Quantcast
Channel: EXO Fanfiction
Viewing all 4828 articles
Browse latest View live

Ugly (Chapter 7)

$
0
0

Title       : Ugly (Chapter 7)

Author  : Annabeth

Genre   : School life, Fluff, Romance, Trainee life

Length  : Chaptered

Rating   : PG-13

Cast       : Han Ahreum (OC), Kim Jongin (EXO), and others

***

(Author POV)

“Ya, Ahreum-ah!”

Seharusnya pagi ini Ahreum duduk tenang di bangkunya sambil membaca buku. Itu hanya ‘seharusnya’, tapi tidak dengan sekarang.

Saat Jongin datang memasuki kelas, nama Ahreumlah yang langsung dipanggilnya. Ahreum pun terkejut. Yang menjadi masalah adalah, Jongin barusan memanggil dengan banmal (informal)!

Tak hanya Ahreum, bahkan hampir satu kelas juga tercengang. Seorang Jongin? Baru saja memanggil Ahreum dengan banmal? Maldo andwae!

“Ne?” Ahreum merasa heran.

Jongin menaruh tas di bangkunya. Karena tempat duduknya terletak di serong kiri tempat duduk Ahreum, maka jarak mereka tidak jauh.

“Pr matematikamu sudah selesai semua?” Jongin bertanya.

“Eum.” Ahreum mengangguk.

“Aku sudah menyelesaikan prku, tapi aku tidak tahu jawabanku benar atau tidak. Karena itu, aku pinjam pr mu sebentar. Aku ingin mencocokkan jawabanku dengan jawabanmu.” ucap Jongin sambil menunjukkan buku matematika pada Ahreum.

“Oh, baiklah.” Ahreum juga mengeluarkan buku matematikanya.

Ahreum dan Jongin saling mengecek jawaban mereka. Dari 6 soal, ternyata Jongin salah satu. Jongin pun meminta bantuan Ahreum untuk menemukan jawaban yang benar.

“Pertama-tama pakai rumus yang di halaman 51. Lalu setelah itu dikurangi dengan yang ini karena sudah diketahui sebelumnya.” jelas Ahreum.

Jongin membenarkan yang salah dengan instruksi Ahreum. Setelah dijelaskan, Jongin menuliskan jawaban yang seharusnya.

Melihat kedekatan Jongin dan Ahreum, semua murid di kelas -khususnya para yeoja- merasa kesal.

“Apa-apaan si culun itu dekat-dekat ke Jongin?!”

“Idih! Dia menggunakan kepintarannya untuk menggoda Jongin!”

“Cih! Dasar orang rendahan!”

Meski letak yeoja-yeoja itu jauh dari Ahreum, tapi Ahreum dapat mendengarnya. Mungkin Jongin tidak mendengarnya karena masih fokus membenarkan jawabannya yang salah. Merasa tak enak, Ahreum pun berkata pada Jongin.

“Ya, Jongin. Bukannya aku ingin mengusirmu, tapi… mungkin lebih baik kau pergi. Kalau kau disini terus, kau nanti digosipi yang tidak-tidak oleh mereka.” ‘mereka’ disini adalah para yeoja yang tadi membicarakan Ahreum.

“Memangnya kenapa?”

“Eum, kau tahu sediri aku bagaimana. Nanti kalau kau dekat-dekat denganku, reputasimu bisa menjadi buruk.” Ucap Ahreum khawatir.

“Apa hubungannya reputasi dan kalau aku dekat-dekat denganmu?” tanya Jongin dengan tampang polosnya.

“Maksudku….”

“Ya Jongin-ah! Kenapa kau dekat-dekat dengan dia?!”

Omongan Ahreum terpotong oleh seruan Jaekyung. Tidak seperti yeoja-yeoja lain yang hanya berbicara pelan, Jaekyung blak-blakan menyuarkan keprotesannya atas kedekatan Jongin dan Ahreum.

“Apa urusanmu? Dia kan temanku, kenapa aku tidak boleh dekat-dekat dengannya?” Jongin membalas Jaekyung, lantas Jaekyung memebelalakkan matanya.

“Mwo?! Kau berteman dengannya? Kenapa bisa?!” Jaekyung tak percaya.

“Apa salahnya kalau aku berteman dengan orang pintar? Kalau ada yang tidak aku mengerti aku bisa bertanya padanya.” Berbeda dengan Jaekyung, Jongin menanggapi hal itu dengan santai.

“Tapi… Kenapa harus dia? Kau kan bisa berteman dengan orang lain, dengan Hyunshik misalnya. Dia kan juga pintar!”

“Terserah aku lah! Sudahlah, ini bukan urusanmu. Lebih baik kau pergi sekarang.”

Sekali lagi Jaekyung membelalakan matanya tidak percaya. Seorang Jongin baru saja mengusirnya? Tidak pernah ada satu namja pun yang pernah mengusirnya!

“Issshhh!!!!” geram Jaekyung. Dia mengepalkan tangannya kuat dan rasanya ingin sekali dia memukul Ahreum. Ayolah! Selama ini Jaekyung berusaha untuk menarik perhatian Jongin, tapi dengan mudahnya Jongin mau berteman dengan Ahreum. Sihir apa yang dipakai Ahreum, eoh?

Jaekyung meninggalkan Ahreum dan Jongin sambil menghentakkan kakinya. Saat ini Jaekyung merasa harga dirinya direndahkan!

“Cheh.” Jongin menanggapi Jaekyung singkat.

Sementara itu, Ahreum terdiam. Dia sedang memikirkan sesuatu.

Jongin baru saja membelaku?

***

Sekarang adalah waktu istirahat karena tadi bel sudah berbunyi. Seperti kebanyakan murid yang lain, Ahreum juga pergi ke kantin.

Saat ini Jongin sedang berkumpul dengan teman-temannya, karena itu Ahreum memutuskan untuk makan sendiri saja. Ahreum pun duduk di salah satu meja kantin. Meski sendirian, Ahreum tidak merasa kesepian. Dia sudah biasa akan hal itu.

 Ahreum memakan roti yang tadi dia beli. Sebelumnya dia sudah sarapan, jadi hanya dengan memakan roti saja juga sudah cukup. Sekotak susu juga melengkapi roti yang di makan Ahreum.

Roti dan susu mengingatkannya akan kejadian hari minggu yang lalu. Ahreum ingat betul kemarin dia dan Jongin makan roti bersama. Apa lagi saat Jongin makan dengan belepotan. Sebenarnya Ahreum juga tak percaya kalau dia berani mengusapkan tisu ke bibir Jongin.

Mengingat kembali hal itu, Ahreum tersenyum. Moment itu sangat berarti baginya!

“Ehem… Ada yang sedang bahagia nih…”

Ahreum tersentak kaget dan mendongak. Dia menemukan Jaekyung beserta dengan kedua temannya datang mendekat ke arahnya. Ekspresi Ahreum pun berubah menjadi datar ketika Jaekyung sudah berdiri di dekatnya.

“Bagaimana rasanya bisa berdekatan dengan Jongin, eoh? Kau bahagia kan?” nada Jaekyung terdengar menyindir.

Ahreum hanya diam tak bergeming menanggapi ucapan Jaekyung. Menurutnya tidak penting menghiraukan Jaekyung.

“Ya!” Jaekyung menatap Ahreum dengan tajam. “Jongin tidak benar-benar mau berteman denganmu. Dia hanya memanfaatkan kepintaranmu saja, jadi kau jangan mengharap lebih pada Jongin! Jongin hanya MEMANFAATKANMU! Camkan itu!” Jaekyung menekankan ucapannya saat berkata ‘memanfaatkanmu’.

“Ne.” Jawab Ahreum singkat. Sangat singkat malah.

“Hanya itu?” Jaekyung merasa kurang puas dengan jawaban Ahreum rupanya.

 Ahreum mengangguk sembari menggigit roti yang dipegangnya dan mengunyahnya perlahan.

Amarah Jaekyung sudah sampai di ujung kepala dan itu karena Ahreum terlihat tak menghiraukan semua yang diucapkan Jaekyung. Asal kalian tahu, Jaekyung paling benci diabaikan!

Dengan kasar Jaekyung menyambar roti yang dipegang Ahreum dan membuangnya ke tempat sampah.

“Kau tahu roti itu masih banyak, kenapa kau malah membuangnya? Kau tidak pernah diajarkan oleh orangtuamu, hah? Kau cantik dan kaya raya, tapi sayang atittude mu buruk.” Ahreum memang berkata dengan volume rendah, tapi Jaekyung merasa kalau Ahreum tengah meremehkannya.

PLAK!

Jaekyung menampar pipi Ahreum yang kini memerah akibat tamparannya. Suara yang ditimbulkan dari tamparan itu menggema di seluruh kantin dan menyebabkan semua orang dikantin menjadi beralih ke sumber suara. Sebenarnya sebelum Jaekyung menampar Ahreum pun juga banyak orang yang sudah memperhatikan mereka berdua.

“Berani-beraninya kau berkata begitu! Kau pikir kau siapa, eoh? Kau bukan siapa-siapa disini! bahkan cleaning service saja jauh lebih berarti dari dirimu! Asal kau tahu, kau bisa masuk di sini itu hanya karna belas kasihan kepala sekolah saja!”

Ahreum menoleh dan membalas tatapan tajam Jaekyung. Jujur saja, Ahreum tidak merasa terintimidasi dengan tatapan tajam ataupun kata-kata pedas Jaekyung, Ahreum sudah biasa diperlakukan seperti itu oleh Jaekyung. Dia sudah bosan dengan semua bully-an yang Jaekyung lakukan terhadapnya. Sebenarnya Ahreum ingin memukul ataupun menjambak rambut Jaekyung, tapi sayang Ahreum tidak punya keberanian karena menurutnya dia akan membangunkan singa tidur kalau dia sampai berani melakukannya.

“Kau benar, aku bukan siapa-siapa disini. Tapi setidaknya aku bisa masih bisa bersyukur atas apa yang telah kumiliki. Kau mungkin bisa membuang roti yang baru dimakan 3 gigitan dengan mudah karena kau orang kaya. Kau tidak tahu bagaimana susahnya mencari uang.”

“Itu karena aku bukan orang miskin sepertimu! Jujur saja, menurutku kau itu tak ada bedanya dengan pengemis yang suka ada di lampu merah. Roti murah saja kau sayangkan. Kau kan masih bisa membelinya lagi. Oh iya, aku lupa! Kau kan miskin, pantas saja kau marah! Kau tidak mampu membeli roti yang baru, kan? Bisa kupastikan kau akan kelaparan nanti karena….”

“Ahreum-ah!!!”

Ada orang lain yang berseru sehingga kalimat yang diucapkan Jaekyung menjadi terpotong.

Dari kejauhan ada dua orang yeoja yang datang mendatangi meja Ahreum. Ahreum mengenal kedua yeoja itu karena mereka berdua adalah teman sekelas Ahreum. Kalau tidak salah namanya adalah Moon Hyeonjoo dan Im Seorin.

Hyeonjoo menarik kursi tepat di depan Ahreum sementara Seorin duduk di sebelah kanan Ahreum. Hyeonjoo tampak membuka kotak bekal di bawanya. Didalamnya terdapat 4 potong sandwich.

“Eommaku pagi ini membuat sandwich. Ayo kita makan bersama!” seru Hyeonjoo menawarkan sandwich yang dibawanya pada Ahreum. Seorin langsung mengambil sepotong sandwich dari tempat makan Hyunjoo.

“Whoa! Jinjja mashitta Hyeonjoo ah!” Seorin yang sudah mencicipi sandwich tersebut berujar.

“Tentu saja enak, kan eommaku yang membuatnya! Ahreum juga. Ambillah!” beralih pada Seorin, kini Hyeonjoo menawarkan sandwichnya pada Ahreum.

Ahreum sebenarnya bingung dengan situasi tersebut, tapi karena Hyeonjoo sudah menawarkan sandwich padanya, maka Ahreum mengambil satu potong lalu memakannya.

“Bagaimana? Enak, kan?!” tanya Hyeonjoo antusias.

Ahreum tak bisa menjawab karena mulutnya sedang mengunyah sandwich. Ahreum pun mengangguk sambil tersenyum kecil.

“Eommaku memang jago memasak! Lain kali aku akan membawa lebih banyak.” Hyeonjoo pun berkata setelah menyantap sandwichnya.

Sementara Jaekyung, dia hanya diam melongo melihat kegita orang di depannya. Jadi Jaekyung berdiri disitu hanya untuk melihat kegitanya makan menikmati sandwich gitu?

“Ah! Aku hampir lupa. Eommaku juga membawakan saus sachet karena aku suka makanan pedas. Kalian mau saus?” Tawar Hyeonjoo. Seorin mengangguk mengiyakan sementara Ahreum masih dengan posisinya, diam.

“Oke, sebentar kubukakan dulu bungkusnya.” Hyeonjoo membuka bungkus saus sachet tersebut. Setelah terbuka, Hyeonjoo meraih sandwich dengan tangan kanannya. Hyeonjoo menekan saus sachet dengan tangan kirinya agar isinya keluar.

Karena Hyeonjoo menekannya terlalu kuat, sausnya pun muncrat dan tak sengaja -atau malah sengaja?- mengenai blazer Jaekyung yang memang sedang berdiri di dekat mereka.

“Haa!” teriak Jaekyung tertahan.

“Oops, aku tak sengaja! Aku tidak ingat kalau ada kau. Lagipula… Kenapa kau masih disini? kau sudah tidak ada urusan dengan Ahreum kan?” oh, Hyeonjoo berani sekali!

“Mwo?! Tak sengaja kau bilang?”

“Ya, aku tak sengaja. Karena itu… pergilah! Apa kau masih mau kena cipratan saus lagi?” terang Hyeonjoo tanpa ada rasa segan.

“Isshhh!!! Kalian semua! Lihat saja nanti!” dengan kesal dan menghentakkan kaki, Jaekyung melengos pergi. Ini sudah kedua kalinya dalam sehari Jaekyung merasa direndahkan. Dan parahnya, Jaekyung direndahkan oleh orang yang tidak ada apa-apanya kalau dibandingkan dengannya!

Jaekyung sudah pergi, Ahreum pun membuka mulutnya.

“Terima kasih kalian sudah membelaku. Aku tahu kalian berdua bersimpati padaku.”

“Ani. Kami tidak bersimpati padamu.” sela Hyeonjoo.

“Apa yang dikatakan Hyeonjoo benar, Ahreum-ah. Kami berdua tidak bersimpati padamu, tapi kami benar-benar ingin menjadi temanmu. ” kata Seorin melanjutkan.

“Apa kalian yakin?” tanya Ahreum ragu.

“Tentu saja yakin! Sebenarnya… sudah lama kami ingin berteman padamu. Tapi Jaekyung pernah berkata: kalau ada siapapun yang mau berteman dengan Ahreum, maka orang itu akan ikut dibully oleh Jaekyung. Karena ancaman itu, semua yeoja merasa takut. Aku juga tidak mengerti kenapa Jaekyung begitu benci padamu.” Jelas Seorin panjang lebar.

Hyeonjoo pun melanjutkan, “Ya, itu benar. Karena kami berdua takut dengan ancaman Jaekyung tersebut, kami pun menjadi menjauhimu, padahal kau tidak punya salah apa-apa pada kami. ”.

 “Lalu… Apakah sekarang kalian tidak takut nanti dibully Jaekyung karena kalian mau berteman denganku? Tadi kan kalian dengar sendiri kalau Jaekyung berteriak ‘Lihat saja nanti!’. ” Ada perasaan senang yang Ahreum rasakan karena dia sudah mempunyai teman yang baru. Tapi ada perasaan khawatir juga karena Ahreum takut kalau Hyeonjoo dan Seorin juga dibully.

“Jaekyung mau mengancam akan menggantung kami di Namsan Tower pun, kami tidak akan takut.  Apalagi sekarang Jongin sudah berada di pihakmu, pastilah Jongin akan membelamu. Jaekyung tidak akan berani melawan Jongin. Kau kan tahu sendiri kalau Jongin itu berpengaruh besar bagi Jaekyung.” kata Seorin.

“Kami tidak bisa membiarkanmu terus menerus ditindas oleh Jaekyung. Mentang-mentang orangtuanya donator terbesar disekolah, dia jadi semena-mena padamu. Padahal kan siapa saja boleh bersekolah disini! Lagi pula, bukankah aneh kalau orang yang baik dan pintar tidak mempunyai teman sementara orang yang jahat bisa mendapat teman?”

“Kami merasa Jaekyung sudah keterlaluan padamu. Apalagi kejadian di kantin sekitar seminggu yang lalu. Kami melihat jelas kalau Jaekyung sengaja menyandung kakimu sehingga kau terjatuh dan teh yang kau bawa waktu itu mengenai Jongin. Tapi kami tak bisa berkata apa-apa waktu itu karena kami masih takut diancam.”

“Kami meminta maaf Ahreum-ah. Maaf kalau selama ini kami penakut akan ancaman Jaekyung. Kalaupun nanti aku dan Seorin ikut dibully, itu tidak apa-apa. kami berdua akan selalu disampingmu. Sekali lagi, maaf.” Hyeonjoo menyesal dan meminta maaf.

Ahreum tersenyum mendengar ucapan Hyeonjoo. “Tidak apa-apa. Kalian mau berteman denganku saja, aku sudah sangat berterima kasih.”. Karena Ahreum sudah memaafkan mereka, Hyeonjoo dan Seorin pun merasa lega.

“Hyeonjoo-ya… Apakah kau menyadarinya?” Tanya Seorin tiba-tiba.

“Apa?”

“Aku baru tahu, Ahreum itu terlihat cantik saat tersenyum!”

“Iya, benar! Ahreum-ah, kalau kau tersenyum, lesung pipit mu kelihatan dan itu membuatmu semakin cantik!” Hyeonjoo tampak antusias.

“Coba saja kalau kau sering-sering tersenyum. Pasti banyak namja yang menyukaimu, Ahreum-ah!” Bisa dirasakan pipi Ahreum bersemu merah berkat ucapan Seorin barusan.

Ahreum hanya tersenyum simpul mendengar pujian yang datang dari teman barunya. Mereka bertiga pun saling tersenyum dan lahirlah persahabatan yang baru.

Ahreum bersyukur bisa mempunyai teman baru seperti Hyeonjoo dan Seorin. Meskipun Ahreum tidak kaya ataupun terkenal, Hyeonjoo dan Seorin mau menerima Ahreum sebagai teman mereka. Justru hal itulah yang membuat Ahreum semakin bahagia.

Hyeonjoo dan Seorin sendiri juga senang karena mereka berhasil menyingkirkan rasa takut mereka. Sekarang mereka bisa mengetahui sisi lain Ahreum. Selama ini mereka menyangka kalau Ahreum itu adalah orang yang pendiam dan tertutup, padahal tidak. Ahreum yang sebenarnya adalah orang yang friendly. Karena tidak ada yang mencoba untuk dekat dengan Ahreum, makanya tidak ada yang mengetahui hal itu.

.

Di kejauhan, Jongin melihat Ahreum beserta Hyeonjoo dan Seorin sedang berbincang-bincang. Seulas senyum terlukis di wajahnya.

Senangnya melihat Ahreum tidak bersedih lagi…

***

TININIT… TININIT…. TININIT…

Alarm yang disetel Ahreum pada pukul empat pagi pun berbunyi. Lantas Ahreum bangun dan bersiap-siap untuk latihan, seperti biasanya.

Ahreum menuju ke kamar mandi untuk mencuci muka agar lebih segar. Lalu dia mengganti baju tidurnya dengan pakaian yang pantas. Setelah siap dengan segalanya, Ahreum berjalan pelan menuju ke pintu.

Sebelum Ahreum keluar dari pintu, Ahreum merasa kaki kanannya menginjak sesuatu. Lantas saja Ahreum mengangkat kaki kanannya dan… menemukan sebuah amplop tebal. Dia mengambil amplop tersebut.

“Ige mwoya?” gumam Ahreum kecil.

Dengan penerangan seadanya dari sinar handphonenya, Ahreum membaca tulisan yang tertera pada bagian depan amplop surat yang ternyata berwarna biru itu.

“Surat Undangan?” Untuk menghilangkan rasa penasarannya, Ahreum langsung membuka amplop dan membaca isi undangan tersebut.

Isi surat itu intinya adalah mengundang para trainee untuk menghadiri sebuah pesta yang diadakan oleh Lee Sooman selaku CEO SM ENTERTAINMENT. Pesta itu diadakan dalam rangka untuk merayakan suksesnya SM TOWN Seoul yang diselenggarakan beberapa waktu yang lalu. Konser yang dimeriahkan oleh Super Junior, Girls Generation, SHINee, f(x) dan artis SM lainnya itu berlangsung dengan Sukses. Pantas saja Lee Sooman membuat pesta untuk merayakannya.

Ahreum merasa terhormat karena bisa diundang ke pesta, padahal Ahreum bukan orang yang ikut berpartisipasi dalam kesuksesan konser tersebut. Para artis dan para staff di belakang panggung lah yang seharusnya diundang, tapi dia merasa senang karena dia ikut diundang juga.

Tidak ada tema khusus untuk pesta tersebut, tapi para hadirin diwajibkan memakai gaun untuk yang perempuan, dan memakai jas untuk yang laki-laki.

Pesta tersebut diadakan pada hari Sabtu, 30 September dari pukul 18.30 hingga selesai. Ahreum mengecek kalender. Hari ini, hari Sabtu tanggal 30 September. Mwo?! Jadi pestanya diadakan hari ini juga saat surat undangan disebarkan? Artinya aku harus bersia-siap segera!

Evaluasi mingguan yang biasa diadakan setiap hari Sabtu itu ditiadakan. Seperti mengerti dengan keadaan, Lee Sooman memberikan waktu bagi para trainee untuk bersiap-siap. Seharian ini semua trainee dibebaskan dari segala latihan dan jadwal lainnya. Hari ini free!

Ahreum masih tidak tahu akan memakai apa untuk ke pesta, apalagi pesta itu akan diadakan kurang dari 24 jam dari sekarang. Tapi Ahreum memutuskan untuk tidak memikirkan hal itu lebih lanjut, jadinya dia meletakkan undangan tersebut di atas meja terdekat supaya Boeun bisa membaca suratnya. Waktunya sudah tersita 15 menit untuk membaca undangan.

Ahreum pun pergi ke luar untuk menuju ke SM Building. Ya meskipun hari ini free, Ahreum tetap latihan. Ahreum sudah terbiasa untuk bangun pagi dan pergi latihan, jadi ada evaluasi mingguan atau tidak pun dia tetap melakukan rutinitasnya itu.

***

Waktu sudah menunjukkan pukul 4.15 pagi. Sekarang Jongin sudah duduk di lantai ruangan  dance 2. Jongin tengah berkutat dengan buku fisika yang dibawanya. Yah, seharusnya dia latihan pagi ini, hanya saja pr fisikanya belum selesai jadinya dia membawa sekalian buku fisika untuk menanyakan yang tidak dimengertinya pada Ahreum nanti.

Tapi yang membingungkan adalah, kenapa Ahreum belum datang juga? Apakah Ahreum tidak latihan pagi ini? Habis, tumben sekali. Biasanya tiap pagi pasti Ahreum sudah ada, tapi kali ini Jonginlah yang datang lebih dulu. Apa mungkin Ahreum berlatih vokal seperti minggu lalu? Sepertinya tidak. Saat Jongin datang tadi, semua ruangan masih gelap menandakan kalau tidak ada siapa-siapa. Lalu kenapa Ahreum tidak ada?

Cklek

Suara pintu yang terbuka membuat Jongin refleks berbalik dan menoleh kearah pintu. Yang membuka pintu adalah orang yang ditunggu-tunggunya sedari tadi, Ahreum.

“Akhirnya!” Seru Jongin girang. Ya, girang. Girang karena otaknya tak harus berkerut memikirkan rumus fisika sebab Ahreum sudah datang untuk menolongnya.

“Eh, neo wasseoyo? (kau disini?)” Ahreum berjalan ke Jongin dan ikut duduk disebelahnya.

“Ahreum-ah! Otakku mendidih karena soal nomor 3 yang tidak kumengerti ini! Tolong bantu aku!”

“Eoh, ok ok.” Ahreum pun mengambil buku yang tadi dipegang Jongin lalu membaca soal. “Oh! Yang ini. Yang ini sebenarnya mudah, hanya saja kelihatannya rumit.”

“Jinjja? Kenapa aku tidak bisa mengerjakannya kalau mudah?”

“Mungkin kau saja yang kurang teliti. Coba kulihat jawabanmu!” Jongin menyerahkan buku ps nya ke Ahreum.

“Yang ini kau salah. Pertama-tama kau kurangi dulu yang itu dengan yang ini. Setelah itu dikalikan dengan yang ini.” Ahreum berkata sementara tangannya menunjuk angka-angka pada soal. Karena sedang dijelaskan, kepala Jongin pun mendekat untuk melihat lebih dekat kesalahannya.

Kepala Jongin hanya mendekat, tapi gerakan singkat itulah yang entah kenapa membuat Ahreum berdebar. Belakangan ini Ahreum memang sering dekat dengan Jongin, tapi yang sekarang sangat dekat karena jarak antara kepala Jongin dengan kepalanya tidak lebih dari satu jengkal.

“Ah! Dibagian awal saja aku sudah salah, pantas saja akhirnya juga salah!”

Berkat seruan Jongin itu, Ahreum berusaha mengabaikan debaran jantungnya agar tidak terlihat gugup. Setelah itu dia melanjutkan, “Iya, kau tidak menguranginya terlebih dulu dan malah langsung mengalikannya, makanya tidak ketemu hasilnya. Nah, lalu hasilnya yang tadi dimasukkan ke rumus yang dihalaman 36 di buku cetak. Nah, mengerti, kan?”

“Ne! Makasih Ahreum-ah!” Kata Jongin karena akhirnya soal yang rumit itu dapat dipecahkan.

Ahreum hanya tersenyum simpul membalas Jongin. Jongin pun membenarkan jawaban yang tadi Ahreum jelaskan padanya. Setelah selesai, Jongin menanyakan soal yang lain yang masih tak dimengertinya juga. Ahreum kembali menjelaskan dan Jongin menulis jawaban yang benar dengan bimbingan Ahreum.

Sementara Jongin membenarkan jawabannya, Ahreum diam-diam memperhatikan Jongin. Wajah Jongin yang sedang serius itu membuat Ahreum tersenyum hanya dengan melihatnya. Saat ini Ahreum terlihat seperti guru privat yang sedang mengajari muridnya.

“Nah, yang ini sudah benar belum?” Tanya Jongin. Ahreum memeriksa hasil pekerjaan Jongin lalu mengangguk.

“Huh! Selesai juga prku!” Jongin berucap sambil mengangkat kedua tangannya ke udara untuk stretching. Soal fisika mungkin membuat ototnya kaku.

“Keunde…” Kali ini Jongin beralih ke Ahreum. “Tumben sekali kau datangnya lama. Biasanya aku yang datang belakangan.”

“Oh, itu. Tadi pagi aku membaca sebuah surat undangan yang ada di kamarku. Apa kau mendapatkannya?” Jongin menggeleng menjawab pertanyaan Ahreum.

“Jadi surat itu berisi undangan untuk menghadiri pesta yang diadakan dalam rangka merayakan kesuksesan SM TOWN Seoul dan kita diundang. Pestanya diadakan hari ini jam setengah tujuh malam nanti. Bagi yang pria memakai jas dan yang wanita memakai dress.” Ahreum menjelaskan.

“Jinjja? Kenapa aku tidak tahu?”

“Aku juga tidak tahu. Tadi sebelum aku keluar pintu kamar, aku merasa ada sesuatu yang terinjak kakiku dan ternyata itu adalah surat undangan. Padahal, kemarin malam aku tidak melihat surat itu. Mungkin salah seorang pekerja SM menyebarkan surat itu saat semua orang tengah tertidur sehingga tidak ada yang tahu.”

“Tapi menurutku… Apa ini tidak terlalu tiba-tiba? Maksudku, surat itu baru dikirimkan tapi pestanya dilangsungkan tepat hari ini juga. Kita kan tidak punya banyak waktu, apalagi kita nanti ada latihan dan ada evaluasi mingguan.” Heran Jongin.

Ahreum hanya menggendikkan bahu sambil berkata, “Entahlah… Agensi kita ini memang penuh kejutan. Dan satu lagi, sepertinya aku lupa memberitahukannya padamu. Hari ini kita dibebaskan dari evaluasi mingguan, latihan, dan jadwal yang lainnya. Mungkin beliau (Lee Sooman)  sengaja memberikan kita waktu untuk bersiap-siap.”

“Ooh…” Jongin mengangguk-angguk. “Lalu, kenapa kau kesini? Hari ini kan kau tahu kalau tidak ada evaluasi mingguan.”

“Tidak kenapa-napa sih… Aku terbiasa saja bangun pagi untuk latihan. Mau ada tes ataupun tidak, aku tetap latihan. Kemampuan harus terus diasah, kan?”

“Dasar orang rajin…” Ahreum hanya tersenyum kecil mendengar ucapan Jongin itu. “Tapi untunglah kau datang ke sini. Kalau kau tidak datang, mungkin pr fisikaku tak akan selesai!”

Jongin pun bangkit dari duduknya lalu bangkit berdiri. “Nah, kalau begitu ayo kita latihan dance sekarang!” Jongin menawarkan tangannya ke Ahreum untuk membantu Ahreum berdiri. Ahreum pun meraih tangan Jongin dan bangkit berdiri juga.

Setelah pemanasan sejenak, mereka mulai latihan dance. Karena tidak ada evaluasi mingguan, maka latihan kali ini lebih santai. Jongin dan Ahreum hanya melakukan cover dance dari beberapa lagu seperti lagu SHINee – Replay, Super Junior – Sorry Sorry, dan beberapa lagu lainnya. Terkadang Jongin iseng membuat gerakan yang kocak sehingga Ahreum tertawa melihat gerakan Jongin.

Sebagai sentuhan akhir dari latihan kali ini, mereka meng-cover dance lagu BoA – Only One. Mereka tampak menghayati gerakan lagu tersebut, terutama di bagian seorang pria dan BoA menari bersama. Jongin dan Ahreum menari seakan-akan merekalah yang menjadi si pria dan wanita di MV aslinya.

Lagu selesai, latihan pun berakhir juga. Jongin dan Ahreum sambil bertukar senyum sebagai tanda bahwa mereka senang bisa menyelesaikan tarian duet mereka.

***

“Eomma, aku akan mampir ke rumah, sekarang aku sedang di perjalanan.” kata Ahreum sambil memegang handphonenya di telinga kanan, sedang menelepon seseorang.

“Eoh? Tumben kau mampir ke rumah. Bukankah jadwal latihanmu padat?” Suara diseberang sana pun menjawab.

“Hari ini aku free, tidak ada latihan atau jadwal lainnya.”

“Oh, begitu. Memangnya ada perlu apa?”

“Ada sesuatu yang harus kuambil di rumah. Nanti aku jelaskan. Sekitar 5 atau 6 menit lagi aku sampai.”

“Ne. Hati-hati ya.” Dengan ucapan singkat dari Ahreum eomma, maka Ahreum menutup teleponnya.

-

Seperti apa yang dikatakannya tadi, Ahreum saat ini tengah diperjalanan menuju ke rumahnya. Rumahnya tidak terlalu jauh dari asrama trainee SM, dengan menaiki bus pun Ahreum sudah bisa pulang. Kalau sedang tidak macet, dalam 30 menit pasti Ahreum sudah sampai.

Saat ini Ahreum sedang duduk di dekat jendela bus, menyaksikan kendaraan yang lebih kecil dari bus yang dinaikinya ini merayap di jalan. Menurut prediksinya, dalam 5-6 menit lagi dia akan sampai ke rumahnya, hanya perlu melewati sekitar 3 halte lagi.

5 menit telah berlalu dan bus berwarna biru yang dinaikinya berhenti di kawasan dekat rumahnya. Ahreum pun turun dari bus. Dari halte sini, rumahnya sudah terlihat. Hanya perlu berjalan sebentar saja.

Setelah sekitar 20 langkah, Ahreum kini sudah berdiri di depan pagar rumahnya. Karena pintu pagar sedang tidak digembok, Ahreum membuka pintu pagar. Di depan pintu rumah, eomma sudah menyambutnya.

“Kau sudah sampai? Bagaimana kabarmu?” Ahreum eomma menyapa putrinya sembari memeluknya.

“Baik, eomma.” Ahreum membalas pelukan eommanya.

“Kau sudah makan siang belum? Eomma tadi memasak sup ayam, makanlah dulu.” Saat ini mereka berdua sudah tidak berpelukan lagi dan eommanya membawanya masuk ke dalam rumah.

“Whoa, kebetulan sekali. Aku belum makan siang. Hehehe…” Ucap Ahreum girang sambil melepas jaket yang dipakainya. Siang hari memang panas, tapi Ahreum memakai jaket agar kulitnya terlindung dari sinar matahari.

Mereka berdua berjalan menuju dapur. Ahreum eomma menyiapkan sup ayam  untuk Ahreum, sementara Ahreum sendiri mengambil nasi untuknya dan juga meyiapkan kimchi.

Makanan sudah tertata di atas meja, Ahreum pun memakan santap siangnya itu. Eommanya sudah makan tadi, jadi beliau hanya memperhatikan putrinya melahap makanannya.

“Oh ya, katanya ada yang mau kau ambil di rumah. Memangnya apa yang mau kau ambil? Apa ada sesuatu yang tertinggal?” Tanya eommanya Ahreum.

Ahreum menelan makanannya lalu berkata, “Tidak, eomma. Aku hanya ingin mengambil dress di lemari.”

“Dress? Untuk apa?”

“Hari ini akan ada pesta di SM Building. Aku tidak membawa dress ke asrama dan dressku semuanya ada di sini.”

“Pesta? Kok tiba-tiba sekali? Kenapa kau tidak mengambil bajunya dari kemarin?” Ahreum eomma menyerbu dengan rentetan pertanyaan.

“Undangannya saja baru kudapat pagi ini! Karena pestanya diadakan agak mendadak, makanya kami para trainee hari ini bebas tidak ada latihan. Mungkin para trainee yang lain sedang di mall untuk berbelanja.”

“Kau kenapa tidak ikut dengan teman-temanmu ke mall dan mencari dress?”

“Aku tidak berniat membeli yang baru. Lagipula aku jarang memakai dress dan dressku yang lama masih bagus.”

“Oh, ya sudah… Tapi, memangnya pesta itu pesta apa?”

“Di undangannya sih tulisannya untuk merayakan suksesnya SM TOWN Seoul yang berlangsung beberapa waktu yang lalu.” Jawab Ahreum santai.

“Merayakan suksesnya SM TOWN? Pantas saja! Kau tahu, para fans membuat kemacetan di jalanan sampai-sampai beritanya disiarkan di TV. Ckckck… Memang dahsyat pesona para idol itu, fans nya saja segudang.”

“Bukan segudang lagi. Satu stadion bahkan penuh karena saking banyak fansnya mereka.” Kemudian Ahreum dan sang eomma tertawa kecil bersama.

-

Selesai makan, Ahreum mencuci piring bekas makan siangnya. Setelah itu dia menuju ke kamarnya. Sudah sekitar sebulan dia tidak mengunjungi kamarnya itu dan dia merasa kangen dengan ranjangnya. Ahreum pun membanting dirinya di ranjang empuk miliknya. Rasanya senang kalau kau bisa kembali pulang ke rumah! Habisnya, jarang-jarang Ahreum bisa pulang ke rumah. Itu pun kalau ada waktu luang, seperti sekarang misalnya.

Saat berbaring di ranjangnya, Ahreum menemukan sebuah boneka teddy bear berukuran sedang di antara tumpukan bantal. Dia mengambil teddy bear yang terlihat asing baginya itu. tapi sesaat kemudian dia teringat akan sesuatu.

Mungkin teddy bear ini punya Shinyoung eonnie. Pikirnya sembari meletakkan kembali teddy bear itu ke tempat asalnya.

Shinyoung adalah kakak sepupu Ahreum. Yah, karena Ahreum menjadi trainee di SM dan tinggal di asrama, kamar Ahreum sekarang ditempati oleh Shinyoung. Rumah Shinyoung ada di Busan, tapi dia ke Seoul untuk bersekolah. Universitasnya di dekat rumah Ahreum, karena itu Shinyoung tinggal di rumah Ahreum. Lagi pula kedua orang tua Ahreum pasti akan kesepian kalau hanya tinggal berdua saja mengingat Ahreum adalah anak tunggal mereka.

Sudah puas dengan berbaring di ranjang, kini Ahreum beralih menuju ke lemari baju lalu membuka pintu lemari kayu tersebut. Memang sebagian besar isi dari lemari itu adalah bajunya Shinyoung, tetapi baju-bajunya Ahreum masih tersimpan rapi disana.

Ahreum mencari-cari dressnya. Ahreum memang jarang sekali memakai dress, paling-paling biasanya dipakai untuk acara perpisahan atau acara pernikahan saja. Karena itu koleksi dressnya sedikit sekali, hanya 3. Ahreum mengambil ketiga dress miliknya itu. Satu persatu dari dress itu dicobanya. Dia pun melihat pantulan dirinya di cermin saat mengenakan dress.

Dress pertama. Warnanya hitam, berlengan pendek, dan panjangnya selutut. Bagus sih, tapi menurut Ahreum dress hitamnya terlalu simpel dan terlalu polos. Ayolah! Pesta tersebut pasti akan dihadiri oleh orang ternama. Rasanya pasti akan aneh kalau Ahreum sendiri yang memakai pakaian biasa sementara orang lain berlomba-lomba untuk menarik perhatian dengan busana mereka.

Dress kedua. Warnanya putih dan berlengan panjang. Dress itu dulu dipakainya ketika perpisahan kelas 9. Seingatnya dulu dress itu panjangnya hanya beberapa senti diatas lutut, tapi kenapa sekarang saat dipakai dress tersebut panjangnya sepaha? Well, itu tandanya Ahreum bertambah tinggi.

Dress ketiga. Warnanya emas, dan bagian bawah warnanya putih. Warna emas itu tidak nge-jreng, terkesan kalem. Dress itu panjangnya selutut juga, sama seperti yang warna hitam. Motif emas pada dress itu tidak norak, justru membuat dress emas tersebut semakin terlihat elegan. Tapi sayangnya, dress tersebut tidak berlengan sama sekali, hanya ada seperti sebuah tali kutang.

Setelah mencoba ketiga dress tersebut, Ahreum meletakkan ketiga-tiganya di atas kasur sambil menimang-nimang. Dress hitam terlalu biasa, dress putih terlalu pendek, dress emas terlalu terbuka bagian atasnya. Haish… Perasaan tidak ada yang beres! Batin Ahreum sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

Seketika Ahreum mengingat sesuatu. Kalau tidak salah dress yang emas ada boleronya deh… kemudian Ahreum melesat kembali ke lemarinya dan mencari-cari bolero yang seharusnya menjadi pasangan si dress emas. Malang nasib Ahreum, boleronya itu tidak ditemukan. Sepertinya sudah hilang. Dengan menghela nafas, Ahreum kembali ke tempat tidurnya.

Dress hitam Ahreum ambil, lalu dia kembalikan ke lemari. Dia tidak memilih dress hitam karena dress itu terlalu biasa. Jadi sekarang, pilihan Ahreum antara dress putih dan dress emas.

Ahreum melihat kedua dress tersebut secara bergiliran. Dress putih – dress emas – dress putih – dress emas – dress putih – dress emas. Saat ini dia bingung. Kalau dress putih lengan panjang tapi panjangnya sepaha, kalau dress emas tidak berlengan sama sekali tapi panjangnya selutut. Hah… ini membingungkan!

Dengan berbagai pertimbangan, akhirnya Ahreum memutuskan.

“Yah, lebih baik bahuku yang terekspos daripada pahaku.” Gumam Ahreum sambil mengembalikan dress putih ke lemari. Yah, pilihannya adalah dress emas. Dia akan memakai dress emas itu untuk ke pesta nanti. Menurutnya, orang tidak akan berpikir macam-macam kalau bahunya terbuka. Lagi pula, dia masih bisa menutupi bahunya itu dengan rambutnya.

-

Cklek

Ahreum bisa merasakan bahwa pintu kamar terbuka, lantas dia menoleh dan mendapati Shinyoung sedang berdiri di ambang pintu.

“Eonni!” Seru Ahreum sambil berdiri lalu menghampiri Shinyoung.

“Eoh, kau disini? Ada apa?” Tanya Shinyoung lalu masuk dan menutup pintu.

“Iya, eonni. Hari ini ada pesta di SM dan aku ke sini untuk mencari baju. Habisnya, aku kan tidak membawa dress ke asrama.” Shinyoung memang mengetahui kalau Ahreum adalah salah satu trainee di SM, jadi Ahreum santai saja saat menjelaskannya.

“Pesta?” Pertanyaan Shinyoung diangguki oleh Ahreum. Tak lama dia melanjutkan, “Dalam rangka apa?”

Dalam seharian ini Ahreum sudah ditanyai hal yang sama selama tiga kali. Tadi pagi Jongin, terus eomma, dan sekarang Shinyoung. Ahreum menghela nafas singkat lalu berkata, “Pesta dalam rangka merayakan suksesnya SM TOWN Seoul. Eonni tahu sendiri, kan, kalau konser itu sangat sukses. Makanya kesuksesan konser itu dirayakan dalam wujud pesta.”. Shinyoung mengangguk-angguk tanda mengerti.

“Ooh… Lalu, apa yang akan kau kenakan ke pesta nanti?”

“Dress yang ini, eon. Bagaimana?” Ucap Ahreum sambil menunjukkan dress emasnya.

“Wah, bagus! Oh ya, sepertinya aku mempunyai sepatu yang cocok kalau dipadukan dengan dress itu!” Terlihat sekali kalau Shinyoung sangat antusias.

Shinyoung pun berjalan mendekati tumpukan dus sepatu yang terletak dipojok ruangan. Diantara tumpukan dus sepatu tersebut, Shinyoung mengambil sebuah dus berwarna abu-abu. Ahreum mengikuti dibelakang Shinyoung sembari mencuri pandang apa yang dilakukan eonninya tersebut.

Shinyoung membuka dus tersebut. Didalamnya, tampaklah sepasang high heels berwarna purih pucat. Sepasang heels tersebut ditunjukkan ke Ahreum supaya Ahreum dapat melihatnya.

“Whoa, yeppeuda. Keunde, kenapa heels ini bisa berada di sini? Memangnya eonni bawa?”

“Bulan lalu ada kenalan eonni yang menikah, lalu eonni mengenakan heels ini. Niatnya sih eonni ingin kembalikan lagi ke rumah, tapi eonni suka lupa karena sibuk kuliah. Jadi heels nya masih disini, deh.” Balas Shinyoung. Ahreum hanya mengangguk kecil.

“Oh, ya! Coba kau pakai dress itu bersama dengan heelsnya! Eonni mau lihat!” Shinyoung mendorong pelan Ahreum menuju ke kamar mandi yang memang berada di kamar Ahreum.

“Tapi…”

“Ayo, dicoba dulu. Nanti kalau tidak dicoba kita tidak akan tahu cocok apa enggaknya.” Sela Shinyoung lalu menutup pintu kamar mandi.

Di dalam  kamar mandi sendiri, Ahreum mengganti bajunya dengan dress emas itu. Dengan berhati-hati, Ahreum memakaikan dress tersebut ke badannya agar dress nya tidak rusak. Setelah selesai, Ahreum membuka pintu kamar mandi dan keluar.

“Nah, bagus! Sekarang kau pakai heels nya.” Shinyoung pun menyodorkan dus sepatu pada Ahreum. Ahreum duduk di tepi ranjangnya dan kemudian memakai heels yang disodorkan oleh Shinyoung tadi.

Heels sudah melekat sempurna dikedua kaki jenjangnya, lantas Ahreum berdiri dan bercermin. Shinyoung pun tak tahan untuk diam saja, karena itu dia langsung bersorak, “Whoa!!! Cocok sekali!”. Ahreum hanya tersipu malu mendengar pujian dari eonninya itu.

“Ah, eonni bisa saja.”

“Serius, kau benar-benar cantik! Oh ya, pestanya jam berapa?”

“Jam setengah tujuh nanti.”

“Sekarang jam 3, berarti masih tiga setengah jam lagi, ya?” Gumam Shinyoung sambil melirik ke jam. “Ya sudah, kalau begitu tidurlah dulu, nanti kalau sudah jam 5 akan kubangunkan. Kau boleh mengganti pakaianmu.”

Dengan suruhan Shinyoung itu, Ahreum pun melepaskan high heelsnya dan kembali ke kamar mandi untuk mengganti dressnya. Setelah Ahreum mengganti dress dengan bajunya, Ahreum membaringkan dirinya ke ranjang. Awalnya Ahreum tidak merasa ngantuk, karena itu dia memainkan handphonenya. Tapi lama kelamaan, Ahreum merasa mengantuk juga dan akhirnya Ahreum tertidur.

***

“Ahreum-ah! Ireona! Kau tidak mandi?” Shinyoung mengguncangkan badan Ahreum dengan pelan.

Ahreum merasakan tubuhnya digoyang-goyangkan, karena itu dia membuka matanya lalu duduk di ranjangnya. Ahreum melirik jam yang kini menunjukkan pukul setengah 5 sore. Pantas saja Shinyoung membangunkannya.

“Ne.” Sambil bangkit berdiri, Ahreum menjawab singkat.

Ahreum menuju ke kamar mandi. Dinginnya air shower membuat Ahreum menjadi segar kembali. Setelah menghabiskan waktu 25 menit di kamar mandi, Ahreum pun keluar dengan rambutnya yang basah.

“Nah, sudah siap? Ayo kita pergi!” Tiba-tiba Shinyoung berseru.

“Pergi ke mana? Pestanya kan masih satu setengah jam lagi.”

“Siapa bilang kita akan ke SM Building? Kita akan ke salon, Ahreum-ah!”

“Ke salon?”

“Iya! Akan lebih baik kalau kau dirias oleh salon. Habis, peralatan make-up eonni kan terbatas dan eonni juga tidak terlalu pandai make-up.”

“Tapi aku belum bersiap-siap.”

“Selagi kau mandi, eonni sudah mengemasi dress, sepatu, dan yang lain-lain. Ini buktinya!” Shinyoung mengangkat tangan kirinya yang memegang sebuah tas dari kain. “Kau hanya perlu membawa barang-barangmu saja.”

“Tapi…”

“Apalagi? Masalah biaya? Tenang saja! Eonni akan mentraktirmu. Cepat, waktu kita sudah termakan 5 menit hanya untuk pembicaraan ini saja.”

Ahreum tak bisa mengelak lagi. Karena itu dia mengambil handphone dan barang-barang lainnya yang diperlukan. Setelah sisiran, Ahreum mengikuti Shinyoung dari belakang.

Shinyoung membuka pintu mobilnya lalu duduk di kursi pengemudi. Well, Shinyoung memang mempunyai mobil agar dia bisa berkendara dengan mudah di Seoul.

Shinyoung mengendarai mobilnya menuju ke salon yang memang tidak begitu jauh letaknya dari rumah Ahreum. Tak membutuhkan waktu lama, Ahreum dan Shinyoung sampai ke salon.

-

“Tolong dandani dia secantik mungkin. Kalau sudah selesai pakaikan dia ini.” Shinyoung berujar pada sang penata rias sambil menyerahkan tas yang berisi dress emas, box sepatu, dan aksesoris. Yah, penata rias itu memang sudah disewa Shinyoung khusus untuk Ahreum. Si penata rias pun mengangguk sebagai tanda mengerti.

Shinyoung menuju ke ruang tunggu. Sambil menunggu Ahreum, dia membaca beberapa majalah yang disediakan disana.

Sementara Ahreum sendiri, dia duduk di kursi rias dengan sang penata rias disampingnya. Pertama-tama penata rias itu menguncir rambut Ahreum agar rambutnya Ahreum tidak mengganggu saat dia merias wajah Ahreum. Setelah itu dia mulai melukis wajah Ahreum dengan sentuhan warna-warna dari make-up.

Dengan konsentrasi penuh, sang penata rias itu merias wajah Ahreum. Biasanya, untuk make-up yang sempurna saja memakan waktu sekitar 30 menit, tapi karena penata rias yang ini cekatan, maka make-up Ahreum selesai dalam waktu 20 menit.

Setelah make-up selesai, kini sang penata rias menata rambut Ahreum. Karena rambut Ahreum tidak sepenuhnya kering, maka rambutnya menjadi lebih mudah untuk ditata. Si penata rias mengambil sedikit rambut Ahreum di bagian kanan lalu mengepangnya ke belakang. Setelah kepangan cukup panjang, ujung rambut Ahreum dijepit pakai hair pin. Hal yang sama juga dilakukan disebelah kiri, rambutnya dikepang kebelakang.

Setelah kepangan di sebelah kiri selesai, hair pin pada kepangan kanan dilepas. Kepangan kanan dan kiri bertemu di tengah, lalu si penata rias mengikatnya. Tak lupa, dia menyemprotkan hair spray pada rambut Ahreum agar kepangannya tidak rusak dan tahan lama sampai pestanya berakhir.

Wajah sudah, rambut juga sudah, kini tinggal badannya yang belum. Sang penata rias itu menginstruksikan agar Ahreum berdiri dan menuju ke kamar ganti. Untungnya, saat ini Ahreum memakai kemeja, jadi dia bisa melepaskan bajunya dengan mudah tanpa merusak tatanan rambutnya. Dressnya pun memiliki retseleting di samping kanan, jadi bisa dipakai kalau dari bawah ke atas.

Dress telah melekat sempurna dibadannya, Ahreum pun keluar dari ruang ganti. Si penata rias menyuruh Ahreum duduk di sebuah sofa yang ada agar Ahreum bisa memakai high heels nya. Sementara Ahreum memakai high heels, penata rias itu memakaikan kalung ke Ahreum. Tak hanya kalung, sebuah jam tangan juga dipakaikan. Jam tangan tersebut tidak terlihat seperti jam tangan secara umum, tapi jamnya lebih terlihat seperti gelang. Mungkin yang dipakai Ahreum adalah gelang jam.

Sudah siap semuanya, Ahreum bangkit berdiri dari duduknya. Penata rias sudah membolehkannya untuk kembali ke Shinyoung, maka Ahreum pergi dari ruang rias. Shinyoung yang sedang membaca majalah fashion merasakan kedatangan Ahreum. Ketika Shinyoung berpaling dari majalah dan melihat Ahreum, matanya membelalak kaget.

“Whoa!!! Neomu yeppo!!!” seru Shiyoung sambil menatap Ahreum dari ujung kaki hingga ujung kepala, tak percaya kalau orang yang di depannya adalah Ahreum dan bukannya boneka Barbie. “Eonni yakin semua mata akan tertuju padamu! Kau tak ada bedanya dari artis-artis yang sudah debut!” lanjut Shinyoung.

“Eh…? Gomawo.” Ahreum menggaruk pelan belakang telinganya, efek karena malu atas pujian Shinyoung.

“Ya sudah, ayo kita ke mobil.” Shinyoung berjalan menuju ke tempat dimana mobilnya diparkir tadi dan Ahreum mengekor di belakangnya.

Mereka berdua masuk ke mobil dan dengan cepat Shinyoung melajukan mobilnya menuju ke jalan raya. Waktu menunjukkan pukul 17.45, diperkirakan mereka akan sampai ke SM Building pada pukul 18.15 nanti.

***

Aula di lantai 5 SM Building sudah dipenuhi banyak orang. Dari kalangan artis, staf-staf, dan para tetinggi sudah berkumpul di sana. Tak lupa juga, para trainee juga hadir untuk meramaikan suasana dalam pesta tersebut.

