Quantcast
Channel: EXO Fanfiction
Viewing all 4828 articles
Browse latest View live

E.T (Chapter 2)

$
0
0

E.T

Author: Saras || Cast : Rin . Kim Jongin . Other || Genre: Romance, Science, Friendship, Fantasy,

School-life, Comedy || Leght: Sekuel .

Summary: Choi Mi Rin anak pelajar baik baik, tanpa sengaja menemukan Kim Jongin dengan   banyak keanehan dalam otaknya dan tinggal di rumahnya. Tanpa sadar, Rin melakukan semua kebaikan untuk orang yang bukan manusia. Dan terjerat.

They say be afraid
You’re not like the others, futuristic lover
Different DNA
They don’t understand you .

how to spell you: a-l-i-e-n .

 

—————————————————————————-

 

Jongin keluar kamar mandi, memakai baju sleeveless yang dia lebih suka. Tangannya hati hati menyentuh ranjang tempat tidur.

“Bagaimana kalau Rin sampai tahu identitas asliku? Apa kehadiranku berbahaya untuknya?” Jongin merebahkan badannya di ranjang , mencari posisi yang nyaman. Menutup matanya perlahan.

Jongin membuka matanya ketika ia mendengar ketukan pintu yang saling mendahului. Pasti itu Rin , dia membuka pintu. Mendapati Rin yang sudah siap dengan kotak obat obatan.

“Aku harus mengobatimu. Lihat banyak sekali luka di tubuhmu” Jongin duduk menurut. Rin mengambil obat antiseptik dan kapas. Membersihkan luka di tubuh Jongin.

Jongin biasa saja awalnya. Tapi, ia mulai merasa seperti tersengat ketika obat antiseptik itu menyentuh permukaan kulitnya.

“Argh.. kau bisa tidak pelan pelan? Ini benar benar sakit, apa kau tidak mengerti” Rin mendelik tajam dan sukses membuat Jongin lagi lagi terdiam.

Rin menempelkan perekat luka warna warni penuh dengan gambar kartun. Ia terkikik kegelian.

“Kau tampak seperti anak kecil kalau memakai perekat luka Porroro. Hahaha..” Jongin menyentuh tengkuknya yang tiba tiba panas.

Perasaan apa ini namanya ?

Jinjja? Ah, sepertinya tidak. Apakah kau ber-se-ko-lah?” Rin mengangguk.

“Berapa umurmu, Jongin-ssi ?”

“Aku tidak tahu. Mungkin sudah beberapa abad ” Rin tertawa terbahak bahak, memegangi perutnya.

“Jangan bercanda, kau tampak seperti seumuranku. Apa kau tidak sekolah?” Jongin mengangguk.

“Aku sudah tamat sekolah dan sekarang aku menjadi peneliti observasi untuk beberapa planet” Tawa Rin terdiam. Dia menyentuh lengan Jongin.

“Jongin-ssi, katakan sebenarnya siapa kau? Apa kau amnesia dan tiba tiba menjadi gila?” Jongin menggeleng. Mungkin karena benturan keras tadi , ingatannya berserakan kemana mana.Dan apalagiituamnesia .Jongintidakmengertiartinya.

“Aku juga tidak tahu. Aku hanya tiba tiba mengatakan hal itu, mungkin kau benar aku amnesia. Aku tidak bisa terlalu mengingat dengan jelas” Ujar Jongin sembarang, Rin menyentuh dahi Jongin.

“Ouch…” Jongin merasa dahinya seperti terbakar, tangannya menurunkan tangan Rin untuk tidak meyentuh dahinya.

“Sebaiknya aku bawa kau ke rumah sakit. Apa kau punya kartu identitas atau apalah?” Lagi lagi namja itu menggeleng. Rin kesal.

“Maaf, mungkin aku hanya bisa menjaga apartemenmu selama kau pergi” Rin menepuk bahu Jongin membereskan peralatan obat obatan miliknya.

Gwenchana, aku percaya kau orang baik baik. Kajja kita makan, aku sudah membuatkan mu sup” Jonginlebihbaiksekarang.

***

Jongin mengikuti langkah Rin, ke dapur. Tangannya menarik kursi dan duduk di situ, melihat sup yang masih panas itu.

“AAAAAA.Kaubodohsekali !Kenapakaumalahmenjilatsupnya ?!” Rin menarikrambutJongin. Anehmelihatnya, tingkahnyabenarbenarsepertibukanmanusia.

“Kau HARUS PAKAI SENDOK, ARRASO ?”Tangannya memberikankepada Jongin sebuah sendok, menuangkan sup kearahmangkukdanmenyodorkannya di hadapannya.

“Makandenganhatihati, inimasihpanas.Pakaisendok, caranyasepertiini” Iamencontohkannyapelanpelan, Jonginmenatap Rin khidmat.Menganggukangguk, entahdiamengertiatautidak.

Jonginmemegangsendok, mengambil sup di pinggirpiringsangathatihati.Sepertinyadiasangattakutdengan Rin.

Jonginmeniupsup di atassendokdanmemasukkan sup kemulutnya.

“Bagaimana ?Apakahmasakanku enakJongin-ssi?”Rin tersenyum, berusahamembuat Jongin kembali nyaman. Kepala namja itu mengangguk.

“En…enaksekali.Akubelumpernahmencobanya” Tangannyadengancepatmenghabiskan sup itusampaitandas.Disekitarmulutnyaberceceran sup yang mungkindiatidakbersihkan.

Rin mengambiltisudanmembersihkanwajahnya.

“Diamlah, lain kali makanlahdenganbenar.Janganmakansepertiseekoranakayam” Jonginsedikitgeli.Diabukananakayam, bahkan mengerti apa itu ayam saja tidak.

Rinmengambilkan sup lagiuntukJongin. Menunggunamjaitukembalimakan, karenamenurutnyaitumemangsangatlucu.

“Kenapakautidakmakan?”Jonginmenjilatpinggirsendok.Sepertinyadiasangatlapar.

“Kaudulusaja yang makan, akutidakterlalulapar.Kaubenarbenarsangatlapareo?”PipiJonginbersemumerah, rupanyaRinmengertiapa yang diarasakan.

Diamenyendokkan sup kemulutnya, sampaiakhirnyabenarbenarkenyang.

“Minumlah.Dan letakkan piringnya di westafel, biar aku yang mencucinya. Kau istirahat saja” Jongin menggembungkan pipinya tiba-tiba, sebuahtandakalaudiaprotes.

Tangannya mengambil piring dan mencucinya di westafel. Mengambilkan semangkuk sup masih hangat dan menyodorkannya di depan Rin. Memamerkan senyumnya yang merekah.

“Untukmu” Rin terkejut, Jongin duduk di depannya. Meletakkan kepalanya ke meja, menutup matanya. Tertidur dengan dengkuran kecil.

Rin tidak mengerti tentang sikap Jongin yang mengejutkan, yang bisa membuat sesuatu menjadi hal yang manis. Tapi juga kadang di luar kepala. Rin mengambil mangkuk sup dan memakannya tanpa melepaskan pandangannya dari Jongin.

“Ah, aku hampir lupa. Charge ponsel” Rinberlarikearahkamarnya, melihatponselnyadanmenchargeponselnya.

Matanyamembulatketikamendapati 25 missed call dariJoonmyun.

Dan tidaklupa, 12 pesandarinya.

Rinmerasabersalah, tangannyamengambilponseldanmengetiknomor yang diahafal di luarkepala.Legaketikamendengarsuaraangelic voice itu:

Joonmyunnie

Rin !Kaudimana ?Apakahkaubaikbaiksaja ?!Akusangatkhawatir, kaupulangsendiripadahalhujanlebattadi.

Joonmyun, tenanglah.Akubaikbaiksaja, kauterlaluparanoid.Akubiasmenjagadirikusendiri.

Aku… sudah di amanatkanuntukmenjagakalian.Danitujanjiku.Bisaakumampirkeapartemenmu?Akusangatbosan

Sepertinyajangan, akusedangsibuk.Mengerjakanbeberapatugas, kautahu.Akutidakinginterlambatmenyerahkantugas.

Jinjja? Huh, baiklahkalaubegitu. Besokpagiakuakanantarkesekolah

Bagaimanadengandua orang itu?

Oh, biarkanmerekanaikbis. Akumalas, hahaha

Kauhyung yang pilihkasih.

Bukankahkaumengenalkubukanhanyabeberapatahunsaja?

Oke, tuan Kim Joonmyun. Akukalah, kau yang menang.Hanyauntuk kali ini.

Selamatmalam, semogatidurmutidak nyenyak.

Kaujugajelek.

***

Rinmenutupsambunganteleponnya.Entahkenapa, ketikamendengarsuaraJoonmyun.Itusudahcukupmembuatnyatenang.

EkormataRinmelihatJongin, tangannyabergerakmengambilselimutkesayangannya.MenyelimutitubuhkurusJongin.

“Kalaudiaingintidur di sini.Baiklah” RinpelanpelanmengusaprambutberantakanhitamJongin.

Messy hair, dasar” Rinmenutuppintunya.Perasaannyalebihbaiksekarang.

Langkahnyamenujutempattidur.MelirikpigurafotonyadenganChanyeol, SehundantentusajaJoonmyun.

“Bagaimanakalau kalian mengetahuiadaJongin di rumahku?”Rin mendadak serba khawatir. Ia mencari posisi nyaman, mencoba membuat matanya terpejam.

***

Rin terbangun, mendengar suara piring dan garpu yang saling beradu. Membuka matanya dan melihat cahaya matahari sudah menerobos masuk ke kamar.

“Emm…” Rin mencoba membuka matanya, menerjap nerjapkan mencoba menerima rangsangan cahaya.

“KYAAAAAA !” Rin menutup matanya berteriak, setelah menyadari Jongin benar benar di hadapannya.

Namja itu terduduk heran, menyodorkan sebuah piring berisi omelette kepada Rin. Tersenyum simpul. Rin benar benar tidak mengerti.

“Apa yang kau lakukan? Kau gila eo ? Membuatku kaget setengah mati seperti ini” Omel Rin, dia mneghela nafasnya. Jantungnya harus selalu siap siaga jika bersama Jongin.

“Aku hanya ingin membuatkanmu sarapan. Bukankah kau juga harus berangkat ke sekolah?” Rin menyentuh puncak kepala Jongin.

“Terima kasih” Ucap Rin tulus.

Pagi itu, Rin sarapan bersama pria asing yang ajaib di atas ranjangnya. Masih dengan rambut berantakannya dan membagi tawa bersama Jongin.

“Dunia ini sangat luas dan aku senang bisa bertemu denganmu” Kata Jongin jujur. Rin menatap Jongin tidak mengerti. Namja ini begitu aneh dan tolol, tapi Rin tidak merasa dia berbahaya.

“Aku harus bersiap siap. Bisa aku minta tolong cucikan piringku?” Jongin mengangguk bersemangat, meninggalkan Rin dan menuju dapur.

“Manis”

***

Ting..tong.

Rin melotot, melihat Jongin yang mulai berjalan ke arah pintu.

“Jangan !” Cegahnya cepat, langkah Jongin terhenti. Rin segera merapikan seragam dan meraih ranselnya. Berdiri di depan Jongin.

“Pergilah ke kamarmu. Aku akan baik baik saja, jangan sekali kali membuka pintu. Biarpun bel berbunyi sampai rusak. Jangan pernah keluar dari apartemen. Jaga diri baik baik, aku akan pulang secepatnya. Dan membuatkanmu sup” Pesan Rin. Muka Jongin senang mendengar kata kata ‘sup’.

Tangan Jongin menyentuh daun telinga Rin. Menyelipkan rambut hitam Rin di sana.

“Begini kau lebih rapi. Aku akan menunggumu, hati hati” Rin pergi cepat cepat. Telinganya memerah, jantungnya berdentum.

Rin tak berani menengok ke belakang, tangannya menarik handle pintu, membukanya lalu menutupnya lagi.

Morning” Joonmyun memeluknya erat. Rin mengambil topinya dan memakainya di kepala. Mencari Sehun dan Chanyeol yang biasanya mengikuti Joonmyun.

“Kemana mereka?” Joonmyun menggeleng. Ia bisa membayangan bagaimana muka sebal dua orang itu karena tidak mendapat tumpangan hari ini. Rin menggamit tangan Joonmyun, bercerita tentang kemarin minus tentang pertemuannya dengan Kim Jongin.

“Untung kau tidak sakit. Oh iya, aku sudah membawakan laporan pekerjaan kita berdua. Aku yakin Taeyeon sesongnim akan puas dan menulis nilai A+ “Gadis itu masuk ke dalam mobilnya, tertawa.

Joonmyun menyalakan playlist nya.

Seulpeohajima no no no honjaga anya no no no

Eonjenanana naege hangsang bichi dwae jun geudae

Nae soneul jabayo ije jigeum dagawa gidae

Eonjena himi dwae julge

“Joonmyun, berhenti mendengarkan lagu aneh itu. Bisakah kau menggantinya dengan lagu lain?” Rin mulai protes tapi Joonmyun malah mulai bernyanyi:

Kkumi manteon geudaen neomu tteollideon geuttaee

Sumanheun siryeon soge gijeogeul baraetgo

Galsurok bureooneun barame

Heundeullineun moseup cheoeumiya

Tawa Joonmyun meledak. Melihat Rin cemberut cukup membuatnya sangat senang. Tangannya mem-paused lagu itu. Dan mulai membuka mulutnya:

igeonmaneun algoga

neoman saranghaesseotdeon

dan han namjayeotdago

neomu miryeonhaeseo neojocha jigijido mothaetdeon

pabo deungshiniyeotda

neo kkeutkkaji nae gyeote nameumyeon

deo himdeulgo sseureo jiljido molla

Rin tersenyum, Joonmyun sangat tahu Rin menyukai lagu itu lebih dari apapun. Entah ingin sebagus apapun suara tenor milik Jung Yunho. Tapi menurut Rin, suara Joonmyun lah yang paling bagus.

“Kau benar benar menyukai lagu ini. Padahal mendengarkan lagu A Pink jauh lebih menarik” Goda Joonmyun. Rin memukul Joonmyun pelan.

“Jangan coba coba, mendengarkan lagu itu. Memangnya apa bagusnya mereka?” Celoteh Rin. Ia mengecek ponselnya, heran tidak ada pesan dan panggilan apapun dari Sehun dan Chanyeol yang biasanya selalu hinggap di notifications ponselnya.

Joonmyun membelokkan mobilnya. Mematikan mesin. Mencolek hidung Rin.

“Turun, mau sampai kapan kau di sini?” Rin baru tersadar. Ia turun dari mobil dan tadaa Sehun dan Chanyeol sudah menyambutnya dengan senyum penuh arti.

“Bagaimana?” Rin geli mendengar suara over-cute milik Sehun yang melingkarkan tangannya bersamaan dengan tangan Chanyeol.

Oke, aku akan benar benar di sangka ibu mereka berdua .

“Apanya yang bagaimana?” Chanyeol menaikkan alisnya, mengalihkan pandangannya dari komik yang barusan ia baca.

Eomma dan appa barusan kencan” Bisiknya, Rin menggigit bahu Chanyeol. Walaupun harus dengan berjinjit luar biasa. Melirik Chanyeol tidak terima.

“Aku tidak kencan , oke?” Joonmyun memasang wajah awas-kau-bilang-sesuatu-kepada-Rin dari jauh. Sehun ayik meneguk bubbletea , mendekatkan wajahnya ke telinga Rin. Pura pura berbisik, mencoba melihat reaksi Joonmyun yang berlebihan.

“Sehun, kau bicara apa? Seperti lebah di telingaku”

***

Ini adalah istirahat terburuk Rin seumur hidupnya. Jongin tiba tiba datang dengan polosnya ketika dia sedang asyik menerangkan pelajaran Matematika kepada Sehun dan Chanyeol.

Dan alih alih Jongin melontarkan kalimat bodoh.

Aku? Aku namjachingu Rin. Hai.

Rin menatap bingung Jongin.

“Oke, dia bukan namjachingu ku. Apa kalian percaya aku berbohong?” Chanyeol menggeleng, Sehun juga.

“Jadi, siapa dia?”

*

Haaai, maaf banget sebenernya baru post sekarang (memangnya ada yang nungguin?) HAHA.

Aku berusaha bikin summary walaupun emang hasilnya aneh banget -___-. Masih butuh banget komentar komentar pedes membangun (need oxygeeen). Ah, bener bener ini fanfiction mash kurang memenuhi hati readers. HU.

Makasih untuk masih bertahan nungguin fanfiction ini TT_TT . Mungkin aku bakal nge-post agak lama, hello national examinationn. Happy waiting and readinggg. Muah!

 

 



Baekhyun… Saranghae! (Chapter 1)

$
0
0

Author : LittleDuckie
Cast : Byun Baekhyun
Kim SaeMi (OC)
Kim JongDae
Kim JongIn
Park HyeMi (OC)
Gerne : nilai sendiri ya
Length : Chapter
Rating : T
A/N : Annyeong~ *bow ini ff
pertama aku jadi maaf ya kalo jelek ataupun
apa hehe._.

“MWO?!! Dijodohkan?! Eomma bagaimana
bisa aku dijodohkan? Bahkan umurku masih
17 tahun. Kenapa kalian tidak menjodohkan
Jongdae oppa saja? Atau tidak Jong in
oppa?.”
“Ya! Kim saemi! Kau ini, dia itu namja! Kau
akan dijodohkan dengan anak sahabat
appa.”
“Shireo!.”
“Jangan membantah SaeMi, dia itu anak
sahabat appa. Kami sudah bersahabat sejak
kecil. Dan berjanji akan menjodohkan anak
anak kami nantinya.” ucap seorang pria
paruh baya itu
“Kau pasti akan jatuh cinta jika melihatnya.”
lanjut pria itu
“aishh terserah kalian sajalah” ucap yeoja itu
seraya berlari ke kamar

SaeMi pov
“Bagaimana bisa aku dijodohkan sedangkan
umurku sekarang baru 17 tahun. Kenapa
mereka tidak menjodohkan oppa ku saja?
Aishhh”
Ah ne perkenalkan aku Kim SaeMi aku
mempunyai 2 orang kakak laki laki. Yang
pertama bernama Kim JongDae dan yang
kedua bernama Kim Jongin ah iya jongin ini
kembaran ku kkk~ mereka berdua ini jarang
sekali dirumah. Yah kedua oppa ku ini
seorang idol wajar saja mereka jarang
dirumah. Mereka berdua tergabung dalam
sebuah boyband yang bernama EXO. Ah
sudah lah ceritanya/?

—-Skip—-
“Yak! Saemi bangun!!”
“Hoam~ aku masih ngantuk, izinkan aku
tidur lagi, 5 menit saja” kata yeoja itu sambil
menarik selimutnya
“Cepat bangun hei! Kau ini malas sekali
aishh! Jongdae hyung sudah menunggu
dibawah. Kau tahu ini sudah jam 6:30. Jika
kau mau dihukum dilapangan nanti akan ku
tinggalkan sekarang”
“aishh, ne aku bangun” ucap yeoja itu
dengan malas

———-
SaeMi POV
“Huftt, semoga aku tidak telat” gerutu ku
sambil menuruni anak tangga
“Oppa ayo berangkat” kata ku sambil
menarik narik lengan Jongdae
“Sarapan lah dulu SaeMi” ucap eomma
“Ani, aku akan makan disekolah saja” jawab
ku sambil memasukkan bekal ke dalam tas
“Kajja kita berangkat” ucap Jongdae oppa

-Skip-
@School
“Oppa”
“Hmm?” Jongin hanya berdehem/?
“Kau tahu?”
“Tahu apa?”
“Aish, aku dijodohkan!.” ucap ku sambil
menunduk
“Jinjja?” kata Jongin sambil membulatkan
matanya
HAHAHAHA

PLETAKK
“Yak! Appo!” Jongin mengelus kepalanya
“Rasakan! Dasar gila! kenapa tertawa huhh?
Bukannya kasihan pada ku.” ucap ku sambil
mengerucutkan bibir
“Aku tidak gila tahu! Aku hanya geli
mendengarnya.” ucap Jongin sambil
terkekeh
“Terserah kau sajalah!.”
aku berlari ke kelas tanpa menghiraukan
Jongin. Yapp~ aku dan Jongin tidak sekelas
ckck

——————————————
@Class
“Eoh? Kau sudah datang SaeMi?.” ucap yeoja
itu
“Ne.”
Yeoja itu sahabat ku ia bernama HyeMi.
Namanya hampir mirip dengan ku kan? xD
kkk~
“Apa kau sudah mengerjakan tugas yang
diberi Key Seonsaengnim kemarin?.”
“Aigoo, aku lupa.” ucapku sambil menepuk
jidat
“Ini cepatlah salin, sebelum Key
Seonsaengnim datang.”

-Skip-
Selama Key Seonsaengnim mengajar aku
sama sekali tidak memperhatikannya, yang
ada diotakku hanyalah perjodohan yang
konyol itu. Bagaimana bisa gadis 17 tahun
yang seharusnya menikmati masa remajanya
malah dijodohkan dengan orang yang
bahkan tidak diketahui olehku.

‘teett’ Bel istirahat pun berbunyi dan
membuyarkan lamunanku
Aku langsung pergi ke kantin bersama HyeMi
“HyeMi-ya.”
“Wae?.”
“Aku mau cerita.” “Cerita saja.”
“A.. Aku..”
“Aku apa?” “Aku dijodohkan oleh orang tua
ku.” ucap ku sambil menunduk
“MWO?!!.” ucapnya sambil membelakkan
mata
“Aish! Pelan pelan hei! Lihatlah mereka
semua melihat ke arah kita”
HyeMi berisik sekali aish
“Apa dia tampan? Apa dia keren? Berapa
umurnya?” ucap HyeMi dengan mata yang
berbinar binar/?
“Molla, aku bahkan tidak tahu orangnya”
Hyemi hanya mengangguk

–Skip–
Pulang Sekolah
“SaeMi, kau pulang sendiri ya. Aku dan
Jongdae hyung tidak bisa pulang
bersamamu.”
“Aish, kenapa?.” “Aku dan Jongdae mau
latihan.”
“Kau pulang naik bus saja ya.” ucap Jongin
sambil mengacak acak rambutku
“Dadahh saeng..” Jongin berlari meninggalkan
ku
Ku tatap punggungnya yang semakin
menjauh
Aku berjalan kaki sampai ke halte bus. Ketika
diperjalanan aku melewati kedai eskrim. Aku
segera masuk kedalam kedai itu.
Aku memesan eskrim rasa Vanilla. Yah~
dengan makan eskrim moodku bisa
membaik^^
Setelah keluar dari kedai itu aku langsung
berjalan menuju halte bus

Tiba tiba..

BRUKK

TBC

 


New Year Resolution (Chapter 2 – END)

$
0
0

New Year Resolution(1)

Title: New Year Resolution

Author: NadyKJI

Main Cast: Oh Sehun, Shin Rae Ah (OC)

Support Cast: Gong Min Young (OC), Kim Jongdae

Genre: Romance

Rating: G

~~~

Aku membencimu karena kau terlalu bodoh.

Aku merasa diantara kita tidak ada persamaan.

Namun tidak bisa aku sembunyikan.

Dalam daftar resolusi tahun baruku,

‘Mendapatkan hatinya’

Berada dalam daftar prioritasku.

~~~

Author’s PoV:

Annyeong readers!

Akhirnya chapter duanya terbit juga wkwkwk! Setelah kesusahan author yang jarang buka internetan dan banyak tugas, ehehehehe. Gomawo yang udah comment di fanfic fanfic author gomawo. Wkwkwkkw. Ff ini akhirnya tamat di chapter 2, ehheh cuman two shot sih, tapi semoga memuaskan kwkw.

Gomawo buat admin yang udah publish ff ini #deepbow.

HAPPY READING~ RCL!

___

 

-:Author’s PoV:-

NEW YEAR RESOLUTION:

-          Naik kelas dan lulus dengan nilai bagus.

-          Menagih janji pada eomma dan appa untuk membelikanku ponsel baru

-          Mendapatkan hadiah ulang tahun jam tangan dari oppa

-          Menjadi lebih pendiam (?)

-

Rae Ah mengetuk-ngetukkan ujung pensilnya di dagu. Pikirannya melayang-layang antara ingin menulis atau tidak. Sebenarnya ia sudah agak stuck dengan listnya sendiri. Entah mengapa ia masih ingin menulis satu hal….

“Rae Ah, bagaimana?”

Rae Ah tanpa melirik pun sudah tahu apa maksud pertanyaan dari Minyoung yang berada membelakanginya. Tentu saja yeoja itu juga sedang menulis list tahun barunya. Ini adalah ritual tahunan mereka, merayakan malam tahun baru bersama, menginap, dan menuliskan resolusi tahun baru bersama.

“Mollayo… aku sudah kehabisan list.” Jawab Rae Ah merebahkan dirinya di lantai begitu saja dan mengakibatkan ia bisa melihat Minyoung yang masih menunduk menuliskan kertasnya versi terbalik.

“Kupikir lebih baik kau tidak harus menggunakan list sama sekali Rae Ah. Kau tidak pernah benar-benar menjalankan listmu itu…. atau…”

Minyoung tiba-tiba bangkit dan mengintip kertasnya, “Menuliskan satu yang benar-benar niatmu, bagaimana?”

Rae Ah bangkit dan ganti melihat kertas Minyoung. Ia dapat mendengar Minyoung yang keberatan dengan ulahnya tapi ia tidak menghiraukannya. Matanya menatap tulisan mungil tersebut dan melotot.

-          Berani untuk menemui orang tua Jongdae.

“Apa ini yang kau tulis? Kau masih menempel dengan namja menyebalkan itu?” Rae Ah memutar bola matanya.

Minyoung meraih kertasnya dan berkata, “Sepertinya kau ini salah paham, kkk”

“Maksudmu?” Rae Ah memperbaiki posisinya siap mendengarkan.

“Jadi…” Minyoung mulai menjelaskan kesalahpahaman yang terjadi dan kalau ialah yeoja yang menjadi tunangan Jongdae dan ia yang masih takut untuk bertemu dengan orang tua Jongdae setelah lama tidak bertemu – lagipula mereka juga tidak ada di Korea, kilahnya.

“Jadi ke mana Jongdae sekarang? Kenapa kau merayakan tahun baru denganku?”

“Pergi merayakan tahun baru dengan keluarganya…”

Belum selesai Minyoung berbicara, “Lalu kau membiarkannya? Tidak ikut? Hah?”

Sebuah jitakan mendarat di kepala Rae Ah karena Minyoung yang sudah mulai gemas dengan sahabatnya yang kritis namun tidak mendengarkan penjelasan sampai habis – bahkan itulah yang membuatnya tidak sempat-sempat untuk menceritakan tentang hubunganya dengan Jongdae lebih awal, “Sudah aku bilang, aku takut bertemu dengan orang tuanya.”

“Ckckck…” nada mencemooh Rae Ah sukses membuat Minyoung merengut kesal.

“Tenanglah, aku sudah merencanakan mengunjungi orang tuannya dengan orang tuaku sesudah kelulusan.” Minyoung berbalik dan memunggungi Rae Ah, karena sebenarnya wajah gadis itu sudah memerah.

“Aigoo, uri Minyoung, senangnya~” Rae Ah merangkak mendekati Minyoung yang kali ini sudah siap lari jika dibutuhkan. Namun aksi tersebut tidak dibutuhkan karena sahutan dari lantai bawah membuat mereka harus menghentikan aktifitas mereka. Ini adalah saat makan malam bersama.

“Lalu kau bagaimana? Dengan Sehun?” Minyoung bertanya sembari menuruni tangga.

Mata Rae Ah membelalak seketika, “Mwo?”

“Jangan pura-pura, aku melihatmu memberikan hadiah padanya. Kau tahu aku yang menabrak saat itu, mian.” Minyoung menatapnya dengan tatapan meminta maaf.

“YA! Jadi kau ya? Kau tahu karenamu isinya hampir tumpah. Kau tahu aku akan kehilangan elemen kejutan karenamu.” Rae Ah mendengus.

“Apa yang kau berikan?”

Rae Ah terdiam sebelum menjawab, “Hanya surat yang menyatakan kalau aku sangat membencinya.”

“Oh? Jinjja? Kau itu kenapa? Kau menyukainya bukan?” Minyoung menahan Rae Ah yang sudah berada diambang ruang makan.

“Menyukainya? Sirreo!”

Rae Ah merangsek menembus barikade Minyoung membuat Minyoung merengut dalam. Padahal ia menduga ada sesuatu yang bagus antara Rae Ah dan Sehun – mungkin ada, tapi sepertinya ada yang aneh.

~~~

(Flashback)

“Joahae Gong Minyoung.”

Ia bisa mengingat saat itu adalah saat kenaikan kelas 1 dan ia akhirnya berhasil mengatakannya pada Minyoung yang sedang menyendiri di taman belakang. Mungkin usahanya bisa dibilang nekat karena sepertinya yeoja di hadapannya itu tidak pernah menunjukkan ketertarikannya pada siapapun.

“Mianata. Aku tidak bisa menerima perasaanmu. Kau hanya teman yang baik bagiku.”Minyoung menundukkan kepalanya tidak berani untuk menatapnya sama sekali, dan saat itu Sehun tidak suka. Ia tidak ingin hubungannya rusak dengan gadis itu – menjadi teman saja adalah cukup baginya.

“Chankaman. Aku tidak ingin seperti ini. Jangan merasa tidak enak padaku. Kita berteman. Tapi, bisakah kau ceritakan kenapa kau seperti ini?” Sehun menahan pergelangan tangan Minyoung berusaha mendapatkan jawaban. Keheningan berlangsung lama sampai Minyoung mau menatapnya lagi dan bercerita kepadanya.

Sesaat jantungnya terasa berhenti, tapi ia menghormati Minyoung dan memegang janjinya. Awalnya ia merasa hidupnya akan sulit karena ia tidak bisa menerima kalau Minyoung hanya menunggu namja yang bahkan tak kasat mata. Dan langkahnya gontai menuju kelas sesaat setelahnya, sampai sebuah hentakan mengangetkannya.

“YA! Di mana Minyoung?”

Itulah Shin Rae Ah yang mengejutkannya tepat di pintu menuju taman belakang menanyakan keberadaan temannya.

“Di taman, baru saja aku bertemu dengannya.”

“Oh.” Hanya itulah jawaban Shin Rae Ah yang membuatnya hampir bertanya-tanya apakah gadis itu mendengar semuanya – tapi melihat reaksi gadis itu ia pasti tidak mendengarkan sepatah kata apapun.

(Flashback end)

Sehun menatap langit-langit kamarnya. Mengingat kembali hari-hari itu sangat aneh baginya sekarang. Bagaimana ketika Kim Jongdae datang ke kehidupan Minyoung dan kenyataan kalau namja itulah yang membuatnya ditolak tidak menimbulkan rasa sakit apapun. Ketika ia akhirnya berkenalan dengan namja itu dan benar-benar mendengarkan sendiri kalau Jongdae memang kembali ke Seoul hanya untuk melamar Minyoung, malah membuatnya lega luar biasa.

Rupanya ia hanya mengagumi Minyoung kala itu, karena gadis itu terkesan dingin dengan perilakunya pada para namja. Ia telah menjadi teman yang baik bagi gadis itu sesuai dengan janjinya saat itu.

Sekarang yang menganggunya adalah kertas yang sedari tadi bertengger di dadanya, jari-jarinya yang ramping mengambil lembar tersebut dan membacanya kembali dan menyadari sesuatu.

Kalau Shin Rae Ah mulai bersikap dingin padanya sejak saat itu. Sebelumnya gadis itu baik-baik saja dengannya. Pada awalnya ia dan Minyoung tidak mengerti, mungkin sampai sekarang Minyoung tidak mengerti. Tapi rasanya ia mulai mengerti sedikit – well, ia agak bodoh karena tidak memikirkannya lebih awal dan selalu bertanya-tanya kenapa Rae Ah sebegitu membencinya.

Satu-satunya penjelasan adalah ia harus bertemu dengan Rae Ah. Ia terganggu dengan kenyataan kalau gadis itu membencinya – bahkan kali ini gadis itu benar-benar mendeklarasikannya sebagai hadiah natalnya.

 

-:Rae Ah PoV:-

“…atau… menuliskan satu yang benar-benar niatmu, bagaimana?”

Aku menatap kertas resolusi tahun baruku yang sudah berganti dengan lembar bersih dan perkataan Minyoung mengusik ketenangan hatiku. Betapa perkataan Minyoung tersebut sudah memacu hatiku menjadi sangat bawel dan tidak menurut pada otakku. Ya, selama ini ia menurut saja dengan otakku dan diam.

Ujung pensilku sudah menyentuh permukaan kertas bersih tersebut dan siap menodainya tapi karena takut Minyoung akan melihatnya aku menoleh dan mendapati sahabatku itu sudah tertidur pulas di ranjangku maka aku mengkonsentrasikan seluruh perhatianku kembali. Tanganku mulai menulis.

MY NEW YEAR RESOLUTION:

Mendapatkan hati Oh Sehun!

BABOYA! Apa yang sedang aku lakukan? Aku ini makhluk jenis plin plan macam apa? Aku sudah mengatakannya kalau aku membencinya.

ISH! Kau terlalu banyak menggunakan pikiranmu selama ini Shin Rae Ah!

Tapi, kasihan juga ya perasaanku?

“Aish!!” aku mengacak-acak rambutku sendiri. Haruskah aku sobek kertas ini?

TIDAK! Seakan-akan peri dari pikiranku terpental oleh teriakan peri perasaanku, diriku juga menghentikan tanganku yang sudah memegang kertas malang tersebut dengan posisi siap merobek.

“Rae Ah, kau belum tidur?” aku terperajat dan berbalik melihat Minyoung dengan mata setengah tertutupnya mengamatiku.

“Sebentar lagi, aku hanya sedang membereskan beberapa kertas dari meja belajarku. Kau tidur lagi saja, aku segera menyusul.” Aku mengibas-ngibaskan tanganku pada Minyoung mengusirnya kembali ke alam mimpi yang disambut dengan senang hati olehnya. Minyoung segera bergerak dan menenggelamkan dirinya kembali ke balik selimut.

Aku menghela nafas lega dan tanganku meraih kotak yang sempat aku tendang waktu itu. Untung saja kotaknya tidak rusak. Tanganku perlahan membuka kotaknya dan melihat isinya – sebuah mp3 berwarna hitam tanpa satupun kertas berisikan dendam.

 

-:Author’s PoV:-

Sehun merasakan sebuah benda yang agak panas menyentuh kepalanya, dengan malas ia mendongakkan kepalanya dan mendapati sekaleng kopi di sana. Tangannya tidak bergerak untuk menerima benda tersebut tetapi matanya bergerak ke atas untuk melihat siapa yang menjadi pelakunya. Matanya menangkap sosok Rae Ah, yeoja yang sudah lama tidak berada tepat mata dengan mata sejak seminggu setelah sekolah dimulai kembali dari libur tahun baru.

“Jangan tidur terus, kau tahu nanti kau semakin bodoh dan ketinggalan pelajaran.” Ucap gadis itu.

Sehun terkekeh pelan dan mendapatkan tatap sengit dari gadis itu, “Wae?!”

Kaleng kopi dari tangan Rae Ah telah berpindah tangan dan Sehun membuka kaleng tersebut. Setelah menyesapnya sedikit ia kembali berkata, “Tidakkah kau merasa deja vu?”

“Maksudmu?” Rae Ah menatapnya tidak mengerti.

“Pertemuan keduamu denganku.” Jawab Sehun ringkas.

Rae Ah mengerjapkan matanya kaget. Pertemuan kedua? Namja ini mengingatnya? Sungguh ia bahkan lupa. Butuh waktu selama satu menit penuh sampai Rae Ah bisa menemukan file usang itu dari otakknya.

Hari itu, hari yang ia lupa kapan tepatnya, yang ia ingat adalah ketika ia menyadari kalau namja bernama Oh Sehun itu selalu tidur di perpustakaan dan ia juga memberikannya kopi saat itu.

“Kalimatmu sama persis.”

Mata Rae Ah semakin membulat, “Kau bahkan ingat?”

Ledakan-ledakan kecil mengacaukan jantungnya yang mulai berdebar ganjil, Rae Ah cukup salut dengan Oh Sehun. Namja itu mengingat hal yang bahkan tidak diingatnya – padahal ia yang mengucapkannya dan melakukannya.

“Tentu saja, saat itu tidak ada yang aku kenal selain kalian berdua dan beberapa teman namja. Jadi tidak aneh aku mengingatnya, apalagi itu bukanlah tingkah yang normal?”

Rae Ah mengedikkan bahunya dan berbalik untuk meninggalkan Sehun di kelas yang kosong karena semua murid sudah bermigrasi ke kantin, “Setidaknya kau ingat, aku bahkan tidak ingat.” Katanya sebelum benar-benar menutup pintu kelas dan meninggalkan Sehun yang tersedak kopinya.

Benar juga… kenapa ia ingat?

~~~

“Hei! Kenapa kau sekarang suka tersenyum-senyum sendirian hah?” Minyoung mengibas-ngibaskan tangannya di hadapan Rae Ah namun gadis itu nampaknya tidak terlalu keberatan dengan kenyataan itu.

“Gwaenchana.” Rae Ah berjalan ringan di trotoar memanggul tasnya seakan benda tersebut sudah kehilangan isinya.

Minyoung memberengut mengikuti Rae Ah yang terus berjalan tanpa mengindahkan apapun kecuali mungkin keselamatan dirinya di jalan yang penuh orang itu. Tujuan mereka jelas, mereka akan mengunjungi cafe yang tidak jauh dari tempat Sehun harus menderita kursus pelajaran. Sungguh malang namja itu karena neneknyalah yang ribut agar Sehun mendapatkan kursus daripada orangtuannya.

Hari ini mereka berencana berkumpul karena sudah lama sekali mereka bertiga tidak bertemu – itu adalah usul Minyoung yang merasa bersalah setelah Jongdae menanyakan bagaimana kabar teman-temannya. Agaknya ia terlalu lengket dengan Jongdae dan itu membuatnya malu sendiri. Pada mulanya Minyoung sempat bingung akan mendapatkan terkaman dari Rae Ah, namun gadis itu menerima ajakannya dan Sehun sangat bersyukur karena ia bisa keluar sebentar – yang disinyalir hanyalah modus paksaan Sehun si malas.

Maka jadilah setelah Rae Ah dan Minyoung sendiri meminjam buku perpustakaan untuk bahan belajar mereka menyusul Sehun yang sudah 2 jam terkurung dipenjara mental – kata Sehun sendiri.

Setelah berjalan satu blok akhirnya Rae Ah menemukan cafe yang dimaksudkan oleh Sehun, ia mendorong pintu kaca tersebut dan mencium bau kopi yang semerbak. Setelah Minyoung dan Rae Ah memesan mereka memilih satu meja dengan sofa yang sangat nyaman dan memanjakan diri.

Keadaan cafe yang masih terbilang sepi hanya dengan beberapa pekerja kantoran yang sudah pulang membuat pesanan mereka lebih cepat datang daripada namja bernama Sehun. Selang sepuluh menit kemudian barulah sosok yang sudah berganti pakaian dengan kaos lengan panjang dan jeans tersebut memasuki cafe. Sebagian besar pengunjung yeoja menatap Sehun sebagai pemandangan indah sedangkan bagi Rae Ah dan Minyoung adalah berakhirnya masa penantian mereka.

“YAK! Cepat ke sini! Lama sekali!” Rae Ah berteriak memerintahkan namja berambut coklat madu tersebut untuk bergegas yang langsung saja membuat beberapa yeoja kecewa bahkan tersenyum kecut.

“Berisik sekali.” Sehun menggerutu dan langsung duduk, mengistirahatkan beban tubuhnya pada sofa nyaman tersebut.

Rae Ah memandang Sehun dan berdecak tidak terima, “Kesal!”

“Kalian jangan bertengkar lagi. Tadi minumanmu sudah kami pesankan, karena nampaknya cafe ini semakin ramai.” Minyoung menambahkan.

“Kau tahu apa yang biasa kupesan?” tanya Sehun sembari memeriksa ponselnya.

“Rae Ah yang bilang kau minum mactha latte.” Minyoung membeberkan kenyataan.

Seketika Sehun mengalihkan perhatiannya pada Rae Ah dan menatap lama membuat Rae Ah merasa terintimidasi, “Kenapa? Waktu itu kau juga memesan itu bukan? Sekalian aku membayar hutangku padamu juga.”

“Su….”

“Berterima kasihlah atau kau tidak akan mendapatkan minumanmu dalam waktu dekat.” Rae Ah mendengus menggangkat dagunya ke arah pelayan yang membawakan minuman ke arah meja mereka.

Sehun mengedikkan bahunya, “Tidak salah.”

Melihat reaksi tersebut Rae Ah sudah ingin memukul wajah tersebut – karena efeknya yang tidak pernah berubah juga rasa kesal yang luar biasa, “Ish…”

Di sisi lain Minyoung sedang bertanya-tanya dalam hatinya sendiri. Pernahkan mereka berdua pergi bersama? Sesungguhnya Minyoung tidak pernah yakin itu akan atau pernah terjadi, namun merasa bahwa ini mungkin pertanda hubungan yang agak damai Minyoung tidak ambil pusing. Yang memusingkannya justru kenapa dulu Rae Ah – walaupun masih meski dengan kadar yang berkurang, bersikap antagonis terhadap Sehun.

Tidak terasa satu jam berlalu dengan percakapan yang hanya di dominasi kedua yeoja sedangkan Sehun hanya akan berkomentar sepanjang satu atau dua kata berkisar ‘Berisik’, ‘Aneh’, dan ‘Tidak penting’. Matahari telah menyudahi tugasnya hari itu dan Minyoung yang memiliki namjachingu dengan senang hati memiliki penjemput setia. Sedangkan kedua makhluk dengan rumah berdekatan kembali dengan aktifitas pulang bersamanya.

Setelah berpamitan dengan Minyoung dan Jongdae, Rae Ah dan Sehun berjalan menuju parkiran tempat kursus, di mana motor yang di bawa Sehun terpakir di sana.

“Aku tidak tahu kau bisa mengendarai motor.” Kata Rae Ah begitu melihat motor berwarna hitam tersebut.

“Hanya kugunakan jika benar-benar pulang malam.”

Rae Ah hanya mengiyakan jawaban Sehun sebagai pilihan bijak. Sementara pikirannya sudah memiliki rasa penasaran lain, “Apakah kau masih menyukai Minyoung?”

“Bukan urusanmu. Sekarang naik atau kutinggal pulang.” Sehun sudah menempatkan dirinya dengan handal di motor tersebut tidak menyadari kalau perkataanya telah membuat pertahanan Rae Ah kembali.

“Ck, namja bodoh. Kkaja, aku lelah dan ingin tidur.” Rae Ah memanjat naik dan mengenakan helm yang memang tersedia sepasang.

Sepanjang perjalanan Rae Ah tidak memegang apapun sebagai penompangnya dengan mata yang melotot marah memandang punggung yang paling menyebalkan menurutnya. Apakah Sehun masih menyukai Minyoung? Namja bodoh, sebal, benci, batinnya berkali-kali.

Sehun yang tidak bisa menambah kecepatan berkat yeoja yang duduk di belakangnya akhirnya tidak tahan juga, “Pegang perutku, aku akan menambah kecepatan. Tidakkah kau ingin cepat pulang?”

“Mwo? Sirreo!” hentak Rae Ah.

Terlatih untuk bertengkar dengan Rae Ah, Sehun sudah sangat hafal dengan wataknya yang keras kepala dan tidak akan berhenti atau menurut tanpa paksaan. Karena itu ia menggas motornya tanpa peringatan lagi. Sayangnya perkiraannya tidak setepat itu karena gadis yang berada dibelakangnya itu masih keras kepala.

Lelah atau lebih tepatnya aku-sudah-sangat-hafal, Sehun melakukan sedikit manuver berbelok dan barulah ia merasakan sepasang tangan melingkar di susul dengan hujatan.

“NEO! MICHEOSEO! YA! NAPEUN! OH SEHUN!” Rae Ah berteriak menghabiskan sisa-sisa tenaga yang sudah bertransformasi menjadi serangan kaget. Yang benar saja! Tubuhnya dipastikan hampir melayang dan nyawanya tertinggal diperempatan tadi.

“Setidaknya kau menurut.” Balas Sehun dan langsung saja pelukan yang tadinya erat karena kaget tersebut melonggar, “Aku tinggal melakukannnya lagi.” Dan tangan itu kembali melingkar namun sangat-sangat minim tetapi cukup membuat sudut bibir seorang Oh Sehun tertarik ke samping.

Shin Rae Ah dalam hatinya benar-benar bersumpah ingin lenyap saja detik itu juga karena dadanya berdebar-debar mengalahkan otaknya yang mengingatkan bahwa Sehun masih memiliki kemungkinan menyukai Minyoung.

 

-:Sehun’s PoV:-

Aku sedang berjalan menyusuri lorong yang sepi sore itu dan mendapati sosok yang hanya terlihat setengah tubuhnya saja – salahkan tumpukan buku yang dibawanya hingga melebihi tinggi kepalanya. Aku baru menyadari siapa orang itu ketika ia berada dalam jarak 1 meter.

“YA! Lee-seonsaengnim! Menyebalkan!” gerutuan melengking tersebut membuatku dapat mengenalinya.

“Sini kubawakan.” Tawarku setelah aku berhadapan dengan kepala sosok itu yang menengok dari tumpukkan bukunya.

“Sirreo. Aku sendiri saja bisa.”

Tanpa mendengarkan jawabanku sosok itu kembali berjalan dengan langkah yang nyaris jatuh. Awalnya aku ingin membuktikan apakah sosok itu benar-benar bisa melakukannya sendiri namun begitu melihat tangga yang akan ia lalui aku memastikan bisa terjadi insiden disana. Aku mengambil ahli setengah tumpukan tersebut dan berjalan menaikki tangga.

Kupikir sosok itu mungkin tidak akan mengikutiku dan harus membuatku berjalan lurus tanpa peduli dengan teriakkannya tapi sosok itu berjalan berdampingan denganku.

“Gomawo.” Katanya singkat dan padat.

“Tidak masalah, mau dibawa ke mana?” tanyaku.

“Ruang guru. Ck, dasar Lee-seonsaengnim itu! Tidakkah ia tahu kalau aku harus menggantikan sepupuku? Aku sudah berjanji pula.”

Menghela nafas sesuai irama aku tidak menjawabnya dan kami berjalan dalam diam sampai ke ruang guru. Ruang guru sore itu penuh karena tidak ada acara mengajar lagi. Dengan bimbingan Jung-seonsaengnim kami meletakkan buku yang ternyata adalah data-data murid yang sudah lulus itu di meja terdekat dan kami dipersilahkan untuk pulang.

Begitu kami berada di luar ruang guru dengan pintu yang tertutup di belakang punggung, sosok itu langsung berlari tanpa permisi meninggalkanku yang berjalan santai menuju kelas untuk mengambil tasku.

Sesampainya di kelas, satu tas yang kutahu pemiliknya itu masih ada dan membuatku bertanya-tanya ia berlari tapi kenapa aku bisa sampai duluan?

Tapi kuputuskan perihal tersebut tidakklah penting dan aku berjalan menuju parkiran untuk menemukan motorku. Seharusnya hari ini adalah jadwalku kursus tetapi sore ini pihak penyelengara kursus tersebut mengirimkan email atas ketidakmampuannya mengadakan kegiatan dan akan digantikan menjadi dua kali lipat jamnya minggu depan. Memikirkan hal tersebut langsung saja membuatku agak mual dan ingin berhenti.

Tap, tap, tap, tap.

Ritme berlari terdengar di telingaku dan mataku yang masih memandang ke arah sekolah menemukan sosok yang tengah berlari tersebut. Segera aku menaikki motorku dan menyusul sosok yang tidak jauh tersebut.

Kuberhentikan motorku di sampingnya dan ia ikut berhenti sembari menatap heran padaku, “Kau tidak cepat-cepat kursus?” tanyanya.

“Aniya, jadwalnya diganti. Mau ke mana?”

“Heushh, aku sedang terburu-buru.”

“Ke mana?” dan kupastikan tabiat meledaknya akan kumat.

“Taman bermain x! Puas?”

“Kalau begitu naiklah nona Shin.”

Matanya membulat seketika, “Mwo?”

“Naiklah, kau bisa benar-benar terlambat. Kau menggantikan sepupumu bukan?” aku menyerahkannya helm dan ia langsung menyambarnya detik itu juga.

Perjalan tidak memakan waktu lama dengan kecepatan motor yang lebih efisien dari pada langkah berlari manusia. Begitu sampai segerombolan anak TK berkumpul di sana dan gadis itu langsung berlari menghampiri gerombolan tersebut. Gesturnya membungkuk dalam begitu sampai dan wanita berusia 30an itu hanya mengangguk hangat.

Cuaca sore itu untunglah cerah, cocok untuk anak-anak yang sedang bermain bersama dua orang dewasa di sana. Aku memperhatikan kalau saja gadis itu bisa tersenyum seperti itu selain dengan anak-anak mungkin tidak terlalu buruk, dan aku terpana dengan senyuman yang sangat jarang ditunjukkannya itu.

Shin Rae Ah. Anak-anak itu tampak menyukainya dan lengket sekali dengannya.

 

-:Rae Ah’s PoV:-

Aku berjalan perlahan-lahan, menghayati setiap langkahku atau lebih tepatnya menunda-nunda jarak yang sudah semakin dekat. Gerbang rumah berwarna coklat gelap itu sudah berada di depan mata. Agak risih dengan kenyataan yang ada aku mengalihkan pandanganku memandangi langit sore yang berwarna kekuningan mendung.

Butuh berhari-hari hingga aku bisa sampai ke sini. Hatiku sudah menetapkan, diriku telah menyangkal terlalu lama, dan jika memang aku ingin menjadikan resolusiku nyata setidaknya aku harus melakukan sesuatu. Dan ketika Sehun mengantarkanku ke taman atas keinginannya kupikir aku perlu berterima kasih padanya dengan…

Aku memandang kotak yang berada dalam pelukanku. Dengan memberikannya hadiah yang memang untuknya.

Ting… tong…

Aku menekan bel dan muncullah Sehun sendiri dari sana. Wajahnya terlihat terganggu.

“Kenapa?” tanyaku begitu ia membuka gerbangnya.

“Kau yang kenapa tiba-tiba datang. Aku sedang mengerjakan sesuatu dan kau membuatku diteriaki untuk membuka pintu.”

Hah.. kenapa harus seperti ini? Aku menghela nafasku dan berusaha untuk sabar, keadaan memang tidak pernah selaras.

“Tapi aku bersyukur karena kau yang keluar, karena aku memang ingin menemuimu.”

Sehun memandangku sambil mengerutkan dahinya, “Katakan.”

Nada dan jawaban yang singkat itu. Aku mengepalkan tanganku yang tidak memegang apapun. Tadinya jika jawaban yang diberikannya lebih baik… sedikit saja mungkin tidak akan ada apapun yang terbersit. Tapi aku juga yeoja dan sekalipun aku tahu Minyoung tidak bersalah, tapi namja ini jelas-jelas bermasalah.

“Apakah kau akan bersikap seperti ini jika Minyoung yang datang?” Tanyaku tersenyum miring padanya.

“Nde?” Wajahnya berubah bingung.

“Apakah kau masih menyukainya?”

Sehun memasukkan kedua tangannya ke saku celana dan memandangku tepat di mata, membuatku terpaku.

“Apakah jika Minyoung yang datang atau siapapun itu tidaklah penting. Kau saja yang datang tidak pada waktu yang tepat. Dan kenapa kau selalu menanyakan itu padaku? Itu hanya masa lalu.”

Aku mengeratkan peganganku pada kotak yang layaknya akan remuk sebentar lagi mengikuti hatiku, “YA! Aku memang selalu datang pada saat yang salah baik sekarang maupun di masa lalu, dan aku selalu berusaha menyangkalnya dan mengikuti akal sehatku! Dan sesungguhnya aku merasa bodoh karena tidak belajar dari masa lalu, seharusnya aku pergi saja detik kau keluar dengan wajah menyebalkan seperti itu!” Aku tersengal karena aku sedang menahan ledakan air mata, rasa marah, dan kecewa secara bersamaan.

Lalu aku melanjutkan, “Dan itu memang masa lalu! Tapi masa lalumu penting bagiku! Karena jika aku tidak tahu, bagaimana aku bisa menghadapi perasaanku sendiri?! Tidak tahukah selama ini aku merasa seperti orang konyol karena menuruti perkataan otakku untuk membencimu dan membencimu?!”

Kulihat wajahnya terbengong-bengong karena ledakanku, tapi aku tidak peduli. Ini diluar keinginanku, aku tentu ingin menjelaskannya tapi keinginanku bukan seperti ini!

“Kau mendengarkan percakapan itu…” Terhenyak ia berguman lebih kepada dirinya sendiri.

“Benar! Aku mendengarkannya dan mengetahuinya diluar keinginanku! Kalkeyo.”

Aku langsung berbalik dan berjalan pergi menuju rumahku, setidaknya kamarku di mana aku bisa membuang benda terkutuk bernama kado natal yang memang seharusnya tak aku siapkan sama sekali!

Mataku membuatku tersesat dijalan yang lurus beraspal karena air mata. Dan pikiranku melayang kembali pada masa itu. Masa kenaikan kelas satu, saat itu kelas baru saja bubar dan aku mencari-cari sosok Oh Sehun yang berbeda kelas denganku. Ketemukan sosoknya dan aku mengikutinya. Sejak pertama kali aku bertemu dengannya aku sudah tahu kalau mataku akan terpaku padanya dan tahu matanya sedang melihat ke arah Minyoung. Aku berusaha menarik sosok Oh Sehun agar ia melihatku – aku sudah tahu cerita Minyoung dan aku optimis tentangnya. Tapi hari itu aku merasa usahaku sia-sia. Sehun menyatakan rasa sukanya untuk Minyoung. Awalnya aku masih berharap setelah Sehun tahu ia akan lebih normal tetapi layaknya ia tetap menatap Minyoung dan terlihat lebih care padanya.

Sejak saat itu aku mulai membenci kenapa ia bisa sebodoh itu, aku bisa sebodoh itu pula, dan Minyoung juga. Seakan-akan kami bersama karena tidak bisa melepaskan perasaan kami. Karena itu aku membenci orang bodoh… Aku tidak bodoh dan akan meninggalkan hal-hal bodoh tersebut. Selama ini aku menyangkalnya, tapi aku jugalah orang bodoh itu. Bahkan seharusnya aku lebih bodoh lagi karena mementingkan otakku yang menyuruhku membenci Sehun – yang sangat jelas hanya untuk membentengi diriku sendiri.

Selama ini aku sudah berada dalam pelarianku dan penyangkalan yang bisa ditahan otakku, pikiranku, logikaku sirnah dengan perasaanku yang mengambil ahli hanya dengan beberapa hal ringan – hal yang mungkin bisa dilupakan dengan jentikan jari sekalipun. Sayangnya dalam kasusku jetikan jari yang kugunakan malah melemparnya semakin dekat dengan pertahananku.

Aku akhirnya sampai di depan rumahku dan mendapati Minyoung di sana – temanku yang akhirnya tidak sia-sia menyimpan kebodohannya. Andaikan saja aku begitu. Tapi tuan bodoh itu bahkan tidak menyadariku.

“Hei, kau dari mana?” Tanyanya sementara wajahku kusembunyikan menggunakan topi hoodie yang aku kenakan.

“Aku baru saja pergi ke… Lupakan. Ada apa kau datang?” Sial! Suaraku serak sekali.

“Ehm, tadinya aku hanya ingin berkunjung saja.”

Aku mengangguk lemah, “Ah seperti itu. Tapi mian chingu-ya, aku sedang tidak enak badan.”

“Eottoke? Kau benar-benar tidak apa-apa? Haruskah aku membawakanmu obat?” Minyoung terlihat khawatir.

Aku memeluknya sebentar dan menggeleng lemah, “Tidak apa-apa. Kuceritakan besok-besok.”

Lalu Minyoung menganggukkan kepalanya sedangkan aku membuang kota sialan tersebut – menyayangkan koleksi lagu yang berada di sana – koleksi laguku yang menggambarkan perasaan terpendamku selama ini, tapi itu sudah tidak diperlukan lagi.

 

-:Sehun’s PoV:-

Hari-hari ujian semakin dekat dan waktuku untuk bertemu orang-orang semakin berkurang karena orang-orang juga terlalu sibuk dengan pelajaran dan upaya untuk lulus dengan nilai terbaik.

Aku juga sedang berusaha melakukannya tapi bagiku ini terasa sebagai pelarian.

Sejak mendengar teriakan yeoja bernama Shin Rae Ah tepat di depan rumahku sendiri, rasanya aku merasakan tamparan keras di sana. Ketika punggung yeoja itu menjauh saat itu aku baru merasakan yang namanya rasa sakit – rasa sakit yang sebenarnya, rasa sakit yang jauh berbeda daripada ketika Minyoung menolakku. Seakan-akan sesuatu telah resmi menghilang dan aku hanya bisa diam seperti patung. Tidak meraihnya atau mengatakan apapun.

Malam itu aku menyadari.

Kalau aku dapat mengingat setiap hal yang berhubungan dengannya bukan karena itu tidak normal, tapi karena ia berhasil menarik perhatianku, alam bawah sadarku.

Aku terganggu oleh setiap sikap permusuhannya karena aku ingin melihatnya tersenyum padaku – seperti kepada anak-anak itu.

Aku menyukainya – tanpa sadar.

“Sehun?” Aku mengalihkan pandanganku dari jendela perpustakaan dan menemukan Minyoung. Yeoja itu memegang kotak yang amat familiar – kotak yang berada di tangan Rae Ah malam kami bersitengang.

“Ehm.. Aku sudah mendengar Rae Ah bercerita, dan aku percaya kau tidak menyukaiku lagi bukan?”

“Tentu saja tidak.” Aku menjawab masam.

“Geurae, sepertinya tebakanku benar.” Minyoung tersenyum puas kepada dirinya sendiri.

“Begini, aku tidak menjelaskan apapun pada Rae Ah, karena kau berhak menjelaskannya sendiri.”

Aku menganggukkan kepalaku setuju.

“Tapi aku menyerahkan ini padamu. Kau tahu Rae Ah cukup nekat dengan membuangnya ke tempat sampah.”

Aku menerima kotak yang masih bagus itu dengan sedikit mendengus. Bagaimana nasibnya jika tidak ada Minyoung, ledakan yeoja itu sungguh diluar pemikiran rasional.

