Quantcast
Channel: EXO Fanfiction
Viewing all 4828 articles
Browse latest View live

I Really Didn’t Know (Chapter 1)

$
0
0

kaiii copy

 

JUDUL     : I REALLY DIDN’T KNOW

 

Main cast : KAI // Kim jongin – Jung Min Mi (oc)

: Jung Baekhyun (Byun baekhyun)

Rated        ; T

Genre        : angst, romantic

Lenght    : chaptered // 1 of 4

Disclaimer     : All cast is belong to allah, saya hanya meminjam nama bias saya untuk saya nistakan kedalam imajinasi saya maafkan saya-___- tapi semua ini pure karya saya, jadi mohon untuk tidak memplagiat dalam bentuk apapun

Author           : Sexygeek

Summary ;

Mempunyai Pacar Tampan dan Perhatian memang menyenangkan, tapi apakah kalian tahu bagaimana cara menjaganya?

Warning : typo dimana mana, bahasa gak baku-___-

 

The people that i believe so much was gone,

I dont know, I really didn’t know..       

Untuk seorang Jung Min mi atau dapat kita panggil Min mi bahagia itu sederhana, yeah sederhana saja hari harinya tak pernah lepas dari senyuman indah dari bibir tipisnya, dia selalu bersyukur karena tuhan memberikannya kehidupan sempurna, mempunyai umma dan appa sebaik jung sooyeon dan Jung yunho dan mempunyai kakak setampan jung Baekhyun juga pangeran tampan yang selalu disisinya, Kim jongin: itu semua membuat hidupnya lebih sempurna..

 

Kim jongin adalah Sunbaenya, berada dikelas 12 jongin / kai (kau tahu orang orang lebih menyukai memanggilnya kai dan Min mi adalah satu satunya yang memanggilnya jongie, tanpa embel – embel oppa/ sunbae, dia pacar Min mi!) kai berada dikelas yang sama dengan kakak tampannya, jung baekhyun..

 

Setiap orang pasti mengatakan hal serupa, seperti hana yang terus mengatakan “kau beruntung sekali mendapatkan kai, dia tampan dan Perhatian, ugh aku cemburu padamu Min mi-ya” dan Min mi pun terus menjawab dengan kalimat yang sama “maka dari itu,tak seorangpun yang akan ku izinkan mendekatinya, kau tahu dia hak paten milikku hehe” kemudian responnya tetap sama siapapun yang mendengarnya mereka akan tetap membalas ucapan min mi dengan “ya aku tahu”

 

Kai itu adalah seorang yang benar – benar diimpikan oleh gadis pada umumnya, kai selalu mengantar – jemput min mi dengan motor sportnya, selalu mengantarkan min mi kedalam kelasnya sampai min mi duduk rilex di tempat duduknya dan kai baru akan mninggalkannya dengan senyuman yang manis juga kecupan semangat di dahinya, “semangat untuk hari ini sayang” itu semua kai lakukan selama 6 bulan ini, seolah kai pun tak pernah bosan dengan rutinitas yang selalu ia lakukan pada kekasihnya Min mi..

 

Tapi seperti yang kita ketahui, mempunyai Pacar Tampan dan Perhatian memang menyenangkan tap apakah kalian tahu bagaimana cara menjaganya?

Ketika Kau memang merasa dirimu cantik, dirimu menarik dan seolah kaulah yang erpantas mendapatkan seorang pangeran seperti kai, bukankah itu juga yang adad dibenak mereka? Para fans yang sangat mengagumi kai, dan sangat jatuh hati padanya, dan rela melakukan apapun demi merebut kai menjadi miliknya,

Bagaimana dengan min mi? Tentu yeoja itu khawatir, bagaimanapun kai adalah miliknya, SAMPAIKANPUN. Kadang min mi sedikit marah karena kai terlalu ramah pada teman – temannya, tentunya kai pasti berkata “mereka hanya temanku sayang, dan tak baik kasar terhadap yeoja” hell ucapan itu seolah membuat min mi terpenjara, tak ada yang dapat ia lakukan lagi, meskipun apapun yang yeoja yeoja itu berikan pada kai selalu berakhir ditangan min mi..

 

“ini untukmu” kai memberikan macaron kepada pacarnya saat jam istirahat, min mi memutar bola matanya, hey apa yang salah? Seharusnya yeoja akan benar – benar bahagia ketika pacarnya memeberikan macaron manis itu? Tapi tidak untuk min mi, iya tahu ini pasti ulah fans kai lagi.

 

“kali ini siapa lagi jongie” min mi malas menatap kai dan akhirnya ia hanya menatap susu stoberry miliknya

“tidak tahu, aku menemukannya dilokerku tadi” jawabnya sambil menyeringai, entah mengapa kai sangat suka melihat min mi yang mengerucutkan bibirnya tanda ia kesal, well siapa yang tidak kesal miliknya jadi bahan perebutan orang – orang padahal kai sudah paten miliknya. Sekali lagi MILIKNYA

“oh bagus, fans mu akan bertambah banyak, aku sudah kenyang, aku akan kembali ke kelas,” Min mi beranjak dari kursinya meninggalkan kai tetapi tiba tiba

 

GREP

Tangan kekar itu memeluk tubuh rampingnya menaruh wajah tampannya bahu min mi” ayolah sayang, tak baik meninggalkan pria tampan ini sendirian, aku bisa dimangsa gadis gadis itu”

“lepaskan bodoh, ini disekolah, dan aku tak peduli, bukankah kau juga menyukainya,-huh

Bukannya melepaskan pelukannya kai malah semakin mngeratkan tangannya dipinggang min mi “aku tak peduli, kau tau hal yang paling aku sukai didunia ini hanya mneggodamu, membuatmu kesal, dan kau terlihat seperti puppy, uh aku menyukainya”

‘yak! Apa kau bilang? Uh lepaskan aku jongie”

“tidak mau min mi” kai tetap setia dengan seringainya

“ya, kalian ini tidak tahu malu sekali berlovey dovey dikantin,” ucap baekhyun melepaskan tangan nista itu dari tubuh adiknya

“kau menggangguku baek, urusi saja hyosun mu, dia pacarku hu” terlihat kai kini tidak menyukai acara Mari-menggoda-pacarku nya diganggu baekhyun

“kau ini, dia ini adikku aku lah yang lebih memilikinya kai”

“baiklah, aku akan membuatnya milikku aku akan menikahinya dan kau tak bisa lagi mengganggu kamu baek” dan tiba tiba rona merah terlihat jelas diwajah cantik min mi

“oh lihatlah kai, kau membuat adik manisku ini seperti tomat, merah sekali pipinya hahaha” goda bekhyun menyikut tangan kai

“kau menyebalkan baek, aku membencimu dasar sipit” ucap min mi dan meninggalkan mereka karena malu

 

“APA APAAN DIA MENGATAKAN AKU SIPIT? BUAKANKAH DIA JUGA MEMILIKI MATA SEPERTIKU DASAR TIDAK SOPAN AKU AKAN MENGHUKUMMU JUNG MIN MI” dan kemudian terdengar suara tertawa dari mereka yang menyaksikan

 

*

*

*

*

 

Min mi memainkan rambutnya, ia tampak gelisah karena sudah setengah jam lebih kai tidak juga menjemputnya, akhirnya ia memutuskan menyusul kai kekelasnya walaupun tentunya ini sangat memalukan karena dia sedang sedikit marah terhadap namjanya itu

Min mi melihat tag kelas 12-1 itulah kelas kai dan kakaknya tetapi ia membuka pintu dan tidak ada siapa siapa disana dan tidak mungkin kai meninggalkannya, kai adalah namja yang akan menigirmi ratusan sms bila min mi tak memberinya kabar walau hanya dua jam, dan kemungkinan kai meninggalkannya adalah ketidak mungkinan.

Akhirnya min mi berjalan disepanjang koridor sambil bersenandung kecil sedikit memberi penyegaran pada hatinya tak bisa dipungkiri dia kesal dengan pacranya itu, tetapi tiba tiba ia menyipika matanya makin sipit tentutnya, ia melihat sosok yang amat dikenalnya kai: sedang mnegusap surai lembut seorang yeoja,

DEG

Kini ia tahu mengapa hatinya tidak enak, inilah yang ia lihat, bailah apa ini? Apakah kai berselingkuh? Min mi masih setia ditempatnya sejak tadi dia melihat pemandangan yang diluar batas nalarnya, dan kai pun sedikit mengedarkan pandangannya saat itu kai menatap min mi “min mi’ ucapnya yang sedikit kaget dan membuat yeoja didepannya juga ikut terkejut

Min mi meninggalkan kai, dia berputar arah dan berlari sebisanya,

 

*

*
*
*

 

Min mi  menatap figura disana terlihat ia bersama kai dengan pose tersenyum dan kai melingkarkan tangannya pada bahu min mi “aku tidak tahu kalau kau begitu sempurna kim jongin, aku bukan siapa siapa yang bisa terus menahanmu disisiku, kau tahu mereka…”

 

“mereka apa?” suara itu terdengar familiar diindera pendengarannya, yeah dia adalah kai yang kini memeluk min mi dari belakang,

“sejak kapan aku berada dikamarku! Sana pergi aku tak mau melihatmu’ ucap min mi

“oh come on baby, jangan menangis, kau tahukan aku tak suka queen ku menangis yeah walaupun dia akan tetap terlihat cantik, tapi aku bersumpah kau akan lebih cantik dari princess manapun bila tersenyum” kai kau cheesy, semua orang tahu ini min mi!

“siapa yeoja tadi? Kau nampak akrab dengannya, “

“dia chanmi”

“aku tidak menanyakan namanya kai, aku bertanya ada hubungan apa kau dengannya”

“well, sepertinya my queen sedang cemburu ria? Ayolah sayang dia hanya sebagian dari fansku, aku tak tega, dia menangis tadi setelah menyatakan perasaannya”

“MWO??????!!!!!!!!!” min mi tersentak kaget

“hey hati hati queen, matamu akan terjatuh” kai hanya terkekeh kecil melihatnya

“SIAPA DIA BERANI BERANINYA MENGGODA MILIKKU, OH TUHAN AKU AKAN MEMBUNUHNYA BESOK” ucap min mi sarkastik membuat kai bergidik ngeri

‘ oh, aku takut sayang, aku tak tahu kau sekejam itu kkk’

“apapun demi mempertahankanmu kai, tikus kecil itu akan lenyap besok”

*

*

*

*

 

Min  mi berada didepan kelas 12-4 tentunya bukan kelasnya dan bukan kelas kai tentunya tapi kelas Chanmi, sepertinya dia benar akan ucapannya semalam, well kadang min mi memang harus selalu dijaga seperti yang sering baekhyun katakan, min mi adalah yeoa ternekat menurut versi keluarga jung

“ya kau CHANMI” ucapnya pada salah seorang yeoja yang sedang berjalan bersama 3 wanita lain

“ya ada pa?” tanya chanmi sementara teman chanmi hanya mencibir “siapa dia, tidak sopan sekali memanggil nama tanpa eonni atau sunbae”

“aku tak ada urusan denganmu, aku ada urusan dengannya” tunjuk Min mi kepada Chanmi

“yak! Jaga bicaramu bocah tengik”

“ I SAY SHUT UP YOUR FUCKIN MOUTH” tentu saja kata kata itu menyulut emosi ji eun_sahabat chanmi

“biarkan dia berbica ji eun-a” ucap chanmi yang masih sangat lembut dan sopan kepada min mi

“cih, tak usah sok baik didepanku yeoja murahan”

“ JAGA BICARAMU BOCAH” ji eun kembali pada emosinya

“YANG SEHARUSNYA KAU JAGA ADALAH SAHABATMU INI, KATAKAN PADANYA KAI/ KIM JONGIN ITU MILIKKU, MENGAPA IA BERANI BERANINYA MENGATAKAN CINTA PADA MILIK ORANG????? APAKAH TAK ADA LAGI NAMJA YANG MAU DENGANNYA SEHINGGA DIA HARUS BERTINGKAH JALANG DIDEPAN PACARKU HAAH!” sontak jieun mnegepalkan tangannya dan melayangkan tangannya kedepan ingin menampar wajah min mi sebelum tangan yang lain menahannya

“jangan berani – beraninya kau menyentuh adikku jieun, atau nasibku akan berakhir disini, aku bersumpah kau akan dikelurkan secara paksa dari sekolah ini” kini baekhyun melihat jieun dengan tatapan deathglarenya tentu saja itu membuat jieun takut

‘dan kau, ikut aku” ucapnya menarik tangan min mi paksa

*
*
*
*
*

 

Baekhyun sedang duduk bersandar pada kursinya, dadanya naik turun sangat terlihat dia sedang menahan emosinya, semantara hyosun kekasihnya hanya bisa memeluk baekhyun dan mengusap rambutnya lembut berupaya suapaya baekhyun  sedikit meninggalkan emosinya, dimana kai? Oh tentu saja pemuda tampan itu sedang menenangkan Min mi, karena baekhyun tahu hanya sahabatnya itulah yang dapat mengendalikan adik tercintanya

 

“min mi, apa yang kau lakukan hm? Kenapa queen anggun sepertimu dapat terlibat perkelahian brutal?’

“aku tidak berkelahi, aku hanya memperingatkannya, dan yang lain tentunya bila kau itu milikku, kau tahu hanya mengingatkan”

“tapi itu berlebihan sayang’

‘uh, apa kau mulai memperbolehkan mereka mengatakan hal hal yang seharusnya milikku seorang!”

‘bukan seperti itu sayang, dewasalah, cinta bisa datang krpada siapa saja, dan aku tak bisa melarang mereka untuk mencintaiku, tetapi tentu saja mereka pun tahu aku hanya mikkmu cintaku tentunya’

“kau tahu jongin, aku hanya takut mereka merebutmu, aku tak tahu kau sesempurna ini, sampai aku harus berjuang mati matian demi mempertahankanmu huh” dan min mi mengeratkan pelukannya pada kai, kai tidak akan marah dengan apapun yang min mi lakukan, ia tak pernah membentak min mi, kai akan marah bila min mi melakukan sesuatu yang kai tidak sukai misalnya melukai dirinya sendiri, atau tak meminum obatnya secara teratur, kai akan menjadi mahluk paling dingin dan min mi tak suka itu, dia mungkin rela dimarahi ayahnya karena telat makan dia rela uang jajannya dipotong ibunya karena tidak mau minum obat atau dia sudah terbiasa mendengar baekhyun mengomel berjam – jam, tapi dia tak akan rela bila kai mendiamkannya, sama saja itu membunuhnya secara perlahan

 

*
*
*
*
*

 

SESEORANG YANG KAMU CINTAI

ADALAH SESEORANG YANG MEMPUNYAI PELUANG YANG AMAT BESAR UNTUK MENYAKITIMU

 

 

 

Min mi sedang asik memandang bintang dan berbaring ditaman belakang rumahnya, dan terdengar langkah langkah mendekatinya, min mi sedkiit menengok agar dapat melihat siapa yang sedang membuat langkah itu, dia menangkap sosok kakaknya dan kai, hey sejak kapan kai disini awalnya dia ingin mengganggu dua namja itu, tapi akhirnya dia hanya duduk dan memperhatiakn mereka dibalik phon dan kai bersama baekhyun duduk di bangku depan pohon membelakangi min mi tentunya

 

“kai, maafkan aku telah merepotkanmu sejauh ini, dan terimakasih masih menjaga adikku”

“tak usah sungkan baek, kau tahukan aku menyayanginya”

“iya aku tahu, dan itu membuatnya terlalu bergantung padamu, aku tak enak’

‘hey, tenang saja baek, aku senang dia mau sembuh, aku sennag dia tak senekat dulu,”

“tapi dia terlalu kekanak – kanakan,”

“aku menyukainya kok”

Min mi tersenyum lembut mendengar pernyataan kai, dan ia ertekat akan terus sehat supaya dia tidak merepotkan siapapun tetapi ia sedikit mengangkat alisnya

“jessica ya?” tanya baekhyun, min mi sedkit bingung, kai tidak pernah bercerita tentang apapun mengenai jessica, siapa dia?

“ ne”

“angkatlah, min mi sedang keluar”

“ tidak usah baek, aku tahu dia pasti akan merajuk meminta aku menemaninya, aku pergi dulu ya baek, terimakasih bukumu, dan salam untuk adik manismu itu”

“tentu saja kai”

 

 

Min mi masih sibuk dengan pikirannya tia tiba dia tersadar kai akan segera meninggalkan rumahnya ia berlari mengendap dia sangat penasaran kala itu, dia membawa mobilnya dan kai pun juga tak mneyadarinya, sampailah mereka dirumah kecil bernuansa modern, “ini bukan rumha kai” pikirnya dan ia pun segera membuntuti kai, beruntunglah rumah itu tidak menggunakan kode rumit dipagarnya seperti rumah mewahnya

Dia terus mengendap emngikuti kai, dan ia kini berdiri diluar jendelA kai, dan menangis dia meringis dia memegangi dadanya, memukulnya terus terusan, napasnya tersenggal belum lagi matanya yang terus menurunkan airmata,

Siapa yang tidak hancur ketika melihat seseorang yang ia cintai sedang bercumbu dengan gadis lain?

Siapa yang akan bernapas normal ketika kau-memperhatikan adegan mesra itu, dan kini min mi terjatuh isakan kecilnya keluar begitu saja lewat bibir mungilnya

Ia berjalan gontai menuju mobilnya, dia tidak yakin masih meiliki hati saat itu,

Didalam otaknya tercipta ribuan pertanyaan random, siapa gadis itu, kenapa kai tega melakukannya, atau sejak kapan kai melakukan ini dan yang paling menghujam jantungnya adalah, KAKAKNYA mengetahui hubungan kai dengan perempuan itu. Apa ini? Inikah rencana tuhan unuk membunuhnya secara perlahan? Bahkan ini jauh lebih sakit diandingkan dengan jarum suntik yang terus menusuknya.

*
*
*
*

Dengan langkah terhuyung min mi memasuki kediaman megahnya, dan ia terjatuh tepat saat baekhyun membuka pintunya

“ya tuhan Min mi, kau kenapa?” belum sempat baekhyun menelaah apa yang terjadi pada adiknya beakhyun mencium bau alkohol yang tercium dari mulut min mi “HELL,apa kau mabuk? Gila!!” baekhyun segera membopong min mi kekamarnya

Keesokan paginya baekhyun mengetuk kamar min mi dengan kasar, karena sudah puluhan kali min mi tak juga membuka pintunya dia khawatir tentunya apalgi adiknya pulang dengan keadaan mabuk, dan baekhyun meminta kunci cadangan pada salah satu pembantu dirumahnya, baekhyun sangat terkejut saat melihat kamar min mi begitu bernatakan, kaca disamping ranjangnya pun menjadi berpuing – puing baekhyun segera menghampiri min mi sambil dai berteriak saat melihat min mi sedang memang kaca ditangannya, bau anyir menyeruak diruangan itu. Baekhyun segera memeluk tubuh min mi yang masih bergetar ‘apa yang kau lakukan bodoh, kenapa kau melakukannya kai? Kenapa kau menyakiti dirimu sendiri ?”

Min mi melepaskan pelukan baekhyun dengan kasar “lepaskan aku! Aku membencimu jung baekhyun, pergilah”

“TIDAK SAMPAI KAU BERHENTI MENYAKITI DIRIMU SENDIRI”

“LALU? KAU INGIN MENYAKITIKU? TAK CUKUPKAH KAU MNEYEMBUNYIAK SEMUANYA? TAK CUKUP BODOHKAN AKU DIDEPANMU JUNG BAEKHYUN!!! KAU TAU JONGIN MEMPUNYAI PACAR SELAIN AKU DAN KAU MALAH MENDUKUNGNYA! BAEKHYUN AKU INI SIAPA? APA AKU TERLIHAT ORANG LAIN DIMATAMU HAH! APA PENYAKIT JANTUNG BAWAANKU TAK CUKUP UNTUK MEMBUNUHKU PERLAHAN? ATAU KAU INGIN AKU MATI LEBIH CEPAT ITU MAU MU BAEKHYUN!!!!! BIARKAN AKU MATI, PERGI KAU!!!!” Min mi melempar baekhyun yang masih menjatuhkan rahangnya baekhyun tentu saja terkejut saat min mi juga mengetahui apa yng selama ini dia dan kai tutupi..

‘SEKARANG APA? PERGI! TINGGALKAN AKU ATAU AKU LEBIH NEKAT DARI INI PERGI BAJINGAN!!!!” kali ini min mi melemparkan frame photo dia dan baekhyun

“MIN MI” seketika semua pandangan itu tertuju pada suara yang kini raganya mendekat ke arah mereka berdua, yeah itu kai yang masih mengatur napasnya namun ia kembali tercekat ketika melihat tangan min mi sudah berlumuran darah, “apa yang kau lakukan min mi!”

“”PERGI”

Bukannya menjauh Kai malah mendekatkan dirinya pada min mi mencoba mengambil serpihan kaca itu merbutnya min mi bersikeras tetap mempertahankannnya sampai pada akhirnya dia melepaskannya ketika ia tak sengaja melukai lengan kai ‘jong-in” ucapnya dan baekhyun hanya bingung diposisinya ia bingung harus melakukan apa, tapi akhirnya min mi jatuh dan membuat kai kembali merengkuhnya

Keadaan kembali normal, kini kai mengobati luka minmi dia tak memperdulikan lengannya yang tentu saja perih, min mi hanya menatap lurus pandangannya kearah luar jendela

“ kau kenapa? Bukankah kau berjanji tidak akan melakukan apapun yang menyakitimu?”

‘pergilah kai, sebelum aku menyakitimu lagi’

‘tidak, aku hanya ingin bersamamu’

‘tidak, pergilah kai aku tak membutuhkanmu, pergilah bersama jessicamu, aku baik baik sja’

“apa maksudmu?!”

“ dibalik topeng dewamu, kau adalah malaikat yang dikirmkan tuhan untuk mncaut nyawaku-kan? Aku sudah mengetahui semuanya kai, kau jesssica, dan baekhyun, pergilah”

Kai menghela napasnya “baiklah jika kau mengtahuinya, maafkan aku aku memang telah lama berhubungan dengan jessica, tapi hubungan kami tak pernah lebih dari sepasang anak muda yang cinta seks kau tahu?’

Min mi masih diam, tentu saja dia masih ingat kejadian itu, meskipun 3 botol alkohol sudah ia minum supaya melupakannya tentu saja tidak berpengaruh, adegan itu terekam jelas diotaknya

“aku menyayangimu, maafkan aku” kai kembali memeluk min mi yang masihdiam namun matanya terus mengeluarkan airmata

“kai, pergilah aku benar benar ingin sendiri’

“tidak’

“ apa kau ingin aku melompat dari kamarku? Aku bisa senekat apapun yang aku mau kai, pergilah aku mohon, aku butuh sendiri’

“tapi……”

“ku mohon aku berjanji takan melakukan apapun”

“baiklah, makan yang teratur dan minum obatmu hubungi aku saat kau sudah membaik, kau tahu aku…”

Belum sempat kai menyelesaikan kalimatnya min mi sudah meneruskannya ‘mengasihiniku, aku baik baik saja kai, tinggalkan aku, ku mohon” kini min mi sedikit mengigit bibir bawahnya, sakit tapi tidak sesakit hatinya saat ini

 

 

 

 

 



I Hate You Every Step Of My Way

$
0
0

    I HATE YOU EVERY STEP OF MY WAY 

        [part 1]

 ffposter

 

 

Tittle : I hate you every step of my way

Author: kjipcy

Length: Chaptered

Genre : romance, school life

Rating: 15

Main cast:

  • Kim do hee
  • Kim jongin

Other cast:

  • Choi Ah ra
  • Hwang Shin young
  • Park so ra
  • All of exo member.

 

 

Ini ff pertama ku semoga kalian suka ya ini gakada hasil jiplakan murni dari otak ku haha

Happy reading Guys!

 

 

Author POV

Seoul Senior High School atau yang biasa dikenal dengan sebutan SSHS sekolah menengah  yang

 

semua murid nya adalah artis atau anak seorang pejabat dan disinilah tempat Kim Do hee atau

dohee bersekolah.

 

 

Kim Do Hee POV

 

Aku merasakan ada sinar matahari masuk ke kamarku, sinar matahari yang menandakan bahwa

 

aku harus memulai aktifitas ku seperti biasa di sekolah ku SSHS sebagai seorang siswa sekaligus

 

ketua perwakilan murid.

 

‘hoaaam’

dengan malas aku bangkit dari tempat tidur ku dan melihat kearah jam dinding yang terletak

diatas TV di kamar ku.

‘APA?! SUDAH JAM 7 OH GOD’

Aku bergegas lari ke kamar mandi memakai seragam sekolah ku, dan langsung mengambil kunci

mobil yang terletak di bawah lantai rumah ku.

 

‘pagi nona’ sapa ahjumma kang pembantu rumah ku

 

‘ah pagi ahjumma’ kataku sambil membuka laci meja ruang tamu dan mengambil kunci mobil ku

 

‘nona tidak sarapan?’

 

‘tidak ahjumma aku terburu-buru’ kataku sambil langsung berlari ke depan pintu rumah namun

langkah kaki ku terhenti dan aku langsung membalikan badanku kearah  ahjumma

 

‘eomma appa kemana?’

 

‘jepang nona ada yang harus mereka urus’

 

‘ooh okay’ aku langsung membuka pintu rumah dan berlari ke parkiran rumah ku sambil berteriak

 

‘AHJUMMA AKU BERANGKAT’

 

 

Aku melajukan mobil sedan putih ku dengan kecepatan yang lumayan tinggi agar aku bisa cepat

sampai di sekolah,15 menit kemudian aku pun sampai di sekolah ku tercinta aku pun

langsung memarkirkan mobilku di tempat pakir sekolah. Aku pun melihat jam tangan ku yang

menunjukan pukul 8

 

‘sial bel masuk berbunyi 10 menit yang lalu’ aku pun bergegas lari ke lapangan sekolah.

 

 

Di lapangan sudah ada wakil ku Hwang shinyoung dan 2 anak buah ku yang lain yaitu Choi Ah ra dia adalah ketua dalam bidang kesenian di SSHS dan Park sora adalah ketua bidang olahraga.

 

Kepala sekolah dan seluruh guru-guru yang lain sudah mempercayai kami sebagai siswa SSHS yang terpilih sebagai wakil dari seluruh murid SSHS.

 

‘ibu ketua terlambat 10 menit’ sora meneriakan ku dari jauh

 

‘haaaahh, maaf ya kemarin aku baru tidur jam 11 malam’ kataku sambil mencoba mengatur

nafasku yang tersengal sengal.

 

‘yasudah langsung saja, ini ketua perwakilan siswa dan siswi SSHS namanya Kim Do Hee’  shinyoung mengenalkan ku didepan 12 murid baru yang kulihat berjenis kelamin laki-laki semua

 

‘annyeong namaku kim dohee kalian bisa panggil aku dohee tidak usah pake embel embel ssi atau yang lainnya’ kataku sambil tersenyum simpul

 

‘ngomong-ngomong maaf aku datang terlambat, karna ada sesuatu yang harus ku urus’

 

Saat aku bicara seperi itu 12 pria ini ikut tertawa, tapi ada satu diantara mereka yang tertawa dengan sinis seakan akan merendahkan ku, aku pun langsung melihat nametag yang Ia pakai di bagian kanan blazer seragam dan disana tertulis hangul ‘Kim Jongin’, dari namanya saja seperti namja ini telihat sangat menyebalkan.

 

Aku pun langsung membacakan peraturan peraturan yang berlaku di SSHS.

 

‘ada yang ingin ditanyakan? Silahkan tunjuk tangan’ kataku, tiba tiba namja yang bernama kim jongin itu mengangkat tangannya

 

 

‘ya, kk..kim jo.jongin?’ kataku sambil pura pura melihat nametag nya

 

‘aku ingin bertanya, berapa nomor ponsel mu?’ katanya dengan smirk di wajahnya

 

11 pria lain pun langsung tertawa

 

‘ahahahah dasar kau kai masih bisa saja menggoda di saat seperti ini’ kata namja yang bernama oh sehun

 

aku pun langsung menegok ke belakang dan melihat sora,ahra dan shinyoung sedang tertawa geli melihat ekspresi ku yang kaget karna pertanyaan namja gila bernama kim jongin itu.

 

‘haha berikan berikan’ kata sora yang menggoda ku, akupun langsung mengalihkan pembicaraan

 

 

‘ada yang mau bertanya lagi?’ jongin mengangkat tangannya lagi

 

‘apa?’ kataku sinis

 

‘ada waktu kosong nanti sore?’ katanya lagi dengan smirk nya yang menyebalkan itu,

 

Semuanya pun tertawa kembali

 

‘yasudah kalau semuanya sudah jelas sekian’ kataku mengakhiri nya dengan nada yang kesal

 

‘kau belum menjawab pertanyaanku hei ketua’ kata jongin sambil memasukan tagan kedalam sakunya

 

Aku pun langsung pergi dan tidak menghiraukan perkataan namja gila itu.

 

 

 

***

 

Waktu istirahat pun tiba dohee, sora, shinyoung serta ah ra langsung bergegas ke kantin

Dohee pun langsung berlari ke kantin karna dia sangat kelaparan, karna belum srapan

 

‘dohee kau ini ngapain lari-lari segala seperti tidak pernah makan saja’ kata ara sambil tertawa

 

‘aku belum sarapan tadi pagi tahu!’ kata kata dohee sambil berlari

 

Tiba-tiba saja dohee menabrak seseorang yang sedang membawa segelas orange jus, dohee pun kaget karna seragamnya basah dan kemeja putihnya tersiram oleh orange jus, sedangkan sora, ahra dan shinyoung hanya terbelalak di belakang.

 

‘ah  mianhae sunbaenim mianhae aku benar benar tidak sengaja maafkan aku’ kata juniornya itu  dengang nada ketakutan

 

‘ah ah iya takapa apa aku bisa mengganti nya kok’ kata dohee dengan ramah

 

‘ah sunbaenim tapi aku benar-benar minta maaf’

 

‘takapa, kau lanjutkan saja makan mu itu okay?’

 

‘ne sunbae, sekali lagi aku minta maaf’ kata junior itu, dohee hanya tersenyum

 

Tiba-tiba ada seorang namja datang menghampiri dohee  dan berkata

 

‘baby are you okay? Siapa yang menyiramu dengan orange jus ini?’

 

Dohee pun menoleh kearah sumber suara  dan ternyata suara itu adalah suara kai

 

‘apa?! Kau memanggil ku dengan sebutan apa?!’ kata dohee dengan nada suara yang terkesan membentak

 

‘baby, memangnya kenapa?’ kata jongin dengan smirknya

 

Semua orang di kantin pun langsung terdiam dan memperhatikan kai yang memanggil dohee dengan sebutan baby itu, terdengar sekali semua siswi berbisik ‘hah dohee dan kai?!’ dengan ekspresi kecewa

 

‘hei aku punya nama, namaku dohee dan aku bukan bayimu bodoh!’

 

‘hei, baru kali ini ada yeoja yang menolak ku panggil dengan sebutan baby, dan baru kali ini ada yeoja yang mengatai ku bodoh‘

 

‘aku tak peduli berapa yeoja yang kau panggil baby itu aku mau ganti baju saja’ kata  dohee sambil pergi, tapi langkah dohee pun terhenti karna kai menarik lengannya

 

‘hei! Apa yang kau lakukan’ kata dohee yang berusaha melepas genggaman kai

 

‘perlu bantuanku untuk mengganti bajumu?’ kata kai menggoda dohee lagi

 

Mendengar kata itu dohee pun menginjak kaki kai sehingga dengan spontan kai melepas genggamannya

 

‘dasar namja gila!’ kata dohee langsung berlari keluar dari kantin.

 

 

-Kim Jongin House-

 

Sepulang sekolah sehun dan suho mampir kerumah kai. Untuk bermain game bersama di sela sela permainan mereka sehun bertanya sesuatu pada kai.

 

‘hei kai kau itu benar-benar suka dengan ibu ketua itu apa hanya main main saja?’  tanya sehun

 

‘percaya padaku dia hanya main main benar kan?’ kata suho dengan nada yang yakin

 

‘bagus kalau kalian tau, aku hanya ingin tau saja sampai kapan dia akan menolakku lama kelamaan juga dia akan jatuh cinta padaku’  ucap kai dengan yakin

 

‘kau yakin sekali kai, kau panggil dia dengan sebutan baby saja dia sudah menolak mentah-mentah, aku tidak bisa membayangkan jika kau jadi namja-nya hahaha’ ucap sehun

 

‘lihat saja nanti mana ada yeoja di dunia ini yang mau menolak ku’  yakin kai

 

‘tentu saja ada’ ucap suho

 

‘siapa?’

 

‘tentu saja kim dohee, dia sudah menolak mu HAHAHA’ suho tertawa terbahak bahak

 

‘itu tidak lucu bodoh’ kata sehun

 

‘terserah aku lelah bica dengan kalian’ kata kai melanjutkan memainkan ponselnya.

 

 

 

 

-Kim Dohee House-

 

 

‘SIAL SEKALI AKU HARI INI, HARUS BERTEMU DENGAN NAMJA GILA’ teriak dohee tiba-tiba ponsel nya berbunyi dan ia lihat ada telfon dari ahra

 

‘apa?’

 

‘…..’

 

‘ya nanti malam aku kesana’

 

Kata dohee langsung memutuskan sambunga telfon, ia langsung lari ke kamarnya di lantai atas mandi, dan mengganti bajunya lalu langsung merebahkan tubuhnya di kasur empuk miliknya dan dohee pun tertidur.

 

‘heuuunghh’ dohee bangun dari tidur nya dan melihat kearah jam  pukl 19.00 p.m dan dia melihat ponselnya sudah dipenuhi banyak misscal dari ahra

 

‘astaga aku ada janji lagi dengan ahra’

 

dohee pun bergegas mengganti bajunya dengan dress hitam ketat selutut namun lengannya panjang dia langsung bergegas lari ke lantai bawah mengambil kunci mobil dan langsung berangkat ke tempat tujuan

 

 

dohee melajukan mobilnya dengan kecepatan yang lumayan tinggi agar dia dapar bertemu ah ra dan sampai ke tempat tujuan dengan cepat yaitu club malam di daerah gangnam.

 

 

 

**club**

 

‘mana ah ra?’ kata dohee

 

Tiba-tiba dohee melihat ahra yang sedang duduk di dalam club

 

‘itu dia’ dohee langsung menghampiri ahra

 

‘hei, aku kira kau tak jadi datang Ms.Kim ahaha’ kata ahra

 

‘mana sora dan shinyoung?’ dohee langsung duduk di hadapan ah ra dan meminum orange jus yang dipesan ah ra

 

‘shinyoung pergi menjemput oppa nya, sora sedang sibuk dengan klub basketnya’

 

‘orang gila macam apa yang latihan basket sampai jam segini babo?!’

 

‘ya tentu saja macam sora haha, dia kan ikut tim muda korea latihan nya keras’

 

‘hmm’

 

‘bagaimana kai?’ mendengar pertanyaan ah ra dohee langsung tersedak

 

‘aaa.. apa kau apa yang kau bicarakan hah?’ kata dohee salah tingkah

 

‘muka mu kenapa merah seperti itu huh? Apa ibu ketua sedang jatuh cinta?’ ah ra menggoda dohee

 

‘kau gila tidak akan pernah dengan kim jongin!’

 

‘marga kalian saja sama apa kalian jodoh? hahahah’

 

‘jangan bicarakan hal sebodoh itu huh aku mau turun saja’

 

 

Dohee pun turun ke lantai dansa yang berada dibawah tiba-tiba ada seseorang yang memeluknya dari belakang.

 

 

‘hai baby, kau menyusulku ya?’

 

 

 

TBC

 

Hahahah segitu dulu yaa lanjtannya secepatnya kok

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Flipped (Chapter 1)

$
0
0

Flipped Part 1/2

 Flipped

 

Author                         :           @Yuriza94 / Oriza Mayleni

Cast

  • Byun Baekhyun
  • Han Yoonjoo

Support Cast

  • Kim Jongdae (Chen)
  • Oh Sehun
  • Park Gayoung (OC)
  • Song Jinhyuk (OC)
  • Sally Park (OC)

Genre                         :           Romance, Comedy, School-life

Rating                                     :           PG15

Recommended Song   :           HowL ft J (Perhaps Love), G.Na (Kiss Me)

 

Thanks to “Flipped” one of my favorite movie ever which gave me inspiration to write this fanfic. Happy reading and don’t forget to leave your comment.

 

#Tadinya mau dibikin oneshoot tapi kepanjangan kayanya ‘-‘

 

 

~oOo~

Baekhyun’s POV

Apa kalian pernah mempunyai seorang Secret Admirer? Atau lebih tepatnya penguntit? Apa kalian tahu bagaimana rasanya memiliki seorang penguntit setia selama bertahun-tahun dan lebih parahnya lagi dia merupakan tetanggamu? Aku tahu karena aku memiliki seseorang semacam itu. Entahlah dia seakan tergila-gila padaku dan aku amat sangat tak menyukainya karena itu sangat sangat mengganggu. Dulu saat statusku masih merupakan anak kecil yang selalu berlindung dibalik tubuh Ibuku, aku tak pernah lupa berdoa sebelum tidur, berharap akan ada UFO yang mendarat disebelah rumahku lalu pergi membawaku dan keluargaku pergi jauh, kemana saja asal gadis itu tak bisa menampakkan batang hidungnya lagi. Tapi semakin bertambahnya umurku, aku tahu permintaan itu sangat konyol dan kekanak-kanakan jadi aku berhenti melakukan ritual tersebut sejak masuk kesekolah menengah pertama hingga sekarang aku duduk dibangku kelas 2 SMA.

Semua diawali dimusim panas 8 tahun lalu tepatnya pada tahun 2004 saat aku duduk dibangku kelas 4 Sekolah Dasar. Kami sekeluarga pindah dari Bucheon ke Gwangju dan saat hampir sampai dirumah baru, saat itulah aku melihat gadis aneh itu. Bayangkan saja dia sedang duduk dihalamannya dengan tangan dan celana yang kotor penuh dengan tanah lalu sedetik kemudian dia menunjukkan senyum anehnya padaku. Tepat pada saat itu aku tahu ada yang tidak beres dengan gadis itu. Bayangkan saja, dia tiba-tiba menghampiriku dan Ayahku yang sedang menurunkan barang lalu menawarkan bantuan seolah badannya yang kurus dan kecil itu bisa mengangkat kardus-kardus kami yang penuh dengan barang.

Ayahku terlihat suka pada anak aneh tersebut tapi aku sama sekali tak suka dia berkeliaran disekitarku jadi dengan sekuat tenaga aku mencoba mengusirnya dengan berbagai alasan namun tak perlu waktu lama untuk menyadari bahwa gadis ini tak tahu basa basi, benar-benar tak tahu. Langkah terakhir adalah aku pergi saja dan lagi dia mengikutiku, tak ada yang bisa menghentikannya. Aku baru akan berlari untuk menghindarinya saat hal teraneh terjadi. Aku tak percaya, aku bergandengan tangan dengan gadis aneh itu. Bagaimana aku bisa terlibat masalah ini? Akhirnya, kulakukan satu-satunya hal jantan diusia 10 tahun.

Tapi ternyata masalahku jauh dari kata selesai. Begitu aku masuk kekelas, aku baru menyadari ternyata gadis itu! gadis itu ada dikelas yang sama denganku dan dengan bodohnya dia meneriakkan namaku lalu memelukku hingga aku merasa seperti ada digenggaman seekor beruang liar! dan jelaslah sudah sekolah bukan perlindunganku. Aku diolok oleh teman-temanku, aku diolok seumur hidupku.

Tahun pertamaku dikota ini menjadi bencana dan 4 tahun berikutnya tak membaik pula tapi akhirnya, saat aku duduk dibangku kelas 3 SMP, aku bertindak. Aku membuat rencana.

“Sally! Sally tunggu!”

“Hi Baekhyun”

Aku mengajak kencan Sally Park.

“Aku hanya ingin menanyakan apakah kau ingin pergi ke pesta dansa kelulusan bersamaku?”

“Tentu saja, dengan senang hati”

Untuk memahami kehebatan rencanaku, kau harus pahami bahwa Han Yoonjoo, ya itulah nama gadis aneh itu, dia membenci Sally dan aku tak tahu apa alasannya karena Sally baik dan ramah, dan rambutnya lebat tidak seperti si gadis aneh dengan rambut tipis panjang yang tergerai hampir mirip sadako itu.

Idenya adalah Sally akan makan siang bersamaku lalu kami berdua akan menjadi pasangan dansa dipesta kelulusan, mungkin berjalan-jalan bersama, dan semoga Han Yoonjoo benci padaku. Segalanya mulai berhasil perlahan sampai orang yang kukira sahabatku, Oh Sehun juga tertarik pada Sally. Kesetiaan dikalahkan oleh hasrat dan Sehun si pengkhianat memberitahu Sally tentang rencanaku. Sally tak menerimanya dengan baik dan menghadiahiku sebuah tamparan penuh kasih sayang yang rasanya sungguh berdenyut tak enak. Yoonjoo mendengar gosipnya lalu tak lama kemudian dia mulai menguntitku lagi tapi kali ini lebih parah. Dia mulai mengendusku, sungguh mengendusku. Apa yang dilakukan gadis aneh itu sebenarnya?!? Penghiburanku satu-satunya adalah tahun berikutnya akan berbeda. SMA, sekolah yang lebih besar dan mungkin kami dikelas yang terpisah, dan akhirnya semuanya berakhir. Seiring berjalan waktu, masa SMA benar-benar berbeda dan kurasa gadis aneh itu mulai menemukan kembali akal sehatnya.

 

“Baekhyun!” suara Ibuku memecah hening dipagi hari dan menyadarkan lamunanku

Ini sungguh berbahaya, bagaimana bisa aku memikirkan sesuatu yang berhubungan denga gadis aneh itu selama hampir setengah jam? Akal sehatku sepertinya mulai rusak seperti gadis itu. Kusandang tas ransel berwarna hitam bercampur merah yang tergeletak diranjang lalu turun untuk sarapan.

Saat sampai diruang makan, kulihat Kakek dan Ayahku sudah nyaman dengan kopi dan korannya. Kakekku tinggal bersama kami sejak setahun lalu, dia tidak terlalu suka bicara sepertinya karena aku ingat aku tak pernah bicara lebih dari 5 menit dengannya. Kakekku lebih suka memandang langit entah siang atau malam dari balkon kamarnya dilantai 2 yang bersebelahan dengan kamarku.

“Selamat pagi Baekhyun”

“Pagi kakek”

“Ceritakan padaku tentang temanmu Han Yoonjoo”

Aku hampir saja tersedak susu yang baru saja kuteguk saat mendengar kakekku berkata seperti itu. Oh jangan bilang kalau dirumah ini bertambah lagi orang yang menyukai gadis aneh itu, sudah cukup Ibu dan Ayahku saja, tidak lagi!

“Yoonjoo…itu, dia bukan temanku”

“Kenapa begitu?”

“Kakek ingin tahu apa?”

Sedetik kemudian Ayah dan Kakekku bersamaan menunjukkan sebuah halaman dikoran yang memuat tentang HAN YOONJOO! Gadis aneh itu ada dikoran! Han Yoonjoo tidak muncul dikoran karena menjadi Einstein kelas 11. Tidak, dia muncul dikoran karena menolak untuk turun dari atas pohon ara. Han Yoonjoo dan pohon ara konyol itu. Dia selalu mengira itu adalah berkah Tuhan didunia ini. Dulu hingga sekarang dia kadang masih terus mengajakku memanjat pohon itu bersamanya, membuatku kembali teringat masa kelas 5 dimana teman-temanku selalu berteriak “Baekhyun and Yoonjoo sit in the tree”, kenapa tak menyuruhku makan kacang seumur hidupku saja?

“Kenapa dia bukan temanmu, Baekhyun?”

“Kakek harus mengenal Yoonjoo”

“Kakek ingin mengenalnya”

“Kenapa?” dahiku berkerut sempurna

“Gadis itu berhati sekeras baja. Bagaimana kalau kau mengundangnya ke rumah?”

“Hati sekeras baja?” Kakekku mengangguk yakin

“Dia hanya keras kepala dan suka memaksa”

“Benarkah itu?” kali ini Ayahku yang bersuara

“Dia menguntitku sejak kelas 4 SD”

“Gadis seperti itu jarang ada di tempat lain” oh tidak! bahkan Ibuku juga mulai berargumen dan baiklah, sudah jelas kalau aku tak punya komplotan sama sekali

“Mereka yang tidak mempunyai tentangga seperti Han Yoonjoo sangat beruntung”

“Baekhyun, jangan jadi kasar begitu. Yoonjoo dan keluarganya sangat baik pada kita, dan Ibu juga menyukai mereka”

“Ya…tidak ada masalah pada Bibi dan Paman Han tapi Yoonjoo, dia jelas punya gangguan mental”

“Baekhyun..”

“Baiklah aku sudah selesai makan. Ayah, Ibu, Kakek, aku berangkat dulu”

Lagi, aku harus pergi kesekolah dengan perasaan gondok karena obrolan pagi tentang Han Yoonjoo. Belum lagi gondokku hilang, mataku sudah menangkap kumpulan banyak orang yang mengerubungi pohon harta karun milik Yoonjoo dan tentu saja karena gadis itu masih setia diatas sana tanpa mau turun. Yoonjoo sangat panik karena pengelola taman perumahan ingin menebang pohonnya, aku tak mengerti kenapa dahan-dahan aneh itu begitu penting untuk Yoonjoo.

“Baekhyun!”

Oh tidak, dia melihatku! Seharusnya tadi aku tak usah memperhatikannya, apa peduliku jika pohon itu mau ditebang atau tidak.

“Baekhyun, ayolah naik bersamaku. Mereka tidak akan menebangnya jika ada orang disini”

Oh no….sekarang orang-orang juga mulai menatapku aneh. Apa yang mereka harapkan? Apa mereka mau aku memanjat kesana lalu duduk bersama gadis aneh itu? Absolutely not! Never!  That’s a stupid idea. Kuambil handphone dan earphone yang ada dalam saku jasku lalu kusumpalkan ketelinga untuk meredam suara memohon Yoonjoo, membuat telingaku sakit mendengarnya.

“Baekhyun, aku mohon”

Aku merasa kasihan padanya tapi aku tak mau membolos sekolah demi dirinya.

Tomorrow morning

Yoonjoo tak ada didekat pohon itu hari ini, ya tentu saja karena pohon keramatnya itu sudah habis tingga tanggul. Dia kesekolah tapi kau tak pernah tahu, kuyakinkan diriku bahwa seharusnya aku merasa lega. Maksudku, bukankah itu yang selalu kuharapkan? Tapi aku tetap merasa bersalah padanya. Aku ingin minta maaf padanya tapi kupikir “Tidak, bukan itu yang kuinginkan” karena Han Yoonjoo akan berpikir kalau aku merindukannya.

End Baekhyun’s POV

 

Yoonjoo’s POV

Hari pertama aku berkenalan dengan Byun Baekhyun, aku tergila-gila. Matanya, ada sesuatu pada matanya yang mempesona itu. Keluarganya baru pindah kedaerah kami dan aku kesana untuk menolong mereka. Aku baru masuk vannya sebentar lalu Ayahnya menyuruhnya membantu Ibunya, aku tahu dia tak mau pergi jadi kukejar dia untuk memastikan kami bisa bermain bersama sebelum dia terjebak didalam. Lalu tiba-tiba, ia menggandeng tanganku dan menatap mataku, jantungku berhenti berdetak, apa maknanya? Apakah ini akan jadi ciuman pertamaku, tapi lalu Ibunya keluar dan dia begitu malu hingga pipinya merona.

Aku tidur malam itu memikirkan bakal ciumanku, maksduku, dia pasti suka padaku tapi terlalu malu menunjukkannya. Ibuku bilang pria memang begitu jadi kuputuskan untuk menolongnya. Aku mati-matian mendekatinya, aku menempel dan mengikutinya kemana saja, aku memberinya banyak kesempatan untuk mengatasi rasa malunya. Namun aku merasa kalau aku terlalu berlebihan hingga saat memasuki masa sekolah menengah pertama, aku mulai mengendalikan diriku lalu Sally Park muncul.

Sally Park tak lain adalah gadis penggoda yang cengeng, tukang gossip, dan penelikung, rambutnya saja yang indah, tanpa otak. Dia bergandengan tangan dengan Baekhyun, Baekhyun-ku! Seseorang yang berjalan-jalan dengan ciuman pertamaku. Solusiku adalah mengabaikannya. Aku tahu pria sekaliber Baekhyun akhirnya akan tahu sendiri gadis dangkal seperti Sally Park. Perlu waktu seminggu, mereka putus saat jam istirahat. Karena Baekhyun sudah keluar dari cengkraman iblis Sally, dia mulai lebih baik padaku. Dia begitu pemalu dan manis, dan rambutnya harum semangka. Aku tak pernah bosan menciumnya. Sepanjang tahun itu aku diam-diam menghirup semangka dan membayangkan apakah aku akan mendapatkan ciumanku tapi hingga kini kami duduk dibangku kelas 2 SMA, Baekhyun masih belum berani menunjukkan rasa sukanya.

Siang ini seperti biasa aku akan memandangi Ayahku yang sedang melukis dihalaman belakang. Ayahku benar-benar suka melukis dan sepertinya hal tersebut menurun padaku karena disekolah, aku berada dikelas Art.

“Aku mengerti kenapa Ayah senang kemari”

“Kau bisa jelaskan pada Ibumu?”

Aku suka melihat Ayahku melukis dan aku senang mengobrol dengannya saat ia melukis karena aku jadi belajar banyak tentang Ayahku dengan cara itu. Dia menceritakan semua hal seperti bagaimana ia mendapatkan pekerjaan pertamanya dan keinginannya untuk bisa melihatku menjadi pelukis terkenal.

“Ada apa antara kau dan Baekhyun?”

“Apa maksud Ayah? Tak ada apa-apa”

“Baiklah. Ayah yang salah”

“Kenapa Ayah berpikir begitu?”

“Tak ada alasan, hanya saja kau selalu membicarakan tentang dia”

“Benarkah?”

“Iya”

“Entahlah. Kurasa ada sesuatu di matanya atau mungkin senyumannya”

“Tapi bagaimana dengan dirinya?”

“Apa?”

“Kau harus melihatnya secara utuh”

“Apa maksudnya?”

“Sebuah lukisan lebih dari sekedar kumpulan obyek-obyeknya. Sapi jika sendirian hanyalah seekor sapi, sebuah padang rumput hanyalah berisi rumput dan bunga, dan matahari yang mengintip dibalik pohon hanyalah sinar yang menerpa tapi jika digabungkan semuanya, hasilnya ajaib”

Aku tak mengerti apa maknanya hingga keesokan siangnya aku berada diatas pohon ara itu. Aku menyelamatkan sebuah layang-layang. Tersangkut jauh tinggi lebih dari yang pernah kupanjat dan makin tinggi aku panjat, makin aku kagum akan pemandangannya. Aku mulai menyadari betapa menyenangkannya harum udara seperti sinar matahari dan rumput liar. Aku tak bisa berhenti mengirup, mengisi paru-paruku dengan aroma termanis yang pernah kukenal. Mulai saat itu, tempat itu menjadi pangkalanku. Aku bisa duduk berjam-jam menatap dunia. Kadang matahari terbenam berwarna ungu dan merah jambu dan kadang jingga terang hingga membakar awan diufuk. Saat matahari terbenam itulah yang dimaksud Ayahku bahwa keutuhan lebih penting dari bagian-bagiannya. Kadang aku bangun lebih pagi untuk menatap matahari terbit.

Pagi ini, aku sedang mencatat dalam hati bagaimana sinar mentari menembus awan agar aku bisa bercerita pada Ayahku. Lalu aku mendengar suara-suara dibawah.

“Permisi…permisi..kau tak bisa parkir disana karena ini adalah taman perumahan” ujarku

“Hei, sedang apa kau diatas sana? Kau tak boleh memanjat pohon itu, kami akan menebangnya”

“Pohon ini?”

“Iya. Sekarang turunlah”

“Tapi siapa yang menyuruhmu untuk menebangnya?”

“Pemiliknya”

“Kenapa?” aku benar-benar tak habis pikir kenapa mereka mau menebang pohon yang sama sekali tak mengganggu ini

“Dia akan membangun rumah dan pohon ini menghalanginya jadi turunlah nak, kami harus bekerja”

“Kau tak boleh menebangnya. Pokoknya tak boleh!”

“Dengar nak, aku akan menelepon polisi. Kau memasuki dan menghalangi kemajuan kontrak pekerjaan. Kalau kau tak turun, kami akan tebang pohon ini bersamamu”

“Silahkan. Tebanglah pohon ini, aku tak mau turun! Aku tak akan turun!”

Hampir seharian aku bersikeras diatas pohon ini, aku benar-benar tak ingin pohon ini ditebang karena entahlah, aku bisa merasakan suatu perasaan senang yang sulit digambarkan jika aku sedang berada diatas sini. Kulihat banyak wartawan dan jurnalis dibawah sana, mungkin saja setelah ini aku akan dikenal sebagai gadis berumur 18 tahun yang gila hanya karena pohon tapi aku tak perduli.

Perutku lapar tapi aku benar-benar tak ingin beranjak dari pohon karena sedetik saja aku pergi, pada kontraktor itu pasti akan menebang pohonku hingga keesokkan paginya sekitar pukul 7, aku melihat Baekhyun. Dia berdiri didepan rumahnya sambil melihat kearahku, ya mungkin saja dia berniat membantuku atau berpihak padaku tapi itu hanya khayalanku saja karena setelah aku berteriak-teriak meminta bantuannya, dia sama sekali tak perduli. Baekhyun menutup telinganya lalu berjalan pergi. Yang terjadi setelah itu hanya samar-samar kuingat. Sepertinya seluruh kota datang ke sana hingga Ayahku datang lagi membujukku dan aku turun dengan suka rela karena semakin kupikir, tindakanku benar-benar bodoh dan kekanakan.

