Quantcast
Channel: EXO Fanfiction
Viewing all 4828 articles
Browse latest View live

Rumit dan Merepotkan (Chapter3)

$
0
0

rumit

 

Subtitle : Cherry-blossom

Author : ryuzaki (babytaeminny-@ed_ryuzaki15)

Cast : (EXO-K) Sehun – Nattasha Kinara

Support Cast : Deanndra Khamai  – (Infinite) Myung-soo/L –  etc.

Genre : School-life, Friendship, Romance

Rating : PG

Length : Series

Credit Poster , by Haruru98 – http://cafeposterart.wordpress.com

Kinara’s cover, by (AKB48) Yuki Kashiwagi.

Warning : NO silent reader and Plagiarize please. DO NOT take ideas/plagiarize, dialogues and others from this story.
-

“Bunga sakura itu kuat, lembut dan keren. Bunga lambang keadilan.”

[Chapter 3]

“Ada seseorang yang menunggumu diluar”

Kinara berhenti sejenak. Ia menaruh sandwich yang ia makan di piring. Ia mulai bertanya pada dirinya
sendiri. Memangnya aku punya janji dengan seseorang?. Tak lama ia mulai penasaran, daripada ia terus bergulat dengan batinnya lebih baik  ia mebuktikannya. Siapa yang menunggunya diluar itu. Supaya rasa penasarannya itu terobati.

Jarinya yang lentik membuka gorden jendela ruang tamu. Matanya dengan jeli menatap keluar, sesaat ia sadar ternyata Deanndra yang menunggunya. Ia menyunggingkan senyumnya, ini pertama kalinya ia berangkat bersama sahabatnya. Memang dari dulu Kinara sangat mengimpikan itu, tapi tak pernah terwujud. Dikarenakan sahabatnya itu selalu diantar oleh ayahnya menggunakan kendaraan pribadinya—mobil.

eonni, kalau ada telpon dari kak Felis jangan lupa aku kirim salam gitu…”

 

Yoona yang sedang sibuk menyikat giginya terhenti. “Iya, kalau aku tidak lupa”. Kemudian ia tertawa kecil.

 

“Ish .. eonni~ Menyebalkan, deh!”  katanya sambil mengerucutkan bibirnya. Dengan hentakan kaki yang sengaja ia keraskan, tiba-tiba saja ia melihat secarik kertas kecil yang tergeletak di meja ruang tamunya. “Apa ini?” Ia membolak-balikan kertas itu dan disana tertulis sebuah pesan.

 

Peanut butter dan blueberry jam persediaan kita habis. Pulang sekolah, jangan lupa beli di supermarket sana. Pakai uang kamu saja dulu.

 

“Haahh… kenapa harus aku?”

 

-

Hari ini Kinara benar-benar menikmati hari yang menyenangkan ini. Ditambah matahari yang bersinar cukup terang di pagi yang indah ini. Tapi kali ini ia tidak membawa sepedanya karena..

 

“Dean, kau tahu? aku kira kau membawa sepeda?”

 

“aisshh…” Deanndra berjalan mendahuluinya. “Rantai sepedaku belum ku perbaiki, so kita jalan kaki saja okay?” katanya sambil mengedipkan matanya.

 

“ahh.. terserah kau sajalah.” Kinara mengalihkan pandangannya kearah lain. Ia benar-benar kesal dengan sahabatnya kali ini. Padahal ia sudah gembira sambil membawa sepedanya keluar, tapi ia kecewa karena Deanndra tidak membawa sepedanya. Kalau ia tidak berangkat dengan Deanndra mungkin, ia bisa membawa sepeda kesayangannya itu.

 

“Kinara~” panggil Deanndra. “ Jangan marah…” ia menautkan kedua telunjuknya. “Kalau kamu marah aku sedih ..”

 

Kinara menoleh. “memangnya aku peduli..” ia meleletkan lidahnya. Kemudian pergi berlari meninggalkan sahabatnya itu sendirian.

 

“Ya! Kinara benar-benar ya, kau ini…”

 

Brak!

 

Kinara mengehentikan larinya. Di sebrang ia melihat seorang anak laki-laki dengan brutal, mengendarai sepedanya sampai-sampai kardus yang berada di samping trotoar ia tabrak. Benar-benar anak nakal!

 

Bugh!

 

“awww…” Kinara meringis kesakitan. “Ishhh… Dean.. kalau jalan hati-hati dong, lihat yang ada di depanmu” katanya kesal sambil mengelus-elus bahunya itu.

 

Deanndra mengerucutkan bibirnya. “Kau menyalahkanku?” katanya menantang. “Lagian, kalau berhenti bilang, jangan tiba-tiba seperti itu.”

 

“Ishhh… kenapa kau mengikutiku hah?”

 

Kedua alisnya bertaut. Kali ini Deanndra diam. Ia tidak mau berdebat dengan sahabatnya itu.

 

“Dean-ah.”

 

“Ada apa?”

 

“Kau tahu anak laki-laki yang tadi itu?”

 

“Yang mana?”

 

“isshhh…” Kinara mengarahakan telunjuknya kearah anak laki-laki yang sedang bercengkrama dengan teman-temannya itu, yang juga sama-sama membawa sepeda.

 

Matanya dengan jeli melihat kearah anak laki-laki yang ditunjukan Kinara tadi. Ia menaruh telunjuknya di dagunya. Berusaha untuk berpikir, apakah ia pernah bertemu laki-laki itu atau tidak. Matanya terbelalak ketika secara sekilas laki-laki itu memperlihatkan wajahnya.

 

Kalau tidak salah, dia itu Myung-soo kan..?

 

-

Genie High School, 10.37 KST

Cuaca yang mendukung, ditambah dengan suasana yang sejuk. Membuat para siswa-siswi Genie HS, semakin bersemangat ke sekolah. Termasuk  para siswa tingkat akhir yang hanya tinggal menghitung bulan mereka akan menghadapi ujian akhir, dan juga ujian untuk masuk universitas yang ingin mereka tujui. Kecuali ada salah satu dari mereka yang mendapatkan beasiswa atau melalui nilai raport.

 

Deanndra hanya bisa mengikuti sahabatnya dari belakang. Ia masih memaklumi kalau sahabatnya itu masih marah karenanya. Dan disitu juga ia memberi kesempatan untuk Kinara menenangkan emosinya. Dikala gadis itu membutuhkannya, Deanndra akan siap melayaninya.

 

Bugh

 

Laki-laki berseragam rapih nan mempunyai postur tubuh tinggi itu terjatuh, seseorang mendorongnya dari belakang. Entah apa motif orang itu sebenarnya. Orang itu pergi dengan wajah tanpa ada rasa peduli sekalipun pada orang yang sudah ditabraknya itu. Sebelumnya ia mengatakan suatu hal pada laki-laki itu, seperti sebuah tantangan.

 

“Oh, sakit ya? Mungkin yang kau rasakan itu tidak seperti sakit yang kurasakan”

 

“Apa maksudmu berkata seperti itu Myungsoo-ssi?”

 

“Sehun, mungkin kali ini aku akan menantangmu”

 

Sehun pun bangkit, karena sedari tadi ia terus menahan sakitnya yang berada di lututnya. Mencoba untuk menahan rasa sakitnya itu. “Myungsoo-ssi, bukankah kita sudah bersepakat tidak memperpanjang masalah ini kembali? Tapi kenapa…”

 

Sehun menoleh padanya sambil tersenyum. “Tenang saja, aku sudah mengakhiri hubunganku dengan gadis itu. Jadi aku tidak punya hubungan lagi dengannya”

 

“Bukan itu yang kumaksud”

 

“”Hah? Lalu apa?” Sehun sangat penasaran.

 

Laki-laki bernama Kim Myung-so itu tersenyum penuh misteri.”Aku harap, kita tidak lagi menyukai gadis yang sama”. Setelah berkata seperti itu Myung-soo pergi meninggalkannya. Meninggalkan sebuah kejanggalan nantinya.

 

Hei, bukankah itu sama saja?Sehun tersenyum kecil. Akan tetapi ketika ia mulai melangkahkan kakinya, ia teringat sesuatu. Jika dia berkata seperti itu… apa dia tahu kali ini aku sedang menyukai seorang perempuan?Tidak mungkin, mana mungkin ia bisa tahu. Selama ini kita jarang bertemu. Sehun mengacak rambutnya frustasi.

 

Are you okay?” Terdengar suara yang membuat lamunan Sehun buyar. Ia buru-buru menoleh, jantungnya sempat berhenti berdetak. Ketika ia tahu bahwa yang menanyai keadaanya itu adalah gadis yang selalu memenuhi pikirannya akhir-akhir ini.

 

Are you okay?” Gadis itu kembali mengulang perkataannya. “Aku sempat melihatmu jatuh, apa kau tidak terluka?”

 

Sehun diam. Ia masih belum bisa menjawabnya.

 

“Sehun-ssi!!” Suara teriakan dari Deanndra membuatnya kembali seperti semula. “Kau ini kenapa, huh? Ditanya kok diam?”

 

“Ahh.. maaf. Iya aku baik-baik saja, tidak usah mengkhawa—“

 

“Kinara tidak mengkhawatirkanmu, tapi kain yang menutupi lututmu itu” Deanndra menunjuk kearah kain yang menutupi lutunya itu sedikit tergores. Matanya pun mengikuti telunjuk yang diarahkan gadis itu. “Tidak usah terlalu percaya diri, kau itu sedikit berlebihan tahu!!”

 

Sehun tersentak kemudian ia tertawa. Aku? Berlebihan? Lucu sekali.

 

“Kenapa kau tetawa, huh? Apa ada yang lucu dari perkataanku tadi?”

 

“Tidak hanya saja…”
Deanndra memajukan wajahnya. “Hanya saja apa? Hmmm..”

 

Sehun buru-buru menjauhkan badannya. “Ahh… tidak kok. Hehe”

Sial! Kalau terus begini, aku tidak bisa move on darinya. Gadis ini memang benar-benar membuatku hampir menyukainya lagi…

 

“Sehun-ssi, kau tetarik pada Deanndra?” Sehun terbelalak. Pertanyaan yang keluar dari mulut Kinara membuatnya diam tanpa suara.

 

“Ahh, Kinara. Kau ini mengada-ada saja. Lagipula…” Deanndra mencoba mengalihkan pembicaraan, sekilas ia melirik kearah jam tangannya.”Bukankah, sekarang kau sedang dipanggil oleh temanmu?” katanya sambil mengarahkan matanya ke lapangan.

 

Dilihat seorang laki-laki bertubuh tinggi melambaikan tangannya, yang bertujuan untuk menyadari Sehun yang sedari tadi ia tidak mendengar kalau temannya itu memanggilnya. Sehun tersenyum seraya berkata yang arah tatapan matanya tidak bisa lepas dari gadis itu—Kinara.

“Okeh, aku pergi dulu. Good luck!” katanya sambil memberikan sebuah jempol pada mereka sembari mengedipkan salah satu matanya.

 

“Tatapan mata yang menjijikan!” Deanndra menoleh pada Kinara.

 

Hening sesaat. Tidak ada yang berani untuk membuka pembicaraan. Begitu juga tubuh mereka yang sedari hanya diam dan kaku. Akan tetapi hanya otak mereka saja yang terus bekerja. Bekerja untuk mencari sesuatu yang baru saja ia temui. Kinara. Gadis itu sedari tadi terus memikirkan laki-laki yang mendorong Sehun secara kasar, ia ingin tahu siapa laki-laki itu sebenarnya. Kenapa ia baru melihatnya di sekolah ini?

 

“Deanndra-ssi..

 

“Eh? Ada apa?”

 

“Apa kau tahu laki-laki yang mendorong Sehun tadi?”

 

Deanndra membilatkan matanya, kemudian ia tersenyum. “Wahh… sedari tadi kau terus memikirkan laki-laki itu ya? Jangan-jangan..”

 

“Tidak usah berpikir yang tidak-tidak. Tinggal jawab saja pertanyaanku” Kinara menaruh kedua tangannya di depan dadanya. “Kenapa diam?”

 

“Ahh tidak.. baik akan aku jelaskan.” Deanndra menghela napas. Kinara yang melihatnya hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya.

 

“Namanya Kim Myung-soo. Tapi kau dia biasa dipanggil ‘L’. awalnya ia bukan dari sekolah ini. Dia sekolah di SMA Perfect Hits. Pasti kau tahu kan?”

 

Kinara mengangguk. “Ah aku tahu itu.. tapi kenapa ia bersekolah disini?”

 

Deanndra mengangkat bahunya. “Entahlah… mungkin ia ingin bertemu musuh bebuyutannya”

 

“Musuh bebuyutannya? Maksudmu?”

 

“Kau akan tahu nanti.” Lagi-lagi Deanndra melirik kearah jam tanganya. “Lihat, sudah hampir telat! Aku khawatir kalau Soo-jin seonsaengnim sudah masuk mendahului kita. Kaja~” katanya sambil menarik tangan Kinara.

 

Diam-diam Kinara masih memikirkan hal yang seharusnya tidak ia pikirkan. Tapi cukuplah, ia sangat penasaran dengan laki-laki bernama Myung-soo itu. Entah kenapa jika ia bertemu dengan laki-laki itu kemudian ia memanggilnya dengan nama bekennya, L. Pasti yang wajah yang akan di bayangkannya adalah… bukan laki-laki itu.

 

Apa ia penggemar dari L. Lawliet?

 

-

Bel istirahat sudah berbunyi. Dominan para siswa mengisi perutnya dengan sejumlah makanan di cafetaria. Akan tetapi kali ini ia Harus mengikuti permintaan dari musuhnya itu.. ah tidak maksudnya teman. Entah kenapa secara refleks ia menerima tawaran itu. Padahal itu akan menjadi bencana nantinya. Jika orang itu bertanya lebih jauh soal ‘gadis’ yang disukainya sekarang…

 

Bermula dengan pertemuan pertama mereka di lingkungan mereka sendiri. Perlu diketahui, kalau mereka adalah teman masa kecil. Setelah berlama-lama mereka menjalin sebuah persahabatan, tiba-tiba sesuatu hal yang tidak diinginkan terjadi. Dimana Sehun berpacaran dengan seorang gadis yang merupakan gadis yang disukai Myung-soo waktu itu . Kecemburuan, ketidakpastian menemani mereka. Kecemburuan yang dialami Myung-soo pada waktu itu membuatnya semakin menjadi-jadi, ia semakin membenci Sehun. Bahkan sampai sekarang. Itu terjadi karena Sehun melanggar perjanjian yang sudah mereka jalani. ‘ Kita berjanji, jika suatu hari kami sudah dewasa. Kami tidak akan menyukai gadis yang sama.’

 

Janji hanyalah janji. Keras seperti piringan baja, itulah persahabatan mereka yang dijalani. Jika pada waktu itu mereka saling terbuka maka hati mereka akan menjadi hangat, mungkin kejadian benci-membenci dengan sahabat sendiri tidak akan terjadi.

 

“Tak kusangka, kau akan mengajakku bertanding tennis. Myungsoo-ssi?” Sehun mengambil raket dari tasnya, diikuti Myung-so yang terus membuntutinya.

 

“Oh, kenapa? Apa ada masalah?”

 

Sehun memegang raketnya. “Tidak ada. Apa kau ingin menguji kemampuan tennisku? “ katanya. Kemudian mereka pun berjalan beriringan. Menuju tempat yang akan mereka jadikan untuk bertanding tennis itu.

 

“Tak masalah, Sehun-ssi. Dulu aku pernah menjuarai Korean Junior Champion.”

 

Oh, begitu. Sehun membatin.

 

“Pemenangnya adalah yang menyelesaikan satu set permainan.” Myung-soo memberikan sebuah  arahan pada pertandingan tennis ini.

 

“Baiklah.” Sehun mengangguk, menyetujui arahannya.

 

Awalnya hanya sebuah pertandingan biasa, akan tetapi.. karena mereka bermain secara emosi entah dari mana datangnya emosi itu sehingga menarik perhatian dari siswa-siswi yang lain. Kebanyakan dari mereka lebih memilih menontonnya di pinggiran jaring raksasa yang mengelilingi lapangan tennis tersebut. Dan juga tak disangka disitu terlihat ada wasit dan hakim garis. Hingga membuat pertandingan itu semakin menarik.

 

Game count, four games all”

 

“Apakah mereka itu benar-benar atlet? Siapa mereka itu?”

 

“Mereka adalah Oh Sehun dan Kim Myung-soo. Mereka berdua sama-sama menduduki peringkat pertama di kelasnya.”

 

“Apakah keduanya pernah mengikuti tournament tennis?”

 

“Iya, aku dengar mereka punya prestasi yang mengagumkan. Dimana Sehun pernah menjuarai beberapa tournament  antar sekolah maupun yang lain, begitupun dengan Myung-soo ia pernah menjuarai Korean Junior Champion”

 

Sehun sudah tidak tahan dengan pertandingan ini, ia ingin segera mengakhirinya. Tujuan? Mungkin di balik pertandingan ini Myung-soo mempunyai sebuah tujuan tersendiri. Entah kenapa Sehun merasakan kalau laki-laki ini sedang mengujinya. Mengujinya apa ia benci kalah atau tidak.

 

Kau sangat mengagumkan, Sehun-ssi. Myung-soo melihat merasakan Sehun yang semakin menyerangnya di pertandingan ini. Ia terus bertahan, meskipun lawannya itu terus menyerang.

 

Hidup tidak bisa terus bertahan. Sehun berlari kearah datangnya bola itu.  Untuk menang… kau harus menyerang.Dan akhirnya ia pun berhasil dan…

 

Game set, won by Sehun. Six  games to four!

 

“Wah!”

 

-

16.35 KST

Jaring raksasa yang memenuhi seluruh sisi lapangan sepak bola itu menampilkan seorang pemuda dengan lihainya menembak bola dari jarak jauh itu. Kakinya terus bergerak menembak bola itu ke jaring. Setiap tendangan yang ia lakukan seakan mengungkapkan makna. Kalau ia ingin sendiri. Tatapan matanya tertutupi rambut karena keringat yang membasahi keningnya itu.

 

Bola itu berhasil memasuk jaring tersebut. Ia menghembuskan nafasnya berat. Mengingat perkataan Myung-soo sehabis pertandingan tennis siang tadi.

 

“Terima kasih sudah menerima tawaranku tadi”

 

“Itu hanya uji coba, aku hanya ingin mengujimu saja.”

 

“Satu hal yang kutahu dari dirimu sekarang…”

 

“Kau adalah tipikal orang yang benci kalah”

 

Laki-laki berkulit putih nan tinngi itu mengelap keringat yang ada pada keningnya. Entah kenapa ia terus merasa gelisah dari tadi. Ia merasa kalau ada orang dari tadi sedang mengintainya diam-diam.

 

“Sehun-ssi!”

 

Ia melirik pemilik suara yang mengganggu waktunya. Pemilik suara dengan rambut yang ia ikat kuncir dengan pita biru menghiasinya membuat laki-laki itu sedikit gugup dan gadis itu menghampirinya.

 

“Ada apa kinara-ssi? Bukankah sekarang sudah waktunya pulang?”

 

“mmm.. ada hal yang ingin aku bicarakan padamu?”

 

“Oh, boleh.” Sehun mengambil tas yang berada di kursi penonton itu. Kemudian mereka pun berjalan beriringan menuju ruang yang dipenuhi dengan loker itu dan juga dekat dengan lapangan sepak bola.

 

“Jadi..”

 

Kinara tersenyum manis kemudian ia merogoh isi tas-nya. “tara~..” katanya ambil memamerkan benda yang berbentuk gelang itu.

 

“Untuk apa itu?” tanya Sehun. Gadis itu tidak menjawabnya akan tetapi ia berjalan mendekai laki-laki itu. Ia memakaikan gelang itu di pergelangan tangan kiri laki-laki itu.

 

Sehun mencoba menolaknya. “S, sudahlah aku saja yang pakai sendiri”

 

Kinara tidak menghiraukannya, dan itu membuat jantung laki-laki itu berdetak lebih kencang. Ia hanya berharap agar gadis itu tidak mendengar detakannya.

 

“Itu adalah permintaan maaf dariku”

 

“Permintaan maaf? Memangnya kau berbuat salah padaku? Aku tidak ingat” Sehun mnyentuh gelang sakura itu dengan lembut. Tak henti-hentinya bibirnya terus menyungging sebuah senyuman.

 

“Mmm… aku minta maaf atas kejadian kemarin. Aku sudah menamparmu. Aku minta maaf” Kinara membungkukkan punggungnya.

 

Sehun tertegun. Gadis ini…

 

“Sudahlah tidak usah seperti itu. Aku sudah memaafkanmu” Sehun membantu gadis itu berdiri kembali.

 

“Terima kasih Sehun-ssi, terima kasih”

 

“Gelang buatanmu itu bagus juga”

 

“Ahh… itu sebenarnya kebiasaanku sejak kecil. Setiap ada kertas pembungkus sedotan, aku selalu membuatnya. Kali ini aku membuatnya dengan maksud minta maaf, sih… kalau tidak suka, silahkan buang saja”

 

“Ahh.. tidak apa. Aku suka. Ini bunga sakura kan?”

 

“Iya lambang keberanian.”

 

“Tapi kalau tidak salah bahasa bunga sakura bukan keberanian”

 

“Semua polisi di Jepang mengenakan bunga sakura kan? Makanya bunga sakura itu kuat lembut dan keren! Bunga lambang keadilan”

 

Mendengar penjelasan dari gadis itu tetang bunga sakura. Membuatnya terkejut, ia masih ingat gadis kecil yang pertama kali ia temukan di Jepang sana ketika ia dan keluarganya tinggal disana.

 

“K, kau mendengar itu dari siapa?” Sehun penasaran dari mana gadis ini mendapatkan kata-kata itu yang sama persis dengan gadis kecil itu.

 

“Ku sudah biasa mengatakan hal itu, memangnya salah?”

 

“Ahh.. t, tidak kok” Ia kembali melihat seksama gelang sakura itu.  Jangan-jangan gadis ini… ahh tidak, tidak mungkin. Ia menjambak rambutnya frustasi.

 

Mana mungkin aku mencintai seseorang dua kali?

 

-to be countinued

 



Silent Problem (Chapter 2)

$
0
0

Silent Problem – That’s Old and Fate

silent problem-fate

 

Author : saynae @sefinarf | genre: family, romance | lenght : chaptered |rating : PG-15 |main cast : You, OC, Oh Sehun

 

 

 

Dia tidak berkhianat pada siapa pun. Takdir yang membawanya.

.

 

 

.

 

 

 

.

 

 

 

 

.

 

 

 

 

.

 

Takdir setiap orang sangat aneh.

 

Kadang kau mendengar cerita-cerita seperti seorang anak yatim piatu yang jatuh cinta dengan seorang donatur panti asuhan yang rupawan. Lain waktu ada cerita dimana seseorang menikahi sahabat masa kecilnya. Lalu ada seorang lain yang harus menelan rasa sakit yang mendalam karena belahan jiwanya meninggalkannya sendiri untuk selamanya. Hebatnya terkadang cerita-cerita seperti itu disetujui Tuhan untuk menjadi takdir hidup seseorang. Dan tidak jarang kau mendapati dirimu tidak mengerti.

Takdir yang ada di hadapanmu terlalu aneh bagimu. Dan lagi, kau tak pernah kunjung paham.

“Ibu..” bisikmu di sela sarapan pagi hari ini yang kelewat hening. Dengan diam, kau menatap selai di atas rotimu. Kau tidak berniat memakannya. Hanya ada ibumu di sisimu pagi ini. Menemanimu sarapan. Ini jarang sekali terjadi. Dan kau setuju pada dirimu untuk membuat ibumu senang dengan memakan sarapanmu. Karena mungkin besok pagi ibumu tidak bisa menemanimu karena pekerjaan.

Kau menghela nafas. Dulu kau sangat dekat dengan ibumu. Kalian seperti sahabat. Bahkan kau bisa bilang kau tidak butuh Sulli kalau ada ibumu. Kau terbiasa menceritakan apa saja kepada ibumu. Tapi, itu sudah lama sekali. Saat-saat seperti itu adalah saat sebelum ayahmu meninggal. Dan itu memang sudah lama sekali.

“Ada apa, Sohee-ya? Kau ingin selai cokelat lagi?” tanya ibumu lembut dari balik pantry. Kau mengawasi punggung ibumu dari meja makan. Dan seperti dilempar dengan sekali hentakan, kau mengingat saat-saat dimana kalian, kau dan ibumu, menjadi sangat dekat dari hari ke hari. Kau di balik meja makan dan ibumu terpaksa menggoreng telur karena kau tidak suka makan roti kacangnya.

Kau masih mengingatnya seakan semua itu baru terjadi kemarin. Dan pagi ini seakan hanyalah pagi biasa yang hangat dan menyenangkan dimana kau masih memiliki ayahmu yang sangat kau cintai. Di pagi biasa dimana kau tidak merasa seperti seorang anak perempuan tanpa kasih sayang seorang ayah.

Kau tersenyum getir. Apa yang kaulakukan sekarang? Mengasihani dirimu sendiri?

“Ibu.. aku ingin minta maaf tidak pulang kemarin,” bisikmu. Terlampau pelan tapi kau yakin ibumu mendengarnya dengan baik. Kau mengawasi gerak ibumu yang stabil di balik pantry. Setelah tidak ada respon, kau putuskan untuk tidak bicara lagi dan meminum susu cokelatmu.

Siapa yang kau bohongi sebenarnya?

Kau jelas tahu kalau bukan itu yang ingin kaukatakan. Ibumu pun tahu.

“Tidak apa-apa.” Kau menghentikan gerak tanganmu. Hati-hati, kau mengawasi ibumu yang membalikkan badannya menatapmu. Lalu kau melihat seorang wanita cantik disana. Dengan dress rumahannya yang sederhana berwarna ivory. Ibumu terlihat sangat cantik bahkan dengan rambutnya yang terikat sembarang keatas. Kau menatap matanya yang sangat gelap dan hitam.

Diam-diam kau membayangkan bagaimana ayahmu dulu sangat mencintai wanita ini. Betapa ayahmu selalu memeluk ibumu dulu, dan mengatakan beruntungnya memiliki seorang wanita sepertinya. Lalu kau melihat Oh Sehun yang juga merasakan hal yang sama seperti ayahmu rasakan pada wanita cantik ini. Dalam bayanganmu, kau mencoba menebak bagaimana Oh Sehun terkalahkan akan ibumu.

Dan ini dia.

Kau merasa asing dengan sosok ini. Sosok wanita di depanmu ini terlihat asing. Seorang wanita yang membuat ayahmu jatuh cinta. Dan wanita lain yang membuat Oh Sehun jatuh cinta. Kau merasa dua wanita ini berbeda.

Wanita ini, yang menggenggam hati Oh Sehun, bukanlah ibumu. Adalah orang lain. Dia bukan ibumu saat itu. Dulu.

“Kau mau kubuatkan telur daripada roti itu, sayang?” tawar ibumu lembut. Kau tersenyum kearahnya. Dengan senyum tulusmu kau mengangguk bersemangat.

Lalu ibumu, wanita yang membuat ayahmu jatuh cinta, ada di dalam sana. Jauh di dalam sana. Di dalam wanita ini.

“Tentu saja, ibu.”

.

 

 

.

 

 

 

.

 

 

 

.

 

 

 

.

 

Kau menutup pintu mobil di sampingmu. Mengangguk kearah ibumu di kursi pengemudi, kau bilang kau sudah siap untuk berangkat. Ketika mesin mobil dihidupkan, kau tidak bisa untuk tidak mengingat mobil Pocari keluaran 1998 dan pengemudinya yang mengantarkanmu pulang kemarin.

Mengingatnya lagi membuatmu ingin bertanya.

“Apa Oh Sehun tidak ikut?”

Kau melihat alis ibumu berkerut saat mendengar pertanyaanmu. Lalu ibumu terkekeh dan melirikmu sekilas, sebelum akhirnya kembali fokus dengan jalan di depan.

“Kukira kau tidak suka Pocari. Tapi, sepertinya ibu salah,” ujar ibumu dengan nada bercandanya. Kau tidak menyembunyikan dengusanmu saat ibumu berkata begitu.

Kukira kau tidak suka Oh Sehun. Tapi, sepertinya ibu salah. Bagimu kata-kata ibumu lebih terdengar seperti itu.

“Aku tidak suka Pocari. Seperti dugaanku, mobil itu bertingkah sama seperti umurnya.” Jawabmu cepat.

Nah, ini dia. Perang argumentasi antara ibumu dan kau. Kalian tidak pernah saling membentak. Dan bertengkar, seperti kebanyakan gadis remaja dan ibu lainnya. Kalian mengumbar kalimat sinis lewat keahlian kalian mengumpamakan sesuatu. Bagi orang lain yang melihatnya, mereka akan berpikir kalian sedang membicarakan hal sepele. Seperti sekarang ini, membicarakan sebuah mobil Pocari. Tapi, kalian berdua tahu subyek yang kalian bicarakan lebih dari itu.

Walau aneh untuk mengakuinya, tapi sebenarnya ini menyenangkan bagimu. Kadang kau mengabaikan topik sensitif di balik perumpamaan kalian. Kau lebih menikmati caramu dan ibumu kembali melakukannya lagi. Setelah sekian lama.

Dalam hatimu, kau senang bisa menghabiskan waktu bersama ibumu lagi.

“Sama seperti umurnya, huh?” tanya ibumu. Berbicara lagi setelah melajukan mobil kalian yang baru saja turun ke jalan besar.

“Bagaimana dengan pemiliknya? Apa dia bertingkah sama sesuai umurnya?” tanya ibumu. Kau memberinya tatapan mengadili. Itu curang kalau mengangkat subyek yang sebenarnya ke permukaan. Ibumu kalah dalam permainan perumpamaan kali ini. Tapi, kau lebih merasa kalah karena tidak bisa menjawabnya.

Oh, please. Semua orang tahu kalau Oh Sehun bertindak tidak sesuai umurnya. Dia lebih dewasa. Dan walaupun kau mengakuinya dalam hatimu. Tapi, kau enggan mengatakannya secara oral.

“Kurasa yang sedang kubicarakan adalah mobilnya.” Ujarmu kemudian. Menutup permainan.

“Kau benar.” Jawab ibumu. Sambil terkekeh. Dalam hati kau menyesal membicarakan Oh Sehun. Calon ayahmu itu ternyata sangat merepotkan jika diangkat sebagai topik pembicaraan.

Selama sisa perjalanan. Kau dan ibumu berbicara banyak hal. Bukan Oh Sehun. Karena kau terlanjur tidak mood. Syukurlah ibumu sekarang sedang dalam mode sebagai sahabatmu. Alih-alih bertingkah sebagai sorang ibu yang ingin anaknya membicarakan calon ayah yang mengagumkan, ibumu bertingkah seperti sahabatmu yang mendengar dan membahas apa saja yang sedang ingin kau bicarakan.

Kalian bicara soal Milo yang hilang, soal Kim Myungsoo INFINITE yang semakin tampan, soal WINNER yang akan debut (dan ibumu mengerang karena ini membuatnya mengingat Hanbi dari tim B), soal es krim jelly terbaru (kali ini kau yang mengerang karena belum mencoba yang rasa stoberi, dan ibumu mengaku telah membelinya di minimarket di dekat kantornya), dan terakhir soal Sulli dan pacarnya yang baru saja putus.

“Aku bahkan belum melihat Kang Seungyeon ini. Apa dia baik?” tanya ibumu. Kalian baru saja memulai perjalanan lagi setelah berhenti di sebuah minimarket di pinggir jalan. Mencari es krim jelly stroberi atas permintaanmu. Sayang sekali persedian di minimarket itu habis. Rasanya pasti enak dan terjual laris sampai kau kehabisan begitu.

“Dia baik. Suaranya bagus. Dan menurutku dia tampan. Walau masih tampan Jiyong oppa sih, pacar Sulli yang sebelumnya. Tapi, ibu tahu tidak? Sulli tidak menangis saat putus dengan Seungyeon. Dia bilang dia memang tidak tertarik Kang Seungyeon sejak awal. Dan ibu tahu lagi? Sebenarnya Krystal yang suka Kang Seungyeon.” Kau membisikan kalimat terakhirmu. Dan ibumu memekik seperti gadis remaja seusiamu saat mendengar ini. Dan kau tidak memungkiri kalau ibumu memang masih cocok bertingkah sebagai remaja seusiamu.

“Krystal? Krystal… Jung Krystal? Wow, ibu kira dia suka anak laki-laki lain di kelasmu. Siapa nama anak laki-laki itu… Kim Jongin?”

Dan ekspresimu seketika berubah. Mendadak kau merasa kesal.

“Krystal dulu memang suka Jongin. Mereka pernah berkencan. Tapi, itu dulu sekali.” Ujarmu. Membicarakan Kim Jongin selalu membuatmu ingin memukul wajahnya yang seperti menari-nari dalam pikiranmu.

“Benarkah? Menurut ibu, Krystal dan Jongin sangat serasi.” Celetuk ibumu. Kau merasakan mukamu memanas.

“Kalau ibu mengenal Kang Seungyeon, ibu akan bilang kalau Krystal dan Seungyeon lebih cute. Mereka bahkan pernah bermain sebagai pasangan bersama di teater sekolah tahun lalu,” ujarmu. Tepat setelah itu kau merasa bodoh telah mengatakannya. Terlebih setelah itu, ibumu terdiam beberapa detik sebelum benar-benar berbicara lagi.

“Kau suka seseorang?” adalah kalimat ibumu yang dilontarkannya tiba-tiba. Kau mendelik dan segera menatap kearahnya. Walau tatapan ibumu fokus ke depan. Kau bisa melihat senyuman kecil disana. Dan kau merasa diejek oleh senyuman itu.

“Tidak. Tentu saja.”

“Apa Kim Jongin menyukai seseorang?”

Kau melempar pandanganmu keluar jendela mobil.

“Tentu saja! Dia suka teman sebangkunya. Namanya Byun Baekhyun. Dan kurasa mereka pacaran.” Ujarmu asal.

“Byun Baekhyun tidak terdengar seperti nama seorang gadis bagi ibu.” Kau merasakan tatapan menggoda ibumu mengawasi punggungmu. Jadi, kau menolak untuk berbalik.

“Memang tidak.” Cetusmu cepat. Oke, kaurasa itu sudah jelas bagi ibumu untuk tidak membahasnya lagi. Kau ingin ibumu tidak melanjutkan. Dan secara ajaib, ibumu benar-benar tidak melanjutkannya lagi. Ibumu hanya tertawa dan kalian diam berdua terdiam setelahnya.

Kau mengawasi jalanan di sisimu dalam diam. Ibumu menyalakan radio dan kau berkali-kali mengganti salurannya. Tapi, kalian tidak bicara lagi saat sebuah intro musik mengalun di tengah keasyikanmu mengganti saluran. Sebuah lagu yang membuatmu puas dan segera kembali menyandarkan punggungmu. Ibumu memujimu karena memilih lagu yang tepat setelah akhirnya kalian berdua kembali diam. Mendengarkan lagunya.

Urban Green.

“Hei, kita sudah semakin dekat.” Seru ibumu hangat. Kau mengangkat kepalamu dan menangkap apa yang dimaksud ibumu saat melihat keluar. Padang rumput (atau apapun itu kau menyebutnya) dengan gunung-gunung kecil dan rumput dan beberapa pohon yang jarang. Dan rumput lagi.

Dan kau tidak bisa menahan dirimu untuk tidak menurunkan kaca mobil dan menghirup aroma musim panas. Udaranya segar. Dan masih sama.

Lalu kau mendengar suara lembut bersenandung di sisimu. Ibumu menyanyikannya.

“Ibu… apa ibu rasa Lim Kim mendapatkan ide Urban Green setelah datang kesini?” bisikmu. Setengah bercanda.

“Lim Kim tidak menciptakan lagunya, sayang. Dia mungkin hanya menyanyikannya.”

Kau tertawa. Lalu kau melihat kembali padang rumput yang luas di luar. Dari tempatmu sekarang seakan kau merasa padang rumput itu tidak memiliki akhir. Kau membayangkan berlari disana dan menuruni bukit-bukit kecil. Menelungkup di lembahnya. Mendengarkan rumput kecil bercerita bagaimana dia tumbuh liar ditemani tanah yang basah dan lembut. Kau tidak akan menjerit kalau ada cacing tanah yang akan menyembul keluar dari sela-sela tanah yang gembur. Karena mungkin dia juga akan bercerita bagaimana menyenangkannya hidup di bawah tanah.

“Ibu… menurut ibu apa yang akan ayah lakukan disana?” bisikmu. Kau tidak mengalihkan pandanganmu dari padang rumput untuk menunggu jawaban ibumu. Kau mendengar sebuah helaan nafas. Kau mengira ibumu sudah kalah dengan air matanya sekarang.

“Ayahmu… dia akan berlari.”

 

.

 

 

 

.

 

 

 

.

 

 

 

.

 

Kau melangkahkan kakimu ke undakan-undakan batu. Kauangkat agak tinggi lili putih di tanganmu agar tidak mengganggu lututmu saat memanjat naik ke atas. Di depanmu, ibumu membawa serangkai baby’s breath yang selalu dia bawa setiap kali kesini.

“Sama seperti saat ibu dan ayah menikah.” Jawabnya dulu saat kau bertanya kenapa membawa baby’s breath ke pemakaman. Setelah itu kau tidak pernah bertanya lagi.

Kau tidak tahu. Tapi, dalam hatimu kau merasa senang dan lega. Kau sebenarnya tidak banyak berharap kalau ibumu masih akan membawa bunga pernikahan itu saat ini. Maksudmu, yah, ibumu akan segera menikah lagi. Tapi sebagai seorang anak, kau tetap punya perasaan dimana kau tidak ingin ayahmu digantikan oleh pria lain.

“Kita sampai. Bisik ibumu. Dia mungkin memang mengatakannya untuk memberitahumu, tapi kau merasa seperti ibumu mengatakannya pada orang lain diantara kalian berdua.

Ibumu memberitahu ayahmu. Dan kau tersenyum karena memikirkannya. Kau tidak sedang menangis, kau tidak pernah bisa menangis di sini. Sebaliknya, kau merasa sangat hangat. Kau rindu ayahmu. Kau rindu tempat ini.

Makam ayahmu ada di salah satu bukit di pemakaman itu. Disana ada sebuah pohon mahogani. Pohon itu tidak terlalu tinggi. Tapi, batangnya besar. Saat masih kecil dulu kau pernah melingkarkan tanganmu disana. Dan seperti dugaanmu, kau bahkan tidak bisa menggapai ujung-ujung jarimu sendiri.

“Jeonmyeon-ie Oppa”

Kau berdiri mengawasi ibumu menyapa ayahmu di pembaringannya. Kau tidak berjalan mendekat. Kau mengawasi ibumu. Kau mengawasi apakah yang dilakukannya sama seperti dulu. Sama sepertimu, kau tidak pernah melihat air mata di sepasang manik gelap itu. Tapi, kau melihat hal lain.

Kau merasa dihentakan oleh sebuah kekuatan besar. Kau merasa pikiranmu terganggu. Sejak pagi ini kau seperti melihat hal lain setiap kali menatap mata itu.

Penuh cinta. Tapi, bukan itu.

Kau melihat orang lain. Lagi-lagi. Seperti pagi ini.

Bukan ibumu yang duduk disana di samping makam ayahmu. Bukan ibumu yang menatap penuh cinta nisan ayahmu. Bukan ibumu disana. Orang lain.

Sama seperti 13 tahun lalu. Dia bukan ibumu.

Dia orang lain.

Yang dibawa ayahmu ke dalam kamarmu saat umurmu 6 tahun. Seorang wanita muda yang tidak kau kenal. Seorang wanita muda yang cantik dengan matanya yang gelap. Matanya yang berbeda denganmu.

Seorang wanita muda yang terlihat kesepian. Kau memeluknya setiap malam karena kau ingin menemaninya. Dia mengusap rambutmu dengan sayang karena dia juga bisa melindungimu sepenuhnya dengan perhatian seorang ibu. Kalian menjadi dekat dari hari ke hari.

Ayahmu mengenalkan seorang ibu. Sosok yang sejak lahir tidak pernah dihadirkan dalam hidupmu.

Ayahmu mengenalkannya. Lewat sosok Park Jinhee. Walau dia orang lain. Tapi, dia orang lain yang sangat kausayangi.

Kau tidak pernah marah padanya, seperti dia tidak pernah marah padamu. Sebagai seorang anak, kau punya perasaan dimana kau tidak ingin ayahmu digantikan oleh pria lain. Tapi, kau tidak bisa marah. Karena dia orang lain. Dia bukan ibumu jadi kau tidak bisa mengekangnya. Dia bukan ibumu, walau pun kau mengenalnya sebagai sesosok ibu. Tapi, kau merasa kalau kau tidak bisa menahannya.

Ibumu juga bisa mendapatkan kebahagiaannya. Dia boleh.

Jadi, kau tidak marah akan pernikahannya.

Dan kau tidak merasa dikhianati dengan pernikahannya. Karena kau melihatnya sekarang.

Kau masih berdiri dan tidak mendekat sama sekali. Kau melihat ibumu menaruh bunga pernikahan itu di makam ayahmu. Menciumi nisannya dan berbisik pelan-pelan. Kau mendengar bisikannya yang membuktikan padamu sesuatu.

Maafkan aku. Maafkan aku. Aku tidak akan memakai bunga ini di pernikahan nanti. Maafkan aku, Oppa. Aku mencintaimu.”

Kalau dia tidak pernah berkhianat pada siapapun, bahkan pada ayahmu. Dan padamu.

“Maafkan aku, Oppa. Aku mencintaimu. Aku sangat mencintaimu.”

Kau mengawasi orang lain itu berubah menjadi ibumu. Kau mengawasi ibumu mencintai ayahmu. Dan untuk pertama kalinya kau membiarkan dirimu menangis di pemakaman ayahmu.

 

 

.

 

 

.

 

 

 

.

Takdir setiap orang sangat aneh.

Kadang kau mendengar cerita-cerita seperti seorang anak yatim piatu yang jatuh cinta dengan seorang donatur panti asuhan yang rupawan. Lain waktu ada cerita dimana seseorang menikahi sahabat masa kecilnya. Lalu ada seorang lain yang harus menelan rasa sakit yang mendalam karena belahan jiwanya meninggalkannya sendiri untuk selamanya. Hebatnya terkadang cerita-cerita seperti itu disetujui Tuhan untuk menjadi takdir hidup seseorang. Dan tidak jarang kau mendapati dirimu tidak mengerti.

Park Jinhee seolah seperti takdir yang disetujui Tuhan datang untukmu sebagai seorang ibu.

Park Jinhee yang tinggal di panti asuhan dan jatuh cinta dengan seorang pria donatur panti asuhannya. Kau pernah mendengar cerita seperti dongeng ini sebelumnya. Park Jinhee menjadi sahabat pria ini. Dia memanggilnya Oppa. Tapi, pria ini sudah pernah menikah dan memiliki seorang anak gadis. Tapi, kau pernah mendengar cerita saat kedua sahabat memutuskan bersama. Mereka menikah. Park Jinhee dan pria itu. Mereka, bersama dengan anak perempuan pria itu. Lalu, kau mendengar cerita dimana seseorang kehilangan belahan jiwanya. Park Jinhee kehilangan belahan jiwanya. Dan anak gadis itu kehilangan ayahnya.

Anak gadis itu adalah dirimu. Park Jinhee adalah ibumu.

Dan Tuhan menyetujui cerita-cerita itu menjadi takdir yang sesungguhnya.

Kau merasa paham sekarang. Tapi, ada sesuatu yang ingin kautanyakan pada ibumu.

“Apa Oh Sehun membuat ibu jatuh sama seperti yang ayah lakukan?” tanyamu. Kalian dalam mobil di perjalanan pulang. Kau memainkan es krim jelly stroberi di tangan. Kau dan ibumu berhasil mendapatkannya di sebuah rest area, tapi kau tidak berniat memakannya sekarang. Kau menunggu ibumu menjawabmu. Dan kau mulai merasa bersalah karena tidak ada respon yang cepat seperti sebelumnya. Apa ini adalah pertanyaan sensitif baginya? Kau mengutuk dirimu sendiri dalam hati.

“Aku rasa ayah memiliki beberapa persamaan dengan Oh Sehun. Eum.. tidak apa-apa kalau ibu suka Oh Sehun. Aku bisa melihat kenapa.” Ujarmu cepat. Kau bermaksud meyakinkan ibumu kalau kau tidak marah dan merasa dikhianati. Tapi, sepertinya dengan berbicara seperti tadi malah membawamu semakin dalam ke jurang rasa bersalah.

“Benarkah?” kata ibumu. Tersenyum sembari melirik kearahmu. Lalu ibumu tertawa. Kau merasakan pipimu memanas karena malu. Ya, ayahmu sama sekali tidak mirip Oh Sehun. Kau hanya mengarang.

“Menurut ibu… Oh Sehun mungkin tidak mirip Kim Jeonmyeon.” Kau menahan dirimu untu tidak mengernyit mendengar nama lengkap ayahmu. Ibumu biasa memanggilnya Ayah saat berbicara denganmu. Atau kadang kau mendengar dia menyebutnya Oppa kalau tidak sadar sedang bicara denganmu.

“Menurut ibu mereka berbeda. Tapi, ada satu hal.”

Kau menatap ibumu. Mencoba menelaah ekspresi wajahnya. Tapi, hari sudah malam dan lampu jalan tidak cukup untuk membantumu.

“Mereka berdua membuat ibu jatuh cinta pada hal yang sama.” Lalu ibumu diam. Kau menunggunya melanjutkan. Tapi, tidak ada lanjutan setelah sekian menit.

“Apa itu?” tanyamu tidak sabar. Ibumu menoleh sekilas dan tersenyum hangat. Kembali menatap ke jalan saat akhirnya melanjutkan.

“Kau akan tahu kalau kau sudah menjadi milik seseorang nanti.”

Kau mengernyit. Mengerang tidak puas. “Ibu~” rengekmu seperti anak kecil. Sudah lama kau tidak seperti ini. Bermanja-manja. Ibumu terkekeh dan menepuk puncak kepalamu.

“Eum.. menurut ibu, Kim Jongin ini pria yang baik.”

“Ibu!”

.

 

 

.

 

 

 

.

 

 

 

.

Cont-

A/N :

Nah, Ini dia.

So, another plot-twist? Ehehe. Enggak ah menurutku ini bukan plot-twist kalau ternyata Park Jinhee bukan ibu kandung Sohee.

Jadi disini point nya adalah perasaan Sohee yang melihat ibunya sebagai benar-benar ibu kandungnya. Tapi, saat datangnya Sehun ini, mendorong dia menyadarkan dia kalau Park Jinhee adalah orang lain. Bukan ibu kandungnya, tapi dia sayang ke Jinhee seperti dia sayang sama ibunya. Vice versa.

Dan gimana tadi awalnya kok saya menjelaskan ini lagi, ya? .__.

Dan Lim Kim. Yang tahu lagunya lim kim yang nyempil disana adalah Urban Green.

Yang aku maksud urban green versi inggris. Kalian bisa cari tahu di google, unduh lagunya mungkin?

Karena itu semacem bantuan buat aku pribadi membayangkan padang rumput. Dan pohon besar.

Chap selanjutnya siapkan mental-fluff (atau tidak, karena mungkin gagal .__.)

Yang menebak pair Sohee-Sehun, enggak eh mereka gak eksis disini

Untuk yang mengharap Kai-Sohee, yes, mereka disini ^^

.

Dan maaf soal telat update. Itu lo UKK ahaha -,-

Maaf soal tidak munculnya sehun disini -,-

Dan Jiyong juga Seungyeon disini bukan member KARA yaaa~~ -,-

Iyap aku lagi suka anak YG dipairing sama anak SM

Semacem korea utara pacaran ama korea selatan -,-

Next chap mungkin (mungkin) sudah muncul di wp ku saat ini publish di exofanfic.

Tapi jangan terlalu banyak berharap. Nanti kayak jongin. :P


Seonsaengnim (Chapter 3)

$
0
0

 

Title: Seonsaengnim

 

Author: @diantrf

 

Cast:

Xiao Luhan, Park Chanyeol (Exo) | Park Cheonsa (OC) | Others

 

Genre: Fantasy, School-life, Romance | Rating: T | Length: Chaptered

 

Prev:

Part-1 | Part-2

 

0o0

Acara amal akan dilaksanakan tiga hari lagi, tepatnya pada hari Sabtu. Seharusnya hari ini aku belajar di kelas, namun sejak hukuman yang Luhan berikan akibat insiden perpustakaan itu mau tak mau aku menjadi panitia inti dan saat ini tengah menghias aula bersama dengan panitia lain.