“Gomawo Minyoung.” Aku tersenyum tipis dan pergi meninggalkan perpustakaan dan langsung menuju rumahku untuk membuka apa isi kotak tersebut.

~~~

Alunan musik terus mendengung di telingaku selama beberapa jam dan sejujurnya isi mp3 ini lumayan banyak. Otakku terus memutar-mutarkan wajah Rae Ah dan lagu-lagu tersebut mendukung dengan bersemangatnya. Membuatku benar-benar ingin bangkit dan menggedor kediaman yeoja itu hanya untuk menjelaskan semuanya. Tapi aku tidak bisa. Kedua, ini musim ujian. Ketiga, ia bisa dicap orang gila jika Rae Ah tidak mau membukakan pintu untuknya. Keempat, Minyoung berkata bahwa ini bukanlah waktu yang tepat mengingat ‘shock’ baru saja terjadi.

Yang pertama dan terpenting…

Aku ragu apakah Rae Ah masih mau menemuiku, setelah apa yang terjadi.

 

-:Author’s PoV:-

Rae Ah melambaikan tangannya bersemangat ke arah Minyoung dan Jongdae yang akan segera menaikki pesawat. Graduation sudah berlalu 3 hari dan ini artinya ia resmi telah menjadi mahasiswa – itupun jika ia diterima, tapi itu tidak penting. Yang penting adalah kebahagiaan Minyoung, atau lebih tepatnya ia harus ikut untuk menyemangati yeoja itu agar tidak lari dari bandara karena rasa takutnya.

“Annyeong Rae Ah! Sampai ketemu lagi! Ikutilah perasaanmu kali ini!”

Rae Ah tersenyum ke arah Minyoung yang perlahan menghilang. Ia menghela nafasnya dan memikirkan, apa yang harus ia lakukan selama Minyoung tidak ada. Keabsenan gadis itu adalah sebuah dosa besar.

Saking besarnya penyesalan seorang Rae Ah karena merelakan temannya itu pergi, ia tidak menyadari kalau seseorang berdiri dibelakangnya dan ikut melambai pada Minyoung dan Jongdae detik-detik terakhir. Dan gadis itu baru menyadarinya ketika matanya tertutup oleh tangan yang bahkan ia tidak kenal. Gadis itu sudah bersiap-siap akan berteriak tetapi begitu sepasang earphone mengunci indra pendengarannya ia berhenti dan tangan itu membebaskan pandangannya. Rae Ah perlahan berbalik dan tercengang mendapati Sehun.

Langkahnya langsung menjadi langkah seribu. Dengan ringkas ia menarik earphone tersebut dan berjalan menjauh. Tapi sial langkahnya yang pendek-pendek, Sehun berhasil menyusulnya dan memeluknya dari belakang, menguncinya.

“Kau tidak boleh bergerak satu inci pun. Kau tahu betapa frustasinya aku beberapa bulan ini karena menginginkan kekuatan untuk menghentikan waktu dan membuatmu diam di hadapanku, untuk mendengarkan penjelasanku?”

Rae Ah terbelalak tetapi masih berusaha melepaskan diri.

“Aku sudah lama tidak menyukai Minyoung, aku hanya mengaguminya. Karena mungkin saat itu ia terlihat sulit dijangkau. Tapi itu masa lalu. Sekarang kau sudah tahu bukan?”

Rae Ah menganggguk lemah merasakan hembusan nafas Sehun yang terkontrol.

“Di masa lalu maupun sekarang, yeoja yang berhasil menarik perhatianku adalah dirimu…”

Rasanya jantungnya telah melewatkan tugasnya untuk memompa darah dan membuatnya sesak nafas.

“Maafkan aku karena terlambat menyadarinya, tapi selama ini aku menyukaimu. Bukan karena tingkahmu tidak normal, tapi karena kau memang menarik, secara tidak sadar pikiranku mengingatnya dan menyimpannya. Aku tidak suka sikap antagonismu padaku, aku ingin melihatmu tersenyum tulus, kau ingat anak-anak TK itu? Ya, aku ingin kau tersenyum kepadaku seperti kau kepada mereka.”

Lalu Sehun melepaskan pelukannya di saat yang tepat. Di saat Rae Ah sudah membeku dan tidak bisa menggerakkan setiap sel tubuhnya dengan benar.

Sehun merogoh saku jeansnya dan mengeluarkan selembar kertas dari sana, dengan gerakan sederhana Sehun membuka lipatan yang sudah nampak kumal tersebut.

MY NEW YEAR RESOLUTION:

Mendapatkan hati Oh Sehun!

Rae Ah sangat malu karena kertas tersebut bisa ada pada Sehun, jika saja tidak ada tulisan Sehun di sana, eksistensi kertas itu sudah lenyap dalam hitungan menit.

You already have it, just this fool who doesn’t realize it.

~^^NewYearResolution^^~

The end.


IF… (너만 있으면) – #04

$
0
0

IF… (너만 있으면) – #04

if (2)

 

Title: IF… (너만있으면) – #04

Author:byubyu

Rating: PG-15

Genre: Romance & Marriage life

Length:Chapter

Cast:

Lu Han

Park Sera (You)

Minor Cast:

Jung Mina (OC)

Park Chanyeol

Other cast

Disclaimer: I dont own anything beside story and oc. This story pure my imagination, any similaries to other stories, dramas and etc. Is purely coincidental.

byubyu© 2014. All rights reserved. No plagirism. Strictly FICTIONAL . No copying, without author`s consent

 

Poster by Keyunge @ bluegreenfanfiction

 

http://bluegreenfanfiction.wordpress.com

Summary

            Park Sera hanya seorang anak broken home yang ceroboh, selalu terbayang akan masa lalu yang kelam. Hari-harinya yang datar berubah setelah kedatangan keluarga China yang kaya raya ke rumah mereka. Mereka menyatakan bahwa anak mereka telah dijodohkan dengannya sejak lama. Mampukah sera membina rumah tangganya tanpa di dasari oleh cinta. Apakah cinta akan tumbuh di antara mereka atau sebaliknya?

 

 

The Groom & The Bride – #04

 

Hari ini sera tidak ada kelas. Ia bagun lebih awal karena ibunya telah mengedor pintu apartemen mereka di pagi hari. Chanyeol akan berangkat lebih awal karena jalanan seoul yang macet bisa membuatnya terlambat. Otomatis, sera akan menjaga rumah seharian penuh. Rencana yang ia susun untuk bangun siang gagal karena kedatangan ibunya.

Dan disinilah ia berakhir, Sera dan ibunya berjalan berdampingan di pusat perbelanjaan di kota seoul. Nyonya park tidak henti-hentinya mengirimkan sesuatu dengan ponselnya. Sera melihat keadaan sekitar

Eomma, kita mau kemana?” tanyanya seraya memandang nyonya park. Nyonya park meliriknya sekilas kemudian fokus kembali pada ponselnya.

“Sudah, ikut saja. Kau tidak akan menyesal nantinya.” jawab nyonya park santai. Ibu dan anak itu berjalan menuju sebuah butik. Sera memandangi tempat itu lamat, ia yakin jika tempat seperti ini adalah tempat membeli pakaian anak muda.

Eomma, mengapa kita ke tempat seperti ini? Siapa yang ingin fitting baju pernikahan?” tanyanya gusar. Nyonya park menutup dompetnya, ia menatap sera tajam.

“Siapa lagi? Tentu saja dirimu, memang yang ingin menikah eomma. Aish, anak ini. Sudahlah, nyonya lu sudah menunggu kita di dalam.” tegas nyonya park sambil menarik tangan sera, membuat gadis itu berjalan terseret mengikuti ibunya.

Harusnya sudah kuduga, jika ia mengajakku pergi pasti sesuatu direncanakannya. Sera mengembungkan pipinya kesal.

Di lain sisi, nyonya lu dan luhan tengah berdiri di depan kaca.

“Hannie, lihat. Jas ini sangat cocok untukmu. Kau terlihat tampan jika mengenakannya.” ujar nyonya lu dengan senyum khasnya. Lu Han memutar bola matanya malas, ia melirik jas di tangan ibunya sekilas.

Ma, aku tidak mau. Aku tidak suka dengan jas itu. Berhentilah memaksaku untuk memakainya.” ujarnya tidak bergairah. Nyonya lu menatap luhan tajam.

“Aku tidak mau tahu, mau tidak mau. Kau akan mengenakannya saat pernikahanmu nanti, titik.” tukas nyonya lu cepat. Lu Han berbalik menghadap ibunya.

Ma, sebenarnya yang menikah di sini siapa? Kenapa kau harus melakukan hal-hal seperti ini sih? Aku bukan anak kecil lagi.” ujar luhan tidak mau kalah. Nyonya lu berpura-pura tidak mendengar sanggahan luhan. Ia memberikan jas itu kepada sang pegawai yang sedari tadi hanya diam melihat adu mulut anak dan ibu ini. Lu Han mengacak rambutnya kesal. Damn it!

Nyonya park melambaikan tangannya pada nyonya lu. Sera mendengus kemudian mengikuti ibunya dengan setia. Dengan sopan, ia membungkuk pada nyonya lu sambil memberi salam.

“Ah, daughter-in-law. Apa kabarmu hari ini?” tanya nyonya lu ramah.

“Terima kasih telah bertanya nyonya lu. Aku baik-baik saja, bagaimana dengan anda?” ujarnya sambil tersenyum.

Nyonya lu terseyum ramah, “Sera-ah, kau tidak perlu seformal itu padaku. Panggil saja aku eomeoni karena sebentar lagi kau akan menjadi menantuku.”

Sera hanya tersenym canggung “N-nde, eomeoni.”

Nyonya lu dan nyonya park berjalan beriringan sambil tertawa meninggalkan sera. Membuat gadis ini sedikit bernafas lega, matanya bergerak menelusuri setiap sudut butik ini. Jika ada nyonya lu di sini otomatis akan ada…..

Lu Han berjalan dengan wajah bosan, manik matanya menangkap sosok seseorang yang sangat ia cari disaat seperti ini. Lu Han menyeringai jahil kemudian berjalan mendekati sosok sera yang kini tengah mengamati sudut ruangan ini.

“Mencariku sayang?” bisiknya dari belakang. Sera terpanjat kaget, sambil berteriak tertahan. “Lu Han!” panggilnya spontan. Lu Han tersenyum kemenangan, “ah, kau begitu merindukanku rupanya. Bahkan terkejut saja memanggil namaku.” ujarnya sambil mengelengkan kepalanya.

Lu Han tersenyum meledek “Tenang saja, kau akan bertemu denganku setiap hari nantinya. Tidak usah khawatir.” ujarnya penuh percaya diri.

Sera mengosok hidungnya jijik, dasar rusa terkutuk! marahnya dalam hati. Sera berlalu meninggalkan luhan, membuat pria itu tersenyum simpul.

“Hei, jangan marah. Apa kau juga diseret paksa datang kemari, princess?” tanya luhan dengan nada mengoda.

Sera memutar bola matanya malas, berpura-pura tidak mengerti. “Apa sih yang kau bicarakan?” ujarnya ketus. Lu Han mengangguk, tidak lama kemudian nyonya park datang menghampiri keduanya.

“Eoh, luhan. Kau berada di sini juga?” tanya nyonya park ramah.

“Nde, eomeoni.” jawabnya sopan sambil membungkukan badannya. Sera menatapnya sinis, membuat luhan menyeringai kecil. Nyonya park mengangguk kemudian perhatiannya beralih pada anak gadisnya. Ia menarik tangan sera paksa membuat gadis itu berjalan terseret. Pandangan Lu Han dan Sera bertemu, membuat gadis itu menutup wajahnya malu. Aish, aku bisa gila.

(***)

Lu Han memandang malas kedua wanita di hadapannya ini. Keduanya tidak ada habis-habisnya berbicara mengenai masa lalu mereka yang menurutnya tidak penting untuk ia dengar. Lu Han menoleh menatap sera yang memasang ekspresi sama sepertinya. Sera yang masih dengan baju pengantinya terlihat anggun. Ia tidak bisa memungkiri jika gadis itu memang cantik, baginya. Tidak disangka gais itu juga menoleh menghadapnya. Keduanya berpandangan, seperti tengah berkomunikasi lewat telepati.

Sera: Apa kau punya rencana? Aku lelah.

Lu Han: Jika ada aku tidak akan mati kebosanan di sini bersama mereka.

Sera: Tsk, aku hanya bertanya. Tidak perlu seperti itu juga.

Lu Han: Apa maksudmu?

Sera: Terserahlah!

Lu Han menatap sera tajam. Sera hanya memutar bola matanya malas dan berbalik kepada ibu-ibu itu. Nyonya lu dan nyonya park saling berpandangan kemudian menyeringai bersamaan. Lu Han menutup matanya. Sekarang apalagi!

“Hannie, kau hari ini sudah mengosongkan jadwal bukan?” tanya nyonya lu lembut. Lu Han mendongak, kemudian mengangguk. Nyonya lu tersenyum lebar. “Baguslah, kalian akan mengambil cincin pernikahan yang ibu pesankan untuk kalian. Kau tahu tempatnya `kan?” terang nyonya lu. Lu Han mengangguk. Di samping itu, nyonya park tengah mengambil sesuatu dari dompetnya.

“Oh, dan jangan lupa. Untuk melihat-lihat lokasi pemotretan photo pra-wedding kalian. Sera, kau tidak lupa studio photo di dekat kantor kakakmu `kan?” ujar nyonya park sambil menatap anaknya. Sera setengah berpikir kemudian mengangguk ragu.

“Baguslah. Kalau begitu fitting hari ini selesai, kami akan pulang bersama. Lulu, kau antar sera pulang ok? Pastikan ia selamat sampai tujuan, jika tidak. Aku akan membuang sepatu kesayanganmu.” ancam nyonya lu kemudian mengandenng nyonya park meninggalkan kedua pasangan ini.

Lu Han membulatkan matanya, “Aish, ancaman macam apa itu?” gumamnya kesal. Sera beranjak dari tempatnya untuk menganti pakaiannya.

“Apa perlu kubantu?” tawar luhan sambil menatapnya. Sera merona dan menggeleng pelan.

Lu Han tersenyum kecil, eksperesi wajah sera yang merona menjadi suatu hal yang menyenangkan baginya.

(Lu Han)

Aku memarkirkan mobilku di depan toko perhiasan milik ibuku. Ibuku adalah seorang wanita dengan kehidupan glamor dan perfectionis. Ia selalu merencanakan sesuatu dengan sangat matang. Seperti pernikahan kami, aku tidak perlu repot-repot untuk mencari seorang wedding planner karena ibuku sendiri adalah seorang wedding planner yang sangat berbakat. Semua tempat pernikahan, dekorasi, baju, cincin dan studio photo. Ia sudah siapkan dengan sempurna atau yang lebih tepatnya mau tidak mau kami harus mengikuti apa yang ia rencanakan.

Sera berjalan di sampingku, aku meraih tangannya dan mengaitkan jemari pada jemarinya erat. Ia menatapku kesal dan mencoba melepaskannya. Aku makin mengeratkan gengamanku pada jemarinya.

“Selamat datang tuan lu, apa yang bisa kami bantu?” tanya seorang pelayan itu ramah. Aku tersenyum ramah.

“Cincin pernikahan, atas nama Lu Han dan Park Sera.” ujarku sopan. Ia mengangguk dan mengambil dua pasang cincin.

Cincin itu terlihat simpel tetapi juga mewah, dengan balutan berliah disisinya membuat cincin ini terlihat begitu indah. Selera ibuku memang yang terbaik.

Sera tersenyum kemudian mengembalikan cincin itu ke asalnya. Aku mengelurakan kartu kreditku dan memberikannya pada pelayan itu. Sera membulatkan matanya, “Astaga, kenapa mahal sekali?” teriaknya tertahan. Membuatku menutup mataku pelan.

“Tentu saja. Ini sesuai dengan kualitas dari cincin ini sendiri. Jadi, tidak perlu berteriak seperti itu. Kau membuatku malu.” ujarku kesal. Ia tersenyum kikuk pada sang pelayang yang hanya tersenyum melihat tingkah pasangan ini.

(***)

Kami sampai di sebuah studio photo yang terihat simpel. Tempat ini mengingatkanku pada teman lamaku. Aku berharap jika bisa bertemu dengannya kembali.

“Lu Han? Apa benar kau Lu Han?” sapa seseorang dari jauh. Lelaki ini mengenakan kacamata kotak dan rambut disisir rapi ke belakang.

“Benar. Anda siapa?” tanyaku balik. Bayanganya berjalan mendekat hingga sosoknya terlihat olehku.

“Kim Minseok?” tanyaku ragu. Ia tersenyum membuatku ingin menangis karena bahagia.

Hei, bro. Lama tidak bertemu, bagaimana kabarmu?” ujarnya dengan nada mengoda. Aku memeluknya singkat “Kau terlihat kurus sekarang? Apa kau melakukan diet ketat.” ledekku tanpa menjawab pertanyaannya. Ia menatapku kesal.

“Tsk, tidak berubah. Kau masih sama seperti dulu, asshole!” ujarnya diiringi tawanya. Aku tersenyum simpul. Ia memandang sera, “siapa gadis manis di sampingmu?” tanyanya mengarah pada sera.

Sera merona membuatku sedikit tidak nyaman dengan ini. “Dia calon istriku.” ujarku sambil meletakkan tanganku di bahu sera. Minseok tekekeh kecil.

“Lu Han, tenanglah. Aku tidak akan macam-macam dengannya. Kau tahukan aku bukan tipe yang suka mengambil milik orang lain.” ujarnya dengan seringai di wajahnya. Aku menatapnya tajam.

“Baguslah kalau begitu.” tukasku singkat. Sera menunduk menyembunyikan wajah merah padamnya.

“Apa yang bisa kulakukan untukmu tuan pencemburu?” goda minseok dengan seringai jahil. Aku memutar bola mataku mals.

“Yah! Aku ingin melihat konsep photo-photo pra-wedding yang telah di pesankan ibuku.” ujarku padanya. Ia mengangguk kemudian mencari list tema yang telah di pesan ibuku.

“Baiklah. Kita mulai pemotretanya hari ini.” ujarnya sambil menuntun kami ke studio photonya.

Kim Minseok, atau lebih dikenal dengan sebutan baozi bagi teman-teman di sekelilingnya. Ia adalah teman lamaku di universitas. Ia memiliki kemampuan photograpy sejak dibangku kuliah. Ia merupakan seorang teman yang sangat mengerti diriku. Ia tipikal yang tidak banyak bicara dan menyenangkan. Kami akan menghabiskan waktu kami di lapangan sepak bola. Ia adalah teman terdekatku di samping sehun, chanyeol dan kris. Kami sering berbagi pengalaman hidup yang menarik saat kuliah. Keluarganya adalah keluarga tepandang di seoul. Setelah, hari kelulusan. Ia memutuskan untuk memperdalam ilmu photography di belanda. Aku tidak menyangka akan bertemu kembali dengannya.

(***)

“Terima kasih atas penampilan kalian yang luar biasa di depan kamera.” teriak minseok pada luhan dan sera. Keduanya menghembuskan napas lega, tentu saja. Setelah dua jam berkutat dengan blitz dan make up membuat mereka hampir pingsan karena kelelahan. Lu Han berjalan menuju kamera den menepuk pundak rekannya itu bangga. Sera mengamati keduanya dengan seksama. Ia masih teringat akan ucapan luhan dua jam lalu. Lagi-lagi pipinya merona merah, apa benar ia mulai menyuakaiku? batinya.

Minseok berjalan ke arahnya. “Hei, apa kau tidak ingin berganti baju?” tanyanya dengan nada bercanda. Sera merona malu dan berlalu meninggalkan lelaki itu. Minseok menggelengkan kepalanya pelan, mereka berdua akan menjadi pasangan yang terbaik tahu ini.

Sudah beberapa tahun ia bersama luhan tetapi, lelaki itu tidak pernah menunjukkan rasa tertariknya pada wanita. Ia dan teman-temannya waktu itu, sering memperkirakan jika luhan adalah seorang gay. Ternyata setelah bertahun-tahun menghindari wanita, akhirnya temannya itu memeperkenalkan calon istrinya pada dirinya. Ia bahkan melangkah terlebih dahulu dibanding, dirinya yang menjalin kasih hampir empat tahun.

Sera keluar dari kamar ganti dan menghampri minseok.

“Terima kasih atas bantuannya. Senang bertemu denganmu.” ujar sera ramah. Minseok menatap gadis itu, “tentu, santai saja. Aku akan merasa senang jika itu bisa membantu temanku.” ujarnya ramah.

Sera mengangguk dan berbalik untuk bersiap menyusul luhan tetpi, langkahnya terhenti saat minseok memanggilnya.

“Sera-ssi. Aku tahu jika kalian bukan sepasang kekasih. Jangan khawatir, luhan memang seperti itu. Ia terlihat angkuh dan menyebalkan tetapi, ia merupakan sangat romantis dan penyayang. Aku bisa melihat jika ia menyukaimu.” terangnya seraya tersenyum dan mendongak menatap sera. Sera berbalik menghadapnya.

“Bagaimana bisa kau sangat yakin dengan ucapanmu minseok-ssi?”

Dada sera bergemuruh saat mendengarnya, ia tidak mengerti mengapa perasaanya begitu bahagia saat mendengarnya? Ia merasa dirinya tengah menari-nari di atas awan bersama para peri.

Xiumin berjalan menuju gadis itu. Bersamaan dengan luhan yang mengerutu menunggu sera di tengah perjalanannya mencari sera, langkahnya terhenti ketika melihat posisi keduanya saat itu.

“Kau meragukan pengamatanku. Lihatlah apa yang terjadi setelah ini.” bisik minseok sambil menyeringai jahil pada luhan.

TBC

Author`s Note: Hey readers, bagaimana ceritanya makin anehkah dan ? Aku gak yakin kalian akan suka dengan chapter ini. Maafkan aku para readers, jika fanfic ini makin ngebosenin.

Chapter berikutnya akan update cepat jika respon dari readers fanfic ini semakin banyak :) Aku sedih dengan silent readers dan peminat yang semakin sedikit. Dont be silent readers, hargai karya orang lain.

Satu lagi, di sini chanyeol dan sehun umurnya kita samaain kaya luhan, minseok dan kris.

Kritik dan saran kalian masih ditunggu untuk update dari fanfic ini sendiri.

Typo dan chapter yang pendek masih menjadi peringatan author.

Lets vote for couple di chapter berikutnya? Mina & Chanyeol ? Or Lu Han & Sera?

Love, @byurentblue :)

 

 

 

 

 

 

 

 


Because I’m Stupid

$
0
0

Because I'm Stupid 2

Title: Because, I’m Stupid

Author: Silver Snowflake (@citraningthias)

Cast: Oh Sehun [EXO K], Kim Yoonkyu [OC/You]

Genre: Romance

Length: >2000w (Sekuel)

Rating: PG-15

HAPPY READING

 

 

 

Lagi-lagi ia menampakkan wajah murungnya itu. Ah, seandainya saja aku bisa menjadi matahari yang dapat menyibakkan awan mendung di hatinya. Seandainya…

Gadis itu bernama Kim Yoonkyu. Gadis dengan rambut berwarna cokelat kayu manis dan wajah seputih porselain. Sebenarnya aku sudah menyukainya sejak awal duduk di kelas 1, tapi sampai sekarang aku belum bisa menyatakan perasaanku padanya.

Yoonkyu masih tertunduk sambil terus mengaduk jus jeruk dengan sedotannya. Tatapannya terlihat tidak fokus. Ingin sekali aku menanyakan mengapa ia selalu terlihat muram. Tapi tentu saja aku tidak berani mendekatinya. Bodoh. Ya, mungkin aku memang laki-laki paling bodoh sejagat raya.

 

 

 

 

 

Sepulang sekolah, tak sengaja aku melihat Yoonkyu berdiri di depan gerbang sekolah. Sepertinya ia sedang menunggu seseorang.

“Hai, Yoonkyu. Kau belum pulang?” Dengan suara sedikit bergetar, kuberanikan untuk menyapa Yoonkyu.

“Oh, hei Sehun. Belum, aku sedang menunggu pacarku menjemput. Kau sendiri belum pulang?” Kata Yoonkyu ramah.

Eh?

Aku terdiam beberapa saat.

Yoonkyu,

Yoonkyu sudah punya pacar?

Sejak kapan?

Seketika dadaku ngilu mengetahui bahwa Yoonkyu sudah punya pacar. Bodoh, dasar bodoh. Mengapa tidak dari dulu saja aku menyatakan perasaanku padanya?

“Oh, hmm ini sudah mau pulang, kok. Baiklah Yoonkyu, aku duluan ya. Kau hati-hati di jalan.” Kuambil langkah panjang dan segera pergi meninggalkan Yoonkyu menuju halte bis. Sekilas aku melihat Yoonkyu tersenyum padaku. Ah, sebenarnya aku ingin sekali membalas senyumnya. Tapi aku tak bisa lagi berlama-lama menatap sosoknya yang kini membuat dadaku semakin terasa ngilu.

Baiklah. Sepertinya sudah tak ada harapan lagi untukmu, Oh Sehun. Kau memang bodoh.

♥♥♥

Sungguh, mengingat kejadian 3 hari yang lalu membuatku malas melakukan kegiatan apapun. Ya, Yoonkyu sudah punya pacar. Aku bisa apa?

Ah, kira-kira siapa lelaki yang beruntung itu? Setampan apakah dia? Apa dia pintar dan juga berbakat? Ya, yang terpenting lelaki itu pasti punya keberanian yang sangat besar untuk menyatakan cintanya pada Yoonkyu. Tidak sepertiku yang selalu menunggu Yoonkyu, memperhatikannya dari jauh, tanpa bisa menyatakan perasaanku padanya.

Tring!

Tiba-tiba ponselku berdering, sepertinya ada pesan singkat masuk ke nomorku. Segera kulirik layar ponselku yang menyala dan tertulis sebuah pemberitahuan masuknya pesan singkat dari Kyungsoo.

‘Sehun, kau ada waktu? Bisa antarkan aku ke toko kaset? Nanti akan kutraktir bubble tea.’

Aku menimang-nimang permintaan Kyungsoo. Sebenarnya aku malas beranjak keluar kamar—apalagi keluar rumahku. Tapi yeah, Kyungsoo menyebutkan bubble tea tadi. Mungkin segelas bubble tea bisa membuatku merasa lebih baik (apalagi jika itu gratis).

‘Baiklah, aku berangkat sekarang, Kyungsoo.’

 

 

 

 

 

 

Sesampainya di toko kaset, Kyungsoo segera memilih-milih kaset yang hendak di belinya, sedangkan aku hanya membuntutinya sambil mencari sesuatu yang menarik untuk mebunuh rasa bosanku. (Maklum saja, aku bukan tipe orang yang suka menunggu dan berdiam diri dengan tenang).

“Hei, Kyungsoo. Sebenarnya, kau mau beli kaset apa?” Tanyaku iseng pada Kyungsoo.

“Kaset kumpulan lagu-lagu Jepang.” Jawab Kyungsoo seraya terus meneliti tiap kaset yang di pajang di rak toko.

“Apa Naomi yang menyuruhmu?” Godaku pada Kyungsoo. Yeah, sahabatku yang satu ini memang sedang jatuh cinta pada teman chat-nya di dunia maya—seorang gadis Jepang bernama Naomi.

“Ti-tidak. Hanya saja—“ Kyungsoo mengusap-usap tengkuknya, “Aku ingin lebih mudah belajar bahasa Jepang. Dan mungkin akan lebih mudah kalau ku pelajari lewat lagu saja.” Lanjut Kyungsoo.

Aku mengangguk mengiyakan, “Tapi, ngomong-ngomong soal Naomi, sampai kapan kau akan terus menyukainya tanpa menyatakan padanya?”

Kyungsoo terdiam beberapa saat sebelum akhirnya ia bicara, “Yeah, mungkin nanti ada saatnya aku akan menyatakan perasaanku padanya.”

“Tapi, kau kan belum pernah bertemu dengannya? Bagaimana kalau dia sudah punya pacar? Dan bagaimana kalau nanti dia menolakmu?” (Dipikir-pikir, ini seperti curhat, ya?)

“Entahlah. Tapi jika itu benar terjadi, itu pasti sangat menyakitkan.” (Yeah. Benar, Kyungsoo. Kau benar).

“Lalu, apa kau akan berhenti menyukainya?”

“Tentu saja tidak. Aku akan terus berusaha, setidaknya meskipun kami hanya berteman itu tidak masalah. Yang penting, asalkan aku bisa selalu bersamanya, itu sudah cukup. Yeah, meskipun hanya di dunia maya.”

Aku terdiam. Jawaban Kyungsoo sepertinya menjawab semua pertanyaan dalam benakku. Dia benar, setidaknya asalkan aku masih dapat melihat senyumnya, memperhatikannya dari jauh, menyapanya meski dalam keadaan gugup, itu sudah cukup.

“Kau sendiri, bagaimana dengan Yoonkyu?” Tanya Kyungsoo, “Mau sampai kapan kau memendam perasaanmu itu? Kau seharusnya merasa beruntung, Sehun. Setidaknya Yoonkyu ada di hadapan matamu, kau masih bisa menyapanya dengan suara dan senyummu. Bukan hanya dengan huruf-huruf elektronik.” (Sepertinya kali ini Kyungsoo yang curhat).

Yeah, mungkin Kyungsoo benar. Seharusnya aku merasa beruntung masih dapat menatap Yoonkyu dari dekat, tapi aku—si bodoh ini tak punya keberanian untuk menyatakan perasaannya. (Bahkan, menyapanya pun harus butuh keberanian ekstra). Dan harus menanggung resiko atas ‘terambilnya’ hati Yoonkyu oleh orang lain.

Yeah. Mungkin nanti ada saatnya.” Jawabku sekenanya.

Kami pun tak melanjutkan perbincangan mengenai Naomi ataupun Yoonkyu. Kyungsoo sudah menemukan apa yang ia cari dan kini kami segera menuju ke kasir untuk membayarnya.

“Sehun.” Panggil Kyungsoo seraya menyenggol sikutku.

“Hm?”

“Sepertinya itu— Yoonkyu.”

Aku segera menoleh ke arah yang di tunjuk Kyungsoo, seorang gadis terlihat baru saja datang ke kasir yang tak jauh dari kasir tempat kami berada. Seorang gadis dengan rambut kecokelatan dan wajah seputih porselain. Ia terlihat mengenakan kaos putih dan jeans biru serta sneakers yang membuatnya terlihat manis.

Tapi, apa benar itu Yoonkyu? Ah, benar, itu benar Yoonkyu. Wajahnya mirip seperti wajah-wajah yang selalu muncul di mimpiku, yang selalu terlintas di pikiranku, dan yang selalu berlari-lari di ingatanku selama kurang lebih 2 tahun lamanya.

Gadis itu pun menoleh ke arahku dan Kyungsoo, kemudian ia tersenyum pada kami berdua.

“Hai, Sehun. Hai, Kyungsoo.” Sapanya ramah.

Kyungsoo membalas senyum Yoonkyu sambil berkata ‘Hai, juga’ pada gadis itu, sedangkan aku terdiam gugup seperti orang bodoh.

“Kalian sedang apa disini?” Tanya Yoonkyu.

“Aku mau beli kaset dan Sehun menemaniku.” Jawab Kyungsoo, “Kau sendiri?”

“Aku mau beli headset.” Jawab Yoonkyu sambil tersenyum.

Kyungsoo ber-‘o’ ria, sedangkan aku masih terdiam. Bodoh, Sehun bodoh. Kenapa rasanya sulit untuk hanya sekedar membalas sapaannya atau bicara dengannya? Rutukku dalam hati.

Beberapa saat kemudian, Kyungsoo selesai membayar kaset miliknya. Kemudian ia menepuk pundakku, membangunkanku dari lamunanku.

“Ah, aku baru ingat. Aku ada janji dengan temanku dan sepertinya aku harus cepat-cepat pulang.” Ucap Kyungsoo, “Kalau kau mau beli bubble tea, ini uangnya. Kau bisa ‘kan pergi sendiri? Atau kau ajak saja Yoonkyu. Baiklah Sehun, sampai jumpa.” Lanjut Kyungsoo seraya memberikanku uang untuk membeli bubble tea. Kemudian ia pun pamit pada Yoonkyu dan melesat pergi.

Aku mematung di tempatku, ini pasti hanya akal-akalan si mata bulat itu.

“Kau mau pergi beli bubble tea?” Tanya Yoonkyu.

Aku hanya mengangguk.

“Kalau begitu, kita pergi sama-sama saja. Kebetulan aku juga mau kesana.”

 

 

 

 

 

 

 

Tak kusangka dan tak pernah ku bayangkan sebelumnya bahwa—AKU BERJALAN BERSAMA YOONKYU DAN MEMBELI BUBBLE TEA BERSAMA!!!!!! (Yehet).

“Jadi, kau suka bubble tea juga?” Tanyaku pada Yoonkyu, alhasil kini rasanya jantungku seperti melompat-lompat tak karuan.

“Yap, aku suka sekali bubble tea. Kau juga suka?”

“Ya, aku juga sangat suka. Bahkan Kyungsoo saja sukses membuatku mau menemaninya membeli kaset hanya karena ia berjanji akan mentraktirku bubble tea.” Jawabku mencoba untuk mencairkan suasana. (Yeah, walaupun aku tak yakin bagaimana reaksinya nanti).

Dan ternyata, Yoonkyu tertawa. Ia terlihat manis, sungguh.

“Pantas saja tadi ia memberikanmu uang untuk membeli bubble tea. Kau tahu, tadi ia terlihat seperti ibumu yang sedang memberikan uang jajan untukmu.”

Sekarang aku yang tertawa. Dan selanjutnya bisa kau tebak? Kami mulai bicara tentang banyak hal, seperti—mana rasa bubble tea yang paling enak, kedai mana yang menjual bubble tea paling enak, serta hal-hal lain lain diluar bubble tea. Aku, si bodoh ini bisa berbicara panjang lebar dengan orang yang disukainya, bukankah itu hebat? Dan bahkan, sesekali aku melihat raut bahagia Yoonkyu terpancar di wajah cantiknya setelah sekian lama tak pernah ku lihat lagi.

Ah, apakah rasanya seindah dan sehebat ini bila bisa sedekat ini dengan orang yang di suka?

AKhirnya, kami pun sampai di kedai bubble tea. Namun, tiba-tiba langkah Yoonkyu terhenti. Ia berdiri mematung dengan ekspresi yang cukup menggambarkan bahwa ia sedang terkejut. Aku pun segera menolehkan pandanganku kearah yang dilihat Yoonkyu.

Dan seorang laki-laki terlihat sedang duduk berhadapan dengan seorang gadis. Mereka terlihat sangat serasi layaknya sepasang kekasih.

Ah, jangan-jangan—

“Sehun, sepertinya aku sedang tak ingin minum bubble tea. Aku mau pulang, maaf ya.” Ucap Yoonkyu dengan suara sedikit bergetar.

Aku tahu ada yang tidak beres dengan Yoonkyu, “Biar kuantar saja, ya.”

Yoonkyu menggeleng lemah, “Tidak usah, kau kan tadi mau beli bubble tea. Aku bisa pulang sendiri, kok.” Kali ini Yoonkyu tersenyum. Tapi aku tahu, itu hanya senyum palsu yang semata-mata hanya untuk menutupi kesedihannya saat ini. Kemudian, Yoonkyu pun pergi meninggalkan kedai bubble tea.

Dan aku hanya memperhatikan sosok Yoonkyu yang kian menjauh.

♥♥♥

Semenjak kejadian di kedai bubble tea itu, sudah beberapa hari ini aku melihat Yoonkyu sering melamun. Bahkan aku sama sekali tak pernah melihatnya tersenyum lagi. Ah, sebenarnya aku ingin sekali menghampirinya, sekedar untuk menanyakan kabarnya, menghiburnya, dan membuatnya tersenyum lagi. Salahkan kebodohanku karena hingga detik ini aku tak mampu melakukannya.

Lalu, kuputuskan untuk mulai mengirimi Yoonkyu surat dan menyelipkannya di sela-sela loker miliknya. Setiap malam, aku menuliskan sesuatu untuk membuatnya tersenyum dan sesekali aku juga menyelipkan sebuah foto tentang hal-hal yang ia sukai—seperti bubble tea, kucing, pantai, dan lain-lain. Itu juga yang menyebabkan aku bangun lebih pagi setiap harinya agar dapat menyelipkan surat ke loker Yoonkyu tanpa ada yang melihat.

Sebagai Mr. Bubble Tea, aku akan membuat ia tersenyum. Tak peduli apakah ia mengetahui bahwa akulah yang selama ini mengirimi ia surat, tak peduli apakah nantinya ia akan membalas perasaanku. Aku menyukainya, atau mungkin—aku mencintainya. Dan inilah caraku untuk membuktikan bahwa aku benar-benar mencintainya.

♥♥♥

5 tahun kemudian…

Aku melirik jam tangan hitamku, 5 menit lagi acara pernikahan Kyungsoo akan dimulai dan aku masih terjebak dalam kemacetan sejak setengah jam yang lalu.

Untuk membunuh rasa bosanku, aku pun mengambil undangan yang dikirimkan Kyungsoo beberapa hari yang lalu. Ia juga menyelipkan selembar surat untukku.

Hei, Sehunnie! Bagaimana kabarmu di Australia, huh? Kalau aku, tentu saja aku baik-baik saja, bahkan jauh lebih baik karena sebentar lagi aku akan menikahi Naomi. Kau masih ingat Naomi, ‘kan? Usahakan datang, oke? Tenang saja, aku sudah bicarakan dengan Naomi bahwa kami akan memesan banyak sekali bubble tea.’

Aku tersenyum membaca surat dari Kyungsoo. Dia masih sama seperti dulu, sering menyogokku dengan bubble tea. Padahal, bagaimana pun juga aku pasti akan datang. (Oke, bubble tea juga tetap berperan). Dan karena itulah, kini aku kembali ke negara kelahiranku untuk datang ke pernikahannya.

Seketika terlintas nama Yoonkyu dalam pikiranku. Ah, kira-kira bagaimana kabarnya saat ini? Sudah lama sekali aku tak melihat wajah cantik dan senyum manisnya itu. Terakhir kali, aku melihatnya saat hari kelulusan kami dan itu pun hanya sepintas. Dan sebenarnya, aku kembali juga karena ingin tahu bagaimana keadaannya sekarang. Yeah, harus kuakui aku merindukannya.

Mungkin aku memang bodoh karena melakukan hal konyol seperti itu hanya untuk orang yang bahkan tak pernah tahu bagaimana perasaanku selama ini padanya. Tapi, aku akan terus berusaha untuk membuat ia tersenyum. Tak peduli apakah ia mengetahui bahwa akulah yang selama ini mengirimi ia surat, tak peduli apakah nantinya ia akan membalas perasaanku. Yang terpenting, aku tidak bodoh karena telah meninggalkan gadis yang kusukai dan membiarkannya terluka.

Aku tak akan sebodoh itu.

5 tahun kemudian…

Aku melirik jam tangan hitamku, 5 menit lagi acara pernikahan Kyungsoo akan dimulai dan aku masih terjebak dalam kemacetan sejak setengah jam yang lalu.

Untuk membunuh rasa bosanku, aku pun mengambil undangan yang kuletakan di jok penumpang, yang dikirimkan Kyungsoo beberapa hari yang lalu. Kau tahu, ia juga menyelipkan selembar surat untukku.

Hei, Sehunnie! Bagaimana kabarmu di Australia, huh? Kalau aku, tentu saja aku baik-baik saja, bahkan jauh lebih baik karena sebentar lagi aku akan menikahi Naomi. Kau masih ingat Naomi, ‘kan? Usahakan datang, oke? Tenang saja, aku sudah bicarakan dengan Naomi bahwa kami akan memesan banyak sekali bubble tea.’

Aku tersenyum membaca surat dari Kyungsoo. Dia masih sama seperti dulu, sering menyogokku dengan bubble tea. Padahal, bagaimana pun juga aku pasti akan datang. (Oke, bubble tea juga tetap berperan). Dan karena itulah, kini aku kembali ke negara kelahiranku untuk datang ke pernikahannya.

Seketika terlintas nama Yoonkyu dalam pikiranku. Ah, kira-kira bagaimana kabarnya saat ini? Sudah lama sekali aku tak melihat wajah cantik dan senyum manisnya itu. Terakhir kali, aku melihatnya saat hari kelulusan kami dan itu pun hanya sepintas. Dan sebenarnya, aku kembali juga karena ingin tahu bagaimana keadaannya sekarang. Yeah, harus kuakui aku merindukannya.

Mungkin, aku memang bodoh. Bahkan setelah 5 tahun lamanya aku masih mencintainya, masih mempedulikan bagaimana kabarnya—yang bahkan belum tentu ia mempedulikanku juga. Siapa tahu saja selama 5 tahun ini ia sudah menemukan seseorang yang tepat untuknya. Dan siapa tahu saja selama ini ia tak pernah tahu bahwa ada aku yang selalu mendoakan kebahagiaannya setiap malam. Tapi, aku tak memikirkannya. AKu mencintainya, dan aku tak akan pernah meninggalkannya meskipun jarak kami berjauhan.

 

 

 

 

Dan akhirnya, setelah berkutat dengan kemacetan, aku tiba juga di acara pernikahan Kyungsoo. Untung saja aku datang tepat disaat acara dimulai.

Acara berlangsung dengan haru dan penuh sukacita. Kyungsoo pun terlihat sangat bahagia, bahkan senyumannya pun senantiasa merekah. Naomi juga ternyata sangat cantik dan terlihat sama bahagianya dengan Kyungsoo.

Ah, apakah rasanya seindah dan sehebat itu bila bisa mendapatkan hati seorang gadis yang di cintai?

Usai menyalami Kyungsoo dan Naomi, aku pun berjalan menuju stand khususbubble tea. (Kyungsoo yang menunjukkannya padaku). Dan aku pun mengambil satu gelas bubble tea, tapi tiba-tiba seorang gadis hendak mengambil bubble tea yang sama denganku secara bersamaan.

Aku pun menoleh ke arah gadis itu, begitupun dengannya. Dan kami berdua terkejut bukan main.

“Sehun?”

“Yoonkyu?”

 

 

 

THE END

 

 

Halooooo~~~ sebelumnya terimakasih untuk teman-teman yang sudah baca ff perdanaku ini hahahaha. Iya, ini ff pertama aku yang akhirnya berujung ‘The End’. Soalnya aku itu moody jadi gak pernah bikin ff sampai tuntas ‘-’v Jadi, maafkanlah kalo misalnya cerita nya maksud, feelnya kurang dapet, aku hanya melakukan yang terbaik yang kubisa dan aku masih perlu banyak belajar hehehehehe. Untuk itu, aku terima saran sebanyak-banyaknya di kotak komentar ^^. Dan ff ini sudah pernah di post sebelumnya di: mysilversnowflake.wordpress.com

Oh iya, aku sengaja bikin ending yang ngegantung karena niatnya aku mau buat sekuelnya. Banyak juga kejadian-kejadian di ff ini yang belum terungkap atau masih samar-samar, jadi bakal aku ungkap di ff selanjutnya (?) tapi mungkin bakal lama karena sebentar lagi aku bakal ngadepin UN T_______T

Oke deh, sekali lagi terima kasih yaaaaaa~~~~ Bye♥

 

 

 


Unpredictable You (Chapter 7)

$
0
0

Unpredictable You (Chapter 7)

 

Title                        :               Unpredictable You

Author                  :               Mee-icha

Length                   :               Chapter

Genre                     :               School LIfe, Friendship

Main Cast              :               Nam Ji Hyun, Kris , Kai

Support Cast         :               Min Young, and others (find when you read it ^_^)

Author Note       :               Annyeonghaseyo chingudeul, yorobeunI’m here again with new chapter… ada yang menunggukah?? Well, happy reading for all of you and have a nice day. Jangan lupa komen dan sarannya yang selalu aku tunggu. Don’t be silent reader or plagiator on my FF.

Satu informasi lagi, kalau FF ini juga akan aku publish di blog pribadiku, asniishere.wordpress.com. Ini blog udah lama aku buat, tapi mati suri untuk sementara waktu. Sementara, baru ada FF yang pernah aku publish aja J. I hope you want to visit my blog as well.

~Lanjut ya ~

Ji hyun menarik nafas dan memberanikan diri menggenggam kedua tangan namja tersebut secara bersamaan. “Kalian berdua ikut aku!”.

Kalimat Ji hyun barusan mengagetkan kedua namja disisinya yang sedang sibuk dengan pikiran masing-masing. Tanpa menunggu konfirmasi dari Kai dan Kris, gadis itu langsung menarik paksa mereka. Kai baru saja ingin menyuarakan protes sambil berusaha menahan langkahnya, tapi Ji hyun dengan cepat melirik padanya, “Ikut dan jangan banyak tanya” Tegas Ji hyun lagi. Kemudian pandangan Ji hyun pindah pada Kris karena berpikir namja itu juga akan melakukan hal yang sama seperti Kai. Namun, yang didapat Ji hyun hanyalah sebuah tatapan bertanya tapi tidak ada sikap protes sedikitpun.

Awalnya, Kris memang terlihat kaget dengan sikap gadis itu, tapi kemudian dia sadar bahwa gadis itu tidak mungkin melakukan hal seperti ini jika tidak ada alasan yang jelas. Selama beberapa detik, peristiwa di taman kota antara dirinya dan gadis itu kembali berputar dikepalanya. Ada perasaan campur aduk yang kembali membuncah didalam dirinya.

Sedangkan Kai, kini sudah memilih diam dan mengikuti langkah Ji hyun meskipun didalam hatinya dia masih bertanya maksud dari tingkah Ji hyun saat ini padanya dan Kris. Untuk sesaat, Kai menoleh pada Kris, dia tidak melihat sikap penolakan sedikitpun dari namja jangkung tersebut. Kai semakin kebingungan dengan situasi yang sedang terjadi.

Kepala Ji hyun yang dipenuhi kepanikan dan kebingungan membuatnya tidak berpikir panjang tentang kemana dia akan membawa kedua namja tersebut. Yang terpenting baginya adalah menjauhkan mereka dari ‘pemandangan’ yang baru saja dilihatnya.

Hanya satu tempat yang sejak tadi terlintas dikepalanya. Tempat yang menjadi tujuan awalnya berada pertokoan ini. Ji hyun menarik kedua namja tersebut masuk ke minimarket tujuannya. Ji hyun membawa mereka ke bagian ujung dalam dari minimarket tersebut, hanya untuk memastikan mereka benar-benar tidak melihat insiden tersebut.

Ji hyun melepaskan tangannya dari pergelangan kedua namja tersebut. Kemudian berbalik dan menatap mereka satu persatu. Baru saja dia ingin mengeluarkan kalimatnya, Kai sudah duluan bersuara, “Ada apa ini? Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa kau tiba-tiba menarik kami kesini?” Cecar Kai tanpa jeda.

“Huffttt….” Ji hyun membuang nafas kasar didepan mereka berdua seraya berusaha menenangkan dirinya sendiri. Dia tidak tahu harus menjelaskannya seperti apa dan mulai dari mana. Dia mulai menggaruk-garuk dahinya yang tidak gatal. Sungguh frustasi dengan keadaan seperti ini. Dia tidak menyangka akan terlibat langsung dalam situasi seperti ini. Baiklah, ini harus selesai saat ini, tegasnya dalam hati.

“Kalian berdua tunggu disini dan jangan kemana-mana” Titahnya sebelumnya pergi meninggalkan mereka berdua tanpa penjelasan lebih lanjut.

“Apa maksudmu?” Kai berteriak. Dia tidak peduli kalau dirinya menjadi titik perhatian beberapa pengunjung minimarket itu. Namun tidak mendapatkan respon apapun. “Hei… Kenapa kami harus menuruti kata-katamu?” Kai kembali bersuara sambil melangkah mengikuti Ji hyun.

Ji hyun memutar tubuhnya. “Tetap disana… dan jangan kemana-mana!” Tegas Ji hyun lagi sambil menatap mata Kai. Ada nada intimidasi dalam suara gadis itu yang membuat Kai menghentikan langkahnya dan kembali menuju tempatnya semula.

Ekpresi bingung yang masih jelas tergambar diwajah Kai, kini bercampur dengan kekesalan. “Ada apa dengannya?” Kai langsung bertanya pada Kris yang sejak tadi hanya diam.

“Aku juga tidak tahu, tapi aku yakin pasti ada sesuatu.” Jawab Kris sambil melihat punggung Ji hyun yang menghilang dibalik rak-rak minimarket.

Kai mendengus kesal mendengar jawaban dari Kris yang menurutnya sama sekali tidak menjawab rasa penasarannya. Kai mulai memilih diam dan tenggelam dalam spekulasinya sendiri tentang situasi yang sedang terjadi saat ini.

Sedangkan Kris masih sibuk menebak-nebak maksud Ji hyun sebenarnya. Sejak awal dia memilih diam karena tidak ingin memperkeruh situasi yang sedang terjadi. Entah sejak kapan, yang jelas Kris merasa mulai bisa mengerti jalan pikiran gadis itu.

Kurang dari dua menit Ji hyun sudah kembali berjalan menuju tempat dimana kedua namja tadi berada. Dia bisa melihat wajah penuh tanda tanya dari kedua namja yang sedang menatapnya saat ini. Dia menghela nafas pelan untuk mengatur detak jantungnya yang tidak beraturan sejak tadi. Permasalahan ini membuatnya bingung bagaimana harus bersikap yang baik dan benar terhadap dua sunbae yang ada dihadapannya saat ini. Perlahan, dia berusaha memusatkan pikirannya untuk mencari kalimat tepat agar penjelasannya tidak bertele-tele(?).

Tanpa banyak kata, Ji hyun langsung memposisikan dirinya menghadapkan pada Kai, “Dengar… Apapun yang akan kau lihat setelah ini, pastikan kau jangan gegabah apalagi bertindak emosional.” Ujar Ji hyun serius. Dia memilih untuk tidak berbasa-basi sama sekali.

“Huh?” Kai bingung.

“Apa pun yang akan kau lihat setelah ini, berjanjilah kau tidak akan gegabah, eoh?” Ulang Ji hyun meminta konfirmasi.

Jidad Kai terlihat berkerut. Kalimat Ji hyun membuatnya semakin bingung. Sepertinya situasi yang terjadi tidak sesederhana yang dipikirkannya. “Katakan padaku apa yang sebenarnya terjadi!” Ujarnya sambil memandang tajam pada Ji hyun “Apapun yang terjadi setelahnya, biar aku sendiri yang memutuskan.”

Ji hyun menarik nafas pelan. Dia bingung bagaimana harus mengatasi sikap Kai yang tersebut. Dia melirik pada Kris. Mungkin inilah saatnya menyerahkan urusan ini pada namja jangkung yang pernah ber-title sahabat sejati dimata Kai.

“Aku tidak tahu apakah ini waktu yang tepat atau tidak, tapi aku sudah tepati janjiku. Aku hanya bisa membantu sejauh ini. Selanjutnya, kau yang urus. Dia sahabatmu. Kau lebih mengerti dia. Bantu dia.” Tutur Ji hyun pada Kris kemudian melirik Kai sekilas.

“Apa maksudmu?” Gumam Kris.

Ji hyun mengambil satu langkah mendekat pada Kris. Sedangkan Kris yang kaget dengan gerakan Ji hyun, sontak langsung mundur.

Yeoja itu bersama pasangannya didaerah sini.” Bisik Ji hyun pada Kris sepelan mungkin agar tidak terdengar oleh Kai.

Kris menatap heran gadis dihadapannya itu beberapa saat. Dia berusaha mencerna kalimat yang didengarkannya barusan. Perlahan tapi pasti, dia mulai mengerti maksud gadis itu. “Mereka?…disini?” Tanya Kris kaget dan langsung mendapat sebuah anggukan dari Ji hyun.

“Apa yang sedang kalian bicarakan? Kenapa harus berbisik-bisik seperti itu? Apa yang sebenarnya terjadi?” Pertanyaan dengan nada menuntut itu terdengar sangat jelas dari suara Kai. Wajahnya sudah penuh dengan tanda tanya dimana-mana.

Kini Kris menghela nafas pelan sambil mengunpulkan keberanian pada dirinya. “Baiklah, menunda waktu tidak akan membuat segalanya menjadi lebih baik.” Ujar Kris pada dirinya sendiri kemudian memandang pada Kai “Kau ikut denganku dan kita selesaikan masalah ini.”

“Ikut kemana? Kenapa dari tadi kalian menyuruhku mengikuti dan menuruti kata-kata kalian?” Tukas Kai sambil memandang Ji hyun dan Kris secara bergantian dengan tatapan kesalnya.

“Ikut menuju sumber utama kekacauan malam ini.” Jawab Kris “Dan kupastikan lebih cepat kita kesana dan lebih cepat kita selesaikan masalah ini, maka lebih cepat kita bisa santai. Aku lelah harus merahasiakan ini darimu.”

Jidad Kai otomatis berkerut bingung mendengar kalimat Kris barusan. “Rahasia?”

“Jangan bertanya apapun lagi. Siapkan saja dirimu. Inilah wajah yeojachingu-mu itu sebenarnya.” Ujar Kris cepat sebelum Kai sempat bertanya apapun.

Yeojachingu-ku? Hana maksudmu? Ada apa dengan dia?” Serobot Kai cepat.

Kris tidak menjawab apapun. Dia segera melangkah menuju arah yang ditunjukkan Ji hyun padanya. Kai tidak punya pilihan lain selain mengikuti langkah Kris dari belakang. Mereka berhenti didepan etalase dinding minimarket tersebut yang terbuat dari kaca sehingga bisa melihat keadaan diluar minimarket. Tanpa banyak kata, Ji hyun langsung menggerakkan tangannya menunjuk kearah dimana Hana dan selingkuhannya berada.

Mata Kai langsung membelalak kaget melihat ‘pemandangan’ sepasang kekasih yang cukup mesra meskipun masih menggunakan seragam sekolahnya. Sejak awal Kris menyinggung tentang masalah yeojachingu-nya, dia sudah menduga bahwa akan mendengar atau melihat sesuatu yang buruk tentang Hana. Bahkan dia sempat membayangkan hal yang pernah diceritakan Xiumin sebelumnya. Tapi dia tidak pernah menyangka akan menyaksikannya secepat ini dan lebih dari itu, dia mengetahui semua hal ini dari Kris dan Ji hyun yang sepertinya sudah mengetahui hal ini sejak lama.

Kris dan Ji hyun masih menunggu reaksi dari Kai lebih lanjut. Kai masih belum melakukan atau berkata apapun. Dia masih terlalu shock dengan apa yang dilihatnya saat ini. Hanya tubuhnya saja yang terlihat bereaksi. Dengan sorot mata yang sudah menatap tajam pada dua individu tersebut, kini wajahnya sudah mulai memerah seperti sedang menahan gejolak emosi yang seketika membuncah keluar. Otot wajahnya juga terlihat menegang. Tangannya mengepal kuat dimasing sisi badannya.

Ji hyun mulai merasa takut, langsung menoleh pada Kris. Pandangan gadis itu seakan bertanya pada namja jangkung disebelahnya tentang apa yang harus mereka lakukan selanjutnya.

Sejujurnya Kris juga masih bingung harus bersikap seperti apa pada keadaan yang seperti ini. Option untuk menenangkan Kai sempat terpikir olehnya beberapa menit yang lalu tapi tidak mungkin Kai mau mendengarnya jika dalam kondisi sepertinya saat ini. Kai seakan menutup telinganya untuk mendengar penjelasan apapun. Emosinyalah yang nomor satu.

Lagi, Kris menghela nafas pelannya. Dia sudah bersiap dengan kalimat diujung mulutnya namun baru saja dia ingin mengeluarkan sepatah kata, Kai ternyata telah bersuara lebih dulu.

“Ternyata dia benar-benar selingkuh dibelakangku.” Gumam Kai tanpa sadar. Tapi kalimat itu cukup membuat Kris dan Ji hyun terkaget. Mereka berdua saling pandang.

Kris yang duluan bereaksi. “Kai-ah, kau sudah tahu tentang hal ini?” Ujarnya sambil meletakkan tangan dipundak Kai untuk mengalihkan perhatiannya dari sepasang sijoli diseberang jalan tersebut.

Kai menoleh pada Kris kemudian beralih pada Ji hyun. Namun, tidak ada satu katapun yang dikeluarkannya. Hanya ada pandangan abstrak yang tidak dimengerti oleh Kris dan Ji hyun. Beberapa detik setelahnya, Kai sudah berjalan melewatinya. Mereka berdua tahu kemana arah tujuan Kai. Kris berusaha mencegah gerakan Kai, namun usaha itu sia-sia. Kai tetap melanjutkan langkahnya pada satu titik yang sejak tadi menyita perhatiannya.

Kurang dari satu menit, Kai bersama Kris dan Ji hyun yang hanya bisa mengekorinya dari belakang, tiba ditempat makan dimana sejoli tersebut sedang menikmati makan malam yang baru saja terhidang didepan mereka.

Hana masih belum menyadari kehadiran mereka bertiga yang sudah memasuki cafe tersebut sejak tadi. Namja yang duduk berhadapan dengan Hana tersebut menyerngit bingung melihat ada tiga orang berdiri dibelakang Hana. Hal itu langsung membuat Hana bereaksi untuk mengalihkan arah pandangnya.

“K…K…Kai…” Seru Hana tergagap dengan mata yang seketika membulat sempurna.

Kai masih belum bersuara. Dia masih menahan dirinya. Dia diam sambil memandang tajampada namja yang memiliki nametag Lee Sungjo di seragam sekolahnya tersebut.

Sungjo mendengar apa yang barusan diucapkan oleh Hana. Seketika dia mengerti apa yang sedang terjadi dihadapannya. “Jadi kau yang bernama Kai?” Ujar Sung jo dengan nada remeh. “Terus kalian mau apa kesini?” Lanjutnya lagi setelah menoleh singkat pada Kris dan Ji hyun.

Kalimat Sungjo barusan seakan menjadi pematik dari api kemarahan yang sejak tadi ditahan Kai. Dia maju beberapa langkah dan langsung mencengkram erat kerah baju Sungjo. “Jika aku jadi kau, aku tidak akan banyak bicara dan segera pergi dari sini.” Desisnya.

Meski sesaat, Sungjo sempat merasa takut dengan ucapan Kai barusan. Namun, senyum miring terukir diwajahnya beberapa detik kemudian.

Melihat sikap sombong Sungjo tersebut, Kai tanpa pikir panjang lagi langsung ‘menghadiahi’nya sebuah pukulan keras dipipi kiri namja itu.

“Kai! Hentikan!” Seru Hana saat melihat Kai akan kembali melayang sebuah pukulan disisi lain wajah Sungjo. “Kau pikir apa yang sedang kau lakukan padanya?” Lanjutnya histeris.

Secepat kilat Kai mengalihkan pandangannya pada Hana. “Apa yang sedang kulakukan? Kau serius bertanya tentang apa yang sedang kulakukan?” Tukasnya dengan nada kesal. “Menurutmu apa yang harus aku lakukan pada seseorang yang merebut pacar orang lain?”

“Merebut? Siapa? Aku?” Sungjo bersuara sambil meringis menahan sakit.

“Kau pikir siapa lagi.” Seru Kai bersamaan dengan sebuah tinju keras yang kembali mendarat dipipi kiri Sungjo.

“Sungjo-a…” Hana kembali histeris. “Kai! Apa-apaan sih! Lepaskan dia! Lepaskan!” Teriaknya sambil mengambil posisi diantara Kai dan Sungjo.

“Sungjo tidak pernah merebut siapapun. Jika kau berpikir bahwa Sungjo adalah selingkuhanku. Kau salah besar. Kau, kaulah yang berada diposisi itu. Aku sudah berpacaran dengan Sungjo jauh sebelum aku mengenalmu.” Ungkap Hana.

Kai hanya terperanjat mendengar pengakuan Hana. Kedua tanganya semakin mengepal keras. Nafasnya semakin tersengal. Kepalanya seakan mau meledak setelah mencerna informasi tersebut. “A…a…apa maksudmu? Kenapa kau lakukan ini padaku?”

“Balas dendam” Jawab Hana enteng sambil menatap lurus pada Kai.

Dua kata itu jelas membuat Kai bahkan Kris dan Ji hyun terkaget. Kerutan diwajah mereka bertiga seakan meminta sebuah penjelasan lebih jauh tentang dua kata tersebut.

“Aku tidak tahu apa kau masih ingat atau tidak. Aku juga sudah tidak peduli. Karena aku sudah berhasil menghancurkan apa yang paling berharga bagi hidupmu. Kau hancur tanpa sahabatmu itu. Itupun kalau kau masih menyebutnya sahabat.” Hana tersenyum miring. “Dulu ada seorang yeoja yang pernah menyatakan cintanya padamu dan kau menolaknya dengan sangat kejam, kau bahkan mengolok-oloknya didepan banyak orang” Kai semakin mengerutkan jidadnya berusaha mengingat sesuatu. “Dia… eonni-ku. Kau tidak tahu betapa putus asa dan stress-nya dia karena hal tersebut hingga orang tuaku harus mengirimnya keluar negeri untuk membuatnya melupakan hal tersebut.” … “Mungkin bagimu, ini hal kecil, tapi tidak untuknya. Kau menghancur harapan besar yang telah dibangunnya.” Jelasnya tanpa sekalipun melepaskan pandangannya dari Kai.

Kai benar-benar kehilangan kata-kata untuk menanggapi penuturan Hana barusan. Dia cuma bisa kembali terdiam. Dia tidak pernah mengira sikapnya akan berdampak begitu fatal terhadap hidup seseorang. Ada rasa menyesal yang merayapi pikirannya meski dia belum mengingat siapa yeoja yang dibicarakan oleh Hana barusan.

Kris dan Ji hyun juga tidak bisa mengeluarkan kata-kata apapun. Mereka bingung bagaimana harus menghadapi situasi tidak terduga ini. Mereka ingin membela Kai tapi jika apa yang dikatakan Hana benar maka membela Kai hanya terdengar sebagai sebuah alasan bodoh.

“Kini kau sudah tahu semuanya. Aku tidak perlu lagi berpura-pura manis dihadapanmu. Kalian semua memuakkanku. Persahabatan kalian menjijikkan bagiku. Tapi aku senang aku bisa menghancurnya. Dan itu lebih mudah dari yang kukira.” … “Sekarang, aku rasa kita tidak perlu lagi bertemu. Aku lelah berpura-pura baik pada orang yang sudah menghancurkan hidup eonni-ku.” … “Sungjo-a, kajja… aku tidak ingin melihat mukanya lebih lama lagi. Lebih baik kita segera pergi untuk mengobati lukamu.” Tukas Hana sambil memapah Sungjo melewati mereka bertiga.

Kai masih tidak bergeming ditempatnya. Dia masih merasa marah dan kesal. Rasa bersalah juga masih menyelmutinya. Dia tidak tahu bagaimana harus menata emosinya saat ini.

Kris mengambil satu langkah mendekat pada Kai dan meletakkan tangannya dipundak Kai. “Kai-ah”

Kai yang tersadar dari lamunannya langsung menepis pelan tangan Kris. “Aku ingin sendiri”, kemudian berjalan keluar menuju pintu cafe tersebut.

***

“Ahhh,,, nggak asyik…nggak asyik…nggak asyik…” Gerutu Min young saat berjalan menjauh dari lapangan basket menuju kelas untuk mengambil tas mereka.

“Apanya yang nggak asyik? Tadi itu pertandingan yang cukup seru kok.” Balas Ji hyun yang sejak tadi setia menemani Min young. Dia memang menunda jam pulang sekolahnya karena Min young memaksa untuk menemaninya menonton pertandingan basket siang itu.

“Kai sunbae tidak ada. Pertandingan basket itu tidak akan seru tanpa Kai sunbae.” Ujarnya sambil mengerucutkan bibirnya. Terlihat sekali ekspresi kecewa diwajahnya.

“Ah, jadi itu alasanmu memaksaku menonton pertandingan siang ini. Kalau iya, aku tidak bisa mengatakan apapun lagi.”