Aku menangis selama 2 minggu penuh. Tentu, aku tetap kesekolah dan berusaha semampuku tapi tak ada lagi yang penting bagiku.

“Yoonjoo…”

“Ne sonsengnim”

“Kau tahu jawabannya?”

“Emm…Van Gogh”

“Ibu yakin itu sebuah jawaban tapi Ibu menanyakan tentang jajaran genjang”

Seluruh kelas menertawaiku kecuali sahabat baikku Park Gayoung. Entah kenapa jajaran genjang dan segitiga sama kaki tak terasa penting. Sekarang aku selalu pulang melalui jalan yang agak jauh agar tak perlu melewati tanggul pohon yang dulu pernah menjadi pohon ara terindah di dunia. Tapi apapun yang kulakukan, aku tak henti memikirkannya.

“Kau baik-baik saja?” Tegur Ayahku sambil masuk membawa sesuatu

Aku mengangguk pelan lalu berbohong sedikit “Ya, itu hanyalah sebatang pohon”

“Tidak, itu bukan hanya sebatang pohon”

Ayahku menunjukkan apa yang dibawanya dan ternyata itu adalah sebuah lukisan. Lukisan pohonku, pohon ara yang sangat kusuka.

“Ayah tak ingin kau melupakan perasaanmu saat kau diatas pohon”

“Terima kasih Ayah”

Pohon itulah yang kulihat pertama kali setiap pagi dan yang terakhir kulihat saat aku akan tidur dan begitu aku bisa melihatnya tanpa menangis, aku melihat lebih dari sekedar pohon dan maknanya bagiku. Aku menyadari hari dimana pandanganku pada hal-hal disekitarku mulai berubah dan aku berpikir, masihkah aku merasakan yang sama pada Baekhyun? Entahlah, jawabannya mungkin ada pada masa dimulainya kami sebagai siswa tahun ke-3 atau tahun terakhir di Jungwoon High School.

End Yoonjoo’s POV

 

Author’s POV

Bulan Februari merupakan bulan dimana anak-anak sekolah memasuki kelas baru atau mungkin sekolah baru. Seperti itu juga yang terjadi di Jungwoon High School, ada siswa-siswi baru yang duduk dikelas 1 berarti ada siswa-siswi kelas 3 yang baru saja lulus. Didepan papan pengumuman, terlihat gerombolan siswa-siswi yang tak sabar melihat dikelas mana mereka ditempatkan tahun ini dan siapa saja yang akan menjadi teman sekelas mereka.

Diujung papan pengumuman itu, Yoonjoo berdiri sambil memandangi sepatunya tanpa niat berdesakkan masuk karena Gayoung sahabatnya sudah didepan papan pengumuman dan tak perlu waktu lama karena Gayoung punya scanning mata yang sangat hebat.

“Kita berada dikelas Art 3B-2”

“Baiklah, ayo kita kesana”

“Tunggu, kau tidak bertanya padaku siapa yang akan jadi teman kelas kita?”

Yoonjoo menggeleng sambil tersenyum “Tidak perlu, siapapun teman kita sama saja kan?”

“Tapi…ada Baekhyun”

“Aku sudah tidak perduli lagi” jawab Yoonjoo sambil berlalu

“Kenapa? Kenapa begitu? Bukankah kau sudah mengaguminya sejak lama? Kau tidak senang akhirnya sekelas lagi bersamanya?”

“Aku terlalu lelah mengikutinya dan kurasa aku sudah membuatnya merasa tidak nyaman selama ini”

“Begitu?”

“Hmmm. Ayo cepat, kita harus mendapat tempat duduk yang strategis”

Yoonjoo menarik tangan Gayoung menuju ruangan yang akan menjadi kelasnya selama setahun kedepan dan akan menjadi ruangan terakhir tempatnya belajar dimasa SMA.

Tepat pada saat Yoonjoo dan Gayoung memasuki kelas, matanya melihat sesosok pemuda yang dulu menjadi favoritnya, Byun Baekhyun, ini adalah pertama kalinya mereka menjadi teman sekelas setelah yang terakhir saat dikelas 3 SMP. Yoonjoo mengalihkan pandangan saat Baekhyun menoleh kearahnya, matanya menangkap 2 bangku kosong yang bisa menjadi tempatnya dan Gayoung duduk namun naas seseorang tiba-tiba menarik Gayoung untuk bersamanya. Orang itu adalah Kim Jongdae atau biasa disebut Chen, laki-laki itu sudah menyukai Gayoung sejak tingkat pertama dan laki-laki itu merupakan teman Baekhyun selain Sehun tapi sifat Chen dan Sehun sangat berbeda. Chen merupakan pria yang ramah dan baik hati tidak seperti Sehun yang dingin dan ketus yang selalu memandang Yoonjoo sebelah mata atau mungkin bisa dibilang Sehun hampir mirip dengan Baekhyun yang tak pernah menganggap Yoonjoo ada.

“Hey kau! Jangan menarikku sesuka hatimu” Gayoung mencoba melepaskan cengkraman tangan Chen

Yoonjoo yang melihat hanya tersenyum lalu mengambil tindakan lain yaitu duduk dikursi yang sampingnya sudah terisi agar Gayoung tidak bisa duduk bersamanya karena mungkin hanya hal itu yang bisa dilakukannya untuk membantu Chen.

“Maaf, boleh aku duduk disini?”

Pemuda itu, pemuda dengan mata bulat besar dan bola mata bersih yang dibingkai dengan kacamata harry potter itu menatap Yoonjoo heran.

“Kau…mau duduk disebelahku?” tanyanya ragu

“Hmmm, tidak boleh?”

“Tidak..hanya saja—“

“Kau Song Jinhyuk bukan?”

“Ba..bagaimana kau tahu namaku?”

“Kita sama-sama dikelas lukis tapi berbeda shift. Aku ada dishift malam dan saat jam berganti, aku sering melihatmu keluar, Park saem juga sering bercerita kalau kau sangat hebat melukis sketsa wajah”

“Jadi kau juga ada dikelas lukis? Benar?”

“Hmmm”

“Baiklah silahkan duduk, dengan senang hati aku menerimamu”

“Eo?”

“Em maksudku, aku sangat senang bisa mempunyai teman sebangku sepertimu tapi siapa namamu?”

“Han Yoonjoo”

Tautan tangan itu membuat seseorang disana merasakan hal aneh. Seperti ada perasaan marah atau cemburu menjalari dirinya tapi dengan cepat dia mengusir semuanya karena dia terus memberikan sugesti bahwa dirinya tidak akan mungkin menyukai gadis aneh yang selalu menjadi penguntitnya.

~oOo~

Baekhyun terus meninggikan volume musiknya hingga suara Chen menegurnya dengan keras.

“Kau mau merusak telingamu? Kenapa memutar musik dengan volume sekeras itu? Aku bahkan bisa mendengar dengan jelas suara yang keluar dari earphonemu”

Baekhyun mendengus, sekeras apapun suara musiknya masih tetap tidak bisa meredam suara-suara mengganggu yang datang dari meja seberang tempat 2 orang dengan hobi yang sama sedang mengobrol akrab. Sesekali Baekhyun melirik kearah 2 orang itu, tidak, Baekhyun sebenarnya hanya melirik si wanita, bagaimana bisa wanita itu tersenyum seperti itu? Apa yang dikatakan si pria hingga bisa membuatnya tertawa bahagia? Pertanyaan-pertanyaan seperti itu terus memenuhi kepala Baekhyun hingga terasa mau meledak.

“Kau cemburu?” celetuk Chen berhasil membuat Baekhyun melemparkan tatapan horornya

“Kenapa? Kenapa kau melihatku begitu? Ini salahmu, kau selalu mengabaikan wanita sebaik Yoonjoo dan sekarang lihatlah dia diambil orang” gurau Chen yang benar-benar berhasil membuat Baekhyun mendidih

Laki-laki itu membanting buku yang sedang dipegangnya lalu memasukkan dengan kasar ponsel dan earphonya kedalam saku. Kakinya melangkah cepat keluar kelas, kemana saja asal tak melihat Yoonjoo. Sepanjang jalan Baekhyun terus berspekulasi tentang apa yang terjadi pada dirinya seperti bahwa dia tidak pernah cemburu padan Yoonjoo si gadis aneh dan tidak akan pernah, rasa marah yang tadi timbul bukanlah cemburu melainkan hanya rasa terganggu karena Yoonjoo dan Jinhyuk terlalu berisik dikelas dan membuatnya tidak bisa berkonsentrasi membaca buku.

End Author’s POV

 

Baekhyun’s POV

Hari ini adalah hari pertama sebagai senior tertinggi di SMA. Hari ini juga yang akan mengawali hari-hari bahagia dimasa depan, tak ada senior yang harus kuhormati dan tak ada lagi gadis pengganggu karena setelah insiden pohon itu, dia benar-benar menjauh dan kurasa kali ini akal sehatnya benar-benar kembali. Aku dan Chen sahabatku kembali berada disatu kelas dan aku baru tahu kalau Yoonjoo juga akan berada dikelas yang sama saat sedetik yang lalu dia memasuki kelas ini bersama temannya. Aku berani taruhan dia akan menduduki kursi didepan atau belakangku atau bahkan kursi kosong disampingku tapi rupanya aku salah, dia malah memilih duduk disamping si cupu Song Jinhyuk, ya tentu saja karena pikiran mereka sejalan, sama-sama aneh. Ternyata Yoonjoo masih terus menghindariku seperti dulu, itu bagus karena aku tak harus merasa terganggu karenanya tapi caranya mengabaikanku selalu mengingatkanku bahwa aku jahat. Jujur aku lebih suka saat dia menggangguku daripada saat dia marah padaku. Tidak! Lupakan apa yang baru saja kukatakan! Kurasa aku mulai terpengaruh mantranya lagi.

Biarkan saja gadis aneh itu berkumpul bersama Jinhyuk yang juga sama anehnya, jika diperhatikan, mereka adalah pasangan serasi. Bukankah begitu?

Sekarang pukul 10 dan sialnya aku masih tak bisa berkonsentrasi sejak pagi karena pasangan aneh itu. Mereka terlalu berisik, apa mereka mau pamer kemesraan pada semua orang?

“Kau cemburu?”

Aku menoleh kesamping kearah pemilik suara itu. Apa dia ingin mati mengatakan hal semacam itu padaku? Cemburu? Hahahah never!

“Kenapa? Kenapa kau melihatku begitu? Ini salahmu, kau selalu mengabaikan wanita sebaik Yoonjoo dan sekarang lihatlah dia diambil orang”

Ingin rasanya aku menjejalkan buku kedalam mulutnya kalau saja aku tak ingat dia teman baikku. Lebih baik aku mencari udara segara diluar, terlalu lama disini membuat tekanan darahku naik.

“Aku? Cemburu? Haha lucu sekali, aku marah karena mereka terlalu berisik. Apa mereka kira kelas adalah tempat berpacaran? Kenapa—“

“Baekhyun!”

Kutolehkan kepala mencari siapa orang yang memanggil namaku dengan begitu keras dan ternyata orang itu adalah di pengkhianat Oh Sehun.

“Kau mau bergabung dengan tim baseball?”

“Kenapa? Kau kehilangan kemampuanmu?”

“Hey..kau masih marah karena yang dulu?”

Lihatlah cara bicaranya, apa dia bilang? Karena yang dulu? Caranya berbicara mengatakan seolah-olah apa yang dia katakana dulu saat kelas 1 adalah hal biasa. Bagaimana bisa hal itu jadi hal biasa untukku? Dia menghina Yoonjoo didepan mata ku dan mengata-ngatai Yoonjoo sebagai gadis cacat mental, bagaimana bisa aku menerimanya dengan baik? Tidak aku tidak sedang perhatian pada Yoonjoo, aku hanya tidak suka melihat orang lain dihina.

“Aku masih menyayangkan kau keluar dari Tim hanya karena wanita itu”

“Apa?”

“Begini Baekhyun, kurasa aku harus mengingatkanmu untuk tak lebih tenggelam lagi dalam guna-guna wanita itu karena aku mulai merasa kau punya perhatian khusus untuknya”

“Kau—“

“Datanglah ketempat latihan kalau kau memang tidak punya perasaan khusus untuknya. Sampai jumpa”

Aku tak ingat lagi apa yang kulakukan setelah itu. Aku hanya ingat aku datang kelapangan dan bergabung lagi bersama Tim Baseball Junsang, hal itu kulakukan bukan hanya untuk menujukkan kalau aku benar-benar tidak tertarik pada Yoonjoo tapi juga untuk memenuhi kesenanganku karena aku memang sangat suka pada Baseball.

Saat pulang latihan, keadaan semakin aneh. Kakekku, dia disana, didepan rumah keluarga Han. Dia dan Yoonjoo sedang membabat rumput bersama. Apa kini mereka semakin akrab saja? Aku tertarik untuk melihat kesana dan makin kulihat, aku semakin gusar. Kakekku sudah bicara lebih banyak pada Yoonjoo dalam 1 jam daripada bicara padaku selama ia tinggal bersama kami. Aku yakin tak pernah melihatnya tertawa dan apa menariknya Han Yoonjoo?

~oOo~

Tok..tok..tok..

3 kali ketukan membuatku meletakkan buku yang sedang kubaca lalu menoleh kearah pintu. Ternyata kakekku.

“Yoonjoo menceritakan pada kakek tentang telurnya”

Apa? Gadis itu menceritakan insiden telur yang sudah terjadi 2 tahun lalu? Aku tahu saat itu aku memang keterlaluan tapi apakah dia harus menyimpan dendam selama itu?

“Kau tahu Baekhyun? Sifat seseorang terbentuk diusia muda. Kakek tak ingin melihatmu terperosok terlalu dalam”

“Bagimana?

“Ini mengenai kejujuran nak. Kadang rasa kurang nyaman di awal dapat menghindarkan rasa sakit”

Insiden telur, insiden itu terjadi saat kelas 1 SMA dimana Yoonjoo mengadakan percobaan mengenai penetasan ayam dan berhasil. Dia menetaskan 6 ayam dan memeliharanya hingga suatu hari dia mulai memberikan telur-telur yang ayamnya hasilkan padaku. Aku bukannya tak sopan dengan membuang semua telur itu, aku hanya takut terkena bakteri salmonella atau yang lebih kutakutkan adalah dia sudah memantra-mantrai telur itu tapi sekarang aku sadar pikiran itu adalah pikiran terbodoh yang pernah kupunya namun soal dendam, Han Yoonjoo adalah ratunya dan terbukti sekarang dengan dia menceritakan hal tersebut pada kakekku jadi kurasa aku harus benar-benar menyelesaikan masalah telur tersebut.

Sepanjang minggu aku mencoba mendekatinya disekolah dan dia selalu menemukan cara untuk menghindariku dan saat ia berada dihalamannya, kakek selalu ada bersamanya. Akhirnya hari ini, hari sabtu tanggal 5 April, aku melihat peluangku. Kakek, Ibu, dan Ayahku harus pergi ke Seoul untuk memeriksakan kesehatan kakekku secara rutin.

“Halamanmu terlihat indah” sapaku

Yoonjoo hanya menoleh sebentar lalu kembali fokus menyiram bunga-bunga ditamannya

“Terima kasih. Ini berkat bantuan kakekmu juga”

Hening cukup lama sebelum akhirnya aku berani mengutarakan maksudku menyapanya

“Maafkan perbuatanku itu”

“Perbuatanmu yang mana?”

“Tentang telur-telurmu”

Yoonjoo mematikan selang airnya lalu berdiam beberapa detik sebelum akhirnya membalikkan badan menatapku “Aku tak mengerti Baekhyun, kenapa kau tak mengatakannya padaku?”

“Entahlah. Tindakanku itu konyol dan tidak baik”

“Mungkin itu demi yang terbaik. Maksudku lihat, aku belajar banyak dari kakekmu, dia hebat. Kau beruntung, aku sudah tak punya kakek-nenek lagi. Aku merasa kasihan padanya, dia merindukan nenekmu. Kau percaya? Katanya aku mengingatkan dirinya pada nenekmu”

“Apa?”

“Aku tahu. Itu katanya tapi maksudnya baik, mengenai semangat nenekmu”

“Ya. Yah semoga berhasil dengan rumputnya, aku yakin hasilnya pasti indah”

“Terima kasih”

“Sampai bertemu lagi”

“Kurasa begitu”

Sementara aku tak terlalu mengharapkan Yoonjoo menerima maafku, setidaknya masalah telur akhirnya berakhir. Pertama kali selama hampir 3 tahun aku bisa menikmati variety yang sangat terkenal di Korea “Running Man”.

“Baekhyun, mau menemani kakek jalan-jalan?”

Aku mengangguk semangat, ya tak ada yang lebih baik untuk menjernihkan pikiran selain berjalan-jalan santai sambil menghirup udara malam yang tenang. Aku dan kakekku berjalan disekitar perumahan hingga ia berhenti didekat tanggul pohon ara.

“Ini tempat pohon itu dulu berada, kan?”

“Ne”

“Pasti pemandangannya indah sekali”

Aku menoleh memperhatikan wajah kakekku, entahlah semakin lama aku lihat dia semakin memiliki pemikiran yang sama dengan Yoonjoo, apakah itu berarti aku juga harus mencap kakekku aneh? Tidak, itu hal yang kurang ajar dan ia adalah kakekku yang berarti jika ia aneh maka aku juga aneh.

“Dia gadis yang unik. Sebagian orang bagaikan kain polos, satin, atau kain yang mengkilap tapi sesekali, ada seseorang yang berwarna-warni dan saat kau menemukannya, tak ada yang bisa menandinginya”

Malam ini benar-benar tak seperti malam sebelum-sebelumnya. Hingga pukul 12.45 aku belum juga bisa jatuh tertidur. Polos, mengkilap, warna-warni, apa maksudnya? Han Yoonjoo bagiku biasa saja, sampai saat ini dan caranya membicarakan seperti apa rasanya berada di atas pohon saat berada jauh di atas bumi, tersapu angin, siapa anak SMA yang bicara seperti itu? Perasaan aneh ini mulai membuatku mual dan aku tak menyukainya. Aku terpeleset bung! dan ini saatnya mencari pegangan.

~oOo~

Pagi yang cerah, suara burung berkicauan, suara kompor dan penggorengan beradu, semua sama seperti pagi-pagi sebelumnya tapi tunggu, kurasa ada sesuatu yang berbeda. Ada seseorang yang memutar musik, apakah ini tidak terlalu pagi untuk memutar musik? Dan apa ini? Siapa yang tengah memutar lagu milik Howl beserta J berjudul Perhaps Love pagi-pagi begini? Dan setelah pandangan mataku tak lagi buram, semua rohku sudah kembali, aku baru sadar tak ada orang yang memutar lagu itu, dan aku tahu itu hanyalah khayalanku. Tidak! Aku sepertinya mulai gila! Untuk apa aku memikirkan lagu yang mempunyai arti semacam itu? Gila, ini gila! Lebih baik aku segera mandi lalu mengisi perutku agar otakku ini tak kemasukan hal-hal aneh.

Tepat pukul 7.30, aku sudah duduk dibalik meja dengan semangkuk sereal beserta segelas orange jus. Aku makan dengan tenang dan lahap sebelum akhirnya Ibuku mengucapkan sesuatu yang membuat bola mataku serasa ingin melompat keluar.

“Hari ini adalah tanggal 6 April dan seperti tahun-tahun sebelumnya, 4 hari lagi tepat pada tanggal 10, kita akan mengadakan makan malam dengan keluarga Han untuk memperingati hari pertama keluarga kita pindah kemari”

Makan malam resmi bersama keluarga Han? Baiklah ini bukan makan malam pertama kami tapi entahlah aku merasa ini akan jadi makan malam yang berbeda. Dan bertemu Yoonjoo disekolah makin membuatku tak nyaman. Aku menemukan diriku menatapnya dikelas, menatap rambutnya yang terurai dibahunya dan hey…sejak kapan rambutnya yang dulu begitu tipis jadi begitu indah dan lebat seperti sekarang? Karena terlalu serius menatap Yoonjoo, aku bahkan tak sadar Park Gayoung sedang memperhatikanku dan menangkap basah diriku yang sedang menatap sahabatnya, jika aku tak segera bertindak, gosipnya akan segera menyebar.

“Ada lebah dirambutnya. Lihat! Lebahnya pergi”

“Tak ada lebah disini”

“Sudah terbang ke jendela”

Aku meyakinkan diriku bahwa aku sudah lolos dari bahaya. Aku harus menyingkirkan Yoonjoo dari pikiranku dan konsentrasi pada hal-hal penting seperti belajar tapi kelemahanku melemahkanku. Hidupku kini bagaikan ladang ranjau.

~oOo~

Matahari hari ini cukup terik namun tidak menyurutkan semangatku untuk terus melemparkan bola-bola pada anggota baru Club Baseball, ya aku adalah Byun Baekhyun, Pitcher paling handal milik Jungwoon atau mungkin milik Gwangju dan Bucheon. Sudah kewajibanku sebagai ketua Tim untuk melatih anggota-anggota muda ini. Mereka—

“Hey Baekhyun aku minta air minummu”

“Baiklah”

Sehun, seperti biasa dia akan selalu menginterupsiku dengan hal-hal kecil dan kali ini hanya karena minum. Tunggu..apa dia bilang? Minum? Bukankah botol minumanku ada didalam tas dan apa itu artinya dia sudah membuka tasku? Matilah kau Byun Baekhyun!

“Wow! Baekhyun apa ini?”

Berakhirlah sudah! Aku segera berlari menghampiri Sehun yang sedang memegang koran berisi artikel mengenai Yoonjoo yang tidak mau turun dari pohon yang dia temukan didalam tasku lalu segera merebutnya.

“Ini bukan seperti yang kau pikir”

Sehun menatapku aneh

“Baiklah, ini seperti yang kau pikirkan tapi aku bisa menjelaskannya”

Sekarang dia menatapku dengan mata yang disipitkan dan alis yang naik sebelah

“Baiklah, aku tak bisa menjelaskan. Kita bisa bicarakan nanti saja?”

“Wow wow wow Baekhyun, tidak, ini hal yang tidak bisa ditunda-tunda. Apa kau gila? Han Yoonjoo? Kau membencinya”

“Itulah anehnya. Kurasa aku tak membencinya, aku tak bisa berhenti memikirkannya”

“Kau sudah parah bung, kau tak tertolong”

“Apa yang harus kulakukan?”

“Singkirkan perasaan itu, itu bukan perasaanmu yang sebenarnya”

“Bukan?”

“Kau merasa bersalah karena telur-telur itu”

“Ya dan aku menghina hobinya”

“Tepat! Hobinya bergaul dengan cat, kuas, tanah liat, dan sejenisnya itu memang aneh dan itu seharusnya menyadarkanmu”

“Tentang apa?”

“Tentang Yoonjoo”

“Apa maksudmu?”

“Dia adalah gadis aneh yang punya gangguan mental, dia menguntitmu sejak lama dan apa menurutmu ada gadis normal seperti itu?”

Aku tak percaya itu, aku tak percaya Sehun mengatakan hal itu lagi. Aku ingin mengamuk padanya seperti dulu dan mengatakan bahwa ia tak mengenal Yoonjoo seperti aku tapi yang keluar dari mulutku malah sebaliknya..

“Oh..benar”

“Ya tentu saja”

“Benar, kita bicara lagi nanti, aku harus masuk kelas sekarang”

Aku melamun sepanjang jalan menuju kelas sebelum akhirnya sebuah tepukan keras mengembalikanku kedunia nyata.

“Kau belum ganti baju? Sebentar lagi Kim saem akan masuk dan jangan berharap dia mengijinkamu masuk dengan seragam baseball penuh keringat itu”

“Ya ya aku tahu. Aku baru saja akan berjalan ketoilet”

“Ada apa denganmu?”

“Apa maksudmu? Aku baik-baik saja”

“Tunggu, aku ini Kim Jongdae, kita berteman hampir 3 tahun dan aku cukup tahu ekspresi wajahmu sekarang menunjukkan kau tidak sedang baik-baik saja kawan”

Aku berpikir sejenak sebelum akhirnya mengajukan pertanyaan itu pada Chen

“Apa menurutmu seseorang yang suka melukis dan berkutat dengan tanah liat itu aneh?”

“Apa maksudmu? Kau kenal Leonardo DaVinci? Van Gogh? Atau Picasso? Mereka orang terkenal dan mereka adalah pelukis. Apa yang kau pikirkan dengan bertanya seperti itu”

“Lalu bagaimana dengan seseorang yang menjadi penguntit?”

“Tunggu…aku sepertinya mengerti arah pembicaraanmu. Apa kau sedang membicarakan Yoonjoo? Dengar Byun Baekhyun, aku tak mengerti kenapa kau selalu berpikir seperti itu mengenai Yoonjoo dan kau tahu kalau kau semakin mirip Sehun yang mengatakan Yoonjoo punya gangguan mental atas dasar cintanya yang ditolak”

“Cinta ditolak?”

“Iya, kau tidak tahukan? Apa yang kau tahu? Kau hanya korban dari pengaruh buruk Sehun. Kuberi tahu satu hal, Sehun sudah menyukai Yoonjoo sejak lama tapi dia ditolak saat menyatakan cinta pada saat kelas 8, itulah yang menjadikannya benci pada Yoonjoo”

“Kau..siapa yang memberitahumu?”

“Gayoung. Dengar kawan, yang perlu kau jauhi itu bukan Yoonjoo tapi Sehun, jelas-jelas dia mencoba membuatmu benci pada Yoonjoo dan kurasa kau harus mulai menggunakan hati dan pikiranmu, jangan hanya menggunakan akalmu karena kulihat hatimu sudah menjerit-jerit tak tahan..hahahahah”

“Yak! Kim Jongdae apa maksudmu?”

Chen benar-benar sukses melenyapkan semua sugesti buruk yang dijejalkan Sehun padaku dan usai sekolah aku seharusnya pergi berlatih tapi aku tak bisa berada disekitar Sehun lagi. Dia sudah melanggar batas dan yang berdiri bersamanya diluar batas itu adalah Sally Park. Aku tak perduli apa pendapat mereka. Aku menyukai Yoonjoo dan malam ini aku akan mulai menunjukkan perhatianku padanya karena malam ini kami akan mengadakan makan malam bersama.

~oOo~

Aku ingin tampil tampan untuk Yoonjoo tapi aku tak ingin membuatnya berpikir aku ingin tampan untuknya, kau tahu ada batasannya, batas yang sangat tipis.

“Baekhyun! Mereka datang, turunlah”

“Aku datang!”

Seperti biasa Ayah dan Ibuku akan menyambut mereka dan seperti biasa pula Bibi Han akan membawa pie buatannya sendiri dan harus kuakui pie yang ia buat sangat enak. Setelah para tetua masuk kedalam, kulihat peluangku untuk menyapa Yoonjoo.

“Hai”

Yoonjoo hanya menanggapiku dengan sedikit senyuman, hanya sedikit!

“Kau terlihat cantik”

Awalnya kukira akan mendapat ucapan seperti “Terima kasih” karena telah memujinya tapi ternyata apa yang dia katakan jauh sekali dari harapanku.

“Aku dengar kau dan Sehun mengataiku punya gangguan mental dan aku tak mau bicara denganmu. Tidak sekarang atau selamanya”

Setelah mengatakan hal yang kejam itu, Yoonjoo bergabung bersama Ayahku, Kakekku, dan Ayahnya untuk membicarakan penggerak abadi. Penggerak abadi? Aku disini, merana sendirian dan mereka membicarakan penggerak abadi? Dan bagaimana Yoonjoo mengetahui itu semua?

“Ayo semuanya, makan malam sudah siap” teriak Ibuku

“Yoonjoo, boleh aku bicara denganmu?”

“Apa?”

“Perkataan Sehun itu salah dan aku tahu itu”

“Kau tahu itu salah saat ia mengatakannya?”

“Ya, aku ingin meninjunya tapi kami sedang dilapangan dan banyak anggota baru club disana”

“Jadi kau malah sependapat dengannya lalu tertawa?”

“Itu…”

“Kalau begitu itu menjadikanmu seorang pengecut”

Aku merasa seperti didorong paksa kesebuah jurang penuh dengan harimau lapar. Aku harus duduk didepan Yoonjoo sepanjang makan malam dan sisa malam itu berlanjut cukup lancar kecuali soal Yoonjoo yang mendiamkanku sepanjang malam bahkan tak menatapku sama sekali sampai ia akan pulang.

“Maaf aku begitu marah saat kami datang tadi. Kurasa semua menikmati makan malamnya. Ibumu baik sekali mau mengadakan makan malam seperti ini setiap tahun dan selalu mengundang kami. Sampai nanti”

Permintaan maafnya justru menjadikan keadaan semakin buruk karena aku tahu aku tak dimaafkan. Itu bagai aku tak cukup penting untuk kau jadikan sasaran dendam. Yoonjoo menyebutku pengecut, ini terasa seperti Yoonjoo sudah keluar dari hidupku atau lebih tepatnya aku yang ditendang dari kehidupannya.

 

To be continue…….


Officially Missing You

$
0
0

[EXOFF] – OFFICIALLY MISSING YOU

 

Athor              : Lee HaIn [@maulideu]

Genre             : Romance, Fluff, Comedy garing kriuk

Length           : oneshoot or ficlet

Ratting           : G

Main cast       : Kai, OC

Cuap-cuap author: pertama-tama aku ucapin terimakasih buat Allah SWT yg udah mengilhami saya karena dpt ide FF yg segini gejenya. Terus Admin di EXOFF yang mau nyisain waktu dan kuota buat ngepublish ni FF. Dan readers yang mau baca+comment+like ni FF. *berasa dapet penghrgaan -_-*

ini FF pertama saya yang di post di EXOFF. So, maaf klo ada salah kata or typos. Ff ini terinspirasi dari aku yang ga konsisten -_- suka ganti-ganti bias. Bias pertama aku sebenernya kai. Terus ganti Chanyeol soalnya dia tuh lucu. Terus ganti lagi ama Luhan soalnya dia dewasa, care, cute, cowo idaman bangetlah. Terus ganti lagi ke baekhyun. Soalnya baekki juga unyu, lucu, and ngegemesin. Tapi setelah menjelajah ke seluruh bias, akhirnya yang terakhir ke kai. Kenapa? Nado nal molla~ *nyanyiAlaSehun* mungkin, dia yang pertama bikin aku jadi suka exo. Dan, aku kangen kai .. Huwaaa. Oke, author banyak bacot. Happy reading ^^

 

***

Disore yang mendung, hawa dingin dan panas yang menggigit tulang terasa bersamaan akibat efek global warming yang terjadi. Aku berjalan di trotoar, di pinggir jalan raya yang terletak di daerah Busan. Jalan yang menghubungkan rumahku dan sekolahku. Aku pulang ke rumah dengan berjalan kaki yang jaraknya tiga Km dari sekolahku. Ya, aku pulang sekolah. bukan bukan karena aku tidak punya uang untuk membayar taksi/bus untuk pulang. Juga bukan karena sudah tidak ada bus yang beroprasi lagi. Dan juga bukan karena aku sedang berhemat. Tapi, aku sedang merindukan seseorang. Ya, aku sedang merindukan seseorang.

Seseorang yang dua tahun ini mengisi hatiku. Seseorang yang sudah tiga  tahun dekat dan bersama denganku. Tapi tidak untuk enam bulan belakangan. Ia pergi meninggalkanku, pergi meninggalkan sekolahnya, rumahnya, dan teman-temannya yang ada di sini untuk hijrah ke Seoul akibat mengikuti ayahnya yang dipindahtugaskan kesana. Dia adalah .. Kai. Siapa Kai? Kai adalah seonggok nama yang tidak berguna tapi merupakan seseorang yang sangat berarti bagiku. Kai itu .. kekasihku .. belahan jiwaku ..

Aku mengingat kembali kenangan diriku dan dirinya di trotoar bersejarah ini. Pulang sekolah bersama, pergi ke sekolah bersama, berlari-larian bersama, bercanda bersama, makan ice cream vanilla rasa coklat bersama, dikejar anjing bersama, dan masih banyak lagi kenanganku dengannya di trotoar ini.

Sekilas bayangan-bayangan masa lalu terlintas di pikiranku seperti potongan-potongan film. Ah, kai kau membuatku gila. Aku merindukanmu. Aku merindukan itemku. Aku merindukan geblek-ku. Aku merindukanmu Kim Jong In ..

Biasanya aku tidak merindukannya. Bahkan kadang aku melupakan statusku dengannya yang masih berpacaran. Tapi, kejadian tadi mengingatkanku padanya. yang membuatku semakain merindukannya. Yaitu, kejadian Baekhyun yang menginjak taikucing.

 

-FLASHBACK-

 

Aku berjalan bersama dengan Yong Ah –teman dekatku- di koridor kelas XII. Banyak kakak kelasku disana. sebenarnya aku hanya numpang lewat, karena koridor itulah satu-satunya koridor yang merupakan jalan pintas dari kelasku menuju kantin. Bukan hanya itu sih alasanku lewat sini. Tapi juga aku mau cuci mata sekalian melihat sunbae-sunbae ganteng. Haha ..>>abaikan

Karena tidak mau dianggap hoobae yang sombong, kami menyapa sunbae-sunbae dari yang jutek sampai yang ramah. Tapi aku merasa dilihat oleh salah satu sunbae yang bernama Byun Baekhyun. Karena merasa risih, lebih baik kusapa saja dia. Toh nggak dosa.

“Anyeong Baekhyun sunbae. Kau semakin tampan” sapaku dengan senyum yang mengembang. Yong ah menyenggol lenganku seperti malu atau tidak terima aku menyapanya. Ah ya pantas saja, dia menyukai Baekhyun. Tapi ah, apa peduliku yang penting aku tidak menyukainya. Dan Baekhyun juga sepertinya tidak menyukaiku, sepertinya.

Baekhyun berjalan masih memandangku dengan wajah berbinar. Entah kegeeran entah terpesona oleh senyumku yang menawan, atau entah apa.dia berjalan tanpa melihat kanan kiri atas bawah dan hanya melihatku. Saat itu juga ia menginjak sesuatu yang lembek, berwarna kuning, berbau busuk keasaman, yak ia menginjak taikucing.

“Akh” terlihat ia ber-akh ria setelah melihat sesuatu yang diinjaknyaa. Seketika teman-temannya dan juga Yong Ah menertawakannya. Tapi tidak denganku. Aku langsung mengingat Kai. Kejadian itu mengingatkanku pada Kai. Aku jadi merindukan itemku. Dan hal kedua yang mampir dipikiranku adalah

“Kenapa ada taikucing di sekolahku yang indah nan asri ini?” Yong Ah membisu dan memikirkan kembali apa yang kukatakan tadi.

 

-FLASHBACK END-

 

Aku membeli jajanan cengkaruk {nasi kering yang digoreng, rasanya gurih} dan ice cream vanilla rasa coklat di salah satu toko pinggir trotoar. Salah satu jajanan kesukaan kami berdua. Cengaruknya aku simpan untuk cemilan di rumah dan ice cream-nya aku makan sekarang takut keburu melting >,<

Tidak terasa aku sudah sampai rumah. Ice ceram-ku sudah habis dan kakiku sedikit pegal akibat berjalan sepanjang tiga Km. maklum, semenjak tidak bersama kai, aku selalu pulang menggunakan bus dan jarang olahraga.

Setelah mandi sore, seperti biasa aku mengecek aplikasi Sosmed milikku yang ada di smartphone yang selalu aku gunakan. Okey, pertama aku buka akun twitter-ku. Dan betapa terkejutnya saat aku melihat foto ini. Gila~ kai berfoto dengan seorang yeoja dengan posisi berpelukan. What The Hell??

“Krystal Jung” kubaca nama akun yang meng-upload foto tersebut. Seperti dugaanku. Dia pasti gadis itu, gadis yang di foto sedang berpelukan dengan kai. Apa sih mksudnya? Tidak tahu apa kalau kai sudah memiliki yeojachingu yang super cute seperti aku?

“Dasar gadis kota! Bisanya hanya merebut pacar orang” gumamku sambil mengotak atik smartphone. Kulihat waktu uploadnya one minute ago. berarti baru saja.

-cicitcuit- terdengar bunyi sms di ponselku. Kutengok nama sendernya, ternyata dari si item. Wah, kebetulan sekali. Apa dia mau menjelaskan tentang fotonya yang diupload di twitter tadi? lebih baik aku buka saja smsnya.

 

Ithem  : Sore dear, apa kau sudah sarapan? ;-)

 

Hah? Apa ini? Kukira dia mau sms tentang fotonya –yg baru saja diupload- tadi. -_- Ternyanta hanya sms ga penting. Nanya sarapan lagi. Watados bingit. Jelas-jelas sekarang sore hari. Dasar item gembel.

 

Me       : Hhmm

 

Aku hanya membalas itu. Biasanya kalau aku sedang kesal padanya pasti isi smsku seperti itu, looks like amarah yang terpendam haha. Atau kalau malas aku tidak membalas smsnya.

Tidak lama kemudian dia membalas smsnya.

 

Ithem  : Ko Cuma ‘hhmm’ sih? Kamu marah sama aku?

 

Sebenarnya kita pacaran sudah berapa lama sih? Masa’ kebiasaan aku sms gitu aja gatau. Atau dia benar-benar lupa? Haissh. Dasar namja item, dekil, gembel, geblek. Rasanya ingin aku teriak sekarang. Kyaaaaaa

 

Me       : menurutmu tuan kim?

 

Akupun membalas dengan penuh kesabaran dan ketabahan. 1 detik, 2 detik, 5 detik, 10 detik, 1 menit, dia tak juga membalas sms ku. Apa dia marah? Atau menyerah?

5 menit kemudian bunyi sms masuk di ponselku. Ternyata dia membalas smsku. Tak dipungkiri aku sangat senang, kukira dia juga marah padaku.

 

Ithem  : oiya, mianh, tadi aku salah sms. Aku ralat yaa? Bentar ..

 

35detik kemudian..

 

Ithem  : sore dear .. kamu udah makan? ^^v

 

Blush~

Oh may gat. Cuma sms gini aja dia udah buat pipi aku merah.  Aigoo, meskipun dia salah sms tadi, gapapa deh. Ga terlalu sweet sih, tp Yang penting perasaanku lebih baik :)

Great, dia sudah mengatasi satu penyebab kekesalanku. Tapi belum tentang fotonya yang di twitter tadi.

 

Me       : Hhmm, belum

Ithem  : Kenapa masih ‘Hhmm’? masih marah?

 

Aku sedikit tersenyum salting. Ternyata dia tidak lupa gaya smsku. Aigoo, senangnya. Eh, tunggu dulu. Aku kan masih marah padanya. Oke, jangan nge-fly dulu Ren. aku ganti topik pembicaraan deh

 

Me       : kamu udah buka twitter?

Ithem  : belum. Wae?

Me       : buka sekarang

Ithem  : kuota internetku habis

Me       : pinjam ponsel eomma-mu

Ithem  : Eomma belum pulang.

Sudah kubilang, panggil eomma-ku dengan sebutan eommonim

Me       : Kalau begitu pinjam ponsel appa-mu

Eumm harus ya?

Ithem  : Appa masih dikantor.

Supaya kamu ga shock saat memanggil eomma-ku seperti itu saat kita menikah nanti :D

Panggil appa-ku abeonim jugaa

 

Hhh .. sempat-sempatnya dia memikirkan pernikahan. fotonya dengan yeoja lain saja masih berkeliaran bebas di dunia maya. Bagaimana bisa bocah ini

 

Me       : Kalau begitu pinjam milik Ha in

Oke kapan-kapan

Ithem  : Ha In sedang les kimia. Ada apasih? Apa begitu mendesak? Malhaebwa ..

Me       : Kamu kenal Krystal jung?

Ithem  : iya, dia salah satu teman dekatku disini. Wae?

 

Mwoyaa? Teman dekat? Aigoo it’s danger. Aku dan kai kan saling suka akibat kita dulu lumayan dekat. Jangan-jangan ini juga terjadi pada kai dan kristal itu. Eottohke? Jujur, meski aku tidak terlalu menganggapnya selama ini dan ngatain dia ‘item’ ‘gembel’ ‘geblek’ tapi aku masih sayang padanya.

 

Me       : Seperti apa orangnya?

Ithem  : Eum baik, cantik, perhatian, pintar, rajin juga. Wae? Apa kau juga mengenalnya?

 

Mengenalnya mbahmu. Tau namanya saja dari twitter akibat foto tidak senonoh milik kalian berdua.

Ck, sepertinya si ithem tau sifat yeoja itu dengan baik. Ah keure, tentusaja. Dia kan teman dekatnya. Apa .. mereka sudah berpacaran? Aih, tiba-tiba saja aku menyesal telah bersikap tidak menganggapnya. Aku menyesal telah ngatain dia. Aku menyesal kalau aku melepasnya. Ah Ren, bersiaplah broken heart.

 

Me       : sepertinya kamu mengenalnya dengan baik. Apa kalian sudah berpacaran?

Chukkae .. semoga kalian bahagia dunia akherat. Aku ikhlas kok

 

Dengan tidak ikhlas aku mengirim sms itu padanya. Tes-tes- air mataku terjun bebas mengarungi udara dan akhirnya mendarat di layar ponselku. Apa ini? Aku merasa sedih gara-gara si item? Baru kali ini aku menangisinya. Aku seperti yeoja yang telah diselingkuhi oleh pacarnya selama bertahun-tahun. Meskipun itu juga hanya perasaan dan dugaanku saja.

 

Ithem  : apa sih? Emang aku mau meninggal?

Btw udah 6 bulan ga ketemu Aku kangen kamu :* kamu kangen ga sama aku?

 

Watados banget ni anak. Udah item, dekil, gembel, geblek, ga peka, watados, ga nyambung lagi. Label apa lagi yang harus aku kasih untuknya? Kadang-kadang ini yang membuatku kesal. Tapi kalau dipikir-pikir sih manis juga. Haha

Ey, tapi kan aku lagi kesel sama dia.

 

Me       : kamu ih, ga nyambung deh. Kangen kamu buat apa?

 

Aku sengaja .. membohongi perasaanku. Sebenarnya aku merindukanmu kai! Sangat, aku sangat merindukanmu berkat taikucing yang diinjak Baekhyun. Tapi apa daya, gengsi mengalahkan pengakuan rinduku padamu.

 

Ithem  : tapi kamu suka sama aku kaan? Hayo ngaku *wink.

Btw udah 6 bulan ga ketemu kamu kaya gimana ya sekarang? Tambah jelek, tambah pendek ato tambah pesek?

 

Bocah ini. Sudah merayu, tambah menghina lagi. Apa sih maunya? Sakit hatiku jadi hilang deh. Kadang ia juga jadi moodboster. Meskipun banyak ngeselinnya -_- tapi aku harus tau dulu kejelasan hubungan dia dengan si kristal kristal itu.

 

Me       : kamu ngerayu apa ngehina sih? Intinya aku tambah cantik :P

Btw, apa hubunganmu dengan Kristal jung?

Ithem  : jinja? Aku juga tambah ganteng kok *wink

Baik

Me       : kamukok wink terus sih? Kelilipan?

Aku tanya “apa HUBUNGANMU dengan kristal jung?” bukan menanyakan  kabar

 

Aih rasanya aku hipertensi kalau sms-an terus sama dia.

 

Ithem  : iya kelilipan say. Oh, only chingu kok say *wink

 

Blush~ lagi

Aduh, dia ngetik kata ‘say’ aja bikin hati aku cenat-cenut. Apalagi kalo ngomong langsung? Tuhkan wink lagi. Teman? Agak lega sih bacanya. Tapi agak curiga juga.

 

Me       : tetesin pake air comberan biar cembuh. Chingu apa yeojachingu?

Ithem  : nappeun *pout. Dia yeoja dan dia chinguku.

 

Aku spechless. Maksud dia sms itu apa? Mereka beneran temenan kan?

 

Me       : kalian .. ga macem-macem kan?

Ithem  : macem-macem apa say?

Me       : like a .. kekasih?

 

1 menit

2 menit

30 menit

1 jam berlalu.

Dia tak juga membalas pesanku. Tanpa terasa hari sudah larut. Di twitter juga berita panas mengenai foto mereka berdua. Teman-temanku banyak yang menanyakan lewat twitter, sms, chatting, dll. Tapi aku tidak menggubris. Aku galau.. seorang Ren galau. Dan lagi-lagi baru kali ini aku galau gara-gara kai. Huh, lebih baik aku non-aktifkan aplikasi sosmedku. Bisa-bisa aku gila dalam semalam.

 

“Ren-ah, turun. Makan malam sudah siap” eomma memanggilku dari lantai satu. Oke, spertinya perutku harus diisi. Ternyata galau sore ini cukup menguras energi jiwa dan hati.. baiklah, lebih baik aku makan saja.

 

#SKIP

 

Dua jam berlalu. Kai juga belum membalas pesanku. Pikiran-pikiran negatif menghantuiku. Aih, ingin rasanya mengaktifkan sosmed. Tapi aku belum siap mengalami hipertensi muda.

Tanpa terasa cairan bening menetes lagi. Aku menangis gara-gara kai lagi. Huwaaa hiks hiks. Aku mengelap air mataku dengan tisu.

2 jam kemudian … dan aku sudah menghabiskan 3 tisu gulung. Aku tak sanggup menangis lagi. Airmataku habis, aku lelah, aku pun tertidur.

 

 

Keesokan harinya

Aku mengerjap-ngerjapkan mataku imut. Kulihat matahari menyembul malu-malu di kaca jendelaku yang ada di timur ruangan ini. Tanpa ditanya lagi ini pasti masih pagi. Aku malas berangkat sekolah, aku malas bangun.. ah iya, ini kan hari minggu jadi tak perlu bangun dan masuk sekolah. Tapi, ada yang berbeda di pagiku kali ini. Mataku terasa bengkak dan perih. Saat kulihat isi kamarku, banyak tisu bekas berceceran. Benar, tadi malam aku menangis.

“Ren-ah, turunlah kemari. Ada tamu datang. Tolong bukakan pintunya. Eomma sedang sibuk di dapur” teriak eommaku dari bawah. Aish, eomma hobi sekali sih berteriak.

“Ne, eomma .. hhoamm” jawabku sekenanya. Karena masih ngantuk.

Dengan rambut acak-acakan, mata bengkak, wajah kacau, pulau di kiri kanan bibirku, tanpa cuci muka dengan Pdnya aku membuka pintu depan dan

‘ckrek’

Betapa terkejutnya aku saat aku melihat makhluk yang sangat tidak ingin kulihat sekarang, makhluk yang berhasil membuatku menangis semalam, makhluk yang aku rindukan, makhluk yang sangat aku sayangi melebihi flatshoes kesayanganku.

“kai” dan aku menggumamkan namanya, didepan wajahnya.

“Anyeong dear. Neomu bogoshippeoseo” kai memelukku yang masih berantakan akibat bangun tidur. Aku spechless. Kai memelukku saat aku bangun tidur. OH NOOOOO

 

-END-

 

Or TBC? Huwah akhirnya kelar. Eotte? Gejekah? Hehe. Ngegantung yah? Mianh, soalnya idenya Cuma mentok ampe sini. Author sengaja pake ‘aku’ ‘kamu’ waktu sms biar feel pacarannya dapet. Haha. Bahasanya masih acak-acakan sih. Tapi author bakal perbaikin buat karya selanjutnya. RCL jusseyo ^^


Revenge Of The Psychopat (Chapter 2)

$
0
0

Revenge Of The Psychopat

(Chapter 2)

 

Author                         : Nurfadeer @nurfa_chan

Genre                          : Psychology, Gender Bender,Angst, Romance, Death Fic.

Main Cast                    : Xi Luhan, Wu Fan

Supporting cast           : Member EXO, Yuri (Girl Generation)

Rate                             : NC-17

Length                         : Multichapter

 

WARNING

FF ini berisikan kekerasan, adegan diatas 17 tahun yang dijelaskan secara detail, dan beberapa hal yang tidak patut dicontoh lainnya.

FF ini sama sekali tidak dimaksudkan untuk menjelekkan salah satu member EXO.

Author ngingetin lagi, tolong baca warning ini sebelum membaca FFnya. Lebih detail dimana adegan 17 tahun ke atas, author letakkan dichapter 2, 3 dan 5. Bagi yang tidak suka, belum cukup umur (termasuk author) bisa langsung tekan back.

Ingat! Dichapter ini ada adegan diatas 17 tahun keatas.

Jika ada kesamaan ide, harap maklum. Mohon Kritik dan saran. :D

Happy reading!

 

Suara kicau burung lebih terdengar seperti suara lengkingan gagak di udara. Luhan tak bisa menutup matanya barang sedikit pun. Cahaya matahari melengkung di tembok kamarnya dan ia terpaksa bangun karena suara sember ibunya di pagi hari.

Luhan turun dengan rambut awut-awutan. Wajahnya pucat dan ekspresinya seperti orang ingin muntah. “Aku malas pergi ke sekolah. Eomma… tidak bisakah kau membuatkan ijin untukku?”

Ibunya meletakkan semangkuk bubur di hadapan Luhan. “Jangan menghamburkan uang Eomma. Sudah bayar mahal-mahal, kau mau bolos?”

“Bukan bolos Eomma.” Luhan akhirnya menghela nafas dan masuk ke kamarnya lagi. Matanya berkilat marah saat ia bercermin. Rasa panas kembali mengaliri aliran darahnya. Ia melempar tubuhnya ke ranjang dan mencoba menyesap oksigen yang dirasa sesak.

Ia butuh udara segar. Bukan udara pekat seperti malam-malam dengan mimpi buruk seperti yang dirasakannya seminggu ini. Ia ingin mengakhiri siksaanya. Bagaimana pun peluh polisi kota itu diperas, berbau asam dan membuatnya hampir muntah, Kai tak ditemukan jejaknya. Sisa perasaannya berpendar dimatanya dan tumpah dalam bentuk air mata. Walau pun ia tahu dengan pasti siapa yang melakukannya, selama tidak ada bukti yang cukup, ia tidak bisa melaporkan apa pun.

Luhan tahu siapa pelakunya?

Ya. Karena pemilik siluet panjang yang menatap kejadian malam antara Kris dan Kai adalah dirinya.

.

.

.

Sekeping biskuit mendarat di wajah Kris. Orang yang melakukannya langsung berdiri dari duduknya dan menghampiri mejanya. Ia membungkuk dan meminta maaf berkali-kali. Seperti tebakan pertama semua orang, Kris akan bersikap seolah tak peduli. Lalu ia kembali menikmati makanannya.

Mungkin hari ini mood Kris sedang baik. Jadi ia langsung tersenyum dan mengatakan, “Kau hanya bermain-main, kan? Bukan masalah besar.”

Orang itu manggut-manggut dan menarik dirinya lagi di kursi. Ia dapat menarik nafas lega karena tak berurusan dengan murid paling disegani itu.

Luhan duduk dua bangku dari meja Kris. Duduk dan memesan salad seperti biasanya. Lalu mengaduk-aduknya karena merasa tak berselera. Seperti biasanya. Sekilas tak ada yang berbeda dari seminggu ini. Karena ia sudah tak terlihat bersama Kai sejak saat itu dan orang mengiranya seperti perempuan yang depresi ditinggal pacar. Tapi jelas ada yang berbeda. Luhan menyeringai.

Kris menoleh. Kemudian matanya bersirobok dengan Luhan. Kris terkesiap dan hampir menyambar Luhan saking terkejutnya. Tapi Kris adalah orang yang paling pintar mengendalikan emosinya. Sambil membawa baki makanannya, ia berdiri di depan Luhan.

“Boleh duduk?”

Luhan beringsut mundur dari kursinya tanpa membawa baki makanan yang akan ia letakkan di meja tempat piring kotor. Tapi ia tidak lupa meletakkan beberapa lembar uang di meja. Kris memandang punggungnya berlalu seperti patung. Sial!

Sebagian murid di sana langsung terbahak. Bahkan ada yang ingin mengabadikan momen “penolakan” yang pertama kalinya di terima Kris itu. Tapi saking cepatnya gerakan Luhan, akhirnya ia pun hanya melongo.

Kris salah tingkah dan menggaruk lehernya. Tak ada niat untuk melanjutkan acara makannya yang berantakan.

.

.

.

Perempuan berambut sebahu dengan pola melingkar dibagian bawah itu sudah siap dengan pakaiannya. Menurut perempuan lain yang bersamanya, rok itu hanya berjarak duapuluh sentimeter dari pinggang.

“Kau yakin dengan pakaian seperti itu?”

Perempuan berambut sebahu itu mengangkat bahu. “Tentu saja. Apa modelnya kurang pas untukku?”

Perempuan satunya ingin mengatakan ia tidak peduli. “Terserah. Yang penting tolong bantu aku. Ini,” ia menyerahkan sebuah alat perekam, “tolong tanyakan apa pun tentang dia. Aku butuh kedetailannya.”

“Wow. Kau seperti penguntit rupanya.” Satu kalimat itu memang berhasil menohoknya, tapi ia hanya mengalihkan pandangan. “Oke. Baiklah. Dapat menemuinya saja sudah bayaran yang sangat memuaskan untukku. Apalagi aku juga akan mengetahui tentang hidupnya juga. Jadi, kau tidak perlu membayarku untuk pekerjaan ini.” Perempuan itu melenggang pergi setelah sebelumnya menepuk-nepuk pipi temannya. Sepatu berhaknya seperti tak menyentuh tanah saking cepatnya ia berjalan.