 

Ada cukup banyak panitia lain disini. Aku bisa melihat Myungsoo, Sehun, dan tentu saja Luhan. Aku tak terlalu kenal dengan panitia yang lainnya karena pada dasarnya aku tak terlalu pandai bergaul. Aku hanya dekat dengan teman sekelasku saja, itupun karena aku ketua kelas. Kan tak lucu jika ketua kelas tak dekat dengan anggota kelasnya sendiri.

 

Aku diberi tugas untuk mengecek segala peralatan musik, mulai dari menyesuaikan senar gitar, mengecek piano, dan berbagai alat lainnya. Aku dibantu oleh Jongdae sunbae dan Kris seonsaeng. Entah mengapa aku juga merasa bahwa mereka adalah vampire. Ya Tuhan, hidupku semakin dipenuhi banyak vampire.

 

Luhan terlihat sedang mengatur panitia lain dalam mendekor atap aula. Telihat banyak balon warna-warni dan pita yang melintang di atas. Sangat cantik. Luhan bilang bahwa ia yang mendesain tata letak dekorasinya. Aku jadi membayangkan bagaimana nanti ia mendesain apartemen tempat kami tinggal, hehe.

 

 

“Do, re, mi- akh!”

 

 

Sakit sekali. Jariku tergores senar gitar yang putus. Darah langsung keluar cukup banyak dari jari telunjukku. Dan, bingo! Seperti yang sudah aku duga, ruangan ini hampir didominasi oleh vampire. Aku tahu karena saat ini banyak murid yang menatapku, termasuk Sehun dan Myungsoo yang kutahu adalah vampire juga.

 

Jongdae sunbae dan Kris seonsaeng yang melihat jariku berdarah langsung mengedarkan matanya mencari Luhan di aula yang luas ini. Kalau aku tak salah, mungkin Kris seonsaeng sedang bertelepati dengan Luhan karena tak lama ia datang dari arah balkon depan aula dengan jalan terburu-buru.

 

 

“Cheonsa, kumohon kau tenang.”

 

 

Sepertinya Jongdae sunbae mengerti jika saat ini aku tengah panik. Bagaimana tak mau panik jika banyak vampire yang sedang memperhatikanmu saat ini? Jongdae sunbae terus menahan tanganku agar tetap seimbang sehingga darah itu tak menetes. Jadilah jariku dipenuhi gumpalan darah yang cukup banyak.

 

 

“Kris, urus mereka.”

 

 

Luhan langsung menggendongku dan berlari meninggalkan aula. Hanya perasaanku saja atau semua orang tiba-tiba berubah menjadi patung yang tak bergerak? Sudahlah, yang kupedulikan saat ini adalah Luhan yang entah akan membawaku kemana.

 

Dan ternyata ia membawaku ke ruang kerjanya. Semenjak ia jadi guru Konseling, ia jadi memiliki ruangan pribadi yang cukup luas. Ia mendudukkanku di sofa dan mengambil kotak obat. Dengan telaten ia mengobati lukaku mulai dari membersihkan darahnya dengan air sampai membalutnya dengan kasa.

 

 

“Kenapa tak kamu hisap darahnya?”

 

 

Park Cheonsa, kau benar-benar menanyakan satu hal konyol! Luhan langsung terkikik pelan dan tersenyum manis kearahku. Setelah menaruh kembali kotak obatnya, kini ia duduk di sampingku sambil menatapku lembut. Oke, aku benar-benar salah tingkah saat ini.

 

 

“Aku tak ingin membuat vampire lain iri, hehe. Dan lagipula aku masih kenyang karena meminum darahmu beberapa hari yang lalu.”

 

 

Aku hanya mengangguk paham. Beberapa detik kemudian kami diselimuti keheningan. Aku bingung ingin bicara apa, terlalu banyak pikiran dalam kepalaku saat ini. Luhan yang sepertinya menyadari kegelisahanku dengan tiba-tiba langsung merangkul pinggangku dan menarikku agar aku memeluknya.

 

Memang agak sedikit sesak dengan hawanya yang dingin, namun entah mengapa aku merasa nyaman berada dalam pelukannya seperti ini. Kami berpelukan cukup lama sampai akhirnya Luhan melepas pelukan kami dengan sedikit kasar.

 

 

Ah, maaf. Aku lupa jika kamu pasti akan kesakitan karena-“

 

Ani, justru aku merasa nyaman seperti ini.”

 

 

Aku tersenyum dan kembali memeluknya. Luhan dengan takut-takut membalas pelukanku, membuatku tak terlalu merasakan sesak lagi. Memang benar, terkadang rasa sakit adalah suatu kebahagiaan yang tak kita sadari artinya. Dan rasa sakitku saat dekat dengan Luhan seakan berubah menjadi kebahagiaan tersendiri bagiku.

 

 

“Luhan..”

 

“Iya sayang, ada apa?”

 

“Soal Sehun itu..”

 

 

Luhan melepas pelukanku dan menatapku datar. Ia seakan ingin membaca pikiranku, namun ia pernah bilang jika ia tak dapat menembus pikiranku entah karena alasan apa. Aku malah menatapnya bingung. Sebenarnya apa yang ada di benak Luhan saat aku menyebutkan nama Sehun?

 

 

“Ia juga salah satu orang yang kuminta untuk melindungimu.”

 

“Dan Jongdae sunbae-“

 

“Ia juga.”

 

“Dan-“

 

“Sudahlah, lebih baik kita kembali ke aula. Aku harus mengatur penataan pita di dinding.”

 

 

Dan akhirnya Luhan menarik tanganku lalu kami berjalan kembali menuju aula. Sepanjang perjalan ini aku masih terus memikirkan segala kemungkinan. Mengapa Banyak sekali orang yang Luhan minta untuk melindungiku? Apakah ia tak bisa melindungiku seorang diri?

 

Kami sampai di aula setelah berjalan sepuluh menit. Kris seonsaeng langsung menghampiri kami saat baru saja menjejakkan langkah pertama memasuki aula. Matanya menatap Luhan dengan pandangan yang tak kumengerti artinya.

 

 

“Kau harus tahu jika aku kesulitan meng-handle nafsu mereka.”

 

 

Sontak aku membulatkan mataku mendengar percakapan pelan antara mereka. Luhan lalu menatap Kris seonsaeng tajam, sepertinya ia tak suka jika aku mengetahui tentang hal itu. Namun sepertinya Kris seonsaeng tak peduli dan langsung kembali ke tempatnya.

 

Luhan tersenyum kecil lalu ikut meninggalkanku menuju balkon aula lagi. Tak selang lama, Jongdae sunbae menghampiriku dengan wajah khawatirnya. Ia tepat berdiri di hadapanku dan memperhatikan jariku yang dibalut perban.

 

 

“Darahmu masih terus mendesak untuk keluar, bisa-bisa perbanmu akan penuh lagi dan darahmu akan menetes. Sebaiknya kita mencari pekerjaan ringan yang bisa kau kerjakan.”

 

 

Ia tersenyum manis lalu langsung menggenggam tanganku dan membawaku ke belakang panggung. Sepertinya kami akan membuat origami dengan berbagai bentuk. Jongdae sunbae mengajariku sekali dan setelahnya aku sudah bisa membuatnya sendiri.

 

Karena terlalu asyik, aku sampai lupa dengan perkataan Jongdae sunbae tadi. Dan benar saja, darah di perbanku sepertinya semakin banyak. Kenapa ini? Biasanya darahku akan cepat mengering saat luka. Namun mengapa saat ini tidak?

 

Belakang panggung ini lumayan sepi. Hanya ada kami berdua dan beberapa panitia yang sepertinya sedang mengerjakan jurnal kegiatan hari ini. Mereka memiliki hawa kehadiran yang normal, berarti mereka manusia biasa. Terlihat juga Minseok seonsaeng yang sedang mendampingi mereka.

 

Jongdae sunbae masih asyik dengan kegiatan melipatnya. Aneh, mengapa ia tak menyadari jika darahku semakin banyak? Aku berusaha berpikir positif dan terus mengerjakan lipatan kertas itu. Namun naas, aku langsung tersentak kaget karena hawa dingin yang tiba-tiba datang.

 

Aku terus memegangi dadaku yang sesak. Oh Tuhan, ini sesak sekali. Rasanya sama persis seperti di taman belakang waktu itu saat melihat orang itu. Jongdae sunbae langsung panik dan berusaha menenangkanku. Kurasa aku akan pingsan lagi saat ini.

 

 

“Junmyeon seonsaeng, tolong bantu Cheonsa!”

 

 

Entah dari mana, tiba-tiba Junmyeon seonsaeng sudah berjalan kearah kami dengan wajah khawatirnya. Kapan ia berada disini? Aku tadi tak melihatnya. Dan mengapa ini semakin sakit? Dadaku semakin sesak ditiap tarikan napasnya.

 

 

“Cheonsa, bertahanlah. Aku akan membawanya ke ruang kesehatan.”

 

 

Jongdae sunbae langsung mengangguk dan Junmyeon seonsaeng langsung menggendongku. Napasku sudah semakin menipis. Rasa sesak ini semakin menusukku. Bahkan aku sangat kesulitan hanya untuk sekedar menarik napas.

 

Baru beberapa langkah Junmyeon seonsaeng berjalan, aku merasa bahwa ia berhenti tiba-tiba. Mataku terlalu berat untuk dapat kubuka. Tapi yang pasti aku merasakan bahwa tubuhku ini tengah berpindah tangan dan rasanya lebih hangat. Setelah itu aku tak tahu lagi apa yang terjadi.

 

0o0

 

Mataku sangat berat untuk sekedar terbuka. Setelah menenangkan diri selama beberapa detik, aku kembali berusaha membuka mataku dan berhasil. Langsunglah berkas cahaya lembut menyapa retinaku. Ini dimana? Semuanya terlihat putih. Ini bukan kamar rumah sakit, tapi bukan kamarku juga. Ini dimana?

 

Pada kedipan ketiga, semuanya nampak jelas di mataku. Ini kamar Chanyeol. Saat kami memutuskan untuk pisah kamar, Chanyeol mengalah dan ia yang pindah ke kamar tamu. Tapi.. mengapa aku bisa berada disini? Bukankah terakhir itu..

 

Ah, ya! Aku lagi-lagi pingsan karena rasa sakit di dadaku. Saat itu bukankah Junmyeon seonsaeng yang menggendongku? Mengapa aku bisa berada di rumah bahkan di kamar Chanyeol?

 

 

“Sudahlah, jangan terlalu memikirkan kejadian yang telah berlalu.”

 

 

Aku menoleh ke arah sumber suara. Chanyeol tengah berdiri di depan pintu dengan nampan yang sepertinya berisi makanan. Ia mendekat padaku perlahan dan menaruh nampan itu di meja nakas lalu duduk di pinggir ranjang. Ia memegang keningku dengan punggung tangannya lalu mengusap anak rambutku yang berantakan.

 

Entahlah, rasanya sangat nyaman diperlakukan seperti ini oleh Chanyeol. Apakah ikatan batin kami sangat kuat? Secara harfiah Chanyeol adalah adikku, namun aku saat ini lebih terlihat seperti adik kecilnya ketimbang kakaknya. Ia masih terus mengelus rambutku sampai wajahnya tiba-tiba mendekat ke telingaku.

 

 

“Jangan sakit lagi. Kau membuatku khawatir.”

 

 

Bisikannya sangat pelan dan lembut, namun aku masih bisa mendengarnya. Mengapa akhir-akhir ini Chanyeol sangat berbeda dari biasanya? Dimana Chanyeol yang selalu ramai dan sering membuat ulah dengan menjahiliku? Mengapa sekarang ia menjadi pria manis seperti ini?

 

 

“Ini, makanlah walau hanya sedikit. Mau kusuapi?”

 

 

Rasanya aku sangat sukar bahkan hanya untuk berkata iya. Akhirnya aku hanya mengangguk pelan dan Chanyeol membantuku untuk bangkit dan menyandar tepi ranjang. Ia kemudian menyuapiku bubur sedikit demi sedikit. Lidahku terasa pahit, rasanya aku ingin muntah.

 

 

“Cheonsa!”

 

 

Langsung aku berlari menuju kamar mandi dan berdiri tepat di depan wastafel. Aku memuntahkan semua yang bisa kumuntahkan. Perutku seakan menolak untuk diisi dan kepalaku semakin pusing. Tak lama, aku merasakan ada memijat tengkukku. Mungkin itu Chanyeol.

 

 

“Sayang, kamu kenapa?”

 

 

Ini bukan Chanyeol. Ini suara Luhan. Aku terlalu lemas hanya untuk menoleh padanya. Aku masih terus memuntahkan semua isi perutku. Ia dengan sabarnya memijat tengkukku dan mengusap punggungku. Kepalaku semakin terasa pusing. Dan di detik-detik terakhir, aku melihat dengan mata kepalaku sendiri bahwa yang kumuntahkan bukan lagi air atau makanan.

 

Darah. Cairan pekat itu lolos begitu saja dari mulutku. Dan.. warnanya hitam. Darah itu berwarna hitam. Tuhan, apa yang terjadi padaku? Kurasakan tubuhku oleng dan aku tak sadarkan diri. Lagi-lagi tak sadarkan diri.

 

0o0

 

Baiklah, aku menyerah. Mataku saat ini benar-benar tak bisa terbuka. Aku terlalu lemas bahkan hanya untuk membuka mataku. Hari ini adalah rekor jarak waktu pingsan tercepatku. Alhasil aku hanya diam dan berusaha untuk mendengar suara di sekelilingku. Samar-samar kudengar suara Luhan yang sepertinya sedang bicara dengan Chanyeol.

 

 

“Aku benar-benar tak sadar jika Cheonsa pingsan di backstage karena kekurangan darah. Bagaimana mungkin aku tak merasakan aliran darahnya?”

 

 

Itu suara Luhan. Mereka pasti sedang membicarakanku yang tiba-tiba pingsan di backstage saat bersama dengan Jongdae sunbae. Namun benar apa yang Luhan katakan. Harusnya ia sebagai vampire tahu aroma dan aliran darahku. Dan aku jadi teringat, bahkan Jongdae sunbae yang dekat denganku pun tak merasakannya. Bukankah itu hal yang aneh?

 

 

“Ada yang menghentikan waktu, hyung.”

 

 

Tunggu! Apa tadi kata Chanyeol? Menghentikan..waktu? Aku memang pernah membaca buku The Power of Vampire milik kakek di perpustakaannya. Bahwa tiap vampire memiliki kekuatannya masing-masing. Contohnya adalah Luhan yang bisa teleportasi, berlari cepat, dan entah apalagi kekuatan yang ia miliki. Jadi.. Apa mungkin ada vampire lain yang sengaja menghentikan waktu dan membuatku terjebak di dalamnya? Namun untuk apa?

 

 

‘Banyak vampire yang mengincarmu.’

 

 

Aku jadi teringat kata-kata yang sering Luhan ucapkan padaku. Banyak vampire yang mengincarku karena aroma darahku yang nikmat. Apa mungkin yang menghentikan waktu itu adalah salah satu dari banyak vampire yang menginginkan darahku?

 

 

“Tapi aku masih tak mengerti. Dan Chanyeol, mengapa kau bisa terbebas dari penghentian waktu itu?”

 

 

Luhan sepertinya bisa membaca pikiranku. Itu benar. Jika vampire itu hanya menjebakku dalam waktu itu, mengapa Chanyeol bisa lolos?

 

 

“Sebenarnya bukan sepenuhnya waktu itu dihentikan, hyung. Itu hanyalah pengalihan pandang saja. Dan apakah hyung lupa jika aku pelindung Cheonsa?”

 

 

Deg!

 

 

Kenyataan apa lagi ini? Belum selesai perasaan heranku pada Luhan, kini Chanyeol semakin menambah buruk. Sebenarnya apa yang orang-orang sembunyikan dariku? Mengapa aku seperti ini? Jika terus seperti ini aku lebih baik menunda bahkan membatalkan pernikahanku dengan Luhan yang hanya tinggal satu minggu lagi.

 

Aku paling tidak suka jika ada yang menyembunyikan suatu hal penting di belakangku. Sangat tidak suka. Dan apalagi ini Luhan, calon suamiku, dan Chanyeol yang notabene-nya saudaraku sendiri. Aku merasa tidak dianggap. Ini menyangkut keselamatan hidupku dan mereka malah menyembunyikan semuanya dariku.

 

Hening. Sepertinya mereka tengah melamun dengan pikiran mereka masing-masing. Dan tubuhku sudah mulai bisa digerakkan. Aku membuka mataku perlahan dan menggeliat kecil. Mataku langsung disambut oleh tatapan teduh Luhan yang duduk di samping ranjangku, diikuti Chanyeol yang kulihat tengah duduk di sofa kamarku sambil menatapku. Bukankah aku tadi berada di kamar Chanyeol?

 

 

“Aku akan mengambilkan Cheonsa minum.”

 

 

Chanyeol tersenyum lalu keluar dari kamarku. Sepertinya ia memang sengaja untuk memberikan ruang untuk aku berdua dengan Luhan. Saat ini Luhan masih terus sibuk menatapku dan memainkan jemariku dalam genggamannya.

 

Senyumnya saat ini sangat manis, walaupun raut wajah khawatir itu terlihat jelas disana. Ia mengusap rambutku dan masih terus terdiam. Ini hanya perasaanku saja atau Luhan sedikit pucat. Apakah ia sakit?

 

 

Hey, kamu seperti putri tidur yang tidur berabad-abad.”

 

 

Aku mengerutkan keningku. Waktu itu aku pingsan selama tiga hari, dan aku sangat shock begitu mengetahuinya. Dan sekarang aku pingsan berapa hari lagi? Jangan-jangan seminggu? Atau bahkan setahun?

 

 

“Acara amal telah selesai dua hari yang lalu.”

 

 

Sumpah, aku benar-benar shock saat ini. Itu artinya aku sudah pingsan selama lima hari. Catat itu, lima hari! Ya Tuhan, mengapa tubuhku sangat lemah seperti ini? Luhan seperti menyadari kekagetanku dan malah terkekeh kecil melihat wajahku yang absurd saat kaget.

 

 

“Saat sakit pun kamu masih sempat menggodaku dengan wajah imutmu itu, hm? Dasar gadis nakal.”

 

 

Ketimbang memikirkan ucapan Luhan barusan, aku lebih memilih untuk memikirkan satu hal lagi yang lebih penting. Pernikahan kami. Jika aku pingsan selama lima hari, bukankah itu artinya waktu pernikahan kami semakin dekat? Oh Tuhan bunuh aku sekarang juga.

 

 

“Pernikahan kita-“

 

“Akan dilaksanakan dua hari lagi.”

 

 

Sepertinya hari ini Luhan benar-benar membuatku jantungan. Pertama, saat tahu bahwa aku kembali diganggu oleh vampire sinting yang menghentikan waktu. Kedua, saat tahu aku pingsan selama lima hari. Dan kini dengan berita pernikahan kami yang tinggal dua hari. Selanjutnya apa lagi?

 

Aku hanya terdiam. Sesungguhnya aku masih belum bisa menerima Luhan sepenuhnya. Ada saatnya dimana hati kecilku berkata jika aku tak bisa bersama Luhan. Aku tidak ditakdirkan untuk bersama Luhan. Namun separuh hatiku yang lain berkata bahwa memang Luhan-lah orangnya. Orang yang bisa menjaga hatiku dan tak akan menyakitinya kelak.

 

Aku bingung. Hidupku semakin tak tenang saat ini. Padahal sebelum mengenal Luhan hidupku baik-baik saja. Cheonsa si gadis dingin yang mempunyai saudara menyebalkan. Namun justru sekarang aku kaget dengan perubahan sikap Chanyeol. Ia menjadi lebih diam dan serius dalam menanggapi suatu hal.

 

Tanpa sadar air mataku menetes. Aku masih berbaring di ranjang dan air mataku keluar dengan sendirinya. Hebat. Apa yang akan Luhan katakan saat ini?

 

Semakin lama semakin banyak air mataku yang keluar. Aku membenarkan posisiku hingga sekarang terduduk menyandar kepala ranjang. Aku tidak menangis terisak, hanya diam dan membiarkan air mataku tumpah sebanyak yang kubisa. Mungkin aku hanya terlalu lelah dengan segala hal yang menimpaku belakangan ini.

 

Pandanganku kosong. Aku tak berani menatap Luhan saat ini. Entah mengapa aku menjadi tidak yakin dengan semua ini. Aku merasakan jika Luhan menghapus air mataku dengan jemarinya. Tatapan matanya sangat lembut, seolah aku ikut masuk ke dalamnya.

 

Ia perlahan mendekatkan wajahnya padaku, mencium keningku yang tertutup poni dengan lembut. Aku memejamkan mataku, dan itu menyebabkan genangan air mataku tumpah. Apa yang harus kukatakan pada Luhan. Tak mungkin aku bilang jika aku belum siap menikah dengannya. Dan bagaimana pula reaksi kakek menyebalkan satu itu? Aku bosan mendengar ceramahnya yang sudah sangat kuhafal satu bulan ini.

 

Luhan kembali menatapku, masih sambil mengusap rambutku dengan tangan yang lainnya berada di pundakku. Sepertinya ia berusaha untuk menenangkanku. Mungkin Luhan memang tahu jika aku belum siap untuk semua ini.

 

 

“Sayang, apakah kamu tahu jika aku tak bisa istirahat dengan tenang selama sebulan ini karena memikirkanmu? Banyak hal yang kupikirkan tentangmu. Tentang kita. Aku tahu jika kamu pasti memiliki keraguan yang sangat besar di hatimu.”

 

 

Jemarinya turun menelusuri pipiku, menghapus sisa air mata yang masih mengalir disana. Tangan kirinya memainkan jemariku yang berada di pangkuanku, berusaha untuk membuatku tenang. Suaranya yang entah mengapa berbeda saat ini membuatku kembali luluh. Seakan aku tak pernah memikirkan keraguan ini sama sekali.

 

 

“Kuharap kamu siap untuk semuanya. Untuk hidupmu yang akan berbeda sejak kamu menjadi istriku dua hari lagi. Aku berjanji akan selalu menjagamu.”

 

 

Senyuman manis itu menjadi penutup kalimatnya, dan setelahnya ia mencium bibirku dengan lembut. Memeluk pinggangku. Dan bisa kurasakan hembusan napasnya yang dingin. Yang membuatku bingung adalah, bukankah vampire tidak bernapas?

 

 

“Luhan, bukankah vampire tidak bernapas?”

 

 

Aku mendorong dada Luhan agar melepaskan ciumannya. Ia agak tersentak kaget karena tiba-tiba saja aku mendorongnya di tengah ciuman kami yang sangat ia nikmati. Namun detik berikutnya ia malah tertawa dan mengacak rambutku dengan semangat.

 

 

Vampire memang tidak bernapas. Itu hanya gerakan tubuh kami saja agar terlihat bernapas layaknya manusia. Napasku terasa dingin, kan? Itu karena aku tak benar-benar bernapas dan tak terjadi pembakaran oksigen dalam tubuhku. Itulah akibatnya jika kamu tidur saat aku menjelaskan pelajaran di depan kelas, otakmu tak menerima pelajaran apapun.”

 

 

Ia mencubit hidungku dan kembali tertawa. Aku menatapnya tajam agar ia menghentikan tawanya. Apa tadi ia bilang? Aku, tertidur di kelas? Memangnya pernah, ya? Aku lupa kapan itu terjadi. Luhan tiba-tiba menghentikan tawanya dan kembali menciumku. Kali ini sedikit melumatnya. Dasar mesum.

 

 

“Luhan-“

 

“Anggap saja ini latihan agar nanti kita tak kikuk melakukannya. Dan, apakah kita perlu latihan juga untuk malam pertama?”

 

“Luhann!”

 

Hahahaha.”

 

 

Aku memukul lengannya dengan brutal. Dasar guru mesum menyebalkan! Padahal baru beberapa menit yang lalu ia menjadi pria lembut dengan tatapan menenangkan. Sekarang ia sudah kembali ke wujud aslinya. Pria mesum yang menyebalkan.

 

0o0

 

Ini adalah hari terakhirku masuk sekolah sebelum aku menikah dengan Luhan, karena besok aku benar-benar akan disibukkan dengan kegiatan memilih pakaian dan semacamnya. Besok Luhan juga akan cuti mengajar, mungkin satu minggu. Tentunya aku akan mendapat libur satu minggu juga, kekeke.

 

Tapi aku masih membayangkan bagaimana nanti setelah menjadi istri Luhan. Aku akan terjebak dalam kamar yang sama dengannya. Membayangkannya saja sudah membuatku merinding seperti ini. Menurutku, Luhan adalah tipe pria yang bisa menjadi ‘ganas’ jika sudah dikuasai nafsunya. Mungkin Park Cheonsa hanya tinggal nama setelah lusa nanti.

 

Pagi ini sekolah masih sepi. Aku memutuskan untuk berangkat sendiri karena Chanyeol masih ada urusan lain dan Luhan ternyata datang lebih pagi untuk menyiapkan bahan ulangan muridnya. Aku berjalan santai di koridor yang membelah taman depan sekolah. Udara sangat sejuk. Aku hanya menikmati tiupan lembut angin yang memainkan anak rambutku.

 

 

Deg!

 

 

Oh tidak, hawa dingin ini datang lagi. Mengapa harus datang di saat sepi seperti ini? Kemana murid lain? Mengapa aku tak melihat satu pun orang yang lewat disini? Saat aku tengah panik mencari orang lain, mataku tak sengaja menangkap sesosok pria yang berdiri tak jauh di depanku. Ia menatapku dengan mata merah darahnya. Pandangannya seakan menusukku.

 

Dapat kulihat ia menyeringai tipis sebelum akhirnya tanpa kusadari ia sudah berdiri tepat di belakangku. Kepalanya menyandar di pundak kananku dan dapat kurasakan permukaan kulitnya yang dingin menyentuh leherku, menciuminya dan membuatku benar-benar tak bisa bergerak.

 

 

“Apakah kamu tahu jika harum tubuhmu ini hampir membuatku gila?”

 

Seonsaeng, kumohon- AKH!”

 

 

Kurasakan sesuatu memukul punggungku. Lalu hanya gelap yang bisa kulihat, setelah sebelumnya aku seperti melihat bayangan Chanyeol yang menatapku. Chanyeol, apakah itu benar kau yang datang untuk menyelamatkanku?

 

 

 

TBC

 

 

*berlindungdibalikbaekhyun* jangan bunuh Angel karena bikin ini kelamaan, hehe. Ceritanya masa makin ga jelas. Jujur aja ini masih ngambang dan ga tau mau dikemanain ini cerita. Tapi biarin deh, nanti juga dateng sendiri ilhamnya. Maaf atas keterlambatannya. doakan selanjutnya lancar, dan ff yang lain juga lancar. Annyeong^^


Empty Heart (Chapter 2 – END)

$
0
0

Nama: SakuRaa (@rara_raraa84)

Judul: Empty Heart (2/2)

Cast:

-Kim Jongin

-Do Kyungsoo

Genre: Brothership, Friendship, family, Slight! Sad, happy.

Rating: General

Length: Two Shoot

Kai Kyungsoo

Catatan: Halloo semuaa :D Author Raraa balik lagi sama nih ff Brothership KaiSoo (semua biasku btw:v) maksih ya yang udah coment di chapter 1, tapi ini chapter terakhir T_T nggak papa, masih banyak ff k yang aku simpen di draft :v coment dan saran yaa:D gomawoo

 

kau bukan orang yang lemah, aku tak akan menolongmu. Tapi aku akan melindungimu ketika orang lain menganggapmu lemah

 

Chapter 1:

http://exofanfiction.wordpress.com/2014/06/14/empty-heart-chapter-1-of-2/

 

“saya dokter, saya AB, ambil saja darah saya.”

“Tapi Kyungsoo—” ayahnya mencegah langkah Kyungsoo yang akan mengikuti dokter. Kyungsoo mengelus pundak ayahnya sambil tersenyum,

“tenang saja, Ayah. Semua akan baik-baik saja. Aku akan membuktikan padanya” Kyungsoo tersenyum, ia sangat yakin kali ini.

 

 

========================== Empty Heart Chapter 2/2========================

 

Jongin menatap suasana baru yang menyambutnya secara tiba-tiba, ia hanya merasakan cahaya putih yang sangat menyilaukna perlahan memudar bersamaan dengan tempat yang luas dan seperti tak bertepi.

 

“Jongin-ah” suara seorang wanita dengan lembut memanggil Jongin. Jongin mencari sumber suara, ia melihat Ibu kandungnya sedang duduk disebuah bangku kayu.

 

“Eomma… ”

 

Wanita itu tersenyum, ia mengayunkan tangannya agar Jongin duduk disampingnya “sini Nak. Kenapa kau seperti ini, sayang? Hm?”

 

Jongin dengan segera mendatangi wanita itu, ia langsung memeluknya dan dibalas dengan belaian lembut dari wanita setengah baya itu. Walau umurnya tak lagi muda, tetapi wanita itu masih terlihat cantik. “aku merindukan mu, Eomma. Sangat merindukanmu. Aku kesepian, aku takut.” Jongin semakin mengeratkan pelukannya.

 

“kau tak sendirian, Jongin. Ada Ayahmu. Juga ada Ibu dan Saudara baru mu, iya kan?”

 

Jongin menatap wanita itu, “andwae! Aku tak butuh mereka! Aku hanya butuh Ayah dan Eomma kembali seperti dulu. Aku tak mau ada yang baru!”

 

“sayang, dengarkan eomma…”

 

“dulu, ada 2 orang anak berkejar-kejaran. Anak yang bertubuh lebih tinggi tapi umurnya lebih muda dari orang yang ia kejar, sedang berlari gembira mengejar anak dihadapannya. Tapi tiba-tiba ia terjatuh karena tersandung batu yang ia tak ketahui. Si anak yang dikejar itu berhenti kemudian berbalik berlari menuju anak yang jatuh tadi.” Ucap Ibu Jongin sambil terus mengelus puncak kepalanya.

 

Jongin bertanya, “lalu? Dia menolongnya?”

 

Ibunya menggeleng, “tidak. Dia hanya berkata ‘kau bukan orang yang lemah, aku tak akan menolongmu. Tapi aku akan melindungimu ketika orang lain menganggapmu lemah’

 

Jongin masih menatap ibunya dengan tatapan bingung, ia masih tak mengerti mengapa Ibunya tiba-tiba bercerita tentang hal seperti itu.

 

“jongin, seberapa besar lubang dihatimu, hanya kau yang tahu. Hanya kau yang bisa mengembalikannya. Hanya kau yang bisa menutup luka itu.”

 

“saudara bukan berasal dari ikatan darah yang kental. Melainkan dari seberapa besar kau menyayangi seseorang, dan kau berniat untuk melindunginya.”

 

‘kata-kata itu…’ –pikir Jongin. Ya, ia ingat Kyungsoo pernah mengatakan hal itu padanya. (see chapter 1)

 

“sesuatu memang bisa mengubah mu, Jongin. keadaan memang bisa merubahmu, tapi kau akan memulai dan akan berakhir bersama keluarga mu. Itulah takdirnya.”

 

Wanita itu tersenyum lembut, hanya kata-kata nya lah jalan terakhir untuk menyadarkan hati Jongin.

 

“tak ada orang yang dilahirkan sendiri didunia ini, Sayang. Tidak ada.”

 

*

 

Jongin mengerjapkan matanya, ia merasakan seluruh pelukan Ibunya berganti dengan ruangan berwarna putih yang menjadi dominan disetiap sudut matanya. Tangannya begerak perlahan.

“Kyungsoo…”

 

*

Jongin

Jadi itu hanya mimpi?

Tapi, nama itu langsung muncul dikepalaku, aku juga tanpa sadar menggumamkan nama itu, aku tak tahu kenapa. Tapi aku merasa Eomma tadi membicarakan seseorang dalam mimpiku. Aku yakin orang itu Kyungsoo. ‘2 anak berlarian, yang satu lebih tinggi dari anak yang dikejarnya. Dan anak yang dikejarnya itu…’

 

Aku segera bangkit, tapi aku merasa sekujur tubuku terasa kaku. Aku mengerang, kepalaku sangat pusing kali ini. Tanpa kusadari seorang wanita sedang tidur disebelah ranjangku. Ia mulai bergeliat, ekspresi nya langsung berubah ketika ia memandangku.

 

“Jongin, kau sudah sadar? Syukurlah. Kau membuat semua orang khawatir karena mu, Sayang” lidahku masih kelu. Susah untukku saat ini berbicara. Aku memilih diam ketika ia bangkit dan membenarkan posisi tidurku dan mulai mengelus pelan puncak kepalaku.

 

Ya, dia tulus melakukan itu semua padaku. Aku bisa merasakannya. Aura wajahnya juga tersirat sebuah kasih sayang seorang Ibu yang tulus. Dan matanya… dia pasti habis menangis. sungguh, selama ini aku tak pernah memandangi wajahnya sedekat ini.

 

‘Kenapa mata dan hatiku begitu tertutup?’

 

“kenapa kau melakukan semua ini?” aku bertanya, ya, aku memang sedikit kolot karena masih menanyakan hal sepele seperti ini. Tapi aku ingin mendengar jawaban seperti apa yang keluar dari mulutnya.

 

 

“karena aku sayang padamu, Jongin-ah.” Ia tersenyum lembut,

 

Aku terperanggah dengan 1 kalimat pendek dari mulutnya, ‘sayang?’ padahal… padahal aku selalu menunjukkan tatapan kesal, marah, dan tak pernah menggubrisnya selama ini, tapi ia masih bilang ‘sayang’ padaku?

 

Ia kembali duduk, dan memegang tanganku, “aku tak peduli kau menganggapku apa, aku tak akan memaksamu untuk memanggilku ‘Ibu’, biarkan hatimu yang tahu. Hati tak bisa berbohong Jongin.”

“tanyakan pada hatimu, mengapa kau selalu begini? apa kau akan terus begini? Dan Sampai kapan kau akan terus begini?”

 

“Jangan melawannya, Biarlah hatimu mengalir.”

 

Aku merasa wajahku memanas. Tidak. aku tidak secengeng ini, sungguh. Tapi aku merindukannya. Aku bisa merasakan kasih sayang Eomma dalam wanita ini.

 

Ya, aku tak peduli siapa orangnya, yang terpenting kasih sayang nya untukku tetap sama.

 

“Ibu…”

 

Aku berusaha bangkit, dan memeluknya. Ia juga kemudian menundukkan punggungnya dan membalas pelukanku. Eomma benar. Aku yang tahu seberapa besar lubang dihatiku, aku yang tahu seberapa menyakitkan lubang itu bagiku. Tapi aku juga yang bisa menyembuhkannya. Dan aku tahu apa obatnya.

 

Kasih sayang.

 

Ia perlahan melepas pelukanku, aku juga merasakan tangan nya mengusap kepalaku pelan. ia menangis. Aku tahu, ia pasti menangis bahagia.

 

“Ibu, dimana Kyungsoo?”

 

“dia ada dikamar sebelah, Sayang.”

 

dikamar sebelah? “apa?!”

 

*

Ketukan pintu terdengar dari kamar Kyungsoo. Tubuh mungil itu sedang duduk diranjangnya tapi wajahnya masih terlihat pucat. Ia menoleh ketika Ibunya muncul dari balik pintu sambil mendorong kursi roda Jongin.

 

Ia tersenyum, walau Kyungsoo masih menatapnya bingung. Ia kemudian keluar dan meninggalkan mereka sendiri.

 

“Jongin, apa kau baru saja sadar? Lalu kenapa kemari? Bukankah kau masih harus beristirahat?” Kyungsoo seketika memberi pertanyaan yang bertubi-tubi.

 

“Bodoh…” ucap Jongin dengan tatapan datarnya.

 

Kyungsoo seketika membulatkan matanya, “Apa? Hei! Kau gila?! Kau baru saja sadar, lalu tiba-tiba datang kemari dan—”

 

Jongin menyela kata-kata Kyungsoo, “tapi kau tetap saudaraku”

 

Jongin tersenyum lembut sambil menatap Kyungsoo lekat-lekat. Ia kemudian mendorong kursi rodanya menuju ranjang Kyungsoo.

 

Kyungsoo akhirnya tersenyum, “ternyata yang sadar bukan hanya tubuhmu, tapi juga hatimu, Jongin…”

 

“terimakasih.” Ucap Jongin setulus-tulusnya. Baru kali ini ia mengatakan terimakasih pada saudara tirinya itu. Seketika Kyungsoo turun dari ranjangnya, tak peduli selang infus yang menancap ditangannya, ia menghampiri Jongin dan memeluknya.

 

“jangan membuat ku khawatir lagi, Jongin. Kau tahu? Kami semua menyayangimu” Kyungsoo melepas pelukannya.

 

“ya, dan bodohnya aku baru tahu.” Jongin tersenyum kecil, memang benar, selama ini hatinya dan matanya juga tertutup oleh kenangan masa lalu.

 

“dan jangan memberikan darahmu untuk orang seperti ku, ketika kau belum makan apa-apa dan akhirnya kau pingsan!” dahi Kyungsoo mengerut, darimana adiknya ini tahu jika dirinya yang mendonorkan darahnya untuk Jongin, sampai akhirnya ia pingsan?!

 

“kenapa dia ada dikamar sebelah? Apa dia juga dirawat?”

 

“kemarin dia mendonorkan darahnya untukmu, padahal Ibu dan Ayahmu tahu jika Kyungsoo belum makan apa-apa sejak 2 hari yang lalu. Dia hanya ingin makan jika kau sudah dirumah. Entah kenapa, waktu itu ia sedikit khawatir tentangmu…”

 

*

“jika bukan darahku, kau mungkin mati sekarang” Kyungsoo menjawabnya tenang. Tapi Jongin mengkerucutkan bibirnya. Dan itu terlihat menggemaskan bagi Kyungsoo.

 

“tidak, tidak. Aku tak mau kehilangan mu. Jongin-ah”

 

*

7 Days later…

 

“jadi kau tak akan kesal lagi jika aku memanggilmu saudaraku?” tanya Kyungsoo sambil tersenyum jahil.

 

“ya, tentu saja. Sekarang kau benar-benar saudaraku. Ada banyak darahmu yang mengalir ditubuhku, aku bisa merasakan itu.” Ucap Jongin sambil menarik kursi meja makannya, mulai sekarang ia tak akan menolak lagi jika duduk berjejer dengan Kyungsoo.

 

“aku tak tahu harus memulai dari mana. Apa aku harus mengajak Ibu berbelanja? Ke Mall mungkin…” tanya Jongin sambil memelankan suaranya, memastikan jika Ibunya tidak mendengarnya berbicara diruang makan ini.

 

“tapi…” Jongin mengerutkan dahinya, “ Aku tak yakin dia suka berbelanja. Oh, apa aku harus mengajaknya kesalon? Mungkin dia butuh perawatan tubuh. Bagaimana menurutmu?” Kyungsoo masih diam sambil menelan potongan roti ke mulutnya.

 

 

Kyungsoo

“tak peduli bagaimana kau memulainya, Jongin. Yang terpenting bagaimana kau mengakhirinya.” Aku tersenyum. Wow, Aku selalu menginginkan keluarga utuh seperti ini selama hidupku.

 

-Ayah, walau aku tak pernah melihat wajahmu secara langsung, karena kau meninggalkanku ketika aku sangat kecil, aku tahu, bahwa kau pasti sangat menyayangiku. Kau pasti bahagia diatas sana karena akhirnya aku merasakan keluarga baru ku ini.

 

-Dan Ibunya Jongin. Aku juga tak pernah mengenalmu. Tapi aku yakin kau sangat menyayangi Jongin, sehingga Jongin sangat berat ketika kehilanganmu waktu itu. Tapi kau percaya pada ku dan Ibuku kan? Kami akan selalu menyayangi Jongin, sebagaimana kasih sayangmu terhadapnya.

 

***

 

“Sebut saja keluarga itu suku, sebut saja keluarga itu jaringan, sebut saja keluarga itu rumpun bangsa. Atau—

 sebut saja keluarga itu tetap keluarga.

 

Apapun kau menyebutnya, siapapun kamu, kau butuh sebuah keluarga.

 

Ya, Kau tak akan pernah bisa menghancurkan hubungan keluarga,

Rantainya kadang longgar, tapi tak akan pernah putus.” – Kyungsoo.

 

=END=

 

Wew, akhirnya ketemu kata END juga dalam ff ini :D gimana, gimana… ending nya Happy kan? Hehe, nggak tega juga kalau buat ending mereka Sad T_T

Curhat nih ya, temenku –beta reader- :v dulu pernah tanya, kenapa kalau Brothership selalu KaiSoo? Kenapa nggak HunHan? Atau SeKai?

-yah, pertama, aku nge-ship KaiSoo, kedua, couple mereka itu kayak kakak adik gitu kan? Jadi… yah cocok lah dinistain dikit apalagi Jongin-nya :3 huehuehue.

 

Nb: bagi kalian yang mau request poster Fanfiction (tentang EXO) atau jadiin aku buat jadi Beta-Reader kalian? = Dipersilahkan=, oke? Tinggal mention di Twitter ku @rara_raraa84

Oke, jangan lupa komentar dan saran ya, & sampai ketemu di ff ku selanjutnyaa ya, Bye. /makan bareng keluarganya Jongin :3/

 


It’s Me! (Chapter 2)

$
0
0

-it’s ME ! -{CHAPTER 2}

gjmhb

Title :

it’s Me Chapter 2

Author :

@peni_aya08

Main Cast :

Jung Yong Jin (OC)

Xi Luhan (EXO)

Kim Jong In (EXO)

Suport Cast :

Jung Ha Soo (OC)

Member EXO

Genre :

Drama , life , Romance , School Life ,sad

Rating :

PG-13

Lenght :

Chaptered

©JYJ_Official Present

http://tyasandamari.wordpress.com/

 

Note : chapt 2 , mian kalau sudah menunggu , maaf juga alur kecepatn heheh

Semoga suka

FF IMAJINASI SAYA , NO PLAGIAT , NO BASH , NO SIDERS

WARNING*TYPO BERTEBARAN*

 

^happy-reading^

Prev..

Bruggg….

Aku menabrak seseorang

“jeongmal mianhae , aku tidak sengaja”ucapku gemetaran dan masih menundukan wajahku

“gwanchana ?“ tanyanya dan menepuk pundaku

Sesaat aku mendongakan kepalaku, kulihat namja yang mempesona mengalihkan pandanganku,dengan poni yang menutupi dahi nya dan rambut kecoklatan. siapa dia , mengapa dia begitu tampan sekali , bagaikan malaikat yang datang dengan tiba tiba

“gwanchana?” ………

 

CHAPTER 2

 

“gwanchana?”tanya orang itu padaku

“ah gwanchana, mianhae” dan aku pergi dan berjalan lagi ….

 

JIN POV

Sungguh kakiku ini terasa sakit sekali , sepertinya akan bengkak berkepanjangan , bagaimana ini ….baru awalan saja sudah seceroboh ini, aku takut dimarahin nanti

Aku berdiri dan mengambil kotak obat yang ada di almariku , dan aku mengambil balsam dan aku pijat pijat kakiku pelan , tampak waktu sudah hampir malam ..

Sedari tadi aku lapar , menunggu sahabatku ha soo

“kemana dia? Sudah jam segini belum pulang juga” ujarku dalam hati

Dan aku merebahkan diriku di atas kasur , dan mataku memejamkan sejenak

“mwo???” aku membuka mataku

Apa yang kau pikirkan Yojin ah.. namja itu …….. personil EXO dia tampan sekali , sungguh aku tak bisa membayangkan bisa ketemu dengan mereka , sejak aku dari indonesia teman temanku sangat mengagumi mereka , dia benar benar keren

“Kai dan SEHun” yap benar nama itu yang tadi dia sebutkan , sebagai tanda bahwa itu adalah namanya

Tapi aku juga belum kenal dengan yang lainya..

CEKLEKKK

“jin ”

Aku duduk di tepi ranjang , dan ternyata dia sahabatku ha soo sudah kembali

“kemana saja kau , malam malamm begini  baru pulang” tanyaku

“main, tadi aku harus berlatih vocal dulul ,”

Aku hanya terseyum , dan aku ingin berdiri untuk mengambil segelas air putih

“awww” kakiku terasa sakit sekali

“kau kenapa jin , ?” tanya ha soo yang menghampiriku  dan memegang bahuku membantuku berdiri

“tadi hanya keseleo” ucapku dengan nada sedikit lirih

“sudah kau obati” tanya sahabatku lagi , dia memang perhatian sekali , jika aku sedang kenapa kenapa

“sudah , tenang saja ini hanya keseleo , paling ntar juga sembuh” ucapku tersenyum , dan kembali bertiduran di ranjang

Aku melihat sahabatku masuk kekamar mandi , untuk membersihkan tubuhnya , mungkin dia merasa capek banget hari ini

“bagaimana latihan vocalmu?” tanyaku memulai pembicaraan , melihat dia sedang mengeringkan rambutnya yang basah di depan cermin

“seru , aku berkenalan dengan personil boyband dan girlband juga , ”

Aku mulai serius mendengarkan ceritanya

“tadi , aku bertemu dengan , baekhyun , chen ,dan kyungsoo sunbae , dan juga nonna taeyeon ”

Ucapnya dengan menyisir rambutnya

“lalu” tanyaku serius

“kau tahukan mereka adalah personil boyband dan girlband yang ngetop ngetop”

“emmm” jawabku malas

“kau ini , dari dulu kau memang tak mengerti k-pop ya” ejeknya sambil menoleh kearahku

“memang ,”

“kau akan tau suatu saat nanti , dan juga pasti kau akan kagum dengan mereka mereka yng telah sukses… ”

 

“sudahlah aku mau tidur” ucapku mengahkiri pembicaraan

Dan aku mematikan lampu kamar tidur dan segera aku memjamkan mataku , tidak lupa aku membaca doa sebelum tidur , dan setelah itu aku hanyut dalam dunia mimpiku

 

KEESOKAN HARINYA

AUHTOR POV

Pagi yang cerah ,dengan cahaya lampu yang sangat besar ,

Cahaya matahari telah memasuki, seluruh bagian ruangan ruangan

“hoammmmm” jin yanng menggeliat ke kanan dan ke kiri , karena tidurnya yang diganggu dengan suara teriakan sahabatnya yang mengomel

“wae?” tanya jin malas

“kau ini bagaimana , katanya mengajakku jalan jalan , kenapa kau yang telat bangun”

“baiklah tunggu sebentar”

Dan jin segera bangun dari tempat tidurnya , menuju kamar mandi , dan segera mereka berdua , keluar dari apartement …

Pagi ini kadaan di luar masih sepi , dan mereka berdua seekedar berjalan jalan disekeliling apartement , dan berlari lari pagi

Tiba tiba sahabatnya Ha soo mengehentikan larinya ,

“wae? ” tanya jin menoleh kebelakang , dan melepas satu headseat yang terpasang di telinga kananya

“lihat itu ” ucap ha soo menunjuk ke atas , tepatnya kesalah satu jendela kamar apartemen lainya , dengan senyumanya

“ada apa sih , ” jin juga mengalihkan pandanganya keatas , tempat yang ha soo tunjukan

———————–

KAI POV

Sinar matahari yang memasuki celah celah jendelaku , aku sedikit menoleh ke arah jam yang berada di samping ku , dan ternayata sudah jam 6 pagi , aku dekiti mengerjap ngerjapkan mataku , dengan posisi aku segera berdiri…

Aku tertarik untuk sekedar , menghirup udara segar , aku segera membuka pintu menuju balkon , kamarku

“pagi yang cerah” ucapku sambil mengambil nafas dalam dalam , dan mengeluarkanya panjang… aku memandangi sekitar apartement ini , mulai dari ujung taman hingga lapangan parkir , semua terlihat jelas dimataku

Namun mataku menatap sosok bayangn seseorang , pandanganku mulai tertuju pada orang itu

Dia melambaikan tanganya padaku, apa aku tidak salah lihat ???

“yeoja aneh” aku tersenyum pelan , dan kembali masuk ke dalam kamarku.

Aku kaget , melihat hyung ku yang satu ini sudah berada dibelakangku sejak tadi

“wae hyung?” tanyaku ,

“apa kau melihat gadis itu?” dia menujukan matanya , melihat 2 gadis itu

“ne , dia kan trainee disini , aku juga tau”ucapku , dan segera masuk kedalam , meninggalkan hyungku diluar

“menurutmu………….???”………

 

TBC ………..

Chapter 2 finish

Tetap ditunggu saja , dan jadilah reader yang setia , hahaha

Perjalanan jin dan sahabtnya masih panjang ……..

LIKE + COMENT


I Hate You Every Step of My Way (Chapter 6)

$
0
0

I HATE YOU EVERY STEP OF MY WAY

Part 6

[SPECIAL PART]

FEATURING CHANYEOL & SORA

FFPOSTER

 

Title: I hate you every step of my way (Chapter 2)

Author: kjipcy

Genre: Romance,School life

Length: Multi Chapter

Rating: 16

Main Cast: Kim dohee

Kim Jongin

Krystal Jung

Park Sora

Park Chnayeol

Im Jin Ah (Nana)

Other Cast: you can find it by yourself!

