Quantcast
Channel: EXO Fanfiction
Viewing all 4828 articles
Browse latest View live

Harder Than You Know (Chapter 2 – END)

$
0
0

Title: Harder Than You Know

 

Author: @diantrf

 

Cast:

Oh Sehun, Xiao Luhan (Exo)

Park Cheonsa (OC)

 

Genre: Sad-Romance, Angst

 

Rating: T

 

Length: Chaptered (2 of 2)

 

0o0

 

“Penyesalan selalu datang terakhir, kan? Terkadang rasa sakit pun dapat menjadi awal dari sebuah kebahagiaan. Dan egoisme selalu membawamu jatuh ke dalam lubang penyesalan.”

 

0o0

Cheonsa berdiri di balkon kamarnya. Ia memandangi langit malam yang cerah dengan taburan bintang menghiasinya. Cheonsa menghela napas. Udara sangat dingin, namun entah mengapa ia tak merasakan dingin itu. Tubuhnya sudah mati rasa seiring matinya hatinya.

 

Entah dari mana, lengan hangat melingkari pinggangnya. Cheonsa tersenyum. Ini bukan Sehun. Ia sangat hafal tubuh suaminya. Namun ia hanya diam. Ia merasa nyaman dalam pelukan orang itu.

 

 

“Sebesar itukah cintamu pada Sehun?” Cheonsa mengangguk untuk menjawab pertanyaan itu. Orang di belakangnya hanya menghela napas.

 

“Cheonsa..”

 

“Luhan oppa, mengapa kau sangat baik padaku? Bukankah aku orang yang egois?” ucap Cheonsa dengan nada bicara seperti biasanya. Suara yang lembut itu sama sekali tidak berubah.

 

“Cheonsa..”

 

“Aku sangat tahu jika Sehun oppa tak mencintaiku, namun aku masih saja mempertahankannya. Bukankah aku orang yang sangat egois?” Cheonsa tertawa seakan kalimatnya barusan adalah sebuah lelucon yang sangat lucu.

 

“Cheonsa..”

 

“Aku adalah orang yang..”

 

“PARK CHEONSA!”

 

 

Untuk pertama kalinya, Luhan membentak seorang gadis. Ia tak habis pikir bagaimana jalan pikiran gadis yang ia cintai ini.

 

Luhan membalik tubuh cheonsa agar menghadap ke arahnya. Namun apa yang dilihatnya? Hanya senyuman tipis yang masih menghiasi wajahnya. Hati Luhan benar-benar sakit saat ini. Bagaimana bisa Sehun menyia-nyiakan gadis manis di depannya ini? Cheonsa hanyalah gadis kecil yang masih butuh kasih sayang dari orang yang ia cintai.

 

 

Cheonsa butuh kasih sayang dari Sehun, suaminya sendiri.

 

 

“Bisakah aku menggantikan posisi Sehun di hatimu, Cheonsa?” setitik air mata jatuh di pipi Luhan. Senyum Cheonsa pudar. Ia menghapus air mata itu lalu menatap Luhan dalam.

 

“Aku hanya mencintai Sehun oppa..” lirihnya pelan. Kini Luhan dapat merasakan keperihan yang Cheonsa selalu simpan dalam hatinya. Mata hijau cemerlang Cheonsa kini nampak sendu.

 

Luhan tak sanggup. Ia kini mendekatkan wajahnya pada Cheonsa. Menyalurkan rasa sayangnya lewat sebuah ciuman lembut yang selama ini hanya ia bayangkan dalam benaknya. Ia terlalu mencintai Cheonsa, walaupun gadis itu tak pernah mengerti dengan perasan Luhan padanya.

 

Cheonsa hanya diam. Seperti yang telah disebutkan, Cheonsa telah mati rasa. Ia hanya memiliki rasa cinta yang besar untuk Sehun, namun ia tak mencintai hatinya sendiri. Tak merasa kasihan dengan hatinya yang sangat perih bahkan sampai mati. Cheonsa terlalu mencintai Sehun namun lupa untuk mencintai dirinya sendiri.

 

Luhan masih mencium gadis itu, sampai ia rasa Cheonsa mengalungkan lengannya di leher Luhan. Cheonsa, perlahan membalas ciuman lembut Luhan. Sangat manis. Cheonsa bahkan sedang mengingat kapan terakhir kali Sehun menciumnya seperti ini. Tiga bulan yang lalu, sebelum ia tahu bahwa Sehun mempunyai wanita lain di hatinya.

 

Luhan, tanpa kesadaran penuh menggendong Cheonsa dan membaringkannya di ranjang kamar itu. Masih menautkan bibir mereka. Luhan mengelus pipi halus gadis itu. Ia sangat mencintainya, dan bahkan dapat merasakan hati Cheonsa yang perih karena terus mencintai Sehun.

 

Ini salah, Cheonsa tahu ini salah. Cheonsa melepaskan bibirnya dari bibir Luhan, dan kini Luhan menatapnya dengan pandangan meremehkan.

 

 

“Kenapa Cheonsa? Kau mengingat Sehun? Sehun tak mencintaimu. Bahkan jika aku merasakan tubuhmu ataupun membunuhmu saat ini, Sehun tak akan peduli dengan teriakanmu yang memanggil-manggil namanya. Sehun tak mencintaimu, Cheonsa!”

 

 

Cheonsa yang mati rasa pun masih dapat merasakan jika omongan Luhan memang benar. Bahkan sangat tepat sasaran. Sehun tak pernah mencintainya. Cheonsa hanya terdiam, memandang mata Luhan yang sangat menusuk sampai ke hatinya. Apakah sakit hati Luhan adalah cerminan betapa sakit hati dirinya?

 

Cheonsa kembali pada hatinya. Hatinya masih mencintai Sehun. Sehun sudah mengunci hatinya. Hanya Sehun, tak ada yang lain. Bahkan kebaikan hati Luhan pun tak mampu merobohkan dinding cintanya untuk Sehun.

 

 

“Sehun oppa! Sehun oppa! Tolong..” Cheonsa terus memanggil-manggil dengan lirih nama Sehun. Namun pria itu tak kunjung datang. Luhan kini sudah seperti orang yang baru saja mendapatkan boneka kesayangannya.

 

Luhan masih terus mengelus pipi Cheonsa, menenggelamkan dirinya dalam leher Cheonsa. Menikmati setiap detiknya saat ini bersama gadis yang ia cintai.

 

“Teriaklah Cheonsa. Sehun tak akan datang..” bisik Luhan pelan, dan mungkin hati Luhan ikut mati dan hanya ada cinta untuk Cheonsa dalam hatinya.

 

 

Sementara di luar kamar, Sehun hanya terdiam mendengar teriakan Cheonsa. Sekarang ia tahu, apa yang dimaksud Luhan dengan ‘cara penyelesaian masalah’ itu. Luhan benar-benar nekad, pikir Sehun.

 

Sehun tahu, seharusnya ia menerobos ke dalam kamarnya, memukul Luhan, dan merengkuh Cheonsa ke dalam pelukannya. Seharusnya Sehun melindunginya. Namun, ia masih bingung dengan hatinya saat ini. Apakah ia benar mencintai Cheonsa? Apa alasannya menikahi Cheonsa setahun yang lalu? Kasihan? Rasa iba-kah? Atau apa? Ia masih sibuk dengan pikirannya sendiri.

 

 

Cheonsa masih meneriakkan nama Sehun. Luhan sudah mulai melakukan perbuatan yang lebih ekstrim. Ia mengeluarkan sebuah pisau lipat dari dalam saku kemejanya. Ia tersenyum mengerikan. Seperti inikah wujud asli Luhan? Pria sadis yang menyeramkan?

 

“Apa aku bilang, Sehun tak akan datang. Dan, Cheonsa.. Aku lebih baik melihatmu mati lalu menjadi malaikat surga yang cantik dibanding hidup hanya untuk mencintai laki-laki tak berguna seperti Sehun.” ucap Luhan tenang sambil memainkan pisaunya dengan jari-jari tangannya

 

Cheonsa masih berontak dalam kekangan tangan Luhan. Gadis itu masih terus meneriakkan nama Sehun. Cheonsa menangis. Untuk pertama kalinya Luhan melihat gadis yang ia cintai menangis sangat pilu seperti itu.

 

“Sehun! Coba lihat, Cheonsa menangis hanya karena aku ingin membunuhnya! Bagaimana menurutmu? Bukankah Cheonsa adalah parasit dalam hubunganmu dan Hyunna?! Perlu aku bantu untuk melenyapkannya?!” teriak Luhan yang terdengar seperti petir di telinga Cheonsa. Luhan tidak main-main dengan perkataannya.

 

 

Sehun membuka pintu dan benar saja, ia melihat tubuh Luhan mengekang tubuh mungil istrinya dengan pisau berkilau di tangannya. Hyungnya benar-benar sudah gila.

 

“Hentikan, hyung!” teriak Sehun sambil menatap Luhan tajam. Luhan yang ditatap begitu hanya tertawa lalu kini memainkan pisau itu di wajah cantik Cheonsa. Gadis itu hanya terdiam. Ia sudah pasrah dengan hal apapun yang terjadi nantinya.

 

“Kenapa? Aku hanya ingin membantumu menyingkirkan parasit ini.” ucap Luhan sok polos dengan smirk dinginnya. Sehun membulatkan matanya. Bukankah Luhan sangat mencintai Cheonsa?

 

“Kumohon hentikan..” sepanjang mereka hidup bersama, baru kali ini Cheonsa mendengar Sehun memohon seperti itu. Cheonsa tersentuh, berbeda dengan Luhan yang malah tertawa melihat Sehun memohon dengan tidak elit.

 

 

“Terlambat.” ujar Luhan pelan. Luhan menusukkan pisaunya kearah Cheonsa.

 

 

“Luhan oppa!” teriak Cheonsa disertai matanya yang membulat tak percaya.

 

 

Darah segar menempel di mata pisau itu. Pemandangan yang membuat hati Sehun tertohok sedalam-dalamnya. Sehun bahkan menangis sambil menutupi wajahnya. Tangisnya terdengar pilu. Ia masih belum sanggup jika harus kehilangan Cheonsa.

 

 

 

“Sehun oppa..” lirihan gadis itu kini terdengar di telinganya, bersamaan dengan sentuhan sebuah tangan halus di tangannya. Itu tangan Cheonsa.

 

“Ti-tidak mungkin..” lirih Sehun. Cheonsa berlutut di depannya dengan senyum manisnya seperti biasa. Tubuhnya masih utuh, hanya terdapat bercak darah di bajunya. Tunggu, darah siapa itu?

 

“Sudah kubilang kan Sehun, aku punya caraku tersendiri untuk menyelesaikan masalah.” ucap Luhan santai lalu langsung berlalu meninggalkan Cheonsa yang tersenyum dan Sehun yang tercengang.

 

 

Sehun melihat tangan kiri Luhan yang mengeluarkan banyak darah. Jadi.. Tadi itu hanya.. Sehun masih bingung dengan hal yang terjadi beberapa detik yang lalu. Ia masih memandang tak percaya Cheonsa yang tersenyum manis kearahnya.

 

“Aku tak tahu jika Luhan oppa hanya pura-pura. Aktingnya sangat keren, aku benar-benar takut.” ujar Cheonsa sambil membantu Sehun berdiri.

 

Sehun masih syok. Sangat. Bagaimana bisa hyungnya yang selama ini ia kira sebagai good person tiba-tiba berbuat hal konyol seperti itu? Sehun hanya terdiam di tempatnya. Cheonsa tersenyum lalu menarik tangan Sehun lembut dan membantu suaminya itu duduk di pinggir ranjang.

 

“Aku mau mengobati luka Luhan oppa dulu.” ujar Cheonsa pelan lalu meninggalkan Sehun yang sampai detik ini masih enggan mengeluarkan suaranya.

 

 

Cheonsa menghampiri Luhan yang sedang berdiri di depan wastafel, membersihkan darah yang masih keluar cukup banyak. Luhan yang menyadari kehadiran seseorang lantas berbalik dan tersenyum saat mendapati Cheonsa sedang berjalan ke arahnya.

 

“Luhan oppa melakukan hal konyol.” ucap Cheonsa sebelum kini ia terfokus pada luka Luhan. Luhan dan Cheonsa duduk di kursi ruang makan, dengan Cheonsa yang sedang menggulung perban di lengan Luhan.

 

Mereka larut dalam keheningan. Cheonsa terlalu fokus pada luka yang cukup besar itu, dan Luhan terlalu fokus untuk memandangi bidadari di hadapannya. Luhan hanya tersenyum sambil memperhatikan wajah Cheonsa yang sangat cantik. Gadis itu semakin cantik setiap harinya.

 

Terkadang Luhan berpikir, mengapa bukan ia saja yang menikahi Cheonsa waktu itu? Mengapa ia harus menuruti permintaan bodoh Sehun jika nyatanya saat ini Sehun tak peduli pada Cheonsa? Luhan sadar jika ia terlambat, karena hati Cheonsa sudah terlanjur terkunci dalam ruang cinta Sehun.

 

 

“Luhan oppa..” panggilan itu membuyarkan lamunan Luhan. Ia tersenyum menatap Cheonsa lembut.

 

“Apakah oppa juga yang akan mengurus pernikahan Sehun oppa dengan Hyunna eonnie?” tanya Cheonsa yang masih fokus mengobati lengan Luhan. Pria itu seketika membulatkan matanya.

 

Perasaan bersalah kembali meliputi hatinya. Cheonsa, kenapa gadis rapuh itu harus bersembunyi dalam sosok wanita tegar seperti itu? Ya, memang benar pernikahan Sehun yang kedua ini Luhan juga yang mempersiapkannya. Sehun tadi membujuk Luhan, sebelum terjadi insiden yang membuat Sehun menangis tertunduk seperti tadi.

 

 

 

Hyung, lusa aku akan menikah dengan Hyunna. Tolong urus segala keperluannya.” hanya dengan satu kalimat itu, emosi Luhan sudah mencapai puncak.

 

“Sehun, kau..”

 

“Aku akan bilang pada Cheonsa saat ini juga.” Sehun langsung berjalan meninggalkan Luhan.

 

“OH SEHUN!” Luhan mengepalkan tangannya. Sehun sudah benar-benar keterlaluan.

 

 

 

“Luhan oppa..” Cheonsa mengayunkan telapak tangannya di hadapan Luhan. Luhan sadar dari lamunannya tentang kejadian sore tadi, saat Sehun meminta hal yang membuatnya sangat emosi.

 

Hm?” Luhan hanya menatap Cheonsa dengan wajah polosnya, seolah tak ada apapun dalam pikirannya.

 

“Sudah selesai. Aku ke kamar dulu, ne? Oppa anggap saja rumah sendiri.” Cheonsa tersenyum lalu pergi meninggalkan Luhan yang masih terdiam.

 

 

Bukankah tadi Cheonsa menanyakan tentang pernikahan Sehun? Mengapa ia langsung pergi? Gadis itu memang sedikit aneh, dan Luhan merasakan perubahan Cheonsa. Setahun yang lalu ia tidak seperti itu. Ia masih bisa dikategorikan ‘normal’. Namun sekarang? Apa karena pengaruh sakit hati yang selama ini ia pendam sendiri?

 

0o0

 

Sehun sedang duduk menyandar kepala ranjang sambil membaca buku saat Cheonsa masuk ke dalam kamar mereka. Cheonsa hanya tersenyum saat melihat Sehun lalu terus berjalan menuju lemari pakaiannya. Ia mengambil piyama tidurnya lalu masuk ke kamar mandi.

 

Sehun yang tersadar akan kehadiran Cheonsa seketika menutup bukunya. Ia harus bicara dengan istrinya saat ini. Ia harus memantapkan hatinya. Apakah ia benar mencintai Cheonsa? Atau memang benar hanya rasa kasihan yang ia rasakan pada Cheonsa?

 

Cheonsa keluar dengan piyama tidur yang membuatnya terlihat semakin menggemaskan. Sehun baru tersadar. Cheonsa masihlah remaja yang dalam seumurannya ini sedang sangat manja-manjanya, namun ia tak pernah meluangkan waktunya hanya untuk sekedar bermesraan dengan istrinya.

 

Cheonsa naik ke atas ranjang lalu membaringkan tubuhnya di samping Sehun. Gadis itu membelakangi Sehun, yang membuat Sehun langsung melengos di tempat. Apakah sekarang Cheonsa jadi dendam kepadanya? Apakah sosok istrinya yang lembut dan murah senyum kini berganti menjadi gadis yang dingin? Sehun merasa sedikit bersalah dan kecewa. Baru saja ia ingin mengajak Cheonsa bicara, namun gadis itu malah mengacuhkannya.

 

Sehun memutuskan untuk meruntuhkan tembok esnya kali ini. Ia menaruh buku itu di atas meja nakas samping tempat tidur, lalu membaringkan tubuhnya. Ia memeluk Cheonsa dari belakang, menenggelamkan kepalanya dalam rambut blonde istrinya. Tak ada pergerakan dari Cheonsa, Sehun memeluknya semakin erat. Ia menyingkap rambut panjang Cheonsa, dan kini malah menciumi tengkuknya.

 

Cheonsa mulai menggeliat kecil, merasa geli dengan kegiatan Sehun. Cheonsa memegang lengan Sehun, mencoba untuk melepaskan pelukan suaminya itu. Namun nihil. Sepertinya Sehun ingin bermain-main dengan istrinya saat ini.

 

 

Oppa..lepas..” bukannya melepaskan lengannya, Sehun malah semakin mempererat pelukannya pada pinggang Cheonsa.

 

 

Cheonsa yang merasa sedikit risih langsung membalikkan tubuhnya menghadap Sehun, mencoba memohon kepada suaminya itu bahwa ia sangat lelah. Cheonsa menatap mata Sehun. Ia merasakan ada sesuatu yang berbeda dalam mata suaminya. Seperti pancaran sinar yang seingatnya sudah lama tak pernah ia lihat. Sinar kasih sayang yang tulus.

 

“Cheonsa..” panggil Sehun lembut. Cheonsa terdiam. Matanya membulat, yang membuatnya terlihat sangat menggemaskan di mata Sehun.

 

“Berapa umurmu saat ini?” Cheonsa mengedipkan kedua kelopak matanya, memasang wajah polos atas pertanyaan aneh Sehun barusan. Untuk apa menanyakan umurnya?

 

“Sembilan belas tahun, oppa.” jawab Cheonsa, masih dengan wajah bingungnya yang menggemaskan.

 

Tanpa aba-aba, tangan Sehun kini tengah asik mengacak-ngacak poni Cheonsa, yang membuat pemiliknya langsung berteriak heboh karena dapat serangan mendadak. Tidak berhenti disitu, Sehun malah mengelitiki pinggang Cheonsa, membuat Cheonsa serta-merta refleks memeluk Sehun dan memohon untuk menghentikan kegiatan menggelikan itu.

 

Oppaa..haha..ge-geli..haha..” hanya teriakan Cheonsa dan tawa Sehun yang mendominasi dalam kamar mereka.

 

 

Sehun, entah mengapa ia tersenyum sangat tulus. Melihat tawa Cheonsa saat ini ia merasakan sebuah kebahagiaan yang sepertinya sudah lama tak tersentuh dalam kehidupannya. Cheonsa benar-benar bagaikan sosok malaikat yang menerangi hidupnya tanpa ia sadari. Ia mencintai Cheonsa.

 

 

Sehun mencintai Cheonsa.

 

 

“Aku..mencintaimu..”

 

Cheonsa membulatkan matanya. Itulah kali pertamanya Sehun mengucapkan dua kata sederhana namun berjuta makna di dalamnya. Cheonsa merasa pendengarannya sedang bermasalah. Ia masih terus mengerjapkan matanya melihat ekspresi Sehun yang entah mengapa tersirat rasa tulus disana.

 

 

Apakah ini akhir dari kisah menyedihkan mereka? Apakah ini sebuah awal dari perasaan cinta yang kembali dipersatukan?

 

 

 

“Menikahlah, oppa.” ucap Cheonsa setelah ekpresi wajahnya kembali seperti semula.

 

 

Kali ini Sehun yang membulatkan matanya. Apa..apa maksudnya? Mengapa Cheonsa bicara seperti itu? Sehun menyentuh kening Cheonsa, memastikan bahwa istrinya itu tidak sedang sakit ataupun mengigau. Ini pasti salah. Mengapa gadis itu menyuruhnya pergi sedangkan ia sudah mulai memantapkan hatinya?

 

“Aku ini istrimu, oppa. Aku mengenalmu dari luar dan dalam. Aku hafal segala ekspresimu. Separuh hatiku ada padamu. Aku bisa merasakan.. bahwa oppa hanya menyayangiku. Oppa menyayangiku karena kau merasa wajib untuk melindungiku..”

 

 

Sehun hanya diam. Apakah ini curahan hati Cheonsa yang terpendam selama ini? Apakah begitu sakitnya apa yang ia rasa? Sehun tertohok sampai ke rongga hatinya yang terdalam. Selama ini ia hanya mementingkan egonya semata. Ia tak pernah melihat betapa menyedihkan menjadi seorang Park Cheonsa.

 

 

“Kau tidak mencintaiku, oppa. Kau mencintai orang lain. Aku tahu, karena secara tak langsung, aku merasakan apa yang oppa rasa. Pergilah, oppa. Cintai orang yang berhak oppa cintai. Dengan begitu, mungkin aku juga bisa belajar mencintai orang yang mencintaiku.”

 

 

Cheonsa memeluk Sehun erat. Ia ingin menyimpan lebih banyak memori tentang Sehun sebelum membiarkan suaminya pergi dari hadapannya. Pergi dari kehidupannya. Kelak, Cheonsa akan merindukan segala hal tentang Oh Sehun.

 

 

“Ceraikan aku, dan izinkan aku bahagia dengan sahabatmu. Aku melepasmu, oppa.”

 

 

Itulah ucapan terakhir Cheonsa sebelum ia jatuh ke dalam alam mimpinya. Meninggalkan Sehun yang entah sejak kapan sudah berlinang air mata.

 

0o0

 

Cheonsa melamun memandang langit senja yang begitu indah di hadapannya. Segelas susu hangat kesukaannya menemani sorenya yang tenang. Ia masih terus duduk di teras rumah, menunggu seseorang pulang dengan senyum merekah yang entah sejak kapan mulai ia rindukan.

 

Sebuah mobil memasuki pekarangan rumah, dan muncul pria berambut coklat dari balik pintunya. Pria dengan senyum manis yang selalu ia tunjukkan di depan istri tercintanya. Cheonsa mencoba bangkit dari duduknya, namun pria itu langsung menyuruhnya duduk kembali.

 

Luhan, pria itu telah mendapatkan gadis yang selama ini ia kira tak akan pernah memandang rasa cintanya. Tak pernah terpikirkan dalam benak Luhan sebelumnya bahwa ia akan merasakan sebuah kebahagiaan yang menurutnya hanyalah sebuah angan belaka, mengingat seberapa besar cinta Cheonsa pada sahabatnya.

 

Luhan duduk disamping Cheonsa, bermanja dengan istrinya karena pekerjaan hari ini yang sangat melelahkan. Luhan selalu menggoda Cheonsa yang diakhiri dengan tawa mereka berdua. Sungguh pasangan yang akan membuat iri siapa pun yang melihatnya.

 

 

“Aku tak pernah menyangka akan menikah dengan ahjussi sepertimu.” ledek Cheonsa pada Luhan yang langsung dihadiahi tatapan tajam dari sang suami.

 

“Kita hanya terpaut tujuh tahun, sayang..”

 

Cheonsa hanya tertawa mendengar nada bicara Luhan yang sok imut dan manja itu. Luhan mengalihkan perhatiannya pada hal lain yang lebih penting daripada istrinya yang terkadang menjengkelkan.

 

 

“Aku ngambek padamu. Lebih baik aku bicara dengan si kecil saja.”

 

Luhan mengelus perut Cheonsa yang sudah mencapai ukuran maksimalnya, sembilan bulan. Ia mendekatkan telinganya, mencoba mendengar si kecil di dalam sana. Cheonsa hanya mengembungkan pipinya. Luhan memang ahjussi menyebalkan kesayangannya.

 

“Hey, bagaimana keadaanmu di dalam sana? Ibumu menyebalkan, kau tahu? Ayah akan memastikan bahwa kamu nanti tidak menyebalkan seperti ibumu.”

 

Ya! Luhan oppaa!

 

“Tuh, kan. Ibumu sangat cerewet.”

 

 

Kini Luhan yang tertawa setelah sukses membuat Cheonsa kesal. Begitulah keseharian mereka, dipenuhi canda tawa dan kegembiraan di setiap harinya. Sepertinya kehidupan mereka sudah mencapai puncak kebahagiaannya. Dengan tambahan seorang lagi nantinya yang akan mewarnai kehidupan mereka.

 

Cheonsa tersenyum melihat kebahagiaan terpancar dari wajah Luhan. Entah kenapa setiap ia melihat Luhan, ia jadi teringat dengan Sehun. Pria yang selalu mengisi rongga terdalam hatinya. Bagaimanapun juga, nama Oh Sehun tak akan pernah terhapus dari hati Cheonsa. Tak akan.

 

 

Tawa Luhan terhenti ketika ia melihat Cheonsa memandanginya. Tatapan Cheonsa yang lembut membuatnya terhanyut dalam ruang cinta di sekeliling mereka. Luhan kini mendekatkan wajahnya pada Cheonsa, seakan ada magnet yang menarik dirinya. Dan hampir saja bibir mereka bertemu sebelum..

 

Akh..oppa.. Sepertinya bayinya..akan..keluar.” Cheonsa menahan sakit yang sangat, membuat Luhan dengan segera menggendongnya menuju mobil.

 

 

“Kamu berat sekali, sayang..”

 

 

Masih sempatnya ia bercanda di saat genting seperti ini. Luhan membawa mobilnya dengan kecepatan penuh. Dalam hati terus berdoa semoga semuanya baik-baik saja. Beberapa menit, dan mereka telah sampai di rumah sakit bersalin di pusat Seoul.

 

Luhan menunggu dengan segala kecemasan yang menguasai dirinya. Ia terus berdoa agar Cheonsa dan anak mereka nanti diberi kesehatan. Luhan terus memejamkan matanya. Memberikan sugesti ketenangan pada dirinya sendiri. Membayangkan diri mereka nanti di masa depan, dengan menggandeng seorang anak dalam genggaman mereka.

 

 

“Anda suaminya?”

 

 

Luhan langsung mengangguk dan sang dokter memberikan beberapa penjelasan. Anak mereka selamat, syukurlah. Dan Cheonsa ingin bertemu dengannya. Luhan segera memasuki ruang persalinan dan melihat Cheonsa dengan wajahnya yang pucat dan terlihat lemas.

 

 

Oppa..”

 

Luhan dengan sigap duduk di tepi ranjang. Merangkul Cheonsa dan membuat istrinya senyaman mungkin. Ia mengelus rambut bergelombang Cheonsa dengan lembut dan menggenggam tangannya. Terasa dingin. Perasaan Luhan menjadi tidak enak. Mungkinkah..ini sebuah pertanda?

 

“Bayinya sangat menggemaskan dan tampan. Mirip seperti ayahnya.” ucap Luhan dengan senyum, antara ikhlas dan tidak.

 

 

Tepat dugaannya. Luhan sudah mengira bahwa jika bayinya perempuan akan cantik seperti Cheonsa. Dan jika laki-laki..

 

“Waktuku tidak banyak, oppa.. Biarkan ayahnya melihat wajah si kecil. Aku menyayangimu, oppa. Selamat tinggal..”

 

 

Bunyi monoton terdengar di seluruh penjuru ruangan. Luhan tersenyum, dengan bulir air mata yang terus berlinang di pipinya. Cheonsa pergi. Meninggalkannya dengan berbagai kenangan manis yang tak akan pernah ia lupakan. Luhan mencium kening Cheonsa untuk terakhir kalinya. Menambahkan aroma mawar dalam list wewangian yang ia suka.

 

 

 

Annyeong, nae cheonsa..”

 

0o0

 

Luhan menapakkan kakinya di jalan setapak sebuah taman yang sangat sepi. Hanya angin yang berhembus meramaikan suasana. Luhan terus berjalan, menetapkan tujuannya pada satu tempat. Si kecil dalam gendongannya terus tertawa sambil menepukkan kedua tangannya. Luhan hanya tersenyum sambil terus menggoda si kecil.

 

 

“Kamu senang ya akan bertemu dengan ayah?”

 

 

Bayi itu masih terus tertawa, membuatnya terlihat sangat menggemaskan. Dan setelah berjalan cukup jauh, akhirnya mereka sampai di tempat tujuan. Luhan langsung duduk di rumput yang terlihat segar, dengan si kecil di pangkuannya. Bayi itu merangkak dan menyentuh batu di depannya. Luhan tertawa melihat tingkah menggemaskan anaknya.

 

“Bagaimana kabarmu, Sehun? Maaf aku baru bisa kemari sekarang. Aku harus menunggu umurnya enam bulan dulu baru boleh mengajaknya kemari. Apakah disana kamu bertemu Cheonsa? Semoga kalian bahagia, ya. Oh iya, namanya Sena. Ia sangat mirip denganmu..”

 

 

Dan Luhan terus bermonolog di depan batu nisan itu. Oh Sehun, sungguh sahabatnya yang malang. Ia meninggal bunuh diri tepat dihadapannya dan Cheonsa. Kejadian pahit yang tak akan pernah ia lupakan. Dimana saat Sehun memohon untuk kembali pada Cheonsa, sedangkan gadis itu sudah terlanjur memantapkan hatinya untuk meninggalkan Sehun.

 

 

 

“Cheonsa, kumohon..kembalilah padaku..”

 

“Tidak bisa oppa.” Cheonsa tersenyum memandang mata sayu Sehun.

 

“Aku akan bunuh diri di depan kalian jika kau tidak kembali padaku!” Sehun sudah mengacungkan pisau yang ia pegang.

 

“Cheonsa, kembalilah pada Sehun..”

 

“Tidak, Luhan oppa. Aku tak mau.”

 

Dan selanjutnya hanya suara kesakitan Sehun dan kepanikan Luhan yang terdengar. Serta wajah datar Cheonsa yang menyiratkan rasa sakit melihat kematian orang yang paling ia cintai.

 

 

 

Luhan tiba-tiba menangis mengingat peristiwa itu. Melihat sahabatnya sendiri mati di hadapannya dan ia tak mampu melakukan apapun. Sehun terlalu bodoh. Ia menyesal disaat yang tidak tepat. Dan penyesalan memang selalu datang disaat yang tidak tepat.

 

Dan Luhan juga masih mengingat percakapannya dengan Cheonsa sebelum mereka menikah. Tentang rahasia yang Cheonsa pendam sendiri tanpa seorangpun mengetahuinya. Dibawah sinar bulan malam itu, sebuah rahasia berhasil terungkap.

 

 

 

“Kenapa kamu membiarkan Sehun mati, Cheonsa?”

 

“Aku tak tahu, oppa. Aku hanya tak ingin janin ini tahu jika ia hadir tanpa rasa saling cinta dari kedua orangtuanya..”

 

“Ja-janin?”

 

“Aku mengandung anak Sehun oppa.”

 

 

 

Kala itu, Cheonsa langsung menangis dalam dekapan Luhan. Mengeluarkan emosinya yang selama ini terpendam. Dan saat mereka menikah, Luhan sudah berjanji akan menganggap bayi itu seperti anaknya sendiri.

 

 

Senja perlahan terbias di langit. Sudah saatnya Luhan pulang. Tak baik jika ia masih berkeliaraan saat membawa bayi dalam gendongannya.

 

“Sudah ya, Sehun. Kami pulang dulu. Sena, bilang sampai jumpa pada ayah.”

 

Bayi kecil itu seakan melambaikan tangannya pada batu nisan di depannya. Luhan tertawa dan mencubit pipi anaknya sayang. Lalu ia meninggalkan taman pemakaman tempat sahabatnya beristirahat dengan tenang.

 

 

 

FIN

 

 

Annyeong^^ Akhirnya kelar juga ya. Maaf atas segala kekurangan. Ternyata ff ini selesai duluan daripada yang lainnya. Ga gantung kan? hehehe doakan semoga ff lain bisa dibuat dengan lancar. Kamsahamnida and annyeong^^



My Adorable Ghostgirl (Chapter 1)

$
0
0

adfdhgk

Title: My Adorable Ghostgirl

Main Cast: Oh Se Hun (EXO), Yoon Cheon Sa (OC)

Supported Cast: Luhan (EXO), and the others will appear soon

Author: Ahra storyline

Rating: PG-16

Genre: Romance, Fantasy

Length:  Multi Chapter

Disclaimer: All the cast belongs to the God, their agency and family. Author just borrow them. Don’t bash and good readers are welcoming.

Summary: Yoon Cheon sa adalah seorang gadis berusia 18 tahun yang mengalami kecelakaan saat ia berusaha melarikan diri dari pertunangannya dengan seorang namja berusia 19 tahun bernama Oh Se Hun. Kecelakaan itu lalu membuatnya terbaring koma selama beberapa bulan dan roh dari gadis itu mulai pergi dari tubuhnya dan tinggal di sebuah apartemen milik seorang namja yang bisa melihat wujudnya yang tak lain merupakan calon tunangannya sendiri, Oh Se Hun.

 

 

Chapter 1

Author’s Point Of View

Salju mulai turun di Seoul. Tepatnya pada tanggal 2 Desember 2013. Hari dimana seorang gadis bernama cheon sa harus bertunangan dengan namja yang sama sekali tidak dikenalnya.

Namun ia berusaha lari dari semua itu. Di tengah salju yang tengah turun, kini ia berlari dengan menggunakan dress putih selutut yang akan dikenakannya saat acara pertunangan nanti. Tak dihiraukannya rasa dingin yang tengah menusuk hingga ke tulangnya. Ia menangis dan membiarkan riasan di wajahnya luntur. Ia sama sekali tidak peduli dengan semua itu. Yang ia pikirkan kini ialah ia harus menolak pertunangan itu.

Melarikan diri mungkin satu diantara ratusan cara yang mungkin dilakukan oleh Cheon sa meskipun ia kini sama sekali tak tahu kemana kedua kakinya akan pergi melangkah. Ia sama sekali tak tahu kemana ia akan pergi.

Tanpa disadari Cheon sa, ia menyeberang jalan raya itu tanpa memperhatikan sisi kiri dan kanannya. Ia terus berlari dan sebuah mobil nampak melaju ke arahnya. Sorot lampu mobil itu menyilaukan mata cheon sa saat ia menoleh ke sampingnya.

Semuanya terjadi begitu cepat, bahkan sebelum cheon sa mampu menghindar. Ia hanya bisa terpaku di tempatnya dan membiarkan mobil itu menabrak keras tubuhnya dan membuatnya terkapar di jalan raya dengan kepala yang bersimbah darah.

Sementara itu, orang-orang di sekitarnya berlari ke arahnya dan terkejut saat melihat seorang gadis muda tengah tergeletak dengan kepala yang bersimbah darah. Cheon sa tak sadarkan diri. Dress putihnya ternoda darah dan salju disekitarnya pun tak berwarna putih lagi.

“ya! Cepat panggil 911! Panggil ambulans!” teriak seseorang. Beberapa dari orang-orang itu lalu menelepon 911 dan tak lama setelah itu ambulans pun datang dan membawa gadis itu ke rumah sakit.

“benarkan kata ku? Dia saja menghilang, berarti dia juga menolak pertunangan ini, appa” seorang namja bernama sehun nampak melepas jas putih yang sedari tadi digunakannya. Ia melonggarkan dasinya dan duduk di salah satu kursi di ruang makan.

“tidak mungkin, Sehun-ah, dia sudah mengatakan pada eomma dan appa nya kalau dia setuju dengan pertunangannya dengan mu, mungkin dia hanya sedang ada masalah” ujar eomma.

“eomma, appa, tidakkah sebaiknya pertunangan ini di batalkan saja? “ ujar sehun pada eomma dan appa ny.

“tidak akan, sehun-ah. Tidak akan pernah. Eomma dan appa sudah menjodohkanmu dengan yeoja itu sejak kau masih kecil. Dan kami memutuskan untuk mempertemukan kalian saat ini” ujar appa sambil mengambil segelas air minum dihadapannya.

“appa, eomma, bagaimana aku akan menyukainya jika aku saja belum pernah bertemu dengannya, aku pun belum mengenalnya sama sekali” sanggah sehun. Ia meraih gelas di hadapannya dan meminum air mineralnya.

“kau pasti bisa, sehun-ah. Kalian hanya harus saling beradaptasi” ujar eomma.

“aku pergi dulu,” sehun meraih jas putihnya dan mengambil kunci mobilnya yang ada di atas meja.

“kau mau kemana, sehun-ah?” tanya appa.

“pulang ke apartemen” jawab sehun singkat tanpa menoleh pada eomma dan appanya.

“wae? Eomma kira kau akan menginap disini” ujar eomma dengan nada terdengar kecewa.

“shirreo” sehun melangkahkan kakinya keluar rumahnya dan meninggalkan eomma dan appanya yang hanya bisa menghela nafas berat saat melihat sikap anaknya yang begitu keras kepala itu.

Sehun masuk ke dalam mobilnya dan segera  melaju ke apartemennya. Sehun tinggal berbeda tempa t dengan eomma dan apanya. Ia sudah 19 tahun dan ia pikir ia sudah cukup dewasa untuk tinggal sendiri dan tidak merasa terkekang oleh eomma dan appanya. Tapi, rupanya ia salah. Dengan tidak tinggal satu rumah dengan eomma dan appanya pun ia masih bisa diatur-atur oleh eomma dan appanya. Seperti masalah pertunangan kali ini.

Sehun memutuskan untuk menuju rumah sakit yang terletak di cheondamdong. Ia memutuskan untuk bertemu dengan hyungnya dulu, Luhan, yang merupakan dokter muda di rumah sakit itu.

Terkadang, eomma dan appa sehun terlalu berpatokan terhadap luhan, hyungnya. Eomma dan appa nya ingin Sehun menjadi seperti hyungnya. Luhan Hyung adalah sosok berprestasi dalam segala bidang. Ia adalah lulusan Harvard university of Medical department. Selain itu, Luhan hyung juga mendapat berbagai penghargaan, ia juga merupakan seorang siswa yang pernah melakukan pertukaran pelajar ke Inggris. Ia juga mampu menganalisis masalah dalam bidang bisnis dan ekonomi, oleh karena itu, Luhan hyung bisa dipastikan menjadi pewaris perusahaan appa nya kelak.

Sehun mengerutkan keningnya saat ia melihat ada sedikit kemacetan didekatnya. Orang-orang nampak bergerombol di depan nya.

“mwoya? Ada kecelakaan?” gumam sehun. Ia memutuskan untuk tidak turun dari mobilnya dan menunggu kemacetan itu berakhir.

“yeoja itu berlari dari arah sana, kulihat ia sedang menangis dan mungkin ia tidak memperhatikan jalan dan ia tertabrak disini” ujar seseorang yang mungkin merupakan seorang saksi mata dari kecelakaan itu.

“berapa kira-kira umurnya?” tanya seorang polisi yang sedari tadi sibuk menanyakan perihal itu.

“umurnya sekitar 18-19 tahun. Gadis itu sangat cantik dan masih sangat muda” ujar orang itu lagi.

“apa ada benda milik korban yang terjatuh disini?” tanya polisi itu lagi.

“ah ne, saya menemukan tas kecil ini. mungkin di dalamnya ada dompet dan kartu identitas nya. Saya tidak tahu pasti karena saya belum membukanya sama sekali” ujar orang itu sambil menyerahkan sebuah tas kecil berwarna putih yang dipastikan adalah tas milik gadis yang tertabrak itu.

“aigoo, ada apa dengan orang jaman sekarang? Mereka frustasi lalu mencoba bunuh diri dengan menabrakan diri? Konyol sekali” gumam sehun di dalam mobil. Ia masih menunggu kemacetan itu reda dan setelah beberapa saat lamanya akhirnya ia bisa kembali melajukan mobilnya ke rumah sakit tempat hyungnya.

Cheon sa terduduk di sebuah kursi di koridor UGD. Ia menelungkupkan wajahnya di kedua telapak tangannya. Ia menangis. Terlebih saat ia melihat dirinya sendiri yang dilarikan ke rumah sakit dan masuk ke UGD.

Fakta menyakitkan yang harus ia terima ialah, ia kini diambang kematian. Jiwanya telah terpisah dari tubuhnya dan kini ia hanya bisa mengambang diantara dua kemungkinan. Ia masih akan hidup atau dia akan mati.

Ia menyadari hal itu saat ia terus menanyakan segala hal yang mengusik pikirannya pada orang-orang yang disekitarnya, namun tak ada satupun dari mereka yang mendengarnya. Seolah-olah semua orang disekitarnya tak menyadari bahwa cheon sa ada di dekat mereka.

Tangis cheon sa semakin pecah saat ia kembali mengingat bagaimana keadaannya tadi. Kepalanya bersimbah darah dan nampak beberapa memar di bagian tubuhnya yang lain akibat benturan. Ia juga melihat pakaiannya yang sudah bersimbah darah dan hal itu semakin membuat cheon sa takut.

“apa yang akan terjadi padaku?”  gumam cheon sadi dalam tangisannya. Satu lagi kekhawatiran yang datang adanya, ia khawatir tentang perasaan eomma dan appanya jika mereka mengetahui kejadian yang tengah menimpa pada anak mereka satu-satunya.

“Hyung!” Sehun masuk ke ruangan Hyung nya namun ia sama sekali tak mendapati  hyungnya di dalam ruangannya. Ruangan itu kososng tanpa ada seorang pun di dalam sana. Sehun lalu hanya memutuskan untuk duduk sambil menunggu kedatangan Hyungnya. Mungkin hyungnya sedang memeriksa kondisi pasien lain.

“anda mencari siapa?” seorang suster lalu datang dan menegur Sehun. Sehun menolehkan kepalanya pada suster itu dan tersenyum simpul padanya.

“saya sedang mencari Dr. Luhan, apa anda melihatnya?” tanya sehun pada suster itu.

“Dr. Luhan sedang menangani pasien baru. Dr. Luhan sedang berada di UGD sekarang” ujar suster itu.

“ah jinjja, apakah akan lama?”

“geuresseyo, saya tidak yakin. Mungkin, karena biasanya operasi itu memerlukan waktu yang cukup lama” ujar suster itu.

“ah begitukah, kalau begitu, saya pikir saya pergi saja, kamsahamnida” ujar sehun sambil membungkukkan badannya sedikit pada suster itu dan beranjak keluar dari ruangan hyungnya.

“aish,padahal ada hal yang ingin kuceritakan padanya, dia selalu sibuk saat aku sedang ingin menceritakan sesuatu padanya” keluh Sehun.

Sehun berjalan melalui ruang UGD tempat hyungnya sekarang berada. Ia melihat ke arah koridor UGD itu. Nampak sepi dan hanya ada seorang gadis yang tengah menangis tersedu-sedu sendirian. Gadis itu nampak menyembunyikan wajahnya di balik kedua telapak tangannya.

Sehun berjalan mendekati gadis yang tengah menangis itu. Gadis itu lalu menghentakkan kakinya hingga high heelsnya terlepas dari kakinya dan jatuh tepat di hadapan kaki Sehun.

Sehun memungut high heels gadis itu dan berjalan mendekatinya. Sehun lalu duduk di samping gadis itu dengan hati-hati.

“agasshi,” tegur sehun. Gadis itu masih terdengar menangis dan tidak menolehkan kepalanya sama sekali pada Sehun.

“agasshi, kau melemparkan sepatumu” ujar Sehun.

Gadis itu menghentikan tangisnya dan perlahan ia menjauhkan telapak tangannya dari wajahnya. Perlahan ia mulai menolehkan wajahnya ke arah Sehun dan menatap namja itu.

“kau melemparkan sepatumu, yeogi” Sehun memperlihatkan high heels itu pada gadis itu. Gadis itu lalu mengalihkan pandangannya pada high heels nya yang masih berada ditangan Sehun.

“neo..” ujar gadis itu.

“wae?” tanya sehun bingung.

“kau.. kau bisa.. melihatku?” tanya gadis itu dengan hati-hati.

“ya, agasshi, tentu saja. Mengapa tidak. Aku tidak buta, agasshi” ujar Sehun yang terus berusaha menahan tawanya.

“jinjja?” tanya Cheon sa.

“ya, ada apa dengan mu, agasshi, ah ne, aku Oh Se Hun” ujar Sehun sambil tersenyum dan mengulurkan tangannya untuk berjabat dengan gadis itu.

Gadis itu menatap uluran tangan sehun di udara. Ia masih ragu, apakah ia mampu menjabat tangan itu.

Perlahan tangan gadis itu terangkat dan menyambut tangan Sehun, “Yoon Cheon Sa imnida” ujar gadis bernama Cheon sa itu. Sehun sedikit terkejut saat gadis itu menjabat tangannya.

“ya, cheon sa-ssi, tangan mu dingin sekali. Sekarang sedang musim dingin dan kau hanya menggunakan dress itu tanpa mantel, ya, kau hebat sekali” ujar Sehun.

Cheon sa terdiam. Ia tidak sedang dalam mood baik untuk tersenyum. Tak lama setelah itu, pintu ruangan UGD itu terbuka dan keluarlah Luhan Hyung bersama dengan asisten dokter dan suster-suster lainnya.

“hyung!” sapa Sehun. Ia berdiri dari tempatnya dan segera menghampiri hyungnya yang baru saja keluar dari ruang UGD.

“ya! Sehun-ah, kau disini? Bagaimana dengan pertunanganmu? Apakah berjalan lancar? Ya, maafkan aku karena aku tidak bisa datang ke pertunangan mu karena aku sangat sibuk. Bahkan hari ini aku sedang mendapat pasien baru. Dia gadis yang masih muda dan sangat cantik, tapi ia harus mengalami koma karena benturan yang terlalu keras dan mengganggu kinerja otaknya” ujar Luhan hyung. Sehun hanya mengangguk-angguk mendengar penjelasan hyungnya.

“eoh, apakah pasien di dalam itu adalah keluarga gadis disana itu? Sehun menunjuk seseorang di belakangnya tanpa berusaha menoleh ke belakang. Sementara itu, Luhan hyung hanya bisa mengerutkan keningnya bingung.

“nugu?” tanya luhan hyung bingung.

“gadis itu, dia.. eoh dimana dia?” Sehun menoleh ke belakang dan ia sama sekali tak mendapati gadis bernama Cheon sa itu.

“nuguya?” tanya luhan hyung.

“tadi dia ada di sana, dia duduk di kursi itu sambil menangis. Kukira ia adalah keluarga gadis yang kau operasi di dalam, hyung” jelas Sehun.

“tapi setahuku gadis ini hanya sendiri. tak ada keluarga yang datang bersamanya karena ia adalah korban tabrak lari. Identitasnya pun belum diketahui dan sekarang polisi sedang berusaha mengetahui identitas dan keluarganya” jelas Luhan hyung.

“ya, hyung. Jelas-jelas aku sedang berbicara dengan seseorang di koridor ini. mana mungkin aku salah, lagipula, tidak mungkin kan kalau aku berbicara dengan..hantu?” tanya Sehun pada dirinya sendiri.

“ya! Hyung ingin istirahat dan kembali ke ruangan. 1 jam lagi aku akan kembali melakukan pemeriksaan pada pasien itu. Kau mau ikut ke ruangan ku?” tawar Luhan hyung.

Sehun menggeleng, “ani, kupikir sebaiknya aku harus segera kembali ke apartemen ku, aku terlalu bingung hari ini. banyak hal-hal aneh terjadi, baiklah hyung, na ka!” Sehun melambaikan tangannya pada Luhan Hyung dan berjalan keluar dari rumah sakit itu dan masuk ke mobilnya dan a segera melaju ke apartemennya.

“Dimana anak itu? Kenapa ia belum pulang juga? “ appa cheon sa nampak khawatir dengan anak perempuan satu-satunya itu yang sampai sekarang belum kembali pulang ke rumahnya.

“sudah kau hubungi handphonenya?” tanya eomma Cheon sa pada appa cheon sa. Appa cheon sa mengangguk.

“aku sudah mencobanya, tapi handphonenya tak bisa dihubungi” ujar appa cheon sa.

Tak lama setelah itu, ponsel appa cheon sa berdering. Sebuah nomor yang tak dikenali appa cheon sa masuk di handphonenya.

“yoboseyo, nuguseyo” ujar appa cheon sa.

“dengan keluarga Yoon?” tanya orang di seberang telepon.

“ne, benar. Ada apa? Dengan siapa ini?” tanya ppa cheon sa tak sabaran.

“Putri anda yang bernama Yoon Cheon Sa mengalami kecelakaan. Ia korban tabrak lari pada jam 10 pagi tadi. Sekarang ia sedang dilarikan ke Rumah sakit di Cheondamdeong” pernyataan dari orang di seberang telepon segera membuat appa cheon sa shock.

“Mworago??”  Appa Cheon sa membelalakan kedua matanya sempurna. Ia menatap istrinya yang menatapnya dengan penuh tanda tanya.

“ada apa? Apa itu Cheon sa?” Eomma cheon sa mulai terlihat khawatir. Ia terus enerus melemparkan pandangan penuh tanda tanya pada suaminya itu.

“kita harus segera ke rumah sakit, Cheon sa mengalami kecelakaan” Tanpa membuang waktu,Appa cheon sa segera mengambil kunci mobilnya yang ada diatas meja dan ia segera mengajak istrinya untuk pergi ke rumah sakit di Cheondamdeong tempat Cheon sa dilarikan.

Sehun masuk ke apartemennya dan segera menuju ke dapur untuk meminum segelas air. Entah mengapa hari ini menurutnya adalah hari yang aneh. Ia masih penasaran dengan gadis yang ia temui di rumah sakit tadi.

Sehun membuka kulkasnya dan ia menghentikan kegiatannya sejenak saat ia merasakan ada sesuatu yang mengikutinya. Sehun menoleh ke belakang. Tak ada siapa-siapa disana.

“kenapa aku merasa ada seseorang disini?” gumam Sehun. Ia mengedikkan bahunya dan kembali melanjutkan aktifitasnya.

Sehun berjalan menuju kamarnya. Ia melonggarkan dasi nya dan melepaskannya. Ditatapnya jam dinding yang ada dihadapannya. Jam 4 sore. Waktu begitu cepat berjalan hari ini , batin Sehun.

Sehun kembali merasakan adanya seseorang di apartemennya. Sehun menolehkan kepalanya dan memandang ke sekliling ruangannya. Nihil. Tak ada siapa-siapa di tempatnya.

“aneh sekali” gumam Sehun. “Aku harus mandi, mungkin setelah itu aku baru bisa berpikir jernih” ujar Sehun. Ia lalu beranjak ke kamar mandinya dan membiarkan semua pikiran aneh itu.

“Cheon sa-ya!!” eomma Cheon sa segera memeluk tubuh anaknya yang masih terbaring tak sadarkan diri di atas tempat tidurnya. Eomma Cheon sa semakin miris saat ia mendapati kondisi anaknya kini. Kepala Cheon sa diperban dengan perban putih dan ia mengenakan respirator yang menutupi sebagian wajahnya untuk membantunya bernafas. Terlihat beberapa memar akibat benturan di lengan Cheon sa.

“Apakah ia akan segera sadar, Dokter?” tanya appa Cheon sa pada dokter yang menangani Cheon sa yang tidak lain adalah Dr. Luhan.

“saya memperkirakan bahwa ia akan sadar dalam waktu 1-2 bulan. Ia mengalami benturan keras di kepalanya dan mengganggu kerja otaknya. Oleh karena itu, ia mengalami koma seperti ini” jelas Dr. Luhan.

Eomma cheon sa teerus menerus menangis dan mengelus rambut Cheon sa dengan lembut. Ia masih tak percaya apa yng tengah terjadi pada anaknya kini. Anaknya satu-satunya yang masih sangat muda harus mengalami rasa sakit seperti ini.

“Dokter, tolong lakukan yang terbaik bagi anak kami, butakhaeseumnida” ujar Appa Cheon sa yang akhirnya tak bisa menahan air mata nya agar tak terjatuh.

“ne, saya akan meakukan yang terbaik agar anak anda segera sadar dan kembali sehat” jawab Dr. Luhan.

“kamsahamnida, Dokter” Appa cheon sa membungkukkan badannya pada Dokter muda itu dan dibalas Dr. Luhan dengan bungkukkan pula.

“Ne, kalau begitu, saya akan keluar dulu. Jika ada sesuatu, panggil saja saya dan tekan tombol itu.” Ujar Dr. Luhan sambil menunjukkan sebuah tombol yang berada tepat di atas tempat tidur Cheon sa. Appa dan eomma Cheon sa mengangguk dan tersenyum pada dokter Luhan dan tak lama setelah itu, Dokter itu keluar dari kamar inap Cheon sa.

Sehun keluar dari kamar mandi dengan keadaan yang segar. Ia kini merasa sedikit lebih baik. Ia kembali menatap jam dinding yang sudah menunjukkan pukul setengah lima sore.

Sehun membuka lemari bajunya dan mencari sebuah sweater  untuk dikenakannya. Ia lalu pergi menuju ruang tengah untuk menonton TV, namun langkahnya terhenti saat ia mendapati seorang gadis tengah duduk di sofa di ruang tengah itu.

“Nugu..seyo?” tanya Sehun. Seingatnya, tak ada yang tahu password apartemennya kecuali eomma, appa dan hyungnya. Tak ada orang lain lagi yang mengetahui password apartemennya.

Gadis itu menoleh dan tersenyum pada Sehun. Saat itu pula Sehun terkejut dan membelalakan matanya saat ia mengenali siapa gadis itu. Gadis itu adalah gadis yang ia temui di koridor ruang UGD di rumah sakit tempat Luhan Hyung nya bekerja. Gadis yang mengaku bernama Yoon Cheon Sa.

“w-wae, n-neo? Kenapa.. kau bisa masuk ke apartement ku? Kena-pa?” Sehun nampak terbata-bata saat menanyakan hal itu pada gadis bernama Cheon sa itu. Sebuah asumsi aneh dan tidak masuk akal kembali menghampiri pikirannya. Dan berkali-kali pula ia mencoba untuk berkilah dari asumsi itu. Apakah gadis ini punya kekuatan superpower seperti teleportasi? Ataukah ia seorang stalker professional yang bisa menguntit tanpa ketahuan seperti ini, ataukah ia adalah..

Tidak, tidak mungkin, sehun-ah, kau pemenang olimpiade matematika, seharusnya kau bisa berpikir logis, Batin Sehun.

“Sehun-ssi” Cheon sa mengucapkan nama Sehun dan seketika itu pula Sehun merasakan tubuhnya merinding. Ada apa dengan gadis ini?  Batin Sehun.

“Sehun-ssi, bisakah kau duduk di sampingku? Ada yang perlu kubicarakan dengan mu, jebal” pinta Cheon sa sambil menepuk-nepukkan tempat duduk di sampingnya.

“tapi, kenapa kau bisa..” tanya Sehun lagi.

“akan kujelaskan, tapi kau duduk dulu” ujar Cheon sa.

Sehun berjalan perlahan mendekati Cheon sa. Ia duduk dengan hati-hati di samping Cheon sa dan ia terus menerus memperhatikan gadis itu. Ia nampak sedikit pucat namun pipinya masih kelihatan merona. Dan ia masih menjejakkan kakinya. Tapi, Sehun merasakan bahwa ia memiliki hawa yang berbeda. sama saat Sehun menjabat tangannya pagi tadi di rumah sakit, tangannya begitu dingin, tak seperti kebanyakan orang.

“Sehun-ssi” tegur Cheon sa.

“n-ne?”

“kau mau mendengarkan ceritaku bagaimana aku bisa sampai ke tempat ini bukan?” tanya Cheon sa sambil memandang Sehun dengan lekat. Namun, pandangan Cheon sa yang seperti itu berhasil membuat Sehun sedikit risih dan ketakutan.

“n-ne” jawab Sehun.

“tapi..”

“tapi apa?” tanya Sehun tak sabaran. Ia berusaha membranikan dirinya menatap mata gadis dihadapannya ini. tapi entah mengapa, ia terlalu takut untuk melakukannya.

“tapi kau harus berjanji satu hal” ujar Cheon sa lagi.

“janji? Janji apa?”

“kau.. kau harus berjanji kalau kau tidak akan terkejut dengan apa yang akan kukatakan padamu” ujar Cheon sa.

“terkejut? Memangnya kau akan mengatakan apa?” jawab Sehun. Kini Sehun mulai bisa mengendalikan rasa takutnya pada yeoja bernama Cheon sa ini.

“dan kau harus berjanji kalau kau akan mempercayainya, dan kau tidak akan mengataiku orang gila, ne?”  ujar Cheon sa lagi. Sehun menghela nafasnya dengan berat saat heon sa masih belum mengatakan apa yang seharusnya ia katakan.

“ne, yaksok! Aku berjanji. Sekarang, katakan apa yang seharusnya ingin kau katakan, Cheon sa-ya” ujar Sehun. Ia mulai tak sabar dengan yeoja ini.

“Sebenarnya..”

“ne?”

“Kau tahu kan? Hyung mu tadi pagi sedang menangani seorang pasien di ruang UGD karena kecelakaan. Apa kau masih ingat?” tanya Cheon sa dengan mimik serius pada Sehun.

“N-ne, aku ingat. Wae?”

“jangan terkejut!” ulang cheon sa dengan tegas.

“ne, arasseo. Mwo?”  Sehun mencoba untuk tak emosi dengan gadis dihadapannya itu.

“sebenarnya aku adalah pasien itu” ujar Cheon sa masih dengan kalimat yang begitu ambigu dan sulit untuk Sehun pahami.

“mwo? Maksudmu?” tanya sehun masih tak mengerti.

“Aku.. aku adalah arwah dari pasien itu” ujar Cheon sa takut-takut. Sementara itu,  Sehun hanya bisa membelalakkan matanya saat mendengar perkataan yeoja itu.

“Mwo??”

 

Jelek kah? Maaf untuk chapter ini, chapter nya masih pendek dan kata-katanya pasti aneh buat para readers. -_-v

Sekali lagi, maaf buat segala kesoktahuan saya, Typos everywhere,   poster ff yang jelek karena itu bikinan saya T_T *poor artworker, dan segala kesalahan dalam pemilihan diksi L, harap dimaklumi

Don’t forget to comments.  Komen kalian ditunggu ya! J


Simple (I Love You)

$
0
0

Simple  (I Love You)

simple

Author  : Elle (@Iceullim)

Genre   : Fluff, Romance

Lenght  : Oneshoot

Rating   : PG – 13

Cast      : Exo’s member

 

Don’t LIKE, don’t READ !!

.

.

Simple (I Love You© Elle

.

.

Playlist : Henry – 143, Petra – Mine, Petra Sihombing – Istimewa, Bruno Mars – Just The Way You Are, Bruno Mars – Marry You, Maudy Ayunda - Perahu Kertas, SNSD – Romantic St., Exo – XOXO, Exo – Lucky.

.

.

Enjoy

 

HunHan

Luhan melangkahkan kakinya keluar kelas sambil menundukkan kepalanya. Ia terlalu sibuk memerhatikan hadiah yang diberi oleh sahabatnya. Luhan sangat gembira, walaupun mereka hanya bersahabat tapi sahabatnya itu selalu memberi kejutan yang romantis layaknya para pasangan pada umumnya. Dan karena hal itulah Luhan juga semakin mencintai dan menyayangi sahabatnya itu, iya ia menyayanginya, entah itu memang kasih sayang terhadap sahabat atau dalam bentuk lain.

Luhan terus saja melihat hadiah itu hingga tak memerhatikan jalan dengan baik. Luhan juga tidak menyadari bahwa dia sudah ada di tengah jalan…. TENGAH JALAN?!

“Luhan-ah!” Luhan melihat kebelakang. Ah, itu dia! Itu Sehun!

Luhan balas berteriak memanggil sahabatnya, Sehun berjalan kearahnya dengan senyuman yang menghiasi wajah tampannya yang mampu membuat hati Luhan berdegup kencang. Tiba-tiba senyuman itu hilang digantikan dengan mimik wajah yang terlihat cemas. Sehun kenapa? Ada apa dengannya?

Sehun berusaha untuk berteriak, tapi tidak bisa, mulutnya terasa terkatup rapat oleh lem yang sangat lengket. Sehun berusaha untuk berteriak sebisanya, “Luhan!!! Awas!” Ucapnya terbata-bata. Luhan mengeryit, tapi dia segera menyadari maksud Sehun saat dia merasa ada cahaya yang sangat silau. Cahaya itu semakin mendekat, suara klakson pun terdengar dengan irama yang semakin lama semakin tak beraturan.

Luhan diam ditempat. Semua anggota tubuhnya terasa mati rasa, ingin rasanya ia berlari secepat mungkin menghindari kecelakaan yang mungkin sebentar lagi akan terjadi. Teriakan Sehun, suara klakson dan cahaya lampu depan mobil yang semakin menyilaukan bergabung menjadi satu dalam penglihatannya, juga menggema di telinganya.

Brughh!

Ckitt..!

“Sehun!”

# # #

Sore ini Luhan berada di salah satu sungai yang tidak jauh dari rumahnya yang berada di pegunungan. Dia berjalan mendekati sungai itu sambil menggenggam sebuah perahu kertas buatannya yang sebelumnya  sudah ditulis olehnya.

Air sungai itu tampak mengalir dengan tenang, Luhan tersenyum lembut. Luhan berjongkok di depan sungai itu, dia menutup matanya merasakan kesejukan yang menjalar di seluruh tubuhnya ketika ia menyentuh air sungai itu. Setelah itu, Luhan menaruh perahu kertas yang ia buat ke sungai yang sedang mengalir dengan tenang.

Luhan menaruhnya perlahan. Perahu kertas itu melaju diringi dengan suara langkah kaki yang terdengar. Terlihat siluet seseorang mengambil perahu kertas buatan Luhan.

Mata Luhan mengikuti setiap gerakan yang disebabkan oleh siluet itu. Perlahan tapi pasti, seseorang itu mendekat kearahnya…. dengan senyuman menawan. Luhan berdiri, hatinya berdegup kencang; ia terpanah, ia terkejut kenapa…

“..S, Sehun? Ba, Bagaimana bisa?” Sehun tak menjawabnya, dia hanya tersenyum. Luhan gugup, dia tidak terlalu sibuk mengatur pompaan jantungnya sehingga dia tidak memperdulikan pertanyaannya yang tidak mendapat jawaban.

Sehun membuka perahu kertas itu. Darahnya semakin berdesir hangat, jantungnya semakin bersemangat memompa. Semburat merah mulai menjalari pipinya. janngan sekarang, kumohon…. mohon Luhan. Tapi naas, sehun tidak mendengar permintaan hatinya, dia tetap membuka kertas itu. Setelah kertas itu terbuka lebar, Luhan menarik nafasnya sebelum membaca pidato yang terdapat di dalam kertas itu.

                                                                                                                                                            04 Maret, 2014

 

Aku mempunyai seorang sahabat yang bernama Sehun. Nama lengkapnya Oh Sehun, hobinya adalah dance, dia juga memiliki bakat dalam ber-acting. Dulu, saat aku sedang berulang tahun yang ke-16, dia menjahiliku. Saat itu aku masuk ke dalam kelas, saat itu Sehun sama sekali tidak menyapaku padahal ialah yang paling sering menyapaku duluan. Tapi waktu itu dia tidak menyapaku sama sekali, hari itu aku dan dia tidak berkomunikasi sama sekali. Malamnya, ia datang kerumahku sambil membawakan kue tart stoberi kesukaanku. Aku terharu melihatnya, bahkan secara tidak sadar aku mulai menitikkan air mata, memalukan bukan? Tapi siapa perduli? Yang penting Sehun masih ingin bersahabat denganku, haha.

Ah, mengingat tentangnya. Aku jadi teringat kejadian tadi. Aku sangat berterimakasih padanya karena ia sudah menolongku. Jika saja tak ada dia, aku yakin aku sudah meninggalkan dunia fana ini. Karenanya, aku masih bisa hidup. Aku sangat berterima kasih padanya, terutama pada Tuhan. Kalau bukan Tuhan yang menggerakan hatinya, siapa lagi?

Mengingat ucapan terima kasih, aku juga sangat berterimakasih kepada Tuhan karena telah menciptakan manusia yang sempurna -menurutku- seperti Sehun. Dia adalah romantic guy, tegar, baik, dan juga perhatian. Dia membuatku merasa nyaman saat bersamanya.

Jika aku adalah Cinderella, dia adalah Pangerannya. Jika aku adalah Wendy, dia adalah Peter Pannya. Intinya, siapapun aku dan siapapun Sehun, aku berharap kita akan selalu bersama. Thanks a lot, God. I love you, God. I love you, Sehunnie..

Sehun melipatnya kembali seperti semula: bentuk perahu kertas, lalu menaruhnya ke aliran sungai, perahu kertas itu melaju dengan tenang. Sehun mengalihkan pandangannya pada Luhan yang masing termangu. Sehun tersenyum, “Jadi, apakah kau siap jika permohonanmu terkabulkan?” Luhan bertanya menggunakan mimik mukanya, Luhan mendesah pelan, menutup matanya, membukanya kembali lalu berlutut di depan Luhan. Ia mengambil sapu tangan yang berada dalam sakunya, ia melipat sapu tangannya, lalu membuka lipatan itu. Lipatan yang tadinya tidak ada apa-apa berubah menjadi sebuket bunga campuran; babys breath dan mawar.

“Would you be mine?” Luhan mengangguk. Dan adegan ini berakhir dengan pelukan hangat juga bunga sakura yang berjatuhan entah darimana.

KaiSoo

Kai memejamkan matanya menikmati kesunyian yang sedang melanda dirinya dan juga seseorang. Ya, dia sedang bersama dengan seseorang, Kyungsoo.

“Kai-ah..” Kai menggumam sebagai jawaban. Kyungsoo mendesah sambil tetap membelai rambut Kai, “Kau terlihat sangat lelah, Kai.. Sebaiknya kau beristirahat dikamarmu,” Kyungso menasihati Kai tak bosan. Sudah berkali-kali Kyungsoo menyarankan Kai agar dia beristirahat dikamar tapi jawaban yang keluar dari mulut Kai tetaplah sama, “Memangnya kenapa kalau aku beristirahat dipangkuanmu?” dan Kyungsoo akan menjawabnya dengan; “Itu tidak baik, Kai. Lehermu bisa sakit dan badanmu bisa pegal-pegal,” ujar Kyungsoo penuh perhatian, tapi Kai tetap saja Kai. Keras kepala.

“Tapi itu tidak akan terjadi jika ada dirimu,” jawab Kai enteng, “Maksudmu? Kau pikir aku apa? Tukang pijitmu, huh?! Aku ini kekasihmu!”, Kai terkekeh, Kyungsoo kesal.

“Bukan begitu. Aku tahu kau adalah kekasihku. Siapa bilang kau tukang pijitku? Tapi jika kau mau, ya boleh saja, haha. Aw!” Kai yang awalnya tertawa keras akhirnya berhenti tertawa karena pukulan kuat yang diberikan Kyungsoo padanya.

“Gwaenchana?” ucap Kyungsoo khawatir. Kai mengangguk, walaupun Kyungsoo bertubuh mungil, pukulannya seperti pria sejati, sangat kuat dan sakit. Kyungsoo menuntun Kai ke  kamarnya, kemudian Kyungsoo pun keluar kamar sebentar untuk mengambil es batu dan sehelai kain.

Kyungsoo kembali ke kamarnya, terlihat Kai sedang duduk menyandar pada kepala tempat tidur, dia meringis menahan sakit. Sepertinya pukulan Kyungsoo sangat kuat.

Kyungsoo mengobati memar yang berada di lengan Kai. Kai melihat wajah serius Kyungsoo dengan seksama, sangat manis dan lembut, tapi akan terlihat garang jika sedang kesal, seperti tadi contohnya.

Kyungsoo sudah selesai mengobati luka Kai, “Terimakasih,” Kyungsoo mendongak menatap Kai meminta penjelasan. “Terimakasih, kau sudah mengobatiku. Kau memang tahu segalanya tentang diriku dan itu membuatku merasa sangat nyaman bersama dirimu,” ujar Kai tulus, “It’s okay. Itu memang sudah menjadi kewajibanku sebagai seorang kekasih, kkk,” Kyungsoo dan Kai tertawa bersama. Dan pada akhirnya Kai pun tertidur di kamarnya, ya walaupun pada akhirnya dia juga tertidur dipangkuan Kyungsoo yang sedang terlelap juga.

BaekYeol

Baekhyun tersentak saat melihat sebuah memo jatuh dihadapannya. Memo itu berbentuk bintang dan berwarna kuning kilau. Hey! Darimana memo ini? Mungkin hanya orang iseng, batinnya tak peduli.

Saat Baekhyun melanjutkan perjalanan, dia dikejutkan dengan hal yang sama. Memo kedua itu jatuh tepat diujung sepatu Baekhyun. Kebetulankah? Tapi bukannya kebetulan tidak datang 2 kali? Baekhyun mengambil memo itu lalu membacanya.

When we’re together, I can tell just looking in your eyes

Baekhyun mengernyit. Apa maksudnya? Dia pun berjalan ke tempat sebelumnya yang juga terdapat memo yang jatuh. Baekhyun mengambil memo itu, membalikkan tubuhnya dan membacanya sambil berjalan.

Take and read the memos that are in front of you ;)

Saat berhenti membacanya langkah Baekhyun pun berhenti kala ia melihat ada memo lagi. Ia mengambil memo itu, lalu melihat ke depan. Baekhyun ternganga. Sejak kapan memo-memo itu berada disana?

Baekhyun mengambil memo-memo yang bersebaran di depannya. Baekhyun berpikir bahwa memo-memo tersebut seperti pengganti jejak kaki si pelaku.

Everything I say is still so awkward.

Your texts are so difficult.

 

I’m sending 1-4-3.

I still can’t express my feelings with words.

I’m sending 1-4-3, it’s not just a simple game of numbers.

I love you 1-4-3, you are 4-8-6.

Sending 1-4-3, we are so different,

It’s still hard.

 

Your eyes, your face, your laugh, that’s all is beautiful.

And were all able to make my heart beat fast.

 

My heart pounds at your one word,I stutter, what am I saying?

I look bad because I keep getting it wrong, please know my heart.

 

1-4-3 to the guy that I’m loving the most.

When I’m talkin’ with friends, I’m braggin’, I boast.

 

Walk with you make my heart beat so fast. This is so awkward, what should I do?

I’m sending 1-4-3, I still can’t express my feelings. It’s not just a simple game of numbers.

1-4-3.

 

Baekhyun melihat pemandangan sekitar, sepertinya sekarang dia sedang berada di taman belakang kampusnya.

“I’m sending 1-4-3, geuljaran ajiik jeontari andwae.. Whoa oh oh. I’m sending 1-4-3 dansunhan sutjanoriga anya Whoa oh oh.. I’m sending 1-4-3, neoneun 4-8-6. Sending 1-4-3 neomu dareuji. Sending 1-4-3 ajik eoryeobji, dansunhan sutjanoriga anya 1-4-3,” Baekhyun kaget! Itu Chanyeol, sahabat baiknya! Jadi, jadi dia yang membuat ini semua?

Chanyeol meletakkan gitarnya di bangku taman, dia berjalan menuju Baekhyun yang sedang mematung, mungkin terlalu syok. “Baekhyun, would you be my 4-8-6?” sama halnya dengan yang sebelumnya ceritanya ini berakhir bahagia, Chanyeol mengajarkan Baekhyun bermain gitar disana.

SuLay

Lay bosan, dia sudah menunggu Suho selama berjam-jam tetapi yang ditunggu tak juga datang. Jengah menunggu seperti itu, Lay memutuskan untuk mendengarkan lagu sambil melihat pemandangan indah yang disajikan didepannya.

An x is for a soft kiss, an O is for circled hug

Maybe you already know, oh

Day by day, I secretly wrote you a letter, and that’s what I wrote at the end;

although I’ve never given it to you, ah~

Lay tersenyum kecil, dia jadi teringat Suho yang ternyata pernah menulis surat padanya secara diam-diam dan itu terjadi sebelum mereka berpacaran.

How are you these day? Anything special?

Only those typical words pass trough my head

Actually, my heart is deep; deeper than the sea

The words that I really say is “be with me”

Grep

Tiba-tiba ada seseorang yang menutup matanya sambil menciumnya lembut. Lay sepertinya tahu siapa orang itu, “Ya! Suho! Kenapa kau tidak datang saja sekalian? Aku sudah menunggumu berjam-jam dan kau datang lalu dengan seenak jidatmu kau menciumku? Kau sungguh keterlaluan, Suho!” protes Lay dalam satu napas. Suho memegang tengkuknya merasa bersalah, “Well, maafkan aku. Aku terlambat karena aku mencari benda yang hampir.. saja hilang. Dan.. tentang ciuman tadi, itu bukan seenak jidat tapi seenak dan semanis gulali. Kau tahukan kalau jidat tidak enak?” jelas Suho, agak aneh.

Lay marah, dia tidak sedang bercanda! Jadi benda lebih berharga daripada diriku? Jadi  Batinnya. “Benda apa itu? Apakah itu sangat berharga? Lebih berharga daripada diriku?” Suho mengangguk pelan, membuat Lay semakin kesal. HELL NO!

“Jadi benda itu lebih berharga daripada diriku? Seberapa berharganya, eoh?”, “Well, benda itu sangat berharga karena benda itu yang mampu membuat kita menjadi pasangan sejati,” Lay mengernyit tapi kernyitan itu berubah menjadi keterharuan.

Suho merogoh kantung celananya, mengambil benda yang ia makud; sebuah cincin. Cincin itu sangat sederhana dan ekhem, unik. “Maaf, aku tahu ini sangat jelek dan sederhana. Tapi sungguh! Aku tidak bermaksud mengartikan cintaku dalam bentuk cincin ini. Kau tahukan kalau cintaku sangat dalam? Dan sebenarnya aku tidak membelinya, aku membuatnya sendiri! Bahkan aku rela kekurangan tidur selama 2 hari hanya untuk membuat ini, jadi kumohon kau bisa memakluminya,” Lay menangis. Bukan, dia bukan menangis karena cincin itu, melainkan terharu karena perjuangan Suho yang terbilang nekat itu.

Suho menghapus air mata Lay dengan tangannya, dia berlutut didepan Lay. Dan kata itupun terucap dari bibir Suho, Lay merasa ingin terbang melayang ke atas awan. Kata: Will you be the companion of my life, yang diucapkan Suho tadi seperti sebuah lagu ditelinga Lay.

Lay mengangguk, Suho memasang cincin itu ke jari manis kiri Lay. Dia berdiri, lalu member pasangan cincin itu kepada Lay; meminta Lay untuk memasangnya ke jari Suho. Dengan senang hati, Lay mengambil cincin itu lalu memasangnya juga ke jari manis kiri Suho.

Suho berbisik lembut, “I love you more than more,” bisiknya di telinga Lay kemudian mencium kening Lay, kekasihnya itu. Lay memejamkan matanya. Dan bersamaan dengan itu, suara kembang api  terdengar, seperti ingin menambahkan kemeriahan dan keindahan pemandangan Namsan Tower, terutama bagi Suho dan Lay yang sekarang tengah melihat kemeriahan itu sembari berpegangan tangan dengan Lay yang meletakkan kepalanya di bahu Suho.

ChenMin

“Ayolah, Baby…. Jangan cemberut lagi, kau terlihat sangat gemuk jika seperti itu,” Xiumin mengalihkan pandangannya pada Chen, masih dengan menggembungkan pipinya, “Ya! Bahkan kau juga mengatakan bahwa diriku sangat gemuk,”

Well, itu jika kau cemberut saja tapi kalau kau tidak cemberut kau akan terlihat…, gemuk? Begitu katamu?” potong Xiumin yang makin mengkerutkan wajahnya. Ow, sepertinya Chen salah bicara, “Bukan! Makusdku kau akan terlihat lebih manis, Baby..”, “Bahkan kau memanggilku dengan sebutan baby” Ada apa? Apa ada yang salah dengan sebutan itu? “Iya, itu sama saja seperti kau mengejekku!” ujar Xiumin seakan mengetahui pikiran Chen.

“Aku tidak mengejekmu, Baby.. itu adalah panggilan sayangku kepadamu,” jelasnya. Chen tidak mau Xiumin salah tanggap, tapi sepertinya sama saja, Xiumin tetap saja menganggapnya sebagai ejekan, “Aku tahu itu hanya akal-akalanmu supaya aku tidak sedih lagi, aku tahu itu. Aku tahu aku memang gemuk, aku jelek dan… aku tidak pantas untukmu, kau jauh lebih sempurna daripadaku,” Chen tercekat, jadi.. selama ini Xiumin berpikiran seperti itu? Tapi kenapa?