Yuri memang sedang mencari objek yang satu itu, seorang laki-laki dengan kepopuleran tertinggi di kampus. Walau begitu, ia seperti misteri. Tak ada yang tahu lebih dari namanya, bahkan orang tuanya saja tidak ada yang tahu.

Kris selalu menggunakan wali saat ada apa pun. Ia hanya sebatang kara yang tidak diketahui rumahnya. Jadi Yuri yang merasa dewi Fortuna bersamanya, karena temannya itu mengetahui jelas dimana tempat tinggal Kris, ia memutuskan untuk mengiyakan saat temannya menawarkan sebuah ide dimana ia bisa mewawancarai pria dingin itu. Toh ia tidak terlalu peduli bagaimana temannya itu bisa tahu tempat tinggal Kris.

Ia sudah bersiap mengetuk pintu apartemen Kris ketika seseorang sedetik lebih cepat membukanya dari dalam.

“Hai.” Perempuan itu menangkap mata Kris yang secara jelas bilang “untuk-apa-kau-ke sini?” Ia berdehem. “Kau bisa memanggilku Yuri. Aku mahasiswa dari jurusan jurnalistik. Sebagai sekertaris dari kelompok penyusun majalah yang akan keluar sebulan sekali ini, aku diminta untuk memuat beberapa hal tentangmu. Seperti…”

“Kau menghalangi pintu keluarnya. Minggir!”

“Tapi,” Yuri menghela nafas, “satu kampus mengharapkan kau yang menjadi topik utamanya. Tidak bisakah kau melakukannya untuk kampusmu?”

Kris diam dan menatap Yuri dari ubun-ubun sampai ujung kaki. Wajahnya tak membentuk ekspresi apa pun. Kenapa ia harus melakukannya dan apa yang didapatnya jika ia memberikan sedikit informasi dirinya? Tiba-tiba sebuah pikiran melintas.

“Kau bisa masuk.”

Yuri berpikir kalau ia adalah perempuan paling beruntung hari ini ataukah ia suatu keberuntungan dalam arti lain untuk Kris? Riak wajah Kris tak terbaca saat mendadak ia duduk di sebrangnya sambil meletakkan segelas air putih.

“Tidak ada minuman lain di kulkas,” kata Kris.

Yuri menenggak air putih itu langsung sampai tandas. “Kita bisa memulainya, kan? Pertama…” Yuri mengaduk-aduk isi tasnya dan mengeluarkan secarik kertas. “Nama lengkap?”

“Wu Fan.”

“Tempat lahir, tanggal dan…”

“Kita lupakan yang satu itu. Bisa, kan?”

Tidak bisa. Yuri mengangguk gemas. Tidak tahan rasanya ingin mendengar celotehan Kris yang lebih panjang tanpa menanyakannya satu-satu. Apalagi di dalam kamar ini rasanya sedikit panas. Ia menggeser duduknya, membuat sedikit rok ketatnya lebih menempel ke paha dan tersingkap ke atas.

“Lupakan pertanyaan yang sudah kau buat. Aku tidak punya waktu banyak. Sekarang bawa alat perekammu dan ikuti aku.”

Yuri akhirnya mengikuti Kris di belakang punggungnya. Tangan Kris menyentuh serpai ranjangnya kemudian menatap Yuri. “Kau mau tidur di sini?”

Yuri meneguk ludahnya. Tidak ada rasa lain selain rasa panas yang menjalar ketika permukaan kulitnya tersegap dingin. Yuri sudah berada di bawah Kris yang setengah bertelanjang.

Bibir Kris dengan ganas menyentuh bibirnya. Sensasi tergigit itu, kulumannya itu dan lidah panas yang menyeruak menggebu-gebu ingin menjebol mulut Yuri. Yuri megap-megap dan memburu oksigen dengan mulutnya yang setengah membuka.

“Ahhh…!”

Kris bergerak ke belakang telinganya. Menyentuhkan lidahnya dan mengisap cuping itu pelan. Sampai entah detik keberapa, berubah menjadi kuluman basah.

Yuri mencengkeram serpai. “Kris… Ahh! Uhh…!!”

Lidah Kris turun ke lehernya. Menggigit dan menyesap rasa kulit bercambur rasa asin keringat sebagai penyedap rasa bercinta mereka. Terlihat bercak kemerahan yang akan membekas lama di sana.

Tangan Kris tak tinggal diam. Tangan Kanannya bergerak meremas dada Yuri sementara mulutnya masih menyesap kulit lehernya dengan satu tangan dan yang lain turun ke tubuh bagian bawahnya.

“Oh… Kris. Ahhh!! Yah…!” Kedua tangan Yuri meremas rambut Kris. Keringat dingin terus turun melewati pelipis sebelum lidah Kris akan kembali menjilatinya. Ia sama sekali tak melakukannya dengan perasaan jijik.

Punggung Yuri melengkung ke atas. Sengaja atau tidak, dada besarnya membusung dan memberikan kesempatan untuk Kris agar melahapnya.

“Sssst…”

Kris kembali memagut bibir setengah terbuka Yuri. Menyorongkan lidahnya dan mengajak bermain lidah lain sampai bunyi decapan terdengar. Yuri terdengar kehabisan nafas, tapi Kris terus menjelajalah mulutnya. Menjilat barisan giginya satu persatu, berputar di langit-langit mulutnya dan menyesap ludahnya seperti seseorang yang benar-benar butuh minum.

Tangan Kris kembali terfokus ke dadanya. Meremas dan memilin puncak kecil yang mengeras. Kris melahap salah satu dari dua bukit kembarnya, meneteknya seperti bayi baru lahir. Sementara tangannya yang lain masih menusuk-nusuk milik Yuri hingga membuatnya menggelinjang.

“AAAHHHH… uhh!!” Sesuatu menyembur dari miliknya yang masih tersumbat jari milik Kris.

Jari Kris masih terbenam di dalam milik Yuri. Menggesek dindingnya dan memutar-mutarnya hingga terdengar lagi Yuri yang mendesah rendah.

Bibir Kris kembali ke leher Yuri dan menjilat permukaan kulitnya. Terus turun dan ia sempat membenamkan wajahnya sebentar di ceruk lehernya. Tapi ia membiarkan dada keras Yuri tetap membusung tanpa menyentuhnya. Yuri terlihat kecewa dan mengerucutkan bibirnya.

“Jangan manyun,” kata Kris. “Kita akan menyelesaikannya dengan cepat, kan? Sudah malam kau harus pulang.” Kris bangkit berdiri, mengambil kaos dan rok milik Yuri.

Yuri juga berdiri, mengapit pinggang Kris dengan tangannya. “Kita teruskan saja. Aku sudah biasa pulang malam. Orang tuaku tidak akan mencariku.”

Kris memegang kedua tangan Yuri dipinggangnya kemudian berbalik dan mendempet tubuhnya ke tembok. Yuri sempat merunduk, merasakan punggungnya yang sempat nyeri karena menghantam tembok. Ketika matanya menatap Kris hingga turun ke bibirnya, Kris sedang menyeringai untuknya.

“Kris…”

“Baiklah. Kita akan meneruskannya. Satu lagi, kau bisa memulai wawancara kita lagi. Tanyakan apa pun…” Kris memberi jeda. “Atau aku yang akan menunjukkan apa pun padamu. Anggap saja sebagai hadiah.”

Yuri tidak memperdulikan soal wawancara lagi. Bibirnya menyunggingkan senyum kemenangan karena dapat bercinta dengan orang terpopuler di kampusnya. Ini akan menjadi berita terheboh, walau ia sendiri yang kena getah gunjingannya. Selama ia memikirkan hal itu, Kris sudah mengangkat pahanya dan memperosotkan celana jinsnya sendiri ke lantai. Batang kokoh itu berdiri tegak, menantangnya untuk bersiap-siap.

“AAHHH!!” Yuri melenguh. Batang tumpul itu sudah setengah memasuki dirinya dan ia takut ketika Kris menatapnya.

“Kau sudah tidak perawan, ya?”

Kris tidak peduli dengan jawaban yang terlontar dari mulut Yuri. Batang tegaknya terus maju-mundur di dalam tubuh itu. Sementara tangannya terus meremas dan bibirnya melumat bibir Yuri. Telinganya mendengarkan setiap desahan merdu Yuri.

Kris berhenti memagut dan menatap Yuri yang memburu oksigen. Wajahnya sudah semerah kepiting rebus dan tinggal semenit lagi, Kris yakin Yuri akan mati kehabisan oksigen. Tapi Kris dipaksa tidak bisa membunuh perempuan. Tidak akan.

“Ahh! Uhh! AAAAHHHH!” Yuri merasakan batang Kris menyemburkan sesuatu dalam rahimnya. Melesak lebih jauh sebelum akhirnya ia terduduk di lantai. Cairan keduanya mengalir turun dipahanya dan Kris langsung membenamkan wajahnya di sana. Menjilatinya dengan rakus sampai bunyi decapan mendominasi isi ruangan setelah bunyi detak jantung Yuri yang berdetak cepat.

“Dengarkan aku baik-baik.” Kris tiba-tiba berdiri dan menjambak rambutnya.

Yuri tersentak kaget. “Ah Kris!” Yuri ikut memegang rambutnya dan menyentuh punggung tangan Kris. “Lepaskan Kris!”

Yuri dipaksa berjalan−diseret−Kris sambil memegangi rambutnya. Yuri tak bisa berbuat banyak selain merintih pada Kris minta dilepaskan. Rasa lelahnya seusai bercinta masih terasa dan ia sudah harus merasakan nyeri ditulangnya saat Kris membantingnya di meja dapur.

“Dengar dan lihat ini baik-baik,” Kris mengulurkan tangannya melewati bahunya yang tegang. Saat seperti ini seribu pikiran bersliweran dibenaknya, saat ia dengan tiba-tiba merasakan dingin ditengkuknya yang seperti tertiup, saat membayangkan seseorang dengan kepribadian ganda berhasil menjebakmu dan akan membunuhmu−membuat Yuri menutup matanya karena alasan yang sebenarnya belum jelas.

Kris mengeluarkan dua toples berisi cairan pekat yang membungkus benda di masing-masing tempatnya itu. Yuri menutup mulutnya dengan dua tangan, matanya melebar dan ia dengan jelas sangat mengenali “benda itu” hingga membuat darahnya seolah terhisap keluar.

“Kau…” dengan suara serak, Yuri menunjuk Kris dengan telunjuknya. Melihat Kris menyeringai selebar itu sudah membuatnya mendapatkan jawaban yang ia inginkan.

“Ckck, diam dulu sayang. Kau baru melihat pembukaannya.” Kris mengeluarkan satu benda itu dari tempatnya dan langsung memasukkannya dalam mulut. Tanpa rasa jijik, ia mengulumnya, menyedotnya nyaris seperti meneteki bukit Yuri tadi.

Yuri memalingkan mukanya. Rasa mual mendadak muncul dan ia langsung muntah di sisi tubuhnya sendiri. “Kau manusia menjijikkan yang pernah ku kenal Kris.”

“Hmm? Benarkah? Tapi sebentar lagi kau akan mengatakan itu pada dirimu sendiri.” Kris menarik nafas sambil membuka toples yang satunya. “Jilat ini.”

“Tidak! AKU TIDAK MAU!!” Yuri bangkit dari meja itu tapi dengan cepat pula tangan Kris menyengkram tangannya. Membantingnya lagi dimeja. Dan dengan itu, Kris berhasil memasukkan benda panjang berlendir ditangannya dan menjejalkannya dimulut Yuri sampai di kerongkongan.

Tangan kirinya ia gunakan untuk mencakar wajah Kris selama kakinya masih dicekal satu kaki Kris yang menggantung di meja. Sedangkan tangan kanannya mencoba menahan benda berbau amis itu agar tak menjarah mulutnya. Yuri masih berontak ketika Kris tiba-tiba diam.

“Sudah untung aku tidak memotong apa pun darimu. Bersyukurlah karena kau itu perempuan. Kalau tidak…” belum selesai Kris menyuarakan kalimatnya, ia menjentikkan jarinya tiba-tiba. “Atau kau mau aku mengambilkanmu sebuah otak? Kupikir rasanya tidak buruk juga. Sesekali kalau aku bosan aku akan menguliti kulit rambut mereka, membelahnya dan mengambil isinya. Kau mau yang itu saja? Ayolah, aku sedang baik hati sekarang. Tidak pernah aku menawari seseorang selain kau.”

“Hoekk!!” tak perlu membayangkan, hanya dengan mendengar itu saja isi perut Yuri sudah terkuras habis.

“Oh jadi kau menolak tawaranku? Harusnya kau disini sampai besok untuk melihatku menemukan mangsa baru. Aku akan menunjukkannya padamu bagaimana makhluk-makhluk itu kukuliti kulitnya. Tapi sayang kulit mereka hanya seperti sampah, tidak bisa digunakan untuk apa pun. Atau usus mereka yang keluar dengan isi-isinya? Dan…” leher Kris bergerak kaku, menabrakkan matanya tepat menemui mata Yuri, “tidak ada yang paling menyenangkan melihat mereka kehilangan kelamin, hahaha.”

Kepala Yuri berputar-putar. Telinganya tidak bisa lagi dibuat untuk mendengarkan penjelasan Kris.

“Baiklah, langsung saja. Kau membuang waktuku selama satu jam. Aku akan mengijinkanmu pergi, tapi sebelumnya…” Yuri merasakan hal yang buruk dengan ini. “Kita selesaikan wawancara ini dulu.”

.

.

.

Perempuan yang bersama Yuri tadi terus menggigiti kukunya. Rasa tidak sabarannya menunggu dan cemas sudah menemaninya dari tadi selain nyamuk. Lihat saja tangannya yang memerah dan ia tidak bisa mengusir nyamuk-nyamuk itu selama ia masih bersembunyi di bawah tiang lampu yang terletak tidak jauh dari apartemen Kris. Ia takut menimbulkan gerakan-gerakan aneh yang siapa tahu saja ia ciptakan secara tidak sengaja.

Perempuan itu adalah… Luhan.

“Fuuuh!!”

Luhan sengaja menghembuskan nafasnya keras-keras dan mengambil duduk di bawah tiang listrik. Dari kejauhan, ia melihat sosok tubuh perempuan yang dicarinya berjalan mendekat.

Luhan melompat dari duduknya dan langsung mendongak untuk bersyukur,−sejauh ini Yuri kelihatan utuh, tak terjadi apa-apa. “Kau tidak apa?” Ia meletakkan kedua tangannya di bahu Yuri. Bahu itu merosot dan dari penerangan remang-remang lampu di belakangnya, ia sedang mengira-ngira apa yang terjadi dengan Yuri.

Semua lengkap dan tidak ada yang kurang dari Yuri. Hanya bau percintaan yang menyeruak ditubuhnya yang tercium jelas. Dan sisanya adalah teka-teki untuk Luhan. Wajah Yuri pucat pasi dengan bola matanya yang memandang nanar entah kemana. Sebelah tangannya yang tergantung lemas di sisi tubuh terlihat memegang sebuah alat perekam.

“Ini.” Suara Yuri terdengar mengerikan untuk Luhan. Apakah perempuan di depannya ini sedang berteriak-teriak tadi sampai suaranya serak dan hampir tidak keluar?

“Kau benar-benar tidak apa, Yuri?”

“Tidak. Aku tidak baik-baik saja.”

“Oh!” Luhan yang belum sadar arti ucapan Yuri hanya mengangguk.

Luhan mengambil alat perekam tadi dan berbalik untuk melihat punggung Yuri yang hilang dibelokan jalan jauh darinya. Jalannya sama sekali tidak lurus dan ia sempat menekan perutnya yang katanya mual tapi tidak mengeluarkan sampah muntahan sama sekali. Luhan juga sudah menawarkan bantuan untuk mengantarnya pulang−jalan kaki bersamanya, tapi Yuri menolaknya.

.

.

.

Hujan pertama musim gugur di Seoul. Dan untungnya hari ini adalah hari minggu. Jadi, Luhan bisa mengambil kursi di depan meja riasnya dan mendorongnya ke sebelah jendela. Memandangi kaca jendelanya yang basah diluar.

“Jadi, aku harus mendengarkannya atau langsung melaporkannya ke polisi saja?” tanyanya, pada dirinya sendiri.

Akhirnya ia memutuskan untuk menekan tombol play pada alat perekam ditangannya. Luhan mendengarkannya dengan khusuk, mulai dari pertanyaan Yuri tentang Kris, suara-suara desahan−yang dengan mudah bisa ditebak Luhan apa yang sedang mereka lakukan−sampai pada inti dimana Kris memaksa Yuri melakukan sesuatu yang menjijikkan baginya.

Luhan langsung bangkit dari kursinya, berlari serampangan menuju kamar mandi dan menekan perutnya sambil muntah di wastafel.

Terdengar suara kaki melangkah masuk ke kamarnya dengan tergopoh-gopoh. Itu ibu Luhan dengan celemek masih melingkar dipinggangnya.

“Luhannie, kau kenapa?” tanya ibunya sambil mengelus punggung Luhan.

Luhan mengusap mulutnya dengan tangan. “Aku baik-baik saja Eomma. Aku harus pergi sekarang.”

“Kau mau kemana Hunnie?”

“Aku harus pergi ke suatu tempat Eomma. Aku akan cepat kembali. Eomma tidak perlu khawatir. Sudah ya, dah!”

Luhan langsung ngeloyor pergi setelah mengambil alat perekamnya dan memasukkannya ke tas.

.

.

.

Tok… Tok… Tok….

Ketukan di luar membuat Kris mengeluarkan tubuhnya dari selimut yang dipakainya. Dengan pelan ia membuka pintu apartemen. Kris terkesiap dan hampir membanting kembali pintu di depan polisi yang jumlahnya tidak tanggung-tanggung−sepuluh orang−berada di hadapannya sekarang.

“Apa anda yang bernama Wu Fan?”

Kris mengangguk. “Benar. Ada apa sebenarnya? Apa yang kalian lakukan di sini?”

“Kami menangkap anda atas laporan yang kami terima dan bukti yang sudah berada di tangan kami.” Polisi yang lainnya langsung membuka borgol dan mengikatnya di tangan Kris.

“Apa yang kau lakukan? Aku melakukan apa?”

Entah itu cara bicara Kris yang biasanya memang datar atau memang Kris sudah memperkirakan semuanya kalau hari ini akan terjadi, tapi nada suaranya benar-benar dingin dan tenang.

“Kita akan membicarakannya di kantor polisi,” katanya pada Kris. “Geledah seluruh apartemennya. Jangan sampai ada yang terlewat.” Serombongan polisi di belakangnya langsung masuk apartemen Kris.

Penggeledahan hampir dilakukan selama tiga jam. Sambil terus menggeledah, mereka meyakinkan diri sendiri bahwa semuanya sudah diperiksa dengan teliti. Tapi mereka tak menemukaan apa pun yang mencurigakan. Apartemen kecil itu hanya berisikan benda-benda yang dimiliki remaja seperti umunya, bahkan lemari yang disebutkan Kris saat wawancara dirinya dengan Yuri−berisikan semua daging manusia itu kosong melompong.

Bukan hanya itu, mayat-mayat yang dicurigai pernah dibunuhnya pun nihil. Kris menyeringai di belakang polisi yang membuka kolong ranjangnya.

“Ah, benar-benar menggelikan.” Kris mendengus. “Ngomong-ngomong apa yang sebenarnya kalian cari? Narkoba, jarum suntik, ganja atau…”

“Kami menangkapmu atas laporan pembunuhan. Diperkirakan ini juga ada hubungannya dengan laporan kehilangan yang tak pernah diketemukan selama ini.”

“Oh.” Kris manggut-manggut. “Tapi kalian tidak menemukannya di sini, kan? Jadi, bisakah kalian pergi dari sini sebelum aku menuntut kalian di pengadilan karena pencemaran nama baik?”

Polisi-polisi itu langsung melihat ke arahnya. Sorot mata yang menyalak seperti anjing. “Kami akan tetap mengawasimu, Nak.”

“Hmmm,” Kris mengeluarkan gumaman kecil seperti ejekan.

Untungnya pembicaraan yang akan direncanakan di kantor polisi sudah dilakukan dalam waktu singkat itu. Kris tak perlu menuntut apa pun lagi, selain minta dilepas.

“Baik. Maaf atas kesalahpahaman ini.”

“Ya. Untungnya aku hanya diborgol, tidak sampai dibawa ke Kantor polisi dan masuk bui, ya?” Kris memutar-mutar pergelangan tangannya yang bebas dari borgol.

“Kami minta maaf sekali lagi. Terima kasih atas kerja samanya.”

“Tunggu!” Kris mencegat polisi yang memberikan intruksi-intruksi itu. “Siapa yang melaporkanku dan apa bukti yang dia bawa?”

PYAR

Luhan yang berada di atmosfer lain menjatuhkan gelas yang tengah dipegangnya. Giginya langsung bergemeletuk. Kakinya bergoyang-goyang di bawah meja. Entah kenapa angin bisa menyusup masuk dan mendobrak jendela kamarnya yang tertutup rapat. Menerbangkan sejumput daun dan masuk ke kamarnya. Sekarang, perasaannya benar-benar buruk.

“Seorang perempuan dan rekaman suara seseorang beridentitas sama dengan anda.”

“Siapa namanya?”

“Itu dirahasiakan.”

“Baiklah. Apa rambut perempuan itu sebahu?”

“Tidak. Lebih panjang dan sepertinya ia masih berdarah China.”

TBC

 

Note: Dari chapter ini seterusnya, author gak yakin bakal lebih sadis seperti permintaan para reader. Karena chapter selanjutnya lebih ke romance. Dan dichapter ini kesannya author maksa banget supaya Kris gak dipenjara, ya? Kalau gitu mah ceritan selanjutnya gak bakal ada. Author banyak cincong! L

 

 

 

 

 

 


XOXO (Kiss and Hug) The Series (Let Out The Beast – Kris ver)

$
0
0

XOXO (Kiss and Hug) The Series (Let Out The Beast – Kris ver)

PhotoGrid_1381153088620

 

Athor              :      Laelynur66

 

Maincast           :

  • Wu Yifan a.k.a Kevin Wu (EXO)
  • Michelle Cha (oc)

 

Support cast      :      All members EXO

 

Length             :      Chapter or series (?)

 

Genre              :      friendship, romance(?)

 

Rating              :      PG-15

 

Author note       :      versinya kris nihh, ada yang masih nunggu kahh?                                   HEHEEHEHE, maaf yak lama banget baru apdet                                          apdet lagi. Enjoy it…

 

 

 

 

 

 

Hahh. Sialan. Aku lelah. Aku hanya ingin istirahat. Merebahkan diriku pada ranjang sempit namun empuk milikku di dorm. Seharian berkutat pada pemotretan salah satu produk kecantikan benar-benar menguras tenagaku. Dengan siku yang bersandar pada pintu mini van yang membawa kami ke dorm, aku menyangga daguku. Mataku menatap kosong pada pinggiran jalanan kota Seoul yang selalu saja ramai.

Suasana nyaris hening, jika saja tidak ada Chanyeol yang berbicara dengan berbisik pada ponselnya, atau  Suho yang sibuk mengetik pada ponselnya, yang menyebabkan keypadnya berbunyi tut tut tut. Ah, bicara tentang Suho aku salut padanya, dengan beraninya ia mengadakan konfrensi pers mengenai hubungannya dengan Hyurin. Mentang-mentang menajemen sudah tidak terlalu memperketat larangan tentang menjalin hubungan. Aku menghela nafasku dan karena berita mengejutkan dari leader kami itu, para wartawan dan fans bergantian mengejar kami untuk meminta informasi yang lebih mendetail. Iya, aku tidak salah sebut—kami—yang artinya aku dan seluruh member pun menjadi bulan-bulanan para pemburu berita akan kenekatan leader kami itu. Sebenarnya aku tidak begitu mempermasalahkannya, selagi itu membuat leader kami bahagia, kami akan melakukan apapun, mengingat dialah yang selama ini—menjadi yang—paling bekerja keras. Terlebih para fanspun juga tidak begitu mempermasalahkannya, Suho dan Hyurin, menurutku mereka serasi, Suho yang sabar dan Hyurin yang teramat keras kepala, Suho yang ‘biasa saja’ akan memberikan cacat pada sosok Hyurin yang sempurna itu. Hahh, sudahlah kenapa membahas Suho begini? Mataku melirik Suho yang tersenyum pada ponselnya. Apalagi? Pasti Hyurin. Eh, bukankah sudah kukatakan untuk tidak membahas mereka lagi? Ah, sudahalah. Dengan kasar aku menyandarkan kepalaku pada sandaran kursi dan meletakan lenganku pada keningku, sama suara dengkuran halus Tao yang duduk di belakangku terdengar. Tidur sebentar kurasa itu yang terbaik.

 

 

***

 

“hyung? Kris hyung?” samar aku mendengar seseorang memanggil namaku, dengan berat aku membuka kelopak mataku dan mendapati wajah polos Chanyeol tepat di hadapanku.

“wae?” tanyaku dengan suara serak khas bangun tidur.

“kita sudah di SM building” sahutnya. Aku mengangguk dan bersiap membuka pintu keluar dari mini van kami.

“eh, jangan hyung!” Chanyeol menyambar tanganku yang hendak menarik tuas pembuka pintu.

“waeyo?” heranku.

“kau tidak lihat di luar?” kata Chanyeol, tangannya menunjuk pada kaca jendela. Dengan malas aku mengikuti arah telunjuk Chanyeol. Rahangku nyaris jatuh melihat keadaan lobby SM building yang teramat ramai dipenuhi wartawan dan fans yang saling dorong.

“apalagi sekarang?” tanyaku lebih kepada diriku sendiri.

Dengan mengendikkan bahunya Chanyeol menjawabku “entalah sepertinya ada gosip yang beredar bahwa hubungan Suho hyung dan Hyurin noona tidak direstui keluarga Hyurin noona”

Dan kali ini, aku benar-benar yakin rahangku jatuh dan mendarat pada lantai mobil yang kupijak.

“kalau begitu, mana Suho?”

“Suho hyung sudah keluar terlebih dahulu, manager hyung bilang lebih baik jika kita keluar satu persatu saja, keamanan SM building sudah tidak sanggup menghalau mereka” Chanyeol menjelaskan padaku sementara matanya tidak berpindah pada layar ponselnya.

“setelah ini giliranku!” tambahnya dan merapatkan hodie di kepalanya. Aku mengangguk dan kembali menyandarkan kepalaku pada sandaran kursi. It’s really not my style.

Dengan tergesa aku berjalan di antara kerumunan orang di hadapanku, beberapa petugas kemanan membukakan jalan untukku, suara histeris fans dan pertanyan bertubi-tubi yang ditujukan padaku hanya kuanggap seolah dengungan lebah. Aku tidak boleh memberikan respon, dengan kepala tertunduk aku terus berjalan, di depanku ada manager hyung yang menuntunku.

Dengan segera manager hyung menarikku memasuki lift dan memencet tombol lantai tujuanku, sebelum pintu lift tertutup sepenuhnya ia melesat keluar dari dalam lift.

“wae hyung?”

“ada barangku yang…”

Aku sudah tidak bisa lagi mendengarnya karena pintu lift sudah tertutup rapat, dengan malas aku bersandar pada sisi lift, menatap kosong pada pintu lift. Tepat satu lantai sebelum lantai tujuanku lift berhenti, dan seseorang masuk bersamaku. Aku tidak begitu memperhatikannya, karena kupikir mungkin hanya salah satu staf SM.

‘ting’

Pintu lift di hadapanku terbuka pada lantai yang kutuju. Saat aku hendak berjalan keluar lift, pintu di hadapanku tertutup. Apa-apaan? Aku menoleh pada orang yang melakukannya. Seorang yeoja yang berdiri bersedekap, tangannya yang satu masih menggantung pada tombol-tombol lift di hadapannya

“Kevin Wu” ia mendesahkan namaku.

Sial. Kenapa aku tidak menyadarinya sedari tadi, dia pasti seorang wartawan, aku menyadarinya saat mataku menangkap sebuah kamera DSLR di tangannya. Aku meringis pelan saat ia tersenyum ahh, tidak tepatnya menyeringai padaku. Setelahanya, perasaanku menjadi sedikit tidak nyaman.

Aku tidak tau jika SM building memiliki lantai teratas seperti ini, segalanya dapat terlihat dari sini, seluruh pemandangan kota Seoul tampak indah jika melihatnya dari ketinggian seperti ini. Oke, cukup berhenti mengagumi tempat ini. Dengan wajah datar yang sudah biasa kupakai demi menjaga imejku yang akhir-akhir ini semaki kacau karena acara variety show kami, astaga sudahlah, fokus saja pada yeoja yang tengah menatapku seolah siap menerkamku ini.

“apa..”

“tidak, aku tidak menginkan apapun darimu!” yeoja itu memotong perkataanku. “aku Michelle Cha” tambahnya lalu mengulurkan tangannya. Dengan kedua alis terpaut aku menatap uluran tangannya. Uluran tanganya kubiarkan menggantung tanpa ada niat untuk menyambutnya sama sekali

“lalu..”

“aku tau apa yang akan kau tawarkan padaku Kevin-ssi, tapi aku tidak tertarik” lagi ia memotong perkataanku dan lagi aku menautkan alisku tanda aku semakin tidak mengerti apa maksud dari yeoja ini.

Ia melangkah mendekat padaku, hingga jarak kami tinggal satu langkah saja, aku bahkan bisa menghirup aroma segar green tea yang menguar dari tubuhnya, apa-apaan? Rutukku dalam hati.

“apalagi? Kau pasti hanya ingin aku membeberkan apa yang kutau tentang Hyurin dan Suho kan?” ucapku dengan nada setenang mungkin, percayalah jantungku berdegup kencang karena gugup.

“aku, tidak peduli pada berita itu. Yang aku inginkan hanya..” ia mencondongkan tubuhnya padaku, kemudian berbisik di telingaku dengan suara mendesah yang menurutku seksi “dirimu”. Shit!

Aku menoleh menatap wajahnya dari samping, seketika itu juga ia menjauhkan wajahnya dan menatapku tepat di mataku. Sebuah senyum terkembang di bibirnya, tidak tidak, bukan sebuah senyuman manis hanya sebuah seringai dari salah satu sudut bibirnya yang sedikit terangkat. Seketika itu juga bulu kudukku meremang. Tidak! Aku tidak boleh terhanyut. Ia kemudian mengulurkan tangannya, mengusap pipiku dengan ujung jari telunjuknya. Aku.. oh cukup sudah, emosiku mulai tersulut, entah mengapa terlintas sebuah ide ekstrem di kepalaku.

Aku ikut mengangkat tanganku, mengelus pipinya yang pucat dengan telunjuk, “kau bilang menginginkanku, eum? Kalau begitu buat aku menjadi menginginkanmu juga..” ucapku dengan nada rendah yang kumiliki, kemudian meniup wajahnya. Aku berani bersumpah, pipinya merona dan kedua tangannya yang entah sejak kapan berpindah terkepal di sampingnya. Kuakui yeoja ini cantik dengan kecantikan khas barat dan timur yang bersatu, tubuhnya juga tinggi bahkan nyaris menyamaiku, rambutnya berwarna pirang gelap dan bergelombang

“baik, jika kau memang bukan wartawan,..”

“aku tidak bilang aku bukan wartawan” potongnya

“lalu?” tanyaku dengan mengangkat salah satu alisku, kedua tanganku kumasukkan ke dalam saku jeansku sementara mataku menatap lurus padanya.

“aku hanya mengatakan aku tidak tertarik pada berita itu, bukan berarti aku bukan seorang wartawan kan..” serunya dengan nada sinis. Sial, aku tidak bisa bersikap dingin padanya, kurasa kami sama-sama keras kepala dan sama-sama menjaga imej kami masing-masing. Sama-sama menempatkan ego kami di puncak tertinggi.

“lalu?” entah sudah berapa kali kata itu keluar dari mulutku. Tapi aku tidak peduli.

“kau tidak perlu tau, yang jelas aku hanya menginginkanmu”

‘hehh’ lagi, aku menghembuskan nafasku tepat di wajahnya, “dengar baik-baik, aku tidak mau peduli pada permainanmu atau apapun yang kau inginkan dariku, aku permisi!” kataku dan berlalu meninggalkannya. Namun langkahku terhenti saat ia kembali membuka mulutnya.

“aku wartawan!” serunya lantang. Aku menautkan alisku tidak mengerti.

“dan asal kau tau saja, aku adalah wartawan dari salah satu website haters terbesarmu” tambahnya dengan nada arrogant yang luar biasa dan dengan suksesnya membuatku berpaling menatapnya dengan alis terangkat. Sementara ia berdiri di hadapanku dengan gaya snobnya yang membuatku hampir saja menciut. Dengan perlahan aku melangkah mendekatinya. Semakin dekat tanpa ada satu inchipun jarak di antara kami.  Dengan kasar aku menarik tengkuknya mendekatkan wajah kami, membunuh satu-satunya jarak yang memisah, hidung kami pun bersentuhan serta permukann bibirnya yang halus bersentuhan dengan milikku. Nafas kami saling berkejaran. Serta tatapan mata masing-masing dari kami yang bagai memercikkan api.

“jika memang kau adalah hatersku, maka aku akan membuatmu menjadi fansku yang nomor satu!” gumamku dan secara tidak langsung bibirku bergerak dipermukaan bibirnya saat aku bergumam, membuat tubuhnya menegang. Aku menyeringai padanya yang seperti patung, karena perbuatanku. Aku melepaskan cengkramanku pada tengkuknya dan perlahan berjalan mundur, tidak lupa memasang wajah dingin kebanggannku.

“sampai bertemu lagi!” seruku dan berbalik meninggalkannya.

“kita bertemu lagi besok, di sini!” pekiknya. Tapi aku bisa merasakan getaran pada suaranya.

Blam. Pintu di belakangku tertutup. Dengan gemetar aku mencengkram dadakku kuat, sial, ada apa denganku, baru kali ini aku seperti ini. Tanganku naik mengusap bibirku, aku masih bisa merasakan permukaan bibirnya yang lembut. Double shit!. kemudian aku menarik dan menghela nafasku sebelum memutuskan untuk berjalan menuju lift. Sampai bertemu lagi.

Michelle Cha..

 

***

 

Tiga hari.

Tiga hari setelah kejadian itu aku sama sekali belum bertemu denganya, selama tiga hari juga aku menyisihkan waktuku untuk sekedar naik mengunjungi tempat ini, entahlah aku juga tidak tau mengapa aku melakukannya, mungkin hanya untuk membuat hatiku tenang. Oh, shi.. baiklah Yifan, berhentilah mengumpat. Aku menjatuhkan diriku duduk di lantai setelah bosan memandangi gedung-gedung pencakar langit di hadapanku kemudian mengadahkan kepalaku menatap langit yang mulai berganti warna menjadi jingga. Sebenarnya apa yang kulakukan? Dia hanya salah satu hatersku. Sudahlah. Aku bangkit berdiri menepuk pantatku sekilas dan berjalan menuju satu-satunya pintu keluar.

Tanganku terulur mencapai knop pintu kemudian menggantung di udara saat seorang membuka pintu dari luar. Aku tertegun, sosok yang kurindukan itu, oke ralat sosok yang begitu ingin kutemui itu berdiri dengan memasukkan salah satu tangannya ke dalam saku jeansnya. Ekpresinya terkejut melihatku berdiri mematung di hadapannya, namun dengan cepat berubah menjadi sebuah seringai yang kembali membuat bulu kudukku merinding.

“kau menungguku?” tanyanya dengan nada arrogant yang luar biasa.

What the.. oke baiklah, aku  memang menunggumu, dan tentu saja pernyataan itu hanya kusimpan di kepalaku. Berlainan dengan apa yang ada di kepalaku, aku balas tersenyum padanya dengan senyum dingin.

“jadi kau bersedia kuwawancarai?” ia kembali bertanya, namun kali ini ia melangkahkan kakinya mendekat padaku dan refleks aku memundurkan langkahku, bukan tanpa alasan aku melakukannya, serangan dari aroma tubuhnya yang, baiklah kuakui, begitu segar menghujam indra penciumanku.

Aku menyilangkan kedua tanganku di depan dada sesaat setelah mataku melirik jam yang kukenakan.

“tidak, aku tidak..”

“maaf, tapi aku tidak menginginkan penolakan, tuan besar Kevin” ia memotong perkataanku kemudian berbalik menutup pintu di belakangnya. Ia kembali melangkah mendekatiku, matanya menatap lurus padaku. Aku tersentak, namun aku memilih diam di tempatku, membiarkannya berkuasa di awal permainan ini.

“maksudmu apa? Yang idol itu aku, aku yang berhak menentukan apakah kau bisa mewawancaraiku atau tidak!” aku berucap dengan nada setenang mungkin, tapi sebenarnya aku benar-benar gugup, dia hatersku, ingat?

Sudut bibirnya terngkat tipis. “begitukah? Bagaimana jika aku..”

“apa? Apa yang akan kau lakukan? Aku tidak peduli pada ancamanmu!”

“aku wartawan, kau ingat? Terlebih lagi aku mewakili para hatersmu, jadi bisa saja aku mengarang berita yang membuatmu ..” ia diam, tidak melanjutkan perkataannya. Tetapi tangannya terulur di hadapanku, dengan ibu jarinya ia mengusap bibirku  pelan. Sial! Aku memejamkan mataku sesaat, meresapi sentuhannya.

“bibirmu lembut sekali, Kevin-ssi! Kau pasti mengolesinya dengan lipbalm setiap hari.” Gumamnya pelan. Mengalihkan pembicaraan, eoh?

Oke, cukup sudah, dengan kasar aku mencengkram kedua bahunya dengan tanganku, mendorongnya, hingga punggungnya membentur pada pintu di belakangnya, ia meringis kecil, namun aku tidak peduli. Dengan jari telunjukku aku menyangga dagunya, membuatnya mendongak menatapku. Dan sialnya, tatapan matanya tampak tenang-tenang saja, tidak tersirat ketakutan sama sekali.

“jadi Michelle-ssi, bukankah sudah kutegaskan kemarin jika aku sama sekali tidak tertarik pada permainanmu..” ucapku dengan nada rendahku tepat di telinganya.

“benarkah?” sahutnya dengan nada skeptis.

“tentu saja, jangan macam-mcam denganku. Aku bisa saja..” aku tidak melanjutkan perkataanku. ‘menyerangmu di sini saat ini juga’  dan memilih melanjutkannya di dalam hatiku.

Aku  tersentak saat ia mengangkat kedua tangannya dan mengalungkannya di leherku, sorot matanya masih terlihat tenang dan ada sorot menantang di sana. Shit!

“baiklah, kau yang memulai ini!” suaraku terdengar serak.  Tangan kiriku yang mencengkram bahunya berpindah bertumpu pada pintu di samping kepalanya. Aku merapatkan kening kami dengan kasar sehingga terdengar suara ‘dug’ yang keras. Sekilas mataku melirik bibir tipisnya dan tanpa sadar aku menelan ludah kasar.

“berikan aku alasan, alasan yang kuat agar aku mau diwawancarai olehmu!” lirihku pelan. Mataku tidak lepas menatap pada matanya yang juga menatapku dalam.

Sebuah seringai kembali muncul di bibirnya “tidak perlu alasan Kevin-ssi”

“tidak perlu ya?” ulangku. Mataku melirik kembali pada bibirnya masih setia menyunggingkan sebuah seringai dan tanpa sadar—lagi—aku menjilat bibir bawahku. Tidak perlu alasan juga untuk mencium bibir itu kan? Oh, shit!

Aku menunduk, tanpa aba-aba mempertemukan bibir kami, tapi hanya sekilas kemudian aku kembali menarik wajahku menjauh, menantikan reaksi darinya. Aku sudah bersiap mendapat tamparan bahkan pukulan atau apapun itu.

“lakukan. Lakukan lagi..” lirihnya dengan kedua mata setengah terpejam. Aku tersentak saat ia mengeratkan lengannya yang melingkar pada leherku. Tanganku yang menyangga dagu serta bertumpu pada pintu di sampingnya berpindah memeluk pinggangnya, menarik tubuhnya merapat padaku. Bibir kami kembali bertemu dalam sentuhan yang lembut. Tidak ini salah! Akal sehatku memberontak, tapi saat aku merasakan sebuah lumatan kecil pada bibirku, aku mengesampingkan ego dan akal sehatku kemudian memilih membalas lumatannya, mengikuti naluri sejatiku sebagai namja. kepala kami bergerak ke kiri dan ke kanan seirama, mencari posisi yang nyaman untuk memberi dan menerima.

Aku maju selangkah, semakin mendesaknya pada pintu yang tertutup di belakangnya. Ini bukan yang pertama bagiku, tapi entah mengapa semua terasa begitu berkesan. Aku bahkan bisa merasakan kakiku lemas di bawah sana. Apa yang membuat ini begitu menakjubkan? Aku membatin. Jadi begini rasanya mencium hatersmu sendiri?

“aku wartawan, kau ingat? Terlebih lagi aku mewakili para hatersmu, jadi bisa saja aku mengarang berita yang membuatmu ..”

Shit! perkataannya kembali terngiang di kepalaku. Dengan kasar aku menarik diriku menjauh darinya. Dengan nafas terengah dan perasaan kacau menghampiriku, aku menatapnya dan tersentak saat tatapan matanya menyiratkan kekecewaan.

“mian..” ucapku pelan. “aku tidak bermaksud untuk..”

“tidak, jangan lanjutkan” pekiknya memotong perkataanku.

“maafkan aku” gumamku dan melangkah keluar setelah sebelumnya membuka pintu di belakangnya.

“Kevin, tunggu!” ia menahanku, tapi aku menepis tangannya.

“bukankah aku sudah meminta maaf?” bentakku dan berpaling meninggalkannya.

 

 

***

 

 

Sial. Sial. Sial! Apa yang sudah kulakukan! Makiku dalam hati. Tanganku terangkat menyentuh bibirku, tadi itu masih terasa begitu nyata.

Dengan terduduk lemas aku bersandar pada pintu masuk dorm kami, Kyungsoo yang sibuk bolak balik menanyakan apakah aku baik-baik saja tidak kuhiraukan. Terlebih lagi aku juga tidak tau ada apa denganku.

Aku tersentak saat bell berbunyi. Aku bangkit dari dudukku hendak membuka pintu namun kuurungkan saat terdengar sebuah teriakan memekik telinga.

“KEVIN WU SIALAN!! BRENGSEEK! KELUAR KAU!!”

Aku mematung di tempatku, tidak berani bergerak.

“ada apa? Siapa itu?” suara Suho menggema di telingaku. Aku berbalik dan mendapati Suho, Lay dan Kyungsoo serta Jongin yang berdiri dengan alis terpaut.

“hyung, siapa?” Tanya Lay.

“tidak..”

“SIALAN, BUKA PINTUNYA ATAU AKU AKAN MENDOBRAKNYA!” ck, yeoja ini apa memotong perkataanku adalah hobbynya? Dan lagi apa ia benar bisa mendobrak pintu ini.

“hyung, siapa dia?” kali ini giliran Kyungsoo yang bertanya.

“aku tidak..”

“KEVIN WU SIALAN, KELUAR SEKARANG!”

Aku meringis mendengar teriakannya. “Keluar saja hyung, dia bisa menghancurkan pintu kita!” Jongin berucap dengan entengnya. Sial. Tiba-tiba Lay berjalan ke arahku, kedua tangannya ia letakkan di bahuku matanya menatapku dalam.

“keluarlah Yifan, bicarakan baik-baik dengannya!” suara lembut Lay terserap hingga kesanubariku dan membuatku mengangguk.

“selesaikan masalah kalian, dan setelahnya aku perlu penjelasan!” kata Suho dan berlalu pergi diikuti Jongin dan Kyungsoo. Sementara Lay masih berdiri di tepatnya mengawasiku. Aku menghela nafasku, sebelum tanganku menjangkau knop pintu dan membukanya, menampaknya sosok Michelle Cha yang tampak berantakan? Sedang menatapku tajam seolah siap menerkamku.

“brengsek, setelah menciumku kau hanya mengatakan maaf?  Namja macam apa kau!” makinya di hadapanku. Aku terpaku di tempatku, mengabaikan fakta bahwa pintu di belakangku masih terbuka lebar.

“apa? Kau yang memulainya!” balasku tidak kalah sengit.

Ia terdiam tidak mampu berkata-kata. “tapi..” lirihnya teramat pelan, namun aku masih bisa mendengarnya.

it was just a kiss, what do you except from me? A proposal?” kataku dingin. Percayalah bukan itu yang ingin kukatakan! Jeritku frustasi dalam hati.

“just a kiss right?” ulangnya dengan nada pelan. Ia menunduk sekilas dan kembali mengangkat wajahnya. Ekspresinya berubah menjadi.. sebuah seringai mengerikan yang selalu berhasil membuat bulu kudukku merinding itu terkembang

I never let you go.. kalimat itu yang berhasil aku tangkap dari gerakan bibirnya tanpa mengeluarkan suara. Aku tertegun di tempatku. Mataku tidak lepas darinya, bahkan ketika ia memasuki lift dan menghilang dari arah pandanganku.

Aku berbalik hendak masuk kembali ke dorm dan terkejut mendapati semua member berdiri di ambang pintu dengan ekspresi yang berbeda.

“aku tidak tau bahwa kau sepengecut itu!” aku tidak tau siapa yang mengeluarkan kalimat itu karena aku sama sekali tidak fokus pada apapun.

“it was just a kiss, kasar sekali. tidak tau kah kau jika yeoja itu sangat sensitive mengenai itu?” kali ini Sehun yang berkata. Aku tau karena ia berdiri paling depan.

“kau menyakitinya dengan berkata seperti itu” Suho berucap.

Oh, percayalah, itu bukan keinginanku untuk mengatakan itu.. tapi.. aaaakkkhhhh! Dengan kasar aku mengacak rambutku frustasi dan berjalan dengan bahu merosot melewati member lain.

“aku masih ingin mendengar penjelasan darimu, Kris!” kembali suara sang leader terdengar. Tapi aku tidak menghiraukannya dan berjalan menuju kamarku.

 

 

***

 

 

Hampir dua minggu sejak kejadian itu dan semenjak itu aku tidak pernah lagi bertemu dengannya. Semenjak itu pula aku menghindari Suho jika ia hendak membahas masalah tersebut, sebisa mungkin aku menghindar, baiklah katakanlah aku pengecut, tapi salahkah jika aku hanya tidak ingin kembali teringat kejadian itu. Seperti saat ini, aku memilih duduk menyindiri di pojok ruangan latihan kami, menatap kosong pada ujung sepatuku. Semua member berada di tengah ruangan dengan kesibukan masing-masing. Kami baru saja berlatih tapi tidak seorang pun yang hendak beranjak dari ruang latihan. Sesekali aku melirik pada mereka yang terkadang heboh sendiri.

“astaga hyuuunnng! Coba lihat ini!” pekikan Jongin yang berada di antara mereka membuat semua perhatian teralih padanya.

“apa?”

“ada apa?”

“apa?”

Beberapa pertanyaan terlontar akibat pekikannya, semua member mengerubuninya terkecuali aku yang masih betah di tempatku.

“LEADER EXO M KRIS, TERNYATA ADALAH SEORANG YANG PENGECUT!” aku melotot mendengarnya, dengan sekali gerakan aku bangkit berjalan ke arahnya.

“apa..” aku nyaris saja mencengkram kerah Jongin jika saja Tao tidak menghalangiku.

“bukan hyung, tapi judul artikel yang Jongin temukan di internet” suara berat Tao mengenterupsi dan membuatku melotot kaget.

“lihat ini!” seru Jongin dengan wajah cemberutnya kemudian menyodorkan ponselnya padaku. Aku tersenyum kikuk padanya saat menerima ponselnya. Membaca artikel tersebut alisku berkerut membacanya, apa-apaan ini? Artikel sampah yang tidak mendasar sama sekali! sialan! Aku baru saja akan membanting ponsel Jongin jika saja—lagi—Tao kembali menahanku.

“kurasa, kau harus menceritakannya pada kami, we are one, bukan?” suara lembut Luhan mengalun dan tangannya mengusap punggungku. Aku mengusap wajahku kasar dan mulai menceritakan semuanya satupun tanpa sensor, terutama kecurigaanku terhadap siapa pembuat artikel sialan ini.

“begitulah..” ujarku mengakhiri cerita. Semua member masih menatapku tidak percaya.

“kau tau hyung, jika aku jadi dirimu, aku akan melaporkannya sebagai pelecehan seksual!” Jongin membuka mulutnya berbicara dan langsung saja mendapat pukulan dari Kyungsoo di kepalanya. Aku hanya berdecak kesal. “dia yang memulainya!” gumamku.

“apapun itu, minta maaflah” aku mirik Suho yang terlihat teramat berwibawa.

Aku terdiam, bagaimana ini, sudah hampir dua minggu kami tidak bertemu. Bagaimana caranya meminta maaf padanya?

 

 

***

 

 

Dengan kepala yang yang bertumpu pada sandaran sofa, aku mendongak menatap langit-langit dorm. Suasana dorm hari ini tampak sepi, setengah dari member kami memiliki jadwal sendiri, sisanya aku juga tidak begitu peduli, yang aku tau hanya Jongin yang sedang tertidur di kamarnya.

Aku menegakkan tubuhku saat pintu dorm terbuka dan menoleh pada seorang yang masuk. Diam-diam aku menghela nafas lega saat tau ternyata manager hyung yang berkunjung.

“Kris, kau tidak ada jadwal?” tanyanya sembari menjatuhkan dirinya duduk di sampingku. Aku hanya menatapnya dan memberinya senyum sebagai jawaban.

“ah kalau begitu, kau sajalah!” serunya dan menepuk pundakku.

Aku memutar bola mataku kesal “maksudmu hyung?”

“kau saja yang kuberi tugas ini!” sahutnya girang.

“tugas apa hyung?” tanyaku penasaran.

“kau juga akan tau nanti, sekarang ganti baju sana!” titahnya dan menarik lenganku memaksaku berdiri dari tempatku. Dengan malas aku berjalan menuju kamarku, mengganti baju seadanya dan menyusul manager hyung yang sudah menungguku di pintu dorm.

“jadi, tugas apa yang kau berikan padaku?” tanyaku tanpa menatap manager hyung yang tampak sibuk dengan ponselnya.

“hanya diwawancarai, seorang temanku memiliki teman yang ingin mewawancaraimu, dia orang baik. Perayalah. Dan lakukan yang terbaik!” sahutnya tanpa mengalihkan wajahnya dari ponsel di tangannya.

Aku mengangguk patuh, dan menatap angka di atas lift yang semakin menurun. Entah mengapa perasaanku sedikit tidak enak. Ah, sudahlah, lupakan!

‘ting’

Pintu lift terbuka, manager hyung menarik lenganku lembut dan berjalan menuju lobby yang tampak sepi.

“dia di sana! Lakukan yang terbaik ne!” ujarnya dan menunjuk pada ruang tunggu lobby.

Aku mengerutkan keningku saat melihatnya meninggalkanku “hyung mau ke mana?”

“lakukan saja sendiri, kau bisa kan?” sahutnya tanpa berbalik.

Hahh, aku menghembuskan nafasku kasar. Benar-benar sialan!

Dengan perlahan aku berjalan menuju ruang tunggu, mataku tak lepas dari sosok yang tengah duduk membelakangiku, perlahan aku menarik dan menghembuskan nafasku lagi, sebelum berjalan mendekat padanya.

“anneyeong haseyo!” sapaku dengan sopan. Dan ketika ia berbalik, darahku seolah berhenti mengalir akibat dari jantungku yang seolah berhenti berdetak ketika ia tersenyum, tidak, bukan tapi… Seringai itu.

Oh, my fucking god!

 

 

***

 

 

 

Helloooo, im back!!!!!!!!!!! Ohh, nooo! Jangan timpukin sayahhhh! Hohohoho. Ceritanya ini sayah ingkar janji, kok kris duluan? Katanya tao? Hahahaa, jadi gini, file mw sayah yang kris sama tao dan beberapa versi ending yang telah saya buat dan edit, HILANG! Iya hilang! Gegara saya naronya di my documents, terus laptopnya di install, lenyap kabeh we Beserta file file mw tugas sayah yang lain. Oh, my gawwwdd!!!! Jadi begitulah. Di tambah lagi seminggu yang lalu, sayah baru masang behel alias kawat gigit (eecciiyeeee) ampun saya bukan alay, tapi karena saya udah nyerah sama bentuk gigi sayah yang kaya ngajak tawuran itu jadilah dokter gigi sayah nyaranin diorthoin ajja nih gigi. Reader ada yang pake juga? Awalnya itu sakit banget yeeehhh? Eeiittss, jangan salah, saya bukannya pamer, tapi ini merupakan factor yang sangat berpengaruh, gegara sakit banget, saya jadi malas nyentuhin jari-jari saya di keyboard, tugas saya juga terbengkalai semua! Terus iseng saya buka ff saya d wp ini dan membaca komen kalian semua Dan akhirnya saya kembali bersemangat untuk mengetik! Dan voila, jadilah versinya kris yang melenceng banget dari tema awal! Biarlah yang penting ada. Hahaha. Sayah bikinnya sepenuh hati kok…

Oh iya, exooooo cambeeek yahhhh?? Huaaaaa… apa lagunya? Overdose yahh? Mini album tapi yak? Hahahaa, jadi punya ide buat series lagi.. huhuhuhuhuuuuu.. udah ajja deh, segitu ajja! Bye reader! Ummaacchhh, ummaaacchhh… lope lope……

Btw, suho kece banget yah dengan rambut blondenya.. nyahahhahahaha…

Okee, byee.. XOXO


[12 Powers of Love] Lay’s

$
0
0

[12 Powers of Love] Lay’s

Ziajung’s story line

 Romance, Drama \\ PG-16 \\ Vignette \\ Zhang Yi-Xing (Lay)—Heo Yoon

Prev: Chanyeol’s || Sehun’s

Disclaimer : This FF also posted at allfictionstory.wordpress.com ^^ just enjoy the show, cingudeul

—————————————-

 

It’s not about forcing happiness. It’s about not letting the sadness win

-Zhang Yixing-

 

***

Kebahagiaan. Kata itu memang ada di setiap kamus dalam berbagai bahasa. Kata yang berati perasaan senang yang terlepas dari segala yang menyesakkan dan menyusahkan. Kata yang indah menurut sebagian orang.

