segera kebawah. Kita akan sarapan bersama Eommane.” suara Eonni perlahan menghilang karena keluar dari kamarku.

Tidak ada jawaban lagi dariku karena aku sekarang sudah berada dikamar mandi.

.

.

.

Author Pov

*Pagi @Ruang Makan*

Omo! Sup daging sapi ini sungguh enak sekali, Eomma!” perkataan itu keluar dari mulut Hyora sambil mengelap mulutnya yang kotor dengan selembar tissu tebal.

“Kau sangat berlebihan, Eonni! Ayo kita berangkat, jangan sampai aku telat!” Hyeju menatap tajam mata Hyora lalu memalingkan wajahnya.

“Baiklah ayo kita berangkat, Saeng. Eomma aku antar SaengChuby ini dulu ya hehe,,” Hyora meledek Hyeju yang kini tatapan Hyeju sangat tajam yang berarti tidak menyukai apa yang dikatakan oleh Eonninya. Namun Eomma terkekeh kecil melihat tingkah laku anaknya.

“Aisssh! Eonni! Sudahlah ayo berangkat. Eomma aku berangkat dulu.” Langkah Hyeju sangat lebar sehingga lebih dulu sampai di luar rumah.

“Baiklah Eomma. Kita berdua pamit.” Ujar Hyora seraya melangkah jauh dari Eommanya.

“Hahahha.. Kalian berdua seperti kucing dan anjing saja. Tidak pernah akur. Baiklah hati-hati dijalan.” balas Eomma sambil memandang keduanya.

Tak terdengar lagi suara mereka. Yang didengar Eommanya hanyalah suara derungan mobil yang melaju.

.

.

.

Hyeju Pov

*@Incheon Senior High School*

Ku pegang kenop pembuka pintu mobil, CEKLEK dan kini aku tengah turun dari mobil dan berada di luar mobil.

Eonni, Kamsahamnida telah mengantarku.” aku membungkukkan badanku 90 derajat ke hadapannya.

Ne berjuanglah, Hyeju! Buktikan kaulah yang terbaik! Okay?” tampak ibu jarinya eksis dihadapanku yang artinya OK.

Ne Eonni.” aku mengacungkan juga ibu jariku. Sedetik kemudian mobil yang dikendarai Hyora Eonni melaju.

                Baru saja aku membalikan badan dan akan beranjak jalan memasuki gerbang. DRET! Aku terkesiap ketika melihat Sunbae atau seniorku  yang akan mengorientasi siswa baru kini tengah berbaris di samping kiri dan kanan gerbang sekolah. Sepertinya mereka akan mengecek kekomplitan dari atribut sekolah yang dikenakan siswa baru. Ayolah! Hanya pengecekan atribut sekolah, Hyeju!

                Aku berjalan santai ketika memasuki gerbang. Tetapi seketika ada seseorang yang memegang lengan kananku. Tangan itu besar, kekar, dan sangat kuat. Aku tidak berani menoleh! Aku pasti akan dikenakan sanksi. Tapi aku memakai lengkap atribut sekolah! Mana mungkin aku akan di beri sanksi oleh Sunbae ? Gumamku didalam hati.

“Hey kau! Ikut aku.” ujar sunbae itu sambil menarik lengan putih milikku.

“Wa-wa-wae? Apa aku tidak mengenakan salah satu atribut sekolah, Sunbae?” kataku sambil berusaha keras melepaskan genggaman kuat Sunbae itu tanpa melirik wajahnya. Tetapi aku tidak bisa. Tenaganya lebih kuat dibanding tenaga milikku.

Langkahnya terhenti ketika aku bertanya tadi, “Apa kau tidak menyadarinya? Lihat sepatumu! Di peraturan sekolah kami dilarang menggunakan sepatu berwarna putih! Wajib berwarna hitam!” perintahnya tegas sambil melepaskan lenganku kasar.

Seketika kupandang sepatuku dan memang benar sepatuku berwarna putih “Mwo? Sekolah macam apa ini? Memakai sepatu berwarna putih saja tidak boleh?!”gumamku dalam hati.

“Mi-mi-mianhaeyoSunbae, aku tidak tahu. Mianhaeyo.” ucapku dengan memberanikan diri menatap matanya dan wajah Sunbae itu.  Ketika ku lihat. Astaga! Dia tinggi sekali seperti tiang listrik! Wajahnya tampan, putih bersih, memakai kacamata, rambutnya berwarna coklat ice cream dan iris mata berwarna coklat lekat seperti mata boneka.

“Baiklah, untung saja kau murid baru! Jika tidak kau akan diberi sanksi. Dan satu hal lagi!” sekerjap dia melirik rok pendekku sekilas dan kini melihat mataku kembali.

Kamsahamnida, Sunbae. Satu hal lagi? M-mwo?” tanyaku dengan penuh pertanyaan. Ku lihat rokku “Apa ada yang salah dengan rok ku? Karena tadi kulihat dia sekilas melirik rok pendek ku ini.” gerutuku dalam hati.

“Rok mu.. rok mu.. E-e- rok mu terlalu pendek. Lebih baik diatas lutut 5 cm, sepertinya itu diatas lutut 9 cm.” Setelah mengatakan itu tampak pipinya memerah seperti kepiting rebus ketika mengatakan kalimat ‘ROK PENDEK’ selepas itu dia pergi begitu saja tanpa mendengar jawaban dariku. Dan tepat saja dengan prediksi ku.

“Astaga! Apa dia tidak pernah melihat rok pendek seperti ini! Ini trend jaman sekarang diatas lutut 9 cm itu sexy. Aku benci pria seperti itu, apa dia,, ah sudahlah.” aku berkata seperti itu dengan nada pelan serta beranjak pergi menuju ke ruangan tempat kelas ku.

                Aku memasuki kelas 10-1. Itu adalah kelas ku saat ini, aku sangat beruntung mendapat kelas paling depan karena dari gerbang sekolah hanya 50 meter saja. Tidak seperti kelas 10-10 kelasnya paling ujung didekat toilet pria. Fiuhh~ Kalian bisa membayangkan betapa jauhnya dari gerbang sekolah dan baunya toilet pria.

Annyeong. Boleh aku duduk denganmu?”

Sepertinya aku kenal dengan suara ini. Manis dan lembut seperti nada bicara Song Ahri teman SMP ku dulu.

Nado Annyeong. Silahkan.” ku alihkan pandangan dari novel dan kini aku sedang menatap yeoja yang tadi bertanya padaku.

Kamsahamnida.” ujarnya sembari menarik kursi disebelah kiriku.

“Tunggu. Sepertinya aku mengenalmu,,” aku bertanya padanya dan kini yeoja itu menatapku.

“Aku juga seperti mengenalmu,,”

“Mmm… Song Ah Ri?” dengan keras aku berkata, sehingga para namja melirikku. Aku hanya bisa tertunduk malu.

“Ne. Kau Kim Hye Ju? Ahh senang bertemu denganmu lagi Hyeju-ya!” Ahri memelukku erat. Aku juga membalasnya.

“Kyaaa~ Aku tidak menyangka kita bisa satu sekolah Ahri-ya. Setelah beredarnya kabar kau akan pindah ke Jepang, aku kira kau benar-benar pindah. Karena waktu itu kau tidak masuk sekolah.” Ku tatap iris mata berwarna biru lekat miliknya lalu melepas pelukan rindu itu.

“Eooh~ Mianhaeyo Hyeju-ya pada saat aku tidak masuk itu, aku sedang izin. Kalau pindah ke Jepang. Itukan hanya gosip, apa kau mempercayai itu? Astaga! Hyeju-ya yang ku kira tidak mempercayai gosip ini sekarang sudah mulai mempercayai gosip ne.” Ahri terkekeh sambil menatapku kagum.

“Sembarangan kau bicara Ahri-ya. Kau masih sama saja seperti dulu. Suka meledek orang, aku sungguh tidak suka itu eohh..” ku jitak kepala Ahri pelan dan kusilangkan kedua tanganku di dada ku dan mengalihkan mataku pada novel milikku.

Mianhaeyo Hyeju-ya. Aku hanya bercan-” belum perkataan Ahri selesai ada ketiga Sunbae masuk kelas.

AnnyeongHaseo. Kami mohon kalian berkumpul di aula dekat lapangan basket. Sekarang!” perkataan itu keluar dari mulut salah satu ketiga Sunbae itu.

Nado Annyeong. Ne, Sunbae.” semua murid menjawab termasuk aku dan Ahri.

                Tetapi pada saat ketiga Sunbae itu akan keluar. Ada salah satu Sunbae melirikku dengan wajah yang bertanya. Tunggu! Aku mengenalnya! Ya itu dia. Sunbae yang memegang lengan kananku dan menegurku tadi pagi karena sepatuku berwarna putih dan rok ku terlalu pendek! Ku lirik name tag yang berlokasi di dada kanannya. Terpampang huruf hangul “ 박찬열 ”.

“Baiklah. Aku tahu namanya sekarang. Park Chanyeol. Sunbae yang menyebalkan tadi! Hanya karena sepatu dan rok pendek! Hahaha awas kau,Sunbae!” gumamku di dalam hati lalu terkekeh kecil dan tersenyum evil.

                Setelah ku lirik name tagnya. Kini dia melirik dada kananku. Aigoo! Dia melihat apa? Akhirnya aku melihat dada kananku, terpampang name tag hangulku “ 김혜주 ”. Eoooh~ dia sedang melirik name tag milikku. Kukira memikirkan hal aneh, karena wajahnya seperti wajah NamjaYadong! Tapi sepertinya tidak mungkin jika dia Yadong.

                Kini ketiga Sunbae itu keluar ruangan kelasku. Semua siswa bersiap-siap menuju aula dekat lapangan basket. Begitu pula denganku dan Ahri. Bersiap-siap menuju aula itu.

“Apa kau akan membawa buku dan alat tulis Hyeju-ya?” ujar Ahri seraya menata buku dan kotak pensilnya.

“Mmm.. Sepertinya kita bawa saja. Sebagai antisipasi ada materi yang diberikan di aula.”

Ne.” jawabnya singkat.

.

.

.

*@Aula Incheon Senior High School*

Annyeong Haseo!!! Selamat siswa baru yang telah masuk ke Incheon Senior High School ini. Tapi untuk mendapat predikat junior Senior High School ini, kalian akan melewati masa-masa orientasi yang di laksanakan oleh panitia. Nikmatilah masa-masa orientasi kalian!” ucap Ketua Panitia.

“Eooh,, aku sangat malas dengan masa-masa orientasi ini.” ujarku sembari membisik di kuping Ahri tanpa mengalihkan pandanganku ke depan.

“Nikmati sajalah Hyeju-ya. Untuk mendapat predikat junior. Lagi pula hanya hari ini saja. Hahaha.” Menatapku lalu tertawa dengan renyah.

“Aisssh!” ucapku sembari memandangnya tajam tidak suka dan ku pukul lengan putih Ahri pelan.

“Yaa!!! Main pukul-pukul saja! Kau itu siapa eoh!” ucap sebal teman karibku ini. Aku meresponnya dengan terkekeh.

“Baiklah, masing-masing kelas harus mempunyai ketua! Satu namja dan satu yeoja. Namja yang terpilih akan menjadi ketua regu namja dikelasnya. Yeoja pun sama seperti namja, kajja! Jika kalian telat mengajukan kertas lembaran nama ketuanya. Kalian akan diberi hukuman!” ucap seorang yeoja cantik, putih dan tinggi yang menurutku dia adalah wakil ketua panitia.

Mwo?? Berlebihan sekali! ” ucapku pada Ahri dengan menyilangkan kedua tangan di dadaku.

“Kau jadi ketua, Hyeju-ya!” ujarnya dengan menggoyang bahuku.

“Eooh! Kau ingin wajahmu memar dengan tangan ini Ahri-ya?” kataku sambil menunjukkan tangan ku ini yang ingin siap-siap meninju wajah Ahri.

“Aissh! Tapi memang benar! Kaulah yang menjadi Ketua Yeoja! Lihat papan itu! Ppali!!” ujar Ahri yang matanya kini menatapku gelisah.

Mwo? Tidak mungkin! Aku tidak percaya ucapanmu!” ucapku dengan menjauhkan wajahku dari tatapan Ahri yang gelisah.

Paboya! Lihat papan didepan itu Ppali!” Ahri menaikkan nadanya bicaranya.

Saat aku mencoba menatap papan putih dengan oretan spidol itu, aku sungguh amat terkejut luaaaar biasa! Terpampang nyata namaku disana. “AIGOO!!! Siapa yang menulis namaku? Aku belum berkenalan dengan siapapun sejak masuk ke kelas! Ahri-ya!” bentakku sembari menjambak rambut halus Ahri yang tertata rapih.

“Aissssh! Sakit pabo! Mana ku tau Hyeju-ya! Tetapi tadi kulihat, sepertinya Sunbae itu!” ujar Ahri dengan nada tinggi menatapku tajam lalu mendelik. Aku tahu, Ahri harus menahan malu karena rambutnya kini seperti singa baru bangun tidur.

Karena mungkin tidak rela dijambakku Ahri membalasnya dengan memukul lenganku keras. Lalu mengatur rambutnya kembali yang tadi baru ku jambak. Oke disini aku yang salah karena telah menjambak rambut orang dengan seenaknya.

“Yak! Sakit! Yang mana Ahri-ya? Yang mana Sunbae itu?” ku lirik jari telunjuk lentik milik Ahri yang menunjuk seorang namja yang agak ku kenal sebelumnya.

“Itu! Yang memakai kacamata, agak tampan, putih dan tinggi!” ujarnya sambil menunjuk Sunbae yang ia maksud tadi.

Mwo? Itukan Park Chanyeol Sunbae!” gumamku. Lalu membulatkan mataku sebulat mungkin seperti ini O-O

“Apa kau mengenalnya?” tanya Ahri.

Aniya! Berkenalan saja belum pern-” ucapanku terpotong karena suara yang keluar dari toak bergema. Aisssh! Dasar toak sialan.

“Ok! Ini sudah kumplit! Bagi ketua namja dan yeoja masing-masing kelas. Harap kedepan! Dan perkenalkan nama kalian! Tugas kalian hanyalah bertanggung jawab penuh atas apa yang terjadi pada regu kalian masing-masing semasa orientasi! Mengerti?!” ucap seorang namja anggota panitia.

“Mati aku! Bertanggung jawab? Menanggung jawab diriku saja susah sekali! Bagaimana untuk orang banyak! Ini gara-gara Park Chanyeol Sunbae! Apa aku ada masalah dengannya?! Aku benci Sunbae itu! Awas saja kau Chanyeol! Aku akan buat kau menderita!”gerutuku dalam hati dengan menatap tajam ke arah Chanyeol tanpa ku sadari aku merobek-robek sebagian kertas yang ada dibuku.

“Hyeju-ya! Ppali kau maju! Jangan melamun. Eoh kau ini sangat tidak sayang kertas ne!” ucap Ahri menarik lenganku agar maju. Tapi dia terkejut ketika melihat kertas bertebaran, ia lalu memungut sampah robekan kertasku yang terjatuh kasar ke lantai. Dan dialah yang sukses membangunkanku dari lamunan tadi.

Mwo Ahri-ah? N-n-n ne..” ucapku terbata-bata dan kini aku beranjak meninggalkan Ahri menuju panggung yang ada didepan.

“Hyeju-ya!” teriakan Ahri membuatku menoleh kearahnya.

Mwo?” tanya ku datar.

Fighting!!!” katanya singkat dan kini dia mengeluarkan jurus ampuh yang membuat ku semangat! Yaitu jurus Aegyo segarnya.

Ne, Ahri-ya.” ujarku singkat.

.

.

.

Author Pov

                Hyeju berjalan terkesan sangat pelan sekali menuju panggung aula. Kakinya bergetar setiap melangkah. Sepertinya dia sangat malu dan amat gugup. Walaupun dia seorang model majalah, tapi dia baru pertama kali merasakan gugup yang amat besar. Mungkin karena dia berhadapan dengan ribuan siswa baru seangkatannya dan pada para Sunbae di sekolah itu.

“Baiklah! Semua ketua masing-masing regu kelas sudah berkumpul! Kini perkenalkan diri kalian dan kelas kalian!” nada bicara dan tatapan ketua panitia kini menjadi serius dan tajam.

                Salah satu anggota panitia yaitu Park Chanyeol. Mengamati Hyeju dengan tertawa geli, karena dia sukses mengantarkan nama Hyeju sebagai ketua yeoja. Tujuan Chanyeol adalah untuk mengerjai Hyeju. Dia penasaran dengan sifat yeoja itu. Karena Chanyeol pernah bertemu gadis itu sebelum gadis itu masuk Incheon SHS ini.

FLASHBACK ON

 

Pada saat itu (malam hari) Chanyeol sedang berada di salah satu supermarket dekat rumahnya. Dia hendak membeli minuman bersoda. Pada saat Chanyeol beranjak menuju tempat minuman. Ia melihat yeoja yang terlihat sangat kesulitan membawa barang belanjaannya. Karena dia amat bodoh! Tidak menggunakan keranjang belanja.

“Emm.. Apa kau tidak kesulitan dengan barang sebanyak itu?” tatapan Chanyeol amat teliti menyelidiki tiap sudut ruang mata Hyeju.

Mwo? Oh. Aniya. Aku tidak kesulitan dengan barang banyak seperti ini.” Ujar Hyeju dengan gugup menatap iris coklat lekat Chanyeol.

“Oh ne. Apa mau aku bantu? Karena kulihat kau sangat menderita dengan barang-barang ini.” Chanyeol hendak mengambil barang belanjaan Hyeju namun Hyeju sigap mundur.

Aniya! Mianhaeyo. Aku bisa sendiri.” Nada Hyeju meninggi dan sedikit membuat Chanyeol terperanjat.

“Kau ini. Baiklah apa kau tidak menggunakan keranjang belanja?” Ucap Chanyeol dengan nada dan tatapan dingin ke arah Hyeju.

“Benar juga katamu. Aku sangat bodoh sekali.” Ujar Hyeju berlalu meninggalkan Chanyeol untuk mengambil keranjang.

“Memang! Bahkan kau adalah yeoja terpabo yang baru pernah aku temui.”dalam batin Chanyeol.

“J-jangan! Aku saja yang mengambil. Kau terlihat menderita karena harus berusaha seperti ini.” Chanyeol menahan langkah kaki Hyeju dengan tangannya. Lalu Chanyeol berjalan menuju tempat keranjang itu berada.

“Ini keranjangnya. Lain kali kau perhatikan dulu! Apa ada keranjang atau tidak.” ucap Chanyeol dingin lalu pergi untuk kembali ke tujuannya. Membeli sekaleng minuman bersoda.

“Aku juga hendak kesana.” Ujar yeoja itu terhadap Chanyeol. Chanyeol menatap yeoja itu dingin seperti es yang membeku.

Mereka berjalan bersama menuju tempat minuman.

“Yeaaah! Sepertinya enak!” kata Chanyeol sambil mengambil minuman bersoda kesukaan Chanyeol. Ia berkeinginan langsung ke kasir, bayar, lalu pergi ke rumah sambil menikmati minuman itu. Tapi keinginan itu diterjang ombak besar.

“Emm.. Bantu aku! Jebal!” suara itu terdengar tak asing lagi bagi Chanyeol. Tentu saja yeoja si pembawa barang belanjaan super banyak tadi.

Mwo?” ucap Chanyeol dan menatap gadis itu datar.

“Ambilkan aku itu! Sekotak susu rasa cokelat diatas itu. Jebal!” nada yeoja ini berubah derastis menjadi memohon lalu menunjuk ke arah susu cokelat yang ia maksud. Sambil melompat-lompat layaknya anak kecil. Itu sangat lucu! Kalian bisa bayangkan itu.

“Oh yang itu? Baiklah.” Chanyeol menunjuk minuman yang dimaksud yeoja itu dengan jari telunjuknya. Yeoja itu mengangguk. Chanyeol pun segera mengambil susu cokelat itu. Chanyeol berjingjit karena Sumpah letak minuman susu itu amat tinggi sehingga Chanyeol harus berjingjit kuat.

Saat Chanyeol  berjingjit. Kakinya tidak kuat menopang beban tubuhnya. Hingga akhirnya ia jatuh tepat di atas tubuh yeoja itu (Hyeju). Awalnya mereka bertatap-tatapan dan terdiam. Keheningan pun terjadi dalam beberapa detik saja. Bayangkan wajah mereka! Sangat dekat! Keheningan itu lenyap ketika yeoja itu sadar kini diatas tubuhnya adalah seorang namja. Refleks yeoja itu mendorong dan memukul dada Chanyeol dengan kuat.

“Awww!” nada kesakitan itu keluar dari mulut Chanyeol sambil mengelus-elus pelan dadanya.

Mianhaeyo. Jika ada apa-apa dengan dadamu kau bisa datang ke alamat ini. Dan Kamsahamnida sudah membantuku mengambil ini!” Hyeju kini mengambil sekotak susu cokelat yang baru di ambil oleh Chanyeol. Lalu merapihkan barang belanjaanya yang berceceran hebat karena insiden tadi. Dan Hyeju pun berlalu pergi meninggalkan Chanyeol.

Kini Hyeju beranjak ke kasir untuk membayar belanjaannya lalu pergi. Tampak di kaca supermarket Hyeju menatap sedih dan kesal pada Chanyeol yang kini sedang berada di kasir. Mereka saling menatap disana. Tapi Hyeju lekas pergi karena kejadian tadi. Chanyeol bergumam kesal “Sial! Bahkan aku belum sempat tahu namanya! Tapi setidaknya aku punya alamat rumah yeoja pabo itu.”

Dan sampai akhirnya mereka bertemu kembali di Incheon SHS. Chanyeol masih mengingat Hyeju tapi tidak dengan Hyeju. Hyeju menyangka bahwa bertemu dengan Chanyeol hanya pada saat di Incheon SHS saja.

FLASHBACK OFF

 

“Hahaha. Yeoja itu! Aku sangat tertarik untuk mengerjainya! Bagaimana dengan ekspresinya! Hahaha aku bisa membayangkannya.” ucap Chanyeol dengan evil laughing lalu bertepuk tangan sendiri.

AnnyeongHaseo! Kim Hyeju imnida berasal dari kelas 10-1. Senang mengenal dan bertemu kalian. Mohon bimbingannya! Semoga aku menjadi ketua yang dapat membina regu yeoja di kelas 10-1 dengan baik! Fighting!!” ucapan kata dan nada yang Hyeju keluarkan sangatlah manis. Tapi sebenarnya nada manis itu terpaksa ia keluarkan.

-SKIP-

Pembagian tugas antara anggota panitia orientasi. Sangat beruntung bagi Chanyeol. Dia mengorientasikan regu yeoja kelas Hyeju.

“Park Chanyeol dan Jungroo akan mengorientasikan regu yeoja kelas 10-1.” ujar ketua panitia.

Mwo?” ucapan itu terlontar keras dari mulut Hyeju. Spontan Hyeju menutup mulut itu dengan kedua tangannya. Chanyeol yang mendengar teriakan itu pun menatap Hyeju lalu memberi wink.

“Astaga! Dia tampan! Tapi sayang, aku sudah terlanjur membencinya.” gerutu Hyeju dalam hati.

“Baiklah. Kini kita ke lapangan voli!” ucap Jungroo salah satu rekan tim Chanyeol yang akan mengorientasikan regu yeoja kelas Hyeju.

“Dalam game pertama ini kalian wajib menaruh bola pingpong ini ke seberang sana menggunakan sendok ini! Dan letakkan bola pingpong itu ke dalam keranjang. Jika salah satu dari kalian ada yang menjatuhkan bola pada saat akan menaruh bola pingpong itu diseberang, maka dia akan mendapatkan hukuman. Kumpulkan sebanyak-banyaknya. Mengerti?” ujar Chanyeol sesekali melirik dan tersenyum evil ke arah Hyeju. Hyeju yang melihatnya hanya bisa memalingkan wajah.

“Astaga! Ada apa dengan dia! Apa aku pernah melakukan hal yang aneh pada Sunbae bernama Chanyeol itu?! Ciihh~ pakai acara wink segala. Tampan? Memang sih tapi itu membuatku bergidik ngeri karena sumpah dia sangat-sangat ah sudahlah aku tak mau membahas orang aneh itu.” ucap Hyeju di dalam batinnya.

NeSunbae.” ujar seluruh regu yeoja kelas 10-1.

“Satu.. Dua.. Tiga.. Kajja!” ucap Jungroo semangat.

“Awas-awas bola pingpong itu hampir jatuh Ahri-ya!” ujar Hyeju panik dengan tatapan ke arah bola pingpong Ahri.

“Kau yang awas Hyeju-ya! Lihat bola mu!! Nah-nah-nah.. tuhkan !!!” ucap Ahri dengan panik ketika melihat bola pingpong Hyeju jatuh.

Aniya! Pabo! Bagus. Kini aku mendapat hukuman karena kau bola pingpong!” Hyeju mendengus kesal terhadap bola pingpong miliknya yang baru saja jatuh.

“Priit!!” suara nyaring bunyi pluit yang ditiup Chanyeol. “Bola Hyeju jatuh! Hyeju cepat kemari! Kau harus dihukum!” ujar Chanyeol dengan gembira karena bola Hyeju jatuh dan ia dapat menghukum Hyeju.

Hyeju berjalan malas dan mengeluarkan nafas panjang ketika sampai dihadapan Jungroo dan Chanyeol Sunbae.

Sunbae. Jebal jangan memberikan hukuman berat padaku, Sunbae.. Jebal!!” ujar Hyeju terhadap Jungroo dan Chanyeol dengan nada melasnya.

“Jungroo-ssi, kau awasi terus permainan itu. Aku akan mengurus siswa ceroboh ini!” ucap Chanyeol ketus dengan tatapan mematikan ke arah Hyeju.

Ne, Chanyeol-ssi!” ujar Jungroo yang kini berlalu jalan dan melanjutkan tugasnya yaitu mengawasi siswa regu yeoja kelas 10-1.

“Dan kau Hyeju, apa kau bisa mengangkat kaki kananmu? Dan memegang kedua telingamu? Lalu berkata ‘Aku sangatlah ceroboh melalukan games ini.’” ucap Chanyeol dengan santai dan datar menatap lekat iris hitam milik Hyeju.

Hyeju Pov

                “Mwo? Aku disuruh mengangkat kaki kananku dan memegang kedua telingaku? Maksudnya aku disetrap begitu? Untuk kedua kalinya aku benci pada mu Chanyeol Sunbae! Kau gila! Aku mana mungkin melakukan hal gila itu! Memangnya aku anak pabo! Aisssh~ aku sangat membencimu!” gumamku dalam hati.

“Hyeju! Kau mengerti tidak! Jangan melamun! Apa aku akan menambah berat lagi hukumanmu!” nada Chanyeol meninggi. Membuatku semakin bergidik ngeri mendengarnya.

Mwo? Jadi aku disetrap dan sambil berkata itu dihadapan orang banyak, Sunbae? Jebal! Itu memalukan!” ujarku sembari mendengus kesal dengan tatapan tajam ke arahnya.

“Oh. Jadi kau ingin dihukum berat?” Chanyeol menantang Hyeju. Ia mengeluarkan evilsmile-nya.

Ne! Lebih baik aku dihukum berat daripada harus menahan malu dengan hal gila itu, Sunbae!” ucapku dengan nada tinggi.

“Baiklah. Lakukan push up, sit up, back up 10 kali dalam 5 ronde! Itu tidak terlalu beratkan? Mau ditambahkan lagi Hyeju-ssi?” ujar Chanyeol sembari mengeluarkan senyum evilnya ke arahku.

“Orang ini semakin gila saja!” ujar batinku yang sejak tadi bergemuruh hebat.

Mwo?? Itu juga gila! Kau tahu, Sunbae! Mana ada orang kuat melakukan hukuman itu!” ujarku dengan nada yang keras dan lumayan membentak. Sungguh aku ingin menangis sekarang.

“Katamu kau ingin menerima hukuman yang berat! Jadi kau pilih mana? Disetrap atau melakukan hukuman berat itu?” ujarnya santai sambil menyilangkan kedua tangannya di dada. Layaknya seorang bos yang siap memecat pegawainya.

“Baiklah aku akan melakukan hukuman setrap itu, Sunbae.” ucapku sembari memalingkan wajah karena aku sama sekali tidak sudi menatap wajah jeleknya itu. Cih~

“Baguslah, jangan sampai kau turunkan kaki itu ke tanah sebelum aku menyuruh kakimu untuk turun!” ucap Chanyeol tegas. Dan kini dia kembali mengawasi regu yeoja kelasku bersama Jungroo Sunbae.

15 menit kemudian

Omo! Sakit! Kakiku sakit, tanganku sakit, dan suaraku serak. Chanyeol Sunbae tolong aku! Mataku berkunang-kunang dan pengelihatan ini menjadi kabur.” gerutuku dalam hati.

“Chanyeol Sunbae!!” aku berteriak keras. Semoga suaraku terdengar olehnya.

Syukurlah dia dapat mendengar teriakanku. Chanyeol berjalan dan menghampiriku, “Mwo? Kau ingin turunkan kakimu? Aniya! Jika games pertama ini selesai maka kau boleh turunkan kaki kanan itu!” ujarnya dingin tanpa melihat kearahku.

“Sun-sunbae.. Hiks..hiks..hiks,, aku tidak kuat.” Air mata dipelupuk mataku ini akhirnya tumpah dengan dahsyat. Mengalir deras melewati pipi chuby ku. Ini sungguhan!

Chanyeol menoleh dan ia terperangah, “Mwo? Apa yang tidak kuat, Hyeju?” nada beratnya berubah menjadi nada cemas. Kini ia memandangku panik dan berusaha mencoba mencari apa yang dimaksudku.

\^-^/ TBC \^-^/

Bagaimana apakah menarik? Atau terlalu banyak cingcong? Atau gantung? Atau masih ada kekurangan? Ini fanfiction kedua author. Hahaha saya mohon kritik dan saran dari kalian agar Fanfiction ini berjalan dengan baik. Jebal ne :) Semoga kalian nge-feel dan bisa berimajinasi setiap membaca Fanficition MISCO ini ;)

Mungkin update chapter 2 ff ini bakalan lama karena mengingat tugas sekolah :D maafin yahhh

Bagi para siders, apa susahnya untuk berkomentar? Komentar dong, hargain sedikit karya author dan bagi author yang sudah nulis fanfic ini. Jika diri sendirinya diperlakukan macam itu, apa mau? Kkkkk~

 Bagi para plagiat, apa kalian tidak memiliki imajinasi atau khayalan sampai-sampai plagiat punya orang? Kkkkk~

Terimakasih buat kalian yang sudah baca fanfiction gak jelas ini dan terimakasih juga buat wp ini yang sudah mengpost ff gaje ku ini :) .. Maaf kalau memang ada kekurangan, maklum author newbie :v

Bocoran untuk MISCO Chapter 2 :

 “Kyaaaa~ Menjauh dariku!”

“Badanmu kecil tapi tenagamu seperti banteng sedang mengamuk!”

“K-k-kau! Apa maksudmu tadi melihat bibirku, Sunbae!”



Dear, Lil’ Dear (Chapter 2)

$
0
0

Dear, Lil’ Dear (The 2nd Page)

By: eishiefkaa

|| Cast: Luhan, Im Yoona || Genre: Romance || Rating T || Length: Chaptered ||

Once again, i’m not the owner of the cast. Enjoy:)

1394162478980

Chapter 2-First Day, Room 1021

Tuhan, maafkan aku karena membawa seorang namja pervert ke apartementku di malam beku seperti ini. Aku berjanji tak akan segan-segan mendaratkan sejumlah tinju jika ia bertindak macam-macam.

“Yaa, mengapa kau berkomat-kamit seperti itu? Cepat buka pintunya… Dingin, nih…”

Kuputar bola mataku 45 derajat ke arahnya. Benar, tubuhnya memang sedikit bergetar kedinginan. Coat hitam yang ia pakai begitu basah, seakan menjadi sasaran pendaratan kristal-kristal salju yang berlomba turun. Aku berdeham pelan. Ragu, kurogoh saku jeansku mencari kunci berbilang 1021. Haruskah aku mengijinkan namja ini benar-benar tinggal?

“Tunggu, se-sebelum masuk,” Ucapku saat memutar kunci itu di lubangnya, “ada syarat yang wajib kau patuhi selama tinggal di sini.”

