Quantcast
Channel: EXO Fanfiction
Viewing all 4828 articles
Browse latest View live

Let’s Our Love Bloom Here! (Chapter 2- END)

$
0
0

cover1-r

Let’s Our Love Bloom here!

Chapter kedua~ Hah… udah mau end \m/ Kritik saran aku terima kok mention aja ke twitterku @sherlyirwti_ ^^ Dengan senang hati aku menerima saran dan kritikan kalian~ FF baru sih udah ada Cuma baru sedikit dan ceritanya mungkin bakal absurd kaya gini deh-__- Ya udah deh.. Happy Reading Readers~~~!!!

Author : @Sherlyirwti_ (sherlyirawati99.wordpress.com)

Cast : Byun Baekhyun | Park Aera
Support cast : Siapa saja yang muncul xD
Rating : PG-15

Length : Two Shoot
Genre : Romance, School & Marriage life

Summary :

“Aku tak tau kapan cinta ini tumbuh, tapi apa perasaanmu kepadaku sama seperti yang aku rasakan saat ini? Apa kau akan bersamaku sampai akhir dari kehidupan kita ini? Aku ingin kau mengerti perasaanku saat ini. Dan menerima aku apa adanya.”

“Di Jodohkan ?? Omaigatt/? Aku tak mungkin menolaknya.”

“Hadir di kehidupan ku lagi?”

“Kau harus menjadi miklikku byunnie.”

******Let’s Our Love Bloom Here!******* #Chapter2 #Last

Flashback~

Pada saat hari kelulusan. Baekhyun berencana mengajak Ji Eun untuk kencan.

“Changi-ya, ayok kita kencan.” Ujar Baekhyun ceria.

Dulu ia sangat periang dan ramah kepada semua orang terutama wanita. Tapi semua itu berubah sejak…..

“Baekhyun-ah, aku tak bisa. Aku rasa hubungan kita cukup sampai disini saja.” Ujar Ji Eun.

“Waeee??” tanya Baekhyun.

“Aku harap kau bisa menerima keputusanku ini.” Ucap Ji Eun lagi.

“Ya apa mau mu sudah. Demi kebahagianmu aku rela.” Ucap Baekhyun tidak rela.

Sejak saat itu Baekhyun yang periang berubah seketika.

Flashback end~

Aera yang sebenarnya mau menghampiri Baekhyun terdiam sejenak melihat Baekhyun bersama dengan yeoja yang sangat asing baginya. Tapi ia ingin segera pulang. Maka ia menghampiri kedua orang itu.

“Maaf mengganggu kalian.” Ucap Aera.

“Nuguseyo?” Ucap Ji Eun.

“Seharusnya aku yang menanyakan kau siapa. Aku tak pernah melihatmu disini.” Ucap Aera.

“Ohh aku murid baru disini namaku Ji Eun. Apa urusanmu disini?” ucap Ji Eun.

“Kau baru murid baru sehari saja sudah berlaga seperti itu apal-“ ucapan Aera terputus karena Baekhyun.

“Sudah ayo kita pulang.” Ucap Baekhyun menarik Aera.

“Aku bisa pulang sendiri lanjutkanlah urusan kalian.” Ucap Aera melepas tangan Baekhyun dari tangannya.

“Ya! Kau mau buat aku di marah oleh eommamu?” ucap Baekhyun.

“Aku bisa mengurusnya.” Kata Aera santai.

“Hey! Kalian merasaseperti dunia kalian sendiri. Apa kalian tidak sadar ada aku disini.” Kata Ji Eun.

“Kau tak usah banyak bicara. Ayok kita pulang Aera.” Ucap Baekhyun menarik Aera dengan paksa.

“Aku tak akan pernah menyerah Baekhyun-ah. Bukan Ji Eun jika ia tak mendapatkan apa yang ia mau.” Batin Ji Eun.

Di mobil.

“Ya! Mengapa kau menarik tanganku. Aku bisa pulang sendiri.” Kata Aera kesal.

“Ya! Kau hoobae ku kau harusnya memanggilku oppa. Ck.” Kata Baekhyun.

“Semoga aku ingat. By the way, siapa yeoja itu? Apa ia yeojachingumu?” tanya Aera.

“Bukan urusanmu. Dan mana mungkin aku berpacaran dengannya sedangkan kita akan menikah bulan depan. Ck. Kau pikir aku namja seperti apa.” Ujar Baekhyun kesal atas ucapan Aera.

“Yaaa siapa tau begitu.” Ujar Aera asal.

“Ck.” Desah Baekhyun.

“Gomawo oppa.” Ujar Aera.

“Ne..” ujar Baekhyun singkat.

Baekhyun house.

Baekhyun menyapa orang tuanya lalu naik dan masuk ke kamarnya. Ia meletakkan tasnya dengan malas dan membanting tubuhnya.

“Hah… Yeoja itu kenapa harus muncul lagi sih. Sudah itu malah Aera banyak bertanya pula. Ck.” Ujar Baekhyun.

Tiba-tiba ponselnya berbunyi.

Terdapat 2 pesan di dalamnya. Dengan nama Ji Eun dan Aera.

“Aish mereka lagi.” Desah Baekhyun.

Ia membuka pesan Ji Eun pertama-tama.

From : Ji Eun

Baekkie, apa kau sedang memikirkan aku? ><

“Ck yeoja itu kepedean nya berapa sih. Aku malas membalasnya. Karena itu akan membuat aku susah untuk melupakannya.” Desah Baekhyun.

Masih ada 1 pesan disana.

From : Aera

Hyunie, apa kau sudah tidur? Temani aku. Aku bosan. Eomma dan appa tiba-tiba pergi ke inggris sekalian mengunjungi oppaku. Aku di rumah bersama pelayan-pelayanku. Aku bosan. L jebaall…

Aera pov

Aku terpaksa mengirim kan pesan padanya karena aku benar-benar bosan di rumah. Appa dan eomma tiba-tiba berangkat ke inggris dan yeollie oppa juga sedang kuliah disana. Aishh.

Tiba-tiba hpku berbunyi.

From : Hyunie

Tunggu sebentar.

Ya! Hanya itu saja balasannya. Ck.

Author pov

Tanpa Aera ketaui pesan yang ia kirim yang di balas oleh Baekhyun.

“Yeoja ini ck.” Batin Baekhyun. Lalu ia mengambil kunci mobil sport nya dan menyetir mobilnya kea rah rumah Aera.

Tin.. tinn..

Aera yang mendengar itu langsung keluar. Senyumnya keluar.

“Ayok masuk.” Ucap Aera. Ini tumben sikapnya baik pada namja.

“Kau ganti baju. Kita akan pergi jalan-jalan.” Ucap Baekhyun yang sedikit terkekeh dengan sikap Aera yang tumben seperti ini.

Beberapa saat kemudian Aera sudah keluar .

“Sudaahh.” Ucap Aera senang.

“Kajja.” Ucap Baekhyun.

Selama perjalanan.

“Kau sedang kesambet apa malam ini?” Tanya Baekhyun pada Aera.

“Karena kau mau menemaniku. Aku sangat bosan saat ini. Ya aku juga minta maaf sama sikapku waktu ospek.” Ujar Aera.

“Dasar haha.” Ucap Baekhyun dengan senyumnya yang selama ini tak pernah muncul sejak kejadian itu.

Aera memandangnya.

“Ternyata ia tampan juga kalau tersenyum. Ya!! Aera apa yang kau pikirkan.” Batin Aera.

“Kenapa kau memandangku? Apa aku tampan?” Ucap Baekhyun pede.

“Ikhh.. Pede banget sih.” Balas Aera.

“Hahahaha.” Tawa Baekhyun.

“Aku hanya berpikir tumben kau mau tertawa dan tersenyum biasanya kan kau seperti serigala.” Ucap Aera.

“Yam au-mau aku.” Ucap Baekhyun yang tak tau harus menjawab apa.

Setelah 30 menit perjalanan mereka sampai di sebuah mall.

“Kajjaaaa.” Ucap Aera senang yang di sambut dengan senyuman Baekhyun.

“Entah kenapa hari ini yeoja ini bisa membuat ku tersenyum.” Batin Baekhyun.

Hari demi hari mereka lewati dengan berbagai pertengkaran dan kadang ya damai. Tapi salah satu dari mereka belum memiliki perasaan satu sama lain. Sampai tibalah hari pernikahan mereka. Yang di laksanakan secara diam-diam. Hanya mengundang beberapa orang penting saja. Mereka mengucapkan janji-janji suci. Lalu sebuah ciuman. Kini mereka resmi menjadi suami istri.

Mereka tinggal dirumah Aera. Karena rumah ini memang jarang ada eomma sama appa Aera. Sedangkan di rumah Baekhyun masih ada adik Baekhyun yang bernama Byun Aerin.

Malam pertama mereka setelah resmi menjadi suami istri.

“Oppa.” Ucap Aera.

“Eumm?” ucap Baekhyun.

“Apa kau yakin kita akan tidur satu tempat tidur?” Ucap Aera ragu.

“Kenapa tidak? Kau tidak mau??” tanya Baekhyun.

“Tidak sihh.” Jawab Aera.

“Ya sudah. Ayo kita tidur. Besok kita masih ada jadwal kuliah.” Kata Baekhyun.

“Nee.” Jawab Aera.

Pagi hari.

“PARK AERAAAAA!!!” teriak Baekhyun yang sudah frustasi membangunkan yeoja ini.

“Ne?” ucap Aera setengah sadar.

“Kau mau tidur sampai jam berapa cepat mandi.” Kata Baekhyun.

“Oppaaaaaa.. Aku masih ngantuk.” Kata Aera.

“Ayolah Aera. Aku capek membangunkanmu.” Kata Baekhyun.

“Ne, aku akan mandi.” Kata Aera.

Setelah itu Aera pergi kesekolah bersama Baekhyun. Ya, saat mereka berjalan berdua munculah setan iblis bernama Lee Ji Eun.

“Anyeong sayang.” Ucap Lee Ji Eun pada Baekhyun.

Tapi Baekhyun tak mengubrisnya. Ia tetap jalan bersama Aera.

“Hyunie, dia siapa?” Tanya Aera yang masih bingung dengan semua ini.

“Bukan apa-apa kok yeobo.” Ucap Baekhyun meyakinkan Aera.

“Apa yang harus aku lakukan sekarang? Aku sebenarnya menyayangi Ji Eun. Tapi mana mungkin di kamus hidupku Byun Baekhyun menyakiti hati wanita yang sudah menjadi istrinya dan menikah 2 kali di hidupnya. Goshh” batin Baekhyun.

Hari-hari terus berjalan sampai suatu saat Aera & Baekhyun berjalan-jalan ke suatu taman. Mereka duduk di sebuah kursi dan memandang sungai yang indah itu.

Tanpa Baekhyun sadari matanya memandang wajah Aera tanpa otak Baekhyun mengontrolnya. Entah setan apa merasukinya.

“Kenapa sekarang aku merasa lebih nyaman bersama Aera? Kenapa aku merasa ia bisa mengerti perasaanku. Memandang wajahnya bisa membuat hatiku menjadi nyaman? Apakah aku mulai jatuh cinta padanya?” batin Baekhyun yang masi memandangi wajah Aera.

“Wae oppa? Kenapa kau memandangku seperti itu?”

“Ne? Ahh tidakk. Tidak ada apa-apa.” Elak Baekhyun.

“Ah nde..”

“Mataku tertuju pada taman-taman bunga itu. Indah, bermekaran dengan manisnya. Beberapa hari yang lalu entah kenapa perasaanku menjadi tak menentu, aku bertanya pada Naeun. Dan Naeun berkata bahwa aku mulai menyukai Baekhyun, apa benar? Molla.. Tapi aku merasa ada yang salah setiap aku bersama Baekhyun apa aku benar-benar menyukainya? Ya semoga saja aku berharap supaya hubunganku benar-benar berjalan sesuai keinginan appa dan eomma. Bunga-bunga itu… Apa cinta kita bisa bermekaran bersamaan seperti bunga-bunga itu? Apa ia juga merasakan hal yang sama denganku? Aku selalu berharap kalau ia akan bersama ku sampai akhir kehidupan kita berdua. Tapia pa benar-benar bisa? Aku tak tau hubungan Baekhyun dengan Ji Eun. Aku harap Baekhyun oppa benar-benar mencintaiku dan menerimaku apa adanya.” Batin Aera.

Hari ini berjalan dengan suasana benar-benar seperti pasangan suami istri. Hari demi hari pasangan ini baik-baik saja. Tapi siapa menyangka hari ini sebuah masalah datang pada mereka. Dan siapa yang menyangka bahwa ini benar-benar terjadi.

Pagi hari

U’re my black pearl~

“Oppa ponsel mu berbunyi!!” teriak Aera agar suaranya terdengar oleh Baekhyun yang berada di kamar mandi.

“Biarkan saja..”

“Nee..”

“Entah kenapa aku ingin mengakat nya. Aku tak pernah menyentuh ponselnya sama sekali.” Pikir Aera.

“Yeobseyo?”

“Yaa!! Changi-ah apa kau lupa ini 5 month anniversary kita? Apa kau tak berencana mengajakku jalan?” ucap Ji Eun tanpa mengetahui siapa yang sedang ia aja bicara.

Tanpa pikir panjang Aera me-reject panggilan tersebut. Aera mencoba mengutak-atik ponsel Baekhyun. Betapa terkejutnya Aera ketika melihat foto Ji Eun yang begitu banyak di ponsel Baekhyun. Ia melihat juga pesan-pesan kedua orang ini.

Siapa yang menyangka selama ini Baekhyun dekat dengan Ji Eun? Baekhyun bimbang dengan perasaannya tapi ia merasa kalau ia masih sayang pada Ji Eun. Ia memutuskan untuk berhubungan dengan Ji Eun tapi tidak lebih dari seorang teman. Tapi yaaa~ Ji Eun selalu menganggapnya berlebihan. Tapi mengapa foto itu masi berada di ponsel Baekhyun? Itu karena Baekhyun belum sepenuhnya bisa melupakan kenangannya bersama Ji Eun. Dan ada satu alasan lagi.

“Kenapa hatiku terasa sakit? Apa aku benar-benar mencintainya?” pikir Aera.

Ia meletakan ponsel Baekhyun seperti semula, ia tidak ingin Baekhyun mencurigainya membuka ponselnya.

“Aera…”

“Aera…”

“Aera..”

“Ahh ne?” akhirnya Aera tersadar dari lamunannya. Ia masih tak bisa mencerna apa yang ia lihat.

“Wae??”

“Anniyo oppa.”

“Ayo siap-siap, kita berangkat sekarang.”

“Ah nee..”

Selama perjalanan Aera hanya diam tak seperti biasanya yang pasti berbicara membahas sesuatu apa pun itu.

“Aera? Gwenchana?”

“Ah nan gwenchana oppa.”

“Jinjja?? Kau tak seperti biasanya begini.”

“Iya, aku tak apa-apa kok. Hehe..”

Akhirnya mereka sampai di campus.

“Oppa aku duluan. Aku ada tugas yang harus di selesaikan bersama Naeun.” Bohong Aera.

“Ah neee..”

“Anak itu kenapa sih? Tak seperti biasanya ia diam dan tak banyak bicara seperti itu.” Pikir Baekhyun.

Pada saat istirahat Baekhyun mencari Aera. Baru saja ia mau mengejar Aera yang berjalan bersama Naeun tapi di tahan oleh Ji Eun.

“Changi-ya. Mengapa kau me-reject panggilanku tadi pagi?”

“Reject? When?”

“This morning.”

“Sorry..” “Apa Aera mengakat panggilanku? Jangan-jangan ia membuka semua ponselku? Ohh gosshh..” batin Baekhyun.

“Pulang sekolah ini kita jalan yuk?”

“Ya neo.. Sejak kapan aku menjadi namjachingumu?”

“Apa kau lupa? Kau ingin keluarga Aera membencimu?? Aku bisa saja melakukannya jika kau berani memutuskan hubungan kita sampai disini.”

“Dasar yeoja licik kau.”

Baekhyun tak tau harus berbuat apa. Ia merasa bersalah pada Aera tapi juga marah.

Pulang sekolah pun Ji Eun mengikuti Baekhyun.

“Bisakah kau tak mengikuti ku?”

“Kenapa tak boleh?”

“Aku masih ada urusan dengan Aera.”

“Eumm, baiklah.”

Selama perjalanan keduanya tenggelam dalam hening. Sampai mereka tiba di rumah dan Baekhyun menarik Aera dari parkiran sampai ke kamar.

“Yaa!! Apa yang kau lakukan?!” Aera yang sudah menahan emosinya sejak tadi pagi tak dapat ditahannya ketika Baekhyun memperlakukannya seperti ini.

Blammm!

Pintu kamar mereka di tutup sangat keras oleh Baekhyun. Ya bisa di katakan kalau Baekhyun menutupnya dengan cara membanting. Dan ia membanting tubuh Aera ke tempat tidur.

“Apa yang kau lakukan eoh?!”

“Neo!! KENAPA KAU MEMBUKA PONSELKU?!”

“APA SALAHKU? AKU TAK PERNAH MEMBUKA PONSELMU SEDANGKAN KAU? HAMPIR SETIAP HARI MEMBUKA PONSELKU!”

“KAU!” tangan Baekhyun serasa ingin melayang kea rah pipi Aera sekarang. Tapi ia tak bisa.

“APA?! KAU INGIN MENAMPARKU? TAMPAR SAJA AKU! AHH KAU MEMARAHI KU APA KARENA SELINGKUHANMU ITU? EOH? FOTO-FOTO KALIAN SAJA MASIH ADA DI PONSELMU. CK.”

“Aku tak ingin kau membuka ponselku Aera..” Baekhyun yang sudah pasrah.

“Kenapa?! Karena kau ingin berselingkuh di belakangku? Silakan saja, mulai sekarang aku tak akan peduli dengan apa yang kau lakukan.” Aera yang sudah tak tahan dengan semua itu mengeluarkan air mata.

“Dan satu lagi……. Kau tidur di kamar sebelah……. Aku tak mau melihatmu.”

“Ya, apa kau benar-benar marah?” Baekhyun merasa bersalah telah membentak Aera.

“Aku bukan marah karena kau membentakku tapi aku benci dan kecewa pada kau. Pergiiii!!”

“Mian ne Aera.” Ucap Baekhyun.

“KELUUAARRR!!!”

“Nee..” Baekhyun hanya pasrah.

Saat ia keluar terlihat Lee Ahjuma berdiri disana.

“Tn. Ada masalah apa dengan nona Aera? Maaf saya ikut campur tapi saya sudah merawat Aera sejak kecil, siapa tau saja saya bisa membantu tuan.” Tawar Lee ahjuma.

“Anni, biarkan aku menyelesaikannya sendiri. Ini karena perbuatanku maka aku harus menyelesaikannya sendiri.”

“Ah baiklah. Satu lagi. Saya hanya mengingatkan bahwa ini pertama kalinya ia memiliki pasangan hidup. Waktu kecil ia punya teman sepermainan. Ia bercerita pada saya bahwa ia menyukai namja itu. Tapi namja itu meninggalkannya tiba-tiba dan tak mau menganggapnya teman lagi. Maka dari itu ia menggangap semua pria berisik dan menyebalkan. Padahal ia yeoja yang lucu, baik, dan ceria. Tapi ia berubah menjadi galak seperti ini karena masa lalunya. Saya harap anda bisa membuatnya seperti dulu lagi. Saya merindukan dirinya yang dulu.”

“Ahh ne, aku akan usahakan.”

Di sisi lain, Aera masi saja menangis dalam kamarnya. Ia benar-benar tak tahu perasaan ini. Ia mengetik sebuah pesan yang tertuju pada Naeun.

To : Naeun

Naeun-ah, bisakah kau menemaniku pergi ke villa orang tua ku? Hatiku benar-benar kacau. Aku akan menjemputmu.

Send~

Tring~

From : Naeun

Baiklah.. Aku tunggu~:p

Tiba-tiba Aera mengambil selembar kertas dan sebuah bolpen. Lalu menulis beberapa kata.

From Aera.

Kalian tak usah khawatir dengan keadaanku aku baik-baik saja:)

Aku hanya ingin menenangkan pikiranku saja.

Di balik lembaran itu, Aera menulis sesuatu pada buku hariannya itu.

Di lembar kosong itu ia menuliskan isi hatinya.

“Aku tak tau kapan cinta ini tumbuh, tapi apa perasaanmu kepadaku sama seperti yang aku rasakan saat ini? Apa kau akan bersamaku sampai akhir dari kehidupan kita ini? Aku ingin kau mengerti perasaanku saat ini. Dan menerima aku apa adanya. Aku hanya ingin sebuah kebahagian <3 I love you Baekhyun-ah~><”

-Park Aera ^^

Ia mengambil beberapa baju dan kunci mobilnya. Di saat semua orang di rumah itu sedang tidur ia pergi diam-diam. Baekhyun juga sudah terlelap, terlalu banyak yang ia pikirkan saat ini.

Other side~

“Ya! Park Aera mengapa kau lama sekali?”

“Mian ne..”

“Ya! Mengapa wajahmu lembam seperti itu??!!”

“Karena itu aku ingin bercerita di villa orang tua ku.”

“Baiklah biarkan aku yang menyetir”

“Baiklah..”

Villa orang tua Aera berada di daerah Busan. Tapi di dekat pantai. Setiap ada masalah Aera pasti selalu ke villa itu.

“Nah kita sudah sampai ayo kita masuk dank au harus menceritakan masalahmu..”

“Ne..”

Saat sampai di kamar yang memang VVIP.

“Nah ceritakan masalahmu Aera..”

“Begini…….bla bla bla” Aera menceritakannya panjang lebar.

“Aera aku rasa ini rencana Ji Eun. Yeoja itu tak akan menyerah untuk mendapatkan apa yang ia mau.”

“Bagaimana kau mengetahuinya?”

“Maaf aku menyembunyikannya. Dulu waktu aku SMA aku bersekolah di Jepang. Ji Eun adalah sunbae ku. Gossip bertebaran saat semua tau Baekhyun namja terkenal di sekolah itu berpacaran dengan Ji Eun. Aku rasa Baekhyun berubah karena Ji Eun. Tapi setelah aku perhatikan sejak kau dengan Baekhyun menikah. Sifat Baekhyun yang dulu sempat hilang kini muncul sedikit demi sedikit. Waktu mos saja ia membantuku. Padahal saat itu ia sudah berpacaran dengan Ji Eun.”

“Walaupun Ji Eun mantannya, tapi apakah ia harus menyimpan foto mereka Naeunn??” ucap Aera yang tak dapan menahan air matanya lagi.

“Cobalah kau mengerti dia. Tapi Naeun aku sudah terlanjur mencintainya bagaimana hatiku tidak sakit?”

“Sekarang tenangkan dirimu. Ini sudah larut malam kau harus tidur.”

Pagi hari.

Tok tok tok…

“Tuan cepat banguunnn..” teriak Lee Ahjuma.

Dengan segera Baekhyun membuka pintu kamarnya.

“Waeyo ahjuma??”

“Nona Aera tak ada di kamarnya. Ini tuan surat dan buku diary Aera yang saya temukan di kamarnya. Coba tuan baca dulu.”

Baekhyun tak mengubris surat itu. Matanya tertuju pada tulisan terakhir di diary Aera itu.

“Park Aera mian ne… Aku tak menyadari bahwa kau mencintaiku. Aku benar-benar mencintaimu.. Aku harus menyelesaikan masalahku dengan Ji Eun. Aku sudah muak dengan semua ini.” Batin Baekhyun.

“Ahjuma pasti tau kemana Aera pergi.”

“Biasanya ia pergi ke villa Tn & Ny di Busan.”

“Ah gamsamida. Aku akan mencari Aera.”

Baekhyun membuat janji dengan Ji Eun. Mereka bertemu di tepi Sungai Han.

“Ada apa kau menyuruhku kemari?”

“Aku minta satu hal. Biarkan aku berbahagia bersama dengan Aera.”

“Kau menyuruhku datang untuk mengatakan itu?”

“Tolonglah Ji Eun. Aku sudah terlanjur mencintainya. Kau bisa menemukan namja yang lebih baik dariku.”

“Satu syarat.”

“Apa itu?”

“Mudah. Berhubung aku juga sudah bisa melupakanku jadi kau bisa bilang I love you Ji Eun ah kepadaku untuk terakhir kalinya.”

“Baiklah. I Love You Ji Eun.”

“Gomawo, aku mengalah padamu sekarang. Dan ini untuk terakhir kalinya aku mengalah pada seorang namja.”

“Ne, gomawooo Ji Eun ahh”

Baekhyun segera berlari kea rah mobilnya dan menuju ke Busan. Setelah menemukan villa tersebut. Ia langsung mencari kamar VVIP. Ia mengetuk pintu kamar tersebut. Naeun membuka pintu kamar tersebut.

“Wae? Aera sedang tidur.”

“Aku hanya ingin menyelesaikan masalahku dengannya.”

“Selesaikanlah. Aku akan kembali ke rumah kalian mengembalikan mobil Aera. Aku akan menunggu sampai kalian pulang. Cepatlah.”

Naeun pamit kepada Baekhyun. Baekhyun pun langsung masuk dan menghampiri Aera.

“Park Aera, ireona..”

Mata Aera masih mengantuk, ia belum sadar bahwa di depannya adalah Byun Baekhyun.

“Hoaamm..”

“Ireonaa.”

5 detik kemudian

“YAAAA! Mengapa kau disini? Dimana Naeun?”

“Bisakah kau memberikan aku kesempatan untuk menjelaskan semua ini?”

“Sudahlah, lupakan semua ini Baekhyun.”

“Ya!! Lihat akuu! Aku benar benar tak mau kehilangan dirimu. Apa kau ingat waktu kita di taman itu? Perasaanku padamu mulai muncul. Aku menyadari bahwa kau mencintaiku dengan membaca buku harianmu. Maaf. Aku benar-benar mencintaimu. Aku tak ingin kau membuka ponselku karena aku tak ingin kau tau masalahku dengan Ji Eun. Dia mengancamku dengan kebahagiaan kita, waktu itu saat aku ingin mengatakan perasaanku padamu. Tapia pa daya? Semua demi kau. Foto itu? Karena ia juga melarang ku menghapus foto itu. Aku menyimpan foto kita di folder lain. Dan aku berusaha agar foto kita menjadi wallpaper ponselku. Jadi aku mohon mengertilah. Maafkan semua kesalahanku.”

“Aku sudah memaafkanmu tapi waktu itu pikiranku benar-benar kacau. Aku hanya ingin menenangkan pikiranku. Sekarang aku sudah tau semuanya dan aku benar-benar tenang sekarang. Satu lagi, aku juga mencintaimu.”

Chuu~

Baekhyun tiba-tiba mencium bibir Aera.

“Aku akan mengembalikan senyummu yang dulu dari sekarang. Aku akan berusaha menjadi suami yang baik untukmu.”

“Ne, aku juga akan berusaha menjadi istri yang baik untukmu.”

“Sekarang kita pulang ne?”

“Nee, kajja…”

“Satu lagi, aku ingin kita cepat-cepat punya anak.” Ucap Baekhyun dengan puppy eyes nya.

“Eii~ kau..”

“Hahahaha..”

“Inilah kebahagian dari kalian berdua yang ingin aku lihat. Sahabatku yang berbahagia dengan pasangannya.” Batin Naeun.

“Kebahagian yang selama ini aku harapkan benar-benar tercapai.” –Park Aera.

“Melupakan yang lalu. Mencintai yeoja yang benar-benar tulus padamu”-Byun Baekhyun.

“Aku tak akan kalah lain kali. Tapi mengalah demi kebahagian orang lain. Aku harus rela.”-Lee Ji Eun.

Jika ada yang menanyakan bagaimana kabar Ji Eun? Ia sedang mengejar namja yang bernama Kai xD

Selesai juga~~

“Cinta itu tanpa kita ketahui bisa datang tiba-tiba. Dan cinta itu tak dapat di artikan dengan kata-kata. Melalui perasaan dari hati kita yang paling dalam.” –Author <3

Happy Ending…. <3



Love

$
0
0

New Picture (8)

Cats                    : Im Yoona . Kris Wu

Aouthor               : Yuko Washaki

Tipe                    : Oneshoot. Romace. Sad -bukan berarti sad end ya ._.v

Judul                   : Love

Pernah di post di blog aku sendiri http://yukowashaki.wordpress.com//

ini sebenarnya merupakan revolusi dari ff ‘Love What It Is’ kalau pernah ada yang baca ._. authornya sama kok. jadi ini bukan plagiat ya ;)

udah ya dari pada author bacot nggat jelas. mending langsung baca aja deh :) tetapi mohon maaf jikalau ada kesamaan cerita dan banyak typonya :)

Im Yoona POV

Hari ini Kim Sonsaengnim telat masuk. Tidak seperti biasanya. Karena ia tergolong dalam daftar guru yang paling tepat masuk mengajar. Keadaan kelas? Tentu saja sangat ramai. Sebagian dari mereka membicarakan saham perusahaan orang tua mereka yang naik atau turun. Ada juga yang membicara tentang fashion dan barang-barang bermerek lainnya.

Sedangkan aku? Aku hanya terdiam di ditempat duduk ku dengan buku yang menjadi pusat perhatian ku sepenuhnya. Ya aku sedang membacanya, membaca buku yang sudah menjadi favorit ku sejak aku duduk di bangku SMP

“Hey!! Kim Sonsaengnim sedang menuju ke kelas dengan anak baru”

Teriak salah satu murid dikelas ku yang tadi bertugas berjaga di depan. Memperingati jika Kim Sonsengnim datang. Setelah mendapat berita tersebut, seketika kelas menjadi hening dan senyap. Bahkan tidak satupun dari mereka yang melepaskan pandangan matanya dari pintu.

Klek (pintu terbuka)

Ku edarkan pandangan mata ku kesegala penjuru kelas. Memperhatikan raut muka dari masing-masing orang di kelas ku. Tegang. Selalu seperti ini jika Kim Sonsaengnim akan masuk kelas. Kim Sonsaengnim, orang yang sedang ku bicarakan pun masuk di ikuti anak baru di belakangnya.

“perkenalkan diri mu” tihtah Kim Sonsaengnim kepada anak baru itu. Anak baru itu, yang tidak ku ketahui namanya, hanya mengangguk dan mulai memperkenalkan dirinya

“Hallo. My Name Wu YiFan. Kalian bisa memanggil ku Kris”

***Love***

Tahun lalu ia mendadak muncul. Wu Yi Fan namanya, biasa di panggil Kris . Ia sangat tampan dan berwibawa, postur tubuhnya yang tinggi menjadikannya ketua basket. Idola para yeoja di sekolah. Dengan sedikit keberanian dan dorongan dari teman-teman ku, aku mencoba bersahabat dengannya.

Tahun lalu aku memang berada di kelas yang sama dengan nya, tetapi jangan mengira bahwa aku dekat dengannya. Karena itu semua berbanding terbalik dengan kenyataan yang terjadi. Tahun lalu, jangankan mengobrol.. bertegur sapa pun tidak pernah terjadi di antara kami.

Aku Im Yoona. seseorang yang terlalu asik dengan dunia ku yang penuh dengan buku-buku membosankan-begitulah pendapat orang kebanyakan- dan sulit untuk berbaur dengan sesama, sekalipun aku sudah bersekolah di tempat ini cukup lama. Sedangkan Kris? dia seseorang yang terbilang terlalu gampang berbaur dengan yang lain, sangat beebanding terbalik dengan ku.

Secara perlahan. Seiring dengan baejalannya waktu. Aku semangkin dekat dengan nya, berteman baik dengannya. Menjadi salah satu orang yang terdekat dengan nya. Aku pun mulai mengetahui bahwa dia adalah orang yang baik, penuh perhatian dan lembut. Bertutur kata baik dan sangat menghargai orang-orang di sekitarnya. Aku… aku sudah mulai menyukainya sejak pertama kali berbincang-bicang ringan dengannya. Akan tetapi aku harus merelakan perasaan ku terluka. Kenapa? Karena aku tahu, dulu dan sekarang ia masih tetap mencintai seorang yeoja yang aku tidak tahu siapa dirinya. Yah Kris selalu menceritakan yeoja tersebut kepada ku, tanpa tahu bahwa aku sakit mendengar segala penuturannya tentang yeoja yang sedang mendiami hatinya.

***Love***

“Yoong?”

“Ne?”

“kau sakit? Sedari tadi sepertinya kau hanya melamun saja” Kris mengkhawatirkan ku? ah bodoh tentu saja ia mengkhawatirkan mu. Kau ini kan temannya, jadi pantas saja kan? Babo kau Im Yoona! Ku gelengkan kepala ku. berusaha memamerkan senyum termanis ku

“Ani. Gwenchana”

“Sungguh?” aku tertawa kecil melihat raut mukanya yang seperti orang bodoh. Kris? dia hanya memandang ku dengan tatapan aneh yang menurut ku semangkin lucu

“hahaha berhenti. Jangan tunjukan muka mu yang seperti itu lagi. Sungguh. Kau sungguh aneh jika seperti itu hahaha”

“hey! Kau tertawa sedari tadi ternyata menghina ku?” ku gelengkan kepala ku. mencoba meredam tawa ku.

“baiklah. Aku minta maaf, ne?”

“sudahlah”

Hening

Tak ada pembicaraan setelahnya. Aku yang merasa kurang nyaman akan keadaan yang berubah menjadi canggung berusaha mencoba membuka kembali pembicaraan.

“Kris?”

“hmm?”

“boleh aku tahu siapa yeoja yang selama ini kau ceritakan kepada ku itu? Aku sungguh sangat penasaran.. sepertinya dia sosok yang sangat di dambakan oleh banyak namja. Apa aku benar?” aku harus bersiap-siap menelan semua rasa patah hati ku. memendam jauh perasaan ku terhadapnya. Sesosok namja yang berada di hadapan ku saat ini. dapat ku lihat ia hanya tersenyum memandang ku dengan sesekali mengaduk minuman yang menjadi pesanannya tadi

“kau ingin tahu?”

“….” Aku hanya dapat menganggukkan kepala ku

“sungguh?”

“Ne. sudah katakana saja. Kau terlalu terbe….” Kalimat ku terputus dengan penuturannya yang membuat ku memandannya heran

“Kau”

“Ne?”

“Kau orangnya. Yeoja yang selama ini aku ceritakan adalah dirimu sendiri Yoong. Aku menyukai mu. Ani, aku mencintai mu. Saranghae”

Aku hanya bisa terdiam mematung menatapnya tidak percaya. Benarkah? Banarkah yeoja yang selama ini ia ceritakan adalah diriku? Semua kata-katanya yang bagaikan mengagumi sosok yeoja tersebut? Itu adalah diriku?

“Jadilah kekasih ku Im Yoona”

Tak terasa bulir-bulir kristal jatuh menuruni pipi ku dengan mulusnya. Perasaan ku terbalaskan? Sungguh? Ini bukan sekedar mimpi indah belaka bukan? Jika memang mimpi, ku mohon jangan pernah bangunkan aku

“Yoong?” ku lihat raut wajah nya yang berubah menjadi khawatir ketika melihat ku menangis. Tanpa basa basi segera ku anggukan kepala ku pasti sebgai jawaban atas pertanyataan perasaannya tadi

“Ne Kris. Aku mau”

***Love***

Minggu.Bulan terus berganti tak terasa hari kelulusanpun semangkin dekat. Hubungan kami pun mulai memasuki jenjang serius. Hingga pada suatuhari tepat di tahun kelulusan kami. Dia –Kris- berkata padaku…

“ Yoong, aku telahmendapatkan beasiswa untuk melanjutkan studi. Akan tetapi itu di Canada….”

Bagaikan sebuah pedang yang siap menghunus tepat di jantungku. Nafas ku tercekat. Waktu bagaikan berhenti begitu saja. Aku mencoba menyadarkan diriku, berharap bahwa ini hanya sekedar mimpi buruk yang tak ingin ku alami. Aku hanya bisa memandangnya tak percaya, mencoba mencari sebuah kebohongan di tatapan matanya yang terasa teduh untuk ku.

“Yoong… aku tidak tahu akanpergi berapa lama. Tetapi bisakah…” dia kembali menggantungkan kalimatnya. Menatap kedua mata ku dalam, seperti mencoba meyakinkan ku

“bisakah kita bertunangan dulu,bolehkah?”

Dalam keadaan yang tidak rela melepas kepergiannya, aku pun hanya menjawab dengan anggukan kepala lengkap dengan bulir-bulir kristal yang mengalir membentuk sungai kecil di pipi mulusku. oleh karena itu, sehari sesudah hari wisuda. hari itu menjadi hari pertunangan kami berdua, dan menjadi hari terakhir kalinya aku dapat melihat wajahnya, senyumnya dan semua segala yang ada di dalam dirinya. Setelah bertunangan, tidak beberapa lama.. bersamaan dengan ucapan selamat dan perasaan berat hati dalam hatiku, dia menaiki pesawat dan terbang menuju sebuah Negara tempat kelahirannya itu.

***Love***

Sudah hampir setahun kami berdua menjalin hubungan jarak jauh. Karena diriku yang terus memakai telepon rumah untuk menelepon keluar negeri, aku harus menanggung biaya lebih karena tarif telepon yang tebilang cukup mahal. Aku pun sekarang sudah bekerja di sebuah kafe dekat dengan universitas ku. Yah aku melanjutkan pendidikan ku sekaligus bekerja sambilan.

Suatu hari, sebuah hal naas terjadi pada ku. pagi hari, dalam sebuah perjalan menuju tempat kerja ku. Sebuah taxi, demi menghindari sebuah anak anjing di jalan raya mendadak menikung tajam. Tidak tahu lewat berapa lama aku pingsan tak sadarkan diri. Saat siuman aku telah berada di rumah sakit, dimana anggota keluarga mengelilingi tempat tidur ku. Mereka lantascepat memanggil dokter. Aku tidak dapat mengingat jelas apa yang terjadi pada ku. Akan tetapi di saat aku mencoba memanggil Appa ku, tidak ada satu suara pun yang keluar dari mulut ku

“Appa?”

Aku terus berusaha memanggilnya. Tetapi hanya ada udara kosong yang keluar dari kerongkongan ku. Hanya udara. Bukan suara. Kenapa? Apa yang terjadi pada diriku? Kenapa tak ada satupun suara yang berhasil ku keluarkan walaupun aku terlah berusaha untuk mengeluarkannya. Dokter mendatangi dan memeriksa ku, suster menyuntikkan sebuah cairan ke dalam diriku. Aku tidak tahu cairan apa itu. Hanya saja aku merasakan perlahan lahan tubuh ku melemas dan semua nya pun menjadi gelap. Aku kembali tak sadarkan diri.

Ketika siuman kembali, yang terlihat adalah raut wajah yang sedih dari setiap orang yang berada di hadapan ku. sebenarnya apa yg terjadi? Mengapa sampai saat ini aku tidak dapat bersuara? Appa dengan keberanian dan rasa berat hati berkata pada ku…

“Yoona, dokter bilang syaraf mu mengalami luka. Untuk sementara kau tidak dapat bersuara, lewat beberapa waktu pasti akan membaik”

“Aku tidak mau!!”

Aku dengan berusaha memukul ranjang. Membuka mulut lebar-lebar berusaha berteriak memperotes apa yang terjadi pada diriku. Tetapi hanya merupakan sebuah protesan yang tidak bersuara.

Setelah kembali ke rumah, kehidupan kuberubah 180°. suara telepon yang sangat di dambakan waktuitu, merupakan suara yang sangat menakutkan sekarang ini. Aku tidak pernah keluar rumah, aku menjadi seseorang yang menyia nyiakan diri sendiri. Selalu mengurung diri di dalam kamar, menolak semua makan yang dibawakan untuk ku.Appa mulai berpikir untuk pindah rumah.

Dan dia? Kris? di belahan bumi yang berbeda.Yang diketahui hanyalah diriku yangg telah membatalkan pertunangan kami.Setiap telepon dan pesan darinya tidak mendapatkan balasan dari ku,bagaikan batu yang tenggelam ke dasar lautan.

***Love***

Dua tahun telah berlalu, aku pun secara perlahan telah dapat keluar dari masa-masa yang gelap ini. Memulai hidup baru, juga mulai belajar bahasa isyarat untuk berkomunikasi dengan orang lain. Suatu hari, Wu Yi Fan atau Kris memberitahu bahwa dia telah kembali ke korea dan sekarang bekerja sebagai direktur di sebuah perusahaan ternama.

aku hanya berdiam diri tidak mengatakan atau menanggapi berita tersebut. Mendadak bel pintu berbunyi, berulang-ulang dan terdengar seperti tergesah-gesah. tidak tahu harus berbuat apa. Appa melangkah, meyeretkan kaki nya bergegas membuka pintu. Dan keadaan di dalam rumah mendadak menjadi hening. Dia Kris telah muncul, berdiri di depan rumah ku.

Dia mengambil napas yangg dalam.Dengan perlahan berjalan ke depan ku.Dengan bahasa isyarat yang tertatih, dia berkata….

“Maafkan aku! Aku terlambat satu tahun, sehingga baru menemui mu. Dalam satu tahun ini, aku berusaha dengan keras untuk mempelajari bahasa isyarat, demi untuk hari ini.Tidak peduli kamu berubah menjadi apapun,selamanya kamu merupakan orang yang paling kucintai. Selain kamu, aku tidak akan mencintai orang lain, marilah kita menikah….”

Dihembuskannya helaan nafasnya dengan pelan. Melihat tepat di manik mata ku, ia kembali menyuarakan suaranya

“Im Yoona”

Aku hanya terdiam membisu.Terharu dan seakan tidak percaya, bahwa dia masih sangat mencintai ku secara sungguh-sungguh. Bulir-bulir kristal bening mengalir melewati pipi ku dengan deras. Dalam dekapan hangatnya aku menangis sejadi jadi nya. Menganggukan kepala ku didalam dekapan hangatnya sebagai jawaban atas lamarannya

END

“aku tidak perduli kau berubah seperti apa. Seberapa besar kau berubah aku tidak peduli. Itu semua tidak akan pernah bisa mengubah perasaan ku terhadap mu. Aku mencintai mu bukan karena paras mu, bukan karena suara mu, bukan semua yang menjadi fisik mu. Aku mencintai mu karena hati ku sudah memilih mu. Aku mencintai mu dengan semua yang ada pada dirimu. Ku terima segala kekurangan mu itu. Jadi… teruslah bersama ku apa pun yang terjadi” – Kris


[PROMOTION] EXODICTED’s Store

$
0
0

header ver2Hallo guys! Salah satu fansite internasional EXO buka store nih. Ada T-Shirt, Totte Bag dan masih banyak lagi. Desain-desainnya dijamin eksklusif loh~ Cek info tentang store ini disini, atau langsung menuju ke store mereka. There we go >> store.exodicted.com Happy Shopping!


Tears Of Baekhyun Fangirl

$
0
0

cov1

Tears Of Baekhyun Fangirl

 

Author : @Sherlyirwti_ (sherlyirawati99.wordpress.com)

Cast : Byun Baekhyun | Hwang Min Yeong
Rating : PG-15

Length : Oneshot

Genre : Fangirl life and angst and other /?

Summary :

“If you really love him, then you should try to get attention, gaze, and his sincerity. But it is different with my life. No matter how hard I fought I could not necessarily get it. How can I love a famous idol? Have I gone crazy? Yes I’m already crazy. Until a rumor that actually makes more frustrating. How can I face my life as an ordinary fangirl? Can I get everything I want? I do not know. But my heart really messed up.” – Hwang Min Yeong

———————Tears Of Baekhyun Fangirl———————–

Kehidupan yang tak kuharapkan. Sungguh, aku tak mengharapkan kehidupan seperti ini. Tapi mengapa. Haiissshhhh, aku benar bisa gila kalau seperti ini.

“KYAAAAA, Kim JongIn”

“XI LUHAN SARANGHAEE”

“Oh Sehun fighting”

Kuping ku bisa tuli mendengarkan teriakan ini. Ya, aku sedang berada di acara fansign EXO. Hah. Aku harus menunggu 5 orang lagi ckck. Ada satu hal yang ku pikirkan saat ini. Aku harus berusaha bersikap sewajarnya di depan cowok idamanku.

APA?!!!

Sudah ku bilang kehidupan ku itu tidak seperti yang aku harapkan. Bagaimana bisa aku menyukai seorang idol. Gila? Ya aku memang gila dan sangat gila. Bagaimana pun aku berusaha aku tak bakal mendapatkannya. Aku memang bukan para fansite tapi fangirl. Aku berharap menjadi ORDINARY FANGIRL bukan CRAZY FANGIRL.

Oke ini giliran ku. Aku melewati Suho, Luhan, Sehun, Kai, Xiumin, Chen, Chanyeol,….. Dan inilah BAEKHYUN omoooo~ Aku harus bersikap sewajarnya haaa…

“Anyeong oppa..”

“Ne, anyeong. Namamu?” dengan puppy eyesnya.

“Hwang… Hwang Min Yeong.”

AAAAAAAAA ;A; aku bisa benar benar gila karena seorang BYUN BAEKHYUN. Bagaimana bisa aku menahan aura kesenangan ku setelah melihat Baekhyun dengan Puppy eyes nya itu.. Oh god.

“KYAAAAAAAAAAA” “Ups mian.”

Baekhyun hanya tersenyum. WOIII TERSENYUUUUMMMMMMM!!! /benar benar gila fangirl satu ini-_-/

“Gomawo oppa..”

“Ne ^^”

Huaaaa eommaaa aku bisa mati berdiri melihat senyuman ituuuuuuu.

Dan setelah 2 jam acara fansign itu selesai. Tapi tidak dengan prinsipku. Ya kalian mungkin mengira aku sasaeng fan. Tapi aku benar benar ingin melihat BAEKHYUN. Aku benar benar buta. Buta karena cinta yang tak akan pernah aku dapatkan. Sungguh dunia ini kejam. Dan otakku mengontrol seluruh kegiatanku. Hingga aku tersadar aku sudah berdiri di depan dorm EXO. Haa, aku berusaha menahan diri untuk tidak mengikuti mereka tapi pesona seorang Byun Baekhyun membuat ku ingin mengikuti mereka.

“Eumm jogiyo…”

Sepertinya ada seseorang memanggilku. Suara ini familiar sekali. Aku pun mendongakan kepalaku dan memutar tubuhku 180 derajat. Dan BINGO! Gulp.

“Ahhh… eeee.. ye?”

“Bukankah kau……”

“Hwang Min Yeong yang ada di fansign tadi.”

“Ahh ye.. Lalu mengapa kau belum pulang? Fansign telah usai 2 jam yang lalu..”

“Aaa? EE.. Anu.. Itu….”

“Baekhyun-ah ayo kita latihan.” Ya seorang Luhan memanggil Baekhyun yang membuat ucapanku terpotong.

“Ahh ne hyung.. Baik kalau begitu aku pergi dulu ne. Lebih baik kau pulang saja.. Anyeong.”

“Ahh ye..”

Hahhh… Baru saja aku akan mengatakannya. Aku serius. Aku ingin mengatakannya. Ya walaupun aku tau aku tak bakal di terima. Kemungkinannya sangat kecil. Ya aku hanya ingin dia tau saja perasaan ku ke dia berbeda dengan fangirl lainnya. Sungguh.

——————-Tears Of Baekhyun Fangirl——————-

Album, majalah, dan segala barang EXO milik Hwang Min Yeong sangat lengkap terutama hal yang berhubungan dengan Baekhyun. Ia menaruhnya di sebuah lemari khusus untuk menaruh barang-barang EXO. Ia mengambil ponsel miliknya dan membukanya. Wallpaper ponselnya tentu saja seorang Byun Baekhyun. Ia memandang wallpaper ponselnya itu.

“Ada moment berharga yang benar benar ingin aku hentikan Baekhyun oppa. Sekalipun kau hanya berbicara padaku. Detik itu benar benar berharga dan aku benar benar bahagia. Jika aku bisa mengulang kejadian itu. Aku akan menyatakan persaanku yang sebenarnya. Sekalipun cinta ku hanya bertepuk sebelah tangan. Asal kau menghargainya, di tolak pun aku terima. Aku hanya seorang fangirl biasa yang hanya bisa berharap tanpa bisa melakukan apapun.”

“Hahhhh, apa yang harus aku lakukan. The Lost Planet hari pertama akan di adakan hari ini dan 2 jam lagi akan di mulai. Aku benar-benar gila karena cinta. Seseorang yang sedang jatuh cinta pun akan sepertiku. Wanita ada pejuang cinta, sekalipun ia di tolak, ia berusaha untuk tegar dan tabah menerima semuanya. Her eternity is the best and her kind is PERFECT.”

^^^^^^

2 Jam telah berlalu. Tampak seorang yeoja yang sudah siap dengan peralatan tempurnya./? Camera dan gadgetnya.

“NOW, I’M READY!! WAIT FOR ME BYUN BAEKHYUN.”

“HWANG MIN YEONG FIGHTING!!!”

Oke yeoja ini sudah terlewat batas gila mungkin.

THE LOST PLANET CONCERT Day 1

Semua orang berteriak-teriak sambil memegang lightstick. Dan satu yeoja ini sibuk dengan kameranya. Entah mengapa Baekhyun sering melihat ke arah kamera yeoja ini. Yang tambah membuat yeoja ini gila setengah mati. Mungkin 1 hari ini ia akan mematung di tepat ini. Hanya karena Baekhyun. Concert yang berdurasi 3 jam itu telah usai /gatau durasi waktu-_-/

Yeoja itu keluar dari gedung itu. Ia sudah lulus dari Universitasnya. Ia lahir di line 94 sama seperti Sehun dan Kai. Jadi mau sampai larut malam pun ia tetap akan menjadi fangirl seperti ini. Tapi hari ini ia terpaksa pulang lebih dulu karena eomma nya menyuruhnya pulang.

———————Tears Of Baekhyun Fangirl——————-

Seperti biasa, Min Yeong bangun pagi dan membuka ponselnya. Hari ini ia membuka beberapa website dan medsoc. Betapa membatu nya ia saat ini.

“AAAAAAAAAAAAAA;A;”

“Baekhyun berkencan dengan Taeyeon!!!!”

“Tapi ini belum di confirm SM kan?”

Ia langsung membuka website SMTOWN. Dan… Gulp.

“CCCOOOONNNFFFIIIRRRMMMEEEDD???!!!!”

Seketika tubuhnya terasa sangat lemah. Hingga setetes air mata mulai membasahi wajahnya itu.

Kini ada sebuah fansign lagi. Ia berusaha untuk datang. Ia benar-benar ingin berbicara dengan Baekhyun menumpahkan segala isi hatinya saat ini. Ia membawa selembar kertas entah bertuliskan apa.

^^^^^^

At Fansign.

Kini ia melewati satu per-satu member. Hingga ia tepat berdiri di depan seorang Byun Baekhyun. Ia hanya memberikan selembar kertas. Baekhyun pun menyimpannya untuk membaca nya setelah fansign.

Setelah fansign usai, Baekhyun pun membuka kertas itu dan tertulis.

“Oppa, aku tidak mengharapkan tanda tanganmu. Aku hanya ingin kau datang ke taman yang ada di dekat tempat fansignmu itu. Aku ingin mengatakan sesuatu. Love, Hwang Min Yeong.”

Baekhyun pun langsung ke taman itu. Hingga ia melihat sebuah kursi yang di tempati oleh yeoja bernama Hwang Min Yeong itu.

“Anyeong. Apakah kau Hwang Min Yeong?”

“Ne.. Silakan duduk oppa.”

“Ne, apa yang ingin kau bicarakan?”

“Oppa, aku seorang fangirl yang hanya bisa berharap. Aku menyukai mu lebih dari seorang idola. Mungkin kau bisa bilang aku gila. Tapi aku benar-benar tidak tau kalau ini benar-benar terjadi. Aku ingat saat kau berkata kau akan berkencan dengan fansmu. Dan kau tidak akan berkencan sebelum 35 tahun kan?”

“Ne..”

“Sepertinya kau melanggar itu semua.”

“Maksudmu?”

‘Kau berkencan dengan Taeyeon eonnie kan. Aku benar benar mencintaimu. Aku hanya ingin mengatakan itu. Sekalipun aku tau aku akan di tolak olehmu, aku tetap ingin mengatakannya. Aku hanya ingin kau tau. Dan Taeyeon eonnie telah meminta maaf lewat acc IG nya. Kau juga harus melakukan itu. Kau tau, bahwa para fans sedang merasakan hal yang tidak mereka harapkan. Hahhhh…” Entah sebagimana Min Yeong berusaha untuk tidak menangis ia tetap menangis. Ia juga seorang yeoja. Walaupun berusaha sekuat apapun hatinya tetap rapuh.

“Mian, aku melanggar semua itu. Maafkan aku. Andai aku tidak melanggar ini semua mungkin para fans di luar sana tidak akan merasakan hal seperti ini. Menangis karena diriku. Dan andai aku menepati kata-kataku aku akan berada di sampingmu Hwang Min Yeong, maafkan aku telah membuat mu menangis seperti ini.”

“Haaa.. Gwenchana, aku telah menerima segalanya. Ini pelajaran hidupku. Mencintai seorang bintang idola itu salah. Aku pasti akan menemukan seseorang penggantimu di hatiku ini. Aku akan tetap menyukaimu sebagai idola ku. Semoga kau berbahagia dengannya Byun Baekhyun.” Setelah kata-kata ini Hwang Min Yeong meninggalkan Baekhyun yang benar-benar membatu mendengarkan kata-kata Min Yeong.

Min Yeong pergi ke Sungai Han. Ia termenung. Ia menangis.

“Dimana seorang wanita berusaha untuk tegar, tapi hatinya tetap saja tak bisa. Dimana dirinya berusaha kuat, tetap saja hatinya rapuh dan lemah. Dimana dirinya berusaha untuk tersenyum, tetap saja hatinya menangis.Aku masih mempunyai masa depan. Masih banyak pria yang bisa mencintaiku setulus hati. Mungkin aku ditakdirkan tidak mencintai idolaku.”

“Akan datang waktunya dimana segala rasa sakit dan kenangan yang buruk terhapus oleh waktu. Aku akan mencintaimu sebagai idola bukan lagi sebagai Byun Baekhyun yang membuat ku jatuh cinta. Inilah kehidupan. I wish you have a happy relationship.”

Love, Hwang Min Yeong <3

-End-


Love at Fansign (Chapter 7)

$
0
0

Poster1

| Title : Love at Fansign |

| Author : ciela ( @C3774 ) |

| Rating : PG-15 |

| Main cast : Oh Sehun, Park Jimin (OC) |

| Support Cast : EXO K member, Xiumin (EXO M), Kang Hye Jeong (OC) |

| Length : chaptered |

| Genre : Romance, Marriage Life, School Life |

| cielaa.wordpress.com |

Note: semua ide untuk membangun ff ini adalah murni dari author dan beberapa ada yang dari temen author. typo sdh diminimalisir. don’t be a silent reader :D bbyong~!

- Chapter 7 –

Sehun POV

“Apa yang kau lakukan tadi?” bentak yeoja itu kepadaku

“Aku… aku… aku…”

“Cepat katakan padaku kenapa kau berada di situ tadi?”

“Aku hanya ingin mencarimu tadi”

“Ya sudah lupakan saja, ayo cepat kita pulang”

Kemudian aku dan Jimin masuk ke mobil dan langsung saja kujalankan mobil hitam yang sudah menjadi milikku itu. Selama di mobil, Jimin terus saja berkutat dengan handphonenya itu, aku jadi teringat dengan namja yang tadi mengajakku berkenalan

“Siapa namja tadi?”

“Namja yang mana?”

“Namja yang tadi menunggumu di depan toilet”

“Oh… maksudmu Xiumin… dia partnerku untuk olimpiade matematika nanti”

“Jadi kau dan dia harus terus berlatih bersama untuk olimpiade itu?”

“Geurom…Memang kenapa kalau aku berlatih bersama dengannya? Bukannya kau seharusnya senang?”

“Tidak apa-apa hanya saja… aniya”

Suasana pun kembali hening seperti biasanya.

-

‘Hangang Lantern Festival’

Sepertinya lumayan menarik untuk pergi ke sana dengan Jimin. Tapi bagaimana caranya aku mengajaknya? Mengetuk pintu kamarnya dan menemuinya secara langsung atau menelponnya saja? Tapi bagaimana kalau tidak menolaknya? Ah, lebih baik aku mengirimkan sms saja kepadanya. Aku masih tidak bisa menghilangkan gengsiku ini.

“Jimin-ah”

Send… Semoga dia membalasnya, ku lock handphoneku itu dan kuletakkan di meja disamping tempat tidurku. Dia tidak mungkin membalasnya, ottokhae, ottokhae, ottokhae.

*You have a new message*

“Waeyo?”

Dia membalasnyaaa… yehettt… ohorattt…

“Mmm… nanti malam pukul 7 malam bersiaplah, kutunggu di mobil”

Send… Jangan bilang kalau kau tidak mau ikut pergi jeballl…

*You have a new message*

“Ok”

Yesss!!! Assaaa!!! Aku harus bersiap-siap sekarang juga, tapi ini baru pukul 5 sore. Lebih baik memilih baju apa yang akan kukenakan nanti saja.

Jimin POV

Namja aneh. Tinggal seatap, kamar bersebelahan dengan jarak tidak lebih dari 10 meter saja harus saling mengirim pesan untuk berbicara satu sama lain.

Aku turun ke lantai bawah untuk menuju mobil Sehun yang terparkir di depan rumah. Setelah aku masuk mobilnya, dia langsung menjalankan mesin mobil tersebut dan langsung menuju ke suatu tempat

“Memangnya kita akan pergi kemana?” tanyaku

“Kau lihat saja nanti kalau sudah sampai”

Selama diperjalanan aku tidak sengaja tertidur

“Jimin-ah…Jimin-ah ireona…Jimin-ah ireona” katanya sambil menguncang-guncangkan tubuhku

“Ahh… mianhae aku tidak sengaja tertidur… dimana ini?”