Tapi tidak dengan Heo Yoon. Di dalam kamus hidupnya tentu ada kata kebahagiaan, meskipun sama sekali tidak memiliki arti seperti itu. Ia tidak mengerti, ia bahagia, tapi… kenapa perasaan ini sangat menyesakkan—sangat menyulitkannya. Ia ingin sekali melepaskan kebahagiaan itu, tapi ia tidak bisa. Seolah ada borgol tidak kasat mata yang tetap mempertahankan kata itu dalam hidupnya.

Heo Yoon menghela nafas berat sambil memandangi ujung sepatunya. Sekarang ia sedang duduk sendiri di sebuah bangku, di taman kota. Menikmati angin hangat musim semi, dan berharap angin juga bisa membawa pergi rasa sesak ini.

Tangannya bergerak ke ujung bibirnya yang terasa nyeri. Ah… ia berlebihan hari ini. Ia sudah terlampau sering mendapat sebuah luka, baik fisik maupun psikis. Tapi kenapa ia mau sekali saja ada orang yang memperhatikannya?

“Menunggu lama?”

Heo Yoon mengangkat kepalanya lalu tersenyum tipis. Ia pun menerima segelas mocca-latte hangat yang disodorkan pria itu. “Tidak juga.”

Pria itu mengambil tempat di sebelah Heo Yoon. “Mianhae, antriannya sangat panjang.”

Gwaenchanha.”

Lalu hening. Zhang Yi-Xing—pria keturunan China-Korea itu—tidak mengalihkan pandangan sedetik pun dari gadis yang duduk di sebelahnya. Perasaannya campur aduk saat ini, antara senang dan sedih. Ia tentu sangat senang bisa bertemu wanita yang ia cintai lagi walaupun dengan keadaan yang tidak sama seperti dulu. Wanita ini sudah menjadi milik orang lain, dan itu berarti tidak ada kesempatan untuk dirinya masuk ke dalam hati Heo Yoon. Ya… meskipun ada, pasti itu sangat kecil. Bahkan tidak bisa dibilang sebagai suatu kesempatan.

Dan ia merasa sedih sekaligus. Selain karena Heo Yoon sudah menjadi milik orang lain, ada suatu fakta yang membuat hatinya makin teriris. Pria itu menyakiti Heo Yoon. Menyakiti sampai sisi terkecil wanita ini.

Memang menjadi hal wajar sekarang saat Yi-Xing bertemu Heo Yoon, wajah wanita itu tidak secerah dulu. Ia masih tetap cantik—Yi-Xing bersumpah sampai kapanpun. Hanya saja goresan-goresan itu membuatnya tampak menyedihkan. Heo Yoon bagaikan permata bagi Yi-Xing, namun pria itu dengan seenaknya memperlakukan gadis malaikat ini seperti seonggok sampah.

Tangan Yi-Xing terulur untuk menyentuh pipi Heo Yoon. “Gwaenchanha?”

Heo Yoon menoleh dan dengan perlahan menurunkan tangan Yi-Xing dari pipinya. “Ne.” Jawabnya sangat pelan.

“Apa yang si Brengsek itu lakukan lagi padamu?”

Yi-Xing sama sekali tidak mau menyebut nama orang itu, apalagi menyebutnya sebagai seorang pria atau manusia. Kelakuaan orang itu tidak pantas disebut sebagai seorang pria. Dia pun lebih buruk dari seekor binatang yang masih memiliki hati kepada siapapun yang mencintainya.

“Tidak apa-apa,” Heo Yoon tampak menghela nafas, lalu menyeruput kopi panasnya lagi. “Mungkin dia tidak sengaja.”

“Lalu apa maksud luka-luka ini?!”

Yi-Xing tidak menyadari kalau nada bicaranya sudah berubah. Ia kesal dan benci. Heo Yoon selalu saja menyembunyikan rasa sakitnya sendirian, untuk melindungi si brengsek itu. Dan setelah ini, Yi-Xing tahu kalau Heo Yoon akan berbohong demi menjaga nama baik suami—ah.. maksudnya si pria brengsek itu.

“Aku terpeleset di kamar mandi.”

“HEO YOON!”

Tubuh Heo Yoon bergetar menahan tangis. Heo Yoon tahu kalau ia sama sekali tidak bisa berbohong di depan Yi-Xing. Dirinya dan Yi-Xing sudah saling mengenal selama lima tahun, itu tentu bukan waktu yang singkat. Yi-Xing selalu mengerti dirinya, melindunginya, layaknya keluarga. Padahal Heo Yoon bukan siapa-siapa.

Heo Yoon tidak tahan lagi. Ia menangis dalam diam. Ia tidak mengerti kenapa jalan hidupnya serumit ini. Memangnya apa yang ia lakukan sampai Tuhan memberikan cerita ini di hidupnya? Ia hanyalah anak yatim-piatu yang secara tidak sengaja menolong seorang kakek dan kemudian dinikahkan oleh cucunya. Harusnya sampai situ Heo Yoon sudah menyadari kalau ia sama sekali tidak pantas bersanding bersama Cho Kyu-Hyun. Tapi alam bawah sadar Heo Yoon dengan kurang ajar-nya mengatakan kalau ia jatuh cinta pada pria sempurna itu.

Sungguh menyedihkan!

Bahkan Cho Kyu-Hyun pun tidak pernah menatapnya. Kyu-Hyun selalu melakukan apapun untuk membuat Heo Yoon menyerah, tapi nyatanya… wanita ini tetap bertahan.

“Ini sangat sakit, Lay…”

Heo Yoon berkata lirih sambil terus mengeluarkan air matanya. Heo Yoon memukul-mukul dadanya seolah menggambarkan betapa sakit dan perihnya bagian itu. Bagai ada batu besar berduri penuh racun yang terus menghantam jantungnya.

Yi-Xing tidak tahan lagi. Ia pun menarik Heo Yoon dan membawa wanita itu ke pelukannya. Diusapnya punggung Heo Yoon dengan perasaan sayang yang luar biasa. Yi-Xing memejamkan mata. Ia ingin sekali menyalurkan kekuatan untuk menyembuhkan perasaan Heo Yoon.

Heo Yoon mendorong pelan dada Yi-Xing, lalu mengusap air matanya. Heo Yoon mencoba tersenyum, namun itu malah membuat Yi-Xing makin terluka.

Yi-Xing lagi-lagi mengulurkan tangannya untuk menyentuh pipi  Heo Yoon, kali ini wanita itu tidak menolak. Ia mengusap pelan goresan di pipi Heo Yoon, lalu turun menuju ujung bibirnya yang lebam. Heo Yoon meringis perih sebelum akhirnya ia merasakan sesuatu yang sejuk dan menenangkan jiwa mengaliri setiap jaringan kulitnya yang terluka.

Heo Yoon menutup mata. Ia sangat suka saat Yi-Xing menyembuhkan luka dengan caranya. Heo Yoon tidak pernah meminta Yi-Xing melakukan ini, namun tidak pernah juga melarangnya. Ia suka, sangat suka.

Telapak tangan Yi-Xing bergerak mengusap pipi Heo Yoon yang sudah bebas dari luka. Wajah secantik ini tidak pantas mendapat goresan apapun dari siapapun. Yi-Xing memang tidak suka ada pria lain yang menyentuh Heo Yoon, tapi ia tambah tidak suka jika ada yang membuat Heo Yoon terluka seperti ini. Rasanya Yi-Xing ingin mematahkan semua jari yang dimiliki pria brengsek itu.

Yi-Xing kembali menurunkan tangannya. “Kenapa kau tidak mengakhiri saja, Yoona?”

Heo Yoon menggeleng lalu merubah posisinya seperti semula. “Aku tidak bisa. Aku… aku sangat mencintainya.”

Sangat mencintainya. Kalimat itu bagai sebuah granat yang baru saja membumi-hanguskan perasaan Yi-Xing—entah yang keberapa kalinya. Yi-Xing juga mengakui ini termasuk salahnya. Kalau saja ia lebih berani dan jujur pada Heo Yoon sejak dulu, pasti kalimat itu tidak pernah keluar dari mulut Heo Yoon.

Yang pasti ada hanya kalimat ‘aku mencintaimu’.

“Tapi dia selalu menyakitimu.”

“Aku tahu,” jawab Heo Yoon. “Tapi aku yakin, suatu hari dia akan menjadi orang yang selalu ingin melindungiku.”

Tidak. Hanya aku yang akan selalu melindungimu, Yoona. Yi-Xing bertekad dalam hati. Tidak ada seorang pun yang bisa melindungi Heo Yoon seperti caranya melindungi Heo Yoon. Lupakan masalah kemampuannya, ini lebih dari sekedar mengobati luka. Yi-Xing rela menukar hidupnya demi kebahagiaan Heo Yoon.

“Dia tidak akan berhenti sebelum kau yang memintanya,” Yi-Xing kembali mengingatkan Heo Yoon tentang fakta itu.

Heo Yoon mengangguk pelan. “Aku tahu,” jawabnya lagi. Ia pun menoleh ke Yi-Xing dan tersenyum. “Makanya aku ingin mempertahankannya dan membuatnya berhenti tanpa aku meminta.”

Yi-Xing terdiam.

“Aku mencintainya, Lay. Aku mencintai Cho Kyu-Hyun.”

Yi-Xing tahu, ia mempunyai kemampuan yang tidak dimiliki siapapun di dunia ini. Ia bisa menyembuhkan luka Heo Yoon kapanpun, membiarkan pakaiannya dibasahi oleh air mata Heo Yoon, dan menghibur wanita ini tanpa perlu diminta, bahkan memberikan Heo Yoon sebuah istana saat itu juga. Ia bisa melakukan itu semua.

Tapi ada satu yang ia tidak bisa.

Ia tidak bisa menyembuhkan luka dalam dirinya sendiri—perasaannya. Hatinya yang sudah tercabik-cabik berulang kali dan kini lukanya terus melebar seiring dengan perasaan cinta seorang Heo Yoon pada Cho Kyu-Hyun. Ia sama sekali tidak bisa menyembuhkan luka ini.

Sekuat apapun ia mencobanya.

 

 

~End~

—————————-

 

 

*mudeng tak?? Hahaha maaf ya kalau ngebingungin.

 

-See ya-

Regards: Ziajung


I’ll Try It

$
0
0

Title                  : I’ll Try It

Main Cast         :

  • Oh Se Hun
  • Jung Soo Jung
  • Son So Eun
  • Xi Lu Han

Rating              : PG-13

Length             : One Shoot

Author              : exmgrmd12

i'll try it

 

***

Berjalan di tepi jalan seorang diri tanpa di temani siapapun. Itulah yang Soo Jung lakukan sambil terus berjalan dengan suasana hatinya yang sedang kacau. Ia terus menggerutu dibawah teriknya matahari Kamis itu.

Gadis itu mengedarkan pandangannya sebelum menyebrangi jalan. Ia melangkahkan kakinya dengan malas untuk segera menyebrang. Tidak disangka, saat berjalan di tengah zebra cross tangannya ditahan dan ditarik oleh seseorang dari arah berlawanan dan membawanya kembali ketempat sebelumnya.

“Ikut aku…”

Gadis itu kaget saat mengetahui Se Hun yang menarik lengannya.

“Tidak!”

Soo Jung berusaha keras melepaskan genggaman tangan Se Hun dari lengannya.

Melihat tingkah Soo Jung, Se Hun menjadi kesal dan akhirnya ia melepas genggaman tangannya di lengan gadis itu.

“Kau mau aku ajak baik-baik atau aku paksa?!” Se Hun menatap gadis di depannya dengan tatapan tajam.  “Kau sungguh keras kepala, Soo Jung!” Lanjutnya keras.

Soo Jung mendelik sambil tertawa kecil.

“Kenapa? Apa kau baru tahu bahwa aku ini menyusahkan? Ya sudah, kau temui saja So Eun yang tak pernah kau anggap susah!” Ujar gadis itu dengan penekanan nada di akhir ucapannya.

Mendengar nama So Eun, Se Hun mengerutkan keningnya, lalu menggelengkan kepalanya. “Ini semua tidak ada masalahnya dengan Son So Eun!” Sanggah Se Hun.

Soo Jung mendengus kesal, lalu mendapatkan mata Se Hun yang terus menatapnya.

“Kalau bukan So Eun, siapa?!” Bentak Soo Jung sambil melipat kedua tangannya di dada, tidak memperdulikan orang yang berlalu lalang di sekitarnya.

“Lu Han. Ini semua karena hyung ku, Soo Jung..”

Jawaban Se Hun membuat Soo Jung tersenyum sinis. “Lu Han- Lu Han-Lu Han lagi? Ada apa denganmu? Se Hun, kau selalu saja menyalahkan Hyung mu? Se Hun dengar aku. Selama ini aku tidak pernah punya sahabat yang mau mengertikan diriku…”

Soo Jung diam menghela nafas.

“Dan sekarang! Aku sudah menemukannya. Lu Han, hyung mu… kenapa kau tak bisa menerima?”

“Soo Jung, berapa kali lagi aku harus bilang padamu? Aku percaya padamu dan aku tahu apa yang kamu lakukan pasti sudah kau pikirkan akibatnya, tapi untuk kali ini maaf…”

Se Hun memegang kedua bahu Soo Jung.

“Aku tak bisa percaya begitu saja… aku tahu hyung ku hanya memanfaatkan mu saja.”

“Apa kau tidak berpikir kalau So Eun juga memanfaatkanmu, huh? Se Hun, gadis itu mempunyai perasaan padamu, dia suka padamu, apa kau tak tahu? Dan kau masih dekat dengannya.”

Se Hun melepaskan gengaman tangannya di bahu Soo Jung.

“Apa kau tak sadar? Perlakuanmu sudah membuatku ini sedih dan sakit hati. Walau aku tahu kau tidak berniat melakukannya, tapi tanpa kau sadari kau telah melakukannya, Soo Jung.”

Soo Jung diam untuk berpikir sejenak. Se Hun tetap menatap gadis didepannya itu.

“Aku tak suka kau dekat dengan hyungku—”

“—Dia hanya ingin merebutmu dari ku saja, Soo Jung.” Ulang Se Hun dengan lirih.

“Seharusnya kau percaya saja padaku, Se Hun!” Sanggah Soo Jung bersikeras.

Se Hun menggelengkan kepalanya.

“Soo Jung! Bagaimana caranya untukmu agar bisa mendengarkan kata-kataku? Aku hanya ingin kau menjauhi Lu Han hyung saja. Tidak lebih.”

“Itu berlebihan, Se Hun. Cobalah kau mengenal hyung mu lebih dalam lagi. Kau pasti akan merasakan kalau dia adalah orang yang baik. Hyung mu tidak pantas mendapat penghinaan yang sudah kau berikan padanya, Se Hun. Kau adiknya!”

“Lalu, apa pantas So Eun menerima penghinaan yang kau berikan juga, huh?” Sehun mulai emosi. Manik matanya mengisyaratkan kemarahannya pada Soo Jung.

“Ini semua tidak ada urusannya dengan So Eun!”

“Tapi kau sudah men-judge gadis itu, Soo Jung!”

“Kalau itu memang kenyataan kau mau apa, Se Hun?”

“Soo Jung, Son So Eun adalah orang yang baik….”

“Kalau memang itu kenyataannya. Tidak seharusnya ia mendekatimu dengan cara menyingkirkanku, Se Hun!”

Soo Jung sudah lelah. Ia sudah jenuh dengan hubungannya dengan pria didepannya. Ia tidak tahu lagi harus menjelaskan semuanya pada Se Hun yang tetap keras kepala.

~

Se Hun menjatuhkan dirnya diatas ranjang kamar tidurnya. Pria itu menatap langit-langit kamarnya dengan gundah. Pikirannya melayang entah kemana. Bingung dengan semua yang sudah terjadi dengannya hari ini. Ia bingung apa yang ada di pikiran Soo Jung gadisnya akhir-akhir ini.

Se Hun selalu bertanya-tanya pada dirinya sendiri mengenai gadis itu.

Kenapa Lu Han yang selalu ia bela?

Kenapa Soo Jung tidak mau mendengarkan perkataannya sedikit, pun?

Sungguh. Se Hun tidak akan pernah bisa jika ia harus berpisah dengan gadis itu. Se Hun sangat mencintainya.

“Kau tidak mengerti Soo Jung.” Ucap Se Hun memandang foto Soo Jung yang menjadi wallpaper ponselnya itu.

Tak beberapa lama. Ponselya bergetar dan terteralah nama Lu Han disana.

“Hyung”

Se Hun menyunggingkan bibirnya tepat setelah ia mengucapkan kata itu.

Mau apa dia menghubungi? Apa Lu Han ingin mengucapkan selamat padanya untuk kejadian yang menimpa Se Hun hari ini? Se Hun benar-benar berpikir bahwa mengenalkan Soo Jung kepada Lu Han adalah bencana besar.

Se Hun dan Lu Han adalah saudara kandung. Keduanya memiliki paras yang sempurna. Keduanya juga banyak memiliki kesamaan di banyak bidang. Bidang seni misalnya, walaupun Lu Han lebih menyukai dunia tarik suara bukan berarti suara Se Hun tidak bagus. Se Hun lebih memilih dunia tari ketimbang dunia tarik suara. Menurutnya dunia tari adalah hidupnya, ia dapat menggambarkan suasana hatinya melalui tarian. Begitu juga dengan Lu Han.

Se Hun dan Lu Han adalah dua pria yang sangat sempurna.

Hanya satu yang membedakan keduanya, yaitu kepribadian. Lu Han adalah pria dewasa sedangkan Se Hun kekanakan. Mungkin itu semua faktor umur, tahun ini Se Hun akan menginjak 17 tahun dan Lu Han akan lebih tua 2 tahun darinya saat ini.

Tapi apa pantas seseorang yang sudah berusia 17 tahun harus tetap memilik sifat kekanakan? Keegosian luar biasa? Dan sifat masa bodohnya yang sering menjengkelkan orang-orang disekitarnya.

Oh Se Hun.

Semua sifat itu ada pada diri pria itu.

Walaupun begitu Se Hun sama dengan Lu Han. Ia tetap orang yang penyayang. Ia akan melindungi siapapun yang ia sayangi agar tetap aman. Walaupun caranya dengan menggunakan keegoisannya, Se Hun tetap dikategorikan dalam pria yang penyayang.

Jung Soo Jung. Gadis itu telah 8 bulan menjalani hubungan dengan Se Hun. Ia telah terbiasa dengan sifat kekanakan pria itu dan bisa memaklumi semuanya. Soo Jung adalah gadis yang baik hati walau sifat keras kepalanya juga sama seperti yang dimiliki oleh Se Hun.

Tepat pada tanggal 19 April 2012 Se Hun mengenalkan dirinya pada Lu Han di acara ulang tahun Lu Han 2 bulan yang lalu.

Lu Han adalah pria yang baik. Ia sangat dewasa dimata Soo Jung, karena itulah gadis itu mulai menjadikan Lu Han sebagai tempat curhatnya. Mereka berdua sering menggunakan waktu kosongnya untuk pergi ke suatu tempat hanya untuk sekedar bercakap bersama. Tentu saja dengan izin Se Hun.

Awalnya Se Hun memperbolehkan Soo Jung pergi bersama hyungnya karena saat itu ia memang  sedang disibukkan oleh pertandingan futsal yang akan diadakan sekolahnya. Jadi ia pikir akan lebih baik jika meminta Lu Han untuk menjaga Soo Jung selagi dirinya sibuk saat itu.

Tapi, beberapa minggu terakhir ini. Se Hun merasa ada kejanggalan dalam hubungannya dengan Soo Jung. Gadis itu menjadi lebih jarang menghubunginya. Saat bertemu pun Soo Jung lebih sering memainkan ponselnya ketibang mendengarkan cerita Se Hun.

Dan beberapa waktu lalu saat istirahat sekolah, Se Hun menemukan ponsel Soo Jung yang diletakan dimejanya begitu saja. Tanpa ada angin yang menyuruhnya, ia segera mengambil ponsel gadisnya dan tersenyum saat setelah ia melihat potret dirinya di wallpaper ponsel itu.

Tapi, sesaat kemudian senyumnya memudar ketika ada pesan masuk yang ternyata pengirimnya adalah Lu Han. Keningnya berkerut. Ia langsung membuka pesan itu.

 

 

 

From : “LuGe^^”

Kau dimana Soo Jung? Aku sudah menunggumu di taman sejak tadi.

Aku membawakanmu sesuatu. Cepat kemarilah!

Dan jangan biarkan Se Hun tahu J

 

Rahang Se Hun mengeras begitu membaca pesan itu. Ponsel Soo Jung di genggamnya dengan erat. Se Hun berusaha menahan emosinya yang sudah memuncak. Hatinya seperti teriris sembilau. Keringat dipelipisnya sudah mengucur sejak ia membaca pesan itu.

Apa maksudnya ini semua? Mengapa ia tidak boleh tahu tentang pertemuan mereka?

***

Merasa sudah siap. Se Hun segera melesat keluar rumah tanpa memperdulikan panggilan Ha So ahjumma yang teriak memanggil namanya itu sejak tadi.

Tidak sampai 20 menit, kini Se Hun tiba di sekolahnya, ia merapikan sedikit rambutnya dan kali ini ia tampak sedikit berbeda.

“Soo Jung tunggu aku.”

Berangkat pagi-pagi kesekolah bukan alasan untuk Se Hun kalau bukan untuk menemui gadis yang ia cintai. Tadi pagi tepat pukul 05:55 Soo Jung sudah menghubungi Se Hun dan menyuruhnya untuk segera bangun dan menyuruhnya untuk lebih awal datang ke sekolah.

Entah apa yang mendorong Se Hun untuk segera melaksanakan perintah Soo Jung. Dengan semangat dan senyum yang terus mengembang diwajahnya, Se Hun sudah siap hanya 15 menit untuk pergi ke sekolah dan menemui Soo Jung di taman.

Tiba di taman, Se Hun tidak melihat tanda-tanda adanya orang di tempat itu. Ia melirik jam tangannya.

06.20 KST.

Apa ini terlalu pagi? Atau memang Soo Jung akan datang sedikit terlambat?

Se Hun memutuskan untuk duduk di bangku taman tempat biasa ia sering tempati bersama Soo Jung ketika membolos dari kelas kimia.

Ia tertawa dalam diam mengingat semua kenangan dirinya bersama Soo Jung di tempat ini. Mulai dari pertama ia melihat gadis itu saat kelas X dan sampai ia mulai berani menyatakan perasaannya pada gadis itu di tempat ini.

Semua mereka lakukan di tempat ini untuk menghabiskan waktu bersama. Ciuman pertamanya yang hampir diketahui oleh penjaga sekolah pun mereka lakukan di tempat ini. Semua kenangan-kenangan itu ada pada tempat ini.

Se Hun menghela nafasanya sambil tersenyum sendiri. Ia memandangi seluruh pojok di taman ini. Sampai beberapa saat ia mendengar suara orang yang asik bercakap-cakap sambil tertawa lepas di luar pagar.

“Hey! Rusa jelek! Aku tidak gendut! Kau yang gendut! Dasar jelek!”

Suara itu—

Soo Jung?

Se Hun. Pria itu berdiri bangun dan memandangi pemandangan yang tidak enak ketika melihat Lu Han yang membukakan pintu mobil untuk Soo Jung dan selanjutnya kedua orang itu bergandengan tangan mesra tidak peduli pada orang-orang disekitarnya.

Se Hun diam. Dia merasakan hatinya tertusuk ribuan sembilau. Sekali lagi, ia merasa terkhianati. Semua yang ia duga adalah benar. Itu semua kenyataan.

Lu Han dan Soo Jung?

Hyung dan pacarnya— apa mereka benar-benar hanya sebuah teman?

Se Hun terduduk kembali.

Ia benar-benar merasa terkhianati oleh Soo Jung orang yang ia sangat cintai dan Lu Han saudara yang ia anggap benar-benar baik.

“Soo Jung, apa kau bisa tertawa sebahagia itu setelah kau membuat janji padaku? Aku menunggumu disini sejak tadi. Membayangkan apa yang akan kita bicarakan setelah pertengkaran kemarin.”

“Apa kau bisa tertawa sebahagia itu setelah pertengkaran kita? Apa kau selalu seperti itu saat kita selesai bertengkar?”

Se Hun lagi-lagi terdiam. Ia mencoba mengatur nafasnya. Membiarkan angin menerpa rambut hitamnya yang baru ia tata rapi tadi pagi.

“Apa Soo Jung dan Se Hun benar-benar sudah putus?”

“Soo Jung dan Lu Han benar-benar pacaran saat ini!”

“Soo Jung yang bilang kemarin padaku.”

“Ini hebat! Soo Jung putus dengan Se Hun dan pacaran dengan kakak nya!”

“Apa kau tak mengira bahwa Soo Jung adalah gadis jalang?”

Telinga Se Hun sakit mendengar semua itu. Telinganya hampir pecah ketika seseorang bilang bahwa Soo Jung adalah gadis jalang. Itu tidak benar! Soo Jung adalah gadis baik.

“Setidaknya aku pernah merasakan kebaikan Soo Jung—“ “—dulu.”

“Apa itu semua benar?” “—apa kau benar-benar berpacaran dengannya dan mencampakanku?”

Pria itu bergumam. Suaranya terdengar sangat lirih dan perih. Sama seperti hatinya saat ini.

“Apa kau bahagia disampingnya?” Se Hun bertanya dalam hati sembari melihat Soo Jung yang masih bercakap-cakap dan tertawa bersama dengan Lu Han di luar sana.

“Se Hun?”
Se Hun mengalihkan pandangannya pada wanita yang baru saja memanggil namanya itu.

“So Eun?”

“Apa yang sedang kau lakukan?” tanya So Eun tersenyum pada Se Hun.

Sepertinya gadis di depannya itu benar-benar tidak tahu mengenai apa yang sedang ia lakukan disini. Juga tidak melihat Soo Jung dan Lu Han diluar sana.

Se Hun memutuskan untuk menggeleng. “Aku hanya ingin mencari angin.” Singkatnya sambil tersenyum tipis.
So Eun pun mengangguk mengerti, kemudian tidak sengaja ia melihat Soo Jung dan Lu Han diluar sana yang sedang berpelukkan.

Matanya terbelangak. Sedetik kemudian ia jadi tahu apa yang sedang Se Hun lakukan sejak tadi disini.

“Apa—“

Kata-kata So Eun terhenti begitu melihat ke samping sosok yang ia ajak bicara tidak ada dan ternyata pria itu pergi meninggalkannya sendirian.

So Eun terlihat berpikir dan kemudian ia berlari mengejar Se Hun.

“Apa kau tidak apa-apa?”

Se Hun menghentikan langkahnya. Ia menatap sosok di sampingnya dengan jengkel. Pertanyaan apa itu? Konyol. Bagaimana bisa gadis itu menanyakan kalimat itu setelah ia tahu apa yang terjadi pada Se Hun sejak tadi.

“Ummm— Apa kau tahu itu?” tanya So Eun hati-hati.

Se Hun menghela nafas. “Tahu.”

“Lalu, mengapa kau tidak menghentikannya?”

“Aku tidak mau merusak kebahagiaan Soo Jung.”

“Se Hun, kau ini pacarnya. Jadi kau boleh melakukan apa saja ke pacar mu! Bukan malah seperti ini—“

Se Hun langsung menatap So Eun tajam. Gadis itu mulai berkata aneh-aneh yang membuat Se Hun tidak suka. Pria itu ingin memarahinya, tapi ia sudah tak punya tenaga lagi untuk mengeluarkan kata-katanya. Ia hanya menggeleng pelan.

“Aku tidak sanggup jika harus memisahkan mereka.”

“Kalau begitu, kau harus melepaskannya Se Hun. Putuskan Soo Jung!”

Se Hun kaget. Ia tidak percaya jika So Eun akan berbicara seperti itu dan menyuruhnya yang tidak-tidak. Ia menatap gadis itu bingung.

“Relakan dia—“

“Aku tidak bisa—“ ucap Se Hun hati-hati. “Kau harus tahu, So Eun. Aku mencintainya. Bahkan mungkin beberapa saat lagi aku akan gila karena kenyataannya aku memang sangat mencintainya. Dia adalah nafasku dan dia adalah segalanya bagiku.” Se Hun menundukkan kepalanya, ia terlalu frustasi memikirkan semua ini.

So Eun terlihat shock begitu mendengar bahwa Soo Jung adalah segalanya bagi Se Hun. Ia melihat pria itu yang terlihat begitu frustasi. Pria itu terduduk dilantai, So Eun sangat sedih melihatnya. Ia sakit melihat Se Hun seperti ini. Tapi, mau bagaimana lagi? So Eun sudah terlanjur mencintai Se Hun sejak sebelum Soo Jung merebut Se Hun darinya. Sejak sebelum Soo Jung bertemu dengan pria itu dan sejak sebelum Se Hun bertemu dengan gadis itu.

“Se Hun, kau adalah pria yang baik. Kau tidak pantas di perlakukan seperti ini.“ So Eun menepuk pundak Se Hun, mencoba memberi semangat untuk pria itu. “Kau tidak boleh diam saja, Se Hun. Kau harus membalasnya. Kau dapat melakukannya asal kau mau—“

Se Hun mendongakkan kepalanya. Menoleh pada So Eun dengan kening berkerut dan alis terangkat.

Siapa yang membalas siapa?

Se Hun menghela nafas beratnya. “Sudah, lah! Aku bingung! Kau terlalu berisik, So Eun!”

So Eun sendiri hanya diam, ia memperhatikan raut muka pria di hadapannya itu. Pria itu menatap sesuatu di depannya dengan tatapan kosong. Sudah benar-benar seperti orang gila.

“Se Hun—“

“So Eun, hentikan! Kau tak tahu bagaimana perasaanku saat berada di dekat Soo Jung. Setiap aku disampingnya, perasaanku selalu tenang dan hatiku—“ Se Hun mendadak kehilangan seluruh nafasnya, ia memegang dadanya yang sesak sebelah kiri. “Terasa damai— bahkan jantung ini akan berdetak lebih cepat dari biasanya.“ Se Hun tersenyum lemah, ia mengatakan dengan penuh perasaan.

So Eun berdiri begitu mendengar ucapan Se Hun.

“Hentikan! Se Hun tolong dengarkan aku. Soo Jung, gadis itu sudah tidak baik lagi untukmu, dia sudah membuatmu sakit. Dulu aku bisa menerimamu bersama Soo Jung karena aku pikir gadis itu dapat membahagiakanmu, tapi kenyataannya—“

Suara So Eun melemah, matanya tidak dapat lagi membendung air mata. Ya. Gadis itu menangis dihadapan Se Hun seolah meminta sesuatu pada pria itu.

“Soo Jung sudah membuatmu terluka, Se Hun. Aku tak bisa membiarkan itu, aku tak ingin kau sakit, Se Hun. Aku tak ingin!”

Se Hun mendongakkan kepalanya menatap So Eun yang berdiri. Gadis itu juga menatapnya dengan penuh harap. “Apa maksudmu?”

“Aku mencintaimu. Bahkan sebelum kalian di pertemukan oleh Tuhan. Aku sakit ketika tahu bahwa kau dan Soo Jung berpacaran. Aku mencoba untuk melupakanmu. Tapi, semuanya tidak bisa hilang begitu saja. Ini sangat sulit. 8 bulan terakhir ini adalah sangat sulit untukku.” Perlahan tangis So Eun mulai meledak.

“Maaf. Aku tidak tahu kalau kau semenderita itu, Son So Eun.” Se Hun menundukan kepalanya kembali.

“Tentu saja, kau tak tahu!”

Se Hun menatap gadis yang sudah berada di depannya. Ia menatap gadis itu bingung. “Apa maksudmu?”

So Eun tertawa perih sebelum melanjutkan kata-katanya. “Orang yang ada di pikiranmu selama 8 bulan itu hanya Soo Jung. Kau tidak akan pernah memikirkan perasaan orang lain. Terutama aku— aku mencintaimu, Se Hun.”

“Tapi maaf. Aku benar-benar tidak pernah bisa membalas cintamu—“

Son So Eun terlihat shok. Ia menatap Se Hun yang menunduk. “Aku mohon, sekali saja—“ So Eun menatap Se Hun penuh harap. “Kita coba pelan-pelan, aku tak akan memintamu membalas cintaku itu sekarang. Aku akan menunggumu, setahun, dua tahun, tiga tahun, atau bahkan empat tahun sekalipun aku akan tetap menunggumu, Se Hun. Asal kau selalu berada di sampingku. Aku sanggup.”

“Kau gila!” Se Hun berdiri dari tempatnya dan mencoba melangkahkan kakinya, tapi So Eun menahannya.

“Se Hun—“ Ia menahan lengan pria itu dengan tangannya yang bergetar.

Se Hun menghela nafasnya. “Itu percuma. Kenyataan jika aku tak bisa bersama Soo Jung itu sama saja dengan aku sudah mati, nyawa ku sudah ada bersama Soo Jung. Aku tak akan mendapatkan nyawaku, aku tidak akan bisa hidup.”

“Apa segitu penting, kah, Soo Jung untuk mu,  Se Hun? Apa tak bisa kau gantikan dengan orang lain?” tanya So Eun dengan perasaan yang kacau dan sedih.

“Aku tak bisa. Maafkan aku, So Eun. Lebih baik, kau lupakan aku. Aku sudah bilang, bahwa aku tidak bisa menerima cintamu.”

“Aku sudah mencobanya, tapi itu semua tidak berpengaruh apa-apa. Aku juga sangat ingin melupakanmu, tapi cinta datang dari hati. Aku merasa tak akan bisa melupakanmu, Se Hun.”

“Tapi kau harus melupakanku, So Eun—“

“Aku sudah bilang aku tak bisa!” So Eun berteriak dengan keras. Se Hun terus memaksanya, itu membuat hatinya sangat sakit. “Apa kau bisa melupakan Soo Jung? Tidak, kan? Begitu juga denganku, Se Hun. Aku tak bisa melupakanmu begitu saja…”

“Kalau begitu anggap saja aku sudah mati.”

Se Hun mengalihkan pandangannya dari So Eun. Gadis itu tidak percaya Se Hun bisa mengatakan itu. Air matanya kembali jatuh. So Eun terdiam kaku. Tak mampu lagi untuk mengutarakan kata-katanya kembali untuk membuat Se Hun menerimanya.

“Sudah, lah. Aku tak ingin kau sakit lebih dari ini— lebih baik, kau segera melupakanku.” Se Hun mulai melangkahkan kakinya pergi meninggalkan So Eun sendirian.

So Eun merosot dan terduduk dilantai yang dingin. Ia tidak mengira bahwa Se Hun akan setega ini dengan melakukan ia seperti ini.

“Se Hun— kau akan menyesal karena telah membuatku sakit. Kau akan menyesal, Se Hun! Kau tahu? Karma akan berlaku untuk siapa saja. Kau pasti akan merasakan apa yang aku rasakan saat ini. cepat atau pun lambat. Kau pasti akan merasakannya!!!”

So Eun menjerit dengan sedihnya. Suara samar So Eun terdengar oleh Se Hun dari 10 langkah tempat So Eun terduduk lemah. Ia mendengarnya. Rasanya sangat perih dan menyakitkan.
Tapi, pria ini tidak menghentikan langkahnya dan terus berjalan dengan tatapan kosong. So Eun langsung menitikkan air matanya yang kesekian kali untuk semua masalah yang terjadi saat ini.

“Aku sudah merasakannya! Rasanya sakit. Sangat sakit, kau benar, So Eun. Aku sudah merasakannya. Tapi, aku sama sekali tidak pernah menyesal. Aku akan terus mencoba membahagiakan orang yang aku sayang. Jika aku memang sudah gila, aku akan mencoba merebut Soo Jung dari Lu Han kembali. Aku akan mencobanya. Dan aku berharap kau akan mendapatkan orang yang menyayangimu seutuhnya, So Eun. Ya. Aku hanya bisa berharap.” ucap Se Hun dalam hati sambil terus berjalan dengan perasaan yang tak menentu.

FINN—

 

 



Chanyeol Appa! (Chapter 4)

$
0
0

Part 4

Tittle    : Chanyeol Appa!

Part  4 : “Trouble Maker!” 

 

Lenght : Chaptered

Rating    : PG 13+

Genre : Comedy, Romance and Family

Author : deeFA (Dedek Faradilla)

Twitter : @JiRa_deeFA

Main Cast : ChanYeol EXO-K (Park Chan Yeol)

                     Hwayoung (Ryu Hwayoung)

                     Baek Hyun EXO-K (Byun Baek Hyun)

                     Ara Hello Venus (Yoo Ara)

                     Suho EXO (Kim Joon Myun)

                   Krystal f(x) (Kim Soo Jung)

                     Aleyna Yilmaz Ulzzang Baby (Park Shin Hye)

Cuap-cuap Author : Maaf Part ini lama banget keluarnya *bow 90 derajat*. ^^ Ini FF kedua setelah FF ‘100 Ducks’ rampung di selesaikan. Author amatiran ini ingin berterima kasih bagi yang sudah baca di part sebelumnya. Maaf juga bagi Krystal f(x) yang di ganti marganya. Tinggalin jejak setelah baca ya ^^, baik itu berupa kritik maupun saran, atau yang lainnya. Don’t be Silent Reader. Thank you.

Read and Comment.                                                                                               

====================================================================

@Kyunghee Univ.

Saat kuliah usai semua mahasiswa buru-buru keluar dari ruangan. Namun, tidak untuk Ara dan ketiga temannya. Mereka dihebohkan dengan gadis bernama Sejin yang menangis saat disinggung masalah kekasihnya. Ternyata Sejin yang memiliki nama belakang Hwang di bohongi oleh kekasihnya.

“Tampangnya saja baik. Aku tidak menyangka” komentar Da Eun saat tahu bahwa pacar Sejin memacari tiga gadis sekaligus.

“Aku tidak bisa berbuat apapun saat melihatnya menyium gadis itu. Rasanya sakit sekali. Dia begitu baik, tidak hanya padaku, juga pada orangtuaku” curhat Sejin.

“Siapa sih pacarmu?. Kenapa hanya aku yang tidak mengenalnya?” protes Ara.

“Baek Hyun” bisik Ra Im yang tidak ingin menyakiti hati Sejin untuk mendengar nama itu lagi.

Jantung Ara seakan berhenti berdetak, ia tidak menyangka bahwa Sejin, sahabatnya dari SD berpacaran dengan Baek Hyun. Sontak Ara langsung bangun dari duduknya sangking geramnya.

“Kenapa kalian tidak bilang kalau Sejin berpacaran dengan Baek Hyun?. Dia itu memang Playboy. Tenang saja Sejin aku akan menghajarnya untukmu!. Habis kau!”

Ara meninggalkan ruang kuliah untuk mencari Baek Hyun dengan semangat yang berapi-api. Ketiga temannya tercengang dan saling memandang satu sama lain. Mereka bingung, bagaimana bisa Ara mengenal Baek Hyun, sedangkan Sejin belum pernah mengenalkan Baek Hyun padanya.

“Hatiku jadi tidak enak…” Ungkap Da Eun memangdang Sejin.

***

Tidak henti-hentinya Ara berkomat-kamit, ia kesal lantaran Sejin di perlakukan kurang ajar. Setelah mendapatkan informasi dari teman SMA-nya yang merupakan teman Baek Hyun bahwa ia hari ini mengajar di Universitas Seoul menggantikan dosen mata kuliah kalkulus yang sedang tugas keluar negeri. Tanpa ragu, ia memantapkan langkahnya menuju Universitas Seoul.

Sesampainya di Universitas Seoul, ia langsung menuju gedung Fakultas Teknik Arsitektur. Ara menanyai beberapa orang yang lewat tentang keberadaan Baek Hyun.

Berita tentang Baek Hyun yang dicari oleh seorang gadis telah terdengar langsung ketelinganya, saat salah seorang mahasiswanya yang merupakan temannya  memberitahukan. Dari lantai atas temannya menunjukkan gadis yang memakai rok berwarna pink dan memakai tas putih mencarinya.

“Aku turun dulu ya…”

“Kau mau menghampirinya Baek?”

“Sopan sedikit!. Bagaimanapun juga aku ini dosenmu”

“Aish, kau ketinggalan kata ‘asisten’. Buat apa dia mencarimu?”

“Apalagi?. Pasti mau minta tanda tangan atau sekedar foto bareng”

Baek Hyun telah turun dan mengikuti Ara dari belakang. Ara bertanya tentang keberdaan Baek Hyun pada siapa yang ditemuinya, namun Baek Hyun di belakangnya memberikan isyarat pada mereka untuk tidak memberitahukannya.

Karena merasa lelah, Ara menuju sebuah box minuman dan memasukkan beberapa koin, lalu memilih soft drink.

“Ada apa mencariku?” tanya Baek Hyun dari belakang yang mengejutkan Ara. Setali tiga uang, Ara menemukan targetnya. Tatapan sinis ia berikan sambil membuka soft drink di tangannya dan menyiramnya tepat pada wajah Baek Hyun. Orang-orang yang melihatnya terkejut. Bagaimana bisa seorang Baek Hyun disiram dengan minuman kaleng.

Plak…suara tamparan dari tangan kanan Ara yang mendara mulus di pipi kiri Baek Hyun. Yang melihat kejadian tersebut terus bergumam dan kasihan melihat Baek Hyun.

Baek Hyun memegang pipinya yang sakit. Ia sama sekali tidak mengenal perempuan di depannya. Mengapa tiba-tiba ia malah menyiram dan menamparnya.

“Untuk temanku Sejin!” Ucap Ara yang puas.

“Sejin?. Siapa dia?” tanya Baek Hyun bingung.

“Siapa katamu?” Ara naik darah dan menamparnya lagi, lalu memegang kerah baju Baek Hyun.

“Kau menyiumi gadis lain di hadapannya!. Laki-laki tidak punya hati. Sekarang ikut aku minta maaf pada Sejin”

Ara menyeret Baek Hyun dengan memegang kerah bajunya. Sementara yang diseret tak bisa berbuat apa-apa. Untung ada beberapa adik kelas Baek Hyun yang mencegat jalannya.

“Minggir!” perintah Ara.

“Lepaskan senior kami!”

Berkali-kali Baek Hyun menggelengkan kepalanya sebagai tanda agar mereka jangan berbuat apapun pada Ara. Dia tidak suka melihat laki-laki menyakiti perempuan.

Greeet…greeet…handphone milik Ara bergetar. Ia melepaskan tangannya dari kerah baju Baek Hyun dan mengambil handphone. Ternyata sebuah pesan dari Da Eun.

From : Da Eun

Kau tidak sedang mencari Byun Baek Byun si ulzzang itu kan?. Aku takut kau salah orang. Nama laki-laki Breng*** itu Ryu Baek Hyun. Kuliah di Seoul Art Univ.  Jangan lupa kau hajar dia!

Situasi yang tak terduga terjadi, Ara terdiam seperti batu dengan handphone di tangannya. Dia ingin sekali berlari meninggalkan fakultas itu, namun kakinya seperti telah tertancap kedalam balok es raksasa, bahkan ia tidak berani berbalik untuk menatap targetnya yang salah.

“Ottokhe…ottokhe…” batinnya.

Baek Hyun yang tidak bermaksud mengintip layar handphone Ara, tidak sengaja melihat isi smsnya dari belakang.

“Mu…mung..mungkin…ka..kau salah sangka” Baek Hyun ingin tertawa saat melihat Ara terdiam seperti patung.

Batin Ara terus berkutat, bagaimana cara agar ia dapat kabur dari sini. Seakan dapat membaca pikiran Ara yang sedang ketakutan. Baek Hyun dengan tatapan serius memanggil adik kelasnya tadi.

“Kau kenapa diam saja?” tanyanya pada Ara yang tak dapat berbalik menatapnya.

“Bawa dia kedalam mobilku!”

Ara sama sekali tak melawan. Tubuhnya terbujur kaku. Bagaimana kalau nantinya ia menuntutnya, lalu memasukkan ke dalam penjara. Tidak tahu kemana tujuan mobil ini, membuatnya semakin takut.

“Ayo turun!”

Mengapa berhenti dipinggir jalan?. Ara jadi semakin takut. Apa jangan-jangan ia menyuruhnya untuk melompat dari jalan gantung ini?. Baek Hyun membukan kemejanya yang basah dan bersandar di sisi samping mobilnya. Ara berdiri tepat di depannya.

“Jadi temanmu Sejin itu dikhianati oleh pacarnya ya?. Kasihan sekali. Dan kau benar-benar teman yang baik. Memang apa yang dilakukan oleh pacaranya Sejin?”

Ara semakin membatin, kenapa dia sama sekali tidak marah?.

“Emm..mmmm. Pacar Sejin, memacari tiga gadis sekaligus. Dan dia berciuman dengan perempuan lain di hadapannya”

Baek Hyun mengangguk, “Lalu kau bermaksud untuk membalaskan dendam temanmu kan?”, Ara mengangguk.

“Apa reputasiku seburuk itu?. Sehingga kau mengira laki-laki itu aku?. Aku heran mengapa semua orang menganggapku playboy. Padahal aku hanya bermaksud baik dan tidak ingin menyakiti wanita. Untuk itu aku memcari semua gadis yang menyatakan cintanya padaku.   Semua masalah ini gara-gara wajah tampanku. Tuhan terlalu sempurna menciptakanku”

Ara jadi semakin ngeri melihat tingkah Baek Hyun yang seperti itu. Baru kali ini ia melihat laki-laki yang memuji dirinya sendiri. Yang membuat Ara semaki ilfeel adalah Baek Hyun yang terus-terusan menatap layar handphone, ternyata ia sedang selca. Katanya suasanya bagus untuk di jadikan foto profil di twitternya.

“Aku mau minta maaf. Kau mau memaafkan aku?” tanya Ara to the point di tengah Baek Hyun yang sedang ber-selca ria..

“Pasti aku maafkan”

“Kalau begitu aku pulang dulu”

“Chakkaman…” panggil Baek Hyun yang menghentikan jalan Ara.

“Bagaiamana kalau kita mengerjai Ryu Baek Hyun bersama-sama?. Aku akan membantumu memabalaskan dendam temanmu. Mana handphonemu?”

“Untuk apa?”

Lalu Baek Hyun mengambilnya secara paksa.

Let’s call Sejin!!” serunya.

***

@Chanyeol Apartement

Setiap melihat Shin Hye hal terbersit di hatinya adalah ‘bagaimana cara mengembalikannya pada Hwayoung?’. Setiap hari ia harus mendengar keluhan yang menyebalkan dari putrinya itu.

Shin Hye sedang menikmati sarapan paginya. Sementara Chanyeol sibuk menelpon ibunya yang dari tadi sibuk.

“Aish, kenapa di saat genting seperti ini sibuk sih?. Ah….hehehe” Chanyeol terkekeh sendiri sambil melihat sebuah nama di kontak hpnya.

“Ya!. Kau dimana?. Hah?, sedang apa kau disana?. Tunggu aku disitu!. Sekitar 5 menit lagi aku akan sampai”

“Shin Hye-ya…cepat!. Nanti saja makannya”

Tangan kanan Chanyeol menggendong Shin Hye dan yang kiri membawa sebuah tas berbentuk hello kitty.

***

Ara menggurutu di dalam hatinya, ‘mengapa aku tidak boleh pulang?’. Ia tidak mengerti mengapa Baek Hyun menyuruhnya menunggu, setelah ia mendapat telpon dari seseorang. Ia ingin pergi dari tempat itu, namun karena kesalahannya, terpaksa ia harus menunggu.

“Hmmm…kau jadi menelpon Sejin?” tanyanya.

“Sebentar lagi” jawabnya.

Saat ingin bertanya lagi dua orang sosok yang keluar dari taxi sampai di hadapan mereka. Ara sangat mengenal wajah itu, ia adalah suami dari Hwa Young.

“Park Chanyeol?. Shin Hye?” Gumam Ara.

Shin Hye yang melihat Ara, langsung turun dari gendongan ayahnya dan memeluk bibinya itu.

“Annyeonghaseyo…” Chanyeol membungkuk hormat pada Ara.

“Tolong jaga Shin Hye, Baek. Annyeong…”

Chanyeol yang terlihat terburu-buru, masuk ke dalam taxi dan pergi begitu saja. Baek Hyun bukan malah terkejut melihat Shin Hye yang tiba-tiba di titipkan  padanya. Tetapi ia terkejut, mengapa dirinya baru sadar bahwa Ara adalah sepupu Hwa Young. Dari tadi dirinya merasa pernah melihat Ara. Ternyata ia adalah gadis yang berdiri disampingnya saat pernikahan Hwa Young dan Chanyeol.

Imo (bibi), bagaimana imo bisa mengenal Baek Hyun samchon?” tanya Shin Hye.

“Kau mengenalnya?” tanya Ara sambil menunjuk Baek Hyun di sampingnya.

Shin Hye menganggung dan menjawab bahwa Baek Hyun adalah teman ayahnya.

Imo ayo kita makan…” ajak Shin Hye.

Ara mengangguk antusias, lalu mengenggam tangan Shin Hye.

“Kalau begitu kita pergi bersama-sama saja. Naik mobil samchon Shin Hye. Call (setuju)?”

“Shireo!. Ayo kita pergi!”

“Naik mobilmu?. Ok!” jawab Ara yang menatap Shin Hye sambil tersenyum. Padahal untuk menghemat uang jajannya, makanya ia mau menerima tawaran Baek Hyun. Dan sekalian menikmati mobil mewah miliknya.

Baek Hyun tersenyum pada Shin Hye.

“Silahkan masuk tuan putri!”

***

Chanyeol duduk di bawah sebuah pohon rindang. Ia mengeluarkan sebuah roti yang baru saja dibelinya. Tiba-tiba pandangannya melihat seorang laki-laki yang sedang menggendong putrinya dengan wajah tersenyum membelai rambutnya. Ia menghela napas panjang. Sejak kejadian itu, ia merasa tak ada kebahagiaan untuknya.

‘Andai dia datang tepat pada waktunya. Aku pasti bisa menjadi ayah yang layak baginya’, batinnya.

Setelah menghabiskan roti, Chanyeol kembali berjalan. Tak sengaja ia lewat di depan sebuah Coffee Shop. Tertempel sebuah pengumuman lowongan kerja di depan pintunya. Chanyeol bergegas memasuki Coffee Shop tersebut.

“Annyeonghaseyo. Tadi di depan saya melihat lowongan kerja. Apa masih berlaku?” tanyanya pada salah seorang pelayan disana.

“Masih!. Silahkan ke lantai dua. Ada ruangan bertuliskan manager. Nah, anda silahkan masuk kesana”

“Terima Kasih!”

Ia menuju lantai dua dan mencari ruangan bertuliskan ‘manager’. Tak jauh setelah berbelok ke sebelah kanan dari tangga, ia mendapat ruangan tersebut. Dengan sopan ia masuki ruangan tersebut.

“Silahkan duduk!” seorang perempuan mempersilahkan ia untuk duduk. Di depan mejanya bertuliskan ‘Kim Soo Jung-Manager’.

“Apa kamu siap untuk bekerja disini sampai jam 10 malam?” tanya Kim Soo Jung.

“Jam 10 malam?. Apa tidak bisa saya bekerja sampai jam 8 malam saja?” pinta Chanyeol.

“Bisa, tapi gajimu akan dipotong sebanyak 2 jam. Namun kau harus memberikan alasan yang konkrit dan jelas”

“Saya masih mahasiswa dan harus menyelesaikan skripsi saya di tahun ini. Kalau tidak saya akan di ‘drop-out’ oleh pihak kampus.” Jelas Chanyeol yang padahal batinnya ingin berkata kalau alasannya adalah karena dia punya seorang anak.

“Ok!. Mulai besok kamu sudah bisa bekerja disini. Jangan telat!”

“Terima Kasih!”

***

Dilain tempat, Joon Myun sedang menikmati kopi di sebuah coffee shop terkenal di Ilsan, sambil membaca berita melalui ipadnya. Ketika sedang fokus membaca, tiba-tiba terlintas di pikirannya untuk mencari identitas Hwa Young dengan menggunakan aplikasi di ipadnya. Setelah mengetik nama lengkapnya, keluarlah beberapa hasil mengenai dirinya. Pada pencarian berikutnya terdapat sebuah blog milik Hwa Young. Wajahnya tersenyum saat melihat tampilan yang keluar. Foto Hwayoung memakai baju seragam SMAnya terpampang disana.

Kyeowo!. Siapa dia?” gumamnya saat melihat foto seorang bayi yang digendong oleh Hwayoung.

“My Princess, My Everything, My Life is just for you my lovely daughter. Hadiah terbesar dalam hidupku. Park Shin Hye Saranghae…” Joon Myun membaca tulisan di bawah foto tersebut.

Ternyata foto tersebut adalah foto anaknya. Joon Myun semakin penasaran dengan Hwa Young. Apalagi saat membaca tulisan Hwa Young yang berharap agar Chanyeol menjaga Shin Hye dengan baik. Kembali terbayang saat hari pertama Hwa Young bekerja.