Luhan memiringkan kepalanya, membalas tatapanku. “Sebenarnya, aku hanya menginap… Tapi, kalau kau ingin aku tinggal, maka-“

“Sama saja!” Potongku sebal, yang malah ia respon dengan gelak tawa. Jelas sekali sifat kekanakan rusa ini juga melebihi yang dulu. Aku yang sekarang sudah tak mungkin lagi beradaptasi dengan Luhan. Membayangkannya menjejakkan kaki di apartementku saja sudah membuat benakku kacau. Oh, tidak, tidak Yoona, buang pikiran menyusahkan itu jauh-jauh. Anggap percakapanmu dengan rusa ini di mobil tadi tak pernah ada.

Setelah Luhan menyudahi tawanya, kembali kupertegas ucapku. “Syarat ini wajib kau patuhi! Pertama, jangan masuk ke kamarku tanpa izin. Kedua, Jika memakai toilet, kunci yang rapat, dan jika ingin menggunakan toilet, ketuk dulu untuk memastikan bahwa aku tidak sedang di dalam. Ketiga, jangan berbuat macam-macam seperti tadi pagi. Jaga jarak denganku minimal 30 senti, dan pastikan satu jarimu tak pernah menyentuhku.”

“Kalau lima jari?”

“Ya!”

“Ara, ara. Apa sanksinya jika kulanggar?”

Mendengar pertanyaannya, telapak tanganku mulai berputar bingung di gagang pintu. Pasalnya, aku sama sekali tak memikirkan hukuman apa yang paling tepat diberikan untuk seorang Luhan. Tak mungkin juga aku mengusirnya karena besar kemungkinan Luhan masih harus tinggal sebab pekerjaan. Tapi kenapa juga, sih, ia bertanya seperti ini seakan siap melanggar?

“Haha, belum kau pikirkan, ya?”

“S-sudah, kok! Tunggu sebentar… mmm, kuputuskan jika kau tak patuhi aturannya, kau harus memasak untuk kita berdua selama tinggal di sini.”

Luhan mengangkat alisnya tak yakin. “Itu saja?”

“Aku juga akan mematikan wi-fi di kamar tamu.”

“Masih ringan.”

Aishh, otakku kini benar-benar dibuat bekerja olehnya. Apa hukuman yang tak bisa ia taklukan?

“Sudahlah, Yoona… dingin sekali di sini. Cepat buka pintunya. Tidak usah pakai sanksi segala, deh.” Ujarnya kelewat santai. Aku tetap menahan gagang pintu untuk mengisyaratkan bahwa pembicaraan ini belum selesai. Sementara Luhan pasrah menunggu, kugali memori masa laluku mencari kelemahan rusa kecil yang masih berumur 16 tahun. 15 tahun. 14…

Ah, aku tahu.

“Kalau kau langgar peraturanku, kau harus tidur di balkon selama 2 malam.” Sahutku puas. Aku ingat betul phobia Luhan akan ketinggian, dan balkon yang terletak 10 lantai dari bawah cukup membuatnya mematung di depan wajaku. Lagipula aku yakin, ia tidak mungkin hipotermia jika hanya sekedar tidur di sana. Toh, ada 2 penghangat ruangan yang kutaruh di situ.

“Bagaimana? Setuju?” Ucapku lagi seakan masih butuh kesepakatan dari tuan Luhan. Meski demikian, siapapun juga tahu keputusan ini tak akan bisa diganggu gugat.

Sudut bibirku terangkat. Luhan mengangguk pucat.

Aku menang.

____________

Night, 09:45 pm

“Ne, oppa, besok jaketmu akan kukembalikkan. Ne ne, gomawo. Night-night, mimpi indah. Chu~”

Setelah mengucap met malam pada Seung Gi-oppa, kuputus sambungan kami dan bersiap untuk tidur. Malam ini begitu tenang. Entah mengapa, rusa cina itu belum terdengar lagi ulahnya. Sedari tadi ia tak kunjung keluar dari kamar. Khekhe, segitu takutnyakah dia kuhukum hingga tak memperlihatkan batang hidungnya? Kyeoptaa.

Oh tunggu, bukankah Luhan belum makan malam? Jangan-jangan ia ketiduran. Huuh, bagaimana kalau nanti pekerjaannyaterlantar karena sakit. Payah sekali namja itu.

Tok-tok-tok

“Luhan-aah, ya… apa kau sudah tidur?“

Hening, tak ada jawaban dari dalam. Kuketuk pintu kamarnya sekali lagi.

“Ya, Luhann, ireonaa. Makan malammu-“

Jemariku yang tadi sibuk berketuk kuhentikan. Kini kupasang baik-baik pendengaranku. Rusa itu tidak tidur rupanya. Dapat kutangkap samar suaranya yang sedang berbincang dengan seseorang. Malam-malam begini ia menelpon siapa?

Pembicaraan mereka sepertinya sedikit intim. Nada bicara Luhan lebih lembut dari biasanya. Bukan bermaksud menguping, tapi kini sebelah telingaku sudah merekat di pintunya secara otomatis. Rasa penasaran ikut menggerakkan tubuhku mendekat.

“…tidak juga…kan…ngat hri..ni…kau sendiri…na?”

Alisku melengkung turun. Hanya beberapa kata dari namja itu yang dapat kutangkap, seperti ‘letih’ dan ‘semangat hari ini’. Agaknya ia membicarakan kolaborasi tadi siang dengan orang yang ia telfon. Eomma-nya, kah?

“…ne…beratan…Wahahaha”

Bahkan Luhan tertawa keras seperti itu. Siapa kira-kira yang membuatnya begitu senang…

“…ne…temu lagi…esok…met tidur…eohyun…”

Mwo?

‘SEOHYUN’?!

“A CHA! Omonaa… Luhannn kau mengejutkanku!!” Jeritku hampir terjatuh ketika rusa itu tiba-tiba menarik pintu dan menampakkan dirinya. Luhan melebarkan irisnya di depan wajahku.

“Yoona?”

Aku hanya tersenyum miris sambil menggenggam tengkukku awkward. “Ng… hai Luhan…” sapaku pelan. Bodoh sekali aku ini. Bagaimana kalau nanti Luhan merasa jijik dengan sepupunya sendiri karena seenaknya menguping…

“Yoona, belum tidur, eoh? Ini sudah hampir jam 10, lho. Sedang apa kau di depan kamar… ku… malam-malam…. Ya, Yoonaaaa~”

Menatap wajah evilnya aku segera tahu apa yang ia maksud. Kugeleng kepalaku cepat.

“Ani! Ani ani ani ani! Aku hanya mau bertanya padamu apa kau sudah makan atau beluum! Ja-jangan salah pahaam!”

“Khe-khe, benarkah begitu? Aku tidak keberatan, kok, jika aku salah pah-“

“Ya! Isssshh, sudahlah! Makan dulu sana! Met malam! Aku mau tidur!” Sahutku melengking, sambil mendentumkan langkah keras menuju kamar. Terdengar gumaman Luhan dari belakang yang jelas sekali bukan gumaman pelan.

“Selamat tidur chagii.”

Grek!

Kututup pintuku rapat-rapat seraya menguncinya, takut rusa itu tiba-tiba masuk. Kalau dipikir-pikir, untuk apa aku berbuat nekat seperti tadi? Ke kamarnya? Oh, aku gila. Sesentipun aku tak boleh berdekatan dengannya. Ia berbahaya.

Ngomong-ngomong, tadi ada sesuatu yang mengganjal sepertinya… Apa ya? Sesuatu yang berhubungan dengan Luhan. Detik sebelum ia membuka pintu kamarnya…

Ah, lupakan saja. Sudah cukup dengan rusa satu itu. Malam ini aku harus tidur cepat.

______________

Morning 07:02 am

Kriiiing kriiing-

“Huwaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!!!!!!”

Kriiiiiing kriiing-

“Ya, Luhan!!! Sudah kubilang kalau pakai kamar mandi kunci pintunya yang rapattt!!!”

Kriiiiiiiing kriiiiing-

“Ck, Yoonaa, kenapa kau selalu menyalahkanku? Kau sendiri tidak mengetuk pintunya dulu…”

“Ya-YA!! Aigooo!! JANGAN MENDEKAT KE ARAHKU HANYA DENGAN SEHELAI HANDUK, XI LUHAN, PABOO!!”

Kriiiiiiiing-pip.

.

.

“Bhahahha! Sial sekali pagimu!”

Jessica dan Tiffany, member chingu-ku malah terbahak ketika kuceritakan pagi keduaku yang menyulitkan. Kedua yeoja tersebut sepertinya menikmati aibku yang berlanjut tak henti ini. Dengan gemas, kupukul bahu mereka sedikit keras.

“Tidak lucu.” Gerutuku.

Yuri hanya tersenyum-senyum melihatku kesal. Ia lalu mengelus kepalaku ringan sembari mempout manis.

“Ye, Im Yoon Ah. Kalau begitu kenapa kau masih tak bisa kembali ke dorm bersama kami, eoh? Sepi tahu kalau kau tidak ada.”

Ucapan Yuri membuat bibirku terkunci. Bukannya tak bisa, tepatnya tak mau. Aku punya alasan untuk tidak kembali ke sana. Dan jika mereka ingin tahu, satu-satunya orang yang dapat menjelaskan alasanku adalah,

Yeoja itu.

Yeoja cantik berinsial Seohyun di samping Yuri.

Bahkan mengawasi tatapanku yang tertuju padanya saja, sukses membuatnya membuang muka dari wajahku. Aku menghela nafas lelah. Sudah sebulan yang lalu sejak Seohyun bersikap dingin seperti ini. Ia selalu acuh tak acuh terhadapku, dan tak pernah membiarkanku meminta maaf. Di samping itu, aku bahkan tak tahu apa salahku kepadanya. Yeoja itu bukan hanya tak mau berbicara denganku, ia juga menganggapku seolah tak ada. Sikapnya ini membuatku sebal.

“Ah, Yoonaa!”

Ah, iya, hampir lupa. Yang satu ini juga…membuatku sebal.

“Kyaaa Luhan! G’morninn’! Tadi Yoona habis membicarakanmu, lhoo.”

“Jinjjayo? Aigoo, kalau di apartement kau malu-malu.”

“Ya, lepaskan tanganmu…” ucapku datar ketika Luhan mulai memeluk pinggangku seperti biasa. Luhan malah menggelengsok imut, memamerkan paras segarnya di depan member GG.

“Tidak mauu~ kita, kan, tidak sedang di apartementmu. Jadi aku terbebas dari aturan jahanam itu.”

“Aih, Luhan kau lucu sekaliii!!”

Lagi, tak kugubris jawaban rusa itu dengan antusias. Rasanya aku sudah malas dan mulai terbiasa dengan sikap manjanya. Toh, ia juga tak akan berani macam-macam di dalam SM. Kalau di rumah tinggal kukurung di balkon. Mungkin ini tak seburuk yang kupikir.

Tunggu, Yoona. ‘Terbiasa’? Itu kata yang 100% tabu untuk dipraktikkan. Kau tak boleh terbiasa dengan kelakuannya yang serba mesum.

Buru-buru, kulepaskan lengannya yang melingkar kuat. “Andwae Luh-“

“Luhan, pagi.”

Tiba-tiba suara lembut nan ramah memecahkan pikiranku. Luhan menoleh kedepan, sedang tangannya tanpa ia sadari terkulai sendiri dari pinggangku untuk melambai kepada yeoja pemilik suara lemah tersebut.

“Pagi Seohyun! Kau sudah sarapan?”

Ah, memoriku seketika kembali terkumpul ketika Luhan menjawab dengan suara yang sama halus. Semalam yang membuat benakku ganjil rupanya ini. Ya, Seohyun dan Luhan, aku ingat mereka bercakap di telepon cukup lama. Sejak kapan mereka begini akrab, sampai Luhan bertanya tentang makan paginya segala?

“Kebetulan, aku belum sarapan. Kau mau menemaniku?”

Kutengok wajah Luhan ragu yang kini hazelnya membinar. Ia dengan senyum lebarnya mengangguk cepat.

“Ne, ne! Dengan senang hati!”

Detik berikutnya ia benar-benar melepas pinggangku dan meraih telapak kecil Seohyun lalu menariknya lembut. Aku terkejut. Ia terasa begitu asing dan begitu berbeda. Luhan sebelumnya tak pernah meninggalkanku kasar seperti ini. Ada apa dengannya?

“Eng… Yoona. Lulu baru kemarin kenalan dengan Seohyun, kan? Mereka sudah pacaran?” tanya Yuri yang juga tercengang menatap mereka.

Aku menggeleng ringan, masih terpaku dengan keduanya yang sudah memasuki pintu lift. Jessica yang ikut memperhatikan hanya mengangkat bahu seraya menggumam, “seperti dihipnotis…”

“Ia tak memberitahuku.” bibirku berkata pahit. Baru kali ini rusa itu terasa jauh dalam arti yang sesungguhnya.

_______________

Siang ini Seung Gi-oppa mengajakku keluar. Untuk pertama kalinya jadwal kami tidak begitu padat, membuat oppa segera menelponku untuk bertemu. Kini kami berputar-putar di wilayah game center terdekat dengan ice cream vanila di tangan kami. Oppa tetap di temani style-nya yang mencolok, seolah tak peduli akan dipergoki para fansnya. Aku hanya menunduk malu jika satu dua orang menatap kami dengan tatapan-tatapan familiar.

“Gwenchana, Yoona? Tidak suka vanila?”

“Mwo? A-aniya. Aku seperti ini karena kau tahu. Gaya sok kerenmu itu…”

“Ehehe, sengaja, kok. Supaya mereka tahu kalau aku sangat pantas mendampingimu.”

Aku terkekeh mendengar ucapan namja-chinguku ini yang selalu pede. Sembari berjalan, lengannya tak kulepas dari pelukanku. Sesekali oppa mengusap suraiku hangat. Senang, itulah yang kurasakan. Ingin sekali kuhentikan waktu yang berjalan ini.

“Lihat, Yoona, ada photobox. Kau tak mau, kan, melewatkan foto bersama dengan namja tampan? Heum?”

“Yaa, jauhkan wajah filter-mu itu, oppa. Hahaha, kaja-kaja! Sudah lama sekali aku tak ke tempat seperti ini. Kangen rasanya…”

“Jinjja? Aku masih sering ke photobox dengan aktor atau aktris-chinguku. Memang kapan terakhir kau ke game center?” tanya oppa. Aku berpikir sesaat.

“Cukup lama… kalau tidak salah umur 10 tahun bersama Lu-“

Seunggi oppa seketika menatapku tajam, sedangkan kedua tanganku langsung memotong kalimat di bibirku. Aish, suasana menyenangkan tadi jadi canggung.

“Kau akrab sekali, ya, dengan bocah itu?”

“N-ne…”

“Dia sudah balik ke kampungnya, kan?”

Aku diam saja. Oppa masih tidak tahu kalau namja itu kini justru tinggal di apartementku. Oh, menginap tepatnya. Aku tak bisa membayangkan reaksinya jika kuberitahu hal ini. Meski sepupu, tetap saja aku dan Luhan tak punya hubungan darah. Namja itu tetaplah orang luar yang semestinya tidak tidur satu atap dengan yeoja yang bukan saudaranya sepertiku. Jadi bagaimana aku harus menjelaskan ini pada oppa?

“Yoona? Kau akhir-akhir ini suka bengong, ya?”

“Ne?”

“Tuh, kan.”

“Bu-bukan, kok. Aku hanya sedang berpikir. Kaja, oppa, kita berfoto sekarang yuk.”

Kutarik lengan oppa memasuki ruang photobox merah yang terasa sempit dengan dua orang di dalamnya. Oppa merapat begitu erat di punggungku, membuat tubuhku terasa panas. Lengannya mulai terulur menekan-nekan tombol merah dan hijau di depanku. Setelah kamera mulai berhitung mundur, oppa mendekapku. Bukan dekapan biasa yang membuatku dapat berpose bebas. Aku mendorong tubuhnya karena tak nyaman.

Three! XD,

“Oppa, bisa longgarkan lenganmu?”

“Heum? Kau bilang apa?”

Two! XD,

“Oppa, aku sesak. Cepat lepaskan…”

“Wae, Yoona-ah? Kau, kan, yeoja-chinguku.”

One! XD,

“Ya, opp-“

Cklik!

Cklik!

Cklik!

.

.

“Yoona! Sini lihat! Hasil fotonya bagus sekali. Kau terlihat manis.”

Aku mempout ke arah oppa. Kelakuannya tadi betul-betul mengingatkanku pada satu namja mesum bernama Luhan. Iissh aku bisa gila. Kenapa semua namja jadi seperti rusa itu?

“Seung-oppa! Kenapa tadi kau menciumku, eoh? Aku, kan, tak suka!” Celaku kasar. Oppa hanya membalas ucapanku dengan poutan balasan.

“Memangnya kenapa? Lagipula, kan, tidak kena… kenapa kau marah?”

Aku mengusap pipiku pelan. Ya, untunglah sebelum oppa menciumku, tanganku dengan sigap menyikunya hingga bibir lipstiknya hanya menggores di pipiku. Aku benar-benar lega.

“By the way, kau belum jawab pertanyaaku tadi.”

“Eoh?”

“Tentang rusa itu… ia sudah balik, kan, ke Cina?”

Kutelan kembali ludahku gugup. Baiknya apa yang harus kukatakan?

“Luhan…dia…”

“Jangan bilang padaku dia masih di Seoul.”

“I..iya…tidak…anu… Tidak, dia sudah pulang…” jawabku ragu. Dapat kutatap wajah tak percaya Seung Gi-oppa dengan cara bicaraku yang tak yakin. Namun sedetik kemudian ia menggandengku.

“Bagus deh. Aku tidak suka bocah itu.”

Aku hanya tersenyum kecut mendengarnya. Kami lalu kembali berjalan mencoba game-game yang ada. Hingga langitberwarna terbakar, aku dan oppa baru kembali ke SM.

____________

“Luhan mana?”

Itulah pertanyaan pertama yang kuucapkan pada Taeyeon dan Sooyoung yang masih berada di practice room. Member yang lain sepertinya sudah balik ke dorm.

“Luhan? Kupikir tadi dia bersamamu?”

“Sembarangan. Yoona kan siang ini kencan mesra dengan Seung Gi. Kalau Luhan kulihat tadi dia mengantar Seohyun.”

Mataku seketika terbelalak lebar.

“Mengantar? Seohyun tidak bersama member lain?”

Taeyeon menggeleng dengan wajah sama heran. “Entahlah, sedari tadi yeoja itu nempel terus sama sepupu-mu. Kupikir mereka sudah…jadian?”

“Jangan bilang gitu, ah!” rekuh Sooyoung, “mereka, kan, belum kenal lama! Kalau Luhan sampai direbut olehnya… aku… aku…”

Sooyoung mulai terisak. Kututup telingaku rapat-rapat.

“Aisssh, jinjja…” gumamku menonton drama kecil ini. Taeyeon hanya bertolak pinggang.

“Ya, Yoona! Harusnya kau ikat rusamu itu agar tidak jadi rebutan begini!”

“Mwo, yaaa… kenapa ujung-ujungnya aku yang salah?”

Tring-tring~

Bunyi pesan masuk mengejutkanku. Kubuka handphoneku dan kulihat nama yang tertera di sana. Sempat terlintas di

benakku Luhan yang mengirim pesan.

From: Seung Gi-Oppa<3

Yoona-ah, malam ini kau tak sibuk, kan? Mumpung masih jam 7, bisakah kita makan malam di apartementmu, menggantikan dinner kemarin yang tertunda? Ah, bdw, hari ini menyenangkan:>

“Omo!”

“Wae? Waeyo? Siapa yang sms?”

Aku menunjukkan pesan oppa dengan tampang panik kepada dua member-chinguku. Saat itu juga tampang mereka sama terkejutnya denganku.

“Ottohkeee???”

“Tunggu… tenang dulu Yoona. Lebih baik kau tolak ajakannya! Bukankah barusan kau bertemu dengannya? Apa dia masih belum puas?” Cerca Taeyeon. Aku menggeleng kuat.

“Kemarin aku sudah menolaknya karena Luhaan… Oh! Apa dia ingin mengecek apakah aku berbohong kepadanya atau tidak?”

“Bohong? Kau mengatakan apa?”

“Begitulah, sebaiknya aku pulang sekarang menemui rusa cina itu. Annyeong eonni!” ucapku sambil berlari ke luar meninggalkan mereka.

Tadinya aku berharap untuk sekedar balik ke apartementku dengan selamat. Dan sendiri.

Namun terlambat. Oppa sudah menungguku di parkiran dalam.

Benakku benar-benar kacau sekarang.

_____________

“Ini apartementmu? Besar juga.”

Kutatap wajah oppa miris. Kini kami sudah tida di pintu bernomor 1021. Aku memutar kuncinya tegang. Ini bahkan terasa lebih menakutkan daripada ketika Luhan yang berada di belakangku. Otakku sudah penuh oleh kumpulan pertanyaan ‘bagaimana’, ‘bagaimana’. Bagaimana jika aku ketahuan tinggal bersama Luhan?

Eh, menginap maksudku.

“Yoona?”

“Oppa!” sahutku tegas. “Aku… kau harus tunggu di sini dulu! Biar kurapikan meja makanku sebentar.”

Sebelum kubiarkan namja itu menjawab apapun, secepatnya kumasuki room 1021-ku dan mengunci pintunya rapat. Tanpa menunggu lagi, kucari rusa itu di setiap sudut ruang. Beruntung aku segera menemukannya sedang terlelap di sofa depan televisi. Perlahan, ku bungkukkan tubuhku mendekat kepadanya.

Mian, Luhan, aku terpaksa bersikap kejam.

“LUHAN! IREONA! YA, LUHAN!!!”

Kuguncangkan bahunya sekeras mungkin dan ku tepakkan telapak tanganku di pipinya. Syukurlah namja ini langsung terbangun tanpa perlu kusirami wajah manisnya.

“Eungg…Yoona? Kau sudah pulang?”

“Luhaaan, ppali masuk ke kamarmu dan kunci pintumu rapat! Kau teruskan saja tidurmu di sana, ara? Ppali ppalii!”

Luhan masih dengan muka bantalnya bertanya polos, “Wae?”

“Aishh, Lee Seung Gi-oppa datang!!! Tolonglah bantu aku… ia bisa salah paham jika kau ada di siniii! Ne? ne? Kau bisa, kan, bersembunyi dulu sebentar?”

Meski sepertinya rusa itu masih di alam bawah sadarnya, ia mengangguk. Kemudian dengan manis, ia menuruti kalimatku berjalan lunglai ke kamarnya. Terdengar bunyi ‘cekrek’ dari sana menandakan ia juga telah mengunci pintunya.

Lega yang amat sangat ku utarakan kepada rusa itu lewat batin ke batin. Lekas ku rapikan meja makanku dan menyiapkan bahan-bahan makanan untuk kumasak.

.

.

Krek

“Oppa, silakan masuk. Mian menunggu lama.”

Seung Gi-oppa untuk pertama kalinya menginjakkan kakinya di apartementku. Ia menatap kagum setiap inchi ruanganku yang mungkin terlihat bersih baginya. Tak sia-sia kusuruh ia menunggu lama di luar.

“Hem… harum… kau masak apa?”

“Hehe, nanti lihat saja. Kau tunggu di meja makan, ne.” kataku senang.

Setelah makan malam porsi besar telah siap santap, kami duduk bersama di ruang makan. Oppa terlihat rakus memakan ayam panggang yang jadi menu utama malam ini. Sepertinya ia benar-benar sudah lapar.

“Ngomong-ngomong,” ucapnya di sela mengunyah, “tadi rasanya aku mendengar suara lain di dalam.”

Benarkah?

“Ah, kau hanya salah dengar, oppa. Hanya ada aku, kok, di sini.”

Oppa mengangguk-angguk mengerti. Namun tiba-tiba kesibukannya mengunyah ia hentikan. Matanya memandangku seram.

“Benarkah kau hanya sendiri?”

Keringatku mulai turun. Kenapa, sih, ia begitu tak yakin?

“N-ne, tentu saja.”

“Kalau begitu, itu siapa?”

Kurasakan lengan besar seorang namja merangkul leherku dari belakang. Dagunya ia letakkan nyaman di ceruk leherku,sedang bibirnya nampak menyeringai licik. Dari ekor mataku, dapat kutatap hazelnya yang memandangku lembut.

Dengan harapan, harapan tinggi, setinggi-tingginya bahwa yang melakukan semua itu hanya hantu, hanya bayangan, hanya imajinasi gilaku; aku menoleh.

Tuhan kumohon, jangan dia yang ada di belakangku.

“Hai, Yoonaa.”

T.B.C~
____________

Yehet! Annyeonghaseyoo^^ akhirnya sempet juga bikin chap 2 inii…. mian ya alurnya rada kecepetan><


BETWEEN LOVE (chapter 1)

$
0
0

Luhan-exo-m-30621004-361-581_¸±±¾

BETWEEN LOVE (chapter 1)

Tittle : Between Love

Author : @peni_aya08

Main Cast : _Kim Jong In EXO

                            _Jung Young Jin (OC)

                            _Xiu Luhan EXO

                            _Park Sena (OC)

                            _Oh Sehun EXO

Suport Cast : Byun Baekhyun EXO_

                              Cho Arra (OC)

                              EXO –K

Genre : Drama , Romance , School Life  , sad

Lenght : Chaptered

Rating : Segala Umur

Ini ff pertama saya ,ff ini pernah di publish di akun FB saya , mian kalau jelek soalnya baru pertama kali, .. langsung saja ,,, jangan lupa coment kasih saranya ya RCL

^^happy reading^^

@Genie Junior School

Setelah liburan panjang , akhirnya siswa junior high school masuk kembali untuk melihat papan pengumuman kelulusan dan pengumuman siapa saja yang masuk ke Genie High School , yang ditempel setiap sudut sekolah

SENA POV

“yesss…aku lulus . aku masuk ke genie high scholl yuhuyy” berteriak teriak di depan papan pengumuman

“lihat itu..”sambil menyeret tangan teman yang ada disebelahnya

“luhan oppa sekolah di genie high school juga ternyata ,,, senangnya diriku ,. Bisa ketemu dengan oppa luhan “

#==______________

Sena pun dengan senangnya berlari lari di sekeliling sekolah untuk mencari luhan oppanya , dia mencari cari disetiap ruang kelas , sampai di kantin , di taman tetap luhan tidak ada disana ,

SENA POV

“kemana oppa luhan .. apa dia tidak berangkat dan tidak lihat papan pengumuman..” mendengus kesal..sambil duduk ditaman , saking kesele (hahaha)

“bodoh ah , yang penting aku se sekolah sama luhan oppa , besok penerimaan murid baru , aku pasti ketemu dengannya “ berlari meninggalkan sekolahan dan pulang

@bedroom Yoojin

Pagu hari ,kicauan burung , sinar matahari yang mulai muncul , memasuki jendela dan tiap ventilasinya , aku pelan pelan membuka mataku

Tok .. tok… tok

“Yoojin ….. cepat bangunn ! ini hari pertama kali kamu masuk sekolah nak” teriakan eomma dari pintu

“ne eomma” aku bangun , dan mengucek ucek mataku sebentar, dan aku bergegas mandi

“semoga… hari ini menyenangan di sekolah baruku ..” batin yoojin dalam hati sambil berkaca dan menyisir rambutnya

#==___________________

@Genie High School

Pagi ini akan diadakan upacara penyambutan murid baru di genie high school , semua siswa wajib mengikuti upacara khususnya murid baru , upacara diadakan 5 menit lagi

YOOJIN POV

Aku mengayuh sepedaku dengan kencang , seperti biasa saat di JHS akupun menggunakan sepeda pula , aku tidak mau diantar oleh ahjussi , merepotkan dan ribet

“huft…”mengusap keringat di keningnya

“sampai juga… “

Menaruh sepedaku di tempat parkiran yang disediakan

KRING….KRING…..KRING…

Bel upacara pun dimulai , semua siswa kumpul dilapangan bersiap mengikuti upacara,

Yoojin berjalan santai , atau mungkin dia tidak dengar suara bel .. ??!!

Semua siswa pada berlarian menuju ke lapangan

BRUKK….

Yoojin terjatuh , setelah ia ditabrak oleh sesorang

“mianhae , gwanchaneyo ? “ tanya orang itu , dan ternyata dia adalah jong in ,namja musuh yoojin sejak JHS dulu

“ne gwanchana” yoojin sambil duduk , dan langsung melihat siapa yang menabraknya tadi

“mwo? Jong in ?” yoojin ternganga kaget melihat jong in musuhnya

“Yoojin ??!” jong in sambil menatap tidak percaya , dan langsung membantu yoojin berdiri

“kenapa kau disini?” bertanya dengan kesal , karena jatuh tadi kurasa itu menyakitkan pada bagian dengkul yoojin yang berdarah

“Mianhae aku sekolah disini” jawab jong ini

“itu .. lukamuu…… “ sambil memegang dengkul yoojin yang terlihat berdarah

“aku akan membawamu ke UKS “ dengan cepat karena khawatir jong in langsung menggendong yoojin ala bridal langsung menuju UKS

“mwo? Jong in ! Kya…. ! lepaskan aku.. !!!!!!!!!!!!!!!!!” berteriak ditelinga jong in , dan jongin pun tak mendengarnya

Tanpa peduli apapun dengan keadaan orang banyak yang melihat mereka berdua , mungkin sangat romantis ..

#==_________________

Upacara pun dimulai tanpa kehadiran yoojin dan jongin di lapangan tersebut

“heiii oppa “ teriakan sena yang dengan mendatangi seorang namja yang dipanggilnya

“sena? “ luhan dengan kagetnya membulatkan matanya

“aku senang ,.. bisa satu sekolah dengan oppa lagi , semoga kita satu kelas lagi yahh oppa” sambil menggengam tangan luhan

“ hahaha ne, lepaskan aku banyak orang disini “ mencoba melepaskan pegangan dengan sena..

Upacara dimulai

@UKS GHS

Dengan cepat jong in dengan cepat membaringkan yoojin di kasur uks , dan mengambilkan obat untuknya

“ sini.. aku obbatii” ujar  jong in sambil meraih dengkul yoojin

“arghh.. sakit ,,, pelan pelan !” yoojin marah marah karena kesakitan

“mianhae ini semua salahku “ ucap jong in dengan lesu

“sudah selesai… semoga kau lekas sembuk nonna panda”jongin sambil mengeluarkan senyum manisnya kepada yoojin

“mwo? Nona panda ? jong In… jangan panggil aku dengan sebutan itu “ yoojin sangat kesal dengan jong in musuhnya itu

“biarlah memang kau cute seperti bear , makanya jangan panggil aku jong in ,Anyeong nona bear …. KAI imnida , dan panggil aku KAI , no JONG IN”ucap kai sambil mengeluarkan aegyo nya yang khas

“ah terserah kau”

SKIP #==_____________________

 @koridor school

Sena berjalan dengan oppanya yang mungkin sena menyukainya atau menyayanginya, luhan adalah seorang namja yang digilai banyak yeoja di JHS nya dulu karena tampan tapi sedikit agak nakal, kenalakanya tapi tidak melampaui batas , hanya sekedar playboy mungkin , tapi dia akan setia jika dia benar benar merasakan cinta yang sesunguhnya , di masa JHS dia belum merasakan cinta yang sesungguhnya makanya ia dianggap playboy tidak tahu pula fans nya di GHS ini akankah tambah banyak atau pun berkurang

“ayo oppa kita lihat kita ada dikelas mana” menarik tangan luhan menuju papan pengumuman

“lihat ini .. aku di kelas XB2 dan kau di XB8” luhan berkaata dengan jelas sambiil menunjuk daftar papan pengumuman tersebut

“akhirnyaa.. terkabul juga permohonanku tidak sekelas dengan yeoja aneh ini dan kelaspun jauh haha” luhan senang dalam hatinya

“yahh… aku ga sekelas sama oppa , jauh pula .. tapi tidak papa aku akan selalu menengok kelas oppa dan bermain dengan oppa” sena diantara senyum dan sedih

KRING……KRING…..KRING….