 

“ah jinjja? Kim Dohee…?” tiba tiba Sora menghentikan langkahnya

Chanyeol yang berada di belakang Sora juga kaget melihat pemandangan yang mereka lihat, Kai memeluk pinggang Dohee dan Dohee memblakangi Kai dengan wajah tersenyum bahagia sambil membuatkan Roti selai coklat.

“Kai? kau dan Dohee??…”

“Chanyeol?!?” Kai langsung melepaskan pelukannya

“Sora?!?!!?” Dohee kaget

Part 6 start.

Author POV

“Jadi kalian dijodohkan?” Tanya Sora sambil memakan roti panggang yang di sediakan Dohee

 

“Kumohon kau jangan beri tahu siapapun Sora pleaseeee” Dohee memohon pada Sora

“Kau juga Chanyeol jangan ada yang tahu tentang ini siapaun itu maupun teman teman kita” Sahut Kai pada Chanyeol

“Iya iya tapi kalian mesra sekali” Kata Chanyeol

Mendengar perkataan Chanyeol, DoHee dan Kai hanya diam

“omong-omong kenapa kalian berdua bisa sampai disini bersama-sama?” tanya Kai jahil

“Oooh jangan-jangan kau menjemput Sora dirumah nya ya?” Lanjut Dohee

“HAHAH sudah sedekat apa hubungan kalian?” sambung Kai

“Ya! Diam atau ku sebarkan rahasia kalian” ancam Sora

“Kai kau tahu sendiri Sora itu bukan tipe ku, aku suka wanita yang imut dan baik tidak seperti dia galak sekali tidak ada hasrat perempuan sama sekali”

“Bilang saja kau belum bisa melupakan Nana” Kai frontal

Mendengar nama ‘Nana’ tiba-tiba saja Sora langsung menghentikan kunyahannya di mulut secara spontan dan terdiam sejenak seperti memikirkan sesuatu.

“Ya Sora, jangan langsung patah hati seperti itu Chanyeol pasti move on padamu kk” ledek Kai

“aa…hei siapa yang melamun hah? Mau dia bersama Nana aku tak peduli” Kata Sora melanjutkan mengunyah rotinya dan memandang sinis ke pada Chanyeol

“Nana Im Jin Ah maksutmu?” Tanya Dohee

“Ne, Kau tau dia?” Chnayeol menjawab pertanyaan Dohee

“Sora, dia kapten Tim basket putri Hwang Senior School kan? Saingan  berat tim basket sekolah kita” Ucap Dohee

“Ooh jadi dia kekasih mu, pantas sama menyebalkannya seperti mu” ucap Sora pada Chanyeol

“Dia bukan kekasih ku tapi mantan kekasih ku”

Sora hanya diam dan tak mempedulikan penjelasan Chnayeol, sebenarnya bukan Sora tidak mendengarkan tapi ia hanya pura-pura tak menghiraukan nya, waktu sudah menunjukan pukul setengah 7 mereka ber 4 pun langsung keluar dari dalam rumah Dohee menuju parkiran depan.

“Baby kau naik apa ke sekolah?” tanya Kai sambil menahan lengan Dohee

“Aku? Naik mobil ku tentu saja” jawab Dohee

“Aku ingin kau berangkat bersama ku”

“Kai ayolah jangan seperti anak-anak” Kata Dohee sambil memegang lengan Kai

“Kita bertemu lagi dirumah nanti” sambung Dohee dengan senyum

“Hmm yasudahlah, tapi cium aku dulu”

“Ya! Kim Jongin mau pergi ke sekolah saja otak mesum mu masih saja dibawa” eluh Dohee

“Ayolah, aku tak kuat jika aku tak melihat mu selama 1…2…3… 10 jam” Kata Kai sambil berhitung berapa lama ia di sekolah

“Ya! 10 jam saja”

“Ayolah baby” eluh Kai

Dohee menarik tenguk Kai kemudian mencium bibir Kai lembut melumatnya sedikit dan melepaskan nya, ciuman yang berdurasi 8 detik itu di tonton oleh mata Sora dan Chanyeol yang ada di belakangnya, secara spontan Chanyeol tiba-tiba menutup mata Sora dari belakang.

“Park Chanyeol apa yang kau lakukan hah?” Sora spontan memegang kedua tangan Chanyeol yang menutupi matanya

“Kau tah boleh melihat adegan seperti ini, nanti Kau bingung ingin melakukannya dengan siapa kau kan tak punya namjachingu hahaha” Chanyeol masih menutup mata Sora

“Ya! Diam kau Park Chanyeol kau sendiri tak bisa melupakan  Nana” Sora melepaskan kedua tangan Chanyeol yang menutupi matanya

“Ayo berangkat sekolah, kalian bermesraan nya nanti saja ayo kau jangan telat Dohee kau kan ketua kau bisa di marahai” Sora langsung mengalihkan pembicaraan dan masuk ke dalam mobilnya, juju saja sebenarnya sora sangat gugup atas perlakuan chanyeol tadi padanya namun hanya stay cool agar menutupi kegugupan karna skinship yang dilakukan Chanyeol tadi.

 

Sesampai nya di sekolah Kai, Dohee, Sora dan Chanyeol langsung memarkirkan mobil mereka masing masing kedatangan mereka pun di sambut oleh member EXO  serta Ah ra dan Shin young

“Waaa kenapa kalian bisa datang ber 4 bersama seperti ini sepertinya kalian ber 4 berjodoh” Ah ra heboh

“Ya ya ya, apa ini setelah Kim dohee dan Kim Jongin ada pasangan baru lagi hah?” Sehun antusias

“Siapa Pasangan itu Sehun? Kkk” baekhyun memancing

“Nyonya dan Tuan Park tentunya” Luhan langsung menjawab

“Ya! Apa maksut kalian hah?” tanya Chanyeol

“Maksut kami tentu saja kau dan ehm ehm” Mata Baekhyun melirik ke arah Sora

“Apa kau lihat lihat” Sora menyadari diri nya sedang dibicarakan oleh anggota EXO

“Calon mu galak sekali Chanyeol” keluh Lay

“Dia bukan Caalon ku, jangan bicara aneh aneh” Chanyeol memberi penolakan

“Ternyata kau belum bisa melupakan Nana” Kris menepuk pundak Chanyeol

“Ayo masuk sebentar lagi bel berbunyi” Tiba-tiba Sora mengajak Shinyoung, Dohee dan Ahra masuk ke dalam kelas

“Awawawawwaww sepertinya dia cemburu hahahah” xiumin asal menebak

“Ahh apa yang kalian bicarakan ayolah masuk” Chanyeol mengalihkan pembicaraan

 

Sesampai nya di depan pintu kelas Dohee di cegat Oleh Krystal

“Apa mau mu?” Tanya Dohee

“Mau ku? Bukan kah kau sudah tau?”

“Apa? Kau tak pernah mengatakannya”

“Kembalikan Kai pada ku”

Mendengar perkataan Krystal, taktau mengapa ia sangat ingin menampar Krystal tapi itu tak mungkin atau semuanya bisa terbongkar, lagi pula kini ia masih bingung dengan perasaanya.

“Ambil saja” kemudian Dohee langsung pergi  melewati Krystal.

Tanpa Dohee sadar Kai mendengar Perkataan yang Dohee katakan Pada Krystal, tentu saja hati Kai sangat sakit mendengarnya meskipun Kai tahu itu hanya acting Dohee saja namun Kai juga belum Yakin karna Dohee belum membalas pengakuan cinta nya, tiba-tiba saja Kai merasa ada seseorang yang menggengam tangannya.

“Jongin”

“Ada apa?”

“Aku mau bicara sesuatu padamu” ujar Krystal

“Bicaralah” kai menjawabnya dengan dingin

“Nanti pulang sekolah Kau bisa kan”

“Kenapa Tak sekarang saja?”

“Aku ingin bicara banyak padamu, kumohon kau mau”

Tanpa menjawab perkataan Krystal Kai langsung pergi meninggalkannya namun apa yang terjadi Krystal menahan nya dengan memluknya.

“A..Apa?! apa yang kau lakukan Krystal Jung” Kai melepaskan pelukan Krystal

“Kenapa kau melakukan ini padaku? Kau hiks Kau bahkan menunggu perempuan yang takkan pernah mencintai mu” Tangis Krystal pecah

‘deg’

Jantung Kai langsung berdegup mendengar ucapan Krystal

“Kau tak tau apa apa Krystal jung, sampai bertemu pulang sekolah” Kai pergi meninggalkan Krystal dan menyetujui ajakan Krystal sepulang sekolah nanti.

 

Di tempat lain di sebuah Hall basket indoor seorang perempuan berambut coklat bersama para staff sekolah sudah sibuk menata Hall itu untuk acara SSHS FESTIVAL yang diselenggarakan 1 tahun sekali ajang yang cukup bergengsi bagis siswi dan siswa Seoul Senior High School maupun sekolah lain, Tahun ini acara ini di ketuai oleh ketua olahraga, Park Sora karena SSHS FESTIVAL selalu berkaitan dengan kompetisi olahraga antar sekolah.

“Sora-ssi”

“Ne songsaenim?”

“Bisa kau  antarkan ini ke Hwang senior High School”

“Ah ne” Sora mengambil sebuah amplop besar berwarna coklat

“Ini undangan untuk mengundang mereka ikut serta dalam acara ini”

Sora hanya mengangguk saja

“Antarkan sepulang sekolah saja, dan tak enak jika kau mengantar sendirian jadi aku akan mengutus satu murid laki-laki nanti untuk mendampingi mu” sambung songsaenim

“Ah ne songsaenim”

“Selamat Bekerja Kembali Sora-ssi”

“Ah Kamshahamnida songsaenim” Sora membungkuk 90 derajat

 

Choi songsaenim pun kembali ke ruangannya, di dalam perjalannanya kembali ke ruangannya dia melihat seorang laki-laki tinggi di dalam hall basket yang selalu tersenyum ramah pada semua guru, tiba-tiba laki laki itu mengehentikan langkah nya di depan Choi Songsaenim dan membungkukan badannya 90 derajat.

“Ah selamat siang songsaenim”

“Ya selamat Siang Park Chanyeol”

Ketika ingin melanjutkan langkah nya tiba-tiba saja choi songsaenim memanggil Chanyeol kembali

“Park Chanyeol-ssi tunggu sebentar”

“Ne ada yang bisa saya bantu Songsaenim?”

“Ada ada jadi begini, pulang sekolah nanti kau ada acara?”

Chanyeol menggelengkan kepalanya

“Kau bisa bantu Park Sora?”

“Park Sora? Ketua olahraga?”

“Ya benar, antarkan dia menuju Hwang Senior High School untuk mengantarkan undangan”

“Ah.. Ne songsaenim”

“Terimakasih Park Chanyeol” Choi songsaenim pergi meninggalkan Chanyeol

Chanyeol pun mulai berpikir, ia memikirkan 2 hal yaitu ia harus mengantarkan undangan bersama Sora yeoja-jutek-yang-sangat-ia-tak-sukai sedangkan di Hwang Senior High School nanti ia akan bertemu denga Nana mantan kekasih nya yang telah mencampakannya begitu saja demi laki laki lain bernama Lee Hoya.

Hhh Park Chanyeol kenapa kau tak bilang saja kalau kau ada acara nanti sore hhh” Kata chanyeol dalam hati sambil mengacak-acak rambutnya.

“Apa yang kau lakukan hah?” tiba-tiba ada suara yang menegur Chanyeol karna melihat tingkah Chanyeol yang terlihat seperti orang frustasi

“Kau belum bisa melupakan Nana sampai seperti ini hah?” sambung suara itu

“Kau taktahu apa apa sudah diam saja” jawab Chanyeol

“Hei, aku diutus songsaenim untuk menemani mu” sambung Chanyeol

“APA?! KENAPA SOMGSAENIM MENGUTUS ORANG SEPER-” tiba-tiba omongan Sora terputus karena Chanyeol membekap mulut sora menggunakan tangannya

“ya! Park Sora bisa kah kau bicara pelan pelan? Murid murid sedang belajar bodoh” Chanyeol melepaskan tanganya namun dengan spontan ia menaruh lengan di pundak sora, dan sora juga tak menyadari jika Chanyeol merangkul nya sekarang

“HAHAHAHA oh my god, kalian ternyata benar pacaran ya?” Shinyoung datang dari arah belakang dan melihat Chanyeol yang merangkul Sora

“Apa? yang kau bicarakan?” tanya Sora

“Tangan Chanyeol…” Shin young menjelaskan sambil menunjuk tangan kanan Chanyeol yang melingkar di pundak Sora

Menyadari itu Canyeol langsung melepaskan tangannya dari pundak Sora, dan tak tau kenapa Sora langsung membelalakan kedua matanya, tapi tak seperti biasa Sora hanya cukup diam dan tak memarahi Chanyeol, Sora sendiri juga bingung mengapa ia tak bisa marah sekarang.

“Ani sumpah aku tak sengaja, aku selalu seperti itu pada semua orang aku berani besumpah” Chanyeol memberi penjelasan

“Ah ne ne terserah kalian kkk~” shin young langsung pergi meninggalkan mereka

“Ah shin young-ssi”

“Ya?”

“Luhan menitipkan salam untukmu hehe” kata Chanyeol

“Salam kembali untuknnya” Shinyoung tersenyum dan meninggalkan Chanyeol

“Luhan menyukai Shinyoung? Jinjja?” Sora bertanya pada Chanyeol

“Iya, ah Sora maaf perlakuan ku tadi”

“Ah iyaya takapa” Kata sora sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal

“Pulang sekolah?” Chanyeol memberi isyarat

“Iya ke Hwang Senior High School, ah oke aku bekerja kembali bye” ucap sora agak gugup

“Bye, selamat bekerja” Kata Chanyeol

“Ne” sora menganggukan kepala nya kemudian berjalan kembali menuju Hall.

Ah kenapa tiba-tiba Sora jadi sedikit baik ada apa dengan nya ” Chanyeol berbicara dalam hati sambil melihat punggung sora yang lama kelamaan menjauh dari hadapannya.

“Sudahlah Hhh aku terlalu banyak berfikir” Kata Chanyeol sambil ber jalan menuju kelasnya.

 

-DoheeClassroom

Semua murid sedang diam dan memperhatikan guru dalam pelajaran Biologi, Sedangkan dohee sibuk memainkan Ponselnya yang ia taruh di bawah loker meja nya dia tak terlalu suka pelajaran Biologi tiba tiba ia menerima satu pesan masuk

From: Kai

Baby, Eomma minta kita datang ke butik  anak teman eomma yang bernama “Kim Teyeon Wedding Gallery” untuk fitting baju pernikahan kita

To: Kai

okay, sepulang sekolah?”

From: Kai

“iya baby, sampai jumpa love you”

Selanjutnya pesan itu tak dibalas oleh Dohee.

-Kai Cassroom

Kai langsung menjatuhkan Iphone nya ke lantai di dalam kelas, untung sekarang Jam kosong karna Lee sonsaenim tak masuk, jika gurunya itu masuk dan melihat tingkah laku nya Kai bisa di keluarkan dari kelas, dan diperintahkan untuk membersihkan halaman belakang sekolah.

“Ya Kim Jongin, kalau kau tak mau HP mu buat ku saja” sahut Suho yang melihat kelakuan temannya

“Ada apa Kai?” Tanya Kris sambil mengambil Iphone Kai yang jatuh di lantai melihat Kris yang mengambil Iphone nya Kai pun langsung kaget dan merebut Iphone nya dari tangan Kris dengan cepat.

“Takapa aku hanya kesal kalah main game”

untung aku segera mengambil nya atau terbongkar semua rahasia ku” ucap Kai dalam hati

“Kemana Chanyeol?” Tanya Kai

“Dia sedang suntuk di kelas makanya dia keluar” jelas xiumin

“Hei” tiba-tiba Chanyeol datang dan langsung duduk di atas meja Kai

“Darimana saja kau?” Tanya Sehun

“Aku tahu!” Chen bersemangat

“Tau apa?” tanya Chanyeol

“Aku tahu kau darimana” jawab Chen

“Memangnya darimana?”

“Hall? AHHAHAH” Chen tertawa dan diikuti Kris, Xiumin, Luhan, Suho, Sehun dan Kai yang ikut tertawa mengerti maksut perkataan Chen

“A..Apa?!? untuk apa aku kesana?! Apa maksutmu hah?” Chanyeol gugup sebenarnya dia mengerti arti perkataan Chen

“Bilang saja Kau mengerti buktinya kau langsung terbata bata seperti itu HAHAHA” ucap Luhan

“Hei, harusnya kau berada di pihak ku, aku telah mengirimkan salam mu pada shinyoung”

“Ah? Yang benar kau?? Lalau dia bilang apa?” Luhan langsung bersemangat

“Dia bilang salam balik untukmu”

“WOOO!! YASS!! THANKYOU CHANYEOL AHAHAH” luhan berteriak dan langsung merangkul Chanyeol

“Tapi tunggu dulu..” sambung luhan

“Apa lagi hah?” tanya Chanyeol

“Shinyoung berkata padaku di KakaoTalk tadi  bahwa ia ingin pergi ke Hall untuk membantu Sora”

“A..apa….?” Chanyeol kembali gelagapan

“AHAHAHAH ARTINYA PERKATAAN CHEN BENAR KAU KE HALL TADI!!” dengan bersemangat sehun langsung berbicara dengan heboh

“Jadi kau menghampiri siapa di hall basket hah? HAHAHAH” Suho langsung mengintrogasi Chnayeol

KRIINGG!!

Belum sempat menjawab pertanyaan Suho bel istirahat berbunyi membuat Chanyeol mendapatkan ide agar bisa mengalihkan pembicaraan.

“AAA! Ayo kita istirahat ne?!?!?!?!” Chanyeol

“Yasudah aku juga sudah lapar” Kata Kai

“Tunggu sebentar..Chanyeol Kau traktir aku ya aku membantumu mengalihkan perhatian teman teman HAHAHA” sambung Kai dan langsung berlari

“Ya! Kim Jongin awas kau” Chanyeol lari mengejar Jongin

 

Disela-sela acara berlari larian Chanyeol dan Kai tiba tiba Kai menabrak Dohee yang sedang membawa tumpukan kertas proyek SSHS FESTIVAL yang akan ia serahkan pada kepala sekolah,kertas it pun terjatuh semua karna ulah Kim Jong In calon suami nya.

“Astaga, bisa kah kau tak menyusahkan ku 1 hari saja Kim Jong In?” Di sekolah Dohee harus memanggil Kai dengan Sebutan Jongin

“Maaf baby aku tak sengaja, mau memaafkan ku kan?” Kai mengupulkan kertas-kertas yang terjatuhh itu dan memberikan nya pada Dohee.

Sedangkan Dohee hanya membalas dengan mengambil kertas itu dari tangan Kai dan tersenyum tulus pada Kai.

“Nanti sore jadi kan?” tanya Dohee pada Kai dengan nada berbisik

“Ah iya baby, tapi aku tak bisa datang on time jadi kau bisa datang duluan” Kai teringat Bahwa ia ada janji dengan Krystal sepulang sekolah nanti.

“ooh oke kalau begitu aku duluan” Kata Dohee beranjak pergi namun tangannya tertahan oleh Kai

“Saranghae” Kai mengatakan nya dengan nada berbisik

Lagi-lagi Dohee hanya diam dan tersenyum saja.

“Wooooohoo ada apa ini? Berpegangan tangan?!” Baekhyun menghancurkan suasana

“Ya! Baekhyun jangan ganggu” Kata Suho

“Kalian akrab sekali ya sekarang” ucap Tao

Mendengar ucapan Tao Dohee lagsung melepaskan genggaman tangan Kai dan pergi dari kerumunan

“Ya!! Kim Jongin!!” Chanyeol tiba tiba datang

“Aku terlambat sekali mngejarmu” sambung Chanyeol

“Haah sudahlah aku sudah lapar” keluh sehun

Akhirnya semua anggota EXO pergi ke kantin dan makan, di kantin merekeka pun mengisi perut dan berbincang bincang sambil tertawa tawa, mereka selalu menjadi pusat perhatian para yeoja-yeoja di sekolah hamper semua nya mengidolakan mereka  kecuali Dohee, Sora, shinyoung dan juga Ah ra.

“Hei sehabis pulang sekolah kerumah ku yuk!” Ajak si maknae sehun

“Ayoo!” Seru ke 9 member lain

“Kai Chanyeol? Kalian tak bisa?

“Aku ada janji dengan Krystal sepulang sekolah nanti” jelas Kai

“Mwooooo?! Baru saja kau ber mesra-an dengan Dohee tadi aku kira kau dan dia sudah jadian” ucap Lay

“Tidak aku tak jadian dengannya” jelas Kai agak lesu melihat kenyataan tentang perasaan Dohee yang tak jelas dengannya

“Jadi kau dan Krystal balikan?” Tanya Kyungsoo

“Tidak juga”

“Lalu?” kyungsoo bertanya lagi

“Ada yang ingin dia katakana padaku”

“Oooh begitum kalau kau Chanyeol? Tumben sekali kau tak bisa ikut berkumpul” tanya Sehun

“A..aa..aku ada tugas untuk A..” Chanyeol terbata bata jika ia bilang ia mendapat Tugas bersama Sora dia pasti di ledeki habis-habisan

“Tugas apa?” Suho dan yang lain kebingungan

“Ah Chanyeol-ssi” belum sempat Chanyeol melanjutkan omongannya tiba-tiba Ah ra datang

“Ne? sunbae?” Chanyeol menengokan kepala ke arah sumber suara di belakang nya

“Mwo? Sunbae? Kita seumuran, apa aku terkihat se tua itu?!” kata Ah ra bertanya

“Ah ani ani!! Aku lupa, lagipula kau dan teman teman mu Nampak dewasa sekali mungkin Karna posisi penting kalian di sekolah ini heheh” jelas Chanyeol

Tiba-tiba luhan seperti memberi kode pada Sehun dengan memukul lengan sehun dengan lengannya seperti ada yang disembunyikan oleh Sehun dan Luhan ketika ia melihat Ah ra

“Sudah minta saja nomor hp nya sekarang bodoh” bisik Luhan pada Sehun

“Jangan bicara macam macam hyung!!” kata sehun dengan nada berbisik

“Chanyeol-ssi ini undangan yang harus Kau antarkan bersama Sora nanti Sore ke Hwang Senior High School, Choi Songsaenim sudah memberi tahu mu kan?” Tanya Ah ra sambil menyerahkan amplop besar berwarna coklat

Mendengar perkataan Ah ra chen langsung tersedak

“Ohok!!”

Dan member lain mlongo menatap Chanyeol ada juga yang tersenyum Jahil

“Ah ah aa.. Iya terimakasih Ah ra-ssi” ucap Chanyeol terbata bata

Chenyeol tau sekarang ia merasa diperhatikan oleh teman-temannya

“Baiklah selamat bekerja” Kata Ah ra

“Ah ra-ssi!” Luhan memanggil Ah ra

“Ne?”

“Sehun ingin bicara”

“Ya! Hyung kau.. ah” Sehun pasrah

“Ada yang bisa kubantu? Oh Sehun?” Ahra dengan senyum nya

“Ani Ani.. Luhan Hyung hanya bercanda maaf Ah ra-ssi”

“ahhahaha Gwenchana oke bye!” Ah ra langsung pergi meninggalkan 12 pria

“Payah sekali kau Oh sehun” Ucap kai

“Bukan sekarang waktunya” Kata Sehun

“Ya! Park Chanyeol jadi kau takbisa kerumah ku karna mau kencan dengan Sora kkk~” sambung sehun

“Siapa yang mau berkencan? Ini tugas!”

“yayayaya terserah dia semoga tugas kencan mu berhasil yaaa HAHAAH” ledek Suho

“Ya hyung!”

“AHAHHAHHAHAAHAHAH” mereka akhirnya tertawa melihat tingkah Chanyeol.

Tiba-tiba Kai merasa iphone nya bergetar ia pun mengecek nya dan ia melihat ada SMS dari Krystal

From: Krystal

“Sepulang sekolah ku tunggu di depan Hall basket indoor”

To: Krystal

“Ne.”

17.00 P.M KST

KRINGG!!

Bel sekolahberbunyi dan waktu menunjukan pukul 5 sore dan artinya para murid Seoul Senior High School boleh kembali ke rumah masing masing.

“Dohee, setelah ini kau mau kemana?” Tanya Shinyoung

“A..Aku ada acara dengan keluarga ku” Dohee berbohong

“Hmm begitu ya”

“Teman-teman aku duluan ya” terlihat Sora yang terburu-buru

“Kau buru-buru sekali Park Sora mau bertemu siapa hah?” goda Ah ra

“Haaah ayolah, sudah ya aku duluan” Sora langsung memakai tas selempang nya yang iya gantungkan di pundak sebelah kiri nya kemudian pergi meninggalkan kelas

“Memangnya dia mau kemana?” Tanya Dohee sambil menggantungkan tas selempang nya di pundak sebelah kanan nya

“Mengantarkan undangan ke hwang Senior High School” jelas shinyoung

“Lalu memagnya kenapaa?” Tanya Dohee

“Mengantarkan nya tidak sendirian ditemani seseorang” jelas Ah ra

“Mwo Siapaa?” Tanya Dohee penasaran

“Park Chanyeol HAHAHA”

“Waahahahahah Choi songsaenim memang hebat” puji shinyoung

 

Mereka ber 3 pun keluar kelas sambil berjalan menyusuri koridor sekolah namun tiba-tiba Choi songsaenim datang dan memanggil Dohee

“Kim Dohee kemarilah”

“ah kalian duluan saja, sepertinya aku dapat tambahan tugas dari Choi songsaenim” kata Dohee sambil memasukan IPhone nya ke dalam saku blazer nya

“Ah okee aku dan Ah ra duluan ya bye!”

Dohee pun menghampiri Choi songsaenim

“Ne songsaenim ada yang bisa ku bantu”

“Ah iya, tolong priksa Hall basket indoor apakah sudah cocok dekorasi nya dengan tema SSHS festival, aku baru ingat kalau Sora pergi untuk mengantarkan undagan jadi aku meminta tolong padamu, kau tak keberatan kan?”

“Ah baik songsaenim, aku segera ke Hall sekarang”

“Ne, terimakasih Kim Dohee jika sudah kau priksa, Kau boleh pulang kau laporkan pada Sora besok pagi jika ada kekurangan”

“Ne songsaenim” Dohee membungkukan badan 90 derjat kemudian pergi menuju Hall Basket.

 

-Parking Area Hwang Senior High School-

Chanyeol dan Sora keluar dari mobil mereka masing masing, Chanyeol menghampiri Sora

“Kita kemana sekarang” tanya Chanyeol pada Sora

“Ke ruangan kepala sekolah menyerahkan ini lalu selesai” Kata sora

“Kalau begitu ayo”

Sora memberi isyarat bahwa ia meng-iya kan ajakan Chanyeol, di sepanjang Koridor menuju Kantor Kepala sekolah banyak orang-orang yang berbincang dan membicarakan mereka berdua banyak Namja Dan yeoja Hwang Senior High School yang membicarakan Sora dan Chanyeol.

“Waw Park Sora lihat sexy sekali dia”

 “Itu Park Sora Kapten Tim Basket SSHS dia cantik sekali, tapi kenapa bersama Park Chanyeol anak EXO mantan kekasih Nana”

“Itu.. lihat itu park Chanyeol EXO mantan kekasih Nana tampan sekali”

Dan mereka sadar tentang percakapan-percakapan itu, Tiba-tiba Chanyeol dan Sora berhenti bersama-sama dan berhadapan

“Maaf, aku…” Tiba-tiba saja Mereka berdua sama sama mengeluarkan kata-kata itu

“AHAHAHA, kau duluan” Kata Sora

“AHAHAH, maaf aku tidak berusaha melibatkanmu” jelas Chanyeol

“Ah takapa, maaf aku juga tidak bermaksut membuat kau mengingat masa lalu mu bersama Nana”

“Takapa, ayo lanjut jalan”

Lagi-lagi Sora hanya memberikan isyarat dengan menganggukan kepalanya, akhirnya mereka sampai di Ruangan kepala sekolah mereka menyerahkan berkas itu dan kemudian pergi keluar.

“Hei, kau tak lapar?” Tanya Chanyeol

“Lumayan”

“Ada Café enak di belakang sekolah ini ayo kita kesana” ajak Chanyeol

“Okee” jawab Sora sambil mengikuti langkah Chanyeol

Sesampainya di café itu Chanyeol memsan waffle cokelat sedangkan Sora memesan  chesse Cake mereka berdua makan bersama di café dekat Hwang senior High School, tiba-tiba saja Sora melihat ada noda ice cream Coklat di dekat bibir Chanyeol sora pun langsung mengambil sapu tangan nya dan mengelap Noda ice cream itu, Chanyeol pun Kaget dan Hanya dia menerima perlakuan Sora.

“Kau kekanakan sekali” Ucap Sora

“ahahah terimakasih sora, sapu tangan mu ku kembalikan besok” Kata Chanyeol sambil mengambil sapu tangan Sora

“Park Chanyeol…” tiba-tiba ada suara yang memanggil Chanyeol suara yang sangat Chanyeol kenal

“Jinah?” Chanyeol pun berdiri dan melihat Nana dengan seragam Hwang senior High School tiba tiba saja Nana langsung memeluk Chanyeol dan apa yang Chanyeol lakukan dia membalas pelukan Nana

“Aku masih mencintaimu Park Chanyeol maafkan Aku.. hiks” tangis Nana pecah disana, sedangkan Chanyeol Hanya bisa diam, membalas pelukan Nana dan mengusap-usap punggung Nana, melihat kejadian itu Sora merasa ia harus pergi sekarang juga, tak tahu mengapa ia seperti tidak tahan melihat Chanyeol dan Nana berpelukan di depannya tanpa sepengetahuan Chanyeol Sora pun pergi meninggalkannya yang masih memeluk Nana yang menangis dalam pelukannya.

 

-Seoul Senior High School Basketball Hall

Di tempat lain Dohee sedang mengecek dekorasi Hall SSHS festival yang akan dipakai untuk lomba, menurut Dohee semua tataan nya sudah cukup bagus, dan dia akan memberi tahu Sora agar tak perlu mengubah Dekorasi nya Tiba-tiba saja Dohee mendengar Suara peremouan yang menangis di dekat loker.

“Kim Jong In”

“Ada apa?”

“Aku masih mencintai mu”

“Lalu? Bisakah kau melihat ku? Aku ingin kita seperti dulu Jongin hiks” tangis Krystal pecah

“Jangan menangis” Kai memegang pipi krystal

Dohee yang melihat Kejadian itu, hanya diam dan merasa ingin menangis dan ia tak tahu mengapa itu terjadi.

Detik berikutnya Krystal mendekatkan wajah nya kearah Kai hingga tidak ada jarak lagi diantara mereka tiba tiba Kai menempelkan bibir nya di bibir Krystal dan melumatnya, Dohee melihantnya didepan matanya Kai yang memulai nya ia tahu Kai yang memulai nya dengan Spontan ia mengelap Air mata yang jatuh di pipi nya itu.

tidak aku tak menangisimu Kai aku membencimu Kai.”                              

Dengan keberanian yang penuh itu Dohee berjalan melewati mereka, dan Kai tahu Dohee lah yang berjalan melewati Kai dan Krystal, dengan Kasar Kai melepas Ciuman nya dengan Krystal.

“Kenapa?! Aku mencium mu?” Kai langsung pergi meninggalkan Krystal dan berjalan menuju Dohee

Namun tangannya tertahan oleh Krystal

“Apa?! Kau mau mengejar Gadis yang takkan pernah mencintaimu ?”

Mendengar kata itu Dohee mempercepat langkah nya karna ia tahu sebentar lagi Air Matanya akan terjatuh.

“Kau tak tau apa-apa Krsytal Jung!” Kai melepaskan tautan tangan Krystal dengan Kasar dan mengejar  Dohee ke parkiran, ia berhasil menahan dohee dengan tangannya

“Apa? jadi ini alas an mu telat untuk pergi ke butik?”

“Kau tak mengerti baby”

“Jangan pernah sebut aku dengan sebutan hina itu” Jelas Dohee ia langsung membuka pintu mobil nya dan melajukan mobil nya dengan cepat

“AAAHH!!” Kai mengacak acak rambutnya frustasi

“Kau bodoh Kai!” Keluh kai sendiri

-Kim DoHee House-

19.00

Pintu kamar Kai dan Dohee diketok oleh kang ahjumma, Kang ahjumma menginatkan agar Kai dan Dohee segera berangkat ke butik Teman eomma, akhirnya dengan bujukan kang ahjumma Dohee mau keluar Kamar dan berangkat ke butik bersama Kai, Dohee memakai Dress ketat berwarna hitam tanpa lengan membuat kesan elegan pada Dohee dan Heels outih sedangkan Kai memakai kemeja Hitam dan celana panjang Hitam terkesan sangat Maskulin dan berkarisma mereka keluar Rumah dengan wajah yang biasa-biasa saja seakan tak ada masalah apapun namun Kai ahu dia telah melukai Hati Dohee.

- Kim Taeyeon wedding Gallery

“Selamat datang” sapa Kim Taeyeon pemilik butik ini

“kalian Kim Dohee dan Kim Jongin ayo fitiing baju kalian, kalian nampak serasi sekali”

“Dimana tempat fitting nya eonni?” Tanya Dohee dengan senyum tnpa mau membahas Omongan taeyeon yang mengatakan mereka serasi

1 jam setengah mereka selesai Fitting baju pernikahan mereka, mereka pun pulang di dalam mobil mereka hanya diam Kai fokus menyetir dan Dohee Hanya Melamun sambil melihat pemandangan kota seoul dari dalam mobil.

“baby”

Dohee tidak menghiraukan

“Maafkan aku”

Dohee tak menghiraukan lagi

Kai pun menyerah, sesampainya dirumah Dohee langsung naik ke kamarnya namun tangannya di tahan oleh Kai ketika ia ingin masuk ke dalam kamarnya

“Apa?” tanya Dohee

Kai memeluk dohee

“aku tau kau kecewa padaku” Kai, laki laki itu menangis

“maafkan aku, Ku mohon” Kai menegratkan pelukannya, Dohee pun ikut menangis namun Air mata nya ia sembunyikan, perlahan Dohee mendorong badan Kai

Dohee mengelus pipi Kai dan berkata

“Krystal benar tak seharusnya Kau menunggu gadis yang tak memberi mu  kepastian apakah ia mencintai mu atau tidak Kai” Dohee berkata da menjatuhkan Air matanya.

“Apa maksudmu?” Tanya Kai lirih

 

TBC

Hahaha thankyou guys for reading, iya ini aku buat special part featuring Chanyeol dan Sora menurut Kalian buat Chapter selanjutnya kalian Mau aku buat FF ini Special part (featuring Chanyeol & Sora) atau mau Dohee Kai aja? Vote aja Ya di comment hehehhe thankyou for reading guys! –kji pcy

 

Oohh iya ini karakter nya

Ah ra

Park Sora

 

Hwang Shin Young

Kim Dohee

 

 

 

 

 

 


2nd Confession

$
0
0

image003Chanyeol

Tittle: 2nd Confession

 

Author: Lingga Rahma (@abcdefgsuho)

 

Cast: Park Chanyeol (EXO Chanyeol), Oh Hayoung (A Pink Hayoung)

 

Genre: Romance, School

 

Rating: PG-13

 

Length: Oneshot

 

Poster: Pinkfairy [http://wyfnexokingdom.wordpress.com/]

 

Allhamdulillah segala puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya pengerjaan Fanfic ini <3. Dan perlu anda – anda/? Semua ketahui bahwa fanfic ini murni buatan saya atas kerja keras otak kanan dan kiri saya yang sangat saya hormati dan banggakan/? ^^

Mohon maaf bila tidak adanya kecocokan yang lebih gaul disebut ‘sreg’ dengan castnya. Kalian boleh membayangkan jika itu orang lain atau diri kalian sendiri atau mungkin diriku/ga. Haha.. Yasudah ayo kita mulai…

 

 

*Author POV

 

Sepasang pria dan wanita yang tengah berdiri di tepi danau itu tampak sedang berbincang dengan serius. Masih menggunakan seragam sekolah lengkap dengan tas dan blazzer yang melekat pada tubuh mereka.

 

“Kau ingat tempat ini?” tanya seorang pria yang bertuliskan ‘Park Chanyeol’ pada name tag yang melekat erat di blazzer-nya tersebut.

 

“Tempat ini… kau… tempat ini, tempat saat kau menyatakan perasaanmu kepadaku-kan” jawab gadis dengan name tag ‘Oh Hayoung’ pada blazzer-nya.

 

Terlihat sedikit kegugupan dalam wajah gadis yang bernama Oh Hayoung tersebut dengan seorang pria yang bisa disebut ‘kekasihnya’ yang bernama Park Chanyeol. Ya, mereka adalah sepasang kekasih. Banyak yang tidak menyangka dengan hal ini karna mereka tak pernah kelihatan romantis. Bahkan jika mereka berjalan bersama, tak jarang orang menganggap mereka adik dan kakak.

 

Oh Hayoung, gadis itu walaupun sudah menjadi kekasih Park Chanyeol tetap tak mau mendekatkan dirinya dengan Chanyeol. Bukan bermaksud ‘jual mahal’, tapi karna ia terlalu gugup. Ia tak pernah dekat dengan pria manapun selain ayahnya. Chanyeol adalah pria pertama yang dekat dengannya. Tidak… itu bukan dekat. Tapi mendekatkan diri. Ya, Chanyeol adalah pria pertama yang berani mendekatkan diri dengan Hayoung. Padahal Hayoung jarang sekali menganggap kehadirannya.

 

Hayoung bisa masuk ke golongan ‘cantik’ disekolah. Kulit putih, bibir tipis, hidung mancung, rambut panjang yang indah, tubuh tinggi semapai. Cukup sempurna untuk seorang gadis. Tapi ia betul – betul tidak bisa dekat dengan seorang pria. Inilah alasan mengapa gadis secantik ia harus mengalami status ‘single’ selama hidupnya. Sebelum ia memasuki SMA dan bertemu Chanyeol tentunya.

 

Chanyeol tertarik dengan gadis ini sejak pertama kali melihatnya menjadi sasaran orientasi. Ya, sasaran orientasi adalah keadaan dimana satu siswa baru yang sedang menjalani masa orientasi dibawa ketengah lapangan sekolah untuk diberi hukuman individu kejam yang dapat disaksikan oleh seluruh warga sekolah. Mungkin sifat pendiam dan jarang berbicara Hayoung membuat ia dipilih menjadi sasaran orientasi.

 

Awalnya Chanyeol hanya ingin lebih dekat dengan gadis ini. Karna gadis ini selalu sendirian atau bisa dibilang tanpa teman jika berada di lingkungan sekolah. Ya, Chanyeol sedikit mengamati Hayoung dan ia berhasil mendapatkan beberapa informasi dari temannya yang satu kelas dengan Oh Hayoung, Byun Baekhyun.

 

Entahlah sejak kapan Chanyeol mulai lebih dari menyukai gadis itu dan akhirnya ia memberanikan diri untuk mendekati gadis itu mengajaknya berbicara, juga mengikuti kemanapun gadis itu pergi jika di lingkungan sekolah (tidak jika ke toilet tentunya). Chanyeol pernah mengajaknya bicara tapi gadis itu seperti berpikir suara-ku-semahal-emas. Maksudnya, Hayoung sangat hemat dalam berbicara dengan Chanyeol dan semua orang tentunya.

 

Hingga ia berpikir ‘mungkin jika aku menjadi kekasihnya semua akan berubah. mungkin ia akan menjadi lebih hangat denganku’. Entah apa yang ada dalam pikiran gadis bernama Oh Hayoung itu, gadis yang tak pernah menganggap kehadiran Chanyeol disisinya tersebut malah menganggukkan kepalanya saat Chanyeol menyatakan perasaannya. Padahal, sebelumnya ia tak pernah menunjukkan sikap kepeduliannya pada Chanyeol.

 

Lalu apa selanjutnya? Apa sikap Oh Hayoung berubah? Tidak.. Jawabannya adalah tidak. Dia tetap saja dengan sifat lamanya. Pendiam dan selalu kesepian. Tidak pernah menganggap kehadiran Chanyeol disisinya, tidak pernah jalan atau yang bisa kita sebut kencan bersama Chanyeol walau hubungan mereka sudah berjalan 3 minggu, pulang sekolah bersamapun sangat – sangat jarang. Hayoung malah menyibukkan diri dengan kegiatan OSIS-nya tersebut. Alasannya ‘aku ingin dekat dengan orang – orang yang ada disekolah ini’. Sepertinya Park Chanyeol sudah berada diambang batas kesabarannya.

 

“Baguslah jika kau ingat” tampak raut kegelisahan pada wajah Chanyeol.

 

“Hmm… ada apa?” tanya Hayoung memberanikan diri.

 

“Aku menyatakan perasaanku padamu di tempat ini. Dan aku juga ingin mengakhiri hubungan kita ditempat ini” jawab Chanyeol. Akhirnya pria itu berhasil mengungkapkan apa yang ia ingin ungkapkan.

 

“Ah, begitu ya? Baiklah jika kau ingin begitu” ucap Hayoung sambil memaksakan tersenyum.

 

Dijawab seperti itu, Chanyeol bukannya senang karna akan melepaskan diri dari Hayoung. Ia malah kesal. Bagaimana bisa gadis ini dengan mudah melepasnya? Apa sejak awal gadis ini tak pernah serius padanya? Apa sejak awal gadis ini menganggap Chanyeol sedang bermain – main? Apa sejak awal ia tak mencintai Park Chanyeol? Sejuta pertanyaan muncul dibenak Chanyeol.

 

“Apa kau tak ingin bertanya padaku terlebih dahulu?” tanya Chanyeol.

 

“Bertanya apa?” tanya Hayoung polos.

 

‘ya Tuhan, jika gadis didepanku adalah Byun Baekhyun maka aku akan mendorongnya masuk kedalam danau sekarang juga’ batin Chanyeol ikut berbicara.

 

“Mengapa aku mengakhiri hubungan ini. Apa kau tak penasaran?” tanya Chanyeol. Ia harus sabar sebentar untuk ini, karna sebentar lagi ia tak akan bersama gadis ini untuk seterusnya.

 

“Ah itu.. Aku rasa itu baik untukmu jadi kusetujui saja” ucap Hayoung masih dengan suara pelannya.

 

“Baiklah Chanyeol-ssi, kita sudah selesai kan? Aku akan pulang sekarang” ucap Hayoung melanjutkan.

 

“Apa mau kuantar pulang? Untuk yang terakhir kalinya mungkin” tawar Chanyeol kikuk.

 

“Tidak usah Chanyeol-ssi. Hati – hatilah dijalan. Annyeong

 

Ah, apa aku lupa memberitahumu bahwa Hayoung tidak mengubah panggilannya untuk Chanyeol. Bahkan sampai mereka menjadi sepasang kekasih dan kini berakhir. Masih tetap sama ‘Chanyeol-ssi’.

 

 

*Chanyeol POV

 

Entah apa yang ada dalam pikiran gadis itu. Dia dapat mengatakan ‘baiklah jika kau ingin begitu’ dengan mudahnya. Padahal aku saja mati – matian mengatakan ingin berpisah darinya. Apa ia memang ingin berpisah denganku dari lama? Aku tak habis pikir. Kalau begitu untuk apa ia menerimaku dulu.

 

Apa aku tadi bilang bahwa aku ‘mati – matian mengatakan ingin berpisah dengannya?’. Jika iya, maka kalian tidak salah. Sungguh aku masih mencintainya. Hatiku pun masih dipenuhi oleh dirinya. Tapi aku lelah. Lelah karna ia tak pernah menganggapku ada.

 

Ia selalu memalingkan wajahnya jika berbicara denganku, ia tak pernah mau aku ajak untuk berkencan, ia selalu berbicara dengan singkat saat aku telephone, ia tak pernah mau jika kuajak ke kantin bersama saat jam istirahat, ia pun jarang menerima tawaranku untuk pulang bersama. Mungkin hari ini adalah yang kedua kalinya aku pulang bersamanya, dan itu harus berhenti di tengah jalan. Dan apa – apaan tadi katanya? Chanyeol-ssi? Kau pikir aku ini rekan bisnismu. Sejenak aku mengingat kembali kata – kata dari si bbabo ByunBaekhyun.

 

‘ia tak akan pernah serius dengan hubungannya Chanyeol-ah. jika kau tidak bisa menikmati hubungan yang tak ada kesan romantisnya sama sekali,  putuskan ia sebelum kau menyesal saat dewasa dan menikah nanti. nikmati masa mudamu’

 

“Aku sudah memutuskannya bbabo. Kau puas?” teriakku dijalan sambil menendang kaleng softdrink yang dibuang sembarangan oleh seseorang yang entah siapa dijalan.

 

***

 

Sebuah suara terdengar nyaring di telingaku. Sangat mengganggu dan apalagi suara itu jika bukan dari alarm jam weker ku. Segera kumatikan alarm itu dalam posisi setengah sadar dan setengah tidur. Nyawaku belum pulih 100%. Benda yang ku ingat pertama kali adalah ponselku. Segera kuketikan beberapa kalimat manis untuk seseorang hingga aku sadar akan kejadian kemarin sore, sepulang sekolah.

 

‘kau dan dia telah berakhir Chanyeol-ah’

 

Hampir saja aku mengetikan pesan manis untuknya disaat kesadaranku belum pulih 100%. Sudah kebiasaanku setiap pagi untuk mengetikan pesan – pesan manis untuknya. Tapi kini, aku mulai menghapus kebiasaan itu. Aku bukan siapa – siapa lagi untuknya. Entah mengapa walau pesan itu hanya dibahas ‘iya’, ‘kau juga’, ‘baiklah’, atau tidak dibalas olehnya aku sangat senang melakukan hal itu. Dulu. Ya, itu dulu.

 

 

*Hayoung POV

 

Pagi ini aku sedikit ragu melangkahkan kaki menuju sekolah. Aku terlalu takut jika nanti tiba – tiba bertemu pria itu, Park Chanyeol. Sedikit menyakitkan saat dia meminta padaku untuk mengakhiri hubungan ini. Padahal aku mencintainya. Entahlah sejak kapan aku mulai menerima kehadiran pria yang awalnya kuanggap penganggu itu.

 

‘mungkin aku terlalu membosankan baginya’

 

“Kudengar Hayoung dan Chanyeol putus ya?” kudengar beberapa siswi perempuan sedang menggosipkan aku dan Chanyeol. Bagaimana mereka bisa tau?

 

Jinjja? Kalau begitu itu kesempatan bagus untukmu Hyeri-ah. Kau sudah sejak lama kan menyukai Park Chanyeol?” ucap salah satu dari mereka.

 

Aku yang sedang mengambil beberapa peralatan tulisku dari loker siswa menutup pintunya dengan keras begitu saja. Membuat mereka terkejut akan kehadiranku yang ternyata sedari tadi mendengarkan percakapan mereka.

 

“Hayoung-ah” ucap salah satu dari mereka yang kuketahui bernama Hyeri tersebut.

 

“Dekatilah jika kau mau” ucapku lalu bergegas pergi meninggalkannya. Entah mengapa hati ini terasa sakit.

 

Segera kulangkahkan kakiku menuju Green House sekolah. Jam pelajaran yang kosong membuatku bebas berkeliaran dimana saja. Sepertinya aku belum bisa merelakan Chanyeol. Pria itu selalu mempunyai cara membuatku tersenyum dengan pipi yang memerah saat ia mengirimkan pesan – pesan manisnya melalui pesan singkat. Aku cek handphone-ku berharap ada pesan masuk dari pria itu. Tapi nihil, tak ada satupun pesan masuk darinya.

 

Bukannya aku lupa dengan status hubungan kami yang sudah berakhir, tapi karna faktanya aku memang mengharapkan pesan singkat itu. Apakah aku terlalu canggung kepadanya? Bahkan, kurasa aku bukan lagi canggung tapi sangat – sangat canggung.

 

***

 

*Chanyeol POV

 

Setelah putus dari Hayoung, aku selalu mendapat surat – surat tak jelas di lokerku juga di laci mejaku. Apalagi jika bukan surat cinta. Sungguh ini membuatku muak. Beberapa dari mereka bahkan mendatangiku dan memberiku beberapa barang yang bisa disebut ‘hadiah’. Apa perasaan Hayoung saat kuikuti seperti ini? Merasa terganggu.

 

Aku merindukan gadis itu. Entah apa yang membuatku rindu padanya. Sikapnya dingin, jarang berbicara, tidak romantis dan canggung. Apa itu tandanya aku masih mencintainya?