            “Terima kasih, tapi dia sedang di Seoul bersama ayahnya”

“Apa dia sudah bercerai?”

***

Baek Hyun terbelalak melihat tempat yang ada di hadapannya. Sebuah kedai kecil di pinggir jalan. Dia tidak percaya bahwa Shin Hye sangat menyukai tempat ini.

“Makan disini?” Tanya pada Ara.

Ara mengangguk. Ia lalu memesan beberapa makanan. Sementara Baek Hyun menatap seluruh penjuru tempat itu. Ia merasa tidak nyaman harus makan di tempat seperti ini. Ia menelan ludahnya saat melihat makanan yang di bawa oleh ahjumma berambut keriting itu.

“Selamat makan…” Seru Ara.

“Selamat makan…” jawab Shin Hye.

Dengan wajah aneh, ia menatap Ara dan Shin Hye yang menyantap makanan tersebut dengan lahap.

“Kau tidak pernah makan di tempat seperti ini ya?” tanya Ara. Baek Hyun mengangguk. Ara sudah dapat merasakan dari raut wajah Baek Hyun. Orang seperti dia, mana mungkin mau makan di tempat seperti ini. Lalu ia mengambil sumpit yang ada di hadapan Baek Hyun, dan mengambil makanannya dan menyuapinya pada Baek Hyun. Namun, ia tidak membuka mulutnya.

“Wae?. Palli…buka mulutnya.”, Baek Hyun menggelengkan kepalanya, Shin Hye yang kesal melihatnya menginjak kakinya hingga ia berteriak dan membuka mulutnya, saat itu juga Ara berhasil menyuapi Baek Hyun. Ia mulai merasakan makan tersebut, semakin mengunyah semakin matanya terbuka lebar. Ia lalu mengambil sumpit di hadapannya dan memakannya dengan lahap. Ara dan Shin Hye saling bertatapan, dan tertawa melihat Baek Hyun.

“Aigoo, aigo…senang sekali kalian. Cantik sekali anaknya.” Kata seorang ahjumma yang duduk di sebelah mereka.

“Sekarang memang banyak sekali yang menikah muda. Jadi, menyesal mengapa aku menikah baru sekarang.”

Meraka baru sadar, orang-orang di sekitar melihat mereka. Wajah Ara jadi memerah, karena malu. Sementara Baek Hyun, wajahnya memerah karena kegirangan di katai suami istri.

“Cepat makannya…” Pinta Ara buru-buru ingin keluar.

“Annyeonghaseyo…” sapa seorang laki-laki yang merangkul seorang perempuan di sebelah kanannya pada ahjumma pemiliki kedai ini. Lalu mereka duduk di sebelah Ara, Baek Hyun dan Shin Hye.

Mereka berdua asik bermesraan, sehingga Ara menutup mata Shin Hye agar tidak melihatnya.

“Kau duduk di sini saja.” Kata Ara yang berturakan bangku dengan Shin Hye.

“Kau sangat seksi malam itu…” Kata laki-laki itu, buru-buru Baek Hyun menutup kuping Shin Hye. Pembicaraan mereka begitu fulgar, tidak pantas di dengar Shin Hye.

“Baek Hyun, kau bisa saja. Lalu, dengan yang namanya Sejin itu. Kau pernah apa saja?.”

“Sejin?. Ah gadis itu masih kecil. Baru melihat aku ciuman dengan gadis lain sudah marah. Lagian dia buka tipe ku.”

Ara mendengar dengan jelas semua pembicaraan mereka. Dan itu merujuk kepada Sejin temannya. Ara berbalik.

“Ryu Baek Hyun?” Tanya dengan amarah.

“Kau mengenalnya?” tanya gadis itu. Ryu Baek Hyun mengangkat bahunya.

“Kau tidak mengenalku?. Sejin!. Kau mengenalnya!”

“Lalu?. Apa hubungannya denganku?.”

Ara mulai naik darah, ddeokbokki yang ada di hadapan laki-laki itu di tumpahkannya ke bajunya. Ia mulai kepanasan.

“Wae?. Kenapa kau menatapku seperti itu?” tantang Ara.

Plak…Ara menampar laki-laki kurang ajar itu.

“Ya!!.” Teriak laki-laki itu. Ia malah membalas tamparan Ara. Baek Hyun jadi ikutan kesal, karena laki-laki menampar Ara.

“Kau hanya berani dengan perempuan?. Sini lawan aku!”

Tiba-tiba gadis itu menyiram sebotol cola ke wajahnya. Ara yang marah lalu menolak gadis itu hingga jatuh. Ryu Baek Hyun murka dan membalas mendorong Ara, namun Ara tidak tinggal diam, ia menendang wajahnya. Hingga wajahnya mengeluarkan darah.

“Perempuan jalang. Kau berani memukul pacarku!.” Gadis itu marah dan menjambak rambut Ara.

Laki-laki bernama Ryu Baek Hyun itu, berusaha membantu pacarnya untuk memukul Ara. Ia menarik kerah baju Ara. Namun, Baek Hyun tidak tinggal diam, ia menghajar laki-laki itu. Dan terjadilah pertengkaran besar di kedai itu. Semua orang keluar dari tempat itu. Ahjumma pemiliki restoran, berteriak meminta tolong. Sementara Shin Hye takut melihat pertengkaran yang sengit itu.

Tak lama kemudian terdengar sirine polisi.

***

@Police Office

Wajah Ara, Baek Hyun, Ryu Baek Hyun dan gadis itu telah babak belur. Ahjumma itu terus marah-marah di hadapan polisi itu. Dia terus meributkan masalah kerugian yang di alaminya.

“Mereka berkeliahi dengan laki-laki dan gadis itu. Sampai lupa dengan anaknya sendiri.” Kata ahjumma itu.

“Saya tidak bersalah pak. Dia yang bersalah.” Protes Ara.

“Saya?. Kau duluan yang menyiramiku dengan ddeokbokki panas itu.”

“Tapi kau kan yang ciuman dengan gadis lain di hadapan Sejin. Lalu kau menjelek-jelekkan Sejin di belakangnya. Dan pergi dengan perempuan murah seperti dia.”

“Kau bilang aku murahan?”

Dan pertengkaran itu mulai terjadi lagi.

“Kalian berdua orang tua macam apa?. Berkelahi seperti ini di hadapan anak sendiri. Aish…saya tidak mau tahu. Semua kerugian saya, harus di tanggung oleh mereka.” Kata Ahjumma itu.

“Ternyata kalian sudah punya anak?. Heh, jangan-janagn anak di luar nikah.” Sindir gadis itu, yang membuat Ara kembali murka.

“Bawa mereka semua!” Perintah seorang kepala polisi.

Mereka berempat mendekam di balik jeruji besi.

“Pak…lepaskan saya.”

“Pak tolong lepaskan. Saya tidak bersalah”

“Malam ini kalian mendekam disini. Besok pagi, buat perjanjian dan kalian boleh pulang.” Jelasnya.

Shin Hye menatap Baek Hyun dan Ara yang ada di dalam penjara dengan kesal. Ia menggelengkan kepalanya.

“Seperti anak-anak” batinnya. Ia lalu tidur di sebuah sofa. Polisi wanita itu sangat baik padannya.

“Eonni, aku boleh pinjam handphone tidak?” pinta Shin Hye.

“Boleh..”

Shin Hye lalu menelpon Chanyeol dan Hwayoung.

“Eomma, appa, aku ada di kantor polisi di Yeodeungmo.”

***

Hwayoung yang sedang turun dari tangga, buru-buru turun saat menerima telpon dari putrinya. Suho yang melihatnya langsung mengejarnya.

“Kenapa?” Suho menarik tangan Hwayoung.

“Aku harus pergi…” Hwayoung terlihat kacau dan takut.

“Kenapa?. Aku akan membantumu”

“Putriku, di…dia ada di kantor polisi di seoul sekarang”

“Aku akan mengantarmu ke seoul”

***

Sementara di tempat lain, Chanyeol begitu bingung. Bagaimana bisa Shin Hye berada di kantor polisi. Dia sedang berada di rumah temannya yang jaraknya 1 jam dari Seoul. Chanyeol semakin panik menunggu kedatangan bus yang begitu lama datangnya.

“Jebal…jebal… Shin Hye ottokhe..”

“ah itu dia…” gumam Chanyeol saat melihat bus menuju Seoul.

***

“Shin Hye-ya…” dua orang dengan waktu yang bersamaan membuka pintu kantor polisi dan memanggil nama Shin Hye.

“Eomma, appa…” Panggil Shin Hye.

Hwayoung langsung memeluk putrinya itu.

“Kau tidak apa-apa?. Kau buat jantung eomma hampir copot.”

“Syukurlah dia baik-baik saja” Kata Suho yang memegang bahu Hwayoung.

Chanyeol lalu melihatnya aneh.

“Siapa laki-laki kurang ajar ini. Berani memegang Hwayoung?”

 

To Be Continued…


Get Away from My Wife (Chapter 3)

$
0
0

GET AWAY from My Wife 3

Title                       :               GET AWAY … !! from My wife

Author                  :               Hyo-ya ( @ohvee12)

Main Cast            :               Oh Sehun ( EXO )

Han Hyo Ra ( OC / You )

Xi Luhan (EXO)

Yoon Ji Hyuk ( OC )

Genre                   :               Marriage Life , Romance

Length                  :               Chaptered

Rating                   :               PG-15

Disclaimer           :               I’m not plagiarism and I hate plagiarism *siapa juga yang mau plagiat ff saya . Dan FF ini juga ada di blog sebelah dan wp pribadiku sendiri *lihat di twitter !

Annyeonghaseo, Hyo comeback bareng couple SeHyo haha ….. Terima kasih buat para readers yang udah mau baca ff Hyo yang jelek ini T_T , yang udah mau ngasih kritik , saran , review dan semangat untuk UN.nya , Hyo udah baca semua . Mungkin di chapter ini bakal tambah jelek dari chapter sebelumnya beneran deh . Hyo juga bakal terima kalau readersnya berkurang . Dan sekian ucapan terima kasih Hyo ^^ =>   Check This Out 

Hyo Ra memandang layar proyektor dengan serius , sesekali tangan mungil itu menyapukan tinta pena pada buku catatannya , menulis hal – hal penting yang disampaikan oleh sang dosen . Kali ini otaknya bekerja dengan baik karna memang bukan pelajaran yang menyangkut tentang banyak angka seperti kalkulus yang dibencinya .

“ Baiklah sepertinya cukup untuk hari ini kita lanjutkan minggu depan ne ?! “ ucap Dosen Hyo Ra menghentikan materi pelajarannya .

“  Ne Songsaengnim “ Ucap seluruh mahasiswa yang juga sekelas dengan Hyo Ra

Hyo Ra segera keluar dari gedung tinggi itu , berjalan menuju halte bus seperti biasa . Tapi baru saja yeoja itu keluar dari gerbang kampus sebuah mobil hitam berhenti didepannya .

“ Annyeong , Hyo Ra-ssi “ sapa seseorang dari dalam mobil setelah menurunkan kaca jendelanya

Hyo Ra terkejut saat tau siapa pengemudi mobil hitam tersebut , ia bahkan berkali-kali mengedipkan mata memastikan penglihatannya tidak salah .

“ Kau , Xi Luhan ?? “ tanya Hyo Ra memastikan , Luhan pun keluar dari mobilnya lalu berdiri dihadapan Hyo Ra

“ Apa kau lupa padaku , kenapa kau masih bertanya ? “ jawab Luhan

“ Ah aniyo , bukan begitu hanya saja … sedang apa kau disini ? “ tanya Hyo Ra lagi

“ Jika aku katakan ‘ingin menjemputmu’ apa kau percaya ? “

“ Mwo ? “ Hyo Ra memasang wajah heran yang lucu

“ Haha kau lucu sekali Hyo Ra-ssi “ ucap Luhan sambil tersenyum dan mengacak-acak rambut Hyo Ra

Hyo Ra terpaku dengan perilaku Luhan berbeda sekali dengan Sehun , namja ini selalu tersenyum manis didepannya . Bahkan mungkin Hyo Ra lupa bagaimana seorang namja bisa tersenyum semanis itu , apa mungkin ini gara – gara Sehun selalu menampakkan wajah dingin dan menyebalkan sehingga ia lupa bagaimana seseorang menampakkan wajah manis dan teduh untuknya .

“ Hyo Ra-ssi “ Luhan menjentikkan jarinya di depan wajah Hyo Ra karna melihat yeoja itu melamun

“ A..a Ne , Luhan-ssi “ jawab Hyo Ra saat tersadar dari lamunan tentang perbedaan Luhan dan Sehun

“ Kajja , kuantar kau pulang.. ah.. atau kau ingin jalan-jalan dulu ini belum cukup sore – bagaimana ? “ tawar Luhan

Seketika Hyo Ra teringat dengan perkataan Sehun ‘ jauhi dia ‘ .

“ Ah tidak usah Luhan-ssi aku naik bus saja , aku tidak mau merepotkanmu “ tolak Hyo Ra dengan sopan

“ Aniyo , gwenchana Hyo Ra –ssi lagipula aku tidak punya teman bicara di mobil “ tawar Luhan lagi

Hyo Ra berfikir sejenak , apa salahnya menerima tawaran dari Luhan toh Sehun menyuruhnya untuk menjauhi Luhan tanpa alasan yang jelas . Kemarin malam saat dirinya meminta penjelasan pada Sehun , ia berpikir Sehun akan menjelaskannya dengan detail , jangankan detail namja itu bahkan tidak memulai ceritanya dan hanya mengatakan ‘ ah sudahlah , intinya jauhi dia ‘ lalu kembali tidur . Bagi Hyo Ra larangan tanpa alasan seperti itu tidak akan mempan baginya , lagipula Luhan namja yang baik dan manis, ‘Malaikat Neraka’ apanya ? Bukankah Sehun yang harusnya di beri gelar seperti itu ?

“ Baiklah , jika kau memaksa  “ Hyo Ra pun mengiyakan ajakan Luhan , dan disambut senyuman hangat dari namja tersebut

Luhan segera membukakan pintu mobilnya untuk Hyo Ra , belum sempat yeoja manis itu masuk ke dalam mobil Luhan . Sebuah mobil putih berhenti disamping mobil Luhan , Hyo Ra refleks menolehkan kepalanya kearah mobil tersebut , sedetik kemudian ia mengerutkan alisnya ‘bukankah ini mobil Sehun ?’ . Dugaan Hyo Ra tak meleset saat tau seseorang yang berada di dalam mobil itu keluar , dan berjalan menuju dirinya dan Luhan .

“ a…apa yang kau lakukan disini Sehunna ? “ tanya Hyo Ra saat Sehun sudah berada dihadapannya

“ Tentu saja menjemputmu “  ucap Sehun dengan wajah dingin namun saat ini diselingi dengan senyuman tipis – sangat tipis

“ MWO ?? “ Hyo Ra benar – benar terkejut  , seorang Oh Sehun datang menjemputnya . Ia pasti bermimpi saat ini , BAGAIMANA MUNGKIN ???

“ Masuklah ke mobil “ perintah Sehun

Tapi yeoja itu seakan kehilangan jiwanya . Ia hanya terdiam dengan tampang bodoh , mata indahnya terbuka lebar dan mulut yang sedikit menganga . Sehun yang merasa tak dihiraukan segera menarik Hyo Ra ke dalam mobilnya tapi sebelum Sehun ikut masuk ke dalam mobil, namja itu kembali berbalik .

“ Maafkan aku Tuan Xi mengganggu usahamu “ ucap Sehun penuh penekanan di hadapan Luhan

“ Kau seharusnya tau dia sudah menerima ajakanku ,dan tidak sopan membawanya tiba – tiba seperti itu tanpa memberinya kesempatan untuk berpamitan padaku “ jawab Luhan tenang

“ Dan tidak sopan mengganggu istri orang Xi Luhan , jangan membuat masalah denganku lagi dan ‘jauhi istriku’ “ ucap Sehun cepat dan menekankan kalimat terakhirnya

“ Apa maksudmu ? “

Mungkin kau tidak mengerti , aku memperingatkanmu , kau dalam bahaya sekarangjika berhadapan denganku “ ucap Sehun dengan nada lirih namun terkesan tegas dan tajam

“ Kau pikir aku takut ? “ tantang Luhan tak kalah tajam

Berhenti memancingku , aku tak tau apa yang akan kulakukan padamu “ jawab Sehun lalu kembali kedalam mobilnya dan melesat meninggalkan Luhan

“Aku juga tak tau apa yang akan kulakukan padamu Oh Sehun , ternyata kau benar – benar bukan Sehun yang dulu hmm ?? “ ucap Luhan memandang mobil Sehun yang sudah berlalu

 

                                                                                                ~^^~

 

“ Berhenti menatapku “ ucap Sehun pada Hyo Ra yang tak henti menatapnya mulai dari ia masuk mobil sampai sekarang

Sedangkan Hyo Ra benar – benar tak bisa mengalihkan pandangannya pada seseorang yang sedang mengemudikan mobil putih itu , ia tak habis pikir seorang Oh Sehun , camkan sekali lagi OH SEHUN namja dingin yang hanya punya satu ekspresi , yang tak pernah peduli dengan kehidupan Hyo Ra , bahkan dari 1 tahun yang lalu tak pernah sekalipun menjemputnya kini datang dengan alasan ‘menjemput’ . Oh ayolah bukan kah itu hal kecil seorang suami menjemput istrinya , tapi bagi Hyo Ra ini adalah moment yang sangat – sangat langka . Jika pun tadi Hyo Ra sempat mengabadikan kejadian dimana Sehun mengatakan untuk menjemputnya pasti  ia akan segera memasangnya di koran kota Seoul dan memberi judul ‘Kejadian Langka’ .

“ Sehunna , ini kau ? “ tanya Hyo Ra masih menatap Sehun tidak percaya

“ Memangnya sejak kapan wajahku berubah  sampai kau tak mengenaliku ? “ tanya Sehun heran

Hyo Ra dapat memandang dengan jelas rambut dark brown itu , mata yang tajam tapi menawan hidung yang mancung dan bagus , bibir yang sangat manis juga setelan jas hitam yang menempel di badannya . ‘Dia benar – benar suamiku’ batin Hyo Ra

“ Kau benar Oh Sehun , Direktur Utama ‘OS Company’ itu kan ? “ tanya Hyo Ra lagi

Sehun memutar bola matanya malas , memang ada yang aneh dengan kelakuannya hari ini ? , bukankah bagus dia mau menjemput istrinya ? Lalu dimana salahnya sampai membuat istrinya sendiri seperti seseorang yang amnesia seperti itu ?

“ Jika kau tak mau kita kecelakaan karna mengganggu konsentrasiku mengemudi lebih baik kau diam dan berhenti memandangku ! “ tutur Sehun dingin

“ OMOO !!! Ini benar kau !!! “ jerit Hyo Ra , ia baru percaya jika itu Sehun karna kata – kata tajam yang keluar dari namja itu adalah ciri utamanya -_-

“ Yaa Han Hyo Ra jika kau menjerit lagi akan ku turunkan kau disini sekarang juga !!! “ ucap Sehun

Hyo Ra pun segera diam lalu bertingkah seperti biasa, melihat pemandangan luar dari jendela dan mengangguk-anggukan pelan kepalanya seolah mendengarkan musik padahal suasana sangat tenang di mobil , Sehun hanya memandang Hyo Ra aneh .

“ Kita ke kantorku dulu , ada sesuatu yang belum ku selesaikan “ ucap Sehun dan diiyakan oleh Hyo Ra

OS Company

 

“ Kau mau menunggu di ruanganku ? “ tanya Sehun saat mereka berdua sudah memasuki lobby

“ Shireo , disana membosankan aku akan menunggu sambil berjalan – jalan saja di sekitar sini “ tolak Hyo Ra

“ Terserahmu saja “ balas Sehun singkat lalu berlalu meninggalkan Hyo Ra

“ Auhh .. dasar Oh Sehun di hari yang cukup panas seperti ini dia masih bisa sedingin itu , apa dia tidak bisa mencair sedikit saja “ gumam Hyo Ra saat Sehun sudah memasuki lift

Hyo Ra mulai melangkahkan kakinya ke luar lobby ,  ia ingin mencari hiburan di sekitar OS Company . Sepertinya pergi ke café di sekitar OS Company adalah tujuan Hyo Ra saat ini .

“ Hyo Ra –ssi “ panggil seseorang pada Hyo Ra sesaat setelah yeoja itu keluar lobby

“ O.. Annyeonghaseo Sekertaris Yoon “ sahut Hyo Ra

“ Sedang apa kau disini , apa kau juga mencari Oh Sajangnim ? “ Tanya Sekertaris Yoon

“ Aniyo , aku bahkan tadi kemari bersamanya “ jelas Hyo Ra

“ Jjinjayo~ ? Aku baru saja akan mencarinya ternyata dia pergi menjemputmu ? “

“ Ne , dia menjemputku Sekertaris Yoon . Dia juga sudah kembali ke ruangannya , eumm apa ada hal penting sampai kau mencarinya ? “

“ Ya begitulah , hari ini ada rapat investor tetap di meeting room, tapi tinggal beberapa menit rapat itu dimulai dia pamit pergi , ternyata dia menjemputmu “

“ Apa dia terlambat Sekertaris Yoon ? “ tanya Hyo Ra khawatir

“ Gwenchana , dia sepertinya tepat waktu kalaupun terlambat itu pasti hanya sebentar . Kau tidak akan mengacaukannya lagi Hyo Ra –ssi “ jawab Sekertaris Yoon sambil tersenyum simpul

“ Eum arraseo~ “ ucap Hyo Ra

“ Kau mau kemana Hyo Ra –ssi , kenapa kau berada di luar ? “

“ Ah.. aku mau berjalan – jalan di sekitar sini , daripada aku harus duduk di ruangan Sehun lagipula dia rapat aku bisa mati bosan jika harus di ruangannya sendirian “ Jelas Hyo Ra membuat Sekertaris Yoon kembali tersenyum

“  Kau benar , kau tidak seperti istri para Direktur pada umumnya “ ucap Sekertaris Yoon sambil mengacak rambut  Hyo Ra pelan

“ Maksudmu ? “ tanya Hyo Ra tak mengerti

“ Biasanya istri seorang Direktur sukses sepertimu akan segera fitting gaun untuk pesta para pengusaha lusa “

“ Pesta ? “ Hyo Ra semakin tak mengerti

“ Hmm  pesta , apa kau tidak tau ? “ tanya Sekertaris Yoon dan hanya dibalas gelengan kepala oleh Hyo Ra

“ Lusa ada pesta para pengusaha yang memang biasanya para Direktur Perusahaan membawa istri , tunangan atau sekedar pasangan mereka untuk datang , ah.. mungkin Oh Sajangnim belum memberitahumu “ jelas Sekertaris Yoon

“ Dia tidak akan memberitahuku Sekertaris Yoon “ ucap Hyo Ra

“ Waeyo ? “ tanya Sekertaris Yoon heran

“ Dia tidak pernah mengizinkanku untuk ikut dengannya dalam pesta anggun seperti itu , aku sudah pernah meminta untuk ikut dan tentu saja dia menolaknya “ jawab Hyo Ra

“ Benarkah seperti itu ? Kalau begitu aku akan menegurnya nanti “

“ Aish sepertinya teguranmu akan percuma kau tau sendiri sifatnya , lagipula aku juga tidak secantik istri para Direktur yang lain jelas saja Sehun tidak ingin mengajakku “ Ucap Hyo Ra sedih

“ Kau bahkan adalah istri tercantik dari para Direktur yang pernah kutemui , atasanku tidak salah memilihmu ” puji Sekertaris Yoon membuat pipi Hyo Ra merona

“ dan sepertinya aku harus kembali bekerja Hyo Ra –ssi “

“ Ah ne Sekertaris Yoon “

“ Aku pergi dulu , sampai jumpa “ pamit Sekertaris Yoon yang langsung menghilang di balik pintu lobby

Hyo Ra kembali berjalan menyusuri barisan café yang terdapat di sekitar OS Company . Kantor Sehun benar – benar strategis bertempat di dekat café – café yang bisa di manfaatkan pekerja untuk jam makan siang . Hyo Ra memilih café dimana kemarin dirinya , Sehun dan juga Sekertaris Yoon berada di sana , yeoja itu juga kembali memesan ice cream yang sama dan memakannya di tempat duduk dekat jendela transaparan café tersebut .

Hyo Ra melamunkan sesuatu saat memakan ice cream tersebut . Sehun dapat di ibaratkan dengan ice cream yang di makannya saat ini dia sangat dingin namun tidak dipungkiri wajahnya juga sangat manis seperti ice cream, siapapun pasti sulit mengalihkan pandangannya pada namja itu . Hyo Ra sedikit tersenyum saat mengibaratkan suaminya sendiri seperti ice cream didepannya .

‘ Bagaimana bisa kau menjemputku di saat kau ada rapat penting seperti tadi ? ‘ Batin Hyo Ra

Namja itu sedikit aneh akhir – akhir ini , hal ini dimulai saat ia bertemu Luhan . Hyo Ra kembali teringat Luhan , ia merasa tidak enak pada namja imut itu . Dua kali Hyo Ra meninggalkan Luhan tanpa berpamitan . Dan kenapa juga Sehun harus melarangnya untuk menjauhi Luhan ?

‘ Kenapa aku tadi tak menanyakannya pada Sekertaris Yoon , mungkin saja dia tau ? ‘ sesal Hyo Ra

Hyo Ra hanya duduk memandang jalanan di luar dari kaca transparan di sampingnya , ice creamnya sudah habis dan ia juga sudah mulai bosan .  Cukup lama Hyo Ra seperti itu sampai sebuah pesan masuk dari handphone miliknya membuatnya sadar .

From :Se Hun

Kajja pulang aku sudah selesai .

Hyo Ra segera pergi dari café tersebut setelah membaca pesan dari Sehun dan membayar makanannya . Ia kembali menuju OS Company dimana Sehun berada , yeoja itu menunggu Sehun di depan lobby . Tak jarang karyawan OS Company yang juga pulang menyapa Hyo Ra , dan tentu saja Hyo Ra juga membalas mereka dengan senyuman ramah .

‘ Waa romantis sekali Nyonya Oh menunggu suaminya pulang ‘

‘ Istri Sajangnim sangat cantik yaa ‘

Beberapa pujian para karyawan yang lewat dapat di dengar Hyo Ra sekilas , hal itu sedikit membuat Hyo Ra malu sampai wajahnya memerah , yeoja itu hanya dapat menundukkan kepalanya saat para karyawan itu terus memujinya .

“ Kajja pulang “ suara berat depannya membuatnya mendongak , siapa lagi dia kalau bukan Sehun .

“ Kau sudah selesai ? “ tanya Hyo Ra dan hanya dibalas anggukan oleh Sehun .

Mereka berdua pun segera memasuki mobil putih milik Sehun yang berada di parkiran kantor , dan masih saja ada karyawan yang memandang mereka berdua iri walaupun mobil itu sudah berlalu .

 

Apartemen

 

Hyo Ra berjalan mendahului Sehun ia langsung mengganti sepatunya dengan sandal rumah setelah berada di dalam Apartemen . Yeoja itu berjalan menuju kamarnya namun saat hendak memegang gagang pintu …

“ Bukankah aku sudah menyuruhmu untuk menjauhinya ? “ Ucap Sehun yang berada tak jauh dari Hyo Ra , membuat yeoja itu mengahadapnya

“ Yaa Oh Sehun bukankah aku juga sudah bilang bagaimana mungkin aku menjauhi seseorang tanpa alasan yang jelas huh ? “ jawab Hyo Ra tak mau kalah

Sehun mendekat kearah Hyo Ra dengan langkah pelan membuat Hyo Ra refleks memundurkan langkahnya , Sehun terus mendekat hingga Hyo Ra berhenti karna punggungnya sudah menempel di daun pintu kamarnya .

“ y..y..yaa Oh Sehun apa yang ingin k.. kau lakukan ? “ tanya Hyo Ra karna Sehun sudah berada sangat dekat dengannya bahkan mungkin jika Sehun memajukan sedikit lagi tubuhnya, mereka pasti akan menempel .

“ Bukankah kau tau hak seorang Suami ?! “ ucap Sehun membuat Hyo Ra mendongak menatap Sehun yang memang lebih tinggi darinya

“ M..m..mwo ? “ tanya Hyo Ra gugup

“ Dan kau pasti juga tau apa kewajiban seorang Istri ? “ ucap Sehun lagi

“ N..ne.. ? “ Hyo Ra tak bisa menghilangkan kegugupannya , pikirannya memutar kata – kata Sehun di otaknya dan munculah satu ‘kesimpulan’ . Sontak Hyo Ra segera menyilangkan tangan di tubuh mungilnya ia menatap Sehun tajam . Hal itu tentu saja membuat Sehun heran lalu memundurkan satu langkah tubuhnya .

“ Apa yang kau pikirkan Han Hyo Ra ? “ ucap Sehun sambil menyentil dahi Hyo Ra setelah mengerti apa yang dipikirkan yeoja didepannya .

“ YAAKK … Appo !!  kenapa kau suka sekali melukai dahiku huh ?!? “ keluh Hyo Ra sambil mengelus – ngelus dahinya .

“ Itu agar pikiranmu tidak kotor gadis bodoh !! “

“ Tentu kau tau hak ku sebagai suami adalah memberi larangan pada istrinya untuk hal yang tidak baik dan kau sebagai istri mempunyai kewajiban untuk menurutiku , kau pikir apa yang sedang ku maksudkan ? “ jelas Sehun

“aku tidak berpikiran tentang apapun Oh Sehun “

“ Lagipula untuk apa kau melarangku menjauhi Luh …. “ Hyo Ra segera terdiam saat Sehun mendekatkan tubuhnya lagi , bahkan kali ini sangat dekat hingga hidung mereka bisa saja bersentuhan . Hyo Ra juga dapat merasakan nafas Sehun di wajahnya , mata mereka bertatapan dalam seakan terkunci dan tak ada objek lain untuk dipandang .

“ Jangan pernah menyebut namanya didepanku dan jauhi dia ! , atau kau mau melakukan kewajiban mu yang lain Nyonya Oh “ ancam Sehun dengan seringaian ringan

Hyo Ra hanya diam , merasakan Sehun sedekat itu , mendengar ancamannya dan apa tadi—Sehun memanggilnya Nyonya Oh ? . Rasa gugup , takut dan terkejut bercampur menjadi satu .

“ Sekarang minggirlah ! “ Perintah Sehun datar sambil menjauhkan tubuhnya dari Hyo Ra

“ Mwo ? “ ucap Hyo Ra bodoh

“ Aku mau ganti baju minggirlah kau menghalangi pintu “ ucap Sehun lagi

Seakan tersadar Hyo Ra segera menyingkir dari depan pintu kamarnya , segera Sehun masuk ke kamar dan menutup pintunya lagi . Lalu Hyo Ra ?  Yeoja itu masih berdiri mematung , tak percaya apa yang baru saja terjadi padanya . Melihat Sehun sedekat itu membuat jantungnya serasa ingin melompat keluar untung saja mulutnya tidak melontarkan kata – kata seperti ‘ kau benar – benar tampan’ di depan Sehun .

“ Untung saja dia suamiku sendiri Ya Tuhan “ gumam Hyo Ra sambil mengelus dadanya

 

                                                                        ~^^~

Sehun sedang serius dengan file – file kantor di ruang tengah , beberapa kali ia harus membaca file yang sama untuk membuat kesimpulan bagi perusahaannya . Walaupun dirinya masih muda namun semangat untuk memajukan OS Company sangatlah kuat , dia selalu melanjutkan aktivitas kerjanya di rumah meskipun lelah .

Sehun dapat merasakan seseorang duduk disampingnya , ia menoleh sebentar dan benar saja .

“ Kenapa kau kemari ? “ tanya Sehun dingin

“ Apa aku tidak boleh duduk disini ? “ jawab Hyo Ra

“ Tidak mungkin kau kemari , jika tak ada yang kau inginkan “ jawab Sehun pandangannya kembali pada pekerjaannya

“ Sehunna “ panggil Hyo Ra

“ Hmm “

“ Apa aku boleh ikut ke pesta itu ? “

Seketika Sehun menoleh ke Hyo Ra .

“ Pesta ? “ tanya Sehun tak mengerti

“ Ne , pesta para pengusaha itu “ jawab Hyo Ra . Sedetik kemudian Sehun mengerti apa tujuan Hyo Ra datang padanya , namja itu kembali menyibukkan dirinya dengan file didepannya .

“ Darimana kau tau tentang pesta itu ? “ tanya Sehun lagi

“ Sekertaris Yoon yang memberitahukannya padaku , dia juga bilang bahwa biasanya para Direktur yang hadir , datang bersama istrinya “ jelas Hyo Ra

“ Aku bisa pergi sendiri “ jawab Sehun singkat

“ Tapi Sehunna … “

“ Aku bisa pergi sendiri Hyo – ya , lagipula tidak ada peraturan disana yang mewajibkan seorang direktur membawa istri mereka masing – masing “ potong Sehun dingin

“ Sekarang lebih baik kau tidur dan jangan membahas pesta itu lagi “ tambah Sehun

“ Kalau begitu jelaskan padaku tentang Lu… “ perkataan Hyo Ra kembali terpotong saat mendapat tatapan tajam dari Sehun

“ Arraseo … arraseo … aku akan tidur sekarang tak perlu memandangku seperti itu “

Hyo Ra segera masuk ke kamar dan merebahkan tubuhnya .

Apa salahnya jika dia ikut ke pesta itu , ia bahkan akan berjanji tak akan membuat malu Sehun jika dia megikuti pesta itu . Tapi Sehun selalu melarangnya , Hyo Ra juga ingin tampil cantik memakai gaun indah dan bersanding dengan Sehun di sebuah pesta , bukankah itu romantis . Membayangkan seorang suami yang menggandeng tangannya mesra , memperlihatkan bahwa dirinya sudah dimiliki oleh seseorang .

Tapi sepertinya Hyo Ra hanya dapat membayangkannya saja , bukannya Sehun tidak mengakuinya sebagai seorang istri bahkan sebagian para karyawan yang bekerja di OS Company mengenalnya sebagai istri dari Oh Sehun . Hyo Ra hanya ingin Sehun menunjukkan bagaimana dia mencintai Hyo Ra bukan hanya sebagai status. Mencintai ? Hyo Ra saja tidak tau apakah Sehun mencintainya atau tidak ? . Berfikir seperti itu membuat Hyo Ra mengantuk , yeoja ini mulai menutup matanya dan berlabuh kealam mimpi .

Keesokan Harinya

 

Hari ini adalah hari libur , Sehun dan Hyo Ra pun sama . Sehun libur bekerja dan kebetulan pula Hyo Ra tak ada jadwal kuliah . Hyo Ra menghampiri Sehun yang sedang duduk di balkon kamar namja itu sedang membaca buku .

“  Sehunna “ panggil Hyo Ra

“ Hmm “ jawab Sehun seperti biasa dan masih terfokus pada bukunya

“ Aku mau belanja bahan makanan sebentar , bahan makanan di dapur sudah habis . Apa kau tidak apa – apa makan sedikit siang nanti ? “ Tanya Hyo Ra

“ Gwenchana , kajja kuantar “ tawar Sehun sambil menaruh bukunya

“ Tidak perlu Sehunna , aku naik taksi saja . Kita harus berhemat , lanjutkan saja kegiatanmu “ jawab Hyo Ra cepat

“ Aku pergi duluuuuu “ pamit Hyo Ra meninggalkan Sehun yang tidak jadi beranjak dari tempat duduknya .

“ Bukankah naik taksi itu juga pemborosan , Hemat dari mana ? “ gumam Sehun setelah Hyo Ra pergi

“ Haishh … Gadis Bodoh “  Sehun pun kembali melanjutkan membaca bukunya

SuperMarket

 

Hyo Ra mendorong trollinya kearah kumpulan sayur – sayuran . Ia berhenti di bagian lobak putih gadis itu memilih – milih lobak putih dihadapannya .

“ Apa aku harus membuat kimchi hari ini ? “ tanya Hyo Ra pada dirinya sendiri

“ Sepertinya ide yang bagus Hyo Ra –ssi “ Hyo Ra segera berbalik mendengar seseorang menyahuti perkataannya

“ Luhan –ssi kau disini ? “ tanya Hyo Ra terkejut mendapati Luhan disini juga

“ Seperti yang kau lihat , aku juga sedang berbelanja Hyo Ra –ssi “ jawab Luhan sambil menunjuk trolli yang didorongnya .

“ Ah matta , emm Luhan –ssi mianhe karna meninggalkanmu dua kali tanpa berpamitan kemarin “ pinta Hyo Ra , Luhan tersenyum manis .

“ Gwenchanayo~ , aku mengerti tidak perlu dibahas lagi , sepertinya kita bisa berbelanja bersama Hyo Ra –ssi “ tawar Luhan

Hyo Ra sedikit ragu dengan tawaran Luhan , Sehun sudah melarangnya untuk berdekatan dengan Luhan . Tapi rasanya tidak enak juga baru saja dia meminta maaf lalu sekarang harus mengacuhkannya … eiyy tidak sopan sekali .

“ Baiklah Luhan –ssi “ Hyo Ra mengiyakan

Luhan dan Hyo Ra berbelanja bersama , terkadang mereka berdua juga merundingkan bahan apa yang harus dibeli . Orang yang berada di sekitar mereka pasti mengira Luhan dan Hyo Ra adalah pasangan suami istri jika mereka berdua tidak membawa trolli sendiri – sendiri seperti itu .

“ Luhan –ssi bolehkah aku bertanya sesuatu ? “ ucap Hyo Ra ditengah – tengah acara belanja mereka

“ Hmm , Apa yang kau ingin tanyakan Hyo Ra –ssi ? “ jawab Luhan

“ Sebenarnya apa hubunganmu dengan Sehun ? “

Luhan sedikit terkejut dengan pertanyaan Hyo Ra namun ia segera menyembunyikan ekspresinya . ‘ternyata Sehun belum menceritakan apapun padanya’ batin Luhan

“ Aku dan Sehun dulu adalah seorang teman tapi …. “

 

                                                                        TBC

Gimana readers jelek kan ? itu mah udah pasti !!! Maaf sekali lagi ngga bisa menuhin request kalian untuk ngebagusin nih ff . Kalian udah mau baca itu Hyo udah bersyukur banget apalagi mau kasih saran atau jelek – jelekin ff Hyo gapapa deh *tapi jangan jelek – jelek banget yaa. Untuk konflik bakal Hyo sajiin di chapter selanjutnya *iya kalo ada yang nunggu chapter selanjutnya ! . Ada yang tau lirik growl di dalem ff tadi ga ?

Pokonya Thank’s banget buat readers *muuuahhh . Once again Hyo line 96 jadi kalian bisa panggil eonni atau saeng atau Hyo . Cukup kecerewetan dari Hyo and

                                                            See U Bye – Bye


Love Actually [#1]

$
0
0

loveactu

[ TITLE ]

Love Actually [#1]

[ Author ]

Didoots

[ Length ]

Chaptered

[ Genre ]

Romace, family, friendship

[ Rating ]

PG-16

[ Main cast ]

Lee Jin Yeong as (OC)

Kim Jong In (Kai)

[ Support Cast ]

Find by yourself!

 

Sorry for the typo! Namanya juga manusia tidak ada yang tidak mempunyai salah mohon dimaafkan, dan kesamaan tokoh atau alur cerita itu adalah hal yang tidak saya ketahui yang mengetahui hanya readers dan Tuhan.

FF ini sudah pernah dipublish, jika melihat FF ini ditempat lain itu bukan plagiator. Tapi jika melihat ff ini dengan berbeda nama author berarti dia seorang plagiator.

PLAGIATOR!! HATERS AND SIDERS? GO AWAY!!!

 

 

- Happy Reading Guys! –

 

Author POV

Seorang yeoja kini tengah menyisir rambut hitam lebatnya dengan terburu-buru, hari ini adalah hari pertama ia masuk sekolah,  dia tidak ingin memberikan kesan pertamanya dengan kejelekan. Beruntunglah yeoja ini, karena tempat dia bersekolah tidak mengadakan orientasi siswa.

Yeoja ini bersekolah di Korean Internasional High School, dia bisa bersekolah disitu karena prestasinya, atau bisa dibilang dia adalah murid beasiswa . Yeoja ini mengambil kacamata tebalnya dan mengikat rambutnya, lalu menyeringai didepan cermin, melihat apakah gigi pagarnya bersih atau tidak, seperti itulah gayanya bisa dibilang dia adalah yeoja “culun”. 

“mungkin ini sudah rapih….” dia tetap menyeringai di depan cermin sambil membenarkan ikat rambutnya yang di kuncir tinggi dan menurutnya sudah rapih.

“Lee Jin Yeong palli!… Eomma sudah mau berangkat..” teriakan dari Eommanya. Eomma Jin Yeong atau nama lengkapnya adalah Lee Chaesang wanita yang berumur kepala 3 ini, bekerja sebagai pembantu rumah tangga dikediaman keluarga Kim. Sedangkan Appa Jin Yeong, Dongkyun bekerja sebagai supir pribadi keluarga Kim. Kenapa keluarga ini bekerja di keluarga Kim? Keluarga kim adalah dewa penyelamat dalam keluarga bermarga Lee tersebut, saat mereka benar-benar kesusahan keluarga Kim akan sedia dan sigap membantu. sudah hampir 3 tahun Appa dan Eomma Jin Yeong bekerja dengan keluarga Kim, tapi kedua anaknya tidak pernah berkunjung kerumah keluarga Kim, karena Eommanya melarang mereka datang kesana tanpa memberikan penjelasan apapun.

Jin Yeong juga memiliki adik laki-laki, yaitu Lee Minchan dia masih berumur 3 Tahun sekarang. Memang jarak Jin Yeong dan adiknya terlalu jauh karena, Minchan bukanlah adik kandungnya, waktu itu Eommanya menemukan Minchan di depan rumahnya, karena merasa kasihan akhirnya mereka mengangkat Minchan menjadi anak mereka.

Tanpa basa-basi lagi Yeoja ini turun dan memberikan senyumannya kepada keluarga sederhana dan penuh kehangatan itu. Jin Yeong duduk di sebelah Appa tersayangnya ini.

“anak Appa yang satu ini sudah besar ya…” kata Appanya lembut sambil memberikan senyum dan mengelus kepala Jin Yeong.

“ah Appa masa iya aku seperti anak kecil terus,aku kan ingin membahagiakan Appa, Eomma dan adik kecilku  Ini..” Jin Yeong berkata sambil mengelus lembut kepala Adik kecil kesayangnganya ini.

“Jin Yeong kau harus bisa menjadi orang yang sukses agar kau bisa membanggakan kami semua” Ujar Appanya, Dan Jin Yeong hanya memberikan anggukan lembut sambil menebarkan senyumnya yang manis itu.

“Appa dan Eomma lebih baik aku berangkat sekolah dulu, aku tidak mau hari pertamaku sekolah terlambat…” Ujarnya lembut. Dia bangkit dari bangkunya lalu melakukan ritual setiap paginya yaitu mengecup kedua pipi orang tuannya dan adik kecilnya itu.

Jin Yeong keluar rumah menuju bagasi kecilnya, disana terdapat 2 sepeda yang satu berwarna merah dan satu lagi berwarna hitam, dia mengambil sepeda warna merah yang dihiasi keranjang dan bangku boncengannya dan itu sepeda miliknya sedangkan yang hitam adalah sepeda Appanya. Dia menaiki dan mulai mengayuh sepedanya secara santai. Jin Yeong sedang berhenti karna lampu merah memaksanya untuk berhenti.

“pukkk…” Jin Yeong mengelus kepalanya lembut, baru saja kepalanya ditimpuk sebuah kaleng minuman dari mobil di sampingnya. Untunglah Jin Yeong bukan tipe orang yang cepat memuncak emosinya.

“toktoktok…” Jin Yeong mencoba mengetuk pintu mobil di sampinya itu dengan lembut. Dia hanya ingin memberi tahu bahwa membuang sampah dijalan itu tidak baik. Kaca terbuka disana terpampang seorang namja mengunakan kaca mata hitam dan menggunakan topi kebelakang.

“wae?” Tanyanya sambil menoleh kearah Jin Yeong.

“kau membuang ini sembarangan, lebih baik kau mencari tempat sampah untuk membuang, jalanan bukanlah tempat seenaknya membuang sampah..” Jin Yeong memberikan sampah kaleng minuman yang tadi dipungutnya tadi. Namja itu langsung melepas kaca matanya dan menatap Jin Yeong tajam.

“lalu? kau sudah memungutnya lebih baik kau yang membuang..” Namja itu langsung menutup kaca mobilnya lalu melajukan mobilnya dengan kencang. Jin Yeong hanya menggeleng melihat kelakukan anak muda jaman sekarang. Dia mencari tempat sampah terdekat lalu kembali melanjutkan perjalanannya menuju sekolah.

Dia memarkirkan sepedanya di tempat parkiran khusus sepeda. Dia kembali merapihkan pakaiannya dan rambutnya. Dia berjalan di lorong sekolah dengan kepala menunduk, dia hanya takut melihat orang-orang yang menatapnya dengan tatapan heran. Dia kepapan penggumuman untuk melihat kelasnya dimana. Dia mencari satu persatu menggunakan telunjuknya, lalu dia berhenti saat melihat namanya berada di kelas 1A.

Dia melangkah mencari kelasnya yang dia tidak tahu dimana letaknya. Dia mencoba bertanya kepada sekumpulan sunbae yang sedang berbincang-bincang didepan kelasnya.

“Mian, apakah sunbae-nim tau dimana kelas 1A?” Tanya Jin Yeong sopan.

“oh ne, kau naik kelantai 2 nanti langsung belok kekanan kelasnya ada diujung ruangan itu..” Ujar sunbae yeoja itu.

“oh kamsahamnida sunbae-nim” Jin Yeong membungkukan tubuhnya sopan lalu menuruti denah yang diberitahukan oleh sunbaenya tadi. Tangga demi tangga dia naiki, saat sudah sampai dia kembali mencari ujung kelas yang dimaksud oleh sunbae tadi. Begitu menemukan dia langsung menghembuskan nafasnya secara kasar dan tersenyum lebar.

Dia masuk kelas secara perlahan, disana sudah terdapat beberapa siswa, semua siswa yang berada dikelas itu memfokuskan matanya pada kehadiran Jin Yeong. Hal itu membuat Jin Yeong menundukan kepalanya takut. Dia berjalan mencari tempat duduknya, dia memilih tepat duduk kedua di pojok. Jin Yeong hanya diam, tidak seperti siswa-siswa lain yang berkenalan satu dengan yang lain.

“tempat ini kosong?” tanya seorang namja tanpa ekspresi. Spontan Jin Yeong menganggukan kepalanya.

“Ireumi mwoyeyo?” Tanya Jin Yeong ragu-ragu.

“Chen” Jawab namja itu singkat. Jin Yeong hanya menganggukan kepalanya mengerti. ‘kenapa namja ini tidak menanyakan namanya juga’ Batinnya.

Bel telah berbunyi pertanda pelajaran pertama akan segera dimulai, tiba-tiba pintu telah terbuka terdapat seorang wanita paruh baya yang menebarkan senyumnya yang cukup manis itu.

“selamat pagi siswa-siswi baru, Na Choi Sooyoung imnida, saya mengajar biologi” Ujar Choi seonsaengnim, dengan senyum yang mengembang dan ramah.

“selanjutnya saya ingin mengetahui kalian satu persatu, jadi mulai dari kiri perkenalkan nama lengkap dan asal JHS..” sambungnya lagi.

Murid dari sisi kiri mulai memperkenalkan dirinya. Giliran namja disebelahnya yang memperkenalkan diri, mukanya tetap datar tanpa senyum.

“Xi Chen Imnimida, aku berasal dari Beijing JHS. Aku pindahan dari China..” Tubuhnya mulai dibungkukan sopan. Semua orang mulai memperhatikannya, Jin Yeong sempat mendengar pendegaran salah satu murid dibelakangnya lalu larut dalam pikirannya. ‘bagaimana bisa dia berbahasa korea dengan lancar’ Batin Jin Yeong.

Kini giliran Jin Yeong mengakat tubuhnya. Semua mata kini menuju ke arahnya dengan tatapan mengejek.

“jelek sekali yeoja itu, gayanya sangat culun..” itulah yang Jin Yeong tangkap, semua orang mempermasalahkan gayanya. ‘apakah gayaku terlalu buruk atau kampungan?’ batinya miris.

“Na Lee Jin Yeong imnimida, aku berasal dari Yingjang JHS…” Ucapnya pelan. Yeoja itu langsung menundukan kepalanya. Lalu menghembuskan nafasnya pelan. Dia kembali duduk manis di kursinya.

“jangan dengarkan kata orang lain, mereka tidak tahu dirimu seperti apa..” Ujar Chen tiba-tiba. Jin Yeong langsung menolehkan kepalanya menatap Chen dengan binggung. Tapi benar juga apa yang dikatakan Chen. Jadi dia hanya mengangguk dan memberikan senyumannya pada Chen.

“kringgg…”

“baiklah pelajaran hari ini selesai sampai disini…silakan kalian kekantin untuk makan disana atau membeli beberapa cemilan..” Usul Choi seonsaengnim.

Jin Yeong tidak menghiraukan usul Choi Seonsaengnim, Jin Yeong lebih memilih pergi keperpustakaan. Bukan karena Jin Yeong tidak mempunyai uang untuk membeli makanan, hanya saja dia tidak ingin diperhatikan karena gayanya yang orang bilang ‘kampungan’ itu.

Jin Yeong langsung melangkahkan kakinya mencari perpustakaan, langkahnya begitu cepat karena ada beberapa Yeoja yang jalan tepat dibelakangnya sambil tertawa meremehkan, hal itu membuat hatinya sakit. Dengan langkah seribu dia kembali berjalan dengan cepat.

“bukk…” bunyi tubrukan dari sebuah benda atau lebih tepatnya seseorang, Jin Yeong terjatuh dilantai karna menabarak seseorang.

“Babo! Jalan pakai mata! Sudah pakai kacamata masih saja tidak melihat!” teriakan suara namja dengan nada yang keras. Jin Yeong tidak berani menatap wajah pemilik suara itu, karena dia benar-benar takut. Terdengar suara tertawaan kecil dari 2 namja lain dibelakangnya.

“Mianhamnida” Ucapnya lirih.

“berdiri cepat!” teriaknya lagi. Jin Yeong langsung berdiri betapa terkejutnya dia melihat namja itu. dan Namja itu pun juga kaget melihat Jin Yeong.

“kau….” Ucap Jin Yeong dan Namja itu bersamaan sambil menunjuk satu sama lain.

“kau namja yang membuang sampah sembarangan kan?”

“kau? Yeoja yang menceramahiku di lampu merah tadikan? Jadi kau bersekolah disini juga?” Ucap namja itu remeh.

“sudahlah Kai, lebih baik kita kekantin tidak ada gunannya berbicara dengan yeoja culun seperti itu..” Ucap salah satu namja dibelakangnya. Mereka lalu pergi meninggalan Jin Yeong yang sedang terdiam.

“jadi namanya Kai. Sombong sekali dia, padahal dia murid baru juga tapi gayanya setinggi langit..” Ucap Jin Yeong polos. Lalu menbersihkan roknya yang kotor.

“wajar, orang tuanya adalah pemberi donasi terbesar disekolah ini..”

“Geuraeyo? Bagaimana kau bisa tau Chen-sshi?” Jin Yeong mengerutkan dahinya.

“banyak hal yang aku lebih ketahui dibanding engkau..” setelah berkata itu Chen langsung pergi meninggalkan Jin Yeong yang masih larut dalam pikirannya.

**

Jin Yeong kini tengah merengangkan tubuhnya di ruang tamu, jam menunjukan pukul 4 sore. Seperti biasa Eommanya akan  pulang jam 5 lalu memasak makan malam untuk keluarga kecilnya itu. Tapi sebelumnya diaharus menjemput adik laki-lakinya di rumah saudaranya. Setiap hari Minchan dititip disana, karena tidak ada yang menjaganya.

“Eomma pulang!!” Jin Yeong menyambut kedatangan Eommanya dengan senyum yang merekah-rekah.

“bagaimana hari pertama sekolahmu nak?” Tanya Eommanya sambil berjalan menuju tempat duduk.

“hm biasa saja, belum ada yang menarik”

“baiklah, lebih baik kita memasak saja kau mau makan apa nak?” Tanyannya lagi.

“makan apa saja, yang pentinng buatan Eommaku yang cantik ini” Jin Yeong berkata sambil memeluk manja Eommanya.

“kau ini manja sekali..” Eommanya mengelus pucuk kepala anaknya dengan penuh kasih sayang.

“yak nuna manja..” cibir Minchan,Bibir Minchan kini dimajukan karna merasa cemburu.

“sirik saja woo” Jin Yeong menjulurkan lidahnya kearah Minchan. Dan Minchan langsung melempar Jin Yeong dengan bantal yang di sofa. Lalu Jin Yeong tetap menjulurkan lidahnya kearah adik kecilnya itu.

“sudah kalian itu..” Nyonya Lee langsung mengelus pucuk kepala kedua anaknya ini dengan lembut.

“Jin Yeong bantu Eomma memasak ne? Lekas mandi lalu membantu Eomma memasak” Jin Yeong menganguk menegerti lalu langsung berlari kecil menuju kamarnya.

Jin Yeong sudah mandi lalu bergegas menuju dapur untuk membantu Eommanya itu. Dia langsung mengambil peralatan dan memotong sayuran yang sudah disiapkan oleh Eommanya.

“kau tau anak keluarga Kim bersekolah di sekolah yang sama denganmu..” Ujar Eommanya tiba-tiba.