Chen menggenggam tangan Xiumin. Xiumin mendongakkan kepalanya, Chen menatap Xiumin dalam, “Listen to me, Xiumin. Aku tidak pernah sekalipun mengejekmu, berniat saja aku malas. Aku minta maaf jika kau berpikir bahwa panggilan sayangku itu adalah kata ejekan, aku benar-benar minta maaf jika itu menganggumu, tapi sungguh! Aku tak pernah berniat  untuk mengejekmu. Dan tolong jangan samakan aku dengan manusia-manusia nista yang mengejekmu. Aku mencintaimu apa adanya, I love you very sincere. I don’t want to see you slumped and like a zombie. I want you to know it all, I love you just the way you are. I don’t care if our friends don’t approve it, even if all the people in this world reject it, I also don’t care.” Chen menatap Xiumin dalam, begitu juga dengan Xiumin.

Chen menarik napas dalam lalu membuangnya, “Mengertilah, Xiumin. Aku sangat, sangat mencintaimu, bahkan jika cintaku dibandingi dengan dalamnya lautan, cintaku lebih dalam lagi. Jangan samakan aku dengan mereka, jangan samakan aku dengan semua manusia nista yang mengejekmu itu. Mereka mengejekmu karena mereka tidak mengetahui dirimu yang sebenarnya, mereka mengejekmu karena mereka tidak mensyukuri ciptaan Tuhan. Aku tidak sama dengan mereka, aku mencintaimu, aku juga sangat bersyukur kepada Tuhan karena telah menciptakan manusia sepertimu. Kau indah, aku menyukai semua yang ada pada dirimu; mulai dari matamu, rambutmu, wajahmu, bahkan tubuhmu! Jadi aku mohon jangan dengarkan mereka, dan seharusnya kau bersyukur karena kau telah diciptakan untuk menjadi pasangan seorang Kim Jongdae yang tampan ini,” jelas Chen sedikit narsis, Xiumin merona, ia memukul lengan Chen pelan.

“Em.. permisi, apakah kalian ingin memesan sesuatu? Saya lihat kalian sudah lama disini dan tidak memesan apapun,” ujar seseorang, Chen dan Xiumin menoleh ke arah kanan mereka. Mungkin karena mereka terlalu asyik mereka jadi lupa jika mereka belum memesan apapun.

“Kau ingin memesan apa, Minnie?” Xiumin mengernyit, “Mulai sekarang, aku akan memanggilmu dengan sebutan Minnie, supaya kau tidak merasa tersindir lagi,” Xiumin mengerucutkan bibirnya imut, Chen tertawa renyah.

TaoRis

Tao tersenyum gembira bak anak kecil yang baru saja melihat dunia luar dengan leluasa. “Kekanakan,” Tao menghentikan langkahnya dan berhenti mengagum-ngagumi sekitarnya, “Gege bilang apa tadi? Aku kekanak-kanakan?” tanya Tao mengembungkan pipinya, “Tidak juga,” Kris mendekatkan tubuhnya kemudian berbisik, “Aku hanya bilang kalau kau seperti anak kecil,” Kris pun berjalan melewati Tao yang menghentakkan kakinya kesal.

Tao berjalan cepat menyusul Kris yang berada lumayan jauh didepannya, “Ya! Itu sama saja!” Kris terkekeh lalu berkata, “Seharusnya kau tidak menanyakannya jika kau tahu,” sambil mencolek hidung Tao gemas. Tao mengerucutkan bibirnya, lalu pergi meninggalkan Kris. Kris mengendikkan bahunya tak peduli masih tetap berjalan santai.

“Gege! Lihat itu! Whoaaa…….. How beautiful!” Tao mengambil kamera yang sengaja ia gantung di lehernya lalu memotret pemandangan yang ada di depannya. Ini adalah pemandangan terindah yang pernah ia lihat sebelumnya.

Di depannya ada sebuah taman yang berukuran besar, taman itu dipenuhi dengan pohon-pohon sakura, “你知道嗎?這是非常漂亮的,很漂亮。是不是啊,兄弟? (Nǐ zhīdào ma? Zhè shì fēicháng piàoliang de, hěn piàoliang. Shì bùshì a, xiōngdì?” tak ada jawaban, “Gege?” Tao melihat sekitar, terlihat Kris masih berada di belakang, tangannya ia masukkan ke dalam kantongnya sembari berjalan santai.

Tao mendesah, ia berlari ke tempat Kris berada lalu menariknya ke taman itu. Taman itu begitu indah, dengan bunga sakura yang berjatuhan, orang-orang yang berlalu lalang, oh.. betapa indahnya dunia ini. Kris ikut terpana, “indah,” pujinya pelan, Tao tidak mendenarnya karena dia terlalu sibuk memotret pemandangan. Kalau saja ia mendengar Kris memuji pemandangan ini, ia pasti akan cerewet; menceritakan segala yang ia kagumi dan juga menertawakan Kris karena baru kali ini Kris memuji sesuatu selain memuji Tao dan dirinya sendiri.

Mereka berjalan menyusuri taman itu. Taman ini sangat ramai akan pengunjung, terlihat dari banyaknya orang yang berlalu-lalang di taman itu. Terkadang Kris dan Tao berhenti untuk sekedar mengambil foto atau sesuatu yang mereka inginkan. Seperti tadi contohnya, Tao berhenti untuk mengambil foto, sedangkan Kris mengambil bunga sakura lalu menyelipnya ke telinga Tao, Tao tersenyum dan melakukan hal yang sama pada Kris dan setelah itu mereka berfoto dan tertawa bersama.

Tao berjalan sembari melihat foto-foto yang telah ia dan Kris ambil, Kris melihat Tao yang sedang memerhatikan gambar-gambar yang sudah mereka ambil. Tiba-tiba Kris tersenyum, sesekali menjahili kekasihnya itu, tidak apa-apa ‘kan?

Kris mencium pipi Tao, membuat sang empunya pipi itu terlonjak lalu mengalihkan pandangannya. Kris tersenyum meledek, “Aish, gege…” ucap Tao sembari memukul lengan Kris lumayan keras, “Aw!” ringis Kris kesakitan, Tao khawatir,

It’s okay? Aigoo.. maafkan aku, aku tidak sengaja, seriously!” sesal Tao melihat Kris khawatir, “Apakah kita membawa obat PKK? Ah, aku lupa! Kita meninggalkannya dihotel! Huaa… eotteokhae? Aku harus menggunakan obat apa? Disini tidak ada apotik atau sejenisnya..”, “Well, you can use your lips to heal it,”, “Huh? Memangnya bisa?” Kris mengangguk sembari meringis kembali.

Walaupun ragu Tao tetap mencobanya, mungkin saja berhasil, ujarnya dalam hati. Kris tertawa lepas, Tao menegakkan tubuhnya kembali. Hey! Kenapa dia tertawa? “Wae?” Kris mulai meredakan tawanya, “I apologize in advance, aku mengerjaimu tadi, haha!” Kris tertawa lepas kembali. Tao kesal, karena merasa dipermainkan ia pun menginjak kaki Kris, Kris meringis tapi dia tidak peduli. Siapa suruh mengerjaiku? Pikirnya.

Hari mulai gelap. Sebentar lagi matahari akan bersembunyi dan Kris tidak mau menyia-nyiakan kesempatan ini. “Tao!” Tao menoleh pada Kris. Kris menghalangi jalan Tao, “Lihat itu!” Tao melihat kearah depan, Sunset! Tidak mau mengulur-ulur waktu, Tao segera mengambil foto sunset itu sebanyak mungkin.

“我愛你 (Wǒ ài nǐ)” Kris memulai pembicaraan, Tao berhenti memotret. “Wǒ ài nǐ, I love youSaranghaeyo, Je t’aime, Ich liebe dich“Tao tersenyum, “I knew it. Love you, too..

Kris mendekatkan wajahnya ke wajah Tao, perlahan tapi pasti jarak diantara mereka berdua terhapus, diganti oleh sebuah ciuman tulus.

Kris merogoh sesuatu dari dalam kantongnya.

 

Ckrek!

 

Akhirnya matahari itu tenggelam sepenuhnya.

YA!“

Cerita ini berakhir dengan sebuah foto yang berhasil diambil Kris saat mereka berciuman dibawah matahari terbenam dengan bunga sakura yang berjatuhan disekitar mereka.

 

Simple is You and I.

I Love You!

 

-END-

A/N: So… how? Bagus tidak? Terimakasih jika kalian bilang bagus dan yang bilang ini jelek, harap siapkan pesan-pesan terakhir anda! (?) bercanda, kok.. Mau kalian bilang bagus atau tidak itu terserah kalian, bukan terserah kata Pak Ogah /plak. Saya harap fic ini bisa memuaskan para fujoshi yang haus akan keso sweet-an mereka semua, hahaha.

Keterangan: 1. Nǐ zhīdào ma? Zhè shì fēicháng piàoliang de, hěn piàoliang. Shì bùshì a, xiōngdì? : Kau tahu? Ini sangat, sangat indah. Benar ‘kan, kak?

REVIEW…./ give you a photo of TaoRis /


Rumit dan Merepotkan (Prolog)

$
0
0

‘Rumit dan Merepotkan’.

|| Subtitle : Prolog + Teaser || Author : KH_15 (babytaeminny15_)||

|| Cast : Oh Sehun [EXO-K] and Nattasha Kinara [OC] ||

|| Support Cast : EXO members, and Friends ||

||Genre : School-life, Friendship, Romance || Rating : G ||

|| Length : Series ||

[Prolog + Teaser]

Disclaimer: I dont own anything beside story and oc . This story pure my imagination, any similaries to other stories, dramas and etc. It’s purely coincidental.

This story inspirated by my friend who careless about love, and she’s so smart for ‘eksak’. She’s little tomboy, determined girl, sociable and stolid.

-

 

Prolog


Konsisten terhadap apa yang kamu kerjakan. Jangan pernah terpengaruh oleh yang lain tetap menjadi dirimu sendiri dan kukuh terhadap pendirianmu.

 

Cast :

 

 

 

Nattasha Kinara : Kinara gadis berdarah Jepang dan Indonesia. Sifatnya yang baik membuatnya namanya semakin melejit di sekolahnya. Selain itu ia mempunyai bakat pintar dalam ilmu ‘eksak’  atau pun yang lain, dan senang memotret maupun melukis. Kehidupan yang ia jalani cukup nyaman. Ia sama sekali tidak pernah menyukai seorang laki-laki. Ia sudah berjanji pada ibunya untuk tidak berurusan dengan masalah ‘percintaan’.

 

 

 

Oh Sehun : Seorang pemuda yang cukup tenar di sekolahnya, ia mempunyai gank yang dibuat oleh teman-temannya dan memaksanya untuk bergabung. ‘The Growl’ itulah namanya. Sehun cukup pintar meskipun ia tak termasuk dalam peringkat lima besar di sekolahnya. Tapi secara diam-diam ia sangat mengagumi Kinara, meskipun semua teman-temannya tidak mengetahuinya. Tapi apa mungkin ia bisa membuat Kinara sekali menoleh kearahnya ataupun tertarik padanya?

 

 

Teaser

 

“Besok kita kencan ya?”

 

Cih bocah ini, kerjaannya kencan mulu. Kapan ia ingin maju?

 

Brak !

 

“Cepat katakan, siapa yang berani menaruh tikus putih kecil di lokerku !? Ayo jawab! Aku tahu, pasti dia adalah penghuni kelas 2-A ini”

 

“Aku yang menaruhnya? Kenapa apa kau takut? Itu hanya seekor tikus kecil Sehun-ssi

 

“Kinara kenapa kau melakukan itu?”

 

“Kau akan bermasalah dengannya”

 

“Aku hanya tidak tega melihat temanku menangis karna laki-laki ini”

 

“Ha?!”

 

 

Summary

 

Kinara adalah gadis berprestasi di sekolahnya dan berpendirian teguh pada pendiriannya, akan tetapi ia salah bergaul dengan teman-temannya yang lebih memilih mengurusi urusan cinta di bandingkan masa depan, disisi lain ada laki-laki yang diam-diam menyukainya akan tetapi Kinara sama sekali tidak mengetahui hal itu? Akankah ia terpengaruh oleh teman-temannya? Masalah rumit yang merepotkan akan menghadapinya, mampukah ia membentenginya? Apa tetap akan pada pendiriannya? Dan Mampukah seorang Sehun membuat gadis berpendirian ini tertarik pada hal berbau ‘cinta’?

 

 

 

 


Musical Frison (Cheonsa’s Diary)

$
0
0

Title: Musical Frison (Cheonsa’s Diary)

 

Author: @diantrf

 

Cast:

Zhang Yixing/Lay, Park Chanyeol (Exo)

Park Cheonsa (OC)

 

Genre: Hurt/Comfort

 

Rating: T

 

Length: Oneshot

 

0o0

 

“Musik adalah bahasa universal. Termasuk bahasa kalbu dan bahasa cinta.”

-Park Cheonsa-

 

0o0

Barbie Girl (Jessica SNSD)

 

 

Aku baru saja selesai berlatih. Sekarang aku sedang menyendiri di ruang musik, mencoba membuat lagu baru dan mencari instrumen yang tepat. Aku masih terus memainkan piano di depanku. Entah mengapa hari ini otakku tidak bisa berpikir jernih. Mungkin karena kelelahan.

 

 

I’m a barbie girl.. In the barbie world..

 

 

Hanya hal itu yang daritadi aku lakukan. Menyanyikan berbagai lagu yang lewat begitu saja di benakku. Aku jadi teringat dengan Jessica eonnie. Suaranya sangat merdu dan manis saat menyanyikan lagu ini. Aku masih terus memainkan tuts-tuts mengikuti alunan lagu yang aku nyanyikan.

 

 

“Cheonsa?”

 

Aku mendengar suara seorang pria yang memanggil namaku. Refleks aku menghentikan permainan pianoku dan menoleh ke arah sumber suara. Seorang pria tinggi dengan rambut coklatnya. Matanya berbinar dengan lesung pipi yang membuatnya nampak sangat manis di mataku.

 

 

Bahkan ia selalu terlihat menawan di hatiku.

 

 

“Sedang apa?” tanyanya padaku.

 

Ia langsung mengambil tempat di sampingku. Duduk bersebelahan denganku di depan piano ini. Entah mengapa ada getaran aneh yang selalu aku rasakan saat bersamanya. Sebuah perasaan senang dan gugup di saat yang bersamaan. Apalagi jika aku harus menatap wajahnya yang sangat manis.

 

“Sedang membuat lagu, tapi tidak ada inspirasi. Jadi aku hanya menyanyi asal saja, hehe.”

 

Ia tertawa kecil menanggapi jawaban konyolku, lalu mengacak rambutku dengan sayang. Matanya jadi menyipit dan itu membuatnya terlihat lucu. Ia kini mulai memainkan jarinya di atas tuts piano itu. Sebuah alunan merdu terdengar sangat menyenangkan yang menggelitik hatiku.

 

 

Ia selalu bisa membuatku bahagia walaupun hanya dengan sebuah hal sederhana.

 

 

“Daripada kamu bernyanyi tidak jelas, oppa akan menyanyikan sesuatu untukmu.”

 

Ia tersenyum lagi lalu mulai memperjelas permainan pianonya. Ternyata ia memainkan lagu yang tadi aku nyanyikan.

 

 

I’m a barbie girl.. Eh, aku kan namja?”

 

Sontak aku tertawa mendengar monolognya itu. Ia sangat lucu. Bagaimana bisa ia mengucapkan hal itu dengan polosnya saat sedang bernyanyi? Ia hanya menatapku bingung. Aku tahu ia sangat polos dan lucu.

 

Hey, berhenti tertawa! Oke, aku serius sekarang.”

 

Aku menghentikan tawaku perlahan saat ia mulai memainkan tuts piano itu lagi. Kali ini nada yang ia mainkan lebih halus dan rumit. Masih seputar lagu tadi, ia bersiap menarik napas untuk bernyanyi.

 

 

You’re my barbie girl.. In my lovely world.. Life in my heart.. Love forefer..

 

 

Deg! Entah apa lirik selanjutnya yang aku dengar, jantungku berdetak lebih kencang saat ini. Aku takjub, sungguh. Aku hanya memandangnya yang sepertinya terhanyut dalam permainannya sendiri. Rasanya ingin menangis. Ia.. ternyata ia namja yang selama ini aku butuhkan.

 

 

Ia pria yang selalu memberiku kejutan tak terduga dengan sangat indah.

 

0o0

 

Lucky (Exo)

 

 

Chanyeol oppa mengajakku untuk melihat Exo latihan. Modus. Padahal sebenarnya aku tahu bahwa ia ingin aku menikmati waktu untuk melihat Yixing oppa berlatih. Walaupun kakakku itu menyebalkan, tapi aku tetap menyayanginya karena ia selalu mendukungku.

 

Baru satu langkah kakiku memasuki ruangan, segala teriakan heboh sudah menyambutku dengan tidak elitnya. Aku hanya tersenyum lalu berjalan mendekati Chanyeol oppa. Memeluknya seakan aku takut dengan semua temannya yang terlihat mengerikan di mataku.

 

 

Aigo.. Chanyeol, adikmu sangat lucu..”

 

 

Aku tidak peduli dengan segala macam kalimat tidak bermutu dari semua member Exo. Aku terlalu malu, itu saja. Walaupun aku tahu jika Yixing oppa hanya melihatku biasa saja. Chanyeol oppa melepas pelukanku dan menyuruhku duduk di sebelahnya.

 

“Lay hyung, adikku kesini ingin melihatmu. Katanya kangen.. Aduh, Cheonsa kenapa memukulku?!”

 

Apa aku bilang, Chanyeol oppa adalah orang paling menyebalkan kedua setelah Kyuhyun ahjussi (aku hanya memanggilnya oppa di hadapannya saja, hehe). Aku melihat Yixing oppa hanya tertawa kecil dan memandangku dengan lembut. Ya Tuhan, aku banar-benar melting di tempat saat ini.

 

 

Ia dan Chanyeol oppa mengambil gitar mereka masing-masing. Apa yang akan mereka lakukan? Chanyeol oppa berada di sebelahku sedangkan Yixing oppa berada di sofa sebelah kanan kami. Member lain hanya diam menunggu apa yang akan mereka berdua lakukan.

 

“Lay hyung ingin menunjukkan sesuatu untukmu.” Chanyeol oppa tersenyum padaku lalu mulai memainkan gitarnya.

 

Aku tahu lagu ini. Judulnya Lucky, salah satu lagu baru mereka. Ternyata lagu ini terasa lebih indah jika dimainkan dengan gitar. Dan mungkin menjadi lebih indah lagi karena Yixing oppa dan Chanyeol oppa yang memainkannya.

 

Hanya Yixing oppa yang bernyanyi sepajang lagu, tentu saja karena akan sangat awkward jika Chanyeol oppa yang bernyanyi dengan suara bassnya yang jika tertawa saja fals, haha. Just kidding, oppa. Suara Yixing oppa entah mengapa terdengar sangat indah di telingaku, bahkan melebihi suara Chen oppa ataupun Jongwon ahjussi.

 

Dan seketika aku terkejut. Bukan, bukan karena Chanyeol oppa yang menyanyikan nada tinggi. Bukan juga karena Yixing oppa yang menatap mesra ke arahku (harus kuakui aku menginginkan hal itu, kekeke). Namun karena Yixing oppa yang menyanyikan bagian rapnya setelah Chanyeol oppa. Dan ia menatapku!

 

Benar-benar melirik kearahku disaat part-part yang artinya.. Huaa!

 

 

Apa ini tandanya Yixing oppa menyukaiku? Apakah aku boleh berharap? Apakah gadis kecil nan manis sepertiku ini boleh berharap pada pria dewasa nan baik seperti Yixing oppa?

 

 

So lucky to be your love.. Zhang Yixing..

 

0o0

 

Little Things (One Direction)

 

 

Minggu pagi, aku bangun pukul enam pagi seperti biasa. Hari ini ada banyak sekali jadwal latihan. Karena aku tinggal bersebelahan dengan dorm Exo, jadi aku harus merapikan diriku lalu bergegas menuju tetangga sebelah untuk membangunkan ke-12 makhluk yang sangat susah untuk dibangunkan, apalagi Chanyeol oppa.

 

Aku dengan tidak sopannya, tanpa mengetuk pintu atau sejenisnya, membuka knop pintu dorm mereka dan langsung masuk melihat keadaan sekitar dorm. Tumben sekali dorm ini rapi. Aku berkeliling dan mendapati kehampaan yang menyebalkan. Mereka ini tidur atau mati?

 

Aku mengetuk kamar yang kuketahui adalah milik Chanyeol oppa dan Baekhyun oppa. Dan tepat dugaanku, sia-sia, karena mereka adalah manusia yang walaupun ada gempa bahkan tsunami sekali pun tak akan terbangun. Akhirnya aku pasrah dan memilih untuk pergi ke dapur, membuatkan sarapan untuk mereka.

 

Saat aku tengah asyik dengan masakanku, aku mendengar derap langkah seseorang. Awalnya kukira Kyungsoo oppa atau Chen oppa yang biasa bangun lebih dulu dan langsung menuju dapur. Namun tebakanku salah besar.

 

 

“Cheonsa?”

 

Sebuah suara halus yang membuatku merinding baru saja terdengar di telinga kananku. Aku merasa ada lengan yang melingkari pinggangku dan pundak kananku ikut terasa berat. Dan aku, sadar tak sadar, mengenal suara siapa itu. Suara namja yang selalu membuatku berpikir mungkin aku mempunyai penyakit jantung.

 

 

Cup~

 

 

Mataku membulat dengan sendirinya. Kurasa ada sesuatu yang baru saja menyentuh pipiku. Aku sudah tidak mempedulikan bagaimana nasib masakanku selanjutnya. Apakah akan gosong atau bahkan menyebabkan dorm kebakaran pun aku tak peduli. Yang aku pedulikan saat ini hanyalah jantungku yang sepertinya berhenti berdetak. Seperti ada jutaan kupu-kupu, atau bahkan lebah yang menyengat hatiku dengan segala kegembiraan.

 

Morning kiss, nae Cheonsa..

 

 

Ia, Yixing oppa. Benar-benar Zhang Yixing, pria yang selalu membuatku merindukannya. Ia melepas pelukannya lalu memasangkan sesuatu di telingaku. Sebelah headphone yang sedang memutarkan sebuah lagu dengan instrumen gitar yang sepertinya tak asing di telingaku.

 

“Kau tahu lagu ini? Ah, aku sangat menyukainya. Dan, hey, ingatkan aku untuk menyanyikan lagu ini untukmu lain kali. Kau tahu kan jika aku orangnya pelupa. Dan, biar aku saja yang memasak. Sepertinya kamu masih mengantuk.”

 

 

Mengapa kalimat sepanjang itu terdengar seperti melodi yang sangat indah di hatiku? Ia..ingin menyanyikan lagu ini..untukku? Benarkah? Aku masih mencerna segala perlakuan dan kata-katanya pagi ini. Bahkan aku masih terdiam saat ia kini sudah mengambil alih semua masakanku.

 

Aku benar-benar jatuh cinta dengannya. Dengan pria dewasa pelupa yang dengan tanpa kesadarannya berhasil membuatku menjadi pelupa juga. Lupa bagaimana caranya bernapas dan berpijak karena sekarang kurasa tubuhku melayang sampai ke galaksi kampung halaman Kris oppa.

 

 

I’m in love with you, and all your little things..

 

0o0

 

Good Person (Super Junior)

 

 

Huaa.. Latihan hari ini sangat melelahkan. Aku dan beberapa trainee lainnya baru saja selesai latihan dance. Setelah ini aku harus mengerjakan prku. Dan, astaga! Aku lupa jika besok aku harus mengumpulkan tugas gambarku! Ahh, aku paling tidak bisa yang namanya meng-gam-bar.

 

Karena semuanya sudah selesai, aku langsung saja pamit pada pelatih dan semua temanku. Aku harus mengerjakan gambar itu sebelum mengantuk atau aku tidak boleh masuk kelas besok. Bayangkan saja, aku sudah diberi toleransi hanya masuk tiga hari dalam seminggu dan malah tidak mengerjakan tugas? Sepertinya aku lebih baik dimarahi Baekhyun oppa yang cerewet daripada harus berhadapan dengan guruku satu itu.

 

Dan, ya Tuhan demi Kim Myungsoo yang sangat tampan! Aku melihat Chanyeol oppa sedang duduk santai di sofa ruang tamuku. Dan ia tidak sendiri. Ada.. Baekhyun oppa, Jongin oppa, Yixing oppa.. Huaa! Mengapa mereka ada di dormku?!

 

 

“Kami tidak akan mengganggumu. Kami hanya bosan di dorm dan memutuskan untuk mampir kemari.”

 

Chanyeol oppa memang suka seenaknya. Kalau saja ia bukan kakakku dan ia tidak mempunyai banyak fans, aku akan dengan senang hati menenggelamkannya ke sungai atau menerbangkannya ke luar angkasa dengan pesawat jet.

 

 

“Chanyeol oppa..”

 

“Apakah tidak boleh aku mengunjungi adikku yang sangat manis ini?”

 

 

Menjijikkan. Daripada aku melihat aegyonya yang aneh itu lebih baik aku langsung mengerjakan prku. Setelah ganti baju dan menyiapkan segala alat gambar lainnya, aku langsung duduk di depan meja belajar dan berdoa. Semoga Tuhan mengirimkan malaikatnya malam ini untuk membantuku!

 

Baru saja aku memegang pensil dan hendak menggoreskannya di kertas..

 

 

Huaa.. eommaa aku menyerah!”

 

 

Aku menundukkan kepalaku di atas meja. Aku benar-benar tidak mempunyai inspirasi. Sekarang sudah pukul sembilan malam dan mataku entah mengapa terasa sangat berat. Aku sudah hampir terlelap saat kurasakan ada lengan hangat yang melingkari tubuhku.

 

Aku refleks terduduk dan menemukan suatu hal yang kurasakan sebagai deja vu. Ia.. Apakah ini mimpi? Apakah sekarang aku sukses tertidur dan Tuhan memberikanku mimpi yang kelewat indah ini? Ataukah..

 

“Katanya ingin mengerjakan pr? Kenapa malah tidur?”

 

 

Aku, masih dengan keadaan sadar tak sadar, hanya mampu mengerjapkan mata berkali-kali. Masih merasa ragu apakah ini mimpi ataukah kenyataan. Aku tak merespon omongannya sama sekali, namun mengapa ia terus menunjukkan senyumnya itu padaku?

 

“Wah, menggambar? Mungkin aku bisa membantu.”

 

Dan kini ia duduk di sampingku. Atau mungkin lebih tepatnya di belakangku? Karena posisi kami saat ini sangat membuatku bingung. Ia melingkarkan tangannya dan menyatukannya dengan tanganku. Ia menuntun jemariku untuk menggoreskan segala macam garis dan bentuk yang menurutku sempurna.

 

 

Ia memiliki jiwa seni yang tinggi, termasuk seni untuk meluluhkan hatiku.

 

 

Nah, selesai.” ucapnya kelewat lembut.

 

Entah karena faktor waktu yang sudah larut, atau ini memang hanya khayalanku saja. Aku merasa tubuhku ringan dan seakan melayang. Aku masih terus memperhatikan wajahnya yang sepertinya mengantuk juga. Setelahnya, aku merasa dihempaskan perlahan dalam sebuah kelembutan yang nyaman. Aku kembali terbaring di ranjangku.

 

 

“Tidurlah dengan nyenyak. Jalja.”

 

 

Ia mencium keningku, merapikan poniku yang terurai. Tak lupa juga ia membalutku dengan selimut kesayanganku. Aku mendengar pintu kamar ditutup dan selanjutnya hanya ketenangan yang kurasa.

 

0o0

 

Aku terbangun di pagi harinya dengan sebuah teriakan yang menurutku terdengar sampai dorm sebelah.

 

 

Huaaa gambarku! Eh?

 

Aku mendekati meja belajarku, dan.. Jadi.. semalam itu.. Bukan mimpi? Semalam itu kenyataan?! Yixing oppa..

 

 

Ia adalah Zhang Yixing, pria baik yang selalu menolongku dengan segala perlakuan manisnya.

 

0o0

 

Love Falls (Juniel ft. Jonghyun CN.Blue)

 

 

Natal tinggal dua hari lagi. Tak terasa aku akan segera debut menjadi penyanyi. Sebelumnya aku ditawari untuk bergabung dengan sebuah grup, namun kutolak. Aku ingin sukses dengan hasil kerja kerasku sendiri. Sekarang aku sedang berjalan-jalan di taman.

 

Semua pemandanganku tertutup salju yang saat ini turun perlahan. Sangat indah. Mungkin aku akan merindukan masa-masa bebasku ini, karena jika nanti semua orang mengenalku, aku tak akan bisa lagi sebebas ini.

 

Kadang aku juga merasa kasihan dengan para sunbae yang lain. Mereka tidak bisa bebas berkeliaran dan berkeliling. Harus menggunakan penyamaran yang sangat merepotkan. Apalagi Chanyeol oppa. Ia kan seorang namja kelewat tinggi dengan senyum khas, yang walaupun menggunakan penyamaran apapun tetap saja akan ketahuan.

 

Hah.. Aku kangen jalan-jalan dengan Chanyeol oppa seperti dulu. Makan es krim dan cake kesukaanku, bermain di taman hiburan. Sekarang aku malah jalan-jalan sendiri tak tentu arah. Aku hanya bosan, itu saja. Jika terus-terusan di dorm aku bisa gila karena tetangga sebelah (dorm Exo) sangat berisik. Entah apa yang mereka sedang kerjakan.

 

Saat sedang berjalan, aku merasa ada langkah lain selain bunyi langkahku. Aku panik. Siapa yang tak panik jika diikuti orang asing dan kau adalah seorang gadis manis yang menarik perhatian? Aku terus berjalan dan semakin mempercepat langkah kakiku.

 

Dan..

 

Aaaaa..”

 

Orang itu, membalikkan tubuhku agar menghadapnya. Aku terdiam. Seorang pria yang memakai masker dan jaket tebal berwarna hitam. Namun matanya.. Sepertinya aku mengenali orang ini. Mata teduh dan menenangkan itu..

 

 

Deg!

 

 

Jangan bilang jika ia adalah pria yang selalu membuat jantungku sukses berhenti berdetak. Jangan bilang bahwa ia adalah pria dewasa yang bahkan terlihat sangat manis di mataku. Jangan bilang bahwa ia adalah malaikat penolongku yang selalu ada untukku. Jangan bilang..

 

 

“Cheonsa. Apa mungkin.. Aku menyukaimu?”

 

 

Aku benar-benar mati rasa sekarang. Yang ada hanyalah sebuah letupan kegembiraan yang aku sendiri bingung bagaimana cara meluapkannya. Apakah ini mimpi lagi? Apakah jangan-jangan selama ini aku hanya bermimpi dan tak pernah terbangun? Karena sesungguhnya Tuhan, hal ini sangat indah.

 

Ia membawaku kedalam hangatnya dekapannya. Memelukku seakan aku adalah sesuatu yang berharga untuk dilepaskan. Seakan aku istimewa di hatinya. Aku balas memeluknya dengan erat. Ini sangat indah. Aku tak akan meminta apapun lagi, ini sudah lebih dari cukup.

 

 

Ehem.. Aku hanya akan mengatakannya sekali, jadi dengarkan baik-baik..” ia menatap mataku lekat. Wajahnya sudah tidak tertutup masker lagi, membuatku dapat melihat wajah malaikatnya yang sangat menawan.

 

“Aku tak tahu mengapa pria sepertiku bisa menyukai gadis kecil yang terpaut enam tahun dariku. Aku tak tahu mengapa tiap aku melihatmu jantungku seperti tidak berfungsi dengan baik. Aku tak tahu mengapa kau terlihat sangat manis bahkan saat sedang kesal sekali pun..”

 

 

Tunggu, ini ia sedang menyatakan perasaannya atau malah mengejekku? Aku tahu aku masih kecil (tidak kecil juga, sih), aku tahu aku hanya gadis imut yang disayangi semua sunbae, aku tahu..

 

 

“Tapi yang aku tahu, kau adalah seorang malaikat yang dikirimkan Tuhan untuk mewarnai hariku. Membuat hidupku menjadi ceria hanya dengan melihat wajahmu. Dan.. Kurasa aku mencintaimu..”

 

 

Apakah yang ada di hadapanku ini benar Yixing oppa? Seorang Zhang Yixing? Lay Exo yang selalu terlihat polos saat di depan kamera? Lay yang baik hati dan lucu? Apakah ini sisi romantis dari seorang Zhang Yixing?

 

Ia mendekatkan wajahnya padaku. Haha, aku sudah tahu hal apa yang selanjutnya akan terjadi. Harap jangan dilihat, adegan tujuh belas tahun keatas..

 

 

Cup~

 

 

Dan ternyata.. Ia hanya mencium keningku. Namun tak apa, aku jadi tahu bahwa ia benar-benar tulus mencintaiku bukan karena apa yang aku punya. Dan aku mencintainya. Segala apa yang ia miliki, aku menyukainya.

 

 

“Apa kau tahu? Adegan ini aku pelajari dari salah satu movie video, dengan improvisasiku sendiri tentunya.”

 

Sumpah, aku membulatkan mataku dan menatapnya tak percaya. Sedetik kemuadian, aku langsung tertawa terpingkal-pingkal. Menertawakannya seolah ia adalah pelawak profesional yang baru saja mengungkap behind the scene dari pertunjukkannya.

 

Hey, kenapa tertawa?”

 

 

Ia adalah seorang Zhang Yixing dengan sisi romantis dan tak lupa kepolosannya.

 

0o0

 

1-4-3 Acoustic.Ver (Henry Lau)

 

 

Akhirnya debutku tinggal menghitung hari! Aku sekarang sedang berada di ruang latihan tempat Exo saat ini berlatih. Jangan tanya padaku, aku juga heran mengapa tiap aku latihan atau apapun itu pasti ada Exo juga di tempat yang sama. Sepertinya Tuhan tahu jika Chanyeol oppa sangat menyayangiku dan tak mau jauh-jauh dariku.

 

Aku melihat Exo membawakan lagu Growl untuk menghilangkan rasa bosanku. Katanya untuk penampilan pertamaku, aku akan membawakan salah satu lagu sunbae Super Junior M, Henry oppa. Dan katanya juga aku akan memainkan duet gitar dengan salah satu sunbae di SM juga. Kira-kira siapa, ya?

 

Exo sudah selesai dan mereka kini langsung duduk di sekelilingku. Entah kenapa sampai saat ini aku masih sedikit takut jika para member Exo mengajakku bicara atau hanya sekedar menggodaku. Aku selalu sembunyi dalam pelukan Chanyeol oppa dan yang lain pasti bilang kalau kami kakak-adik yang lucu.

 

Dan saat ini pun juga begitu. Aku tak peduli dengan Chanyeol oppa yang masih menarik napas karena kelelahan. Aku langsung memeluknya saat ia baru saja duduk di sampingku.

 

Hey, jika seperti ini terus bagaimana kamu bisa jadi penyanyi yang nantinya diperhatikan banyak orang, hm?”

 

Chanyeol oppa mengelus rambutku dan menciumnya, membuatku merasa nyaman. Hanya aku yang mendengar omongan Chanyeol oppa, karena ia barusan berbisik dengan sangat pelan. Aku masih terus diam dalam pelukannya, sampai kudengar ada orang lain yang memasuki ruangan ini.

 

“Cheonsa, Lay, kalian kutunggu di ruang vocal lima menit lagi.”

 

Itu seperti suara manager oppanya Exo. Dan, tunggu! Cheonsa..dan..Lay? Yixing oppa?! Jangan bilang kalau..

 

 

“Cheonsa, ayo kita ke ruang vocal.”

 

Aku langsung melepaskan pelukanku saat aku merasa ada yang mencubit pipiku. Tentu saja bukan Chanyeol oppa, karena tangannya kan lebar, hehe. Dan dalam sekali tarik, ia langsung menggenggam tanganku dan kami berdua berjalan bersama menuju ruang vocal.

 

 

Ia, Yixing oppa yang selalu membuatku terkejut dengan segala perlakuan tak terduganya.

 

0o0

 

“Kalian silakan berlatih sendiri dulu. Beberapa pelatih ada meeting mendadak dengan Lee sajangnim.”

 

 

Dan aku langsung beku di tempat mendengar hal itu. Rapat dengan Sooman ahjussi pasti akan memakan waktu cukup lama. Dan jantungku mungkin akan copot dari tempatnya karena terlalu lama berdekatan dengan Yixing oppa.

 

“Kau sudah tahu lagunya, kan? 1-4-3 versi akustik. Jadi kita berdua akan tampil duet. Aku hanya menyanyikan beberapa bagian saja. Kamu yang akan mengambil bagian rep, lalu..”

 

Aku bahkan tak mendengarkan segala instruksi Yixing oppa. Wajahya terlalu mempesona untuk aku lewati saat ini. Aku hanya mengangguk saat penjelasan singkatnya selesai. Ya Tuhan, semoga saja aku tidak gugup saat menyanyi nanti.

 

 

Permainan gitar dimulai oleh Yixing oppa. Aku bingung, sebenarnya apa yang Yixing oppa tak bisa lakukan. Menyanyi? Ia bisa, walau tak sebagus Chen oppa. Rap? Bisa juga. Dance? Jangan ditanya. Alat musik? Piano, gitar.. Ah! Mengapa ada orang seperti dia, yang walaupun memiliki banyak kelebihan namun tetap baik dan polos?

 

Kami bersatu dalam instrumen yang kami ciptakan sendiri. Dengan beberapa aransemen dan improvisasi ala Cheonsa dan Lay Exo. Kurasa aku jatuh cinta padanya setiap hari, jam, menit, detik, dan selamanya.

 

 

I Love You.. Zhang Yixing.

 

0o0

 

My Turn To Cry (Exo)

 

 

Aku kini sedang menyendiri di kamarku. Aku kesal! Kenapa masalah menghampiri hidupku? Kenapa aku begitu bodoh? Kenapa?! Arrghh!

 

“Cheonsa, maafkan oppa..”

 

“Chanyeol oppa, pergi! Aku tak mau melihatmu!”

 

“Cheonnie..”

 

Aku menepis tangannya dan kembali menenggelamkan diriku dalam selimut kesayanganku. Aku masih dapat merasakan lembutnya tangan Chanyeol oppa yang mengelus rambutku. Aku kesal. Aku kesal dengan diriku sendiri yang tak berguna.

 

Ini semua salahku, tapi kenapa aku yang merajuk? Aku sendiri yang mengganggu Chanyeol oppa disaat ia sedang kelelahan. Dan aku juga yang menyebabkannya dimarahi manager oppanya Exo. Wajar kan jika Chanyeol oppa membentakku?

 

Tapi kenapa justru aku yang marah? Oke, aku bukannya marah. Aku hanya sakit hati. Chanyeol oppa tak pernah membentakku sebelumnya. Aku kaget. Dan kini aku sadar bahwa aku hanyalah seorang anak manja yang selalu merepotkan orang lain.

 

 

“Maafkan aku, oppa. Aku memang selalu merepotkanmu. Lebih baik oppa keluar dan istirahatlah. Aku tak mau oppa sakit.”

 

“Cheonnie..”

 

Dan selanjutnya aku hanya mendengar suara erangan frustasinya. Aku merasa bersalah. Tapi aku juga sakit hati. Emosiku sudah mulai turun. Kami hanya sama-sama kelelahan, itu saja. Aku tadinya hanya ingin curhat dengan Chanyeol oppa, namun aku salah waktu.

 

 

“Cheonsa..”

 

Tunggu, ini bukan suara Chanyeol oppa. Ini.. suara pria yang selalu membuatku lupa bagaimana caranya bernapas. Pria yang selalu mengetahui keadaan hatiku. Dan pria yang mampu menghiburku bahkan tanpa ia sadari. Yixing oppa.

 

“Jangan menangis, ne? Chanyeol hanya kelelahan. Ia hanya..”

 

Oppaa..”

 

 

Aku memeluknya dengan erat. Aku benar-benar menangis di hadapannya. Sangat memalukan. Aku bingung. Yang aku tahu saat ini hanyalah menangis dapat membuatku lega. Yixing oppa pun hanya balas memelukku dalam diam. Ia mungkin mengerti dengan keadaanku.

 

Ia mengelus rambutku dan menciuminya. Satu hal yang selalu Chanyeol oppa lakukan untuk menenangkanku. Aku semakin terisak dan memeluk Yixing oppa semakin erat. Kurasakan detak jantung Yixing oppa yang semakin kencang. Ada apa?

 

“Cheonsa.. Oppa mohon, jangan menangis lagi..”

 

 

Ia melepaskan pelukanku. Memaksaku untuk menatap mata teduhnya dengan mataku yang saat ini sangat sembab. Tangan kirinya memegang pipiku dan tangan lainnya mengelus rambutku. Pandangannya membuatku luluh, walaupun aku masih terus terisak.

 

“Dengarkan aku. Melihatmu menangis membuat hatiku ikut menagis juga. Membuatku merasakan separuh diriku sedang bersedih. Jadi kumohon, jangan menangis lagi..”

 

Ia mencium puncak kepalaku lembut. Mataku membulat. Sentuhannya bahkan mampu menenangkanku dalam sekejap. Ia benar-benar malaikat dalam hidupku.

 

“Biarkan hanya aku yang merasakan kesedihanmu. Biarkan aku yang menggantikanmu menangis. Segala tentangmu sangat berharga, Cheonsa. Bahkan air matamu juga. Biarkan aku saja yang menggantikanmu.. Kumohon..”

 

 

Deg!

 

 

Ya Tuhan, mengapa rasanya sangat sakit dan senang yang membuatku sesak? Apakah ia memang sangat menyayangiku? Maafkan aku yang sudah membuat orang yang aku sayangi ikut menangis. Maafkan aku..

 

“Kamu harus minta maaf pada Chanyeol nanti. Ia sangat menyayangimu. Janji?”

 

“Janji!”

 

 

Zhang Yixing. Pria baik yang bahkan merelakan dirinya untuk menggantikan segala kebodohanku. Hanya dia. Yixing oppa.

 

0o0

 

Trap (Henry Lau)

 

 

Karena penampilan kami yang sukses memukau banyak orang, terutama fans Exo, aku dan Yixing oppa akan menjadi project baru SM. Kami akan menjadi duet tetap dalam hal bermusik. Dan kali ini, masih dengan salah satu lagu Henry oppa, kami akan kembali berduet dalam beberapa acara.

 

Rasanya.. Aku tak tahu. Aku terlampau senang dan tak dapat berkata apa-apa lagi. Tuhan memang baik padaku. Mungkin aku akan menangis haru jika saja sekarang aku tak sedang berada di sekeliling para namja menyebalkan ini.

 

 

Iya, rasanya aku dan Exo sudah seperti satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan.

 

 

Kami (aku dan Yixing oppa) akan menyanyikan lagu Trap dalam alunan melodi sejenis recital. Yixing oppa memainkan piano dan aku gitar. Aku bahkan masih membayangkan bagaimana jadinya kami nanti. Jodoh memang tak kemana-mana.

 

 

“Cheonsa, ayo latihan.”

 

Yixing oppa tiba-tiba sudah muncul tepat di depan wajahku. Dan.. Aku merasa seakan dunia berhenti berputar. Duniaku maksudnya. Wajahnya yang kelewat polos itu selalu mampu membuatku tersihir akan pesonanya.

 

 

“Aku lelah, oppaa..”

 

Aku memang benar-benar lelah. Aku merayunya dengan aegyoku yang menurut Chanyeol oppa sangat menggemaskan. Dan entah hanya perasaanku atau tidak, tatapan mata Yixing oppa berubah menjadi.. aneh?

 

“Baiklah. Biar tidak lelah..” ia memainkan rambutku dengan pandangan yang tak pernah kulihat sebelumnya.

 

“Bagaimana..jika kamu kucium?”

 

 

Deg! Mati aku.

 

 

Aku refleks bangkit dari dudukku dan perlahan melangkah mudur menjauhinya. Namun naas, aku lupa beberapa adegan di film yang jika sang yeoja mundur perlahan, maka si namja akan terus maju sampai..

 

 

Bruk!

 

 

Tubuhnya terjebak antara tembok dan si namja. Cheonsa, pabo!

 

 

“Wah, terjebak, ya? Hmm.. Aku sudah pernah menyentuh yang ini..” ia menunjuk keningku.

 

“Yang ini..” lalu hidungku.

 

“Yang ini, bahkan keduanya.” selanjutnya pipiku.

 

“Dan ini sepertinya sudah..” leherku..

 

Hm.. Ini?” dan skak! Tepat di bibirku ia meletakkan jari telunjuknya.

 

 

Namun, mengapa disaat mesum seperti ini pun wajahnya tetap terlihat polos dan manis? Huaa aku mungkin sudah gila karenanya. Chanyeol oppa, tolong adikmu yang manis ini!

 

 

Huaa oppaa!

 

 

Aku langsung memeluk Yixing oppa dan menenggelamkan wajahku disana. Aku sangat malu. Mungkin wajahku sudah merah sekarang. Aku memeluknya sangat erat, takut-takut jika ia melepaskannya dan melihat wajahku yang sudah sangat merah saat ini.

 

 

“Cheonsa..”

 

Aku menggelengkan kepalaku, masih memeluknya erat.

 

 

“Cheonsa..”

 

Masih terus menggeleng.

 

 

“Park Cheonsa, sudah selesai bermesraannya?”

 

Mengapa suara Yixing oppa jadi berat seperti itu? Atau jangan-jangan..

 

 

Aku refleks melepaskan pelukanku dan melihat ke arah sumber suara. Seorang pria kelewat tinggi yang lebih pantas disebut tiang listrik kini sedang berdiri di depan pintu ruang latihan tempatku dan Yixing oppa berada. Ia melipat tangannya di depan dada. Pandangannya menggoda sekaligus mengancam.

 

 

Huaa Yixing oppa! Kenapa ada dia disini?!”

 

Ya! Park Cheonsa, kamu minta oppa cubit, ya?!”

 

 

Chanyeol oppa. Kakak paling tidak waras dan paling aku sayangi di dunia ini.

 

 

I’m Trapped, Zhang Yixing.

 

0o0

 

Because I’m Stupid (SS501)

 

 

“Cheonsa, tunggu!”

 

 

Aku hanya berlari sekuat yang aku bisa. Ini terlalu menyakitkan. Aku tak mempedulikan ia yang terus memanggil namaku. Mengapa rasanya sesakit ini? Mengapa rasanya seperti aku ditusuk ribuan pisau yang sangat tajam? Mengapa..

 

 

Ia berhasil meraih tanganku. Aku terus memberontak tapi tenaganya jauh lebih kuat dariku. Ia memelukku. Membawaku hanyut dalam hangat dekapannya. Aku sontak menangis. Mengapa semakin menyakitkan?

 

“Cheonsa, itu hanya akting..”

 

“Aku tidak peduli! Aku benci oppa!”

 

 

Nihil, aku tak bisa melepaskan diriku dari pelukannya. Aku hanya bisa menangis. Entah sudah berapa butir air mataku yang kukeluarkan hanya untuknya. Orang yang paling aku cintai, adalah orang yang sama yang membuatku sakit hati.

 

 

“Kau mencintaiku, sayang.. Ingat itu..”

 

 

Deg!

 

 

“Aku membencimu!”

 

Dan setelah ucapan terakhirku itu, pelukannya mengendur. Aku langsung melepaskan diriku dan berlari lagi menjauhinya. Mengunci diriku dalam kamar dan menangis sejadinya hari itu. Aku bodoh.. Bodoh karena mencintaimu..

 

0o0

 

Pasca insiden itu, aku sudah tidak pernah lagi berbicara dengan Yixing oppa. Kami menjadi jauh. Entahlah, aku tidak peduli. Hatiku masih sakit melihat masa lalu. Walaupun itu hanya akting, tetap saja hatiku sakit melihatnya.

 

Adegan ciuman Yixing oppa dengan salah satu model yang sangat cantik. Aku cemburu, tentu saja. Karena itu pula aku selalu menangis dan akhirnya sekarang sakit dan tidak bisa bekerja. Aku artis baru, tapi sudah ada saja masalahnya.

 

 

“Ayo Cheonsa, makan buburnya.”

 

Chanyeol oppa tak ada bosannya menyuruhku makan. Aku tidak lapar. Aku sakit hati!

 

 

“Park Cheonsa..”

 

Oppaa..”

 

 

Aku tak kuat. Aku hanya bisa memeluk Chanyeol oppa. Aku menangis semakin kencang. Aku tahu aku egois. Aku tahu aku berlebihan. Tapi.. Tapi..

 

“Sebaiknya kamu minta maaf pada Lay hyung. Ia juga akhir-akhir ini jadi sering melamun dan tak konsen latihan.”

 

Chanyeol oppa mengelus rambutku. Tangisku mulai mereda. Aku tahu aku yang salah. Aku tahu aku bodoh. Aku hanyalah gadis kecil yang tak tahu apa sebenarnya arti cinta. Aku tak tahu apa itu saling mengerti dan percaya.

 

 

Yixing oppa.. Maaf.. Aku memang bodoh.

 

0o0

 

You Don’t Know Love (K.Will)

 

 

Chanyeol oppa dan Yixing oppa sepertinya sedang bicara serius di balkon dorm. Aku yang saat ini sedang bermain dengan Jongin oppa di ruang tamu malah memfokuskan pandanganku pada mereka. Apa yang mereka bicarakan?

 

 

“Cheonsa, oppa ke dapur dulu ya mengambil makanan. Jangan kemana-mana!”

 

Ne!”

 

“Anak manis.” Jongin oppa mencubit pipiku lalu beranjak menuju dapur.

 

 

Karena aku penasaran, aku pun memutuskan menguping pembicaraan Chanyeol oppa dan Yixing oppa. Mereka sedang menatap langit sore itu. Persis sekali seperti adegan galau di film yang sering aku tonton. Mereka hanya terdiam sambil memandangi langit. Tapi wajah mereka menyiratkan keseriusan.

 

 

“Ia masih anak kecil, hyung..”

 

“Aku tahu. Tapi.. Arrghh! Mengapa aku harus mencintai gadis kecil sepertinya?”

 

 

Mereka membicarakanku. Kurasa aku akan menangis detik ini juga. Jadi.. Yixing oppa menyesal karena mencintaiku? Ia..tidak tulus? Bulir air mataku kembali turun sekarang. Aku bermain di dorm Exo agar mendapat hiburan dan cepat sembuh. Namun mengapa ini yang aku dapat?

 

 

“Ia masih belum tahu soal cinta. Aku..mengerti itu. Ia pasti sangat cemburu dan sakit hati saat melihatku berciuman dengan Hyunra saat syuting itu. Aku mengerti..”

 

“Sudahlah hyung, jangan menyalahkan diri sendiri.”

 

 

Aku langsung menjauh dari balkon dan terisak pelan. Aku tak mau lagi menjadi beban bagi semuanya. Tidak Chanyeol oppa ataupun Yixing oppa. Aku hanya meringkuk di sofa. Bodohnya aku karena aku lupa jika ini dorm Exo dan Jongin oppa telah kembali dari dapur.

 

 

“Cheonsa, kau kenap..”

 

Oppaa..”

 

 

Aku memotong pertanyaannya dan langsung memeluknya. Aku tak peduli siapa yang aku peluk. Jongin oppa juga salah satu oppaku di Exo. Selanjutnya ia tak banyak bertanya dan hanya membiarkanku menangis dalam pelukannya sampai tak sadar aku terlelap dalam mimpiku.

 

 

Maaf oppa, aku tak tahu soal cinta. Yang ku tahu hanyalah aku mencintaimu. Itu saja.

 

0o0

 

Don’t Go (Exo)

 

 

Sudah seminggu aku dirawat di rumah sakit. Tubuhku tak sakit, namun hatiku masih sakit. Dan dokter bilang aku hanya stres dengan masalah yang terjadi belakangan ini. Dan memang benar. Aku sudah tak dapat memikirkan apapun lagi. Hatiku mati rasa.

 

“Cheonsa.. Cepatlah sembuh..”

 

 

Chanyeol oppa masih setia menemaniku disini. Ia bahkan sampai rela mengambil cutinya yang berharga hanya karena aku. Aku memang adik yang sangat merepotkan. Mata Chanyeol oppa terlihat sangat mengantuk. Aku kasihan juga melihatnya.

 

 

Oppa.. Lebih baik oppa pulang dan istirahat. Aku baik-baik..”

 

“Kau mau bilang baik-baik saja?! Cheonsa, oppa mohon jangan lakukan hal konyol yang malah akan menyiksamu. Oppa menyayangimu..”

 

Oppa..”

 

“Kembalilah jadi Cheonsa yang periang seperti dulu..”

 

 

Miris. Aku hanya mampu memandang Chanyeol oppa nanar. Air mataku sudah habis untuk menangis beberapa hari yang lalu. Emosiku sudah hilang. Jiwaku hilang.

 

 

“Chanyeol, pulanglah. Biar aku yang menjaganya disini.”

 

Yixing oppa tiba-tiba sudah muncul di hadapan kami. Chanyeol oppa memandang Yixing oppa dengan mata lelahnya, sedangkan aku membalikkan tubuhku agar tak dapat melihat pria itu. Aku hanyalah seorang gadis kecil yang egois, kan?

 

 

Setelah aku mendengar suara pintu tertutup, aku merasakan usapan tangan lembut di rambutku. Yixing oppa memang selalu mampu membuatku nyaman dengan segala perlakuan tak terduganya. Namun, mengapa kami harus jauh seperti ini? Karena kebodohanku..

 

 

“Maaf.. Cheonsa. Oppa merindukanmu..”

 

 

Air mata pertamaku setelah beberapa hari ini tak jua keluar. Dan itu karena Yixing oppa. Hanya dengan mendengar suaranya saja hatiku ikut bergetar merasakan sakit hatinya. Ia sangat pengertian. Aku malu pada diriku sendiri yang tak bisa menjadi gadis sempurna untuknya.

 

Aku akhirnya luluh dan berbalik menghadapnya. Ia sedang duduk di samping ranjangku. Ia menggenggam tanganku erat. Menautkan jemari kami, dan rasanya hangat. Ia masih terus mengelus rambutku. Rasanya nyaman. Sangat nyaman.

 

 

“Ayo kita mulai dari awal lagi. Dengan cinta yang saling mengerti dan saling percaya. Maaf jika oppa banyak salah padamu. Oppa mencintaimu..”

 

 

Ia bangkit dari duduknya, mendekatkan wajahnya padaku. Dan perlahan, jarak kami semakin terhapus. Aroma napasnya yang lembut tercium olehku. Bibir kami bertemu. Rasanya sangat manis dan menyenangkan. Aku melingkarkan lenganku di lehernya.

 

Kami terhanyut dalam ruang cinta yang kami ciptakan sendiri. Sampai aku merasa tak kuat lagi. Yang terakhir aku ingat hanyalah tanganku yang mulai mengendur dari lehernya, kepalaku yang terasa pusing, dan teriakan Chanyeol oppa. Sebelum semuanya menjadi gelap.

 

 

Walaupun aku pergi. Hatiku tak akan pernah pergi darimu, oppa..

 

0o0

 

Epilog

 

 

Yixing masih terus membolak-balik halaman demi halaman sebuah buku diari kecil dengan motif bunga mawar. Kesukaan Cheonsa.

 

 

Hyung.. Kau baik-baik saja?”

 

Chanyeol menepuk pundak Yixing. Pria berlesung pipi itu hanya tersenyum lalu kembali memandang awan senja yang terlihat sangat indah. Mengingatkannya pada gadis manjanya yang menggemaskan.

 

“Kukira kelainan jiwanya sudah perlahan sembuh. Ternyata tidak, ya? Hhh, aku merindukan adikku, hyung. Apa kau juga?”

 

 

Yixing hanya terdiam. Ia masih ingat jelas segala macam penjelasan dokter yang menurutnya sangat diluar nalar. Seorang Cheonsa, gadis kecil yang sangat ia cintai, menanggung beban seberat itu. Miris. Yixing hanya bisa berdoa. Semoga Cheonsa benar-benar menjadi malaikat surga untuknya.

 

 

“Nona Park Cheonsa, sejak umur delapan tahun memiliki kelainan jiwa. Tidak bisa disebut gila. Ia hanya rawan stres dan butuh banyak kasih sayang. Ia sama sekali tak boleh merasakan sakit hati yang membuatnya banyak pikiran. Saya juga masih belum tahu ini penyakit atau apa. Dan kematian Cheonsa ini, saya duga karena ia terlalu stres dan tak kuat menanggung beban mentalnya sendirian.”

 

 

FIN

 

 

Annyeong^^ Angel balik lagi. Maaf jika ff ini masih banyak kekurangan. Dan maafff banget karena Angel punya banyak utang ff entah itu sequel ataupun chaptered. Angel lagi banyak tugas, dan ide selalu mentok (tapi lancar kalo buat cerita baru) hehe. Harap sabar aja ya! Read and comment! Gamsahamnida and annyeong^^


Delay Death (Chapter 3)

$
0
0

gkjhkjhkm

 

Title: Delay Death Chapter 3

Author: kaigirlfriend

Main cast: Choi Sulli of f(x) and Park Chanyeol of EXO-K

Support cast: Seohyun of SNSD

Genre: romance, fantasy, sad, hurt

Length: Chaptered

Rating: PG-15

Quotes: bisakah aku menunda kematian itu?

Disclaimer : the story is pure mine. the cast not mine. i’m just borrow it.

Credit poster: invander09.wordpress.com

Sulli POV

Aku setuju untuk ikut dengan Chanyeol. Walau aku baru sehari mengenalnya tapi aky yakin dia tidak berbohong, dia akan memberiku tempat tinggal dan pekerjaan. Setelah ia membayar biaya rumah sakit, ia menyuruhku untuk menunggu di lobi karena dia ingin mengambil mobilnya di tempat parkir. Aku sempat khawatir saat menunggu di lobi, mana tahu dia melarikan diri tapi tiba-tiba ada sebuah mobil hitam berhenti depanku dan jendela mobil itu terbuka menampakkan Chanyeol. Aku buru-buru masuk ke mobil itu lewat pintu belakang.

Saat aku masuk ke mobil, Chanyeol menatapku aneh “wae? Apa ada yang salah denganku? Tatapanmu itu sangat mengerikan” tanyaku.

“sebenarnya siapa yang majikan disini?” kata Chanyeol sinis.

“ah, mian” aku meminta maaf. Biasanya aku diantar supir jadi aku kebiasaan duduk dibelakang. Aku tak menyangka kebiasaanku itu akan terbawa sampai kesini. Aku pun langsung pindah tempat duduk ke samping Chanyeol.

Selama perjalanan, aku tak bertanya kemana Chanyeol akan membawaku. Tapi aku terkejut saat Chanyeol berhenti dan menyuruhku masuk ke sebuah rumah mewah “wah, apakah ini rumah untukku? Kau baik sekali, Chanyeol-ssi”

“ya! enak saja! Ini rumahku dan mulai hari ini kau menjadi pem-ban-tu disini. Tugasmu mencuci dan menggosok baju, menyapu seluruh halaman tiap hari, mengepel halaman tiap dua hari sekali, menyapu dan mengepel seluruh bagian di rumah ini seminggu dua kali, menyiram tanaman di kebun belakang, membersihkan rumput liar, membuat sarapan pagi dan jangan lupa untuk membersihkan perabotan” jelas Chanyeol panjang lebar.

Aku terkejut “apa kau tidak punya pembantu yang lain? Masa semua pekerjaan dirumah ini aku yang mengerjakan?”

Chanyeol menatap tajam kearahku “kau kan tidak punya pekerjaan lain. Sebelumnya, aku yang melakukan pekerjaan itu sendirian padahal aku harus mengurus perusahaan juga tapi aku tak pernah mengeluh sepertimu”

Aku terdiam. Sepertinya mulai detik ini aku akan menjadikan seorang Park Chanyeol sebagai idolaku. Selama ini, aku tak pernah membantu appa mengurus perusahaan, aku selalu menyuruh pelayan untuk membersihkan kamarku, aku tak pernah sungguh-sungguh mengikuti pelajaran disekolah. Aku bukanlah anak yang baik dan bisa dibanggakan untuk orangtuaku. Seketika aku merasa bersalah kepada mereka padahal kemarin aku membenci mereka.

“sekarang mulailah bekerja” Chanyeol menepuk pundakku pelan.

Aku langsung bekerja. Aku benar-benar pusing mengerjakan semua pekerjaan rumah ini karena sebelumnya aku tak pernah melakukannya. Chanyeol sesekali melihatku bekerja dan berkata “apakah kau tidak pernah membersihkan rumahmu? Atau jangan-jangan seumur hidup kau tidak pernah punya rumah jadi kau tidak tahu cara membersihkan rumah????”

Chanyeol POV

Sudah sepuluh hari yeoja itu bekerja untukku. Dia mengalami kemajuan pesat tiap harinya. Ia tidak membuat masakan gosong, memecahkan piring, membuatku jatuh karena lantainya terlalu licin dan sebagainya seperti di hari-hari awal ia bekerja.

Pagi ini aku melihat sarapan sudah tertata rapi di meja makan. Aku mencari yeoja itu diseluruh penjuru rumah dan menemukan ia sedang mencoret tanggal kemarin dengan menggunakan pena berwarna merah.

“kau terlalu rajin mencoret tanggal-tanggal di kalander seperti waktumu sangat berharga” kataku.

“hmm.. ya, waktuku tinggal 64 hari lagi” jawabnya.

“waktumu tinggal 64 hari lagi? Apa maksudmu setelah 64 hari itu kau ingin mencari pekerjaan tetap dan berhenti bekerja untukku? Sebegitunya-kah kau membenciku sampai kau ingin cepat-cepat berhenti bekerja disini?” tiba-tiba emosiku naik. Entah apa alasannya aku juga tak mengerti tapi terbesit dihatiku yang terdalam kalau aku tak rela jika yeoja ini berhenti bekerja untukku.

“bukan begitu, Chanyeol-ssi….”

Sebelum yeoja itu menyelesaikan kalimatnya, aku menceletuk seenaknya “siapa namamu?” aku baru ingat kalau aku belum mengetahui nama yeoja itu dan aku bingung memanggil yeoja itu dengan sebutan apa. Rasanya tidak mungkin kalau aku terus menerus memanggilnya ‘kau’

“sudah kubilang sejak sepuluh hari yang lalu kalau namaku Choi Sulli!!” serunya.

Aku tertawa garing “berhentilah membuat lelucon yang sama sekali tak lucu di situasi serius seperti ini! Palli sebutkan namamu yang sebenarnya! Jangan terus mengaku sebagai Choi Sulli, anak dari pemilik Choi Cooperation. Kalau tidak, aku akan melaporkanmu ke polisi karena penipuan”

Aku mendengar Sulli menarik nafas panjang “ne, nae Kim Sulli imnida” jawabnya.

“hanya karena nama belakangmu mirip dengan Choi Sulli, kau lancang sekali menggunakan  marganya” cibirku, kemudian aku pergi meninggalkannya.

Setelah kejadian ini, aku menjadi malas menegur yeoja bernama Kim Sulli itu.

Sulli POV

Empat hari terakhir ini Chanyeol tak pernah menegurku, ia seolah-olah menganggapku tak ada dirumah ini. Aku ingin sekali menegurnya tapi rasa takut dan gengsiku mengalahkan semuanya. Oh ya, empat hari yang lalu aku keceplosan mengatakan kepada Chanyeol bahwa waktuku tinggal 64 hari lagi. Untungnya, Chanyeol tidak menyadari yang aku maksud 64 hari lagi adalah waktu hidupku. Aku benar-benar tak ingin memberitahu ke siapapun mengenai hal ini. Tapi Chanyeol salah sangka dan menduga bahwa 64 hari itu adalah waktuku bekerja disini. Ia langsung marah-marah tak jelas.

Chanyeol juga masih tak percaya kalau aku adalah Choi Sulli, anak dari pemilik Choi Cooperation. Aku pun terpaksa berbohong dengan menyebutkan namaku Kim Sulli.

Pagi ini Chanyeol tak menyentuh sedikitpun sarapannya, ia langsung pergi bekerja tanpa sarapan. Aku jadi khawatir dengannya, bisa-bisa dia sakit. Malam tadi ia juga tak memakan makan malamnya dan alhasil semua makanan tadi malam terbuang sia-sia. Ah! Pabo Sulli! Kenapa kau memikirkan seseorang yang belum tentu juga memikirkanmu?

Aku yang sekarang dengan aku yang dulu sangat berbeda. Dulu, orang lain-lah yang mengkhawatirkanku tapi sekarang akulah yang mengkhawatirkan orang lain. Dulu, aku sama sekali tak bisa memasak dan membersihkan rumah tapi sekarang aku sudah bisa melakukannya. Mungkinkah jika appa dan eomma mengetahui aku yang sekarang … mereka akan bangga dan mempedulikanku?

Ting Tong, bunyi bel rumah membuyarkan lamunanku. Aku menebak-nebak siapa yang bertamu karena selama aku bekerja dirumah ini tak ada tamu yang datang. Ketika aku membuka pintu, muncul seorang yeoja yang sama sekali tak aku kenal. Dari gayanya, yeoja ini sepertinya adalah seorang chaebol.

“chogi yo, agassi ingin mencari siapa?” tanyaku sopan.

“hah? kau? Kenapa kau bisa ada disini? Apa kau tinggal disini bersama Chanyeol?” tanya yeoja itu seolah-olah pernah bertemu denganku sebelumnya.

“ngggg, aku pembantu disini. Sebelumnya apa kita pernah bertemu?” tanyaku lagi.

Yeoja itu nampak mengangguk-anggukan kepalnya “oh, ternyata kau hanya pembantu disini. Oh ya, Seohyun imnida, aku yeojachingu Chanyeol. Aku dan Chanyeol yang waktu itu membawamu ke rumah sakit saat kau pingsan di restoran. Ah, percuma saja aku menceritakannya padamu, pasti kau tidak tahu”

Setelah berkata seperti itu, yeoja yang ternyata adalah yeojachingu Chanyeol bernama Seohyun langsung masuk ke rumah tanpa permisi. Aku kesal dengan Seohyun tapi aku tak tahu aku kesal dengannya karena dia masuk tanpa permisi atau karena dia adalah yeojachingu Chanyeol.

Didalam rumah, Seohyun mengacak-acak semua barang “ya! apa yang kau lakukan? Aku sudah lelah merapikan itu semua”

“diam kau! Apa hakmu melarangku? Kau hanya pembantu disini sedangkan aku adalah yeojachingu Chanyeol yang sebentar lagi akan menikah dengannya. Dengan begitu, aku juga majikanmu!” bentak Seohyun.

Aku mengelus dadaku, berusaha bersabar. Sebelumnya, aku tak pernah merasa direndahkan seperti ini. Aku masuk ke kamarku tapi ketika aku keluar dari kamar betapa terkejutnya aku. Kondisi rumah ini sudah seperti perang dunia II. Karena sudah frustasi, aku hampir menampar Seohyun.

“ya! berani-beraninya kau menampar yeojachingu-ku!” tiba-tiba Chanyeol datang. Aku langsung menarik tanganku.

“ini tidak seperti yang kau lihat, Chanyeol-ssi…” sebelum aku menjelaskan apa yang terjadi pada Chanyeol, Seohyun tiba-tiba memeluk Chanyeol dan berkata “chagi, untung saja kau datang. Yeoja itu hampir membunuhku setelah dia selesai mengacak-acak rumah ini”

Tak aku duga, Chanyeol berkata seperti ini “kau keluar dari rumah ini, karena mulai sekarang kau dipecat!”

“MWO?”

TBC

 


Frozen EXO Version (Chapter 1)

$
0
0

Frozen EXO Ver Chapter 1

Cast :
Kim Minseok (Xiumin) as Elsa boy ver
Kim Min sung as Anna (OC)
Park Chanyeol as Kristoff
Wu Yi Fan (Kris) as Prince Hans

Other Cast:
Shindong as shopkeeper
Yunho as Westles Duke
Luhan as Chanyeol’s deer
Kangta and Boa as Minseok’s parent
Jongdae (Chen) as Olaf

Rating : G
Genre :family, romance, fantasy
Author : Riana (@Riana19059129) | R.Kim
Length : chaptered
Disclaimer : Semua tokoh di cerita hanya milik Tuhan YME. Kkkk~ maaf jika ada kesamaan ide cerita dan tokoh. Tapi karya ini 100% dari otak author. Mohon dukungan atas ceritanya juga ya J
Maaf jika banyak TYPO juga ya, author agak keburu nulisnya soalnya hehehe~
Mohon dukungannya….~

 

The Story Begin….

 

Di sebuah kerajaan EXOdelle yang tenang dan damai, hidup Raja Kangta yang memerintah kerajaan mungil tersebut. Ia memiliki 2 orang anak, laki-laki dan perempuan. Minseok sebagai kakak dan Min sung sebagai adiknya. Mereka hidup dengan damai.

Minseok memiliki kekuatan istimewa, ia dapat membuat es, salju, membekukan benda, dan beberapa keajaiban lainnya. Ia dan Minsung sangatlah suka membuat boneka salju.

“Minseok Oppa, bangun! Bangun!”

Minsung kecil menarik-narik tangan Minseok yang gempal seperti kapas, Minseok membuka matanya sedikit.

“Tidurlah Minsung, hari sudah malam. Aku ingin tidur….”

“Tidak bisa Oppa! Langitnya terjaga, akupun ikut terjaga. Karena itu kita harus bermain dan bermain…” Minsung merebahkan tubuhnya di atas perut Minseok.

“Kau mau membuat boneka salju, Oppa?”

Minseok membuka matanya dan tersenyum senang. Dengan langkah cepat dan hati-hati kedua anak itu menuruni tangga ke arah ruang pesta dansa yang kosong. Minseok dengan cepat membentuk salju dari kedua tangan ajaibnya.

Mereka membuat boneka salju yang mereka beri nama Chen. Sungguh manis dengan hidung dari sebatang wortel yang mengiasi wajah lonjong Chen.

Dengan gembiranya mereka bermain bersama, membuat boneka salju bernama Chen. Bermain papan luncur, dan Minseok membuat undak-undakan untuk dilompati Minsung.

“Wuhu! Cepat Oppa! Tangkap aku!”

Minsung dengan semangat melompati setiap undakan yang dibuat Minseok dengan kewalahan, tangannya mulai lelah karena harus membuat terus-terusan. Tiba-tiba ia terpeleset sebelum membuat gundukan salju yang cukup tinggi untuk pijakan Minsung.

“Minsung awas!”

Minseok tanpa sengaja mengulurkan tangannya, menembakkan kekuatannya yang tepat mengenai kepala Minsung hingga membuat gadis kecil itu pingsan. Minseok panik setengah mati dan segera mengangkat Minsung.

“IBU! AYAH!”

Minseok meraung sekeras mungkin, ia begitu panik saat Minsung tak juga bangun. Ayah dan ibunya kaget setengah mati melihat keadaan istana menjadi beku dan dingin.

“Minseok! Minsung!” ibunya kaget dan histeris melihat keadaan Minsung.

Sambil menyerahkan Minsung ke tangan ayahnya, Minseok berusaha menjelaskan semuanya. “I-itu kecelakaan, aku tidak sengaja.”

“Aku tahu kemana kita harus membawa Minsung!”

Ayah Minseok segera mengambil keputusan secepat mungkin. Tengah malam yang dingin itu, mereka berempat segera berkuda ke hutan yang berada di seberang danau. Tak ada cara lain untuk menyelamatkan Minsung.

Di hutan yang gelap, Minseok berpegangan erat pada ayahnya. Mereka berhenti ketika berada di tempat penuh batu yang berlumut. Jika tidak hati-hati terlihat seperti batu biasa, tetapi kemudian batu itu berguling dan bergerombol di tengah-tengah memperlihatkan sosok mereka.

“Itu Troll!”

Minseok semakin mempererat pegangan pada ayahnya.

Ketua dari para troll itu segera memeriksa Minsung, ayah Minseok dapat bernapas lega ketika mengetahui Minsung bisa kembali seperti biasa.

“Tapi aku harus menghapus memorinya beberapa, jangan khawatir aku akan menyisakan kebahagiaan pada ingatannya.”

“Apa ia tidak ingat jika aku punya kekuatan khusus?” Minseok bertanya dengan takut-takut.

“Tentu saja nak.”

Segera, Minsung bisa tersenyum meskipun belum membuka matanya. Ketua Troll itu mendekati Minseok dan berbicara banyak hal yang membuat anak laki-laki itu ketakutan,

“Minseok, kekuatanmu terus berkembang. Ada keindahan di dalamnya, tapi ada juga kehancuran di dalamnya. Kau harus bisa mengendalikan kekuatanmu, jika tidak kekuatan itu sendirilah yang akan menjadi musuhmu.”

Ayah Minseok berpikir sejenak sebelum akhirnya membuat tindakan untuk melindungi Minseok, “Minseok akan kujaga. Kupastikan ia bisa mengendalikan kekuatan, hingga sampai pada waktunya gerbang istana akan ditutup, kami juga akan mengurangi staf kerajaan. Melindungi Minseok dari dunia luar bahkan dari Minsung sekalipun.”

Mulai pada detik itu, kehidupan Minseok benar-benar terisolasi melebihi narapidana yang dikurung di dalam penjara. Ia tidak ingin menemui adiknya lagi, ia terlalu takut untuk menggunakan kekuatannya karena pernah melukai saudaranya sendiri. Ia merasa kesepian, tapi ia benar-benar ketakutan.

Minsung kini kesepian, ia tidak ingat apapun tentang kekuatan Minseok. Ia hanya ingat jika ia suka bermain salju bersama satu-satunya kakak tercintanya. Setiap hari ia tidak lelah mengetuk pintu kamar Minseok dan mengajaknya keluar. Meskipun Minseok selalu menjawab dengan jawaban yang sama.

“Minseok-ya… apakah kau mau keluar? Ayo kita membuat boneka salju. Tidak membuat boneka saljupun tidak apa-apa.”

Dengan suara ceria yang sedikit cempreng, Minsung kecil berteriak di depan kamar Minseok. Namun, belum terdengar jawaban.

“Bukankah kita dulu dekat? Mengapa kau menghilang begitu saja? Kita bisa mengelilingi istana….” tambah Minsung lagi.

“Pergilah Minsung!”

Wajah ceria Minsung berubah menjadi muram, ia pergi menjauh dari depan kamar Minseok dan bermain sendirian di ruang dansa istana yang sepi. Sejak kehidupan Minseok terisolasi, tidak ada yang datang ke istana selain keluarga kerajaan saja dan beberapa pegawai kerajaan. Minsung benar-benar berusaha untuk bahagia walaupun seorang diri.

Sementara itu Minseok berdiri di dekat jendela dan menyandarkan tangannya di pinggiran tembok. Namun, hal yang tidak biasa terjadi. Kemampuannya keluar begitu saja hingga membekukan bagian dinding tadi.

Ia tahu kekuatannya bertambah besar. Ia semakin takut, ia mengenakan sarung tangan untuk menahan kekuatannya sendiri. Ia takut anggota keluarganya akan terkena dampatk buruk, bukan hanya anggota keluarganya, tapi juga orang lain. Ia berusaha untuk tidak merasakannya, melihatnya, dan memasukkan itu. Ia hanya perlu bertahan dan bersikap biasa.

Bertahun-tahun kemudian, Minseok dan Minsung tumbuh dewasa. Beberapa tahun lagi Minseok sudah bisa memimpin kerajaan EXOdelle. Usianya cukup matang untuk seorang laki-laki.

Namun, menjelang 1 tahun pengangkatan dirinya menjadi raja yang baru, orang tuanya tewas tenggelam di samudra saat mengunjungi kerajaan lain. Ia semakin mengurung dirinya, tidak ada yang bisa mengerti dirinya, tidak ada yang bisa ia ajak bicara. Satu-satunya yang bisa ia lakukan adalah, membekukan kamarnya sendiri karena ketakutan terhadap kekuatan ‘spesialnya’ terlalu besar.

“Minseok…..” panggil Minsung di depan pintu kamar Minseok dengan lirih. “Kenapa kau menyembunyikan dirimu? Semua orang bertanya tentangmu. Kita hanya punya satu sama lain….”

Tidak ada jawaban sama seperti biasa, karena sekarang ini Minseok juga putus asa menghadapi hidupnya. Menghadapi kekuatannya.

Tubuh gadis remaja itu merosot pada daun pintu, dari kedua bola matanya mengalirlah aliran air mata yang hampir tidak pernah ia keluarkan. “Apakah kau mau membuat boneka salju….?”

Gadis itu berusaha menyanyi seperti saat ia kecil, kebiasaan yang tidak pernah berubah. Tetapi suaranya tercekat oleh isak tangis. Ia hanya bisa menangis sedih di depan pintu kamar satu-satunya keluarga yang ia punya.