Sambil menunggu pesta yang akan dimulai 5 menit lagi, Jongin menghabiskan waktu dengan mengobrol bersama trainee lainnya. Dia, Sehun, Chanyeol, dan Baekhyun membicarakan betapa megahnya pesta hari ini. Dilihat dari dekorasi aula, dari sejumlah makanan yang tersedia, dan kalau dilihat dari banyaknya orang yang datang, mereka berempat bisa mengetahui bahwa pesta ini sangat luar biasa.

Waktu terus berjalan dan tak terasa bahwa 5 menit telah berlalu. Pestanya pun dimulai. Boa dan Kangta sebagai MC pada malam hari ini naik ke panggung dan menyapa para hadirin.

“Selamat malam semuanya, terima kasih atas kehadiran kalian pada malam hari ini.” Ujar Boa dengan anggun.

“Pesta ini diadakan untuk merayakan suksesnya SM TOWN Seoul pada beberapa waktu yang lalu, dan itu karena dukungan banyak orang, termasuk kita semua yang ada di sini.” Kangta melanjutkan ucapan Boa.

Setelah itu mereka berbincang-bincang sebentar, membicarakan betapa banyaknya para fans yang datang dan betapa mereka senang bisa menghibur para fans. Meski melelahkan, tapi rasanya menyenangkan.

“Baiklah, setelah berbincang-bincang singkat tadi, mari kita dengarkan kata sambutan dari CEO tercinta kita, Lee Sooman!”

“Untuk Lee Sooman, harap maju ke depan untuk memberikan kata sambutan.”

***

Gawat, gawat, gawat!!!  

Ahreum mengumpat dalam hatinya sambil memainkan jarinya. Saat ini mobil yang dinaikinya baru saja memasuki lapangan parkir di SM Building sementara sekarang sudah jam setengah tujuh lewat. Yap, Ahreum terlambat dan dia cemas sekarang. Seorang trainee bisa diundang dalam pesta megah itu juga karena keberuntungan padahal trainee tidak berperan penting pada SM TOWN Seoul, tapi masa Ahreum datang terlambat? Bukankah kesannya akan buruk?

Seharusnya Ahreum sampai pada jam 18.15 tadi, sayangnya hal yang tidak terduga terjadi. Di perjalanan ada sebuah truk yang mengalami kecelakaan. Truk itu terbalik dan masih tergelatak di tengah jalan dan menyebabkan kemacetan hingga satu kilo meter. Karena itulah Ahreum bisa datang terlambat.

Dengan cepat Ahreum turun dari mobil ketika berhenti lalu berjalan cepat tanpa menghiraukan Shinyoung. Tapi setelah teringat sesuatu, Ahreum berbalik dan menghampiri mobil Shinyoung yang memang masih stay di tempat. Ahreum mengetuk pelan kaca jendela mobil dan Shinyoung membukakan jendela.

“Eonni, sepatu, dan perhiasannya harus kukembalikan kapan?” tanya Ahreum.

“Terserah, sebisamu saja. Eonni sedang tidak ada pesta atau acara lain, jadi kalau kau mau kembalikan bulan depan pun juga tak masalah.”

“Baiklah, aku pergi dulu ya. Hati-hati di jalan, eon!” setelah berkata demikian, Ahreum melesat secepat mungkin menuju ke dalam SM Building.

Karena sudah terlambat, dia tidak menaiki tangga dan memilih menaiki lift untuk mempersingkat waktu. Selagi lift menuju ke lantai atas, Ahreum menunggu dengan gusar. Rasanya lift ini bergeraknya lambat sekali!

 Pintu lift terbuka pertanda bahwa dia sudah sampai ke lantai 5. Ahreum berjalan cepat menuju ke pintu aula. Sebelum membuka pintu, dia berhenti sejenak untuk menenangkan degup jantungnya yang berdetak cepat sehabis berlari tadi. Dia menarik nafas dalam lalu menghembuskannya. Setelah dirasa siap, Ahreum membuka pelan pintu lalu masuk ke dalamnya.

“Sekian dari saya, terima kasih untuk perhatiannya.” Ucapan terakhir dari Lee Sooman disambut oleh tepuk tangan yang meriah dari para hadirin.

Beruntung karena Lee Sooman sedang berpidato dan beruntung pintu aula terletak agak dibelakang, jadinya tak ada yang memperhatikan Ahreum datang terlambat karena semua orang terfokus pada Lee Sooman di depan. Ahreum menghembuskan nafas lega lalu menggabungkan diri pada orang-orang lain yang sedang bertepuk tangan. Kalau ada orang lain yang bertatap mata dengannya, Ahreum pasti akan membungkuk untuk menunjukkan rasa hormatnya pada orang tersebut. Hingga akhirnya, dia melihat Boeun bersama beberapa trainee yeoja. Langsung saja dia menghampiri mereka.

***

Pesta sudah berlangsung sekitar 30 menit yang lalu, dan saat ini TaeTiSeo -sub grub dari SNSD- membawakan lagu untuk menghibur semua hadirin. Jongin pun menikmati lantunan lagu yang dinyanyikan oleh tiga dara cantik tersebut. Jongin hanya sendirian saat ini karena teman-temannya entah pergi ke mana dan Jongin sendiri tidak berniat untuk mencarinya. Maka dari itulah dia sendiri sekarang.

Masih dengan menikmati lagu, Boeun lewat di depan Jongin. Jongin tak merasa asing lagi dengan wajah Boeun.

Bukankah yeoja tadi temannya Ahreum?

Tapi tak lama kemudian dia menyadari sesuatu.

Kemana Ahreum? Rasanya sedari tadi aku tidak melihatnya.

Jongin menoleh ke kanan kiri untuk mencari Ahreum, tapi yeoja itu tak kunjung ditemukannya.

Apakah Ahreum tidak datang?

Sambil berpikir demikian, Jongin pun menemuka sosok Ahreum. Astaga! Jongin tidak salah lihat, kan? Ahreum sangat cantik malam ini dengan balutan dress emas yang bagus, sangat berbeda dari penampilan sebelumnya!

Ahreum juga sama sepertinya, berdiri sendirian sambil menikmati lagu. Merasa punya teman senasib, Jongin pun melangkah mendekati Ahreum.

Rupanya Jongin sudah keduluan seseorang. Baru satu langkah, Jongin mengurungkan niatnya karena dia melihat Sehun menghampiri Ahreum sambil membawa dua gelas jus jeruk di tangannya. Sehun menghampiri Ahreum kemudian menyodorkan salah satu gelas jus jeruk yang dibawanya ke Ahreum.

Ahreum yang sedang melihat ke depan panggung menyadari kehadiran Sehun. Ahreum pun berbalik dan menemukan Sehun dengan dua gelas jus ditangannya dan dia menerima gelas yang disodorkan Sehun. Sebelum minum, mereka cheers sejenak, baru meminum jus jeruk.

Lalu setelah itu mereka berdua tampak membicarakan sesuatu. Jongin melihat Ahreum tertawa karena ucapan Sehun, sementara Sehun tertawa kecil sambil tetap melanjutkan kata-katanya.

Entah apa yang Sehun katakan pada Ahreum, Jongin tidak tahu. Yang pasti… Mereka berdua terlihat seperti teman lama yang baru bertemu dan mereka terlihat sangat akrab. Sebelumnya Ahreum tidak pernah tertawa selepas ini, dan Sehunlah yang bisa membuat Ahreum tertawa.

 Lagi-lagi rasa aneh itu muncul dan menjalar di tubuh Jongin. Tidak, saat ini Jongin tidak merasa berdebar seperti biasanya. Dia merasa bahwa hatinya terasa panas.

Dia merasa iri pada Sehun yang bisa membuat Ahreum bisa tertawa lepas, dan dia ingin bertukar posisi dengan Sehun.

Ttt-tunggu…. Iri? Apa benar aku iri pada Sehun? Kenapa aku harus iri?

Jongin bertanya pada hatinya sendiri, tapi dia tidak bisa menemukan jawabannya.

Kalau bukan iri, lantas apa yang dirasakan Jongin?

Mungkinkah…

Jongin…

Cemburu?

To be continued….

***

–Author’s Note –

Halo semuanya!!!! Ketemu lagi di chap 7! Wehehe… Ga kerasa ya udah 7 chap aja! Ini semua berkat kalian, jadinya ff absurd author berjudul ‘Ugly’ ini bisa bertahan sampe 7 chapter! Dan asal kalian tahu, ini adalah chap terpanjang karena sampe 21 halaman! Mata kalian ga keliyengan kan bacanya?

Ada yang penasaran sama rupanya Ahreum pas pesta? Oke, author kasih gambarnya biar ga penasaran lagi! dress nya Ahreum yang ini, rambutnya Ahreum kayak gini, kalo sepatunya begini. Dan kalo ada yg penasaran juga sama tampangnya Jongin, penampilannya itu yang ini. Sebenernya penampilan Jongin bakal dinarasiin di next chap, tapi kan lebih jelas kalo langsung liat dari gambar.

Mungkin ada dari kalian yang berpikir gini: ‘Dressnya Ahreum keliatan mewah, padahal dia kan orangnya biasa-biasa aja.’ Nah, sepertinya author belum menyampaikannya deh… Jadi Ahreum itu ga miskin, dia orang mampu, kok. Kalo baca lagi di chap 1, papanya Ahreum kan dokter, jadi dia mampu-mampu aja beli dress.

Ahreum bisa masuk Kyunghan emang karena beasiswa, tapi bukan karena dia ga mampu. Di SMP asalnya, siapa pun yang jadi juara umum bisa masuk gratis ke SMA manapun. Karena Ahreum pinter dan jadi juara umum di SMPnya dulu, makanya dia bisa masuk Kyunghan gratis padahal tanpa potongan harga itu pun dia juga udah bisa masuk Kyunghan. Tapi entah kenapa semua beranggapan kalo Ahreum itu miskin dan Cuma dikasihani oleh kepala sekolah karena pinter. Dan karena penampilan culunnya itu, maka orang-orang Kyunghan semakin menganggap kalo Ahreum itu orang ga mampu. Gitu ceritanya.

Btw nih, tak henti-hentinya author ngucapin makasih buat para readers sekalian yang udah komen di chap-chap sebelumnya! Author seneng bisa dapet komen yang banyak. Jujur, author sama sekali ga nyangka bisa dapet komen diatas 30! (bukannya bermaksud sombong, yah…) Dan diantara banyaknya komen yang author baca, ada komen seorang readers di chap 5 yang sangat memotivasi author. Readers itu –kalo ga salah namanya ming- komen gini: ‘entah kenapa chapter yang ini boring.’ Mungkin dia (si ming) bosen waktu baca ff ini karena mungkin ceritanya udah pasaran.

Dan komen ming itu seketika membuat author tersadar… iya juga ya? author ngerasa kalo di ff ini banyak pengulangan kata dan pemakaian bahasanya kurang tepat, jadinya keliatan bertele-tele. Yah, maklum lah, namanya juga first ff, jadi author masih perlu banyak belajar lagi. Tapi makasih banyak buat komennya, karena komen itu author jadi tau kekurangan author. Author akan berusaha sebisa mungkin supaya ff ini tetap enak dibaca dan ceritanya ga ngebosenin.

Dan sepertinya author akan menyampaikan sesuatu….

Chap 8 akan tertunda proses pembuatannya. Bukannya author udah ga niat buat ngelanjutinnya, tapi karena author ada tugas. Kalian tau tugasnya apa? author disuruh bikin cerpen untuk tugas b.indo. Untuk sementara author akan fokus bikin cerpen itu dulu, kalo cerpennya udah kelar baru author lanjutin ke chap 8. Nanti cerpen itu bakal author kirim ke exoff deh biar kalian bisa baca juga. tapi tenang aja, castnya bakal author ganti jadi nama-nama exo kok. Dan ceritanya bakalan jauh berbeda dari ff ugly ini. Author mo ngasih spoiler, ntar maincastnya exo k dan ceritanya mereka masih bocah kelas 5 SD. Ada yang mau baca kah?

 Udahan deh. Sekian author’s note, maaf kalo cuap-cuapnya panjang dan terkesan ga penting, terus maaf juga kalo ada typo dan kesalahan-kesalahan lainnya. Annyeong!^^

Love,

 Annabeth :3



Back Hug

$
0
0

Tittle : Back Hug

Author : utheeviez

Main Cast (s) : Park Chanyeol and his girl (You can imagine with yourself)

Genre : Marriage life, fluff

Rating : PG-18

Author’s Note : Thanks for admin yang udah mau ngepost FF ini. This story is mine. Sorry for typo(s)

Happy reading…

***

Aku berdiri di balkon apartemenku. Masih dengan baju kimono dan handuk kecil melilit rambutku. Melempar pandangan ke seluruh kota Seoul di malam hari. Indah. Aku selalu melakukan ini setiap malam. Tapi aku tidak pernah bosan.

Dari dulu, aku berkeinginan untuk melakukan makam malam romantis bersama orang yang kucintai. Ditemani cahaya lilin yang berpendar lembut, menikmati jamuan makan malam buatan tanganku sendiri dan sebotol wine. Oh, membayangkannya saja sudah membuat bibirku tersenyum. Tapi sayangnya, sampai saat ini aku belum bisa mewujudkannya. Pria yang kucintai bahkan terlalu sibuk dengan dunianya sendiri.

Aku berbalik memasuki kamar ketika merasa kepalaku mulai berat. Aku melepas lilitan handuk di rambutku dan meletakannya di kamar mandi. Tanpa mau repot-repot menyisir rambutku dulu, aku langsung kembali ke balkon. Membiarkan angin malam menerbangkan rambutku. Membuatnya sedikit lebih kering.

Aku sedikit tersentak saat sepasang lengan kokoh merengkuhku dari belakang. Dia. Nafasku, jantungku, hidupku, tujuanku. Segala-galanya bagiku—setidaknya untuk saat ini. Dia—

“Chanyeol-a.”

“Hmm.”

—Park Chanyeol, pria yang sangat kucintai—suamiku.

Tak ada yang membuka suara setelahnya. Aku membiarkan Chanyeol menarikku semakin mendekat padanya. membuat punggungku menempel pada dadanya yang bidang. Aku masih diam ketika bibirnya mulai menyentuh puncak kepalaku. Ugh, ini salah satu fakta yang tidak kusukai. Tinggiku bahkan tidak sampai lehernya. Hanya sebatas dada atasnya. Aku sempat memprotes, tapi jawaban Chanyeol membuat hatiku terasa sejuk.

“Itu karena kau memang di takdirkan untukku. Kau—dengan tubuhmu yang mungil, diciptakan agar aku bisa mendekapmu erat. Melindungimu dari apapun yang mungkin akan mengganggumu. Aku juga bisa menunjukkan pada orang-orang kalau kau seutuhnya milikku.”

Ugh, jangan bilang kalau wajahku merona. Pipiku mulai terasa panas. Untuk menutupi rasa gugup yang tiba-tiba mendera, aku menyandarkan kepalaku di dadanya. Memejamkan mata dan menghirup dengan rakus, aroma tubuh Chanyeol. Campuran antar parfum musk dan keringat yang menyengat—tapi sangat membuatku nyaman.

Aku merasakan dekapan Chanyeol mulai mengendur. Ada rasa tidak rela terselip di hatiku. Dengan cepat, aku menahan lengannya. Mengaitkan jari-jari kami dan kembali mengeratkan pelukannya. Kepalaku bergerak, berusaha mencari posisi ternyaman.

“Biar begini saja. Aku ingin merasakannya lebih lama.”

“Kau bisa merasakanya kapanpun kau mau, Sayang. Kau memiliki kuasa penuh atas diriku.”

“Tapi pekerjaanmu mempunyai kuasa penuh atas waktumu. Aku cemburu jika kau lebih sering berkutat dengan berkas-berkas di duniamu sendi—ergh.”

Aku tidak kuasa melanjutkan ucapanku ketika Chanyeol mulai menggesekkan ujung hidungnya di leher—bagian bawah telinga—ku.

Damn! Itu bagian sensitifku.

“Jadi istriku cemburu pada benda mati? Kekanakan sekali.”

“Biar saja.”

“Dengar, Sayang—”

Chanyeol kembali membuatku melenguh atas perlakuannya. Ditengah ucapannya dia masih sempat menggigit leherku pelan.

“—jangan pernah cemburu pada pekerjaanku. Sesibuk apapun aku, aku akan tetap kembali pada duniaku. Bukan dengan berkas-berkas sialan itu, atau bahkan dengan rekan kerjaku di kantor. Bersamamu. Hanya bersamamu.”

Astaga! Pria ini! Katakan padaku, bagaimana caranya agar aku tidak jatuh cinta padanya? Semua perkataan dan perlakuannya padaku selalu membuatku melayang.

“Sayang~”

“Hmm.”

“Kau mengganti shampoo-mu? Aku baru saja mencium aroma stroberi dari rambutmu, bukan apel seperti biasanya.”

“Aku kehabisan shampoo tapi ternyata mini market di bawah juga bernasib sama. Wae? Kau tidak suka?”

“Jangan bercanda. Aku selalu suka apapun yang ada padamu.”

Aku melepas pelukan Chanyeol dan berbalik menghadapnya. Kini aku bisa melihat garis wajahnya yang tegas. Chanyeol tersenyum lembut, dan aku membalasnya. Sementara Chanyeol melingkarkan lengannya di pinggangku, aku menangkup kedua pipinya. Kami sudah sangat dekat saat Chanyeol mendekatkan tubuh kami sampai benar-benar menempel. Tapi aku berhasil menciptakan jarak agar wajahku tidak menabrak dadanya yang bidang. Aku menengadah memandang wajahnya yang kini menatapku teduh. Tanganku masih menangkup kedua sisi wajahnya.

“Chanyeol-a..”

“Ya.”

“Aku mencintaimu.”

Aku sudah akan mencium bibirnya ketika dia—secara tiba-tiba—mengecup leherku. Suaraku berganti dengan lenguhan ketika Chanyeol mulai menggerakan bibirnya meyusuri lekukan leherku.

“Aku tahu.”

Aku kecewa. Chanyeol selalu begitu setiap aku menyatakan cinta. Percaya atau tidak, sekalipun dia tidak pernah mengatakan kata cinta padaku. Dia selalu berkata, : “aku menyayangimu”.

Heol, kalau itu sudah sejak lama aku mengetahuinya, Park Chanyeol.

Aku dan Chanyeol bersahabat sejak kecil. Rumah kami bertetangga. Selalu pergi kemanapun bersama. Kebersamaan kami membuat rasa yang lain tumbuh dalam diriku. Aku mengalami cinta sepihak yang menyakitkan. Pernah suatu ketika aku menanyakan bagaimana perasaan Chanyeol terhadapku, tapi jawaban pria itu hanya mampu melambungkan perasaanku lalu kembali menghempaskannya ke tanah yang keras.

“Aku menyayangimu tentu saja. Kau kan sahabatku.”

Baiklah, Park Chanyeol. Terima kasih.

Setelah pembicaraan itu, kami tetap menjalani hari-hari seperti biasa. Masih dengan aku sebagai sahabat Chanyeol dan Chanyeol sebagai orang yang kucintai diam-diam.

Tapi sebuah kejadian yang terjadi tepat sebulan sepuluh hari yang lalu, merubah segalanya. Kala itu aku dan Chanyeol—bersama beberapa teman kami—pergi ke sebuah klub. Sebagai orang dewasa yang cukup umur, kami tentu bisa minum-minuman beralkohol. Tapi tak ada yang tahu kalau sebenarnya aku paling tidak bisa minum. Demi menjaga gengsi, aku meneguk satu gelas penuh alkohol. Dan hasilnya? Aku mabuk berat. Aku tidak ingat apa-apa lagi setelah itu. Tapi yang kudengar, Chanyeol mengantarku pulang. Aku ingat kalau saat itu orang tuaku sedang tidak ada di rumah. Dan sialnya—atau mungkin untungnya—Chanyeol meninggalkan tas dan semua barang-barangku di klub, termasuk kunci rumahku. Mungkin Chanyeol membawaku ke rumahnya. Karena keesokan paginya, aku terbangun karena mendengar teriakan seseorang. Ayah Chanyeol, beliau memergoki kami tertidur di atas ranjang Chanyeol dengan posisi berpelukan.

Ini bencana—awalnya, sekarang aku menganggap itu anugrah terbesar. Ayah Chanyeol marah besar. Beliau menyuruh kami untuk segera menikah.

Heol! Kami tidak melakukan apapun malam itu. Pakaian kami pun masih lengkap. Tak ada yang terlepas—bahkan sepatu sekalipun. Baik aku dan Chanyeol berusaha mati-matian membela diri. Tapi gagal. Keluarga Chanyeol memang sepenuhnya keras kepala. Apalagi Chanyeol, disaat aku sudah diam saja, pria itu malah balik berbicara dengan nada tinggi pada ayahnya.

Abeoji!! Kami bahkan tidak saling mencintai! Bagaimana mungkin Abeoji menyuruh kami menikah ?!?”

Tapi ternyata saat itu Ayah Chanyeol jauh lebih keras kepala. Dengan dalih malu dengan keluargaku, beliau bahkan menyuruh kami menikah keesokan harinya. Untuk yang satu itu, aku ikut menolaknya mentah-mentah. Akhirnya, setelah membicarakannya bersama keluargaku, aku dan Chanyeol menikah 3 hari kemudian.

37 hari pernikahan yang kujalani bersama Chanyeol memang membuatku senang—sangat. Tapi entah mengapa aku merasa hambar. Seperti pernikahan tanpa cinta pada umumnya. Meskipun tidak sepenuhnya seperti itu, aku mencintai Chanyeol. Sedangkan dia, —entahlah. Chanyeol tak pernah mengucapkan kata cinta padaku. Selalu menanggapi dengan datar, setiap pernyataan cintaku. Dia tak pernah mencium bibirku—tapi dia suka sekali mencium leherku. Kenyataan itu membuatku kesal, dia bahkan hanya mengecup keningku sebagai ciuman pernikahan. Kami juga belum pernah ehmm, berhubungan dalam tanda kutip.

Aku tersadar ketika tiba-tiba saja tubuhku terhempas ke atas tempat tidur. Hey, apa ada sesuatu yang kulewatkan? Tempat tidur berderit pelan. Aku bisa merasakan ada beban baru. Dan nafasku tercekat ketika menyadari beban itu adalah Chanyeol. Ya Tuhan, dia bahkan berada tepat di atasku.

Chanyeol tersenyum, entah mengapa aku membalasnya. Chanyeol meletakan tangan kirinya di sisi kepalaku. Menopang tubuhnya sendiri agak tak sepenuhnya menindihku. Sedangkan tangan kanannya mengusap pipiku dengan gerakan —err seduktif.

Aku masih belum bisa memahami keadaan yang sebenarnya ketika Chanyeol membenamkan wajahnya di lekukan leherku. Mencium, menghisap, menjilat dan memberi gigitan kecil di sana.

Alarm peringatan berdering di benakku ketika tangan Chanyeol mulai melepaskan simpul tali kimono-ku. Tanpa basa-basi aku langsung menahan tangannya untuk tidak berbuat lebih. Aku juga menjauhkan leherku dari jangkauan bibir Chanyeol. Menatapnya penuh arti, tapi Chanyeol hanya memberikan tatapan bingungnya padaku. Ah, bodoh! Meskipun kami dekat, aku tidak pernah bisa bertelepati dengan pria itu.

Wae?”

Alih-alih menjawab, aku malah berusaha bangkit. Menyingkirkan tubuh besar Chanyeol dari atasku. Memilih duduk di tepi tempat tidur dengan kedua kaki memijak di lantai. Chanyeol ikut duduk di sisiku. Menatapku penuh tanya.

“Ada yang mengganjal di pikiranmu? Katakanlah!”

Aku berusaha untuk tidak mendesah ketika bibir Chanyeol mulai menyusuri leherku lagi.

“Chanyeol-a,”

“Hmm.”

Aku menjauhkan tubuhku. Jujur saja, sentuhan Chanyeol membuat pertahananku melemah. Dan aku tidak akan membiarkan itu terjadi sampai aku memastikan satu hal.

“Chanyeol-a a-apa—emm—apa tidak apa-apa jika kita melakukannya?”

“Apa maksudmu? Tentu saja. Kita sudah resmi, Sayang. Tidak akan ada seorang pun yang melarangku melakukannya padamu.”

“B-bukan begitu, tapi kau—”

“Aku?”

“Iya, kau. Apa kau tida—ergh.”

“Persetan dengan semuanya, Sayang.”

Aku tidak bisa menolak ketika sebelah tangan Chanyeol mendorong tubuhku agar berbaring. Pandangan mata kami bertubrukan. Dan itu seakan menghipnotisku. Aku tidak bisa melawan ketika Chanyeol kembali menyerang leherku. Tapi tidak lama, karena bibir pria itu, mulai menjamah dada bagian atasku. Dan itu memabukkan. Sungguh.

“Chanyeol~”

Aku tidak bisa untuk tidak menyebut nama Chanyeol dalam setiap desahanku. Pikiranku saat ini penuh akan pria itu, dan faktanya, memang dialah yang saat ini sedang mencumbuku.

“Chan—ergh~”

Aku merasa tersiksa jika tidak menyebut namanya ketika tangan besar Chanyeol mulai menyentuh dan mengelus lembut paha dalamku.

“Terus sebut namaku, Sayang.”

Baiklah Park Chanyeol, kau rajaku. Kau memiliki kuasa penuh atas hati, tubuh dan pikiranku. Perintahmu yang akan kulaksanakan. Aku tidak mau munafik, aku juga menginginkanmu. Seperti katamu tadi, persetan dengan semuanya.

Dan setiap lenguhan yang keluar dari bibirku mengiringi setiap langkah penyatuan kami. Mulai sekarang, aku sepenuhnya milik Chanyeol. Sedangkan Chanyeol? Ah, entahlah.

***

Suara denting spatula dan penggorengan meramaikan dapur apartemenku pagi ini. Menyiapkan sarapan untukku dan Chanyeol memang sudah menjadi rutinitasku setelah menikah. Sedangkan Chanyeol? Dia masih di kamar. Tapi mungkin sebentar lagi keluar.

“Kau membuatku khawatir.”

Benar kan? Chanyeol langsung memelukku dari belakang. Menumpukan dagunya di bahuku. Pipi kami menempel. Dan itu membuatku mendadak gemetaran.

“Tak ada yang perlu dikhawatirkan, Chanyeol-a.”

“Kau tidak ada di sampingku saat aku terbangun.”

“Sebelumnya juga seperti itu. Jangan kekanakkan.”

“Seharusnya kau menungguku bangun. Memberiku ciuman selamat pagi, baru setelahnya kau baru boleh beranjak dari tempat tidur.”

“Astaga, sejak kapan ada peraturan konyol semacam itu.”

“Sejak semalam.”

Pipiku memanas. Astaga, ini obrolan sensitif di pagi hari. Tangan Chanyeol beralih pematikan kompor. Dia sudah memposisikan diri untuk menggendongku ala bridal, tapi aku buru-buru menahan lengannya.

“Ngomong-ngomong tentang semalam—”

Aku berhenti bicara saat menyadari Chanyeol berdiri topless di belakangku. Dia hanya memakai celana tidurnya saja. Astaga!

“Semalam?”

“Hmm, ada yang perlu kubicarakan, Chanyeol-a.”

Chanyeol diam, tapi dia menuntunku untuk berjalan ke arah sofa. Chanyeol mendudukan diriku si sampingnya. Dia juga menyandarkan kepalaku di bahunya, tak lupa membelai rambutku lembut. Park Chanyeol, bisakah kau berhenti memperlakukanku seperti ini?

“Ada apa? Dari semalam, kau terlihat kalut dan selalu gelisah.”

“Ada yang mengganjal di pikiranku semenjak pernikahan kita, Chanyeol-a. Dan itu semakin menjadi setelah apa yang kita lakukan semalam.”

“Hmm. Lalu?”

Aku beralih duduk tegap. Ini pembicaraan yang serius menurutku. Jadi mana bisa aku terus menerus bersandar pada Chanyeol.

“Perasaanmu. Apa perasaanmu akan baik-baik saja setelahnya?”

“Apa maksudmu? Hei, sebenarnya apa yang sedang kau bicarakan?”

“Aku merasa ada yang kurang dalam pernikahan ki—ergh~”

“Jangan bilang kalau kau tidak mencintaiku!”

“A—apa? Chanyeol—ergh.”

Aku tidak tahu bagaimana bisa sekarang Chanyeol memposisikan bibirnya menghisap leherku. Dan tangan kanan Chanyeol malah meremas dadaku pelan. Ayolah, ini serius. Tapi Chanyeol malah mengacaukan konsentrasiku.

“Chan—ergh. Kumohon berhenti!”

Aku menggigit bibir bawahku. Mencoba agar tidak mendesah atau Chanyeol akan menyerangku sekarang juga. Dengan susah payah aku mendorongnya menjauh. Astaga! Dia kuat sekali. Aku yakin dia tidak makan malam, setelah apa yang kami lakukan dan juga belum sempat sarapan, tapi entah mengapa aku masih kesulitan mendorong Chanyeol menjauh.

“Kumohon, Park Chanyeol. Izinkan aku memastikan sesuatu!”

“Apa yang akan kudapat jika aku mengizinkanmu?”

Chanyeol mengerling. Oh! Ini pertanda buruk. Aku tahu apa maksudmu, Tuan. Aku buru-buru menyingkirkan tangannya yang mulai menjamah dadaku lagi.

“Istriku sama sekali tidak romantis!”

“Ayolah, Park Chanyeol! Aku serius!”

“Aku juga serius!”

“Chanyeol!”

“Baiklah! Lakukan sesuamu!”

Well, aku tahu kau hanya berpura-pura, Chanyeol. Kau selalu melakukannya setiap merajuk padaku. Kau pikir umurmu cocok dengan tingkahmu sekarang? Melipat tangan di depan dada, dengan bibir mengerucut. Demi Tuhan! Kau terlihat seperti anak TK.

Aku meraih kedua pipi Chanyeol. Menolehkan wajahnya agar menghadapku. Aku bisa melihat kalau Chanyeol masih menolak untuk menatapku. Seperti biasa, aku mulai mendekatkan wajah kami.

“Aku mencintaimu.”

Bibirku sudah hampir menyentuh bibirnya ketika Chanyeol beralih menggenggam kedua tanganku. Dan mulai mengecup leherku.

“Aku tahu.”

Respon seperti biasa. Harusnya aku tahu akan seperti ini jadinya. Aku diam saja. Tak merespon apapun perkataan dan perlakuannya.

Air mataku menetes saat aku memejamkan mata. Ini sakit. Setelah kami benar-benar menyatu semalam, Chanyeol masih tetap sama. Baiklah, hanya akan menambah lukaku kalau aku mengatakan ini, tapi inilah kenyataannya. Semalam, aku berani menjamin tak pernah sekalipun Chanyeol menyebut namaku. Dia hanya memanggilku ‘sayang’—seperti biasa. Dan bibirnya, tak pernah sekalipun menyentuh bibirku.

“Hey, kau menangis?”

“Chanyeol-a, maaf.”

“Hey, tidak ada yang perlu dimaafkan. Tidak ada yang salah disini. Katakan padaku ada apa?”

Aku diam menunduk. Sampai akhirnya Chanyeol mengangkat daguku. Menatapku dengan pandangan khawatir—atau hanya pura-pura? Entahlah. Pandangan mataku kabur dan aku terlalu takut untuk membayangkan kemungkinan terburuk yang akan terjadi.

“Sayang~”

“Chanyeol-a, apa tidak akan ada yang berubah setelah kejadian semalam?”

Chanyeol mengernyit bingung. Dan aku hanya melempar tatapan jawab-saja padanya.

“Baiklah, meski sebenarnya aku masih tidak mengerti kemana arah pertanyaanmu, aku akan tetap menjawab. Tidak akan ada yang berubah. Aku jamin itu. Kecuali—”

Chanyeol mengusap perutku lembut.

“—mungkin tidak lama lagi, akan ada kehidupan baru disini.”

Chanyeol tersenyum, tapi mendapat senyuman super manis dari suamiku sendiri, malah membuat air mataku semakin deras.

“Hey, kenapa?”

“Chanyeol-a, apa setelah ini perlakuanmu padaku tidak berubah?”

“Ehm, sebentar biar kupikirkan.”

Chanyeol meletakan tangannya di dagu. Demi Tuhan! Kau membuatku semakin kalut, Tuan Park.

“Aku akan berubah. Aku janji—”

Ya Tuhan, tolong hentikan air mata ini.

“—aku janji akan semakin memperhatikanmu. Bertingkah lebih romantis, dan aku akan menjadikanmu prioritas dalam hidupku.”

Chanyeol menangkup pipiku. Ibu jarinya menghapus air mata yang masih mengalir deras.

“Asal kau juga berjanji, untuk tidak pernah menangis lagi. Itu membuat dadaku sesak, Say—”

Aku menepis tangan Chanyeol kasar. Membuat Chanyeol menatapku dengan pandangan aneh.

“Berhenti mempermainkanku, Park Chanyeol! Kau selalu saja seperti ini! Kau selalu memperlakukanku dengan sangat manis! Aku seutuhnya milikmu dan kau…kau—”

Aku menghela napas.

“—aku bahkan sama sekali tidak memiliki hatimu! Ini menyakitkan, Chanyeol-a.”

“Katakan semua yang ada di hatimu selama itu bisa membuatmu tenang. Tapi setelahnya, kau harus berjanji untuk memberiku kesempatan untuk berbicara.”

Aku menatap Chanyeol penuh tanya. Ekspresinya datar. Tapi bukan itu poin pentingnya. Mengenal Chanyeol lebih dari 2/3 hidupku membuatku mengerti pria itu luar dalam. Chanyeol tak pernah sekalipun mau mengalah. Meskipun aku selalu membawa gender dimana pria sejati itu mau mengalah pada seorang yeoja, tapi Chanyeol akan terus bersikukuh pada pendiriannya. Maka tak jarang, aku dan Chanyeol hampir selalu berakhir dengan perang mulut setiap harinya.

Aku menarik napas panjang. Mencoba mengumpulkan sisa-sisa kekuatan untuk menyampaikan apa yang selama ini berkecamuk dalam hati dan pikiranku.

“Aku mencintaimu.”

“Hanya itu? Kau sudah sering mengatakannya, Sayang.”

“Itu pokok permasalahannya, Chanyeol. Aku mencintaimu tapi kau—”

Nafasku memburu. Dadaku naik turun. Baiklah, kurasa aku mulai emosi.

“—kau sama sekali tidak pernah mencintaiku! Kau hanya menjawab ‘aku tahu’ dan setelahnya berbalik mencium leherku. Menggagalkan upaya-ku untuk memcium bibirmu. Orang bilang, ciuman dibibir adalah tanda cinta. Sedangkan kau sendiri tidak pernah melakukannya. Kau langsung saja mencium leherku! Apa menurutmu aku hanya pelampiasan nafsumu saja?!? Kau juga tidak pernah mengatakan kata cinta padaku! Kau pikir bagaimana perasaanku saat kau tidak pernah membalas pernyataan cintaku?!? Sakit, Park Chanyeol!! Ak—empp

Aku tidak mampu menyelesaikan kalimatku. Karena Chanyeol langsung menciumku. DI BIBIR. Baiklah ini agak aneh. Seaneh sensasi yang kurasakan sekarang. Rasanya berbeda. Tidak seperti ketika Chanyeol mencium leherku atau bahkan bagian tubuhku yang lain. Rasanya seperti—entahlah. Yang jelas aku menyukainya. Sangat sangat menyukainya.

Chanyeol menciumku secara membabi buta. Dia bahkan tidak memberiku kesempatan bernapas. Astaga! Artinya sama saja dengan pelampiasan nafsu. Tapi aku tak peduli. Ini yang kuinginkan. Setelah bermenit-menit berlalu, ketika Chanyeol agaknya mulai menyadari kerepotanku mengimbangi permainannya. Chanyeol melepaskan tautan kami tepat disaat kesempatan bernapasku mencapai titik terendah.

Chanyeol mengusap bibirku dengan ibu jarinya. Dia tersenyum lembut. Tapi aku tak mau membalasnya.

Argh! Sudah kuduga aku tidak akan bisa berhenti.”

Aku belum bisa memahami apa yang Chanyeol katakan, tapi Chanyeol kembali memciumku. Kali ini lebih lembut tidak tergera-gesa seperti tadi.

Chanyeol menjauhkan wajahnya.

“Sebenarnya aku tidak rela, tapi aku harus melepaskannya. Ada yang harus kujelaskan. Kemarilah.”

Chanyeol menepuk pahanya. Menyuruhku duduk di pangkuannya. Aku masih enggan beranjak, tapi Chanyeol malah menarik tanganku. Posisiku kini duduk menyamping, aku bisa menatap Chanyeol dengan jelas, begitupun dengan pria itu. Chanyeol mengecup bibirku singkat sebelum akhirnya berdeham pelan.

“Ada yang tidak kau mengerti disini. Aku tidak pernah berkata cinta, bukan berarti aku tidak mencintaimu. Kau harus tahu kalau aku sangat sangat mencintaimu, No—ah, tidak. Kau sudah tidak pantas kupanggil Nona lagi, Nyonya Park.”

Pipiku memanas. Untuk pertama kalinya, Chanyeol memanggilku menggunakan marganya. Dan mau tak mau, aku melambung karenanya.

“Alasan kenapa aku tidak pernah menyatakan cinta, karena bagiku, kata-kata saja tidak cukup untuk mewakili perasaanku. Lagi pula, bagaimana kau bisa menyimpulkan kalau aku tidak mencintaimu jika setiap waktu aku selalu berlaku mesra padamu?”

“Kau hanya berkata ‘aku menyayangimu’ setiap aku bertanya, Park Chanyeol! Bagaimana aku bisa berpikir dengan benar jika jawabanmu saja seperti itu.”

“Apa ada yang salah? Faktanya aku menyayangimu, Sayang.”

“Kau sudah mengatakannya semenjak kita masih bersahabat, Chanyeol. Kupikir itu sama saja. Kau menyayangiku, karena aku adalah sahabatmu.”

“Begini, kuakui kalau aku adalah orang yang complicated. Aku menyayangimu sebagai sahabat, dan aku mencintaimu sebagai istriku. Aku hanya ingin, setelah kita menikah. Tak ada yang berubah. Kau tetap bersikap seperti bagaimana kita dulu. Kau pasti ingat kalau kita menikah karena perintah orang tua kan?”

Aku mengangguk. Aku tidak akan pernah melupakan itu. Tanpa ada campur tangan mereka, aku tidak akan ada disini sekarang.

“Aku tidak mau jika setelahnya, diantara kita akan jadi canggung. Seperti kebanyakan kisah pernikahan dengan campur tangan orang tua pada umumnya. Tanpa ada cinta dan hanya karena paksaan, justru akan menimbulkan suasana dingin dan tidak harmonis.”

“Apa maksudmu dengan tidak-ada-cinta? Apa awalnya kau tidak mencintaiku? Itukah sebabnya kau menjadi orang yang paling bersikeras menolak perintah Abeonim?”

Chanyeol mengangkatku dari pangkuannya. Mendudukanku di sofa. Ya Tuhan, sekurus itukah tubuhku? Kenapa Chanyeol bisa melakukannya dengan mudah? Pria itu bangkit tanpa berkata sepatah kata pun. Aku menatap punggungnya yang menghilang dibalik pintu kamar kami. Apa dia marah? Memangnya apa yang salah dari perkataanku? Aku kan hanya berkata yang sebenarnya.

Aku langsung duduk tegap ketika merasakan sofa kembali diduduki. Chanyeol.

“Aku tahu kau tidak akan berani menolak perintah Abeoji. Itu sebabnya aku yang maju. Aku sendiri mau-mau saja kalau disuruh menikah denganmu. Sekedar informasi saat itu aku sudah mencintaimu. Tapi aku tidak mau menyakiti perasaanmu, aku tahu kalau saat itu kau tidak mencintaiku. Itu sebabnya, aku menolak.”

“Tapi a—”

“Jangan menyela! Kau ingat ini?”

Aku menatap buku berwarna coklat muda di tangan Chanyeol dengan bingung. Rasanya aku pernah melihat buku itu, tapi dima— Astaga! Itu buku harianku. Buku harian yang kutulis semasa SMA. Baiklah, aku mengerti sekarang. Chanyeol pasti salah paham pada isi buku harian itu. Buku itu menjadi tempat aku menceritakan segala hari-hariku di SMA. Dan di bagian terakhir—

“Aku benci Park Chanyeol! Aku benci karena dia tinggi. Aku benci karena dia tampan. Aku benci karena dia populer. Aku benci karena dia adalah sahabatku. Aku benci saat melihatnya di kerumuni para gadis. Karena itu akan membuat si bodoh Park Chanyeol menunjukkan senyum konyolnya. Aku benci karena dia—emm, ngomong-ngomong tulisan apa ini? Kau memberikan coretan tak jelas hingga aku tidak bisa membacanya. Kau bahkan menggambar sketsa wajah yang jelek sekali. Kau bilang aku tampan, tapi kenapa kau menganggap gambar tidak jelas ini adalah aku?”

Aku kehabisan kata-kata ketika Chanyeol membaca paragraf yang ku tulis di halaman terakhir. Aku juga bingung harus memberikan jawaban seperti apa untuk pertanyaan yang dia lontarkan.

“Kau dapat buku itu dari mana?”

“Aku menemukannya di rumah. Kau ingat saat kita belajar bersama di rumahku menjelang ujian akhir? Mungkin kau meninggalkannya secara tidak sengaja waktu itu.”

“Kenapa kau malah membacanya? Kenapa tidak langsung mengembalikannya padaku?”

“Dan membiarkanmu memarahiku sepanjang hari? Tidak. Terima kasih.”

Tak ada yang bersuara setelah itu. Aku sibuk merutuki pikiran bodohku selama ini, sedangkan Chanyeol? Entahlah. Aku tidak menemukan fokus di matanya.

“Bicara tentang ciuman di bibir—”

Aku menggigit bibir bawahku. Bayangan ketika Chanyeol mencium bibirku, melintas begitu saja.

“Ini sedikit memalukan. Tapi kurasa aku harus mengatakannya. Aku tidak mau membuatmu salah paham lagi.”

“Apa?”

“Bisa di bilang aku terobsesi pada bibirmu.”

“A-apa?”

“Kau tidak salah dengar, Sayang. Aku terobsesi pada bibirmu. Sudah sejak lama aku merasakan getaran aneh hanya dengan melihat bibirmu. Itu sebabnya aku memilih untuk tidak menciummu di bibir. Aku takut aku tidak bisa berhenti. Dan ternyata benar, contohnya yang tadi itu.”

Blush~

Baiklah, kurasa wajahku benar-benar merah sekarang. Untuk menghilangkan rasa gugup, aku meninju perut Chanyeol pelan.

“Mesum!”

“Tidak ada yang melarang seorang suami berbuat mesum pada istrinya sendiri.”

“Chanyeol!”

“Apa? Kau tidak mau? Kau lebih rela melihatku berbuat mesum pada wanita lain ya?”

YA!”

“Hahaha.. Hanya bercanda, Sayang. Lagi pula, bagaimana aku akan menyentuh wanita lain jika hanya dengan melihat bibirmu saja, aku langsung menginginkanmu.”

Harusnya aku sadar tentang apa yang Chanyeol inginkan begitu tangannya mengelus pipiku dan mulai membaringkan tubuhku hingga bersandar pada lengan sofa. Dia benar-benar menginginkanku..

“Aku senang karena bisa memilikimu seutuhnya semalam.”

“Kau harusnya tahu kalau aku benar-benar milikmu sejak mengucap janji suci.”

“Apa itu artinya kau bahkan tidak keberatan jika aku menyerangmu saat itu juga?”

“B-bukan begitu.”

“Kenapa? Kau tidak merasakan bagaimana tersiksanya aku yang harus menahan semuanya hingga semalam.”

“Itu salahmu sendiri. Kenapa tidak melakukannya sejak lama?”

Chanyeol tidak menjawab. Tapi dia mendekatkan tubuhnya. Memposisikan dirinya berada di atasku. Dengan jarak sedekat ini, aku bisa mencium aroma musk favorite-nya. Heol, dia bahkan belum mandi sejak semalam. Tanganku yang sebelumnya berada di sisi tubuhku, perlahan bergerak menyurusuri dadanya yang bidang hingga berakhir mengalung di lehernya.

“Aku mencintaimu, Park Chanyeol.”

“Aku juga sangat mencintaimu, Sayang.”

Aku tertegun. Pandanganku terkunci pada mata Chanyeol yang kini tengah menatapku teduh.

“Kau tidak sedang berpikir aku akan menjawab ‘aku tahu’ lagi kan? Aku tidak akan melakukannya lagi, Sayang. Aku tidak ingin itu berakhir dengan kesalah pahaman lagi. Jika kau menginginkan, aku akan mengatakan kata cinta sesering yang kau mau.”

“Kau sudah menjelaskannya tadi. Aku saja yang berpikir dangkal. Mianhae.”

“Meski begitu, aku akan tetap melakukannya. Aku hanya ingin menunjukkan kalau aku sangat sangat mencintaimu. Bagaimana kalau aku memanggilmu dengan sebutan Honey? Atau mungkin Sweetheart? Ah, bagaimana kalau Yeobo?. Bukankah itu sangat Korea? Jadi bagaimana Yeobo? Kau setuju? Yeobo~”

“Hentikan, Chanyeol! Itu menggelikan!”

Yeobo~”

“Park Chanyeol!”

“Baiklah.”

Chanyeol melepaskan kaitan tanganku di lehernya. Langsung bangkit dari posisinya dan serta merta menggendongku ala bridal. Membuatku tersentak kaget.

“Izinkan aku menunjukkan rasa cintaku yang sebenarnya, Sayang.”

Oh, tidak!

Chanyeol membawaku ke kamar kami. Ini pertanda. Hei! Kami bahkan belum sempat sarapan. Dari mana aku mendapat energi untuk mengimbangi permainannya nanti. Dasar tidak tahu aturan! Bagaimana dia bisa memperlakukanku semena-mena seperti itu. Oops, maaf. Aku malah mengatakan hal yang seharusnya menjadi rahasiaku dan Chanyeol.

Aku memukul-mukul dadanya saat Chanyeol mendorong pintu kamar yang tidak tertutup dengan bahunya. Kakiku juga terus menerus menendang udara. Berharap Chanyeol jengah dengan perlawanan yang kuberikan hingga mau menurunkanku.

“YA! PARK CHANYEOL!!! KUBILANG TURUNKAN AKU!!!”

“Berhenti berteriak, Sayang. Sebaiknya kau simpan suaramu untuk hal yang lebih berguna nanti.”

Chanyeol menghempaskan tubuhku ke tempat tidur. Aku bersyukur karena kasur kami sangat empuk. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana nasib punggungku jika kasur kami sekeras batu. Demi Tuhan! Chanyeol seperti mengerahkan tenaganya ketika menghempaskanku. Tubuhku masih memantul kecil ketika Chanyeol menyusul. Menambah beban di kasur—menindihku. Kakinya mengapit kakiku sehingga menghentikan aksi perlawanan yang kuberikan. Dia semakin menekan kebawah hingga dada kami hampir bersentuhan. Ugh, tidak sadarkah kalau kau itu berat Park Chanyeol?

“PARK CHANYEOL MENYINGKIR DARI TUBUHKU!! KAU ITU BERA—empphh~”

Baiklah. Suamiku memang benar-benar diktator jika sudah berurusan dengan err—ranjang. Kurasa, aku tidak akan pernah bisa melawan keinginannya meskipun semalam kami baru saja melakukannya.

Mungkin sekarang adalah saat yang tepat untukku menutup tirai. Ini privasi kami. Nantikan saja kisah-kisah kami selanjutnya. Jika ada yang menarik, aku berjanji akan berbagi. Annyeong….

Epilog

Aku benci Park Chanyeol! Aku benci karena dia tinggi. Aku benci karena dia tampan. Aku benci karena dia populer. Aku benci karena dia adalah sahabatku. Aku benci saat melihatnya di kerumuni para gadis. Karena itu akan membuat si bodoh Park Chanyeol menunjukkan senyum konyolnya. Aku benci karena dia

Kkeut

 


Second Confession

$
0
0

U

Title : Second Confession

Author : Ashila Haura (@ashilla_haurra)

Main cast : Park Chanyeol (Exo), Choi Minki (OC), and other cast

Length : Ficlet (905words)

Genre : Song fic, Romance

Rating : G

Author’s note :

Heiyo whats up para readers yang baik hati mumumu (?) Ini ff pertama yang aku kirim kesini hehe J Tanpa banyak cuapcuap lagi, Happy reading all~

Song Recommend : BtoB – Second Confession

***

Hari ini adalah hari yang mendebarkan untukku. Aku akan menyatakan cintaku pada Minki! Sebenarnya, ini adalah kedua kalinya aku menyatakan cinta padanya. Sebelum ini, kami sudah menjalin hubungan selama kurang lebih hampir satu tahun. Hanya karena masalah sepele, dia memintaku untuk memutuskan hubungan ini. Bukan Park Chanyeol namanya kalau tidak bisa meluluhkan hati seorang Choi Minki!

Yeoboseyo, Minki-ya?…. Bisa kita bertemu sekarang?…. Oh ayolah, ini akhir pekan…. Kau mau?!… Baiklah jam 8 aku tunggu di kafe biasa…. Annyeong!”

***

Sebelum sampai di kafe, aku harus mempersiapkan sebuah hadiah untuk Minki. Tapi, aku tak tahu harus menyiapkan apa. Bunga? Atau sebuah boneka?

“Anda mencari sesuatu, tuan?” Tanya seorang pelayan toko padaku.

“Saya ingin memberikan hadiah untuk seorang perempuan. Maaf, tapi… apa anda bisa bantu saya?”

“Tentu, tuan. Anda ingin hadiah seperti apa?”

“Apa yang paling perempuan sukai saat ini?” Seketika pelayan itu terdiam. Kurasa, ia sedang berpikir.

“Tuan, apa anda yakin pacar anda akan mau hadiahnya?”

“Ada apa?”

“Saya tak yakin pacar anda akan suka. Tapi, ini yang sedang disukai oleh para perempuan sekarang.”

***

“Krim wajah?! Memang wajahku kenapa?!” Semprot Minki saat aku memberikan hadiah padanya.

“Aku tak tahu apa yang kau sukai. Jadi—“

“Selama satu tahun kita berpacaran kau bahkan belum tahu?! Astaga! Park Chanyeol! Kau keterlaluan sekali!” Setelah itu, Minki melempar krim wajah yang aku belikan padanya ke meja. Aku hanya diam saja. Ketika Minki ingin pergi, segera kutahan tangannya.

“Maafkan aku.” Minki langsung melepas genggaman tanganku kasar dan pergi begitu saja.

Yeoboseyo, Nara-ya?…. Bisa temui aku sekarang?…. Tak apa, ajak saja…. Baiklah. Aku tunggu ya….”

***

“Kau memberinya krim wajah? Astaga. Park Chanyeol yang tampan, Minki tak menyukai hal – hal seperti itu.” Ujar Nara. Mungkin, yang harusnya menjadi pacarku adalah Jung Nara. Nara dan Minki bagaikan langit dan bumi. Mereka berbeda jauh sekali. Sayangnya, aku jauh mencintai Minki ketimbang Nara.

“Lalu, dimana krim wajahnya? Kalau tak mau untukku saja.” Celetuk Sungra. Nara hanya menatap Sungra dengan tatapan ‘jangan-bersikap-aneh’.

“Lalu, apa yang harus aku lakukan? Kau tahu bukan, setiap aku memberinya sesuatu selalu saja ada di kalian.” Keluhku.

“Hampir sebagian besar hadiah yang kau berikan untuk Minki, semuanya ia tak suka.” Jawab Nara.

“Aku tahu, kau bahkan juga tahu, Nara sayang.” Ucap Sungra.

“Baiklah. Aku akan memberitahukanmu sesuatu yang amat sangat penting.”