“Jinjja? siapa namanya Eomma?” Tanya Jin Yeong menyelidik.

“kau cari tau saja sendiri” Jawab Eommanya sambil tertawa.

“aish Eomma! Cepat beritahu” Pinta Jin Yeong dengan memaksa.

“namanya…” Kalimat Eomma Jin Yeong terpotong ketika Appanya datang lalu memeluk Eommanya secara mesra.

“hm masak apa hari ini?” Tanya Appa Jin Yeong dengan nada yang manja.

“lihat saja nanti..” Appa Jin Yeong yang gemas dengan jawaban istrinya ini langsung mengelitiki pinggul Eomma Jin Yeong sambil tertawa bersama. ‘betapa bahagianya aku memiliki kedua orang tua seperti mereka, meskipun sudah berumur tapi mereka tetap mesra’ Batin Jin Yeong.

“ah Eomma dan Appa membuat aku iri saja” Jin Yeong memajukan bibirnya manis.

“makanya cepatlah mencari pasangan yang bisa menyayangimu dalam suka dan duka dan baik untukmu dan yang paling penting dia bertanggung jawab” Kata Appanya sambil tersenyum.

“bagaimana aku tau kalau dia baik untukku Appa?”

“jika dia menyayangi dan memperlakukan Eommanya dengan baik pasti dia akan melakukan hal itu kepada yeojannya juga. Carilah namja yang mencintai keluarganya, sudah pasti dia akan mencintai keluarganya kelak..” cukup lama Jin Yeong mencerna perkataan Appanya. Setelah dirasa cukup mengerti dia menyimpannya dalam memori otaknya hal itu sebagai pacuan untuknya dalam mencari pasangan nantinya.

“sudah lebih baik kau fokus belajar, tulang rusuk tidak akan tertukar” kata Eommanya.

“maksud Eomma?” Jin Yeong menyeritkan dahinya binggung.

“Jodoh tidak akan kemana-mana, jika namja itu sudah di takdirkan untukmu dia tidak akan menjadi takdirnya orang lain” Jin Yeong menganggukan kepalanya mengerti.

“sudah lanjutkan masaknya” setelah Appa Jin Yeong selesai berbicara, dia menuju kamarnya dan membersihkan tubuhnya.

**

Jin Yeong tegah mengayuh sepedanya santai, dia memasang earphone ditelinganya lalu mendegarkan lagu-lagu yang membuat pikiran dan hatinya tenang. Lalu dia bersenandung ria mengikuti lagu.

“tetttt….” Jin Yeong langsung mengalihkan kepalanya menuju sumber suara. Disana terdapat mobil yang kemarin. Jin Yeong menatap kaca mobil itu binggung.

“minggir culun! Aku buru-buru” Teriakan Kai dari mobil. Jin Yeong menatapnya malas lalu menuruti apa yang dimaksud oleh Kai itu.

“dasar namja sombong” Dengusnya pelan.

**

Jin Yeong sedang bejalan menuju perpustakaan, lalu dia melihat Kai dan 4 kawanya, baru Jin Yeong ketahui nama perkmumpulan mereka adalah “The Wolf” beranggotakan Lay, Chanyeol, Baekhyun, dan Sehun. Jin Yeong mengakui bahwa mereka semua adalah namja yang sempurna mereka kaya dan tampan tapi entah apakah mereka memiliki kepintaran? Bisa saja mereka masuk kesekolah ini karna orang tua mereka.

Dia duduk di bangku lalu kembali menatap Kai,niat untuk pergi ke perpustakaan hilang, Jin Yeong lebih memilih menatap Kai. Terdengar alunan musik, Jin Yeong menikmati musik itu. tiba-tiba Kai dan Lay menggerakan tubuh mereka dengan lenturnya, Jin Yeong semakin menatap mereka dengan lekat, rasanya ingin sekali dia menggerakan tubuhnya juga. Matanya fokus kepada Kai yang menggerakan tubuhnya dengan semangat dan ‘Sexy’.

Semua yeoja kini mengkerubuti Kai dan Lay layaknya lalat yang mengerubuni makanannya dengan ganas, tatapan mereka sangat tajam dan suara lengkingan teriakan aneh mereka menghancurkan alunan musik. Tapi Jin Yeong tetap menatap Kai terus, ‘dancenya sangat baik, tapi sifatnya sangatlah buruk’ Batin Jin Yeong. Bel pun berbunyi Jin Yeong segera bergegas menuju kelasnya.

**

Jin Yeong tengah memperhatikan Kang seonsaengnim mengajar Matematika, tiba-tiba saja dia kembali teringat dengan cara menari Kai. Dia benar-benar menggumi Kai saat menari, ingin rasanya dia menari bersama tapi itu tidak mungkin. Dia berpikir seperti itu bukan karea dia suka tapi, karena Kai sepertinya orang yang sangat ahli dalam bidang menari.

“Jin Yeong bisa kau jelaskan ini bagaimana?” Suara Chen membuat lamunan Jin Yeong buyar berantakan.

“ah ne,ne jadi ini dikali ini lalu dibagi ini setelah itu dicari akarnnya..” Jin Yeong menjelaskan dengan pelan.

“oh begitu, gomawo” Ucap Chen sambil tersenyum. Jin Yeong terdiam saat melihat senyum manis Chen, pertama kalinya Chen tersenyum kearahnya malah mungkin hanya Jin Yeong orang pertama yang melihat senyum Chen. Biasanya Chen hanya memberikan muka datarnya tanpa memberikan ekspresi apa-apa.

“kau terlihat manis jika tersenyum” kalimat itu spontan keluar dari bibir lembut Jin Yeong. Lalu dia menutup mulutnya saat sadar dengan apa yang dia katakan.

“jinjja? Geuraeyo? aku akan banyak tersenyum, tapi hanya padamu..” Chen kembali tersenyum, entah dari mana asalnya dentuman itu tapi kini dentuman itu terasa di jantung Jin Yeong.

KRINGGG…

Jin Yeong berjalan menuju perpustakaan, dia ingin mengambil beberapa buku untuk dia baca dirumah. Jin Yeong memang gemar sekali membaca, apapun bacaan itu menurutnya membaca adalah jendela dunia. Dan menurutnya membaca adalah gudang ilmu. Langkahnya terhenti ketika melihat sebuah ruangan yang disana terdapap The Wolf yang sedang menari-nari dengan gilanya. Mata Jin Yeong kembali menacari Kai. Dia benar-benar mengaggumi gerakan-gerakan tubuh Kai tapi tidak dengan orangnya.

Jin Yeong yang menyadari posisi ‘mengintipnya’ mudah diketahui dan dia mulai mencari akal. Dia melihat ruangan sebelah ruang dance lalu dia masuk. Dan Binggo! Dia begitu senang, saat masuk ruangan itu Jin Yeong dapat langsung melihat Kai dan kawannya menari tanpa dia ketahui. Jadi kaca yang diruang tari itu behubungan dengan kaca yang ada diruang sebelahnya. Jika Kai dan kawan-kawan bercermin disana mereka akan melihat mereka sendiri. Berbeda dengan kaca yang diruang sebelahnya kaca itu seperti transparan, Jin Yeong dapat melihat mereka tapi mereka tidak bisa melihat Jin Yeong. Alunan musik diruangan itu juga terdengar sampai ruangan yang Jin Yeong tempati.

Lagu yang Jin Yeong dengar itu adalah What Is Love. Dia memperhatikan Kai dan Sehun yang sedang menari ballet. Jin Yeong mulai mengikuti alunan musik itu, tubuhnya kini juga sedang bergoyang mengikuti alunan musik. Jin Yeong memang bisa menari, dulu dia mengikuti les menari bersama teman-temannya dari modern dance,ballet, semuanya dia bisa. Dan dulu dia sering sekali memenangkan lomba menari, makanya saat dia melihat Kai menari ingin sekali rasanya dia menari bersama Kai.

Kai semakin gila menarinya, keringatnya membasahi rambut dan tubunya, tiba-tiba saja dia membuka seragam dan kaos yang dia gunakan. Kini pipi Jin Yeong tegah merona melihat tubuh indah Kai, perutnya yang memiliki 6 kotak abs dan tubunya dibasahi oleh keringatnya. Jin Yeong tersenyum-senyum melihatnya lalu dia menutup mukanya. Dia melihat jam tanganya, hampir dia berteriak karna sudah pukul 6 sore, dan dia belum pulang. Bisa jadi Eommanya akan khawatir.

Dengan langkah yang pelan Jin Yeong keluar ruangan lalu menuju parkiran sepedanya. Dengan cepat dia mengayuh sepedanya, tapi tiba-tiba terukir senyum di bibirnya mengingat kejadian yang baru saja dia alami.

**

Sudah beberapa hari ini Jin Yeong suka memperhatikan dance Kai, setelah itu dia memperaktekannya. Dia terispirasi untuk kembali menari, dulu Jin Yeong sempat berhenti menari karna kakinya patah dan Eommanya tidak mengizinkannya untuk menari lagi sejak itu.

Pelajaran pertama sedang dimulai yaitu pelajaran sejarah, dengan cekatan Jin Yeong memperhatikan pelajaran itu.  Ekor matanya menangkap sesuatu yang ganjil, yaitu Chen sedang sibuk dengan ponselnya. Tidak biasanya dia seperti itu, biasanya dia akan memperhatikan pelajaran dengan baik. Jelas nilai dia lebih tinggi dari Jin Yeong.

“Yeong-sshi sehabis ini tidak akan ada ulangan apa-apa kan?” Tanya tiba-tiba.

“hmm.. molla, waeyo?” Jin Yeong mengerutkan dahinya lalu menatap Chen.

“bolehkah aku meminta nomer ponselmu?”

“hm baiklah +1298673” Jin Yeong menyebutkan nomer ponselnya dengan jelas.

“gomawo, aku harus pergi sekarang, dan beberapa hari kedepan jadi jangan merindukan aku ne?” Goda Chen sambil tertawa pelan.

“mwo? waeyo Chen-sshi?” Jin  Yeong kembali menatap Chen binggung.

“aku ada urusan, jaga dirimu baik-baik ne?” Chen mengelus lembut kepala Jin Yeong. Lalu dia berdiri menghampiri Park Saem. Sebelum dia keluar diambang pintu dia tersenyum lembut lalu melambaikan tangannya pada Jin Yeong seorang. Dengan otomatis semua murid langsung menatapnya tajam.

Pulang sekolah ini Jin Yeong kembali keruangan dimana The Wolf berkumpul dia menunggu namja yang menjadi motivasinya itu, semua anggota The Wolf sudah berkumpul tapi hanya namja itu yang tidak ada. ‘apakah dia sakit? Atau sudah pulang? Tidak biasanya’ Pikirnya.

Jin Yeong sudah menunggu sampai 45 menit, tapi batang hidung namja itu tidak ada. Jadi Jin Yeong memutuskan untuk pulang saja. Dia melangkahkan kakinya dengan malas. Dia mulai menaiki sepedanya, mengayuh sepeda dengan malas.

Malam ini, ritual gadis ini adalah mengerjakan tugas sejarah, lalu dilajutkan belajar pelajaran untuk besok. Saat sedang serius ponselnya berdering, dengan segera dia melihat ponselnya disana terdapat nomer yang Jin Yeong tidak ketahui, dengan ragu dia mengangkat.

“yeoboseyo..” sapaan namja disebrang sana.

“yeoboseyo ini siapa?” Tanya Jin Yeong.

“kau tidak mengenali suaraku?” Tanyanya sambil tertawa. Jin Yeong mencoba menerka-nerka siapa namja ini.

“ani, memangnya ini siapa?”

“aku Chen”

“oh Chen-sshi ada apa menelfonku?” Jin Yeong seketika gugup, karna ini kali pertamanya dia mendapat telefon dari seorang namja.

“gwenchanayo, aku sedang bosan take off sangat lama..”

“take off? Memangnya kau mau kemana?”

“hm kau bisa menjaga rahasia ne? Hanya kau yang tau, aku harus ke China aku harus mengurus perusahaanku disana” Jin Yeong langsung mebelalakan matanya dan mengagakan mulutnya.

“China? Perusahaanmu? Bagaimana bisa?” Jin Yeong masih binggung dengan perkataan Chen.

“sudah nanti jika aku sudah sampai korea aku akan menceritakan padamu. Oh iya jika ada tugas atau ada apa-apa tolong beritahu aku di email arrchi?”

“ne, kirimkan saja alamat Email mu Chen-sshi..”

“Yeong-ah jangan panggil aku Chen-sshi panggil saja Chen atau tidak Chen Oppa” Chen terkekeh kecil.

“ah ne,ne Chen Oppa” Jin Yeong pun ikut tertawa juga.

“baiklah aku sudah mau take off, semangat untuk sekolahmu! Aku akan pulang 2 hari nanti, jaljjayo Yeong-ah”

“ne, hati-hati Oppa, kau juga semangat mengerjakan pekerjaanmu disana. jaljjayo Oppa” Jin Yeong tersenyum saat berbicara. Lalu telepon pun tertutup. Jin Yeong melengkungkan senyuman bahagiannya.

Jin Yeong POV

Pagi ini bangku sebelaku terasa sangat kosong, Chen masih di China dan besok dia baru pulang, belum tentu dia akan langsung sekolah pasti dia lelah. Tapi kenapa dia memiliki perusahaan? Lalu kenapa di China? Pertanyaan itu selalu terngiang-ngiang dikepalaku.

Andai saja aku mempunyai teman lagi dikelas, sayangnnya itu hanya mimpi semata. Aku tidak memiliki teman sama sekali dikelas,mungkin karna gayaku yang culun ini. menurut mereka gayaku culu tapi untuku dan keluargaku aku cantik. Chen hanyalah satu-satunya orang yang mau berteman denganku dikelas. Banyak sekali Yeoja yang kesal melihat kedekatanku dengan Chen, aku memang dekat dengannya tapi hanya sebatas sahabat tidak lebih. Mungkin itu adalah salah satu faktor kenapa aku tidak meiliki teman dikelas.

Pelajaran hari ini sudah selesai, seperti hari kemarin aku kembali keruangan rahasiaku, tempat itu aku berinama “Yeong’s Crib” dan ruangan tempat The Wolf berkumpul aku berinama “wolves” aku sengaja memberikan nama itu agar hanya aku yang tahu.

Aku menunggu para The Wolf masuk dan berlatih dance disana, aku duduk sambil menyender ditembok itu. sekitar 10 menit mereka akhirnya datang. Satu persatu The Wolf masuk, pertama Lay masuk dengan menggunakan earphonenya ditelinga, menurutku dia adalah namja yang aneh dia lebih sudah diam, tapi dancenya sangatlah hebat tidak kalah dengan Kai. Kedua Sehun masuk dia sedang menikmati Bubble Teanya, diantara para anggota The Wolf dia adalah yang paling kecil atau paling muda, jelas sikapnya sangatlah kekanak-kanankan tapi dia adalah namja yang  cukup dingin. Dan yang terakhir adalah Couplenya The Wolf pasangan yang sangat idiot, mereka disebut Couple Chanbaek sikap mereka benar-benar abnormal.

tapi tunggu kemana namja itu? kenapa dia tidak ada lagi? aku tidak merindukannya hanya saja aku ingin melihat tariannya. Untuk apa aku kesini jika apa yang aku cari tidak ada disini, lebih baik aku kembali pulang untuk membantu Eomma. Aku sengaja berjalan pelan dan lewat didepan ruangan itu siapa tau aku bisa mendapa informasi kemana Kai. Aku menguping didekat pintu.

“semoga Kai pulang membawa banyak oleh-oleh” Kata Sehun girang.

“kau ini Kai sedang bekerja bukan main-main” Baekhyun menepuk kening Sehun keras.

“Appo Hyung!” Ucap Sehun sambil memajukan bibirnya kesal, Baekhyun yang merasa iba dan bersalahpun mengelus kening Sehun yang tadi dia pukul.

“Dia adalah namja yang hebat, semuda itu sudah memiliki perusahaan” Tiba-tiba Chanyeol ikut dalam pembicaraan Baekhyun dan Sehun.

“ya meskipun dia bodoh tapi otaknya sangat pintar dalam bisnis” Mereka tertawa lepas mentertawakan temannya itu.

Perusahaan? Bisnis? Bekerja? Apa yang sebenarnya Kai lakukan? Yeong buru-buru menepis pikirannya yang baru saja menganalisis atas informasi yang dia dapat. Dia membuang semua pikirannya tentang Kai lalu segera pergi dari aktivitas mengupingnya.

 

 

-To Be Continue-

 

Annyeong chingudeul, kembali lagi dengan saya author gajelas satu ini. Gimana aneh ga? Aku butuh saran kalian nih guys. Semakin banyak yang kasih saran semakin cepat dan lebih baik kedepannya FF ini.

Sebagai readers yang baik, mohon tinggalkan jejak dengan memberikan komentar tentang fanfiction ini. jika kalian komentar disetiap fanfiction aku, berarti kalian sudah menyumbangkan 1 semangat untuk aku. Oh iya setiap komentar harus baik ya no bashing dan kalo bisa yang membangun^^. Saranghaeyo chingudeul<3 kecup basah dari all member EXO:*

 

 


Melody in Our Love (Chapter 8)

$
0
0

ediiitttlagii

[ TITLE ]

Melody In Our Love (Chapter 8)

[ Author ]

didoots

[ Length ]

Chapter

[ Genre ]

Romace, family, friendship

[ Rating ]

PG

[ Main cast ]

Park Yoori (OC)

Byun Baekhyun as baekhyun (EXO-K)

Kai as Kim Jong In (EXO-K)

Park Chanyeol as Chanyeol (EXO –K)

[ Support Cast ]

Find by yourself

[ Chapter ]

| 1| 2 |3| 4 | 5 | 6 | 7 |

 

Sorry for the typo! Namanya juga manusia tidak ada yang tidak mempunyai salah mohon dimaafkan, dan kesamaan tokoh atau alur cerita itu adalah hal yang tidak saya ketahui yang mengetahui hanya readers dan Tuhan.

FF ini sudah pernah dipublish, jika melihat FF ini ditempat lain itu bukan plagiator.

 

This Fanfiction Pour mine!

PLAGIATOR!! HATERS AND SIDERS? GO AWAY!!!

 

 

 

- Happy Reading Guys! -

 

**

 

Yoori masih terlelap dalam alam mimpinya, tapi ponselnya telah berbunyi berkali-kali. Terdapat nama Baekhyun disana, dia tidak mengubrisnya, dia kembali terlelap lagi. Baru beberapa menit dia terlelap, ponselnya telah berbunyi kembali. Karena kesal akhirnya Yoori mengangkat ponselnya juga.

“yeoboseo..” sapa Yoori dengan masih terkantuk-kantuk.

“selamat pagi changiya, bangunlah sudah jam berapa ini? pagi ini kau berangkat bersamaku ne? Akan aku jemput jam 6 arrachi?” 

“ne,ne arrachi Oppa” jawab Yoori singkat. Baekhyun pun langsung mematikan panggilannya setelah mendapat jawaban dari Yoori.

Yoori membuka matanya perlahan, setelah itu dia tersenyum, baru pagi ini dia merasakan semangat dari orang lain, apalagi semangat itu diberikan oleh orang tersayang. Benar-benar seperti tegangan listik yang sangat dahsyat.

**

Yoori telah rapih dia menggunakan jepitan warna merah di rambutnya, hal itu menambah kemanisan wajahnya, sepatu cats nya yang berwarna merah telah terpasang rapih dikaki mungilnya. Dia baru ingat bahwa dia harus membuat sarapan untuk Baekhyun. Buru-buru dia kedapur, disana sudah berdiri Eommanya yang sedang sibuk memasak makanan pagi.

“pagi eomma..” sapanya riang.

“pagi sayang, tumben sekali kau sudah bangun, lalu apa yang membawa gadis kecil eomma ini kedapur?” tanya Eommanya binggung.

“aku hanya ingin memasak untuk aku bawa kesekolah eomma..”

“jeongmalyo? Tumben sekali…” Eomma Yoori hanya dapat menatap dengan aneh anak perempuannya yang tiba-tiba membuat makanan dipagi hari seperti ini.

“yasudah tidak penting eomma..” Yoori mulai mengeluarkan bahan makanan yang akan dia masak untuk Baekhyun. Eommanya hanya bisa tersenyum melihat tingkah anak perempuannya itu.

Karena binggung, Yoori memutuskan membuatkan nasi goreng kimchi, Yoori bersenandung riang sambil memasak, Eommanya kini semakin menatap dengan aneh dan menganalisir apa yang sedang terjadi dengan putrinya ini. Masakan pun selesai, Yoori mengambil tempat makannya berwarna merah lalu menghias nasi goreng kimchi itu dengan hiasanan yang manis. Dia tersenyum puas melihat hasilnya ‘semoga Oppa menyukainya’.

**

Yoori sudah selesai makan, kini dia tinggal menunggu pesan dari Baekhyun untuk menyuruhnya kedepan. Dia telah beralasan pada Oppanya ingin berangkat bersama Mian. Jadi dia tidak perlu memikirkan Oppanya itu. Tapi sepertinya Chanyeol tahu Yoori berbohong, hanya saja Chanyeol lebih suka untuk diam karena dia tahu adiknya ini tengah bahagia. Jadi Chanyeol sudah berangkat terlebih dahulu sekitar 10 menit yang lalu.

From:Baekhyun

“aku sudah sampai”

Yoori tidak menjawab pesan Baekhyun tapi dia langsung berpamitan dengan kedua orang tuanya. Yoori keluar rumah dengan senyum yang sangat merekah, perasaaan nya sangatlah gembira. Baekhyun telah menunggunya di depan mobil dengan senyum menyambut.

“annyeong Oppa..” Sapa Yoori riang.

“annyeong Changi..” Baekhyun mendekat dan mengecup kening Yoori lembut. Sekarang Yoori sudah mulai terbiasa dengan sikap Baekhyun yang seperti ini. Baekhyun membukan pintu mobilnya selayaknya ajudan yang membukakan pintu mobilnya untuk sang tuan putri.

“kau bawa makanan untukku kan?” Ujar Baekhyun tiba-tiba tapi tetap fokus pada kegiatannya.

“ne, memangnya Oppa mau makan kapan?”

“hmm, sekarang jam berapa?”

“masih jam 6 kurang”

“baiklah kita makan sarapan dulu ne? Aku lapar..” Baekhyun tersenyum diakhir kalimat. Dan Yoori menganguk mengerti.

Baekhyun mengarahkann mobilnya di tepi taman dekat sekolah. Yoori langsung mengeluarkan makanannya dan memberikan makanannya ke Baekhyun tapi Baekhyun hanya melihatnya saja. Hal itu membuat Yoori menatap Baekhyun binggung.

“kenapa hanya dilihat saja.. makan Oppa ini sudah jam berapa” Yoori memberikan makananya ke arah Baekhyun.

“suapi aku..” Ucap Baekhyun manja.

“mwo? shirreo!” Jawab Yoori tegas.

“yasudah aku tidak akan makan, dan kita tidak akan kesekolah” ancam Baekhyun.

“aish Oppa, yasudah..” Yoori menyiapkan segala hal yang akan dia lakukan yaitu menyuapi bayi raksasa. Baekhyun pun sudah tidak sabar menerima suapan dari sendok dan makanan yang Yoori buat. Baekhyun sengaja bersikap seperti itu karna entah kenapa dia ingin sekali dimanja hari itu.

“buka mulut Oppa..” Baekhyun menurut lalu membuka mulutnya sambil tersenyum. Makanan pun habis Baekhyun langsung melajukan mobilnya dengan cepat. Untunglah jarak sekolah dan taman tidak begitu jauh.

Mereka telah turun dari mobil, Yoori berjalan mengekor di belakang Baekhyun. Yoori belum siap untuk berjalan berdampingan dengan Baekhyun atau lebih tepatnya belum siap mendapat gosip bersama Baekhyun. Langkah Baekhyun terhenti saat seorang mengelayut manja di lengan Baekhyun. Seperti sebuah daun kering yang di injak lalu hancur seperti sampah, Begitu lah kira-kira perasaan Yoori sekarang. Dengan cepat Yoori bejalan mendahului Baekhyun.

Kesal, marah , kecewa itu lah perasaan Yoori sekarang campur aduk seperti adonan kue. Kenapa Baekhyun tidak mengejarnya atau sekedar menjelaskan kejadian tadi. Yoori memasuki kelas dengan wajah yang sulit diartikan. Mian memperhatikan sikap Yoori yang aneh ini dengan menggelengkan kepalanya. Dia tidak berani untuk bertanya bisa-bisa dia akan dimakan hidup-hidup oleh Yoori.

**

Sudah 10 menit bel sekolah berbunyi dan sudah 10 menit juga Yoori berdiri didepan kelas Baekhyun. Tadi Baekhyun mengirim pesan kepada Yoori untuk menunggunya pulang karna ada pelajaran tambahan untuk kelas 3. Betapa bodohnya Yoori, jelas-jelas dia sedang marah dengan Baekhyun tetapi, kenapa dia masih saja menunggu Baekhyun. Yoori yang mulai bosan mulai melangkahkan kakinya menuju lapangan. Dia menaruh tasnya lalu mengambil bola basket yang tergeletak dibawah. Dia hanya mendrible bola atau mengshoot kedalam ring dengan asal karna Yoori bukanlah anggota basket atau orang yang jago dalam olahraga.

“hai” sapaan manis dari seorang Yeoja. Yoori langsung melemparkan senyum palsunya kepada Yeoja itu.

“sedang apa disini?” Tanya Mingi lagi.

“sedang menunggu Baekhyun Oppa” Yoori sengaja jujur agar Mingi merasa cemburu. Benar saja wajah Mingi yang tadi sedang tersenyum seketika berubah menjadi datar setelah mendegar pernyataan Yoori.

“oh, dulu waktu aku masih di jhs aku sering bermain basket bersama Bacon Oppa” Mingi mengambil bola yang dipegang oleh Yoori. Yoori menarik nafasnya lalu membuangnya pelan.

“lalu?” Tanya Yoori malas.

“aku sering bertaruhan jika aku menang Bacon Oppa akan mengendongku sampai rumah tapi jika aku yang kalah aku harus mencium pipinya sebanyak 2 kali” kini hati Yoori seperti di robek oleh pisau yang sudah berkarat. Sakit sekali, ‘apa penting kau menceritakan masalalumu bersama Baekhyun ku?’ Batinnya.

Yoori langsung memberikan senyumannya, terlihat sekali perbedaan senyumnnya. Kini dia memberikan Mingi senyum kemirisan hatinya. Yoori terdiam lama dia bergulat dengan pikirannya yang ingin sekali menampar pipi Mingi.

“hai gadis cantik..” suara Namja itu menghancurkan keheningan itu.

“hai Oppa” sapa Yoori dengan senyum yang merkah-rekah.

“hai juga Bacon Oppa” Yoori menatap Mingi sinis.

“kalian sedanga apa?” Tanya Baekhyun sambil menatap bergantian Yoori dan Mingi.

“aku sedang menceritakan kisah romantis kita dulu Oppa waktu masih dijhs. Apakah Oppa ingat dulu kita sering bertaruh jika kalah Oppa mengendongku tapi kalau aku yang kalah aku harus mencium Oppa?” Kata Mingi sambil tertawa kecil.

“ne, dan kau pasti selalu kalah..” jawab Baekhyun sambil tertawa lepas.

“ah, ani Oppa yang kalah buktinya selama seminggu aku selalu digendong saat pulang” Mingi mengerucutkan bibirnya karna merasa sepertinya Yoori adalah bayangan yang tidak terlihat dan dipedulikan.

“itu hanya berjalan satu minggu kan? Setelah itu aku yang menang” Baekhyun berkata dengan bangga.

Yoori kini tengah mengepalkan kedua tangannya. Kepalanya kini tengan mengeluarkan asap layaknya kereta api. Tingkat kemarahannya kini sudah dipuncaknya. Yoori kini bagaikan obat nyamuk, Baekhyun pun sepertinya lupa bahwa ada Yoori disampingnya. ‘bagaimana bisa mereka menceritakan hubungan romantis masa lalu mereka didepanku?’batinya berkecamuk.

“kalian sangat romantis ya.” Ujar Yoori dengan nada sinis. Mingi semakin mengembangkan senyumnya ‘dasar yeoja bodoh, gampang sekali kau ini dibuat cemburu’ Batin Mingi.

“Oppa, aku harus pulang aku akan pulang berasama Chanyeol Oppa. Lebih baik kau pulang bersama Mingi dan kembali mengenang masa lalu kalian” Yoori menekankan kalimat dibelakangnya lalu tersenyum miris.

Yoori berjalan mengambil tasnya  lalu meninggalkan pasangan masa lalu itu. Baekhyun hanya terdiam mematung dia berpikir sejenak. Saat Baekhyun sadar dengan kelakuannya Baekhyun langsung berlari tapi tangannya ditahan oleh Mingi. Dengan cepat Baekhyun menghempaskan tangan Mingi. Dengan sigap Mingi meraih pinggul Baekhyun lalu memeluknya erat.

“jangan pergi Oppa” pinta Mingi sambil menangis buaya.

“lepas!” teriak Baekhyun sambil mencoba melepas tangan Mingi yang seperti lem, susah untuk dilepas. Tapi Mingi malah menggengam tangan Baekhyun erat.

Yoori menjatuhkan tasnya saat melihat kejadian romatis dihadapannya. Yoori memang kembali untuk mengambil tas kecilnya yang tertinggal. Begitu terkejutnya dia melihat Mingi memeluk Baekhyun dan Baekhyun mengengam tangan Mingi erat.

Bunyi tas Yoori membuat Baekhyun sadar lalu melepas kasar tangan Mingi. Lalu dia menatap Mingi dengan tajam setajam silet. Yoori langsung megambil tasnya dan berlari secepat kilat,bagaikan air terjun yangmengalir air mata Yoori mengarir dengan derasnya. Dengan cepat dia mengapus air matanya itu.

“KAU PUAS?! APA MAKSUD DAN TUJUANMU?” Teriak Baekhyun dimuka Mingi. Tanganya dikepal untuk menahan emosinya.

“aku puas Bacon Oppa ku sayang ” Mingi menberikan smirk jahatnya kepada Baekhyun.

“dasar nappeun yeoja!” Baekhyun meninggalkan Mingi. Tanpa Baekhyun sadari Mingi tersenyum puas ‘Oppa, kau harus menjadi milikku lagi, bagaimanapun caranya’ Batin Mingi.

**

Yoori tengah berjalan dengan emosi yang tingkatnya sangat tinggi, dia sudah tidak kuat dengan semua ini, dia berjalan dengan air mata yang terus mengalir dan di tahan dari tadi saat bersama Mingi itu.

Baekhyun terngah berlari mencoba mengejar Yoori dengan hati yang bersalah. Saat matanya menemukan yeoja itu dengan lari seribu dia mencoba mengejarnya. Tanganya langsung menarik tangan Yoori.

“Yoori..” teriaknya sambil menarik tangan Yoori.

“wae?” Yoori berbicara tanpa menatap Baekhyun.

“dengarkan penjelasannku!” tegas Baekhyun.

Yoori membalikan tubuhnya lalu menatap Baekhyun dengan sendu. Kini hati Baekhyun seperti dicakar oleh seribu serigala. Tercabik-cabik sakit melihat yeojanya ini meneteskan air mata.

“aku lelah Oppa! Lebih baik kita jaga jarak untuk sementara ne? Kita jernihkan pikiran kita masing-masing” Yoori menghempaskan tangan Baekhyun layaknya sebuah kertas.

Baekhyun langsung terdiam mematung. Tubuhnya seperti ditahan oleh tali yang begitu banyak, akhirnya Baekhyun terjatuh dia berlutut dilantai lalu menunduk. Hatinya kini benar-benar hancur. Lalu sebuah air bening yang Baekhyun tahan dari tadi akhirnya menetes dengan lembut. Segera dia menghapusnya.

**

Sudah seharian Yoori dikamar, Yoori telah meninggalkan makan siangnya, dan makan malamnya. Entah perutnya terasa tidak lapar sama sekali. Yoori mengambil selembar tissue lalu menghapus air matanya. Dia kembali menugutuk dirinya sendiri karna menagisi Baekhyun.

“toktotktok” suara ketukan membuat Yoori memberhentikan kegiatannya lalu berpikir siapa orang yang sedang mengetuk pintunya.

“Yoori, makanlah!” Teriakan namja yang aku kenal.

“shireo!” Yoori segera mengambil tissue lalu menghapus lagi rintikan air matanya. Dan tidak menggubris perkataan Chanyeol. Diluar sana Chanyeol tengah berpikir kenapa adik kesayangannya ini, ‘aku harus bertanya pada Baekhyun’ batinnya.

**

Yoori POV

Sudah 2 minggu aku tidak bertegus sapa dengan Mr.Byun itu, sedikit rindu hm bukan sedikit lebih tepatnya aku sangat merindukannya. Setiap melihatnya dari kejauhan,atau bepapasan dengannya aku mencoba menghindarinya untunglah itu berhasil dan sahabatku Mian selalu membantuku untuk menghindari Baekhyun.

Hal yang membuatku binggung adalah selama 2 minggu ini Baekhyun tidak mengabariku, biasanya jika bertengkar dia masih memberikabar untukku, apakah dia lelah denganku? Atau mungkin dia kembali bersama Mingi, Yoori tersenyum miris.

Aku berjalan melewati koridor, aku ingin melihat papan pengumuman, saat aku berjalan dengan santainya mataku kini seperti ditarik dari luar terasa perih, ini pertama kalinya aku bertatap muka dengannya setelah kejadian itu. kini dia dihadapanku dengan keadaan sama deganku ‘diam’.

Hatiku sangat sesak sekarang, saat seseorang datang dan langsung bergelayut manja dengan Baekhyun, Mingi, ya yeoja itu Mingi, aku memberikan suggest pada otakku agar tidak menangis. Untunglah sahabatku ini sangatlah peka,dia seperti tau isi hatiku, lalu dia menariku keluar dari perkarangan yang menyedihkan itu.

Author POV

Setelah pergi dari hadapan Baekhyun, Yoori dengan cepat langsung mengeluarkan rintikan hujannya, lalu dia menghapusnya dengan kasar. Mian segera memeluknya erat sambil mengusap rambut Yoori lembut.

“jadi selama 2 minggu ini Baekhyun semakin dekat dengan Mingi.” Yoori berceloteh sesuka hatinya. Dan Mian hanya bisa menganggukan kepalanya.

“nappeun! Nappeun! Nappeun!” Yoori semakin menjadi-jadi air matanya kini sudah mengeluarkan begitu banyak liter air mata.

Mian segera mengajak Yoori kekelas agar Yoori merasa lebih tenang. Dikelas sudah ada Jongin dan Sehun yang sedang bersenda guraibersama, tawa mereka berhenti ketika melihat Yoori yang terisak sedih seperti itu. Jongin segera menghampiri karna khawatir melihat Yoori.

“neo gwenchanayo?” tanya Jongin khawatir.

“ne, kepalaku hanya pusing” jawab Yoori berbohong.

“mwo? kita pulang ne? Aku akan mengantarkanmu pulang” Yoori mengangguk, ya lebih baik Yoori pulang dari pada terus menangis disekolah, atau malah dia semakin sesak jika harus menahan air matanya itu.

Jongin langsung merangkul bahu Yoori, dan dan membawakan tas Yoori, kepala Yoori didalam dada Jongin, dan Jongin mengelusnya sesekali. Tapi kini ada sepasang mata yang memerah melihat keromantisan ini. Ya, Baekhyun baru saja keluar dari LAB IPA, dia dikejutkan oleh Jongin dan Yoori yang berpelukan itu. dia mencoba mengintip Yoori dari belakang, dia hanya memastikan apa yang mereka lakukan. saat sampai diparkiran dan motor Jongin melaju dengan kecepatan sedang, Baekhyun kembali kekelasnya dengan raut wajah yang tidak dapat diartikan lagi.

Selama pelajar berlangsung Baekyun hanya menatap sang guru dan papan tulis kosong, pikirannya dipenuh yeoja yang selama 2 minggu ini menduduki peringkat pertama di otaknya. Chanyeol hanya bisa menggelengkan kepalanya karna kelakuan 2 remaja ini.

Kali ini niatnya sudah bulat , dia akan kerumah Yoori untuk menjelaskan dan memberitahukan apa yang terjadi dengannya. Baru beberapa langkah menuju pintu mobil tangannya ditahan oleh Mingi. Yeoja ini seperti bisa membaca masa depan dia mencoba menghalangi Baekhyun yang ingin bertemu dengan Yoori.

“Oppa! Mau kemana?” Tanyanya.

“aku ingin kerumah D.O” jawabnya singkat.

“jeongmalyo? Aku ikut ne?”

“shireo!” Baekhyun langsung mengempaskan tangan kecil Mingi dan langsung memasuki mobilnya.

“Oppa kalau kau berani kerumah Yoori, kau akan tau akibatnya” ancamnya. Hal itu membuat Baekhyun berdiri kembali dan mengunci pintunya. Intinya Baekhyun langsung mengurungkan niatnya untuk keruma Yoori. Mingi tersenyum puas kepada robotnya itu.

**

Yoori sudah sampai rumah sekitar 2 jam yang lalu, dan dia masih menagis karna Baekhyun. Ingin rasanya dia memukul namja itu. ‘apakah karna aku telah berjanji seperti itu membuat dia bisa sesuka hati dengan yeoja lain, apakah aku sebegitu bodohnya?’ batinya. Yoori mengacak rambutnya frustasi.

Pulang sekolah Chanyeol langsung kekemar adiknya, iya ingin tahu ada masalah apa lagi dia dengan Baekhyun. Niatnya dia ingin bertanya kepada Baekhyun tapi melihat mukanya yang sedih seperti itu membuatnya tidak tega.

Dengan sigap Chanyeol membuka pintu kamar adiknya itu, hatinya sedikit miris melihat kelakuan adinya itu. kamarnya seperti tempat pembuangan sampah terakhir tissue bertebaran dimana-mana. Dia hanya menggelengkan kepalanya.

“ada apa?” Tanya Chanyeol yang kini sudah di sisi tempat tidur Yoori.

“Baekhyun jahat Oppa!” Yoori menatap Chanyeol dalam. Chanyeol semakin merasa miris melihat adiknya ini, matanya kini membengkak karna telalu lama menagis.

“jahat? Memangnya apa yang dia lakukan?” Tanya Chanyeol antusias.

“dia sepertinya kembali lagi bersama Mingi, si yeoja masalalunya Oppa” Yoori menghapus rintikan air matanya.

“mungkin mereka hanya teman Yoori, jangan berpikiran negatif seperti itu” Chanyeol mengelus lembut kepala adik kesayangannya itu.

“bagaimana aku tidak berpikiran negatif, sudah 2 minggu aku dan Baekhyun tidak tegur sapa, dan Mingi semakin lengket saja dengan Baekhyun dia bergelayut manja ditangan Baekhyun dan Oppa tau? Baekhyun hanya diam Oppa!” Yoori berbicara sambil terisak. Chanyeol semakin tidak tega, jadi dia berniat untuk tidak bertanya lagi.

“sudah-sudah, nanti Oppacoba cari tahu ne?” Chanyeol mengangkat tubuh adiknya untuk menatapnya lalu menariknya dalam pelukannya.

“lebih baik kau mandi, lalu makan Oppa tidak mau adik Oppa yang satu ini karena patah hati menjadi seperti orang bodoh yang hidupnya hancur karena cinta” sambungnya lagi.

“ne Oppa” Yoori mengangukan kepalanya di dalam dekapan Oppanya itu.

Chanyeol keluar kamar, dia masih menatap adiknya itu dengan kasian. ‘awas kau Baekhyun, sudah aku peringatkan jangan sakiti adikku tapi kau malah melakukannya!’ Batin Chanyeol.

Setelah selesai makan Chanyeol segera kekamarnya lalu berganti pakaian, dia segera mengambil kunci mobilnya lalu pergi ke taman dekat sekolah. Dengan kecepatan yang kencang Chanyeol pergi ke taman itu. setelah sampai Chanyeol langsung duduk di bangku taman itu.

Sudah beribu hentakan kaki Chanyeol lakukan tapi orang yang dia tunggu belum juga tiba. Tiba-tiba pundaknya dipegang oleh seseorang, dengan sigap Chanyeol menoleh kearahnya lalu menghepaskan sebuah pukulan yang keras tepat dipelipis pipinya.

“buk” begitulah bunyi hantaman tangan Chanyeol dengan pipi seseorang. Orang yang dipukul hanya diam dia tidak berkutik sama sekali.

“sudah aku peringatkan kau masih saja melakukan dasar BODOH!” Chanyeol menekankan kalimatnya yang terakhir.

“yak! Aku tidak bermaksud menyakiti Yoori” Jelas Baekhyun.

“kau tau miris melihatnya menangis tau! Kau ini namja berengsek!” Chanyeol kembali memberikan bogeman mentahnya di pipi Baekhyun.

“jangan dekati adikku lagi! dan jangan anggap aku sahabatmu lagi!” Chanyeol langsung pergi meninggalkan Baekhyun.

Baekhyun POV

Setelah pulang sekolah tiba-tiba saja ponselku berdering disana terdapat nama sahabat terbaikku yaitu Park Chanyeol dengan cepat aku langsung mengangkatnya.

“yeoboseyo..”

“nanti jam 8 malam aku tunggu di taman dekat sekolah ada yang ingin aku bicarakan” Baekhyun sedikit binggung, nada bicara Chanyeol sangatlah menakutkan apakah dia sedang marah?

Saat jam sudah menunjukan ke angka delapan aku segera berisiap, aku melajukan mobilku dengan kecepatan sedang. Setelah sampai akumencoba mencari sosok sahabatku, dari kejauhan aku melihat dia sepertinya sedang emosi, apa yang sebenarnya sedang terjadi.

Aku menyentuh bahu Chanyeol tidak lupa dengan senyumku, tapi saat dia menoleh kearahku sesuatu menghantam pipiku, sakit, ya itu sangat sakit. Sebenarnya apa yang terjadi dengannya.

Pukulan demi pukulan aku terima aku tidak berniat untuk membalas atau menghentikannya, sepertinya aku mulai tau kemana arah pukulan ini, pasti karna Yoori.

“sudah aku peringatkan kau masih saja melakukan dasar BODOH!” katanya dan terlihat sangat berapi- api.

Aku mencoba menjelaskan kepadanya tapi rasanya mustahil jika dia akan percaya atau malah mendegarkanku.

“kau tau miris melihatnya menangis tau! Kau ini namja berengsek!” perkataanitu sukses membuatku teriris. Sudah keberapa kalinya aku membuatnya seperti itu, pukulan itu kembali datang, aku menahan rasa sakit itu,mungkin ini balas untukku yang telah membuat mu menangis Mianhae Yoori, pukulan ini sama sekali tidak terasa sakit,aku rela di pukul sampai mati, sampai mukaku ini hancur aku rela, karena ini memang balasan yang setimpal untuku.

“jangan dekati adikku lagi! dan jangan anggap aku sahabatmu lagi!” perkataan itu membuat mataku terbelalak hebat. Chanyeol sahabatku berbicara seperti itu, hal itu semakin membuatku sakit oh Tuhan, sudah cukup aku kehilangan Yoori apakah aku akan kehilangan sahabatku? Aku bangkit lalu duduk di bangku, aku mulai menatap langit tiba-tiba saja mataku meneteskan rintikan air mata. Bukan karna sakit akibat pukulan Chanyeol tapi hatiku sakit karna sahabatku berbicara seperti itu.

TBC………

Terimakasih untuk para readers yang telah membaca fanfiction ini, maaf jika masih banyak kekurangan jika masih banyak kekuarangan aku akan mencoba memperbaikinya. Sebagai readers yang baik, mohon tinggalkan jejak dengan memberikan komentar tentang fanfiction ini. jika kalian komentar disetiap fanfiction aku, berarti kalian sudah menyumbangkan 1 semangat untuk aku, dan berarti kalian menghargai jerihpayah aku yang membuatnya:3. Oh iya setiap komentar harus baik ya no bashing dan kalo bisa yang membangun^^. Terimakasih sudah mau mendengar celotehan aneh saya. Saranghaeyo chingudeul<3 kecup basah dari all member EXO:*

 


More Precious than Polar Light

$
0
0

Cover

Tittle : More Precious Than  Polar Light

Scriptwriter (author): sandirahyun (twitter : @santyyulianti)

Main cast: Byun Baekhyun , Lee Mey Lyn (OC)

Support cast: Exo member

Genre: Romance

Duration (length): Vignette

Rating: 15+

Notes   : Tanpa maksud membuat hati para fans Baekhyun marah, saya buat FF ini dengan versi saya sendiri. Sebelumnya FF ini pernah di post di http://lopebaekchen.wordpress.com/2014/03/10/more-priceous-than-polar-light/.

Maaf  jika ada kata-kata atau peristiwa yang  sedikit sama atau menganggu. Alur cerita murni sepenuhnya dari fikiran saya. So enjoyed it :)

 

“For B , To B , All About B”

“More Precious Than Polar Light”

 

Jungwon high school 2007.

Aku mengenal seorang gadis yang sangat cantik setelah hampir satu setengah tahun aku hanya berani mengaguminya saja, dan dengan caranya tuhan memberikan jalan pada kami untuk saling mengenal, dimulai karena kami berada dalam satu proyek sekolah memaksa kami untuk saling mengenal satu sama lain. Lee Mey lyn gadis peranakan china Korea , rambutnya selalu terurai indah, matanya tidak terlalu sipit seperti orang China, dan pipinya tidak chubi seperti orang korea. Bibirnya kecil sama sepertiku, kulitnya putih lebih putih dariku, suaranya lembut meggelitik telingaku setiap kali dia bicara, senyumnya terlihat sangat manis, dan suara tawanya terdengar nyaring di telingaku. Aku menyukainya, tentu dia cantik menurut definisi ku.

Aku dan Mey (panggilan akrabnya) lebih saling mengenal setelah aku menjadi panitia acara kelulusan di sekolahku dan dia menjadi bagian dokumentasi. Kami menjadi lebih dekat sejak saat itu. Dan dia memiliki pribadi lebih hangat dari yang kubanyangkan sebelumnya karena dia memang tak banyak bicara.

“suaramu bagus Baek , kau pasti akan jadi penyanyi nanti” Mey mengawali percakapan kami dalam perjalanan pulang sekolah hari ini.

“mungkin” jawabku singkat ku lihat dia tersenyum sebentar lalu mengambil kamera besar dari tangannya dan mengambil beberapa gambar di sekitar kami. Mey memang sangat menyukai dunia fotografi. Kamera besarnya selalu ikut kemanapun dia pergi.

“kenapa kau sangat menyukai fotografi?” Tanyaku karena begitu penasaran. Mey menghentikan aktifitasnya lalu menatapku .

“lalu kenapa kau suka bernyanyi ?” Mey balik bertanya

“karena aku ingin jadi penyanyi” jawabku

“begitupun aku, aku menyukai gambar, mereka menggambarkan isi hatiku, ada sebuah objek yang membuatku semakin menyukai gambar akhir-akhir ini” jawabnya,

“apa itu ?” Tanyaku penasaran

“kau akan tau nanti” Mey hanya tersenyum

**

Aku mengabaikan rasa cintanya pada foto, aku hanya menyukai sosok dirinya yang selalu tampil cantik setiap kali kami bertemu. Dan perasaanku semakin dalam untuknya, aku yang selalu banyak bicara dan percaya diri selalu kehilangan kata-kata setiap kali bersamanya.

Jika terlambat bisa menyenangkan seperti hari ini, aku akan terlambat sekolah setiap hari. Hari ini walau aku terlambat masuk kekelas dan dihukum aku tetap senang karena aku dihukum dengan Mey, kami tidak boleh mengikuti kelas pagi, Mey mengajakku ke atap sekolah. Aku membaringkan badanku saat melihat Mey sudah asyik dengan kamera dan objek disekitarnya. Memang tidak banyak hal yang kami bicarakan setiap kali kami bertemu, sosok Mey yang pendiam seakan menyihirku untuk tak banyak bicara saat bersamanya.

Aku rasa aku tertidur terlalu lama saat itu, ku buka mataku perlahan dan melihat Mey juga tertidur disampingku, tangannya masih memegang kamera besarnya, wajahnya terlihat sangat cantik sekarang, aku mematung ditempat melihat Mey, ku singkirkan helaian rambut yang menutupi sebagian wajahnya. Wajahnya begitu polos dan tenang saat memejamkan matanya.

Dengan berani tanpa permisi aku menyapu lembut bibir mungilnya singkat, matanya terbuka seketika, kurasakan udara panas menjalar di seluruh wajahku dan kuyakin warna wajahku sudah berubah sekarang, dan begitupun dengan Mey, matanya membulat sempurna melihat ku yang berada hanya beberapa centi saja dengan wajahnya, aku bisa mendengar detak jantung Mey yang berdetak lebih cepat karena ulahku.

“aku mencintaimu Mey” kata itu otomatis terucap dari bibirku, berharap Mey bisa menerima alasan ku menciumnya. Mey tak merespon dia masih menatapku, mengerjapkan matanya beberapa kali.

“Mey” tanyaku memastikan dia baik-baik saja. Mey mendorongku memintaku menjauh dari tubuhnya, Mey duduk disampingku dan menundukan kepalanya. Aku menyesal sungguh, sepertinya dia akan membenciku setelah ini.

“maaf Mey” ucapku lembut dan memegang bahunya, Mey tetap tak merespon.

“aku..”

“aku akan memikirkannya” ucap Mey sambil menatapku sebentar lalu berdiri dan meninggalkanku sendiri di sini, menggantung semua keadaan ini.

**

Sudah tiga hari Mey tidak masuk sekolah, aku tidak bisa menghubunginya, hanphonenya mati selama tiga hari. Aku bertanya pada semua temannya namun tidak ada yang tahu. Suasana sekolah sudah sangat sepi, sore ini aku masih duduk di atap sekolah, 3 hari lalu aku mencium Mey disini.

bisakah kau datang ke aula sekolah sekarang” handphone ku bergetar dan saat ku buka itu pesan dari Mey, aku berlari menuruni tangga secepat yang aku bisa. Perlu melewati beberapa gedung sekolah untuk sampai di aula, aku berlari secepat mungkin.

“tunggu aku Mey” teriakku saat masih setengah perjalanan. Kurasakan keringat sudah mengucur dipunggungku.

“sedikit lagi” teriakku saat melihat pintu aula didepanku. Aku berdiri sebentar mengatur nafasku yang hampir habis, merapikan baju dan celanaku, juga rambutku. Kubuka pintu aula dan membiarkan cahaya membelah ruangan yang masih gelap itu. Mataku berkeliling mencari Mey.

“dimana dia?” Tanyaku setelah kupastikan ruangan itu kosong, hanya cahaya yang membelah ruangan itu yang mengisi kehidupan diruangan ini. Ku tutup kembali pintu itu membiarkanku berada dalam keadaan gelap disana.

“Mey kau diamana?” Tanyaku memecah keheningan. Mataku berkeliling hingga terhenti saat sebuah cahaya tiba-tiba menyala didepan mataku, disebuah papan besar berwarna putih tiba-tiba terpancar  cahaya dari sebuah proyektor. Aku diam menatapnya.

“for B, to B. All about B” itu tulisan pertama yang muncul dilayar itu. Aku masih menatapnya bingung.

“more precious than you” tulisan kedua yang muncul di layar itu.

“this is for you Byun Baekhyun” tulisan selanjutnya hingga kemudian layar itu dipenuh dengan foto-fotoku, bergantian menampilkan wajahku atau aktifitasku, diriku yang sedang tertidur di kelas, aku yang sedang bermain basket, aku yang sedang tertawa lepas, aku yang sedang melamun, aku yang sedang kebingungan, semuanya tentang diriku dan beberapa foto membuat diriku terlihat lebih tampan dan kekanak-kanakan. Entah berapa banyak foto yang ditampilkan dilayar sana, aku tak menghitungnya karena terlalu banyak. Hingga foto terakhir itu menampakkan aku yang sedang tidur di atap sekolah 3 hari lalu sebelum aku mencium Mey. Tulisan terakhir itu membuatku mengangkat ujung bibirku, ada letupan-letupan bahagia dihatiku dan ingin segera memeluk orang yang membuat video di layar itu.

“Byun Baekhyun sarangheo, this is my love for you” tulisan itu cukup membuatku tersenyum kegirangan.

Lampu aula seketika menyala terang dan menampakkan seorang gadis cantik disampingku.

“Mey” aku memanggil Mey, Mey tampak tersenyum lebar padakku.

“kau objek paling indah yang membuatku sangat menyukai gambar” ucapnya lalu mengenggam tanganku. Karena kegirangan aku melompat-lompat sendiri dan membawa Mey berlari mengelilingi ruangan.

“lihatlah saju pertama telah turun” aku semakin senang karena melihat salju telah mulai datang di kota Seoul, kami saling bertatapan saat itu.

“ucapkan permintaanmu” ucapku pada Mey, kamipun memejamkan mata bersama-sama.

“kenapa aku objek paling indah untukmu?” Tanyaku saat kami menonton kembali hasil karya Mey, layar itu masih menampilkan diriku dalam berbagai pose. Kami berbaring di aula itu, kepala  Mey bersandar pada sebelah tanganku.

“karena kau itu menarik, menggemaskan, dan karena aku mencintaimu. Saat aku mengambil gambarmu kau sama indahnya dengan cahaya kutub yang pernah kulihat, aku menyukaimu seperti menyukai cahaya kutub utara” jawabnya panjang lebar. Aku hanya mengangguk walau tetap tak mengerti dengan kata-katanya.

“kau pernah ke kutub ?” Tanya ku sambil memainkan rambutnya .