“Aku memang ingin menonton pertandingan ini. Kau tahu ‘kan format tim basket yang seperti sekarang ini tidak akan bertahan lama lagi dan aku suka sekali dengan teamwork mereka. Tapi sayangnya, mereka semua akan lulus sebentar lagi. Jadi, untuk mengobati rasa kangen yang nanti mungkin muncul, aku ingin menonton semua sisa pertandingan mereka.” Jelas Min young dengan nada suara sedih.

“Kau benar juga…” Gumam Ji hyun tanpa sadar. Ada perasaan sedih yang menyelinap masuk kedalam dadanya.

“Dan, Ya, ketidakhadiran Kai sunbae memang jadi alasan kenapa pertandingan tadi tidak asyik seperti biasa.” Min young kembali mengungkapkan kegusaran. “Kira-kira Kai sunbae kemana ya? Apa dia tidak masuk lagi hari ini?. Kalau iya, ini berarti sudah hari ketiganya dia tidak masuk sekolah. Apa dia benar-benar sakit?”. Gadis itu menerawang menghadap ke langit, seakan bertanya pada awan yang sedang berarakan. “Oh iya…” Pekiknya sambil menjentikkan jari, seakan teringat sesuatu. “Hana… Hana juga tidak masuk beberapa hari ini.”

“Oh ya?” Ji hyun tampak kaget dengan informasi dari gadis yang sedang berjalan beriringan dengannya. Tentang alasan kenapa Kai tidak masuk sekolah, tentu saja dia sudah memakluminya. Tapi kenapa Hana juga ikut-ikutan tidak masuk sekolah. Apa dia pikir aku dan Kris akan menyebarkan berita tentang kejadian malam itu pada seluruh penduduk sekolah ini?, Ji hyun membatin.

“Iya, Hana mulai tidak masuk sekolah dihari yang sama seperti Kai sunbae. Apa yang terjadi pada mereka? Apa mereka sedang berlibur bersama disuatu tempat?” Tukas Min young antusias sambil menatap pada Ji hyun.

Tidak mungkin, jawab Ji hyun cepat tapi hanya didalam hati. Ji hyun yang menyadari tatapan Min young langsung mundur satu langkah, “Kenapa kau menatapku seperti itu?” Tanyanya heran.

“Kau pasti tahu sesuatu.” Selidik Min young.

Meski tidak kentara, mimik wajah Ji hyun sempat berubah. “Bagaimana aku bisa tahu tentang alasan mereka tidak masuk secara bersamaan kalau aku saja baru tahu tentang Hana tidak masuk sekolah.”Kilahnya.

Aniya, Kau pasti tahu sesuatu. Aku yakin. Instingku berkata seperti itu.” Desak Min young. “Aku benarkan? Kau tahu sesuatu ‘kan?”

“Kau selalu begitu. Kau selalu memaksakan jawaban yang kau inginkan dari lawan bicaramu. Keras kepala.” Protes Ji hyun.

“Bukan begitu. Aku yakin kau tahu. Instingku jarang salah.” Sanggah Min young.

“Mungkin saja kali ini adalah moment-nya kau salah.” Sela Ji hyun cepat.

“Ah, sudahlah. Aku sulit menang darimu…Intinya kau memang tidak mau bercerita padaku.” Ujar Min young menyerah dengan sifat Ji hyun yang sama keras kepala dengannya. Dia berjalan duluan meninggalkan Ji hyun begitu saja. Ngambek.

“Bukan beg…” Kalimat Ji hyun langsung terputus saat Min young menyerukan namanya seseorang.

“Oh! Kris sunbae…” Seru Min young saat Kris berjalan keluar dari sebuah ruang kelas.

Kris segera menoleh mencari asal suara yang menyerukan namanya. Awalnya tidak ada reaksi apapun yang tergambar diwajah namja jangkung yang masih berseragam tim basket sekolah itu saat melihat Min young. Namun, tanpa aba-aba apapun sebuah senyum terukir saat melihat Ji hyun yang menyusul dibelakang Min young.

“Hai, Min young-si..” Sapa Kris berusaha santai dengan detak jantung yang semakin berdebar keras saat Ji hyun melangkah mendekatinya.

“Wah, sunbae ternyata masih ingat namaku.” Balas Min young terkesima.

“Tentu saja. Hanya kau satu-satunya teman Ji hyun yang kukenal.”

“Ah, kau benar juga.” Min young setuju.

“Hai, Ji hyun-si” Sapa Kris dengan sikap yang tiba-tiba berubah kikuk. “Apa kabar?” Mereka memang tidak pernah bertemu lagi sejak insiden di cafe beberapa beberapa hari yang lalu itu.

“Hai, Sunbae. Aku baik.” Jawab Ji hyun sekenanya. Sejujurnya gadis ini juga sedang meredam gejolak emosi yang tiba-tiba muncul sejak beberapa detik lalu Kris tersenyum padanya.

“Kau tidak menanyakan kabarku, sunbae.” Sungut Min young.

“Ah, itu. Apakab…”

“Tidak perlu, sunbae. Bagaimana kalau aku saja yang bertanya, tapi bukan kabarmu” … “Kai sunbae, dia apa kabar? Apa dia baik-baik saja? Ini sudah hari ketiga ‘kan dia tidak masuk sekolah?” Cecar Min young yang masih penasaran dengan sunbae idolanya.

Kris dan Ji hyun seketika terkaget dengan pertanyaan blak-blakan Min young tersebut. Mereka berdua hanya bisa saling pandang dengan ekspresi yang sulit dimengerti.

Min young langsung merasakan perubahan sikap Ji hyun dan Kris. “Aku yakin kalian berdua pasti tahu sesuatu. Ji hyun sudah menutup rapat mulutnya untuk bercerita denganku. Bisa kulihat sunbae juga akan melakukan hal yang sama.” Ujarnya sambil melirik mereka berdua secara bergantian. “Sepertinya bukan ide bagus bertanya pada kalian berdua.” … “Kalian menyebalkan, hanya mencari aku saat butuh saja. Terutama kau, sunbae.” Tunjuknya pada Kris dengan muka yang mulai cemberut. “Kurasa, aku yang harus bersabar dan menahan rasa ingin tahuku.” … “Aku duluan saja, aku yakin ada yang ingin kalian obrolkan. Dan sepertinya aku juga tidak boleh tahu tentang hal tersebut” Sindirnya kemudian meninggalkan Kris dan Ji hyun berdua begitu saja sebelum mereka bisa membuka mulut untuk menjelaskan apapun.

Memang ada benarnya kalimat dari Min young barusan. Didalam hati, Ji hyun dan Kris memang setuju bahwa Min young memang selalu ada setiap kali mereka butuh bantuannya. Ji hyun berjanji dalam hati, besok dia akan menceritakan semuanya pada Min young, tentu saja dengan syarat dia tidak akan membocorkannya pada siapapun.

Ji hyun dan Kris sudah kembali melangkahkan kakinya sejak beberapa detik lalu, namun belum ada kata yang terucap dari keduanya. Mereka sedang berjalan menuju kelas Ji hyun untuk mengambil tasnya. Karena tidak ingin berada dalam kondisi awkward seperti lebih lama, Ji hyun berinisiatif membuka pembicaraan.

Sunbae, besok aku berencana untuk mengatakan tentang kejadian malam itu pada Min young? Menurutmu bagaimana?” Tanya Ji hyun

“Menurutmu, dia bisa menyimpan rahasia?” Kris bertanya balik.

“Kurasa begitu. Dia teman yang bisa dipercaya. Perkataannya benar, dia memang selalu ada saat aku masalah. Aku merasa bersalah padanya.” Terang Ji hyun.

“Baiklah, kalau begitu. Kau yang lebih mengenalnya. Pastikan saja dia tidak menceritakannya pada siapapun. Aku tidak ingin Kai merasa terganggu karena masalah ini.” Ujar Kris.

Kalimat barusan membuat Ji hyun tersenyum. “Kurasa hubungan kalian akan segera membaik.”

Kris menoleh dan mengerutkan dahinya untuk mengekspresikan kebingungannya.

“(Kris)Sunbae dan Kai sunbae. Aku yakin sebentar lagi kalian akan menjadi sahabat baik seperti dulu lagi. Bentuk persahabatan yang membuat iri banyak orang. Bentuk persahabatan yang sering menjadi pembicaraan diseluruh penjuru sekolah, bahkan diantara para guru.” Jelas Ji hyun.

“Aku harap begitu.” Lirih Kris pelan sambil menerawang jauh karena teringat moment-moment ‘gila’nya bersama sahabat karibnya tersebut.

Sunbae, kau tunggu disini. Biar aku sendiri yang masuk dan mengambil tasku.” Ujar Ji hyun membuyarkan lamunan Kris saat mereka sudah mendekati kelasnya.

“Oo.. baiklah.” Sahut Kris.

Kemudian Ji hyun langsung berlari kecil menuju kelasnya yang cuma berjarak beberapa meter dari tempat Kris berdiri. Sekolah memang sudah sepi jika sore hari begini tapi bukan berarti tidak ada orang yang memperhatikan mereka. Kris dan Ji hyun hanya tidak ingin pem-bully-an itu terjadi lagi jika ada yang melihat Kris dikelas Ji hyun. Kalau sekedar jalan bersama menuju gerbang, mereka bisa beralasan apapun jika ada yang menanyakannya.

Tidak butuh waktu lama bagi Ji hyun untuk kembali berada disamping Kris. “Ayo.” Ajak Ji hyun ketika sudah berdiri disamping namja yang sedang menatapi ujung sepatunya itu.

Sebenarnya diantara mereka belum ada yang mengatakan bahwa mereka akan pulang bersama atau semacamnya. Kris juga tidak tahu mengapa dari tadi dia setia berjalan bersama bahkan menunggu Ji hyun untuk mengambil tasnya. Sedangkan Ji hyun juga tidak merasa perlu untuk menanyakan pada Kris kenapa dia menemaninya atau bertanya pada dirinya sendiri kenapa tidak merasa canggung berjalan bersama Kris. Semua hal hanya terjadi begitu saja. Sangat natural.

Mereka memutuskan untuk saling mengobrol untuk mengisi setiap langkah yang mereka ambil menuju gerbang sekolah. Hanya obrolan biasa bahkan cenderung konyol yang terjadi diantara mereka. Saat gerbang sekolah tinggal beberapa meter didepan mereka, ada rasa enggan berpisah diantara kedua. Perbincangan singkat itu sudah membuat mereka menjadi lebih nyaman satu sama lain.

“Kau pulang naik bus seperti biasa?” Tanya Kris tiba-tiba canggung. Sebuah ide untuk mengantar Ji hyun pulang sudah berada dibenaknya sejak tadi. Hanya saja dia masih bingung bagaimana harus mengucapkannya.

“Ne, seperti biasa.” Jawabnya sambil mengangguk pelan. “Tapi sepertinya aku akan pergi makan dulu sebelum pulang.” Entah apa yang dipikirkannya hingga dia mengatakan kalimat tersebut. Karena sebenarnya perutnya masih cukup kenyang.

“Kau belum makan?” Tanya Kris cepat seakan melihat kesempatan untuk bisa menunda ‘perpisahan’ ini.

“Sudah kok, hanya saj…” Kalimat Ji hyun terputus saat dering ponsel miliknya berbunyi keras. Gadis itu langsung meraih ponsel yang tersimpan didalam saku tasnya. Saat melihat nama sang penelpon dilayar ponsel berlayar sentuh itu, Ji hyun langsung menyipitkan matanya. Dia bingung kenapa orang ini tiba-tiba menelponnya. Dia melirik singkat pada Kris dengan pandangan aku-harus-bagaimana.

Kris langsung mengarahkan pandangan pada layar ponsel tersebut. Nama Kai tertera jelas dilayar tersebut. Satu nama itu langsung bisa mengubah mood Kris menjadi suram. Entah keberapa kalinya Kai tiba-tiba muncul saat dia sedang bersama Ji hyun. Dan setiap kali itu terjadi, selalu sukses merusak mood-nya seharian penuh.

“Jawab saja, mungkin saja dia butuh bantuanmu.” Tukas Kris sambil memaksakan sebuah senyum. Jauh didalam hatinya, dia sungguh ingin mengatakan pada Ji hyun untuk menolak panggilan masuk diponsel tersebut.

Dengan gerakan slide singkat, Ji hyun kini sudah terhubung dengan Kai yang sedang entah berada dimana. “Yeoboseo…” Ji hyun membuka pembicaraan.

Kris tetap setia berdiri disamping Ji hyun saat gadis itu tengah sibuk dengan pembicaraan jarak jauhnya itu. Hanya saja, Kris sudah mengalihkan pandangannya kearah lain. Dia tidak ingin gadis itu melihat wajah kesal yang sudah tergambar jelas diparas cool tersebut. Namun, telinganya seakan dipaksa bekerja lebih untuk bisa mengetahui apa yang sedang dibicarakan kedua manusia yang terpisah jarak itu.

Kris mendengar Ji hyun mengakhiri pembicaraan diponsel tersebut, namun dia masih memilih berpura-pura tidak tahu hingga gadis itu menepuk pundaknya.

Sunbae…” Panggil Ji hyun.

“Ah ne, sudah selesai?” Kris berbasa basi.

Ne. Kai sunbae memintaku bertemu dengannya kar..”

“Bertemu? Dimana? Kapan?” Sergah Kris cepat. Entah kenapa dia tidak bisa menahan dirinya sama sekali.

Ji hyun mengerjap beberapa kali. Heran. “Bertemu disalah satu café di apgujong sore ini.” menjawab semua pertanyaan Kris sekaligus.

“Memangnya ada apa dia ingin menemuimu? Kenapa dia tidak menghubungi aku saja?” Tanya Kris lebih pelan sambil menahan gejolak emosinya. Kris merasa seharusnya Kai menghubunginya terlebih dahulu jika dia memang memiliki masalah bukan Ji hyun.

“Katanya ada hal yang ingin dibicarakan denganku. Dan alasan kenapa dia tidak menghubungimu, aku tidak tahu” Jawab Ji hyun jujur. “Sunbae, kurasa aku harus pergi sekarang karena Kai sunbae sudah dalam perjalanan kesana. Aku tidak ingin terlambat.” Ujar Ji hyun saat Kris ingin kembali bertanya “Lain kali kita makan bersama, aku yang traktir.” Lanjutnya sambil melangkah perlahan menjauh dari Kris.

“Makan bersama?” Ulang Kris. Bingung. Meski begitu hatinya seakan terlonjak gembira mendengar hal tersebut.

Ji hyun seketika menyadari satu hal. Dia sama sekali tidak pernah berjanji bahwa dia dan Kris akan bersama. Apa yang aku pikirkan hingga aku mengeluarkan kalimat itu, rutuknya dalam hati. “Itu… aku… itu…” Dia tergagap bingung untuk menjelaskan maksudnya.

Kris melihat sikap bingung Ji hyun. Dia tidak ingin gadis tersebut membatalkan tawarannya tersebut. Tanpa pikir panjang, kris langsung berseru “Baiklah. Kita akan makan bersama dan kau yang traktir.” … “Hati-hati dijalan dan jangan pulang terlalu malam” Tambahnya dengan sedikit bersemangat dan sebuah senyuman kecil mengakhiri perbincangan mereka.

Ji hyun hanya bisa terdiam mematung mendengar ultimatum persetujuan tersebut. Meski begitu, tidak bisa dipungkiri ada desiran dalam darahnya yang membuatnya bersemangat menunggu moment itu terjadi. Degup jantung pun seakan beririma senada, mendetak semakin cepat saat dia melihat sebuah senyum tipis diwajah sunbae yang masih menatapnya tersebut. Dan tanpa diperintah otaknya, senyum simpul diikuti dengan anggukan pelan menjadi jawaban untuk merespon kalimat namja jangkung tersebut.

Ji hyun membalikkan badannya dan berjalan menjauhi Kris. Perlahan tangannya diletakkan disebelah pipinya “Apa yang terjadi padaku?” Gumamnya sambil kembali tersenyum.

To be Continued

 

Finally, I’m back. Gimana menurut kalian chapter kali ini???

Well, please leave your comment, so I can know about your opinion. I’m still try my best to improve my skill in writing. Really, I’ve never miss to read your comment . Don’t be a silent reader. Well, see you in next chapter.


Geurae Wolf Naega Wolf (Chapter 1)

$
0
0

[FF FREELANCE]

GEURE WOLF!!!NAEGA WOLF!!!

(Chapter 1)

 

Author : @aauliawaw / hyemi jung

Title : geure wolf! naega wolf!!

Main cast :

Kim hyun ji(as you)

EXO-M Kris

EXO-K kai

EXO-K Sehun

EXO-M Luhan

Support cast :

Park ji neun (sahabat Hyun ji)

All members EXO

Genre : Supranatural, fantasy,romance, School life,family

Length       : multichapther (tergantung readers sih sebenernya J)

Rating : PG-16/17 (?)

Disclamire : Annyeong yeorobunnn.!! Semoga kalian suka dengan FF saya ini tepuk tangan pake kaki .. jujur ini ff pertama aku, dan aku terinspirasi banget sama EXO-WOLF,this is a favorite song.. hehehe. oke langsung aja deh daripada kelamaan. Maaf ya updatenya kelamaan dikarenakan beberapa alas an, aku memutuskan untuk menjadikan ff ini menjadi freelance.

WARNING : typo bertebaran layaknya burung diangkasa raya *maaf abaikan saja -.-

 

Oke… cekidot.. don’t silent to read J

Hyunji adalah gadis yatim piatu yang diadopsi oleh Kris. Kris yang mengetahui ada kekuatan didalam diri hyunji

Author POV

Seoul, 17 mei 2013

Ya tepatnya gadis yang bernama Kim Hyun ji sekarang berulang tahun. Seperti biasanya setiap ulang tahunnya tidak ada yang spesial, dia adalah anak yatim piatu yang diadopsi oleh seorang Namja tinggi nan tampan bernama Wu Yi Fan atau yang sering disapa Kris. Kris adalah orang yang sangat sibuk,sebenarnya hyun ji sendiri sampai sekarang tidak tau apa pekerjaan Kris kaka angkatnya itu. Yang dia tau hanya setiap malam bulan purnama Kris menghilang begitu saja, Hyun ji sudah pernah bertanya kepada Kris, tapi kris hanya menjawab bahwa dia ada dinas diluar kota dan tidak sempat berpamitan kepadanya .dan pada hari ini tepatnya hari ulang tahun Hyun ji, sekaligus tepatnya bulan secara penuh muncul menerangi malam yang gelap ini,

Hyun ji POV

“ hmm.. seperti biasa kris oppa selalu pergi dinas diluar kota lagi,. Apa dia tidak tahu bahwa sekarang hari ulang tahunku.” Gerutu gadis manis itu sambil menonton drama kesukaannya diruang tamu.

Tapi aku bingung dengan kris oppa,kalau dia dinas di luar kota pasti dia pulang dulu kerumah untuk membereskan pakaian dan peralatan yang akan dibawa setidaknya, tapi…. “hah ya sudahlah mungkin dia terlalu sibuk” gadis itu menghela napas berat.

“lebih baik aku tidur saja..kenapa tidak ada yang perduli padaku..jang ajhumma selalu memukulku saat aku dipanti dan, sekarang kenapa kris mengadopsiku kalau dia tidak perduli padaku, sikapnya selalu dingin dan..dan.. ah sudahlah… huah..ngantuk”

Hyun ji POV end

 

Ditempat lain…….

Kris POV

Maafkan aku hyun ji, aku tidak bisa merayakan ulang tahunmu malam ini, karna ini malam bulan purnama,dan..aku belum bisa memberi tahumu semua ini, tak terasa sudah 1 tahun aku menjadikanmu adikku, aku kasihan padamu hyun ji-ah yg setiap hari selalu dipukuli oleh jang ajhumma sang ibu panti, jdi aku memutuskan untuk mengambilmu. Selain itu aku mengadopsimu karna kau mempunyai kekuatan yang dapat membantu bangsa kami, untuk mengalahkan musuh-musuh kami. Meski aku sampai sekarang belum tahu apa kekuatanmu, dan mungkin kau juga belum menyadarinya. Baiklah tunggu sampai saatnya semua itu tiba.aku akan terus melindungimu hyunji.

“ hei.. What’s up bro??” lamunanku buyar setelah 2orang namja yang berpenampilan layaknya preman dan yang satu lagi seperti es krim (?) ini memanggilku

“ah.. aniyo..Cih..dasar kau ini masih sekolah kenapa penampilanmu seperti berandalan kai-ah?, rambut dikepang segala.. kau itu namja, memotong rambut seperti itu..cih ada-ada saja kau!” cibirku pada Kai, partnerku ini. Kai ini seumuran dengan Hyun ji

“ hahaha…dan kau sehun-ah.. rambutmu ketumpahan cat dimana? Rambutmu seperti eskrim sehun-ah!!” ledekku pada maknae satu ini.

“kyaa!!!! Diam kau kris.. kau juga mana rambut orange-mu?? Baguslah, aku tidak ada saingan lagi dalam hal pewarnaan rambut.” Sehun tersenyum tanpa dosa..

“kya… appo hyung!!” satu jitakan keras melayang dikepala sehun yang diketahui kris lah yang menjitaknya..

sudahlah… diam semua.. kenapa jadi ngomongin warna rambut?? Ingat kita disini ada ritual yang rutin kita lakukan setiap bulan purnama!!” suara seorang namja menghentikan kegiatan kris dan sehun tadi dengan melempar eyelinernya (?)

“kya..kya ..kya..hati-hati dengan itu baekhyun-ah. itu hampir mengenaiku tahu!!” protes namja yang bernama Chanyeol itu..

“lagian kalian semua berisik, sudah cepatlah kita ketempat ritual kita.. dan selesaikan semuanya pada malam ini juga!!!!” sahut baekhyun dengan nada tinggi

“Kajja semuanya..”kali ini D.O angkat bicara

Mereka ber-enam pun akhirnya masuk ketempat ritual setiap bulan purnama .

“baekhyun-ah.. kau yakin kali ini kita akan berhasil??” tanyaku dengan ragu..

“yap… aku yakin kita akan berhasil.. lagian kita kan sudah sering mengalahkan segerombolan Srigala yang haus darah itu..” terang baekhyun dengan optimisnya..

“liat ini… yeoja di foto ini adalah incaran gerombolan mereka sekarang.. ck dasar gerombolan tak tau malu.. gadis kecil seperti ini dijadikan sumber kekuatannya.. cih” lanjut Chanyeol dengan sedikit merendahkan.

“ dia kan….. “ serempak Kris dan kai bersuara dengan lirihnya..

Aku pun langsung menyambar jaket kulitku dan menuju mobilku hendak pulang kerumah, perasaan ku sekarang sangat sangat khawatir pada sosok seseorang itu..

“Kris-ah… mau kemana kau?? “satu hentakan tangan D.O pun memegang tangan kris dan menehannya agar tidak pergi.

“ Kau gila kris… ingat sekarang bulan purnama?? Apa kau mau semua orang tau siapa kau sebenarnya??” teriak chanyeol dengan nada yang tinggi

Aku hanya mematung ditempat… dan melepas kasar genggaman tangan D.O

“ tapi chanyeol-ah… dia itu adalah dongsaengku.. aku tidak bisa diam saja, melihatnya menjadi sumber energi mereka selanjutnya, aku tak akan rela !!!” amarahku tak dapat terbendung lagi..

“ aku juga khawatir dengannya.. tapi setidaknya mereka tak akan menyerang malam ini, karena mereka juga harus menggumpulkan energi seperti kita.. ne?” Sehun pun bersuara memecah keheningan diantaraku dan chanyeol.

“benar yang dikatakan maknae kita sehun, kajja kita sekarang mengisi energi kita.” baekhyun pun mengajak mereka semua untuk ketempat ritual..

“kita juga harus bisa melindunginya.. gadis itu.. ani.. kris yadongsaeng itu memiliki kekuatan juga kan? Tapi sampai sekarang kita belum tahu apa kekuatanya dan apakah dia berguna untuk bangsa kita..” timpal baekhyun didalam tempat ritual

Semoga kau baik-baik saja hyunji-ah.. oppa mengkhawatirkanmu..

Kris POV end..

 

Author POV

Keesokkan harinya disekolah.. hyunji pergi sendiri, tidak biasanya, seharusnya dia diantar oleh kris, tpi sejak kemarin kris belum pulang.

Dikelas dua orang temannya yang bernama Kai dan Sehun tidak masuk sekolah..padahal hari ini Jung seongsangnim menugaskan agar hyunji,kai,dan sehun sekelompok.

————- skip———–

Sepulang sekolah hyunji diajak Park jineun sahabatnya untuk berbelanja didaerah myungdae . hyun ji merasa seperti ada yang memperhatikan gerak-geriknya sedari tadi.. merasa tidak nyaman,dan karena sudah malam, Hyunji memutuskan untuk pulang ke apartemennya.

Karena merasa gugup terus diikuti oleh seseorang yang tak dikenalnya, hyun ji salah jalan, Dia masuk kedalam gang yang gelap dan err menyeramkan.tiba tiba dia dihadang oleh segerombilan preman . dia benar-benar takut sekarang..yang dia harapkan untuk menolongnya hanya lah Kris.. segerombolan preman itu makin mendekat..dan..

“KRISSSS OPPA…. TOLONG AKU..!!!teriak hyunji sekeras-kerasnya..

Tiba-tiba..

Auuuuuuuuuu!!!!!! Auuuuu!!!! Suara srigala terdengar dan itu membuat hyunji dan para preman pun sedikit ketakutan..

Arggggghhh… arghhhh.. salah satu srigala itu mengaum, dan langsung menerkam bos preman itu, lalu disusulnya srigala yg lain yang menerkam para preman yg lain. Hyunji yang sangat shock langsung berjongkok dan merapatkan diri pada dinding dibelakangnya..dia hanya bisa dengar suara para preman itu yang minta tolong karena kesakitan

Setelah menerkam habis preman- preman itu.. srigala pun mengaum kembali dan meninggalkan tempat itu .auuuuuuu!!!!! Auuuuuuuu!!!

Hyunji yang sedari tadi hanya menangis ketakutan mengangkat kepalanya dan mencoba melihat apa yang terjadi.. ada seekor srigala yang berdiri tepat didepannya. Sontak dia berteriak.. dengan segera srigala itu pergi menjauh dan menjatuhkan sesuatu. .Hyunji pun langsung mengambilnya ,dan mata hyunji membulat seketika…

“Krissss……ini sapu tangan yang kuberikan untuk kris oppa…kenapa bisa srigala itu….???” kata hyunji sambil mengambil sapu tangan pemberiannya itu.

“semoga tidak terjadi sesuatu pada kris oppa”harap hyunji

Hyunji segera pulang keapartemennya dan mencoba untuk menenangkan pikirannya.

————–

Ditempat lain, Sementara ke-enam namja itu mengisi energi mereka kembali.

Setibanya tiba diapartemen hyunji pun langsung mencari-cari sosok yang sangat ia rindukan, yaitu kris. Tapi hyunji tidak menemukannya. Segera hyunji prgi kekamarnya dan mencoba untuk tidur sejenak. mencoba untuk tidak memikirkan kejadian hari ini.

Hyunji yang sedari tadi terlelap dikamarnya, tiba-tiba saja menggeliat kecil karena merasakan sesuatu yang tidak enak.

Mata Hyunji melebar sempurna ketika melihat seorang namja telah menatapnya dengan seringai Evilnya.. namja itu tidur di sebelah ranjang hyunji.

“ kya…… nu-nuguya?? Museun irida !!cepat turun dari ranjangku!! hyun ji berteriak keras karena kaget dengan namja dihadapannya itu.Namja itu hanya menggunakan calana selutut dan topless..

“Wah…. betapa manisnya kau.. andai saja kau bukan bagian penting dari bangsa kami, sudahku jadikan istri, ne chagiya?” kata namja itu sambil mencondongkan tubuhnya ke Hyunji,

“KYAAAAAA….!!!!!! menjauh dariku..” teriak hyunji sambil mendorong namja itu, alhasil namja itu tetap kekeh berada pada posisinya sekarang, dan hyunji rasakan saat menyentuh tubuh namja itu adalah.. dingin.. sangat dingin

“OMO….kau dingin sekali.. siapa kau sebenarnya??” dan pergi dari ranjangku sekarang juga.. !!!!!! teriak hyunji makin keras, dan sudah dipastkan namja itu menutup kedua telinganya dengan tangan, dan kesempatan itulah hyunji ambil untuk mendorong namja itu, benar saja namja itu tersungkur kelantai.

“KYAA…KAU NAMJA MESUM, KENAPA BISA ADA DIKAMARKU!! Dan.. da-” ocehan hyunji terhenti setelah melihat seseorang yang dari tadi berada dijendela memanggil namja tadi

“ cepat pulang kita sudah kehabisan energi, ingat malam ini bulan purnama, dan berhentilah seperti itu, aku muak melihatnya Luhan-ah” katanya

“KYAA… sejak kapan kalian berdua ada di kamarku?? Mwo bagian penting dari bangsa kalian?? Aish..aku ini tidak pernah jadi bagian terpenting dari bangsa manapun kok.. bahkan dikorea sendiri tak ada yg peduli padaku, bagaimana aku bisa menjadi bagian terpenting dari Perserikatan Bangsa-bangsa??” jawab hyun ji dengan sangat-sangat polosnya, sambil menggaruk kepala yang tidak gatal itu.

“hahahah.. bukan itu maksud kami bodoh..sudahlah….. kau nanti akan tau.. kajja luhan kita pergi” jawab namja itu dengan dinginnya

“tunggu sebentar tao.. KYAA..kau itu harusnya memanggilku hyung tau, dasar maknae yang tak tau diri,, “kata luhan itu sambil menjitak kepala namja yang bernama tao itu

“kyaa.. sejak kapan kau berada disitu.. sementara jarak ranjangku dan jendela itu 6meter.. kau ini pakai sepatu rodanya??” *gubrak tanya hyun ji dengan polosnya dan seketika pula luhan berada di hadapannya dengan seringai khas miliknya

“kau tambah manis dengan sikap polosmu itu chagi” sahut luhan kembali

Luhan langsung mencondongkan tubuhnya ke arah hyun ji yang sedari tadi mematung akibat ulah luhan,,.. hyunji bertanya-tanya pada dirinya, apa yang sebenarnya terjadi??. Mengapa tubuhnya tak bisa berkutik sedikit pun, mulutnya kelu untuk berbicara,hanya pikirannya yang masih bisa berpikir,seperti disihir oleh tatapan namja yang mendekat kearahnya dan matanya berubah jadi merah seketika, jarak diantara mereka berdua pun dekat..semakin dekat dengan leher hyunji..

Chu—

Luhan menempelkan bibirnya tepat dileher hyunji, awalnya hanya menempelkan, tapi selanjutnya luhan mulai menghisap dan menggigit kecil leher Hyunji,meninggalkan bekas berwarna ungu kemerahan disana, sementara hyunji hanya bisa membulatkan mata selebar-lebarnya,tubuhnya msih mematung dan dia tidak bisa berbuat apa-apa seperti waktu dihentikan saat itu juga, sihir macam apa yang ia gunakan.. hyunji berusaha melawan tapi percuma,semua anggota tubuhnya tidak bisa digerakkan.

Hyunji POV

“Apa yang kau lakukan?? Cepat menyingkir dariku nappeun namja..aaaaaa !!!!“ itu yang seharusnya aku katakan berteriak sekeras2nya, tapi kenapa dengan tubuhku ini.. mulutku kelu,tidak bisa berbicara..kyaa sebenarnya siapa dia dan sihir macam apa yang dia pakai!!

Omona.. dia menghisap leherku…dingin dan sakit.. rasanya aku ingin berteriak tapi…. ada apa dengan diriku ini!!!krisss tolong aku!!! batinku

Tiba-tiba namja yang ku ketahui bernama luhan itu melepaskan leherku.. perih itu yang kurasakan..

“Sekarang kau miliku chagiya.. “ seketika mata luhan menjadi hitam kembali..dan tersenyum bak malaikat

“Tampan… deg.. deg.. ada apa dengan jantungku ini kenapa tiba2 berdetak cepat sekali..” gumamku sambil menggeleng-gelengkan kepala

Kya.. apa yang kau pikirkan hyunji pabo.. Seketika luhan menghilang bersama temannya itu..

Dan aku.. tiba-tiba saja terbangun dari tidurku..” huahhh… syukurlah itu hanya mimpi,, tapi kenapa aku bisa bermimpi seperti itu.. dan kenapa leherku berdenyut-denyut (?).. ada apa ya??

Aku pun langsung menuju cermin memastikan apa yang terjadi pada leherku..

“AAAAAAAAAAAAAAAAAAAA…..LEHERKU …. APA INI??” teriakku kaget

Tunggu tanda apa ini?? Aku pun langsung mengingat perkataan namja yg tadi menggigit leherku..”

KYAAAAAAAAAA…… ini bukan mimpi.. aish… dasar nappeun namja, mesum,,,, tak tau diri…” aku berteriak sejadi-jadinya mengingat semua itu..

Kris kau dimana?? Aku mencoba menelepon kris tapi kris tidak menjawab panggilanku…

“apa? dasar namja gila..” kau miliku chagiya” !! cih.. kau kira aku apa seenak jidatnya jadi milikmu..aish tak sudi” protesku kesal dengan kejadian yang masih belum bisa ku percaya..

Aku butuh kris sekarang….kriss… neo eodiga????? Kris..

Hyunji POV end

BRUKKK…

Tiba2 seorang namja mendobrak pintu apartemen hyunji…

Kris POV

“Kris…..oppa.. hiks hiks…” tiba-tiba hyunji langsung memelukku dan menangis keras..benar dugaanku terjadi sesuatu dengannya.

“tenang hyunnie.. oppa disini.. sudah tenang, maaf oppa meninggalkanmu terlalu lama..” aku mencoba menenangkan hyunji

“oppa..aku takut..aku kira kau dimakan oleh srigala itu.. aku sangat khawatir oppa, aku menemukan sapu tangan yang aku berikan kepada oppa dijatuhkan srigala itu..ini” terang hyunji yang langsung memberikan sapu tangan dan membuatku mematung ditempat..

“Jleb.. aku merasa seperti ditusuk ribuan jarum di jantungku ini. kenapa aku begitu bodoh..hampir saja aku ketahuan oleh hyunji.. maaf hyunji aku belum siap memberi tahumu sekarang.. “ runtukku dalam hati.

Flash back

“aku pulang dulu,, energiku sudah penuh” jawabku sambil menyambar jaket dan kunci mobilku.

“ne.. hati-hatilah.. cha kalian juga pulang kai-ah, sehun-ah.. kalian juga harus sekolah” jawab baekhyun dengan nada yang lembut

“ne.. hyung..” jawab kai dan sehun serempak

Kenapa aku ini,, aku merasakan sesuatu yang buruk dari sebelumnya pada hyunji, semoga tidak ada yang terjadi sesuatu padanya.. batinku sambil mengendarai mobil dengan gelisah.

Kris POV end

Author POV

Merekapun pulang malam itu juga, tapi kris merasakan hal yang tidak enak pada malam itu, hyunji.. ya itulah yang ia pikirkan selama perjalanan pulang keapartemennya. Ketika sampai di apartemennya kris mencium bau khas serigala yang menjadi rivalnya itu, ia langsung berlari tanpa memperdulikan orang sekitar yang memanggilnya. Dia hanya khawatir pada hyunji..

“BRUKKK…” kris langsung mendobrak pintu kamar hyunji karena mendengar suara teriakan didalam kamar hyunji

Flashback end

Kris langsung memeluk erat hyunji.. kris yang dari tadi gelisah.. sekarang sudah bisa mulai tenang karena hyunji baik-baik saja.

Kris langsung menuntun hyunji untuk tidur, lagi-lagi kris mencium bau khas srigala itu.. cih.. dan kris menyadari kenapa sedari tadi hyunji memegangi lehernya.

“Ada apa dengan lehermu hyunnie??” tanya kris dengan hati-hati..

“euhh??” tanya hyunji yang terlihat terkejut

TBC..

Kalau kalian mau Tanya tentang kelanjutannya bisa mention ke @aauliawaw gomawo udah mau baca ff abal-abalku ini :)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Replace

$
0
0

Title : Replace
Author : @angelagelz
Main Cast : Im Soo Yeon (OC) , Oh Se Hun (EXO-K)
Support Cast : Kim Jong In ( EXO-K) , Yoo In Na (OC)
Length : Long OneShot !
Rating : PG-16
Genre , Friendship , Drama , Romance
Disclaimer : Mohon maaf bila ada kesamaan , cerita ini hanya fiktif belaka . Asli dari pikiran Author.
A/N : Jangan jadi plagiat ! Jangan lupa commentnya . 1 comment sangat bermakna bagi Author. Mohon maaf jika banyak typo. Maklum , masih pemula :D

 

Kau datang di saat aku sedang berusaha melupakannya .
Aku tidak menjadikanmu pelampiasan .
Karena kehadiranmu yang membuatku jatuh cinta kepadamu .
Kau menggantikan sosoknya di hatiku .

 

~ Happy Reading~

Soo Yeon POV

Rasanya menyakitkan , jika mencintai seseorang yang bahkan tidak bisa membalas perasaan kita ini. Cinta-ku bukan sebagai fans , tapi sebagai yeoja ke namja. Awal perkenalan ku dengan dia , berawal dari aku yang menabraknya . Dan kami mulai saling mengenal diri , Aku bahkan tidak tahu jika dia itu seorang artis. Karena ketidakpekaan-ku terhadap dunia musik ini. Hari demi hari kami lalui, sampai aku memperkenalkan dirinya dengan teman-ku , Yoo In Na , yang sekarang menjadi yeojachingunya. Jujur , aku sempat menyesal memperkenalkannya dengan satu-satunya teman kuliah yang ku punya itu . Entahlah , aku juga baru menyadari perasaan-ku kepadanya 2 tahun setelah kami saling mengenal . Ini bukan salah-nya , juga mungkin bukan Salah-ku . Cinta itu datang secara tiba-tiba , dan kita tidak dapat menghindarinya .

Sekarang , aku sedang berdiri mengamati mereka yang sedang berduaan . Mungkin ini untuk yang terakhir kalinya , aku mengamati mereka . Aku akan berusaha melupakan dia , meskipun sulit . Ketika aku hendak berbalik , terdengar teriakan dari ujung sana , disertai seorang namja yang sedang berlari sambil melihat ke belakang . Astaga , dia akan menabrak-ku . Gerak refleks-ku yang lambat ini , membuat namja itu berhasil menabrak-ku . Dengan posisi-nya yang berada di atas-ku , Aku juga dapat merasakan benda basah yang menyentuh bibir-ku . Seketika , diri-ku membeku . Astaga , apa yang barusan terjadi ? Dia mencuri First Kiss-ku !!!! Aku segera mendorong-nya , karena dia tak kunjung berdiri .

“YA! Mwoya Ige ? Nappeun Namja !” teriakku.
“Sssshhhh , Jangan bicara dulu”katanya yang langsung mengajak-ku lari.

Apa-apaan namja ini ! Sudah mencuri First Kiss-ku sekarang mengajak-ku lari tak jelas . Haizzz , sangat capek sekali . Aku melihat ke belakang , dan ternyata banyak yeoja yang sedang mengejar kami . Apa mereka fans-nya ? Apa namja ini seorang artis ? Setelah kami berlari dengan kecepatan tinggi setelah 5 menit , kami berhenti dengan bersembunyi di belakang semak-semak . Aku mengatur nafas-ku sambil menahan kesal . Setelah nafas-ku terkontrol dengan baik , Aku mulai meneriaki-nya lagi

“YA! Mw…..Hmmmpppphhh” Dia menutup mulut-ku dengan tangan-nya sedangkan tangan yang satu memberi isyarat menyuruh-ku diam .
“Mereka pasti masih di sekitar sini , Nona . Jika kau ingin memarahi-ku , simpan buat nanti saja ne”

Setelah itu dia melepas tangan-nya dan memantau kondisi dari balik semak . Setelah 10 menit , aku mulai kepanasan .

“YA! Mereka pasti sudah pergi . Ayo kita keluar , aku kepanasan” Dia melihatku yang mulai berkeringat
“Baiklah , kita ke mobil-ku saja Nona”katanya sambil menarik-ku.

Heol! Jarak mobil dan semak tadi sangat DEKAT! Lihat saja nanti ,aku akan memberi-nya kuliah gratis! Sampai di mobil , ketika aku ingin memulai kuliah , dia malah menawari-ku minum . Tentu saja , aku menerima-nya . Dia yang membuat-ku lari marathon seperti ini . Setelah menghabiskan hampir 1 botol air mineral itu

“YA! Kenapa kau menyeretk-ku untuk berlari bersama-mu!”
“Mianhae , karena tadi aku menabrak-mu , dan jika ku biarkan , mereka pasti akan membunuh-mu di tempat”
“Kenapa mereka membunuh-ku ? Yang menabrak-ku kan kau”
“Aku mencium-mu Nona”

Seketika itu , aku merasakan pipiku yang memanas . Sial , kenapa aku bisa lupa . Benar saja , jika tadi meninggalkan-ku . Maka aku akan habis di tangan fans-nya , karena telah mencium idolanya . Aku terdiam cukup lama

“Di mana rumah-mu Nona ? Aku akan mengantarkan-mu pulang sebagai permintaan maaf-ku”katanya setelah keheningan yang cukup lama .
“Tidak perlu ! Aku bisa pulang sendiri ! Dan , aku tidak akan pernah memaafkan-mu , karena telah mencuri First Kis…….ku” OMO! Apa yang ku bicarakan! Seketika aku menutup mulut-ku .
“Oh , jadi tadi itu First Kiss-mu ? Benarkah ? Karena aku juga sama ?”katanya sambil tersenyum .

Oh Tuhan , senyumannya sangat manis . Heh! Sadarlah Im Soo Yeon ! Aku mencoba membuka pintu , berusaha untuk segera menyingkir dari hadapan pria ini .Namun tidak bisa

“Maaf Nona , izinkan aku mengantarkan-mu pulang . Karena ini juga sudah larut , dan bus sudah tidak mungkin jalan lagi . Dan , kau boleh meminta ganti rugi dari first kiss itu”

Sial! Kenapa dia selalu membahas First kiss-ku itu !

“Diam , berarti setuju” Hmm Baiklah , lumayan aku bisa menghemat biaya .

Sepanjang perjalanan kami hanya diam , aku memandang ke luar mobil . Pemandangan Seoul di malam hari , sangat indah . Apalagi sekarang sedang musim dingin . Banyak Pohon-pohon dihiasi lampu yang berwarna-warni menambah keindahan di jalan . Jika jalan berdua , dengan pasangan pasti sangat romantis . Dan dari yang ku lihat , banyak pasangan yang sedang jalan berdua di bawah pohon-pohon tersebut . Benar-benar iri kepada mereka .

“Apa yang sedang kau lihat ?”tanyanya
“Bukan urusan-mu?”balasku ketus.
“Kau iri ya sama mereka ? Emang kemana pacarmu ?”
“Tidak! Aku juga tidak memiliki pacar?”
“Benarkah ? Oh ya , nona , kita belum berkenalan . Siapa namamu?”
“Im Soo Yeon”
“Nama yang bagus , eh memangnya kau tidak mengenal-ku ya ?”
“Perlukah ? Lagipula kau siapa ? Presiden ?”
“Aku Oh Se Hun , magnae dari EXO “
“Kau anggota EXO ?”
“Kenapa?”
“Tidak”

Kenapa aku bisa tidak tahu ya ? Padahal aku sudah mengenal Kai selama 2 tahun . Lagipula Kai tidak pernah mengenalkan-ku pada rekan-rekannya itu . Dan lagipula , aku siapanya Kai , sampai dia harus memperkenalkanmu dengan mereka . Soo Yeon ! Kenapa kau memikirkan Kai lagi !

“Rumah-mu di mana Soo Yeon-ie?” Ya Ampun , Cara dia memanggil-ku seperti cara Kai memanggilku .
“Satu Apartment dengan kalian , Dan jangan memanggil-ku seperti itu!”
“Kau ngefans siapa ? kenapa kau tahu apartment kami ? kenapa aku tidak boleh memanggilmu seperti itu?”
“Bisakah kau diam saja dan konsen mengemudi?!” Teriakku kesal.
“Mian”

Apakah aku terlalu kasar kepadanya ? Tidak kan ? Kenapa dia jadi murung begitu ? Biarkan saja . Lagipula , ini pertemuan pertama dan terakhir ! Karena aku tidak mau dekat-dekat dengan yang namanya Namja! Bukan berarti aku pencinta sesama jenis . Dia benar-benar diam sampai kami tiba . Kami menaiki lift bersama-sama . Setelah pintu tertutup , aku menekan angka 10 yang di susul dia angka 11 . Kami hanya beda satu lantai ? Haha , aku bahkan tidak tahu selama berada di sini . Aku baru menyadarinya ketika aku pulang larut malam , dan melihat banyak fans yang berada di lobby utama sambil membawa banner yang bertuliskan “EXO Fighting” “EXO Saranghae” dan segalanya . Aku tidak bertanya kepada kai , karena kami mulai jarang berkomunikasi setelah dia mulai berpacaran dengan In Na , aku kembali menjadi anak penyendiri seperti masa-masa aku SMP dan SMA . Tiba di lantai 10 , pintu Lift mulai terbuka , sebelum keluar , aku berkata “gomawo” dengan suara yang mungkin dia tidak mendengarinya .

“Cheonma Yeon! Sampai jumpa besok”katanya .

Lalu pintu Lift tertutup , ketika aku ingin bertanya kepadanya . Apa maksud perkataannya itu ? “Sampai Jumpa besok” Kenapa sampai jumpa ? Apakah dai akan menemuiku lagi ? Aku kan tidak mau bertemu dengannya lagi ! Aku akan melupakan apa yang terjadi hari ini . First Kiss itu akan ku anggap sebagai angin lewat , atau aku mencium dinding secara tidak sengaja . Aku segera masuk ke apartment-ku . aku sangat lelah hari ini . Lebih baik segera tidur . Setelah itu , aku akan meyusun rencana untuk menghidari Sehun! Jalja!

 

*****

Keesokan harinya

07.00 AM

Ting Tong ! Ting Tong !

Ada apa ini ? Siapa yang datang di pagi hari ? Tidak ada yang tahu tempat tinggalku kecuali kedua orang tuaku . Bahkan Kai dan In Na pun tidak tahu .

“Nuguya?”tanyaku sambil mencoba membuka mataku yang masih ngantuk ini .
“Annyoeng Yeon-ie ^_^”kata suara yang sepertinya aku mengenalnya . Seketika aku membuka mataku . MWO ? Oh Se Hun ? apa yang sedang orang ini lakukan .
“Ada apa ?” Tanyaku dengan sinis
“Kau pasti belum sarapan , aku membawakanmu sarapan “katanya sambil menerobos masuk ke dalam . Hey! Aku bahkan belum mengijinkanmu untuk masuk ! Namja ini benar-benar ! Suka melakukan hal sesuka hatinya .
“Kenapa kau datang sangat pagi ? Aku masih mau tidur !”
“Apanya yang pagi ? sekarang sudah jam 7 , Kau kuliah jam 9 kan ?”
“Aku saja tidak tahu jadwal kuliahku . Kenapa kau peduli?”
“Sebagai ganti rugi yang kemarin , aku akan membayar makan siang , pagi dan malam mu serta mengantar dan menjemputmu ke manapun kau pergi . Jadi bisa di simpulkan , aku bersedia menjadi pembantumu selama seminggu J eotte ?”tanyanya
“Terima kasih tuhan Oh , tapi aku tidak butuh . Sekarang , kau boleh pergi “
“Ayolah , kenapa kau tidak mau ? Bukannya itu menguntungkanmu dalam menghemat biaya ?” Benar juga , tapi apakah aku bisa bertahan ? bertemu dengannya selama 1 minggu ?
“Diam berarti setuju!” Baiklah , apa salahnya mencoba . Aku lalu berjalan ke meja makan tanpa membalas perkataannya lagi . Dia kemudian mengeluarkan semua yang dia bawa . Ugghhh , Rasanya aku ingin muntah mencium bau yang keluar . Oh Shit! Dia membawa makanan itu . Aku segera berlari ke toilet dan mengeluarkan isi perutku .
“Waeyo Yeon-ie ? Gwenchana?”katanya sambil menepuk-nepuk punggungku
“Jangan bawakan aku makanan itu lagi . Tolong!”kataku dengan susah payah.
“Akkhh , Baiklah , aku akan membuangnya ke luar . Tunggu sebentar “Dia langsung berlari keluar . Tak lama kemudian dia muncul dengan membawa sekotak tisu .
“Gomawo”kataku sambil membersihkan mulutku.
“Apakah aku boleh tahu alasannya?”tanyanya yang membuatku terdiam cukup lama .
“Jika tidak juga tidak apa-apa”
“Dulu …… makanan itu pernah di kasih kepadaku oleh orang-orang yang membenciku . Ku kira , tidak ada apa-apa . Jadi aku memakannya . Tak lama kemudian , aku masuk rumah sakit selama seminggu . Mereka sepertinya sangat membenciku sampai memberikanku jajangmyeon yang sudah basi itu. Dan aku ……………. Jadi trauma setiap melihat dan mencium bau makanan itu “
“Ternyata begitu , maafkan aku , karena aku tidak tahu . Ku kira semua orang mencintai Jajangmyeon”
“Tidak , aku yang harusnya meminta maaf karena menolak makanan yang kau berikan”
“Tidak apa-apa , makanan itu tadi di masak oleh D.O Hyeong . Jadi aku membawanya ke sini . Kalau boleh tahu , kenapa mereka membencimu ?”
“Salahkan otakku yang pintar ini . Karena terlalu pintar , membuat semua guru memberi perhatian lebih kepadaku . Sehingga mereka iri dan jadi membully-ku”
“Kau mengalami masa-masa yang sulit”katanya dengan nada prihatin
“Tapi itu semua hanya masa lalu , dan aku sudah melupakannya”
“Benar . Sekarang kau bersiap-siap , aku akan pergi membelikanmu makanan yang lain”
“Tidak perlu Sehun-ah , aku tidak pernah sarapan”
“Tidak boleh tidak sarapan ! Bagaimana dengan Omurice ?”tanyanya lagi .
“Terserah kau saja . Jangan beli banyak-banyak !” Tanpa mempedulikanku , dia berlari keluar

Aku segera mandi dan menyiapkan keperluan untuk kuliah hari ini . Untung hanya 1 mata pelajaran , jadi aku bisa beristirahat di rumah . Aku kembali memikirkan tingkah laku Sehun kepadaku . Kenapa dia sangat perhatian kepadaku . Dia orang pertama yang sangat peduli kepadaku . Sambil menunggu Sehun datang , aku membaca novel .

Soo Yeon POV End

*****

Sehun POV

Sejak bertemu dengannya , aku tidak dapat mengatur detak jantungku yang terus berdetak ini . Entahlah , aku tidak pernah berharap , bisa mencintai yeoja dalam waktu dekat ini . Aku hanya ingin berfokus pada karir dan pendidikanku . Semalam aku tidak bisa tidur setelah pulang ke dorm . Aku ingin curhat ke Kai , tapi dia sendiri sedang sibuk chatting dengan pacarnya . Yeoja itu tahu apartment kami dari mana ? Apakah dia sasaeng fans ? Tapi dia saja tidak mengenalku . Aku lalu bertanya ke hyeong ku satu persatu . Tidak ada yang mengenal Im Soo Yeon . Tinggal Kai yang belum ku tanya . Ketika dia selesai chatting dengan pacarnya . Aku bertanya kepadanya , dan , Kai mengenalnya . Kai bilang , Soo Yeon sahabatnya . Kenapa hatiku sakit saat tahu Kai mengenalnya ? Kenapa bukan aku yang pertama kali bertemu dengan dia ? AKu bertanya segala hal tentangnya kepada Kai . Namun, tidak ada yang bisa kudapatkan . Karena mereka tidak pernah bicara terlalu dalam , Hanya percakapan biasa . Saat aku tahu D.O Hyeong memasak Jajangmyeon . Aku segera menaruhnya di kotak bekal . Aku juga membawa punyaku untuk makan bersamanya . Namun , dia trauma dengan jajangmyeon , yeoja yang malang . Andai aku bertemu dengannya ketika SMP atau SMA dulu . Maka aku akan melindunginya dari pembully-an . Sekarang , aku pergi membeli Omurice kesukaanku . Tapi aku hanya membeli satu . Entahlah , firasatku menyuruhku membeli satu saja . Walaupun perutku sangat lapar . Setelah membeli , aku kembali ke apartment Soo Yoen .

Ting Tong ! Ting Tong !

Dia membuka pintunya sambil memakai kacamata dan membawa novel . Dia terlihat lucu seperti itu . Gemas sekali ! Ingin aku mencubit pipinya , tapi aku pasti akan di hadiahi sebuah pukulan . Aku tidak pernah berharap bisa bertemu dengan yeoja yang galak . Hehehehe . Aku mengeluarkan Omurice yang porsinya lumayan banyak ini . Yeoja ini pasti tidak bisa menghabiskannya .

“Igeo” Dia memberiku sendok .
“Untuk apa ?”
“Tentu saja untuk makan . Babo!” Mwo ? apakah maksud dia kami makan bersama ? seperti pasangan kekasih ? Kenapa kau banyak pikir Se Hun-ah! Kami makan dalam diam . Sampai porsi terakhir , dan kami mengambilnya secara bersama .
“Untukmu saja , aku sudah kenyang”katanya yang ingin beranjak pergi . Aku mengambil nasi dengan sendokku lalu menarik tangannya .
“Untukmu”kataku yang ingin menyuapinya . Ku kira dia tidak mau di suapi . Tapi ternyata dia langsung memakannya . apakah ini yang sering disebut Ciuman tidak langsung ? Tapi bagaimanapun kami sudah pernah berciuman . Hehehe . Astaga , Se Hun kenapa kau jadi yadong !
“Igeo”Dia memberiku segelas air putih
“Gomawo”kataku dengan nada gugup . Setelah menghabiskannya , aku melihat-lihat ruang tamu . Tidak terdapat satupun foto dirinya . Hanya ada foto neneknya dan orang tuanya . Apakah orang ini tidak pernah berfoto ?
“Sehun-ah , Kajja”
“Oh , Kajja”

Di perjalanan kami hanya diam , karena tidak terbiasa dengan keheningan . Aku mencoba membuka pembicaraan .
“Kau nanti pulang jam berapa ?”
“Mungkin jam 11an”
“Baiklah aku akan menjemputmu”
“Memangnya kau tidak ada kerjaan lain ?
“tidak ada . Kau tidak kemana-mana lagi kan sepulang kuliah?”
“Aku hanya ingin berada di rumah”
“Baiklah , tunggu aku nanti disini”

Dia segera turun dari mobil , dan aku masih belum menjalankan mobilku . Aku sedang memikirkan rencana apa yang bisa membuatku terus bersamanya sepanjang hari ini ? Aku mengajaknya ke mall ? pergi ke taman wisata ? tapi dia tidak mungkin mengiayakan ajakanku begitu saja . Ah , aku sudah tahu apa yang harus ku lakukan ! Tunggu saja nanti Soo Yeon .

11.00 KST

Aku sudah menunggunya di tempat tadi , setelah pulang ke dorm , membawa dompet dan mengganti pakaianku . Kenapa aku jadi seperti orang yang mau pergi kencan ? kekekeke , rasanya aku menjadi tidak normal setelah berkenalan dengan Soo Yeon .

Setengah jam aku menunggu , Soo Yeon masih belum keluar . Apakah terjadi sesuatu ? Tidak mungkin , Positive thinking saja . 15 menit kemudian , dia keluar dengan membawa berbagai file . Aku segera turun dan membantunya membawakan file itu ke mobilku .

“Gomawo , Mian lama , tadi aku di suruh ke kantor memngambil File-file ini”
“Gwenchana , PRmu ?”
“Ne”
“Apakah kau lapar ?”
“hmmm… Lumayan”
“Ayo kita pergi makan”
“Kau suka makan apa ?”
“Apa saja boleh”
“Sushi eotte?”
“keurae”

Aku membawanya ke mall tempat kami makan siang sekaligus tempat kami akan berjalan-jalan nantinya . Tangan kami saling bersentuhan karena jalannya yang terlalu sempit . Aku lalu menarik tangannya sekaligus ku genggam erat . Dia segera melototiku

“Aku hanya tidak ingin tangan kita saling pukul . Itu sakit . Lagipula , kita bisa tersesat di mall yang sangat besar ini “
“Baiklah” Yesss!!! Dia tidak keberatan . Padahal aku sudah takut dia akan memukuliku . Tangan dia sangat hangat . Aku berharap bisa selalu mengengam tangannya setiap saat .
“Kau mau pesen apa ?” tanyaku ketika kami sudah berada di dalam restoran jepang .
“Kau yang pesan saja , aku tidak tahu mau pesan apa”
“Baiklah , kau harus menghabiskan semua yang kupesan”
“Jangan pesan banyak-banyak Se Hun-ah” katanya dengan nada memohon . Kiyowo
“arra”

Kami mengobrol kecil sambil menunggu makanan datang . Aku ingin menanyakan masalah cintanya . Tapi apakah itu terlalu cepat untuk mengenal dirinya lebih dalam ? Kami hanya baru mengenal 1 hari . Tidak apa-apa Oh Se Hun . Perlahan-lahan , jangan terburu-buru . Masih ada sisa 6 hari . Aku tidak yakin apakah bisa meninggalkannya sesudah 6 hari . Aku sudah terlanjur jatuh cinta dengan yeoja yang sedang memainkan ponselnya itu .

“Soo Yeon”
“Apa?”
“Apakah kita masih boleh bertemu ketika aku sudah tidak menjadi pembantumu lagi ?”
“Tentu saja , kau boleh datang kapan saja . Wae?”
“Ani”

Wah !!! Sikap dia berubah 180 derajat dari awal kami bertemu . Dia yang sekarang sangat ramah dan berbeda . Wah , jika aku baru mengenalnya pasti aku akan mengira dia yeoja yang galak . Tapi jika kau sudah mengenalnya sangat lama , akan mengetahui jati dirinya yang sebenarnya . Dia adalah orang yang baik , ramah dan suka menolong . “Don’t Judge a Book by It’s Cover” Kalimat itu sangat cocok untuknya .

Selesai makan , dia sepertinya ingin pulang.

“Apakah kau punya urusan setelah ini?”
“Hmmm, Aniyo”
“Bisakah kau menemaniku berbelanja?”
“kau ? berbelanja ? Hahahahahaha” Untuk pertama kalinya , aku melihat tawanya .
“Waeyo ? apa ada yang salah ?”
“Kau itu namja ! Tidak cocok berbelanja”
“Hari ini kebetulan jadwalku berbelanja”
“Oh , lucu ya , kalian ada pembagian seperti itu” Mianhae Soo Yeon-ah , ini hanya agar kita dapat berjalan lebih lama .

Kami mulai membeli bahan-bahan masak . Yeoja ini yang memilih bahan-bahannya . aku hanya bisa mengikuti di belakang dengan mendorong troli . Aku ingin memberi Hanwoo titipan Luhan Hyeong .

“Soo Yeon-ah , kita ke sana sebentar”
“eodi?”
“tempat hanwoo”
“kau suka hanwoo?”
“Ani , hyeong-ku suka”
“Baiklah” Kami lalu berjalan ke sana .

“Annyoenghaseyo Ahjumma”
“Annyoeng anak muda , kau mau membeli hanwoo?”
“ne , ahjumma . Tolong 2 porsi”
“Baiklah, Aigoo , kalian cocok banget . Kalian pasti suami istri yang baru menikah “perkataan Ahjumma membuat aku dan Soo Yeon seketika membulatkan mata kami .
“Hehe Ahjumma .. An….” Sebelum Soo Yeon menyangkalnya , aku menutup mulutnya .
“Istriku sangat pemalu Ahjumma” Aku bisa merasakan Soo Yeon yang sedang terkejut . Aku lalu memberinya tatapan maaf .
“Keurae , anak jaman muda sekarang memang begitu . Ini , aku kasih bonus 1 porsi untuk kalian berdua . Semoga kalian hidup bahagia selamanya”
“Ye , gomapseubnida Ahjumma . Annyoenghaseyo” Lumayan , dapat gratis .
“YA! Kenapa kau membohongi Ahjumma?”
“Mianhae , tapi kan kita jadi dapat porsi gratis”
“Tapi tidak baik berbohong kepada orang tua “
“Arraseo , mianhae . Kajja . Kita pulang”
“Ne”

@ Apartment

“Kau mau makan bersama kami ?”
“Aniyo , gwenchana “
“Oh , baiklah , ah , ini buatmu .
“ne , gomawo”aku memberinya satu porsi gratis yang diberikan ahjumma tadi.

Kami berpisah , aku ke atas dan dia ke apartmentnya . Tapi aku khawatir sama dia . Apakah dia tidak berencana makan malam ? Jangan bilang iya , astaga -_- Ah! Setelah D.O Hyeong selesai masak . Aku akan membawanya lagi ke Apartmentnya .

Sehun POV End

Soo Yeon POV

Hufh , hari yang melelahkan . Sikap dia benar-benar di luar perkiraan ku . Bahkan Kai saja tidak pernah mengajakku ke Dormnya . Haiss , Kenapa aku mikirin Kai lagi ? Kau harus melupakannya Soo Yeon-ah !!! Setelah mandi , aku langsung tidur saja. Ah matta! Aku libur kuliah selama seminggu . Apa yang harus kulakukan untuk mengisi liburan itu ? Aku menghabiskan liburan sebelumnya dengan Kai . Sepertinya aku akan menghabiskan liburan di apartment saja . Setelah selesai mandi , aku mendengar bunyi bel . Siapa yang datang ? bahkan sekarang sudah jam 10 . Ketika aku membuka pintu , terlihat seorang namja sambi menenteng kotak makan . Dia lagi , Oh Sehun ! Namja yang sudah dua hari ini mengubah duniaku .

“ddo wae?”tanyaku sinis
“Kau sudah makan malam ?”
“belum”
“Ayo kita makan bersama ! D.o Hyeong memasak bibimbap . Kau mau ?”
“Tidak usah Sehun-ah , kau bawa kembali saja”
“Eii , tidak baik jika tidak makan malam . Ayo makan” katanya sambil menerobos masuk ke dalam .
“Bibimbap D.O Hyeong jeongmal mashita ! Kau mesti mencobanya “ Entah kenapa aku tidak bisa menolak nya . Aku lalu duduk di depannya yang sedang mengeluarkan makanan yang dia bawa . Ternyata Bibimbap , makanan kesukaanku .

Kami makan dengan sangat lahap . Mungkin karena kami kelaparan . Sudah hampir tengah malam . Aku segera menyuruh Sehun pulang . Dia setiap hari selalu datang ke sini dan mengajakku pergi . Kami bahkan ke Jeju selama 2 hari 1 malam . Kami mempunyai banyak kenangan selama kami bersama . Tidak seperti ketika dengan Kai dulu . Tidak terasa satu minggu sudah berlalu dan tugas Sehun sudah berakhir . Aku merasa aku tidak ingin ini segera berakhir . Aku masih ingin bersama Sehun lagi . Bersama Sehun membuatku tahu apa itu rasa nyaman dan terlindungi .

“Yeon-ie , kita masih bisa bertemu kan ?”
“tentu saja”
“Arraseo , aku akan sering menelponmu” Itulah percakapan terakhir kami .

Sudah hampir 1 minggu kami tidak pernah berkomunikasi . Mungkin mereka sibuk , aku juga tidak melihat Kai akhir-akhir ini . Karena terlalu merindukannya , aku iseng-iseng membuka Fansite EXO , ternyata mereka sedang mempersiapkan untuk Comeback .

Baiklah , lupakan dia untuk sementara ini . Fokus pada kuliahmu saja !

Hampir 6 bulan kami tidak bertemu karena jadwalnya yang padat . Kami juga tidak memiliki nomor Handphone masing-masing . Kami selalu berpapasan di lobby Apartment ketika dia mau pergi atau mau pulang . Aku sangat merindukannya !

“Soo Yeon , kau sedang memikirkan apa ?”
“Aniya”
“Kau terlihat seperti orang tidak bernyawa akhir-akhir ini”
“Na Gwenchana”
“Arraseo”
“In Na-ah , bagaimana keadaan Jong In?”
“Baik , dia sering menelponku meskipun tidak bertemu . Ah ! Minggu depan mereka libur 2 hari . Jadi kami bisa kencan”
“Benarkah ? Baguslah ! Manfaatkan 2 hari itu dengan baik”
“Ne , bagaimana dengan kau ? Kau lagi jatuh cinta sama siapa ?”
“opsoyo!”Sangkalku cepat
“Baiklah ,aku pulang dulu . Annyoeng SooYeon-ah”
“Annyoeng”

Minggu depan , mereka berlibur . Haruskah aku mengajaknya keluar ? Bagaimana dengan harga diriku sebagai yeoja ? Ah Molla Molla

@ Apartment

Ketika aku hendak keluar dari Apartment untuk membeli beberapa makanan instant , aku bertemu dengannya di lift