“Kita lagi di Hangang. Kaja kita ke sana”

Dia mengajakku berjalan-jalan dan melihat-lihat berbagai macam lampion yang ada di festival itu. Rasa laparku hilang dalam sekejap karena melihat indahnya warna serta bentuk lampion yang menerangi gelapnya sungai Han di malam hari.

“Jimin-ah lihat sini…” katanya

Saat aku berbalik, ternyata ia sedang mengambil foto dengan kamera yang ada ditangannya sekarang. Aku hanya bisa tersenyum ketika melihat ekspresi wajahnya yang terlihat seperti anak kecil yang sedang diajak pergi ke Lotte World.

“Kau tunggu disini sebentar ya, aku mau membeli lampion di sana”

Sambil menunggu Sehun yang sedang membeli lampion untuk di terbangkan nantinya itu, aku mengeluarkan handphoneku dan mengambil beberapa foto lampion yang menurutku sangat bagus itu.

“Ini lampionmu dan ini spidolnya. Tuliskan impianmu yang ingin kau wujudkan di lampion ini. Kalau sudah lalu kau suruh orang yang ada di sana untuk menerbangkannya”

“Arraseo”

Aku pun menuliskan semua impianku di lampion itu, setelah itu aku menunggu Sehun yang ternyata belum selesai menuliskan impiannya di lampion miliknya itu.

“Yak! jangan melihat punyaku…Kau curang sekali, bahkan aku saja tidak melihat apa yang kau tulis tadi”

“Yak! siapa juga yang ingin melihat ‘wishlist’ mu itu? tulislah cepat, aku tidak akan melihatnya”

“Sebentar lagi…Yaa aku selesai. Ayo kita ke sana” kata Sehun sambil menarik tanganku

Setelah menerbangkan lampion, Sehun mengajakku ke sebuah restaurant yang terletak di dekat sungai Han. Selagi menunggu makanan yang dipesan datang, aku mengambil handphoneku sambil mengecek apakah ada sms atau telpon yang masuk

“Ehem… ngomong-ngomong apa yang kau tulis tadi?”

“Aku menuliskan untuk kesehatan orangtuaku dan orangtuamu, membuat mereka senang, lalu beberapa hal untuk keinginan dimasa depanku”

“Ah… geurae?”

“Kau sendiri…apa yang kau tulis?”

“Aku menuliskan sesuatu hal yang sangat ingin kuwujudkan kedepannya, aku sangat ingin membuka pintu hatinya dan masuk dalam hatinya…sangat ingin…”

“Sudah kuduga…”

“Sudah kau duga apanya?”

“Enggg… aniya… lebih baik sekarang kita makan sebelum dingin”

“Dan satu lagi aku ingin kau memanggilku ‘oppa’”

“Ha? kau ingin aku memanggilmu ‘oppa’?”

“Ehmm… ayo… panggil sekarang”

“Shireo… kau kira aku ini siapa”

“Kau kan istri ku, ya kan?”

“Memang benar… tapi aku tidak harus memanggilmu ‘oppa’ sekarang kan?”

“Iya sih… kalau begitu lain kali saja kau panggil aku ‘oppa’ tapi kau harus berjanji padaku”

“Cih… untuk apa aku harus berjanji padamu? Kan banyak yeoja-yeoja di luar sana yang sudah memanggilmu ‘oppa’”

“Tapi aku mau kau yang memanggilku ‘oppa’”

“Tidak kali ini karena aku masih marah denganmu”

“Baiklah terserah kau saja”

Sehun POV

Keesokkan harinya setelah aku mengatarkan Jimin pulang ke rumah sehabis pulang sekolah. Aku bergegas untuk mengambil beberapa baju dan kumasukkan ke dalam tasku

“Kau mau kemana?” tanya Jimin

“Ada latihan untuk persiapan SM Town Beijing. Nanti kau makan saja sendiri dirumah, aku akan makan di sana dengan member lainnya. Oh yaa.. satu lagi kunci pintu rapat-rapat dan kalau ada apa-apa cepat hubungi aku”

Dia hanya menganggukkan kepalanya yang menandakan setuju. Seandainya saja ini bukan latihan untuk SM Town Beijing, mungkin aku tidak akan mengikuti latihan ini.

“Hati-hati di jalan” teriaknya saat aku memasuki mobilku itu. Entah kenapa dan mengapa tanpa kusadari aku mengangkat kedua sudut bibirku. Apakah aku benar-benar mulai menyukainya?

Jimin POV

Benar-benar sangat menyedihkan hidupku hari ini, seandainya saja aku punya seorang dongsaeng atau Lauren datang menginap dirumah baruku ini, pasti hari ini tidak akan se-sepi sekarang. Walaupun aku dan Sehun tidak pernah berbicara satu sama lain dirumah tetapi aku merasa bahwa ada seseorang yang bisa kuandalkan jika aku merasa ketakutan, seperti Jang ahjumma yang dulu selalu menemaniku.

“Lebih baik aku nonton drama setelah belajar” pikirku

Ketika aku sedang menonton drama di televisi yang berjudul “Angel Eyes” itu aku ikut sedih dengan musibah yang menimpa kedua tokoh utama tersebut yang bernama Park Dong Joo dan Yoon Soo Hwan. Mereka kehilangan salah satu dari orangtua mereka masing-masing. Tiba-tiba handphoneku berdering

“hiks…Yeoboseyo…hiks…” kataku sambil mengambil tissue yang ada di sampingku

“Yeoboseyo… Jimin-ah neo waegeurae? Mengapa kau menangis? Apa yang terjadi padamu?”

“Ani… itu… hiks… andweee” kataku lagi sembari terfokus dengan drama yang sedang kunonton sekarang

“Apa yang terjadi padamu Jimin-ah? Kan sudah kuberitahu kalau ada sesuatu cepat hubungi aku… tunggulah sebentar jangan pernah membukakan pintu untuk siapapun”

“Ani… yeoboseyo…yeoboseyo… kenapa sambungannya mati? Yeoboseyo Sehun? Oh Sehun?”

Dia benar-benar namja gila, tidak romantis sama sekali, dan tidak setampan Park Dong Joo yang romantis sekali dengan Yoon Soo Hwan ataupun Do Min Joon dengan Cheon Song Yi. Setelah itu aku melanjutkan nonton drama yang terganggu karena penelpon aneh itu.

“Jimin-ah… gwenchana? cepat buka pintunya” kata seseorang yang sedang mengetuk pintu kamarku

“Sehun? Kenapa… kau ada disini?” kataku terheran-heran saat ia langsung memegang kedua bahuku ketika aku membuka pintu kamarku.

“Kau tidak apa-apa?” tanyanya heran

“aku tidak apa-apa”

“Kenapa kau menangis tadi? kau membuatku cemas kau tahu tidak?” katanya dengan ekspresi yang…sangat susah untuk di jelaskan

“Ha? Aku… hanya menonton drama tadi…”

“Ji..jin…jinjja…jinjjayo?”

“Eum… untuk apa kau ke sini? Kukira kau akan menginap di dormmu nanti”

“Eehmm… itu aku mau mengambil barangku yang tertinggal”

“Ambil saja kalau begitu…aku mau tidur sekarang”

“Tidurlah…”

Sehun POV

Aishh… memalukan sekali diriku ini. Kukira terjadi sesuatu padanya, sampai-sampai aku harus keluar dari dorm hanya untuk memastikan keadaannya dirumah sekarang. Menonton drama… hmm… apakah dengan menonton drama seseorang bisa seperti berakting? Tapi kenapa tadi dia menangis seperti terjadi sesuatu padanya? Tapi benar juga, tidak biasanya seorang Jimin menangis hanya karena hal yang ia takuti…

“Darimana saja kau Oh Sehun?” kata Suho hyung yang masih ada sendirian di sofa dengan televisi yang menyala di hadapannya

“Habis dari rumah hyung”

“Kenapa kau keluar dorm tanpa minta izin?”

“Ada sesuatu yang mendesak”

“Ayolah, cepat katakan pada hyung. Baru kali ini kau keluar dorm tanpa memberitahuku sebelumnya”

“Jadi begini hyung, tadi aku benar-benar memberanikan diri untuk menelfon Jimin, lalu kudengar suaranya seperti orang sedang menangis. Jadi langsung saja aku pulang ke rumah. Dan ternyata dia menangis hanya karena menonton drama”

“Apa? Drama? HAHAHAHAHA… BENARKAH BEGITU?” tawa Chanyeol hyung meledak saat ia baru saja menginjakkan kaki keluar dari dapur setelah mengambil minum.

“Aish… hyung… jangan menertawakanku jebal… aku kan tidak tahu bagaimana keadaan yang sebenarnya jadi aku harus memastikannya dengan pulang ke rumah” kataku sambil mendekap mulut Chanyeol hyung yang tidak henti-hentinya menertawaiku

“Gwenchana Sehun-ah… memang kalau menjadi seorang suami harus begitu, khawatir dengan keadaan istrinya”

“Dengarlah itu Chanyeol hyung… bukan aku yang salah”

“Geurae…geurae… tapi ceritamu tadi benar-benar membuatku tidak bisa kembali tidur HAHAHA…” kata Chanyeol hyung yang berusaha menghentikan tawanya

“Suho hyung, Chanyeol hyung, jangan beritahu ini ke member yang lain. Cukup Chanyeol hyung yang menertawakanku”

“Arra…arra” kata Suho hyung dan Chanyeol hyung bersamaan

“Sudahlah ayo cepat ganti bajumu lalu tidur, besok kita ada latihan pagi-pagi”

“Ne hyung” kataku sambil berjalan masuk ke kamarku

-

“Sekarang kalian boleh beristirahat” kata pelatih dance EXO itu

“Yesss…akhirnya”

“Sehun-ah ajak jemput Jimin kemari untuk makan siang bersama kita” kata Suho hyung

“Ne hyung”

Aku cepat-cepat mengambil ponselku dan menekan tombol 1 yang otomatis menghubungi nomor Jimin

“Jimin-ah…”

“Waeyo?”

“Kau sudah pulang kan? Tunggu aku di sekolah, aku akan menjemputmu sekarang”

“Ehm… 5 menit atau aku pulang sendiri”

Aku langsung mengambil kunci mobil dan melajukan mobilku. Sesampainya aku disana. Aku melihat Jimin sedang berbincang-bincang dengan seorang namja. Langsung saja aku turun dan menghampiri Jimin. Aku langsung menggenggam tangannya dan menariknya ke mobil.

“Yak! lepaskan aku! Kenapa kau menyeretku? Aku bisa jalan sendiri yak! tolong aku oppa! Oppa!”

“Mwo? Oppa? Apa yang barusan kau katakan? Oppa?” kulepaskan genggaman tanganku

“Hey Sehun-ssi lepaskan Jimin, mengapa kau kasar sekali kepada yeoja?”

“Ne, aku memanggilnya oppa. Waeyo?” katanya dengan nada yang menantang

“Ini bukan urusanmu, Xiumin-ssi. Kau…Cepat masuk ke mobil” kataku sambil jalan masuk ke mobil yang diikuti oleh Jimin

“Aku pergi dulu ya, oppa” teriak Jimin

What? Oppa? Dia benar-benar memanggil namja yang bernama Xiumin itu dengan sebutan ‘oppa’? lalu bahkan ia tidak memanggilku dengan sebutan ‘oppa’ walaupun aku telah menjadi suami sah-nya? Benar-benar yeoja ini membuatku stress menuju gila

“Kenapa kita disini?” tanyanya

“Suho hyung yang menyuruhku”

Setelah itu aku dan Jimin masuk ke ruang latihan dance dan para member beserta makanan yang sudah dipesan sudah tersedia dengan rapi di ruangan tersebut

“Wasseo? Annyeong Jimin-ah” sapa Suho hyung

“Annyeong Jimin-ah” sapa member yang lain bersamaan

“Annyeonghaseyo” katanya sambil menundukkan badannya 90˚

“Ayo sini…sini… aku menyuruh Sehun mengajakmu kemari untuk makan bersama dengan kita. Tapi sepertinya aku mengajakmu di waktu yang tidak tepat” kata Suho hyung

“Ah aniyo…aniyo… aku tidak sibuk kok oppa”

“Bukan itu maksudku, sepertinya ada sesuatu diantara kalian berdua tapi… ah nanti sajalah, ayo sekarang kita makan”

Author POV

Sambil menikmati makanan yang ada sedari tadi Suho memerhatikan Sehun dan Jimin yang semenjak mereka datang sudah terasa atmosfer yang aneh diantara Sehun dan Jimin sikap mereka berdua tidak seperti biasanya walaupun biasanya mereka memang tidak terlalu banyak berbicara, tetapi kali ini sikap mereka seperti acuh tak acuh, seperti menunjukkan bahwa mereka berdua sedang bertengkar

“Ya, Sehun, sekarang hyung mau tanya kepadamu ada apa diantara kalian berdua?” tanya Suho

“Tidak ada apa-apa hyung” jawab Sehun

“Jimin, ada apa diantara kalian berdua?” tanya Suho lagi

“Kami tidak ada apa-apa” jawab Jimin

“Benarkah begitu? Jangan sampai kalian menyesal karena tidak ada yang mau jujur kepadaku ya. Kalau begitu hyung tanya sekali lagi, ada apa diantara kalian berdua, Sehun-ah?”

“Ehmm… aniya… aku tidak ada apa-apa dengan Jimin, hyung”

“Geurae kalau kau tidak mau bilang pada hyung, itu artinya kau sudah bisa menyelesaikan masalah itu sendiri, arra?”

“Ne hyung, kalau begitu aku antar Jimin pulang dulu”

“Annyeonghigaseyo” kata Sehun dan Jimin bersamaan

Jimin POV

Sesampainya aku dirumah dengan diantar oleh manusia dingin dan aneh yang bernama Oh Sehun yang berstatus sebagai nampyeonku itu. Sifatnya yang berubah secepat Do Min Joon menghentikan waktu itu membuatku frustasi menghadapinya. Selama ini memang teman yang paling dekat denganku selama di SMA ada 2 yaitu Xiumin oppa dan Hyejeong. Dan tidak ada satupun dari mereka berdua yang memiliki sifat se-aneh manusia yang bernama Oh Sehun ini. Lebih baik aku beristirahat saja, aku sudah lelah dengan semua ini.

Saat aku baru saja merebahkan tubuhku diatas ranjangku itu tiba-tiba saja handphoneku berdering.

“Huh menyebalkan sekali, tidak bisakah kau melihatku senang sedetik saja?” rutukku kepada handphoneku yang terus saja berdering

“Yeoboseyo?”

“Yeoboseyo, Jimin-ah”

“Eo? Ne appa, waeyo?”

“………..”

“Arraseo appa”

Incheon Airport 17.30 KST

“Untuk penumpang dengan pesawat QY319 dengan tujuan Beijing, China dipersilahkan menaiki pesawat melalui gate 3” kata seseorang melalui speaker yang membuat banyak orang berbaris didepan gate 3 itu.

“Ayo kita naik ke pesawat Jimin-ah” kata umma

“Tapi handphonenya Sehun masih belum bisa dihubungi, umma”

“Gwenchana, nanti biar disana saja kau coba hubungi dia lagi”

“Ne…” jawabku pasrah karena aku juga tidak mau ditinggal sendirian di airport

Sesampainya aku di negeri tirai bambu itu, aku beserta kedua orangtuaku langsung di jemput oleh asisten rekan kerja appa yang berpakaian setelan jas hitam yang sudah menunggu kedatanganku bersama kedua orangtuaku di Beijing Capital International Airport ini. Sehabis dari airport, aku dan orangtuaku langsung diantar menuju salah satu hotel berbintang lima yang ada di Beijing ini.

“Jimin-ah, nanti malam saat di acara peresmian tersebut kau harus berpenampilan yang elegant ,arra?

“Arraseo umma… ini bukan kali pertama aku menghadiri acara peresmian”

“Tapi kali ini kau bukan berada di Korea seperti biasanya, jadi pasti kebudayaan mereka juga berbeda dari kita”

“Ne umma…”

“Arraseo… umma percaya padamu, geunde… kau sudah menghubungi Sehun?”

“Belum, nanti saja itu umma. Aku capek sekali sekarang, lagipula aku juga sudah mengirim pesan singkat ke dia. Kalau dia sudah menyalakan handphonenya pasti dia akan menelponku”

“Ohh… geurae geurae… bagaimana dengan mertuamu? Apakah mereka sudah tahu kalau kau pergi?”

“Umma dan appa belum memberitahu mereka?”

“Belum… kita saja baru diberitahu tentang pertemuan ini kemarin malam”

“Aigooo… ya sudahlah, nanti biar aku yang menelpon mereka”

“Oke… jangan lupa memberitahu mereka ya” kata umma

Astaga… hari ini sungguh hari yang melelahkan bagiku, kalau tahu akan jadi seperti ini aku pasti tidak akan mau ikut pergi ke sini hanya untuk berdiri berjam-jam dengan menggunakan sepatu heels dan dikenalkan oleh kedua orangtuaku terhadap rekan-rekan kerja mereka. Lalu aku harus tersenyum kepada semua orang yang ada di sana karena aku tidak mengerti apa yang mereka bahas.

-

“Jimin-ah cepatlah sedikit… acaranya akan dimulai pukul 8.00 dan sekarang sudah pukul 7.30. Apakah kebiasaan lamamu juga tetap kau bawa ha? Apa Sehun yang selalu membangunkanmu setiap pagi seperti Ahjumma yang menemanimu dulu?” teriak umma di depan pintu kamarku sambil menggedor-gedor pintu kamarku

“Aku sudah selesai umma” kataku sambil memakai sepatu dan sekaligus terburu-buru keluar dari kamarku

“Kau ini ternyata… umma tidak tahu bagaimana jadinya kalau Sehun tidak membangunkanmu setiap pagi”

“Aniya umma… aku selalu bangun sendiri, bahkan lebih pagi dari Sehun”

“Sudahlah jangan bertengkar lagi, nanti kita terlambat” kata appa melerai aku dan umma

Di ballroom yang kebetulan satu gedung dengan hotel yang aku dan orangtuaku tempati itu, appa memberikan kata sambutan dengan menggunakan Bahasa Inggris untuk acara kerjasama kedua perusahaan yang berbeda negara itu. Setelah itu, seperti biasanya appa dan umma berjalan mengelilingi ruangan ballroom yang besar itu untuk menyapa rekan-rekan kerja appa seperti saat appa mengenalkanku kepada Seungjo ahjussi yang sekarang sudah kupanggil ‘abonim’ itu. Ada sedikit rasa trauma dalam diriku saat dikenalkan dengan rekan kerja appa tetapi tidak mungkin appa akan menjodohkanku 2 atau bahkan 3 kali jadi aku sedikit merasa lega dalam pertemuan kali ini.

“John Park-ssi”

“Oh… Jason Kim-ssi”

“Ya… terima kasih sudah mau datang ke sini dan bekerjasama dengan kami”

“Ah ya… aku juga senang bisa bekerja sama dengan Formosa Company”

“Oh ini kenalkan anak saya namanya Kim Him Chan” kata ahjussi itu mengenalkan anak laki-lakinya yang berada di sampingnya

“Annyeonghaseyo Kim Him Chan imnida”

“Wah… ternyata kau masih bisa berbahasa korea ya”

“Dirumah kami masih selalu memakai Bahasa Korea”

“Himchan op..pa?” kataku terkejut saat aku melihat muka yang tak asing lagi bagiku

“Jimin?” katanya yang tak kalah kagetnya saat melihatku

“Kalian saling kenal?” kata appa

——–ToBeContinue——–

Note: Mian yang udah nungguin lamaaaaaaa banget chapter 7 ini. Tapi chapter 7 ini aku udah nepatin janji nulis yang lebih panjang dari sebelumnya. Semoga sesuai hati para readers :D maaf ga sempat balesin semua komen yang sudah ditulis para readers dari chap 1-6, semua udah author baca kok :D bbyong~


I Hate You… My Twins…!!! (Chapter 1)

$
0
0

New Picture

I Hate You… My Twins…!!! (Chapter 1)

Author             : @Ddiena_layna/ Jung Nana

Cast                 : Oh sehun (Exo-K), Jung Hyemi (OC), Jung Hyera (OC), Xi Luhan (Exo-M)

Support Cast    : Member Exo, Member Shinee, Member Super Junior

Genre              : Romance, Sad, commedy, School life

Length             : Chaptered

Rating              : PG-14

Disclaimer       : FF ini Sudah pernah saya Posting di WordPress saya, jika ada yang mau baca2 FFku kalian bisa baca disini!! http://dienatitya.wordpress.com/

Summary         :           “ Apakah kamu mau menjadi temanku??”

-Jung Hyemi-

‘ Dia tersenyum kepadaku, Cantik. Itulah kesan pertamaku saat melihatnya.’

Batin sehun dalam hatinya.

-Oh Sehun-       

Author’s Note: Anyonghasseo, ini adalah fanfiction Chapter pertama buatan saya. Ya maaf ya kalo banyak typo berterbangan di FF saya.. semoga saja FF saya bisa buat chingudeul seneng bacanya, terimakasih sudah membaca FF saya dan mohon Kritik dan sarannya ya..
[WARNING !!!] NO PLAGIAT! Because story is be mine. Jangan lupa commenannya ya!! :D

Langsung Saja dah… Happy Reading!!~

‡‡‡ EXO † From Exo Planet ‡‡‡

-Author POV-

Terlihat sebuah anak kembar berumur 10 tahun yang saat ini sedang melihat televise bersama kedua orang tua mereka. Anak perempuan bermata coklat itu terlihat bosan dengan acara yang dia lihat di televise, berbeda dengan anak perempuan satunya mata hitamnya terus melihat acara di televise sambil duduk di pangkuan sang ibu.

“omma, aku bosan! Omma temani aku bermain ya?” Tanya anak perempuan bermata coklat itu kepada sang ibu.

“ah.. hyera-ya mianhe, kamu taukan kalo hyemi sedang kurang enak badan? Kamu main sama appa ne??” kata sang ibu kepada anak yang bernama hyera.

“shirro!! Aku mau main sama omma!!” kata hyera keras kepala

“hyera main sama appa yuk sayang, kasian hyemi lagi sakit nanti kalo hyemi sudah sembuh hyera main sama omma ne?”

“SHIRRO!!” teriak hyera kepada kedua orang tuanya dan lari ke dalam kamarnya, tak lupa dia menutup pintu dengan keras dan dia mulai menangis tersedu-sedu.

wae? Kenapa selalu dia? Kenapa kalian lebih menyayanginya, aku juga butuh kasih sayang kalian appa omma!” gumam hyera pelan sambil terisak. “aku sangat merindukan kalian, kalian jarang berada dirumah tapi kenapa saat kalian dirumah selalu saja Jung Hyemi yang kalian khawatirkan! Kenapa?” lanjutnya sambil menatap foto keluarga yang terpasang kokoh di dinding kamarnya dan dia menatap foto anak perempuan di sebelahnya dengan tatapan tidak suka.

# 7 Tahun Kemudian#

Dua anak remaja perempuan sedang menikmati sarapan mereka bersama dengan kedua orang tua mereka. Hari ini adalah hari pertama mereka masuk ke sekolah baru, dilihat dari seragam yang mereka berdua pakai mereka berdua adalah salah satu siswi dari XOXO Academy high school, ya sekolah ini merupakan highschool terbaik di korea selatan dan merupakan sekolah yang berisikan siswa siswi dari kalangan atas.

“hyemi-ya hyera-ya hari ini hari pertama masuk kesekolah yang baru gimana perasaan kalian sayang?” Tanya wanita paruh baya yang sedang menatap kedua putrinya.

“aku merasa gugup omma.” Jawab anak bermata hitam yaitu hyemi.

“biasa aja.” Jawab anak bermata coklat yang tak lain hyer cuek sambil tetap makan.

“yasudah hyemi jangan gugup, santai saja ya sayang nggak akan ada apa-apa kok. Hyera jaga hyemi ya!” kata sang ibu sambil tersenyum.

“seharusnya dia yang menjagaku, diakan eonniku kenapa jadi aku yang menjaganya. Memangnya dia tidak bisa menjaga dirinya sendiri apa!” jawab hyera kesal.

“hyera-ya aku akan selalu menjagamu tenang saja ne.” kata hyemi sambil menunjukkan senyumnya.

“tidak usah, terimakasih. Kau jaga saja dirimu sendiri!!” Jawab hyera ketus.

“sudah-sudah ayo berangkat appa akan mengantar kalian ke sekolah, kajja!” kata sang ayah sambil berdiri dan mengambil tas kantornya. “yeobbo, aku dan anak-anak berangkat duluan ya!”

“omma aku berangkat ne!” kata si kembar kompak.

“ne.” kata sang ibu sambil melihat nampyeon dan aeginya masuk ke dalam mobil, mobil itupun melaju meninggalkan rumah.

#XOXO Academy

“ kalian berdua hati-hati ne! jangan nakal, nanti pulang sekolah appa akan menjemput kalian ne?” kata appa dengan lembut.

“ne appa.” Kata si kembar. “Aku masuk dulu ya appa, najung-e appa!” lanjut hyera sambil bow, kemudian jalan mendahului hyemi. “appa anyeong!” ucap hyemi dan berlari menyusul hyera.

“hyera-ya tunggu aku! Appa, najung-e boja (sampai nanti).” triak hyemi sambil lari mengejar hyera, meninggalkan appanya yang kemudian tancap gas menuju kantornya.

Hyera dan hyemi jalan menuju madding sekolah melihat pengumuman tentang pembagian kelas.

“hyera-ya kamu masuk di kelas mana?” Tanya hyemi antusias.

“X-II, dangsin?” Tanya hyera balik.

“jeongmallo kamu X-II? Wah kita sekelas ra-ya!” jawab hyemi sambil tersenyum bahagia.

“membosankan sekali!” gumam hyera pelan sambil berlalu meninggalkan hyemi yang bingung dengan ucapannya.

-Author POV End-

@On the Class-

-Hyemi POV-

Aku berjalan menuju bangkuku, aku duduk di kursi nomer dua dari belakang ya itu agar aku bisa dekat jendela dan agar aku bisa lebih relax saat aku bosan nanti. Aku edarkan mataku mencari tempat hyera berada, ya tepat sekali dia berada di bangku samping belakangku. Di depan bangku hyera ada namja yang terlihat sangat keren dengan kacamata dan kedua tangannya yang di lipat di depan dada, namja itu sepertinya menyadari bahwa aku sedang memperhatikannya lalu dengan segera kualihkan tatapanku ke bangku belakangnya, ya sekarang aku pura-pura meliah hyera. Huhh.. hampir saja aku ketahuan.

“wae?” Tanya hyera dengan muka datarnya karena melihat aku menatapnya.

“ani, ania.” balasku sambil tersenyum garing padanya.

“lalu kenapa kau menatapku?” Tanya hyera lagi dengan expresi yang sama.

“aku hanya ingin melihatmu, apa gk boleh?” jawabku denagn tampang polos.

“Menyebalkan!!” Gumam hyera pelan, tapi aku masih bisa mendengarnya.

KRINGGGGG….KRIIINGGGGGGG…

Terdengar bunyi bel bertanda bahwa pelajaran akan dimulai, terlihat seonsengnim masuk ke dalam kelas.

“annyeonghaseyo anak-anak, saya adalah wali murid kalian nae iremi Han Heejo seonsaengnim. Oke kita absen dulu ya..” ucap han seonsaengnim.

Dari tadi aku hanya diam sambil menungu namaku di sebut oleh Han seonsaengnim, tapi pandanganku langsung teralihkan saat nama namja disebelahku disebut.

“Oh sehun.” Panggil han seonsaengnim.

“ne, seonsaengnim.” Jawannya sambil mengangkat tangan kanannya keatas. ‘Jadi namanya Oh sehun, sehun nama yang bagus..’ batinku dalam hati.

“Jung hyemi” panggil han sam, tapi aku tidak mendengarnya aku memikirkan namja yang bernama Oh sehun itu.

“Jung hyemi? nuga Hyemi ireum-eun? (siapa yang bernama Hyemi?)” panggil seonsaengnim sekali lagi, aku masih terlarut dalam lamunanku. ‘dia kelihatannya cuek dan sombong tpi keren sih.. hah sudahlah dia juga tak mungkin melihatku, dia pasti tertarik dengan hyeri.’ Ucapku dalam hati, lamunanku dibuyarkan saat ada seseorang yang melempari aku dengan penghapus, akupun menoleh kebelakang dan ternyata itu hyera.

-Hyemi POV End-

-Hyera POV-

“Jung hyemi? nuga Hyemi ireum-eun?” panggil seonsaengnim pada hyemi tapi dia malah melamun, dasar bodoh (-_-”).

“Ya! Jung hyemi.. mi-ya!” seruku pelan sambil melemparinya Penghapus dan diapun akhirnya menoleh kearahku.

“oh..eh.. wae?”tanyanya dengan wajah tak berdosa.

Tanpa berbicara sepatah kata-pun aku menunjuk ke arah Han seonsaengnim dengan cuek, akurasa dia tahu maksudku dan dia langsung mengangkat tangannya.

“eh.. Ne seonsaengnimnaneun Jung hyemi.” teriaknya dengan mengangkat tangan kanannya.

Huh dasar bisa-bisanya dia melamun di awal pelajaran seperti ini dasar pabbo!! Kualihkan pandanganku ke depan kearah namja yang bernama oh sehun. Dia benar-benar tampan dan cool abis, hah dia tipeku banget dia harus jadi pacarku.

“jung hyera.” Panggil han seonsaengnim.

“Ne!!.” jawabku sambil mengangkat tanganku.

“lho.. hyemi dan hyera kembar ya?” Tanya seonsaengnim, pertanyaan yang tak pernah aku sukai dari dulu.

“ne.” jawabku dan hyemi serempak, kulihat dia sangat antusias menjawab pertanyaan seonsaengnim berbeda sekali denganku.

“hembb.. ok kita akan bentuk pengurus kelas.” Ucap seonsaengnim

Bla.. bla.. bla…

“ oke saya akan bacakan nama pengurus dan jabatannya di kelas.” Kata seonsaengnim dan anak-anak hanya diam menunggu hasilnya. “ketua kelas oh sehun dan wakilnya kim jinki, sekretaris xi luhan dan wakilnya jung hyemi.. bla.. bla…” ucap seonsaengnim panjang lebar. “kalian sanggup?” Tanya songsengnim.

“ne.” jawab semua pengurus kelas. Hahh.. untung saja aku tidak terlibat hal-hal membosankan seperti ini.

KRINGGGGG… KRINGGG….

Akhirnya istirahat juga.. huhh benar2 membosankan, akupun membereskan buku2ku dan memasukkannya ke dalam dan kemudian bersiap ke kantin. Tapi ku urungkan saat ada yang menyapaku.

“annyeonghaseyo, hyemi-ssi.” Sapanya, akupun memutar kedua bola mataku dan menatapnya kesal.

“chogi, naneun hyemi animidha (aku bukan hyemi). Nan hyera imnidha!” ucapku memperkenalkan diri dengan penuh penekanan di setiap kata yang aku ucapkan.

“oh mianhaeyo hyera-ssi naneun luhan, xi luhan imnidha.” Balasnya memperkenalkan diri.

“oh oke luhan kau tak usah seformal itu memanggilku, apa kau mencari hyemi? Dia ada disana.” Tunjukku kepada yeoja yang sedang membaca bukunya siapa lagi kalo bukan Sodaraku yang menyebalkan itu.

“oh jongmal? ah sepertinya dia sedang serius membaca aku tidak ingin mengganggunya. Bagaimana kalau kita ke kantin? mau kekantin bersamaku?”tawarnya padaku setelah melihat kea rah hyemi yang serius membaca buku.

“ dan kaulah yang sekarang menggangguku! Tapi baiklah, ne kajja!!” desisku pelan dan aku rasa dia mendengarnya dan iapun menunduk dan setelah aku menyetujui ajakannya dia tersenyum.

Akupun berjalan meninggalkan kelas menuju kantin sekolah, sebelum itu aku melihat hyemi sedang asyik membaca buku yang diberi oleh omma semalam. Sebenarnya omma juga memberiku buku itu juga tapi aku malas membacanya, membaca adalah hal yang membosankan.

-Cantin XOXO Academi-

Aku dan luhan duduk di paling ujung, setelah selesai memesan makanan. Dan baru beberapa menit makanan sudah tiba, aku dan luhan mengobrol sambil makan.

“wah kalian benar2 mirip sekali, buktinya aku tadi salah mengenali yang mana kau dan yang mana hyemi.” Katanya tiba2.

“ya begitulah. Tapi ada urusan apa kau tadi dengan hyemi?” tanyaku

“itu aku ingin berkenalan dengan patnerku, diakan wakilku.” Ucapnya sambil tersenyum, jujur ya wajah luhan itu terkadang seperti yeoja dan namja dalam waktu bersamaan, kalau dia yeoja dia pasti cantik. Batinku dalam hati.

“wae? Ke-kenapa kau menatapku? ada yang aneh?” tanyanya bingung.

“ada, mukamu.” Jawabku dengan wajah serius.

“wae?” tanyanya penasaran sambil meraba-raba wajahnya, dia benar-benar lucu.

“yeoppo, museun yeoja-ya?(apa kamu perempuan?)” tanyaku usil sambil menatapnya dari atas ke bawah.

“Ania, naneun namja-ya.. Sang namjaga.. SANG-NAMJA!! naneun 100% namja arra!” jawabnya dengan kesal, akupun tertawa mendengarnya.

“Hmm.. kau mau berteman denganku?” tanyanya padaku, tidak ada salahnya menerima dia sebagai teman toh luhan sangat asyik diajak ngobrol apalagi wajahnya yang cantik itu.

“ne EONNI!!!” ucapku sambil tersenyum manis padanya, dan kemudian lari sebelum dia mengomel.

“YA!! Jung Hyera, dangsin-eun juggo sip-eo??(kau ingin mati?)” teriak luhan sambil mengejarku, akupun menambah kecepatan lariku.

-Hyera POV END-

-Sehun POV-

Kuliahat yeoja bernama hyemi itu, aku tau dia dari tadi melihatku. Awalnya aku kira dia sama dengan yeoja lainnya yang selalu berteriak saat melihatku dan mengatakan mereka mencintaiku. *Pede amat lhu thehun, belajar ngomong S dulu aja dah ya.. #dihajar Sehun.

Aku kira dia akan memperhatikanku sampai akhir ternyata dugaanku salah, dia sekarang asyik membaca buku berjudul. “Immortal love” expresi wajahnya yang sangat serius sangat lucu membuatku ingin tertawa, tak lama dia mengambil sebuah kotak bekal dan membukanya. Dan dia tidak sengaja melihat kearahku, ia berjalan kearahku sambil membawa kotak bekalnya.

“annyeonghaseyo, naneun hyemi imnida.” Ucapnya sambil bow.

“Ne annyeong, nan sehun imnidha, wae?” tanyaku to the point.

“ apa kau mau?” tawarnya sambil melihatkan isi kotak bekalnya yang berisi sandwich.

“ani, kau makan saja.” Balasku.

“kau beneran gk mau? Aku sedang menawarkan makanan kepadamu, ini gak ada racunnya kok.” Ucapnya dengan nada+tampang polos.

“ah.. baiklah akan aku coba.” Ucapku mengambil sandwich dan memakannya.

“otthe?” tanyanya antusias. “mashita.” Balasku cepat dan dia tersenyum manis kearahku, cantik. Itulah kesan pertamaku dengannya, ternyata dia ramah.

“tentu saja ommaku adalah yang terbaik dalam makanan.” Ucapnya bangga dan hanya kubalas dengan senyuman.

“apakah kamu mau berteman denganku sehun-ah?” tanyanya lagi padaku, baru kali ini aku diajak berteman oleh seorang yeojja. Aku adalah orang yang pilih2 teman bukan berarti aku sombong, aku hanya tidak ingin salah memilih teman yang membawa pengaruh buruk kepadaku.

“baiklah.” Ucapku tanpa sadar, aku menerimanya tanpa berfikir apapun. Ada apa denganku? Mungkinkah aku? Maldo-andwe!..(itu tidak mungkin).

-Sehun POV End-

#Pulang Sekolah#

-Author POV-

“hyemi-ya kajja!” ajak hyera pada hyemi.

“ne.” jawab hyemi.

“luhan eonni aku duluan ya, appaku sudah menjemputku sampai ketemu besok.” Pamit hyera pada luhan yang berhenti dari aktifitasnya membereskan buku dan yang sontak menatap yeoja itu garang.

“Mwo? Ya! sudah kuperingatkan jangan memanggilku dengan embel-embel menjijikan itu jung hyera!!” ucap luhan sambil menatap hyera kesal dan yang di tatap cuek bebek.

“Ne eonni, Upss! Maksudku Luhan-ah aku duluan ne, bye bye!” sahut hyera sambil menahan senyum melihat expresi luhan yang sangat kesal, liat saja diamemasukkan buku kedalam tas debgan tak sabaran.

“sehun-ah aku duluan ya, annyeong.” Ucap hyemi sambil melambaikan tangannya ke sehun dan dib alas senyuman oleh sehun, mereka berdua jalan keluar sekolah berjalan menuju mobil ayahnya. Setelah mereka masuk ke dalam mobil, mobilpun melaju menuju rumah keluarga Jung.

@house Jung Family

sesampainya dirumah Jung twins langsung berhamburan ke kamar masing-masing untuk membersihkan diri setelah bersekolah tadi.

-hyera room-

Hyera keluar dari kamar mandi dengan kaos dan clana jeans 3/4nya, dia duduk di meja riasnya dan tak sengaja menatap bingkai foto yang terdapat dirinya yang sedang dirangkul oleh mantan namjachingunya. Hyera menap foto itu dengan lekat.

“I Miss you Kris, aku rasa sudah saatnya aku Move On darimu walaupun aku masih mencintaimu. Seharusnya aku membencimu karena kau berselingkuh dan dengan terang-terangan kau memutuskanku dan mengatakan kau lebih mencintai yeoja itu, tepi aku tak bisa aku masih mencintaimu kris. Kenapa kau memberikan kesan buruk pada cinta pertamaku kris! Kenapa?” hyera menatap foto itu datar, dia tidak menangis karena mungkin air matanya sudah habis karena menangisi namja itu dulu.

Hyera membaringkan diri di ranjang berukuran kingsize miliknya yang di balut dengan sprei & bedcover berwarna biru sapphire sama seperti cat dinding kamarnya. Hyera menatap langit-langit kamarnya yang memang sengaja di lukiskan awan putih di langit yang biru, hyera menyukai langit jadi dia meminta langit2 kamarnya di disain seperti langit yang sesungguhnya hyera akan tenang setelah melihat langit dan dia bisa tidur. Ya seperti sekarang dia sudah terlelap dan memasuki alam mimpinya

-hyemi room-

Hyemi duduk di meja belajarnya, dia terlihat santai sama seperti penampilannya dia memakai hoodie dan clana trining selutut. Raut wajahnya sangat tenang mengerjakan soal-soal di buku matematika yang kemaren dia beli, sesekali dia membenai kaca matanya yang menandakan dia menemukan soal yang menurutnya lumayan susah dia mulai menghitung kembali dan beberapa menit kemudian terlihat seulas senyum dibibirnya.

“Tengggg! Akhirnya ketemu juga jawabannya aigoo aku harus sering-sering mengerjakan soal semacam ini agar aku tidak kesusahan mengerjakan ini di sekolah.” Ucapnya sambil membereskan buku-bukunya dan memasukkannya kedalam tas, hyemi berjalan keranjangnya yng berukuran kingsize berbeda dengan hyera yang menyukai langit, hyemi lebih menyukai tumbuhan berwarna hijau.

“ahh.. melihat ini aku jadi ingin bermain di taman bunga yang berada di rumah kaca belakang rumahku, sayang sekali sudah malam.” Ucapnya sambil menatap langit kamarnya yang terdapat lukisan taman bunga yang sangat indah dan tak lupa ada gambar Pikachu disana, yah bisa dibilang hyemi dari kecil sangat menyukai cartoon pokemon apalagi sama hewan yang berwarna kuning dan bisa mengeluarkan listrik dari ekornya yang bernama Pikachu. Saat hyemi memejamkan matanya terdengat suara ketukan pintu, dengan malas hyemi membuka pintu.

“nona hyemi waktunya makan malam.” Kata yeoja paruh baya yang berada di depan kamarnya.

“ Kim ahjumma! apa omma dan appa sudah berada di meja makan?” Tanya hyemi sebelum kim ahjuma pergi.

“ ahh.. itu tadi omma nona hyemi pergi ke Beijing untuk persiapan fashion show untuk mempromosikan disain baju terbaru butik nyonya yang ada di sana, kalo appanya nona hyemi tadi ditelefon sama kantor dan beliau harus pergi ke jepang untuk menjalin relasi bisnis dengan CEO ternama di sana.” Jawab kim ahjuma panjang lebar.

“Oh.. kenapa mendadak sekali?”

“saya juga kurang tau, sebaiknya sekarang nona hyemi makan dulu kebelum makanannya dingin. Saya akan membangunkan nona hyera untuk menemani nona hyemi makan.” Jawab kim ahjuma lembut.

“aku tidak nafsu makan ahjuma, jangan bangunkan hyera dia bisa marah jika di bangunkan. Ahjuma tau sendirikan bagaimana hyera, aku mau istirahat saja.”

“tapi nona hyemi, jangan lupa minum vitamin itu pesan ommanya nona hyemi.” Ucap kim ahjuma mengingatkan sebelum pintu tertutup.

“ne” ucapku pelan, sangat pelan. Akupun berjalan dan membaringkan diri diranjangku lagi , menatap langit-langit dengan sedih dan kemudian memejamkan mata menuju dunia mimpi. Untuk apa aku meminum vitamin2 itu jika memang tubuhku masih saja lemah.

-Author POV END-

‡‡‡ EXO † From Exo Planet ‡‡‡

#XOXO Academy

-Hyera POV-

Aku berjalan memasuki koridor sekolah hari ini aku melihar soudara kembarku yang biasanya terlihat bersemangat dan banyak bicara kini menjadi murung dan pendiam, aku tau ini karena orang tua kami yang pergi tanpa pamit kepada aku ataupun dia. Ya dia selau seperti ini saat aku masih sekolah dasar sampai aku Sma sungguh ini kekanankan, dia tak berfikir bahwa hanya dia yang kecewa dia fikir aku tidak merasakan hal yang sama dia sungguh menyebalkan. Aku terus berfokus pada pemikiranku saat tiba2 ada yang mengagetkanku.

“YAAA!!!” serunya kencang sambil menepuk pundakku, aku yang sangat terkejut langsung saja terlonjak dan hampir terpeleset dan jatuh jika tidak ada yang menahan tubuhku. Akupun mengalihkan pandanganku dan menatap orang yang berada tepat di hadapanku, betapa terkejutnya aku saat sadar ternyata orang itu adalah si namja berwajah cantik akupun angsung berdiri dan membenai seragamku yang sebenarnya masih rapi.

“YA! Xi Luhan kau tau kau hampir membuat jantungku cupot dan membuatku hampir tuli mendadag karena suara jelekmu itu!!” ucapku kesal dan terus menatapnya tajam.

“lebay kau ra-ya hahahaha.. mianhae ra-ya habis aku panggil2 kau tak menjawab bahkan aku berjalan di belakangmu kau tak menyadari keberadaanku, jadi terpaksa aku menggunakan cara cadangan.” Ucapnya sambil tersenyum gak jelas dan memasang Aegyonya yang yah bisa dikatakan membuatku luluh sih.

“arraso arraso.. hentikan bergaya seperti perempuan jika kau tidak mau kupanggil dengan embel2 menjijikan seumur hidupmu eonni.” Ucap hyera dengan senyum jailnya, sebelum luhan mengomel hyera langsung menarik tangan luhan menuju kelas.

@Class room

Suasana kelas sudah lumayan ramai yah walaupun ini masih pagi akupun berjalan menuju tempat dudukku, ku gantungkan tasku di gantungan bawah mejaku yang memang di gunakan untuk menggantung tas.

“hyera-ya..” kutolehkan wajahku ke sumber suara yang memanggilku, siapalagi kalo bukan namja wajah cantik itu.

“ apa?” tanyaku cuek. “aishh.. cuek banget sih! Setidaknya senyum dikit gitu.” Jawabnya sambil mempoutkan bibirnya, dia sangat cute dan juga cerewet.

“iya. Iya.. dasar cerewet! Wae-yo luhan-ah??” tanyaku sambil tersenyum sok manis. “nah gitukan cantik, itulho aku mau Tanya tuh hyemi kenapa kok wajahnya murung gitu auranya juga hitam, aku jadi takut mau menyapanya.” Ucap luhan sambil menatapku dengan wajah polos yang menurutku sangat menggemaskan.

Karna sudah tidak tahan kucubit pipinya dengan pelan, dia sangat menggemaskan. “entahlah dia selalu bertindak kekanakan seperti itu jika di tinggal oleh omma dan appa pergi ke luar kota, sudahlah jangan bahas dia, akan lebih baik dia diam seperti ini daripada dia banyak Tanya terus.” Kataku sambil terus mencubit pipinya, kubiarkan saja dia menatapku kesal karena mencubitnya habis dia manis sekali hahaha..

“Ya!! hentikan appo..!” dia menepis tanganku dan mengelus-elus pipinya yang memerah karena aku cubit tadi, huhhh.. rasakan kau namja cantik.

Sejenak kutolehkan wajahku melihat hyemi dia selalu bertindak bodoh yah seperti sekarang dia memandangi layar phonecellnya, tak sengaja aku melihat namja di depanku memperhatikan yeoja babbo itu. Tapi pandangannya berhenti saat bel masuk sudah berbunyi.

-Hyera POV END-

-Sehun POV-

Aku melihat ada yang aneh dari yeoja yang bernama hyemi itu, yang sekarang menjadi teman baruku. Aku terheran dengannya ada apa dengannya saat ini dia sangat diam dari tadi bahkan dia tak menyapa atau berbicara sepatah katapun dan hanya menatap phonecellnya saja. Ahh.. sudahlah kenapa aku jadi memikirkan yeoja itu terus, kugelengkan kepalaku pelan untuk menyadarkan otakku agar tidak memikirkan yang lain selain sekolah dan belajar, pandanganku teralihkan saat seonsaengnim memasuki kelas akupun berdiri dan memimpin untuk memberi salam kepada seonsaengnim.

“Perhatian!! Beri salam..” seruku

“ selamat pagi, seonsaengnim.” Ucapku dan murid2 lain kompak, akupun duduk kembali.

“ ne selamat pagi anak-anak, oke saya Go junhye seonsaengnim saya akan disini mengajarkan pelajaran sains. Oke sebelumnya saya akan membentuk sebuah kelompok ya masing2 kelompok terdapat 5 orang, setelah kelompok terbentuk silahkan pilih ketua kelompoknya mengerti?.” Aku hanya mengangguk Sains ya, bukannya sombong aku lumayan pintar dalam pelajaran ini.

“Nee..” jawab murid2 kompak.

“kelompok pertama Ahn nari, Hwang Zi-tao, kim jongdae, park jinhye, kim kibum silahkan berkumpul dengan kelompokmu!”

“kelompok ke-2 Jo hyejo, Lee junki, kim minki, lee hayoung, lee taemin.”

“kelompok ke-3 Oh sehun, lee byunhee, Kim jongin, jung hyemi, kim jinki.”

“kelompok ke-4 Jung hyera, Do kyungsoo, Xi luhan, Song nana , Park jihyun.”

“kelompok ke-5 lee gi-joon, kim jinri, bla..bla.. bla…”

Ahh.. aku sekelompok dengan dia ya, akupun berdiri dan berkumpul dengan rekan satu kelompokku.

“Hai hai… wah ternyata ketua dan wakil ketua kelas jadi 1 kelompok ya? hay perkenalkan namaku lee byunhee.” Ucap yeoja berambut sebahu yang duduk di sebelah hyemi.

“ Sehun, kau sajalah ketuanya kaukan pintar Sains dari smp!” kata orang berkulit hitam itu siapa lagi kalo bukan temanku yang peling menyebalkan kim jongin.

“ya! jangan seenaknya menunjukku hitam, kenapa bukan jinki saja dia juga pintarkan? Bagaimana jinki?” ucapku menatap namja di depan jongin.

“ahh.. aku tidak terlalu jago dalam mata pelajaran sains aku rasa kau saja yang menjadi ketuanya sehun.” Ucap jinki sambil menatap buku materi yang diberikan Go sonsengnim.

“baiklah.” Ucapku pasrah, sebenarnya materi ini menurutku lumayan susah juga tapi aku akan mencoba yang terbaik.

“oke sekarang kita bagi tugas gimana ketua?” ucap yeoja bernama byunhee.

“ hyemi apa kau bisa mengerjakan soal-soal ini?” tanyaku pada hyemi yang dari tadi diam.

“humb.. aku rasa aku bisa.” Ucapnya pelan.

“baiklah Aku, jinki dan hyemi bagian mengerjakan soal-soal kai dan byunhee bertugas mencari bahan2 yang akan kita gunakan untuk membuat karya tulis ilmiyah untuk materi ini. Setuju semua?”

“ne.” ucap rekan2ku serempak, lalu mereka kembali ke tempat duduk mereka. kulirik hyemi lagi, aku bingung sebenarnya dia kenapa?

“hyemi-ya gwenchana? Ada yang tidak kau mengerti dari penjelasanku tadi?”

“ah.. aniya sehun nan gwenchana, aku mengerti kok sama penjelasanmu tadi.” Jawabnya pelan.

“lalu kenapa kau tampak murung begitu?”

“ah tidak apa2 mungkin aku hanya lelah.” Ucapnya sambil tersenyum simpul kepadaku, Omo! Waegeure? Kenapa jantungku berdegup kencang begini ada apa ini? Aku kenapa? *kalo gak berdegup, mati dong lhu sehun. bodoh amat sih ya!* #digampar Exostan.

-Sehun POV END-

@Cantin school

-Hyemi POV-

Aku berjalan sambil meminum Banana milk yang aku beli di cantin sekola barusan, entahlah aku masih sedih karna sampai sekarang omma dan appa tidak memberi kabar ini membuatku khawatir.

“hyemi-ya, kau mikirin apa sih sampai2 aku tidak kau tanggapin dari tadi.” Ucap yeoja yang ada di sebelahku dengan kesal.

“ mianhe byunhee-ya aku hanya sebal sama orangtuaku sampai sekarang mereka masih belum memberiku kabar bahkan melalui Sms aja tidak, akukan jadi khawatir.” Ucapku sedih dan dia merangkul pundakku.

“ gwaenchanha, mungkin mereka masih sibuk, orang tuaku juga begitu kok dan inilah nasip anak keluarga kaya yang harus hidup mandiri karena orang tuanya sibuk sendiri.” Ucapnya sakratis.

“hya! Ucapanmu dewasa sekali, kau sangat tidak pantas mengucapkannya byunhee-ya. bahkan sifatmu saja jauh dari kata dewasa.” Kataku sambil ketawa melihat dia kesal akupun berlari dan dia mengejarku dan tanpa melihat kedepan. Tanpa sengaja aku menabrak seseorang namja dan tanpa kuduga banana milkku tumpah ke jas sekolahnya kulihat di bawah name tagnya terdapat dua pin bergambar bintang dan itu menunjukkan bahwa dia adalah anak kelas XI, ku lirik sebentar wajahnya dan tanpa sengaja aku menatap matanya yang terbalut eyeliner yang menambah ketajaman matanya saat melihatku dengan tatapan marah.

“Mi-mian haeyo.. sunbaenim, ak.aku tidak sengaja.” Ucapku pelan sambil bow berkali-kali.

“Aissh.. ya! lihat jasku jadi kotorkan dasar Bodoh, apa kau tak punya mata hah! Kau taruh dimana matamu saat kau berjalan?” namja itu membentakku dengan suaranya yang keras, ini pertama kalinya aku di bentak apalagi oleh seorang namja dan dia adalah seniorku.

“baekkie berhentilah!” ucap seorang namja tinggi berambut coklat ikal yang berjalan kearah kami berdua yang sedang diperhatikan penjuru kantin, sumpah aku benar2 malu.

“yeol-ah dia menabrakku dan menumpahkan minuman murahan di jasku, apa kau tak melihatnya lihat jasku kotor yeol!” ucapnya tak terima.

“aku rasa dia tak sengaja, berhentilah kau membuatnya hampir menangis tau.” Bela namja bernama yeol itu sambil memegang bahuku, dan sontak aku mengangkat wajahku diapun tersenyum.

“ siapa namamu? Aku park chanyeol ” tanyanya padaku.

“jung hyemi imnida.” Ucapku pelan dan melihat namja di sebelah chanyeol sunbae dia menatapku garang.

“jung hyemi!” panggil yeoja sekarang berdiri di sebelahnya, diapun bow kepada senior. “ hyemi-ya aku mencarimu tau, sebentar lagi masuk kajja kita kembali ke kelas!” ucapnya pelan.

“Ne kajja, sunbaenim aku harus kembali ke kelas permisi.” Ucap hyemi pelan dia tak mau melihat ke arah namja yang tadi ia tabrak.

-Hyemi POV END-

-Author POV-

Hyemipun membungkuk hormat dan berlari meninggalkan kantin dan dua namja yang menatap punggungnya yang menghilang di koridor kantin.

“Ya chanyeol kenapa kau malah berkenalan dengannya, kau tau kau sangat menyebalkan! Biasanya kau selalu membelaku kenapa sekarang kau membelanya, kau sahabatku atau bukan sih?” ucap namja itu sambil membersihkan sisa tumpahan susu dengan tisu.

“mianhe baekhyunie, bukannya aku tak mau membelamu. Itu karena dia cantik, aku ingin menjadikannya kekasihku aku rasa dia lumayan untuk aku kenalkan dengan teman2ku saat berkumpul dan dia tidak cukup memalukan untuk kuakui sebagai yeojachinguku di depan mantanku.” Ucap chanyeol sambil merangkul baekhyun.

“dasar Player! Oke kita lihat saja nanti apa kau bisa menjadikannya mainanmu yeolie, kalau kau bisa aku akan memberikan mobil baruku padamu.” tantang namja bernama baekhyun itu yang menampilkan evil smirknya. *player itu = playboy tapi player itu lebih parah dalam mempermainkan wanita, karena mereka berkelakuan kasar, picik, bahkan mereka akan memperkosa wanita yang mereka mainkan.*

“ya! Aku bukan Player dan aku Tidak serendah itu baek, oke lihat saja nanti game akan dimulai dan bersiaplah mobil kesayanganmu berada di bagasi rumahku.” Ucap chanyeol sembari tersenyum miring dan meninggalkan cantin, mereka berjalan dengan bersemangat dan tanpa mereka sadari ada seseorang yang mendengar percakapan mereka. Namja berkulit putih pucat dengan rambut coklat itu meremas caleng sodanya dengan wajah yang menahan emosi.

“aku akan menghalangi rencana kalian dan akan melindunginya, Lihat saja nanti.” Ucap namja itu tegas dan melempar kaleng itu dan tepat masuk kedalam tong sampah.

-TBC-

‡‡‡ EXO † From Exo Planet ‡‡‡

Note:

Wah gimana gimana?? Bagus gak? Gak ya? maaf ya kalo critanya kurang dimengerti kurang romantic ini pengalaman pertama buat FF chapter jadi harap maklum ya. Dan mohon Kritik dan saran di butuhkan untuk membantu dalam pengerjaan Chapter ke 2, semoga chapter ke-2 bisa lebih baik dari chapter pertama ya. makasih sebelumnya sama yang sudah baca FF saya. Semoga ada yang menunggu next dari saya Terimakasih, Gomawo, Thankyou, Arigato, Xie-xie, sukron.

Wasalamualaikum Wr.Wb.

 


Be My Shine (Lay’s Story: When the Light was Disappear)

$
0
0

Be My Shine (Lay’s Story: When the Light was Disappear)

Title                       : Be My Shine

Sub – Title           : Lay’s Story: When the Light was Disappear

Author                  : AlifyaA (@Alifya_Kuchiki)

Main Cast            :

  • Zhang Yi Xing as Lay
  • You as Park Ha Na

Genre                   : Romance

Rating                   : G

Type                      : Oneshot

Your heart isn’t in your chest, but you asked someone to keep that for you.

And that someone is the one that you called the light of your life.

-          By AlifyaA

***

Anyeonghaseyo! Ketemu lagi dengan Author amatiran ini, Alifya imnida. Kalian sudah baca FF oneshot Be Mine Shine yang Umin’s dan Yeol’s? Kalau sudah, kamsahamnida! Seperti janji Author sebelumnya, Author akan membawakan 12 FF Oneshot setiap member. Dan perlu ditegaskan lagi, 3 dari 12 FF sudah Author publish dengan judul yang sama namun karakter berbeda, jadi kalau yang udah pernah baca dari blog lain, ini BUKAN hasil plagiat. Komentar – komentar dari kalian masih sangat diharapkan. Kamsahamnida! Anyeong!

***

 [Author’s POV]

Seorang yeoja berdress putih terduduk di halte bus sendirian dengan memegang sebuah payung transparan di kedua tangannya. Ia melirik ke arah jam tangan putih yang menunjukkan pukul 4 sore di tangan kanannya, seharusnya ia sudah ada di rumah sejak dua jam yang lalu. Ia takut Eommanya akan marah jika mengetahui ia keluar rumah sendirian saat ia tidak ada.

Hujan turun dengan begitu derasnya tanpa mengkhawatirkan akan ada seseorang kedinginan olehnya. Dari kejauhan seorang namja berseragam SMU berlari ke arah halte bus untuk berteduh. Setelah ia sampai, iapun duduk di sebelah yeoja itu dan menggosok – gosokan kedua tangannya karena kedinginan. Yeoja itu pun menoleh kepadanya.

“School of Performing Arts, Seoul,” ucapnya tiba – tiba.

“Ne?” tanya namja itu kebingungan.

“A-aniya.. hanya saja aku pernah bermimpi dapat bersekolah di sana,” ucap yeoja itu dengan wajah bercahaya, namja itu pun hanya membalasnya dengan senyuman ramah.