“hmm.. Ayahku adalah seorang fotografer, dia menyukai cahaya, jadi kami sering pergi mencari sesuatu yang berbeda” jelasnya kembali

“waah daebak.. Hmm.. Polar light ?” Gumamku pelan

“polar light ?” Tanyanya.

“iya polar light, kau bilang aku seperti cahaya kutub” Mey tersenyum mendengar ucapanku.

“baiklah polar light tidak buruk” jawabnya lalu memelukku.

**

Semua yang kujalanai selalu terasa spesial, Mey membuat hari-hariku lebih berwarna, Mey selalu mendukungku dalam hal apapun dia selalu lebih semangat dan menularkannya padaku. Kami menjalani hubungan kami layaknya pasangan pada umumnya. Mey menyukai suaraku, dia selalu memintaku bernyanyi setiap kali kami bertemu, dan dia selalu mengambil gambarku diamanapun kami berada. Hal yang paling kusukai adalah ketika dia memanggil namaku.

“Byun Baekhyun” dia selalu menyebut namaku dengan lengkap dan entah kenapa aku sangat menyukainya dan selalu memintanya memanggil namaku lagi lagi dan lagi.

“Byun Baekhyun jangan berjalan dibelakangku, sulit untukku mengambil gambarmu” ucap Mey saat kami berjalan pulang sehabis menonton sore ini. Mey berhenti dan menoleh padaku yang berjalan dibelakangnya.

“katakan lagi” pintaku dengan nada sedikit manja, Mey menurunkan kamera yang menutupi wajahnya.

“mwo ?!”

“sebut lagi namaku”

“kau kekanak-kanakan Byun Baekhyun”

“aku menyukainya”

“apa?”

“aku suka saat kau memanggil namaku chagi” kupeluk Mey dengan hangat, Mey tampak kaget dengan perlakuanku, wajahnya berubah warna seketika, aku mencubit pipinya yang sedikit mengembung, lalu kamipun tertawa bersama.

“kau harus jadi penyanyi Byun Baekhyun” ucap Mey saat kami sedang menikmati es krim strobery di cafe favorit kami. Aku menatapnya dan menghentikan tanganku yang hendak menyuapkan es krim padanya.

“aku takut tak bisa bersamamu jika aku jadi penyanyi” ucapku lirih, Mey menaikkan alisnya seketika.

“bukankah itu mimpimu sejak dulu ? Aku tidak akan pergi, aku akan menemukanmu dengan ini” jawab Mey lalu mengangkat kamerenaya. Aku tersenyum manis melihatnya, Mey selalu membuatku yakin dan tenang dengan jawabannya.

“saranghae” ku genggam tangan Mey erat-erat lalu memeluk tubuh Mey yang selalu terasa hangat dalam pelukanku.

“na do saranghae Byun Baekhyun”

**

“kau percaya takdir ?” tanya Mey saat kami menikmati udara malam sungai Han, Mey menyandarkan kepalanya dipundakku

“mungkin percaya , mungkin tidak, kau ?”

“aku mempercayainya, bukankah kau takdirku ?”

“apa buktinya takdir itu ada?” tanyaku sedikit penasaran, Mey mengangkat kepalanya

“kau tidak melihatnya ?” tanyanya

“apa ?”

“orang menyebutnya benang merah, itu adalah ikatan yang menyatukan takdir seseorang, meskipun terkadang tali itu terulur sangat panjang dan menjauhkan keduanya tapi suatu saat benang itu akan kembali ketempatnya, menyatukan mereka kembali” jelasnya panjang lebar, aku mengerutkan dahiku tak mengerti. Mey tampak kecewa dengan reaksiku.

“lalu mana benang merah diantara kita ?” tanyaku mencoba mengerti.

“ini” jawabnya menunjukkan kameranya, oke rumit memang tapi hidup Mey memang tak bisa jauh dengan yang namanya kamera. Aku menghela nafas panjang karena masih tak mengerti dengan kata-katanya.

**

Malam itu sudah sangat larut , aku sudah hampir memejamkan mata sebelum seseorang memencet bel rumahku, dengan terpaksa aku beranjak dan membukakan pintu, aku terbelalak kaget melihat orang yang ada didepan pintu rumahku.

Mey dengan piyamanya yang sudah basah kuyup, juga rambutnya yang basah dan berantakan, memakai sebelah sandalnya dan ada darah mengucur dari lututnya, Mey hanya menatapku beberapa saat sambil mengatur nafasnya.

“apa yang kau lakukan malam-malam begini ?” bukan maksudku membentaknya, hanya saja aku kaget dan yang pasti aku menghawatirkannya. Mey masih mengatur nafasnya.

“kakakmu, mana kakakmu ? aku butuh bantuannya” ucapnya terengah-engah.

“ada diatas” ucapku menunjuk lantai dua rumahku, namun kakakku sudah berdiri dibelakangku.

“Oppa, tolong aku.. data di komputerku terkena virus dan hampir semua data hilang, bisakah kau memperbaikinya dan mengembalikan data-dataku” Mey langsung menghampiri kakakku , tangannya bergelayutan di tangan kakakku sesekali mengepalkan kedua tangannya layaknya orang  yang memohon. Kakakku segera mengambil kunci mobil dan kamipun pergi ke rumah Mey.

“kenapa harus berlari ? kau bisa menelponku?” ucapku saat dalam mobil, tubuhnya masih sangat basah. Aku sangat menghawatirkannya dan tak habis fikir apa yang dia pikirkan sampai harus berlari ditengah hujan hanya untuk data komputernya. Jarak rumahku dan rumah Mey sekitar 3km , bukanlah jarak yang dekat untuk ditempuh seorang gadis ditengah malam begini.

“aku panik dan tidak tau apa yang harus kulakukan, aku hanya berlari” jawabnya sambil terus menangis tanpa henti.

“kau terluka?” tanyaku lalu mengusap lututnya yang memar,

“aah,,”

“sakit ?”

“aniyo, aku baik-baik saja”

Kami tiba dirumah Mey dengan segera memasuki rumah Mey, kakakku langsung memeriksa komputer Mey, dan Mey menunggunya seakan menunggu dokter yang sedang melakukan operasi untuk seseorang yang berharga baginya.

Sekitar sejam lamanya kakakku berkutat dengan komputer Mey, hingga dia menghentikan aktifitasnya dan menatap Mey sendu.

“bagaimana oppa ?” tanyanya cemas, kakakku menggeleng dan memegang bahu Mey,

“sebagian dapat kuselamatkan, sisanya tidak bisa. Virusnya sudah menghapus sebagian data-datamu Mey” ucap kakakku lalu meninggalkan kami.

Mey berjalan menghampiri komputernya, lalu memeriksanya kembali lalu menundukkan kepala dan menangis lebih kencang lagi seakan dia kehilangan sesuatu yang paling berharga dalam hidupnya, aku tak mengerti seberapa pentingnya data-data itu untuknya.

“kau bisa mengambil gambarku lagi hmm, jangan menangis oke” aku mencoba menenagkan Mey setelah dia bercerita data yang hilang di komputernya adalah foto-fotoku, Mey terus menangis tanpa berhenti didepanku.

“semuanya tidak akan sama Byun Baekhyun”

“apanya yang tidak sama ? Aku masih Byun Baekhyun kekasihmu” ucapku lirih sambil mengusap rambutnya yang terurai.

“kau tidak mengerti”, ucapnya pelan, aku menarik nafas dalam-dalam, ada perasaan emosi dalam hatiku setiap kali dia mengatakan aku tak pernah mengerti tentangnya. Mungkin bukan emosi lebih tepatnya aku sangat menghawatirkannya.

“yaa aku memang tidak mengerti, kenapa fotoku lebih berharga daripada aku yang dari tadi mencoba menghapus air matamu Mey, apa yang harus ku mengerti setiap kali kau sibuk mengambil gambarku dimanapun kita bersama, apa arti foto-foto itu dibandingkan aku, ku menghawatirkanmu dan kau malah sibuk menangis?” Nada bicaraku sedikit naik saat kata-kata itu keluar dari mulutku, mungkin ini adalah emosi yang kutahan selama ini.

Bukannya menjawabku tangisan Mey semakin deras keluar dari ujung matanya.

‘apa yang sudah kulakukn tuhan?’ aku merutuki diriku sendiri, kenapa aku harus mengatakan hal-hal mengerikan seperti itu, Mey menutupi wajahnya dengan kedua tangannya. Mey manangis sesekugan di tempatnya. Bahunya naik turun menahan suara tangisannya.

“Mey maafkan aku, bukan maksudku marah padamu” kutarik Mey dalam pelukanku. Kurasakan tubuhnya bergetar menahan suara tangisannya. Kuusap rambut Mey berkali-kali berharap dia tenang dalam pelukanku. Beberapa saat Mey tidak membalas pelukanku.

“karena itu tentangmu Byun Baekhyun” suara Mey terdengar sangat pelan, hampir tidak terdengar jelas oleh telingaku.

“hmm?” Tanyaku pelan. Kurasakan tangan Mey mulai melingkar dipinggangku.

“karena aku tak ingin melupakan setiap hal tentang dirimu, kehilangan satu memori saja tentang dirimu sama seperti menghapus sebagian diriku. Aku tidak ingin menyimpan setiap hal tentang dirimu tidak hanya dalam hatiku tapi disetiap sudut tempat yang bisa kulihat, aku ingin disana ada dirimu Byun Baekhyun” jelasnya panjang lebar, kurasakan tangannya semakin erat memelukku. Aku menunduk dan mencium ujung rambut Mey, tubuh Mey sudah tenang dalam pelukanku.

“aku minta maaf  Mey, aku hanya takut kehilanganmu”

you are more precious Byun Baekhyun” ucapnya lirih. Ku lepaskan pelukannya, lalu menatap wajah Mey yang selalu lebih cantik dari jarak yang lebih dekat.

no, you more precious my polar light” jawabku lalu mencium lembut bibir Mey.

**

Seoul 2011

Terhitung sudah 4 tahun kami menjadi kekasih, saling melengkapi kebahagiaan kami masing-masing,  semakin aku mengenalnya semakin aku mencintainya. Terlalu banyak kenangan indah yang Mey ukir dihatiku. Aku suka caranya menatapku, caranya mencintaiku dan caranya mengabadikan setiap moment kebersamaan kami.

Sore ini kami berjanji bertemu di cafe tempat biasa kami bertemu, aku sudah duduk di tempat favorit kami, di sudut kafe dekat jendela sehingga membebaskan Mey untuk mengambil objek yang disukainya. Dia telat 15 menit dari perjanjian kami, hingga akhirnya dia datang, mengenakan celana jeans abu-abu dipadukan dengan kaos oblong warna putih, tak lupa kamera dslr yang sudah menggantung di lehernya. Dia langsung duduk di depanku lalu mengambil gambarku beberapa kali.

“good afternoon chagi” sapaku, Mey menurunkan kameranya dan mentapku sambil tersenyum.

“berhenti mengambil gambarku dan turunkan kameramu, aku tak ingin lehermu sakit chagi dan aku ingin melihat wajahmu dengan jelas” permintaanku selalu sama setiap kali kami bertemu sudah tidak terhitung berapa kali aku selalu memintanya menurunkan kameranya tapi dia selalu menolaknya, namun untuk kali ini dia mengangguk, aku lalu membantu Mey melepaskan kamera besar itu dari lehernya. Mey beranjak dari tempat duduknya dan duduk disampingku.

“bisa kau peluk aku?” Itu permintaannya, sebelumnya tak pernah ada yang meminta hal-hal seperti ini, kami selalu melakukannya sesuka hati kami, saling berpelukan berbagi kehangatan bukanlah hal aneh untuk kami. Saling meluapkan emosi dalam bahu masing-masing seakan menjadi keharusan setiap kali kami memiliki masalah. Aku menariknya terlebih dahulu dalam pelukanku, lalu Mey melingkarkan tangannya di pinggangku. Pelukannya selalu terasa hangat dan menenangkan.  Kami berpelukan cukup lama saat itu.

“Baekhyun-a” Mey melepaskan pelukan kami. Mey mengenggam tanganku, kurasakan tangannya terasa lebih dingin.

“hmm”

“ada yang ingin ku katakan !”

“apa?”

“kau tau kan aku sangat menyukai mu?” Mey tampak ragu-ragu dengan apa yang dia katakan. Matanya terus bergerak tak nyaman memandangku.

“aku tau”

“kau tau aku mencintai mu kan ?” Tanyanya kembali, aku menaikkan alisku tak mengerti kenapa dia terus menanyakan hal-hal seperti itu.

“ada apa?” Kurapikan rambutnya yang terurai bebas dan menyibakkan sedikit poninya. Ada kegelisahan dalam tatapan Mey.

“aku akan pindah ke China” kurasakan Mey semakin mempererat genggamannya. Matanya berubah merah , sekarang ada cairan bening menggenang di matanya, dan dalam satu kedipan saja cairan itu sudah mengalir bebas dipipi putihnya. Aku menatapnya tanpa bicara.

“aku mendapat beasiswa fotografi disana” ucapnya lirih lalu menundukkan kepala. Aku masih mencoba mencerna setiap kata-katanya.

“kau akan meninggalkanku?”

“kau harus berjanji sesuatu padaku baek”

“apa?”

“berjanjilah kau akan menjadi penyanyi seperti mimpimu, jadilah penyanyi yang dikenal oleh dunia, sehingga aku akan melihatmu dimanapun kau berada”

Aku merasa dunia berhenti seketika, bukan karena permintaannya tapi karena bibirku terkunci saat Mey menciumku, ini memang bukan ciuman pertama kami tapi efeknya selalu sama, saat bibirnya menyatu dengan milikku mampu menghentikan waktu saat itu, menghapuskan ketakutan dan kegelisahanku dan yang aku tau adalah dia mencoba Meyakinkanku bahwa semua akan baik-baik saja.

“apa kau akan kembali ? Apa kita akan bertemu lagi? ” tanyaku cemas, Mey menjauhkan tubuhnya seketika.

“aku akan kembali untukmu”

“kapan ? Sebulan ? Tiga bulan ? Setahun ? Dua tahun ? Aku akan menunggumu?”

“…”

“kapan Mey ?” Tanyaku tak sabar.

“jadilah apa yang kau impikan Byun Baekhyun” jawab Mey singkat lalu menundukan kepalanya dan menangis.

“jangan menangis. Aku akan melakukannya untuk mu. Tapi kau harus selalu melihatku” pintaku padanya. Mey hanya mengangguk.

“kau tau apa permintaan ku saat salju pertama turun waktu itu?” Tanyanya

“apa?”

“aku ingin kau meraih mimpi mu. Bersinar seindah cahaya kutub. Dulu, sekarang dan selamanya kau adalah objek terindah yang pernah kulihat” kata-kata Mey selalu berhasil membuatku diam, tak mampu membalas kata yang diucapkannya.

Aku menelungkupkan tanganku dipipinya lalu menghapus air mata yang terus menetes di wajah cantiknya. Menghapus jarak diantara kami, kurasakan nafas Mey berhembus lembut menyentuh wajahku saat aku akan menciumnya. Bibirnya masih terasa begitu lembut , dan menenangkanku namun kurasakan tubuhnya bergertar menahan suara tangisnya.  Bahkan saat aku memeluknya Mey masih menangis dan tubuhnya semakin bergetar.

“aku benci perpisahan, aku akan sangat merindukanmu”

“aku akan menjadi bintang agar kau bisa melihatku setiap saat hmm”

“aku mencintaimu Byun Baekhyun”

“aku lebih mencintaimu, aku akan menemukanmu dimanapun kau berada Mey”

**

Mungkin Tuhan mendengarkan doaku dan doa Mey, tak lama setelah Mey pergi aku berhasil masuk salah satu agensi terbesar di Korea, menjalani trainee sekitar  5 bulan dan bergabung dengan group exo kemudian empat bulan tepat tanggal 8 april 2012 aku memulai debutku menjadi penyanyi.

“apa kau tak akan mengganti namamu Baek ?” tanya manager saat kami akan memulai debut, beberapa member mengganti nama mereka,  tanpa ragu aku menggeleng.

“aku akan menggunakan nama Byun Baekhyun untuk nama panggungku” jawabku dengan tegas. Mey menyukai namaku, tentu aku tak ingin dikenal sebagai orang lain.

Mei 2012- Januari 2014

“kau sudah memiliki banyak penggemar sejak showcase baek” ucap Chanyeol saat kami sedang dalam perjalanan pulang dari New York.

“apa maksudmu?” Tanyaku heran.

“lihatlah sudah ada fansite besar untuk mu, dan hebatnya ini dari China bukan Korea” ucapnya sambil menunjukkan layar laptopnya. Aku tak terlalu memperhatikannya saat itu.

“polar light” ucapnya dan membuatku menoleh seketika.

“mwo?” Aku mengambil paksa laptop  Chanyeol.

 Aku tidak tau harus senang atau sedih, apa aku harus tertawa atau menangis, disana jelas tertulis polar light. Nama yang kuberikan untuk setiap karya Mey tentangku. Aku menscroll layar laptop itu, hingga aku mengklik akun twitter dari website itu. Bahkan tulisan disana sama seperti apa yang dituliskan Mey untukku sekitar 5 tahun lalu. Seberapa kalipun aku membacanya kata-kata itu tetap sama. “for B, to B, all about B”

“kau kenapa baek ?” Chanyeol mengambil kembali laptopnya aku kegirangan dan memeluknya.

“apa yang kau lakukan ? Kau gila Byun Baekhyun” gerutu Chanyeol, aku tetap tersenyum dan memeluknya semakin erat.

**

Suasana bandara memang selalu ramai setiap kali kami datang, otakku masih berfikir tentang fansite yang ditunjukkan Chanyeol. Apa itu Mey ? Apa dia masih selalu melihatku ?, sementara aku masih berfikir ,ratusan cahaya flash light sudah mengarah padaku, aku tak terlalu memperhatikan mereka awalnya, hingga saat mataku menjelajahi setiap cahaya yang mengarah padaku, satu objek menarik perhatianku. Seorang gadis dengan perawakan hampir sama dengan Mey rambutnya lebih panjang dari milik Mey, dia mengenakan dress warna kuning tua, tangannya sibuk mengambil gambarku, aku terus memandangnya.

‘kau kah itu Mey ?’ tanyaku dalam hati. Gadis itu menurunkan kameranya sebentar lalu tersenyum.

‘dia bukan Mey, tapi dalam kameranya aku melihat jelas tulisan polar light, apa kau dibalik semua ini Mey’.

 Aku selalu berfikir keras setiap kali melihat kamera bertuliskan polar light, mataku selalu berhasil menemukannya, menelusuri jauh menembus layar kamera itu dan berharap wajah dibalik kamera itu adalah dirimu yang berjanji akan selalu melihatku.

Fansite bernama polar light itu memberikan peran besar untuk perkembangan karirku, gambarnya yang selalu terlihat bagus memberikan kesan tersendiri untukku. Terkadang mereka mengirim banyak makanan atau barang-barang lumayan mahal untukku, terakhir dia mereka memberikan sebuah ipad keluaran terbaru dengan harga yang sangat mahal. Aku sungguh berterimakasih untuk mereka, mereka mungkin lebih lelah setiap harinya.

Setiap saat, harapan itu semakin besar seiring karirku yang semakin naik. Semua orang mulai berfikir aneh tentangku dengan polar light. Mereka mengatakan bahwa polar light adalah mantan kekasihku, atau mengatakan bahwa polar light adalah fans yang kusukai, ku abaikan setiap anggapan orang dan membiarkan mereka berargumen sendiri karena aku selalu tertawa mendengarnya setiap kali manager membahasnya.

‘jika polar light adalah dirimu maka kau masih kekasihku noon polar light’

**

“seperti apa tipe ideal gadis yang kau sukai ?” MC bertanya saat aku menghadiri acara disebuah radio. Aku mengangkat ujung bibirku mendengar pertanyaannya. Memoriku jauh menerawang mengingat Mey, pakaiannya, rambutnya , senyumnya, wangi tubuhnya. Aku menghela nafas dan siap mengatakannya.

“aku suka wanita yang selalu tampil cantik menggunakan jeans, aku tidak suka wanita yang memakai rok pendek dan menampakan kakinya. Aku suka gadis berambut panjang, dan juga suka wanita dengan aroma seperti baju yang habis dicuci. Aku juga suka wanita dengan senyum yang cantik” ucapku panjang lebar. Aku berharap Mey mendengarnya dan menyadari bahwa aku sedang membicarakannya.

“apa arti no 4 bagimu ? bukankah kau menggunakan angka 4 dipunggungmu ?” tanya MC kembali.

“karena aku ingin jadi penyanyi sejak kelas 4” jawabku singkat saja, walau sebenarnya angka 4 memiliki banyak arti untukku, tanggal 4 adalah tanggal kelahiran Mey, tanggal 4 aku dan Mey resmi menjadi kekasih, tanggal 4 selalu menjadi hari paling indah setiap bulannya, karena aku dan Mey selalu melakukan hal-hal yang baru, dan selama 4 tahun aku mengukir kisah indah bersama Mey.

**

Satu acara keacara lain kamera bertuliskan polar light itu selalu mengikutiku dan mataku selalu berhasil menemukannya, terkadang aku memberikan senyuman padanya, membuatkan simbol hati dengan tanganku atau memberikan hand kiss untuknya, aku mengangkat jempolku memberinya apresiasi atas setiap karyanya. Aku berharap itu kau Mey. Meskipun terkadang aku kecewa karena setiap kali gadis yang membawa kamera itu menurunkan kameranya dan kudapati itu bukan dirimu, dan baru kusadari bahwa gadis yang membawa kamera bertuliskan polar light itu selalu berbeda setiap tempatnya, tapi aku masih percaya satu hal bahwa kau selalu melihatku dari sana.

Waktu memang berjalan begitu cepat, sudah hampir dua tahun aku menjadi artis, dan hampir tiga tahun aku tak melihat Mey, aku sering bolak-balik ke China, namun aku tak pernah mendengar kabar tentang Mey, apa dia masih mencintaiku ? Apa dia masih selalu melihatku? Apa dia selalu mengambil gambarku ? Apa aku masih jadi objek terindah untuknya? . Seribu pertanyaan ingin ku tanyakan pada Mey jika kami bertemu lagi.

Mama in Hongkong 22 November 2013.

Sudah tidak terhitung berapa acara besar yang aku datangi dan kamera bertuliskan polar light itu pun selalu ada bersamaku. Penonton acara hari ini sangat banyak memenuhi seluruh kursi penonton. Sangat banyak dari mereka yang membawa banner namaku, mereka berteriak memanggil namaku. Aku hanya tersenyum dan melambaikan tangan pada mereka, sebagian dari mereka bahkan menangis.

Mataku berkeliling mencari kamera bertuliskan polar light hingga aku menemukannya, dia berada dibawah panggung tak jauh dari tempat dudukku. Aku menghela nafas panjang saat mendapati tubuhnya lagi-lagi hampir sama dengan tubuh Mey. Bahkan kali ini penampilannya, dia mengenakan celana jeans berwarna biru tua, dipadukan kaos oblong berwarna putih polos, rambutnya tergerai bebas. Aku tersenyum sebentar melihatnya dan akan segera berpaling namun…

‘Mey’ jantungku berhenti seketika nafasku tertahan saat melihat sebuah cincin bermotif  hello kitty melingkar di jari manis tangan kanan gadis itu. Cincin itu adalah cincin limited edition yang aku belikan untuk Mey 5 tahun lalu. Aku dapat mengenalinya dengan jelas walau dari jarak lumayan jauh. Aku terus menatapnya tanpa berkedip.

‘turunkan kameramu kumohon’ ucapku dalam hati namun gadis itu tetap sibuk mengambil gambarku.

‘dengarkan aku Mey, aku bicara padamu, berhenti mengambil gambarku, turunkan kameramu, aku tak ingin lehermu sakit dan aku ingin melihat wajahmu lebih jelas’ hatiku terus bicara, berharap dia benar-benar Mey dan bisa mendengar suara hatiku. Kulihat kilatan flashlight dari lensa kameranya berhenti menyorotiku, tangan kanannya sudah terlepas dari kameranya. Dengan sangat perlahan seperti sebuah video slowmotion gadis itu menurunkan sedikit demi sedikit kameranya. Namun tak sempat melihat wajahnya gadis itu malah menundukan kepalanya, helaian rambutnya sempurna menutupi wajahnya dan membuatku semakin penasaran.

‘angkat kepalamu, aku merindukanmu, apa kau tak merindukanku ?’ ucapku kembali dalam hati. Gadis itu seakan mendengar kata-kataku dalam hati, dia mengangkat wajahnya dan tangan kananya menyibakan rambutnya kebelakang dan membuat wajahnya terekspose sempurna menatapku. Mata kami saling bertemu saat itu.

‘Mey’ itu Mey , gadis yang kutunggu selama hampir 2 tahun terakhir, gadis yang kurindukan selama ini. Polar light ku. Mey melambaikan tangannya padaku, kulihat ada buliran air mata jatuh membasahi pipi putihnya. Mey mengambil ipad di tasnya lalu menuliskan seseutu.

“Byun Baekhyun 3x” dia menunjukkannya padaku. Dia memanggil namaku tanpa bicara.

“saranghae, neomu2x saranghae” tulisan kedua darinya.

“pogosipho” tulisan ketiga.

“for b, to b, all about b” tulisan selanjutnya.

“more precious than polar light” tulisan terakhir darinya, Mey tersenyum sangat cantik padaku, namun air matanya tak berhenti mengalir dari mata kecilnya. Aku tidak tau perasaanku sekarang, senang, sedih, khawatir, marah. Aku ingin turun dari sini, meloncat dari panggung dan menghampiri Mey, aku ingin memeluk Mey sekarang, aku ingin memarahinya karena dia terlalu lama meninggalkanku, aku ingin mengatakan bahwa aku sangat merindukannya dan masih sangat mencintainya.

Aku hendak melambaikan tangan padanya namun suho sudah memintaku berdiri karena kami (exo) memenangkan penghargaan untuk katagori album of  the year tahun ini. Aku terpaksa berdiri dan pandanganku teralihkan dari Mey. Air mata mulai tergenang di pelupuk mataku, aku langsung mengusapnya seketika, namun sial aku tak bisa menghentikannya, hingga kami berjalan menuju panggung mataku terus meneteskan air mata.

“kau menangis Baek ?” Tanya Chanyeol saat aku mengusap mataku. Aku hanya menggeleng.

“ini baru pertama kali kau menangis di atas panggung Baek” ucapnya kembali.

Yah ini pertama kalinya aku menangis di atas panggung, ini bukan pertama kalinya kami menerima penghargaan tapi disini aku menangis bukan karena itu, aku menangis haru setelah melihat Mey berdiri didepanku, aku tak sempat menyapanya, aku tak sempat membalas tulisan cintanya, aku tak sempat mengatakan bahwa aku lebih mencintainya dan aku lebih merindukannya sekarang. Mataku tetap berkeliling mencari Mey, namun dari sini aku kehilangan dia.

Aku kembali ketempat dudukku, dan mencari Mey, namun dia sudah tak berdiri ditempatnya lagi, dia menghilang lagi. Aku menundukkan kepalaku beberapa kali karena frustasi. Sungguh ini bisa membuatku gila.

Acara berakhir tanpa menemukan Mey lagi.

Siang itu aku dalam perjalanan pulang saat itu semua fans sudah menunggu kami di pintu keluar hotel. Aku berjalan berdesakan bersama yang lain beberapa orang meneriakan namaku berkali-kali dengan bahasa yang tidak ku mengerti hingga.

“Byun Baekhyun” seseorang memanggil namaku dengan lengkap aku menoleh seketika pada sumber suara.

‘Mey’ucapku dalam hati.

Mey melambaikan tangannya beberapa kali ,aku tersenyum melihatnya. Mey mengulurkan tangannya padaku, tangannya memegang sebuah paper bag berukuran sedang, aku mencoba meraihnya sebisaku, dan dapat. Aku mengambilnya dari Mey, Mey tampak bahagia melihatku. Aku terus menatapnya walau kini kami sudah mulai berjauhan karena manager terus menyeretku dan memintaku masuk ke mobil. Mey terus melambaikan tangannya sambil tersenyum. Hingga akhirnya aku masuk kedalam mobil Mey mengangkat kameranya dan diarahkan padaku. Aku menurunkan jendela mobil dan terus melihatnya lalu melemparkan senyumku untuknya.

Kurebahkan tubuhku dikasur saat tiba kembali dikorea, aku menatap hadiah dari Mey , aku bangkit dan mengambil kado itu lalu membukanya. Hanya sekotak eskrim strobery kesukaanku disana dan sebuah amplop berwarna merah muda. Kubuka kotak eskrim itu dan mulai melahapnya dan juga membuka isi amplop merah muda itu.

‘ini enak sekali’ ucapku dalam hati karena tak ingin semua member masuk dan menghabiskan es krim terenak ini. Aku menatap surat itu sebentar lalu membacanya.

‘Byun Baekhyun.. Byun Baekhyun.. Byun Baekhyun. Kau suka aku memanggil namamu kan ?

Apa eskrim nya enak ?apa kau menyukai semua makanan yang ku kirim ? Jangan menghabiskannya sendiri, aku tak ingin kau terlihat gemuk. Kau tau banyak fans yang memanggilku polar light noona, terdengar lucu bagiku. Hehe..

Kenapa banyak sekali surat yang kau tulis untukku Byun Baekhyun. Aku pulang ke korea sebulan yang lalu dan ada sekitar 100 surat untukku , apa kau menulisnya setiap saat ? aku adalah fans mu, tapi kenapa kau yang menulis banyak surat untukku ?. Kau terus bertanya apa aku adalah polar light si raja fansite Byun Baekhyun dari china ? Apa aku harus menjawabnya hmm ? Kau bahkan sudah bisa menebaknya dari kata-kata pembuka dalam fansite itu kan ? Sudah ku bilang aku akan selalu melihatmu dan kau akan selalu menjadi objek terindah untukku. Apa yang kau khawatirkan hmm ? Aku sudah bahagia mendengarmu menerima banyak cinta dari fans. Aku senang setiap kali mereka mengatakan kau yang terbaik.

Jangan kecewakan mereka hanya karena diriku yang terlalu menggilaimu sebagai objek terindah untukku, jangan mematahkan hati begitu banyak wanita diluar sana. Aku tak ingin mereka membencimu karena menyukai diriku yang tak berharga sama sekali. Aku lebih suka berdiri disini, bersama orang-orang yang mencintaimu, mendengar mereka meneriakkan namamu, mendengar mereka menangis untukmu, aku senang bisa menjadi salah satunya. Terimakasih kau bisa mengingatku hanya dengan tulisan polar light yang aku buat , dan terimakasih karena membuatku bangga setiap kali matamu bertemu dengan lensa kameraku.

Aku selalu mencintaimu dengan caraku, dengan gambarku , dengan karyaku, dengan cahaya flaslight kameraku. Itulah bukti cintaku Byun Baekhyun.

Byun Baekhyun, tetaplah tersenyum, perjalananmu masih panjang. Jangan berhenti dan jangan menoleh pada masa lalumu, tetaplah bersinar disana, jangan menyerah hanya karena aku tak ada disampingmu. Kejarlah mimpimu yang sudah ada didepanmu.

Kau masih mencintaiku ?

Kau merindukanku ?

Kau ingin marah padaku ?

Kau ingin memelukku ?

Aku tau semua itu ingin kau tanyakan padaku. Berhenti memikirkan hal itu oke? Aku tak akan menjawabnya karena kufikir kau sudah tau jawabannya dari fansite yang kubuat untukmu.

“for b,to b, all about b” kuharap semua itu cukup untuk menjawab semua pertanyaanmu ?

Maaf  jika aku mengulur benang merah diantara kita terlalu panjang, mulai sekarang aku akan menariknya secara perlahan. Dan suatu saat benang merah itu akan kembali pada tempatnya, dihatimu Byun Baekhyun

Byun Baekhyun keep shining like polar light because i was your delayed dream, saranghae..

Miss you Byun Baekhyun.. See you later..

Meskipun ada buliran air mata jatuh dari mataku, tapi aku bisa tersenyum membaca kalimat terakhir surat itu. “see you later” artinya kami akan bertemu lagi. Aku memeluk surat itu kegirangan, dan tiba-tiba saja Chanyeol masuk.

“kau kenapa baek ? Waah es krim ?” Chanyeol berlari menghampiriku dan mengambil es krimku, seketika itu aku langsung memukul tangannya.

“jangan menyentuhnya. Berani menyentuhnya akan ku rontokkan gigimu

Park Chanyeol”  teriakku pada Chanyeol , Chanyeol menaikkan alisnya seketika.

“wohoooo apa sespesial itukah ? Dari siapa baek ? Your polar light ?”  Aku tak menjawabnya dan melemparkan bantal padanya.

**

“Mey adalah mimpiku yang tertunda” kujadikan kalimat itu semangat baru menjadikan diriku menjadi pribadi yang lebih menyenangkan sebelumnya. Istilah takdir yang pada awalnya tak kupercaya, perlahan aku mulai mempercayainya. Benang merah yang ada diantara kami akan ku tarik perlahan dan mengembalikkan semuanya pada tempatnya.

Aku lebih sering menemukan Mey sekarang, berdiri dikerumunan fans yang mengambil gambarku, begitupun dengan Mey, dia selalu bersinar lebih terang diantara yang lain. Aku selalu berhasil menemukannya, mataku lebih sering bertemu dengan cahaya flashlight miliknya, memberinya senyuman, memberinya tanda hati dengan tanganku. Atau memberinya evilsmirk.

Suatu saat nanti dihari indah, dihari yang spesial, hari dimana aku sudah bisa berjalan dan bersanding kembali dengan Mey, aku akan menunggunya dan menjalani semua dengan bahagia, tanpa harus bertanya tentang perasaan Mey, aku percaya dia akan selalu mencintaiku dan menungguku menjemput mimpiku yang tertunda. Karena dia adalah polar light ku , orang yang selalu menuliskan kalimat :

“for B, to B, all about B” dan bagiku dia

More precious than polar light

The End

Hehe polar light.. Polar light.. Semua penggemar Byun Baekhyun pasti sudah tidak asing dengan nama ini. Pastinya ceritanya terinspirasi dari fanfic yang sudah-sudah. Tapi alur ceritanya murni punya penulis sendiri yaa, kecuali kata-kata yang for B, to B, all about B, itu emang ada di twitternya polar light. Kalo yang more preciuos than polar light itu suka ada di label fotonya polar light eonni. :)

Dilampirin beberapa foto yang sempet disebutin diatas, mulai dari baekki nangis di MAMA, baekki ngelirik polar light di mobil, dan beberapa ungapan cinta baekki buat polar light.

baek1

1. Baekki lihat polar light di bandara, lihat tatapannya ya ampyunn.. Hehe

baek22. Wajahnya kayanya cape banget, terus tatapannya seakan mengisyaraktan. “ aku lelah, aku membutuhkan mu polar light ku”

baek33. evilsmirknya buat polar light.. Cute banget ga sihh.. >.<

baek44. ekspressi baekki waktu lihat polar light di mama.

baek5

baek6

baek75. pas Baekki frustasi kehilangan polar light nya di kerumunan fans.

baek86. pas baekki nangis di mama.

baek97. Baekki tetep liatin polar light dari mobilnya. Dengan tatapan penuh arti.

baek10

baek11

baek128. Ungkapan kasih sayang baekki buat polar light :)

 

Gomawo udah mau mampir, saran dan komentarnya sangat dibutuhkan, terimakasih :)


Ephemeral (Chapter 2)

$
0
0

wpid-redo-el-ephemeral

“Ephemeral”

By : EL (@chrscyn)

 

Xi Luhan, Ryu Junghee (OC), Oh Sehun, Others (find it by yourself) | Romance, Fantasy | G (A/N) FF ini sekuel dari Ohjii 365 :D Big thanks for your fabulous poster Jungryu14 ;) Happy reading all, hope you like it~

{Chapter 1}

{Chapter 2}

 

Ia membuka matanya perlahan. Dilihatnya siluet seorang pria dengan postur tubuh yang kurus-tinggi berdiri di hadapannya. Jantung Junghee langsung berdetak dengan cepat. Seluruh tubuhnya bergetar dan airmatanya yang keluar tidak bisa ia hindari.

Siluet yang sangat mirip dengan seseorang.

“S-Se.. Sehun.. Kaukah itu..?” 

Siluet itu perlahan-lahan memudar seiring dengan kondisi Junghee yang semakin sadar. Siluet itu akhirnya benar-benar hilang dan hanya meninggalkan seberkas bayangan di lantai itu.

“Sehun?” terdengar suara yang sama seperti di kampus; suara yang tiba-tiba muncul setelah Jongdae berbicara dengannya.

Junghee kembali terkejut setelah mendengar suara itu, “Benarkah itu kau.. Sehun?” tanyanya lagi dengan suara bergetar.

“Maaf, siapa itu Sehun?” balas bayangan itu dengan pertanyaan yang semakin membuat emosi Junghee bercampur aduk.

“Kumohon, Sehun, berhentilah mempermainkanku. Aku tahu itu kau.”

“Maaf, tapi, sebenarnya aku sendiri tidak ingat siapa.. aku..”

Tiba-tiba saja suara bel apartemen berdenting ke seluruh ruangan. Penekan bel itu tidak lain dan tidak bukan adalah Luhan. Pria itu sudah berdiri di depan pintu apartemen Junghee lima menit yang lalu. Namun ia sangat gugup untuk sekedar menekan bel.

Luhan terkejut ketika melihat pintu apartemen Junghee yang ternyata sedikit terbuka. Dengan ragu, Luhan membuka pintu itu dan segera masuk. Ia menghentikan langkahnya ketika mendengar suara Junghee yang berbicara dengan terisak.

“Junghee, kau ada di dalam?” Panggilnya. Luhan merasa khawatir namun tak berani untuk masuk apartemen lebih dalam.

Rupanya Junghee masih terlarut dalam pemikirannya sehingga tak menyadari jika Luhan sudah berada di apartemennya.

Ia perlahan bangkit berdiri, ia mulai merasa kepalanya tak sesakit tadi. Sementara bayangan ‘Sehun’ itu ternyata masih berada di depannya, tidak beranjak sama sekali.

“Sehun-ah, kau pergi kemana selama ini?” tanya Junghee sambil mengepalkan tangannya seakan itu memberinya kekuatan dan keberanian.

“Mianhaeyo, aku tidak ingat apapun.”

Dan tanpa Junghee disadari, Luhan sudah berdiri di ambang pintu kamar Junghee.

“Junghee? Kau berbicara dengan siapa?” Tanya Luhan cemas sekaligus bingung.

Junghee terkesiap menatap Luhan, lalu menatap bayangan yang ada di tempat Luhan berdiri; bayangan itu masih di sana. Kenapa Luhan tidak terkejut melihatnya. Luhan sengaja tak menghiraukannya atau benar-benar tidak bisa melihatnya?

“Aniyo. Tadi, aku sedang menelpon.” Jawab Junghee yang berusaha menutup-nutupi seraya menunjukkan ponselnya yang semula berada di atas meja.

Sedikit aneh memang, tapi Luhan tidak ambil pusing mengenai hal itu.

“Ayo, ikut aku,” balas Luhan seraya mencoba meraih tangan Junghee. Dilihatnya cincin itu sudah dipakai, kedua sudut bibir Luhan terangkat naik.

“Kawasan Myeongdong sudah menunggu kita.”

Junghee akhirnya tahu kemana Luhan akan mengajaknya pergi. Junghee meraih tangan Luhan, namun ia mendahului langkah pria itu, karena bayangan ‘Sehun’ lebih dulu berjalan keluar apartemennya.

+++

Walaupun ‘Sehun’ berjalan mendahuluinya, ia tidak pergi ke tempat yang berbeda. Ia berada di tempat yang sama dengan Junghee dan Luhan. Mereka hanya berjarak beberapa meter. Namun, suasana di Myeongdong sangat ramai, sehingga membuat Junghee sulit memastikan keberadaan bayangan itu.

“Sebenarnya untuk apa kita kesini?” Tanya Junghee penasaran.

Belum sempat menjawab, tiba-tiba saja ada nada dering yang menginterupsi mereka.

“Aish, ada telepon masuk. Aku angkat telepon di sana dulu ya? Di sini sangat berisik. Kau jangan kemana-mana, tetap di sini, ok?” Ucap Luhan lalu berjalan jauh ke arah yang berlawanan dengan posisi dimana ‘Sehun’ berada.

Jangan kemana-mana? Junghee merasa ini justru kesempatan bagus untuk kemana-mana; mencari dimana letak bayangan itu. Ia edarkan pandangannya ke seluruh jalanan setapak disana. Seharusnya sulit untuk menemukan bayangan diantara banyaknya orang, tapi Junghee sepertinya sedang beruntung.

“Sehun!” Junghee tidak peduli dengan tatapan orang-orang di sekitarnya, tidak peduli jika ia berbicara seorang diri.

“Kau mengikutiku?” Tanya Junghee setelah menghentikan langkahnya tepat di sebelah bayangan itu.

Bayangan itu seakan menoleh dan menghadap Junghee, “Bukan aku. Kau yang mengikutiku, benar kan?” jawabnya.

Junghee menutup wajahnya dengan kedua tangannya, menyembunyikan kesedihan yang tiba-tiba menguasai dirinya.

“Sikapmu tidak berubah, Sehun-ah. Kau masih sama seperti dulu, bagaimana kau bisa berkata lupa?” Tanyanya dibalik ekspresi sedihnya.

“Jangan sedih. Aku keluar dari cincin itu bukan untuk melihat atau mengetahui kesedihan orang lain.”

“Orang lain? Aku Junghee. Ryu Junghee! Kenapa kau menyebutku orang lain? Kau yang menanyakan namaku pertama kali waktu itu.”

“Sudah cukup. Aku sama sekali tidak mengerti. Lebih baik aku masuk ke dalam cincin itu, dan jangan keluarkan aku lagi.”

“Cincin? Apakah selama ini kau tinggal di dalam cincin ini? Bagaimana bisa?”

Luhan telah selesai berbincang-bincang dengan seseorang di seberang teleponnya. Ia segera kembali ke tempat Junghee—yang seharusnya. Namun, Junghee hilang. Luhan kebingungan mencari Junghee di tempat yang semakin malam semakin ramai itu.

“Apakah kau melihat Junghee? Ah, maksudku gadis berambut panjang dengan tas merahnya?” Tanya Luhan kepada orang-orang asing yang dilewatinya. Sungguh, Luhan mencari Junghee seperti mencari balita yang hilang.

Semua orang yang ditanyai hanya menggeleng-geleng dan menatap risih pada Luhan.

“Permisi, apa mungkin orang yang kau cari ada di sana?” Tanya seseorang—darisekian juta orang disanayang berbaik hati mau membantu Luhan.

Luhan mengikuti telunjuk orang itu, terlihat Junghee sedang berjongkok di ujung jalan, sendirian.

“Menangis?” Gumam Luhan dari kejauhan.

Setelah didekati, Luhan terkejut. Dia bukanlah Junghee. Hey, kemana Junghee? Tanya Luhan dalam hati. Ia hendak menelpon Junghee, namun sial. Ponselnya mati karena lowbatt.

+++

Junghee kembali pulang ke apartemennya sendirian. Ah, tidak. Dia tidak sendirian. Bayangan Junghee terlihat berjalan di sebelah bayangan ‘Sehun’.

“Kau benar-benar nyata kan?” Tanya Junghee.

“Hm,”

“Aku takut kalau ternyata semua ini hanya halusinasi,”

“Kau adalah orang yang hebat. Bisa merasakan keberadaanku. Apakah kita benar-benar pernah bertemu sebelumnya?”

“Namamu Sehun,” ucap Junghee.

“Hm?”

“Mulai sekarang, aku akan membantumu untuk mengingat semuanya, Sehun-ah.”

“Baiklah—”

“Panggil aku Junghee. Atau apapun, asalkan kau tidak akan pernah melupakannya lagi.”

“Baiklah, Junghee. Semoga aku bisa cepat mengingat semuanya. Supaya wujudku terlihat—dan semuanya akan menjadi jelas,”

“Jadi, karena itu wujudmu tidak terlihat dan hanya memiliki bayangan? Tolong ceritakan apapun yang kau tahu, mungkin, dengan bercerita, kau bisa mengingatnya,”

“Mungkin, wujudku yang sebenarnya akan tampak jika aku mengingat jati diriku sendiri. Tapi, sampai sekarang aku tidak tahu apa-apa. Yang kutahu hanya… Aku keluar dari cincin itu selama seperenam hari, atau dengan kata lain hanya empat jam dalam sehari. Jika aku sudah keluar di pagi hari, maka aku tidak akan keluar di malam hari. Begitupun sebaliknya.”

Junghee menghentikan langkahnya, mengikuti langkah yang bayangan itu lakukan. Kemudian bayangan itu terdengar seperti menghembuskan nafas pelan. Junghee melihat arloji di pergelangan tangannya. Waktu yang menunjukkan bahwa beberapa saat lagi bayangan itu akan kembali lagi ke dalam cincin. Tidak terasa, waktu berjalan sangat cepat.

“Aku selalu menanti-nantikan untuk keluar dari cincin itu. Karena, aku ingin mengetahui setidaknya satu hal tentang diriku. Tapi, selalu saja pikiranku hampa, aku tidak tahu harus berbuat apa.”

“Kalau begitu, ayo kita lakukan hal yang biasa kita lakukan bersama,” ajak Junghee kemudian merogoh isi tas merahnya; mengambil sebuah papan kertas yang sudah sedikit usang, terlipat-terlipat dan.. sedikit hancur.

“Ohjii. Ini permainanmu, kan?” tanya Junghee seraya memperlihatkan benda itu, bahkan jawaban Sehun terakhir kali masih tertera jelas disana.

“Sampai jumpa,” namun bayangan itu justru hilang tak berbekas; kembali masuk ke dalam kurungannya.

Junghee pun meremat kasar benda itu. Ia sangat kesal. Ia bingung apakah yang dialaminya ini nyata atau tidak.Dan kenapa, kenapa harus seperti ini. Untuk apa datang jika akhirnya harus pergi. Ia bingung dengan perasaannya sendiri. Perasasaannya menjadi semakin tidak enak mengingat ia telah meninggalkan Luhan di kawasan Myeongdong. Apakah Luhan akan memaafkannya?

+++

Hari terus bergulir. Di saat Junghee menginginkan Sehun keluar dari persembunyiannya, justru sama sekali tidak menunjukkan bayangannya. Yah, walaupun hanya sekelebat bayangan..

Junghee telah usai berkonsultasi dengan dosen mengenai skripsinya. Entah kenapa, di tempat yang sama; pertigaan koridor, ia bertemu lagi dengan Jongdae.

“Hey, Junghee-ah. Kenapa ponselmu tidak bisa kuhubungi?” sapa Jongdae dengan pandangan masih tertuju pada layar ponselnya.

“Oh? Sinyal ponselku jelek sekali akhir-akhir ini. Memangnya ada apa?”

“Reuni SMA, astaga! Besok lusa di adakan acaranya dan kau belum tahu?”

“Hah? Aku tidak tahu sama sekali. Tunggu dulu, kau juga alumnus SMA Yongsan? Kenapa aku juga tidak tahu?”

“Yak! Kau jahat sekali berkata seperti itu. Kita bisa dekat di universitas ini karena kita satu SMA, Junghee. Bagaimana kau bisa lupa? Dulu aku selalu bersama Kim Minseok, tahu!” ucap Jongdae panjang lebar.

Junghee terbelalak. Bagaimana ia bisa lupa? Atau jangan-jangan ia memang tidak pernah melihat Jongdae di SMA? Atau Jongdae yang sekarang ini…

“Oh ya, kau bahkan lupa untuk mengembalikan buku yang kau pinjam. Aish, kau ini benar-benar sudah menjadi halmeoni yang pikun. Pokoknya, kau harus datang besok lusa dengan membawa buku itu, jangan lupa.” Ucap Jongdae terakhir kali yang sebelumnya memberikan secarik kertas berisikan segala informasi tentang reuni SMA Yongsan.

Apakah ini benar-benar reuni? Junghee merasa ada sesuatu yang aneh. Akhirnya Junghee mencoba menghubungi Luhan untuk memastikan. Walaupun sebenarnya Junghee sedikit takut karena terakhir kali ia berbicara pada Luhan adalah saat dimana ia meninggalkannya di Myeongdong begitu saja.

+++

“Maaf, untuk yang waktu itu,” ucap Junghee sambil menundukkan kepalanya.

“Seharusnya aku yang minta maaf, waktu itu aku yang meninggalkanmu untuk menerima telepon terlalu lama, bahkan penelpon itu bukanlah orang yang penting.”

Junghee mendongakkan kepalanya, menatap Luhan yang tersenyum lebar di hadapannya. Ia baru sadar, Luhan sudah benar-benar berubah menjadi pria yang sangat lembut dan baik hati.

“Reuni itu, sebenarnya aku yang mengadakannya. Mendadak memang. Karena, itu adalah surprise untuk seseorang..” lanjut Luhan.

“Oh? Apakah semuanya akan datang? Lalu, surprise? Untuk siapa?”

“Yah, karena mendadak, yang datang hanya segelintir orang.. Kalau mau tahu siapa orang itu, datang saja besok.” Jawab Luhan kemudian beranjak dari cafe yang ada di dalam gedung apartemen Junghee. Luhan bahkan meninggalkan minuman yang masih penuh; yang dipesankan oleh Junghee, semakin membuat perasaan Junghee tidak enak. Apakah Luhan sudah benar-benar memaafkannya?

+++

Junghee kembali masuk ke apartemennya. Terkejut ketika mendapati adanya sosok bayangan yang berada di dalam dapurnya.

“Hey, kapan kau keluar, Sehun-ah?” tanya Junghee dengan ekspresi yang sulit dimengerti, antara takut, ragu, senang, dan entahlah.

“Satu jam yang lalu. Tepat saat kau hendak pergi menuju cafe di lantai dasar.”

“Sebenarnya, kapan waktu yang tepat untuk kau keluar? Maksudku, kau selalu keluar di jam yang berbeda-beda. Itu membuatku bingung. Beri tahu aku. Pada jam berapa kau akan keluar?”

“Tidak tentu. Kurasa, aku akan keluar jika jantungmu berdetak cepat. Kau mengerti maksudku? Jantung yang berdetak cepat akan mengalirkan darah lebih banyak, sehingga jari-jarimu memberikan kehangatan untuk cincin itu.”

“Hmm, ternyata seperti itu..”

“Yah, itu hanya kesimpulan dariku. Aku tidak tahu lebih tepatnya,”

“Omong-omong, apa yang kau lakukan di dapurku?”

“Kupikir, aku bisa memasak,”

“Tidak. Sehun tidak bisa memasak. Sehun tidak menyukai dapur, kecuali menghancurkannya.”

“Lalu, apa yang disukai Sehun?”

Junghee diam tak bersuara. Ia juga bingung, apa yang disukai Sehun? Menjahili dirinya? Itu yang Sehun lakukan padanya dulu.

“Bukankah kau berkata, kau akan membantuku supaya aku mengingat diriku, bukan menjadikanku Sehun?” Lanjut bayangan itu; dari nadanya terdengar sangat bingung.

Junghee mencerna perkataan bayangan itu baik-baik. Memang benar, pikir Junghee. Ia sadar bahwa ia terlalu memaksakan.

“Tidak, kau memang Sehun. Aku tahu itu,” tapi justru itu yang diucapkan oleh Junghee, kemudian ia mengajak Sehun untuk melakukan hal yang sudah lama tidak mereka lakukan.

“Ohjii. Kau pasti ingat,” lanjut Junghee.

“Hmm,” bayangan itu hanya menggumam, berusaha untuk terdengar mempercayai Junghee; berpura-pura ingat tentang Ohjii. Karena memang tidak ada yang bisa dilakukannya selain itu. Pikiran dan perasaannya masih terasa hampa, entah sampai kapan.

Junghee mengambil papan Ohjii yang sudah ia remat sebelumnya. Membukanya lebar-lebar dihadapannya, dan menanyakan suatu hal.

“Apakah sosok bayangan yang kulihat benar-benar Sehun?”

Namun, tidak ada jawaban. Mereka menunggu cukup lama. Masih tidak ada jawaban sama sekali. Raut wajah Junghee berubah sedih. Buliran-buliran air menetes mengenai papan itu. Bukan, itu bukan airmata. Junghee menyeka keringatnya yang tiba-tiba membanjiri wajahnya. Entah sejak kapan itu terjadi.

“Maaf, ternyata Ohjii-nya benar-benar sudah rusak..” ucap Junghee dengan suara lemas.

“Junghee, kau terlihat sangat lelah. Beristirahatlah,”

+++

Tidak banyak yang harus disiapkan Junghee untuk datang ke reuni SMA Yongsan. Ia berpakaian seperti biasa. Yang lebih cocok digunakan untuk ke kampus. Namun, ia tak begitu mempermasalahkannya; selama pakaian itu nyaman dikenakannya.

Deg. Tiba-tiba saja ia memikirkan Luhan. Terbesit dipikirannya untuk mengganti pakaiannya menjadi lebih manis. Mungkin karena Junghee teringat akan kata-kata Luhan waktu itu. Reuni itu untuk memberi surprise kepada seseorang. Ia hanya tidak mau membuat image reuni nanti menjadi jelek karena pakaian standar yang ia pakai.

Disaat yang bersamaan; disaat jantung Junghee berdetak lebih cepat, Sehun keluar.

“Ternyata benar,”

Junghee terkejut mendengar suara itu secara tiba-tiba, “Oh Sehun?”

“Aku keluar saat jantungmu berdetak cepat. Lebih tepatnya saat kau memikirkan seseorang yang sama. Apakah dia seseorang yang special untukmu?”