***

Sekarang, aku dan Nara sedang pergi ke sebuah butik yang berada di Gangnam. Nara bilang, Minki sangat menyukai segala hal tentang fashion.

“Kau yakin Baekhyun tak marah padamu?” Tanyaku memastikan. Jung Nara memang sudah mempunyai seorang pacar bernama Byun Baekhyun. Aku ingin sekali hubunganku dengan Minki semulus hubungan mereka. Aku terkadang iri dengan mereka.

“Chanyeol tampan, kau bahkan sudah berbicara padanya. Lihat itu! Astaga!” Nara langsung berlari ke arah sebuah rak baju yang betuliskan ‘sale’.

“Nara-ya, kau ingat ‘kan tujuan kita datang kesini?” Tanyaku.

“Aku ingat. Kau memintaku menemanimu untuk membeli hadiah, bukan? Sekarang, aku sedang memilih hadiah untuk Minkimu yang tercinta.”

***

“Chanyeol tampan, maaf sekali. Aku tak bisa membantumu.” Ujar Nara dengan wajah menyesal.

“Ayolah… hanya kau yang bisa membantuku…”

“Bagaimana kalau kau sendiri saja yang memberinya? Aku sudah—dengan terpaksa karena kau adalah sahabatku—membatalkan janji kencan dengan Baekhyun hari ini. Jadi, kau saja.” Aku mengerang frustasi. Pasalnya, Aku takut Minki akan menolakku kembali.

“Jangan khawatir. Minki tak akan menolakmu. Percaya padaku.” Ucapnya seakan membaca pikiranku.

“Kalau ia menolakku bagaimana? Perempuan itu benar – benar membuatku gila!”

“Bagaimana denganmu? Apa kau tidak gila menyatakan perasaanmu pada perempuan yang kau anggap gila? Dasar aneh.” Tiba – tiba saja, handphone ku berbunyi, menandakan ada sebuah pesan masuk.

From : My Girlfriend Choi Minki

To : Park Chanyeol

Dimana aku harus bertemu denganmu? Kalau sampai terjadi hal seperti kemarin, awas kau!

“Aku sengaja mengirim pesan padanya. Apa ada masalah?” Tanya Nara padaku. Sebenarnya, aku sedang gugup sekarang.

“Cepat temui dia! Sebelum ia benar – benar menolakmu mentah – mentah!”

***

“Jadi, ada urusan apa kau ingin menemuiku lagi?” Tanya Minki padaku. Aku mengajaknya untuk bertemu di Sungai Han karena dua hal—menurut saran dari Nara.

“Yang pertama, karena disana selalu ada pertunjukkan air mancur yang sangat indah. Minki sangat menyukai hal itu. Yang kedua, karena Minki selalu pergi kesana setiap malam. Entah, aku pun juga tak tahu alasan yang pasti kenapa ia selalu pergi kesana setiap malam.” Perkataan Nara masih terngiang jelas ditelingaku.

“Chanyeol-a, aku masih banyak urusan. Cepat katakan ap—“

“Choi Minki, saranghae. Putus hubungan denganmu membuatku seperti orang gila. Aku ingin kita memulai semua dari awal lagi. Jadi, maukah kau menjadi pacarku untuk yang kedua kalinya?” Tanyaku langsung. Jantungku benar – benar berdebar tidak keruan. Kulihat sekilas, Minki sepertinya terkejut.

“Kau… apa…”

“Maukah kau menikah denganku?” Oh, ini diluar perkiraanku.

“Park Chanyeol, kau… benar – benar serius dengan pertanyaanmu barusan?” Tanyanya dengan wajah tidak percaya. Aku hanya menjawab dengan anggukan kepala.

“Secepat itu kita… menikah? Hei! Kau bahkan masih tidak tahu apa kesukaanku! Lancang sekali kau bertanya hal seperti itu padaku!” Aku langsung mengeluarkan sebuah tas belanja dari balik punggungku. Ia nampaknya benar – benar terkejut dengan apa yang aku berikan padanya.

“Bukalah. Pasti kau akan suka.” Ucapku. Ia mulai merobek tas belanjanya dan tercengang dengan isinya.

 (Jangan liat orangnya tapi liat bajunya aja)

“Kau…”

“Menikah denganku?” Shit. Jantungku benar – benar berdetak lebih cepat menunggu jawabannya.

“Chanyeol-a, dengarkan aku. Aku tak akan mengulang perkataanku lagi.” Tubuhku menegang, seolah sedang terkena setruman kecil yang berasal dari kabel TV.

“Apa jawabanmu?” Tanyaku panik.

“Aku…”

“Ya?”

“Benar – benar…”

“Kau menolakku?”

“Dasar bodoh. Dengarkan dulu, baru kau bertanya.”

“Baiklah. Jadi, apa jawabanmu?”

I do, Park Chanyeol.”

-END-

Aku mohon dengan amat sangat comment dari kalian. Karena, satu comment sangat berarti untukku :”) makasih udah mau baca ff gaje ini J sampai jumpa di ff selanjutnya~ Ppyong~~~


Crazy Of You

$
0
0

Title :  Crazy Of You

Author : Mels // @melialia_

Genre : Romance, School life

Rating : PG-17

Length : Oneshoot

Main cast :

-           Kim Hye Na a.k.a OC

-           Kim Jong In a.k.a Kai EXO

Cast :

-           Oh Se Hoon a.k.a Sehun EXO

-           Jung Soo Jung a.k.a Krystal F(x)

-           Park Eun Na a.k.a OC as Hye Na friends

-           Do Kyung Soo a.k.a D.O EXO

-           And other cast author need

Declaimer :

Annyeong haseo~ ini ff pertama yang saya post kesini, sebelumnya makasih banyak buat admin yang udah mau ngepost ff saya ini, kekeke^^ ff kali ini author make castnya Kai a.k.a Kim Jong In my  2nd bias, hehehe… semoga para readersdeul suka ya sama ff author yang satu ini, oh iya satu lagi… author mohon banget jangan sampe ada yang namanya SIDERS ya, karna menurut author itu sama sekali gak menghargai kerja keras author yang ngebuat ff, jadi mohon komentarnya, kalo gak bisa komen disini, kalian bisa langsung ke twitter author di @melialia_ ^^ so, happy reading readers deul…

This ff and OC is mine!

.

.

.

WARNING!!! TYPO BERTEBARAN!!!!

.

.

.

  • Crazy Of You -

Apa yang bisa diharapkan dari namja cuek dan dingin sepertinya? Aku bahkan mulai ragu mengenai perasaannya padaku! Kau benar-benar membuatku gila Kim Jong In!! _Kim Hye Na_

Bukannya aku tidak menyukaimu, tapi memang begitulah caraku sehingga kau akan terus terjerat oleh pesonaku Kim Hye Na _Kim Jong In_

  • Crazy Of You -

// Hye Na POV //

Pagi ini, udara tidak lagi sepanas hari biasanya. Yap, hari ini mungkin memang telah memasuki musim semi dan akupun juga harus merelakan hari-hari liburku dimusim panas. Hari ini aku memasuki tahun pertamaku berada ditingkat pertama sekolah menengah atas, ya… aku murid SMA sekarang! Namun, ada yang membuatku kesal setengah mati. Kenapa aku bisa satu sekolah dengan namja itu lagi, namja menyebalkan yang bernama Kim Jong In. tidak.. tidak,  dia bukan termasuk tipe nappeun haksaeng, berandalan ataupun sejenisnya, dia bahkan namja yang tampan, pintar, kaya, dan sangat jago dance! Bahkan waktu SMP dulu kemampuan dancenya diakui diseluruh kota! dia sangat sempurna bukan?  Dan satu lagi,  dia adalah namjachinguku… yah, namjachingu.  Hey, pasti kalian bingung bukan kenapa aku tidak senang karna aku harus satu sekolah lagi dengan jong in? ah… agak kurang enak didengar jika aku memanggilnya jong in, yah~ dia menyuruhku untuk memanggilnya dengan nama Kai karna hanya orang-orang terdekatlah yang memanggilnya dengan sebutan itu -well, aku bisa dibilang seseorang yang sangat dekat dengannya saat ini bukan?- dan aku sudah sangat terbiasa dengan panggilan itu

Aku tidak suka jika harus satu sekolah dengannya lagi karna sifatnya yang menurutku sangat menjengkelkan itu, dan sungguh aku tidak mau melihat sifatnya itu lagi saat aku berada disekolah. Kalian tahu? Namja itu memiliki sifat yang sangat cuek serta dingin seolah tidak perduli sengan sekitarnya, bahkan denganku pun –yang notabene adalah yeojachingunya- dia selalu saja bersikap cuek dan dingin. Kalian pasti heran bukan kenapa aku bisa menyukai namja seperti itu? jawabannya adalah, pesonanya. Pesona yang dikeluarkan oleh seorang namja bernama kai selalu saja sukses membuatku sulit untuk terlepas darinya. Sungguh! Namja itu selalu membuatku gila akan pesonanya!

“ hye na-ya! “ panggil seseorang yang kutahu adalah suara eunna, chinguku. Aku berteman dengannya sejak kami berada di SD dulu dan beruntungnya kami selalu dalam satu sekolah walaupun tidak pada kelas yang sama. Ah iya, aku belum memperkenalkan diriku pada kalian bukan? Namaku hyena, Kim Hye Na. hey, bahkan margaku sama bukan dengan namja menyebalkan itu?

“ eoh, eunna-ya waeyo? “ tanyaku kepada chinguku itu

“ kajja kita kekelas bersama “ ajaknya

“ memangnya kita sekelas? “ tannyaku

“ ne, kita sekelas tahun ini^^ ”  jawabnya

“ dan kita juga sekelas dengan namjachingumu itu “ lanjutnya

“ ne?! jeongmalyeo? “ ucapku tidak percaya

“ kau tidak percaya padaku, eo? Kalau begitu lebih baik kita buktikan saja perkataanku benar atau tidak, aku yakin jong in pasti sedang berada dikelas saat ini! “ ujar eunna yakin lalu menarikku menuju kelas

***

Sesampainya dikelas, aku langsung terdiam melihat sesosok namja yang lagi-lagi membuatku terpesona. Aigoo~ saat mendengarkan musikpun wajahnya amat mempesona!

“ benarkan apa kataku? “ Tanya eunna sambil tersenyum

“ baiklah~ aku percaya “ jawabku seadanya

“ ya, kau akan duduk disebelahnya kan? Kau lihat itu, para yeoja dikelas memandangi kai dengan tatapan memuja “ ujar eunna. Benar apa yang dikatakan eunna, yeoja-yeoja dikelas kami memandangi kai dengan tatapan entah memuja atau ingin memakannya hidup-hidup

“ tentu saja, aku tidak akan membiarkan yeoja-yeoja itu terus menatap kai seperti itu “ jawabku santai  lalu aku segera menghampiri kai

Setelah berada disampingnya dan duduk tepat disebelahnya, dia masih saja tidak menyadari adanya kehadiranku disini. Matanya masih saja terpejam sambil menghayati alunan musik yang didengarkannya itu. Akupun dengan sengaja  melepaskan earphone sebelah kirinya

“ ya! “ kesalnya. Aku memandangnya datar

“ ah.. kau, wae? “ tanyanya lalu memasangkan kembali earphone ketelinganya itu

“ kenapa tadi pagi kau tidak menjemputku? Bukankah kau sudah janji akan menjemputku dan berangkat bersama kesekolah? “ ucapku tanpa jeda

“ mian, aku lupa “ jawabnya singkat

“ mwo? Lupa katamu? “ ucapku tak percaya. Dia lupa akan janjinya sendiri? Jinjja! Aku mulai meragukan namja ini,

“ mianhae… aku lupa dan aku sangat menyesal “ jawabnya datar. Menyesal katanya? Dengan wajah datar seperti itu dia bilang menyesal?

“ hhh… sudahlah, tidak usah dibahas lagi “ ucapku sedikit kesal lalu bangkit dari dudukku dan hendak pergi. Namun saat kakiku hendak melangkah, aku merasakan tangannya menggenggam erat tanganku –menahanku pergi-

“ duduk “ ucapnya pelan namun penuh penekanan. Akupun berbalik dan kembali duduk ditempat semula. Entah kenapa aku dengan bodohnya menuruti perkataan namja ini

“ mworago? “ tanyaku sambil memandangnya malas

“ mianhae, untuk tadi pagi aku benar-benar lupa karna ada sedikit masalah dengan eomma tadi… mianhae, “ ujarnya. Diapun bangkit dari duduknya dan melepaskan earphonenya

“ kurasa, permintaan maaf saja tidak cukup untukmu “ ucapnya ambigu. Diapun mendekatiku dan mulai memelukku. Posisi kami saat ini –aku yang terduduk dan dia yang berdiri sambil memelukku- sungguh sangat membuatku merasa tidak nyaman. Jantungku lagi-lagi berdegup sangat kencang dan bisa kupastikan wajahku memerah sekarang. Aku juga merasakan ada yang memperhatikanku dengan tatapan membunuh dan benar saja, aku melihat para yeoja yang sedari tadi  memperhatikan kai kini menatapku dangan tatapan membunuh seolah aku adalah seseorang yang harus dimusnahkan saat ini  juga

“ kai… lepaskan, ini disekolah “ ucapku sambil berusaha melepaskan pelukannya. Bukannya melepaskan, justru dia malah makin mengeratkan pelukannya itu

“ kai~ lepaskan “ ucapku lagi namun masih tetap tidak dihiraukan olehnya

“ kai, aku sudah memaafkanmu, jebal lepaskan~ “ ucapku dengan nada memohon. Diapun melepaskan pelukannya padaku dan memamerkan smirknya yang lagi-lagi selalu membuat tubuhku seperti tersengat listrik saat melihat smirk miliknya itu

“ aku suka caramu memohon, nona kim “ ucapnya. Diapun kembali duduk dan memasang earphone ditelinganya lagi. Huh! Dia menjadi kai si  namja cuek dan dingin lagi!

***

3 minggu setelah kejadian saat kai memelukku dikelas dan disaksikan oleh para teman sekelasku, sosok kai yang cuek dan dingin menjadi benar-benar lebih cuek dan dingin dari biasanya. Bahkan saat dia mengantar-jemputku tidak ada sepatah katapun yang diucapkannya. Jujur saja, kali ini aku sangat ragu akan perasaannya padaku? Apakah dia sudah bosan dan memiliki yeoja lain tanpa sepengetahuanku? Sungguh, namja itu benar-benar membuatku bingung!

“ hye na-ya “ panggil eunna yang sontak mengagetkanku saat tangannya menyentuh bahuku

“ ah, eunna-ya… kau mengagetkanku! “ ucapku

“ mengagetkanmu? Ya! Aku sudah memanggilmu dari tadi tapi kau bahkan tidak menengok~ “ kesal eunna

“ he? Jinjjayo? “ ucapku tak percaya

“ tentu saja! Ya, sebenarnya apa yang kau pikirkan, eo? Kau berkelahi dengan namjachingumu itu? “ tanyanya. Aku menggeleng

“ aniya… “ jawabku lesu

“ lho, terus kau kenapa?? “ tanyanya eunna lagi

“ molla… yang jelas, aku mulai lelah eunna-ya~ “ ucapku

“ ne? “ ucap eunna seakan tidak mengerti

“ kau tahu, hubungan kami seakan-akan hanya hubungan cinta sepihak… aku bahkan ragu dengan perasaannya, apakah dia masih menyukaiku atau memang dari awal dia tidak pernah menyukaiku… itu sungguh membuatku pusing, eunna-ya “ ceritaku pada chinguku ini

“ ya~ kenapa kau berbicara seperti itu?? “ Tanya eunna

“ entahlah, akhir-akhir ini pemikiran seperti itu selalu saja terlintas diotakku “ jawabku begitu saja

“ apa sebaiknya aku akhiri saja ya hubungan ini? “ lanjutku

“ mwo?! YA! Kau serius?! Dulu, saat aku menyuruhmu putus dengannya karna sifatnya itu kau bilang kau tidak bisa hidup tanpanya, tapi sekarang?! Aigoo~ apa kau yakin dengan pemikiran bodohmu itu kim hye na? “ ucap eunna panjang lebar

“ hhh~ molla-yo… yang jelas, untuk saat ini aku lelah diperlakukan terus seperti ini olehnya, eunna-ya “ keluhku padanya

// Hye Na POV End //

// Kai POV //

“ oi, jong in-a “ panggil kyungsoo temanku

“ wae? “ tanyaku malas

“ kau sedang bertengkar dengan hye na? akhir-akhir ini kau sangat cuek padanya “ ucap kyungsoo

“ ya, itu bukan urusanmu kyungsoo-ya… “ jawabku acuh

“ arraseo, keundae… jika kau terus memperlakukannya seperti itu, apa kau tidak takut kalau hye na akan memutuskan hubungannya denganmu jong in-ah ? ” Tanya kyungsoo lagi yang kali ini membuatku sedikit agak kesal mendengar ucapannya itu barusan

“ memutuskan hubungan? “ tanyaku

“ dia tidak mungkin begitu saja terlepas olehku kyungsoo-ya… dia milikku “ lanjutku penuh dengan keyakinan

// Kai POV End//

// Hye Na POV //

… tomorrow…

“ MWOYA?! Kau serius akan melakukannya, hah? “ ucap eunna tidak yakin setelah aku bilang padanya kalau aku akan memutuskan hubunganku dengan kai hari ini

“ ini sudah keputusanku, eunna-ya… aku lelah dengan hubungan cinta sepihak ini “ jawabku

“ ta-tapi kan__  Aish… kau yakin tidak akan menyesal memutuskan hubungan dengan jong in? “ Tanya eunna lagi

“ ne~ kurasa itu yang terbaik “ jawabku

“ hhh~ terserah padamu sajalah hye na. “ ujar eunna akhirnya menyerah

“ HEY, AWAAAS!! “ teriak beberapa orang. Akupun penasaran dan menengok kearah suara dan BHUUUGGH! Aku merasakan sakit yang amat sangat didaerah sekitar wajahku. Akupun merasa sangat pusing, pandanganku menjadi buram dan…. Semuanya gelap,

***

Bau antiseptic tercium saat setelah aku membuka mataku. Akupun mencoba bangkit dari tidurku. Ugh~ kepalaku sakit!

“ aku berada dimana? “ gumamku sambil memegang kepalaku yang masih terasa pusing ini

“ ah, kau sudah sadar “ ucap seorang namja disebelahku. Refleks akupun menengok kearah suara dan benar saja dugaanku bahwa suara itu adalah suara kai

“ ini dimana? “ tanyaku

“ tentu saja UKS. Ya! Betapa bodohnya dirimu bisa terkena hantaman bola basket tepat diwajahmu itu! “ ucap kai. Ah… aku baru ingat kejadian tadi saat aku berjalan bersama eunna

“ begitukah~ “ ucapku pelan sambil menunduk. Saat ini aku hanya berdua dengannya, apa ini waktu yang pas untuk membicarakan hal itu dengannya? Huft… sepertinya iya,  Kau pasti bisa Kim Hye Na!! Hwaiting!!

“ mmm… kai, “ panggilku

“ ada apa? “ tanyanya singkat

“ mmm… se_sebenarnya… “ ucapku tertahan. Aish… mengapa sulit sekali muntuk mengatakannya? ><

Akupun melihatnya. Diapun melihatku seolah menagih ucapan apa yang akan kuucapkan. Oke, kau pasti bisa mengatakannya hye na! mungkin saja setelah kau mengatakannya kau bisa melupakannya!

“ mmm, kai… se_sepertinya hubungan kita berakhir saja, aku sudah lelah dengan hubungan ini… “ ucapku akhirnya. Akupun masih saja terus menunduk karna aku tidak berani untuk menatap wajahnya. Namun tanpa sadar, akupun mendongakkan kepalaku dan mulai menatapnya juga. diapun hanya menatapku datar tanpa mengucapkan sepatah katapun padaku.

“ baiklah, “ ucapnya yang membuatku tersentak. Dia lalu bangkit dari duduknya

“ kalau itu maumu, baiklah “ ucapnya lalu mengusap kepalaku pelan dan pergi meninggalkanku sendirian di UKS.

 Entah kenapa rasanya sangat sakit mendengar persetujuannya saat aku meminta untuk mengakhiri hubungan ini. Kenapa dia seperti enteng-enteng saja melepasku begitu saja? Apa dia memang menungguku untuk memutuskan hubungan ini? Dasar namja menyebalkan!! Aku membencimu KIM JONG IN!!!

***

@Han River

2 minggu setelah kejadian di UKS. Ya ya ya… memutuskan hubungan dengan kai dan hubungan kami menjadi benar-benar putus. Tidak pernah ada sapaan lagi diantara kami, bahkan jika kami berpapasan disaat istirahatatau saat jam pelajaran olahraga, aku akan memalingkan wajahku kearah lain agar aku tidak melihat tatapannya yang mematikan itu. aku tidak ingin menyesal telah memutuskan hubungan dengannya hanya karna aku melihat matanya!

Tapi membicarakan tentang namja itu, hhh… aku jadi merindukannya… kalian tahu kenapa dihari minggu yang masih pagi ini aku sudah berada di sungai han? Yayaya~ aku akan menjawabnya. Pagi ini aku berada disini karna untuk menjernihkan pikiranku, duduk ditepi sungai han sambil merasakan hembusan udara pagi yang sangat sejuk sangat pas untuk menjernihkan kepalaku. Semalaman aku tidak bisa tidur karna memikirkan namja itu. aish… babo!! Padahal aku yang memutuskan hubungan dengannya, tapi pada akhirnya aku yang seperti tidak bisa hidup tanpanya. Benar-benar bodoh!!

Pagi hari dihari minggu seperti ini, pasti kai belum bangun dan masih berada didalam mimpi indahnya itu. paling pagi bangun pukul 11 siang! Hhh… kenapa aku malah berharap dia ada disini ya walaupun aku tahu pagi-pagi begini dia belum bangun…?

“ sedang apa kau sendirian disini? “ Tanya seorang namja yang tanpa sadar tengah duduk disebelahku. Akupun menengok kearah suara

“ kai?!” kagetku

“ Ya!! Bukannya biasanya kau belum bangun??? Ini bahkan –liat jam- … ini bahkan masih jam 7.00, kenapa kau ada disini?! “ lanjutku

“ ya~ apa aku tipe namja yang selalu bangun siang? “ ucapnya tidak terima

“ aniy, hanya saja… bukankah dihari minggu seperti ini kau paling pagi bangun jam 11?? “ jelasku. Bukannya menjawab, dia malah mengacak-acak rambutku pelan lalu tersenyum tipis

“ kau memang begitu mengenalku hyena-ya… sayang sekali kita putus begitu saja, “ ucapnya. Mendengar ucapannya barusan aku baru ingat kalau aku memang sudah putus dengannya

“ aku pergi dulu, “ pamitnya lalu bangkit dari duduknya dan meninggalkanku begitu saja. Kenapa rasanya… aku sangat kecewa saat dia bicara seperti tadi padaku? Jinjja~  kim jong in…. kenapa sulit bagiku untuk berhenti mencintaimu…. ><

***

“ hye na, “ panggil temanku, eunna

“ wae? “ tanyaku

“ neo gwenchana? “ tanyanya lalu meletakkan punggung tangannya kearah dahiku

“ tidak panas, tapi kenapa kau pucat ? “ lanjutnya

“ ne?! “ ujarku bingung

“ apa yang sedang kau pikirkan sih? “ Tanya eunna lagi. Apa yang kupikirkan? Tentu saja aku memikirkan namja yang membuatku gila itu!

“ a-aniyo… aku tidak berpikir tentang hal-hal aneh, kau tahu sendirikan aku tipe yeoja yang malas berpikir “ ucapku bohong

“ benarkah? “ ucapnya tak percaya

“ tentu saja! Kau tidak percaya padaku? “ ucapku meyakinkannya

“ hhh, yasudahlah… kajja kita kekelas “ ajak eunna

“ ne, kajja “

@Hye Na’s Class

Akupun memasuki kelasku sendirian. Kalian pasti bertanya dimana eunna sekarang kan? Yah… tiba-tiba saja  dia dipanggil oleh namjachingunya, luhan dan langsung meninggalkanku begitu saja. Menyebalkan!

Saat aku memasuki kelas, akupun langsung duduk dibangkuku. Aniya, aku tidak mungkin duduk disebelah kai lagi. Kami sudah putus! Jadi, aku meminta kyungsoo untuk bertukar bangku denganku dan aku sangat bersyukur karna kyungsoo mengiyakan permintaanku itu.

“ hye na-ssi “ panggil soo jung saat aku sedang membalas pesan permintaan maaf dari eunna yang meninggalkanku begitu saja

“ wae? “ tanyaku

“ kudengar kau putus dengan jong in, apa itu benar? “ tanyanya tiba-tiba. Akupun tersentak dengan pertanyaannya yang sukses membuatku kaget setengah mati itu *author lebay*

“ ne? “ ucapku refleks

“ ah… apakah jawaban itu artinya iya? Huaaaahhh… syukurlah! Akhirnya kau putus juga dengan jong in! aku sangat senang. Hey, apakah kalian putus karna kau menyadari bahwa hubungan kalian memang tidak seharusnya terjadi? Aigoo… syukurlah jika kau menyadari hal itu “ ucap soo jung seenaknya. Aish… yeoja ini benar-benar! Ingin sekali aku menjambak rambutnya yang berwarna merah itu!!

Kulihat, kai yang baru saja memasuki kelas dan duduk dibangkunya –pojok paling belakang- .

“ jja… aku pergi dulu, hye na-ssi^^ “ ucap soojung sambil mengusap kepalaku dan langsung menghampiri kai. Ish! Apa maksud dia mengelus kepalaku? Meremehkanku hah?! Jinjja!!

“ jong in-a…. kau baru datang? Apa kau lapar? Aku membawa bekal, ayo kita makan bersama “ ucap soojung yang membuatku mual. Apa-apaan soojung itu? hey, bahkan kai tidak merespon kehadiranmu sama sekali!! Aigoo~ yeoja seperti itu harus dimusnahkan! Membuat darah tinggi saja!! Eh, tapi apa peduliku? Bukankah aku tidak ada hubungan apa-apa lagi dengan kai ? Untuk apa aku mengurusi yeoja genit seperti soojung itu!

“ jong in-a… jangan mengabaikanku~ “ ucap soo jung dengan nada sok imutnya. Aku penasaran dan akhirnya melihat kearah mereka –kai dan soojung- . yak!! Apa-apaan itu?! jinjja!! Ingin sekali rasanya melepaskan tangan soo jung yang menempel dipipi kai sekarang juga!! ya! Ya! Ya! Dan apa-apaan itu, kai malah menatap soo jung dengan tatapannya itu!! aakhhh…. Berada dikelas membuatku benar-benar darah tinggi!! Lebih baik aku keluar saja dari pada melihat pemandangan yang kurang mengeakkan untuk dilihat itu!! ya!! Bahkan ini masih pagi!! ><

***

Apa maksud kai dangan merespon skinship yang diberikan soojung itu dengan tatapan datarnya? Apa dia senang dengan skinship yang diberikan soo jung itu, ha!? Aigoo~ bahkan aku tidak pernah se-agresif itu dengan memegang wajah kai dengan seenaknya!! Kenapa namja itu babo sekali sih mau disentuh dengan yeoja itu seenaknya?! Ya! Apa….. apa jangan-jangan diam-diam kai menyukai gadis itu makanya dengan entengnya dia menerima permintaanku untuk memutuskan hubungan dengannya?! Aaaaa~ kai!! Kau menyebalkan!! ><

Eh? Tapi untuk apa kau kesal? Aku kan sudah bukan yeojachingunya lagi, jadi untuk apa aku marah? Itu haknya kan untuk dekat dengan yeoja itu… tapi, aish.. kenapa harus yeoja itu sih?! Aaaa~  michigetda!!! Kau benar-benar membuatku gila kai ><

“ ya! Kim hye na!! “ aku kaget saat mendengar teriakan dan sentuhan dibahuku dari chinguku eunna

“ ya! Apa kau tidak bisa lebih pelan sedikit? Aku kaget tahu! “ kesalku

“ kau ini benar-benar yah?! Kajja, ikut aku! “ ucap eunna tak kalah kesal lalu dia menarikku menuju kesuatu tempat. Dia mau membawaku kemana >,<

@atap sekolah

“ ya! Kau sudah gila ya kim hye na? “ ucap eunna membuka pembicaraan dengan nada tingginya

“ enak saja, aku tidak gila! “ ucapku tidak terima saat dia mengataiku gila

“ ckckck, sekarang aku percaya kalau orang gila tidak akan mengakui kalau dirinya itu gila “ cibir eunna

“ ya! Park eunna “ kesalku

“ kau ini, apa kau tidak malu ha? “ kesal eunna tak kalah kesal dariku. Malu?

“ malu? Malu kenapa? Kurasa aku tidak melakukan hal-hal aneh “ ucapku

“ tidak melakukan hal-hal aneh katamu? Aigoo~ kim hye na, kau benar-benar tidak bisa hidup tanpa jong in sepertinya “ ucap eunna

“ mwo?! Ya! Kenapa membawa-bawa nama namja itu, eo?! “ protesku

“ tentu saja! Apa kau tidak tahu? Tadi aku sudah memanggilmu berkali-kali dari kejauhan tapi kau tidak menengok sama sekali, kukira kau marah padaku… tapi apa? Saat aku mendekatimu kau malah sedang  marah-marah tidak jelas kepada soo jung yang dekat-dekat dengan kai sambil mengacak-acak rambutmu frustasi, apa itu bisa dibilang perlakuan orang waras? “ jelas eunna

“ a-apa aku seperti itu? “ tanyaku tidak percaya.

“ mana mungkin aku berbohong! Kau seperti seseorang yang memiliki konflik batin hye na-ya… “ ujar eunna

“ kau masih mencintainya kan? “ Tanya eunna. Mencintainya?

“ kau juga masih belum bisa melupakannya kan? “ Tanya eunna lagi. Aku terdiam. Yeah, aku memang benar masih mencintainya dan akupun sulit untuk melupannya…

“ jawab aku kim hye na! “ bentak eunna

“ hhh~ aku memang tidak bisa berbohong darimu, eunna-ya~ “ jawabku akhirnya. Kulihat eunna menatapku dalam dan menghembuskan nafas beratnya

“ sudah kuduga…  kau memang benar-benar tidak bisa hidup tanpa jong in, “ ucapnya

“ bilang padanya kalau kau menyesal telah memutuskan hubungan dengannya, kau masih mencintainya bukan? “ lanjut eunna

“ aku memang masih mencintainya, tapi… untuk kembali padanya aku ragu eunna-ya “ jawabku

“ kenapa harus ragu? Aku yakin kai pasti juga masih memiliki perasaan yang sama denganmu… “ ujar eunna

“ perasaan? Kau tahu eunna-ya, perasaannyalah yang membuatku memutuskan hubungan dengannya…  sikapnya yang cuek dan dingin itu membuatku bingung akan perasaannya, entah dia menyukaiku atau tidak… “ jawabku sambil tertunduk

“ sudahlah… jangan sedih seperti  itu, aku jadi ikut sedih hye na-ya~ “ ucap eunna sambil menepuk nepuk bahuku memberikan kekuatan. Aku bersyukur walaupun aku tidak memiliki kai lagi, aku masih bisa memiliki sahabat seperti eunna yang selalu ada disaat kapanpun

“ kalau seperti itu, bagaimana kalau kau melupakannya saja? “ ucap eunna

“ kau kan tahu sulit bagiku untuk melupakannya~ “  jawabku

“ a-ah… benar juga~ “ ucapnya kemudian

“ ah, tapikan! Kalau ada seseorang yang bisa membuatmu melupakan jong in, mungkin suatu saat nanti kau akan melupakannya! “ lanjutnya

“ ne? ya~ kau tahu kan kalau aku tidak mudah dekat dengan namja… namja yang dekat denganku kan hanya kai, kyungsoo dan namjachingumu itu –luhan- “ ucapku

“ hey, kau tahu? Aku baru ingat… tadi sebelum aku ingin membawamu kesini, sebenarnya aku ingin memberi tahumu sesuatu “ ucap eunna

“ apa itu? “ tanyaku penasaran

“ kudengar dari luhan, kalau ada seseorang yang diam-diam menyukaimu hye na-ya “ ucap eunna

“ mwo?! “ kagetku

“ jeongmalyeo? “ tanyaku tidak percaya. Aku tidak menyangka kalau aku memiliki pengagum rahasia seperti itu

“ tentu saja, mana mungkin aku berbohong~ “ ucap eunna

“ namanya oh sehun, dia sekelas dengan luhan… kau pasti mengenalnya, dia satu club dengan jong in “ jelas eunna. Sehun? Ah, aku pernah mendengar namanya sesekali…

“ ne, aku tahu… tapi benarkah dia menyukaiku? Bukankah dia  namja yang cukup populer disini… -selain kai tentunya- “ ucapku tidak percaya

“ apa salahnya kalau dia menyukaimu? Kau tahu, banyak orang bilang lebih baik disukai seseorang daripada menyukai orang yang sama sekali tidak menyukaimu~ “ ujar eunna. lebih baik disukai seseorang daripada menyukai orang yang sama sekali tidak menyukaimu? Itu berarti… kai tidak menyukaiku? Begitu?

“ y-ya… apa aku salah bicara? “ Tanya eunna

“ kau bilang lebih baik disukai seseorang daripada menyukai orang yang sama sekali tidak menyukaimu, berarti kai tidak menyukaiku begitu? “ tanyaku. Huaaa… jadi selama ini firasatku benar kalau kai ternyata tidak menyukaiku?? Huaaaa~

“ ti-tidak seperti itu juga…. itu kan hanya sekedar ucapan hye na! itu hanya supaya kau yakin dengan sehun… “ jelas eunna

“ dekatlah dengan orang yang menyukaimu itu –sehun- kau pasti akan bisa melupakan jong in “ lanjut eunna

“ baiklah, akan kucoba~ “ jawabku setuju

“ kalau begitu, aku akan bilang pada luhan untuk mengatur pertemuan kalian berdua sepulang sekolah nanti^^ sekarang, kajja kita kekelas… sebentar lagi bel berbunyi “

“ ne, kajja “

***

#tteeeeetttttt

Bel tanda pulang sekolah pun telah berbunyi. Ah~ akhirnya aku bisa pulang dan tidak melihat kai dengan soojung lagi, senangnya~

“ hey, hye na-ssi “ panggil tae hyung sang ketua kelas. Tumben dia memanggilku

“ ada apa, tae hyung-ssi? “ tanyaku

“ didepan ada yang mencarimu “ jawabnya

“ nugu? “ tanyaku lagi

“ oh sehun “ jawabnya. Aku menepuk dahiku pelan,  Aku lupa kalau aku akan bertemu dengan namja bernama oh sehun sepulang sekolah.

Tanpa berucap apapun pada tae hyung akupun langsung keluar dan langsung melihat sesosok namja yang kuketahui sangat populer sedang menungguku sambil menyenderkan punggungnya didinding depan kelasku

“ sehun…-ssi? “ panggilku ragu. Diapun menengok dan sebuah senyuman mengembang jelas diwajahnya.

“ ah, hye na-ssi… annyeong haseo, “ sapanya

“ ah… a-annyeong haseo “ balasku menyapanya

“ kajja, “ ucapnya lalu langsung menarikku begitu saja.

 Akupun hanya mengikuti langkahnya yang besar itu menuju suatu tempat. Ah, ini halaman belakang!

“ sudah sampai, “ ujarnya sambil menatapku dengan tatapan teduhnya itu

“ a-ada apa sehun-ssi? “ tanyaku canggung. Jujur saja, baru kali ini ini aku berduaan dengan seorang namja selain kai. Dan sungguh, ini membuatku sangat gugup!

“ mmm… kau pasti sudah mengetahunya dari yeojachingunya luhan bukan kalau aku menyukaimu? “  tanyanya. Aku mengangguk

“ baguslah^^ “ ucapnya sambil tersenyum dengan manisnya sehingga matanya itu membentuk seperti bulan sabit yang sangat lucu

“ tapi sehun-ssi… “ ucapku tertahan

“ kenapa.. kau bisa menyukaiku? “ tanyaku

“ sebenarnya, aku sudah menyukaimu sejak pertama kali melihatmu diupacara penerimaan murid baru… kau tahu? Love at first sigh… kkk~ “ jawabnya

“ tapi, saat aku mengetahui kalau ternyata kau sudah berpacaran dengan jong in… akupun langsung memutuskan untuk menghilangkan perasaanku ini padamu tanpa memperjuangkannya lagi.  tapi kemarin, aku baru mengetahui kalau kau sudah putus dengan jong in, akupun langsung mencari cara agar aku bisa menyatakan perasaan yang selama ini kupendam padamu… aku bersyukur memiliki sahabat seperti luhan yang akhirnya bisa membuatku berbicara empat mata seperti ini denganmu, hye na-ssi… aku sangat senang! “ ucap sehun panjang lebar.

 Aku tertegun dengan ucapannya barusan, Membuat jantungku memompa lebih cepat. Baru kali ini aku mendapatkan pengakuan cinta dari seorang namja yang begitu menyukaiku… andaikan saja kai yang seperti ini…

Eh?! Kenapa aku jadi memikirkan namja itu sih?! Akukan sedang bersama sehun sekarang…

“ hye na-ssi… “ panggil sehun.

“ ne, ada apa? “ tanyaku

“ bisakah… hubungan kita lebih dekat? Dari seseorang yang tidak saling kenal, dekat, dan bisa saling memiliki? Aku sangat menyukaimu hye na-ssi… saranghae~ “ ucap sehun yang sontak membuatku membeku.

Aku masih terdiam tanpa mengucapkan apapun. Aku tidak tahu apa yang harus kukatakan padanya. Mencoba menyukainya? Apa itu tidak membuatnya kecewa jika suatu saat nanti aku tidak kunjung menyukainya? Hatiku…. Masih terisi sepenuhnya oleh kai~

“ a-ah…. Kau tidak perlu menjawabnya sekarang, “ ucap sehun sambil tersenyum

“ ne? “

“ aku bisa menunggu, kuharap jawabanmu nanti bisa membuatku senang hye na-ssi^^ “ ucap sehun lagi lalu menaruh kedua tangannya dibahuku dan tersenyum dengan sangat lebut.

Melihat senyumannya… kenapa ini membuatku merindukan kai? Jinjja~ kau harus melupakan kai sekarang juga kim hye na!! kai bahkan tidak menyukaimu, untuk apa kau masih saja memikirkannya ?

“ aku tahu, kau pasti mengakhiri hubungan kalian karna sifat dingin jong in itu kan? Sungguh, aku sangat kesal saat tahu kalau dia memperlakukan yeoja sepertimu seperti itu “ ujar sehun masih dengan tangannya yang berada dibahuku

“ ya! Singkirkan tanganmu itu! “ terdengar suara berat namja yang sangat-sangat kukenal. Aku dan sehunpun refleks melihat kearah suara. Kai? Sedang apa dia disana? Diapun mendekat kearah kami

“ sedang apa kau disini? “ Tanya sehun yang seakan mewakili pertanyaanku itu

“ ya! Sudah kubilang lepaskan tanganmu itu! “ ucap kai lagi. Mendengan ucapan kai yang penuh dengan penekanan itu membuatku refleks langsung melepas tangan sehun secara paksa dan menjauh dari sehun

“ apa urusanmu, kim jong in? kau sudah melepas yeoja ini bukan? “ Tanya sehun. Wajahnya kini tidak lagi seteduh saat dia menatapku tadi. Sebegitu tidak sukanya kah dia pada kai sehingga dia menatap kai dengan seperti itu. kudengar, hubungan mereka juga kurang baik karna mereka terkenal sebagai  rival dalam satu club

“ yeoja itu milikku! “ ucap kai santai. Aku lagi-lagi membeku mendengar ucapan kai barusan. Waktu seakan terhenti saat ini juga. dia… masih menganggap aku adalah miliknya?

“ ya! Jika kau memang menganggap hye na adalah milikmu, kenapa kau melepasnya begitu saja? Kau melepasnya seakan-akan kau sudah bosan adanya, kim jong in! “ kesal sehun. Benar… aku setuju dengan ucapan sehun. Melepasku seakan ia sudah bosan, sepertinya memang benar seperti itu!

“ ini untuk sikapmu pada hyena yang membuat hye na sedih! “ BHUGGH! Satu pukulan sukses mendarat diwajah kai

BHUUGH! “ yang ini untukmu yang selalu mempermainkan perasaan hye na! “ pukulan demi pukulanpun terus diberikan sehun pada kai.

Aissshhh… kai!! Kenapa namja itu diam saja dan tidak melawan?! Bukankah dia memiliki sabuk hitam taekwondo?! Jinjja~ aku benar-benar sudah tidak tahan melihat ini!! ><

“ CUKUUP!!! “ teriakku

“ sehun-ssi aku mohon cukup… “ ucapku sambil memeluk kai yang sudah terduduk ditanah dengan darah segar yang mengalir dipinggir bibirnya itu

“ tapi, hye na__ “ ucpanya tertahan

“ mianhae~ “ jawabku akhirnya. Diapun menatapku tidak percaya dan langsung meninggalkanku begitu saja dengan kai disini. Mianhae sehun-ssi… aku tidak bisa membalas perasaanmu itu padaku. Sulit bagiku untuk mencintai namja lain selain namja ini…

“ ya!! Kenapa kau diam saja, eo?! Kau kemanakan predikat sabuk hitammu itu, ha?! “ kesalku. Dia tersenyum

“ Kau milikku hye na-ya… “ ucapnya

“ apa maksudmu?! Kita sudah putus dan kau masih menganggapku adalah milikmu,, aku membencimu kau tahu?!  “ jawabku kesal sambil membersihkan darah disekitar bibirnya itu

“ aniyo, kau mencintaiku kim hye na! “ jawabnya sambil memegang pipiku

“ kau akan terus menyukaiku dan tidak akan mungkin membenciku “ lanjutnya sambil menatapku

“ ne!! aku memang masih menyukaimu dan sulit bagiku untuk membencimu kau puas?! “ jawabku sedikit kesal karna dia bisa menebak apa yang sebenarnya kurasakan

“ kau sudah terikat dengan pesonaku hyena-ya, kau akan terus menerus  menyukaiku dan akan menjadi milikku selamanya “ ucap kai yang membuatku kaget.

“ sama sepertiku yang sudah jatuh kedalam cintamu yang amat dalam itu dan sulit bagiku untuk keluar dari jeratan cintamu, saranghae kim hye na “ lanjutnya. Mendengar perkataannya barusan, aku merasa seperti ada ribuan kupu-kupu yang ingin keluar begitu saja dari perutku. Bayangkan saja, ini pertama kalinya namja seperti kai menyatakan cintanya secara terang-terangan padaku

“ a-apa… kau serius? Bukankah kau tidak pernah menyukaiku… “ tanyaku menyakinkan. Bukankah aku perlu meyakinkan perkatannya?

“ siapa bilang aku tidak menyukaimu nyonya kim?! “ protesnya

“ ya! Apa kau lupa? Sifatmu itu yang membuatku tidak yakin kalau kau sebenarnya menyukaiku atau tidak! “ ucapku tanpa jeda

“ ya… kau seperti tidak mengenalku saja, sifatku yang cuek itu sulit kuhilangkan… jadi mianhae, “ jawabnya

“ ck! Kau menyebalkan! “ kesalku

“ tapi, bukankah karna sifatku yang cuek itu yang membuatmu selalu terpesona dan jatuh cinta padaku? “ tanyanya. Akupun langung merasakan rasa panas disekitar pipiku.

“ ya, ya, ya… lihat itu, wajahmu memerah “ ucap kai

“ a-aniyo!! “ ucapku refleks sambil menutupi pipiku yang memerah itu

“ kyeopta, “ ucapnya. Diapun mendekatkan wajahnya kearah wajahku, dan mulai menahan tengkukku. Hembusan nafasnya begitu terasa diwajahku, bahkan hidung kamipun sudah saling bersentuhan sekarang.

“ kau tau, kau adalah milikku selamanya! “ bisiknya lalu mulai menciumku. ciumannya saat ini begitu lembut dan hangat walaupun aku sedikit merasakan rasa darah saat aku mulai membalas ciumannya itu. tapi jujur saja, aku menyukai ciuman kami kali ini!

Diapun melepaskan ciumannya seakan sadar kalau aku sudah mulai kekurangan oksigen

“ saranghae kim hye na… yeongwonhi, saranghae, “ ucapnya tulus

“ nado kai, nado saranghae, “ jawabku tak kalah tulus darinya

“ neo… naekkoya! “ ucapnya lagi lalu memelukku dengan erat. Yayaya~ lagi-lagi dia mengklaim bahwa aku adalah miliknya…  tapi, aku senang! Bisa dimiliki dan memiliki namja yang sangat aku cintai. Kai… walaupun kau hampir membuatku gila, tapi aku akan selalu mencintaimu! Saranghae…

_ THE END _


The Forgotten [Chapter 1]

$
0
0

Untitled-2

Author : @cloud229 & @cloudsmys

Judul Cerita : The Forgotten

Tag (tokoh) : Hwang Mi Mi (OC) ; Hwang Mi Cha ( Hwang Mi Mi’s Sister) ; Lu Han (EXO) ; Kim Jong In (EXO);

Genre : Romance, Young Adult, Family.

Length : Chapter

                Seorang gadis berjalan dengan anggun menyeret koper putih besarnya dengan tas hitam di bahu kirinya. Ia berjalan keluar dari pintu kedatangan bandara Incheon bersama penumpang lain yang berasal dari Los Angles, Amerika. Gadis itu membelah kerumunan para penjemput  penumpang yang mengacungkan papan nama kerabatnya.

                Memang tidak ada satupun kerabat yang menjemputnya, tapi bukan berarti dia tidak senang. Gadis itu teramat senang. Memori tentang Negara ini sama sekali tidak pernah hilang. Gadis itu terlalu antusias dengan kehidupannya yang menanti di Negara ini. Di Seoul, Korea selatan dia akan menemukan kembali kembali kenangannya yang ia tinggalkan. Yang tidak pernah ia duga sebelumnya.

                “Wah.. senang sekali aku mendengarnya. Aku iri, Eonni.”

                 Gadis itu terus memandangi jalanan kota kelahirannya itu lewat jendela taksi yang ia tumpangi. Ada rasa bangga melihat keadaan kota kelahirannya sudah maju seperti ini. Dahulu, meskipun tetap  ramai hingga tengah malam, kotanya tidak sampai terlihat se mewah ini. Lampu-lampu jalanan dan toko-toko di sepanjang jalan seperti kembang api yang tidak ada ujungnya. Baliho, dan Big Screen yang dipajang beberapa toko yang berderet bak bioskop dijalan raya.

                “… Aku sementara akan tinggal di InterContinental Seoul Coex dulu.”

                …

                “Sure Eonni.. Don’t be sick ne.. Hwaiting!”

                Gadis itu baru sajanya ingin mengayunkan kepalan tanggannya untuk menyemangati kakak perempuan kesayangannya lewat telepon ketika supir taksi memberitahu “Agasshi, Di depan sana hotel InterContinental Seoul Coex. Mau saya antar sampai depan lobby atau sampai gerbang saja?”

                 “O.. oh, Tolong antarkan aku sampai pintu lobby saja!” Gadis itu tersenyum ramah. “Eonni,

I’m almost there. I’ll call you back tomorrow.. hmm..”

                InterContinental Seoul Coex, Room 2711

                Gadis yang sedang berada didepan laptop berwarna abu-abu itu Bernama Hwang Mi Mi. Umurnya yang masih 22 tahun itu memiliki tipikal perempuan yang tidak tanggung-tanggung kalau sudah berurusan dengan pekerjaan. Lulus kuliah lebih cepat dari orang seumurannya dan kini akan bekerja di salah satu homeshoping korea yang memiliki cabang dibeberapa Negara Asia dan Amerika. Dirinya mejadikan pekerjaan seolah adalah salah satu orang terkasihnya.

                Kalau kalian fikir menjadi wanita karir yang sukses seperti ini adalah impiannya, kalian salah! Ini bukan sama sekali impiannya. MiMi, begitu biasanya gadis itu dipanggil. Dirinya sangat mengimpi-impikan memiliki masa depan didunia seni musik.

FLASHBACK

 

                Sore itu, cahaya oranye senja menembus dinding kaca di salah satu ruangan keluarga Hwang. Jari Mi Mi yang terlampau lentur memainkan tuts piano menari-nari lincah bersama kakak perempuannya yang memiliki suara indah. Mereka berdua selalu mengisi kekosongan di ruang utama ini

                “MiMi ya~ i bwa yo (lihat ini) !” Hwang Mi Cha berlari menghampiri adiknya yang terduduk di bangku grand piano putih seperti biasa.

                Seketika, Tanggan Mi Mi berhenti menari, Ia memutar badannya. “Igeo mwoya yo, Eonni?”  MiMi kecil melirik selembaran merah jambu – putih di tangan kakaknya.

                “Formulir audisi! Ayo Kita daftar sama-sama!” Ajak Mi Cha sambil meloncat-loncat senang seakan tahu bahwa adiknya pasti menyukainya.

                “Waa~! Jinnja yo? Joha Joha! Aku mau!” Persis seperti yang Mi Cha pikirkan, Mi Mi kecilpun ikut-ikutan loncat kesenangan.

                Itu adalah sebagian kecil dari kejadian 8 tahun lalu. Sukses. Rencana kedua kakak beradik itu sesuai rencana mereka. Dilihat dari kemampuan yang mereka miliki saat itu, agak sulit rasanya agensi tersebut menolak mereka yang kental sekali akan jiwa seninya.

                Hwang Mi Mi berlari menghampiri kelas Eonninya yang berada di seberang bagunan kelasnya sendiri. Bermaksud mengajak berangkat latihan bersama. Memang, setiap pulang sekolah adalah jadwal mereka dilatih menjadi seorang entertainter  di gedung agensi.

                “Wah Mi Mi ya~ Kau bersemangat sekali. Kita masih ada waktu satu jam lagi sampai waktu latihan, lho.” Mi Cha merasa ada yang berbeda dengan adik perempuan yang sedari tadi benyanyi sepanjang jalan. Apalagi, biasanya bila ada waktu kosong, sampai jadwal latihan tiba mereka selalu menunggu di kafetaria lantai bawah gedung agensi.

                Sesaat, Mi Mi melirik kakaknya kemudian tersenyum berseri-seri sambil mengeleng kepala. “.Ani..”

                Mimi melanjutkan nyanyian-nyanyian kecilnya sambil menggoyangkan kepala kekanan dan kekiri. Mi Cha berjalan mengikuti adiknya. Saat itu Mi cha justru menganggap adiknya sangat lucu. Merasa terbawa suasana kesenangan adiknya, Mi Cha pun mengikuti adiknya bernyanyi

                Untuk sampai ruang latihan, mereka harus melewati beberapa ruangan disepanjang lorong gedung training.

                “Ah cham! Eonni, duluan saja sana!”

                Sesaat, Mi Cha terkejut. “Oh Ada apa sih?”

                Mi Cha semakin penasaran dan kebingungan ketika adiknya mendorong tubuhnya dan menyuruhnya pergi.

                “Gwenchanaeyo, pokoknya Eonni duluan saja sana.”

                Mi Cha mengangkat bahunya lalu meninggalkan adiknya sediri dengan ragu.

                MiMi memperhatikan punggung kakaknya yang lebih tinggi darinya itu hingga benar-benar lenyap dibalik dinding.

                “1 2 3 4 5..” Mi Mi menghitung. Dikepalanya, Jika di detik ke lima kakaknya tidak muncul lagi dari balik tembok itu, berarti sudah aman.

                Mi Mi mengenggam tali ransel yang menggantung di kedua bahunya dengan erat, dia menguatkat hatinya untuk berbalik badan. Anak perempuan itu menarik nafasnya dalam-dalam, lalu mengendap-endap mendekati pintu putih yang sedikit terbuka.