Tak lama, sebuah bus berhenti di depan mereka. Merekapun beranjak dan masuk ke bus itu. Di sana hanya tersisa dua bangku kosong yang berada di baris ketiga sebelah kanan, merekapun duduk di sana.

“Tadi kau bilang kau ingin bersekolah di sekolahku?” ucap namja itu membuka pembicaraan.

“Mmm,” gumam yeoja itu sambil mengangguk.

“Lalu kenapa kau tidak bersekolah di sana?”

“Eommaku melarangku.”

“Lalu kau sekolah dimana?”

“Aku.. aku tidak sekolah.”

“Tidak sekolah?” tanya namja itu kebingungan.

Namun sebelum pertanyaan itu terjawab, bus itu telah berhenti di tempat tujuan yeoja itu. Ia pun menunduk sopan dan beranjak bangun.

“Jamkkanman! Nan Zhang Yi Xing imnida, orang – orang memanggilku Lay,” ucap namja itu.

“Ha Na.. Park Ha Na.” ucapnya dan berlalu pergi.

[Lay’s POV]

Hari ini adalah hari paling melelahkan untukku. Setelah pulang sekolah, ada seorang sunbae aneh yang tiba – tiba mengajakku berkelahi. Namanya Chanyeol, dia bilang untuk tidak mendekati yeojanya yang entah siapa. Aku mencoba untuk bicara tapi dia malah menyerangku secara membabi buta. Akhirnya daripada aku harus berkelahi seperti orang babo, aku lebih memilih berlari secepat yang ku bisa, apalagi aku tidak tahu untuk apa perkelahian itu. Setahu ku, aku tidak pernah dekat dengan yeoja manapun.

Aku hanya melangkah perlahan sambil menendang – nendang kerikil di hadapanku. Kepalaku menunduk menatap tanah dan saat aku mengangkat kepalaku, aku melihat seorang yeoja yang menggunakan dress putih manis sedang terduduk di kursi halte bus. Park Ha Na? Aku pun langsung menghampirinya.

“Annyeonghaseyo, Ha Na-ssi!” sapaku.

“Oh, annyeonghaseyo!”

“Mwo haneungoeyo?”

“Aku hanya sedang memikirkan tempat tujuanku hari ini,” jawabnya.

“Tempat tujuan?”

“Ne, aku selalu pergi ke tempat yang berbeda setiap hari.”

“Bolehkah aku ikut denganmu?”

“Ne?” tanyanya kebingungan.

“Hehe.. aku hanya sedang merasa bosan,” jawabku sedikit malu.

“Baiklah!” ucapnya riang.

“Jinjjayo?” sekarang aku yang kebingungan, aku kira dia akan melarangku untuk ikut.

“Mm, kau boleh ikut!” ucapnya sambil beranjak menghampiri bis yang ternyata sudah menunggu di belakangku. Aku hanya mengikuti langkah Ha Na dan duduk di kursi kosong sebelahnya.

“Ada apa denganmu, Lay-ssi?” tanya Ha Na tiba – tiba.

“Ne?”

“Wajahmu sedikit berbeda dengan kemarin.”

“Berbeda?”

“Mmm.” Gumamnya dengan anggukan.

“Apakah aku mudah terbaca? Padahal kau baru bertemu denganku kemarin.”

“Aniya! Aku hanya merasa ada yang sedikit berbeda,” jawabnya dengan senyuman.

[Author’s POV]

Sudah beberapa minggu Lay bertemu di halte bus dan menemani Ha Na pergi ke tempat yang berbeda setiap harinya setelah pulang sekolah. Lay selalu menceritakan semua kejadian yang dilaluinya, Ha Na hanya tersenyum mendengar cerita – cerita yang keluar dari mulut namja itu namun tidak membalasnya dengan ceritanya sendiri. Seperti yang Lay katakan, sejak itu Ha Na selalu bisa membacanya namun Lay sendiri tidak dapat melakukan hal yang sama. Ia selalu bingung dengan siapa Ha Na. Apa yang ia sukai ataupun yang ia benci. Pengalamannya. Dan hal – hal lain yang biasanya ia ketahui dari teman – temannya.

Hari demi hari dilalui Lay dengan Ha Na, walaupun ia tidak tahu apapun tentang yeoja itu namun ia merasakan sesuatu yang belum pernah dirasakannya. Seperti ia merasa selalu ada cahaya di hatinya setiap ia melihat Ha Na tersenyum hangat untuk menjawab semua pertanyaannya. Ia pun menyadari bahwa ia menyukai youja itu dan memutuskan untuk mengungkapkannya.

“Ha Na-ah, aku ingin mengatakan sesuatu padamu,” ucap Lay.

“Ne, marhaebwayo!”

“Nan- nan chuayo! Apakah kau mau menjadi yeojachingu ku?”

Ada raut sedih pada youja itu, “Mianhae.. Lay-ssi. Aku tidak bisa..”

Ha Napun langsung beranjak dan melangkah pergi, meninggalkan namja di belakangnya yang tanpa di sadari telah meneteskan sesuatu di pipinya.

Mianhae~ Lay-ssi! Aku juga menyukaimu tapi aku tidak bisa. Rintih youja itu dalam hati.

[Lay’s POV]

Sudah beberapa hari aku tidak melihat Ha Na di halte bus. Aku sudah menerima bahwa kau tidak memiliki perasaan yang sama denganku tapi kenapa kau jadi menghindariku seperti ini? Apakah kita tidak bisa berteman?

Tiba – tiba terdengar lagu yang tidak asing bagiku, lagu Don’t Go dari EXO yang ternyata berasal dari phone cell yang ada di tasku. Aku pun mengeluarkannya dan menatap nama yang ada di layarnya. Park Ha Na. Dengan cepat aku mengangkat dan menaruhnya di telinga kiriku.

“Yeoboseyo?”

“Apakah ini Lay-ssi? Aku adalah eommanya Ha Na.”

[Author’s POV]

Terbaring seorang gadis lemah di ranjangnya dengan mata tertutup. Wajahnya yang cantik itu terkena cahaya dari sela – sela jendela yang tertutup gorden tipis berwarna putih.

Dialah Park Ha Na. Rona merah di pipinya telah hilang, bibirnya mengering dan berwarna kelabu, warna kulitnya memutih pucat, dan nafasnya terengah – engah. Perlahan ia membuka matanya dan melihat ke arah namja yang menatapnya pedih. Ia mencoba menunjukkan senyuman hangat yang biasa terlihat di wajahnya. Namun namja itu tetap menatapnya dengan kesedihan.

“Kau kenapa? Wajahmu jelek kalau cemberut seperti itu!” ucap Ha Na dengan suara yang sangat pelan.

“Kau sendiri kenapa hanya tidur meringkuk? Inikan sudah siang, sudah saatnya untuk berjalan – jalan,” ucap Lay berusaha untuk tegar namun di luar kendalinya, air jernih itu pun jatuh.

[Lay’s POV]

Setiap hari setelah pulang sekolah, aku selalu pergi ke rumah sakit untuk melihat Ha Na. Karena terlalu lelah, aku sering tertidur di kelas. Hari ini pun Guru Lee tiba – tiba membangunkanku, namun bukan untuk memarahiku melainkan menyuruhku mengangkat phone cell yang terus menjerit di dalam tas ku. Aku sengaja tidak mengubahnya ke silent mode agar aku tidak kehilangan kabar mengenai Ha Na. Aku pun permisi sebentar untuk mengangkatnya.

“Yeoboseyo?”

“Lay-Lay -ssi-hiks-Ha-Na-hiks..hiks.”

                Aku pun berlari meninggalkan sekolah tanpa peduli berapa orang yang sudah ku tabrak. Aku kalut. Air mata mulai tumpah dari kelopak mataku, seluruh tubuhku mulai bergetar hebat, jalanku sudah tak setegap biasanya, dan nafasku tak teratur.

Setelah aku sampai di Rumah Sakit aku langsung menghampiri Bibi Park yang matanya telah lebam karena air mata.

“Lay-ssi.. Ha Na sedang dioperasi! Lalu dokter itu menyuruhku untuk menyerah! Dokter brengsek itu menyuruhku untuk menyerah! Bagaimana bisa aku menyerah atas anakku?!! Padahal ia masih bernafas!! Bagaimana bisa?!!” teriak Bibi Park histeris, akupun hanya memapahnya yang hampir terjatuh untuk duduk.

***

Aku sedang melihat yeoja yang paling aku cintai terkulai lemah di ranjangnya. Ia tetap tersenyum hangat menatapku walaupun dengan susah payah. Tiba – tiba ia mencoba untuk bangun dan turun dari ranjangnya. Akupun berlari menghampiri dan mendekapnya yang hampir terjatuh. Bukannya kembali ke tempat tidur, ia malah memelukku erat.

“Lay-ssi, a-aku-ingin jalan – jalan. A-aku i-ngin meli-hat ma-tahari ter-bit,” ucapnya bersusah payah.

“Ne. Ayo, kita melihat matahari terbit!” ucapku sambil menahan air mata. Aku harus tetap tersenyum dan menganggap semuanya baik – baik saja.

Aku menggendong Ha Na di punggungku dan keluar dari kamar inap. Aku melihat Bibi Park masih menangis. Namun setelah ia melihat kami, ia dengan cepat menghapus air matanya.

“Ha Na-ah, Kau mau kemana?” tanyanya dengan senyuman yang dipaksakan.

“Kita ingin melihat matahari terbit di Sungai Han,” jawabku mewakili Ha Na.

“Ne,” ucap Bibi Park, lalu berbisik padaku. “Kau harus membuatnya tersenyum.”

“Aku- su-dah ter-senyum, eom-ma,” ucap Ha Na yang ternyata dapat mendengarnya.

“Ne, kau tersenyum! Kau baik – baik saja! Kau sangat sehat!” ucap Bibi berpura – pura ceria dan lebih untuk meyakinkan dirinya sendiri.

Aku pun melangkah pergi, dari belakang aku bisa mendengar isak Bibi kembali. Aku berusaha tersenyum dan keluar dari tempat itu.

“Lay-ssi..go-ma-wo!” ucapnya di atas punggungku.

“Ne,” ucapku sambil menahan tangis yang sebentar lagi tumpah.

[Author’s POV]

Sungai Han terbentang indah di depan mereka, mereka terduduk di sebuah kursi panjang. Ha Na terkulai lemah bersandar ke pundak Lay yang sedang berusaha untuk terlihat ceria.

“Lay-ssi, apakah kau masih ingat kalau aku ingin bersekolah di sekolahmu?” tanya Ha Na yang sudah mulai berbicara dengan normal kembali.

“Ne,” jawab Lay singkat dengan getir.

“Aku selalu ingin menjadi seorang penyanyi dan masuk ke sebuah Girl group. Namun eomma tidak mengizinkanku untuk menjadi penyanyi. Ani! Dia bahkan melarangku untuk pergi ke sekolah manapun. Aku hanya dapat menulis, membaca dan berhitung. Tidakkah aku sangat babo? Aku bahkan tidak tahu sejarah negaraku sendiri. Karena itu, aku selalu merasa bosan dan pergi ke tempat yang berbeda setiap harinya, ke tempat yang belum pernah aku datangi saat eomma pergi untuk bekerja. Dia tidak pernah tahu kalau aku sering pergi keluar rumah, bahkan saat aku pulang terlambat di hari pertama kita bertemu. Tidakkah itu lucu?” ucap Ha Na untuk pertama kalinya menceritakan dirinya.

“Ne. Itu lucu!” jawab Lay dengan senyum dipaksakan.

“Lay-ssi, kalau aku pergi.. maukah kau berjanji untuk menjaga eommaku?”

“Kureom! Tapi kau tidak akan pergi kemana – mana, eomma-mu akan marah jika tidak menemukanmu di rumah saat ia pulang,” ucap Lay pura – pura tidak mengerti.

“Benar juga, nan jeongmal babo gatha!” ucapnya sambil menggetuk – getuk kepala sambil tertawa.

“Kalau begitu kau harus berjanji untuk menjadi penyanyi yang hebat,” lanjutnya.

“Ne, yaksok! Asalkan kau terus melihatku di bangku depan.”

“…”

“Lay-ssi..”

“Ne?”

“Saranghaeyo..” ucap yeoja itu sambil tersenyum lemah di pundak Lay.

“Na-nado saranghaeyo, Ha Na-ah.”

Ha Na pun hanya tersenyum dengan hangat. Senyuman yang setiap hari ia perlihatkan di halte bus. Senyuman yang setiap hari ia berikan untuk Lay. Senyuman yang menerangkan kehidupan Lay.

Dari kejauhan matahari mulai terbit dengan indah. Sinarnya menghujani wajah lemah Ha Na yang menutup matanya dan tidak dapat membukanya kembali. Sedangkan air mata Lay sudah tak tertahankan lagi, ia pun hanya membiarkannya jatuh membasahi pipinya dan jatuh mengenai tangan orang yang ia cintai yang telah membeku.

Selamanya kau akan menjadi cahayaku, Park Ha Na..

 

The End


Fuck Off

$
0
0

Fuck Off.

written by arianatorr

starring kim jongin and you

failed comedy, fluff but maybe no romance

drabble-ficlet

teen (t)

arianatorr’s personal message : don’t be rude – leave your comment or like this post – no bashing – typo everywhere – rated m for language

happy reading^^

\(-_-\)

Gadis itu berjalan menyusuri koridor sekolah barunya. Bukan maksudnya ia bersikap bitchy pada hari pertama sekolahnya, tetapi memang itu gayanya. 

Rambutnya bergoyang ke kanan dan ke kiri seiring dengan tubuhnya yang naik turun ketika berjalan. Walaupun begitu, ia tetap memasang senyum lebar dan membungkuk setiap kali melewati seorang guru. Bahkan kepada adik kelaspun, ia tetap tersenyum ramah.

Terlalu bahagia, iapun menabrak seseorang, hingga bokongnya hampir membentur keramik lantai koridor. Ketika itu juga, gadis itu merasa seluruh makhluk hidup yang ada di koridor itu menatapnya.

“Minggir,” kata orang itu, dingin.

Dalam gerakan slow-motion, gadis itu dapat melihat reaksi murid perempuan di sekelilingnya. Tepat setelah kata ‘minggir’ yang terkesan sarkastik yang di ucapkan oleh pemuda itu. Dan ketika slow-motion itu berhenti, gadis itu menutup kedua telinganya dengan kedua telapak tangannya.

“KAI OPPA!!!”

“WAAAA!!!”

“OMO, OPPA, GWAENCHANI?!!”

“OPPAAAAA!!!”

Dan sebagainya, dan sebagainya. Gadis itu mendengus, dan memutar bola matanya, kesal. Sesaat kemudian, koridor itu hening. Ia dapat merasakan orang bernama ‘Kai’ itu—berdasarkan yang ia dengar dari jeritan-jeritan tak berguna (menurutnya) —merunduk dan berkata; “Minggir.” dengan kasar.

“Apa-apaan?! Koridor ini ‘kan luas, kau bisa lewat jalan lain, ‘kan?!” gadis itu berteriak, tepat di depan wajahnya.

.::.

Seumur hidup Jongin, ia belum pernah berhadapan dengan orang seperti gadis di hadapannya ini.

Ya, ia bersumpah, ini yang pertama kalinya.

Gadis ini adalah orang yang pertama berteriak tepat di wajahnya, selain ibu dan ayahnya. Gadis ini yang pertama kali memutar bola mata karena reaksi penggemarnya. Gadis ini yang pertama kali mendengus di depannya.

“Minggir.” Ulangnya.

Dari posisinya, ia dapat melihat gadis itu menggerutu. “Tidak.”

Mendengar itu, Jongin naik pitam. Sumpah. Ini yang pertama kalinya Jongin mendengar penolakan dari mulut orang lain…

Karena kebanyakan yang mendengar, langsung menuruti perkataannya.

Tapi tidak dengan gadis ini.

I said,” ia mencengkram kuat kerah kemeja gadis itu hingga kakinya terangkat dari lantai koridor, “Fuck-off!”

“Tidak!” gadis itu menendang ‘anu’ Jongin, menyebabkan cengkramannya terlepas dan merintih kesakitan. “Whatever you say, I won’t agreed your fvcking order! Everything!

Ia berlalu, menjejak-jejakkan(?) kakinya di lantai koridor dan berjalan menuju kelasnya.

Meninggalkan Jongin yang masih tergeletak di lantai.

Tanpa disadari gadis itu, Jongin mengangkat sebelah sudut bibirnya, dan mendengus.

Interesting.”

(/-_-)/

arianatorr’s little note : sorry for the language :( hope you like my really-short-drabble. And don’t forget to leave you comment^^



Love Actually [#3]

$
0
0

loveactucom

[ TITLE ]

Love Actually [#3]

[ Author ]

Didoots

[ Length ]

Chaptered

[ Genre ]

Romace, family, friendship

[ Rating ]

PG-16

[ Main cast ]

Lee Jin Yeong

Kai (EXO-K)

Chen (EXO-M)

Kim Eomma (Kai’s Mom)

[ Support Cast ]

Find by yourself!

 

Sorry for the typo! Namanya juga manusia tidak ada yang tidak mempunyai salah mohon dimaafkan, dan kesamaan tokoh atau alur cerita itu adalah hal yang tidak saya ketahui yang mengetahui hanya readers dan Tuhan.

FF ini sudah pernah dipublish, jika melihat FF ini ditempat lain itu bukan plagiator. Tapi jika melihat ff ini dengan berbeda nama author berarti dia seorang plagiator.

PLAGIATOR!! HATERS AND SIDERS? GO AWAY!!!

 

 

- Happy Reading Guys! –

 

**

Jin Yeong mengayuh sepedanya dengan cepat, dia menatap langit yang berubah menjadi hitam abu-abu, gelap dan suara gemuruh petir sudah menghiasi awan abu-abu itu. Jin Yeong langsung mengayuhkan sepedanya dengan cepat. Jarak dari sekolah kekediaman keluarga Kim cukuplah jauh.

Rintikan air sudah mulai menetes. Sedikit demi sedikit air itu membasahi rambut Jin Yeong. Dari rintikan lalu berubah semakin besar menjadi hujan yang lumayan lebat. Kini tubuh Jin Yeong sudah basah semua, dia tetap melanjutkan kegiatanya yaitu mengayuh sepeda. Untunglah tasnya anti air jadi dia tidak khawatir dengan buku-bukunya.

Dia sampai di parkiran rumah keluarga Kim, dia sampai berbarengan dengan mobil jaguar putih milik Kai. Jin Yeong memarkirkan sepedanya disamping mobil Kai. saat Kai keluar mobil dia terkejut melihat Jin Yeong berada dirumahnya dengan keadaan basah kuyub seperti itu. tapi dia tidak menghiraukan keadaan Jin Yeong dia langsung masuk kedalam rumahnya. 

Jin Yeong sudah mengigil dan dia menggigit bibir bawahnya karena sangat kedinginan, dia memencet bel. Pintu terbuka disana terdapat Kim Eomma berdiri dengan mengembangkan senyumnya, tapi senyumnya luntur saat melihat Jin Yeong basah kuyub dan kedinginan seperti itu.

“Omo! Kau basah kuyub cepat ayo nak masuk..” Kim Eomma langsung merangkul pundak Jin Yeong dan membawanya masuk kedalam rumah, tak perduli dia menjadi basah juga karena bersentuhan dengan Jin Yeong.

“tunggulah disini, Eomma akan ambilkan handuk untukmu ne” Kim Eomma pergi mencari handuk. Tiba-tiba Eommanya datang menghampiri Jin Yeong dengan segelas coklat panas.

“nak kau tidak apa-apa? minum ini dulu ne” Tanya Eomma Jin Yeong khawatir.

“n-ne, g-gw-wen c cha na Eomma” Jawab Jin Yeong dengan terbata-bata. Kim Eomma telah kembali sambil mebawa handuk dan pakaian.

“ini, mandi dan pakailah ini ne?” Kim Eomma membawa Jin Yeong kekamarnya untuk mandi disana. Nyonya Lee mengikuti dari belakang sambil tersenyum. Jin Yeong sekarang sedang mandi. Diluar Nyonya Lee dan Kim Eomma duduk sambil menunggu.

“ah Nyonya maafkan anakku dia jadi merepotkanmu” ucap Nyonya Lee.

“ah gwenchana gwenchana dia sudah aku anggap anakku sendiri, saat melihatnya aku jadi merindukan Hyojin” kini muka Kim Eomma menjadi muram.

“bagaimana keadaan Hyojin Nyonya?”

“tidak ada perubahan padanya, Harin lebih baik kau siapkan makan malam, kau da Jin Yeong makan disini ne?” Ujar Kim Eomma dengan senyum.

“ah ne,ne” Nyonya Lee langsung pergi ke dapur dan menyiapkan makan malam.

Jin Yeong keluar kamar dengan menggunakan mini dress berwana green dengan balutan tali dibelakangnya, dan itu membuat Jin Yeong terlihat manis.

“omoo,omoo kau cantik sekali Jin Yeong” Puji Kim Eomma.

“ah Kim Eomma bisa saja, aku merasa tidak pantas menggunakan ini”

“ah, kau salah kau terlihat lebih cantik jika menggunakan pakaian ini, untunglah Eomma masih menyimpan pakaian Hyojin”

“sini..” Kim Eomma menyuruh Jin Yeong duduk dibangku riasnya, dan Jin Yeong menuruti.

Dia mengambil sisir lalu menyisiri rambut Jin Yeong lembut. Rasanya sudah lama sekali dia tidak melakukan ini, setelah mengenal Jin Yeong, Kim Eomma seperti mempunyai belahan jiwa lagi. dia sangat menyayangi Jin Yeong sebagai anaknya. Waktu makan malam pun datang.

“Jin Yeong tolong panggilkan Jongin untuk makan malam” Jin Yeong mengangguk mengerti.

Dia melangkahkan kakinya menuju kamar Kai, dengan ragu dia mencoba mengetuk pintu yang dihiasi papan nama “Kim Jong In” itu.

“Kai Eomma menyuruh mu kebawah untuk makan malam” teriak Jin Yeong dari balik pintu kamar Kai. tapi tidak ada jawaban. Dan Jin Yeong mengetuk kembali pintu kamar Kai, setelah yakin sang pemilik kamar tidak menjawab dia membuka pintu kamar Kai. kosong tidak ada orang. ‘kemana namja itu? dia pergi?’ batin Jin Yeong.

Dia mencoba mencari Kai di setiap sudut ruangan latai atas. Dia berjalan menyusuri lorong awalnya dia tidak yakin untuk kesana tapi dia tetap mencoba siapa tau Kai ada disana pikirnya. Dilorong itu terdapat 1 pintu dengan tulisan dilarang masuk.

“mungkin Kai disini, untuk apa dia menuliskan dilarang masuk aneh” Pikir Jin Yeong

Jin Yeong mulai menyentuh gagang pintu itu, dia mulai mendorong pintu itu. tapi tiba-tiba ada tangan seseorang menggengam tanganya yang memegang gagang pintu. Sang pemilik tangan itu Kai. ya dia adalah Kai yang dari tadi Jin Yeong cari.

“apa yang kau lakukan? Kau tidak lihat bacaannya dilarang masuk culun!” Kai berbicara dengan nada tinggi.

“mian, tadi aku mencarimu tau. Eomma menyuruh mu untuk makan malam” Jelas Jin Yeong.

“ne tunggu, aku ingin mematikan tape dulu” Kai berjalan dan Jin Yeong mengekor dibelakangnya dia penasaran apa yang dilakukan Kai.

Pintu itu terdapat tulisan “Jongin’s Castle” dia membuka pintu dan Jin Yeong mengikuti. Dia begitu terkejut melihat isi ruangan itu. ruangan itu adalah tempat Kai berlatih menari.

“ini tempat latihan dance mu?” Tanya Jin Yeong menyelidik sambil berputar-putar mengelilingi ruangan yang penuh dengan stereo dan tape, didepannya terdapat deretan cermin. Ruangan ini seperti ruangan untuk dancer yang profesional.

“ne, Eommaku yang mebuatkannya untukku”Jelas Kai sambil membereskan ruangan itu.

“waw! Ini keren” puji Jin Yeong tanpa sadar. Kai hanya memberikan senyum ejekan pada Jin Yeong.

“kajja” teriaknya dari ambang pintu. Jin Yeong menurut lalu kembali mengekor dibelakang Kai. dimeja makan telah siap Kim Eomma dan Harin Eomma. Jin Yeong senang sekali memiliki 2 Eomma yang menyayanginya.

Kai duduk disebelah Kim Eomma dan Jin Yeong berhadapan dengan Kai dan disampingnya Harin Eomma. Mereka mulai mengambil makanan lalu menyantapnya.

“omo Jongin kenapa keningmu?” Tanya Kim Eomma sambil mengelus kening anaknya ini.

“u-uhukk..” Jin Yeong tersedak ketika mendengar pertanyaan Kim Eomma kepada Kai. Eomma Jin Yeong langsung dengan sigap memberikan minum untuk anaknya ini.

“kau baik-baik saja?” Jin Yeong hanya mengangguk-agukan kepalanya meyakinkan.

“Kai, jawab dulu kenapa dengan keningmu?”

Kai diam sejenak, matanya mentapan Jin Yeong yang was-was. Jin Yeong takut Kai menceritakan semuanya. Tatapan Kai memang sangatlah tajam buktinya Jin Yeong langsung menundukan kepalanya karena takut.

“tadi terjatuh saat latihan menari Eomma” jawab Kai berbohong, mendegar Jawaban Kai Jin Yeong mengangkat kepalanya lalu menatap Kai lalu tersenyum memberikan ucapan terimakasihnya karna telah menyelamatkanya, dan Kai mengangukan kepalanya.

“andai Jin Yeong itu menantuku” Jin Yeong dan Kai yang mendegar langsung tersedak bersamaan. Kim Eomma langsung tersenyum melihatnya.

“kalian memang sehati” Kai dan Jin Yeong langsung saling menatap. Lalu membuang muka bersamaan. Akhirnya keheningan terjadi.

“Jongin nanti kau antarkan Jin Yeong dan Lee ahnjumma ne?” ucap Kim Eomma memecahkan keheningan.

“ne Eomma” jawab Kai malas. Mau tidak mau dia harus mengantarkan Jin Yeong dan Lee ahjumma kalau menolak bisa di cincang dia oleh Eommanya.

“tapi Kim Eomma, aku membawa sepeda..” Ujar Jin Yeong binggung.

“tenang saja, nanti Eomma akan suruh orang untuk mengantarkan sepedamu ne? Lagian tidak mungkin kau mengayuh sedamu dengan dress” kata Kim Eomma sambil diiringi tawanya.

Makan malam selesai, Kai langsung mengambil jaketnya dan kunci mobilnya. Jin Yeong segera menghampiri Kim Eomma untuk berterima kasih.

“Kim Eomma terimakasih untuk segalanya” Ucap Jin Yeong sambil tersenyum.

“ne, jangan sungkan-sungkan untuk main kesini ya” Kim Eomma memeluk Jin Yeong erat.

Kai sudah memasuki mobilnya sekilat 5 menit yang lalu, Kai menunggu Jin Yeong sambil mendegarkan radio dari mobilnya. Jin Yeong masuk dan duduk didepan sedangkan Eommanya dibelakang.

Diperjalanan terjadi keheningan, tidak ada dari penumpang dimobil itu yang membuka suara, Jin Yeong sibuk dengan pikirannya sedangkan Kai dia memang sibuk dengan pikirannya tapi dia harus fokus pada jalan.

“Kai sajangnim, aku harus menjemput anak kecil saya” Ucap Eomma Jin Yeong ragu.

“oh begitu? Memangnya dimana rumahnya Lee ahjumma?” Tanya Kai ramah.

“setelah belokan didepan Tuan tinggal belok kekiri” jelas Nyonya Lee. Jin Yeong hanya diam memperhatikan pembicaraan mereka.

Kai menuruti apa yang disuru Nyonya Lee, dia membelokan stir mobilnya ke arah kiri. Lalu Nyonya Lee menyuruh mobil Kai untuk berhenti di tepi jalan didepan sebuah rumah yang tidak begitu besar.

“tunggu sebentar ne?” Nyonya Lee keluar mobil.

Terjadi keheningan dimobil Kai dan Jin Yeong sama sekali tidak ada yang mau berbicara sekata patah pun. Akhirnya Jin Yeong pun membuka suaranya.

“gomawo Kai-sshi” Ucap Jin Yeong.

“terimakasih untuk apa?” Kai binggung dengan Jin Yeong.

“tadi kau tidak menceritakan pada Kim Eomma tentang keningmu” Jin Yeong menundukan kepalanya.

“ne,ne gwenchanayo”

“apa keningmu masih sakit?” tanya Jin Yeong lagi.

“sedikit, oh iya kau sekelas dengan Chen?” tanya Kai. hal itu membuat Jin Yeong binggung.

“ne, dia teman dekatku dikelas” jelas Jin Yeong.

“apakah dia baik? Bagaimana sifatnya?” Jin Yeong semakin heran dengan pertanyaan-pertanyaan Kai, dia bertanya layaknya seorang yang suka pada seseorang.

“kau suka dengannya? Jangan-jangan kau..”

“hyak apa yang kau pikirkan culun!” Kai menjitak kepala Jin Yeong dengan cukup keras.

“ya kan aku hanya mengira-ngira, dia baik, perhatian dia adalah satu-satunya teman yang aku punya dikelas, dan yang jelas dia lebih baik dari kau Kai” Jelas Jin Yeong sambil menatap Kai.

“benarkah? Haha” Kai tertawa meremehkan. Dari kejauhan terlihat Nyonya Lee mengandeng seorang anak laki-laki. Lalu mereka masuk kedalam mobil.

“Lee Minchan kenalkan ini Jongin Hyung” kata Nyonya Lee.

“hai Minchan” sapaan manis keluar dari mulut Kai.

“ya lebih baik hyung langsung menyetir saja ini sudah malam” Kai sedang tersenyum langsung memasang muka datarnya. Pertama kalinya ada seorang anak kecil yang berbicara seperti itu padanya.

“Minchan jangan berbicara seperti itu, tidak sopan, mianhae Tuan Jongin” Nyonya Lee merasa tidak enak dengan Kai karna perkataan Min Hyuk.

Kai melajukan mobilnya dengan cepat, Kai memang sudah tau dimana Nyonya Lee tinggal karna sebelumnya dia pernah mengantarkan Eommanya kesana. Akhirnya mereka sampai.

“gomawo Tuan Jongin, hati-hati dijalan” Nyonya Lee keluar dari mobil.

“mianhae Kai, adikku memang seperti itu” jelas Jin Yeong.

“seperti itu bagaimana?”

“dia susah sekali berteman dengan orang, dia itu sangatlah jutek jarang sekali dia bisa akrab dengan teman namja ku” penjelasn Jin Yeong membuat Kai menggelengkan kepalanya.

“adikmu sangatlah aneh sama seperti noonanya” Jin Yeong menatap Kai, lalu Kai hanya menyeringai.

“terserahlah, yasudah gomawo Kai” Jin Yeong tersenyum lalu turun dari mobil. Kai langsung melajukan mobilnya dengan kencang.

**

Pagi-pagi Jin Yeong sudah membuat heboh kamarnya dia mengubek isi kamarnya, dia binggung kemana kacamatanya. Lalu dia teringat kemarin kacamatanya tertinggal dimeja rias Kim Eomma. dia kemeja makan lalu memasang muka yang kesal. Disana sedang duduk seorang namja yang dia kenal ya itu Kai. apa yang dia lakukan disini.

“selamat pagi Eomma, Appa, Minchan dan ..Ka.i” sapa Jin Yeong manis dan dia merasa aneh dengan menyapa Kai seperti itu.

“apa yang kau lakukan disini Kai?” Tanya Jin Yeong.

“akan aku jelaskan dimobil nanti” Jawab Kai datar.

Hari ini Nyonya Lee memasak nasi goreng beserta Ayam goreng. Kai langsung melahapnya, sama hal nya dengan Jin Yeong dia pun melahap makanannya. Setelah selesai Kai menatap Jin Yeong memberi kode agar berangkat sekarang lalu Jin Yeong yang mengerti menganggukan kepalanya.

“Eomma Appa aku berangkat dulu” Jin Yeong berdiri lalu mengecup pipi kedua orang tuannya dan adiknya itu.

“gomawo Lee ahjumma dan Ajushi” Kai membungkukan badannya sopan, lalu dia tersenyum.

Mereka meninggalkan kediaman rumah Keluarga Lee, Jin Yeong kembali teringat dengan sepedanya. Dia mencari sepedanya tapi hasilnya nihil. Seakan mengerti dengan keadaan Jin Yeong Kai langsung menjelaskan kemana sepedanya dan apa tujuannya datang pagi ini.

“sepedamu ada disekolah, suruhan Eommaku membawanya kesekolah, tadinya dia menyuruh nya untuk mengantarkan pagi ini tapi karna dia melihat kacamatamu yang tertinggal jadi dia menyuruhku kesini untuk mengatarkan kacamata dan berangkat bersama kesekolah” Penjelasan panjang lebar Kai, hanya di tanggapi anggukan mengerti Jin Yeong.

“kajja kita berangkat, dan ini kacamatamu” Jin Yeong langsung mengambil kacamatanya dari tangan Kai.

Kai membukanan pintu mobilnya untuk Jin Yeong. Dia membalas terima kasihnya dengan senyuman. Saat ingin memasang sabuk pengaman tangan Jin Yeong terasa sakit. Kai yang binggung menatapnya heran.

“kau kenapa?” tanyanya datar.

“tanganku keram” rintih Jin Yeong sambil mengeluarkan sedikit air mata.

“mwo? coba sini” Kai menarik tangan Jin Yeong dia mencoba membantu Jin Yeong dengan sepengetahuan yang Kai tau.

“sudah merasa baikan?” Tanya Kai.

“nde, ne sedikit” mata Jin Yeong masih meram melek untuk menahan sakit yang menjalar di tangannya.

“Kai bisakah kau memasangkan aku sabuk penganman, tanganku masih sakit” Kai mengangguk menyanggupi.

Kai mendekatkan tubuhnya pada Jin Yeong. Kalian tau jarak mereka benar-benar dekat Jin Yeong pun mencium wangi parfum Kai yang sangat mewah itu. dia menikmati wangi parfum itu. andaikan Jin Yeong seorang pengemar Kai mungkin dia akan sangat bahagia tapi Jin Yeong bukalah mereka jadi dia memasang muka datarnya.

“hyak berhentilah benafas di leherku itu membuatku geli” ujar Kai tiba-tiba. Jin Yeong malah sengaja bernafas dengan kencang di leher Kai lalu tertawa. tiba-tiba Kai memalingkan mukanya menghadap Jin Yeong lalu menatapnya tajam layaknya serigala ingin menerkam mangsanya, jarak mereka semakin dekat hidung Kai pun sudah menyentuh hidung Jin Yeong. Kai langsung memberikan senyum smirknya melihat muka Jin Yeong yang memerah. Lalu dia kembali ke tempat duduknya.

“jangan bermain-main denganku, baru begitu saja kau sudah merah haha” Kai tertawa lepas setelah berhasil mengerjai Jin Yeong.

“hyak Babo, cepat berangkat” Jin Yeong mengalihkan pembicaraan karna malu.

“Kai-sshi kau tidak apa-apa berangkat bersamaku?”

“menurutmu? Sebenarnya aku takut banyak gosip yang menerpa kita tapi, ya sudah aku bisa jelaskan nanti.” Jelas Kai sambil memasang wajah tidak bersalahnya itu, mengingat kejadian yang baru terjadi yang membuat wajah Jin Yeong memerah membuat Kai masih menatapnya dengan jail. Sebenarnya ini yang ditakutkan Jin Yeong. Jika dia berangkat dengan Kai bisa-bisa sasaeng fans Kai melukainya. Kai cukup banyak fans wanitanya dan jika tiba-tiba mereka membuat ‘Gerakan Anti Jin Yeong’ bagaimana? Entahlah liat saja nanti Jin Yeong mencoba menerima nasibnya.

Jin Yeong lebih memilih memandangi keluar jendela, mengindari tatapan Kai yang menyebalkan itu. Dapat dilihat oleh Jin Yeong Kai sesekali tersenyum kemenangan kearahnya. Mereka sampai disekolah dan Jin Yeong buru-buru keluar dari mobil Kai. saat berjalan Kai mengekor dibelakangnya dengan jarak yang cukup dekat. masih diparkiran Jin Yeong bertemu dengan Chen. Dia langsung menatap Kai dengan tatapan tidak suka, tatapan marah, kesal juga. Apa yang sebenarnya terjadi dengan Kai dan Chen.

Chen POV

Mobil ferarri ku sudah diparkirkan dengan lurusnya di parkiran, aku segera mengambil tas ku lalu menggendongnya. aku berjalan dengan santainya di parkiran tentu banyak yeoja yang memperhatikanku hal itu sangatlah membuatku risih.

Aku tetap berjalan dengan santai sampai tiba-tiba mataku menangkap Jin Yeong. Aku sempat tersenyum sampai akhirnya senyumku itu hilang saat melihat Kai. kebencianku langsung memuncak seketika. Ingin rasanya aku memukulnya sekarang. Tapi dengan cepat aku urungkan niatku itu.

Untunglah Jin Yeong selalu bisa mendinginkan pikiran maupun hatiku. Dengan melihat senyum manisnya saja bisa membuat aku tenang. Beruntunglah dia adalah temanku.

“annyeong Chen Oppa” sapaan manis keluar dari bibir mungilnya.

“annyeong Jin Yeong” sapaku. Kai yang sedari tadi dibelakang, berjalan mendahului aku dan Jin Yeong. Sebelum dia benar-benar menghilang dari pandanganku dia sempat menatapku lalu memberikan senyuman yang aku sangat benci.

Kami memasuki kelas bersamaan, hal itu membuat Jin Yeong sedikit menundukan kepalanya. Kenapa semua orang mengangapnya jelek, culun, kampungan? Don’t Judge People by Their Cover. Aku tau Jin Yeong seperti apa,meskipun aku baru dekat dengannya.

Menurutku Jin Yeong adalah gadis yang hebat, dia sering menceritakan keluarganya penuh dengan kehangatan, setiap mendegar ceritanya aku menjadi rindu keluargaku. Apalagi jika dia bercerita tentang adiknya, aku seperti merindukan sosok kasih sayang seorang kakak.

Jin Yeong adalah wanita yang sempurna, dia pintar, baik, dan hal terpenting dia sangatlah sabar. Sangat sulit menahan emosi saat semua orang mencaci maki kita. Setelah mengenalnya aku mulai belajar mengerti arti sabar dan kasih sayang yang tulus.

“oh iya kenapa kau bisa berangkat bersama Kai?” Tanyaku tiba-tiba.

“sepedaku pagi ini disekolah jadi dia diminta oleh Eommanya menjemputku” aku sedikit binggung dengan penjelasan Jin Yeong, aku pura-pura saja mengerti masa bodo aku tidak perduli dengan semua hal yang berbau dengan Kai.

Author POV

Pelajaran kali ini benar-benar membosankan, Jin Yeong mengakui itu, tidak biasanya dia akan merasa bosan dengan suatu pelajaran, buatnya jika sehari tidak memperhatikan guru itu sama menyia-nyiakan waktu dan kesempatan. Tapi prinsipnya kali ini kalah dengan rasa bosannya.

Jin Yeong mulai mengetuk-ngetukan pensilnya lalu mengambil buku, dia pun mulai mencorat-coret dengan tulisan atau gambar-gambar yang tidak jelas apa yang digambarnya. Chen memperhatikan Jin Yeong sambil tersenyum.

“kau bosan? Tidak biasanya” Tanya Chen ramah.

“ah ne, aku bosan sekali rasanya ingin pergi kesuatu tempat”

“hm bagaimana nanti sepulang sekolah kita pergi ke taman?” Tanya Chen, Jin Yeong mulai mengetuk-ngetukan pensilnya sambil berpikir. Tapi dengan cepat dia menganguk.

“tapi bagaimana dengan sepedaku?” Jin Yeong pun mulai muram lagi.

“tinggal saja disekolah, besok aku akan menjemputmu, oettoke?” Jin Yeong kembali berpikir, untuk hal ini sangat susah mengiyakan, dia tidak mau merepotkan orang lagi.

“ani, aku rasa kita bertemu saja nanti ditaman” Chen sedikit lama mengiyakan, tapi akhirnya dia mengaguk juga.

**

Pulang sekolah ini Chen dan Jin Yeong menjalan kan aktivitas yang telah dia rencanakan yaitu ke taman, Chen mengantarkan Jin Yeong ke parkiran sepeda setelah itu dia menyuruh Jin Yeong pergi terlebih dahulu. Setelah itu baru Chen yang pergi.

Jin Yeong tengah duduk di kursi taman sudah 2 menit dia sampai tapi Chen belum menampakan batang hidungnya, dia menunggu sambil membuka buku pelajaran yang dia pelajari hari ini. Chen menutup kedua mata Jin Yeong dengan tangannya lalu menahan tawanya. Jin Yeong sudah tau siapa yang menutup matanya itu jadi dia hanya tersenyum-senyum.

“Chen…Oppa”

“hyak kau sudah tau rupanya” Chen melepaskan tangannya lalu duduk disampi Jin Yeong.

“menurutmu? Siapa lagi yang akan melakukan itu padaku?”Jin Yeong menaikan satu alisnya.

“hm siapa tau namjachingumu” jawab Chen asal.

“namjachingu? Aku saja tidak kepikiran memilikinya” Jin Yeong tertawa kecil setelah berbicara seperti itu.

“ya aku tau, orang pintar sepertimu tidak akan memikirkan hal-hal yang hanya akan membuang waktumu saja ne?” Jin Yeong mengangukan kepalanya semangat mendengar perkataan Chen. Benar perkataan Chen hal itu hanya akan menyita waktunya dan menghampat kesuksesanya.

“kau haus? Aku mau beli bubble tea, kau mau rasa apa?”

“aku mau rasa taro milk” Chen mengerti lalu meninggalkan Jin Yeong. Dan Jin Yeong pun kembali membaca bukunya.

Chen sudah kembali dari perginya selama 15 menit membeli Bubble Tea. Chen langsung duduk di bangku sebelah Jin Yeong.

“Oppa aku merasa ada yang aneh dengan kau dan Kai” Perkataan itu sukses membuat Chen menolehkan kepalanya.

“mwo? aneh apanya?” Tanya Chen pura-pura binggung.

“ya kalian saling menatap dengan penuh api”

“itu hanya perasaanmu saja Jin Yeong” Chen mengelus kepala Jin Yeong sambil tersenyum.

“Chen bagaimana tugas kita, kapan kita mulai mengerjakanya?” Chen berpikir, lalu dia tersenyum.

“besok, sepulang sekolah dirumahku oettoke?” Tanya Chen.

“hm, baiklah aku akan minta izin pada orang tuaku dulu, seperti hari sudah mulai gelap, lebih baik kita pulang Chen”

“ne,ne” Chen langsung menarik tangan Jin Yeong, dan hal itu membuat mata Jin Yeong menatap Chen dari belakang. ‘Dia sungguh baik tapi penuh misteri’ Batin Jin Yeong.

**

Sepulang sekolah Chen langsung memberikan alamatnya kepada Jin Yeong, niatnya Chen akan mengajak Jin Yeong naik mobil bersamanya tapi Jin Yeong adalah yeoja yang cukup keras kepala. Dia tetap bersikukuh untuk naik sepedanya.

Chen telah sampai rumahnya dari 10 menit yang lalu, dai khawatir kenapa Jin Yeong belum juga sampai kerumahnya apakah dia salah alamat? Atau dia diculik. Ah dasar yeoja itu sangatlah membuat gemas.

Suara bel membuat selengkungan senyuman di bibir Chen dia sudah tau pasti itu adalah Jin Yoeng yang sedari tadi dia tunggu. Chen membuka pintu dan melihat Jin Yeong yang mukanya penuh dengan buliran keringat. Chen segera menyuruh nya masuk.

“hyak kenapa kau lama sekali?” Tanya Chen.

“aku hampir saja salah alamat” Jin Yeong masih mencoba mengatur nafasnya yang tersengal-sengal itu.

Chen segera mengambil beberapa lembar tissue,lalu dia menarik dagu Jin Yeong untuk menatap mukanya, dengan gerakan yang cepat tapi lembut Chen mengelap setiap buliran keringat yang berada dimuka Jin Yeong. Mata Jin Yeong membelalak hebat.

“seperti ini lebih baik” Chen mencubit hidung Jin Yeong dengan lembut.

Jin Yeong sekarang mematung, entah kenapa dia mematung. Apakah ini yang namanya cinta? Tapi Jin Yeong tidak percaya, mungkin hanya sekedar nyaman atau dia menganggap Chen sebagai Oppanya.

“ayo masuk Jin Yeong, sampai kapan kau akan berdiri didepan pintu terus oeh?” Jin Yeong tersadar, ternyata dia sedari tadi melamun karena perlakuan Chen. Jin Yeong buru-buru berjalan untuk menyamakan jaraknya bersama Chen.

“kajja kita mulai” Chen membuka laptopnya lalu mulai mencari materi yang diperlukan, Jin Yeong hanya memperhatikannya sesekali dia melihat Chen yang sedang serius memandangi laptopnya.

Jin Yeong sudah mulai bosan, jelas dia bosan Chen hanya mengerjakan tugasnya sendiri dia tidak menanyakan pendapat Jin Yeong sama sekali. Jin Yeong berdiri melihat beberapa pajangan foto. Matanya tertuju oleh foto keluarga yang semua mukanya di tutupi oleh gambar-gambar kucing, seperti aplikasi catwag.

“Chen Oppa kenapa foto ini ditempel gambar kucing seperti itu, disana hanya ada fotomu yang terlihat” Chen pura-pura tidak mendengar, dia terlalu malas menjelaskannya pada Jin Yeong.

“Yak Oppa!!!” Teriak Jin Yeong. Alhasih Chen pun menoleh kearah Jin Yeong.

“keponakanku yang melakukan itu” Jawab Chen.

“oh jahil sekali keponakanmu” Chen kembali fokus kepada tugasnya, tapi pikirannya kembali teringat sesuatu, baru kali ini dia merasa kehilangan, rindu yang sangat amat dalam dengan kehangatan keluarga. Air mata Chen pun menetes, dengan segera dia menghapusnya agar Jin Yeong tidak melihat.

“selesai” Chen langsung merengangkan tubuhnya. Jin Yeong kembali tersenyum.

“Oppa aku ingin pulang hari sudah sore ne? Neo gwenchanayo?”

“ne gwenchana, salam pada kedua orang tua mu ne” Chen mengelus kepala Jin Yeong dengan gemas. Jin Yeong langsung memajukan bibirnya kesal.

-To Be Continue-

 

 

CHAAAAA~

Akhirnya bertemu lagi dengan Nyonya Park alias istrinya Park Chanyeol yang super duper ganteng itu. maaf kan aku ya karena lamangepost ini ff bukan karena aku jahat atau malas Cuma aku harus fokus UN kemarin. Dan sekarang UN udah selesai jadi aku akan mencoba ngepost dengan cepat demi kalian (gombal-_-).

Kalian enggak bosen kan nunggunya? Aku harap sih enggak(maksa-_-). Dan thanks bgt yang udah baca ff ini, maaf yah aku enggak bisa bales satu-satu, tapi tenang aku baca kok semuanya. Tapi sebisa mungkin aku bales comment kalian yang unyu-uyun kaya authornya(gaje-_-).

Buat para sidersku tersayang, makasih juga ya udah baca. Aku memaklumi kalian jika enggak bisa comment, pasti ada sesuatu hal aku yakin kok kalian enggak berniat untuk menjadi pembaca gelap. Dan untuk para readers yang comment juga makasih yah kalian luar biasa!.

Udah ah capek! Makasih yah baby udah baca FF aku, kecup basah dari All Members:*.sampai bertemu dipart selanjutnya<3.


Promise (Chapter 3/5)

$
0
0

Promise

title                        : Promise (chapter 3-5)

main cast             :Kim Hana

                                 Kim Jongin

                                 Byun Baekhyun

support cast       : Oh Sehun , Byun Hyemi

Author                  : @aishadewi

Genre                   : marriage life , romance , school life , drama

Summar               : love is like a virus . it can happen to anybody at any time

 