Junghee diam sejenak, “Kau tidak ingat Luhan?”

“Luhan? Apakah selama ini, dia yang membuat jantungmu berdetak tak karuan?” Godanya.

“Ani!” Jawab Junghee cepat.

“Hahaha, tidak usah mengelak.. Aku sudah tahu. Luhan yang mengajakmu ke Myeongdong itu kan?”

“Luhan adalah sahabatmu, Sehun-ah. Sahabat terbaikmu.. Kau masih tidak ingat?”

“S-sahabat?” Setelah Sehun mengucapkan kata-kata itu, tiba-tiba saja tubuhnya sedikit terlihat, namun hilang lagi. Dan tak ada satu pun dari mereka yang menyadarinya.

“Hah, ini semakin rumit. Justru yang kuingat, nama sahabatku adalah Kai,”

“Aku akan mencari dimana Kai.”

“Hahaha, itu terlalu sulit. Seingatku, Kai bukanlah nama asli. Ah, aku lupa nama aslinya.”

“Baiklah, kita bahas nanti saja. Sekarang kau ikut aku.”

“Kemana?”

“Reuni SMA Yongsan. Kau juga merupakan bagiannya kan?”

+++

“Junghee, kau tidak salah memakai baju itu?”

Junghee memandangi lagi bajunya yang kelewat standar itu. Astaga, ia lupa untuk mengganti baju..

“Ah, biarlah.. Sudah terlanjur sampai sini,”

“Benar juga, apalagi jalan kaki. Aduh,”

“Kau kan hanya bayangan? Bisa lelah juga?” tanya Junghee seraya menoleh ke bayangan Sehun yang seharusnya ada di sebelahnya.

“Ck. Kemana dia?” Gumam Junghee kesal.

Sehun hilang secara tiba-tiba. Junghee melihat arlojinya. Ini bukan waktu untuk Sehun kembali ke dalam cincinnya. Kemana perginya dia?

Karena takut terlambat, ia pun segera pergi untuk meraih bis yang sudah ada ada di halte; yang berada di depan matanya.

+++

“Hey, Kai. Kau benar Kai kan?”

Kai bisa melihat sosok yang berbicara padanya, sangat jelas. Ia yang terkejut langsung memeluk sosok itu.

“Aku pikir, aku tidak bisa bertemu denganmu lagi,” ucap Kai tak percaya.

“Kai? Jadi kau benar-benar Kai? Aku terkejut saat melihatmu berdiri di atap ini. Apa yang kau lakukan?”

“Aku sedang mengawasi roh-roh, seperti biasa. Dan, tunggu. Kenapa kau masih mengingatku?”

“Entahlah, aku juga tidak tahu. Aku baru mengingatmu beberapa menit yang lalu. Dan tiba-tiba saja aku menemukanmu. Ini sungguh takdir.”

“Benarkah?” Tanya Kai takjub.

“Ya, padahal aku tidak ingat siapa diriku sendiri. Bisakah kau membantuku?”

“Maafkan aku. Aku tidak memiliki kuasa untuk menolong seorang ephemeral,”

“Ephemeral? Apa maksudmu?”

“Ephemeral adalah sosok seperti dirimu. Yang dihukum atas pelanggarannya. Roh-mu tidak permanen. Jadi, selamanya kau akan hidup seperti ini, kau tidak dikehendaki untuk mengetahui jati dirimu.”

“Kai, kenapa kau tega?”

“Bukan maksudku seperti itu. Hal ini memang di luar batas kemampuanku. Seingatku, siapapun yang membantu, dia akan kehilangan nyawanya sendiri. Maaf. Aku ada urusan lain,”

“Kupikir kita bersahabat, Kai..”

“Maafkan aku. Lupakan aku. Pertemuan kita sekarang adalah yang terakhir. Selamat tinggal.” Ucap Kai untuk yang terakhir kalinya sebelum menghilang.

+++

“Junghee! Kupikir kau tidak akan datang!” sambut Jongdae di tempat reuni SMA Yongsan.

Junghee hanya tersenyum malu, “Aku tidak terlambat kan? Ini,” ucapnya kemudian memberikan buku yang selama ini selalu disinggung oleh Jongdae. Astaga, seberapa pentingkah buku itu sampai-sampai Jongdae memeluk buku itu setelah menerimanya.

“Kau Ryu Junghee, si fotografer sekolah kita kan?” Sahut seorang gadis yang memakai dress selutut tidak lupa dengan high heels-nya.

“Ah, iya..” Balas Junghee yang sedikit minder melihat penampilan gadis-gadis itu.

“Kau tidak berubah banyak ya, Junghee. Perbedaannya hanya kau sedang tidak membawa kamera saat ini,” sahut gadis yang lain.

Junghee semakin menciut; ia yang paling berpenampilan biasa. Mereka semua memakai riasan yang cukup tebal, sehingga ia tidak bisa mengenali wajah mereka. Maka dari itu, ia hanya bisa berkata “Hm, iya,” “Ah, benarkah?” tanpa menyebut nama mereka.

“Junghee? Sudah lama tidak bertemu,” sahut Minseok yang tiba-tiba sudah berada di sebelah Junghee.

“Ya, Minseok? Kau jadi kurus sekarang?” Tanya Junghee yang terkejut sekaligus kagum.

Minseok terkekeh pelan. “Kau tidak merindukan Luhan? Oh, apakah kau sudah bertemu dengannya sebelumnya?” Balasnya.

Junghee menggigit bibir bawahnya, ragu mau menjawab apa. Kemudian ia melihat Luhan yang datang dari belakang Minseok; memakai jas yang sangat bagus sehingga membuatnya terlihat seperti.. pangeran, pikir Junghee.

Junghee semakin salah tingkah ketika Luhan menyentuh bahunya pelan.

“Apakah semua sudah datang?” Tanya Luhan dengan mengarahkan pandangannya kepada Minseok.

“Sepertinya sudah, mengingat banyak yang tidak bisa datang. Semua yang tidak datang sudah memberikan alasan, tapi masih ada satu orang yang tidak ada kabarnya,” jawab Minseok.

“Kris? Aku juga tidak bisa menghubunginya. Kata Lay, semenjak kelulusan dia tidak pernah bisa dihubungi,” balas Luhan.

Junghee hanya bisa mendengarkan mereka dalam diam. Ia berusaha untuk menstabilkan degub jantungnya. Omong-omong soal degub jantung, ia jadi teringat akan Sehun. Hingga saat ini, ia tidak melihat tanda-tanda adanya Sehun.

“Jadi, kita mulai acaranya sekarang?” setelah Minseok menanyakan hal itu, Luhan langsung menghadap Junghee dan memandanginya dari atas sampai ke bawah, cukup lama.

“Karena inilah aku mengajakmu ke Myeongdong waktu itu, untuk membelikanmu baju,” ucap Luhan.

Junghee tidak bisa berkata-kata. Antara merasa bersalah karena meninggalkannya begitu saja dan kesal karena, hey, apakah Junghee semiskin itu sampai tidak punya baju yang bagus? Ia hanya tidak suka memakainya. Jadi ia merasa tersinggung dengan penuturan Luhan.

“Tapi, sekarang aku baru sadar, bahwa.. Apapun yang kau kenakan tetap membuatmu cantik,” lanjut Luhan dengan suara tipis.

Junghee tertegun mendengarnya. “Darimana kau belajar kata-kata seperti itu?” Balas Junghee berusaha menghilangkan kecanggungan, lalu tertawa yang terdengar sangat tidak enak.

“Hey, apa yang kalian bicarakan? Ayo kita mulai acaranya!” Timpal Minseok seraya merangkul Junghee dan Luhan, membawa mereka ke tengah-tengah ruangan yang besar itu.

+++

Setelah mendapat sambutan dari Yoon sonsaengnim; satu-satunya guru yang bisa hadir di reuni itu, acara makan-makan pun di mulai. Sebenarnya, acara itu tidak terlalu formal. Jadi, siapa pun bebas mau melakukan apa saja. Yang terutama adalah, mereka bercengkrama satu sama lain.

Junghee hanya memilih duduk di kursi meja makan, tentu saja sambil menyantap makanannya yang hampir habis.

“Junghee, aku ke toilet dulu, kau tidak mau ikut?” Tanya Kimhee, gadis yang untung saja berkostum sama seperti Junghee; jadi Junghee tidak merasa sendirian.

“Oh, ani. Aku disini saja,” balas Junghee.

Ia pun akhirnya benar-benar sendiri di meja makan yang harusnya berisi 4 orang itu. Dari tempatnya, Luhan melihat Junghee yang sendirian.

“Tes, tes. Ah, annyeong haseyo yeorobeun,” ucap Luhan di depan mic yang telah disediakan.

Semua pasang mata pun langsung menuju ke satu titik, yaitu Luhan. Tak terkecuali Junghee.

“Terima kasih atas perhatiannya,”

Apa yang akan dilakukan Luhan? Tanya Junghee dalam hati.

“Sebenarnya, di reuni ini, aku juga sekaligus ingin memberikan surprise pada seseorang—”

Semua orang yang ada disana langsung kembali ramai, mungkin bermaksud menggoda Luhan.

“Jadi, pertama-tama akan kuberikan informasi pada kalian semua, bahwa aku dan Junghee sebentar lagi akan—”

Junghee semakin bingung, begitu juga dengan semua orang yang ada disana.

“—bertunangan,”

Apa!? Semua pasang mata langsung mengarah pada Junghee yang tengah menyeruput minuman untuk menghilangkan rasa tenggorokannya yang tercekat.

“Junghee, kau lah seseorang itu.”

Beberapa ada yang tertawa, tidak percaya, bertepuk tangan, dan memberi selamat, juga tidak sedikit yang berbisik-bisik satu sama lain. “Ini lelucon atau apa? Lihat saja penampilan Junghee yang tidak cantik itu,”

Junghee bisa mendengarnya. Ia yang tidak terima akan hal itulangsung bangkit dari duduknya dan segera pergi. Kimhee yang baru datang dari toilet terkejut melihat Junghee yang secara tiba-tiba keluar dari ruangan besar itu.

Luhan juga tidak kalah terkejutnya. Keriuhan pun terjadi dalam sekejap. Dengan perasaan malu, Luhan menembus kerumunan itu berusaha mengejar Junghee.

Junghee semakin berlari dengan kencang seraya menghapus airmatanya yang tiba-tiba sudah mengalir di pipinya. Ia terus berlari, diikuti dengan bayangan Sehun yang tiba-tiba muncul, begitu juga dengan Luhan dengan perasaannya yang sakit; untuk yang kedua kali.

+++Maaf, tapi cerita ini harus bersambung disini..+++

a/n: maaf sedalam-dalamnya *bow sampai encok* author labil ini seenak jidatnya memutuskan untuk menggagalkan ff ini menjadi two shot, soalnya baru segini aja udah ngerasa kepanjangan. takutnya para readers bakal bosen. jadi akan dibuat 3 chapter. sekali lagi mian! dan gomawo buat yang udah baca ^^


Tom and Jerry

$
0
0

masdio

Story By WidhaGhanie

DRABLE

TOM AND JERRY

Baekhyun and Kyungsoo ( D.O )

Friendship

Disclamer : Ini hanyalah pandanganku melihat sebuah pertemanan yang amat lucu.

Terinspirasi sebuah video di Youtube yang mengunggah Baeksoo Couple, Real my fanficfiction.

Dont Plagiat and Copy Paste, happy reading :)

 

 

 

Backsound : Sunday Monday – A Pink

 

 

 

 

            Sebuah pertemanan adalah tahap dimana ia mencari seseorang yang berlainan dalam dirinya. Dimana ia membutuhkan seseorang untuk membimbingnya dan berkeluh kesah bersama. Maka dari itu, kita membutuhkan kelengkapan dari seseorang yang kita sebut Teman. Perbedaan sangat terlihat jelas dari diri kita, untuk itulah uluran tangan seseoranglah yang kita butuhkan.

Kau dan Aku telah menyatu dalam berbagai watak dan sifat. Terkadang KAU dan AKU terlalu egois melihat diri masing – masing, sehingga tak jarang membuahkan sebuah pertengkaran kecil yang akan berakhir panjang. Namun semua terhalau oleh rasa Intropeksi diri dia antara KITA. 

            “Dia selalu menatap dengan menundukan alisnya, seakan harus memperhatikan satu persatu lawan bicaranya”Baekhyun meniru tatapan Kyungsoo, sedangkan orang yang dimaksud hanya bisa menahan amarahnya yang memuncak.

 

           

            “Tao-ssi, eodisseo. Neo eodisseo” Kyungsoo memanggil Tao yang tengah bersama Baekhyun membantu membuat kue.

 

 

            “Yak, Baekhyun!!”Kyungsoo mencoba mengejar Baekhyun yang usil padanya, mereka melupakan bahwa tengah dalam acara resmi. Membuat Kai yang melihatnya mencoba melerai Kyungsoo.

 

 

            “Ah, Kyungsoo. Kau kah itu. Katakan aku adalah milikmu” Kyungsoo salah mengantisipasikan percakapan Baekhyun di telepon. “Ne, Joahae hyung. Ah, Saranghae Baekhyun” Baekhyun yang mendengarnya hanya diam dan malu.

 

 

 

            Kita tak akan pernah tahu, bahwa kedekatan yang kita berikan akan berdampak dalam diri kita. Sebut saja, KAU dan AKU selalu melakukan sesuatu bersama setiap harinya bahkan kontak fisik sekalipun. Tanpa kita sadari itulah arti sebuah awal kesamaan dalam Pertemanan, Kecocokan yang tak sengaja dalam diri Kita.

            “Baekhyun dan Kyungsoo selalu dalam kesempatan duduk bersampingan dan tertangkap memakai baju yang sama. Kontak mata pun selalu terlihat dari mereka, walau diantaranya masih malu – malu mengakuinya”

 

           

            “Aku menyukai lagu ini dan aku akan mencoba menyanyikannya” Kyungsoo yang tengah menyanyikan lagu membuat Baekhyun menatapnya kagum. Dan Kyungsoo tersenyum dan tertawa melihat Baekhyun yang juga menyanyikan lagu tersebut.

 

 

            “Ne, Dia!”tunjuk mereka berdua masing – masing, dimana semua temannya menunjuk salah satu diantara temannya untuk berbicara.

 

 

 

 

            Peduli, itulah Teman. Saat kita susah orang yang pertama kita cari bukan orang yang di sekitar bahkan orang lain, Melainkan TEMAN.

            “Kyungsoo selalu merapihkan tatanan rambut Baekhyun sedangkan Baekhyun disaat Kyungsoo mengalami cedera ia membantu memapahnya. Berbagi minuman pun tak jarang dilakukan mereka, bukankah ini bisa dibilang ciuman tak langsung. Ehmmm ..”

 

 

 

            Kecemburuan, Pasti ada setiap manusia dan tak memandang siapa dia. Karena yang Aku tahu, KAU mengetahuiku dan AKU mengetahuimu.

            “Ne, orang pertama bagiku adalah Suho Hyung”Kyungsoo yang mendengarnya hanya bisa diam. Ketimbang balik olehnya “ Walaupun Baekhyun mengatakan Suho Hyung yang pertama, Bagiku Baekhyun orang yang pertama bagiku. Dia yang selalu membuatku tersenyum dan membuat suasana menjadi menyenangkan”

 

 

 

 

            Salah satu dari KITA akan termakan bahkan merasa  tertular oleh sifat orang yang ada di dekat Kita. Ambil saja contohnya , seseorang yang pendiam akan berubah menjadi atraktif jika bukan orang yang disampingnya mempengaruhinya.

            “Baekhyun dan Kyungsoo selalu membuat rencana untuk mengerjai Chanyeol temannya. Mereka selalu bersifat konyol dalam berbagai kesempatan manapun, Kyungsoo terperngaruh oleh Baekhyun”

 

 

            “Kami pembawa acara hari ini dan akan mewawancari teman – teman kami” mereka berdandan konyol meniru MC komedi terkenal Korea membuat temannya menatap heran melihatnya.

 

 

            KAU dan AKU memang berbeda dari berbagai segi apapun, namun KITA bisa menutupi setiap perbedaan itu hingga tak terlihat. KAU dan AKU sepakat untuk bersama mewujudkan mimpi KITA lalu mendukung apapun mimpi itu berbeda. Introvert dan Ekstrovert digabungkan menjadi Kesamaan dalam diri. KAU dan AKU memang tak sadar apa yang dilakukan secara bersama. Tapi oranglainlah yang mengetahui bahwa KAU dan AKU adalah Teman dan Sahabat Sejati.

 

 

            “Kemarilah disini tertulis nama Kyungsoo sedangkan disini ada tulisan nama Baekhyun” Tunjuk salah satu temannya yang tengah melihat sepatu Kyungsoo dan Baekhyun yang dinamai, mereka selalu beranggapan maupun Baekhyun dan Kyungsoo selalu bertukar sepatu.

 

 

 

END ….

Baeksoo Couple, Ggabseong :)

( Baekhyun Tom and Kyungsoo Jerry )



Tongsis!!

$
0
0

 

DRABLE

TONGSIS !!

Story By WidhaGhanie

Cast : Baekhyun and Member EXO

Comedy

Real my Fanfiction, Dont Plagiat and Copy Paste.

 

 

 

 

HAPPY READING :)

 

 

 

“Kimchi..Kimchi..Kimchi”Baekhyun sibuk berselca sendiri membuat seseorang yang melihatnya pun menghampirinya.

“Yak, sedang apa kau Baekhyun~”Tanya Suho Hyung. 

“Selca, kau mau ikut Hyung? Ah, sekalian panggil mereka semua kesini. Hyung” Baekhyun menyuruh Suho Hyung memanggil temannya yang sibuk sendiri dan mereka sudah berkumpul.

“Changkamman” Baekhyun menyuruh teman – temannya menunggu.

“Kajja, kesini kalian semua” Ajak Baekhyun mendekat sambil memanjangkan sebuah benda lalu menaruh Handphonenya disana.

“Apaan – apaan kau ini Baekhyun”Kris merasa tengah di jahili oleh Baekhyun.

“Stt, jangan berisik. Ikuti aja dan berikan Agyeo terbaik kalian lalu lihatlah kamera disana” semua temannya pun mengikuti arahan Baekhyun.

 Dan …

“Kimchi~….” Ucap Baekhyun sebelum selca bersama. Suara handphone Baehyun pun berdering.

“Yak, Baekhyun!!”Teriak mereka semua karena kesal tidak jadi ber-selca bersama. Diantara temannya pun beralih pada benda yang di tinggalkan oleh baekhyun tadi, Tao pun mengambilnya lalu seakan mengingat cara Baekhyun menggunakannya dengan cengiran yang aneh

“Kimchi~” ucap Tao berkali – kali.

“Hyung-…. Kami ikut-….!!” Tao yang mendengar teman – temannya berteriak melihatnya pun berlari sambil mengangkat benda tersebut keatas.

“Lihatlah teman – temanku, Norak sekali dengan benda itu. Kajja Nona kita Foto bersama” Baekhyun berfoto bersama Personil SNSD dengan Tongsis-nya yang membuat semuanya heboh.

 

 

 

 

End~


Locker Boy (Teaser)

$
0
0

image

 

Judul                            : Locker Boy – TEASER

Author                         :  Rezita Alfira

Genre                          : Fluff, Romance, Cute, Marriage Life(nanti), Comedy.

Length                         : Chaptered

Casts                            : Sehun (EXO-K) – Chorong (Apink)

Other Cast                   : EXO-K members, Kim Serin(OC//Kai’s Yeodongsaeng)

Rating                          : PG-13

 

Credit Poster: by Haruru98 – cafeposterart.wordpress.com

TEASER : LOCKER BOY

STORYLINE BY REZITAALFIRA

Oh Sehun, pria bertubuh tinggi yang memiliki kulit putih, ketampanannya membuat seorang adik kelas perempuannya terpikat olehnya, dia adalah Park Chorong. Tanpa Sehun sadari, sudah 1 bulan belakangan ini, Chorong memberikan Sehun sebatang coklat secara diam diam dan ditaruh di loker milik Sehun.

HanGyul, gadis genit yang selalu saja mendekati Sehun, sampai pada akhirnya, HanGyul benar benar menutup mulutnya dan tidak bisa berkata kata bahwa ia tahu kalau Sehun dan Chorong akan segera…MENIKAH?! 

Benar! Sehun dan Chorong akan segera menikah, dibalik itu, ada rencana lucu yang dibuat oleh Eomma Sehun dan Eomma Chorong, selain itu, Eomma Sehun dan Chorong juga sudah berteman lama dari SMA sampai kuliah, mereka benar benar menginginkan anak mereka dijodohkan dan segera menikah. Sehun dan Chorong pun tidak menolak itu, mereka malah semangat untuk menjalani perjodohan itu.

Sehun mempunyai ke 5 orang sahabat bernama, Suho, Kyungsoo, Kai, Chanyeol dan Baekhyun, mereka sudah menjadi setengah hidup Sehun. Baekhyun. Beralih ke pria bernama Byun Baekhyun yang menyukai adik perempuan dari teman mereka, Kai.

Kai mempunyai adik bernama Kim Serin. Selain kisah cinta Sehun dan Chorong, ternyata bisa diungkap juga dibalik senyuman manis antara Baekhyun dan Serin, apakah mereka saling menyukai? Dan Serin adalah sahabat dari Chorong. Seru bukan?

Bagaimana akhirnya kisah cinta Sehun dan Chorong? Dibalik itu, bagaimana dengan pendekatan Baekhyun dan Serin? Apakah berjalan lancar? Chorong tertangkap basah oleh Sehun sedang menaruh coklat di lokernya? Bagaimana reaksi Sehun? DAN APA? Sehun mengumumkan bahwa Chorong adalah calon istrinya di hadapan semua orang dan mencium bibir Chorong di hadapan teman temannya? Apakah pernikahan mereka akan benar benar berjalan sukses?

“Kenapa tidak memberikannya langsung kepadaku, Chorong-ssi?”

“Eomma ingin kalian menikah”

“Aku pulang bersama Baekhyun oppa eoh?”

“Yak! Oh Sehun! kau tidak bisa mencium bibirku seenaknya!!!”

“Kisseu..”

“Mwo?!?! Baekhyun kau sudah berpacaran dengan Serin? YAK! BYUN BAEKHYUN!”

“Do Kyungsoo! bantu aku menyelesaikan tugas!”

“Aku mencintai Chorong, bukan kau, Yoon HanGyul.”

“Suho sunbae… kau yang akan membelikan baju pernikahan kita?!?!”

“Chanyeol sunbae!! Baekhyun Oppa menyebalkan sekali!!”

“Kai, kau harus menyelesaikan tugasmu, jinjja.”

“Kini waktunya untuk kedua pengantin mengucapkan janji suci.”

“Aku akan menjaga namja bernama, Oh Sehun sampai akhir hayatku, mencintainya sepenuh hatiku, menyayanginya sebagaimana seorang istri yang baik, aku cinta padamu, Oh Sehun”

“Aku akan menjaga yeoja bernama, Park Chorong sampai akhir hayatku, mencintainya sepenuh hatiku, menyayanginya sebagaimana seorang suami yang bijaksana dan bertanggung jawab, aku cinta padamu, Park Chorong.”

“Good Morning, nyonya Oh..”

…LOCKER BOY…


When We Married (Chapter 1)

$
0
0

WWM

Author : Chanminmaa

Title: When We Married [Chapter 1]

Recommended Song : Taylor Swift – Never Grow Up

Cast: Sehun EXO-K, Luhan EXO-M, Song Raeun [OC] // Genre: Sad, Romance, Married-Life // Rating: G

Summary:

“Karena memiliki fisik yang sama, bukan berarti segalanya sama…”

***

When tears form in my eyes
When tears flow in my cheeks
Cry out loudly—the sadness will be shocked and run away

When my heart is so in pain
When my heart is crumbling
Laugh loudly—so hope can come find me

***

“Apa kau lapar, sayang?”

Aku meraih tubuh mungil itu dari dalam Box-nya, mencium kedua pipinya yang memerah karena tangisnya yang kian menjadi. Ya, dia pasti lapar karena ini memang jam makan malamnya.

Setelah memberinya sebotol susu dan mengganti popok, aku kembali menidurkannya ke dalam Box. Jika sudah seperti ini, bayi dengan mudahnya akan tertidur kembali, bukan?

“Apa kau merindukan wanita itu?” tanyaku tanpa sadar saat melihatnya yang mulai terlelap. Mengusap sayang puncak kepalanya, dalam hati aku bisa merasakan ketidakadilan yang ada.

Aku tahu. 

Aku mengerti kalau semua ini pasti tidak adil baginya. Hanya saja dia masih belum mengerti apapun, terlalu kecil untuk sekedar memahami segala sesuatu yang ada di sekitarnya.

Ting Tong.

Bergegas membukakan pintu, aku tersenyum kecil melihat dua orang yang kutunggu akhirnya datang juga. Mempersilahkan mereka masuk seraya aku menggiring mereka ke kamarku—tempat dimana gadis kecil itu berada.

“Maaf karena selalu merepotkanmu, Raeun-ah…”

Entah aku harus merespon apa kali ini, yang jelas bagiku kalimat itu hanya terdengar seperti basa-basi semata. Tidak. Aku tidak pernah merasa keberatan jika gadis kecil itu harus tinggal di sini atau aku yang terkadang harus merawatnya. Tapi, kalimat itu begitu sering di ucapkan dan kurasa tak ada rasa bersalah yang tersirat disetiap nadanya.

“Kau tahu kau harus meminta maaf pada Xiao Ra, eonni. Bukan aku.” jawabku.

Sejenak pandanganku beralih pada namja yang kini tengah menggendong gadis kecil itu—Xiao Na—anak mereka yang lain. Lagi-lagi entah kenapa hatiku mendadak terasa jauh lebih sakit mengingat orang yang kini berada di samping kakakku adalah orang  yang secara tidak langsung juga ikut mengabaikan Xiao Ra.

“Terimakasih karena telah menjaga Xiao Ra.” ujar namja itu begitu kami sampai di ambang pintu.

“Tidak masalah, lagipula Xiao Ra pasti mengira jika aku adalah ibu kandungnya. Dan kuharap akan selalu seperti itu.” aku terkekeh pelan saat kakakku melotot kearahku, diikuti tawa namja itu, “Tidak bermaksud menyindir.”

Lagi, aku melambai pada van hitam yang kini melaju menjauhi halaman rumahku. Mengabaikan satu fakta lain kalau sekarang masih ada satu orang lagi yang harus kupertanyakan keberadaannya. Suamiku.

Baru saja aku akan menutup pintu saat suara deru mobil kembali terdengar. Tentu saja aku sudah tahu tanpa harus menebaknya dua kali. Dia adalah Oh Sehun, suamiku.

“Kau sudah pulang?” tanyaku berusaha sehangat mungkin.

Tanpa memandangku, atau berniat untuk menjawab pertanyaanku, dia berlalu begitu saja melewatiku yang masih mematung di ambang pintu.

Benar, harusnya aku terbiasa dengan semua ini. Sikap atau sifatnya bukanlah tanpa sebab, tapi karena ketidakadilan yang terjadi padanya telah mengubah semua yang ada pada dirinya…termasuk hatinya.

***

“Naeun-ah, cepat makan yang banyak.” seru Appa terlihat begitu bahagia.

Aku mengambil beberapa lauk dengan sumpit dan meletakkan ke dalam mangkuknya, “Kau juga harus makan yang banyak Appa.” ujarku lembut dan seketika senyumnya mengembang sempurna.

Apakah kebahagiaan selalu sesederhana ini?

Meski aku tahu bahwa senyum itu tidak tertuju padaku serta perhatian itu bukan untukku. Tetap saja, bagaimana pun keadaannya, seorang Ayah tetaplah seorang Ayah, dan aku menyayanginya sepenuh hatiku.

Sejenak hening. Aku menatap Sehun di sampingku yang masih memakan makanannya dalam diam, khas seperti apa yang dia lakukan biasanya.

“Kau harus banyak memakan sayuran, sayang.”

Aku meletakkan beberapa jenis salad di mangkuknya, kulihat dia hanya memandangku sebentar dan hanya menggumamkan kata ‘terimakasih’ yang lebih terdengar seperti bisikan. Berbeda dengan namja di hadapanku yang akan dengan senang hati melakukan apapun untuk istrinya, Sehun justru bersikap jauh dari apa yang kuharapkan.

“Luhan, bisa kau ambilkan Mayonnaise itu? ”

“Tentu honey.”

Mungkin tidak seharusnya aku membandingkannya dengan siapapun. Tidak, sekalipun itu adalah suami dari kakakku sendiri.

“Raeun-ah, aku akan bekerja hingga larut malam nanti. Bisa kau menjaga Xiao Na dan Xiao Ra?”

Aku mendengus kesal—lebih tepatnya berpura-pura kesal, “Jadi, sekarang kau menyerahkan kedua anakmu setelah kemarin hanya meninggalkan Xiao Ra padaku?”

Naeun eonni hanya tergelak, meminta maaf karena dia benar-benar sibuk dan terpaksa menitipkan kedua putrinya padaku. Sedangkan Luhan seperti biasa, yang akan menjemput Xiao Ra dan Xiao Na setelah pulang kerja.

“Jangan lupakan bahwa kau sudah meninggalkannya kemarin.” tambahku berusaha mengingatkan, sejujurnya aku merasa kasihan mengingat kedua gadis kecil itu bahkan masih berusia 8 bulan, dan kakakku dengan tega selalu mementingkan pekerjaannya.

“Ayolah, lagipula aku hanya meninggalkan Xiao Ra sebentar kemarin.”

“Sementara kau bersenang-senang dengan Xiao Na di Pesta?” amarahku mulai terpancing.

Aku yakin kalau sekarang semua orang yang ada di meja makan sedang menatapku heran, bertanya mengapa aku terlihat begitu meluap-luap ketika merespon perkataan Naeun eonni.

Sadar akan apa yang terjadi, aku menghela nafas pelan. “Maaf, aku tidak bermaksud seperti itu. Ingatkan aku untuk membawa perlengkan juga baju mereka.”

Beranjak dari kursiku, aku melangkahkan kakiku pergi. Meninggalkan meja makan serta mangkuk makanan yang bahkan belum kusentuh sama sekali.

***

Aku mengingatnya dengan jelas kejadian tadi pagi.

“Xiao Na dan Xiao Ra…” gumamku lagi. menatap kedua gadis mungil yang kini masih tertidur di dalam Box bayinya. Sekilas mereka memang terlihat sama, tapi jika dilihat dengan jeli, akan ada perbedaan yang sangat besar di antara mereka.

Di sandingkan seperti ini, membuatku berpikir bahwa sosok kecil ini begitu mirip seperti aku dan Naeun eonni sewaktu kecil. Terlihat sama tapi nyatanya berbeda dalam segala hal.

“Kau melamun.”

Aku menoleh kaget kearah sumber suara, terkejut mendapati namja yang entah bagaimana bisa berada di sini. Xi Luhan.

“Aku sudah menekan bel berulang kali dan kau tidak juga membukanya, aku masuk karena pintu tidak di kunci.” jelasnya seakan bisa membaca pikirannku.

“Benarkah?” aku tertawa kecil, “Sepertinya aku memang sudah melamun tadi.”

“Hmm. Apa putriku secantik itu? Kurasa tatapanmu tadi seperti—”

“Ya, mereka cantik sekali.” potongku cepat, tanpa sadar mengangkat Xiao Ra dari Box-nya dan menimangnya. “Tapi, ada kecantikan yang masih tersembunyi…”

“Apa?”

Aku mengalihkan pandanganku pada namja itu sekali lagi, tidak yakin akan mengatakan ini sementara aku sudah berjanji pada diriku sendiri untuk tidak ikut campur mengenai apapun tentang kehidupan mereka. Tapi, ada sesuatu yang membuatku harus melakukan ini.

“Memiliki fisik yang sama bukan berarti segalanya sama Luhan-ssi.” aku tersenyum simpul, mencium kening Xiao Ra yang masih terlelap di gendonganku, “Sadarkah kau jika kau telah membedakan mereka dengan sikapmu dan Naeun eonni selama ini?”

“Aku tidak mengerti apa maksudmu.”

“Sebuah perhiasan tetaplah perhiasan. Mereka sama berharganya meski Krystal yang berkilau hanya di sandingkan dengan Emas biasa.” aku meraih tangan kecil Xiao Ra yang menggantung bebas, menyentuh jemarinya yang tidak sempurna, “Krystal pun mudah pecah jika tidak di jaga, dan Emas biasa juga bisa menjadi indah jika di rawat dengan baik.”

“……”

Aku melihat matanya yang lekat menatapku, menerawang jauh dengan pandangan yang sulit diartikan.

“Kumohon jangan membedakan mereka lagi.”

***

Jam sudah menunjukkan pukul 11.57 PM, hampir tengah malam saat tanpa terasa aku sudah begitu lama memandangi gambarnya dari satu halaman ke halaman lain yang ada di majalah ini.

Pemotretan macam apa hingga selarut ini suamiku belum pulang juga?

Aku mendesah pelan, merebahkan tubuhku di sofa ruang tengah. Ternyata menunggu memang melelahkan, dan kurasa aku pun mulai mengantuk.

Aku yakin hari belum pagi, karena saat nada dering ponselku berbunyi aku bahkan merasa baru saja menutup mataku dan memutuskan untuk tidur di sofa.

“Yeoboseyo?”

Melirik jam yang tergantung di dinding, aku menunggu suara di seberang sana balas menyahutku.

“Appa, Raeun-ah, keadaan Appa memburuk…”

Suara itu…Sehun? Aku menatap sekali lagi nomor yang tertera di layar ponselku, meski aku tidak mengenali nomor ini, tapi suara familiar itu…pasti milik Oh Sehun.

“Apa yang terjadi? Sehun, bisa kau mengatakannya lebih jelas?” tanyaku mulai panik. Dia tidak segera merespon ucapanku dan bisa kudengar suaranya yang serak seperti sedang menangis.

Tanpa mendengar penjelasan Sehun lebih lanjut, aku meraih mantelku yang ada di sofa dan berlari kecil menuju garasi.

Aku tahu betul kalau selama ini Ayah Sehun—mertuaku, memang seringkali mengalami sakit, seingatku begitu karena terakhir kali kami bertemu beliau bahkan baru saja menjalani operasi kanker otaknya.

***

Dia ada di sudut kursi tunggu yang panjang saat aku berlari menghampirinya. Aku bisa melihat penampilannya yang kacau serta ia yang masih menunduk dalam, tidak menyadari kehadiranku.

Beranjak duduk, dengan hati-hati aku memikirkan kata apa yang tepat yang hendak kuucapkan untuk menenangkannya. Bagaimanapun juga Sehun adalah suamiku dan sudah menjadi tugas seorang istri untuk memberinya kekuatan.

“Saat eomma sakit, aku juga sama khawatirnya sepertimu.” ujarku pelan memulai pembicaraan, “Meski eomma bersikeras mengatakan kalau keadaannya membaik, tetap saja aku tidak bisa memastikannya sendiri dengan mataku, bukan? ”

Sehun terdiam, tampak menunggu aku kembali melanjutkan cerita ini.

“Dan tidak ada yang bisa kulakukan selain percaya pada apa yang eomma katakan.” sambungku seraya menatapnya lembut, tanganku bergerak menggenggam satu tangannya. “memilih untuk percaya pada apa yang sudah Tuhan rencanakan, Sehun kau hanya perlu percaya bahwa Appa akan baik-baik saja…”

“Percaya? Apa maksudmu aku harus percaya jika Appa akan meninggal, sama seperti eomma-mu dulu?!”

Terpaku pada ucapannya, aku hanya tersenyum kecil menanggapi. Aku tahu dia sedang sulit mengendalikan emosi dan rasa khawatir pada Appa-nya jelas membuatnya frustasi.

“Sehun, kau percaya pada takdir?”

“……”

“Kematian, jodoh, serta harta kekayaan. Semua itu sudah terpatri di sini” aku membalik telapak tangannya dan menujuk garis tangan yang ada di sana, “…hal semacam itu berada di luar kendali kita sebagai manusia, Sehun. Yang bisa kita lakukan hanya berdoa dan berusaha yang terbaik. Arasseo?”

Lagi, aku tersenyum padanya. Sehun hanya diam dan untuk yang pertama kalinya, perlahan bisa kurasakan namja itu mulai beringsut memelukku.

“Terimakasih.”

***

Ugh, lihat siapa yang datang.”

Aku menyambut antusias mendapati kereta bayi yang sudah terparkir rapi begitu aku membuka pintu rumah, menampakkan 2 bayi kembar di dalamnya. Luhan hanya tersenyum sementara kedua tangannya penuh dengan tas bawaan.

“Apa wanita itu mencampakkan anaknya lagi?” tanyaku sarkastis, Luhan hanya tertawa dan masih mengeluarkan beberapa barang dari tas, menatanya di atas buffet.

“Apa Sehun mulai bekerja lagi?”

Menghela nafas pelan, aku mengangguk kecil sebagai jawaban. Benar, setelah suasana duka beberapa minggu yang lalu, hari ini dia memutuskan untuk kembali bekerja.

“Cepat atau lambat dia pasti akan kembali bersikap normal.”

 “Kuharap juga begitu.”

Ya, karena bagi seorang Oh Sehun, kehilangan seorang Ayah sama artinya menelan kenyataan pahit bahwa kini dia telah menjadi seorang yatim piatu.

“Kurasa aku harus berangkat sekarang.” ujarnya setelah selesai menata semua barang. Namja itu berjalan kearah kereta bayi di samping ranjangku dan mencium kedua putrinya.

Tanpa sengaja pandanganku jatuh pada dasi yang—entah aku harus menyebutnya bagaimana—karena sungguh! Demi apapun bentuknya begitu jelek dan…berantakan?

“Luhan-ssi, dasimu?” tertawa, aku menunjuk ragu benda yang menggantung di lehernya, sontak namja itu langsung tergelak.

“Oh, Naeun berangkat pagi-pagi sekali tadi. Dan karena kau sudah menertawakan hasil karyaku, aku jadi tidak percaya diri lagi.”

Canggung. Entah apa yang harus kulakukan jika sudah seperti ini.

“Begitu rupanya.” kataku pelan.

Lama kulihat namja itu berusaha sendirian untuk membenarkan dasinya, membuatku jadi merasa kasihan. Mendekatinya, aku berniat untuk menawarkan bantuan, “Jika tidak keberatan, aku bisa membantumu.”

Dia mengangguk dan aku memberanikan diri untuk meraih benda itu. Terfokus pada setiap simpulannya, aku berharap agar semua ini bisa berlangsung dengan cepat.

“Aku tidak tahu kalau kalian semirip ini.” ujarnya, membuatku semakin salah tingkah. Aku hanya diam sementara jemariku masih bergerak cepat. Perkataannya barusan membuat benda kecil itu lagi-lagi berdetak berkali lipat dari biasanya.

Tsk, apa yang sedang kalian lakukan?”

Menoleh kaget, kami sama-sama terkejut mendapati Sehun yang entah sejak kapan sudah berada di ambang pintu.

“S-sayang, kenapa kau kembali?” tanyaku gugup, refleks melepaskan dasi Luhan. Aku hanya tidak ingin dia berfikir macam-macam jika melihat ini.

Tanpa menjawab pertanyaanku dan mengabaikan Luhan yang masih berada di kamar kami, dia berjalan kea rah lemari di sudut ruangan.

“Tidak perlu sekaget itu, lagipula aku hanya mengambil bebarapa pakaian dan akan pergi lagi setelah ini.” ujarnya datar, memasukkan beberapa potong baju ke dalam tas, berlalu pergi, sesaat Sehun berhenti tepat di sebelah Luhan, menatap namja itu tajam. “Dan aku hanya ingin memastikan tidak ada yang sedang berpura-pura atau keliru melihat istri orang lain sebagai istrinya.”

TBC

 

N/A :

(‘-’ ) (._. ) ( ._.) ( ‘-’) *Celingukan. KENAPA INI JADI CHAPTERED???!!! Hahaha.

Setelah ngebut dan hampir berhasil nyelesain ini, jujur aku juga bingung mau bikin ending yang bagaimana (Dasar absurd). Aku putusin buat pindah haluan dari Oneshot ke Chaptered aja -_- keke

And I don’t think this perfect enough…

Aku harap kalian suka dan bersedia komen ^^ Semakin banyak komen, semakin cepat saya publish Chapter selanjutnya XD


The Phantom of the Opera (Prolog)

$
0
0

the

The Phantom Of The Opera  Prolog (Remake)

Author:  Candy Girl a.k.a  Febby Sabrina (@Junmi0n)

Cast:  Nam Mynra, Byun Baekhyun,  Lu Han, Oh Sehun

Support Cast:  Lee Sunkyu (Sunny Girls Generation), Kim Joon Myun (SuHo EXO-K), Choi  AhYoung (OC Mynra friends)

Genre:  Mystery, School Life, Romance, Friendship

Rating: PG-17

Length: Chapter

Warning: AU, typo, alur gaje

Desclaimere: ff ini murni atas pemikiran author. Tetapi bila ada kesamaan alur dan tokoh, maafkan author

A.N: Hallloooo sebelumnya aku berterima kasih kepada Delia eonni(DZ4908) yang udah bikinin posternya hehe. Btw sebenernya ff ini udah dishare di exo fanfiction sampe part 2. Tapi berhubung author waktu itu kelas 8 dan lagi ikut pertukaran pelajar ke Seoul alhasil ff ini mandek ditengan jalan alias DISCONTINUED.  Karena itu berhubung kesibukan author dikelas 9 ini agak berkurang author mau melanjutkannya dengan sedikit merubah alurnya.  Liat ratingnya ya haha

Summary: You must make the audience enjoy the show to finish

 

Therefore you must finish the

story..

 

The story that never ends

 Happy Reading yeorubun 상랑해☺

“Yak! Baekhyun-ah siapa dia sebenarnya?”
“Apa pikiranmu sejalan denganku?”
Mynra dan Baekhyun saling menatap satu sama lain, seakan mengerti kemana arah pembicaraan mereka. Sontak membuat bulu kuduk mereka berdua meremang setelah menyadari sesuatu yang ganjil.

“Baekki.. a..apa benar kalau dia hantu?”
“Entalah, hey kenapa kau ini hah?”
Tanya Baekhyun pada Mynra
Tanpa disadari mereka, dipojok ruangan tersebut terdapat sosok yang melihat mereka dengan tatapan sendu bercampur cemburu.
“Ani Nam Mynra hanya untukku, dia hanya miliku. Mynra-ya jauhi lelaki itu kau tidak boleh dekat lelaki manapun. Nan jeongmal saranghae ra-ya.” Lalu sosok itu pun hilang seiring menghilangnya suara langkah kaki Mynra dan Baekhyun.

The Next Day At Library
“Seh… Mpppfftt…”
“jebal..shh…mppfft…hentikaanhh..”
“Tidak akan. Kau tidak akan aku hentikan”
Lelaki itu terus melumat kasar bibir Mynra. Terus menerus seiring merambatnya tangan lelaki itu menelusup kedalam rok pendek Mynra.
“Akhhhhhh..!!!”
Mynra mendesah kembali dengan keras saat menyadari kewanitaannya dimasuki benda. Yang diyakini adalah jari panjang pria tersebut.
“stopphhh…ahh..nggh…”
Pria itu memutar jarinya, mengacaukan kesadaran gadis itu, mengacaukan apa yang ada didalam tubuh gadis itu. Memberikan putaran magis yang mampu membuat gadis itu melayang.
“ngghh..ahh…shhh…”
“oohh..seh..akkhhh”
“oughh..ahh..jeball…ahhh”
pria itu terus memasukan jarinya semakin dalam, menyentuh titik sensitif gadis itu.
“sehuun..ahh…ougghh…shh..akkhh”
Gadis itu merasakan dirinya mencapai puncak, merasakan dirinya meledak dan mengeluarkan cairan kental bewarna putih. Pria itu pun segera mengeluarkan jarinya dari dalam kewanitaan Mynra, menjilati jarinya yang dipenuhi cairan orgasme sambil memperlihatkan seringaian puas. Tanda pria itu puas mengacaukan Mynra.

Bruukk *sound effect failed –”*
Mynra jatuh terkulai lemas setelah mencapai puncak orgasme, lalu pingsan ditempat itu.

Otte? Gimana prolog nya?? Ancur ya? :(( mian lagi gak ada ide huhu. Kenapa ada suara “begituan” dan ada scene “itu” nya??. Nanti dilanjut di chapter 1. Hihiy.
Dibutuhkan RCL☺


TRUE LOVE (Chapter 1)

$
0
0

 New Picture (26)

TRUE LOVE (Chapter 1)

Tittle                : TRUE LOVE (Chapter 1)

Author             : Shin Ah Ra (@kyungdaee)

Cast                 : – Oh Sehun (EXO)

                          – Shin Ah Ra (OC)

              – Park Chanyeol (EXO)

              – Jung Eunji (Apink)

              – Kim Joonmyun (EXO)

Genre              : Romance, School life, Angst

Rating             : PG-16

Length                  : Chaptered

Happy Reading Guys!!

Previous :

Setelah mereka sampai di kantin, Ahra bercerita semuanya. Tentang Oh sehun yang menbraknya tadi pagi.

“Cuma karena itu kau jadi membenci sehun sunbae?” Eunji terkejut. Hanya karena insiden kecil seperti itu. Ahra jadi membenci oh sehun.

“Aishh. Berati dia bukan orang yang memiliki sopan santun bukan? dia bahkan tidak eminta maaf dan membantuku. Dasar sehun menyebalkan!!” kata Ahra dengan nada yang tinggi

“Siapa yang menyebalkan?” kata seseorang yang ada dibelakan Ahra. Orang itu memandang dua orang yang ada didepanya dengan tatapan yang datar

“se-sehun sunbae?” Ahra terkejut. Ternyata dari tadi sehun mendengar percakapan mereka dan mereka baru sadar sehun sedari tadi ada di meja sebelah meja mereka.

——————————-TRUE LOVE——————————-

-Author POV-

“Kau terkejut eo?” jawab sehun dengan nada datarnya itu

“se-sejak kapan sunbae disini?”

“sejak kau bilang bahwa kau membenciku”

“a-aku tidak membenci sunbae kok. Aku hanya kesal saja dengan sunbae, sunbae menabraku tadi pagi tapi sunbae tidak minta maaf atau membantuku, sunbae malah pergi begitu saja.” jawab ahra jujur dengan suara yang bergetar. Dia takut akan dimarahi habis habisan oleh sehun.

-Sehun POV-

“Ohh.. jadi ini gadis tadi pagi yang aku tabrak? Hanya masalah kecil seperti itu saja dia sampai membenciku? Berlebihan sekali dia. Baiklah aku akan minta maaf, dan jugaa, gadis ini lumayan cantik juga sihh. Eh? Apa? Anii, aku tak boleh jatuh cinta pada hoobae ini! Sehun sadarlahh!” batin sehun

“Baiklah. Aku minta maaf untuk kejadian tadi pagi. Dan kalau kau ingin membenciku juga silahkan saja, aku taidak melarangmu eo” setelah mengatakan itu, aku langsung pergi meninggalkannya disana.

“Aku tidak membencimu sunbaee!!” samar samar aku mendengar teriakannya.

Aku tersenyum mendengarnya. Untung saja dia tidak membenciku, kalau dia sampai membenciku, mana mungkin aku bisa mendekatinya? Haha. Gadis itu menarik juga.

Setelah sampai dikelas X-B aku pun langsung duduk di meja guru yang ada disana. Aku bertugas menjaga kelas X-B di kegiatan MOS disini. Aku menjaga kelas ini bersama teman sekelasku yang juga pengurus osis, dia adalah Kim Joonmyun atau yang sering dipanggil Suho.

“Sekarang kalian keluarkan buku kalian, saya akan membacakan apa saja yang harus dibawa untuk MOS besok. Catat baik baik tidak aka nada pengulangan oke?” kata suho tegas di sdepan kelas. Aku menyuruh suho saja yang membacakan. Aku malas. Lebih baika aku duduk duduk saja disini haha.

“ne sunbae” jawab mereka semua

***

-Ahra POV-

Aku segera berlari cepat menuju ke kelas. Mungkin aku akan terlambat masuk kelas. Dan akan dimarahi habis habisan oleh sunbae yang ada disana. Huhh.. aku habis dari wc karena setelah dari mkantin, tiba tiba perutku sakit. Eunji sudah aku suruh ke kelas duluan, supaya dia tidak terlambat. Aku tidak mau menyusahkannya. Awalnya dia menolak masuk duluan, tapi setelah aku paksa, akhirnya dia mau juga. Setelah sampai kelas aku langsung masuk dan minta maaf pada sunbae yang ada disana.

“Mian sunbae. aku terlambat. Aku tadi habis dari kamar mandi sunbae.”

“bohong! Bilang saya kau habis keluyuran. Iya kann??” bentak sunbae itu.

Aku pun ketakutan, aku bisa melihat semua yang ada di kelas itu memperhatikanku yang sedang dibentak oleh sunbae itu. Dan disana ternyata juga ada sehun sunbae.

“Suho-ssi. Kau lanjutkan pekerjaanmu. Biar anak ini aku yang urus” kata sehun sunbae sambil menarik tanganku keluar dari kelas

***

“Appo!!” kataku sambil berusaha melepaskan genggaman sehun sunbae. Tapi apa daya, kekuatanku kalah dengan sehun sunbae, jadi aku lebih memilih diam. Tenyata dia membawaku ke atap sekolah.

“Kau harus berterima kasih kepadaku nona” kata sehun datar sambil melepaskan genggaman tanganya.

“Untuk apa?” jawabku tak mengerti. Untuk apa aku harus berterima kasih?harusnya aku memarahinya sekarang, karena dia, tanganku menjadi sakit sekarang! Dasar sunbae gila!

“Kalau suho yang menghukumu, hukuman yang kau dapatkan akan sangat berat. kau tahu? Dulu suho pernah menghukum hoobae samapi dia jatuh pingsan hanya karna dia terlambat masuk. Mungkin ka akan bernasib sama dengannya kalau suho yang menghukumu.”

“jinjja? Oh, kalau begitu, Terima Kasih Sunbae! Jadi, sekarang kau akan menghukumku apa?” kataku dengan nada datar

“kau harus menemaniku disini sampai bel pulang berbunyi. Tenang saja, suho tidak akan memarahimu. Aku kan ketua osis, jadi dia tidak akan berani melawan perintahku” jawab sehun enteng.

‘ Apa? Menemaninya? Dia gila! Ini sangat sangat membuang waktuku yang sangat berharga. Lagipula bel pulang masih lama! Dasar sunbae menyebalkan!!’ batinku

“Sampai bel pulang? Itu lama sekali sunbae.. aku mau ngapain disini?”

“Kau bisa menmaniku tidur disini. Sudahlah, jangan banyak komentar. Aku mau tidur. Kau! Duduklah disebelahku!” katanya sambil menunjuk bangku kosong yang ada di depannya.

 Di atap sekolah ini ada sebuah meja dan dua bangku yang beseblahan. Mungkin tempat ini biasa untuk tidur para murid yang malas mengikuti pelajaran.

“Mwo? Tidur? Tidak mau! Aku mau berdiri saja disini”

“Terserah. Aku mau tidur” jawabnya.

Setelah itu, aku melihat dia sudah memejamkan matanya. Mungkin dia sudah tidur. Aku ingin sekali kabur, tapi aku tidak mau ambil resiko. Bisa bisa kalau aku kabur, aku bisa diberi hukuman yang lebih gila lagi.

15 menit kemudian..

“Huhh. Capek juga berdiri terus. Apa aku duduk aja ya? Tapi aku tidak mau duduk disebelah sehun sunbae yang menyebalkan itu. Tapi kalau aku tidak duduk, aku bisa mati disini gara gara kakiku sangat sanga pegal. Ya sudah deh, aku duduk aja” kataku dalam hati sambil menuju bangku yang ada di sebelah bangku sehun sunbae.

-Author POV-

Setelah Ahra duduk, dia mulai merasa mengantuk karena udara disini sangat sejuk. Tak lama kemudian dia tertidur disana sambil menaruh kepalanya diatas meja didepanya. Posisi tidurya sama dengan sehun sehingga wajah mereka hanya berjarang sekitar 4 cm, tapi mereka tidak menyadarinya karena mereka tertidur sangat pulas.

***

Kriiinggg… Kriiinggg…

Setelah 2 jam mereka tertidur, akhirnya mereka terbangun dari tidurnya. Mereka membuka mata mereka. Mereka sama sama terkejut dengan jarak wajah mereka. Tapi mereka hanya diam saja. Entah dorongan darimana, sehun mulai memajukan wajahnya. Ahra tidak bergerak, dia hanya berdiam, menunggu apa yang akan selanjutnya terjadi sambil memandang mata sehun. Entah kenapa, Ahra merasa nyaman dan damai saat menatap mata indah sunbaenya itu. Wajah mereka sekarang hanya berjarak 1 cm. Dan akhirnya..

Chuu~

Sehun memberanikan dirinya untuk mencium gadis yang ada di depannya ini. Tidak ada pergerakan di ciuman mereka itu. Mereka hanya menempelkan bibir mereka tanpa ada lumatan lumatan atau sebagainya.

‘Sehun sunbae menciumku? Apakah aku sedang di alam mimpi? Sepertinya tidak! Ya tuhaann! Apa yang harus aku lakukan’ kata ahra dalam hati

 

TBC

Author’s Note : Mian kalo ceritanya di chapter ini sangat sangat gaje dan mian kalo chanyeol belum keluar di chapter ini. Munkin chanyeol akan ada di chapter selanjutnya. Gomawo untuk yang reader yang mau membaca ff abal saya ini. Comment juseyooo ;)


Viewing all 4828 articles
Browse latest View live