Bel masuk telah berbunyi

“ da.. oppa aku mau mencari kelasku dulu..” sena dengan secepat kilat mencium pipi luhan dan langsung meninggalkan luhan

“dasar yeoja aneh “ kata luhan dalam hati dan mengelus pipinya untuk menghapu bekas lipglouss yeoja itu

#==______________

Semua murid memasuki ruangan masing masing mungkin untuk acara pengenalan dulu dengan teman dan songsaenim nya

Dan tenyata jongin a.k.a kai pun sekelas dengan nonna bear yoojin di kelas XB2, dia pun senang , mungkin dulu ia sering menjahili yoojin hingga yoojin benci sekali denganya ,tapi ia sangat menyayangi teman kecilnya itu dari dulu hingga sekarang orangtua mereka juga dekat

@class XB2

Songsaenim memasuki ruangan , dan segera semua murid duduk ditempat nya masing2 karena terburu buru Yoojin terpaksa duduk dengan Kai, suasana hening tanpa ada pembicaraan antara kai dan yoojin

Hingga bell akhir pulang

“nonna bear ayo kita pulang bersama..” ajak kai dengan menggandeng tangan yoojin

“shireo , aku ada urusan” melepaskan tanganya dari kai

“ baru pertama masuk aja , udah ada urusan segala , kau bohongin aku yaa….” sambil menggoda yoojin

“ aniyo , cepatlah pulang sana “ yoojin mengusir kai

“yaudah , aku pullang nonna bear , nanti malam aku kerumahmu , ne?!” sambil berjalan keluar kelas

#==_____________________

Seluruh ruangan pun mulai sepi , mungkin semua sudah pulang , tinggal yoojin di kelas ,, dengan kesunyian,

“aku juga gatau aku ada urusan apa” yoojin berkata sendiri dan kebingungan dia mau melakukan apa ,

“mungkin urusan sebentar , menunggu si jong in itu pulang “yoojin beranjak keluar kelas untuk segera pulang

yoojin berjalan pelan dikoridor sekolahan ,mungkin karena kakinya masih sakit , ia merasa ada yang mengikutinya di belakang , ia berpikir , apa mungkin jongin itu masih ada disini?! Ah mungkin perasaanku saja  

, dengan cepat tapi perlahan yoojin berlajan, seseorang membungkam mulut yoojin dari belakang. Dan menyeret yoojin ke dinding tembok dan menatapnya

“omo!!! Teriak yoojin di mulut orang itu”

“ssttt….diamlah “ melepaskan tangan itu dari mulut yoojin

“luhan? Kau luhan kan?” yoojin bertanya namja itu yang memang benar namja itu adalah luhan

“yoojin , bogoshipo” langsung memeluk yoojin

 

“luhan kyaa lepaskan aku ….!” teriak yoojin yang terus memberontak luhan

“Bogoshipo yoojin chagiya” merekatkan pelukanya , sampai benar benar rekat

“ lll…uuuhhhan….” yoojin kehabisan nafas karena tersesak dengan badan luhan yang lebih besar darinya

Luhan mendengar suara yoojin yang lemah langsung melepaskan pelukannya

“huhfft… sesak” yoojin memegang dadanya yang terasa sesak

“chagiya bogoshipo”menaruh kedua tanganya di pipi yoojin

Dan yoojin langsung melempaskan tangan luhan

“pergi ,, buat apa kau disini ”dan yoojin pun langsung pergi

Dengan cepat luhan memengang tangan yoojin… .yoojin membalikan tubuhnya . dan….

To Be Continue

Kyaaa mianhae kalau ceritanya sembrawut dan terlalu pendek (maklum pemula) aku juga gatau kenapa jadi bisa begini L haha ini akan aku lanjutkan ke chapter selanjutnya semoga enggak berantakan seperti ini, chapter selanjutnya aku panjangin

 Jeongmall mianhae

Jangan lupa tinggalkan jejak ya jeball RCL

Kalau ada yang kurang pas , mungkin bisa aku perbaiki ..

Coment jusseyo

#@peni_aya08


Fallen Angel (Chapter 4)

$
0
0

Fallen Angel

Title: Fallen Angel (Chapter 4)

Author: Jung Rae Mi

Cast: -EXO’s Sehun

-OC’s Se Ra

-etc.

Genre: Angst, Sad, Romance.

Rating: PG 17

Length: Chapter

A.N: YOOOOSH~! Ini Chapter terakhir brooo~! Betewe,ada kemungkinan author akan membuat sequel untuk FF ini, tapi bakalan lama karena author udah sibuk. Apalagi udah mau dekat UN, maklum author udah duduk di bangku kelas 9, udah mau lulus (semoga).

Please, jangan ngambil ide, plagiat, atau copas cerita ini ya.

Oke, Happy Reading!! ^^

.

.

.

Sehun panik.

Usai Se Ra mengatakan nama Luhan, suara gadis itu tidak terdengar lagi. Se Ra pingsan.Demamnya begitu parah. Sehun segera menggendong Se Ra dan membawanya menuju rumah sakit.

Disinilah Sehun sekarang.Di ruang tunggu rumah sakit, menunggu dokter memeriksa Se Ra. Jujur, ini adalah pertama kalinya Sehun panik hanya karena seorang gadis. Dan dia bahkan tidak mengerti kenapa dia melakukan ini.

Rasa menyesal menyelubungi hati Sehun. Dia menyakiti seorang malaikat. Malaikat yang dikirim oleh kakaknya. Hati Sehun terasa sakit. Luhan yang sering menemani, membantu, membangkitkan semangatnya, dan menyayanginya. Satu hal yang paling Sehun ingat tentang Luhan, lelaki itu merasa sakit apabila orang yang disayanginya tersakiti.

Dari apa yang diceritakan Se Ra, Luhan pasti sangat menyanyangi Se Ra.

Dan Sehun pernah berjanji untuk tidak pernah menyakiti Luhan.

Dia telah melanggar janjinya sendiri…

Mianhae, Hyung…” Gumam Sehun.

.

.

.

Hyung, untuk apa itu?” Tanya Sehun sembari menatap cincin polos begitu mereka keluar dari toko perhiasan tempat mereka membelinya tadi. “Jika untuk Tiffany Noona, kenapa polos sekali? Hanya ada tulisan Angel.

“Ini bukan untuk Tiffany. Aku membelikannya untuk keponakan pemilik tempat kerjaku itu, lho! ‘Kan dia selalu memberiku nasehat agar bisa jadian dengan Tiffany. Jadi ini sebagai balasannya.” Jawab Luhan. Lalu lelaki itu memasukkan cincin itu ke saku celananya. “Oke, sekarang kita beli Bubble Tea.”

Sehun mengangguk menurut, dengan girang. Setelah mereka keluar dari stand Bubble Tea, mereka duduk di taman sembari menikmati cuaca musim gugur. Luhan teringat akan gadis berambut cokelat di florist yang membantunya mendekati Tiffany. Gadis itu sangat menyukai musim gugur.

Luhan melirik ke Sehun. Iris-nya menemukan sebuah kalung melingkar di leher adiknya. Dia segera melepaskan pengait kalung itu dan mengambilnya. “Mwo? Hyung!! Kenapa kau mengambil kalung itu?” Tanya Sehun.

Luhan tertawa. “Aku akan memberikannya pada gadis itu.” Jawab Luhan lalu menyelipkan cincin itu ke kalung Sehun yang juga polos.

Sehun mengerucutkan bibirnya lucu, “Hyung… itu satu-satunya kalung pemberianmu…”

Luhan tertawa lagi, “Maafkan aku, adik. Tapi aku berharap suatu saat ini akan mempertemukan kalian berdua.”

Hyuuuuuung…!”

“Hahaha. Aku yakin Sehun.”

Sehun mendesis, “tidak ada yang namanya cinta.”

“Suatu saat kau akan menemukannya.” Dan Luhan mengusak rambut adiknya itu sayang.

.

.

.

Sehun menutup mulutnya dengan sebelah tangan. Tangannya yang bebas menggenggam erat kalung Se Ra.

Kini ia tahu mengapa kalung ini terasa tak asing baginya.

Karena ini adalah kalungnya.

Dan Luhan ingin…

Kalung ini menyatukan mereka berdua.

.

.

.

“Hai, Oh Se Hun.”

Sehun yang sedang duduk di ruang tunggu sembari menatap kalung Se Ra seketika mengangkat kepalanya. Dia segera berdiri dan membungkuk ketika melihat sosok yang dikenalnya, yang sering dilihatnya di galeri ponsel Se Ra. Kim Jong In. Kakak Se Ra.

“Kau… A-awww… Yuki! Itu sakit!” Kai mengusap pinggangnya yang dicubit kecil oleh kekasihnya.

“Cara bicaramu mengerikan.” Balas Yuki cuek.

“Sehun, aku ingin bicara denganmu, berdua saja.” Ucap Kai.

Sehun mengangguk. Kai menoleh ke Yuki, “nah, bocah, jaga Se Ra.” Kai menoyor kening kekasihnya dengan telunjuknya.

Yuki memberengut kecil lalu memasuki kamar Se Ra dirawat. Meninggalkan kedua lelaki itu sendirian.

“Aku-“

“Terima kasih.” Potong Kai. Sehun mengangkat kepalanya dan menatap Kai.

Kai duduk di kursi ruang tunggu tepat disamping Sehun, dia mempersilahkan Sehun duduk. Kai menghela nafas pelan, “terima kasih, kau telah membuatnya percaya cinta lagi.”

Sehun lalu menatap Kai bingung. “Maksudnya?”

“Orangtua kami bercerai saat umur Se Ra tujuh tahun.” Kai memulai ceritanya. “Sejak umur satu tahun, Se Ra telah terbiasa melihat orangtua kami bertengkar. Kami memutuskan untuk tinggal bergiliran. Satu minggu bersama ayah, minggu berikutnya bersama ibu. Begitu seterusnya. Hingga suatu hari, Se Ra dengan umur sembilan tahun, melihat bagaimana ibu kami menyerahkan tubuhnya untuk disetubuhi oleh lelaki lain. Dia sempat mengalami trauma psikologis selama tiga bulan. Namun setelah itu dia baik-baik saja. Tapi hal baru terjadi lagi. Lelaki yang sempat menyetubuhi ibu kami meninggalkannya, disaat ibu tengah mengandung. Ibu lalu bunuh diri.”

Sehun tercengang. Tentang kedua orangtua Se Ra yang telah bercerai, dia pernah mendengarnya. Tapi dia baru tahu tentang semua ini.

Kai tersenyum sendu. “Ayah kami menikah lagi setahun kemudian. Dengan seorang wanita yang hanya berbeda sepuluh tahun dengan Se Ra. Dia hanya ingin menguras harta ayahku. Aku saat itu sekolah di Jepang. Sedangkan Se Ra memutuskan untuk kabur ke rumah Bibi karena dia kerap kali ditampar atau dipukuli oleh Ibu baru itu. Bibi menghubungiku dan membuatku segera pulang ke Korea hanya untuk menampar wanita jalang itu. Untunglah ayah lebih mempercayaiku daripada wanita itu, dia menceraikan wanita itu. Se Ra kembali ke rumah. Tapi, Ayah terlalu sibuk dengan pekerjaan. Tidak ada waktu untuknya. Dan aku harus segera kembali ke Jepang menyelesaikan sekolahku. Bibi menerima Se Ra kapanpun Se Ra datang, sehingga tiap akhir pekan Se Ra akan menginap di rumah Bibi.”

“Hingga ketika sekolah menengah pertama… dia bertemu Luhan Hyung.” Tutur Kai. Yang membuat Sehun seketika sesak. “Se Ra memang tidak percaya akan cinta. Tapi dia mencoba menanam bunga Agapanthus, dengan berharap suatu saat nanti dia akan menemukan seseorang yang mencintainya dengan tulus, dan bertahan sama seperti Agapanthus. Dan Luhan Hyung membuatnya percaya lagi akan cinta. Melalui sosok dirimu yang tidak pernah ditemui oleh Se Ra.” Kai tersenyum menatap Sehun yang terdiam.

“Maka dari itu, aku ingin berterima kasih. Karena telah membuat adikku… bahagia.” Kai menepuk pundak Sehun, lalu berdiri dan masuk ke dalam kamar Se Ra.

Sehun duduk diam sembari menatap kalung di genggamannya.

.

.

.

“Jadi, bagaimana kabar mantanmu yang terakhir?” Tanya Chanyeol.

“Membosankan. Dia telah digunakan berkali-kali sebelumku, dan ketika putus menamparku.” Jawab Sehun.

“Aku juga.” Tutur Baekhyun. “Ah, Sehun, aku dan Chanyeol ingin memberimu tantangan.”

“Apa itu?” Tanya Sehun.

“Kau tahu Kim Se Ra, ‘kan?” Sehun mengangguk sebagai jawaban untuk pertanyaan Chanyeol.

“Ya. Dia dikenal sebagai malaikat sekolah, ‘kan? Yang tidak pernah menerima setiap lelaki yang menembaknya.” Ucap Sehun.

“Itulah tantangan kami. Jika kau bisa mendapatkan keperawanan Kim Se Ra, maka aku akan memberikanmu Porsche Carerra yang baru-baru keluar ini.” Baekhyun tersenyum.

“Menarik. Baiklah. Aku setuju.” Balas Sehun.

“Dan kau juga harus memutuskan Se Ra bukan dengan cara seperti mantan-mantanmu yang sebelumnya, mengucapkan kata ‘putus’.” Tutur Chanyeol.

“Hmm… Soo Rin juga menarik. Aku bisa saja mencium Soo Rin di depan Se Ra. Bagaimana?” Sehun menyingrai.

“Bagus!” Lalu mereka bertiga tertawa. Tidak menyadari suara derap langkah kaki yang menjauh pergi.

.

.

.

“Sehun! Sehun!”

Sehun terus melangkahkan kakinya, tidak mempedulikan suara melengking kekasihnya yang memanggilnya. Semalam dokter telah mengatakan, Se Ra demam parah dan harus rawat inap di rumah sakit. Sehun ingin segera menjenguk Se Ra.

Jemari lentik Soo Rin berhasil meraih lengan Sehun. Lelaki itu akhirnya menoleh dengan wajah datar. “Apa?” Tanyanya dingin.

“Kenapa kau mengacuhkanku?” Tanya Soo Rin dengan nada khawatir. Ah, mungkin dia khawatir akan uang-uang Sehun yang digunakannya untuk belanja. Bahkan tiga hari yang lalu, Sehun sedang tidak mood menemani Soo Rin shopping sehingga memberikan dua kartu kreditnya pada Soo Rin. Hasilnya? Saldonya yang sebelumnya entah berapa ratus juta seketika nol.

Sehun ingat, dia pernah mengajak Se Ra kencan dan membelikan apapun yang Se Ra inginkan. Apa yang Sehun belikan? Hanyalah sebuah novel Conan Doyle, dan sebuah topi. Sedangkan Soo Rin, ponsel, baju, sepatu, tas, dan barang-barang bermerek lainnya.

“Kita putus.” Ucap Sehun singkat.

“A-apa? Kau memutuskanku? Kenapa?” Tanya Soo Rin panik. Sehun sendiri menyadari bahwa kini mereka menjadi tontonan para siswa di sekolah.

Sehun tidak menjawab. Dia lebih memilih berusaha melepaskan genggaman tangan Soo Rin dari lengannya. “Oh! Aku tahu! Pasti karena Kim Se Ra, ‘kan?! Jalang itu pasti menggodamu dengan tubuhnya-“

“TUTUP MULUTMU!!” Bentak Sehun. “Kaulah yang murahan! Dasar penjilat! Kau pikir aku tidak tahu jika kedua kartu kreditku kau habiskan untuk belanja, HAH? Kau pikir aku tidak tahu kalau kau selingkuh dengan salah satu mahasiswa dari Inha? Jangan dekati aku lagi!” Sehun berbalik pergi.

.

.

.

Sudah total lima hari Se Ra rawat inap di rumah sakit. Dia terus uring-uringan dan merasa bosan karena kesepian. Se Ra menghembuskan nafas kesal dan menatap pintu kamarnya. Berharap akan menemukan sosok Sehun yang masuk sembari tersenyum.

“Hei, aku sudah meminta izin pada dokter dan Kai Hyung untuk membawamu pergi.” Ucap Sehun sambil masuk ke kamar Se Ra bersama seorang suster sambil membawa sebuah paperbag.

Se Ra mengambil posisi duduk dan menatap Sehun bingung. “Kau akan membawaku pergi kemana?” Tanya Se Ra.

Sehun hanya terdiam. Dia membiarkan suster itu mencabut infus perlahan di punggung tangan Se Ra. “Kau sudah bisa pulang hari ini.” Ucap Sehun.

Se Ra memekik girang. Sehun lalu menyerahkan paperbag itu ke Se Ra, “ini dari Yuki Noona.”

Se Ra menerimanya dan melihat kedalam paperbag itu, baju ganti. Dia lalu dibantu oleh suster turun dari ranjang rumah sakit dan pergi menuju kamar mandi untuk mandi dan berganti baju.

.

.

.

“Pilihlah bunga yang kau sukai.” Ucap Sehun ketika mereka sampai di sebuah florist. Yang jelas Se Ra tahu florist itu milik bibinya. Darimana Sehun tahu tempat ini?

Terlihat sosok seorang gadis berdiri di dekat kasir. Se Ra mendekati gadis itu, yang asing baginya. “Chogiyo, Tae Kyung Ahjumma eodisseoyo?” Tanya Se Ra.

“Oh,    Ahjumma pergi ke taman untuk jalan-jalan katanya. Ada yang bisa saya sampaikan?” Tanya gadis itu.

Se Ra menggeleng lalu berjalan menyusuri florist. Dengan lihai dia mengambil Baby’s Breath, Snowdrop, dan tentu saja Agapanthus. Se Ra lalu kembali menuju kasir untuk merangkai bunga itu. Selesai merangkai, Sehun segera mendekati kasir dan membayar bunga pilihan Se Ra.

“Kenapa kau menyuruhku memilih bunga?” Tanya Se Ra ketika mereka berada di mobil Sehun yang kini melesat entah kemana.

“Karena aku yakin pilihanmu pasti tepat.” Jawab Sehun.

Seketika Se Ra mengerutkan keningnya bingung.

Hingga ketika mereka sampai di tempat tujuan, Se Ra hanya bisa tersenyum. Sehun mempersilahkannya turun dan mereka masuk ke dalam. Pergi menuju salah satu yang berada di bawah pohon rindang besar yang nyaman.

Oh Lu Han

Se Ra meletakkan buket bunga itu di atas makam Luhan. Dia menoleh ke samping dan menemukan Sehun yang kini menautkan kedua tangannya sembari memejamkan mata, berdoa. Se Ra bisa melihat kalungnya yang berada di antara jemari Sehun. Se Ra pun ikut memejamkan mata, berdoa pada Luhan.

Oppa, gomawoyo, kau telah mempertemukanku dengan Sehun. Membuatku percaya akan adanya cinta. Aku bahkan tidak peduli pada segala rasa sakit yang diberikan Sehun padaku. Aku tetap mencintainya. Terima kasih, Oppa. Ah ya, aku pernah memperlihatkan foto Eomma pada Oppa, ‘kan? Tolong sampaikan salamku padanya jika bertemu dengannya. Semoga Oppa, bahagia disana.

Se Ra membuka mata dan tersenyum. Air matanya tanpa sadar menetes membasahi pipinya. Baru saja ia akan menghapusnya, sudah ada tangan lain yang membersihkan pipinya dari air mata itu. Se Ra membiarkan jemari Sehun dengan lembut menghapus air mata Se Ra.

Mereka kini bertatapan. Se Ra menatap Sehun, menunggu lelaki itu berbicara.

“Se Ra, aku-“

“Aku memaafkanmu.” Potong Se Ra.

“Eh?” Tanya Sehun. Bagaimana Se Ra tahu apa yang ingin dikatakannya?

“Kau pikir aku tidak tahu? Kemarin kau datang menjengukku, dan kau mengira aku tertidur. Kenyataannya aku hanya memejamkan mata. Kau menceritakan semuanya. Berkata kau putus pada Soo Rin, meminta maaf, dan menyesal padaku. Kau tidak tahu aku mendengar semuanya. Hahaha.” Se Ra tertawa.

Seketika pipi Sehun memanas. Oh, dia ingin sekali menyembunyikan wajahnya sekarang. Se Ra menatap Sehun dengan tatapan lembutnya. “Aku mencintaimu, Oh Se Hun. Selalu, dan selamanya.”

Dan Sehun merasakan sesuatu meledak di dadanya. Membuatnya merasa hangat, nyaman, dan bahagia.

Ternyata jatuh cinta secara tulus memang sangat indah.

Nado.” Balas Sehun dan mempertemukan tubuh mereka dalam pelukan, juga bibir mereka dalam ciuman.

Sehun berbisik pelan ditelinga Se Ra sebelum mereka pergi dari makam Luhan, “terima kasih, membuatku percaya bahwa cinta memang ada.”

Sehun tahu, Luhan mengirimkan malaikat yang tepat untuknya.

Yang tidak diketahui oleh Sehun dan Se Ra, Luhan kini menatap mereka, dan tertawa bahagia.

.

.

.

Hyung, terima kasih kau telah membawa Se Ra ke hidupku. Aku tidak tahu harus mengucapkan apa selain terima kasih. Kau memang benar, suatu saat aku pasti akan merasakan cinta. Dan dari Se Ra lah orangnya. Aku benar-benar bahagia. Kau benar-benar mengirimkan seorang malaikat untukku. Meskipun aku sempat membuatnya jatuh, kehilangan sayap, dia tetap mencintaiku. Dan dia membangun kembali sayapnya sendiri, dan tetap membuka pintu hatinya untukku. Terima kasih, Hyung. Kali ini, aku tidak akan menyia-nyiakan Se Ra lagi. Terima kasih. Semoga Hyung bahagia disana.

.

.

.

10 Years Later…

Sehun meregangkan tubuhnya. Terasa pegal setelah berhadapan dengan meeting, tumpukan berkas, dan hal-hal lainnya. Sudah jam 10 malam saat Sehun sampai ke rumah. Ini pertama kalinya Sehun pulang terlambat. Biasanya ia akan pulang pada jam 7 atau 8 malam.

Sehun tersenyum menemukan sosok Se Ra yang tertidur di sofa ruang tengah. Dia pasti menunggu Sehun. Sehun mendekat lalu menggendong tubuh Se Ra menuju kamar mereka.

Dibaringkannya tubuh Se Ra perlahan di ranjang kamar mereka, Sehun sendiri segera mandi dan berganti baju. Usai itu, dia merebahkan tubuhnya di samping Se Ra dan merengkuh tubuh Se Ra. Menyesap aroma manis yang menempel di tubuh Se Ra.

“Hei, iblis… sesak…” Gumam Se Ra ketika Sehun mengeratkan pelukannya. Sehun tertawa lalu melonggarkan pelukannya dan menunduk, menatap Se Ra yang balas menatapnya.

“Kau terbangun?” Tanya Sehun.

“Mataku terbuka Oh Se Hun, bukan tertutup.” Balas Se Ra.

Sehun tersenyum lalu mencium bibir Se Ra lembut. Se Ra hanya terdiam menerima perlakuan Sehun. Merasa adanya lampu hijau, Sehun mulai melumat lembut bibir Se Ra, dan melesakkan lidahnya ke dalam mulut Se Ra, membuat Se Ra melenguh. Sehun menciumnya bertubi-tubi.

“S-Sehun stooph…” Ucap Se Ra susah payah ketika berhasil mendorong dada Sehun.

Sehun mengerucutkan bibirnya lucu. “Kenapa? Aku merindukanmu.”

Se Ra menggeleng. Seketika ia terbangun merasakan tangan Sehun mengelus perutnya dan meremas dadanya pelan.

“Kubilang tidak!” Se Ra seketika mengambil bantal dan memukulkannya bertubi-tubi ke tubuh Sehun.

Sehun tertawa dan berusaha melindungi tubuhnya, meskipun pukulan itu tidak sakit. Karena bantal itu berisi bulu, bukan kapas. Sehun memesannya karena menurutnya bulu berwarna putih lebih nyaman digunakan dibandingkan kapas. Selain itu bulu berwarna putih biasanya digambarkan untuk sayap.

Akhirnya merasa jengah karena terus dipukuli, Sehun pun menggenggam erat bantal itu hingga bantal itu robek, mengeluarkan bulu-bulu putih yang kini berterbangan di kamar mereka.

Dan di tengah-tengah bulu-bulu putih bertebaran itu…

Sehun mengecup lembut bibir Se Ra.

.

.

.

.

“Aku ingin bertanya.” Ucap Sehun setelah deru nafasnya normal.

Se Ra, yang masih berusaha menormalkan deru nafasnya, menoleh ke Sehun dan menatap dengan tatapan yang mengartikan, ‘tanyakan-saja’.

Sehun mengambil remot AC dan menaikkan suhu karena keringat akibat kegiatan mereka tadi. Dia mengelus surai cokelat Se Ra lembut, “kenapa kau tetap menerimaku, meskipun kau sudah tahu kalau kau dijadikan bahan taruhan? Kenapa kau menahan semua rasa sakitmu?”

Se Ra tersenyum. “Karena aku ingin bersamamu. Aku menahan semua rasa sakitku hanya demi bersamamu. Selain itu, ketika seseorang memutuskan untuk jatuh cinta, maka ia harus mempersiapkan diri untuk rasa sakit. Yah, meskipun aku sudah mempersiapkan diri, tetap saja rasa sakitnya terasa. Tapi rasa sakit  itu tidak sebanding dengan rasa bahagia yang kumiliki saat bersamamu.”

Dan Sehun merengkuh tubuh Se Ra kedalam pelukannya erat.

“Aku mencintaimu, Oh Se Hun.” Bisik Se Ra.

“Aku lebih mencintaimu lagi, Oh Se Ra. Malaikatku.”

.

.

.

Se Ra to all the readers:

“Dia menyakitimu, bukan berarti kau harus balas menyakitinya. Itu bukanlah inti cinta yang sebenarnya. Kau tidak akan pernah tahu apa sebenarnya inti cinta yang sebenarnya, hingga kau bisa mencintai seseorang dengan tulus dan begitu kuat. Hingga kau bisa berdiri di atas semua rasa sakit hanya demi dirinya. Jika cintamu begitu kuat, maka kau akan menunggunya. Karena, suatu saat dia akan mencarimu, menyesal, dan memohon padamu. Memang tidak mudah memberi kesempatan kedua pada orang yang pernah membuang dirimu. Tapi,ketika kau mencintainya, maka bahkan kesempatan keseratuspun akan kau berikan. Karena kau tahu, dibalik semua cobaan yang diberikan, akan ada pelangi kebahagiaan yang menanti dirimu.”

.

.

The End

Fallen Angel selesai~!! Uyeaaaay~!! *peluk Kai*.

Ohehe, author mau minta maaf, ya, kalau ending-nya mengecewakan kalian. Maklum, author hanyalah manusia biasa yang bisa yang bisa membuat kesalahan, *Sehun: jijik dengar lo bilang begitu* *author: sequelnya nanti lo cerai sama Se Ra* *Sehun: maafkan aku Rae Mi-ya, kau baik sekali membuatku bahagia, jangan ceraikan aku dengan Se Ra~ aku tak bisa hidup tanpanya* *Luhan: makanya jangan cari gara-gara sama author*

If you guys want to know me more, contact me on twitter —-> @shinjishinyuki

(Shinji Shinyuki adalah nama lengkap dari Yuki, kekasih Kai. *ngakak*)

Last but not least…

.

.

Jangan lupa komentar yaaaaa~!! :D


The Kindest People Always Get Treated Like Shit

$
0
0

The kindest people always get treated like shit.

Author: Silvara

Genre: Alternate Universe, Sad, Tragedy

Rating: PG-15

Length: Ficlet

Main Cast: -Park Luna (f(x) members)

-Wu Yi Fan (Exo members)

                   -Oh Sehun (Exo members)

                   -Kim Nari (wa$$up members) nafaya

                   -Park Jinju (wa$$up members) zahra

                   -Song Dain (wa$$up members) rezita

                   -Yoon Yejin (wa$$up members) arin

                   -Bang Minah (Girls’ day members)

Other cast: Find in the story

Disclaimer: Hai! this Is my first time to make a fanfiction so yea, kalo ada kesalahan tolong diberikan kritik dan juga saran ya. Oiya pemilihan cast disini tidak ada maksud menjelekkan siapapun. Storyline is belong to me, tetapi cast hanya milik Tuhan semata. Terus kan itu cast nya ada yang beda-beda umurnya, anggep aja semua castnya umurnya sama. Sekian dan terima jodoh. Enjoy reading dan jangan lupa comment ^^

-Luna’s POV. January 10, 2014-

“Errgh..” aku ngulet ditempat tidur, terbangun oleh cahaya matahari yang memaksa untuk memasuki ruang mataku. Lalu aku melirik jam… “HAH? UDAH JAM 6? TIDAAAK AKU BISA KESIANGAN” teriakku panik. Aku bergegas merapihkan tempat tidur dan mengambil handuk untuk mandi. “Salah kamu sendiri sih kak tidurnya malem-malem,” ujar Mamaku, sambil menaruh satu buah pancake dan susu di meja kamarku. “Mama sih ga

ngebangunin aku..” aku bergegas untuk mandi.

-di SMA LABSCHOOL GWANGJU. January 10, 2014-

“Makasih ya mah..luna masuk dulu,” ujarku pada mamaku sambil mencium tangannya.

 “Akhirnya aku masuk sekolah juga, setelah libur panjang yang membosankan. Aku tak sabar untuk bertemu dengan sahabatku, juga Kris..” ucapku dalam hati sambil memandangi lingkungan sekitar. Ya, aku sudah naik kelas sekarang, aku resmi menjadi anak kelas 3. And the only reason aku semangat masuk sekolah lagi hanyalah Dia, Kris Wufan, yang dari kelas 2 kukagumi.

Tiba-tiba… “Brukk!” aku menabrak seseorang karena terlalu asyik memandangi sekolahku. “Mianhae, aku tidak sengaja.” Dia seorang perempuan, perawakannya terlihat seperti… “Loh, minah? Aduh aku benar-benar minta maaf telah menabrak mu!” ujarku. “Eh…Luna? aku juga sangat minta maaf telah menabrak mu.. lagian kamu ngapain mandangin sekolah ini sih? Kayak anak baru aja,” ujar minah sambil tertawa. “Ehe..gapapa. Aku lagi mencari kelas ku, 12 IPA 2. Kamu tau gak dimana?” ya, maklum saja. Sekolah ku terdiri atas 3 lantai, dan kelasnya sangat banyak. Wajar saja aku kebingungan seperti ini. “Oh, mari aku antar. Aku kelas 12 IPA 1,” ujar minah. Aku membalas dengan anggukan. Sambil mengantarkanku ke lantai 3, minah bercerita bahwa dia putus dengan pacarnya karena ia tidak kuat untuk LDR-an (Long distance relationship, red) dan minah sedang menyukai anak 12 IPA 5 yang bernama Kris Wufan. Aku sangat kaget saat mengetahui Minah menyukai Kris. “Sakit banget gak, sih, lun, mentang-mentang kita LDR-an, trus dia bisa bohongin aku gitu aja. Dia bilang dia sayang sama aku, ternyata dia selingkuh. Aku udah capek pacaran sama orang yang ganteng.” minah bercerita begitu berapi-api. “Aku lebih baik sama orang yang wajahnya biasa aja tapi kelakuannya baik daripada sama orang ganteng tapi sok kecakepan,” ujar minah. “Loh, jadi maksud kamu Kris itu gak ganteng?” ujarku sedikit ngotot. minah menyenggol tanganku dengan sikutnya. “Yee, gak gitu maksudnya lun. Kris itu keren, karismatik dan baik banget. Dia gak seperti orang bilang bahwa dia jutek, kenyataannya dia gak jutek sama sekali. Meskipun dia sering diledekin karena giginya, that’s all don’t matters. Yang penting personality-nya. Don’t judge a book by its cover, kan, lun.” ujar minah. Aku hanya menganggukan kepalaku. Tak terasa aku dan minah sudah sampai di lantai 2. Aku hanya terdiam mendengarkan cerita Minah. “Gak kebayang gimana capeknya jadi anak kelas 3,” ujar minah. Akhirnya aku dan minah akhirnya sampai di lantai 3. “kelas kamu disana, tuh.” Kata minah sambil menunjuk lurus ke kelas yang pintunya terbuka. “Terimakasih minah,” ujarku sambil tersenyum simpul kepada minah. “Sama-sama,” minah tersenyum, lalu melanjutkan kalimatnya “Aku ke kelasnya kris dulu ya,” aku terdiam, tidak mau mendengarkan kalimat Minah.