 

Ya, kau memiliki banyak fangirl ya setelah putus dari Hayoung. Bagaimana rasanya?” sebuah suara menghentikan lamunanku tentang gadis itu.

 

“Apa yang kau bicarakan tuan Byun. Ini benar – benar membuatku gila” ucapku saat menyadari yang datang adalah Baekhyun.

 

“Kau hanya tinggal memilih salah satu dari mereka. Maka kau akan terbebas dari semua ini” ucap Baekhyun dengan santainya sambil memakan salah satu coklat pemberian dari seorang gadis untukku.

 

“Tidak segampang itu” ucapku.

 

“Jika kau mau, kau saja yang memilih salah satu dari mereka” ucapku lagi saat tau ia sedang bersiap membuka mulutnya. Pertanda akan menceramahiku.

 

“Lupakan Hayoung. Dia sedang dekat dengan namja lain” ucap Baekhyun mengejutkanku.

 

Mwo?” teriakku dengan suara yang bass. Membuat Baekhyun dan beberapa orang yang sedang berada di kelas saat jam istirahat ini terkejut dan menatapku aneh.

 

“Jadi kau masih menyukainya?” tanya Baekhyun heran.

 

“Jangan bercanda ByunBaek. Siapa pria yang sedang dekat dengannya?” tanyaku panik berusaha tak menghiraukan pertanyaan sahabatku itu.

 

“Kenapa kau putus dengannya jika kau masih menyukainya?” tanya Baekhyun membuatku terdiam.

 

“Kau yang menyuruhku kan?” ucapku tenang.

 

“Menyuruhmu apa? Aku hanya berkata jika kau sudah tidak sanggup dengannya, putuskan saja ia” ucap Baekhyun.

 

“Aku sudah tak sanggup dengannya Baek” ucapku sedikit ragu.

 

“Jika kau sudah tak sanggup dengannya, tak mungkin kau akan terkejut seperti ini bila mendengarnya dekat dengan pria lain” ucap Baekhyun memberi penjelasan.

 

“Berarti kau masih mencintainya” lanjut Baekhyun lagi.

 

“Aku tak mengerti” ucapku mengacak rambutku.

 

Baekhyun benar. Aku masih mencintainya dan aku melepasnya. Dia begitu dingin dan tampak tidak peduli kepadaku, tapi aku merindukannya. Tak ada yang menarik darinya selain wajah cantik dan otak pintarnya, tapi aku tetap mencintainya. Aku masih mencintainya, sungguh. Ia pasti punya alasan untuk bersikap canggung dan cenderung diam jika bersamaku, seharusnya aku tak memutuskannya seorang diri. Seharusnya aku membicarakan hal ini dengannya secara baik – baik.

 

“Kau salah paham dengan ucapanku” ucap Baekhyun sambil menepuk pundakku.

 

“Dekati ia kembali sebelum Kris sunbae merebutnya”

 

***

 

Kata – kata dari Baekhyun terus berputar dalam otakku. Apa maksudnya Kris sunbae yang mendekati Hayoung? Aishh.. Jinjja.. Ini akan sangat sulit bagiku mendekati Hayoung kembali. Ah tunggu, apa hati kecilku menyuruhku untuk mendekati Hayoung kembali? Aku terlalu khawatir pada harga diriku.

 

“Hayoung-ah” panggilku refleks saat melihat Hayoung berada di sebrang jalan yang kulewati.

 

‘ah.. bbabo Chanyeol. mengapa kau memanggil gadis itu, bbabo’

 

“Dari mana?” tanyaku saat kuputuskan untuk menghampirinya. Tak enak jika aku hanya memanggilnya lalu kabur begitu saja padahal ia sudah menoleh kearahku.

 

“Dari toko buku” ucapnya menunjuk toko buku yang berada jauh di perempatan sana dengan senyum manisnya yang tak berubah.

 

“Beli buku apa?” tanyaku berusaha mengajaknya berbicara sambil berjalan pulang.

 

“Hanya mengantar Kris sunbae

 

Ppyonggg…

 

Hatiku mencelos saat itu juga

 

“Oh.. Kencan?” tanyaku kikuk. Aku merutuki diriku sendiri yang terbiasa bicara seenaknya tanpa dipikir dahulu. Sungguh ini memalukan.

 

“Hah? Aa… Anni” ucapnya tak kalah gugup. Sudah biasa sebenarnya melihat ia berbicara dengan tampang gugupnya itu.

 

“Mau pulang bersama?”

 

‘oh tidak. lidahku bicara seenaknya lagi’

 

“Hah?” ucapnya sedikit bingung.

 

‘saat masih pacaran pun kau tak mau ku ajak pulang bersama. apalagi saat kita sudah berpisah’

 

“Tidak mau ya? Yasudah aku duluan ya. Hati – hati dijalan” ucapku lalu meninggalkannya dengan langkah panjangku yang kupercepat.

 

***

 

Saranghaeyo.. Mau kah kau menjadi namjachingu-ku Park Chanyeol?” seorang gadis tengah berdiri sambil menyerahkan sebuah surat berwarna pink kepadaku.

 

Kang Hyeri menyatakan perasaannya kepadaku. Ini konyol. Aku melirik Baekhyun, tapi ia seakan tak peduli dan tatapan matanya mengatakan selesai-kan-masalah-mu-sendiri. Sungguh aku malu menjadi pusat perhatian saat ini.

 

Tadi ia menghadangku si tengah koridor dan menyatakan perasaannya kepadaku secara tiba – tiba. Sontak semua siswa yang tengah melewati koridor menjadikan kami pusat perhatian. Aku bahkan tak mengenal baik sosok Kang Hyeri ini.

 

“Hayoung-ah” ucap Baekhyun dengan ekspresi terkejutnya saat melihat Hayoung yang ternyata berada ditengah – tengah kerumunan sedari tadi.

 

Chukkae.. Semoga kau bahagia” ucap Hayoung dengan senyum yang kurasa dipaksakan. Dan ia pun berlalu begitu saja melewati kami.

 

***

 

*Author POV

 

Seorang gadis yang bernama Oh Hayoung itu tampak menjauhkan diri dari orang – orang yang  berusaha mendekatinya di Green House, tempat yang jarang dikunjungi di sekolah. Entah mengapa ia menyukai tempat ini. Apa mungkin karna di tempat ini Park Chanyeol mengajaknya bicara untuk pertama kali?

 

Oh, masih teringat jelas dalam pikiran gadis itu saat Park Chanyeol menegurnya pertama kali dan mengajaknya berbicara. Tapi gadis itu malah ketakutan dan kabur begitu saja saat Chanyeol bertanya kepadanya untuk yang ketiga kali tentang dirinya. Gadis itu betul – betul tak dekat dengan pria selain ayahnya sebelum ia mengenal Chanyeol.

 

“Hayoung-ah, sedang apa kau disini” suara seorang pria memanggil Hayoung yang sedang menangis tertunduk. Menangis karna Park Chanyeol.

 

“Kris sunbae” ucap Hayoung mendongakan wajahnya dan terkejut karna Kris tiba – tiba ada disini.

 

“Menangis? Karna Park Chanyeol?” tanya Kris to the point.

 

“A..annii” ucap Hayoung menyangkal.

 

“Lupakan ia” ucap Kris mengusap air mata pada wajah Hayoung.

 

“Aku masih sangat mencintainya” ucap Hayoung pada Kris. Baru kali ini gadis itu terbuka pada seseorang.

 

“Tapi aku mencintaimu Hayoung-ah” ucap Kris membuat Hayoung terkejut.

 

“Ah, mianhae sunbae. Aku sudah menganggap Kris sunbae seperti kakakku sendiri” ucap Hayoung menunduk. Sedangkan Kris? Ia bingung. Apa ia harus melepaskan orang yang ia cintai ini.

 

“Park Chanyeol tidak mencintaimu” ucap Kris mencoba menghancurkan pertahanan Hayoung untuk Chanyeol.

 

“Aku tau” ucap Hayoung tersenyum.

 

“Aku tak berharap ia membalas cintaku. Aku hanya berharap ia akan bahagia. Aku tak mau egois untuk menahan ia bersamaku sedangkan ia tak bahagia” ucap Hayoung menahan air mata yang akan keluar.

 

Sejenak pria bernama Kris itu berpikir ‘apa dia menyindirku?’

 

“Ya, kau benar. Asal kau bahagia Oh Hayoung. Aku tak apa jika tak bersamamu. Asal kau bahagia” ucap Kris sambil mengacak rambut Hayoung. Berusaha tersenyum walau dalam hatinya tak setuju ia berkata seperti itu.

 

“Terima kasih sudah mengerti keadaanku” ucap Hayoung tulus.

 

***

 

Malam hari yang begitu berawan sama dengan hati seorang Park Chanyeol yang kini tengah duduk di salah satu kursi yang ada pada balkon kamarnya yang luas. Tangan kanan dan kirinya tampak dengan lancar memetik sinar gitar. Sejenak ia berhenti memetik senarnya, mengingat perkataan sahabatnya, Byun Baekhyun.

 

‘kau lihat tadi? Oh Hayoung menatapmu sendu saat ia melihatmu bersama Hyeri. jadi kurasa ia masih mencintaimu. nyatakanlah cintamu kepadanya. sekali lagi. lakukan hal – hal manis untuknya. yakinkan ia bahwa ia akan bahagia jika kembali kepadamu’

 

“Byun Baekhyun, awas saja jika perkataanmu ini membuatku tersesat untuk yang kedua kalinya” ucap Chanyeol sambil tersenyum.

 

Ia sudah yakin kali ini akan menyatakan perasaannya kepada Hayoung untuk kedua kalinya. Dengan cara yang sedikit romantis.

 

Membuat lagu.

 

Ya, membuat lagu untuk Hayoung rasanya tepat. Tak peduli akan harga dirinya yang akan dianggap sedikit buruk oleh orang lain karna memutuskan seorang wanita dan memintanya untuk kembali. Yang penting Hayoung ada padanya. Ya, baginya sekarang yang terpenting itu Oh Hayoung.

 

***

 

“Byun Baekhyun”panggil pria tinggi bernama Chanyeol tersebut.

 

Wae?” tanya Baekhyun.

 

“Aku sudah membuat sesuatu untuk Hayoung” ucap Chanyeol mantap.

 

Mwoya?”

 

“Lagu. Aku sudah membuatkannya sebuah lagu”

 

“Bagus. Jadi kapan kau akan menyanyikan itu untuknya?” tanya Baekhyun penasaran.

 

“Itu yang aku bingungkan, Baek” ucap Chanyeol terlihat frustasi.

 

“Bagaimana cara aku menyampaikan laguku untuknya? Aku betul – betul kehabisan akal” lanjutnya.

 

“Bagaimana jika kau menyanyikannya ditengah lapang basket?” usul Baekhyun.

 

“Aku tidak mau. Terlalu mainstream” tolak Chanyeol.

 

“Di taman?” usul Baekhyun yang langsung direspon sebuah gelengan dari Chanyeol yang artinya ‘tidak setuju’.

 

“Bagaimana jika kau menyamar menjadi pekerja paruh waktu di sebuah cafe. Lalu kau menyanyikan itu untuk Hayoung saat ia tiba di cafe

 

“Itu konyol ByunBaek” tolak Chanyeol.

 

“Jika kau menyamar menjadi pengamen jalanan?” tanya Baekhyun.

 

“Aku tidak ingin ditangkap petugas karna aku tak memiliki kartu tanda penduduk” ucap Chanyeol makin frustasi.

 

Biasanya, sahabatnya si Byun Baekhyun ini selalu menemukan solusi yang tepat untuk segala permasalahannya. Tetapi entah mengapa untuk kasusnya dan Hayoung ini, keseimbangan otak si Tuan Byun selalu mengalami masalah.

 

“Tak ada ide lain?” tanya Chanyeol hampir menyerah.

 

“Ada sihh…”

 

“Tapi ini sedikit gila” ucap Baekhyun lalu membisikan sesuatu ke telinga Chanyeol.

 

***

 

Gadis yang bernama Oh Hayoung itu sedang sibuk dengan tugas biologinya yang menumpuk. Keadaan rumah yang hening sunyi seakan mendukungnya untuk berkutat dengan tugas biologinya yang sangat tidak enak untuk dipandang. Gadis itu sedikit bosan karna tak ada hiburan yang datang kepadanya. Statusnya sebagai anak tunggal membuat ia selalu kesepian. Sedangkan ibu dan ayahnya entah sedang melakukan apa di Ruang Tengah.

 

Jrengg…

 

Sebuah petikan gitar terdengar dari luar membuat Hayoung terganggu akan kegiatan belajarnya. Ia memberikan sumpah serapahnya untuk siapa saja yang berani – beraninya memetik gitar dimalam sunyi seperti ini.

 

Onereun gwehngjang-hi jungyohan narimnida

hari ini adalah hari yang sangat penting

Han yeoja-ege dubeon chae kobae-geul haneun narikeodeunyo

ini adalah hari saat aku akan menembak seorang gadis untuk yang kedua kalinya

 

Tunggu…

 

Suara itu sepertinya Hayoung mengenalnya. Sesegera mungkin ia membuka tirai jendela juga jendelanya dari kamarnya. Ia pun bergegas lari menuju balkon kamarnya. Dan hal yang sedang ia lihat saat ini adalah….

 

Park Chanyeol yang sedang berdiri di depan gerbang rumahnya sambil memainkan sebuah gitar ditangannya. Apa yang akan pria itu lakukan, malam – malam seperti ini?

 

Keunyeoe-ge tashi chaja garyeo hamnida

aku akan menemukannya lagi

Kwahyeon geunyeo-ga je maeumeul badajul kkayo?

Akankah dia menerimaku?

Onereun waehnji neukgimi chohseumnida

aku merasa baik hari ini untuk beberapa alasan

 

Chanyeol mengakhiri ucapannya yang Hayoung tak mengerti maksudnya apa. Gadis ini masih tidak paham apa yang akan Chanyeol lakukan malam ini didepan rumahnya. Ia bisa melihat dari balkon rumahnya ini jika orang tua juga beberapa tetangga keluar dari rumahnya masing – masing akibat dari kebisingan yang Chanyeol timbulkan. Dan mereka mulai menyaksikan apa yang Chanyeol lakukan dari halaman rumahnya masing – masing. Bisa dibilang ini memalukan bagi Hayoung.

 

Hayoung bisa melihat Chanyeol yang tersenyum manis padanya sambil menyanyikan sebuah lagu yang belum pernah Hayoung dengar sama sekali.

 

 

 

Chajonsimdo da beorigo dubeon chae kobaek

Hago shipeun mari manhado saengryakhlke

Meotjike na byeonhalke oneulbu teo dashi maeil

Kyeonuwah jinnyeocheoreom meotjin sarangeul haebollae

 

Neol wihae bang anaeseo teureobakhyeo kobaek yeonseub

Neomaneul wihan serenade noraedo yeonseub

Neomeojyeodo dashi ireona keokjeong hajima yonggireul naeja

Seotunpyeonjireul sseugo keodaran giminhyeong konggeub

 

Uriga saranghaetdeon shigando

Keutorok kkumyeol katdeon shigando

Modu jeonbu da ijeul suga eomneunde

 

All day neoman saenggakae

Eojedo bameul sewonne girl

Gaseumi dapdabae jammot iruneun bam-e

 

Eotteon gayo keudaeun gwaechana bwayo

Haru haru keuddae chueoge jeojeo himi deuneyo

Eonjerado keudae doraondamyeon

Nunmul ttawin eoptketjyo dubeon chae naye kobaek

 

I want you back baby I swear it’s true

Won’t ever make you jealous I’ll make them jealous of you

Comeback to me for eternity

And take listen to my 2nd confession please

 

Neowa nan ije sinho hanareul gigoseo maju bwa

Eocheona simjangi teojyeo beoril keonman gata nuga

Keunyeoege nae sarangeul kyupiteuye hwansareul

Nalyeojwo nal salyeojwo eorat? Chorokburidal

 

Doraol su isseulkka keuttaega dashi

Nawa hamkke hal su isseulkka keudaega dashi

Karosul gil babjib nonhyeondongye achim

Dashi han beon matbogo shipeun goimokgi reseoye giseu

 

Yeojikkeot himkyeowotdeon shigandeul

Kalsurok huhwehppunin nanaldeul

Modu jeonbu da dwehdoligo shipeunde

 

All day neoman saenggakae

Eojedo bameul sewonne girl

Kkeudaenenun eotteonji doragago shipeunde

 

Eotteon gayo keudaeun gwaechana bwayo

Haru haru keuddae chueoge jeojeo himi deuneyo

Eonjerado keudae doraondamyeon

Nunmul ttawin eoptketjyo dubeon chae naye kobaek

 

Namdeulye shiseoni duryeob jin anha

Du beon chae kobaek

Keudaereul wiihan serenade du ben chae kobaek

Throwing away my pride to ask you to comeback

I’ll be your shoulder strap and you can be my backpack

 

Keuttaero dashi doragago shipeunde

Keudaeneun wae oh wae nae mam molla junayo

Eonjerado keudae doraondamyeon

Nunmul ttawim eoptketjyeo

 

Eotteon gayo keudaen gwaenchana bwayo

Haru haru keuddae chueoge jeojeo himi deuneyo

Eonjerado keudae doraondamyeon

Nunmul ttawin eoptketjyo dubeon chae naye kobaek

 

 

 

Saranghaeyo Oh Hayoung” ucap Chanyeol sesaat setelah lagunya selesai.

 

Dapat terasa sendiri oleh Hayoung jika pipi gadis itu panas saat ini. Entah apa yang harus dia lakukan saat ini. Tubuhnya terasa panas padahal ia hanya menggunakan piyama panjang berwarna merah saja saat itu. Dapat dilihat jika orang tuanya yang berada dibawah sana berharap besar pada Hayoung. Entah apa yang mereka pikirkan tapi sang ayah hanya tersenyum saat anaknya menatapnya dari atas balkon seakan berkata apa-yang-harus-kujawab. Tetangga – tetangga Hayoung yang melihat ‘pertunjukan dadakan’ ini tampak mulai berbisik – bisik ringan. Sedangkan Chanyeol, pemuda itu memeluk gitarnya dan tampak memperlihatkan senyum riangnya.

 

Ne Park Chanyeol. Nado Saranghaeyo” ucap Hayoung memberanikan diri.

 

***

 

“Lagu itu bagus” ucap Hayoung sambil membawakan segelas cokelat panas untuk Chanyeol yang sedang duduk di ayunan berwarna putih yang ada di halaman belakang rumahnya.

 

Hayoung tak mengerti mengapa kedua orang tuanya begitu baik pada Park Chanyeol yang baru mereka kenal malam ini dengan mengizinkan ia mampir sebentar. Padahal biasanya, kedua orang tuanya ini terlalu pilih – pilih dalam hal pertemanan untuk anak semata wayangnya. Dan bahkan ini sudah lebih dari pertemanan.

 

“Aku membuatkan lagu ini untukmu” ucap Chanyeol mengambil segelas cokelat panas dari tangan Hayoung.

 

“Oh ya? Terima kasih. Kau hebat” ucap Hayoung tersenyum.

 

“Ya, spesial untuk 2nd Confession-ku” ucap Chanyeol sambil meletakan gelas kosong yang isinya baru saja ia habiskan ke meja di samping ayunan.

 

“Apa kau masih tak mau tau alasanku mengapa aku memutuskan hubungan kita beberapa hari lalu?” tanya Chanyeol membuat Hayoung mengerutkan dahinya.

 

“Sedikit menyakitkan mendengarnya. Tapi, baiklah aku akan memberimu kesempatan untuk mengatakannya kali ini” ucap Hayoung tersenyum.

 

“Karna kau terlalu dingin kepadaku” ucap Chanyeol yang membuat Hayoung terdiam.

 

“Aku tidak dingin Chanyeol-ah. Aku hanya gugup. Kau laki – laki pertama yang dekat denganku” ucap Hayoung malu. Sedangkan Chanyeol hanya tersenyum simpul karna untuk pertama kali Hayoung tidak memanggilnya Chanyeol-ssi lagi.

 

“Aku tau kau punya alasan dibalik semua itu. Saat itu aku terlalu cepat mengambil keputusan dan aku tak mendiskusikannya denganmu. Jadi aku yang bodoh. Aku minta maaf”

 

“Hapuslah itu semua. Kita harus berhubungan layaknya kekasih. Kita buat semua orang di Seoul menatap kita iri karna kemesraan kita” ucap Chanyeol melanjutkan, membuat semburat merah muncul diwajah Hayoung.

 

“Dan satu lagi. Berhenti memanggilku Chanyeol-ssi. Panggil aku chagi, ne”

 

Shirreooo” tolak Hayoung membuat Chanyeol tertawa

 

“Cukup 2nd Confession saja. Aku tak mau ada 3rd Confession” Chanyeol berkata sambil membawa Hayoung dalam pelukannya.

 

 

 

 

Yaa… Setidaknya rencana Byun Baekhyun berjalan lancar untuk yang satu ini ^^

 

*******

 

 

Wahhh… akhirnya beress hahhaa….

Entahlah aku gak tau tiba – tiba bisa kepikiran buat ff ini setelah nonton MV BTOB yang 2nd Confession (akhhh…. SUNGJAEEEE <3 )

Oh iyaaa… disarankan pas bagian si Chanyeol nyanyi itu sambil dengerin lagunya yaaa… recommended/? banget tuhhh… heheee /abaikan qaq/

Awalnya aku bingung buat nentuin couplenya Chanyeol disini, karna jujur yess aku gak dapet feel kalau buat ff yang pake OC.. hehee..

Karna aku biasin Hayoung, jadi aku pilih Hayoung. Gatau deh padahal awalnya Hayoung buat sementara aja gituuu… Tapi karna aku dapet feel-nya, jadi aku lanjutin..

Maaf ya jika ff-ku kurang memuaskannn :(( aku akan berusaha yang lebih lebih lagiii heheee :*

 

Tolong kritik dan sarannya yang membangun yaaa ^^

 

Di post juga di>> http://bawangdauncantik.blogspot.com


We Are Different

$
0
0

di
Cast : Kim Sora

           Huang Zitao

Author : GSB ( @sadanema )

Genre : Romance, fluff

Rating : PG – 15

 

 

 

Sebelumnya Sora tak pernah membayangkan sosok pria seperti apa yang akan mendampinginya. Ia tak pernah memikirkannya, karena ia berpendapat jodoh ada di tangan Tuhan. Ia tak perlu mencarinya, mengejarnya sekuat tenaga hingga napasnya berantakan. Ia yakin, entah di bagian dunia yang mana, ada sosok pria yang Tuhan takdirkan untuknya. Yang diciptakan khusus untuk berpasangan dengannya.

 

 

Ia selalu meyikini pendapatnya, dan semakin yakin manakala ia bertemu dengan Tao. Yah…pria jangkung yang setahun lalu datang ke kantor notarisnya untuk mengatur surat-surat kepemilikan tanah. Saat itu Sora tak pernah mengira jika pria pemalu yang ternyata sangat bawel itu akan menjadi pasangannya. Bahkan tak pernah sekalipun terlintas ide untuk meminta Tao menjadi kekasihnya. Oh…ayolah!! Mau dilihat dari sisi manapun, Tao dan dirinya bukan sepasang manusia yang berjodoh. Mereka terlalu berbeda.

 

Tao itu sangat bawel, berbanding terbalik dengan dirinya yang tak banyak bicara. Kadang Tao juga suka  bertingkah seperti anak umur lima tahun yang tak segan merajuk untuk mendapatkan apa yang ia inginkan, dan jujur saja Sora menginginkan pria mandiri yang mampu memenuhi kebutuhannya sendiri. Sora benci segala kegiatan yang berhubungan dengan olahraga, sedangkan Tao, pria itu sangat gila olahraga.

 

 

Bayangkan saja! Sora yang juga benci bangun pagi harus turun dari ranjangnya karena Tao terus menghubungi ponselnya, pria itu telah menunggunya di luar pagar rumah lengkap dengan jaket parasut serta celana training. Bahkan matahari masih enggan menampakkan wujudnya, tapi Tao dengan senyum bodohnya mengajak Sora untuk lari pagi. Tao bilang udara pagi sangat baik untuk tubuh Sora.

 

 

Tak jarang Tao memandang hidup sebagai permainan tanpa akhir yang harusnya tak perlu dijalani dengan sangat serius, tentu itu bertentangan dengan pendapat Sora yang menanggapi hidup sebagai ajang kompetisi. Kau harus terus waspada dan selalu siap dengan segala tantangan yang akan merintangi jalanmu.

 

 

“ Aku kan sudah bilang jangan film yang itu!” protes Tao masih dengan wajah memerah.

 

 

 

Dari sekian banyak perbedaan yang mereka miliki, perbedaan paling mencolok diantara mereka adalah masalah kepekaan. Tao terlahir sebagai pria dengan hati paling sensitif, pria itu mudah menangis, sangat berbeda dengan Sora yang jarang menangis. Lihat saja. Setelah menyelesaikan film Miracle in Cell No.7, airmata Tao mengalir deras membanjiri wajahnya. Tak habis-habisnya ia menggumam kesal sejak pertengahan cerita sampai detik ini. Sampai Sora telah mematikan TV-nya dan kembali duduk bersila di sebelah Tao.

 

 

“ Sudahlah… Filmnya kan sudah selesai.” Ucap Sora datar. Meski Tao terlihat begitu emosi lengkap dengan deraian airmata, Sora malah terlihat biasa saja.

 

 

Ia memang cukup kesal begitu kisahnya memasuki pertengahan, tapi entah kenapa airmatanya tak mau jatuh. Dan ia pun tak begitu mempermasalahkannya. Ia merasa sangat tersentuh dengan cerita pilu itu, tapi baginya merasa sedih tak harus ditunjukkan dengan menitikan airmata.

 

 

“ Ayolah Tao…itukan hanya film.” Ia menyentuh tangan Tao, menggenggam tangan besar itu dengan harapan bisa meredakan gejolak yang masih bergemuruh dalam dada pria itu.

 

 

Tapi bukannya berhenti, pria itu malah sesegukan. Airmatanya kembali mengalir dan itu membuat Sora tak habis pikir dengan orang di hadapannya. Sora menghela pendek sebelum akhirnya teringat akan jurus terakhir yang biasa ia lakukan untuk menenangkan Tao. Ia merapatkan dirinya, menarik pria itu ke dalam pelukannya, membiarkan si cengeng itu bersembunyi di balik lekukan lehernya.

 

 

Dan berhasil. Memang tak ada cara lain yang paling hebat, selain memeluk pria itu dan mengelus punggungnya pelan-pelan. Yah…meski sebenarnya Sora sangat membenci segala bentuk kedekatan fisik. Tapi semenjak bertemu dengan Tao, ia bisa menerimanya. Tapi…jangan pikir ia telah berubah. Ia masih Kim Sora yang benci olahraga, ia masih Sora yang selalu ingin menjadi nomor satu, ia masih dirinya seperti sebelum ia bertemu dengan Tao. Namun bedanya, Sora tak lagi membenci olahraga sebanyak yang ia lakukan sebelumnya. Kini Sora tak bekerja segila dulu dimana ia selalu terobsesi untuk menjadi yang pertama, membiarkan dirinya lelah bahkan bekerja terlalu berat hingga tak jarang tubuhnya sakit sendiri.

 

 

 

“ Aku membayangkan bagaimana kalau hal itu terjadi padaku dan anakku. Aku tidak bisa membiarkan anakku sendirian begitu Sora.” urai Tao dengan suaranya yang terdengar parau.

 

 

Pria itu masih memeluknya persis seperti koala yang memeluk pohon Eucalyptus. Jika sudah begini Sora hanya bisa membiarkan pria itu memeluknya lebih lama. Membiarkan pria itu bicara sementara tangannya memainkan helaian rambut lembut Tao.

 

 

“ Hanya karena ia berbeda, orang-orang menganggapnya sebagai lelucon. Seolah ia elemen tak penting hingga mereka bisa memperlakukannya dengan buruk.” Ucap Tao menguraikan pendapatnya mengenai kisah Yong Gu, si pria dengan keterbelangan mental dalam film tersebut.

 

 

“ Aku kesal. Kau tahu…sepanjang film tadi, aku membayangkan orang itu adalah aku.”

 

 

Sora terkekeh pelan. meski tak sepenuhnya kekanakan, tapi Tao bisa menjadi sosok anak kecil yang sangat menggemaskan. Yah…contohnya yang terjadi saat ini.

 

 

“ Aku berbeda dari pria lain. Aku mudah menangis, aku kekanakan, aku juga sangat suka mengoleksi tas-tas yang biasanya dilakukan oleh seorang perempuan. Bagaimana bisa aku yang seperti ini bersamamu denganmu yang begitu sempurna?” keluhan Tao terdengar semakin emosional. Sora bisa merasakan riak-riak emosi dalam suara Tao.

 

 

Sora menghentikan gerak tangannya. Ia menjauhkan tubuhnya, memaksa Tao untuk menatap matanya. Ia menghela pelan begitu mendapati setumpuk keresahan yang tersimpan dalam bola mata Tao. Ini memang bukan pertama kalinya mereka membicarakan hal semacam ini. Mereka sudah cukup sering membahas hal yang sama, mencari jawaban atas pertanyaan besar yang sering mereka tanyakan pada diri masing-masing.

 

 

Kita sangat berbeda, tapi kenapa kita bisa bertahan selama ini?

 

 

Tapi mereka telah sepakat untuk tidak membesar-besarkan hal itu di kemudian hari, dan kini Sora merasa sedikit kesal karena nyatanya Tao kembali mengungkit hal itu. Untuk apa mereka mempermasalahkan segala perbedaan yang ada, jika mereka sendiri bisa saling memahami?.

 

 

“ Kita sudah sepakat untuk tidak membahas hal ini! Kenapa kau melanggarnya?”

 

 

“ Aku tahu Sora! Tapi aku tetap tak bisa mengenyahkan pikiran-pikiran itu dari kepalaku! Kau dengan dirimu yang seperti ini bisa mendapatkan pria yang jauh lebih baik dariku. Tapi apa? Kini kau bersamaku di sofa rumahmu, menghabiskan waktu malam minggu dengan menonton film sedih.” Tao berhenti sejenak, menciptakan jeda panjang untuk menghirup udara.

 

“ Lalu apa masalahnya? Aku senang bersamamu.” Suara Sora memelan, mengalun lembut hingga Tao merasa sedikit bersalah karena telah membentaknya.

 

 

“ Itulah masalahnya. Kau terlalu baik hingga aku merasa tidak tenang.”

 

 

Sora mengulurkan tangannya ke wajah Tao. Ia menyapukan jemarinya pada pipi kanan Tao sebelum akhirnya berhenti. Kemudian Tao menggenggam tangannya yang masih menangkup pipi tirus pria itu.

 

 

“ Bagaimana kalau nanti kau menemukan pria lain? Bagaimana jika kau bertemu dengan pria tangguh yang takkan menangis setelah menonton film sedih? Aku takut…aku takut kau akan meninggalkanku.”

 

 

 

Pandangan mereka bertemu. Masing-masing bisa merasakan ikatan kuat yang menarik diri mereka bersatu dalam segala perbedaan yang ada. Mereka sadar sebanyak apapun perbedaan yang membuat mereka sangat berlawanan, tapi itu bukan alasan untuk saling melepaskan. Mereka sadar, mereka hanya memerlukan satu hal yang sama untuk terus bersama.

 

 

They love each other, that’s it.

 

 

“ Saat perjumpaan kita yang pertama, aku hanya berharap jika kau bukanlah seseorang yang Tuhan kirimkan untukku. Kau bawel, gaya bicaramu sangat bersemangat, kau juga suka diam tiba-tiba dan mengasingkan diri dari keramaian. Kau aneh. Dan aku menyadari bahwa kita sangat berbeda, dan sangat mustahil untuk bisa bersama.” Sora masih menyorot Tao dengan serius. Menyorot pria yang tengah mengerutkan dahinya dengan dalam.

 

 

Helaan napas meluncur dari lubang hidung Sora, membuat kedua bahunya turun serentak.

 

 

“ Tapi ternyata akulah pihak yang paling aneh dalam masalah ini. Aku yang selalu berharap jika kau bukan jodohku, malah menyelipkan namamu dalam tiap doaku. Entah bagaimana caranya, aku tak ingin kau meninggalkan diriku. Aku selalu berharap jika Tuhan tak benar-benar mengabulkan doaku yang dulu, aku ingin kau yang Dia berikan untukku. Yang Ia kirimkan untuk menemaniku, seseorang yang akan menghabiskan sisa hidupnya bersamaku.” Rentetan kata yang sebelumnya tak pernah meluncur dari bibirnya, kini terurai dengan lantang. Meledak bagai luapan air yang tak lagi mampu dibendung.

 

Beginilah kenyataannya. Sora begitu menginginkan Tao. Sora menyayangi pria itu. Ia mencintainya tak peduli jika orang-orang akan menertawai mereka karena terlihat konyol dengan perbedaan yang ada. Memang apa salahnya memiliki perbedaan selama perbedaan itu mengisi kekurangan satu sama lain? Memang apa salahnya bertentangan selama mereka bisa mengatasinya?.

 

Sora merasakan gejolak hebat dalam dadanya yang lambat laun mengguncang sekujur tubuhnya. Entah kenapa matanya terasa panas dan…airmatanya mulai mengalir. Meluncur, membasahi pipinya. Ia segera menjatuhkan pandangannya pada bantal di atas pangkuannya. Konyol. Ia bahkan tidak menangis setelah menonton film tadi, tapi kenapa sekarang ia tak bisa mengendalikan tangisnya?.

 

“ Sora…” Tao menyentuh pipi Sora. Menangkupkan wajah gadis itu dan menuntunnya untuk menemui matanya.

 

Sora masih tak mau menatapnya. Gadis itu masih mengarahkan tatapannya ke arah lain.

 

“ Kau tahu apa yang ku rasakan? Aku pun takut jika suatu hari nanti kau bertemu dengan gadis yang sabar, keibuan, pandai memasak, memiliki pikiran yang sama denganmu. Aku takut kau akan lebih memilihnya daripada aku!” akhirnya mata itu menemui mata Tao, menyorot mata hitam itu dengan sisa kewarasan yang ia miliki.

 

 

“ Aku tidak akan melakukannya. Kau bisa mempercayaiku.”

 

Tao menatap Sora dengan sungguh-sungguh. Ia ingin gadis itu meyakini ucapannnya. Karena ucapannya bukan sekedar kalimat penenang, ia memang tidak akan melakukannya. Ia sadar jika Sora sangat berbeda dengan gambaran gadis yang selama ini ia idamkan, tapi entah sejak kapan ia tak lagi mempermasalahkan hal itu. Sora tidak bisa memasak, tapi gadis itu bisa belajar. Sora memang bukan seorang penyabar dan tak jarang membuatnya kesal, tapi ia tak peduli karena setelahnya Sora akan memeluknya dan meminta maaf atas kekurangannya. Jika Sora bisa menerima segala kekurangannya, kenapa ia tak bisa?.

 

Kedua sisi bibirnya tertarik, melengkung indah sebelum akhirnya mengecup bibir Sora. Menahannya selama beberapa saat, hingga lambat-lambat melumatnya. Menyesap rasa manis cokelat dari susu cokelat yang masih tertinggal di bibir tipis itu. Ia memperdalam ciumannya begitu kedua tangan Sora melingkari lehernya. Menariknya semakin dekat, membawanya tenggelam semakin dalam hingga keduanya tak menyadari posisi mereka yang telah memasuki zona berbahaya. Tao menindih tubuh Sora yang telah sepenuhnya merebah di atas sofa.

 

 

Suara erangan lolos dari mulut Sora begitu ia kehabisan napas. Bibir mereka berpagut begitu lama hingga keduanya tak ingat untuk menarik napas. Sora menahan dada Tao, meminta pria itu untuk menjauh. Ia butuh bernapas atau tidak ia akan mati detik berikutnya.

 

Dengan berat hati Tao menghentikan kegiatannya. Namun ia tak lantas mengubah posisinya, ia merasa begitu tenang saat menatap Sora dalam jarak sedekat itu. Ia pun senang bisa merasakan detakan jantung gadis itu dari balik kaosnya.

 

“ Kalau begitu berjanjilah padaku. Jangan pernah membahas hal ini lagi, ok?” ucap Sora menuntut.

 

Tao tak langsung menjawab, ia sibuk memilin helaian rambut hitam milik Sora yang menyebabkan gadis itu menggeram.

 

“ Tao!”

 

Pria itu hanya terkekeh pelan, menatap jenaka Sora yang tengah menyorotnya dengan tegas. Ia membelai kepala gadis itu, kemudian turun mengusap kulit wajahnya lembut. Setelahnya ia kembali mendekatkan wajahnya ke arah Sora. “ Ya..mulai hari ini aku tidak akan membahas hal itu lagi. Karena aku sadar kita tak perlu menjadi sama untuk bisa bersama. Kita hanya perlu memiliki perasaan yang sama dan kita telah memilikinya. Aku benar, kan?” tuntas Tao kemudian mengulas senyumnya kembali.

 

Sora mengangguk pelan, kemudian menyambut bibir Tao yang kembali merekat di atas bibirnya. Ini gila. Tapi Sora menyukainya, ia menikmati tiap desiran yang menggerayangi jutaan sel dalam tubuhnya. Meski membenci segala bentuk kontak fisik, ia tak akan keberatan jika Tao yang melakukannya.

 

 

Ia tak keberatan jika Tao terus memeluknya setiap kali pria itu merasa kesepian, justru ia selalu menantikan saat dimana Tao akan memeluknya sepanjang malam, menjadi orang pertama yang ia lihat saat ia membuka mata di pagi hari, orang yang akan menuntut ciumannya setiap ingin berangkat bekerja. Tak peduli seberapa banyak apapun perbedaan yang mereka miliki, tak peduli jika mereka tetaplah dua orang yang saling bertolak belakang, Sora akan menggenggam tangan Tao yang tak lelah untuk menggenggamnya. Ia akan tersenyum dan mengatakan. We are different, but it’s okay. As long as you love me, there is no big deal for us.

 

 

 

END

 

Oke…ini terinspirasi dari sosok Tao sendiri yg polosnya minta ampun. Yang muka ama sikap gak sinkron.. Lagian pasti udh pada bosen kn ngeliat karakter cewenya yang cengeng, jdi sekali” aku pengen bikin cowonya yg rada mellow.. byangin deh, kebanyakan cewe itu maunya cowo yg maco, keren, tpi gimana klo kalian dpet pasangan kaya tao? klian bkl ill feel atau bakal nerima dgn senang hati kya sora? that’s my question.. oh ya btw thanks ya udh baca..

 

 

Thanks,

 

GSB

 



Rain

$
0
0

Rain

Rain copy

 

Tittle : Rain

Author : AraChan^^ , Kim Yi Hyun

Cast : Kim Min Ra (OC), Oh Sehun (EXO) .

Genre : Sad , Romance dll…

Rating : G

Lenght : Ficlet

Disclaimer : Oh Sehun Milik Tuhan serat Orang Tuanya . OC Milik Author sendiri . Dan Cerita ini Murni atas dasar Pikiran Author dan Bantuan Temanku , Author Kim Yi Hyun .

Apabila Ada Kesamaan Jalan Cerita Atau Hal Lain , Itu Mungkin Hanya Ketidak sengajaan .

Note : Ini Ff Ficlet.Pertamaku Jadi Maaf Kalo Ada Kesalahan .. Warning Apabila ada Typo , Don’t Be Silent Reader , Jangan Baca Kalo G Mau dan FF ini Juga sudah pernah di Post Di Yeojafanfiction.wordpress.com dan exofanficschool.wordpress.com ..

No Plagiat ..

Summary : “Hujan yang mempertemukan kita,tapi karena hujan juga kita berpisah . karena hujan juga aku di sini .  bisa selalu mengingat mu, merasakan keberadaan mu di sisi ku .  kerinduan ini tidak akan pernah hilang walau di telan deras nya hujan,saranghae.”

 

Happy Reading

 

Tes…tes..tes..

Pendengaran nya menangkap bunyi tetesan air hujan

Ia melihat ke luar jendelanya,memandang tetesan air itu

Bak krystal bening yang berjatuhan dari langit . Ia membuka jendelanya merasakan hembusan angin dingin menerpa wajah nya

Indah ..

Walau Sebenarnya Dingin Itu Menusuk sampai Tulang , Tapi dia tetap berada di sana,membiarkan dingin yang menusuk itu menerpa wajah nya .

Hahh .. Ia Menghembuskan Nafas Perlahan . Dingin bercampur indah . Suatu penggambungan Yang Bagus . Walau segelintir Orang Tak Menyukai ‘dingin’nya .

Berbicara tentang dingin , Membuat memorinya seperti  berputar di saat Seseorang Yang sangat Ia Cinta  Masih selalu Bersamanya  . Menemaninya  . Memberikan Kejutan Untuknya Bahkan Rela Memberikan Perlindungan Padanya  Walau Akhirnya Seseorang itu  Sendiri Yang Akhirnya celaka .

 

Pria Dingin Yang Keras Kepala ..

 

Oh Sehun

 

Flashback

” Oppa .. Biarkan Aku Memayungimu Juga . Hujannya sangat deras . ” Ia Tetap Kekeuh membiarkan dirinya dihempas Air Hujan Yang Cukup deras Malam Ini .

” Biarlah Kau Yang Pakai . Aku Ini Pria . Aku Bisa Bertahan . Kalau Kau Yang seperti ini , Sekejap saja Sudah Pasti Akan Pingsan . ” Keras Kepala sekali dia .

” Kalau Yang Terjadi Malah Menimpamu ?? Apa Kau Masih Akan Berkata Begitu Pada Setiap Wanita ?? ” Aku Bertanya Lagi . Tangan Kanan Yang Menutupi sedikit kepalanya itu , Meraih Tanganku ” Itu Beda Cerita  sayang . ” Pegangannya sangat erat . Dalam Jarak Yang Cukup dekat denganku , Aku Memayunginya ” Biarkan Payung Ini Melindungi dua Orang Yang Saling mencintai . Tidak Ada Penolakan Tuan Oh ” Ia Tersenyum manis ” Baiklah Nona Kim ”

 

Perjalanan Kami Dilanjutkan dengam keadaan yang Berbeda . Kini Kami Bersama dalam satu Pelindung .

——

” Oppa , Cepatlah Sembuh . Kembalilah Membuatku Mengoceh dengan Kekeras Kepalaanmu ” Kuusap Lembut Kepalanya . Sayangnya Sama sekali tak ada respon darinya .

 

Oh Tuhan .. KauTidak Akan Memisahkanku Dengannya, Bukan??

 

Semoga Itu Semua Benar .

Aku Tak Mau Pisah dengannya . Pria Tinggi dengan Kulit Putih yang selalu menyebalkan .

Haha .. Aku Tersenyum kecut mengingat itu .

Tapi disatu sisi , Ini Semua Karnaku . Maafkan Aku Oppa . Karnaku Kini Kau sakit .

Aku Akan Selalu Berdoa Untuk Dirimu . Walau Bagaimana pun akhirnya nanti .

 

—–

 

“Mianhae Nona . Tuhan Lebih menyayanginya . Ia Akan Bahagia disana . Ikhlaskanlah dia . ”

Oh Tuhan .. Bagunkan Aku sekarang Juga .. aku Tidak Mimpi Kan ?? Benarkan ?? Aku Tidak Mimpi .. Ayolahh .. Apa Katanya Tadi ?? Tuhan lebih menyayanginya ?? Apakah Tuhan Tidak sayang aku Juga ??

Kenapa Ia Harus Pergi ?? Kenapa ?? Seseorang Ada Yang Biaa Beritahu aku ??

Ahhh .. Hanya Karna Itu Ia Pergi . Dasar .. Dasarr .. kenapa tidak aku saja Yang pergi . Kenapa dia . Dasar Pria Keras Kepala .

Karna Kelakuannya Yang Sangat Keras Kepala , Ia Jadi Pergi selamanya Meninggalkanku .

 

Ya Tuhan . Apakah Ini Semua Ada Hubungannya dengan Perkataanku selama Ini padanya ??

 

Bodohnya Aku ..

” Kau Tidak Bersalah ” Indera Pendengaranku menangkap jelas suara itu . Suara Itu ?? Suaranya ??

‘ Aku Memang keras Kepala Selama Ini . Kau Wanita Pengoceh yang sudah sabar dengan pria Keras Kepala sepertiku . Dan Aku Hanya Ingin Mengatakan I Love You . Cinta Kita Akan Selalu Kuingat Selamanya . Semua Perkataanmu selalu benar . Kau Sama sekali tak salah . Tapi Mau Bagaimana Lagi . Ini sudah takdir sayang. Dan Aku Harus Pergi sekarang . Terima Kasih Untuk semuanya .Wangohan Namseongmu Akan Pergi sekarang . Jagalah dirimu Baik-baik . Aku Mencintaimu . Saranghae ‘ Suara Itu Perlahan Memudar seiring dengan angin Malam Yang Berhembus lewat jendela . Seakan Hilang begitu saja .

 

Aku Juga Mencintaimu ..

Selamat Jalan dan Selamat Tinggal Sayang ..

 

Flashback Off

 

Hahahaha … Apa Kabar Kau disana Sayang ?? Hujan Ini Selalu Mengingatkanku Padamu ..

1 Tahun sudah Kau pergi ..

Rindu Itu Tak Akan Pernah Hilang Walau di telan derasnya Hujan Sekalipun ..

Aku Akan Tetap Mencintaimu ..

Saranghae ..

 

END ..

Kamsahanida Yang sudah Mau Baca ..

Mohon Tinggalkan Jejak .

Paii…


Run Baby!

$
0
0

Run Baby!

run baby11!

 

Tittle

Run Baby!

Author

@baekistagram

 Length Vignette

Genre

 Marriage Life and Fluff

Rating PG-15

Cast

Byun Baek Hyun and Kim Ha Na

Disclaimer:

This Story line is mine. Please don’t copy-paste.

FF ini telah dipublish di blog pribadi saya twelveblossom.wordpress.com

 

***Run Baby!***

 “Byun Baek Hyun.”

“Mwo?”

“Kenapa jawabanmu terdengar kesal.”

“Aku tidak kesal.”

“Kau kesal.”

“Tidak.”

“Kalau begitu… aku ingin makan anggur.”

“Astaga, Ha Na. Di pangkuanmu sudah ada semangkuk penuh anggur.”

“Aku ingin anggur yang berwarna hijau.”

“Rasanya sama saja, sayang.”

“Tidak sama.”

“Makan dan diamlah.”

“Ayolah, Baekki”

“Tidak.”

“Bayi kita menginginkan anggur hijau.”

“Baiklah, baiklah!”

 

*** Run Baby!***

Hana tersenyum puas saat melihat kepergian Baek Hyun dari apartemen. Gadis itu mengusap perutnya yang mulai membesar. Kehamilan enam bulan membuatnya semakin manja dan seenaknya sendiri. Baek Hyun yang posisi mutlaknya adalah suami dari gadis itu, sekarang merangkap menjadi pembantu rumah tangga mereka. Ada kalanya, permintaan Hana memang dikarenakan keinginan sang bayi, tetapi ada beberapa permintaan yang sengaja ia katakana hanya untuk menjahili suaminya. Hal itu untuk membalas Baek Hyun yang telah melanggar janji pra-nikah. Baek Hyun berjanji untuk tidak membuat Ha Na hamil dulu sebelum gadis itu menyelesaikan kuliahnya.Akan tetapi, seenaknya saja Baek Hyun malah ‘mengerjai’ Ha Na setiap hari. Bukannya, Ha Na tidak mau mengandung anak mereka, hanya saja waktu yang dipilih Baek Hyun untuk membuatnya hamil sangat tidak tepat.

“Makanlah pelan-pelan,” ucap Baek Hyun sambil meletakkan semangkuk anggur hijau yang baru saja dibelinya kepangkuan Ha Na.

Gadis itu tersenyum manis, lalu menggeleng. “Kau lama sekali membelinya, aku sudah tidak ingin makan anggur hijau lagi.” Ha Na mengacuhkan anggur hijau yang dibeli Baek Hyun dengan berlari karena takut istrinya menunggu lama.

Baek Hyun mengehembuskan napas kasar. Berulang kali, pria berambut hitam itu mengingatkan pikirannya bahwa di dalam perut istrinya ada bayi mereka. Dia tidak boleh marah.

Ha Na menepuk-nepuk kursi di sampingnya memberi pesan nonverbal pada Baek Hyun untuk segera duduk. “Aku ingin memelukmu.” Minta gadis itu.

“Tidak, Chan Yeol baru saja menghubungiku kalau ia sedang butuh bantuan untuk pratikum.” Baek Hyun menolak dengan halus, ia sudah berbalik untuk bersiap-siap pergi menolong sahabatnya. Ha Na berdiri, sedikit kesulitan dengan perut dan mangkuk anggurnya.