kuputuskan membuka hatiku dan memberikan kesempatan pada baekhyun yang memang sudah menyatakan perasaannya padaku waktu itu. Aku tidak bermaksud menjadi perempuan yang plin plan tapi kadang kala ada perasaan aneh muncul saat aku bersama baekhyun yang aku tidak tau kenapa, walaupun belum sepenuhnya aku melepaskan jongin yang selama ini mengisi hatiku yang menemaniku.

~~~

sudah hampir sebulan aku dekat dengan baekhyun bukan dekat seperti teman, tapi lebih dari teman walaupun belum dibilang kami berpacaran.Tapi, setiap orang yang melihat kami selalu berpikir bahwa kami berpacaran dan juga sudah ku kenalkan baekhyun pada orang tuaku. Seperti biasa mereka menyambut baekhyun dengan senang. selama sebulan ini pula aku tidak mendengar kabar tentang jongin lagi yang mungkin dia sudah bersama min gi-ssi sekarang mereka sudah bahagia.

kriing

“Yeoboseyo oppa ?”

“hana apa kau dibutik ?”

“ne oppa ada apa ?”

“sebentar lagi aku kesana kita pergi berjalan-jalan sebentar”

“ah ne oppa”apa kejutan yang akan baekhyun berikan hari ini? setiap aku pergi kemana pun bersamanya dia selalu memberikanku kejutan-kejutan kecil yang dapat membuatku tersenyum dan tanpa kusangka.

ting

“hana ayo” kulihat baekhyun datang dan membuka pintu butiku dan segera mengajaku untuk keluar .

“ne oppa , kita mau kemana ?”

“hanya makan siang sebentar saja tidak apa-apa kan ?”

“oh oke. dimana ?”

“tunggu saja” jawab baekhyun sambil tersenyum dan memasangkan safetybelt mobilnya padaku. tumben sekali ada apa dengan baekhyun apa ia salah makan?. Mobil pun segera melaju pergi entah kemana tempatnya yang masih di rahasiakan baekhyun dan tidak membutuhkan waktu lama akhirnya mobil pun berhenti. tunggu ini bukan restoran atau kafe ini hanya rumah biasa.

“oppa ini dimana ?”

“rumahku kita akan makan siang bersama eommaku”

“m..mwo oppa ?! kenapa kau tidak bilang padaku aku kan belum siap”

“gwenchana, kau terlihat cantik tanpa perlu bersiap-siap ayo kita turun eomma sudah menunggu kita” baekhyun turun dan membukakan pintu mobilnya untuku . rumah baekhyun yang terlihat minimalis dan bunga-bunga yang terdapat dihalaman rumahnya yang membuat rumah ini sangat cantik dan indah.

TING TONG

“eomma aku pulang” teriak baekhyun di ambang pintu yang sudah ia buka sejak tadi.

“masuklah ayo makanan sudah siap”

“ne … ayo masuk hana”

“ne oppa” reflek aku menarik lengan baekhyun karena aku gugup harus bertemu dengan eomma baekhyun untuk yang pertama kalinya.

“gwenchana, eomma akan sangat senang bertemu denganmu , kajja” ucap baekhyun sambil memegang tangku yang masih memegang lengannya. kami berdua pun berjalan menuju ruang makan .

“aigoo siapa dia baekhyunie ? neomu yeppeo “

“eomma kenalkan ini hana yang selama ini kuceritakan padamu , hana ini eomma ku”

“kim hana imnida” jawabku sambil membungkuk pada eomma baekhyun dan beliau pun membalas membungkuk padaku.

“ah ternyata ini hana yang sering kau ceritakan baekhyunie, cantik sekali ternyata lebih dari yang eomma bayangkan”

“Gamsahamnida” jawabku sambil tersenyum pada eomma baekhyun.

“ayo duduk, sudah kusiapkan makan siang dan mumpung masih hangat”

“ah ne” jawab baekhyun.

“oh iya hana-ssi apa benar kau pendesain baju-baju hyemi untuk setiap photoshootnya ?” tanya eomma baekhyun padaku.

“ah ne” jawabku malu-malu karena sangat canggung, sejujurnya pasti aku terlihat sangat kaku.

“aigoo, hebatnya baju desain mu sudah kulihat dari hasil foto-foto hyemi sangat cantik”

“Gamsahamnida”

“eomma, dimana hyemi ?” tanya baekhyun disela-sela perbincanganku dengan eommanya.

“tadi dia pergi bersama sehun. katanya akan membeli cemilan mungkin hanya sebentar atau mungkin dia makan siang bersama sehun” jelas eomma pada baekhyun.

“ah ne” kami bertiga pun dalam perbincangan yang sangat hangat dan aku merasa sangat nyaman berada bersama baekhyun dan eommanya .

“kami selesai eomma. bisakah aku bawa hana ke lantai 2?”

“oh iya baiklah kalian naiklah, biar kubuatkan cemilan”

“gomawo eomma” jawab baekhyun manja sambil memeluk eommanya

“oppa apa tidak apa-apa, aku sangat canggung tadi mianhae”

“gwenchana, eomma tau pasti kau akan sangat canggung. eomma selalu mengerti perasaan orang, eomma orangnya sangat peka masalah perasaan”

“ah ne” setelah selesai makan aku dan bakehyun pergi ke lantai 2 rumahnya yang disana ada kamar baekhyun , hyemi dan ruang tv yang kecil yang sepertinya digunakan untuk hyemi dan baekhyun bersantai. dan juga disana ada beranda rumah yang cukup luas menghadap ke taman dan sangat nyaman untuk berdiam disana jika malam hari.

“hana”

“ne oppa?”

“bisa kita bicara”

“ne oppa” baekhyun menuntunku ke kamarnya yang kecil tapi sangat bersih dan rapih . ini pertama kalinya aku masuk ke kamar seorang namja, walaupun jongin pernah membawaku kerumahnya tapi, ia tidak pernah mengajaku ke kamarnya. walaupun aneh dan gugup aku mencoba tetap mengikuti baekhyun. sesampainya dikamar nya mataku menelusuri setiap sudut ruang kamarnya dan melihat ada banyak foto-fotonya semasa kecil ada juga foto-fotonya bersama hyemi yang sangatlah lucu.

“hana bisa kau tutup matamu?”

“ada apa opppa ?”

“tutuplah sebentar saja” kuturuti permintaan baekhyun dan memejamkan mataku.

“baiklah sekarang kau boleh membuka matamu” saat kubuka mataku kulihat baekhyun membawa sebuah boneka teddy bear ukuran sedang yang ternyata boneka teddy bear itu memegang cicin berwarna perak .

would you be my wife?”

“m….mwo oppa ? apa yang sedang kau lakukan?”

“apakah kau mau menjadi istriku?”

“ta…tapi oppa”

“sudah lama kupersiapkan ini dan kutunggu hari ini karena, aku mencari waktu yang tepat untuk menyatakan semua ini padamu” aku pun hanya bisa terdiam memikirkan apa yang harus kujawab.

“sepertinya ti……….. aku mau oppa” kata-kata itu muncul begitu saja tanpa kupikir panjang.

“jinjja?”

“ne oppa aku mau” baekhyun tiba-tiba memelukku dan menyematkan cincin yang tadi dipegang oleh boneka teddy bear itu ke jariku .

i’ll always by your side, i promise. Saranghae Kim Hana”

“nado saranghae byun baekhyun” jawabku dan tanpa kusadari wajah baekhyun sudah berada tepat didepanku yang ternyata baekhyun membukuk agar wajahnya sejajar dengan ku , aku hanya tertunduk karena malu yang akhirnya baekhyun menarik daguku agar aku melihatnya yang tinggal beberapa senti lagi bibirku menyentuh bibirnya.

TOK TOK

“baekhyunie ini cemilannya” suara eomma baekhyun dari luar kamar.

“ah, ne eomma buka saja” refleks aku dan baekhyun segera menjauh dan aku segera berbalik melihat-lihat foto baekhyun.

“oh iya, jika kalian butuh sesuatu bilang saja pada eomma arra”

“ne eomma” jawab baekhyun.

“dan hana-ssi jangan sungkan-sungkan, disini kau juga sudah kuanggap seperti anakku”

“ah ne ahj…..”

“panggil eomma saja sama seperti baekhyunie arra”

“ah ne eom….ma”

“bagus, eomma kebawah ya ada yang harus dibersihkan dibawah”

“ne eomma” jawab baekhyun cepat . setelah eomma baekhyun pergi dan menutup pintu keadaan menjadi sangat canggung karena kejadian tadi.

“ah iya, kau tau tidak boneka beruang ini ada namanya dan aku sudah persiapkan boneka beruang perempuannya bernama byun hana dan yang laki-lakin byun bakehyun”

“nama? dimananya oppa ini tidak ada” jawabku saat melihat boneka beruang yang tadi memegang cincin.

“lihat pada pita yang dipakai dilehernya”

“ah ne, benar oppa ini ada”

“nah, yang laki-laki itu untukmu yang perempuan ini untukku arra”

“tapi tunggu, kenapa namaku byun hana?”

“karena aku yakin sebentar lagi kau akan menjadi istriku”

“hmm oppa” jawabku tertunduk malu

“hana mulai sekarang boleh aku memanggilmu chagiya?”

“hmm ………………….. ne oppa”

“chagiya , saranghae” baekhyun berjalan mendekatiku dan mendekatkan wajahnya lagi padaku yang sedang tertundunduk.

“nado , sarang….”belum sempat kubereskan kata-kataku bibir baekhyun sudah menyetuhku dan aku tidak bisa berkata-kata lagi .

“oppaaaaaaaaaaa” terdengar suara dari luar kamar yang sangat keras ternyata itu hyemi yang sudah pulang.

“neeeeee” teriak baekhyun segera berlari membuka pintu.

“apa ada eonni ?”

“ne ada dia ada dikamarku kenapa?”

“aku ingin bertemu dengannya”

“masuk saja dia sedang lihat-lihat foto”kulihat hyemi datang menyambutku yang sedang berada dikamar baekhyun dan kami pun bercerita-cerita. seperti biasa hyemi selalu menceritakan setiap kejadian yang dia alami dan meminta nasihatku , aku sudah sangat menganggapnya seperti adikku sendiri dari mulai pertama kali aku menjadi desainer nya.

* * *

Resmi sudah aku dan baekhyun menjadi tunangan didepan kedua orang tua baekhyun dan kedua orangtuaku. minggu ini kami sibuk mempersiapkan acara pernikahanku dengan baekhyun yang akan diadakan di halaman rumah baekhyun karena menurutku pesta kebun akan lebih menyenangkan. Beberapa hari ini aku dan baekhyun mempersiapkan baju , undangan , makanan , dekorasi tamannya nanti seperti apa sampai kadang-kadang baekhyun menginap dirumah ku dan begitu pula aku yang kadang sangat kelelahan dan tertidur dirumah baekhyun kami sibuk sudah dari sebulan yang lalu dan sekarang sudah H-3 pernikahan kami yang sebagian persiapan sudah 70%.

“oppa ayo bangun sudah pagi ayo kita sarapan” kataku membangunkan baekhyun yang tertidur dirumahku.

“ah ne chagiya, sebentar lagi ya mataku sangat berat”

“ayo oppa hari ini kita harus fitting baju terakhir kalinya dan setelah itu kita bisa istirahat”

“a,, iya sebentar lagi ya chagiya”

“ayo oppaaaaaa” kutarik lengan baekhyun agar dia terbangun tapi ternyata salah tenaga ku tidak cukup kuat untuk mengangkat badan baekhyun aku malah terjatuh tepat diatas tubuhnya.

“chagiya apa yang kau lakukan?” jarak mukaku dan baekhyun sekarang sangat dekat dan posisi kami sangat tidak enak untuk dilihat.

“oppa mianhae, tadi aku berniat menarikmu untuk bangun tapi aku tidak kuat”

“ah yasudah, tidak apa-apa aku hanya kaget” bukannya melepaskanku yang berada diatas tubuhnya baekhyun malah memeluku dan menarik selimut dan membuatku seperti guling untuknya.

“oppa, aku sudah rapih ini akan membuatku berantakan lagi” protesku pada baekhyun.

“tidak apa-apa sebentar saja seperti ini oke”

“andwe oppa, ayo bangun” kukelikitik pinggang baekhyun agar dia bangun dan tidak malas seperti ini.

“aaaa geli baiklah aku bangun”

“nah begitu aku tunggu dibawah, aku akan menyiapkan sarapan bersama eomma”

“ne, yeobo”

* * *

dimeja makan sekarang ini sudah ada appaku , eommaku , dan baekhyun .”baekhyun-ssi hari ini terakhir kalian fitting baju kan?” Tanya eommaku pada baekhyun.

“ne eomma” jawab baekhyun.

“hmm baguslah aku ingin segera kau resmi menjadi suami hana agar kami tidak terlalu cemas jika dia pergi kemana-mana” ucap appaku.

“ne appa, tenang saja beberapa hari lagi itu akan terjadi” jawab baekhyun sambil tersenyum padaku.

“kami selesai” jawabku memecahkan keheningan.

“baiklah kalian hati-hati dijalan ya”

“ne eomma kami pergi” jawab baekhyun sambil menggandeng tanganku pergi keluar dari rumah.

“oppa apa hari ini kita kerumah mu mengecek bagaimana persiapan untuk hari H ?”

“ide bagus setelah beres fitting baju kita harus membagikan undangan dan langsung kerumahku bagaimana?”

“oke oppa”

“apa kau membawa undangannya chagiya?”

“ne oppa aku bawa” jawabku sambil mengambil tas di jok belakang mobil yang berisi setumpuk undangan yang belum dibagikan dan saat kuambil salah satu undangan itu tertulis kim jongin, oh tuhan apa bisa aku memberikannya padanya ? bagaimana caraku memberikan padanya aku terdiam terpaku memandang undangan yang berada ditanganku.

“ada apa? apa ada yang tertinggal?”

“aniyo oppa, tidak apa-apa”

“lalu kenapa ?” baekhyun yang tadi memperhatikanku tiba-tiba mengambil undangan yang berada ditanganku. “jongin? oh kau bingung bagaimana memberikannya?” ucap baekhyun padaku

“bukan oppa tapi, siapa yang menulis itu oppa aku tidak memasukan dia didaftar list tamu”

“memang tidak ada tapi aku yang menulisnya , aku sengaja aku ingin meminta restunya dan meminta maaf karena aku mengambilmu darinya”

“oppa ini kan bukan salahmu, ini kan keputusanku buat apa kau berbuat seperti itu”

“hanya namja yang mengerti ini, chagiya” jawab baekhyun sambil mencubit pipiku.

* * *

“akhirnya selesai fitting baju sekarang kita kemana oppa?”

“sebaiknya sekarang kita kerumahku, biar undangan serahkan pada sehun dan hyemi biar mereka saja yang membagikannya”

“ah ne oppa arraseo”sesampainya dirumah baekhyun, kulihat banyak orang yang sedang sibuk mendesain taman dan rumah baekhyun yang dipenuhi bunga warna-warni.Tapi, saat sampai ditaman aku tercengang karena dekorasi yang sangat cantik dibaluti dengan bunga dan kain putih terlihat sangat cantik.

“bagaimana menurutmu chagiya?” baekhyun yang mengagetkanku karena ia sudah berada di sampingku dengan tangannya yang melingkan dipinggangku.”cantik sekali oppa indah sekali, rasanya ingin cepat hari itu terjadi”

“tenang hanya 2 hari lagi itu akan segera terjadi”

“ne oppa”

“baekhyunie” teriak eomma baekhyun dari dalam rumah.

“ne eomma ada apa?”

“coba kau dan hana kesini sebentar”

“ne ada apa”

“untuk besok kalian tidak bisa bertemu dulu kalian akan bertemu lagi pada hari H pernikahan kalian arra?”

“tapi kenapa eomma?” tanya baekhyun pada eommanya.

“sudah kau ikuti saja runtutan acarannya arra, kalian 2 hari ini harus full istirahat ne”

“baiklah eomma aku menegerti” jawabku pada eomma baekhyun.

“tapi chagiya….”

“sudah ikuti saja dulu arra?”

“ne, baiklah”

“oh iya baekhyunie, sebaiknya kau sekarang mengantar hana pulang ini sudah mau gelap hana harus banyak istirahat”

“hmmm baiklah eomma”

* * *

“oppa ada apa denganmu murung seperti itu sejak tadi”

“apa benar kita besok tidak bertemu sampai hari H ?”

“iya oppa tenang saja lagi pula 2 hari kedepan sepertinya aku akan dirumah mempersiapkan untuk pernikahan kita”

“tapi….”

“oppa ini hanya 2 hari tenang saja arra”

“hmmmmmmmm”

“oppa, kau ini” kudekati mukaku pada muka baekhyun dan kucium pipinya

“chagiya” ucap baekhyun kaget setelah kucium pipi kanannya.

“kau terlihat sangat jelek kalau murung seperti itu”

“hemmm ne arraseo. baiklah sampai bertemu di hari H saat kau menjadi istriku”

“ne oppa sampai bertemu di hari H saat kau menjadi suamiku”

“saranghae byun hana”

“nado oppa” saat aku akan keluar mobil baekhyun menahan tanganku.

“oppa aku harus pulang”

“aku masih ingin melihatmu”

“oppa ayolah hanya 2 hari oke?”

“baiklah hati-hati tidurlah dengan nyenyak nyonya byun”

“ne oppa kau juga hati-hati ya”

TBC

Note:

Annyeonghaseo chingu .. ini FF kedua yang author post selain di blog author sendiri FF ini MURNI dari author sendiri .. kalian juga bias cek FF ini di http://aishadewisekartaji.wordpress.com. Don’t be a silent reader . miahae kalau masih banyak typonya. gomawo ^_^ Happy reading


Ms. Lollypop and Mr. Cold (Chapter 4)

$
0
0

Picture1ih

Author: Miichanie

Cast: -Oh Sehun

-Kim Cheonsa

-Exo

-Park Yoon Hee (New cast)

Other Cast: -Sulli (Adik Sehun)

-Yongguk (Adik Sepupu Cheonsa)

Genre: Romance, School Life, Comedy (Maybe?), Little bit of yadong ._.

Rating: T

Length: Multi Chapter

Haii, balik ke author kece ini. Gimana yang chap 3? Kurang panjang dan kurang memuaskan ya? Maapin author T.T . kemarin author lagi bersedih karena lagi PMS/?. Terus Yoon Hee itu yang kemarin nampar Cheonsa. Ingat kan? Oke deh. This, Ms. Lollypop and Mr. Cold Chapter 4!

                                 

Di restoran..

Sehun, Cheonsa dan Sulli duduk di meja no.15. Restoran itu sangat ramai dan berkelas. Cheonsa melihat sekeliling dan, matanya berhasil menangkap sesuatu yang sangat dibencinya…

3 yeoja pengganggu tadi…

                                      OwO

Salah satu yeoja itu mendatangi meja Sehun dan Cheonsa.

“Hai Sehun.” Sapa Yeoja itu centil. Sehun hanya menanggapinya dengan memutar matanya malas. Yeoja itu menatap Cheonsa tajam.

“Ikut aku.” Katanya.

“Untuk apa aku mengikutimu? Memangnya aku Stalker?” balas Cheonsa sambil memeletkan lidahnya. ‘Perang dunia kedua sepertinya dimulai.’  Batin Cheonsa. Ia berdiri dan mendorong bahu yeoja itu. Yeoja itu tak mau kalah. Ia mengambil Jus jeruk Cheonsa dan menyiramnya tepat di rambut dan badan Cheonsa. Cheonsa menatapnya geram.

“Cheonsa! Ayo pulang!” ajak Sehun dan menggandeng Cheonsa dan Sulli.

‘Cheonsa, karena kau yang memulai ini semua, lihatlah pembalasanku!’  batin yeoja itu sambil tersenyum licik.

“Ayo Girls, Kita pulang. Aku punya sebuah ‘hadiah’ untuknya.” Ujar yeoja itu dan berlalu dari restoran.

@Sehun Car

Cheonsa merengut. Sehun memarahinya habis-habisan. Sehun mengatakan bahwa anak gadis seharusnya bersikap lembut. Sekarang, harum jeruk sangatlah melekat di tubuh Cheonsa. Sesampai dirumah Sehun, cheonsa langsung membuka pintu mobil dan memasuki kamar mandi.

“Hiks, ya tuhan. Apalagi sekarang? Aku mohon, dari dulu aku selalu saja di-bully. Sekarang aku dibully lagi. Ah, tubuhku sangat bau. Sebaiknya aku mandi saja.” Omel Cheonsa. Ia mengambil handuk yang berada dikamar mandi itu dan bergegas mandi.

15 menit kemudian..

Cheonsa sudah selesai mandi. Tapi, 1 yang kurang. Ia belum mengambil piyama tidurnya. Piyama itu masih berada di kamar Sehun. Dengan terpaksa, Cheonsa memakai handuknya dan berjalan menuju kamar Sehun untuk mengambil piyamanya.

Ceklek

Cheonsa memasuki kamar Sehun. Sehun sedang berbaring dan langsung menatap Cheonsa dari atas sampai bawah.

“Yak! Jangan menatapku seperti itu.” Pekik Cheonsa sambil mengibas-ngibaskan tangannya. Cheonsa cepat-cepat mengambil piyamanya yang tergeletak begitu saja dan buru-buru keluar ketika melihat tatapan lapar Sehun.

Grep

Sehun memeluk Cheonsa dari belakang. Bukannya bergerak,ia malah membeku sekarang.

“Mau kemana Chagi?” bisik Sehun ditelinga Cheonsa. Susah payah Cheonsa menelan salivanya. Sehun membalik tubuh Cheonsa dan menciumnya. Cheonsa membelalakkan matanya. Dan, dengan tiba-tiba juga, Sehun melepas ciuman itu.

“Pakailah bajumu. Nanti masuk angin.” Ucap Sehun dengan lembut. Cheonsa buru-buru ngacir dari hadapan Sehun. Ia memakai piyama itu di kamar mandi dan bergidik ngeri melihat perlakuan Sehun tadi.

 “Fyuh, hampir aja. Coba aku ga nahan diri tadi. Pasti dia udah hamil  bulan depan/?” gumam Sehun. Ia berbaring di kasurnya dan memikirkan hal yang baru saja terjadi 5 menit lalu. Tak lama kemudian, Cheonsa keluar dari kamar mandi dan ikut berbaring di samping Sehun.

“Sehun, apakah kau tahu siapa yeoja gila yang sudah menamparku tadi pagi dan menyiramku dengan jus barusan?” tanya Cheonsa sambil menatap Sehun. Sehun berdehem sebentar dan mulai bercerita asal usul yeoja itu.

“Yeoja itu adalah Park Yoon Hee. Dulu, ia sangat menyukaiku. Ia baik. Tetapi, karena semakin hari semakin banyak yeoja lain yang menggodaku, ia menjadi egois dan ingin merebutku begitu saja. Kedua temannya adalah Miichan dan Yoo Jung.” Jelas Sehun. Cheonsa mengangguk –tanda mengerti- dan menguap. Ia melihat jam. Masih pukul 8. Beban hari ini sangat berat untuknya. Sehun memeluk pinggang Cheonsa. Cheonsa menutup matanya dan mulai terbang ke alam mimpi.

>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>><<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<

“Hooaamm.” Cheonsa menguap lebar. Ini sudah jam 9. Dan, ia merasakan ada yang mengganjal tubuh bagian bawahnya. Ia melihat ke samping dan menemukan Sehun yang memeluk bagian ‘intimnya’

“YAAKK SINGKIRKAN TANGANMU!” teriak Cheonsa. Seketika, Sehun bangun dan melihat tangannya. Ia ber-smirk ria dan semakin mengelus bagian ‘itu’. Cheonsa menyentil dahi Sehun. Yang disentil hanya tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi konyol dari Cheonsa. Matanya terbuka lebar, mulutnya menganga, dan tangannya yang siap menampar Sehun.

“Berhenti tertawa, Oh Sehun!” ucap Cheonsa geram.

“Baiklah, nyonya Oh Cheonsa.” Goda Sehun sambil cekikikan.

“Sejak kapan aku berganti nama?” tanya Cheonsa sambil bangkit dari tidurnya. Tapi, tangan Sehun lebih cepat.

“Ngapain cepat-cepat bangun? Sini dulu.” Ajak Sehun sambil memeluk Cheonsa.

“Sehun aku mau mandi.” Rengek Cheonsa.

“Mandi berdua? Ayok.” Goda Sehun. Cheonsa melempar bantal ke arah wajah tamvhan Sehun. Cheonsa pergi meninggalkan Sehun dan mengambil handuk lalu bersiap untuk mandi.

15 menit kemudian, Cheonsa keluar dari kamar mandi lengkap dengan gaun yang sudah diberikan oleh Sehun tadi. Gaun itu selutut, berwarna ungu dengan bagian lengan yang terekspos jelas. Ia membuat rambut panjangnya menjadi kuncir dua, memberikan sedikit penampilan anak-anak. Tak lama kemudian, Sehun keluar dari kamar mandi dengan pakaian yang sudah lengkap.

“Wuaah, cantiknya istriku ini..” goda Sehun sambil melihat Cheonsa.

“Sejak kapan juga aku menjadi istrimu?” balas Cheonsa sambil memeletkan lidahnya.

“3 minggu lagi.” Jawab Sehun polos.

“Eomma bilang, kita 3 minggu lagi menikah. Terus, hari ini rencananya kita juga mau fitting baju pernikahan.” Lanjut Sehun.

“Yak! Kenapa kau tidak memberitahuku?! Apa orang tuaku tahu tentang ini?” teriak Cheonsa bertubi-tubi.

“Tentu saja tahu. Kan mereka yang merencanakan ini.” Balas Sehun. Cheonsa hanya mempoutkan bibirnya mendengar penjelasan Sehun. Ia masih muda, ia belum bisa mengurus semua tingkah Sehun yang masih kekanakan itu. Dan, jangan lupakan seorang anak bayi dirumah mereka. Tunggu, kenapa Cheonsa malah memikirkan seorang anak bayi? Tanpa ia sadari, pipinya bersemu merah. Sehun yang melihatnya langsung menggodanya (kembali).

“Apakah kau baru saja memikirkan tentang anak kita? Oh, sepertinya 1 anak perempuan dan 1 anak laki-laki cukup.” Goda Sehun sambil membayangkan masa depannya. Cheonsa bersiap menoyor/? Jidat Sehun, tetapi itu tak terjadi karena terdengar ketukan pintu.

Oppa? *Tok tok tok tok tok tok*

Ayo cepetan berangkat~

Pergi ke sekolah Sulliii~

Cheonsa dan Sehun langsung menepuk dahi mereka dan buru-buru keluar. Mereka Cuma nyengir saat berhadapan dengan Sulli yang cemberut. Cheonsa buru-buru menggandeng tangan Sulli dan meninggalkan Sehun dibelakang sendirian. Sehun hanya cemburu dan buru-buru mengambil kunci mobil di meja.

@Mobil Sehun

“Sulli nanti mau tampil apa?” tanya Cheonsa.

“Sulli nanti mau tampil drama Sleeping Beauty, noona.” Jawab Sulli dengan gaunnya yang terlihat cukup cantik untuk seorang Sleeping Beauty. Cheonsa tersentak dan buru-buru berbisik ke Sehun yang kebetulan sedang menyetir.

“Kalau Sleeping Beauty, berarti ada adegan ciumannya dong?” tanya Cheonsa pelan. Sehun hanya mengendikkan bahunya. Ia masih merasa kesal saat Cheonsa meninggalkannya tadi dan berusaha bersikap dingin. Cheonsa yang kesal karena diabaikan segera memukul lengan Sehun.

“Yak! Jawab kenapa!” ucap Cheonsa sambil mempoutkan bibirnya.

“Aku kesel tau! Masa dari tadi dikacangin.” Adu Sehun.

“Ya udah aku minta maaf.” Balas Cheonsa sambil mengulurkan tangannya. Karena sudah sampai di depan sekolah, Sulli duluan keluar dan menghindari pertengkaran konyol mereka. Sehun menarik tangan Cheonsa –yang sedang terulur- dan menciumnya tepat dibibirnya. Cheonsa yang terkejut hanya memegangi bibirnya.

“Oke, sudah kumaafkan.” Ucap Sehun sambil keluar dari mobil dan membukakan pintu untuk Cheonsa. Cheonsa akhirnya keluar dari mobil masih dengan jantungnya yang berdegup kencang. Sehun menggenggam tangan Cheonsa. Kalau begini, mereka terlihat seperti seorang ayah yang menggandeng sang anak perempuan Plaakk. Akhirnya, mereka duduk dibangku penonton paling depan. Cheonsa melihat kertas yang berisi daftar penampilan.

“Drama Sleeping Beauty, Penutup.” Gumam Cheonsa yang terdengar Sehun.

“Penutup? Aish, acara ini 2 jam, jadi kita harus nunggu 2 jam hanya untuk melihat penampilan Yeodongsaeng  kesayanganku gitu?” omel Sehun. Cheonsa hanye geleng-geleng kepala. Saat ia melihat ke sekeliling, ia menemukan sebuah tempat minum khusus Bubble Tea di sekolah itu. Ia segera berlari dan membeli rasa Milk Latte –untuknya- dan Taro –untuk Sehun-. Ia kembali dan menyodorkan segelas bubble tea taro ke Sehun. Sehun menyedotnya dengan perlahan.

“Saatnya, penutup dari kelas II, Drama Sleeping Beauty.” Ucap sang MC diiringi tepuk tangan penonton. Panggung terbuka dan muncullah Sulli disana. Ia berperan dengan sangat bagus. Kini, saatnya sang putri tidur tertusuk jarum dan tidur selama 100 tahun. Datanglah Yongguk, sang pangeran yang siap mencium Sulli. Tepat di bibirnya pemirsa! Sulli terbangun dengan rona merah di pipinya.

“Hei, bukankah itu Yongguk?” tanya Sehun kepada Cheonsa. Cheonsa membelalakkan matanya. Perlu kalian ketahui, bahwa Yongguk adalah adik sepupu Cheonsa. ‘Oh, dunia terasa begitu sempit.’  Pikir Cheonsa sambil menutup matanya dengan telapak tangannya.

Acara sudah selesai. Sulli pergi memeluk Sehun dan mulai berceloteh ria. Tapi, 1 hal yang Cheonsa dan Sehun sadari. Sulli selalu menceritakan tentang…

.

.

.

Yongguk!

“Apakah ini disebut dengan cinta monyet?” tanya Sehun pelan ke Cheonsa. Cheonsa hanya terkikik pelan.

“Nooonaaaaa!” Ah, suara cempreng Yongguk terdengar. Cheonsa berbalik dan mendapati Yongguk tengah memeluk Cheonsa. Cheonsa menggendong Yongguk, sama seperti Sehun yang menggendong Sulli. Sekarang, mereka terlihat seperti seorang suami dan istri yang mempunyai 2 orang anak plaakk.

Saat ini, mereka sedang berada di mobil Sehun. Yongguk ingin main kerumah Sulli –yang lebih tepatnya rumah Sehun-. Tentu saja Sehun mengizinkan. Sekarang, kedua anak kecil itu sedang berlovey dovey ria. Cheonsa yang duduk disamping Sehun mendapatkan sebuah SMS.

Halo, Cheonsa. Apa kau mengingatku? Aku Yoon hee, yeoja yang waktu itu menyirammu dan menamparmu. Mau menikah dengan Sehun? Sepertinya itu tidak akan terjadi. Kalau pun terjadi, aku akan menghancurkan pernikahan kalian dan memberitahukan semua orang dikampus. Salam manis untuk Sehun

From: You Know who I am

“Seehhuunn, yeoja itu menggangguku lagi T.T” adu Cheonsa.

“Yoon hee?” tebak Sehun.

“Tentu saja! Kan Cuma dia yang ga restu kalau kita mau nikah. Terus, dia bilang mau nyebarin tentang pernikahan kita? Ottohke?” Cheonsa mengacak rambutnya frustasi. Sehun membelai pipi chubby Cheonsa dan berkata.

“Aku akan menyebarkannya lebih cepat dari dia.”

                                                                        TBC


Our Little Promise (Chapter 4: Blooming Again?)

$
0
0

ourlittlepromise-redrosecom

Title                 :           Our Little Promise : Blooming Again?

Author            :           Red Rose

Length             :           Chaptered

Rating              :           PG-15

Genre               :           Romance, Angst, Hurt

Main Cast       :           Jung Soo Jung & Kim Jong In

Other Cast      :           Jung Soo Yeon & Song Qian

Credit Poster   :          Lee Yong Mi @allthingsiwannapost.wordpress.com

Disclaimer      :           The story is mine. Read it and give me some advice about my story.

Also posted in readfanfiction.wordpress.com

Hal pertama yang dilakukan Soo Jung ketika dia untuk pertama kalinya menginjakkan kakinya di negeri Paman Sam adalah terus menyakinkan dirinya bahwa apa yang telah dia lakukan ini adalah benar.

Sejak dia memutuskan bahwa dia akan menuruti kemauan ibunya, Soo Jung berusaha mati-matian menyakinkan dirinya bahwa keputusannya ini adalah benar dan dia berusaha untuk tidak menangis.

Ya. Dia berusaha menjaga agar kedua matanya itu tidak membuat pipinya basah. 

Soo Jung sebenarnya tidak ingin lagi mengingat apa yang terjadi sebelum dia memutuskan untuk meninggalkan Korea. Tapi, bayangan kejadian tersebut terus berputar hebat di kepalanya. Kata-kata laki-laki itu terus menari dipikirannya.

Soo Jung berusaha mengusir semua pikirannya tentang kejadian itu. Namun, hasilnya nihil. Mustahil memang jika Soo Jung berusaha mengingat kejadian yang baru saja terjadi. Tepatnya dua hari sebelum dia berada di Amerika.

Ibunya saja masih belum bisa melupakan semua kenangan bersama ayahnya padahal mereka sudah berpisah cukup lama. Jadi, kesimpulannya Soo Jung belum bisa mengenyahkan laki-laki itu dari pikirannya.

Perkataan laki-laki itu.

Soo Jung melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruangan bernuansa putih itu. Soo Jung membuang nafasnya kasar ketika melihat warna dinding yang putih itu.

Putih mengingatkannya pada Kim Jongin.

Desah kesal Soo Jong itu  membuat Soo Yeon-yang saat itu berdiri disampingnya-mengalihkan pandangannya kepada adik perempuannya itu.

“Soo Jung, kau baik-baik saja? Kau terlihat kesal. Apakah kau tidak senang berada dirumah ini?” Soo Yeon menatap Soo Jung khawatir mengingat ini adalah kali pertama adiknya itu datang dirumah yang selama ini hanya dia dan ayahnya saja yang tinggal didalamnya.

Soo Jung merutuki dirinya dalam hati. Apakah tadi kakaknya itu mendengar desahannya? Kakaknya pasti mendengarnya tadi, kalau tidak mana mungkin kakaknya akan melontarkan pertanyaan seperti itu kepada dirinya.

Kini Soo Jung merasa tidak enak hati kepada kakaknya. Baru pertama datang saja sudah menimbulkan kesan tidak baik pikirnya.

“Ah, tidak Eonnnie. Aku hanya merasa sedikit lelah dan aku rasa aku terkena jet lag.” Soo Jung memberikan senyum termanisnya, sebenarnya dia berusah sebaik mungkin agar senyumnya itu tidak terlihat seperti dipaksakan.

“Benar juga. Perjalanan dari Seoul kemari tidaklah singkat. Aku rasa kau harus segera beristirahat. Nanti barang-barangmu Eonnie saja yang mengaturnya. Kau istirahat saja.”

“Jangan Eonnie. Aku tidak ingin merepotkanmu. Kau tidak ingin melihat betapa banyak barang yang aku bawa kesini. Kau pasti akan kewalahan membereskannya.” Soo Jung menolak permintaan kakaknya itu dengan halus.

Soo Yeon menaikkan sebelah alisnya setelah mendengar Soo Jung menjawabnya. Soo Yeon lalu melirik barang yang dikatakan Soo Jung banyak itu. Soo Yeon hanya bisa melihat Soo Jung hanya membawa sebuah koper berukuran sedang-Soo Yeon yakin isinya tidak banyak karena sebelum tiba dirumah Soo Yeon dapat mengangkat koper itu dengan menggunakan satu tangannya-dan sebuah tas selempang yang terlihat kempes tidak berisi.

“Kurasa sebaiknya kau harus segera beristirahat Jung-ah. Kau terlihat tidak baik-baik saja.”

Akhirnya Soo Yeon melangkah keluar dan menutup pelan pintu kamar Soo Jung. Setelah memastikan bahwa hanya dia sendiri berada diruangan itu, Soo Jung menghela nafasnya dengan kuat dan merebahkan atau bisa dikatakan membanting tubuhnya dengan kuat di atas kasur yang empuk itu.

Soo Jung merasa bodoh dihadapan kakaknya saat ini. Apa yang dia lakukan seperti orang yang kehilangan arah.

Begitu besarkah dampak kejadian itu terhadap dirinya?

Soo Jung ingin sekali berteriak kalau dia tidak ingat bahwa saat ini dia tidak berada dikamarnya. Dia berada dirumah ayahnya dan itu berarti dia tidak boleh seenaknya, walaupun itu ayah kandungnya sekalipun.

Soo Jung lalu bangkit dari posisinya saat itu. Kini dia duduk menatap apa yang ada dihadapannya. Soo Jung melihat sebuah koper berukuran sedang berwarna hitam tanpa ada gambar apapun yang menghiasinya.

Soo Jung bangkit lalu berjalan menuju koper itu. Soo Jung pikir lebih baik dia membereskan semua barang-barangnya yang ada di dalam koper tersebut. Soo Jung menarik pegangan koper itu dan mulai menariknya.

Dan koper itu jatuh.

Melihat barang itu jatuh tidak membuat Soo Jung langsung berinisiatif mengembalikan posisi kopernya seperti sedia kala. Dia menatap lama koper itu lalu baru mulai mengangkatnya. Soo Jung merasakan bahwa dia seperti mengangkat sekarung kapas yang beratnya tidak sampai 10 kg.

Tiba-tiba Soo Jung teringat sesuatu. Pantas saja kakaknya menyuruh dirinya untuk segera beristirahat. Dia ingat tadi mengatakan bahwa bawaannya banyak. Lalu Soo Jung menatap kopernya itu.

Ini bahkan lebih ringan dari balita berumur tiga tahun.

Mungkin benar apa yang dikatakan oleh kakaknya tadi.

Dia benar-benar butuh istirahat. Istirahat yang cukup untuk memulihkan kondisinya saat ini.

***

“Soo Jung, kau mau ikut dengan kakak?”

“Kemana?”

“Kau tidak perlu tahu dimana, yang penting kau mau ikut atau tidak? Kakak jamin kau pasti akan senang berada di tempat itu.”

Soo Jung hanya menggedikkan bahunya. Lebih baik pergi bersama kakaknya daripada menunggu sendirian dirumah. Soo Jung segera bersiap-siap dan menyusul kakaknya yang sudah siap dengan mobilnya.

Sepanjang perjalanan, kedua kakak beradik itu saling bertukar cerita tentang kehidupan mereka masing-masing. Mereka berdua terlihat sangat akrab. Mengingat keduanya hanya bertemu setahun sekali, tidak membuat hubungan keduanya menjadi longgar.

Mobil itu berhenti di depan sebuah gedung yang Soo Jung yakini sebagai sebuah kantor. Kedua kakak beradik itu turun dari mobil lalu masuk menuju gedung itu. Soo Jung melihat banyak sekali orang-orang yang berlalu lalang di dalam gedung itu. Beberapa diantara mereka adalah perempuan dan ada juga beberapa….. Soo Jung sulit untuk mengakuinya bahwa dia melihat ada seorang laki-laki yang berpakaian seperti perempuan.

Itu seperti flamboyan.

Soo Jung cepat-cepat mengalihkan pandangannya dari laki-laki-atau mungkin bisa dibilang perpaduan-supaya tidak menyebabkan orang itu tersinggung. Soo Jung berlari kecil menyusul kakaknya yang sudah cukup jauh berjalan didepannya. Ini pasti karena dia tadi memperhatikan orang itu.

Akhirnya, Soo Jung sampai di sebuah ruangan yang ukurannya cukup besar untuk kakaknya sendiri. Saat Soo Yeon membuka pintu ruangan itu, Soo Jung membulatkan matanya dan merasa bahwa ruangan ini terasa tidak terlalu besar untuk kakaknya. Apalagi dengan ditambah dengan dirinya saat ini.

Ada sekitar lima manekin yang tiga diantaranya dibalut dengan gaun cantik sedangkan sisanya dibiarkan tidak tertutupi apa-apa. Soo Jung berjalan menuju salah satu manekin itu.

Gaun merah yang indah.

Soo Jung menyentuh setiap helaian benang yang menyatu. Hiasan di bagian leher serta bagian pinggang yang membuat gaun itu tampak elegan.

“Ini dijahit dengan tangan sendiri. Bagian lehernya mungkin agak sulit, namun dibuat sedemikian rupa sehingga tidak membuat gaun itu tampak monoton dengan warna merahnya. Tidak terlalu banyak hiasan ataupun manik-manik yang digunakan untuk gaun ini. warna merah biasanya identik dengan warna yang norak. Karena itulah aku memilih tidak menambahkan banyak hiasan sehingga kesan norak yang selama ini menjadi anggapan orang banyak akan berubah menjadi kesan elegan dan berharga.”

Soojung menatap kakaknya tidak percaya.

Eonnie yang membuat ini?” Soojung berkata sambil menunjuk gaun merah tersebut.

Soo Yeon hanya tersenyum. “Seseorang yang bernama Jessica yang membuatnya.”

Belum sempat Soo Jung melemparkan pertanyaan lain, seseorang masuk. Dan baru orang itu yang Soo Jung lihat tidak membawa apa-apa ditangannya.

Morning.”

Morning.”

Soo Jung mendengar kakaknya menjawab dan dia hanya terpaku melihat orang itu. Satu kata yang Soo Jung bisa pikirkan ketika melihat orang itu.

Wanita itu juga cantik, pikir Soo Jung. Soo Jung hanya membalas senyum canggung ketika wanita itu melemparkan senyum untuk dirinya.

Hello Jess. Kudengar karyamu diterima dengan baik. Congratulation. I’m so glad to hear that.”

“Oh, thanks. Ini semua juga berkat bantuanmu.”

Sedari tadi ada yang mengganjal pikiran Soo Jung. Bukan karena dia tidak mengerti ketika kedua orang itu berbicara dalam bahasa asing. Hanya saja dia sedari tadi mendengar orang-orang memanggil kakaknya dengan sebutan Jess.

“Siapa ini?”

Wanita itu menatap Soo Jung penuh arti. Soo Yeon hampir lupa untuk memperkenalkan adiknya itu kepada sahabatnya itu.

“Oh, aku hampir lupa. Kenalkan ini Jung Soo Jung. Adikku yang nantinya akan sekolah disini.”

“Oh. Jessica’s little sister, right? Hello, my name in Victoria. You can call me Vic or Victoria. Whatever you want. Nice to meet you.”

Yes, nice to meet you too.

Mulut Soo Jung sudah terasa gatal ingin menanyakan mengapa orang-orang memanggil kakaknya dengan sebutan Jess. Akhirnya, Soo Jung memberanikan diri untuk mengutarakan pikirannya.

“Ehm… Maaf sebelumnya. Kalau boleh aku bertanya, mengapa kau memanggil kakakku dengan sebutan Jess? Nama kakakku Jung Soo Yeon bukan Jess.”

Victoria memandang Soo Jung dengan tatapan tidak percaya lalu dia menatap Soo Yeon.

“Kau tidak memberitahunya?”

Soo Yeon hanya menggeleng pelan. Lalu menatap Soo Jung.

“Jung-ah, begini. Disini kami semua memakai nama panggung kami, ya bisa dibilang seperti itu. Jadi, kami semua memutuskan untuk tidak memakai nama asli kami, kecuali memang orang asli negara ini. Dan Jessica aku pilih sebagai nama panggungku.”

Soo Jung lalu menatap Victoria seakan ingin mengatakan kau juga kan?

Victoria yang seakan mengerti arti tatapan Soo Jung tersenyum lalu berbicara.

“Namaku Song Qian. Annyeonghasseyo.”

Soo Jung terkejut ketika mendengar Victoria mengucapkan salam dengan bahasa itu.

“Kau orang Korea juga?” Soo Jung menekan nada bicaranya pada kata ’juga’ karena dirinya terkejut.

“Tidak. Aku Chinese. Aku pernah tinggal di Korea karena masalah pekerjaan. Aku baru saja tiba dari Korea lima hari yang lalu.”

Soo Jung mengangguk mengerti mendengar penjelasan Victoria. Lalu, pandangannya beralih pada gaun merah yang sedari tadi mencuri perhatiannya. Soo Jung melemparkan tatapan kesal pada kakaknya yang sekarang hanya menahan senyum menunggu reaksi adiknya itu.

“Jadi, ini adalah gaun rancangan Jessica yang tidak lain adalah Jung Soo Yeon?”

***

Tiga tahun kemudian…

“Aku rasa pada bagian lehernya terlalu banyak manik-manik. Ini menimbulkan kesan berat dan tidak bagus untuk dilihat. Lebih baik kita hilangkan bagian itu. Kita fokuskan saja pada bagian layer bawahnya.”

Soo Jung memberikan pendapatnya tentang gambar yang baru saja diperlihatkan padanya. Victoria mengangguk puas atas apa yang baru saja Soo Jung katakan. Anak itu berbakat, pikirnya.

“Jika aku baru pertama kalinya mengenalmu, aku akan mengira kau adalah salah satu desainer muda yang mempunyai karya fantastis dan dikenal di seluruh dunia.”

Soo Jung hanya tersenyum tipis.

“Aku hanya seorang trainer disini. Aku masih perlu belajar banyak.”

“Ya, kau benar. Kau perlu belajar banyak, tapi tidak disini.”

Perkataan Victoria tadi membuat Soo Jung harus mengalihkan pandangannya pada seniornya itu. Soo Jung memberinya tatapan agar wanita itu menjelaskan apa maksud perkatannya tadi.

“Kau harus belajar banyak tapi tidak disini. Di tempat lain. Kau ingat, sudah tiga tahun kau belajar disini. Entah itu dengan kakakmu atau dengan aku. Kami berdua sepakat mengatakan bahwa kau memiliki potensi besar. Kau belajar dengan cepat. Bahkan, kakakmu saja dulu harus belajar lebih lama dari yang kau lakukan sekarang hingga kakakmu bisa menjadi sesukses ini. Kau memiliki itu Soo Jung.”

“Tapi aku ragu.”

“Jangan berkata seperti itu. Kau harus yakin dengan kemampuan yang kau miliki sekarang. Kau hanya tinggal mengembangkannya sedikit dan kau bisa melihat hasilnya. Kau itu seperti mutiara di dasar laut. Kau hanya perlu keluar dari tempatmu, berusaha mencapai permukaan laut, dan menunjukkan bahwa kau adalah salah satu yang bersinar.”

Soo Jung berusaha mencerna dan memutuskan apa yang akan dia lakukan setelah mendengar perkataan Victoria tadi. Memang benar, dia sudah mendapatkan banyak pelajaran disini. Terlebih lagi, kakaknya dengan senang hati mengijinkan Soo Jung untuk ikut terjun memberikan masukan serta kritikan tentang hasil-hasil rancangan kakaknya.

Begitu juga dengan Victoria. Wanita itu sama baiknya dengan kakaknya. Dia tidak sombong dan tidak pelit ilmu. Soo Jung banyak belajar dari Victoria tentang dunia fashion. Mungkin benar apa yang dikatakan oleh Victoria. Dia harus yakin dan berani mencoba.

“Ehm… Apakah Eonnie tahu tentang hal ini?”

“Tentu saja aku tahu. Aku dan Victoria sudah lama merencanakan ini semua.”

Soo Yeon muncul secara tidak terduga dari balik pintu sehingga membuat Soo Jung dan Victoria sedikit terkejut.

“Kau harus yakin, Soo Jung-ah. Victoria pasti akan menjagamu dengan baik kelak.”

“Maksud Eonnie, Eonnie tidak ikut?”

Soo Yeon menggelengkan kepalanya pelan.

“Masih banyak yang harus aku lakukan disini.”

Soo Jung memandang kakaknya sedih. Rasanya baru saja dia tinggal bersama kakaknya dan kini mereka harus berpisah lagi. Soo Jung menghela nafasnya pelan lalu menatap dua wanita yang saat ini berdiri dihadapannya.

“Baiklah kalau begitu. Aku akan mencobanya.”

Soo Yeon maupun Victoria tersenyum satu sama lain setelah mendengar keputusan Soo Jung. Soo Jung lalu kembali membuka suaranya.

“Kalau boleh aku tahu, apa yang akan dan bisa aku lakukan disana? Aku pasti akan menrepotkanmu mengingat aku ini masih baru.”

Victoria yang seakan tahu pertanyaan itu akan keluar dari mulut Soo Jung segera menjawab pertanyaan itu dengan antusias.

“Kau akan membantuku disana nantinya. Tapi kau tidak perlu khawatir, aku tidak akan menyuruhmu melakukan hal-hal yang menyulitkan dirimu. Aku akan membantumu belajar sedikit demi sedikit. Aku juga masih perlu belajar untuk mengetahui bagaimana karaktermu nanti. Kita berdua akan bersama-sama mengerjakan proyek besar nantinya. Proyek itu sudah berada didalam genggaman kita. Kau memang masih baru, tapi bakat seni sudah lama tertanam dalam dirimu.”

 “Dan satu lagi, kau harus mempersiapkan nama panggungmu.”

“Bagaimana kalau nama panggungnya Krystal? Ya, Krystal.”

Soo Yeon tiba-tiba menyebutkan nama itu. Soo Jung yang mendengar nama itu langsung mengangguk setuju dengan nama yang kakaknya berikan itu.

“Ehm, that’s sound good, beautiful, sweet, strong, and valuable.

Victoria juga memberikan pendapat yang serupa dan tersenyum puas.

“Jadi, Krystal adalah nama yang akan kau pakai nantinya.”

Soo Jung mendengarkannya dengan antusias. Ini seperti mimpi bagi Soo Jung. Ini adalah keinginannya dari dulu dan semua itu sudah berada didepan matanya.

Satu hal yang terpikirkan lagi dalam benak Soo Jung. Ini bisa menjadi cara yang tepat untuk dirinya benar-benar menghilangkan semua pikiran, kenangan, serta rasa kecewanya tiga tahun yang lalu. Dengan dia berada jauh dalam jangkauan orang itu, Soo Jung yakin dirinya pasti bisa melupakan orang itu.

Ini langkah yang baik bagi Soo Jung. Soo Jung merasa dirinya seperti terlahir kembali. Ini adalah masa depannya yang baru dan masa lalunya yang membuatnya terpuruk tidak akan membuatnya lemah.

“Lalu dimana tempat itu?”

“Kau pasti akan senang jika aku menyebutkan tempat ini. Korea. Kita akan ke Korea.”

***

N.B : Sebelumnya aku ingin mengucapkan terima kasih untuk semua pembaca yang sudah mau meluangkan waktunya membaca dan memberikan komentar untuk ff ini. Maaf jika aku lama melanjutkan ff ini. Aku sedang sibuk walau aku sudah sangat ingin melanjutkan ff ini. Mungkin setelah membaca ini banyak pembaca yang akan bertanya Kenapa ff ini tidak ada unsur romantisnya? Padahal genrenya jelas tertulis romance dan diletakkan paling depan. Atau, kok ceritanya begini-begini aja?Mungkin pembaca sekalian sudah mulai bosan karena ceritanya ini tidak seperti yang kalian inginkan.

Untuk itu aku akan menjelaskan bahwa ini semua baru awalnya saja. Mungkin untuk chapter selanjutnya akan menjawab semuanya. Aku tidak akan membocorkan chapter selanjutnya disini. Jadi, bagi kalian yang masih penasaran kelanjutan ceritanya, dimohon dengan sangat kalian bersabar untuk chapter selanjutnya karena aku tidak setiap hari bisa berkutat dengan laptopku.

Satu hal lagi, aku tidak mempermasalahkan adanya silent readers. Aku tidak memaksa kalian setelah membaca ff ini harus memberikan komentar. Aku menulis ff ini bukan untuk mendapat perhatian, melainkan aku hanya ingin menyalurkan apa yang menjadi hobi aku dan menghibur pembaca yang membutuhkan warna baru dalam cerita ff.

Untuk itu, maaf kalau aku harus membuat kalian bosan membaca note ini. Aku hanya tidak ingin kalian kecewa karena cerita ff yang aku buat ini tidak menarik dan berbelit-belit. Tapi begitulah aku. Ini hanyalah satu dari berbagai cara penyampaian cerita yang aku buat.

Sekali lagi aku mengucapkan terima kasih kepada kalian yang masih setia dengan ff ini dan juga untuk para silent readers. Untuk kalian semua, selamat membaca dan aku usahakan untuk tetap memberikan yang terbaik untuk kalian melalui ff ini. :)


I CAN FLY

$
0
0

Picture1heuh

I CAN FLY

Chanyeol, baekhyun//general//±3KT//angst, friendship//hotplan

Nb       : mian jika banyak typo, aku bukan penulis profesional. Happy reading^^

            “ baekhyun, bangunlah jangan tidur terus dasar pemalas! “ chanyeol menguncang-guncang tubuh baekhyun agar baek cepat terbangun dari tidurnya dan mengakhiri mimpi nya, tapi kenyataan nya baekhyun masih tetap tertidur pulas. Chanyeol berjalan kearah jendela dan membuka tirai jendela itu selebar mungkin sehingga matahari masuk melalui kaca jendela nya dan membuat baekhyun terbangun lalu melemparkan jauh selimut itu “ baik lah yeol kau menang, cepat bawakan kursi roda ku kesini “ kursi roda? Ada apa dengan baekhyun? Kenapa dia memakai kursi roda? Apa yang sebenarnya terjadi? 

-

“ yeol? Sedang apa kau disana? “ baekhyun menggerakan roda yang berada di kursi nya dan berjalan kearah chanyeol dan ternyata dia hanya melakukan hal-hal yang biasa dia lakukan di siang hari menjelang sore, yaitu berdiam diri di taman rumah hingga malam tiba. “ yeol, kau sedang apa? Menunggu malam tiba? Aku rasa malam ini tidak akan ada bintang, karena tadi siang turun hujan sangat deras sekali “

            Chanyeol tersenyum dan melihat kearah baekhyun lalu mendorong kursi baekhyun mendekat di tempat yang tadi ia duduki, chanyeol tersenyum tapi baekhyun melihat chanyeol dengan penuh wajah bertanya-tanya. Chanyeol menghembuskan nafas lalu mengeluarkan sebatang cokelat dari celana nya “ baekhyuun… apa kau mau ini? “ chanyeol melambai-lambaikan cokelat itu di hadapan baekhyun lalu dengam cepat baekhyun mengambil cokelat yang tadi nya berada di lengan chanyeol

            “ yeol, apa kau ingin mendengar cerita tentang seorang peri kecil yang ingin bisa terbang seperti teman-teman nya yang memiliki sayap? “ ujar baekhyun sambil memakan cokelat nya tadi yang di berikan chanyeol tanpa membagi nya dan malah asik memakan cokelat itu sendiri, chanyeol menghembuskan nafas panjang dan mengembungkan kedua pipi nya “ baekhyun, kau sudah menceritakan cerita itu berkali-kali aku sudah lelah mendengar cerita peri itu “ keluh chanyeol, setelah chanyeol berkata seperti itu wajah baekhyun menjadi murung dan tidak memakan cokelat nya lagi tanpa berbicara apapun baekhyun hanya menundukan kepala nya dan menyimpan cokelat nya di paha baekhyun “ sudah lah baek jangan memasang wajah seperti itu, ceritakan saja. Aku akan mendengar kan nya “ ujar chanyeol yang akhir nya mengambil keputusan untuk mendengarkan cerita bodoh itu, menurut chanyeol cerita itu benar-benar sangat membosankan.

            “ pada suatu hari lahirkan seorang peri yang sangat imut sekali dia memiliki tubuh yang sangat mungil, hari berganti hari saat  nya menjadi peri yang dewasa tapi dia sangat berbeda dia memang mempesona tapi peri ini tidak memiliki sayap seperti peri lain nya. Dia sudah mencoba berbagai cara tapi selalu gagal, dia terus mencoba nya dan mencoba berulang-ulang kali dia selalu terjun dari daun yang paling atas tapi alhasil dia hanya terjatuh begitu saja. Sampai akhir nya dia mencoba sebuah daun dia merancang nya dengan sangat cantik dan akhir nya, dia bisa terbang. Dia bisa menikmati hidup bebas, karena selama ini dia hanya menjadi cemoohan orang-orang karena diri nya berbeda. Selesai “

            Baekhyun sudah selesai bercerita, hari pun sudah mulai gelap. Baekhyun menatap kearah langit, yang ia lihat hanyalah kumpulan awan-awan, chanyeol yang di samping nya hanya berdiam sambil membaca sebuah novel yang bernuansa romantic. “ chanyeol, chanyeol coba lihat di langit ada bintang kecil yang bersinar “ ujar baekhyun sambil menarik-narik pakaian chanyeol, chanyeol menghiraukan baekhyun dan menatap kearah langit baekhyun benar di langit ada bintang kecil sendirian yang bersinar terang “ ini aneh “ chanyeol berbicara sambil mengerutkan kening nya dan tetap menatap kearah bintang yang bersinar itu “ ini tidak aneh yeol, kau tahu? Bintang itu pasti sangat kesepian karena sendirian di atas sana. Itu pasti ibu ku yang bersinar di langit itu, kata ibu jika seseorang meninggal dia akan menjadi bintang yang bersinar di langit jika orang itu berbuat baik selama hidup nya. Dan aku rasa itu ibu ku yeol karena ibu ku selalu berbuat baik, dia melahirkan ku dan merawat ku “

            “ BAEKHYUN! Bagaimana kau bisa mengatakan ibu mu itu orang yang baik?! Dia yang membuat mu LUMPUH BAEK! Dia membuat mu menjadi tidak bisa berjalan seperti ini, dan lihat lah dirimu kau hanya pria yang menghabiskan sisa hidup mu di atas kursi roda itu. Tapi kenapa kau tidak membenci ibu mu?! Dia sangat jahat baek JAHAT! Dia tidak akan mungkin bersinar di langit itu! MENGAPA KAU INI SANGAT BODOH! “

            “ yeol? Kenapa kau jadi berteriak seperti ini kepada ku? Kau tidak bisa menyalahkan ibu ku karena kelumpuhan ku ini, mungkin saja tuhan sudah memberikan ku jalan seperti ini. Dan aku tidak akan bisa membenci ibu ku, karena jika dia tidak bertahan dan tidak berjuang aku tidak akan berada di sini bersama mu yeol. Meskipun dia berperilaku jahat terhadap ku aku tidak boleh membenci ibu ku sendiri yang sudah berjuang untuk melahirkan ku “

            Chanyeol muak mendengar ucapan baekhyun, apa dia bodoh? Ibu nya yang membuat nya menjadi seperti ini tetapi dia tidak membenci nya sama sekali. Kalau chanyeol menjadi baekhyun dia tidak akan memaafkan ibu nya. Chanyeol berdiri mengubah posisi nya yang tadi nya duduk “ sudah lah terserah kau saja, aku muak berbicara dengan mu baek “ chanyeol langsung pergi meninggalkan baekhyun sendirian yang masih menatap bintang di langit “ baiklah, selamat istirahat “ ujar baekhyun tanpa tampang bersalah karena membuat chanyeol menjadi marah seperti itu, aigoo dasar baekhyun kenapa dia sangat bodoh sekali?