Aku berjalan menuju kelas ku dengan sedikit lesu dan ragu. Dari luar sudah terdengar gelak tawa, “Wah, pasti orangnya asik-asik nih.” ucapku dalam hati. Aku memasuki kelasku, Ternyata orang yang sedang tertawa adalah Nari, Jinju dan Dain. Entah kenapa setelah aku memasuki kelas, gelak tawa itu berhenti. Sekarang mereka malah berbisik-bisik melihat ke arah ku, lalu mereka bertiga tertawa kecil. Sejujurnya aku kurang nyaman jika ada orang yang bersikap seperti itu, tapi aku mencoba untuk Positive thinking. Aku menyapa mereka, “Hai.. kalian ada yang belum dapat teman sebangku?” mereka memandangiku dari atas sampai bawah dengan tatapan sinis. “Kita semua udah dapet, Lo cari aja sendiri.” ujar Nari berlalu, yang diikuti tatapan sinis Jinju dan Dain. Aku Cuma bisa terdiam. Jinju dan Dain pun ikut berlalu bersama Nari, mereka keluar kelas. “Salahku apa sih?” ucapku dalam hati. Aku menaruh tas ku dimeja yang kosong. Aku keluar kelas, berjalan menuju kelas 12 IPA 4 dengan lemas.

-Nari’s POV, dikelas 12 IPA 2. January 10, 2014-

“Hahahahaha!! Emang sehun tuh kelakuannya lucu, selain itu dia ganteng!” ujarku sambil menunjukan foto sehun saat dia lomba makan kerupuk saat sd. Teman ku tertawa terbahak-bahak melihat fotonya, “Na, lo liat ekspresinya! Mupeng banget makan kerupuknya! Hahahahahahahaaha!!” ujar Dain sambil tertawa terbahak-bahak. “Aduh perut gue sakit ketawa mulu,” ujar Jinju. Dain lalu mempraktekkan ekspresi sehun saat lomba makan kerupuk, yang disambut gelak tawa oleh Jinju. “Hahahahahaah cukup woy cukup! Perut gue sakit banget nih” ujar Jinju. Saat aku, Dain dan Jinju asyik ngobrol, tiba-tiba seorang perempuan memasuki kelas ku. Aku menyipitkan mataku, “Lah, itu Luna kan? Ngapain dikelas kita?” kataku setengah berbisik ke Dain dan Jinju. Mereka pun berhenti tertawa. “Ih, iya, musuh lo dari kelas 2 jangan-jangan sekelas sama kita!” kata Jinju. “Sok innocent banget mukanya, gue kepret miskin lo.” Kata ku kepada Jinju dan Dain, lalu mereka tertawa kecil. “Sssst dia nyamperin, sinisin dia ya” bisik Dain yang direspon dengan anggukan oleh aku dan Jinju. “Hai.. kalian ada yang belum dapat teman sebangku?” ujar Luna. “Kita semua udah dapet, Lo cari aja sendiri.” ujarku sambil berlalu keluar kelas, tak lama kemudian Jinju dan Dain juga keluar kelas. “Luna, gue akan bikin lo sengsara dikelas ini.” Ujarku yang direspon dengan anggukan oleh Dain dan Jinju, tanda setuju. Aku, Dain dan Jinju pun ke kantin.

-Luna’s POV, dikelas 12 IPA 4. January 10, 2014-

“Gue gak ngerti salah gue apa, hun. They shut me out just like that,” curhatku kepada Sehun, sahabatku dari kelas 2 SMA. Berawal dari teman satu kelas, teman satu les, kitapun lama-lama dekat dan menjadi sahabat. “Mana tadi si Minah cerita kalo dia suka sama Kris, hari pertama gue masuk sekolah hancur. Minah tuh kayak udah deket sama Kris, hun.” Kataku sambil cemberut. “It was a bad day ever,” aku menghela nafas panjang. “Udahlah, lu positive thinking aja. Dia lagi pms kali, cewek kan kalo lagi pms udah kayak macan putih keluar dari suaka margasatwa.” Aku menoyor Sehun. “Masalahnya bukan itu, hun. Pas gue baru masuk kelas mereka masih ketawa-ketiwi. Eh, pas mereka nyadar kalo ada gue, mereka langsung pada bisik-bisik dan ketawa-ketawa kecil. Lo tau sendiri kan hun kalo gue paling gasuka digituin, tapi gue mencoba positive thinking dan nyamperin mereka. Gue malah berakhir disinisin,” aku menghela nafas. “Yaelah, lembek banget sih lu jadi cewek. Biasanya lu gak kayak gini. Dan masalah Minah, Kris ilfeel sama Minah. Minah nya ngejar-ngejar dia melulu. Cuma si Kris nggak nunjukin aja, dia kan gak tegaan.” ujar sehun yang lalu menyedot Milo-nya. “Udahlah gausah dipikirin. Emang temen lu mereka doang? Kagak kan? Masih ada gua kali, woles aja” ujar sehun sambil menepuk-nepuk pundakku. “Hmm. Makasih, ya, hun.” Ucapku sambil tersenyum. “Iya sama-sama, luna.” Sambil menatap mataku dalam-dalam, ia tersenyum.

“KRIIIING!! KRIIIING!! KRIIING!!” Bel masuk memecahkan keheningan kita berdua. “Hun gue masuk kelas dulu ya,” akupun berlari menuju kelas.

-di 12 IPA 2. January 10, 2014-

“Lun, kamu duduk sama Yejin aja. Dia juga sendirian, tuh.” Sooyoung mencolek pundakku. “Oh, terimakasih sooyoung.” Aku tersenyum kepada sooyoung. Akupun ke meja Yejin. “Hai, Yejin. Aku boleh duduk sama kamu?” “Oh, tentu boleh!” Yejin tersenyum.

Hari berganti hari, entah kenapa Yejin bersikap sangat berbeda dari waktu pertama kami duduk berdua. Dia sekarang sering mengacuhkanku, dia pun hanya mau bergaul dengan gengnya Nari, tapi tidak mau bergaul denganku. Dan aku, tidak pernah tau alasannya.

-Author’s POV. February 20, 2014-

Suatu hari, Luna benar-benar tidak kuat. Luna memaksa Yejin untuk menceritakan apa yang sebenarnya terjadi. “Yejin, tolong jelasin ke aku apa yang terjadi? Aku gak kuat dicuekkin kayak gini apalagi kita satu bangku! Tolong yejin, kasih tau aku!” ucap Luna setengah menangis, sambil menggoyang-goyangkan tubuh Yejin. Mata Yejin mulai berkaca-kaca. Yejin lalu setengah berteriak, “Aku mengacuhkan kamu kayak gini tuh karena aku disuruh sama Nari dan gengnya! Aku diancam!” Yejin pun akhirnya menangis. Dan menceritakan semuanya.

-Yejin’s POV, di Kantin. January 28, 2014-

“Eomoni, pesen es cokelatnya 1 ya. Dibungkus aja,” ucapku sambil memberi uang 5000 won. “Iya, non. Pake taburan gula gak non?” “Gak usah, eomoni.” Tiba-tiba terdengar suara teriakan Nari dan Gengnya. “Yejin!!” mereka nyamperin aku dengan tatapan tajam. “Kita harus bicara sama lo!” ucap Jinju dengan tatapan tajam “Bi..cara apa ya?” ujarku “Gausah banyak tanya deh!” ucap Dain. Nari hanya menatap ku dengan sinis. “Kok gak biasanya mereka kayak gini, ya?” pikirku. “Nih, non es cokelatnya.” Eomoni memberikan satu plastik es cokelatku. “Terimakasih, eomoni.” Aku tersenyum kepada eomoni. Jinju menarik tanganku kasar, membawa ku ke gudang sekolah. Badanku didorong oleh Dain dan Nari “Elah lo jalan lama banget sih!”

Sesampainya di gudang, mereka menyudutkan ku ke tembok. “Kalian kenapa sih? Kok jadi kasar sama aku? Kalian mau ngapain aku? Aku salah apa sama ka–“ Nari menyumpal mulutku dengan sapu tangan pink miliknya. “Ambilin tali. Cepetan!” Nari setengah membentak Dain. Dain membawakan tali yang lalu diikatkan ke tanganku. Aku mencoba memberontak tapi tak bisa. Mereka bertiga dan aku hanya sendiri. Nari membuang sapu tangannya yang tadinya disumpalkan kepada ku. “Kita mau, lo jauhin si Luna!” bentak Nari. “Kenapa aku harus jauhin dia? Emang dia salah apa?” Plak! Nari menampar pipiku. “Luna itu deket sama Sehun! Gue suka sama Sehun dan gue gaksuka ada cewek b*tch kayak Luna yang berani deket sama Sehun!” bentak Nari, dengan suara yang sangat keras. “Tapi dia gapunya salah sama aku! Kenapa aku mesti jauhin dia? Hati nurani kalian di–“ Plak! Jinju menampar pipiku. “Lo harus jauhin Luna! Kalo nggak, ya…. pisau ini jawabannya.” Bentak Jinju sambil mengeluskan pisau ke leher ku. “Aku mohon..jangan bunuh aku…” ucapku dengan lirih. “Ya kalo lo gamau kita bunuh, lo harus jauhin Luna!” bentak Dain dengan suara sangat keras. “Baik..baiklah aku akan menjauhi Luna, asal jangan bunuh aku. Kumohon..” ucapku sambil menangis. “halah, gitu aja nangis.” Ucap Nari sambil mencibir.  “Sebagai hadiahnya…lo harus gabung sama kita. Sampe kita liat lo ngobrol sama Luna, lo tau apa akibatnya, kan?” ucap Dain sambil mengelus pipiku dengan pisau. “I..iya…aku janji ga komunikasi lagi sama dia…. Sekarang tolong bebasin aku…”

-Luna’s POV. February 20, 2014.-

Yejin menangis terisak-isak menceritakan semua itu. “Ja..jaj..jadi be..be..git..u.. lun…” Yejin mengelap air matanya. “K..kk..kalau.. did..di..dia li..at ak..ku.. ng..ngg..ngobrol sama kamu, a..a..ku akan..” dia berhenti sejenak, “dibunuh…” dia menangis terisak-isak setelah melanjutkan kalimatnya. “Yejin, kamu gak perlu khawatir. kamu gak perlu mengacuhkan aku lagi, Aku berjanji untuk melindungi kamu.” Ujarku sambil mengusap pundaknya. “Aku akan laporkan ini kepada yang berwajib,” ucapku dengan tegas. “Jaj..jjj..jangan lun…kumohon….” “kenapa yejin? Ini sungguh keterlaluan!” “aku mohon, jangan, luna. Biarkan ini menjadi rahasia. Tolong..” aku menghela nafas, “yasudah, aku terserah kamu aja.” Ucapku sambil mengusap pundaknya. “jangan nangis lagi, ya.” Yejin tersenyum kepadaku.

-Oh Sehun’s POV. February 21, 2014-

“Ya, jadi gitu, hun…” Aku kaget mendengar cerita luna, bahwa Nari menyukaiku dan ia menjauhi Luna karena itu. Sampai-sampai ingin membunuh Yejin…. Ini jelas sungguh keterlaluan. “Apa-apaansih tuh cewek! Kampungan banget caranya!” teriakku, kesal. “We must stop them, hun. Kalo nggak, bisa-bisa Yejin dibunuh.” Luna menghela nafas dan melanjutkan kalimatnya, “Kalo kita nggak cepet-cepet, gue juga bisa dibunuh.” Ujar luna, lirih. “Gua tuh paling gak suka tau gak sih kayak gini! Apaansih!” luna mengusap pundakku. “kita pasti bisa, kok, mengatasi semua ini. Yakin sama gue. Oh, iya.” Dia merogoh sakunya, memberikanku selembar kertas. “Apaan, nih?” aku membuka lipatan kertas itu. “Simpen ini, ya.” Aku membaca tulisan di kertas itu. “Apaan, sih, lu? Lu ngapain segala nulis ginian?” “Udahlah, simpen aja.”

-Luna’s POV, di Kantin. February 23, 2014-

“Abeoji, pesen sotonya 1 ya. Gausah pake kecap, sambel nya yang banyak.” “sip, Non. 8000 won ya” “terimakasih, Abeoji.” Ucapku sambil memberi 8000 won. Sambil menunggu soto yang ku pesan, aku melihat Nari dan Gengnya berjalan ke arahku. “Minggir-minggir! Gue mau beli soto!” ujar Nari sambil menabrak pundakku. Aku mengelus-elus pundakku sambil menatap mereka dengan sinis. “Kenapa? Gak suka?” bentak Nari. Aku hanya diam. “Nih, non, sotonya.” Aku baru ingin mengambil sotoku, Nari sudah mengambil sotoku duluan. “Terimakasih, pak.” Ujar Nari sambil member 8000 won. “Ups!” Nari menumpahkan sotonya dibajuku, “Aaaah!” aku menjerit kepanasan. “Duh, maaf ga sengaja!” diapun tertawa sambil berlalu bersama gengnya.

Aku menangis tersedu-sedu di toilet atas perlakuan Nari kepadaku. Tiba-tiba terdengar gelak tawa perempuan… “Pasti itu nari dan gengnya..” gumamku. Aku menghentikan tangisku. Samar-samar terdengar mereka sedang membicarakanku. “Hahaha! Gue gak bisa lupain ekspresinya si Luna waktu gue tumpahin soto di bajunya, kocak banget!” “Iya..paling bentar lagi dia ngadu sama sehun! Hahaha!” “Salah sendiri sih nekat ngobrol sama si f*cking Yejin, dikira kita gak tau kali ya? Hahahaaha!” “Liat aja tuh si Luna. Have fun, babe. Sebelum lo kita bunuh! Hahahaha!” Aku shock mendengar pembicaraan mereka. Ternyata mereka tau bahwa pada hari itu, aku mengajak Yejin bicara.

-Nari’s POV. February 20, 2014-

“Melas banget ya! Hahahaha!” aku membicarakan si b*tch luna sambil menuju kelas. “Eh, tunggu dulu. Yejin mana? Kok gabiasanya dia jajan sama kita?” “Jangan-jangan…. dia lagi sama Luna!” aku dan yang lain mengintip dari jendela untuk melihat keadaaan kelas. Ternyata benar saja, Luna sedang mengobrol dengan Yejin sambil menangis. “Oh, jadi begitu, Yejin? Kau mengingkari janji kita? Haha..berani-beraninya kau. Dan Luna.. umurmu hanya sebentar.”

“Oke, guys. Kita harus buat rencana. Kita harus memusnahkan dua mahkluk itu secepatnya!” ujarku sambil berbisik. “Kita harus bikin dia celaka.” Bisik Jinju “Gimana kalo Luna kita traktir dulu dikantin, baru kita abisin di gudang!” ujar Dain dengan antusias. “Ide bagus!”

-Nari’s POV, di 12 IPA 2. March 5, 2014-

Mataku menelusuri penjuru kelas. Terlihat Luna sendirian membereskan tas untuk pulang. “Nah! Itu dia. Good timing, dia sendirian. Guys, are you ready?” bisikku pada Jinju dan Dain. “We will always ready,” kata Jinju dan Dain berbarengan.

“Hai luna..kamu kok sendirian aja? Kita mau minta maaf atas perlakuan Nari yang telah menumpahkan soto ke baju kamu,” ujar Dain dan Jinju. “Iya, gue mau minta maaf. Gue sadar kalo gue itu salah banget udah memperlakukan lo kayak gitu. maafin gue, ya?” luna masih memasang wajah tidak percaya. Dia tampaknya heran kenapa kita menjadi sangat baik kepadanya. “Hmm..ya sejujurnya aku sakit hati sih pas kamu memperlakukan aku seperti itu, apalagi itu di ruang publik. Tapi, setiap orang berhak diberi kesempatan kedua, kan? Iya, aku maafin kalian.” Ujar luna, tersenyum sambil berjabat tangan denganku, lalu dengan Jinju, dan terakhir Dain. “Terimakasih, luna. Sebagai hadiahnya…gimana kalo kita traktir kamu dikantin? Nari bakalan bayar semuanya!” seru Jinju. “Jinjja? Wah terimakasih banyak tawarannya..tapi aku ingin buru-buru pulang. Aku ada les,” ujar Luna dengan ekspresi tidak enak. “Ah sudahlah Luna gapapa, hanya sebentar, kok. Kapan lagi kita mau traktir kamu? Iya gak, girls?” ujar Dain. “Hmm..yasudah, tapi hanya sebentar kan ya?” kata Luna. “Iya, Luna. Tenang saja,” kata Jinju sambil tersenyum.

-Nari’s POV, di Kantin. March 5, 2014-

“Luna…kamu mau beli apa?” tanyaku. “aku mau beli es cokelat aja Na..” kata Luna. “Loh..itu aja? Ayo dong beli yang banyak!” Seru Dain. “Ah gapapa es cokelat aja, tadi aku udah makan soalnya..” kata Luna sambil tersenyum. “Hoek. Aku enek liat senyumannya yang sok innocent itu. Liat saja, Luna, senyumanmu akan berubah menjadi tangisan.” Kataku dalam hati. “Yasudah kalo begitu…Eomoni! Pesan es cokelatnya satu ya!” teriakku. Direspon dengan anggukan oleh Eomoni.

“Nah ini es cokelat mu Luna. silahkan dimakan,” ujarku sambil tersenyum. “Kalian kok gak beli juga? Aku jadi gaenak makan sendiri nih..” kata Luna sambil memakan es cokelat. “Ah gausah..ini kan hadiah buat kamu. Jadi spesial buat kamu,” ujar Jinju. “Cepetan kek makannya. Udah kayak putri solo aja kalo makan lama banget.” Ucapku dalam hati, tak sabar.

“Lun udah dulu yuk makannya, kita mau ngasih surprise buat kamu. sebagai permintaan maaf kita,” ujarku. “Oh, gitu, ya? Dimana emangnya?” Jinju langsung menarik tangan Luna, “Udah, yuk, ikut aja. Seru kok!” seru Jinju.

-Nari’s POV, di Gudang. March 5, 2014-

“Ha?! kalian ngapain ngajak aku kesini?” seru Luna, panik. “Ya buat bunuh lo lah! Lo fikir kita sudi bersikap baik sama lo? Hah? Lo fikir kita gak tau kalo lo ngobrol sama Yejin?” bentakku, lalu menampar pipi Luna. “Jinju..ambilin pisau! Cepet!” seru Dain. “Sambil menunggu Jinju ngambil pisau, apa kata-kata terakhir yang pengen lo ucapkan.. hmm?” Dain mengelus pipi Luna lalu menamparnya. Luna terlihat ketakutan, bibirnya bergetar. “Cepet ngomong!” bentakku didepan wajahnya. “Aku mau minta maaf sama semua orang!” Luna teriak sambil setengah menangis. “Nih.” Jinju menyerahkan pisau kepada Dain. “Dain, sini pisaunya!” seru ku. Dain menyerahkan pisau kepadaku. “Tidak! Tidak jangan aku tidak mau mati! Tolooong!! Tolong!!!” teriak Luna sambil menangis. “Tidak ada yang akan bisa menolong lo, b*tch! Goodbye, Luna.” Aku menusukkan pisau ku dilehernya, tepat di nadinya agar ia cepat mati. Brakk!! Tibatiba pintu gudang didobrak oleh….Kris. “Ngapain lo disini!” seruku panik. “Luna!!!!!” kris menjerit ketika melihat Luna berlumuran darah. “Guys ayo kita kabur!” bisikku pada Jinju dan Dain.

-Kris’s POV-

Aku berjalan menuju kelas 12 IPA 1 untuk mengambil buku komik-ku yang dipinjam oleh Minah. Saat melewati 12 IPA 2, aku berhenti sejenak. aku melihat pemandangan yang tidak biasanya. Gengnya Nari mengobrol dengan Luna. Padahal aku tau bahwa mereka sangat tidak menyukai Luna, dan mereka pernah menumpahkan soto dibaju Luna. Mengapa aku tau itu semua? Karena aku menyukai Luna.

Akupun tidak jadi ke kelas Minah, aku lebih memilih mengawasi Luna dari kejauhan karena aku takut sesuatu yang buruk akan terjadi padanya. Saat mereka selesai bercakap-cakap, aku menyembunyikan diri ke kelas 12 IPA 1. “Loh kamu ngapain kris ke sini, terlihat buru-buru juga. Ada apa?” tanya Minah. Aku jawab dengan gelengan. Saat mereka sudah pergi, aku menguntit mereka dari belakang. Dengan langkah hati-hati, ternyata mereka pergi ke Kantin. Terlihat Nari sedang mentraktir Luna. “Pasti ada yang tidak beres,” gumamku. Setelah mengawasi cukup lama, Luna diajak ke suatu tempat oleh mereka. Luna ditarik dengan paksa oleh Jinju. “Tidak, luna pasti akan dibuat celaka.” Aku menguntit mereka dari belakang, sampai akhirnya mereka sampai digudang. Aku mendengarkan dari balik pintu gudang, Luna ditampar dan disiksa. “Aku tidak bisa diam saja. Ini sudah sangat keterlaluan.” Sampai akhirnya aku mendengar suara seperti sesuatu yang ditusuk. “Pasti Luna ditusuk.” Gumamku. Aku mendobrak pintu gudang dan.. aku melihat Luna berlumuran darah. “Luna!!!!!!!” jeritku. Aku berlari kehadapan Luna. Aku menyesal terlambat menyelamatkannya. Aku menangis tersedu-sedu. “Maafkan aku, Luna..” aku langsung mengabarkan kabar duka ini kepada Sehun dan Minah.

-Author’s POV, di Pemakaman. March 6, 2014.”

Yejin menangis tak percaya. Dia ingat bahwa Luna pernah mengatakan padanya, “Aku akan melindungimu.”. Sehun, yang dikenal cowok tahan banting, menangis terisak di Pemakaman Luna. Ia Ingat bahwa Luna pernah memberi Sehun benda itu, yang membuatnya marah. Sahabat yang ia sangat sayangi, sekarang telah tiada. Kris yang dikenal sebagai cowok cool, menangis terisak di Pemakaman Luna. Ia menyesal mengapa ia tidak menyatakan perasaannya dari dulu.

“Kris, tolong baca ini.” Ujar Sehun sambil memberikan kertas. Kris membuka lipatan kertas itu, dan membacanya.

Ayah, Ibu, Sehun, dan Kris. Aku mau minta maaf atas segala kesalahanku. Aku tidak kuat hidup lagi, aku sudah terlalu sering mengalami tekanan. Mungkin didepan kalian aku tertawa lepas, tapi kalau aku sendirian aku menangis karena tidak ada yang bisa mengerti keadaanku. Aku sadar bahwa aku sudah tak lagi dibutuhkan disini, makanya Tuhan menyuruhku untuk pulang. Aku yakin, aku akan tenang di-Sana. Kalian juga pasti tenang disini, karena tidak ada yang menyusahkan kalian lagi, kan? J  dan untuk Kris… kamu ingin tau apa yang aku rasakan? Aku sakit ketika melihat kamu berdua dengan Minah, tertawa dengannya. Aku selalu bertanya kapan aku berada di posisi Minah, aku selalu bertanya kapan aku bisa menjadi orang yang kau butuhkan ketika kau sedih, aku selalu bertanya kapan aku bisa menjadi tempatmu untuk bercerita apa saja hal yang kau alami. Aku hanya bermimpi, Kris. Aku sadar bahwa Minah lebih cantik daripadaku, Cowok setampan kamu tidak akan melirik cewek biasa sepertiku. Kris, aku harap kamu mengerti sesakit apa hatiku saat ini.

With Love,

PARK LUNA.

February 5, 2014.”

“Dia menulis surat ini tepat sebulan sebelum ia meninggal?!” teriak Kris tak percaya. “Ya..” sehun hanya menatap kebawah. “Gua harap lu mengerti perasaannya, kris.” Sehun menatap sendu ke arah kuburan Luna. “Tapi hun, Gua juga suka sama Luna!”

Kamu tidak akan pernah merasakan kehilangan, sebelum orang yang kamu sayangi benar-benar pergi.

THE END


A Longlast Happinnes (Prologue)

$
0
0

A Longlast Happinnes

Title: A Longlast Happinnes (Prologue)

Author: Jung Rae Mi

Cast: -EXO’s Sehun

-OC’s Se Ra

-etc

Genre: Angst, Sad, Romance

Rating: NC-17 *I’ve been warning you!* *untuk saat ini belum*

Length: Chapter

A.N: Jiaaaah, author balik lagi nih! Dengan cerita baru! Sekedar informasi, Kim Se Ra adalah tokoh buatan author yang berpasangan dengan Sehun. Author selalu membuat cerita SunRa (Sehun-SeRa) dengan tokoh Se Ra yang tersakiti *evil laugh* (author sampai disebut author kejam). Jadi, tolong dimaklumkan kalau author sering menulis betapa sakitnya seorang  Kim Se Ra.Cerita ini juga tidak memiliki hubungan apapun dengan Fallen Angel.

PLEASE, DO NOT COPY PASTE, PLAGIARIZE, OR ANYTHING LIKE COPAS *grammarnyaparah -_-*

Oke, Happy Reading!! ^^

.

.

                                                                              .

Suho Oppa pernah bilang,

“kau akan merasakan kebahagiaan lebih ketika  orang yang kausayangi bahagia”

Eomma bilang, dia bahagia jika aku tidak berhubungan lagi dengan Sehun.

Dia tidak merestui hubungan kami.

Maka aku ingin melihat Eomma bahagia.

.

.

.

Sehun mengeratkan pelukannya. Mengecapi tiap aroma manis memabukkan yang selalu menguar dari tubuh Se Ra. Sekalipun aroma seseorang yang habis bercinta juga menguar disekitar mereka, tapi aroma Se Ra terasa lebih kuat. Dan Sehun selalu menyukai aroma ini.

“Sehun…” Gumaman ‘hm’ didapatkan Se Ra sebagai balasan. Sehun semakin mengeratkan pelukannya dan menenggelamkan kepalanya di surai coklat Se Ra. Membiarkan punggung gadis itu bersandar nyaman di dadanya. Se Ra melirik kearah jam digital di nakas samping ranjang, “Sehun, sudah jam 3 pagi, aku harus segera pergi.”

Sehun mendesah pelan. Apa harus selalu seperti ini? Tidak bisakah bersama untuk selamanya? Terbangun di pagi hari dengan menemukan sosoknya? Tidak bisakah? Kenapa takdir sekejam ini?

Se Ra perlahan membalikkan tubuhnya, lalu mengangkat kepalanya, menatap dalam ke hazel indahSehun yang menatapnya sedih.

“Haruskah seperti ini?” Tanya Sehun.

Se Ra tersenyum tipis, “ya,” lalu dia bangkit perlahan. Se Ra memungut kemeja Sehun yang berada di dekatnya dan menggunakannya. “Aku harus segera pergi. Tujuh jam lagi pernikahan Min Ah Eonnie, jam 5 pagi aku sudah harus pergi ke salon. Aku tidak ingin Eomma dan Appa mendapati bahwa pendamping wanitanya menghilang.” Kemudian sosok Se Ra menghilang dibalik pintu kamar mandi.

Sehun menatap pintu kamar mandi yang tertutup, lalu mengambil celananya dan menggunakannya. Dia duduk di sisi ranjang sembari menghela nafas pelan. Apakah memang harus seperti ini?

Se Ra keluar dari kamar mandi dengan rambut basah. Dia duduk di sebelah Sehun dan menyandarkan kepalanya di bahu lebar Sehun. Menyesapi aroma mint yang menguar di tubuh Sehun.“Oppasaranghaeyo.”

Sehun tersenyum dan mengecup puncak kepala Se Ra lembut. Sudah lama dia tidak mendengar kata ‘oppa’ dari mulut Se Ra.

Se Ra mencium lembut bibir Sehun sebelum berjalan ke pintu, dia menoleh ke Sehun dan berkata, “seandainya mereka merestui kita.”

Sehun menahan air matanya ketika pintu tertutup. Meninggalkan dia sendirian di kamar hotel ini. Tungkainya merajut langkah menuju jendela dan menatap langit gelap Seoul. “Tuhan… kenapa kau memberi kami takdir sekejam ini?”

.

.

.

Se Ra menutup pintu kamarnya dan bersandar disana. Isakan mulai muncul di bibirnya dan tubuhnya merosot jatuh pelan di lantai.Tubuhnya berguncang hebat dan air matanya mengalir dengan deras. Berat rasanya, ketika hubungan yang sudah dijalani selama bertahun-tahun tidak direstui.

“Se Ra…”

Se Ra mengangkat kepalanya dan bertemu dengan kakaknya. Isakannya mengalir semakin deras. “Jongin Oppa…. Hiks.”

Kai pun segera membawa Se Ra ke dalam pelukannya.Berusaha menenangkan Se Ra. Dialah yang membawa Se Ra untuk bertemu Sehun tadi. Karena yah, seperti yang dikatakan tadi. Hubungan mereka tidak direstui sehingga Kai membawa mereka berdua untuk bertemu diam-diam.

“Hei, Se Ra, jangan menangis, okay? Matamu bengkak, Min Ah pasti tidak mau jika pendamping wanitanya terlihat jelek.” Kai menghapus air mata Se Ra. Se Ra tertawa kecil dan mengerucutkan bibirnya lucu. Kai mengusak kepala Se Ra, “tidurlah.Dua jam lagi kau harus pergi ke salon untuk didandani.”

Se Ra mengangguk dan segera merebahkan tubuhnya di tempat tidur. Menenggelamkan dirinya dalam selimut. Sedangkan Kai duduk di sofa kamar, menatap layar ponselnya lamat.

.

.

.

Min Ah tersenyum girang menatap sosoknya di cermin. Gaun putih indah itu melekat erat ditubuhnya. Dia melirik adik bungsunya. Se Ra yang terlihat begitu manis dengan rambut yang dibuat ikal, dan gaun putih selutut yang indah. Min Ah diberikan sebuah gelang sebagai something blue dari Eomma-nya.

“Se Ra, kau terlihat cantik sekali, melebihi diriku. Aku heran, kenapa sampai sekarang kau belum memiliki kekasih!” Tutur Min Ah.

Se Ra tertawa kecil, “salahkan kembaranmu yang terlalu protektif padaku.”

Min Ah seketika mendengus kesal, “ah, ya. Si Jongin sialan itu. Sampai sekarang aku masih bingung kenapa dia harus menjadi pendamping pria.”

Wanita paruh baya yang sedari tadi mendengarkan percakapan kedua saudara ini tertawa kecil, “calon suamimu sendiri yang memintanya, anakku.”

Pintu ganda di sisi ruangan terbuka, memperlihatkan sosok pria paruh baya yang tersenyum pada mereka.“Sudah waktunya.” Ucapnya.

.

.

Langkah Se Ra terasa berat menuju  altar. Hatinya terus dipikirkan akan kenyataan bahwa tadi adalah saat terakhirnya bertemu dengan Sehun. Ya, ketika dia baru saja keluar dari kamar hotelnya, dimana ada Sehun dihadapannya.

.

“Apa yang kau lakukan disini? Orangtuaku akan marah melihatmu.”Ucap Se Ra.

Sehun tersenyum, lalu menyodorkan sebatang Agapanthus dihadapan Se Ra, “disetiap pernikahan, ada something blue, ‘kan? Meskipun bukan kau yang menikah, tapi aku ingin memberikan ini untukmu. Something Blue dariku. Aku mencintaimu, Oh Se Ra.” Lalu Sehun mengecup bibir Se Ra lembut.

Dan setelah itu Sehun berbalik pergi.

Meninggalkannya yang menatap agapanthus itu.

.

Se Ra sampai di altar. Dia tersenyum pada sang pendeta, mempelai pria, dan Kai yang menatapnya khawatir.

Min Ah pun datang, lalu berdiri di sebelah Se Ra, berhadapan dengan lelaki tampan yang akan mengikat hubungannya dengan Min Ah.

Pendeta itu berdehem sejenak, lalu mengucapkan kata-kata pembuka. Kemudian dia menatap sang mempelai pria dan menatapnya serius, bersiap mengucapkan sumpah. “Apakah engkau, Oh Se Hun, bersedia untuk menerima Kim Min Ah sebagai istrimu, mendampingi hidupnya sepenuh hati, bersama dalam tiap suka dan duka, hingga maut memisahkan?”