 

Pagi itu, gerbang istana kerajaan EXOdelle terbuka dengan lebarnya sejak subuh. Hari ini adalah pengangkatan Minseok menjadi raja yang baru. Hari itu adalah pertama kalinya sejak ia tidak menampakkan diri di depan umum. Ia berusaha keras untuk tidak menggunakan kekuatannya saat ia melepas sarung tangannya.

Berbeda dengan Minseok yang gugup, Minsung sangatlah bersemangat menyambut musim panas hari itu. Sejak pagi dengan gembira ia telah mengelilingi istana yang telah dibuka untuk umum, berlari gembira melihat cahaya memenuhi ruangan mereka yang pengap.

Tidak cukup sampai sana, Minsung juga berjalan mengelilingi area luar istana sambil menyapa semua penduduk yang juga antusias merayakan pengangkatan raja Minseok, atau yang mereka lebih kenal dengan nama Xiumin. Semua orang berbondong-bondong menuju halaman istana, dan gereja untuk melihat pengangkatan raja baru mereka.

Saking gembiranya Minsung tak sengaja menabrak seorang laki-laki yang sibuk dengan kudanya hingga terjatuh. Agak malu, Minsung meminta maaf pada laki-laki muda itu.

“Ups, maaf aku tidak sengaja tadi. Maafkan aku.”

Laki-laki itu hanya menggeleng dan tersenyum, “Tidak apa-apa. Ngomong-ngomong, kau siapa? Apakah kau penduduk EXOdelle?”

“Aku putri Minsung. Aku adik dari raja Xiumin, dan kau adalah…..”

“Pangeran Kris dari Esemtown. Jadi kau adiknya…. kau datang ke gereja hari ini ‘kan?” Laki-laki bernama Kris tadi memperkenalkan dirinya dengan sopan.

Minsung menjadi tersipu melihat tingkah Kris yang sopan. Ia tersenyum dengan cerah melihat senyum pria itu, “I-iya, aku harus pergi sekarang. Sampai nanti.”

Minsung berlari meninggalkan Kris yang terus melambaikan tangannya sambil tersenyum cerah. Ia dibuat salah tingkah oleh gadis muda itu. Bahkan ia masih saja tersenyum walaupun Minsung sudah menghilang dari pandangannya.

 

Xiumin menjalani upacara pengangkatan dirinya dengan gugup. Ia benar-benar sempat ketakutan saat harus memegang benda logam khas kekuasaan kerajaan. Ia tahu sangat berbahaya membiarkan ketakutan terus menguasai dirinya, membuat dirinya dikendalikan oleh kekuatannya.

Namun, syukurlah Xiumin bisa mengantisipasi semua itu, dengan tetap mengenakan sarung tangan berharganya.

“Inilah Raja Xiumin, dan Putri Minsung!” Penasihat kerajaan memanggil mereka berdua untuk berkumpul di ballroom istana. Walaupun agak canggung, mereka berdua berdiri berdampingan layaknya saudara. Saat itu Xiumin dapat sedikit tenang karena tak perlu melakukan apapun selain melihat rakyat dan relasinya berkumpul di ballroom untuk berdansa dan menikmati pesta.

Xiumin melirik ke arah adiknya yang berdiri canggung, berinisiatif untuk memanggilnya karena sudah lama sekali ia tidak berbicara, “Hai…”

Minsung menoleh dengan kaget, ia berusaha bersikap biasa. Tentu itu mudah baginya, karena ia adalah anak yang ceria, “Oh hai. Hai untukku? Oh, oh… selamat untuk pengangkatan dirimu.”

“Terima kasih. Jadi, inikah yang disebut dengan pesta?”

Xiumin bergumam dengan tidak jelas. Melihat orang-orang menikmati pesta di hadapan mereka, Xiumin berpikir pastilah sangat menyenangkan bisa ada di tengah-tengah orang-orang di sana. Sayang, ia tetap tidak bisa.

“Bukankah menyenangkan? Aku harap kita bisa seperti ini. Selamanya. Pintu gerbang selalu terbuka, orang-orang bergembira.”

Minsung bercerita dengan mata berbinar, ia sangat senang. Mendambakan pesta yang luar biasa adalah kebiasaannya sejak kecil, dan sekarang pesta itu terwujud. Menyenangkan sekali.

“Salam Raja Xiumin, aku Yunho dari kerajaan Westles, sebagai relasi terdekat kita bisa membicarakan bisnis kita.”

Seorang raja muda berdiri di hadapan Xiumin. Seperti biasa Xiumin hanya tersenyum dan menyuruh raja itu menikmati pesta terdahulu. Ia tidak ingin pusing membicarakan masalah kerajaan.

Sebenarnya, Yunho bukanlah orang yang baik-baik. Sejak awal ia sudah curiga ada yang aneh dengan kerajaan EXOdelle yang terlalu tertutup dengan dunia luar, bahkan ia baru tahu jika kerajaan EXOdelle cukup terisolasi. Yunho bukanlah orang yang suka berpusing ria, ia hanya membiarkan kesempatan yang datang untuk menguak rahasianya.

“Hei Oppa, kau senang ‘kan? Aku harap kita bisa selalu seperti ini.”

Xiumin tertegun. Ia tidak bisa membayangkan keadaan seperti itu setiap saat, ia terlalu takut berada di depan umum. Terpaksa dengan sedikit bentakan ia membalas perkataan Minsung.

“Tidak! Kita tidak bisa!”

“Tapi kenapa!?”

“Sudah kubilang, kita tidak bisa selalu seperti ini!”

Minsung terdiam, ia benar-benar heran dengan tingkah kakaknya seorang. Ia ingin menghabiskan waktu bersamanya, tapi kakaknya aneh. Dengan kecewa Minsung meninggalkan Xiumin sendirian.

 

Lagi, Minsung bertemu dengan Kris, tentu itu bisa mengobati kekecewaan hati Minsung tadi. Tanpa basa-basi ia mengajak Kris mengelilingi istana, berdansa, dan bercerita satu sama lain.

“Yah…. aku belum pernah bertemu pangaran lain, atau menciumnya. Aku selalu bermimpi mencium troll dan itu buruk bagiku.” Minsung menceritakan pengalaman cintanya yang masih melompong. Ia tidak tahu apa arti suka atau cinta.

“Tentu saja kau harus bertemu dengan laki-laki yang kau suka. Hehe….” Kris menanggapinya dengan sedikit tertawa.

“Ngomong-ngomong kau berapa bersaudara?”

Kris menaruh tangannya di pundak Minsung, “12 dan semuanya laki-laki. 3 di antaranya menganggapku tidak ada, itu secara harafiah.”

“Oh itu sama dengan kakakku. Maksudku, aku dan Xiumin dulunya sangat dekat. Tapi suatu hari ia mendiamkanku sampai sekarang ini, dan aku tak tahu alasannya hingga hari ini kenapa.” Minsung tertawa ringan sambil melahap buah anggur di tangannya.

Kris tersenyum lagi, “Yah itulah kadang seorang kakak. Kau tidak bisa mengatakan sesuatu yang tiba-tiba soal mereka, mereka mudah berubah.”

“Bersamamu… aku menemukan satu tempat Minsung…..”

“Itu gila, aku ingin mengatakan satu hal yang gila padamu.” Minsung membalasnya dengan senyum yang lebar.

“Oh tentu saja, aku suka kegilaan.”

Minsung menyentuh tangan Kris di bahunya, “Aku juga menemukan satu hal bersamamu Kris.”

“Kau tahu apa itu?”

“CINTA.”

Mereka berdua terkikik pelan karena mengatakan hal yang sama bersama-sama. Malam itu mereka menyanyi dan menari soal cinta di sekitar istana. Meskipun hanya satu hari, tetapi mereka berani mengatakannya, perasaan mereka masing-masing.

“Apakah kau mau menikah denganku?”

Kris berlutut sambil menyerahkan bunga yang ia dapat dari taman tadi. Meskipun kedengarannya sangat pelit dan tiba-tiba untuk seorang pangeran seperti dia.

Minsung tertawa pelan, “Apakah aku boleh mengatakan hal yang lebih gila lagi? Tentu saja IYA.”

 

Pesta masih berlanjut di malam itu, dan Minsung kembali ke ballroom sambil menyeret Kris dengan gembira menemui Xiumin.

Oppa aku kembali. Aku ingin mengatakan sesuatu padamu.” Ujar Minsung bersemangat sekali.

“Aku akan menikah dengan Kris. Aku ingin meminta restu darimu.”

Xiumin melotot kaget, ia sangat tidak setuju dengan permintaan Minsung yang terkesan tanpa persiapan itu, “Kalian baru saja berkenalan beberapa jam saja. Bagaimana kalian bisa memutuskan secepat itu?”

Masih dengan tersenyum Minsung melanjutkan kata-katanya, “Entahlah, tapi mungkin kami butuh beberapa hari untuk menyiapkan pernikahan kami, mungkin ada makanan, tamu undangan,….”

“TIDAK!”

“Apa?”

Xiumin mempertegas kata-katanya, “Kau meminta restu dariku? Aku katakan tidak. Apa yang kau tahu tentang cinta Minsung?”

Minsung menatap kecewa Xiumin, “Seharusnya aku yang harus bertanya padamu. Kau hidup sendirian selama ini. Kaulah yang tidak tahu soal cinta.”

Xiumin menggelengkan kepalanya tidak setuju, “Minsung bisa kita bicara berdua. Hanya berdua.”

“Tidak.” Minsung menggenggam lengan Kris, dan Kris membalasnya, “Jika ada yang kau ingin bicarakan, bicaralah pada kami berdua.”

Kris menyela dengan cepat membela Minsung, “Yang Mulia, aku…”

“Cukup dan tidak ada yang menikah. Tutup pintu gerbangnya, pestanya selesai. Sebaiknya kau juga ikut keluar dari sini.”

Kekesalan Minsung tak tertahanka, ia menarik sarung tangan Xiumin hingga lepas hingga membuat Xiumin marah besar, “Kembalikan!”

“Kenapa kau selalu menjauh dari orang lain, kenapa kau….” protes Minsung.

“Cukup Minsung.” Xiumin berjalan menjauhi Minsung sebisanya.

“Kenapa kau selalu mengurung dirimu? Kenapa kau tidak pernah berbicara pada orang lain ataupun padaku? Kenapa kau tidak pernah bercerita? Apa yang kau takutkan!?”

Xiumin benar-benar tidak tahan, ia membalikan tubuhnya dan tanpa sadar membuat kekuatannya melesat menimbulkan kristal es yang tajam, “AKU BILANG CUKUP!”

“Hah… penyihir….”

“Sudah kuduga ada yang aneh.”

Bisikan hinaan mulai memenuhi ruangan itu, dengan panik Xiumin berusaha lari keluar dari penjaga kerajaan Westles suruhan Yunho untuk menangkapnya. Tak dipedulikan rakyatnya yang melihat dengan panik karena setiap langkahnya menimbulkan kristal es yang dingin.

Tidak hanya itu kekacauan yang ia buat,butiran musim salju tiba-tiba saja turun di tengah musim panas bulan Juli itu, menimbulkan keanehan di kerajaan EXOdelle. Membuat semua orang harus bertahan di tengah dingin yang menyerang secara mendadak.

Di depan Xiumin terbentang danau yang luas. Tanpa pikir panjang laki-laki itu melangkahkan kakinya di atas danau dan membekulah permukaan danau itu. Maka dengan mudahnya Xiumin bisa berlari dari kejaran adiknya yang terus berteriak kepadanya memohon untuk kembali.

Minsung berhenti mengejar di tepian danau, kakinya mulai lelah karena Xiumin terus saja berlari tanpa henti dan semakin sulit untuk dijangkau. Kris datang menyusul Minsung dan membantunya berdiri.

“Kau tahu semua ini?” Kris mengusap-usap kaki Minsung yang sedikit lecet.

Minsung menggeleng dan mengangkat bahunya, “Aku sama sekali tidak tahu, padahal aku saudaranya.”

“Dengarlah, semua akan baik-baik saja.” Kris memeluk Minsung dengan erat, “Tunggu, Minsung lihat ke danau itu!”

Ingatlah jika Xiumin menyebrang danau itu hanya dengan bermodalkan kekuatannya, dan sekarang permukaan es yang membeku semakin meluas, menutup semua jalur perairan kerajaan EXOdelle. Tidak hanya itu, musim dingin abadi mengancam kehidupan rakyat EXOdelle yang kini tidak ber-pemimpin.

“Kris, ini buruk. Aku akan menyusulnya, ini salahku.”

“Apa?!”

 

-TBC-


I Can Make You Love Me (Chapter 1)

$
0
0

I Can Make You Love Me

 

Tittle : I Can Make You Love Me Part 1

Author : Jongchansshi

Genre : School life, Friendship, Romance

Length : Twoshoot

Rating : General

Cast :

Seok Jinhee

Kim Jongin (Kai)

Yoo Youngjae

 

Sorak-sorai pendukung masing-masing team begitu memekakkan telinga. Pertandingan basket final yang diadakan di lapangan in-door Hannam High School itu memang berlangsung terlalu meriah. Khusus final, anak-anak dibebaskan dari jam belajar agar dapat menyaksikan langsung team basket kebanggaan sekolah mereka kembali mendapatkan piala kemenangan. Tentu saja siswa-siswi yang sudah lama muak memakan rumus ataupun hapalan itu tidak keberatan, mereka malah senang.

Rata-rata murid Hannam tampak bersorak bangga ketika pemain bernomor punggung 1 itu sekali lagi melakukan shooting dan berhasil, Hannam akan kembali menang, tentu saja. Tapi beberapa diantara mereka tampak tak peduli ataupun masa bodoh dengan pertandingan yang sudah diketahui akhirnya ini. Salah satunya gadis yang tengah melamun dibangku penonton paling ujung. Tertulis Seok Jinhee pada nametag seragamnya. Mungkin karena dia tidak menyukai basket, bisa dibilang dia sangat payah dalam urusan olahraga, tetapi bukan itu alasan utamanya kenapa dia tidak tertarik.

Sesuatu membuat kepalanya pusing, surat itu lagi, ini sudah yang kesekian kalinya dan ia tidak begitu rajin untuk menghitung, tetapi lama kelamaan surat-surat itu terlihat seperti terror konyol baginya karena kadang terdengar begitu over protective ataupun possessive.

“You will love me.”

Kata-kata itu masih memenuhi pikirannya, walau dia sudah mensobek dan membuang surat itu ke kotak sampah. Apakah disekolahnya ada psikopat? Awalnya Jinhee yakin itu hanya ulah iseng seseorang yang berniat mebuatnya GR atau sejenisnya, tetapi seiseng apa orang itu hingga seniat ini? Bahkan si pengirim surat memberinya beberapa foto dirinyadi halaman rumahnya. Orang waras mana yang menguntitnya hingga segitunya?

Dari sekian banyak murid cantik di Hannam, mengapa harus dirinya yang mendapat terror tidak penting, bahkan tampak menyeramkan ini? Ayolah Jinhee bahkan tidak terkenal dan bukan anak ekskul elit sekolah. Dan dia tidak punya clue apapun tentang si pengirim yang menurutnya sangat pengecut dan berotak tidak waras.

Jinhee tiba-tiba kembali terfokus ke kenyataan ketika suara riuh disekitarnya terdengar begitu heboh. Nah kan, menang lagi. Dia memperhatikan para pemain saling ber-high five bangga ataupun berpelukkan singkat satu sama lain, pelatih mereka ikut bergabung. Lalu dia langsung mengalihkan perhatian kearah manapun ketika dirinya mengalami kontak mata dengan sang pemain bernomor punggung satu, Kai, yang tentu saja langsung membuatnya salah tingkah.

———

Jinhee berjalan menuju lockernya dengan langkah malas, pelajaran olahraga, tak hentinya gadis itu berharap semoga Mr Kang tidak masuk hari ini karena alasan istrinya melahirkan atau ban mobilya pecah atau sakit kepala atau apalah yang penting tidak masuk. Dia lebih memilih mengerjakan soal fisika 100 buah daripada pelajaran olahraga. Itu semua karena dia benci kenyataan bahwa Mr Kang pasti akan mempermalukannya, seperti biasa.

Jinhee membuka lockernya, ia langsung bergidik dan menghela napas lemah ketika menemukan satu surat lagi yang terselip didalam sana.

Seingatnya, kali ini dia mengunci lockernya dengan benar dan kunci itu selalu bersamanya. Berarti si pengecut ini memiliki kunci lockernya juga? Jinhee bersumpah tidak akan menyimpan apapun ataupun membuka lockernya mulai hari ini, tidak akan.

“I believe you will be the prettiest tomorrow night, Princess.”

Jinhee awalnya tidak mengerti apa maksud surat ini. Tapi untunglah kali ini otaknya bekerja dengan cepat. Dia memang diundang ke pesta ulang tahun Kim Haneul, kapten cheers yang digilai murid lelaki satu sekolah dan kebetulan satu kelas dengannya, tapi bukan artinya dia pasti datang. Setelah membaca surat itu, tentu saja minatnya untuk datang semakin sedikit.

“Jinhee-ya, mari ke lapangan,” ajak salah satu temannya yang mendapati gadis itu bengong didepan lokernya. Tapi Jinhee menggeleng dan menyuruh mereka pergi duluan saja.

Kali ini Jinhee tidak membuang surat itu, senyum gadis itu terpasang ketika menemukan sebuah pena yang kebetulan ada dalam loker. Dia menulis dibawah tulisan sebelumnya sebagai balasan.

“If you really a man, show who the hell you are, coward. Or better you stop doing this shit. I will never love you, note this!”

Jinhee sempat berpikir bahwa si pengecut ini salah kirim, mengingat locker Haneul terletak tak jauh dari lockernya. Kalau saja ia lupa bahwa si pengirim pernah mengirimkan banyak sekali foto dirinya.

Gadis berkulit putih pucat itu hanya menginginkan satu hal, setelah ini si pengecut itu akan berhenti, setidaknya menunjukkan siapa dia sebenarnya dan cukup berkelakuan sewajarnya saja.

Lalu dia menutup kembali lokernya, sengaja tidak dikunci dan kembali masuk kelas untuk menyimpan seragamnya didalam tas, Jinhee tidak perduli akan dimarahi guru olahraga menyebalkan itu karena pasti terlambat.

—–

Beruntung Jinhee tidak terlambat sendirian, gadis itu bersama Youngjae, teman baiknya yang kebetulan masih berada didalam kelas ketika Jinhee menaro seragam gantinya.

Daritadi Jinhee terus memikirkan sesuatu, mungkinkah semua surat itu dari Youngjae? Well, bisa dibilang Youngjae adalah satu-satunya lelaki yang dekat dengannya disekolah. Youngjae baik dan mau menemaninya kemana saja. Jinhee juga sering menitipkan kunci lokernya pada Youngjae. Dan lelaki berkacamata itu bisa dikatakan sangat pemalu.

“Jinhee-ya, apakah kau akan datang ke pestanya Haneul?”

Jinhee terdiam, terlihat berpikir. Keyakinannya semakin besar jika Youngjae yang mengirim semua ini. Bodohnya, kenapa dia baru menyadarinya sekarang? Selama ini tidak terpikirkan oleh Jinhee kalau Youngjae akan setidak ada kerjanya seperti ini. Dan kenapa Youngjae dengan teganya melakukan semuanya? Mengintainya dan….. Ah pasti dia punya alasan. Youngjae adalah anak baik, Jinhee yakin walaupun pria itu melakukan hal yang agak gila, dia pasti punya alasan.

“Tidak tahu, kau sendiri bagaimana?”

“Aku…..a..aku akan datang,” jawab Jinhee yakin dan membuat Youngjae tersenyum simpul. “Kau juga harus datang,” pintanya halus.

Youngjae mengangguk mengiyakan. Pokoknya malam itu pria itu harus mengaku pada Jinhee. Urusan dia menyukai Youngjae atau tidak itu urusan belakangan. Yang jelas jika Youngjae sudah mengaku, hidupnya mungkin akan kembali tenang. Tapi bagaimana jika bukan Youngjae? Ah itu tidak mungkin.

Jinhee ingin berlari ke lockernya dan membuang saja balasan itu. Dia pasti tidak enak jika Youngjae membaca balasannya tadi. Sewaktu Jinhee berniat untuk berbalik, Mr Kang telah lebih dulu meneriakkan namanya.

“Seok Jinhee, Yoo Youngjae, darimana saja kalian? Pacaran?”

Mau tidak mau Jinhee membatalkan niatnya dan bersama dengan Youngjae menyangkal tuduhan seenaknya Mr Kang.

“Maaf pak, tadi baju olahraga saya sempat hilang,” ucap Youngjae gugup, itu jawaban jujur dan yang sebenarnya. Tetapi guru yang paling tidak disukai Jinhee itu tidak mau memerima alasan apapun.

“Saya juga pak,” tambah Jinhee tidak terpikirkan alasan yang lebih bagus.

“Dasar pemalas, kalian pasti ingin bolos jam olahraga dan berpacaran, iya kan?” Bentak Mr Kang lagi, Jinhee sangat malu karena dibentak-bentak ditengah lapangan dan parahnya tidak hanya ada teman sekelasnya yang menyaksikan, melainkan juga anak basket inti yang entah ada urusan apa berada disini. Jinhee yakin guru olahraga nya ini memang punya masalah dengannya makanya selalu membuatnya tersudut atas dasar apa saja.

“Tidak pak,” jawab Jinhee membela diri, sedangkan Youngjae hanya diam saja.

“Baiklah, kalau begitu sebagai hukuman…”

Jinhee melemas, dia benci mendengar kata ‘hukuman’ terutama di jam olahraga dan disuruh oleh Mr Kang pula. “Kau harus memasukkan satu bola saja ke dalam Ring…hanya satu….” Jinhee masih menahan napasnya, satu bola saja bahkan terlalu susah apalagi dalam mood yang tidak baik seperti sekarang. Guru berkepala agak botak ini memang tidak bisa melihatnya senang sedikit saja, ya? “Agar kau sedikit bersemangat, Kai akan menemanimu dan menjadi lawanmu!” lanjut Mr Kang dengan senyum menangnya.

“Apa?” Jinhee reflek berteriak, yang terkejut bukan dirinya saja, tentu juga seseorang yang namanya baru saja disebutkan, Youngjae, anak basket yang lain, dan juga teman satu kelasnya. Mereka tertawa, lebih tepatnya mentertawakan Jinhee yang semakin terlihat bodoh dimata semua orang. Atau mungkin beberapa siswi merasa iri dan berpikir kenapa mereka tidak datang terlambat saja seperti Jinhee agar bisa bermain bersama Kai, karena itu adalah impian mereka.

Tapi, ayolah apakah Mr Kang otaknya sudah tidak waras? Kai merupakan SF terhandal team basket, dia bahkan kebanggan Hannam, dan harus satu lawan satu melawan Jinhee? Hiburan macam apalagi yang diinginkan Mr Kang?!

“Ta..tapi pak..” Kai mau menolak, mungkin terhina karena harus menjadi lawan seorang Jinhee. Tapi setidaknya Jinhee betul-betul berharap bahwa Kai menolak ini. Setidaknya tidak perlu ikut membantu mempermalukan dirinya.

“Bukankah tadi kau bilang sedang jam kosong?!” Tanya Mr Kang yang membuat Kai tidak memiliki alasan lain untuk menolaknya dan disetujui oleh teman-temannya sendiri. Mereka sepertinya juga bersemangat untuk mempermalukan Jinhee.

Muka Jinhee memerah sekaligus pucat karena malu setengah mati, tangannya dingin, dan rasanya dia ingin menangis ataupun lebih baik pingsan saja sekarang. Apa perlu dia pura-pura pingsan? Dia berdoa semoga terjadi sesuatu agar hal ini dibatalkan. Tetapi harapannya itu tinggallah harapan apalagi ketika Mr Kang melempar bola basket kearahnya tetapi hanya dibiarkan berlalu saja oleh Jinhee.

Kai berdecak sebal dan dia berlari untuk mengambil bola basket yang terlantun dibelakang Jinhee. Hari ini panas dan mereka dilapangan terbuka, ayolah apakah gadis ini tidak bisa bersemangat sedikit saja?

Kai mendribble bola itu dihadapan Jinhee, dia tidak perlu memasukkan bola karena tugasnya hanya sebagai center, tetapi gadis itu tetap diam saja, seperti pasrah, dan ini betul-betul membuang waktu.

“Seok Jinhee, kau mau kutambah hukumanmu?” Teriak Mr. Kang dari pinggir lapangan yang tak terhibur melihat kelakuan Jinhee yang bagaikan patung, pria berambut nyaris botak itu juga terlihat sedang memikirkan hukuman apa yang tepat untuk Youngjae.

Tidak tahu harus melakukan apa, Jinhee mengangkat kepalanya dan tidak bisa mengelak dari eye contact dengan Kai yang sedang menatapnya datar sambil mendribble bola. Jantung Jinhee berdetak begitu cepat, sangat cepat, dan dia tahu seluruh pandangan orang-orang dilapangan menatap mereka, untuk mentertawakan Jinhee ataupun mengagumi Kai.

Jinhee tidak dekat dengan Kai, walaupun mereka satu angkatan tetapi mereka sepertinya tidak pernah berbicara langsung. Kai selalu dibicarakan oleh teman sekelasnya, pria itu memang sempurna tetapi sayangnya dia sombong dan dingin. Dalam artian Kai bukan tipe yang perduli terhadap orang yang tidak dikenalnya dan suka mengabaikan gadis-gadis yang berupaya mendekatinya.

Seharusnya Jinhee bersyukur diberikan kesempatan seperti ini bersama seorang Kai, kalau saja dia memang tidak memiliki phobia olahraga dan berani menyukai Kai, setidaknya.

Dia kembali tersadar tetapi gadis itu bahkan tidak tahu harus mengambil bola bagaimana, badannya terasa benar-benar keluh, apalagi sengatan matahari yang kontras dengan tubuhnya yang semakin dingin benar-benar membuatnya lelah.

Percaya atau tidak, Kai menyerahkan bola itu terang-terangan kepada Jinhee, untungnya Mr Kang tidak menangkap pemandangan itu walaupun beberapa dari penonton yang hebohnya bahkan lebih dari pertandingan asli itu terkaget melihat apa yang dilakukan Kai. Mereka beranggapan mungkin karena Kai ingin cepat-cepat ini berakhir, tidak peduli meskipun ia akan menyandang status kalah, 20 menit membuang-buang waktu itu tidak sebentar, toh seluruh siswa juga sudah tahu kehebatannya.

“Cepat masukkan, apa kau tidak panas?” Tanya Kai dengan suara seraknya yang terdengar kesal. Jinhee memandang Kai tidak yakin, dia tahu caranya mendribble memang payah sekali sedangkan Kai hanya melihat apa yang dilakukan gadis itu dengan poker facenya, padahal sebetulnya ia ingin ikut bergabung bersama temannya yang lain untuk tertawa terbahak.

Mr Kang kaget, karena menurutnya bola itu tidak akan pernah berada ditangan Jinhee selama 20 menit dan Kai tidak akan membiarkan bola itu berpindah tangan, seharusnya.

Jinhee mencoba memasukkan bola dan yah, seperti yang seluruh orang duga, gagal.

Kai menghela napas pasrah dan mengacak-acak rambutnya ikut frustasi. Jinhee tidak berniat untuk mengambil bola yang melantun sendiri itu, jadi Kai lagi yang harus mengalah dan mengambilnya.

Kai kembali mendribble bola didekat Jinhee, kali ini dengan jarak yang sangat dekat, tidak sampai satu meter dihadapan Jinhee.

“rebut bolanya, jika kau berhasil aku akan memaafkanmu!”

Jinhee percaya bahwa dia salah dengar. Dia tahu kata-kata itu hanya mampu didengar telinganya. Sekali lagi, dia menatap Kai tak yakin. Maaf? Maaf untuk apa? Yah mungkin karena Jinhee telah membuang-buang waktu Kai. Seharusnya pria ini senang karena Jinhee tidak berusaha melawannya. Lagian jika dia mencoba mengambil, pasti Kai akan mampu mencegahnya.

Jinhee tidak mengerti harus bagaimana dan dia malah menatap Kai yang berada dihadapannya dengan pandangan clueless. Dia keterusan memandang Kai yang juga berkeringat, walau tidak sebanyak keringatnya, dan yang terakhir dilihatnya adalah muka Kai yang memerah, mungkin karena kepanasan lalu suara pluit dari Mr Kang yang mengartikan bahwa Jinhee kalah.

Gadis itu tidak peduli dengan apapun karena detik berikutnya pandangannya menjadi kunang-kunang dan gelap seutuhnya. Harapannya itu terkabul, tetapi disaat yang sudah terlambat.

——-

Jinhee membuka matanya perlahan, dia masih menggunakan pakaian olahraga dan dilihatnya Youngjae duduk didekat tempatnya tertidur. Kepalanya masih terasa pening. Ini untuk pertama kalinya dia pingsan, yah harapannya setelah ini mr Kang setidaknya kira-kira memberikan hukuman kepada murid sepertinya.

“Youngjae? Kau tidak masuk kelas?” Tanya Jinhee pelan. Suaranya terdengar serak dan membuat Youngjae langsung menyuruhnya minum air mineral.

“Aku izin. Lagipula Mrs Jung tidak masuk dan hanya memberikan tugas.”

“Jadi kau disini daritadi?” Tanya Jinhee was-was.

Youngjae mengangguk mantap.

“Tidak kemana-mana kan? Dari aku pingsan?”

Youngjae mengangguk lagi, bahkan ia belum sempat mengganti seragam olahraganya.

Jinhee menghela napas lega, itu artinya Youngjae belum membaca surat balasan bodoh darinya itu.

“Kau kenapa?” Tanya Youngjae yang melihat perubahan drastis pada raut Jinhee. “akhir-akhir ini kau tampak aneh dan suka melamun.”

Gadis itu hanya menggeleng, “tidak, tidak ada apa-apa,” ucapnya disertai senyum kikuk.

Suster datang dan menyuruh Jinhee meminum obatnya, hanya beberapa vitamin lalu ia diperbolehkan kembali masuk kelas.

“Youngjae-ya, kau ke kelas duluan saja, ada yang ingin kuambil di lockerku,” ucap Jinhee sambil tersenyum, berusaha membuat Youngjae percaya bahwa ia sudah kembali sehat dan baik-baik saja.

“Kau yakin tidak ingin kutemani?”

Jinhee mengangguk mengiyakan, karena jika Youngjae ikut, sama saja bohong. Lupakan tentang janji awalnya bahwa ia tidak akan membuka locker itu lagi.

“Baiklah, hati-hati,” ucap Youngjae sambil tersenyum manis. Harus Jinhee akui bahwa dia memang menyukai senyum pria polos itu.

Youngjae berjalan lurus menuju kelas sedangkan Jinhee ke ruang penyimpanan. Dia terburu-buru kesana dan langkahnya melambat ketika menyadari kehadiran Kai yang baru saja keluar dari ruangan tersebut. Jinhee tidak tahu harus bagaimana, bahkan ia bingung harus mengucapkan terimakasih karena menurut cerita dari Youngjae, Kai langsung menangkapnya sebelum ia terjatuh kelantai dan membawanya ke ruang kesehatan, atau berkelakuan seperti pura-pura tidak melihat Kai.

Dia memutuskan untuk melakukan pilihan yang terakhir lalu berjalan sambil menunduk. Lagipula dia hanya tidak mau jika ia menegur Kai dan pria itu malah merasa terganggu.

Napas Jinhee kembali tertahan ketika ia merasakan tangannya ditarik seseorang.

“Sudah baikkan?” Tanya Kai datar. Jinhee mengangguk singkat, masih tetap menunduk, tanpa menatap mata pria dihadapannya ini.

“Hmm terimakasih,” ucapnya ragu dan pelan tetapi tulus.

Kai melepaskan genggamannya pada tangan Jinhee lalu berlalu begitu saja tanpa berkata-kata apapun lagi, dan akhirnya Jinhee kembali bisa bernapas dengan normal.

Gadis itu memasuki ruang penyimpanan dan menuju lockerernya yang akhir-akhir ini adalah alasannya menjadi sedikit paranoid.

Tetapi…dia terkejut bukan main. Lockernya nihil, tidak ada kertas itu didalam sana. Hanya ada sebuah pena yang dia gunakan tadi, lalu sisanya tidak ada lagi.

Bukankah Youngjae berkata dia tidak kemana-mana? Atau mungkin Youngjae berbohong? Atau mungkin juga tadi lockernya sempat terbuka dan orang iseng membuang suratnya. Semoga saja yang terakhir benar.

Hal-hal seperti ini tentu saja membuat Jinhee semakin berpikiran yang tidak-tidak dan juga cemas.

———

Jinhee merasa seperti kambing congek ketika Minri yang tadinya mengajaknya kekantin berhenti dihadapan Haneul dan bercengkrama tidak jelas tentang PR Biologi yang belum mereka kerjakan, tidak usah berlebihan, bahkan Jinhee juga belum mengerjakannya.

Gadis itu lebih memilih menatap kearah lapangan karena tidak tertarik untuk bergabung membicarakan topik yang telah berubah menjadi ‘anak basket yang semakin hari semakin keren’ bersama mereka. Kai, Chanyeol, Sehun, Suho, D.O dan Baekhyun memang begitu mengangumkan, mereka bisa dibilang sempurna. Sedangkan Jinhee sadar dari awal bahwa mereka terlalu keren untuk dia gapai. Jadi mending tidak usah berharap sama sekali, bukan? Kecuali jika dirinya terlahir sebagai Haneul.

Jujur, Jinhee lebih menyukai pria biasa saja, asal dia baik hati, Jinhee akan mudah menyukainya. Ibunya terus mengingatkan agar dia mengharapkan sesuatu yang pantas dan terjangkau olehnya, agar tidak menyakitkan, dan Jinhee akan melakukan itu, dia harus realistis.

Dua gadis yang tengah asyik bercengkrama dan satu gadis lain yang sibuk melamun disana sama sekali tidak sadar bahwa sebuah bola basket melaju cepat kearah mereka. Peringatan ‘awas’ dari orang yang dilapangan telah dilontarkan dengan keras. Tetapi itu pasti terlambat jika saja seseorang tidak menangkis bola itu sehingga tidak jadi menghantam wajah cantik Haneul.

“Kau baik-baik saja?” Tanya orang-orang disekitar sana yang mulai mendekati Haneul dan khawatir melihat gadis itu masih terlihat shock bukan main, sedangkan Kai menatap adik kelasnya yang hampir mencelakai Haneul dengan pandangan marah dan dingin. Anak itu pasti akan dihabisi Kai setelah ini.

Jinhee hanya melihat Haneul yang ditenangkan oleh Minri tanpa melakukan apa-apa, dia sendiri masih sedikit shock. Yah kalau saja bola itu melambung kearahnya, bisa ia pastikan hidungnya sudah berdarah sekarang. Setidaknya gadis itu kagum dengan aksi ‘pahlawan’ Kai barusan, pantas saja banyak yang menyukai dan mengagumi pria itu.

No one can hurt you, I promise.’-

———

Setelah berbagai kejadian menyebalkan yang terjadi hari ini, bel pulang akhirnya berdering juga. Jinhee lelah meyakinkan teman-teman perempuan dikelasnya bahwa ia tidak menyukai Kai dari kemaren. Kai terlalu jauh untuk dia sukai dan Kai bukan orang baik, itu adalah alasan mutlak kenapa dia tidak mungkin menyukai Kai. Lagipula Kai mana mungkin menyukainya, ayolah Jinhee yakin bahwa anak itu masih waras.

“Mau pulang bersamaku?” Tawar Youngjae. Jinhee menggeleng yakin, dia terlihat agak dingin pada Youngjae karena menurunya Youngjae membohonginya dan dialah yang mengambil surat itu kemarin. Youngjae yang menyadari mood buruk temannya itu tidak mau mencoba memaksa. “Aku pulang duluan ya, kau hati-hati,” ingatnya. Jinhee hanya mengangguk seadanya lalu berjalan pulang sendirian. Dia bisa saja menyukai Youngjae, atau memang sudah? Tetapi kelakukan menyebalkannya ini membuat Jinhee menjadi muak. Dia sama sekali tidak suka dengan cara norak seperti ini.

Jinhee membuka handphonenya ketika berada diperkarangan rumahnya, mungkin itu pesan dari ibunya yang belum pulang atau sebagainya. Tapi kelopak mata bulat gadis itu langsung melebar ketika melihat pengirim tidak ada dikontak dan membaca pesannya.

“Fine, I will show you who the hell I am. Just come to Haneul’s party and you will know! I believe you will love me no matter what, note this Princess.”

Jinhee memutar matanya. Apalagi ini? Darimana si gila ini kembali mendapatkan nomor handphonenya? Dia baru saja mengganti nomornya beberapa hari yang lalu, tapi seingatnya dia sudah memberi tahu Youngjae tentang nomor barunya.

Karena Jinhee tahu sendiri jika dia menelpon tidak akan diangkat seperti biasanya, Jinhee memutuskan untuk membuat pesan baru dan membalas.

“I won’t come to her party. Its over now, okay? Stop disturbing me and better let me know who you are right now. And I will forgive you”

“You won’t know who I am, then. Just come, Princess, I promise I will show you and end this all!”

Dasar Youngjae kurang ajar, betul-betul tidak ada kerjaan. Aku tidak akan memaafkanmu kali ini bodoh…..!

“Fine, I will come. But don’t forget your promise.”

——-

Ulang tahun Haneul memang bisa dibilang sangat mewah. Diadakan dihotel bintang lima ditambah beberapa artis papan atas yang mengisi acara. Jinhee menyaksikan Haneul sedang bercengkrama riang dengan beberapa anggota team basket ataupun murid eksis Hannam disekililingnya yang tampak tampan ataupun cantik dan high class. Sang pemilik acara juga terlihat sangat cantik dengan gaun merah lembut membaluti kulit putihnya, persis gambaran seorang tuan putri. Jinhee tidak berminat untuk menghampiri Haneul dan mengucapkan selamat, mereka tidak terlalu dekat sebenarnya dan gadis itu lebih memilih untuk mencari keberadaan Youngjae yang sama sekali tak kelihatan batang hidungnya.

“Like I said, you re the prettiest, princess. Thanks to that baby blue gown.”

Jinhee menghela napas dan rasanya dia ingin membanting handphonenya didetik itu juga. Apa perlu dia melaporkan orang ini ke polisi? Yah jika saja dia melupakan bahwa Youngjae merupakan kandidat tersangka yang paling meyakinkan.

“Well, I came, right? So tell me, who are you?”

“Just wait, Princess, you will know later and I will make you be mine. Trust me, okay?”

“No I can’t trust you, coward. And can you stop calling me ‘princess’? It sounds so nasty, you know.”

Lalu setelahnya tidak ada balasan lagi. Jinhee berusaha untuk menikmati pesta ini sekaligus mencari-cari keberadaan Youngjae yang masih belum kelihatan. Perlukah dia menghubungi Youngjae dan menanyakan langsung teman tiga tahunnya itu berada dimana?

Sudah berjam-jam dia disini dan orang yang diyakininya Youngjae itu masih ingin bermain-main dengannya. Jinhee dapat menyaksikan beberapa temannya sudah mulai mabuk, sedangkan dirinya belum mencoba minuman yang lain selain cola disini.

Apakah dia pulang saja? Dia bosan bukan main dan dari awal sebetulnya dia tidak mau datang.

“Ya jika kau tidak mau menunjukkan siapa dirimu, baiklah. Aku pulang. Lagipula aku tahu kau siapa, coward!”

Jinhee membuat satu lagi pesan baru. Walau ‘coward’ terdengar agak kasar, Jinhee yakin Youngjae akan memaafkannya. Ah tidak, Jinhee yang tidak akan memaafkan Youngjae. Dan kali ini dia akan benar-benar pulang jika basa-basi tak jelas ini masih berlanjut.

“Wow, cool! So, siapa aku, menurutmu?”

“Yoo Youngjae.” Tulisnya seadanya, tetapi dengan penuh percaya diri. Seharusnya Youngjae tahu bahwa Jinhee tidak akan memaafkannya semudah itu setelah dia mengaku nanti. Tapi bagaimana jika bukan Youngjae, ini pasti memalukan.

“Jika kau masih ingin tahu, kau bisa ke taman belakang sekarang.” Balas orang itu lagi. Entah kenapa Jinhee menjadi penasaran. Jadi Youngjae sedaritadi berada disana? Dia memutuskan untuk pergi kesana dan meninggalkan hiruk-pikuk pesta yang memang telah membuatnya pusing dari awal.

Jinhee mencari-cari orang itu disekeliling, tapi suasana betul-betul sepi. Sebuah pesan baru kembali muncul di handphonenya dan itu tertulis nama pengirim, dari Youngjae.

Isinya… “Jinhee-ya, maaf aku betul-betul tidak bisa datang karena jantung ayahku mendadak kambuh. Maaf, baru memberitahumu sekarang. Aku betul-betul minta maaf”.

Apalagi ini? Youngjae tidak datang kemari, jadi siapa orang tidak ada kerjaan itu jika bukan Youngjae…….. Tubuh Jinhee menegang dan yang dia takutkan itu akan terjadi. Ini diluar dugaan dan kendali nya.

How can you think I’m that nerd, Princess.”

Jinhee berbalik, “KAI?” gadis itu betul-betul kaget ketika mendapati Kai yang berada dibelakangnya, menyeringai penuh kemenangan yang tampak sangat creepy dimata Jinhee. Well, Jinhee mungkin saja berani kemari karena baginya Youngjae tidak mungkin mencelakainya. Tetapi jika Kai? Dia betul-betul semakin ketakutan, apalagi setelah dia memanggil Kai dengan ‘Coward’ , pria dingin yang begitu terkenal disekolahnya ini pasti tidak akan memaafkan Jinhee begitu saja.

“Aku suka melihatmu ketakutan, kau tampak cantik, Princess.

Jinhee tidak bisa berkata apa-apa lagi. Dia sama sekali tidak pernah berpikir bahwa itu Kai. Ayolah orang seperti Kai terlalu terhormat untuk melakukan hal seperti ini, menurutnya. Tapi yang ada dihadapannya sekarang membuka matanya lebar-lebar. Yang sedaritadi memenuhi otaknya adalah ‘bagaimana bisa?’ dengan beragam pertanyaan lanjutan.

“Apa yang kau lakukan disini?” Tanya Jinhee dengan suaranya yang mulai bergetar dan mungkin terdengar begitu menggelikan ditelinga Kai. Dia mau menangis karena ketakutan dan mengutuk dirinya kenapa begitu bodoh dan pergi ke tempat sesepi ini sendirian. Dia meyakinkan dirinya sendiri bahwa ini hanya mimpi dan ketika bangun tidak ada yang tekrjadi. Dia akan tertawa terbahak mengingat Kai, si pria yang terkenal dingin dan most wanted boy disekolahnya menjadi psikopat dalam mimpi buruknya.

Tapi ia tahu ini nyata. Apalagi ketika Kai semakin mendekat dan memeluknya erat, tercium bau alkohol bercampur wangi parfum mint milik Kai. Dia tidak bisa melakukan apa-apa, bahkan berteriak pun dia tidak berani.

You are mine tonight, princess.

Psikopat!

Jinhee tahu ini adalah mimpi buruknya dan ternyata orang yang menerornya ini segila isi suratnya. Bukan hanya sekedar bercanda atau main-main, melainkan ancaman yang terbukti.

Gadis itu berteriak dalam hati, dia tidak akan mencintai Kai, tidak akan pernah. Semoga perkataannya itu terbukti.

——–

Tbc



I Miss That Momment

$
0
0

I Miss That Moment…

imtm

 

Tittle                      :  I Miss That Moment…

Author                  :  Younmi

Genre                   :  romance, sad, school life, angst

Lenght                  :  oneshoot

Rating                   :  PG – 13

Main cast             :  Zhang Yixing (Lay EXO-M), Byun Taejeong (OC), Oh Sehun (EXO-K)

Support cast       :  find them by yourself ^^

Disclaimer           :  Hai hai!! Author kembali dengan ff baru \^_^/ setelah bergulat dengan uts yang melelahkan akhirnya bisa jadi tepat waktu juga hoho *tebarsehun/o/ Semua tokoh yang ada di fanfict ini adalah ciptaan Tuhan YME dan milik keluarga serta agensinya. Sedangkan OC , alur, dan isi cerita adalah murni pemikiran author.

So, No copast! No plagiat! And don’t be silent readers ^^ oya satu lagi, untuk para readers-nim kalau ingin memberi kritik/saran mohon menggunakan bahasa yang sopan dan santun, kalian baik author akan lebih baik ^^ hargai karya anak bangsa ^_^7  

Author saranin chingudeul siapin tisu sebanyak – banyaknya dan baca ff ini sambil denger lagu korea yang sedih – sedih wkwkwk :D

Selamat membaca ^ ^

 

“ Selama aku masih mampu bernafas dan berdiri tegak, aku akan melakukan apa saja untuk melindunginya, “ – lay

“ Sejak pertama kali kita bertemu, bagiku kau adalah pria yang paling baik di dunia ini selain appa dan oppa-ku, aku tak membutuhkan kesempurnaan, yang aku butuhkan hanyalah kasih sayang dan cinta yang tulus, semua itu hanya bisa aku dapatkan jika bersamamu oppa, “ – taejeong

 

 

PROLOG

Langit mendung menyelimuti kota Changsa. Di sebuah taman kota yang cukup sepi, disanalah ia duduk termenung. Ia hanya menunduk, tak menampakan wajahnya. Tubuhnya bergetar dibarengi keluarnya suara isakan dari orang itu. siapapun yang melihatnya pasti tahu ia sedang menangis.

“ aku menyesal, maafkan aku, “

 

Flashback On

Seoul, 2013

Angin semilir berhembus kencang, daun – daun di pepohonan mulai jatuh berguguran, menandakan musim dingin akan segera datang. Terlihat seorang gadis berjalan menapaki jalanan yang tertutup daun – daun kering. Ia mengeratkan mantelnya yang tebal. Menghirup udara dingin di malam hari membuat ia menambah kecepatan berjalannya. Sambil berjalan ia menggosok kedua telapak tangannya supaya tetap hangat.

Tiba – tiba sisi kanan mantelnya bergetar, gadis itu lalu merogoh saku mantelnya.

 

“ yeoboseoyo? “  alisnya mengkerut. Entah apa yang ia dengar dari ujung telepon, namun yang pasti itu membuatnya kesal.

“ waeyo oppa? Kenapa kau tidak memberitahuku dari tadi sore, sekarang sudah larut malam, “

Gadis itu mendecak pelan.

“ ne, ya sudahlah, “

TUT. Ia langsung menekan tombol end dari ponselnya itu. Gadis itu masih kesal. Padahal ia sudah menunggu cukup lama di halte bus dekat tempatnya berlatih. Namun tak tahu mengapa, senyum lebar seketika langsung menghiasi wajah cantik gadis itu.

“ aku tahu, “ ia angsung mengangkat ponsel yang tadi ia pegang, lalu mengetik beberapa angka kemudian menekan tombol call.

“ ne, bisakah kau menjemputku? Ya malam ini lay oppa tidak bisa mengantarku pulang, apa kau tidak keberatan? “ lagi – lagi senyum itu mengembang tak kalah lebar dari yang sebelumnya.

“ kau memang sangat baik sehun oppa, gomawo, “ ucap gadis itu lalu menutup teleponnya.

Entah bagaimana, namun beberapa saat setelah ia menutup telepon, sebuah mobil sport hitam telah bertengger di depan halte bus tempat ia duduk sedari tadi. Gadis itu langsung beranjak dari tempatnya dan langsung berjalan ke arah mobil itu. Si pemilik pun turut keluar dri mobilnya.

 

“ kau sudah lama menunggu? “ tanya laki – laki berbadan tinggi dan berkulit putih yang baru keluar dari mobil itu sambil menyunggingkan senyumnya.

“ tidak juga, gomawo sudah mau menjemputku sehun oppa, “ balas gadis itu tersenyum dengan manisnya. Sehun lalu membukakan pintu mobil paling depan dan mempersilakannya duduk di jok mobil samping tempat duduk pengemudi. Setelah menutup pintunya, sehun bergegas masuk ke mobil lalu menjalankan mobilnya meninggalkan halte yang sudah sepi itu.

Taejeong Pov

Jam tanganku sudah menunjukan hampir pukul 10.00 tepat, sementara aku masi di lobby untuk mengambil surat dispen. Astaga kenapa Kim seongsangnim lama sekali? Kalau masih seperti ini aku bisa terlambat! Ah aku sangat benci yang namanya terlambat.

Aku harus ikut latihan di studio ballet untuk kejuaraan musim panas nanti. Memang masih lama, tapi tidak ada salahnya kan jika terus mengasah kemampuanku menari ballet.

Kini aku tengah berlari menuju ruang ganti lalu bersiap – siap untuk latihan. Kupercepat langkahku menuju loker tempat barang – barangku disimpan. Ketika aku membuka loker, betapa terkejutnya aku melihat sebuah boneka beruang warna putih dengan pita berwarna coklat, berada di atas tumpukan baju balletku. Boneka itu berukuran lumayan besar namun ketika aku tak sengaja menekan bagian perutnya tiba – tiba mengeluarkan suara,

 

“ annyeong taejeongie! Jeongmal mianhae, maukah kau memaafkan yixing? Yixing sangat menyesal, maafkan yixing, ne? Ya? Ya? Ya? Neomu – neomu saranghaeyo taejeongie! Wo ai ni, “

 

Suara itu, yixing? Ini kejutan sekali. Jujur saja sebenarnya aku masih marah dengan kejadian sabtu malam yang lalu. Ia tiba – tiba menghubungiku dan bilang tidak bisa menjemputku karena ada jadwal latihan dengan grup boy band – nya dan ia harus datang. Padahal hampir satu jam aku menunggu lalu tiba – tiba saja ia bilang tidak bisa. Betapa menyebalkannya namja itu!

Namun satu hal yang membuatku kini bisa tersenyum. Bukan hadiah yang ia berikan, tapi ketulusan dan usahanya untuk meminta maaf yang membuatku, ya.. terkadang berpikir bahwa lay oppa adalah orang yang romantis juga.

Bisa dibilang aku adalah yeoja yang beruntung, mengapa? Karena bisa memiliki namjachingu seperti Zhang Yixing yang selalu baik dan peduli. Semua siswa – siswi di SMA ini tahu bahwa lay oppa adalah salah satu member boyband terkenal. Banyak yeoja yang mengelu – elukan namanya. Tetapi, entah mengapa, aku yang notabene-nya adalah seorang yeoja yang sangat cuek, bisa luluh oleh pesona seorang yixing. Astaga, mungkin sekarang wajahku sudah semerah tomat rebus.

Aku langsung menaruh boneka itu lagi dan bergegas mengganti baju. Mungkin sebentar lagi pelatih hyoyeon akan mengomel karena keterlambatanku untuk latihan, tapi sudahlah. Yang penting adalah kejutan dari yixing di pagi hari ini membuatku jadi lebih semangat.

Author Pov

“ omo! Lucu sekali bonekanya! Ah aku jadi ingin, huh beruntung sekali kau taejeong, memiiki namjachingu yang sangat romantis seperti lay oppa, “ celetuk sulli di sela istirahat latihan sambil memainkan boneka beruang milik taejeong. Sahabatnya itu tersenyum penuh kemenangan saat mendengarnya.

“ sulli-ah, makanya kau harus cepat – cepat punya namjachingu seperti aku, jadi hidupmu tidak membosankan, ada yang bersikap lembut dan selalu memperhatikanmu, hehe, “ ucap taejeong.

“ yak! Jangan menggodaku taejeong, kau sendiri apa tidak merasa bosan dengan lay oppa? Dia pasti sibuk sekali akhir – akhir ini, sebentar lagi kan boy band-nya akan comeback, dia pasti jarang bertemu denganmu, “ kata sulli sambil menyuapkan salad buah ke dalam mulutnya.

Taejeong terdiam. Lalu ia memiringkan sudut bibirnya.

 

“ kau pikir selama ini namja yang ada di hidupku hanya lay oppa? “ taejeong balik bertanya. Sulli menghentikan makannya.

“ mwo? Apa maksudmu taejeong-ah? “

“ kau ingat sunbae kita di ekskul modern dance? Dia adalah putra tunggal pemilik sekolah ini, waktu ada Winter Festival di sekolah kita sempat bertemu dengannya, “

“ ah! Ne, aku ingat, memangnya ada apa? “ taejeong mendecak pelan lalu membisikkan sesuatu ke telinga sahabatnya itu.

Tiba – tiba..

“ AH JINJJA??? “ teriak sulli membuat semua yang ada di studio ballet menengok ke arah mereka. Taejeong langsung cepat – cepat membekap mulut yeoja berambut pendek itu.

“ ssttttttt… jangan berteriak sulli-ah, kau membuat malu saja, “ ucap taejoo kesal.

“ yak! Bagaimana aku tidak terkejut?! Kau berkencan dengan Oh Sehun? Apa kau sudah gila? “

“ hei, tenang. Dia yang duluan mendekatiku. Tapi aku tidak serius dengannya. Sebulan yang lalu ia mengajakku jalan – jalan, tadinya aku ingin nonton di bioskop dengan lay oppa, tapi ia sedang  recording jadi tidak bisa. Yasudah aku terima saja ajakannya, “

“ aigo, tapi bagaimana dengan lay oppa taejeong-ah? Sepertinya ia sangat mencintaimu, “

“ aku memang serius padanya, tapi aku bosan jika hubungan kami seperti ini terus, ia sudah jarang memberi kabar, bertemu pun apa lagi, jika terus seperti itu, aku tidak tahu apa aku masih bisa menjadi yeojachingunya atau tidak, “ ucap taejeong. Ia menunduk. Sebetulnya taejeong sangat lelah dengan semua ini. Ia sangat merindukan lay yang dulu selalu memperhatikannya dan selalu ada di sisinya.

Sulli merangkul sahabatnya itu erat, seolah ia mengerti bagaimana perasaan taejeong.

 

“ gamsahamnida ahjussi, semoga ia menyukai pemberianku ini, “ ucap lay sambil memamerkan senyum menawannya. Tak lupa ia membungkukan badan 90 derajat.

“ ne, sama – sama anak muda, yeojamu pasti sangat menyukai hadiah darimu ini, “ kata ahjussi paruh baya itu membalas senyumannya lalu masuk kembali ke tokonya.

Di perjalanan pulang, ia tak henti – hentinya menatap bungkusan cantik itu. Lay sangat berharap yeoja itu tidak marah lagi dan mau memaafkan kesalahannya yang kemarin. Namja itu menghirup udara pagi yang segar dalam – dalam. Lay jarang sekali bisa menikmati udara segar akhir – akhir ini, dengan padatnya jadwal latihan bersama member boy band-nya untuk persiapan comeback.

Entah mengapa tiba – tiba perutnya lapar. Lay baru ingat ia belum sarapan, ia lalu mampir sebentar ke cafe dekat sekolah. Tak disangka, disana ia bertemu dengan sehun dan teman – temannya. Mereka terlihat sedang membicarakan sesuatu. Bukan maksud lay untuk menguping, tapi nalurinya berkata ada sesuatu yang aneh dari pemuda itu. Ia lalu mengambil tempat duduk tepat dibelakang mereka.

 

“ yak! Oh sehun, bagaimana dengan yeoja incaranmu itu? kau sudah berhasil mendekatinya? “ tanya seorang namja tinggi bersuara berat, Park chanyeol.

“ ne, kau sudah mengincarnya dari awal ia masuk kan? mengapa tidak langsung kau nyatakan perasaan padanya? “ timpal seorang temannya, kali ini dari pemuda berkulit tan, Kim jongin.

“ hei..hei.. teman – teman, yeoja itu bukan yeoja sembarangan, Byun taejeong berbeda dari yang lainnya, dia itu, adalah tantangan bagiku. Jadi untuk mendekatinya, harus pakai cara yang halus, “ ucap sehun sambil menyeringai. Ia menyeruput choco bubble tea yang ada di meja. Teman – temannya berseru keras mendengar jawaban sehun. Namja berkulit putih susu itu melanjutkan ceritanya dengan semangat. Mulai dari awal pendekatannya hingga ia bisa jalan bersama.

 

Mereka tak menyadari, di sana ada lay yang mendengar semuanya. Ya, ia hanya bisa tersenyum miris mendengar kenyataan yang menyakitkannya. Yeoja yang menjadi kekasihnya selama setahun belakangan ini ternyata jenuh dengan hubungan mereka. Ia bahkan mendengar itu semua dari orang lain. Sakit? Ya tentu. Kecewa? Jelas. Namun itu semua juga karena dirinya.

Tapi lay tetap mengembangkan senyuman dan lesung pipitnya yang manis itu. Ia berjanji kali ini akan lebih menjaga taejeong, mencintainya lebih dari yang kemarin, dan selalu perhatian. Lay tak ingin yeoja yang ia cintai jatuh ke pelukan sehun yang berniat jahat.

 

Malam itu terdengar suara ponsel berdering keras sekali. Taejeong terbangun, ia membuka selimutnya. Ia cepat – cepat bangkit dari ranjangnya yang empuk. Kemudian jemarinya yang lentik meraih ponsel yang ada di atas rak buku.

 

“ yeobosseoyo? “ ucapnya masih setengah sadar.

 

“ annyeong nae yeoja, kau sedang apa? maaf ya aku baru bisa menghubungimu sekarang, jadwalku tadi siang padat sekali, sekali lagi mianhae, “ kata seseorang dari ujung telepon.

 

“ ah ne lay oppa, gwenchana, aku tahu, kau semakin disibukan oleh persiapan comeback, “

 

“ gomawoyo taejeongie, oya kau sudah mendapatkan bingkisan itu? “

 

“ ne oppa, gomawo sudah memberikan hadiah itu untukku, dan mianhae kemarin aku sempat marah padamu, tapi boneka beruang itu lucu sekali, bisa mengeluarkan suara juga. Sekali lagi gomawo ya oppa, “

 

“ gwenchana taejeongie, itu juga salahku karena terlalu sibuk sampai tak punya waktu untukmu, oya lusa nanti aku tidak ada jadwal apa – apa, maukah kau menemaniku jalan – jalan? “

 

“ kau mengajakku berkencan? Oppa ini masih saja seformal itu pada kekasihmu sendiri, haha “

 

“ emm, ya aku ingin mengajakmu berkencan, lusa nanti libur kan? hehe, nanti aku jemput ne, “

 

“ ne oppa, tapi sekarang aku ingin istirahat dulu ya, besok ada ujian, oppa belum mau tidur? “

 

“ aniyo, oppa masih ingin mendengar suaramu taejeongie, neomu boghosshipeoyo, “

 

“ aish oppa, ini sudah larut malam, kau masih saja bisa merayuku, ckck sudah sana oppa juga harus istirahat, aku tak ingin namjachinguku nantinya sakit karena kurang istirahat, “

 

“ ne..ne, oppa akan tidur, tapi kau tidur juga ya, hehe, “

 

“ yak! Aku kan tadi sudah bilang mau tidur oppa, ishh oppa ini lupa ya, “

 

“ aigo, ne mianhaeyo taejeongie, hehe. Yasudah, selamat malam malaikatku yang cantik, tidur yang nyenyak, mimpi yang indah, wo ai ni, “  ucap lay pada taejeong.

 

“ ne oppa, you too, naege saranghaeyo, “ taejeong mengakhiri telepon dan beranjak ke ranjangnya.

 

‘ lay oppa, jika saja kau bisa sesering itu menghubungiku atau menemuiku, mungkin aku tak akan mengkhianatimu, jeongmal mianhae xingie ‘ , gumam taejeong dalam hati.

 

Namun senyuman manisnya terpampang jelas ketika mengingat kejutan tadi siang dan ia juga tak menyangka lay akan meneleponnya malam – malam begini. Ia pikir namja itu sedang sibuk latihan. Taejeong kemudian meraih boneka beruang dari lay dan memeluknya erat, lalu memejamkan matanya.

At Lotte world

Keramaian memenuhi area permainan yang terkenal ini. Banyak orang yang menghabiskan waktunya untuk bermain di beberapa wahana Lotte world. Akhir pekan memang waktu yang selalu dinantikan orang banyak. Mereka mengajak keluarga, saudara, dan rekannya untuk menikmati akhir pekan disini. Tak terkecuali sepasang kekasih yang kini sedang asik bergandengan tangan sambil melihat – lihat wahana yang ada.

“ oppa, coba kau lihat disana, sepertinya aku belum pernah melihatnya, kajja kita naik! “ ajak taejeong semangat. Sementara namjachingunya terlihat lelah.

 

“ taejeongie, bukannya katamu kau sering kesini? Berarti kau harusnya sudah menaiki wahana itu,“  jawab lay lesu. Tenaganya sudah terkuras habis seharian bersama yeoja itu. Ia tak menyangka taejeong sangat hiperaktif.

 

“ yak, oppa! Aku ingin naik wahana itu, aku belum pernah menaikinya, jebal oppa, temani aku please? Baiklah, aku akan ber- aegyo supaya kau semangat lagi, kajja oppa! Bbuing..bbuing.. “ lay yang tadinya lemas bisa tertawa lepas melihat ulah taejeong yang seperti anak kecil. Lelah dan penatnya perlahan memudar.

 

“ ne, kajja kita naik, “ akhirnya lay menuruti keinginan taejeong. Ia merangkul pundak yeoja itu. mereka berdua tersenyum sumringah.

 

Keduanya lalu masuk ke area wahana bianglala yang terlihat sangat seru. Setelah mengantri, mereka berdua langsung masuk ke dalam wahana itu. Keduanya terlihat sangat menikmati kencan mereka kali ini. Hal itu terlihat jelas dari senyum lebar yang tak pernah lepas dari wajah mereka. Mereka duduk menikmati pemandangan sekeliling Lotte world yang luas dari ketinggian.

 

“ taejeongie.. “ ucap lay memecah keheningan yang tidak berlangsung lama.

“ ne, oppa wae? “ jawab yeoja itu. Pandangannya yang sedari tadi melihat keluar jendela, kini tertuju sepenuhnya pada lay.

“ aku ingin menyampaikan sesuatu padamu, “ kini namja itu mulai terlihat gugup.

“ apa itu? katakanlah oppa, “ tanya taejeong penasaran.

“ taejeongie, jeongmal mianhaeyo. Aku memang bukan namjachingu yang sempurna untukmu. Selama ini aku kurang memperhatikanmu, jarang memberi kabar, dan tak pernah meluangkan waktu hanya untuk sekedar bertemu denganmu, berkencan, atau menjemputmu. Maafkan aku yang tak pernah bisa menjadi namjachingu yang sempurna seperti keinginanmu, “ ujar lay panjang lebar. Tak sadar sebutir kristal bening telah meluncur dari kelopak matanya. Dadanya sesak. Namja itu menunduk berusaha menyembunyikan kesedihannya.

 

Sementara teajeong tersentak setelah mendengar pengakuan lay barusan. Ia tak menyangka lay akan berbicara seperti itu. Yeoja itu terenyuh perasaannya. Malah ia merasa sangat bersalah pada namja di sampingnya ini. Taejeong menggenggam kedua tangan lay dengan erat lalu mensejajarkan pandangan mereka berdua.

“ oppa uljjima, dengarkan aku. Kau salah besar jika berpikir seperti itu. Memang aku merasa sangat jenuh jika hubungan kita terlihat seperti tak ‘hidup’, tapi aku buang perasaan itu jauh – jauh. Nyatanya aku tetap mempertahankan hubungan ini sampai sekarang, mengapa?  Karena aku mencintaimu oppa, aku ingin kau yang selalu ada untuk mengisi hari – hariku, aku tak perduli dengan namja lainnya. Tidak sempurna? Siapa bilang? Sejak pertama kali kita bertemu, bagiku kau adalah pria yang paling baik di dunia ini selain appa dan oppa-ku, aku tak membutuhkan kesempurnaan, yang aku butuhkan hanyalah kasih sayang dan cinta yang tulus, semua itu hanya bisa aku dapatkan jika bersamamu oppa, “ jawab taejeong tak kalah panjang, mencoba meyakinkan lay.

 

Lay mengangkat kepalanya. Ia menatap lekat – lekat yeoja yang ada di hadapannya ini. Bulir bening kembali menetes dari matanya yang indah. Ia sangat terharu mendengar penuturan taejeong. Lay lalu menangkup kedua pipi yeoja itu dan menatapnya lembut.

 

“ taejeongie, betapa beruntungnya aku dikirimkan seorang malaikat seperti dirimu. Kau mau menerimaku dengan segala kekurangan yang kumiliki. Terima kasih telah bertahan selama ini untukku. Gomawo, jeongmal saranghaeyo, “ ucap lay lalu mengecup pelan bibir mungil yeoja itu. Mencurahkan seluruh perasaannya dengan lumatan yang lembut dan tak bernafsu. Ia kemudian mengecup kening taejeong penuh kasih sayang dan beralih mencium puncak kepalanya. Terakhir, lay memeluk taejeong sangat erat. Yeoja itu membalas pelukannya erat sembari tersenyum manis.

 

“ ne oppa, wo ye ai ni, “ kata yeoja itu dengan bahasa mandarin. Lay tertawa kecil mendengarnya.

 

Masih dalam pelukan lay, ekspresi wajah taejeong berubah seketika. Seperti ada sesuatu yang ia pikirkan.

‘ lay oppa, mianhaeyo. Aku sudah mengkhianatimu. Diam – diam aku berkencan dengan sehun di belakangmu. Jeongmal mianhae. Aku berjanji akan memberikan hatiku seutuhnya untukmu. Aku akan memperbaiki semuanya, aku janji… ‘ batin taejeong. Keduanya melewati hari kencan mereka dengan suasana yang bahagia.

 

 

“ 1..2..3..4.. “

“ 5..6..7..8.. “ terdengar suara orang memberi aba – aba dari studio ballet. Ternyata pelatih hyoyeon sedang memberi bimbingan khusus kepada yeoja bertubuh mungil itu. Sedangkan yang dilatih terlihat sudah lelah.

“ yak, taejeong-ah, ayo satu kali lagi, kau harus bisa melakukan gerakan itu, jika kau bisa melakukannya dengan baik maka kau bisa mendapatkan skor tinggi dan berpeluang menjadi pemenang, “ ucap pelatih hyoyeon berusaha memberi semangat pada muridnya ini.

“ pelatih, aku ingin istirahat sebentar saja, kita sudah berlatih selama 3 jam, kakiku mulai pegal – pegal, ayolah kumohon, “ pinta taejeong penuh harap.

“ hmm, ya sudah, tapi lusa kita akan test ulang, sudah sampai mana persiapanmu menghadapi kejuaraan musim panas nanti, “

“ Gamsahamnida pelatih, aku akan berusaha keras, “ kata taejeong penuh semangat.

 

Setelah latihan usai, taejeong cepat – cepat mengganti baju latihannya dengan seragam sekolah. Ketika ia mengecek ponselnya, terdapat 2 pesan masuk. Yang pertama dari lay dan yang kedua dari ….

“ sehun??? “ taejeong tak habis pikir mengapa namja itu masih menghubunginya, padahal kemarin setelah acara kencannya dengan lay, taejeong sudah menyuruh sehun untuk tidak mendekatinya lagi. Namun ternyata sehun adalah namja yang pantang menyerah.

Taejeong membuka pesan dari lay terlebih dahulu. Ia membaca pesan itu sembari berjalan menuju kelasnya.

 

From     : My xingie :*

To           : Taejeong

Annyaeong jeongie! Bagaimana kabarmu hari ini? Hehe, neomu boghoshipeo :* nanti sore kau ada jadwal lagi tidak? Jika tidak, maukah makan malam denganku? :D

Your dancing machine <3

 

Taejeong tertawa kecil setelah membaca pesan itu. Ia lalu segera membalasnya.

 

To           : My xingie :*

From     : Taejeong

Aku baik – baik saja oppa, hehe

Hmm.. bagaimana ya? Tentu saja aku mau :p aku sudah tidak ada jadwal lagi nanti sore oppa, jadi kita bisa makan bersama

 

Yeoja itu langsung menekan tombol send di layar ponselnya. Senyum lebar tak henti mengembang dari wajah cantiknya.

Sementara itu, ia langsung teringat dengan pesan yang dikirim sehun. Ia segera melihat pesannya.

 

From     : Sehun oppa

To           : Taejeong

Annyeong , bagaimana kabarmu? Lama tidak melihatmu lagi.

Apa nanti kau ada kegiatan lain? Kalau tidak ada, bisakah kita bertemu setelah pulang sekolah?

Kumohon, sekali saja. Setelah itu aku berjanji tak akan menghubungimu lagi.

 

Taejeong mendengus pelan. Ia sudah berusaha keras menjauhi sehun, namun namja itu tetap saja menghubunginya. Ia lalu mulai membalas pesan namja itu.

 

To           : Sehun oppa

From     : Taejeong

Baiklah, tapi jangan lama – lama

 

Setelah mengirim pesan, taejeong langsung masuk kelas karena sebentar lagi pelajaran fisika akan segera dimulai.

 

 

KRRRIIIINNNGGGG

 

Bel pulang sudah berbunyi. Para siswa bersorak dengan wajah gembira langsung merapikan alat tulis dan memasukannya ke tas lalu bersiap pulang. Begitu juga dengan taejeong. Ia memakai ranselnya lalu bergegas keluar kelas. Ia sepertinya sudah tidak sabar bertemu dengan namjachingunya.

 

Setelah menuruni anak tangga dan tiba di lobby sekolah, taejeong berjalan keluar pintu gerbang. Ia membaur dengan anak – anak lain yang juga ingin pulang. Tanpa ia sadari, tiba – tiba ada seseorang yang menepuk pundaknya yang mungil. Seketika taejeong menoleh, ia terkejut.

 

“ sehun oppa? “ kata taejeong terkejut sudah melihat namja berkulit putih susu itu sudah berada di hadapannya.

“ ne taejeong-ah, kajja ikut aku, “ ucap sehun tersenyum sembari memegang tangannya kemudian berjalan pergi.

“ kita mau kemana? “ tanya taejeong sembari berusaha melepaskan genggaman sehun, namun sia – sia, tenaga sehun terlalu besar.

“ ada yang ingin aku bicarakan denganmu, penting. Kajja kita ke mobilku, “  ucap sehun tanpa menoleh ke belakangnya. Taejeong mengangkat sebelah alisnya.

 

Setelah masuk ke dalam mobil, sehun langsung mengendarai mobil sport hitamnya itu melesat pergi. Namun ternyata ada seseroang yang memperhatikan mereka dari jauh lalu mengikuti arah perginya mobil sehun.

 

 

“ mengapa kau membawaku ke tempat seperti ini? “ tanya yeoja bermbut coklat hazel, taejeong. Ia tidak tahu kemana sehun membawanya, namun yang jelas ia sekarang seperti berada di persimpangan jalan yang tidak terlalu ramai.

Namja berkulit putih dan berambut pink itu tidak menjawab, tetap memfokuskan pandangannya ke depan. Lalu tiba – tiba saja ia menghentikan laju mobilnya.

 

“ sehun oppa, kenapa berhenti? “ tanya yeoja manis di sampingnya.

Sehun masih terdiam, kemudian beralih menatap taejeong tajam. Taejeong sendiri merinding ketika menatap sehun. Pandangan namja itu seolah mengintimidasinya.

 

“ yak, apa yang kau lakukan?! “ taejeong terperanjat karena tiba – tiba saja sehun mendekat ke arahnya dengan tatapan yang sulit diartikan, kemudian menggenggam kedua tangan mungil yeoja itu erat.

“ justru aku yang harusnya bertanya padamu, mengapa kau lakukan itu padaku?! “ bentak sehun.

“ mwo? Apa yang sudah aku lakukan? Aku tidak mengerti apa maksudmu! “

“ ternyata benar, kau memang yeoja yang sulit ditaklukan, aku selama ini berusaha keras untuk mendapatkanmu, tapi apa? setelah aku sedikit lagi berhasil memilikimu, kau malah menyuruhku untuk menjauhimu. Dulu kau bilang kau bosan berhubungan dengan pemuda Cina itu, namun kenyataannya? Kau malah lebih memilih dia daripada aku?! Sebenarnya apa maumu taejeong?! mengapa kau membuatku untuk pertama kalinya benar – benar jatuh cinta pada seorang yeoja?! “

“ apa kau sudah tidak waras? Aku masih menjadi yeojachingu lay oppa, aku mencintainya dan aku tidak pernah sedikitpun memiliki perasaan lebih padamu, jadi lepaskan aku, dan biarkan aku pergi! “

 

Ketika taejeong berusaha keluar dari mobil, sehun tetap menahannya. Namja itu menarik tangannya keras dan mencoba menciumnya. Taejeong mencoba melepaskan diri namun usahanya nihil. Tenaganya tidak sebanding dengan sehun.

 

“ hei! Keluar kau brengsek! Lepaskan yeoja itu! “ teriak seseorang dari arah depan mobil, kemudian ia memukul kaca spion sebelah kiri mobil sehun dengan tongkat baseball hingga hancur.

“ lay oppa? “ taejeong terkejut. Mengapa namja itu tahu ia pergi bersama sehun.

Sehun segera keluar lalu mendorong orang yang menggedor – gedor pintu mobilnya.

 

“ mau apa kau?! Jangan ikut campur! “ bentak sehun sambil mendorong lay kasar.

“ kau membawa paksa gadisku! Mana mungkin aku tidak ikut campur! Sekarang lepaskan dia! “  bentak lay tak kalah kerasnya dan menarik kerah baju seragam sehun.

 

Karena sedang kalap, sehun menghantam tubuh lay dengan pukulannya. Tubuh sehun mungkin lebih kekar dari lay, namun lay mampu mengimbangi perlawanan sehun. Keduanya saling baku hantam. Taejeong yang melihat hal itu tak kuasa menahan tangisnya. Ia langsung keluar dari mobil lalu mencoba melerai mereka.

 

“ oppa! hentikan! Aku mohon berhentilah berkelahi! “ teriak yeoja mungil itu, air mata mengalir deras dari kedua matanya.

Namun keduanya seperti orang tuli, tidak mendengarkan perkataan taejeong, lay dan sehun tetap melanjutkan perkelahian mereka, hingga berakhir dengan sehun yang terkapar dengan darah dan lebam di wajahnya. Sedangkan lay, ia masih berusaha menopang badannya sendiri.

 

Pandangan lay kini tertuju kepada taejeong yang berdiri di samping mobil, yeoja itu masih menangis.

Lay lalu berlari sekuat tenaga menjemput gadisnya.

Akhirnya ia sampai pada tujuannya, gadis berambut coklat hazel.

 

“ jeongie, apa kau baik – baik saja? apa sehun menyakitimu? “ tanya lay, ia menampakan seulas senyum manisnya, mencoba menyembunyikan rasa sakit di tubuhnya akibat perkelahian tadi.

 

Taejeong tak menjawab pertanyaan lay, ia langsung berhambur memeluk namja itu, dan seketika itu pula tangisnya semakin kencang.

 

“ oppa, jeongmal mianhae, hiks. Bagaimana kau bisa ada disini? Hiks.. maafkan aku, karena aku kau jadi seperti ini, harusnya kau tidak usah datang, ini urusanku dengan sehun, kau menjadi seperti ini semua adalah salahku, hiks… “ ucap yeoja itu sembari terisak.

Lay lagi – lagi tersenyum, lalu mempererat pelukannya pada yeoja itu.

“ gwenchana, ini bukan salahmu, lagipula aku sudah memaafkanmu, masalahmu dengan sehun, aku sudah mengetahuinya, namun kau tidak usah khawatir, aku tak akan meninggalkanmu, tenanglah, “

Taejeong yang tadinya menangis, kini merasa lega setelah mendengar perkataan lay.

Mereka berdua lalu berjalan pergi meninggalkan jalanan itu.

 

Namun, mereka tidak menyadari seseorang di belakang sedang memperhatikan mereka.

Oh Sehun.

Ia masih sadar walau keadaannya sangat memprihatinkan.

Namja itu mendengus kesal. Kemarahannya semakin menjadi – jadi apalagi setelah melihat taejeong dan lay bersama lagi.

 

“ aku tak akan membiarkan kalian bersama, dia adalah milikku! “ dengan segenap tenaga yang ia miliki, sehun mengendarai mobilnya dengan kencang. Targetnya hanya satu. Zhang Yixing.

 

Taejeong yang berjalan bersebelahan dengan lay, menyadari ada suara yang aneh. Ia menengok ke belakang, dan betapa terkejutnya ia melihat sebuah mobil melaju dengan kecepatan maksimal tengah bergerak semakin dekat dan ingin menabrak orang di sampingnya, lay.