**

            Sudah 3 jam setelah chanyeol terbangun dari mimpi nya hanya diam saja di dalam kamar nya, semalam dia memikirkan hal-hal yang tidak bisa membuat nya tertidur. Semalam dia membentak baekhyun dan seharusnya chanyeol tidak melakukan itu karena dari kecil mereka menghabiskan waktu bersama, kali ini chanyeol sudah sangat jahat dia tidak bisa merasakan bagaimana hangat nya di peluk seorang ibu bagaimana rasa nya memiliki ibu yang memperjuangkan hidup nya untuk dirinya karena dari kecil chanyeol tidak memiliki ibu, dia di adopsi oleh ibu nya baekhyun tapi mereka selalu di perlakukan tidak baik. Tapi kenapa baekhyun begitu menyayangi ibu nya yang jahat? Akhir nya chanyeol membuat keputusan untuk meminta maaf kepada baekhyun karena membentak nya semalam, chanyeol keluar dari kamar nya dan mengetuk-ngetuk pintu kamar baekhyun berkali-kali tapi tidak ada yang menjawab. Ini membuat chanyeol menjadi panik akhir nya chanyeol memutar kenop pintu itu sehingga pintu kamar nya baekhyun terbuka, tapi alhasil baekhyun tidak ada di dalam kamar nya dan kamar nya pun terlihat sangat rapi sekali ini membuat chanyeol menjadi sangat panik.

            Chanyeol berjalan kearah meja yang berada di dalam kamar baekhyun dan ada sepucuk kertas yang berada di atas meja yang biasa di pake baekhyun untuk menulis ‘ chanyeol, aku pergi ke taman sebentar aku ingin mencari peri-peri kecil itu ‘ chanyeol menggelengkan kepala nya berkali-kali lalu pergi menyusul dimana baekhyun pergi.

-

            “ baekhyun! “ chanyeol berteriak sambil berlari kearah baekhyun yang sedang menatap kupu-kupu berterbangan di dekat nya “ oh yeol, kau menyusul juga “  baekhyun tersenyum kepada chanyeol yang sedang berjalan mendekati nya “ sedang  apa kau disini baek? Biasa nya kalau kau ingin pergi kesini kau akan meminta ku untuk mengantar mu “ tanya chanyeol sambil menggenggam tangan sahabat nya itu “ oh iya baek, aku minta maaf ya karena semalam aku membentak mu aku benar-benar minta maaf aku menyesal baek “ akhir nya chanyeol memberani kan diri untuk meminta maaf, baekhyun tersenyum seperti nya itu adalah senyum yang paling tulus dari dalam hati nya.

            “ yeol, kapan ya aku bisa terbang seperti mereka? “ baekhyun menunjuk kearah kumpulan beberapa kupu-kupu yang tidak jauh dari pandangan nya. Chanyeol tersenyum sambil menaikan kedua alis nya lalu mengeluarkan sesuatu dalam tas nya “ ta—da “ ujar chanyeol dan dia mengeluarkan jaring untuk menangkap kupu-kupu itu, chanyeol mulai berdiri dan berjalan perlahan dan HAP! Akhir nya satu kupu-kupu cantik itu tertangkap. Chanyeol memberitahukan nya kepada baekhyun dengan menahan jaring nya agar kupu-kupu nya tidak pergi “ yeol, lepaskan dia “ kata baekhyun “ kenapa? Kita bisa menyimpan nya di toples “ jawab chanyeol “ tapi dia akan merasa menderita yeol, aku tahu bagaimana rasa nya tidak bisa melakukan apapun. Aku mohon lepaskan lah dia “ baekhyun meminta nya dengan memohon kepada chanyeol, chanyeol menundukan kepala nya dan merasakan apa yang di rasakan oleh baekhyun akhir nya chanyeol melepaskan kupu-kupu yang indah itu dan terbang bebas “ yeol, aku ingin merasakan berlari lagi “

            Chanyeol berjalan kebelakang kursi roda baekhyun lalu memegang belakang kursi roda itu

“ kau siap baek? “

“ siap untuk apa yeol? “

            Chanyeol mendorong kursi roda baekhyun dengan sangat kencang dan baekhyun merentangkan kedua tangan nya merasakan udara yang melewati tubuh nya, baekhyun sangat senang sekali tapi hal ini membuat nya menjadi pusing “ yeol.. yeol.. hentikan ini aku merasa mual yeol, kita pulang saja “

-

“ baek? Masih merasa pusing? “

            Baekhyun bangun dari tidurnya dan mendorong chanyeol menjauh lalu meyipitkan kedua mata nya sambil mengerutkan kening nya “ maksud mu pusing? Aku tidak pusing yeol “ chanyeol tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepala nya apa tadi dia salah memberi nya obat pusing?

“ baek, tadi saat kau tertidur kau hanya berbicara terus selagi aku mengompres kening mu. Kau berbicara yeol aku sangat pusing sekali, yeol aku ingin tidur, yeol ada apa dengan kepala ku kau berbicara seperti itu. Sekarang saat nya meminum obat mu baek, ini sudah lewat 1 jam dari waktu meminum obat “

“ simpan saja disitu, nanti aku minum. Aku lelah yeol “

“ lelah kenapa? “

“ setiap waktu aku harus meminum obat ku, aku sangat lelah yeol lelah sekali “

Chanyeol menghembuskan nafas dan menatap kearah baekhyun yang mulai menitikan air mata, hati chanyeol sangat sakit sekali melihat baekhyun menangis tentu saja karena chanyeol sudah merasakan ada ikatan batin antara mereka berdua. “ baiklah baek, jangan lupa minum obat mu ya aku akan keluar “

-

            Suara ketukan pintu terdengar berulang-ulang kali tapi tidak ada yang menjawab, ugh! Ayolah chanyeol ini sudah tengah malam pasti baekhyun sudah pergi kedalam mimpi nya, tapi chanyeol tetap ingin masuk ke dalam kamar baekhyun untuk memastikan apakah dia sudah minum obat atau belum. Chanyeol membuka kenop kamar baekhyun dan membuat pintu kamar nya terbuka “ baek, kau sudah meminum obat mu? “ chanyeol berdiri di dekat pintu tetapi baekhyun tidak menjawab nya dia sedang tiduran di atas ranjang tetapi dengan posisi membelakangi chanyeol, baekhyun tidak menjawab apapun akhir nya chanyeol berjalan kearah baekhyun dan menyentuh lengan baek yang sangat panas, wajah nya berkeringat sekali bibir nya menjadi warna putih pucat. Pasti baekhyun tidak meminum obat nya, ini benar-benar sudah membuat chanyeol panik. Apa yang harus di lakukan nya? Chanyeol memang sekolah di kedokteran tapi dia tidak boleh memeriksa pasien sembarangan, jadi chanyeol segera memasukan baek ke dalam mobil dan membawa nya ke rumah sakit terdekat.

            Sudah 4jam chanyeol menunggu keadaan baekhyun yang masih ada di ruang ICU, ini benar-benar membuat chanyeol gelisah, takut semua nya bercampur aduk. Seorang pria menggunakan jas putih berjalan kearah chanyeol “ tuan, baekhyun sudah sadar seperti nya baekhyun harus di rawat dirumah sakit ini dan harus segera dipindahkan kamar nya. Dia sedang menunggu anda “

            “ baek? Apa yang kau lakukan? Kau tidak meminum obat mu?  Kau benar-benar membuatku khawatir baek  “ chanyeol mengatakan semua yang berada di dalam hati nya sambil menggenggam erat lengan baekhyun, baekhyun tersenyum melihat sahabat yang sudah sama seperti kaka nya itu berbicara terus menerus di hadapan nya “ yeol, aku sudah tidak apa-apa. Aku lupa meminum obat ku yeol, sudah kau tidak usah khawatir sekarang kan kau bisa lihat aku baik-baik saja. Iya kan? “

            Chanyeol mengusap-usap rambut baekhyun dan mencium kening nya, chanyeol itu orang yang penyayang misi hidup nya adalah menjaga baekhyun agar tidak terjadi apa-apa pada nya. “ yeol? “ chanyeol mengerutkan kening nya dan menatap kearah baekhyun “ saat aku tertidur aku bermimpi tentang ibu,  dia berkata jika dia memiliki salah kepada mu ia meminta maaf yeol. Aku tahu dia sangat jahat kepada mu, aku tau itu yeol aku tau semua itu tapi tolong maafkan lah dia yeol. Aku tidak ingin melihat ibu merasa sedih karena memiliki salah kepada mu “ chanyeol menitikan air mata yang membasahi pipi nya lalu menggeleng-gelengkan kepala nya berkali-kali, hati nya sangat terpukul sekali rasa nya sangat sakit  “tidak baek, aku tidak akan memaafkan nya. Kau tidak mengetahui semua nya baek, aku benar-benar tidak akan memaafkan nya “ ujar chanyeol tegas, baekhyun menatap chanyeol dengan tatapan kosong lalu memejamkan mata nya dan mulai bermimpi.

            Baekhyun menunggu chanyeol tertidur bahkan baekhyun tidak tidur semalaman karena menjaga chanyeol, baekhyun sangat senang sekali melihat chanyeol tertidur. Baekhyun sangat menyayangi chanyeol, benar-benar menyayangi nya dan baekhyun ingin membuat chanyeol merasa bahagia bagaimanapun cara nya dan apapun akan dia lakukan untuk chanyeol.

**

            Baekhyun sudah 2 minggu berada di rumah sakit, karena dokter tidak boleh membiarkan baekhyun pulang dan beristirahat di rumah nya. Sudah 2 hari chanyeol tidak menginap di rumah sakit menemani chanyeol karena chanyeol memiliki beberapa hal yang perlu di lakukan. Dan sekarang chanyeol bisa mengunjungi baekhyun “ baek, maafkan aku kemarin-kemarin aku tidak menemani mu disini. Apa kau baik-baik saja? “ tanya chanyeol setelah 2 hari tidak mengunjungi baekhyun, chanyeol langsung memeluk erat baekhyun melepas rindu “ yeol, aku sangat rindu pada mu “ baekhyun membalas pelukan chanyeol dan tersenyum senang sekali.

            Chanyeol mengambil gitar yang tidak jauh dari nya “ baek? Aku akan bermain gitar, kau bernyanyi ya aku sangat senang dengan suara mu “ baekhyun hanya mengangguk sambil tersenyum, chanyeol mulai memetik senar gitar nya perlahan demi perlahan memainkan nada rendah jin-gone baekhyun menanyikan lagu itu. Pintu kamar  rawat baekhyun terbuka dan datang seorang dokter yang selalu menjaga baekhyun selama ini bersama dengan suster “ tuan chanyeol ada yang ingin saya bicarakan dengan anda “ ujar dokter itu “ baek, kau tunggu di sini ya “

            “ ada apa? Apa baekhyun sudah boleh pulang? “ tanya chanyeol sambil mengabungkan tangan kanan dan kiri nya sehingga mengumpal, wajah chanyeol sudah sangat senang sekali mungkin yang akan dia dengan saat ini adalah berita bagus “ baekhyun memiliki penyakit yang sangat parah “

-

            “ yeol? Apa yang sedang kau fikirkan? “

Chanyeol menggelengkan kepala nya berkali-kali dan tersenyum kepada baekhyun “ aku tidak apa-apa “ jelas baekhyun tau sedang terjadi sesuatu kepada chanyeol, melihat wajah nya saat ini rasa nya baekhyun ingin menangis melihat nya. Tidak mungkin chanyeol tidak apa-apa karena tadi saat chanyeol berada di kamar mandi dia menangis “ baiklah yeol, bagaimana kalau kau bermain gitar lagi untuk ku “ ujar baekhyun menyuru chanyeol bermain gitar untuk nya, saat chanyeol ingin memetik senar gitar baekhyun batuk dan mulut nya di tutupi oleh tangan nya baekhyun “ baek? Kau tidak apa-apa? “ tanya chanyeol mulai panik karena batuk nya ini terdengar sangat parah, baekhyun melepaskan tangan nya dari mulut nya dengan perlahan dan terlihat lengan  nya bergemetar

            “ yeol? Ada apa dengan ku? “ baekhyun menangis “ YEOL! Kenapa bisa ada darah di tangan ku?! Ada apa dengan ku yeol! “ setelah baekhyun menurunkan tangan nya dia terkejut karena ada darah yang sangat banyak dan kental sekali berada di tangan nya, bibir nya pun merah karena darah sebenar nya apa yang terjadi? Kenapa baekhyun bisa seperti ini?

“ baek-

“ YEOL! Cepat katakan padaku! “

“ kau tidak apa-apa baek, kau akan baik-baik saja “

“ bagaimana bisa aku baik-baik saja? Kau lihat? Ini DARAH yeol DARAH! “

“ kau tidak percaya padaku? Kau akan baik-baik saja baek percayalah pada ku “

**

            Sudah 2 bulan baekhyun berada di rumah sakit ini, tidak ada perubahan malah baekhyun tambah pucat dan lemas. Chanyeol selalu menemani nya. Chanyeol berjalan kearah calender dan menghitung hari “ tinggal 1 minggu lagi “ ujar chanyeol dengan wajah menyesal “ yeol? Apa yang kau lakukan? “

            “ yeol? Apa kau merindukan ibu? “ baek mulai bertanya tentang ibu mereka, chanyeol itu adalah anak angkat yang di asuh oleh ibu baekhyun dan mereka mengerti satu sama lain sudah seperti saudara kandung tetapi pada saat ibu nya itu melukai baekhyun mulai dari situ chanyeol tidak menyukai ibu angkat nya. Bagaimana bisa seorang ibu melukai anak nya sendiri? Sampai tidak bisa berjalan seperti itu, kejadian itu sudah lama terjadi tetapi baekhyun tidak pernah membenci ibu nya dan sedangkan chanyeol? Dia sangat membenci ibu angkat nya meskipun ibu angkat nya itu sudah merawat dan membesarkan diri nya dengan sangat baik.

            “ baek, sudah berapa kali aku bilang aku tidak merindukan ibu. Aku sangat membenci nya, dia membuat mu tidak bisa berjalan seperti yang lain nya baek tapi kenapa kau selalu saja membahas tentang dia? “ chanyeol terus mengoceh menceritakan betapa kejam nya ibu angkat nya itu, baekhyun? Dia hanya bisa berdiam mendengar chanyeol bercerita terus menerus. “ aku tau kau membenci nya tapi dia telah merawat mu yeol “ chanyeol berdiri dari kursi nya dan keluar dari kamar baek.

            Saat chanyeol keluar dari kamar baek, dokter yang biasa merawat baekhyun menggelengkan kepala nya sambil menatap chanyeol “ dalam berapa jam? “ tanya chanyeol kepada dokter yang berada di hadapan nya kini.

-

“ yeol, aku akan operasi hari ini aku akan melihat mu lagi nanti. Aku berjanji yeol “

“ kau harus berada di samping ku lagi, berjuang lah baek “

            Chanyeol menunggu 2 jam menunggu baekhyun yang sedang berada di ruang operasi, baekhyun harus mengganti paru-paru nya. Karena paru-paru nya sudah tidak baik, chanyeol akan melakukan apapun untuk baekhyun.

**

            Sudah 3 hari baekhyun belum sadar, dan chanyeol? Dia selalu berada di samping baek yang sedang tertidur di atas ranjang menggunakan oksigen bantuan dan juga alat deteksi jantung, chanyeol selalu mengganti bunga berwarna putih yang baekhyun sukai setiap hari. Dan chanyeol juga selalu bermain gitar untuk baekhyun meskipun dia tahu kalau baekhyun itu tidak bisa mendengar nya, chanyeol juga selalu memakan beberapa batang cokelat yang biasa nya baekhyun selalu merebutnya dari tangan chanyeol tapi kini chanyeol dapat menghabiskan cokelat nya sendiri.

            Chanyeol menggangam lengan baekhyun dan menitikan air mata “ baek, kapan kau sadar? Aku merindukan suara mu “ chanyeol menundukan kepala nya sambil menangis, menangis, menangis, hanya itu yang dapat chanyeol lakukan sekarang. Chanyeol menatap kearah baek yang masih terpejam dan memiliki wajah yang pucat “ aku merindukan mu baek “

            Chanyeol tertidur sambil menggengam lengan baek

-

“ chanyeol ? “ suara itu? Suara baekhyun! Chanyeol membalikan tubuh nya ke belakang dan melihat baekhyun bersama dengan seorang wanita “ baek? I….ibu? “ chanyeol  bertanya kebinggungan, apa yang di lakukan ibu angkat nya disini?

“ chanyeol, ibu benar-benar minta maaf jika ibu memiliki salah pada mu. Ibu tau kau membenci ibu karena ibu melukai baekhyun tapi tolong jangan membenci ibu, ibu tidak melukai baekhyun. Ibu melindungi nya “

“ kau berbohong! Kau melukai baekhyun! Benar kan itu baekhyun? “

“ tidak yeol, itu salah. Pada saat ibu meninggal dia tidak tertabrak mobil tetapi dia mendonorkan kedua paru-paru nya untuk ku yeol, dan dia juga mendonorkan jantung nya untuk mu pada saat kau memiliki penyakit jantung ibu mendonorkan  nya bersama-sama saat mendonorkan paru-paru nya untuk ku “

“ benar kah itu bu?” chanyeol mulai menitikan air mata dan menatap ibu nya yang sekarang mulai menjauh dari pandangan nya dan tiba-tiba menghilang begitu saja, hanya baekhyun tertinggal.

“ baek? Apa yang kau lakukan disini? Dan mengapa kau bisa berjalan baek? “

“ aku hanya ingin mengucapkan selamat tinggal pada mu yeol “

“ maksud mu? “

“ aku terbang yeol, terima kasih telah menjaga ku. Maaf aku tidak bisa menepati janji ku untuk bertemu lagi dengan mu, tapi aku rasa aku menepati janji ku karena sekarang aku bisa bertemu dengan mu lagi. “

“ apa maksud mu baek? Terbang? Aku tidak mengerti “

“ saat kau terbangun kau akan mengerti yeol, terima kasih yeol terima kasih selamat tinggal

            Chanyeol terbangun dari tidur nya, ah.. itu hanya mimpi. Chanyeol mengusap-usap lengan baek, tangan nya menjadi sangat dingin. Dengan cepat chanyeol langsung memalingkan pandangan nya kearah alat deteksi jantung dan yang chanyeol lihat hanya garis lurus yang panjang dan bunyi tuuuuuuuuut diujung garis itu terdapat angka 0. Chanyeol tersenyum, tapi mata nya menitikan air mata dan membasahi pipi nya. Chanyeol tidak percaya, berarti mimpi itu….

            Mimpi terakhir chanyeol bertemu dengan baekhyun dan juga baekhyun mengucapkan kata selamat tinggal. Chanyeol mendengar sesuatu di telinga nya ‘ aku bisa terbang yeol… aku bisa terbang yeol… aku bebas… ‘ air mata chanyeol kini mulai mengalir banyak, air mata nya membasahi pipi dan lengan baekhyun. Chanyeol berdiri, melepas infusan dan segala sesuatu yang menempel di tubuh baek lalu mengangkat baek dan memeluk nya dengan erat

“ akhir nya kau bisa terbang baek, kau bisa terbang, kau bisa terbang. Aku tidak percaya ini baek, kau bisa terbang, sekarang kau bebas baek “

            Chanyeol menatap kearah meja yang di atas nya ada bunga mawar berwarna putih, bunga itu.. sudah 3 hari tidak layu-layu. Chanyeol melihat ada bayangan baekhyun di dekat bunga itu chanyeol tersenyum melihat bayangan baek, dan chanyeol tidak melepaskan pelukan nya kepada baek.

“ aku bisa terbang yeol “

“ ya, aku tau kau bisa terbang. Kau terbang meninggalkan ku kealam sana “

“ aku tidak meninggalkan mu yeol “

“ aku tahu, untuk apa kau berada di sini lagi? Sekarang kau bebas yeol kau bisa berdiri dan juga kau bisa terbang. Jangan lupakan aku baek “

Bayangan baekhyun menggangguk dan tersenyum kepada chanyeol “  selamat tinggal yeol “ bayangan itu hilang……..

END


Falling in Love

$
0
0

PicsArt_1403362847976com

“Falling In Love”

Author : gladiol

Length : Ficlet

Genre : Romance

Rating : General

Cast : EXO Member | Girl (You)

 

 

Aku akan menaklukkan ayahmu terlebih dahulu

Chen POV

Bosan. Andaikan saja hari ini aku tidak ada kuliah. Andaikan tidak ada kuliah, aku tidak mendapatkan tugas dari dosen. Andaikan tidak mendapatkan tugas, aku pasti bisa berkencan dengan gadis itu. Ah…kenapa semua itu hanya dilandasi dengan kata andaikan?

Sudah seharian ini aku bergelut dengan jadwal kuliahku yang semakin padat. Dari pagi hingga petang semua jadwal kulewati. Jangankan untuk makan siang, untuk bernafas saja rasanya sangat sesak. Kalau saja gadis itu tidak mengingatkanku soal makan mungkin aku akan berakhir di rumah sakit karena sering terlambat makan. Dan kalau saja dosenku wajahnya secantik gadis itu, aku rela kuliah setiap hari tanpa libur.

Kenapa? Kenapa semua hanya diawali dengan kata “andaikan” dan “kalau saja”? 

‘Hei, kau sedang apa disana?  Aku ada di kafe favoritmu sekarang.’

Begitulah isi pesan singkat yang baru saja kukirimkan kepada gadis itu. Jujur saja aku sangat tersiksa dengan semua ini. Namun aku juga tidak bisa melawan, semua ini demi masa depanku. Aku ingin mendapatkan masa depan yang terbaik agar aku dianggap pantas sebagai lelaki. Dan tentu saja dianggap pantas untuk mendampingi gadis itu menuju lembaran hidup yang baru. Kalau kalian ingin tahu, ayah gadis itu sangat galak. Bayangkan saja setiap aku bermain kerumahnya aku selalu ditanyai macam-macam. Bahkan aku harus membawa daftar nilaiku saat liburan semester telah tiba. Ayahnya bilang dia tidak ingin anaknya berteman dengan orang yang masa depannya suram.

Kalau ingin berteman saja aku harus memiliki nilai yang bagus bagaimana kalau aku ingin melamarnya? Ah…ternyata tidak hanya gadis itu saja yang menyiksaku dengan perasaan cinta, namun ayahnya yang galak itu juga menyiksaku.

Sore ini aku kembali disibukkan dengan tugas kuliah. Agar mengurangi rasa bosan, aku mengerjakannya di kafe favorit gadis itu. Kafe yang dia bilang memiliki kenangan bersama seseorang. Jujur aku cemburu namun aku sadar dengan statusku yang hanya sahabatnya.

Ponselku berbunyi menandakan ada pesan yang masuk.

‘Oppa, kau sudah makan? Aku akan menyusulmu kesana Oppa. Tunggu aku, ne?’

Aku tidak membalas pesannya dan kembali fokus ke hadapan laptopku. Menyelesaikan tugas yang membuat kepalaku serasa ingin pecah. Aku ingin tugas ini segera selesai sebelum gadis itu datang karena aku tidak ingin konsentrasiku terbagi.

Apa kalian tahu? Saat aku sedang mengerjakan tugas dan gadis itu ada disampingku, maka aku hanya akan memperhatikan gadis itu dan melupakan tugas yang harusnya kukerjakan. Walaupun gadis itu selalu mengingatkanku soal tugas, tapi tetap saja, dia lebih menarik dari pada tugas.

Setelah 15 menit aku menyelesaikan ketikanku soal laporan praktikum. Kurenggangkan sedikit badanku yang terasa kaku. Lega yang kurasakan akhirnya tugasku selesai dan sebentar lagi aku akan bertemu dengannya.

Dengan senyum yang tersungging di wajahku, aku menelfon gadis itu sekedar memastikan dia sudah sampai mana sekarang. Dia pun menjawab telfonku dan ternyata posisinya sekarang sudah dekat dengan kafe dimana aku berada.

Aku melihatnya. Tapi kenapa dia berpenampilan seperti itu? Dia sangat menyiksaku. Hanya dengan dress selutut warna putih tulang dan senyum yang selalu terpampang manis diwajahnya sudah cukup membuat jantungku berdegup kencang. Oh apakah aku jatuh cinta lagi padanya? Kenapa setiap bertemu dia selalu membuatku merasakan jatuh cinta kembali? Bagaimana jika nanti aku menjadi suaminya? Melihatnya setiap hari dalam berbagai busana dari bangun tidur sampai tidur kembali? Ah…tak bisa kubayangkan, pasti sangat indah. Astaga apa yang kupikirkan…

Kulambaikan tanganku dari dalam kafe karena tempat dudukku berhadapan langsung dengan jendela membuatku leluasa melihat keadaan diluar kafe. Dia dengan segera membuka pintu kafe dan masuk kedalamnya. Dengan sedikit berlari dia menghampiriku dengan senyuman manis itu.

Cantik…kuharap kau tidak memberikan hatimu kepada pria lain dan bersedia menungguku…

Kau tahu? Aku rela tersiksa seperti ini hanya demi dirimu…

Aku berjanji, aku akan segera menaklukkan hati ayahmu yang galak itu…

Dan aku akan menaklukkan hatimu…untuk menjadi bidadariku…

***

Bukalah pintunya dan kita masuki bersama

 

Chanyeol POV

Tinggi badannya yang hanya mencapai daguku. Rambutnya yang lembut dan tidak terlalu panjang. Kulitnya yang putih dan selembut sutra. Serta suaranya yang mengalun merdu. Semua itu hanya ada padanya. Gadis manis yang menyatakan cinta padaku beberapa hari yang lalu.

Sungguh memalukan. Tidak, bukan dia yang memalukan. Tapi aku. Seharusnya sebagai lelaki, akulah yang harus menyatakan cinta terlebih dahulu bukannya gadis itu. Ah…andaikan aku bisa memiliki kekuatan Tao EXO dalam music videonya, pasti aku akan mengulangi pernyataan cinta beberapa hari yang lalu dan menukar posisinya dengan posisiku.

Ya…aku juga menyukai gadis itu, namun karena jadwal latihan basketku yang padat ditambah jadwal pertandingan aku belum memiliki waktu dan cara yang tepat untuk menyatakan cinta. Aku ini kan namja yang keren, tinggi, bertubuh atletis dan tentunya…ehem…tampan, jadi aku tidak ingin memakai cara yang biasa saja saat menyatakan cinta.

Namun apa yang terjadi? Tempo hari gadis itu malah rela menungguku hingga tengah malam untuk menyatakan cintanya padaku. Bahkan dia tidak meminta jawaban dan hanya sekedar ingin aku mengetahui perasaannya yang sudah ia pendam 3 tahun lalu saat kami masih mahasiswa baru.

Aku merasa kalah. Dia saja berani menyatakan cintanya sedangkan aku selalu mengulur waktu. Daritadi aku hanya berkeliling mengitari kamarku yang bernuansa basket. Memikirkan bagaimana cara aku menyatakan cintaku pada gadis itu dan membuat ia tersentuh kemudian menerimaku menjadi kekasihnya. Yah, meskipun ia juga menyukaiku tapi belum tentu ia akan menerimaku kan?

Berbagai macam strategi kupikirkan. Banyak saran yang diberikan oleh teman-temanku. Seperti memberikan bunga, namun kupikir bunga itu bisa layu dan aku tidak ingin cintaku juga ikut layu. Jika memberikan cokelat, cokelat itu akan habis jika dimakan, lalu apakah cintaku akan dimakan juga? Tidak mungkin juga aku memintanya menyimpan cokelat itu selamanya, nanti cokelat itu bisa jamuran, dan bagaimana jika cintaku juga ikut jamuran? Oke, salahkan otakku yang selalu berpikiran aneh. Lalu aku harus bagaimana?

Aku ini bukan playboy yang dengan mudahnya menyatakan cinta. Ya meskipun banyak gadis yang menyukaiku tapi aku tidak ingin memberikan harapan palsu pada mereka. Dan sekarang aku kebingungan sendiri kalau sudah seperti ini.

Masih bergulir detik-demi detik yang ditunjukkan jam dinding di kamarku. Masih kuputar juga otakku agar mendapatkan cara yang bisa menyentuh hatinya.

Aku lelah. Kuputuskan untuk merebahkan tubuh tinggiku dikasur berharap segera mendapatkan ide romantis untuk gadis pujaanku.

Setelah lama kurenungkan akhirnya kuputuskan untuk mengajaknya bertemu di halaman belakang gedung kesenian di kampusku. Penjaga gedung itu adalah tetanggaku jadi aku bisa meminjam kuncinya dengan jaminan tidak akan merusak fasilitasnya.

Kupersiapkan segala sesuatu yang aku butuhkan dengan dibantu oleh 2 orang temanku. Setelah semua siap segera kuhubungi gadis itu dan beruntung dia bersedia menemuiku.

Temanku segera bersembunyi di dua sisi berbeda untuk membantuku member kejutan untuk gadis itu.

Kudengar ketukan sepatu yang mendekat kearahku. Segera kubalikkan tubuh tegapku.

Aku melihatnya tersenyum. Senyumnya yang bisa menghipnotisku. Ah…aku harus fokus demi tujuan utamaku hari ini.

Dia semakin mendekat dan bertanya kenapa aku mengajaknya bertemu. Segera kukeluarkan kotak berwarna pink pastel dan dia menerimanya. Dibukanya kotak itu dengan kening berkerut seolah tidak mengerti maksudku.

Kuhirup nafas dalam-dalam guna mengurangi degup jantungku. Dia bertanya mengapa aku memberinya sebuah kunci. Sebelum penjelasanku kulontarkan untuknya, puluhan balon berbentuk hati dilepaskan dari dua sisi kami berdua. Ya, sepertinya perhitungan waktu kedua temanku yang bertugas melepaskan balon-balon itu sedikit meleset. Tapi itu tidak masalah. Karena gadis itu tampak terpana melihat balon-balon itu berterbangan di sekitar kami. Dan aku terpana melihat gadis itu ada dihadapanku saat ini.

Apa kau benar-benar tidak mengetahui maksudku, cantik?

Kuberikan kunci itu karena aku ingin membuka pintu hatimu…

Tidak hanya pintu hatimu namun pintu masa depan kita berdua…

Kumohon cantik, bukalah pintu itu dan kita lewati bersama…

Pintu menuju masa depan kita berdua…

 

***

TBC

Maaf kalau ada kesalahan dalam pengetikan ya reader…

Dimohon komentarnya…dan terima kasih sudah bersedia baca…


Pride

$
0
0

Pride

Author         :    autumnleaves_94

Genre           :    Romance, sad

Length         :    Oneshot

Rating          :

Main Cast    :    Oh Sehun

                          Song Hyeri

                          Kim Jongin

                          Shin Hani

Other Cast :    Xi (Oh) Luhan, Byun Baekhyun, Park Chanyeol

Picture1ny

***

I once chose my pride over you

I regret it

***

Sesak…

Itu yang kurasakan saat ini. Begitu sesak. Rasanya bercampur aduk melihatnya di altar. Sesak karena kebodohan dan kepengecutanku dulu, hingga akhirnya aku kehilangannya. Sekarang ia dengan gaun putihnya berdiri dan menghadap namja di depannya dengan pandangan itu. Pandangan yang dulu ia berikan padaku.

“Song Hyeri. Bersediakah kau menerima Kim Jongin menjadi pasangan hidupmu dalan suka dan duka, dalam sehat dan sakit, dalam susah ataupun senang?”

Ia tersenyum. Senyum yang pernah ia berikan padaku dahulu. Matanya besarnya berbinar.

“Aku bersedia” 

Sesak…

***

Sehunnia, aku sakit

From : Hyeri <3

Sakit apa? Jantung? Liver? Kanker? Tumor? Paru-paru?

From : Sehunnie <3

Pilek -,-

From : Hyeri <3

Yak! Itu bukan sakit -___-

From : Sehunnie <3

Tapi aku tidak enak badan Sehun-ah. Apa kau tidak ingin menjengukku?

From : Hyeri <3

“Sehun-ah. Pertandingannya sudah dimulai.”  Luhan hyung menoleh “Aish! Kenapa kau malah SMS-an. Siapa itu?” dahinya berkerut

“Aniya, bukan siapa-siapa” Aku memasukkan ponselku ke kantong, berusaha terlihat tenang

***

Lupa membalas pesanmu karena pertandingan bola dan gengsi terhadap hyungku sendiri. Aku tidak menyangka akan menyesalinya seperti ini.

***

Langit sore terlihat begitu indah. Sungai Hangang mengalir tenang seiring angin sepoi-sepoi yang menerka kami yang sedang duduk di pinggiran sungai. Hyeri terlihat menutup matanya sembari menyandarkan tubuhnya di pelukanku.

“Sehunnie, apa kau benar-benar tidak ingat?” Ia tiba-tiba bersuara behkan tanpa membuka matanya

“Ingat apa?” aku meliriknya yang ada di samping tubuhku. Namun karena posisi kami, mataku hanya bisa melihat rambutnya.

“Kemarin aku ulang tahun”

Deg!

Aku benar-benar lupa! Padahal aku hafal tanggal lahirnya di luar kepala. 14 April 1994. Aku bahkan tahu dimana ia lahir. Tapi kemarin aku benar-benar lupa. Eotthokke?

Perlahan keluar keringat dingin. Aku benar-benar panik dan dilanda rasa bersalah yang amat sangat. Namun aku masih berusaha menjaga image.

“Oh ya? Selamat ulang tahun”

Aku sendiri tak menyangka suarku bisa keluar se-kalem itu.

“Hanya itu?” Hyeri melepaskan pelukanku dan menegakkan tubuhnya dengan kepala masih menghadap sungai Hangang. Ia tidak mau menatapku. Aku tahu, ia sedang marah.

Aku berusaha tersenyum untuk menenangkan diriku sendiri.

“Kau marah?”

Ia tidak bersuara. Namun kali ini ia mengubah posisinya dengan memeluk kakinya dan menumpukan kepala di atas kedua lututnya.

Ia marah. Aniya. Lebih tepatnya ia kecewa. Karena aku bisa melihat air mata yang menggenang di kedua pelupuk matanya. Ia hanya diam dan tidak berkata apa-apa karena ia sedang menahan agar air mata itu tidak jatuh.

 Hatiku teriris melihat air mata itu. Karena aku tahu, akulah penyebab air mata itu keluar. Aku ingin meminta maaf, namun aku bukan orang yang bisa menyusun kalimat yang indah dan meyakinkan. Dan pula, harga diriku terlalu tinggi untuk enunjukkan betapa aku merasa bersalah. Aku bingung. Eottokke?

Namun tubuhku seperti mengerti apa yang otakku tidak mengerti. Dengan mataku melihat air mata Hyeri, tangan kananku secara refleks bergerak untuk kembali memeluknya, dan tangan kiriku memegang wajahnya, menggerakkannya agar menghadap ke arahku. Dan… dan…

Chu!

Dalam keadaan sadar aku selalu menjaga image dan harga diriku di depan orang lain. Namun aku selalu kehilangan kesadaran itu setiap bibir kami bertemu. Ketika bibirku melumat bibirnya, rasanya seperti candu. Aku tidak ingin berhenti. Sensasi kupu-kupu di perutku dan suhu tubuhku yang meningkat drastis, rasanya benar-benar menyenangkan. Seluruh kesadaranku yang tidak banyak tersisa, semuanya terpusat pada bagaimana bibir kami saling melumat. Ketika bibirku melumat bibir atas Hyeri dan ketika bibir Hyeri melumat bibir bawahku. Sensasinya benar-benar tidak bisa aku gambarkan.

Tanpa sedikitpun penolakan dari Hyeri. Kami terus berciuman sampai persediaan oksigen di paru-paru kami habis akhirnya kami terpaksa melepaskan satu sama lain karena reaksi tubuh kami atas paru-paru yang kosong. Namun setelah berciuman mata kami masih saling menatap satu sama lain sambil tersenyum.

Kemarahannya sudah sirna.

***

Pandangan itu, pandangan yang kau berikan padaku saat itu. Adalah pandangan  yang sekarang kau berikan pada namja bertuksedo yang sedang berdiri di hadapanmu.

Dan kata maaf itu. Sampai sekarang tidak pernah terucapkan.

Sungguh, aku berharap namja berkulit tan itu tidak pernah melupakan ulang tahunmu dan mengecewakanmu seperti yang pernah aku lakukan.

Setidaknya aku berharap bahwa ia adalah namja yang cukup berani meminta maaf.

***

Kami baru pulang dari menonton film. Awalnya kami hanya berjalan beriringan, namun tangannya meraih tanganku meminta digenggam. Dan ternyata rasanya hangat dan menyenangkan. Akhirnya aku memutuskan untuk terus berjalan sambil berpegangan angan

Namun, belum juga lima menit kami bergandengan tangan tiba-tiba terdengar beberapa teriakan memanggilku dari belakang

“Sehun-ah!”

Seperti suara teman-teman kuliahku. Dan entah apa yang mendorong, tanganku secara refleks melepas genggaman tangan kami. Rupanya seluruh tubuhku sudah paham dengan Sehun yang telalu menjaga harga dirinya tinggi-tinggi dan tidak ingin teman-teman yang selama ini mengenalku sebagai namja yang dingin terhadap yeoja, tahu bahwa ia sudah takluk dengan yeoja yang tadi aku genggam tangannya.

Dapat kusadari Hyeri yang shock akibat tangannya yang dilepaskan begitu saja. Namun aku tidak bisa merasakan kekecewaan Hyeri ketika ia menatap lurus pada tangan kami yang kini terpisah.

“Waaa, Sehun bersama seorang yeoja!!” Ribut sekali, ternyata mereka duo berisik Baekhyun dan Chanyeol. Lihat! Mereka bahkan sudah histeris seperti itu. Padahal mereka masih berjarak 10 meter dariku!

“Aish!” Tanpa sengaja aku mendengus sendiri. Ya! Aku mendengus sendiri. Namun tentu saja Hyeri yang berdiri persis di sampingku mendengarnya. Tapi ia hanya diam seiring duo ribut berjalan mendekati kami

***

“Jujur saja, apa kau malu mempunyai yeojachingu aku?”

Saat ini kami ada di dalam mobilku. Sebenarkan kami sudah sampai di rumah Hyeri. Namun bukannya turu, Hyeri secara tiba-tiba menanyakan pertanyaan  itu.

Rasanya seperti tertohok. Aku bukan malu karena mempunyai yeojachingu DIA. Tapi aku malu karena mempunyai yeojachingu. Aku sudah terlalu terbiasa dengan image cool guy sejak dulu. Baik keluargaku, teman-temanku ataupun semua orang mengenalku sebagai Sehun yang dingin, apalagi terhadap yeoja. Dan entah kenapa image itu memberiku kepuasan tersendiri, dan lama-lama menjadi sulit untuk melepaskannya. Bahkan hingga saat pertama kalinya seorang yeoja membuatku jatuh cinta. Ya! Hyeri adalah cinta pertamaku. Bahkan ketika kami sudah menjadi sepasang kekasih, terkadang aku masih mendahulukan harga diriku. Padahal Hyeri jauh lebih penting. Tapi pride sudah membutakan mataku, karena aku terbiasa meletakkan pride di atas segalanya.

“Aku…”

Aku benar-benar tidak tahu harus berkata apa. Haruskah aku bilang bahwa harga diriku terlalu tinggi untuk sampai teman-temanku tahu bahwa ada yeoja yang berhasil menaklukkanku? Tapi aku takut dia akan kecewa lagi.

Cklik!

Rupanya Hyeri sudah tidak sabar menunggu jawabanku. Ia membuka pintu mobil dan keluar tanpa menungguku menemukan kata-kata yang tepat untuk disampaikan padanya

***

“Dia keluar begitu saja! Bahkan tanpa menungguku menyelesaikan kalimatku.” Ceritaku pada yeoja yang sedang duduk di depanku sambil sesekali mengaduk mocca float miliknya.

“Kalau aku jadi dia. Aku akan berpikir bahwa kau tergugup karena apa yang aku katakan memang benar tapi kau takut menyinggungku.” Ia mengeluarkan sendok dari minumannya dan menunjuk-nunjuk wajahku dengan sendok itu.

“Tapi aku benar-benar tidak tahu harus berkata apa saat itu!”

“Begini saja” Ia kembali memasukkan sendok ke dalam gelasnya “Lupakanlah saja yang kemarin. Sekarang kau harus minta maaf padanya”

Aku terpaku mendengar kata-katanya.

“Dari ceritamu. Aku bisa menangkap bahwa dia adalah segalanya untukmu. So, stop being such a jerk and ask for her forgiveness. For God sake, she’s way more important than your fucking pride!”

Ia menyilangkan kedua tangannya di depan dadanya. Shin Hani. Sahabatku sejak kecil. Karena itu ia bagitu mengerti aku dan segala kebodohanku.

“Aish” Aku menyingkirkan cangkir black coffe di depanku dan dengan lemas menumpukan kepalaku di atas meja “Hani-ah, bagaimana cara meminta maaf dengan baik?” Aku tidak bisa mengelak karena segala yang dikatakannya memang benar. Hyeri lebih penting dibanding apapun.

Tapi ia justru tergelak “Hahaha…. Ini pertama kalinya aku melihatmu seperti ini. Dia mampu meruntuhkan tembokmu. Hyeri memang hebat” Ia bertepuk tengan pelan sambil menggelengkan kepalanya berulang kali tanda kagum.

“Aish! Sepertinya kau benar. Ternyata seperti ini rasanya mencintai seseorang. Hahaha” Aku ikut tergelak.

Kali ini giliran Hani yang manggeser gelasnya dan menopangkan dagunya di atas meja. Sekarang wajah kami berhadap-hadapan dengan jarak hanya sejengkal. Aku merasa awkward sendiri.

“Hei, kau terlalu dekat” Aku yang merasa canggung secara refleks menolehkan wajahku ke arah kanan. Yang kemudian yang kemudian membuatku melihat ekspresi yang tidak akan pernah aku lupakan seumur hidupku.

“Hyeri!” Aku menegakkan tubuhku dan terpaku melihat Hyeri yang jelas-jelas sedang melihat kami sejak tadi sambil berdiri di balik kaca restoran tidak jauh dari kami. Ekspresi kecewa yang terlukis di wajahnya saat itu benar-benar membuat perasaanku remuk.

“Mwo?!” Hani yang panik juga segera menegakkan tubuhnya dan melihat langsung ke arah pandangku. “Eotthokke? Dia pasti salah paham”

Namun aku tidak bisa lagi mendengar suara Hani. Saat ini Hyeri memenuhi kepalaku. Dan tanpa berpikir panjang aku langsung berdiri hendak ke tempat Hyeri. Namun Hyeri langsung beranjak pergi dan sialnya pintu keluar ada di sisi lain restoran dari tempat Hyeri berada. Sehingga ketika aku sudah sampai di luar, Hyeri sudah menghilang diantara kerumunan

***

Sudah empat jam dengan panik aku mencari Hyeri ke segala tempat dengan mobilku. Tapi aku belum menemukannya di beberapa taman di Seoul, di sungai Hangang, di toko buku yang biasa ia kunjungi, di cafe favoritnya, di tempat kuliahnya bahkan ia belum pulang ke rumahnya. Membuatku semakin panik!

Hyeri-ah, eodiga?

Sepertinya ia mematikan ponselnya karena sejak tadi aku berusaha menelpon tapi tidak tersambung sama sekali.

Tiba-tiba ponselku berdering membuatku kaget, namun kembali kecewa karena yang menelpon bukanlah Hyeri, tapi Hyeri eomma

“Yoboseyo”

“Sehun-ssi. Mungkin kau bisa mencarinya di danau dekat rumah kami. Dia dulu sering ke sana bersama oppanya. Bahkan saat hari pemakaman oppanya ia lebih memilih untuk menangis di sana sendirian daripada berkabung bersama keluarga”

“Oh ya? Danau yang sebelah mana? Kamsahamnida Hyeri eomma… Mianhe…”

“Sudahlah, aku bisa melihat bagaimana caramu menatap Hyeri. Aku tahu kau tidak bermaksud menyakitinya”

Nde. Kamsahamnida. Jeongmal kamsahamnida

Setelah menjelaskan letak danau itu, eomma Hyeri memutuskan sambungan telepon dan aku langsung tancap gas ke danau itu. Hyeri tidak pernah mengajakku ke sana. Karena itu aku tidak tahu danau itu.

Menurut eomma Hyeri, sebelum danau ada hutan yang memisakan perumahan dan danau itu. Ternyata hutan itu tidak jauh dari rumah Hyeri. Hanya 20 menit dengan mobil, aku sudah sampai di hutan. Tapi hutan itu terlihat cukup lebat. Aku ragu apa Hyeri benar di sana. Karena setahuku Hyeri tidak suka masuk hutan. Daripada hal-hal alami, ia lebih suka hal-hal praktis.

Tapi tanpa berpikir panjang ku langsung berjalan masuk ke dalam hutan. Dengan terus mengikuti jalur di hutan hanya sekitar sepuluh menit aku sudah bisa melihat danau dari kejauhan. Tapi aku tidak melihat Hyeri di sana. Ah! Tidak! Aku melihatnya di sana. Ia sedang duduk dengan menangkupkan wajah pada kedua kakinya. Bahunya terlihat bergetar.

Ia menangis.

Kakiku lemas. Ini pertama kalinya aku melihatnya menangis. Ternyata rasanya sangat sakit. Keberanianku tiba-tiba hilang. Aku sama sekali tidak bisa menghadapi Hyeri yang sedang menangis. Tanpa kusadari kakiku berjalan mundur hendak menjauh.

Krek!

Tidak sengaja aku menginjak sebuah ranting kering hingga patah. Rupanya Hyeri mendengar itu. Dan segera mengangkat kepalanya untuk melihat ke arah sumber suara. Ke arahku.

Ia terlihat kaget melihatku di sini. Masih dengan air mata di kedua pipinya.

“Kau…!” ia memalingkan wajahnya tidak ingin melihatku, lalu menghapus air matanya. Namun ia tidak melanjutkan kalimatnya. Mungkin ia juga tidak bisa menemukan kata-kata yang tepat untuk mengungkapkan kemarahannya padaku.

Dan entah dengan kekuatan apa kakiku berjalan maju ke arahnya.

“Berhenti! Aku tidak ingin melihatmu lagi!” Ia bahkan tidak melihat ke arahku

Tapi aku terus berjalan ke arahnya. Hingga aku sampai di depannya dan berlutut menghadapnya. Fuck my pride. I need her more.

Ia terlihat kaget melihatku seperti itu

“Aku mohon, jangan salah paham. Hani adalah sahabatku sejak kecil” aku berusaha meraih tangannya. Tapi ia menepisnya dan masih dengan wajah marah, ia mencoba beranjak. Mau tak mau aku berdiri dan menarik tangannya agar ia tak pergi dari tempat itu.

“Lepaskan!” ia memberontak dan memberontak hingga air mata kembali berlinang di kedua kelopak matanya. Kentara sekali emosi yang setengah mati ia tahan dan hanya tinggal menunggu waktu untuk meledak.

“Lepaskan! Lepaskan aku!” tangannya masih mencoba memberontak dariku. Air matanya sudah mengalir. Ia menangis lagi. Demi Tuhan, air matanya membuat aku lemah. Akhirnya aku melepaskan genggaman tanganku. Ia segera menarik tangannya, tapi ia tidak segera pergi dari tempat itu. Ia justru memegang tangannya yang tadi aku genggam

“Sakit” Ia terisak-isak.

Rasa bersalah seketika menohokku. Aku menggenggam tangannya terlalu keras tadi. Maaf Hyeri, aku hanya takut kau pergi lagi.

“Mianhe” Aku mencoba meraih lengan atasnya dengan lebih lembut, tapi ia menepisnya

“Kau tidak peduli ketika aku sakit! Aku mencoba bersabar! Kau melupakan hari ulang tahunku! Aku mencoba mengerti! Kau malu menggenggam tanganku di depan teman-temanmu! Kau tidak pernah ada di saat aku butuh! Dan sekarang sahabat yang mengobrol denganmu dengan jarak hanya sejengkal?! Hah?! HENTIKAN SEMUANYA AKU SUDAH LELAH!!!!”

Teriakan dan air matanya keluar bersamaan membuatku semakin merasa bersalah. Ada yang terasa sangat sakit di dadaku mengingat semua yang telah ia katakan.

“Mianhe… maafkan aku…” untuk pertama kalinya air mataku keluar di hadapan seseorang.

Ia terlihat melunak melihat air mataku.

“Jangan menangis” Suaranya melemah. Ia menunduk. “Mungkin aku bukan yeoja yang tepat. It’s over. Promise me you will find a girl that can makes you choose her over your pride” tangan kananya memegang lengan atasku. Ia terdiam sebentar seperti ingin memelukku namun akhirnya ia hanya meremas lengan kemejaku.

Ia lalu berpaling, dan pergi dari situ. Meninggalkanku yang hanya bisa terdiam.

***

Kau. Kau telah melakukannya Hyeri-ah. You made me choose you over my pride. You are the right girl. But I’m not your right guy.

***

Dan sekarang kau telah menemukan namjamu Hyeri. Namja yang mengutamakanmu di atas segalanya. Namja yang dengan bangga memegang tanganmu dan memelukmu di depan orang banyak. Namja yang bisa membuatmu tertawa. Namja yang memandangmu dengan pandangan itu.

Pandangan yang dulu Hani bilang adalah pandangan yang pertama kalinya ia lihat ada padaku. Saat aku memandangmu.

Ya! Aku bisa melihatnya, bagaimana sekarang ia memandangmu sambil berdansa denganmu setelah upacara pernikahan selesai. Tapi, bolehkah aku memelukmu untuk terakhir kalinya?

Akhirnya setelah sekian lama melihatmu dari jauh, aku mencoba memberanikan diri untuk mendekati kalian.

“Jongin-ah. Boleh aku pinjam pengantinmu?” Aku mencoba terlihat tenang.

Ia terlihat sedikit ragu, sampai ia melihatmu sebentar untuk meminta persetujuan dan kau mengangguk. Masih dengan senyumanmu.

Akhirnya kini kau aku kembali bisa melihatmu dengan jarak dekat lagi.  Akhirnya aku punya keberanian. Tapi semuanya sudah terlambat.

Untuk beberapa saat kita masih berdansa pelan dalam diam. Hingga akhirnya aku menangkat suara duluan.

“Akhirnya kau telah menemukan namjamu. Dia terlihat baik dan sangat mencintaimu” aku menggodamu.

Kau hanya tersenyum malu. Pipimu merona seperti tomat.

Aku menatap manik kembarmu dalam dengan cukup lama. Kali ini kau tidak menghindar hingga mata kita bertatapan cukup lama. Masih terlihat bahwa kau sangat merindukanku. Sungguh ingin kukatakan, aku lebih dari sekedar itu.

 “Hyeri-ah, Promise me you will be happy

***

Naaah, sudah! :D

Wah, pertama kalinya nih author bisa nyelesain FF dalam kurang dari 24 jam ~,~ ini gegara pengen curhat soal seseorang yang punya karakter kayak karakter Sehun di FF ini. Duh curcol -,-

Nah, sepertinya muncul beberapa pertanyaan seiring selesainya readers membaca FF ini. Nih pertanyaan yang udah author ramal beserta jawabannya :

v  Hyeri oppa? Danau?

Hyeri punya oppa yang dia sayang pake banget. Nah ceritanya dia sering bangen menyediri sama oppanya di danau itu, sejak kecil. Danau terpencil yang nggak banyak dikunjungi orang. Tapi kemudian oppanya meninggal karena suatu sebab. Dan Hyeri Cuma bisa menangis meraung-raung di danau itu, karena danau itu punya banyak banget kenangan tentang oppanya.

v  Kenapa Hyeri nggak pernah ngajak Sehun ke danau itu?

Karena danau itu bikin Hyeri ingat oppanya lagi. Jawabannya sama dengan pertanyaan kenapa hyeri lebih suka hal praktis daripada hal alam. Karena ia jadi ingat bahwa ia dulu sering masuk hutan bersama oppanya. Tapi kenapa waktu marah sama Sehun ia malah ke danau itu? Karena di danau itu Hyeri seperti bisa bersama oppanya lagi, dan meninggalkan kenyataan di belakang

v  Sedekat apa Hani sama Sehun?

Mereka adalah sahabat sejak kecil. Hani tahu sisi lemah Sehun di balik tampang cool yang selama ini sehun tampilkan di depan orang lain. Hani tahu segalanya tentang Sehun, begitu juga sebaliknya. Mereka tidak menyembunyikan apapun diantara satu sama lain. Tapi nggak ada benih-benih asmara sama sekali di antara mereka. Mereka udah kayak saudara.

v  Kenapa Hyeri bilang Sehun nggak pernah ada buat dia waktu dia butuh?

Karena Sehun nggak pengen terlihat repot demi Hyeri. Nggak cocok dengan image dia selama ini. Itulah kenapa Sehun bilang I once chose my pride over you. I regret it

v  Endingnya kok berasa gantung ya?

v  Nggak gantung kok :D Intinya Hyeri sudah menemukan namja yang bisa memperlakukan dia dengan baik. Sedangkan Sehun masih belum bisa move on, tapi ia tetap berharap Hyeri bahagia sama Jongin

v  Kok dua kalimat terakhir di paragraf kedua dari bawah kayak lagu “Sempat Memiliki” punya Yovie & Nuno ya?

Betul sekali! ~,~

Well, that’s all. Thanks for reading. Comment yaa ^^



The Dusk ‘Before The Night’ (Chapter 8)

$
0
0

PicsArt_1399117156149

Author : @JiaceSuji

Title : Dusk (Before the Night)

Chapter :8 (On Going)

Genre : Romance, School life,Drama

Ratting : Teen

Cast  :

Park Chanyeol(Chanyeol) || Kwon Heesun (Oc)

Other cast :

Kai EXO ( Kai) || Jung Hea (Oc) and EXO member (cameo)

 

Eight

Jika dihitung kembali, hari ini, Heesun sudah satu bulan berada di sekolah ini.Heesun tidak menyangka, dalam waktu yang masih terbilang singkat ini, sudah banyak hal yang terjadi padanya.Dia juga merasa, dirinya lebih cepat akrab dengan lingkungannya. Jika besyukur, ia merasa nyaman sekali dengan kepindahannya ini. Tidak terlalu buruk juga. Tetapi, tetap saja apa yang akhir-akhir ini terjadi kini mulai rumit.

Anyeong..”Heesun memasuki meja Loket registrasi perpustakaan untuk mengembalikan buku yang ia pinjam kepada seorang pustakawan yang ternyata adalah Sehun. 

Sehun berbalik dengan beberapa kertas di tangannya, “Nado Anyeong..”Hari ini senyum Sehun cerah sekali.Berbeda dengan Heesun yang lagi-lagi tampak lesu.

“Aku ingin mengembalikan Buku yang kupinjam.”Kedua tangannya sudah siap untuk meletakkan buku itu di atas meja Sehun, itu adalah buku tebal yang berisi tentang sejarah Dinasti Joseon. Buku yang ia pinjam bersama Chanyeol waktu itu.

Namun tiba-tiba saja seseorang dan menyingkirkan buku itu ke pinggir.

“Sehunie, Aku pinjam ini.” itu adalah seorang gadis Cantik yang kini berdiri disamping Heesun dan mencari kartu idientitasnya di saku seragamnya. Sialnya, Gadis itu tidak merasa bersalah sama sekali atas kelancangannya menyerobot Kesempatan Heesun.

Mungkin, gadis itu merasa bahwa suasana disekitarnya Hening. Terlebih lagi, ia tidak mendengar suara Sehun yang biasanya akan menjelaskan periode pinjamannya, oleh sebab itu ia melihat dua orang didekatnya, Sehun-Heesun dengan pandangan Innocent ( Itu hanya dibuat-buat!). “Wae?”tanyanya.

Sehun hanya menggelengkan kepalanya sembari menerima kartu milik gadis yang Bernama Hea itu, lalu memberikan pandangan memohon permakluman kepada Heesun.Sementara, Heesun sendiri merasa tidak keberatan.Ia malas untuk kesal-pada-orang saat ini.

Ya, Tentu saja Heesun mengingat gadis ini.Dia yang hampir setiap hari datang ke kelasnya untuk Chanyeol. Memberikan beberapa barang untuk pria itu, untuk kemudian ia kembali ditolak mentah-mentah dan menatap Chanyeol dengan kebencian. Walau pada akhirnya, esok hari ia akan datang lagi dan terjadi hal yang sama. Itulah gayanya Jung Hae Ah, alias Jung Hea.

Heesun sebetulnya kasihan dengan gadis itu. Tetapi, Mengingat Jung Hea yang terus berusaha-berusaha walaupun tahu pada akhirnya ditolak, ia jadi terlihat seperti tidak tahu malu, rasa kasihan Heesun mulai pudar.

“Kwon-Heesun?”Gadis itu bersuara dan Heesun merasa terpanggil.

“aku?” Heesun bertanya balik, yang justru terdengar bodoh sekali.

“Tentu saja, Bukankah yang didepan itu bernama Oh Sehun?!”Hea mengangkat sedikit dagunya ketika berbicara.  Disisi lain, Sehun menoleh karena merasa terpanggil juga.

“ah, iya. Namaku Kwon Heesun.” Jujur saja, Heesun menyadari dirinya malas berbincang dengan gadis ini.

Heesun merasa tidak nyaman ketika Hea menatap dirinya dari atas ke bawah lalu kembali keatas dan berhenti pada wajahnya. “Hah! Tidak mungkin!” Namun Heesun sama sekali tidak mengerti  apa yang baru saja keluar dari mulut gadis itu.

“maksudmu? Tidak mungkin apanya?” lalu, Heesun bertanya seperti sewajarnya.

“cp, aniyo. “ Hea melipat kedua tangannya di depan dadanya. “Aku berterimakasih karena kau mau membantu Chanyeolku untuk tugasnya tempo hari.Dan kau tidak perlu khawatir dia merepotkanmu lagi, karena tugas-tugasnya yang selanjutnya, aku yang akan membantunya.”

Ketika mendengar kata-kata Hea tadi, Heesun merasa dirinya tidak betah berlama-lama disini, terelebih lagi ketika kata ‘Chanyeolku’ itu terucap. Demi apapun, apa maksud perkataannya tadi? “Mwo?” tak sengaja, kata-kata yang terdengar seperti ‘protes’ itu keluar dari mulut Heesun.

Mwo?” Jung Hea mengulang kembali perkataan Heesun dengan nada ‘apa-kau-protes?’.

Heesun buru-buru mencari celah, “Ah, maksudku, aku tidak merasa direpotkan sama sekali dengan tugas itu.sungguh!”

Hea memicingkan matanya, “Oh, ya?Bagus!”Hea mengalihkan dialognya ke Sehun dengan tatapan masih kepada Heesun.

“Sehunie!Aku rasa kau sudah selesai dengan buku-ku, dan kartunya.Boleh aku minta?Aku harus menemui Guru Do, sekarang!”

“Tunggu!, Kau bertemu guru Do untuk meminta..”

Hea sudah menerima kartu dan bukunya sudah paham lebih dulu maksud Heesun, “Ya, aku akan memintanya untuk menggantimu! Aku sangat tidak suka ada gadis lain yang mengambil kesempatan untuk mendekati Chanyeol. Cih!”Setelah itu, gadis itu berlalu, dengan mengibaskan rambut panjangnya di depan Heesun.

Jung Hea itu, benar-benar menyebalkan ternyata.

“mengambil kesempatan katanya? Huh.”

“Sudahlah..”Sehun menopang dagunya dan wajahnya terlihat bosan.“Dia memang seperti itu, asal kau tahu saja.Dia memang baik, tapi kalau soal hal yang berhubungan dengan Chanyeol, dia bisa berubah menjadi sensitive sekali.”