“Jangan pergi,” Ha Na menarik kemeja putih pria itu. Tidak berhenti dengan hanya menarik kemeja Baek Hyun, Ha Na meraih tangan pria itu lalu mengusapkan pada perutnya yang memang sudah mulai gendut. “Bayi kita tidak ingin kau pergi.” Hana menyambung rayuan agar Baek Hyun tidak pergi.

“Sayang, Chan Yeol menghubungi ku dengan suara hampir menangis. Aku rasa dia benar-benar dalam masalah besar dengan Profesor Jung. Dia perlu bantuanku.” Ucap Baek Hyun sambil mengelus perut istrinya dengan lembut.

Ha Na tetap tidak terima. “Kau tega aku sendirian di rumah.” Rengek Ha Na lalu melipat kedua tangannya di depan dada.

Baek Hyun tersenyum, Ha Na benar-benar menggemaskan jika sedang kesal.

“Eomma akan datang sebentar lagi. Aku memintanya untuk menemanimu.”

“Jadi, kau lebih memilih Chan Yeol Oppa daripada aku!” Alasan lain. Ha Na bersungut-sungut sambil merubah posisi tangannya menjadi berkacak pinggang.

Gadis itu terlihat lebih lucu. Ia sekarang seperti Teletubies yang sedang kesal. Perutnya sangat cocok untuk dipencet-pencet. Ditambah lagi gadis itu sekarang sedang menggunakan piama Baek Hyun yang bergambar kura-kura dengan ukuran lebih besar dari tubuhnya.

Baek Hyun menatap dengan seksama gadisnya. Ha Na menjadi lebih berantakan daripada enam bulan sebelumnya. Ha Na yang awalnya sangat menjunjung tinggi kebersihan, gemar mengkritik Baek Hyun yang jarang sekali mandi, dan berganti pakaian sekarang malah bertingkah seperti duplikat Baek Hyun. Pria itu yakin kalau gadis yang sedang melotot ke arahnya sekarang belum mandi sedari pagi. Bahkan, Ha Na tidak mau menyisir rambut sebahunya kalau tidak Baek Hyun yang melakukan atau tidak mau mandi jika suaminya tidak ikut mandi. Dan… mandi disaat yang sama dengan Ha Na membuat Baek Hyun harus pandai-pandai meredam hasratnya. Sudah lupakan, jangan bicara soal hasrat. Baek Hyun sudah cukup kerepotan memikirkan ini itu—jangan ditambah dengan hasrat.

Baek Hyun kembali duduk di kursi. Pria itu menyerah, Ha Na terlalu menggemaskan untuk ditinggalkan. Sekarang, gantian pria itu yang menepuk-nepuk kursi mengisyaratkan Ha Na untuk kembali duduk. Ha Na membuang muka, tidak berencana untuk duduk di dekat Baek Hyun. Ia masih kesal.

“Duduklah.”

“Tidak aku mogok berdekatan denganmu.” Ha Na cemberut.

“Apa kau yakin?” Tanya Baek Hyun jahil. Baek Hyun merentangkan kedua tangannya. Lalu, pria itu mengendus ketiaknya berlebihan. “Baunya sangat enak. Kau benar-benar tidak tertarik?” Baek Hyun mengeluarkan nada menggoda sambil terus mempromosikan ketiaknya.

Ha Na menarik napasnya berat. Ia mencuri pandang Baek Hyun. Lebih tepatnya ketiak Baek Hyun. Gadis itu memejamkan mata. “Aku tidak tergoda!” Gadis itu tetap teguh, tetapi tidak dengan hidungnya yang sudah mengendus udara, mulai tertaik.

Tangan Baek Hyun bergerak melepas satu persatu kancing kemeja putihnya dengan seduktif. Hal itu membuat Ha Na melongo. Gadis itu menggigit bibirnya. Demi Tuhan, Byun Baek Hyun, ucap Ha Na dalam hati.

Setelah berhasil melepas kemejanya dan membuangnya entah kemana, Baek Hyun kembali merentangkan kedua tangannya. Ia masih berusaha mempromosikan ketiaknya. “Benar-benar tidak menginginkannya, Byun Ha Na?”

“Kalau tetap tidak menginginkannya aku akan memakai kemeja ku lagi.” Tambah pria itu yang sekarang bersiul menggoda.

Ha Na sudah tidak tahan. Sangat tidak tahan, tepatnya. Ketiak Baek Hyun akhir-akhir ini membuatnya gila. Dia memang sudah gila gara-gara kehamilannya.

Ha Na memilin ujung piama.

Bergulat antara gengsi dan kegemarannya dengan ketiak Baek Hyun.

Ketiak Baek Hyun.

Ketiak Baek Hyun.

Ketiak Baek Hyun.

Ketiak Baek Hyun.

Ketiak Baek Hyun. Pikiran Ha Na berulang kali mempersuasi kerja tubuhnya untuk ketiak Baek Hyun.

Akhirnya.

Hobi baru Ha Na—mengendus ketiak Baek Hyun, memenangkan pergulatan batin.

Gadis itu segera berhambur duduk bersama Baekhyun, lalu tenggelam dalam pelukan suaminya. Baek Hyun mengelus kepala Ha Na dengan lembut, kadang-kadang berjengit kegelian karena hidung Ha Na terus saja menggerayangi ketiaknya. Ekspresi puas terpampang jelas di wajah gadis itu. Bayi mereka sangat menyukai ketiak ayahnya. Ha Na bisa tertidur pulas di dalam dekapan ketiak Baek Hyun seharian. Maka, dari itu Baek hyun akhir-akhir ini tidak tega meninggalkan Ha Na sendirian di rumah. Ha Na akan mual jika sehari saja tidak menghirup aroma tubuh Baek Hyun. Kegemaran yang menggelikan, memang.

“Pelan-pelan, baby. Geli.” Ucap Baek Hyun dengan sabar.

Ha Na mendongakkan kepala, “Sebenarnya apa yang aku lakukan sekarang memalukan.” Gerutu gadis itu, lalu menenggelamkan kepalanya lagi di ketiak suaminya.

Baek Hyun terkekeh. Dia masih mengingat bagaimana Ha Na merengek minta mengendus ketiaknya waktu mereka belanja di supermarket atau pada saat reuni sekolah mereka. Beberapa kejadian lain yang kalau diingat sungguh di luar kewajaran dan selalu dapat mebuat Baek Hyun terbahak-bahak.

Semua orang yang melihat terheran-heran karena hobi baru Ha Na.

“Ini tanda kalau anak kita mencintai ayahnya.” Kata Baek Hyun ditengah-tengah kekehannya.

Ha Na menarik kembali wajahnya, menjembul. Gadis itu merayap ke pangkuan Baek Hyun lalu mengalungkan kedua tangannya ke leher pria itu. “Tapi, hal itu menyengsarakan ibunya.”

“Jadi, kau merasa keberatan mengendus ketiak ku?” Tanya Baek Hyun disertai dengan bibirnya yang mengerucut. Sungguh, lucu. Sekarang prianya mirip sekali seperti bocah umur lima tahun, tapi pemikiran itu segera ditepis oleh Ha Na. Gadis itu mengingat bagaimana Baek Hyun mengerjainya setiap malam, benar-benar jauh dari wajah bocah menggemaskan yang sekarang ditunjukkan.

“Aku hanya takut kau malu karena akhir-akhir ini, aku sering sekali berbuat konyol.” Ha Na mengakui kegelisahannya.

“Memangnya kau pernah bersikap normal sebelum hamil? Byun Ha Na sudah menjadi manusia bertingkah konyol seumur hidupnya. Jadi, tidak usah sok malu.”

Ha Na mendengus. Seharusnya, Baek Hyun berkata manis atau mengatakan kalau istrinya tidak bertingkah konyol. Yah, perkataan cinta yang romantis juga seharusnya bisa dijadikan pilihan. Tapi, dasar Baek Hyun bodoh mana mungkin dia memikirkan hal-hal itu, pikir Ha na.

“Benar-benar menyebalkan.” Ucap Ha Na nyaris tidak terdengar.

Gadis itu hendak berdiri, marah.

Lantaran dapat berdiri, Ha Na malah semakin erat di dalam dekapan Baek Hyun. Tangan kiri pria itu menarik istrinya semakin melekat ke tubuhnya yang bertelanjang dada.

“Tapi, dengar Byun Ha Na. Kau itu prioritas utamaku. Sekonyol apapun tingkahmu aku tetap tidak bisa hidup tanpamu. Gadis sensitif.” Baek Hyun mengakhiri ucapannya dengan menggosokkan hidungnya dengan hidung Ha Na. Pria itu mencuri satu lumatan di bibir Ha Na, tidak lebih. Ia takut berurusan dengan hasrat yang berakhir di tempat tidur dan itu tidak baik untuk bayi mereka.

Err… dia sedikit liar di tempat tidur… dan bercinta, tentu saja.

“Dasar tukang merayu. Rayuanmu menyedihkan seperti dialog opera sabun.” Cela Ha Na, tapi hati gadis itu tetap saja luluh. Ia meletakkan kepalanya dipundak Baek Hyun. Mengagumi karya sempurna Tuhan yang sekarang menjadi miliknya. Ha Na merasa Tuhan sedang dalam mood yang sangat bagus saat sedang menciptakan Baek Hyun.

Menarik.

Tampan.

Menawan.

Dan sangat mudah dicintai.

“Baek Hyun.”

“Hm.”

“Oppa.”

“Apa sayang?”

“Aku mencintaimu.”

“Aku lebih mencintaimu.”

“Baek Hyun?”

“Ne?”

“Kenapa hanya ‘ne’ tidak ada kata sayang.”

“Baiklah, aku ralat. Apa sayang?”

“Aku menginginkan sesuatu lagi.”

“Lagi?”

“Bayi kita yang ingin, bukan aku.”

“Iya-iya-iya, apa yang bayi kita inginkan?”

“Aku…”

“Iya, cepat katakana kau ingin apa.”

“Berjanjilah dulu kau akan memenuhi keinginanku.”

“Ayolah, Ha Na.”

“Berjanji dulu.”

“Aku berjanji.”

“Aku…ingin..emm.”

“Lanjutkan sayang.”

“Berjanjilah jangan marah.”

“Tidak aku tidak akan marah. Lalu kau ingin apa?”

“Aku ingin…”

“Cepat Byun Ha Na. Aku mengantuk.”

 

“Bercinta.”

“….”

 

“Aku ingin bercinta.”

 

“MWO?”

 

“Aku mohon. Bercintalah denganku, oppa~”

*** Run Baby!***

 

 

 

 


A Twist in My Story (Chapter 1)

$
0
0

 A Twist in My Story (Chapter 1)

ATIMS

 

Title : A Twist in My Story (Chapter 1)

Author : seijurossi

Cast :Cho Soyeon (OC), Kim Jongin, Byun Baekhyun, Park Chanyeol

Genre :AU,School Life, Romance, Comedy, Friendship, Family

Length :Chapter

Rating : PG-15

Disclaimer : Pure of her imagination. Casts are belong to God and themselves. She doesn’t own and surely not claiming them as hers.

Summary : Setiap orang pasti memiliki lika-liku dalam hidupnya. Bagaimana jika dalam sehari muncul dua orang yang membuat kehidupanmu berubah drastis?

A Twist in My Story © Seijurossi

Chapter One

I (Don’t) Bring The Boys Out!

Normal Point of View

Cho Soyeon mengetuk jari telunjuknya beberapa kali. Suasana hatinya saat ini sedang tidak bagus.

Pertama, karena dia mendapat nilai terendah di dalam kelas. Mau bagaimana lagi, Matematika adalah pelajaran yang paling Soyeon benci dari dulu. Tetapi tetap saja dia tidak bisa menghindari matematika mengingat materi kelas 1 SMA semakin sulit dan rumit.

Kedua, gara-gara nilainya yang rendah itu, Soyeon tidak diperbolehkan pulang terlebih dahulu untuk mengerjakan tugas tambahan. Ingin rasanya Soyeon mencekik leher Lee Seonsaengnim yang tanpa rasa belas kasihan memberinya kumpulan soal matematika dan berpesan agar Soyeon menyelesaikan satu paket saja. Oh ayolah, bagaimana bisa disebut ‘saja’ sementara satu paket itu ada 50 soal?!

Ketiga, Soyeon harus segera menyelesaikan 50 soal sialan itu dalam waktu satu setengah jam karena Eomma-nya akan bertemu dengan suami serta anak barunya.

Ya. Emma-nya akhirnya akan menikah lagi setelah lebih dari 10 tahun kedua orangtuanya bercerai. Hari ini, pukul empat sore, calon Appa baru serta kakak barunya akan datang ke rumah Soyeon.Sekarang waktu menunjukan pukul 2 lebih 55 menit siang. Dan Soyeon baru mengerjakan 20 soal. Itu saja sebagian dikarang jawabannya.

“Aish, kurang 30 soal.” Soyeon kembali mengetuk jari telunjuknya dengan kesal. Tangan satunya bertopang dagu sambil memegang pensil. Beberapa kali dia melirik jam dinding lalu kembali memandang coretan rumus yang bertebaran di bukunya.

“Ani, bukan ini rumus yang dimaksud. Apa memakai rumus satunya ya? Tapi sudah kucoba juga tidak bisa, tapi—aaaaahhh aku menyerah!!” Soyeon melempar pensilnya lalu mengacak-acak rambutnya frustasi. Dia segera memasukan kumpulan soal sialan itu ke tasnya dan segera keluar kelas. Dia ingin kabur sekarang juga.

Dan berhasil, sewaktu Lee Seonsaengnim sedang mengobrol dengan orang lain, Soyeon memanfaatkan kesempatan itu dengan berlari menuju gerbang sekolah. Dia tidak peduli besok akan dimarahi oleh Seonsaengnim atau mungkin tugasnya akan bertambah banyak. Yang jelas saat ini Soyeon ingin segera pulang!

Di depan pintu gerbang, Soyeon mengatur nafasnya sejenak. “Capek juga berlari-lari seperti orang kesetanan tadi,” keluhnya.

“Kenapa lama sekali sih?”

Sooyeon terlonjak kaget. Entah darimana datangnya, tiba-tiba sesosok namja asing sudah berdiri di hadapannya, melipat tangannya, dan menatap Soyeon kesal.

“Nuguseyo?” tanya Soyeon heran. Namja itu memakai kaos berwarna putih serta jins panjang berwarna hitam. Sangat simple dan kasual. Tetapi justru itu yang membuat namja ini terlihat menarik. Apalagi wajahnya yang termasuk di atas rata-rata.

Eh, tunggu. Kenapa jadi bicara soal penampilan namja itu?

“Tidak penting. Pertanyaanku belum kamu jawab, kenapa tadi lama sekali?”namja itu menatap Soyeon jutek. Sooyeon mengangkat alis.Heran. Perasaan dia tidak mengenal namja itu, dan namja itu sendiri yang menungguinya, tetapi kenapa justru namja itu yang marah?!

“Oh, kalau begitu aku juga tidak harus menjawab pertanyaanmu.” Soyeon merasa kesal kembali. Padahal akhirnya dia bisa menjernihkan pikirannya dari kumpulan soal sialan tadi, tetapi sekarang justru dibuat kesal lagi dengan seorang namjatak dikenal ini!

Namja itu memutar matanya, “Kau benar-benar tidak mirip ya,” desisnya.

Soyeon mengerutkan kening. Dari tadi namja itu selalu berbicara mengenai hal-hal yang tidak dimengerti olehnya. Dan itu membuatnya semakin kesal.

Soyeon berjalan melewati namja itu. Dia tidak mau membuang waktunya dengan namja itu, tetapi tangan kirinya tiba-tiba ditahan olehnya, “Kau mau ke mana?” tanya namja itu masih dengan wajah juteknya.

Soyeon semakin tidak tahan, dengan paksa dia berusaha untuk melepaskan pegangan tangan namja itu. tetapi kekuatannya masih kalah. Walaupun badannya kurus tetapi seorang namja tetaplah namja.

Amarah serta rasa kesal mulai mengalahkan kesabaran Soyeon. Dia menatap namja itu garang, “KAU MAU APA?” teriak Soyeon dengan dua oktaf lebih tinggi.

Namja itu tidak menjawab, dia justru menatap Soyeon dengan pandangan—untuk kesekian kalinya—jutek.

Soyeon mulai berontak lagi, “Jangan tatap aku seperti itu! Sebenarnya kau ini siapa?! Aku tidak punya banyak waktu untuk meladenimu seperti ini!”

“Aish…” namja itu menutup telinga kanannya. “Bisa bicara dengan lebih santai tidak, Soyeon-ssi? Jujur, teriakanmu itu membuat telingaku sakit.”

Soyeon memandang namja itu aneh. Kenapa dia tahu namaku?Pikir Sooyeon heran.

Seakan tahu pikiran Soyeon, namja itu melanjutkan perkataannya, “Simpan semua pertanyaanmu untuk nanti, Soyeon-ssi. Aku malas menjelaskannya sekarang. Yang jelas, sekarang kau ikut saja denganku.”Namja itu menarik Soyeon dengan paksa. Soyeon yang ingin berteriak lagi memutuskan untuk diam. Karena, kalau dipikir-pikir, suaranya bisa habis kalau berteriak heboh seperti tadi.

Ternyata namja itu membawa Soyeon ke sebuah mobil. Begitu Soyeon melihat mobil jazz hitam itu, langkahnya seketika terhenti. Namja itu menoleh ke arah Soyeon sambil menatapnya malas, “Tenang saja, aku tidak akan berbuat macam-macam. Karena bagiku kau ini tidak menarik.

Soyeon mengepalkan tangannya. Berusaha untuk tidak meledakkan emosinya kepada namja satu ini. Cish, dari penampilan mungkin namja ini memang tampan, tetapi untuk sifatnya jangan ditanya.

‘Aigo, sabar Soyeon-ah, sabar. Hari ini kamu pasti sedang diberi cobaan untuk bersabar dari Tuhan..’ Soyeon menyemangati dirinya sendiri begitu sudah duduk di dalam mobil. Namja itu ternyata tidak menyupir, dia membawa seorang sopir.

Soyeon tersenyum sinis ketika mobil sudah melaju. “Tidak bisa menyetir mobil ya? Huh, ternyata penampilan memang menipu,” ucapnya dengan maksud menyindir namja itu.

Di luar dugaan, namja itu tetap bersandar pada jendela mobil. Tatapannya mengarah ke pemandangan di luar mobil. Dia sama sekali tidak mengindahkan sindiran Soyeon, bahkan menatapnya pun tidak.

Soyeon mencibir pelan, berusaha untuk menutupi rasa malunya karena perkataannya tidak diindahkan. ‘Namja itu sungguh menyebalkan,’ kata Soyeon dalam hati.

Setelah itu, tidak ada sepatah kalimat pun yang terucap dari Soyeon maupun namja itu. Soyeon sudah kapok berbicara dengan namja itu, yang pada akhirnya selalu menyindirnya. Jadi lebih baik diam, memikirkan strategi kalau saja namja itu mengajak Soyeon untuk beradu mulut lagi.

Tetapi diam-diaman seperti ini juga membuat Soyeon bosan. Dia melirik ke arah namja yang berada di sebelahnya. Namja itu masih menatap ke luar mobil, jadi seluruh wajahnya tidak terlihat. Tapi kenapa namja itu dari tadi tidak mengeluarkan suara ya? Apa dia tertidur? Kalau seandainya tidur, berarti Soyeon memang sudah gila berbicara sendirian tadi.

Soyeon mulai mendekati namja itu. Hanya memastikan apakah namja itu tertidur apa tidak. Wajah namja itu mulai terlihat jelas, kedua matanya terpejam. Sepertinya dia memang tertidur. Soyeon memperhatikan wajah namja itu lekat-lekat. Walaupun sebal, tetapi Soyeon mengakui kalau namja ini memang sangat tampan. Rambut cokelat mudanya terlihat pas dengan wajahnya yang cukup tirus. Dan Soyeon baru menyadari, kalau namja itu sedang tertidur, wajahnya benar-benar terlihat seperti anak kecil. Sangat polos dan…lucu.

“Ternyata kau diam-diam menyukaiku, ya.”

Soyeon membelalakan matanya lalu segera menjauh dari namja itu. Namja itu—yang ternyata hanya berkamuflase—menatap Soyeon seraya tersenyum simpul. Tipe senyuman yang paling dibenci oleh Soyeon.

“Aniya, aku hanya mencoba memastikan apa kau tidur atau tidak,” jawab Soyeon sambil berusaha menjaga nada suaranya agar tidak gugup.

“Dengan menatapku lekat-lekat selama 20 detik?”

Soyeon mengerutkan kening. 20 detik? Selama itukah dia menatap namja itu?

“Kau benar-benar kurang kerjaan, menghitung berapa lama seseorang menatapmu seperti itu,” kata Sooyeon dingin.

“Dan kau lebih kurang kerjaan, menatap seseorang selama 20 detik hanya demi memastikan seseorang itu sedang tidur atau tidak,” balas namja itu tak kalah dinginnya. Soyeon menggigit bibir bawahnya. Namja itu benar-benar pandai dalam hal menyindir orang. Karena itu, menit selanjutnya, Soyeon hanya bisa tertunduk. Memainkan ponsel di tangannya. Berusaha menebalkan kupingnya dari suara tawa penuh sindiran dari namja menyebalkan yang duduk di sampingnya itu.

Sampai akhirnya, mobil yang dinaikinya berhenti di suatu tempat.

~A.T.i.M.S~

Cho Soyeon Point of View

Demi Tuhan, siapa SEBENARNYA namja ini?! Coba tebak ke mana dia membawaku? Sungai Han!

“Di sini pemandangannya paling bagus, selain Namsan Tower tentu saja,” kata namja itu sewaktu aku menanyakan tentang hal tersebut.

Oh yeah, tentu saja aku tahu. Semua warga asli Seoul pasti tahu mengenai fakta yang disebutkan namja itu, bodoh! Dia kira aku bukan warga asli Seoul, apa?

“Sebenarnya apa maumu membawaku ke sini?” tanyaku kesal.

“Bukankah barusan sudah kukatakan? Pemandangan di sini paling bagus, makanya aku mengajakmu ke sini. Seharusnya kau berterima kasih padaku.”

Aku membelalakan mataku. Apa? Berterima kasih? Aku berterima kasih dengannya? Bagaimana aku bisa berterimakasih kepada orang yang dengan seenaknya membawaku tanpa ijin?

“Untuk apa aku berterimakasih? Kau menculikku.Walaupun mungkin kau hanya sekedar membawaku ke Sungai Han tanpa berbuat apapun, tetap saja kau menculikku. Kita bahkan tidak saling kenal—aku tidak peduli dengan fakta kau mengetahui namaku—jadi bisa tolong kembalikan aku?” kataku setengah menjerit. Tetapi namja berambut cokelat itu bahkan tidak menghiraukan racauanku. Ugh, aku benci sekali dengannya.

“Jangan coba-coba untuk kabur ya, Soyeon-ssi. Karena kau akan kukejar jika kau mencoba kabur,” kata namja itu sekali lagi sebelum dia menuju ke pinggir Sungai Han. Merebahkan diri di atas rumput hijau dan mengambil iPod dari kantong celana kirinya.

Aku mendesis. Cukup pelan tapi tidak bisa disebut keras. Yang jelas aku ingin namja itu mendengarnya supaya dia tahu aku sedang menyindirnya balik. Walaupun aku tahu pasti reaksi namja itu hanya tertawa dan tertawa. Menyebalkan.

Aku melirik layar ponselku. Setengah empat. Bagus. Setengah jam lagi acaranya dimulai. Dan waktuku sukses tersita karena ulah namja-yang-bahkan-belum-menyebutkan-namanya ini. Masa bodoh dengan dia yang akan mengejarku jika aku kabur. Yang terpenting aku harus segera pergi dari sini.

Segera aku berbalik dengan cepat. Aku beruntung karena aku berdiri tidak jauh dari jalan raya. Jadi yang harus kulakukan adalah berlari secepat mungkin sehingga sampai di walking road. Dan aku akan segera menaiki bus untuk pulang ke rumah. Yes. Ide bagus.

Jadi aku langsung merealisasikan ideku. Aku benar-benar berlari sekuat tenaga. Tidak peduli apakah namja itu melihatku kabur atau tidak, yang jelas aku terus berlari. Sampai aku mencapai titik dimana aku benar-benar sudah tidak kuat berlari, akupun berhenti. Terengah-engah. Aku ingat di sekolah tadi aku juga berlari kencang dengan alasan yang sama seperti saat ini—kabur. Bedanya, tadi aku kabur dari Lee Seonsaengnim, sedangkan sekarang dari namja tanpa nama itu.

Seketika aku teringat sesuatu. Dengan cepat aku menoleh ke belakang. Tidak ada siapa-siapa. Tidak ada sosok namja berambut cokelat ataupun sopirnya. Aku menghela napas lega. Setidaknya aku berhasil kabur tanpa sepengetahuan namja dan sopirnya itu. Ternyata namja itu benar-benar pembual. Nyatanya dia tidak mengejarku sama sekali. Baguslah, kalau begitu untuk selanjutnya aku bisa berjalan santai menuju stasiun MRT tanpa harus gelisah akan kehadiran namja tanpa nama itu tiba-tiba.

“Mau kemana, Agassi?”

Langkahku terhenti. Suara seorang namja. Dan dia tepat di belakangku. Apakah dia namja tanpa nama itu? Memikirkan kemungkinan itu membuat keringat dinginku bercucuran. Bagaimana jika itu benar? Apakah dia akan menyeretku ke Sungai Han lagi?

Tanpa menjawab pertanyaan namja di belakangku, aku mulai melangkahkan kakiku lagi. Tetapi ini tidak bertahan lama karena namja di belakangku tiba-tiba memegang bahuku. Badanku menegang seketika.

Ragu-ragu, aku menoleh ke belakang. Pikiranku sudah dipenuhi dengan berbagai cara untuk kabur jika seandainya namja di belakangku ini adalah namja tanpa  nama itu.

Tetapi ternyata dia bukan namja tanpa nama. Namja itu berambut cokelat tua dan wajahnya terlihat familier. Tetapi aku tidak mengenalinya. Siapa dia?

“Mau kemana, Agassi?” namja itu mengulangi pertanyaannya. Tetapi kali ini dengan cengiran lebarnya. Karena didukung dengan faktor wajahnya yang tergolong imut, cengirannya sukses membuatku ingin mencubit pipinya.

Aku tidak menjawab. Lagi-lagi muncul sesosok namja tak dikenal yang menghampiriku.  “Kau mengenalku?” tanyaku langsung. Siapa tahu namja ini hanyalah namja iseng yang suka menggoda setiap yeoja yang lewat—walaupun aku meragukan hal tersebut karena melihat wajahnya yang kurasa terlalu polos untuk menggoda seorang yeoja.

“Tentu saja, kau Cho Soyeon kan? Aku tidak mungkin salah mengenalimu,” jawab namja itu. O-oke… Jadi ada dua namja yang sama-sama mengenaliku padahal aku tidak mengenal mereka semua. Hebat sekali hari ini.

“Tetapi aku tidak mengenalimu…” jawabku jujur. Berharap setelah ini namja itu dengan sukarela memperkenalkan dirinya. Tidak seperti namja tanpa nama yang tadi. Membawaku tanpa ijin, padahal dia belum menyebutkan siapa dia sebenarnya.

Namja itu menaikkan sebelah alisnya, “Geuraeyo? Pantas saja wajahmu tidak terlihat terkejut ketika melihatku. Seharusnya kau terkejut karena sudah lama kita tidak bertemu, Soyeon-ah.”

“ ‘Sudah lama tidak bertemu’?  Apa sebelumnya kita pernah bertemu?” tanyaku lagi. Apakah aku pernah mengenal namja ini? Jika iya, kapan dan di mana?

Namja itu melebarkan matanya. Seolah tidak percaya dengan apa yang barusan kukatakan. “Ya Tuhan. Cho Soyeon, ini aku, Byun Baekhyun. Teman SD-mu dulu,” katanya.

Aku mengerutkan kening. Byun Baekhyun?

“Kita sempat sekelas selama setahun sewaktu kelas 6 SD. Aku pindahan dari luar negeri. Kau tidak ingat?”

Aku semakin mengerutkan kening. 6 SD? Pindahan dari luar negeri?

Melihat ekspresiku yang semakin terlihat bodoh, Baekhyun menghela napas berat. “Baiklah, kurasa aku berharap terlalu berlebihan denganmu.”

Aku sedikit jengah. Yang dia katakan barusan bukan dengan maksud untuk menyindirku kan?

“Maaf, tapi aku benar-benar tidak ingat,” kataku membela diri. Memang benar kok. Seumur-umur aku tidak pernah mengenal seseorang bernama Byun Baekhyun. Yah, kecuali wajahnya yang sekali lagi terlihat familier denganku. Apa itu berarti kesalahan memang terdapat pada diriku sendiri?

Baekhyun tersenyum. Seolah tidak ingin membuatku salah paham. “Tidak apa. Kalau begitu kita berkenalan sekali lagi saja. Byun Baekhyun imnida,” katanya sambil mengulurkan tangannya ke arahku. Aku menerima uluran tangannya dengan canggung. “Uhm, Cho Soyeon imnida…”

“Pertanyaanku belum kau jawab. Kau mau pergi ke mana?” lagi-lagi Baekhyun mengulang pertanyaannya.

“Pulang, mungkin…” mataku menerawang. Kenapa aku jadi teringat namja tanpa nama itu?

“Mungkin?”

Aku tersadar. “Eh, tentu saja. Aku mau pulang. Iya, pulang,” kataku cepat. Apa yang kupikirkan sih? Bukankah memang sejak awal tujuanku itu pulang?

“Oh, mau kuantar? Eh, lebih tepatnya diantar. Kau pasti tahu Chanyeol, kan?”

“Tentu saja. Dia teman terlama yang kulihat di kehidupanku.” Aku menatap Baekhyun heran. “Kau kenal dia?” tanyaku.

“Tentu saja. Dia teman satu tahunku yang paling baik,” kata Baekhyun sambil menatapku balik. Ah benar juga. Tadi Baekhyun bilang dia sekelas denganku sewaktu kelas 6 SD, berarti secara tidak langsung dia juga sekelas dengan Park Chanyeol, teman masa kecilku yang selalu saja sekelas denganku. Karena itu, aku hampir mati bosan melihat wajahnya terus selama 11 tahun ini.

“Oh, geuraeyo…” aku benar-benar tidak tahu harus bereaksi seperti apa lagi. Baekhyun terus saja berbicara seolah-olah aku mengingat sosoknya dulu. Padahal mengingat fakta bahwa dia pernah sekelas denganku saja tidak.

“Jadi, mau diantar oleh Chanyeol? Dia kebetulan sedang membawa mobil.”

Aku melihat jam tanganku. Ups. 15 menit lagi. Baiklah, mumpung ada yang menawarkan. Aku mengiyakan tawaran Baekhyun. Dan tidak lama datanglah mobil yang sudah tidak asing bagiku. Chanyeol cukup terkejut melihatku yang tiba-tiba memintanya untuk mengantarku pulang. Tetapi karena penjelasan singkat Baekhyun, jadilah aku sekarang berada di dalam mobil Chanyeol.

~A.T.i.M.S~

“Jadi, kalian sedang pergi bersama…” aku mengangguk-angguk mengerti. Baru saja Baekhyun menceritakan mengapa dia bisa bersama Chanyeol hari ini. Begitu mendengar kabar mengenai kepulangan Baekhyun, Chanyeol langsung menghubunginya dan mengajaknya jalan-jalan.

Dan ternyata memang benar dulu aku mempunyai teman bernama Byun Baekhyun. Setelah sempat pindah ke luar negeri selama lima tahun, Baekhyun memutuskan untuk kembali ke Seoul. Lusa, dia akan mulai bersekolah di sekolah yang aku tempati serta Chanyeol. Taruhan, pasti Baekhyun akan sekelas denganku. Karena melihat kedekatannya dengan Chanyeol, bukan tidak mungkin kepala sekolah akan memasukkan Baekhyun di kelas yang sama dengannya. Dari dulu, kepala sekolahku memang paling tidak ingin repot-repot. Jika ada murid baru yang ingin masuk ke kelas tertentu, pasti langsung dipenuhi permintaannya. Padahal aku yakin karena kepala sekolah malas bertemu dengan Tata Usaha.

Eh? Aku belum bilang ya? Kepala sekolahku tidak lain tidak bukan adalah Appa-nya Chanyeol. Dan keluargaku sudah sangat dekat dengan keluarga Chanyeol—tentu saja, makanya aku bisa berbicara tanpa beban mengenai kepala sekolahku. Walau beliau terkenal dengan kebijaksanaan dan keseriusannya, tetapi jika sudah di rumah, berkumpul dengan Chanyeol, tingkahnya sangat kekanakan. Yah, mungkin itu sebabnya anaknya (baca: Chanyeol) mewarisi sifat Appa-nya. Chanyeol itu termasuk golongan anak yang pintar tetapi tingkahnya itu terkadang… tidak normal.

“Baekkie juga akan tinggal di dekat rumah kita lho, Yeon-ah,” kata Chanyeol senang.

Baekkie? Aku ingin tertawa mendengar nama julukan Baekhyun dari Chanyeol. Tetapi pada akhirnya aku hanya bergumam kecil untuk merespon perkataannya. Selain sekelas, rumahku dan Chanyeol juga bersebelahan. Bahkan kamar kita hanya dibatasi oleh jarak 30 cm saja, jadi melompat dari koridor kamar pun bisa—tetapi tentu saja orang yang selalu melakukan hal ini adalah Chanyeol. Dan dia selalu berkunjung ke kamarku di waktu yang tidak tepat. Kalau tidak pukul 10 malam ke atas, ya, pagi-pagi buta seperti pukul 3 pagi. Sudah kubilang terkadang tingkahnya tidak normal.

“Pasti menyenangkan, kita bertiga bisa bermain bersama lagi seperti dulu,” kata Chanyeol lagi. Baekhyun yang duduk di sebelah Chanyeol mengangguk semangat. Sementara aku mengerutkan kening. Sepertinya dari tadi hanya aku yang disconnect dengan percakapan ini.

“Kau tidak ingat lagi ya?” Baekhyun berbalik dan menatapku. Aku hanya tertawa hambar. Tiba-tiba jadi merasa bersalah karena selalu saja merusak saat-saat nostalgia mereka berdua.

“Mungkin karena aku sedang banyak pikiran,” kataku meyakinkan diri. Karena aku tidak ingin dikatai amnesia atau sejenisnya oleh Baekhyun—apalagi Chanyeol. Meskipun niat mereka bercanda, tetapi sama sekali tidak lucu.

“Baiklah, anggap saja kau sedang banyak pikiran. Tetapi untuk selanjutnya kau harus ingat lho, Yeon-ah,” Chanyeol terkekeh pelan. Creepy face-nya mulai terlihat jika dia sudah terkekeh atau tertawa seperti itu.

“Arraseo.”

Mobil sudah terparkir di depan rumahku. Aku mengucapkan terima kasih kepada Chanyeol dan Baekhyun lalu langsung keluar dari mobil. Aku mengecek jam tanganku. Syukurlah, masih ada 3 menit tersisa sebelum pukul 4 sore. Setidaknya aku tidak perlu diceramahi oleh Eomma karena terlambat datang.

Kuputar kenop pintu rumah. Hal pertama yang kulihat adalah sosok Eomma dan seorang Ahjussi yang kuyakini sebagai Appa baruku. Begitu melihatku, Appa langsung menghampiriku senang. “Annyeong haseyo, kau pasti Soyeon kan?” sapa Appa ramah.

Aku tersenyum seraya mengangguk kecil. Karena Eomma tidak pernah memberitahuku siapa nama Appa-ku, jadi aku hanya menjawab, “Annyeong haseyo, Appa…”

Eomma tampak mencari seseorang. Terlihat dari tingkah Eomma yang melihat-lihat di sekitarku. “Di mana Oppa-mu, Soyeon-ah? Bukankah kau bersamanya hari ini?”

“Eh? Oppa? Jadi aku akan mempunyai Oppa baru?” tanyaku sedikit terkejut. Karena—lagi-lagi—Eomma tidak pernah sedikitpun memberiku informasi mengenai Appa dan kakak baruku. Bahkan Eomma hanya mengatakan bahwa aku akan mempunyai kakak baru, tidak menyebutkan apakah itu seorang Eonnie ataupun Oppa.

Eomma justru menatapku heran. “Oppa barumu tidak menjemputmu di sekolah?”

Aku menaikkan sebelah alisku. Merasa tidak mengerti dengan yang Eomma ucapkan. Jadi seharusnya Oppa baruku menjemputku di sekolah? Tetapi mengapa aku tidak bertemu dengannya sama sekali?

Karena aku tidak menjawab, Eomma berkata lagi, “Kata Oppa-mu tadi, dia ingin mengajakmu jalan-jalan sebentar sebelum pulang ke rumah. Ternyata kau pulang sendiri ya? Lalu bagaimana dengan Oppa-mu?”

Mwoya? Apanya yang bagaimana? Aku bahkan tidak dihampiri oleh—

Tunggu. Tunggu. Menjemputku di sekolah?

“Kenapa lama sekali sih?”

Oppa baru?

“Simpan semua pertanyaanmu untuk nanti, Soyeon-ssi. Aku malas menjelaskannya sekarang. Yang jelas, sekarang kau ikut saja denganku.”

Mengajakku jalan-jalan?

“Bukankah barusan sudah kukatakan? Pemandangan di sini paling bagus, makanya aku mengajakmu ke sini. Seharusnya kau berterima kasih padaku.”

….cocok. Tindakan namja tanpa nama itu sangat cocok dengan apa yang dibicarakan oleh Eomma. Dan lagi, sampai detik ini pun aku masih tidak tahu siapa namja itu sebenarnya, mengapa dia tahu namaku, dan mengapa dia TIBA-TIBA mengajakku ke Sungai Han.

Astaga… jangan bilang bahwa…

“Mianhamnida saya terlambat, Appa, Eomma.”

Aku terpaku begitu mendengar suara itu. Bukankah itu adalah suara dari…

Eomma nampak gembira melihat sosok di belakangku dan bergegas menghampirinya. “Selamat datang! Aku sudah menunggumu dan Soyeon dari tadi. Apa kalian tidak pulang bersama?”

“Ah, kita memang pulang bersama. Tetapi di tengah jalan mobil Appa sempat bermasalah, jadi aku menyuruh Soyeon untuk pulang terlebih dahulu.”

Apa?! Sejak kapan ada cerita seperti itu?!

“Oh, begitu. Jadi tadi Soyeon hanya bercanda ya?” Eomma terkekeh lalu menoleh ke arahku yang tengah membelakanginya. “Soyeon-ah, sini. Kau pasti sudah tahu nama Oppa-mu kan?” tanya Eomma sambil menarik lenganku sehingga aku bisa berhadapan langsung dengan Oppa baruku. Dan, oh sial, dia benar-benar namja tanpa nama yang tadi kutemui di sekolah.

Oppa baruku—alias namja tanpa nama itu—tersenyum ke arahku dan berkata, “Tentu saja. Soyeon sudah tahu jika aku adalah Kim Jongin, Oppa barunya yang mulai hari ini akan tinggal bersama di rumah ini. Benar kan, Soyeon-ah?”

Ya Tuhan, mengapa dunia ini sangat SEMPIT sekali?!

To be continued

don’t forget to visit my blog http://hellosillo.wordpress.com ^^

 


Let The Games Begin (Teaser)

$
0
0

Let The Games Begin #Teaser

Writers: Deerlights

 

▲ TEASER ▲

Cast:

Xi Luhan

Choi Youra

Other Cast

Genre:

Romance

School Life

Marriage Life

Length:

Chaptered

Rating: PG-17

http://deerlights.wordpress.com/

▲▼▲

 

Author POV

Youra’s Room 08.00

Pagi ini adalah pagi yang sangat melelahkan bagi Youra. Tentu saja, gadis itu kemarin baru saja menyelesaikan beberapa program kerja di sekolahnya untuk mengakhiri masa jabatannya sebagai wakil organisasi terbesar Seongsan High School dan pulang sangat larut. Ditambah lagi saat ini eommanya memaksa Youra yang masih setengah sadar dan menyelimuti kepalanya dengan selimut untuk segera bersiap-siap. Entahlah untuk apa. Membuat seisi kepala gadis itu seakan nyaris pecah.

Ini hari Minggu kan?

            Gadis itu merutuki dirinya yang terlalu bersemangat seminggu ini. Energinya terserap habis, bahkan Ia sempat berfikir akan mati hari ini.

Youra membereskan tempat tidurnya malas. Gadis itu berjalan gontai ke arah tirai bermotif pattern marshmallow disamping tempat tidurnya yang mengarah ke balkon pribadi kamarnya. Ia membuka lebar-lebar tirai itu. Dahinya berkerut-kerut ketika melihat  sesuatu di seberang sana.

“Sejak kapan aku punya tetangga baru?” gumamnya pelan sambil lamat-lamat mengamati kamar diseberang sana -yang berhadapan dengan miliknya. Biasanya kamar itu tertutup rapat. Jelas saja, Ia tidak memiliki tetangga selama setengah tahun terakhir ini. Rumah itu kosong semenjak pemilik lamanya memutuskan untuk pindah ke daerah Busan. Yah baguslah, rumah disebelahnya itu tidak se-horror jika tidak ada pemiliknya, pikir gadis itu sambil membalikkan badannya kearah kamar mandi.

 

“Choi Youra –berdandanlah yang manis ya.”

Wanita paruh baya itu menghampiri Youra yang sedang menata rambutnya di depan nakas. Senyumnya mengembang lebar diiringi tatapan bingung anak perempuan satu-satunya itu.

Waeyo –?”

“Eomma dan Appa akan segera melakukan kerja sama bisnis dengan salah satu direktur utama perusahaan terkenal China. Kau sudah lihat kan?” ucap wanita itu sambil membantu Youra menata rambut coklat panjangnya yang tergerai indah.

“Lihat? Melihat apa?”

“Tetangga barumu -”

“Ah, aku mengerti.”

Potong Youra setelah mengingat-ingat kalau dia sudah memiliki tetangga baru yang ternyata rekan bisnis orang tuanya sendiri.

“Baguslah kalau begitu. Mereka sudah menunggu dibawah beserta calon suamimu. Dia sangat tampan dan sopan. Bahasa Koreanya juga bagus.”

“Calon suami? M -mwo?”

“Ne -kau bilang sudah mengerti bukan? Dia pria yang baik Youra sayang. Bersiap-siaplah.”

Wanita itu menepuk-nepuk kepala anak perempuan satu-satunya dan segera keluar dari kamar Youra. Gadis yang sedang terduduk didepan nakas itu hanya bisa mematung. Nyawanya seolah hilang diambil malaikat pencabut nyawa detik itu juga.

 

Youra’s Room 23:00

Gadis berambut coklat itu tak henti-hentinya mengitari seisi kamarnya sambil menggigit jari-jari mungilnya. Ya –Youra hampir depresi saat ini. Rambut panjangnya yang biasa tergerai kini Ia ikat seadanya, matanya terasa berat tetapi gadis itu tetap enggan tertidur, sesekali Ia menghela nafasnya. Youra membuka celah tirai pattern marshmallow favoritnya sedikit berhati-hati. Ia melirik kamar di seberang rumahnya -ehm atau lebih tepatnya kamar calon suaminya. Gelap. Youra mengerang sesaat.

“Aish -bagaimana bisa dia secepat itu tertidur? Apa dia sesantai itu?”

Youra mulai frustasi memikirkan bagaimana hari-harinya di keesokan hari. Sepengetahuan Youra tentang calon suaminya selama makan siang bersama tadi, keluarga Xi Luhan -calon suami Youra, adalah pemilik perusahaan terbesar di Beijing, dan jelas Luhan adalah penerus tangan kanan perusahaan Tuan Xi kelak. Dia tampan, tanpa cacat sedikitpun di wajahnya, tubuhnya tinggi, rambut dark chocolate-nyamenambah kesan sempurna bagi seorang Xi Luhan. Wanita manapun pasti akan menyukai pria berdarah China itu. Tapi tidak dengan Youra, dia nyaris gila karena ini bukan hal mudah untuknya. Hey ini bukan sekedar main-main, Xi Luhan akan menjadi suaminya beberapa minggu lagi.

“Bagaimana kalau dia ternyata seorang phsycopat? Atau nappeun namja yang punya banyak gadis? Ya -ya itu pasti terjadi. Bagaimana kalau dia -aish!”

Gadis itu mulai membayangkan hal-hal gila yang berlebihan. Menambah beban untuk dirinya sendiri. Setelah nyaris setengah jam Youra memikirkan hal-hal buruk mengenai Luhan, akhirnya Ia memutuskan untuk turun ke dapur yang tentu saja sudah gelap. Niatnya untuk sekedar menghilangkan dahaga berganti saat Ia melihat sekotak Apple Tea kesukaannya. Ia membawa kotak teh itu dengan tangan kanannya yang telah menggenggam segelas cangkir berisi air panas.

Youra membuka pintu menuju balkon kamarnya. Melihat Apple Tea membuat Youra lupa tentang segalanya. Bahkan kamar calon suaminya yang kini hanya berjarak beberapa meter darinya pun Ia lupakan.

Setelah menghabiskan secangkir Apple Tea-nya, Youra mulai terkantuk di kursi balkon dengan headset yang masih terpasang di telinganya. Seolah lupa jika disana sangat dingin.

 

Youra’s Room 07.00

 

“Choi Youra! Aigoo apa yang kau lakukan disini?” teriakkan eomma-nya sangat menganiaya gendang telinga Youra pagi itu.

“Ayo cepat mandi dan bersiap! Luhan akan menunggumu 15 menit lagi! Aish bisa-bisanya kamu masih tertidur.”

Mwo-ya? Lu -han? Nugu?” Tanya Youra setengah sadar sambil mengucek matanya yang berair.

Youra mulai terserang syndrome hilang ingatan di detik-detik kesadarannya. Mungkin ini sangat konyol, tapi memang begitu adanya. Youra sangat sulit untuk menemukan kesadarannya saat bangun tidur. Bahkan orang yang terus berputar di otaknya semalaman pun Ia lupakan di pagi harinya.

“Astaga! Apa ibu perlu membawamu ke dokter? Kebiasaanmu ini sudah melewati batas…” Wanita paruh baya itu terlihat khawatir sekaligus jengkel dengan kebiasaan anak satu-satunya itu.

Youra hanya berjalan melenggang menuju kamar mandinya tanpa mempedulikan ocehan eommanya ataukah siapa itu Luhan.

 

Mobil Luhan sudah terparkir didepan rumah keluarga Youra. Ekspresi pria itu cukup sulit dijelaskan. Dahinya sedikit berkerut sambil mengetuk-ngetuk setir kemudinya. Sesekali Ia melihat ke arah pintu rumah Youra dan mendengus sebal. Ini adalah hari pertama Luhan sekolah dan Luhan tidak suka menunggu, itu adalah masalah terbesarnya. Ingin rasanya Luhan segera menginjak pedal gas dan meninggalkan Youra jika saja orang tua Youra tidak menunggu anak perempuannya yang selamban siput itu -menurut Luhan, didepan rumahnya.

Beberapa menit Luhan menunggu, akhirnya gadis itu sudah ada di sampingnya dengan seragam yang sama dengan Luhan. Suasana sedikit canggung, Youra cukup khawatir karena membuat Luhan menunggu terlalu lama. Niat gadis itu untuk segera minta maaf Ia buang jauh-jauh ketika-

“Memikirkanku semalaman? Tertidur di balkon dengan wajah bodoh?”

Youra terlonjak kaget begitu mendengar Luhan membuka pembicaraan mereka.

Tapi tunggu, apa tadi katanya? Aku bodoh?

Mwo?! Kau mengataiku bodoh? Yak -siapa yang memikirkanmu semalaman huh?” Youra mulai angkat bicara, protes dengan semua pembeberan Luhan yang jelas-jelas adalah kenyataan.

“Kau -calon istriku.” Luhan memberi sedikit penekanan dikata-kata terakhirnya sambil tetap menatap lurus ke jalan dan mengendarai mobilnya.

“Apa? Dengar ya. Aku tidak pernah mau menikah denganmu dan menjadi apa itu yang kau sebut tadi? Istrimu? Ternyata benar dugaanku, sifatmu tidak sebaik penampilanmu.” Jawab Youra sambil menatap Luhan tajam.

“Kau pikir aku mau? Menikah dengan gadis siput sepertimu.”

“Siput? Bodoh? Kau tidak mau minta maaf? Mengataiku seenaknya.”

“Tidak.”

Pembalasan Luhan yang terbilang sangat santai membuat Youra naik darah di pagi hari. Ia meniup poninya gusar dan segera memalingkan wajahnya dari Luhan.