Dengan cepat, detik itu juga, sebelum mobil hampir menabrak lay, taejeong segera mendorong lay ke pinggir jalanan hingga namja itu terjatuh.

 

BRUKK!

Terdengar seperti tabrakan. Lay meringis kesakitan akibat didorong tadi, namun seketika ia sadar apa yang sudah terjadi.

Ia melihat taejeong sudah terkapar tak berdaya dengan darah membasahi tubuh yang mungil itu.

Bibirnya menganga tidak percaya, air mata jatuh setetes demi setetes.

 

“ TAEJEONGGGGGG!!!!!!!!!! “

Lay berlari sekuat tenaga, menghampiri gadisnya yang kini tak sadarkan diri.

 

“ taejeongie! Kumohon bertahanlah! Jangan tinggalkan aku! Hiks, “ lay memeluk taejeong erat. Menangis sekencang – kencangnya, ia bukan namja yang cengeng, hanya saja ia merutuki dirinya yang sangat bodoh, tidak mampu melindungi gadisnya.

 

Sedangkan sehun, namja itu terpaku di tempatnya. Ia menatap nanar pemandangan di hadapannya kini. Ya, sekarang ia sadar bahwa ia telah melakukan kesalahan terbesar yang tak akan pernah ia lupakan. Kemarahannya telah membuat ia gelap mata, hingga tanpa ia duga, ia malah menyakiti orang yang sangat ia cintai. Untuk pertama kalinya seorang Oh Sehun menangis lagi, setelah kematian ibunya beberapa tahun yang lalu.

 

Di tengah jalanan yang sepi itu, lay mengangkat tubuh yeoja itu dan membopongnya perlahan. Ia berjalan menuju mobil yang tak jauh dari tempatnya tadi, menuju si penjagal yang hampir merenggut nyawanya beberapa menit yang lalu.

 

Oh sehun, di dalam mobil itu ia terpaku. Melihat lay yang berjalan ke arahnya, membuat ia berpikir mungkin setelah ini lay akan menghajarnya habis – habisan. Tapi pikirannya salah. Namja yang lebih tua beberapa tahun darinya itu malah masuk ke dalam mobilnya. Membaringkan tubuh taejeong di sampingnya.

 

“ cepat antarkan ke rumah sakit, sekarang, “

 

 

Bau rumah sakit sangat menyengat menusuk hidung. Tapi itu tidak mengganggu kedua namja yang sedang menunggu di depan ruang ICU. Lay mondar – mandir di depan pintu ruang ICU, menanti dokter keluar dan menanyakan keadaan kekasihnya. Sedangkan namja di sebelahnya, kini duduk lemas sembari memegang kedua pelipisnya.

Keheningan melanda keduanya.

“ ini semua adalah salahku, aku sangat labil dan egois, mianhaeyo hyung “ terdengar isakan kecil dari bibir sehun. Lay menghentikan langkahnya. Ia lalu menghampiri namja itu.

“ sudahlah, yang penting sekarang kita harus banyak berdoa agar taejeong baik – baik saja, “ ucap lay sembari menampakan seulas senyum simpul di wajahnya.

Sehun yang mendengar perkataanya, menatap namja itu sayu. Ia tak menyangka lay akan seperti itu padanya. Ia pikir lay akan mencaci maki dirinya, tapi diluar hal tersebut, lay malah berusaha memperbaiki suasana.

 

Dokter kemudian keluar dari ruang ICU, lay dan sehun kemudian berhambur menghampirinya.

 

“ uisa-nim, bagaimana keadaan taejeong? “ tanya lay khawatir.

“ apa kalian keluarganya? Saya harus bicara dengan orangtuanya, “ ucap dokter sambil membenarkan letak kacamatanya.

“ orang tuanya sedang di luar negeri, sementara kakak laki – lakinya sedang dalam perjalanan kesini,“ timpal sehun.

“ aku, aku namjachingunya uisa-nim, memang bagaimana kondisi taejeong? “ tanya lay semakin penasaran.

“ begini, benturan yang keras akibat tabrakan itu membuat organ hati nona byun mengalami kerusakan total dan tidak bisa digunakan lagi, untuk itu kita harus segera menemukan donor yang cocok untuk mengganti organ hati yang rusak itu, “ jelas dokter.

Lay dan sehun sama – sama tertegun mendengar pernyataan dokter barusan.

 

“ baiklah uisa-nim, aku akan mendonorkan hatiku untuknya, “ ucap lay mantap. Sehun melihatnya seolah tidak percaya.

“ hyung, apa yang kau? “

“ selama aku masih mampu bernafas dan berdiri tegak, aku akan melakukan apa saja untuk melindunginya, “ ujar lay menatap sehun yakin.

 

Lay lalu melakukan serangkaian test untuk menguji apa hatinya cocok untuk menjadi donor bagi taejeong. Sehun juga melakukan hal yang sama, ia merasa bertanggung jawab atas semua ini. Kakak laki – laki taejeong, baekhyun juga mengikuti test pendonor setibanya di rumah sakit.

 

Hasilnya pun segera keluar. Ternyata sehun berbeda golongan darah dan baekhyun tidak bisa mendonorkan hati untuk adiknya karena dulu ia sempat terinfeksi hepatitis A. Sehingga satu – satunya pendonor yang cocok bagi taejeong adalah lay.

 

Tanpa menunggu lagi, lay langsung menjalani operasi pendonoran hati untuk taejeong. Ia tidak memikirkan apapun selain keselamatan gadisnya yang kini sedang kritis.

Setelah disuntikan obat bius, ia sempat menoleh ke arah dimana taejeong terbaring di sampingnya. Senyuman khas-nya yang manis menghias wajahnya.

“ jeongmal saranghaeyo taejeongie, wo ai ni, “ ucap namja itu pelan, lalu memejamkan matanya perlahan.

 

 

Suasana pagi itu sunyi, hanya terdengar suara kicauan burung kecil yang menari – nari dan kilauan cahaya matahari menerobos ruangan itu. Di sana, seorang yeoja terbaring di ranjang rumah sakit dengan selang oksigen di hidungnya dan kepalanya diperban.

Ia terbangun, membuka matanya pelan, dan mulai meneliti segala benda yang ada di sekelilingnya. Ketika ia sadar, ia disambut senyuman hangat dari orang tua, kakaknya, dan yang tidak ia duga, di ruangan itu juga ada sehun.

 

“ taejeongie, syukurlah kau sudah sadar nak, “ ucap eomma-nya sembari menggenggam erat tangan putrinya.

“ eomma?appa? kapan kalian kembali? “ tanya taejeong, ia memegangi kepalanya yang sedikit pusing.

“ kami segera berangkat dari amerika setelah mendengar kecelakaan yang menimpamu nak, “ jawab appa-nya. Pria paruh baya itu lega akhirnya putri bungsunya bisa selamat.

“ apa? kecelakaan? Ah, ne, ngomong – ngomong dimana lay oppa? dia baik – baik saja kan? mengapa dia tidak berada di sini bersama kalian? “

 

Sontak eomma dan appanya tak dapat berkata – kata, terutama sehun dan baekhyun. Keduanya saling melempar tatapan seolah bingung harus mengatakan apa.

 

“ hei, aku bertanya pada kalian, kenapa kalian diam semua? Tolong jawab aku, “

“ emm, taejeong, sebenarnya karena kecelakaan waktu itu organ hatimu rusak dan harus segera diganti dengan yang baru, maka dari itu kami semua mencari donor yang tepat, karena ayah dan ibu sudah tidak muda lagi, mereka tidak bisa menjadi pendonor, maka aku, sehun dan lay melakukan test uji pendonoran, ternyata hati lay cocok untuk menjadi pendonor untukmu, sehingga lay dengan sukarela mendonorkan hatinya, “ jelas baekhyun.

 

“ mwo? Lay oppa mendonorkan hatinya untukku? “ taejeong terkejut.

“ ne, itu benar taejeong, operasi pemindahan organ telah berhasil, namun tiba – tiba kondisi lay menurun drastis, dan..dan.. ah aku tak sanggup mengatakannya, “ baekhyun mengacak rambutnya kasar, ia tidak berani menatap adiknya kini.

Taejeong tidak mengerti dengan kondisi ini, terlalu rumit baginya untuk mencerna kata – kata kakaknya barusan.

 

“ taejeongie, dengarkan eomma, apapun yang terjadi, kau harus bisa tabah, “

“ apa maksud eomma? Aku tidak mengerti apa yang kalian bicarakan, kalian kemanakan yixing-ku? “ taejeong pun menangis.

“ putriku sayang, eomma yakin kau sangat mencintai lay, begitu juga lay sangat mencintaimu lebih dari ia mencintai dirinya sendiri, setelah operasimu berjalan sukses, tidak disangka kondisi lay semakin menurun, ia mengalami pendarahan yang cukup serius, dokter sudah berusaha keras menyelamatkannya, namun nasib berkata lain, lay kini sudah pergi sayang, “

 

DEG

 

“Apa? lay pergi? Meninggalkanku sendirian? Aniyo, itu tidak mungkin! Kalian jangan bercanda! “ taejeong merasa dunianya runtuh saat itu juga. Ia tidak percaya pada kenyataan. Terlalu sulit baginya jika ia harus hidup tanpa kehadiran malaikat seperti lay. Air mata mengalir dengan derasnya saat itu juga.

 

Taejeong tak bisa menahan diri, ia langsung melepaskan selang oksigen di hidungnya dan mencabut paksa infus yang menancap di tangannya. Ia tidak perduli dengan orang – orang di ruangannya itu, ia juga tidak menghiraukan darah segar yang mengucur dari tangannya.

 

Di pikiran yeoja itu hanya satu orang. Zhang Yixing.

 

Ia berusaha berjalan sekuat tenaga, mencari – cari ruangan dimana lay berada. Menyusuri lorong – lorong rumah sakit, sampai ia berhenti ketika berpapasan dengan para perawat yang sedang mendorong ranjang yang tertutupi selimut putih.

 

Taejeong memberhentikan perawat yang nampak bingung melihatnya seperti itu. Setelah meminta izin pada perawat untuk melihat orang yang tertutupi selimut itu, taejeong dengan perlahan membuka selimut itu.

 

Di dalam hatinya ia terus berdoa semoga itu bukan yixingnya, berharap apa yang dikatakan mereka semua hanyalah bohong belaka. Mana mungkin yixing meninggalkannya sendirian, namja itu telah berjanji akan selalu berada di sisinya.

 

Namun pikirannya salah. Jasad dihadapannya ini benar – benar lay. Taejeong membeku. Bibirnya tidak bisa terkatup, ia tak bisa berkata – kata. Kini dirinya tidak bisa memikirkan apapun. Tangisnya yang sempat tertahan, saat itu juga pecah. Air mata itu sudah tak terbendung lagi.

 

“ OPPAAAA!!!! “ ia langsung memeluk erat tubuh yang sudah tak bernyawa itu. Dingin. Akalnya masih belum bisa menerima bahwa tubuh yang kaku itu adalah pria yang sangat ia cintai.

 

Di lorong yang sepi itu, hanya terdengar suara isak tangisnya yang semakin kencang dan terdengar pilu. Ketika itu juga, di benaknya terlintas kenangan – kenangannya bersama lay selama mereka bersama. Ia akan sangat merindukan semua kenangan indah itu.

 

Flashback Off

 

Changsa, 2018

 

Sebuah mobil limousine berwarna hitam bergerak perlahan menuju pintu gerbang yang besar. Sesampainya di depan pintu masuk, mobil itu berhenti, lalu keluarlah seorang yeoja cantik dengan usia sekitar 24 tahun memakai pakaian semi-formal, hanya sebuah kemeja se-lengan bewarna merah muda dan rok hitam sedikit di atas lutut dipadukan dengan high heels merah, di tambah kacamata hitamnya.

Yeoja itu berjalan memasuki gerbang dan membawa sebuah buket bunga lily putih yang sangat harum wanginya.

Ia terus melangkahkan kakinya, setapak demi setapak ia lalui. Di samping kiri dan kanan terdapat banyak gundukan tanah berpapan batu. Tempat ini memang komplek pemakaman.

Yeoja itupun sampai di sebuah gundukan tanah di bawah pohon ek yang lumayan besar dan rindang. Angin semilir menyapu kulit putihnya yang bersinar. Ia bersimpuh di depan gundukan itu.

 

“ annyeong oppa, lama tidak berjumpa… bagaimana kabarmu disana? Semoga kau selalu bahagia, “ yeoja berambut coklat hazel itu melepas kacamatanya. Dialah Byun Taejeong.

 

“ kubawakan bunga kesukaanmu oppa, bunga lily putih… seputih hatimu.. “ taejeong meletakan bunga itu di depan batu bertuliskan nama Zhang Yi Xing.

Mata yang indah itu berkaca – kaca lagi. Taejeong berusaha tetap tersenyum. Namun tak bisa.

 

“ oppa, kau tahu, kau itu bodoh sekali.. “ bulir bening lolos dari matanya.

“ kau begitu saja memberikan hatimu untukku, padahal aku pernah menyia – nyiakanmu, kau sangat.. hiks.. neo neomu babboya.. “ ia membiarkan bulir bening itu meluncur deras.

 

“ apa kau tahu oppa? aku telah berhasil mencapai cita – citaku, menjadi ballerina profesional, dan itu semua berkatmu.. karena hatimu ini.. “ ucapnya sembari menempelkan tangannya di atas perut.

Tiba – tiba taejeong teringat akan sesuatu, ia mengambil sepucuk surat lama dari dalam tas kecilnya.

Taejeong mengusap pelan surat itu, sembari tersenyum simpul.

 

“ kau tentu ingat surat ini kan oppa? setiap malam jika aku tak bisa tidur, aku selalu membacanya dengan begitu aku bisa merasakan kehadiranmu, “ ujar yeoja itu lalu perlahan membuka surat itu dan membacanya.

 

Dear my Taejeongie,

Annyeong taejeongie! ^ ^ selamat karena kau sudah membuka surat ini, itu artinya kau sudah sadar dari masa kritismu. Chagiya, kau tahu aku hampir mati melihatmu tak sadarkan diri dan terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Jadi, tanpa perlu pikir panjang lagi, aku harus melakukan sesuatu untuk menyelamatkanmu…

Nae saranghaneun Byun Taejeong, melalui surat ini aku hanya ingin menyampaikan bahwa…

AKU SANGAT MENCINTAIMU.. SANGAT MENCINTAIMU.. Lebih dari aku mencintai diriku sendiri.

Aku tidak menghiraukan kesalahan yang pernah kau lakukan dan membuat luka di hatiku, tapi semua itu ku kubur dalam – dalam,mengapa?

Itulah alasannya. Karena aku mencintaimu. Maka dari itu kutitipkan hatiku untukmu.

Agar kau tetap hidup, bersama bagian dari diriku.

Setelah operasi berlangsung, aku tak memikirkan bagaimana nasibku nanti, yang kupikirkan hanya satu, dirimu.

Jika nanti Tuhan berkehendak lain padaku, jangan bersedih. Karena aku melakukan itu semua untukmu. Agar kau bisa menggapai cita – citamu menjadi ballerina profesional suatu saat nanti. Aku akan sangat bahagia bila kau berhasil.

Tetaplah hidup taejeongie, dengan begitu maka cinta kita akan tetap hidup pula.

 

                                                                                                                                                Your Dancing Machine :*

 

Dan lagi, air mata mengucur tak kalah deras dari sebelumnya. Yeoja itu memeluk surat itu seolah ia sedang memeluk kekasihnya tercinta, Lay. Walau kini kekasihnya telah pergi meninggalkannya, taejeong akan tetap menyimpan cinta mereka berdua, selamanya.

 

“ terima kasih.. untuk semuanya.. lay oppa, wo ai ni.. “

 

The End~

 

Bagaimana chingu? Tisu di rumah sudah habiskah? Hehe :’D

Saya harap chingu semua bisa memetik pelajaran berharga dari kisah ini terutama untuk yang udah pada taken *ehh :p wkwk , yaitu apa?

Kita mengetahui satu hal bahwa, wajar bila manusia memiliki rasa jenuh atau bosan terhadap pasangannya masing – masing. Entah itu karena kurang komunikasi maupun terlampau jarak yang jauh. Sehingga kita jadi menjauh dan mencari tempat lain untuk bersandar.

Tetapi chingu ada yang perlu kita renungkan,

Seberapa bosanpun dan seberapa jenuhpun kita terhadap pasangan, kita juga harus memikirkan perasaan mereka. Apa yang kita rasakan belum tentu juga mereka rasakan.

Maka dari itu, jangan sungkan untuk sering mengungkapkan rasa cinta & sayang kalian terhadap orang yang spesial, seperti orang tua, sahabat, atau pacar sekalipun ;)

Karena kita tidak akan pernah tau seberapa berharganya seseorang di kehidupan kita, hingga sampai waktunya tiba nanti mereka pergi meninggalkan kita. Hanya penyesalan yang akan dirasakan.

 

Akhir kata, author minta maaf jika sekiranya ada kata – kata yang kurang mengenakan bagi readers-nim. Sekali lagi gomawo untuk para readers yang telah menyempatkan waktunya membaca ff saya ini :’’) kritik dan sarannya jangan lupa ya chingu, dengan krtitik/saran dari kalian dapat menjadi semangat bagi author agar dapat membuat ff yang lebih baik lagi ^_^

Gamsahamnida, ppaii ppaiii ~~~/o/


I Think I Love You

$
0
0

 I Think I Love You

i think i love you

Author        : JulyJung98

Title            : I Think I Love You

Cast            : Oh Sehun (EXO-K)

Choi Hyerin (OC)

Other cast   : Xi Luhan (EXO-M)

Jung Jiyoo (OC)

Genre         : Romance, School Life

Length        : Oneshoot

Rating        : PG-15

Summary    : Love can come every time and we don’t know when the love come and to who we’re fallin in love

A/N            : Ini adalah ff pertama dr author. So, mianhae jika masih banyak kekurangan dari ff author ini cause author human too ^^ Please enjoy this story

WARNING!!!!! Typo bertebaran

 

————————————THE STORY BEGIN———————————

Hyerin POV

Cinta. Satu kata yang bisa membuat kita merasakan sesuatu yang aneh dan semua perasaan secara bersamaan dalam berbagai situasi. Entahlah, mungkin saja itu  yang kurasakan sekarang. Oh Sehun. Dia adalah sunbae-ku sejak aku berada di sekolah menengah pertama dan sekarang pun dia menjadi sunbae-ku lagi di Seoul of Performing Art School.

Sebelumnya, aku tidak pernah merasa seperti ini. Maksudku, aku belum pernah merasakan hal yang aneh seperti sekarang ini. Entah sejak kapan setiap kali aku menatap kedua manik mata hitam miliknya, jantungku tiba-tiba saja berdetak lebih cepat dari biasanya. Bahkan saat tes akhir semester sewaktu di sekolah menengah dulu.

~Flash Back~

Setiap tes akhir semester semua siswa dari kelas 1-3 akan dicampur menjadi satu dan pada saat itu dia –Oh Sehun– ada disebelahku. Perlu aku akui bahwa dia memang pandai dalam hal  yang berhubungan dengan menggambar ataupun semacamnya dan pada saat itu, aku yang tidak bisa menggambar hanya bisa melihatnya menggambar.

“Butuh bantuan?” Tanyanya tiba-tiba yang membuatku langsung mendongak menatap mata sang pemilik suara.

“Ngehehehe……, sepertinya aku memang tidak berbakat dalam hal menggambar” jawabku cengengesan (?).

“Mana kertasmu, biar aku buatkan” pintanya yang dengan seenak jidatnya (?) langsung menarik kertas gambar yang ada dihadapanku sebelum aku mengijinkannya.

“Gambar apa ini? Ini kah yang digambar seorang anak berusia 12 tahun. Kenapa seperti gambar anak TK? Kau memang benar-benar tidak pandai menggambar, Hyerin-ah” komentarnya begitu melihat gambarku.

Eh, tunggu dulu. Darimana dia tahu namaku? Padahal sedari tadi kartu pesertaku tertutup oleh penggaris dan tempat pensilku dan name tag seragamku juga tertutup oleh rambutku. Dan lagi, aku tidak pernah bertemu dengannya sebelum ini bahkan aku mengetahuinnya dari teman-temanku karena dia termasuk namja popular disekolah dan banyak haksaeng yeoja yang membicarakannya.

“Darimana sunbae tahu namaku?”

“Kau Choi Hyerin dari kelas 7B. Dikelas kau duduk dengan sahabatmu Jung Jiyoo, maniak Power Puff Girl, anak ke-2 dari 2 bersaudara,  nama oppa mu Choi Minho dan kau tidak bisa menggambar namun pintar dalam hal yang berbau IPA, iya kan?” jelasnya panjang lebar sambil tetap menggambar di kertas milikku tanpa menoleh sedikit pun yang berhasil membuatku tercengang.

Kaget? Tentu saja, bagaimana ia bisa mengetahui semua itu dan dari semua pernyataan yang ia lontarkan tidak ada yang salah satupun. Dia bukan tetangga apalagi keluargaku tapi, darimana ia bisa tahu semua hal itu.

“Oh Sehun imnida“ ucapnya yang membuatku tersadar dari pikiranku seraya mengembalikan kertas gambar milikku yang tadi di buatnya kepadaku. Cepat sekali dia membuatnya atau aku yang terlalu lama melamun? Tapi gambarnya memang bagus.

“Gambar itu tinggal kau beri arsiran. Jika mengarsir kau bisa sendiri kan?“ lanjutnya. Satu lagi hal yang bisa membuatku terperangah. Bagaimana ia bisa tahu aku bisa mengarsir. apa ia seorang penguntit? Tapi hal itu tidak mungkin.

“Oh nde, khamsahamnida sun-“

“Oppa, panggil saja aku Sehun oppa“ potongnya cepat.

“Nde, khamsahamnida oppa“ dia hanya tersenyum menanggapinya. Senyum yang manis. Pantas saja dia cukup terkenal dan cukup digilai oleh yeoja-yeoja centil disini.

~Flash Back off~

Sejak saat itu kami jadi semakin dekat dan sering mengobrol bersama. Jujur saja, saat itu aku memang tidak merasakan apapun terhadapnya. Bahkan, saat ia lulus dan lost contact sekalipun dengan ku, aku tidak pernah merasa rindu ataupun perasaann yang mencekam yang lainnya seperti sekarang ini.

Namun, saat aku kembali bertemu dengannya di SOPA, kembali melihat senyum serta tatapan matanya yang tajam itu, membuat jantungku berdegup dengan cepat dan rasanya seperti  tersengat listrik bertegangan rendah.

~||~||~ @School ~||~||~

Entah sejak kapan setiap kelas 11-3 –kelas Sehun oppa–  ada jam pelajaran olahraga, aku selalu memperhatikannya dari kelasku yang kebetulan menghadap ke lapangan. ‘PLETAAAKK‘. Sebuah tutup spidol sukses mendarat dengan mulus di dahiku yang lebar dan tertutup poni ini. Eh, tunggu dulu, tutup spidol?

“Ya, Choi Hyerin! Apa kau melamun lagi, hah?! Ini sudah yang kesekian kalinya saya melihat Anda melamun pada jam pelajran saya. Sekarang bawa buku Anda dan kerjakan halaman 18-20 diluar. SEKARANG!!“ teriak Jung songsaenim yang membuatku jadi objek perhatian kelas.

“Nde, saem“ jawabku dengan sedikit malu dan tertunduk lalu segera membereskan barang-barangku untuk ku bawa ke luar kelas.

~||~||~ @School Park ~||~||~

Yaah…. disinilah aku sekarang, di bawah pohon yang cukup rindang di taman belakang sekolah yang sepi karena sekarang masih jam pelajaran agar aku bisa berkonsentrasi.

“Sedang apa kau disini?“. Aku terlonjak kaget karena suara yang berasal dari sebelah kananku. Sebuah suara yang aku rindukan. Tunggu, sejak kapan aku merindukannya?

“Apa yang sedang kau lakukan disini? Duduk dibawah pohon dengan buku Fisika. Apa kau dihukum oleh Jung songsaenim, eoh?“ tanyanya dengan bertubi-tubi setelah duduk disebelah kiriku.

“Ne“ jawabku singkat dan berusaha kembali pada buku yang ada di hadapanku.

“Butuh bantuan?“ tanyanya persis seperti pertama kali kami bertemu 3 tahun lalu saat tes akhir semester.

“Ah, oh, eumm…. ne“ omo~ kenapa aku jadi gugup begini?

“Begini, pertama kau harus mencari persamaan dari…………”

Dia mulai menjelaskan karena tadi aku yang memintanya. Ani, bukan aku yang memintanya tapi hatiku. Argh~ nan michoseo? I think yes.

“Kau mengerti?” ucapnya yang membuatku kembali kealam sadar.

“Ah ne, nan ara” jawabku spontan karena sebenarnya daritadi aku hanya memandangi wajahnya dan mengatur detak jantungku –yang tidak bisa kuatur– yang mulai berdetak tak karuan. Sebenarnya aku tidak mendengarkan penjelasannya dari tadi tapi tanpa dia jelaskan sekalipun sebenarnya aku sudah paham ^^

Deg…….

Deg…….

Deg…….

Aigo~ mata itu. Kenapa dengan jarak sedekat ini jadi lebih indah untuk dipandang. Tidak bisakah ia mengubah sedikit posisi duduknya? Setengah tubuhnya berada di belakang tubuhku dan tangan kanannya yang berada di sebelah kananku sehingga mau tidak mau aku berdandar pada dadanya.

Apa ini? Kenapa ia mendekatkan wajahnya? Jangan katakan di akan menciumku disini, di SEKOLAH! Oppa~ jebal, jauhkan wajahmu. 15 cm… 10cm… 5 cm… Aigo~ eomma, tolong anakmu yang satu ini, jebal >//<

“Ya, Sehun-ah“ akhirnya, aku yakin pasti sekarang ini wajahku sudah seperti kepiting rebus. Aish~ benar-benar memalukan.

“Ada apa, hyung?“ tanya Sehun oppa pada Luhan sunbae sambil membenarkan posisi kami agar terlihat normal.

“Kris songsaenim memanggilmu. Oh? Siapa dia? Yeojacingumu?“. Kurasakan pipiku kembali memanas atas pernyataan Luhan sunbae barusan. Kulirik sekilas wajah Sehun oppa yang juga sedikit memerah.

“Ah, sepertinya aku harus kembali ke kelas sekarang. Terima kasih telah membantu oppa, anyeong. Anyeong, sunbae”. Aku harus segera pergi dari tempat ini sebelum aku benar-benar menjadi kepiting rebus.

“Nde, anyeong” jawab mereka berdua.

~||~||~ @Break Time ~||~||~

Sekarang sudah jam istirahat dan untungnya pada jam penutupan tadi Jung songsaenim ada rapat mendadak jadi, ketika aku memasuki kelas Jung songsaenim sudah menghilang tapi, aku benar-benar tidak mood untuk ke kantin atau kemanapun.

“Kau tidak ke kantin?“ tanya Jiyoo. Ya, Jiyoo adalah sahabatku sejak sekolah menengah pertama. Sebenarnya aku tidak menyangka Jiyoo akan ikut masuk ke SOPA karena menurutku di lebih pantas masuk SHS.

“Ani, aku sedang tidak mood” jawabku lesu.

“Oh” jawabnya lalu berlalu begitu saja.

Sahabat macam apa dia, temannya sedang bad mood bukannya menghibur malah pergi begitu saja. Haish~ anak ini kenapa bisa jadi begitu dingin? Tapi terkadang di bisa menjadi sangat manja bahkan choding tapi, kenapa dia jadi dingin seperti ini? Apa dia sedang ada masalah? Aish~ kenapa aku jadi memikirkannya, lebih baik aku menyusulnya saja ke kantin karena mood ku sudah berubah jadi aneh karena sikapnya itu. Tapi, bagaimana Luhan sunbae bisa bertahan dengan yeoja 4 dimensi seperti dia ya?

~||~||~ @Class ~||~||~

Bel tanda pulang sekolah sudah berdering beberapa saat yang lalu. Di kelas juga sudah sangat sepi dan hanya tinggal aku dan Jiyoo yang berada di kelas. Jiyoo belum pulang karena dia memang ada piket kelas hari ini sedangkan aku, aku malas untuk pulang. Entah kenapa aku merasa ada perasaan yang aneh saat aku berada di dekat Sehun sunbae tadi.

“Hyerin-ah, kau tidak pulang?“ tanya Jiyoo tiba-tiba dari depan kelas yang sedang menghapus papan tulis. Sedangkan aku berada di kursiku, deretan dekat jendela barisan ke-2 dari depan. Terkadang aku cukup miris melihat Jiyoo bersusah payah dalam menghapus papan tulis sampai harus berloncat-loncat seperti itu karena pelajaran terakhir setiap hari Rabu –hari Jiyoo piket– adalah pelajaran Ok songsaenim, salah satu guru tertinggi di sekolah ini selain Kris songsaenim.

“Tidak, aku sedang malas pulang. Eung…… Jiyoo-yah”

“Eum?” jawabnya yang masih sibuk berloncat-loncat ria di depan kelas.

“Jika kita sedang berada di dekat seorang namja atau hanya dengan menatap matanya saja bisa membuat kita jadi gugup atau debaran jantung kita mendadak tidak normal, itu artinya apa?”

“Nde, mwo?” kagetnya sambil menatapku lekat setelah acara ‘lompat kanguru’ nya selesai. Dia meletakkan penghapus yang ia gunakan tadi di meja guru dan bersandar pada meja guru itu seraya berpikir sejenak.

“Jika hanya dengan menatap matanya, bisa jadi mata orang itu memiliki aura tersendiri tapi, jika sudah berada di dekatnnya dan tiba-tiba saja debaran jantungmu jadi tak menentu……… mungkin saja kau jatuh cinta padanya” jawabnya santai yang langsung membuatku membulatkan mata.

“Jatuh cinta?” ulangku tak percaya sedangkan dia hanya mengangguk sambil tersenyum menaggapi pernyataanku.

“Tapi aku, maksudku, dulu aku tidak pernah merasakan hal seperti ini dan baru sekarang ini aku merasakannya. Ya maksudku, sewaktu dia lulus aku tidak merasa rindu atau apapun yang sejenisnya tapi, kenapa sekarang aku jadi begini?”

“Lulus? Apa orang yang kau maksud itu Sehun oppa?” tanya Jiyoo menyelidiki dan aku hanya bisa menghindari tatapannya itu.

“Saat itu bukannya kau tidak merindukannya hanya saja, kau belum merasakannya. Dengar Hyerin-ah, cinta itu bisa datang kapan saja dan pada siapa saja” jelasnya. Jiyoo memang childish tapi, jika ia sudah di hadapkan pada sesuatu yang serius maka sisi dewasa yang selama ini ia sembunyikan akan keluar. Mungkin hal itu yang membuat Luhan sunbae bisa bertahan padanya.

“Apa kau belum memberitahunya?” tanya Jiyoo lagi.

“Mwo? Aku kan yeoja”

“Memang ada peraturan ‘yeoja dilarang menyatakan perasaannya lebih dulu’?” desaknya.

“Tapi kan………”

“Jika kau tidak segera memberitahunya bisa saja ada yeoja lain yang mendahuluimu” tambahnya dengan santai.

“ANDWE!!” teriakku tidak terima.

“Jika kau tidak ingin itu terjadi maka beri tahu dia!” jawabnya yang sedikit meninggikan suaranya kesal.

“Jiyoo-yah, apa kau sudah selesai?”. Belum sempat aku menjwab Jiyoo, tiba-tiba ada seorang namja yang masuk ke dalam kelas.

“Apa kau belum mau pulang, chagi?” tanya namja tadi yang ternyata Luhan sunbae seraya merangkul Jiyoo. Rasanya aku ingin tertawa mengingat Jiyoo yang tadinya kesal tiba-tiba wajahnya berubah merah karena perlakuan Luhan sunbae.

Aku belum menjelaskannya ya? Luhan sunbae adalah namjacingu-nya Jiyoo sejak 1 bulan yang lalu. Mereka saling mengenal saat MOS, tepatnya saat acara ‘Gombal-Menggombal’ yang salah satu korban pasangannya adalah mereka berdua. Tidak lama setelah MOS berakhir, Luhan sunbae menyatakan perasaannya pada Jiyoo di sebuah taman ketika Jiyoo sedang berjalan-jalan denganku. Sebenarnya aku dan Luhan sunbae sudah merencanakan hal tersebut.

“Aku akan segera pulang” jawab Jiyoo yang sudah mendapatkan kesadarannya kembali.

“Eoh? Bukankah kau yang tadi bersama Sehun?” tanya Luhan sunbae begitu menatapku.

“Nde” ucapku seraya menundukkan kepala. Aku terlalu malu untuk mengingat kejadian dimana Luhan sunbae menemukanku bersama Sehun oppa tadi.

“Jinja? Aigo~ ternyata kau benar-benar menyukainya ya?” celetuk Jiyoo yang langsung berlari keluar kelas begitu aku mengangkat wajahku dan menatapnya tajam.

“Ya! Jung Jiyoo!!!”

~||~||~ @Home ~||~||~

Huft~ hari yang sangat melelahkan. Tapi, kata-kata Luhan sunbae sore tadi masih terngiang di pikiranku.

~Flash Back~

“Apa itu benar, Hyerin-ssi?” tanya Luhan sunbae seraya menoleh kearahku setelah melihat yeojacingu-nya –Jiyoo– lenyap di balik pintu kelas.

“Nan molla” jawabku lesu. Sejujurnya aku masih tidak percaya dengan penuturan Jiyoo tadi bahwa aku jatuh cinta pada Sehun oppa dan aku sendiri juga masih tidak mengerti dengan perasaanku sendiri saat ini.

“Kalaupun iya juga tidak apa-apa. Walaupun dia terkenal agak sedikit nakal tapi baru kali ini aku melihatnya bertindak sejauh itu pada seorang yeoja. Bahkan dia tidak pernah bertindak seperti itu pada yeoja cingu-nya sendiri” jelas Luhan sunbae yang membuatku teringat akan kejadian memalukan di taman belakang sekolah tadi siang.

“Dia sendiri bahkan belum pernah berciuman sebelumnya, bahkan dengan mantan-mantannya dan kurasa dia juga menyukaimu. Jika tidak, kenapa ia bisa bertindak seperti tadi?” tambahnya. Ia pun menepuk bahuku memberi semangat dan keyakinan lalu pergi keluar kelas menyusul yeoja-nya yang sudah menghilang entah kemana.

~Flash Back Off~

‘Tok… tok…tok’. Tiba-tiba saja kudengar pintu kamarku diketuk yang berhasil membuat lamunanku buyar. Tak lama setelah itu –aku bahkan belum bangkit dari posisi dudukku– pintu kamarku terbuka dan muncullah namja yang tadi mengetuk pintu kamarku, oppa ku, Choi Minho.

“Eomma menyuruhmu makan” katanya dengan suara yang lembut dan singkat.

“Ne oppa” kataku sekenanya karena aku benar-benar sedang bingung dengan perasaanku sendiri saat ini.

“Waeyo? Apa ada masalah?” tanyanya yang sepertinya menyadari ada yang aneh dari yeodongsaeng-nya yang manis ini ^^

“Ye? Opseoga, kajja”

~||~||~ @Dining Room ~||~||~

Waktu makan malam cukup ramai dengan berbagai obrolan dan candaan mengingat kami tidak memiliki banyak waktu untuk berkumpul seperti ini. Eomma sibuk dengan butiknya, Appa yang sibuk dengan pembukaan cabang baru restorannya, Minho oppa yang sibuk dengan kuliahnya, dan aku yang sibuk dengan……. Dengan apa ya? Nampaknya hanya aku seorang yang tidak memiliki kesibukkan disini.

Setidaknya waktu berkumpul bersama keluarga seperti ini mampu membuatku melupakan masalahku sejenak. Lagipula aku sudah memutuskan untuk menyatakan perasaanku pada Sehun oppa, apapun resikonya. Sekalipun aku ditolak, setidaknya aku merasa lega karena aku sudah tahu jawabannya dan tidak memendam perasaan yang menggangguku lagi.

-Skip tomorrow-

~||~||~ @Dance Room ~||~||~

Yah~ sesuai dengan ruang dimana kami berada sekarang, hari ini adalah pelajaran dance. Kenapa aku mengatakan hari ini bukan jam ini? Karena dari jam pelajaran pertama sampai jam terakhir adalah pelajaran dance. Sekarang ini sudah hampir jam isitirahat ke-2. Tadi pagi aku bertemu dengan Sehun oppa dan memintanya untuk bertemu di atap sekolah pada jam istirahat ke-2.

Jika saja Luhan sunbae ada disini pasti dia akan sangat cemburu melihat kaki yeojacingu-nya disentuh oleh namja lain yang terbilang cukup tampan seperti No songsaenim. No songsaenim adalah seorang guru dance yang masih muda dan sangat berbakat sekaligus memiliki wajah yang cukup tampan yang membuatnya masuk dalam jajaran guru populer. Bahkan tidak sedikit yeoja yang iri dengan Jiyoo sekarang ini.

Jangan tanya bagaimana ekspresi Jiyoo sekarang ini. Pastinya dia sangat merasa kesakitan, tidak peduli siapa yang menyentuh kakinya karena sebenarnya kakinya sedang terkilir. Banyak haksaeng yeoja –bahkan sunbae yeoja– yang merasa iri dengan Jiyoo karena kaki kirinya memang ada cedera dan mudah terkilir sehingga No songsaenim sering memijit (?) kakinya, ditambah lagi dia adalah yeojacingu dari Luhan sunbae yang termasuk dalam jajaran namja popular.

Akhirnya bel pertanda jam istirahat kembali terdengar untuk yang kedua kalinya, tapi aku masih ragu untuk menemuinya. Aigo~ bukankan tadi malam aku sudah yakin akan mengatakan padanya bahkan aku sudah membuat janji dengannya, hajiman, ah~ molla.

“Kau tidak menemuinya? Sekarang ini sudah jam istirahat dan kau ada janji dengan Sehun oppa bukan?” tanya Jiyoo yang tiba-tiba sudah berada di sebelahku seperti hantu. Apa dia tidak tahu aku sedang bingung? Teman macam apa dia.

“Aku takut jika dia menolakku” jawabku jujur karena memang hal itu yang sedari tadi menggangguku.

“Bukannya tadi malam kau bilang padaku bahwa kau yakin akan menyatakan perasaanmu padanya? Jangan khawatir. Jika dia menolakmu setidaknya kau akan merasa lega dan kau tahu apa perasaannya yang sebenarnya jadi kau bisa segera move on” katanya dengan tampang polos dan tanpa beban. Tapi memang benar apa yang ia katakan. Jika aku tidak memberitahunya –Sehun oppa– tentang perasaanku, sampai kapan aku akan menyimpan perasaanku tanpa ada kepastian.

“Kajja” katanya yang telah berdiri sambil menarik-narik lengan bajuku. Sebenarnya siapa yang akan menyatakan perasaannya, dia atau aku? Kenapa dia yang sangat bersemangat seperti ini?

~||~||~ @School Rooftop ~||~||~

Pintu keluar menuju atap sekolah sudah ada di depanku, tapi aku masih ragu untuk keluar dan menyatakan perasaanku padanya. Aku menoleh ke belakang dan menatap Jiyoo dengan ragu. Dia mengepalkan kedua tangannya ke udara memberi semangat dan dari gerakan bibirnya sepertinya ia mengatakan ‘fighting’.

Aku kembali menarik nafas panjang dan menghembuskannya mencoba untuk sedikit menenangkan kegugupan yang kembali melanda diriku. Akupun membuka pintu dan segera keluar mencari Sehun oppa. Tidak terlalu sulit untuk menemukannya karena ia berada salah satu sudut yang menghadap langsung ke lapangan basket. Dia berdiri membelakangiku dan sepertinya dia tidak menyadari kehadiranku.

“Oppa” panggilku ragu. Diapun menoleh kearahku seraya tersenyum. Omo~ senyum itu, senyum yang aku rindukan darinya.

“Eoh? Neo wasseo. Apa hari ini kau ada kelas dance? ” tanyanya masih dengan senyum mautnya itu dan aku hanya menjawabnya dengan anggukan kecil.

Aku memberanikan diriku untuk maju mendekatinya. Jantungku kembali berdegup dengan cepat ketika dia membalikkan badannya kearahku, bahkan lebih cepat dari sebelum aku membuka pintu. Aku ragu apa aku harus benar-benar mengatakannya. Tapi jika tidak aku telah melangkah sampai disini and tidak mungkin aku membatalkannya, jika aku melakukannya yang ada dia akan curiga padaku.

“Sepertinya kau ingin membicarakan hal yang cukup pribadi sampai memintaku untuk bertemu disini. Memangnya ada apa?” tanyanya lembut.

“Ige, eum…. Sebenarnya aku ingin mengakatakan sesuatu. Sebenarnya aku…” aku kembali ragu untuk mengatakannya, tapi aku juga sudah tidak bisa mundur lagi dan Sehun oppa juga sudah menyimakku dengan baik. Aku semakin tidak punya alasan untuk tidak mengatakannya, aku tidak ingin dia mengira aku hanya mempermainkannya.

“Nde, apa yang kau ingin katakan? Katakan saja tidak apa-apa”

“I think I… I think…..” aku takut. Takut jika ternyata Sehun oppa hanya menganggapku sebagai adiknya. Aku semakin tercekat untuk mengatakannya saat kumenyadari bahwa Sehun oppa menuggu kelanjutan kalimatku dengan seksama.

“Yes, what do you think about, honey?” mwo? Dia memanggilku apa? Reflek aku menatapnya dan tanpa sengaja mataku bertemu dengan matanya yang sangat meneduhkan itu.

“Oppa………, I think I.., I think I love you” katalu to the point dan langsung berbalik menuju pintu dan pergi dari hadapan Sehun oppa secepatnya.

“Hyerin-ah, neo waeyo? Ya, neo gwenchana?! HYERIN-AH” aku tidak menggubris pertanyaan Jiyoo yang ia layangkan sejak melihatku keluar dari atap sekolah yang kupikirkan hanya pergi ke kelas secepatnya.

~||~||~ @ Dance Room ~||~||~

Aish~ lelahnya. Tapi, dimana Jiyoo? Bukankah tadi dia berada dibelakangku, kenapa sekarang tidak ada? Apa jangan-jangan dia di cegat(?) oleh Luhan sunbae di tengah jalan. Ah~ nan molla, aku terlalu lelah untuk memikirkan kedua makhluk itu sekarang -_-

“Hei, Hyerin-ah! Kau ini lari seperti dikejar hantu saja. Apa kau tidak tahu kau berlari sangat cepat, eoh? Dan lagi, aku tidak bisa mengimbangimu dengan keadaan kakiku yang seperti ini” omel Jiyoo padaku yang entah sejak kapan sudah ada dibelakangku.

“Omo~ neo gwenchana, Jiyoo-yah? Mianhae, aku lupa jika cedera” sesalku karena aku memang lupa akan hal itu.

“Oh ya, apakah Luhan sunbae tidak akan cemburu jika ia tahu kalau tadi dan mungkin nanti kau akan dijadikan kelinci percobaan duet dance oleh No songsaenim? Kau tahu kan informasi apapun tentang No songsaenim sangat mudah dan cepat menyebar” sambungku mengubah topic pembicaraan.

“Molla” jawabnya singkat padat dan jelas dengan wajah pasrah.

-SKIP-

~||~||~ @ Home ~||~||~

Pabo, pabo, pabo, Choi Hyerin pabo! Aku menyatakan perasaanku pada Sehun oppa dan langsung meninggalkannya begitu saja tanpa menunggu jawaban darinya. Tapi jika kalian yang berada di posisisiku saat itu apa kalian tetap bisa bertahan? Aish~ pabo! Pabo! Pabo!

“Hyerin-ah, ada yang mencarimu” teriak eomma dari luar kamar disaat aku sibuk merutuki diri.

“Nugu eomma?” tanyaku setelah membuka pintu.

“Eomma juga tidak tahu. Lebih baik kau temui saja dia” titah Eomma dan pergi dari kamarku diikuti olehku di belakangnya.

Di ruang tamu, aku melihat seorang namja sedang duduk membelakangi tangga sehingga aku tidak bisa melihat wajahnya. Aku berhenti sebentar, mengamati siapa sebenarnya orang itu. Sepertinya aku mengenalinya, tapi apa benar itu dia? Ah, lebih baik aku segera menemuinya. Tinggal beberapa langkah lagi aku sampai, diapun menoleh kebelakang.

“Eoh, sunbae?”. Apa aku bermimpi? Sehun sunbae ada disini, didepanku, mencariku? Tolong seseorang cubit aku >.<

“Kau ada waktu kan? Kajja” ucapnya seraya menarikku tanpa menunggu jawaban dariku.

“Ahjumma, kami pergi dulu, ne.” pamit Sehun oppa pada eomma.

“Nde, Sehun-ssi hati-hati”

Apa maksudnya pergi? Apa ia ingin balas dendam padaku. Tapi memangnya aku pernah salah apa padanya? Ini benar-benar tidak lucu.

“Ige, pakailah” ucapnya seraya menyerahkan helm padaku dan akupun memakainya.

“Peganganlah yang erat”

~||~||~ @ Han River ~||~||~

Tempat ini sangat indah, apalagi di malam hari seperti ini. Tiba-tiba saja aku merasakan sesuatu yg hangat de bahuku. Akupun melihat bahuku dan menoleh kea rah Sehun oppa.

“Pakailah, kau kedinginan kan?” ucapnya seraya membenarkan letak jaketnya.

“Gomawo, sunbae”

“Ck, bukankah aku sudah pernah bilang. Panggil saja aku oppa” ralatnya dan akupun hanya tersenyum. Ternyata dia masih mengingatnya, kejadian 3 tahun lalu.

“Neo joahae?” tanyanya setelah sempat terjadi keheningan beberapa saat.

“Nde, nan noumu joahaeyo” jawabku dengan senyum yang merekah begitu saja.

“Apa pertanyaanmu sebelumnya masih membutuhkan jawaban?” tanyanya yang membuatku terkejut dan menoleh ke arahnya, sedangkan dia yang tadinya menatap lurus ke depan ikut menoleh kearahku.

“Itu………… terserah oppa mau menjawabnya atau tidak” jawabku tertunduk dan lesu. Aku benar-benar tidak percaya dia masih mengingatnya.

“Mianhae”

Sudah kuduga di akan menjawab seperti itu. Hyerin pabo, bagaimana kau bisa sangat percaya diri menyatakan perasaanmu lebih dulu dan kenapa kau mau saja termakan kata-kata Jiyoo mentah-mentah tanpa mempertimbangkannya lagi. Sekarang kau sendiri kan yang kecewa.

“Mianhae, Hyerin-ah, na ttamae nado saranghandago” Eh? Apa yang ia katakan barusan? Sontak aku membulatkan mataku dan menatapnya tidak percaya dengan apa yang aku dengar barusan. It isn’t a dream right?

“Mianhae, geunyang sepertinya aku harus membalas perasaanmu” ulangnya seranya menatapku.

“Wae? Apa karena kau tidak tega untuk menolakku?”

“Aniya, bukan begitu. Neo mollaseunabwa.”

“Nde?”

“Neo arrayo? Aku menyukaimu sejak 3 tahun lalu. Saat tes akhir semester dimana aku sedang mencari informasi tentangmu pada Minho hyung dan kau menarik hatiku begitu saja. Dan hey! Apa kau tidak mendengar kabar bahwa aku ini juga seorang playboy sama seperti oppa-mu?” celetuknya tiba-tiba yg membuatku ingat akan salah satu sifat minusnya dan oppaku  =.=”

“Ck. Nan ara, aku tidak mungkin melupakan sifat kalian itu” jawabku kesal.

“Aigo~ noumu kyeopta. Geunyang, apa kau tahu kenapa aku menjadi playboy?”

“Ani” jawabku singkat, padat, jelas, serta dingin.

“Sepertinya kau mulai tertular penyakit ‘es’ dari Jiyoo. Tapi aku suka, karena kau tidak seperti kebanyakan yeoja centil yang selalu tebar pesona kepadaku. Dan, itu juga yang membuatku takut untuk mendekatimu. Takut kau akan menolakku karena kau cukup cuek, yah…….walaupun tidak separah Jiyoo. Jadi aku melampiaskan semua rasa takutku pada yeoja-yeoja itu sehingga aku di cap playboy. Tapi aku senang karena akhirnya, kau milikku” jelasnya .

Aku sudah kehabisan kata-kata. Semua penjelasannya membuatku senang, aku tidak bisa menggambarkannya dengan kata-kata.

“Gomawo, oppa”

“Cheonma, chagiya. Sepertinya sudah malam, kajja lebih baik kita pulang. Aku tidak ingin berurusan dengan oppa-mu karena menculik yeodongsaeng-nya terlalu lama. Dia sudah cukup menyusahkanku saat dia tahu aku berniat untuk mendekatimu. Tapi sebagai gantinya, aku akan menculikmu besok seharian” katanya dengan smirk-nya yang mematikan.

“Mwo???!!” sahutku yang dengan sukses membulatkan mataku tak percaya dengan ucapannya barusan.

~||~||~ In other side (author POV) ~||~||~
Disalah satu sudut taman dekat sungai Han, ada 3 pasang mata yang mengawasi mereka berdua –Sehun & Hyerin–. Siapa lagi jika bukan Luhan, Jiyoo, dan Minho.

“Bukankah mereka serasi?” kata Jiyoo bahagia melihat cinta cingu-nya yang terbalaskan.

“Nde, kau benar, chagi” jawab Luhan mengiyakan.

“Huh. Jika Sehun sampai melukainya, lihat saja, dia tidak akan selamat” ucap Minho yang masih sedikit tidak rela memberikan dongsaeng-nya pada Sehun. Melihat perubahan wajah Minho, Luhan pun menarik Jiyoo yang tadinya berada diantara mereka ke sebelah kirinya.

—————————–END—————————


Love In Corporation (Chapter 1)

$
0
0

Love in Corporation (Chapter  1)

Love in Corporation_副本

Author: raihanadulset! (@raihanaAA_)

Main Cast: Oh Se Young (OC) & Park Chanyeol

Support Cast: Oh Sehun | Kris |Park Yura | And Others

Genre: Family | Little Bit Comedy (tapi author gak yakin-_-)

Length: Multi Chapter

Rating: PG – 17

Disclaimer: Fan Fiction ini murni karya Author. Because JIPLAK IS NOT MY SYTLE B) Mian ya Typo Bertebaran ! PLAGIAT? GO AWAY !

Happy Reading ^^

 

Oh Se Young POV

“Nona Oh, silahkan tanda tangani surat ini dan mohon buatkan proposal yang akan diserahkan kepada Park Corporation,”

“Nona Oh, sore nanti harap anda menghadiri meeting dengan karyawan Oh Corporation,”

“Nona Oh, maukah anda mengadakan merger dengan Kim Corporation?”

Ya beginilah pekerjaanku setiap hari. Menandatangani surat-surat dan menyelesaikan pekerjaan yang bertumpuk seperti gunung yang sudah dikejar deadline!. aku Oh Se Young, putri dari pemilik Oh Corporation. Perusahaan yang sangat terkenal di Korea. Aku bekerja sebagai direktur utama di perusahaan ini untuk menggantikan ayahku yang sedang sibuk di Luar Negeri. Sedangkan kakakku, Oh Sehun. Sekarang ia sibuk mengurus perusahaan kami yang ada di Jepang.

Setelah tugasku sudah diselesaikan, aku pulang untuk beristirahat. Rumah ini Nampak seperti tidak berpenghuni. Eomma dan Appa sedang di Luar Negeri. Sedangkan Sehun oppa sedang ke Jepang.  Tak peduli dirumah tidak ada orang, aku ingin beristirahat karena hari ini aku sangat lelah.

Park Chan Yeol POV

Akhirnya semua tugasku sudah selesai. Karena hari ini sangat melelahkan, jadi aku langsung buru-buru pulang ke rumah untuk beristirahat. Namaku Park Chan Yeol. Aku adalah pewaris tunggal dari perusahaan terkenal di Korea, Park Corporation. Rival dari Perusahaanku adalah Oh Corporation. Perusahaan itu sangat terkenal karena tenaga kerjanya yang baik. Dan katanya sih Direktur utamanya itu Yeoja yang masih sangat muda.

“badanku pegal sekali. Ahjumma bisakah tolong ambilkan aku air hangat?”teriakku memanggil Choi ahjumma, pembantu di rumahku.

Choi Ahjumma pun dengan sigap langsung menyiapkan air hangat untukku, “gomawo ahjumma,” ucapku. Ahjumma itu hanya mengangguk. Lalu aku bertanya,” ahjumma, eomma dan appa pergi kemana lagi? Kenapa mereka tidak punya waktu untuk pulang sih?” tanyaku kesal karena eomma dan appaku selalu berpergian ke luar negeri dengan alasan pekerjaan.

“Tuan dan Nyonya sedang ada tugas di Jepang tuan muda, mereka sedang ada pertemuan dengan Oh Corporation,”jawab Ahjumma.

“Begitukah? Bukannya Oh Corporation itu ada di Korea? Mengapa mengadakan pertemuan di Jepang segala?” tanyaku lagi.

“Saya juga kurang tau tuan.. tetapi yang saya dengar, Oh Corporation juga memiliki perusahaan di Jepang,” Jawab Ahjumma. Aku hanya menganggukkan kepalaku tanda mengerti. Setelah itu ahjumma pun pergi dan aku langsung berbaring di tempat tidurku untuk beristirahat.

Keesokan harinya …

Sinar matahari yang menyelinap masuk lewat celah-celah jendela kamarku. menyilaukan mataku dan membuatku langsung terbangun dari pembaringanku. “hoaaammmhh,” aku menguap sembari ke kamar mandi dan segera bersiap-siap untuk pergi ke kantor.

“Tuan Muda, Tuan,Nyonya dan Nona Park sudah menunggu di meja makan. Mereka bilang Tuan Muda harus ikut sarapan bersama mereka,” panggil Choi Ahjumma saat aku sedang memakai dasi dan Jas.

“Mereka pulang? Tumben sekali,” batinku.

Setelah bersiap-siap aku bergegas ke ruang makan untuk sarapan bersama keluargaku. Appa,Eomma dan Yura Noona. Tumben sekali mereka pulang ke rumah.

Aigoo, putra kesayangan Eomma sudah siap-siap? Kemarilah nak, sarapan dulu bersama kami,” Ajak Eomma.

“Ne Eomma. Kalian apa kabar? Selama di Jepang kalian baik-baik saja bukan?” Tanyaku basa-basi.

“Kami baik-baik saja kok. Igo. Makanlah,” Jawab Yura Noona sembari memberikan Roti panggang dan Susu untukku.

Kamipun sarapan dengan lahapnya. Di sela-sela kami makan Appa bertanya, “Chanyeol, ada yang ingin Appa bicarakan padamu,” Ucap Appa.

“Mau bicara apa? To the point saja,” Jawabku singkat.

“Sebentar lagi Yura akan menikah dengan Soo Jae Hyun. Dan kau? Apa kau sudah mempunyai calon istri? Kalau kau belum mempunyai calon. Appa dan Eomma akan mencari calon istri yang tepat untukmu,”

Ingin rasanya aku muncratkan makanan yang sedang kukunyah. Untung aku masih memiliki tata krama dan etika yang baik dengan orang tuaku.

“Maksud Appa, aku mau dijodohkan? Shirreo! Aku memang belum mempunyai calon istri, tapi AKAN. Lagipula usiaku masih 23 tahun. Kenapa harus cepat-cepat menikah sih?” Jawabku dengan memberi penekanan pada kata “akan”.

“Usia 23 tahun itu sudah cukup matang untuk menikah nak. Lagipula apa salahnya jika kami ingin mencari calon istri untukmu? Eomma dan Appa tidak memilih Yeoja sembarangan untukmu. Kami berdua akan mencarikan Yeoja yang bibit,bebet,dan bobotnya yang bagus dan cocok untukmu,” sambung Eomma.

shirreo! Tetap saja aku tidak mau dijodohkan. Ayolah zaman kan sudah modern kenapa masih ada perjodohan seperti itu sih? Eomma dan Appa tidak perlu khawatir. Cepat atau lambat aku pasti akan memperkenalkan calon istriku pada kalian. Dan aku juga punya cara sendiri untuk memilih calon istri yang cocok untukku,” Jawabku panjang lebar.

Oh Se Young POV

Aku sedang sibuk berkutik dengan kerjaanku yang sedang menumpuk. Tiba-tiba ponselku berdering,  “Sehun Oppa? Tumben sekali dia menghubungiku,” Ucapku sambil menaikkan sebelah alisku.

Ne Yoboseyo, ada apa Oppa menelponku? Tumben sekali,”

“…”

Mwo? Sekarang? Haisss hari ini tugasku banyak sekali Oppa. Sepertinya aku tidak bisa menjemputmu,”

“…”

“haisss kau ini merepotkanku saja. baiklah tunggu saja disana aku akan menjemputmu,”

Sehun Oppa menyuruhku untuk menjemputnya di Bandara. Rupanya urusan di Jepang Appaku yang menangani. “Namja itu selalu saja minta tolong padaku jika sedang butuh saja. merepotkan!” Batinku.

@IncheonAirport

“Dimana Namja Pabo itu?! Kenapa batang hidungnya tidak terlihat?” Ucapku sembari mencari-cari Sehun di sekeliling.

“Hey Yeoja jelek, aku disini!!!” Sontak akupun menoleh pada sumber suara. Dan ternyata benar. Itu suaranya Sehun. Suara khas cemprengnya itu sangat mudah diingat.

Pabo! Kemana saja kau? Aku mencarimu di sekeliling bandara tau!” Omelku. Ia mengabaikanku dan hanya sibuk dengan bubble tea yang digenggamnya.

“Tadi aku beli bubble tea dulu. Aku haus tau! Nah Yeodongsaengku yang jelek, traktir aku makan ya hahaha,” Ajaknya sambil mengacak-acak rambutku.

“Tidak usah sok akrab begitu menjijikkan. Kau makan saja sana sendiri dirumah. Habis ini aku harus pergi ke kantor lagi. Kerjaanku masih banyak,” Balasku.

“Kau ini kenapa Judes sekali hah? Aku ini kan Oppamu yang paling ganteng seantero jagat raya hahaha,” Jawabnya sambil tertawa seperti Jin botol.

“Dasar Jin botol kecap ! tertawa saja terus sampai gila. Aku mau kembali ke kantor,” Ejekku.

“Hey chakkaman! Tadi kata Appa hari ini kau tidak perlu ke kantor dulu. Appa bilang hari ini kau temani aku jalan-jalan saja. lalu kata Appa jika kau tidak menurut maka kau tidak boleh pulang ke rumah!” Ingin rasanya Namja ini aku hantam dengan sedotan bubble tea(?) kenapa Namja ini selalu dimanja oleh Appa?! Huh menyebalkan sekali.

Ne Ne arraseo. Suruh Baek Ahjussi bawa kopermu ke rumah. Langsung saja kita ke restorannya Kyungsoo,” Jawabku dengan malas.

@CafeKyungsoo

Jjajangmyeon dan Bubble Tea kesukaan Sehun sudah terhidang rapi di meja makan tempat kami memesan makanan. Sembari makan Jjajangmyeon Aku dan Sehun berbincang-bincang.

“Se Young-a, ada yang ingin kubicarakan denganmu. Dan aku juga sudah membicarakan hal ini dengan Appa dan Eomma,” Tukas Sehun. Lantas aku mendongak kearahnya.

“Ada apa? To the point saja,” Jawabku ringkas.

“dua bulan lagi aku dan Kim Yoo Eun akan menikah,”

MWO?! Menikah? Kenapa cepat sekali?” Mataku langsung membulat mendengar ucapannya bahwa dia akan menikah dengan Yeoja Chingunya, Kim Yoo Eun. Teman sekampusnya dulu.

“Cepat apanya? Kami sudah setahun berpacaran. Dan kami berdua sudah merasa cocok satu sama lain. Usia kami juga sudah cukup untuk menikah. Jadi apa yang perlu dipermasalahkan?” Jawabnya. Tumben sekali ucapannya bijak seperti itu.

Ne Ne Ne arra, lalu kalau kau akan menikah, aku harus apa? Panjangin gigi sambil bilang WoW gitu?” Ledekku. (Seyoung ngalay dikit-_-). Sehun hanya memutar matanya tanda malas.

“Appa dan Eomma bilang apa kau sudah punya calon suami? Appa dan Eomma bilang kau juga harus segera menikah agar suamimu kelak juga bisa membantumu mengelola perusahaan.”

Ingin rasanya aku muncratkan Jjajangmyeon yang sedang kukunyah ini lalu kusembur Oppaku yang paling Sengklek ini! “MWO? Hey Namja sengklek! Usiaku masih 22 tahun. Terlalu muda untuk menikah. Lagipula aku sedang focus pada pekerjaanku dulu Pabo. Setelah itu baru memikirkan soal Calon suami,” Bantahku.

“Jadi kau belum mempunyai  Namja Chingu? Dasar Jomblo Ngenes! Kata Eomma dan Appa jika kau memang belum punya calon suami, Kami akan mencarikan Jodoh yang tepat untukmu Se Youngie,” Gumam Sehun.

Shirreo! Zaman modern seperti sekarang kenapa masih ada perjodohan seperti itu? Andwae! Aku tidak mau pokoknya di Jodohkan seperti itu. Yak! Aku bukan jomblo ngenes Oppa. Tapi Jomblo nge-hits B)” Tolakku mentah-mentah.

“Cih itu sama saja keles. Intinya kau Jomblo kan? Yak! Aku belum selesai bicara. Kami tidak mencarikan Jodoh yang sembarangan untukmu. Kau juga bisa memilih. Kau mau pilih yang mana? Pewaris Park Corporation? Kim Corporation? Baek Corporation? Tinggal kau tunjuk mana yang kau suka. Kami akan menjodohkannya denganmu. Mereka masih single juga sepertimu,” Dengan santainya ia bicara seperti itu.

“Enak saja kau bicara! Memangnya semudah itu apa mencari Jodoh yang tepat. Lagipula aku juga tidak kenal dengan mereka. Tenang sajalah Oppa, cepat atau lambat aku pasti akan mengenalkan Calon suami pada kalian. Aku juga punya cara sendiri untuk mencari Namja yang cocok denganku,” Ujarku ambil meminum Bubble Tea milik Sehun. Kami berdua memang kurang akur. Tapi sebenarnya kami berdua sangat dekat dan saling menyayangi seperti Telettubies.

“Jinjja? Malhaebwa! Apa kau sudah menyukai seseorang? Ayolah ceritakan padaku,” Tanya Sehun.

“Itu Rahasia kekekekkk, eh tapi tunggu dulu! Sepertinya rencanaku ini butuh bantuan darimu Oppa. Kemarilah!” Lalu akupun membisikkan sesuatu hal padanya. Oppaku ini cukup asyik juga bila diajak bekerja sama hehe.

“hmm bagus juga idemu! Pintar juga kau ternyata haha. Masalah itu serahkan saja padaku oke?!” Akupun mengangguk. Kamipun berkompak. Sepakat untuk menjaga rahasiaku ini. jangan sampai ada yang tahu. Kami berdua pun tersenyum Evil dengan rencana yang aku buat untuk mencari Namja pilihanku hahaha.

Park Chanyeol POV

Aku sedang bersantai ria di Café milik Kris Hyung, dia Sepupuku dari Cina. Dia Tampan, Tinggi badannya melebihi tiang Listrik-_-, Kaya Raya, Cerdas, Sehat Bugar. Ayolah siapa sih Yeoja yang bisa menolak pesonanya?

“Hyung, ada yang ingin aku bicarakan denganmu,” Pintaku.

“Ada apa? Katakan saja,” Kris menjawabnya sambil meminum Moccacino kesukaannya.

“Aku ingin dijodohkan dengan seorang Yeoja dengan Keluargaku. Tapi aku tidak mau. Aku tidak suka dijodoh-jodohkan. Keluargaku meminta agar aku segera menikah. Tapi sampai saat ini aku belum mempunyai Yeoja Chingu yang akan kunikahi,” Aku menjelaskan dengan singkat,padat namun bisa dimengerti dengannya.

“Lalu?” Dengan santainya dia menjawab hanya satu patah kata! Inilah buruknya seorang Kris. Dia ini pelit sekali untuk berbicara. Bahkan denganku sekalipun yang sudah sangat dekat dengannya. Bahkan sifat pelit bicaranya itu terkadang malah melenceng seperti Namja sok Cool.

“Aku ingin merencanakan sesuatu. Cara yang cukup tepat untuk mencari Yeoja Chingu yang tepat untukku. dan aku butuh bantuanmu. Kemarilah!” Ajakku sambil membisikkan sesuatu hal padanya.

Selesai bisik-berbisik Kris pun setuju dengan rencana yang kubuat. Aku dan Kris pun sepakat untuk menjaga rahasia ini. “Jangan sampai ada yang tahu tentang rencanaku ini hahaha,” Batinku sambil tersenyum Evil.

 

TBC~

Gomawo sudah berbaik Hati mampir ke FF author /bow/ Don’t Forget! Tinggalkan jejak RCL ya ^^ DON’T BE SILENT READER oke?! sampai jumpa di Next Chapter !!!

 

 

 


Pierce (Prolog)

$
0
0

Pierce

 pierce

 

Title:  (prolog)

 

Author: Bluecookie12

 

Length:  chaptered

 

Genre: horror, mystery, romance,fantasy, pyschology

 

Rating: NC-17

 

Main cast: Kang Seojin (OC), Kim Jongin [kai] (exo), Oh Sehun [sehun] (exo) , Lee Hyekim (OC)

 

Other cast: temukan sendiri ^^

 

Disclaimer:

Semua cast yang saya ceritakan disini, hanya untuk keperluan entertaiment semata ^^. Seluruhnya milik mereka sendiri, orang tua dan agensi masing-masing. Saya hanya pemilik plot nya saja. Terima kasih. Untuk sarannya terima kasih juga..

 

Kata pengantar author:

Anyeong…. hai hai hai.. aku bawa ff lhoo… oh ya ini pertama banget di post disini chukkae!!!!!!!!!!!!!!!!. Kyaa!! Aku buat ff ini sesuai dengan suasana hati yang sedang kalut -_-. Dan ini baru perkenalan dengan semua tokohnya yaaa….

 

Summary:

yeoja bernama kang seojin sedang menatap langit sore yang sangat sedih untuk dilihat. Punya kekuatan untuk melihat hantu? Ya.. dia memiliki nya.. dia dikutuk! Dia disumpah! Bagaimana cara menghapus kutukannya? Simak ceritanya..

 

DON’T BE SILENT READERS..

PLOT REAL BY ME

BlueCookie12 ©2014

 

 

–Kang Seojin–

 

Name: Kang Seojin

 

Nickname: Crazy girl or Pyscho girl/ Rector

 

Birthday in: 13 september

 

Born in: 1992, Seoul

 

Gender: Female

 

Residence:  Gwangju, Gyeonggi-do, seoul, south korea

 

Live with: Family

 

Status: single

 

 

==Kim jongin==

 

Name: Kim Jongin

 

Nickname: Kai

 

Birthday : 14th, january

 

Born in:  1991, seoul

 

Gender: Male

 

Residence:  Gwangju, Gyeonggi-do, seoul, south korea

 

Live with: Family

 

Status: single

 

 

++Oh sehun++

 

Name : Oh sehun

 

Nickname: Sehun

 

Birthday: 12th, april

 

Born in: 1956, Paris

 

Gender: Male

 

Live with : -

 

Status: -

 

Died on: 1991

 

**Lee hyekim**

 

Name : Lee hyekim

 

Nickname: Hyekim

 

Birthday: 18th april

 

Born in: 1956, Paris

 

Gender: Female

 

Live with : -

 

Status: -

 

Died on: 1991

 

 

But who knows? Thisisa secrethiddenbutdisplayedsignificantly.
Youwillknowwho they are..whenit’s time!

 
MessagefromSeojin:
everything is goneinmy hand…a missing persons case..the caseof massdeath…
allmy doing! Whoam I?who knows? Go! oryouWILLDIEin my handsNOW!


M
essagefromkai:
youknow? Myfeelingswill notchangehimany badbehavior!
Iwill treat ithumanely..EVENWHENHEISNOTANwhole man!


MessagefromSehun:
Iwill curseyou allif youmakehercry! I’mgreatwithmymagictokillyou all!BEWARE!I’mnot aghost..man..butthatmakeshimdamned


Messagefromhyekim:
hahaha..thisis so cute! stupidwitchwilldiein my handsnow..
wait,, hahahashehascondemnedmy son! andstay away!

The story will begin…

 

Jiahahaha… pasti absurd-_- makasih bagi yang sudah komen ^^ seneng deh.. kalian bisa komen.. :D kamsahamnida sekali lagii… dan mungkin ada adegan berdarah serta adegan yang sangat nyeremin bagi author karna tidak manusiawi.. oh ya posternya gambar CL karena mukanya dia itu agak pyscho/? Gitu ahahahha okeh kamsaaaaa :D XD


Revenge Of The Psycophat (Chapter 1)

$
0
0

Revenge Of The Psycophat

(CHAPTER 1)

 

Author                         : Nurfadeer @nurfa_chan

Genre                          : Psychology, Gender Bender,Angst, Romance, Death Fic.

Main Cast                    : Xi Luhan, Wu Fan

Supporting cast           : Member EXO, Yuri (Girl Generation)

Rate                             : NC-17

Length                         : Multichapter

WARNING

FF ini berisikan kekerasan, adegan diatas 17 tahun yang dijelaskan secara detail, dan beberapa hal yang tidak patut dicontoh lainnya.

FF ini sama sekali tidak dimaksudkan untuk menjelekkan salah satu member EXO.

Author ngingetin lagi, tolong baca warning ini sebelum membaca FFnya. Lebih detail dimana adegan 17 tahun ke atas, author letakkan dichapter 2, 3 dan 5. Bagi yang tidak suka, belum cukup umur (termasuk author) bisa langsung tekan back.

Jika ada kesamaan ide, harap maklum. Mohon Kritik dan saran. :D

Happy reading!

 

Bulan purnama tengah menggantung tepat di atas kepala dan semilir angin membawa hawa dingin masuk kamar tanpa penerangan itu.

Sepasang manusia itu tengah bergelut, lengan yang lebih kekar melingkari pinggang pasangannya hingga tubuh tanpa sehelai benang itupun menempel tanpa jarak.

Mereka adalah pasangan kekasih yang tak perlu kepastian satu sama lain. Tak perlu berkoar-koar mengumumkan hubungannya pada orang-orang. Pada bagian itu, pemilik lengan kekar itu tidak peduli apa hubungan itu ada atau tidak.

Tubuh di bawahnya bergetar, keringat mengucur dan nafasnya tersengal. Tapi wajah yang tengah menatapnya terlihat tenang bahkan nafasnya masih teratur. Tubuhnya naik turun memompa tubuh di bawahnya, nampak seperti terburu-buru untuk mengakhiri kegiatan itu.

“Ahhh…!! Engh!! Ouch…!”

Bersamaan dengan gerakan menyodok yang sepertinya menyakitkan untuk tubuh di bawahnya yang bergetar hebat, pemilik lengan kekar itu mendesah. Setelah itu ia bangkit berdiri, menyambar handuk di sandaran sofa lalu melangkah masuk ke kamar mandi.

Beberapa menit kemudian, Kris berjalan keluar kamar mandi dengan uap hangat menyembul keluar. Air turun disisi tubuhnya yang dibiarkan sepolos bayi baru lahir. Pasangannya tengah menatapnya, memberi senyum sekilas lalu menggerakkan tangan agar menyusulnya ke ranjang.

Kris pun mengangguk.

“Kris, kau membuatku terkesima seperti biasa. Kau benar-benar hebat,” kata Tao.

Kris menyeringai. Punggungnya membelakangi Tao yang duduk di ranjang. Ia membuka lemari dan mengambil sesuatu dari sana. Bisa jadi itu sebuah kado spesial, bisa jadi sebuah tanda untuk peresmian hubungan mereka, atau bisa jadi apa pun yang akan membuat Tao terhenyak dan berlari menyambar tangan Kris dan menggenggamnya.

Perkiraan Tao meleset. Sekarang, ditangan kanan Kris sebuah gunting tanaman berukuran besar nampak berkilat diterpa cahaya bulan yang sempat masuk melalui gorden yang kemudian tertutupi awan pekat di langit.

Tao menatap Kris sesaat. “Kau mau apa dengan gunting itu Kris?” Tao mundur selangkah dari tempatnya hingga punggungnya menabrak punggung ranjang.

“Jangan khawatir, sayang. Ini tidak akan sakit. Aku janji.” Kris berjalan maju. Seretan langkahnya berdengung keras di telinga Tao. Tapi demi itu Tao berdiri, menantang Kris dengan seringai dan kuda-kuda yang lebar.

“Kau mau bermain-main, Kris. Oke. Kau tahu aku bisa wushu, kan? Dan aku tahu kalau kau itu psikopat dari awal. Tapi aku tidak takut,” Tao memberi jeda. “Kenapa?” Tao bersumpah kalau ia mati sekarang, ditangan orang yang dicintainya, ia tidak akan menyesal. “Aku mencintaimu.”

Kris semakin dekat lalu mendadak tawanya menyembur. “Kau pikir ibuku akan selamat dengan cinta seperti itu?” suara Kris terdengar serak, bahkan seperti tersedak sesuatu. “Aku tidak peduli.”

Kaki Tao mengayun, tapi tangan kiri Kris yang bebas menyambarnya. Kris melayangkan tinjunya, tapi kali ini memberi ruang bagi Tao untuk membungkuk di bawah tangan Kris dan meninju rahang keras itu.

“Cih! Kau hebat seperti biasa, ya?” Kris meludah.

“Seperti biasa, ya?” Tao mendekat maju ke arah Kris dan kakinya yang mengayun tepat berada di genggaman Kris. Tao menyentakkan kakinya agar terlepas, tapi lebih dari itu ia sendiri tahu kalau jantungnya sendiri yang akan tersentak keluar.

Kris menyeringai dan membanting tubuh Tao yang langsung menabrak tembok.

BRAK

Tao tak sempat mengelak dari tendangan Kris di kepalanya. Tendangan itu diayunkan berkali-kali. Kepala Tao sudah berlumur darah segar dan pekat. Warna merah darah menggumpal di rambutnya dan turun di pelipisnya. Lengkungan bibir Kris terlihat menyeramkan.

“Hahaha. Kau tidak terlalu menyenangkan Tao. Aku pikir kau lebih hebat dari yang lain atau kau bisa membuatku pergi ke neraka sekarang.”

Tao bangkit. “Tidak sebelum kau tahu aku sekarang ingin membunuhmu, Kris.” Tao membanting botol bir dekat jendela dan membuat ujung-ujung runcingnya berkilap dan memantul di mata Kris. Kris balas menguap.

“Membunuhku? Coba lakukan kalau kau bisa.” Kris menerjang tubuh Tao, membalikkan botol yang tengah dipegangnya dan mengarahkannya pada Tao.

JLEB! JLEB! JLEB!

Mata Tao melebar. Pupil dimatanya bergetar dan mulutnya setengah membuka. Kris dengan cepat mencabut botol itu. Menusukkannya lagi di perut Tao. Darah merembes, turun di selangkangannya dan membuat Kris tertawa terpingkal-pingkal. Tapi tangan itu masih menusukkan di sembarang tempat. Gunting tanaman besar yang masih berada di tangan kanannya ia angkat tinggi-tinggi.

“Tunggu. Tidak akan seru kalau cuma begini.” Kris mendorong tubuh berlumur darah ditangannya hingga kepalanya menabrak sudut ranjang lalu berjalan menuju dapurnya. Sebelumnya, ia meletakkan gunting tanaman besar di meja.

Tao sama sekali tak bergerak. Tubuhnya lumpuh, bahkan bernafas pun terasa menyakitkan untuk saat ini. Dengan mata yang hampir sepenuhnya menutup, ia masih dapat melihat Kris yang melesat cepat menuju arahnya dengan pisau daging, beberapa paku yang mencuat dijarinya dan palu sekaligus. Bulu halus Tao meremang saat Kris mengangkat tubuhnya dan mendempetnya ke tembok.

Kris merentangkan tangan Tao dan meletakkan paku di atas telapak tangannya.

“AAAARRRGH!” Tao menjerit. Paku besar menancap ditangannya di sisi tembok. Lalu Kris melakukan hal yang sama dengan tangan Tao yang lain.

“Belum. Ini lebih buruk dari yang lain. Harusnya kau menjadi koleksiku yang paling indah,” Kris berdecak. Ia menatap selangkangan Tao yang dilewati darah. Tangan panas Kris menggenggam batang kejantanan Tao, menggerakkannya pelan dan tersenyum ketika tubuh pemiliknya merespon lebih baik dari yang ia perkirakan.