“Annyoeng , Soo Yeon” dia makin tampan dengan rambut barunya
“Annyoeng”
“Kau mau ke mana ?”
“Supermarket”
“Eo! Aku juga . Kita pergi bersama”
“Ne” Bagaimana ini ? Aku gugup !

Aku mengambil keranjang dan dia mengambil troli . Kadang dia memainkannya seperti anak kecil . Tiba di tempat daging , aku melihat Ahjumma yang waktu itu . Kenapa Ahjumma ini bisa di sini ? Jangan sampai dia melihat kami lagi . Aku ingin pergi dari sana .

“Kau mau kemana ?”
“Eoh , aniya”

Sehun berjalan ke tempat Ahjumma itu

“Aigoo , anak muda kita bertemu lagi”
“Ne , Annyoenghaseyo Ahjumma “
“Annyoenghaseyo”sapaku juga
“Kalian ingin beli berapa ?”
“4 Ahjumma”
“Arraseo . Aku akan membeli kalian 5 . Semoga cepat hamil ne Agasshi “

Mwo ? Apa-apaan Ahjumma itu ? Kami saja tidak ada hubungan apa-apa . Ini semua gara-gara Oh Se Hun yang membohongi Ahjumma ! Aku memberikan Death Glareku kepada SeHun . Dia hanya nyengir

“Gamshabnida Ahjumma”

Setelah itu kami kembali ke Apartment .

“Soo Yeon , minggu depan kau ada waktu ?”
“Waeyo?”
“Bagaimana kalau kita pergi ?”
“Baiklah”
“Ah , minta nomor Handphonemu”
“08xxxxxxxxxx”
“Arraseo , gomawo”

Kami pun berpisah . Aku senang sekali ketika dia mengajakku pergi . Apalagi ketika dia meminta nomor Handphoneku . Mungkin malam ini aku tidak bisa tidur . Hehehe

Minggu Depan

Aku tidak tahu mau mengenakan pakaian apa . Semua pakaianku terletak tidak beraturan di kamar gara-gara ulahku . Eotteohke ? Tingkahku seperti anak SMA yang mau pergi kencan !

Aku lalu mengambil sebuah dress pink yang simple namun terlihat anggun jika memakainya .

*TingTong *TingTong

Sehun datang ! Bagaimana ini ? Rambutku masih belum rapi .

“Chankkaman Sehun-ah”

Aku merapikan rambutku asal , lalu memakai bando warna putih . Ketika aku membuka pintu terlihat Sehun sedang memainkan ponselnya .

“Sudah selesai ?”
“Eo”
“Yeppeo”gumamnya . Apakah aku tidak salah dengar ?
“Mwo?”
“Aniyo”

Kami pergi ke sebuah mall . Sehun bilang ingin membeli pakaian . Aku hanya bisa mengikutinya .

“Ada yang kau suka ? pilihlah . Aku akan memberikannya untukmu”
“Aniyo , gwenchana”

Setelah itu dia pergi entah kemana . Dan tiba-tiba balik dengan membawa beberapa Dress yang ku yakin harganya tidak murah itu .

“Kau lebih suka yang mana?”
“Emm , ini” Tunjukku ke Dress yang berwarna putih dengan hiasan di lehernya .
“Baiklah , ambil yang ini” Dia membelikanku ?

Tempat kami seterusnya yaitu restoran . Sudah waktunya makan siang . Kami makan di restoran Italia . Aku dan dia sama-sama memesan Spaghetti . Selesai makan , kami menonton film .

Film yang kami nonton itu film romantis . Aku sempat membayangkan jadi pemeran utama wanita dengan Sehun sebagai pemeran utama pria . Berharap kisah kami Happy Ending seperti film tadi .

Sehun mengajakku ke taman dekat Apartment selesai menonton . Kenapa ke taman ? Ada apa di sana ? Tiba di lokasi , Sehun segera turun , dia membukakan pintu untukku . Kemudian , aku dapat merasakan mataku ditutup oleh tangannya .

“Waeyo?”
“Gwenchana , kau ikuti arahku”
“Arraseo” Meskipun bingung , aku tetap membiarkan Sehun menuntunku . Dia tiba-tiba berhenti . Sudah sampai ?

“Aku hitung sampai 3 kau boleh membuka matamu” Aku semakin penasaran dengan apa yang akan dilakukan olehnya .
“Hana..Dul..Set”

Aku membuka mataku perlahan , Aku terharu melihat pemandangan yang ada di depanku . Sebuah Taman yang berhiaskan lampu-lampu kecil yang sangat indah , dengan tulisan di lantai ‘Will You Be My Girlfriend’ Aku menoleh ke belakang , dan mendapatinya sedang memegang bunga mawar .

“Saranghae Im Soo Yeon , Nae Yeojachingu Dwaejullae (Apakah kau mau menjadi pacarku )?”tanyanya sambil berlutut
“Ne , nado Saranghae Sehun”kataku sambil menerima bunga pemberiannya.

-THE END-

 

Bagaimana ? Bagaimana ? Ini pertama kalinya bikin FF Cast Sehun dengan panjang segini . Hahaha , Di tunggu Commentnya . Selamat Ulang Tahun buat Oh Se Hun ^o^ Jangan lupa kunjungi blog Author untuk ff yang lain , jevianff.wordpress.com & angelagelz.wordpress.com

 



You… (Chapter 10)

$
0
0

You…( Chapter 10 )

 new-picture-18

Author:  Tinkerbell
Main cast: Kang Yoora
Oh sehun
Support cast:   Kim Myungsoo(Ex-friend yoora)

Shin Minji(PHO/sunbae yoora)

Kang Sora(Yoora sister&Jungsoo girlfriend)
Lee Jinri(Umma Yoora)
Kim Hyun Ki(Step brother Yoora)
Kim Hyun Il(Step appa Yoora)
Choi Hana(Tao girlfriend&Yoora friend)
Member EXO
Krystal f(x)(Hyun ki girlfriend)
Park Jungsoo(Sora boyfriend)
Genre: Romance, Angst(maybe), Drama, Hurt, Sad, Family
Rating: Teen
Length: Chaptered
Notes: Hai kembali lagi dengan ff ini ff absurd(?),typo bertebaran timana-mana-_- RCL! SIDERS? GO AWAY! Walaupun dalam masa hiatus aku masih sempet-sempetin deh bikin ff ini, ini semua demi kalian mwah:*
Happy reading ^^ untuk ff yang lainnya bisa buka link ini : http://teddybububu94.wordpress.com

Masa lalu yang benar-benar kelam yang terus berputar dikepalamu hingga membuat mu hampir setiap hari menangis dalam diam. Dan cinta yang dikhianati oleh seorang pria yang sampai sekarang masih sangat amat kau cintai walau jarak menghadang hubungan kalian.

 

******************************************************************

 

Yoora Pov

 

Aku memilih break untuk ku dan sehun karena aku udah benar-benar diujung batas. Tapi jika aku memilih putus aku takut aku akan menyesal. Hari ini aku berencana bertemu dengan Hana eonni, aku ingin ber konsultasi cinta dengannya yaa berhubung dia sudah ahli dalam hal cinta. Aku langsung mengetik pesan untuk Hana.

 

To: Dokter cinta

From: Yoora

Hana eonnie, bisa tidak kita bertemu di xxx? Aku ingin berkonsultasi cintaaaaa

To: Yoora

From: Dokter Cinta

Bisa bisa, aku segera kesana

 

Setelah mendapat pesan balasan dari dia aku pun langsung ganti baju untuk pergi ke tempat yang telah di janjikan.

 

-Saat sampai-

 

Aku sampai terlebih dahulu, kemana hana eonnie? Lama sekali hufttt. Selang beberapa menit muncullah orang yang ku tunggu sejak lama.

“Yoora! Kapan kau pulang? Kau pasti sudah tau tentang skandal sehun kan? Lalu bagaimana hubunganmu dengannya?” pertanyaan bertubi-tubi dilontarkan

“2hari yang lalu mungkin? Ne aku sudah tau, kita lagi break eon. Padahal waktu itu sehun minta putus tapi gitu deh yaudah akhirnya aku mutusin buat break aja, aku bener ga?”

“Hmmm kebanyakan break emang karena hubungan ada masalah, entah itu boring, sering berantem/beda pendapat, dll. Pasangan akan berharap utk kembali jika dia telah mendapatkan kecocokan karakter dgn kita. Terus kamu harus tau gimana dengan sehun apa dia punya banyak kecocokan karakter sama km atau engga. Kalo engga ya.. siap-siap aja buat mencari cinta yg baru. Hal ini sama seperti apa yg skrg kamu rasakan, kamu merasa bahwa sehun itu udah kamu banget ga? kalo iya wajar kan kalo kamu berharap bisa kembali lagi sama sehun. Tapi kalo kamu merasa kamu ga cocok sama sehun lebih baik putus. Well.. life is like a journey.. dont stuck at the same place, find another place to get the best someone who can give u what u want.” Ucapnya panjang lebar

Aku mencerna setiap kata-kata jadi keputusan yang aku ambil gak salah, Tapi aku takut kalo karakter aku sama sehun gak sama dan kita putus tapi……… kalo emang itu jalannnya aku pasti akan tempuh jalan itu.

“Hmmm gitu, gomawo eonni aku pulang duluan ne. Tugas kuliahku sudah menunggu dirumah hehe” ucapku pamit

“Ne, hati-hati dijalan ya, sukses dengan kuliahmu!”

“Ne gomawo”

 

Author Pov

 

Yoora langsung melangkah pergi dari kafe tapi yoora tidak langsung pulang ke rumah dia memilih berjalan-jalan disekitar kafe tanpa sengaja matanya menangkap sesorang yang sangat familiar tapi yoora tak mau ambil pusing dia pun melanjutkan jalannya.

 

Sehun Pov

 

Aku sedang latihan untuk persiapan comeback EXO tahun ini. Aku jadi terfikirkan tentang yoora, aku langsung ingat kembali kata-katanya saat aku ingin memutuskan yoora. Kata-katanya masih sangat teringat jelas di otakku, apa aku benar-benar sudah keterlaluan? Perasaan bersalah langsung menyelimutiku. Aku jadi teringat saat Anniversary pertunangan kami yang ke-16. Yoora memberikan sebuah buku yang isinya tentang bagaimana kami kenal satu sama lain, pdkt dan sampai sekarang kami bertunangan.

Yoora menulisnya dengan tulisan tangannya sendiri aku jadi ingat saat kami sebelum bertunangan dengannya kami sangat sering yang namanya Jalan bareng atau mungkin bisa dibilang kencan hahaha. Semua tiket bioskop dia tempel didalam buku itu beserta momen-momennya. Aku jadi ingat jika kami jalan aku pasti selalu bawa motor sportku agar kami terhindar macet tapi saat pulang terkadang hujan dan yoora suka sekali marah-marah karena hujan.

Tapi aku selalu bilang padanya ‘Maaf ya cuma bisa bawa motor’ tapi aku juga sering mengucapkan kalimat ‘maaf ya gara-gara profesi aku kita jalannya cuma sebentar’ aku pasti selalu mengucapkan kalimat itu dan yaa di dalam buku itu tertulis jelas kalimat itu. Saat aku membacanya aku senyum-senyum sendiri mengingat kejadian itu dan di dalam buku itu ada balasan dari yoora ‘Really i love you not by your drive honey and I never regret because I love you not by your profession’ aku semakin tersenyum saja saat membacanya.

Buku itu selalu ku bawa kemana-mana bagiku buku itu sangat penting jika aku sedang rindu padanya aku pasti akan baca buku itu dan aku tak akan pernah bosan membacanya. Pada halaman terakhir buku itu terdapat kalimat

‘Jangan nakal disana, tunggu aku pulang atau kamu yang mau jemput aku?kkkk~ Aku berharap kita bisa ngelanjutin ke jenjang yang lebih serius lagi, jika kita di izinkan tuhan buat lanjutin aku berharap kamu jadi kepala keluarga yang baik, semoga kita makin sayang satu sama lain. I love you so much baby:* Happy Anniversary yang ke-16 ya({}) Aku sayang kamu Mr. ice :*’

Aku merasa menjadi pria yang beruntung bisa memiliki yeoja seperti yoora yang sangat pengertian dan pemaaf, tapi di sisi lain aku merasa menjadi pria yang tak pantas bagi yoora karena aku menyakitinya terlalu dalam.

 

Author Pov

 

Yoora sudah sampai rumahnya dan saat yoora memasuki kamarnya dia mengamati sebuah foto yang terpajang di dekat meja riasnya. Disana terdapat 2 foto. Yang pertama adalah foto dirinya dengan sehun dimana sehun memeluknya dari belakang dan mencium pipnya. Yang ke-2 adalah dimana dirinya dengan sahabat kecilnya, yaitu Kim Myungsoo dimana mereka sedang bermain ayunan.

Yoora terus memandangi foto dimana dirinya dan myungsoo bermain ayunan. Yoora menjadi ingat saat momennya bersama myungsoo ketika kecil

 

Flashback

 

‘Myungsoo ayo kita bermain ayunan’ ucap yoora

‘Baiklah ayo’ balas myungsoo dan langsung menarik tangan yoora

‘Kau yang dorong ne? kau mendorongnya harus yang kencang otteh?’ucap yoora

‘Baik lah kalau begitu cepat kau duduki ayunannya’

‘Ne’

‘Wahhh lebih tinggi lagi myungsoo! lebih tinggi!’ pekik yoora kegirangan

‘Aku sudah cape tau! Ayo kita istirahat sebentar’ mohon myungsoo

‘Baiklah, myungsoo kau mau ice cream tidak? kau pasti lelah sekali mendorongku’

‘Tentu saja kau berat tau! sebagai balas imbalmu kau harus membeliknku ice cream’ tuntut myungsoo

‘Ne ne baiklah kau tunggu disini ya’ kata yoora

-Beberapa menit kemudian-

‘Igo, cepat kau makan nanti meleleh’

‘Gomawo yoora kau memang sahabat terbaikku’ ucap myungsoo

Merekapun menikmati ice cream masing-masing tapi saat mereka berpandangan mereka tertawa karenan melihat wajah yang berlumuran ice cream

‘Myungsoo lihatlah wajahmu jelek sekali banyak ice cream dimana-mana hahaha’ ejek yoora

‘Tidak hanya wajahku pabo! wajahmu juga! kau seperti badut!’ ejek myungsoo tak kalah

‘Yak! kau jahat sekali myungsoo!’ omel yoora dan langsung memukul lengan myungsoo

‘Tapi kau tetap manis dan cantik ko’

Flashback END

Yoora hanya tersenyum mengingat kenangan masa kecilnya, dan tiba-tiba dia merasakan rindu pada sahabat kecilnya itu.

 

Yoora Pov

 

Aku hanya tersenyum miris melihat fotoku dan myungsoo saat masih kecil, kami sangat dekat waktu itu tapi sekarang bagaikan orang tak pernah mengenal satu sama lain. Tiba-tiba ponsel yoora bergetar menandakan ada pesan masuk, yoora langsung mengecek hpnya

From:129xxxxx

Besok temui aku di xxxx jam 7 pagi

Yoora berpikir tentang nomor itu, kira-kira siapa yang mengirim pesan, karena penasaran yoora menyetujuinya untuk datang ke tempat yang dijanjikan besok.

-Keeseokan harinya-

 

Aku bangun pagi-pagi sekali karena moodku sedang bagus dan aku sangat bersemangat untuk bertemu dengan orang yang mengirimiku pesan. Jujur saja aku berharap bahwa yang mingirimi pesan padaku itu myungsoo, jika memang itu benar dia aku ingin persahabatan kami terjalin kembali seperti saat masa kecil.

Aku sudah  sampai di taman lebih dulu tapi tunggu dulu…… Ini adalah taman yang sering kami gunakan untuk bermain ayunan! Tidak ada yang berubah dari taman ini. Aku langsung saja menduduki ayunan yang aku suka naiki dulu.

Aku merasakan ada dorongan dari arah belakang yang mendorong ayunanku refleks aku pun menengok dan ternyata dia myungsoo! Aku langsung turun dari ayunan dan langsung berdiri menatapnya.

“Aku tak menyangka jika kau benar-benar datang kesini” ucapnya

“Emmm itu karena aku penasaran dengan pemilik nomor asing itu, kau dapat darimana nomor ponselku?” Tanyaku penuh selidik

“Emmmm ituu yaaa aku…..aku memintanya ke kakakmu” jawabnya sambil menggaruk lehernya yang tidak gatal”

“Oh begitu ya hehe”

“Yoora apa kau ingat tempat ini?” tanya myungsoo

“Tentu saja aku mengingatnya, taman ini yang kita sering gunakan untuk bermain kan?” jawabku dan langsung mendapat anggukan dari myungsoo

Kami mengobrol sambil berjalan mengitari taman. Obrolan kami sangat di penuhi dengan canda tawa dan kadang aku menendangnya karena omongannya yang sangat tak masuk akal.

“Yoora”

“Hm?”

“Maukah kau memaafkanku?”

“Tentu saja”

“Benarkah?”

“iya” ucapku seraya memberinya senyuman dan myungsoo tiba-tiba langsung memelukku, pelukan yang sudah lama tidak aku rasakan dari seorang sahabat. Refleks aku pun membalas pelukannya.

 

Author Pov

 

Di sisi lain sehun sedang khawatir karena sudah 2hari dia tak mendapat kabar dari yoora dan sekarang sehun tidak dapat menghubungi yoora karena ponselnya tidak aktif. Sehun hanya mondar-mandir tak jelas sambil menatap layar ponselnya berharap ada pesan masuk atau penggilan masuk dari yoora tapi hasilnya nihil.

Hari menjelang malam tapi tidak ada tanda-tanda pesan atau panggilan dari yoora dan itu membuat sehun frustasi. Karena kelakuan sehun orang-orang yang melihatnya memandang dengan tatapan aneh tapi sehun tak peduli. Orang-orang? Tentu saja karena Exo sedang ada schedule.

 

Yoora pov

 

Seharian ini aku menghabiskan waktuku bersama sahabat kecilku dari pagi hingga sore, dan sekarang sudah waktunya menunjukkan malam tapi aku malas sekali pulang ke rumah rasanya jadi aku memutuskan untuk berjalan-jalan saja di sungai han.

Tiba-tiba aku teringat tentang kekerasan yang dilakukan oleh appa dan yaaa aku menangis, aku rasa benar kata oppa bahwa jika aku mengingat kejdian-kejadian yang buruk tekanan kebatinanku akan semakin tinggi tapi sungguh aku tak bisa melupakan kejadian itu.

Aku memilih duduk di pinggir sungai han dan masih dalam keadaan menangis yang bisa dibilang parah hingga pundakku ikut bergetar.

 

Sehun Pov

 

Hari sudah malam dan aku masih belum dapat kabar dari yoora dan hpnya masih belum aktif. Schedule telah selesai dan member exo memutuskan untuk ke sungai han untuk melepaskan penat.

Aku dan member exo sedang berjalan-jalan di sekitar sungai han.

“Sehun, masih belum dapat kabar dari yoora?” tanya hana. Aku pun hanya mengangguk ringan

“Oh ayolah jangan badmood seperti itu” ucap chanyeol. Aku pun menghebuskan nafas dengan kasar

“Hei kalian liat gadis di sana kan? Lihatlah keliatannya dia sedang sedih sekali” ucap tao dan semuanya langsung menengok ke arah yang di tunjuk tao.

“Kau benar chagi, aku jadi ingin menghampirinya. Kalian jika ingin berjalan-jalan lanjutkan saja aku ingin ke gadis itu” kata hana, dan semuanya pun menganggukan kepala kecuali aku dan tao.

Hana langsung menghampiri gadis itu dan langsung duduk di sampingnya dan masih dapat ku dengar dia bertanya

“Hei gadis, kau kenapa?” Gadis itu langsung melihat ke arah samping memeluk hana

 

Yoora Pov

 

Aku masih asyik saja menangis tak karuan dan ku yakin mataku sudah membengkak karena tangisanku. Tiba-tiba ada yang duduk disamping dan langsung bertanya

“Hei gadis, kau kenapa?” aku langsung menoleh dan ternyata itu hana eonnie langsung saja aku memeluknya dam memendamkan wajahku ke pelukannya

“Yoora, kau kenapa?! yoora? berhentilah menangis!” hana eonni yang melihat wajahku langsung khawatir. Bukannya menjawab pertanyaannya aku menangis lebih parah lagi

“Yoora kau tau ini jam berapa?! Ini sudah malam! dan kau di sungai han hanya mengenakan celana pendek dan baju lengan pendek? Kau mau mati kedinginan?” ucap hana lagi kali ini lebih khawatir dari sebelumnya.

Sungguh aku hanya ingin di mengerti bukan di borong denga pertanyaan-pertanyaan.

 

Author Pov

 

Hana yang mengetahui bahwa itu yoora dan melihat keadaan wajahnya langsung khawatir dan hana langsung menengok ke belakang mengisyaratkan sehun dan tao untuk mendekat. Hana langsung mengetikkan kata-kata di hpnya dan menyerahkannya kepada sehun dan tao yang berisikan

‘Kalian tau? INI YOORA!, aku rasa dia sedang memiliki suatu masalah. Jujur saja keadaannya parah’

Sontak sehun langsung membulatkan mata karena ternyata gadis itu yoora! Sehun lantas langsung menarik hana dan langsung memeluk yoora erat. Sehun sangat kaget karena cuaca sekarang lumayan dingin dan yoora hanya menggunakan celana pendek dan baju lengan pendek.

“Yoora…..ini aku sehun, kamu kenapa sayang?” ucap sehun dengan penuh kasih sayang

“Oppa….” jawab yoora lirih

“Kau tau? Aku mengkhawatirkanmu chagi, kau tidak ada kabar selama 2 hari itu benar-benar membuatku khawatir”

“Mianhae oppa”

“Kau kenapa? Apa kau tak kedinginan?”tanya sehun

“Aku gak apa-apa ko oppa” jawab yoora disertai senyuman. Sehun langsung melepas pelukan mereka dan melepas jas yang dipakainya dan langsung menempelkannya di tubuh yoora.

‘Kau tidak mungkin tidak apa-apa yoora aku tau itu, apa kau tak menyadari matamu sampai bengkak seperti itu’ ucap sehun dalam hati

“Hmmm baiklah kalau begitu” sehun langsung mendorong kepala yoora agar menyender di bahunya

‘Tanganmu dingin sekali yoora aku yakin pasti kau kedinginan, ya tuhan apa yang terjadi padanya’ ucap sehun dalam hatinya lagi

Sehun menoleh ke arah samping dan melihat yoora yang memejamkan matanya tapi ada yang janggal bibir yoora pucat, nafas tak beraturan. Sehun langsung khawatir dan langsung menggendong yoora menuju rumah sakit terdekat.

 

Sehun Pov

 

Aku sangat khawatir melihat keadaan yoora yang tak sadarkan diri, aku mengira dia tertidur di bahu ku ternyata yoora pingsan aku buru-buru menggendongnya menuju rumah sakit terdekat. Dapat aku lihat bahwa member exo mengejarku mungkin mereka ingin bertanya tentang keadaan yoora saat ini tapi aku tak peduli yang penting adalah keadaan yoora saat ini.

Saat aku samapai di rumah sakit dan langsung menunggu di depan ruangan yang bertuliskan UGD tak lama member exo datang dan aku langsung di borong dengan pertanyaan

“Sehun-ah wae? Yoora kenapa?”

“Sehun yoora tidak apa-apa kan?”

“Bagaimana keadaannya? apa baik-baik saja?” aku langsung menghembuskan nafas dan menjawab

“Yoora pingsan tapi aku tak tau dia baik-baik saja atau tidak”

“Ya tuhan semoga yoora baik-baik saja” ucap hana memohon

Tak lama setelah itu keluarlah seorang dokter dan 2 suster

“Dok bagaimana keadaannya? Apa baik-baik saja?” tanyaku langsung

“Ikutlah aku” kata dokter. Dokter itu membawaku menuju ruangannya dan ku yakin ini pasti hal serius

“Seperti yang aku lihat, keadaan istrimu sangat memprihatinkan karena dia memiliki tekanan batin yang cukup tinggi. Ini bisa berakibat fatal bagi nyawanya, aku rasa istrimu ini tipe orang yang selalu memendam kekesalannya atau kemarahannya pada siapapun jadi kau harus mencari tahu sendiri tentang apa yang istrimu alami” ucap dokter penuh penjelasan

“Separah itu kah dok? Lalu aku harus bagaimana?” tanyaku

“Iya memang, berilah dia pengertian, kasih sayang, perhatian. Dan kau berusaha untuk mencoba agar istrimu lebih terbuka”

“Baik lah kalu begitu, terimakasih dok” akau langsung pergi dari ruangan dokter itu dan pikiran-pikiran mulai menghantui ku

‘Apakah yoora begini karena aku?’

‘Kau penyebabnya oh sehun dasar laki-laki tidak berguna!’

‘Aku selalu menyakitinya, tuhan inikah balasan yang kau berikan’

‘Apakah yoora selama ini selalu membantin menjalin hubungan denganku?’

 

TBC………

Akhirnya udah chapter 10 nih *applause* makasih banget buat para readers yang udah mau baca ff buatan aku dan selalu comment. commen kalian aku hargai loh walaupun hanya ‘daebak’ atau ‘next thor’ itu bikin aku semangat buat lanjutin chapter selanjutnya terimakasih sekali lagi yaa *deep bow*. Maaf kalau kependekan yaaa maklum ngerjainnya sambil belajar buat persiapan UN hihihi, samapi jumpa di chapter selanjutnya!!!

JANGAN LUPA RCL YAAA!!

NO SIDERS YA!!!

I LOVE YOU:*


Happily Never After (Chapter 9)

$
0
0

happily never after

Author: @alin_rizqy

Genre: angst,romance,sad,familly and litte smuth

PG      : 17-(NC)

Cast : Lee shinwa(oc)

Oh sehun

Kim jong in

Xi luhan

Kim Hyemi

Huang zi tao

Disclaimer : ini adalah ff pertama aku , semoga kalian suka .

 

Part 9 start

Author pov

Sehun masih berada di dalam sebuah ruangan yang ia gunakan untuk mengerjakan beberapa tugas kantornya , ia sedikit merenggangkan tubuhnya di atas kursi yang memang di desain kusus untuknya , ia sedikit menerawang ke atas dan mengingat kembali pertengkaran kecilnya dengan shinwa , sungguh ia merasa kesal karena gadis itu tak mau mengatakan hal yang sebenarnya pada nya namun ia juga tak ingin memaksa gadis itu  untuk menceritakan apapun yang ia alami. sehun sedikit menegakkan tubuhnya dan saat itu pula matanya tertuju oleh sebuah bingkai yang masih berada rapi di atas meja kerjanya sejak 3 tahun yang lalu , sehun mengambil pigura itu dan menghapus debu yang menempel di bagian kaca pelindung foto tersebut .

“Hyemi, apa kau merindukanku disana ? aku sangat mencintaimu tapi kenapa kau meninggalkanku secepat itu ? kau tahu aku gila tanpamu aku tak tahu harus berbuat apa aku takut menghadapi gadis itu .. kau dengar ? aku takut terhadap gadis yang bahkan lebih lemah dariku , aku takut kehilanganya aku takut ia meninggalkanku aku tak mau kehilangan orang yang ku cintai untuk ke 2 kalinya .. sekarang katakan padaku apa yang harus aku lakukakan ?

Tanya sehun pada sebuah pigura foto yang ia pegang sebuah foto milik kekasihnya yang kini sudah tak ada lagi di dunia ini , kekasihnya .. KIM HYERI

~

shinwa mengambil beberapa kue dan juga teh hangat kesukaan sehun , ia harus meminta maaf pada namja itu bagaimanpun juga ia sudah bertindak sedikit keterlaluan pada namja itu , shinwa menaiki tangga yang akan membawanya ke atas ruang kerja sehun , ia membuka pintu kamar itu sedikit dan menemukan sehun sedang asyik dengan buku tebalnya di atas sebuah sofa yang berada di depan perapian kecil khas rumah di eropa . sehun tak menyadari kehadiran shinwa di belakangnya sebelum gadis itu memtuskan untuk menyapanya terlebih dahulu

“ sehun oppa ?”

panggil shinwa kecil tanganya sudah mulai kelu memegang nampann yang lumayan besar itu , sehun menoleh kemudian tak menanggapi apapun , namja itu tahu gadis itu akan meminta maaf padanya , sehun tak merespon panggilan shinwa dan menepuk tempat kosong di sampingnya untuk shinwa duduki , shinwa tersenyum lega kemudian ia mengambil sebuah meja kecil dan menaruhnya di antara ia dan juga sehun , ia menaruh secangkir the dan juga sepiring kecil Butter Cookies yang menjadi cemilan faforite sehun , hidup bersama membuat shinwa sedikit hafal kebiasaan serta kesukaan namja itu bukan ?

Sehun melirik shinwa sekilas sebelum mengambil secangkir teh itu dan menyesapnya , ia sedikit mengehela nafas lega saat cairan hangat itu berhasil larut di tenggorokanya , ia mengambil sebuha cookie kemudian memakanya kecil ia belum memulai untuk membuka percakapan itu

“ aku tahu kau marah padaku ?” ucap shinwa pelan , ia mengamati wajah sehun yang datar

“ aku tidak marah “

“ kau tidak marah tapi kau mengacuhkanku ?” sela shinwa seraya menundukan wajahnya

“ bukankah kau senang jika kau mengacuhkanmu ?”

Shinwa menoleh kea rah sehun setelah namja itu mengucapkan kalimat yang membuatnya sedikit merasa tersinggung oleh ucapan sehun yang memang terkenal dingin dan juga menusuk

“ aku tidak begitu “

“ benarkah ? apa kau bisa membuktikanya padaku ?” jawab sehun masih dengan posisi yang sama , santai dan juga tetap berkutat dengan buku tebal yang berjudul

“ ECONOMICS FATE IN THE FUTURE “ karya Abraham rown , 2011

“ kenapa kau seperti ini padaku ?” Tanya shinwa sedikit kesal

“ bertanyalah pada dirimu sendiri “ jawab sehun dingin

Shinwa semakin tak mengerti ia tahu namja itu sangat sensitife hatinya terutama namja dengan jenis albino seperti sehun ini , shinwa sedikit menghela nafasnya kesal kemudian mencoba beranjak dari sofa tersebut .

“ siapa yang menyuruhmu pergi ?” Tanya sehun

“ tidak ada , aku datang karena kemauanku dan aku juga pergi karena hal itu juga “

jawab shinwa tegas kemudian meninggalkan sehun yang masih terkejut dengan perkataan gadis yang seorang mahasiswa kedokteran tersebut . ia tak tahu kalau shinwa mempunyai keberanian yang cukup besar untuk menyela semua ucapanya . shinwa kembali ke kamarnya dan mengganti bajunya dengan dress tidur berwarna pink dengan bahan sutra yang begitu licin menyentuh kulitnya , shinwa sedikit mengusap wajahnya gusar saat ia mengingat kembali perkataan sehun , ia tak tahu mengapa ia begitu tak suka dan sakit hati saat sehun mengatakan bahwa ia menyukai jika sehun mengacuhkany, seperti ada yang mengganjal di hatinya .

shinwa merebahkan dirinya ke kasur dan mengambil sebuah guling untuk menemaninya dan perlahan lahan aroma terapi dari sebuah lilin yang selalu dipasang di sudut ruangan berhasil membuatnya tertidur .

~

Sehun masuk kedalam kamar dan sedikit menguap , ia melihat shinwa sudah tenang dengan dress tidurnya yang sedikt “ menggoda “ , sehun mencoba mengalihkan pikiran itu kemudian ia menuju lemari untuk mengganti pakaian tidurnya setelah selesai namja itu naik ke atas kasur dan memeluk tubuh gadis yang tertidur di sampingnya dengan hangat dan mengatakan

“ aku mencintaimu, baby “

Dan mereka berdua pun terlelap di alam mimpi mereka .

At NXC club’s

Tao serta beberapa orang yang dudk di sekitarnya Nampak sudah tak sadar akibat minuman alcohol yang mereka tenggak bahkan ada beberapa wanita di antara mereka yang sudah tak mengenakan pakaian mereka dengan selayaknya . kris masuk ke dalam ruang yang bertandakan VIP di atas pintu nya , ia mendecih kecil saat menemukan sang adik sudah tak berdaya di sebuah sofa ia mengarahkan tanganya untuk menyuruh anak buah nya mengangkat tubuh tao .

“ tuan apa kita harus melakukan ini ?” Tanya seorang pelayan pribadi kris bernama “ jisun “

“ kita tak punya pilihan lain selain menyerahkan anak ini pada ayah aku tidak peuli mau diapakan anak ini yang jelas sekarang di ahrus bertanggung jawab “

Jawab kris acuh dan pergi keluar dari ruangan itu ia merasa jijik dengan ke adaan club ini walaupun sebenarnya ia juga merupakan salah satu pemegang saham terbesar di club yang mendapat julukan “ The Hole Of Paradise “ itu . walaupun latar belakangnya adalah seorang gangster namun kris masih punya akal sehat untuk tidak menghabiskan waktunya melakukan hal yang kurang menguntungkan dan itu pula lah yang membedakannya dengan tao .

At Tao house

Pria dengan setelan jas abu-abu dan juga cerutu di tanganya itu Nampak santai duduk di sebuah sofa ia sedang menanti ke 2 anaknya datang dan menjelaskan semua hal yang sudah terjadi selama ia tak ada . Tuan Huang , gangster sekaligus pengusaha sxsportir tembaga  itu memicing ketika ia melihat pintu ruang kerjanya yang luas terbuka dan munculah sosok Kris dan juga Tao . tuan huang berdiri dari duduknya kemudian tersenyum saat kris menghampirinya

“ apa dia baik-baik saja ?” Tanya tuang huang sambil menunjuk tao yang kini sedang duduk di sofa dengan sebuah es batu dikeningnya , namja itu perlu menetralkan pikiranya dengan es karena konon dingin dari benda itu dapat mengurangi efek mabuk dan juga hipertensi .

“ jadi ada apa kita berkumpul di sini ?”

Tanya tao polos ia tak melihat raut ke 2 keluarganya yang kini memandangnya dengan tatapan membunuh .

“ kau masih belum tahu kenapa ayah memanggilmu kemari ?” Tanya tuang huang ,sang ayah

“ ani , apa ada hal buruk terjadi ?” jawab tao santai

“ tentu saja ada dan itu karena ulahmu “

“ ulahku ?” Tanya tao dengan sedikit melirik ayahnya dari sudut mata hitamnya

“ ya,apa kau sudah ingat sekarang “ Tanya kris dengan sinis

“ oh come on jelaskan saja semuanya dengan jelas aku sudah teramat lelah mengingat semua yang kulakukan selama ini , dad ?  pinta tao sambil merebahkan dirinya di sofa .

Kris tampak menggeram tanganya kasar ia sudah terlewat emosi menghadapi saudaranya ini , ia mendekat kearah tao dan mencengkaram kerah namja itu tao Nampak terkejut dengan gerakan kris yang begitu cepat itu .

“ ya- hyung kau ini kenapa ?” Tanya tao sambil melepaskan cengkaraman itu

“ kenapa kau melakukan hal itu kepadanya huh ?” Tanya kris ambigu

“ siapa ? aku melakukan apa ?”

“ kim hyemi usia 18 tahun putri bungsu Kim joonmyoen “ jawab sang ayah dengan tegas

Tao terdiam ia memandang ke bawah kemudian mengingat nama itu ia mengernyitkan dahinya dan “ bingo “ ia ingat semuanya .

~ Flashback

Hyemi dan sujin sedang berada di sebuah club yang tak jauh dari apartement sujin , teman dekat hyemi mereka berdua memutuskan untuk pergi ke club yang sangat terkenal di kora yaitu NXC club karena ajakan pacar sujin yang  menjadi DJ disana awalanya hyemi tidak mau tapi ajakan sujin yang begitu merayu tak dapat ia hindari . hyemi duduk di sebuah bangku yang berada tak jauh dari tempat dimana DJ sedang memainkan peralatanya dan tentu saja sebagai kekasih yang baik sujin berada tepat di samping DJ itu , hyemi melihat ke sekeliling dan ia mulai terbawa suasana ia menenggak beberapa martini dan juga minuman alcohol berkadar tinggi lainya dan sampailah ia di titik dimana ia tak sadarkan diri namun ia masih bisa mendengar apa yang orang katakan dan tentu saja sekarang ia tahu bahwa ada seorang pria yang duduk di sampingnya dan memandangnya lamat .

“ kim hyemi “ sapa namja itu dengan lembut , hyemi mendongkak kemudian melihat wajah namja itu dan seketika saja ia langsung berjengit dari mabuknya namja itu adalah HUANG ZI TAO sunbaenya saat ia masih berada di junior high school .

“ sunbae ?” ucap hyemi pelan , tao tersenyum ke arahnya kemudian menjabat tangan gadis itu

“ apa yang kau lakukan disini bukankah 18 tahun ke bawah belum bisa masuk ?”

“ sunbae,aku sudah 18 tahun “

“ aigo-benarkah ? kau tumbuh dengan cepat padahal aku masih ingat sekali saat kau masih di tingkat satu kau mengikutiku kemanapun aku pergi bukan ?”

Hyemi menunduk malu ia merasa sungkan untuk mengingat betapa memalukanya ia saat masih menjadi ketua fansclub dari Tao . dulu ia memang sangat menyukai namja itu menurutnya tao adalah namja yang baik dan juga mempesoana namun kegiatan fangirlingnya berakhir saat ia tahu tao sudah mempunyai kekasih . ia merasa hancur saat itu dan di waktu yang bersamaan pula ia telah resmi tak menjabat sebagai ketuan fansclub tao .

“ sunbae-kenapa  kau mengingatkanku akan hal itu lagi sih ?”

“ mianhae tapi sungguh aku merasa senang saat itu ?”

“ apa ?” ulang hyemi

“ ya,aku senang bisa menjadi idola mu saat itu karena aku merasa aku berharga untuk kalian “

“ tapi itu dulu sekarang aku sudah tak mengidolakan sunbae lagi “

“ wae ? kukira kau masih mengelola fansclub itu ?

“ untuk apa aku melakukanya itu sudah lama sekali “

“ kau benar “

Mereka berdua terdiam kemudian hyemi memandang lamat kearah lengan tao yang sedikit mengembung dengan berani hyemi menyanyakan hal yang sedikit ganjil tersebut

“ sunbae-kenapa lenganmu ?” Tanya hyemi hati-hati

Tao sedikit menengok kea rah lenganya kemudian tersenyum simpul kea rah hyemi seakan menyiratkan bahwa tak ada sesuatu yang perlu di khawatirkan

“ ania- ini hanya sedikit kecelkaan saat aku pergi memancing kemarin “

“ aku baru tahu kalau memancing bisa membahayakan “

“ makadari itu aku memberitahumu sekarang “

Mereka berdua saling tertawa kemudian melanjutkan pembicaran ringan mereka sampai-sampai mereka tak ingat sudah berapa tengak alcohol yang mereka minum . waktu sudah menunjukan waktu tengah malam namun keramaian di club itu tak berkurang sedikit pun malah sebaliknya keadaan di tempat itu semakin ramai dengan dentuman music serta riuh teriak para manusian yang sedang melepas penat dan juga mencari mangsa

~

Tao dan hyemi berada di sebuah kamar yang berada tepat di lantai paling atas club tersebut . mereka berdua sampai di tempat ini setelah beberapa anak buah tao mengantarkan mereka ke tempat ini entah apa tujuanya mereka hanya mengikuti perintah tao .

“ hyemmi-a , ayo kita melakukan sesuatu yang menyenagkan malam ini ?” ajak tao yang kini sudah di ambang kesadaraanya namun ajakan tersebut tak mendapat respon dari hyemi karena gadis itu sudah terlelap di dalam mimpinya . dan entah setan apa yang sedang menghinggapi tao sekarang ia mendekati hyemi dan langsung menerjang gadis itu dengan kekuatanya yang tak bisa dibilang sedikit itu .

Tao terus menggerayangi tubuh wanita yang bahkan masih berusia 18 tahun itu ia membuka semua pakian yang melekat pada tubuh prpoisonal hyemi dan entah kenapa ia hanya membayangkan bahwa sekarang gadis yang sekarang ia coba untuk setubuhi bukanlah hyemi si adik kelas nya melainkan Lee shinwa , gadis yang telah mencampakkan nya . tao dengan brutal menyetubhi gadis yang sekarang hanya bisa mendesah itu ia tak tahu kalau gadis itu tak secara sukarela ia tiduri .

hyemi dalam keadaan pinsan dan sekarang ia bagaikan berada di alam mimpi ia tak tahu kalau sekarang mimpi basahnya itu benar-benar terjadi . tao sedang menikmati lekuk tubuhnya hyemi merasakan ada yang sedang menjilat serta memainkan bagaian penting dari tubuhnya namun ia tak juga sadar bahwa sekarang ia sedang diperkosa oleh mantan idolanya sendiri .

flashback off .

tao menatap mata kris yang sedang memandangnya dengan tajam seakan menyadarkan nya dari ingatanya beberapa minggu lalu saat ia melakukan hal yang seharusnya tak ia lakukan . tao menatap lagi kea rah ayahnya yang kini sedang memijit pelipisnya dengan gusar .

“ ayah tak pernah mengajarkanmu untuk menghamili wanita – tao “ ungkap sang ayah

“ ayah – aku “ tao tak mampu untuk melanjutkan kata-katanya kris melepaskan cengkaraman tanganya pada kerah adiknya dan membiarkan tao terdiam dan asyik dengan pikiranya sendiri .

“ sekarang kau harus betanggung jawab atas perbuatanmu tao “ pinta kris seraya pergi meninggalkan sang ayah dan tao sendiri . kris pikir hanya mereka berdua lah yang bisa menyelesaikan masalah ini .

“ ayah maafkan aku “ ucap tao pelan . sebagai anak ia telah membuat sang ayah kecewa meskipun ia dididik dengan keras namun ia tak pernah dididik untuk melakukan sesuatu yang diluar batas kesopanan dan kini tuan huang merasa telah gagal mendidik tao yang memang tak pernah mendapat asuhan dari sang ibu sejak ia masih berusia 7 tahun .

“ tao – ayah serahkan semua masalah ini padamu “

Tuan huang kelauar dari ruangan kerja nya ia sempat menoleh kebelakang dan menemukan tao yang kini sedang duduk dengan ke dua tangannya yang sedang memijit pelipis nya . ia tahu anak nya itu sedng tareamat pusing sekarang dan tentu saja hal yang paling memusingkan adalah , ia belum siap menjadi seorang ayah .

At Kai House .

Hyemi menunduk sambil menangis ia tak sanggup menatap wajah sang ayah yang kini sedang terduduk di depanya dengan air mata yang terus berderai bahkan kai yang melihat hal itupun tak kuasa menahan tangisnya ia juga sama halnya dengan tuan huang merasa gagal mendidik orang yang ia cintai .

“ hyemi-a salah apa ayah denganmu sehingga kau melakukan hal ini pada ku ?” Tanya joonmyoen disertai dengan tangisnya .

“ ayah maafkan aku .. “ ucap hyemi dengan sesenggukan

“ hyemi , kau membuat ayah kecewa “

“ ayah .. “ hyemi tak bisa lagi membela dirinya ia sudah terlalu telah untuk menjelaskan pada ayahnya bahwa ia juga tak tahu kapan kejadian itu terjadi kejadian yang menyebabkan ia mengandung seoarang anak yang kini tengah memasuki usia 3 minggu .

“ kau harus betanggung jawab hyemi-a sekarang katakan siapa yang melakukanya ?”

Hyemi terdiam ia sungguh tak ingin mengatakan hal ini namun ia juga tak mau anaknya tak memiliki seoarang ayah . ia hanya takut jika ayahnyay tahu ia melakukan hubungan badan dengan seoarang anak gangster yang sangat ayahnya benci .

“ huang zi tao “ ucap hyemi lirih dan sontak hal itu membuat ayah dan kakanya langsung terperanjat dan mendekatinya dan menatap hyemi tajam

“ Tao .. maksdumu anak gangster itu ?” jelas sang ayah

Hyemi menangguk dan menalnjutkan tangsianya yang mendayu , kai menatap adiknya tak percaya dan duduk di samping hyemi ia tak bisa  membayangkan bagaimana bisa 2 orang wanita di hidupnya berurusan dengan namja brengsek seperti tao .

“ hyemi-a kenapa kau begitu bodoh ?” Tanya kai yang kini sedang menundukan wajahnya ke bawah

“ maafkan aku oppa “

“ kai , kau tahu apa yang harus kau lakukan bukan ?

“ baiklah “ jawab kai sedikit sendu

“ ayah apa yang kau maksud ?” sergah hyemi takut

“ ayah akan membuat perhitungan dengan namja itu “

“ ayah kumohon jangan , ayah tak tahu siapa dia “

“ ayah tak peduli ia harus membayar semua ini “

Joonmyoen berbalik dari hadapan hyemi dan mencoba pergi dari tempat itu namun langkahnya terhenti saat ia melihat ada 2 orang namja yang sedang berdiri di hadapanya dengan raut wajah yang tak bisa di baca .

“ kau tak perlu mencariku tuan “ lirih tao yang kini tengah memberanikan diri menatap mata calon mertuanya , ia sudah memikirnya dengan baik ia harus bertanggung jawab atas hyemi ia bukan namja jahat yang membiarkan anak nya terlantar begitu saja .

“ KAU “ teriak joonmyoen dengan kepalan tanganya yang sangat terlihat ia mendekati tao kemudian meninjukan tanganya pada wajah tao , tao tersungkur namun ia tak mencoba untuk melawan bahkan ayahnya pun tak menunjukan reaksi apa-apa , ia pantas mendaapatkanya .

“ ayah !!! “ teriak hyemi sambil mendekati ayahnya yang kini tengah tersulut emosi . joonmyeon berusaha untuk menninju wajah tao lagi namun langung di lerai oleh kai yang tak jauh dari ayahnya .

“ ayah sudahlah .. “ ucap kai dengan sedikit bergetar

“ kai – kau lihat namja ini telah merusak masa depan adikmu .. kenapa kau larang ayah menghabisinya “

“ ayah jangan lakukan itu kumohon ?” pinta hyemi yang kini sudah memegang tangan ayahnya erat .

“ hyemi, diam dan masuk ke kamaarmu “

“ ayah sudah kita bisa membicarkan masalah ini kita tak boleh membiarkan namja ini mati begitu saja .. di harus betanggung jawab “ ucap kai tenang .

Tao hanya bisa terdiam ia menatap sang ayah yang kini sedang meredam malu di wajahya ia sangat mearsa bersalah atas apa yang telah hyemi alami akibat perlakuan busuk anaknya .

~

At Bougenville restaurant

Sehun pov

Aku hanya memandang gadis yang kini tenang sekaligus sibuk memilih menu apa yang akan kami santap , sejak 2 jam yang lalu kami memang telah sampai di tempat ini untuk sekedar berjalan-jalan kebetulan hari ini weekend dan kupikir tak ada salahnya untuk mengajak shinwa pergi keluar sesekali ini . ia terus menggumam tak jelas dan sesekali bertanya tentang apa yang tak ia mengerti contohnya

“ apa itu Fraise ? “

“ bagiamana bisa restaurant ini menyajikan seafood yang bahkan belum matang ?”

“ kau mau makan apa ?”

“ kurasa kita memilih tempat yang salah “

Kira –kira itulah yang gadis itu tanyakan dan seeprti biasa aku hanya menanggapi nya dengan 2 kalimat yang berhasil membuatnya terdiam dan tak bertanya untuk sesaat

“ terserah kau “ atau “ diam dan pesan saja “

Seorang waiters datang dan mengambil pesanan kami dan selama beberapa menit atau setengah jam beralalu kami hanya memesan 2 gelas Mocahino dan juga sepiring kecil Cheescake . sungguh aku ingin menelan gadis ini sekarang juga kalau saja aku tak ingat bahwa aku akan meikahaniyadalam waktu dekat ini tapi aku belum yakin dengan hal itu .

Ya .. menikahinya .-

Aku akan menikahinya setelah ayah dan ibuku sudah datang di korea mereka mengatakan akan setuju dengan apa yang baik menurutku tapi aku belum menyatakan kemauanku ini pada shinwa aku belum siap mengataknya karena aku takut gadis ini akan menolak dan pergi dariku tapi dia bisa apa ? jika ia pergi aku bisa dengan mudahnya merebut nya kembali toh sepertinya dia juga mencintaiku . tapi tetap saja bayangan akan kai dan juga tao masih membayangi pikiranku aku tak bisa membiarkan mereka merebut kembali shinwa dariku mereka harus melewati mayatku untuk melakukan hal itu bukan ? .

Author pov

Mereka berdua tenggelam di dalam keramaian pengunjung restaurant yang menawarkan masakan khas italia ini . shinwa merenung dan masih membayangkan kejadian yang beberapa hari lalu ia alami di rumah kai ia belum bisa menjelaskan bagaiman mungkin hatinya begitu sakit saat ia tahu tao telah menghamili adik dari sahabatnya . diam shinwa memancing sehun untuk bertanya .

“ kenapa kau terlihat murung hari ini ? ?” Tanya sehun dingin ia sedang sibuk dengan tabletnya

“ tidak aku hanya melamun “

“ itu sama saja bodoh “

“ oppa , apa menurutmu kita berjodoh ?”

Sehun terperanjat ia meletakkan i-pad nya kemudian menatap shinwa lembut kemudian meraih tangan gadis itu dan menggengamnya halus .

“ berjodoh atau tidak kau akan tetap menjadi milikku “ jawab sehun santai . shinwa sebetulnya agak sedikit tersanjung ketika ia mendengar kalimat itu dari mulut sehun namun ia tak ingin menunjukkan senyum itu karena ia tak ingin sehun menjadi berharap banyak padanya . shinwa tak tahu apa yang sedang ia rasakan ia hanya merasa bahwa sehun adalah namja yang belum tepat untuknya ia masih butuh banyak waktu untuk membuktikan bahwa sehun adalah namja yang bisa membuatnya merasa aman semenjak ayahnya pergi meningalkanya pergi untuk selamanya .

~ waiter itu datang dengan senampan kecil 2 gelas mocahino dan juga 2 buah chesscake dan menghidangkanya di depan sehun dan shinwa , tak ingin keadaan menjadi canggung sehun langsung menarik piring cheesecake itu dan melahapanya dan sedetik kemudian shinwa mengikuti kegiataan itu  .

At Kai House

Suasana disana sangat mencekam terlebih lagi aura yang joonmyeon keluarkan mampu membuat tao dan ayahnya tak berkutik . mereka sedang berkumpul di ruang keluarga kim dan setelah insiden kecil tadi mereka sepakat untuk menyelesaikan masalah ini dengan kepala yag dingin .

“ kami akan bertanggung jawab atas putri mu “  ucap Tuan huang tegas

“ tentu saja kalian harus bertanggung jawab anakku sudah kehilangan masa depanya karena anakmu “ sinis tuan kim .

“ jadi kapan kalian akan menikah ?” Tanya kai to the point .

Tao sedikit kaget saat kai mengatakan hal itu karena jujur saja ia belum siap untuk menjadi seoarang kepala keluarga , ini bukanlah yang tao inginkan ini bukan yang tao rencanakan tapi hal ini juga tak bisa tao tolak sebagai pria sejati ia harus bisa memegang tanggung jawab atas apa yang sedang hyemi kandung .

“ secepatnya , aku akan menikahi hyemi “ jawab tao tegas sembari melirik ke arah hyemi yang kini sedang menunduk malu di sampingnya , perlahan tangan tao merambat ke tangan gadis itu dan menggenggamnya erat .

“ apa kau serius ? apa kau tak akan mempermainkan putriku ?” Tanya joonmyeon tajam

“  aku serius tuan aku akan membahagaiakn putrimu . aku berjanji “ jawab tao .

Semua orang yang ada di situ termasuk kai sedikit menaruh simpati terhadap tao ia tak menyangka kalau namja seberengsek dia dapat melakukan hal seperti itu sungguh ini bukanlah tao yang sempat dahulu . sekarang yang kai pikirkan adalah apakah shinwa tahu kalau mantan kekasihnya ini akan menjadi adik ipar kai sekarang ? .

At Han River ( 07.30 pm )

Sehun dan shinwa menyusuri jalanan di sekitar han river dengan santai tangan mereka yang saling bertautan seakan menambah kesan romantisme yang mereka buat mereka tak mengeluarkan sepatah katapun mereka seakan larut dalam imjanisi mereka masing-masing . sampai mereka menemukan tempat yang cocok untuk melepas lelah mereka dan tempat itulah sebuah kursi kayu tua yang berada tepat di depan pagar yang menghadap kea rah han river yang sangat indah jika dilihat di malam hari .

“ sudah lama sekali aku tak kemari “ lirih sehun sambil melirik ke arah shinwa .

“ iya- kau benar sudah lama sekali “

“ dulu aku dan hyemi selalu menyempatkan diri berkunjung ke tempat ini karena – “ sehun tak melanjutkan ucapanya ia takut untuk mengingat kembali kenangan indahnya bersama hyeri dulu.

“ ceritakan padaku “ paksa shinwa sambil menghadap kea rah sehun yang kini Nampak mengeratkan pagutan tanganya pada shinwa .

“ aku dan dia saling mencintai kami tumbuh bersama dan menghabiskan waku indah kami dengan bahagia , aku dan dia adalah sepasang kekasih yang saling memiliki aku sangat mencintainya lebih dari apapun yang aku punya di dunia ini bahkan aku rela melawan ayah dan ibuku untuk bersamanya “

“ ayah dan ibumu ? kenapa dengan mereka ?” selidik shinwa penasaran

“ mereka tak merestui hubungan ku dengan hyeri “ jawab sehun sedih .

“ kenapa ? “

“ karena dia bukanlah seorang wanita normal di mata keluarga ku “

“ wanita normal ?”

“ kau tahu – hyeri adalah wanita penderita kanker “

Shinwa sedikit terkejut akan hal itu ia tak begitu tahu kalau sehun mempunyai cerita masa lalu yang cukup kelam .

“ dia di vonis tak akan bertahan lama lagi dengan kanker darah yang sudah menggrogotinya sejak ia masih berusia 8 tahun . namun dia adalah gadis yang kuat dia selalu tersenyum bahkan tak pernah mengeluh tentang penyakitnya padaku namun rasa semangatnya untuk hidup tak mampu membuat ke 2 orangtua ku berempati padanya dan terus menentang hubungan kami . aku pun tak ingin menyerah aku terus berusaha untuk mencari jalan keluarnya dan satu-satunya jalan adalah dengan aku menikahi hyeri dan membawanya pergi ke tempat yang jauh tapi – “

Sehun kembali menghentikan ucapnya ia sungguh tak kuat untuk menceritakan yang sebenarnya pada shinwa , sedangkan gadis itu hanya memandangnya dengan penasaran .

“ ia meninggal saat hendak mengambil pesanan gaun pernikahan yang sudah ia pesan sejak lama,waktu itu hujan turun dengan deras dan hari itu adalah hari ke 7 sebelum pernikahan rahasia kami akan dilakukan . ia meninggal di daerah sekitar gongjun-gil karena kecelakan mobil yang ia alami bahkan saking parahnya kecelakaan itu aku sempat tak bisa mengenali jenazahnya”

Shinwa menutup mulutnya tak percaya kemudian menetikkan air matanya dengan hati-hati , ia tak ingin sehun tahu bahwa ia sedang menangis karena terenyuh mendengar cerita sehun . sedangkan namja itu kini hanya tersenyum simpul kemudian  menundukkan kepalanya ke bawah dan menghela nafas pelan .

“ aku sangat mencintainya “ lirih sehun lagi dan entah kenapa ungkapan cinta itu membuat hati shinwa sedikit tersayat sebauh pisau kecil .

“ hidup ku mulai berubah saat itu kemudian aku bertemu dengan mu – kau mengingatkan ku pada hyeri dan hal itu juga yang membuatku sangat tergila-gila dengamu “

“ jadi kau menyukaiku karena aku mengingatkanku pada hyeri ?”

“ tidak juga – kau dan hyeri cukup berbeda namun hyeri jauh lebih baik darimu “ sehun sengaja mengatakan hal itu ia hanya ingin mengetes shinwa apakah gadis itu akan marah padanya atau bahkan cemburu . dan benar saja sekarang shinwa sedang mencoba melepasakan pagutan tanganya pada sehun namun sehun tak semudah itu melepasakanya .

“ lepaskan aku “

“ tidak sebelum kau mengatakan padaku sesuatu “

“ aku harus mengatakan apa ?”

“ katakan kalau kau cemburu “

“ aku tidak cemburu “  jawab shinwa seraya mengpoutkan bibirnya tanda ia sedang kesal .

“ ayolah – kau cemburu bukan ?”

“ tidak – “

“ shinwa-shi “

“ jangan menggoda ku oh sehun “

“ kau cemburu bukan ?

“ tidak – sekarang lepaskan aku “ rengek shinwa diringi dengan agyeo gagalnya .

Sehun yang gemas kemudian menarik gadis itu dan memeluknya erat . sehun membenamkan wajahnya pada ceruk leher shinwa kemudian menarik gadis itu mendekat padanya .

“ aku hanya bercanda – sayang , kau yang terbaik “

“ sehun oppa ?” Tanya shinwa pelan

“ aku mencintaimu “

“ aku – “ shinwa tak melanjutkan kalimatnya kemudian ia membalas pelukan sehun ia tak tahu ada apa denganya namun ia merasa bahwa sekarang ia sudah yakin . ia sudah yakin akan sesuatu hal yaitu “ IA TELAH JATUH CINTA PADA NAMJA INI “

TBC .

Author notes

Annyeong haseyo ~ .. terimkasih buat kalian yang udah mau baca ff ini ya semoga kalian suka dan aku mau bilang kalau chap 10 besok adalah part terakhir dari fanfiction ini . tapi kalian masih bisa baca koleksi fanfiction aku di wordpress in atau kunjungi wordpress aku ya #promosi

Oh iya di chap 10 besok kayanya bakal ada sedikit adegan NC nya jadi buat kalian yang di bawah umur hati-hati ya . aku gak tahu fanfiction itu bakal di protect atau enggak tapi buat lebih jelasnya kalian bisa mention di twitter aku . Ok ?

Sekian dari aku dan Gamsahamnida ~ …

AL/96

 


There Is No Chance To Back – Kris Side

$
0
0

Cast : Song Hye Ah

           Wu Yi Fan

           Kim Joon Myeon

Genre : Romance, Sad, Hurt

Author : GSB

Summary : I can’t let you, even I know I’m the one that make you go

Note : You can imagine the OC as yourself

 

 ticb

 

 

Tidak Kris

 

 

Kalimat itu terus mengiang, membuat luka yang tak pernah mengering malah terasa lebih perih dan menyakitkan.Tersentak batin ini ketika dengan tegasnya kau menolakku untuk kembali.Rasanya sesak, saat tak ku temukan sedikitpun keraguan di bola matamu.Benci…aku benci ketika cinta yang dulu kau berikan untukku, kini tak tersisa barang sedikitpun.Hati ini meringis kala tahu bahwa cinta itu bukan lagi untukku.Tapi untuknya, untuk pria berwajah ramah yang berdiri di sampingmu, Kim Joon Myeon.

 

Bayang-bayang kejadian satu minggu lalu masih terekam jelas dalam ingatan.Kenapa sulit?Kenapa sulit sekali untuk melupakanmu? Kenapa aku tak bisa melupakanmu semudah kau melupakanku?.Ya Tuhan….kenapa semua yang kau gariskan dalam hidupku selalu berujung pada keburukan?Kemalangan? Ketidak beruntungan?.Apa aku diciptakan hanya untuk terombang-ambing dalam kesuraman? Lalu apa gunanya aku diciptakan?.

 

 

Dada ini kian bergemuruh, terlalu emosi akan ketidakadilan yang tuhan berikan. Ku pejamkan mata ini, berharap ada sesuatu yang setidaknya mampu membuatku bersyukur.Tapi…semua terlanjur buruk di mataku.Semua sudah nampak tak berguna, bagai sampah di pembuangan terakhir.

 

 

Layaknya putaran film yang kembali terputar, kilas balik setahun yang lalu tereka ulang dengan baik.Semua masih sangat jelas.Senyumnya ketika ku lingkarkan cincin putih di jari manisnya, semburat merah di pipinya kala ku jamah bibir tipis miliknya, suara manjanya di saat merajuk untuk meminta ini dan itu, sampai pada awal malapetaka dari pernikahan bahagia itu datang.

 

 

Masih ku ingat dengan baik betapa emosinya diriku, betapa aku merasa hina dan terbuang, kala selembar kertas putih hasil tes kesehatan yang ku terima menyatakan bahwa aku positif Aids. Aku…apa salahku sampai Tuhan mengirimkan penyakit hina itu padaku? Apa yang ku lakukan hingga Ia menghukumku dengan penyakit terkutuk itu? dan dari sekian banyak manusia di muka bumi ini kenapa harus aku? KENAPA?

 

 

 

Tapi jawaban itu tak kunjung ku dapatkan.Aku hanya bisa meraung dalam hati, memprotes tindakan Tuhan yang terlalu buruk padaku.Hingga rasa kecewa, marah, hina, dan terbuang membulat jadi satu dalam hati.Menggumpal seperti kista yang kian lama semakin besar.

 

 

 

Dan pada suatu malam, di tengah tidurmu yang nyenyak, ku pandangi wajah cantikmu yang dibanjiri sinar rembulan.Ku ratapi ekspresi nyamanmu kala itu, hingga dengan sendirinya tangan ini bergerak membelai kepalamu.Membelai seakan itulah terakhir kalinya aku bisa membuatmu nyaman.Dan ternyata semua menjadi kenyataan.

 

 

Setelah itu, aku tak pernah membuatmu nyaman, ah tidak.Bahkan membiarkanmu nyaman saja tidak pernah.Aku yang hina ini selalu membuatmu menangis, meringis, hingga berteriak histeris dengan perbuatan keji yang sengaja ku lakukan di depanmu.Tapi…kau tak lantas menyerah pada itu semua, hingga di suatu malam, di saat aku biasa melakukan rutinitas laknatku, kau datang menerobos pintu.Kau datang dengan emosi yang sudah tak tertahankan, bahkan aku sampai kalah, aku ingin bangkit dari ranjang dan mendekap tubuh kecilmu yang terus bergetar karena terlalu banyak menahan kesedihan.

 

 