Heesun mengangguk, ternyata cerita Sehun belum sampai disitu.“Dia dulu satu SMP dengan Chanyeol.Dan dia memang tahu banyak soal Chanyeol, itu karena dia Mantan kekasihnya Chanyeol.”

Mendengar itu, Heesun menarik dirinya.Dia terkejut sekali, “Hah?” dia memang tidak bisa percaya, banyaknya fakta-fakta mengejutkan yang akhir-akhir ini terungkap. “dari mana kau tahu?”

Lalu Sehun tersenyum bangga dan menggerakkan jari telunjuk di pelipisnya, seolah-olah dia orang yang tahu segala hal.“Aku hanya suka menguping pembicaraan orang.Termasuk mereka yang mengaku pernah satu sekolah dengan Hea dan Chanyeol.”

“Kau bercanda?”

Sehun menggeram.“Kalau tidak percaya, Tanya saja sunbae yang bernama Kim Suho itu!aku dengar, dia juga senior Chanyeol waktu SMP!Dia pasti tahu.”

Ini fakta yang membuat Heesun lebih kaget lagi. “Hah? Suho sunbae?”

“Kau mengenalnya? Oh baguslah. Tinggal Tanya saja.”

Kali ini Heesun berfikir.Ngomong-ngomong soal Suho, Pantas saja, Chanyeol terlihat lebih terbuka dengan Suho.Suho juga kelihatannya memang yang paling dekat dengan Chanyeol.Mengingat kejadian di ruangan musik lalu, Heesun melihat mereka mengobrol bersama.

Sekarang, mari berfikir soal Jung Hea dan Chanyeol..dan hubungan mereka..

Tetapi, Tidak mungkin juga aku bertanya kepada Suho sunbae. Jika saja bertanya, aku akan diperolok lagi dengan sunbae. Huh.

Dengan ini, Heesun hanya memilih untuk pura-pura tidak tahu. Walaupun ketika ia bertemu dengan Suho atau bahkan Chanyeol, ia ingin sekali bertanya sebagai konfirmasi. Namun, dia hanya selalu dikalahkan dengan akal sehatnya. Akal sehatnya menuntunnya untuk tidak peduli tetapi di saat yang bersaman, sebagai kelabilan dirinya itu, ia masih juga merasa penasaran.

-::-

Heesun mendengar bahwa Chanyeol masih akan terus diberikan tugas oleh guru Do. Tetapi tugas kali ini, ia memang telah digantikan oleh Jung Hea. Lalu entah bagaimana kelanjutannya,  Heesun tidak tahu. Yang ia tahu hanyalah, Hari ini hubungan Chanyeol dan Hea terlihat semakin dekat.

Ia sedang berjalan di koridor pada saat itu, ketika tiba-tiba saja Bel masuk kelas berbunyi dan teman-temannya berhamburan untuk masuk ke kelas masing-masing. Dia menangkap Chanyeol yang keluar dari kelasnya (meninggalkan pelajaran hari itu) bersama Jung Hea dan sepertinya, mereka sedang menuju ke Perpustakaan untuk mengerjakan tugas. Sekali lagi, Heesun tidak tahu, tugas apa lagi yang diberikan guru Do.

Tidak hanya sampai disitu.Chanyeol bahkan tidak terlihat risih lagi ketika gadis itu berjalan masuk kekelasnya dan duduk disampingnya mendiskusikan suatu Hal (ini sempat membuat heboh satu kelas).  Melihat itu, Heesun mengambil sisi positif bahwa mungkin saja Chanyeol telah mengubah cara pandanganya terhadap Gadis itu. walaupun dia sendiri masih belum paham, kenapa dia dulu bersikap seperti itu kepada Jung Hea.

Satu hal lagi, yaitu Hari ini.Heesun baru saja kembali dari ruangan musik, setelah ia sadar, ternyata ia melihat seseorang yang familiar di sebuah koridor. Itu Chanyeol dan Hea.Mereka berjalan memunggungi Heesun yang memungkinkan mereka tidak tahu kalau Heesun memperhatikan mereka dari belakang.

Apa yang diperhatikan Heesun saat itu? tangan. Tangan Jung Hea memeluk lengan Chanyeol  danHeesun sama sekali belum melihat namja itu merasa terganggu.

Sekarang yang merasa terganggu adalah perasaan Heesun.Dia merasakan hal aneh disana yang membuatnya panas mungkin, ingin marah mungkin, kesal mungkin.entah itu apa, yang jelas ia sangat sangat menyangkal kalau itu cemburu. Tidak! Itu tidak benar.

Dengan perasaan seperti itu, ia kembali ke dalam kelas dan siapa sangka ternyata apa yang dilihatnya tadi telah berhasil memecah segala konsentrasinya. Dia benar-benar kepikiran.

Sepertinya memang benar, mereka pernah pacaran dulu.Mereka memang dekat sekali.

Tapi, Apa jangan-jangan, Chanyeol kembali pacaran dengan Hea? sekarangItulah pertanyaannya.

-::-

Itu adalah sebuah siang di hari Sabtu, ketika Heesun memutuskan untuk pergi ke toilet di tengah jam pelajaran tambahan yang berlangsung.

dia perlu mencuci tangannya ketika tadi ia tak sengaja menodai tangannya dengan serbuk pensil. lagi pula soal-soal pengayaan sudah selesai ia kerjakan, apa salahnya keluar mencari udara segar ketika ternyata ada sebuah alibi yang bagus sekali untuk dipakai?

saat mencuci tangan, Heesun sempat melihat sekilas ke cermin toilet dan menemukan Hima yang sempat ia sangka sebagai salah satu hantu toilet yang sering muncul disini. habisnya, rambut gadis itu terlalu panjang dan digerai.  dan sejak kapan gadis itu disini? “Sepertinya tadi aku datang sendirian…”

Hima menatap Heesun lewat cermin. “aku baru saja tiba. hihhii.. ” lalu kedua gadis itu merapikan seragam mereka.

“Oops..” sebuah suara terdengar di pintu masuk toilet dan yang berdiri disana adalah Jung Hea. “KHS dan satu lagi penjelemaan sadako disini…” ucap Hea dengan nada khasnya yang sedikit ‘jutek’.

Hima memicingkan matanya, “Sadako?siapa? Kau?”Hima menonjolkan ketidaksukaannya kepada gadis itu.

Hea melipat kedua tangannya seperti biasa, “Iya… KAU!” setelah itu ia pergi begitu saja mencari toilet yang lain.

“dia sendiri bahkan mau mengakui ordo-nya” ucap Hima yang membuatnya ingat kepada satu hal. Heesun bahkan tidak banyak komentar ketika gadis itu datang, yang membuat suatu dugaannya menjadi pasti.”Heesun, Kau baik-baik saja?”

“memangnya apa yang terjadi? aku baik-baik saja” jawab Heesun yang mau mengambil sabun untuk menghilangkan noda.

“itu…” Hima ragu untuk menanyakannya, tetapi ia juga penasaran dengan keadaan Heesun. “Hea dan Chanyeol-”

Heesun berhenti membasuh tangannya. Bukan karena apa, tetapi memang ia perlu berfikir sebelum membahas ini, lagi pula bagaimana bisa gadis ini membahasnya? Disaat dirinya sendiri malas untuk mendengar kedua nama itu.

“Jadi, Kau tidak baik-baik saja?”

Heesun langsung melihat kearah Hima dengan berusaha menyangkal, “A-aniyo. Itu urusan mereka.” Setelah itu, Heesun mengambil air untuk berkumur sedikit.Itu merupakan kebiasaannya setiap melihat wastafel.

Hima memiringkan kepalanya, “aniyo?!Bukannya kalian saling menyukai?Ya-” padahal kata-kata itu belum sepenuhnya selesai.ketikaHeesun mendengar Hima menyangkut kata-kata itu, tiba-tiba saja ia kehilangan kendali berkumur dan justru menelan air itu.

“Ya!kenapa bisa kau menelanya?” Hima panik.

Heesun terkejut dengan apa yang dikatakan Hima. Bagaimana bisa kata-kata yang bahkan Heesun belum berani akui itu keluar dari mulutnya?

“Ck, Hima-ah..apa yang kau katakan?!” lalu, Heesun berusaha memendam emosinya lagi, dengan membasuh tangannya yang sama sekali sudah bersih. “aku tidak.”

Namun, Hima hanya tersenyum, “Kau tidak suka membahas ini, kan?” suara Hima kali ini terdengar berbeda. Terdengar lebih dewasa,mungkin. “Aku tahu, ini mengejutkan. Terlebih lagi, aku tidak menyukai Jung Hea…”

“tetapi, berbicara soal Park Chanyeol, apa kau tahu? Dia menjadi sosok yang berbeda semenjak kau datang.Bahkan Suho-Oppa mengatakan hal itu.dan..” Hima menyentuh bahu Heesun, “Tolong jangan menyangkal kalau kau juga menyukainya..”

Heesun mendengarnya dengan seksama. Tetapi, ia takut jika saja itu benar terjadi. Ia mengingat kata Chanyeol waktu itu..

..Jangan sampai kau menyukaiku…

Tidak, itu tidak akan. Ia tidak mau di jauhi Chanyeol lagi. Tidak!

“Tidak mungkin Hima.”Heesuntelah  berusaha tersenyum sebaik mungkin untuk mencoba menyangkalnya. Walaupun Hima tahu sekali, itu sangat dipaksakan.Setelah itu, Heesun mengajak Hima untuk kembali ke kelas dan Hima hanya menurut walaupun dirinya sangat mengkhawatirkan Heesun.

Tidak tahu kenapa, Heesun sejak tadi tidak pernah melakukan sesuatu dengan benar. Mulai dari menggunakan rautan pensil hingga tumpah, lalu menjatuhkan Hand Sanitizer milik Hima berulang kali, menelan air wastafel, dan sekarang, Ia bahkan sulit memasukan kunci itu untuk membuka lokernya.

“Oh Tuhan, betapa bodohnya aku, ternyata kunci ini terbalik..”Heesun memaki dirinya sendiri.

Setelah selesai pelajaran tambahan tadi, Heesun masih harus merapikan beberapa bukunya dan teman-temannya yang lain telah meninggalkannya termasuk Hima (mengingat hari ini hari sabtu) hingga hanya dirinya dan si ketua kelas yang masih berada di kelas.

Bahkan ketika ia berjalan menelusuri koridor loker, ia tak menemukan siapapun disana. Dan dia bersyukur soal itu, karena tak aka nada lagi yang melihatnya bertingkah konyol soal kunci yang terbalik tadi.

Ketika ia telah selesai dengan beberapa barang yang harus ia simpan disana, ia melihat kembali apa saja isi lokernya tersebut sebelum akhirnya ia berniat untuk menguncinya. Namun, belum sempat ia berfikir untuk pulang lebih cepat , matanya telah menemukan beberapa krim penghilang bekas luka yang pernah ia berikan kepada Chanyeol. Ia menyimpannya di sini.

Dan melihati itu semua, yang teringat kembali hanyalah momen-momen saat dirinya bersama namja itu.yang membuatnya justru merasa semakin sesak saja. Ia menggelengkan kepalanya sebelum pikirannya itu merambat jauh, kemudian, pintu telah dikunci dan ia berjalan sambil menunduk berusaha melupakan segala kebingungannya.

Bruk!

“Mianhamnida” ucap Heesun tanpa melihat orang yang telah bertabrakan dengannya.Heesun justru berlalu begitu saja karena banyak yang ia pikirkan.

Namun, tiba-tiba saja pergelangan tangannya itu ditarik yang membuatnya harus berbalik untuk melihat siapa yang di tabraknya tadi. Detik selanjutnya, ia terkejut bukan main. Takut, juga.

Tidak sendiri, yang berada dihadapan Heesun ada satu..dua.. empat orang namja berseragam sama dengannya, namun lebih berantakkan dengan label sekolah yang sudah pudar. Mereka terlihat sangar dengan potongan rambut panjang dan badan yang besar.

Heesun merasa dirinya sedang tidak aman.

“Lepaskan…” Heesun bergetar ketakutan.

“Bang!Satu kelinci lagi!” tiga orang dibelakangnya seperti tidak sabar untuk menunggu sesuatu.Sementara, namja bernama Bang, yang sedang mengurung Heesun dalam genggamannya itu, semakin mendekatkan dirinya pada Heesun. “kau belum pulang, adik kecil?” lalu, tubuh Heesun merinding ketika namja itu mendekatkan wajahnya.

“Lepaskan!”Heesun menarik tangannya dengan kuat dan berhasil terlepas. Tindakan selanjutnya, ia mendorong namja itu  menjauh.

Heesun berusaha untuk pergi secepatnya, namun tiga namja yang lain menariknya kembali hingga dirinya terkunci pada tangan-tangan mereka dan sebuah dinding yang telah menyentuh tubuh belakangnya. Dia sulit bergerak.

“Kau siapa?Kau anak baru?Wajahmu asing sekali!”

“mungkin, dia belum tahu soal kita.”

“oleh karena itu, kita harus memperkenalkan diri.” Suara tiga namja itu bersaut-sautan, sementara, mereka menunggu ketua mereka, si Bang untuk berdiri lalu membiarkan si ketua yang mengurus.

Perlahan, Bang mendekat kembali, “apa yang akan kita lakukan Bang?Dia lumayan.” Bang memang menyetujui apa yang mereka katakan.  Lalu, dia meraih dagu Heesun untuk membuat gadis itu melihat kearahnya.

“Cantik,Kecil dan lugu!” Kata Bang yang terkagum-kagum pada Heesun.

Yang lainnya tertawa.Satu lagi namja ingin bicara, “Dan dia sering bersama Chanyeol!”

Bang, begitu juga Heesun spontan mengalihkan pandangan kearah namja itu. Heesun lebih menatapnya dengan ketidak percayaan, sementara Bang menatapnya dengan penuh kebencian.Lalu tatapan itu berpindah ke pada Heesun.

Amarah, dan kebenciannya kepada sosok Park Chanyeol itu memang sudah sangat besar. Kemudian, ketika ia telah melihat seorang gadis yang ia dengar dekat-dengan-Chanyeol, sudah berada di tangannya, tak ada lagi yang bisa dipikirkannya selain membalas dendam dengan gadis yang bahkan terlalu rapuh untuk melawannya.

.

.

“benarkah.. ITU?” Bang mengangkat kerah Heesun dengan terlalu kencang,terasa seperti dicekik hingga Heesun kesulitan untuk bernafas. Ketiga temannya sejujurnya tidak tega melihat kejadian itu, namun mereka hanya diam saja, dan juga karena mereka dendam dengan Chanyeol itu.

“lepas-lepas!” tak ada satupun yang berada disana yang bisa menolongnya. Mereka semua sudah pergi dan Heesun hanya bisa berharap jika saja ia tidak mati sia-sia disini.

Brug!

Entah apa yang terjadi, Heesun telah melihat namja yang mencekiknya itu tersungkur dibawah dengan pipinya yang memerah. Dan pelakunya adalah, Chanyeol.Namja tinggi itu sudah berada dihadapannya, menggenggam tangannya dan kali ini menariknya untuk berlari mengikuti langkahnya.Mereka berlari, sementara Bang dan tiga temannya menyusul dibelakangnya.

“Kaja, tunggu disini.”Chanyeol menyuruh Heesun untuk bersembunyi dibalik tumpukan bangku di ujung koridor.“Kau baik-baik saja?”

Ini yang membuat Heesun terkejut, ketika namja itu menyentuh lehernya yang memerah karena bekas keratan.

“Shit!” Chanyeol menggeram.Lalu, dia pergi meninggalkan Heesun disana, untuk menemui Bang dan kelompoknya yang sudah berhasil menemukan mereka.

“Oh, Chanyeollie.Sekarang, kau mulai peduli dengan lawan jenis? Hah! Aku salah sangka soal dirimu yang kukira Gay.” Bang bersuara dengan nada menyindir.

Chanyeol tengah menatapnya dengan tajam. Siapapun yang melihat amarah dalam mata itu pasti akan kalah begitu saja.

SA*KKIYA!!!!

Heesun benar-benar tidak berani untuk melihat apa yang terjadi selanjutnya. Dalam hati ia benar-benar takut melihat Chanyeol yang seperti itu. seperti ada sosok monster didalam Chanyeol sehingga tiga temannya sudah babak belur di tanah.

Apa yang harus aku lakukan?

 

Sekali lagi, 1 pukulan tepat mendarat pada wajah pemuda brandal tersebut. Kini seakan-akan wajah nya telah berubah menjadi keunguan , mata kirinya sedikit tertutup karena hasil tinjuan keras membengkak pada kelopak matanya.

Chanyeol bisa dibilang ahli dalam berkelahi.Lihat saja, 4 orang yang seharusnya menang melawannya kini justru tersungkur dan bergelut tertidur diatas tanah.Dan pukulan tadi merupakan pukulan terakhir yang Chanyeol berikan untuk memberi pelajaran kepada sekelompok preman tersebut.Chanyeol mengusap darah segar yang berada pada sudut bibirnya , ia merasakan rasa sakit yang menjalar pada pipi kirinya dan ia yakin , pukulan yang sempat diterimanya tadi telah membuat memar pada pipinya.

Chanyeol mencoba mengatur nafasnya yang tidak beraturan, ia melirik kearah orang-orang yang kini telah tak berdaya dan merintih kesakitan. Ia  memutar bola matanya dan bermaksud untuk meninggalkan tempat tersebut.

Satu yang harus ditemuinya sekarang adalah Heesun. Dia sadar, dia khawatir akan gadis itu.

Ia berhasil membalikan badan, ketika para penjahat itu(kalau boleh kita sebut) sudah pergi meninggalkannya dengan setengah nyawa yang masih tersisa.

namun langkahnya seolah terhenti ketika melihat seorang gadis yang kini berdiri didepannya dengan ekspresi yang sulit diartikan. Dialah Jung Hea. Ia memang sedang terkejut,namun seberapa terkejutnya dia ,dia akan tetap menunjukkan wajah datar dan kosong milikknya. Gadis itu melangkah lebih dekat lagi..lagi.. dan lagi.. . sampai akhirnya hanya ada sedikit ruang kosong yang tersisa.

“aku tidak percaya, kau bertarung demi menyelamatkan seorang gadis..” Hea menatap tanah dengan sudut matanya, “..yang bahkan bukan aku..”

Sekali lagi ,Chanyeol hanya menatap gadis itu dengan tatapan kosong, ia bisa melihat seringaian kecil dari wajah tersebut. Dan ia tidak bisa menolak bahwa gadis yang berada didekatnya saat ini memang memiliki wajah yang memikat.

Namun, ia masih belum mengerti, mengapa dia tidak bisa menyukai gadis yang sejak kecil itu telah mendekatinya.

“Dia (Heesun) hampir terbunuh..karena aku.” Jawab Chanyeol.

“Kenapa Kau peduli?”Hea membalas dengan terlalu cepat, hingga terkesan menantang Chanyeol.Dan Gadis itu telah menahan tangisnya saat ini.“Bukankah dirimu yang sekarang bukanlah seperti itu?”

Chanyeol diam. Tak ada satupun kata yang berani ia ucapkan saat ini. ia tahu, ia akan menjadi pecundang yang tak mampu menggambarkan perasaaanya yang sesungguhnya.

“Baik, Cukup. Aku tahu, aku akan mendengar kata yang menyakitkan lagi.”

“Hea berhentilah.. –”

Chanyeol tidak menduga, akan seperti ini. Hea yang sudah tidak tahan lagi, memutuskan untuk menyatukan bibirnya dengan bibir Chanyeol.Ini memang nekat.

Chanyeol sudah berusaha melepaskan tautan bibir itu, namun Hea masih menahannya.Hingga itu membuat Chanyeol sedikit emosi dan memutuskan untuk mendorongnya dengan rekuensi kecil.

Chanyeol bisa mendengar, suara langkah kaki berlari yang menjauh. Disana ia tahu, Heesun pasti sudah melihat mereka.

“Kau keterlaluan!”Chanyeol mengusap bibirnya dengan punggung tangannya.“Kita sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi.Dan tindakanmu ini membuatku marah.”

“Bagaimana jika aku masih menyukai mu,ParkChanyeol?” Hea mengalihkan pandangannya. Wajahnya merah sekali karena ia tahu, hal yang tadi ia lakukan itu memalukan. Chanyeol hanya diam kembali.

“Pada saat itu, apa kau tidak benar-benar menyukaiku? Hingga dengan mudahnya kau berkata kau akan pergi dan setelah itu kau pindah? Apa aku benar?”

“Kau tidak tahu alasan kenapa aku pindah.”

Hea menangis ternyata, “Bukan itu masalahnya, sekarang, apa kau sudah tidak menyukai ku lagi?”

“…”

Hea menghapus air matanya, “ah, benar dugaanku. Ternyata kau sudah jatuh cinta dengan orang lain.  Kau jatuh cinta dengan gadis itu, kan?”

Chanyeol bahkan tidak tahu, bahwa sebenarnya Jung Hea telah mengamatinya sedetail-detailnya.Hea bahkan tahu tempat tinggal Chanyeol. Dan ia lebih tahu lagi, Bahwa Chanyeol akhir-akhir ini berubah karena kedatangan gadis itu.

Kakinya sudah mulai berjalan untuk meninggalkan Hea, ah, mengejar Heesun lebih tepatnya.“Kalau memang menurutmu seperti itu, lebih baik kau berhenti mengejarku.Aku bersikap baik akhir-akhir ini, karena aku tidak mau menyakitimu lagi.”

Dan Chanyeol sudah berlari menyusul Heesun.

-::-

Heesun sebenarnya berfikir, entah mengapa dirinya itu memilih untuk berlari meninggalkan tempat tersebut.

Tidak ada tujuan dari gadis itu, ia hanya berlari tak tentu arah, sampai pada akhirnya dia berhenti di sebuah koridor dan baru menyadari suatu hal.

..bodoh! Mengapa aku lari?..

..Apa aku marah?..,Heesun memegang kedua pelipisnya yang sejak tadi berdenyut keras. Ia tidak tahu, sejak kapan airmatanya membendung namun berhasil diatahan. Dia merasa dirinya benar-benar panas setelah melihat Hea dan Chanyeol berciuman.

“Kenapa kau lari?” namun, sebuah suara berhasil membuatnya tersadar. Dia tidak berani berbalik karena ia tahu siapa pemilik suara berat itu.

Melihat Heesun yang tetap diam dan enggan berbalik, Chanyeol berjalan mendekati Heesun, namun berhenti di tiga langkahnya yang lebar. “aku tanya. mengapa?..”

.

.

Lalu, angin berhembus diantara mereka, sementara mereka sendiri menunggu jawaban dari hati mereka masing-masing.

“tidak,” Heesun berbalik, dan betapa terkejutnya dia telah menemukan Chanyeol yang dibelakangnya. Dengan jarak sedekat ini.

“Mianhae..”Chanyeol menyentuh leher Heesun yang masih memerah.Ia bersyukur karena itu bukan luka yang parah. Tetapi ia tahu sekali rasanya dicekik itu seperti apa, seperti saat dulu ia sering dicekik oleh saudara tirinya. Dia seperti sudah paham akan segala rasa sakit berdasarkan pengalamaannya.

Chanyeol masih melanjutkan perkataannya, “Mianhae..kau begini karena aku..”Chanyeol menarik tangannya, “Mianhae..”

Suara Chanyeol begitu lembut terdengar ditelinga Heesun.Dia mungkin saja meleleh ketika tangan itu masih berada di lehernya.

Heesun berusaha menetralisir dirinya dengan mundur sedikit lebih jauh dari Chanyeol, “Hm.”Dia sejujurnya tidak menyalahkan Chanyeol atas semua ini.akan tetapi, dia melihat Chanyeol yang bersungguh-sungguh meminta maaf, memang seharusnya ia membalasnya. Walau hanya sekedar. “mana Jung Hea?”

Chanyeol tiba-tiba saja mengalihkan wajahnya kepada hal yang bahkan tidak menarik perhatiannya, ia hanya sedang befikir, “Kau melihatnya?” yang dimaksud oleh Chanyeol, tentu saja insiden ciuman itu.

Membahasnya saja, membuat Heesun sesak, sejujurnya.“Mm.”

“Jangan salah paham.Aku dan Hea sejujurnya tidak ada hubungan apa-apa.”

Walaupun Heesun merasa lega saat mendengar pernyataan itu, tetap saja masih ada perasaan aneh dalam dirinya.Mungkin masih menyangkut insiden itu “Tentu saja.Ini semua juga bukan urusanku-kan?”

Satu lagi angin datang menghampiri mereka yang bahkan diam. Tak satupun dari mereka berbicara kembali.

“Kau mau aku bawa ke tempat Kai?Dia tahu, apa yang harus dilakukan tehadap lehermu itu.”

Heesun merasa itu tidak perlu, “Tidak perlu.Aku baik-baik saja.Sakitnya juga sudah Hilang.”

“Kalau begitu.Duduk dulu,” ada sebuah kursi panjang yang berada di dekat mereka.Chanyeol menuntun Heesun kesana.

Mereka duduk bersebelahan dan koridor itu memang sangat sepi.Bahkan sepertinya sekolah sudah benar-benar sepi.

“Oh, iya.Aku juga harus berterimakasih karena kau menolongku.”ucapHeesun.

Chanyeol menghela nafasnya.“Memang seharusnya aku menolongmu.Ini semua salahku.Kau seharusnya menuntutku, bukan berterimakasih.”Chanyeolsama sekali tidak melihat ke arahnya saat menjawab.

Kalau memang benar seperti itu.Heesun jadi ada ide.“Baiklah.Aku akan menuntutmu.”

Baru saat itulah, Chanyeol melihat kearahnya.“Jawab pertanyaanku.”

Chanyeol berfikir sejenak.“Mm.”

Heesun menarik nafasnya dan mengigit bibirnya, “apa benar, Jung Hea mantan kekasihmu?”

Chanyeol sepertinya terkejut dengan pertanyaan itu.ia mengangkat satu alisnya, “Dari mana kau tahu?”

Saat ini, Heesun berfikir tidak seharusnya dia jujur. Jika iya, maka, mungkin saja Sehunakan terkena Imbasnya. Ia sebenarnya harus berterimakasih dengan Sehun atas informasi itu. “Sudah jawab saja! Ini mudah,kan?”

Chanyeol mengalihkan pandangannya lagi.“Iya. Waktu SMP..Hanya sebentar.Itu mungkin hanya dua Bulan.Sebelum akhirnya aku pindah sekolah.”

“Pindah?”Heesun meyakinkan. Lalu,Chanyeol menjawab iya.

“Kenapa pindah?”Sekarang, Chanyeol kembali mengalihkan pandangannya ke Heesun.“Memangnya kenapa?”Chanyeol terlihat sedikit terganggu.Entah benar atau tidak.

“Hanya ingin tahu. Ini tuntutan kan?” itulah jawaban Heesun selanjutnya. Heesun pada awalnya hanya ingin mengonfirmasi tentang hubungan Chanyeol dengan gadis itu, namun ternyata, ide lainnya bermunculan.Ia ingin tahu banyak tentang Chanyeol. Dan ini kesempatan.

“Ck, aku benci ketika kau selalu ingin tahu.”Chanyeol biasanya marah dengan tipe-tipe orang seperti ini.tetapi ia juga tidak mengerti mengapa itu tidak berlaku pada Heesun. Sementara, kali ini, ia melihat Heesun menunduk, “Iya sepertinya kau memang membenciku sejak awal.” Ia mendengar gadis itu berkata seperti itu.

“Sok tahu sekali..”ucap Chanyeol

Mereka sebelumnya duduk dalam jarak.Tetapi kali ini, Chanyeol sedikit menghapus jarak diantara mereka dan alhasil, mereka duduk dalam jarak dekat sekali dan satu lagi hasil, Jantung Heesun berdegup kencang, kembali.

Perlu jeda beberapa detik hingga pada akhirnya, Chanyeol mau kembali membuka suara. Dan Heesunsangat tidak percaya, namja itu ternyata akan bercerita sebanyak itu.

“pada saat aku berumur delapan tahun, orang tuaku bercerai..” Chanyeol mulai bercerita kepada Heesun.Terbuka memang bukan sifat dirinya, tetapi, dia merasa tidak keberatan jika gadis ini mengetahuinya. Karena ia merasa nyaman di dekat gadis ini.

“aku tidak akan menceritakan detailnya, tetapi, mereka becerai, dan aku diasuh oleh ayahku. Singkatnya, lima tahun kemudian, ayahku menikah lagi dan pada saat itu aku harus pindah sekolah ke daerah Gangnam.”

“Oh..aku mengerti..” Heesun mengangguk bermaksud menyudahinya.Ia sendiri merasa tidak enak karena ternyata ini menyangkut masalah pribadi laki-laki dihadapannya. Namun, dia sendiri ternyata justru melanjutkan ceritanya, lebih detail, yang bahkan Heesun tidak minta. Dan Heesun sudah berjanji, dia tidak akan se ‘frontal’ seperti Oh Sehun. Ia akan menjaga rahasia ini.

Lalu kisah itu berlanjut.Heesun perlahan paham bagaimana Seorang Chanyeol itu.siapa itu Jeonha, Kai adalah sepupunya dari keluarga ibu dan banyak Hal lagi. Sampai pada akhirnya Luka di tangan dan tubuh  Chanyeol itu terjawab di kisah selanjutnya. Heesun tidak percaya jika itu ternyata perbuatan ayah Chanyeol.

Ini menyedihkan sekali. Entah bagaimana cara menggambarkannya. Namun, ia sungguh takjub, Chanyeol bahkan bercerita sambil sesekali tersenyum (miris) dan sepertinya dia tidak benci sungguhan dengan Ayahnya. Begitu kalau menurut Heesun.

Lalu, pada bagian akhir, Chanyeol membahas tentang ibunya.Ini adalah bagian paling mengharukan. Dan disinilah Chanyeol tiba-tiba saja berubah menjadi sedikit cemberut dan sesekali ia mengangkat kepalanya dan menutup mata ketika bercerita.

Heesun sudah menahan air matanya sejak tadi. Jika ia menangis, ia takut ia tidak akan berhenti nantinya. Ia ingin menyimpannya sampai pulang nanti. Ini terlalu …argh!

Sudah malam sekali, saat Chanyeol sudah selesai bercerita tentang ibunya.Lampu-lampu yang terpasang disepanjang koridor sudah menyala dan syukurnya tidak remang.Lalu angin yang berhembus sempat membuat Heesun khawatir, pasalnya namja ini hanya menggunakan seragamnya.Pasti dia kedinginan.

“jadi sampai saat ini, kau masih belum bertemu dengan ibumu?” Heesun melemahkan suaranya.Sejak tadi memang seperti itu.namun, Chanyeol justru merasa tenang saat Heesun memanggil namanya dengan selembut itu.

“belum.”

Setelah itu, tak ada lagi yang sepertinya ingin Chanyeol ceritakan (walaupun sebenarnya ini tuntutan).Mereka kembali Hening.

Disisi lain, Heesun menggigit bibirnya menahan tangis. Ia masih belum mengalihkan pandangannya dari Chanyeol. Namja itu pastinya juga sedang menahan diri.

Bagaimanapun juga, Chanyeol masih seumuran denganku.Dia pastinya belum dewasa juga. Dan dia mungkin sama lemahnya dengan ku, karena kita seumuran.

Heesun ingin sekali menggenggam tangan Chanyeol. Berusaha memberinya kekuatan dan semoga ia merasa lebih baik. Ia tahu Chanyeol orang yang kuat, namun Chanyeol pasti juga memiliki sisi rapuh.

.

.

Namun, Heesun terlebih dahulu terkejut ketika ternyata tangan Chanyeol yang terlebih dahulu menggenggam tangannya.Genggaman itu kuat sekali dan seakan-akan, Chanyeol sedang membutuhkan pertolongannya.

Heesun berfikir, dia mungkin bisa melakukan ini..

Heesun membawa dirinya memeluk Chanyeol.Ia meneggelamkan wajahnya pada bahu Chanyeol dan bersumpah, ia akan tetap begini, walaupun Chanyeol akan menghempas dirinya. Tetapi nyatanya itu tidak terjadi.Mereka tetap dalam posisi itu, lama sekali.

Disisi lain, Chanyeol justru menikmati kehangatan yang timbul berkat perlakuan Heesun. Bukan karena dirinya yang memang sejak tadi kedinginan. Hanya saja, ia merasa hatinya itu mulai hangat dan segalanya dalam dirinya yang membeku itu mulai mencair berkat Heesun. Satu hal lagi, ia tidak ingin Heesun melepaskan pelukannya.

“Chanyeol-ah..”Heesun berbicara dengan lembut lagi.

“Hari ini sudah malam, senja sudah lewat. Tenang saja, semuanya akan berakhir..

Lalu, ketika fajar datang nanti, aku yakin akan ada sesuatu yang baru yang akan datang untukmu..”

“jadi berdoalah..”

Lagi.Chanyeol hanya bisa menatap puncak kepala Heesun dengan tatapan penuh arti.Lalu, perlahan, dia menarik tangannya dari Heesun, membawanya kebelakang tubuh Heesun, sementara tangannya yang satunya lagi mengangkat dagu Heesun dengan Halus.

Sekarang, Chanyeol  dapat melihat wajah itu dengan jelas.

Ia tahu sekali, Heesun memang memiliki wajah cantik. Dahinya itu sedikit lebar dengan poni yang menutupi.Matanya itu tidak terlalu sipit dan pipinya selalu merona alami.Dia perempuan, dan Chanyeol tidak habis pikir, kenapa bibir perempuan itu memang memikat.Terlebih lagi, bibir milik Heesun yang sangat dekat pengelihatannya.Dan Chanyeol sesugguhnya benar-benar ingin menyentuh bibir itu.tetapi, tidak mungkin ia bisa.

Chanyeol akhirnya bersuara dengan halus sekali

“Heesun-ah,Aku selalu berdoa

Berharap semoga keluargaku  dapat kembali …”

 

…dan juga dirimu…

TBC

Hola..

Wah! Hari ini Chapter 8 dan sekedar info, aku terkejut dengan kabar dari Byuncabe.

Mari kita berbicara soal Chapter ini.

Jung Hea sudah terungkap kan?

 Ayoo..sudah kubilang.. semua kebingungan akan terjawab di chapter selanjutnya. Dan aku akan selalu mengucapkan terimakasih dan maaf. Atas segala yang menyangkut FF ini. Maklumi jiacesuji yang memang baru debut jadi author *alahh..debut*

Soal kelambatan pemostingan Chapter 7, itu bener-bener ada alasannya, dan bisa di Check di WP pribadi aku.Aku sudah menjelaskannya dan terimakasih karena masih ada pihak yang mau mengerti.

Sebenarnya aku sudah membuat sebuah fanfic baru *eciie* tapi berhubung ini The Dusk mau akhir-akhir, jadinya aku putuskan untuk mengundur pemostingan.

Aku masih membutuhkan komentar dan jempol dari kalian :*

XIEXIE~


The Raspberry (Chapter 6: In The Rain)

$
0
0

2014-04-13-22-51-39_decomm

 

The Raspberry (chapter 6: In The Rain..)

 

Author:            laelynur66

 

Main cast:        Kim Jongin (Exo)

                     Oh Sohee a.k.a Raisa Oh (Oc)

                     Oh Sehun a.k.a Daniel Oh (Exo)

                     Xi Luhan (gs) (Exo)

                     Byun Baekhyun (gs) (Exo)

 

Support cast:     all member Exo

                     Zico Block B

                     Zelo BAP

                     Taehyung BTS

                     Daehyun BAP

 

Length:            chapters

 

Genre:             romance, family, friendship (entahlah, mungkin genrenya akan berubah tiap chapter, mungkin)

 

Rating:             PG-17

 

Author note:         WARNING!!! DI FF INI BEBERAPA MEMBER MENGALAMI PERUBAHAN GENDER!! Bagi yang gasuka saya ga mempermasalahkan kok kalo ga mau baca. Well,saya hanya ngingatin dan saya juga terlalu mencintai beberapa official couple sehingga gamake cast oc ato idol girl lain buat ngepairing-in mereka..

Well, enjoy it..:)

Dengan langkah lebarnya Sehun berjalan cepat menaiki satu persatu tangga yang membawanya pada lantai tiga di mana terletak kelas Luhan di sana. Beberapa tatapan dari para sunbaenya tidak ia hiraukan, yang ia tau, Luhan harus menjelaskan ini padanya. Tangannya mencengkram kuat majalah otomotif di tangannya, ketika ruangan kelas 3B berada di depan matanya, dengan sedikit ragu ia melongokkan kepalanya melewati pintu yang terbuka lebar di hadapannya, ia mendesah pelan ketika tidak mendapati sosok Luhan di sana, hanya ranselnya yang teronggok pada mejanya. 

Dengan cepat otaknya menangkap di mana keberadaan Luhan dan kembali memutar tubuhnya berjalan meninggalkan ruangan kelas Luhan, ia berhenti sejenak ketika akan menuruni tangga saat matanya menangkap sosok tinggi dengan rambut pirang serta wajah angkuh terkesan dingin lewat di hadapannya, Sehun mengepalkan tangannya namun memilih mengacuhkannya dan berjalan menuruni tangga menemui Luhannya

Alunan lembut music klasik memenuhi pendengarannya ketika Sehun memasuki ruangan latihan tari, di tengah ruangan ia melihat Luhan tengah merenggangkan tubuhnya melakukan pemanasan, kemejanya ia lepas menyisahkan kaus tipis berwarna putih yang membungkus tubuhnya pas, hanya rok kotak-kotak dari sergamnya yang tersisa. Pandangan mereka bertemu, dan Luhan tersenyum pada refleksi Sehun dari balik cermin ketika namja itu berjalan mendekat padanya dan berdiri tepat di belakangnya. Luhan memutar tubuhnya membuat dirinya berhadapan dengan Sehun

“apa?” Tanya Luhan lembut dan mendapat gelengan dari Sehun. Dari jarak sedekat ini Luhan bisa memghirup aroma tubuh Sehun yang manis, seperti aroma apple pie yang lezat ditaburi bubuk kayu manis dan aroma samar dari sabun cair dan keringat yang bersatu, membuatnya sdikit limbung.

“Sehunniee!” Luhan terpekik ketika lengan Sehun melingkar pada pinggangnya dan menarik tubuh Luhan merapat padanya.

you don’t even tell me..” bisik Sehun di telinga Luhan membuat bulu kuduk Luhan meremang karena hembusan nafas Sehun menerpa tengkuknya

about what?” Tanya Luhan setelah berhasil mengontrol perasaannya

your profession, maybe??” sahut Sehun dan membuat Luhan tersenyum tipis saat matanya melihat majalah yang di pegang Sehun.

so, what is the problem?” Tanya Luhan lagi, sedikit mengintimidasi Sehun.

Sehun mengendikkan bahunya, satu tangannya terlepas dari pinggang Luhan dan merayap naik, mengusap lengan Luhan dan membuat Luhan memejamkan matanya sesaat “tidak ada, kecuali rasa cemburu pada kru-kru yang bebas melihatmu berpose…” Sehun mendekatkan wajahnya pada telinga Luhan “seksii..” lanjutnya dengan suara seraknya yang membuat Luhan hampir gila saat Sehun mengecup singkat cuping telinga Luhan membuat Luhan bergetar hebat.

“dasar kau bayi besar yang nakal” rutuk Luhan dan mengecup ujung hidung Sehun lembut dan sebagai balasan Sehun melangkah maju mendesak Luhan melangkah mundur beberapa langkah hingga Luhan merasakan dinginnya dinding kaca pada punggungnya.

“itu hanya profesiku, lagipula mereka itu professional” ucap Luhan, tangannya terulur mengenyahkan rambut Sehun yang menutupi keningnya, “tidak ada yang perlu dipermasalahkan” tambahnya lalu mencium pipi Sehun singkat.

“syukurlah…”lirih Sehun, ia membenamkan wajahnya pada leher Luhan menghirup aroma mawar yang menguar dari sana dan memberikannya kecupan-kecupan kecil yang mengalirkan ribuan volt listrik pada Luhan yang refleks membuat Luhan mencengkram kuat kedua bahu Sehun.

“Se..Sehun..” gumam Luhan berusaha menutupi suaranya yang bergetar.

“hmmm?” Sehun mengangkat wajahnya dari leher Luhan dan menatap wajah kekasihnya itu. Luhan menggeleng dengan mata setengah terpejam.

Tangan Sehun yang mencengkram lengan Luhan terangkat dan mencium telapak tangan Luhan dan pergelangan nadinya dengan intim, membuat Luhan tersipu karena perbuatan pemuda yang lebih muda dua tahun darinya itu.

“Luhan… Luhan!” Sehun menggumamkan nama Luhan sebelum menunduk dan mencium bibir Luhan dalam, lama dan panas. Ia bahkan tidak peduli jika Luhan menjadi pusing dan limbung akibat dari perbuatannya, yang ia tau ia hanya ingin memberikan Luhan sebuah ciuaman yang tidak akan Luhan lupa dan menikmati desahan kecil yang lplps dari bibir Luhan. Telapak tangannya menekan punggung Luhan lembut, memberikan pijatan pelan di sana dan Luhan berjinjit membalasnya dengan mengalungkan kedua lenganya pada leher Sehun tanpa berniat melepas tautan mereka. Ah, betapa semuanya terasa benar jika mereka bersama…

***

Bel tanda pulang sekolah sudah berbunyi sejak setengah jam yang lalu, tapi Sohee masih setia berdiri di ujung koridor kelasnya menunggu Sehun. Sekolah sudah sepi sedari tadi, hanya ada petugas kebersihan yang membersihkan ruang-ruang kelas serta beberapa siswa yang masih tinggal menunggu jemputan. Jika biasanya ia akan menggerutu jika Sehun terlalu lama membuatnya menunggu, tapi sekarang tidak, bibirnya tak hentinya tersenyum, cuaca hari ini memang sedikit mendung, tapi ramalan cuaca hari ini mengatakan bahwa hari ini tidak akan turun hujan, tapi semuanya salah… hari ini hujan turun dengan lebatnya membasahi bumi, padahal kota Seoul baru saja berada di awal musim panas dan hujan biasanya akan turun di akhir-akhir musim panas. ribuan bahkan jutaan tetes air membasahi segala apa yang ada di bawahnya. Sohee selalu menyukai hujan, jangan Tanya alasannya karena iapun bingung, ada begitu banyak alasan mengapa ia menyukai hujan, ia menyukainya, menyukai suara rintikan hujan yang beradu dengan atap rumah, suara rinai hujan yang terbawa angin, serta suara merdu tetes air yang jatuh dari atap menyentuh tanah selalu berhasil membuatnya terhanyut atau mungkin juga akibat yang ditimbulkan hujan itu sendiri yang menjadi alasannya untuk menyukai hujan, hujan yang mengakibatkan rerumputan menjadi basah dan membawa aroma segar dan sejuk bagi indra penciumannya, akhir-akhir ini juga hujan kadang mengingatkannya pada seseorang yang bagaikan genta angin, lembut dan tidak terkira masuk ke dalam kehidupannya menambahkan lagi satu alasan baginya untuk semakin menyukai hujan…

Sohee menunduk menatap pada ujung sepatunya yang basah, lalu mendongak, mengulurkan tanganya merasakan sensasi sejuk dari air hujan yang menetes pada telapak tangannya, ia memejamkan matanya merasakan pias-pias air hujan yang terbawa oleh angin dan menerpa wajahnya lembut.

Ia membuka kedua matanya saat merasakan seseorang berdiri di sampingnya dan ikut mengulurkan tangannya membiarkan telapak tangannya basah oleh air hujan. Setela menatap wajah orang tersebut dari samping, Sohee memejamkan matanya, kembali merasakan hembusan angin, menarik nafasnya dalam, mencium aroma basah hujan dan aroma yang akhir-akhir ini selalu memenuhi indra penciumannya.

“apa yang kau lakukan di sini?” suara husky itu memecah keheningan di antara mereka.

“menunggu Sehun” jawab Sohee masih dengan posisinya.

“Sehun menitipkanmu padaku, ia ada urusan dan tidak bisa pulang bersamamu” ujarnya lagi, membuat Sohee mau tidak mau membuka matanya dan menatap orang itu.

“kau kira aku barang?” seru Sohee tidak terima.

“ah, maaf… aku hanya menyampaikan pesan Sehun tanpa menyortirnya” ia membela dirinya  kemudian mengeluarkan ponselnya dari sakunya dan menunjukkan pesan Sehun ada Sohee.

From: Oh Sehun

Kai, aku titip Sohee padamu, aku ada sedikit urusan tidak bisa pulang bersamanya. Kupercayakan dia padamu…

“ya ya ya” Sohee mengangguk malas ketika membaca pesan Sehun itu.

“jadi?”

“mau bagaimana lagi? Haruskah aku bermalam di sini?” sahut Sohee dengn alis terangkat. Sohee tertegun ketika namja berkulit tan di sampingnya itu tertawa serak, begitu menawan.

Keduanya kembali terdiam menikmati tetesan air hujan di hadapan mereka, hening panjang hingga akhirnya Jongin kembali membuka mulutnya untuk bertanya “kau mau mencobanya?”

“apa?” sahut Sohee tanpa berbalik.

“mandi hujan” jawab Jongin singkat. Dengan cepat Sohee berbalik menatap Jongin dan tertegun mendapat Jongin dengan ekspresi seriusnya pertanda bahwa ia tidak bercanda dengan perkataanya barusan.

“eh?”

“hmmmm”

“tapikan…”

“oh, ayolah kita sudah dewasa, kita tidak akan sakit” Jongin memotong perkataan Sohee dan tersenyum penuh arti padanya. Ia kemudian menjatuhkan ranselnya di lanati koridor dan membuka rompi seragamnya kemudian perlahan maju selangkah, membiarkan hujan membasahi separuh bagian tubuhnya. Rambut hitamnya jatuh lemas akibat guyuran hujan menutupi kening dan wajahnya membuat Sohee tersenyum dan tanpa ragu juga menjatuhkan ranselnya pada lantai dan mengikuti langkah Jongin.

“kuharap kau bertanggung jawab atas semua ini” seru Sohee sekuat tenaga karena suaraya teredam deras hujan.

“tentu”  jawab Jongin sebelum mencengkram lengan Sohee kemudian membawanya menuju lapangan sepakbola yang tidak jauh dari koridor tempat mereka berdiri tadi.

Keduanya berputar-putar, bernyanyi, tertawa saling melemparkan senyum menikmati tetesan hujan yang menetes pada kulit mereka menembus seragam yang mereka kenakan.

“Jongin, ini luar biasa menakjubkan” pekik Sohee saat mendongakkan wajahnya membiarkan rintik hujan membasahi wajahnya menusuk-nusknya lembut.

“kubilang juga apa” sahut Jongin yang berdiri di sampingnya.

“mau berdansa?” tawar Jongin sembari mengulurkan tangannya di hadapan Sohee yang menatap tangannya ragu “berdansa di tengah hujan, kapan lagi kau akan merasakannya” Jongin mempertahankan penawarannya dan tersenyum saat Sohee mengulurkan tanganya menyambut uluran tangannya.

Jongin menarik tubuh Sohee merapat padanya, satu tangannya melingkar di pinggang Sohee dan satu lagi masih setia menggenggam jemari Sohee, dengan cekatan ia menuntun tubuh Sohee agar bergerak ke kiri dan ke kanan sesuai irama rintik hujan dan hembusan angin, mereka berdansa di atas rumput lapangan sepakbola dan di bawah guyuran hujan yang membasahi seluruh tubuh mereka, ajaibnya keduanya tidak merasa kedingin meski telah setengah jam berada di bawah guyuran hujan. Tubuh mereka sangat dekat tanpa ada satupun yag menghalangi, saling memancarkan kehangatn masing-masing sehingga keduanya tidak merasakan kedinginan, setidaknya begitulah menurut keduanya.

Jongin menunduk, menyatukan keningnya dengan milik Sohee, menatap dalam pada wajah Sohee dengan mata terpejamnya yang seolah mempercayakan seluruhnya pada Jongin. Matanya beralih pada bibir tipis Sohee, tidak, Jongin tidak akan menyentuhkan bibirnya pada milik Sohee, bukan karena ia tidak ingin siapapun termasuk dirinya tidak akan tahan melihat bibir tipis berwarna pink alami itu berada sedekat ini dengan miliknya, ia hanya tidak ingin membuat Sohee kecewa karena perbuatannya dan berakhir dengan Sohee yang menjauh, ia akan menunggu hingga Sohee menyadari perasaannya sendiri dan membalas perasaanya. Jongin tersentak, tunggu… perasaan? Perasaan apa yang ia maksud? Perasaan suka pada Sohee? perasaan cinta? Sayang? Apa? Apa yang dimaksud olehnya tadi? Ia kembali tersentak ketika Sohee membuka matanya, menatap Jongin dalam pada mata dan tersenyum sebelum berjinjit mengecup sekilas pipi Jongin yang basah, ia bahkan bisa merasakan hangat dari bibir Sohee dan masih tertinggal di sana, pada pipinya..

“terima kasih Jongin… kau memang teman yang baik”

Dan perkataan Sohee membuatnya mual, ia merasakan pukulan telak  mengenai ulu hatinya. Teman? Hahh, kau terlalu berharap banyak Jongin…

***

“noona!”

Sohee berbalik menghadap kedua adiknya yang tengah berdiri di ambang pintu kamarnya dengan buku tulis di tangan masing-masing.

“ya?” sahutnya lembut.

“tugasku.. ugh, how I hate  henguel, with all my soul” gerutu Zico dan berjalan mendekati Sohee yang tengah duduk pada meja belajarnya diikuti Zelo yang sama persis memasang muka kesalnya.

“apa?” Tanya Sohee dengan menatap kedua adiknya bergantian.

“Hangeul, aku tidak begitu bisa membacanya noona!” jawab Zelo setengah merengek.

Sohee menghela nafasnya maklum “kemarikan” seru Sohee dan mengulurkan tangannya mengambil buku tulis di kedua tangan adiknya “noona akan menerjemahkannya saja. Oke? Selebihnya kalian melanjutkannya sendiri” tambahnya sembari meletakkan kedua buku tersebut di mejanya, tangannya memegang pena dan mulai membaca pada buku adiknya.

Zico dan Zelo keduanya beranjak dari sisi Sohee dan memilih berbaring pada ranjang king size milik noona mereka, betapa mereka terkagum dengan kelembutan sprei serta kanopi rumit yang menghiasi ranjang itu, serta—keduanya menarik nafas menghirup aroma strawberry—aroma khas strawberry yang selalu menguar dari tubuh noonanya. Entah alasan apa yang membuat keduanya begitu kagum pada noonanya itu, cantik? Itu sudah pasti lagipula cantik itu relative, pintar? Tentu saja, noonanya yang lihai bermain piaono sejak usia lima tahun, mengusai dua bahasa dan mampu mengerti beberapa bahasa yang ada di dunia mungkin juga menjadi salah satu alasan. Tapi ada satu alasan yang membuat keduanya semakin kagum pada noonanya itu, noonanya itu kuat sekaligus lembut, kuat alam artian menghadapi semua masalahnya dengan tabah serta lembut karena ia benar-benar mampu mengntrol emosinya dan tetap tersenyum manis sesakit apapun itu.

Keduanya menghela nafas bersamaan, membuat keduanya tersenyum geli lalu kembali bergelut pada selimut dan sprei milik noonanya.

“hei Zelo!” panggil Zico dengan berbisik.

“hmm?”

“menurutmu, mmm…”

“apa?”

“kau taukan jika Raisa noona itu cantik?” Tanya Zico setelah cukup lama terdiam “dan juga cerdas” tambahnya.

“hmm, lalu?” Zelo mengangguk.

“bagaimana jika ada seorang yang menyukainya dan berusaha membawanya pergi dari kita?” Zelo terdiam, mencerna tiap kata yang keluar dari mulut kembarannya yang lebih tua beberapa menit darinya itu, di kepalanya ia membayangkan seorang pria membawa paksa noonanya dengan menarik sebuah rantai di lehernya, tidak peduli betapa kerasnya noona itu menangis pria itu tetap menyeretnya.

“andweaaaaaa” pekik Zelo membuat Zico dan Sohee terlonjak kaget.

“apa?” Tanya Sohee dan  beranjak dari duduknya mendekati kedua adiknya dengan panik.

“kenapa?” tanyanya lagi ketika keduanya bungkam. Ia bernafas lega ketika keduanya menggeleng memberikan jawaban. “jangan membuat orang panik seperti itu, noona sudah menyelesaikannya, cepat lanjutkan tugas kalian” tambah Sohee memerintahkan adiknya. Ia sendiri duduk pada sisi ranjangnya, menjangkau ponselnya yang tergeletak pada meja keci di samping ranjangnya. Jarinya dengan lincah bergerak pada layar lebar ponselnya, dan tersenyum pada ponselnya saat mendapati pesan dari Jongin.

Zico dan Zelo yang masih setia pada posisinya menatap heran pada tingkah noona mereka, keduanya saling pandang sebelum memutuskan untuk mengintip pada layar ponsel noonanya.

Kim Jongin.

Keduanya membulatkan matanya, kemudian saling pandang. “Kim Jongin?” seru mereka bersamaan membuat Sohee berbalik menatap mereka dengan wajah yang sedikit merona.

“siapa? Siapa?” Tanya keduanya dengan nada menyelidik. Sohee menggeleng sebagai jawaban, membuat kedua adiknya semakin penasaran.

“sana selesaikan tugas kalian!” titah Sohee sembari kembali berjalan menuju meja belajarnya.

“tidak, sebelum noona memberitahukannya pada kami” sela keduanya bersamaan.

“apa?” Sohee berusaha menghindar.

“Kim Jongin, siapa?” Tanya Zelo dengan menyipitkan matanya. Ia tau betul di dalam hidup noonanya itu, hanya ada ia, Zico, Daniel, Suho serta dad mereka, ohh jangan lupakan Minseok hyung, sepupu mereka yang walaupun ia jarang di rumah, tapi ia termasuk lelaki juga yang dekat dengan noonanya itu.

Sohee menghela nafasnya “temanku”

“teman?” ulang Zico.

“teman” sahut Sohee.

Zico dan Zelo mendekatkan wajah mereka pada wajah Sohee menatapnya dalam “kim Jongin” ucap keduanya bersamaan. Semburat merah menghiasi wajah Sohee membuat keduanya menyipitkn matanya meyakinkan diri pada perubahan wajah noona mereka. Keduanya mengangguk pelan, kemudian menjauh dan berlari berhamburan keluar kamar Sohee.

“mooom, his name is Kim Jongiiiinn” teriak keduanya nyaring, membuat Sohee melotot kaget.

“ohh, shiit! Zicoo, Zelooo! Stoop it” jerit Sohee dan dengan cepat mengejar kedua adiknya yang sudah berhambur menuruni tanggan mencari keberadaan mom mereka di dapur. Sohee berlari menuruni dua anak tangga sekaligus dan melompat pada dua anak terakhir, mengejar adiknya yang menghilang ke arah dapur.

Ia menahan nafasnya, saat melihat momnya berdiri di counter dapur tengah berdiri di depan oven di apit oleh kedua adiknya yang tersenyum lebar hingga nyaris menentuh telinga.

“what?” Tanya momnya, heran.

“don’t listen to them!” pekik Sohee.

Momnya mengangkat alis heran, kemudian Sohee melanjutkan “about Jongin, he’s my friend, mom!”

“Jongin?” ulang momnya semakin heran.

Dengan ujung matanya Sohee memperhatikan kedua adiknya yang  semakin melebarkan senyum, shit maki Sohee dalam hati.

Jongin? Who is Jongin?” momnya kembali mengangkat alis heran. “ahhh, mom mengerti…” detik itu juga Sohee menyesali kebodohannya saat melihat momnya tersenyum penuh arti padanya. Sementara kedua adiknya dengan santainya mencomot pie yang baru saja keluar dari oven dan terkikik geli padanya.

Momnya bersiul kecil “is someone falling in love, here?” ujar momnya dan kembali sibuk dengan adonan kulit pie di belakanganya.

ohh, how I hate you!” pekik Sohee dan menunjuk kedua adiknya yang hanya memberikan senyum penuh kemenangan “don’t talk to me, anymore” tambahnya dan berlalu dari dapur.

“undang Jongin makan malam bersama kita” seru momnya dan Sohee memilih mengacuhkannya. Di ruang tamu ia berpapasan dengan Suho dan Yixing, Sohee memeluk oppanya sekilas dan berganti mengecup singkat pipi Yixing unninya yang tinggal dua hari lagi akan menjadi bagian dari keluarganya.

“bagaimana kabar keponakanku?” Tanya Sohee lembut, ia bersumpah melihat rona pada pipi Yixing unninya saat ia bertanya seperti itu, rona bahagia.

“oh, dia baik-baik saja” sahut Suho yang juga sama bahagianya.

“aku tidak bertanya padamu, oppa!” sohe menanggapinya dingin. Dan ia tersenyum mendapati Yixing unninya tertawa.

“well, kurasa ia mencium aroma pie, dan ia kelaparan sekarang” ujar Yixing dan tersenyum lebar.

“mom, membuat pie di dapur, temui saja ia” kata Sohee dan menjatuhkan dirinya duduk di samping Suho yang sudah duduk nyaman pada sofa dengan mengangkat kedua kakinya. Mata Sohee mengikuti sosok Yixing yang menghilang ke dapur dan mengacuhkan kegaduhan yang di buat oleh adik kembarnya di dapur yang terdengar hingga ruang keluarga

“oppa?”

“hmmm?”

“semua baik-baik saja?” Tanya Sohee pelan, ia menyandarkan kepalanya pada pundak Suho nyaman.

“tentu saja, tinggal menunggu hari, dan Yixing akan menjadi milik oppa seutuhnya, apa ada lebih membahagiakan?” jawab Suho lembut dengan mengusap kepala adiknya.

“kurasa ada” Suho mengangkat alisnya seolah bertanya.

“ya, memberikan keluarga ini seorang cucu, kurasa” Sohee mengendikkan bahunya, dan Suho tertawa serak tangannya mengacak rambut adiknya sayang.

“ya, dan membuatku menjadi seorang paman diusia muda!” sahut suara lain dari arah belakang mereka, keduanya berbalik dan mendapati Sehun yang berjalan mendekati mereka, menghempaskan tubuhnya duduk pada sisi lain Suho.

“dasar, dongsaeng kurang ajar!” ujar Suho terlewat ceria dan dengan sengaja mengacak rambut pirang Sehun membuat sang empunya menggeram kesal.

***

Dentingan nyaring suara lonceng yang menggema pada sebuah gereja sederhana yang terletak di pinggiran kota Seoul menjadi pertanda di bukanya pintu gereja yang terbuat dari kayu jati dengan ukiran-ukiran yang rumit menghiasianya, seorang wanita berusia pertengahan dua puluh melangkah masuk, gaun putih gading sebatas lutut dengan aksen lipit dan bordiran bunga bunga mawar serta kain tile yang melapisi bawahannya melambai diterpa angin, tali spageti dengan ujung berbentuk pita tersemat di pundak mungilnya, pada bagian pinggang terdapat belt dengan taburan permata Swarovski, dengan kain sutera yang membentang di balik tubuhnya, rambutnya panjangnya dibentuk menjadi kepangan tebal yang rumit dan mengagumkan, bandana yang juga bertabur permata Swarovski tersemat di puncak kepalanya sebagai penyangga kain tipis transparan yang menutupi wajahnya, walaupun tidak terlihat, tapi semua orang tau bahwa yeoja itu tengah tersenyum manis di balik kain tipis tersebut. Satu tangannya memegang sebuah buket bunga dan tangan satu lagi digandeng oleh seorang pemuda remaja menggunakan tuxedo hitam yang membalut tubuh proporsionalnya, rambut pirang platinanya disisir kebelakang membawa kesan rapih dan keren secara bersamaan. Ekor panjang gaunnya dipegag oleh dua orang pemuda beranjak remaja yang mengenakan tuxedo putih dan dasi kupu-kupu yang menambah keimutan pada wajah mereka.