“Bagus.”

“Hen-hentikan, Kris.”

“Menghentikannya?” Seringai Kris melebar. Tangannya memaju mundurkan batang kejantanan Tao dengan cepat. Terlihat jelas kepuasan dimatanya karena berhasil mempermainkan Tao yang mendesah, antara ngilu dan respon tubuhnya yang harusnya tidak datang sekarang.

“Engh! Ahhh! Ah! Hh! Aahhh!”

Dan tubuh itu pun bergetar, mengeluarkan cairan putih pekat yang menyembur kewajah Kris. Kris tertawa keras lalu membersihkan sisa cairan Tao sampai berkilat dengan lidahnya.

Siksaan Tao tak habis, ia yakin dengan apa yang akan dilakukan Kris selanjutnya. Memotong sedikit kenangan darinya sebelum membiarkannya mati.

“Jangan lakukan Kris. Kumohon!!”

Kris mengambil guntingnya dan ia membungkuk. Sebelumnya ia menatap Tao. Wajah itu begitu keras, tegas dan tanpa belas kasihan. Gunting ditangannya sudah mendekati target.

“Selamat tinggal, sayang.”

Dan yang terdengar selanjutnya adalah suara jeritan teredam dalam ruangan tersebut. Darah menggucur deras dari potongan batang kejantanan Tao yang sudah berada di tangan Kris. Tawanya meledak-ledak, psikopat memang seperti itu jika sudah mendapatkan targetnya.

Bau anyir darah menyebar. Terbawa angin kemudian membaur dengan bau udara malam yang pekat. Tubuh mangsanya tak lagi bergerak. Kaku. Ia mati.

“Baiklah. Kau memang lebih bagus dilihat dari sini, sayang.” Kris melihat Tao yang terpaku di tembok kamarnya. “Sampai aku menemukan mangsa baru.”

Kris berjalan ke dapur, membuka lemari dan mengambil sebuah toples. Batang kejantanan Tao yang masih mengalirkan darah, ia taruh disana. Bersama dengan batang kejantanan mangsanya yang lain.

.

.

.

Luhan menusuk dagingnya, mengirisnya dengan pisau sambil cemberut.

“Dagingnya alot, Kai. Kau payah memilih menu. Untung saja gratis, kalau tidak aku tidak mau.”

Kai menoleh, meletakkan garpunya di daging Luhan dan mengirisnya. “Cobalah makan tanpa pilih-pilih makanan. Bilang saja kau tidak suka daging, manusia vegetarian.”

“Aku tidak suka daging karena aku bukan kanibal,” balas Luhan.

“Oh. Baiklah, aku tidak peduli.” Kai mengangkat daging digarpunya, “Sekarang buka mulutmu.”

Luhan menatap Kai. “Aku ennek Kai. Kau saja yang makan. Lumayan itu kan gratis karena ada yang ulang tahun hari ini. Aku mau pesan yang lain.” Kai memutar bola matanya. “Menurutmu, aku akan pesan yang mana dulu. Salad sayur atau salad buah?”

Kai menelengkan kepala. “Aku memilih daging yang penuh sayuran. Itu kau, Luhan.”

“Ya kanibal!!”

Seseorang berjalan melewati mejanya dan menoleh saat Luhan mengatakan itu pada Kai. Kai ikut menoleh kearah orang itu.

“Maafkan kekasihku. Dia suka menggunakan istilah kanibal untuk pemakan daging.” Payah, Kai menyesali ucapannya yang dirasa kurang pas. Memang orang yang berdiri di depan mejanya ingin tahu soal itu? “Hanya yang bukan vegetarian seperti dia.” Ia meralat cepat, tidak tahu orang itu peduli atau tidak.

Kris mengangguk. “Ya. Aku tahu. Jadi, bolehkah aku duduk di sini?” Kris meletakkan baki makanannya di meja Luhan dan Kai. Hanya Kai yang mengangguk, sedangkan Luhan sudah setengah berdiri akan pergi.

“Kau mau kemana?” tanya Kai.

“Tentu saja ambil makanan. Aku menyusul kalian nanti.” Luhan melesat dengan cepat.

Tak ada yang mengatakan apa pun setelah Luhan pergi. Kai terlalu canggung untuk berbicara dengan murid lain yang belum dikenalnya. Kai hanya tahu kalau Kris termasuk salah satu murid populer dikampusnya. Sedangkan Kris memang sedikit bicara.

Luhan kembali dengan bakinya yang penuh dengan berbagai macam sayuran dan buah-buahan. Sekarang Kai yang ennek dengan bukit sayuran itu. “Kenapa? Kau tidak menyukainya, berarti kau juga tidak menyukaiku.”

“Kekanakan. Tidak ada kaitannya menyukai orang dengan menyukai kebiasaannya.”

“Bagaimana bisa begitu?

“Tentu saja bisa.”

“Ah tidak-tidak. Mencintai orang itu berarti harus menerima dia apa adanya,” Luhan mengunyah sayurannya.

“Ck, habiskan makanan dimulutmu dulu. Kau juga membenci daging, kan? Dasar bawel.”

Kris memandang mereka bergantian. Terselip sesuatu dihatinya untuk ikut menggabungkan diri dengan percakapan yang dipastikan akan menjadi rentetan panjang jadwalnya hari ini.

Luhan mendongak, menabrak mata Kris yang tepat melihatnya. “Mau?” Luhan menyodorkan sesendok penuh sayuran dan potongan buah ke Kris.

“Tidak. Aku tidak suka sayuran.”

“Setuju. Kita, kan, bukan ulat.”

Kai menoleh ke Kris dan untuk sesaat mata keduanya bertemu. Mendadak jantung Kai berdegup lebih kencang, matanya seolah tertarik untuk tetap menatap mata tegas milik Kris. Karena merasa bertingkah aneh, Kai langsung menoleh ke Luhan yang menunduk menatap piring yang hampir licin dimejanya. Ini pasti karena ia sedang bersama kekasihnya. Ya, ia yakin begitu. Dan ia lebih menyukai mata polos kekasihnya daripada mata elang Kris. Ia tipe yang setia, ia sedang mengingatkan dirinya untuk begitu.

Kris menekuk sedotannya dan meminum habis jus digelas. Setelah itu ia meletakkannya dibakinya dan bangkit berdiri. Tak ada kata pamit, tak ada ucapan apa pun. Hanya saja ia sempat memutar lehernya. Hanya satu detik untuk menatap Kai lagi.

Kai bergeming ditempatnya. Mencoba sebisa mungkin mengenyahkan perasaan singkat itu. Tapi rupanya, ia bukan tipe setia. Kai menyeringai ke arah Kris. Tidak akan ada yang menyalahkan Kai untuk tidak terpesona dengan Kris dan tidak akan ada yang menyalahkan Kris karena membuat semua orang tak bisa berpaling menatapnya.

Kris memunggunginya dan sudah setengah jalan meninggalkan kantin. Bibirnya melengkung, menampakkan barisan gigi putihnya dan kembali menatap jalan lurus-lurus.

“Mangsa berikutnya.”

.

.

.

Kai sudah mengirim pesan pada Luhan untuk membatalkan janjinya hari ini. Padahal hari ini tepat dua tahun hubungan mereka. Kai tahu dengan pasti Luhan sedang mengomel dalam kamarnya atau sedang menangis sampai ia tertidur.

Kai melewati jalan setapak yang hanya berpenerangan lampu jalan. Jarak masing-masing tiang lampu hampir lebih dari tigapuluh meter. Angin membawa udara malam yang pekat dan dingin menampari kulitnya. Kemudian ia berhenti, menyandarkan punggungnya ditembok dengan coretan-coretan tak beraturan.

“Menunggu lama?” Kris membuka tudung jaketnya.

“Lumayan. Kau membuatku merasa bersalah dengan Luhan,” Kai menegakkan tubuhnya.

“Kalau begitu kau boleh pergi. Aku tidak akan memaksamu. Gadis manis sepertinya memang tidak pantas mendapat perlakuan seperti itu darimu.”

“Kau mengusirku?” nada suara Kai terdengar santai. Bahkan cenderung menggoda untuk Kris.

Kris tersenyum. “Tidak. Hanya mengingatkanmu kalau saja kau ingin berubah pikiran.”

Kai berpura-pura berpikir. “Bagus. Tapi aku tidak bisa lari lagi darimu.”

“Oke.” Kris mengulurkan sebelah tangannya untuk Kai. Kai menatap tangan itu sesaat lalu menggenggamnya. Ia bahkan menyandarkan kepalanya di bahu Kris dengan mesra.

Bunyi berkeriet pintu apartemen Kris serasa memekakkan telinga Kai. Ada sesuatu yang seperti berbisik agar ia berbalik pergi, berlari sejauh mungkin dan menghindari apa pun yang berhubungan dengan Kris. Atau itu hanya akibat dari rasa bersalahnya dengan Luhan saja?

“Masuk.” Kris mengedikkan kepalanya.

Kai mengamati apartemen kecil itu. Letaknya dilantai dua−lantai paling mentok−dan paling ujung setelah keluar dari lift lalu belok ke kanan. Apartemen itu tertata rapi lengkap dengan perabotan yang bahkan lebih baik dari bayangan Kai. Kamar Luhan saja tidak lebih baik dari ini apalagi kamarnya yang semprawut itu.

Bau harum bunga menyesak masuk ke paru-parunya. Terlalu menyengat dan berlebihan untuk ukuran laki-laki. Tapi Kai tidak terlalu peduli dan langsung duduk di sofa. Tak ada sekat apa pun antara kamar tidur dan ruang tamu. Menurut perkiraannya, ruangan dalam apartemen itu hanya berisi dapur dan kamar mandi.

Kris berlalu ke kamar mandi dan ia mengatakan pada Kai untuk menganggap apartemennya seperti miliknya sendiri.

Sesaat Kai masih mengedarkan pandangannya sebelum akhirnya mengangguk.

Bosan menunggu Kris yang tak segera keluar, ia pun iseng-iseng tiduran di ranjang. Tapi nampaknya kasur empuk itu akan membuatnya tertidur, jadi ia pergi ke ruangan lain. Ke dapur.

Kai melihat meja makan di depannya dengan kagum. Meja batu itu terlihat megah dengan warna abu-abunya yang khas dan mengkilap. Ia melihat cerek di atas kompor yang masih menguapkan asap putih. Kemudian ia ingat perkataan Kris untuk menganggap apartemen itu seperti miliknya, seperti saat Kai dengan setia selalu membuat berantakan kamar Luhan. Kai berinisiatif membuat teh dan membuka lemari karena tak menemukan cangkir bersih. Dan ia tidak ingin berbasah-basah dengan mencuci salah satu cangkir di wastafel.

Kai berhenti beberapa saat hanya untuk mengamati lemari di depannya. Ia mengendus bau busuk dari sana. Gerakan membuka lemari itu ia jaga agar tak terdengar terlalu keras untuk Kris yang berada di kamar mandi.

Mata Kai melebar, suaranya tercekat walau mulutnya sudah bergerak mengatakan sesuatu. Tangannya yang memegang kedua pintu lemari bergetar.

“Kau benar-benar menganggap apartemen ini seperti milikmu, ya?” Suara Kris langsung membuatnya membalikkan tubuh. Entah ada apa dengan lantai yang diinjaknya, tapi itu membuatnya berpaling sesaat dari Kris sebelum ia sendiri ikut menyeringai.

“Seperti yang kau lihat, psikopat. Pantas kau menoleh saat Luhan mengatakan kanibal.”

“Well. Benar. Apa kau ingin salah satu dari tubuhmu menjadi koleksiku juga?” Kris maju selangkah mengimbangi Kai.

“Kau yang akan menjadi koleksi penjara Seoul, Kris.”

Kai merunduk ke bawah, menjulurkan kakinya dan mencoba menendang kaki Kris dengan kakinya. Kris dengan mudahnya mengelak.

Kai langsung berguling. Kakinya menyambar kaki Kris−yang kali ini berhasil dan membuatnya terjerembab. Sebelum Kris bangkit, ia sudah melayangkan tinjunya lagi. Tapi Kris seperti dengan sengaja tak menghindari pukulan itu.

Kris mendorong tangannya ke lantai dan langsung berdiri. Ia menggerakkan lehernya ke kanan dan kiri, terdengar suara tulang yang bergemeretak. “Kau akan membuat ini lebih menarik, kan? Harusnya kita bercinta dulu sebelum kau mengetahui soal ini.”

“Cih! Aku bahkan tidak rela disentuh seujung jari pun olehmu.”

“Oke. Terserah. Yang jelas kau tidak boleh mengecewakanku seperti yang lainnya. Aku memperingatkanmu… kau bisa pergi dari sini dalam keadaan utuh kalau kau berhasil mengirimku ke neraka.”

Peringatan Kris berdentum di telinganya. Kai setengah membohongi dirinya bahwa ia tidak takut.

“Yap neraka. Di sanalah aku akan langsung mengirimmu.” Kai maju sambil melayangkan tinjunya. Tangan Kris terulur, mencengkram lehernya dan memitingnya. Kai tersedak dan terbatuk. Kai tak tinggal diam, ia juga melakukan hal yang sama dengan Kris.

“Berusahalah lebih keras untuk membunuhku Kai.” Kris menendang pinggang Kai dan membuatnya menabrak tembok. Kris menyambar pisau di dekat wastafel dan mengarahkannya ke Kai yang langsung mengelak.

Tak ada senjata apa pun ditangannya dan ia mulai berkeringat dingin ketika Kris memegang gunting besar dari lemari di belakangnya yang terbuka. Kai tak punya pilihan lain selain harus pergi dari sini. Tak ada gunanya mencoba mempertaruhkan nyawa tanpa persiapan menghadapi seorang psikopat.

Kai mendobrak pintu tapi terkunci. “Sial. Kau ternyata pecundang. Menggunakan senjata melawan musuhmu yang bahkan tak memegang apa pun. Dimana kuncinya, berengsek!!”

“Maksudmu ini?” Kris memamerkan kumpulan kunci di depan Kai. Lalu menendang tubuh itu tepat diperutnya. Ketika tubuh itu membungkuk, Kris langsung menyambar kepala Kai dan menghantamkannya dengan keras di tembok.

Melihat Kai yang diam beberapa saat, Kris langsung melepas celana milik Kai. Kai berontak dengan menggeliat tapi kepalanya luar biasa sakit dan tangannya menekan kepalanya agar tak terus mengeluarkan darah. Hingga pada potongan celana yang terakhir Kai mencoba menendang Kris, tapi Kris dengan sigap menekan kakinya.

“Diamlah, sayang.” Kris mengangkat guntingnya tinggi-tinggi dan mendekatkannya ke batang kejantanan Kai.

“AAARGGH!!” Teriakan teredam kembali menggaung di apartemen itu.

CRASH… CRASH…. Cairan pekat berwarna merah itu menyembur.

Tapi batang kejantanan Kai belum sepenuhnya terpotong. Mata Kai memburam tapi ia masih bisa menggerakkan salah satu tangannya untuk mendorong dada Kris ke belakang.

Kai membanting tubuh Kris ke meja dan meninjunya di setiap sisi wajah. Wajah tegas itu membiru, lebam dan lecet−entah semua luka itu didapatkannya dari Kai atau sudah ada sebelumnya. Dan tanpa membuang waktu, Kai mengambil kunci yang tergeletak di lantai dan memasukkannya ke lubang kunci.

Beruntung ia langsung menemukan kunci pintu dan membanting cepat pintu di depannya.

Kai berjalan tergopoh. Menunggu lift terbuka dengan waspada. Di tangannya tidak ada senjata apa pun dan ia tidak memakai potongan kain apa pun untuk menutupi bagian bawah tubuhnya yang mengalirkan darah. Ketika lift itu terbuka, Kris sudah berjalan melewati beberapa kamar apartemen lainnya dan berjalan mendekat.

Kai langsung menekan tombol untuk ke lantai satu. Ia hanya tidak ingin mati ditangan psikopat itu. Psikopat yang meniduri mangsa-mangsanya dan mengambil organ kelamin mereka. Harusnya ia menjadi seorang laki-laki yang seratus persen normal, bukan setengah gay dan normal seperti ini.

Beruntung atau entah sial untuk Kai. Beruntung karena apartemen dua lantai dengan kamar tak lebih dari sepuluh itu sunyi senyap. Jadi tak ada yang harus meracau dan menutupi mata mereka dari selangkangannya. Sialnya, dengan begitu tak ada yang bisa mencegat Kris untuk tak berlari mengejarnya.

Kai sampai di sebuah gang. Lebih jauh dari yang bisa ia perkirakan. Tapi Kris hanya berjarak tiga meter darinya. Ia sudah tidak kuat, nafasnya putus-putus dan semua rasa sakit menyetrum sel-sel tubuhnya. Ia tidak tahu mana yang lebih sakit, kepala yang berdarah? Selangkangan yang bahkan hampir putus itu atau tulang-tulangnya yang tertusuk dinginnya malam.

Kris menyambar sebelah kaki Kai. Membantingnya ketanah lalu mengeluarkan pisau lipat dari saku celananya. “Jangan bergerak, berengsek!” Kris menancapkan pisaunya di telapak kaki Kai, merambah ke betis, paha sampai ke perut.

JLEB! JLEB!

Membuat tubuh mangsanya berlubang mengucurkan darah. Bau amis terbawa angin.

Kris membalikkan tubuh Kai menghadapnya. Pisaunya mengayun mencongkel kedua mata Kai dan dibiarkannya menggelinding begitu saja. Ia fokus pada selakangan Kai lalu mengirisnya. Darah kental mengucur sesaat, kemudian mengalir sebelum akhirnya akan mengering.

Kai sudah tak bergerak. Sesaat sebelum semuanya menggelap, ia melihat siluet panjang yang mengamati mereka. Kai membuka mulutnya, tapi suaranya di ambang udara. Rohnya melayang bersama angin menuju langit yang lain. Menyusul tubuhnya yang diseret oleh Kris.

TBC

 

 

 

 

 


Second Heart – Beginning Of Story

$
0
0

Second Heart – Beginning Of Story

second heart

 

Title                 : Second Hearts – Beginning Of the Story

Author             : KimYongIn

Main cast         :

Byun Baekhyun

Shin In Jung (OC)

Park Chanyeol

Kim Hee Kyung (OC)

Genre              : Romance

 

 

Very long chapter, maybe. 24 page^^

—————-

University of Tokyo

10.00 a.m JST

Gadis cantik itu berlari disepanjang koridor bangunan besar  dengan wajah tergesa-gesa dan panik. Bibirnya yang mungil tak henti-hentinya menggerutu dengan bahasa yang mungkin tidak bisa dipahami orang-orang yang memperhatikannya. Rambutnya yang panjang tergerai sudah tidak beraturan lagi. Pasalnya hari ini adalah hari kelulusan atau wisuda bagi gadis itu, Shin In Jung. Tapi dengan bodohnya In Jung malah bangun kesiangan dengan alasan tidak ada yang membangunkannya. Didalam hatinya dia mengutuk Naomi –teman se-jurusan In Jung- karena tidak berusaha menelpon ataupun mengirim sms beribu kali untuk membangunkan In Jung.

Dengan masih berlari dan tidak didukungnya dengan menggunakan baju wisuda yang kebesaran In Jung melihat kekanan dan kekiri untuk membaca setiap kelas atau ruangan bertulisan ‘Aula’ tempat diadakannya acara itu. In Jung sangat kerepotan kali ini, tangan kanannya memegang topi untuk wisuda dan tangan kirinya memegangi baju bawahnya agar dia tidak terjatuh saat berlari.

Hatinya begitu bahagia begitu melihat tulisan ‘Aula’ di ujung sana, dia semakin mempercepat laju larinya untuk segera menggapai pintu besar itu. Ketika sudah sampai dia tidak langsung membuka pintu tersebut tapi dia  berhenti untuk mendengar suara yang ada didalam. Dan terdengar suara seseorang yang sedang mungkin memberikan pidato didepan sana. In Jung menarik nafas sekali sebelum dia yakin untuk membuka pintu tersebut.

Kreekkk….

Seketika semua orang yang ada didalam ruangan itu terdiam menatap In Jung. Suara seseorang yang berpidato itupun tidak kedengaran lagi. Semua orang-orang barisan kursi yang berada disampingnya pun ikut menoleh kepadanya, orang-orang yang berpakaian sama yang diyakini adalah teman-teman seangkatan In Jung. Begitu pula dengan mereka yang duduk di kursi tamu juga ikut menatapnya.

In Jung terdiam, berusaha tidak pingsan karena menahan malu. Dia berusaha untuk tersenyum kepada semua orang sebelum berbalik kebelakang dan mencoba untuk membuka kembali pintu tersebut. Entah sudah berapa kali gadis itu mengumpat hari ini, tapi kali ini dia mengucapkannya dengan nada yang sangat pelan sehingga orang lain tidak mendengarnya. Pintu itu tidak bisa terbuka lagi karena memang pintu itu adalah pintu otomatis yang bisa terkunci sendiri dari dalam. Akhirnya mau tidak maupun dia harus berbalik lagi menghadap semua orang, dengan berdehem sekali dia melangkah kebarisan kursi yang berada disampingnya sambil memakai topi wisuda dan duduk manis dibarisan paling belakang. Tersenyum kelewat manis kepada semuanya dan juga teman-temannya. Tapi setelah dia berhasil duduk, In Jung merubah ekspresinya menjadi meringis malu.

“In Jung-ah, kenapa kau malah lewat di pintu exit” desahnya frustasi.

 

&&&

 

In Jung POV

Aku berjalan di halaman kampusku dengan di kelilingi orang-orang yang tengah sibuk berfoto-foto ria entah dengan teman mereka ataupun keluarga mereka. Terkadang juga beberapa orang menghampiriku untuk mengajakku berfoto bersama. Mungkin aku akan merindukan tempat ini setelah aku pulang ke Seoul, Korea Selatan. Ini mungkin hari terakhirku bisa menginjakkan kaki di kampusku, tempat dimana aku belajar mengenai perekonomian dan mendapatkan gelas S2 ku sekarang. Memikirkan itu membuatku teringat bagaimana dulu sulitnya aku beradaptasi dengan kota dan Negara ini, dari budaya hingga makanannya. Semua akan menjadi sulit terutama bagi warga asing bagiku. Aku pikir aku tidak akan betah berlama-lama ditempat ini, tapi nyatanya sekarang mengingat aku akan segera pulang ketempat kelahiranku sudah membuatku merindukan tempat ini.

“Shin In Jung”. Aku menoleh kepada seseorang dengan suara yang sudah sangat familiar di telingaku. Dengan setengah berlari dan cengiran khas, wanita itu datang menghampiriku. Seorang gadis jepang yang bernama Naomi, dia gadis yang sangat baik dan periang. Gadis dengan wajah yang oval dan mata sangat sipit khas gadis jepang pada umumnya. Dia segera memelukku ketika kami berdua sudah ada dijarak yang dekat.

“Naomi-chan, sudah berapa kali aku bilang jangan menyebut nama lengkapku. Kau tau pengucapanmu itu sangat buruk” kataku sambil melepaskan pelukannya yang aku rasa cukup berlebihan.

Naomi menyipitkan matanya membuat matanya itu semakin tidak terlihat. Wajahnya menampakkan ketidaksukaannya atas teori yang aku buat. Tapi mau bagaimana lagi, dalam hati aku tertawa mengingat Naomi memang selalu menggunakan asken yang membuat pengucapan namaku terdengar tidak bagus.

“Jangan seperti itu. Ini hari terakhir kita bisa bersama dikampus ini. Setelah ini kan kau mau kembali ketempat asalmu” katanya dengan wajah sedih yang dibuat-buat. Aku hanya tertawa melihat tampang anehnya ketika berwajah seperti itu. Aku seketika berhenti tertawa ketika mengingat sesuatu.

“Naomi-Chan, kenapa kau tidak membangunkanku? Kau tau tadi pagi aku bangun dengan panik. Berlari kesini dan kau lihat tadi? Aku salah membuka pintu!” ucapku dengan dramatis. Kali ini Naomi yang tertawa menaggapi ucapanku.

“Maafkan aku In Jung. Aku sangat kerepotan dengan kelulusan ini sehingga aku tidak punya waktu untuk menelponmu. Dan kau! Sudah berapa lama kau kuliah disini sampai tidak bisa membedakan mana pintu belakang dan pintu depan. Jika aku jadi kau, aku pasti akan sangat malu!” kata Naomi. Dan pembicaraan kami terus berlanjut, tentang bagaimana kami setelah ini, berbicara tentang kenangan-kenangan yang ada saat kami masih belajar dikampus ini, persiapan kelulusan yang merepotkan, acara kelulusan tadi hingga orang tua Naomi yang datang.

Aku adalah anak tunggal, aku hanya memiliki seorang Ibu. Kenapa hanya Ibu? Karena aku tidak tahu dimana Ayahku sekarang. Aku dan Ibu sudah ditelantarkan begitu saja sejak aku berumur 10 tahun atau tepatnya 15 tahun yang lalu. Menjadi single parent tidaklah mudah, ibuku harus bekerja siang dan malam untuk bisa membiayai semua kebutuhanku dan kebutuhannya. Kami bukan dari keluarga kaya tapi ibu masih sanggup membiayai aku kuliah diluar negeri dan mengirimkan aku uang setiap bulannya. Sekarang saja Ibuku tidak bisa menghadiri acara kelulusanku karena sibuk dengan pekerjaannya, tapi aku memakluminya.

“Oh ya In Jung. Sakurako dan yang lain mengadakan acara kelulusan bersama? Apakah kau mau ikut?”

“Tentu saja, kenapa aku harus menolaknya.”ya tentu saja. Sakurako adalah teman satu angkatanku yang memang sering mengadakan pesta dan aku sering mengikuti setiap pesta yang dia buat. Kalian tidak akan pernah bosan jika berpesta dengan mereka, karena mereka tau bagaimana caranya berpesta yang baik.

“Memang dimana mereka mengadakan acaranya? Dan siapa sa-.. ada apa?” tanyaku heran ketika Naomi hanya menyikutkan sikunya ke perutku tanpa merespon ucapanku. Bibir Naomi tersenyum dengan mata yang lurus pada suatu objek. Wajahnya berbinar-binar seperti baru melihat malaikat turun dari langit. Karena penasaran aku mengikuti arah pandang Naomi.

Park Chanyeol.

Lelaki tampan dengan tinggi diatas rata-rata itu terlihat sedang memegang kamera dan membidikan lensanya ke arah-arah tertentu. Dan aku juga melihat sudah banyak gadis yang melirik ke arah pria itu, tapi dia masih bersikap tenang seperti tidak ada gangguan sama sekali.

“He so handsome” aku menoleh sebentar ke arah Naomi yang berbicara masih menatap kagum kepada sosok lelaki jangkung itu. Dan kembali memusatkan pandanganku kepada pria itu. Aku mengamati Chanyeol yang berada di seberang sana, apa yang dikatakan Naomi tentang Chanyeol sangat benar. Dia sangat tampan walapun dia jarang tersenyum dan selalu memasang wajah dingin seperti itu.

“yeah, as always” kataku bergumam tak jelas. Mataku masih menatap lurus kearahnya. Terkadang aku melihat dia tersenyum ketika mungkin dia menangkap suatu gambar yang bagus. Manis itu lah yang aku pikirkan ketika dia tersenyum, sangat manis.

Park Chanyeol. Aku sudah mengenalnya saat aku masih duduk di bangku high school. Dulu dia pernah menjadi teman sekelasku sewaktu ajaran pertama baru dimulai. Kami berteman lumayan akrab walaupun kami hanya sekelas pada tahun pertama saja. Mungkin dulu aku sempat menyukainya, dan mungkin itu hanya sebuah cinta sesaat saja. Aku sudah tidak memikirkannya lagi ketika ujian akhir sekolah sudah dekat.

Terakhir kali aku melihatnya ketika hari kelulusan high school, dan aku sudah tidak tahu kabarnya lagi sejak aku memulai kehidupan sebagai mahasiswi. Yang aku dengar dia berkuliah ditempat berbeda denganku, ya tentu saja.

Dan betapa terkejutnya aku ketika aku melanjutkan studiku di Jepang dan bertemu dengan nya lagi. Entah harus senang atau bagaimana, tapi yang jelas hubungan kami menjadi aneh. Kami hanya berbicara seperlunya, terlalu canggung untuk memulai pembicaraan dengannya. Sesekali kami bertemu di acara perkumpulan para pelajar yang sama-sama berasal dari Korea Selatan. Dan ketika bertemu atau berpapasan kami hanya melempar sebuah senyuman atau tak menyapa sekalipun.

“In Jung. Kau harus mengajak Chanyeol ke acara kelulusan nanti? Oke!” perkataan Naomi langsung membuyarkan lamunanku. Mengajak Chanyeol? Kenapa harus aku.

“Dan jangan menolaknya. Karena aku tahu hanya kau yang akrab denganya, oke. Dan aku harus pergi dulu, orang tuaku sudah menungguku disana. sampai jumpa! Aku nanti akan menelponmu” kata Naomi sambil berlalu tanpa menunggu jawaban dariku. Meninggalkan aku begitu saja tanpa rasa bersalah sedikitpun. Awas saja kau Naomi!

Oh, aku gugup sekarang! Ayolah hanya mengajaknya saja kan kenapa harus segugup ini. Hanya perlu bilang “apakah kau mau ikut?” dan selesai.  Tapi bagaimana kalo dia menolak. Bagaimana kalo dia tidak memperdulikanku. Oh tidak! In Jung-ah, kau berpikir seperti meminta dia untuk berperang dengan Korea Utara saja!

Aku menghembuskan nafasku frustasi dan berbalik kearah Chanyeol. Melangkah dan berjalan secara perlahan menuju tempatnya sekarang. Aku melihat dia memandang ke arahku, dan mulai kembali menggunakan kameranya. Dan itu membuatku semakin gugup.

Lagi, dia tersenyum ketika melihat hasil gambarnya. Dia sedang memotret siapa atau apa? Aku menolehkan kepalaku kekanan dan kekiri tapi yang aku lihat hanya sekumpulan orang yang masih sibuk berfoto bersama. Aku kembali menoleh kearahnya, apakah dia sedang memotretku? Oh In Jung apa yang kau pikirkan. Untuk apa Chanyeol memotret dirimu.

Dengan tidak mengurangi rasa penasaranku aku terus berjalan kearahnya yang sudah memotret objek lainnya. Ketika aku sudah berada didepannya pun dia masih sibuk menggunakan kamera yang bertulisan ‘Nikon’ tersebut. Aku berdehem sekali sebelum aku memanggilnya.

“Chanyeol-sshi” kataku yang dibalas tanpa ada nya respon darinya. Apakah suaraku kurang keras sehingga dia tidak membalasku.

“Chanye-……” tanpa aku duga dia menoleh dengan tiba-tiba yang langsung membuat ucapanku terputus. Dia menatap langsung kemataku dengan tatapan bingung, astaga aku bisa pingsan jika terus ditatap seperti itu. Wajahnya masih datar seperti biasanya, tanpa senyuman tanpa ada basa-basi sama sekali, dan itu semakin membuatnya semakin tampan.

“Wae?” tanyanya yang hanya aku balas dengan diam. Di saat seperti ini mulut dan otakku tidak bisa diajak berkerjasama. Di saat otakku menyuruhku untuk segera menyampaikan ajakan Naomi dan segera pergi tapi mulutku hanya bisa diam tanpa mampu berkata apa-apa.

“Wae, In Jung-sshi?” katanya sekali lagi. Ayo berpikirlah Shin In Jung. Katakan dan kau bisa pergi. Tanpa aku sadar kakiku sudah bergerak gelisah, kebiasaanku ketika aku sedang gugup.

“Sakurako dan yang lain mengadakan pesta kelulusan bersama. Apakah kau mau ikut?” kataku akhirnya yang sejak tadi hanya terdiam.

“oke” katanya cepat tidak sampai 5 detik. Aku hanya bisa melongo ketika mendengar jawabannya yang  seperti tidak berpikir sama sekali. Dan semakin dibuat kaget ketika dengan santainya dia kembali memusatkan semua perhatian dengan kameranya. Hello, ada wanita disini dan dengan tidak sopannya dia mengacuhkan seperti ini.

“hmm baiklah kalo begitu aku pergi dulu” kataku yang masih berdiam didepannya. Entahlah aku masih ingin mengobrol dengannya tapi lihatlah dia sekarang, dia hanya bermain dengan kameranya.

Park Chanyeol memang menyukai dunia photography sejak dulu. Dia mengatakan itu hanyalah hobi disemua kepenatan yang ada. Yang aku tau dulu dia berkata kalau dia ingin jadi seorang photographer yang terkenal jika saja Ayahnya tidak menyuruhnya untuk melanjutkan perusaahan keluarga. Aku pernah sesekali melihat foto hasil karyanya dan aku akui itu sangat bagus.

Chanyeol berasal dari keluarga yang sangat kaya. Dia hanya memiliki seorang Kaka Perempuan yang 3 tahun lebih tua darinya, Park Yoora. Dan karena itulah Park Chanyeol yang harus menggantikan posisi Ayahnya karena dia satu-satunya anak laki-laki dikeluarga itu.

Memikirkan Chanyeol hanya akan mengingat yang lalu, ketika aku masih berteman dengannya. Bukannya aku bermaksud sekarang  aku tidak berteman dengannya, hanya saja ini sudah sangat berbeda.

“Ada yang lain In Jung-sshi?” perkataan Chanyeol membuat aku berhenti melamun. Dan tersadar aku masih berdiri gagu dihadapannya. Kenapa hari ini aku sangat sering melamun ya? Dan mengapa aku masih disini. In Jung-ah gunakan otakmu yang encer itu kenapa kau lelet sekali.

“em, tidak ada apa-apa! Baiklah aku pergi” ucapku yang mulai membalikkan badan dan bermaksud untuk pergi. Tapi sesuatu membuatku berhenti dan berbalik lagi kearah Chanyeol.

“Chanyeol-sshi, kau tidak mau berfoto denganku?” perkataanku yang sangat bodoh. Kenapa aku yang memintanya, ah aku sangat malu sekarang. Bisa-bisanya aku tidak berpikir dahulu sebelum bertanya. Aku menggigit bibir bawahku menahan malu dan berharap bumi menelanku saat ini juga.

“ah, mian. Aku hanya berbicara asal tadi. Aku pergi dulu” aku membalikkan badanku dan menarik nafas frustasi. Hari ini aku terlalu banyak melakukan kesalahan aneh dan itu membuat aku pusing. Ketika aku sudah bersiap untuk pergi, aku merasakan sebuah tangan besar menahan tanganku, membuat aku berhenti dan menoleh kepada orang yang melakukannya.

Aku melihat Chanyeol melirik kekanan kekiri mencari sesuatu dan masih dengan memegang tanganku. Bingung dan keget hanya itu yang bisa aku pikirkan sekarang. Chanyeol memanggil seorang wanita yang tengah lewat di depan kami dan aku bisa mendengar dia berkata meminta tolong pada wanita itu untuk memotretkan kami berdua dengan bahasa Jepang yang sangat lancar. Apa aku tidak salah dengar?

Sebelum aku berpikir terlalu jauh. Chanyeol sudah menarikku mendekat kearahnya. Meletakkan tangannya kepinggangku dan sudah berpose membentuk tanda V dengan tangannya dan tersenyum. Mungkin ketika di keadaan normal aku akan menendang Chanyeol karena dengan kurang ajarnya menyentuhku, tapi sekarang aku tidak bisa berpikir dengan normal. Nafasku berat dan dadaku sudah bergemuruh dari tadi. Aku sangat jarang di sentuh oleh pria. Karena aku paling tidak suka untuk disentuh tapi sekarang yang bisa aku lakukan hanya diam.

“Ya, In Jung-sshi. Apa yang kau lakukan? Ayo berpose, apa kau mau foto kita berdua jadi jelek karena tampangmu seperti orang bodoh begitu.”

Aku berusaha untuk tetap tenang dan sedikit menarik nafasku. Aku melakukan pose yang sama dengan apa yang dilakukan Chanyeol membentuk huruf V dan menunjukkan senyumku yang paling manis.

Klik….

Aku mendengar bunyi kamera Chanyeol yang menandakan bahwa kami berdua sudah difoto. Chanyel segera melepaskan rangkulannya di pinggangku dan menuju gadis yang memotret kami berdua. Mengucapkan terimakasih sesudah dia melihat hasil jepretan gadis itu.

Aku yang merasa tidak diperlukan lagi langsung pamit kepada Chanyeol. tapi sebelum aku benar-benar pergi, Chanyeol memanggil aku kembali.

“In Jung-sshi, beri tahu aku nanti dimana tempat pesta itu berlangsung. Arraseo?” katanya yang hanya aku jawab dengan anggukan. Dan langsung pergi menginggalkan Chanyeol seorang diri disana dan langsung menarik nafas lega.

Aku bermaksud untuk pulang ketika aku mendengar ponselku berbunyi didalam tas kecil yang aku pegang sedari tadi. Dan langsung tersenyum miring ketika mengetahui siapa yang menelponku.

Byun Calling……

Akhirnya dia menelponku juga ketika hampir seminggu ini tidak ada kabar.

Byun Baekhyun adalah namja yang hampir 5 tahun ini menjadi kekasihku. Dia seorang yang gila bekerja sampai melupakan kekasihnya sendiri. Sampai-sampai mengirim pesanpun sangat sulit baginya. Aku sangat memaklumi itu karena dia adalah CEO dari perusaahan keluarganya sendirin yaitu Byun Corp. lelaki yang lebih tua 2 tahun dariku, seorang sunbae-ku ketika masih berkuliah di Seoul. Lelaki yang pendiam dan sulit untuk ditebak. Lelaki bodoh yang membuatku jatuh cinta dan mengatakan perasaanku padanya. Lelaki yang sangat aku cintai. Ya, aku sangat mencintainya.

Dan seketika aku meringis saat aku sadar aku melupakan dia hari ini. Dan aku merasa begitu bodoh ketika mengingat kegugupanku bersama Chanyeol tadi, juga merasa bersalah karena melupakan statusku sebagai kekasih seorang Byun Baekhyun.

Disaat aku ingin menggeser icon warna hijau diponselku, ponselku terlebih dulu berhenti berbunyi. Menampilkan satu pemberitauan ‘1 Missed Call’. Ketika aku ingin menelpon balik Baekhyun, ponselku berbunyi lagi dan menampilkan penelpon yang sama dengan yang tadi. Sebelum aku mengangkat, aku tersenyum sambil berjalan untuk pulang.

“Ya tuan Byun. Dari mana saja kau? Apa kau melupakan kekasihmu ini, eoh. Apakah tidak terlalu kejam tidak memberiku kabar sama sekali. Apakah kau tidak ingat hari ini hari kelulusanku. kau ingin membuatku menjadi seorang yang menyedihkan karena sangat merindukan kekasihnya. Oh bahkan kau membuatku melupakan statusku yang sudah mempunyai pacar”

 

&&&

Byun Corp

01.00 p.m KST

Baekhyun POV

Aku hanya bisa tersenyum mendengarkan celotehan gadisku diseberang sana, Shin In Jung. Membiarkan dia mengeluarkan semua yang ada dipikirkannya. Aku sangat tahu bahwa In Jung tidak benar-benar sedang marah. Andai dia tau aku juga sangat merindukannya dan sangat ingin memeluknya. Semua pekerjaan ini menjeratku, memaksaku untuk tidak memiliki waktu untuk sekedar memberi kabar padanya. Tapi ketika aku mendengar suaranya yang riang, semua kelelahanku menguap begitu saja.

“In Jung-ah, mianhae membuatmu khawatir. Akhir-akhir ini banyak pekerjaaan yang harus aku kerjakan. Setelah ini pun aku harus pergi bekerja lagi” ucapku menyesal. Aku juga tidak bisa membiarkan gadisku menunggu terlalu lama seperti ini, sekarang saja aku menyempatkan diri untuk menelponnya di antara semua kesibukan yang ada.

Aku mendengar In Jung mendesah frustasi. Dan mulai kembali mengoceh layaknya seorang ibu pada anaknya. Aku tau dibalik semua ocehannya itu ada sebuah perhatian besar untukku.

Aku melihat sekertarisku masuk kedalam ruanganku, pria yang bernama Kim Myungsoo itu berhenti didepan meja kerjaku. Aku memberikan dia tanda untuk menunggu sebentar dan melanjutkan pembicaraan singkatku dengan In Jung.

“arraseo, sebentar lagi aku akan makan siang dengan clientku. Kau juga jangan lupa untuk makan, eoh. Dan untuk hadiah kelulusanmu, aku akan memberikannya ketika kau berada disini. Jeongmal bogoshipo In Jung-ah” ucapku sambil mendengarkan ucapannya yang terdengar juga sangat merindukanku. Aku segera mengakhiri panggilanku dan bersiap untuk pergi bersama dengan Myungsoo.

“Apakah itu In Jung, Baekhyun-ah” tanya Myungsoo yang membuatku tersenyum dan mengangguk mengiyakan. Kami berdua sedang berjalan keluar ruanganku dan menuju pintu lift. Ketika aku hanya berdua saja dengan Myungsoo, aku meminta dia tidak usah bersifat formal padaku karena kami berdua seumuran dan aku rasa tidak masalah jika dia bersikap informal denganku karena dia dulu adalah temanku waktu masih berkuliah.

“Wah, aku sudah lama tidak mendengar kabarnya. Kapan dia pulang ke Korea aku sudah sangat merindukannya, dan kalo aku tidak salah bukankah hari ini adalah kelulusannya?” ucapnya lagi yang membuatku tidak suka. Oke aku berlebihan memang, Myungsoo hanya menanyakan sedikit tentang gadisku, dan aku bersikap seolah-olah dia berkata ingin merebut In Jung dariku.

Sepertinya Myungsoo menyadari perubahan ekspresiku, dan segera meletakkan tangannya dibelakang kepalanya tanda dia merasa tidak enak karena ucapannya. Oke, aku memang tidak suka siapa saja bersikap perhatian kepada gadisku, karena aku tidak akan pernah suka milikku di usik oleh orang lain.

“Ya Baekhyun-ah. Jangan seperti itu, aku hanya bertanya. Bukan mengajakmu untuk bergulat.”

“Arraseo. In Jung bilang dia akan pulang secepatnya setelah mengurus semuanya disana.”  ucapku masih terus berjalan meuju lift. Ketika kami sudah berada di depan pintu lift, Myungsoo langsung menekan tombol untuk kebawah. Tidak lama pintu terbuka,  dan terdapat beberapa karyawanku yang langsung memberi hormat padaku. Aku dan Myungsoo segera masuk kedalam dan Myungsoo menekan tombol untuk turun.

“oh ya. Lusa Assisten Juniormu sudah mulai bekerja. Apakah kau ingin menemui mereka” kata Myungsoo memulai pembicaraan di dalam lift ini.

“eoh, kau atur saja”

“Mereka ada dua orang. Satu pria dan satu wanita. Dan aku dengar wanita yang akan menjadi assisten juniormu itu sangat cantik.” Aku hanya menggelengkan kepala mendengar perkataan Myungsoo yang mulai tidak tentu arah. Bagiku In Jung-lah wanita tercantik setelah ibuku.

Aku hanya mendengarkan ocehan Myungsoo tanpa ada niat untuk membalasnya. Sampai pintu lift terbuka dan menampakkan lebih banyak karyawan lagi. Mereka seperti sedikit terkejut melihatku dan langsung memberi salam. Posisiku di perusahaan ini mungkin membuat mereka sedikit segan denganku. Aku memang terlalu muda untuk menjadi CEO untuk perusahaan besar ini, tapi aku tidak bisa menolak ketika Ayah menyuruhku untuk melanjutkan perusahaan yang susah payah dibangunnya.

Aku melihat sudah ada mobil yang menungguku disana. Myungsoo berjalan lebih dulu dan segera membukakan pintu untukku. Setelah aku masuk diikuti Myungsoo selanjutnya mobil itu pun berjalan perlahan meninggalkan pelataran kantor. Aku menyenderkan kepalaku dan mendesah pelan. Hari ini akan sangat melelahkan.

&&&

In Jung’s Apartement

10.00 am JST

Author POV

Kamar itu tidak jauh berbeda jika dibandingkan dengan kapal yang mau pecah. Sangat berantakan. Terlihat dimana-mana banyak barang yg berserakan, boneka-boneka yang biasanya tersusun rapi di atas kasur kini tergeletak begitu saja dilantai. Bekas bungkus plastik makanan ringanpun terlihat berhamburan diatas meja dan shofa. Juga ]tempat pemutar kaset itu dikelilingi banyak kaset yang tak kalah berantakan. Dan sang pemilik kamar yang lumayan besar itu tengah tidur dengan posisi memeluk boneka beruang kesayangannya. Boneka yang diberikan kekasihnya ketika pertama kali harus pergi ke Jepang.

In Jung malam tadi bergadang dengan menonton film itu sendirian dikamarnya, yang membuat gadis itu belum bangun juga walau matahari sudah mulai tinggi. Tentu saja dia tertidur ketika matahari sudah mau muncul, karena bagi In Jung kesukaannya menonton film itu lebih penting daripada jam tidurnya yang mungkin saja membuat kesehatannya terganggu.

Acara tidurnya pun terganggu ketika dia mendengar suara dering ponsel yang berada di nakas disamping kasurnya. In Jung tidak ada minat sama sekali untuk mengankat telpon itu, dia masih saja tertidur pulas dengan memeluk bonekanya. Berganti posisi membelakangi ponselnya itu.

Tapi sepertinya itu bukan pilihan yang bagus, karena dia masih saja terganggu dengan suara dering yang tak kunjung berhenti. Dengan susah payah In Jung berbalik dan berusaha untuk menggapai ponselnya. Melihat sebentar caller id dan menggeser icon berwarna hijau sebelum meletakkan ponsel itu ketelinga kananya.

“Moshi-moshi……”

“In Jung-chan, apakah kau masih tidur? Astaga apakah kau tidak tau ini sudah jam berapa? Kau itu seorang gadis dan tidak seharusnya kau tidur sampai siang begini….” Kata si penelpon pada In Jung.

Terkadang bagi In Jung seorang Naomi bisa sangat menyebalkan ketika memberi nasehat. Dia bisa menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk mencerami dirinya. Sekarang saja hanya karena In Jung bangun siang dia sudah mengomel ria seperti itu. In Jung hanya mendesah gusar dengan mata yang masih tertutup tanpa niat untuk membalas ocehan Naomi.

“In Jung-chan apakah kau mendengarkanku?”

“aku mendengarkanmu Naomi, dan sekarang katakan untuk apa kau menelponku?”

“ah, aku sampai melupakannya. Aku hanya ingin memberi taumu bahwa pesta kelulusan dirayakan pada malam ini jam 7 malam. Kau tidak lupa bukan dengan janji kita?” ujar Naomi penuh curiga. In Jung mengangguk walau dia tau Naomi tidak akan bisa melihatnya.

Kemudia Naomi memberitahu alamat lengkap acara pesta pada In Jung dengan sangat detail. Dari jam, pakaian hingga mengingatkan In Jung untuk tidak terlambat. In Jung hanya bisa bergumam mengiyakan tanpa berminat membuka matanya.

“Naomi-chan, bisakah kau mengirimkan pesan saja padaku dimana alamatnya. Kau tahu, ingatanku sangat buruk” kata In Jung akhirnya ketika dia merasa Naomi tidak lagi melanjutkan pembicaraannya. In Jung bisa mendengar desahan frustasi dari seberang sana.

“aku harusnya tau kau selalu begitu. Ya sudahlah aku akan mengirimmu pesan. Dan oh iya aku lupa. Apakah kau sudah mengajak Park Chanyeol, aku harap iya karena aku sangat mengharapkan kehadirannya dipesta itu.”

“dia akan datang. Dan sudah dulu ya aku masih mengantuk” tutup In Jung sebelum mendengar protes dari Naomi. Dengan susah In Jung mengembalikan lagi ponselnya ke nakas dan kembali melanjutkan tidurnya yang terganggu karena ulah temannya itu.

Tidak lama setelah In Jung meletakkan ponselnya, benda itu kembali berbunyi tanda bahwa sebuah pesan masuk. Awalnya In Jung tidak memperdulikannya tapi dia kembali membukakan matanya ketika mengingat sesuatu. Dia mengambil ponsel itu dan membuka pesan yang berisi alamat yang dijanjikan oleh Naomi dan dia langsung menekan ‘forward’ dan mencari kontak bernama ‘Park Chanyeol’.

 

&&&

Photo Studio of Tokyo

10.30 am KST

Pria itu terlihat sedang melihat-lihat isi studio tersebut. Memperhatikan setiap hasil gambar yang terpajang di sisi-sisi toko. Dengan menggunakan kaos berwarna merah dan kemeja hitam yang dibiarkan tidak terkancing pria dengan sosok tinggi jangkung itu terlihat sangat tampan. Perhatiannya teralihkan ketika seorang dikasir memanggil namanya. Dengan langkah tenang dia menuju tempat dimana seseorang itu tengah memegang sebuah bungkusan besar yang memang sedari tadi dia tunggu.

“silahkan diperiksa kembali hasil cetakan foto anda, apakah sudah lengkap atau masih kurang” kata petugas toko itu dengan senyum manisnya.

Sebelum Chanyeol memeriksa foto-foto tersebut, ponselnya terlebih dahulu berbunyi. Chanyeol meletakkan bungkusan foto itu diatas kasir dan segera merogoh sakunya tempat ponsel itu berada.

Lelaki itu seketika tersenyum melihat siapa si pengirim pesan kepadanya. Dia segera membaca isi pesan tersebut yang berisikan alamat pesta yang dijanjikan wanita itu kepadanya kemarin. Tanpa berminat untuk membalasnya dia segera memasukan kembali ponselnya kedalam sakunya.

Dia lalu membuka dan mengeluarkan foto-foto itu. Melihat hasil cetakannya sambil tersenyum puas. Tapi tiba-tiba tangannya terhenti, matanya terpaku dengan gambar yang ada ditangannya sekarang. Gambar itu sedang memperlihatkan seorang wanita yang tengah membenarkan rambutnya sehingga membuat rambut itu berterbangan sambil berjalan dengan baju wisuda kebesaran. Dengan efek hitam putih disekitar sosok itu dan pemberian warna yang dipusatkan hanya kepada objeknya saja membuat seolah-olah bahwa si photographer hanya memusatkan perhatiannya kepada sosok wanita itu.

Tangannya kembali bergerak melihat foto selanjutnya dan senyum manis itu kembali terlukis diwajahnya. Gambar dirinya dan seorang wanita yang sangat cantik menurutnya. Chanyeol dapat mengingat bagaimana salah tingkahnya wanita itu ketika dia memegang pinggulnya tapi tetap tidak menolak dan Chanyeol dapat melihat betapa bahagianya dia difoto itu walaupun tidak ada orang yang tau termasuk wanita tersebut. Dia sangat bersyukur ketika wanita itu mengajaknya berfoto walaupun dia berkata hanya asal bicara.

Wanita itu adalah poros hidupnya sejak dulu hingga sekarang. Wanita yang masih berada dihatinya meski mereka sudah tidak bertemu berapa tahun lamanya. Wanita yang baru saja memberikan sebuah pesan padanya. Wanita yang bernama Shin In Jung.

Setelah puas melihat hasil gambar dan merasa tidak ada yang kurang. Chanyeol kembali memasukkan kembali foto-foto tersebut dan segera membayar kepada penjaga kasir tersebut.

“sepertinya tidak ada yang kurang. Terima kasih” katanya sambil berbalik melangkah untuk pergi keluar dari toko. Dalam pikiran pria itu dia hanya ingin segera pulang dan bersiap-siap untuk datang kepesta malam ini.

 

&&&

Shopping Center

03.30 pm KST

Sudah hampir 2 jam kedua wanita itu mengelilingi kawasan berbelanja sambil sesekali memasuki toko-toko yang ada. Salah satu dari mereka sangat bersemangat ketika memilih-memilih gaun dan satunya lagi terlihat sangat malas untuk mengikuti tingkah temannya itu. Mereka adalah Naomi dan In Jung.

In Jung masih sangat kesal dengan Naomi yang datang tiba-tiba menjemputnya dan mengajaknya untuk berbelanja. Pada saat itu In Jung masih melanjutkan tidur cantiknya. Dengan alasan bahwa Naomi tidak memiliki gaun yang cocok untuk kepesta malam ini jadilah dia mengajak In Jung untuk bershopping ria. Bagi In Jung pesta malam ini tidaklah penting, tapi bagi Naomi pesta itu sangat penting karena itu pesta kelulusan dimana mungkin itu adalah acara terakhir yang bisa mereka rayakan bersama.

“In Jung-chan. Bergeraklah dan cari baju yang akan kau gunakan untuk malam ini?” kata Naomi akhirnya saat dilihatnya temannya itu hanya diam tanpa ada niat untuk mencoba gaun-gaun itu. Sedangkan ia sendiri sedang melihat pantulan dirinya dikaca dengan baju yang  baru saja dicobanya.

“Naomi sayang. Kau tau apa yang aku pikirkan dari tadi?” kata In Jung malas, ia sedang duduk di sofa toko itu dengan tangan menahan dagunya. Naomi lalu mengalihkan perhatiannya melihat ke aras Naomi dan menaikkan satu alisnya tanda dia tidak mengerti dengan maksud In Jung.

“Aku lapar” kata In Jung akhirnya dengan wajah mememelas diikuti dengan tangannya yang memegang perutnya. Naomi yang menyadari itu akhirnya tertawa pelan dan menyuruh In Jung untuk menunggu sebentar karena dia ingin membeli gaun yang dia pakai sekarang. In Jung hanya mengangguk lemah.

Sebelum meninggalkan toko itu, In Jung merogoh tasnya dan mengambil benda berwarna putih itu. Menekannya dan melihat folder bertulisan inbox dan dia mendesah kecil ketika tidak ada satupun pemberitahuan disana yang mengatakan bahwa ada pesan baru. Dia menyimpan kembali ponselnya kedalam tas tersebut dan mengikuti Naomi dari belakang.

&&&

Naomi menikmati Nasi karenya dengan sangat perlahan. Menyuap sendok demi sendok dengan sangat anggun. Berbeda dengan teman didepannya sekarang, In Jung memakan nasinya dengan sangat lahap juga tergesa-gesa seolah-olah makananya itu akan pergi jika dia tidak memakannya segera. Sampai akhirnya In Jung tersedak sendiri karena ulahnya, dengan sigap Naomi langsung memberikan air minum kepada In Jung.

“In Jung-chan. Makanlah dengan perlahan, tidak akan ada yang mengambil makananmu”ujar Naomi mengingatkan, dan kembali memakan nasinya tersebut.

“Maaf Naomi-chan, aku sangat kelaparan. Kau tidak ingat kau menyeretku begitu saja tanpa tau aku sudah makan atau belum”kata In Jung membela diri dan juga kembali memasukan makanannya kemulut tapi kali ini dengan perlahan dia tidak mau terkena resiko tersedak untuk kedua kalinya. Dilihatnya Naomi hanya menyengir karena perkataan In Jung. memang benar In Jung belum ada makan sama sekali, terakhir kali dia makan adalah siang kemarin dan malam tadi dihabiskannya dengan memakan cemilan.

“setelah makan kita harus mencari gaun untukmu. Coba kau lihat apa yang kau beli. Kau hanya membeli sepatu-sepatu itu tanpa ada high heels sama sekali” kata Naomi sambil menunjuk kantong belanjaan In Jung yang hanya berisi sepatu-sepatu dan perlengkapan kecantikan seadanya milih In Jung.

“aku tidak suka high heels” kata In Jung membela. Naomi mendesah berat.

“kau tidak suka karena kau tidak mau mencoba. Ayolah aku tidak mau tau setelah makan kita harus berbelanja lagi” kata Naomi bersikeras dengan keinginannya. Bagi Naomi, In Jung adalah wanita yang sangat cantik. Tapi dia sangat malas untuk berdandan karena bagi In Jung dia akan masih terlihat cantik walaupun tanpa make up-make up itu.

“setelah berbelanja kita akan pergi kesalon untuk mendandani mu”lanjut Naomi santai tanpa memperdulikan eskpresi temannya tersebut.

“Naomi-chan, apakah kau ingin membuatku bangkrut dengan hanya satu hari?” tanya In Jung sarkartis. In Jung memang memiliki cukup banyak uang untuk melakukan itu semua tapi dia berpikir bahwa uang yang ditabungnya sedikit demi sedikit selama ini akan habis untuk satu hari.

“kali ini saja In Jung-chan. Pesta ini adalah pesta kelulusan kita. Dan kau akan segera pergi setelah ini” kata Naomi dengan eskpresi sedih dan seketika membuat In Jung merasa bersalah. In Jung mendesah pelan tanda dia menyerah dan menggangguk mengiyakan ajakan Naomi yang segera dibalas dengan senyuman lebar dari wanita Jepang itu.

Mereka berdua kembali melanjutkan makanan kembali dan setelah membayar mereka berdua melanjutkan kegiatan berbelanja lagi. Mereka memasuki setiap toko yang tersisa yang belum mereka kunjungi. Di tengah jalan mereka masih bisa bercanda, dan menjadi serius ketika salah satu dari mereka bertanya.

“In Jung-chan, apakah Baekhyun akan menjemputmu kemari?”tanya Naomi yang membuat In Jung jadi terdiam. Dia memikirkan jawaban untuk mejawab pertanyaan Naomi. Apakah Baekhyun akan menjemputnya disini dan segera membawanya kembali ke Seoul?

“Sepertinya tidak. Baekhyun sangat sibuk”

“ah iya aku mengerti. Terkadang aku iri dengan kalian yang berhubungan jarak jauh tapi masih bisa setia satu sama lain. Sedangkan aku walaupun satu kota dengan pacarku, dia masih sempat berselingkuh. Aku sangat ingin mempunyai pacar seperti pacarmu, dia lelaki sempurna walaupun aku hanya pernah bertemu dengannya 2 kali. Yang aku tau dia adalah lelaki tampan yang beruntung mempunyai wanita sepertimu disampingnya.”kata Naomi panjang lebar yang membuat In Jung semakin merindukan Baekhyun dan ingin cepat segera bertemu dengannya.

Dulu mendekati seorang Baekhyun sangatlah susah bagi wanita yang mencoba mendapatkannya. Tapi In Jung tetap bersikeukuh untuk mengejar Baekhyun. Dia tetap tidak menyerah walaupun Baekhyun sama sekali tidak menaruh minat padanya. Hingga suatu hari dia sangat lelah untuk mengejar Baekhyun dan bersikap biasa kepada pria itu. Pria itu malah memberi perhatian kepada In Jung, hingga ketika In Jung diserang oleh sekelompok pria dan diselamatkan oleh Baekhyun. In Jung akhirnya tahu perasaan Baekhyun yang sebenarnya padanya, bahwa Baekhyun juga sangat mencintainya.

Tanpa disadari hari sudah sangat sore dan mereka harus segera pergi kesalon untuk menghindari datang terlambat kepesta itu. Tapi mereka sama sekali belum menemukan gaun yang pas untuk In Jung, mereka hanya sempat membeli sebuah heels warna hitam walaupun benda itu dibeli dengan debat kedua wanita cantik itu. Naomi berkata itu sangat bagus dan cocok dengan In Jung tapi In Jung berkata bahwa heels itu terlalu tinggi dan tidak cocok untuk dirinya. Tapi perdebatan itu dimenangkan oleh Naomi dan mau tidak mau In Jung membelinya.

“Naomi-chan, sudahlah tidak ada lagi yang kita cari bukan. Ayo kita pulang, aku bisa menggunakan gaun yang aku punya”kata In Jung. kaki In Jung sangat lelah karena seharian dia tidak berhenti untuk berjalan sambil membawa kantong belanjannya. Dia melihat Naomi yang menggelengkan kepala yang membuat In Jung mendesah frustasi.

“No,no,no. kita tidak akan pergi sebelum kita mendapatkan gaun untukmu”

“tapi kita bisa terlambat Naomi”kata In Jung sambil berhenti berjalan dan meletakkan semua belanjaannya dijalan. In Jung benar-benar sangat kelelahan saat ini.

“sudah aku katakan tidak” jawab Naomi sambil membalikan badan menghadap In Jung dengan mengikuti In Jung menjatuhkan belanjaannya dijalan.

“aku akan menelpon Sakurako dan mengatakan bahwa kita berdua……… OMG beb! It’s your dress!!!!” kata Naomi heboh dan mulai memunguti kantong belanjaannya dan berjalan cepat kearah belakang In Jung menuju sebuah etalase yang dilihatnya tadi. In Jung yang keheranan melihat kelakuan Naomi segera memunguti kembali belanjaannya dan bermaksud mengikuti Naomi.

“Naomi-chan, bisakah kau…… MY DRESS!!!!!” kata In Jung selanjutnya tak kalah heboh dan setengah berlari mengikut Naomi dari belakang.

Mereka berdua sekarang berada didepan etalase sebuah toko dan tersenyum senang. Sebelum memasuki toko mereka menyempatkan diri untuk berhigh five sambil meloncat kegirangan.

 

&&&

Party Place

08.15 pm JST

Mobil pria itu memasuki kearea tempat berlangsungnya sebuah acara. Sebuah gedung yang mungkin dipesan khusus untuk kelulusan yang diadakan teman satu angkatannya. Dia tidak mengenal siapa yang mengadakan acara ini. Dia juga tidak terlalu menyukai pesta. Tapi pada akhirnya pun dia mendatangi tempat ini, tempat dimana wanita itu juga pasti akan datang.

Pria itu yang bernama lengkap Park Chanyeol keluar dari mobil dan membenarkan letak jasnya sebelum memasuki gedung acara. Dia terlihat sangat tampan walaupun hanya dibalut dengan jas dan kemeja putih didalam yang melekat pas ditubuhnya.

Ketika dia memasuki ruangan, hampir semua mata wanita tertuju kepadanya. Banyak yang berbisik dan malah ada yang terang-terangan menunjukkan kekaguman atas penampilan Chanyeol malam ini. Chanyeol tidak mengubris semua itu dan menganggap bahwa semua wanita malam ini sangat berisik. Sambil terus melangkah masuk, mata Chanyeol bergerak liar mencari sosok wanita yang sejak tadi dia cari.

Karena dia tidak menemukan wanita itu, akhirnya dia melangkah mendekati meja yang tersedia disana. Duduk dengan tenang sambil meminum ataupun memakan apa saja yang tersedia disana sambil masih mencari sosok wanitanya.

Mungkin dia terlambat, pikir Chanyeol.

Tapi perhatian Chanyeol kembali terusi ketika mendengar suara heboh didekat pintu masuk. Chanyeol bermaksud tidak memperdulikannya tapi dia mengurungkan niatnya tersebut ketika melihat seseorang yang menjadi objek kehebohan itu. Kehebohan yang kebanyakan dari para lelaki. Kehebohan yang terjadi karena seorang dua sosok wanita yang baru saja melangkahkan masuk keruangan. Tidak tidak, Chanyeol tidak terlalu memperdulikan wanita yang menggunakan gaun berwarna softpink itu. Dia memperdulikan wanita yang disebelahnya. Wanita yang dengan kurang ajarnya tampil begitu sangat cantik malam ini. wanita yang dengan bodohnya menggunakan gaun yang membuat Chanyeol geram. Gaun yang digunakan gadis itu sebenarnya sangat manis ketika digunakan wanita cantik itu, gaun berwarna hitam dengan dua tali yang melekat dikedua bahunya, gaun dengan panjang 5cm diatas lutut. Tapi bagi Chanyeol gaun itu sangat pendek dan bagian di atas dadanya dibiarkan terbuka! Rambut gadis itu juga diikat kuda sehingga menampakkan lehernya yang membuat banyak orang menelan ludah! Oh dan apa itu, dia menggunakan make up dan juga high heels sehingga memperlihatkan kaki jenjangnya.

Tidak masalah bagi Chanyeol jika hanya dia saja yang melihat. Tapi sekarang dia menahan amarah kepada pria-pria yang menatap liar kepada wanitanya itu.

“Shin In Jung babo” gumamnya pelan. Dia berusaha menahan diri untuk tidak langsung menuju In Jung dan menariknya keluar dari tempat ini. Tanpa sadar mood Chanyeol menjadi turus drastis. Wajahnya yang biasanya hanya menampakan wajah datar kini berubah menyeramkan.

Menit demi menit dilakukan Chanyeol dengan duduk sendirian. Matanya terus mengarah pada satu orang wanita. Sesekali dia melihat orang-orang yang sedang bersenang-senang dan berdansa ditengah ruang dan kembali melihat kearah wanitanya. Dan sesuatu yang ditahannya sejak tadi harus berakhir ketika dia melihat wanita itu dengan santainya berbicara dengan seorang lelaki -yang dia tidak tahu siapa- dengan senyum kelewat manis. Chanyeol bangkit dan berjalan cepat menuju tempat gadis itu dan tidak memperdulikan tatap heran yang tertuju padanya.

&&&

Saat itu In Jung tengah asyik mengobrol dengan temannya, Fujinami. Ketika dengan tiba-tiba Chanyeol muncul disampingnya.

“ayo temani aku berdansa” kata Chanyeol dan langsung menarik tangannya begitu saja meninggalkan Fujinami yang masih berdiri disitu. Dengan sedikit berlari, In Jung mengikuti Chanyeol dari belakang dengan tangan yang masih di pegang erat pria itu. Langkah kaki Chanyeol yang besar serta heels yang melekat dikakinya, In Jung jadi kesulitan untuk melangkah.

Mereka sekarang berada ditengah ruang dikelilingi oleh pasangan-pasangan yang sedang berdansa. Dengan sigap Chanyeol melepaskan jas yang digunakannya dan memakaikannya untuk In Jung. In Jung hanya bisa diam terbengong menatap jas Chanyeol yang sekarang ada ditubuhnya. Belum hilang keterkejutan In Jung, wanita itu harus dikejutkan lagi ketika Chanyeol meletakan tangannya dipinggang In Jung dan mengatur tubuh mereka mengikuti pasangan-pasangan lain, berdansa mengikuti irama. In Jung yang tidak mengerti dengan situasi ini hanya bisa mengikuti gerakan Chanyeol.

Sesekali heels In Jung menginjak kaki Chanyeol dan membuat pria itu menahan sakit. In Jung yang menyadari itu hanya tersenyum jenaka.

Karena tidak tahan selalu diinjak dengan heels tajam In Jung. Chanyeol berhenti berdansa dan berjongkok dihadapan In Jung dan melepaskan kedua heels In Jung. wanita itu hanya bisa membelalakan mata dengan yang dilakukan Chanyeol padanya.

“Chanyeol-sshi apa yang kau lakukan?” tanya In Jung menahan geram.

Chanyeol lalu berdiri kembali dan menatap lurus kemata In Jung. kemudian Chanyeol meletakkan satu tangannya dipinggang In Jung dan tangan satunya memegang tangan In Jung.

Chanyeol mengangkat tubuh In Jung dan meletakkan kaki In Jung yang tanpa alas itu diatas kaki Chanyeol. jadilah mereka berdansa dengan hanya kaki Chanyeol yang bergerak.

“Ya! Apa yang kau lakukan?”

“Ssssttt! Kau diamlah.”kata Chanyeol. dan mereka akhirnya berakhir dengan saling diam. In Jung sebenarnya ingin bertanya kepada Chanyeol kenapa pria itu tiba-tiba datang, memakaikannya jas milik pria itu dan mengajaknya berdansa seperti ini, tapi ketika In Jung mengingat bahwa pria itu menyuruhnya untuk diam maka dia tidak jadi untuk bertanya. Tanpa In Jung ketahui, Chanyeol tersenyum tipis di tengah dansa mereka berdua.

 

&&&

Byun Corp

08.00 am KST

Baekhyun memasuki lobi kantor dengan wajah yang terlihat sangat letih. Walaupun begitu tidak mengurangi sama sekali kadar ketampanan yang dimiliki pria itu. Mata pandanya medandakan bahwa pria itu kurang tidur, dan memang benar. Pekerjaan-pekerjaan ini sedikit membuat Baekhyun gila. Dia hanya memiliki waktu istirahat dan tidur yang sangat singkat. Dia bersumpah akan meminta cuti satu bulan kepada ayahnya jika proyek terbaru perusahaannya itu sudah selesai.

Myungsoo mengikuti Baekhyun dari belakang. Mendahului Baekhyun ketika sudah dekat dengan pintu lift dan menekan tombol keatas.

Baekhyun masuk terlebih dahulu dan diikuti Myungsoo. Didalam lift Baekhyun hanya diam tanpa berminat membuka pembicaraan. Myungsoo yang tidak terbiasa dengan ketenangan pun membuka pembicaraan dengan Baekhyun.

“Baekhyun-ah. Assisten Juniormu sudah berada diatas sekarang. Apakah kau mau menemui mereka” kata Myungsoo dan menatap melihat Baekhyun yang ada disampingnya. Baekhyun menarik nafas terlebih dahulu sebelum menjawab pertanyaan pria disebelahnya.

“Neeeeee…..”kata Baekhyun membalas tatapan Myungsoo dan membuat Myungsoo tersenyum lebar.

Dan akhirnya mereka berdua hanya berdiam sampai pintu lift terbuka. Mereka segera keluar dan menuju ruangan Baekhyun di ujung kiri sana. Tapi tiba-tiba langkah Baekhyun berhenti mendadak melihat sosok wanita dan sosok pria yang sedang mendengarkan penjelasan Tuan Jang. Tidak, mata Baekhyun hanya mengarah pada wanita itu.

“Ah, sepertinya mereka berdua adalah Assisen Juniormu. Dan memang benar, yang wanita sangat cantik” kata Myungsoo setelah mengetahui arah mata Baekhyun tertuju.

Tuan Jang yang menyadari kehadiran Baekhyun dan Myungsoo lalu beranjak menuju tempat mereka serta tidak lupa dia juga mengajak dua Assisten Junior yang dari tadi dia beri pengarahan singkat.

Wanita itu kemudian melihat sosok Baekhyun dan menunjukkan ekspresi keterkejutan yang sama tapi wanita itu langsung bisa mengontrol eksperesiya.

Setelah berada didepan mereka berdua. Tuan Jang membiarkan dua Assisten Junior itu memperkenalkan diri mereka masing-masing.

“selamat pagi. Kim Jongin imnida. Mohon bimbingannya” kata lelaki yang sekarang mejadi Assisten Junior Baekhyun tersebut. Dengan badan yang sangat tinggi dan wajah seperti model, Myungsoo tidak menyangka kalo pria ini akan menjadi Assisten bosnya untuk kedepan. Kemudian Myungsoo menjadi lebih bersemangat mendengarkan kata wanita cantik disamping Kim Jongjin. Dia sama sekali tidak menyadari ekspresi Baekhyun yang hanya terpaku menatap wajah cantik wanita itu. Jantung Baekhyun berdetak lebih cepat dari biasanya, tanpa disadari nafasnya pun ikut memburu. Kejadian ketika Baekhyun masih duduk di high school pun seperti teringat kembali, kisah lama yang berputar kembali diingatannya.

“Selamat pagi. Kim Hee Kyung imnida….”

 

TBC

 

Haloooooo. Ini FF pertama aku yang aku publish~~~

Aku langsung ngirim ff ini tanpa edit jadi maaf pake banget kalo banyak typo bertebaran~~

Karena ini chapter 1, jadi belum teralu banyak In Jung-Baekhyun moment. Kan mereka LDR haha ini hanya pengenalan cerita jadi belum ada konflik hmm tapi udah ada ya hehe pokoknya konflik sebenarnya ketika In Jung-Chanyeol sudah pulang kekorea~~~

Oh iya, maaf banget ceritanya ngga seru, ngga rame ngga ngfeel TT tapi aku sudah berusaha sebisa mungkin bikin cerita yang bagus^^

Maaf banget ngpostnya lamaaa banget *bow* aku terlalu disibukkan dengan tugas kuliah ku dan jurnal juga laporan akhir praktikum /curcol/

Tapi ini beneran, aku menyempatkan menulis ini disela-sela kesibukanku T.T

Sebisa mungkin aku bakalan secepatnya ngpost chapter 2~~~

Jangan lupa tinggalin komentarnya dan like ya, supaya aku bisa memperbaikinya di chapter 2 :”

Dadah~~~

Note : jangan panggil aku author ya pelis. Panggil aku eonni saeng atau apalah asal jangan author T.T aku kelahiran 96 :*

Dan ada yang mau membuatkan aku poster buat ff ini. aku ngga berbakat ngedit-ngedit foto T.T kalo ada yang mau aku sangat berterimakasih^^


Stuck (Chapter 1)

$
0
0

Stuck

2014-04-12-07-26-42_deco

Title       : Stuck (Chapter 1)

Author  : Hye Kim

Genre   : Romance, Comedy

Length  : Multichapter

Rate       : PG-15

Main cast:

  • Kim Hyemin
  • Oh Sehun (EXO)

Other cast:

  • EXO member
  • Cho Kyuhyun (SJ)
  • Other cast.

Disclaimer: Other cast and the plot of story are mine. Pure from my mind. NO plagiarism.

Summary: You are mine. And I’m yours, from the first time we meet each other. Note it. Don’t you dare to leave me.

****

Seorang lelaki tampak bosan dengan apa yang dilakukannya kini. Ia sibuk mengganti channel  TV yang entah berapa kali ia ganti. Ia menoleh ke arah teman-teman seperjuangannya, dan menghela nafas.  Lelaki itu, berdiri dan menghampiri mereka sembari berkacak pinggang, kesal.

Hyung, kalian tidak mengajakku untuk ikut bermain?” rengek lelaki itu. Ia juga memajukan bibirnya, menandakan ia sedang kesal.

“Oh Sehun, kalau kau ingin ikut bermain, tinggal bilang saja, tak usah merengek tak jelas seperti itu!”sahut Chanyeol, pada Sehun—lelaki itu. “Ya, tapi kan—“

TING TONG

“Sehun-a, tolong bukakan pintunya!” seru Kyungsoo, dari dapur. Sehun hanya mendengus, berlalu menuju pintu dorm EXO. Ya, EXO. Sebuah boyband rookie yang baru setahun ini debut.

Perlahan, Sehun membuka pintu dorm dan melihat siapa yang datang. Sehun terdiam menatapi sosok yang berada di depan pintu. Begitu pula dengan gadis—sosok itu. Gadis itu…

Sehun mengerjapkan matanya. “N-nuguseo?” tanya Sehun, tergagap. Gadis itu pun mengerjapkan matanya, lalu tersenyum. “Annyeonghaseyo! Apakah ini kediamannya Kim Joonsoo? Ini pes—“

“Kim Joonsoo? Jeoseonghamnida, tidak ada yang bernama Kim Joonsoo di sini,” ujar Sehun sopan. Gadis itu, Hyemin, melihat kertas yang ada digenggamannya. Tiba-tiba seseorang muncul dari dalam dorm. “Ah, memang tidak ada yang bernama Kim Joonsoo, tapi akulah yang memesan itu,” ujar Suho, dengan cengiran yang terpajang di wajahnya. Sehun mendengus. Leadernya itu berlebihan.

“Benarkah?” Suho mengangguk. “Maaf, karena kami tidak mau ada yang memberitahu alamat dorm kami. Makanya aku menggunakan nama samaran, hehe.”

“Ah, tenang saja, kami tidak akan menyebarkan alamat EXO,” ujar Hyemin, tersenyum. “Ah ya, masuk saja dulu, aku akan mengambil uangnya sebentar.”

****

Eommaaa, apakah aku sedang bermimpi??? Jerit Hyemin dalam hati. Ia benar-benar tak menyangka bahwa ia baru saja masuk ke dalam dorm EXO! Ia berjalan dengan riang. Ia bahagia karena ia bertemu salah satu idolanya itu dan uang pesanan tadi untuknya. Nyonya Cho memang baik sekali.

“Kim Hyemin, kau pasti sedang bermimpi!! Kyaaa terlalu indah untuk menjadi nyata!” Gadis itu berjalan dengan melompat-lompat sesekali. Hingga….

Eomma!!! Sakit sekali!” teriak Hyemin. Hyemin berteriak pun, tidak ada yang menolong dia. Kebetulan daerah itu memang sedang sepi atau memang selalu sepi. “Bagaimana ini….”

Sebuah tangan terulur ke arah Hyemin. Hyemin mendongak ke atas, melihat pemilik tangan itu. Gadis itu membelalakkan matanya saat ia tahu siapa pemilik tangan itu. “Oh…Sehun?”

Sehun mendesah. “Kau mau berdiri atau tidak?” Hyemin mengangguk, lantas meraih tangan Sehun. Hangat. Itulah yang dirasakan keduanya. Hyemin merona merah. “Gamsahamnida, Oh Sehun-ssi,” ujar Hyemin, membungkuk. Sehun mengerling malas. “Tak usah terlalu formal padaku. Panggil saja banmal atau oppa, mungkin? Kuyakin kau pasti salah satu fansku.”