Namun…lagi-lagi tekadku melarang semua berjalan sesuai kata hatiku, sehingga aku hanya bisa menatapmu dengan geram, seolah aku sangat membenci dirimu karena telah mengganggu aktivitasku bersama wanita murahan itu di atas ranjang, di atas ranjang kita. Tapi..tatapan itu sesunguhnya bukan seperti apa yang kau pikirkan, tatapan itu merupakan wujud kekesalanku karena melihatmu sekacau itu. Dan yang lebih parahnya, akulah satu-satunya alasan yang membuatmu seperti itu.

 

 

Kau berteriak, membentak dengan segala tenaga yang masih kau miliki.Jeritanmu yang melengking mengiris hatiku yang tak lagi bisa bersabar.Hingga ragamu yang ringkih jatuh ke atas lantai, dengan kepala tertunduk kau menangis dengan rintih.Tapi bukannya membuat tangismu reda, aku malah membentakmu.

 

 

“ Pergi kau! pergi dari hidupku! Dasar wanita tidak berguna!”

 

 

Nafasmu yang tersengal menjadi cambukan yang memperparah luka yang telah ku rasakan.Langkah gontaimu pada malam itu menjadi awal dari perpisahan, perpisahan yang sebenarnya. Hingga aku benar-benar yakin bahwa semua sudah berakhir, kau menatapku dengan tatapan pilu dan sarat akan penderitaan. Terlalu banyak luka yang ku temukan dalam matamu.Tapi ku sadar, keputusanku sudah benar, Membuatku tak bisa berbalik untuk merubahnya seperti sedia kala.

 

 

Membiarkan wanita sebaikmu di sisiku, sama saja memenjarakanmu dirimu dalam neraka dunia dan sayangnya aku tak akan pernah membiarkan itu terjadi. Kau terlalu berharga untuk makhluk kotor sepertiku. Walau ku tahu yang ku lakukan selama ini juga sama dengan membuatmu hidup dalam neraka, tapi setidaknya itu hanya untuk sementara. Karena setelah itu kau akan pergi, meninggalkanku yang kotor dalam lubang gelap dan menjijikkan seorang diri.

 

 

Ku yakin bahkan sangat yakin dengan seiring berjalannya waktu, luka yang ku torehkan akan mengering secara perlahan. Dan benar…luka itu kering, bahkan apa yang terjadi lebih dari apa yang ku harapkan. Kau…kau menemukan cinta yang baru.Cinta yang mampu menyisihkan nanah dan darah dari luka yang ku buat dalam hatimu.Cinta yang begitu lembut hingga memulihkan dirimu menjadi Song Hye Ah yang dulu, Song Hye Ah yang begitu ceria.

 

 

Tapi…aku tetap manusia.Melihatmu bahagia, aku tak bisa, separuh hatiku menangis menyadari bahwa kau sangat baik tanpaku. Walau separuh hatiku yang lain merasa bahagia karena akhirnya kau mendapatkan orang yang lebih pantas denganmu. Tapi..aishh…hanya ada tapi dan tapi. Itu semua karena aku tak bisa menerima jika nyatanya tidak ada sedikitpun cinta yang tersisa untukku.Aku menyesal sekaligus bangga.

 

 

Namun…demi Tuhan, jika dengan merelakanmu adalah satu-satunya jalan untuk mengirimkanmu pada kebahagiaan, aku akan mencobanya, meski terlalu berat. Jika melapangkan adalah cara yang tersisa untuk membuat senyummu kembali, aku akan melakukannya.

 

 

 

 

 

END

 

Okay… ketemu aku lagi!! Apa yah? Oh ya… sebenernya aku udh nulis ff ini dri thn kemarin, there is no chance to back yg satunya juga udh pernah dipublish di sini kok, cuma aku lupa ngirim kris side-nya dan baru inget pas obrak-abrik laptop. Klo yg udh lupa atau blm prnah baca yg versi pertamanya, ini dia linknya.KLIK DI SINI.

 

 

 

Thanks

 

GSB

 

 

 

See You

 

 

GSB


Unfathomable Friends (Chapter 7)

$
0
0

Title: Unfathomable Friends

Scriptwriter: autumndoor

Main Cast: You (Park Min Gi), Luhan, Byun Baekhyun, Do Kyungsoo

Support Cast: Park Chanyeol, Oh Sehun, OC (Kim Hyemi)

Genre: Romance

Duration (Length): Multi Chapter

Rating: PG-17

 

Part 7 – True Feelings

 

Latihan menjadi lebih intensif dilakukan mengingat kami hanya memiliki waktu sekitar satu bulan lagi sebelum tampil. Suasana studio musik beralih menjadi senyap setelah kami selesai melakukan drama musikal, tinggal aku sendiri duduk diantas lantai parket bersandar ditembok pada pojok ruangan dan meluruskan kakiku, beberapa kertas lirik – lirik lagu menumpuk di sampingku. Ini masih 2 jam menuju pekerjaan paruh waktuku, oleh karena itu aku memilih beristirahan sejenak sebelum memulai pekerjaanku. Handphoneku berdering memberi tanda ada telepon masuk.

“Eommaaaaa”Sapaku.

“Min Gi-ah apa yang sedang kau lakukan sayang?” Suara Eomma terdengar sangat merdu di telingaku.

“Aku baru saja selesai melakukan latihan drama musikal. Eomma, bagaimana keadaan Eomma sekarang? Appa merawat Eomma dengan baik kan?” Tanpa pikir panjang segera kutanyakan kabar Eomma.

“Jadi kau masih berada di universitas? Eomma sangat baik, nak. Hmmm tentu saja Appa lebih baik dari perawat atau dokter manapun” Terdengar Eomma terrtawa kecil.

“Ne Eomma, uhm 6 bulan kita tidak bertemu, Eomma aku sangat merindukanmu” Aku mendesah.

“Haruskah Eomma memberi tahu rasa rindu Eomma padamu huh? Kau sendiri sudah mengetahui bagaimana Eomma merindukanmu” Jawaban biasa yang Eomma lontarkan ketika aku berkata ‘Aku merindukanmu Eomma’. Sebenarnya jawaban Eomma memang tepat, Eomma pasti merindukanku sebagaiman aku merindukannya.

“Eomma, bagaimana jika kita melakukan video call? Aku ingin melihat wajah Eomma” Tawarku dengan semangat.

“Uhm jangan! Eomma sedang sibuk memasak, akan merepotkan jika melakukan video call, ne?” Eomma mentah – mentah menolak tawaranku.

“Ah, ne” Jawabku kecewa.

Eomma menyadari kekecewaanku, kemudian Eomma membuka topik pembicaraan baru. “Bagaimana kabar Hyemi, Baekhyun, Chanyeol, Sehun?”  Tanyanya.

“Eomma, anak eomma itu hanya aku” Aku memutar bola mataku.

“Aish, Eomma hanya memastikan mereka tetap menjaga dan memperlakukanmu dengan baik” Timpal Eomma.

“Mereka sangat baik Eomma” Aku mengubah posisi duduk-ku menjadi memegang kedua lutut yang ditekuk.

“Min Gi, belajarlah dengan baik” Nasihat yang selalu kudengar setiap kali aku berbicara dengan Eomma di telepon. Eomma tidak pernah bosan mengingatkanku untuk belajar.

“Tentu Eomma” Aku tersenyum lebar, mengingat hasil ujian terkahirku tidak memberiku nilai yang memuaskan, tapi kurasa Eomma tidak kuijinkan mengetahui hal ini. Mianhae Eomma.

Aku berdecak memandangi bayanganku didepan cermin yang dipasang memenuhi dinding, aku bisa melihat diriku seorang diri disini. “Uhm Eomma aku sangat ingin memelukmu sekarang”

“Wae?” Jawab Eomma.

“Aku bilang aku merindukan Eomma” Tegasku.

“Ketika Eomma tidak bisa memelukmu, maka suara atau pesan Eomma lah yang menjadi wakilnya” Eomma berbicara dengan nada lembut yang selalu membuatku merasa nyaman walau sebenarnya aku selalu merasa jarak diantara kami benar – benar membunuh. Tapi aku disini karena keinginan orang tuaku, aku tahu mereka mengetahui yang terbaik untukku.

“Eomma, bahkan Eomma tidak membalas pesanku sejak 3 hari lalu” Jawabku lemas

“Mianhae, Eomma sedikit sibuk. Mianhae Min Gi-ya mianhaeyo” Eomma berkata penuh penyesalan, suaranya menjadi agak parau.

“Ah Eomma, tidak apa – apa. Eomma tidak harus meminta maaf padaku” Jawabku cepat.

Salah. Aku salah dalam berkata.

“Uhm, Eomma karena ini tahun terakhirku setelah aku lulus aku ingin tinggal di China lagi bersama Eomma dan Appa” Aku memindahkan handphoneku ke telingan kanan.

“Kelak kau akan tinggal bersama orang yang akan menemani dan menjagamu-” Eomma berdeham, kemudian mengambil nafas untuk melanjutkan kata – katanya “sampai waktu yang memisahkan kalian”.

“Eomma dan Appa selalu melakukannya untukku”

“Eomma tidak bisa selamanya bersamamu” Suara Eomma terdengar menjadi serak.

Aku terdiam, perkataan Eomma tentu benar – benar logis. Tapi itu sungguh membuatku terhenyak.“Eomma, apa maksud Eomma aku harus mencari seorang pendamping huh?”

“Tentu saja. Agar ketika Eomma tidak ada disampingmu, dia bisa menjagamu seperti yang Eomma lakukan” Eomma kembali mengatakan hal yang memiliki kesamaan makna dengan kata – kata sebelumnya.

Aku mengeratkan pelukan pada lututku, tiba – tiba aku merasa merinding, aku merasakan air mata yang sudah terakumulasi di kelopak mataku “Eomma, kenapa harus berbicara seperti itu? Eomma membuatku takut”

Dengan suara lembut Eomma menjawab “Kau tidak harus takut Min Gi-ah, kau sudah sangat dewasa untuk menghadapi segala hal yang mungkin terjadi”

Aku berkata pelan, menahan air mata yang tidak tertampung lagi dalam kelopak mata. “Eomma…”

“Wae?” Eomma masih berbicara dengan nada yang sama.

Aku menyeka air mataku kemudian menghelas nafas “Tidak apa – apa”Aku berkelak, aku tidak ingin Eomma tahu jika aku menangis sekarang.

Ini bukan pertama kalinya Aku dan Eomma membicarakan hal seperti ini, bahkan saat pertama kali Aku meninggalkan China, Eomma jelas – jelas berkata jika Eomma akan meninggalkanku sendiri di Korea, selanjutnya tahun demi tahun aku lewati tanpa Eomma disampingku. Mungkin kali ini Aku hanya terbawa suasana, karena Aku yang sedang mengalami masa sulit dan Aku aku membutuhkan Eomma disampingku, sekedar untuk bersandar padanya dan memeluknya.

“Eomma aku tidak ingin mendengar kabar buruk mengenai kesehatan Eomma lagi. Eomma harus mendengarkan setiap perkataan dokter” Cerocosku.

“Ne. Kau yang harus menjaga dirimu baik – baik”Balas Eomma.

“Eomma aku sangat baik, jangan terlalu menghawatirkanku” Keluhku.

Eomma, Eomma-lah satu – satunya orang yang harus dikhawatirkan bukan aku.

“Arraseo, Eomma selalu percaya padamu Min Gi” Eomma berdeham “Min Gi, Park Min Gi, yang paling Eomma sayangi, jika kau tahu Eomma lebih menyayangimu dibanding Appa” Eomma tertawa kecil.

“Eomma, aku akan memberitahukannya pada Appa” Akhirnya aku bisa mendengar Eomma tertawa.

“Berani – beraninya kau kepada Eomma!” Eomma menaikan volume suaranya.

“Eomma aku hanya bercanda” Aku tertawa. “Eomma, aku harus pergi menemui teman. Nanti aku telepon lagi ne?” Aku melirik jam tanganku, tidak terasa sudah waktunya aku pergi ke cafe.

“Ne, Saranghae Min Gi-ya” Suara Eomma sangat merdu di telingaku.

“Nado saranghaeyo Eomma” Jawabku.

“Saranghae Min Gi” Eomma mengulang kata – katanya.

“Eomma bolehkah aku menutup teleponnya?” Aku tertawa kecil.

“Ah tentu saja, semoga harimu menyenangkan sayang”

“Tentu, Eomma juga”

 

***

Sesi penyampaian rindu antara ibu dan anakpun selesai. Aku beranjak dari posisiku, meregangkan tangan dan kakiku. Aku menyampirkan tas di bahu kiriku. Aku berjalan menuju pintu, saat aku kan membuka pintu, seseorang menahan pintu dari luar. Aku membuka pintu dengan kasar, berharap seseorang tersebut tidak menghalangi jalanku. Namun setelah aku keluar kudapati seseorang yang tidak terduga dibalik pintu, Baekhyun.

‘Tidak! ini masalah bagiku’

“Hey Baek. Kau masih disini? Ah aku akan segera pulang, aku sangat lelah. Anyeong” Aku menyapanya terlebih dahulu, sebelum Baekhyun mencercaku dengan pertanyaan – pertanyaan kecurigaannya terhadapku yang sering menghilang.

Aku membalikan badanku segera setelah melambaikan tangan dan tersenyum lebar pada Baekhyun. Aku berharap Baekhyun tidak masalah dengan ini dan membiarkanku pergi.

Tapi tentu saja Baekhyun tidak semudah itu, langkahku dapat disusul segera oleh Baekhyun. Kini Baekhyun ada dihadapanku, ia menahan langkahku.

“Biasanya kita pulang bersama ne? Kau menghindariku? Apa yang terjadi?” Baekhyun menatapku tajam.

“Baek, Aku-”

“Hampir satu bulan ini kita hanya bertemu selama latihan. Selain itu kita hanya berbicara di telepon” Baekhyun tidak dapat menyembunyikan kekesalannya, terlihat jelas dari tatapannya padaku.

Entah apa yang ada di benakku tapi aku menjadi terbawa emosi.  “Apa itu masalah Baek? Mengapa kau menjadi seperti ini, kau marah padaku huh?” Jawabku.

“Apa ini karena Luhan?” Baekhyun mendengus kesal.

“Luhan?? Baek dengar-” Aku mengangkat alisku.

“Itu karena kau menghabiskan sisa waktumu bersama Luhan. Dia teman masa kecilmu yang sangat kau rindukan huh? Oh, aku lupa bahkan dia adalah cinta pertamamu, dia tentu lebih menyenangkan dibanding Aku, Hyemi, Sehun dan Chanyeol” Baekhyun memotong perkataanku dan menyerangku dengan spekulasi – spekulasinya.

Aku terdiam, membeku, aku tidak tahu jawaban apa yang harus kuberikan pada Baekhyun. Baekhyun jelas – jelas salah paham, tapi tentu saja aku juga tidak bisa berkata jujur padanya.

“Tentu saja tidak ada yang salah dari perkataanku kan?” Lanjut Baekhyun.

“Baek, dengarkan aku,ini bukan tentang Luhan” Aku mengalihkan pandanganku ke sisi lain, aku enggan membalas tatapan Baekhyun.

“Aku sedang tidak ingin menjadi pendengar, pergilah!”

Baekhyun menghempaskan tangannya ke udara, mengisyaratkan agar aku pergi dari hadapannya. Aku menelah ludah, membeku, melihat Baekhyun berbalik dan berjalan mendahuluiku.

Baekhyun terkadang memang menjadi seseorang yang sensitif, ia akan marah – marah seperti seorang gadis yang sedang pms jika sesuatu mengganggu pikirannya. Tapi setahuku Baekhyun hanya sensitif terhadap hal yang berhubungan dengan keluarganya. ‘Dan aku? Siapa aku?’ Aku sahabatnya, Chanyeol, Hyemi, dan Sehun juga berada di posisi yang sama sepertiku. Pernahkah Baekhyun marah ketika Sehun dan Hyemi lebih mementingkan hubungan mereka atau marah pada Chanyeol yang kadang memilih bersama kakaknya ketika Baekhyun membutuhkannya, jawabannya ‘tidak’.

Kuakui akulah diantara mereka yang lebih sering bersama Baekhyun, Baekhyun memang menyebalkan tapi ia banyak membantuku. Dialah orang yang mencarikan apartemen untukku, memberikan tumpangan gratis untuk pergi ke universitas, dan memberikanku pinjaman uang ketika aku membutuhkannya. Itulah yang membuatku keras kepala tidak ingin memberitahu Baekhyun jika aku bekerja paruh waktu, jika ia mengetahui aku dalam kesulitan tentang uang, pasti dengan mudah ia akan membantuku walaupun aku tidak mengijinkannya. Kali ini aku harus melakukannya sendiri, berusaha menyelesaikan masalahku sendiri, bukankah kita berdiri dengan kaki kita sendiri, kita tidak meminjam kaki milik orang lain.

 

***

 

Aku berjalan lemas menuju area dapur cafe, hari ini tugasku menyiapkan makanan. Sedikit beruntung karena kurasa aku tidak sedang dalam mood untuk memberikan senyuman pada para pengunjung, ‘Ah Baekhyun mengapa kau begitu marah padaku’ gumamku dalam hari. Aku menendang pelan pintu dapur, pintu terbuka, terdengar sayup – sayup suara seseorang bernyanyi dari dalam dapur, demi tuhan suaranya sangat merdu.

Aku berjalan diantara rak piring yang memanjang dan wastafel, diujung ruangan kutemukan Kyungsoo yang sedang menghias sebuah kue tart sambil bersenandung merdu. Dialah pemilik suara emas tersebut.

Aku menghampiri Kyungsoo, mengambil duduk di sebelahnya, Kyungsoo menatapku dan menghentikan nyanyiannya. “Min Gi-ah” Kyungsoo tersenyum.

“Kyungsoo, uhm suaramu bagus sekali” Aku memuji Kyungsoo

“Gomawo” Kyungso meratakan whiped cream diatas tart tersebut, kemudian menaburkan chocochip warna – warni diatasnya.

Aku teringat sesuatu, Baekhyun.

“Min Gi-ah, bisakah kau mencarikan peran Angelo untukku?”

Kyungsoo, kurasa adalah orang yang tepat, suaranya bagus dan dia juga tampan. Jika ia mau bergabung kedalam tim drama musikal, mungkin Baekhyun akan melupakan kemarahannya padaku. Ide bagus.

“Kyungsoo-ah kau bisa menari? Uhm tidak perlu mahir hanya sekedar gerakan – gerakan sederhana” Aku mendekatkan posisi dudukku pada Kyungsoo.

“Min Gi-ah, kau akan merusak kue nya” Aku tidak menyadari jika tanganku hampir saja menyentuh tart milik Kyungsoo.

“Mianhae Kyungsoo” Aku menunduk. Aku berdeham sebelum melanjutkan pertanyaanku “Ehm, bagaiman dengan pertanyaanku tadi?”

“Aku tidak pandai menari tapi aku bisa melakukannya. Wae?” Kyungsoo menggambar tokoh pororo di bagian tengah tart-nya.

“Apa kah kau ingin bergabung dalam sebuah drama musikal? Tim ku kekurangan satu peran, dan tentu saja kau sangat memenuhi kriteria” Tawarku.

“Ani” Kyungsoo menggeleng

“Wae? Kau berbakat Kyungsoo dan jika drama musikal kali ini sukses sebagai hadiahnya kita akan diberi kesempatan untuk pergi ke New York”

“New York?” Kyungsoo membulatkan matanya.

“Ne” Aku mengangguk.

Kyungsoo selesai menghias tart-nya, hasilnya sangat lucu, kue tart yang berlapis terbungkus whiped cream berwarna biru dan kuning, dengan gambar poror di bagian tengahnya, kurasa Kyungsoo sedang menggambar dirinya sendiri, matanya mirip dengan mata pororo. Kyungsoo membuka sarung tangan plastiknya dan menuju wastafel, aku mengikuti Kyungsoo dari belakang, “Kyungsoo-ah bagaimana?” Tanyaku

Kyungsoo berbalik menghadapku mengelap tangannya dengan sebuah lap tangan yang terselip di saku apronnya“Kapan kita bisa memulai latihannya?” Kyungsoo tersenyum.

“Berarti jawabannya ya? Ah Gomawo-yo Kyungsoo-ya” Aku tersenyum bahagia. “Kami sebenarnya sudah melakukan latihan dari waktu yang lama, uhm tapi kami masih punya waktu 1 bulan lagi. Besok kita datang bersama ne? Uhm apa proyekmu dan Luhan sudah selesai?”

“Arraseo” Kyungsoo mengangguk. “Kami hanya perlu beberapa hari lagi untuk menyelesaikannya”

“Min Gi-ssi, Min Gi-ssi” Terdengar suara seorang perempuan memanggilku dengan suara lantang dari arah luar.

“Ah pasti mereka membutuhkan bantuanku, kita bicara lagi nanti” Aku bergegas menuju sumber suara, sebelum aku tertangkap sedang mengobrol bersama Kyungsoo.

 

***

Suasana di cafe sangat sepi, 15 menit sebelum cafe ditutup sudah tidak ada pengunjung yang tinggal disini. Aku berjalan keluar cafe untuk memasukan papan promosi cafe ini, aku melihat seseorang yang tidak asing berdiri mengahadap kejalan di depan cafe.

“Luhan, apa yang kau lakukan disini?” Tegurku, aku tentu saja mengenalnya meskipun dia membelakangiku.

“Ah, kunci apartemenku hilang jadi aku harus pulang bersama Kyungsoo. Aku meneleponnya tapi dia tidak menjawab” Luhan berbalik menghadapku.

“Uhm, Kyungsoo masih di dalam. Tunggulah sebentar di dalam, di sini dingin” Aku melihat Luhan meniup kedua telapak tangannya yang kedinginan, hidungnya memerah nyaris seperti buah ceri.

“Gomawo” Luhan mengikuti masuk kedalam cafe setelah aku meletakkan papan promosi di dalam cafe.

“Kau ingin minum sesuatu?” Tawarku.

“Ani. Ini sudah lewat jam buka cafe” Luhan menggeleng.

“Masih ada 15 menit terakhir, kurasa cukup untuk membuatkanmu secangkir kopi hangat” Aku melihat jam tanganku.

“Uh, baiklah” Luhan tersenyum.

 

Aku kembali dengan secangkir kopi hangat, Luhan tengah duduk di meja dekat kasir. Seperti biasa saat cafe akan tutup hanya Aku dan Kyungsoo yang ada disini, bertugas membereskan segala yang ada disini, tapi karena hari ini pengunjung tidak terlalu banyak, aku dapat menyelesaikan pekerjaan pekerjaanku dengan cepat sehingga aku dapat berbincang dengan Luhan.

“Kyungsoo bilang tunggu sebentar dia sedang membereskan dapur” Aku meletakkan kopi di meja dan mengambil duduk berhadapan dengan Luhan.

“Arraseo” Luhan segera memegang secangkir kopi hangat yang kubawa, aku tidak tahu sudah berapa lama Luhan menunggu Kyungsoo diluar. “Uhm, Min Gi-ya, hari ini aku berbicara banyak dengan Chanyeol” Ucap Luhan.

“Jinjja? Kuharap dia tidak merusak nama baikku” Kata – kata Luhan mengejutkanku, aku pikir Chanyeol tidak akan sempat membicarakanku pada Luhan.

“Dia berkata jika kalian terlibat dalam sebuah drama musikal sebagai seorang kekasih” Luhan tertawa.

“Ah itu memang benar, aku menjadi Cinederella dan dia pangerannya” Aku bersandar pada senderan kursi. ‘Park Chanyeol haruskah kau mengatakan ini huh’ gumamku dalam hati.

“Hmmm, dan dia bilang mantan kekasihmu yang bernama Junmyun iri padanya” Luhan berkata sebelum meneguk kopinya.

“Ha?” Aku terperanjat dari duduk santaiku.

“Wae? Kau tidak pernah menceritakan mengenai Junmyun padaku” Protes Luhan.

“Itu hanya cerita lama, aku sudah tidak mengingatnya. Bicarakan hal lain saja Lu” Jawabku dingin.

“Jika dulu kau berkencan dengan seseorang bernama Junmyun itu, sekarang dengan siapa kau berkencan?” Pertanyaan Luhan benar – benar membuatku menciut, setelah Junmyun tidak ada lagi seseorang yang aku kencani.

“Aku? Tidak ada” Jawabku datar.

“Giliranku, siapa yeoja beruntung yang menjadi kekasihmu?” Kali ini saatnya aku bertanya balik pada Luhan, sebenarnya bukan atas dasar balas dendan terhadap pertanyaannya melainkan untuk menghilangkan rasa penasaranku.

“Hmmmm” Luhan menatap langit – langit seolah – olah jawaban pertanyaanku tertulis disana. “Ah ani, aku tidak berkencan dengan siapapun” Luhan berkata pelan.

“Uhm aku pikir banyak orang yang ingin menjadi kekasihmu” Aku menatap lurus ke arah Luhan.

“Begitupun denganmu” Jawabnya singkat.

“Ne?” Aku terbelalak menatap Luhan.

“Kurasa seseorang akan dengan mudah jatuh cinta padamu” Luhan melipat kedua tangannya di depan dada.

“Ani, buktinya aku selalu bersama Chanyeol dan Baekhyun tapi kita tidak pernah saling jatuh cinta” Aku menepis pendapat Luhan, karena kurasa itu memang tidak sesuai dengan kenyataan.

“Kau yakin?” Luhan menaikkan sebelah alisnya.

“Uhm tentu saja” Aku mengangguk cepat.

Tidak lama Kyungsoo datang dengan pakaian yang sudah berganti. Kyungsoo dan Luhan dengan sabar menungguku berganti pakaian terlebih dahulu sebelum kami pulang bersama. Aku berjalan menuju lokerku. Sekembalinya aku, Luhan dan Kyungsoo sudah menunggu di luar cafe, aku menghampiri mereka, segera setelah Kyungsoo mengunci pintu cafe kami menuju halte untuk pulang ke apartemen.

 

***

 

Aku dan Kyungsoo menuju studio musik untuk latihan pertama Kyungsoo, sebelumnya sudah kuhubungi Sehun jika aku akan membawa seseseorang yang berperan menjadi Angelo, karena seorang Byun Baekhyun yang menyebalkan dan ke kanak-kanakan sama sekali tidak mau menjawab teleponku.

Kulihat Sehun yang duduk di depan studio musik, sambil memainkan handphonenya.

“Sehun-ah” Tegurku

“Ah kau sudah datang” Sehun bangun dari duduknya.

“Sehun, ini Kyungsoo yang aku ceritakan padamu” Aku menarik Kyungsoo mendekat.

“Do Kyungsoo imnida” Kyungsoo tersenyum membungkuk dihadapan Sehun.

“Oh Sehun imnida, bangapseumida”  Sehun membungkuk dihadapan Kyungsoo.

“Sehun kau merubah warna dan gaya rambut mu, daebak!” Aku mengacak rambut baru Sehun, rambut model mohawk dengan bagian atas yang dicat pirang, dengan gaya spike mirip Justin Bieber.

“Terlihat lebih baik kan? Hyemi yang menyarankannya” Sehun tersenyum lebar. “Ah itu Hyemi, baru saja aku mengiriminya pesan” Sehun menunjuk kearah seberang.

“Anyeoooooong~” Hyemi datang dengan senyum ramahnya. “Ah jadi ini Kyungsoo-ssi?” Hyemi mengalihkan pandangannya pada Kyungsoo.

“Ah ne” Kyungsoo mengangguk.

“Kim Hyemi imnida, semoga kita bisa bekerjasama dengan baik. Kajja! yang lain sudah menunggu di dalam” Hyemi mengajak kami untuk masuk kedalam.

Saranku benar – benar didengar oleh Kyungsoo, aku memberitahunya agar tidak merasa gugup, dan semua teman – temanku adalah orang yang hangat. Kyungsoo masuk menuju ruangan bersama Sehun sambil mengobrol.

“Hyemi, apa Baekhyun sudah datang?” Aku berbisik pada Hyemi.

“Tentu dia orang yang pertam datang” Jawab Hyemi santai.

 

***

 

Studio Musik diisi lengkap oleh semua tim drama musikal, disana beberapa orang berlatih menari, yang lainnya berlatih menyanyi menyamakan suara dengan musik iringannya. Baekhyun dan Chanyeol duduk di dekat pintu, Baekhyun sedang memperhatikan Chanyeol yang sedang membaca script drama musikal sambil sesekali tertawa. Perhatian Chanyeol teralih pada kami yang baru saja datang.

“Ah Kyungsoo, kau akan bergabung dengan kita? Siapa yang meberitahumu mengenai drama musikal ini?” Chanyeol beranjak dari duduknya menghampiri kami.

“Min Gi yang memberitahuku” Kyungsoo melirik kearahku.

“Ah kupikir Luhan yang memberitahumu, kemarin aku baru saja membicarakan drama musikal ini bersama Luhan” Jawab Chanyeol.

“Luhan? Kau temannya Luhan?” Baekhyun menginterupsi pembicaraan kami

“Ne” Jawab Kyungsoo.

“Min Gi, kapan kau memberitahu Kyungsoo?” Baekhyun memiringkan wajahnya menatapku.

“Uhm, a-aku uhm” Aku tiba – tiba tergagap menjawab pertanyaan Baekhyun. Tentu saja ini bukanlah hal yang mudah, bagaimana aku mengetahui Kyungsoo dan tiba – tiba mengajaknya bergabung dalam drama musikal. Sungguh tidak ada sepatah kata pun yang dapat kujadikan alasan pada Baekhyun, aku berpikir sampil menggenggam bagian bawah sweater merah marunku.

“Ah begini, beberapa hari yang lalu aku bertemu Min Gi di universitas, dia memberitahuku mengenal hal ini” Beruntung Kyungsoo yang peka terhadap reaksiku membantu memberikan penjelasan pada Baekhyun.

“Aku akan menjelaskan padamu Baek, Luhan dan Kyungsoo sedang mengerjakan sebuah proyek bersama dosennya disini, aku sempat membantu mereka beberapa kali. Luhan adalah teman masa kecil Min Gi dan-” Chanyeol pun ikut menjelaskan hal ini pada Baekhyun.

“Cukup aku mengerti, Min Gi mengenal Kyungsoo dari Luhan”Baekhyun memotong perkataan Chanyeol dan kembali ke kursinya.

“Kyungsoo, itu Baekhyun dia adalah director dari drama musikal ini sekaligus ketua klub musik kami” Sehun berbicara pada Kyungsoo.

Sehun, Chanyeol dan Kyungsoo menghampiri Baekhyun, kemudian mereka berdiskusi, kurasa mereka sedang menjelaskan mengenai drama musikal ini pada Kyungsoo.

“Hey, Min Gi-ya dia Luhan yang pernah kau ceritakan?” Tiba – tiba Hyemi menepuk pundakku.

“Hmmm ne” Aku mengangguk.

“Ya Tuhan, akhirnya kalian bertemu lagi” Hyemi mengguncang lenganku.

“Ne ne” Aku menaggapi dingin reaksi Hyemi dan melepaskan tangan Hyemi dari lenganku

 

***

 

Latihan berjalan lancar, Baekhyun telihat puas dengan penampilan Kyungsoo.  Selain itu Kyungsoo juga memiliki kemapuan menari yang tidak terduga, lebih baik dari yang Chanyeol lakukan. Anggota yang lain sudah meninggalkan ruangan sejak beberapa menit lalu, Kyungsoo pergi lebih dulu karena dimintai bantuan oleh dosennya, Hyemi dan Sehun masih berlatih tarian Waltz, Aku dan Chanyeol yang duduk di pinggir ruangan memerhatikan setiap langkah Hyemi dan Sehun, harus diakui kami sangat buruk di bagian ini. Chanyeol mengangguk seolah mengerti dengan setiap langkah yang dibuat Sehun, tapi ketika melakukan latihan beberapa kali ia menginjak kaki-ku dan membuat aku terjatuh saat bagian putaran.

Aku melihat Baekhyun yang duduk di depan sebuah Grand Piano di sebelah kami, ia menekan bilah – bilah piano beraturan menciptakan musik untuk mengiringi tarian Hyemi dan Sehun.

Aku teringat kejadian kemarin sore saat Aku dan Baekhyun bertengkar, Baekhyun yang memancing emosiku dan dia juga menyentakku, tapi aku yang merasa bersalah karena hal ini, aku yang berbohong padanya. Aku harus berbicara padanya.

“Kau masih marah padaku?” Aku menghampiri Baekhyun yang masih menekankan jari – jarinya pada  bilah piano.

“Kau berbicara denganku huh?” Baekhyun menghentika permainan nya, kemudian menatapku sinis.

Tatapan Baekhyun sangat membuatku kesal, sebelum ada pertengkaran selanjutnya lebih baik aku menghindarinya.

“Baiklah aku pergi !” Aku berbalik menuju tempat dudukku kembali bersama Chanyeol.

“Tunggu!” Baekhyun berteriak.

“Wae? Aku pikir kau tidak ingin bicara denganku” Aku berbalik pada Baekhyun, aku mencoba menenangkan diriku sendiri.

“Lupakan saja, kemarin aku hanya uhm-” Baekhyun berkata dengan sangat pelan.

“Kau tidak memberikanku kesempatan untuk menjelaskan Baek” Potongku.

“Lupakan kita harus berkonsentrasi dengan latihan kita” Tegas Baekhyun.

Aku tidak dapat mengeluarkan kata – kata dari mulutku, perkataan Baekhyun menjelaskan jika ia tidak ingin mendengarkan penjelasan lebih lanjut dariku. Tiba – tiba terdengar suara seseorang terjatuh.

“Sehun-ah!!!!”Teriak Chanyeol.

Aku dan Baekhyun menuju sumber suara, disana kami bisa melihat Sehun yang sedang meringkuk diatas lantai memegangi tumit kaki kananya.

“Ah!” Sehun mendesah

“Sehun, apa yang terjadi?” Tanyaku panik.

“Dia terjatuh dari atas tangga, Min Gi. Di tangga tersebut ada tetesan air” Jelas Hyemi yang sedang mencoba menenangkan Sehun.

“Ah kaki-ku” Sehun mengerang kesakitan.

“Biarkan aku melihatnya Sehun” Tawar Baekhyun.

“Hey jangan sentuh bagian itu Baek!” Sehun menyelak tangan Baekhyun yang hendak menyentuhnya.

“Kakimu terkilir Sehun” Kata Chanyeol yang sekarang juga ikut mengerubuni Sehun.

“Oppa, kajja kita keruang kesehatan” Ajak Hyemi.

Sehun tidak menjawab.

“Oppa apa kau bisa berdiri?” Tanya Hyemi khawatir.

“Oh Sehun, ayolah kau bukan anak kecil” Baekhyun mengambil lengan Sehun membantunya untuk duduk.

“Oppa ayolah kita keruang kesehatan, aku akan membantumu berdiri” Hyemi menggenggam tangan Sehun.

“Hyemi, biarkan Chanyeol dan Baekhyun yang membantu Sehun” Aku menepuk pundak Hyemi.

Baekhyun dan Chanyeol segera membawa Sehun ke ruang kesehatan, diikuti oleh Aku dan Hyemi. Dokter di universitas menjelaskan jika cedera Sehun tidak terlalu parah, hanya terkilir. Sehun hanya harus beristirahat selama beberapa hari untuk mengenbalikan syaraf – syaraf di kakinya agar bekerja dengan baik kembali.

 

***

 

Beberapa hari Sehun tidak mengikuti latihan karena cederanya, oleh karena itu dengan terpaksa Sutradara Kim meminta bantuan Jong In. Satu minggu kedepan Jong In lah yang akan membenahi setiap gerakan – gerakan yang akan kami tampilkan diatas panggung nanti.

Selama ini Jong In masuk kedalam daftar orang yang tidak sukai Baekhyun dan Hyemi. Selama berlatih dengan Jong In, Hyemi tidak henti – hentinya menggerutu karena sikap Jong In yang dingin dan suka berkata seenaknya. Begitu pula dengan Baekhyun yang sesekali mengatai Jong In dengan kata – kata lancangnya.

Latihan hari ini berakhir pukul empat sore, tetapi Jong In masih menahan Aku dan Chanyeol untuk berlatih tarian Waltz yang benar. Baekhyun pergi beberapa menit lalu untuk berdiskusi dengan Sutradara Kim. Seorang Kim Jong In benar – benar membuat Aku dan Chanyeol frustasi hari ini, entah berapa kali kami mengulangi gerakan, mungkin sudah tidak terhitung.

Setelah latihan kami selesai. Jong In meminta Chanyeol untuk memperlihatkan beberapa dokumentasi mengenai latihan beberapa hari yang lalu, Jong In bilang ia membutuhkannya agar bisa melatih dengan baik. Karena data tersebut ada di ruangan klub musik yang berada di lantai 2, Jong In dan Chanyeol harus meninggalkan tempat kami berlatih sekarang ini.

“Min Gi-ah, Luhan akan datang kesini beberapa menit lagi ia akan mengambil berkas ini. Jadi nanti tolong berikan padanya setelah itu kau bisa pulang lebih dulu” Chanyeol memberikan sebuah tumpukan kertas miliknya padaku sembari membereskan tasnya.

Aku hanya mengagguk menerima pesan Chanyeol.

“Rasanya aku ingin sekali memukul si hitam itu” Chanyeol menutup resleting tasnya.

“Maksudmu Jong In?” Aku melirik Chanyeol disampingku.

“Siapa lagi kalau bukan dia, dia membuatku gila hari ini” Chanyeol menyampirkan tas di bahunya.

“Aku juga” Aku mendengus kesal. “Pergilah, lihat dia sudah menunggumu disana” Aku menunjuk Jong In yang tengah berdiri di ambang pintu menunggu Chanyeol.

“Anyeoooong” Chanyeol melambaikan tangannya lemas

 

***

Sepeninggal Chanyeol dan Jong In, aku berbaring diatas lantai kayu studio musik merebahkan tubuhku melepas kelelahanku sepanjang hari. Suasana disini sangat tenang tanpa teriakan dari orang – yang sedang berlatih. Aku masih penasaran dengan kemampuan menariku, apa sebegitu buruknya sehingga Jong In harus melatihku dan Chanyeol dengan ekstra.

Aku mengambil Ipad ku melihat video rekaman Aku dan Chanyeol yang sedang menari. Setelah mengamatinya beberapa menit, aku berinisiatif untuk mencobanya kembali tanpa Chanyeol, aku bangun dari posisiku melawan rasa lelahku menyalakan musik dari tape di sebelahku.

Aku berdiri memandangi bayanganku di depan cermin “Oke kau dapat melakukannya Park Min Gi” aku menyemangati diriku sendiri.

Aku memulai gerakan demi gerakan dengan sepenuh hati mengikuti alunan musik, bergeser ke kanan, kekiri, mengubah arah langkah dan berputar. Namun suara ketukan pintu mengehentikan kegiatanku. Aku berjalan menuju tape dan mematikan musik yang mengalun

“Masuklah” Kataku sambil mengelap keringat didahiku dengan handuk. “Ah, Luhan” Kulihat Luhan dengan gerak – gerik canggung memasuki ruangan.

“Min Gi-ya kau disini? ” Tanyanya.

“Ne, latihan baru saja selesai. Kemari lah tidak ada siapa – siapa disini kau tidak perlu merasa canggung” Aku kembali duduk di atas lantai.

Luhan berjalan menghampiriku dan duduk tepat disebelahku. “Kau mencari Chanyeol kan? Ini” Aku menyerahkan berkas yang dititipkan Chanyeol.

Tanpa pikir panjang Luhan segera menerimanya “Dimana Chanyeol?” Tanyanya.

“Dia bersama temannya, ada yang harus dikerjakan” Aku meneguk sebotol air mineral.

“Uhm” Luhan mengangguk. Luhan mengalihkan perhatiannya pada Ipad yang tergeletak disampingnya kemudian mengambilnya “Tarian Waltz uh?” Kata Luhan.

“Ne” Jawabku singkat. “Pelatihku bilang jika aku masih salah dalam posisi memutar, dan terkadang langkahku tidak tepatdengan Chanyeol” Aku mengusap wajahku dengan telapak tanganku.

“Uhm pada bagian pertama seharusnya kaki kananmu mundur perlahan, kaki kiri melangkah ke samping kiri dengan cepat, kaki kanan melangkah menutup ke kaki kiri dengan cepat” Luhan menunjuk setiap pergerakanku dan Chanyeol dalam video.

“Dan pada awal putaran kaki kirimu maju, kaki kanan melangkah ke samping kanan, kaki kiri melangkah ke kanan sambil kau harus memutar badanmu 90 derajat ke kanan” Lanjut Luhan.

Aku memiringkan kepalaku menatap Luhan yang sedang mengomentari setiap gerakanku.

“Uhm terkahir kau juga harus mengayunkan badanmu lebih swing mengikuti gerakan, itu akan terlihat semakin indah” Luhan meletakkan kembali Ipadku dan tersenyum.

“Hey bagaimana kau mengetahuinya?” Aku menaikkan alisku menatap Luhan dengan penuh keheranan.

“Ketika aku sekolah menengah aku sempat mengikuti klub tari dan aku belajar sedikit mengenai Waltz” Jelas Luhan.

“Lulu, aku tidak percaya kukira hobimu hanya bermain sepak bola” Aku menepuk pundak Luhan.

“Ehm, aku hanya penasaran, aku ingin mencoba berbagai hal” Luhan tersenyum Lebar “Ayo bangunlah, aku akan membantumu” Luhan menepuk balik pundakku.

“Huh?” Aku melebarkan mataku menatap Luhan.

“Kajja” Luhan menarik tanganku membuatku berdiri.

 

Aku menyalakan kembali musik dari tape. Kini Aku dan Luhan berdiri di tengah – tengah studio, dikelilingi cermin – cermin yang merefleksikan bayangan kami. Suasana hening, di temani lampu studio yang agak redup, ditambah alunan musik yang lembut membuatku larut dalam suasana sejenis romantisme bersama Luhan setelah aku merasakan sentuhannya di tanganku.

Dimulai dari gerakan awal Aku dan Luhan berhadapan, separuh badan bagian kanan ku berhadapan dengan separuh badan Luhan bagian kanan, agar kalau melangkah maju atau mundur kaki kita tidak saling menginjak. Kedua tangan kami berpegangan dengan siku sedikit ditekuk dan telapak tangan setinggi bahu.

“Semoga kau tidak merasa canggung melakukan ini denganku” Luhan tersenyum. Posisi selanjutnya adalah posisi tertutup dimana kita harus merapatkan badan kita satu sama lain.

Selanjutnya Luhan memulai gerakan pertamanya mengayun ke sebelah kanan, aku mengikuti langkahnya, kemudian ke kiri “Pelan – pelan saja, ayunkan badanmu mengikuti musik” Luhan berbisik di telingaku.

Aku hanya mengangguk aku tidak berkata apa – apa. Aku bersumpah ini lebih menegangkan dibandingkan latihan bersama Jong In.

“Kenapa kau tiba – tiba menjadi pendiam huh?” Selanjutnya kami melakukan gerakan yang sama dengan arah yang berlawanan.

Aku rasa aku tidak dapat bernapas sekarang, ‘Ya Tuhan Aku dalam posisi sedekat ini dengannya’ gumamku dalam hati “Ani, aku uhm- aku hanya berusaha berkonsentrasi” Aku menggeleng.

“Kau- uhm kau sangat mengganggu” Luhan berbicara pelan.

“Ne?” Jawabku

“Kau sangat mengganggu pikiranku” Lanjut Luhan.

“Lu- aku-” Setelah kekurangan pasokan oksigen, sekarang aku merasa jantungku hampir berhenti berdetak, kata – kata yang keluar dari mulut Luhan terlalu luar biasa.

“Gerakan kedua kaki kananmu mundur, kaki kiri mundur dirapatkan ke kaki kanan, hitungan ke tiga diam sejenak sambil mengangkat tumit. Oke?” Luhan memberikan instruksi selanjutnya.

“Baik” Jawabku. “Uhm Luhan mianhae” Jujur aku tidak bisa menyembunyikan rasa gugupku, aku menginjak kaki Luhan.

“Jangan merasa gugup di hadapanku, jika kau melakukankany aku akan merasa lebih gugup lagi” Kata Luhan.

‘Hari apa ini?  Mimpi aku semalam? Apakah ini benar – benar nyata?’ Tanyaku dalam hati.

“Selanjutnya memutar, perhatikan langkahmu” Ini gerakan yang paling indah menurutku, yaitu dimana aku  melangkah berputar di bawah lengan Luhan dan lenganku dengan tangan yang tetap berpegangan.

“Dimulai dengan gerakan kedua lalu putar 90 derajat ne” Ucap Luhan.

Aku mengikuti langkah luhan, kemudian kaki kiriku melangkah ke kanan sambil memutar badanku 90 derajat ke kanan, kaki kanan melangkah ke kanan sambil memutar kembali badan 90 derajat ke kanan, gerakan diakhiri dengan merapatkan kaki kanan ke kaki kiri.

Nafasku terengah – engah, aku yakin ini bukan karena aku yang terlalu lelah setelah beberapa kali mengulang gerakan yang sama “Gomawo Luhan” Ucapku.

Aku merenggangkan posisi ku dengan Luhan kemudian melepaskan pegangan tangan kami, Berbalik menuju tempat dudukku semula, tapi tiba – tiba tangan Luhan mampir di bahu kiri ku, aku berbalik menghadap Luhan “Wae?”

“Bagaimana jika aku menyukaimu?” Mata Luhan lurus menatapku

Pertanyaan jenis apa ini tentu saja aku tidak dapat menjawabnya. Berbagai perasaan berkecamuk di dalam hatiku.

“Luhan” Aku memanggil namanya pelan, Aku mengepalkan tanganku menahan lututku yang mulai bergetar.

“Mianhae” Luhan menunduk menatap lantai.“Ini salahku” Lanjut Luhan

“Luhan, apa yang kau bicarakan?” Aku maju satu langkah mendekati Luhan.

“Ini salahku, aku menyukaimu, aku menyukaimu lebih dari seorang teman” Luhan mengatakan kata – katanya dengan kurang jelas seperti menahan sesuatu ditenggorokanya. Ini benar – benar diluar ekspetasiku, bukan kah selama ini aku juga merasakan hal yang tidak biasa bersama Luhan. Tapi mengapa saat Luhan jujur mengenai perasaannya kepadaku, aku malah terdiam seperti patung, mulutku kaku tidak ada yang bisa kukatakan.

“Mengapa baru sekarang kita bertemu” Luhan menekan dahinya dengan telapak tangannya, Luhan terlihat seperti orang yang sedang berpikir keras.

“Luhan, aku-” Aku memegang pundak Luhan.

“Jangan katakan apapun Min Gi” Luhan memotong kata – kataku dengan segera.

“Luhan” Aku melepaskan peganganku pada Luhan.

Luhan berjalan melewatiku, Aku segera berbalik menggenggan tangannya menahannya pergi.

“Tidak ada yang salah Luhan” Aku mengeratkan genggamanku.

“Orang yang selama ini kubicarakan itu adalah kau, kau Min Gi” Luhan berbalik padaku menatapku dengan mata coklat nya yang luar biasa.

“Biarkan aku pergi” Luhan menatapku dengan tatapan memohon dan melepaskan genggaman tanganku.

Aku menyusulnya hingga ambang pintu, Luhan berbalik menatapku, menggigit bagian bawah bibirnya. Luhan menjatuhkan mantel dan tas yang ada digenggaman kedua tangannya, kemudian memelukku dengan kedua lengannya.

Kini aku ada dalam pelukan Luhan, aku bersandar pada dadanya aku bisa merasakan deru nafasnya yang tak beraturan. “Aku hanya ingin kau tetap disampingku” Luhan berkata disamping telingaku.

“Luhan, aku tidak pergi kemanapun” Jawabku. Luhan melepas pelukannya, ia mengambil tas dan mantel yang ia jatuhkan di lantai.

“Aku harus pergi” Luhan menepuk pundakku.

Aku mengangguk mengerti, membiarkan Luhan berjalan pergi. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan, jika Luhan bilang aku mengganggu pikirannya, sekarang jika ia tahu ia lebih mengganggu pikiranku. Aku dibuat bingung oleh tindakannya.

Aku menghembuskan nafasku, kemudian mengalihkan pandanganku kearah yang berlawanan dengan arah kepergian Luhan. Seseorang berdiri disana, dengan tatapan kosong,

Aku menelan ludah “Baek, sejak kapan kau ada disana?”

 

Haaaaaaaaa finally Part 7!!!!! Part ini lebih panjang dari sebelumnya, hope you happy reading it

Sorry for Kai’s character, it’s just coincidental. Actually, I Love Him so muchhh <3333333

This music inspiring me when Min Gi and Luhan doing waltz dance if you want to hear it follow the link : http://www.youtube.com/watch?v=MxcXCwPeaOs

 

 

 

 

 


Love at Fansign (Chapter 3)

$
0
0

aaaaa

 

| Title :Love at Fansign |

| Author : ciela ( @C3774 ) |

| Rating : PG-15 |

| Main cast : Oh Sehun, Park Jimin (OC) |

| Support Cast : EXO K member, Xiumin (EXO M), Kang Hye Jeong (OC) |

| Length : chaptered |

| Genre : Romance, Marriage Life, School Life |

| cielaa.wordpress.com |

Note: semua ide untuk membangun ff ini adalah murni dari author dan beberapa ada yang dari temen author. typo sdh diminimalisir. don’t be a silent reader :D bbyong~!

- Chapter 3 –

Park Jimin POV

Sudah sekitar 2 minggu aku berlatih untuk olimpiade matematika  yang akan kuikuti bulan depan tetapi di dalam 2 minggu itu juga umma dan sahabat umma yang akan menjadi calon mertuaku itu pun sudah menyiapkan segala sesuatunya. DAEBAK! Mereka itu sudah seperti grup yang sangat klop untuk mempersiapkan semua persiapan untuk pernikahan mereka… eh salah… pernikahanku dengan Sehun sebenarnya. Sungguh, mengapa aku tidak bisa memanggil Do Min Joon untuk menghentikan waktu dan membawaku ke planet yang lain agar aku tidak dinikahkan oleh Sehun. Kenapa tidak Do Min Joon saja yang dinikahkan denganku? Hidup ini memang tidak adil! Tapi aku sangat menyayangi dunia ini dan hidupku

 

*You have one missed call*

 

“Nomor siapa ini? lebih baik ku telfon kembali saja”

 

Setelah menunggu beberapa saat

 

“Yeoboseyo… nuguseyo?”

 

“Yeoboseyo… Jiminie? Aku ummanya Sehun”

 

“Ohh..ne ahjumma, waeyo?”

 

“Panggil saja aku omonim, kau satu sekolah dengan Sehun kan?”

 

“Nee..om..omonim”

 

“Bisa kau nanti beri tahu ke Sehun, suruh dia antar kau tempat fitting baju pengantin, nanti akan ku kirim alamatnya ke nomormu karena daritadi nomornya Sehun tidak bisa dihubungi”

 

“Ne.. arraseo omonim nanti akan kuberitahu ke Sehun”

 

Setelah kumemutuskan sambungan telfon tersebut langsung saja aku mencari Sehun di satu-persatu kelas yang ada di lantai 3. Tiba-tiba saja aku bertemu dengan Xiumin oppa. Xiumin oppa adalah sahabatku yang kukenal sejak kecil. Aku dan dia bersahabat karena rumah kami dulu berdekatan. Tetapi semenjak aku pindah rumah, hubunganku dan Xiumin menjadi agak menjauh. Tetapi aku tidak kehabisan akal. Aku berusaha untuk 1 sekolah dengan Xiumin oppa.

“Jimin-ah, sedang apa kau disini?”

 

“Emm..ituu.. aku sedang mencari seseorang dari kelas XII, tapi aku tidak tau dimana kelasnya”

 

“Siapa namanya? Aku mengenal sebagian besar anak kelas XII. Mungkin aku bisa membantumu”

 

“Emmm… namanyaaa.. Oh Sehun”

 

“Ohh.. Oh Sehun..dia berada di ruang sana XII-3. Mau sekalian kuantar?”

 

“Antarkan aku sampai depan kelas saja oppa”

 

“Oke..ayoo”

 

Lalu aku diantar sampai di depan kelas

 

“Gomawo oppa. Maaf telah merepotkanmu”

 

“Hahaha..aniya… apa yang tidak untukmu Jimin-ah”

 

Dan saat aku berbalik, tiba-tiba saja Sehun sudah berada di hadapanku

 

Sehun POV

“Gomawo oppa. Maaf telah merepotkanmu”

 

“Hahaha..aniya… apa yang tidak untukmu Jimin-ah”

 

Seperti suara Kang Hye Jeong… eh tidak tidak… suara Park Jimin itu. Tapi, dia tidak sendirian. Dia bersama seseorang namja yang waktu itu merangkul dan memegang tangan yeoja itu. Yeoja itu berbalik dan terlihat kaget saat melihatku, sedangkan namja yang tadi sudah pergi meninggalkannya.

 

“Kau mencariku?”

Dia menoleh kiri-kanan, aku pun juga ikut menoleh. Lalu ia menarikku dan saat ia menarikku banyak yeoja-yeoja diangkatanku yang melirik sinis ke arahnya. Dia menarikku ke tempat yang agak sepi. Pasti ada hal penting

 

“Ada apa kau membawaku kemari?”

 

“Ummamu tadi menelfonku, dia bilang kalau nanti pas pulang kau dan aku harus pergi ke tempat fitting baju. Daritadi ia menelfonmu tapi nomormu tidak bisa dihubungi. Ini alamatnya” katanya sambil menunjukkan sms dari nomor ummaku

 

“Kau bawa topi dan masker tidak?”

 

“Untuk apa aku membawa barang-barang itu?”

 

“Kau tidak tau aku siapa?”

 

“Oh Sehun”

 

“Aku Oh Sehun, salah satu member dari EXO K”

 

“Lalu kenapa?”

 

“Kau tidak tau banyak fans, sasaeng fans, dan wartawan diluar sana?”

 

“Trus mau bagaimana? Sepertinya aku masker dan topi masih tertinggal di tasku”

 

“Oke..nanti pas pulang, pakai topi dan maskermu sekalian jaketmu. Ku tunggu di halaman belakang”

 

“Arraseo”

 

Author POV

Saat pulang, seperti biasanya Jimin selalu paling terakhir keluar dari kelas. Tetapi kali ini, ia keluar kelas dengan gerak-gerik yang berbeda, ia memakai topi,masker, dan jaketnya keluar kelas seperti ingin menjalankan aksi stalkernya.

Ketika Jimin sampai di halaman belakang, tempat dimana Sehun memarkirkan mobilnya itu. Jimin langsung masuk ke mobil Sehun dan mengambil tempat di depan, di samping Sehun. Setelah Jimin masuk ke mobil, Sehun langsung keluar dari gerbang sekolah belakang.

“Kalau tau harus seperti ini aku tidak akan menuruti permintaan orangtuaku”

 

“Lalu kenapa kau sekarang menuruti permintaan orangtuamu padahal kau sudah mempunyai namjachingu? Dan mengapa kau tidak mengatakan yang sebenarnya ke orangtuamu dan orangtuaku kalau kau sudah mempunyai namjachingu hah?”

 

“Sekarang coba kau pilih 1 atau 2”

 

“Ha? Maksudmu apa?”

 

“Pilih saja 1 atau 2”

 

“Aku pilih 1”

 

“Oke aku akan menjawab pertanyaan pertamamu. Aku sekarang menuruti permintaan orangtuaku karena aku tidak suka melihat orangtuaku bersedih, apalagi aku adalah anak satu-satunya mereka. Aku ingin membuat mereka bangga dan senang”

 

“Trus mengapa kau tidak mengatakan yang sebenarnya ke orangtuamu dan orangtuaku bahwa kau sudah mempunyai namjachingu?”

 

“Aku tidak ingin membuat orangtuamu dan orangtuaku bersedih, jadi aku ikuti saja kemauan mereka. Lagi pula aku juga percaya kepada pilihan orangtuaku”

 

“Jadi kau percaya kepadaku?”

 

“Aku percaya kepada pilihan orangtuaku, karena orangtua tidak pernah menjerumuskan anaknya ke jurang yang kelam”

 

“Artinya, kau menerima perjodohan ini karena ingin melihat kedua orangtuamu bahagia?”

 

“Tadi sudah kujelaskan. Tidak ada penjelasan ulang. Ayo cepat turun, ummamu sudah menunggu kita”

 

Akhirnya Sehun dan Jimin pun langsung menuju tempat dimana ummanya Sehun berada

 

Sehun POV

“Annyeonghaseyo umma”

 

“Annyeonghaseyo omonim” katanya

 

Omonim? Sejak kapan dia memanggil umma menjadi omonim? Sungguh yeoja yang mengejutkan.

 

“Ohh..uri Sehunie dan Jiminie sudah datang. Ayo Jimin cepat coba bajunya. Kau juga Sehun-ah”

 

Setelah aku memakai tuxedo yang sudah disiapkan sebelumnya, aku ke tempat dimana umma berada yaitu di ruang tunggu untuk melihat gaun yang akan dikenakan oleh Jimin, calon istriku. Tiba-tiba gorden terbuka menjadi 2 dan Jimin berada di atas podium kecil di hiasi dengan spotlight

“Wuuaaa..uri Jiminie neomu yeppeo” puji umma. Memang tidak bisa kupungkiri kecantikan naturalnya yang kata umma itu karena menurun dari kecantikan ummanya Jimin

 

“Sehun-ah cepat berdiri disampingnya, umma mau kirim foto ini ke ummanya Jimin”

 

Aku langsung berdiri disamping Jimin dan merangkul bahunya, apa salahnya kan? Aku kan sebentar lagi akan menjadi suaminya hahaha

 

“Yahh..kalian memang serasi sekali…” puji umma setelah melihat hasil jepretannya yang daritadi diambilnya sejak gorden terbuka

 

“Kalian boleh berganti baju sekarang, lalu kita akan pergi ke café dulu sebentar”

 

Park Jimin POV

Sesampainya di café, setelah Sehun memesan beberapa minuman, Sehun mengambil tempat duduk di sampingku

 

“Ehem… kalian tampaknya sudah semakin dekat ya” kata omonim memecah keheningan

 

“Eungg.. Ne omonim” kataku sambil tersenyum

 

“Oh ya… umma hampir lupa, hari Sabtu besok kau jemput Jimin ke Bandara karena foto pre-wedding kalian akan dilakukan di Osaka. Umma sudah izinkan ke manager dan sekolah kalian”

 

“Kapan kita berangkat? Kapan kita pulang? Untuk apa?” tanya Sehun yang masih belum paham dengan persoalan saat ini

 

“Besok kalian berangkat, kalian pulang hari Senin, ke Osaka untuk foto pre-wedding. Umma sudah urus semuanya”

 

“Heol… Daebak!!! Bagaimana umma bisa mengurus semua itu dalam waktu 2 minggu saja?” kata Sehun

 

“Jadi kau meremehkan umma? Umma ini punya banyak anak buah yang bisa diandalkan. Ya sudah, kalian pulang dan beristirahat dulu saja, umma masih ada janji dengan client umma di sini”

 

“Ne omonim, annyeonghigaseyo” kataku sambil menundukkan tubuhku 90˚

Setelah beberapa hari berturut-turut kulewati dengan Sehun, hari yang dinanti-nantikan oleh kedua orangtuaku serta orangtua Sehun pun datang, Hari Pernikahan. Pernikahanku dan Sehun diadakan secara besar-besaran di sebuah gedung ballroom dan satu lagi, acara pernikahan ini sangaattt….sangattt…sangat private jadi tidak ada yang tahu bahwa aku menikah dengan Sehun, salah satu member dari EXO K. orang awam hanya mengetahui bahwa yang menikah adalah calon pewaris tunggal dari perusahaan Oh Coorporation dan calon pewaris tunggal dari Park Coorporation. Dan dengan adanya pernikahan ini berarti diadakannya juga kolaborasi diantara kedua perusahaan besar itu.

 

“Wooaa… neomu yeppeoda. Semua appa yang pilihkan?” kata Sehun saat ia barusan menginjakkan kedua kakinya di rumah berlantai dua yang berada di sebuah kompleks mewah

 

“Tidak semua appa pilihkan… sebagian dari interior rumah ini dipilihkan oleh appa mertuamu” kata abonim sambil melirik ke arah appa yang sedang bangga dengan apa yang dipilihkan olehnya. Aku tau sekali bahwa sebagian besar dari interior rumah ini adalah pilihan appa, karena appa mengikuti semua kriteria rumah impian yang pernah kusampaikan dulu saat smp

 

“Gomapseumnida atas semuanya omonim, abonim, umma, appa” kataku. Memang semuanya bagaikan aku masuk ke alam mimpiku

 

“Ne.. kalau begitu lebih baik kalian cepat mandi dan beristirahat besok kalian masih belum masuk sekolah. Besok datanglah ke Francé Restaurant pukul 7 malam. Jangan terlambat ya” kata umma sebelum meninggalkan rumah pemberian dari orangtua Sehun

 

“Oh ya, kalian kan masih sekolah jadi kalian tidur di kamar kalian masing-masing sampai Jimin lulus, ingat itu arraseo?”

 

“Arraseo appa lagian aku juga sibuk dengan persiapanku untuk comeback selanjutnya”

 

“Okelah kalau begitu. Jangan sampai lupa besok jam 7 malam di Francé Restaurant. Lalu kunci mobil barunya ada di meja ruang tamu” mobil yang dimaksud adalah mobil mewah pemberian appa untuk kami

 

“Ne…annyeonghigaseyo” ucapku dan Sehun bersamaan

 

“Akhirnyaaaa…”

 

“Akhirnya apa?” katanya

 

“Akhirnya aku bisa tidur sekarang juga”

 

Akupun naik ke tangga untuk menuju kamarku. Tetapi tiba-tiba kakiku tersangkut dengan gaun yang masih kupakai sampai sekarang. Sudah kurasakan tubuhku berada diudara dan jatuh jika saja Sehun tidak menahannya.

 

“Gwenchana?”

 

“Emm… nan gwenchana”

 

“Sini biar kubantu kau sampai di depan kamarmu”

 

Sehun pun membantuku membawakan gaunku yang lumayan ribet itu.

 

“Gomawo”

 

Ia tak menjawab dan langsung masuk ke kamarnya begitu pula denganku

 

Keesokkan harinya, aku bangun lebih pagi daripada Sehun. Setelah aku mandi, aku turun ke dapur untuk membuat cereal. Saat aku embuat cereal, tiba-tiba Sehun turun dari tangga dan duduk di kursi yang ada di ruang makan dengan muka yang benar-benar barusan bangun

 

“Siapa kau? Dimana aku? Kau sasaeng fan? Apakah aku bermimpi sekarang? Mana handphoneku?” tanyanya seperti orang mabuk

 

“YAK! Jeongshin charyeo! Sadarlah kau sedang berada dengan siapa sekarang”

 

“Astaga… maafkan aku Hyejeong-ah”

 

“Hyejeong?! Jadi sampai sekarang kau masih menganggapku sebagai Kang Hye Jeong?”

 

“Aniii… aku hanya tidak sadar kalau namamu adalah Jimin”

 

“Mwo? Sudahlah. Kau mau cereal tidak?”

 

“Cereal? Buatku?”

 

“Aku hanya baru ingin membuatkannya untukmu, Oh Sehun”

 

“Kalau begitu buatkan untukku satu yah”

 

“Ini…makanlah…”

 

“Tunggu dulu… tadi kau memanggilku Oh Sehun? Kau tidak memanggilku oppa?”

 

“Panggilan ‘oppa’ itu tidak cocok untuk orang sepertimu, Oh Sehun” jawabku santai

 

“Geurae kalau memang itu maumu Park Jimin. Nanti kau akan memanggilku ‘oppa’ secara tidak sadar hahahha…”

 

“Ingat Oh Sehun, status kita di sekolah hanya sebatas kakak kelas dan adik kelas dan tidak lebih”

 

“Arraseo arraseo”

 

Setelah makan lalu aku duduk di ruang tamu dan menyalakan televisi sambil menunggu waktu berlalu tiba-tiba kudengar suara handphone berbunyi dilantai atas, memang segala sesuatunya bisa didengar walaupun suaranya kecil karena aku dan Sehun sama-sama tidak mengatakan apapun di rumah yang cukup besar itu.

 

“Handphonemu?” tanyaku

 

“Sepertinya… bisa kau terima dulu?”

 

Tanpa menjawab pertanyaannya aku langsung melangkahkan kakiku ke kamar Sehun untuk mengambil handphonenya yang bordering

 

“Yeoboseyo… nuguseyo?” ujarku

 

“Yeo..Yeob..Yeoboseyoo..nu..nuguu…seyo? ini benar nomornya Sehun kan? Jawab pemanggil telfon itu terpatah-patah

 

“Ohh..anda ingin mencari Sehun? Jamsimanyo…”

 

“Ada seseorang yang ingin mencarimu” kataku sambil menyerahkan handphonenya

 

Sehun POV

“Yeobose…”

 

“YAK! OH SEHUN APA YANG KAU LAKUKAN? SIAPA YEOJA TADI? DIMANA KAU SEKARANG? KENAPA ADA SEORANG YEOJA BERSAMAMU SEKARANG? KAU TIDAK MABUK KAN? CEPAT KATAKAN DIMANA KAU SEKARANG!”

 

——–ToBeContinue——–

Note: Makasih buat semua komentar-komentar yang sudah dilontarkan oleh readers sekalian dan maaf buat yang komennya gak sempet di bales. Untuk next chapternya mungkin agak sedikit lama karena mau persiapan buat ujian yang sudah di depan mata (maklum mau UN). Tapi author tetep usahain buat ngelanjutin chapter2 selanjutnya^^


My Pervert Devil (Chapter 2)

$
0
0

 cymera_20140410_233930-e1397148383632

Title : My Pervert Devil

Author : AngevilBoo

Main Cast :