                Sudah seminggu ia mendengar suara nyanyian yang berasal dari pintu tersebut. Mi Mi masih kecil. Umurnya saat itu masih 12 tahun. Jangankan berpacaran, mengerti apa itu cinta terhadap lawan jenispun dia tidak tahu apa-apa. Tetapi, setiap nyanyian itu terdengar di telinganya, hatinya ikut bergetar. Ketika nyanyian itu berkata tentang kepedihan, tangan mimi memegangi dadanya yang ikut merasakan sakit. Mi Mi tak tahu kenapa. Yang dia tahu, ‘aku suka suara lembut itu’

 

                Tapi kini, sebuah keberuntungan besar menghampirinya. Setelah selama ini hanya bisa mendengar suara itu dari balik pintu. Namun hari ini ia mendapat kemungkinan besar dapat melihat siapa pemiliki suara yang ia suka itu.

                Mimi menatap lurus kedepan.

                “Pintunya terbuka?” Mata Mi Mi melotot tidak percaya. Dia melirik kenan kekiri, “tidak apa-apa kan kalau aku buka sedikit lagi.” Batin mimi.

                Perlahan dan sangat hati-hati tangannya menarik daun pintu itu keluar. Dan… tampaklah punggung lelaki yang duduk dihadapan keyboard hitam dari celah pintu. Badan  Mi Mi seakan membeku saat melihat mata lelaki itu terpejam. Bahkan dari tempat Mimi sekarang, bulu mata lelaki itu terlihat jelas lentiknya. V-Line yang menggemaskan, dan rambutnya yang hitam-lurus dibiarkan menutup keningnya itu menampakan kepolosan sang pemilik suara. Sepanjang lirik yang sedang dimainkan, Mimi hanya dapat melihatnya dari bayangan cermin dihadapan lelaki itu. Dia bernyanyi seakan berusaha menyampaikan apa yang dia rasakan sesuai dengan lirik-hanya untuk Mimi.

                Mi Mi tersadar dari kebekuan, “Aku juga ingin belajar menciptakan lagu. Dan suatu saat Oppa itu yang akan menyanyikannya!”Batin Mi Mi kecil percaya diri.

                “Namanya Lu Han Oppa. Kabarnya, tahun depan akan didebutkan. Tapi itupun baru rumor. Memangnya kenapa?” Mi Cha menjawab pertanyaan Mmi dari tempat tidurnya yang berada di bawah Tempat tidur Mi Mi.

                Mi Mi menarik wajahnya yang menyembul kebawah. “Gwencana, Eonni.” Katanya kemudian

                Ditariknya guling bercorak bintang-bintang itu. Telunjuknya bergerak membentuk sebuah symbol pada besi pembatas tempat tidurnya.

                Simbol hati.

                “Eonni, Kenapa dada ku berdebar ya, apa aku sakit?” Gumam Mimi. Saking tidak percaya bisa melihat lelaki tadi, tetapi juga begitu senangnya, dirinya lantas mengusap-usapkan wajah pada guling lalu tertidur.

****

                Januari 2014, SE Home Shoping, Seoul.

                “Mi Mi ssi”

                “Ne?”

                “Direktur menelpon meminta anda keruangannya.”

                “Oh Ne, Gamsahamnida”

                Mi Mi bergegas menuju ruangan Direktur Kim Youra.

                Ini adalah kali kedua Mi Mi bertemu Direktur Kim. Direktur perempuan berumur hampir  35 tahun dan memiliki tampilan bijaksana dimata Mimi, yang pertama itu, saat Direktur itu menghampiri meja kerja Mi Mi saat baru datang ke kantor sekedar memberi ucapan selamat datang untuk Mimi.

                Mi Mi membuka knop pintu setelah mengetuk pintu sekali. Direktur Kim membalas salam Mi Mi dengan tersenyum dan meminta Mi Mi  duduk.

                “Bagaimana rasanya bekerja di SE Home Shopping cabang korea? saya dengar anda sempat tinggal dikorea. Anda senang?” Tanya Direkur  Kim memulai percakapan.

                “Sejauh ini saya menikmatinya, Juga.. saya sangat senang bisa kembali ke korea.” Ia tertawa rendah.

                “Baguslah kalau begitu. Sebenarnya saya meminta anda kemari untuk memberi anda tugas pertama di Cabang ini. Untuk, penanyangan Home Shopping hari Rabu-Kamis-Jumat yang saat ini sedang tanyang, Bulan depan akan habis masa penayangannya. Saya ingin tim anda yang akan mengambil alih project selanjutnya. Bagaimana?”

                “Tidak mungkin saya menolak pekerjaan pertama saya, Kim sajangnim. Saya akan berusaha dengan baik untuk project ini.”

                “Saya percayakan pada anda sepenuhnya. Saya juga sudah mendengar banyak tentang kinerja anda di Cabang LA. Mereka bilang anda pekerja yang sangat baik disana.”

                Direktur Cha tersenyum melihat pipi Mi Mi yang memerah.

                “Sepertinya mereka berlebihan, Sajangnim hehe”

                Bukan Mi Mi kalau ia mengulur waktu untuk pekerjaan. Buktinya, begitu keluar dari ruang Direktur Kim, ia langsung mengumpulkan rekan satu timnnya untuk rapat mengenai project pertamanya. Dengan kaki yang disilangkan, pandangan Mi Mi menerawang mencari tema tentang produk seperti apa yang menarik dijual.

                Ditengah-tengah pemikirannya itu, Mi Mi teringat tentang cerita Eonninya beberapa hari lalu. Saat Mi Cha berbicara dengannya lewat telepon. Mi Cha  sangat senang, karena konser gabungan satu agensinya berjalan sangat sukses. 100.000 penggemar memenuhi gedung acara tersebut. Mi Cha juga mengungkapkan kebahagiaannya karena akhirnya Idol Hallyu mendapat tempat special dihati masyarakat saat ini. Bukan hanya diatas panggung Mi Cha dan para Idol mendapat perhatian, tetapi ketika mereka berada di Airport, perhatian para penggemar tidak lantas berhenti.

                Menurut analisa Mimi, alasan mengapa para penggemar dan pemburu berita membuntuti para idol hingga ke Aiport tidak lain karena mereka merasa penasaran bagaimana gaya para Idol berpakaian di bawah panggung. Dan bukan kah, mengidolaan seseorang bisa mebuahkan dampak terhadap kehidupan nyata para penggemar? Misalanya, penggemar yang melihat idolanya memakai sesuatu barang A, maka penggemar akan berusaha memiliki barang A tersebut agar terlihat begitu dalam mencitai idolanya.

                “Uhm, bagaimana tingkat minat masyarakat tentang fashion dikorea?”

                Mi Mi menunggu jawaban dari ke lima rekan timnya.

                “Saya rasa masih berada ditingkat teratas.” Sahut Jin Ki, yang lain mengiyakan.

                “Kalau begitu, kita ambil tema fashion! Lalu, Sejauh ini yang menjadi pengorder tertinggi, tingkat masyarakat ekonomi rendah atau tinggi?”

                “Menurut data yang tersimpan, rata-rata pelanggan adalah kelas ekonomi sedang sampai tinggi. Diantara kedua itu, Masyarakat kelas ekonomi yang tinggi lah yang mendominasi. Ehm, mungkin karena mayarakat ekonomi rendah kebawah lebih memilih barang replika untuk menghemat pengeluaran mereka.” Kali ini Min Ah yang berwatak ceplas ceplos menjelaskan.

                “Bagaimana kalau kita mengambil ide fashion-accessorise saja? Belakangan ini  para Idol menjadi perbincangan karena kerap memakai gelang, kadang cincin. Gaya idol yang sepert inii seakan menjadi virus untuk masyarakat.” Ah ra menambahkan.

                “fashion-accessorise? Oke, saya setuju. Ho Ya ssi, anda punya daftar brand yang bisa diajak bekerja sama?”

                “Oh, ada sajangnim. Aku akan mengirimkan ke email anda sekarang.”

~~~~

                Mi Mi dan Mi Cha. Kakak beradik itu menikmati makan malam di slah satu restaurant besar di daerah Seoul. Mi Mi memang tidak mengikuti trainee yang lama seperti kakaknya, tapi bukan berarti Mi Mi tidak mengerti tentang table manner. Kedua perempuan itu terlihat anggun meski sedang makan. Waktu mereka masih kecil, siapapun yang melihat mereka bermain atau sekedar berdampingan pasti akan menyangka mereka berdua adalah anak kembar. Padahal, kalau dilihat lebih teliti, wajah mereka sama sekali berbeda. Dan Mi Mi kecil selalu berkata kalau dirinyalah yang lebih cantik daripada kakaknya.

                “Huh Eonni, Sepertinya sekarang aku kalah cantik. “

                Mi Cha tersenyum,  “Benarkah? berarti aku menghabiskan waktu 8 tahun, baru bisa mengalahkanmu sekarang?”

                “Tapi itu tidak akan lama, lihat saja.. nanti aku akan lebih cantik lagi dari Eonni.”

                “Geurae hae, Kalau itu terjadi  Eonni tidak akan menghalangi kau merebut kemenanganmu lagi.”

                Seperti itulah Mi Mi dan Mi Cha. Jika sudah berurusan dengan pekerjaan Mi Mi akan sangat serius, tetapi jika ia sudah bersama kakanya, ia berubah menjadi sosok yang lebih santai cenderung manja terhadap kakaknya . Dan Mi Cha selalu sabar dan mengalah untuk adiknya.

                “Eonni, Jadwalmu padat sekali tidak?”

                “Heum?” Mi Cha mengingat-ingar. “ Sepertinya tidak. Memangnya kenapa?”

                “Begini Eonni, aku baru saja mendapat tugas perdanaku disini. Rencananya Tim ku akan mengambil tema fashion-accessorise. Aku minta tolong Eonni yang menjadi modelnya bisa tidak? Kalau aku memakai model idol Hallyu pasti bisa memikat pemirsa, apalagi kalau modelnya benar-benar Eonni.”

                Mi Mi mulai mengeluarkan matanya yang berseri-seri. Senjata  Mi Mi saat meminta sesuatu pada kakaknya.

                “Bagaimana ya.. karena ini soal pekerjaan, aku seharusnya mendiskusikan dulu dengan staffku, Mi Mi ya. Tapi akan aku usahakan nanti agar bisa membantu mu.”

                Mi Mi tersenyum lebar, “Wahh~ Eonni ku ini, baik sekali sih. Oiya, ada satu lagi..”

                “Mwo?”

                “Kalau bisa dengan satu orang lagi sebagai model prianya, ne? Karena produk ku ini adalah perhiasan. Bisa kan Bisa kan?”

                “Aku tidak janji ya, tapi akan aku usahakan..”

                Mi Mi meraih tangan Mi Cha, “Gomawo Eonni..”

                …..

                “Jalja..”

                Mi Cha membuka kaca mobilnya dan pergi.

                Mi Mi berbalik memasuki hotel sambil menjijing tasnya menuju lift. Begitu pintu lift terbuka di lantai 21 dimana ia menginap. Mi Mi berjalan menuju kamar, dan melihat kamar sebelah yang kemarin seingatnya kosong kini staff hotel baru saja keluar dari kamar itu. Mungkin kamar itu sudah ada yang menempati. Mi Mi tersenyum menyapa staff hotel yang berpapasan dengannya lalu masuk kekamar.

~~~

                Ponsel Mi Mi berbunyi saat pemiliknya baru keluar dari ruang rapat.

                [Mi Mi ya, ada kabar baik. Staffku menyetujui tawaranmu. Kita bertemu jam 8 malam di tempat kemarin ya]

                Pesan dari kakaknya yang membawa kabar baik itu cukup membuat Mi Mi meloncat-loncat kegirangan.

                “Ketua Tim, ada apa? Kenapa senyum-senyum sendiri?”

                Mi Mi menoleh kearah Mi Ah dengan senyum bahagianya, “Ya Mi Ah ya, kita sudah dapat modelnya!”

                “Omo! Jeongmalyo? Cepat sekali”

                Mi Mi mengdedikan bahunya seakan itu adalah pekerjaan yang mudah.

                “Kalau begitu nanti malam kita makan malam bersama, kan? Kalau sajangnim mau, Kami akan mengajak anda ketempat biasa kami makan dan minum bersama.” Jin Ki menimpali.

                “Mian hae yeorobun.. saya ada janji nanti malam. Kalian tetap makan malam bersama saja, saya yang mentraktir.”

                “Ya.. mana bisa begitu, ya kan?” Jin Ki menoleh pada Mi Ah dan teman satu Tim lainnya seakan meminta persetujuan.”Kalau ada satu orang yang tidak datang, itu bukan makan bersama lagi namanya.”

                “Iya benar, lain waktu saja kalau sajangnim sudah bisa.”

                Rekan yang lain membenarkan ucapan Min Ah

                “Cofee?” Jin Ki menyodorkan gelas kertas berisi kopi yang segera diterima Mi Mi dengan senyuman.

                “Gomawo”

                Jin Ki kembali ke tempatnya.

                “Ya, Ya, sudah tahu belum?” Min Ah berbisik-bisik pada Jin Ki.

                “Tahu apa?”

                “Ada rumor kalau akan ada trainee wakil direktur baru. Kau tahu kapan? Aku penasaran sekali.”

                Trainee wakil Direkur? Aneh sekali kedengarannya.

                “Pssst, ayo bekerja! Jangan gossip saat bekerja.”

                Mi Mi mengakhiri bisik-bisik antara Jin Ki dan Mi Ah.

~~~~~

                “Mi Mi, kenalkan ini Manager Kim. Manager Kim, ini Mi Mi, Kepala Marketing SE Home shopping.”

                “Annyeonghasoseyo. Jeoneun, Manger Kim Min Woo imnida”

                “Jeoneun Hwang Mi Mi imnida, Bangapseumnida, Manager Kim.”

                Mi Mi menunjuk kursi Manager Kim juga Eonninya dengan sopan mempersilakan duduk.

                “Silahkan pesan minuman lebih dahulu.”

                Mi Cha dan Managernya kemudian membuka buku menu dan memesan minuman. Ketika pelayan mengantarkan pesanan, Manager Kim masuk pada pokok pembicaraan yang sebenarnya.

                Pria itu mengeluakan 2 lembar kertas putih berisikan kontrak. “Ini adalah perjanjian yang biasa kami ajukan saat melakukan kontrak pekerjaan, silahkan anda baca dulu.”

                Mi Mi menyambut kertas yang diberikan pria itu kemudian mulai mempelajari isi kontrak.

                “Saya bisa lihat surat perjanjian kontrak dari pihak anda, Mi Mi ssi?”

                “Tentu, tunggu sebenar.” Mi Mi mengeluarkan map biru muda dari dalam tas.

                Sementara Mi Cha menikmati Ice Coffenya, Mi Mi dan Manager Kim terfokus pada setiap lembaran kontak. Memahami setiap kalimat yang tertulis dalam surat perjanjian dengan teliti. Setelah beberapa saat, Mi Mi mengangkat kepalanya.

                “Disini, tertulis mengatas namakan managemen Mi Cha ssi saja?” Tanya Mi Mi menegaskan.

                Kemarin Mi Mi sudah meminta Mi Cha untuk menyertakan model pria untuk pekerjaan itu. Tapi, setelah membaca surat kontrak ini Mi Mi hanya membaca nama Hwang Mi Cha, Hwang Mi Cha, dan Hwang Mi Cha saja. Tidak ada nama seorang lelaki sebagai model yang ikut bergabung.

                “Benar, ada masalah?” Tanya Manager Kim balik

                Sesaat Mi Mi melirik Mi Cha yang sedang menyeruput Ice Coffe, kemudian kembali menatap pria dihadapannya.”Begini Manager Kim, Saat aku menawarkan pekerjaan ini pada Mi Cha ssi, kami memintanya untuk mengajak model pria dari agensi kalian untuk ikut bergabung..”

                “Oh, Soal itu..” Mi Cha menyela. “Maaf aku tidak memberitahu Oppa. Soal model pria, aku sudah mengoper penawaran Mi Mi ssi kepada staff yang berwenang di agensi. Mereka yang nanti akan menghubungi anda. Kontrak kami terpisah.”

                “Oh begitu baiklah.”

                Kalau kontrak terpisah, itu berarti bayarannya juga tidak bisa dipaketkan. Untungnya Mi Mi sudah memperkirakan soal itu. Kedua orang yang memegang kertas dihadapannya itu kemudian sibuk membubuhi tandatangan disetiap lembar surat perjanjian.

                Sampai mereka pulang dan akhirnya berpisah, Manager Kim sama sekali tidak tahu mengenai hubungan Mi Mi dan Mi Cha. Pekerjaan tetap lah pekerjaan.

                Meskipun Mi Mi senang pekerjaannya dimulai dengan mudah, tapi ia belum sepenuhnya lega. Masih ada satu pertemuan lagi dengan model pria yang belum juga mengabarinya.

                Mi Mi memijit tengguknya. Lehernyat sedikit kaku karena berada didepan layar laptop sepanjang jam kerja. Ia berjalan menuju loby mengambil kunci kamar yang dititipkan lalu menuju lift. Masih jam delapan malam, tapi matanya sudah tidak kuat untuk terbuka. Bahkan mulai memerah.

                Langkahnya terhenti saat ponselnya berbunyi, Dengan malas ia mengambil ponsel yang berada dikantung blazer berwarna kulit  yang ia pakai. “Yeobseo.”

                [Ne Yeobseo , dengan Hwang Mi Mi ssi Kepala Marketing SE Home shoping?]

                “Ne, dengan siapa, ya?”

                [Saya manager model pria yang akan menjadi model brand shoping perusahaan ada.]

                Seketika Mi Mi kehilangan rasa kantuknya, “Oh, ne..”

                [Maaf, kami baru mengabarkan. Bisa bertemu sekarang? Kita perlu membicarakan kontrak, bukan?]

                “Apa? Ah maksud saya, saya baru saja sampai. Saya baru melakukan pembicaraan kontrak dengan pihak model wanita. Saya sedikit..”

                [Saya mengerti, Kalau begitu anda saja yang memutuskan ingin bertemu dimana. Kami hanya punya waktu luang malam ini.]

                “Humm, bertemu di Restaurant InterContinental Seoul Coex Hotel bisa?”

                [Tidak masalah. Mungkin 20 menit kami sampai disana. Kalau begitu, sampai nanti.]

                Ada sesuatu yang harus dibayar mahal untuk hasil yang membanggakan. Entah itu dibayar dengan uang ataupun usaha. Itulah yang menguatkan Mi Mi yang harus mengesampingkan rasa lelahnya saat ini. Mungkin ia harus menyempatkan masuk kekamar dan mencuci mukanya sebelum turun ke restoran. Penampilannya sudah sangat buruk. Baju terusan sedengkul berwarna biru tua dan blazer putih yang ia kenkan sudah terlihat kusut, belum lagi mukanya yang mulai berminyak terkena debu jalanan saat menunggu taxy tidak jauh dari gedung kantornya.

                BBRRAAK

                Mi Mi terkejut dan mundur selangkah ketika tiba-tiba pintu kamar tetangganya dibuka dengan kasar.

                “Jangan kembali lagi kesini, pergilah!!!”

                Mi Mi memperhatikan pria yang berbicara itu dengan kesal. Ia paling tidak suka seseorang yang melakukan sesuatu dengan kasar dan berisik. Sedetik setelah itu seorang wanita berambut hitam bergelombang dengan baju terusan berwarna pink, hiasan mutiara di leher serta sepatu blink-blik senada dengan pakaiannya keluar dari kamar pria yang sedang mengomel itu.

 

                Jadi, pria itu yang menempati kamar sebelah.

 

                “Oppa? Kenapa kau mengusir ku?”

                “Karena kau tidak sopan. Masuk ke kamar pria tanpa izin? Kau ini perempuan!” Lelaki itu membentak.

                “Oppa, aku hanya ingin memberikan makan malam saja.”

                “Tidak perlu.”

                “Kenapa?”

                “Karena..”

                Lelaki yang berdiri didepan pintu dengan kaus putih dan cardigan abu-abu itu mengggantung kalimatnya  saat menyadari ada seorang perempuan memperhatikan perbincangan mereka. Tatapan mata mereka beradu. Tapi, kemudian Mi Mi mengalihkan pandangannya dan baru berniat masuk ke kamarnya saat mendengar ada sesorang memanggilnya dengan aneh.

                “Sayang, kenapa baru datang?”

               

                Mi Mi hampir tidak percaya dengan apa yang baru ia dengar. Mungkin saja yang dimaksud pria itu wanita berbaju pink. Mimi tidak mau terlalu percaya diri atau berburuk sangka ataupun ambil pusing. Ia tidak sama sekali menanggapi panggilan sayang itu. Tapi, ketika kakinya melanjutkan langkahnya menuju kamar, lelaki itu dengan cepat menyergap lengan Mi Mi dan berbisik.

                “Saya butuh bantuan anda, jebalyo..”

               

                 “Heh??”  Mi Mi terkejut ketika angin yang keluar dari bibir lelaki itu menggelitik telinganya. Dirinya sempat merasa bergetar saat itu, tapi ketika menyadari apa yang dikatakan lelaki itu, Mi Mi jadi binggung sendiri. Mi Mi tidak ada waktu untuk membantu sesorang dengan urusan percintaan yang seperti ini, terlalu kekanak-kanakan, sedangkan mata lelaki itu memohon dan sulit untuk menolaknya. Mi Mi tidak tahu harus bagaimana.

                “Oppa.” Panggil perempuan berambut hitam itu. Ia menatap dingin tangan Jong In yang menggenggam tangan Mi Mi. “Siapa dia, di bukan pacarmu kan?” Ah Neul mencibir Mi Mi yang tampak kusut .

                “Kau belum mengerti juga? Kau tidak dengar aku memanggilnya Sayang tadi? Aku beritahu sekarang. Perempuan cantik ini adalah pacaarku.”

                “Hah? Cantik? Cantik dari mananya?”

                “Iya. Dia sangat cantik. Kau tidak bisa lihat? Pacarku ini lebih cantik 200 kali dari mu. Sekarang pulanglah.”

                “Tidak mungkin!”

                Tatapan Ah Neul yang dingin berubah menjadi panas. Ah Neul menganggap Mi Mi bukanlah saingan yang selevel dengannya. Harga dirinya jatuh karena  harus dilangkahi perempuan yang pakaiannya kusut, mukanya beminyak dan kunciran rambutnya sudah mulai keluar keluar dari ikatannya.

                “Terserah kau peduli atau tidak. Kami duluan, Ayo sayang!”

                Kim Jong In melempar pandangan sinisnya dari Ah Neul dan beralih ke Mi Mi seakan penuh kasih sayang. Lelaki itu merangkul Mi Mi dan pergi meninggalkan Ah Neul yang terbakar emosi menuju lift.

                Didalam lift, Mi Mi belepaskan tangan Jong In yang berada di bahunya dan menekan tombol UG sedikit kesal.

                Jong In saat baru menyadari bahwa yang barusan ia lakukan sudah kelewatan. Dia membuka mulut pelan-pelan “Uhm, Jogi-yo..”

                …

                Karena tidak ada jawaban, Jong In membungkukan kepalanya mencari wajah Mi Mi yang melipat tangannya di depan dada dan seolah menganggap tidak ada orang lain selain dirinya sendiri di dalam lift. Bukan angkuh, tapi Mi Mi lebih tidak tahu harus berkata apa. Dan juga tidak mendengar suara Jong In barusan.

                “Jogiyo, saya tahu tadi itu keterlaluan. Tapi aku benar-benar berterimakasih dan tulus meminta maaf pada anda” Dengan nada yang lebih percaya diri.

                “Oh, Gwencana.” Mi Mi sekilas tersenyum dan melirik menanggapi Jong In.

                 “Syukurlah.” Jong In tersenyum dan mengelus dadanya.

                Pintu lift terbuka. Mi Mi menoleh dan memberi salam bermaksud pamit lalu dia berjalan meningalkan Jong In di belakang.

                Sesaat, Jong In terdiam menatap punggung wanita itu. Tapi seakan menyadari sesuatu, ia buru- buru menyusul Mi Mi. “Jogiyo aghassi. Jogiyo..”

                Mi Mi menoleh. “Nde?”

                “Joneun Kim Jong In imnida, kalau boleh tahu siapa nama anda?” Jong In mengulurkan satu tangannya, tangan yang lainnya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Jong In sebenarnya malu untuk berkenalan seperti ini. Tapi dia harus melakukannya.

                “Hwang Mi Mi.” Sahut Mi Mi, dan membalas jabatan tangan Jong In.

                “Hwang-Mi-MI” Jong In mengulangi. “Bongapseunida.”

                Mi Mi sempat menikmati senyum lelaki itu sesaat. Ia fikir perkenalannya sudah selesai. Tidak ada waktu lagi, Ia harus segera ke restoran hotel bertemu kliennya.

                “Saya traktir ya, sebagai tanda terimakasih.”

                “Tidak perlu Kim Jong In ssi, saya ada urusan. Saya tinggal ya.” Mi Mi tersenyum dan menuju restoran.

                Jong In kecewa permintaannya ditolak mentah-mentah. Sejauh ini, tidak ada satupun wanita yang menolak ajakan Kim Jong In. Wajahnya yang hitam manis, gaya maskulin dan sifatnya yang supel membuat para gadis sulit untuk menolak lelaki idaman seperti ini. Bahkan saking terlalu banyak wanita yang mengelilingi Jong In, dia lebih dikenal sebagai si Playboy Kam Jong diantara teman kuliah dahulu.

~~~~

                Mi Mi keluar dari toilet dan langsung menuju restoran hotel. Tidak ada alasan khusus mengapa dia memilih meja yang tidak jauh dari panggung live music. Mi Mi tengah mengeluarkan surat kontrak dari dalam tasnya ketika seorang lelaki bertubuh agak gemuk menghampirinya.

                “Hwang Mi Mi ssi?”

                “Oh, ne”

                “Saya Manager Lee Min Wook.”

                “Oh, Anyeong! Mari, silahkan duduk Manager Lee.”

                “Ne..” Lelaki itu lalu melirik map yang ada dihadapan Mi Mi. “Apakah itu surat kontraknya?” Tanyanya tersenyum  ramah.

                Mi Mi menyodorkan map itu, “Benar, anda bisa membacanya sekarang kalau mau.”

                “Oh geurae..”

                Manager Lee membuka map itu.

                “Uhm Jogi.. apa ada surat kontrak dari pihak anda?”

                “Omo! Josongeo Mi Mi ssi, surat itu ada di tas model pria itu. Mohon tunggu sebentar lagi, dia sedang ke toilet. Maaf ya.”

                “Gwenchana, Manager Lee”

                Model pria itu, model pria itu. Siapa sebenarnya yang akan menjadi model. Mi Mi penasaran, tidak sabar menunggu model itu datang. Berkali-kali melirik pintu masuk restoran, tapi orang yang datang dari sana tidak ada satupun yang menghampiri meja mereka.

                Mi Mi mengenyampingkan penasarannya terhadap model pria itu saat Jong In datang dari pintu itu. Jong In tersenyum saat pandangannya bertabrakan dengan Mi Mi lalu melewati meja  Mi Mi. Jong In duduk di kursi meja bar.

                Tidak ada yang bisa dikerjakan Mi Mi selain menunggu hingga model itu datang.

                Mi Mi membuka buku menu yang berada di sisi kanannya. Hanya melihat-lihat saja.

                “Maaf menunggu lama.” Sambil meminta maaf, pemilik suara itu menarik kursi.

                Mi Mi menganggkat kepalanya, Seperti tidak asing dengan wajahnya.

                Josongeo menunggu lama. Suara itu terngiang di  di kuping Mi Mi lagi. Suara itu, aku hafal sekali suara lembut itu.

                “Anyyeonghasseo..” pria itu mengangkat ujungbibirnya. “Jonneun Luhan imnida” lanjutnya sambil mengajak berjabat tangan.

                Mi Mi hampir tidak percaya dengan matanya sendiri. Pria yang dulu sering diintipnya, sekarang justru duduk dihadapannya dan menawarkan tangannya untuk si sentuh Mi Mi. Mi Mi tidak sanggup menyembunyikan debaran hatinya. Mi Mi sangat senang sekali. Pangeran masa kecilnya berada dihadapannya.

                Sambil tersenyum gugup, Mi Mi mengelap telapak tangan pada paha sebelum akhirnya menerima uluran tangan Lu Han, “Jonneun Hwang Mi Mi imnida. Panggil saja Mi Mi.”

                “Mi Mi” Lu Han mengangguk-angguk mengulang ucapan gadis dihadapannya.

                “Tolong keluarkan Map merah didalam tas mu. Mi Mi ssi, mau membaca surat kontraknya.”

                Map merah itu lalu disodorkan Lu Han pada Mi Mi yang masih saja membeku menatap Lu Han. Merasa diperhatikan dengan aneh, Lu Han kebingungan.

                Jadi sudah seperti ini, dia? Lelaki yang dulu diam-diam aku nikmati suaranya itu sekarang sudah menjadi setampan ini. Terakhir aku mengintipnya diruang latiahan, lelaki ini masih polos. Seperti kuda putih. Lebih bersih dari selembar kertas putih yang kosong.Sekarang, penampilannya berbeda. Kemeja, mantel, topi, celana sepatu, juga jam tangannya..  Mi Mi tidak bodoh, kok. Semua yang menempel di tubuh lelaki itu bernilaian ratusan ribu won setiap  satu barangnya. Yang membuat Mi Mi semakin senang adalah sifat Lu Han yang ramah, dan tidak bisa dipungkiri raut wajah ssangnamjanya tidak hilang sama sekali bahkan sekarang semakin jelas terlihat.’Mi Mi’  8 tahun sudah berlalu, akhirnya aku mendengar suara itu memanggil nama ku

                Mi Mi telah menandatangani kontrak itu dan melirik Lu Han yang asik dengan ponselnya .

                “Semoga kerja sama kita lancar. Kalau begitu kami pamit dulu.” Begitu Manager Lee mengangat tubuhnya dari kursi, Lu Han pun seketika berdiri.

                “Sampai nanti, hati-hati dijalan. Anyeong..” Mi Mi membungkuk memberi salam.

                “Sebentar Hyung. Mi Mi ssi, pulang bersama kami saja.” Ajak Lu Han.

                Kalau saja Mi Mi tidak tinggal di hotel ini, Mi Mi tidak akan menolak. Sungguh.

                “Saya tinggal dihotel ini Lu Han ssi.”

                “Oh Geurae, Kami pamit  kalau begitu, Annyeong.” Lu Han memberi salam lalu pergi.