Ne?” Hyemin ternganga. Lelaki di hadapannya ini sangat percaya diri. Sehun mendelik. “Memang seperti itu, bukan?” Sehun mendekatkan wajahnya ke wajah Hyemin. Sontak Hyemin kembali merona.“Yaa! Awww…kakiku!”

Hyemin jatuh terduduk disaat ia ingin mendorong Sehun. Sehun berjongkok di depan gadis itu. “Kau tidak apa-apa?” Sehun merutuki dirinya. Tentu saja tidak, Bodoh. Secara tiba-tiba, Sehun mengangkat Hyemin dengan bridalstyle menuju mobilnya yang ia parkir di dekat sana. Ia tak sengaja melihat gadis itu saat akan pulang ke rumahnya. Dan entah pikiran dari mana, ia malah turun dari mobilnya dan mengikuti gadis yang sedang melompat riang itu tadi.

Yaa!! Oh Sehun! Turunkan aku!” Sehun mendudukkan Hyemin di jok depan mobil. “Sudah kau diam saja, aku akan mengantarmu ke rumah sakit.” Sehun mengacak rambut gadis itu. Hyemin terdiam.

Entah kenapa, jantungnya terus berdetak saat bersentuhan dengan Sehun sejak tadi. Dengan, yah, biasnya.

****

Sehun POV

Aku hanya mendengus kesal. Gadis ini cerewet sekali. Aku menoleh ke arahnya. Seketika aku terdiam. Aku baru menyadari mantel yang ia pakai. Mantel ini.. Aku menatap wajah gadis ini sekali lagi. Semakin dilihat, gadis ini benar-benar mirip dengan  seorang gadis yang kutemui di musim dingin tahun lalu. Pantas saja aku merasa pernah melihatnya tadi. Aku tersenyum sendiri.

“Oh Sehun, kenapa kau tersenyum sendiri seperti itu? Ya! Kau ingin berbuat jahat, ya?” tanya gadis ini, sembari menyilangkan kedua tangannya di dada. Aku berdecak. “Ya! Aku tak mung— Ah ya, siapa namamu?” Sehun bodoh. Bahkan kau lupa menanyai namanya. “Cih, mengalihkan pembicaraan! Namaku Hyemin. Kim Hyemin.”

Kim Hyemin. Gadis ini bernama Hyemin.Aku menoleh ke arahnya. “Hyemin? Nama yang buruk,” ejekku.”Apa katamu? Namamulah yang buruk, Tuan Oh!” Hyemin menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Ia memajukan bibirnya. Gemas. Gadis ini menggemaskan sekali.

“Kalau namaku buruk, aku pasti sudah mengganti namaku sama seperti si Hitam,” ujarku. Hyemin mengangguk setuju, lalu menoleh kearah lagi. “Apa aku harus mengganti namaku juga?” tanyanya dengan wajah polos. Aku menggeleng. “Biarkan saja kau menggunakan namamu yang buruk itu.”

“Dasar lelaki jahat!” seru Hyemin.  Aku terkekeh geli. “Ja, ayo cepat turun! Kita sudah sampai!” Aku turun dan berdiri di depan mobilku. Aku melambaikan tangan pada gadis itu, namun gadis itu tak kunjung keluar juga. Aku menghampirinya dengan kesal. “Ya! Kim Hyemin! Cepat keluar! Kakimu mau diobati, tidak?”

Hyemin tetap merajuk. Ia bahkan tak mau melihatku! “Kim Hye—“

“Baiklah, ayo!”

****

Author POV

“Oh Sehun, kau benar-benar  lapar?” Hyemin menganga parah melihat Sehun sekarang ini. Lelaki itu tampak seperti tak diberi makan selama seminggu! Astaga idolaku seperti ini ya, batin Hyemin.

Sehun mengangkat kepalanya dan menatap Hyemin dengan wajah polosnya. “Ya, aku belum makan sejak siang tadi. Pizza ini enak sekali!” seru Sehun sedikit—atau memang norak. Hyemin menggelengkan kepalanya tak percaya. Bahkan Kyuhyun tak senorak ini. Mengingat anggota Super Junior itu, Hyemin tersenyum.

Wae? Kau tersenyum seperti orang idiot, kau tahu?” Senyum Hyemin luntur. Ia memanyunkan bibirnya kini. “Sehun-ssi, bisa tid—“

“Tidak, sebelum kau berhenti memanggilku dengan embel-embel –ssi.” Sehun menatap mata Hyemin dengan tatapannya yang tajam. Dan itu membuat Hyemin tersedak. “Gwaenchana?” Hyemin mengangguk. ”Eo.”

“Minumlah. Makanya kalau makan hati-hati, Hyemin-a,” ujar Sehun sembari meyodorkan coke pada Hyemin. ”Kau baru saja berbicara dengan banmal?” Sehun mengangguk. “Kenapa? Apa aku harus memanggilmu ‘noona’?”

Hyemin membulatkan matanya. “Aku tak setua itu, asal kau tahu saja.  Aku hanya berbeda dua tahun lebih muda denganmu.” Sehun mendelik. “Dari mana kau tahu bahwa kita berbeda dua tahundenganmu? Kau fansku, ‘kan?” Hyemin menggeleng. “A-aku, hah, baiklah. Terserah pada apa yang ada di otakmu itu.”

Sehun tersenyum. Gadis ini benar-benar lucu. Tiba-tiba ia teringat sesuatu. “Kau baru lulus high school?” Hyemin mengangguk. “Kau kuliah di mana? Kau kerja paruh waktu? Untuk apa?” Sehun bertanya lagi. “Untuk memenuhi kebutuhan fangirlku. Aku kuliah di Seouldae.  Kenapa?”

What? Kebutuhan fangirl?” Hyemin mengangguk semangat. “Kau tahu, ayahku selalu tak suka jika aku mengidolakan orang. Jadi, dia melarangku untuk membeli hal-hal berbau k-pop­. Sejak aku pindah ke Korea tahun kemarin, aku merasa bahagia,” jelas Hyemin.

“Pindah ke Korea? Memangnya kau bukan orang Korea?” Hyemin menggeleng. “Tentu saja aku orang Korea. Sejak orangtuaku berlibur ke Indonesia, orangtuaku memilih tinggal di sana. Aku sudah tinggal di Indonesia selama 5 tahun.” Sehun mengangguk-angguk, mengerti. “Saat aku pindah ke Korea tahun lalu, kau tahu aku bahkan melupak—“ Hyemin terdiam. Ingantannya akan tahun melintas di pikirannya. Apa Sehun masih mengingatku? Tentu saja tidak, Kim Hyemin.

“Melupakan apa?” Hyemin menggeleng. “Tidak jadi.” Sehun menatap Hyemin. Apakah ia..

“Kim Hyemin, kau mau tambahan untuk kebutuhan fangirlmu, tidak?” Hyemin mengangguk. “Jadilah asisten managerku. Aku akan memberimu 1.200 Won per bulan. Kau mau?”

Hyemin mengangguk. “Tapi tidak akan mengganggu jadwal kuliahku, ‘kan?” Sehun mengangguk. “Tapi…apa saja yang harus kulakukan?”

“Kau hanya perlu menemaniku ke manapun aku pergi, membantu dalam segala hal. Bukankah itu mudah?” Sehun menghela nafas. “Ap—ani, tidak jadi. Thank you, Oh Sehun!”

Sehun berdiri dan menuju meja kasir, diikuti Hyemin di belakangnya. “Rumahmu dimana?”

Hyemin melambaikan tangannya. “Dekat kok, dari sini. Aku ingin berjalan saja. Sekali lagi terima kasih, Oh Sehun!” ujar Hyemin dengan senyum yang lebar. Senyum yang dapat membuat jantung Sehun berhenti berdetak.

“Oh Sehun?”

“Ya? Oh, baiklah. Hati-hati.” Hyemin berjalan meninggalkan Sehun dengan tertatih-tatih. Sedangkan lelaki itu hanya menatap punggung gadis itu.

Sehun menghela nafas berat. “Ada apa denganku?”

****

Hyemin POV

Aku melangkahkan kakiku menuju apartmentku di dekat sini. Aku menghela nafas. Apa dia masih mengingatku? Sepertinya tidak. Astaga, kakiku sakit sekali.

Pandanganku tertuju pada dua orang lelaki yang tampak mabuk. Aku membeku. Bagaimana ini? Aku takut sekali.Di saat aku berpapasan dengan mereka…..

Hey agasshi, kau cantik sekali,” ujar seorang dari mereka. “Mwoyaa?”

“Kasar sekali, sih,” seorang lagi menggenggam tanganku erat. “Lepaskan aku!!”

“Tidak akan, gadis manis!”

Tuhan, tolonglah aku….

Nae yeoja sondaejima!”  Aku menoleh ke sumber suara itu. Jantungku berhenti berdetak seketika. Oh Sehun… Apa yang dia katakan? Jangan sentuh gadisku? Ah, pasti aku salah dengar.

Sehun menarik tanganku kasar, menjauhi mereka. “Jangan pernah berani menyentuh gadisku! Atau……kubunuh kalian!” Entah mereka takut atau apa, pemabuk itu meninggalkan kami. Aku hanya menatap Sehun dari samping. Aku melihat ada sirat emosi dari dalam matanya. Aku mengalihkan pandanganku menuju tanganku yang digenggam oleh Sehun. Hangat. Itulah yang kurasakan.

“Hyemin-a, kau tidak apa-apa?” Sehun menelusuri tubuhku. Melihat ada luka atau tidak padaku. Aku menggeleng. “Oh Sehun, kau belum pulang? Dan kau tadi bilang apa?”

Sehun menatapku dalam diam. Ia tak kunjung menjawab pertanyaanku. “Oh Sehun.”

“Tidak, aku belum pulang.” Aku mengerutkan keningku. “Kenapa?” Wajah Sehun mendekat padaku. “Aku mengkhawatirkanmu, Hyemin-a.”

M-mwo?”

“Lupakan saja. Kajja, aku antarkan ke rumahmu dengan selamat!”  Ia menarikku ke dalam mobilnya yang terletak tak jauh dari kejadian tadi. Cih, bahkan dia tidak menjawab pertanyaanku yang satunya. Apa ia benar-benar mengatakannya atau aku hanya bermimpi?

Sesampainya di lobi apartment….

“Oh Sehun, terima kasih untuk harii ini!” seruku riang. Sehun mengangguk lalu berdesis. “Anggap saja fanservice.”

Geureom, jaljayo!” aku membuka pintu mobil dan melangkahkan kakiku. Baru aku melangkah sekali, kakiku mulai terasa sakit hingga akhirnya aku terjatuh. Sehun yang melihat aku terjatuh, langsung bergegas menghampiriku dan berjongkok di depanku. “Naiklah, akan kuantar ke dalam.”

Aku menurut dan mengalungkan tanganku di leher. Oh Sehun..

Saat kami akan memasuki lobi apartment, seseorang memanggilku.

“Kim Hyemin, kau dari mana saja? Ponselmu bahkan mati. Kau bersam—Sehun?” ujar seorang lelaki dengan wajah kesal dan herannya.

“Kyuhyun hyung?”

****

Author POV

“Kyuhyun hyung?”

Oppa! Kenapa kau ada di sini? Ponselku? Ah, baterainya tadi habis,” ujar Hyemin sembari menunjukkan V-sign ke arah Kyuhyun. Kyuhyun hanya mendengus. “Dan Sehun, apa yang kau lakukan di sini? Kenapa kau menggendong Hyemin?” Kyuhyun mendelik. Terlihat jika ia tak suka dengan apa yang dilihat sekarang. Entah apa alasannya.

“Hyemin tadi terkilir karena tingkah anehnya. Dia—Ya!” Sehun berteriak saat Hyemin mencubit kedua pipinya. “Bimiriya,” bisik Hyemin di telinga Sehun. Kyuhyun mendengus. “Apa yang rahasia?” Hyemin hanya menyengir. “Kau tahu betapa khawatirnya aku? Eomma bilang padaku bahwa kau langsung pulang. Tapi kau tak kunjung pulang dan malah bersama Oh Sehun,” ujar Kyuhyun dengan nada tak suka.

“Bagaimana kau bisa mengenal Sehun?” tanya Kyuhyun mengintimidasi, menaikkan salah satu alisnya. “Begini opp—“

“Dia asisten managerku, hyung, mulai sekarang.” Sehun mengatakannya dengan nada sesinis yang ia mampu. Cih, siapa dia sampai menanyakan hal itu. Kekasihnya saja, bukan. Heol, batin Sehun, kesal.

Mworago?”

“Sudahlah, oppa, aku lelah sekali. Sampai jumpa besok, Kyuhyun oppa! Oh Sehun, cepat antar aku!” Hyemin menggerak-gerakkan tubuh Sehun. Sehun mendesah pelan. ”Baiklah. Geureom, hyung.”

Hyemin melambaikan tangannya ke Kyuhyun. “Oppa, jaljayo!” Kyuhyun mengangkat sebelah tangannya. Kyuhyun berbalik dan kembali ke dalam mobilnya. Ia memegangi dadanya yang terasa—sedikit sakit.

“Kim Hyemin, Oh Sehun..”

****

Hyemin terbangun di atas kasur pink miliknya. Ia merentangkan tangannya, lantas melihat ke arah jam Hello Kitty miliknya. Jarum jam menunjukkan pukul 08.35. Hyemin mengucek matanya perlahan, lalu terdiam. “APA? JAM SETENGAH SEMBILAN? Astaga…aku terlambat!!”

Gadis itu melompat dari atas kasurnya. Namun, ia malah terjatuh dan bokongnya menyentuh lantai. “EOMMAAA!!!”

Sepuluh menit berlalu. Hyemin berjalan dengan tergesa-gesa menuju lobi gedung apartment. Langkahnya terhenti ketika melihat seorang lelaki berperawakan tinggi. Lelaki itu sangat familiar baginya, walaupun menggunakan masker dan kacamata hitam, Hyemin mengenali lelaki itu. Seketika tubuhnya merasa beku disaat namja itu menoleh ke arahnya. Astaga.

Hyemin membuang muka, berjalan seolah-olah tak melihat keberadaan seorang Sehun. Belum ia melangkah jauh, seseorang tengah menariknya.“Yaa! Neo—“

“Kau ingin menghindariku, huh? Nappeun yeoja,” ujar Sehun, sembari menjentikkan jarinya di dahi Hyemin yang tertutup dengan sebagian rambutnya. Hyemin berdesis. “Kajja! Cih, bahkan aku lupa meminta nomor ponselmu. Kau tahu? Aku sudah menunggumu sejak setengah jam yang lalu!” seru Sehun—sedikit histeris. Hyemin menganga parah. Lelaki ini terlalu berlebihan. “Astaga, Oh Sehun. Kau baru saja menungguku setengah jam dan kau sudah mengeluh? Sadarlah, Oh Sehun!” Sehun mendengus. “Setengah jam itu waktu yang lama! Kau yang berlebihan!”

Hyemin memajukan bibirnya. Sehun tersenyum. “Berhentilah bertingkah imut!” seru Sehun sembari menyubit kedua pipi Hyemin yang sedikit tembam. “Theeehyuun!” Sehun tergelak melihat wajah Hyemin yang terlihat—weird.

Sehun melihat sekelilingnya. Lelaki itu terdiam. Saat ini, mereka menjadi pusat perhatian orang-orang. Sehun melepaskan tangannya yang masih berada di pipi Hyemin. “Kajja!” Sehun menarik tangan Hyemin dan membawanya ke dalam mobil sport milik Sehun.

“Kita mau ke mana?” tanya Hyemin saat Sehun mulai menjalankan mobilnya. Sehun menoleh. “Menemaniku latihan sebentar. Kau tidak ada jadwal kuliah, ‘kan?”

“OH SEHUN! Kau tahu? Hari ini aku ada jadwal kuliah dan sudah terlambat! Astaga!! Aku bisa gila!!” Sehun hanya terdiam dengan polosnya. “Apa katamu?”

Hyemin menghela nafas kasar. “AKU SUDAH TELAT, OH SEHUN!”

Secara mendadak, Sehun menancapkan pedal gasnya dalam-dalam. “OH SEHUN! KITA BISA MATI! AKU TAK INGIN MATI MUDA!”

“Sudah diam saja, atau kau akan terlambat, Nona Kim,” ujar Sehun santai, tak menghiraukan teriakan histeris seorang Kim Hyemin.Tuhan, lindungilah aku.

“Kau, Seouldae, ‘kan?” Hyemin mengangguk. Sehun menatap jalanan, sambil memikirkan sesuatu. Bukankah ia berarti satu universitas dengan gadis ini?

Sesampainya di Seoul National University….

“Kau pulang jam berapa?” Hyemin kembali duduk. “Jam setengah dua belas. Kau akan menjemputku? Okay, thanks, Oh Sehun. Bye.” Sehun menghela nafas. Baru kali ini ia membawa mobil dengan-sangat-ekstrem. Ia harus mendapatkan klakson dari mobil lain akibat tindakan ekstremnya. Ia mengacak rambutnya. Gadis itu…membuatku gila.

****

Sehun POV

Astaga. Gadis itu benar-benar membuatku hilang akal. Aku mengacak rambutku frustasi, lalu menghela nafas. Aku menatapi gedung kampus Hyemin—yang juga gedung kampusku. Well, aku juga kuliah di sini. Tetapi aku harus cuti sementara akibat comeback EXO yang belum lama ini.

Aku menginjak pedal gasku. Hari ini aku harus latihan—lagi. Minggu depan aku harus terbang ke Beijing dan Jepang setelahnya. Hah. Kehidupanku ini benar-benar melelahkan, sekaligus menyenangkan.

Tiba-tiba, suara ponsel berdering. Itu bukan nada dering ponselku. Aku menoleh ke tempat di mana seorang Kim Hyemin duduk tadi. Astaga. Saking terburu-burunya, bahkan gadis itu meninggalkan ponselnya. Aku mengambil ponselnya yang sama denganku.

Me? Ini siapa?” Aku lantas mengangkat telepon itu.

Yeo­—“

Oh Sehun! Ponselku yang Samsung ada padamu,’kan?”

“Memangnya kau mempunyai berapa ponsel, hah?” Terdengar ia tertawa kecil di seberang sana.

Dua. Jangan melakukan macam dengan ponselku, ya?

Aku mendengus. “Baiklah. Ponselmu pakai kode tidak? Kalau iya, aku ingin tahu.”

Untuk apa? Kau ingin menjualnya?

“Tentu saja tidak, Bodoh! Untuk mengetahui nomor ponselmu. Agar aku bisa menghubungimu nanti saat aku menjemputmu.”

Oh begitu. Kodenya adalah tanggal ulang tahun Kris oppa. Okay? Sudahlah, aku harus belajar. Kututup, ya.

Ulang tahun Kris? Jadi, dia bukan fansku? Jadi, ia menerima tawaranku agar dapat dekat dengan Kris? Huh, awas saja nanti! Takkan kubiarkan dia berada di dekat Kris sedetikpun.

Seketika aku terdiam. Apa urusannya jika ia ada di dekat Kris? Sehun bodoh. Aku memperhatikan layar ponsel gadis itu. Layar gadis itu menampakkan foto gadis itu tengah berselca dengan lelaki yang mengkhawatirkannya tadi malam. Ya, Cho Kyuhyun. Seniorku di tempat aku bernaung. Entah kenapa, aku tidak suka.

Aku tersenyum setan. Ide jail muncul di pikiranku. Kumasukkan kode ponsel Hyemin, dan benar saja kodenya adalah ulang tahun Kris, yaitu 901106. Aku membuka camera, dan berselca ria dengan ponselnya. Setelah itu, kujadikan foto-fotoku itu menjadi wallpaper lock screen dan home screen. Aku tersenyum puas. Setelah itu, aku pergi menuju gedung SM.

****

Hyemin POV

Akhirnya selesai juga mata kuliah hari ini! Benar-benar hari yang menyebalkan! Gara-gara terlambat datang tadi, dosen kepala botak itu memberi tugas yang menumpuk. Bayangkan saja! Aku sangat membenci biologi! Lebih baik menghafal rumus matematika, daripada menghafal nama latin yang aneh itu. Sabar, Kim Hyemin. Jika kau lulus semester ini, kau bisa langsung mengambil jurusan matematika sampai lulus nanti! Kim Hyemin, hwaiting!

Aku berjalan keluar dari kelas. Dan dapat kulihat seorang lelaki tengah menghampiriku. Aku tersenyum. “Jaewook seonbae!” Kang Jaewook adalah seniorku di sini. Dia sudah kuanggap seperti kakakku sendiri. Di Korea, orang-orang yang dekat denganku hanya Shin Eunji, Kyuhyun oppa, dan Jaewook seonbae. Sebenarnya aku memiliki banyak teman. Namun, merekalah yang dekat denganku. Dan… Oh tidak, aku melupakan seseorang. Dan seseorang itu belum meneleponku sejak tadi.

“Hyemin-a, mau pulang bersamaku?” ajak Jaewook seonbae sembari tersenyum. Baru saja aku akan menjawab, ponselku bordering. Aku mengangkat alisku. Ini siapa? Tapi langsung kujawab, mungkin Sehun.

Yeoboseyo? Ini siapa, ya?” tanyaku ramah.

“Naya. Cepat keluar atau kutinggal.” Tut..Tut..

Aku benar-benar tak percaya. Sebenarnya siapa sih yang mau pulang dengannya? Bukankah dia yang mengatakan bahwa ia akan menjemputku? Kenapa ia berkata seakan-akan aku yang memintanya untuk menjemputku? Dasar lelaki aneh!

“Hyemin-a? Siapa tadi? Kau mau pulang denganku atau tidak?” tanya Jaewook, ingin tahu. Aku tersenyum menyesal. “Maafkan aku, Seonbaenim. Aku harus pergi dengan…dengan temanku! Kalau begitu, aku pergi dulu, ya! Nanti kita katalk ya¸Seonbaenim!” Aku berlari meninggalkan Jaewook sembari melambaikan tangan ke arahnya. Kulihat ia hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.

Aku berlari ke tempat parker kampusku. Kulihat mobil Oh Sehun sudah berada di sana. Segera saja aku berlari dan masuk ke dalam mobilnya. “Annyeong!” Aku tersenyum kepadanya.

“Cih, lama sekali!” ia berdesis, dan mulai menjalankan mobilnya. “Oh Sehun! Bukankah kau tadi yang bilang bahwa kau akan menjemputku? Aku bahkan tak memintamu untuk menjemputku, huh! Menyebalkan! Sama saja dengan si dosen botak itu!” kataku, sedikit merajuk. Sehun menoleh, ia mengacak rambutku. “Benarkah? Mian.”

Aku memajukan bibirku. Tiba-tiba aku teringat sesuatu. “Oh Sehun, mana ponselku?” Ia lantas mengambil ponselku di saku celananya dan memberikannya padaku. Saat aku akan membuka kunci ponselku, aku terkejut dengan apa yang kulihat. “OH SEHUN! KENAPA KAU MENGGUNAKAN FOTOMU BUAT WALLPAPERKU??”

Sehun menjitakku. “Bisa tidak teriak? Hilangkan kebiasaan teriakmu itu. Oke?” aku mengangguk. “Baiklah. Berikan penjelasanmu tentang ini!” Sehun menghela nafas. Wajahnya berubah dingin, lalu menatapku. “Jangan pernah berani untuk mengganti wallpapermu, atau gajimu kukurangi. Dan jika kau ingin meneleponku, tekan saja angka 1. Ingat!” ancam Sehun.

Aku mengangguk. “Terserah padamu! Tapi aku akan mengganti kode ponselku!” Sehun hanya mendengus. Matanya seakan berkata aku-tidak-peduli.

Kutatap layar ponselku. Oh Sehun. Membayangkannya saja membuat jantungku berhenti berdetak. Sadarlah, Kim Hyemin!Aku mencari kontak Sehun di ponselku. Apa? Oh Sehun yang tampan? Astaga namja ini benar-benar!

“Kenapa? Dan kau juga tak boleh mengganti nama kontakku,” ujarnya datar. Aku menatapnya tak percaya. Apa dia seorang cenayang? Kenapa dia bisa mengetahui apa yang kupikirkan?

“Kim Hyemin, berhenti berpikiran yang aneh-aneh. Aku bukan peramal atau apapun itu. Wajahmu menjelaskan semuanya padaku, dasar gadis bodoh!” ujar Sehun sembari mendorong pelan kepalaku. “Aku tidak bodoh!” ujarku tak terima.

Hening. Tak ada satupun dari kami yang berbicara. Oh ya, ini mau ke mana? Kuputuskan untuk bertanya pada lelaki menyebalkan ini. “Oh Sehun, kita akan pergi ke mana?” tanyaku sembari menatapnya. “Gedung SM.”

Aku membelalakkan mataku. “Apa katamu?” tanyaku lagi. Sehun kembali mendorong kepalaku. “Sudah jangan cerewet!” aku menatapnya kesal. Nappeun.

Aku menyilangkan tanganku di dada. Sampai akhirnya, aku tertidur.

****

Author POV

Sehun menatap gadis di sampingnya gemas. Gadis ini benar-benar seperti bayi saat tertidur. Perlahan ia menyentuh puncak kepala gadis itu, dan mengusapnya. Kim Hyemin, masih ingatkah kau denganku? Mungkinkah kau masih mengingat kejadian itu? Mustahil jika tidak. Tak mungkin,’kan, hanya aku yang mengingatnya? Walaupun tak ada yang special dari itu.

Seseorang mengetuk kaca mobil Sehun. Sehun membuka kacanya dengan malas. “Wae, hyung?” Sehun menatap Hyemin kembali, mengabaikan Suho yang tengah menatapnya kesal. “Dasar magnae nakal! Cepat naik! Kita har—siapa gadis itu? Oh! Bukankah itu gadis yang tadi malam mengantar pesananku?” Sehun menoleh. “Eum. Dia asisten managerku sekarang,” gumam Sehun pelan, tersenyum.

“Cih, bilang saja kau menyukainya,’kan? Sampai menjadikannya asistenmu,” sahut Suho sembari menjitak kepala Sehun. “Siapa yang bilang aku menyukainya? Hyung jangan berpikir yang aneh-aneh, deh.” Suho hanya tertawa. “Terserah kau sajalah. Gendong saja dia ke atas, atau kau mau aku yang menggendongnya?” goda Suho, sembari menaik-turunkan alisnya. Sehun mendengus. “Biar aku saja!”

Suho kembali tertawa. “Tuhkan, bahkan kau tak mau jika aku yang menggendongnya! Dasar! Aku duluan!”

Sehun mematikan mesinnya lalu turun. Ia membuka pintu Hyemin, dan menggendong Hyemin—lagi. Sesampainya di tempat latihan, ia segera menidurkan Hyemin di atas sofa di ruang latihan. Setelah ia menidurkan Hyemin, Sehun diserbu beribu pertanyaan dari member lain, kecuali Suho.

Ya! Oh Sehun, siapa gadis itu?”

“Kau habis melakukan apa, hah?”

Ya! Bagaimana bisa kau bersama seorang gadis sejak tadi kau pergi?”

Sehun mendelik. Teman-temannya sangat berlebihan. Ia menghela nafas. “Memangnya aku tak boleh membawa gadis?” Semua member menggeleng. “Kenapa?”

“Kau tak boleh punya pacar dulu sebelum kami!” teriak mereka bersamaan.

“Siapa yang pac—“

“Oh Sehun, aku ada di man—KIYAAAA!” Hyemin tersentak saat melihat semua anggota EXO berada di depan matanya, dan sedang menatapnya dengan bermacam-macam ekspresi. Kaget, kagum, terpesona, kesal, dan sebagainya. Dan tentunya dengan wajah datar Oh Sehun.

“Oh Se-Sehun!” Hyemin berlari ke arah Sehun dan berbisik. “Oh Sehun, aku tidak sedang bermimpi,’kan?” Sehun mendelik, lantas menjentikkan jarinya di dahi Hyemin. “Aww! Ternyata tidak!”

Sehun hanya menatap Hyemin datar.

“Sehun-a! Cepat jelaskan pada kami siapa gadis ini!” teriak Kyungsoo. Sehun memutar bola matanya. “Dia—“

Annyeong haseyo, Kim Hyemin imnida! Aku—“

“Dia asistenku.” Sehun mengatakannya dengan wajah yang datar. Dan wajahnya berubah di saat semua member menghampiri Hyemin. Wajah gadis itu tampak berbinar. Dan sangat berbinar di saat ia berhadapan dengan Kris.

“Kris oppa! Boleh aku berfoto denganmu?” Kris mengangguk. “One, two, three. Kimchi!” seru mereka berdua—Kris dan Hyemin.

Bahkan ia memanggil Kris ‘Oppa’ ! Dasar!

“Lihat, kau cemburu,’kan?” Suho menggoda Sehun—lagi. Sehun menatap Suho tajam. Yang ditatap hanya tertawa-tawa saja.

“Hyemin-a, umurmu berapa?” Baekhyun bertanya dengan wajahnya yang imut. Hyemin memainkan jari telunjuknya di dagu. “Umurku 18 tahun! Tapi, sepertinya imutan Baekhyun oppa daripada aku!” Baekhyun memajukan bibirnya. “Aku tidak imut! Aku ini tampan!”

Sehun hanya tersenyum melihat mereka. Hyemin terlihat begitu mudah bergaul. Gadis ini seperti happy virus Chanyeol versi perempuan. Gadis ini memang mudah menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sekitar. Lihat saja, baru kemarin mereka berkenalan, sekarang mereka sudah—sedikit—akrab.

Yaedaeur-a, kapan kita latihannya? Ayo, cepat!” seru Suho pada anggota lainnya.

Arasseo, Hyung!” sahut Baekhyun sembari menarik Kyungsoo. Kyungsoo hanya merengut.

Okay! One, two, three!”

****

“Kim Hyemin, bisa kau belikan bubble tea di kedai depan gedung?” Hyemin hanya memajukan bibirnya. Sehun menatapnya tajam. “Wae? Kau tidak mau?” Hyemin mengangguk.

Sehun mengeluarkan senyum setannya dan menghampiri Hyemin. Hyemin membeku. “B-baiklah! Mana uangnya?” Sehun tersenyum puas, lalu berbalik. “Ada yang mau bubble tea juga? Aku traktir.”

Semua anggota EXO menganga. Sejak kapan Sehun menjadi baik begini? Sehun mengangkat satu alisnya. “Kenapa? Kalian tidak mau? Ya sud—“

“KAMI MAU!” Dasar, batin Sehun dalam hati, lantas memberikan kartu kreditnya pada Hyemin. “Ini. Jika kau mau membeli sesuatu, belilah sesukamu.” Hyemin tersenyum bahagia. “Thank you, Oh Sehun!” Gadis itu melompat dari sofa, lalu mencubit kedua pipi Sehun. “Ya!”

Hyemin menyengir tak bersalah. “Aku pergi dulu!”

Langkah Hyemin terhenti di saat ia teringat sesuatu. “Oppadeul, mau rasa apa saja?”

Setelah itu, Hyemin menulis pesanan mereka di selembar kertas. “Baiklah! Aku pergi dulu!”

“Hyemin-a, aku ikut denganmu!” ujar Kris dengan suara datarnya, lalu menggunakan maskernya. Hyemin tersenyum. “Ayo, Oppa!”

Sehun mendengus tak suka melihat kepergian Kris dan Hyemin.  Benarkan Hyemin memang menggunakan kesempatan dalam kesempitan. Dasar gadis aneh.

“Sehun-a, kenapa?” Sehun menoleh, mendapati Luhan yang tengah tersenyum imut. Sehun membuang muka. “Tidak, hyung.”

Aku bosan!! Jerit Sehun dalam hati. Sehun menghampiri Kai yang sedang berkutat dengan ponselnya. “Kai-ya,” gumam Sehun, duduk di samping Kai. Kai menoleh, dan segera memasukkan ponselnya ke dalam kantung celananya. “Dasar yadong.” Kai hanya menyengir. “Namanya juga lelaki.”

Sehun mendelik. “Aku juga lelaki, Bodoh. Tapi, aku tak sepertimu.”

“Kau saja yang tidak normal!” sahut Kai lalu berlari sebelum Sehun menghajarnya. “Neo! Suho hyung! Kai mengejekku!” rengek Sehun pada Suho. Suho terkikik pelan. “Kai-ya, Sehun itu normal. Buktinya dia… Ah, rahasia!” Sehun menatap Suho tajam.

“Rahasia apaan? Aku tak punya rahasia!”

“Tentu saja kau punya! Aku tahu rahasiamu,” bisik Chanyeol, entah sejak kapania sudah berada di samping Sehun. Sehun menatap Chanyeol ingin tahu. “Rahasiamu itu adalah….kau kalau mandi telanjang,’kan?” Chanyeol berlari meninggalkan Sehun yang terdiam layaknya orang idiot.

Yaa! Park Chanyeol!”

Dengan kesal, Sehun meninggalkan tempat latihan dan berinisiatif untuk menyusul Hyemin dan Kris. Sehun memasuki elevator sembari mendengarkan laguBlack Pearl milik EXO. Saat pintu elevator terbuka, ia melihat Kris dan Hyemin sedang berjalan kea rah elevator. Tiba-tiba saja, seseorang menghampiri mereka, dan berhasil membuat mood Sehun bertambah hancur.

Sehun menghampiri mereka yang tengah diinterograsi oleh seorang Cho Kyuhyun.

“Hyemin­-a, sedang apa kau di sini bersama Kris? Kemarin bukannya bersama Sehun?” tanya Kyuhyun dengan nada tak suka. Hyemin hanya menunduk. “Kau—“

“Oh Sehun,” gumam Hyemin lirih saat tangannya ditarik oleh Sehun. “Kyuhyun hyung, bukankah hyung ingat, bahwa dia asistenku sekarang?Kalau begitu, aku pergi dulu. Kris hyung, Hyemin-akajja!” Sehun menarik tangan Hyemin sedikit kasar. Entah kenapa, ia mulai membenci seniornya itu. Atau mungkin, ia mempunyai alasannya tersendiri.

TBC

HAII Salam kenal ~ hehehe Maaf jika typo bertebaran layaknya bintang/? jangan lupa RCL yah.  Thank youuu <3



True Story

$
0
0

True Story

photo

Judul                            : True Story (Sequel: Kyungsoo & Jieun)

Author                         :  Rezita Alfira

Genre                          : Romance, sad, based on true story.

Length                         : OneShoot

Casts                           : Kyungsoo (EXO-K) Ahn Jieun (OC)

Other Cast                   : Taemin (SHINee)

Rating                          : PG

 

Based on true story! Hehehe, gomawo untuk admin-nim yang sudah mem-post ff ku hehehe. Yasudah, langsung aja hehehe, jangan lupa RCL yaa^^

—True Story : Sequel—

“Pergilah, aku sudah memiliki pria yang benar benar bisa membawaku dalam kata ‘kebahagiaan’ aku salah memilihmu waktu dulu, anggap saja yang pernah kita lakukan tidak pernah terjadi, carilah wanita lain, jangan ganggu aku lagi, Do Kyungsoo”

-Ahn Jieun.

“Tega kau katakan itu tepat di depan wajahku, jadi apa artinya selama ini tanggapanmu kepadaku? Kau buang aku jauh jauh dari hidupmu, bisa dengan mudahnya kau menjamin kebahagiaanmu bersama dirinya, apa arti diriku dimatamu? Ahn Jieun?”

-Do Kyungsoo

 

-True Story // Sequel-

Seorang namja terbaring lemah di kasur bernuansa putih yang terletak di dalam kamar rawat inap suatu rumah sakit. Kedua matanya yang terbuka hanya terisi tatapan kosong. Sesekali menghela nafas menyesali kenapa harus jalan hidupnya seperti ini. Dan berakhir di sini, dirawat selama hampir 1 bulan, di rumah sakit ini.

“Sayang, makan dulu ya? Eomma yang akan suapi, kau belum mengisi perutmu dari kemarin siang. Makanlah, Kyungsoo, agar cepat keluar dari sini.” Eomma dari namja yang bernama Kyungsoo itu mengelus puncak kepala anak lelaki nya itu.

Kyungsoo menutup matanya dan meneteskan air matanya.

“Jieun..”

“Oppa…lupakanlah Jieun eonni, masih ada aku, appa, dan eomma disisimu.” Adik perempuan Kyungsoo, Do Hanji, memukul pelan lengan Kyungsoo.

“Boleh aku menggenggam tangan yeoja yang sudah terikat kata suci dengan namja lain walaupun hanya sekali saja? Katakanlah itu untuk yang terakhir…sebelum itu, Jieun milikku.” Eomma Kyungsoo tanpa sadar menitikkan air matanya mendengar ucapan dari anak laki lakinya itu.

“EOMMA!” Air mata Eomma Kyungsoo semakin menderas mendengar bentakan dari Kyungsoo. Eommanya menggelengkan kepalanya memberi jawaban.

“Ani…kau tidak boleh lagi ada perasaan dengan Jieun, Do Kyungsoo..Jieun sudah milik namja lain” Tanpa sadar juga, Hanji ikut merasakan kesedihan yang dialami Oppa-nya itu.

—True Story : Sequel—

Sebelum itu, Jieun Milikku.

“Yya! Do Kyungsoo! Cepat kesini, tolong bawa yeoja ini ke ruang kesehatan, ppali!! Lututnya tidak berhenti mengeluarkan darah, eishh neo jinjja!” Kyungsoo yang mendengar itu pun berlari menuju ke arah lapangan.

Kyungsoo bisa melihat sendiri, di pinggir lapangan sudah ada kerumunan murid murid yang terlalu ramai, penyebabnya dikarenakan yeoja itu tersungkur ke tanah akibat berlari, alhasil lututnya yang penuh darah dan juga seragamnya yang kotor.

“Pelan pelan, keurrae, 1..2..hop” yeoja yang lututnya berdarah itu berhasil naik ke punggung Kyungsoo. Kyungsoo membopong badan yeoja itu dan melewati kerumunan ramai para murid, dengan cepat, Kyungsoo berhasil membawa yeoja itu ke dalam ruang kesehatan.

“Tunggu disini sebentar ya, aku akan mengambil kotak P3K, chamkamman.” Yeoja itu mengangguk mendengar perkataan Kyungsoo.

Setelah selesai mengobati lutut yeoja itu yang berdarah, Kyungsoo mengembalikkan kotak P3K ke tempat asalnya.

“Sudah selesai, kau bisa beristirahat disini dulu, Jieun-ssi” Kyungsoo tersenyum tipis, sementara Jieun terlihat kebingungan seperti ‘bagaimana dia bisa tahu namaku?’

“Nama mu tertera di nametag mu, Jieun-ssi” lalu Jieun hanya tertawa kecil mendengar perkataan Kyungsoo, Jieun sedikit tersontak saat Kyungsoo mengulurkan tangannya.

“Do Kyungsoo, bangapta” Jieun menjabat tangan Kyungsoo dan mengangguk mengerti.

“Nado bangapta”

“Kau berantakan sekali, igo, pakailah dulu blazer ku” Kyungsoo melepas blazernya dan memberikannya kepada Jieun

“Neo gwenchana? Kau bisa dimarahi Yoon Songsaenim kalau tidak memakai blazermu”

“Gwenchana, kalau aku dihukum, aku akan bangga karena dihukum akibat membantu yeoja.” Jieun tersenyum mendengar perkataan namja di depannya itu, lalu dengan sigap ia mengenakan blazer milik Kyungsoo.

“Boleh aku tahu nomor ponselmu? Agar aku mudah menghubungimu nanti jika aku mau mengembalikan blazer ini” Kyungsoo sedikit tersentak mendengar ucapan Jieun.

“Eh? Ah iya, boleh, ini…” Kyungsoo dan Jieun pun saling bertukar nomor ponsel di ruang kesehatan itu.

“Yasudah, aku kembali ke kelas dul..”

“Maukah temani aku disini saja? Ah tapi tidak apa kalau kau mau kembali ke kel..”

“Gwenchana, aku akan menemani mu disini ya”

Esoknya, Kyungsoo berjalan dengan riang melewati satu persatu koridor di sekolahnya itu. tentu saja hatinya riang dan cukup gembira, mengingat tadi malam Kyungsoo dan Jieun mulai berkirim pesan. Tidak bisa dihindari Kyungsoo, bahwa Jieun adalah gadis yang manis.

Entah bagaimana, Kyungsoo berfikir bahwa ia mulai menyukai Jieun, secepat itukah? Kyungsoo tidak memperdulikan itu sama sekali, yang penting baginya, ia bisa tersenyum karena Jieun.

“Taemin! Hahaha” sapa Kyungsoo lalu ia menaruh tas ranselnya di atas mejanya, Taemin teman sebangku nya itu menyipitkan matanya melihat tingkah Kyungsoo.

Lee Taemin, ya, Taemin adalah teman sebangku Kyungsoo di kelas 3 SMA ini, mereka akrab. Taemin adalah ketua klub baseball, yang banyak digilai para yeoja di sekolahnya. Berbeda perawakannya dengan Kyungsoo, yang biasa biasa saja, Kyungsoo hanyalah namja tampan yang pintar dalam mengotak atik angka di soal matematika. Bukan artinya juga Kyungsoo kuper, hanya tidak setenar Taemin.

“Wae? Neo micheoso? Kenapa tersenyum seperti itu? ada yang aneh denganku?” Kyungsoo menggelengkan kepalanya dan kembali tertawa kecil.

“Kau seperti orang gila, ngomong-ngomong, aku sedang badmood hari ini. Gadis yang sudah cukup lama aku dekati, kemarin malam mengacuhkan pesanku, ia tidak membalasnya, dan sikapnya mulai tidak perduli semenjak tadi pagi aku menyapanya” Kyungsoo mengangguk mendengar perkataan Taemin, lalu ikut duduk di bangku sebelahnya.

“heol, itu kabar yang buruk, tapi aku tidak tahu orangnya, nuguya?” Taemin menggelengkan kepalanya.

“Kau tidak perlu tahu, aku malu untuk memberitahunya, lagi pula aku juga belum resmi berpacaran dengannya. Tunggu saja nanti, jika aku sudah resmi berpacaran dengannya, bagaimana?”

“Kau harus men-traktir-ku jajangmyeon buatan halmoni di kantin, setuju?” Kyungsoo dan Taemin pun berjabat tangan lalu tertawa kecil.

“Hey, aku ingin menanyakan soal matematika nomor 4 yang menjadi pekerjaan rumah kemarin, boleh aku lihat caramu?”

“Ambilah, buku catatan matematika  ku ada di tas, aku ingin ke toilet dulu” ujar Kyungsoo menjawab pertanyaan Taemin, lalu berlalu meninggalkan kelas dan pergi menuju toilet.

Hari ini, sudah tepat 1 minggu untuk peringatan hari Kyungsoo dan Jieun dalam masa pendekatan. Tapi masih ada yang ditutupi Jieun dari Kyungsoo, Kyungsoo sendiri tidak tahu itu, dan Jieun pun berat untuk mengatakannya.

Janji Kyungsoo dan Jieun hari ini adalah sekedar bermain sepeda sewa bersama di taman pusat kota sepulang sekolah.

Kring…Kring… bel sudah berdering, menandakan semua murid yang ada di sekolah itu sudah boleh kembali ke rumah mereka masing masing. Tapi tentu tidak untuk Kyungsoo dan Jieun.

“Kau masih bertengkar dengan gadis-mu  itu, hm?” tanya Kyungsoo yang masih merapihkan buku bukunya, dan memasukkannya kembali kedalam tas. Taemin mengangguk.

“Entah kenapa, 1 minggu belakangan ini, aku jarang lagi berkirim pesan dengannya, ia bilang, ia hanya sibuk mengurusi ujian kelulusan dan pekerjaan rumah yang menumpuk.” Jelas Taemin.

“Hmmm begitu…yasudahlah, semoga kalian berkirim pesan lagi, aku duluan eoh?” Taemin mengangguk mendengar perkataan Kyungsoo. Kyungsoo pun langsung meninggalkan kelasnya dan cepat cepat menuju gerbang.

Sudah terlihat oleh Kyungsoo gadis yang menunggu di depan pintu gerbang sekolahnya itu, ya, Ahn Jieun.

“Halo nona Ahn, kekeke” sapa Kyungsoo sambil menepuk pelan pundak Jieun. Jieun sedikit tersontak.

“Hei, kau lama sekali hehe, kajja, kita ke taman nya sekarang.” Kyungsoo meng-iyakan ajakan Jieun. Mereka berdua pun dengan segera pergi ke taman pusat kota.

Jieun dan Kyungsoo mulai bermain sepeda sewa di taman pusat kota itu, tertawa dan banyak bahan obrolan membuat keduanya saling mencapai kata dan rasa nyaman. Banyak perbedaan dari Jieun dan Kyungsoo yang dengan mudah mereka ubah menjadi persamaan.

“ayo kita istirahat dulu, igo, minumlah dulu” Kyungsoo memberikan sebotol softdrink kepada Jieun.

“Gomawo…” Jieun tersenyum tipis di akhir kalimatnya.

Drt..drt.. Jieun merogoh saku blazer nya, dan menadapatkan ponselnya yang berwana pink muda itu. dapat dilihat Jieun, ada 1 pesan masuk.

From: ‘Future’

Hei aku benar benar minta maaf jika aku ada salah, bisa kita bertemu di tempat makan biasa? Aku ingin bicara denganmu, hanya berdua. Bagaimana? Aku tunggu balasanmu eoh? Annyeong, Chagi-aah.

Tanpa sadar, Jieun tersenyum membaca pesan yang baru saja masuk ke ponselnya itu.

“Nugu? Mengapa tersenyum seperti itu? kekeke…pacarmu eoh?” Jieun memukul pelan bahu Kyungsoo dan tertawa.

“Hei, aku tidak akan pergi denganmu kalau aku mempunyai pacar, Do Kyungsoo…..” Kyungsoo mengangguk mengerti.

“yasudah, balaslah dulu pesannya” lalu Jieun langsung membalas pesan itu.

To: ‘Future’

Hei, hehehe, aniya, aku yang seharusnya minta maaf, belakangan ini, aku mulai lupa dan terkesan jutek kepadamu hehehe, oke, aku akan datang, kita bertemu jam 7 eoh? Nado annyeong, chagi-aah.

Jieun menyimpan kembali ponselnya kedalam saku blazernya

“Kajja, Kyungsoo-yaa kita bermain sepeda lagi, sebelum sore habis”

Tidak ada yang menyangka bahwa malam ini akan muncul bulan purnama yang begitu indah menyinari gelapnya malam. Jieun sudah cantik duduk di salah satu bangku di restaurant jepang yang tidak begitu jauh dari rumahnya, menunggu seseorang, sampai akhirnya, yang ditunggu Jieun pun datang.

Jieun dan seorang namja yang duduk berhadapan dengannya itu asik dalam perbincangan mereka, sambil menyantap masakan khas jepang. Mereka terus bertukar obrolan dengan satu sama lain. Sampai pada akhirnya, namja itu meraih tangan Jieun yang sedang menyumpit makanan.

“Ahn Jieun, aku serius kali ini. Maukah kau menjadi yeojachingu-ku?” Jieun membulatkan matanya mendengar ucapan namja yang ada di hadapannya itu. kini ekspresi wajahnya berubah. Yang terlintas di hati dan fikiran Jieun saat ini adalah nama seorang namja, ya ‘Do Kyungsoo.’

“aku belum siap untuk menjalin hubungan denganmu, Lee Taemin.” Ya, Taemin. Inilah rahasia yang ditutupi Jieun dari Kyungsoo. Jieun juga sayang kepada namja bernama Kyungsoo itu, dan Jieun sendiri tahu, kalau Taemin dan Kyungsoo adalah teman sebangku.

“Wae?”

“Aniya, beri aku waktu sekitar 3 bulan untuk bersiap menjadi yeojachingumu. Aku janjikan itu kepadamu, Lee Taemin. Tapi kau juga harus janji, jangan tinggalkan aku eoh? Aku menyayangimu.” Taemin tersenyum mendengar perkataan Jieun.

“Keurrae, aku tidak akan memaksa hehe, sampai saatnya tiba saja eoh? Aku mencintaimu, Ahn Jieun.” Jieun berusaha membendung air matanya yang kini sepertinya akan tumpah membasahi pipinya, mendengar ucapan manis Taemin dan juga mendapat sikap yang sangat baik dari Kyungsoo.

Sudah 2 bulan Kyungsoo dan Jieun dalam masanya pendekatan. Jieun dan Taemin? Mereka juga belum berpacaran, karena Jieun benar benar bingung harus memilih siapa antara Kyungsoo dan Taemin. Jieun tidak mau kehilangan dua namja yang sangat menyayanginya dan ia sayangi juga.

Drt…Drt…

From: Ahn Jieun

Kyungsoo-yaa, temui aku di depan pintu masuk lotte world pukul 2 siang eoh? Aku akan menunggu mu disana, jika kau yang duluan sampai, tunggu aku di depan pintu masuk juga ya? sampai jumpa! Kalau bisa jangan telat ya, mata bulat, hehehe, srnghe. BYE!”

Pesan dari Jieun berhasil masuk ke ponsel Kyungsoo, namja itu tersenyum membaca pesan dari yeoja yang disayangi nya iitu, apalagi pada kata terakhir yang sengaja disingkat Jieun ‘srnghe’ atau bisa dijabarkan saranghae.

To: Ahn Jieun

Keurrae, sepertinya dirimu lebih dulu yang akan sampai di lotte world, karena aku ingin mengantar Hanji lebih dulu ke SMP nya, dia ada rapat osis. Tunggu aku juga eoh? Nado SARANGHAE, Ahn Jieun hahaha, Bye!

Kyungsoo memencet tombol send, dan pesan balasan untuk Jieun pun berhasil terkirim. Kyungsoo pun bergegas untuk siap siap menemui Jieun, berdandan serapih dan setampan mungkin untuk yeoja nya itu.

“Hanji-aah! Ppali! Aku sudah terlambat untuk bertemu Jieun, ppali ya ppali!”

“NEEEE OPPAAAAA, kau ini bawel sekali” Do Hanji, adik perempuan Kyungsoo itu menjawab perkataan Oppa nya dan turun dari lantai atas secepat mungkin.

“Kajja Oppa, aku juga sudah hampir terlambat, kajja kajja” Kyungsoo mengangguk mendengar permintaan yeodongsaengnya itu, Kyungsoo dan Hanji pun masuk ke dalam mobil dan melaju secepat mungkin.

Disisi lain, pukul 2 lewat 10 siang di depan pintu masuk taman bermain lotte world, sudah berdiri seorang yeoja dengan mantel biru muda dipadu dengan slayer liris liris berwarna biru tua, dengan rambut yang digerai panjang dibawah bahu, celana skinny jeans hitam dan sepatu flatshoes berwarna abu abu, disandang yeoja itu tas kecil berwarna sama seperti flatshoes nya.

Rutinitas yeoja itu sedari tadi hanya melihat jam nya yang melingkar di pergelangan tangan kiri nya. Ya, Ahn Jieun. Gadis itu adalah Jieun yang sudah pasti sedang menunggu Kyungsoo.

“Kyungsoo eodi? Lama sekali…sudah lewat 20 menit aku menunggu disini, huuu dan sekarang sangat dingin, fuuh” gumam Jieun sambil mengusap ngusap telapak tangannya yang ia rasa sangat dingin.

30 menit berlalu, Kyungsoo belum juga menunjukkan batang hidungnya di depan Jieun.

Nomor yang anda tuju sedang berada di luar jangkauan, cobalah beberapa saat lagi…tut…

Jieun mematikan panggilan teleponnya untuk Kyungsoo, sudah 3 jam tepat Jieun menunggu di depan pintu masuk lotte world ini, dan Kyungsoo juga tidak kunjung datang. Jieun ingin sekali menitikkan air matanya sekarang, tidak tahan lagi dengan dinginnya udara ditambah ia bingung, haruskah tetap menunggu Kyungsoo atau..

“Jieun?”

“Eoh? Chaagi-aah. Kau disini juga?” Taemin mengangguk mendengar pertanyaan Jieun.

“pantas ya, kau tidak membalas pesanku dari tadi siang kekeke, mengapa disini sendirian? Kau janji pergi dengan Sojin teman sebangkumu? Atau bagaimana?” tanya Taemin kepada Jieun.

“Ahh tidak tidak, hehe, aku hanya bosan dirumah dan berakhir kesini.”

“Jinjjaro? Gadisku ini gadis yang malang eoh? Hahaha.” Jieun memukul pelan bahu Taemin dan ikut tertawa juga

“Kau sendiri? Mengapa kesini sendirian? Kau ada janji dengan yeoja lain? eishh”

“enak saja, aku juga sama sepertimu, aku bosan dirumah dan berujung kesini. Ayo kita main bersama, hehehe” Taemin mengelus lembut puncak kepala Jieun. Jieun tersenyum dengan perlakuan Taemin, nyaman rasanya. Tidak ada terlintas di otak Jieun tentang Kyungsoo saat ini.

“kajja!”  Taemin mengangguk mendengar ajakan Jieun, sambil juga menggandeng tangan yeoja itu.

Disisi lain juga, seorang namja baru saja memarkirkan mobil sportnya di pekarangan parkir di taman bermain lotte world. Kyungsoo langsung berlari ke arah pintu masuk taman bermain itu, dan ia sama sekali tidak melihat Jieun disana.

Rasa bersalah di hati Kyungsoo pun mulai timbul, salah karena ia tidak sempat mengabari Jieun karena dia tadi akan datang terlambat. Kyungsoo pun duduk di trotoar di depan pintu masuk lotte world itu, kedua tangannya menggenggam plastik yang berisi ‘hotpack’ atau penghangat tangan. Ada 2 hotpack di dalam kantung plastik itu, untuk Jieun dan juga untuk Kyungsoo.

“Kyungsoo?” Kyungsoo menoleh ke arah sumber suara, ia mendongak ke atas, dan pemilik suara itu adalah, Lee Taemin.

“Eoh? Taeminnie kekeke, kau disini juga? Dengan sia..”

“Chagi-aah, igo, aku membelikanmu hotpack” kata kata Kyungsoo terhenti saat suara Jieun terdengar di telinganya, suara Jieun yang dengan lembutnya memanggil ‘chagi’ kepada Taemin.

Kyungsoo membulatkan matanya, Kyungsoo berusaha untuk menahan air matanya yang kunjung keluar dari pelupuk mata indahnya itu. Kyungsoo berharap ini hanyalah kesalah pahaman.

“K..Kk..kau? kau pergi bermain bersama Taemin?” Kyungsoo menatap mata yeojanya itu dengan teliti. Tes…. setitik air mata keluar dari kedua mata indah Kyungsoo. Jieun yang melihat itu hanya memalingkan wajahnya.

Jieun meneteskan air matanya. Terisak, itu yang Jieun lakukan sekarang. Terus terisak hingga membuat Taemin, yang sedari tadi hanya bingung dengan keadaan sekarang dan dengan perlahan mulai mengerti apa yang sedang terjadi.

“Kyungsoo, jadi yeoja yang sering kau ceritakan itu…Jieun?”  Kyungsoo mengangguk.

“Bukan salahku kan? Jieun sendiri yang bilang kalau ia sama sekali tidak mempunyai pacar atau…namja yang sedang dekat dengannya.” Kyungsoo menghapus air matanya.

Kini Taemin dan Kyungsoo menatap ke arah Jieun, gadis yang masih terisak itu. sebelum lama menunggu, Jieun membuka suara.

“Kau penghancur hubunganku, Do Kyungsoo! kau perusak hubungan orang! Kau yang mencoba mengalihkan perhatianku, kau yang membuat aku berpaling kepadamu! kau datang saat aku dan Taemin sedang dalam masa bertengkar, kau membuat semuanya kacau” Jieun terus terisak di dalam ujarannya itu. Kini Kyungsoo membulatkan matanya setelah selesai mendengar perkataan dari Jieun.

“kukira kau teman yang baik, Do Kyungsoo…” sambung Taemin, Kyungsoo semakin bingung dengan kedua ucapan yang menimpa nya. Ucapan Taemin dan Jieun.

“Jieun-aah, kau benar tidak ada hubungan apa apa dengan bajingan ini?” pertanyaan Taemin tidak lama langsung dijawab Jieun.

“Ne, aku tidak ada hubungan apa apa dengan Kyungs..”

“MWO??! Kau bilang tidak ada hubungan apa apa? 2 bulan belakagan ini? Hah? Kau anggap pesan pesan manismu itu apa? Tanggapan mu itu apa Ahn Jieun?!” Jieun kembali terisak mendengar perkataan Kyungsoo.

“Ne! Memang kita tidak pernah ada hubungan apa apa!” dengan sangat berat Jieun menjawab pertanyaan Kyungsoo. Kyungsoo kini menggenggam erat tangan Jieun, dan berhasil di tepis oleh Taemin.

“AKU MENCINTAINYA! Lebih dari kau mencintai Jieun, kau bukan namja Kyungsoo! Kalau kau cinta pada Jieun, kenapa tidak kau nyatakan cintamu padanya? HAH?” Taemin juga ikut meninggikan suaranya. Jieun tidak bisa lagi membendung air matanya, melihat Taemin dan Kyungsoo saling beradu argumentasi.

“Jadi ini apa?” Kyungsoo merogoh saku celana nya, dan sebuah kotak berisikan gelang dapat dilihat Jieun dan Taemin, mereka benar benar tersontak.

Plak..

Kotak gelang itu dilempar oleh Kyungsoo ke tanah begitu saja. Jieun membulatkan matanya begitu juga dengan Taemin, rencana yang dibuat Kyungsoo untuk menyatakan cintanya pada Jieun hari ini gagal total.

“Ambil, ambilah yeoja bernama Ahn Jieun ini dari tanganku ke tanganmu, pindahkan rasa cintanya dari rasa cintanya untukku menjadi rasa cintanya untukmu, AMBIL!!! Dan kau…Ahn Jieun. Jangan pernah lagi kau sapa aku, tega nya kau lakukan ini padaku, hanya karena kesalahan kecil.” Jieun terisak mendengar perkataan Kyungsoo, begitu juga dengan Kyungsoo.

“keurrae, jangan pernah lagi kita bertegur sapa Do Kyungsoo! Siapa bilang aku akan luluh dengan kotak gelangmu itu? aku akan tetap bersama Taemin, camkan itu di otakmu! Aku tidak pernah mempunyai perasaan padamu, mengerti? Taemin, kajja kita pulang.”

Jieun menarik pergelangan tangan Taemin dan berpaling dari Kyungsoo, meninggalkan Kyungsoo sendiri di depan pintu masuk lotte world itu. Kyungsoo terus terisak mengingat kejadian yang baru saja terjadi, sama seperti Jieun.

Sudah 2 minggu lebih semenjak kejadian di lotte world, benar benar Kyungsoo dan Jieun tidak lagi saling bicara, begitu juga dengan Kyungsoo dan Taemin, terjadi kecanggungan di antara mereka berdua.

“Aku tidak mempunyai hubungan dengan Kyungsoo” kata kata yang Jieun ucapkan untuk Kyungsoo 2 minggu lalu masih terngiang di telinga dan otak Kyungsoo. Bahkan sekarang, Kyungsoo cenderung menjadi orang yang pendiam.

Kyungsoo membuka ponselnya dan memilih ke opsi pesan. Kyungsoo membuka ‘pesan masuk’ masih tertera di sana pesan pesan dari Jieun. Kyungsoo tersenyum tipis. Kyungsoo membuka satu per satu dari pesan masuk itu.

From: Ahn Jieun (3 months ago)

Kyungsoo-yaa!!! Kau ini kemana dari 2 jam yang lalu tidak membalas pesanku eoh? Aku merindukanmu kekeke….cepatlah balas, saranghae!!!

From: Ahn Jieun (3 months ago)

Bogoshippeo, Do Kyungsoo.

From: Ahn Jieun (3 weeks ago)

Saranghae saranghae saranghae saranghae tuan Do! Hehehehe, selamat malam, dan sekali lagi, saranghae! Hehehehehehehehehehe.

Kyungsoo memberhentikan aktifitasnya mengingat masa lalunya bersama Jieun, belum sempat ia memiliki status berpacaran dengan Jieun. Sedih, sedih yang dirasakan Kyungso sekarang.

“Itu yang kau anggap tidak memiliki perasaan untukku?” gumam Kyungsoo sendiri yang tengah terduduk di bangu taman sekolahnya.

Bel berdering menandakan semua murid dapat kembali ke kelas nya masing masing untuk kembali memulai pelajaran. Tapi anehnya, saat Kyungsoo berjalan di koridor, banyak sekali murid murid yang tergesa gesa, bahkan berlari. Kyungsoo menahan salah satu murid yeoja bernama Park Ahra.

“Ahra, ada apa? Kenapa semuanya tergesa gesa bahkan ada yang berlari?”

“Eoh? Jinjjaro? Kau tidak tahu Kyungsoo-yaa? Bukannya kau teman dekat Jieun? Jieun kan akan tunangan malam ini dengan Lee Taemin. Dan mereka berdua mengundang semua murid untuk menyaksikan pertunangannya malam nanti.” Kyungsoo membulatkan matanya mendengar pernyataan dari Ahra.

“Eodi?”

“Di rumah nya Jieun, benarkah kau tidak tahu? Kau kan sangat dekat dengan Jieun” Kyungsoo menggelengkan kepalanya mendengar perkataan Ahra.

“Ahhh iya aku lupa, kau kan sudah tidak dekat lagi dengan Jieun ya? hehehe kan sekarang ada Taemin yang selalu melindungi Jieun. Mianhe Kyungsoo aku tidak ingat, kau nanti malam akan datang? Semoga bertemu nanti malam di rumah Jieun, ehehehe” Ahra melesat pergi begitu saja meninggalkan Kyungsoo yang terpaku mendengar perkataannya.

Kyungsoo melempar asal tas sekolahnya, sesampai nya di kamar, langsung secepat mungkin Kyungsoo bersiap untuk pergi ke rumah Jieun, pikirnya, ia harus membatalkan pertunangan itu.

“Kyungsoo! Mau kemana?”

“Aku akan pergi sebentar eomma, annyeong” Kyungsoo langsung membuka pintu mobilnya dan pergi secepat mungkin meninggalkan halaman rumahnya.

Keadaan tidak memihak pada Kyungsoo, semua jalanan di seoul untuk menuju ke rumah Jieun macet total, terus bersabar adalah salah satu cara untuk Kyungsoo sampai ke rumah Jieun.

10 menit berlalu dan akhirnya Kyungsoo sampai di depan rumah Jieun, benar, banyak mobil yang terparkir di depan rumah Jieun, Kyungsoo tahu pasti itu adalah mobil teman teman sekolahnya yang datang di undang Jieun untuk menghadiri pesta pertunangannya. Kyungsoo memarkirkan mobilnya asal, sempat ingin meneteskan air matanya melihat keadaan yang terjadi.

Brak! Kyungsoo menutup pintu mobilnya dengan kasar.

“Anda siapa? Ini acara penting milik nona Jieun, kau tidak boleh masuk”

“KEUMANHE! Minggir!” Kyungsoo menepis tangan satpam penjaga rumah Jieun yang tadinya mencengkram lengan Kyungsoo untuk tidak masuk ke dalam.

Kyungsoo berlari menuju pintu utama rumah Jieun,

Brak! Kyungsoo membuka pintu rumah Jieun dengan kasar, air matanya tidak bisa ia bendung lagi, terus menangis, itulah aktifitas yang sekarang Kyungsoo kerjakan. Saat ia membuka pintu, semua sorot mata tamu undangan memandang Kyungsoo, mata Kyungsoo tertuju pada yeoja bergaun pink muda dan namja ber-jas abu abu yang sedang memegang kotak cincin.

Kyungsoo berjalan dengan kakinya yang ia seret, tidak percaya apa yang terjadi di depan matanya. Berdiri tepat di depan Jieun.

“Cantiknya kau malam ini Ahn Jieun…” Kyungsoo menggenggam pergelangan tangan Jieun.

“Yya! Nuguya? Kau siapa? Jieun! Dia siapa?” Kyungsoo menolehkan kepalanya ke sumber suara, ia tahu , pasti itu Appa dari Jieun. Kyungsoo tidak memperdulikan itu.

“Ahn Jieun….jangan lakukan ini…sabarlah, setelah kita lulus SMA, aku akan kuliah dan kerja paruh waktu, untukmu. aku tidak akan menggunakan uang eomma dan appa ku untuk melamarmu, kita bisa bahagia, katanya mimpimu akan keliling dunia bersamaku? Tunggu…tunggu eoh? Aku bisa membahagiakanm..” Kyungsoo menaruh kedua telapak tangannya di pipi Jieun, terus menangis.

“hentikan hayalanmu! Pergilah, aku sudah memiliki pria yang benar benar bisa membawaku dalam kata ‘kebahagiaan’ aku salah memilihmu waktu dulu, anggap saja yang pernah kita lakukan tidak pernah terjadi, carilah wanita lain, jangan ganggu aku lagi, Do Kyungsoo” ujar Jieun sambil ikut terisak, sama seperti Kyungsoo, pipi Kyungsoo sudah banjir dengan air matanya.

Semua orang yang melihat itu tampak kebingungan. Sama seperti Appa dan Eomma Jieun, begitu juga dengan kedua orang tua Taemin.

“Pikyeo!” Taemin menepis kedua tangan Kyungsoo yang berada di pipi Jieun.

“Jieun-aah, siapa namja ini?” pertanyaan Appa Jieun berhasil membuat semua orang di ruangan itu terdiam, dan hanya menunggu jawaban Jieun.

“Jieun…katakan pada ayahmu, akulah laki laki yang sebenarnya bisa menjagam..”

“Dia perusak hubunganku dengan Taemin, Ayah!” Jieun menitikkan airmatanya saat menjawab pertanyaan ayahnya itu, Kyungsoo membulatkan matanya mendengar perkataan Jieun, yeoja yang berdiri di depan nya itu.

“Dia telah mengganggu hubunganku dan Taemin selama kami berpacaran ayah, dia sangat mengganggu aku dan Taem..”

BUG!

Pukulan ayah Jieun berhasil mendarat di pipi Kyungsoo, semua yang melihat itu langsung tersontak, juga teman teman sekolah Jieun, Taemin dan Kyungsoo. Semua melihat kejadian itu dengan mata dan kepala mereka sendiri.

“Kau mengacaukan acara ini! Dan kau mengganggu hubungan anakku dan calon tunangannya. PERGI!” sudut bibir kanan Kyungsoo berhasil berdarah dan sedikit robek, juga pipi kanannya yang memar. Kyungsoo tidak menghiraukan pukulan itu.

“Arraseo, aku akan pergi, tapi aku ingin satu permintaan.” Kyungsoo mendekat ke arah Jieun berdiri, kembali memegan kedua pipi Jieun dengan telapak tangannya.

Chu~

Hanya sebuah ciuman yang didaratkan Kyungsoo di kening Jieun, mengalir air mata Kyungsoo saat itu, Jieun bisa merasakannya. Cukup lama Kyungsoo mengecup kening Jieun. Pikirnya untuk yang terakhir kali.

“Pergi! Do Kyungsoo! Aku tidak mencintaimu” Jieun mendorong bahu Kyungsoo. Jieun menitikkan air matanya saat mengatakan itu, Tidak bisa lagi dibayangkan keadaaan Kyungsoo yang sangat berantakan saat ini.

“Aku mencintaimu, kekasihku.” Kyungsoo mengelus lembut puncak kepala Jieun, dan langsung membalikkan badannya, pergi meninggalkan tempat itu.  jalan dengan terhuyung, efek dari pukulan ayah Jieun tadi, dan juga tenaga Kyungsoo yang sudah benar benar habis.

1 bulan sudah berlalu dari kejadian di rumah Jieun, dan sekarangpun, Jieun dan Taemin masih bersama. Kyungsoo benar benar menjadi anak yang menutup dirinya, tidak akan berbicara jika tidak perlu. Tapi tetap dihatinya masih ada nama Ahn Jieun.

Hari ini sekolah Kyungsoo menerbitkan hasil ujian harian yang baru saja semua murid ikuti 1 minggu lalu.

Tertera di papan mading, urutan ke 5 dari 160 anak, ya, nama Do Kyungsoo. Semua nilainya baik selain nilai Seni, Kyungsoo mendapat nilai 20 untuk nilai Seni, bagaimana jika Ayah Kyungsoo tahu ? secara ayah Kyungsoo sendiri, Do Min Jun adalah seorang musisi terkenal di Korea Selatan.

“Kyungsoo, selamat! kau menjadi 5 besar” Kyungsoo menolehkan kepalanya ke arah sumber suara, Jieun.

Kyungsoo hanya menatap mata Jieun dengan tajam, tanpa memberikan ekspresi sedikit pun di wajahnya.

“kau mengajakku berbicara?” Jieun membulatkan matanya mendengar perkataan Kyungsoo, Kyungsoo berjalan pergi meninggalkan Jieun sendiri di depan papan pengumuman ujian harian.

PRAK!

Tamparan di pipi kiri Kyungsoo berhasil di daratkan oleh ayahnya, dengan waktu singkat, ayah Kyungsoo langsung tahu berapa nilai seni yang diperoleh anaknya itu.

“Kau memalukan aku, Do Kyungsoo! Karena apa kau mendapat nilai sekecil ini dalam pelajaran Seni hah? Gara gara yeoja bajingan itu? Ahn Jieun? Jangan pernah lagi kau sebut namanya di depan wajahku!” Kyungsoo hanya tertunduk mendengar perkataan ayahnya itu.

“Kau telah dipermalukan oleh ayah dari yeoja yang kau sayangi itu, kau masih sanggup membelanya?” sambung ayah Kyungsoo, tetap, Kyungsoo tetap terdiam di posisinya dengan bekas tamparan di pipinya.

“Sayang sudahlah, yang penting kan Kyungsoo mendapat peringkat 5 terbaik dan semua mata pelajaran telah ia lulusi.” Tambah Eomma Kyungsoo.

“Hanji, pergi bawa Oppa-mu mengobati pipinya, ppali”

“Kajja Oppa.” Hanji menggandeng lengan Kyungsoo, sebelum itu…

BRAK… Kyungsoo terjatuh ke lantai, pingsan, tidak sadarkan diri.

—True Story : Sequel—

Jieun menaruhkan beberapa bunga di depan makam Kyungsoo. ya, kini Kyungsoo telah tiada, meninggalkan semua rasa sakitnya selama di dunia, baru 3 malam yang lalu Kyungsoo pergi dari indahnya bumi ini. Meninggalkan semua kenangannya dengan Jieun juga.

Jieun merogoh saku mantelnya, mengeluarkan kotak kecil berwarna hitam dan juga secarik kertas berisikan…

“Ahn Jieun gadis yang paling cantik yang aku sayangi, maukah kau menjadi yeojachingu-ku? terimalah gelang ini” –Do Kyungsoo

Jieun menitikkan air matanya membaca surat kecil dari Kyungsoo itu, dan kembali melihat kotak gelang yang masih jelas Jieun ingat, waktu dulu, yang Kyungsoo lempar di taman bermain lotte world.

Semenjak Kyungsoo dirawat dirumah sakit, keadaannya semakin memburuk dan akibatnya adalah sekarang ini, Kyungsoo tiada.

Flashback On.

Jieun berkunjung kerumah sakit untuk menjenguk Kyungsoo.

“Annyeong, Kyungsoo-yaa, ini aku, Jieun” Kyungsoo memalingkan wajahnya menatap wajah Jieun, dan tersenyum tipis. Jieun menitikkan airmatanya melihat keadaan Kyungsoo. kedua lubang hidungnya yang dipasangkan selang dan 2 infus sekaligus di tangan kanan dan kirinya.

“Pe..pergilah..aku ingin istirahat dulu…ah..aku…mencintaimu..Ahn Jieun…boleh aku sentuh wajahmu..?” Jieun menitikkan airmatanya mendengar perkataan Kyungsoo dan mengangguk. Jieun menyejajarkan dirinya dengan Kyungsoo, diangkatnya tangan Kyungsoo yang sedang diinfus itu.

“Kau cantik…..sekali lagi…aku mencintaimu.” Kyungsoo memejamkan matanya dan menitikkan airmata, begitu juga dengan tangannya yang sudah tidak lagi menyentuh pipi Jieun.

“Keurrae..aku pulang dulu eoh?” Kyungsoo mengangguk. Jieun pun keluar dari kamar rawat inap Kyungsoo.

Flashback Off.

Kata kata terakhirmu untukku, masih aku ingat jelas itu, Do Kyungsoo. terimakasih telah mengatakan itu untuk yang terakhir kalinya, cukup indah untuk aku dengar, gomawo, nado saranghae, Kyungsoo-yaa.

“Kau Cantik…Sekali lagi…aku mencintaimu…”-Do Kyungsoo

..END..

 

GIMANAAAAA? Hehehe, yasudah, aku harap sekali komentarnya, dan terimakasih kepada temanku yang kisah cintanya boleh aku pakai sebagai inspirasi ff, gak semuanya beneran seperti ff yang diatas, aku bumbui dikit, hehehe, tapi kalo kisah cintanya beneran. Okedeh, aku tunggu komentar serta like nya, gomawo gomawo^^


Guardian Angel (Chapter 6)

$
0
0

GUARDIAN ANGEL

CHAPTER 6

_____________________________________________________________________

Chapter 6

 

Author : @putrislsaput

 

Main Cast :

 

  • Xi Luhan [EXO]
  • Kris [EXO]
  • Park Chanyeol [EXO]
  • Byun Baekhyun [EXO]
  • Park Chan Min a.k.a Park Ji Yeon [T-ARA]
  • Han Min Kyung a.k.a Jung Soo Jung [FX]

 

Length : Chapter

 

Genre : Fantasy, Romance, Sad, Thiller, Fluff, Angst

 

Rate : General

 

Disclaimer : Sebelumnya, author ingin mengucapkan terima kasih karena telah mengikuti chapter-chapter sebelumnya dan maaf jika cerita ini kurang bikin greget ‘3’) jadi author mengharapkan komentar-komentar dan masukan dari kalian. Link chapter sebelumnya bisa di klik dibawah ini atau di Admin Library. Thanks.

 

Chapter 1 : here

Chapter 2 : here

Chapter 3 : here

Chapter 4 : here

Chapter 5 : here

 

 

 

ϱχǾ

Kau tahu? Takdir terindah yang kumiliki hanyalah kau.

Kau yang selalu memberikan semangat dalam hidupku.

Kau yang selalu memberikan makna dalam hidupku.

Dan kau yang selalu memberikan alasan untukku bertahan dalam hidupku hingga saat ini. Namun kini aku mulai menyadarinya.

Menyadari bahwa kita tak mungkin dapat berdiri tegak menghadapi semuanya.

Menyadari bahwa takdir itu hanya untuk mempermainkan perasaan yang kita miliki.

Menyadari bahwa takdir itu seakan hanya akan membuat kita tersakiti satu sama lain.

Andai jika ada cara untuk menghalangi semuanya.

Andai jika ada cara untuk membuatmu tak terluka.

Apapun itu aku akan melakukannya.

Walaupun harus meninggalkanmu.

Walaupun harus melupakanmu.

Bahkan jika harus merelakan nyawaku. Aku akan melakukannya.

Aku akan melakukan semua itu hanya untuk dirimu.

Aku akan melakukan semua itu karena dua alasan terkuat yang sedang kupertaruhkan. Kebahagiaan dan Cinta.

Aku ingin melihat dirimu bahagia karena aku terlalu mencintaimu.

 

ϱχǾ

 

 

Aku Mencintaimu..

 

Kini kalimat ajaib itu selalu terngiang di telinga bahkan di pikiran milik perempuan berdress indah itu. Perempuan yang baru setengah jam lalu berciuman dengan seseorang disampingnya. Perempuan yang baru setengah jam lalu merentangkan sayap putih di depan seseorang di sampingnya. Park Chan Min menatap dalam seseorang di sampingnya. Seseorang yang kini sudah resmi menjadi kekasihnya.

 

Aku benar-benar bahagia.

 

Pandangan Park Chan Min tetap menuju wajah Luhan tanpa mempedulikan suasana sepanjang jalan yang ia lewati dengan mobilnya itu. Bahkan secara perlahan, sebuah senyuman manis mengembang dengan pasti saat ia mengingat apa yang terjadi hari ini. Dia bahagia. Dia benar-benar bahagia. Bahagia karena ia memiliki seseorang yang menerima dirinya apa adanya. Bahagia karena kini mungkin sisa hidupnya akan mulai terisi oleh kenangan-kenangan dirinya dan Luhan.

 

“Aku tahu aku tampan”

 

“Ma.. maksudmu?”

 

“Ya aku tahu aku tampan. Kau selalu menatapku seperti tak percaya bahwa aku memang tampan, betul kan?”