Oh Se Hoon (EXO)
Kim HyunRa (OC)

Other Cast : You’ll find them~

Length : Chaptered

Genre : Romance, Family, Angst(?)

Rating : PG17 or Mature

Disclaimer: I dont own anything beside Story and OC. This is pure My Imagination. If there are similarities, it’s not intentional and I apologize. The other cast belongs to God and their parents. Thank You^^

Poster Credit : http://cafeposterart.wordpress.com/ (Andinarima)

—*–*—

Seorang gadis duduk terdiam di pinggiran jendela. Gadis itu menyadarkan kepalanya ke kaca. Matanya menatap butir-butir hujan yang turun dan membasahi kaca jendela itu. Hatinya perih. Ia merasa asing.

Entah berapa lama ia memilih menghabiskan waktu duduk termangu seperti orang bisu begini. Matanya seperti tak sanggup untuk menangis lagi.

Ingin sekali rasanya Hyunra memecahkan kaca itu lalu berlari keluar dari sana. Kamarnya dikunci. Ia dikurung. Benar-benar mimpi buruk. Bibir mungilnya terus berdoa memohon agar segera keluar dari tempat mengerikan ini.

Ucapan Pria itu terus terngiang ditelinganya, membuat tubuhnya merasa merinding dan seperti arus listrik, rasa dingin menjalar hingga keujung kakinya. Melebihi rasa dingin diluar karena hujan.

Gadis itu berusaha keras untuk tak mengingatnya, tapi semua usahanya sia-sia. Wajah, suara, semua yang ada pada Pria itu terus menghantuinya. Ia bahkan baru sekali melihatnya, dan nama Pria itupun ia tak tahu. Yang Hyunra tahu hanyalah betapa ia sangat menakuti Pria itu. Pria yang dengan seenaknya menyentuhnya.

Ucapan pria itu bagaikan pisau yang menusuknya begitu dalam. Aku adalah Tuanmu. Setiap mengingatnya, rasa takut menjalari tubuh gadis itu. Membuat matanya kembali siap menghujani wajahnya. Kenapa seperti ini? Itu terdengar seperti ia adalah sebuah barang dan sekarang diperlakukan seperti seorang budak. Sungguh menyesakkan.

Suara pintu terbukapun terdengar. Hyunra menolehkan kepalanya waspada, melihat siapa yang masuk. Seorang pelayan wanita terlihat tersenyum manis sambil membawa sebuah napan kearahnya. Wanita itu berjalan pelan.

“Permisi Nona, saya datang membawa makanan untuk Nona. Nona belum makan sedari pagi,” ucap pelayan itu lembut dan sopan. Hyunra hanya menatapnya dengan tatapan lesu dan mata yang bengkak.

“Ini juga saya membawakan pakaian yang bisa nona pakai.” Pelayan itu meletakkan sebuah kotak berukuran sedang diatas tempat tidur. Hyunra terdiam memandanginya. Perasaannya bergejolak tiba-tiba. Sudah lama sekali ia tidak diperlakukan seperti ini, dipedulikan oleh orang lain.

“Nona? Nona baik-baik saja?”

Hyunra tersadar dari lamunannya. Gadis itu segera mengangguk pelan, “N-Ne. Aku baik-baik saja. Gamsahamnida.”

Pelayan itu kembali tersenyum. “Jika nona memerlukan sesuatu, Nona dapat memanggil saya. Apa ada lagi yang bisa saya bantu?”

Hyunra langsung berpikir untuk menanyakan sesuatu. Sesuatu yang begitu ia inginkan dan impikan sejak kemarin. Tetapi ia begitu takut hanya untuk sekedar memikirkannya. Gadis itu terlihat gelisah.

“I-itu… Hmm, Apakah aku boleh pulang?” tanya Hyunra dengan tatapan polosnya. Pelayan itu terlihat terkejut, kemudian segera menjawab.

“Maaf Nona, Saya dilarang membiarkan Nona keluar dari kamar ini oleh Tuan muda Sehun hingga ia kembali. Saya tidak bisa.” Hyunra mengernyit heran, merasa asing dengan nama yang diserukan pelayan itu.

Sehun?”

“Ya. Tuan muda Sehun adalah putra dari Tuan Oh. Ia sedang keluar.”

Jadi nama pria itu Oh Sehun. Pikirnya sedikit ngeri.

Mendengar namanya saja sudah membuat bulu kuduk gadis itu berdiri ketakutan. Padahal tak ada yang seharusnya ditakuti dari sosok pria yang terlalu tampan itu. Tapi justru itulah yang membuat Hyunra takut padanya, Ketampanannya.

“Nona? Apa ada lagi?”

“Tidak. Gamsahamnida.” Hyunra menundukkan kepalanya kecil, begitu pula dengan pelayan itu. Lalu pelayan itupun berlalu keluar. Meninggalkannya sendiri, lagi.

Hyunra terdiam, tatapannya kosong. Gadis itupun akhirnya memilih bangkit dan berjalan kearah tempat tidur. Ia mengambil kotak yang diletakkan pelayan tadi. Perlahan membukanya, dan tampaklah sebuah Dress pendek polos berwarna krem. Simpel.

Lalu Hyunra pun berjalan membawanya ke kamar mandi. Memilih untuk membersihkan dirinya dan berharap setidaknya itu dapat menenangkan perasaannya sedikit. Ya, hanya sedikit.

***

“Kapan kau pulang?”

Suara berat seorang Lelaki menggema di sebuah ruangan luas yang sangat sepi. Ia tengah duduk santai disebuah sofa besar. Tangan kirinya memegang telepon genggam sementara tangan kanannya sibuk mengarahkan sebuah rokok kemulutnya.

“Sebentar lagi. Mungkin beberapa jam lagi.”

Lelaki itu mengangguk paham sambil menghisap rokok ditangannya, lalu mulutnya menghembuskan gumpalan putih yang kemudian berpencar di udara.

“Hm. Kau tahu syaratnya, bukan?”

Terdengar suara diseberang sana menghela nafas berat. “Ne. Tapi… bagaimana dengan dia?”

“Dia? Huh, lebih baik kau mengkhawatirkan dirimu sekarang. Dia sudah mendapatkannya. Kau bisa kalah jika terlambat.”

“Mendapatkan apa?”

“Calon Istri.”

“Mwo? Calon Istri?”

“Hm, karena itu cepatlah pulang. Iblis itu akan menang jika kau terlambat.”

“Apa sebenarnya maksudmu?”

Lelaki itu menghela nafas sejenak, ia meletakkan rokoknya pada asbak mewah yang terbuat dari besi bening diatas meja. Kali ini raut wajahnya berubah serius.

“Kau pernah mendengar, tentang Malaikat yang dikurung oleh seorang Iblis?”

“Malaikat? Bukankah…”

“Itu sesuatu yang selalu didongengkan Ibumu sewaktu kau kecil.”

“Ya. Kupikir itu tidak nyata. Maksudku, itu hanyalah sebuah dongeng pengantar tidur.”

“Bagaimana kalau itu nyata.. Dan itu terjadi,” tanya lelaki itu serius. Suasana pun mendadak hening, sebelum suara diseberang sana kembali terdengar.

“Benarkah?”

“Huh, itu nyata. Dan sekarang kau harus membantunya.”

“Apa maksudmu?”

“Gadis itu.”

Hening. Suara diseberang sana tak lagi terdengar. Hanya tarikan nafas yang kini memenuhi telinga Lelaki itu.

Tolong dia.”

Lelaki itu kini menggegam sebuah figura kecil yang memperlihatkan seorang gadis mungil tengah tersenyum dengan manisnya kearah kamera. Lelaki itu pun kembali memfokuskan dirinya pada telepon genggam ditangan kirinya.

“Tolong Gadis itu, Xiao Lu!”

***

Hyunra keluar dari kamar mandi setelah menghabiskan waktu yang cukup lama disana. Ia lebih banyak menghabiskan waktu menangis dan termenung tanpa sadar. Gadis itu keluar dengan Dress rumahan yang simpel, tetapi begitu pas ditubuh rampingnya yang mungil.

Matanya masih terlihat membengkak dan lesu. Rambut panjangnya juga berantakan. Tapi ia sama sekali tak berniat untuk sekedar melirik penampilannya di cermin.

Gadis itu melirik jam yang tergantung di dinding. Pukul 3 siang. Ia menghela nafasnya. Kenapa waktu lama sekali berjalan ditempat ini? Hyunra kembali melangkahkan kakinya menuju jendela besar dikamar itu. Hujan sudah berhenti, kini hari hanya gerimis.

Hyunra kembali termenung. Ia merindukan sekolahnya. Ia merindukan teman-temannya. Walau sebenarnya ia tak memiliki seorang teman, tapi hanya pada saat itulah Hyunra dapat merasakan kehidupan yang sesungguhnya. Kehidupan remaja pada umumnya. Dan bukannya hidup dipenuhi beban, kemudian dijual bagaikan sebuah barang.

Gadis pemilik kulit putih pucat inipun menolehkan kepalanya kekiri. Melirik pintu kamar ini. Otaknya berpikir untuk mencoba membuka pintu itu. Mungkin mereka sudah membuka kuncinya.

Dengan langkah pelan dan ragu, Hyunra berjalan menuju objek yang menjadi pandangannya kini. Tidak ada salahnya mencoba.

Tepat saat berada didepan pintu berdaun dua itu, tangan putihnya mencoba menggapai knopnya. Tapi belum sempat ia menyentuhnya, knop pintu itu sudah bergerak duluan dan dari arah yang berlawanan pintu itupun terbuka. Menampilkan sosok yang begitu ia takuti saat ini.

Hyunra tersentak, dan terdiam kaku melihat seseorang yang berada dihadapannya. Ia menyesal, sangat. Karena mengikuti perintah otaknya.

Raut ketakutan terlihat jelas diwajah cantiknya yang kembali memucat. Menatap Pria dihadapannya.

Oh Sehun.

Pria berkulit putih susu dengan kaus V neck berwarna abu-abu itu menatapnya datar dan tajam. Setelah sebelumnya sempat sedikit terkejut melihat Hyunra yang langsung berada dihadapannya. Apa yang dilakukannya didepan pintu? Apakah ia mencoba untuk kabur?

Hyunra dengan cepat melangkah mundur dengan ketakutan. Ia panik. Sementara Sehun masih diam dan tetap menatapnya tajam. Pria itu pun melangkah masuk dengan santai setelah sebelumnya menutup pintu kamar itu.

Hyunra benar-benar panik sekarang. Ia begitu takut. Sehun memandangnya dari atas hingga bawah. Pria tampan itu menyeringai tipis melihat penampilan gadis itu, lalu melangkah mendekatinya.

“Ja-jangan mendekat!” ucap gadis itu dengan nada bergetar. Sehun pun berhenti sejenak, sebelum tetap kembali berjalan menghampiri gadis itu. Hyunra yang semakin panik pun, terus melangkah mundur. Kemudian tersentak saat Sehun dengan tiba-tiba menarik tangannya hingga ia pun terjatuh kepelukan pria itu.

Hyunra ketakutan. Ia dengan segera meronta berusaha melepaskan pelukan pria itu. Sehun melingkarkan tangannya dipinggang kecilnya dengan begitu erat. Tangannya yang begitu kekar, memeluknya posesif.

“Lepaskan.. Ap-Apa yang kau lakukan?”

Sehun diam, ia masih memperlihatkan wajah dinginnya seperti biasa. Sementara Hyunra terus memukul dada pria itu. Tiba-tiba tubuhnya mendadak sangat kaku saat Sehun meletakkan kepalanya didadanya. Memeluknya semakin erat dan menenggelamkan wajahnya didada gadis itu.

“Ap-Apa….”

Sehun menarik nafas sebanyak-banyaknya. Menghirup aroma feromon dari tubuh gadis ini yang begitu pekat dan menggodanya. Sehun belum pernah mencium wangi tubuh sepekat itu sebelumnya. Membuatnya tenang, bagaikan narkoba. Padahal ia baru sehari mengenal gadis ini.

Ya, Sehun sudah mengetahui segala hal tentang gadis ini. Ia sudah mengetahui riwayat hidup menyedihkan seorang Kim Hyunra.

Gadis berkulit putih pucat yang 3 tahun lebih muda darinya. Gadis bersurai panjang kecoklatan yang kehilangan ibunya 4 tahun lalu. Gadis cantik malang, yang dibenci oleh Onnie nya sendiri. Dan Gadis polos yang tak tahu apa-apa yang harus ditakdirkan dijual oleh Ayahnya sendiri, dan kini terjebak dengan dirinya. Iblis tampan mempesona, Oh Sehun.

Gadis ini memberikan sensasi lain bagi dirinya. Padahal ia hanyalah gadis yang sangat biasa dan bukannya apa-apa. Gadis ini hanyalah sebuah hadiah dari Ayahnya yang begitu ia benci, yang bahkan sampai sekarang Sehun belum tahu pasti apa yang harus ia lakukan terhadap hadiah itu.

Haruskah ia bersyukur dan bahagia mendapatkannya, atau hanya sekedar memainkannya hingga ia bosan lalu membuangnya. Bahkan kini status gadis itu tak lebih dari seorang Slave baginya. Tapi dengan derajat yang berbeda.

Yang Sehun tahu, gadis itu membuatnya merasakan sesuatu yang telah lama tak ia rasakan dan begitu rindukan. Perasaan Nyaman. Seperti saat bersama Ibunya. Wajah cantik layaknya boneka milik gadis ini menenangkannya. Tubuh mungil hangatnya. Wangi tubuh alaminya.

Sungguh menggodanya.

Tentu saja, Sehun sudah pernah bersama gadis lain sebelumnya. Tapi tak ada yang seperti Hyunra. Yang membuatnya terobsesi untuk memilikinya hanya dengan pandangan pertama. Sehun telah mengklaim gadis itu sebagai miliknya. Dan tak ada satu orangpun yang boleh menyentuhnya. Kim Hyunra miliknya.

Sehun dapat merasakan tubuh gadis ini bergetar hebat dalam pelukannya. Betapa besar rasa takut Hyunra padanya, membuatnya merasa sedikit kecewa, tetapi juga memberinya rasa bangga hingga tanpa sadar pria itu selalu tersenyum miring setiap kali mengingatnya.

Kau benar-benar seorang Iblis, Oh Sehun.

“Lepaskan aku.. Jebal~,” lirih lembut gadis itu bergetar. Sehun pun mulai merespon ucapan Hyunra. Pria itu mengangkat kepalanya sedikit.

“Diam.”

Perkataan yang sangat singkat dan padat. Dengan nada begitu dingin, cukup untuk membuat gadis itu langsung bungkam.

Sehun kembali menenggelamkan kepalanya didada gadis itu. Lalu dengan sengaja menggerakan hidung mancungnya menyusuri garis tulang dan naik keatas leher jenjang miliknya. Hyunra meringis, tapi ia tak berani membuka mulutnya. Ia takut Sehun marah. Tubuhnya bergetar karena merinding.

Sehun berhenti di leher putih gadis itu. Mengendus aroma tubuh yang membuatnya gila. Dengan perlahan menempelkan bibirnya pada leher mulus itu. Gadis itu semakin merinding. Ia meremas lengan baju Sehun yang dilipat hingga siku dengan begitu kuat. Setetes air mata siap meluncur dipipi mulusnya.

“He-hentikan.. Sakitt..”

Hyunra mengigit bibirnya kuat, berusaha menahan desahannya. Jika Sehun mendengarnya, ia pasti tidak selamat. Pria itu masih sibuk mengecup dan menciumi leher gadis itu, hingga kini leher jenjang itu dihiasi beberapa tanda kemerahan bahkan kebiruan. Begitu kontras dengan kulitnya yang pucat.

Walaupun begitu, Sehun masih berusaha menahan dirinya. Ia masih memiliki hati untuk tidak langsung menyerang seorang gadis polos yang lebih muda 3 tahun darinya. Setidaknya semua butuh proses.

“Kumohon…” suara lembut gadis itu terdengar begitu bergetar. Air mata sudah kembali menghujani pipinya. Sehun menyadarinya, perasaan tak tega pun menghampirinya. Dengan terpaksa, ia pun menarik wajahnya dari leher Hyunra.

Pria tampan itu pun menatap wajah gadisnya yang kini terlihat semburat merah dan juga tetesan air mata dipipi tirusnya. Akibat ulah Sehun. Keduanya saling menatap satu sama lain. Terhanyut dalam pikiran masing-masing.

Hyunra sendiri yang tadinya menangis, kini justru terdiam. Memandang wajah yang hanya berjarak beberapa senti darinya. Sebelum akhirnya sadar. Gadis itu mengedipkan matanya beberapa kali, lalu kembali berusaha mendorong tubuh pria itu.

Sehun yang terhanyut memandang wajah gadisnya, membuatnya lengah. Hingga dengan sekali dorongan dari Hyunra, pelukan pria itu pun terlepas. Sehun menggeram kecil. Hyunra dengan cepat memundurkan tubuhnya menjauhi Sehun. Pria itu kembali menatapnya tajam.

Sehun menghela nafas sejenak sebelum bergumam, “Kau. Cepat kemasi barang-barangmu!” perintahnya tegas. Hyunra terdiam, ia masih mencerna ucapan pria itu.

“A-Apa aku sudah boleh pulang?” tanya Gadis itu polos. Sehun yang melihat itu meringis pelan, wajahnya sungguh menggemaskan.

“Tidak.”

“La-lalu?”

“Kau ikut denganku.” Hyunra memandang Sehun dengan pandangan yang sulit diartikan. Antara sedih dan bimbang. Haruskah aku menurut?

“Lalu kapan aku boleh pulang?” tanya gadis itu lirih. Sehun mengernyitkan alisnya. Ia tidak menyangka gadis ini masih begitu lugu. Bukankah tadi pagi Pria itu sudah mengatakannya dengan jelas.

Ia pun melangkahkan kakinya mendekati gadis itu. Hyunra yang melihatnya kembali menunjukkan ekspresi ketakutannya, dan segera mundur hingga punggungnya membentur dinding. Sehun yang melihat itupun menyeringai kecil. Membuat Hyunra semakin panik karena kembali terkurung dengan tubuh pria itu.

“Memangnya kau mau pulang kemana, hm?” tanya Pria itu seduktif. Suaranya lebih terdengar seperti bisikan yang menggoda.

Hyunra buru-buru menundukkan kepalanya. Ia dapat merasakan nafas Sehun diwajahnya. Kedua tangan pria itu berada disamping kiri dan kanan tubuhnya. Tangan kanan Sehun bergerak menyentuh dagu runcing milik gadis itu, lalu mengangkatnya perlahan. Memperlihatkan raut sedih dan ketakutan miliknya. Sungguh wajah yang menggoda bagi Pria tampan itu.

“Dengar, bukankah sudah kukatakan. Kau milikku. Kau tidak diperbolehkan pergi kemanapun tanpaku dan seizinku. Kau harus menuruti perintahku, karena aku Tuanmu. Dan satu hal lagi..”

Sehun menggantungkan ucapannya. Mata tajamnya menatap dalam bola mata jernih dihadapannya. Mencoba memberikan kesan tegas agar gadis ini tahu bahwa itu perintah yang tak boleh dilanggar, sebelum kembali melanjutkan,

“Jangan pernah mencoba untuk kabur dariku. Atau kau tahu akibatnya! Mengerti?”

Hyunra hanya bisa pasrah, Gadis itu menatap Sehun dengan wajah sedihnya. Lalu kembali menundukkan kepalanya. Sehun yang melihat itu tersenyum miring penuh kemenangan. Ia dapat melihat tubuh Hyunra yang bergetar karena menahan tangis. Pria itu menjauhkan tubuhnya yang tadinya condong kearah gadis itu.

Hyunra menggigit bibirnya kuat berusaha menahan isakannya. Ia terus menyembunyikan wajahnya dengan rambut coklat panjang sepinggangnya. Tiba-tiba terkejut saat menyadari kakinya sudah tak menapak lantai.

Sehun dengan mudahnya menggendong tubuh mungil gadis itu. Hyunra secara refleks melingkarkan satu tangannya pada leher pria itu. Sementara Sehun meliriknya sebentar, hingga kini pandangan mereka pun kembali bertemu.

Kali ini Sehun tak tinggal diam, ia mendekatkan wajahnya, dan tanpa bisa dihindari. Bibir pria itu kini sudah melumat bibir mungil milik gadis digendongannya kini untuk kedua kalinya. Ciuman yang tak sekasar tadi pagi, tapi juga tak bisa dikatakan lembut. Hyunra tetap berusaha menahan dada Sehun agar tak terlalu menyesaknya. Tapi Pria itu terus mengeratkan gendongannya dan menarik tubuh gadis itu mendekat.

Hyunra mulai memukul pelan dada pria itu, kehabisan nafas. Tapi Sehun tak sebaik tadi pagi yang mau melepaskan bibir mungil yang dicumbunya begitu saja. Ciuman itu mulai menuntut, membuat Gadis itu meremas kaus Pria itu kuat. Lagi, matanya siap menangis. Dan tubuhnya kembali melemas.

Tangan gadis itupun beralih kearah rambut halus milik Sehun. Menjambaknya pelan untuk menarik wajah Pria itu menjauh. Sementara tangannya yang lain memukul-mukul dada Sehun. Pria tampan itu meringis pelan, menahan gejolaknya. Ia pun mulai merasakan tubuh dalam gendongannya itu mendingin dan melemas. Tak ingin sesuatu yang buruk terjadi, Sehun dengan tak rela melepaskan ciumannya.

Dan benar saja, Hyunra langsung melemas dan kepala gadis itupun terjatuh di bahu bidang Sehun. Pria itu menatap wajah cantik pucat yang kini antara sadar dan tidak sadar itu. Ia tersenyum miring, sebelum kembali berjalan menuju pintu.

Sehun melangkahkan kakinya dengan wajah datar seperti biasa sambil membawa bobot ringan gadis ditangannya itu. Ia berpikir jika Hyunra terus larut dengan kesedihannya, itu akan membuang waktu. Dan tahu bahwa gadis itu akan menolak dan melawannya saat ia menggendongnya, membuatnya justru tergoda dan menciumi gadis itu secara tidak manusiawi. Dan inilah hasilnya, Gadis itu pingsan. Tapi sebenarnya, memang jauh lebih mudah begini untuk membawa Hyunra pergi dari sini.

Ya, Sehun harus segera membawa Gadis itu pergi dari rumah ini. Rumahnya sendiri. Sebelum Pria itu datang.

Sehun tidak ingin Hyunra bertemu dengannya. Dengan siapapun. Sehun harus menyembunyikan Gadisnya dari Pria itu. Dari siapapun. Sehun tidak ingin siapapun mengetahui keberadaan Hyunra, terkecuali Ayahnya. Tentu saja.

Sehun memang sangat posesif dan protective pada setiap hal yang berstatuskan miliknya. Apalagi Hyunra. Walaupun status gadis itu tidak jelas. Tetapi ia sudah mengklaim dirinya duluan. Maka ia tak ingin siapapun bertemu dengannya. Tak terkecuali Hyung nya sendiri.

.

OOO

.

Seorang Namja tampan berjalan memasuki ruangan mewah berdesign klasik itu dengan langkah tegas dan terkesan angkuh. Ia mengenakan pakaian casual biasa, tetapi terlihat begitu keren sehingga tak heran sedari tadi ia berjalan, para wanita bahkan pria melirik kearahnya kagum.

Kesan dingin begitu terasa setiap kali namja itu melangkah. Wajahnya yang begitu tampan ditutupi dengan kacamata hitam.

Terlihat sesosok Lelaki tua langsung menyambutnya saat ia masuk kedalam ruangan itu.

“Yifan, kau datang rupanya.”

Namja itu hanya menatapnya datar dari balik kaca matanya. Dengan nada berat dan dingin ia berucap,

“Aku tidak punya banyak waktu. Sekarang cepat katakan kenapa kau memanggilku?”

Lelaki tua itu terkekeh, entah apa yang lucu baginya. Ia menepuk pundak Yifan-Namja itu, bagaikan mereka seorang teman dekat. Sementara Yifan sendiri hanya tetap diam dan terus menatap dingin kearahnya.

“Santailah sedikit. Aku justru ingin memberimu kabar bahagia, kau tahu?”

Yifan mengernyitkan alisnya. Lelaki tua itu kembali berjalan menuju kesebuah sofa mewah disana. Setelah sebelumnya ia memberi isyarat pada Yifan untuk mengikutinya. Setelah ia duduk santai di sofa itu, Yifan tetap berdiri dengan tatapan dinginnya dihadapan lelaki tua itu.

“Kau tidak mau duduk dulu?” tawar Lelaki itu, dan tak mendapat balasan apapun dari lawan bicaranya.

“Cepat katakan.”

Lelaki tua itu menghela nafas sejenak sebelum kembali berbicara, “Baiklah, Kau tahu.. kau sudah mengerjakan semua tugasmu dengan begitu baik selama 5 tahun ini. Dan sekarang… sebagai balasannya, aku sudah memikirkan.”

Yifan menatap lelaki dihadapannya ini dengan pandangan tidak sabar. Kenapa ia harus menggantungkan kalimatnya? Sial.

“Lanjutkan,” ujarnya dingin. Lelaki tua itu tersenyum miring.

“Aku.. akan melepaskanmu. Aku akan memperbolehkan kau kembali ke Negara asalmu.”

“Mwo?”

“Kau tidak dengar? Kau bebas sekarang, Yifan-ssi. Kau boleh pulang ke negaramu, dan kembali menjalani hidupmu. Karena sepertinya aku sudah tak membutuhkan bantuanmu lagi. Dan.. kau juga tidak sudi lagi bekerja untukku.”

Aku memang tidak pernah sudi bekerja untukmu.

Yifan tidak dapat mengungkapkan perasaannya saat ini. Benarkah? Setelah hampir 5 tahun ia hidup dan bekerja untuk lelaki tua ini. Pekerjaan yang sebenarnya begitu terlarang dan haram dilakukan. Ia bahkan dilarang untuk kembali ke Negaranya, dan harus melupakan keluarga dan orang-orang yang disayanginya.

Tetapi kini, ia mendengar secara langsung dari Lelaki tua yang selama ini mengurungnya bahwa ia dilepaskan. Ia bebas.

“Kau.. serius?” tanya Yifan dengan nada sedikit tidak percaya, tetapi tetap terdengar kesan dingin yang begitu mendalam disana.

Lelaki tua itu mengangguk, “Ya. Kau bebas. Dan ah.. Satu lagi. Kau juga akan mendapatkan hasil kerja kerasmu selama 5 tahun ini. Kau bisa bayangkan berapa. Tapi karena aku sudah mengaggapmu sebagai anakku sendiri, Aku sudah menyiapkan uang yang sangat lebih dari cukup untukmu. Mungkin untuk 10 tahun kedepan atau lebih.”

Ia mengeluarkan sebuah kertas tipis dari kantong celananya dan menyerahkan itu kepada Yifan. Namja itu masih terdiam, denga ragu ia mengambil cek bertuliskan uang jutaan dollar itu. Kemudian tersenyum miring melihatnya.

“Cukup bukan? Jika tidak, kau boleh datang lagi padaku. Manatahu kau butuh bantuanku. Aku akan dengan senang hati membantumu. Karena sejauh ini, semua kerjamu memuaskanku. Kau memang ahli dalam bidang itu, Yifan-ssi.”

Senyuman Yifan semakin melebar dan terkesan menakutkan. “Baiklah, Terima kasih. Ada lagi yang ingin kau sampaikan?”

“Tidak, itu saja.”

Yifan mengangguk pelan, namja itupun menatap lelaki didepannya. “Baiklah, kalau begitu aku pergi.”

Lelaki tua itu mengangguk seiring dengan Yifan yang sudah berbalik berjalan kearah pintu. Ia mengangkat sebelah tangannya. “Selamat melanjutkan hidupmu!” serunya yang hanya dibalas dengan anggukan kecil oleh Yifan sebelum namja tampan itu menghilang dibalik pintu.

Yifan tidak dapat menyembunyikan kebahagiannya. Ia terus tersenyum kecil sambil berjalan menuju parkiran. Dalam pikirannya, ia menyusun berbagai rencana mengenai apa saja yang akan ia lakukan saat kembali nanti. Bagaikan menghirup udara bebas setelah bertahun-tahun di penjara.

Pikirannya pun tiba-tiba hanya terpusat pada suatu objek. Sosok. Yang begitu ia rindukan selama 5 tahun ini. Rasa rindu begitu besar hingga hampir membuatnya sesak setiap kali memikirkannya.

Bagaimana kabarnya? Apa dia baik-baik saja?

Namja tampan itu tersenyum. Begitu tak sabar untuk kembali pulang ke negaranya. Korea. Dan bertemu dengan sosok itu. Sosok yang selalu menemaninya dulu, sebelum akhirnya ia harus pergi meninggalkannya begitu saja.

Mungkin sosok itu begitu membencinya sekarang. Atau bahkan sudah melupakannya. Tapi ia akan segera mengubahnya. Ia akan kembali meraih sesuatu yang pernah menjadi miliknya dulu.

Dengan senyuman terkembang ia berucap,

Hime, Aku kembali!”

-TBC-

Huhu.. Oke, segini dulu ya Chapter 2 nya^^

Mian makin pendek dan mengecewakan. Saya sedang UAS SMP sekarang. Makasih banget yang udah mau koment. Saya masih terharu loh/? Beneran Makasih~ kalo bisa komentnya tolong dipertahanin ya, biar Nextnya ngebut :)

Disinilah ceritanya mulai awal dari hidupnya si Hyunra. Huhu.. Maafkan saya Baby(?) Soalnya kemarin banyak yang nggak tega dan kasihanin Hyunra nya. Jadi saya undur aja :)) Moment HunRa nya juga saya usahain banyak disini, tapi yg dapat cuman segini.

Hihi… Mian ya^^
Dan juga mungkin nextnya akan berubah genre menjadi School Life ato Marriage Life. Ato mungkin kedua-keduanya.

Ohya, di chapter ini banyak rahasianya loh.__. Banyak yang akan pulang kampung(?) :D dan awal Konfliknya mungkin dimulai di chapter depan, atau yang didepannya lagi(?) dan Lelaki tua itu, bukan berarti Ayah nya Sehun terus ya. Soalnya bukan Ayahnya Sehun aja yang udah tua.

Oke, nextnya tergantung peminatnya^^ Saya nggak maksa kok, cuman nyuruh-_- :) Juga saya mau bilang, kemungkinan FF ini mungkin lebih cepat di publish di WP pribadi, karena disinikan ngantri^^ jadi mohon bersabar ya :D

Tertanda,

Luhan beserta Istri

 


We Are EXO! (Chapter 3)

$
0
0

a

Title : We Are EXO!

Author : Elisa Hutami

Main cast :

Kim Yoo Jung a.k.a Dara
Oh Sehun a.k.a Sehun

Support Cast : Yoo Young Jae a.k.a Young Jae
Kwon Yuri a.k.a Nyonya Oh
Choi Sooyoung a.k.a Bum Ajhumma

Genre : School life, Fantasy, Family, Romance, Friendship, Mystery

Length : Chapter

Rating : PG-15

Disclaimer : Original

Summary : Planet bumi yang sudah sangat lama dihuni manusia ini ternyata mempunyai banyak rahasia yang mungkin tidak akan masuk di akal manusia biasa. Salah satunya adalah sebuah pohon yang diberi nama pohon kehidupan yang kini sudah mulai mengering karena suatu alasan, dan ke-12 member EXO diperintahkan untuk tinggal di dunia manusia dengan tugas untuk mencari “sesuatu” yang bisa mengembalikan kesuburan pohon kehidupan. Namun ternyata tugas ini sangat sulit bagi mereka, karena selama di dunia manusia mereka harus bertingkah sewajarnya manusia, dan mereka juga harus pergi ke sekolah yang sebelumnya belum pernah mereka lakukan, serta memiliki keluarga baru di bumi. Bagaimana cerita selengkapnya? Pantengin terus We Are EXO!

3st We Are EXO !

Suara mobil polisi semakin mendekat bersamaan juga dengan suara mobil ambulans. Orang-orang segera mengerumuni truck tron-ton yang terbalik itu, hanya beberapa orang saja yang masih tinggal di kendaraan mereka.

Karena kecelakaan ini, arus di perempatan itupun macet total.

Angin malam berhembus ke arah Sehun dan Dara yang sekarang sedang berdiri di tengah jalan, membuat mereka sedikit kedinginan karena mereka juga hanya memakai seragam sekolah dengan jaket tipis saat itu.

Sehun masih tetap memeluk Dara, Dara meletakkan kepalanya diatas punggung Sehun nyaman, begitupun Sehun. Tidak lupa Dara melingkarkan tangannya ke punggung Sehun, Sehun melingkarkan tangannya ke lingkar pinggang Dara.

Dara masih tetap menangis kencang dibawah sinar bulan purnama malam itu, namun kemudian tangisannya semakin lama semakin lirih, sampai saatnya kini dia sudah berhenti menangis. Dara kemudian membuka matanya perlahan.

Deg! Begitu kagetnya Dara menyadari bahwa orang-orang yang berada di kendaraan mereka ternyata sedang memandangi Sehun dan Dara sambil berbisik-bisik tidak suka “Lihatlah mereka! Dasar anak muda zaman sekarang, pacaran tidak tahu tempat!” kata seorang pengemudi mobil di jalan itu.

Maka Dara segera melepaskan pelukkannya, Sehun yang kebingungan kini memegangi pundak Dara. Dara menatap Sehun untuk sesaat, lalu dia segera mengusap air matanya dengan kedua tangannya.

Tanpa Sehun sadar, kedua tangannya bergerak membantu Dara untuk mengusap air matanya, namun kemudian Dara menghentikan tindakan Sehun yang pasti akan membuat orang-orang yang melihatnya semakin tidak suka. Dara memegangi kedua tangan Sehun dengan kedua tangannya lembut.

“Oppa gomawo karena telah menyelamatkanku” Dara tersenyum.

“Menyelamatkan..mu?” Sehun bingung.

Dara melepaskan kedua tangan Sehun “Emh..” katanya yang lalu menganggukkan kepalanya “tapi oppa..” tambah Dara ragu.

“Mwo?” tanya Sehun penasaran.

“Sepertinya kita harus segera minggir, dari tadi orang yang melihat kita saling berbisik” kata Dara yang lalu membuat Sehun menatap ke sekitar.

Deg! Kali ini Sehun lebih kaget lagi “Aish.. apa sudah ada wartawan disini? Bagaimana jika aku diliput saat aku sedang berpelukan dengan Dara di tengah jalan? Andwae..!” kata Sehun dalam hati.

“Ah geurae.. kajja” Sehun menarik tangan Dara lalu segera berjalan perlahan karena kaki Dara yang mungkin masih terasa sakit ke pinggir jalan melewati kendaraan yang masih terparkir di jalanan.

Dara tersenyum kecil saat dia ditarik Sehun ke pinggir jalan “Sehun oppa.. terkadang kau perhatian juga” pikir Dara dalam hati.

Mereka sudah sampai di tempat Sehun memarkirkan mobil ferari merah milik Dara.

Sehun melepaskan tangan Dara. Dara mengatur napasnya, sementara Sehun berjalan mendekati mobil.

Deg! Begitu kagetnya Sehun yang melihat sebuah smartphone yang sama seperti miliknya rusak di atas tanah, Sehun merogoh-rogoh saku celananya “Eobso! Berarti smartphone rusak itu milikku! Ah andwae!!” jerit Sehun dalam hati.

Lalu Sehun segara berjongkok untuk mengambil smartphonenya yang terjatuh di tanah dekat dengan pintu mobil.

“Oppa wae ?” tanya Dara penasaran yang kini berdiri di belakang Sehun.

Sehun berdiri lalu menghadap Dara “Ah.. smartphoneku jatuh, tapi gwenchana..” Sehun menyembunyikan smartphonenya dibelakang punggungnya dengan tangan kirinya.

“Oh..” kata Dara singkat “pasti smartphone oppa rusak sekarang, lihat saja pecahan screen yang ada di tanah, benar-benar pembohong yang buruk” pikir Dara.

“Oppa, aku sangat lelah, bisa kita pulang sekarang?” tanya Dara merubah topik.

“Ah geurae.. kajja! Kita pulang sekarang, ajhumma dan ajhussie pasti sedang menunggu kita” kata Sehun polos.

Dara menundukkan kepalanya lalu tersenyum miring “Ajhumma dan ajhussie.. haha.. lucu sekali..”

Sehun hanya diam, lalu dia segera masuk ke mobil diikuti Dara kemudian pergi pulang, ya meskipun di perjalanan sempat macet karena telah terjadi kecelakaan yang disebabkan oleh Sehun.

* * *

Saat mereka sudah sampai dirumah, mereka tidak saling ngobrol, sampai saat ketika mereka sudah di depan pintu kamar mereka masing-masing.

Dara sudah sedikit membuka pintu kamarnya “Tidurlah yang nyenyak, besok tidak sekolah juga tidak apa-apa” kata Sehun yang lalu membuka dan menutup pintu kamarnya cepat.

Dara berbalik badan, dia mengedip-edipkan matanya “Tadi.. apa yang oppa katakan?” pikirnya “ah molla..” lalu Dara segera masuk ke kamarnya.

Dara menghempaskan dirinya ke atas tempat tidur king sizenya setelah dia berganti pakaian, lalu dia menarik napas dalam-dalam.

“Sehun oppa..” Dara memiringkan tubuhnya “tadi aku melihat sumber angin besar yang menerbangkan truck itu, tapi… kenapa sumbernya malah.. seperti dari mulutmu Sehun oppa? Aku salah lihat sajakan? Atau..” Dara terduduk “siapa sebenarnya kau Sehun oppa?”

1 detik.. 2 detik.. 3 detik..

“Yah oppa! Apa kau avatar?” Dara terkejut dengan pikirannya sendiri “ah maldandwae.. aish..” Dara mengacak-acak rambutnya “ah molla.. aku harus tidur, besokkan sekolah” Dara kembali membaringkan tubuhnya.

Dara susah tidur malam itu karena memikirkan Sehun, namun dia tetap menutup matanya untuk mencoba tidur.

* * *

Sekitar pukul 01.00 di kamar Dara.

Tiba-tiba abu hitam muncul di pojokkan yang lalu membuat seorang namja hadir di tengah-tengah kegelapan kamar milik Dara.

Saat ini namja itu tidak berjubah lagi seperti biasanya, namun namja itu memakai kaos lengan pendek, celana jeans hitam, dan sepatu kulit serta wajahnya penuh dengan coretan hitam besar yang hampir memenuhi pipi kirinya.

Namja itu langsung berlari mendekati Dara yang sedang tertidur begitu dia sudah ada di kamar itu.

“Dara gwenchana?” kata namja itu panik yang lalu membuka selimut yang menutupi Dara “ah.. syukurlah kau baik-baik saja..” kata namja itu lega karena melihat tubuh Dara tidak terluka sedikitpun. (ya iyalah.. diakan pake celana dan baju panjang, ya yang keliatan cuman pergelangan tangan, kaki dan kepala -_-“)

Namja itu memegangi dadanya lega “Aku benar-benar khawatir karena aku melihatmu hampir tertabrak tadi, tapi karena ada Sehun sialan itu disana, aku jadi tidak bisa mendekatimu.. mian..” namja itu tertunduk sambil terduduk di atas tempat tidur Dara.

Dara masih saja tetap menutup matanya di atas tempat tidurnya yang sangat nyaman, tidak perduli suara sekeras apapun yang menghampirinya saat tidur, dia akan tetap menutup matanya.

Namun tiba-tiba pintu terbuka, cahaya terang masuk ke dalam kamar gelap itu, membuat namja itu sedikit silau karena cahaya yang datang tiba-tiba.

Deg! Tiba-tiba muncullah sosok Sehun di antara pintu itu sambil memegangi makanan sebuah tongkat panjang yang terbuat dari kayu.. ya bisa dibilang tadi dia telah mematahkan sapu, lalu tongkat yang dia pegang saat ini adalah gagang sapunya.

“Siapa disa..” kata-kata Sehun langsung terhenti melihat Dara yang sedang tertidur, oke itu bukan masalahnya, masalahnya adalah ada seorang namja yang terlihat seumuran Sehun duduk disampingnya sambil memegangi selimut yang seharusnya menutupi Dara.

Jreng..! Pikiran kotor Sehun langsung mengalir deras di otak kecilnya.

Tangan Sehun mengepal sambil memegangi tongkatnya kuat, mulutnya menyeringai “Apa yang kau lakukan padanya hah?” teriak Sehun yang lalu berlari mendekati namja itu.

Sehun memukulkan tongkatnya ke arah namja itu dengan sekuat tenaga. Namun tanpa perlu mengeluarkan banyak tenaga, namja itu langsung menangkis tongkat dengan tangan kanannya.

“Mwo?” pikir Sehun kaget karena namja itu berhasil menahan tongkatnya “siapa kau sebenarnya?” Sehun masih dalam posisi memukulkan tongkat dan namja itu masih dalam posisi menahan tongkat.

“Nan? Apa kau benar-benar ingin tahu? Atau mau tahu aja?” kata namja itu tidak serius.

“Jawab pertanyaanku, palli!” bentak Sehun tidak sabar lalu menyeringai.

Tiba-tiba namja itu hilang dari pandangan Sehun, dia sudah tidak ada di atas tempat tidur Dara lagi.

“Yah! Dimana kau? Dasar pengecut!”

Lalu tiba-tiba namja itu muncul di belakang Sehun, Sehun menoleh ke belakang karena dia merasa ada seseorang yang berdiri di belakangnya. Namun saat Sehun sudah menoleh ke belakang, namja itu menghilang lagi.

“Pengecut!” kata Sehun langsung setelah melihat namja itu menghilang lagi.

Saat ini Sehun benar-benar tidak memperdulikan Dara yang entah mungkin terbangun karena teriakannya atau tidak. Dia lebih mementingkan kepada makhluk yang sangat berbahaya kini sedang berhadapan dengannya.

“Aku disini” kata namja itu yang lalu muncul di pojokkan kamar Dara.

Sehun segera menoleh ke arah datangnya suara.

“Sekarang kau sudah tahukan siapa aku, Sehun EXO?” namja itu tersenyum miring.

“Kau..” Sehun menelan ludah, mengepalkan tangannya kuat, lalu membuka mulutnya “mutan pengecut!” kata Sehun dengan nada tingginya.

“Daebak!” namja itu bertepuk tangan “tapi aku tidak pengecut” tambahnya.

“Baru tadi aku menggunakkan EXO Power, dan kini sudah ada mutan yang menemukan rumahku? Apa mulai saat ini aku harus segera pindah rumah dan berhenti sekolah? Dan apa aku harus menggunakkan EXO Powerku untuk membunuhnya? Tapi apa itu tidak membuat semakin banyak mutan yang mengetahui keberadaanku?” pikir Sehun dalam hati.

Namja itu mendekat ke tempat tidur Dara.

Kini namja itu berdiri di samping tempat tidur Dara dan berhadapan dengan Sehun. Mereka saling berpandangan tajam.

“Tapi aku tidak akan melukaimu, Sehun EXO” namja itu tersenyum miring lagi.

“Kau..” otot-otot Sehun tertarik dengan tangannya yang semakin mengepal keras.

“Oh.. tenang saja.. aku serius dengan kata-kataku tadi” namja itu memamerkan tangannya di depan dada.

“Kau kira aku akan mempercayaimu hah? Mempercayai orang yang sudah merusak Pohon Kehidupan? Membuat member EXO saling berpisah? Yang lalu membuatku dan member EXO yang lain diasingkan ke dunia manusia ini? Lalu kau kira aku akan mempercayaimu dengan mudah hah?!” mata Sehun memerah karena terbawa emosi.

“Pohon apa? Aku benar-benar tidak ta..” kata-kata namja itu terhenti begitu merasa lehernya telah disentuh tongkat dengan cepat.

Ternyata tongkat yang dipegang Sehun lumayan panjang, bahkan lebih panjang dari lebar tempat tidur Dara.

“Jangan membuatku semakin marah lalu membunuhmu! Pohon itu sangat berarti untuk kami!” kata Sehun serius sambil tetap memegangi tongkat itu kuat.

“Haha..” namja itu tertawa “membunuhku dengan tongkat seperti ini? Yah! Apa kau sebodoh itu? dan kenapa kau tidak membunuhku dengan anginmu saja? Bukankah itu lebih masuk akal?” namja itu menarik napas “ah.. kau takut jika kau menggunakkan EXO Powermu maka akan semakin banyak rasku yang mengetahui keberadaanmukan?”

Sehun masih tetap fokus memandangi namja itu.

“Tapi kau telat Oh Sehun! Semuanya sudah mengetahui kalau kau adalah salah satu member EXO, kau bisa saja dibunuh oleh salah satu rasku, mungkin hari ini”

“Diam kau! Bahkan sebatang tongkat bisa menjadi senjata yang sangat membunuh jika digunakkan dengan benar!”

“Yah! Bahkan sekarang aku bisa saja pergi menghilang lagi, ara?” namja itu menarik napas panjang “ah begini saja, aku tidak akan menyakitimu karena aku berhutang budi pada yeodongshaengmu, apa kau percaya?”

“Mwo?” Sehun bingung “apa Dara pernah bertemu dengan mutan pengecut ini sebelumnya? Tapi dimana? Kapan?” pikir Sehun dalam hati “apa kau rela mati sekarang demi yeodongshaengku? Jika begitu maka aku akan mempercayaimu” kata Sehun.

“Yah yah yah.. mana bisa begitu?” namja itu menatap Sehun heran.

“Cepat katakan apa tujuanmu datang kesini, jangan bilang kau datang ke sini hanya karena ingin menemui yeodongshaengku” kata Sehun yang masih memegangi tongkatnya.

“Tapi memang begitu kenyataannya” namja itu berpikir “yah.. bagaimana jika aku membuatmu menjadi tidak bisa dilacak lagi oleh rasku yang lain, apa dengan begitu kau bisa mempercayaiku? Dan membiarkanku datang setiap malam ke rumahmu?”

“Mwo? Sebenarnya ada apa dengan mutan pengecut ini? Dia bahkan berkata dia tidak tahu apa-apa tentang Pohon Kehidupan, dia mengenal Dara, dan dia bisa membuatku tidak bisa dilacak oleh rasnya? Apa dia ingin bunuh diri hah? Tapi.. aku tidak merasakan aura membunuh saat ini, apa mutan ini bisa dipercaya? Apa aku bisa memanfaatkannya?” pikir Sehun dalam hati yang lalu memiringkan kepalanya “tapi jika benar aku tidak bisa dilacak lagi oleh mutan, itu berarti aku masih bisa tinggal disini, dan sekolah di sekolahku saat ini, lagian aku sudah sangat nyaman menjadi anggota keluarga Oh” pikir Sehun lagi.

Sehun menurunkan tongkatnya, lalu memegangi tongkat itu berdiri di sampingnya “Apa kau kira kau bisa melakukannya? Mutan pengecut?”

“Tentu saja” namja itu langsung menghilang, kemudian muncul tepat di depan Sehun “apa kau benar-benar ingin melakukannya? Aku benar-benar bisa melakukannya untukmu” namja itu mengedipkan mata kirinya *hoek!* Sehun ingin mutah saat itu juga, tapi situasi tidak memungkinkan.

“Bagaimana jika kau tidak bisa melakukannya?”

“Yah.. bunuh aku jika aku tidak bisa melakukannya!”

Sehun masih berpikir.

“Apa kau tidak menghargaiku? Yah.. aku sedang mencoba mengkhianati rasku saat ini demi yeodongshaengmu, ara?”

“Ara.. aku pegang kata-katamu tadi mutan pengecut”

“Apa kau mempercayaiku sekarang?” mata namja itu membesar memandangi Sehun “yah.. itu artinya aku boleh ke rumah ini sesuka hatiku”

Mata Sehun melotot.

“Ah.. tidak boleh? Yasudah.. aku juga tidak akan melakukannya untukmu, kalau begitu aku pergi..” namja itu berbalik badan.

“Kau harus izin padaku dulu mutan pengecut, dengan begitu.. kau boleh datang ke sini” Sehun berbicara sedikit terpaksa.

Namja itu berbalik badan lalu tersenyum “Aku akan melakukannya sekarang, bersiap-siaplah..” namja itu menggosok-gosok tangannya.

Sehun merasa sedikit ketakutan saat itu juga, keringat sedikit keluar dari dahinya, dan napasnya jadi terasa berat “Aku tidak akan apa-apakan? Mutan pengecut ini tidak sedang membohongikukan?” tanya Sehun dalam hati sambil menutup kedua matanya.

Tangan namja itu mengoles coretan hitam yang ada dipipinya, yang membuat tangan namja itu tercoret hitam juga, lalu dia gunakkan tangannya untuk membedaki wajah Sehun *what?*

Sehun yang kaget langsung membuka matanya “A.. apa yang kau lakukan?” tangan Sehun memegangi tangan namja itu, yang membuat tongkatnya terjatuh.

“Diam dan tenanglah.. mantraku ini tidak akan membunuhmu” kata namja itu santai dengan matanya yang masih fokus mengolesi wajah Sehun.

Sampai beberapa menit, setelah wajah Sehun penuh dengan coretan hitam “Nah.. selesai.. bagaimana rasanya?”

“Apa para mutan tidak bisa melacakku sekarang?” tanya Sehun yang mengabaikan pertanyaan namja itu.

“Tentu saja, bahkan aku sudah tidak bisa mencium aroma EXO Power keluar dari tubuhmu, tapi..” kata-kata namja itu terhenti “woahaha… kau lucu sekali, hahahaha…” namja itu tertawa lepas melihat Sehun yang sudah seperti badut saat itu.

Sedetik kemudian tangan kanan Sehun langsung mencekik leher namja itu “Apa kau sedang mempermainkanku? kenapa kau menertawaiku?” Sehun memelototi mata namja itu.

“Uhuk.. uhuk..” namja itu terbatuk “ya.. le.. lepaskan.. du.. dulu” kata namja itu sesak.

Sehun melepas cekikannya namun kedua tangannya memegangi tangan namja itu *so sweet* karena Sehun takut namja itu akan menghilang lagi.

“Ah cenca.. begitukah perlakuanmu pada orang yang telah menyelamatkanmu? Aish..” namja itu menyeringai “tapi.. karena aku sudah tidak bisa mencium aroma EXO Power dari tubuhmu itu artinya..”

“Moya?” Sehun berpikir “apa itu artinya aku beraroma menjijikan sama seperti rasmu?” Sehun memegang tangan namja itu semakin kuat.

“Yah yah yah.. sakit sekali aish..” namja itu merintih kesakitan “sebenarnya sih tidak juga, member EXO yang lain akan mencium aroma EXO Power keluar dari tubuhmu, hanya saja itu tidak berlaku untuk ras mutan, mereka akan mengira kau adalah bagian dari kami”

“Bagian dari mutan? Yah…! kenapa kau tidak bilang dari awal? Apa kau mencoba mempermainkanku?”

“Aku lupa mengatakannya! Ah.. cepat lepaskan tanganku dulu, lama-lama aku bisa mengira kau maho” kata namja itu yang sukses membuat Sehun sedikit malu lalu segera melepaskan pegangannya.

Namja itu menarik-narik tangannya mencoba melenturkan tangannya “Yah.. jadi.. aku boleh setiap hari mampir ke sinikan sebagai balasannya?”

“Apa kau ingin mati?” Sehun memelototi namja itu lagi “kau harus izin dulu padaku, jika tidak aku akan benar-benar membunuhmu mutan pengecut!”

“Haha.. kau benar-benar menakutkan.. yah kalau begitu aku harus pergi” namja itu berbalik badan “jangan basuh wajahmu selama 1 jam, jika tidak efek dari mantraku tidak akan mempan, dan ingat.. selama 1 jam itu, jangan menatap ke cermin sebelum kau membasuh wajahmu, dan… namaku Young Jae bukan mutan pengecut, kau harus ingat itu!” namja itu langsung menghilang setelah menyelesaikan penjelasan panjangnya.

“Sebenarnya apa yang dilakukan namja itu pada wajahku?” Sehun memiringkan kepalanya “yah.. apa dia membuat wajahku jadi jelek?” Sehun langsung berlari menuju kamarnya yang sebelumnya dia mengambil tongkat yang sudah terjatuh ke lantai.

Kamar Dara menjadi hening sekarang.

Tiba-tiba mata Dara terbuka “Oppa..” katanya lirih yang lalu meneteskan air matanya.

* * *

Sehun sudah masuk kekamarnya.

Sehun melemparkan tongkat ke lantai begitu dia sudah masuk kamar.

“Sial!” Sehun menonjok dinding kamarnya yang lalu menyisakan retakan di bagian dinding yang dia tonjok.

Sehun mendengus “Apa sekarang bauku sudah sama seperti para mutan sialan itu?” Sehun menundukkan kepalanya “apa member EXO yang lain masih menerimaku jika mereka tahu?”

*tes.. tes.. tes..*

Tanpa terasa air mata menetes ke lantai “Ah..” Sehun mengelap air matanya lalu mengangkat kepalanya “menjadi makhluk sepertiku memang menyebalkan, jika aku bisa memilih, maka aku ingin menjadi manusia biasa” kata Sehun lalu membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur.

“Hah..” kata Sehun dengan posisi tidur terlentangnya “aku harap aku bisa segera bertemu member EXO yang lain, banyak sekali hal yang ingin aku katakan kepada mereka, meskipun aku bahkan tidak tahu ada berapa atau siapa saja para member EXO itu” Sehun menutup matanya “tapi aku yakin mereka tidak jauh dariku”

Tidak terasa Sehun langsung tertidur pulas setelah dia berkata-kata tadi.

* * *

*Kring.. kring.. kring..*

“Non Da..” kata-kata Bum Ajhumma langsung terhenti melihat Dara yang kini sedang merapikan rambutnya.

“Yah Bum Ajhumma! Kau lupa tidak mengetok pintu lagi!” bentak Dara langsung.

“Ah chwesong hamnida” Bum Ajhumma membungkuk untuk sesaat “tapi.. kenapa non sudah bangun dan sudah rapi begitu?” tanya Bum Ajhumma penasaran.

“Yah! Memang salah? Aku ini sudah dewasa tahu!” jawab Dara yang tidak ingin mengatakan kalau dia susah tidur setelah mendengar percakapan Sehun dengan Young Jae.

Bum Ajhumma melangkah mendekati Dara “Anio.. hanya saja, tidak seperti Non Dara yang saya kenal”

“Yah! Kau kira aku seperti apa hah? Pemalas?”

Bum Ajhumma mengangguk polos.

“Aish..!” Dara mengangkat kepalan tangannya, lalu menurunkannya “ah.. aku hanya tidak mau dianggap anak-anak lagi, bahkan sebentar lagi aku akan berkemah, mulai sekarang aku harus mandiri!” kata Dara keren.

“Nah begitu dong non.. akhirnya datang juga hari yang seperti ini” Bum Ajhumma tersenyum.

“Apa oppa sudah di bawah?” Dara merubah topik.

“Anio, dia masih dikamarnya”

“Kau membuatkan es teh manis kan?”

“Ye, saya sudah membuatkannya, tapi kenapa anda ingin minum es teh manis di pagi hari? Saya rasa minum es di pagi hari itu tidak baik”

“Karena orang dewasa tidak minum susu” jawab Dara mantap.

“Yah.. non.. saya rasa orang dewasa itu lebih condong ke minuman kopi deh, bukan es”

“Ah molla.. aku tidak suka kopi, kopi itu pahit” Dara menggeleng-gelengkan kepalanya “apa mobil sudah dipanaskan? Sinih mana kuncinya?” Dara memedengkan tangannya.

“Ini non..” Bum Ajhumma memberikan kunci mobil ke Dara.

“Sip..” Dara mengangguk-anggukkan kepalanya “yasudah tempat tidurku dirapikan yah, aku mau pergi kesekolah” Dara lalu segera menyambar tasnya kemudian pergi dari kamar.

Bum Ajhumma masih terdiam di tempat “Aku kira tadi Non Dara ingin mandiri, lalu kenapa dia malah menyuruhku merapikan tempat tidurnya? Haha.. mandiri macam apa yang dia pikirkan? Mandi sendiri? Mungkin..?” lalu Bum Ajhumma segera merapikan tempat tidur Dara.

* * *

Sementara itu Sehun..

“Ah..” Sehun menguap lalu duduk di tempat tidurnya “apa aku ketiduran tadi?” Sehun mengucek-ucek matanya.

“Jam berapa sekarang?” Sehun menatap jam dinding “oh jam 6…”

1 detik.. 2 detik.. 3 detik..

“Mwo?! Sudah jam 6? Yah.. aku akan terlambat lagi hari ini..” Sehun langsung bangun dan segera berlari ke kamar mandi.

Sehun sudah ada di depan cermin yang ada di kamar mandi, namun kepalanya menunduk “Sudah 1 jam lebih, pasti bauku kini sudah sama dengan para mutan itu..” Sehun mengangkat kepalanya untuk menghadap ke cermin.

“Kya..!” teriak Sehun kencang melihat makhluk hitam yang ada dicermin, yang sebenarnya adalah dirinya.

“Apa yang terjadi padaku? Ke.. kenapa wajahku jadi seperti badut?” Sehun berpikir “yah.. apa ini adalah mantra dari mutan itu? mantra seperti ini? Aish cenca.. apa dia membohongiku? Awas saja kalau aku bertemu dengannya..” Sehun segera membasuh wajahnya.

Kini Sehun sudah rapi dengan seragam dan tasnya, dia lalu meninggalkan kamar dan segera menuruni tangga menuju ke ruang makan.

“Yah.. kau bangun duluan?” tanya Sehun melihat Dara sudah duduk di kursi sambil memakan roti tawarnya.

“Emh.. muhai searang ak u” kata Dara tidak jelas karena makanan memenuhi rongga mulutnya.

“Yah.. habiskan dulu makananmu, kalau tidak kau bisa tersedak” saran Sehun yang lalu duduk di kursi yang berhadapan dengan Dara.

“Emh..” Dara mengangguk “uhuk.. uhuk.. uhuk..” Dara tersedak.

Dengan sigap Sehun segera berdiri lalu mengambil air putihnya kemudian menyodorkannya ke depan Dara “Yah.. minum ini palli..” Sehun khawatir.

“Hahaha.. “ Dara tertawa “oppa kau lucu sekali dengan wajah khawatirmu itu.. hahaha yes! Akhirnya bakat artisku sudah mulai muncul!” kata Dara yang merasa sudah berbakat menjadi artis.

Sehun menatap Dara kesal “Yah!” lalu dia duduk kembali dan segera menyambar roti tawarnya.

“Hahaha…” Dara tertawa lepas saat itu, lalu dia meminum es teh manisnya. Karena saat meminum es teh manis Dara masih sedikit tertawa, maka es batu yang ada di gelasnya ikut tertelan dan sukses membuat Dara tersedak beneran “Uhuk.. uhuk.. uhuk..”

“Yah.. aku tidak akan terjebak ke lubang yang sama dua kali” kata Sehun yang lalu membuka lembaran koran paginya yang sudah disediakan di meja.

“Op.. oppa.. uhuk.. aku.. uhuk uhuk..” Dara seperti orang yang sekarat saat itu.

“Aish cenca! Kau sangat berisik!” Sehun menatap Dara “yah.. apa kau benar-benar tersedak?”

“Op.. oppa..” Dara membuka mulutnya lebar, napasnya berat, dan kedua tangannya memegangi lehernya.

“Yah? Cencaya?” mata Sehun langsung membesar “ah.. kau pasti membohongiku lagi..” kata Sehun yang lalu santai duduk di tempatnya kemudian membuka lembaran koran paginya lagi “aku benar-benar tidak akan terbohongi olehmu lagi..” tambah Sehun.

“Op.. ha..” Dara memukul-mukul dadanya.

“Aish cenca.. yah apa kau serius?”

Dara mengangguk-anggukkan kepalanya dengan tangannya yang masih memukul-mukul dadanya.

“Kau benar-benar tidak sedang membohongiku?”

Dara masih mengangguk-anggukkan kepalanya.

“Kau berani bersumpah?”

“Op..ha..” Dara sedikit sudah sangat tersiksa dengan es batu yang nyangkut di tenggorokannya itu.

“Apa kau serius? Yah! Kalau kau membohongiku lagi aku benar-benar akan membunuhmu..” Sehun bercanda.

Dara tetap mengangguk-anggukkan kepalanya.

“Aish.. awas saja kalau kau membohongiku lagi” Sehun lalu berdiri dan segera berjalan santai ke arah Dara sekarang berdiri “Dara kau siap?” Sehun sudah berancang-ancang siap memukul punggung Dara dari belakang, dia sudah megira-ira di mana seharusnya dia memukulnya.

*Plak!* sebutir es batu keluar dari mulut Dara, dan kini pas masuk kembali ke gelas es teh manis milik Dara.

“Hoah..” Dara lega “oppa kenapa lama sekali? Aku sudah sekarat tadi!” kata Dara yang lalu berbalik badan.

“Aku kira kau sedang membohongiku lagi, lagian siapa suruh tadi kau juga berpura-pura tersedak, jadi aku juga harus berpikir dulu untuk menolongmu” Sehun menyilakan tangannya di depan perut “Kajja! Kita berangkat sekarang”

Dara memandang jam dinding “Tapi ini masih jam 6 lebih 10 menit”

“Terserah, aku akan pergi sekarang” kata Sehun yang lalu berjalan meninggalkan Dara.

“Oppa kau lupa? Kunci mobilnya ada padaku!” kata Dara sambil berdiri yang lalu memamerkan kuci mobilnya.

“Ah aku lupa!” Sehun berbalik badan “kau akan berangkat kapan?”

“Sekarang” Dara menaruh kunci mobil ke tangan Sehun “kajja! Aku ingin melihat ekspresi teman-temanku saat aku berangkat pagi”

Sehun dan Dara berjalan bersama ke depan rumah, namun saat mereka sudah di depan rumah, tiba-tiba langkah mereka berhenti.

“Taxi? Oppa apa kau memanggil taxi?” tanya Dara bingung karena di depan rumahnya terparkir taxi sekarang.

“Anio, apa kau yang memanggilnya?” Sehun menatap Dara.

“Yah.. jika aku bertanya padamu itu artinya bukan aku yang memanggil taxi..” Dara menatap Sehun datar “mu.. mungkinkah..?” mata Dara langsung membesar memandangi taxi itu.

Pintu taxi itu terbukam sedikit, memperlihatkan sepatu kulit hitam yang sangat indah. Lalu seorang ajhumma keluar dari taxi itu.

“Eomma!” teriak Dara setelah melihat bahwa ajhumma itu adalah Nyonya Oh.

Sehun melihat ke arah Nyonya Oh untuk sesaat, lalu segera memalingkan pandangannya ke samping.

Dara segera berlari ke arah Nyonya Oh lalu memeluk Nyonya Oh untuk sesaat “Eomma.. kau sudah pulang?”

“Oh.. aku sudah pulang”

Dara memeluk Nyonya Oh lagi, lalu melepaskannya.

“Apa eomma akan tetap tinggal dirumah? Aku sangat kangen dengan eomma” kata Dara manja “eomma lihatlah.. selama 2 tahun ini aku sudah tumbuh tinggi, lihat lihat..” Dara menegakkan badannya.

Nyonya Oh mengukur tinggi Dara dengan tangannya “Em.. tidak ada yang berubah” Nyonya Oh memiringkan kepalanya “masih tetap lebih tinggi eomma”

“Ah eomma..” Dara memegangi tangan Nyonya Oh yang dibalut sarung tangan.

Nyonya Oh menatap ke sekitar “Sehunnie? Kenapa kau masih disana? Apa kau tidak merindukan eommamu ini?” tanya Nyonya Oh yang lalu membuat Dara melepaskan pegangan tangannya yang lalu menatap Sehun.

“Oppa.. palli..!” Dara menggerak-gerakkan bibirnya tanpa bersuara.

Sehun menarik napas panjang, lalu berjalan ke arah Nyonya Oh “Eomma.. selamat datang kembali” kata Sehun datar.

*Bleg!* Nyonya Oh langsung memeluk Sehun “Eomma.. apa yang..?”

“Diamlah! 2 tahun tidak bertemu denganmu membuat ajhumma tua ini benar-benar sangat ingin memelukmu” kata Nyonya Oh yang sukses membuat wajah Sehun sedikit memerah.

“Nyonya Oh.. jika kau benar-benar eommaku, aku pasti akan sangat bahagia” pikir Sehun dalam hati yang lalu menutup matanya untuk sesaat, merasakan pelukan hangat seorang eomma yang merindukan anaknya.