Sehun menarik nafas sejenak, “saya bersedia.”

Itu menohok Se Ra. Tapi dia masih bisa menahan tangisannya. Hingga akhirnya, ketika bibir Sehun dan bibir Min Ah bertemu dihadapannya, yang bisa dia lakukan hanyalah menangis sembari tersenyum. Dimana orang-orang akan mengira dia terharu.

Kai tahu satu hal tentang Se Ra,

Gadis itu akan bahagia jika orang yang disayanginya bahagia.

Meskipun dia tersakiti.

She always smile, in every pieces of her broken heart.

.

.

.

To Be Continued…

Okeeee~ itu prolognya! Ehehehe, kepanjangan yah? -,-maaf. Kkkk~ author lupa dapat inspirasi darimana nih FF. seingat author sih, kayaknya pas abis baca Conan, yah? Tauk ah, lupa.

If you want to know me more, contact me on my twitter @shinjishinyuki.

JANGAN LUPA KOMENTARNYA~!!

FF ini juga kiayaknya bakal lama dilanjutin soalnya author udah harus fokus buat ujian. Oke, jangan lupa komentar!


Love Guarantee (Chapter 8)

$
0
0

Love Guarantee (Chapter 8)

Author : RahmTalks

Genre  : Romance, Friendship, Hurt/Comfort

Length : Chapter | Rating : PG-15

Casts : Choi Nayoung (OC), Byun Baekhyun, Do Kyungsoo, Park Kyura (OC)

 love guaranteee

===

Hari yang cerah. Nayoung bangun pagi-pagi sekali dan segera menuju dapur untuk mempersiapkan makanan. Hanya membutuhkan waktu lima menit untuk menyelesaikannya karena ia hanya mengeluarkan roti tawar dan lain-lain untuk sarapan.

Ia mengoleskan selai coklat pada selapis roti tawar dan menutupnya kembali dengan roti. Dinikmatinya sarapan itu di setiap kunyahannya hingga akhirnya ia membuat roti selai lagi. Semenjak tinggal

disana, baru kali ini nafsu makannya kembali seperti semula, yaitu amat besar.

Sambil mengunyah ia mengingat ingat kembali apa yang harus ia lakukan, dan untuk mengantisipasi jika ia lupa, maka kegiatan itu segera ia lakukan sekarang. Langkah kakinya menuju ke kamar dan membuka laci samping tempat tidur. Dikeluarkannya beberapa botol kecil yang masing-masing berisi tablet obat dengan warna serta bentuk yang berbeda. Setelah roti di dalam mulutnya benar-benar habis tertelan, ia meneguk air dan mulai memasukkan obat dari dokter Yoo ke dalam mulutnya.

Ia duduk sebentar untuk menunggu makanannya sampai ke lambung, kemudian memakai jaket dan celana training karena ia berniat untuk lari pagi. Lebih tepatnya hanya berjalan-jalan, karena ini sudah terlalu siang bagi rata-rata orang untuk melakukan jogging. Ia melihat mobil Kyungsoo terparkir tidak pada tempatnya, yaitu di depan pagar.

Parkir secara sembarangan bukanlah style Kyungsoo karena ia tahu Kyungsoo adalah orang yang amat terorganisir. “Semalam ia kemana?” Gumamnya. Namun ia segera menepis rasa ingin tahunya dan berlari kecil keluar.

Semalaman ia sudah mempelajari banyak hal yang ada dalam buku harian beserta album-album fotonya, ia berencana akan mendatangi tempat-tempat yang tertera disana. Jadi tujuan utamanya bangun pagi-pagi dan keluar adalah mencoba ‘mengulang’ seperti yang dokter Yoo katakan. Karena ia tak bisa hanya bergantung pada obat.

Ia mulai dari sebuah taman bermain, tempatnya dan Baekhyun mampir setiap pulang sekolah untuk main ayunan, makan es krim, menjahili orang-orang, bahkan ikut bermain dengan anak kecil. Kekanakan memang. Namun mereka tidak memperdulikan apa yang orang lain pikirkan tentang mereka, asal mereka terus bersama mereka merasa senang. Mereka memang tidak satu sekolah, namun tak jarang juga Baekhyun menjemputnya hanya untuk pulang bersama.

Taman masih sepi, tentu saja karena ini masih sangat pagi. Nayoung duduk di sebuah ayunan dan mendorongnya dengan kakinya sendiri agar bergerak. Cukup lama ia bermain ayunan namun ia tak mendapat penglihatan apapun. Matanya terus bergerak tiap ada yang lewat hingga ia asik sendiri dengan kegiatan itu dan melupakan tujuan utamanya.

Dan se-mengasyikkan apapun suatu kegiatan, tentu akan ada saat dimana pelakunya merasa jenuh. Itulah yang kini Nayoung rasakan. “Mungkin belum.” Ucapnya seraya melangkah menuju tempat selanjutnya, yang sudah ia hafal betul namanya. Mungkin bukan disini tempatnya, namun ia tak kecewa karena masih banyak tempat yang menunggu untuk ia kunjungi.

Terlalu banyak tempat yang ia kunjungi menurut buku harian itu sehingga ia harus memulainya sejak pagi. Ia sendiri khawatir jika nantinya hari ini tak membuahkan hasil, yang artinya ia harus mengulang pada hari selanjutnya. Dan bisa dipastikan, tubuhnya akan sangat lelah ketika tiba di rumah.

Ia melangkah ringan menyusuri trotoar dengan kedua tangan dimasukkan pada saku jaketnya. Melihat anak-anak sekolah dasar yang berangkat menuntut ilmu dengan wajah semangat membuat hatinya ikut senang.

“Apakah masa SD ku semenyenangkan mereka?” Senyum kecil meluncur dari bibirnya tatkala ia membayangkan bagaimana masa kecilnya.

Ia berjalan searah dengan gerombolan anak SD yang berada di depannya. Keasyikan serta keceriaan anak-anak SD itu membuatnya tertarik untuk mengikutinya. Tak jauh dari sana berdiri dengan kokohnya sebuah Sekolah Dasar dengan cat berwarna biru muda. Beberapa pohon yang ditanam di depan pagar menambah kesan asri dan sejuk pada sekolah itu.

Langkahnya semakin pelan ketika matanya tiba-tiba tertuju pada suatu objek. Objek yang menurutnya menarik dan meningkatkan rasa ingin tahunya.

Seorang ibu yang masih terlihat muda sedang mengantar anaknya naik sepeda. Ia mambayangkan ibu itu adalah ibunya dan anak kecil itu adalah dia. Senyumnya terkembang saat membayangkan hal yang menurutnya lucu tersebut.

“Eunji-ya! Jika tidak cepat kau bisa terlambat!” Ucap eomma Eunji yang tengah menyiapkan sepatu dan tas kuning milik Eunji.

“Ne. Eomma… Sebwenta lahi, au bwesama appa saha. (Sebentar lagi, aku bersama appa saja).” Jawab Eunji dengan mulut yang dipenuhi makanan.

“Appa sudah berangkat tadi pagi, jadi terpaksa eomma yang mengantar.”

“Au suah siap eomma.” Eunji berdiri di samping eommanya sambil berusaha menelan sarapannya.

“Pelan-pelan sayang, kau bisa tersedak. Apa susumu sudah diminum?”

“Sudah. Kajja, aku tak mau dihukum karena terlambat.”

“Tentu saja. Eomma juga tak mau menanggung malu karena kau terlambat.” Pasangan ibu dan anak itu melangkah menuju garasi untuk mengambil motor.

“Mwo? Bannya bocor? Sial! Ini tidak akan sempat.”

“Eothokke?” Keduanya saling menatap dan secara bersamaan mata mereka tertuju pada sebuah sepeda yang ada di pojok garasi. Keduanya tersenyum penuh arti.

Itu adalah pertaman kalinya Eunji diantar ke sekolah naik sepeda.

Sebuah flashback terlintas begitu saja di dalam benaknya. Ia segera berpegangan pada pagar rumah orang lain sebelum ia benar-benar limbung dan jatuh.

Setelah keadaannya mulai stabil dan tak merasa pusing lagi ia meneruskan kegiatannya. Berjalan dengan irama, selalu tersenyum, dan memberi salam pada setiap orang. Ia tak pernah merasa sebaik ini sebelumnya.

Seorang yeoja yang kira-kira lebih muda darinya melihat ke arahnya dengan seksama, bahkan rela berhenti hanya untuk menatap Nayoung lebih dekat.

“Apa ada yang salah denganku?” Tanya Nayoung polos. Ia pun berhenti sambil merapikan pakaian dan rambutnya.

“Eunji sunbae?” Nayoung berfikir keras. Siapa yeoja di depannya? Adik kelasnya saat SMP? SMA? SD? Atau di tempat kursus? Akan sangat memalukan jika ia tak tahu namanya, sedangkan gadis di depannya ini hafal betul dengannya. ‘Berarti kami cukup akrab.’ Batinnya.

“Iya. Lama tak jumpa. Bagaimana kabarmu?” Nayoung bersikap normal.

“Aku baik-baik saja sunbae. Lama tak bertemu sunbae makin cantik saja.”

“Jinjja? Kau juga makin cantik. Ah, kau mau kemana?”

“Ke perpustakaan.”

“Kau rajin sekali. Baiklah, selamat belajar. Hwaiting!”

“Terima kasih. Eum… Eunji sunbae?”

“Ya?”

Yeoja itu tersenyum malu ketika Nayoung menatapnya penuh selidik. “Apa kau masih bersama Baekhyun sunbae?” Tanya yeoja itu agak sungkan.

“Ah… Eum…” Nayoung hanya tersenyum ala kadarnya karena ia sendiri belum tahu apa statusnya dengan Baekhyun sekarang. Ia juga tak pernah menyangka bahwa hubungannya dengan Baekhyun cukup terkenal dulu.

Senyuman itu diartikan ‘Ya’ oleh yeoja di depannya. “Kalian berdua sangat serasi. Kudoakan kalian akan menikah nantinya.”

“Terima kasih.” Nayoung tersenyum meskipun ia yakin senyumannya sangat aneh.

“Baiklah sunbae, aku permisi dulu. Senang bertemu denganmu. Annyeong.” Yeoja itu membungkuk.

“Annyeong.”

===

Nayoung menyusuri trotoar dan kini lalu lintas nampak lebih padat daripada beberapa saat yang lalu.

TIN TIN

Sebuah mobil bergerak perlahan sebelum akhirnya berhenti di sebelahnya. Pemiliknya membuka kaca mobil dan rupanya itu adalah Baekhyun.

“Hai! Kau sedang lari pagi, eoh?”

“Ne. Mau kemana sepagi ini?”

“Sebenarnya aku mau ke rumah Kyungsoo, tapi tidak jadi.”

“Wae?”

“Kau mau menemaniku sarapan?” Baekhyun malah balik bertanya.

“Eommamu tidak pernah memasak? Mengapa kau selalu makan di luar?”

“Aku tidak suka masakan eomma, lebih enak masakan pembantuku. Namun ia baru datang pukul 12.” Baekhyun keluar dari mobil.

“Kau pasti lapar. Kajja.” Baekhyun membuka pintu mobil mempersilakan Nayoung masuk, jadi mau tidak mau Nayoung menerima tawaran itu.

“Bagaimana tidurmu semalam? Apa obat dari Dokter Yoo cukup membantu?” Tanya Baekhyun di sela-sela perjalanan.

“Aku tidur sangat nyenyak. Obat itu benar-benar berfungsi.” Baekhyun tak menjawab lagi melainkan hanya tersenyum puas.

Restoran tempat Kyura bekerja merupakan tujuan Baekhyun kali ini, namun sayangnya Kyura belum ada di tempat.

“Kau mau pesan apa?” Tanya Baekhyun.

“Aku sudah makan tadi.”

“Kau makan apa?” Baekhyun curiga.

“Roti tawar.” Jawab Nayoung polos.

“Baiklah, apa kau mau Hoeddeok?” Nayoung memutar bola matanya dan meggigit bibir bawahnya mencari jawaban.

“Kau harus memilih. Menjawab ‘ya’ atau mengangguk.” Akhirnya Nayoung mengangguk pasrah karena semua permintaan Baekhyun sulit untuk ditolak. Begitu menurut penuturannya di buku harian, dan ia rasa itu benar.

“Hoeddeok dua dan coklat panas dua. Eum, dan air putih satu.” Ujar Baekhyun pada pelayan.

Suasana diantara mereka masih agak canggung karena Nayoung masih butuh bradaptasi dengan sikap Baekhyun. Selain itu ia juga masih merasa tak enak berhadap-hadapan dengan Baekhyun seperti ini. Membuatnya gugup dan sungkan. Sementara Baekhyun tidak mau terburu-buru dalam mengambil sikap. Bisa-bisa Nayoung malah muak dengan sikapnya yang berlebihan.

Ketika obrolan diantara mereka sedikit naik frekuensinya, lonceng di pintu masuk berbunyi pertanda bahwa seseorang datang. Itu adalah Kyura yang nafasnya terengah engah, pakaian dan rambut berantakan, dan keringat menggelincir di pelipisnya.

“Kyura!” Baekhyun yang pertama menyadari kehadirannya langsung berbalik dan menyapanya sambil melambaikan tangan. Kyura balas melambaikan tangannya sambil tersenyum. Padahal lensa matanya tidak menangkap wajah Baekhyun, melainkan etalase kosong yang ada di depan Baekhyun, yang harusnya sudah berisi aneka cake. Ia benar-benar terlambat pagi ini dikarenakan kejadian dini hari tadi. Pipinya merona ketika mengingat kejadian beberapa jam yang lalu.

Ia melepas mantelnya dan meletakkannya di dekat meja kasir –tempat seharusnya ia berada. Dengan segera ia mengambil beberapa wadah berisi cake, untuk ditata dalam etalase.

“Bos belum datang kan?”

“Pagi ini kau selamat. Tak biasanya kau terlihat berantakan seperti ini.” Ucap Yoori yang sedang membawa kue kering dari dapur.

Kyura mengernyitkan alis, kemudian menghentikan aktivitasnya dan menatap pantulan dirinya di kaca jendela. Ia rapihkan seragamnya dan menyisir rambutnya dengan jari.

“Sudah?”

“Tidak mengubah apapun. Apa semalam ada film bagus?” Yoori membenarkan posisi kursi di dekat meja kasir.

“Memangnya ada?” Kyura masih meneruskan pekerjaannya.

“Malah balik bertanya. Jika kau disejajarkan dengan panda, mungkin sekarang aku tak bisa membedakannya. Kau sedang memikirkan banyak hutang? Atau memikirkan trik untuk menarik pelanggan?” Katanya bermaksud mengejek.

Kyura baru paham maksudnya. Dan akibatnya ia tak berani mengaca di cermin untuk melihat wajahnya, yang sudah pasti terlihat seperti zombie.

“Apa terlihat jelas? Aish!” Gerutunya, sementara temannya hanya mengendikkan bahu.

Kyura sudah menyelesaikan menata semua cake dan kue kering di etalase. Kini ia hanya duduk di meja kasir sembari memperhatikan pelanggan yang datang. Ia ingat bahwa tadi ia mendengar suara Baekhyun. Segera dicarinya sosok itu dan akhirnya ia temukan berada di meja nomor 12 dekat jendela. Barulah ia sadar bahwa Baekhyun tidak sendirian, melainkan bersama seorang yeoja yang kini tengah duduk memunggungi Kyura.

‘Jika dilihat-lihat, itu bukan Sujin. Mungkinkah… Nayoung?’ Kyura memiringkan kepalanya mulai membuat berbagai asumsi.

“Jieun, apa itu pesanan untuk meja nomor 12?” Tanyanya seperti menodong ketika temannya baru keluar dari dapur.

“Omo! Cuci mukamu dulu!” Kata Jieun.

“Nanti. Aku saja yang mengantar ya?” Ucap Kyura antusias, dan mana bisa Jieun menolak bila dihadapkan dengan puppy eyes milik Kyura –jangan lupa dengan kantung matanya.

Nampan sudah berada di genggamannya dan kini ia berjalan dengan ceria ke meja Baekhyun.

“Annyeong Baekhyun. Annyeong Nayoung-ssi.”

“Annyeong Kyura-ssi.” Balas Nayoung tak kalah ceria.

“Haha… Ada apa dengan mukamu? Aigoo…” Komentar Baekhyun sudah bisa ditebak oleh Kyura.

“Aku baru tidur dua jam dan tentu saja bangun kesiangan. Aku hanya memiliki waktu 15 menit untuk sampai kesini setelah bangun. Hebat kan? 15 menit bukanlah waktu yang lama.”

“Oh… Jangan biasakan begadang.” Nasihat Baekhyun dan semburat merah muncul di kedua pipi Kyura, ia teringat lagi akan kejadian beberapa jam yang lalu. Hanya Nayoung yang menyadari hal itu namun ia lebih memilih untuk diam.

“Ah iya Baekhyun, setelah ini bisakah aku berbicara denganmu? Hanya berdua.”

===

Nayoung menikmati coklat panasnya yang sedikit mengepulkan asap, duduk manis sambil sesekali melirik ke arah pengunjung lain. Alasan ia masih disana adalah menunggu Kyura dan Baekhyun yang sekitar dua menit yang lalu berjalan keluar.

“Ada apa?” Tanya Baekhyun malas. Tentu saja malas, Kyura baru saja mengganggu momentnya bersama Nayoung.

“Apa kau tidak sedang melupakan sesuatu?”

“Apa?” Baekhyun menatapnya penasaran namun ia tak kunjung menjawab hingga Baekhyun merasa kesal. “Jangan membuatku penasaran! Apa yang ingin kau katakan? Aku lupa tentang apa?”

“Apa ya?” Goda Kyura.

“Ya!”

“Perjodohan. Sujin. Kau harus segera membuat kepastian, lebih menuruti orang tuamu atau Nayoung.”

“Ah! Bagaimana bisa aku melupakan hal sepenting ini!” Baekhyun menepuk jidatnya.

“Jadi bagaimana?”

Baekhyun menggigit bibir bawahnya. Cukup lama tak kunjung memberi jawaban, karena pikirannya sedang melayang entah kemana dan sampai sekarang belum kembali juga.

Langkahnya ia hentikan secara mendadak membuat Kyura ikut berhenti. “Aku akan memperkenalkan Nayoung kepada orang tuaku. Sebagai Eunji tentunya. Bukankah perjodohan ini ada karena kekhawatiran mereka terhadap keadaanku dulu yang ditinggal oleh Eunji. Jika Eunji sudah kembali, secara otomatis perjodohan batal bukan?”

“Serangan secara sepihak? Apa kau yakin? Orang tua kalian adalah relasi bisnis, mereka bersahabat, dan orang terhormat. Kurasa tidak akan semudah itu untuk membatalkan perjodohan kalian. Bisa-bisa keluargamu dianggap merendahkan keluarga Sujin.”

Baekhyun mendengus, perkataan Kyura ada benarnya juga. Hanya dengan membayangkannya saja sudah membuatnya bingung alasan apa yang harus ia utarakan, karena orang tuanya sangat idealis.

“Kau ada saran?” Baekhyun bertanya antusias, namun gelengan kepala Kyura membuatnya menghela nafas panjang dan berat.

“Jadi apa tujuanmu mengajakku membicarakan ini? Tak ada saran sama sekali?” Baekhyun menatapnya memohon. Kyura menatap langit dan membasahi bibirnya. “Bagaimana jika Sujin juga menolak perjodohannya?”

“Terdengar hebat! Bagaimana caranya aku merubahnya menjadi anak pembangkang, huh?” Tanya Baekhyun meremehkan.

“Ajak saja dia kerja sama. Kalian berdua harus membuang jauh rasa gengsi pada orang tua kalian, dan pasanglah muka semelas-melasnya dan merengek agar perjodohan dibatalkan. Ingat, harus all out dan semeyakinkan mungkin. Kalian anak tunggal, mana tega orang tua kalian membiarkan kalian menderita.”

“Hmm… Terdengar cukup mudah. Mengapa tidak dari dulu aku melakukannya. Lalu alasannya? Tidak mungkin kan dia mengatakan tentang kekasihnya. Bisa-bisa orang tuanya membunuh namja itu.” Baekhyun memasang ekspresi aneh dan segera menutup mulutnya. “Tadi kau tak dengar apapun kan?”

“Haha… Aku sudah tahu semuanya. Dua tahun berstatus sebagai sepasang kekasih, kalian sama sekali tak mencintai satu sama lain kan?”

“Ba—Bagaimana kau tahu?”

“Tidak penting. Yang penting sekarang pikirkanlah apa yang akan kalian jadikan alasan dihadapan orang tua kalian. Katakan saja bahwa kalian tidak cocok dan itu sudah tidak bisa ditolerir lagi, dan sebagainya dan… Apapun lah. Bukankah kau pintar membuat alasan, Byun Baekhyun?”

“Aku baru sadar… Kau jenius! Kyura jjang!” Baekhyun mencubit kedua pipi Kyura dan menariknya dengan amat keras. Luapan kegembiraannya.

“Aish! Lepaskan!” Kyura memukul tangan Baekhyun tak kalah keras.

“Sakit? Tidak kan? Tadi amat pelan kok.” Baekhyun mengelus pipi Kyura. Lebih tepatnya menepuk-nepuk pipinya.

Mereka menciptakan keributan di trotoar dan tentunya mengundang perhatian orang-orang yang lewat. Termasuk seseorang yang tengah berdiri di bawah lampu jalanan tak jauh dari tempat mereka berdiri. Kim Jongdae. Senyum tipis tersungging di salah satu sudut bibirnya ketika bis yang ia tunggu akhirnya datang.

“Kau hidup dengan sangat baik.” Gumamnya ketika bis yang ia tumpangi melewati dua manusia yang sejak awal kemunculan sudah ia perhatikan.

 “Ya! Jauhkan tanganmu atau kupotong! Pergilah! Kembali pada Nayoung.” Teriak Kyura.

“Omo! Kau galak sekali. Gomawo.” Baekhyun menepuk puncak kepala Kyura dan berbalik dengan senyum yang tak pernah lepas dari wajahnya.

Ketika ia masuk ke dalam restoran, Nayoung tak berada di tempat semula. Pandangan ia edarkan ke seluruh penjuru ruangan namun tak menemukan apa yang ia cari.

“Dia sedang berdiri di sana.” Ucapan Kyura mengagetkan Baekhyun dan ia menoleh ka arah yang dimaksud. Dilihatnya Nayoung sedang berdiri di depan sebuah toko sambil memandangi gaun yang dibalutkan pada manekin.

“Hmmm… Seleranya tinggi.” Komentar Kyura sambil mengangguk anggukkan kepalanya seolah sedang menilai sesuatu. Baekhyun menoleh sekilas dan segera menyusul Nayoung.

“You got her. Baekhyun.” Gumam Kyura sambil tertawa kecil.

“Ah.. Sudah selesai?” Nayoung menyadari kehadiran Baekhyun.

“Gaun yang cantik.”

“Eum. Iya.” Jawabnya biasa saja, tak menunjukkan bahwa ia amat ingin memilikinya.

Saat menjawab, Nayoung galagapan dan mencuri-curi pandang sedikit ke arah samping. Baekhyun mengikuti arah pandangnya, “Boneka itu besar ya?” Ia gerakkan dagunya ke samping, menggesturkan Nayoung agar melihat ke arah yang ia maksud.

“Ne. Boneka beruang itu amat menggemaskan!” Jawabnya seidikit lebih antusias. Dugaan Kyura dan Baekhyun salah. Nayoung bukannya sedang mencermati gaun hitam itu, melainkan memperhatikan sebuah boneka beruang yang amat besar, yang ukurannya hampir menyamai tubuhnya yang mungil.

“Kau menginginkannya?”

“Eh? Tidak. Aku hanya berfikir bagaimana jika ia hidup. Aku ingin memeliharanya!”

“Hahaha… Kau lucu sekali.”

“Aku bukan pelawak!”

“Tapi kau lucu!”

“Aish! Kajja kita pulang.”

“Kau duluan saja. Ini, masuklah lebih dulu.” Baekhyun menyerahkan kunci mobilnya.

Nayoung duduk dengan nyaman di dalam mobil. Ia memandangi interior mobil Baekhyun yang terkesan mewah. Dimainkannya miniatur anjing di depan kaca yang kepalanya dapat bergerak karena ada per.

Matanya bergerak ke bawah dan ia menunduk untuk mengikat tali sepatu yang ternyata lepas. Tiba-tiba ia mendengar pintu belakang mobil terbuka. Ia menoleh dengan cepat karena ia kira orang asing. Betapa kagetnya, ia melihat boneka beruang yang menjadi incarannya tadi tengah duduk di kursi belakang. Kemudian Baekhyun masuk ke dalam mobil.

“Kau membelinya? Untuk apa?” Nayoung tak terima karena ia lebih dulu melihat boneka itu namun kini direbut oleh Baekhyun.

“Kau bilang ingin memeliharanya? Maka siapkan kandang untuknya.”

Ia menatap Baekhyun yang sedang memasang sabuk pengaman. Cara Baekhyun menunjukkan kasih sayangnya memang terlihat umum, dan sudah sering digunakan kebanyakan orang.

“Untuk apa kau melakukan ini?”

“Hanya ingin.”

“Kenapa?”

“Molla. Mungkin karena kau.”

Hening. Hanya suara deru mesin mobil yang terdengar.

“Gomawo, Bacon.” Biasanya, bila yang mengatakan itu adalah orang lain, maka ia akan langsung memukul kepalanya dengan buku. Namun kali ini Nayoung aka Eunji! Dulu ia biasa mengejek Baekhyun dengan panggilan itu. Meskipun dulu ia kesal, namun sekarang ia amat merindukan panggilan itu.

Lagi, kegembiraan meluap-luap dalam diri Baekhyun.

Baekhyun masih melihat Nayoung tak percaya, namun ia dikagetkan dengan suara klakson truk. Hampir saja mereka terlindas oleh truk.

“Hati-hati.” Ucap Nayoung masih shock.

Baekhyun tak mengindahkan kata-katanya, “Bagaimana kalau hari ini kita bersenang-senang?”

“Bersenang-senang? Melakukan apa?”

“Ya… Kita pergi ke suatu tempat dan… Bersenang-senang.” Baekhyun kehabisan kata-kata.

“Boleh.” Jawab Nayoung singkat dan semburat merah terlukis di pipinya. “Tapi Baekhyun, aku belum mandi. Bagaimana kalau agak siang?”

“Eum… Tak apa. Aku akan menunggumu.”

“Baiklah.”

===

Begitu tiba, mereka langsung disambut oleh Kyungsoo yang sedang berkutat dengan laptopnya di teras.

“Pagi ini cerah sekali kan?” Cetus Kyungsoo yang hanya sekian detik menatap mereka kemudian kembali ke laptopnya.

Nayoung langsung masuk dan bergegas mandi karena tak mau membuat Baekhyun menunggu lama. Selain itu, ia juga tak mau merusak image Eunji yang baik seperti dulu di depan Baekhyun.

“Sedang mengerjakan tugas Lee songsaengnim, eoh?” Baekhyun menjulurkan kepalanya ke depan layar laptop.

“Kau sudah selesai?”

“Apa gunanya mempunyai sahabat?” Jawab Baekhyun enteng sambil menyeruput teh milik Kyungsoo. Senyum jahil menghiasi wajah jahilnya.

Kyungsoo mendongak dan menatapnya bosan, “Beruntung sekali kau kenal dengan orang rajin sepertiku.” Kemudian kembali ke layar laptopnya.

“Kau terlalu rajin, bahkan hari libur pun kau berkutat dengan tugas. It’s a free time dude! Lets have fun!”

“I have my own way to get fun.” Jawab Kyungsoo datar sedangkan Baekhyun hanya berdecak.

“Baek, mengenai Nayoung… Tidakkah sebaiknya dia tinggal di rumahnya sendiri?” Nada Kyungsoo terdengar serius.

“Oh. Aku sudah menyuruh orang membersihkan rumah itu. Lagi pula, aku juga tidak mau dia terus-terusan tinggal bersamamu!” Cetus Baekhyun dengan ekspresi uniknya.

“Lusa dia sudah bisa pindah kan?”

“Ya.” Ucap Baekhyun mantap. “Apa kau punya makanan? Aku masih lapar.” Lanjutnya namun ia tak menunggu jawaban melainkan langsung masuk ke dalam. Kyungsoo sudah memaklumi tingkah laku sahabatnya itu.

Baekhyun menyeduh teh dengan air yang sudah tersedia di termos dan makan beberapa biskuit yang disimpan di lemari. Baginya, rumah Kyungsoo merupakan gudang makanan dimana ia dapat menemukannya di sembarang tempat. Sebenarnya di rumah ada lebih banyak makanan, namun ia lebih senang mengacau di rumah Kyungsoo.

Ia membawa secangkir teh dan sekaleng biskuit keluar, lalu duduk di kursi kosong sebelah Kyungsoo.

“Apa kau butuh bantuan?” Tawar Baekhyun karena melihat wajah serius Kyungsoo. Baekhyun langsung memanyunkan bibirnya karena tak menemukan jawaban dari Kyungsoo.

“Pastikan besok atau lusa ia sudah pergi dari sini.”

“Sedari tadi kau hanya memikirkan itu?” Baekhyun merasa menemukan keganjilan.

“Tidak, hanya saja karena terkadang kau tak bisa dipercaya.”

“Kenapa kau begitu menginginkan di segera pergi? Apa dia menjadi beban hidupmu? Baiklah, katakan saja akan kubayar semuanya.”

“Bukannya begitu, masalahnya aku sudah berjanji pada seseorang.”

“Siapa?”

Kemudian Nayoung keluar. Rambutnya ia biarkan terurai, mengenakan kaos putih dan cardigan orange kekuningan serta celana jeans biru yang pas di kakinya. Tak lupa pula sepatu kets yang ia beli beberapa minggu yang lalu dengan uang Kyungsoo.

“Kajja.”

===

Pertama-tama mereka pergi ke danau. Awalnya mereka hanya duduk dan melihat aktivitas orang lain. Merasa bahwa kegiatan itu lumayan membosankan, akhirnya kegiatan berganti menjadi hal yang cukup mengasyikkan bagi mereka. Minum jus buah, makan tteokbokki, bermain tebak-tebakan, main kejar-kejaran, dan berfoto bersama. Jangan lupakan juga tawa yang selalu menjadi backsound setiap gerakan mereka. Semua yang mereka lakukan seolah membuat orang iri. Diantara sekian banyak pasangan yang juga menghabiskan waktu disana, keduanya-lah yang paling mengganggu karena paling berisik dan semangat.

Setelah dirasa cukup, mereka meninggalkan danau dan berkeliling Seoul untuk mencari makan siang. Pilihan mereka jatuh pada sebuah restoran yang tak begitu besar dan mereka memesan bulgogi. Bahkan saat makanpun, gurauan dan tawa selalu setia mengiringi mereka. Mungkin mereka beranggapan bahwa hanya merekalah yang hidup di planet ini.

Membutuhkan waktu satu setengah jam bagi mereka untuk menetap di sana. Waktu yang sangat singkat untuk pasangan muda-mudi menikmati makan siangnya –namun waktu yang amat sangat lama bagi orang yang tak punya pasangan.

Seolah tidak mau menyia-nyiakan hari ini terlewat begitu saja, setelah makan mereka menuju ke pantai. Awalnya hanya Baekhyun yang menceburkan kaki di air sedangkan Nayoung hanya melihat. Namun setelah Baekhyun menciprati Nayoung dengan air dan dibalas, keadaan yang semula tenang berubah menjadi kacau. Mereka terus bermain entah saling menyerang dengan cipratan air, kejar kejaran di pesisir, perang pasir, juga ikut bergabung bermain voli pantai. Hampir semuanya mereka lakukan seolah tak memiliki rasa lelah.

Waktu sudah sore dan pantai tersebut mulai sepi, hanya tinggal beberapa orang yang masih tertinggal. Termasuk Baekhyun dan Nayoung yang kini tengah duduk manis di atas batu karang.

“Katakan lohaaa…” Kata Baekhyun.

“Lohaaa…” Klik. Mereka mengambil selca bersama. Kemudian keduanya melihat setiap foto di galeri ponsel Baekhyun. Foto mereka seharian penuh. Tertawa. Lagi-lagi tertawa.