 

“Tidak. Aku bukan menatapmu karena kau tampan”

 

“Lalu?”

 

“Aku menatapmu karena aku bahagia”

 

“Aku lebih bahagia daripada dirimu”

 

“Terimakasih karena kau menerimaku apa adanya”

 

“Aku hanya mengikuti hatiku. Hatiku selalu berdetak cepat saat kau bersamaku. Bahkan saat kita ciuman. Jadi…”

 

“Jadi?”

 

“Jadi tak masalah jika kau berbeda dari lainnya. Asalkan aku mencintaimu dan kau mencintaiku aku akan selalu berada di sampingmu”

 

“Walaupun nantinya kita akan berpisah?”

 

“Apa maksudmu? Kenapa kau berkata seperti itu?”

 

“Aku.. aku hanya takut jika suatu saat nanti aku akan kehilanganmu”

 

“Chan Min. Kita baru saja memulainya, bagaimana bisa kita saling kehilangan? Ada sesuatu yang kau rahasiakan dariku? Apa ada sesuatu yang tidak aku tahu?”

 

“Itu…”

 

“Park Chan Min, jujurlah”

 

“Sebenarnya ada satu peraturan di dunia Herrscher. Makhluk Herrscher sepertiku tak bisa hidup abadi jika mencintai manusia. Aku juga tak bisa membawamu ke dunia Herrscher. Aku takut jika aku kehilanganmu karena peraturan itu”

 

Dengan segenap hati Luhan menggenggam erat tangan putih milik Park Chan Min. Menggenggam dengan erat seakan ia sedang berusaha meyakinkan perempuan di sampingnya. Menggenggam dengan erat seakan ia sedang berusaha menenangkan perempuan disampingnya.

 

“Kita pasti dapat menemukan jalan keluarnya. Aku akan membantumu dan selalu berada disisimu. Entah itu kau yang sedang berada dalam kesulitan maupun keindahan, aku akan tetap berada disisimu”

 

“Luhan..”

 

“Iya?”

 

“Terima Kasih”

 

“Kebiasaanmu untuk berterima kasih belum berubah ternyata, hahaha”

 

“Ya! Aku serius. Benar-benar serius”

 

“Hahaha you’re welcome, dear”

 

Senyuman di bibir Chan Min mengembang sangat manis. Namun hanya beberapa detik senyuman itu menghilang karena suatu hal yang ia lupakan. Suatu hal yang membuatnya mati penasaran saat peringatan Herrsher di ledakan beberapa menit yang lalu.

 

 

Luhan bisa melihatnya?

 

Bahkan ia tahu saat sayapku bersinar..

 

Tapi ada masalah apa di Herrscher?

 

Aku benar-benar ingin memeriksanya..

 

Namun.. Apakah aku bisa kembali ke Herrscher?

 

 

“Luhan, kau ingin menemaniku ke suatu tempat?”

 

“Kau mau kemana?”

 

“Kehutan, aku ingin bertemu dengan Werdnam. Aku masih penasaran tentang penglihatanmu dan tentang peringatan Herrscher itu”

 

“Apakah itu penting?”

 

“Tentu saja keduanya sangat penting. Kau sangat penting untukku. Rakyat Herrscher juga sangat penting untukku. Kalian sangat penting dalam hidupku. Aku harus mengetahui apa yang terjadi sebenarnya di Herrscher. Semenjak kakakku terbunuh disana, aku memiliki tanggung jawab sebagai Ratu Herrscher sebelum Kris merebut semuanya”

 

“Kris? Jangan bilang bahwa dia adalah Kris yang.. yang membuat Werdnam terluka saat itu?”

 

“Kau mengenal Kris?”

 

“Kau ingat ceritaku tentang Werdnam? Saat itu Baekhyun memberitahuku tentang Kris walaupun hanya sedikit. Tapi yang aku tahu ia tak berperikemanusiaan”

 

“Benar. Ia yang membuat Raja yang tak lain adalah ayahku dan kakakku terbunuh. Ia yang membuat Dunia Herrscher sangat berantakan. Namun, kenyataan lainnya yang tak bisa kupungkiri adalah aku harus membunuhnya dengan tanganku sendiri”

 

“Park Chan Min, Kau gila? Aku tak membiarkan kau berurusan dengannya!”

 

“Itu tidak mungkin, Luhan”

 

“Itu mungkin, Park Chan Min! Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Werdnam saja dapat ia kalahkan apalagi dirimu. Aku tak mau kau terluka”

 

“Tapi.. Takdir berkata seperti itu”

 

“Takdir? Kau lebih mementingkan takdir dibandingkan dengan nyawamu?”

 

“Entahlah tapi aku tak bisa membiarkan begitu saja dendam kakakku. Kau tak tahu rasanya jika seseorang yang hanya kau miliki di dunia ini terbunuh dengan sadisnya oleh seseorang yang benar-benar kita benci. Lagipula, aku telah mendapat bantuan dari beberapa orang yang kukenal. Aku yakin dalam beberapa minggu kedepan aku dapat menguasai kekuatan terpendam yang kumiliki”

 

“Park Chan Min…”

 

“Tenanglah, aku tak akan kenapa-kenapa. Lagipula kini aku punya dirimu. Aku punya sesuatu yang kuperjuangkan selain Herrscher. Kita jadi kehutan malam ini atau besok saja?”

 

“Kau perlu istirahat sepertinya, kita ke Werdnam besok saja bagaimana?”

 

“Baiklah, tapi kau ikut kan?”

 

“Aku akan ikut denganmu. Bukankah sudah kubilang? Aku akan selalu berada disampingmu”

 

 

ϱχǾ

 

 

Dua pasang langkah kaki yang sedang berjalan dengan langkah curiga tiba-tiba terhenti. Terhenti tepat di samping sebuah tubuh yang tergeletak dan bersimpahan darah itu. Terhenti tepat di samping tubuh yang tak asing lagi bagi mereka berdua. Tubuh seseorang yang dikenalnya.

 

Byun Baek Hyun..

 

“BAEKHYUN!!!!!”

 

“Baekhyun-ah, apa yang terjadi?”

 

Mata milik Park Chan Min dan Xi Luhan mulai menyiratkan kepanikan yang sangat mendalam. Mereka tak habis fikir dengan apa yang terjadi pada Baekhyun. Walaupun rasa penasaran menyelemuti mereka namun rasa kepanikan mereka lebih mendominasi untuk saat ini. Luhan yang tak kalah paniknya dari Park Chan Min berusaha mencari penyebab mengapa darah terus mengalir dari perut Baekhyun dan seketika saja pandangannya tertumpu pada sebuah pisau. Pisau yang terbuat dari sebuah perak dan berukir sebuah symbol.

 

 

Pisau dan symbol itu..

 

Mengapa aku merasa itu tidak asing lagi?

 

 

“Kita bawa Baekhyun ke rumah sakit sekarang!”

 

“Jangan! Kita panggil Werdnam saja sekarang!”

 

“Ya! Park Chan Min! Apa yang kau katakan?! Werdnam bukan seorang dokter! Kau mau membiarkan Baekhyun sekarat seperti ini?”

 

“Aku tak mau tapi..”
“Tapi apa?”

 

“Tapi kita tidak bisa membawanya ke rumah sakit bahkan bertemu dokter sekalipun!”

 

“Kenapa tak bisa? Kita tetap harus membawanya! Lihatlah, tusukan itu terlalu dalam, Chan Min!”

 

“Baekhyun bukan manusia! Baekhyun bukan manusia! Ia tak bisa kita bawa kerumah sakit! Kita harus memanggil Werdnam”

 

“Bukan manusia, maksudmu?”

 

Park Chan Min tak ingin menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh Luhan. Terlalu banyak jawaban dan terlalu panjang jawaban yang harus ia katakan jika menjawab pertanyaan itu. Bahkan mungkin ia sendiri tak tahu harus dimulai dari mana. Namun yang ia tahu kini ia harus berusaha sekuat mungkin untuk berkomunikasi dengan Werdnam lewat pikirannya.

 

 

Werdnam! Gawat! Kau mendengarku atau tidak?

 

Werdnammm!!

 

Aku mendengarnya, ada apa?

 

Baekhyun..

 

Ada apa dengannya? Dia terluka?

 

Bagaimana kau tahu? Keadaannya sangat parah, apa yang harus aku lakukan?

 

Anak itu memang selalu berhasil menyelesaikan misi tapi pasti juga selalu pulang dengan darah. Kau pindahkan saja kedalam rumah, gunakan mantra “nwerzino query” untuk menahan pendarahannya sampai aku berada dirumahmu, kau mengerti?

 

Baiklah, aku mengerti

 

 

Tak lama setelah memutuskan hubungannya, Park Chan Min dan Luhan bergotong royong mengangkat tubuh Baekhyun ke dalam rumah yang lebih tepatnya ke dalam kamar yang tadi pagi ditiduri oleh Baekhyun sendiri. Dengan telaten Luhan membuka sepatu dan baju atas milik Baekhyun sedangkan Chan Min sendiri sedang mencoba beberapa kali mantra yang di wasiatkan oleh Werdnam. Sesekali berhasil dan sesekali gagal. Luhan yang melihat itu semua berusaha menenangkannya.

 

“Tenangkan dirimu, mungkin tak akan bekerja jika hatimu panik seperti itu”

 

“Aku tak bisa, Luhan. Tanganku selalu gemetar. Aku takut”

 

“Kau pasti bisa, aku yakin. Ambil nafasmu dan cobalah lagi. Kau pasti bisa”

 

Berkali – kali perempuan yang gaunnya kini terkena noda darah itu mengeluarkan mantra yang sama. Walaupun kini ia berusaha agar tetap tenang namun masih saja ada darah yang menetes meskipun tak sederas seperti pertama ia dan Luhan menemukan Baekhyun di depan pintu. Namun selang beberapa detik, Park Chan Min dan Luhan mulai bernafas lega saat melihat Werdnam telah berada di kamar Baekhyun. Entah bagaimana ia dapat masuk kekamar ini namun itu tak menjadi masalah karena yang terpenting saat ini adalah nyawa Byun Baekhyun.

 

Dengan konsentrasi penuh, Werdnam meletakkan telapak tangannya di bagian tubuh Baekhyun yang tertusuk pisau perak itu. Menyalurkan energy mungkin itulah yang dilakukan oleh Werdnam kini. Darah dan bekas tusukan itu berangsur-angsur menghilang bersamaan dengan berubahnya wujud Baekhyun menjadi wujud lainnya. Wujud yang membuat Luhan sangat terkejut.

 

“Se.. Serigala?”

 

“Ya itulah wujud Baekhyun sebenarnya”

 

“Baekhyun seekor serigala? Tidak mungkin”
“Kau berkata tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini, bukan? Ya setidaknya walaupun Baekhyun seekor serigala namun hatinya sangat lembut seperti bulunya. Bahkan selama aku di bumi, dia selalu melindungiku”

 

Werdnam yang mendengar percakapan Park Chan Min dan Luhan mulai memotong pembicaraan itu dengan menempatkan pisau perak yang masih terdapat darah Baekhyun di sebuah mangkuk kecil.

 

“Hidup Baekhyun memang untuk melindungi dirimu dan kau, Luhan. Jika salah satu dari kalian ada yang menemui ajal maka nyawa Baekhyun pun tak akan terselamatkan karena dalam tubuh Baekhyun terdiri dari darah Chan Min dan darahmu.”

 

“Kau tak memberi tahuku, Werdnam?”

 

“Maaf Tuan Putri, tapi Baekhyunlah yang memaksaku untuk tak menceritakannya pada siapapun”

 

“Tapi mengapa aku juga ikut terlibat? Aku hanya seorang manusia”

 

“Itulah yang ingin kutanyakan padamu, Werdnam. Mengapa Luhan dapat melihat sayapku bersinar? Dan mengapa ia juga dapat melihat ledakan peringatan Herrscher?”

 

“Kalian akan tahu jawabannya nanti”

 

Pisau perak berukiran symbol keluarga Wu Yi Fan mulai di musnahkan oleh Werdnam. Namun karena Park Chan Min yang melihat Werdnam mengalami kesulitan dalam memusnahkannya maka ia pun berinisiatif membantu Werdnam dan usaha mereka pun berhasil. Pisau dan buliran darah seketika menjadi asap. Luhan yang menyaksikan itu semua refleks memegang dadanya yang tiba-tiba sesak.

 

“Luhan-ah, Kau kenapa? Ada yang sakit?” Tanya Park Chan Min

 

“Entahlah, hanya sedikit menyesakkan”

 

“Itu hanya sementara hingga asap itu hilang. Aku pergi dahulu, biarkanlah Baekhyun istirahat seperti ini dan berikan ini pada Baekhyun jika ia sudah sadar”

 

“Buku apa itu?”

 

“Mungkin Tuan Putri akan membutuhkan buku ini namun biarkanlah Baekhyun yang membacanya terlebih dahulu”

 

“Baiklah aku akan memberikannya nanti”

 

“Kalau begitu aku pulang dahulu”

 

“Ah.. Werdnam, sebentar! Apa yang terjadi di Herrscher? Mengapa ada begitu banyak peringatan yang diledakkan? Apa Kris berbuat sesuatu yang fatal?”

 

Werdnam hanya tersenyum penuh arti. “Bukan sesuatu yang fatal, namun sesuatu hal yang menggembirakan bagi kita semua dan dirimu lebih tepatnya”

 

 

ϱχǾ

 

 

 

Sinar matahari yang masih belum naik penuh mulai menyinari kamar milik seseorang yang masih tertidur dengan dua orang lainnya yang setia menunggunya. Ya. Park Chan Min dan Xi Luhan sejak malam itu tak berani meninggalkan Baekhyun sendirian di kamar ini. Mereka takut akan perkataan Werdnam malam itu. Perkataan bahwa Kris dapat menemukan mereka dan membunuh mereka kapan saja. Luhan yang masih tak mengerti apa-apa hanya menurut demi melindungi kekasihnya dan sahabatnya itu. Walaupun ia merasa kecewa karena bertahun-tahun telah dibohongi oleh Byun Baek Hyun namun ia tak mungkin marah padanya. Ia tak mungkin marah pada Baekhyun mengingat kenyataan bahwa Baekhyunlah yang berusaha melindungi dirinya dan Chan Min dibalik kebohongannya.

 

“Baekhyun belum sadar juga?”

 

Walaupun dengan keadaan mata yang masih mengantuk, Park Chan Min berusaha membuat matanya terlihat segar agar ia dapat bergiliran menjaga Baekhyun. Entah mengapa, hati dan pikirannya tak bisa tenang dari malam tadi. Bahkan semalaman ia tak bisa tidur meskipun Luhan menyuruhnya untuk tidur.

 

“Belum, tapi pagi ini aku sudah mengganti kompresnya dengan yang baru dan sepertinya bekas tusukannya sudah benar-benar menghilang”

 

“Werdnam benar-benar seperti malaikat”

 

“Benarkah? Ah tidak, bagiku kau yang seperti malaikat hidupku”

 

“Aish kau ini..”

 

“Hahaha aku bercanda tapi memang benar yang kau katakan, saat kecil dahulu Werdnam selalu berusaha keras melindungiku, bahkan saat aku terluka kecil pun ia langsung panik”

 

“Ya karena Werdnam seperti itu lah maka turun menurun dari keluargaku selalu mempercayai keluarga Werdnam dan keluarga Baekhyun. Mereka selalu setia dengan kami”

 

“Baekhyun memiliki keluarga?”

 

“Iya, keluarga sebangsa sepertinya namun kini keberadaannya tak diketahui. Mereka menghilang saat Kris menyatakan perang pertama kali. Entah itu perintah dari kakakku untuk mereka menghilang sementara waktu atau tidak”

 

“Tapi Baekhyun mengetahui bahwa ia memiliki keluarga?”

 

“Entahlah, aku baru saja bertemu dengannya lagi saat kau menemukanku di hutan”

 

“Lagi? Ah.. pasti sebelumnya kau dekat sekali dengannya”

 

“Sangat dekat. Kami bermain bersama, berpelukan, makan, bahkan mandi bersama”

 

“Mandi?!!!”

 

“Tenang saja kami belum pernah ciuman, karena ciuman pertamaku telah diambil olehmu”

 

“Tapi tetap saja kau pernah mandi dengannya! Aku bahkan belum pernah mandi denganmu”

 

“Ya! Luhan-ssi. Kau berfikiran apa? Kau sudah lupa bahwa Baekhyun seekor serigala?”

 

“Serigala hanya wujud lainnya saja, tapi bukankah mata yang ia gunakan untuk memandangmu tak berbeda?”

 

“Ah iya kau benar juga.. Tapi mengapa kau jadi seperti ini? Kau marah padaku?”

 

“Tentu saja, kau milikku! Bagaimana bisa kau membiarkan dia melihat tubuhmu”

 

“Ah.. maafkan aku tapi saat itu aku masih kecil, Luhan. Bukankah saat kecil tak ada yang dapat dilihat dari tubuh kita?”

 

Luhan terdiam.

 

“Luhan-ah, jangan merengut seperti itu. Baiklah aku berjanji, aku tidak akan membiarkan orang lain melihat tubuh polosku selain dirimu, kau puas?”

 

“Kau berjanji?”

 

Anggukan dan senyuman Park Chan Min yang juga dibalas oleh tawa mereka satu sama lain telah meredakan pertengkaran ringan mereka. Pertengkaran ringan yang menunjukan bagaimana perasaan mereka. Pertengkaran ringan yang menunjukkan seberapa besar cinta mereka. Dan pertengkaran ringan yang dapat mewarnai hubungan mereka. Namun belum lama mereka menikmati itu semua, sebuah bunyi bel pintu mengagetkan mereka.

 

 

ϱχǾ

 

 

“Kau ingin langsung menemui Park Chan Min, Raja?”

 

Seorang laki-laki gagah yang berdiri tepat membelakangi Werdnam hanya tersenyum sambil menghirup udara hutan di pagi hari. Udara yang sama dengan udara di dunia dia berasal. Udara yang sama dengan yang terakhir kali dihirupnya bersama seorang perempuan yang lebih kecil darinya. Dengan masih mempertahankan senyumannya di bibirnya, laki-laki yang dipanggil dengan sebutan Raja itu memutar balik tubuhnya menghadap Werdnam.

 

“Kau memanggil Park Chan Min dengan nama?”

 

“Maafkan aku, tapi Tuan Putri yang menyuruhku untuk memanggil dirinya dengan namanya, Raja”

 

“Jika begitu panggil aku dengan nama juga. Panggil aku Park Chan Yeol seperti kau memanggil Park Chan Min”

 

“Tapi Raja.. itu sangat tidak sopan bagi rakyat sepertiku”

 

“Tidak apa-apa. Aku merindukan disaat orang-orang memanggil namaku selain keluargaku lagipula umurmu sama dengan ibuku jadi seharusnya akulah yang menghormatimu, Werdnam”

 

“Tapi Raja..”

 

“Park Chan..”

 

“Park Chan Yeol”

 

“Mudah bukan?”

 

Werdnam menganggukkan kepalanya walau sedikit enggan. Ia tahu bahwa sikapnya yang memanggil seorang Raja sudah sangat keterlaluan. Dalam tata sopan santun kerajaan, bagi siapapun yang memanggil Raja dengan sebutan nama selain keluarga maka orang itulah akan mendapat ganjarannya. Namun ini berbeda. Ya berbeda karena Rajalah yang menyuruhnya untuk memanggil beliau dengan namanya.

 

Sedangkan Park Chan Yeol yang masih mengenakan pakaian perang khusus Raja itu mulai mengitari pohon demi pohon yang berada di hutan ini. Ia tak sabar untuk bertemu seseorang yang sangat dirindukannya. Ia tak sabar ingin membantu seseorang yang hanya ia miliki di dunianya. Dan yang membuatnya terburu-buru untuk menemuinya yaitu bahwa ia tak sabar untuk meminta maaf karena menjadi seorang kakak yang tak berguna bagi satu-satunya keluarga yang ia miliki.

 

Park Chan Min..

 

Jika aku menemuimu saat ini..

 

Apakah mungkin kau akan memaafkanku?

 

Apakah mungkin kau dapat menerimaku lagi?

 

Apakah mungkin kau dapat mempercayaiku lagi?

 

 

 

ϱχǾ

 

 

 

Luhan membuka pintunya perlahan dan hanya menghela nafas lalu tersenyum ketika melihat siapa yang telah datang di pagi hari seperti ini. Ya. Respon Luhan yang seperti itu telah menjadi kebiasaannya disaat teman perempuannya yang lebih akrab dipanggil Han Min Kyung itu datang kerumahnya. Mungkin Min Kyung sudah mengetahui bahwa Baek Hyun yang juga sahabatnya terluka. Atau mungkin Min Kyung datang hanya untuk memastikan bahwa Park Chan Min masih berada disekitar Luhan? Entahlah, karena pikiran Luhan kini sudah terisi penuh dengan hal-hal menakjubkan beberapa hari ini. Hal-hal menakjubkan yang tak akan pernah terjadi di kalangan manusia.

 

“Oppa, bagaimana keadaan Baekhyun? Kudengar dari bibi, Baekhyun kecelakaan”

 

“Kau benar-benar mengkhawatirkan Byun Baekhyun tau ada alasan lain kau datang kesini?”

 

“Oppa! Walaupun aku selalu memandangmu tapi kita sudah seperti ini sejak kecil. Tak mungkin jika aku tak panik mendengar Baekhyun terluka seperti itu”

 

“Hahaha aku tahu kalau kau mengkhawatirkan Baekhyun”

 

“Bagaimana kau tahu?”

 

“Lihatlah sepatumu. Kau tak akan memilih sesuatu yang tak matching dengan bajumu jika bukan karena panik”

 

“Ah.. aku lupa”

 

“Han Min Kyung, jika kau bersikap seperti ini mungkin aku tak akan berusaha menghindar darimu”

 

“Apa maksudmu?”

 

“Ya jika kau menganggap aku dan Baekhyun sebagai teman dan kakakmu mungkin aku juga dapat menganggapmu sebagai adikku. Aku lebih senang jika hubungan kita seperti itu”

 

“Kenapa kau tiba-tiba berkata seperti itu? Jangan bilang bahwa kau dan perempuan itu…”

 

“Benar, aku dan Park Chan Min sudah berpacaran. Kau tidak apa-apa kan?”

 

“Aku akan ke kamar Baekhyun”

 

Menahan perih dan menghindar dari pandangan Luhan itulah yang kini Han Min Kyung dapat lakukan. Dengan langkah yang tergesa, ia menaiki anak tangga menuju kamar Byun Baekhyun. Kamar Baekhyun yang kini terlihat dengan jelas bahwa masih ada Park Chan Min yang menunggu dengan setia disampingnya. Park Chan Min, Park Chan Min dan Park Chan Min. Kenapa selalu nama itu yang membuatnya muak ketika dia mendekati semua orang yang dikenalnya? Kenapa selalu nama itu yang membuat hatinya menjadi tak nyaman dan gelisah?

 

“Keluarlah, aku ingin bersama Baekhyun”

 

“Tapi Baekhyun belum sadar..”

 

“Kubilang keluar!”

 

Sepeninggalan Park Chan Min dari kamar Byun Baekhyun, Min Kyung melangkahkan kakinya dengan lemas dan duduk di kursi yang tepat berada di samping Baekhyun. Ia melihat sekilas wajah pucat temannya itu lalu menutup mukanya dengan kedua telapak tangannya. Ia berharap bahwa Baekhyun tak akan sadar di saat ia menangis seperti ini. Ia berharap bahwa Baekhyun tak akan melihat ia menangis menjijikan seperti ini. Menangis karena cinta. Menangis karena keirian. Menangis karena dendam. Menangis karena keputus asaan.

 

Selalu diriku..

 

Kenapa selalu diriku..

 

Kenapa selalu diriku yang terlihat menyedihkan seperti ini..

 

Kenapa selalu diriku yang akhirnya terlihat lemah dimata orang yang kusayangi..

 

Kenapa selalu diriku yang pada akhirnya menerima penderitaan seperti ini..

 

Tanpa disadari oleh Min Kyung, sepasang mata memandangi wajahnya yang tertutup oleh tangannya. Tanpa disadari oleh Min Kyung, sebuah tangan yang semula terdiam kaku mulai menyentuh lembut tangannya. Sebuah sentuhan yang membuat Han Min Kyung terisak-isak demi menghentikan tangisannya.

 

“Menangislah. Jika kau menahannya mungkin kau merasa bahwa kau akan mati saat ini juga”

 

“Kenapa kau sadar disaat aku tak ingin siapapun melihat keadaanku yang seperti ini? Kenapa kau.. kenapa kau melihat aku menangis menjijikan seperti ini? Kenapa.. aku tak bisa menghentikannya? Kenapa air mataku terus mengalir…”

 

“Min Kyung-ah..”

 

“Aku benci semua orang. Aku benci Park Chan Min. Aku benci Xi Luhan. Aku benci dirimu. Aku benci diriku sendiri”

 

“Min Kyung, tenanglah..”

 

“Kenapa aku menjadi perempuan yang tak punya harga diri seperti ini? Kenapa aku menjadi perempuan yang tak tahu malu dan menjijikan seperti ini?”

 

“Kau tak seperti itu, Min Kyung-ah”

 

“Kau berbohong, Baekhyun! Aku tahu selama ini kalian tak suka denganku. Aku tahu selama ini kalian tidak suka jika aku berada disamping kalian”

 

“Min Kyung, dengarkan aku!”

 

“Aku benci diriku sendiri! Aku benci.. Baekhyun, jaga dirimu karena mungkin aku akan mengakhiri segalanya. Aku muak hidup seperti ini. Aku muak hidup dengan belas kasihan”

 

Byun Baekhyun yang merasa bahwa perkataannya tak akan di dengarkan oleh Han Min Kyung berusaha untuk bangun dari posisi tidurnya dan menahan tangan teman yang sudah ia anggap sebagai adik itu. Walaupun ia harus menahan rasa sakit yang cukup di antara sendi-sendinya itu tapi ia tetap harus menenangkan Han Min Kyung. Ia harus menenangkannya agar ia tak mengambil jalan pintas yang sempat terbelit di pikiran Han Min Kyung.

 

“Akh..”

 

“Baekhyun, kau tak apa-apa? Apa yang sakit? Mengapa kau berusaha untuk duduk? Tidurlah, kau baru saja kecelakaan”

 

“Min Kyung-ah, itulah yang kusuka darimu. Sebesar apapun rasa bencimu kepada seseorang tapi kepedulianmu tak akan luntur dari hatimu. Jangan sia-siakan hidupmu kumohon, kau tahu? Aku sempat berfikiran sama denganmu saat mengetahui apa alasan aku dilahirkan kedunia ini. Aku sempat berfikiran untuk mengakhiri segalanya saat mengetahui bahwa nyawaku tergantung oleh dua orang namun fikiran itu aku musnahkan saat melihat seseorang seperti dirimu. Kau dan orang itu memiliki hati yang sama. Kau dan orang itu selalu ceria seakan tak ada masalah yang menghampiri kalian padahal di depan mata kalian ada masalah besar yang harus kalian hadapi. Karena melihat kalianlah aku memutuskan untuk hidup kembali. Aku memutuskan untuk meneruskan hidupku karena setidaknya aku mungkin bermanfaat bagi orang lain meskipun tak bermanfaat bagi diriku sendiri”

 

“Byun Baekhyun..”

 

“Luhan dan aku menyayangimu namun mungkin berbeda dari fikiranmu. Tapi apapun rasa sayang itu janganlah kau siakan karena rasa sayang sekecil pun tetap berasal dari ketulusan hati yang sangan dalam, kau mengerti?”

 

“Aku mengerti”

 

“Nah kau yang seperti ini barulah Han Min Kyung yang kukenal sejak kecil”

 

“Tapi kau yang seperti tadi bukanlah Byun Baekhyun yang kukenal sejak kecil”

 

“Eh? Aku yang seperti apa?”

 

“Kau tak menyadarinya bahwa kau sangat puitis baru saja? Aku tak menyangka kalimat-kalimat seperti itu mengalir lancar dari mulutmu”

 

“Ya Han Min Kyung, akuilah sejak kecil otakku lebih bermutu dari pada otakmu”

 

“Ya baiklah jika itu membuatmu senang tapi.. kenapa kau bisa seperti ini? Kata ibumu kau kecelakaan”

 

“Ibuku tahu aku kecelakaan?”

 

“Ya mungkin bibi diberi tahu oleh Luhan, tapi aku lihat kau seperti tak kenapa-kenapa selain wajahmu yang pucat”

 

“Aku hanya kecelakaan kecil. Bilanglah ke ibuku bahwa aku sudah sehat dan jangan pernah kau bilang bahwa aku pucat kepadanya”

 

“Wah kau sangat berbakti sekali padahal dia hanya ibu angkatmu”

 

Baekhyun tersenyum sesaat. Tidak, ia bukan ibu angkatku.

 

“Aku hanya tak ingin membuatnya khawatir”

 

“Baiklah tapi apa kau akan terus menginap di rumah Luhan?”

 

“Mungkin karena ada sesuatu yang harus kulakukan”

 

“Baguslah setidaknya ada yang akan mengawasi dua anak itu”

 

“Aigoo.. kau tak memanggilnya oppa?”

 

“Untuk apa aku memanggilnya dengan sebutan itu? Aku, Luhan dan dirimu hanya berbeda beberapa bulan”

 

“Benarkah? Aku fikir itu hanya pelampiasan patah hatimu saja”

 

“Ya! Byun Baekhyun, jangan meledekku”

 

“Min Kyung-ah..”

 

“Ya?”

 

“Bantu aku kebawah, kau bisa kan?”

 

“Tapi kau baru sadar, Byun Baekhyun”

 

“Seseorang akan datang dan sangat tak sopan jika aku terbaring disini”

 

 

ϱχǾ

 

“Kenapa kau keluar?”

 

“Aku sudah tidak apa-apa, Luhan. Lagipula aku ingin menyambut seseorang”

 

“Siapa?”

 

Mata Luhan dan Park Chan Min menangkap senyuman misterius dari bibir Baekhyun. Sedangkan kini langkah-langkah dari kaki Baekhyun memutuskan untuk kembali menuruni anak tangga rumah yang cukup minimalis namun besar ini. Tangannya yang halus pun ikut menyapu setiap inchi pegangan dari tangga tersebut. Hingga pada akhirnya ia sampai. Ya ia sampai dengan dibarengi oleh suara ketukan pintu.

 

“Bukalah, Park Chan Min”

 

Pintu yang terbuka mulai menampakan seseorang. Menampakkan seseorang yang sedang tersenyum dengan setengah dari wajahnya yang ditundukkan. Menampakkan seseorang yang menggunakkan pakaian yang aneh bagi Luhan dan Han Min Kyung. Menampakkan seseorang yang membuat Park Chan Min terkejut saat melihat mahkota masih terpasang di atas kepala orang yang kini berada tepat di depannya. Melihat semua orang yang masih terpaku akan kehadiran orang itu, Byun Baekhyun segera berdiri di samping Chan Min dan berlutut dengan patuh.

 

“Selamat datang kembali, Raja”

 

“Park.. Park Chanyeol?”

 

Kini seseorang yang berada di hadapan Park Chan Min sudah mengangkat wajahnya dan tersenyum manis di bawah terpaan cahaya matahari.

 

“Aku ini kakakmu, bagaimana kau memanggilku dengan nama, Park Chan Min-ssi”

 

Dengan menahan tangis, Park Chan Min langsung saja menghambur kedalam pelukan kakaknya itu. Seketika dalam pelukan itu juga, semua kenangan-kenangan indah terbelit dalam pikiran mereka. Pelukan yang semakin erat kini bahkan terlihat dari pandangan mata Luhan, Byun Baekhyun, dan Han Min Kyung. Mungkin dengan pelukan erat itu, mereka dapat mengetahui seberasa besar rasa rindu mereka yang di pendam selama ini.

 

Setelah beberapa menit mereka menyaksikan Park Chan Min dan Park Chanyeol saling melepaskan rasa rindu mereka, Luhan dengan sopannya menawarkan semua orang yang berada dirumahnya untuk duduk di ruang tamu termasuk Han Min Kyung yang hanya bisa menerka-nerka dengan semua yang terjadi saat ini. Sedangkan Park Chanyeol yang telah menyadari kehadiran Luhan di sekitarnya hanya bisa menatap Luhan dengan pandangan curiga dan waspada.

 

“Kak, kenalkan mereka Luhan, Han Min Kyung dan kau masih ingat Hyunbulku? Dia Byun Baekhyun. Mereka semua yang membantuku selama aku disini”

 

“Bukankah Hyunbul sudah mati?”

 

“Werdnam yang menghidupkannya kembali”

 

“Benarkah?”

 

Walaupun mulut milik Chanyeol berbicara dengan Park Chan Min namun tak bisa dibohongi bahwa pada kenyataannya pandangan matanya selalu menuju Luhan. Merasa kejanggalan yang terjadi, Byun Baekhyun berusaha memberi penjelasan pada Raja tanpa ada seorang pun yang tahu termasuk Luhan dan Park Chan Min.

 

Maaf atas kelancanganku berkomunikasi seperti ini denganmu, Raja. Tapi mengapa Tuan menatap Luhan seperti itu?

 

Kau selalu berada disamping adikku selama ia berada disini bukan?

 

Iya

 

Kau selalu berada disamping adikku selama ia berada didekat Luhan bukan?

 

Tuan mencurigai Luhan? Ia hanyalah manusia biasa, Tuan

 

Tapi hatiku tidak beranggapan seperti itu. Ada sesuatu yang janggal dengannya, kau sudah menyelidiki asal-usulnya? Apakah Werdnam mengenal laki-laki ini?

 

Werdnam yang mengasuh kami berdua sejak kecil dan Werdnam berkata bahwa tugasku hidup adalah melindungi Park Chan Min dan Xi Luhan. Kurasa tak ada yang janggal pada Luhan

 

Kau yakin? Kau tak curiga mengapa Werdnam mengasuhnya? Kau tak curiga mengapa keselamatan dirinya berkaitan dengan hidupmu? Kau sudah membaca buku itu?

 

Buku?

 

Ya. Buku yang diambil Werdnam dari Herrscher.

 

Aku belum menerimanya, Tuan.

 

Bacalah mungkin karena itu kau tahu mengapa aku mencurigai Luhan seperti ini.

 

“Kalian sedang apa?”

 

“Hanya mendiskusikan sesuatu, adikku”

 

“Baiklah. Ah.. tapi bagaimana kau berada disini? Bukankah saat itu Werdnam mengatakan bahwa Kris telah membunuhmu?”

 

“Sama seperti peliharaanmu. Aku diberikan kehidupan lagi oleh Werdnam”

 

“Werdnam? Bukankah berarti jika dia menghidupkan seseorang sekali lagi tak akan ada kesempatan lain untuk dia membantu orang lain dengan kekuatannya?”

 

Baekhyun yang mendengarkan semua itu dan mengerti akan apa yang mereka bicarakan dengan sopan menjawab pertanyaan dari Park Chan Min. “Werdnam memiliki satu kesempatan lagi setelah menyelamatkanku dan aku berfikir mungkin ia telah mengorbankan kekuatannya demi Raja agar Herrscher kembali seperti semula”

 

“Kau benar, Baekhyun. Turun menurun dari keluarga Werdnam memang selalu mendahulukan kepentingan orang lain dari pada dirinya sendiri. Termasuk keluargamu pun juga seperti itu”

 

 

 

ϱχǾ

 

 

 

Beberapa jam telah berlalu, Han Min Kyung pun sudah pergi untuk kembali ke rumahnya dengan beberapa pertanyaan yang membingungkan. Sedangkan Luhan yang sudah mengerti permasalahan ini sedikit demi sedikit mulai memberanikan diri bertanya kepada Byun Baekhyun yang kini berada di depannya.

 

“Byun Baekhyun”

 

“Hm?”

 

“Kau masih sahabatku, bukan?”

 

“Tentu saja”

 

“Walaupun aku hanya manusia dan kau se… serigala, kau masih menganggapku teman bukan?”

 

“Harusnya aku yang bertanya seperti itu. Apa kau masih menerima sahabatmu yang mungkin saja dapat membunuhmu hanya dengan satu gigitan?”

 

“Ya walaupun saat aku mengetahuinya aku sedikita takut dan kecewa padamu tapi aku lebih percaya padamu. Kau tak akan menyakiti Park Chan Min dan diriku”

 

“Werdnam telah memberitahukan padamu?”

 

“Ya saat kau sakit tapi bukan itu permasalahannya. Bukan itu yang akan kutanyakan padamu”

 

“Lalu?”

 

“Itu.. Mengapa Raja Herrscher menatapku seperti itu? Ada sesuatu yang tak kutahu tentang diriku sebenarnya? Kau mungkin mengetahuinya karena kau sudah mengerti semua masalah ini dan mungkin saja Werdnam memberi tahumu tentang siapa diriku sebenarnya”

 

“Aku tak tahu tentang itu”

 

“Tapi kenapa kau dan Werdnam selalu berusaha melindungiku dari semua bahaya?”

 

“Itu karena hidupku bergantung denganmu. Bukankah Werdnam sudah mengatakannya padamu?”

 

“Mengapa hidupmu harus tergantung denganku?”

 

Pertanyaan yang sama yang tak kuketahui jawabannya, batin Baekhyun

 

“Entahlah”

 

“Apa mungkin aku adalah seseorang seperti dirimu, Park Chan Min dan Werdnam? Apa mungkin aku adalah makhluk Herrscher sehingga kehidupanku selalu berkaitan dengan kehidupan kalian?”

 

“Apa maksudmu?”

 

“Saat malam aku berkencan dengan Chan Min aku dapat melihat peringatan dari Herrscher yang tak bisa manusia lihat. Bahkan aku juga dapat melihat sayap Park Chan Min bersinar. Bukankah itu bukan sesuatu hal yang aneh?”

 

Luhan bukan manusia?! Werdnam, apa ada hal yang tidak kuketahui selama ini?

 

Buku itu..

 

“Aku benar-benar tidak tahu tapi mungkin aku akan mencari tahu. Ah ya, Luhan apa saat aku sakit Werdnam memberikan sesuatu?”

 

“Iya. Buku itu ada di Park Chan Min”

 

“Terima kasih, aku akan mengambilnya”

 

“Tunggu dulu, Byun Baekhyun”

 

“Apa lagi?”

 

“Pisau yang tertancap di perutmu itu berasal darimana?”

 

Baekhyun terdiam

 

“Mengapa symbol yang tertera pada pisau itu sama dengan tanda lahirku yang ada didadaku?”

 

“Kau tak berbohong?”

 

“Untuk apa aku berbohong sedangkan aku yang bertanya padamu”

 

“Kau telah melihat Kris saat kita kecil dahulu, apa yang kau rasakan saat itu?”

 

“Entahlah. Aku merasa kehilangan tapi juga amarah karena saat itu dia berani melukai Werdnam”

 

 

ϱχǾ

 

 

“Maaf aku lancang mengganggu waktu kalian tapi apakah aku bisa mengambil sesuatu?”

 

“Mengambil apa?”

 

“Buku yang Werdnam berikan padamu, Park Chan Min”

 

Merasa bahwa buku yang ia perlukan kini telah berada ditangannya, Baekhyun secara cepat membolak-balikkan setiap lembar di buku itu tanpa keluar dari kamar Park Chan Min. Ia membolak-balikkah setiap lembar hingga pada akhirnya ia menghentikan aksinya di sebuah halaman yang menggambarkan tentang silsilah keluarga Kris. Sebuah halaman yang menjelaskan siapa Luhan sebenarnya.

 

“Tidak mungkin. Kenapa Werdnam tak memberitahuku?”

 

“Baekhyun, ada apa?”

 

“Kau juga tak mengetahuinya? Maaf Raja, apa kau mengetahui bahwa Luhan adik kandung Kris?”

 

“Adik kandung Kris?!”

 

Park Chan Min dan kakaknya yang benar-benar tak mengetahui ini semua cukup merasa terkejut dengan hal ini. Ya hal yang telah membuatnya seperti ini. Hal yang telah membuat Chan Min dan Chanyeol terpisah walau hanya sementara. Hal yang telah membuat Chanyeol merasakan kematian. Hal yang telah membuat dunia Herrscher hidup dalam keadaan perang.

 

“Apa yang terjadi? Mengapa Werdnam mengasuh adik dari musuh kerajaan tanpa izin dariku?! Apa Werdnam yang membuat Luhan menghilang sehingga membuat Kris menuduh kerajaanku yang menyebabkan itu semua?!”

 

“Bukan Werdnam yang melakukan itu, Raja. Kris yang sengaja membuat ini semua terjadi. Ia yang membuang ke bumi sehingga dapat menuduh kerajaanmu seperti itu dan ia membuang Luhan kesini untuk membantunya disaat seseorang dari kalian berada di bumi”

 

“Berani-beraninya Kris melakukan itu!”

 

“Werdnam yang sudah mengetahui rencana Kris berusaha untuk mengasuh Luhan agar aura negati yang diwariskan oleh Kris tidak berkembang di dalam tubuh Luhan dan sebaliknya agar aura positif dalam tubuh Luhan dapat berkembang namun saat Luhan berumur 8 tahun Kris mengetahui bahwa Luhan di asuh oleh Werdnam sehingga pada akhirnya Luhan tinggal sendirian dan akulah yang bertugas menjagannya. Tapi saat aku tanya pada Werdnam mengapa aku harus menjaganya, ia berkata bahwa ada kemungkinan Luhan dapat membantu kalian. Ada kemungkinan jika Luhan dapat membantu Chan Min mengalahkan Kris. Karena Luhan..”

 

Byun Baekhyun membalikkan 3 lembar setelah halaman yang berisi silsilah keluarga itu. “Karena Luhan adalah keluarga Kris dan.. Keluarga adalah kelemahan Kris”

 

“Luhan adalah kelemahan Kris? Itu berarti aku akan memanfaatkan Luhan demi mengalahkan Kris”

 

 

ϱχǾ

 

 

 

Di sisi lain kini terlihat dengan jelas seorang perempuan sedang berlutut di hadapan Kris. Ya pemilik rambut panjang yang digerai itu terpaksa berhadapan dengan Kris walaupun hatinya menentang ini semua. Kris yang mellihat ekspresi dari perempuan itu hanya tersenyum licik. Ia berfikiran setidaknya dia dapat dimanfaatkan di bandingkan adiknya sendiri yang mungkin saja dapat mengkhianatinya dilain waktu.

 

“Aku rasa aku menjadi paranoid tentang beberapa hal. Karena peringatan bertubi-tubi itu entah mengapa hatiku menjadi sangat tegang dan gelisah”

 

Perempuan yang berada di hadapan Kris hanya bisa terdiam dan mendengarkan semua kata-kata yang keluar dari mulut laki-laki bersayap hitam itu.

 

“Tapi karena peringatan itu setidaknya aku dapat bersiap-siap lebih awal. Karena peringatan itu juga mungkin setidaknya aku dapat mempersiapkan rencana-rencana tambahan dan mempercepat dalam menjalankan semua rencana-rencanaku itu. Kau dapat membantuku bukan? Bukankah kita sudah membuat kesepakatan?”

 

Kris memainkan sebuah botol kecil bersimbol sama seperti yang terdapat dalam pisau perak beberapa saat lalu. Ia memainkan botol kecil itu dengan tangannya sambil menatap menggoda gadis yang sedang berlutut dihadapannya.

 

“Aku.. aku akan melakukannya”

 

“Dan satu lagi, apa kau mendapat informasi baru? Kurasa sangat tidak mungkin kau tidak mendapat informasi terhangat yang ingin kudengar”

 

“Sebenarnya tentang peringatan itu..”

 

“Teruskanlahh, jangan sungkan-sungkan memberi informasi padaku”

 

“Peringatan Herrscher itu bertujuan untuk memberi tahu bahwa Tuan Park Chanyeol masih hidup”

 

Kris tersenyum kecut saat mendengarnya.

 

Werdnam, kau benar-benar hama pengganggu rencana-rencanaku yang tak bisa kuremehkan

 

 

ϱχǾ

 

 

 

“Kau mau kemana, Luhan?”

 

“Ada urusan yang harus kuselesaikan”

 

“Aku akan ikut”

 

“Kau disini saja, Byun Baekhyun. Bukankah kau bertugas untuk melindungi Chan Min? Lagipula kau baru saja sembuh”

 

“Kau lupa kalau aku juga bertugas untuk melindungimu? Lagipula disini sudah ada Raja yang lebih kuat dariku”

 

“Ya! Byun Bekhyun, aku sudah besar dan aku mungkin dapat melawanmu dengan keahlian judoku jadi kau tenang saja. Aku tak akan melakukan macam-macam”

 

“Tapi kenapa aku tidak berfikiran seperti itu..”

 

“Baiklah, akan kuberitahu. Aku mendapat tawaran untuk sesi pemotretan di sebuah museum tua. Dan kau tidak mungkin datang karena sutradara foto itu marah padamu. Kau ingat saat kau menghilang tiba-tiba saat aku baru saja bertemu dengan Chan Min?”

 

“Ah.. sebenarnya itu aku sedang mengembalikan kekuatanku di hutan”

 

“Jika aku berkata seperti itu pada sutradara bagaimana ia akan percaya”

 

“Baiklah, kau pergilah. Jangan melakukan hal yang macam-macam”

 

“Kau jauh lebih cerewet dari Werdnam ternyata, hahaha”

 

Luhan merapihkan sepatunya terlebih dahulu sebelum pada akhirnya ia membuka pintu. Tapat disaat itu mereka berdua dikagetkan oleh seseorang yang tak asing lagi bagi mereka. Seseorang dengan rambut terikat yang tersenyum pada mereka.

 

“Aku pergi”

 

“Luhan, kau mau kemanaaa?”

 

“Pemotretan”

 

“Luhan? Bukan Luhan oppa?”

 

“Ya! Byun Baekhyun, jangan memulainya. Tapi bukankah Luhan dan kau sudah pasif dalam pemotretan? Kenapa dia masih dihubungi sama sutradaranya?”

 

“Entahlah, mungkin karena dia lebih tampan dariku maka ia dihubungi kembali, bukankah begitu nona Han Min Kyung?”

 

“Dia tak tampan lagi bagiku”

 

“Jadi sekarang aku yang lebih tampan?”

 

“Kapan aku berkata seperti itu?”

 

“Kau ini.. ah ya, ada perlu apa kau datang?”

 

“Aku ingin bertemu dengan Park Chan Min”

 

“Untuk apa?”

 

“Pembicaraan antar perempuan, jadi kau tak boleh ikut campur”

 

“Baiklah, masuklah aku akan panggil Park Chan Min”

 

Sesaat setelah diberitahu oleh Baekhyun bahwa Han Min Kyung menunggunya di bawah, Park Chan Min langsung saja menghampiri perempuan itu dari kamarnya. Namun sebelum ia menghampiri Min Kyung yang hanya beberapa langkah lagi, ia terhenti sejenak. Ia terhenti karena jantungnya berdetak cepat dan bahkan keringatnya tiba tiba mengalir dari dahinya.

 

Apa yang terjadi?

 

“Chan Min-ah..”

 

“Ah hai, Han Min Kyung. Ada apa?”

 

Han Min Kyung yang tak merasa kegerahan mulai menurunkan kuncirannya yang membuat rambut panjang miliknya tergerai berantakan. Dengan cekatan, Min Kyung menuangkan minuman berwarna merah ke dalam gelas Park Chan Min lalu tersenyum.

 

“Baekhyun baru saja mengantarkan minuman ini, minumlah”

 

“Ah baiklah tapi kenapa kau ingin menemuiku?”

 

“Dimana kakakmu?”

 

“Dia sedang pergi”

 

“Ah begitu. Sebenarnya aku ingin membicarakan Luhan denganmu”

 

Park Chan Min yang meneguk minuman berwarna merah itu menatap Han Min Kyung curiga, “Luhan?”

 

“Aku dengan darinya, kau dan Luhan sudah berpacaran, itu benar?”

 

“Han Min Kyung, maaf bukannya aku ingin merebutnya darimu tapi hatiku ingin memilikinya. Entah mengapa aku selalu merasa nyaman berada disampingnya”

 

“Kau pernah merasakan sakitnya cinta bertepuk sebelah tangan? Walaupun aku merasa benci pada dirimu dan Luhan tapi aku tak bisa memaksakan hati kalian. Jadi..”

 

“Jadi?”

 

“Aku akan menyerahkannya padamu asalkan kau memenuhi permintaanku”

 

“Permintaan apa?”

 

“Aku mohon dengan setulus hatiku, jangan biarkan Luhan terluka. Kalau perlu relakan nyawamu untuk menolong Luhan. Jangan biarkan dia yang terluka demi menyelamatkanmu dari apapun. Jangan biarkan dia mati demi dirimu”

 

“Min Kyung..”

 

“Itu berlaku juga bagi Byun Baekhyun, mereka berdua sangat berharga bagi diriku”

 

Dengan anggukan lemah yang Park Chan Min berikan membuat Han Min Kyung merasa lega karena setidaknya Luhan tak akan terluka karena perempuan yang ada dihadapannya kini. Walaupun ia tahu tak ada orang yang bisa menandingi keras kepalanya Luhan tapi setidaknya Chan Min akan menghalanginya jika ia melakukan hal berbahaya demi melindungi Chan Min. Bersamaan dengan itu, Baekhyun dengan menggunakan pakaian perempuan seadanya mulai menghampiri mereka untuk menanyakan apa yang mereka bicarakan.

 

“Hai para perempuan..”

 

“Ya! Byun Baekhyun, kenapa kau berpakaian seperti itu?”

 

“Bukankah kau bilang kalau ini pembicaraan antar perempuan? Aku sangat penasaran, kalian membicarakan apa?”

 

“Bukan apa-apa”

 

“Ya! Han Min Kyung, kau ini benar-benar tak tahu perjuanganku memakai baju ini? Ah ada minuman, kau membelinya, Min Kyung-ah? Boleh aku minta?”

 

“Jangan!”

 

“Kenapa?”

 

“Aku akan pulang, Park Chan Min aku harap kau menepati janjimu”

 

Setelah Han Min Kyung tak terlihat lagi di rumah ini, Baekhyun yang masih penasaran itu mulai menanyakan pada Park Chan Min tanpa menyadari ada perubahan mimik dari wajah Chan Min.

 

“Janji apa?”

 

“Melindungimu dan melindungi Luhan”

 

“Dari apa?”

 

“Sesuatu hal yang berbahaya dan merenggut nyawa”

 

“Chan Min, kau menyadari sesuatu?”

 

“Apa?”

 

“Apa mungkin Han Min Kyung tahu sesuatu?”

 

 

ϱχǾ

 

 

 

Luhan berdiri disuatu tempat. Di suatu tempat yang masih asing bagi dirinya. Sebuah museum tua yang sangat menakjubkan dari luar namun terasa menegangkan jika kita berada didalamnya karena ia kini hanya sendirian. Ya Luhan berada di sini bukan untuk pemotretan tapi hanya untuk rasa penasarannya yang ia dapatkan di mimpinya belum lama ini. Mimpi dimana ia merasakan kehangatan keluarga di dalam museum ini namun tak lama kemudian dirinya melihat semua orang terbakar oleh api dan hanya dua orang yang bertahan dalam amukan api itu. Dirinya dan seorang laki-laki yang lebih tinggi darinya. Suara dentingan jam yang cukup membangunkan dirinya dari lamunannya membuat ia sadar akan satu hal. Ia sadar bahwa kini dihadapannya telah hadi seseorang yang lebih tinggi darinya. Seseorang yang tak asing lagi baginya.

 

“Kau datang untuk berkunjung kerumah kita atau kau datang untuk bertemu denganku?”

 

Bersamaan dengan suara itu seketika saja Luhan merasa bahwa dirinya telah berada di suatu tempat yang sudah pasti bukan bagian dari museum tua tadi. Kini dirinya telah berada di sebuah ruangan luas yang hanya berisi peti dan berbagai macam jenis bunga-bunga langka yang tidak terdapat di bumi.

 

“Aku senang aku dapat berbicara tanpa emosi denganmu tapi maaf aku tak bisa membawamu kerumah kita karena rumah kita telah dibakar oleh seseorang yang tak biadab”

 

“Siapa dirimu sebenarnya? Apa maksudmu dengan rumah kita?”

 

“Rumah kita.. Rumah keluarga kita, ah aku lupa aku telah menarik semua ingatanmu tentang keluarga kita. Apakah kau ingin aku mengembalikannya?”

 

Luhan terdiam

 

“Kau ingin? Baiklah aku akan mengembalikannya dan juga mengembalikan kekuatanmu, aku baik bukan?”

 

“Aku tak menginginkannya”

 

Namun bukanlah Kris namanya jika ia mempedulikan perkataan orang. Dengan menghiraukannya, Kris mengarahkan kekuatannya ke jantung dan kekepala Luhan dan bersamaan dengan itu Luhan berteriak kesakitan. Kesakitan yang sangat mendalam. Merasakan pusing yang sangat mendalam dan merasakan rasa sakit bagaikan tertusuk oleh seribu lebih pisau dipunggungnya secara bersamaan membuatnya terduduk lemas dilantai putih itu.

 

“Argh.. Apa yang kau lakukan!!”

 

“Membuatmu terlihat lebih menawan. Lihatlah ke cermin”

 

Luhan yang tak mengerti apapun mencoba menurut untuk bercermin namun saat ia bercermin semua masa lalu mengejarnya. Mulai dari ia yang masih sangat kecil tertawa bahagia dengan seorang perempuan dan seorang laki-laki yang lebih cocok menjadi ayah dan ibunya. Ia yang masih kecil berlari-larian bersama seorang laki-laki yang percis dengan orang yang bersamanya kini. Ia yang masih kecil bermain dengan seorang perempuan kecil yang berparas sama dengan Park Chan Min. Ia yang masih kecil melihat kakaknya sedang bergurau dengan sahabatnya. Ia yang masih kecil menangis saat melihat Ayah dan Ibunya meninggal karena perang. Ia yang masih kecil melihat kakaknya membunuh ayah dari sahabatnya di depan dirinya dan di depan perempuan kecil disampingnya. Hingga pada akhirnya ia melihat dirinya yang sedang berdiri di depan cermin dengan sayap putih yang tak sebesar milik Park Chan Min.

 

“Ini semua.. Sudah kubilang aku tak menginginkannya!”

 

“Ah sepertinya Werdnam telah menghasutmu membuat terlalu banyak kebaikan hingga sayapmu tak sama sepertiku”

 

“Sampai kapanku aku tak akan sama denganmu. Jangan samakan aku denganmu”

 

“Kenapa? Aku kakakmu”

 

“Aku tak menginginkan kakak sepertimu. Aku tak menginginkan kakak pembunuh sepertimu!”

 

Kris tertawa sesaat lalu menghampiri sebuah peti yang terbuka.

 

“Kau mungkin tak menginginkanku tapi apakah kau menginginkannya?”

 

“I.. Ibunda? Kau menyimpan jasadnya?”

 

“Aku menyimpannya karena aku dapat menghidupkan Ibunda kembali karena aku telah menyimpan jiwanya disebuah tempat disaat ia meninggal didalam perang”

 

“Kenapa kau melakukan semua itu?”

 

“Sederhana. Itu karena aku tak ingin kehilangan keluargaku. Cukup dengan ayah yang mati karena ayah Park Chan Min. Aku tak ingin kau dan ibu meninggalkan diriku”

 

“Tapi dengan perbuatan dan sifatmu yang seperti ini membuatku berusaha meninggalkanmu, Kris”

 

“Aku yang akan memutuskan kau harus meninggalkanku atau tidak. Sekarang pilihlah”

 

“Pilih?”

 

“Ibunda atau Park Chan Min. Kau tahu bagaimana diriku bukan? Jika kau memilih salah satu maka seseorang yang tidak kau pilih akan mati. Jadi tentukan pilihanmu. Kau memilih agar Ibunda dapat hidup kembali atau kau memilih agar aku tidak menyakiti Park Chan Min?”

 

 

ϱχǾ

 

 

“Park Chan Min, kau kenapa?!!!”

 

Terlihat panik itulah yang kini terlihat jelas dari Byun Baekhyun saat melihat keadaan Park Chan Min yang tiba-tiba saja mengerang kesakitan dari setengah jam yang lalu. Ia bahkan sudah menghubungi Werdnam dan sang Raja untuk segera datang namun mereka belum datang. Sedangkan Chan Min yang terlihat seperti kehabisan tenaga selalu memengang perutnya lalu ke dadanya dan lalu ke kepalanya. Tubuhnya seperti diserang disaat yang bersamaan. Kepalanya yang merasakan sakit luar biasa. Dadanya yang terasa seperti seakan tak bisa bernafas dan perutnya yang terasa seperti tercabik-cabik oleh sebuah pisau membuat Park Chan Min menangis dalam menahan rasa sakitnya. Hingga pada akhirnya Werdnam dan Park Chanyeol datang dengan kepanikannya.

 

Werdnam dan Park Chanyeol segera memeriksa semua bagian tubuh Chan Min yang bermasalah namun nihil. Mereka tak menemukan sesuatu yang menjadi penyebabnya. Kepanikan kini terus melanda mereka ditambah dengan suara jeritan Park Chan Min.

 

“Apa yang harus kita lakukan?!!”

 

Disisi lain masih terlihat dua orang yang sedang memandang jasad perempuan dengan terdiam. Luhan yang masih berkelut tentang apa yang dia pilih di pikirannya tak henti-hentinya mengetukkan jarinya di kayu peti tersebut. Dua kehidupan bergantung pada dirinya.

 

Apa yang harus kulakukan?

 

Xi Luhan, berfikirlah!!

 

Sedangkan Kris yang setia menunggu jawaban dan keputusan dari adiknya itu hanya bisa tersenyum. Dirinya tersenyum karena kedua dari pilihan adiknya itu akan menguntungkan baginya.

 

Park Chanyeol, maafkan aku telah menyakiti adikmu yang berharga itu

 

Aku memilih Park Chan Min

 

Keputusan yang tepat adikku

 

 

 

ϱχǾ  To Be Continued  ϱχǾ

 


Maybe.. I Should Choose One (Chapter 2)

$
0
0

gishafz_miscoo

| Title : Maybe.. I Should Choose One (Chapter 2) |

| Author: gishafz (@ginashafanm) |

| Length: Chapter |

| Genre: School Life, Romance, and Little Comedy (maybe?) |

| Rating: PG-13(Dapat berubah sewaktu-waktu) |

| Main cast :Kim Hye Ju as Hyeju (OC/ Yourself) &Park Chanyeol as Chanyeol (EXO) |

| Other Cast : Song Ah Ri (Hyeju’s Friend), Jungroo (Chanyeol’s Friend), and EXO members. |

| Kunjungi blog pribadi author : http://gishafz.blogspot.com/ |

Disclaimer: Cerita ini asli imajinasi dan khayalan author sendiri. Jika ada kesamaan cerita saya tidak tahu menahu dan tidak ada unsur kesengajaan. Maaf jika ada kesamaan alur atau plot karena JUJUR author tidak tahu menahu.

Author’s noteWARNING! Typo beredar dimana-mana. Harap membaca do’a sebelum membaca ff gak jelas ini :v .. Di fanfiction ini ada beberapa kata yang menggunakan bahasa Korea :D *maafin.. Yaudah daripada lama, Yuk ah capcus!! GAK SUKA? JANGAN BACA!

| DILARANG KERAS UNTUK COPY+PASTE FANFICTION INI TANPA SEIZIN AUTHOR |

~ Happy Reading ~

Author Pov

                Tubuh Hyeju lemas ketika mengucapkan kalimat akhirnya. Dia tidak menjawab pertanyaan Chanyeol, karena sungguh dia tidak kuat untuk berbicara. Wajahnya amat pucat pasi seperti mayat yang diberi formalin. Sedetik kemudian Hyeju pingsan tidak sadarkan diri. Chanyeol dengan sigap menolong Hyeju. Kepala Hyeju tepat mendarat di dada bidang Chanyeol.

“Hyeju? Kau-kau kenapa? Jungroo! Cepat kesini!” Chanyeol berteriak panik memanggil Jungroo.

“Ada apa Chan-.. Aigoo! Ada apa dengan gadis ini?! Kau apakan dia?” Jungroo terkaget-kaget ketika melihat wajah pucat pasi dari wajah Hyeju. Yang kini Hyeju tidak sadarkan diri.

“Aku tidak apa-apakan dia Jungroo-ssi. Dia hanya menerima hukuman di setrap. Sungguh aku tidak apa-apakan dia!” ucap Chanyeol seraya menatap manik mata Jungroo dan berusaha meyakini Jungroo.

“Sekarang bukan saatnya untuk menjelaskan lebih baik kita bawa yeoja ini ke UKS! Ppali! Aku akan memberitahu ketua panitia dan yeoja regu kelas ini dulu.” ujar Jungroo sambil mendorong Chanyeol untuk segera membawa Hyeju ke UKS.

Ne. Aku akan membawa Hyeju ke UKS.” ucapannya terengah-engah karena setelah Jungroo pergi dia langsung menggendong tubuh Hyeju menuju UKS.

-SKIP-

Jungroo berlari untuk memberitahukan berita ini pada ketua panitia.

“JongIn, ada salah satu yeoja regu kelas 10-1 pingsan. Aku izin untuk menghentikan aktivitas games pertama ini.” ucap Jungroo menatap wajah JongIn. Raut wajah Jungroo cukup cemas.

Mwo? Tidak, kau lanjutkan games itu hingga selesai. Siapa yang sedang ke UKS? Chanyeol?” ujar Jongin beranjak mendekati Jungroo dan menatapnya datar.

Ne, Chanyeol membawa yeoja itu ke UKS.. Tapi mana mungkin Chanyeol menjaga yeoja itu Jongin?!” permohonan menjaga Hyeju terlontar dari mulut kecil Jungroo lalu menatap melas kearah JongIn.

Aniya! Chanyeol saja!” JongIn membentaknya membuat Jungroo membelalakan kedua bola matanya. Baru pertama kali ia mendengar JongIn membentak ia seperti itu.

“Baiklah, Jongin.” Ucap Jungroo sambil beranjak pergi dari ruang ketua panitia. Jungroo hanya bisa pasrah dengan kebijakan Jongin. Dia melampiaskan kekesalannya terhadap Jongin pada saat menutup pintu. Ia membantingnnya. Membuat  Jongin tertegun.

“Ada apa dengan yeoja itu? Apa dia cemburu pada Chanyeol karena menjaga yeoja yang pingsan itu?!” ucap batin JongIn sambil memijat pelan pelipisnya.

-SKIP-

“Mungkin aku akan meminta teman Hyeju untuk menjaganya. Aku takut Chanyeol tidak bisa menjaga Hyeju.” Ucap Jungroo dengan nada pelan. Berjalan menuju lapangan basket.

“Baiklah. Apa ada disini yang sudah berteman dengan Hyeju? Aku mohon acungkan tangan!” cakap Jungroo terhadap regu yeoja 10-1.

“Saya, Sunbae.” ujar Ahri sambil mengacungkan jari telunjuknya.

“Namamu?”

“Song Ah Ri.”

“Song Ahri. Ikut aku dulu ini penting.”

-Jungroo membawa Ahri ke tempat yang sepi-

“Ada apa, Sunbae? Apa ada yang terjadi dengan Hyeju?” ucap Ahri cemas menatap mata Jungroo.

Ne, Hyeju pingsan. Aku mohon kau bisa menjaganya. Karena sekarang Hyeju sedang di jaga oleh Chanyeol.” Jungroo membalas menatap mata Ahri khawatir dengan keadaan Hyeju.

Mwo? Hyeju pingsan? Dimana Chanyeol Sunbae membawanya?” Ahri sangat cemas sehingga dia hampir menangis.

“Dia membawanya ke UKS. Ppali ke UKS! Aku akan melanjutkan game ini. Kau akan aku izinkan.” ujar Jungroo sembari menepuk pundak Ahri dan berlalu pergi.

“Baiklah!” ia berlalu pergi juga menuju UKS.

.

.

.

*Chanyeol and Hyeju @On the Way UKS*

                Chanyeol berjalan dengan tertatih-tatih karena menahan berat badan Hyeju di tangannya. Dia amat cemas terhadap Hyeju. Bagaimana tidak? Sebenarnya hukuman itu tidak ada sampai disetrap, melainkan hanya cukup menghormati bendera Korea Selatan. Waktunya hanya 2 menit. Tapi Chanyeol mengubahnya untuk Hyeju. Dia sengaja menjahili Hyeju.

“Ini semua salahku, Hyeju! Mianhaeyo! Bertahanlah kita hampir sampai di UKS.” ujar Chanyeol melewati ruangan-ruangan kelas seraya menatap wajah pucat pasi Hyeju.

 Kini UKS tinggal beberapa cm lagi.

“Astaga! Sakit.. Sakit, aku sudah tidak kuat!” gumaman kecil Hyeju terlontar dan membuat Chanyeol tersentak.

Ne, Hyeju. Sabar, kita sebentar lagi akan sampai di UKS. Sabarlah~” ujar Chanyeol mendengus pelan.

“Chanyeol Sunbae! Kau jahat! Aku sudah tidak kuat! Hiks… Hikss.. Hikss..” suara itu membuat kedua kalinya Chanyeol tersentak. Hyeju bergumam sembari menangis. Lebih-lebih Hyeju menyebut namanya.

Menambah tidak karuan Chanyeol karena sudah jahat pada gadis ya bisa dibilang yang telah membuat Chanyeol jatuh hati.

                Chanyeol membuka pintu UKS dengan perlahan agar Hyeju tidak bangun. Chanyeol berjalan sangat pelan menuju tempat tidur. Ia membaring tubuh kecil Hyeju diatas tempat tidur empuk lengkap dengan selimut. Tadinya, Chanyeol akan meninggalkan Hyeju lalu meminta petugas UKS menjaganya. Tapi apa boleh buat. Dia harus menunggu Hyeju. Karena tidak ada petugas UKS hari ini.

“Berarti aku harus izin pada JongIn. Karena aku harus menjaga yeoja ini.” Katanya sambil mendengus pelan lalu mengacak rambutnya frustasi. Chanyeol merogoh handphone yang ada di saku celana kanannya. Setelah didapatnya handphone itu. Chanyeol bergegas mengirim pesan pada JongIn.

From : Chanyeol  12-1

To : JongIn 12-2

Text : | JongIn. Aku harus menjaga dan merawat yeoja pingsan ini. Karena disini tidak ada petugas UKS. Aku izin untuk menjaganya. |

DREEEET! suara pesan masuk di handphone Chanyeol.

From : JongIn 12-2

To : Chanyeol 12-1

Text : | Baiklah. Aku akan izinkan. Jaga yeoja itu baik-baik. Aku akan menggantikan kau di team-mu. Bila yeoja itu sudah agak membaik. Kau telepon orang tuanya untuk menjemput yeoja itu di UKS. Jangan lupa! Kau obati yeoja itu.|

“Baiklah JongIn. Gomawo.”  Ucapnya pelan tanpa membalas pesan JongIn. Chanyeol memasukan handphonenya kembali ke saku sebelah kanan.

“Aisshh!! Ini hal yang paling aku tidak suka! Mengobati orang yang sedang sakit. Aku tidak tahu harus apa! Ah kau pabo Chanyeol. Cari di internet. Jaman sudah modern! Ya betul!” dengan cepat iya merogoh handphonenya kembali di saku celana sebelah kanan. Didapatnya sebuah handphone ia langsung mencari.

“Ah tapi. Yeoja ini sakit apa? Aku tidak tahu. Sepertinya dulu aku pernah lihat eomma menyentuh dahiku. Lalu mengeceknya dengan menempelkan tangan bekas menyentuh dahiku ke dahi Eomma. Mungkin itu bisa mengetahui yeoja ini sakit apa.” Ujar Chanyeol dengan memijat dahinya.

Chanyeol dengan canggung mengangkat tangan sebelah kanan. Lalu tangannya perlahan mendekati dahi Hyeju. Tap! Tangan Chanyeol tepat menyentuh dahi Hyeju yang tertutupi oleh beberapa helai rambut. Belum lama memegang dahi Hyeju, Chanyeol langsung menarik tangan kanannya dengan terkejut.

“Astaga! Panas sekali dahinya. Apa dia terkena demam? Aisssssh~ Semua ini salahku. Mungkin aku akan mengompresnya saja.” Chanyeol mengacak rambutnya karena frustasi. Lalu beranjak meninggalkan tubuh Hyeju yang lemah ke tempat beradanya mangkuk dan kain untuk mengompres yeoja itu.

                Chanyeol mengambil mangkuk berukuran sedang. Lalu ia berjalan mencari kain berukuran sedang. Ditemukannya kain itu, otomatis membuat Chanyeol segera mengisi mangkuk itu dengan air dingin yang ada di kulkas UKS. Perlahan Chanyeol menuangkan air dingin itu ke dalam mangkuk. Setelah itu Ia berjalan kembali menuju tempat tidur Hyeju.

                Chanyeol memasukan perlahan kain itu ke dalam mangkuk yang berisi air dingin. Ia merendamnya beberapa detik lalu mengangkatnya kembali lalu memeras kain itu untuk ditaruh didahi Hyeju. Seraya memeras kain itu, Chanyeol menatap wajah pucat Hyeju yang kini sudah tidak terlalu pucat. Ia terkekeh dan tersenyum sendiri seperti orang gila.

“Maafkan aku, Hyeju. Telah membuatmu menjadi sakit.” Ujar Chanyeol sembari menatap wajah pucat Hyeju yang terbaring lemah di atas kasur tanpa melepaskan tangannya dengan kain kompresan. Lalu terukir senyuman di bibir Chanyeol.

“Rok pendek? Hah! Kau namja seperti apa! Rok pendek diatas 9 cm saja dilarang. Huuuh, sangat menyebalkan. Mmm.. eungggh..” tubuh mungil Hyeju menggeliat cantik sambil bergumam. Lalu ia memiringkan tubuhnya jadi menghadap Chanyeol. JUJUR. Hyeju masih belum sadarkan diri.

“Hah? Dia mimpi apa! Sampai-sampai memikirkan rok pendek. Yeoja aneh. Jujur pada saat kau tidur. Kau sangat cantik dan manis, Hyeju!” Chanyeol menatap mata Hyeju yang masih tertutup rapat. Ia terkekeh kecil ketika mendengar gumaman Hyeju tadi. Lalu mencubit kecil pipi chuby Hyeju.

“Baiklah ini mungkin sudah siap.” Ucap Chanyeol melihat kain yang siap mengkompres dahi Hyeju.

Chanyeol berdiri lalu membungkukkan badannya sedikit untuk meletakkan kain kompres itu tepat didahi Hyeju. Ia membereskan helaian rambut yang memenuhi dahi Hyeju. Perlahan sekali karena Chanyeol takut Hyeju bangun lalu marah-marah padanya. Ia sudah siap mendaratkan kain itu pada dahi Hyeju. Tapi tujuannya hilang ketika melihat bibir Hyeju.

Chanyeol meneguk ludahnya sendiri. Ia berfikir bahwa sudah lama ia tidak pernah berciuman. Terakhir berciuman pada saat ia kelas 3 SMP bersama yeojachingunya. Ketika Chanyeol sedang fokus menatap bibir Hyeju. Suara geliatan yang habis baru bangun tidur terdengar. Sentak membuat Chanyeol ingin menjauh dari wajah Hyeju. Tapi tubuh dan otaknya tidak sejalan. Sehingga Chanyeol masih terdiam. Bayangkan! Betapa dekatnya wajah mereka. Sebuah teriakan lebih membuat tersentak Chanyeol.

“Kyaaaa~ Menjauh dariku!” Hyeju berteriak ketika dia sadar ada deruan nafas yang hangat diwajah. Pada saat dilirik sesaat ia sungguh tersentak ketika kedapatan seorang namja sedang memperhatikan bibirnya. Lalu ia mendorong dada Chanyeol hingga Chanyeol terpental.

BRUKK!

Chanyeol tersungkur dilantai akibat dorongan kuat dari Hyeju.

“Awwww sakit.” Chanyeol berdiri seraya mengusap pelan bokongnya yang tadi mendarat duluan dilantai.

“Badanmu kecil tapi tenagamu seperti banteng sedang mengamuk!” Chanyeol masih mengusap bokongnya yang sakit. Menatap tidak percaya tenaga yang dikeluarkan Hyeju untuk mendorongnya.

“K-k-kau! Apa maksudmu tadi melihat bibirku, Sunbae!” tatapan tajam dari Hyeju membuat Chanyeol bergidik ngeri.

“Astaga! Yeoja ini! Tatapannya begitu menakutkan seperti akan mencabut nyawa orang.”Ujar dalam batin Chanyeol.

“Kyaaaaaaa~ Apa kau bilang? Banteng mengamuk! Ya aku memang banteng mengamuk! Sehingga kau pantas mendapatkan ini!” Hyeju sangat menatap tajam mata Chanyeol. Lalu melempar segala jenis barang yang ada disekitarnya.

Hyeju melempar barang apapun yang ada disekitarnya ke arah Chanyeol. Hingga membuat Chanyeol kesal.

 “Hentikan! Hyeju! Aku jelaskan. Aku tidak melihat bibirmu! Aku hendak mengkompresmu! Kau lihat kain ini? Aku tidak bohong.” Ujar Chanyeol sambil menunjuk kain kompresan ditangannya dengan tatapan tajam dan kesal ke arah Hyeju.

“Tapi tadi Sunbae melirik bibirku! Seakan mau berbuat e-e-e yadong! A-a-aduh sakit kepalaku.” Ucap Hyeju lirih seraya memegang kepalanya tidak kuat.

“Tuhkan! Kau masih sakit! Kau lebih baik tidur. Aku akan mengkompresmu.” Ujar Chanyeol sembari memegang tangan Hyeju lalu membaringkannya kembali serta menarik selimut untuk menutupi tubuh Hyeju.

Hyeju Pov

                “Aigoo! Jelas-jelas kau melirik bibirku tadi! Kau masih mau mengelak Chanyeol Sunbae! Baiklah mungkin aku tidak akan memberi pelajaran padamu karena aku sedang sakit! Tapi lain kali. Itu pasti!”dalam batinku.

“Bisakah kau membereskan rambut yang ada di dahimu itu? Aku akan meletakkan kain kompresan ini di dahimu.” Chanyeol menatap mataku dengan penuh perhatian. Sepertinya dia namja yang baik.

“Kau ada baiknya juga Chanyeol Sunbae! Walau kau itu sebenarnya menyebalkan dan membuat aku seperti ini.”Ujar batinku.

“Hey! Bisa kau bereskan rambut itu tidak! Kau ini ditanya malah melamun!” ucapannya ini membuat lamunanku buyar. Kini mataku menatapnya. Ekspresinya datar dengan menatap tajam kearahku.

“Baru saja aku sanjung tadi. Dia sudah menjelma seperti setan mengamuk lagi!”cakapku dalam hati.

Mwo? O-o-o-oh n-ne, Sunbae.” Ujarku terbata-bata seraya membereskan rambut yang dimaksud Chanyeol Sunbae.

TAP!

Kain itu tepat mendarat di dahiku. Rasanya dingin. Nikmat sekali. Karena jarakku dan tubuh Chanyeol dekat aku dapat mencium aroma parfum yang ia kenakan. Wangi! Sepertinya itu aroma khas tubuhnya.

-*- 15 Menit kemudian (sekarang jam 09.42 pagi)

“Ok. Apa kau ingin pulang? Sepertinya kau tidak akan kuat untuk melanjutkan orientasi hari ini dengan keadaan seperti itu.” Ujarnya sembari menarik kursi dan duduk disampingku.

“Benar juga kata mu, Sunbae.  Sepertinya aku akan pulang sesudah suhu badanku turun dan agak membaik.” Ku simpulkan senyuman menawan dihadapannya tanpa menatap iris mata Chanyeol.

“Baiklah. Tapi mianhaeyo. Mungkin aku tidak bisa mengantarkanmu pulang.” Ucapan Chanyeol sangat lembut sekali. Lalu mengusap lembut puncak rambutku. Aku tidak menyangka dia melakukan itu. Ingin sekali tanganku menepis tangannya tapi itu tidak bisa, tanganku seakan-akan lumpuh dan tidak dapat digerakkan.

“Ah itu tidak masalah. Memangnya kau punya salah apa padaku sampai-sampai Sunbae meminta maaf?” ku naikkan alis sebelah kananku seraya menatap matanya. Kini dia menarik tangannya dan tidak mengelus puncak rambutku seperti tadi. Mengapa harus berhenti?

“Mmmm.. Kau tahu? Sebetulnya hukuman yang diberikan itu tidak seperti itu. Aku hanya ingin mengerjaimu saja. Sungguh aku minta maaf, Hyeju.” Ia menundukkan kepalanya sesampai kalimat yang diucapkannya berakhir. Sepertinya ia sangat menyesali perbuatannya.