Nyonya Oh melepaskan pelukannya, kedua tangannya kini memegangi pundak Sehun “Sehunnie, yah.. kau tambah tinggi sekarang” kata-kata itu sukses membuat Dara iri.

“Eomma.. aku cemburu!” Dara memanyunkan bibirnya.

Nyonya Oh dan Sehun tertawa kecil.

“Tapi Sehunnie, kenapa kau tidak menjemputku?”

“Menjemput eomma? Aku bahkan tidak tahu eomma akan pulang” kata Sehun jujur.

“Mwo? Eomma sudah mengirim pesan padamu, tapi kau tidak membalas juga, wae?”

Sehun menundukkan kepalanya “Aduh gimana nih? Kalau aku bilang smartphoneku rusak, Dara akan tahu aku bohong kemarin, tapi kalau aku bilang smartphoneku baik-baik saja.. pasti eomma akan merasa aku sudah mengkacangi pesannya, aduh.. gimana nih?” pikir Sehun dalam hati.

“Eomma mian..” dua buah kata yang Sehun pikir adalah jawaban terbaiknya.

“Ah gwenchana, lagian di bandara juga banyak taxi dan eomma juga ditemani, jadi eomma tidak merasa kesepian”

Deg! Mata Sehun dan Dara langsung melebar “Apa appa juga ikut pulang?” tanya mereka kompak.

“Gawat! Mulai sekarang berarti aku harus membersihkan barang-barangku sendiri, belajar, pulang selalu tepat waktu.. ah.. kenapa appa harus pulang segala sih?” pikir Dara tertekan.

“Matilah aku! Aku baru membeli DVD dewasa! Aku bahkan belum menontonnya, apa sekarang aku harus membuanya karena takut appa akan melihatnya? Ah.. tapi DVD itu benar-benar sulit untuk aku dapatkan..” pikir Sehun tertekan juga.

“Anio” Nyonya Oh membantah.

Sehun dan Dara membuang napas lega “Syukurlah..” pikir Sehun dan Dara kompak dalam hati.

“Lalu kau pulang bersama siapa eomma?”

“Kau.. keluarlah” kata Nyonya Oh yang menghadap ke pintu taxi.

Tiba-tiba seorang anak laki-laki keluar dari dalam taxi. Anak itu memakai kaos warna putih dengan warna biru di lengannya dan dia memakai celana jeans hitam, rambutnya pendek, dan kulitnya begitu putih.

Anak laki-laki itu tersenyum memandangi Sehun dan Dara.

“Eomma, siapa anak ini?” Dara memandang anak laki-laki itu penasaran, begitupun Sehun.

Nyonya Oh tersenyum lalu memandangi Sehun dan Dara bergantian “Dia namdhongshaeng kalian” Nyonya Oh masih terenyum.

Anak laki-laki itu membungkukkan badannya 90 derajat lalu kembali berdiri “Nuna! Hyung!” kata anak laki-laki itu yang lalu memamerkan gigi putih dan rapinya pada Sehun dan Dara.

Sehun dan Dara saling berpandangan.

1 detik.. 2 detik.. 3 detik..

Mereka masih berpandangan, Dara mengedip-edipkan matanya, Sehun memasukkan jarinya ke dalam mulut *what?* lalu mereka kembali menatap anak laki-laki itu dengan posisi yang tidak berubah.

“Mwo…………..?????!!!!!!” teriak Sehun dan Dara kompak.

= TBC Chapter 4=

Lampiran :

 

b

 

 

 

Penampilan Young Jae saat menemui Sehun.

 

c

 

 

 

 

 

Namdhongshaeng Dara dan Sehun.

 

d

 

 

 

Ekspresi lebay Sehun saat melihat namdhongshaengnya.



My Teacher Is My Husband (Chapter 5)

$
0
0
Tittle: My Teacher is My Husband (Chapter 5)
Author: Earthlings0812 (@rizqil_amni)
Genre: School life, marriage life, comedy, romance.
Lenght: Chapter
Cast:
- Xi Luhan
- Park Nayoung
- Byun BaekHyun
Support cast : cari sendiri okeeee!!!
Hola… ketemu lagi sama author, mian ngepostnya rada lama.

Saya sebagai author  dari ff “My Teacher Is My Husband” yang katanya ff yang saya buat ada kesamaan sama ff web sebelah, ff yang saya buat itu asli ide dan khayalan saya. Yang masalah guru sama murid itu saya angkat dari pengalaman pribadi yang pernah suka sama guru sendiri. Dan yang ada dimana scane  yang Nayoung ngga bisa tidur tanpa meluk sesuatu itu emang saya ambil dari kenyataan hidup saya yang kalau tidur harus meluk boneka atau apapun itu jdi kalau ngga ada benda disamping saya, saya bakal ngga bisa tidur. Terus yang masalah ngelamar di cafe itu emng khayalan saya pengen dilamar calon suami saya nanti di tempat ramai atau umum dan saya ambil secara garis besar saya ambil cafe sebagai samplenya. Terus ada satu adegan lagi dimana Luhan sama Nayoung dikunci dengan sengaja sama orang tuanya, dan itu juga saya ambil dari pengalaman pribadi yang pernah dikunci dengan sengaja pas sekolah dasar  sama orang yang saya suka. Dan kesamaan adegan itu terjadi chapter 3, dan harap dimaklum jika ada kesamaan seperti itu. Dan sayapun tidak bermaksud memplagiator atau copy paste. Tapi saya juga patut berterima kasih kpd orang yg sudah ngasih tau saya lewat suatu media sosial, dan ada juga tertera dikomenan. Untuk itu saya mungkin patut minta maaf juga mungkin karena kecerobohan saya sampai ada kejadian seperti ini. Sekali lagi saya tegaskan saya sebagai author dari ff “my teacher is my husband” mengkonfirmasi jika ff yang saya buat adalah asli ide dan buatan saya bukan ada maksud memplagiat ataupun yang lainnya.
Mungkin cukup sekian maaf bila ada salah kata ataupun yang lainnya.
Nah biar ngga pada penasaran kita langsung cawww aja ke ceritanya.. ^^
HAPPY READING~~~
Luhan pov
“young-a” panggilku dengan muka cengoku, dan harus kuakui kalau Nayoung sangat cocok dengan gaun yang ia kenakan. Terkesan sederhana tapi dia terlihat cantik dan imut dalam waktu yang bersamaan.
“oppa otte?” tanyanya dengan sedikit malu-malu.
“bagus sangat cocok denganmu” komentarku langsung membuat pipinya merona.
“jadi bagaimana keputusannya tuan Lu?” tanya karyawan butik.
“ya aku akan ambil gaun ini, acaranya sekitar 10 hari lagi” ucapku memberi intruksi.
“ohh baiklah kalau begitu”
Setelah mencoba gaun pengantin aku dan Nayoung langsung mencari cincin yang akan kami pakai ketika di pernikahan nanti.
“oppa kita akan kemana sekarang?” tanyanya.
“kita langsung membeli cincin saja” jawabku sambil terus menyetir.
“eoddi?” tanyanya
“terserah padamu saja” jawabku
“kita cari saja ditoko perhiasan langganan eomma, otte?” tawarnya
“arra, kita coba kesana”. Aku memberhentikan mobilku sesuai dengan intruksi yang Nayoung berikan.
“kajja oppa” ajaknya sambil menggandeng tanganku.
“selamat datang” itulah sambutan pertama ketika kami masuk ke toko perhiasan ini.
“emm bisa tolong bantu kami untuk mencari cincin pernikahan?” tanya Nayoung.
“ohh silahkan ikuti saya kemari” dengan sopannya karyawan toko itu mengajak kami ke tempat cincin yang dikhususkan memang untuk pernikahan.
“silahkan dipilih tuan nona”
“oppa bagaimana jika yang ini?” Nayoung menujukkan sebuah cincin yang bisa terbilang terlalu mewah.
“ani, aku tidak suka yang itu, terlalu mewah young-a” ucapku. “bagaimana jika yang ini?” usulku sambil menyodorkan sebuah cincin pasangan.
Dia menggeleng “ani aku juga tidak suka dengan yang itu” jawabnya tidak setuju.
“wae?” tanyaku heran.
“ani aku hanya tidak suka saja” jawabnya sambil geleng-geleng.
“tuan dan nona kami kebetulan ada cincin yang baru saja datang kemarin, mungkin cocok untuk pasangan muda seperti anda” tawar sang karyawan toko.
“boleh kami lihat?” tanyaku.
“tentu saja, ini dia” kata karyawan toko itu sambil memperlihatkan sepasang cincin yang menurutku sangat cocok untuk kami berdua.
“cincin ini baru saja kami datangkan kemarin dengan desainnya yang tidak terlalu mewah atau terlihat sederhana. Dengan desain simple yang kami berikan dan sedikit penambah satu berlian kecil ditengah cincin dan jika tuan dan nyonya ingin kami bisa mengukir nama didalam cincin itu” karyawan toko itu menjelaskan.
“bagaimana oppa?” tanya Nayoung
“emm sepertinya tidak buruk juga, baiklah kami ambil yang itu” ucapku.
Setelah membayar semuanya, aku dan Nayoung langsung pulang karena hari semakin larut.
“young-a bagaimana kalau kita makan dulu?” tawarku sambil memasang sabuk pengaman.
“sepertinya tidak oppa, aku ingin makan dirumah eomma bilang tadi dia akan memasakkan makanan favoritku, bagaimana kalau oppa saja yang kerumah?” dia berbicara sambil menghadap kearahku.
“ya untuk sekarang aku tidak bisa, mungkin lain kali ya sudah kita pulang saja” aku langsung menjalankan mobilku menuju rumah Nayoung.
Hanya butuh waktu sekitar 30 menit aku sampai mengatarkan Nayoung sampai rumahnya dengan selamat.
“oppa yakin tidak akan masuk dulu.?” Tawarnya
“ani mungkin lain kali, aku akan langsung mengerjakan kerjaanku yang belum selesai.” Tolakku halus.
“arraseo, kalau begitu aku duluan. Hati-hati dijalan oppa.” Ucapnya
“hmmm.” Kubalas hanya dengan sebuah gumaman dan tak lupa senyum manisku.
Setelah dia keluar dari mobilku, aku lupa ada sesuatu yang tertinggal, dengan cepat aku keluar mobil. “young-a.” Panggilku, dia membalikkan badan dan menatapku heran.
“oppa kenapa belum pulang?”
“aku lupa ada sesuatu yang lupa.” Jawabku
“mwoya.?” Tanyanya
“ini..” aku langsung mengecup keningnya, dan kalian tebak apa ekspresinya, sama seperti ketika aku mencium keningnya pertama kali.
“cepat masuklah.” Dia langsung sadar dari lamunannya. “tidur yang nyenyak sampai ketemu besok, aku akan menjemputmu lagi” kataku
Dia hanya mengangguk dan langsung masuk kedalam rumah. Apakah ini rasanya jatuh cinta (lagi)? Semoga saja. Tapi hati kecilku masih bertanya apa Song Yi baik-baik saja?
Author pov
Semua persiapan pernikahan Nayoung dan Luhan terselesaikan dengan cepat. Dan hanya tinggal menunggu hari H nya saja. Seperti biasa Luhan menjemput Nayoung pulang pergi sekolah.
Nayoung langsung berjalan menuju lokernya. Ketika Nayoung membuka lokernya tiba-tiba ada sebuah amplop berwarna biru jatuh dihadapannya. Nayoung langsung membaca isinya.
“Semoga harimu menyenangkan, dan aku memberimu setangkai mawar putih kesukaanmu supaya kau lebih semangat hari ini”
Dan Nayoung langsung melihat isi lokernya lagi ternyata benar ada bunga kesukaannya disana. Nayoung langsung mengambilnya ada perasaan senang dalam hatinya, tapi dia bertanya-tanya siapa yang tau kalau Nayoung menyukai mawar putih. Nayoung coba mengingat lagi siapa saja yang tau kalau dia suka mawar putih, seingat Nayoung hanya KyungJin dan Baekhyun yang tau. Mana mungkin Luhan mengetahuinya, karena Luhan dan Nayoung belum terlalu mengenal dekat satu sama lain.
“ya sudahlah tak apa, gomawo yang sudah memberiku ini” ucap Nayoung dengan senyum manis menghiasi wajahnya.
Tanpa Nayoung sadari ada sepasang mata yang sedang memperhatikan Nayoung yang sedang tersenyum sambil mencium mawar putih itu. Dan orang itu pula ikut tersenyum.
Bel masukpun berbunyi. Semua siswa langsung bersiap duduk dibangkunya. Terlihat Luhan memasuki kelas.
“selamat pagi anak-anak” sapa Luhan terlebih dahulu.
“pagi songsaengnim” sahut semua murid.
“baiklah untuk pelajaran hari ini kalian buka bab selanjutnya” jelas Luhan. Nayoung tidak mendengarkan Luhan malah menggambar desain sebuah baju. Saat sedang asik menerangkan tanpa sengaja Luhan memergoki Nayoung tidak memperhatikan materi yang sedang ia terangkan.
“Park Nayoung” Luhan memberi teguran.
“ne songsaengnim?” sahut Nayoung.
“bisa kau perhatikan dulu materi yang sedang saya jelaskan didepan?”
“ye songsaengnim” Nayoung langsung kikuk karena dia jadi pusat perhatian sekelas sekarang. Karena bosan Nayoung mencoba mencari hiburan, ada ide gila yang terlintas aku ingin melempar sebuah kertas berisi percakapan Nayoung untuk mengajak ngobrol. Nayoung terlihat berpikir, Kyung Jin mana mungkin dia akan serius dengan pelajaran favoritnya ini, Se Hyun lihat dia malah tertidur. Baekhyun!! Nayoung langsung teringat akan itu. Dengan sekali lemparan kertas itu sampai ke meja Baekhyun. Dengan sigap Baekhyun membuka kertas yang Nayoung lempar.
“apa kau tidak ngantuk? Aku sangat bosan dengan pelajaran yang satu ini”
Baekhyun sedikit terkekeh melihat isi tulisan yang tertera dikertas.
sebenarnya aku sangat bosan, tau begini lebih baik aku pura-pura permisi ke toilet dari tadi” Baekhyun langsung melempar lagi kertasnya ke meja Nayoung. Nayoung langsung membalas dan langsung melemparnya lagi. Mereka berdua malah asyik dengan dunianya sampai tidak sadar kalau Luhan  dari tadi memperhatikan mereka berdua. Dalam hati Luhan ada sebuah gejolak emosi yang hampir membuat hatinya meledak seperti bom atom. Bisa dikatakan cemburu mungkin.
“Park Nayoung Byun Baekhyun, jika kalian tidak ingin memperhatikan pelajaran saya, saya persilahkan kalian untuk keluar” ucap Luhan dengan sedikit membentak. Semua murid yang mendengar itu terkaget-kaget karena ini kali pertama Luhan marah seperti ini. Dan yang ditegur itu malah bersorak dalam hati mereka “akhirnya ya tuhan aku bisa terbebas dari pelajaran terkutuk ini” batin Nayoung. Dengan senang hati Nayoung dan Baekhyun melangkahkan kaki mereka keluar kelas. Nayoung tidak sadar kalau Luhan sedang cemburu pada Baekhyun. Dengan sedikit ada rasa dongkol dalam hati Luhan kembali meneruskan materinya.
Kita beralih ke Nayoung dan Baekhyun.
Mereka terlihat berjalan kearah atap sekolah, dimana tempat para siswa membolos belajar untuk sementara.
Sesampainya diatap mereka langsung duduk dibangku panjang dekat pagar pembatas.
“akhirnya aku terbebas dari pelajaran terkutuk itu ya tuhan thank you very much” kata Nayoung sambil merentangkan tangannya seolah dia baru bebas dari penjara.
“ya kau ini tidak malu? Kau ini ketua kelas harusnya jadi teladan untuk bawahannya. Kau malah seperti ini” cercah Baekhyun.
“wae kau juga nasibnya sama sepertiku akhirnya dikeluarkan dari kelas” Nayoung menyangkal.
“ya lah apa terserahmu” ucap Baekhyun pasrah.
“baekhyun-a, kau tau ada yang mengirim mawar putih ke lokerku tadi pagi” ucap Nayoung menceritakan kejadian tadi pagi dengan antusias.
“ahh jinjayo?” tanya Baekhyun.
“hmmm” jawab Nayoung sambil mengangguk. “dia juga memberikan amplop berwarna biru, dan aku rasa tulisan tangannya aku seperti mengenalinya” kata Nayoung.
“ahhh mungkin ada fansmu kali ini” jawab Baekhyun sekenanya. “sebenarnya itu aku nayoung-a” batin Baekhyun.
“hmmm, tapi jika diingat lagi yang tau aku suka mawar putih itu hanya kau dan Kyung Jin atau mungkin oppaku” Nayoung terus berasumsi.
“ya terserah apa asumsimu, tapi hati-hati nanti ada yang mengirimmu barang berbahaya” Baekhyun memperingatkan.
“arraseo” ucap Nayoung.
“tapi kau tenang saja nayoung aku tidak akan mengirim barang yang berbahaya untukmu” ucap Baekhyun dalam hati.
Nayoung pov
Setelah pelajaran hari ini beres aku langsung mengemasi buku-buku yang ada di atas mejaku.
Tumben tak ada pesan masuk seperti biasanya. Ahh mungkin Luhan oppa lupa mengirimku sms. Aku langsung keluar kelas, dan berjalan ke tempat biasa Luhan oppa menungguku. Setelah menemukan mobilnya aku langsung masuk kedalam.
“oppa kenapa kau tidak mengirimku sms seperti biasanya?” tanyaku penuh selidik.
“aku lupa” jawabnya singkat, dia langsung menyalakan mesin mobilnya dan menjalankannya.
Selama perjalanan dia terus diam, tidak seperti biasanya. Biasanya dia selalu mengajakku mengobrol atau bercanda atau yang lainnya. Tapi kali ini ada yang beda, apa karena masalah tadi pagi? Ohh ya ampun aku lupa kalau dia tidak suka melihatku dan Baekhyun berduaan atau terlihat akrab didepan dia.
“oppa kau marah?” tanyaku memastikan, takut-takut dia marah sungguhan.
“ani” jawabannya singkat sekali.
“bohong?” ucapku memaksa.
“aku bilang tidak” jawabnya sambil terus fokus kearah jalan.
“apa gara-gara tadi oppa jadi mendiamkan aku seperti ini?” tanyaku waswas.
Tidak ada sahutan, okee aku sudah kesal dengan keadaan ini apalagi aku didiamkan seperti ini.
“oppa setidaknya kau jawab pertanyaanku dulu” ucapku kesal, dan dengan tiba-tiba dia menghentikan mobilnya yang menyebabkan terbenturnya jidatku ini.
“kenapa kau tidak memakai sabuk pengamannya?” tanyanya kesal.
“aku tidak tau kalau oppa akan berkendara seperti ini” jawabku sambil mengusap jidatku yang aku yakini kalau sekarang pasti memerah karena benturannya memang cukup keras.
“ya aku marah padamu, puas?” ucapnya sambil memandang kearahku.
“wae?” tanyaku
“kau ini masih bisa bertanya kenapa? Kau ini harusnya bisa intropeksi” katanya dengan nada kesal.
“ya baiklah aku minta maaf, aku mengaku salah tidak memperhatikan pelajaranmu” ucapku sambil menunduk.
“aku marah bukan karena itu saja, aku tidak suka kau dekat-dekat dengan sahabatmu itu” katanya yang membuatku mendongak menatap kearahnya.
“apa dia cemburu?” ucapku dalam hati “akan coba ku goda dia” aku tertawa nista dalam hatiku.
“ahh oppa cemburu?” godaku
“ani” ucapnya sambil memalingkan muka ke jendela mobil.
“ayolah mengaku oppa” aku terus gencar menggodanya.
“ku bilang tidak” jawabnya. Dan kulihat mukanya berubah merah padam.
“jika tidak kenapa muka oppa merah seperti itu?” tanyaku.
Dia langsung berbalik kearahku dan menatapku dalam “ya aku cemburu pada sahabatmu itu” ucapnya yang langsung mengudang tawa bagiku.
“wae? Kau malah tertawa?” tanyanya dengan memasang wajah kesal.
“hahaha oppa kau sangat lucu ketika cemburu.. hahahaha” aku terus tertawa tanpa henti.
“ya geumanhae” hardiknya. Aku masih mencoba menetralkan tawaku. Dan akhirnya bisa juga.
“ohh ayolah oppa, Baekhyun itu sahabatku mana mungkin dia suka padaku” ucapku.
“kata siapa?” katanya malah balik bertanya.
“ya aku yakin itu” jawabku dengan mantapnya.
“aku tidak yakin dengan jawabanmu, aku sudah berapa kali memergoki Baekhyun sedang menatapmu, dan tatapannya itu terlihat berbeda” jelasnya yang membuatku terdiam seketika.
“mana mungkin Baekhyun suka padaku. Dia kan punya wanita pujaannya sendiri yang katanya ia sukai dari hari pertama masuk sekolah” ucapku dalam hati. “tapi kenapa da tidak memberitahuku? Ahh sudahlah itu masih privasinya yang mungkin tidak patut aku ketahui, tapi kan aku ini sahabatnya sudah 3 tahun aku bersahabat dengannya biasanya dia terbuka padaku atau Kyung Jin” aku terus berargumen dalam hatiku.
“nah loh kau juga berpikir keraskan?” ucapan Luhan oppa langsung menyadarkanku kembali.
“mwo? Naega? Huhh jangan so tau oppa” kataku.
“heii aku ini pasti tidak salah” ucapnya keukeuh.
“ya sudah terserah oppa yang penting sekarang oppa tenang saja aku mana mungkin suka pada namja lain sedangkan aku akan menyandang status sebagai istri oppa dalam waktu 5 hari lagi” kataku menenangkan.
“heuhhh dia sangat jagonya merayuku” ucapnya sambil mengerlingkan matanya.
Sesampainya didepan rumah aku langsung turun dan tak lupa juga mengucapkan terima kasih pada Luhan oppa.
Saat membuka pagar rumah aku merasa ada yang mengikutiku dari belakang. Aku langsung membalikkan badanku dan menemukan Luhan oppa masih dibelakangku.
“oppa, kenapa kau malah mengikutiku?” tanyaku heran.
“siapa yang mengikutimu, aku juga akan masuk ke rumahmu karena abeoji dan eomma ada disini” jawaban itu langsung membuatku tersenyum kikuk, “aduh malu aku” batinku sambil menepuk jidat.
“awww” ringisku, aku lupa kalau tadi jidatku terbentur dimobil.
Tanpa pikir panjang aku langsung masuk kedalam rumah, dan penglihatanku disambut dengan adanya keluarga Luhan oppa disini.
“ahhh calon menantu kita sudah datang yeobo” ucap eomma Luhan oppa dengan antusias.
“eonni, annyeong” sapa Mei Lin adik perempuan Luhan oppa.
“nado annyeong Mei Lin” balasku sambil melambaikan tanganku.
“eomma aku keatas dulu” pamitku sambil sedikit membungkuk.
Aku langsung melesat kedalam kamarku. Dan langsung mengganti seragamku dengan pakaian setelan santai tapi sopan. Aku berniat langsung berniat kebawah tapi saat membuka pintu kamar aku kaget bukan main ternyata Luhan oppa sedang menungguku didepan pintu.
“OMO?!!” ucapku kaget “oppa kau membuatku kaget” tambahku.
Dia tidak menyahut ucapanku malah langsung memegang jidatku.
“awww..” ringisku “ya oppa jangan menekan jidatku seperti itu sakit tau” protesku.
“hanya memar sajakan?” tanyanya memastikan.
“hanya memar sih iya tapi sakit juga” ucapku. Dia malah menarikku kedalam kamar dan mendudukanku disisi ranjang. “mau apa dia?” pikirku.
“tunggu sebentar” perintahnya lalu meninggalkanku sendiri dikamar. Tak selang beberapa menit ku lihat dia membawa baskom kecil dan sebuah handuk putih kecil.
“diam” ucapnya. Aku hanya diam dan menerut.
Dia menempelkan handuk itu dijidatku. “awww..” ringisku.
“tahan sedikit, ini supaya tidak terjadi penggumpalan darah dijaringan, biar tidak membekas nantinya” jelasnya.
“tapi oppa menekannya terlalu keras” protesku.
“ya baiklah aku minta maaf” ucapnya. “sini biar ku obati lagi” tambahnya sambil mengambil handuknya.
Dari jarak sedekat ini aku bisa memperhatikan wajah Luhan oppa, dan itu menyebabkan aku harus menahan nafasku.
“tampan” gumamku.
“mwo?” tanyanya
“aniyo, tidak apa-apa” elakku. Dia kembali fokus mengobati luka memarku.
“kau harus sering memakai salep ini supaya nanti tidak membekas terlalu lama, aku tidak mau orang membicarakanku karena luka memarmu, takutnya aku disangka sudah melakukan KDRT sebelum menikah” ucapnya sambil menatapku.
“arraseo” jawabku, cukup lumayan lama kami terdiam. Dan..
CHUP~
Dia mendaratkan satu kecupan dikeningku. Aku terbelalak kaget.
“semoganya lukanya cepat sembuh, aku tidak mau luka ini menghalangi penampilanmu saat dialtar nanti” ucapnya.
Aku hanya mengangguk. “kajja” ajaknya sambil menggandeng tanganku.
Dan kulihat diruang tamu suasananya sedang serius.
“nah ini dia calon pengantinnya” ucap appaku.
“appa..” protesku.
“ya sudah cepat sini duduk” suruh eomma. Aku dan Luhan oppa langsung duduk berdampingan.
“emm begini ada yang harus kalian ketahui kalau misalkan calon pengantin akan menikah, dalam waktu dekat akan menikah keduanya tidak boleh bertemu sampai hari pernikahan tiba” jelas appaku.
“lalu abeoji?” tanya Luhan oppa.
“ya kalian terpaksa tidak boleh bertemu sampai pernikahan kalian tiba, Nayoung harus abeoji pingit, kecuali kalau dia berangkat sekolah abeoji masih mengizinkan itu” jelas appaku.
“mwo?!!” ucapku bersamaan dengan Luhan oppa.
“ya ampun kalian kompak sekali” ucap eommaku sambil terkekeh.
“tapi appa, siapa yang akan mengantarkan dan menjemputku ke sekolah nanti kalau bukan Luhan oppa?” tanyaku sedikit cemas.
“tenang saja, ada seseorang yang akan mengantarkanmu nanti ke sekolah” jawab appaku enteng. Appa langsung bertepuk tangan memanggil seseorang. Dan tebak siapa yang muncul?
“oppa” ucapku girang sambil menghampirinya lalu memeluknya.
“aigoo.. adikku ini sudah besar” ucap Chanyeol oppa sambil membalas pelukanku.
“oppa kapan kau datang?” tanyaku sambil melepaskan pelukanku.
“tadi pagi, wae kau rindu pada oppamu yang tampan ini?” ya ampun kambuh lagi penyakit PDnya ini.
“emmm bisa dibilang” ucapku
“euhh kau ini ada kakakmu datang malah menjawab seperti itu, dan kau juga mendahuluiku ke pelaminan adik macam apa kau ini?” ucap Chanyeol oppa sambil mencubit hidungku.
“ya.. sakit tau” protesku.
“hey sudah-sudah, kalian tidak lihat disini ada tamu?” relai eommaku.
Aku dan Chanyeol oppa langsung duduk disofa.
“bagaimana Luhan?” tanya appaku
“ne abeoji kalau ini memang harus dilakukan” ucap Luhan oppa.
Setelah acara kumpul bersama untuk membahas pernikahanku yang tinggal menghitung hari ini. Luhan oppa dan keluarganya pamit pulang. Aku mengantarkan Luhan oppa sampai gerbang rumah.
“awas kau jangan nakal, dan ingat obati luka memarmu itu” ucap Luhan oppa mengingatkanku.
“ne arraseo” jawabku.
“aku pulang dulu” pamitnya
“ne, hati-hati dijalan oppa” pesanku sambil melambaikan tangan.
“nayoung eonni, annyeong” pamit Mei Lin.
Aku hanya tersenyum membalas pamitan Mei Lin.
Author pov
Dan benar saja selama beberapa hari kedepan sampai hari pernikahan Nayoung tiba nayoung diantarkan oleh Oppanya.
Tanpa memakan waktu banyak Nayoung langsung sampai disekolah. Ini karena Chanyeol juga ada urusan dengan temannya.
Seperti biasa Nayoung langsung menuju lokernya. Dan saat membuka lokernya ada amplop lagi berwarna biru lagi, jatuh dihadapannya. Nayoung langsung mengambilnya dan menengok kanan kiri berusaha mencari yang menyimpan amplop itu lagi.
“ku dengar kau sangat suka boneka pinguin, aku memberimu boneka itu, lihatlah lagi kedalam loker kau akan menemukannya. Dan semoga harimu menyenangkan”
Dan Nayoung langsung mengambil boneka itu, dari dalam lokernya dan berpikir keras siapa yang memberinya boneka ini? Tanpa banyak pikir lagi Nayoung langsung memasukkannya kedalam tas gendongnya.
Saat Nayoung beranjak pergi Baekhyun memperhatikan Nayoung lagi, dan tersenyum ketika tau kalau Nayoung mengambil barang yang ia berikan hari ini.
“hey..” tiba-tiba ada yang menepuk bahu Baekhyun dan langsung membuat Baekhyun kaget.
“eohh Kyung Jin” ucap Baekhyun sambil mengelus dadanya.
“kau mengirimnya apa lagi hari ini?” tanya Kyung Jin
“apa katamu?” sangkal Baekhyun
“oh ayolah aku kenal kau ini bukan sehari dua hari tuan Byun, kita sudah berteman dari sekolah menengah pertama” ucap Kyung Jin
“terserah apa katamu” ucap Baekhyun tidak peduli lalu meninggalkan Kyung Jin begitu saja.
“Byun Baekhyun kau ini, sudah telat dia sudah mau jadi istri namja lain baru saja didekati,dasar” ucap Kyung Jin sambil geleng-geleng kepala.
Dikelas Nayoung hanya fokus membaca novelnya sambil mendengarkan lagu favoritnya.
Tiba-tiba Kyung Jin datang dan menepuk bahu Nayoung.
“hey” sapa Kyung Jin
“eohh kau ini selalu membuatku kaget” gerutu Nayoung.
“aigoo mian” sesal Kyung Jin
“eohhh, Jin-a kau tau sudah 2 hari ada yang mengirimku barah favorit ku seperti mawar putih dan terakhir boneka pinguin, kau tau siapa orangnya?” tanya Nayoung penasaran.
“bagus tuan Byun kau memang pandai berakting” pikir Kyung Jin
“Kyung Jin” panggil Nayoung.
“eohh, mana ku tau, mungkin penggemar rahasiamu” jawab Kyung Jin asal.
“ishh kau ini”
“jin-a kau tau aku dipingit oleh appaku sampai hari pernikahan tiba” ucap Nayoung sambil cemberut.
“ohh kau ini sedang dilema begitu?” tanya Kyung Jin
Nayoung hanya mengangguk. “mungkin aku sudah biasa dengan kehadiran Luhan oppa” kata Nayoung.
“aigoo temanku ini akhirnya jatuh cinta juga” ucap Kyung Jin
“ya!!” mereka berdua langsung tertawa.
“oh ya kau masih menyukai oppa ku?” tanya Nayoung
“mwoya?” Kyung Jin menanggapinya dengan tidak santai.
“kalau begitu dia sudah ada disini, dia sudah ada dirumah dan dia mengantar jemputku sampai aku menikah nanti” ucap Nayoung cuek. Sebernarnya dalam hati Kyung Jin bersorak ria saat tau kalau kakak Nayoung sudah kembali.
“aku tidak peduli” ucap Kyung Jin cuek.
“ahh benarkah? Tadi malam dia menanyakanmu lho” goda Nayoung.
“ahh jinjayo?” tanya Kyung Jin antusias.
“tuh kan dia berbohong, kau masih menyukainya kan?” selidik Nayoung.
Merasa dia terpojokkan dengan pasrah Kyung Jin menjawab “iya aku masih menyukainya” jawab Kyung Jin dengan terang-terangan.
“nah begitu dong, lagi pula tenang saja dia belum punya pacar sampai saat ini” ucap Nayoung.
“ya terserah apa katamu” ucap Kyung Jin.
SKIP>>>
Hari demi hari Nayoung menghabiskan waktunya tanpa Luhan, ya karena pingitan itu dan selama itu juga Luhan tidak memberi kabar pada Nayoung.
Tanpa terasa esok adalah pernikahan Nayoung dengan Luhan. Dan malamnya lah Luhan baru memberi Nayoung kabar lewat telpon ya meskipun tidak bertatap muka secara langsung ini bisa mengobati rasa rindu mereka.
“yeobseo?” sapa Luhan duluan
“ne oppa?”
“young-a apa kau gugup malam ini?” tanya Luhan disebrang sana.
“tentu saja oppa, diusiaku yang masih sangat belia ini aku harus menjadi istrimu mulai besok” jawab Nayoung lalu merebahkan tubuhnya diranjang.
“kau sedang apa?” tanya Luhan
“aku sedang tiduran dikasur, lagipula semua orang sudah tidur mereka semua lelah mungkin karena persiapan yang mereka siapkan untuk pernikahan kita besok” ucap Nayoung.
“young-a apa kau tidak takut malam-malam begini belum tidur?” tanya Luhan mulai menakut-nakuti.
“apa, aku sudah terbiasa dengan ini?”
“kau tidak tau ada mitos mengatakan jika ada seorang perempuan akan menikah besok kalau dia belum tertidur di malam hari dia akan didatangi suatu makhluk yang menyerupai laki-laki berjubah” #ngawurnih
“oppa jangan menakuti seperti itu” ucap Nayoung sedikit ketakutan
“apa jendelamu sudah ditutup rapat?” tanya Luhan memastikan.
Nayoung langsung menoleh ke jendela kamarnya dan benar saja jendelanya belum tertutup rapat. Nayoung langsung berinisiatif untuk menutupnya, tapi rencana itu diurungkan karena dia melihat ada seseorang dibalkon kamarnya.
“oppa.. ada orang dibalkon kamarku” ucap Nayoung dengan nada ketekutan.
“benarkah, kan sudah ku bilang cepat tidur” nasihat Luhan. Dan Nayoung semakin ketaktan ketika bayangan itu terus berlalu lalang dibalkon kamarnya.
“young-a coba kau buka pintu balkon kamarmu” perintah Luhan.
“oppa apa kau gila? Aku sedang ketakutan begini malah disuruh yang aneh-aneh” protes Nayoung.
“cepat buka saja aku ada diluar, disini dingin kau tau” ucapan Luhan itu langsung membuat Nayoung bangkit dan dengan segera membukakan pintu balkonnya .
Dan benar saja setelah dibuka ada Luhan disana. Nayoung langsung memeluk Luhan dengan erat.
“oppa”
“shhhuuttt” intrupsi Luhan.
“pakai apa oppa kesini?” tanya Nayoung heran.
“kau lihat tuh..” ucap Luhan sambil mengarahkan pandangannya pada sebuah tangga.
“ya ampun kau begitu nekad” kata Nayoung.
“dan bagiku apapun akan ku lakukan untukmu” perkataan Luhan langsung disambut dengan cubitan diperutnya.
“kebiasaan gombal” ucap Nayoung malas.
“tidak aku serius” kata Luhan meyakinkan.
“kemana saja tidak ada kabar beberapa hari ini?” protes Nayoung.
“ponselku diambil oleh Mei Lin, dia menjahiliku” ucap Luhan. “wae kau rindu padaku?” tanya Luhan bermaksud menggoda.
“ne nan bogoshippo” jawab Nayoung dengan polosnya.
“aigoo calon istriku ini” ucap Luhan sambil mencium kening nayoung.
“kajja kita masuk” ajak Luhan setelah beberapa menit yang cukup lama, mereka puas melepas rindu masing-masing.
“cepat tidurlah, nanti kau lelah besok” ucap Luhan
“ne, tapi aku ingin oppa menemaniku sampai aku tertidur” kata Nayoung.
“ya cepatlah” Luhan langsung menggiring Nayoung keranjang. Dengan usapan Luhan Nayoung tertidur dengan cepat. Setelah memastikan Nayoung tertidur Luhan langsung bangkit dan menyelimuti Nayoung dan mengecup kening Nayoung cukup lama.
“jalja chagiya” ucap Luhan lalu pergi meninggalkan Nayoung karena takut ada yang melihatnya masuk ke kamar Nayoung, kalau ada yang lihat bisa bahaya.
ESOKNYA “THE DAY WEDDING NAYOUNG & LUHAN” ^^
Terdengar suara lonceng gereja di pinggiran kota Seoul. Dan hari inilah Luhan dan Nayoung akan mengikat janji suci untu sehidup semati dihadapan Tuhan.
Terlihat seorang wanita cantik tengah duduk disebuah ruangan dengan riasan yang pas untuk wajahnya dan tidak lupa gaunnya yang menambah nilai plus bagi dirinya. Siapa lagi kalau bukan Nayoung, pengantin wanita pada hari ini.
Kreekk
Terdengar suara pintu terbuka. Dan tampaklah seorang Kyung Jin yang merupakan sahabat karib Nayoung.
“aigoo, temanku ini sangat cantik” puji Kyung Jin
“haha tentu saja” balas Nayoung tidak mau kalah.
Dihari pernikahan Nayoung memang tidak banyak yang diundang hanya kolega bisnis dan beberapa teman Luhan dan juga sahabat Nayoung itupun hanya Kyung Jin.
Setelah beberapa menit bercengkrama, terlihat juga keluarga Nayoung dan Mei Lin.
“eomma abeoji lihat adikku ini sangat cantik hari ini” puji Chanyeol
“ya benar dia memang sangat cantik hari ini” tambah appa Nayoung.
“aigoo, anak gadisku ini akan menikah hari ini” ucap eomma Nayoung lalu memeluk anaknya.
“eomma, geumanhae, lagi pula aku tidak akan pergi kemanapun” ucap Nayoung menenangkan eommanya.
“eonni boleh minta berfoto denganmu, aku ingin menunjukan kakak iparku ini pada temanku betapa cantiknya istri oppaku ini” Nayoung yang mendengar itu hanya terkekeh geli.
“baiklah kajja” Mei Lin dan Nayoung langsung berpose dan terlihat sangat cocok sebagai kakak dan adik.
Setelah berpelukan dan sedikit berbincang ringan, akhirnya waktu itu tiba.
Appa Nayoung membawa Nayoung berjalan dialtar. Luhan langsung menoleh kebelakang dan tertegun melihat kecantikan Nayoung, yang terlihat lebih cantik dari biasanya.
Karena terlalu asyik bengong Luhan tidak sadar kalau Nayoung sudah ada dihadapannya.
“ini nak Luhan aku serahkan anakku ini, ku harap kau menjaganya dengan baik” pesan appa Nayoung.
“ne aboeji aku akan menjaga Nayoung” jawab Luhan mantap.
Setelah itu mereka mengucapkan janji suci didepan para saksi pernikahan. Dan setelah itu mereka bertukar cincin yang sudah dibawakan oleh Kyung Jin sahabat Nayoung. Mereka menyematkan cincin itu di jari manis mereka masing-masing. Dan terakhir adalah dimana yang paling Nayoung cemaskan, ciuman pengesahan tanda mereka sebagai suami istri. Nayoung langsung melihat kearah Luhan dan ternyata wajah mereka hanya tinggal beberapa centi lagi.
Dan… CHUP~~
Luhan mendaratkan bibirnya tepat dibibir tipis Nayoung, hanya menempel tidak lebih. Dan para undangan yang melihat itu langsung bertepuk tangan dan bersorak bahagia.
Setelah acara selesai seperti adat pada umumnya Nayoung melakukan pelemparan bunga. Dalam hitungan ke 3 bunga itu Nayoung lempar dan HAP~
Chanyeol dan Kyung Jin menangkapnya secara bersamaan. Nayoung langsung bersorak girang. Dan terlihat Kyung Jin tersenyum malu-malu.
Dan disinilah awal kisah mereka akan dimulai.. ^^
TBC~
Alhamdulillah chap 5 selesai, ff ini selesai dalam waktu sehari, hehe :D
Mungkin next chapnya bakal rada lama author publish soalnya author mau siap2 TO, anehkan? Ya ngga apa lah do’ain aja. Oh ya nanti author bakal konfirmasi masalah kesamaan ff yang author bikin yang katanya mirip sama ff di web sebelah. Nanti bakal author jelasin dengan rinci.
Jangan lupa komen dan sarannya. Saya tunggu lho. Dan jangan jadi siders. Sampai ketemu di chap selanjutnya annyeong *bow

So Long (Chapter 1)

$
0
0

So Long (Part 1)

 IMG_5087

 

 

Author : Carla 蓝梅花 (@babycarl308)

 

Rate     : G

Length : Twoshoot

Genre   : Romance, Songfic

Cast: EXO-M Kris / Wu Yi Fan

APINK Chorong / Park Chorong

Support cast: Find by yourself

 

Hello~ I’m back with my new FF titled ‘So Long’! Dengan length yg baru pertama kali aku coba yaitu Twoshoot dan juga yg paling baru adalah, aku tertarik bikin genre Songfic dan accent FF ini bener-bener pure Korea. Anyway, this FF inspired by APINK’s new song in their 4th Mini Album ‘Pink Blossom’ called ‘So Long’. Pertama kali dengar lagunya dan liat lyrics translation nya I thought it will be good ya kalau dijadiin FF dan mungkin juga ini sebagian atau gambaran dari pengalaman pribadi(?) And lagi-lagi dua orang cast nya adalah MY ULTIMATE BIAS aaa Semoga sukses buat comeback EXO & APINK tahun ini <3 (suka banget kalau KrisRong dijadiin OTP) xD Okay then, ga usah banyak omong lagi. . .

Enjoy your imagination and Happy reading ^^)/ <3

 

P.s : Read, Comment, Like and SHARE! DON’T COPY W/OUT PERMISSION!!! This FF only published at Carla’s Little Trinkets and EXO Fanfiction on WordPress!

 

 

Music : APINK – So Long~ ♪♫

 

 

 

“You came to me, into my heart, as something more than a friend”

~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~

Angin sore yang berhembus membuat rambutku berterbangan dengan bebasnya. Aku duduk sendiri di tepi sungai Han dengan satu cup Cotton Candy Frappe ditangan kananku dan sesekali aku meminumnya dengan nikmat lewat sedotan berwarna merah yang tertancap dari celah cup nya.

Aku memandangi langit yang berwarna orange kekuningan yang tampak jelas karena matahari akan mulai terbenam kira-kira setengah jam lagi. Tak jarang banyak orang bergandengan tangan dengan kekasih mereka, ikut melihat sunset sampai aku menyadari bahwa hanya akulah yang sendirian disini. Kuhela nafasku perlahan.

Aku jadi teringat sesuatu yang membuat ribuan kupu-kupu seolah terbang mengepakan sayapnya di dalam hatiku saat pertama kali berjumpa dengannya, dengan namja itu. Aku ingin merasakan perasaan itu lagi. Perasaan yang tak bisa dilukiskan dan diterjemahkan oleh kata-kata.

Sewaktu mata coklatnya bertemu dengan mataku dan tangannya meraih tanganku, membantuku berdiri karena tertabrak dirinya yang baru keluar dari ruang ganti pakaian yang tak sengaja kulewati. Huft. Kupegang dadaku yang sedikit berdebar.

Ya, masa-masa sekolah menengah pertama itu yang paling menyenangkan bagiku. Bertemu dengan teman, berkarya dan jadi berprestasi disekolah dan tentu, bertemu dengan cinta pertamaku. Kalian tahu, aku tidak pernah mengalami perasaan berdebar dan menegangkan itu sebelumnya di hidupku. Kupikir aku terlalu muda untuk merasakan itu, tapi walau aku masih terlalu kecil, aku juga punya perasaan, bukan? Dan kurasa semua orang juga pernah dan wajar mengalami itu.

Sayangnya, mendapatkan hatinya adalah hanya mimpi semata. Dia lebih tua satu tahun dariku, dan dia adalah seorang sunbae. Banyak sekali anak perempuan di sekolah itu yang mengidolakannya, bahkan menyukainya, seperti aku menyukainya juga–mungkin perasaanku bukan seperti perasaan anak gadis yang lain yang hanya mengidolakannya karena dia kapten tim basket yang berparas tampan dan bertubuh tinggi, tapi kenangan indah itu yang kurasa aku adalah orang pertama yang merasakannya.

Aku memejamkan mataku, terus merasakan angin yang bertiup dengan tenang dan kuhirup dengan perlahan, mengisi pasokan oksigen di dalam paru-paruku yang terasa hampa dan sesak. Mengapa sesak? Tanpa sengaja aku teringat juga satu kejadian pahit yang tentu pemeran utamanya adalah namja itu. Saat aku mulai terus mengagumi dan menyukainya, namun tanpa sepengetahuanku, sesuatu itu membuat hatiku tersayat. Entah berapa sayatan yang membekas tapi itu rasanya sakit sekali.

Dalam diam, aku mulai mereka-reka semua kejadian dan masa-masa itu dengannya. Layaknya aku membuka kembali buku memori yang tertulis dengan tinta permanen dan membaca lembaran demi lembaran.

 

~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~

 

 

FLASHBACK

 

Pagi-pagi sekali aku berangkat ke sekolah. Setelah berpamitan dengan appa dan eomma aku segera bergegas dan menaiki sepedaku, mengayuhnya menuju sekolah. Udara pagi yang sejuk membuatku tersenyum senang. Kukayuh sepedaku agak cepat. Aku ingin cepat sampai di sekolah supaya bisa melihat pangeran itu lagi.

 

Sesampainya, aku memarkirkan sepedaku di halaman sekolah dan berjalan cepat menuju kelas. Aku mengedarkan penglihatanku ke lapangan basket dan mencari sosok itu. Kuhampiri pagar yang membatasi lapangan basket dengan halaman sekolah. Dia tak ada? Refleks aku mengerucutkan bibirku dan menundukan kepalaku. Apakah dia tidak masuk? Atau dia cedera setelah pertandingan basket? Hm, molla. Daripada memikirkan hal yang membuatku gundah, lebih baik aku cepat masuk kelas.

 

 

 

KRING

 

 

 

Bel istirahat makan siang berbunyi. Ah, akhirnya. Aku sudah lapar sejak tadi. Tanpa basa-basi, aku mengambil bekal di tasku, membawanya ke kantin dan memakannya sendirian disana. Uh, jinjja. Makanan buatan eomma selalu enak rasanya, apalagi saat lapar seperti ini, yang tak enak pun bisa jadi enak dalam sekejap.

 

 

Aku menghabiskan makananku cepat dan mengelap bibirku dengan tisu. Monster-monster di perutku akhirnya berhenti berteriak juga. Kuberanjak pergi meninggalkan kantin itu dan berencana untuk kembali ke kelas. Aku melewati ruang ganti pakaian dan tanpa sengaja aku menabrak seseorang dengan lumayan kencang dan aku pun terhuyung dan akhirnya jatuh ke lantai. Aigoo, sebegitu bodohnya sampai aku tidak bisa melihat orang yang lewat?

 

 

“Kau tidak apa?” sebuah suara serak mengagetkanku dan kurasa orang ini berbicara denganku, atau orang lain? Kutolehkan kepalaku ke

sumber suara itu.

 

O-omo. K-kris sunbae? Kupikir dia tidak masuk tadi? Tuhan, tolong katakan ini adalah mimpi. Dia, namja ini, seseorang yang selama ini ada dipikiranku dan yang telah mencuri perhatianku saat pertama kali berjumpa dengannya dan sekarang dia ada didepanku–dekat, dekat sekali.

 

 

“Nan gwaenchana,” jawabku gugup. Ia mengulurkan tangan kanannya kearahku dan aku kaget. Dia ingin membantuku berdiri? Melihatku diam dan menatapnya aneh, ia memiringkan kepalanya mengisyaratkanku untuk menerima uluran tangannya. Aku mengerjapkan mataku beberapa kali dan menerima uluran tangannya lalu segera berdiri. Aku menunduk untuk merapikan rokku dan saat aku kembali mendongakkan kepalaku, mataku dan matanya bertemu. Tatapannya seolah mengikat mataku dan kepalaku seakan tak mampu bergerak untuk mengakhiri acara tatap menatap kami yang berlangsung hampir lebih dari 1 menit ini.

 

Lama kelamaan aku rasakan pipiku memanas, jantungku berdebar lebih kencang, dan salah satu dari kami tetap tak mau mengalah untuk berhenti menatap satu sama lain, bahkan diapun tidak. Jika ini mimpi, aku ingin terbangun secepatnya. Bagaimana bisa aku berada sedekat ini dengan sosok namja yang aku sukai sejak beberapa bulan lalu? Aku tentu tahu dia terkenal dingin dan cuek, tapi tatapannya yang lembut dan penuh kedamaian ini membuatku ragu dengan persepsiku tentangnya selama ini.

 

“E-eung. G-gomawo, sunbae. Maaf aku ceroboh karena menabrakmu, aku tak sengaja. Joesonghabnida,” aku segera membungkukkan badan di depannya dan sekali lagi menatap wajah tampan itu lalu kemudian berlari pergi–kembali ke kelas.

 

Aku tidak yakin dia memperhatikanku yang berlari seperti orang melihat hantu atau tidak. Yang pasti aku tak kuasa menahan gejolak dan detak jantungku yang berdebar tak seperti biasanya jika terus ingin berkeras kepala memenangkan lomba tatap menatap yang terjadi tanpa disengaja itu. Aku juga tidak biasa merasakan jantung yang seolah bergetar hanya karena melihat seorang namja.

 

Bagaimana jika aku pingsan atau jantungku melompat dari tempat asalnya? Kau tahu, tatapannya seolah menelanku hidup-hidup. Dan juga, ia semakin tampan dengan wajah yang sedikit basah, kutebak ia habis latihan basket untuk yang kesekian kalinya.

 

 

Aish, kurasakan pipiku memanas dan kurasa warnanya sudah berubah merah sejak tadi. Kutangkup kedua pipi chubby-ku dan sudut bibirku tertarik keatas membentuk senyuman malu dan huh, aku sendiripun tak bisa mendeskripsikan bagaimana perasaanku ini. Apakah aku benar-benar menyukai Kris sunbae? Apa dia juga menyukaiku dan lewat tatapan itu, ia pun merasakan apa yang aku rasakan? Mollayo.

 

 

 

 

…  A few days later …

 

 

 

Hari ini adalah hari Sabtu dan itu berarti hari ini Kris sunbae akan bertanding basket dengan sekolah lain. Ah, jeongmal. Aku merasa seperti fans fanatiknya yang menantikan hari spesial ini sejak jauh-jauh hari.

 

 

 Aku berpenampilan sederhana yang kira-kira serasi dengan umurku. Dress selutut dengan tangan pendek berwarna hijau pastel bercorak bunga-bunga kecil berwarna merah yang sangat kontras juga dengan polesan bedak tipis di wajahku. Tak lupa aku menyemprotkan parfum beraroma bunga lavender kesukaanku yang wanginya tak akan menusuk hidung. Kubiarkan rambut hitam sebahuku tergerai bebas tanpa hiasan rambut satupun.

 

Aku menatap pantulan diriku di cermin besar di kamarku. Seulas senyuman terbentuk dari bibirku. Sungguh, sespesial inikah aku berdandan hanya untuk datang ke tempat pertandingan basket Kris sunbae?

 

 

CKLEK

 

 

“Chorong-ah. Aigoo, anak eomma sudah cantik. Kau mau kemana?” eomma memasuki kamarku dan itu membuatku terlonjak kaget karena sedari tadi aku terkikik di depan cermin seperti orang aneh. Untung saja eomma tidak melihatnya, huft.

 

“Ani, eomma. Aku mau menonton pertandingan basket sekolah. Apakah boleh?” tanyaku pada eomma yang sedang merapikan rambutku dan mengelusnya sesekali.

 

“Tentu saja boleh. Kau pergi dengan siapa?”

 

“Sendiri saja, nantinya disana juga banyak teman,” jawabku dan mengajak eomma duduk di tempat tidurku yang berwarna pink.

 

“Eomma, apakah penampilanku terlihat berlebihan?” jujur aku ragu dengan pilihan fashionku, tak pernah aku sefeminin ini sebelumnya. Entah kenapa selera fashionku selalu buruk.

 

“Gwaenchana, tidak ada masalah. Kau hanya nampak berbeda dan kelihatan lebih feminine dan hmm perempuan,”

 

“Eoh? Jadi maksud eomma sedari dulu aku bukan perempuan?” kutatap eomma dengan wajah tak percaya. Sontak eomma terkekeh geli dan mencubit pipiku gemas. Aku cemberut karena eomma menggodaku seperti ini.

 

“Hahaha, anak eomma ini. Bukannya eomma mengatakan kamu seorang laki-laki sebelumnya, hanya saja selama ini kau berdandan tomboy dengan celana bermuda kesukaanmu itu, jadi jika kamu berpakaian seperti ini dan berdandan cantik, kau terlihat sangat sangat perempuan dan terlihat lebih dewasa,” jelas eomma dan menarikku kepelukannya.

 

“Yasudah, berangkat sana. Takut-takut nanti pertandingannya sudah mulai, hm?” eomma mencium keningku dan aku mengangguk nurut. Senyuman terbentuk di wajah kami berdua. Sungguh, aku sangat amat menyayangi eomma.

 

Setelah meminta izin pada appa dan berpamitan, aku segera berangkat ke tempat pertandingan basket Kris sunbae dengan menggunakan sepedaku. Kukayuh sepedaku tidak terlalu cepat, berencana ingin merasakan matahari terik yang menyinari pagi ini. Kebetulan sekali aku melewati sungai Han dan melihat banyak orang bersama kekasih ataupun keluarga mereka bercengkerama dan jalan-jalan disana dengan wajah yang penuh bahagia serta canda tawa. Aku juga ikut tersenyum melihat kebahagiaan itu, kapan ya aku bisa berkumpul lagi dengan appa eomma serta keluarga besarku atau mungkin aku mempunyai kekasih seperti mereka dan menikmati waktu berdua bersama? Aish. Park Chorong, kau ini berpikir apa.

 

Kuabaikan pikiran mempunyai kekasih itu, siapa juga yang mau dengan gadis tomboy namun pemalu dan pendiam sepertiku ini? Kris sunbae? Mana mungkin orang tenar sepertinya menyukaiku yang notabene hanya seorang anak dari keluarga sederhana. Itu hal yang mustahil.

 

 

 

Mwo? Ada apa ini? Kenapa setiap sepedaku melintas dihadapan orang-orang, mereka melirik aneh padaku? Apa ada yang salah dengan wajahku atau penampilanku? Apa mungkin juga aku melakukan suatu kesalahan? Andwae. Kurasa sedari tadi aku menaati peraturan pengguna sepeda di jalan raya, aku juga tidak mencuri. Lalu apa?

 

“Yeoja itu cantik sekali”, “Neomu yeppeuda”, kudengar suara-suara berat beberapa orang itu ketika aku baru saja melewati mereka. Mendengar dipuji, bukannya senang aku malah bergidik ngeri. Bagaimana kalau itu adalah ahjussi hidung belang yang senang menangkap gadis remaja sepertiku?

 

Kuputuskan untuk mempercepat laju sepedaku agar tidak dikejar atau mungkin dikeroyok oleh orang-orang asing itu. Bukan apa-apa, aku hanya was-was dan menjaga diri sebelum terjadi hal yang tidak aku harapkan dan merusak hariku.

 

Setelah kelelahan mengayuh sepeda layaknya dikejar hantu, akhirnya aku pun sampai di tempat pertandingan basket Kris sunbae yang sesuai dengan pengumuman di sekolah beberapa hari lalu. Sambil mengusap peluh yang jatuh dari pelipis, kulihat banyak sekali orang yang datang, walaupun anak-anak gadis lebih mendominasi. Hanya beberapa dari mereka yang aku kenal, karena sebetulnya aku tidak mempunyai teman dekat di sekolah, kalau ada juga hanya biasa-biasa saja dan tidak sedekat yang biasanya kalian atau mungkin orang lain punya. Entahlah, aku lebih suka menyendiri.

 

 

Aku memasuki ruang pertandingan itu dengan membawa sebotol air minum dan mengambil tempat duduk yang tidak terlalu depan. Ternyata sudah ramai begini, eoh? Apakah hampir semuanya pendukung tim Kris sunbae? Nado molla.

 

Tak berapa lama kemudian, diumumkan bahwa pertandingan akan segera dimulai. Tim basket sekolah lain itu memasuki lapangan dan sontak yeoja-yeoja disekelilingku berteriak histeris. Aish, bisakah kalau teriak biasa saja dan tidak perlu sekeras itu, berlebihan sekali. Rutukku dalam hati.

 

Sepersekian menit setelahnya, tim basket sekolahku yang dipimpin oleh Kris sunbae pun menyusul memasuki lapangan. Sontak yeoja-yeoja ini semakin berteriak histeris dan memanggil nama ‘Kris’ sambil berdiri dan juga ada yang membawa banner bertuliskan ‘Kris Oppa, hwaiting! Saranghae!’. Tidak kuabaikan teriakan mereka kali ini, aku terus berusaha melihat Kris sunbae dari tempat dudukku karena didepan hampir semuanya berdiri dan menghalangi pandanganku. Huft. Sesusah inikah untuk melihatnya?

 

Tanpa kusadari, pertandingan yang ditunggu-tunggu akhirnya mulai. Kris sunbae yang dengan cekatan merebut bola basket yang dilemparkan keatas oleh kapten tim basket lawan dan mulai berusaha mengoper bola itu ke teman-teman satu timnya. Saat salah satu dari anggota tim Kris sunbae mendapatkan bola dan bersiap untuk memasukan bola tersebut ke ring lawan, bola itu direbut oleh tim lawan dan mendepaknya hingga sedikit terhuyung. Kudengar suara kekecewaan para yeoja-yeoja ini dan aku pun sebenarnya ikut kecewa. Aku ingin melihat tim Kris sunbae menang. Tidak apa, ini masih pemanasan. Kuyakin ada kesempatan bagi Kris sunbae untuk mendapatkan skor dan mengalahkan tim lawan.

 

Kutebak ini kesempatan kedua bagi tim sekolahku. Namja yang tadi mendorong teman Kris sunbae ternyata salah mengoper bola dan akhirnya bola itu sampai di tangan Kris sunbae. Omo! Inikah yang dinamakan keberuntungan? Dengan cepat dan lihai Kris sunbae berlari sambil terus men-dribble bola basketnya dan sesampainya ia di depan ring lawan yang jaraknya agak jauh, ia mengambil ancang-ancang untuk melompat dan. . .

 

 

TAK!

 

 

Kris sunbae berhasil memasukkan bola itu secara one-shoot ke ring lawan dan papan skor berubah menjadi 3 untuk timnya. Aku tersenyum dalam diam dan bertepuk tangan dengan bangga. Kalian tahu apa? Ia terlihat sangat mengagumkan ketika berlari dan memasukkan bola itu ke dalam ring yang membuat otot-otot yang terbentuk di lengannya terlihat jelas karena lengan bajunya yang sedikit terangkat. Bagaimana mungkin ia tidak membuat yeoja-yeoja yang menonton–termasuk aku–merasakan darah mereka berdesir dan berteriak sehisteris itu?

 

Skor terus bertambah dan bertambah untuk tim Kris sunbae. Dan setelah 1 setengah jam permainan berlangsung, akhirnya pertandingan resmi selesai dan kemenangan jatuh ke tangan sekolah kami–Kris sunbae. Kali ini aku berdiri dan bertepuk tangan, aku bangga dengan Kris sunbae yang mampu menaikan derajat kehebatan sekolah kami dalam bidang olahraga, basket tentunya.

Setelah hampir semua penonton pergi meninggalkan lapangan, aku juga ikut pergi dan memutuskan untuk pulang sampai aku melihat Kris sunbae dari kejauhan yang kelihatan lelah memberikan tanda tangannya kepada yeoja-yeoja penonton tadi. Layaknya artis terkenal, ia dengan senang hati melakukannya tapi tentu dengan senyum dingin yang tidak pernah hilang dari wajahnya.

 

Aku berniat untuk ikut mengantri di antrian yang menuju ke Kris sunbae. Aku tidak ingin tanda tangannya, aku hanya ingin memberikan air minumku yang belum aku minum sama sekali kepadanya yang terlihat sangat letih dengan keringat yang tak berhenti mengucur dari keningnya. Ini tak seberapa, tapi kurasa ini mampu membuatnya merasa senang dan tidak kecapekan lagi.

 

Beberapa langkah lagi aku akan sampai tepat di depan Kris sunbae sampai akhirnya. . .

 

 

BRAK!

 

 

“Kris oppa!” seorang yeoja menabrakku dengan sangat kencang dan aku pun terjatuh ke bawah di depan kaki Kris sunbae.

 

“Omo, kau siapa? Aku belum pernah melihat dirimu sebelumnya. Apa aku membuatmu terjatuh? Eh, camkamman, cara berpakaianmu tampak norak sekali, ahahahaha,” ucap yeoja asing itu mencibirku.

 

DEG. Kenapa aku jadi dihina seperti ini?

 

“Neo gwaenchana?” Kris sunbae berjongkok dan meraih tanganku, membantuku berdiri.

 

“Yak! Oppa! Kenapa kau membantu yeoja norak sepertinya? Aku ini pacarmu! Kalau aku jatuh kau tidak pernah memba–“

 

“Diam kau yeoja aneh! Berhenti mengurusi urusanku dan jangan seenaknya mengklaim kalau aku ini pacarmu! Aku tidak pernah mempunyai selera dengan yeoja murahan sepertimu! Dan aku tidak peduli kau mau jatuh atau tenggelam ke dalam laut sekalipun itu bukan urusanku!” Kris sunbae berteriak di hadapan wajah yeoja itu dan semua orang memperhatikan kami bertiga dan seakan bertanya-tanya apa yang terjadi.

 

“Oppa! Ish, dasar kau wanita jalang! Beraninya kau mencuri perhatian pangeranku!” yeoja itu terus menggerutu, meneriaki Kris sunbae dan juga aku yang sekarang sedang dibopong olehnya ke ruangan yang entah apa ini. Aku mendengar kata-kata itu. Ia menyebutku wanita jalang. Sungguh aku merasa rendah dan seakan ingin berbalik dan menampar wajah yeoja itu sampai berhenti berkata yang tidak-tidak tentangku.

 

“S-sunbae,” kataku gugup setelah ia mendudukkanku pada sebuah sofa dan ia duduk di kursi kecil di hadapanku.

 

“Mana yang sakit? Apakah ada yang terluka?” tanyanya sopan dan aku hanya menggeleng tanpa menjawab satu katapun.

 

“Mianhae, aku telah membuat sunbae ribut dengan yeojachingu sunbae,” aku merasa tidak enak dan meminta maaf padanya. Aku menunduk, mengucapkan kata ‘yeojachingu sunbae’ membuatku tertohok. Apa benar yeoja itu yeojachingunya?

 

“Aniyo, dia bukan siapa-siapaku. Bertemunya saja hanya berapa kali. Lupakan saja ucapan dari mulutnya yang menghinamu itu. Oh ya, apa kau ingin meminta tanda tangan padaku juga?” ia bertanya padaku dan aku menggeleng lemah. Tanganku mengulurkan botol air minum yang sedari tadi kupegang kepadanya.

 

“Untukku?”

 

“Ne, sunbae,” jawabku seadanya dan mengangguk lalu kembali menunduk lagi. Dapat kurasakan dirinya tersenyum. Aku tak melihat wajahnya tapi aku tahu dari hela nafasnya yang menggambarkan ia sedang tersenyum sekarang.

 

“Gomawoyo,” ucapnya senang dan aku pun mendongakkan kepalaku, melihatnya meminum air dari botol itu dengan sekali teguk.

 

“Ah, geurom. Kau yeoja yang menabrakku Senin pagi itu, ‘kan? Siapa namamu?” nama? Ia menanyakan namaku? Sungguh?

 

“N-nan… Naneun, P-park… Park Chorong imnida,” aku memperkenalkan diriku tanpa melihat wajahnya. Aku gugup dan takut.

 

Ia mengulurkan tangan kanannya dan meraih tanganku, “Kris imnida, senang bertemu denganmu, Chorong.” katanya.