“Turunkan aku disini.” Ucap Youra tanpa pikir panjang. Waktu sekolahnya akan berlangsung sekitar 10 menit lagi. Dan gadis itu malah meminta Luhan untuk menurunkannya di setengah perjalanannya? Gila memang. Tapi lebih gila lagi jika Youra tahan semobil dengan namja seperti Luhan yang sama keras kepala dengannya.

“Baiklah.” Luhan menyudutkan mobilnya ke sisi jalan. Sudah cukup muak untuk menampung gadis tidak tahu terimakasih seperti Youra, pikirnya.

Hati Youra mencelos seketika, dia menghembuskan nafasnya berat. Luhan tidak seperti laki-laki lain yang mencegah wanitanya untuk pergi dan memikirkan segala keadaan yang akan dialami Youra jika Ia benar-benar turun dari mobil Luhan saat ini juga. Youra sudah terlanjur terbakar emosinya sendiri dan segera turun dari mobil Luhan. Pria itu segera menginjakkan pedal gas dan pergi meninggalkan Youra.

Nappeun -Xi Luhan!”

to be continued

 

Annyeong~ Ini ff pertama aku. Sebenernya udah buat banyak ff tapi selalu di post di blog orang kkk. Sekarang lagi punya banyak waktu senggang buat bikin personal blog dan ngepost ff disini dan di blog aku http://deerlights.wordpress.com/. Semoga kalian suka teasernya, Let The Games Begin Chapter #One’s coming soon. Jangan lupa tinggalin jejak ya~

your comment is my lights

 


Let The Fate Lead Me (Chapter 2)

$
0
0

Let The Fate Lead Me(chapter 2)

poster let the fate lead me 1

 

Tittle : Let The Fate Lead Me

Author :Cicil

Cast :exo’sLuhan and GG’s Jessica

Other cast :exo and gg members

Rating : G

Genre : romance

Disclaimer : all belong to GOD

HAPPY READING yaJ

 

DenganberhasilnyaBaekhyunmembuatmatanyaterbelalaklebihlebarlagi.Iasegeramenegapkanpunggung. “Kenapakaudisini?”

“Ehmmituehmmtadiadasiswa yang menyuruhkuberhenti”

“Siapadia?”

-

Baekhyunmengerutkandahinyaterlalubingung.Sejumlahdugaan-dugaannegatifmenghujamselotaknya.Iamembenarkanposisitubuhjugamelipattangan di dada. Tampakberpikirkeras.

Justrusebaliknyadengansiwanita.Jessica malahmasihdudukwalaupunpunggungnyasudahmelorotkembali.Wajahnyapenuhkepolosan, bibirmerahmmudanyaterbukasedikit.MemperhatikantingkahlakuBaekhyun.

Waktuserasaberhenti.Mungkinbaterai ‘energik’ milikpaksatpamkemarinsudahhabishinggajarum jam sepertitakberputarbagi Jessica. Tak lama, seseorangmerangkulpundakBaekhyun –menghancurkankerjapikirnya—

“Hei!” sosokitu ‘mengucapkansalam’. Baekhyunbergemingtakpeduli. “Ooh jadikau yang menyuruhnyaberdiri di lapangan?” PunggungBaekhyunseketikamerembesseperti air larut.Batinnya tau siapa yang iamaksud. Ah akhirnya.

Jessica masihmenatapkeduanyatanpaekspresi.SementaraBaekhyundansipriaitusalingpandangtakpercaya.Kejadiananeh!

“Sudahlah.Akumasukkelasduluya” Baekhyunmelanjutkaniramakakinya.Menyisakan Jessica danlelakididepannya –yang menyuruhnya—

Ugh! Jessica bencisaat-saatcanggung.Diatidaksukabahkanuntukberdiamsejenak di tengahpembicaraan. “AkuLuhanehmm Xi Luhantepatnya.” Cowoitududukdisebelahnya.Lewatselukistarikanbibirnya yang manis.

Jessica menyimaknyabaik-baik. “Jessica, Jessica Jung atau Jung SooYeon” iabersalamanria.

“Jadinamamu Jessica atau Jessica Jung atau Jung SoYeon?Akutidakmengerti.” Ah! Tepatnyapura-puratakmengerti—dasar Xi Luhan.Jessica meniup-niupponinyakesal. “Huh! Tentusajasemuanyaitunamaku.”

“Jadi—“

Sigapnyaialangsungmenempelkantelunjukkanan di bibirLuhan. “sstttkauitulaki-lakikenapabawelsekali? PanggilsajaSica.Selesai” siwanitaberanjakdariduduknya.Ikutmenghilang di balikpintukelasnyasepertiBaekhyunbarusan.

Luhan –namjaitu—masihterpaku.“Dasarjutek.”

—-,———

Sehariberlalu.“Emppcepatsekalimemang.”Jessica menjilateskrimstroberinyasemangat.BersamaTaeyeondantentusajaYoona.Tigasahabat popular sejaksmp.Ketiganyaberjalanberiringanmenujumejamakanberkayu.

“SejakpertamasekolahkaukemanaSica?Akubarumelihatmuhariini.”Yoonamengeluarkansisirnyadarikantong, siapdenganalatkacanyajuga.Entahsejakkapandiajadiagak repot akanpenampilan.

“Awww!” satujitakanmulusmendarat di dahiYoona, Taeyeonmemukulnyakesal.“Kautak tau?Justrukau yang kemanasaja?Jessica dihukumduahariini!”Yoonamendenguskesal.“Hei!Eskrimku!” jajananmanisituseketikalenyapdaritanganTaeyeon.

Ia tau Yoonadenganlenacangmengambilpunyanya. “Sudahkubilang ‘kan?Jangancobaceramahpadanya.Kaupastidirugikan.”Jessica menyusulYoona yang sudahberjalanlebihcepatdanduduk di kursipasangkayu.

Kali iniTaeyeon yang merenggutbersungut-sungut. Huh! Eskrimkesukaannyasudahhabis.

“Sungguh!Akutak tau Jess.Maaf.” Gadiscantikdisebelah Jessica bersikukuhpadapendiriannya.Pilihan paling baik.Sekalilagi.AdalahmembiarkandirinyamemaafkanYoona.Lagi pula apa yang perludipermasalahkan?

Jessica memainkan iris coklathazelnyamengikutiarah orang tersebut.“Siapadia?” tanyanyasontak.TaeyeondanYoonasekejapikutmemperhatikanmanusia yang masukdalamtangkapan retina sahabatmereka.

“Akutak tau.” Jawabsatunya.

“Ooh. Itu.Yang kudengardiaketuaosis.Tapipadasaatkita MOS duaharikemarindiataktampak.Akujugatidakyakin.”Jessica mengurungkanniatnyabertanyalebihjauhdarijawabanTaeyeon.

Takpasti.Taeyeonjugabelumtentubenarapakah.Si suraikeemasan –yang menurutnyamelanggarperaturan—itubenarketuaosis.Entah, siapa yang tau?

 

—-,——–

 

Jessica bersantai-santaigembira.Mr.Kim –Si guru olahraga—tidakmasukuntukharikerjanya. TaeyeondanYoonasedangasikmerumpidibangkubawa madding sekolah.Kusus yang satuinidiaengganbergabungbersamasahabatnya.Gossip?Iataksukamembicarakan orang.

Langkahnyamelewatibarisanbangkuderet cat biru-merah, tempatpenontonbiasanyaduduk. Menghadaparahlapangan.Retinannyalagi-lagimenangkapwajahitu, surai ‘pelanggarannya’ dansiwakilosisBaekhyun, beberapacowok lain berpostur ideal jugaberkumpul. Pikirannyamelayangseketika.

‘Apa yang merekalakukan?Berbicarastrategimungkin?Atauadamasalah?’ batin Jessica. Huh! Apainibukanmerumpi? Iataksuka gossip justrumengajakbicarasendirihatinya, membicarakan orang.

Sedetikkemudiankerumunanitububar.Tanpasadar Jessica mengambilposisinyaman di bangkubiru-merahitu.Ada yang anehdenganmatanya, kenapa iris hazel coklatiniterusmengekorgerakannamjaitu?

“Luhan!” priamuda yang diekorimata Jessica menolehsontak.Dan sekarang Jessica tau jawabannya.DiaLuhan, priamudaberambut blonde, yang kata Taeyeonadalahketuaosis, yang menyuruhnyakeluardarilapanganupacara, yang merangkulpundakBaekhyun, dan yang membuatmatanyamemperhatikan.

 

 

TBC

 

Maafkependekan><lagikehabisan ide.Gomawountuk yang bacaJ

 


The Lost Planet (Chapter 1)

$
0
0

THE LOST PLANET

CHAPTER ONE

 

Author: Vanessach. (@vnessach)

Genre : Fantasy

Length : Multichapter

Rating : PG-13

Cast : EXO member & Elicia

 

“Halo semuaa, ini ff pertama yang bakal autor(?) publish. Gue bertekad banget ama ini ff, semoga bagus , jalan ceritanya jelas dan seru!  ^0^ .  Semua cerita di FF ini murni dari pikiran gw yang penuh dengan imajinasi, semoga pada suka. JANGAN LUPA RCL OKEH!•▼•.:

¤¤¤¤¤¤¤¤¤

 

PROLOG

” Hari yang indah di suatu tempat yang jauh dari bumi.. Atau lebih tepatnya jauh dari alam semesta. Di tempat ini hanya ada 13 orang yang menjalani kehidupan mereka, orang-orang yang memiliki hadiah luar biasa. Mereka dapat mengendalikan elemen-elemen alam. Mereka dikenal dengan sebutan ‘Pryxar’ . Hari yang indah disaat mereka akhirnya menobatkan salah satu dari mereka untuk menjadi seorang pemimpin, yang disebut ‘Xixtor’. Upacara penobatan yang seharusnya berlangsung dengan damai berubah… kegelapan melanda tempat tersebut, seseorang mematahkan janjinya sebagaj seorang Pryxar, ia dikuasai oleh iri hati. Ia akan menghancurkan segalanya..

~~~~~

 

Hari yang ditunggu-tunggu telah datang, hari yang sangat besar untuk ke-13 Pryxar. Dimana salah satu dari mereka sudah terpilih untuk menjadi seorang pemimpin atau ‘Xixtor’. Mereka sudah menyiapkan segalanya untuk upacara penobatan nanti, walaupun hanya hidup ber-13 dalam satu planet bukan tidak mungkin bagi mereka untuk mendekorasi, menata, dan menyiapkan persiapan lainnya. Disaat para Pryxar yang lain sedang menyiapkan acara upacara penobatan, salah satu Pryxar yang memiliki kekuatan untuk mengontrol air yaitu Suho, yang merupakan orang yang sudah terpilih untuk menjadi seorang Xixtor berdiam diri di kamarnya. Menatap keluar jendela dikamarnya, melihat pemandangan yang terpampang dengan indah. Pemuda dengan wajah tampan itu perlu waktu untuk menenangkan diri sebelum upacara penobatan..

 

TOKTOKTOK

“Masuklah” ucap Suho.

 

“Hai hyung, apa kau sudah siap?” ucap pemuda lain yang memiliki aura bahagia dan telinga yang unik itu sambil tersenyum lembar sambil duduk disamping Suho.

 

“hhhh.. Entahlah Chanyeol, aku sudah terpilih untuk menjadi Xixtor tapi aku masih bingung, aku mengkhawatirkan kalian..”

 

“Kami tidak apa-apa hyung, lagipula kami sudah dapat mengontrol kekuatan kami dengan baik. Menjadi seorang Xixtor itu semacam penghargaan hyung! Kau harus bangga dan menjalankan tugasmu dengan baik.”

 

“………”

“Kenapa kau diam hyung? Kau sakit? Atau ada perkataanku yang salah?” kata Chanyeol sambil menatap wajah Suho yang tidak berekspresi itu.

 

” Ah aniya, aku tidak apa-apa, aku hanya khawatir dengan Sehun. Apa dia baik-baik saja? Aku takut dia akan…” belum selesai Suho melanjutkan perkataannya Chanyeol langsung memotong ucapan Suho.

 

” AH hyung! Sehun sudah dewasa, dia tidak akan melakukan hal bodoh! Kita semua tahu dia mempunyai ambisi yang sangat besar untuk menjadi Xixtor, dia tidak akan dendam kepadamu karena kau yang terpilih! Tenang saja!” ucap Chanyeol dengan semangat untuk meyakinkan Suho, tapi Suho memiliki kekuatan lain selain mengendalikan air. Ia tidak pernah memberitahu kekuatan lainnya kepada Pryxar yang lain. Yang jelas ia daptat merasakan hal buruk akan terjadi, sesuatu yang dapat membuat ke-13 Pryxar terpecah belah, sesuatu yang ada kaitannya dengan Sehun.

 

~~~~~~~~

“Hahahaaahaa!! Ya! Kai!! Lihat apa yang baru saja kuperbuat, bagaimana menurutmu? Apakah Suho akan menyukainya? ” tanya Elicia. Elicia adalah Pryxar yang memiliki kekuatan dalam bidang tumbuhan. Memang agak berbeda jika dibandingkan dengan 12 Pryxar lainnya, tapi bukan berarti ia tidak sekuat mereka, Elicia memiliki kekuatan yang setara dengan Pryxar yang lain, bahkan bisa lebih kuat.

“Urghh, El seriously? Kau mau memberi Suho hyung hadiah seperti itu? Sebuah bunga bangkai? -____-” ucap Pryxar yang memiliki kekuatan untuk teleportasi, Kai , sambil berbaring di rerumputan dan melihat kegiatan teman baiknya itu.

 

“Haha, aku cuma bercanda. Lagipula tidak mungkin aku beri dia hadiah aneh seperti ini.  hmmm urgh bunga ini semakin bau saja, aku harus menghilangkan bunga ini dari tempat ini.” Lalu Elicia memejamkan matanya dan berkonsentrasi agar dapat menghilangkan bunga tersebut.

“Nah! Selesai!” kata Elicia dengan bangga (?) , lalu ia berlari ke tempat Kai berbaring dan berbaring di sebelahnya.

“Hhh… Aku tidak tahu mengapa waktu terasa sangat cepat, kita akan melaksanakan upacaranya sebentar lagi. Suho akan menjadi Xixtor, lalu bagaimana dengan….” Elicia menghentikan ucapannya.

“Lalu bagaimana dengan… Sehun? Aku tidak melihatnya tadi pagi. Ia sepertinya sangat tidak setuju jika Suho menjadi Xixtor,  Sehun tiba-tiba menjadi orang yang dingin.” sahut Kai.

“Aku juga tidak tahu kenapa dia jadi seperti itu… Ia tidak pernah berbicara kepadaku lagi sejak kejadian itu. Aku berharap dia tidak  melakukan sesuatu yang buruk. Aku takut itu akan terjadi…” ucap Elicia dengan wajah yang murung. Elicia mengetahui sesuatu, sesuatu yang sama dengan apa yang dirasakan oleh Suho.

“T.. Terjadi apa?” tanya Kai.

“… Ah tidak,  bukan apa-apa.” jawab Elicia sambil memikirkan kembali apa yang Nigththeaders tunjukkan kepadanya 3 hari yang lalu di dalam Dark Forest.

 

 

TBC~

(*hahhhh gimana ffnya? Jelek? Bagus? Lumayan? Kecepetan? Kurang bikin penasaran?  kasitau yaaa , kritik dan saran juga diterima kokk. Ini chap 1 nya semacam kependekan gitu yak ‘-’. Chap 2 bakal lebih panjang koksss, dan lebih seru(semoga.amin). Disitu ada yg namanya “Nightheaders” dan aku belum kasih penjelasan mereka itu apa/?, tar di chap 2 kekekeke dan di chap 2 ak bakal jelasin ttg Sehun, dan ada beberapa flashback.okeyy. Yg udah baca makasih banget yaaa sekali lagi jangan lupa RCL! ” thankyouu:**)


Truth Love

$
0
0

Truth Love

Truth Love

Judul        : Truth Love

Author      : Ahn Seun Hwa (안슨화)

Storyline  : ChanGiiii

Leght        : Oneshoot

Rating      :G/Teen

Genre       : Romance, Hurt-Comfort, Friendship, Oneshoot

Maincast : Byun Baekhyun (EXO) as Baekhyun

Park Chanyeol (EXO) as Chanyeol

Shin Chan Gi (OC) as Chan Gi

Byun Hyo Rae (OC) as Hyo Rae <Baekhyun’s Sister>

Park Sunyoung [f(x)] as Luna <Chanyeol’s Girlfriend>

Othercast : Cari aja, banyak kok yang lewat -,-

 

[A/N] : 2nd FF, semoga terhibur! Ini Request temen nae ;) Karena dia gak mau disebut namanya jadi author samarkan aja (itu yg storyline chingu >_<) Oh ya, di FF ini Chanyeol sama Baekhyun itu bestfriend (tapi emang real-nya gitu kan -.-) lalu Hyo Rae a.k.a adiknya Baekhyun jadi bestfriendnya Chan Gi.

Okey! Happy Reading! Don’t be a silent readers please. Aku butuh saran kalian… Karena karyaku sangat-sangat jauh dari sempurna.

STOP PLAGIARISME PLEASE~~

===========================================================================

+CHAN GI POV+

 

Sore di musim gugur adalah yang paling indah. Kombinasi dedaunan dan langit yang senada sangatlah menyenangkan untuk dipandang. Pasti seru berjalan-jalan menikmati sisa-sisa hari  sebelum semuanya tertutup salju putih. Namun, hal ini tak membuat hatiku bahagia. Malah rasanya ruwet sekali. Jiwaku melayang dan pikiranku juga pergi entah kemana. Berpencar dan rasanya tubuhku ringan sekali, kecuali, mataku. Berat sekali.

Sesampainya disana, aku melesat ke apartemenku, menguncinya, dan menangis sejadinya. Tak kusangka, ia bisa sebusuk itu. Ia mencium yeoja itu , didepanku. Aku yang mencintainya. Yang dulu pernah jadi bagian dihatinya. Yang kemudian ia buang mentah-mentah. Dan dengan mudahnya ia melupakanku dan mencium bibir yeoja sialan itu.

 

Yeoja sialan? Betapa tajam mulutku. Tapi kurasa itu pantas untuknya. Sementara aku perlu berjuang 1 tahun untuk mendapatkan perhatiannya dan menjadi kekasihnya, yeoja itu bisa memalingkan perhatiannya dariku hanya 1 bulan. 1 BULAN ! Siapa wanita yang tidak sedih kekasihnya direbut begitu saja.

 

Yeoja itu, Park Sunyoung, alias Luna. Yeoja paling manis di fakultasku. Belum lagi bakatnya yang luarbiasa. Suara manis, jago menari, kaya pula. Sedangkan aku? Hanya wanita sederhana, dengan otak yang cukup untuk beasiswa sekolah yang sangat aku cita-citakan ini. Dan tentunya makan dan bertahan hidup.

 

Sampai akhirnya, aku mendengar seseorang mengetuk pintu. Aku membukanya, dan ternyata itu Hyo Rae, sahabatku.

 

“Chan Gi-ya! Ya ampun matamu sembab sekali. Mengapa kau menangis, sayang?” Tanyanya khawatir. Saat aku ingin bercerita dan mengingat kejadian itu, aku menangis lagi. Kupeluk Hyo Rae sambil terisak, “Chanyeol! Chanyeol oppa! He’s A BAD PERSON.” Aku benar-benar mental breakdown saat ini.

 

“Oh My God, You was seeing they’re kissing at the park,right?” Aku hanya diam dan terisak makin keras. Hyo Rae membawaku duduk di sofa. Ia mengelus rambutku dan memelukku erat. Dan aku menangis sejadinya dipundaknya. Mengeluarkan semua yang telah aku perjuangkan selama ini, yang telah hancur menjadi beling-beling yang menyayat hatiku.

 

~~~

+BAEKHYUN POV+

 

Anak satu ini meman kelewatan. Sudah kusuruh untuk datang dalam 10 menit, namun setengah jam pun dia belum muncul. Kini aku sedang menunggu sahabatku, Chanyeol. Ada yang ingin aku bicarakan dengannya.

 

Setelah akhirnya 35 menit menunggu, barulah dia datang. Issh, akan kucincang habis-habisan dia. Kini, ia sudah duduk didepanku, “Maaf, hyung lama. Tadi aku harus mengantar Luna ke tempat hang-out nya, eh malah dikenalin sama temen-temennya.” Jelasnya sambil tersenyum. Aku hanya bisa pokerface.

 

Hyung-ah, jangan marah dong!” Pintanya sambil mengularkan jurus andalannya -Tersenyum Lebar- akupun menghela nafas.

 

“Baiklah, tapi jangan kau ulangi lagi, arraso?”

 

Ne! Oh ya, apa yang ingin kau bicarakan, hyung?”

 

Aku hanya tersenyum simpul mengingat apa yang ingin kubicarakan. “Oh,ya dimana Luna hangout?” Tanyaku dengan sangat gembira.

 

~~~

+LUNA POV+

 

Oppa, antar aku ke dalam~” pintaku kepada Chanyeol. Aku mau memperkenalkan Chanyeol pada teman-teman f(x) ku.

 

“Tapi oppa ada janji, oppa tidak bisa.” Jawabnya lembut.

 

“Akh, memangnya orang tersebut lebih penting dariku!” Ujarku ketus namun merajuk. Kalau sudah begini, Chanyeol pasti luluh. Eh, benar saja.

 

“Ya sudah. Come on. I have 10 minutes for this.” Jawabnya sambil keluar dari mobil. Kami pun memasuki cafe tersebut.

 

Di dalam cafe, Amber, Krystal, Victoria, dan Sulli sudah menungguku di sebuah meja. Mereka pintar sekali memilih cafe. Bayangkan saja, cafe yang baru dibangun ini hanya punya 1 bangunan, untuk dapur dan kasir saja. Kursi & mejanya menyebar di seluruh penjuru taman. Cafe outdoor gitu. Panggungnya ada disebelah dapur. Panggung ini juga settingnya nature gitu, tapi tetep catchy. Mentari musim gugur hangat walau sudah siang.

 

Hy all! Luna here!” Ujarku saat bertemu kawan-kawan f(x) ku. Kami berteman sejak SMA, dan baru berpisah saat ini, menuju mimpi masing-masing.

 

Luna! Long time no see! Who is him? Your namjachigu?” Ujar Sulli.

 

Ne. All this is Chanyeol. My namjachigu. And Chanyeol, this my friend. They’re Sulli, Amber, Krystal, and Victoria.” Ucapku mengenalkan mereka. Chanyeol hanya sedikit membungkuk. Teman-temanku tertawa kecil.

 

Ia tampan sekali Luna-ya!” ujar Krystal.

 

“Ah biasa saja.” Jawab Chanyeol sambil tersenyum malu. Hal itu membuat teman-temanku tertawa lagi.

 

“Ia juga memiliki senyuman yang manis Luna-ya” Timpal Victoria. Ia makin tersenyum lebar. Kurasa ia senang disanjung seperti itu.

 

“Oppa, kau ada janji dengan seseorang kan?” Tanyaku mengingatkan. Ia melihat jam, dan barulah mengingat seuatu.

 

“Ah, iya aku lupa. Thanks mengingatkanku Luna-ya. Untung tempatnya tidak jauh. Kalau mau pulang, telpon aku ya!” Jawabnya sambil berlalu.

 

Luna-ya!” Sentak Amber.

 

Ne?”

 

“Dia perhatian sekali padamu.” Ujarnya lagi.

 

“Haha…. Biasa saja.” Jawabku malu.

 

~~~

MORNING!!!!

 

+CHAN GI POV+

 

Mentari muncul dari balik jendela. Semalam aku hanya diam saja di kasur. Aku belum makan dari malam, aku hanya memikirkan ucapan Hyo Rae kemarin.

 

=FLASHBACK ON=

 

Aku yang sudah puas menangis hanya diam bersama Hyo Rae. Ia mengganti blusnya yang basah akibat airmataku.

 

“Sesedih itukah dirimu, Chan Gi-ya?” tanya Hyo Rae dengan sendu. Ia pasti iba sekali padaku. Aku hanya mengagguk. “Lepaskan dia Chan Gi-ya. Masih banyak namja lain yang menyayangimu. Aku yakin suatu saat akan ada namja yang tulus mencintaimu dan menjadikanmu pasangan hidupnya.” Nasihat Hyo Rae. Aku terus saja diam sementara Hyo Rae tetap menasihatiku.

 

“Melihatmu seperti ini sebenarnya membuatku ingin tetap disini, memastikan kau masih tetap hidup. Aku akan menelepon Taehyun untuk membatalkan janjiku.” Ucapnya sambil tersenyum. Saat ia merogoh sakunya, aku menahan tangannya. “Tidak perlu. Aku janji aku akan tetap hidup.” Ujarku lemah. Aku tidak mau dia berkorban lagi untukku.

 

Ia harus menemani V. Itu nama terkenalnya di band kampus, BTS. Tapi nama aslinya Taehyun. Hyo Rae kelihatan tidak yakin, tapi aku meyakinkannya. “Aku janji. Mintalah aku melakukan sesuatu besok.”

 

Hyo Rae tersenyum, “Baguslah. Besok aku akan menjemputmu. Ada acara yang harus kita datangi.” Lalu ia memasukkan handphone-nya ke saku.

 

“Baiklah. Aku akan bersiap besok.” Ujarku tanpa basa-basi lagi. Diriku benar-benar kosong saat ini.

 

“Kau yakin besok kau akan datang? Dengan tubuh yang utuh dan tetap bernyawa?”

 

“Haha, itu tidak lucu! But, i’m promise it.”

 

“Ok. See you later.” Ujarnya sambil memelukku, lalu melambai dan menghilang di pintu.

 

=FLASHBACK OFF=

 

Aku sudah bersiap. Kemeja putih bermotif Kris’s Art dan celana jeans hitam pendek, 5 cm diatas lutut. Converse abu-abu dan Tas slepang biru. Mataku masih sembab, namun tidak terlalu besar untungnya. Sedikit eyeliner bisa menutupinya. Selesai berdandan ria, aku menunggu sambil menonton TV, dan akhirnya, pukul 9, seseorang menekan bel.

Aku membuka pintu, dan tak seorang pun disana. Saat aku melangkah melihat keluar, aku merasa menginjak sesuatu. Dan itu adalah sebooklet mawar putih. Dan pesan didalamnya.

“Bawalah ini, kemanapun kamu pergi,” isi pesan itu. Aneh sekali, ngapain aku hang out bawa-bawa bunga? Saat aku hendak masuk, handphoneku berdering. Tertera disana “Byun Hyo Rae”

 

Anyeong! Hyo Rae-ya! Kau ada dimana?”

 

“Hari ini BTS akan tampil di sebuah cafe. Datanglah!”

 

“Dimana?”

 

“Forest Park. Cepat ya! Kutunggu.” Jawabnya singkat lalu mematikan handphonenya. Aku hanya menghela nafas. Kukunci pintu. Dan aku tidak lupa membawa booklet bunga itu. Entahlah aku merasa perlu membawanya. Aku turun dari lantai apartemenku, menyetop taxi dan pergi.

 

~~~

 

Sesampaiknya di Forest Park, aku mencari cafe yang dikatakan Hyo Rae. Tidak sulit untuk menemukannya, karena ini cafe outdoor. Aku mencari Hyo Rae, dan aku menemukannya.

 

Hyo Rae-ya!” Teriakku dari depan palang cafe. Ia menoleh dan tersenyum.        

“Chan Gi!!! Kau datang!” girangnya. Sesenang itukah ia tahu aku datang ?

 

“Ini bunga untukku? Untuk member BTS ? Gomawo-yo!!” Girangnya lagi sambil merebut booklet yang tadi kutemukan depan pintu. Sebenarnya aku sedikit tidak rela, tapi biarlah, bahkan aku tidak tahu siapa pengirimnya.

 

“Aku harus duduk dimana? Hampir setengah cafe penuh oleh anak kampus.” Tanyaku berbisik.

 

“Disana. Bersamaku.” Jawabnya sambil menunjuk sebuah bangku. Astaga bangku itu tepat di depan panggung. Saat aku mau protes, ia keburu berlalu menuju anak-anak BTS yang sedang berkumpul. Dengan pasrah, aku duduk disana. Di center of cafe.

 

Aku memesan Americano, dan saat aku menunggu, dia muncul. Park-Chan-Yeol. Bersama 5 orang yeoja. Dan Luna tepat ada disebelahnya. Aku langsung memalingkan muka saat melihatnya. Dan sakitnya, ia duduk dimeja dibelakangku. Disampingku lebih tepatnya, karena aku duduk menyamping.

 

Aku akan membunuh Hyo Rae, dan member BTS setelah ini.

 

Aku duduk dengan tak nyaman. Aku berpura-pura tak mengenalnya, walaupun setiap orang yang lewat kusapa manis. Bahkan saat Baekhyun duduk dimejaku.

 

“Hay Chan Gi! Kau datang untuk melihat BTS hari ini?” Tanya Baekhyun ceria. Entah mengapa tiba-tiba aku merasa nyaman.

 

Ne. Taehyun kan namjachingu sahabatku, berarti dia juga sahabatku. Aku harus mendukungnya kan?” Jawabku tak kalah ceria.

 

“Bagus. 5 menit lagi acara dimulai, kau sudah memesan?” Tanyanya lagi.

 

A cup of Americano. My favorite one.”

 

“Good. Enjoy it, okay? Smile!” Ujarnya sambil ber-aegyo. Astaga manis sekali! Ahh, kenapa aku jadi nyaman begini dengan Baekhyun. Biasanya biasa saja.

 

~5 Minutes Later~

 

Acara dimulai. Kini Hyo Rae sudah duduk disebelahku. Melihatnya, aku ingat akan janjiku.

 

“Aku akan membunuhmu, Hyo Rae-ya.” Ujarku sambil menatapnya tajam.

 

Wae-yo?” Jawabnya polos.

 

“Kau tahu aku baru saja mati menangis karenanya, dan kau ingin menyiksaku lagi, melihat ia berkencan!” ujarku setengah membentak. Hyo Rae hanya senyum-senyum saja dan tidak mempedulikan aku. Saat aku menoleh kearah mereka, Chanyeol nampaknya ceria sekali dengan 5 yeoja itu. Aku berani jamin, mereka genk waktu SMA di sekolah elit. Merasa diperhatikan, mereka menoleh kearahku. Aku langsung saja membalik.

 

Sampai akhirnya, Luna, aku yakin itu suaranya, menyahut, “Girls, kalian tahu, seorang gadis sudah dicampakkan karena dia sangat membosankan dan crazy study.”

 

Lalu seorang yeoja menyahut balik, “Ugh, pasti sakit sekali. Ya kan Amber?”

 

Ne. It’s very hurt. But it’s right for a stupid girls.” Jawab seorang yeoja tomboy berambut pendek, memakai jeans longgar dan kaos kurasa. Agak samar tertutup jaket baseballnya.

 

Aku tak menghiraukan mereka, dan melihat BTS di atas panggung. MC pun berkata, “Dan inilah Bangtan Boys dengan lagu baru mereka, “Boy In Luv!”

 

Penonton bersorak. Musik dimulai. Jungkook, hoobae ku di kampus memulai lagu.

 

Doegopa neoui oppa (I want to be your oppa)
Neoui sarangi nan neomu gopa (
I’m so hungry for your love)
Doegopa neoui oppa (
I want to be your oppa)
Neol gatgo mal geoya dugo bwa
(I’ll have you, just watch)

 

Memasuki bagian V, aku tidak terlalu memperhatikan lagi, aku merasa risi karena dari tadi Chanyeol memperhatikanku. Ia nampak melihat kasihan padaku. Aku tahu, ia pasti bisa membaca sembab mataku, sekalipun eyeliner cukup untuk memundarkan bentuknya.

 

Belum lagi 5 yeoja itu juga sesekali melihatku, dan beribisik-bisik. Dan Luna, saat mengetahui aku memperhatikan, langsung menyandar ke bahu Chanyeol dan menggenggam tangan Chanyeol. Ia memanja kepada Chanyeol. Chanyeol pun mengusap puncak kepala Luna, dan menciumnya. Hatiku terasa disayat lagi. Sampai akhirnya, Hyo Rae menggenggam tanganku.

 

“Jangan diperhatikan. Kaulah centernya sekarang. Bukan mereka.” Aku yang bingung hanya menatapnya, dan menyadari sesuatu. V ada disebelahnya! Lalu yang sedang perform.

 

[Jungkook] Kkwak jaba nal deopchigi jeone (Hold me tight before I kiss you)
Nae mami neol nochigi jeone (Before my heart lets you go)
[Jin] Say what you want
Say what you want
[Baekhyun] Niga jinjjaro wonhaneun ge mwoya (What is it that you really want?)

 

Itu Baekhyun! Namun mengapa ia yang perform? Lalu V menarik tanganku, membawanya kepanggung, dan semua member BTS mendorongku ke arah Baekhyun.

 

Baekhyun merogoh sesuatu dari bleezer-nya -Sekuntum mawar merah- dan menyanyikan bagian Jungkook. Aku tahu karena aku suka memperhatikan mereka berlatih,

 

Doegopa neoui oppa (I want to be your oppa)
Neoreul hyanghan naui maeumeul wae molla (Why don’t you know my heart for you?)
Nareul moreun cheokhaedo chagaun cheokhaedo (Even if you ignore me)
Neol mireonaejin motagesseo (Even if you act cold, I can’t push you out of my mind)

 

Baekhyun memberikan mawar itu kepadaku, dan lanjut bernyanyi.
Doegopa neoui oppa (I want to be your oppa)
Neoui namjaga doel geoya dugobwa (I will be your man, just watch)
Naui maeumi nege datorok (So that my heart can touch yours)
Jigeum dallyeogal geoya (I will run to you right now)
Aku terharu, tak terasa air mataku jatuh dari mata kananku. Lalu mereka lanjut bernyanyi dan menari sambil mengitari aku dan Baekhyun. Saat akhirnya formasi terakhir selesai, Nam Joon, atau yang terkenal sebagai Rap Monster, bertanya padaku, “Jadi Chan Gi-ya, akankah kau terima pernyataan cinta Baekhyun hyung ?”

 

Aku diam, dan berpikir. Suga memberikan mic kepadaku, dan akupun bertanya, “Bagaimana aku akan percaya bahwa ini bukan lelucon, dan  Baekhyun benar-benar mencintaiku?”

 

“Jawablah hyung!” Ujar Nam Joon. Ia menatapku, memegang tanganku, dan mendekatkan wajahnya pada wajahku. Mencium bibir kecilku. Penonton disana bersorak kegirangan. Semua orang mendukungku dengan Baekhyun?

 

Sampai akhirnya Baekhyun berujar, “Apakah ini semua kurang untuk membuktikan hal itu? Kutanya sekali lagi. I want to be you’re oppa. Will you accept it?” Aku tersenyum, dan mengangguk. Semua orang berdiri, bersorak. Tak kusangka Baekhyun menyiapkan semua ini untukku. Aku bahagia sekali.

 

Kurasa ada benda halus berjatuhan. Potongan bunga, pasti dari booklet tadi. Benar saja, Jungkook naik ke sebuah kursi, mencabuti hela-helai mahkota bunga yang ada dan melemparkannya ke arahku dan Baekhyun. Aku hanya tersenyum melihatnya.  Dan semua orang juga tertawa. Sampai akhirnya, aku melihat ke arah Chanyeol dan 5 yeoja itu. Wajah mereka tampak datar-datar saja, dan hanya bertepuk tangan.  Walau aku yakin yeoja-yeoja itu shock melihat yang tadi.

 

Selesai acara panggung itu, aku, Baekhyun, BTS dan Hyo Rae berkumpul dan melakukan tos. Kami lalu bubar dan menyebar. Kami menghampiri Chanyeol dan yeoja-yeoja itu.

 

“Chanyeol-ah! Kau datang!” Ujar Baekhyun sambil menyalami Chanyeol.

 

“Tentu saja! Aku sudah berjanji kan?” Balas Chanyeol.
“Oh, ya kenalkan. Yeojachiguku, Chan Gi. Siapa yeoja-yeoja ini ?”

 

“Ah, Chan Gi-ya. Kenalkan ini Amber, Victoria, Sulli dan Krystal.” Jawab Chanyeol agak canggung sambil mengenalkan yeoja-yeoja itu.

 

Anyeong haseyo. Chan Gi imnida.” Jawabku manis sambil tersenyum. Aku tidak takut lagi. Kan ada Baekhyun.

 

“Manis sekali.” Timpal Sulli. Aku tersenyum. Walau aku yakin mereka envy saat aku ditembak tadi.

 

Gomawo, Sulli-ya

 

“Kau tidak akan membatalkan janji kita ya kan?” Tanya Baekhyun dengan pandangan menggoda ke arah Chanyeol. “Tentu saja tidak. Ehmm… Sulli, Amber, Victoria, Krystal. Sorry i think we can meet next time. I have a double date.”

 

It’s okay. We will go now. I have a schedule now.” Ujar Amber.

 

Ne! I have a class too now. See ya all” Timpal Sulli sambil tersenyum, lalu pergi keluar cafe.

 

We will enjoying the party. Hope your doubledate great!” Ujar Victoria sambil menarik Krystal. Krystal pun hanya mengikuti Vitoria dan melambai ke arah kami.

 

“Ayo kita pergi!” Ujar Baekhyun.

 

“Kemana?”

 

“Lihat saja.” Jawabnya sambil menarikku keluar cafe. Luna yang juga bingung mengangkat bahu saja.

 

~~~

 

“Hawanya segar sekali ya!” girangku sesampainya kami di air terjun Forest Park. Aku mendekati permukaan air, dan menggoyangkan kakiku. Dingin & sejuk sekali.

 

“Oppa! Ayo kita berenang!” Ujarku sambil memasuki air. Baekhyun hanya tertawa melihat tingkahku, dan ikut memasuki air. Kami bermain berdua di air. Sementara Chanyeol dan Luna piknik ditepi air terjun.

 

“Luna-ya, kalian tidak mau bermain?” Ujarku pada Luna.

 

Ani-ya! Airnya dingin.” Balas Luna dengan manja. Chanyeol terlihat ingin ikut bermain, tapi Luna melarangnya, “Oppa, jangan! Oppa temani aku! Disini seperti alam liar, aku takut!” Ucapnya dengan manja. Chanyeol hanya terlihat agak menyesal.

 

Setelah puas bermain, aku naik dan mengeringkan diri dengan handuk yang dibawa Baekhyun.

“Tadi menyenangkan, Oppa!” ujarku dengan ceria. Aku mengeluarkan baju ganti yang aku bawa, dan pergi ke balik sebuah batu besar. Selesai mengganti baju, ternyata Baekhyun oppa juga sudah ganti baju.

 

“Cepat sekali oppa ganti baju?” Ujarku keheranan.

 

“Hahaha… sudahlah tak usah dipikirkan, ayo makan saja.”

 

Kami pun makan bersama. Seru sekali.Rasa yang tadinya risih dan tidak suka dengan kedekatan Chanyeol dan Luna, entah mengapa hilang begitu saja. Belum lagi Baekkie oppa-panggilan sayangku untuknya, yang tak segan-segan menunjukkan kemesraannya didepan Chanyeol dan Luna.

 

Seperti saat tadi, saat kami makan cupcake. Saat aku makan dan ada krim yang menyempil di sudut bibirku.

 

“Chan Gi! Ada krim di sudut bibirmu!” Ujar Luna.

 

“Mana?” Aku berusaha membersihkan krim itu.Tapi aku tak kunjung menemukan krim itu. Tiba-tiba sebuah  tangan menyentuh sudut bibirku.

 

“Ini, chingu.” Baekkie oppa menunjukkannya dan menjilat krim itu. Kami diam selama beberapa detik, kemudian tertawa lagi saat Baekkie oppa bilang,”Makanya makan yang benar. Makan saja remedial!”

 

Selesai makan dari sana, kami keluar dari Forest Park. Pergi menuju suatu tempat.

 

“Kita mau kemana?” Tanyaku.

 

“Lihat saja nanti.” Balas Baekkie oppa.

 

Kami sampai di sebuah lorong, lalu keluar dari mobil. Baekkie oppa langsung menutup mataku, seturunnya dari mobil. “Argh! Oppa lepaskan. Kita mau kemana?”

 

“Tunggu saja.” Balasnya singkat.

 

Merasa terabaikan, aku bertanya kepada Luna, “Luna-ya. Kita mau kemana?”

 

“Aku juga tidak tahu. Memangnya matamu saja yang ditutup?”

 

Kami pergi ke sesuatu tempat, entah mengapa seolah menaiki lift. Sampai akhirnya terdengar sebuah pintu terbuka, dan angin cukup kencang disini. Dan, mataku terbuka.

 

Kami diatas sebuah gedung, dengan langit yang penuh bintang. Indah sekali.

 

“OPPA AKU TAKUUT!!!” teriak Luna.

 

“Tenang saja, Luna.” Ujar Chanyeol menenangkan. Tapi Luna tetap saja ketakutan. Bahkan ia tampak mual. Chanyeol membawanya turun meninggalkan kami berdua.

~~~

Aku dan Baekhyun duduk di tepi gedung, menikmati bintang dan kota dengan 2 gelas Latte.

 

“Apakah kamu senang, Chan Gi-ya?” Tanya Baekkie oppa.

 

“I’m very happy, oppa.” Jawabku sambil tersenyum. Lalu kusandarkan kepalaku dibahunya.

 

“Apakah kau senang setelah apa yang telah kita hari ini?”

 

I’m very happy, oppa.

 

Are you will accepted me, and forgotting Chanyeol, Chan Gi?

 

“Ne, oppa. And i’m promise it.”

 

Lalu ia mengangkat kepalaku, menyentuh pipiku lama. “Ada apa, oppa?” Tanyaku melihat ia tersenyum aneh. “Wajahmu dingin.” Jawabnya.

 

“Tangan oppa hangat.”

 

“Seperti itulah cintaku, Chan Gi-ya. Menghangatkan hatimu yang dingin.” Ujarnya. Lalu kupukul tangannya. “Wae-yo?” Ucapnya kaget.

 

“Oppa gombal!” Ucapku sebal. Ia hanya tersenyum lebar, memperlihatkan giginya yang putih. Senyumnya benar-benar tampan & hangat.

 

“Satu pertanyaan lagi, Are you really love me? Why” Tanya Baekkie oppa.

.

.

.

.

“Yes, i am. Because your love is pure like snow, and never seen something great on me. Just, love.”

 

Ia memelukku, dan berkata, “Saranghae.”

 

“Nado saranghae.”

 

=END=

 

Anti klimaks banget ya? Ya udahlah terlanjur udah diketik. Coment ya, aku gak bisa menilai sendiri, i need your help! Okay ?

 

%BOW%



My Mistake

$
0
0

My Mistake

cover ff

Title : My mistake
Author : SellyWU (@Sllychou)
Genre : Angst, Sad
Length : OneShoot
Cast : Oh Sehun, Kim Nana, Kim Jongin
Support cast : EXO MEMBER

Note : Annyeong, ada yang penasaran? Author lagi ada inspirasi nih, sebenernya ff ini agak terinspirasi dengan sebuah novel, tapi semua nya dirubah dengan sedemikian rupa /? Oleh saya hehehe. Happy reading.

—————-

Gadis cantik ini termenung meratapi dinding dinding rumah sakit.  Sebulan sudah dia dirawat di rumah sakit ini, dan sepertinya keadaannya mulai pulih.

“Noona, sepertinya kau sudah membaik, dokter mengijinkan kau pulang nanti” Kata seseorang berkulit agak hitam namun tampan
“Benarkah?” Pekik gadis itu riang

Pria berkulit hitam itu pun mengangguk senang lalu berkata . . .
“Jantungmu sudah mulai pulih, namun kau tak diperbolehkan terlalu lelah, ingat ya!” Kata pria itu mengingatkan

“Baik Mr. Kim Jongin!” kata gadis itu kepada pria hitam yang ternyata bernama kim Jongin atau Kai

*Nana POV*

Akhirnya aku diperbolehkan pulang setelah sekian lama berada di tempat membosankan ini. Hanya karena jantungku yang lemah semenjak kecelakaan itu aku harus sering masuk rumah sakit

*flashback*

(2 tahun lalu di London, inggris)

“Kim Nana cantik, kau mau makan dimana darling?” pacarku Jose berkata sangat lembut
“Terserah kau saja darling” Kataku tak kalah lembutnya
“Sudah ku bilang kau yang menentukan!” Katanya mulai dengan suara agak meninggi
“Mengapa kau menjadi emosi Jose?” Aku pun membalas perkataannya menggunakan nada datar
“KAU!” Katanya sambil memegang kedua tanganku siap untuk memarahiku

Alhasil, mobil yang di kendarai Jose lepas kendali dan menabrak sebuah pohon besar. Jose yang mengetahui itu sempat melompat keluar sehingga ia terselamatkan, aku tak sempat menghindar lalu saat mobil menabrak pohon besar itu, dadaku terkena dashboard sehingga membuat jantungku lemah

Semenjak itu Jose menghilang bak ditelan bumi tanpa berkata maaf kepadaku.

*flashback end*

“Ah, mengapa aku terus mengingat kejadian itu” batinku

*Sehun POV*

-@ Seoul University-

“Hei Sehun! Mengapa kau melamun ha?” Baekhyun melempari ku dengan kacang
“Ah tak apa, aku hanya memikirkan kejadian 2 tahun lalu” Kataku mencoba bercerita kepada Baekhyun sahabatku.

Apakah ia masih mengenaliku, mengenali suaraku? Walau aku telah melakukan operasi plastik suruhan management tempat aku bekerja untuk menjadi EXO member. Aku masih disini dengan hati yang sama, senyuman yang sama namun dengan keadaan yang berbeda.

“Sudah sudah, kajja kita pergi ke dorm, mata kuliah sudah berakhir dan kita harus latian untuk konser besar di London!” Baekhyun menyeretku paksa dengan bersemangat

-@ DORM EXO-

“Kim Jongin kemana!? Paboya!” Suho, leader grup kami berteriak kesal setelah lama menunggu
“Sabarlah hyung, sejenak lagi” Chanyeol menenangkan Suho tanpa berpaling dari nitendo yang ia mainkan

“Mianhae aku terlambat, aku baru saja mengantarkan adikku dari rumah sakit” Jongin membungkuk dengan nafas memburu
“Sudah tak apa, minum dulu” Suho menyodorkan ice tea kepada Jongin, Suho memang guardian angel kami.
“khamsahamnida hyung” Kai mengambil ice tea dan meneguknya

Kami latihan sampai malam pukul 07.00 KST

“Kai, bagaimana keadaan adikmu? Boleh aku menjenguknya?” Aku memang salah satu sahabat kai. Sahabat dekatnya
“Mulai pulih, bagaimana kalau kau ke rumahku? Pasti kau akan menyukai adikku!” Kai berseru mengejek Sehun
“Ne, aku pulang bersama kai, bye semua” Kataku berpamitan tak menghiraukan kata kata kai barusan.

-@ Kai’s home-

“Nana ada Sehun mau menjengukmu!” Kai memanggil yeodongsaengnya dengan berteriak
“Ah, Sehun, senang bertemu denganmu, silahkan duduk”

[DEG]

Dialah Kim Nana, mantan yeojachinguku yang kutinggalkan. Masih dengan wajah yang sama cantiknya. Apakah dia mengenaliku? Setelah melihat bekas infuse di tangannya, hatiku tersayat mengingat kejadian 2 tahun lalu yang menyebabkan ia mengalami cacat jantung.

“Sehun? Apa kau mendengarku?” Ia terus berkata dan menyadarkanku dari lamunanku
“Ah ne ne, khamsa” Kataku gugup

*Kim Nana POV*

Sehun terlihat gugup, dan mencoba menenangkan diri. Ada apa sebenarnya? Mungkinkah dia Jose? Ah! Wajahnya saja berbeda, namun dengan kemiripan suaranya, postur tubuhnya. Ah sudahlah khayalanku semata

“Aku mandi dulu, baik baik ya” kai oppa meninggalkan kami berdua

“Sepertinya kita seumuran ya” Kataku berusaha memecah keheningan di antara kami
“Iya, kau cantik nana” Sehun memujiku, dan sesaat aku merasa aku menyukainya
“Kau bisa saja ohsehun” Aku malu malu menanggapinya

“Oiya, besok hari minggu, bisakah kau menemaniku berjalan jalan?” Kata sehun dengan canggung
“Ehm, tentu saja” Kataku tersenyum manis memperlihatkan lekukan bibir dan mata yang indah

“Baiklah, sepertinya aku tidak bisa berlama lama di sini, nana. Aku ijin pulang dulu. Sampai jumpa besok jam 10” Sehun beranjak dari sofa dan mulai meninggalkan aku
“Ne” Kataku singkat dengan tersenyum

Aku senang sekali dapat bertemu dengan namja itu.
mungkin untuk memilikinya sesuatu yang tidak wajar, setelah sekian lama aku menunggu Jose. Aku memang membencinya, namun tak dapat kuhindari aku masih mencintainya. Dan sosok sehun mulai menggantikan perannya di hatiku. Semoga saja Sehun tak menjadi seburuk Jose.