Mereka berjalan menuju altar diiringi dentingan piano lembut, melewati para tamu undangan yang duduk pada kursi kayu panjang yang disediakan gereja, semua mata tertuju padanya, bahkan namja berparas bak malaikat yang sedang berdiri d altar—menunggunya—tidak berkedip menatapnya, bibirnya tak henti-hentinya  menyunggingkan senyum dan rasa syukur karena sebentar lagi akan menjadikan yeoja itu miliknya seutuhnya. Namja itu mengulurkan tangannya, menyambut uluran tangan sang yeoja, menggenggamnya kuat dan menuntunnya menaiki altar, ia mengangguk pada ketiga adiknya yang membawa—menuntun—mempelainya kepadanya.

Setelah mengucapkan janji untuk setia sehidup dan semati, Acara suci nan sakral itu berakhir dengan kedua mempelai menyematkan cincin di jemari keduanya, tepuk tangan riuh meggema pada gereja sederhana tersebut.

Suho dan Yixing, resmi menjadi sepasang suami istri, membawa lembaran hidup baru yang akan mereka jalani, menambahkan jumlah anggota dalam keuarganya, memberikan cucu dan keponakan bagi adik-adiknya. Menghadirkan kehadiran bayi mungil yang kelak akan menjadi pengikat yang kuat bagi keluarganya…

***

“kau cantik”

Sohee tersentak dan nyaris menjatuhkan piring berisi potongan kue di tangannya, ia berbalik dan mendapati Jongin berdiri di belakangnya dengan tersenyum lebar pada reaksinya.

“apa?”

“kau cantik” ulang Jongin, Sohee memutar bola matanya jengah.

“tentu saja tuan Kim” ucap Sohee dan berjalan meninggalkan Jongin yang masih tersenyum.

Namun dengan sigap tangan Jongin menahannya “jangan ke mana-mana, di sini saja” ucapnya dan mengeratkan genggamannya pada lengan Sohee yang walaupun sedikit kesal, menurutinya berdiri diam di samping Jongin dengan tangan memegang piring yang dipenuhi oleh potongan kue. Kedua matanya menyalang menatap panggung mini di sudut taman, di mana Baekhyun dan Chen tengah memamerkan suara merdu mereka, serta Chanyeol dan Kyungsoo yang mengiringinya dengan petikan dan dentingan piano serta gitar yang harmonis.

“kau masih marah?” Tanya Jongin pelan, tangannya terulur mencomot sepotong kue krim dari piring Sohee..

“tidak” jawab Sohee singkat, matanya menyapu seluruh tamu undangan, tadi setelah janji suci diucapkan, tepat di belakang gereja tersebut terdapat sebuah taman yang luas dengan hamparan rumput hijau dan bunga-bungan musim panas yang bermekaran yang disulap menjadi tempat pesta, dengan beberapa meja kursi serta sebuah gazebo tempat Yixing unninya melempar buket bunganya dan ia sangat iri pada Baekhyun yang mendapatkannya, sebenarnya Chanyeol lah yang mendapatkanya tapi tentu saja ia memberinya pada Baekhyun, kekasihnya.

Ia melirik Jongin yang juga sibuk menatap sekelilingnya, sebelum acara pelemparan buket bunga tadi, Jongin dengan percaya diriny berjanji akan menangkapkan untuknya, tapi mana? Sohee mendengus sebal.

“ayolah Sohee, itu hanya sebuah buket bungan aku bisa memberimu yang lebih bagus dari itu” ujar Jongin “maaf ne” tambahnya.

“hmm..”

“ayo ikuut” Jongin dengan cepat menarik tangannya menjauh dari keramaian pesta, Sohee mendengus pelan kemudian melambai pada Baekhyun yang berdiri di atas panggung dan menatap padanya seolah bertanya.

“mau ke mana?” Tanya Sohee dan berusaha melepaskan cengkraman tangan Jongin.

“temani aku berdoa, sudah lama sekali aku tidak berdoa” jawab Jongin masih dengan mencengkram lengan Sohee membawa—menyeretnya—menuju gereja kecil tempat upacara pernikahan tadi berlangsung.

***

“kau datang?”

“ya?”

Tangan Sehun terulur menautkan jemarinya dengan milik Luhan “kubilang, kau datang?”

“hmm, pemotretanku lebih cepat dari yang kuduga, kenapa?” sahut Luhan dan meremas lembut jemari Sehun.

“ani, terima kasih..” lirih Sehun.

“tidak masalah”

Keduanya kembali menikamati pemandangan di hadapan mereka, hamparan rumput hijau dengan sinar matahari dimusim panas, serta bunga-bunga krysantimun yang bermekaran. Suasana ramai pesta pernikahan masih tertangkap oleh telinga mereka, tapi keduanya tidak merasa terganggu sama sekali.

by the way, aku belum memberikan ucapan selamat pada hyungmu..” ucap Luhan memecah keheningan, ia menoleh menatap wajah Sehun yang menurutnya semakin tampan dengan tuxedo dan dasi kupu-kupu yang ia kenakan serta siraman cahaya matahari di musim.

“ya?” Sehun menoleh menatapnya juga.

“mana hyungmu? aku ingin mengucapkan selamat padanya..”

“nanti saja” ucap Sehun serak.

“dasar kau musang bajingan yang tidak bisa sedikit pun menjauhkan tanganmu dari tubuhku” protes Luhan ketika Sehun menariknya ke dalam pelukan Sehun dengan wajah Sehun yang terbenam pada cerukan leher dan pundaknya. Sehun tertawa renyah di sana, membuat Luhan terkikik geli.

“kyaaa, Sehun” pekik Luhan ketika Sehun mengangkat tubuhnya. Membawanya berputar-putar di bawah sinar matahari musim panas.

Sehun memeluk pinggangnya erat sementara Luhan mengeratkan rangkulannya pada leher Sehun. Mekipun jarak kakinya dngan tanah hanya beberapa inchi saja, tapi cukup membuatnya takut, walau begitu ia yakin Sehun akan menjaganya…

“Luhan?”

“hmm?”

“kelak, menikahlah denganku”

Luhan merona atas perkatan Sehun namun perlahan ia mengangguk, mempercayakan semuanya pada Sehun, semuanya. Ia memejamkan matanya saat bibir Sehun menjangkau miliknya—lagi—menciumnya lembut.

***

PENGUMUMAN: I think this is a bad news… dengan berat hati,, saya mau nyampaiin kalo mungkin ini chapter terakhir yang saya post di sini… maaf sebesar-besarnya atas pemberitahuan yang mendadak ini, yang itu artinya ff saya yang lainpun mungkin akan saya hentikan… saya mau berenti dari sini. Udah itu ajja… sekali lagi maaf.. *bungkuk sedalem-dalemnya*

Ato mungkin juga kalian bisa nemuin ini di tempat lain? Mungkin…

Makasih banget udah ngikutin ff ini sampe sekarang,, begitupun ff yang lain…

Bye.. *lambai tisuuu*

Btw, bagaimana menurut kalian kalau saya buat wp sendiri? Wkwkwk, saya bakalan belajar mengoperasikan wp deh mulai sekarang… sekali lagi, maaf dan terima kasih.. *bow*

 

XOXO


The Princess & The Knights (Chapter 1)

$
0
0

are-u-our-princess

Title                 : The Princess & The Knights

Author                         : Kim Na Na

Length                         : Series

Main Cast        : All EXO Member

                          Song Min Young (OC)

Other Cast        : Find it :)

Genre               : Historical Romance, Fantasy, School Life

Rating              : PG-15

FF ini pernah dipublish di exofanfictionindonesia.wordpress.com

Min Young POV

            “Eomma, appa aku pergi dulu.” kataku sambil tersenyum ke arah 2 foto yang terjejer rapi di ruang keluarga. 3 bulan yang lalu orang tuaku meninggal dalam kecelakaan. Padahal kami baru saja akan merayakan kelulusan SMPku, tapi mereka malah meninggal dalam perjalanan pulang. Hari yang seharusnya diisi tawa kami berubah dan hanya diisi tangisanku. Aku tersenyum pedih lalu berjalan meninggalkan kedua foto itu. 

Author POV

            Min Young melangkahkan kakinya ke arah Han Yang High School. Dia berhasil masuk di salah satu SMA paling terkenal di Korea Selatan. Tidak sedikit pengorbanan yang dia lakukan agar bisa masuk ke Han Yang, sayang orang tuanya tidak bisa melihat dirinya hari ini.

            Dia berhenti sebentar untuk mengaggumi gedung Han Yang. Min Young tidak menyangka dirinya bisa masuk ke sana, padahal selama SMP dia bukan murid yang terpintar. Meskipun tidak bodoh dia juga bukan 10 besar di sekolahnya. Karena itu saat dia melihat namanya diantara siswa yang diterima, dia benar-benar terkejut.

            Dia menggelengkan kepala untuk menyadarkan dirinya dari lamunan. “Mulai hari ini aku akan berjuang agar orang tuaku tidak khawatir di sana.” batinnya sambil tersenyum bersemangat ke arah Han Yang lalu kembali melanjutkan langkah kakinya tanpa mengtahui ada sekelompok orang yang memperhatikannya.

*****

            “Heii benar yeoja itu renkarnasi Se Young gong ju?” tanya seorang namja bertubuh tingi dan terlihat paling muda. “Ne, saat aku melihat fotnya pada form pendaftaran aku bisa langsung merasakan bahwa dia reinkarnasi gongju mama.” kata seorang namja yang bertubuh tidak kalah tinggi dan berwajah keras.

            “Kris bisa saja kamu salah. Mungkin saja hyung saat itu sedang mengantuk karena tugas yang menumpuk sehingga salah melihat.” kata namja yang lain yang mengenakan seragam bertagkan ‘Park Chan Yeol’

            “Hya Kris hyung tidak pernah salah. Mungkin kamu yang pabbo sehingga tidak bisa merasakannya.” kata namja bermata panda berusaha membela Kris

            “Sudahlah, jika kalian tidak percaya bagaimana kalau yeoja itu kita tes. Se Young gongju mama paling tidak bisa melihat seseorang yang diperlakukan tidak adil. Kita lihat reaksinya nanti saat kita mengerjai temannya.” kata seorang namja lain.

            “Geurae, aku tidak sabar bertemu lagi dengan gongju mama.” kata namja yang terlihat paling  cute saat ke 12 namja itu berdiri dan berjalan meninggalkan ruangan bertuliskan ‘Student Council’.

*****

“Ah akhirnya makan siang juga.” kata Min Young sambil menggosok tangannya tidak sabar untuk segera mendapat jatah makan. “Kamu benar-benar lapar ya?” kata Eun Hae sambil tersenyum kepada teman yang baru dikenalnya beberap jam yang lalu. “Hehehe tadi aku tidak sempat sarapan.”  kata Min Young sambil tersenyum .

Setelah menerima bagian mereka masing-masing, kedua yeoja itu segera mencari tempat duduk yang nyaman untuk menikmati makanan mereka. “Hei coba lihat, itu Sung Jae sunbae dan kelompoknya.” kata Eun Hae sambil mengarahkan dagunya ke arah sekelompok namja yang baru saja memasuki cafeteria.

“Jangan sampai kita berurusan dengan mereka. Bisa-bisa kita didepak keluar dari sekolah ini.” kata Eun Hae  sambil menarik ujung seragam Min Young dan berjalan menunduk melewati Sung Jae dan gerombolannya. Min Young tidak terlalu peduli dengan hal-hal seperti itu dia tetap berjalan tanpa menunduk. “Untuk apa seperti itu?” batinnya

“Lu Han.” kata Kris. “Arasseo.” kata Lu Han sambil menjentikkan jarinya. Tiba-tiba Sung Jae merasa seseorang mendorongnya, membuat dia menabrak Eun Hae  yang saat itu berjalan di sampingnya. Kimchi-chigae yang dibawa Eun Hae pun tumpah di seragam Sung Jae.

“Hya sekya, kalau jalan lihat depan.” bentak Sung Jae sambil memukul kepala Min Young. “Jeongseohamnida, jeongseohamnida” kata Eun Hae ketakutan sambil berusaha membersihkan bekas sup di seragam Sung Jae. “Aish yeoja ini.” kata Sung Jae geram lalu mendorong Eun Hae hingga jatuh.

“Beritahu temanmu agar jangan berani denganku.” bentak Sung Jae ke arah Min Young lalu berjalan melewati Eun Hae  sambil memukul kepala Eun Hae.

“Kris sepertinya dia bukan reinkarnasi Se Young gongju mama.” kata Chan Yeol. “Bahkan ekspresinya datar saja, padahal temannya diperlakukan seperti itu.” kata Baek Hyun dengan wajah ngeri. “Sudahlah kita kembali saja, percuma di sini hanya untuk melihat yeoja yang tidak berperasaan.” kata Chen sambil berjalan kembali ke ruang OSIS diikuti teman-temannya.

Tapi mereka segera berhenti karena mendengar suara teriakan. “Hyaa kamu yang sekya!” teriak Min Young lalu menyiramkan airnya ke kepala Sung Jae. “Jelas-jelas kamu yang menabraknya malah membentak orang. Aku tidak takut denganmu.” bentak Min Young lalu menendang tepat di tengah, menghantam ‘barang berharga’ Sung Jae.

“Hahaha ternyata firasatku benar. Bahkan cara menghadapinya pun masih sama.” kata Kris sambil tertawa dan teman-temannya hanya melongo.

“Neo…” rintih Sung Jae. “Sunbae harus minta maaf ke Min Young.” kata Min Young dengan tatapan tajam yang menkutkan membuat Sung Jae dan kelompoknya merasa takut dengan yeoja kecil di depan mereka.

“Yap biar kami urus sisanya, agashii.” kata Lu Han sambil memeluk Min Young dari belakang. “Nuguya?” tanya Min Young tapi Lu Han hanya menepelkan jari telunjuk di bibirnya memberi isyarat agar Min Young tidak bertanya. “Park Sung Jae segera minta maaf kepada yeoja itu.” kata Kris tegas sedangkan Su Ho sedang membantu Eun Hae berdiri.

Dalam waktu singkat Min Young sudah dikelilingi oleh 12 namja itu. Para yeoja mulai berteriak histeris, dan penonton yang sebelumnya sudah banyak sekarang bertambah lebih banyak, mayoritas para siswi. “Siapa mereka?” bisik Min Young kepada Eun Hae. “Mereka OSIS sekolah ini. Mereka sangat terkenal, bukannya kamu melihat mereka di upacara penyambutan tadi?” kata Eun Hae bingung. “Aku tadi tertidur.” kata Min Young polos. Lu Han dan Se Hun yang paling dekat dengan mereka langsung menahan tawa.

“Sudahlah Sung Jae  segera minta maaf. Kita tidak mau bermasalah dengan OSIS.” kata salah satu teman Sung Jae. Sung Jae berpikir kemudian berjalan mendekati Min Young. “Mianhae.” kata Sung Jae lirih lalu segera membalikkan badan untuk meninggalkan cafeteria diikuti dengan kelompoknya.

Bel tanda istirahat berakhir sudah berbunyi. “Sial aku belum makan.” kata Min Young yang membuat Lu Han dan Se Hun kembali menahan tawa. “Ya sekarang silakan kembali ke kelas masing-masing.” kata Kris tegas.

“Song Min Young, kamu ikut kami ke ruang OSIS.” kata Kris lalu berjalan keluar cafeteria. “Aku tidak akan dihukum kan?” tanya Min Young. “Kita lihat saja.” kata Se Hun dengan senyum mencurigakan membuat Min Young semakin takut. Padahal aku mau melewati masa SMA dengan damai kenapa sekarang malah begini, batin Min Young kesal.

Setelah semua memasuki ruang OSIS, Min Young memberanikan diri bertanya. “Eung, mianhae tadi aku hanya berusaha membela temanku. Tidak ada maksud lain. Aku tidak dihukum kan?” Mereka langsung menatap Min Young kemudian tiba-tiba berlutut di depan Min Young. “Jeongmal jeongseohamnida Se Young gongju mama.” ucap mereka serempak. “Ige mwoya?” tanya Min Young bingung.

“Eung sunbae, wae guraeyo? Namaku Min Young, Song Min Young, bukan Se Young.” kata Min Young bingung. “Gongju mama, anda pasti marah sekali hingga melupakan kami.” kata Tao sambil menitikan air mata. “Ani, aku sama sekali tidak marah dengan kalian. Bahkan aku baru pertama kali bertemu kalian hari ini.” kata Min Young, semakin khawatir melihat ekspresi para sunbae.

“Kris kenapa bisa begini?” tanya Su Ho. “Entahlah, tapi sepertinya dia tidak bisa mengingat kehidupan yang lalu. Tidak seperti kita.” kata Kris membuat Min Young semakin bingung.  “Kyung Soo, bisa kamu jelaskan kepada Gongju mama?” kata Kris dan seorang namja berjalan mendekati Min Young.

“Gongju mama, jeongseohamnida membuat anada terkejut. Saya, Do Kyung Soo akan menjelaskan kepada anda. Ini terjadi saat zaman 3 kerajaan di Korea. Anda adalah putri seorang kaisar dari kerajaan Silla. Semua menyayangi anda, mulai pedagang di pasar hingga Kaisar, semua menyanyangi anda. Bahkan Kaisar lebih menyayangi anda di banding putra mahkota. Demi melindungi anda, Kaisar memilih 12 orang yang membawa 12 kekuatan untuk melindungi anda. 12 orang tersebut adalah kami.

Lalu perselisihan antar kerajaan terjadi. Demi menhindari perang, anda dikirim untuk menjadi permaisuri dari putra mahkota kerajaan geoguryeo. Kami seharusnya mengawal anda tetapi pihak geoguryeo melarang. Ternyata di tengah perjalanan, anda di serang dan meninggal.

Kami merasa sangat marah pada diri kami sendiri dan berjanji tidak akan pernah melepaskan gongju mama. Sekarang, meskipun kami telah berenkarnasi kami tetap akan melindungi anda. Tapi 3 bulan lalu kami menyadari bahwa tidak hanya kami dan gongju mama yang terlahir kembali tapi juga  beberapa pihak koguryeo yang kami curigai terlibat dengan pembunuhan anda lebih dari 1900 tahun yang lalu. Dan sekarang mereka kembali mengincar gongju mama.” kata Kyung Soo mengakhiri penjelasannya.

Semua perkataan Kyung Soo membuat kepala Min Young pusing. Gongju mama? Pengawal? Dan sekarang dia menjadi target pembunuhan yang tidak diketahui penyebabya? Kenapa semua terasa tidak masuk akal. “Hahaha, sunbae bagus sekali dongengnya. Tapi itu hanya dongeng, kan?. Aku hanyalah siswi SMA biasa, Song Min Young.” kata Min Young setengah frustasi.

“Kematian orang tua gongju mama 3 bulan yang lalu bukanlah karena kecelakaan. Mereka dibunuh oleh kelompok yang mengincar gongju mama.” kata Kyung Soo. Perkataan Kyung Soo sukses membuat Min Young tersentak kaget. Orang tuanya meninggal karena dirinya?

“ANDWEE!” teriak Min Young histeris. Membuat seluruh ruangan hening. “Aku bukanlah putri yang kalian cari dan orang tuaku  meninggal karena kecelakaan.” lanjut Min Young. “Gongju mama…” kata Lay berusaha menenangkan Min Young. Tapi Min Young malah menampik tangan Lay yang terulur “Jangan panggil aku gongju mama.” bentak Min Young lalu berlari keluar ruangan OSIS.

Min Young berlari menuju ke belakang sekolah. Kenangan menyedihkan saat dia mendengar orang tuanya meninggal kembali berputar di otaknya. “Eomma, appa…” lirihnya lalu jatuh terduduk menangis.

*****

Suara bel pelajaran berakhir membangunkan Min Young. Dia jatuh tertidur karena kelelahan menangis. Dia melihat sekeliling dan ternyata saat ini sudah gelap. “Gawat aku harus segera pulang.” kata Min Young sambil berdiri.

“Sreek.” Min Young langsung berbalik ke arah asal suara itu. “Nuguseyo?” tanya Min Young ke arah asal suara. Dia tidak  bisa melihat siapa itu karena sekelilingnya sudah gelap. Tidak ada jawaban yang muncul.  Min Young sedikit mendekat dan kembali bertanya. Tapi tetap tidak ada jawaban.

Tiba- tiba Min Young melihat sepasang mata dan sebuah tangan terulur ke arahnya. Min Young teringat perkataan Kyung Soo sunbae bahwa ada orang yang mengincar nyawanya. Min Young langsung mundur dan berlalari secepat dia bisa.

Min Young mendengar suara langkah kaki dibelakangnya. Tidak hanya satu tapi sekitar lima orang, itu pun jika bisa disebut orang karena Min Young tidak yakin yang mengejarnya adalah manusia.

Dia berlari hingga sesuatu menahan kakinya membuatnya jatuh terjembap. “Appo.” rintihnya sambil membalikkan badan untuk melihat pengejarnya. Min Young melihat sekitar 7 orang berpakian seperti tentara zaman dahulu sudah menantinya lengkap dengan pedang yang berkilat berbahaya.

“Andwe, jangan mendekat.” lirih Min Young. Tapi salah satu prajurit malah mengakat pedangnya. Untung saja Min Young dapat menghindar sehingga hanya menggores lengannya tapi cukup untuk membuat Min Young yakin bahwa mereka berniat membunuhnya.

Min Young beruasah memperlebar jarak antara dia dan pengejarnya sambil menahan lengannya yang terasa perih. Min Young terkejut saat punggungnya menyentuh dinding. Sudah tidak ada tempat untuk lari lagi. Prajurit- prajurit itu semakin mendekat dan prajurit yang terdepan sudah siap menghunuskan pedang tepat ke arah jantung Min Young. “ANDWEE!!” teriak Min Youngsambil memejamkan mata.

Suara pedang terjatuh menyadarkan Min Young. “Gongju mama!” seru Xiu Min dan para anggota OSIS lain sambil berlari mendekat ke arah Min Young. Min Young terkejut lalu melihat ke arah prajurit yang tadi mengarahkan pedang ke arahnya sedang mengerang keseakitan karena pedang es menancap di lengannya.

“Gongju mama, gwenchana?” tanya Lu Han khawatir. “Gwenchana.” kata Min Young sambil berusaha menutupi luka di lengannya. Tapi Lay yang sudah terbiasa melihat luka langsung sadar. “Gongju mama, chakaman.” kata Lay sambil menahan tangan Min Young yang berusaha menutupi luka.

“Jeongseohamnida, kami terlambat hingga membuat Gongju mama terluka.” kata Lay sambil mengarahkan tangannya yang bebas kearah luka Min Young. Setelah terlihat seberkas sinar yang keluar dari tangan Lay, Min Young meraskan lukanya menutup dan perihnya pun hilang. “Eottokhe?” tanya Min Young tidak percaya. “Nanti akan aku jelaskan.” kata Lay sambil tersenyum.

“Kris apa yang harus kita lakukan kepada orang yang berani membuat Gongju mama tereluka?” tanya Su Ho. Min Young merasa bingung karena selama Su Ho bertanya tangan Su Ho seperti dililit oleh ular tapi berasal dari air.

“Tentu saja menghabisinya.” kata Kris lau keluar sayap seperti sayap naga dari punggungnya. Tidak hanya Kris yang berubah tapi juga seluruh anggota OSIS berubah.

Beberapa anggota memiliki cakar binatang di tempat yang seharusnya merupakan tangan mereka. Dan yang lain tumbuh sayap seperti Kris. Lay mengeluarkan sayap seperti malaikat sedangkan Chan Yeol mengeluarkan sayap api.

Belum habis rasa bingung dan terkejut Min Young, berbagai kejadian aneh muncul seperti tiba-tiba ribuan jarum es turun, angin bertiup kencang, atau bola-bola api melayang. Min Young tahu itu adalah kekuatan para anggota OSIS, tapi dia tidak tahu siapa memanggil apa.

Terlalu banyak hal yang tidak masuk akal membuat Min Young pusing dan dia merasa kesadarannya semakin menjauh. Hal terakhir yang ia ingat adalah teriakan para sunbae.

*****

Min Young POV

Aku  mengerjapkan mata, berusaha membiasakan matanya dengan sinar matahari yang masuk. Matahari? Aku segera membuka mata dan aku sudah berada di tempat tidurku. Aku melihat kesekelilingku dan aku langsung mengenalinya sebagai kamarku.

Bukannya kemarin aku ada di sekolah? Apa itu semua hanya mimpi? batinku bingung. Aku menepuk pelan pipiku. “Itu pasti mimipi. Suatu mimpi yang hebat.” batinku meyakinkan diriku sendiri. Aku lalu berjala keluar kamar dan langsung terkejut dengan yang kulihat.

12 namja itu ada di ruang keluarga dan ruang makanku. Bahkan namja yang bernama Kyung Soo dan namja yang kemarin menyembuhkanku sedang memasak di dapur. “Ah selamat pagi gongju mama.” kata Kyung Soo sambil tersenyum kearahku.

Seluruh namja langsung melihat ke arahku dan tersenyum. “Gongju mama cuci muka dulu lalu kita sarapan.” kata Kyung Soo. “Ah matta.” kataku dan segera berlari ke kamar mandi. Aku mengusap air mata di pelupuk mataku.

Sudah lama sejak orang tuaku meninggal tidak ada yang menyambutku di pagi hari. Aku juga selalu makan sendiri. Melihat mereka tersenyum menyambutku, aku teringat dengan orang tuaku. Aku segera mencuci mukaku lalu keluar untuk sarapan.

“Gongju mama duduk sini.” kata Lu Han sambil menepuk tempat disebelahnya. Karena dirumahku hanya ada 4 kursi jadi kami makan di ruang kelurga dengan resiko kami duduk di bawah. “Gomawo sunbae.” kataku sambil tersenyum. Lalu kami sarapan dalam diam. “Mianhae.” kataku memecah keheningan. Mereka semua langsung melihat ke arahku.

“Mianhae kemarin aku bersikap kasar dan tidak mempercayai kalian.” kataku sambil menundukkan kepala. “Gwenchana, kami sadar hal ini tidak mudah diterima oleh akal sehat.” kata Kris kepadaku sambil tersenyum meyakinkan bahwa aku tidak berbuat salah dengan mereka.

“Tapi kedepannya gongju mama harus hati-hati karena akan semakin banyak siluman-siluman yang mengincar gongju mama seperti kemarin. Gokjomma, kami akan melindungi gongju mama.” kata Kyung Soo yang diikuti anggukan teman-temannya.

“Jeongmal gomawo.” kataku sambil tersenyum. “Tapi bisakah kalian berhenti memanggilku gongju mama? Aku tahu aku dulu seorang putri tapi sekarang aku hanya anak SMA biasa. Lagipula aku ingin berteman dengan kalian, bukan sebagai atasan dan bawahan.” kataku.

Mereka berpikir sejenak lalu Kris berkata “Baiklah kalau itu memang keinginan gongju mama. Tapi jangan  panggil kami sunbae juga. Rasanya terlalu formal.” kata Kris dengan senyum pasrah. “Nah itu lebih baik.” kataku dengan semangat. “Geundae, aku tidak tahu nama hyung satu persatu.” kataku polos. “Hyung?” tanya Kyung Soo bingung. “Aku tidak terbiasa mengatakan oppa, lebih enak hyung.” kataku santai, tapi aku melihat beberapa sunbae menahan tawa.

“Baiklah, kalau begitu mulai dari aku. Namaku Xi Lu Han. Dulu aku dari klan rusa dan kekuatanku adalah telekinesis. Aku sekarang kelas 3-3.” kata Lu Han sambil menjentikkan jari dan seikat bunga yang ada di vas menja makan melayang ke arahku

“Aku Park Chan Yeol. Aku dari klan phoniex dan kekuatanku tentu saja api. Aku sekarang kelas 2-1.” kata namja yang duduk di sebelah Lu Han hyung dengan senyum jail. Dia menjentikkan jari dan keluarlah bola api yang menyerupai bunga lalu bunga itu berhamburan menjadi kupu-kupu yang berterbangan dan menghilang.

Aku selalu kagum dengan kekuatan-kekuatan mereka dan menjadi tidak sabar untuk melihat kekuatan apalagi yang mereka punya

“Aku Byun Baek Hyun, kelas 2-1. Aku dari klan anjing dan kekuatanku adalah cahaya.” katanya sambil megeluarkan bola cahaya yang kemudian pecah menjadi serpihan cahaya warna-warni di sekelilingku.

“Namaku Zhang Yi Xing atau biasa dipanggil Lay kelas 2-2. Aku dari klan angsa dan kekuatanku dapat menyembuhkan.” katanya sambil tersenyum tapi sebelum dia sempat menunjukkan kekuatannya aku cepat-cepat berkata “Eung hyung mianhae kemarin aku bersikap kasar kepadamu. Juga terima kasih karena menyembuhkan lukaku.” kataku sambil menundukkan kepala. “Gwenchana.” katanya sambil tersenyum.

“Nah sekarang aku. Namaku Kim Jong Dae, tapi kamu bisa memanggilku Chen. Dari kelas 2-1. Aku dari  klan elang dan kekuatanku adalah halilintar. Tapi aku tidak akan menunjukkan kekuatanku, karena aku tidak mau merusak barang-barang disini.” katanya. Aku tertwa mendengar perkenalannya yang aneh.

“Aku Do Kyung Soo. Aku dari klan kuda dan kekutanku adalah tanah. Aku di kelas 2-3.” katanya lalu dari pot bunga di belakangku terdengar suara retakan tanah dan ketika aku melihatnya di sana telah tumbuh serumpun bunga.

“Aku Kim Jong In alias Kai, kelas 2-3. Aku dari klan serigala dan kekuatanku..” lalu dia menghilang. Aku terkejut dan mencarinya tapi ternyata dia sudah di belakangku. “adalah teleportasi.” katanya sambil tersenyum.

“Aku Kim Min Seok biasa dipanggil Xiu Min, kelas 3-1. Aku dari klan rubah dan kekuatanku adalah membekukan.” katanya dan tiba-tiba turun kepingan bunga es yang imdah di sekelilingku.

“Kamu pasti sudah mengenal aku. Ketua OSIS Han Young High School sekaligus pemimpin pasukan pengawal putri. Aku dari klan naga dan kekuatanku hanyalah terbang. Aku kelas 3-3.” katanya sambil mengeluarkan sayap naganya.

“Kalau itu saja aku dan Yeollie hyung bisa.” kata Chen sambil mengeluarkan sayapnya diikuti oleh Chan Yeol hyung. “Aku juga.” kata Lay sambil mengeluarkan sayap angsanya yang kemarin aku pikir sayap malaikat. “Makanya aku bilang ‘hanya’.” kata Kris hyung dengan wajah kesal.

“Eung chogio, bisa kalian lipat lagi sayap kalian? Ruangan ini tidak cukup kalau hyungdeul mengeluarkan sayap.”  kataku dan mereka langsung melipat sayap mereka lagi.

“Selanjutnya aku. Namaku Kim Joon Myun atau biasa dipanggil Su Ho. Aku wakil ketua OSIS dan dari kelas 3-3 sama seperti Kris. Aku berasal dari klan ular dan kekuatanku adalah mengendalikan air.” katanya lalu gelembung-gelembug air yang berkilauan seperti mutiara berjatuhan di sekelilingku sebelum kembali diserap oleh Su Ho hyung

“Aku Huang Zi Tao dari kelas 2-2. Aku dari klan beruang dan kekuatanku adalah mengendalikan waktu.” katanya sambil menunjuk jam yang menunjukkan pukul 9 padahal aku tadi melihat jam itu menunjukkan pukul 10 lebih tapi dalam satu kedipan mata waktu kembali menunjukal pukul 10 lebih.

“Terakhir aku Oh Se Hun. Aku dari klan harimau dan kekutanku adalah mengendalikkan angin.” katanya lalu tiba tiba angin hangat beraroma padang rumput berhembus pelan. “Hyung dari kelas berapa?” tanyaku karena dia tidak menyebutkan kelasnya. “Hyung? Aku kan sekelas denganmu.” katanya dengan wajah heran.

“Chakaman, kenapa kelas 1 yang baru saja masuk bisa menjadi anggota OSIS?” tanyaku bingung. “Aku bukan anggota OSIS. Tapi karena sejak SMP sering bersama mereka, banyak orang yang mengenal aku. Tapi aku masih kelas 1.” jelasnya.

 “Sekarang giliranku. Aku Song Min Young dari kelas 1-3. Aku tidak memiliki kekuatan khusus seperti hyung-deul tapi aku tidak akan berdiam diri saja menghadapi orang-orang yang membunuhku karena aku berjanji pada orang tuaku agar selalu hidup bahagia. Mohon bantuan hyung-deul” kataku sambil membungkukkan badan.

Aku tidak akan kalah dari orang-orang itu. Manusia ataupun siluman aku tidak takut karena aku harus bertahan hidup seperti yang diinginkan orang tuaku.

“Mumpung hari ini hari libur bagaimana kalo kita bermain dengan kekuatan kalian. Aku ingin melihat lebih banyak kekuatan kalian.” kataku bersemangat. Mereka saling pandang lalu tersenyum “Baiklah tapi di halaman saja karena berbahaya kalau di dalam rumah.” kata Su Ho hyung sambil menepuk kepalaku. “Yay!” seruku lalu berlari menuju ke halaman belakang rumah yang cukup luas. Untung saja aku punya rumah luas jadi kami bisa bermain sepuasnya.

Kami bermain sepuasnya hari ini. Mereka berubah ke wujud binatang mereka dan kami bermain setan-setanan. Setelah bosan karena aku selalu kalah, kami membagi menjadi 2 kelompok yang beraggotakan 6 orang tiap kelompoknya (Kyungie hyung tidak ikut karena harus memasak makan siang) kemudian berusaha mengalahkan kelompok musuh dengan kekuatan masing-masing anggota.

Semua ini memang terasa tidak masuk akal, tapi aku menyukainya. Banyak kejutan dibalik kekuatan dari hyung-deul. Meskipun awalnya aku takut, terutama dengan hyung yang dapat berubah menjadi binatang buas sepertai Kai atau Kris, tapi sekarang aku malah menyukai wujud binatang mereka.

Selama bermain dengan mereka, aku bisa kembali menjadi aku yang dulu. Sebelum orang tuaku meninggal. Aku tidak akan mengatakan pada mereka bahwa selama 3 bulan, hidupku benar-benar sengsara. Aku selalu merasa apa gunanya aku hidup. Tapi sekarang aku mengetahui bahwa appa dan eomma berkorban demi hidupku. Karena itu aku harus menjaga hidupku.

Appa, eomma. gokjoma, aku akan selalu hidup bahagia. Aku tidak akan sedih lagi karena sekarang aku punya 12 hyung yang baik padaku.

****

“Ah hari ini menyenangkan.” kataku sambil duduk di teras taman belakang. Kami beristirahat setelah makan siang . Angin musim semi yang hangat bertiup lembut memainkan rambutku. Aku tidak tahu itu memang angin yang berhembus atau angin yang di buat oleh Se Hun.

Suara alunan lembut gitar yang dimainkan Lay hyung membuat suasana semakin tenang. “Iya kami jadi teringat saat kami dulu bermain dengan gongju mama.” kata Su Ho hyung. Tiba-tiba sebuah pertanyaan terlintas di otakku.

“Hyung, dulu aku seperti apa?” tanyaku penasaran. Saat Su Ho hyung mebuka mulut untuk menjawab pertanyaanku, aku segera menyela. “Hyung chakaman. Se Hun bisa berubah jadi harimau? Aku pinjam punggungmu untuk jadi bantal.” kataku sambil mengeluarkan puppy eyes-ku.

“Hahaha, kembali ke pekerjaan lamamu,eoh?’ kata Yeollie hyung sambil tertawa. “Baiklah.” kata Se Hun datar tanpa memperdulikan Yeollie hyung. Dan dalam sekejap harimau sebesar mobil berdiri di tempat tadi Se Hun duduk.

Dia lalu menekuk kempat kakinya dan aku segera menjadikan punggungnya bantal. “Gomawo.” kataku sambil mengelus kepala harimau itu. Aku merasa nyaman dengan harimau Se Hun sejak dia menaikkan aku ke punggungnya saat kami bermain perang-perangan.

“Hyung ayo kembali cerita.” kataku pada Su Ho hyung setelah aku menemukan posisi yang nyaman di sisi Se Hun. Su Ho hyung tertawa sambil berkata “Benar-benar tidak berubah. Dulu gongju mama suka sekali mendengarkan dongeng kami sambil bersandar di punggung si harimau angin.”

“Se Young gongju mama bukan seorang putri seperti putri biasanya. Saat para putri sedang sibuk berdandan dan saling menjatuhkan, putri malah sibuk berlatih panah dan belajar bersama Wangja Mama, kakak sang putri. Karena itu putri tumbuh menjadi putri yang berani dan cerdas. Putri selalu membantu ketika rakyat menderita, bahkan tidak jarang putri menjual hiasan rambut untuk meyelamtakan nyawa seseorang yang sedang sakit. Karena itu, semua orang menyayangi putri….”

Su Ho hyung terus menceritakan seperti apa aku dulu. Dari ceritanya aku tahu bahwa kehidupanku dulu sangat menyenangkan. Aku mendengarkannya tetapi mataku semakin berat dan aku pun tertidur.

****

Author POV

“Hyung, gongju mama sudah tidur.” kata Baek Hyun untuk menyadarkan Su Ho yang terlalu hanyut dalam cerita. “Mwo? Dasar dia tidak berubah.” kata Su Ho sambil mengelus puncak kepala Min Young. “Tapi gongju mama pintar sekali menyembunyikan perasaannya.” kata Lu Han sambil mengamati Min Young yang tertidur pulas.

“Museumsoriyeyo?” tanya mereka serempak. “Aku sempat membaca perasaannya saat aku memeluknya kemarin. Aku bisa merasakan kesedihan yang menyakitkan juga ketakutan yang sangat besar tapi dia tidak menunjukkan kepada sekelilingnya dan berusaha terus tersenyum.” kata Lu Han dengan wajah sedih.

“Wajar saja jika dia seperti itu. Dia kehilangan kebahagiaannya dalam sekejap. Apalagi dia harus sendirian padahal masih kecil.” kata Xiu Min. “Gongjumama, gokjoma, kami akan melindungimu.” kata Tao sambil tersenyum ke arah Min Young.

“Gongju mama tidak selemah yang kalian pikir.” kata Se Hun lalu dia berubah menjadi manusia. “Gongju mama akan berjuang dengan caranya sendiri.” lanjutnya sambil menggendong Min Young ke arah kamar tidur Min Young.

“Ya, tapi hal itulah yang membuatnya meninggal 1900 tahun yang lalu.” kata Kris. “Dulu gongju mama mau berkorban untuk Silla agar dapat menghindari perang. Padahal kita sudah melarangnya untuk pergi dan mengajaknya lari dari istana.” lanjut Kris.

“Gongju mama terlalu baik untuk menjadi seorang bangsawan tapi harga dirinya terlalu tinggi untuk menjadi rakyat biasa.” kata Lay sambil tersenyum pahit.

“Karena itu sekarang kita harus melindunginya agar kejadian yang lalu tidak terulang kembali.”


Cynicalace (Chapter 10)

$
0
0

Title : Cynicalace

Author : NadyKJI & Hyuuga Ace

Length : Chaptered

Genre : Romance, Comedy, Friendship

Rate : G

Main Cast :

Jung Re In (OC)

Geum Il Hae (OC)

Park Chanyeol (EXO)

Kim Jong In (EXO)

 

Disclaimer: Annyeong, ff ini adalah murni hasil pemikiran author yang kelewat sangat tinggi, dilarang meniru dengan cara apapun, don’t plagiator. Gomawo #deepbow.

 

Summary :

Aku tidak membencimu. Aku hanya tidak ingin berurusan lagi denganmu. Tapi mengapa kau selalu hadir di sekitarku layaknya modul akuntansi yang selalu kubawa setiap hari. Wajahmu mengangguku tapi aku mulai merindukannya ketika wajah itu menghilang dari keseharianku. Oh, menyebalkan.

–Jung Rein–

Aku tidak sudi, aku tidak sudi, aku tidak sudi! Dia menyebalkan, cuek, dan dingin. Tapi… terkadang dia baik juga walau dengan muka datar, terlihat tulus, dilihat-lihat juga ia lumayan.. bukan, tampan… Argh! Aku menyerah, sepertinya karma itu berlaku.

–Geum Ilhae–

Sama seperti panggilannya, yeoja itu memang kelewat bodoh. Sialnya, karena terbiasa menjadi dampak dari perilakunya, aku menjadi terbiasa untuk selalu hadir di sisinya. Namun entah mengapa aku merasakan keberadaanya bagaikan pelangi dalam keseharianku yang hanya dihiasi dua warna – hitam dan putih.

–Kim Jong In–

Melihat wajah seriusnya, merasakan kesinisannya padaku. Itulah makanan keseharianku karena ulahku sendiri. Well, kau memang bodoh dan gila jika bersangkutan dengan yeoja itu. Kau terlalu gila Park Chanyeol.. tapi, aku tidak keberatan gila untuknya. It’s a pleasure.

–Park Chanyeol–

Author’s Note:

*noleh kiri kanan nyariin readers* HALOOOOOOO!! Authors muncul lagi.. Ad yg kangenn? Hehehe… Akhirnya Cynicalace chapter 10 muncul ke permukaan! YEAYY~!Akhirnya!! Akhirnya!!!!! Hahaha di chapter ini akan lbh bnyk kaihae moment daripada sblmnya. Bagi yg kangen hehehe~Ahahahaha, setelah vakum beberapa chapter kaihae lg pingin nongol huahahah. Juga yang nunggu reyeol tenang saja mereka masih ada kok nyahahhaha Dan udh segini ajh yh author’s notenya… *lagi garing ide soalnya ahahaha… Seperti biasa jangan lupa comment yahh

Comment kalian adalah koreksi dan semangat buat authors!!!! #deepbow

HAPPY READING!!!

___

 

-:Author’s PoV:-

“Annyeong Ilhae-ya! Sampai ketemu besok!”

Ilhae melambaikan tangannya pada Heseul teman satu fakultasnya. Yeoja dengan rambut bob itu berjalan meninggalkannya ke arah yang berlawanan.

Dengan perasaan senang Ilhae berjalan cepat menuju mobilnya yang sudah memiliki penunggu bernama Rein.

“Rein-ah! Kau keluar lebih awal? Tidak biasanya. Kkaja. Aku antarkan kau ke Paulo’s.” Ilhae membuka kunci mobilnya dengan remote dan menempatkan diri di kursi pengemudi di susul dengan Rein.

“Jam berapa kau pulang dari kerja paruh waktumu?” Tanya Rein tegang. Sudah beberapa hari yeoja itu lolos dari tidak dijemput Ilhae tetapi tetap saja kabar buruk itu pasti segera datang.

Ilhae menyalakan mesin mobil dengan cengiran menyebalkan, “Hehehe, sekiranya 1 jam lebih telat daripadamu. Jadi… kau mau menunggu atau bagaimana? Atau kau bisa menelepon Cha –”

“Aku akan mengurusi kepulanganku dengan baik. Jadi tenanglah.” Rein tidak ingin menambah beban pikiran sebelum waktunya – ia masih ingin bekerja dengan semangat penuh.

Ilhae hanya menganggukkan kepalanya dengan senyum geli tersembunyi di dalam pikirannya – tentu saja ia tidak perlu tersenyum nyata hanya untuk membuat Rein mengurungkan apapun niatnya. Seperti meminta Chanyeol menjemputnya?

Setelah 15 menit perjalanan akhirnya mobil Ilhae menepi dan menurunkan Rein.

“Sampai ketemu di apartemen ya!” Ilhae melambaikan tangannya dan melaju menuju tempatnya bekerja.

 

-:Author’s PoV:-

Hari sudah menjelang petang dan sesosok yeoja masih asyik dibalik laptopnya. Hari itu perpustakaan sedang sepi sehingga Geum Ilhae dapat melakukan hal yang diinginkannya sebebas-bebasnya. Yeoja itu nampak frutasi dengan sesuatu yang berada di layar laptopnya. Sejenak ia berhenti dan merogoh ponselnya.

To: Rein

Hei! Apa-apaan dengan game yang kau berikan padaku hah? Aku tidak mengerti. Sudah hari ke 33 dan karakterku tidak bertemu satupun yeoja! Ini jelas-jelas sad ending!

“Ilhae-ssi?”

Ilhae menoleh dan menemukan Yoo Dongju, teman dari Chanyeol yang akhirnya bertemu muka dengannya. “Ah, sudah pergantian jam ya? Mian, aku terlalu asyik.”

Ilhae segera berbenah dan menutup aplikasi game dating yang sedang dimainkannya – well, game dari Jung Rein. Setelah semua bawaannya masuk ia berpamitan pada Dongju.

Begitu ia berada diluar ia tidak langsung menuju mobilnya melainkan berjalan menyusuri trotoar untuk sekedar mencari cafe. Gadis itu ingin meminum kopi panas selama perjalanan. Hanya terpisah satu block Ilhae menemukan cafe sederhana. Telapak tangannya sudah menyentuh pegangan pintu…

“Ilhae-ya!”

Otomatis tubuhnya berbalik dan menemukan Taecyeon yang sedang bersama Suyeon.

“Annyeong, kalian sedang berkencan ya?”

Taecyeon terperanjat dengan perkataan Ilhae dan segera memberikan jarak antara dirinya dan Suyeon. “Ani, aku hanya menemaninya berbelanja. Apa kau akan masuk?”

Ilhae menatap Suyeon yang menatapnya tajam. “Ne, aku bermaksud membeli kopi.”

Sebuah ide terpatri di pikiran Taecyeon. “Kalau begitu kenapa tidak bersamaku?”

Taecyeon sudah berganti pihak dengan berada di sisi Ilhae dan menarik tangan yeoja itu dalam genggamannya. “Taec…” Ilhae berusaha menarik tangannya.

“Suyeon, kutinggal dulu ya.”

Mwo?! Ilhae langsung gelagapan dengan perkataan Taecyeon. Matanya melotot dari hatinya yang terdalam, apakah namja ini ingin membuatnya diiris-iris oleh Suyeon?!

“Tidak perlu. Aku hanya membeli untuk dibawa pulang.”

Tetapi Taecyeon memaksa. “Sekali-kali mengobrollah denganku. Kau tidak memiliki acara lain bukan?” tanyannya tajam.

“Tidak, tapi Suyeon…”

Taecyeon memandang Suyeon yang tercengang dengan skenario yang baru saja terjadi. “Aku dan Suyeon sudah bermaksud untuk pulang. Tidak apa-apa.”

Suyeon, seumur hidupnya ia jarang diperlakukan seremeh itu dan semuanya berkat yeoja yang itu-itu saja. Geum Ilhae dan Jung Rein. Dengan perasaan terluka Suyeon memaksakan dirinya tersenyum. “Ne tidak apa-apa.”

Lalu kakinya yang mengenakan high heels itu melangkah pergi menuju mobilnya. Pikirannya tengah kacau dan ia benar-benar ingin melemparkan apa saja yang ia bisa.

“Kkaja.” Taecyeon yang puas melihat Suyeon meninggalkan lokasi menarik Ilhae yang merasa tidak nyaman.

Setelah memesan Ilhae dan Taecyeon duduk berhadap-hadapan di meja yang terletak paling pojok. Ilhae menundukkan kepalanya karena terlampau merasa canggung dengan situasi yang ada.

“Ilhae-ya, gwaenchana?”

Ilhae menganggukkan kepalanya. “Gwaenchana.”

Taecyeon melihat resah ke arah Ilhae. “Apakah kau membenciku?”

Ilhae yang sedang menarik nafasnya berhenti, sejenak suplai udaranya terputus begitu saja.

“M..mwo?” Ilhae berusaha mengklarifikasikan kalau telinganya tidak salah dengar.

“Kau tidak salah dengar Ilhae-ya.” Jawab Taecyeon.

“Eng… Aku tidak membencimu.” Jawab Ilhae sedikit menautkan kedua alisnya.

Taecyeon sudah ingin berkata lagi hanya saja pegawai cafe menginterupsi mereka.

“Ini pesanannya, hot latte dan hot americano.”

“Terima kasih.” Ilhae mengambil cupnya dan merangkumkan kedua tangannya untuk menerima kehangatan dari americano panas yang dipesannya.

“Tapi kau terlihat tidak nyaman.” Taecyeon berujar dan memperhatikan Ilhae yang tengah menyesap minumannya. Setelah satu tegukan Ilhae menjauhkan bibir cup dari mulutnya.

“Jujur saja, aku memang merasa tidak nyaman. Tetapi aku tidak membencimu.” Jawab Ilhae datar.

“Aku tidak mengerti.”

Ilhae menghembuskan nafasnya. “Secara keseluruhan kau bukanlah orang menyebalkan yang harus di benci. Kau baik dan ramah… Tapi…”

Taecyeon menunggu penjelasan gadis yang memang menarik untuknya itu, tidak bisa dipungkiri bahwa ia cukup tegang.

“Tapi kau tidak membuatku nyaman ketika berada di sekitarmu. Seperti mencoba untuk dekat tidak pada waktunya?” Suara Ilhae berubah ragu dan menampakkan ekspresi yang lucu. Gadis itu tidak mendapatkan kata-kata yang tepat dan itu membuat Taecyeon geli.

“Hahaha..”

“Jangan tertawa.” Ilhae kembali menyesap americanonya untuk mengalihkan perhatiannya.

“Baiklah. Namaku Ok Taecyeon. Namamu?” Taecyeon tersenyum mengulurkan tangannya ke arah Ilhae. Ilhae berjengit. “Aku tahu namamu.”

“Katamu aku ‘bersahabat’ denganmu terlalu cepat. Jadi aku mulai lagi dari awal dan menjadikannya seperti air mengalir.” Taecyeon masih menunjukkan deretan giginya yang rapi.

“Arra… Geum Ilhae.” Ilhae menerima tangan Taecyeon dengan enggan.

 

-:Rein’s PoV:-

Dasar gila!

Aku tidak tahan untuk tidak menggerutu. Sahabatku yang sepertinya sangat santai dalam menjalani pekerjaannya bisa-bisanya mengirimkan pesan berupa keluhan dalam bermain game. Saat itu aku sedang sangat sibuk. Cafe sangat ramai pengunjung saat itu, sehingga aku baru bisa membaca pesan itu sekarang.

Aku mengirim sebuah pesan balasan, tapi bukan membahas tentang Game Virtual Dating itu. Melainkan sesuatu yang lain.

To : Ilhae-ya

Chingu, kau tidak usah menjemputku hari ini. Gwaenchana. Kau bisa langsung mengarahkan mobilmu ke apartemen sehabis menyelesaikan pekerjaanmu.

Aku membuka pintu Paulo’s, bersiap untuk pulang. Melihat gelapnya malam aku sedikit meremang.

Baiklah! Aku akan mencoba sesuatu. Pulang dengan bus kota.

Aku sadar selama ini aku terlalu banyak merepotkan Ilhae yang selalu menjemputku. Lama- lama itu membuatku tidak enak dengannya.

Yah, walau kubilang aku bisa bergumul dengan angkutan umum. Tapi aku tidak pernah mencoba menaiki angkutan umum ketika hari sudah gelap. Yah, semua karena ketakutanku terhadap gelap – apalagi di tempat asing.

Itulah yang akan kucoba hari ini. Supaya kalau hari ini aku berhasil, besok-besok aku akan meminta Ilhae untuk tidak menjemputku lagi karena aku sudah bersahabat dengan bus kota di malam hari.

Aku menghembuskan napas, mencoba tenang. Lalu mulai berjalan keluar kawasan Paulo’s.

Hatiku berdebar kencang. Wajar mengingat ketakutan yang coba ku tahan. Aku mengepalkan kedua tanganku -mencoba menahan kegugupan.

Namun baru berjalan 5 langkah keluar dari kawasan Paulo’s. Seseorang menggenggam pergelangan tangan kanan..ku.

PENGUNTIT!!!!!!!!!!!

Alarm itu yang berbunyi nyaring dalam benakku. Sehingga tanpa aba-aba, aku melepas tas tangan yang ku sampirkan di bahu kiriku. Dan menggebuki sang penguntit tanpa ampun!

“YA!!!!!!! PERGIIII!!!!!” Sambil memukuli penguntit yang sekarang sedang menunduk sambil meringis, aku tersadar bahwa gantungan besi bergambar menara Eiffel yang menempel di tasku mengenai wajahnya dan menggores pipi kanannya sehingga darah keluar dari pipi penguntit yang mulus ini.

Tapi aku tidak perduli, aku terus memukuli orang ini dengan sekuat tenaga.

Namun dalam sekali hentakan tubuhku oleng ke belakang, karena sang penguntit menggenggam kedua tanganku dengan kuat.Yah, bagaimanapun seorang yeoja tidak diciptakan untuk bisa menahan tenaga seorang namja. Dan aku hanya bisa menutup mataku sementara sekujur tubuhku mulai gemetaran.

“INI AKU REIN!”

Hah… Suara ini?

“CHANYEOL!” Saat aku membuka mataku, aku bisa menghembuskan napas lega karena seseorang yang kusangka penguntit hanyalah seorang Park Chanyeol. Namun…

“OMO! PIPIMU!!”

 

-:Author’s PoV:-

Rein bergerak gelisah di dalam mobil Chanyeol. Dia khawatir dengan keadaan Chanyeol. Walau hanya goresan ringan tapi tetap saja itu adalah sebuah luka. Pipi Chanyeol yang berdarah karena gantungan tasnya. Tapi jika dia mau mengobati lukanya, itu berarti Chanyeol dan dirinya harus berada di apartemennya. Berdua saja.

“Apakah kau memikirkan mengapa aku bisa berada di Paulo’s tadi?”

“Hmmm?” Rein mendongak dan menghentikan kegusaran hatinya untuk mencerna perkataan Chanyeol.

“Kau terlihat memikirkan sesuatu. Apa itu yang kau pikirkan?” Rein masih terdiam dan menatap lurus seorang Park Chanyeol di balik kemudinya. “Jika iya, aku hanya sebatas sedang lewat daerah situ saja. Dan menemukanmu sedang berjalan sendirian. Kau kelihatan ketakutan sehingga aku menghampirimu.”

Yah, well. Walau sebenarnya aku tidak sebatas sedang lewat. Batin Chanyeol. Sebenarnya Chanyeol cukup sering memperhatikan Rein dari jauh saat ia bekerja. Dia terlihat manis dan cantik saat bekerja – sebenarnya setiap saat pun dia selalu terlihat manis dan cantik. Hanya saja Chanyeol sangat menyukai view Rein saat dia bekerja. Dan hari ini pun sama. Sampai Rein keluar dari Paulo’s dengan mata yang memancarkan cukup ketakutan hingga Chanyeol turun dari mobilnya hanya untuk mengecek bahwa yeoja itu baik-baik saja. Hanya saja.. Kesalah pahaman terjadi hari ini.

“Ah, gomawo. Atas tumpangannya.” Rein kembali sibuk dalam pemikirannya meninggalkan Chanyeol yang hanya tersenyum kecil.

“Eung. Park Chanyeol.”

“Hmmm?”

“Kau tidak akan melakukan sesuatu yang buruk padaku, kan?”

Chanyeol mengerinyitkan alisnya mendengar pertanyaan Rein yang tiba-tiba ini.

“Tentu saja tidak.”

Aku terlalu mencintaimu untuk melukaimu lebih daripada yang pernah kulakukan di masa lalu, Jung Rein.

“Hmm.. Yaksok?”

Walaupun tidak mengerti arah pembicaraan Rein, Chanyeol hanya mengangguk pasti. “Yaksok.”

Hening sesaat sampai Rein menatap Chanyeol sekali lagi.

“Kalau begitu kau punya waktu untuk mengunjungi apartemenku. Aku ingin mengobati luka di pipimu.”

Dan Chanyeol hanya bisa merasa perasaan berbunga-bunga saat ini karena Rein-nya baru saja mengatakan hal termanis yang pernah ia dengar! Tentu saja Rein yang 100% sadar. Hal lainnya, Chanyeol bahkan pernah mendengar Rein mengatakan bahwa ia mungkin saja menyukai namja bermarga Park itu, bukan?

*-*-*

Ilhae membuka pintu mobilnya dan segera menuju lift. Setelah mengobrol selama kurang lebih 1 jam dengan Taecyeon akhirnya Ilhae memutuskan untuk pulang karena tidak nyaman. Namja itu banyak bertanya seputar dirinya yang berbanding terbalik dengan Ilhae yang bisa dibilang hanya tertarik dengan nama namja itu saja. Awalnya tentu saja Ilhae harus mendapati namja itu menawarkan diri untuk mengantar Ilhae pulang. Tetapi Ilhae menolak dengan alasan yang amat kuat – ia membawa mobil sendiri.

Tangan Ilhae menekan tombol lift dan kebetulan lift langsung terbuka, Ilhae memasuki lift – sedikit kewalahan karena sedang berkonsentrasi untuk memasukkan kunci mobil ke dalam tasnya.

“Apa yang sedang dilakukan oleh Rein ya?”

Ilhae menekan pin masuk pintu apartemennya.

“Ah.. sakit!”

Ilhae terdiam diambang pintu apartemennya sendiri karena terdengar suara maskulin yang tidak mungkin ada di dalam apartemen berpopulasi dua yeoja. Apakah ia salah masuk apartemen? Tidak mungkin, pin apartemennya terbuka.

“Rein?”

“Oh sial! Ilhae pulang.” Temannya mengumpat dari jauh.

Ilhae mengerutkan dahinya, apa yang sedang dilakukan sahabatnya itu?

Sebenarnya Rein hanya sedang memberi obat merah pada luka di wajah Chanyeol ketika Ilhae menemukan mereka berdua di ruang tengah saling berhadap-hadapan dengan jarak wajah yang tidak ada 30 cm. Ini semua salah Chanyeol karena dia terus-menerus merengek karena rasa sakit yang menurut Rein tidak seberapa.

Tapi kenapa reaksi Chanyeol segitu berlebihannya sehingga mereka harus berposisi seperti itu dalam waktu yang lebih dari 10 menit.

Rein langsung menarik diri dan segera berdeham tidak jelas. Sementara Chanyeol hanya cengengesan. Yah, sebenarnya Chanyeol sangat amat sengaja merengek-rengek seperti bayi. Semua karena ia ingin dekat-dekat dengan Rein, dan agar jari-jari panjang yeoja itu menyentuh wajahnya. Modus memang.

“Ya! Jangan bilang kalian mau melakukan itu lagi?” Ilhae langsung mengambil langkah seribu untuk menyeret Rein dari sofa – tempat ia duduk dengan Chanyeol.

“Itu? Itu apa? Lagi?” Rein gelapan karena kejadian ini. Namun dia tidak berpura-pura tidak mengerti maksud Ilhae. Karena dia memang bingung dengan konteks pertanyaan Ilhae.

Berbeda dengan Chanyeol yang langsung terlihat tidak santai. Ilhae berdecak dan kembali menghampiri Chanyeol dan memukul namja itu seketika.

“Ya! Untuk apa kau berada di sini?” Omel Ilhae.

“Hae-ya. Aku yang menyuruhnya datang ke sini.” Rein menyela.

Ilhae menoleh. “Kau? Menyuruh Chanyeol mampir? Dengan kesadaran penuh?” Mata yeoja itu menatap nyureng.

“Ya…” Rein menundukan kepalanya.

“Woah daebak… Sebenarnya, apa yang terjadi selama ini diantara kalian?” Ilhae menggaruk tengkuknya bingung.