“Nan arra,” namaku terdengar berbeda saat dia yang memanggilku untuk pertama kalinya. Tuhan, tolong hentikan detakan jantung ini yang samar-samar aku pun bisa mendengarnya.

 

“Kulihat kau selalu sendirian. Apakah kau tidak mempunyai sahabat?” tanyanya memulai percakapan. Tunggu, apa maksudnya ‘kulihat kau selalu sendirian’? Apa berarti ia sering memperhatikanku?

 

“A-aniyo, aku tak punya teman dekat. Apakah sunbae sering melihatku?”

 

“Ya, kadang. Kau suka ada di belakang pagar memperhatikanku yang sedang latihan basket,” Aduh. Jadi, selama ini ia diam-diam melihatku yang seperti penguntit mesum melihatnya latihan basket dari pagar pembatas itu?

 

Ia mengguncangkan tubuhku. “Hei, kenapa diam? Kau sakit?”

 

“E-eung, tidak. Nan gwaenchana, sunbae,”

 

“Kau boleh jadi temanku jika kau mau,” ia menatapku dengan seksama, seakan-akan mengajak mataku untuk menjawab tatapannya dan itu berhasil, mata kami bertemu lagi–untuk yang kedua kalinya.

 

“T-teman? Aniya, sunbaenim. Bagaimana bisa aku menjadi teman seorang yang terkenal dan hebat sepertimu?” aku memelas.

 

“Jangan berkata seperti itu. Aku juga manusia biasa sepertimu. Lagipula, apakah kau tidak bosan sendirian terus, hm?” Kris sunbae menepuk punggung tanganku beberapa kali dan aku berusaha menelan air liurku paksa. Lidahku kelu, aku tidak tahu ingin menjawab apa. Bertanya-tanya apakah ini mimpi atau bukan.

 

“T-tidak, aku tidak merasa bosan. Geundae–“

 

“–hush! Sudah, jangan banyak mengelak lagi. Chorong-ah, sekarang kita teman, kalau kau ada masalah, kau bisa bicara padaku. Arraseo?”

 

 

~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~

 

 

Aku merasa lapar. Kuputuskan untuk makan siang di salah satu restoran Korea favoritku. Sambil melihat-lihat sekitar aku mampir di salah satu toko butik wanita dan sekedar menengok ada baju baru apa yang kira-kira bagus dan mampu menarik perhatianku. Ada sepotong dress tanpa lengan berwarna pink tua dengan motif bunga berwarna-warni di bagian bawah roknya dan aku tertarik untuk mencobanya di fitting room.

 

Kulihat penampilanku lewat kaca besar yang terpampang di dalam bilik kecil ini dan aku tersenyum. Lumayan. Dan serasi dengan warna kulitku. Hitung-hitung menambah koleksi baju feminine, hehehe. Kuputuskan untuk membelinya. Setelah berganti pakaian, aku pun keluar dari kamar ganti dan segera ke kasir untuk membayar baju itu.

 

20.000 Won. Harga yang terjangkau dan masuk akal untuk baju sebagus itu. Aku mengambil kantung kertas berisi baju itu dan beranjak meninggalkan toko tersebut.

 

Tidak sampai berapa menit, aku telah tiba di restoran Korea favoritku di kawasan Gangnam ini. Huft. Mengantri lagi. Entah kenapa restoran ini selalu ramai pengunjung padahal di sekitar juga masih banyak restoran lain. Mungkin karena disini cita rasa masakannya lebih enak dan menggugah selera.

 

“Berapa orang?” seorang waitress (namja) menghampiriku dan bertanya padaku.

 

“Uh-oh, 1 orang,” jawabku lembut dan tersenyum kepadanya dengan sedikit mendongak karena tinggi badannya yang jauh lebih tinggi daripadaku.

 

“Ireumi mwohaeyo?”

 

“Chorong. Park Chorong,”

 

“Arra, gomawo. Nanti namamu akan dipanggil jika sudah ada tempat,” eh? bahkan tempat untuk 1 orang saja tidak ada? Aku mengangguk mengerti dan tersenyum lagi pada waitress jangkung ini.

 

Sambil menunggu, aku menyalakan ponselku dan ternyata ada 2 buah pesan singkat dari Seunghee, adik sepupuku.

 

‘Eonni, neo eodiseo?’

 

‘Nanti malam, appa dan eommaku akan datang kerumah eonni untuk berkumpul makan malam. Pastikan dirimu ada dirumah ne, eonni? Jeongmal bogoshippeo^^’

 

Aku tersenyum membaca pesan itu dan segera membalasnya.

 

‘Huuuu~ aku pasti ada di rumah. Nado bogoshippeo, Seunghee-ya. Eonni masih ada diluar rumah sekarang, tapi nanti aku akan pulang cepat, arraseo? Sampai bertemu nanti malam^^’

 

Send. Betapa aku sangat merindukan Seunghee adik sepupuku itu selama tidak bertemu kira-kira 5 bulan yang lalu saat tahun baru. Ia sangat lucu dan selama ini dia juga yang menjadi tempat curhatku.

 

“Park Chorong-ssi!” mendengar namaku disebut, aku segera melirik kearah waitress tadi dan berjalan masuk ke dalam restoran dan duduk di tempat yang disiapkannya untukku.

 

“Mau pesan apa, agasshi?”

 

“Eung, 3 porsi jokbal (kaki babi), 1 porsi bulgogi bibimbap oh ya dan juga 1 porsi buddae jiggae. Minumnya teh saja,” kuserahkan kembali buku menu padanya dan menundukkan sedikit kepalaku tanda ucapan terima kasih.

 

Entahlah, aku ingin makan banyak hari ini. Kalian tahu kan perutku ini perut karet, dan tentu kalian juga tahu kesukaanku adalah jokbal. Menyantap 1 porsi jokbal dengan 10 kaki babi di dalamnya tidak akan cukup bagiku. Kalau sedang kambuh food monster nya, aku bisa saja memesan 5 sampai 6 porsi jokbal. Kira-kira 60 kaki babi, jika dibagi 2 berarti 30 ekor babi yang kakinya kumakan. Hahaha menyeramkan, bukan? Babi-babi itu lumpuh karenaku. Ckckck.

 

 

‘Seulpohajima No No No~ honjaga anya No No No–’

 

 

Handphone ku berdering dan langsung kuangkat.

 

“Yeoboseyo?”

 

‘Chorong eonni!’ sapa seorang yeoja dari seberang sana. Tanpa melihat nama di layarnya saja sudah bisa kutebak ini adalah Bomi. Si perut karet kedua setelahku.

 

“Ne, ppomi-ya! Waegeurae?”

 

‘Aniyo, eonni dimana? Ada waktukah untuk makan siang bersama?’

 

“Oh, geurom. Tentu saja. Kebetulan aku ada di restoran favoritku di Gangnam. Ya, camkamman! Baru saja aku memesan buddae jiggae, kau ini peramal eoh? Atau kau memata-mataiku? Bagaimana kau bisa mengajakku makan bersama disaat aku memesan itu?” sambitku padanya.

 

‘A-ani. Mwo?! Buddae jiggae? Kau memesannya untukku? Oh jinjjayo?! Waaa~ arrata! Aku akan segera kesana, eonni! Gidaryeo~!’ PIP. Sambungan telepon terputus olehnya. Cih. Anak itu. Kalau mendengar kata buddae jiggae seakan lupa akan segalanya. Dasar.

 

“Eonni~!” BRUK. Sepasang tangan memeluk leherku dari belakang dan itu membuatku tersedak saat aku baru saja mencoba meminum teh.

 

“Ya! Kau ini mengagetkanku. Aku ini sedang minum. Dasar anak nakal,” kucubit pinggangnya lalu menatapnya sinis setelah aku selesai batuk-batuk dan  membersihkan mulutku dengan tisu. Merasa dirinya ditatap ia menyengir tak bersalah dan seenaknya duduk disampingku.

 

“Hm, jangan marah seperti itu, eonni. Oh, geurae. Mana buddae jiggae nya?”

 

“Hey, kau kira yang memasak itu robot? Aku juga baru sampai dan baru memesannya,” kusentil keningnya pelan.

 

“Kenapa cepat sekali datang kemari? Kau naik apa?” tanyaku penasaran. Ya bagaimana tidak, baru beberapa menit setelah menelepon tiba-tiba sudah sampai disini dengan secepat kilat. Aish.

 

“Hehehe, kebetulan aku ada disekitar sini juga tadi. Kau marah ya kalau aku ikut makan denganmu?”

 

“Aniyo, aku tidak marah. Untuk apa juga marah padamu? Membuatku semakin tua saja,”

 

 

“Jadi kau mengaku dirimu tua?”

 

 

Aku membuka mataku lebar dan menatapnya dengan tatapan membunuh. “Bomi. Kau mau makan bersamaku atau pulang saja?” kubertanya padanya dengan suara selembut mungkin tapi mengandung dendam disetiap kata.

 

“Ani, ani. Eonni aku hanya bercanda,” ia memelukku manja dan aku hanya menghela nafas paksa. Kalau ada maunya pasti manja seperti anak kecil. Maniak makanan. Shikshin. Babo.

 

 

Tak berapa lama setelah Bomi datang dan memelukku seperti anak memeluk eomma nya, makanan yang telah kupesan tadi pun datang. Waitress itu menyajikan semuanya dihadapanku dan Bomi. Dengan mata yang berbinar-binar, Bomi menatap buddae jiggae dan aku menatap jokbalku yang seakan-akan bersinar terang.

 

 

 

“Jogiyo, aku pesan ttukbokki 1 porsi dan teh satu lagi ne?” Bomi berkata pada waitress itu dan berbalik badan padaku “Tenang, yang ini aku yang bayar,” ia menyiramku dengan air terlebih dahulu sebelum aku meledak dan marah padanya karena memesan tanpa seizinku dan nanti ujung-ujungnya aku juga yang bayar. Dalam hati aku berkata ‘anak pintar’ dan mengangguk mengerti.

 

 

Tanpa ba-bi-bu lagi, aku segera menyantap jokbal dengan lahap. Sesekali juga aku menyuap bibimbap lalu meminta buddae jiggae milik Bomi.

 

“Eonnih, eumh igeo neomu hmm mashsheoyoh” ia berbicara dengan tidak jelas karena mulutnya penuh dengan makanan.

 

“Kalau mau berbicara, telan dulu makananmu. Pantas saja tidak ada namja yang mendekatimu kalau lihat tingkahmu seperti ini,” kuseka bibirnya yang berwarna merah karena kuah buddae jiggae dengan tisu. Ia tersenyum sekilas.

 

“Bolehkah aku minta jokbalnya?”

 

“Tentu,”

Acara makan siang kami berlangsung dengan menyenangkan dan kami saling bertukar dan mencicipi makanan satu sama lain. Tiba-tiba datanglah seorang yeoja dan seorang namja yang wajahnya tak asing bagiku dan mereka duduk di bangku sebelah kiri kami–tepatnya namja itu duduk di samping kiri Bomi. Aku hampir saja tersedak dan langsung meminum teh dan menelannya sekejap.

 

“Ya! Eonni, kau kenapa?” tanya Bomi sambil mengusap-usap punggungku guna membantuku berhenti batuk. Tak kuhiraukan pertanyaannya dan terus saja kuperhatikan namja itu dengan seksama. Bomi yang merasa aku memperhatikan sesuatu mengikuti arah mataku ke namja itu.

 

“Namja itu… nugu?” Bomi berbisik padaku dan aku pun segera tersadar lalu menggeleng pelan dan mengalihkan perhatianku dari namja itu. Bagaimana bisa ia ada disini setelah menghilang dari peradaban 7 tahun lalu tanpa kabar dan…aku mengenal jelas yeoja itu. Itu. . . . .

 

 

 

~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~

 

 

FLASHBACK

 

 

 

Sudah seminggu sejak Kris sunbae mengajakku menjadi temannya. Selama ini ia selalu menemaniku dan aku juga selalu menemaninya latihan basket. Kadang, aku merasa tak nyaman berteman dengannya. Bukan karena dia jahat. Dia baik, bahkan sangat baik. Parasnya yang dingin tapi hatinya sangat lembut dan baik. Tapi, para yeoja-yeoja satu sekolah tidak menyukai kalau Kris sunbae berteman denganku. Mereka semua memandangku sebelah mata. Aku juga sering berpikir untuk menjauhinya, tapi apa daya aku tak tega melakukan itu. Ia sudah baik padaku, tidak mungkin kan aku mengkhianatinya?

 

“Chorong-ah!” suara yang sudah tidak asing lagi bagiku. Segera kutolehkan kepalaku kebelakang dan Kris sunbae melambai padaku lalu berlari menghampiriku.

 

“Annyeong sunbae,” sapaku ramah dan membungkukkan badan. Aku tetap memanggilnya sunbae walau ia sudah beribu-ribu kali mengatakan jangan memanggilnya dengan sebutan sunbae alias senior. Ia ingin aku memanggilnya ‘oppa’ tapi aku keras kepala tak ingin merusak image ku dan di cap kurang ajar dengan yang lebih senior. Akhirnya diapun mengalah dan berkata boleh memanggilku apa saja sesuai keinginanku.

 

“Hey. Pagi sekali datangnya,” tegurnya ramah sambil mengacak pelan rambutku. Aish. Bisakah dia tak melakukan ini? Nanti yang lain melihat dan sudah pasti aku makin direndahkan.

 

“E-eung. Geurae, aku hanya ingin duduk di taman sekolah terlebih dahulu sebelum masuk kelas,” kataku menjelaskan.

 

“Yasudah, kajja,” ia menarik tanganku dan membawaku ke taman sekolah yang kumaksud. Kami berdua duduk di bangku taman dan bercengkerama sambil mendengarkan kicau burung juga udara pagi yang menyegarkan.

 

“Sunbae tahu apa? Sunbae adalah orang pertama yang mau menjadi teman dekatku.  Walaupun sering direndahkan oleh teman-teman lain karena berteman dengan orang terkenal sepertimu, aku tidak merasa kesepian lagi. Sunbae juga suka menemaniku dan mendengarkan ceritaku,” apakah ada kesempatan untukmu datang kedalam hatiku sebagai seseorang yang lebih dari teman? Ingin sekali aku bertanya satu hal itu padanya. Tapi aku tidak mau lancang.

 

“Jinjja? Baguslah kalau begitu, aku akan selalu menjadi temanmu dan abaikan saja omongan orang-orang aneh itu, kau yeoja baik dan pantas untuk ditemani,” ia meraih tanganku dan menggenggamnya erat. Aku tersenyum, bahkan ia pun juga ikut tersenyum. Tuhan, kumohon hentikan waktu sekarang juga.

 

 

“Chorongie, mau makan siang denganku?”

 

“O-omo! Sunbae, kau mengagetkanku,” Kris sunbae menunggu di depan toilet sedari tadi dan mengagetkanku yang baru saja keluar.

 

“Hehehe, mianhae. Ayo, kutemani kau makan di taman sekolah,” ia menarik tanganku dan aku mau tak mau harus mengikutinya. Dalam diam aku terkekeh geli dan menggeleng pelan.

 

 

“W-wae? Hm maksudku kenapa makan disini? Bukannya lebih enak di kantin?” tanyaku gugup setelah kami duduk di bawah pohon rindang beralaskan rumput nan hijau.

 

“Aku hanya tidak ingin kau diejek lagi, aku juga ingin kamu merasa tenang selama berteman denganku,” katanya dengan suara lembut.

 

“Nah, kau bawa bekal apa hari ini?” ia membantu membukakan tas bekalku.

 

“Eomma membuat kimchi bibimbap dan bulgogi bibimbap. Terserah sunbae mau pilih yang mana,” kuulaskan sebuah senyum padanya.

 

“Eh? Aku juga dapat?” kagetnya.

 

“Majjayo! Aku meminta eomma membuatkan masakan khas Korea yang enak untukmu. Aku tahu sunbae belum lama di Korea, ‘kan? Dan pasti rasa makanan China dan Korea sangatlah berbeda. Maka kumohon terimalah,” tawarku sambil menatapnya, memelas.

 

“Ah, kenapa jadi repot-repot begini, aku tidak pernah ingin merepotkanmu, Chorong-ah. Tapi, baiklah, aku akan memilih hmm… bulgogi bibimbap, nona Park?” ia menggodaku dan sontak aku tertawa dan memberikan kotak bekal berisi bulgogi bibimbap dan juga sendok untuknya.

 

“Wah~ kelihatannya enak, aroma nya juga sedap. Kucoba ne?” ia membuka bekalnya dengan mata yang berbinar-binar sambil menghirup aroma bibimbap itu. Aku mengangguk, menyetujui perkataannya.

 

“Daebak!!! Ini, enak sekali. Neomhmuh eumhh mashiehsohyeoh,” Kris sunbae bergumam tak jelas karena mulutnya dipenuhi makanan yang belum sempat ia telan. Melihat itu, aku segera mengambil tisu dan membersihkan noda makanan dari mulutnya.

 

“Percuma saja sunbae berbicara seperti itu, aku tak bisa mendengarnya. Ditelan dulu. Ini minum,” kuberikannya sebotol air dan setelah menelan bibimbap itu, ia meminum air nya untuk membantu mencerna makanan yang baru saja ditelan. Ia dan aku tersenyum. Mata kami bertemu lagi untuk yang kesekian kalinya.

 

Aku dan Kris sunbae menikmati acara makan siang itu yang terasa lama itu di taman sekolah yang hanya ada kami berdua disini. Sesekali kami tertawa bersama, menggambar apa saja di selembar kertas dan melihat gambar buatan Kris sunbae yang terlihat seperti gambar anak usia 3 tahun, alhasil aku tertawa terbahak-bahak.

 

 

 

KRING KRING KRING

 

 

 

Bel tanda istirahat usai tiba-tiba berbunyi. Sontak aku dan Kris sunbae langsung merapihkan semuanya dan beranjak kembali ke kelas.

“Sampaikan terima kasihku untuk eomma mu ne? Bibimbapnya enak sekali. Maaf jika aku merepotkanmu, gomawo Chorongie,” ia mengusap puncak kepalaku dan beranjak pergi kembali ke kelasnya, tapi sebelumnya, ia mengedipkan sebelah matanya padaku. Aigoo, bisakah ia tak melakukan itu? Kuhela nafas dengan lembut. Aku lega dan merasa senang, sangat amat senang. Akhirnya semua mimpiku untuk menjadi dekat dengannya terkabul. Walau masih dengan status teman. Tak lebih dari itu.

 

 

 

Kalian tahu apa, sepertinya aku sudah benar-benar menyukainya.

 

 

 

 

 

 

TO BE CONTINUED. . .

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Back to December (Chapter 1)

$
0
0

Back to December(Chapter 1)

oojjjjcuk

Author:@Almarhmtk

Genre:romance

Rated:T

Length:Multichapter

Main cast: Byun Baekhyun & Kim Taeyeon

*a/n: ff ini sebelumnya udah di post di weebly pribadi author whatithought.weebly.com

Byun Baekhyun, seorang yang terkenal dingin , senang membully dan juga suka memainkan perasaan wanita. Dia tidak pernah jatuh cinta sampai akhirnya kenangan masa kecilnya teringat dan dia . . . Kim Taeyeon telah kembali

 

Ditengah dinginnya salju di bulan desember , seorang Baekhyun kecil sedang meratapi teman-temannya yang bermain bola salju dari jendela kelas. Untuk anak yang baru berusia 5 tahun seharusnya baekhyun ikut bermain dengan teman-teman seusianya. Tetapi itu sangat tak mungkin. Baekhyun terlalu menutup dirinya

Tanpa disadari Ada sepasang mata yang memperhatikan baekhyun dari jauh. Seorang gadis kecil dengan pita merah di rambutnya yang tergurai indah,Kim Taeyeon.

Perlahan tapi pasti,taeyeon pun mulai mendekat ke Baekhyun dan menepuk pundaknya.

            Baekhyun tergejelak dan menatap siapa yang menepuk pundaknya.

“H-Hello aku melihatmu dari tadi termenung. M-mau kah kau bermain bersama ku…..?” Ucap taeyeon dengan malu-malu. Ini adalah pertama kalimya Taeyeon mengajak seseorang bermain, karna dia terlalu malu untuk bergaul bersama teman-teman lainnya.

Baekhyun terkesiap. Dia merasakan detang jantungnya menjadi lebih cepat. Umur yang terlalu muda untuk mengatakan dia sedang jatuh cinta.

“Tentu saja.siapa namamu?” Baekhyun menjabat tangan taeyeon

Taeyeon.Kim taeyeon”

Nama yang cantik. Pikir Baekhyun

Namaku Byun Baekhyun.ayo cepat kita keluar bemain salju taeng!” Ucap baekhyun antusias.

Dia langsung menggandeng tangan taeyeon keluar dari kelas dan ikut bermain bersama yang lainnya. ini pertama kalinnya Baekhyun merasa senang. Tanpa disadari……Taeyeon menjadi cinta pertamanya

 

 

 

 

 

 

 

Baekhyun melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Jarum jam telah menunjukan jam 6:15 pagi berarti 15 menit gerbang akan ditutup.

Ah shit….” Baekhyun menancap pedal gas nya . ia tidak mau terlambat. Itu akan mengacaukan image cool nya dimata para gadis jika ia harus menersihkan wc sendirian lagi karna terlambat.

Gerbang SM Highschool mulai terlihat dari ujung jalan. Senyum cerah terpampang jelas dari wajah baekhyun.

“Thanks God you save me!” Baekhyun tertawa gembira. Tanpa disadari,saat memasuki gerbang sekolah Baekhyun menabrak seorang gadis.

BRUKK…!

Bunyi apa itu? Pikir baekhyun. Ia terberongak dan lalu melihat siapa yang ia tabrak.

Natasha! -sebutan untuk mobil ferari kesayangan- kau tak papa?” Baekhyun keluar dan langsung mengelus mobilnya Ia terlihat khawatir.

“Hey Namja gila! kau tidak lihat aku lah yang tertabrak? Bukan mobil bodoh mu itu!” Ucap gadis yang baru saja dia tabrak

Baekhyun langsung menoleh kearah suara.dia tak bisa menahan emosi nya lagi. Baekhyun langsung melihat gadis yang ditabrak nya tadi.

“Hey apakah kau tau,walaupun kau menjual rumah mu kau tak akan bisa mengganti mobil ku!” Ucap baekhyun nada tinggi.ia langsung menarik gadis yang ditabraknya tadi dengan kasar untuk beranjak kepinggir jalan. Setelah itu baekhyun pun langsung masuk kemobil nya dan menancap gas,ia bergegas masuk kesekolah karna sebentar lagi kelas akan dimulai.

“Lain kali jangan pernah mengahalangi jalan ku gadis kecil! Hahaha”baekhyun berteriak dari dalam mobil dan tertawa bahagia melihat gadis ditabraknya tadi lewat kaca spion.

“Y-YA!K-KAUUUUU!…..Aish” gadis itu menggeram melihat kepergian baekhyun

 

 

Sabar Taeyeon, ini adalah hari pertama mu bersekolah disini dan jangan biarkan namja gila itu merusak semuanya. Gadis itu mencoba menenangkan hatinya

ya gadis itu adalah Kim Taeyeon. Dia telah kembali

 

 


Get Away From My Wife (Chapter 2)

$
0
0

Title                       :               STAY AWAY from My Wife !!

Author                  :               Hyo-ya ( @ohvee12)

Main Cast            :               Oh Sehun ( EXO ) , Han Hyo Ra (OC / You )

Genre                   :               Marriage Life , Romance

Length                  :               Chaptered

Rating                   :               PG-15

Disclaimer           :               I’m not plagiarism and I hate plagiarism *siapa juga yang mau plagiat ff saya . Dan FF ini juga ada di blog sebelah dan wp pribadiku sendiri !

 

Annyeong nae kembali membawa Chapter 2 dari FF ini , sebelumnya Hyo mau ngucapin banyak terima kasih buat para readers yang udah coment di Chapter 1  , Hyo bener- bener ga nyangka coment kalian bakal sebanyak itu , makasih banget buat saran , kritik , review dan semangat dari kalian udah kebaca semua kok . Tapi Hyo ga bisa janjiin part ini bakal sebagus yang kalian mau , Hyo ga ada feel waktu nulis part ini dan Hyo juga udah siap jika nanti readersnya bakal berkurang karna Hyo tau FF ini jelek =( . Dan sekian ucapan terima kasih sama ucapan minta maaf dari Hyo . Check This Out

~^^~

Merasa namanya dipanggil Hyo Ra menoleh ke arah sumber suara , dilihatnya Oh Sehun berjalan menghampirinya . Sedangkan namja didepan Hyo Ra segera menegakkan tubuhnya setelah tau siapa yang sepertinya memanggil nama gadis tak dikenalnya itu .

“ Sekertaris Yoon , sedang apa kau disini ? “ tanya Sehun pada namja yang berdiri di depan Hyo Ra

 

Sekertaris Yoon segera membungkukan badannya pada Sehun .

 

“ Selamat siang sajangnim , aku hanya ingin berjalan –jalan sebentar disini dan tidak sengaja aku melihat gadis ini menangis jadi aku mencoba menghiburnya “ jawab Sekertaris Yoon dengan menunjuk Hyo Ra , dan yeoja itu hanya dapat menatapnya penasaran .

 

“ Jjinja ? kau menangis ? gadis sepertimu menangis ? ckckck “ ledek Sehun pada Hyo Ra sambil melipat tangannya didada , padahal Sehun tau bahwa tangisan Hyo Ra karna dirinya .

 

Hyo Ra hanya diam tak berniat menjawab ledekan Sehun.

 

“ Tadi jika aku tidak salah dengar kau memanggilnya Han Hyo Ra ? “ tanya Sekertaris Yoon memastikan dan hanya dibalas anggukan dari Sehun .

 

“ Jadi kau istri dari Direktur muda ini hmm , kenalkan aku sekertarisnya namaku Yoon Ji Hyuk ? “ucap Sekertaris Yoon mensejajarkan lagi tubuhnya didepan Hyo Ra . Hyo Ra menganggukan kepalanya polos , Hyo Ra sangat nyaman dengan perlakuan Sekertaris Yoon , bukan nyaman antara seorang namja pada yeoja melainkan seorang kakak pada adiknya .

 

“Apa Direktur muda ini yang membuatmu menangis ? “ tanya Sekertaris Yoon lagi , seperti seorang peramal Sekertaris Yoon bahkan tau siapa yang membuatnya menangis pikir Hyo Ra , tapi yeoja ini hanya diam dan menundukkan kepalanya . Tanpa menjawab Sekertaris Yoon segera mengerti apa arti diam dari Hyo Ra ia lalu menatap Sehun dan berdiri menghadapnya .

 

“ Kau Direktur yang pintar , Pebisnis yang handal dan sangat disegani di kantor tapi bagaimana bisa kau menjadi suami jahat yang membuat istrinya menangis Sajangnim ? “ tanya Sekertaris Yoon dengan nada tenang dan seperti biasa Sehun hanya menatap datar Sekertaris Yoon .

 

Sehun tau bahkan sangat tau jika Hyo Ra takut di bentak , tapi apa yang dilakukannya benar-benar diluar kendalinya . Ia sudah pusing memilih calon investor yang tepat untuk perusahaannya dan tiba-tiba yeoja itu datang dengan berteriak ditengah-tengah rapatnya , bukan masalah baginya jika para investor tersenyum lalu memakluminya tapi yang terjadi sebaliknya mereka malah berbisik-bisik menggunjingkan dirinya .

 

“ Dia mengganggu rapatku “ ucap Sehun seadanya

 

“ Benarkah ? “ tanya Sekertaris Yoon penasaran

 

“ Tanyakan saja sendiri padanya apa yang sudah dia lakukan “ jawab Sehun sambil memandang Hyo Ra yang masih menunduk

 

“ Hei nona manis apa benar kau mengganggu rapat Sajangnimku ?” Hyo Ra tak menjawab dan Sekertaris Yoon hanya tersenyum melihatnya .

 

“ Tapi meskipun begitu aku yakin kau tidak berniat mengganggunya , benarkan ?” Hyo Ra segera mendongak menatap Sekertaris Yoon ’ bagaimana dia tau, apa benar jangan-jangan dia seorang peramal’ batin Hyo Ra .

 

“ Sajangnim sebaiknya kau minta maaf dan tenangkan dia, aku harus kembali bekerja setelah ini “ ucap Sekertaris Yoon sopan

 

“ Aku berkali-kali mengingatkanmu jangan seformal itu padaku kenapa kau keras kepala sekali “ Desis Sehun kesal

 

“ Dan aku juga sudah berkali-kali mengingatkanmu walaupun kau lebih muda dariku kau tetap atasanku di kantor , sekarang aku mohon undur diri Sajangnim “ Sekertaris Yoon membungkukan badannya pada Sehun lalu ia melihat Hyo Ra .

 

“ Jangan menangis lagi nona manis , dia juga pasti tidak berniat membuatmu seperti ini , kau tak tau dia sering sekali ber… “

 

“ Hyung …. “ Sehun segera memotong perkataan Sekertaris Yoon

 

“ Ah arraseo , sepertinya dia akan memberitahukannya sendiri padamu “ ucap Sekertaris Yoon setelah mendapat tatapan ‘jangan berkata yang tidak- tidak ‘ dari Sehun

 

“ Mwo ? “ ucap Hyo Ra tidak mengerti , tapi Sekertaris Yoon tidak menghiraukannya , dan memilih pamit dari hadapan pasangan suami istri itu .

 

“ Apa kau sudah selesai menangis ? “ tanya Sehun dingin pada Hyo Ra yang memandang kearah lain

 

“….”

 

“ Yaa Han Hyo Ra setelah menangis apa kau juga kehilangan suaramu ? “ tanya Sehun kesal

 

“….” Tapi Hyo Ra masih saja diam ia bahkan enggan menatap Sehun

 

Tiba-tiba saja Hyo Ra berdiri lalu berjalan melewati Sehun , sedangkan Sehun hanya menatap Hyo Ra heran .

 

“ Yaa neo eodiga ?? “ tanya Sehun namun tak diindahkan sama sekali oleh Hyo Ra

 

Berharap Sehun mengejar yeoja itu lalu meminta maaf ???  Heyy sejak kapan Oh Sehun jadi namja dengan hati penuh penyesalan , Hyo Ra pasti bermimpi jika Sehun datang padanya lalu membujuknya berharap kata maafnya diterima dengan puppy eyesnya , huh ‘puppy eyes’ apanya – wajahnya saja hanya punya satu ekspresi ‘menyebalkan’ .

 

Pikiran itu selalu hinggap di otak Hyo Ra melawan Sehun sama saja dengan melawan balok es terkuat di kutub utara , butuh waktu lama untuk mencairkannya . Dan tidak perlu berjalan jauh untuk meninggalkan seorang Oh Sehun sendirian , lagipula dia tidak akan menyusul . Hyo Ra berhenti di depan sebuah café tepatnya café Bubble Tea disekitar ‘OS Company’ .

 

“ Aku pesan satu Bubble Tea Choco dan Panecake Chocolate Float “ Pelayan itu segera mengangguk mengerti lalu berlalu setelah Hyo Ra mengucapkan pesanannya .

 

Tak butuh waktu lama pesanan Hyo Ra datang , yeoja itu segera melahap pancake didepannya , ternyata menangis dapat menyebabkan penyakit ‘kelaparan’ melanda dirinya .

 

“ Chogiyo Agashi , bolehkah aku duduk disini ?“ Hyo Ra segera mendongakkan kepalanya setelah mendengar seorang namja dengan membawa nampan makanannya meminta izin untuk duduk di kursi bersebrangan dengannya . Sejenak Hyo Ra  mengalihkan pandangannya ke seluruh café dan benar saja tak ada tempat lagi selain kursi di depannya .

 

“ Ah ne , silahkan “ Hyo Ra mempersilahkan namja itu untuk duduk

 

“ Maaf mengganggumu “ ucap namja sambil tersenyum

 

Senyumnya manis sama seperti Sekertaris Yoon hanya saja senyum Sekertaris Yoon terlihat dewasa sedangkan namja ini sangat imut seperti anak-anak .

 

“ Aniyo , gwenchana “ balas Hyo Ra dengan tersenyum juga

 

“ Nan Luhan imnida , bangapseumida”  namja itu memperkenalkan dirinya dan disambut ramah oleh Hyo Ra

 

“ Nan Hyo Ra imnida “ balas Hyo Ra ramah

 

“ Kau sendirian disini Hyo Ra-ssi ?“ tanya Luhan

 

“ Ne , aku sedang sendiri , apakah kau pegawai di ‘OS Company’ Luhan-ssi ? “sontak Hyo Ra bertanya seperti itu , dapat dilihatnya namja ini memakai setelan jas hitam yang dipadukan dengan kemeja biru muda dan dasi yang senada menandakan dia seseorang yang bekerja di kantor. Dan seakan mengerti Luhan pun menjawab.

 

“ Ah aniyo , tadi aku kemari untuk rapat tapi sayang sekali aku terlambat “ ucap Luhan sambil menampakkan wajah kecewa.

 

“ Rapat ? “ tanya Hyo Ra penasaran ,’apakah rapat itu?’ batinnya ia mengingat rapat yang sudah dihancurkannya tadi .

 

“ Ne,  ada rapat investor dan kerjasama perusahaan tadi di ‘OS Company’, apa kau mengetahuinya Hyo Ra-ssi ? “

 

“ Ah aniyo aku hanya bertanya “

 

“ Bagaimana denganmu apa kau bekerja di ‘OS Company’ ?” tanya Luhan balik pada Hyo Ra

 

“ Aniyo Luhan-sii aku masih kuliah , aku tadi hanya mengunjungi seseorang disana “  jelas Hyo Ra

 

“ Kau mengenal seseorang di ‘OS Company’ ? Nugueyo ? “

 

“  Bukan siapa-siapa Luhan-sii , jika kau bertemu dengan orang itu jangan pernah berkenalan dengannya, dia sangat menyebalkan “ tutur Hyo Ra polos

 

Luhan yang mendengar itu pun tertawa .

 

“ Jjinjayo ? Padahal para karyawan di ‘OS Company’ terkenal dengan disiplin dan keramahannya , bagaimana mungkin ada seseorang yang menyebalkan di dalam sana ? hahaha “

 

“ Ne, kau benar aku juga baru saja mengenal seseorang yang disiplin dan ramah tamah , dan sepertinya memang hanya ada satu orang yang menyebalkan di kantor itu yaitu orang yang ku kenal “ jelas Hyo Ra dengan mimik wajah yang lucu

 

“ hahahaha kau lucu sekali Hyo Ra-ssi “ ucap Luhan melihat Hyo Ra seperti sedang merasa kesal dengan seseorang , dan memang itu kenyataannya .

 

Mereka berdua terlibat perbincangan cukup lama , Hyo Ra memang gadis yang mudah bergaul tapi Hyo Ra belum tau siapa sebenarnya seseorang yang sedang dihadapinya sekarang ??

 

Di lain sisi….

 

Sehun sedang merapikan meja kerjanya bersiap untuk menuju cafetaria di dekat ‘OS Company’ karna ini adalah jam makan siang . Direktur muda ini juga merasa perlu istirahat dan mengganjal sedikit perutnya dengan sesuatu ,

 

“ Kau sudah selesai Sajangnim ? “ seseorang muncul dari balik pintu ruang kerja Sehun

 

“ Ya Sekertaris Yoon “ jawab Sehun

 

Mereka berdua turun menuju lobby kantor , terlihat para karyawan juga sudah mulai berhamburan untuk menikmati jam makan siang . Sehun dan Sekertaris Yoon berjalan ke Cafetaria didekat kantor , 2 namja itu segera mengambil tempat stelah sampai di Cafetaria tersebut

 

“ Kau ingin memesan apa Sajangnim ? “ tawar Sekertaris Yoon

 

“ Hyung , ini jam makan siang bisakah kau memanggil namaku saja “ ucap Sehun datar

 

“ Kau tetap atasanku Sajangnim “ jawab Sekertaris Yoon bernada sopan

 

“ Kalau begitu ini adalah perintah dari atasan untuk bawahan . Bagaimana , kau mau menolak perintahku ? “

 

“Arraseo Oh Sehun kau menang , sekarang kau ingin memesan apa ? “ tanya Sekertaris Yoon dengan bahasa yang lebih informal

 

“ Seperti biasa saja Hyung “ jawab Sehun

 

“ Baiklah aku akan memesan dulu “ Sekertaris Yoon pun meninggalkan Sehun di meja Cafetaria out sendiri .

 

Namja itu mengalihkan pandangannya menghadap sebuah kaca transparan yang menghadap ke jalan yang bersebrangan dengan Café-café lain di sekitar Cafetaria yang ditempatinya saat ini . Sehun dapat melihat para karyawannya juga banyak yang berada di café-café tersebut . Tiba-tiba pandangannya terhenti pada satu titik .

 

Namja itu sedikit menyipitkan matanya , menajamkan penglihatannya bahwa seseorang yang dilihatnya sekarang adalah seseorang yang benar – benar dia kenal , dan penglihatannya memang tidak salah ..

 

“  Xi Luhan “ gumamnya

 

“ Kau sedang melihat apa Sehunna “ Seketika pandangan Sehun teralihkan pada Yoon Ji Hyuk sekertarisnya , namun itu tidak berlangsung lama mata Sehun kembali ke arah namja bernama Xi Luhan .

Ji Hyuk yang penasaran akhirnya mengikuti arah pandang Sehun , bukan kearah Luhan melainkan seseorang yang ada di depan Luhan .

 

“ Bukankah itu istrimu ? “ ucap Ji Hyuk

 

“ Mwo ? “ Sehun menatap Ji Hyuk dengan heran

 

“ Itu, gadis yang sedang berbicara dengan namja berkemeja biru muda “ Ji Hyuk menunjuk gadis di depan Luhan

 

Pandangan Sehun pun refleks teralihkan pada seseorang di depan Luhan , ia baru menyadari seorang gadis yang berada di depan Luhan yang membelakangi pandangan Sehun . Dan benar apa yang dikatakan ji Hyuk , itu istrinya . Dengan gerakan cepat Sehun segera bangkit dari duduknya dan melenggang pergi dari Cafetaria tanpa memperdulikan panggilan Ji Hyuk terhadapnya .

 

“ Han Hyo Ra ikut aku “ tanpa disadari ternyata Sehun menuju café diamana istrinya berada , ia juga mengagetkan Hyo Ra dengan menarik tangannya tiba-tiba

 

“ Yaa Oh Sehun , apa yang kau lakukan ?” tanya Hyo Ra penuh tanda tanya

 

“ Aku bilang ikut denganku “ ajak Sehun lagi dengan nada yang dingin sambil menarik tangan Hyo Ra agar gadis itu mengikutinya  tanpa memperdulikan seseorang yang menonton aksi keduanya

 

“ Oh Sehun “ Namja di depan Hyo Ra akhirnya mengeluarkan suaranya

 

Sehun yang merasa terpanggil menolehkan kepalanya pada namja itu , Xi Luhan .

 

“ Lama tidak bertemu Oh Sehun , tapi baru kita bertemu kau sudah menarik teman bicaraku tanpa permisi…. “ Ucap Luhan dengan wajah meremehkan

 

“  Aku tidak ada urusan denganmu “ Ucap Sehun datar

 

“ Tapi kau mengganggu temanku Oh Sehun “ balas Luhan

 

“  Kau tidak perlu berpura-pura menghawatirkannya “  Sehun memandang Luhan dingin melebihi dingin yang biasanya ia tunjukan .

 

“ Apa maksudmu ? Aku temannya “ ucap Luhan sedikit terpancing emosi dengan kata ‘pura-pura’ dari Sehun

 

“ Dan aku suaminya “  Hyo Ra yang sedari tadi berada di tengah-tangah tatapan dingin kedua namja ini pun bertambah heran ,’ sebenarnya ada apa dengan mereka berdua’ dan ‘darimana Luhan mengenal Sehun ‘ otak Hyo Ra terus memproduksi pertanyaan-pertanyaan yang tidak mungkin ia lontarkan sekarang , tidak saat yeoja ini melihat sorot mata Sehun yang tajam menatap Luhan .

 

“ Kajja “ Sehun kembali menarik Hyo Ra dan yeoja polos itu hanya dapat mengikuti Sehun yang membawanya entah kemana dari Café Bubble Tea itu

 

Sedangakan Luhan terdiam setelah mendengar kata-kata  Sehun yang mengaku sebagai suami Hyo Ra , ‘Oh Sehun yang dulu bukan Oh Sehun yang sekarang ‘ batinnya . ‘ Tapi apapun yang di miliki oleh Sehun adalah apa yang selalu ingin direbutnya‘

 

“ Termasuk kau nona manis “ ucap Luhan sambil tersenyum miring

 

~^^~

 

“ Yaa Oh Sehun apa yang kau lakukan huh ? “ tanya Hyo Ra pada suaminya

 

Sehun hanya diam tak berniat menjawab pertanyaan dari yeoja yang berada disampingnya , tangannya terus menarik tangan mungil Hyo Ra hingga sampai di Cafetaria dimana Ji Hyuk berada .

 

“ Duduk disini “ perintah Sehun pada Hyo Ra setelah berada di tempat Ji Hyuk duduk

 

“ Ada apa sebenarnya Sehunna ? “ tanya Ji Hyuk pada Sehun

 

“ Namja itu lagi hyung “ jawab Sehun datar

 

“ Nugu ?? “

 

“ Malaikat Neraka“ ucap Sehun malas

 

“ Dia disini ? “ tanya Ji Hyuk tak percaya , dia tadi tak sempat melihat Luhan karna terfokus pada Hyo Ra , pertanyaan Ji Hyuk dibalas anggukan dari Sehun

 

“ Oh Sehun bisakah kau melepaskan tanganmu ? “ ucap Hyo Ra polos ditengah-tengah perbincangan Sehun dan ji Hyuk . Namja itu segera melepaskan genggaman tangannya dari Hyo Ra , dirinya bahkan sampai tidak sadar ternyata dari tadi tangannya masih menggenggam tangan Hyo Ra .

 

“ Kau mengenal Luhan , Sehunna ?? “ tanya Hyo Ra tanpa ragu seakan melupakan bahwa ia sedang kesal pada Sehun tadi.

 

“ Jangan pernah sebut nama Malaikat Neraka itu di depanku “ tutur Sehun penuh penekanan

 

“ Eiyy tidak ada ceritanya Malaikat itu penghuni Neraka , yang ada Malaikat Surga dan bagaimana kau sebut Lu… “ Sehun segera memotong perkataan Hyo Ra

 

“ Sekali lagi kau membicarakan orang itu , tak akan kubiarkan kau keluar dari apartemen “ potong Sehun tajam

 

“ a…arraseo aku tidak jadi membicarakannya “ ucap Hyo Ra takut

 

Sehun seakan teringat sesuatu , kenapa ia mengakui Hyo Ra sebagai istrinya di depan Luhan . Ia sangat tau bagaimana sifat namja itu , Sehun merutuki bodohnya dirinya tadi , sekarang tinggal menunggu apa yang akan terjadi pada gadis disampingnya itu . Namja itu merasakan lengan jasnya ditarik-tarik ia menoleh pada pelaku penarikan tersebut yang tidak lain adalah istrinya sendiri .

 

“ Mwo ? “ tanya Sehun dingin , dan dibalas senyuman memohon dari Hyo Ra

 

“ Sehunna bisakah kau membelikanku ice cream itu “ jawab Hyo Ra dengan wajah memohon

 

Pandangan Sehun mengikuti apa yang ditunjuk Hyo Ra , dan benar saja di sebuah etalase di Cafetaria itu terpampang beberapa contoh ice cream yang cukup menggoda . Dengan rasa yang berbeda-beda dan toping yang beraneka ragam .

 

“ Hmm, pesanlah apa yang kau mau “ tutur Sehun datar

 

“Jjinjayo~ ? Baiklah kalau begitu aku akan memesannya apa kau dan Sekertaris Yoon mau ? “ tawar Hyo Ra dengan wajah sumringah dan hanya dibalas gelengan kepala oleh 2 namja tersebut , tanpa pikir panjang Hyo Ra segera berjalan ke etalase es krim dan memesan apa yang diinginkannya .

 

“Apa kau sudah meminta maaf padanya Sehunna ? “ tanya Ji Hyuk setelah gadis itu berlalu

 

“ Belum “ jawab Sehun singkat

 

“ Tapi dia terlihat tidak seperti tadi , seharusnya dia menampakkan wajah sedih atau marah jika kau belum meminta maaf “ heran Ji Hyuk

 

“ Dia selalu seperti itu hyung , sebelum aku meminta maaf dia pasti sudah kembali seperti biasa jadi aku tak perlu repot-repot untuk minta maaf “

 

“ Walaupun begitu kau tetap harus meminta maaf Sehunna , aku tidak bisa membayangkan berapa kali kau membuatnya marah dan sedih tanpa meminta maaf “

 

“ Tapi dia tidak marah padaku “ elak Sehun

 

“ Terang saja , kau kan suaminya pasti dia takut kau tak akan menghidupinya “ gurau Ji Hyuk

 

“ Aku tidak sejahat itu Hyung “

 

Hyo Ra kembali dengan membawa ice cream pesanannya , yeoja itu dengan lahap menikmati benda dingin didepannya . Mereka bertiga menikmati makan siang bersama , Ji Hyuk tak henti-hentinya mengeluarkan gurauan dan membuat Hyo Ra tertawa , sedangkan Sehun ia sama sekali tidak tertarik dan memilih diam , sebenarnya yang ada dipikirannya adalah namja yang bernama Xi Luhan .

 

Jam makan siang berakhir Ji Hyuk , Sehun dan Hyo Ra keluar dari Cafetaria dan kembali ke ‘OS company’ . Dan tentu saja Hyo Ra lebih memilih tetap disini daripada harus pulang terlebih dahulu ,dia bahkan memohon pada Sehun agar mengizinkan dirinya tetap disini dan pulang bersama Sehun nanti-bermodal alasan tidak ada yang dapat dilakukannya di apartemen  , namja itu mengiyakan asal Hyo Ra mau berjanji tak mengganggunya .

 

“ Ingat , jangan menggangguku lagi “ tutur Sehun dingin saat mereka berdua sampai di ruang kerja Direktur muda itu .

 

“  Ne arraseo “ Hyo Ra duduk di sofa yang berada diruangan Sehun menyendarkan tubuhnya pada badan sofa ia mencari handphone di tas slempang miliknya dan tak sengaja menemukan sesuatu , segera saja Hyo Ra beranjak menuju Sehun yang sudah berkutat dengan file-file tanpa gambar itu .

 

“ Sehunna “ panggil Hyo Ra sambil duduk di depan Sehun

 

“ hmm “ jawab Sehun seadanya

 

“ Lihat, aku jenius kan ? Aku mendapat nilai bagus di soal kalkulus kemarin “ Ucap Hyo Ra bangga sambil memperlihatkan kertas itu dihadapan Sehun . Sehun hanya melihat kertas yang ditenteng Hyo Ra sekilas lalu kembali berkutat dengan pekerjaannya .

 

“ Apa itu yang kau sebut jenius ? “ ledek sehun tanpa melihat kearah Hyo Ra

 

“ Mwo ? “ tanya Hyo Ra polos dan tidak mengerti

 

“ Nenek-nenek tua di panti jompo pasti bisa lebih baik darimu “

 

“ Yaa aku memang bodoh dalam hal ini , tapi nilai ini adalah nilai tertinggi yang pernah ku punya tidak akan ada orang yang setara denganku “ ucap Hyo Ra menyombongkan dirinya

 

“ Siapa bilang kau bodoh kau itu benar-benar bodoh , bagaimana bisa kau sebut nilai B- nilai bagus huh ? “

 

“ Dan tentu saja tidak akan ada yang setara denganmu karna pasti orang lain bisa mendapat nilai A+ yang jauh lebih baik darimu “ tambah Sehun sambil menatap Hyo Ra datar

 

“ ishh aku itu tidak bodoh hanya kurang pintar “ elak Hyo Ra

 

“ Sekarang bisakah kau tak menggangguku Nona Han , aku harus kembali bekerja “ ucap Sehun dan langsung membuka file-file lain lagi

 

“ Kau itu sama menyebalkannya dengan Flappy Bird “ gerutu Hyo Ra kembali berjalan ke arah sofa

 

Lama yeoja itu bermain dengan Handphonenya , ia menggerutu kesal manakala layar alat elektronik itu bertuliskan Game Over . Hyo Ra menyerah dan memilih berhenti dari kegiatannya, bermain Flappy Bird sama saja berhadapan dengan Oh Sehun ‘sama-sama menyebalkan’ pikirnya . Tidak ada gunanya juga Hyo Ra berada di kantor Sehun ,disini sama membosankannya diapartemen , tak ada hiburan apapun dari tadi saja ia hanya bertemankan burung tak bisa terbang itu . Yeoja itu menguap bosan , ia menatap Sehun yang membereskan mejanya . ‘Apa dia sudah selesai ?’ batinnya

 

“ Kajja kita pulang , aku sudah selesai “ ajak Sehun , dan ‘Bingo’ benar dugaan Hyo Ra bahwa Sehun sudah selesai dengan kertas-kertas tidak menarik itu . Hyo Ra beranjak dari duduknya dan mengikuti Sehun keluar dari kantornya .

 

Apartemen

 

Hari sudah gelap , waktunya menciptakan mimpi indah dalam tidur . Seperti Hyo Ra sekarang gadis itu sudah siap dengan piyama yang menempel pada tubuhnya ia mulai menaiki kasur empuk kesukaannya dan bersiap tidur , bersamaan dengan Sehun yang baru saja masuk kedalam kamar . Sehun mengikuti apa yang dilakukan Hyo Ra hanya saja ia memilih duduk bersandar di headboard tempat tidurnya tak sama halnya dengan Hyo Ra yang mulai berbaring dan memasang selimut menutupi tubuhnya hingga sebatas leher .

 

“ Hyo-ya “ panggil Sehun pada Hyo Ra yang diyakini belum tertidur

 

“ Hmm “ Hyo Ra hanya bergumam

 

“ Dari mana kau mengenal Malaikat Neraka itu  ? “ tanya Sehun penasaran tetap dengan nada dinginnya

 

Hyo Ra membuka matanya yang sudah terpejam , ia mendongak menatap Sehun .

 

“ Bukankah kau tadi yang tak mau membicarakannya , kenapa kau malah bertanya tentang dia sekarang ?“ tanya Hyo Ra heran

 

“ Bisakah kau hanya menjawab pertanyaanku “ tukas Sehun

 

“ Aku baru mengenalnya tadi , kebetulan tidak ada tempat tersisa di café itu dan hanya ada tempat di mejaku jadi dia meminta izin untuk duduk bersama “ jelas Hyo Ra

 

“ Jadi kau baru mengenalnya tadi ? “ tanya Sehun lagi

 

“ Hmm , dia sangat ramah Sehunna juga pandai membuat lelucon “ ucap Hyo Ra sambil mengingat-ingat apa saja yang sudah dia perbincangkan nya tadi bersama Luhan

 

“ Jauhi dia “ tepat setelah mengatakan itu Sehun segera mengambil posisi tidurnya dan menyelimuti tubuhnya mebelakangi Hyo Ra

 

“ Yaa… Wae … ??? “

 

“ Dia teman yang baik “ Hyo Ra langsung terbangun dari tidurnya meminta penjelasan dari Sehun

 

“ Yaa Oh Sehun , ireona !! Jelaskan padaku , bagaimana mungkin kau menyuruhku menjauhi seseorang tanpa alasan yang jelas eoh ?“ Hyo Ra mengguncang-guncang tubuh Sehun dan berhasil namja itu kembali duduk dan menatap Hyo Ra tajam

 

“  Berjanjilah padaku jika aku menjelaskan alasannya padamu kau akan menjauhinya “ tutur Sehun

 

“ Tergantung alasan itu masuk akal atau tidak “ jawab Hyo Ra

 

“ Baiklah , namja itu adalah …..

 

TBC

 

Gimana ? Kependekkan yaa ? Jelekk yaa ? … Tuh kan bener .. Maaf ya readers maaf .. Hyo bener-bener ga ada feel Hyo juga Cuma bisa ngetik kurang lebih 3000 kata ,sibuk persiapan buat Ujian Nasional juga jadi feel nya bener-bener ga dapet … Dan untuk saran kritik dan reviewnya akan selalu Hyo tunggu , maaf ga bisa balas di sini .. Tapi untuk saran dan kritik di twitter Hyo pasti dibales . Oo yaa Hyo Line 96 jadi kalian bisa panngil eonni atau saeng  =)

See U Bye-bye


Gua Pingin Sunat

$
0
0

Title: “gua pingin sunat”
Author:RanisayangSehunselamanya
Cast: #HUNHAN
            #BAEKYEOL
And others..

Genre: Comedy,absurd,yaoi,yadong

Length: Words 1560

FB: Rani Putri Yusmutia

Twitter: @RaniSoneGG

This Story PURE OF MINE ME!
SO DON’T COPAS AND BASH
sorry this story gaje
sorry of the typo hehe

sebenernya ini ff pertama nae,tapi nae mancoba :)
Enjoyying…


BANGUUUNN DOONG!! BANGUUUN DOONG!

Lu Han: “EEEH!! ayam..ayam! gilee lu ndroo nih jam asem banget!”
Sehun: *bangun dari tidur panjangnya dengan berlumuran pulau kalimantan,pulau sumatra,pulau papua dan pulau lainnya* “aduuuh,sweetie ada apa si kok rem to the pong beud”
LuHan: “Tau nih Jam hello kitty lo rempong banget kaya anak ayam ketelen zebra(?)
Sehun: “iih,sweetie lebay deh jam aku tuh imut tau,kaya bebek chen kelindes fuso*apadah*
LuhAN:”apa kata lu dah,eeh temenin aku yok”
Sehun:”kemana?”
Luhan:”Ke Kamar mandi yuuk”
Sehun:”aku capek sweetie,masa bukannya mandi bareng,malah nungguin sweetie buang jimat doang ogah ah”
Luhan:”aah masa gitu aja marah,senyum dong kan sweetie kalo senyum nambah cantik”
Sehun: *senyum* ya udah deh ayo *tarik luhan*

94!77!94!77!94!77!94!77!

GRANDOONG..GRANDOONG
Baekhyun: “set,ni bunyi bell ngeri amat”
Chanyeol: “gak heran beb”

Luhan: “yoii,sopo neng kono?*jawane keluar,gak heran karena dia keturunan jawa dengan nama panjang LU HANtam Koe Tak Tendang*”
Sehun: “Sweetie,jangan kaya gitu dong..yang sopan ah siapa tau yang baca gak tau artinya lo..”*nyuci piring*
Luhan:”hehe,oh iya oke sweety beby i love you. siapa diluar?”

BaekYeol: “kedatengan jupe ni,dibelah bang dibelah*nyanyi belah duren*”

*dengan satu tarikan jari kelingking langsung dengan sigap ia buka*
SRIIIIIING
BaekYeol: “BAAAA KEKOOOK!!”
Luhan: “HANJEEEENG! gue kira nih jupe betulan ternyata banci emperan kolong jembatan too..”
chanYeol: “Enak aja,yuk masuk yang”
Baekhyun: “ayuuk yang”
Luhan: “Kurang ajar banget ya luorang bedua masuk tanpa salim dulu sama gua.”
Baekyeol*salim*
Chanyeol: “Gua males lah salim lagi sama lu hyung”
Luhan: “lah ngapa?”
Chanyeol:”tangan lo tu bau busuk”
Luhan: “eh? iyee bau busuk sorry ya tadi kecolet tai ayam gue lupa

nyuci tangan, gue cuci dulu yee..”

BaekYeol: *pantes -_-* “ho’o sono pergi sono gak

usah dateng lagi”

baekyeol terpana melihat sehun sedang nyuci

piring dengan rambut pake bando hello kitty dan pake celemek,,eh bukan celemek

tapi baju SUPERMAN tapi ini beda sayapnya didepan -_- *rempong banget deh*

Baekhyun: “Mak sarap lu ye?”

Sehun: “apanya yang sarap?”

Baekhyun: “ngaca napa, lo udah jadi bini mak

jangan stress lah mak saking banyaknya pekerjaan lo jadi bini”

Sehun: *ngaca* “kagak ah,unyu tau,lo aja yang gak

tau trend kate middleton masa kini *lanjutin nyuci piring*

Baekhyun: “apa kata lu lah mak”

Karena boring dengan keadaan sarap diapartemen HunHan maka BaekYeol memutuskan

untuk nonton tv

Berita: “Berjumpa lagi dengan saya Parminem ayune ora ketulungan di INSENG

Informasi tak ada guna yang hanya bacotan belaka. Maraknya persunatan masal

merajalela bagaikan ada pertandingan gulat kucingvskucing yang banyak ditonton

oleh kucing lainnya*apadah* bahkan persunatan masal pun terjadi diplanet pluto

kita laporkan langsung dari planet plutoYangInginchDicyangi pentil

sepeda,bagaimana situasi disana?”

Pentil sepeda: “iak makasih nem,saya pentil sepeda melaporkan situasi ricuh

bagai tukang sayur direbutin emak-emak, disini sepertinya bukan hanya dibumi

saja persunatan massal ini ternyata diplanet teralay ini sudah menjadi budaya

dari jaman soekarno sampai jaman esbeye ini mari kita tanyakan pada salah satu

makhluk gak punya malu ini”

pentil sepeda: “siapa nama anda?”

@#$%%$#: @#$$#$%@

Pentil sepeda: “maaf saya tidak tau nama anda karena anda bukan artis,maka saya

tanya nama anda siapa?”

@#$%^%$:” nama saya *julurin lidahP* cap *P* kaki 5″

Pentil sepeda: *paham* “baiklah bung cap kaki 5 bagaimana P rasanya sehabis

disunat P”

Cap Kaki 5:” capek ah,sebenernya si sakit tapi pas udah selesai itu enak”

Pentil sepeda: “kenapa enak bung?”

Cap Kaki 5 :”jangan seenaknya panggil gue bung ya panggil gue madam!”

pentil sepeda: “eiit!! Yayaya baiklah kenapa madam enak habis disunat?”

Cap kaki 5: “enak lah orang pas disunat tuh,dokternya tuh cantik,seksi,montok

beuduuh betah deh gue disana. Dan enaknya lagi,pas gua habis disunat,gue dapet

50rb coy! 50rb!!”*nunjukin kekamera*

Pentil Sepeda: “iyaya gue tau 50rb ,50rb*sabar* apakah disini telah sering

dilakukan sunat massal?”

Cap Kaki 5: “gue si kurang tau*makan eskrim* (jangan tanya dia bisa dapet eskrim

darimana)gue mah ikut-ikut bapak gue aja,katanya dia mau maen eh malah maen

kesini terus bapak gue sunat lagi noh,gue heran ntah berapa kali tuh bapak gue

sunat udah abis kali punya die muelelelleele*?*”

Pentil sepeda: “memang nya kalo boleh tau anda sudah berpa kali kesini?”

Cap Kaki 5: “seinget gue si kemaren gue ajak emak gue kesini trus pas gue ajak

kesini gue malah dikurung dikandang buaya,trus kemarennya lagi gue ngajak babu

gue kesini eh dia malah pingin pulang kerahmatulloh,trus kemarennya lagi gue

bawa cewek gue eh malah dia pingin brojol duluan bingung dah gua dan hari ini

gue diajak sunat lagi sama bapak gue gue si mau-mau aja asal dibayar”*telen

batang eskrim*xD

Pentil Sepeda: *kaget* “berarti anda sudah sering kesini dong? Dan berapa kali

anda sunat?”

Cap Kaki 5: “ya gak bisa dibilang juga begitu,kayanya gue udh sering sunat deh

bareng bapak gue kayanya punya gue abis duluan daripada bapak gue”

Pentil Sepeda: “hoohh,berapakah tarif disini?”

Cap Kaki 5: “1 jam 100rb

                 5 Jam 500rb

                 24 Jam Gratis”

Pentil Sepeda:” ooh,pantes ya bapak anda dan anda sering kesini.”

Cap Kaki 5: “ya,gak bisa dibilang begitu.”

Pentil Sepeda: “trims,ada yang ingin sampaikan pada penonton bayaran dirumah?”

Cap Kaki 5 :”ada,maen-maen kesini dong penduduk bumi.kalo bisa bawa cewe lu ya

mueleleele istri lo jangan dibawa tapi selingkuhan lo ya muelele disini sunat

murah abis! Kesini dong puas! Muelelele

Pentil Sepeda: muelele yayaya ini tempat sunat apa tempat sewa? Kembali ke Parmin

Kembali ke TEEEKAAAIII!!”

*studio 17896542087535 TKI*

Parminem: *ngilang*

KREW: “WEI!! BALIK KEALAM LO SINI!! “*bacaain doa kaya didunia lain*

Parminem:” iyo ndro*dengan muka kesel kaya mario baloteli kepanasan

dikutub(sarap xD)*”

Dengan Muka yang pingin minta bogeman mentah dari chris john ia melanjutkan siarannya

Parminem: “OKE TERIMAKASIH PENTIL,MENURUT ORANG DIRSJ SUNAT ITU ADALAH KEKUATAN

BADAN KALO YANG SUNAT AJA BISA SAKIT, MAKANYA RUTIN-RUTINLAH SUNAT(?)*LUKIRA

OLAHRAGA NDROO..*”

Bahkan penonton dirumah yang ngeliatnya langsung pulang kerahmatulloh dengan

segera,ada yg mual,muntah,bahkan brojol pada waktunya(yaelaah)

Parminem : “Sekian deh dari saya,Sunatlah sebelum terlambat!. Saya parminem

salam cium hangat dari nenek gue sekian trims.”

KREW: “WOI PARMI TO THE NEM! SENE LO! LO! SEKARANG!!”

Parminem: “STOP! GUE DAH TAU MAKASIH!*ngicrit*”

>>Kembali KeTKP<<

Chanyeol: “BEDEEH!! Aduh beb mata gue sakit!!”

BaekHyun: “Mending lu beb sakit matanya,nah gue noh vicek seketika”

Lu Han: “masih mending lo bedua, gak liat apa mata gue jatoh entah kemana.”

BaekYeol:” O_O *kaget* (sejak kapan ni orang dateng?) nasib lu deh ndroo gak

ngurus”

Lu Han: “HANJERR!! Kasih Obat Mata dong!!”

Sehun: “aduuh sweetie kamu kenapa? Sini aku tiupin”

Lu Han: *langsung sembuh* “udah sweetie langsung sembuh dengan tangan mu yang

mulus ini*memegang tangan sehun yang kasar kaya kuli,dan dengan banyak bulu

keriting ditangannya*(cinta itu buta -_-)”

Chanyeol: “gile lu ndro..tuh berita gua baru pertama kali nonton berita banyak

cincong itu”

Baekhyun: “lo ni aneh si beb berita itu emang banyak bacot kalo bukan berita itu

bukan berita bla bla”

Chanyeol: “hyung lo udah sunat belom?”

Luhan: “*bagai petir menghantam dia dari ujung kaki sampe ujung rambut ia kaget

setengah idup* e..e..ee..aa..aa..aa..”

Chanyeol: “a..a..aapaan sii hyung lo udah sunat belom?”

Luhan: “kayanya gua lupa cebok deh gue cebok dulu deh..*ngibrit*”

Chanyeol: “banyak cincong deh lu hyung,tinggal jawab Ya apa Gak ribet bener deh

kaya lo mau mati aja deh”

Luhan: “YAA GUE BELUM SUNAT”!

Sehun: “WOY!! NGAPA SI PAKE URAT!”

Lu Han: “YA KALO NGOMONG PAKE URAT LAH KALO GAK PAKE URAT PAKE APA PAKE IDUNG?! ANEH BANGET SILO DEL!”

baekyeol yang melihat pertengkaran sepasang 2sarap ini hanya cengo tanpa bisa secincong pun

Sehun: “ANJRIT! MAU LO APA SI!? NGOMONGIN GUE CADEL!? LO BENCONG! SUNAT AJA

BELOM!”

Seketika Dunia bagai mati lampu*eit gak mati lampu* semua orang diam tanpa

secincong kata pun.

Lu Han: “iya,tau gue, gue belum sunat hun..”

BaekYeol: “BAHAAHAHHAHA kena lo hyung belom sunat kan lo!! Hahaha lo laki apa

bencong? Sunat aja belom bahahha”

Lu Han: “gua laki coy! Gue gak ada waktu aja mau sunat gara-gara ikut mak gua

kondangan makanya gue gak jadi sunat”

Baekyeol: “BahAhahahaha alesan lo hyung hahahaaha”

Sehun: “apa kamu gak malu? Kamu udah nikah? Tapi belom sunat? Kakek aku aja baru

sunat kemaren didokter spesialis TBC pulang-pulang dia udah gak pulang kerumah

lagi,tapi kerahmatulloh..kamu kalah sama kakek aku sweetie?”

*Baekyeol makin menjadi*

Lu Han: *bergidik*”kenapa cerita mu sungguh menyeramkan?”

Baekhyun: “Malu dong,kakeknya sehun aja sunat, lo hyung yang masih muda aja

belom sunat hahaha”

Chanyeol: “Nanti dikasih duit 50rb lo sm emak lo hyung hahahaha sama dikasih

kado spesial tuh sama istri lo tercinteh hahaha”

Lu Han: *nengok kesehun* *sehun ngangguk-ngganguk malu* “Oke,Gue Pingin Sunat!”

*Baekyeol Diam*

Baekhyun: “Oke,sekarang maunya? Oke ayo siap-siap hyung pake sarung aja ya”

*Luhan Ngangguk-ngganguk lalu ia siap-siap*

94!77!94!77!94!77!94!77!

Mereka sudah didepan pintu praktek sunat

luhan terlihat sangat tegang seperti menahan kebelet buang jimat dengan mukanya

yang udah pucat kaya makanan basi

Baekhyun lalu membuka pintu itu dengan semangat
Suster: “Selamat Datang ^^ ada yang bisa saya bantu? Kalo gak ada yang mau

dibantu ya udah pulang aja^^”

Chanyeol: “Jutek amat kali mba,ni mba kakak ipar saya mau sunat,sunatnya pake

samurai ya mba hehe”

Luhan tambah tegang mukanya makin menjadi kaya muka Suho kebelet kawin(?)

Suster: “oh,oke-oke bisa bayar dulu?”

Baekhyun: “gpp,mba berapa pun hehe”

Suster: “Mau yang berapa tarifnya?

           1 jam 100rb

           5 jam 500rb

          24jam GRATIS”

Sehun,luhan,baekhyun,chanyeol:”0_0 korban TV TKI? Sunat Massal!?”

END

hahaha gaje ya sorry semoga terhibur^^ klo banyak typo dan ni ff gak maksud maaf ya^^ karena ini ff saya pertama^^dimohon Coment Readers Deul^^


Viewing all 4828 articles
Browse latest View live