“Baekhyun! Sudah mulai!” Teriak Nayoung girang. Matahari sudah hampir tenggelam dan moment ini-lah yang selalu ditunggu tunggu oleh setiap pasangan, termasuk mereka untuk menciptakan suasana romantis. Keduanya menatap matahari yang secara perlahan mulai turun bersembunyi di bawah laut karena keberadaannya akan segera digantikan oleh bulan.

“Nayoung…”

“Hmm?”

“Eum, sebelumnya, kau lebih nyaman dipanggil Nayoung atau Eunji?”

“Aku terbiasa dengan Nayoung. Tapi terserah kau saja.”

“Arraseo.”

“Nayoung?”

“Ne?”

“Terima kasih untuk hari ini.”

“Tidak, akulah yang harusnya berterima kasih. Aku tak pernah tertawa hingga selama ini.”

“Terima kasih telah mengisi hariku seperti dulu. Aku sangat senang.” Lanjut Baekhyun.

“Aku juga.” Nayoung menghembuskan nafas.

‘Aku akan berusaha Baekhyun, apapun asal kau bahagia seperti dulu.’ Batin Nayoung.

Nayoung menyandarkan kepalanya pada pundak Baekhyun dan keduanya menikmati pemandangan di detik-detik terakhir sebelum matahari benar-benar menghilang.

“Aku sangat menyayangimu.” Ujar Baekhyun.

“Aku juga menyayangimu.” Balas Nayoung dan membuat Baekhyun tersenyum karena terharu.

Namun rupanya perasaan sayang antara keduanya memiliki arti yang berbeda. Baekhyun menyayangi Nayoung karena ia mencintainya dan membutuhkannya sebagai bagian dari hidupnya. Sementara Nayoung, ia menyayangi Baekhyun hanya sebatas sahabat. Ia belum bisa memberikan timbal balik dari cinta yang Baekhyun berikan. Meskipun tak bisa ia pungkiri, hari ini ia benar-benar merasa senang dan nyaman berada di dekat Baekhyun.

Keadaan mulai gelap dan mereka memutuskan untuk pulang. “Nayoung, rumahmu sudah beres. Apa kau siap untuk pindah besok lusa?” Ungkap Baekhyun sedangkan Nayoung menoleh karena terkejut. Ia senang karena dengan begitu akan memperbesar peluang dan mempercepat kesembuhannya. Namun ia merasakan ada sesuatu yang terlepas dari dalam dirinya.

‘Terlalu lama tinggal di tempat Kyungsoo, kurasa aku akan sangat merindukannya.’

===

–To be Continued


Revenge Of The Psychopat (Prolog)

$
0
0

Revenge Of The Psychopat

 (Prolog)

Author                         : Nurfadeer @nurfa_chan

Genre                          : Psychology, Gender Bender,Angst, Romance, Death Fic.

Main Cast                    : Xi Luhan, Wu Fan

Supporting cast           : Member EXO, Yuri (Girl Generation)

Rate                             : NC-17

Length                         : Multichapter

WARNING

FF ini berisikan kekerasan, adegan diatas 17 tahun yang dijelaskan secara detail, dan beberapa hal yang tidak patut dicontoh lainnya.

FF ini sama sekali tidak dimaksudkan untuk menjelekkan salah satu member EXO.

Author ngingetin lagi, tolong baca warning ini sebelum membaca FFnya. Lebih detail dimana adegan 17 tahun ke atas, author letakkan dichapter 2, 3 dan 5. Bagi yang tidak suka, belum cukup umur (termasuk author) bisa langsung tekan back.

Jika ada kesamaan ide, harap maklum. Mohon Kritik dan saran. :D

Happy reading!

Seorang laki-laki bertubuh besar berdiri di sudut lapangan. Sambil mengepulkan asap rokoknya, ia mengedarkan pandangan ke sekeliling. Sampai akhirnya matanya tertuju pada satu anak yang lebih mencolok dari yang lain.

Dilihat dari sekilas pun, sudah kentara perbedaannya. Tinggi badan di atas rata-rata anak seumurannya, wajah orientalnya membuatnya terlihat sangat istimewa. Laki-laki itu mengedarkan pandangannya

sekali lagi, setiap ayah di sekitar lapangan itu bukan terfokus memandang anak masing-masing malah secara terang-terangan melihat kearah anak yang diamatinya. Ia tersenyum tipis.

“Maaf. Anda menginjak karpet saya,” suara dari samping membuatnya mundur selangkah.

“Ah, ya. Saya yang minta maaf.” Akhirnya laki-laki itu menyadari, perempuan muda itu adalah satu-satunya perempuan di sana. Mengamati anak yang diamatinya.

Ia menghembuskan nafas. “Anak kecil itu mencuri kasih sayang orang tua mereka,” ia menunjuk anak itu.

“Itu anakku. Kris namanya.” Perempuan itu mengakhiri kalimat singkatnya dengan tersenyum. Laki-laki di sampingnya menggaruk tengkuknya, antara malu dan tidak enak hati. Sementara pembicaraan itu terus berlanjut, sesuatu yang disebut takdir akan menarik ibunya dan Kris pada sesuatu yang tidak pernah diinginkan siapa pun.

.

.

.

Hujan menggedor setiap jendela rumah Kris. Memekakkan telinga dan harusnya membuat Kris kecil berada di pelukan ibunya sekarang. Tapi nyatanya ia berada di ambang pintu, menatap drama kekerasan yang bahkan tak membuatnya berkutit ketakutan.

Rasa sakitnya masih terasa. Tapi entahlah, Kris kecil menarik sudut bibirnya menjadi seringai.

Ibunya tengah mengulangi pertanyaan yang sama pada ayah tirinya sambil menggenggam pisau dapur dengan gemetar.

“Aku melakukan apa, huh? Letakkan pisau itu sekarang!”

“Ck, tidak bisa. Kau harus bertanggung jawab atau kau akan mati!” ibunya nyaris berteriak.

“Dasar wanita keras kepala.” Ayah tirinya maju dengan hati-hati kearah ibunya. Berusaha menghindari mulut pisau yang diacungkan ibunya berkali-kali. “Letakkan pisau itu atau aku akan membunuh kalian berdua!” gertaknya lagi. Secepat Kris kecil berkedip, tangan ayah tirinya terjulur, mencekik leher ibunya yang terbatuk. Tapi pisau itu masih erat tergenggam.

Ibunya memejamkan mata. Meletakkan satu tangannya di atas punggung tangan yang melingkari lehernya. Ia sudah memantapkan niatnya. Tak perlu ada pertimbangan apa-apa lagi. Ibunya melirik Kris kecil yang mematung di pintu dengan cepat, kemudian beralih lagi ke laki-laki di depannya.

Crash!

Sebilah pisau itu sudah mengayun, menembus kulit dan merobek perut laki-laki di depannya. Darah mengucur deras, membasahi mantel yang membalut tubuhnya.

Crash!

Kembali sebuah darah mengucur deras. Ibu Kris menggerakkan pisaunya ke sembarang tubuh ayah tirinya. Merah pekat, berbau amis.

Ayah tirinya terhuyung ke lantai. Merangkak pergi sambil memegangi bagian tubuhnya yang berlubang. “He-hentikan! Aku minta maaf. Aku minta maaf!”

Langkah kaki ibu Kris menggema di sela-sela hujan dan kilat yang mencari-cari sesuatu untuk di sambar di luar. Kris kecil yang berada di ambang pintu mengalihkan pandangannya pada ayah tirinya yang sedetik kemudian menarik kaki ibunya.

BRAK

Ibunya terjatuh ke lantai dengan keras. Menyebabkan salah satu pelipisnya berdarah.  Kemudian ayah tirinya menyambar pisau dengan cepat, meniban tubuh ibunya.

Crash! Crash! Crash!

Tubuh itu bagaikan saluran air yang bocor, mengucur deras tanpa dibendung. Tubuh kedua orang tuanya beralirkan darah segar. Anehnya, bau darah itu membuat Kris kecil ingin maju dan menciumnya lebih dekat. Merasakan pekatnya bila tercicipi lidah. Dari bawah kakinya, ia melihat dua orang itu terbujur kaku.

Isi perut ibunya keluar, membentuk sebuah lubang besar yang terpampang jelas. Keadaan ayah tirinya tak terlalu berbeda jauh. Kris kecil menarik laci, mengambil sebuah gunting dari sana. Ia mendekatkannya ke batang kejantanan ayahnya.

KRAK

.

.

.

Angin musim gugur menampar keras wajah tegasnya. Serasa waktu berjalan lamat-lamat, membuat gerakan terasa benar-benar diperlambat. Kris berdiri tertegun di tengah jalan, merasakan aliran angin bergerak di sampingnya.

Seorang gadis berlari melawan angin, terdengar tadi suara laki-laki yang mungkin memanggil namanya. Dari tubuhnya menguarkan aroma khas yang tak bisa ia ingat apa. Satu kakinya menginjak tanah, sedang satunya tergantung di udara−bersiap berlari.

Sesaat, gadis itu menoleh kearahnya. Cukup cepat hingga membuatnya nyaris berlari untuk mengejar gadis itu lagi. Ada yang sangat mencolok dari gadis itu. Ia, entah bagaimana bisa mirip dengan ibunya.

“Kriiiis!”

Teriakan tiba-tiba itu memecah semuanya. Saat ia menoleh ke depan, gadis itu tengah memunggunginya dengan tangan tergenggam oleh laki-laki lain. Rambutnya mengombak tertiup angin.

Saat ia berbalik lagi, nampak wajah laki-laki lain di depannya tengah tersenyum. Beberapa pejalan kaki dan pemuda manis yang tidak tahu diri membaca majalah sambil berjalan.

“Kita pergi, Tao!”

Sambil menyembunyikan seringai dibibirnya, Kris berpikir untuk menemukan gadis itu lagi. Yang entah hanya akan jadi santapannya atau mungkin, tanpa diketahuinya, gadis itu akan merubah segalanya. Hidupnya tidak pernah sama lagi.

TBC

 



Maknae (Chapter 8)

$
0
0

Maincast          : -EXO member

Genre              : Brothership, Comedy (little)

Auhtor             : winda-chan (@winda_chan_)

Length             : Chapter

Note                : NO Bash! No Plagiat! Ini benar-benar fanfic bikinan aku dan ini karya aku. Happy Reading,, Seblumnya udah aku pos di wordpress pribadi. Bukan mau promo tapi Cuma sekedar pemberitahuan agar gak ada kesalahpahaman dan di kira plagiat.. :D

http://winda305.wordpress.com/ Happy reading.. \(^_^)/

-oOo-

            Seketika mata Sehun membulat  melihat orang itu, wajahnya sangat familiar karna ia adalah orang yang memberikan buble tea dan permen waktu itu,

Noona? Apa yang kau lakukan?”

            Yeoja itu langsung memasukkan Kai ke dalam Mobil, namun tangan Kai sempat ditarik Sehun. Sehun terus menarik tangan Kai, namun karna kondisinya yang belum pulih akhirnya ia terjatuh karna dorongan yeoja itu.

“Akh,,!”

            Sehun kembali bangkit dan mencoba menarik Kai kembali namun terhalang oleh tubuh yeoja itu. Saat Sehun hampir berhasil menggapai tangan Kai,,,

Bukkhh,,

            Cairan kental keluar dari mulut Sehun karna pukulan keras di bagian perutnya. Di luar dugaan, yeoja itu telah menyiapkan antisipasi setiap kejadian.

“Kau pengganggu Sehun!”

            Saat akan memasukkan tubuh Sehun ke dalam Mobil, Satpam rumah sakit tengah berlari ke arahnya. Dengan sigap ia masuk ke dalam Mobil dan pergi dengan kecepatan maksimal meninggalkan Sehun yang tergeletak bersimbah darah.

            Di dalam Ruangan, dengan mata terpejam LuHan meraba sekitar tempat tidur. Perlahan tangan LuHan mulai mencari sosok yang ingin ia sentuh, namun NIHIL.

“Se-hun, Sehun,,”

            Ia memanggil nama Sehun dengan  mata tertutup sambil terus meraba sekitar tempat tidur. Merasa yang di cari tak ada, Seketika LuHan bangkit dan membuka mata.

“Sehun!”

            LuHan gelapan mencari di mana sosok Sehun, tanpa ia sadari suaranya membuat yang lain terbangun.

“Hyung, ada apa?” Chanyeol membuka suara

“Sehun, Sehun kemana?”

“Sehun?”

“Ne,, Lihat dia tak ada di tempat tidurnya. Selang infus juga terlepas”

“Kai juga kemana Hyung? Dia tak ada”

“Apa? mereka berdua kemana?”

“Ayo kita cari mereka Hyung”

“Tunggu, jika kita semua pergi, siapa yang akan menjaga Tao?”

“Tenanglah Kris-ge, aku baik-baik saja. Kalian cari saja Sehun dan Kai”

“Baiklah, kami akan mencari mereka berdua.”

            Baru saja mereka membuka pintu, Seorang dokter, beberapa perawat dan seorang Satpam tengah menggendong Sehun yang tak sadarkan diri dengan kondisi tubuh yang berlumuran darah.

“Sehun!”

“Apa yang tengah terjadi?”

“Maaf, kalian semua harus keluar, aku akan memeriksa keadaan Sehun. Kalian bisa tanyakan apa yang terjadi pada Sehun dengan satpam”

            Sehun di bawa ke dalam ruangan dan pintu ruangan langsung di tutup. Hanya Sehun dan Tao yang ada di dalam beserta sang dokter yang di bantu beberapa perawat. Saat satpam yang menggendong Sehun keluar,,,

Ahjussi, apa yang terjadi pada Sehun sebenarnya?”

“Eh,, itu..”

“Cepat katakan!”

“LuHan tenanglah, kita bisa tanya pelan-pelan”

“Tak bisa Xiumin Hyung! Aku harus tau kenapa Sehun bisa seperti itu, Ahjussi cepat jawab”

“Aku tidak tau pasti, tapi aku mendengar keributan di luar. Namun saat menghampiri tempat keributan, sebuah mobil langsung pergi dengan kecepatan tinggi dan Sehun sudah tergeletak.”

“Mobil?”

“Ne sebuah mobil Lamborghini berwarna hitam, dan kalau tidak salah ada dua orang di dalam mobil itu”

“Bisa kau jelaskan lebih rinci mengenai Mobil dan orang yang di dalamnya Ahjussi?” Suho semakin serius

“ne,, di dalam mobil itu aku melihat dua orang didalamnya, yang satu sedang menyetir dan yang satu lagi seperti tertidur. Aku tak begitu jelas melihat wajahnya namun, di samping tubuh Sehun ada sebuah tongkat pemukul.”

“Tongkat pemukul? Aku yakin ini ulah sassaeng, memangnya Sehun salah apa?!”

“Sabar LuHan-ge, sabar”

“Lay, aku tak bisa sabar lagi, akan ku cari dia”

“Hyung, bersabarlah. Pikirkan Sehun, untuk sassaeng kita biarkan dulu”

“Heh, Yeol,, ini sudah kelewatan. Lagi pula, aku yakin hilangnya D.o, pasti karna mereka juga”

“Tunggu, Kai kemana? Apa jangan-jangan,,,”

            Di saat semua memikirkan Sehun, Kai dan D.o, Dokter yang menangani Sehun keluar. Wajahnya terlihat frustasi, LuHan langsung menghampiri dokter itu.

“Bagaimana keadaan Sehun?”

“Maaf, ada hal buruk terjadi padanya?”

“Hal buruk?”

“Ne,, karna pukulan keras, salah satu organ dalam Sehun tidak berfungsi lagi. Dan kalian harus segera mencari pendonor untuk Sehun, jika tidak, kemungkinan kematian semakin tinggi”

“…..”

            Mendengar perkataan sang Dokter, kelopak mata indah LuHan kembali menteskan butiran bening. Bagaimana bisa ini terjadi di saat Sehun hampir pulih, ia terduduk lemas dan tak sanggup melihat keadaan Sehun sekarang. Di saat seperti ini Handphone Suho berdering, sebuah E_mail masuk. Dan saat di buka,,,

“I-ini tidak mungkin”

“Kau kenapa Suho?”

“Xiumin Hyung, lihat ini”

“I-Ini,,”

            Mata mereka semakin membulat besar melihat dua orang tengah terikat dan dalam keadaan pingsan. Yang pertama duduk dengan tubuh terikat ketat dan bisa di lihat bekas pukulan pada pelipis karna bercak darah terlihat jelas di sana. Yang satu lagi, dengan posisi yang sama namun matanya di tutup dengan kain Hitam, namun dengan jelas mereka tau itu siapa.

“Kai dan D.o?”

            Kekacauan semakin bertambah parah, mengingat Kai dan D.o seharusnya mendonorkan darah untuk Tao tapi mereka tengah di culik seseorang. Butiran bening semakin deras mengalir dari kelopak mata mereka. Saat mereka masuk, Mereka langsung merangkul kedua maknae yang sama-sama dalam bahaya. Siapa yang harus mereka selamat terlebih dahulu?

“Sehunn,, Sehun,,,”

“Tao,, Tao,,,”

            Dua nama yang terus-terusan mereka sebut di antara isakan tangis mereka, LuHan tak henti-hentinya memeluk tubuh Sehun walau tak ada respon, Kris juga begitu, ia terus-terusan memeluk Tao, sedangkan Tao yang di peluk bingung dengan perlakuan Kris.

            Lay kembali menangis dan tak sanggup melihat Tao maupun Sehun dengan bertumpu pada Suho, Chen terpaku di luar ruangan, Baekhyun dan Chanyeol saling berpelukkan sedangkan Xiumin, ia menatap miris keadaan.

‘Aku memang hyung yang buruk, seharusnya aku bisa menjaga kalian. Sehun, Tao, D.o, Kai dan semuanya, maafkan aku’

            Xiumin kembali menitikkan butiran bening, ia merasa bersalah dengan keadaan yang terjadi. Di antara semua member, dialah yang paling pendiam tapi bukan berarti dia tak ingin berbicara tapi ia lebih suka mendengar suara tawa dan celotehan dari semua member dari pada harus berbicara.

“Kris-ge,, kenapa kau memelukku”

“…….”

“Kris-ge, kau seharusnya memeluk Sehun, bukan aku. Aku baik-baik saja Ge”

“Kau tidak baik Tao, kau tidak baik”

“Maksudmu apa Ge”

“Kau juga dalam bahaya Tao”

“Aku?”

“Ne, kau juga. Maaf sudah merahasiakan darimu tapi akan ku ceritakan semuanya”

            Kris menceritakan semua kejadian yang terjadi, bagaimana mereka menyumbangkan darah dan bagaimana proses cuci darah sampai dengan Keadaan Kai dan D.o di culik. Kini Tao mengetahui keadaannya sangat darurat, namun ia tahu satu Hal. Kondisi Sehun lebih buruk dari pada kondisinya saat ini.

“Kris-ge,, Sebaiknya kalian Selamatkan Sehun, Kai dan D.o terlebih dahulu karna mereka lebih membutuhkan bantuan dari pada aku.”

“Tapi Tao, Kau,,,”

“Aku baik-baik saja”

            Tao memberikan Senyum manis kepada semuanya, member yang mendengar terharu dengan perkataan Tao terutama Xiumin. Di saat ia dalam bahaya yang sama, ia lebih masih memikirkan keadaan maknae lainnya seperti D.o, Kai dan Sehun.

“Sejauh ini aku belum berbuat apa-apa untuk kalian semua, aku putuskan untuk mendonorkan salah satu bagian tubuh yang Sehun butuhkan”

“Xiumin Hyung, Kau..?”

“ne, aku belum melakukan apapun, setidaknya aku berguna untuk Sehun”

“Tak perlu Xiumin hyung, aku saja yang akan mendonorkan bagian tubuhku untuk Sehun”

“Tidak LuHan, kau sudah memberikan sebagian darah untuk Sehun, sekarang giliranku”

“Kau yakin Hyung?”

“Aku Yakin!”

TBC


Confusing (Chapter 1)

$
0
0

Title                : Confusing (Chapter 1)

Author           : Baekhyuncupcakes (@chrisiaaa)

Genre            : Hurt,sad,angst,romance

Length           : Chapter

Rating            : PG-13

Main cast      :

-Kim Jongin (EXO)

-Lee Hyejin (OC)

Support cast :

-Oh Sehun

-Park Chanyeol

Disclaimer     : annyeong haseyo, aku kembali lagi dengan membawakan ff chapter berjudul confusing, seperti judulnya ff ini emang agak sedikit membingungkan jadi mohon maaf yang sebesar – besarnya ya kalo masih banyak kekurangan seperti typo dll^^ tolong kritik dan sarannnya ya reader, inget! Kritik dan saran yang aku butuhkan bukan bash, oke? Happy Reading

***

Biarkan aku bertahan
Meski ini sulit..
Ijinkan aku meraih semuanya
Kebahagiaan

Andai saja..
Aku masih sempat merasakanya
Hingga kini aku sering bertanya
Mengapa harus aku?

***

            Ada hari dimana dunia ini dimulai dan tentu akan ada akhir dari segalanya. Aku tau, masih banyak hal yang tak pernah terpikirkan olehku namun tentu saja aku tak pernah menyadarinya. Dari awal aku sangat tau bagaimana perjalanan kehidupan, tak dapat di duga, tak pernah terlintas apa yang akan terjadi selanjutnya hingga tiba saatnya semua terungkap menjadi sebuah kejutan.

Kejutan yang mungkin akan merekahkan senyuman atau malah membawamu ke dalam kelaraan. Sama sepertiku, hidup dikelilingi banyak hal yang kelam, seakan akulah penjahat yang terus dikejar polisi. Siapa yang salah di sini? Aku kah? Tidak! Aku tak pernah merasa salam dalam keadaan ini. Aku hanya, aku hanyaa tak mengerti mengapa aku terus saja menjadi korban.

Serpihan luka itu belum juga habis ditelan bumi, ia semakin membawaku ke dalam dunianya, menyeruakan betapa malangnya aku. Aku menyesal mau saja mencicipi hidup seperti ini, aku bahkan tak pernah berfikir bagaimana bisa aku bertahan dalam kegelapan yang selalu saja menyelimutiku.

Aku rapuh! Aku lemah! Aku bukan batu karang yang hanya dapat diam dengan kokoh meskipun diterjang ombak setiap saat, aku hanya manusia biasa yang masih menyimpan sebuah perasaan, perasaan yang tak pernah orang lain mengerti. Hanya aku. Yaa, hanya aku yang dapat memahami hidupku. Bukan orang lain.

—-‘

Empat bulan lalu aku resmi menyandang gelar sebagai gadis yang bertunangan dengan seorang pria bernama kim jongin. Iya, mereka yang menghancurkanku, membuatku harus merasakan pahitnya perjalanan hidupku.

Ah, Apa iya harus aku yang mengalami semua ini? Menderita di tengah-tengah kebahagiaan yang seakan membatasiku. Salahkah bila aku ingin memanjat dinding kebahagiaan itu untukku? Aku ingin bahagia dengan jalanku sendiri. Hanya itu. Tetapi sekarang kebahagiaan itu ada padamu. Kau berhasil merobohkan dinding yang selama ini telah kubangun jauh-jauh untuk tak mengalaminya kembali, sebuah hal kecil yang disebut cinta.

“jongin” Aku hanya terdiam, menatap lekat wajah orang yang sekarang telah menjadi tunanganku.

“hmm?” ia hanya bergumam.

“aku keluar sebentar” mataku beralih menatap ke arah pemuda ini.

“ne” ia menjawab singkat dan memasuki kamarnya

Aku terus berlari meninggalkan pemuda itu dengan hati yang berat. aku tau aku merasa beda sekarang tapi haruskah? Haruskah aku menanggungnya sendirian?? Mencintai secara sepihak?

“ARGGHH!!!” bersamaan dengan eranganku, hujan turun dengan lebatnya. Membasahi baju yang tengah menempel pada tubuhku.
Kakiku semakin melemas hingga tanpa sadar aku telah tersungkur di tengah-tengah jalan raya yang tentunya telah berlalu lalang segala jenis kendaraan.

Mereka terus membunyikan klaksonya sedang aku tak berbuat apa-apa, bukanya aku tak mau namun untuk menggerakkan kakiku saja aku benar-benar tak sanggup, haruskah aku mati di sini?

Jika memang itu lebih baik maka aku akan dengan ikhlas menerima takdirku ini, Yang jelas, aku ingin berakhir.

Selanjutnya, semua menjadi …. gelap.

***

Sebuah cahaya menyilaukanku, aku mengerjap sejenak dan mendapati ruangan serba putih dengan jendela terbuka di sebelah kanan ruangan. Sekali lagi, aku tak pernah tau ini dimana.

Apa yang terjadi? Aku mulai mencerna kejadian sebelumnya. Ah iya, saat itu aku mendengar seseorang meneriakkan namaku namun belum sempat aku menengok, semua menjadi gelap gulita begitu saja. Lalu? Aku tak ingat apa-apa.

“Kau sudah bangun?” aku menoleh ke arah sumber suara dan mendapati lelaki bernama oh sehun itu atau sahabat baikku tersenyum lega ke arahku.

“Apa yang terjadi dan dimana aku?”tanyaku parau. Sepertinya hujanan itu membuatku sedikit sakit.

“Kau di rumah sakit.” Jawab sehun

“Apa yang kau lakukan disini sehun,apakah jongin tahu bahwa aku berada disini?”tanyaku lagi.

“Tidak, tadi malam pihak rumah sakit menelfonnya menggunakan ponselmu karena nomor jongin adalah panggilan terakhir di dalam ponselmu tetapi ia tidak bisa dihubungi dan aku lah yang ditelfon oleh mereka, aku sudah memberi tahu orang tumau mereka akan segera kemari ” sejurus kemudian senyuman yang tadi kuntujukkan perlahan – lahan memudar..

“Aku ingin pulang sehun!”ketusku.
“Kau baru saja sadar, Tidak mungkin aku membiarkanmu pulang,bagaimana jika terjadi apa – apa dengan sahabatku”balasnya.
“Untuk apa aku disini jika bahkan tunanganku saja tak ingin mengetahui keberadaanku?”tanyaku sesak.

“Apa maksudmu?” tanyanya

“Tidak ada orang yang peduli kepadaku bahkan orang tuaku masih sempat – sempatnya mengulur waktunya hanya untuk melihat keadaanku oh sehun” tanpa terasa cairan bening ini terus mengalir tanpa dapat ku cegah.

“Siapa yang mengatakan tidak ada yang peduli terhadapmu? Tentu saja aku,orang tuamu dan jongin mengkhawatirkanmu sangat mengkhawatirkanmu” hatiku mencelos.

“Tidak ada yang pernah mengerti diriku hun, mereka hanya bisa mengurusi keegoisan masing-masing. Aku benci kehidupan ini” tangisku semakin pecah. Sehun –pemuda itu- segera merengkuhku dalam peluknya.

“Tenanglah aku sebagai sahabatmu akan selalu ada di sampingmu Lee hyejin,”bisiknya lembut. Aku tak dapat berkata lagi, tenagaku cukup habis karena hujan itu.

Disamping itu ada lelaki dibalik pintu yang memerhatikan mereka semenjak tadi, ia kemudian meninggalkan area itu dengan penuh amarah

Aku kembali terlelap, ah ku rasa bukan. Aku hanya memejamkan mata tanpa mempunyai tenaga sedikitpun untuk mengangkat kelopak mata ini. Ku dengar sayup-sayup orang tuaku datang dan menanyakan apa yang terjadi.

***

Jongin POV

Kemana saja gadis itu? Ini sudah larut malam dan ia tak kunjung kembali? Aku menunggunya dengan duduk di sofa ruang tamu dan tanpa sadar aku terlelap disana.

Esok paginya aku mencharger ponselku dan menerima banyak panggilan tak terjawab dari nomor yang tak aku kenali aku juga mendapat pesan dari nomor itu aku membaca pesan itu dengan samar – samar

“maaf, apakah anda mengenal Lee hyejin? Jika benar, lebih baik anda ke Seoul Hospital sekarang, ia sedang dalam masa perawatan karena kecelakaan yang terjadi setengah jam yang lalu”

Aku sontak membulatkan mataku kemudian aku beranjak mengambil jaket dan kunci mobilku.

Setibanya aku disana aku melihat kejadian yang tak bisa kubayangkan, gadis yang sekarang masih berstatus ‘tunanganku’ memeluk lelaki lain dan menumpahkan segalanya

Ya aku tahu ia adalah sahabat hyejin semenjak ia kecil, tetapi aku tunangannya bukankah itu adalah hal yang tak wajar walaupun status mereka ‘sahabat’ seharusnya aku lah orang yang pantas untuk tempat ia mencurahkan hatinya, ia bahkan tidak menghubungiku atas kejadian yang menimpanya. Bukankah itu sudah melebihi semua alasan mengapa aku marah kepadanya?

Akhirnya aku kembali melajukan mobilku dengan penuh amarah aku memutuskan untuk tak mengunjunginya kembali.

Hyejin POV

Hari ini aku akan pulang, ah pulang? Oh lebih tepatnya kembali ke apartement tempat yang kutinggali bersama jongin. Tadi pagi aku memaksa dokter yang menanganiku untuk membolehkanku pulang, ia mengizinkan.

Aku kembali dengan bantuan sahabatku oh sehun, ia yang mengantarkanku kembali, sedangkan jongin? Aku bahkan tidak tau ia menganggapku ada atau tidak, ia tidak menghubungiku ataupun mengunjungiku

.

Aku menekan kata sandi pintu apartementku, tentu saja ini milikku bersamanya hanya kami berdua yang mengetahui kata sandi itu, orang tua kami bahkan tidak mengetahuinya.

Aku membuka pintu itu dan terpampanglah jongin yang sedang duduk di sofa dan memasang wajah penuh amarah ke arah sehun,sehun akhirnya berpamit kepadaku dan semakin melangkah jauh.

Aku menghela nafas panjang, setidaknya aku tak perlu berlagak menjadi orang bego yang tak berguna di neraka itu.

Aku melewati jongin yang menghalangi jalanku, aku kecewa kepadanya. Kemudian aku merasa tanganku ditarik dengan kasar dan aku dipojokkan

“a-apa yang kau lakukan? Apa yang salah denganmu jongin?” tanyaku takut

“apa yang salah denganku? Harusnya aku yang bertanya, apa yang salah denganmu hyejin? Kau bermesra – mesraan bersama pria lain sedangkan aku menunggumu disini sendirian, kau bahkan sama sekali tidak menghubungiku!” ucapnya tajam

“apa maksudmu? Aku dirawat di rumah sakit karena kecelakaan yang menimpaku, dan siapa pria yang kau maksud? Oh sehun? Kau gila kim jongin kami hanya sebatas sahabat tidak lebih! Dan satu lagi kau lah yang tidak menghubungiku jadi untuk apa aku menghubungi orang yang sama sekali tak peduli pada keadaanku?!” balasku tak kalah tajam

“dan kau memanfaatkan kesempatan itu untuk dekat bersamanya, aku bahkan tak yakin kalian hanya sebatas sahabat, apa mungkin kau sudah memberikan tubuhmu kepadanya lee hyejin? Aku tidak tau kau sehina itu!”

PLAKKKK

“jaga ucapanmu kim jongin! Aku tidak mungkin melakukan hal sehina itu, kau harus tau itu!” ucapku sambil menitikkan air mataku

Ia kemudian menatapku tajam dan hilang dari pandanganku.

Biarkan aku bertahan
Meski ini sulit..
Ijinkan aku meraih semuanya
Kebahagiaan

Andai saja..
Aku masih sempat merasakanya
Hingga kini aku sering bertanya
Mengapa harus aku?

***

Aku menatap pantulan wajahku di depan cermin, memerhatikan wajahku yang semakin tak karuan setiap harinya, ia – kim jongin sudah 3 hari ia tak kembali semenjak peristiwa tersebut. Kesalahpahaman antara kami berdua, aku tak mengerti apa perasaan nya yang sebenarnya kepadaku setiap hari ia bertingkah seolah ia tidak peduli padaku tetapi ia murka jika aku dekat dengan pria lain yang bahkan hanya berstatus sahabat.

Harus ku akui sehun memang pernah menyatakan bahwa ia menyukaiku tetapi aku tidak bisa melakukan apa – apa karena aku sudah mempunyai ikatan dengan pria yang bernama kim jongin dan aku juga tidak menganggapnya lebih dari seorang sahabat, Panah-panah lara yang dulu sempat aku hindari selalu kembali menyerangku dari belakang.