*Sehun POV*

-@ Sehun’s apartement-

Tak habis pikir, jodoh memang tak akan kemana. 2 tahun aku berpisah dengannya, dan 2 tahun pula aku tak dapat berhenti memikirkannya, 2 tahun juga aku terus memendam cinta pahit ini. Cinta yang terselubung, terpendam begitu dalam. Dan kini aku dipertemukan kembali dengannya, gadis kecil yang kucintai. Walau mungkin akulah orang paling berdosa di kehidupannya, dan tak ada arti kata maaf lagi dari mulutnya.

Aku yang terlalu pengecut, terlalu takut untuk menerima kenyataan bahwa dia akan membenciku, menerima kenyataan bahwa kita tidak akan dapat bersama lagi seperti dahulu. Saat saat dimana aku dapat mengusap rambutnya, menatap matanya, dan mencium bibir indahnya. Aku merindukan segalanya tentangmu, Kim Nana.

Aku termenung memikirkan ulang kejadian 2 tahun lalu, Jose yang brutal dan semaunya. Yang tak memikirkan perasaan orang lain. Jose yang memiliki emosi yang dapat naik kapan saja. Dan semenjak kejadian itu pula Jose yang temperamental berubah menjadi Oh Sehun yang memiliki kelembutan bak seorang malaikat. Sehun yang bisa dikatakan tak memiliki emosi kemarahan.

Tak terasa dengan memikirkannya, itu membuat ku meneteskan air mata. Seorang Oh Sehun yang meneteskan air mata hanya karena seorang gadis. Seorang yeoja yang dapat membuatku seperti ini. Mungkin. Mungkin hanyalah Kim Nana. Hanya dia.

Aku lelah, setidaknya aku masih memiliki waktu tidur.

 

-10.00 KST, @ Kai’s home-

Aku sudah siap di depan rumah Nana untuk menjemputnya dan mengajaknya berjalan jalan. Aku tak memiliki tujuan tempat, aku hanya akan mengajaknya ke taman.

“annyeong sehun” Kim Nana memasuki mobilku dengan senyuman yang manis sekali

Ia mengenakan dress putih selutut, menggunakan bandana baby pink, sepatu flatshoes berwarna krem dan lipstick pink muda yang sederhana. SEMPURNA. Ia memang sempurna.

“Sehun? Kau tak apa?” Kim Nana kembali membuyarkan lamunanku
“Ah, mianhae. Hanya saja kau, ehm . . . kau terlihat sangat cantik” aku berkata dengan jujur
“Kau bisa saja” Ia tersenyum

Mungkin aku akan mengalami diabetes karena melihat senyumnya yang begitu manis. Seakan aku terhipnotis olehnya.

“Kita akan kemana Sehun?”
“Bagaimana jika, Seoul Garden?” aku menawarkannya taman indah Seoul Garden

*Park Nana  POV*

Bagaimana bisa aku berpikir Sehun sama seperti Jose? Ia berbeda sama sekali berbeda. Bahkan saat aku bertanya kemana kita akan pergi ia langsung menjawabnya, tidak seperti Jose yang selalu menyuruhku memilih.

“Bagaimana jika, Seoul Garden?” Kata Sehun menawarkan lokasi
“Kedengarannya menarik, Yehet!” Aku mengucapkan kata kata Yehet yang sering disebutkan namja ini.

Kami berdua disini hampir 3 jam. Sekedar bertanya hobi, keluarga dan sekolah. Kami merasa nyaman satu sama lain. Aku tak tau apakah Jose disana masih menginginkanku, namun aku menemukan Oh Sehun. Namja ini mengobati luka ku terhadap Jose. Menggapai Sehun bak menggapai bintang, mustahil untuk dicapai.

[DRRTD DRRTT]

Handphone ku berbunyi . . .

“Yeoboseyo, nuguya? Ah ne oppa, ada apa?” ternyata kai menelponku dan menyuruhku untuk segera pulang karena waktunya makan siang
“Ne oppa”

[PIP]

Kututup telponku

“Sehun, aku harus segera pulang oppa mengajak makan siang, sebaiknya aku pulang sendiri. Terimakasih sudah menemaniku, annyeong” aku berpamitan padanya
“Ah begitu, ne cheonma. See you” Sehun membalas kata kataku dengan senyuman

Aku memanggil taksi. Perasaan tak enak menyelimutiku begitu menumpangi taksi ini
baru beberapa meter berjalan, taksi ini mengalami rem blong sehingga melaju dengan cepat tak terkendali. Panik, aku berusaha tenang dan pasrah namun tetap saja aku diselimuti rasa takut yang sangat.

Setelah 5 menit lepas kendali dan menabrak pengguna pengguna jalan akhirnya taksi ini berhenti setelah menabrak pohon.

Tiba tiba aku sudah di rumah sakit. Di kamar perawatan

“suster, mengapa dadaku sakit sekali? Apa yang terjadi?” tanyaku sambil memegang dadaku yang nyeri

“Kau mengalami kecelakaan noona, dan jantungmu berdetak lemah sehingga kau harus mendapat donor jantung dan dioperasi. Untung saja ada seorang namja yang mendonorkan jantungnya dan nyawanya sehingga kau normal kembali” Kata suster itu dengan panjang lebar

Operasi? Donor jantung? Siapa yang melakukan ini? Apa Kai oppa?

“permisi” Kai oppa masuk
kelegaan sedikit menyelimutiku karena bukan oppaku ini yang mengorbankan nyawanya untukku

“Oppa, siapa yang mendonorkan jantungnya untukku? Bawa aku menemuinya oppa” kataku terisak memohon kepadanya
“Tidak Nana, tidak perlu” oppa menolak permintaanku ini
“aku mohon” aku mulai menangis
“Baiklah” kata kai

Ia mendorong kursi rodaku keluar dari rumah sakit ini untuk menuju ke rumah orang yang bersedia mengorbankan nyawanya untukku

Dalam perjalanan aku berpikir kemana Kris apa ia tidak sudi menjengukku setelah tau aku mengalami cacat jantung. Aku terus memikirkannya

“kita sudah sampai” ia membawaku memasuki kamar itu dan meninggalkanku

Kubuka tudung kain yang menyelimuti wajah orang itu. Orang yang meninggal karena berkorban untukku

[DEG]

Air mataku tumpah mengetahui siapa yang terbujur kaku disana. Dialah pangeran yang mulai menutup luka ku yang menganga. Dia menggenggam surat, kuambil dan mulai kubaca

“Kim Nana, maafkan aku telah berbohong padamu. Aku adalah pria 2 tahun lalu yang membuatmu menderita karena penyakitmu. Aku tahu, dengan ini tentunya belum bisa mengobati luka yang sudah kugoreskan. Maafkan aku yang terlalu takut menghadapi kau yang berubah setelah mengetahui bahwa aku Jose. Nana, aku harap setelah ini kau dapat hidup bahagia. Maafkan aku, jeongmal mianhae. Maafkan aku. Terima kasih karena kau telah menganggapku Oh Sehun yang baru. Terimakasih dan maafkan aku nana, maafkan aku”

Aku benar benar tak tahu bahwa ia sebenarnya Jose.

Aku masih menangis dan memegang surat itu, aku memaafkan mu Jose, terimakasih Oh Sehun. Terimakasih. Aku menangis sejadinya sampai Kai membawaku kembali ke rumah sakit.

Dan aku bertekat akan hidup bahagia seperti apa yang diinginkan Sehun. Aku berjanji.

 

-END-

Notes :

Duh bagaimana ceritanya? Hehe, maaf jika typo(s) bertebaran. Mohon comment nya yaa, sudah capek ngetik nih heuheu. Terimakasih sudah membaca. Mau kenal lebih dekat? Follow me @Sllychou atau bisa juga email ke Sellywu123@yahoo.com
Khamsa sudah membacaaa~
 


Save Her For Me (Chapter 3)

$
0
0

Save Her For Me

Chapter 3

sh

Title : Save her for me
author : SellyWu (@Sllychou)
Genre : Sad ending, Romance, Angst
Length : Multi Chapter (Chapter 3)
Cast : Kris Wu (EXO M), Chanyeol (EXO K), Park YunRi
Support Cast : find by yourself

Notes : kembali author ingetin, yuk baca chapter chapter sebelumnya ^^ enjoy guys.

Chapter sebelumnya :
“Yunri-ya, aku akan membawamu ke tempat kita berikutnya, apa kau lelah?”
“Tidak kris, kemana kita akan pergi?”
“Suatu tempat, kau akan senang disana” Katanya misterius

—————–

*Kris POV*

Tak terasa sudah seharian aku berjalan jalan bersama nya, yeoja yang dapat menaklukkan hatiku yang dibilang batu ini oleh Luhan. Seseorang yang berhasil merubah pandangan jelek tentang yeoja di otakku.

Aku menjalankan mobilku menuju tempat berikutnya. Mungkin ini akan menjadi tempat terakhir karena waktu sudah mulai malam

“Kita akan kemana?” Tanya nya sambil menatap arah jendela
“Suatu tempat” Kata ku ingin membuatnya penasaran
“Ah kau ini, selalu saja misterius” Katanya sambil memajukan bibirnya

Saat ia sebal seperti ini justru membuatku semakin mencintainya, bibir merah mudanya yang manyun membuatku ingin mengecup bibir indah itu.

“HAHAHAHAHA” Tawa ku meledak saat sempat tertahan melihat bibirnya yang begitu lucu
“Pabo! Mengapa kau tertawa? Apa ada lawakan lucu disini? Pabo sunbaenim pabo!” Amuknya lucu seperti anak kecil yang meminta dibelikan lolly candy oleh appanya.

15 menit kemudian . . .

“Kita sudah sampai cantik” Kataku manis kepadanya, dan terlihat sangat jelas rona pipinya yang memerah
“Ya sunbaenim pabo bisa saja” tersirat dari kata katanya ia meledekku
“Yeoja pabo, sudah sudah cepat turun” Kubukakan pintu untuknya dan ia segera turun
“Hutan? Apa ini? Mau apa kau mengajakku kesini?” Katanya bertanya Tanya, padahal sebenarnya bukan tempat ini yang akan kutunjukkan padanya
“Diam saja kau, sekarang kututup matamu” kututup matanya menggunakan kain penutup dan menuntunnya walau mendapat rancau an darinya

“TARA!! Sudah sampai” Kataku dengan membukakan matanya

*Yunri POV*

Berhasil sudah ia membuat pipiku merona karena kata katanya yang terlewat manis kepadaku, tak kusangka seorang wuyifan dapat bersikap seperti itu kepadaku.
2 hari sudah aku bersamanya tidak bersama Chanyeol sahabatku, ya semenjak ia lupa menjemputku ku acuhkan ia.

Dibukanya penutup mataku oleh sunbaenim ini. Mataku membulat sempurna dan lekukan bibirku mulai mengembangkan sebuah senyuman yang indah, Ya! Dia membawaku ke Han River, sungai terkenal di Korea yang tidak dapat diragukan lagi keindahannya.

“Bagaimana? Apa ini indah?” Namja ber marga Wu itu mengagetkan ku yang sibuk memandangi pemandangan indah ini.
“O. . f co. . urse” Kataku terbata karena tetap mengagumi indahnya Han River walau ini kali kedua aku mengunjunginya

Asyik bermain air, sekedar melihat bintang bersama.
Memandangi bintang dengan posisi tertidur berdua memang sangat indah. Kris menoleh kepadaku lalu tersenyum sejenak.

“Aah, mengapa kau menatapku seperti itu kris?” Kataku malu karena ditatapnya seperti itu
“Aniyo aniyo, tak apa. Ini indah bukan?” Katanya kembali menunjukkan senyumannya yang membuat matanya itu menyipit
“Ne kris, ini indah, aku menyukainya, melihat langit hitam dengan bulan dan bintang yang menghiasinya”

“Kris” Kataku ragu ragu
“Ne yunri-ah, ada apa?” Tanyanya penuh dengan kelembutan seperti malaikat
“Tidakkah kau memiliki yeojachingu  sebelumnya?” aku memberanikan diri bertanya karena aku sangat penasaran
“aniyo, aku merasa semua yeoja sama saja! Sama sama hanya menginginkan sesuatu yang mereka inginkan dari diri namja”Katanya ketus sambil terus memandang langit
“Pabo! Tidak semua yeoja seperti itu!” Kataku tak kalah ketus karena ia menghina kaum yeoja, kaumku

Ia hanya mengedikkan bahu menanggapi apa yang kukatakan, aku pun hanya mengedikkan bahu ku.

“Kris aku rasa ini sudah sangat malam bagaimana jika kita pulang sekarang?” Ajakku, sebenarnya karena aku merasa sudah sangat lelah
“Ne, aku tau kau pasti sangat lelah. Kajja” Katanya sambil membantuku berdiri

-08.00 KST, @ Yunri’s house-

“Khamsahamnida sunbaenim atas hari ini, aku menyukainya, selamat malam, annyeong” Kataku berpamitan sambil menggodanya dengan memanggilnya sunbaenim
“Aniyo, jangan menggodaku. Ne aku juga menyukai hari ini, annyeong beristirahatlah, aku pulang dulu” Katanya lalu menutup kaca dan melajukan mobilnya

Kupandangi mobilnya sampai benar benar hilang dari pandanganku lalu tersenyum dan masuk ke dalam rumah.

“Yunri-ah!” Aku mendengar seseorang meneriakki pelan namaku dari dalam rumah
Aku menoleh mencari sumber suara ternyata . . .
“Ada apa kau disini Chanyeol-ya” Aku tetap bersikap acuh padanya
“Yunri-ah ayolah, jangan marah seperti itu, saat itu benar benar kendaraanku mo  . .”
“HAHA, tak apa Chanyeol-ya, aku memaafkanmu” Kataku tersenyum melihat tingkah sahabatku ini
“Haha thankyou Yunri-ah, aku menyayangimu” Ia mengusap kepalaku lembut
“Sudah kau pulang saja !” Kataku agak mengusirnya haha.
“Takmau, selain aku masih rindu padamu orang tuaku tak ada di rumah, aku akan menginap disini, tenang saja aku tidur di kamar tamu” Ia nyengir dan tanpa meminta persetujuanku langsung masuk ke kamar tamu
Aku hanya menggeleng gelengkan kepala melihat tingkah nya.

-07.00 KST-

*Yunri POV*

[DDRRTTT DRTTT]

Aku mengambil iPhoneku lalu menekan tombol loudspeaker sambil masih memejamkan mataku
“Yeoboseyo, nugu?” mataku masih terpejam, nyawa ku pun belum terisi sempurna
“Hei, bangun pabo. Aku kris, bagaimana jika aku menjemputmu? Kita akan ke kampus bersama. Bagaimana?” Mendengarnya aku terlonjak dan merasa senang sekali
“Baiklah!” Kataku langsung menyetujuinya dan mematikan telepon, tanpa terpikirkan olehku bagaimana ia mendapat nomor ponselku

Aku menuruni ranjangku langsung melangkahkan kaki, saat kubuka pintu, tiba tiba ada seseorang yang berdiri di depanku.

“Yeol-ya! Kau mengagetkanku saja!”
“Kau akan pergi bersama Sunbae EXO M itu?” Jawabnya ketus
yak mengapa chanyeol ketus seperti ini.
“Ne, waeyo? Tidak bolehkah?”
“Ah terserah kau saja!” Katanya melengos meninggalkan ku yang masih bingung akan jawabannya

“Bagaimana bisa dia tak mengertiku, sahabatnya sejak SMA, huh!” Dapat kudengar jelas chanyeol menggerutu dibelakang sana
Tak kupedulikan, aku langsung menuju kamar mandi untuk mandi.

*skip*

-08.00 KST @ Seoul University-

Saat mobil sport merah mengkilat ini memasuki halaman kampus megah ini, semua mahasiswi mengerubungi mobil kami. Tentu saja bukan karena aku, melainkan karena namja di sebelahku ini.

“Excuse me, annyeong, tolong minggir, kami mau lewat” Kris berdesakan menerobos kawanan wanita
setelah berhasil menerobos, ku usap keringatnya, “Kau sepertinya sangat digilai, setiap hari seperti ini kah?” aku bertanya dengan terheran heran
“Begitulah” Kris menjawab sambil mengedikkan bahunya

Yang benar saja, aku selalu telat mengikuti mata kuliah sehingga tak menyadari bahwa Kris benar benar primadona kampus.

“Oppa, aku masuk dulu” aku mengejeknya dengan memanggil oppa
“Ish, pabo jangan menggodaku yeoja kecil. Baiklah sampai jumpa” Kris beranjak dari tempatnya semula duduk.

*Kris POV*

“Kris!” seseorang meneriakki ku dari belakang, lalu kutolehkan padanganku
“Ne Sehun, ada apa?” Kulihat sehun mengatur napasnya
“Hyung, tidakkah kau mau jujur kepada Yunri tentang segalanya?” raut wajah Sehun terlihat berubah seketika
“Ne, tapi. . aku terlanjur mencintainya, bagai, bagaimana aku bisa melepasnya?”
“Harus hyung, sebelum semuanya terlambat”
“ah, arraseo Sehun-sshi, akan kupikirkan dengan cepat, aku pulang dulu ne aku tak ada mata kuliah hanya mengantar Yunri saja, annyeong”

Seketika setelah itu aku langsung mulai tak bersemangat dan memutuskan untuk pulang

-@ Kris’s house-

Apa yang dikatakan Sehun benar, dalam waktu seminggu ini aku harus bisa jujur padanya, mengatakan yang sebenarnya. Tak akan ada lagi yang kututup tutupi darinya.
Aku tau ini tidak akan panjang lagi, aku mengerti. Tak pantas memang. Dokter sudah mengatakan, Tuhan sudah mengatur, dan aku hanya sudah berusaha menggunakan sisa sisa darinya.

Aku lemas, lunglai, tak tahu apa yang harus kukatan padanya jika hari nya tiba.
Sudikah Tuhan memberiku waktu sedikit saja? Tidak. Tidak akan.

-TBC-

Note : HWUA! 1 chapter lagi selesai, siapin tissue untuk chapter berikutnya ne, kkk~
Jangan lupa comment ne readers. Apa yang akan terjadi? Semua akan terbongkar! Chapter 4 tinggal ending jadi dibuat pendek tapi mengesankan! Xixi, hwaiting!


Seventeen

$
0
0

SEVENTEEN

 love seventeen

[Tittle]

Seventeen

[Author]

@peni_aya08 / JYJ

[Main Cast]

Kim Yoonji | Byun Baekhyun

[Other Cast]

Jung Hyesoo | Park Chanyeol

[Genre]

romance  |school life | Sad

[Lenght]

Oneshoot

[Rating]

PG

 

©JYJ_Official Present

http://tyasandamari.wordpress.com/

 

Hello Everybody….

Aku membawa EPEP baru , untuk oneshoot pertamaku , sejak dulu aku pengen bikin EPEP oneshoot belum kejadian kejadian , mumpung ini lagi liburan aku iseng aja bikin EPEP ini..

Dan juga karena aku lagi berkasmaraan sama baekhyun , jadi aku pake baek untuk jadi main cast

 

Semoga Suka

Dont be silent readers | No Plagiat | No Bash

RCL ^^

 

Other Place

Hari Ini aku akan berangkat sekolah menaiki sepeda baruku , yaa appaku barusan kemarin membelikan aku sepeda , sepeda yang cantik , berwarna biru dan terdapat keranjang didepanya , tak lupa dilengkapi dengan bel sepeda , aku kim yoonji anak tunggal dari keluarga KIM , sederhana yang tinggal di tengah tengah kota seoul yang ramai ini , aku juga tidak tahu kenapa appa meminta kami sekeluarga pindah ke seoul ..mungkin karena appaku akan menjalankan bisnis baru mulai dari level 0 …

Aku siswa menengah atas pada tingkat pertama di salah satu sekolah terkenal di seoul , “Seoul High School” disekolah ini terdapat berbagai macam siswa , salah satu saya ini .. kenapa saya bisa masuk sini? Karena saya mendapatkan beasiswa gratis untuk bersekolah disini sampai lulus..

Usia ku baru mencapai 16th , ada yang ingin tahu kapan aku dilahirkan? Sepertinya itu tidak penting

Aku terus mengayuh sepeda ku hingga sampai pada gerbang pintu , aku sedikit tergesa gesa , karena semalam aku lembur mengerjakan tugas dari park songsaenim

“huffttt… untuk belum ditutup” aku menepis keringat yang bercucuran di dahiku

Sungguh aku nampak seperti orang habis bekerja keras , masih pagi pagi saja sudah berkeringkat sampai banyak begini

Aku memakirkan sepeda ku di parkiran khusus ini , ya tepat nya khusus sepeda

Dan segera aku berjalan masuk kekelas

————-Yoonji POV END—————

 

Author POV

November 17

Hari tanggal 17 semoga tidak ada kesialan hari ini , aku terus berjalan menelursuri koridor tiap tiap kelas

“YAKKK , yoonji-ahh” teriak hyesoo teman sekelas yoonji dari belakang yoonji

Dan yoonji pun menoleh ke arah belakang , ke arah summber suara , dengan senyum yang singkat yoonji tidak menggubris panggilan temanya , dan melanjutkan jalanya

“kau menghiraukanku eoh??” ucap hyesoo disebelah yoonji , setelah berlari sedikit

Yoonji mengentikan langkahnya

“mianhae” yoonji tersenyum ceria , dan mencubit pipi hyesoo

“yakk appo !!” teriak hyesoo kesal pada yoonji

 

————————————————————————————————————————————–

Pelajaran pertama oleh Park Seongsaenim , dan semua murid mengumpulkan tugas yang diberikan minggu lalu ,

“bagaimana?” tanya yoonji pada hyesoo yang berada disebelahya , sedikit menaikan alisnya

“OKE” ucap hyesoo tegas

“baik .. ini semua sudah saya nilai , dan nilai terbaik didapatkan oleh KIM YOONJI dengan nilai 97”

Ucap seongsaenim

“yeesss” ucap yoonji keras , dan  melirik hyesoo

Hyesoo membalas lirikan yoonji sinis

“jangan lupa kesepakatan ne” ucap yoonji bangga

 

Mereka berdua melakukan taruhan sederhana , bilamana mendapatakn nilai tugas dari park seongsaenim paling tinggi , harus mentraktirnya di kantin hingga puas, dan keberuntungan kali ini didapat oleh yoonji

Dan saat istirahat pun mereka berdua pergi kekantin , tidak lupa semua makaann diurus oleh hyesoo

—————–

“ini sulit sekali , arghhh” bentakknya tiba tiba

“kau kenaapa eoh ? ribet sekali” ucap namja yang berada disebelahnya

“kau ini pintar ,, jadi tenang tenang saja , sedangkan aku ??”

Namja yang sangat kesal adalah Byun Baekhyun , dan teman disebelahnya adalah Park Chanyeol .. mereka merupakan murid dari sekolah “seoul high school” tingkat 2 , dan mereka sedang sibuk mengerjakan tugas dari Kim Seongsaenim pelajaran matematika memanglah sulit , tapi tidak untuk park chanyeol , walaupun wajahnya tidak meyakinkan tetapi bakatnya sangat luarbiasa. Berbeda dengan namja yang bernama Byun Baekhyun namja itu hanya sering bermalas malasan dan hobby nya adalah bermain dengan teman temanya seperti anak kecil bukan itu maksudnya , baekhyun sering menghabiskan waktunya pada malam hari untuk sekedar nongkong diluar atauppun tidur

“kajja kita kekantin” ajak chanyeol , dan membereskan buku buku baekkhyun

“ini bagaimana?” tanya baekhyun khawatir jika tugasnya tidak akan selesai

“kan ada gue” ucap chanyeol bangga

Dan mereka pun segera pergi menuju kantin

—–

Yoonji POV

Hari ini aku akan ditraktir hyesoo , tidak sia sia aku semalam , berkutat dengan buku buku tebal dan mengerjakan tugas tugas yang menurutku sangat sulit bagiku , tapi nyatanya jika aku berusaha dan niat aku pasti akan bisa

“kau mau pesan apa?” tanya ku pada hyesso , yangs sedang sibuk dengan ponselnya

“terserah kau saja” ucapnya tanpa mengalihkan pandanganya dari ponselnya

Aku segera pergi menuju warung kantin yang berada di pojok sana , mungkin terlihat ramai , sepertinya ada yang baru disana.

 

Setelah aku berdesak desakan , akhirnya aku bisa sampai di depan warung itu , aku melihat 2 jangung rebus yang sudah matang dan siap dijual , aku ngiler melihatnya ,.. sepertinya enak

“Aku mau ini” ucapku sambil memegang jagungnya

Aku menoleh kearah sebelahku , dia juga ingin jagung itu

“semoga dia tidak jadi” harapku dalam hatii

“ini jagung tinggal 2 , kalian ingin silahkan kan pas satu untuk kamu cantik dan satunya untukmu tampan” ucap penjual warung itu

Aku tersenyum pelan , saat ahjuma  itu menyebutku cantik , mataku sedikit berbinar binar

“a..annii ini kau saja sunbaenmin” ucapku melepas jagung itu , dan segera aku beranjak dari warung itu

Saat aku berbalik arah , tiba tiba sebuah benda menyentuh bahuku

Namja itu , ya orang itu namja yang megang jagung bersamaan , dan sekarang namja iitu memegang bahuku
“ada apa lagi” batinku

Aku menoleh kearahnya , dia tersenyum , senyumnya bagaikan sosok malaikat yang datang dari surga , sungguh namja ini terlihat tampan sekali , benar kata ahjumaa warung itu namja ini memang tampan

“untukmu saja ” dia meletakan jagung itu ditelapak tanganku , dan dia segera beranjak pergi meninggalkan senyuman manis terkahirnya

Aku hanya senyum senyum sendiri , dans segera aku mengambil jagung satunya dan membayarnya dengan uang hyesoo ke ahjumaa warung itu , dan bergegas pergi untk menemui hyesoo

 

—–

“kau lama sekali eoh ?” bentaknya keras

“yayaya ada kesalahan teknis sedikit” ucapku memberikan satu jagungrebus kepadanya

“memangnya ada apa?” tanyanya

“kepo llu” ucapku ketus , dan aku beranjak pergi

“dasar ” teriaknya

Tapi aku menghiraukanya , dan aku kembali kekelas , menikmati jagung di kelas saja

——

BEL 4 kali sudah berbunyi  nyaring di setiap sudut kelas , menandandakan waktunya pulang , semua siswa berlari laari berhamburan keluar ,

Aku mengehentikan langkahku ketika sampai di parkiran

“kau pulang sendiri saja .. aku akan mampir ke toko buku”ucapku pada hyesoo

“okee”

“terimakasih untuk jagung rebusnya , kapan kapan lagi yee” teriakuu keras , melihat punggu hyesoo yang makin menjauh

Aku segera mengayuh sepedaku menuju toko buku yang tak jauh dari sekolah ini ,,

 

setelahnya aku sampai , aku meparkirkan sepedaku , dan segera aku masuk kedalam ,

aku terburu buru karena cuaca mendung sepertinya hujan sebentar lagi akam turun , aku harus sgera membelinya

 

aku menelusuri tiap tiap rak buku yang tertata rapi disana sesambil aku menelitii beberapa jduul bukunya

., aku menghentikan langkahku ,  pada rak buku paling unjung , ku ambil buku itu , dan tepat inilah buku yang kucari , rupanya buku ini tinggal 1 , untung saja aku tidak kehabisan stok

 

segera aku menuju kasir ,

 

“aww” pekiku , tanpa sadari aku menabrak tubuh seseorang

“mianhamida , maafkan saya ” aku terus berkata meminta maaf pada orang itu

 

“tidak papa “

seketika aku mendongakan kepalaku , dan kulihat dia tersenyum ikhlas

namja itu , sunbae ku , yang pertama kali aku melihatnya siang tadi di kantin

 

 

Gludukk .. gludukk…. (suara petir)

 

aku segera mengalihkan pandanganku keluar jendela , dan ternyata diluar hujan pun kulai turun dengan perlahan lahan , dan kelama lamaan menjadi deras …

 

“omooo,!!” aku segera menuju kasir dan membayar buku itu ,

dan aku segera keluar dri toko itu

“tunggu….” seketika aku menoleh kesumber suara  ternyata sunbae itu lagi

 

“maaf sunbae ini sudah hujan , aq harus segera pulang … permisiii ” ucapku dan lngsung meninggalkanya

 

“kubilangtunggu ya tunggu ….” astaga sekarang dia memegang tanganku

kurasa detak jantungku sudah tidak teratur kali ini, dia menatap mataku , dan aku pun juga menatap bola matanya yang begitu indah

“aku baekhyun , aku ada rasa sama kamu walau masih gimana gitu..” ucapnya terang terangan

 

aku kaget mendengarnya ,aku rasa ini keberuntunganku kali ini , disukai oleh namja setampan dia

aku hanya tersenyumnmalu malu

tanpa s adar hujan pun turun semakin deras , aku oun tersadar dari bayang2ku

“aku harus segra pulang”

“aku akan mengantarkanmu “

aku diseretnya masuk kedalam mobilnya , aku hanyanpasrah , tpi bagaimana dengan sepedaku

“akan kusuruh chanyeol membawakanya ” ucapnya

aku hanya tersenyum ……

 

—————-

 

semenjaknkejadian hari ini , hubungan yoonji dengannbaekhyun semakin lengket , ttpi statusnyanmereka masih berteman , karena sampai sekrng baekhyun belum menyatakanncintanya..

6 bulan sudah hubungan mereka hanya sebatas teman , berarti perasan yoonji hanya digantungkan ,tetapi yoonji tetap setia dengan baekhyun , karena makin kelamaan mereka saling mencintai

saat ini baekhyun PERTAMA kalinya mengajak yoonii berkencan

“kau sudah siap ?”  ucao baekhyun sambil membukakan pintu untuk yoonji

yoonji hanya mengangukan kepalanya pertanda ia sudah siap

yoonji hari ini hanya memakai pakaian casual , celana jin panjang dengan kaos putih lengan panjang , sedangkan baekhyun ia juga tampaknya sama , mereka memakai kaos secara couple berwarna putih …

tidak lupa rambut yoonji yang biasanya terurai , untuk kali ini , yoonji mengkuncir rambutnya keaatas

 

dalam perjalanan mereka , mereka sibuk dengan urusan masing masing , baekhyun yang sibuk menyetir dan yoonji disebelahnya hanya mengutak utik handphonya

“kita akann kemana : ” ucap baekhyun tiba tiba

“terserah oppa”

 

————

akhirnya baekhyun memutuskan untuk mengajak nya ke lotte world ,

setelah sampai disana , baekhyun langsung menarik tangan yoonji utnuk langsung memulai permainanya ….

setelah kurang lebih 2 jam muter2 akhirnya mereka beristirahat sejenak , dengan meminum bubble tea ..

hanya cukup 10 menit saja , mereka langsung menaiki wahana yang belum mereka naiki

Yoonji POV

terimakasih tuhan hari ini ,aku sangat senang .. pertama kalinya aku jalan jakan dengan baekhyun oppa , para pengunjung sering kali mengaggap kami pasangan , tetapi kenyataanya tidak

hari ini sudah menjelang sore , akhirnya aku sangat kelelahan , dan aku memutuskan mengajak baekhyun oppa untuk pulang

“oppaaa….. pulanggg..” rengek ku

sungguh aku sangat lellah hari ini

“aku akan mengajakmu makan dulu ,, othe ?” ajak baekhyun opaa

aku mengangguk setuju , ketika mendengar kata MAKAN

——

akhirnya baekhyun oppa mengajaku kerestoran di dekat sungai han , restoran penyaji kimbbab

aku dan baekhyun memasuki rumah makan itu , dan duduk di pojok dekat jendela

..seorang pelajayan menghampiriku , utnuk mencatatan pesanan kami

“2 kimbbabdengan 2 lemon tea juga ” ucapbaekhyunkepadapelayanrestoranitu

“kaliansangatserasi…..” ucappelayanitun, dan langsungmeninggalkankami

akuhanyasenyumsenyumsendiri , sedangkanbaekhyun , hanyamemasangmuka datar

setelahmenungguakhirnyapesanannuunttukkamitelahtiba .

dengansegeraakumemakanya

———

“haioppa , ” akumendengaradaseseorang yang memanggiloppa

akumelihatdariarahpungguhku , ternyatayeoja ,dan langsungdudukdisebelahbaekhyunoppa

“siapadiasebenranya ” rutukudalamhati

“mengganggusaja …” ucapku pelan

 

“oppa ,kenapatdakmengajaku ” ucapyeojaitu

 

kenapadialengeketsekalidgnbaekhyun , perasaankusaatinicampuraduk , inginskalimarah , tpihhbungankudenganyahanyasebatas teman

“sebenarnyadiamencintaikuatautidaksih ” ucapkudalamhati

 

“akutdisedangbelajarkelompokdenganya “ucapbaekhyunbohong

sekarangakuinginpergidarisini juga

“maafmengganggu ” ucapku dan akulangsungpergimeninggalkanmerekaberdua ,karenaperasaankusudahsemakinsakit

 

ku kuputuskannaku berjalan jalan di sungai han , untuk menenangkan pikirankuu

aku duduk di sebuah bangku yang menghadap sungai han ,

hari sudah mulai malam , aku merasa kedinginan , pikiranku mengacau ,..

sedetik kemudian aku meneteskan airmataku , dan aki mengusapnya kasar

 

“kau marah padaku ?”

aku melihat kearah smping , dan ternyata dia adalah baekhyun , mengapa dia kesini , ingin menyakitiku lagi

aku hanya diam ,

“mianhae , aku mengucapkan begitu , agara dia tidak tahu kalau kita sedang berkencan , aku tidak ingin dia akan bercerita dengan yeman temanku ” ucapnya memelaas

” aku tahu kau malu , jika mempunyainteman sepertiku , aku jelek dan juga bodoh ” ucapku terang terangan

“apa kau hanya menjadikanku sebagai mainanmu , aku ini bujan boneka ” kali kini air mataku tidak bisa ku bendung lagi , dan ahkhirnya aku mulai menangis pelan

 

“aku tidak mempermainkanmu , aku kan mencintaimu ” baekhyun memegang tanganku dengan sangat kuat , penuh kepercayaan

 

“lalu kenapa kau takut , jika teman temanmu tahu , kalau kau ada hubungan denganku ” ucapku mengehmpaskan tanganya kasar

” aku hanya belum siap “

 

isakanku semakin menjadi jadi .. dan segera aku berdiri meninggakkanya

aku berjalan dengan airmataku yang sudah semakin deras

“yooniii ahh “

 

grepppp….

 

baekhyun memeluku dari belakang , se detik kemudian dia memutarkan badanku

” aku janji akan membahagiakanmu ” ucapnya menghapus air mataku , dan langsung memeluku

aku hanya pasrah , aku tidak bisa melupakanya , ataupun meninggalkanya

tetapi kenyataan membuatku semakin rumit

 

——-

setelah sampai dirumahku

“terimakasih untuk hari ini ,” aku tersenyum singkat

dan langsung melesat masuk kerumah

 

aku langsung menrperjang kasurku yang empuk dengan memeluk gulingku

aku melihat handphonku , menyalakan led

pertanda ada pesan masuk 3 dan telepon tidak diangkat 17

 

 

FROM : hyesoo^^

“kau ini kemana , sejak tadi aku meneleponmu tidak kau angkat

 

aku hanya tersenyum ,

aku langsung tidur saja , aku akan ceritakan besok

 

——-seoul high school———-

“yakk , kmrin kau kemana saja ” teriak sahabat nya hyesoo

 

“heheheh , mianhae , aku sedang …euu,mm”

“berkencan” yoonji membisikan pelan ditelinganya

dia langsung melotot

 

“baekhyun” yoonji mengucapkan nama itu hanya dengan isyarat di bibir

dan hyesoo hanya tersenyum , dia juga merasa senang jika temanya juga senang ,

hyesoo sudah tau kalau  yoonji sedang dekat dengan baekhyun , terkadang senang dan sering yoonii curhat ,kalau dirinya sedang tidak mood dengan baekhyun

dia sering memanggilku dengan sebutan , tujuhbelas atau seventeen dan juga sering mencoret coret bukuku dengan tulisan 17

 

 

17 Juni

hari ini aku menangis sekencang kencangnya, dikamar tidurku

 

FLASHBACK ON

“hei 17 lihatlahitu ….”

skeetikaakumenolehkearah yang ditunjukanhyesoo

akumelihatbaekhyunoppa , sedangberfoto , danyeojakmarin , beraniberaninyamerangkulmanja di tanganbaekhyun , danjuga

“ommo!” teriaku , membungkammulutku

yeojaitumenciumpipibaekhyun

 

dengan segera aku berlari pulang ,

aku sudah tidak kuat melihat adegan itu

 

FLASHBACK OFF

sekarang aku hanya menangis menangis di kamar ,

aku menangisi atas kejadian disekolah tadi ,,, dan juga…

Drt…dt

 

ponsel ku bergetar , segera aku mengambil , dan melihat di layar

ternyata baekhyun

aku ragu mengangkatnya

aku langsung mematikan ponselku

 

——-

malam ini aku bersiap siap untuk pindah kembali ke busan , karena urusan pekerjaan appaku hanya 6 bulan , dan juga appa skrng sudah menjadi pengusaha sukses…

 

“kau sudah siap chagi ?” ucap eommaku dari luar pintu

aku pun menjawab dengan kata YA

 

aku  memang memutuskan untuk melupakan baekhyun , karena kurasa aku tidak pantas untuknya , dia digilai oleh banyak yeoja diluarsana , dan itu sangat perfect jika disandingkan dengan baekhyun …

aku menyeret koperku menuju depan rumah , sebelumnya , aku menatap kembali ruang kamarku , yang menjadi saksi atas kesedihanku selama ini

dan aku akan membuang kesedihaku dengam melupakanya segera

 

—-author pov——

“sudah siap?” ucap baekhyun kepada orang yang sedang menyiapkan bunga bunga yang indah

 

“bagaimana , ?” aku sudah mengubunginya tetapi ponselnya tidak aktif

baekhyun tampak frustasi

“bagaimana ini?” ucap hyesoo

saat ini hyesoo dan baekhyun sedang berada di sebuah taman dekat perumahan ya yoonii

 

“kau kesana saja , panggil dia ” ucapnbaekhyun

 

dan hyesoo segera mengendarai motornya menuju rumah yoonji , yang tak jauh sari taman itu

 

——

yoonji pov

aku segera mengunci pintu rumahku , rumah penuh kenangan

“kau mau kemana ?”

tiba tiba aku mencari kearah sumber suara , ternyata hyesoonyang sudah brdiri disamping mobilku ..

aku bingung harus menjawab baagaimana , sbeenranya aku merahasiakan semua ini , agar dia tidak mencegahku saat pergi

 

“kami akan kembali ke busan nak ” ucap eomma terang terangan

dengan segera hyesoo melangkah mendekatiku

“ikut aku sebentar ” ucapnya dan langsung menarik tanganku

“sebentar saja eommonim “ucap hyesoo pada eomma ku

 

aku hanya bingung , dan aku memutuskan untuk ijut hyesoo sebentar

aku memboncengnya , dia mengendarai dengan cukip kencang

 

perasaanku semakin campur aduk

 

@taman

 

“ngaapain kesini ?” tanyaku penasaran , taman ini sepi

“kau tunggu aku di bangku itu ne , aku akan meparkirkan sepeda motorku sbeentar ” ucapnya m nunjuk salah satu bangku taman yang kosong dan ia pun meninggalkanku , entah dia mau parkir dimama motor itu

 

angin berhembus semakin kencang , aku mengusap usap kan kedua telapak tanganku

 

tiba tiba s3mua berubah , mataku menangkap berbagai lampu taman yang hidup berkilauan , aku tersenyum senang

“mengapa hyesoo lama sekali ” ucapku dalam hati

 

“heii” aku menoleh kearah belakang , dan segera aku berdiri , orang itu adalah baekhyun

“kenapa orang ini bisa disini , apa hyesoo yang mengundangnua ” rutuku dalam hati

sedetik kemudia , dia berlutut dihadapanku

“kim yoonii . .. aku sangat mencintaimu maukah kau menjadi yeojaku ?”

aku melotot tak percaya , aku berpikiran tidka jernih tentang ini , aku bernggapan semua ini hanya rekayasa

 

dia mengeluarkan 1 tangkai bunga dari tangan kananya , yang sedari tadi ditaruh di belakang punggungnya

 

aku hanya tersenyum

aku mulai berkata

“mianhae” aku langsung pergi m3ninggalkanya , aku berlari sekencang mungkin kembali kerumah , pasti eomma dan appa sudah menungguku

 

disaat larianku berhenti , kurasa air mataku telah menetes , aku tak percaya baekhyun melakukan ini,,

tapii mengapa aku menolaknya

aku memang harus melupakanya , aku memang tidak pantas untuknya

 

———

Baekhyun pov

aku melihatnya pergi meninggalkanku , hatiku benar benar runtuh seketika

“cepat kejar , sebelum dia pergi “kata hyesoo tiba tiba

dan segera aku berlari mengejarnya..

—happ

aku berhasil mengejarnya ternyata larinya tidak begitu kencang

aku memegang tanganga , aku tahu kau pasti berbohong

“jangan pergi” uccapku , aku membalikan tubuhnya yang berasa bergetar…

sedetik kemudian aku memeluknya dengan erat

“jangan bohongi perasaanmu.” ucapku disela selaan tangisnya ,

tanpa sadar aku juga takut kehilanganya

aku benar benar mencintainya , namun aku dulu belum siap karena .

aku rasa aku masih belum pantas , skrng aku sudah siap , aku belajar less dengan chanyeol untuk meneningkatkan nilai ku di mata pelajaran , aku akan mejunjukanya kalau aku benar sudah siap

 

“mau kah kau menjadi yeoja ku , nan jeongmal saranghae yoonji ” aku melepaskan pelukanya , dan menatap matanya ..yang berkaca kaca

aku mengusap sisa air mata di pipi halusnya

 

dan aku mendekatkan kepalaku ke wajahnya

cupp

ciuman singkat aku letakan di keningnya

langsung cepat dia memeluku dengan erat

“nado saranghae baekhyun ”  ucapnya

 

dia melepaskan pelukanku ,

“aku harus pergi baekhyun , aku sudah ditunggu appa eomma ” ucapnya

“mau meninggalkanku , eoh ?” ucapku memelas

 

dia melepaskan tanganku dan pergi berjalan

 

“kapan kau kembali ?” teriaku

aku memang tidak bisa menahanya atau memaksanya , aq ckup senang ktika ia membalas rasa cintaku

“seventeen , tahun depan ” balasnya

 

dan aku melihat punggungnya semakin menjauh

kuputuskan untuk menyimpan kenangannini

ini semua salahku , aku membuatnya hancur di awalnya

 

tapi aku janji aku akan menunggunya ,

“aku akan menunggumu” ucapku tersenyum

 

—————–

 

 

1 tahun kemudian

 

 

“bagaimana dengan ini ?, cocok untukmu ” ucap baekhyun

 

mreka berdua sedang sibuk memilih cincin untuk acar pertunanganya

walaupun mereka masih SMA tapi kedua orangtuanya tidak keberatan

 

yoonji memang sudah kembali , setelah 1 tahun lamanya , ia di busan

ia terus merengek meminta appanya utnuk kembali ke seoul

 

dan akhirnya ajakanya punn berhasil  dan skrng yoonji sudah kembali ke seoul

 

tidak juga dengan baekhyun

selama ditinggal yoonii ,ia tetap bersemangat dengan kehiduoan sehari harinya , baekhyun juga tidak pernah mencintai orang lain selain yoonji

 

—–

saat ini juga 17 juli

mereka meresmikan pertunangan mereka yang masih dibilang , pertunangan muda

 

mereka mengikat satu sama lain , mereka menunggu hinga mereka lulus Kuliah

 

mungkin waktu yang masih lama,

tapi mereka yakin , mereka akan terus tetap bersama dengan kesetiaanya

 

 

END

 

bagaimana ?gaje gak ceritanya ,,,, kayaknya gaje

dan gak jelas , hehehe pengen kan punya cowok kaya baekhyun , udah tampan setia lagi hahaa

*ngarep

aku punya pertanyaan

1. apa yang kamu lakukan jika , perasaanmu di gantungkan ? kayak yoonji

 

maapin juga  saya juga iseng iseng aja

makasih yaa

jangan lupa komen ,pendapatmu tentang FF gaje ini

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Be My Shine

$
0
0

untitled.bmp

Be My Shine (BaekHyun’s Story: Pervert, Naughty & Talkative)

Title                       : Be My Shine

Sub – Title           : BaekHyun’s Story: Pervert, Naughty & Talkative

Author                  : AlifyaA (@Alifya_Kuchiki)

Main Cast            :

  • EXO’s BaekHyun as Byun Baek Hyun
  • You as Kim Min Ji

Support Cast      : EXO’s Chen as Kim Jong Dae

Cameo                  : f(Krystal) as Jung Soo Jung

Genre                   : Romance

Rating                   : G

Type                      : Longshot

Your actions will determine your future..

Not the future that will determine your actions.

-          AlifyaA

***

                Annyeong! It’s time for our Mr. Eyeliner, Uri BaekHyun! Ini merupakan FF Be My Shine ke 7 setelah Be My Shine Versi Xiumin, Chanyeol, Luhan, Lay, Sehun, dan Suho. Terima kasih untuk yang sudah memberikan komentar – komentar kalian di Be My Shine sebelumnya, dan Author meminta maaf karena masih ada kesalahan dalam segi penulisan dan bahasa.

                Dan Author ingin menyampaikan sesuatu bahwa Author masih ragu untuk membuat FF Be My Shine Versi Kris atau tidak, karena Author masih sedih dan sedikit kecewa dengan keputusannya TT^TT. Tapi kalau Readers minta untuk dibuatkan, mungkin Author bakal buat Versi Krisnya. Jadi tolong kasih tanggapan kalian. Sekali lagi kamsahamnida. Happy Reading and Anyeong!

xoxoEXOxoxo

[ BaekHyun’s POV ]

                “Baek Hyun – ah, mwohaneungwoya?” tanya Jong Dae sambil menghampiriku.

                “Huussshhhh.. jangan berisik!” ucapku sambil berbisik dan meletakkan jari telunjuk di bibirku.

                “YA, Kim Jong Dae! Ini bukan saatnya kau menggangguku,” ucapku dalam hati.

                Memang benar poseku sekarang ini sangat berpotensi menarik perhatian dan membuat orang heran. Bagaimana tidak? Saat ini aku sedang menaiki dua buah kursi yang sudah ku susun sambil mengintip ke sela – sela fentilasi udara dan memegang sebuah kamera Polaroid di tangan kiriku.

                “Kau sebenarnya sedang apa, sih?” tanya Jong Dae masih penasaran.

                “Huussshhh.. sudah ku katakan jangan berisik! Di dalam sedang ada Soo Jung dari kelas B, fotonya akan laku dijual,” jawabku mulai kesal, namun masih dengan suara berbisik.

                “Maksudmu, kau sedang..? YA, Min Ji bisa membunuhmu! Kajja, ki..”

                “YA, APA YANG KALIAN LAKUKAN?!” teriak sebuah suara memotong ucapan Jong Dae.

                “Eomeo! Itu Si Killer Seongsanim. Jong Dae, ayo kita lari!” ucapku sambil turun dan segera menarik lengannya untuk berlari dengan kecepatan penuh.

                “YA, BYUN BAEK HYUN, KIM JONG DAE!!” teriak Song seongsanim di belakang kami yang masih berlari.

                “YA, Baek Hyun – ah.. hosh.. kenapa.. hosh.. aku juga.. ikut berlari? Hosh..” protes Jong Dae dengan nafas terengah – engah.

                “Kenapa kau bertanya? Kau bilang kau temanku!”

                “MWO?! YA.. hosh.. bagaimana kalau aku.. hosh.. dihukum lagi?! Terakhir kali.. kau memberiku kantung plastik yang ternyata berisi majalah ‘gadis Jepang’ tepat sebelum pemeriksaan rutin.. hosh.. kau masih berani bilang aku temanmu!”

                “Ah, ggaepsong~”

                “YA, kau tidak mendengarku?!”

                “’Kau tidak mendengarku?!’” copyku.

                “YA!”

                “Arraso, aku dengar.” Karena terfokus dengan pembicaraan kami, aku pun tidak sengaja menabrak seorang yeoja yang baru keluar dari kelas.

                “Aww!” rintihnya. “YA, Byun Baek Hyun! Kenapa kau berlari – lari di koridor?” tanyanya kesal.

                “Mianhae, Min Ji – ah. Tadi Si Killer Seongsanim mengejar kami.”

                “Untuk apa Song Seongsanim mengejar kalian?”