“Apa mengerjaiku? Aku sungguh tidak percaya itu! K-k-k-kau! Beraninya Chanyeol Sunbae! Kenapa harus aku eoooohhhh!!!” batinku memanas kali ini. Tidak dapat dibendung lagi.

Mwo! Kau jahat, Sunbae! Aku benci padamu! Wae harus aku!” aku mendengus kesal menatap tajam matanya terkesan seperti tatapan mengintimidasi. Siapapun yang melihat ini pasti bergidik ngeri. Lalu ku pukul keras bahu Chanyeol sehingga ia meringis kesakitan.

“Awww.. Aduh.. Sakit eoh!” suara meringis kesakitan yang keluar sempurna dari bibir Chanyeol Sunbae. Itu semakin membuat tenaga dan semangatku bertambah untuk memukulmu!

“Haha! Rasakan! Itu pembalasanku, Sunbae!”aku berdehem kecil.

Aku masih melancarkan acara pukul-pukulan pada bahu Chanyeol. Karena sungguh dia sama sekali tidak memberikan perlawanan. Aku terus melayangkan pukulan kekesalan atas perbuatannya padaku. Pada saat aku hendak memukul lagi. Chanyeol memegang tanganku. Aku hanya bisa mematung ketika ia menatap mataku lekat. Ada kehangatan dan ketulusan dari tatapannya.

“Aku memang salah dan pantas mendapatkan ini. Tapi kumohon kau memaafkanku tulus tanpa ada unsur terpaksa. Aku akan kembali ke lapangan basket untuk membantu Jungroo. Aku pamit dulu. Oh ne. Aku akan menelepon orang tuamu untuk segera menjemputmu.” Ucapannya sangat lembut sekali. Saat menatap dan mengatakannya itu sangat lembut. Sehingga tanpa sadar membuatku mengangguk IYA padanya.

“Chanyeol Sunbae?” aku menatap matanya. Aku merasakan ia tulus mengatakannya tadi. Aku meleleh disini.

“Mmmmm?” jawabnya menatap hangat mataku. Lalu ia mendekatkan wajahnya ke wajahku.

DEG!

“Jantungku berdegup kencang! Kenapa ini! Aigoo! Jangan sampai ia mendengarnya!” di dalam batinku.

Ia mendekatkan bibirnya dengan telinga kananku. Ia berbisik pelan sehingga membuat aku geli dan tersipu malu.

“Lekas sembuh, Hyeju.” Bisiknya. Lalu ia menarik wajahnya kembali mensejajarkan wajahnya dengan wajahku.

“Argh! Mengapa sebentar sekali berbisiknya? Aisssh! Aku ingin terus seperti itu.” Ujarku dalam hati sambil menghembus nafas.

“Mmm.. Kamsahamnida,Sunbae. Sudah menjagaku.” Ku simpulkan sebuah senyuman cantik ke arahnya. Lalu ia menjawab dengan anggukan pelan dan membalas senyumanku.

Sebelum ia beranjak pergi. Ia mengecup sekilas puncuk rambutku lalu memelukku hanya beberapa detik. Aku hanya bisa terpaku diam atas perbuatannya padaku. Ia berlalu meninggalkanku dan pada saat akan menekan kenop pintu ke bawah. Dia sedikit melambaikan tangannya, aku membalasnya dan tersenyum. Sesudah itu ia pergi.

“Huh! Aku sendiri disini. Tapi sebentar lagi mungkin orang tuaku menjemput.” Aku mendengus pelan.

“Ah Chanyeol Sunbae! Kau membuat aku bingung sekarang! Aku bingung memilih antara cinta dan benci padamu! Satu lagi aku bingung untuk mengingat perbuatan pahitmu atau perbuatan manismu!” dalam batinku.

Pada saat aku hendak memegang leherku, “Yak! Ini syal siapa? Aromanya sama seperti Chanyeol Sunbae. Ya ini benar ini syalnya! Wangi sekali aromanya. Nanti aku akan kembalikan padamu, Chanyeol.” Ujarku dengan tertawa kecil sendiri.

-*- 30 menit kemudian

TIITTT! Suara pintu UKS terbuka.

“Hyeju-ya! Kau disini rupanya! Kukira tadi kau sudah pulang!” Ahri menutup pintu UKS lalu berlari dan langsung memelukku.

Mwo? Aku tidak pulang, Ahri-ya. Aku daritadi disini.” Ku lepas pelukannya dan kini aku sedang menatap mata Ahri khawatir.

“Kau daritadi disini? Mengapa tadi tulisan pintu UKS ‘DILARANG MASUK’ sehingga aku kembali ke Jungroo Sunbae. Tadi aku ditugaskan untuk menjagamu tapi pada saat kulihat ada papan itu aku jadi balik lagi dan mengikuti games-games. Aisssh! Itu sangat menyenangkan Hyeju-ya!” ucap Ahri gembira dan tersenyum seraya menatap ada syal di kursi duduk.

“Apa jangan-jangan Chanyeol Sunbae sengaja memberi papan itu agar tidak ada yang masuk. Hihihi aku tidak menyangkanya.”Dalam batinku lalu terkekeh sebentar ketika Ahri bertanya.

“Mmm.. Ini syal milikmu, Hyeju-ya?” Ahri mengambil syal itu. Tapi ku hadang. Karena itu pasti syal Chanyeol Sunbae yang tak sengaja tertinggal tadi pada saat menjagaku.

“N-n-ne syal  itu milikku, Ahri-ya. Bagus tidak? Aku baru membelinya.” Ucapku sambil mengambil syal yang ada ditangan Ahri lalu aku memakainya dileherku. Mmmm aroma khas Chanyeol Sunbae sangat tercium. Sungguh.

“Bukankah kau tidak suka dengan warna hitam? Kau pernah bercerita pada saat kita SMP dulu.” ucapnya dengan menatap bingung syal itu dileherku.

“Benar juga. Aku kan tidak suka warna hitam. Ternyata Ahri tahu kalau aku tidak suka warna hitam. Ayo berfikir, Hyeju!” ucapku didalam hati.

“E-e-e sekarang aku suka warna hitam, Ahri-ya. Terkesan elegan. Aku malas warna pink terus.” Aku balas pertanyaannya dengan nada malas seraya membalas menatap mata Ahri.

“Oh begitu. Kau sebenarnya sakit apa?” cakapnya ketika ia menatap heran mangkuk berisi air dan disebelahnya ada kain basah.

“Aku hanya demam biasa, Ahri-ya. Aku hanya kurang istirahat.” Ujarku sembari merenggangkan tubuhku yang agak pegal. Enak sekali.

“Baiklah. Lalu kau pulang naik apa, Hyeju-ya?” tanyanya sambil membenarkan kunciran rambutnya.

“Tenang saja. Kata Chanyeol Sunbae dia akan menelepon orang tuaku untuk menjemputku disini.” Aku menatap syal milik Chanyeol Sunbae yang bertengger dileherku. Aku sangat senang.

“Bagaimana dia tahu nomor orang tuamu, Hyeju-ya?” tanyanya lagi sambil menatapku bingung. Aku bisa melihat itu.

“Itu hal yang mudah Ahri-ya. Kita tinggal mencari berkas nomor orang tua di ruang piket guru.Kau tidak tahu?” aku menatap matanya dengan tatapan tidak percaya.

“Oh begitu. Apa kau ingin keluar dari ruangan ini? Karena pada saat aku datang kesini sebenarnya sudah diperbolehkan pulang.” Katanya sambil menarik tali tas selempangnya.

“Ah aniya. Aku akan menunggu orang tuaku atau supir pribadi orang tuaku disini saja. Kau ingin pulang? Pulanglah, Ahri-ya. Aku tidak apa-apa. Jangan khawatirkan aku.” Ujarku selembut mungkin untuk meyakinkannya.

“Baiklah kalau begitu. Aku pulang dulu ne. Jaga kondisi tubuhmu dan lekas sembuh. Jika sempat aku akan menjengukmu. Annyeong, Hyeju-ah.” Ucapnya seraya beranjak meninggalkanku. Selang beberapa detik balik punggungnya hilang setelah keluar dari pintu.

Ne, Ahri-ya. Hati-hati di jalan!” cakapku sambil melambaikan tangan. Yang ada hanya ibu jari mengacung keatas yang bertanda OK jawaban dari Ahri.

.

.

.

*Morning @Incheon Senior High School*

“Baiklah Appa. Kamsahamnida telah mengantarku.” Ujarku seraya membungkuk dihadapannya yang berada didalam mobil.

Ne, Hyeju. Appa berangkat ne! Jaga kesehatanmu.” ucapnya lalu melajukan mobilnya. Sebelum memacu mobilnya, Appa melambaikan tangan dengan tersenyum simpul. Aku pun membalasnya.

Aku berjalan akan memasuki gerbang sekolah. Aku melirik kanan kiri ke arah Sunbae-sunbae. Lalu aku mengucapkan salam seraya membungkuk sedikit. Aku sedang mencari seseorang. Kalian tidak perlu pusing untuk menebaknya! Siapa lagi kalau bukan Chanyeol Sunbae. Aku hendak mengembalikan syalnya yang kemarin ia pakaikan dileherku lalu tertinggal. Mana anak itu!

“Walaupun ini baru kedua hari masuk sekolah. Tapi serasa sudah bertahun-tahun aku sekolah disini.” Gumamku dalam hati. Tiap inci sudut-sudut Incheon SHS ku lirik untuk menemukan seorang Chanyeol Sunbae. Tapi mengapa tak kunjung nampak?

‘Kyaaa! Kemana dia? Aku cari-cari tidak ada.’ Aku bergumam kecil menggigit-gigit kecil jari telunjukku sambil berjalan tapi langkahku terhenti.

“Mungkin nanti saja aku mencarinya pada saat jam istirahat. Lalu ku kembalikan syalnya.” Aku mendengus pelan. Ku lirik sekilas syal itu, ku genggam erat syal itu lalu pergi menuju ke kelas.

.

.

.

*10-1 Classroom @Incheon Senior High School*

“Ahri-ya, apa kau akan ke kantin?” tanyaku sambil menyentuh pundak mungilnya.

“Mmmm.. Tidak, Hyeju-ya. Aku bekal hari ini, dan juga aku ingin mengejarkan tugas ini dulu.” Jawabnya cepat seraya menulis tanpa menoleh ke arah sumber suara. Sepertinya ia sangat serius.

“Baiklah. Apa kau mau menitip makanan atau minuman?” tanyaku lagi sambil membungkukkan badan untuk melihat wajah Ahri.

“Mmm.. Tidak, Hyeju-ah.” ia berhenti menulis lalu menggeleng kepalanya. Lalu ia melanjutkan acara menulisnya lagi. Sial! Acara menulis lebih penting daripada sekedar menatap mataku!

“Oh ne. Aku pergi dulu, Ahri-ya.” aku berlalu pergi meninggalkan Ahri. Hanya anggukan pelan jawaban dari Ahri.

Author Pov

                Hyeju keluar kelas lalu berjalan menuju kantin. Langkahnya tersendat ketika melihat Jungroo ada di depannya. Mungkin dia akan bertanya Chanyeol ada dimana padanya. Karena mungkin? Ia sekelas dengan Chanyeol. Apalagi pada saat orientasi mereka sekelompok. Huh! Buat iri Hyeju. Karena Jungroo memiliki paras yang cantik, bila disatukan dengan Chanyeol sangat cocok. Sungguh!

“Annyeong Haseo, Sunbae!” Hyeju membungkuk sedikit ke arah Jungroo. Lalu tersenyum simpul.

NadoAnnyeong. Kau sudah sembuh, Hyeju?” ia membalas membungkuk lalu menatap mata Hyeju perhatian dengan nada khawatir.

“Sudah, Sunbae. Kemarin aku hanya perlu istirahat saja.” Hyeju membalas balik tatapannya lalu terukir senyuman dibibir manis Hyeju. Suara Hyeju pun manis bak gula.

“Mmm. Sunbae, aku boleh bertanya tidak?” ujarnya melirik kanan-kiri.

“Boleh. Kau ingin bertanya apa?” jawab Jungroo sambil membuka snack yang baru dibelinya.

“Apakah Sunbae melihat Chanyeol?” Hyeju bertanya dengan raut wajah yang malu. Nadanya pun cukup pelan. Karena Hyeju tidak ingin perkataannya didengar orang lain.

“Oh. Dia ada di lapangan basket sedang latihan basket. Lapangan itu dekat Aula. Memangnya ada apa, Hyeju?” ia menjawab sambil menguyah snack ringannya. Mata Jungroo terbelalak ketika ia melihat tangan kanan Hyeju yang memegang sebuah syal berwarna hitam.

“Itu syal Chanyeol. Ya itu syal Chanyeol! Mengapa ada di tangan yeoja ini?” ujar batin Jungroo. Kini mata Jungroo melihat Hyeju seperti penuh selidik.

“Oh tidak ada apa-apa, Sunbae. Aku hanya ingin mengucapkan Terimakasih padanya. KamsahamnidaSunbae. Aku pergi dulu.”  sambil membungkuk ia berpamitan pada Jungroo. Lalu ia bergegas pergi ke arah Aula.

NeCheonma.” Ujar Jungroo seraya berlalu pergi juga sambil sibuk memakani snacknya. Tapi baru beberapa langkah Jungroo terhenti dan berbalik menatap syal yang pegang Hyeju.

“Ahh~ Aku tahu. Kau ingin mengembalikan syal itu, Hyeju.” Ujar Jungroo dengan nada pelan. Ia tersenyum tipis setelah itu dia mendengus pelan beriringan melangkah jalan menuju kelasnya.

Hyeju berlari-lari menuju lapangan basket sekolahnya. Langkahnya terhenti ketika ia teringat sesuatu.

“Hi, Hyeju! Chanyeol Sunbae sedang latihan basket! Bagaimana jika kau membeli sebuah minuman ion untuk Chanyeol Sunbae! Ide yang baguskan! Ya sekedar membalas kebaikannya kemarin. Sekaligus mengembalikan syal ini.”Ujar Hyeju menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Setelah itu, ia berlari menuju kantin terlebih dahulu untuk membeli minuman ion.

Setelah Hyeju telah membeli minuman ion itu. Ia langsung kembali ketujuannya yaitu ke lapangan basket untuk mengembalikan syal Chanyeol. Ia berlalu pergi meninggalkan kantin. Ia berjalan santai menuju Aula. Tapi cerobohnya Hyeju berjalan tidak melihat ke bawah. Insiden yang tidak diinginkan pun terjadi. Ini memalukan!

BRUKK!

Hyeju tersandung batu dan tubuhnya kini HAMPIR jatuh. Untung ada seseorang yang sigap membantunya dan menahan tubuhnya agar tidak jatuh.

“Aaaaaaaa~” suara teriakan Hyeju yang ia kira kini ia sudah jatuh ke tanah. Matanya terpejam dengan ditutupi kedua tangan mungilnya karena amat takut.

“Hey. Kau tidak jatuh.” Ucap namja yang menolong Hyeju itu lembut.

“Hah? Aku tidak jatuh?” ucapan pelan dari mulut Hyeju. Kini ia perlahan mengerjap-japkan mataku. Hyeju kira yang menolongnya itu Chanyeol Sunbae ternyata bukan!

“Kau tidak apa-apa?” tanyanya sembari menatap mata Hyeju. Wajah mereka sangat dekat! Sungguh! Hingga deruan nafas si penolong itu mengenai kulit wajah Hyeju.

Hyeju melirik kanan-kiri. Tampak siswi yeoja dan namja menatapnya. Ada yang tersenyum melihatnya. Ada juga yang berbisik-bisik. Banyak sekali siswi yeoja menatapnya tidak suka. Aisssh! Mereka kenapa dalam benak Hyeju. Kini ia melirik tangan yang berada di belakang punggungnya. Lalu ia menatap sekilas namja penolong itu.

“E-e-e mwo? N-n-n-ne aku tidak apa-apa.” Karena cukup sadar tubuhnya di topang oleh namja. Hyeju bangkit lalu merapihkan bajunya. Terlintas jelas wajah Hyeju yang amat malu.

“Syukurlah. Lain kali kalau jalan perhatikan ke bawah ne. Jangan melihat lurus terus. Nanti terjadi insiden seperti ini.” Ucap namja yang menolong Hyeju. Lalu ia mengacak pelan puncak rambut Hyeju. Hyeju hanya mengangguk pelan. Lalu namja penolong itu perlahan meninggalkan Hyeju.

“Kyaaaaa! Siapa namja itu! Aku sangat berhutang padanya. Bila tidak ada dia mungkin aku sudah tersungkur tak berdaya dan menahan malu dihadapan siswa Incheon SHS. Kamsahamnida.” gumam Hyeju dalam hati.

“E-e hey!” Hyeju berteriak pelan ke arah namja penolong itu. Namja itu menoleh dan tersenyum manis.

“Mmmmhmm?” suara gumamman. Itulah jawaban dari namja penolong itu.

Kamsahamnida.” Hyeju membungkuk 35 derajat. Lalu dibalas dengan bungkukkan sedikit dari namja penolong itu. Hyeju hanya bisa melihat punggung namja itu yang perlahan menghilang. Hyeju hanya terus terdiam mengingat kejadian tadi.

“Aissssh! Kau bodoh, Hyeju! Kenapa tidak menanyakan nama dan kelasnya! Ah tapi aku hafal wajahnya dan senyumannya. Dan tinggi badannya dibawah Chanyeol Sunbae.” Hyeju menjitak kepalanya pelan lalu mendecak kesal.

“Kyaaaa! Aku lupa tujuanku untuk mengembalikan syal ini ke Chanyeol Sunbae. Semoga saja Chanyeol Sunbae masih latihan basket.” Hyeju mendengus kesal lalu berlari menuju lapangan basket.

Sesampainya Hyeju di lapangan basket. Hyeju langsung melirik ke segala penjuru lapangan basket untuk mencari si Tinggi dan tampan Chanyeol. Hyeju berjalan perlahan sembari mencari Chanyeol. Ia melihat banyak kerumunan namja di pinggir lapangan basket. Hyeju sangat canggung untuk kesana tapi apa boleh buat akhirnya Hyeju memberanikan diri kekurumunan itu.

“E-e AnnyeongHaseo.” Hyeju tepat berada di dekat kerumunan namja. Semua kerumunan namja itupun menoleh semua ke arah Hyeju.

Nado Annyeong. Ne, ada apa?” salah seorang menjawab salam Hyeju lalu menatap matanya.

“E-e Kim Hyeju, Hyeju imnida.” Hyeju membungkukkan badannya lalu balik menatap namja yang menjawab salamnya.

“Kim Jong In, JongIn imnida. Ada apa kau kesini ne?” tanya JongIn seraya meneguk habis air putih dalam kemasan botol.

“Aku seperti kenal dengan wajah namja ini kemarin. Oh ne! Ini namja yang kemarin berada diatas panggung. Dia ketua panitia orientasi. Dan dia pasti kenal dengan Chanyeol Sunbae.” Gumam Hyeju dalam hati.

“E-e begini Sunbae. Aku sedang mencari Chanyeol. Apa Sunbae melihatnya?” Hyeju sedikit mengangkat wajahnya karena JongIn cukup tinggi. Walau tingginya masih dibawah Chanyeol.

“Kau mencari Chanyeol? Aku akan panggil dia. Tunggu sebentar disini.” Jawab JongIn sambil mengelap keringat yang ada di dahinya. Ya, dia pasti habis bermain basket. Beberapa detik kemudian, ia pergi untuk memanggil Chanyeol.

Ne, JongIn Sunbae.” Ucap Hyeju menatap punggung JongIn yang perlahan menjauh dan menghilang di balik pintu sebuah ruangan.

JongIn berjalan untuk memanggil Chanyeol di ruang istirahat anak basket.

“Chanyeol. Ada temanmu. Seorang yeoja.” Ujar JongIn yang bersandar pada pintu.

Mwo? Seorang yeoja? Nugu?” tanya Chanyeol seraya mendekat pada JongIn. Dan menatapnya lekat.

“Kalau tidak salah. Namanya Kim-Kim-Kim Hyeju. Ya Hyeju.” Jawab JongIn datar sambil menatap mata Chanyeol yang tengah berdiri dari pertapaannya.

“Hyeju? Di-dimana dia JongIn?” tanya Chanyeol lagi sembari memegang bahu JongIn.

“Dia ada di lapangan basket. Kau cepat kesana. Jangan sampai ia menunggu kau lama, Chanyeol.” Jawab JongIn memegang pundak Chanyeol yang lebar. Lalu beranjak ke tempat duduk istirahat.

“Baiklah. Gomawo,JongIn.” Chanyeol mengacungkan ibu jarinya. Lalu mendapat acungan ibu jari juga dari JongIn.

Chanyeol berjalan menuju lapangan basket.

“Ada apa yeoja itu mencariku? Membuat aku khawatir saja!” gumam dibatin Chanyeol.

“Hah. Itu Hyeju.” Ucap Chanyeol sambil mendengus pelan lalu Chanyeol berlari.

Annyeong. Ada apa kau mencariku, Hyeju?” tanya Chanyeol seraya membalikan tubuh Hyeju. Yang kini wajah Hyeju menatap Chanyeol. Dan Chanyeol juga menatap Hyeju.

“E-e-e Chanyeol Sunbae. Bisakah kau lepaskan lenganmu dari bahuku?” kata Hyeju sembari tersenyum ke arah Chanyeol.

“Oh ne. Mianhaeyo.” Ujar Chanyeol seraya melepaskan lengannya dari bahu kecil Hyeju.

“Hyeju, Lebih baik kita berbicara di sebelah sana yang tidak terlalu banyak orang. Agar para kerumunan itu tidak menguping atau mendengar pembicaraan kita.” Ucap Chanyeol sambil menunjuk tempat yang ia maksud terhadap Hyeju.

Ne.” Jawab singkat Hyeju diiringi dengan anggukan.

Chanyeol pun memegang tangan Hyeju. Tapi Hyeju tidak membalasnya. Chanyeol hanya pasrah dan mempererat memegang telapak tangan Hyeju. Mereka berjalan berdua.

“Kita sampai. Ada apa kau mencariku, Hyeju?” tanya Chanyeol dengan tatapan dingin. Nadanya pun datar. Dia kembali menjelma sebagai pria dingin berhati lembut.

Ne. E-e-e apa kau kehilangan syal, Sunbae?” tanya balik dari Hyeju dan menatap Chanyeol dingin.

“Mmmm. Ne, aku kehilangan syal berwarna hitam. Memangnya ada apa?” ujarnya menatap Hyeju penuh pertanyaan seraya menyilangkan kedua tangannya di dadanya.

“Oh ne. Ini aku kembalikan syalnya. Kemarin kau meninggalkan syal itu dileherku. Mungkin Sunbae kemarin melilitkan syal itu dileherku dan lupa di ambil. Ini ku kembalikan.” Ujar Hyeju lalu menarik tangan Chanyeol untuk mendekat padanya. Telah didapatkan tangan Chanyeol. Hyeju lalu memberi syal itu dengan senyuman tanpa menatap mata Chanyeol.

Ne. Aku kemarin melilitkan syal ini ke lehermu. Aku lupa membawanya kembali. Padahal bila tidak dikembalikan juga tidak apa-apa. Ini untukmu saja.” Cakap Chanyeol seraya menatap dan memegang tangan Hyeju. Hyeju pun membalas menatap.

“Ah tidak. Inikan barang, Sunbae. Tidak terimakasih.” Hyeju menarik tangannya lalu disembunyikan dipunggungnya. Bertanda ia tak ingin syal Chanyeol. Tapi sejujurnya Hyeju sangat ingin memiliki syal itu. Syal itu memiliki aroma Chanyeol yang membuat Hyeju senang.

“Mmm.. Baiklah kalau begitu. Apa ada yang ingin kau bicarakan lagi, Hyeju? Aku lelah.” Ujar Chanyeol sambil mengacak pinggang dan mengusap pelan dahinya. Sepertinya ia sangat lelah.

“Sunbae lelah? Mianhaeyo. Aku mengganggumu. Aku hanya mau memberi minuman ini. Karena aku dengar Sunbae baru latihan basket.” Ucap Hyeju sembari menarik kembali tangan Chanyeol dan memberi minuman ion yang dibelinya tadi dikantin. Lalu terlukis senyuman lagi dibibir mungil Hyeju. Kali ini Hyeju sembari menatap Chanyeol. Begitu pula dengan Chanyeol.

“Bagaimana kau tahu, Hyeju?” cakap Chanyeol seraya mengangkat alis sebelah kanannya melihat mata Hyeju. Ia bingung.

“Itu rahasia. Anggaplah itu sebagai bayaranku karena Sunbae kemarin telah menjagaku di UKS.” Ujar Hyeju terkekeh kecil menatap Chanyeol.

“Lebih baik ini untukmu saja.” Ucap Chanyeol menarik tangan Hyeju kembali.

Aniya! Jika Sunbae memaksaku aku akan benci padamu, Sunbae.” Cakap Hyeju mengerucutkan bibirnya. Lalu menatap tajam pada Chanyeol. Wajahnya sangat menggemaskan!

“Baiklah-baiklah. Kamsahamnida, Hyeju.” Kata Chanyeol sambil mengacak puncak rambut Hyeju. Lalu terpajang cantik senyuman di bibir Chanyeol.

Ne, Cheonma. Eoh~ Jangan di acak! Aku baru saja menyisirnya.” Ucap Hyeju mendengus kesal ke arah Chanyeol. Ia langsung merapihkan rambutnya. Chanyeol hanya bisa terkekeh melihatnya.

“Ah jam berapa ini? Hah? 10 menit lagi masuk! E-e-e Sunbae aku pergi dulu ne. Annyeong.” Hyeju tersenyum kearah Chanyeol.

Baru melangkah 1 langkah untuk meninggalkan Chanyeol. Tapi Chanyeol menariknya. Hyeju jatuh ke dalam pelukan Chanyeol. Mendarat tepat di dada bidang milik Chanyeol.

“E-e-e Sun-sun-Sunbae! 10 menit lagi masuk. Aku harus segera ke kelas! Tolong lepaskan aku. Nanti aku terlambat!” ujar Hyeju terhadap Chanyeol sambil meronta-ronta dan memukul pelan dada Chanyeol. Bukan malah dilepas, Chanyeol malah makin mempererat pelukannya. Hingga membuat Hyeju susah bernafas.

Gomawo. Gomawo, Hyeju. Dan satu hal lagi mulai hari ini, panggil aku Chanyeol Oppa.Ne?” Chanyeol mencium puncak rambut Hyeju. Ia dapat mencium wangi shampo yang Hyeju pakai. Dan dapat mencium aroma tubuh Hyeju.

Anggukan, itulah jawaban dari Hyeju untuk ucapan Chanyeol tadi.

Hyeju hanya bisa diam atas perlakuan Chanyeol. Ingin rasanya Hyeju mendorong dada Chanyeol tapi ia tidak bisa. Otak dan tubuhnya tidak dapat bekerja sama. Hingga tanpa disadari Hyeju membalas pelukan hangat Chanyeol. Walau Chanyeol berkeringat akibat latihan basket, Hyeju tidak mencium bau asam. Melainkan harum yang kemarin ia hirup di UKS. Wangi tubuh Chanyeol.

Aigoo! Chanyeol Sunbae e-e maksudku Chanyeol Oppa! Ku mohon lepaskan aku! Aku bisa gila bila berada didekatmu terus. Aku takut jantungku berdegup kencang. Lalu terdengar olehmu. Aku malu,Oppa. Kumohon lepaskan aku!~”ucap batin Hyeju.

“Jantungmu berdegup kencang. Aku dapat mendengarnya. Hahaha, ada apa denganmu? Kau baru pertama kali mendapat pelukan seperti ini ya? Apa kau malu?” ucap Chanyeol mengelus punggung Hyeju sembari terkekeh kecil.

Pipi Hyeju bersemu merah karena malu. Ia hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala bertanda TIDAK ADA APA-APA didada bidang milik Chanyeol.

“Aisssssssh! Mengapa ia bisa mendengar detak jantungku eoh? Aku jadi malu padamu, Chanyeol Oppa. Huhh dasar!” dalam batin Hyeju.

5 Menit mereka berpelukan. Dan itu membuat Chanyeol melepasnya. Karena takut Hyeju tidak dapat masuk ke kelas dan ikut belajar oleh Sonsaengnim. Sedangkan Chanyeol, pelajaran selanjutnya olahraga sehingga ia tidak perlu khawatir. Karena pelajaran olahrga akan berlangsung di lapangan basket.

Mianhaeyo, Hyeju. Telah menyekapmu. Hahaha.” Ujar Chanyeol tertawa renyah sembari membelai rambut panjang Hyeju.

“Aisssh~ Masih bisanya kau tertawa. Baiklah Sunbae e-e-e ma-ma-maksudku Chanyeol O-o-o-oppa. Ne Chanyeol Oppa maksudku. Aku pergi dulu. Annyeong!” ucap Hyeju seraya melepas tangan Chanyeol yang membelai rambutnya. Chanyeol hanya bisa melihat punggung Hyeju yang perlahan menjauh dan menghilang.

“Hahaha. Yeoja itu. Aku sangat mencintainya dan menyayanginya seperti yeojachinguku. Padahal dia bukan yeojachinguku.” Kata Chanyeol sambil mengusap tengkuknya pelan lalu berjalan ke arah kerumunan teman-temannya.

*Dari kejauhan seorang namja melihat Chanyeol.

“Kita lihat siapa yang terlebih dahulu akan mendapatkan yeoja itu, Chanyeol!” ujar seorang namja itu dingin lalu menyunggingkan senyuman terpaksa.

\^-^/ TBC \^-^/

Annyeong Readers!! Ketemu sama author lagi *hebring* walau masih chapter 2 :v

Tanggapan dari readers gimana nih? Gimana dengan chapter ke 2-nya? Semoga kalian puas dan senang ya J, aku gak mau kalau kalian baca chapter ini dan hasilnya gak senang dan gak puas readers J .. Hati aku serasa retak #alaaay

Tolong review fanfiction ini dong J, aku terima semua review dari kalian ^^ review kalian juga sekalian buat memperbaiki ff ini untuk lebih baik kedepannya.

Readers, aku punya fanfiction terbaru nih :D judulnya “Don’t Kiss Me” #promosi chapter 1 nya udah di posting di blog pribadi author.. Ratingnya PG-17

Aku ngucapin bermilyar-milyar terimakasih buat readers yang mau luangin waktu membaca FF abal dan gak jelas milik author ini <3 …. Author berharap kalau kalian tetep ngikutin terus kelanjutan fanfiction MISCO ini ^^

Bagi para siders, apa susahnya untuk berkomentar? Komentar dong, hargain sedikit karya author dan bagi author yang sudah nulis fanfic ini. Jika diri sendirinya diperlakukan macam itu, apa mau? Kkkkk~

 Bagi para plagiat, apa kalian tidak memiliki imajinasi atau khayalan sampai-sampai plagiat punya orang? Kkkkk~

Maaf kalau memang ada kekurangan, maklum author hanya manusia biasa :D

Untuk chapter ke-3 author gak mau ngasih bocoran J .. Silahkan kalian menebak-nebak siapa namja yang membenci Chanyeol..

Bye~ Sampai bertemu di chapter selanjutnya J


Phobia (Chapter 4)

$
0
0

Title: Phobia (Chapter 4)

Author: Kim Ria

Genre: Romance(?),School life,Friendship

 Length: Multi Chapter

Ratting: 13+

Main Cast: Jung Ga In | Woon Jin Ah | EXO (K&M) | Oh Yoo Hyun

 New Picture (19)

(Hwangdoong High School)

Gain melihat ponselnya.Pukul 4 lebih 25 menit sore.Batin Gain. Gain menghela nafas karena harus tertinggal bus lagi.Ia pulang terlambat dari yang lain karena harus ikut rapat dengan Suho,Kris dan Luhan untuk membahas perayaan festival gugur tadi agar besok hari bisa lebih baik lagi. Dan hal itu  membuatnya  harus berjalan kaki untuk pulang ke rumahnya. Karena bosa menunggu, Gain mencoba masuk ke dalam toko buku saat ia berteduh tempo hari.

Klining..

“Selamat dat…Wua.. Jung Gain! Bisa kau tanda tangani buku ini?” Tanya suara pria paruh baya yang tak lain pemilik toko buku itu. Gain menoleh dan memperhatikan pria itu. Gain tersenyum lalu mengangguk.

Gain mengambil pulpen yang telah pria itu sediakan dan menandatangani buku itu dengan rasa bangga dan senang karena buku karyanya benar-benar diakui oleh orang lain.

“Kamsahamnida ajusshi…”Ucap Gain sambil membungkuk.

“Ne, seharusnya aku yang berterima kasih. Apa yang nona hendak beli?” Tanyanya. Gain menggelngkan kepalanya sambil mengangkat bahunya, karena tujuannya kemari hanya melihat-lihat.

“Ani.. Aku hanya ingin melihat-lihat ajusshi.Jika ada yang menarik mungkin aku akan membelinya.” Jawab Gain dengan sopan.

Gain membungkukkan tubuhnya lagi untuk permisi.Gain emmasuki toko itu lebih dalam.Bukunya masih ada di rak buku best seller dengan jumlah 6 buku. Gain melangkahkannya lagi perlahan untuk melihat buku-buku yang tersusun rapih di rak satu per satu.

Saat Gain hendak mengambil buku yang membuatnya tertarik, ponselnya berdering. Dari layar ponselnya menunjukkan bahwa yang menelepon adalah eommanya.

“Ne, eomma.. Yeoboseyo?”

“Eomma dan appa sudah di rumah nenek..Mianhae tidak sempat melihatmu.Nenek sedang sakit dan ada pekerjaan penting di daerah tempat inggal nenek. Jadi eomma dan appa langsung pergi.Kau sudah di rumahkan?”

“Aeeuumm..Ani, aku sedang di toko buku. Aku akan segera pulang.”

“Ya, segeralah pulang.Bibi Choi menelepon eomma kenapa kau tak kunjung pulang. Bibi sudah menyiapkan makan malammu dan menyiapkanmu air hangat. Sebaiknya cepat pulang ne? Arrachi?”

“Hhhh.. Ne.. Arraseo…..”

–***–

(Rumah Gain)

Gain makan malam bersama bibi Choi. Bibi Choi adalah ketua pelayan di rumah Gain dan umurnya paling tua. Dialah yang membantu eomma Gain merawat Gain dari saat di dalam kandungan eommanya sampai umurnya 16 tahun ini. Terkadang Gain akan memanggil bibi Choi dendan sebutan eomma.

“Nona, apakah tadi lelah?” Tanya bibi Choi. Gain menjawab dengan anggukan kepalanya.

“Mmmp… Untung saja eomma menyiapkan air hangat. Badanku menjadi lebih segar sekarang.. “ Lanjut Gain sambil tersenyum. Bibi Choi hanya tersenyum membalas senyuman Gain dan kembali melanjutkan makan malamnya.

“Eomma, nenek memangnya sakit apa kenapa eomma dan appa sepertinya terburu-buru sekali?” Tanya Gain.Bibi Choi terdiam sejenak sambil melihat ke arah Gain tidak yakin.

 “Saya tidak tahu nona, yang jelas tuan dan nyinya Jung kesana arena bibi Kim sedang pergi ke China, dan tidak ada yang menjaga nenek.Makanya mereka berangkat lebih cepat.” Jawab bibi Choi. Gain ber-O ria lalu menganguk tanda jika ia mengerti.Mereka berdua pun melanjutkan makam malamnya kembali.

Setelah makan malam, Gain beralih untuk mencari camilan yang dapat ia maka sambil menonton televisi. Gain membuka semua lemari yang biasa di buat untuk menaruh makanan kecil ternyata kosong.

“Apa nona mencari camilan?” Tanya pelayan Gain yang membuat Gain terperanjat . Gain mengangguk lemas sambil meringis seperti anak kecil.

“Kalau begitu bias saya yang akan keluar mencari camilan ne?” Tawar pelayan itu sambil berlalu. Keluar? Ah bir aku saja! Batin Gain.Cepat-cepat Gain menyusul pelayannya.Gain mencekal lengan pelayannya itu, dan mmebuatnya menoleh ke arah Gain.

“Ani, biar aku keluar sendiri. Tolong beritahu bibi Choi!” Ucap Gain sambil pergi ke kamarnya untuk mengganti pakaiannya.

–***–

Gain memasukkan kedua tangannya ke dalam saku sweater tebalnya.Musim gugur dingin dan keluar di malam hari. Tentu saja rasa dingin luar biasa itu Gain rasakan sekarang. Ia sengaja untuk membeli camilannya sendiri karena ia tengah bosan di rumah.

“Gain!” Terdengar suara namja memanggilnya. Gain mencoba menoleh ke arah namja itu. Ia berani menolehkannya karena tahu betul siapa pemilik suara itu.Baekhyun berlari mendekati Gain.Gain menghentikan langkahnya dan berbalik agar bisa meihat Baekhyun.

“Apa yang kau lakukan di malam hari ini eoh? Apa kau tak menggigil hanya memakai syal sebagai penghangat?” Tanya Baekhyun. Gain hanya menggelengkan kepalanya.

“Kau sendiri, sedang apa?” Tanya Gain datar.Baekhyun menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal itu.

“Hehehehe entahlah, aku hanya bosan di rumah.” Jawabnya santai.

“Apa aku boleh ikut denganmu” Tanya Baekhyun lagi.Gain hanya tersenyum kecil lalu mengangguk.

Hyuuu..Hyuu…

Angin malam yang amat dingin memasuki tubuh Gain.Gain hanya bisa memeluk tubuhnya sendiri sambil menahan dinginnya angin malam. Badan Gain juga menjadi tak seimbang saat berjalan, tubuhnya bergerak kesana ke mari mengikuti arah angin.Baekhyun yang mendapati Gain menggigil sampai seperti itu, segera melepas jaket tebalnya dan memakaikan ke Gain.

“Sepertinya kau butuh itu, kau seperti anak kucing baru lahir.. Untuk berdiri saja tak bisa seimbang.” Kata Baekhyun.Gain hanya mendengarkan ucapannya, ia terlalu malu mendapati perlakuan Baekhyun baru saja.

“Gomawo…”Ucap Gain sangat lirih.Baekhyun yang tidak begitu mendengar, mencoba mendekatkan telinganya ke wajah Gain.

“Kau bilang apa?”

“Gomawo!”Seru Gain tepat di telinga Baekhyun.Baekhyun langsung menarik wajahnya dan mengusap-usap telinganya yang mungkin sekarang sudah rusak karena mendengar lengkingan Gain. Gain hanya menahan tawanya melihat ekspresi Baekhyun yang sangat koyol itu.

“Kau gila, berteriak seperti itu.Kau bisa membuatku tuli!” Gerutu Baekhyun.Gain menoleh dan hanya menjulurkan lidahnya lalu memalingkan wajahnya lagi dan tertawa. Pipi Baekhyun memerah sesaat saat melihat tawa Gain, bukan karena suaranya tapi wajahnya yang amat menawan dan leukakan bibirnya yang terlihat begitu sempurna.Tahan dirimu Baekhyun… Tahan dirimu…

Kini angin dingin itu seakan tidak terpengaruh lagi bagi Gain dan Baekhyun. Mereka asyik bercanda seolah melupakan dinginnya malam itu.Dan membuat kehangatan tersendiri bagi mereka. Mungkin ini awal mencairnya es di antara Gain dan Baekhyun.Dan Baekhyun sangat menikmati waktu yang berharga ini, waktu yang mungkin tak akan ia lihat setiap hari.

–***–

(Departemant Store)

Gain tersenyum lebar saat melihat departemant store. Rasanya sudah lama ia tidak berbelanja di sini semenjak pelayan di rumahnya di tambah menjadi 6 orang.Baekhyun sendiri memandang Gain dengan aneh. Karena Gai terlihat begitu berbinar-binar matanya saat masuk departement store, padahal baginya ini biasa saja sama seperti dengan yang sebelumnya tak ada yang berubah.

“Kenapa kau tersenyum-tersenyum sendiri?” Tanya Baekhyun.Gain menoleh dan masih dengan senyuman manisnya,Baekhyun yang melihat senyumannya hanya bisa menahan nafasnya karena wajah Gain menjadi terlihat imut.

“Aku lama tidak kesini.Bisakah kau mengantarkanku ke bagian makanan?” Pinta Gain.Sambil menggoyang-goyangkan tangan Baekhyun dengan manja.Baekhyun mengangguk lalu menelan ludahnya.Apa aku mimpi? Seyumannya berbeda sekali saat aku bertemunya di jalan tadi..Batin Baekhyun sambil terus mencubit pipinya itu sampai memerah.

Gain dan Baekhyun memasuki daerhan bagian makanan. Gain dengan semangatnya mengambil beberapa camilan ke sukaannya tanpa ada rasa malu saat Baekhyun. Saat makanan yang di ambil sudah di rasa cukup oleh Gain, ia mengajak Baekhyun untuk mengajaknya ke kasir.

Saat berjalan dan hendak melewati daerah daging, terlihat banyak wanita ya sebut saja dengan ‘ibu-ibu’ tengah berebut diskon daging.Baekhyun dan Gain menelan ludahnya bingung mau bagaimana, jika memutar hanya untuk kek kasir akan memakan waktu tapi jika melewati lautan ibu-ibu itu mungkin saat berhasil dagingnya tak bersisa.Wajah mereka mneunjukkan ngeri melihat ibu-ibu itu. Tubuh mereka tegap seperti batu.Matanya masih melihat ibu-ibu tanpa berkedip sedikitpun.

“Kau suka petualangan?” Bisik Baekhyun.Gain mengernyitkan dahinya sesaat, tidak mengerti ddengan yang dibicarakan Baekhyun.

“Apa maksudmu?” tanya Gain kemudian.

“Jika kau suka.. Sepertinya ada level terakhir… Level terakhirnya ada di sana..” Jawab Baekhyun sambil menunjuk ke arah ibu-ibu itu.

“Kakiku mengatakan tidak mau berjalan 1000 langkah hanya untuk ke tempat kasir di samping bagian daging itu.Sepertinya aku memilih level terakhir itu….” Jawab Gain ragu. Baekhyun menoleh lalu menggenggam erat tangan Gain.

“Berjanjilah, jika kita berhasil keluar kau akan utuh.” Kata Baekhyun sambil menarik lengan ke arah ibu-ibu itu.

Gain hanya bisa menutup matanya dan mendengarkan suara ibu-ibu itu yang terdengar cukup mmebuat gendang telinganya pecah. Ayolah tahan, ini level terakhir…Batin Gain.Saat melewati terasa tubuh Gain mulai goyah karena bertubrukan dengan seorang ahjumma yang terdorong dengan ahjumma yang lain.Karena sedikit terkejut dan masih takut, Gain memperkuat menggenggam tangan Baekhyun lebih erat lagi.

Ia masih memejamkan matanya, dan samar-samar suaraitu mulai menghilang. Gain mencoba membuka matanya.Gain menghela nafas lega.Jika saja tidak ada Baekhyun mungkin Gain lolos dengan sisa tulang belulang saja. Selesai melewati ibu-ibu itu, Gain segera membayar makanannya ke kasir.

–***–

Selesai membeli camilan, Gain dan Baekhyun memilih untuk ke kedai sekedar mengisi perut walaupun hanya ke kedai. Kedai ‘Chocolatte’ yang menjadi pilihan mereka. Kedai yang hanya membuat makanan dan minuman rasa coklat saja.

“Kau mau apa?” Tanya Baekhyun ke arah Gain.

“Aku? Coklat panas saja… Badanku masih terasa dingin..” Jawab Gain dengan datar. Baekhyun mengangguk lalu memanggil pelayan dan memesan 2 gelas coklat panas.

Dimanapun Gain berada, ia pasti memlih tempat ia bisa melihat pandangan selain kedai.Mana lagi jika bukan dekat dengan jendela.Gain bertopang dagu sambil melamun melihat ke luar jendela.Jika Gain sudah sibuk dengan pikirannya, ia seolah egois tidak memikirkan orang yang ada di dekatnya.

“Gain?” Panggil Baekhyun. Gain terlonjak lalu hanya menoleh sekilas.

“Mmm… Jika kau melukis apa yang aku pikirkan?” Tanya Baekhyun. Gain menoleh ke arah Baekhyun tak menyangkan jika Baekhyun akan bertanya seperti itu.Gain mengatur posisi duduknya agar nyaman dan berhadapan dengan Baekhyun.

“Entahlah, sesuai dengan hatiku saja. Aku hanya mengikuti kata hatiku.Jika alami dari hati orang yang melihat pasti tahu apa yang di rasakan pelukis itu.” Jawab Gain lalu tersenyum. Baekhyun ikut tersenyum, mendengar jawaban Gain membuat dia makin kagum dan senyumannya membuatnya ia juga makin mengaguminya.Entahlah, ia hanya sekedar kagum atau ada yang ‘lebih’ dari itu.

Akhirnya yang di tunggu-tunggu oleh Baekhyun dan Gain datang juga, yaitu 2 gelas coklat panas yang akan membuat tubuh mereka hangat kembali.

“Wuaa… Akhirnya…”Ucap Gain senang. Tanpa di minta, Gain langsung menyeruput coklatnya panas itu dengan cepat. Sedangkan Baekhyun perlahan, Gain seperti anak kecil yang sudah tak tahan menunggu susu hangat sebelum tidur.

Selepas meneguk coklat panas, Gain meletakkan gelasnya lalu melihat ke arah gelas Baekhyun lalu melihat gelasnya sendiri. Gelasnya hanya tinggal ¼ sedangkan Baekhyun ½. Baekhyun meletakkan ponselnya dan hendak menyeruput coklat panasnya namun ia tertawa saat melihat tampang Gain. Ya, daerah atas bibir Gain banyak noda coklat yang membuatnya seperti kumis.Gain yang tak mengerti melihat Baekhyun tertawa tanpa alasan membuat Gain mengacuhkannya. Baekhyun yang melihat raut wajah Gain menjadi tak suka, cepat-cepat mengambil tisu.

“Gain!”Panggil Baekhyun agak keras agar Gain menoleh.Tepat saat menoleh, Baekhyun langsung memegang dagu Gain dengan tangan kirinya lalu tangan kanannya mengusap daerah bibir Gain dengan selembut mungkin.Gain hanya bisa diam menurut apa yang dilakukan Baekhyun, perlahan pipinya merona dan saat Baekhyun selesai.Gain langsung menyeruput coklatnya lagi untuk menutupi wajahnya yang sudah merah padam itu.Baekhyun hanya bisa terkekeh melihat kelakuan Gain.Apalagi melihat wajahnya memerah. Aigoo…Aku benar-benar ragu jika ini kenyataan… Batin Gain sambil melirik ke Baekhyun sekilas.

–***–

(Di Jalan)

Jalan yang di lewati oleh Gain dan Baekhyun cukup ramai dengan pejalan kaki lain. Dan membuat jalan mereka sedikit lambat. Baekhyun memasukkan tangan kanannya ke saku celananya dan tangan kirinya menggenggam tangan Gain.Ia takut jika terjadi apa-apa dengan Gain .Karena mereka sudah bertemu 3 orang mabuk di jalan tadi, ia berniat untuk melindunginya dari orang-orang tersebut.

Tak terasa Gain dan Baekhyun sudah dekat dengan jalan tempat mereka bertemu.Gain menghentikan langkahnya dan membuat Baekhyun berhenti juga.

“Aku mau pulang, apa kau mau mampir?” Tawar Gain sambil menoleh ke arah Baekhyun.Baekhyun menjawab dengan gelengan kepala yang disertai senyuman kecil. Gain mengangguk mengerti.

“Geurae, aku pulang dulu ne? Annyeong…” Ucap Gain sambil melambaikan tangannya lalu pergi meninggalkan Baekhyun.

 Baekhyun tersenyum melihat kepergian Gain, bukan senang karena Gain pergi.Karena ia senang bisa bertemu Gain tadi. Ia memandang punggung Gain sambil memutar pikirannya saat ia bertemu Gain sampai ia berpisah. Baekhyun mengangkat kedua tangannya dan memandang tangannya itu sambil tersenyum.

“Hhh, tangan yang hebat. Aku bisa menggenggam erat tangan Gain..” Gumam Baekhyun, ia lalu ber alih ke tangan kanannya itu.“Kau juga hebat.. Bisa menyentuh daerah bibirnya.Wuaaaa….” Ucap Baekhyun. Ia mulai tersenyum-senyum sendiri. Ia berpikir jika ia mulai menggila dengan Gain ia juga tidak tahu sejak kapan mulai memperhatikan Gain.

–***–

(Penitipan Parkwoon)

“Huwaaaa!! Shireo!!Shireo!!Huhuhuhu…Shireo hyung…” Yoohyun masih menangis sampai matanya basah dan wajahnya memerah.

“Ya, eomma dan appa sudah menunggumu…Ini sudah malam…” Ucap Sehun menenengkan Yoohyun yang sudah menangis sejak ia jemput pukul 6 sore tadi.

“Hiks..Shrieo!Aku mau menunggu Gain noona!Pasti Gain noona datang!”Tolak Yoohyun.Sehun dan 2 yeoja yang bekerja di penitipan Parkwoon bingung bukan kepalang. Sehun mengacak-acak rambutnya frustasi.

“Noona, apakah Gain pekerja di sini juga?Kenapa tidak datang?”Tanya Sehun menahan emosinya karena adiknya tak kunjung berhenti menangis.

“Aniyo, nona Gain dan nona JinA datang berkunjung saja. Dan datangnya juga tidak rutin.” Jawab salah satu pekerja di situ. Sehun membelakkan matanya llau kembali mengacak-acak rambutnya lagi dengan kesal.

“Aigoo..Apa yang harus kulakukan?” Gumam Sehun sambil memandang adiknya dengan sedih.Ia melihat ke arah jam tangannya, menunjukkan pukul 8 lebih 45 menit. Adiknya terus manangis, entah apa yang ada di pikirkan Yoohyun sampai terus menangis menolak pulang sebelum melihat Gain.

Dengan langkah berat, Sehun mendekati Yoohyun lagi dan menggendongnya. Cukup sulit karena ia memberontak walaupun sudah berhasil Sehun gendong. Sehun membungkukkan badannya ke pada 2 pekerja tadi untuk memonta maaf dan berterima kasih lalu pergi ke mobilnya.Sehun mencoba menengkan hati dan pikirannya, ia penasaran dengan Gain ada benda apa yang ada di tubuhnya membuat Yoohyun begitu senang di dekatnya.Sampai-sampai membuat Yoohyun menangis hebat saat tidak melihat Gain di tempat penitipan. Sehun menyetir mobil sambil melirik ke arah Yoohyun yang terus menangis.

“Hhhh.. Yoohyun…Kau ingin melihat Gain?” Tanya Sehun tanpa memnadang ke arah Yoohyun karena fokus mengemudikan mobilnya.

“Huh?Hiks..Ne, ..” Jawab Yoohyun. Sehun menarik nafas berat.

“Kalau begitu, besok kita akan ke sekolah hyung lagi… Tapi kau berjanji tidak menangis jika tidak bertemu Gain di penitipan ne? Karena Gain tidak bekerja disini….Dan jangan marah atau menangis jika Gain tidak ada, karena ia juga sibuk…Arrachi?” Tawar Sehun agar Yoohyun tak menangis lagi. Yoohyun mengusap-usap mata dan hidungnya lalu mengangguk.

***Next(?)

[[Buat para readers, Minta bantuannya buat ngasih kritik sama saran,. Hehehe^^ maaf kalo banyak typo di sini.. Dan ceritanya makin gak jelas.. Hehehe, #peace! (‘-‘v :D ]]


GEURE WOLF!!! NAEGAWOLF!!(chapter 2)

$
0
0

New Picture (20)

GEURE WOLF!!! NAEGAWOLF!!(chapter 2)

Author : @aauliawaw / hyemi jung

Title : geure wolf! naega wolf!!

Main cast :

Kim hyun ji(as you)

EXO-M Kris

EXO-K kai

EXO-K Sehun

EXO-M Luhan

Support cast :

Park ji neun (sahabat Hyun ji)

All members EXO

Genre         : Supranatural, fantasy,romance, School life,family

Length       : multichapter (tergantung readers sih sebenernya J)

Rating        : PG-16/17 (?)

Disclamire : Annyeong yeorobunnn.!! Semoga kalian suka dengan FF saya ini tepuk tangan pake kaki .. jujur ini ff pertama aku, dan aku terinspirasi banget sama EXO-WOLF,this is a favorite song.. hehehe. oke langsung aja deh daripada kelamaan. Maaf ya updatenya kelamaan dikarenakan beberapa alas an, aku memutuskan untuk menjadikan ff ini menjadi freelance.

*maaf mau ngejelasin beberapa hal yang penting untuk kalian

Pertama, memang seharusnya ff ini dipost pada saat zaman Wolf, kenapa baru dipost sekarang, karena sebenarnya ini ff sudah saya buat sekitar bulan juni 2013 lalu,  tapi Karena saya bingung waktu itu mau nge-share kemana, jadi ku urungkan niatku untuk  nge-post ff ini.

Yang kedua maaf bila di chap sebelumnya ada typo yang menyebut “yadongsaeng” hehehe mianhae.. aku typo yang seharusnya “yeodongsaeng” jeongmal mianhaeyo

Aku memang author baru yang masih amatiran, tapi ku harap kalian semua menyukai FF.ku ini , sekali lagi gomawo buat admin EXO FANFICTION yang sudah membantuku untuk mempublish FF.ku ini, dan pastinya untuk para readers tercinta <3

Hehehe mianhaeyo ya poster nya aku pake yang overdose, abisnya muncul ide untuk ngelanjutin ff ini gegara liat teaser pic. Overdose

Satu lagi ini pure 100% straight(?) okay… jadi buat yang nanti berpikiran ini ff yaoi setelah baca chap.2 ini kalian slah besar ne.. Sekali lagi ini bukan FF yaoi..

Duh maaf kebanyakan bicara nih aku,, okay langsung aja ne…

WARNING : typo bertebaran layaknya burung diangkasa raya *maaf abaikan saja -.-

Oke… cekidot.. don’t silent to read J

Previously Chapter

Kris langsung memeluk erat hyunji.. kris yang dari tadi gelisah.. sekarang sudah bisa mulai tenang karena hyunji baik-baik saja.

Kris langsung menuntun hyunji untuk tidur, lagi-lagi kris mencium bau khas srigala itu.. cih.. dan kris menyadari kenapa sedari tadi hyunji memegangi lehernya.

“Ada apa dengan lehermu hyunnie??” tanya kris dengan hati-hati..

“euhh??” tanya hyunji yang terlihat terkejut

Chapter 2 begin

Author POV

“ah..ini oppa..hikss.. hiks..” hyunji masih menangis didekapan kris

“sudahlah hyunnie kalau kau belum mau menceritakannya pada oppa, lebih baik kau tidur “ kris mencoba menenangkan hyunji

“Ne.. oppa “ kata hyunji sambil menarik selimutnya sambil tersenyum-senyum sendiri

“kau kenapa,eumm?” seraya membelai rambut halus hyunji

“ah.. aniyo..oppa, aku hanya terlalu senang akhirnya oppa memberikan sedikit perhatian padaku “

“Jlebb.. rasanya sama, kris kenapa kau baru sadar sekarang, kemana kau selama ini, disaat adikmu membutuhkan perhatianmu” batin kris.

Seketika raut wajah kris berubah, hyunji yang menyadarinya juga ikut sedikit murung, apakah dia salah berkata lagi pada oppa tercintanya ini..”

“ oppa apakah aku salah bicara lagi?” Tanya hyunji dengan ragu-ragu

Dua detik setelahnya kris pun sadar dari acara melamunnya (?)

“ahh.. aniyo hyunnie.. mianhae kalau selama ini oppa sangat sibuk sehingga tak bisa memerhatikanmu” jawab kris sambil tersenyum.

Author POV end

———————————————

Hyunji POV

Pagi harinya..

“kyaa..sudah jam berapa ini kenapa aku tidak dibangunkan oleh kris oppa,, wuahhh!!!! Jam segini aku bisa terlambat kesekolah..”

Aku pun segera bersiap-siap untuk kesekolah, ternyata kris oppa juga telat bangun.

“kajja oppa antar kau!” kata kris oppa seraya menyambar jaketnya diatas kursi

“ehh??” apakah aku sedang bermimpi..

“kau kenapa hyunji-ah? Palli kita bisa terlambat nanti” seru kris yang sedari tadi menungguku didalam mobil

“oppa apakah aku bermimpi? Coba cubit aku.. “ tanyaku pada kris oppa

“awwwww… kyaa appo-.-“

“tadi kau bilang “cubit aku” sekarang kau malah kesakitan, ada apa denganmu hyunnie eumm? Tell me?” huft.. ternyata kris oppa juga menyebalkan.

“ah.. aniyo.. aku takut kalau aku hanya bermimpi kau bersikap  baik dan perhatian padaku oppa, dan pagi ini ternyata kau menunjukkan sikap itu lagi, aku hanya senang karena aku bukan bermimpi “kataku sambil tersenyum

Kris oppa hanya tersenyum getir disampingku, kemudian dia mengusap puncak kepala ku dan berkata” mianhae.. I’m so sorry for my last attitude to you, I promise to always protect you my little hyunnie”

“kyaaa.. oppa aku bukan anak kecil lagi, jadi berhenti memanggilku little hyunnie, aku tak suka itu”kataku sambil mempoutkan bibirku

“ara..ara.. arasseo nae little hyunnie..kekeke” kris oppa tersenyum jahil padaku..”

“kyaaa… oppa.” biarlah yang penting sekarang satu kebahagiaanku kembali dan itu terasa hangat dihatiku, senangnya melihat kris oppa yang sekarang. Terima kasih tuhan ternyata dibalik wajahnya yang bitchy face-.- kris oppa adalah seorang yang baik juga perhatian. “ ucapku dalam hati.

“apa kau mengataiku bitchy faces?? Nappeun hyunnie” kata kris oppa tiba-tiba yang langsung saja mencubit hidungku dengan sedikit keras.. tapi tak sakit sih.. hehe tapi.. tunggu dulu bagaimana dia tahu kalau aku tadi mengatainya bitchy face? Apakah dia membaca pikirannku?ohh.. itu tidak mungkin.. sudahlah mungkin tadi aku bergumam terlalu keras, tapi tadi sepertinya aku berbicara dalam hati?  mengapa aku merasa ada yang aneh ya..-.-

Hyunjipov end

Author pov

“Bodoh.. kenapa aku keceplosan seperti itu? Untung saja hyunji tak  curiga dengannya tadi, lain kali aku harus berhati-hati membaca pikiran hyunji”. Kata Kris seraya yang menyadari perubahan sikap hyunji hanya bisa menghela napas berat, dia tau pasti terjadi sesuatu padanya dan itu berhubungan dengan kelompok srigala itu..

“oppa kenapa kok melihatku seperti itu?? Ada apa?? Tanya hyunji pada kris “semoga saja dia tidak bertanya yang aneh-aneh”. Gumamnya dalam hati

Ketika sampai disekolah seperti biasa banyak yeoja-yeoja yg berteriak histeris melihat kris oppa.Tak jarang mereka bertanya padaku selepas kris oppa pergi meninggalkan pelataran sekolah ini.

“Tapi sepertinya ada yang aneh dalam diriku, kemarin sepertinya mengalami sesuatu yang sangat buruk, kenapa sekarang tiba-tiba begitu terasa tak terjadi apa-apa? Sudahlah lebih baik aku kekelas dahulu” kata hyunji membatin

“hei.. hyuna..hyunju..eh hyun..hyunji.. ah.. itukan namamu yang benar?, ah.. aku lee bona, yang tadi itu pasti oppa-mu? Keutji? Bolehkan aku meminta nomer ponselnya dan akun SNS.nya?…jebal..kenapa kau tidak bilang kalau punya oppa setampan dia, seharusnya kau dan aku berteman dari dulu hyunji” gadis itu hanya memutar matanya seakan-akan malas dengan apa yang dikatakan teman (?) tidak, bahkan hyunji tidak punya teman hanya park jineun yang setia disampingnya”

“ahh.. ne lee bona-sshi mian aku harus buru-buru ya.. aku belum mengerjakan tugas dari Kim saem”jawab hyunji sebagai alibi seraya melepaskan tangannya yang dipegang erat oleh lee bona itu.. bona hanya memproutkan bibir kecilnya itu.

Sesampainya dikelas hyunji disambut hangat oleh satu –satunya sahabat tercintanya park jineun

“kyaa… hyunnie kenapa wajahmu sangat pucat, seperti habis di gigit vampire seperti itu?” tanyanya yang membuat hyunji kaget

“mwo!! Kyaa apa yang kau bicarakan..aku hanya kelelahan makanya seperti ini”ucapnya membela diri,

“tunggu sepertinya ada yang aneh.. tadi malam aku merasakan sesuatu yang sakit dan perih dileherku, tapi kenapa sekarang terlihat baik-baik saja, apa yang terjadi padaku? Aku bahkan tak ingat bagaimana rupa pria mesum yang semalam itu.. arghhh” gumamnya dalam hatinya, tak disangka tingah hyunji itu mengundang rasa penasaran jineun yang sedari tadi bingung dengan sikap temannya itu.

“woyyy.. kok ngelamun sih hyunnie? Kajja kim song akan segera masuk” seru jineun yang mencoba menyadarkan temannya yang menurutnya sangat-sangat tidaklah baik pagi ini.

 Pagi anak-anak. Sapa pak tua yang sering dipanggil Kim saem. Semua murid disekolah ini sangat kesal dengan cara mengajarnya yang terkenal killer dan sesukanya memberi tugas itu.

“pagi pakkk..” jawab serempak para murid dengan amat terpaksa dan malasnya

“loh kenapa kalian lemes? Belom sarapan ya?..ayo dong jangan lemas begitu. Ini kan pagi yang cerah anak-anak” pak tua itu mencoba menyemangati siswa disitu.

“gimana gak lemes, bila setiap muncul pagi yang cerah pak tua itu selalu muncul dan membuat suasana menjadi mendung disertai petir seketika, hufh.. aku merasakan sesuatu yang buruk terjadi setelah dia bilang hari yang cerah beberapa saat lalu” bisik hyunji pada jineun yang otomatis tidak akan didengar si tua itu. Dan jineun pun hanya tertawa saat kuselesaikan kalimat yang sebenarnya ejekan itu.

“oke sebelum saya memberitahu sesuatu, sebaiknya kalian buat dulu kelompok, satu kelompok terdiri dari 4 orang, dan kelompok ini akan berlangsung selama satu semester ini dan kedepannya, jadi pilihlah orang yang benar-benar bisa bekerja sama dengan baik. Dalam tugas kali ini bapak akan meminta kalian mengunjungi salah satu museum teknologi dan ilmu pengetahuan terbesar di Kota Seoul, cari dan rekam semua penemuan-penemuan yang berhubungan dengan materi di semester ini, mengerti anak-anak semua, dan sebelum itu, saya akan memberi soal yang harus kalian kerjakan dengan kelompok kalian nantinya” Kata guru tua itu seraya menyerahkan apa yang harus dikerjakan masing-masing kelompok.

Mereka semua sebenarnya terkejut dengan rentetan tugas yang baru diucapkan beberapa detik lalu, sudah diduga hyunji sebelumnya bahwa akan ada hal yang buruk yang akan terjadi setelah pak tua berkata “pagi yang cerah “, yah setidaknya mereka masih menghargai beliau sebagai guru disini, kalau tidak? Yah.. kalian pasti tahu betapa brutalnya anak jaman sekarang bila sudah urusan yang menjurus ke tindak criminal itu…. mungkin (?).

Semua murid mulai sibuk mencari orang akan dijadikan kelompoknya,terkecuali hyunji yang sedari tadi melamun dan memandang keluar jendela entah apa yang sedang ia pikirkan. sampai sebuah tepukan dibahunya membuat hyunji tersadar dari acara melamunnya itu (?)

Semua orang memandang kearah hyunji, ini karena seseorang yang menepuk bahu hyunji, yaitu Kai dan Sehun, murid paling anti social dikelas, atau mungkin disatu sekolah ini, mereka selalu berdua kemana pun , hanya segelintir orang saja yang pernah mendengar suara mereka, mereka begitu dingin dan sangat sangat irit bicara ,bahkan bila ditanya guru sekalipun mereka hanya memasang seringai diwajah tampan mereka, dan tebak ……guru itu pun langsung memberi pertanyaan itu pada murid lainnya dan tak jarang yang menyangka mereka pasangan gay atau penyuka sesama jenis. Bagaimana tidak curiga, mereka selalu pergi berdua bersama-sama tak ada satu pun dari mereka yang terlihat sedang berjalan bergandengan tangan dengan seorang wanita, padahal mereka tampan,

“cih betapa sempurnanya mereka tetapi kalau mereka adalah pasangan gay.. apa gunanya ketampanan mereka… oh Tuhan semoga saja itu tidaklah benar.” Itulah harapan yang disampaikan dari hati terdalam murid-murid disekolah.

Hanya hyunji yang yakin bahwa mereka masih normal. Tapi toh mereka yang menjadi topic pembicaraan alias kaihun,tak pernah perduli dengan gossip murahan itu, ada alasan mengapa mereka tak suka bergaul dengan yang lain. Sebenarnya mereka ingin sekali bergaul dengan yang lainnya, tapi ada satu aturan mengapa bangsa werewolf seperti mereka tak diperbolehkan dekat dengan manusia. Dan aturan itu sangat fatal akibatnya bila dilanggar oleh mereka

——

“ bolehkah kami bergabung dikelompokmu? Kulihat sedari tadi kau hanya melamun dan tak mendengarkan pak tua itu” ujar Kai dengan dingin yang memulai pembicaraan mereka. Hyunji hanya terkisap.. bagaimana seorang Kim Jong In yang terkenal pendiam dan ansos punya suara yang begitu seksi seperti itu. Dan apakah hyunji termasuk orang yang sedang beruntung sekarang? Apakah dia orang pertama yang mendengar suaranya. -.-Apakah dia memakai efek suara(?) atau semacamnya? Oh tidak bahkan tidak hanya kulitnya yang tan saja yang terlihat seksi tapi suaranya pun juga, bila boleh memilih hyunji akan memilih pingsan saat itu juga karena mendengar suara maut(?) nan seksi milik kim jongin

“ excuse me.. sudahlah sepertinya dia tak mendengar kita juga kai. Huft.. “sambung sehun dengan suara beratnya. Sama halnya, hyunji juga terkesima dengan suara sehun yang begitu.. berkharisma menurutnya.

“aniyooo… aku mendengarkan kalian, tapi maaf….” Sergah hyunji dengan cepat dia ingin bilang kalau dia sudah mempunyai kelompok bersama jineun dan yang lainnya tapi tanpa sengaja bertemu pandang dengan mata jambrut nan indah milik Kai, lima detik kemudian hyunji merasa ada yang aneh ..apa-apaan ini seperti dejavu dia bahkan tak bisa melanjutkan perkataannya.

 Seperti ada yang menahannya.. sial bagaimana ini bisa terjadi.. ada apa dengannya sampai dia seperti ini, bibir kelu, tubuh membeku, hyunji mencoba meminta bantuan kepada orang sekitarnya, tapi semuanya berubah menjadi hitam putih. Hyunji mencoba memejamkan matanya dan berharap ini hanyalah khayalannya

. *wetszzzzz

sekerjap cahaya lewat tepat didepannya karena begitu cepat, seketika itu juga semuanya kembali normal. Tapi dia tetap merasa ada yang aneh terjadi padanya beberapa detik lalu. Hyunji mencoba menstabilkan deru nafasnya yang terkesan seperti habis bermarathon dilapangan sekolahnya.

“apa yang terjadi padaku, tadi aku bilang apa pada kalian??” Tanya hyunji pada kai dan sehun dengan wajah bingungnya, persetan dengan semua tatapan murid dikelas dia lebih membutuhkan penjelasan apa saja yang baru terjadi pada dirinya sekarang juga

“ kau hanya mengatakan bahwa maaf tapi aku memerbolehkan kalian berdua menjadi kelompokmu, karena kau bilang kau juga belum punya kelompok, iya kan sehun” jawab kan sambil menyikut lengan sehun dan tersenyum miring

Sehun yang melihat kai tersenyum puas seperti itu hanya berusaha memaklumi sahabatnya itu. Sebenarnya jauh didalam lubuk hati sehun mengatakan “ KAU GILA KAI!!! MENGGUNAKAN KEKUATAN UNTUK MENGENDALIKAN PIKIRAN ORANG LAIN!!!!”

Kai melirik sebentar kearah sehun seolah-olah tau apa yang baru saja sehun katakana dihatinya dan tersenyum atau lebih tepatnya ber-smirk ria seolah mengatakan “ lihat? Aku berhasilkan melakukannya.. kau juga harus coba ini hun”Sehun hanya memutar kedua matanya dengan malas.

Bagaimana ini bisa terjadi, hyunji tak pernah berkata seperti itu sepengetahuannya. Malah ia ingin berkata bahwa ia suda memiliki kelompok. “Sudahlah” hyunji memilih pasrah dan menganggap kejadian yang tadi sebagai angina lalu dan mengambil kertas yang menjadi tugas kelompoknya

Satu detik…. Dua detik… lima detik.. tujuh detik.. mata hyunji melebar dengan sempurna seperti ingin menghancurkan kertas yang ada didepannya itu. Tak percaya dengan apa yang tertera dikertas soal neraka itu menurutnya. Pantas saja pak tua itu mengadakan kerja kelompok, bagaimana kalau tidak.? Coba kau bayangkan pak tua nan menyebalkan itu memberi kami soal fisika sebanyak 100 buah tentang materi fluida. Oh.. ayolah hyunji bukanlah seperti anak-anak pintar yang suka menghabiskan waktu berjam-jam diperpustakaan hanya untuk membaca atau sekedar menemukan rumus untuk menghitung gaya suatu benda yang terapung, melayang maupun tenggelam didalam air itu, arghh… hal-hal yang menurutnya hanya membuat sakit mata saja, sudahlah Persetan dengan soal ini hyunji lebih memilih melempar soal itu kesembarang arah merasa diperhatikan hyunji  memandang aneh kearah kai dan sehun yang saat ini juga memandangnya dengan tatapan seolah-olah berkata

” apakah dia sudah gila melempar soal yang barusan, hanya membaca halaman pertama saja dia terlihat frustasi seperti itu, sepertinya kita salah sekelompok dengan dia “

“apa yang kalian lihat hah!!?? Cepat ambil kertas itu dan bantu aku mengerjakannya” seru hyunji yang membuat kedua namja tampan didepannya ini menciut seketika, bagaimana seorang gadis pendiam bisa semengerikan ini ketika sedang marah? Apa dia sedang mengalami siklus bulanan? “Huft-.- itulah yang ada dipkiran kai dan sehun

Tok tok tok..

Suara ketukan pintupun terdengar menandakan ada seseorang dari luar yang mengetuknya. Pak kim langsung menghampirinya dan sedikit tersenyum melihat siapa yang ternyata datang

“anak- anak berhenti sebentar dan kembali kekursi kalian masing-masing, sekarang bapak akan mengumumkan apa yang ingin bapak umumkan tadi …jadi hari ini kita kedatangan murid baru yang berasal dari China, cha.. masuk nak” pak tua itu menyuruh anak baru itu masuk

Degg..degg terdengar bunyi detak jantung semua murid disitu, bagaimana bisa lelaki itu membuat semua orang merasa membeku ditempat dan jantung mereka berdetak lebih cepat dengan hanya melihat penampilan namja didepannya. Namja yang berambut dirty brown dan tampil layaknya pria idaman yang baru saja lewat didepan mereka yang membuat mereka semua tak mengedipkan mata barang sedetikpun.first impression yang didapat dari namja ini adalah misterius. Sebegitu kuatkan aura namja ini? Yang tak disangka lagi hyunji pun merasa familiar dengan hal seperti ini, dimana semua saraf diotaknya tidak berjalan sinkron dengan anggota tubuhnya. Tapi bagaimana hal ini bisa terjadi lagi, terlebih lagi dia seakan lupa kapan dia pernah seperti ini. Seberapapun dia mencoba mengingatnya kepalanya semakin pusing. Seperti déjà vu, ya setidaknya begitulah orang berkata ketika mengalami sesuatu yang sama untuk kedua kalinya. Hyunji mencoba mengalihkan perhatian dengan melihat keluar jendela.

“annyeong..naneun Xi Luhan inmida.. bangapsemida, aku murid pindahan dari Beijing,China . aku pindah karena memiliki beberapa urusan yang arus diselesaikan disini “ katanya sedikit menyunggingkan bibirnya atau lebih disebut smirk dan dua detik kemudian memandang kearah hyunji. Hyunji tentu saja kaget dengan namja baru ini. Kenapa harus dia yang dipandang ketika namja itu bilang seperti tadi.

“baiklah luhan silahkan duduk ditempatmu”suruh kim saem pada luhan.

“ kim saem.. bolehkah aku memilih teman sebangku ku? aku ingin duduk disamping dia….” Pinta luhan pada pak tua itu dengan tatapan yang membuat kalian pasti bergidik ngeri pastinya, luhan pun menunjuk seorang gadis yang sedari tadi memandang keluar jendela karena berusaha mengalihkan detak jantunnya yang tak teratur itu. Gadis yang ditunjuk pun sadar karena mendapat tatapan iri dari semua murid dikelas itu.

“siapa??? Dia ingin duduk siapa?? Apa denganku?? Bagaimana dengan—-….”belum sempat hyunji melanjutkan perkataannya itu jineun pun langsung berdiri dari tempat duduknya dan beranjak pergi kekursi lain di baris paling ujung dikelas, tapi ada yang aneh dengan jineun biasanya dia akan berontak dan berteriak jika ada seseorang yang mengajaknya bertukar tempat duduk,  tapi kali ini..tidak..  seperti dikendalikan oleh kekuatan magis yang kesat oleh mata..

hyunji bingung dengan semua yang terjadi semenjak dirinya bangun pagi ini, mulai dari kris yang sekarang baik padanya, lee bona yang tiba-tiba ingin berteman dengannya(yah walaupun hyunji tau alasannya, yaitu dia ingin kenal dengan kris -.-), ditambah lagi sikap Kai dan Sehun yang tiba-tiba mengajak hyunji berkelompok bersama, dan sekarang kedatangan seoarang murid pindahan dari china yang misterius dan sepertinya menghipnotis semua orang sengat tatapannya yang errr tajam dan mengerikan, tetapi jangan lupakan wajah namja itu yang imut dan tampan.

“ tapi saem…” terlambat baru saja hyunji ingin menyampaikan protesnya namja yang diketahui bernama luhan ini sudah duduk disampingnya dengan masih mempertahankan imej misteriusnya

“ annyeong.. akhirnya kita bertemu lagi hyunji-ah” katanya sambil tersenyum manis, semanis yang dimiliki para angel dilangit sana, hyunji mengerutkan dahinya tak mengerti apa yang telah dibicarakan oleh namja ini.

“ne???,,, kamu memanggilku apa?? Dari mana kau tahu namaku??apakah kita pernah bertemu sebelumnya? ” jawab hyunji terbata-bata. Hyunji pikir semua ini aneh. Dia berusaha mengingat kejadian apa saja yang akhir-akhir ini dia alami.

Semakin memikirkannya dia semakin pusing . kepalanya terasa amat berat, tanpa sengaja dia melihat kearah sehun dan Kai betapa terkejutnya dia melihat mata kai dan Sehun berubah menjadi merah darah. Hyunji semakin pusing dan sesak nafas, dia mencoba mengembalikan kesadaran dirinya , tapi percuma dua detik berlalu begitu saja ketika dia melihat kembali kearah luhan , lebih tepatnya pada mata Luhan juga  berubah menjadi merah seperti kai dan sehun, hyunji frustasi memegangi kepalanya yang terasa sangat sakit dan akhirnya dia berhasil mengingat semuanya mulai dari dia pulang berbelanja dari Myeongdong sampai seorang lelaki yang menggigit lehernya..dia dapat melihat sebuah seringai terbentuk sempura pada bibir luhan tapi terlambat semua terlanjur menjadi gelap seketika..

TBC……..

Wah.. mianhaeyo buat yang judul FF.nya sama, sumpah deh aku gak tahu sama sekali, mungkin waktu itu pemikiran kita tentang judul sama, toh manusia  secara tidak sengaja bisa sesekali berpikir sama dalam suatu hal dan menurutku itu boleh saja. Hehehe bener gak sih?

bila Kalau kalian mau Tanya tentang kelanjutannya bisa mention ke @aauliawaw gomawo udah mau baca ff abal-abalku ini :) . satu lagi kalau misalnya kalian masih bingung tentang id comment.ku yaitu kaiaulia17, aku pakai akun baru, tetapi masih sama oarngnya kok hehe.

See you…


Viewing all 4828 articles
Browse latest View live