Mengapa harus aku? Mengapa harus aku yang terjebak dalam kisah khayal ini? Apa aku pernah melewati suatu kontes hingga kini aku harus bertarung dengan lawanku? Tidak! Aku tak mengerti dengan keadaanku sekarang. Aku semakin… semakin kacau, tak adakah kata yang lebih tepat menggambarkanku sekarang?

“drttttttt” aku tersadar dari lamunanku ketika mendapati sebuah dering sedang bergetar.

“yeoboseyo?” ujarku mengangkat dering tersebut.

“mwo? baiklah tolong awasi dia chanyeol-ssi aku akan segera kesana” ucapku yang baru saja mendapat kabar mengejutkan tentang jongin dari park chanyeol – sahabat jongin

Sesampainya aku di club, aku segera mencari dimana chanyeol dan jongin berada, aku menemukan chanyeol tapi tidak dengan jongin, kemana ia?

“chanyeol-ssi dimana jongin? tanyaku kepada pria yang tingginya semampai ini

“aku kehilangan jejaknya hyejin-ssi tetapi aku yakin ia masih berada di dalam sini dan maafkan aku, aku tidak bisa tinggal disini lebih lama orang tuaku sudah memintaku untuk pulang” ucapnya dengan nada menyesal

“tidak apa – apa kau sudah banyak membantu terima kasih chanyeol-ssi, aku minta maaf sudah banyak merepotkanmu” jawabku

“baiklah aku pergi dulu hyejin-ssi” ucapnya ramah

Aku segera mencari jongin di setiap sudut tempat ini, aku mulai putus asa mencarinya akhirnya aku mencarinya di lantai atas.

Aku tidak terlalu yakin dengan keputusanku untuk mencarinya di lantai atas tetapi aku tidak mempunyai pilihan lain akhirnya pelan – pelan kutelusuri setiap sudut lantai atas disana aku melihat pasangan – pasangan yang sedang bercumbu, bahkan mungkin mereka tidak menyadari keberadaanku

Aku mencoba untuk tidak memperdulikan mereka semua walau sebenarnya aku sangat takut, aku tetap berjalan mencari jongin di sekeliling, langkahku terhenti ketika

Aku menemukannya bercumbu seorang gadis di ujung sudut tembok

TBC


New Year Resolution (Chapter 2 – END)

$
0
0

New Year Resolution(1)

Title: New Year Resolution

Author: NadyKJI

Main Cast: Oh Sehun, Shin Rae Ah (OC)

Support Cast: Gong Min Young (OC), Kim Jongdae

Genre: Romance

Rating: G

~~~

Aku membencimu karena kau terlalu bodoh.

Aku merasa diantara kita tidak ada persamaan.

Namun tidak bisa aku sembunyikan.

Dalam daftar resolusi tahun baruku,

‘Mendapatkan hatinya’

Berada dalam daftar prioritasku.

~~~

Author’s PoV:

Annyeong readers!

Akhirnya chapter duanya terbit juga wkwkwk! Setelah kesusahan author yang jarang buka internetan dan banyak tugas, ehehehehe. Gomawo yang udah comment di fanfic fanfic author gomawo. Wkwkwkkw. Ff ini akhirnya tamat di chapter 2, ehheh cuman two shot sih, tapi semoga memuaskan kwkw.

Gomawo buat admin yang udah publish ff ini #deepbow.

HAPPY READING~ RCL!

___

-:Author’s PoV:-

NEW YEAR RESOLUTION:

-          Naik kelas dan lulus dengan nilai bagus.

-          Menagih janji pada eomma dan appa untuk membelikanku ponsel baru

-          Mendapatkan hadiah ulang tahun jam tangan dari oppa

-          Menjadi lebih pendiam (?)

-

Rae Ah mengetuk-ngetukkan ujung pensilnya di dagu. Pikirannya melayang-layang antara ingin menulis atau tidak. Sebenarnya ia sudah agak stuck dengan listnya sendiri. Entah mengapa ia masih ingin menulis satu hal….

“Rae Ah, bagaimana?”

Rae Ah tanpa melirik pun sudah tahu apa maksud pertanyaan dari Minyoung yang berada membelakanginya. Tentu saja yeoja itu juga sedang menulis list tahun barunya. Ini adalah ritual tahunan mereka, merayakan malam tahun baru bersama, menginap, dan menuliskan resolusi tahun baru bersama.

“Mollayo… aku sudah kehabisan list.” Jawab Rae Ah merebahkan dirinya di lantai begitu saja dan mengakibatkan ia bisa melihat Minyoung yang masih menunduk menuliskan kertasnya versi terbalik.

“Kupikir lebih baik kau tidak harus menggunakan list sama sekali Rae Ah. Kau tidak pernah benar-benar menjalankan listmu itu…. atau…”

Minyoung tiba-tiba bangkit dan mengintip kertasnya, “Menuliskan satu yang benar-benar niatmu, bagaimana?”

Rae Ah bangkit dan ganti melihat kertas Minyoung. Ia dapat mendengar Minyoung yang keberatan dengan ulahnya tapi ia tidak menghiraukannya. Matanya menatap tulisan mungil tersebut dan melotot.

-          Berani untuk menemui orang tua Jongdae.

“Apa ini yang kau tulis? Kau masih menempel dengan namja menyebalkan itu?” Rae Ah memutar bola matanya.

Minyoung meraih kertasnya dan berkata, “Sepertinya kau ini salah paham, kkk”

“Maksudmu?” Rae Ah memperbaiki posisinya siap mendengarkan.

“Jadi…” Minyoung mulai menjelaskan kesalahpahaman yang terjadi dan kalau ialah yeoja yang menjadi tunangan Jongdae dan ia yang masih takut untuk bertemu dengan orang tua Jongdae setelah lama tidak bertemu – lagipula mereka juga tidak ada di Korea, kilahnya.

“Jadi ke mana Jongdae sekarang? Kenapa kau merayakan tahun baru denganku?”

“Pergi merayakan tahun baru dengan keluarganya…”

Belum selesai Minyoung berbicara, “Lalu kau membiarkannya? Tidak ikut? Hah?”

Sebuah jitakan mendarat di kepala Rae Ah karena Minyoung yang sudah mulai gemas dengan sahabatnya yang kritis namun tidak mendengarkan penjelasan sampai habis – bahkan itulah yang membuatnya tidak sempat-sempat untuk menceritakan tentang hubunganya dengan Jongdae lebih awal, “Sudah aku bilang, aku takut bertemu dengan orang tuanya.”

“Ckckck…” nada mencemooh Rae Ah sukses membuat Minyoung merengut kesal.

“Tenanglah, aku sudah merencanakan mengunjungi orang tuannya dengan orang tuaku sesudah kelulusan.” Minyoung berbalik dan memunggungi Rae Ah, karena sebenarnya wajah gadis itu sudah memerah.

“Aigoo, uri Minyoung, senangnya~” Rae Ah merangkak mendekati Minyoung yang kali ini sudah siap lari jika dibutuhkan. Namun aksi tersebut tidak dibutuhkan karena sahutan dari lantai bawah membuat mereka harus menghentikan aktifitas mereka. Ini adalah saat makan malam bersama.

“Lalu kau bagaimana? Dengan Sehun?” Minyoung bertanya sembari menuruni tangga.

Mata Rae Ah membelalak seketika, “Mwo?”

“Jangan pura-pura, aku melihatmu memberikan hadiah padanya. Kau tahu aku yang menabrak saat itu, mian.” Minyoung menatapnya dengan tatapan meminta maaf.

“YA! Jadi kau ya? Kau tahu karenamu isinya hampir tumpah. Kau tahu aku akan kehilangan elemen kejutan karenamu.” Rae Ah mendengus.

“Apa yang kau berikan?”

Rae Ah terdiam sebelum menjawab, “Hanya surat yang menyatakan kalau aku sangat membencinya.”

“Oh? Jinjja? Kau itu kenapa? Kau menyukainya bukan?” Minyoung menahan Rae Ah yang sudah berada diambang ruang makan.

“Menyukainya? Sirreo!”

Rae Ah merangsek menembus barikade Minyoung membuat Minyoung merengut dalam. Padahal ia menduga ada sesuatu yang bagus antara Rae Ah dan Sehun – mungkin ada, tapi sepertinya ada yang aneh.

~~~

(Flashback)

“Joahae Gong Minyoung.”

Ia bisa mengingat saat itu adalah saat kenaikan kelas 1 dan ia akhirnya berhasil mengatakannya pada Minyoung yang sedang menyendiri di taman belakang. Mungkin usahanya bisa dibilang nekat karena sepertinya yeoja di hadapannya itu tidak pernah menunjukkan ketertarikannya pada siapapun.

“Mianata. Aku tidak bisa menerima perasaanmu. Kau hanya teman yang baik bagiku.”Minyoung menundukkan kepalanya tidak berani untuk menatapnya sama sekali, dan saat itu Sehun tidak suka. Ia tidak ingin hubungannya rusak dengan gadis itu – menjadi teman saja adalah cukup baginya.

“Chankaman. Aku tidak ingin seperti ini. Jangan merasa tidak enak padaku. Kita berteman. Tapi, bisakah kau ceritakan kenapa kau seperti ini?” Sehun menahan pergelangan tangan Minyoung berusaha mendapatkan jawaban. Keheningan berlangsung lama sampai Minyoung mau menatapnya lagi dan bercerita kepadanya.

Sesaat jantungnya terasa berhenti, tapi ia menghormati Minyoung dan memegang janjinya. Awalnya ia merasa hidupnya akan sulit karena ia tidak bisa menerima kalau Minyoung hanya menunggu namja yang bahkan tak kasat mata. Dan langkahnya gontai menuju kelas sesaat setelahnya, sampai sebuah hentakan mengangetkannya.

“YA! Di mana Minyoung?”

Itulah Shin Rae Ah yang mengejutkannya tepat di pintu menuju taman belakang menanyakan keberadaan temannya.

“Di taman, baru saja aku bertemu dengannya.”

“Oh.” Hanya itulah jawaban Shin Rae Ah yang membuatnya hampir bertanya-tanya apakah gadis itu mendengar semuanya – tapi melihat reaksi gadis itu ia pasti tidak mendengarkan sepatah kata apapun.

(Flashback end)

Sehun menatap langit-langit kamarnya. Mengingat kembali hari-hari itu sangat aneh baginya sekarang. Bagaimana ketika Kim Jongdae datang ke kehidupan Minyoung dan kenyataan kalau namja itulah yang membuatnya ditolak tidak menimbulkan rasa sakit apapun. Ketika ia akhirnya berkenalan dengan namja itu dan benar-benar mendengarkan sendiri kalau Jongdae memang kembali ke Seoul hanya untuk melamar Minyoung, malah membuatnya lega luar biasa.

Rupanya ia hanya mengagumi Minyoung kala itu, karena gadis itu terkesan dingin dengan perilakunya pada para namja. Ia telah menjadi teman yang baik bagi gadis itu sesuai dengan janjinya saat itu.

Sekarang yang menganggunya adalah kertas yang sedari tadi bertengger di dadanya, jari-jarinya yang ramping mengambil lembar tersebut dan membacanya kembali dan menyadari sesuatu.

Kalau Shin Rae Ah mulai bersikap dingin padanya sejak saat itu. Sebelumnya gadis itu baik-baik saja dengannya. Pada awalnya ia dan Minyoung tidak mengerti, mungkin sampai sekarang Minyoung tidak mengerti. Tapi rasanya ia mulai mengerti sedikit – well, ia agak bodoh karena tidak memikirkannya lebih awal dan selalu bertanya-tanya kenapa Rae Ah sebegitu membencinya.

Satu-satunya penjelasan adalah ia harus bertemu dengan Rae Ah. Ia terganggu dengan kenyataan kalau gadis itu membencinya – bahkan kali ini gadis itu benar-benar mendeklarasikannya sebagai hadiah natalnya.

-:Rae Ah PoV:-

“…atau… menuliskan satu yang benar-benar niatmu, bagaimana?”

Aku menatap kertas resolusi tahun baruku yang sudah berganti dengan lembar bersih dan perkataan Minyoung mengusik ketenangan hatiku. Betapa perkataan Minyoung tersebut sudah memacu hatiku menjadi sangat bawel dan tidak menurut pada otakku. Ya, selama ini ia menurut saja dengan otakku dan diam.

Ujung pensilku sudah menyentuh permukaan kertas bersih tersebut dan siap menodainya tapi karena takut Minyoung akan melihatnya aku menoleh dan mendapati sahabatku itu sudah tertidur pulas di ranjangku maka aku mengkonsentrasikan seluruh perhatianku kembali. Tanganku mulai menulis.

MY NEW YEAR RESOLUTION:

Mendapatkan hati Oh Sehun!

BABOYA! Apa yang sedang aku lakukan? Aku ini makhluk jenis plin plan macam apa? Aku sudah mengatakannya kalau aku membencinya.

ISH! Kau terlalu banyak menggunakan pikiranmu selama ini Shin Rae Ah!

Tapi, kasihan juga ya perasaanku?

“Aish!!” aku mengacak-acak rambutku sendiri. Haruskah aku sobek kertas ini?

TIDAK! Seakan-akan peri dari pikiranku terpental oleh teriakan peri perasaanku, diriku juga menghentikan tanganku yang sudah memegang kertas malang tersebut dengan posisi siap merobek.

“Rae Ah, kau belum tidur?” aku terperajat dan berbalik melihat Minyoung dengan mata setengah tertutupnya mengamatiku.

“Sebentar lagi, aku hanya sedang membereskan beberapa kertas dari meja belajarku. Kau tidur lagi saja, aku segera menyusul.” Aku mengibas-ngibaskan tanganku pada Minyoung mengusirnya kembali ke alam mimpi yang disambut dengan senang hati olehnya. Minyoung segera bergerak dan menenggelamkan dirinya kembali ke balik selimut.

Aku menghela nafas lega dan tanganku meraih kotak yang sempat aku tendang waktu itu. Untung saja kotaknya tidak rusak. Tanganku perlahan membuka kotaknya dan melihat isinya – sebuah mp3 berwarna hitam tanpa satupun kertas berisikan dendam.

-:Author’s PoV:-

Sehun merasakan sebuah benda yang agak panas menyentuh kepalanya, dengan malas ia mendongakkan kepalanya dan mendapati sekaleng kopi di sana. Tangannya tidak bergerak untuk menerima benda tersebut tetapi matanya bergerak ke atas untuk melihat siapa yang menjadi pelakunya. Matanya menangkap sosok Rae Ah, yeoja yang sudah lama tidak berada tepat mata dengan mata sejak seminggu setelah sekolah dimulai kembali dari libur tahun baru.

“Jangan tidur terus, kau tahu nanti kau semakin bodoh dan ketinggalan pelajaran.” Ucap gadis itu.

Sehun terkekeh pelan dan mendapatkan tatap sengit dari gadis itu, “Wae?!”

Kaleng kopi dari tangan Rae Ah telah berpindah tangan dan Sehun membuka kaleng tersebut. Setelah menyesapnya sedikit ia kembali berkata, “Tidakkah kau merasa deja vu?”

“Maksudmu?” Rae Ah menatapnya tidak mengerti.

“Pertemuan keduamu denganku.” Jawab Sehun ringkas.

Rae Ah mengerjapkan matanya kaget. Pertemuan kedua? Namja ini mengingatnya? Sungguh ia bahkan lupa. Butuh waktu selama satu menit penuh sampai Rae Ah bisa menemukan file usang itu dari otakknya.

Hari itu, hari yang ia lupa kapan tepatnya, yang ia ingat adalah ketika ia menyadari kalau namja bernama Oh Sehun itu selalu tidur di perpustakaan dan ia juga memberikannya kopi saat itu.

“Kalimatmu sama persis.”

Mata Rae Ah semakin membulat, “Kau bahkan ingat?”

Ledakan-ledakan kecil mengacaukan jantungnya yang mulai berdebar ganjil, Rae Ah cukup salut dengan Oh Sehun. Namja itu mengingat hal yang bahkan tidak diingatnya – padahal ia yang mengucapkannya dan melakukannya.

“Tentu saja, saat itu tidak ada yang aku kenal selain kalian berdua dan beberapa teman namja. Jadi tidak aneh aku mengingatnya, apalagi itu bukanlah tingkah yang normal?”

Rae Ah mengedikkan bahunya dan berbalik untuk meninggalkan Sehun di kelas yang kosong karena semua murid sudah bermigrasi ke kantin, “Setidaknya kau ingat, aku bahkan tidak ingat.” Katanya sebelum benar-benar menutup pintu kelas dan meninggalkan Sehun yang tersedak kopinya.

Benar juga… kenapa ia ingat?

~~~

“Hei! Kenapa kau sekarang suka tersenyum-senyum sendirian hah?” Minyoung mengibas-ngibaskan tangannya di hadapan Rae Ah namun gadis itu nampaknya tidak terlalu keberatan dengan kenyataan itu.

“Gwaenchana.” Rae Ah berjalan ringan di trotoar memanggul tasnya seakan benda tersebut sudah kehilangan isinya.

Minyoung memberengut mengikuti Rae Ah yang terus berjalan tanpa mengindahkan apapun kecuali mungkin keselamatan dirinya di jalan yang penuh orang itu. Tujuan mereka jelas, mereka akan mengunjungi cafe yang tidak jauh dari tempat Sehun harus menderita kursus pelajaran. Sungguh malang namja itu karena neneknyalah yang ribut agar Sehun mendapatkan kursus daripada orangtuannya.

Hari ini mereka berencana berkumpul karena sudah lama sekali mereka bertiga tidak bertemu – itu adalah usul Minyoung yang merasa bersalah setelah Jongdae menanyakan bagaimana kabar teman-temannya. Agaknya ia terlalu lengket dengan Jongdae dan itu membuatnya malu sendiri. Pada mulanya Minyoung sempat bingung akan mendapatkan terkaman dari Rae Ah, namun gadis itu menerima ajakannya dan Sehun sangat bersyukur karena ia bisa keluar sebentar – yang disinyalir hanyalah modus paksaan Sehun si malas.

Maka jadilah setelah Rae Ah dan Minyoung sendiri meminjam buku perpustakaan untuk bahan belajar mereka menyusul Sehun yang sudah 2 jam terkurung dipenjara mental – kata Sehun sendiri.

Setelah berjalan satu blok akhirnya Rae Ah menemukan cafe yang dimaksudkan oleh Sehun, ia mendorong pintu kaca tersebut dan mencium bau kopi yang semerbak. Setelah Minyoung dan Rae Ah memesan mereka memilih satu meja dengan sofa yang sangat nyaman dan memanjakan diri.

Keadaan cafe yang masih terbilang sepi hanya dengan beberapa pekerja kantoran yang sudah pulang membuat pesanan mereka lebih cepat datang daripada namja bernama Sehun. Selang sepuluh menit kemudian barulah sosok yang sudah berganti pakaian dengan kaos lengan panjang dan jeans tersebut memasuki cafe. Sebagian besar pengunjung yeoja menatap Sehun sebagai pemandangan indah sedangkan bagi Rae Ah dan Minyoung adalah berakhirnya masa penantian mereka.

“YAK! Cepat ke sini! Lama sekali!” Rae Ah berteriak memerintahkan namja berambut coklat madu tersebut untuk bergegas yang langsung saja membuat beberapa yeoja kecewa bahkan tersenyum kecut.

“Berisik sekali.” Sehun menggerutu dan langsung duduk, mengistirahatkan beban tubuhnya pada sofa nyaman tersebut.

Rae Ah memandang Sehun dan berdecak tidak terima, “Kesal!”

“Kalian jangan bertengkar lagi. Tadi minumanmu sudah kami pesankan, karena nampaknya cafe ini semakin ramai.” Minyoung menambahkan.

“Kau tahu apa yang biasa kupesan?” tanya Sehun sembari memeriksa ponselnya.

“Rae Ah yang bilang kau minum mactha latte.” Minyoung membeberkan kenyataan.

Seketika Sehun mengalihkan perhatiannya pada Rae Ah dan menatap lama membuat Rae Ah merasa terintimidasi, “Kenapa? Waktu itu kau juga memesan itu bukan? Sekalian aku membayar hutangku padamu juga.”

“Su….”

“Berterima kasihlah atau kau tidak akan mendapatkan minumanmu dalam waktu dekat.” Rae Ah mendengus menggangkat dagunya ke arah pelayan yang membawakan minuman ke arah meja mereka.

Sehun mengedikkan bahunya, “Tidak salah.”

Melihat reaksi tersebut Rae Ah sudah ingin memukul wajah tersebut – karena efeknya yang tidak pernah berubah juga rasa kesal yang luar biasa, “Ish…”

Di sisi lain Minyoung sedang bertanya-tanya dalam hatinya sendiri. Pernahkan mereka berdua pergi bersama? Sesungguhnya Minyoung tidak pernah yakin itu akan atau pernah terjadi, namun merasa bahwa ini mungkin pertanda hubungan yang agak damai Minyoung tidak ambil pusing. Yang memusingkannya justru kenapa dulu Rae Ah – walaupun masih meski dengan kadar yang berkurang, bersikap antagonis terhadap Sehun.

Tidak terasa satu jam berlalu dengan percakapan yang hanya di dominasi kedua yeoja sedangkan Sehun hanya akan berkomentar sepanjang satu atau dua kata berkisar ‘Berisik’, ‘Aneh’, dan ‘Tidak penting’. Matahari telah menyudahi tugasnya hari itu dan Minyoung yang memiliki namjachingu dengan senang hati memiliki penjemput setia. Sedangkan kedua makhluk dengan rumah berdekatan kembali dengan aktifitas pulang bersamanya.

Setelah berpamitan dengan Minyoung dan Jongdae, Rae Ah dan Sehun berjalan menuju parkiran tempat kursus, di mana motor yang di bawa Sehun terpakir di sana.

“Aku tidak tahu kau bisa mengendarai motor.” Kata Rae Ah begitu melihat motor berwarna hitam tersebut.

“Hanya kugunakan jika benar-benar pulang malam.”

Rae Ah hanya mengiyakan jawaban Sehun sebagai pilihan bijak. Sementara pikirannya sudah memiliki rasa penasaran lain, “Apakah kau masih menyukai Minyoung?”

“Bukan urusanmu. Sekarang naik atau kutinggal pulang.” Sehun sudah menempatkan dirinya dengan handal di motor tersebut tidak menyadari kalau perkataanya telah membuat pertahanan Rae Ah kembali.

“Ck, namja bodoh. Kkaja, aku lelah dan ingin tidur.” Rae Ah memanjat naik dan mengenakan helm yang memang tersedia sepasang.

Sepanjang perjalanan Rae Ah tidak memegang apapun sebagai penompangnya dengan mata yang melotot marah memandang punggung yang paling menyebalkan menurutnya. Apakah Sehun masih menyukai Minyoung? Namja bodoh, sebal, benci, batinnya berkali-kali.

Sehun yang tidak bisa menambah kecepatan berkat yeoja yang duduk di belakangnya akhirnya tidak tahan juga, “Pegang perutku, aku akan menambah kecepatan. Tidakkah kau ingin cepat pulang?”

“Mwo? Sirreo!” hentak Rae Ah.

Terlatih untuk bertengkar dengan Rae Ah, Sehun sudah sangat hafal dengan wataknya yang keras kepala dan tidak akan berhenti atau menurut tanpa paksaan. Karena itu ia menggas motornya tanpa peringatan lagi. Sayangnya perkiraannya tidak setepat itu karena gadis yang berada dibelakangnya itu masih keras kepala.

Lelah atau lebih tepatnya aku-sudah-sangat-hafal, Sehun melakukan sedikit manuver berbelok dan barulah ia merasakan sepasang tangan melingkar di susul dengan hujatan.

“NEO! MICHEOSEO! YA! NAPEUN! OH SEHUN!” Rae Ah berteriak menghabiskan sisa-sisa tenaga yang sudah bertransformasi menjadi serangan kaget. Yang benar saja! Tubuhnya dipastikan hampir melayang dan nyawanya tertinggal diperempatan tadi.

“Setidaknya kau menurut.” Balas Sehun dan langsung saja pelukan yang tadinya erat karena kaget tersebut melonggar, “Aku tinggal melakukannnya lagi.” Dan tangan itu kembali melingkar namun sangat-sangat minim tetapi cukup membuat sudut bibir seorang Oh Sehun tertarik ke samping.

Shin Rae Ah dalam hatinya benar-benar bersumpah ingin lenyap saja detik itu juga karena dadanya berdebar-debar mengalahkan otaknya yang mengingatkan bahwa Sehun masih memiliki kemungkinan menyukai Minyoung.

-:Sehun’s PoV:-

Aku sedang berjalan menyusuri lorong yang sepi sore itu dan mendapati sosok yang hanya terlihat setengah tubuhnya saja – salahkan tumpukan buku yang dibawanya hingga melebihi tinggi kepalanya. Aku baru menyadari siapa orang itu ketika ia berada dalam jarak 1 meter.

“YA! Lee-seonsaengnim! Menyebalkan!” gerutuan melengking tersebut membuatku dapat mengenalinya.

“Sini kubawakan.” Tawarku setelah aku berhadapan dengan kepala sosok itu yang menengok dari tumpukkan bukunya.

“Sirreo. Aku sendiri saja bisa.”

Tanpa mendengarkan jawabanku sosok itu kembali berjalan dengan langkah yang nyaris jatuh. Awalnya aku ingin membuktikan apakah sosok itu benar-benar bisa melakukannya sendiri namun begitu melihat tangga yang akan ia lalui aku memastikan bisa terjadi insiden disana. Aku mengambil ahli setengah tumpukan tersebut dan berjalan menaikki tangga.

Kupikir sosok itu mungkin tidak akan mengikutiku dan harus membuatku berjalan lurus tanpa peduli dengan teriakkannya tapi sosok itu berjalan berdampingan denganku.

“Gomawo.” Katanya singkat dan padat.

“Tidak masalah, mau dibawa ke mana?” tanyaku.

“Ruang guru. Ck, dasar Lee-seonsaengnim itu! Tidakkah ia tahu kalau aku harus menggantikan sepupuku? Aku sudah berjanji pula.”

Menghela nafas sesuai irama aku tidak menjawabnya dan kami berjalan dalam diam sampai ke ruang guru. Ruang guru sore itu penuh karena tidak ada acara mengajar lagi. Dengan bimbingan Jung-seonsaengnim kami meletakkan buku yang ternyata adalah data-data murid yang sudah lulus itu di meja terdekat dan kami dipersilahkan untuk pulang.

Begitu kami berada di luar ruang guru dengan pintu yang tertutup di belakang punggung, sosok itu langsung berlari tanpa permisi meninggalkanku yang berjalan santai menuju kelas untuk mengambil tasku.

Sesampainya di kelas, satu tas yang kutahu pemiliknya itu masih ada dan membuatku bertanya-tanya ia berlari tapi kenapa aku bisa sampai duluan?

Tapi kuputuskan perihal tersebut tidakklah penting dan aku berjalan menuju parkiran untuk menemukan motorku. Seharusnya hari ini adalah jadwalku kursus tetapi sore ini pihak penyelengara kursus tersebut mengirimkan email atas ketidakmampuannya mengadakan kegiatan dan akan digantikan menjadi dua kali lipat jamnya minggu depan. Memikirkan hal tersebut langsung saja membuatku agak mual dan ingin berhenti.

Tap, tap, tap, tap.

Ritme berlari terdengar di telingaku dan mataku yang masih memandang ke arah sekolah menemukan sosok yang tengah berlari tersebut. Segera aku menaikki motorku dan menyusul sosok yang tidak jauh tersebut.

Kuberhentikan motorku di sampingnya dan ia ikut berhenti sembari menatap heran padaku, “Kau tidak cepat-cepat kursus?” tanyanya.

“Aniya, jadwalnya diganti. Mau ke mana?”

“Heushh, aku sedang terburu-buru.”

“Ke mana?” dan kupastikan tabiat meledaknya akan kumat.

“Taman bermain x! Puas?”

“Kalau begitu naiklah nona Shin.”

Matanya membulat seketika, “Mwo?”

“Naiklah, kau bisa benar-benar terlambat. Kau menggantikan sepupumu bukan?” aku menyerahkannya helm dan ia langsung menyambarnya detik itu juga.

Perjalan tidak memakan waktu lama dengan kecepatan motor yang lebih efisien dari pada langkah berlari manusia. Begitu sampai segerombolan anak TK berkumpul di sana dan gadis itu langsung berlari menghampiri gerombolan tersebut. Gesturnya membungkuk dalam begitu sampai dan wanita berusia 30an itu hanya mengangguk hangat.

Cuaca sore itu untunglah cerah, cocok untuk anak-anak yang sedang bermain bersama dua orang dewasa di sana. Aku memperhatikan kalau saja gadis itu bisa tersenyum seperti itu selain dengan anak-anak mungkin tidak terlalu buruk, dan aku terpana dengan senyuman yang sangat jarang ditunjukkannya itu.

Shin Rae Ah. Anak-anak itu tampak menyukainya dan lengket sekali dengannya.

-:Rae Ah’s PoV:-

Aku berjalan perlahan-lahan, menghayati setiap langkahku atau lebih tepatnya menunda-nunda jarak yang sudah semakin dekat. Gerbang rumah berwarna coklat gelap itu sudah berada di depan mata. Agak risih dengan kenyataan yang ada aku mengalihkan pandanganku  memandangi langit sore yang berwarna kekuningan mendung.

Butuh berhari-hari hingga aku bisa sampai ke sini. Hatiku sudah menetapkan, diriku telah menyangkal terlalu lama, dan jika memang aku ingin menjadikan resolusiku nyata setidaknya aku harus melakukan sesuatu. Dan ketika Sehun mengantarkanku ke taman atas keinginannya kupikir aku perlu berterima kasih padanya dengan…

Aku memandang kotak yang berada dalam pelukanku. Dengan memberikannya hadiah yang memang untuknya.

Ting… tong…

Aku menekan bel dan muncullah Sehun sendiri dari sana. Wajahnya terlihat terganggu.

“Kenapa?” tanyaku begitu ia membuka gerbangnya.

“Kau yang kenapa tiba-tiba datang. Aku sedang mengerjakan sesuatu dan kau membuatku diteriaki untuk membuka pintu.”

Hah.. kenapa harus seperti ini? Aku menghela nafasku dan berusaha untuk sabar, keadaan memang tidak pernah selaras.

“Tapi aku bersyukur karena kau yang keluar, karena aku memang ingin menemuimu.”

Sehun memandangku sambil mengerutkan dahinya, “Katakan.”

Nada dan jawaban yang singkat itu. Aku mengepalkan tanganku yang tidak memegang apapun. Tadinya jika jawaban yang diberikannya lebih baik… sedikit saja mungkin tidak akan ada apapun yang terbersit. Tapi aku juga yeoja dan sekalipun aku tahu Minyoung tidak bersalah, tapi namja ini jelas-jelas bermasalah.

“Apakah kau akan bersikap seperti ini jika Minyoung yang datang?” Tanyaku tersenyum miring padanya.

“Nde?” Wajahnya berubah bingung.

“Apakah kau masih menyukainya?”

Sehun memasukkan kedua tangannya ke saku celana dan memandangku tepat di mata, membuatku terpaku.

“Apakah jika Minyoung yang datang atau siapapun itu tidaklah penting. Kau saja yang datang tidak pada waktu yang tepat. Dan kenapa kau selalu menanyakan itu padaku? Itu hanya masa lalu.”

Aku mengeratkan peganganku pada kotak yang layaknya akan remuk sebentar lagi mengikuti hatiku, “YA! Aku memang selalu datang pada saat yang salah baik sekarang maupun di masa lalu, dan aku selalu berusaha menyangkalnya dan mengikuti akal sehatku! Dan sesungguhnya aku merasa bodoh karena tidak belajar dari masa lalu, seharusnya aku pergi saja detik kau keluar dengan wajah menyebalkan seperti itu!” Aku tersengal karena aku sedang menahan ledakan air mata, rasa marah, dan kecewa secara bersamaan.

Lalu aku melanjutkan, “Dan itu memang masa lalu! Tapi masa lalumu penting bagiku! Karena jika aku tidak tahu, bagaimana aku bisa menghadapi perasaanku sendiri?! Tidak tahukah selama ini aku merasa seperti orang konyol karena menuruti perkataan otakku untuk membencimu dan membencimu?!”