                Mi Mi menatap punggung Lu Han yang menjauh hingga menghilang. Dipegangnya dadanya yang semula bedebar-debar, sekarang sudah kembali normal. Dia hampir tidak mempercayai yang barusan terjadi. Selama ia meninggalkan Seoul, keberadaan Lu Han dihatinya tidak pernah pudar sedikitpun. Tidak ada yang menggantikan pria yang menjadi pangeran impiannya sejak kecil. Lu Han adalah cinta pertama Mi Mi yang berhasil merebut hatinya lewat suaranya yang selalu menyentuh hati Mi Mi yang paling dalam. Meskipun kepulangannya kembali keSeoul bukan untuk mencari pangeran impian yang ia tinggalkan itu, tapi adalah sebuah keberuntungan untuk Mi Mi bisa bekerja sama dengan pangeran impian seperti Lu Han.

~~~~

                Perlahan angin malam musim dingin menyentuh rambut panjang Mi Mi yang dibiarkan tergerai. Mi mi tengah mengirim email ke bagian produksi untuk menyusun jadwal pemotretan model.

                Send.

                Mi Mi menempelkan bibir tipisnya pada punggiran cangkir putih berisi kopi susu hangat. Ia menikmati suasana sunyi dimalam hari sambil memandangi layar-layar besar di setiap bagunan-bagunan pencangkar langit dari balkon kamar hotelnya. Tidak jauh dari tempatnya, ia mendapati layar besar yang menampilkan 11 gambar lelaki memakai kaus putih dan celana jeans biru. Salah satunya adalah seseorang yang baru saja bertemu dengannya. Lu Han. Rambutnya yang sedikit coklat, tangannya yang dimasukan kedalam juga senyum khas yang sama sekali tidak berubah sejak 8 tahun lalu itu, membuat Mi Mi teringat sebuah kalimat kuno.

                Kalau jodoh pasti tidak kemana-mana. Jodoh pasti akan bertemu.

                Benarkah dia jodoh Mi Mi? Ia berharap ada suara dari langit yang mengiyakan pertanyaan hatinya. Tapi, setelah melihat lelaki itu tadi, bahunya merosot.Rasanya sulit sekali Mi Mi bisa menjangkaunya. Meskipun Mi Mi pun bukan terlahir di tengah keluarga miskin, rasanya menjangkau lelaki hebat seperti Lu Han  itu.. mustahil.

                Mi Mi menikamati gambar Lu Han sambil menyesap kopi susunya. Sesekali ia menghela nafas pelan. Sampai Ia menoleh kesebelah kanan, ia baru menyadari ada seorang pria yang mengamatinya entah sejak kapan. Pria yang..  tampan. Mereka saling beradu pandangan lalu tersenyum kikuk. Mi Mi memutar badannya agar tidak bertatapan lagi dengan pria itu.

                “Belum tidur?” Jong In membuka percakapan.

                Mi Mi tersenyum canggung. “Belum”

                “hmm.” Kecanggungan membawa Jong In melirik wallpaper laptop Mi Mi yang bergambar logo SE Home Shopping. “Kau bekerja di SE Home Shopping?” Tanya Jong In memastikan.

                Sejenak, Mi Mi terkejut bagaimana Jong In tau bahwa dia bekerja di tempat itu. Jong In menunjuk  laptop. “Oh, Ne.” Jawab Mi Mi kemudian.

                Jong In hanya menganggukan kepalanya. Ia terdiam sesaat.

                Seingat Mi Mi, saat pertama kali berbicara dengan lelaki ini mereka berdua saling berbicara dengan kalimat formal. Tapi sekarang, pria itu tiba-tiba memnggunakan kalimat yang sedikit agak santai. Tidak masalah.

                “Bekerja di divisi apa?” Jong In bertanya lagi.

                “Aku di divisi Marketing. Kau sendiri? Sudah bekerja?”

                “Belum. Aku baru saja ingin mulai bekerja.”

                Mi Mi mengangguk pelan.

                “Uhm, kenapa tinggal dihotel. Sepertinya kau baru datang lagi ke korea ya?”

                Sesaat Mi Mi terkejut, “Oh? Kenapa kau tahu? Aku memang baru saja kembali ke Korea. Aku sempat tinggal di LA beberapa tahun.”

                “Hanya menebak saja.” Jong in tertawa.

                “Sulit sekali mencari rumah dekat kantorku, jadi sementara aku tinggal disini dulu, tidak tahu sampai kapan.” Mi Mi menghela nafas.

                Jong In baru saja ingin menanggapi cerita Mi Mi ketika ponselnya berbunyi.

                Mi Mi memperhatikan raut muka tidak senang Jong In yang menerima telepon dari balkon sebelah yang tidak jauh dari tempatnya.

                “Tadi kau lancang masuk kemar pria, sekarang kau menelpon pri di jam segini. Apa kau tidak kasihan dengan ibumu kalau mengetahui kelakuan anaknya seperti ini?”

                ….

                “Iya kau sangat mengganggu.”

                ….

                “Aku? Aku..” Jong In memutarkan bolamatanya, lalu dia menepuk-nepukan pagar balkon memanggil Mi Mi. Perempuan yang sedang menyesap kopinya itu tersedak saat Jong In berkata “sedang bersama pacarku.” Sambil menunjuk Mi Mi

                Jong In ikut terkejut saat  Mi Mi tersedak tadi.

                Mi Mi langsung dapat memahami kondisi seperti apa sekarang. Jong In pasti meminta Mi Mi berpura-pura menjadi pacarnya lagi.

                …

                “Aku tidak bohong..” Jong In menggerakkan tanggannya memberi isyarat agar Mi Mi mengeluarkan suara.

                Otthokae?

                Mi Mi tidak mempunya pengalaman berpacaran sebelumnya. Bagaimana mungkin dia tahu cara memanggil pacarnya.

                “ess.. Sayang! Sayang kau tidak masuk?”

                Jong In tersenyum. Ia hampir tertawa sambil melihat wajah Mi Mi yang jelas sekali sedang memerah sekarang. “Kau dengarkan? Pacarku sedang menungguku. Jadi aku tutup teleponnya sekarang.”

                Mi Mi kemudian mengoreksi perkataannya.

                Berlebihan tidak ya? Suaraku pasti aneh. Kenapa wajah pria itu seperti ini? Pasti aku terlihat sekali tidak berpengalaman.Ah, Eotthokae??

                Jong In memasukan ponselnya kedalam cardigan hitamnya. Jong In masih tersenyum bahkan ketika tidak sedang memandang Mi Mi.

                “Yang tadi terdengar aneh ya?” Tanya Mi Mi memastikan.

                “Tidak kok. Gomawo ne.”

                Dia pasti berbohong. “Shh.. kenapa jadi dingin sekali ya? Aku masuk duluan ya.”

                “Geurae.. Jaljayo~” Jong In melambaikan tangannya. Senyumnya belum hilang dari wajahnya.

                “Jalja..”

*****

                Sudah hampir satu minggu setelah hari penandatangan kontrak. Sekarang jadwal pemotretan dan pengambilan film pendek untuk acara program. Mi Mi menghampiri studio pengambilan gambar dan film. Ia duduk di belakang monitor sutrada sambil memeluk papan dokumen didadanya. Mi Cha melambaikan tangannya kea rah Mi Mi yang bar datang. Mi Mi memperhatikan Mi Cha terlihat sangat cantik. Tiba-tiba  seorang datang membenarkan posisi baju kakaknya, lalu berganti orang lain yang  memoles bedak diwajah mulus itu agar tidak hilang.

                Dalam hati, semenjak kepulangannya kekorea, MiMi menyatakan dalam hati bahwa memang kakaknya jauh lebih cantik darinya. Apalagi sekarang, Mi Mi merasa 1 berbanding 1000 dengan kakaknya. Saat tengah memperhatikan kakaknya,pandangan Mi Mi tertarik pada sosok lelaki yang muncul dari belakang panggung. Makhluk dari mana dia sebenarnya? Tampan sekali.. Melihat setelan yang dipakai Lu Han, Mi Mi baru menyadari bahwa kakaknya sedari tadi memakai gaun pengantin pendek.

                ‘Jadi konsepnya adalah pasangan pengantin.’

                Lu Han membungkuk didepan Mi Cha sebagai tanda hormat antara Hoobae-Sonbae, kemudian membungkuk didepan staff beberapa kali sambil mengucapkan salam.

                “Baiklah, modelnya sudah datang. Sekarang mari kita mulai.” Teriak Sutradara.

                Kedua model itu melakukan sesi pemotretan dengan pose selayaknya pasangan kekasih sesuai arahan Floor Director. Seperti saling berpegangan tangan, atau model pria memandang wanitanya yang malu-malu,dan pose lainya. Sampai ketika floor director mengarahkan perintah dari papan yang dipeganggnya, Mi Mi melihat Mi Cha menjadi gugup dan Lu Han berdehem sekali. Kemudian keduanya saling menertawai kecanggungan mereka. Mi Mi penasaran apa yang membuat mereka bertingkah seperti itu, Akhirnya ia melirik papan FD. Fake Kissing!

                Mi Mi langsung melempar pandangannya kedepan panggung. Kenapa adegan seperti ini?

                Tanpa bisa berbuat apa-apa, akhirnya Mi Mi menahan sesak didadanya saat melihat Lu Han meletakan bibirnya dua sentimeter dari bibir kakaknya yang cantik luar biasa. Rasanya pose itu lebih lama dilakukan daripada pose sebelumnya. Mi Mi melemparkan pandangannya ke lantai, lalu berdiri meninggalkan studio.

                Kenapa aku cemburu? Aku tidak punya hak untuk cemburu.

               

                “Aigoo, Anda disini rupanya? Aku seari tadi mencari.” Min Ah datang menghampiri Mi Mi yang sedang menenangkan hatinya.

                “Ada apa?”

                “Trainee Wakil Direktur baru akan datang, kita semua disuruh berkumpul di depan pintu masuk. Ayo!”

                “Oh Ayo!”

                Mi Mi dan yang lain berbaris disepanjang pintu masuk utama yang hanya boleh dipakai oleh atasan atau tamu-tamu penting saja. Min Ah terus saja berbisik-bisik menebak seperti apa wajah trainee Direktur baru itu.

                “Min Ah ssi.” Panggil Mi Mi sambil berbisik.

                “Ne, Kepala Tim?”

                “Kenapa harus ada embel-embel trainee sih? Aneh kedengarannya.”

                Min Ah sepertinya baru menyadari, kalau ember-embel trainee itu memang. Lantas ia tertawa, dan menjawab “Molla, Tapi kabarnya dia masih keluarga CEO peusahaan ini.”

                Mi Mi hanya mengangguk.

                Keluarga pun masih harus melewati training rupanya.

                Tiba-tiba seorang ahjusii entah  dari devisi apa, melewati karpet perah diantara barisan karyawan sambil menepuk tangan. Ia bermaksud mengambil perhatian para karyawan yang belum fokus. “Bersiap-siap! Nanti beri tepuk tangan paling meria, ya! Sebentar lagi beliau datang!” Teriaknya.

                Aku secara reflex ikut menoleh ketikan barisan didepanku menoleh kea rah pintu masuk. Sebuah mobil limousine putih berhenti didepan pintu. Supir mobil itu keluar dengan pakaian yang sangat rapih, ia kemudian membuka pintu belakang tempat Tuannya duduk.

                “Ah!” Mi Mi tiba-tiba mengerang saat merasa ada batu di sepatu high heelsnya. Ia mundur kebelakang dan mengeluarkan batu dari sepatunya.

                Ketika itu, tepukan tangan mulai ramai menyambut kedatangan orang yang ditunggu. Tidak enak rasanya jika Mi Mi meyela para karyawan yang berdiri didepannya. Mereka juga pasti mau melihat Calon Wakil Direktur itu. Akhirnya Mi Mi berjalan menuju barisan paling ujung.

                Dengan santai Mi Mi memutar kepalanya, sambil ertepuk tangan. Direktur Kim Youra berjalan anggun bersama Seorang pria tampan yang mengenakan kemeja putih, dasi hitam, berbalut jas dan celana biru sapphire berjalan mendekati barisan paling ujung. Pria itu adalah.. Kim Jong Jin!

                ‘O My! Kim Jong In ssi ??’ Mi Mi menyipitkan matanya. ‘Kenapa dia ada disini? Tidak Mungkin kan dia anak CEO SE Home Shopping…

                Mi Mi hampir tidak bisa mempercayai matanya sendiri. Kim Jong In yang beberapa hari lalu hanya mengenakan  t-shirt dan kardingan saja, sekarang dia tampak sempurna mengenakan setelan jas seperti itu.

                Tampan sekali.

                Gadis itu mengeleng-gelengkan kepala menghilangkan pemikirannya yang  mulai ngawur. Tiba-tiba ia  teringat saat dia bertemu dengan Jong In di balkon hotel beberapa hari lalu. Bukankah wallpaper laptoku hanya menggambarkan symbol perusahaan saja? Tapi saat itu Kim Jong In langsung tahu nama perusahaan tempatku bekerja. “Jadi, dia benar-benar seorang busajangnim? Heol !”

*****

Bersambung

*****


One Way Love [Chapter 1]

$
0
0

Title :  One Way Love

Author : Miss Dreaming

Genre : Romance, School Life, Friendship

Rating : PG-15

Length : part 1 of 16

Cast :     –      Oh Sehoon a.k.a. Sehun EXO

  • Lee Eun Ki a.k.a Author / OC

Other Cast :

-       Lee Hyuk Jae a.k.a EunHyuk Super Junior

-       Lee Sung Min a.k.a Sungmin Super Junior

-       EXO Member

  • And other cast author need

Declaimer :

               Annyeonghaseo~ chaa… author datang dengan ff EXO buatan author lho…^^ ini author iseng-iseng buatnya, hehe.. jadi mianhae kalo agak pendek storynya :D author sih berharap banyak yang suka sama ff ini, jadi… tolong buat yang udah baca ff ini tinggalin jejak ya dikomentar, atau enggak komentar langsung aja keauthornya lewat email ke mrschoeunki1203@gmail.com atau ke twitter di @melialia_ , nanti author bales satu-satu kalo sempet,… so, happy reading readersdeul^^

The story, ff, and OC is MINE!!

.

.

.

.

WARNING!!! TYPO BERTEBARAN!!!!

.

.

.

.

// Eunki POV//

10.00 KST @Incheon Airport

Haahhh~ sudah lama aku tidak menghirup udara kampung halamanku.. tidak terasa sudah 3 tahun~

“ ‘ Welcome Home Josephine Lee’ ? “ ucapku saat membaca banner yang dibawa oleh seseorang yang tak lain dan tak bukan adalah oppaku

“ ya! Josephine, “ teriaknya sambil melambai lambaikan tangannya padaku. Akupun menghampiri oppaku itu

“ oppa, “ panggilku

“ aigoo~ uri dongsaeng sudah bertambah tinggi…. “ ucap oppaku sambil mengusap kepalaku. Akupun memeluk oppaku

“ bogoshipeoseo, oppa. “ ucapku

“ kau jahat! Kenapa kau tidak pernah ke New York, padahal aku berada disana!! “ kesalku

“ y-ya~ mianhada, sungmin hyung tidak mengijinkanku keluar negri dan menyuruhku belajar… mianhae~ “ ucap hyuk jae oppa. Akupun mengangguk mengerti

“ ah, cham.. sungmin oppa eodisseo? “ tanyaku

“ dia sedang sibuk dikantor, kau tahukan semenjak appa dan eomma meninggal dunia perusahaan sepenuhnya dipegang oleh sungmin hyung? “ ucap hyuk jae oppa

“ ah, arraseo~ “ ucapku mengerti. Benar kata hyuk jae oppa. semenjak appa dan eomma meninggal 3 tahun lalu karna kecelakaan, sungmin oppa menggantikan appa menjadi pemimpin perusahaan. Dan semenjak 3 tahun pula, aku bersekolah di New York  bersama paman dan bibi ku.

“ chaa~ karna uri eunki sudah sampai dikorea, kajja kita makan makanan korea yang tidak kau temukan di new york… ^^ “ ucap hyukjae oppa. Akupun hanya mengangguk tanda setuju

“ jadi, apa yang mau kau makan, eum? “ Tanya hyukjae oppa sambil merangkulku. Makanan korea yang tidak ada dinew york? Ah….

“ tteoppokie, “ ucapku

“ tteoppokie?? Ah, keurae… kajja, eunki-ya.. “

“ ne~~ “

***

@eunki’s house

Akhirnya aku sampai dirumah.. rumah ini terlihat berbeda semenjak 3 tahun lalu aku meninggalkannya…

“ bogoshipeo? “ Tanya hyuk jae oppa. Aku mengangguk pelan

“ eum… manhi bogoshipeoseo, “ jawabku. Rumah ini mengingatkanku dengan appa dan eomma..

“ kenapa melamun? “ Tanya hyuk jae oppa, aku menggeleng

“ aniya, keurigo… aku teringat dengan appa dan eomma~ “ ucapku tersenyum. Hyuk jae oppa tiba-tiba memegang bahuku

“ dongsaeng-i.. jangan murung begitu, eo?  Kalau kau sedih begitu, nanti eomma dan appa jadi ikut sedih disana… tersenyumlah, kau sangat cantik bila tersenyum… “ ucap hyuk jae oppa lalu memamerkan gummy smile miliknya itu. Akupun tersenyum pada oppaku

“ mmmm, begini saja…. Anggap aku eomma dan sungmin hyung itu appa, eotte? “ucap hyukjae oppa

“ wae?? “ tanyaku heran

“ karna sungmin hyung yang bekerja, jadi dia yang menjadi appa. Sedangkan aku yang berada dirumah menjadi eomma… :D “ jawab hyuk jae oppa

“ lalu aku anak kalian berdua, begitu? Hihihi.. oppa, kau bahkan tidak cocok menjadi eomma~ lihat rumah ini begitu berantakan, kau sangat jorok… aku yakin kau masih jarang mencuci kakimu sebelum tidur, “ ucapku dengan nada mengejeknya

“ ya! Kau ini benar-benar,ya.. jinjja!! “ kesalnya. Kekeke.. sudah lama aku tidak meledek hyuk jae oppa…

“ ah, cham… mulai besok kau bisa bersekolah disekolahku, “ ucap hyuk jae oppa

“ kenapa harus disekolahmu, oppa? “ tanyaku

“ tentu saja harus, aku tidak mau nae dongsaeng menjadi korban bullying disekolahnya! Akhir-akhir ini banyak pembully-an kepada anak-anak pindahan dari luar negri, eunki-a…. “ ucap hyuk jae oppa

“ lagipula, sungmin hyung juga menginginkan kau bersekolah di Hyundai SHS … “ lanjut hyuk jae oppa. Akupun mengangguk mengerti

“ baiklah~ “ jawabku patuh

“ kalau begitu naiklah kekamarmu dan istirahat karna besok kau sudah harus sekolah, ah!! Besok kau bisa bertemu sungmin hyung, “ ucap hyuk jae oppa

“ ne, arraseo eomma… kau cerewet sekali, “ ucapku pada oppaku ini

“ cih, dasar… sudah cepat kekamarmu, “ ucapnya lalu mengacak-acak rambutku

“ ne,,, “ jawabku. Akupun segera menaiki tangga dan menuju kamarku yang sudah 3 tahun kutinggal itu. Besok aku sudah mulai sekolah, semoga saja kehidupan SHS ku berjalan lancar….

//Eunki POV End//

//Sehun POV//

@Hyundai SHS

“ Ya! Sehun-a, kenapa kau pulang duluan semalam, eo?? “ Tanya chanyeol hyung saat aku baru saja memasuki kelasku

“ aku bosan mendengar apa yang kalian bicarakan, hyung! Lahipula sudah kubayar kan.. “ ucapku lalu menaruh tasku dimejaku

“ bagaimana kita tanding game lagi? “ ucap baekhyun hyung

“ buat taruhan yang sulit, pasti magnae kalah lagi~ “  lanjut baekhyun hyung

“ ide bagus, hyung “ ucap kai. Namja hitam ini jahat sekali

“ bagimana kalau tanding dance? “ tawarku

“ aaa… itu ide bagus, “ ucap tao yang baru saja datang bersama kris hyung, luhan hyung, dan lay hyung

“ boleh juga… kalau itu aku ikut, “ ucap lay hyung

“ itu aku juga ikut, “ ucap luhan hyung setuju

“ aaaaa…. Shireo, shireo! Kalau itu aku pasti kalah… yang lain saja, yang lain… “ protes chanyeol hyung

“ kau tidak boleh curang begitu, yeol-ah.. “ ucap baekhyun hyung

“ ya! Sebenarnya siapa yang kau dukung, ha? “ kesal chanyeol hyung pada baekhyun hyung

“ aku mendukung yang memiliki suara terbanyak… “ jawab baekhyun hyung. Mendengar ucapan baekhyun hyung barusan membuatku, kai, tao, kris hyung, luhan hyung, dan lay hyung tertawa

“ kalian ini jahat… baik-baik… aku ikut pertandingan dance itu, apa bayaran bagi yang kalah?? “ Tanya chanyeol hyung

“ ya! Kalian sedang apa?? “ Tanya suho hyung yang baru saja datang bersama  xiumin hyung, chen hyung, dan D.O hyung

“ membicarakan tanding dance, kalian mau ikut bergabung hyung?? “ Tanya Kai pada suho hyung, xiumin hyung, chen hyung, dan D.O hyung. Mereka terlihat berfikir sejenak

“ sepertinya tidak, terima kasih “ ucap suho hyung

“ aku juga tidak, malas ah “ ucap chen hyung. Mereka berdua ini pasti takut kalah

“ kalau kalian berdua, hyung? “ tanyaku pada xiumin hyung dan D.O hyung

“ sepertinya itu ide bagus, choa… aku ikut “ ucap  xiumin hyung.

“ kalian tahu sendiri aku sibuk dengan urusan sekolah, akukan wakil presiden sekolah bersama suho .. kami sibuk.. “ jawab D.O hyung

“ ah, kukira suho hyung tidak ikut karna takut kalah… “ ujar tao

“ enak saja, kau kalau bicara! Aku mana takut kalah, hanya saja aku sangat sibuk, akukan presiden sekolah… lagipula kalau aku ikut dan kalah, paling hanya mentraktir kalian ber-11 kan?? (*SUHOlang kaya B) *) “ ucap suho hyung

“ apa katamu saja lah, leader. “ ucap baekhyun hyung

“ ah cham, kau tadi dipanggil eunhyuk diruang dance “ ucap suho pada kai (* ceritanya eunhyuk itu sunbae para EXO ya, yang paling tua kaya lay, suho, kris, xiumin, luhan, baek, sama yeol itu kls 11*)

“ naega? Ada apa?? “ Tanya kai

“ molla~ Tanya langsung saja, “ ucap suho hyung

“ baiklah~ “ ucap kai dan langsung pergi menghampiri eunhyuk sunbaenim. Apa membicarakan tentang kompetensi dance festival busan??

“ apa mungkin tentang kompetensi dance, hyung? “ tanyaku pada lay hyung

“ molla, mungkin saja~ “ jawab lay hyung

“ ah iya, dikelasmu akan ada siswi baru pindahan dari new york, sehun-a “ ucap D.o hyung padaku. Siswi pidahan??

“ new york?? Berarti inggris ya?? Waahh.. apa dia secantik kate middleton?? “ tanya baekhyun hyung

“ new york itu berada diAmerika, bukan diInggris.. babo~ “ ucap kris hyung

“ wah, berarti dia sama denganmu, ge? Pindahan dari Amerika.. “ ucap tao pada kris

“ ne, bedanya aku dari kanada, dia dari new york… “ jawab kris hyung

#tengg… toonng… teenngg.. toongg… (* efek bunyi bel gagal*)

“ kajja, kembali kekelas” ajak suho hyung

“ ne~ “ jawab semuanya kecuali aku. Untuk apa aku pergi, toh ini kelasku. Ah, kai sudah kembali. Kira-kira eunhyuk hyung berbicara apa ya padanya?

“ kai-a.. apa yang eunhyuk hyung bicarakan denganmu? “ tanyaku ingin tahu

“ kau nanti juga akan tau, “ ucap kai lalu tersenyum. Ada apa dengannya?? Aneh.. ah! Songsaengnim datang

“ annyeonghashimika, haksaengdeul? “

“ annyeonghashimika, songsaengnim.. “ jawab murid serentak. Siapa yeoja yang bersama kim songsaengnim? Apaitu siswi baru yang dibilang D.O hyung tadi?

“ hari ini, kalian mendapat teman baru pindahan dari Amerika.. eunki-ya.. silahkan perkenalkan dirimu, “ ucap kim songsaengnim

“ annyeonghashimika, naneun lee eunki imnida, bangapseumnida*bow “ ucapnya memperkenalkan diri.

“ ada yang ingin kalian tanyakan pada eunki? “ Tanya kim songsaengnim. Eunji mengancungkan tangannya

“ kau berasal dari amerika, apa sama dengan kris sunbaenim? “ Tanya eunji. Dia benar-benar menggilai kris hyung

“ kris ? “  ucap siswi baru bernama eunki itu bingung

“ kau tidak tahu kris sunbaenim?? Ah.. baiklah, kau berasal dari amerika bagian mana? “ Tanya eunji lagi

“ new york, “ jawabnya singkat. Minhyuk pun mengangkat tangannya

“ siapa nama amerika mu ? “ Tanya minhyuk

“ Josephine lee, “ jawabnya singkat. Kulihat kai mengangkat tangannya, apa kai tertarik dengan yeoja itu??

“ apa hubunganmu dengan eunhyuk sunbaenim? “ tanyanya. Ne?! eunhyuk sunbaenim

“ apa maksudmu, kai-a? “ tanyaku pada kai

“ eunhyuk sunbaenim…… nugu?? “ tanyanya bingung

“ Lee hyuk jae sunbaenim! Apa kau punya hubungan dengan sunbaenim?! “ Tanya ilhoon memperjelas ucapan kai

“ ah, dia oppa ku “ jawab eunki lalu tersenyum tipis. Manis..

//Sehun POV End//

TBC


Unpredict [Chapter 1]

$
0
0

New Picture

Unpredict [Chapter 1]

Author: reindeer and girls1face

Tittle:   Unpredict

Main Cast:       Oh Se Hun

                         Park Jee Na

Other Cast:      Find it by yourself ;)

Genre:  Romance

Length: Chaptered

Rated: PG-15

Poster: adinarima|cafeposter  www.cafeposterart.wordpress.com

Author’s Note:  Author ini tergolong baru di dunia per-ff an. Baca sering nulis jarang, jadi ampunilah kisah ini. Kisah ini terinspirasi dari ICRD  di Roleplayer World di Facebook. Oke. Typo dan gerombolannya bakal nongol di sini. Alurnya maju mundur kedepan belakang kiri kanan. Rencanaya author mau nambahani tokohnya kalau udah part 2. Sekian bacotan author commentnya ditunggu ya^^ | Ojo dadi readers sing mek maca tok gak koment *wks*| 2WQBacksoundnya apa aja dah serah lo yang penting cocok sama genre dan main cast ye. Ga ngerecommend apa-apa soalnya saya ga dibayar buat promosiin lagu artis manapun, oke, chu~

Normal’s POV

“Lepaskan aku, Oh!”teriak seorang yeoja.

“Tidak sebelum aku membalas semua perkataanmu di ruang latihan tadi, Park!” balas namja itu.

“Cih, rendahan sekali kau menyekapku di sebuah gudang, lalu hendak memukuliku! Pengecut!” balas gadis itu.

“Jadi begitu?” ujar sang lelaki.

“Selalu begitu, Oh-Se-Hun!” bentak gadis itu.

“Jadi, kau tidak mau meminta maaf , Park?” ulang pria yang diketahui bernama Oh Se Hun itu.

“Tidak. Karena aku berkata fakta tentangmu ,Oh!” teriak gadis berambut panjang itu.

“Kau bahkan tidak memanggilku ‘oppa’, Park Jeena!” bentak Sehun.

“Oppa?”  kata gadis yang kita ketahui ternyata bernama Jeena itu. “Jangan harap aku akan memanggilmu Oppa, Sehun, aku hanya akan memanggilmu gadis pemerah susu!”

“Aku sudah membuatnya mudah bagimu, cukup meminta maaf kepadaku, tetapi kau membuatnya rumit, baiklah, kalau engkau mau mencoba memakai caraku yang satu ini,” ucap Sehun.

“Sehun!! Jangan nekat! Aku bisa—“ ucapan Jeena terinterupsi oleh suatu benda ralat bagian tubuh orang lain  yang baru di bibir Jeena.

“Kau bisa apa?” cemooh Sehun setelah melepaskan ciuman yang tadi ia daratkan di bibir Jeena.

Plakk

“Beraninya kau!” bentak Jeena.Ciumian pertamanya telah diambil oleh lelaki yang tak pernah sekalipun mampir menjadi salah satu daftar dari temannya. Ia menampar keras-keras pipi kanan Sehun.

Sehun tersenyum iseng. Sebuah saputangan tiba-tiba tertempel di bibir mungil milik Jeena, seketika ia jatuh tertidur dalam pengaruh obat bius pemberian Sehun.  *hayoo yang udh yadong siapa hayoo? :v*

***OfCourse***

Jeena’s POV

Brukkk. Aku membentur  sesuatu;. Kubuka mataku yang sangat terasa berat. Kuperhatikan seklilingku, aku berada di sebuah hotel besar. Salah satu hotel terbesar di Gangnam District. Aku berhasil mengetahui itu dari sebuah kalender di dekat kasur yang sedang kutiduri. Aku masih berseragam lengkap. Yang kuingat tadi si monyet udik, itu menciumku tanpa izin. Tunggu kenapa aku bisa sampai di hotel ini. Belum lagi suara orang mandi di kamar mandi kamar ini  Kemudian keluarlah si Kunyuk udik  itu dengan hanya membalutkan handuk di bagian bawah tubuhnya.

“Hai, sudah sadar dari tidur panjangmu nona?” tanya Sehun.

Jeena hanya bisa menundukkan kepalanya dalam-dalam. Ia ketakutan dan bingung melihat Sehun dalam kondisi seperti itu.

“Ada apa?” tanya Sehun lalu tersenyum mengancam ke arah Jeena. “Setelah ini, kau akan membayar seluruh perktaanmu kepadaku siang tadi, Jeena!”

#Flashback#

Sehun berlari tergesa menuju ruang latihan tari. Ini juga kesalahnnya mengambil 2 kelas sekaligus, musik dan tari. Ia mengetuk pintu dan berharap mentor untuk levelnya Lee Hyukjae tidak mengurnya, karena ia sudah terlambat untuk kelima kalinya dalam kurun waktu kurang dari 15 hari.

“Hey, Oh Sehun, kau terlambat untuk yang keberapa kalinya bulan ini?” tegur Eunhyuk.

“Mianhae, Hyung, aku ada latihan musik juga, Jeongmal Mianhae,” jawab Sehun sembari membungkukan tubuhnya.

“Baiklah, Proyek bulan ini adalah dansa waltz, aku sudah menentukan pasangannya, silahkan melihat sendir-diri, aku dan Jieun sepakat bahwa pasangan itu berdasarkan bakat kalian oke, selamat melihat dan berlatih!”

Seluruh tim tari segera menuju ke papan pengumuman ada kejutan besar.

Waltz:

[*NOSUGEN* *NOEXOSHIDAE*]

Kim Hyoyeon x Lee Hyuk Jae     Kwon Yuri x Lee Dong Hae           Park Jeena x Oh Se Hun

Balet:

Kim Jong In x Song Hye Ra     Zhan Yi Xing x Kim Rye Na

Solo:

Park Jeena

Im Yoon Ah

“Hey, Hyo, kau beruntung kau bisa berduet dengan Eunhyuk sendiri!” seru seorang namja yang diketahui bernama Lay itu.

“Jinjjayo?” pekik gadis bernama Hyoyeon itu.

“Ne!” seru Lay.

“Sehun! Kau bersama seorang gadis yang bernama Park Jeena, ia adik chanyeol,” ujar Kai.

“Ia gadis dancing machine itu. Ia sudah diterima oleh America’s School Performing Arts di New York!” tambah Hyoyeon. “Sekolah Julliard itu!!”

“Ia seorang kritikus tari termuda dan tercedas, ia bisa mengoreksi tarian setiap orang. Berhati-hatilah Sehun!” kata Yoona.

“Ia pernah berduet dengan si Donghae dalam event Internasional,” ujar Yixing. “Ia bahkan mengalahi bakat tari kedua kakanya. Sehun kau beruntung bisa berpasangan dengan gadis itu.”

“Semuanya, Ayo berlatih! Yuri cek kehadiran semua peserta!” perintah Jieun  

Terdengar ketukan di pintu seorang gadis setinggi 172 cm masuk sambil membawa peralatan untuk menari waltz. Ia melambaikan tangan kepada Jieun dan Eunhyuk. Keduanya hanya memandangnya dengan pandangan penuh arti.

“Jee, untukk kali ini, kau akan berpasangan dengan namja itu, Oh Se Hun!” seru Eunhyuk.

“Bagaimana prestasi tarinya, oppa Hyukkie?” tanya Jeena.

“Kau bisa bertanya sendiri kepada Sehun,” jawab Eunhyuk.

Gadis bermata cokelat itu menatap intens Sehun dan ia menantangnya untuk menarikan beberapa tarian. Sehun dengan senang hati menerima ajakan aneh itu. baru semenit, Jeena sudah mempermalukan Sehun dengan jalan memarahi Sehun dan membeberkan seluruh kesalahanya pada seantero kelas Tari. Ia juga mengata-ngatai Sehun jika menari seperti seorang gadis pemerah susu. Tidak puas ia juga meminta menari solo. Kemudian Jeena menari balet solo selama 5 menit dan ia melakukan itu tanpa cacat cela kemudian ia pergi ke kelas Musik bersama Yoona. Seluruh kelas mendadak sepi dan kaku. Sehun berjanji ia akan membuat gadis itu tak bisa lagi lari dari dirinya itu. Sudah lama Sehun memendam dendam  aneh kepada Jeena. Ia merasakannya saat pertama kali pergi menemui sobatnya, Park Chanyeol, kakak dari Jeena.Ia dipermalukan di hadapan Yooara dan Chanyeol hanya karena tidak mengenakan sabk di celan ayang agak, emm, kedodoran. Ia pikir sekaranglah waktu eksekusi tertepat.

#FlashbackEnd#

“Jaga jarakmu Oh Sehun!!” bentak Jeena ketakutan.

“Tidak akan,” jawabnya santai.

Sehun mempersempit jarak dianatara mereka. Ia menikmati bagian atas gadis yang menghinanya siang tadi. Sekuat apapun Jeena berusaha meronta atau berteriak Sehun berhasil mengahalau suara dan gerakannya. Ruangan yang bersuhu 160C itu seolah berbuah menjadi 520C. Suara yang dihasilkan Jeena dan Sehun seolah-olah menggema hingga keluar dari kamar besar nan megah itu. Hanya daam waktu kurang dari 15 menit  keduanya sudah tidak berlapis sehelai benang pun.

*******

Normal’s Pov

Jeena terbangun lebih pagi ketimbang Sehun. Ia menagisi kejadian semalam yang ia alami. Ia ketakutan.  Ia berharap tak terjadi apa-apa setelah ini.ya, sebuah harapan kecil. Ia membereskan seluruh barangnya dan meninggalkan sebuah kertas kecil untuk Sehun. Ia juga meninggalkan segelas kopi pemberian pelayan ruangan kepadanya.

Sehun, terimakasih sudah menghancurkan hidupku. Aku takkan meminta pertanggungjawabanmu. Jangan hubungiku lagi.

PJN

*******

Jeena’s Pov

Aku memandang hotel terkutuk ini untuk terakhir kalinya. Untuk menghilangakan stres, aku  sengaja mengunjungi sebuah Kafe yang baru buka di distrik gangnam. Kurasakan perih dan nyeri  saat aku hendak berjalan atau berjongkok. Setengah menangis aku memasuki kafe berukuran sedang itu. Arts & Caffee.  Hangat. Tenang.itulahdeskripsi paling tepat untuk menggambarkan Arts & Caffee Namun aku sungguh terkejut saat menyadari bahwa yang menjadi bartender adalah Sunbaeku, lalu, ada Ara dan Suho! Aku segera menghampiri kedua sahabat sejatiku itu.

“Ara..Suho…..,” ujarku pelan.

“Jeena!!” seru keduanya. Ara segera merangkulku.

“Ya ampun kau kenapa menangis seperti itu?!!,” tanya Suho.

Aku menangis makin kencang. Aku bimbang sejenak. Keduanya sudah banyak sekali membantu aku. Tak baik rasanya jika meminta tolong sekali lagi. Tetapi wajah keduanyanya seolah terbuka. Terbuka untukku.

“Jeena?” ujar Ara.

“Arrrraa.. eonnie,” seruku lalu merangkulnya erat-erat.

“Jeena, kau kenapa?” tanya Ara lembut.

Aku ragu untuk menceritakan kejadian semalam namu aku tak kuasa jika harus kupendam sendiri, kupputuskan untuk memberitahu mereka karena mereka sahabatku sejak kecil, ralat sahabat kakakku, Park Chanyeol.

“Sehun, ia ‘mengotoriku!” bisikku.

“Tunggu , Sehun yang mana?” tanya Suho

“Oh Sehun,” ujarku susah payah.

“Apa yang kau maksdukan apakah Sehun membuatmu terjatuh lalu kotor?” tanya Ara.

“Bukan,’ mengotori’ dalam hal yang lain,” ujar Jeena. “Ia bercinta denganku semalam, ia begitu murka akibat perkataanku saat latihan tari balet.”

“Kau bercanda!” seru Suho.

“Aku tidak bercanda Oppa, kumohon percayalah,” ujar Jeena putus asa

“Suho, kurasa ia benar,” ujar Ara lalu merangkul Jeena.

“Entahlah, aku kenal, siapa Oh Sehun,” ujar Suho.

“Eonnie, Oppa, tolong aku! Percayalah kepadaku Ara Eonnie, Suho Oppa,” pinta Jeena.

“Baiklah, apakah keluargamu ada yang tau?” tanya Ara.

“Tidak! Eonnie jangan beritahu Eommaku atas peristiwa ini, Oppa Juga!” pintaku lagi.

“Baiklah,” jawab Ara.

“Aku berjanji,” ucap Suho.

“Terimakasih,” ujarku.

“Permisi, Apakah kalian mengorder capuccino dan espresso?” ucap seorang namja bername tag Kim Jong Dae. Ya iyalah sunbaeku.

“Ya,” jawab Suho. “Jee, kau pesan apa? Aku yang bayar.”

“Cappucino saja,” ucapku pelan.

“Capuccino satu dan snack nya yang tadi saya pesan, ya!” perintah Suho.

“Baik , Tuan,” ujar Jongdae lalu berlalu.

Sembari menunggu baik Ara maupun Suho mengintrogasiku secara wartawanitis. Entah kenapa aku tak bisa lagi mengikuti kelas tariku selama masih ada si Sehun.

Suho’s Pov

/Suho’s Mind/

Jeena, maafkan aku. Aku sesungguhnya tahu segalanya tentang peristiwa yang menimpamu kemarin, tetapi aku tidak bisa memberitahumu. Aku sungguh memohon maaf aku memang bersalah..

/Suho’s Mind & Pov End/

“Oppa!” seru Arra.

“N-ne?” ujar Suho terkejut. Ia tengah melamunkan nasib Jeena. Juga Sehun.

“Ini, ayo kita minum bersama-sama!!” ajak Ara

“Ayo, Jee kau yang , cappucino, ya,” ujar Suho

“Oh..,” ujarku. “Baiklah.”

“Kenapa?” tanya Ara.

“Tidak apa ,” jawabku pendek.

“Aku masih ingat,” ujar Ara.

“Ingat apa? ” tanyaku.

“Tentang pena dan sebuah ruang serbaguna” ujar Ara berteka-teki.

Hening sejenak ketiganya menikmati rasa kopi nikmat yang diracik oleh Jongdae. Hingga Jeena memecah keheningan itu.

“Apakah kalian berpacaran?” ujar Jeena sambil menundukan kepalanya.

“Tidak!!” seru Ara dan Suho bersamaan. Keduanya segera saling membuang muka , dengan memasang wajah jeena-sudah-gila.

“Aku belum gila mau menikah dengan gadis cerewet macam Ara ini,” ujar Suho.

“Kau pikir aku juga mau menikah dengan pria pendek macam ia,” ujar Ara ketus.

“Pendek?” ujar Suho. “Setidaknya, aku tak segemuk dirimu Ara!”

“APA KAU BILANG KIM JOONMYEON? GEMUK?!” bentak Ara.

“Iya , gemuk dan berpaha besar!!” ujar Suho mencomooh Ara .

“Kyaa! Kau Joonmyeon!” teriak Ara. teriakannya membuat sebagian besar pengungjung kafe menonton pertunjukan gratis itu.

Pengunjung mulai berbisik-bisik, dan mengatakan kalau, Jeena adalah anak mereka dan sepertinya, Ara dan Suho seperti orang yang ingin bercerai.

“Tetapi kalian cocok,” ucap Jeena. “Suho pendiam dan Ara cerewet, itu cocok.”

*******

Sehun’s Pov

Aku terbangun. Aku melihat seklilingku, kulirik handphoneku sudah pukul 09.45 kst. Gadis  itu juga hilang.Entahlah gadis itu takkan pergi terlalu jauh. Ah. Entahlah. Skenario untuk meniduri gadis itu sudah kusepakati. Sesungguhnya aku tak melakukannya atas dasar akting. Aku tulus menyukai dan menyayangi si kecil itu. Park Jee Na. Terdengar 100000x lebih baik ketimbang biasanya. Kenangan akan aktifitas semalam kembali membuatku melayangkan sebuah fantasi yang terlalu jauh. Baru kusadari jika ia kabur setelah kubaca sebuah kertas yang diganjal dengan kopi yang sudah dingin sekali.

Kertas itu berisi:

Sehun, terimakasih sudah menghancurkan hidupku. Aku takkan meminta pertanggungjawabanmu. Jangan hubungiku lagi.

PJN

Ia gila?! Kemana perginya bocah itu? Bagaimana kalau ia bercerita pada kawan-kawannya? Bagaimana jika ia bunuh diri akibat depresi mendadak? Bagaimana jika ia nanti hamil anakku? Bagaimana? Seribu pertanyaan berkelebat hingga tiba-tiba handphoneku berbunyi. Telepon dari Suho Hyung.

“Yeobohaseyo?” sapaku.

“……”

“APA?! Baiklah Hyung aku akan segera ke sana!!”

“……..”

“Biarkan saja ia bersama si Ara sahabatnya itu,”

“…………….”

“Baiklah Hyung, Annyeong,”

Aku menggosok gigiku mencuci wajahku, segera mnegndarai ferrari hitam baruku ke sebuah alamat.

***OfCouurse***

Normal’s Pov

Sehun memacu mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata untuk mencapai sebuah rumah di kawasan Seoul. Ia segera memelankan laju mobilnya ketika ia tiba di suatu komplek perumahan real estate tengah kota Seoul. Sehun  memakirkan mobilnya di belakang salah satu rumah di komplek real estate itu. Ia  setengah berlari menuju area kebun rumah itu. Nafasnya terengah-engah akibat berlari. Setengah terkejut ia  melihat sesosok orang menunggu di kebun belakang itu.
“Halo, Sehun,” ujar suara itu. “Lama tak berjumpa. Bukankah sudah kusuruh engkau untuk awasi Jeena?”

“Aku-“ ucap Sehun.

-tobecontinued-

Wuhuu , mian tulisan nae gaje sedikit, alur yang nae pakai  pasaran #naeneonajis , tapi endingnya ga pasaran/? Rcl nya aku tunggu yaa? Inspirasinya dari banyak orang sama temen yang minta aku bikin ff Sehun sama OC. Kritik saran boleh. Salam, girls1face.


[KrisHyeri] Rindu Berat

$
0
0

cover Rindu Berat

Tittle : [KrisHyeri] Rindu Berat

Author : Vidy Zu ( @VidyChanzu )

Genre : Romance, AU, comedy (?)

Length : Oneshot (series maybe)

Rate : T

Main Cast : Kris Wu (EXO) & Hyeri Song (OC)

Support Cast : You can find self

Author note : Author lebih suka memakai judul dengan bahasa indonesia, kenapa? Karena terlihat lucu dan aneh, sesuai ff ini. Kerinduan Author pada Kris memuncak dan FF ini tercipta.

NO COPAS, NO BASHING karena ini murni ide dari Author.

Well…

Happy Reading…

o0o

 

                Seorang namja bangun dengan wajah kusutnya, rambutnya acak-acakan tidak terurus tapi tetap tampan (?). Dia Kris Wu, pria ini seperti burung patah sayapnya juga tidak punya semangat hidup. Berlebihan memang. Oh ayolah apa yang sebenarnya dia alami ? Dan dimana kekasihnya Hyeri ? Nah, itulah yang menjadi penyebabnya. Mereka bertengkar ? Tidak. Ini semua bermula sejak beberapa hari yang lalu dimana Kris mengantar Hyeri ke bandara, gadisnya akan ke Jepang menjenguk neneknya yang sedang sakit.

.

o0o

.

FLASHBACK

“Kau akan berlibur di Jepang dan meninggalkan kekasihmu yang tampan ini ?” ucap Kris tanpa mengalihkan pandangannya kedepan karena sekarang dia sedang menyetir.

Hyeri tertawa kecil melihat tingkah kekasihnya yang terkadang berlebihan “Oh ayolah Kris-ah, aku ke Jepang untuk menjenguk granny yang sedang sakit dan orangtuaku sudah disana,”

“Orangtuamu ? lalu Joong Ki Hyung ?”

“Iya, Joong Ki Oppa tidak ikut, dia mengambil alih perusahaan Appa untuk sementara,”

“Oh… apa kau akan lama disana ?”

“Mmmm… mungkin selama setahun ,” goda Hyeri

YAK ! lama sekali, lalu kuliahmu bagaimana ? bukankah liburnya hanya sebulan ?”

“Hffhahahaha… Just kidding Kris,” Hyeri tertawa lepas melihat ekspresi Kris.

“Hey, jangan cemberut seperti itu. Kau tau, wajahmu sudah seperti angry bird ,” goda Hyeri namun itu malah membuat Kris makin menekuk wajahnya.

.

o0o

.

Sesampainya di bandara.

Kris terus menggenggam tangan Hyeri sambil menunggu detik-detik perpisahan mereka.

“Kris-ah, sebentar lagi aku akan berangkat ,” ucap Hyeri seraya bangun dari duduknya.

Kris tiba-tiba memeluknya.

“Krisss, aku tidak akan lama disana dan hanya 2 minggu saja ,”

“Biarkan seperti ini sebentar saja ,” jawab Kris dan Hyeri membalas pelukannya.

“Perhatian semuanya, harap penumpang pesawat Dragon Airlines yang bernomor seri 014 dengan tujuan Seoul-Tokyo segera memasuki pesawat, lima menit lagi kita akan segera lepas landas.”

“Kris-ah, sudah waktunya aku berangkat ,” Hyeri melepas pelukannya dan tersenyum lembut pada kekasihnya itu.

“Jangan lupa kabari aku kalau kau sudah di Tokyo, arra ?”

“Iya Kris,”

“Jangan lupa minum vitaminmu, istirahat yang cukup, jaga kesehatanmu, jangan lupa hubungi aku, aku akan kesepian ,”

“Cerewet sekali. Jangan lupa selalu membersihkan kamarmu, hm ?” Hyeri mencubit pipi kanan Kris dengan gemas.

Kris mengangguk kemudian mencium keningnya lembut.

“Ya sudah, aku pergi ,” ucap Hyeri setelah mencium pipi kanan Kris.

Hyeri melambaikan tangannnya ke arah Kris kemudian berbalik dan langkahnya semakin menjauh hingga kris tidak bisa melihatnya lagi.

FLASHBACK END

.

o0o

.

                Sebenarnya itu tidak terlalu menjadi masalah untuk Kris, karena sesampainya disana Hyeri langsung menghubunginya juga mengirimkan pesan singkat seperti selamat tidur, menanyakan apa dia sudah makan, mengingatkannya agar membersihkan tempat tidur karena Kris alergi debu dan hal lainnya.

Seminggu sudah terlewati, tinggal seminggu lagi dan itu terasa lama bagi Kris. Bagaimana tidak, Hyeri tidak menghubunginya ataupun mengirim pesan, handphonenya tidak aktif. Pesan terakhir yang ia kirim mengatakan bahwa minggu depan dia akan kembali ke korea.

Puluhan bahkan ratusan pesan dari Kris tidak dibalasnya. Seperti pagi ini Kris mengambil handphonenya dan menekan tombol.

Tuuuut tuuuuuuutt tutttt

Tersambung, tapi setelah itu suara operator yang muncul.

“Kau kemana Hyeri-ah ?! kenapa tidak mengangkat telponku ?!” teriak Kris frustasi.

Kris mengetik pesan singkat.

To : Hyeri Wu

Hyeri-ah, selamat pagi sayang… kau sedang apa ?

#####

To : Hyeri Wu

Hyeri-ah kau baik-baik saja?

#####

To : Hyeri Wu

Sayang…. ?

#####

To : Hyeri Wu

Hei nyonya Wu! Kenapa tidak mengangkat teleponku?

#####

To : Hyeri Wu

AARRRGGGHH… sesibuk apa kau disana sampai mengacuhkanku eoh!?

#####

To : Hyeri Wu

Song Hyeri… Sayang… Hyeri Wu… Yeobo… Nyonya Wu… aku merindukanmu… !!! Sungguh :’(

Kris mulai frustasi, begitu juga hari selanjutnya. Hyeri tidak menangkat telepon dan tidak membalas pesan Kris.

To : Hyeri Wu

Hyeri sayang… balas pesanku

#####

To : Hyeri Wu

Baiklah jika itu maumu…aku tidak akan menghubungimu dan jangan hubungi aku!

#####

To : Hyeri Wu

Sayang………………………………. ???

Tiba-tiba Handphone Kris bergetar menandakan ada pesan masuk. Wajah Kris sudah berbinar membuka pesan itu, namun sedetik kemudian wajahnya kembali murung. Pesan itu ternyata dari Baekhyun.

From : ByunBaek

Hyung, apa yang harus aku bawa saat menyatakan perasaanku pada Baek Ji Kyung ? Bunga ? Kalung ? Atau apa ?

#####

From : ByunBaek

Hyung, aku harus pakai baju apa?

#####

From : ByunBaek

Hyung, bantu aku… aku tidak tau apa yang harus aku lakukan…

Kris menghela nafasnya gusar, setelah membalas pesan dari Baekhyun Kris segera mematikan Handphonenya.

.

o0o

.

Sementara itu, di bandara Incheon.

Seorang gadis menggunakan coat berwarna biru tua tampak sibuk melihat sekeliling bandara mencari seseorang. Dia Hyeri yang baru tiba di Korea

Chagiya ,” teriak seorang pria yang wajahnya memancarkan kewibawaan, itu Song Joong Ki kakaknya.

Oppaaaa….,” gadis tadi berlari memeluk pria tersebut.

Oppa, dimana Kris ?”

Oppa tidak tau, Oppa sudah menghubunginya tapi handphonenya tidak aktif ,”

“Oh ,” terdengar nada kecewa.

‘Awas saja kau Angry Bird! Karena kau tidak menjemputku!’ rutuk Hyeri dalam hati.

.

o0o

.

Keesokan harinya…

                Seminggu yang menyiksa Kris telah lewat, tapi keadaannya sekarang sangat memprihatinkan. Kamarnya berantakan, tempat tidur acak-acakan, wajahnya lesu, matanya seperti panda mengalahkan Zitao Kekasih Eunkyung (baca ff [KrisHyeri] Panggilan sayang).

Ting Tong

Bel rumah Kris berbunyi, Kris mengacak rambutnya frustasi.

“Siapa yang bertamu pagi-pagi begini hah ?”

Keluarganya tidak ada dirumah, orang tuanya sedang mengurus kepindahan adiknya untuk bersekolah di Kanada. Jadi terpaksa Kris yang membuka pintu.

Saat membuka pintu, Kris mematung sejenak kemudian mengerang frustasi. Hyeri yang awalnya sedang kesal akan memarahi Kris. Namun saat melihat penampilan kekasihnya sangat menyedihkan, Hyeri membatalkannya.

“Kris-ah, kau baik-baik saja ?”

Namun Kris malah berlalu meninggalkannya di depan pintu sambil bergumam

“Hyeri-ah, apa aku sudah gila karena merindukanmu? Sampai-sampai aku berhalusinasi seperti ini ,”

“Kris-ah, ini aku Hyeri kekasihmu. Kau tidak mengenaliku ?”

“Hei, bahkan suaramu terdengar nyata,” Kris mengusap kasar wajahnya.

“Kris-ah, kau sudah makan ?”

Lagi-lagi jawaban Kris hanya gumaman tak jelas, akhirnya Hyeri pergi ke dapur menyiapkan makanan untuk Kris. Betapa terkejutnya Hyeri melihat keadaan dapur keluarga Wu yang biasanya selalu bersih dan rapi kini seperti kapal pecah. Bekas makanan instan dimana-mana, kekasihnya itu pasti tidak makan dengan baik.

Setelah selesai membersihkan dapur, Hyeri segera memasak bahan makanan yang ada di kulkas. Kemudian menemui Kris diruang keluarga, tapi karena Kris tertidur Hyeri tidak tega membangunkannya. Hyeri membenarkan posisi tidur Kris, kemudian berniat mengambil selimut di kamar Kris.

“YA AMPUN KRIS !!” Hyeri menghela nafasnya seraya membersihkan kamar Kris. Kamar Kris bahkan lebih parah dari keadaan dapur tadi. Baju kotor dimana-mana dan jangan tanyakan lagi bagaimana keadaan kasurnya.

“Apa yang terjadi padanya eoh ?” gumam Hyeri dengan kesal.

“Bagaimana kalau alerginya kambuh lagi ? Awas saja dia setelah ini ,” geram Hyeri.

.

o0o

.

“Kris-ah… bangun, cepat mandi dan makan ,” Hyeri menguncang tubuh Kris.

Kris membuka matanya, mengerjapkannya beberapa kali.

“Kukira setelah tidur, halusinasiku akan hilang ,” gumam Kris.

“Kau tau, aku menghubungimu, mengirimkanmu pesan… kau tidak membalasnya sedikitpun. Aku khawatir terjadi apa-apa padamu dan aku merindukanmu Hyeri-ah,” lirihnya tapi masih dapat didengar Hyeri.

Hyeri segera mengecek Handphonenya, dan benar saja ada 100 panggilan tak terjawab dan 900 pesan. Dan itu semua dari kekasihnya Kris. Selama seminggu handphonenya mengalami masalah, dan juga dia disibukkan dengan membantu Grannynya di Jepang jadi handphone, bahkan Kris sedikit terlupakan.

“Kris mianhe… ,”

“Handphoneku bermasalah waktu itu, sehingga aku tidak tau kau menghubungi dan mengirimiku pesan,” lirihnya.

“Hei, sepertinya aku sudah gila ? Halusinasiku tentangmu begitu nyata ,” ucap Kris tanpa menoleh kearah Hyeri dan mengusap wajahnya gusar.

Sekarang dia sadar ternyata Kris sejak tadi hanya menganggapnya sebagai halusinasi saja. Kris masih terus menggerutu tiada habisnya, mengasihani dirinya sendiri. Kekesalan Hyeri memuncak dan …

YAK!! JADI KAU TIDAK MENGANGGAPKU SAMA SEKALI DARI TADI EOH ?!! KAU BAHKAN TIDAK MENJEMPUTKU DI BANDARA KEMARIN, AKU MEMBERSIHKAN DAPURMU, MEMASAK MAKANAN UNTUKMU, MEMBERSIHKAN KAMARMU DAN KAU HANYA MENGANGGAPKU HALUSINASIMU ?!!!”

Hyeri mengatur dan mengambil nafas sebentar.

“Cepat mandi, setelah itu kau makan. Tapi mungkin makanannya sudah dingin, tinggal kau panaskan saja. Aku pergi ,” Hyeri mengambil tasnya dan berlalu meninggalkan Kris.

Kris masih terdiam hingga…

“Hyeri-ah ? Kau…,” Kris berlari dan sebelum Hyeri membuka pintu rumahnya dia sudah menarik Hyeri ke dalam pelukannya.

Hyeri hanya diam, Kris semakin mengeratkan pelukannya menyandarkan kepalanya dipundak kecil Hyeri. Menghirup aroma shampo gadis yang sangat ia rindukan. Kris merasakan pundak Hyeri bergetar dan kaosnya basah, Hyeri menangis.

“I miss you ,” bisik Kris.

“Lepaskan aku … Aku benci padamu Kris ,” Hyeri masih terisak sambil memukul pelan dada Kris.

Pukulan itu tidak sakit, tapi yang membuat Kris merasakan sakit saat melihat kekasihnya menangis dan itu karena dirinya.

Mianhe … aku terlalu kekanak-kanakan. Tapi aku merindukanmu setengah mati, kau tau ?”

“Paling tidak kau memberitahuku bagaimana keadaanmu disana ,” lanjut Kris.

“Kau mengkhawatirkanku, tapi kau menyiksa dirimu sendiri Kris ,” ucap Hyeri dengan suara seraknya karena menangis.

Mian, Uljima Hyeri-ah ,” ucap Kris lembut seraya melepas pelukannya dan menghapus air mata di pipi Hyeri.

“Kau terlihat jelek saat menangis ,” goda Kris dan melayangkan cubitan kecil ke hidung Hyeri.

Yak, Kriiiisss…,”

Kris tertawa kecil lalu mendekap tubuh Hyeri memeluknya hangat.

“Kris-ah ,” suara Hyeri sedikit teredam di dada Kris.

“Hmmm ,” Kris begitu menikmati suasana kali ini, dia menyandarkan kepalanya di puncak kepala Hyeri sambil menutup mata.