“Tidak seperti yang kau pikirkan. WAIT! Kenapa aku harus repot-repot menjelaskan padamu layaknya aku adalah tersangka disini? Aku tidak melakukan kesalahan..” Rein melirik sekilas wajah Chanyeol dan nafasnya tertahan. “Yah.. Well. Kecuali luka di pipi namja itu. Jadi aku hanya sedang menebus kesalahanku dengan mengobati luka itu.”

“Aku benar-benar curiga di sini, Jung Rein…” Ilhae menyipitkan matanya.

“Terserah kau sajalah.” Lalu dengan langkah malas Rein melangkah meninggalkan ruang tengah dan masuk ke dalam kamarnya.

“Anak itu menghindari masalah…” Dengus Ilhae sebal.

“Sebenarnya tidak ada masalah disini, sampai kau datang Geum Ilhae. Astaga bahkan Rein tidak mengucapkan selamat malam atau hati- hati di jalan padaku. Tapi ya sudahlah. Aku pulang, Hae-ya…” Chanyeol mengambil jaketnya yang ia selampirkan di lengan sofa dan kunci mobilnya yang berada di meja di depan sofa lalu melewati Ilhae yang hanya bisa menahan amarahnya sambil megap-megap seperti ikan kurang air. Namja bermarga Park itu menepuk pelan pundak temannya sebelum benar-benar meninggalkan Ilhae di ruangan itu dan keluar dari apartemen orang yang ia cintai dan juga temannya yang sedikit emosian malam ini.

“Ige mwoya?!” Ilhae menggerutu.

Drrt… Drrt…

Ilhae mengambil ponselnya yang tersimpan di saku celananya dan membuka isinya.

From: 1148xxxxxx

Apakah kau sudah sampai ke apartemenmu dengan selamat?

Ilhae mengerutkan dahinya, siapa yang berani-berani mengirimkan pesan tidak dikenal?

“Ish!” Ilhae melempar ponselnya asal ke sofa tempat Chanyeol duduk tadi dan memasuki kamarnya.

BRAK!

Jauh di dalam kamarnya sendiri Rein terkejut mendengar suara pintu yang agak dibanting.

-:Rein’s PoV:-

Assa! Senang rasanya ketika kau keluar dari Joonmyung tanpa membawa satu pun tugas. Fix. Sampai satu minggu ke depan, kau tidak memiliki tugas apa-apa Jung Rein!

Entah mengapa aku bangga sekali dengan hal semacam ini. Mengingat tugasku yang terkadang tidak manusiawi, sekali-kalinya tidak diberikan tugas. Tentu aku senang sekali.

Langkahku terasa ringan menyusuri lorong Joonmyung yang cukup ramai siang ini. Aku melirik sekilas jam tangan putih yang melingkar di tangan kiriku.

Masih jam 1.45. Masih cukup banyak waktu sebelum pekerjaanku di Paulo’s.

Hmmm… Sepertinya aku bisa menuju suatu tempat untuk menghabiskan waktu luangku.

“Rei!” Aku menghentikan langkahku ketika mendengar seseorang memanggilku dan dari caranya, sudah pasti orang yang memanggilku hanyalah… Oh Sehun.

“Ya, apa yang kau lakukan dengan berjalan tergesa-gesa seperti itu?”

Sehun terkekeh, “Mengejarmu. Setelah dosen membubarkan kelas, kau langsung menghilang dari kelas.”

Ah! Aku tersenyum simpul.

“Apa yang akan kau lakukan sekarang, Rei?” Sehun sepertinya bisa mencium dari gelagatku bahwa aku ingin pergi ke suatu tempat.

“Hmm.. Aku hanya ingin mencari makanan kura- kura sebenarnya.” Makanan si ‘Chanyeol’ yang kubeli di Incheon sudah menipis.

Namja bermarga Oh berwajah tampan kesukaanku ini mengerinyitkan keningnya. “Kura-kura?”

Aku mengangguk antusias. “Eoh! Saat aku pulang ke Incheon, aku membeli kura- kura.”

“Makanan kura- kura bisa kau temukan di toko ikan atau malah supermarket, Rei.”

“Ada supermarket yang menjual makanan kura-kura? Wow, aku baru tahu” Aku balik bertanya.

“Aku tahu di mana tempatnya. Kaja!”

Sehun mengenggam telapak tanganku dan menarikku. Aku hanya bisa menatap bingung ke arah tangannya yang mengenggamku erat.

“Wait. Wait! Kau mau menemaniku membeli makanan kura-kura?”

“Hmmm.. Kurasa aku juga tidak ada kegiatan setelah ini. Lagipula aku juga sedang ingin bersamamu, Rei.”

 

-:Ilhae’s PoV:-

“Ah! Sial!” aku menggebrak keyboard laptopku. Layar laptopku menunjukkan background pantai dengan sunset yang sangat disukai makhluk bernama Rein tetapi sekarang itu tidaklah penting. Sekali lagi karakter yang aku mainkan tidak mendapat happy ending. Sial Rein yang memberikanku game virtual dating ini. Yeoja itu telah mendapatkan happy endingnya pada berbagai karakter, sedangkan aku? Heol! Sulit.

Aku menutup laptopku seketika karena aku takut tanganku yang barbar ini akan merusak benda yang sudah berisi data-data pribadi yang tidak bisa digantikan oleh apapun. Setelah memasukkan benda persegi panjang kembali pada tasnya aku menatap perpustakaan yang tengah sepi hari ini. Mungkin semua orang sama seperti Rein yang sedang tidak banyak tugas. Semalaman Rein sudah berteriak-teriak bahagia layaknya anak TK karena tidak memiliki tugas, aku sampai bosan mendengarnya.

Drrt… drrt…

Oh, ada yang mencariku? Tumben sekali. Aku membuka ponsel yang siap sedia di sampingku itu.

From: Jangmin

Hey! Apakah kau akan ikut denganku hari ini?

Ugh! Dasar Jangmin, sepupuku yang sangat suka melakukan banyak kegiatan baru-baru ini merongrongku untuk ikut kelas dance. Aku tidak mau tahu darimana ia mendapatkan info tersebut, yang mau aku tahu kenapa ia mengajakku sebagai korbannya? Aku menyesal pernah mengatakan padanya kalau aku ingin mencoba menari.

Drrt… drrt..

Belum sempat aku mengetikkan satu huruf, Jangmin sudah kembali mengirimkanku pesan.

From: Jangmin

Aku sudah mendaftarkanmu kau tahu? Informasi, kau sudah menyia-nyiakan dua pertemuan, kau juga harus mengasihani isi kelas yang menjadi ganjil. Jebal, kau harus datang.

MWO?!

Aku menyisir isi pesan itu lagi dan harus menahan sebuah godaan untuk membating benda mungil yang berada di tanganku ini. Benar-benar! Darimana ia mendapatkan uang untuk mendaftarkanku?

Dengan cepat jariku mengetikkan balasan.

To: Jangmin

YA! Darimana kau mendapatkan dana untuk mendaftarkanku? Kau gila ya? Aku hanya menjawab mungkin dan itu bukan IYA!!!!

Woah, dia cepat juga menjawabnya.

From: Jangmin

Aku memintanya dari eommamu, aku meneleponnya dan ia sangat senang karena kau mau mengikuti sebuah kegiatan.

Meminta dari eomma?! Seketika aku membeku dan seluruh bulu kudukku berdiri. Jika eomma yang mengeluarkan uang untuk ini sedangkan aku bahkan sudah melewatkan dua pertemuan… bagaimana jika ia bertanya?! Aku bisa dicincang habis-habisan karena pasal menghabiskan uang dengan percuma.

Aku bersumpah ingin membunuh sepupuku yang kurang ajar ini. Sebaiknya aku datang. Ah! Aku menggaruk tengkukku yang tidak gatal. Bagaimana dengan tugas calculusku? 50 soal sudah menunggu. Aku sudah mengerjakannya tetapi aku meninggalkan soal terakhir yang paling sulit, tadinya aku berencana mengerjakannya sore ini, but… this is another story. Selamat datang jam begadang.

To: Jangmin

Baiklah aku datang, dasar kau setan dari alam baka! Jam berapa? Di mana?

From: Jangmin

Ehehehe, maafkan aku, kalau tidak aku akan kesepian. Tenanglah kau berbakat dalam bidang ini. Jam 2 sampai jam 4. Di daerah tempatmu bekerja. Kalau tidak salah hanya berbeda 3 block, dekat dari sebuah cafe kecil.

*-*-*

Aku memandang gedung sederhana di depanku dengan beban, apakah aku bisa bertahan? Aku berbakat dari mana! Berjalan tanpa tersandung juga sebuah keberuntungan bagiku – kata Rein yang membuatku sakit hati.

Baiklah ayo selesaikan saja. Aku menguatkan diriku dan berjalan masuk. Aku menemukan resepsionist dengan seorang yeoja yang terlihat lebih tua dariku.

“Uhm…”

Dia mendongak dan tersenyum padaku. “Ada yang bisa aku bantu?”

“Namaku Geum Ilhae.”

“AH! Kau sepupunya Jangmin? Akhirnya kau datang, kau tahu dia sangat membangga-banggakan dirimu. Katanya kau pintar menari ya?”

“Ti… tidak!” Aku langsung mengklarifikasikan sebelum rumour miring itu melekat dan mempermalukanku.

“ILHAE!”

Aku tersentak ketika seseorang menepuk pundakku yang tidak lain adalah Jangmin, si penjahat kecil ini.

“Apa? Kau telah menyeretku ke kadang singa, dan jangan pernah bilang aku ini pintar menari.”

Yeoja dengan tinggi yang hanya 155cm itu mengeluarkan mimik menyedihkannya yang langsung ingin kutendang saat itu juga. Mungkin Jangmin bisa saja menjadi yeoja paling imut dengan rambutnya yang selalu ditata dan baju berenda-renda plus berbunga-bunga, tapi tidak bagiku.

“Ayo, jangan banyak bicara.”

Lalu kami berjalan bersama menaikki tangga menuju lantai dua. Kami berhadapan dengan lorong dan aku penasaran kenapa banyak sekali pintu di sini.

“Kenapa banyak sekali pintu?”

“Karena di sini bukan hanya tempat menari. Ada les vokal, les alat musik, bahkan drama.”

Jangmin menjawabku kemudian ia mendorong pintu yang terletak tidak jauh dari tangga. Penglihatanku tertutup oleh tubuhnya tetapi mulutnya dengan suara hebat itu langsung berkicau.

“Jongin! Kau sudah datang!”

“Sudah kubilang panggil aku Kai.”

Detik berikutnya aku langsung berbalik bermaksud pulang. Tetapi tanganku sudah ditahan oleh Jangmin yang ternyata tidak ingin membiarkanku bergerak menjauh.

“Oh ya aku membawa sepupuku yang sudah pernah aku bicarakan itu. Namanya Ilhae.”

Dengan kecepatan cahaya Jangmin menarikku masuk dengan satu sentakan cepat. Aku memutuskan untuk melihat sekeliling ruangan yang memiliki kaca sebagai dindingnya dan lantai kayu. Mataku menolak untuk melihat ke depan.

“Aku sudah mengenalnya.” Kata Kai datar.

Dunia memang sempit sekali!

Rein sahabat dekatku merangkap teman seapartemenku adalah rekan kerja namja ini, Kyungsoo teman masa kecilku adalah teman dekat namja ini, dan sekarang… Jangmin juga?

INI GILA! GILA! Dan GILA!

Dan rupanya, Rein tidak berbohong saat mengatakan bahwa Kai, namja yang sangat lihai dalam menari. Ingat kan? Saat kejadian jempol kakiku yang terpentok meja dan berakhir diurut Kai di Paulo’s saat aku mencari Rein? Rein juga mengatakan Kai pintar menari saat itu. Itu tidak bohong, Kai sepertinya memang memiliki peranan dalam dunia menari.

 

-:Author’s PoV:-

“Rei?” Ini sudah ke 4 kalinya dalam 10 menit terakhir Sehun terus memanggil-manggil Jung Rein. Yeoja itu kelihatan tidak fokus dan sibuk dengan ponselnya. Mengetikan sesuatu dengan wajah kesal dan gusar.

“Eoh?” Akhirnya Rein mengangkat wajahnya dari ponsel dan menatap Sehun dengan rasa bersalah.

Kini mereka sedang berada di salah satu kedai bubble tea di kawasan Myeongdong. Seperti biasa, Sehun selalu mengunjungi kedai bubble tea setiap kali dia berjalan-jalan, Rein paham itu.

Arah pandang Rein jatuh pada choco bubble tea milik Sehun yang tinggal setengahnya saja. Sementara Taro bubble tea milik Rein masih penuh dan belum terjamah.

“Ada apa?” Sehun dengan poker facenya menunjuk ke ponsel Rein dengan dagunya.

“Eoh? Aniyo! Hanya orang yang menganggu.”

Orang yang mengganggu? Park Chanyeol?

Sehun membatin, dia rasa Rein benar- benar sibuk meladeni Chanyeol lewat ponselnya. Namja bermarga Oh itu benar-benar tidak suka akan hal itu. Sekarang Rein sedang bersamanya, seharusnya perhatian yeoja itu hanya untuknya.

“Rei. Kalau menganggumu, kau bisa melakukan hal semacam ini kan?”

Rein hanya bisa tercengang ketika ponsel putih yang berada di genggamannya tiba- tiba direbut secara halus oleh Sehun. Lalu namja itu mematikan ponselnya, dan mencabut baterainya.

“Sehun-ah?”

“Ketika bersamaku, kau seharusnya hanya memperhatikanku, Jung Rein.”

OHO! Ini tidak baik. Ketika Sehun sudah memanggil Rein dengan nama lengkapnya berarti ada sesuatu yang ganjil dengan dirinya sehingga Sehun terganggu. Terakhir kali hal ini terjadi adalah ketika Rein marah besar pada Sehun karena suatu hal. Yang ternyata suatu hal itu hanyalah sebuah salah paham belaka.

“Mian.. Mian.. Sehun-ah.” Rein mengambil kembali ponselnya – yang baterainya sudah dilepas dan memasukannya begitu saja ke tas selempangnya.

“Rei, jangan mengacuhkanku, arasseo?”

Layaknya anak kecil yang sedang dinasehati oleh orang tuanya. Rein mengangguk-angguk dengan tampang bersalah. Rambutnya yang dikucir ekor kuda hari ini bergerak-gerak dinamis sehingga membuat wajah Jung Rein terlihat lebih imut.

Seketika kekesalan Sehun memudar digantikan perasaan yang membuat jantungnya berdegup kencang. Sehun tidak pernah merasakan hal ini kepada yeoja lain, hanya Reinnya lah yang berhasil membuatnya merasakan jantung yang berdebar-debar seperti ini.

Sehun tersenyum, dan Rein tahu Sehun sudah tidak kesal lagi padanya.

*-*-*

“Ya, tangan kanannya ke atas, silang ke lutut kiri, lalu tangan kiri silang ke lutut kanan. Buka kakinya pindahkan kedua tangan, body wave sembari mengangkat tangannya ke atas.”

Ilhae dengan datarnya mengikuti instruksi yang tengah diberikan. Kelas berisikan 8 orang ini telah membuatnya bosan luar biasa. Intruksi yang diberikan terlalu lambat dan Ilhae benar-benar ingin mengganti musik yang berirama slow itu dan posisinya yang benar-benar berada didepan stereo tidak membantu godaan yang tengah ia hadapi.

“Maju 3 langkah, geurae sambil menurunkan tangan.. Dan loncat 3 kali sambil berputar.”

Sesigap mungkin Ilhae mengikuti apa yang dikatakan instruktur berindentitas namja itu. Ketika sedang berputar Ilhae menatap ke belakang dan menemukan sosok Kai yang tengah melakukan gerakan yang sama tetapi lebih enak dilihat. Well, kemampuan namja itu menari tidaklah hanya sebatas pemula karena sepanjang pelajaran sesekali dirinya mengamati – tentu saja bukan disengaja. Ia hanya melihat ketika gerakan yang dilakukan membutuhkan perpindahan posisi.

“Sst.. Kapan kelas ini akan berakhir?” Ilhae berbisik pada Jangmin yang tepat berada di sebelahnya.

“Hmmm 75 menit lagi.” Jangmin menjawabnya tanpa melirik sekalipun. Sepupunya itu tengah berkonsentrasi memperbaiki gerakannya.

“Jangan bercanda! Kita baru berada di sini 45 menit?”

Jangmin menjawab. “Ne, kau tidak lihat jam ya? Itu tergantung di dinding.”

Ilhae mengikuti telunjuk Jangmin yang dengan senang hati menunjuk jam dinding. Mau dikatakan bagaimanapun, perkataan Jangmin benar adanya. Jika saja ia bisa pulang lebih cepat… Bayangan tugas yang belum ia selesaikan terus-terusan menghantui pikirannya.

“Baiklah… Waktu istirahat 10 menit, berikan detail pada gerakan kalian dan kita akan memulai lagi dengan beat yang lebih cepat.”

Mendengar pengarahan instruktur yang kalau tidak salah ingat bernama Yoo Baram – yep si angin, pada akhirnya Ilhae mengatainya, Ilhae langsung menyergap tasnya yang bersandar pada dinding kaca tersebut. Ia membuka ponselnya dan mengirim pesan kepada Rein – berharap yeoja itu bersedia berkirim pesan dengannya selama 10 menit.

“Ya! Ilhae! Ayo berlatih…”

Ilhae memandang wajah Jangmin yang terbalik karena posisinya yang tengah terbaring terlentang.

“Kai! Ajari aku!” Teriak Jangmin tidak lama kemudian.

Ilhae langsung saja berguling mengubah posisinya memunggungi ruang latihan, yeoja dengan marga Geum ini lebih memilih untuk menghadap kaca dan melihat pantulan-pantulan kaki.

“Ah.. Begini? Jinjja! Sulit! Bagaimana bisa kau body wave sebegitu luwesnya.”

Ilhae mengulurkan tangannya untuk mengambil ponsel bermaksud mengecheck balasan dari Rein, tapi hasilnya nihil. Tidak memiliki kegiatan penting lainnya Ilhae mengotak-atik media sosial yang ada di ponselnya.

“Woah! Daebak Kai-ya!”

“Ck?!” Ilhae berdecak sembari melirik sinis ke arah Jangmin dan Kai yang tengah berlatih berdua. Terlihat sekali kalau sepupunya itu tengah merayu Kai. Jempol Ilhae menyentuh layar ponselnya dan bergerak kebawah untuk melihat-lihat isi timeline twitternya.

@han_saera99 OMO!!! Yixing sunbae menjadi penyanyi solo! Ah! Pasti tampan!

Ilhae terdiam melihat ponselnya dan kehebohan batin segera menyertainya, “Uwoh! Jung Rein! Ppali balas pesanku! Yixing sunbaemu!!” Ilhae merefresh terus inboxnya.

Di sisi lain, namja bernama lengkap Kim Jongin tengah merasa risih dengan kelakuan Jangmin. Yeoja dengan baju yang senada dari atas sampai bawah. Semuanya berwarna biru tidak lupa dengan ikat rambut, anting, dan sepatu. Lalu matanya melirik ke arah yeoja yang tengah menjadi seonggok daging tidak jauh dari mereka – yeoja itu hanya mengenakan celana training hitam dan kaus putih belel. Sepatunya pun hanya sneakers biasa berwarna coklat.

Jangmin yang melihat Kai yang tengah menelisik sepupunya itu beringsut mendekat dan dengan suara kecil ia berucap. “Mian, sepupuku itu memang kurang persiapan. Itu baju tidur Ilhae yang ia simpan di rumahku untuk menginap di ketika dia datang kesana sebenarnya.”

Kai memutar bola matanya. Geum Jangmin adalah orang yang tidak bisa menjaga mulutnya dan baru saja membuka aib sepupunya.

“Geum Jangmin! Apakah kau memberikan nomor ponselku pada temanmu lagi? Atau mereka mencuri lihat ketika kau membiarkan mereka bermain dengan ponselmu?!” Ilhae berteriak tanpa mengganti posisinya.

Jangmin terbelalak. “Aniya! Itu sudah tidak pernah terjadi lagi sejak Senior High School!”

Ilhae memelototi layar ponselnya. Sebuah pesan asing dengan nomor asing yang sama seperti saat insiden Chanyeol-Rein di apartemen.

“Salahkan saja dirimu yang terlalu banyak memberikan informasi itu. Orang jadi mudah mencurigaimu.” Sahut Ilhae.

*-*-*

“Kenapa kau membeli kantung makanan kura- kura berukuran kecil, Rei?” Jung Rein dan Oh Sehun baru saja keluar dari supermarket yang Sehun bicarakan di Joonmyung tadi siang.

“Eung.. Budgetku hanya cukup membeli yang ini.” Salah tingkah, Rein tersenyum tipis. Kata lain kalimatnya sebenarnya.. Uangku tidak cukup.

“Kau bisa mengatakannya padaku dan aku bisa membelikannya untukmu.”

“Aniyo. Kau tahu sendiri aku tidak suka berhutang.”

Sehun baru saja ingin mendebat Rein karena yeoja itu menolak keinginannya. Tapi Rein menggeleng sambil tersenyum. “Gomawo sudah menemaniku.” Seakan- akan ia mau mengalihkan pembicaraan. Sehingga Sehun pun mulai membicarakan hal lain selain budget membeli makanan kura- kura.

“Siapa nama kura-kuramu, Rei?” Ada senyuman jahil di balik ucapan Sehun. Dan Rein bingung karenanya.

“Wae?”

“Kau akan menamainya nama orang-orang di sekitarmu, bukan?” Rein mengerutkan keningnya. “Kau selalu memberi nama hewan-hewan peliharaanmu dengan nama orang-orang di sekitarmu, ingat? Kau pernah memberi nama kucing di rumah orang tuamu dengan Ilhae. Lalu kau pernah memelihara anjing dengan nama teman Junior Highschoolmu. Kau sendiri yang menceritakannya padaku.”

Ah! Benar juga yah. Rein menepuk keningnya. Sepertinya memang sebuah kebiasaan, Jung Rein.

“Hebat kau masih mengingat ceritaku.”

Sehun terkekeh, “Aku selalu mengingat setiap ceritamu.”

Rein menatap Sehun sambil tersenyum, membuat ada gelenyar aneh yang muncul dalam diri Sehun. Namja dengan tinggi di atas 180cm itu berdeham-deham kecil. “Jadi siapa namanya?”

Yeoja itu tersenyum kecil. “Bimil!” Rahasia, tentu saja. Rein mana berani mengatakan bahwa nama kura- kuranya itu adalah Chanyeol. “Tapi akan kupertimbangkan untuk merubah nama kura- kuraku dengan nama Sehun. Hahaha.”

“Senang kau mau menamainya dengan namaku.” Sepertinya Sehun tidak mengerti nada canda di balik kalimat yeoja di sampingnya, sehingga Rein buru- buru tersenyum kikuk.

“Kau tidak keberatan disamakan dengan kura- kura?”

“Ani, kau sangat menyukai memelihara binatang kan, Rei. Kurasa nama orang- orang yang pernah menjadi nama binatang kesayanganmu termasuk jejeran nama orang- orang yang paling kau sayangi.”

DEGG

Sial! Kalau begitu bagaimana dengan Park Chanyeol, Sehun-ah? Tidak. Ini hanya asumsi Sehun, kan.

“Aahhaha kau bisa saja.” Rein mengibas- ngibaskan tangannya.

“Kau ingin ke mana setelah ini?” Mengganti topik pembicaraan agar Rein tidak memikirkan hal yang tidak ingin dipikirkannya.

Setelah kedai bubble tea, memasuki Game Center, dan berakhir di supermarket ini. Ternyata masih ada beberapa waktu sebelum jam kerjanya di Paulo’s.

“Kau mau menemaniku membeli sepatu olah raga? Mumpung kita masih di daerah pertokoan. Setelah itu aku berjanji akan mengantarmu ke tempat kerjamu.” Tawar Sehun.

“CALL. KAJA.” Lalu tanpa sadar tangan Rein yang bebas, mengenggam pergelangan tangan Sehun dan menariknya. Mungkin refleks, tapi bagi Sehun ada sesuatu yang menghangatkan hatinya lewat sentuhan Rein. Lalu tanpa pikir panjang, dia menggerakan tangannya untuk menggenggam telapak tangan Rein.

Rein menoleh dan memandang wajah Sehun dengan tatapan bingung, tapi Sehun hanya menaikan satu alisnya dan mulai berjalan dengan tangan Rein yang berada dalam genggamannya.

*-*-*

“Ya… Latihan hari ini selesai. Sampai ketemu minggu depan!” Baram membubarkan kelas.

Ilhae langsung meraih tasnya bermaksud langsung pergi ke ruang ganti. Sepanjang jalan menuju ruang ganti Ilhae terus-terusan menatap ponselnya cemas. Ke mana lagi seorang Jung Rein?! Yeoja itu memiliki shift sore dan sekarang ia benar-benar khawatir.

“Ya! Ke mana perginya Jung Rein?!” Ilhae mencoba menghubungi yeoja itu tapi yang membalas panggilannya adalah operator.

“Baiklah Rein! Apakah sekarang kau memiliki operator sebagai sekertarismu?!” Ilhae memelototi ponselnya hasil dari kegagalannya menelepon Rein.

Ilhae sebagai teman kental yeoja bernama Rein itu sangat-sangat khawatir dan tidak akan tinggal diam. Bagaimana kalau sahabatnya itu diculik? Ia harus menjemput Rein ke Paulo’s!

Ilhae mendorong pintu ruang ganti dan menemukan kaca yang memantulkan siluet dirinya. Ilhae melihat pantulan dirinya yang sedang tidak berkacamata itu. Rambutnya lengket karena keringat dan bajunya juga menempel karena keringat.

“Annyeong friends!”

Ilhae menoleh dan menemukan Jangmin yang baru memasuki ruangan. Yeoja itu terlihat lebih baik darinya, tidak terlalu berkeringat.

“Hey Jangmin! Apakah kau membawa handuk dan sabun?” Ia membalikkan badan dari konsentrasinya menatap pantulan diri.

Jangmin yang tengah menyapa teman-temannya itu menoleh pada sepupunya. “Tentu saja. Wae?”

“Aku berencana ke Paulo’s sesudah ini dan aku tentu tidak akan datang seperti ini.” Ilhae membiarkan Jangmin melihat dirinya dari atas sampai bawah.

“Paulo’s?”

“Tempat kerja temanku.”

Jangmin terdiam sejenak. “Ah.. Arra, aku akan mandi di rumah.”

Ilhae menerima handuk dan kotak sabun dari Jangmin lalu langsung berjalan lurus ke bilik kamar mandi.

Setengah jam kemudian Ilhae sudah bersih dan segar dengan wangi sabun Jangmin yang terlampau manis – berbeda dengan sabunnya yang berbau citrus. Ilhae yang sedang mengeringkan rambut panjangnya sekering mungkin mencari-cari sosok Jangmin.

Ke mana perginya yeoja itu?

Ilhae mengedikkan bahunya dan berjalan keluar ruang ganti, ia berharap bisa menemukan Jangmin diluar. Dan benar seperti perkiraannya Jangmin memang tidak berada di ruang ganti lagi, tapi yeoja itu kembali berada di ruang latihan. Ilhae berjalan mendekati ruangan tersebut dan mendapatkan pemandangan yang lebih akurat tentang gerombolan yeoja yang ia anggap sedang bergosip.

Rupanya dibalik sekerumun yeoja tersebut tersembunyi sosok Kai yang ternyata memiliki banyak penggemar.

“Cih.. Ya! Geum Jangmin, gomawo handuk dan sabunnya. Aku pergi dulu. Annyeong!” Ilhae menepuk pundak Jangmin sebelum pergi.

*-*-*

Ilhae melirik jam yang tertera pada layar ponselnya. 45 menit lagi shift seorang Jung Rein akan dimulai tapi ia tidak menemukan keberadaan yeoja itu dari luar Paulo’s. Ilhae mengernyit sekali lagi karena ponselnya tak kunjung menerima balasan pesan dari Rein. Tanpa mengalihkan pandangannya Ilhae berjalan lurus dan tangannya terulur hendak membuka pintu, tetapi tangannya malah bersentuhan dengan tangan yang hangat. Hal tersebut membuat Ilhae mendongak dan menahan nafasnya. Kenapa dari semua orang yang ada di muka bumi, ia harus bersinggungan dengan Kai?! Dan astaga, bukankah terakhir kali ia melihat Kai adalah ketika dia dikerubungi oleh yeoja- yeoja fansnya? Ckk.. Kenapa dia sudah ada di sini lagi?

Sejenak mereka berpandangan sedetik kemudian Kai mengalihkan pandangannya dan berjalan memasuki Paulo’s. Ilhae terdiam beberapa saat sampai sosok dengan punggung tegap itu menghilang, barulah ia menyusul masuk.

Sambil menunggu kedatangan Jung Rein, Ilhae membuka emailnya dan tersenyum lega karena Heseul telah mengirimkannya foto soal calculus dan ia bisa mengerjakannya tanpa harus pulang ke apartemen. Di bukannya buku serba guna bernama loose leaf itu dan pada lembar kosong mulai mengerjakan masalah terakhirnya.

“Ya! Ilhae-ya!” Ilhae memutar tubuhnya 180 derajat untuk menemukan wajah kesal Chanyeol menghadangnya.

“Mwo?!”

“Astaga galak sekali!”

Ilhae memutar bola matanya malas. Percaya padanya sebentar lagi Chanyeol akan menanyakan sesuatu tentang Rein.

“Apakah kau tahu sekarang Rein ada di mana?”

BINGO!

“Molla. Aku sudah mencoba menghubunginya, tapi hasilnya nihil! Ponselnya sepertinya mati.” Jawab Ilhae apa adanya sambil mengerucutkan bibirnya.

“Geurrae! Sekitar satu setengah jam yang lalu aku masih bisa menghubunginya. Yah well untuk sekedar menanyakan apa yang dia lakukan. Tapi setelah itu bagai hilang di tengah badai besar, ponsel Rein tidak bisa dihubungi.” Cara bicara Chanyeol benar- benar membuat Ilhae sebal. Melebih-lebihkan. Hiperbola.

“Lalu?”

“Yah, well. Aku hanya khawatir dan mencarinya di Paulo’s mengingat sekarang adalah shift kerja yeoja itu. Ah, apa yang kau lakukan disini?”

Ilhae masih mendengarkan penuturan Chanyeol tapi matanya telah terfokus ke sisi belakang Chanyeol. Tepatnya pada 2 sosok namja dan yeoja yang sedang berbincang- bincang dengan wajah ceria, dan juga… Mereka bergandengan tangan?!

WHAT THE-

“YEOL!!! Kau bisa mengantarku pulang sekarang?!” Ilhae panik untuk menyelamatkan situasi.

“Ya, ya! Wae?” Chanyeol tentu saja bisa merasakan sesuatu yang mencurigakan, lantas ia menoleh ke belakang.

Dan…. APA- APAAN INI?!

Dia baru saja menemukan Rein dan Sehun berjalan bersama- sama dan terlihat seperti orang yang baru selesai berkencan. Kedua makhluk itu masih belum menyadari keberadaan dirinya dan Ilhae.

Seakan-akan mereka terlalu terfokus dengan dunianya sendiri.

To Be Continue…


Don’t Bother Me I’m a Broken Heart Girl

$
0
0

Don’t Bother Me Because I’m a Broken Heart Girl

Author

Baekistagram

Cast

Baekhyun, Kim Hana, Oh Sehun, and Kim Heechul

Genre

Romance and little bit angst

Length One Shoot

Rated PG-15

Backsound Broken Hearted Girl – Beyonce

This story line is mine, please don’t copy paste

Fanfiction ini telah dipublish di twelveblossom.wordpress.com

***

“You’re the only one I wish I could forget, Byun Baekhyun.”

***

Hari ini, hari paling mengerikan sedunia. Hari paling berkabung sedunia. Hari paling menjengkelkan. Hari paling menyedihkan, bahkan lebih sedih daripada saat Hana kehilangan kucing kesayangannya. Di dunia Kim Hana, hari ini adalah kiamat.

Kiamat?

Yang benar saja, Hana berlebihan.

Sungguh, ini kiamat untuk Hana. Rasanya hati Hana sudah hilang dari tubuhnya menjadi serpihan kecil-kecil yang tidak dapat di lem lagi.

Itu fakta. Bukan hanya kalimat hiperbola. Percayalah.

Apa kalian ingin mengetahui bagaimana kisahnya?

Ingin tahu atau tidak, tetap akan diceritakan disini.

Baiklah, kita mulai saja—tapi harus dimulai darimana?

Bagaimana jika dimulai dengan pada suatu hari yang cerah?

Ide bagus. Mari kita mulai.

Bersiaplah!

Pada suatu hari yang cerah dan menyenangkan, semua cerita ini dimulai. Matahari begitu kuning, awan putih bergelombang membentuk tumpukan hati, dan pohon-pohon yang bergoyang melantunkan lagu cinta. Begitu sempurna untuk Hana.

Kim Hana seorang gadis yang tidak cukup tinggi untuk disamakan dengan model, memiliki rambut panjang lurus bewarna hitam, dan cantik. Gadis itu memakai dress pendek yang bisa mekar menggemaskan dengan warna biru muda. Sebenarnya, Hana tidak suka memakai rok, tapi kekasihnya suka. Hana tidak suka warna biru, tapi Baekhyun suka. Karena hari ini dirinya milik Baekhyun, gadis itu berpakaian seperti yang kekasihnya inginkan.

Setelah dua minggu tidak bertemu, kerinduannya pada Baekhyun menumpuk.

Hana sangat merindukan Baekhyun. Hari ini mereka akan bertemu. Hana dapat memeluk, mencium, dan bermanja-manja dengan Baekhyun sepuasnya.

Senyum tidak pernah lepas dari wajahnya hanya dengan membayangkan Baekhyun. Lalu sambil bersenandung riang Hana memasuki mobil, meluncur ke jalan yang akan menuntunnya menjumpai Baekhyun.

 

***

Hana berjalan cepat saat tiba di lobi apartemen daerah Apgujeong-dong. Kakinya melangkah riang gembira, tidak sabaran ingin segera sampai di apartemen nomer 2040.

Tidak lama kemudian.

Napasnya, berhembus cukup kencang dihadapkan pada pintu apartemen 2040. Di dalam sana ada Baekhyun, batin Hana senang. Setelah menekan intercom dan menyebutkan beberapa kata kunci bodoh yang diciptakan Oh Sehun, akhirnya pintu lebar itu terbuka.

Hana disambut dengan cengiran lebar Sehun, “Noona! Kau datang.” Sorak Sehun.

Gadis itu tersenyum sinis, “Ya, Oh Sehun berhenti memanggilku noona.” Ucap Hana galak, tidak terima. Sehun dan Hana seumuran, tapi pria itu terus saja memanggilnya noona.

Sehun cemberut lalu memiringkan kepalanya. “Untuk apa kau kesini?” Tanya Sehun muram.

“Berkencan dengan Jongdae oppa.”

“Jongdae hyung sedang ke Bei—tunggu, ya! Kau mau berselingkuh dengan Jongdae hyung? Baekki hyung bisa menangis semalaman. Seharusnya kau mencari Baekki.” Sehun memblokir jalan masuk ke apartemen yang merangkap menjadi dorm EXO.

Hana melipat tanganya di depan dada, mulai kesal. “Sehun berhenti bersikap menyebalkan. Aku mau masuk.”

Sehun menepuk dahinya, “Iya, masuklah. Aku lupa jika kau tadi ingin masuk.”

Hana memutar bola matanya pada Sehun, lalu membawa kakinya masuk.

Suasana dorm EXO sepi sekali, mungkin yang lain masih ada jadwal atau memang tidur seperti kuda nil. Hana meletakkan tas biru mudanya lalu duduk tanpa permisi di kursi depan televisi. Gadis itu sudah ratusan kali ke ruangan ini, entah dengan Baekhyun atau tanpa Baekhyun.

Mata Hana berkeliling, tidak ada tanda-tanda kekasihnya. Hanya ada suara berisik dari arah dapur dan Hana yakin itu bukan Baekhyun. Demi Tuhan, Baekhyun lebih baik menjauh dari dapur karena pria yang ia cintai itu pernah meledakkan dapur apartemen Hana.

Sembari duduk, menggoyangkan kaki, muncul pertanyaan di kepala Hana.

Kenapa Baekhyun tidak ada di dorm?

Apa dia ada jadwal? Bukannya, Baekhyun libur hari ini?

Apa Baekhyun melupakan janji bertemu mereka?

Apa Hana yang salah membaca jam, sehingga ia datang terlalu awal?

“Dimana Baekki?” Tanya Hana setelah Sehun duduk disebelahnya. Pria tinggi itu melanjutkan kegiatannya menghadap Macbook yang sempat tertunda karena kedatangan Hana.

Sehun menoleh gugup. Ia tampak berpikir keras untuk menjawab pertanyaan. Hana merasa ada asap di atas kepala Sehun. “Emm.. Baekki sedang pergi bersama.. bersama.. MANAJER HYUNG!”

Hana hampir melompat karena Sehun mengucapkan kalimat terakhirnya dengan berseru.

Sebelum Hana mengumpat ke arah Sehun, tiba-tiba muncul seseorang dari arah dapur.

“Sehun apa kau memanggilku?” Tanya Manajer hyung yang melongokkan kepala dari arah dapur dengan spatula di tangan dan clemek.

“Oppa dimana Baekhyun?” Tanya Hana pada Manajer hyung. Pria dewasa itu sedikit kaget ditodong pertanyaan oleh Hana. Akan tetapi, Manajer hyung lebih bisa mengendalikan sikap dan ekspresinya. Pria itu tersenyum lalu menjawab dengan suara halus, “Baekhyun sedang pergi sebentar. Tunggu saja, ia segera kembali.”

Baiklah, ini aneh.

Hana mulai merasa aneh. Sangat aneh.

Pertama, Baekhyun tidak pernah membuatnya menunggu.

Kedua, saat Baekhyun ada urusan dia selalu menghubungi Hana.

Ketiga, kedua pria yang sedang bersamanya sekarang bertingkah mencurigakan. Seperti saat Manajer Hyung dengan spatula yang masih terangkat dan membelalakkan mata berujar pada Sehun, “Tutup Macbook sialan itu sekarang juga!”

Lalu Manajer hyung mengeluarkan senyum canggung dan buru-buru kembali ke dapur saat Hana akan membuka mulut. Gadis itu sebenarnya hanya ingin menanyakan, ‘apa di kulkas ada es krim stroberi?’ Hana sangat haus.

Sehun belum sempat menutup Macbook-nya saat ponsel pria berambut coklat itu berdering. Sehun segera berlari ke kamarnya, menerima panggilan. Hana yakin, Sehun mendapatkan panggilan dari kekasihnya atau siapapun yang meluluhkan pria itu. Karena saat Hana menerima telepon dan semua lelehan kalimat cinta Baekhyun, gadis itu ingin menjauh dari orang lain. Ia ingin menikmati perasaan berbunga-bunga itu sendirian.

Hana meraih Macbook Sehun, gadis itu bosan setengah mati setelah mengirim belasan pesan kepada Baekhyun. Sudah tiga puluh menit ia duduk sendirian—Sehun belum juga keluar dari kamarnya. Halaman browser yang terakhir dibuka oleh Sehun masih terlihat.

Girls Generation Taeyeon and EXO Baekhyun Are Dating. Taeyeon have been dating for 4 months now in the utmost secrecy. It’s said the reporters from the media outlet first spotted them while EXO was practicing for their first concert. Taeyeon headed towards Baekhyun’s dorm and picked him up at a discreet location and enjoyed a date in the car. They also spotted the two on several dates including before the concert as well as after the concert on the 26th and on the 28th before Girls’ Generation’s leave for Japan. Baekhyun would also meet Taeyeon near her dorm as well.

Mata Hana melotot, berusaha menjelaskan pandangannya. Apa ia sedang berhalusinasi?

Mungkin delusi?

Gadis itu mengusap matanya, siapa tahu artikel itu akan menghilang setelahnya.

Tetapi tidak. Artikel mengerikan itu tetap ada di depan matanya. Menyedihkan.

Kumpulan artikel yang Hana baca seperti menjatuhkan bom-bom atom tepat di tubuhnya. Kata-kata yang tertulis di new media itu berubah menjadi pisau yang menghujam Hana. Foto Baekhyun dan Taeyeon di mobil putih seperti mengejek Hana, menyuruh gadis itu untuk menenggelamkan diri ke laut. Hana sangat yakin itu Baekhyun. Baju yang dipakai Baekhyun di foto itu adalah hadiah Natal dari Hana. Baju yang seharusnya dipakai untuk berkencan dengannya, bukan dengan gadis lain.

Kaku.

Hana seperti baru saja dijatuhkan dari balkon apartemen.

Satu detik

Sepuluh detik.

Satu menit.

Satu tetes airmata, dua tetes, dan tetesan berikutnya.

Hana tersenyum merasakan asin airmata yang jatuh mengalir ke bibirnya.

Gadis itu mulai tertawa, merasakan airmatanya mengalir.

“Kenapa aku menangis?” Tanya Hana pada dirinya sendiri di tengah tawanya. Gadis itu tidak tahu mengapa ia tertawa. Ini tidak lucu, sama sekali tidak lucu, sangat tidak lucu.

Baekhyun, miliknya berkencan dengan Taeyeon?

Taeyeon, sepupu Hana? Tidak mungkin.

Ini pasti berita bohong. Memang bohong. Baekhyun sudah berkencan dengan Hana selama satu tahu. Seharusnya, Hana tidak perlu merasa sakit. Tapi, masalah hati memang paling egois. Gadis itu tidak akan mau seumur hidupnya membagi Baekhyun untuk siapapun.

Bagaimana jika artikel itu benar? Mereka berkencan dibalik punggung Hana? Begitu?

Menyakitkan. Lebih menyakitkan jika dikaitkan kembali pada kata-kata Baekhyun yang memang sangat mengagumi Taeyeon. Taeyeon noona sangat cantik. Aku rasa hanya laki-laki super beruntung yang dapat menjadi kekasihnya.

Hana benci artikel itu.

Hana membenci artikel itu karena mereka muncul saat Baekhyun dan dirinya sudah menjadi kekasih.

Bahkan saat Baekhyun belum mengatakan aku mencintaimu pada Hana satu tahun yang lalu, berita ini tidak boleh muncul. Hana selalu mencintai Baekhyun sebelum atau sesudah. Di awal atau di akhir, ia sangat mencintainya. Sungguh.

“Kim Hana, tunggu. Dengarkan!”

Hana bisa mendengar teriakan dari Sehun dan Manajer hyung, berusaha mengejarnya. Mereka panik setengah mati saat melihat Hana membaca Macbook Sehun dan melihat gadis itu menangis. Hana berlari pergi dari dorm terkutuk itu. Ia berjanji untuk tidak datang lagi kesana, walaupun Baekhyun berlutut di hadapannya.

Terlanjur sakit hati.

Hari paling bahagianya rusak total.

Hari cerianya tidak bisa direparasi lagi.

Sudah rusak seperti hatinya sekarang, menjadi serpihan kecil-kecil seperti gelas kaca yang jatuh dari lantai dua puluh.

Rusak. Rusak. Rusak. Patah berkeping-keping.

***

The two showed their interest in each other towards the latter half of last year, and started to date officially this February. Cuplikan kalimat yang tertulis di artikel tadi masih melekat jelas. Seolah-olah seperti dengungan nyamuk yang mengganggu. Hana hampir saja menangis berguling-guling sangking kesalnya dengan semua pikiran bahwa Baekhyun berselingkuh, Baekhyun berkencan di mobil bersama Taeyeon, dan mereka berbagi ciuman.

Kekesalan gadis itu semakin bertambah, saat melihat mobil Baekhyun yang terparkir di dekat mobilnya. Pemilik mobil itu sudah tidak ada disana. Dari kejauhan Hana bisa melihat punggung Baekhyun bersama seorang gadis, menuju lobi.

Siapa gadis itu?

Mengapa mereka bersama?

Apa yang mereka lakukan?

Banyak sekali pertanyaan. Ada berjuta-juta, Hana hampir meledak.

Pertanyaan Hana terjawab saat gadis yang bersama Baekhyun, mengacak-acak rambut pria itu. Asal kalian tahu, di dunia Baekhyun. Hanya tiga orang yang diijinkan mengacak-acak rambutnya. Pertama, ibu Baekhyun. Kedua, Kim Hana. Ketiga Kim Taeyeon.

Mari kita coret ibu Baekhyun dari dugaan bahwa gadis itu dia. Mari kita coret juga, Kim Hana dalam daftar karena jelas bukan Hana yang berada di samping Baekhyun. Satu-satunya jawaban yang tersisa adalah Kim Taeyeon.

Gadis yang sekarang mengacak-acak kepala Bakhyun adalah Kim Taeyeon.

Kepala Hana sangat pusing melihat mereka. Dulu, kedekatan Baekhyun dan Taeyeon hanya dianggap sebagai lelucon oleh Hana. Sekarang?

Ugh, perasaan Hana seperti diremas. Sesak. Sakit. Marah.

Perasaan menyebalkan itu mebuat Hana nekat. Gadis itu memiliki fantasi liar ingin memecahkan kaca mobil Baekhyun yang sekarang berada dihadapannya. Hana sudah melepas sepatu, hendak melepar ke arah kaca. Tapi, bayangan Baekhyun yang senang setengah mati saat ia berhasil membeli mobil dengan jerih payahnya sendiri, membuat Hana mengurungkan niat. Hana juga tidak mau diusir dan masuk daftar hitam oleh petugas keamanan apartemen ini karena melakukan tindakan kriminal.

Lebih baik Hana pergi. Berjalan-jalan dengan gejolak rasa marah sangat tidak tepat. Gadis itu tidak ingin merusak perabotan lalu dituduh gila.

Lagi pula, Hana tidak ingin ketahuan sedang mengawasi mereka.

Hana cepat-cepat masuk ke dalam mobilnya saat Baekhyun menerima telepon. Pria itu tampak panik setelah menutup teleponnya. Pandangan Baekhyun langsung menghujani seluruh area parkir dan menatap lurus ke mobil Hana. Taeyeon tampak menunjuk-nunjuk mobil Hana.

Menyadari Hana ada disana Baekhyun berlari, berusaha mengejar. Tetapi, terlambat. Hana menjalankan mobilnya, tanpa menoleh.

Susana hati Hana terlalu buruk untuk berbicara dengan kedua monster itu. Hana butuh pil lupa ingatan atau obat apapun yang bisa membuatnya lupa tentang hari ini. Melupakan tentang Baekhyun juga.

***

Ponsel Baekhyun berdering.

“Hyung segera putar tubuhmu. Cepat, lihat ke arah mobil Hana.” Suara Sehun terdengar panik, bahkan maknae-nya itu tidak berbasa-basi dengan mengucapkan kata halo.

“Ada ap—?

“Cepat, bodoh! Dia membaca beritamu dengan Taeyeon noona.”

“Berita sialan itu keluar hari ini?” Baekhyun berteriak frustasi. Tanpa menunggu kata bodoh untuk yang kedua kalinya dari Sehun, pria itu segera berbalik ke arah mobil Hana yang terparkir di samping mobilnya.

Tidak tahu sedari kapan gadis itu sudah berada di dalam mobil. Suara mesin menyala terdengar. Baekhyun berlari, mengejar. Tetapi mobil itu sudah berbelok, melaju kencang tanpa menghiraukannya.

“Sial.” Umpat Baekhyun.

***

Baekhyun mengeratkan jaket. Membenarkan kacamata dan topi hitamnya yang menutupi setengah wajah. Langkahnya terburu-buru. Ini sudah tiga hari sejak Hana marah padanya. Andai saja, semua konser itu tidak menjerat. Pasti Baekhyun akan berlari ke apartemen Hana, mendobrak pintu abu-abu itu lalu menjelaskan semuanya. Pesan singkat dan panggilan darinya tidak pernah sampai kepada Hana. Baekhyun rasa, gadis itu mematikan atau membuang ke tempat sampah ponselnya. Mengingat, ponsel Hana adalah hadiah dari Baekhyun.

Masa bodoh dengan penolakan Hana nanti. Baekhyun sudah tidak tahan. Ia terlalu rindu. Terlalu kosong tanpa Hana. Baekhyun kabur dari dorm saat latihan untuk konser-konser berikutnya. Lagi pula, otak dan perasaannya sudah enggan berlatih. Dalam pikiran itu hanya ada Kim Hana, Kim Hana, dan Kim Hana.

Ia harus menyelesaikan dan menjelaskan. Sebelum dirinya benar-benar gila.

Baekhyun sampai di depan pintu apartemen Hana.

Pria itu mencoba berkali-kali kode kunci pintu apartemen kekasihnya, tetapi tidak berhasil. Baekhyun hafal di luar kepala karena sudah ratusan kali memasuki apartemen Hana. Ditmabah lagi, kode kunci apartemen Hana adalah hari ulang tahun Baekhyun.

Tanggannya terus saja menekan-nekan tombol, hingga berhenti pada percobaan kesepuluh. Berhenti sebelum pintu itu benar-benar terblokir.

Apa sudah diganti?

Apa gadisnya benar-benar marah?

Baekhyun terus berpikir, tetapi otaknya benar-benar buntu sekarang. Ia tidak akan menyerah hanya karena pintu yang tidak bisa terbuka.

Sempat terlintas untuk mendobrak pintu. Tapi Niat itu diurungkan, setelah menyadari bahwa dirinya bukan Sunggoku yang bisa kameha-meha.

Ia butuh cara yang lebih masuk akal.

Baekhyun menggedor pintu besi perkasa dihadapannya. Setelah percobaan ketiga, pria itu berhenti. Seharusnya, Baekhyun bicara lewat intercom bukan malah berpikir untuk mendobrak atau mengedor pintu yang jelas berakhir sia-sia.

Baekhyun sudah berkali-kali menekan bel dan intercom yang ada dihadapannya. Tapi, sia-sia tidak ada jawaban.

Kemana Hana? Apa kekasihnya baik-baik saja? Tentu tidak baik-baik saja, Byun Baekhyun jika ia baik, Hana tidak perlu mengacuhkannya.

Akhirnya Baekhyun memutuskan untuk menunggu. Ia duduk bersenden di depan pintu. Sampai kapanpun Baekhyun tidak akan pergi dari sana sebelum Hana membuka pintu. Dasar Baekhyun tidak bisa diam, setiap dua menit sekali Baekhyun menekan bel apartemen Hana. Pikirannya terlalu kacau untuk hanya duduk diam.

Bel pertama.

Bel kelima… enam…

Bel kesepuluh.. lima belas.

Bel ke dua puluh dan… pintu terbuka.

Ekspresi Baekhyun langsung saja berubah cerah. Wajahnya yang tertekuk berlipat-lipat kembali lurus. Tapi, ekspektasinya salah. Dari apartemen itu tidak keluar sosok Hana yang cantik, malah seorang pria yang wajahnya mirip sekali dengan Hana.

Pria lain itu berkacak pinggang. Memasang ekspresi galak, duplikat Hana.

“Ya! Byun Baekhyun kau tahu sekarang jam berapa? Kau ini berisik sekali! Mau apa kau kesini sekarang? Tidak menunggu seratus tahun lagi? Tidak mau menunggu adik ku mati dulu baru mau menjelaskan, skandal bodoh kalian itu! Pria pengecut macam apa kau ini, untung Hana tidak apa-apa. Aku sudah menjelaskannya tapi dia tetap menangis. Kau ini ben—.” Sembur Heechul, kakak laki-laki Hana.

“Hyung—.” Baekhyun memotong ucapan Heechul.

“Jangan memotong ucapanku. Cepat masuk wajahmu juga tidak kalah berantakan dengan Hana. Kalian perlu mendirikan perkumpulan orang-orang patah hati.” Cela Heechul, pria cantik itu mengenakan jaket, memberi jalan untuk Baekhyun.

“Hyung akan pergi kemana?”

“Tentu saja pulang ke dorm, sudah dua hari aku merawatnya. Dia demam, gadis bodoh itu minum soju tiga kelas dan langsung demam. Benar-benar payah. Kau mengencani gadis yang payah, Baekki-ya. Aku pergi dulu, jaga Hana. Oh ya, Hana sedang pura-pura tidur karena tahu kau datang. Sampai jumpa.” Kata Heechul panjang lebar, lalu segera pergi meninggalkan Baekhyun yang masih berusaha mencerna kalimat Heechul.

Baekhyun menatap kekasihnya yang sedang tertidur—berpura-pura tidur. Berantakan, sangat berantakan. Mata Hana tampak bengkak, entah sudah berapa lama gadis itu menangis. Rambutnya awut-awutan. Ada kain tipis di dahi Hana, kompres. Baekhyun menggunakan tangannya untuk menyentuh pipi Hana. Demam.

“Maaf, seharusnya aku datang lebih awal.” Ucap Baekhyun lalu duduk di sisi tempat tidur. Hana kaku tidak bergerak. Jantungnya mulai gila.

“Maaf karena aku membuatmu menangis.” Kata Baekhyun lalu, mencium dahi Hana, menggantikan kain kompres.

“Maaf karena aku membuat matamu bengkak seperti ini.” Ucap Baekhyun, mencium lembut bergantian mata Hana.

“Maaf karena aku terlambat memberitahumu tentang artikel itu.” Kata Baekhyun mengusap pipi Hana, lalu mencium pipi kiri kekasihnya. Eluh airmata Hana jatuh. Baekhyun mencium tempat airmata kekasihnya yang mengalir.

“Maaf karena aku menjadi terlalu pengecut untuk mengatakan tentang rencana perusahaan mengatur berita kencanku di media. Aku hanya ingin menutup mata dan telingamu, menjauhkanmu dari berita bodoh itu Hana. Maafkan aku.” Bisik Baekhyun di ujung bibir Hana. Pria itu tidak akan menautkan bibir mereka sebelum Hana memaafkannya. Dada Baekhyun sesak, melihat keadaan kekasihnya. Gadis yang menjadi energi dari seluruh kelangsungan dunia Baekhyun. Dan dengan kebodohan Baekhyun, gadis itu malah menderita. “You are still the one that’s in my heart, so if you’re hurting, I’m too. Open your eyes baby, please.” Baekhyun kembali berbisik.

Tidak ada respon.

Baekhyun kembali menghujani wajah Hana dengan kecupan lembut pada dahi, mata, dan pipi.

Lelehan kalimat cinta terucap dari bibir Baekhyun. Sangat manis. Sangat tulus. Sangat memabukkan.

Akhirnya, Hana membuka mata. Ia terenyuh,.. tapi, hatinya masih tidak terima. Hana mendorong tubuh Baekhyun yang memiliki jarak sangat dekat dengan tubuhnya. Gadis itu duduk lalu dengan kasar menghapus airmata yang mengalir kembali.

“Maaf Hana, aku mencintaimu.” Sela Baekhyun, tangan pria itu menghentikan tangan Hana yang sedang menghapus aliran airmata.

Hana menepis tangan Baekhyun, “Aku membencimu Baekhyun. Aku tidak ingin melihatmu. Napasku sesak saat aku memikirkanmu. Kau menyakitiku. Tapi, aku merindukanmu. Aku mencintaimu.” Hana menyelesaikan kalimatnya dengan isakan keras. Ini memalukan.

“Aku lebih mencintaimu Hana. Sangat mencintaimu. Dengarkan aku, semua berita itu rekayasa. Kau mengerti. Aku tidak mungkin bisa berkemcan dengan gadis lain. Tidak mungkin sanggup, mencintai gadis lain.” Baekhyun menelungkup wajah Hana dengan kedua tangannya.

Hana memberontak ia menarik, kaos lengan panjang garis-garis biru yang dipakai Baekhyun sekarang. “Apa kau hanya punya satu baju di lemarimu? Kenapa kau juga memakai baju ini saat mengambil foto dengan Taeyeon eonni? Itu hadiah Natal dariku. Seharusnya, baju ini kau pakai saat berkencan dengan ku. Aku cemburu.”

Baekhyun tercengang. Baju? Apa kekasihnya baru saja berkata jika ia marah pada Baekhyun karena baju garis-garis biru?

“Maaf, baby. Ini baju favoritku dan—.”

“Aku tidak ingin mendengarakan penjelasanmu. Aku sudah kenyang diberikan penjelasan panjang lebar oleh Heechul oppa. Dia sangat cerewet. Tapi, aku masih marah padamu.” Hana mengucapkan kalimat itu dengan cemberut.

Baekhyun menyeret Hana ke dalam pelukannya. Gadis itu melawan tetapi tidak seheboh tadi. “Kau marah padaku karena artikel sialan itu?”

“Tidak.”

“Lalu?”

“Aku marah padamu karena tiga alasan.”

Baekhyun mengeratkan pelukannya. Pria itu menghirup wangi rambut Hana, mengelus punggung kekasihnya.

Hana berhenti menagis lalu tertawa kecil. “Padahal aku tidak ingin menangis saat bertemu denganmu, tapi aku tidak tahu kenapa aku menangis. Mungkin karena terlalu rindu.”

“Aku juga merindukanmu. Mau menjelaskan, alasan mengapa kau marah? Selain karena artikel itu.”

Baekhyun membaringkan tubuhnya di tempat tidur dengan Hana yang masih dipelukannya. “Pertama karena kau tidak memberitahuku tentang artikel itu.” Ucap Hana teredam karena dia sekarang sudah tenggelam dalam lengan kekasihnya.

“Kedua?” Tanya Baekhyun sambil memindah posisinya yang semula di samping Hana, menjadi menindih Hana agar dapat menerka dengan jelas ekspresi kekasihnya.

“Kedua kau terlambat menjelaskan dan membiarkan aku selama tiga hari mendapat hujanan penjelasan dari Heechul oppa yang sangat cerewet.” Jawab Hana, tangan gadis itu menyentuh wajah Baekhyun.

“Ketiga?” Pria itu bertanya, meredam wajahnya ke leher Hana dan mengecupinya.

“Ketiga karena kau memakai baju hadiah Natal dariku saat mengambil foto skandal.”

“Maafkan aku. ” Kata Baekhyun memelas.

“Tidak segampang itu,” tolak Hana, menolehkan wajahnya dari tatapan memohon Baekhyun. Kekasihnya sangat tampan malam ini dan pesonanya membuatnya pusing, demi semua kucing Hana.

“Aku harus bagaimana? Agar kau mau memaafkanku, hm?” Tanya Baekhyun. Hidung Baekhyun bergesekan dengan hidung kekasihnya.

“Lepaskan bajumu.”

Baekhyun mengerutkan dahi. “Apa?”

Hana mengedikkan bahu. “Lepaskan bajumu dan menyingkir dari atas tubuhku.” Perintah Hana tegas.

Baekhyun menurut. Ia melepaskan bajunya lalu memberikan kepada Hana. Gadis itu beranjak dari tempat tidurn menuju arah balkon apartemen. Baekhyun yang bingung hanya mengekori Hana.

Sesampainya di balkon, Hana memandang lurus langit malam. Sesekali menatap baju Baekhyun yang ada di tangannya.

“Baju sialan pergi kau dari hidupku.” Seru Hana. Gadis itu melempar baju garis-garis biru Baekhyun dengan semangat. Baju itu hilang, jatuh dari balkon bersamaan dengan rasa marah Hana. Gadis itu merasa lebih ringan, setelah melakukan hal konyol itu.

“Aku memaafkanmu.” Ucap Hana lembut tanpa berbalik. Ia tahu Baekhyun ada di belakangnya.

Baekhyun kebingungan. Melihat tingkah kekasihnya.

Tetapi, Baekhyun tidak peduli. Selama gadis itu masih bernapas, mencitainya, dan berceloteh galak seperti biasa, Baekhyun tidak akan mengeluh. Baekhyun mencintai tingkah konyol Hana untuk berjuta-juta hari ke depan.

Saranghae, Kim Hana.” Bisik Baekhyun tepat di telinga Hana, kedua tangan pria itu memeluk Hana dari belakang. Mendekapnya dan berjanji untuk tidak akan berbuat bodoh, membuat gadis kesayangannya menangis.

“Kenapa tidak menjawabku?” Tanya Baekhyun.

Bukan maksud Hana tidak ingin menjawab, tetapi gadis itu terlalu sibuk mengatur napasnya saat Baekhyun memeluknya. Ditambah lagi, pria itu sekarang mengecup lehernya berkali-kali. Hana harus berpegangan pada besi pembatas balkon untuk tidak melorot jatuh.

Setengah mengumpulkan kesadarannya Hana berucap galak, “Lebih baik sekarang kau menindihku di ranjang dan berciuman. Daripada kau menciumi leherku lalu aku melorot jatuh dari balkon. Itu akan memalukan.”

Baekhyun segera menggendong Hana, “Baiklah, baiklah!”

But let me just say.

I don’t want to love you in no kind of way.

No..No I don’t want a broken hearted girl.

-FIN-

NB: Saya masih sangat patah hati mendengar berita Baekhyun-Taeyeon. Daripada curhat enggak jelas akhirnya bikin Fanfiction ini. Maafkan saya. T.T


Viewing all 4828 articles
Browse latest View live