                “Ah.. itu.. itu..”

                “Mwo?” tanyanya mulai dengan aura yang gelap mencekam.

                “YA, APA YANG KAU LAKUKAN LAGI, BYUN BAEK HYUN!!” teriaknya sambil menarik telingaku.

                “Aw aw aw aw aw.. Min Ji – ah.. aku.. aw aw.. aaah jebal.. aahh jebal..” rintihku kesakitan. Min Ji masih enggan melepaskan tangannyan dari telingaku dan mulai berjalan menyeretku.

                “Ah.. ggaepsong~”

                Min Ji mengacuhkanku yang terus merintih dan berjalan ke arah sebuah double door yang besar berwarna coklat di hadapan kami.

                “Eomeo! Min Ji, kau tidak berencana membawaku ke sana kan?” ucapku dalam hati.

                Oh.. aeggapda!

xoxoEXOxoxo

                “YA, BYUN BAEK HYUN! AKU SUDAH MERASA BOSAN MELIHATMU DI RUANGAN INI!” bentak Jung Seongsanim di hadapanku hingga menyebabkan hujan lokal terjadi. Aku pun mulai beranjak dari dudukku.

                “YA, MAU KEMANA KAU?!” bentaknya lagi dengan hujan yang tak kalah lebat.

                “Katanya Seongsanim sudah bosan melihatku,” jawabku polos.

                “YA!”

                “Seongsanim, igeo.. minum dulu! Tenaaang.. tenaaang..” ucapku sambil menyodorkan segelas air di mejanya dan mengipas – ngipaskan tanganku ke wajahnya. Ia pun meminumnya dan..

                “YA, JANGAN MENCOBA MENGALIHKAN PERHATIANKU!”

                “Aniya. Mana aku berani, Seongsanim? Aku hanya mengkhawatirkan kesehatan Seongsanim, aku dengar Seongsanim memiliki penyakit darah tinggi.”

                “Oooh..kureokuna,” balasnya.

                “Kureom!” ucapku sambil tersenyum dengan nada menjilat.

“Haaahh.. Halabeoji tua ini memang mudah sekali ditipu.”

xoxoEXOxoxo

[Min Ji’s POV]

                Hari ini aku bertugas membersihkan kelas setelah jam sekolah berakhir. Anak yang lainnya sudah pulang sekitar sepuluh menit yang lalu. Karena pekerjaan yang lain sudah selesai, yang perlu ku lakukan hanya tinggal membereskan peralatan kebersihan dan pulang. Aku pun menghampiri jendela kelas sambil membawa sebuah ember yang berisi air yang ku gunakan untuk mengepel kelas. Aku membuka jendela dan membuang airnya keluar.

                “YA!” tiba – tiba ada seseorang yang berteriak. Aku pun semakin mendekati jendela dan melihat seseorang sedang terduduk di bawah jendela sambil memegang sebatang rokok di tangan kanannya. Dan keadaannya sudah basah kuyup terkena air pel.

                “Ya, Byun Baek Hyun, apa yang kau lakukan di sana?” tanyaku.

                “Mwo, begitu caramu meminta maaf?”

                “Itu salahmu sendiri karena duduk di situ. Dan juga kalau dari usia segini kau sudah merokok, kau akan cepat mati,” ucapku.

                “YA, apa kau sedang mendo’akanku? Dan begitukah caramu berbicara pada namjachingu-mu?!” tanyanya sewot.

                Ne, maja! Namja pembuat onar ini adalah namjachingu-ku. Bagaimana bisa dulu aku sangat menyukainya? Sampai sekarang pun aku masih tidak dapat mempercayainya. Aku memang murid pindahan, dulu aku tidak tahu seperti apa kelakuannya. Dulu aku melihatnya hanya sebagai seorang namja manis yang menyapaku dengan riang di hari pertamaku masuk sekolah. Baek Hyun memang namja yang benar – benar manis, kelewatan manis lebih tepatnya. Tapi setelah aku mengenalnya, ternyata dia adalah namja yang bisa dikatakan ‘Complete Package’, tampan, kaya, baik hati yadong, nakal & cerewet.

Sekarang dia adalah seorang pedagang di sekolah, bukan pedagang makanan atau alat tulis atau penjual contekan, tapi pedagang yang menjual foto dan video aneh yang bisa membuat seekor kucing mimisan. Dia sering sekali ketahuan olehku mengintip seorang yeoja populer di ruang ganti, memfotonya dan menjualnya. Ah.. jinjja! Aku tidak tahu untuk apa dia melakukannya, padahal dia anak seorang chebol yang tidak mungkin kekurangan uang.

Dia juga sangat nakal. Dia sering mengerjai orang, bukan hanya temannya tapi guru dan penjaga sekolah pun pernah menjadi korbannya. Dan bukti yang paling nyata dari perbuatannya adalah chingu-nya, Kim Jong Dae. Dia memang benar – benar sial memiliki chingu seperti itu.

Dan yang terakhir adalah cerewet. Kau bisa melihatnya hanya dari tahi lalat kecil yang berada di dekat bibirnya. Bukan Byun Baek Hyun jika tidak berhenti mengoceh. Bahkan saat tidur pun dia bisa sangat berisik.

                “Jadi bagaimana bisa dulu aku sangat menyukainya?”

xoxoEXOxoxo

[FLASHBACK]

                Aku menghampiri namja manis yang sedang terduduk di koridor sendirian. Di tanganku sudah terdapat sekotak coklat buatan tangan yang aku buat kemarin. Hari ini adalah hari Valentine, aku harus mengutarakan perasaanku.

                “Chogi.. Baek Hyun – ssi,” panggilku saat sudah berada di hadapannya. Ia pun mengangkat wajahnya dan menatapku.

                “Ada apa, Min Ji – ssi?” tanyanya dengan senyuman manis terukir di wajahnya.

                Tanpa berkata apapun lagi, aku meyodorkan coklat yang telah aku buat sambil terus menundukkan kepala.

                “Baek Hyun – ssi, maukah kau menjadi ‘valentine’ku?” tanyaku dengan suara pelan, menahan malu.

                “Arraso. Karena kau terlihat kasihan, kau boleh menjadi yeojachingu-ku.”

                “Jinjjayo?” tanyaku berseri – seri.

[END OF FLASHBACK]

                Haaahh.. sekarang kalau dipikir – pikir, jawabannya saat itu benar – benar kurang ajar. Tapi kenapa saat itu aku benar – benar senang? Aku rasa aku sudah kehilangan otakku. Semakin lama mengenalnya, aku menjadi menyesal dan ingin mengakhirinya. Tapi saat aku ingin mulai membicarakannya, dia malah mengoceh panjang kali lebar sama dengan luas di depan wajahku mengenai krisis global atau mengenai gadget baru atau penyakit busung lapar di Afrika, yang entah bagian mananya yang berkaitan. Dan pada akhirnya, aku tidak pernah jadi putus dengannya.

                “Min Ji-ah, Kim Min Ji.. apa yang sedang kau lamunkan?” tanyanya.

                “Ah, aniya.”

                “YA, kau harus mencuci bajuku! Kajja, kerumahku. Sekalian mengerjakan tugas besok.”

                “Tumben sekali kau mengerjakan tugas,” sindirku.

                “Aniya. Kau mengerjakan, aku menyalin.. kekeke.”

                “No wonder,” ucapku kesal.

xoxoEXOxoxo

                Aku pun sedang berdiri di dalam kamar Baek Hyun. Kamarnya ini benar – benar merupakan sebuah karya seni. Kamarnya ini bagaikan sebuah lukisan, ‘lukisan abstrak’ lebih tepatnya. Berantakan sekali! Memang Baek Hyun tidak pernah membiarkan sembarangan orang masuk ke kamarnya, bahkan Hyungnya. Sehingga pelayan di rumahnya pun tidak pernah diizinkan masuk.

                “Oh, kaset apa ini?” tanyaku saat menemukan sebuah kaset di lantai.

                “YA YA YA YA!” teriaknya.

                “Wae, film apa ini?”

                “Itu film Jepang,” jawabnya gugup.

                “Mm.. horror? Sadako?”

                “A-aniya, itu.. filmnya tidak seru,” ucapnya sambil menghampiriku untuk merebut kasetnya. Tapi Baek Hyun kalah cepat dariku, sebelum dia berhasil menggapaiku aku sudah memasukkan kasetnya ke dalam DVD player. Dan saat mulai ternyata itu film.. Oh My God. Aku pun langsung meraih remote dan mematikannya.

                “YA, BYUN BAEK HYUN, KAU MAU MATI??!!!” teriakku sambil menatapnya dengan tatapan mematikan.

                “A-aniya, itu milik Hyung-ku.. jinjja..jin-.. aw aw aw.. mianhae.. aw Min Ji-ah.. mianhae Min Ji.. aw AAAA JANGAN MENJAMBAK RAMBUTKUUUUU!!!”

xoxoEXOxoxo

                Aku terus mengerjakan tugasku di atas meja belajar Baek Hyun, tanpa menghiraukan suara – suara gaib yang berasal dari pemilik meja tersebut yang berada di belakangku.

                “Min Ji-ah.. Kim Min Ji, bolehkah aku menurunkan kakiku?” tanyanya dengan nada memelas.

                “Ani!” jawabku sambil memutar kursi ke arahnya.

                Tepat sekali! Aku menyuruh Baek Hyun untuk berdiri dengan satu kakinya sambil memegangi kedua telinganya.

                “Tapi chagi~ ini sudah sekitar satu setengah jam.. bbuing bbuing~”

                “Itu tidak akan berhasil, Byun Baek Hyun.”

                “Tapi dulu kau sangat suka dengan aegyo-ku.”

                “Ne, itu sebelum aku tahu kalau kau itu ‘complete package’,” balasku.

                “Complete package?” tanyanya berseri – seri “Gomawo~”

                “Sama – sama. Yadong, bandel, cerewet.”

                “Mwo? Jadi itu yang dimaksud ‘complete package’? Ish! Oh, kembali ke permasalahan tadi, aku bukan anak taman kanak – kanak lagi. Kenapa kau menghukumku seperti ini?” rewelnya.

                “Kau sering mengatakan wajahmu itu imut seperti anak – anak, jadi terimalah hukuman anak TKmu!”

                “Aaahh.. Min Ji~ Yeppeo Min Ji~ jebaaalll..”

Eomeo! Wajahnya benar – benar memelas, keringat juga sudah memenuhi pelipisnya.

“Arraso,” ucapku.

“Ne, gomawo~ yeppeo~” ucapnya sambil menurunkan kakinya.

Tiba – tiba dia mendekat ke arah ku, semakin mendekat sampai jarak kami tinggal beberapa sentimeter.

Deg Deg Deg

Saat hidung kami hampir bersentuhan, dia langsung menoleh dan mengambil buku catatan yang ada di meja belajar di belakangku. Heol!

“Ada apa dengan wajahmu? Apa yang baru saja kau pikirkan? Heoksi~ sekarang Min Ji-ku otaknya sudah sedikit terkontaminasi ya,” ucapnya dengan sebuah seringai yang tergambar di bibirnya.

“A-aniya!” ucapku gugup. Aku rasa pipiku sekarang sudah benar – benar merah.

“Kim Min Ji, jangan bersikap bodoh!” ucapku dalam hati.

Tiba – tiba Baek Hyun mendekatkan lagi wajahnya ke arahku.

“Kim Min Ji, jangan kegeeran dulu. Dia hanya sedang menggodamu. Stay cool, stay calm!” aku pun langsung memasang wajah sok tidak peduli, padahal jantungku hampir meledak.

Kenapa dia tidak berhenti? Baek Hyun terus mendekat ke arahku sampai akhirnya dia mencium pipi kananku dengan lembut.

3 detik.. deg deg deg

5 detik.. Deg Deg Deg Deg

10 detik.. DEG DEG DEG DEG

“Eomeo, aku bisa mati.”

“Dengan begini kau tidak akan terlalu kecewa kan, Min Ji?” tanyanya setelah membuka matanya dan melepaskan kecupannya dari pipiku sambil tersenyum polos seperti anak kecil.

xoxoEXOxoxo

[ Baek Hyun’s POV ]

                Aku berjalan menuruni tangga dan berhenti saat melihat Soo Jung berjalan naik dengan arah berlawanan denganku. Saat dia naik di belokkan tangga, aku pun melihat ke arah roknya.

                “Heok.. hokk.. ah.. ah.. Min Ji.. jebal..” entah datang dari mana, Min Ji sudah memiting kepalaku.

                “Heok.. heokk.. oh oh.. Min Ji, aku sulit bernafas,” ucapku sambil terus menepuk – nepuk tangannya sampai ia melepaskan leherku.

                “Haaaahhh..” aku pun membuang nafas lega.

                “Kau ini, Byun Baek Hyun! Apa kau tidak bosan aku siksa?!” tanyanya dengan wajah masam.

                “Wae? Bukankah dari dulu kau sudah sering meminta putus denganku? Kenapa kau begitu peduli terhadap apa yang aku lakukan?” tanyaku tak bersalah.

                “Kureom, lakukan apapun yang kau mau! Aku tidak akan melarang – larangmu lagi, aku tidak akan peduli!” ucapnya mulai menangis dan membalikkan badannya untuk pergi.

                “Aniya, Min Ji-ah. Bukan itu maksudku, Min Ji. Kim Min Ji!” ia berlari tanpa menoleh lagi ke arahku.

xoxoEXOxoxo

Few Weeks Later..

                Sudah beberapa minggu ini Min Ji terus menghindariku. Walaupun kita berada di kelas yang sama, dia tidak pernah mau bicara denganku. Saat secara tidak sengaja tatapan kita bertemu, dia akan langsung membuang pandangannya. Saat kita berpapasan di koridor pun, dia selalu menganggapku tidak ada dan melewatiku. Dia juga mengacuhkan semua panggilan dan pesanku, bahkan aku juga sudah menulis surat dengan amplop pink dan memasukkannya ke loker. Tapi mengapa kau masih mengacuhkanku? Hiks hiks WAAA.. Hiks TT^TT.

                Aku mulai meninggalkan kebiasaanku dan lebih banyak menghabiskan waktuku untuk memperhatikan Min Ji dari kejauhan. Belakangan ini aku melihatnya dekat dengan seorang namja bernama Oh Se Hoon. Ahhh.. jinja Min Ji – ah, apa kau tidak tahu kalau aku begitu menyukaimu? Kalau aku tidak menyukaimu, untuk apa aku terus mengalihkan pembicaraan jika kamu ingin mengakhiri hubungan kita dan terus terikat denganmu. Kalau aku tidak menyukaimu, untuk apa aku rela disiksa setiap hari. Kau tidak pernah salah menilaiku, aku selalu menjadi namja yang manis (narsis). Aku selalu melakukan kebiasaanku mengintip yeoja dan hal lainnya, karena aku adalah remaja namja yang mulai puber, karena aku tidak ingin menyentuhmu, aku tidak ingin melukaimu. Jeongmal sarangheyo, itu sebabnya aku ingin menjaga kehormatanmu. Aku bahkan tidak berani untuk melihat kakimu kalau kau menggunakan rok yang benar – benar pendek. Hiks..

                “YA, Baekki!” teriak Jong Dae sambil menjitak kepalaku dengan keras.

                “YA, kenapa kau menjitak kepalaku?!”

                “Habis sejak tadi kau hanya melamun saja. Apa kau tidak lihat wajahmu sudah seperti anak tuna grahita? Atau seperti homeless yang sedang memikirkan, nanti bisa makan atau tidak?”

                “Jong Dae, jangan bicara sembarangan seperti itu!”

                “Lalu sebenarnya ada apa?”

                “Tuh,” tunjukku ke arah Min Ji yang sedang duduk di taman dengan namja Oh Se Hoon itu.

                “Oh, sejak tadi kau memata – matainya.”

                “Aniya. Aku hanya khawatir,” sangkalku.

                “Kau tahu, ada perbedaan tipis antara khawatir dan stalker. Kajja, menu makan siang hari ini benar – benar enak,” ucap Jong Dae sambil menarikku pergi.

xoxoEXOxoxo

                Aku terus melamun dan mengacuhkan makan siang yang sudah ada di depanku. Kenapa kehilangan Min Ji bisa sampai seperti ini?

                “Baek Hyun! YA, Byun Baek Hyun!” aku hanya menatapnya datar.

                “Ppali bogo! Aku sudah mengantri untuk mengambilkan makan siang itu untukmu.”

                “Aku sedang tidak berselera.”

                “Ish! Kau tahu, patah hati itu benar – benar tidak cocok denganmu. Wajahmu itu sungguh.. YA, sebaiknya kau operasi plastik!”

                “Kureom. Wajah Oh Se Hoon itu benar – benar.. haaaa..hikss.. eommaaa….”

                “Bukan itu maksudku! Kau masih ingatkan foto pamanmu saat seusiamu?” aku mengangguk.

                “Dia sangat mirip denganmu. Tapi sekarang wajahnya sediikiit.. kau tahu. Jadi sebaiknya kau mulai mengumpulkan uang untuk operasi plastikmu nanti. Arraseo?

                “Aaaaa… Kim Jong Dae, kau tidak membantu! Dan sebelum memberikan saran, sadarlah.. aku lebih tampan darimu..aaaa…hiks.”

                “YA, jangan merengek seperti itu sambil menghentak – hentakkan kakimu! Apa kau tidak malu? Ah, lain kali aku akan berpura – pura tidak mengenalmu,” aku tetap tidak menghentikan rengekkanku.

                “YA, KAU INI NAMJA ATAU BUKAN? BERHENTI MERENGEK DAN PERGI KATAKAN KEPADANYA!” teriak Jong Dae. Aku pun berhenti.

                “Tumben sekali kau pintar, Kim Jong Dae.”

                “Aku ‘memang’ selalu pintar, lebih pintar darimu. Kau saja yang babo!” aku tidak menghiraukan ucapannya karena terlalu excited. Aku beranjak dari dudukku dan mengecup pipi Jong Dae sekilas.

                “Gomawo~ Kim Jong Dae, kau memang chingu-ku,” ucapku sambil memeluk lehernya dari belakang.

                “YA, HAJIMA! INI BENAR – BENAR MENJIJIKKAN,” protesnya.

                “Ah, ggaepsong~.”

xoxoEXOxoxo

[ Min Ji’s POV ]

                Aku baru saja pulang Les Bahasa Prancis lalu belanja ke Super Market karena eomma memintaku untuk belanja dulu. Sejak tadi aku merasa ada seseorang yang membuntutiku. Jalan memang mulai sepi karena ini sudah hampir mendekati tengah malam. Tanpa disadari, aku terus mempercepat langkah kakiku. Semakin lama semakin cepat dan akhirnya aku mulai berlari. Aku bisa mendengar suara derap kaki di belakangku.

                “Kim Min Ji, jangan menoleh!” ucapku dalam hati.

                Lalu tiba – tiba ada seseorang yang menarik pergelangan tanganku dan secara refleks aku berbalik dan mendorong orang itu.

                “AW!” teriaknya.

                “Baek Hyun?” ucapku sambil terus mengerenyitkan mataku untuk dapat melihat lebih jelas dengan cahaya meram yang berasal dari sebuah toko.

                Ia pun bangun dan mulai menepuk – nepukkan celananya yang kotor oleh tanah.

                “Gomawo,” sindirnya.

                “Mwohaneungwoya jigeum?” tanyaku.

                “Itu.. habis kau tidak mau menemuiku di sekolah!” dia menatapku. “jadi aku membuntutimu,” ucapnya berbisik.

                “Wae?” tanyaku dengan nada tak bersahabat.

                “Aku.. aku.. aku tidak tahan kalau kau terus menganggapku tidak ada!”

                “…”

                “Mianhae, Min Ji-ah. Mianhae karena selama ini aku selalu menyianyiakanmu. Mianhae karena aku selalu berbuat onar. Mianhae karena aku selalu menyusahkanmu. Mianhae karena aku tidak pernah memperlakukanmu dengan baik. Mianhae..”

                “Untuk apa kau meminta maaf?” tanyaku dingin.

                “Karena aku tidak mau kau pergi, karena aku tidak mau kau berhenti memandangku dan karena aku takut kau akan membenciku.”

                “Saranghaeyo, Min Ji-ah,” ucapnya pelan sambil menundukkan kepala.

                DEG

                Ia pun langsung menyodorkan sebuah coklat ke arahku. Bisa ku lihat lewat kotak transparan itu, bentuk coklat yang cukup berantakan.

                “Mianhae karena dulu aku menerimamu dengan cara yang salah. Aku dengar saat ada seorang yeoja yang memberikan coklat di hari valentine, namja itu harus membalasnya dengan memberinya coklat pada white day jika dia menerimanya. Jadi.. maukah kau menjadi pasangan ‘white day’ku?”

                “Byun Baek Hyun, apakah kau tidak memiliki kalender di rumahmu atau kau tidak tahu kapan itu white day?”

                “Ne?” ia pun mengangkat wajahnya dan melihat wajahku yang sudah dipenuhi air mata. Aku menangis.

                “Min Ji-ah.. Min Ji, uljima! Mianhae, apakah aku begitu lancang untuk memintamu kembali?” aku hanya membalasnya dengan gelengan kepala.

                “Shireo?” tanyanya kecewa.

                “Ani. Chua,” jawabku sambil mengambil coklatnya dan tersenyum manis walaupun air mataku terus keluar. Baek Hyun pun menarikku kedalam dekapannya.

                “Gomawo..” bisiknya di telingaku.

                “Ngomong – ngomong coklat itu bentuknya apa? Oger? Hobbit?” tanyaku masih di dalam dekapannya.

                “Neoya,” jawabnya.

                “Cheoyo?.. Jin-jjayo?”

                “Hahahaha.”

xoxoEXOxoxo

                Belakangan ini Baek Hyun berubah sedikit demi sedikit. Dia berhenti menjual barang – barang aneh lagi atau mengintip yeoja di ruang ganti. Dia juga berhenti membuat onar.

                Setiap pagi dia selalu menjemputku untuk berangkat ke sekolah bersama. Dia selalu meneriakkan namaku dengan keras didepan rumah jam 6 pagi. Urat malunya memang sudah putus. Dia juga selalu menggantikanku mengantri untuk mengambil makanan setiap jam makan siang. Dia selalu menutupi rok ku jika aku ingin duduk atau menaiki bus. Baek Hyun sekarang memperlakukanku dengan sangat baik dan penuh perhatian. Dia lebih sering menghabiskan waktunya untukku daripada mengusili Jong Dae. Walaupun tetap saja bukan Byun Baek Hyun jika tidak berisik dan ‘sedikit’ jahil.

[Baek Hyun’s POV ]

                Seperti biasa aku pulang bersama Min Ji. Kami berjalan beriringan, tidak seperti sebelumnya. Aku sibuk dengan ice cream yang ada di tanganku, tanpa di sadari Min Ji sudah tidak ada di sebelahku. Aku pun menoleh dan mendapatinya berhenti di depan sebuah toko.

                “Min Ji-ah, kajja!” teriakku.

                “Baek Hyun, siniii!” aku pun hanya menghampirinya dan berdiri di sebelahnya.

                “Itu,” ucapnya sambil menunjuk sepasang sepatu cantik yang dipamerkan pada etalase toko itu.

                “Ha! Wah, sepatu saja harganya bisa semahal itu,” ucapku saat melihat tulisan harga yang terpampang kecil di depannya. 680,000 won.

                “Baek Hyun-ah, bagi yeoja sepatu itu lebih berharga dari emas.. suaranya itu.. tak tak tak.”

                “Ooooo.”

                “Baek Hyun, belikan aku sepatu itu!”

                “MWO?!” pekikku refleks. Melihat reaksiku, dia pun langsung mengerucutkan bibirnya.

                3 detik kemudian.. wajahnya memelas.

                5 detik kemudian.. matanya mulai berkaca – kaca.

                10 detik kemudian.. dia mulai menarik – narik lengan jas seragamku.

                “Oppaaa~” ucapnya dengan aegyo. Deg..

                Eomeo! Aku tahu sekarang Min Ji menjadi lebih lembut dan manja, tetapi melihatnya mengeluarkan aegyo benar – benar sebuah kejadian yang langka.

                “Oppaaaaa~ belikan aku sepatu itu! Ya ya ya..” dia terus bergelenyutan di tanganku.

                Aku masih merasa kaget dan menatap kosong ke arah sepatu itu. Tiba – tiba aku mendapatkan sebuah ide, dan mendekatkan pipiku ke arahnya.

                “Ppopoo!” ucapku datar, sok cool. Ia pun langsung mengecup pipiku. Daebak! Aku pun bersorak dalam hati.

                “Arraso, Oppa akan membelikannya untukmu,” ucapku masih dengan nada sok cool dan berpura – pura kecupannya tidak menggoyahkanku.

                “Yeay!” teriaknya riang dan melompat – lompat, sambil terus melingkarkan lengan mungilnya padaku dan menarikku ke dalam.

                Haaah.. jeongmal kyeopku! Selama ini aku selalu buta, aku tidak pernah menganggap yeoja manis ini sebagai yeojachinguku. Aku selalu menyianyiakannya. Namun setelah kau pergi, aku baru menyadari bahwa aku melakukannya karena aku tidak ingin kehilangan kendali dan melukaimu. Karena aku benar – benar mencintaimu. Min Ji-ah, bagiku kau bukanlah orang yang spesial, kau lebih dari sekedar itu. Kau adalah orang yang sangat berharga bagiku. Cahayaku.

END


Promise (Chapter 2-5)

$
0
0

Promise

title                  : Promise (chapter 2-5)

main cast         :Kim Hana

                        Kim Jongin

                        Byun Baekhyun

support cast     : Oh Sehun , Byun Hyemi

Author             : @aishadewi

Genre               : marriage life , romance , school life , drama

Summar           : love is like a virus .it can happen to anybody at any time

 

“begini eonni akhir-akhir ini oppa selalu bercerita tentangmu menanyakan mu padaku walaupun oppa tidak bilang secara langsung bahwa dia menyukamu tapi aku sudah menyimpulkan bahwa dia ada hati untuk eonni dan walaupun aku tau eonni sudah memiliki jongin oppa aku ingin tau perasaan eonni terhadap oppaku bagaimana ? tapi aku tidak akan memaksa eonni aku hanya ingin tau”

“ohh jadi begitu sebenarnya aku juga tidak terlalu mengerti tentang perasaanku ini kadang kala aku merasa kesepian karena tidak ada jongin oppa tapi semenjak ada baekhyun yang selalu menghiburku dan membuatku nyaman bersamanya perasaanku kadang berubah-ubah aku tidak tau kenapa hyemi-ah”

“aku mengerti eonni aku mengerti bagaimana posisimu aku tidak bisa banyak membantu eonni aku hanya ingin tau bagaimana perasaanku pada oppa setelah mengetahui alasan eonni aku mengerti karena aku senang jika melihat eonni bersama oppa kalian terlihat sangat cocok tapi ya sudah eonni sebaiknya sekarang eonni istirahat ini sudah larut maafkan aku kalau tadi pertanyaanku membuat eonni kaget”

“ne arraseo gwenchana sebaiknya kau juga beristirahat besok pagi kita harus prepare pulang kembali ke seoul”

“ne eonni good night”

“ne have a nice dream hyemi-ah”

sampai detik ini aku belum mendapatkan kabar jongin oppa bagaimana kabarnya ? apa dia baik-baik saja ? dan kenapa mataku ini tidak bisa terpejam dan segera masuk kedalam dunia mimpi.

? Omyohan geudaeui moseube neogseul noko hanappunin yeonghoneul ppaetgigo?

(I was mesmerized by the mysterious you and stared at you and had my one soul stolen)

? Geudaeui momjise wanjeonhi chwihaeseo sum swineun geotjocha ijeobeorin nainde?

(Because I am completely drunk at your movements, I even forgot how to breathe)

? Walcheucheoreom sappunhi anja nuneul ttel su eobseo siseoni jayeonseure georeummada neol ttaragajanha ?

(Like a waltz, I sit lightly and can’t take my eyes off of you My eyes naturally follow you every time you walk )

? Nal annaehaejwo

Yeah geudaega salgo inneun gose nado hamkke deryeogajwo ?

(Guide me yeah take me together with you to the place where you live)

? Oh, sesangui kkeuchirado dwittaragal teni?

(Oh even if the world ends, I’ll follow from behind you so please don’t go out of my sight)

? Budi nae siyaeseo beoseonaji marajwo achimi wado sarajiji marajwo oh ?

(Even when the morning comes, don’t disappear oh)

? Kkumeul kkuneun georeum geudaen namanui areumdaun nabi ?

(This walk that I’m dreaming You’re my only beautiful butterfly)

tunggu sepertinya aku mendengar seseorang sedang bernyanyi tapi siapa tengah malam begini ada yang bernyanyi suaranya pun begitu nyaman ditelingaku dan sepertinya suara ini tidak jauh dari kamarku . akhirnya aku beranikan diri keluar dari kamar berjalan menuju beranda kamar hotelku dan benar tepat ada seorang namja yang sedang bernyanyi yang tengah melihat langit malam yang dihiasi bintang malam itu dan namja itu baekhyun . aku tidak menangka suara baekhyun saat menyanyi sangat semerdu ini dan membuatku nyaman dan lagu yang dia nyanyikan seperti sedang menggambarkan dirinya sekarang ini .

kuputuskan untuk duduk di beranda kamar hotelku dan mendengarkan nanyian baekhyun yang sangat merdu itu sampai akhirnya tak terasa aku terlelap dalam alam mimpiku dikursi panjang diberanda kamar.

* * *

matahari pagi ini tiba-tiba membangunkanku yang ternyata semalaman aku tidur di beranda ini mungkin karena suara baekhyun bisa menenangkanku tadi malam dengan segera aku bangun dan membereskan beberapa baju dan mandi bersiap untuk prepare kembali ke seoul setelah beberapa hari aku berada di china.

setelah sudah kupersiapkan dengan baik dan siap keluar dari kamar tiba-tiba saat aku membuka pintu kulihat baekhyun yang sudah membawa kopernya tersenyum dan menyapaku hangat

“selamat pagi hana”

“selamat pagi baekhyun-ah”

“ayo kita segera ke bawah semua sudah pada menunggu kita disana”

sesampainya di lobby kami berdua bertemu dengan hyemi dan para crew yang lain dan bersiap pergi ke aiport.

* * *

Seoul

akhirnya sampai juga di soul rasanya badanku sudah sangat membutuhkan istirahat dan aku ingin segera sampai dirumah

“hana ayo biar kuantar pulang”

“tapi hyemi bagaimana ?”

“itu sehun sudah datang untuk menjemputnya”

“annyeonghaseyo hyung” sapa sehun pada kami bertiga

“annyeong aku titip hyemi padamu ya aku akan mengantar hana pulang”

“kau mengenal sehun ?”

“iya dari awal adiku berpacaran dengannya adiku sudah mengenalkannya padaku”

“oh begitu , oh iya sehun apa kau tau …”

“tau apa?”

“ah tidak , aku duluan ya aku ingin segera istirahat dirumah” kata-kataku entah berhenti begitu saja padahal aku ingin menanyakan jongin oppa pada sehun tapi kenapa aku tidak berani bertanya padanya

“ada apa hana ?”

“tidak baekhyun-ah tidak apa-apa”

kriiing

tiba-tiba handphone ku berbunyi dan tertulis pada layar handphone ku ‘oppa’

“Yeoboseyo oppa ?”

“Yeoboseyo hana bagaimana kabarmu ?aku ada diseoul untuk beberapa hari tapi besok aku harus segera kembali ke australia karena pekerjaanku belum selesai , bisakah kita bertemu ? aku merindukanmu “

“ne oppa dimana?”

“dibutikmu saja tapi mungkin aku tidak akan lama karena aku masih sangat sibuk”

“oke oppa aku segera kesana sekarang juga” tak kusangka jongin oppa menelefonku dan benar-benar membuatku senang

“siapa ?jongin ?” tiba-tiba suara baekhyun mengagetkanku

“ah , ne “

“apa dia mengajakmu bertemu?”

“iya baekhyun-ah sepertinya aku pergi sendiri saja memakai taxi terimakasih sudah menawariku tumpangan”

“tidak ayo biar kuantar kau bertemu dengan jongin”

“tidak usah aku bisa ko sendiri”

“ayo aku hanya mengantarmu setelah itu aku akan pergi”

“baiklah sekali lagi mianhae dan gomawo”

“oke kita kemana sekarang ?”

“butikku saja aku janjian disana”

baekhyun segera melajukan mobil yang tadi dibawa supir pribadinya ke airport kami pun pergi menuju butiku. setelah sampai didepan butik entah kenapa kakiku tidak mau keluar dari mobil itu entah kenapa perasaanku berubah kembali dan tidak mau pergi dari samping baekhyun perasaan ini muncul dan pergi bergitu saja .

“ada apa ? apa ada yang tertinggal”

“ah , tidak tapi…..”

“jika kau membutuhkanku kau bisa segera menghubungiku akan segera datang untuku arra”

“ah , ne terimakasih” kulangkahkan kakiku keluar dari mobil itu dengan berat hati dan melambaikan tanganku pada baekhyun. setelah mobil baekhyun melaju segera aku masuk ke dalam butik yang sudah beberapa hari ini tidak kudatangi kulihat sesosok namja yang memunggungiku yang tidak lain adalah kim jongin tunanganku

“oppa?”

“ah , hana sudah lama aku tidak melihatmu aku merindukanmu” jongin oppa yang langsung memeluku setelah sekian lama kita tidak bertemu entah kenapa rasanya aku tidak ingin melepaskan pelukan ini pelukan hangat dari seorang kim jongin

“aku juga sangat merindukanmu oppa”

“maafkan aku selama ini tidak menghubungimu karena waktuku terkuras habis untuk proyek ini maafkan aku”

“ne oppa gwenchana aku mengerti”

“dan satu lagi sepertinya pernikahan kita harus diundur tidak dalam waktu dekat ini seperti yang kita jadwalkan”

“kenapa oppa?”

“sekarang aku benar-benar sangat sibuk bahkan aku bisa pulang karena anak dari perusahaan yang akan bekerja sama denganku ingin pergi belibur kesini makanya aku bisa kesini”

“memangnya siapa oppa?”

“itu orangnya ada didalam ayo ikut biar ku kenalkan”jongin oppa menariku ke dalam butik tempat baju-baju wanita yang biasa ku desain

“min Gi-ah kenalkan ini tunanganku kim hana , hana kenalkan ini park Min gi dia anak dari pemilik perusahaan yang akan bekerja sama dengan perusahaan appaku”

“annyeonghaseyo kim hana imnida”

“annyeonghaseyo park min gi imnida senang berkenalan dengan mu hana-ssi “

“iya sama sepertimu aku juga senang berkenalan denganmu min Gi-ssi”

“oh iya kai-ssi sepertinya aku akan pulang duluan kubiarkan kalian berdua untuk bicara 4 mata ya”

“tidak min gi-ah aku sudah bicara dengan hana jika kau akan pulang biar aku yang mengantarmu”

“tidak aku bisa pulang sendiri ko “

” tidak hana aku pulang untuk mengantar min gi kembali ke hotel kamu tidak apa-apa kan sendiri?”

“ah , ne oppa arraseo hati-hati”

“terimakasih hana saranghae” jongin oppa yang memeluku dan kemudian dia berjalan pergi ke ambang pintu butik

“hana-ssi aku pulang dulu terimakasih”

“ne , hati-hati” aku diam terpaku ditempat melihat oppa pergi dengan Min Gi yang baru ku kenal dan entah kenapa air mataku keluar begitu saja , apa oppa tidak mengerti aku merindukannya dan aku melihat dia bersama perempuan walaupun hanya temannya.

aku bergelut dengan pikiranku sendiri menyalahi diriku sendiri kenapa aku harus cemburu sudah jelas itu rekan kerja jongin oppa.

kriingg

“Yeoboseyo?”

“hana ?”

“ne ?”

“apa kau masih dibutik spertinya baju mu ada yang tertinggal didalam koper hyemi aku kesana untuk mengembalikannya ya ?”

“ah ne baekhyun-ah aku akan tunggu dibutik”

setelah beberapa lama kutunggu baekhyun yang membawa baju rancanganku yang tertinggal di hyemi.

“ini baju hyemi yang tertinggal”

“ah iya terimakasih baekhyun-ah”

“kau menangis lagi ?”

“tidak ko”

“kalau begitu ayo ikut denganku”

“kemana ?”

“pergi makan es krim”

“tidak aku tidak mau aku sedang malas”

“ayo ikut saja aku tidak mau melihatmu menangis seperti ini” baekhyun tiba-tiba menariku yang sedang duduk dikursi

akhirnya kami membeli eskrim yang kupikir kami akan makan ditempat itu tapi ternyata tidak baekhyun menjalankan mobilnya menuju daerah han river dan kami memakan es krim itu dimobil

“ada apa sebenarnya” tanya baekhyun padaku

“tidak apa-apa”

“jujurlah padaku walaupun aku baru mengenalmu tapi aku lebih memahamimu dari yang kau tau hana”

akhirnya aku diam dan mengalah semua kejadian tadi siang antara aku dan jongin oppa kuceritakan pada baekhyun yang akhirnya aku menangis didepannya lagi ,baekhyun yang langsung membiarkan bahunya dibasahi dengan air mataku dan memeluku dengan sangat erat . sekarang bisa kurasakan perasaan baekhyun yang tulus untuku entah kenapa dari pelukan itu bisa kurasakan semua itu aku pun ingin sekali membalas perasaan itu tapi apa bisa apa aku bisa membalasnya

“if he can’t keep you , i can”

“apa maksudmu baekhyun-ah” tiba-tiba baekhyun menyematkan kalung berbentuk bungan sambil memeluku yang masih menangis

“biarkan aku yang menjagamu mulai dari sekarang menggantikan jongin, aku menyukaimu hana aku ingin kau berada disampingku untuk selamanya”

“ma…..maksudmu apa baekhyun-ah aku masih tunangan jongin dan tidak mungkin aku menerimamu”

“jika jongin menganggapmu sebagai tunangannya tidak seharusnya dia membiarkanmu menangis seperti ini aku tidak mau melihatmu menangis aku ingin disampingmu terus hana”

“baekhyun-ah” entah apa yang mengendalikanku tanganku tiba-tiba melingkar memeluk tubuh baekhyun dan entah kenapa aku merasa nyaman bersamanya begitu pula baekhyun yang masih memelukku dan tiba-tiba dia mencium keningku

“aku berjanji tidak akan seperti dia aku akan menjagamu apa kau bisa memikirkannya kembali?”

“tapi….. “

“sudah sebaiknya kita pulang dan sebaiknya kau harus segera beristirahat arra”

“ne baekhyun-ah”

“bisakah kau memanggilku oppa walaupun kita tidak punya hubungan khusus tapi aku ingin kau memanggilku oppa bisakah ?”

“hmmmmmm…. arraseo o……op……oppa”

“oke nice”

sesampainya dirumah eomma dan appa tiba-tiba menyambutku dengan hangat

“akhirnya kau pulang juga dear bagaimana di china apa kau senang disana?” tanya eomma padaku

“ne eomma sangat menyenangkan” kutunjukan senyumku walaupun terpaksa pada appa dan eomma

“hyemi bisa appa dan eomma bicara padamu sekarang?”

“ada apa appa?”

“duduklah” pinta eomma padaku

“ada apa dengan kau dengan jongin?”

“maksud appa?”

“tadi dia kesini membawa beberapa bingkisan dan bercerita tentang pekerjaannya” jelas appa padaku

“baik-baik saja ko memangnya ada apa appa?”

“tapi jongin tidak kesini sendirian dia bersama seorang wanita yang katanya rekan kerjanya apa kau tau itu?”jelas eomma padaku

“iya aku tau tapi sudah lah eomma appa aku tidak ingin membahas jongin lagi aku tidak tau harus bagaimana”

“apa dia sudah berbicara tentang pernikahanmu yang sebentar lagi ?”

“iya dia sudah bilang dia bilang akan diundur appa sampai pekerjaannya selesai”

“oh kalau begitu sebaiknya batalkan saja appa hanya butuh keseriusan bukan menjadi plin-plan”

“appa? kena……”

“appa bisa melihat dari wajahmu apa kau senang atau tidak masih banyak yang lebih baik darinya tapi jika kau memaksa appa bisa berbuat apa lagi appa hanya ingin yang terbaik untukmu jadi pikirkanlah yang terbaik untukmu nak”

“appa…..”

“sebaiknya kau istirahat appa tidak mau melihat wajah pucatmu seperti kurang istirahat”

“ne appa eomma arraseo aku pergi ke kamar ya”

“sweet dream dear” jawab eomma

semenjak appa berbicara begitu aku tidak tau bisa senang atau sedih tapi aku sudah tidak bisa menangis entah apa mungkin karena aku merasa ada baekhyun yang selalu ada didekatku tapi entahlah…

* * *

“hyemi-ah ayo bangun nak kita harus sarapan” suara eomma terdengar dari depan pintu kamarku yang langsung membuatku sadar dari alam mimpi

“ne eomma aku akan segera turun”

“apa hari ini kau ke butik ?”tanya appa saat kami bertiga berkumpul di meja makan untuk sarapan

“ne appa hari ini sepertinya aku akan pergi merancang lagi”

“bagaimana dengan jongin ?” tanya eomma tiba-tiba

“entahlah eomma sepertinya aku ingin melepaskan jongin keputusanku”

“semua keputusan yang kau ambil akan ada resikonya masing-masing ku harap kau bisa kuat ya nak”jawab appa singkat

“ne appa”

“baiklah appa akan pergi sekarang apa kau ingin ikut dengan appa?”

“boleh appa”

“baiklah kalian berdua hati-hati ya”

“ne eomma aku pergi ya” saat aku membuka pintu rumah tiba-tiba kulihat baekhyun sudah berdiri didepan gerbang rumah sambil membungkuk pada ayahku yang berdiri dibelakangku

“oppa ?ada apa?”

“menjemputmu hehe”

“siapa dia hyemi ?”

“ah appa ini baekhyun kakak dari hyemi yang sering kuceritakan , oppa kenalkan ini appaku”

“ah , annyeonghaseyo byun baekhyun imnida”

“ne, annyeonghaseyo kim joonmyun imnida”

“ah appa sebaiknya aku pergi bersama baekhyun saja aku takut appa telat ya”

“hmm baiklah baekhyun-ssi saya titip putri saya padamu ya”

“baik saya siap menjaganya”

“oke hyemi appa pergi ya”

“oke appa hati-hati”

setelah appa pergi aku masuk ke dalam mobil baekhyun dan kami pun segera pergi ke butikku

“appamu memang sangat mirip denganmu ya”

“iya dia kan appaku pasti mirip dengan ku “

“ah iya oppa kalau sore nanti apa kau ada waktu?”

“hmm tidak sepertinya ada apa?”

“ada yang ingin kubicarakan padamu”

“hmm oke baiklah nanti sore jam 5 aku akan menjemputmu di butik arra”

“oke”

sesampainya dibutik aku melihat seorang yeoja yang sepertinya ku kenal benar dia park min gi

“annyeong hana-ssi”

“annyeong min gi-ssi ada apa kau datang kesini ?”

“ada yang ingin kubicarakan padamu”

“ah iya silahkan masuk, ada apa?”

“ini berkaitan dengan kai?”

“kai?oppa? ada apa?”

“apa kau serius akan menikah dengannya?”

“ada apa kau bertanya tentang pernikahan aku dan oppa?”

“tidak aku hanya ingin jujur padamu hana-ssi maafkan aku karena aku menyukai kai-ssi” jawaban yang benar-benar tidak bisa kupercaya ada orang seperti dia didunia ini rasanya aku ingin marah padanya tapi itu tidak akan berpengaruh besar untuk membuatnya tidak menyukai oppa

“lalu?”

“aku tidak ingin menganggu hubunganmu dengan kai-ssi tapi bolehkan aku juga menyukainya?selama kalian belum menjadi sepasang suami istri bolehkan aku menyukainya ?” belum sempat aku menjawab pertanyaannya tiba-tiba handphone wanita itu berbunyi dan yang sudah jelas adalah jongin oppa

“Yeoboseyo oppa ?ada apa iya aku ada di butik tunanganmu mencari baju , baiklah aku ke bandara sekarang”

oppa?dia memanggil jongin dengan oppa? ternyata memang sudah punya hubungan yang cukup jauh oke baiklah jika ini yang diinginkan jongin aku akan menerimanya

“hana-ssi mianhae aku harus segera kembali ke australia kita akan berbincang lagi nanti ya”

“ne” jawabku singkat dan dengan muka datar melihat wanita itu pergi dari butikku. tiba-tiba terbesit dalam pikiranku untuk menemui jongin oppa untuk berbicara padanya kuambil handphoneku dalam tas dan segera kuhubungin jongin oppa

“Yeoboseyo oppa ?bisakah kita bertemu sekarang?”

“sekarang? sepertinya tidak bisa aku harus kembali hari ini ke australia mianhae chagiya”

“tidak apa-apa hanya sebentar saja”

“baiklah penerbanganku jam 12 kita janjian dimana?”

“biar aku yang ke airport sampai bertemu disana oppa”

tanpa pikir panjang aku segera memanggil taksi dan pergi ke arah bandara . tepat dugaanku sesampainya dibandara kulihat jongin bersama min gi yang sedang mengobrol

“selamat siang jongin oppa dan min gi-ssi ” sapaku dengan muka datar

“loh hana-ssi ada apa disini?”

“maaf ini tidak ada hubungannya denganmu hana-ssi , baiklah oppa bisa kita bicara berdua?”tanyaku pada jongin oppa

“oke baiklah ayo kita pergi kesana” jongin oppa menarik tanganku dan kami berjalan cukup jauh dari min gi. dan akhirnya aku memeluk jongin oppa

“a….ada apa hana kau tiba-tiba seperti ini?”

“mianhae” ucapku pada jongin oppa sambil melepaskan pelukanku dan melepaskan cincin pertunanganku dan jongin oppa

“a…apa ini kenapa cincin ini?”

“mianhae oppa aku tidak bisa lagi aku tidak bisa seperti ini sebaiknya oppa bereskan saja urusan oppa dulu dan tidak usah memikirkanku lagi “

“tapi apa maksudnya ini aku hanya untuk sementara hana”

“ada yang lebih bisa bersama mu lebih lama oppa , saranghae kim jongin” akupun akhirnya berjingjit dan mencium pipi jongin untuk yang terakhir dan tersenyum lalu pergi meninggalkannya dalam keheranan yang mungkin sebenarnya dipikirang jongin oppa masih banyak pertanyaan kenapa aku mengambil keputusan ini tapi kubiarkan dia berdiam disana mungkin min gi akan menyusulnya

kakiku sudah tidak kuat untuk berdiri lagi entah kenapa semua badanku lemas setelah kejadian tadi apa yang harus kulakukan apa sebaiknya ku telefon baekhyun oppa mungkin dia bisa membantuku

“Yeoboseyo oppa ?”

“ne hana ada apa?”

“oppa dimana?”

“aku dikantor ada apa?”

“apa pekerjaanmu masih ada?”

“tidak baru saja beres ada apa?”

“bisakah kau menjemputku di airport sekarang?”

“airport?ada apa kau ke airport ? baiklah aku kesana sekarang”

kusenderkan badanku pada dinding airport agar bisa menahan tubuhku dan tidak jatuh badanku benar-benar lemas dan aku tidak mampu menahannya lagi seakan-akan kata-kataku tadi melumpuhkan badanku sendiri entah kenapa tiba-tiba ada yang memegang bahuku yang ternyata baekhyun oppa

“oppa kau sudah datang ?”

“ada apa kau disini dan kenapa dengan dirimu?”

“tidak oppa badanku lemas sekali bisa antarkan aku ke butik biar nanti kuceritakan semuanya padamu”

“oke arraseo ayo aku bantu kamu masuk mobil”

* * *

“apa oppa mau minum biar aku ambilkan”

“tidak usah sebaiknya kau duduk ada apa?”

“aku memutuskan pertunanganku dengan jongin”

“m…mwo ? wae ?”

“ini keputusanku dan ceritanya panjang oppa”

“jadi tadi di airport kau bertemu dengan jongin ?”

“iya aku mengembalikan cincinku padanya ” jawabku sejenak keadaan menjadi sangat hening dan tidak ada topik pembicaraan dari kami berdua

“oh iya apa yang mau kau bicarakan padaku tadi pagi?”

“oh itu……… aku akan memberikanmu kesempatan oppa”

“jinjja ?”

“ne oppa”

“gomawo hana “

“ne oppa

TBC

Note:

Annyeonghaseo chingu ..ini FF kedua yang author post selain di blog author sendiri FF ini MURNI dari author sendiri .. kalian juga bias cek FF ini di http://aishadewisekartaji.wordpress.com. Don’t be a silent reader .miahae kalau masih banyak typonya. gomawo ^_^ Happy reading


Viewing all 4828 articles
Browse latest View live