“Kau bau ,” ucap Hyeri seraya melepaskan pelukan Kris.

Isssh, mengganggu suasana romantis saja ,” keluh Kris.

“Tapi kau bau Kris-ah, cepat mandi sana !” perintah Hyeri.

“Tapi kau yang mandikan, eotte ?”

Yak ! Ya sudah, aku pulang saja ,” rajuk Hyeri

“Eiitt! Iya … iya aku mandi ,” Kris menarik lembut tangan Hyeri membawanya kembali ke ruang keluarga.

“Aku mandi dan kau panaskan makanan, aku lapar ,”

“Iya … sudah mandi sana ,” Hyeri mendorong tubuh Kris namun tubuh itu tidak bergeser sedikitpun.

“Kriiiiiisssss ,” Hyeri menghentakkan kakinya, Kris hanya terkekeh pelan kemudian beranjak pergi.

.

o0o

.

Setelah membersihkan ruang keluarga, Hyeri berkutat di dapur. Memanaskan makanan kemudian membuat susu.

“Tinggal mengupas buah,” Hyeri tersentak kaget, tiba-tiba ada sepasang lengan melingkar di pinggangnya.

“Kris ! Kau mengagetkanku saja ,” Kris hanya tersenyum mendengarnya.

“Kris-ah, tunggu di meja makan. Sebentar lagi selesai ,”

Shireo ,” bantahnya lembut kemudian meletakkan dagunya di pundak Hyeri. Mengerakkan tubuh mereka ke kiri dan kanan.

“Hyeri-ah, sepertinya sebentar lagi akan ada couple baru ,”

Nugu ,”

“Baekhyun dan Jikyung ,”

“Benarkah ?” tanya Hyeri seraya menoleh kearah Kris.

“Iya sayang ,” jawab Kris sambil mencubit pipi Hyeri.

“Oh… sekarang cepat duduk. Semuanya sudah siap ,” Hyeri melanjutkan kegiatannya lagi namun Kris kembali memeluknya dan bersungut manja.

“Kris-ah, jangan manja !” Hyeri melepas tangan Kris yang melingkar dipinggangnya.

Kris mengerucutkan bibirnya, Hyeri mendesis pelan kemudian mencubit perut Kris.

“Hei angry bird, kau tidak kasihan pada cacing di perutmu yang meronta meminta makanan ?” Hyeri berlalu dan duduk dengan santai kemudian melanjutkan kegiatannya.

Kris menarik salah satu kursi di depan Hyeri kemudian memandang kekasihnya yang sedang memotong buah dalam diam.

“Cepat makan, menatapku seperti itu tidak akan membuatmu kenyang ,” ucap Hyeri tanpa menoleh kearah Kris.

Ne Eomma ,” jawab Kris santai.

“Krisssss… ! aku bukan ibumu ,” jawab Hyeri kesal.

“Tapi kau akan menjadi ibu dari anak-anak kita, nyonya Wu ,” jawab Kris sambil makan dengan lahapnya.

BLUSSH kedua pipi Hyeri merona mendengarnya. Setelah selesai dengan kegiatannya tadi kini Hyeri tengah asyik menatap kekasihnya yang makan dengan lahap seperti tidak makan selama berbulan-bulan dengan menopang dagunya dengan kedua tangannya.

“Kris-ah, makannya pelan-pelan ,” tangan Hyeri terjulur untuk membersihkan sudut bibir Kris.

Kris tersenyum, inilah yang Kris inginkan perhatian dari orang yang ia cintai.

“Kau tidak makan ?” tanya Kris dan Hyeri hanya menggeleng.

“Melihatmu makan seperti itu sudah membuatku kenyang ,” sindir Hyeri secara halus.

“Sini aku suapi, tidak enak makan seorang diri. Say aaa ,”

Issh, bukannya tadi kau seperti orang lupa diri saat makan ?” Hyeri protes namun tetap menerima suapan dari Kris.

“Setelah selesai … habiskan susu dan buahnya, arra ?” perintah Hyeri.

“Susu ? Tidak ada black soda ?”

Hyeri mengangguk sambil menggumamkan kata susu.

“Yah, memangnya aku anak kecil ?” protes Kris

“Memang kau masih kecil ,” jawab Hyeri enteng.

 Kris memasang wajah masam namun tetap menuruti perintah kekasihnya itu.

.

o0o

.

                Sekarang Hyeri kini tengah bersandar pada dada bidang Kris. Tubuh ramping Hyeri terkurung oleh 2 lengan kokoh Kris, seakan dia tak ingin kekasihnya itu pergi lagi. Lebih detilnya, kini mereka sedang di ruang keluarga menonton televisi. Kris tengah duduk bersandar di kaki sofa. Lalu Hyeri menyandarkan kepala belakangnya ke dada bidang Kris, pinggang rampingnya mendapat dekapan erat dari belakang. Sedangkan kedua kaki mereka terjulur lurus ke depan.

Hyeri menepuk-nepuk pelan tangan Kris yang melingkar di pinggangnya. Sesekali mereka tampak tertawa menyaksikan acara televisi.

“Kris-ahmianhe ,” Hyeri memecahkan keheningan diantara keduanya.

“Untuk ?”

“Aku sudah membuatmu khawatir, bahkan tadi kau terlihat seperti monster ,”

“Benarkah ?”

Hyeri mengangguk. “Tapi sekarang sudah kembali tampan ,” Kris tersenyum mendengarnya kemudian mengecup puncak kepala kekasihnya itu.

“Kris-ah, alergimu tidak kambuh lagi kan ?” tanya Hyeri.

“Tidak, memangnya kenapa sayang ?”

“Kamarmu berantakan dan banyak debunya Kris-ah. Bukankah aku sudah mengatakan padamu untuk membersihkan kamarmu ? Bagaimana kalau alergimu kambuh lagi, hm ?”

“Aaaaah… aku tau, kau mengkhawatirkanku ya ?” goda Kris.

Ani ,”

“Mengaku saja sayang ,” jawab Kris sengaja menggoda Hyeri.

“Kriiiiisssss !” Hyeri menggerakkan badannya di dalam kungkungan Kris dengan kesal.

“Iya… iya, aku baik-baik saja sayang. Apalagi bila kau ada disampingku, semua penyakitku akan hilang ,”

Isssh, Gotjimal ,” Hyeri mencubit tangan Kris yang ada di pinggangnya.

“Aw ,” Kris memekik manja.

“Kris-ah, dimana anakmu ? Aku tidak melihatnya di kamar tadi ,”

“Di dalam lemari. Aku tidak akan membiarkanmu bermain dengan ACE sekarang, karena aku masih merindukanmu ,”

“Jahat sekali ,”

.

o0o

.

Hyeri tampak menggeliat dalam kungkungan Kris mencari posisi yang nyaman, tak lama kemudian terdengar dengkuran halus gadis itu. Kris mencari posisi yang nyaman untuknya dengan pelan agar tidak membangunkan Hyeri.

“Selamat tidur nyonya Wu, mimpikan aku ,” bisiknya seraya mengeratkan pelukannya pada pinggang Hyeri.

FIN

Terima kasih karena sudah membaca cerita ini

FF ini berkaitan dengan FF sebelumnya yang berjudul [KrisHyeri] Panggilan Sayang

Mohon kritik dan sarannya karena Vidy author baru

Salam untuk para readers

Bye…



Love Love

$
0
0

LOVE LOVE

Author: Auliaxo

Main cast: Hwang Mi Young, Kim Jong Dae

Other cast: EXO member’s

Genre: romance, school life, sad

Rating: 13+

Leght: Oneshoot

Mi Young POV

 ‘tap.. tap.. tap.. Aku melangkah kan kaki dengan cepat dikoridor sekolah, rasanya ingin cepat- cepat pulang. “wah dia berani sekali ya menembak Jong Dae ck.. ck.. ck” Aku hanya bias menutup telinga dengan kesal.

 Kenapa? Apa perempuan tidak boleh mengatakannya duluan? Apa kalian tau rasanya menunggu seseorang yang telah kalian sukai sejak lama??

 Jong Dae, dia adalah teman sekelasku yang sudah ku sukai sejak lama dia sangat ramah suaranya merdu dan sangat pintar dia merupakan anggota geng EXO, geng yang berisikan 11 namja tampan dan pastinya berbakat, awalnya aku hanya ingin memendam perasaan ini karena anggota EXO itu rata- rata sulit didekati seperti Jong In dan Se hun yang sangat dingin, aku sedikit berfikir Jong Dae anak berandal, kenapa? Dia sering tidak masuk sekolah, tiada bulan tanpa ketidak hadirannya, tapi sepertinya itu salah, ku harap begitu. kemarin sepulang sekolah dengan hati berdebar yang luar biasa aku memberikan surat cinta padanya tapi.. aku memberinya diam- diam. Bagaimana seluruh warga sekolah bisa mengetahuinya?? Apa dia yang menyebarkan berita ini? Apa dia sebenarnya bukan Jong Dae yang selama ini ku kenal? Apa dia suka memperlakukan orang- orang yang menyukainya seperti ini? Entahlah yang pasti saat ini aku merasa sangat malu.

 “Mi Young pabo!” siapa itu? Ohh sahabatku, namanya Ah Ra. “wae?? Kenapa kau memanggilku pabo huh?!” jawab ku sedikit kesal, “Ahh tentu saja kau bodoh bagaimana bisa kau memberikan surat cinta pada seorang namja tanpa konsultasi dulu padaku?!” balasnya sambil merangkulku, ahh dia membicarakan hal itu padahal aku sudah tidak ingin mendengarnya lagi -_-.

 “Jong Dae tolong aku, aku sakit hati kenapa kau tidak menerima cinta ku! HaHaHaa..” Sialan! Umpatku dalam hati Chan Yeol-teman Jong Dae itu meledek ku! “Hya! Apa maksudmu kau ingin meledek temanku? Dasar tidak punya hati, bodoh!” Ah Ra berteriak dengan kesal lalu menarik ku ke tempat lain.

Jong Dae POV

“Jong Dae tolong aku, aku sakit hati kenapa kau tidak menerima cinta ku! HaHaHaa..” dasar Chan yeol bodoh kenapa dia meledek Mi Young seperti itu! Aku ingin membungkam mulutnya tapi Mi Young sudah terlanjur mendengarnya dan Ah Ra sudah terlanjur meneriakinya.

 sebenarnya… aku ingin membalas cinta Mi Young tapi aku tidak bisa melakukannya karena itu akan membuat Mi Young tambah sakit hati, kalian ingin tau kenapa? … aku belum bisa memberitahukannya sekarang mungkin lain kali.

Author POV

 Mi Young berjalan kekantin dengan sedikit waspada entah kenapa peristiwa ‘’surat cinta’’ Mi Young terus menjadi topik yang paling menarik apakah sekolah ini tidak mempunyai berita lain yang bisa dibicarakan?

“Mi Young!” panggil Ah Ra “wae?”, “tidak, kenapa kau berjalan perlahan- lahan seperti itu? Kau tidak perlu mendengarkan kata- kata orang itu, mungkin mereka iri padamu karena mereka tidak mempunyai keberanian untuk menyatakan perasaan mereka, kajja jalan lebih cepat” Ah Ra langsung menarik tangan Mi Young.

“kau tau sesuatu …” Tanya Ah Ra yang langsung dipotong oleh Mi Young “tidak, kau bahkan belum menceritakan apapun padaku” Ah Ra cemberut mendengarnya “aku belum selesai bicara bodoh -_-“ Mi Young hanya tersenyum menyebalkan mendengarnya “kau tahu Baek Hyun anggota EXO itu kan?” Mi Young mengangguk mendengarnya “aku.. sepertinya aku menyukainya..” ucap Ah Ra malu- malu “tidak! Kau tidak boleh menyukainya, apalagi sampai kau melakukan hal bodoh sepertiku dan namamu akan menjadi tenar karena hal itu…” sambar Mi Young “tidak… tidak… tidak… aku tidak akan melakukannya aku hanya…” Ah Ra bingung harus mengatakan apa karena sebenarnya yang dikatakan Mi Young itu benar “Ah Ra.. aku ini tahu rasanya menjadi bahan perbincangan satu sekolah dan yang lebih menyakitkan lagi ternyata anggota EXO itu menyebalkan semua..!” Ah Ra hanya bisa diam diceramahi Mi Young seperti itu, dia tau kalau tidak mungkin untuk melakukan hal seperti yang dilakukan Mi Young. Sebagai sahabat dia juga kesal pada Jong Dae yang menyebarkan berita itu keseluruh sekolah tapi.. dia sudah benar- benar menyukai Baek Hyun tapi entahlah apakah Baek Hyun yang selama ini dikenalnya itu benar atau seperti Jong Dae yang terlihat baik dan pendiam padahal…

#Esoknya pulang sekolah#

 “Mi Young hari ini kau piket kan?” Tanya Ah Ra “ya.. kau duluan saja” jawab Mi Young sambil mengangkat bangku “tapi hari ini Jong Dae juga piket bukan? Apa kau mau kutemani?” Mi Young menggeleng pelan “tidak perlu dia tidak pernah piket, kau tidak usah mengkhawatirkan ku” Mi Young tersenyum lembut-yang-dipaksakan “mwo? Tidak pernah piket? Sesombong itukah dia? Bagaimana bisa kau menyukainya jika kau tau dia sesombong itu, apa dia juga tidak pernah bekerja sama jika ada tugas” Ah Ra sedikit kaget dia pikir Mi Young menyukai Jong Dae karna sering piket berdua dan sering sekelompok jika ada tugas “sudah jangan bahas dia lagi lebih baik kau cepat pulang” jawab Mi Young sedikit kesal dan mendorong Ah Ra keluar kelas.

#5 menit kemudian#

“mau ku bantu?” Tanya seseorang pada Mi Young, Mi Young menoleh Jong Dae! “ti.. tidak untuk apa kau bersikap baik seperti itu apa kau sedang belajar acting?! Lebih baik kau urus saja geng mu itu!” Mi Young gugup. dia ingin bersikap dingin pada orang itu tapi kata- katanya terdengar sangat kasar, “maafkan aku” ucap Jong Dae lalu pergi dengan wajah sedikit menunduk.

Mi Young POV

“Maaf kan aku” lalu dia pergi, dia terlihat menyesal? Tidak itu tidak mungkin tapi kenapa dia meminta maaf? “ada apa dengan kalian?” Tanya Min Ho teman sekelasku yang sedang piket dengan ku “tidak ada apa- apa, kupikir kau tadi sudah pergi” jawab Mi Young setenang mungkin “aku tidak percaya, kenapa dia meminta maaf? Tadi aku hanya mencari lap keluar” bodoh.. aku saja tidak tau kenapa Jong Dae meminta maaf dia malah menanyakan itu padaku “tidak usah banyak Tanya, cepat lap jendelanya agar aku bisa cepat pulang”.

#Next Day#

 “Mi Young! kau sudah melihat berita di mading?” Ah Ra bertanya sambil berlari kemeja ku “belum memangnya ada berita apa? Kuharap bukan berita tentang mu yang memberikan surat cinta pada Baek Hyun” :3 Ah Ra menjitak kepala ku “aku tidak seceroboh itu, beritanya 2 minggu lagi akan ada acara Free Night! Kau ingat acara yang diadakan 2 tahun sekali itu kan?” Mi Young menggeleng sambil menoleh ke arah Ah Ra “ahh kau ini memang pelupa, itu pesta sekolah untuk seluruh murid, guru- guru dan staff- staff sekolah lainnya..” Ah Ra berhenti sejenak, apa yang dia pikirkan? “..emm kira- kira kau akan datang dengan siapa?” ehh? Aku membesarkan mataku “tentu saja sendiri, memangnya kau dengan siapa? Baek Hyun?” Ah Ra menunduk sepertinya aku salah bicara “tidak.. aku tidak berani mengajaknya aku takut aku akan jadi bahan bully-an sekolah ini kau tahukan Baek Hyun memiliki banyak fans, huft kita berangkat berdua saja ya?” aku mengangguk lalu menatap keluar jendela- ketempat geng EXO sedang berkumpul mataku tertuju pada 2 sosok yang sedang bernyanyi dan yang sedang tertawa, Jong Dae dan Baek Hyun. Terlalu tinggikah jika aku bermimpi Jong Dae mengajak ku ke acara Free Night? Baek Hyun sosok ceria yang disukai sahabat ku itu terlihat baik tapi mungkinkah dia memiliki perasaan yang sama dengan Ah Ra? Huft.. Jong Dae saja sudah membuat ku bingung ditambah lagi dengan Baek Hyun.

#next day Saturday morning#

Author POV

 ‘Net… net.. net..’ bel rumah Mi Young berbunyi, Mi Young membuka pintu, Ah Ra dengan wajah imutnya menerobos masuk “kau datang pagi sekali ada apa?” Tanya Mi Young setelah menutup pintu “kau tidak mempersilahkan ku duduk dulu?” Ah Ra balik bertanya “kupikir kau sudah menganggap ini rumah mu sendiri buktinya tadi kau langsung menerobos masuk, kalau begitu silahkan duduk” Ah Ra tertawa mendengarnya “haha.. maafkan aku, habis diluar dingin sekali, kau ingatkan minggu depan ada acara apa?” Mi Young menggangguk sambil berjalan ke dapur ia ingin membuatkan minum untuk Ah Ra “Free night? Itu masih hari Kamis bukan?” Ah Ra berjalan ke dapur “Ya.. ayo kita beli baju pesta!” Ah Ra terlihat sangat bersemangat “tidak. acaranya masih lama, ini masih hari sabtu lagi pula aku tidak ingin menggunakan baju pesta” Ah Ra menggeleng kuat- kuat “kau ingin menggunakan celana pendek dan kaus lengan panjang seperti saat kita kelas 10? Tidak akan kubiarkan kau terlihat seperti orang bodoh saat itu” Mi Young memang tidak tomboy tapi dia tidak suka baju pesta.

 Setelah ‘sedikit’ pemaksaan dari Ah Ra akhirnya mereka pergi ke mall untuk membeli baju pesta. “Mi Young apa yang putih ini bagus? Atau lebih bagus yang merah muda?” Mi Young menggeleng “keduannya terlalu pendek” Ah Ra menurunkan 2 gaun yang tadi angkatnya “Hya! Mi Young kedua gaun ini hanya sedikit diatas lutut ini tidak terlalu pendek..” Mi Young menggelengkan kepala nya lagi “terserah kau saja” Ah Ra manyun melihatnya, akhirnya Ia mengabil gaun yang berwarna putih dan.. dia teringat Mi Young belum memilih gaun “Mi young kau juga harus memakai gaun! Jika kau tidak mau memilih aku yang akan memilihkan nya untuk mu” Mi Young hanya diam melihatnya dia benar- benar tidak suka toko ini, menurutnya toko ini terlalu norak dengan warna- warna merah, ungu, merah muda dan biru yang membuat toko ini seperti taman bermain anak- anak.

 Ah Ra memilih dress merah dengan topi merah yang menurutnya cocok untuk dipakai Mi Young, setelah membayar dikasir mereka pergi ke café ‘Catalia’ untuk sekedar mengobrol.

 “apa kau menjauh dari Jong Dae?” Tanya Ah Ra tiba- tiba yang membuat Mi Young hampir tersedak kopinya “aku.. aku tidak menjauhinya aku hanya bersikap dingin padanya, tapi sebenarnya aku tidak bisa melakukan ini aku bahkan tidak membencinya sama sekali. Kau sendiri apa kau mulai PDKT dengan Baek?” Ah Ra mengangguk mengerti lalu menggeleng dengan cepat ketika mendengar pertanyaan Mi Young “aku mengerti perasaan mu kau masih mencintainya, Baek.. aku tidak berani mendekatinya aku takut-“ omongan Ah Ra terpotong ketika segerombolan anak laki- laki memasuki café, EXO geng. “mereka disini ada Jong Dae juga, apa perlu kita keluar?” Tanya Ah Ra sambil menarik tasnya “Tidak usah kita pura- pura saja tidak melihatnya” Ah Ra menaruh tasnya kembali sambil mengangguk.

 “Ahh.. mana garpu untuk kue ku?” Tanya Ah Ra sambil mecari garpu “sepertinya kau tadi lupa mengambilnya, ambil dulu saja, aku akan menunggu” Ah Ra berdiri hendak mengambil garpu di meja peralatan makan dan sebagainya , tapi.. bertepatan dengan lewatnya.. Baek Hyun! Mereka bertabrakan “Aahh..!” kopi yang dibawa Baek Hyun tumpah mengenai rompi ungu Ah Ra “Ah Ra? maaf! Aku.. aku tidak sengaja..” mata mereka bertemu Ah Ra mengalihkan pandangannya begitu juga dengan Baek Hyun mereka salah tingkah “aku akan membersihkannya” ucap Baek Hyun, anggota EXO lainnya memperhatikan Ah Ra dan Baek Hyun, Jong Dae? Ia memperhatikan Mi Young yang terkejut karena teriakkan Ah Ra “tidak usah, I’m ok” ucap Ah Ra sambil berlalu pergi untuk membersihkan rompinya.

 Baek Hyun kembali ketempatnya “gadis malang itu ada disini?” Tanya Min Seok pada Yi Xing, Yi Xing menjawab “mungkin, yang tadi kau tabrak itu temannyakan Baek?” Yi Xing lanjut bertanya pada Baek Hyun, Baek mengangguk sambil melihat kearah perginya Ah Ra tadi.

 Ah Ra kembali “emm.. Young-ah bisa kita pulang sekarang?” sepertinya Ah Ra salah tingkah berlebihan dengan Baek “tentu” Mi Young mengambil tasnya, lalu mereka berdua keluar toko diiringi pandangan geng EXO .

#Monday#

Mi Young POV

Tidak ada yag spesial hari ini hanya beberapa anak membicarakan kejadian Ah Ra dan Baek Hyun yang tidak jelas dan tidak begitu penting dan? Dan.. Jong Dae, dia terus melihat ke arah ku apa aku kege-eran? Tidak tidak bahkan ketika aku sendirian dikelas pun dia yang ada diluar kelas terus melihat ke arah ku. Dia terlihat pucat dan kelelahan, apa dia sakit?

#Tuesday#

 “Mi Young bisa kita bicara sebentar?” Jong Dae? Dia ingin membicarakan apa? Wajahnya terlihat lebih pucat dari kemarin apa dia sakit? “tentu” jawabku, lalu dia menarik tangan ku ke taman belakang sekolah taman yang lumayan bagus tapi sepi karna jauh dari gedung sekolah yang utama, mereka lalu duduk di bangku taman.

Author POV

 “aku ingin jujur padamu.. mungkin ini sedikit panjang tapi-“ omongan Jong Dae diputus oleh Mi young yang sudah tidak sabar “tidak usah berbelit- belit, waeyo?” Jong Dae mendekat ke arah Mi young lalu menundukkan kepalanya “sebenarnya … aku juga mencintai mu. Maafkan aku soal kau menjadi perbincangan satu sekolah, aku hanya memberitahukan hal itu pada Kyung Soo aku pikir dia tidak akan menceritakannya pada orang lain ternyata aku salah, maaf, aku tidak menolak cinta mu, aku juga memiliki perasaan yang sama dengan mu tapi aku malu pada diriku sendiri karna tidak berani menyatakannya padamu, maafkan aku tidak pernah membantu mu membersihkan kelas itu karena-…” Jong Dae berhenti sebentar “karena apa? Teman- teman mu? Sepertinya setiap jadwal mu piket teman- teman mu langsung menarik mu pulang?” Tanya Mi young tidak sabaran, sebenarnya dia lebih tertarik dengan kalimat ‘aku juga mencintaimu’ tapi dia tidak ingin suasana menjadi aneh “bukan.., ini tidak ada hubungannya dengan teman- teman ku ini … itu karena_” ‘TRIINGGG……’ mereka tidak bergerak sama sekali “hey! Apa yang kalian lakukan? Berpacaran? kalian tidak dengar ini sudah bel?!” teriak mrs. Sae Ron guru Bahasa korea, mereka segera bangkit lalu berlari kekelas diiringi tatapan galak mrs. Sae Ron.

#Wednesday#

Mi young POV

 Jong Dae tidak masuk hari ini kemarin dia pucat apa dia sakit? Aku akan menanyakannya pada wali kelasku mr. Ba Ro.

 “Young-ah kau mau kemana?” Tanya Ah Ra padaku “Ruang guru, aku ingin bertanya kenapa Jong Dae tidak masuk hari ini” jawab ku fake smile sebenarnya aku takut, takut terjadi sesuatu pada Jong Dae “aku ikut, tapi apa kau sudah bertanya pada EXO? Itu mereka. tanyakan saja dulu pada mereka” Ah Ra menunjuk geng EXO yang sedang mengobrol dikoridor sekolah kelihatannya obrolan serius, karena tidak ada yang tertawa atau tersenyum “EXO? Aku? Bertanya? Tidak aku pasti dibilang sok kenal, ada apa dengan mu? Apa kau sudah dekat dengan mereka?” aku bingung mengapa Ah Ra mengatakan hal itu seakan Ia dan EXO sudah cukup dekat jadi Ia bebas berbicara apa saja “tidak, aku hanya dekat dengan satu orang” Ah Ra menjawab malu- malu? Siapa orangnya ya? “satu? Nugu?” Tanya ku “Baekhyun, dia mulai berbicara pada ku hari Senin, dia benar- benar baik” jawaban bagus, haruskah aku cerita padanya kemarin Jong Dae mengajakku bicara? Sepertinya tidak.

 Baiklah kuputuskan bertanya pada EXO-lewat-AhRa, “maaf Baek Hyun, apa kau tau kenapa Jong Dae tidak masuk hari ini?” Ah Ra berbicara sangat manis-semanis-lollipop “Jong Dae? Dia-“ Baek Hyun tidak menyelesaikan kalimatnya Lu Han menyenggol tangannya “wae? Ada yang kalian sembunyikan?” Tanya ku menyelak “kau kemarin berbicara dengan Jong Dae?” Zi Tao menanyaiku? Kenapa jadi dia yang bertanya? “Iya, memangnya kenapa? Ada apa dengannya?” Zi Tao terdiam ada apa ini? Mereka hanya memandangku sekilas lalu meninggalkan ku dan Joon Myeon .. Ah Ra? Dia dibawa oleh Baek Hyun.

 Bisakah aku bertanya pada Joon Myeon? “apa terjadi sesuatu dengan Jong Dae?” tanyaku pada Joon Myeon “Jong Dae mencintai mu, maaf kami sering meledekmu” dia pergi, pergi? Setelah jawaban bodohnya itu dia pergi begitu saja? Apa maksudnya Jong Dae mencintaiku? Sepertinya Jong Dae sudah mengatakannya kemarin? Sudahlah aku hanya bisa berdoa semoga Jong Dae baik– baik saja.

#night#

‘yehet ohorat~’ smartphone ku berbunyi, dari.. Jong Dae? ^Aku menyukai mu, aku mencintai mu, aku menyayangi mu, aku merindukan mu, aku ingin bertemu denganmu, aku memerlukan kehangatanmu, jagalah dirimu, sayangi dirimu, jangan terlalu memikirkanku, kau pelangiku, kau bintangku, kau malaikatku, kau penolongku, kau kuat, kau pintar, kau hebat, kau cantik, kau segalanya bagiku, terima kasih atas cinta mu. 사랑해(Saranghae)^ apa maksud pesannya itu? dia membuatku berfikir yang aneh- aneh, ^aku juga menyayangi mu Jong Dae, kenapa kau tidak masuk sekolah, kenapa kau menulis pesan aneh ini?^ tidak ada balasan? Perasaan ku tidak enak, Mungkin dia sudah tidur, semoga…

#Thursday#

Hari ini Free night. Tetap masuk sekolah tapi pulang sedikit lebih cepat dari biasanya.

 Free night? Hari ini? Jong Dae tidak masuk lagi? Apa maksud pesannya semalam? “apa ada Young? Jong Dae tidak masuk lagi?” Tanya Min Ho “tidak” jawab ku singkat.

 “BRuk.. BRuk.. BRuk…” suara segerombol orang berlari, siapa itu? Mengapa perasaan tidak enak itu muncul lagi, jantung ku terasa sakit, Jong Dae are u ok? Aku takut, Ah Ra? EXO? Mereka mendekatiku membuat anak- anak lain melihat ke arah ku, bahkan anak- anak dari kelas sebelah yang sepertinya mendengar langkah kaki mereka juga mengintip dari pintu “Young-ah.. Jong Dae..-“ Jong Dae mereka menyebut nama itu kenapa? Aku ingin memaksa Joon Myeon untuk melanjutkan kalimatnya tapi mereka terlihat kelelahan.. “ikut kami!” seru Se Hun sambil menarik tangan ku dan Jong In mengambil tas ku, mengapa harus membawa tas? Mengapa mereka menarikku? Mengapa ada Ah Ra? Apa ada masalah? Apa Ah Ra tau masalah apa ini? apa Ini arah Seoul Hospital? Siapa yang sakit? Jong Dae sakit? Sakit apa? Aku terus bertanaya- Tanya dalam hati, beribu pertanyaan ingin aku lontarkan tapi.. ini bukan waktu yang tepat.

<SEOUL HOSPITAL> lantai 2 kamar nomor 21.

 Kami memasuki ruangan itu terlihat beberapa orang sedang menangis aku sedikit menerobos orang- orang yang sedang menangis itu, DEG! Jong Dae wajahnya pucat, sepucat …, aku pasti sedang mimpi buruk atau aku sedang berhalusinasi  ini tidak mungkin Jong Dae…

 EXO+ Ah Ra memelukku yang diam mematung, HaHa apa mereka mengajakku berlatih Drama? Drama apa ini? Tanpa naskah? Tanpa kamera? “apa kau yang bernama Mi Young?” Tanya seseorang yang sepertinya ibunya Jong Dae, ku balas dengan anggukan kepala, bibirku terasa kaku “Jong Dae sangat mencintaimu, kau boleh mengambil ini” Jong Dae Eomma memberikanku sebuah buku berwarna biru tua sepertinya buku diary, milik Jong Dae kah? Aku benar- benar takut, gugup, sedih, kecewa dan marah apa maksud semua ini, Ah Ra mengambil buku itu dan berkata “dia belum mempercayai ini semua” Jong Dae eomma tersenyum tipis lalu keluar kamar sepertinya dia kembali menangis, “Ah Ra juga baru mengetahui soal ini Young, maafkan kami semua” ucap Kevin, mantan anggota geng EXO yang rupanya sudah kembali ke Korea.

Jong Dae pergi. Selama- lamanya.

3 bulan setelah kepergian Jong Dae aku baru berani membuka diary Jong Dae.

Hal- 2

Hari ini penerimaan siswa baru.

Aku bertemu seseorang yang saaa…ngat cantik.

Aku harus mencari tau namanya,

Kau tau? dia bagaikan bidadari dari surga yang diturunkan hanya untuk ku.

Hal- 3

Hwang Mi Young.

Nama yang bagus bukan walau tak terdengar begitu manis tapi wajahnya sangat manis.

Semanis lollipop.

Dia dekat dengan seseorang.

Namanya Min Ho semoga mereka tidak berpacaran.

Hal- 5

EXO.

Nama yang keren bukan?

Itu nama geng ku, tunggu itu bukan geng berandalan.

Itu geng untuk orang- orang yang popular.

Aku popular? Haha entahlah mungkin begitu.

Sehun. Luhan. Jong In. Yi Xing. Joon Myeon. Min seok. Kyung Soo. Jong Dae. Baek Hyun. Zi Tao. Chanyeol. Kevin Wu.

 Hal- 12

EXO.

Kami tinggal bersebelas.

Seperti pemain bola ya bersebelas? Haha,

Kevin pindah ke Kanada.

Saat aku menyanyi tadi sepertinya bidadari ku memperhatikan ku?

Itu membuatku gugup.

Apa dia suka suara ku?

Kalau begitu aku akan berlatih menyanyi lebih baik lagi.

Hal- 21

Sakit.

Kenapa aku orang yang dipilih untuk memiliki penyakit ini?

Aku masih ingin hidup.

Apa yang membuatku pantas mendapatkan penyakit ini?

L E U K I M I A.

^PENYAKIT SIALAN!^

Aku tidak sanggup membacanya, ternyata dia menyukai ku sejak lama? Kenapa dia tidak mengatakan nya?

Hal- 44

Penyakit ini menyedihkan

Aku tidak ingin Mi Young mengetahui penyakit ini

Aku akan terlihat sangat lemah dan buruk.

Dan mungkin ini membuatnya sedih.

Aku jadi harus bolak- balik kerumah sakit, dan tidak masuk sekolah,

bahkan untuk membersihkan kelas bersama Mi Young pun aku tidak diperbolehkan. -_-

Bodoh namja sialan harusnya dia mebiarkan aku mengetahuinya. Aku bahkan tak mempunyai kenangan manis dengannya.

Hal- 80

Hari ini Mi Young memberiku surat cinta.

Hari ini aku mendapat panggilan dari rumah sakit.

Aku tidak bisa menerimanya.

Mi Young Mianhae~

Aku juga mencintaimu.

Maafkan aku menjadi seorang pengecut

Aku sangat mencintaimu,

Melebihi rasa cintamu padaku.

Hal- 92. Halaman terakhir

20:00, Seoul hospital

Mungkin.. hari ini..

Hari terakhir aku melihat..

hari terakhir aku menulis..

hari terakhir aku berbicara..

hari terakhir aku tersenyum..

hari terakhir aku bernyanyi..

“Aku ingin mencintaimu lebih dari rasa cintamu padaku”

“aku ingin lebih menyayangimu melebihi rasa sayangmu padaku”

“aku ingin menyukaimu lebih dari rasa sukamu pada ku”

Walaupun aku akan pergi,

Walaupun aku akan menghilang,

Walaupun kau tidak dapat melihatku lagi,

Walaupun kau tidak bersama denganku…

Kuharap kau masih menyayangiku, dan mengingatku.

Meskipun aku membohongimu, aku yakin kau akan mengetahui segala tentangku. cepat atau lambat…

CINTA MATI, sampai hari terakhirku aku masih mencintai mu

Hwang Mi Young <love> Kim Jong Dae

Saranghae Mi Young J

Terima kasih sudah memberiku cinta itu.

Aku tak dapat membendung air mata ku, aku tidak kuat lagi. Dia meninggalkan ku untuk selamanya, menutup semua deritanya selama ini, memendam perasaannya dan hanya memberiku kenangan dengan Diary ini tanpa foto, tanpa balasan surat cinta, tanpa boneka, tanpa bunga.

Nado Saranghae Jong Dae, semoga kau tenang disana ;( J

Cinta tidak dilambangkan

Cinta itu kekuatan

Cinta bukan pajangan

Cinta bukan sepucuk surat dengan ribuan rayuan

Cinta bukan boneka teddy bear yang membawa bantal ‘love’

Cinta bukan bunga mawar yang akan layu

Cinta adalah cinta

Cinta. Kekuatan hati manusia yang saling menyayangi, saling menjaga dan saling terbuka

Cinta tidak pernah salah, cinta tidak pernah benar

Terima kasih cinta.


KISS KISS KISS (CHAPTER 3)

$
0
0

ff kiss kiss kiss chapter 3 by anadonad

KISS KISS KISS (CHAPTER 3)

Titel : KISS KISS KISS

Author : anadonad & gopiaa

Length : chapter

Genre : romance,school, life

Reting : pg-17

Cast : Kim Hana (OC), Byun Baekhyun (EXO), Kim Jongin(EXO), Park Chanyeol(EXO) , Oh Sehun(EXO)

Terima kasih yang udah mau baca dan komen ff aku dari chap 1 sampai chap 3 ini. Aku terharu banget ada yang mau baca ni ff aku yang ternyata cukup banyak juga. Gomawo gomawo #bow . GOMAWO~~ yang mau kenal aku  silahkan add aku facebook “Asi Pradana Pandansari”atau di instagram “asiasi94”

Cerita ini hanya fiktif belaka. Exo milik mereka sendiri #chanyeol suami saya kelak.Amin. hargailah karya orang tinggalkan komentar atau like untuk karya saya. Gomawo….

Chapter 1 | Chapter 2

Happy Reading….

“nonna! Lama tak bertemu ya?” Sehun memanggil Hana. Hana langsung melihat sehun di samping Chanyeol.

“iya siapa ya? Apakah kau mengenalku sebelumya?”

“apa kau melupakan ku setelah sekian lama kita berpisah?”

“mian.”

“dulu kita sering piknik bersama. Apa nonna masih tidak ingat denganku?”

“apa kau… Hoon-na.”

Sehun menyunggingkan senyumnya sambil melangkah mendekati Hana. Sesampainya didepan Hana Sehun langsung memeluk Hana sangat erat.

“nuna kemana saja kau ini. Aku menunggumu di gunung waktu itu. Kenapa kau tak datang.”

“o… hoon jangan seperti ini.” Hana  mendorong sehun kuat, karna malu dengan murid yang ada di depannya yang melihatnya dengan keadaan seperti itu.

“noona aku sangat rindu dengan mu. Aku mencarimu di rumah mu tapi rumahmu kosong kau pindah kemana? noona~” Sehun hampir memeluk Hana jika teman temannya tidak menyurakinya.

Huuuuuu~

“ya Sehun awas jangan dekat dekat kau. Husss sana jauh-jauh” Chanyeol langsung mendorong Sehun menjauh Hana.

“ya hyung kau kenapa? Aku masih ingin dekat dengan noona. Minggir kau!”

BRAKK

Semua langsung mengalihkan tatapan mata mereka yang sebelumnya melihat perseteruan ChanHun menjadi melihat  2 orang yang berada di depan pintu. Ya itu Baekhyun dan Jongin.

“ya ada apa ini” Baekhyun melihat keributan yang dilakukan ChanHun didepan.

“ehh.. bukankah kau yang waktu itu?” Hana langsung menyahuti Baekhyun

“kau… kau bibir manis itu kan? Itu adalah bibir termanis yang aku rasakan.” Baekhyun mengucapkan itu tanpa ada beban sama sekali dan itu membuat teman temannya langsung terbengong terutama Jongin yang sebelumnya hanya melihat smartphone yang menampilkan Pou yang sedang mandi.

Hana sangat malu dengan ucapan Baekhyun yang tanpa malunya mengucapkan itu di depan banyak orang.

“ya kenapa kau berbicara seperti itu. Aku adalah gurumu sopanlah sedikit.” Geram Hana pada Baekhyun

“kenapa? Bukankah kau juga merasakanya? Bahkan kau tak menolaknya waktu aku cium. heh~”

“bukankah kau gadis yang tadi pagi di bus. kenapa kau disini?”Jongin menimpali ucapan Baekhyun

“YA kenapa kau juga disini. Hah ya tuhan apa salah hamba mu ini hingga kau pertemukan orang yang seperti mereka padaku.” Hana langsung mendumel yang telah di alaminya itu.

“noona~  apa kau telah mengenal Baekhyun dan Jongin.” Hana langsunng melihat sehun yang ada di sebelahnya.

“sebaikanya kalian duduk di tempat masing masing, cukup perkenalanya ya. Maaf suasana menjadi seperti ini. Jadi kalian ber empat silahkan duduk. Ok. Mari kita lanjutkan pelajaran lanjutan dari guru mong ”

Suasana kelas yang tadi ramai kini bisa tenang dan bisa melanjutkan pelajaran.

-Sesaat kemudian-

“Terimakasih semuanya dan selamat siang”

“nuna, tungguu…” Sehun langsung mengejar Hana yang sudah keluar dari kelas.

-Istirahat -

Hana berjalan berdampingan dengan Sehun yang selalu berceloteh menuju ruang guru.

“noona bagaimana kalau kita nanti pulang bersama. Aku ingin mengetahui rumahmu. Boleh ya.”

“ eemm..” Hana tersenyum menanggapi Sehun. Sehun sempat terpaku di tempatnya, senyuman Hana tidak pernah berubah. Senyumnya bagai musim semi, dibulan Januari.

“Hoon-Na, Hoon-Na.”Panggil Hana. Sehun masih senyum senyum sendiri.

“Hoon-Na, Gwenchana.” Sehun terperanjat kaget.

“Ne! Ah, gwenchana noona, aku baik – baik saja.

“Oke Noona, nanti kita pulang bersama ne.”

“Ne.” Setelah itu Sehun memuju ke kantin.

-toilet-

 “ Jong, kau kenal guru baru tadi?” Tanya Baekhyun sambil mencuci tangan di wastafel.

“emm tidak juga. aku bahkan baru bertemu tadi pagi di bus. memang kenapa?” Jawab Jongin sambil menata rambutnya.

“tidak, tapi tadi guru baru itu langsung mengenali kau tadi.” Tanya balik Baekhyun  mengambil tissu.

“ooh.. tadi aku tidak sengaja menciumnya di bus” jawab jongin dengan muka watados.

“Mwo?!” Baekhyun terperengah kaget mendengar jawaban Jongin.

“kenapa? Itu karna dia terus berisik didepanku. Yah tejadilah lalu.. kau juga menciumnya juga.” Lirik Jongin ke arah Baekhyun.

“salahkan dia kenapa punya bibir yang seperti itu” Jawab Baekhyun dengan wajah cueknya.

“kau juga salah karna hormonmu itu yang berlebihan”

Baekhyun mengeluarkan smiknya “ada yang lain pada dirinya. Guru itu akan jatuh ditanganku.” Ucap Baekhyun sambil berjalan pergi dari toilet.

“Ya! Jangan main- main dengan guru itu Byun” Panggil Jongin. Entah kenapa Jongin merasa tidak suka jika Baekhyun mendekati guru manis itu.

“kenapa? kau tak suka? Jangan kawatir.” Ucap Baekhyun menuju ke kantin.

Jongin diam. Ia lalu mengikuti Baekhyun menuju kantin.

-15.45-

Sehun menunggu Hana di parkiran. Sehun sudah berjanji akan mengantar Hana pulang. Sebenarnya sekolah sudah pulang dari tadi tapi Hana tidak mau mau pulang cepat-cepat nanti kalau ada orang lihat dia pulang dengan Sehun bagaimana.

“noona!” Sehun langsung girang melihat Hana sudah keluar dari gedung sekolahnya.

“mian hoon-na kau pasti lama menungguku” Hana tersenyum prihatin melihat sehun menunggu dirinya sampai sore.

“gwenchana. Kajja” Sehun langsung memakaikan helm ke kepala Hana.

“mianhaeyo” Hana merasa bersalah pada Sehun

“gwenchana noona. Kajja naik.” Sehun tersenyum melihat Hana memelas didepannya. Sehun langsung mengendarai motornya menuju rumah Hana.

Di sebuah cafe ternama di daerah gangnam bernama Cherry dipenuhi pengunjung hanya karna pemuda yang duduk didekat jendela. Kebanyakan pengunjungnya adalah wanita  yang mengambil foto pemuda itu. Ya pemuda itu adalah Byun Baekhyun. Baekhyun langsung berpose cool. Chanyeol menyuruhnya kemari hanya untuk mencicipi masakan barunya.

“Baek” Baekhyun langsung mengalihkan tatapannya dari ponsel.

“oh.. kenapa lama sekali.”

“mian. Ini.” Chanyeol menyodorkan masakannya didepan baekhyun

“wah kelihatannya enak. Apa namanya.” Baekhyun tidak sabaran melihat makanan yang berada di depannya.

“cuatro pancake kimchi  keju.” Chanyeol tersenyum melihat kelakuan Baekhyun

“ emm ini enak. Masukkan dalam daftar pesanan. Ini akan sangat laku. Enak sekali hwahh.”

“ya jaga imagemu Byun pengemarmu banyak disini. Lihat.” Chanyeol menunjuk para pengemar Baekhyun .

“jangan hiraukan mereka, ini sangat enak Dobi.”

“Tapi, ini semua berkatmu Baek. Kalau tidak ada kau, cafe ku ini sepi peminat. Kau salah satu icon untuk cafe ini.” Ucap Chanyeol memperlihatkan gigi putih ratanya.

Baekhyun yang melihat ekpresi andalan Park Dobi a.k.a Park Chanyeol memutar bola matanya malas, dan malah asik memakan masakan Chanyeol.

Chanyeol teringat dulu dunianya begitu kelam. Kehidupannya sebelumnya Chanyeol begitu terpuruk atas meninggalnya kedua orang tuanya karna kecelakaan pesawat 6 tahun silam. Chanyeol hidup hanya dengan kakak perempuannya Park Yura. Chanyeol begitu terpukul atas meninggalnya kedua orang tuanya dan kemiskinan yang melandanya. Akhirnya Chanyeol bertemu keluarga Byun yang telah membantunya keluar dari belenggu kesedihan dan kemiskinan. Keluarga Byun juga memberikan tempat ini untuk rumah sekaligus tempat mencari uang untuk Chanyeol dan kakaknya. Sekarang ini Chanyeol sudah hidup tercukupi dengan uang penghasilan Cafe ini. Chanyeol begitu berhutang budi dengan keluarga Byun, dia akan melakukan apa saja untuk membalas budinya kepada keluarga Byun.

“Yeol bisa kau bantu aku?” Baekhyun masih menyantap masakan Chanyeol

“….”

“Yeol.!!” Baekhyun geram ucapanya tidak di dengar Chanyeo yang masih bergelut dipikirannya

“Oh! Oh mwo?”

“huh~ kau memikirkan apa? kau bisa bantu aku tidak?” Baekhyun hanya bersabar melihat temannya ini.

“bantu apa. Aku akan selalu membantu. Apa itu?”

“Carikan informasi tentang guru baru itu. Dimana rumahnya, nomer Hp, keluarganya, kehidupannya.” Baekhyun mengatakanya dengan serius

“mwo? Kenapa kau begitu ingin tau kehidupannya. Jangan macam-macam Baek. Jangan kau ganggu Hana saemm.” Chanyeol tidak setuju dengan pemikiran Baekhyun.

“kau bilang kau mau membantu ku apa saja. Lalu apa yang kau ucapkan itu.”

“tapi.. tapi…  huff~ baiklah apapun aku akan membantumu.”  Chanyeol pasrah mengikuti kemauan Baekhyun

“good.. mulai besok kau harus memberikan informasinya.” Baekhyun mengeluarkan sminknya

Siang hari di SM High School

“bagaimana sudah dapat”

“ini.” Chanyeol sebenarnya tidak mau dengan yang dia lakukan ini tapi balas budinya ia tidak sebanding dengan yang ia lakukan ini.

“kerja bagus Yeol. Sampai jumpa” ya itulah Baekhyun. Baekhyun hanya mementingkan dirinya sendiri. Dia tidak mengerti perasaan temannya Chanyeol.

-Malam

Hana berjalan sendirian setelah membeli tteobokki sambil menenteng tteobokkinya. Jalanan begitu sepi padahal ini masih jam 8 malam dimana orang-orang semua. Di ujung jalan terdapat mobil Ferrari merah yang  sangat mencurigakan. Kenapa? Aku juga tidak tau? Hana berjalan mendekati mobil itu perlahan. Langkah demi langkai ia tepaki dengan hati berdebar. Setelak Hana sampai di depan mobil itu, Hana melihat pemandangan yang tidak enak baik dilihat. Kenapa? Karna di dalam mobil merah itu terdapat sepasang muda mudi yang sedang bercumbu mesra. Si pria sedang menghisap leher si wanita, sedangkan si wanita memegang kepala si pria. Hana masih terpaku melihat pemandangan di depannya itu.

Buing buing

Hana langsung sadar dengan apa yang dilihatnya itu adalah hal yang sangat tidak baik. Hana  meruntuki dirinya kenapa dia malah melihatnya. Si pria langsung mengakhiri aktifitasnya karna da yang menggangunya.

“o.. o.. oh mian, mian telah menggangu privasi kalian mianhe” Hana langsung membungkuk  meminta maaf karna Hana melihat privasi orang lain.

“O! Ssenim.”

“ya? Kau? Oh kau kan Byun Baekhyun kan. Oh mian telah menggangu kau dan pacarmu mian. Aku akan pergi dari sini. Mianhe.” Hana langsung berjalan meninggalkan Baekhyun dan wanita patner Baekhyun tadi.

Baekhyun POV

Aissh~ kenapa ada ssenim disini aku jadi tidak berselera lagi. Menggangu saja.

“Min bisakah kau keluar dari mobilku sekarang?”

“kenapa oppa? Kita baru saja mulai. Kenapa oppa menghentikannya. Ayo kita mulai lagi.” Minah langsung mencium ku lagi.

“emeemm ahh.. sudahlah kita lanjutkan lagi besok oke? Aku ada urusan. Jadi kau keluarlah dari mobilku sekarang. Uangnya akan aku transfer ke rekeningmu.” Aku langsung menghentikan aktifitas Minah yang menciumku.

“YA! Oppa kau kenapa? Apa karna wanita yang memergoki kita tadi?” protes Minah

“sudahlah kau keluar saja dari mobilku sekarang.” Minah langsung keluar dari mobilku masih dengan muka juteknya. Hahh dasar wanita murahan. Aku langsung tancap gas setelah dia keluar dari mobilku. Aku harus mendapatkan Hana. Harus. Aku langsung menuju rumah Hana.

Hana POV

Aduh kanapa tadi aku melihat itu. Dan kenapa harus dia lagi. Kenapa? Ah lupakan itu Hana. Lupakan. Kanapa murid didikku itu mesum sekali. Ah lebih baik aku makan saja. Acara apa yang bagus ya.

Ting Tung

Ah siapa yang mengangu itu. Huhh malam-malam bertamu. Menyusahkan saja.

“ Ya, siapa ya” aku langsung menuju pintu. Melihat siapa yang bertamu malam-malam ini.

Clik

“ya…” aku terdiam melihat siapa yang datang.

“Bolehkah aku masuk. Disini anginya sangat dingin.” Baekhyun langsung masuk ke dalam.

“YA YA! Keluar kau. Ini sudah malam, aku tidak bisa meneriam tamu malam-malam. Lalu kenapa kau bisa tau ruamahku? Ya sopanlah sedikit.” Kenapa ni anak. Tiba-tiba masuk tanpa rasa sopan sedikitpun. Dasar.

“ahh disini hangat. Lumayanlah. Oh ada makanan. Aku lapar.” Ahiss  kenapa dia ini. Datang datang langsung duduk tanpa permisi dan menganbil makanan ku lagi. Kelakuannya sangat tidak terdidik. huhh~

Author POV

Hana langsung mendekat Baekhyun yang sedang asik menikmati makanan yang berada didepan tv.

“ya keluar kau Baekhyun. Ini sudah malam. Atau aku akan berteriak maling” Hana meberi peringatan pada Baekhyun

“tidak mau. Di luar dingin. Silahkan. Enak disini.” Baekhyun masih betah duduk sambil tertewa malihat acara Tv yang di siarkan.

“YA! Ayo bangun kau. Cepat- cepat keluar. Ayo.” Hana menarik Baekhyun dari kursi yang di duduki Baekhyun.

“ya aku adalah tamu. Tamu adalah raja.” Baekhyun  masih stay di kursinya.

“tapi kau tamu yang tidak diundang dan kau tidak sopan pada pemilik rumah.” Hama masih menarik Baekhyun dari kursi. Terjadilah adegan tarim menarik antar kedua kubu.

DERR..

“AAAAAAA…”

Hana langsung melompat ke depan dan memeluk Baekhyun yang ada di depannya. Baekhyun diam di tempat. Lihatlah posisi mereka Baekhyun duduk dan Hana menduduki paha Baekhyun. Hana masih tidak sadar dengan apa yang dilakukannya itu. Hana masih merangkul Baekhyun dengan sangat erat. Sedangkan Baekhyun diam di tempatnya dan jantungnya berdetak sangat cepat karna posisinya yang seperti ini. Baekhyun sangat dekat dengan leher Hana sampai aroma bunga sakura masuk ke indar penciuman Baekhyun. Baekhyun tidak bisa menahan dirinya lagi.

CUPP

Baekhyun mencium leher Hana dengan hati-hati. Hana langsung sadar dengan posisinya itu. Hana langsung mendorong Baekhyun menjauh.

“YA! Apa yang kau laku…” Baekhyun langsung mencium bibir Hana. Baekyun langsung melumat bibir bawah Hana. Hana berontak apa diterimanya itu. Hana memukul-mukul Baekhyun agar berhenti menciumnya. Baekhyun menangkap tangan Hana yang memukulnya.

“emmm.. ” Hana masih berusaha melepaskan ciuman yang diberikan Baekhyun.

Baekhyun mendorong Hana agar bersandar di sofa. Hana mencoba memiringkan kepalanya agar ciuman Baekhyun terlepas.

“YA! Ahh ahh ahh. Keluar kau dari rumahku. SEKARANG!!” akhirnya Hana bisa melepaskannya.

“kenapa berhenti itu sangat menyenangkan. Ayo kita mulai lagi.”

Ting Tung

Baekhyun hampir mencium Hana jika tidak ada suara bell rumah yang berbunyi. Hana langsung menarik Baekhyun berjalan menuju pintu agar Baekhyun keluar dari rumahnya segera.

Clik

“Cepat kau keluar. Ehh… a.. a.. aa.”

TBC

Mian ,,,,,

Epep ini garing soalnya aku lagi males bikinnya ini. Maafkan aku….. dan terimakasik kak silvia yang udah bantu dan ngajarin aku buat bikin ff yang lebih bagus. Tapi ff ku ini masih banyak typo. Mian.

Tolong tinggalkan komentar dan like kalian agar aku gak jadimalas lagi buat ngelanjutin ff ni. Terima kasih semuanya. Terima kasih.


I’m Sorry, Because I Love You.. (Chapter 8)

$
0
0

Welcome Scan

I’m Sorry, Because I Love You.. (Chapter 8)

Author : Eunjun (@EunjunWirlwinds)

Main Cast : Kim Jong In/ Kai (EXO)

                    Park Jihyun (OC)

And Other cast..

Genre : Sad, Romance, Little bit Comedy, Friendship, School life and Marriage life

Rating : PG-13

Type : Chaptered

Note : Anyeonghaseyo ^0^ Mianhae untuk yang kemarin, chapter 6 dan 7 sepertinya kurang menarik. Aku sempat bingung mau melanjutkannya bagaimana soalnya tugas sekolah pada numpuk (Maklum udah kelas 9) dan semoga chapter kali ini lebih menarik.. dan Apresiasi kalian (RCL) benar-benar aku tunggu dan hargai. Nggak banyak bacot.. Happy Reading!^o^

**

“Kai!”

Napas Jihyun masih terengah – engah. Pagi ini sifat Kai benar-benar buruk padanya. Setelah Breakfast Kai langsung pergi dengan langkah kaki panjangnya menuju bandara dan benar-benar ingin meninggalkannya. Entah apa yang terjadi pada Mood Kai pagi ini, dan dirinya merasa kalau hal ini ada sangkut pautnya dengan kejadian ‘Mabuk dirinya malam tadi’ dan semuanya membuat kacau pagi terakhir Jihyun disini.

“Bisakah kau berjalan dengan perlahan Kai! Masih ada 10 menit lagi untuk berjalan dengan santai!”

“…. Kau bisa berjalan sesuka hatimu dan jangan mengikuti langkah kakiku!” Kai menatap Jihyun tajam. Gadis itu hanya membelak kaget bertanya-tanya apa yang ia lakukan sehingga Kai mulai bersifat buruk kembali padanya.

“Kai! Sebenarnya ada apa denganmu!? Aku benar-benar tidak mengerti. Semalam kau baik padaku dan sekarang kau kesal padaku, sebenarnya apa maumu kai!?”

“Mau ku? Mau ku kau pergi dari kehidupanku dan tidak menampakkan wajahmu dihadapanku, selesai hanya itu mau ku. Mengerti!”

“……”

Jihyun. Oh dia benar-benar buruk keadaannya. Bahkan mereka yang mengikuti Kai dan Jihyun pun mendadak kaget dengan kelakuan kasar Kai pada Jihyun. Chanyeol mendadak geram dnegan kelakuan Kai. Dengan begitu mudahnya pria itu memaki adik perempuannya begitu mudah dengan lidah tajamnya. Luhan tampak menepuk bahu Chanyeol pelan, dan mencoba merangkai kata – kata untuk menenangkan Chanyeol.

“Chan, Tahan. Kau hanya akan membuat Kai semakin membenci Jihyun karena menganggap Jihyun adalah gadis yang hanya bisa mengedu pada kakaknya.”

Gepalan tangan Chanyeol  lepas. Namun napasnya masih terengah menahan amarah dan rasa kesalnya pada Kai. Kai, Namja itu pergi berjalan dengan cepat. Sedangkan Jihyun masih terdiam.

Eunjun yang menatapnya segera berjalan menghampiri Jihyun. Gadis itu merangkulnya dan membawanya untuk segera masuk kekursi penumpang pesawat.

“Maaf Jihyun-ah. A-aku, Sehun, Baekhyun oppa, Luhan oppa dan tentunya Chanyeol oppa pergi untuk melihat kalian. Seandainya kami tidak mengikuti kalian sampai disini, mungkin saja Kai akan berkelaku lebih buruk dari ini semua. Dan aku bahkan tidak bisa membayangkan kalau kau hanya duduk dan diam membeku disana. Maaf.” Eunjun memeluk sahabat karibnya itu dan Jihyun hanya diam dalam tatapan kosongnya. Dia hanya mengangguk.

Sehun dan Baekhyun hanya bisa diam. Mereka berdua duduk dalam diam keheningan didalam pesawat yang mulai lepas landasan menuju Korea Selatan.

**

“Siapa?”

“Anyeonghaseyo, Eommonim. Nam Soora imnida.”

“Soora?”  wajah wanita paruh baya itu sedikit mengeriyit dibagian keningnya berpikir keras dan setelah itu sekelebat bayangan masa lalu tentang putranya mulai muncul. Membuatnya mulai merasa marah

Soora?! Pergi Kau! Dasar wanita jalang!” Ibu Kai benar-benar murka ketika mendapati bahwa wanita yang telah menyakiti dan menipu putra nya Kai kembali dan memanggilnya dengan panggilan ibu dan hal itu benar-benar menjijikkan bagi ibu kai.

“Maaf, sungguh aku kesini bukan untuk melihat anda, aku hanya ingin bertemu dengan Kai saja.”

“Kai!? Kai tidak ada disini! Dan Kau! Kau jangan pernah kembali lagi kesini!”

BRAK