Kulihat wajahnya terbengong-bengong karena ledakanku, tapi aku tidak peduli. Ini diluar keinginanku, aku tentu ingin menjelaskannya tapi keinginanku bukan seperti ini!

“Kau mendengarkan percakapan itu…” Terhenyak ia berguman lebih kepada dirinya sendiri.

“Benar! Aku mendengarkannya dan mengetahuinya diluar keinginanku! Kalkeyo.”

Aku langsung berbalik dan berjalan pergi menuju rumahku, setidaknya kamarku di mana aku bisa membuang benda terkutuk bernama kado natal yang memang seharusnya tak aku siapkan sama sekali!

Mataku membuatku tersesat dijalan yang lurus beraspal karena air mata. Dan pikiranku melayang kembali pada masa itu. Masa kenaikan kelas satu, saat itu kelas baru saja bubar dan aku mencari-cari sosok Oh Sehun yang berbeda kelas denganku. Ketemukan sosoknya dan aku mengikutinya. Sejak pertama kali aku bertemu dengannya aku sudah tahu kalau mataku akan terpaku padanya dan tahu matanya sedang melihat ke arah Minyoung. Aku berusaha menarik sosok Oh Sehun agar ia melihatku – aku sudah tahu cerita Minyoung dan aku optimis tentangnya. Tapi hari itu aku merasa usahaku sia-sia. Sehun menyatakan rasa sukanya untuk Minyoung. Awalnya aku masih berharap setelah Sehun tahu ia akan lebih normal tetapi layaknya ia tetap menatap Minyoung dan terlihat lebih care padanya.

Sejak saat itu aku mulai membenci kenapa ia bisa sebodoh itu, aku bisa sebodoh itu pula, dan Minyoung juga. Seakan-akan kami bersama karena tidak bisa melepaskan perasaan kami. Karena itu aku membenci orang bodoh… Aku tidak bodoh dan akan meninggalkan hal-hal bodoh tersebut. Selama ini aku menyangkalnya, tapi aku jugalah orang bodoh itu. Bahkan seharusnya aku lebih bodoh lagi karena mementingkan otakku yang menyuruhku membenci Sehun – yang sangat jelas hanya untuk membentengi diriku sendiri.

Selama ini aku sudah berada dalam pelarianku dan penyangkalan yang bisa ditahan otakku, pikiranku, logikaku sirnah dengan perasaanku yang mengambil ahli hanya dengan beberapa hal ringan – hal yang mungkin bisa dilupakan dengan jentikan jari sekalipun. Sayangnya dalam kasusku jetikan jari yang kugunakan malah melemparnya semakin dekat dengan pertahananku.

Aku akhirnya sampai di depan rumahku dan mendapati Minyoung di sana – temanku yang akhirnya tidak sia-sia menyimpan kebodohannya. Andaikan saja aku begitu. Tapi tuan bodoh itu bahkan tidak menyadariku.

“Hei, kau dari mana?” Tanyanya sementara wajahku kusembunyikan menggunakan topi hoodie yang aku kenakan.

“Aku baru saja pergi ke… Lupakan. Ada apa kau datang?” Sial! Suaraku serak sekali.

“Ehm, tadinya aku hanya ingin berkunjung saja.”

Aku mengangguk lemah, “Ah seperti itu. Tapi mian chingu-ya, aku sedang tidak enak badan.”

“Eottoke? Kau benar-benar tidak apa-apa? Haruskah aku membawakanmu obat?” Minyoung terlihat khawatir.

Aku memeluknya sebentar dan menggeleng lemah, “Tidak apa-apa. Kuceritakan besok-besok.”

Lalu Minyoung menganggukkan kepalanya sedangkan aku membuang kota sialan tersebut – menyayangkan koleksi lagu yang berada di sana – koleksi laguku yang menggambarkan perasaan terpendamku selama ini, tapi itu sudah tidak diperlukan lagi.

-:Sehun’s PoV:-

Hari-hari ujian semakin dekat dan waktuku untuk bertemu orang-orang semakin berkurang karena orang-orang juga terlalu sibuk dengan pelajaran dan upaya untuk lulus dengan nilai terbaik.

Aku juga sedang berusaha melakukannya tapi bagiku ini terasa sebagai pelarian.

Sejak mendengar teriakan yeoja bernama Shin Rae Ah tepat di depan rumahku sendiri, rasanya aku merasakan tamparan keras di sana. Ketika punggung yeoja itu menjauh saat itu aku baru merasakan yang namanya rasa sakit – rasa sakit yang sebenarnya, rasa sakit yang jauh berbeda daripada ketika Minyoung menolakku. Seakan-akan sesuatu telah resmi menghilang dan aku hanya bisa diam seperti patung. Tidak meraihnya atau mengatakan apapun.

Malam itu aku menyadari.

Kalau aku dapat mengingat setiap hal yang berhubungan dengannya bukan karena itu tidak normal, tapi karena ia berhasil menarik perhatianku, alam bawah sadarku.

Aku terganggu oleh setiap sikap permusuhannya karena aku ingin melihatnya tersenyum padaku – seperti kepada anak-anak itu.

Aku menyukainya – tanpa sadar.

“Sehun?” Aku mengalihkan pandanganku dari jendela perpustakaan dan menemukan Minyoung. Yeoja itu memegang kotak yang amat familiar – kotak yang berada di tangan Rae Ah malam kami bersitengang.

“Ehm.. Aku sudah mendengar Rae Ah bercerita, dan aku percaya kau tidak menyukaiku lagi bukan?”

“Tentu saja tidak.” Aku menjawab masam.

“Geurae, sepertinya tebakanku benar.” Minyoung tersenyum puas kepada dirinya sendiri.

“Begini, aku tidak menjelaskan apapun pada Rae Ah, karena kau berhak menjelaskannya sendiri.”

Aku menganggukkan kepalaku setuju.

“Tapi aku menyerahkan ini padamu. Kau tahu Rae Ah cukup nekat dengan membuangnya ke tempat sampah.”

Aku menerima kotak yang masih bagus itu dengan sedikit mendengus. Bagaimana nasibnya jika tidak ada Minyoung, ledakan yeoja itu sungguh diluar pemikiran rasional.

“Gomawo Minyoung.” Aku tersenyum tipis dan pergi meninggalkan perpustakaan dan langsung menuju rumahku untuk membuka apa isi kotak tersebut.

~~~

Alunan musik terus mendengung di telingaku selama beberapa jam dan sejujurnya isi mp3 ini lumayan banyak. Otakku terus memutar-mutarkan wajah Rae Ah dan lagu-lagu tersebut mendukung dengan bersemangatnya. Membuatku benar-benar ingin bangkit dan menggedor kediaman yeoja itu hanya untuk menjelaskan semuanya. Tapi aku tidak bisa. Kedua, ini musim ujian. Ketiga, ia bisa dicap orang gila jika Rae Ah tidak mau membukakan pintu untuknya. Keempat, Minyoung berkata bahwa ini bukanlah waktu yang tepat mengingat ‘shock’ baru saja terjadi.

Yang pertama dan terpenting…

Aku ragu apakah Rae Ah masih mau menemuiku, setelah apa yang terjadi.

-:Author’s PoV:-

Rae Ah melambaikan tangannya bersemangat ke arah Minyoung dan Jongdae yang akan segera menaikki pesawat. Graduation sudah berlalu 3 hari dan ini artinya ia resmi telah menjadi mahasiswa – itupun jika ia diterima, tapi itu tidak penting. Yang penting adalah kebahagiaan Minyoung, atau lebih tepatnya ia harus ikut untuk menyemangati yeoja itu agar tidak lari dari bandara karena rasa takutnya.

“Annyeong Rae Ah! Sampai ketemu lagi! Ikutilah perasaanmu kali ini!”

Rae Ah tersenyum ke arah Minyoung yang perlahan menghilang. Ia menghela nafasnya dan memikirkan, apa yang harus ia lakukan selama Minyoung tidak ada. Keabsenan gadis itu adalah sebuah dosa besar.

Saking besarnya penyesalan seorang Rae Ah karena merelakan temannya itu pergi, ia tidak menyadari kalau seseorang berdiri dibelakangnya dan ikut melambai pada Minyoung dan Jongdae detik-detik terakhir. Dan gadis itu baru menyadarinya ketika matanya tertutup oleh tangan yang bahkan ia tidak kenal. Gadis itu sudah bersiap-siap akan berteriak tetapi begitu sepasang earphone mengunci indra pendengarannya ia berhenti dan tangan itu membebaskan pandangannya. Rae Ah perlahan berbalik dan tercengang mendapati Sehun.

Langkahnya langsung menjadi langkah seribu. Dengan ringkas ia menarik earphone tersebut dan berjalan menjauh. Tapi sial langkahnya yang pendek-pendek, Sehun berhasil menyusulnya dan memeluknya dari belakang, menguncinya.

“Kau tidak boleh bergerak satu inci pun. Kau tahu betapa frustasinya aku beberapa bulan ini karena menginginkan kekuatan untuk menghentikan waktu dan membuatmu diam di hadapanku, untuk mendengarkan penjelasanku?”

Rae Ah terbelalak tetapi masih berusaha melepaskan diri.

“Aku sudah lama tidak menyukai Minyoung, aku hanya mengaguminya. Karena mungkin saat itu ia terlihat sulit dijangkau. Tapi itu masa lalu. Sekarang kau sudah tahu bukan?”

Rae Ah menganggguk lemah merasakan hembusan nafas Sehun yang terkontrol.

“Di masa lalu maupun sekarang, yeoja yang berhasil menarik perhatianku adalah dirimu…”

Rasanya jantungnya telah melewatkan tugasnya untuk memompa darah dan membuatnya sesak nafas.

“Maafkan aku karena terlambat menyadarinya, tapi selama ini aku menyukaimu. Bukan karena tingkahmu tidak normal, tapi karena kau memang menarik, secara tidak sadar pikiranku mengingatnya dan menyimpannya. Aku tidak suka sikap antagonismu padaku, aku ingin melihatmu tersenyum tulus, kau ingat anak-anak TK itu? Ya, aku ingin kau tersenyum kepadaku seperti kau kepada mereka.”

Lalu Sehun melepaskan pelukannya di saat yang tepat. Di saat Rae Ah sudah membeku dan tidak bisa menggerakkan setiap sel tubuhnya dengan benar.

Sehun merogoh saku jeansnya dan mengeluarkan selembar kertas dari sana, dengan gerakan sederhana Sehun membuka lipatan yang sudah nampak kumal tersebut.

MY NEW YEAR RESOLUTION:

Mendapatkan hati Oh Sehun!

Rae Ah sangat malu karena kertas tersebut bisa ada pada Sehun, jika saja tidak ada tulisan Sehun di sana, eksistensi kertas itu sudah lenyap dalam hitungan menit.

You already have it, just this fool who doesn’t realize it.

~^^NewYearResolution^^~

The end.


Simple Happiness

$
0
0

1363988409

-A Simple Happiness-

By @titayuu

Cast : Luhan, OC | Genre : Romance | Length : Ficlet | Rating : General

~*~

Aku berjalan di tengah keramaian. Menikmati beberapa pasang mata yang menatapku dengan berbagai ekspresi. Sesekali mereka menggumamkan namaku dan bahkan beberapa dari mereka memanggilku dengan suara kencang. Tersenyum, hanya itu yang bisa ku lakukan untuk mereka.

Kini kakiku tetap berjalan, begitu pula mataku. Kedua mataku tak pernah berhenti menjelajah ke setiap sudut bandara Incheon. Mereka berlari dan menyimpan sebuah harapan besar. Meski kutahu, sebuah harapan yang besar akan sangat menyakitkan jika tidak terwujud. Kepalaku tak kalah sibuknya. Sibuk merangkai kepingan penyesalan dan kebahagiaan di masa lalu. Jika kau bisa merasakan, sebuah kerinduan terpancar sangat nyata di kedua mataku.

Aku kembali..

Itu adalah kalimat yang ingin kusampaikan padamu. Kalimat yang kuharap bisa membuatmu datang menghampiriku dengan senyuman dan pelukan hangat. Menjemputku dengan perasaanmu yang dahulu. Perasaan yang hanya kau tujukan padaku. Dan kuharap masih tertuju padaku sampai detik ini.

Bagaimana keadaanmu? Apakah kau masih menyukai capuchino? Selama setahun ini aku meminum minuman favoritmu itu. Aku tak suka chapuchino, tapi aku suka merasakan kehadiranmu ketika ku meminumnya. Sangat hangat dan sedikit pahit. Sama seperti sifatmu.

Bercerita tentang masa lalu memang tak akan ada habisnya. Aku bisa menceritakan masa lalu kita seharian, ah mungkin lebih dari itu. Terlalu banyak kenangan masa lalu yang masih tersimpan rapi di kepalaku. Kadang aku membukanya dan menontonnya sendiri. Menonton setiap adegan yang kita lakukan.

Ah tunggu, sepertinya sekarang mataku sudah berhenti menjelajah. Mereka mulai terdiam di satu titik dan mengintruksi apa yang mereka lihat kepada otakku. Otakku memberi sinyal kepada jantung untuk berdegup dan kepada bibir untuk tersenyum. Semuanya terjadi sepersekian detik saja sampai aku mulai menyadari, Aku menemukanmu.

Kau mematung di depanku. Tak bergerak, bahkan tak bersuara. Kau tak banyak berubah. Masih cantik dan hangat dengan senyum yang sudah mulai terangkat. Senyum yang sama dan tanpa ada rasa benci maupun marah. Kau sudah memaafkanku. Kau memelukku sangat erat dan terus memanggil namaku. Aku sempat beranggapan kalau kita akan seperti dahulu jika saja sebuah cincin yang berada di jari manismu tertangkap oleh mataku.

Sebuah rasa sakit menjalar ke seluruh tubuh. Sebuah penyesalan berkali-kali membentakku. Namun kulihat kau tersenyum lagi. Senyum tulus dan terlihat sangat bahagia. Senyuman itu meyakinkan sesuatu padaku. Meyakinkanku bahwa kebahagiaan bisa di dapat ketika melihat orang yang kucintai sedang berbahagia.

~*~

A/N : Hai, bertemu lagi dengan saya^^ akhirnya saya hadir dengan ficlet yang satu ini. Ff ini sudah pernah saya post di blog pribadi saya di www.disturbanceme.wordpress.com dalam seri pict story. Jika ada yang mau lihat cerita dari foto member lain, bisa langsung menuju blog saya. Semua cerita berasal dari otak saya dan di harapkan tidak ada plagiat, ya~~

Terima kasih buat yang sudah baca, dan sangat berterima kasih bagi yang mau komen.*bow*


Love Game (Sequel)

$
0
0

Love game

Maincast              : – Baekhyun

-          Lian (OC)

Genre                   : Comedy, school life, Romance (?)

Author                  : Lian (@winda_chan_)

Rating                   : T

Note                      : Karna kemaren banyak yang minta sequel dan Baekhyun udah datang ke rumah author terus lempari author pake sendal inspirasi (?) jadi author langsung tau apa lanjutannya. Gomawo buat baekki yang udah repot-repot lempar author pake Sendal. #plakk.. Okeeh,, Happy Reading ne, (^_^)b

=oOoOoOoOo=

==Baekhyun POV==

Sama seperti hari-hari yang sebelumnya di sekolahan, kebiasaan pelupaku tak bisa di toleransi. Untuk ke 167 kalinya aku meninggalkan bekal makan siang dan untuk ke 167 kali pula lian selalu membawakanku Roti dengan krim coklat dan sekaleng minuman soda, tapi sayangnya pernyataan rasa ‘suka’ waktu itu sampai sekarang belum ia jawab.

‘Apa dia bingung atau dia malu?’

Itu tidak mungkin, Yeoja setengah jadi tak mungkin memiliki rasa malu. Mungkin aku adalah orang pertama yang menyatakan rasa suka padanya, jadi dia bingung. Yah, pasti seperti itu. Hey, bukan tak ada alasan aku berkata seperti itu, di sekolah ini sangat banyak Yeoja-Yeoja cantik dan imut. Aku rasa hanya namja bermata katarak memilih Lian untuk menjadi Yeojachingunya.

‘dasar Yeoja setengah jadi’

Jika di fikir lagi, ekspresi dia saat aku mengatakan suka padanya Ia hanya diam dan mengerutkan keningnya. Sangat lucu melihat Yeoja itu berfikir, tapi, Jika dia belum menerimaku sampai saat ini, semua rencanaku tak akan berhasil untuk menjahili dia.

“OTTOKEEEEHHH??”

“Kau kenapa Baekk?”

“Lian?”

Woaa, dia seperti jin, eh,, jangan fikir Jin personil BTS. Kau taulah, makhluk gaib yang ada di dunia lain. Cukup menyebut namanya dia sudah datang, dan aku cukup memikirkan Lian dia sudah ada di depanku.

“Hey! Kau kenapa Baekk, kau lupa bawa bekal lagi?”

“tidak, aku bawa” ucapku mengelak padahal cacing di perutku sudah kampanye ingin di beri makan.

“Wah, penyakit pikunmu sudah sembuh rupanya”

“YAK! Kau fikir aku sudah tua apa?”

“Memang”

Pletaakk

“Aw, aiissh,, kau ini. Bisa tidak sehari saja tak menjitak kepalaku”

“Itu karna kau menyebalkan Pabo!”

“Huh,,”

Dia memautkan bibirnya dan berlari menuju kelas, sekarang aku sudah tau kebiasaannya. Dia akan bertingkah seperti itu jika jam makan siang selesai, dan kali ini aku tak akan tertipu lagi. Dengan memasukkan tangan ke saku celana, aku berjalan dengan santai di lorong sembari menuju ruang kelas.

‘Huh,, lihat, sekarang sudah aman’ langkahku semakin santai menuju ruangan kelas.

“Byun Baekhyun”

Ada yang memanggilku, tunggu, lorong ini sunyi dan hanya ada aku di sini. Terus siapa yang memanggilku? Apa jangan-jangan jin beneran atau hantu? Kalau iya bagaimana? Apa aku harus lari? Atau aku harus berteriak? Ottokeh?

“Byun Baekhyun” Sekarang sebuah tangan menyentuh pundakku, seketika aku membeku di tempat.

“BAEKHYUN!~” Tunggu,, aku kenal suara ini.

Aigoo! LIAN!”

“Ahahahahaha,, Pabo! Cuma seperti itu kau sudah menjerit”

“Kau yang Pabo! Memanggilku dengan cara bodoh semacam itu”

Jinja? Aku fikir tidak, kau saja yang penakut”

“Tunggu, ini Lian beneran kan?”

Plaak,, Plukk,, Pletaakk

Pukulan serta jitakan melayang ke kepala Lian, sesekali aku menyentuh bahu dan melihat kakinya. Aku takut dia Jin yang berwujud manusia.

“aw,, Appo baekki”

“Hoh,, ternyata kau asli”

“YAK! Apa maksudmu?”

“Aku fikir kau hantu”

Pletaakk

“Aw”

“Rasakan itu, mana ada hantu siang hari seperti ini. Dasar penakut”

Dia membuat wajah jelek sembari terus mengejekku. Aku yakin, pasti kalian berfikiran sama seperti Lian kan? Hey, kalian fikir saja, tadi dia berlari duluan dan bagaimana bisa di belakangku? Tentu saja itu membuatku takut.

“AAAKHH,,, DASAR YEOJA SETENGAH JADI!!!”

Aku kembali merutukki kejahilan Lian, walau aku sudah mengatakan ‘suka’ padanya ia tetap saja begitu. Memasuki ruangan kelas juga selalu sama, dia akan tertawa bersama jongdae dan menganggap tak ada kejadian.

‘Menyebalkan’

Masih ingat seminggu yang lalu sewaktu pelajaran ini? Kumpulan angka dan simbol yang berputar di kepala karna ulah Lian yang mengerjai aku di depan kelas. Kali ini gantian, aku yang akan membuatnya maju.

“Kumpulkan semua tugas yang minggu kemarin”

“ne songsaengnim

Dengan santai aku meletakkan buku tugas di depan, terlihat Lian membongkar seluruh isi tasnya. Sudah pastikan itu ulahku, tenang, aku tak akan sejahat itu padanya Cuma ingin membalas kejahilan minggu lalu.

“Lian, tugasmu mana?”

Mianhae songsaengnim,, aku sedang mencarinya”

“mencari?”

“Ne, aku sedang mencari buku tugasku”

“Sebaiknya cepat atau kau akan mendapat hukuman”

“ne”

Rencana yang hebat Baekki, kau membuat Yeoja setengah itu kena hukum oleh songsaengnim, yah paling tidak ia akan berdiri di depan kelas atau mengerjakan semua soal yang menjadi tugas.

“Lian, mana buku tugasmu?”

“Hem, Mianhae songsaengnim, Bukunya tak ada”

“Baiklah, kau tak boleh masuk pelajarangku hari ini. Kau boleh keluar sekarang!”

“……”

Lian bergegas keluar dan meninggalkan kelas, Kerja bagus Byun Baekhyun! Kau mengerjai seorang Yeoja setengah namja hingga dia di keluarkan dari kelas. Kau memang hebat, itulah bisikan-bisikan yang terdengar di kedua telingaku. Hah, satu tertawa dan yang satu menangis, terkadang bisikan itu saling beradu argumen tentang apa yang selanjutnya akan ku lakukan dan bisa ku pastikan mereka adalah malaikat dan iblis yang sedang bertengkar di atas kepala.

Braaakk

“Yak! Apa yang kau lakukan Byun Baekhyun!”

Mianhae songsaengnim, boleh aku menggantikan hukuman Lian?”

Wae?”

“Hanya ingin menggantikannya saja, lagi pula aku yakin dia sudah mengerjakan tugasnya. Mungkin ada anak jahil yang menyembunyikan buku Lian”

“Oh, baiklah, kau boleh menggantikannya” Segera aku melangkah keluar kelas, terlihat Lian berdiri sambil melihat dinding sekolah.

“Lian”

“apa yang kau lakukan di sini baek?”

“Menggantikan hukumanmu, cepat masuk. Nanti kau ketinggalan materi”

“Heh? Maksudnya”

“Aku menggantikan hukumanmu Pabo! Cepat masuk”

“Tapi,,,”

“Sudah masuk sana”

Ku tarik tangannya sembari mendorong tubuhnya untuk masuk ke dalam ruangan kelas. Ia menatap bingung dan ku yakinkan dengan sebuah senyum berserta tatapan yakin. Dia menarik nafas dan tersenyum padaku.

Gomawo Baekk”

“Em,, Cheonma”

Dia mulai masuk dan menutup pintu ruangan, hari ini aku bersikap seperti iblis yang berselubung dalam bentuk malaikat di hadapannya. Bagaimana tidak, aku menyembunyikan buku tugasnya agar ia di hukum dan karna kepalaku tertabrak seorang malaikat, sekarang aku menggantikan hukumannya berdiri di luar kelas dengan cacing di perut yang demo.

“Aaa,,, Kkaebsong~~~ Baekki Pabo!”

Nah, apa yang harus ku lakukan sekarang? Mengomel? Merutukki kebodohan? Atau merutukki kesialan, oh, bukan. Ini bukan kesialan, karna ini memang ulahku, terus aku harus apa? lebih membosankan berdiri di depan kelas seperti ini di banding duduk di kursi sembari mengetuk pulpen dan membalik buku.

‘BEEEEEELLLL,, CEPATLAH BERBUNYIIII’

Sudah lebih dari 1 jam 45 menit aku di sini dan bel belum juga berbunyi, kakiku sudah pegal berdiri di depan ruangan seperti ini. Tak berapa lama, terdengar suara yang sedari ku tunggu.

‘Akhirnya bell berbunyi juga’

Terlihat songsaengnim keluar dari kelas di ikuti siswa/siswi lainnya, baru saja aku akan masuk. Lian keluar sembari membawa tas sekolahku,

“Nah”

Brukk

“Kau ini, sudah di tolong malah melempar tasku asal”

“huh,, apanya yang menolong, Songsaengnim malah menyuruhku untuk mengajarimu materi tadi dan itu merepotkan!”

“MWO? JADI AKU HARUS BELAJAR MATEMATIKA BERSAMAMU???!!!!”

“Baekk, pelankan suaramu itu! Aku tak mau tuli karna suara cemprengmu itu! Sore ini kau harus datang ke rumahku”

“Aku tak mau! Kau saja yang datang ke rumahku”

“oh baiklah, aku tak sabar memergoki kau membuka celana di depan teras”

“Tunggu, tunggu, tunggu sebaiknya memang aku datang ke rumahmu daripada kau memergoki aku melakukan hal bodoh lagi”

“baik, aku tunggu sore ini di rumahku”

“huh,,”

==oOoOoOoOo==

Kini aku tengah berada di depan sebuah pintu berwarna coklat terang dengan ornamen ringan namun tetap terlihat mewah. Ini pertama kalinya aku datang ke rumah Lian, selama ini hanya sekedar lewat dan melihat rumahnya tapi kali ini aku akan masuk ke salam rumah. Ku tekan bel perlahan hingga seseorang membuka pintu.

Ciieeettt

“nugu-ya

Seorang namja paruh baya tengah memakai celemek dan memegang sudip di tangan kanan sembari tersenyum ramah padaku. Mataku yang bermasalah atau namja ini yang bermasalah? Sejak kapan seorang namja paruh baya memakai celemek dan sudip membuka pintu rumah? Bukankah seharusnya wanita paruh baya yang melakukan hal itu?

“EH,, eumm, Baekhyun imnida. Apa benar ini rumah Lian?”

“Oh, kau temannya Lian ne? dia ada kamar, silahkan masuk”

“Ne Gomawo ahjussi

“Kau bisa langsung ke kamarnya yang ada di lantai 2”

“Ne,, Gomawo

Kakiku melangkah memasuki rumah Lian lebih dalam, mataku memandang liar ke sekitar rumah. Tepat di depan Tv, seorang wanita paruh baya tengah menonton tv sembari duduk santai. Saat ia berbalik, wajahnya sangat t mirip dengan Lian bedanya terdapat sedikit kerutan di wajahnya. Sudah dapat di pastikan itu eommanya Lian.

“Hey, kau siapa?”

“Eh,, em,, B-Baekhyun imnida, aa-aku temannya Lian”

“Oh, Lian di atas. Kau naik saja”

“G-Gomawo Ahju-ma”

DEMI PETANYA DORA DAN RANSEL MENYEBALKAN, baru kali ini aku masuk ke dalah rumah yang aneh. Ahjussi yang menyambutku tadi terlihat memasak di dapur sedangkan ahjuma yang baru menegurku dengan santainya duduk di depan tv dan bersikap seperti seorang ayah. Pantas saja Lian itu setengah jadi, orang tuanya saja bertukar jiwa seperti itu.

Tok,, tok,, tok,,

Ciiieeett

“Woaaaaaaa…”

Brukkk

Aigoo!”

“YAK! Jangan Liat ke sini Pabo!”

BRAAKKK

Aigoo,, ini untuk pertama kali seumur hidupku, Lian terlihat memakai gaun berwarna pink seperti aurora dan terlihat sangat veminim, tapi sialnya, dia malah melemparku dengan bantal dan membanting pintu dengan keras.

Ciieeett

“YAK! Dasar Yeoja setengah, kenapa kau melempar bantal kearahku tadi dan kemana gaunmu?”

“Huh,, itu memalukan Baekk, ayo masuk! Ppali”

“Ne,,”

Sebuah kamar kecil dengan ornamen kontras berwarna Hitam dan terdapat beberapa Poster di dalamnya. Kumpulan buku tersusun rapi, biasanya jika kau memasuki kamar seorang yeoja yang pertama kali kau temui adalah boneka. Tapi di kamar ini yang kau temui pertama kali adalah buku dan Poster, dia memang aneh.

“Bisa kita mulai sekarang?”

“Tunggu, sebelum kita mulai, ada yang ingin ku tanyakan padamu”

“Mwo?”

“aku masih menunggu jawabanmu Lian”

“Jawaban? Jawaban apa? oh,, soal yang di beri songsaengnim atau jawaban soal ujian?”

Pletaakkk

Appo,,”

“Kau ini tulalit atau memang baru pertama kali hah? Tentu saja jawaban dari perasaanku”

“Oh,, em,, i-itu..”

Matanya mulai bergerak tak karuan, lagi-lagi ekspresinya aneh. Aiiisshh,, jika dia tak menjawab dengan cepat maka semua rencana kejahilanku akan sia-sia.

“Kau cukup jawab ‘yes’ or ‘no’ Lian”

“Em,, kau mau tau jawabannya?”

“Ne”

“Kita belajar dulu, setelah itu akan ku beru tau”

“Tidak, kita tak akan mulai sebelum kau jawab”

“Jika aku tak mau jawab sekarang gimana?”

“Aku tak mau belajar bersamamu hari ini”

“Baiklah, kau boleh pulang sekarang!” ucapnya sembari berjalan ke arah pintu

“Mwo? Kau mengusirku?”

“Kau yang maukan?”

“Baik! Aku pulang!”

Kakiku bergerak keluar kamar Lian, Cuma hitungan detik aku berada di kamarnya tapi membuatku kesal. Dia memang aneh dan tak bisa ku tebak,

“Baek,,” dia memanggilku pelan

“Hem,, mwo?”

Gomawo

“Mwo-ya? kau tadi mengusirku sekarang kau berterima kasih”

Gomawo sudah menggantikan hukumanku tadi, em,, bisa kau tunggu sebentar di sini”

“Untuk apa?”

“2 menit saja”

“Huh,, ppali!”

Dia memang sangat menjengkelkan, aku fikir dia punya 100 kepribadian dan dalam hitungan detik berubah seenak jidatnya, tadi marah-marah tak jelas dan sekarang suaranya lebih lembut kemudian menyuruhku menunggu di depan pintu kamar. Maunya apa?

“I-ini”

“Buku apa ini?”

“Itu buku catatan pelajaran hari ini, aku tau semua ini akan terjaadi jadi aku berikan itu untukmu”

“hem,, kau fikir ini akan membuatku tak menagih jawabanmu hah? Aku masih menunggu jawabanmu itu”

“Terserah kau saja Baekk, jelasnya aku belum mau berikan jawaban”

“Baiklah, aku pulang sekarang”

Dia diam di tempatnya, langkah kakiku semakin cepat keluar dari rumah ini tanpa pamitan dengan ahjussi maupun ahjuma. Ku akui, aku memang tak punya perasaan apapun padanya tapi aku butuh jawaban darinya sekarang untuk menyusun rencana selanjutnya. Jika dia terima, mungkin aku akan menjadikan Lian sebagai penolong di saat aku butuh bantuan, tapi jika dia menolakku, mungkin aku akan lebih puas menjahili dia di kelas ataupun di luar kelas.

“Haaahhh,”

Ku acak kasar rambut ini sebari terus berjalan menuju rumah sambil terus merutukki kejadian tadi. Jika aku di gantung seperti ini, bisa-bisa aku kehabisan akal untuk menjahili Yeoja setengah itu.

“AAAKKKHHHH,,,, LIAN PABO!!! SEHARUSNYA KAU BERI JAWABAN BUKAN MENGGANTUNG SEPERTI INI”

Klentaanngg

Ku tendang asal sebuah kaleng yang tak jauh dari kaki kiriku dan tanpa sengaja, kaleng itu mendarat tepat di kepala seekor anjing penjaga. Anjing itu mulai mengeram ringan, tapi siapa yag takut dengan anjing yang di ikat rantai. Dengan santai aku melangkah namun,,

AIGOO! Huaaaaa”

Cih,, sialan, anjingnya tak di rantai dan di biarkan bebas. Sekarang aku kembali pada kesialan 1 minggu yang lalu, karna anjing ini terus mengonggong dan mengejarku. Semua ini karna aku sibuk memikirkan Jawaban dari Lian, kesialanku kembali.

“Awas kau Lian, besok kau harus memberikan jawaban untukku!!!”

 

 

End’

Note : Akhirnya selesai juga,, bener ketabrak sendal (?) Baekhyun nih makanya bikin Sequel kayak gini,, Emm,, Mungkin pada bingung dengan sikap Lian yang kasar, jahil dan aneh, author udah siapin buat Lian version,, gimana perasaan lian sama baekhyun yang sebenernya,, kalau mau bakal author kirim, tapi kalau nggak mau ya author simpan ajah. Hehehehehe.. Okeeh,, di tunggu komentarnya ne.. Gomawo… (^_^)b


Viewing all 4828 articles
Browse latest View live


Latest Images