Pintu rumah yang semula terbuka lebar kini sudah tertutup rapat ketika mengetahui tamu yang datang bukanlah orang yang diinginkan. Diluar Soora tengah meringis kesal mendapati bahwa rumah besar yang dulunya selalu terbuka lebar untuknya sudah tertutup rapat serapat-rapat mungkin untuk tidak membiarkan dirinya masuk sejengkal pun juga.

Didalam, Nyonya Kim, benar-benar tidak menyangka. Wanita yang sudah menghilang tiba-tiba dan membuat putranya hampir Gila kembali lagi untuk menemui putranya Kai. Dia pikir hati Kai begitu mudah melupakan luka yang dia buat?!

Nyonya Kim masih gelisah, bukankah sekarang Kai dan Jihyun sudah di …….. Depan rumah?!

**

BRUM

Bunyi mobil Mercedes BMW keluaran terbaru masuk kedalam kediaman keluarga Kim. Mobil itu sudah berhenti tepat didepan pintu rumah dengan halaman yang benar-benar luas bak lapangan sepak bola.

Sementara itu mobil satunya mengikut dibelakang. Di mobil paling depan Jihyun dan Kai keluar. Diikuti mobil dibelakang dengan Luhan, Chanyeol, Baekhyun, Sehun dan Eunjun keluar. Mereka semua mulai berjalan memasuki rumah keluarga Kim.

“Anyeong Kai, Long Time No See.. I’m Really Miss you, Jong In-ah.”

Dan lagi..

Degupan jantung Kai yang berdetak kecang menyadari seorang gadis yang menghilang dan mencampaknya dengan tiba-tiba kini muncul dengan sendirinya dihadapannya.

Semuanya kecuali Eunjun yang tidak memahami apa yang telah terjadi terdiam. Wanita dengan rambut ikal, hidung mancung, kulit putih dan tubuh semampai muncul dengan tatapan mata bulannya.

Dan terlebih dia adalah,

Nam Soora.

**

Kini Soora juga ikut masuk kedalam rumah kediaman keluarga Kim. Dia duduk tepat disamping Kai dan bergelayut manja. Eunjun yang melihatnya berdecak kesal dengan kelakuan menjijikkan yeoja yang baru ia lihat pagi ini dan hal itu otomatis membuat nafsu makannya berkurang drastis.

“Hei, Kau! Pria yang tengah kau gelayuti itu sudah beristri, apa kau tidak malu berkelakuan dengan namja yang sudah beristri?!” Nada kesal sudah tidak dapat terhindari keluar dari bibir Eunjun. Dia menatap Soora seolah benda yang benar-benar menjijikkan dimatanya. Tidak dapat dihidari ucapan  Eunjun membuatnya sedikit kesal dan marah atau mungkin tersinggung, tapi keegoisannya tidak akan pernah berhenti begitu saja kali ini.

“Biarkan saja, lagi pula Kai menikah dengan Jihyun tanpa perasaan. Bukan begitu sayang?”

PLAK!

Amarah Jihyun memuncak, Gadis itu menampar pipi Soora dengan keras menyebabkan merah menjalar dibekah tamparan Jihyun dikulit putihnya.

Mereka yang ada disana sontak menatap kaget. Tapi kemudian mereka mulai mendukung Jihyun.

“Kau, apa kau tidak malu berdekatan dengan pria yang sudah memiliki istri? Apa kau sudah tidak punya rasa malu lagi Hah!? Kalau kau tidak punya rasa malu, lantas kenapa kau tidak jual saja tubuhmu itu!? Bukankah itu akan membua-“

PLAK

Kali ini bukan Soora yang membalas. Tapi

Kai.

Senyuman soora mulai tampak semakin lebar seolah mengejek Jihyun yang tengah memegang bekas tamparan Kai yang benar-benar keras padanya. Sudut bibirnya sudah berdarah karena hal itu dan mau tak mau membuat Jihyun sedikit meringis merasakan cairan asin berwarna merah pekat menetes.

“Kai!!!! Aku benar-benar geram melihat tingkahmu. Apa kau tidak puas telah mebuat adikku menderita karena kau yang kehilangan ingatanmu selama ini!? Aku bahkan benar-benar menyesal mengetahui kalau adikku harus mencintai Namja Bajingan seperti Mu!” Chanyeol sudah bangkin hendak menghajar Kai. Namun Langkahnya kembali ditahan Luhan dan Baekhyun yang sudah bangkit dari duduknya.

“Sobat, Kau adalah Lelaki yang paling pengecut dijagat raya ini. Kau hanya bisa memukul wanita karena tidak bisa menghadapi segala apapun kenyataannya. Bahkan aku  ragu kalau kau masih temanku yang selalu disampingku selama ini. Hyung, Kajja kita pergi dan Eunjun bawa Jihyun. Aku bahkan merasa Jijik masih bisa menganggap Kau Kai sebagai sahabatku. Kau tidak lebih dari seorang..

Pengecut! Camkan kata-kataku Kai.”

**

Pagi ini keadaan masih sengit. Sejak makan malam tadi hingga pagi ini Jihyun dan Kai tidak berbicara sedikit kata pun. Bibir mereka seperti ditutup rapat oleh lem yang benar-benar merekat. Tingkah mereka seolah – olah  2 orang yang tidak saling mengenal.

Jihyun kini siap dengan tas selepang disamping sisi tubuhnya. Dia sudah memoles sedikit bedak dan sedikit lipbalm dibibirnya, sedangkan tubuhnya sedikit ia beri SunBlock didaerah kaki dan tangannya. Dia seiap dengan penampilannya menuju Halte terdekat. Dia sudah sarapan dan hal itu hanya berlangsung sebentar.  Karena ia tidak mau berhadapan terlalu lama dihadapan Kai.

Arloji yang melingkar di pergelangan tangannya menunjukkan angka 07:00 Am. Dia memang sedikit cepat menuju Seoul Universitas untuk mengambil formulir pagi ini. Jadi setelah disudah di Halte terdekat Seoul Universitas, Jihyun mulai berjalan perlahan dengan santai. Tak  lupa Headset sudah bertengger di telinganya membuat kesan dingin disetiap aura yang mengelilinginya.

Lambat laun kakinya sudah menginjak gerbang tinggi yang besar milik Seoul Universitas. Kakinya melangkah perlahan meneliti setiap sudut sekolah perguruan tinggi yang benar-benar megah ini. Dari sudut sana dia bisa melihat poster cukup besar terpampang. Matanya menelusuri setiap pemberitahuan yang ada. Lalu dia mulai mengeluarkan peralatan yang dia bawa. Apa yang dibawanya semuanya benar. Kini tidak ada alasan dirinya untuk mulai berjalan menuju ruang dewan guru.

“Hai, manis!” Nada-nadanya membuat mata Jihyun mendelik kesal dan menatap seorang Namja dengan mata genitnya menatapnya. Dia sedikit menggeram dan mencoba untuk tidak memperdulikan hal apapun. Jihyun mulai berjalan dan tidak memperdulikan panggilan kesal dibelakangnya.

Jihyun bahkan belum masuk kedalam ruang guru langsung disambut oleh seorang guru wanita yang sudah memberikannya selembar formulir yang harus diisinya.

“Kau datang pertama, Nak. Semoga beruntung untuk tes besok. Formulir harus diantar besok pagi sebelum diadakannya tes.”

“Ne, Gamsamitha.” Jihyun membungkung hormat pada guru yang didepannya ini. Guru wanita itu sudah berlalu dengan senyumnya. Tampaknya ibu guru itu tengah sibuk menyiapkan pendaftaran untuk para murid yang akan datang tidak lama lagi.

**

Waktu baru menujukkan pukul 07:30 . Jihyun sebenarnya ingin pulang, hanya saja timbul niatuntuk membeli sebuah Novel. Sebenarnya dia hanya mempunyai 2 novel favoritenya. Salah satunya  Anna Karenina dan sebuah novel Cupcake diaries 1. Kedua novel tersebut adalah novel terjemahan yang sangat ia gemari. Hanya saja dia tidak punya cukup waktu  untuk sekedar pergi membeli novel lainnya dan kali ini tampaknya dia memang sudah ditakdirkan untuk memenuhi koleksi novelnya.

“Ya mana yang lebih bagus ya? Er.. kenapa semuanya tentang kisah percintaan?! Yang Horor, nggak tertarik.. dan Ohh.. ini oh god! Sherlock Holmes!!”

Jeritan kecilnya tidak akan menarik perhatian orang – orang tapi ada seorang namja yang memandangnya sedikit sengit karena merasa terganggu. Namun setelah itu dia mulai terkekeh kecil.

“Suka Novel,nona?”

“Ha?”

“Kyungsoo Oppa?”

TBC/ To Be Continue..

RCL Please! ToT


I Lovw You My Darling

$
0
0

pizap.com14108345991901

I LOVE YOU MY DARLING

Cast: Baekhyun EXO , Han Jung Eun ( OC) ||Genre: Romance, Thriller, Friendship, Psikology ||Rating:  T || Length: Oneshot || Author: Yuri Azura

***

Sedikit cerita tentang aku… dan bisa jadi ini awal mula aku mendengar

 ‘I LOVE YOU MY DARLING’.

Who are You?

 Kedua kelopak mata ini terbuka kembali suasana rumah yang damai nan sepi menyapaku. Aku sendiri kebingungan mengapa aku selalu bisa merasakan cahaya mentari dan melihat langit-langit kamarku padahal aku telah berusaha keras memaksa saraf-saraf milikku untuk terpejam dalam kurun waktu yang lama. Jarum jam dinding berdetak berirama menunjuk angka 6 membentuk 180 derajat. Aku menilik layar ponsel diatas nakas mungkin ada seseorang atau beberapa yang merindukanku. Sayangnya tidak ada. Aku kesepian sekarang. Yap ini hal normalku diwaktu pagi. Kaki-kakiku mengajak tuk beranjak dari kasur mengendap kearah lemari pakaian. Kaca panjang disampingnya memantulkan gurat-gurat wajahku, yang aku lihat dari sana adalah sosok menyedihkan bernama Han Jung Eun dan itu aku.

          Aku ingin membuka lemari pakaianku mengganti piyama merahku dengan T-shirt putih dan hot pans. Lalu aku urungkan, karena aku teringat Baekhyun pasti akan mengomel lagi jika aku mengenakan hot pans.

Mengapa aku tidak boleh mengenakannya? Toh jika aku mengenakannya aku terlihat sedikit lebih tinggi. Tetapi ia hanya berkata “aku takut kau menjadi sasaran berikutnya orang berniat jahat yang ingin… turuti aku saja pakailah rok atau celana panjang.” Itu kalimat yang bukan penjelasan melainkan larangan. Baiklah aku tidak jadi berganti pakaian. Aku memilih menunggunya datang lalu memilihkan pakaian yang menurutnya cocok untukku kenakan.

          Sembari terduduk dipinggir kasur aku mengamati jarum jam terus berpindah angka sekarang dua jarum jam dinding berhenti diangka 12. Cukup lama aku menunggunya. Baekhyun kau dimana? Aku merindukanmu? Baru aku sadari aku merindukan omelanmu mengenai hot pans. Hahaha aku tertawa lepas jika kalian ada didekatku mungkin kalian akan mengernyitkan kening sembari bertanya-tanya mengapa aku tertawa secara tiba-tiba. Oke aku akan menjelaskan siapa Baekhyun-ku. Dia teman yang baik selalu menemaniku disaat aku berduka atau berbahagia. Dia yang juga mengajariku banyak hal terutama dalam bidang seni. Harus aku akui ia pandai memainkan piano, biola, saxophone, dan instrument lainnya. Yang jelas aku berhasil dibuatnya iri dengan piala-piala kejuaraan koleksinya.

          Tetapi bagaimana sekarang ia akan mengomeliku lagi ataupun memilihkan pakaian yang pantas untukku? Hahaha aku tertawa lepas lagi. Hari ini aku tidak lagi bisa mendengar suaranya. Karena dirinya sendiri sedang terbisu didalam lemari pakaianku. Darah yang semula tersembunyi dalam kulitnya muncrat keluar. Bau anyir tercium didalam lemariku. Baru semalam ia aku sembunyikan tetapi baunya sudah sangat busuk. Maafkan aku Baekhyun kalimat yang pernah kau ungkapkan padaku semalam membuatku jijik dan orang yang kau laporkan pada polisi kemarin bukan orang jahat seperti perkiraanmu dia adalah kakak sepupuku. Dia juga bukan maniak sex tetapi dia hanya ingin mencoba hal-hal baru dan sebagai saudara yang baik tidak salah jika aku melindunginya. Selain itu kalimatmu akan menjadi pemicu kerusakan tali persahabatan diantara kita. Jadi jalan keluar yang efektif adalah membuatmu…

Who are You?

(Siapa kamu?)

Aku? Aku Han Jung Eun dan menurut analisa Dokter aku sakit jiwa.

I LOVE YOU MY DARLING , BYUN BAEKHYUN

SELESAI


Sacrifice [Chapter 2]

$
0
0

sacrifice poster

Title : Sacrifice

Scriptwriter : Mingi Park (@Gvnnnptr)

Poster Credits : Redbaby

Main Cast :

  1. Kim Jongin (EXO-K)
  2. Cha MinAe (OC)
  3. Oh Sehun (EXO-K)
  4. Kang Naeun (OC)

Support Cast :

  1. Luna Park (F(X))
  2. Kim Yunshin (OC)
  3. Kim Junghwa (OC)
  4. Oh Kyumin (OC)

Genre : Angst, Romance, Friendship, Family

Rating : PG-15

Duration : Multi-chapter

Summary :

MinAe hanya tak paham dengan semua kenyataan pahit yang harus diterimanya.

“apakah tak ada satupun yang tersisa untukku? haruskah aku yang menerima semua ini?”

Dan kenyataan pahit yang menimpanya tak lain dan tak bukan adalah karena kebohongan dan rahasia kelam yang telah terkubur selama belasan tahun. MinAe sadar, ia adalah ‘korban’ dalam semua kobohongan ini. Maka itu, dengan segala keikhlasan hatinya, ia akan berkorban demi orang yang dicintainya itu.

Aku tahu, tidak mudah melepaskannya…

Tapi itulah yang seharusnya memang terjadi..

[Chapter 2]

Mentari telah terbenam ketika Jongin dan MinAe tiba dirumah. Jongin dengan santai merangkul pundak MinAe. Dia merasa ada yang aneh dari adiknya ini. Sedari tadi sore dikampus setelah ia menggoda Naeun, wajah MinAe berubah keruh dan jadi pendiam. Aneh.

“MinAe-ah, kau kenapa? Gwaenchanayo?”

Jongin khawatir, ia takut MinAe sakit.

“Tidak, aku tak apa-apa oppa..”

Mata Jongin melebar mendengar penuturan MinAe barusan. Ia tidak menyangka adiknya yang jutek ini kembali memanggilnya dengan sebutan ‘oppa‘.

Sudah sangat lama ia menantikan saat-saat ini, saat-saat ketika MinAe akan memanggilnya seperti dulu.

“A-aku tidak salah dengar,kan? Kau memanggilku ‘oppa‘, MinAe-ah? Aku senang sekali.. Akhirnya adikku yang manis telah kembali. Aigoo. Bahagianya”

Jongin menari-nari dan memeluk MinAe serta mengacak rambut panjangnya. MinAe tersenyum malu-malu dan membalas pelukan Jongin.

“Aku.. Aku sudah lama sekali tidak memanggilmu dengan sebutan itu. Aku rindu memanggilmu dengan sebutan itu,oppa.”

MinAe menitikkan airmatanya, entah itu airmata bahagia atau sedih, ia pun tidak paham. Yang jelas, sekarang ia merasa sangat nyaman ada dipelukan Jongin.

“Aww aww aww manisnya adikku ini. Omo! Kau menangis? Kau kenapa?”

Jongin mengusap airmata adiknya dan menangkupkan kedua tangannya dipipi MinAe.

MinAe menggeleng. Ia memaksakan sebuah senyum.

“Aku bahagia. Ya.. Aku bahagia memiliki oppa sepertimu. Walau kau sangat menyebalkan, hitam, playboy, dan tengil.”

Jongin tergelak dan memeluk MinAe kembali. Ia mengusap rambut adiknya lembut.

“Aku juga sangat mencintaimu MinAe-ah. Kau adik yang sangat oppa sayangi.” Jongin mengecup kening MinAe.

Aku berharap kau mengatakan cinta padaku dengan situasi yang berbeda,oppa. Walau mungkin saat-saat itu memang tidak akan pernah ada. Batin MinAe.

***

Umma.. Kami lapar… Kami butuh makanan.”

Jongin berteriak seraya melangkah kearah ruang makan keluarga Kim diikuti MinAe dibelakangnya. Sang umma hanya menggeleng-gelengkan kepala mendengar suara Jongin yang menggelegar keseluruh ruangan. Itulah Jongin, sudah berusia 24 tahun, tapi tetap saja kelakuannya seperti bocah 10 tahun.

“Jongin-ah, jangan berteriak-teriak terus. Kau itu sudah dewasa. Aish.. Ini makanan kalian sudah umma siapkan.”

MinAe berlari kecil dan langsung memeluk umma angkatnya tersebut, serta bergelayut manja.

Aigoo.. Putri umma manja sekali hari ini, hmm? Dan kenapa kalian pulang telat?”

Jongin mengacuhkan pertanyaan umma nya dan langsung menikmati makanan yang sudah tersedia dipiringnya.

“Ehmm.. Tadi banyak kejadian di kampus, umma. Maka itu kami pulang telat. Benar kan,oppa?”

MinAe menatap Jongin dan mengisyaratkan untuk menjawab iya.

“Nom..nomm.. Eh.. Apa? Kenapa kalian memandangku seperti itu?”

Jongin mengunyah makanannya sambil menatap polos kearah adik dan umma nya.

“Hahaha kau ini. Adikmu bertanya, apakah benar tadi banyak kejadian dikampus sehingga kalian pulang telat?”

MinAe menganggukkan kepalanya dan Jongin pun melakukan hal yang sama.

“Betul umma. Tadi aku merebut novel yang sedang MinAe baca, jadilah kami bermain kejar-kejaran di halaman kampus. Lalu tadi aku melihat MinAe sedang berpapasan dengan Oh Sehun,teman satu kelasku. Sepertinya mereka sedang melakukan pendekatan hahahaha.”

Jongin tertawa lebar dan MinAe menatapnya sebal. Tanpa mereka sadari, sang umma membulatkan matanya mendengar ucapan Jongin yang terakhir.

“Sehun?” Umma bertanya pada MinAe dan Jongin.

MinAe menatap bingung umma nya. Sepertinya sang umma kelihatan cemas.

Umma, memangnya ada apa? umma tahu namja itu? Yang namanya Sehun itu? Tadi itu aku tidak sengaja menabraknya di kantin kampus, jadilah kita terjatuh.”

Yunshin-sang umma- tengah melamun dan tidak memperhatikan kalimat yang MinAe lontarkan.

“Eh.. Apa? Kau tadi berkata apa MinAe-ah?” Yunshin jadi gugup dan hatinya bertanya-tanya.

“Apa umma baik-baik saja? Mengapa umma melamun?”

Jongin menanyai keadaan umma nya. Ia menyadari umma nya melamun tadi. Ia pun menatap MinAe yang hanya mengangkat bahunya pelan.

Umma ehm- umma mau ke kamar sebentar, menyiapkan baju-baju appa untuk ke Kanada besok pagi.”

Yunshin segera berjalan menuju kamarnya dengan berbagai pertanyaan yang serasa mencabuti satu-persatu rambutnya.

Oppa, umma kenapa ya? Seperti bingung begitu..”

MinAe menatap kosong makanan yang sudah terhidang untuknya. Jongin menatap MinAe dan beralih pada pikirannya sendiri. Ia juga bingung.

***

Kim Junghwa atau tuan Kim, ayah Jongin dan MinAe tengah tersenyum manakala kedua anaknya sedang memperebutkan remote televisi. Jongin yang menonton kartun kesayangannya, Pororo, tiba-tiba diinterupsi oleh MinAe yang ingin menonton Kdrama favoritnya. Jadilah mereka saat ini memperebutkan benda kecil berwarna hitam yang memiliki banyak tombol itu. Junghwa hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya dan berlalu menuju ruang kerjanya dilantai dua.

“Ya! MinAe! Aku mau menonton Pororo ku. Berikan remotenya…” Jongin memelas dan memohon pada MinAe yang telah memenangkan remote tersebut.

“Kau kalah, oppa. Biarkan aku menonton drama kesukaanku.” MinAe tersenyum penuh kemenangan dan tak lupa menjulurkan lidahnya kearah sang oppa.

“Kau jahat! Adik macam apa itu, tidak mau mengalah pada oppa nya yang tampan.” Jongin memutar bola matanya dan akhirnya ikut menyaksikan drama favorit MinAe.

“Wahh… Cantik sekali dia. Siapa namanya?” Jongin menganga begitu melihat salah satu aktris yang tengah berakting dalam drama itu.

“Namanya Jun Jihyun.” Jawab MinAe singkat. Ia masih fokus menonton jalan cerita drama tersebut.

Jongin menggeleng-geleng dan berdecak kagum pada sosok Jun Jihyun di televisi.

Neomu yeppeo~ wajahnya mirip Naeun ku. Ah salah.. Naeun mirip Jun Jihyun.. Sama-sama cantik dan membuatku tak bisa berhenti memandangi wajah mereka.” Ucap Jongin panjang lebar.

Tanpa Jongin sadari, kalimatnya barusan berdampak cukup besar bagi MinAe. Ia yang tadinya tengah serius menonton, menjadi beralih menatap kearah lain.

MinAe kehilangan seleranya untuk menonton. Ia bangkit dari kursi lalu menatap Jongin sekilas. Lelaki itu tengah asik menonton. Padahal beberapa saat yang lalu ia memohon agar bisa menonton Pororo.

Akhirnya MinAe berjalan menuju kamarnya. Baru beberapa langkah, suara Jongin yang memanggilnya merangsang indra pendengarnya.

“MinAe-ah, kenapa pergi? Bukankah tadi kau ingin menonton drama ini?” Jongin bertanya tetapi matanya masih terpaku pada televisi.

“Aku mengantuk. Aku kekamar saja.” Jawab MinAe sekenanya. Ia sudah benar-benar lelah dan sakit mendengar ucapan Jongin yang memuji kemiripan Jun Jihyun dengan Naeun. Ia akui. Ia cemburu.

“Yah masa aku menonton sendiri?! Tidak seru…” Jongin merajuk dan berharap MinAe kembali ketempat duduknya. Namun sepertinya MinAe tidak mendengarkan perkataan sang oppa dan melangkahkan kakinya menuju kamarnya di lantai dua.

MinAe’s POV

Seleraku untuk menonton kdrama favoritku sudah hilang. Aigoo! Aku benci perasaan ini. Kenapa aku harus merasakan ini.

Tidak.

Lebih tepatnya, kenapa aku harus merasakan ini pada orang yang tak seharusnya. Ia oppaku. Kakak laki-lakiku. Walaupun ya, aku akui, aku adik angkatnya.

Sulit rasanya mengendalikan perasaan ini. Perasaan cinta ini. Aku sudah berusaha dan aku tidak bisa.

Dulu, ketika aku mulai merasakan keanehan ini, aku berusaha keras melawannya. Aku sedikit menjauh dan bersikap lebih ketus. Aku melakukan hal itu selama kurang lebih setahun.

Hatiku semakin sakit ketika ia mengatakan bahwa ia menyukai temannya dikampus, Kang Naeun. Gadis itu cantik dan lembut. Rupa wajahnya memang mirip dengan Jun Jihyun, aktris cantik itu.

Aku tahu. Aku tidak mungkin memiliki masa depan bila aku bersamanya. Cinta ini terlarang. Walau aku bukan anak kandung appa dan umma. Ini tak boleh berlanjut. Aku harus melupakannya. Melupakan rasa cintaku padanya. Pada Kim Jongin.

MinAe’s POV end

***

Author’s POV

“Jongin, kau mau kemana?” Kim Junghwa melihat anak sulungnya tengah mencari sesuatu di meja nakas ruang keluarga. Ia pasti sedang mencari kunci mobilnya.

“Aku mau ke restoran di dekat kampus, appa. Aku ada janji dengan teman.” Jawab Jongin setelah ia menemukan kuncinya di dalam guci kecil diatas meja itu.

“Teman? Dengan gadis-gadis dikampus, maksudnya?” Junghwa tersenyum nakal pada Jongin. Ia tahu betul anaknya ini playboy.

Appa… Aku akan bertemu sahabatku sejak sekolah menengah. Dan ia namja.” Jongin cemberut mengerucutkan bibir tebalnya. Meskipun terkenal dengan ke-playboy-an nya, ia tetap anak manja bagi Kim Junghwa dan Kim Yunshin, orang tuanya.

“Hahaha baiklah.. Baiklah… Tapi jangan pulang terlalu larut.” Junghwa akhirnya kembali fokus pada acara berita di televisi.

Jongin mengendap-endap berjalan kearah Junghwa yang tengah fokus dan menyeruput kopi appa nya yang terletak di meja sebelah tempat duduknya. Ia tersenyum puas dan dengan santai berjalan kearah garasi.

Bye, appa.” Pekik  Jongin cukup keras dari kejauhan. Junghwa hanya berdehem. Ia tahu Jongin takkan mendengarnya. Ia baru saja ingin menikmati kopi buatan istrinya, namun ketika ia menoleh, kopinya telah raib. Hanya tersisa cangkirnya saja.

“Dasar anak itu. Selalu saja. Biar kupotong uang jajannya besok..” Junghwa menggelengkan kepalanya dan kembali fokus menonton berita di televisi.

To be continue.


But You Didn’t [Part 1/3]

$
0
0

But You Didn’t

Judul: But You Didn’t

Author: Jeon Hye Kyung

Length: Threeshot

Genre: Romance, Friendship, Sad

Rating: PG-13

Main Cast:

  • Kim Jong Dae
  • Jung Se Kyung

Disclamer: 100% otak author. Tidak ada acara plagiat-plagiatan. Butuh saran, guys J

~Enjoy~

Seems everything that I do for you goes nothing…. But will you realize how much I cared?

-Kim Jong Dae-

~o0o~

Background song: -Sonnet Son-Love Again

                                    -Taehyun Winner – Confession

Jong Dae’s POV

Kadang aku berharap bahwa seandainya aku tak pernah mengenalnya, mungkin aku tidak akan terjebak dilema sebesar ini.

Kadang aku berharap bahwa seandainya aku bukan temannya, mungkin aku lebih leluasa sebagai seorang laki-laki.

Aku ingin menyampaikan ini sejak lama, semenjak aku menyadari tanpa dirinya kehidupanku seperti dinding putih yang polos.

Tapi kau jangan marah….. Kau juga jangan kecewa. Itu salahmu, kenapa kau membuatku seperti ini, Jung Se Kyung…..

“Jong Dae-ya!”

Sebuah seruan membuyarkan lamunanku ‘pentingku’. Aku tak terganggu, sebab aku mengenali suara peneriak dengan sangat baik. Aku hanya takut…. Ia tahu apa yang ada di pikiranku. Itu Jung Se Kyung, gadis yang membuatku semrawut selama tiga bulan.

“Jong Dae…..” pintanya sambil mengguncang pelan bahuku, “Temani aku ke kantin…”

“Kau lapar? Bukannya  tadi kau sudah makan?” tanyaku heran.

Ia memasang puppy eyes. Ah, kalau sudah begini ia pasti punya satu tujuan….

“Ada Kim Jong In,” ucapnya dengan mata berbinar seperti kucing melihat ikan segar.

Tuh kan, benar apa yang kupikirkan….

Aku hanya tersenyum kecil. Se Kyung selalu begini bila laki-laki berkulit gelap itu muncul di setiap sudut kampus. Jiwa fangirling-nya muncul. Bahkan di setiap chat kami lewat ponsel maupun lisan, ia selalu menyertakan nama laki-laki itu, seakan-akan laki-laki itu adalah satu-satunya yang terpenting di dunia.

Ia bilang ia menyukai Jong In, lebih dari siapapun di dunia itu, termasuk aku.

“Aku tak mau. Kau pergi saja sendiri,” tolakku.

“Jong Dae,” rengeknya sambil mengguncang-guncang bahuku, “Ayolah….. Aku malu…”

“Salahmu sendiri kenapa menyukai Jong In! Kau bahkan tidak memberi kesempatan untuk orang lain!”

Se Kyung menghentikan guncangannya pada pundakku dan menatapku bingung. Aku tersadar dengan omonganku sendiri. Astaga, cemburu ini…. sial!

“Y-ya! Apa maksud omonganmu itu!” Se Kyung mendorong bahuku kemudian duduk di sebelahku dengan muka memerah.

Aku menghela nafas, berusaha untuk mengembalikan akal sehatku. “Maksudku, kau tidak pernah memberi kesempatan bagi orang lain yang sedang ingin sendiri. Kau ini,  stalker setia Jong In! Kau tidak pernah mendengar komplainnya tentang fans-fansnya yang kadang menyebalkan?” jawabku asal.

Tapi itu memang benar. Jong In punya banyak fans dari segala jurusan karena julukan dancing machine dan kejeniusannya dalam musik. Aku pernah mendengar pembicaraannya dengan Sehun, temannya yang satu jurusan dengan kami mengenai fans-fansnya yang kadang mengganggu.

“Terserah kau. Awas bila aku nanti berhasil menjadi kekasih Jong In,” ucap Se Kyung sinis samgil memukul bahuku.

“Coba saja kalau bisa,” balasku dengan menjitak kepalanya, kemudian berlari meninggalkan gadis itu sendiri.

Ya….. dan jangan sampai….

“Kim Jong Dae!! Awas kau!!”

Aku tak rela…. Kau jatuh ke tangan Jong In, Se Kyung-ah….

~o0o~

 

Se Kyung POV

Tadi aku mendapat pemandangan fantastis. Jong In, dengan tubuh atletis dan sixpack-nya sedang bermain basket di arena universitas. Dan oh, ia sangat seksi dengan keringat yang mengucur dari pelipis dan rambutnya.

Haahhh…. Kim Jong In. Melankolis, tampan tingkat dunia, manis…..

CKITTTT!

KYAA!!!!

DUKH!

Sebuah mobil nyaris menghantamku dari belakang. Aku membanting setir sepeda ke samping, mengakibatkan sepeda dan diriku jatuh ke tepi jalan. Tak ada luka serius, tapi sungguh pengendara mobil itu benar-benar da***k.

Seorang laki-laki—rupanya, keluar dari mobil dan berlari menghampiriku. Ia membantuku berdiri dan mendudukkanku di salah satu bangku taman. Ia memegangi kedua wajahku, memperhatikan setiap inci wajahku, memastikan tidak ada yang terluka.

Oke, ia baik…. Tapi jangan menatapku seperti ini… kau membuatku gugup…

“Kau baik-baik saja?” tanya laki-laki itu pada akhirnya.

Aku tak dapat mengenali wajah laki-laki itu karena kurangnya penerangan di taman, namun aku mengenali suaranya. Itu seperti suara…. Kim Jong In.

Aku tak menjawab pertanyaannya, malah memegangi tangan yang masih menempel pada pipiku. “Kim Jong In?”

Aku menatap kedua manik matanya, tak percaya. Kim Jong In, laki-laki yang selalu kuagung-agungkan, yang selalu kukejar, berada tepat sepulum senti di hadapanku dengan kedua tangan di wajahku?

“Ehm,” Jong In buru-buru melepas tangkupannya dan menegakkan tubuh. Ia sama serba salahnya denganku. Bayangkan, dua lawan jenis manusia berada di taman sore-sore…. Seperti orang pacaran saja…

“Sepedaku…,” Aku menunjuk kepada sepedaku yang agak remuk bagian belakangnya. Aku ingin menangis melihat sepeda itu rusak, hadiah pemberian appa saat masih di Korea. Appa pasti kecewa bila tahu keadaan sepeda ini.

Tiba-tiba Jong In menarikku berdiri. “Aku akan memperbaiki sepedanya. Kuantar kau ya,” tawar laki-laki itu.

Diantar oleh Kim Jong In? Dewi Fortuna, kau tidak salah alamat kan menjatuhkan jatah keberuntungan?

“Sebelum,” Jongin mengeluarkan kunci mobil dari sakunya, “Namamu siapa? Aku pernah melihatmu namun tak pernah tahu namamu.”

“J-Jung Se Kyung, dari fakultas Sastra.”

Oh Tuhan, kenapa ia harus menatapku seperti itu?

“Jung Se Kyung.” Jong In menggumamkan namaku berkali-kali. “Ah, kalau begitu kau satu fakultas dengan Sehun dan Chen bukan?”

“Bukan Chen, itu Jong Dae,” ralatku cepat. Aku heran, kenapa semua orang memanggil Jong Dae dengan Chen?

“Ya sudahlah. Ayo masuk, sudah malam.” Jong In membuka pintu mobilnya dan mengiringku masuk.

Selama perjalanan pulang, aku tak bisa berhenti memandangi laki-laki di sebelahku ini. Ini terlalu indah menjadi nyata. Aku mendapatkan kesempatan yang gadis-gadis lain tidak dapatkan.

“Se Kyung,” Jong In tiba-tiba memanggil namaku.

W-wae?”

“Boleh aku meminta nomor ponselmu?”

Sungguh?

“Untuk?”

“Sepedamu. Bila sudah selesai diperbaiki di bengkel akan kuhubungi kau. Dan selama sepedamu diperbaiki…… kuharap kau tidak keberatan bila kuantar ke kampus.”

Diantar? Setiap hari?

This is dream come true….

~o0o~

Jong Dae’s POV

Heran, beberapa minggu terakhir setelah kelas selesai aku tak melihat Se Kyung yang selalu bertengger di sudut wi-fi corner. Hmm, kuduga ia pasti mengikuti Jong In. Anak itu, sepertinya ia sungguh-sungguh menyukai Jong In…

“Ra Yul, kau sudah dengar belum kabar Jong In pacaran?” celetuk salah seorang gadis yang berbisik-bisik bersama kumpulannya di dekat papan pengumuman.

“Tidak. Memangnya dengan siapa Jong In pacaran?” suara gadis yang lain agak meninggi. Kuduga juga ini salah satu fans Jong In yang tak terima kabar tersebut.

“Kudengar anak sastra….”

“Siapa namanya?”

“Entahlah, kurasa Jung Se Kyung….”

“Jung Se Kyung?? Siapa itu? Ia bahkan tak terkenal dan tak pantas bersanding dengan Jong In!” protes gadis lain.

Apa? Jadi…. Se Kyung… menjadi…… kekasih Jong In?

Aku tersenyum masam. Rupanya… aku terlambat selangkah bukan?

Segera aku beranjak pergi dari situ sebelum kupingku panas mendengar ocehan bak kompor para gadis penggosip itu.

Se Kyung-ah, kenapa kau tidak memberiku kesempatan?

~o0o~

Author’s POV

Se Kyung sedang memainkan bola basket di lapangan tertutup. Jong In sedang makan siang bersama teman-temannya sehingga gadis itu sendirian. Se Kyung nampak bahagia. Ia sekarang memiliki kesempatan untuk menjadi orang terdekat dengan Jong In.

Jong Dae, dengan salah satu tangan bersandar di dekat pintu masuk, menghela nafas. Ia tahu ia agak terlambat selangkah, namun apa salahnya berteman dengan Se Kyung, dengan ekspektasi gadis itu merubah pilihannya.

Dengan pelan Jong Dae berjalan menuruni tangga menuju deretan kursi penonton paling bawah, menunggu gadis itu menyadari keberadaannya.

Semenit…. Dua menit….. Tiga menit…. Lima menit…

Kau bahkan tidak menyadari keberadaanku, Se Kyung-ah…

Jong Dae tak tahan dan akhirnya meneriaki gadis itu. “Ya Jung Se Kyung!” serunya seceria mungkin. Suara yang bergema sontak membuat Se Kyung menoleh. Ia tersenyum lebar dan melempar asal bola basketnya, kemudian berlari ke tempat Jong Dae.

“Jong Dae! Chat kemarin kenapa tak kau balas??” protesnya dengan nada tinggi.

“Aku sibuk, nona.” Malas, sebenarnya.

“Ya…. Kau ini, tak kooperatif. Padahal aku punya banyak cerita….”

“Ceritakan saja,” jawab Jong Dae asal sambil memainkan ponsel. Paling bila ia bercerita hanya Jong In yang menjadi topiknya.

“Kau tahu…. Jong In kemarin…..”

Bla, bla, bla…. Teruskan saja, Jung Se Kyung…. Kau ingin ya aku merusak hubungan persahabatan kita?

“Ia baik sekali…. Dan kau tahu aku-“

“Se Kyung,” potong Jong Dae tiba-tiba. Telinganya sedikit memerah akibat cemburu yang ia tahan dari tadi. “Aku harus pergi.”

“Kemana?” tanya Se Kyung bingung.

“Jauh dari sini. Kau, urus sana pacarmu. Aku sibuk.”

Se Kyung membelalakkan mata. “Pacar? Apa maksudmu, Kim Jong Dae??” Suara gadis itu naik satu oktaf lebih tinggi.

“Urus sana Jongin-mu yang tercinta! Kau terus menunda untuk nonton bersama, semua kegiatan kita yang selalu lakukan… hanya demi orang yang kau tahu selama tiga tahun,” balas Jong Dae sambil berjalan naik ke pintu keluar. “Apa artinya diriku yang sudah hampir separuh hidup mengenalmu, Jung Se Kyung??”

“Aku berhutang budi padanya! Oh, Kim Jong Dae… Kau.. Kau… Kenapa kau akhir-akhir ini berubah?? Kau temanku, seharusnya kau-“

“Aku lelah menjadi temanmu, Jung Se Kyung!” Jong Dae tiba-tiba berbalik dengan wajah kecewa. “Aku tak ingin menjadi temanmu lagi, Kyung-ah….. Kau tidak tahu bagaimana tersiksanya diriku melawan perasaan yang berlawanan dengan kenyataan,” tambahnya lirih, kemudian berjalan keluar dari gedung tanpa memedulikan Se Kyung yang terdiam.

~o0o~

Se Kyung POV

Semenjak kejadian di lapangan olahraga, aku menghindari Jong Dae. Kami tak lagi duduk sebangku, tak lagi bersendau gurau di wi-fi corner, tak lagi nonton ke bioskop di akhir pekan. Kami sibuk dengan aktivitas masing-masing.

Kabar terakhir yang kudengar mengenai Jong Dae ia sedang dekat dengan seorang gadis manis bernama Seo Mi. Bila dilihat-lihat Seo Mi memiliki tubuh yang tinggi—sehingga nyaris menyamai tinggi Jong Dae, rambut panjang hitam nan lurus, hidungnya yang lucu, dan mata yang menawan.

Tapi kurasa Seo Mi tak memenuhi kriteria perempuan ideal Jong Dae. Jong Dae lebih menyukai wanita berperawakan sedang, dengan hidung mancung dan rambut sebahu. Misalnya aku, atau Ra Yul dari fakultas ekonomi. Ah, Jong Dae seleramu kenapa memburuk sih??

Tunggu…..kenapa aku yang pusing sendiri? Bukankah ini urusan Jong Dae? Lalu kenapa aku yang harus repot?

Se Kyung, kau sama erornya dengan Jong Dae….

“Seo Mi-ya!” seru sebuah suara dari belakang bangkuku. Panjang umur kau, Jong Dae…

“Jong Dae-ya!” balas Seo Mi sambil berlari menuju arah laki-laki itu.

Mereka memakai embel-embel ‘ya’? Yang benar saja….

“Jong Dae, kemarin aku berhasil mendapatkan tiket Tazza 2! Oh,  T.O.P-ku sayang…”

“Ya, ya! Jadi kau menonton Tazza 2 hanya untuk melihat T.O.P?”

“Hahahaha….. sesekali lah….”

Ya! Jangan di depan umum! Itu tak nyaman dilihat orang!

Aku menangkap tangan Jong Dae yang mengacak puncak kepala gadis itu dengan pelan. Ada suatu perasaan tak nyaman berdesir di dadaku. Perasaan apa ini?

Bipp….bipp…

Aku cepat-cepat menatap layar ponsel guna menghilangkan kekesalanku yang tak jelas ini.

Kyung-ah, temui aku di kantin ya…. –Jong In-

Ah, untung Jong In menyelamatkanku dari pemandangan super tak enak.

Aku berjalan melewati Jong Dae dan Seo Mi yang sedang ‘sibuk’. Kali ini kuamati bahwa tak ada sedikitpun lirikan yang laki-laki itu berikan saat kami berpapasan. Perhatiannya terlalu terserap dengan Ahn Seo Mi.

Aku merasa seperti seorang gadis yang dicampakkan kekasihnya…

Tunggu. Apa yang baru saja kau pikirkan, Jung Se Kyung? Kekasih?

Micheosseo.


Beastiality

$
0
0

10689834_10201639473188607_849463253074294798_n_副本

Beastiality

Author:  Mei F.D [ @meiokris ]

Main cast :

Wu Yi Fan/ Kris EXO M

Han Lily

Jang Jae Mi

Alvarez

Other cast

Length : oneshot

Genre : Romance, Fantasy, Sexual content.

PG : NC-21

Warning!!

Cerita ini tidak pernah dipost di akun sosmed atau blog mana pun KECUALI di blog saya harianmeii.blogspot.com . Cerita ini khusus dewasa dan perlu pemikiran terbuka bagi para pembacanya. Cerita ini juga lebih menekankan kepada alur dan bukan murni FF yadong. Thankiss:*

***

Jang Jae Mi menatap pilu pada tumpukan file yang tergeletak di atas meja ruang tamunya.
Ia menelungkupkan wajahnya diantara tumpukan file dan terisak ketika menatap hasil akhir proyek pemenangan tender yang berhasil direbut oleh pemilik perusahaan minuman soda terbesar di Korea, Alvarez.

“Brengsek!!” dilemparkannya tumpukan file yang dirasanya masih menguarkan aroma tubuh lelaki yang dibencinya sejak ia merasa dikalahkan.

Matanya memanas mengingat permintaan Alvarez yang secara tidak langsung menjatuhkan harga dirinya.

“Aku bisa saja mengembalikan hartamu asalkan kau mau membuat kesepakatan denganku, lady Jae.” Bisiknya tepat di depan wajah Jae Mi. Ia tersenyum licik memamerkan giginya yang nampak putih bersih.

“Kau ingin memperbudakku, tuan muda?” Geram Jae Mi tak terima. Selama ini ia tidak pernah melakukan kesepakatan dengan pemilik perusahaan manapun, terlebih harus menyetujui perjanjian dengan anak muda yang telah membuatnya bangkrut.

“Aku hanya ingin menawarkan sedikit kebaikan yang mungkin sangat berarti untukmu.” Ia menatap Jae Mi dengan tatapan meremehkan.

Brengsek! Jae Mi ingin sekali menusukkan pisau belati tepat di atas ubun-ubun lelaki yang membuatnya hampir gila karena gagal dalam merebut proyek tender ini.

Jang Jae Mi hanya tersenyum sinis, “apa yang kau inginkan dari miskin sepertiku, tuan muda?” Tanyanya sambil menekankan kata miskin pada rivalnya.

“Gampang dan mungkin kau tidak akan ragu untuk mengiyakan permintaanku.” Tatapnya dengan pandangan misterius, “aku hanya ingin kau mengantarkan anak tirimu ke hutan ChenYi, dan kau akan mendapatkan semua asetmu kembali.” Alvarez tersenyum misterius.

“Lelucon macam apa itu? Kau ingin menipuku?!” Cecar Jae Mi. 

“Tidak. Hanya saja, aku rasa anak tirimu jauh lebih menarik daripada hanya memenangkan proyek darimu.” Ejek Alvarez.

“Apa yang kau inginkan dari, Lily? Hah?! Kau ingin memperistrinya?!” cemooh Jae Mi, ia tak habis pikir lelaki di depannya ini bahkan tidak tanggung-tanggung, menyelidiki latar belakang rivalnya sampai ke akarnya.

“Lebih buruk. Ini bahkan tidak akan mungkin terbersit dalam pikiranmu.” Sahut Alvarez.

“Menjijikan.” Ucap Jae Mi sambil memutar bola matanya, meremehkan ucapan Alvarez yang dirasanya terdengar sangat lucu.

“Kau pikir kau tidak lebih menjijikan dariku?” sebelah alis Alvarez terangkat ke atas, menatap Jae Mi yang sudah mengepalkan tangannya karena amarah yang kian memuncak.

“KAU INGIN MEMPERBUDAKKU MELALUI LILY? HAH?!” teriak Jae Mi tak terima.

“Kau mau atau tidak menyerahkan anakmu!! Hah!!” Alvarez balas berteriak dan membuat bulu kuduk Jae Mi merinding. 

Ia membuang muka menghindari tatapan mengintimidasi dari lelaki yang ditaksirnya berumur 25 tahun lebih muda dari dirinya.

Demi Tuhan ia tak menyangka anak tirinya yang bahkan ingin ia singkirkan setelah suaminya meninggal itu akan menjadi nyawa hidupnya, penopang masa depannya nanti yang akan diputuskannya dalam menit-menit terakhir sisa waktu pertemuannya dengan Alvarez.

Mata Jae Mi berkilat marah, ia tak sanggup mengucapkan sepatah katapun sampai akhirnya Alvarez tersenyum miring, “aku anggap diammu itu iya, kuharap kau menepati janjimu, Jae Mi. Ingat, bawalah anak perempuan tirimu tepat pada bulan purnama minggu depan.” bisiknya tepat di telinga Jae Mi.

Aaarrrgggghhh!! Jae Mi berteriak marah, mengumpat dan menendang apa saja yang bisa ditendangnya.

Jae Mi tidak pernah kalah dengan siapa pun terlebih pada lelaki yang lebih muda darinya.

“Ibu… Ada apa?” sebuah tangan mungil mengetuk pelan pintu ruang kerjanya.

Han Lily, gadis yang ditinggal pergi suaminya yang tengah sakit keras itu kini semakin panik, ia mencoba membuka pintu yang sengaja dikunci dari dalam.

Mata Jae Mi kini mulai meneteskan butiran air bening dari pelupuk matanya, menyeruak keluar tanpa bisa ditahan karena merasa egonya terinjak.

Kini mata itu menatap bengis ke arah pintu yang sengaja di kunci dari dalam itu seakan pintu tersebut dapat di tembusnya dan mencekik anak tirinya yang semakin hari semakin membuatnya muak ini.

Hidupnya bergantung pada Lily sekarang dan ia tidak suka kontrak kerja licik ini!

“Menjauh Kau dari pintu! Jangan menggangguku!” teriak Jae Mi dari dalam.

Prang!! Di lemparkannya vas bunga peninggalan suaminya ke arah pintu.

Sementara Lily berdiri mematung di luar, ia mendesah pelan, begitu khawatir akan keadaan ibunya yang berantakan sepulang kerja. Namun sebuah benda yang dilayangkan ke arah pintu seakan menginterupsi kekhawatirannya dan menyuruhnya untuk mundur.

—–

“Tak terasa sebentar lagi kita akan lulus sekolah!” teriak Sachi pada sahabat terbaiknya Han Lily. Dilihatnya Lily sibuk merapikan buku pelajaran biologinya yang masih berserakan di atas meja.

“Masih ada beberapa bulan lagi, Sachi.” sahut Lily tanpa menatap ke arah sahabat sejak SMP itu.

Sachi melirik sekilas, ada yang berbeda dari wajah Lily, “Ly, kantung matamu menghitam.” bisik Sachi.

Tanpa sadar tangan mungil Lily bergerak mengelus bagian bawah matanya, “benarkah?” tanyanya malu.

“Kau dimarahi ibumu lagi?” tebak Sachi, khawatir ibu tiri Lily berlaku jahat padanya.

“Ahh, tidak. Aku hanya sedikit mengkhawatirkan ibuku sehingga tidak bisa tidur.” sahutnya jujur sementara Sachi menggeleng tak mengerti.

“Aku tak heran banyak lelaki yang menaksirmu, kau terlalu baik.” gumamnya pelan. Bahkan saat kau sedang dijahati oleh ibu tirimu sendiri.

—-

“Alvarez! Alvarez!” teriak seseorang dengan nada penuh amarah.

“Ya, Yang Mulia Alva Kris.” sahutnya dengan nada sopan tanpa mengurangi sedikit hormat pada tuannya Alva Kris yang bernama asli Wu Yi Fan.

Penguasa rimba hutan ChenYi, hutan yang menghubungkan antara dunia manusia dan akhirat. Hutan yang dipenuhi segala gelimpangan dosa dan berbagai macam keserakahan umat manusia yang ingin mencari pesugihan.

Namun bagi arwah penasaran, hutan inilah tempat penentu para nasib arwah yang akan masuk ke surga atau malah menjadi santapan para anak hutan dari kerajaan Ogius, tempat Alva Kris bersemayam.

“Sudahkah kau mendapatkan mangsa untukku?” tanya Alva Kris kepada Alvarez.

“Sudah, Yang Mulia Alva. Gadis itu bernama Lily.” jawabnya sambil menyembah Tuan-nya ini.

Alvarez adalah salah satu anak hutan dari kerajaan Ogius yang ditugaskan untuk mencari mangsa, gadis perawan dengan roh yang masih melekat di tubuhnya.

Memakan roh gadis perawan yang masih hidup merupakan santapan paling nikmat bagi raja dari Ogius Kingdom, Alva Kris.

Kris mengangguk senang, ia berdiri dari singgasananya, berjalan membelakangi Alvarez yang masih menunduk menyembahnya.

Kabut tipis pun mulai menyamarkan tubuhnya yang mulai berangsur-angsur tubuhnya yang tegap dan gagah kini mulai berubah, berganti menjadi binatang seperti harimau.

Malam bulan purnama adalah malam di mana kekuatan Alva Kris melemah. Untuk mengembalikan kekuatannya, ia harus memakan roh gadis perawan atau menandainya sebagai miliknya.

Kris lebih memilih memakan roh perawan yang dianggapnya tidak berguna daripada ia harus menandai gadis itu sebagai miliknya.

Kris membenci manusia, terlebih pada gadis dengan wajah polos. Ia mengutuk dirinya terus-menerus karena terlahir sebagai manusia setengah siluman akibat ayahnya yang jatuh dengan pesona wanita lemah seperti ibunya.

Manusia setengah siluman adalah takdir yang paling dibencinya, yang kekuatannya bisa melemah ketika malam bulan purnama tiba.

Ia benci itu, harus terlihat menyedihkan dengan memakan roh gadis perawan untuk menyambung hidupnya.

“Lily!” teriak Jae Mi pada Lily yang sudah masuk ke kamarnya karena ingin tidur.

“Ya, Ibu.” ucapnya.

“Kau harus bersiap, dandan yang cantik, kita akan berangkat sebelum pukul 12 malam.” perintah Jae Mi tegas.

Mata Lily membelalak, “mau ke mana ibu?” tanyanya bingung.

“Kita akan ke hutan ChenYi, kau harus pergi ke sana dan mendapatkan sesuatu untukku. Ayo cepat berdandan! Aku menunggu di luar.”sahut ibunya dingin, tak terbantahkan.

Lily hanya mengangguk tanpa berani sedikitpun bersuara.

“Dandan yang cantik, pakai wewangian yang segar!” Perintahnya lagi.

Lily hanya menurut tanpa berani bersuara walaupun hatinya bertanya-tanya.

Ada apa gerangan ibunya ingin membawanya ke hutan ChenYi namun menyuruhnya berdandan? Ia bergidik ngeri membayangkan mitos hutan ChenYi yang terkenal angker itu.

Jae Mi tersenyum tipis sambil mengemudikan mobilnya menuju ke arah hutan ChenYi.
Sudut bibirnya tertarik ke atas melihat gaun putih selutut yang dikenakan Lily jatuh dengan manis di badannya. Sementara rambutnya yang digulung ke atas semakin membuat Lily terlihat dewasa.

Ia tahu betul hutan ChenYi adalah bagian dari mitos pesugihan. Konon, manusia yang selamat ke luar dari sana akan dilimpahi berkah dan kekayaan yang berlimpah karena sang raja hutan sedang baik kepadanya.

Ia menatap Lily yang bergerak gelisah di sampingnya sambil memainkan kuku-kuku jarinya yang lentik.

Kalau Lily datang dengan dandanan seperti ini mungkin raja hutan akan tertarik padanya. Batin Jae Mi sambil memarkirkan Mobilnya di depan hutan ChenYi.

“Pergilah, temukan sesuatu yang berharga di dalam sana. Baru kau bisa kembali ke rumah.” Ucap Jae Mi dengan nada licik.

“Ma-maksud ibu?” Tanyanya takut-takut.

“Jangan banyak tanya! Turuti perintah ibu! Cari sesuatu yang berharga di dalam sana baru kau kembali!” teriak Jae Mi yang langsung mendorong Lily keluar mobilnya.

Dengan bergegas ia langsung meninggalkan hutan ChenYi dan pulang ke rumah dengan wajah sumringah.

“Bu!! Bu!!” teriaknya ketika Volvo milik ibunya bergerak meninggalkan kawasan hutan ChenYi. Lily menangis mengingat perlakuan ibunya yang langsung memerintahnya di saat tengah malam begini.

Ia melirik tajam ke arah hutan ChenYi, berusaha menembus kedalaman hutan yang diyakininya tidak berujung ini.

Perlahan ia bangkit dari rasa kecewanya karena ditinggal pergi sang Ibu, berjalan tertatih-tatih karena tanah hutan ChenYi yang lembab dan basah.

Dengan diterangi cahaya bulan purnama yang menebus rimbunnya pepohonan, Lily berusaha menenangkan hatinya.

Mencoba mencari sesuatu yang berharga di dalam rimbunnya semak belukar dan tumbuhan paku yang tumbuh liar di bawah pepohonan berukuran raksasa.

Raaawwwrrr….

Samar-samar Lily mendengar suara auman harimau yang membuat bulu kuduknya merinding. Saking fokusnya dengan perintah ibunya,ia bahkan melupakan tentang bahaya hutan yang di dalamnya selalu penuh dengan hewan buas yang selalu mencari mangsa.

Ia mendengar lagi suara auman yang terdengar kian mendekatinya. Peluh dingin membanjiri wajah Lily dengan derasnya, ia berusaha mengabaikan suara auman itu dan lebih memilih berlari, berteriak minta tolong.

“Ibuuu…tolooong….” teriaknya pilu.

Lily terus berlari yang tanpa sadar ia semakin berlari menembus gelapnya hutan ChenYi.
Setelah dirasanya berlari cukup jauh, Lily bersembunyi di bawah pohon sejenis jati sambil meringkuk ketakutan.

Tapi ketakutannya tak kunjung berakhir, ia merasa semak disekitarnya bergoyang-goyang.
Lily memekik keras begitu melihat sesosok makhluk yang lebih besar dari ukuran tubuhnya kini berjalan mendekat kepadanya.

Seekor harimau jantan dengan bulu-bulu berwarna jingga dan hitam dengan garis-garis pemisah warna jingga dan hitam yang nampak jelas terlihat. Ia bahkan dapat melihat dengan jelas warna mata harimau dengan pupil mata bundar yang nampak berwarna hazel namun lebih terang akibat pantulan sinar bulan purnama.

Harimau itu berjalan mendekatinya dengan anggun, tampak sangat ringan karena tidak menimbulkan bunyi apapun ketika ke empat kakinya bersentuhan dengan lantai hutan yang lembab dan basah ini.

Bibir Lily bergetar ketakutan karena ia benar-benar tersudut dengan harimau yang sudah menampakkan taringnya yang tajam. Ia hanya bisa pasrah sambil memejamkan matanya mengharapkan keajaiban.

Harimau itu berhenti tepat di depannya, Lily benar-benar kehilangan suaranya. Ia menatap harimau di depannya dengan tatapan memohon.

Bukannya langsung menerjangnya, harimau itu menatapnya sendu, ia semakin mendekat pada Lily dan mulai menjilati ujung kaki Lily yang sekarang sudah tidak memakai alas kaki lagi.

Lily menutup matanya kuat-kuat, tak ingin membayangkan apa yang akan dilakukan harimau ini selanjutnya. Ia yang awalnya menahan sekuat tenaga sensasi geli karena telapak kakinya di jilati kini nampak menikmatinya perlahan.

Ketakutannya perlahan memudar berganti dengan rasa geli yang menderanya ketika lidah harimau yang kasar itu menjilat telapak kakinya yang kini perlahan mulai naik ke betisnya.

“Aaahhh…” sebuah erangan pun lolos dari bibir mungilnya.

Ia bahkan tanpa sadar mulai meremas rumput di sekitarnya begitu sang harimau mulai menjilat pangkal pahanya.

Ia merasakan bagian puting susunya nampak mengeras dan terlihat menonjol samar di dress putih yang dikenakannya. Lily baru sekali merasakan kenikmatan luar biasa yang baru saja dirasakannya, antara rasa geli sekaligus nikmat yang dirasakannya begitu harimau itu menjilat pangkal pahanya.

“Kris….” erangnya tanpa sadar. Entah kenapa akal pikirannya terus-terusan membuatnya mengingat nama yang bahkan tidak dikenalnya hingga erangan itu lolos dari bibirnya tanpa sadar.

Gerakan harimau itu berhenti, ia memperlihatkan taringnya seakan menertawakan Lily yang mulai terangsang di bawahnya.

Kali ini Lily terkesiap begitu harimau itu mengendus daerah kewanitaannya dan merobek celana dalam yang dikenakannya tanpa ampun.

“Aaaahhh….ahhh…” desahnya begitu lidah besar harimau itu kini menjilat klitorisnya dengan gerakan mengarah ke atas.

Ia menggelinjang nikmat dengan jilatan yang diberikan harimau, ia bahkan merasakan tubuhnya melengkung menahan nikmat yang ditimbulkan jilatan demi jilatan itu sampai akhirnya cairan bening mengalir di pangkal pahanya.

Harimau itu terus menjilat cairan yang mengalir di selangkangannya tanpa ampun.
Membuat Lily mengerang nikmat dan merasa berada di awang-awang.

Ia terkesiap begitu melihat sesuatu berwarna kemerahan mencuat di antara alat kelamin harimau itu.

Lily mengerang dahsyat begitu merasakan harimau itu mulai menindihnya dan merobek pakaiannya dengan taringnya.

“Aaakkkkkkhhhh!!!” Teriaknya ketika sesuatu berwarna merah milik harimau itu perlahan memasuki daerah kewanitaannya, namun teriakan itu tidak membuat harimau itu berhenti untuk terus memasuki Lily.

Setelah kejantanan harimau menancap sempurna, ia berhenti sembari menatap sayu ke arah Lily yang tengah merintih kesakitan karena selaput daranya berhasil ditembus oleh kejantanan sang harimau.

Mata Lily sudah berkabut karena gairah, ia memeluk erat kepala harimau didepannya, merasakan kehalusan bulu-bulunya dan mengusap perlahan. Membelainya pelan hingga harimau itu menutup kedua matanya karena senang.

Harimau itu hanya diam, berapa lama kemudian ia kembali beraksi dengan memaju mundurkan badannya seraya menjilat puting susu Lily yang sudah menegang dengan ganas.

Lily meraung sekali lagi meneriakkan nama Kris yang bahkan ia tidak tahu siapa, orgasme kedua kalinya yang membuatnya kepayahan karena dihantam oleh kejantanan harimau saat melakukan penetrasi.

Lily tergeletak lemas dengan tubuh bersimbah keringat, namun harimau itu terus saja menghukumnya dengan menembus kewanitaannya berkali-kali sambil menjilat-jilat leher yang menjadi titik pusat sensitifnya.

Lily hanya bisa mengikuti gerakan sang harimau. Dalam hatinya ia menjerit karena yang mengambil keperawanannya bukanlah seorang manusia, melainkan seorang harimau yang sebentar lagi akan memangsanya hidup-hidup.

Ia tersenyum sesaat sebelum jatuh tak sadarkan diri hingga merasakan tubuhnya terasa melayang di awan.

—–

“Lily!! Bangun!” Teriak Jae Mi sambil mengetukkan sendok sayur ke pintu masuk kamar Lily.

Ugh? Lily perlahan membuka matanya yang terasa silau karena terkena pantulan sinar matahari.

Ia mengerjap. Merasakan tempat tidurnya yang empuk. Ia mengelus pelan tempat tidurnya.
Tidak ada basah-basahan. Tidak ada rumput dan ia tidak berada di dalam hutan.

“Apa yang kau lakukan? Ini sudah jam berapa? Hah?! Cepat sekolah!” Teriak Jae Mi dari balik pintu.

“I-iya bu!” Balas Lily yang langsung berlari ke kamar mandi.

Jadi semua itu hanya mimpi?

Bisik Lily dalam hati.

Tapi aku yakin kemarin malam aku benar-benar ke hutan, bahkan baju yang kupakai kemarin pun tidak ada. Tapi…..

Bagaimana mungkin aku bisa pulang ke rumah sendirian? Bahkan ketika aku bangun pagi, tidak ada tanda-tanda kalau aku pulang dari hutan….

Ia mengintip bagian kewanitaannya yang terasa berbeda dari sebelumnya, kewanitaan itu kini berdenyut nyeri, entah karena kesakitan atau merindukan kejantanan sang harimau….

“Lily. Hey! Kau melamun?” Tegur Sachi pada Lily yang masih menatap layar papan tulis dengan pandangan kosong.

“Ah…. apa?” Tanya Lily gelagapan begitu menyadari panggilan Sachi yang membawanya kembali ke dunia nyata.

“Astaga! Jadi kau tidak mendengarkan ucapan Pak Wei? Kita disuruh meringkas alat reproduksi pada hewan mamalia.” Jelas Sachi lagi.

Alat reproduksi hewan mamalia? Tak disangka pipi Lily mulai merona merah.

“Kau kenapa Lily? Pipimu merah. Aiiisshhh. Jangan bilang kau malu harus membaca masalah alat reproduksi pada hewan mamalia. Itu cuma hewan, Ly!” Cerocos Sachi.

Lily terdiam, ia meraba pipinya yang mulai memanas, membayangkan percintaannya dengan harimau yang bahkan ia tidak tahu itu kenyataan atau mimpi.

Bagian bawah perutnya terasa berdenyut nyeri meminta dipuaskan begitu melihat hewan berbulu sebangsa harimau di dekatnya.

Leo, kucing berwarna jingga dan hitam yang dipelihara Pak penjaga gerbang sekolah pun tak urung menjadi objek fantasi Lily.

Membayangkan lidah sang Leo menari di klitorisnya.

Entah kenapa sebagian dari dirinya yakin kalau itu hanya mimpi, tapi sebagian yang lain menjerit, mendamba, meneriakkan kalau semua sentuhan dan belaian dari sang harimau itu nyata.

Lily menghirup aroma asing yang menguar di tubuhnya, bau khas yang memancar dari tubuh harimau yang menyetubuhinya tadi malam pun masih tertinggal di badannya.

—-

“Alvarez.” Panggil Jae Mi angkuh pada Alvarez yang tengah sibuk membaca laporan bulanannya.

“Apa?” Tanyanya tanpa perlu repot-repot mendongakkan wajahnya.

Merasa tak dihargai, kontan saja Jae Mi merasa marah dan langsung melemparkan sebuah daun Fleo yang hanya tumbuh di kedalaman hutan ChenYi.

Daun yang didapatkannya di tangan Lily ketika ia menemukan Lily tergeletak pingsan di ruang tamu dengan cairan cinta yang mengalir di selangkangannya.

Jae Mi bergidik ngeri melihat keadaan Lily yang nampak mengenaskan dengan sobekan besar di bagian dada dan celana dalamnya.

Akhirnya sebuah tulisan yang tergenggam di tangan kanan Lily membuat Jae Mi memutuskan untuk bersandiwara sebelum mengetahui motif yang dilakukan oleh ‘orang’ yang telah memerawani anak tirinya ini.

Alvarez menangkap daun itu dengan cekatan dan membaca deretan tulisan yang tercetak di sela-sela tulang daun.

“Rawatlah Lily-istriku- dengan baik atau kau akan rasakan akibatnya. Alva Kris.”

Alvarez meremas daun itu hingga remuk tulang daunnya dan membuat daun itu terlihat seperti gumpalan kertas.

“Turuti segala apapun perintahnya atau aku tak akan segan-segan menghancurkanmu.” Desisnya.

“Apa?! Kau pikir aku pembantu? Hah! Aku bahkan tidak tahu siapa lelaki sialan yang mencabuli Lily, tapi kupikir ia pasti salah satu dari temanmu!” Cerocos Jae Mi dengan nafas terengah-engah karena menahan emosi.

“Diam kau wanita tua! Rawat saja anakmu!” Geram Alvarez yang langsung maju dan menerjang Jae Mi yang membatu karena kaget saat Alvarez tiba-tiba saja sudah berada di depannya dengan sebelah tangan memegang tengkuknya, “Dan jangan pernah sekalipun lagi kau menjelekkan Alva Kris di hadapanku atau aku akan mematahkan lehermu dalam sekejap!” Ancamnya sebelum meninggalkan Jae Mi yang terduduk lemas karena kaget.

——

“Tuan Muda Alva Kris.” Hormat Alvarez begitu melihat Kris yang tengah bersandar di sebuah tembok putih besar di belakang perusahaan milik Alvarez.

Tidak biasanya Alvarez menemui Kris di dunia nyata terlebih di kantornya sendiri.

“Ada apa gerangan yang membuat Tuanku ini sudi datang ke kantorku yang hina ini?” Tanya Alvarez sambil merendahkan diri.

“Haha. Aku hanya ingin mengecek istriku saja.” Sahut Kris ringan.

Alvarez tercekat begitu mengetahui arah pembicaraan ini akan di bawa ke mana nantinya, ia kembali teringat akan pesan dari Tuannya yang ditujukan langsung kepada Jae Mi itu bukanlah suatu sandiwara belaka.

Pikiran-pikiran terburuk yang pernah melintas di benaknya pun kini mulai termanifestasi adanya. Tuannya sedang jatuh cinta dengan seorang manusia! Itu terbukti dengan ucapan Kris yang membuat bulu kuduknya meremang karena menerima kenyataan kalau ia akan mempunyai ratu seorang dari kalangan manusia yang kerap jadi santapan Tuannya ini.

“Maksud Tuan, Lily?” Tanyanya hati-hati.

“Ya.” Jawab Kris seraya menatap langit biru, menghirup aroma panas yang menguar di udara.

Han Lily, mangsa kecil yang diincarnya ketika bulan purnama itu kini sudah membuatnya gila. Bagaimana bisa ia bertekuk lutut di hadapan gadis belia hanya karena lidahnya bersentuhan dengan kulit Lily yang halus dan lembut sekalipun waktu itu Lily dalam keadaan kotor karena terlalu banyak terjatuh karena menghindarinya.

Mata Kris terpejam tanda senang, ia mengingat dengan jelas kejadian malam itu.
Ketika ia berniat memangsa Lily namun diurungkannya karena melihat kecantikan Lily terpancar dari pantulan cahaya bulan purnama.

Kulit putih bak porselen dengan bibir merah muda yang menawan membuat Alva Kris tak bisa menahan nafsunya.

Padahal awalnya ia hanya ingin bermain dengan menjilat-jilat telapak kakinya. Namun hanya karena lidahnya bersentuhan dengan kulit Lily, gairahnya tersulut. Berkobar dan terasa panas membara di sekujur tubuhnya. Pikirannya yang berkabut membuatnya melupakan gadis yang seharusnya menjadi mangsanya dan tanpa pikir panjang ia langsung menyentuh kulit Lily dan menandainya sebagai miliknya.

Seorang Alva Kris kalah dengan gairahnya sendiri dan Kris tidak menyesal dengan jalan takdirnya sekarang. Bertekuk lutut di hadapan seorang manusia seperti kesalahan yang pernah dilakukan oleh ayahnya sendiri.

Sekarang Alva tidak pernah menganggap dirinya dilahirkan karena sebuah kesalahan yang berujung kesialan, begitu ia bersatu dengan Lily, ia menyebut dirinya sebagai kesalahan paling nikmat dalam sejarah hidupnya selama ratusan tahun ia hidup.

Alvarez menangkap jelas sorot mata kerinduan dari dalam mata Tuannya yang tak pernah ditunjukkannya kepada siapapun. Detik itu juga Alvarez menyadari bebannya bertambah karena ia yakin ia harus menjaga gadis yang sekarang akan turut menjaga tanah hutan ChenYi.

Seakan dapat membaca pikiran Alvarez yang terlihat kalut, Kris berdehem kecil, “Aku pikir untuk urusan ini aku yang akan mengurusnya sendiri. Menjaga Lily. Aku yakin dalam waktu dekat ini Jae Mi akan berbuat jahat kepada anak tirinya, dan saat itu terjadi, aku tak akan segan-segan membawa Lily ke kerajaan dan menempatkannya di sisiku. Selamanya.” Tekannya dengan nada sarat akan kebencian pada Jae Mi.

—-

Lily membuka matanya dan menemukan dirinya tengah berada di sebuah kolam yang luas, dengan air yang mengalir jernih di antara batu-batu cadas.

“Waaah… sudah lama aku tidak pernah bermain di sungai.” Decak Lily kagum melihat aliran air yang mengalir deras.

Buru-buru ia melepaskan pakaiannya segera dan berendam di tengah kerasnya batuan dan gemericik suara nyanyian alam yang mengalun bersama dengan aliran sungai yang deras.

Lily terus bersenandung sampai akhirnya di sungai tempatnya berada, ia tidak sendiri. Nyaris Lily terjengkang ke belakang begitu kulit bahunya yang telanjang di usap oleh tangan lembut seseorang.

Ia terkesiap dan langsung menenggelamkan sebagian dirinya di dalam air.

“Si-siapa kau?!” Pekiknya dengan nada suara bergetar tanpa berani menoleh ke belakang.

Seseorang yang menyentuhnya itu hanya tersenyum dan mengangkat tubuh telanjang Lily ke atas. Membungkam teriakan Lily karena terkejut dengan satu gerakan luwes secara tiba-tiba yang membuat Lily terangkat dari dalam air dan berada dalam dekapan lelaki tampan di hadapannya.

“Panggil aku Kris.” Ujarnya dengan nada suara lembut namun terkesan mendominasi ketika hidung mereka saling menempel.

Kris mengetatkan pelukannya pada Lily, “aku merindukanmu.” Bisiknya pelan sambil membau Lily. Menghirup aroma lembut yang menguar dari dalam tubuh Lily, bercampur dengan bau keringat yang membuat Lily terlihat semakin menggairahkan di matanya.

“Kris?” pekik Lily tanpa mengurangi rasa penasarannya. Ia ingat, saat ia sedang bersenggama dengan harimau yang selalu dirindukannya setiap malam itu, ia memanggil Kris kepada harimau itu di tengah napasnya yang putus-putus akibat gairah yang menggebu-gebu.

“Ya… Harimau yang selalu kau rindukan di setiap igauan tengah malammu.” Bisik Kris dengan nada sensual, membisikkan kata demi kata yang perlahan membuat Lily sadar kalau ia adalah harimau yang pernah menyetubuhinya.

“Ahhh….” Ia mengerang pelan saat tangan Kris mulai bergerilya yang sedari tadi menyentuh punggungnya yang telanjang kini mulai berpindah ke depan, meremas puting susunya yang kini mulai mengeras karena terangsang.

Lily turut memejamkan matanya, ikut merasakan kulit telanjang Kris yang hanya mengenakan celana serupa dengan warna kulit sapi.

Kris tersenyum melihat respon dari Lily yang merindukan tubuhnya. Ia mengecupi leher Lily perlahan, menjilat dan menggigit pelan bagian sensitif dari wanita yang sudah dijadikannya istri sejak malam bulan purnama itu.

Dibawanya tangan Lily yang sedari tadi tergantung bebas dan membimbingnya untuk menyentuhnya ke bagian bawah, pusat tubuhnya, menyentuh kejantanannya yang sudah lama mengeras hanya karena melihat Lily telanjang.

“Lihat, ini gara-gara kau.” Kekehnya pada Lily.

Lily hanya tersipu malu, ia mengelus-elus dan membelai lembut kejantanan Kris yang sudah berteriak minta dikeluarkan dari celananya.

Kris yang melihatnya langsung merasa gemas dan kontan saja membalik tubuh Lily, menindihnya dengan sebelah tangan sebagai tumpuan, “kau nakal sekarang.” Bisiknya yang tanpa Lily sadari, jari Kris mulai membelai daerah sensitifnya sampai akhirnya menyodokkan kedua jari tangannya ke dalam alat vital Lily.

“Oooohhh….” desah Lily tertahan begitu merasakan jari itu memainkan alat vitalnya dengan lihai.

“Lily…. bangun!!” Teriak Jae Mi dibalik pintu.

Detik itu juga Lily langsung terbangun dari mimpi erotisnya dengan napas pendek-pendek. Ia menyapu belakang tengkuknya. Merasakan jantungnya berpacu lebih cepat entah karena dibangunkan secara tiba-tiba atau masih terbawa suasana mimpi.

“Astaga, kenapa aku memimpikan hal seperti itu.” Hatinya bertanya-tanya.

Ia menghela napas panjang begitu melihat seekor kucing melintas di atas atap tetangganya.
Ia merasakan alat vitalnya kembali berdenyut nyeri merindukan sentuhan sang harimau dan akibat mimpi panasnya di siang hari.

“Sepertinya aku perlu mandi.” gumamnya pelan sebelum membuka pintu untuk ibunya.

Di luar, Jae Mi menunggu Lily dengan wajah yang menyeramkan, kulit mukanya semakin keriput dengan eyeliner dan maskara yang luntur karena terlalu banyak menangis.

“hari ini juga kau harus mati di tanganku.” Desisnya sambil mengusap airmata yang kian mengalir deras menuruni pipinya, menyeberangi hidungnya yang mancung.

Ya, Jae Mi terbutakan oleh harga diri dan egosentrisnya yang tinggi. Ia merasa diperbudak oleh Alvarez, terlebih lagi karena ia merasa dirinya merasa terinjak-injak saat merasakan posisi Lily yang kini berada di atasnya.

“ada apa, Bu?” tanya Lily sopan.

“Bersihkan gudang belakang!!” perintah Jae Mi cepat tanpa berniat memandang anak tiri yang kian dibencinya ini. Ia tidak sudi bahkan meskipun ia merasa siang ini adalah hari terakhir ia menatap gadis yang tak pernah diakuinya sebagai anak itu.

Lily mengangguk patuh dan tanpa rasa curiga sedikitpun ia berjalan ke gudang belakang rumahnya.

Begitu ia masuk ke dalam gudang, tanpa Lily sadari, Jae Mi berjalan mengendap-endap, ia mengunci gudang yang sekarang ditempati Lily dan mulai menyalakan pemantik.

Dilemparkannya pemantik itu ke sudut gudang yang sudah disiramnya dengan bensin.

Api pun mulai berkobar cepat, membuat Lily yang masih berada di dalam gudang terbatuk-batuk dan mulai merasakan hawa panas menyergapinya.

Ia terkejut menyadari api yang berkobar di depannya dan bergegas menuju pintu ke luar yang juga menjadi pintu masuknya tadi.

“Tolooongg!!” teriaknya yang berusaha membuka pintu gudang.

“HAHAHHA! RASAKAN KAU DASAR GADIS BRENGSEKKK!!” teriak Jae Mi yang kian menggila, ia tertawa puas menyaksikan api yang melalap gudang miliknya itu.

“Dan kau pun harus merasakan akibatnya.” Bisik seseorang di samping Jae Mi.

Jae Mi terlonjak kaget begitu menyadari di depannya ada lelaki yang tak dikenalnya, detik itu juga ia merasakan tubuhnya melayang diudara sebelum akhirnya lelaki itu menyiramnya dengan bensin.

“Apa yang kau— uhuukk!!” pekik Jae Mi putus-putus ketika sebagian bensin tertelannya. Ia merasa pusing dan mual mendadak, sebelum akhirnya ia bersuara lebih banyak, Kris sudah melemparkannya ke dalam kobaran api.

“AAAAAAAAAAAAA!!! Toloooong!!” teriak Jae Mi yang berlarian karena kini api menjalari tubuhnya yang tersiram bensin.

Sementara itu, Lily mulai kehabisan oksigen di dalam ruangan. Matanya perih karena kabut asap, ia merasakan pening luar biasa karena kebanyakan menghirup asap yang memasuki gudang.

Ia pasrah dengan nasibnya, menunggu sang ajal menjemputnya. Namun, ditengah kesadarannya yang kian menipis, Lily merasa berhalusinasi, ia melihat seekor harimau yang dirindukannya selama ini datang menjemputnya dengan menembus dinding gudang. Harimau itu perlahan berubah menjadi sosok lelaki yang di mimpikannya tadi siang.

Laki-laki itu menggendongnya dan berbisik, “maaf aku terlambat.” Sebelum ia menghancurkan pintu gudang dengan menggunakan sebelah kakinya.

Lily hanya tersenyum, ia merasakan harapan hidupnya kembali muncul, ia hanya tersenyum sampai akhirnya pandangannya mengabur dan berubah gelap.

TAMAT.

Cerita ini tidak menyediakan versi sekuel ataupun epilog dan harus diikhlaskan karena hanya berakhir ini, maaf kalau typo dan cerita ini membuat kalian mual akibat imajinasi liar saya. Wassalam.

TTD.

Meiokris CantiQ /GA.



Our First Story: Unplanned Accident (Part 3)

$
0
0

bd23bee5gw1e8dsivao9qj218g0sfgqd

Our First Story: Unplanned Accident (Part 3)

 

 

Author: halonayss || Cast: Oh Sehun, Park Hyeju, Kim Jongin || Rating: PG-15

|| Length: Multi-chaptered || Genre: Romance, Slice of Life

 

Author’s Note: Hai, maaf cuap-cuap sebelum kalian baca cerita hehe. Cuman mau bilang sih kalo ada kesalahan teknis, tadinya aku mau buat chapter 1 (Our First Story), chapter 2 (Our Second Story), etc etc. Tapi, sepertinya kalian ga ngeh kalo aku udh post chapter 2 dengan judul Our Second Story: Leaving you + Sehun’s thoughts dimana disana ditulis chapter 1 padahal bukan sama sekali. Ngerti ga sih maksudku, ga ngerti ya? Gapapa sih haha. Pokoknya ini link chapter 1 dan 2.

 

Chapter 1: http://exofanfiction.wordpress.com/2014/07/28/our-first-story-unplanned-accident/

 

Chapter 2: http://exofanfiction.wordpress.com/2014/09/08/our-second-story-leaving-you-sehuns-thoughts-chapter-1/

 

 

Enjoy!

 

 

“I miss you, too”.

 

Hening. Aku hanya melakukan hal pengecut.

 

.

 

.

 

.

“Hyeju, bisakah kau tidak pergi?” Soojung menahan airmatanya saat ia mengantarkanku ke bandara. Kedua mata gadis itu telah memerah menahan tangis, aku berucap kepadanya agar tidak menangis saat aku pergi. Aku tidak suka tangisan, karena semuanya terlihat sangat menyedihkan.

“Aku tidak bisa, Soojung,” Kemudian memeluk Soojung dengan erat, apakah aku bisa mendapatkan teman sebaik gadis ini di Amerika nanti? Aku ingin disini, aku ingin bersama yang lain. Namun kenyataan memang terlampau pahit. Kemarin, aku bertekad untuk menghubungi Sehun.

Memintanya untuk melihat pemandangan musim semi di taman favorit kami, aku pikir jika bertemu dan bertatapan langsung dengannya rasa raguku untuk pergi memudar. Kenyataannya sungguh berbalik, dia tidak ingin menemuiku. Bahkan suara dinginnya masih terniang di benakku.

“Jangan menangis Soojung, aku hanya pindah bukan pergi untuk selamanya. Lagipula, kau bisa mengunjungiku kapanpun kau mau,” lanjutku lagi, justru membuat tangis Soojung semakin keras.

Aku ingin juga menangis, namun aku tidak punya tenaga untuk menangis lagi.

“Berjanji kepadaku kau harus menghubungiku setidaknya seminggu sekali, Hyeju. Jangan terlalu stress, agar calon keponakanku tidak ikutan stress. Berjanjilah kepadaku, Hyeju,”

Kepalaku mengangguk mantap, aku akan berusaha menepati janjiku kepada Soojung. Aku akan berusaha menjadi Ibu yang baik untuk calon anakku kelak, meskipun mereka akan kekurangan kasih sayang dari seorang Ayah.

Dua hari yang lalu, aku mendatangi dokter kandungan dan menanyakan keadaan calon anakku. Meskipun belum terlihat jelas, namun dokter mengatakan jika keadaan calon anakku sehat dan stabil. Meskipun masih harus menunggu tujuh bulan lagi, namun aku sudah sangat excited dengan kehadirannya.

“Baiklah, Nona Jung! Aku berjanji!” sambil tertawa aku memberi hormat layaknya pasukan militer kepada Soojung, membuat gadis itu tertawa pelan melihat tingkahku.

“Hyeju-ya, itu dia Jongin. Aish, lelaki itu selalu saja terlambat,” Soojung menunjuk kearah seorang pemuda yang sedang berlari kearah kami. Pemuda dengan rambut berwarna hitam legam, dan pakaian casual. Ia tampak kelelahan untuk mendatangi kami.

“Maaf aku telat, kau tau jalan menuju bandara sangat padat,”  Jongin berhenti dihadapan kami sambil menopang tubuhnya dengan kedua tangannya, ia belum dapat bernafas normal. Mungkin masih kelelahan karena berlari.

Senyuman terukir dari bibirku. Jongin adalah lelaki yang baik, aku berani bersumpah. Memang keadaan yang membuatnya berubah, namun aku bisa melihat ketulusan pemuda ini. Saat ia rela menawarkan dirinya untuk bertanggung jawab atas anak ini.

Bahkan yang bukan sama sekali calon anaknya. Jongin memang terlihat tangguh diluar, namun perasaan lelaki ini tidak jauh berbeda dengan perasan ku dan Sehun. We are broken-home.

“Syukurlah kau belum berangkat, Hyeju-ya,” aku menangguk pelan, dan tersenyum kearah Jongin.

“Hyeju, meskipun kau menolak tawaranku untuk bertanggung jawab tapi jangan pernah kau tiba-tiba menghilang dan tidak menghubungiku ya,” lanjut Jongin, aku mengangguk sekali lagi. Kemudian Jongin memelukku dengan erat, pelukan seorang sahabat.

Dengan samar aku mendengar bisikan Jongin, tidak terlalu kencang namun cukup jelas untuk kudengar.

“Kita akan bertemu lagi, aku berani menjaminnya,”

.

.

.

Chanyeol-ah, dimana Kai?”

Baekhyun menanyai keberadaan Jongin kepada Chanyeol, dari kemarin Jongin memang jarang terlihat. Ia seperti mengurus sesuatu, aku tidak tau apa itu dan tidak berminat untuk menanyakannya kepada Jongin. Setelah pertengkaranku dan Jongin, hubungan kami memang menjadi tidak baik.

“Entahlah, akhir-akhir ini ia begitu sibuk. Aku dengar, ia sedang mengurus surat pindah dari kampus,” aku menoleh kearah Chanyeol setelah mendengar penuturannya. Surat pindah? Ia berniat akan pindah kampus, di tahun terakhir kuliah?

“Tapi bukan surat kepindahannya. Kemarin, Jongin meninggalkan sebuah map di apartemenku. Awalnya aku pikir, paling tidak tugas kuliahnya. Namun setelah kubaca, map itu berisikan surat pengantar kepindahan,”

Baekhyun nampak begitu menyimak perkataan Chanyeol, sedangkan aku masih memainkan game di ponselku. Meskipun aku memasang telingaku dengan tajam, sekesal apapun aku kepada Jongin, ia tetap sahabatku.

“Ternyata surat itu adalah Surat pengantar kepindahan Hyeju.” Aku terdiam sebentar dan merasakan tubuhku begitu kaku saat Chanyeol mengucapkan nama Hyeju, sedangkan Baekhyun teriak dengan kencang karena terlalu terkejut.

“Maksudmu, Hyeju? Park Hyeju pindah? Ia tidak kuliah disini lagi?” Chanyeol mengangguk atas pertanyaan Baekhyun, aku masih terdiam ditempatku. Mencerna kata demi kata yang di lontarkan oleh Chanyeol.

Apakah benar yang diucapkan Chanyeol? Tanpa basi-basi, aku langsung menyambar kunci mobilku, berniat untuk mengunjungi rumah Hyeju saat ini juga.

Membuktikan bahwa Chanyeol hanya bergurau, aku tidak peduli dengan teriakan teman-temanku yang lain dengan kepergianku yang begitu terburu-buru. Ya Tuhan, jangan sampai ia meninggalkanku. Hidupku tergantung dengannya, aku bisa gila jika ia benar-benar pergi meninggalkanku.

Meninggalkanku sama artinya aku tidak bisa melihat figur dirinya di kampus, mendengar suaranya saat memanggil namaku, dan tidak dapat melihat senyuman manisnya. Ya Tuhan, aku harap jika semua ini hanya mimpi buruk. Hyeju pergi?

Tidak mungkin.

Dengan terburu-terburu aku membuka knop pintu, namun saat aku membukanya aku melihat Jongin telah berdiri didepan pintu. Dengan ekspresi wajah yang tidak dapat ku deskripsikan. Tampak kesedihan, kekesalan, dan juga penyesalan diwajahnya.

“Dimana Hyeju?” ucapku to the point, Jongin menatapku sinis kemudian tertawa pelan. Tawa mengejek, tampak dengan jelas kilatan kemarahan dimatanya. Namun jangan sebut ia Kim Jongin, jika ia tidak dapat mengatur dirinya sendiri. Well, dia adalah lelaki yang berkepala dingin.

“Untuk apa kau menanyai gadis itu, Sehun? Bukankah kau senang dia tidak mengusikmu lagi, huh?” Jantung terasa berhenti untuk per sekian detik, kemudian Jongin tertawa lagi. Namun kali ini lebih terdengar menyedihkan. Aku sendiripun tidak bisa berbicara apapun, semua terlalu tiba-tiba.

“Dia sudah pergi, dan tidak tau kapan kembali. Jika kau ingin menanyakan kemana gadis itu pergi, maka aku akan menjawab… aku tidak tau,” Tubuhku terasa lemas, seakan-akan jiwaku sudah tidak berada didalam tubuhku lagi, dunia seperti berputar saat ini. Aku terduduk di sebuah sofa.

Membenamkan wajahku dengan kedua tanganku, menahan perasaan sakit yang datang secara tiba-tiba. Seperti separuh jiwaku ditarik secara paksa dari dalam tubuhku.

Kemudian Jongin duduk disebelahku, mengusap pundakku pelan. Apakah ia tau, jika selama ini aku tidak bermaksud kasar kepada Hyeju.

“Sehun-ah, mulai saat ini kau harus menghargai sesuatu. Kau tidak tau kapan sesuatu itu akan pergi, semoga kau belajar dari kejadian ini. Dan sebelumnya aku ingin meminta maaf, jika bukan karena pesta ulang tahunku. Pasti tidak akan begini akhirnya,”

Aku tertegun. Hyeju pasti telah menceritakan semuanya kepada Jongin, aku memang brengsek.

Hyeju bilang ia akan berada disebelahku apapun yang terjadi, dia bilang dia akan ada dimanapun jika aku akan terjatuh. Gadis itu bilang, jika dia akan tersenyum kepadaku meskipun dunia kami runtuh. Namun… Hyeju pergi.

Meninggalkanku, dan kebodohanku.

.

.

.

 

 Three Years Later…

 

Park Hyeju, kau harus menghadiri acara pertunanganku dan Minhyuk oppa disini! Aku tidak menerima alasan apapun, arraseo?!

Senyumku terukir saat mendengar suara pekikan Soojung melalui sambungan telepon, ia terus mengingatkanku untuk datang keacara pertunangannya dengan Minhyuk oppa. Bahkan ia mengancam tidak ingin mengenalku lagi jika aku tidak menghadiri acara pertunangannya.

“Akan ku usahakan, Soojung-a,” dapat kudengar Soojung menghembuskan nafasnya pelan, merasa lega karena aku sudah mengaminkan permintaan gadis itu.

Meskipun masih terselip rasa khawatir dan ketakutan di dadaku. Khawatir jika aku akan bertemu dengannya jika aku kembali ke Korea, dan juga takut jika perasaan cinta itu masih terselip ah bukan namun masih terasa sangat amat besar untuk lelaki itu.

Apalagi, setelah aku melahirkan anakku. Aku semakin tidak mampu untuk melupakan lelaki itu, bagaimana wajah Seunghun –anak laki-lakiku, hampir menyamai wajah Sehun saat ia masih kecil dan juga Seyoon –anak perempuanku, yang semakin hari semakin pintar sehingga ia terus menanyakan keradaan Ayahnya.

Yup, aku melahirkan anak kembar. Aku tidak pernah memprediksikan sebelumnya, bahkan saat dokter mengatakan jika aku memiliki dua nyawa di dalam rahimku membuatku syok dan gembira secara bersamaan.

“Soojung-a, tapi Seunghun dan Seyoon masih terlalu kecil dan juga mereka tidak terbiasa berbicara menggunakan bahasa Korea,”

Ya! Itu bukan alasan yang bagus! Memangnya aku tidak tau bagaimana fasih kedua keponakanku yang lucu itu berbicara berbahasa Korea! Pokoknya kau datang kemari, atau aku yang akan menyeretmu dari sana!”

 

Soojung terus memaksaku bahkan ucapan gadis itu mampu membuatku tertawa pelan, aku kira gadis itu akan berubah menjadi lebih dewasa ternyata ekspektasiku sama sekali tidak dapat dibenarkan. Soojung masih tetap sama, dari dulu hingga sekarang.

“Baiklah, kau menang. Aku akan datang! Jadi, berhenti menerorku dengan sms dan juga telepon. Mengerti?”

Really? Yeah! See you next week, My Lovely Hyeju! And welcome back to Korea!” aku hanya dapat menggelengkan kepalaku saat mendengar pekikan dan seruan gembira dari sebrang sambungan telepon.

.

.

.

Meanwhile…

 

Suara musik terus menggema dengan kecang di sebuah klub ternama di Korea, hampir seluruh pengunjung klub menikmati dentuman musik dan juga minuman dengan konsentrasi alkohol yang tinggi. Sorak-sorai pengunjung yang berada di dance floor membuat keadaan dalam klub ini semakin meriah.

Namun tidak dengan diriku, hampir setiap hari aku berkunjung ke klub ini. Memesan minuman hingga membuatku tidak sadarkan diri, dan sudah tiga tahun lamanya aku tidak pernah bertemu sekalipun dengan Hyeju. Perasaan bersalah ini terus saja bersarang didadaku.

Setiap kali, aku datang ke klub ini hanya bayangan masa lalu yang melintas dibenakku. Klub yang sama saat Jongin merayakan ulangtahunnya, berawal dari klub ini aku membuat kesalahan yang fatal terhadap orang yang paling kukasihi.

“Sehun-a, berhenti! Jangan minum lagi!,” saat aku hendak meminum sebotol alkohol lagi, seseorang menarik botolnya membuatku tidak dapat merasakan minuman yang memabukkan itu lagi. Aku menatap orang itu dengan sinis, bisa-bisanya ia mengganggu waktu bersenang-senangku.

Ha? Senang? Kalian bercanda. Selama tiga tahun ini, aku tidak pernah merasa senang apalagi bahagia dalam hidupku. Semenjak gadis itu sudah tidak ada di sebelahku lagi.

Hyung, jangan ganggu! Kau sungguh memanggu! Sana, hush – hush,” tanganku mengambil kembali botol alkohol itu, sambil mengibaskan tanganku untuk mengusir hyung yang telah kuanggap sebagai kakak laki-lakiku sendiri.

Lagi, aku meminumnya. Berharap aku bisa melupakan gadis itu, sekaligus berharap jika aku dapat bertemu gadis itu kembali. Aku sendiri tidak mengerti apa yang aku inginkan, apakah aku ingin melupakannya atau terus mengingatnya? Apakah gadis itu baik-baik saja? Dia sudah memiliki kekasih atau bahkan telah menikah?

Semua pertanyaan tentang gadis itu membuatku gila.

“Sehun-a! Jangan minum lagi!” kali ini Luhan hyung menarik botol alkohol dan membuangnya ke entah kemana. Aku melihat Luhan hyung dengan tatapan kesal sekaligus sedih. Aku pikir, ia dapat mengerti ekspresiku saat ini.

Dengan cepat aku membenamkan kedua tanganku, menahan air mataku yang hendak keluar. Aku benci mengakuinya, namun aku sangat merindukan gadis itu. Perasaan itu membuatku sesak.

Hyung, aku rasa, aku telah mendapatkan hukuman yang setimpal dengan perbuatanku kepada Hyeju. Hyung, aku ingin melupakan gadis itu meskipun hanya sejam saja. Namun aku tidak bisa, hyung

Aku tidak bisa membendung perasaan ini lebih lama lagi, dan hanya Luhan yang dengan setia mendengar curahan hatiku disaat aku terpuruk seperti ini. Setelah kepergian Hyeju, duniaku bagaikan berputar dan terus berada dibawah.

“Aku senang, kau telah belajar dari kesalahanmu dulu. But life must go on, dude. Kau tidak bisa selalu terpuruk, kau harus yakin jika memang kalian ditakdirkan bersama maka suatu saat nanti pasti kalian akan bertemu”

“Dengarkan aku, Sehun. Kau harus berubah, you cant act like this everyday. Jika nanti kau bertemu dengan Hyeju, tunjukan jika kau bukan Sehun yang dulu. Kau adalah Sehun yang lebih dewasa sehingga Hyeju akan kembali kepadamu!”

Aku mengangguk pelan dengan ucapan Luhan, yang sepenuhnya benar. Aku tidak boleh seperti ini terlalu lama, ah mungkin memang sudah terlampau lama. Selama tiga tahun ini, aku sangat tidak stabil dan mudah tersulut emosi. Bahkan aku hampir bertengkar dengan Baekhyun karena ia membawa nama Hyeju sebagai bahan leluconnya.

“Sebenarnya bukan itu yang inginku sampaikan, tapi ada kabar yang sepertinya baik untuk kau dengar?” alisku bertautan, aku tidak mengerti dengan perkataan Luhan. Well, Luhan bekerja di perusahaan yang dipimpin Ayahku sebagai Project Manager, sedangkan aku berada setingkat lebih tinggi dari jabatannya.

“Apa? Soal pekerjaan? Maaf Luhan hyung, aku sedang tidak mood untuk berbicara pekerjaan saat ini,”

“Bukan, ini tentang Hyeju,” mataku melebar saat mendengar nama Hyeju dari mulut Luhan, memang benar selama ini aku menyuruh Luhan untuk mencari informasi tentang Hyeju.

Namun selalu tidak ada hasil, terakhir kali ia berkunjung kerumah keluarga Hyeju yang berada Los Angeles, dan ia mengatakan jika orangtua Hyeju pindah ke California dan tidak ada tanda-tanda Hyeju yang tinggal bersama mereka. Selama tiga tahun, aku sama sekali tidak pernah mendapatkan kabar apapun tentang Hyeju.

Bahkan, Soojung tidak mau memberikan satupun informasi tentang Hyeju. Hye, kau dimana? Mataku menatap Luhan dengan tajam, menyuruh lelaki itu untuk berbicara secepat mungkin.

“Kau mendapat undangan pertunangan Soojung dan Minhyuk?” Aku mengangguk pelan, tidak sabar dengan kabar yang akan Luhan sampaikan kepadaku.

“Sepertinya, Hyeju akan menghadiri acara itu. Tadi aku berada di kafe dan melihat Soojung sedang duduk sendiri, tak sengaja aku mendengar Soojung memekikan nama Hyeju. Meskipun tidak mendengar keseluruhannya, namun sebelum Soojung mematikan hubungan telepon ia sempat berkata See you next week, aku pikir, Hyeju akan datang. Since Soojung is her bestfriend, agree?

.

.

.

Mom, this is Korea?,” aku mengangguk pelan saat Seyoon bertanya kepadaku, aku tersenyum kearah Seyoon dan Seunghun yang tampak sangat kelelahan akibat penerbangan dari California menuju Seoul.

Untuk pertama kalinya, Seyoon dan Seunghun dapat berkunjung ke Korea. Selama ini, hanya Soojung atau Jongin yang selalu mengunjungiku dan anak-anak di Amerika. Perasaan bahagia, dan juga ketakutan kembali timbul hatiku. Akupun tidak terlalu yakin.

Wow. We are in Korea, so we can meet Daddy!” Seunghun berteriak dengan senang, diikuti tepuk tangan oleh Seyoon. Mereka tersenyum dengan bahagia, membuatku tidak tega untuk mengatakan jika mungkin mereka tidak akan bertemu dengan Ayah mereka, setidaknya tidak untuk saat ini.

Mom, bisakah kau mencertikan tentang Daddy? I mean, apakah Daddy is handsome or tall? Can he play music? Let’s talk about Daddy!” Seyoon terus mendesak membicarakan tentang Ayahnya, diikuti oleh Seunghun yang terus melihatku dengan tatapan memelas. Selama ini, aku selalu menolak berbicara tentang Sehun kepada mereka.

Aku takut, jika aku akan memberi harapan kepada mereka dimana Sehun sama sekali tidak menginginkan kehadiran mereka. Melihat wajah Seyoon dan Seunghun, membuatku berpikir ulang. Mereka sangat penasaran dengan Ayahnya, dan itu wajar. Aku tidak mau membuat mereka kecewa.

Daddy is the most handsome guy that I’ve ever known! Daddy juga tinggi, dia lebih tinggi dari Mommy. Sayang sekali, Daddy tidak terlalu bisa bermain musik, dan suara Daddy sangat lucu,”

Seyoon dan Seunghun melihatku dengan excited, mereka selalu menungguku untuk menceritakan tentang Ayah mereka. Selama ini, mereka hanya bertemu dan bermain dengan Jongin itu saja jika Jongin kerumahku. Namun mereka tau pasti, jika Jongin bukanlah Ayah mereka.

Wah, Daddy must be a good person then! Mom, menurutmu lebih tampan Seunghun atau Daddy?” Seyoon bertanya dengan lucunya, bahasa inggris yang dicampur dengan bahasa Korea sungguh menggemaskan. Seunghun yang namanya disebut, hanya menunggu jawaban dengan tenang.

“Hmm, sepertinya Seunghun is the best! I choose Seunghun!” Seunghun tertawa pelan, dan memelukku dengan erat tidak lupa kecupan dari bibir mungilnya di pipiku membuatku tertawa bersama kedua anakku.

Mom, apakah Daddy senang kita akan mengunjunginya? I hope, he likes us. Aku berjanji akan menjadi anak yang baik jika bertemu Daddy, so Daddy will not leave us to work

Inilah yang paling kutakutankan, saat mereka berpikir jika kita akan bertemu dengan Sehun. Aku ingin, bahkan sangat ingin bertemu dengannya. Namun apakah ia ingin bertemu denganku, apalagi dengan anak-anaknya. Aku takut, Seyoon dan Seunghun akan kecewa dengan sikap Sehun kelak.

Yeah, I hope so, darl. Aku harap Daddy senang bertemu dengan kita, tapi sepertinya Daddy akan sibuk jadi Mommy tidak yakin apakah kita dapat bertemu dengannya atau tidak,”

Setelah mengambil bagasi, aku menaruh Seyoon dan Seunghun duduk di atas koper yang berada di atas trolley siap untuk meninggalkan bandara. Seunghun yang awalnya kelelahan kini matanya tampak berbinar-binar saat melihat pemandangan diluar bandara. Seyoon terus menampakan senyum manisnya.

Sengaja aku tidak memberitahukan tentang kedatanganku kepada Soojung meskipun acara pertunangan gadis itu masih beberapa hari lagi. Aku tidak ingin merepotkan Soojung, pasti gadis itu akan memaksa untuk menjemputku apalagi jika Jongin tau bisa-bisa lelaki itu bolos bekerja demi menemaniku dan anak-anak.

Mom, dimana kita akan tinggal?” tanya Seyoon saat kami telah menaiki taksi, aku melihat Seunghun yang telah tertidur lelap di sebelahku.

“Dirumah grandma dan grandpa, dulu, Mommy tinggal disana sendiri karena grandma dan grandpa bekerja di Amerika. Apakah kau senang, darl?” Seyoon mengangguk dengan pasti, bahkan senyumannya tidak pernah lepas dari bibirnya.

Sedangkan aku, aku tidak tau harus bagaimana. Aku senang, karena dapat kembali ke Korea. Aku merindukan semua yang ada disini, termasuk merindukan Sehun. Aku ingin melihat lelaki itu, bahkan dari jauh sudah lebih dari cukup. Aku tidak pernah berani untuk mencari informasi tentang Sehun.

Takut jika, aku kembali jatuh kedalam pesona lelaki itu. Aku yakin, lelaki itu pasti lebih tampan dari terakhir kali kami bertemu. Apakah ia telah memiliki kekasih? Setiap memikirkan kemungkinan itu, membuat sesak kembali terasa di rongga-rongga pernafasanku.

.

.

.

Wah, Mommy!!! Look at this house! Sooooo big! Like a castle!

Pekik Seunghun saat kami tiba dirumahku dulu, masih terlihat sama. Bahkan hampir tidak ada yang berubah, aku pikir rumah ini akan terlihat sangat kumuh saat aku datang namun malah sebaliknya sangat rapi dan bersih. Sepertinya, Eomma telah menyuruh pelayan rumah yang telah menunggui rumah ini untuk membersihkannya sebelum kedatanganku.

Mommy,  I want to live here! Rumah grandpa jauh lebih besar dari rumah kita, Mom,”

Senyumku terus terukir saat kedua anakku tampak bahagia saat berada di rumah ini, meskipun untukku rumah ini memiliki kisah tersendiri. Terkadang menyenangkan, namun disisi lain menyedihkan. Ah, bodoh, mengapa aku sangat emosional setibanya di Korea. Seperti kenang-kenangan masa lalu senang untuk berlalu lalang di pikiranku.

Untunglah, sebelum aku memutuskan untuk pindah ke Amerika, aku telah menyimpan seluruh foto-fotoku saat bersama Sehun, setidaknya Seyoon dan Seunghun tidak akan menanyakan pertanyaan yang sulit untuk kujawab. Sulit mengatakan jika that guy is your father.

Aku mengeluarkan ponselku dan dengan cepat menyambung hubungan telepon kepada Jongin, jam sudah menunjukkan pukul 5 sore. Aku pikir, lelaki itu pasti sudah pulang kerja.

“Yoboseyo?” aku terkikik pelan saat Jongin berbicara sangat formal denganku, biasanya laki-laki itu akan berkata “Yo! Hye,” atau “hey, pendek tumben sekali meneleponku”. Kali ini berbeda cerita karena aku menggunakan nomer Korea, biasanya aku menggunakan nomer Amerika untuk berbicara dengannya.

“Tebak aku siapa?”

Hening. Tidak ada jawaban, aku menyiritkan keningku. Aku kira sambungan teleponku terputus, aku melihat kelayar ponselku dan masih tersambung.

“Yah, Kim Jongin, kau masih disanakan?”

Kembali tidak ada jawaban, aku pikir sinyal ponselku yang bermasalah namun saat aku ingin mematikan hubungan teleponku, tiba-tiba saja aku mendengar pekikan keras khas seorang Kim Jongin membuatku harus menjauhkan ponselku saat itu juga.

Hyeju? Park Hyeju! Sialan kau, kenapa kau menunggunakan nomer Korea? Kau sudah disini? Kau pulang? Kau tidak bilang kepadaku jika kau kembali? Kau benar-benar ke–”

 

Stop, Kim Jongin! Kau ingin membuat gendang telingaku pecah, hah? Aku sudah di Korea, dan aku tidak menghubungimu karena takut kau akan membolos kerja. Aku adalah teman yang baik, iya kan?”

Cih, teman yang baik apanya? Kau hampir membuatku jantungan saat kau menelepon menggunakan nomer Korea, aku pikir kau hantu. Kau tinggal dimana? Apakah dirumahmu dulu? Aku akan kesana!”

 

“Iya, dirumahku dulu. Baiklah aku tunggu,”

Beberapa saat aku memutuskan hubungan telepon dengan Jongin, aku melihat Seunghun dan Seyoon telah duduk dengan manisnya didalam kamarku. Aku memasuki kamarku, dan melihat semua tetap sama. Buku-buku novel kesayanganku masih tersusun rapi didalam rak buku, boneka Barbie tetap tersusun rapi didalam lemari kaca.

Mom, apakah kau menelepon Uncle Jongin?” aku mengangguk pelan saat Seunghun bertanya, kemudian aku memeluk Seunghun dengan erat sembari mencium pipinya yang tembam.

.

.

.

Sehun melangkahkan kakinya dengan gontai, hari ini ia pulang lebih cepat karena bekerja terlalu keras selama seminggu terakhir ini untuk menyelesaikan proyek yang akan dijalankan oleh perusahaannya. Luhan juga menyuruh Sehun untuk berisitirahat karena ia terlalu memforsir kerja yang sangat berlebihan.

“Besok Anda tidak usah masuk kerja, Tuan Oh,” ujar Luhan membuat Sehun menatap lelaki itu dengan jengkel, ia tidak suka mendengar Luhan memanggilnya terlalu formal. Mereka teman, untuk apa terlalu basa-basi.

“Berhenti memanggilku Tuhan Oh atau kau tidak kuizinkan bekerja disini, Tuan Lu!” Luhan terkekeh pelan saat Sehun telah mengancamnya, sebenarnya ia ingin memanggil Sehun dengan santai namun ia takut jika karyawan disini akan menatap Luhan tidak suka karena terlalu dekat dengan anak direktur perusahaan ini.

“Baiklah! Hmm, Sehun-a, kau tau tidak jika proyek yang kita kerjakan akan bekerja sama dengan perusahaan Jongin, aku dengar dia adalah ketua dari proyek ini,” Sudah sangat lama, Sehun tidak mendengar kabar Jongin. Mungkin sehabis mereka wisuda, Jongin memutuskan untuk bekerja ditempat Ayahnya begitupula Sehun.

Padahal, dulu Jongin dan Sehun begitu dekat. Persahabatan mereka renggang saat kejadian beberapa tahun silam, mereka jadi jarang terlihat pergi bersama bahkan berbicara satu dengan lainnya sudah tidak pernah terlihat. Terkadang, Sehun juga merindukan Jongin.

Dalam kata lain adalah, ia merindukan sahabat lamanya itu. Namun sepertinya Jongin lebih memilih memihak kepada Hyeju, dan membuat perang dingin diantara mereka berdua.

“Jongin, ya? Aku sudah lama tidak mendengar kabarnya,” Luhan menganggukan kepalanya. Untuk Luhan sendiri, mendengar nama Jongin sudah terdengar sangat asing ditelinganya. Karena Jongin memutuskan menarik diri dari kelompok mereka saat kuliah dulu.

“Baiklah Luhan hyung, aku pergi dulu,”.

Sehun menjalankan mobilnya tanpa arah, ia tidak ingin pulang namun ia tidak tau akan pergi kemana. Sehun memutuskan untuk tidak berkunjung ke klub lagi, ia ingin berubah menjadi Sehun yang lebih baik. Biasanya jika tidak mempunyai arah pulang Sehun akan memutuskan untuk pergi ke taman favorit dirinya dan Hyeju.

Bagaimanapun, saat ini jam telah menunjukan pukul 9 malam dan pasti taman itu sudah ditutup. Tanpa berpikir panjang, Sehun memutuskan untuk pergi kerumah Hyeju. Meskipun hanya duduk didalam mobil, sambil memandangi rumah yang tidak berpenghuni itu, namun Sehun selalu merasakan jika perasaan rindunya akan sedikit terobati jika melihat rumah Hyeju.

Dahi Sehun sedikit mengkerut saat tiba di depan rumah Hyeju, rumah yang biasanya terlihat kelam kini terlihat sangat terang. Dapat Sehun lihat ruang keluarga yang biasanya tidak ada lampu disana, kini terlihat lebih hidup. Tak lupa, mobil ferarri merah terparkir disana.

“Apakah itu mobil Jongin?” gumam Sehun. Sepengetahuan lelaki itu, jika itulah mobil Jongin saat dulu kuliah. Sehun sangat hafal dengan plat nomor yang tertera di bemper belakang mobil.

Dengan segenap keberanian Sehun, ia memutuskan untuk keluar dari mobilnya. Ia tidak yakin dengan apa yang ia lakukan, namun ia ingin memastikan sendiri jika ia tidak salah melihat mobil. Ia ingin memastikan jika benar itulah mobil Jongin yang dulu sering lelaki itu gunakan.

.

.

.

Uncle Jongin, apakah nanti uncle akan kemari lagi?” Seyoon berbicara dengan lugunya, sambil memeluk Jongin erat. Jongin mengusap kelapa Seyoon dengan lembut sambil menganggukan kepalanya, tidak lupa dengan senyuman yang terukir dari bibir lelaki itu.

Uncle janji ingin mengajakku bermain sepak bola! Pokoknya kita main sepak bola, uncle!” kali ini Seunghun yang berbicara dan dianggukan kembali oleh Jongin. Aku yang berada di dapur hanya tertawa pelan saat melihat anak-anak sangat senang jika melihat Jongin karena Jongin selalu mengajak mereka bermain bersama.

“Jongin, jangan terus menjanjikan bermain dengan mereka. Kau harus bekerja, aku tidak ijinkan jika kau membolos hanya demi bermain dengan anak-anak,” ujarku dan kemudian duduk disebelah lelaki itu dan memberikannya sebotol cola.

“Hey, jangan salahkan aku jika mereka lebih menyanyangiku daripada kau, Hyeju!” mataku membulat dan kemudian menggembungkan pipiku kesal. Dasar lelaki ingusan ini, masih saja bisa bergurau.  Kemudian aku memukul kepala Jongin dengan majalah yang berada di atas meja tamu.

Aw, sakit Park Hyeju!”

“Rasakan, sana pulang. Kau menganggu jam tidur mereka!” Seyoon dan Seunghun kemudian berteriak tidak terima saat aku mengusir Jongin pulang, justru mereka malah memeluk Jongin dengan erat. Aku menghembuskan nafas kasar melihat kelakukan kedua anakku.

Mom, you’re so meeeeaaaaaaaan! Uncle Jongin, don’t go!” Seunghun merengek sambil memeluk lengan Jongin dengar erat, aku ingin sekali tertawa jika tidak mengingat malam semakin larut dan Jongin masih harus bekerja besok. Aku menarik Seunghun dan Seyoon agar tidak memeluk Jongin lagi.

Uncle! Janji ya besok akan kemari lagi! Promise!” Seyoon memajukan jari kelingkingnya yang mungil kearah Jongin membuat lelaki itu tertawa pelan dan kemudian mengangguk pasti kearah Seyoon dan juga Seunghun.

Jongin yang masih menggunakan pakaian kerja, langsung memakai kembali jas yang tadi ia lepaskan karena ia harus bermain dengan Seyoon dan Seunghun saat ia tiba kemari. Seyoon yang kugendong kemudian menyenderkan kepalanya di kepundakku sedangkan Seunghun yang berdiri disebelahku melambaikan tangannya kearah Jongin.

Bye bye, Uncle Jongin. Besok bertemu lagi ya!” Seyoon dan Seunghun melambaikan tangannya kearah Jongin yang masih berdiri diambang pintu keluar. Aku menurunkan Seyoon dari gendonganku, hendak mengantarkan Jongin ke keluar rumah.

Apa yang harus kukatakan? Jongin memang sangat tampan, aku pikir jika saja aku bertemu dengan Jongin terlebih dahulu pasti aku akan menyukai Jongin dibandingkan Sehun. Apalagi Jongin sangat menyukai anak-anak, aku sendiri yakin jika Jongin pasti akan menjadi figur Ayah yang baik kelak. Siapapun calon istrinya aku selalu mendoakan yang terbaik untuk Jongin.

“Hyeju-ya,” Jongin memanggilku, aku melihat cara ia menatapku. Tatapan matanya lebih serius dari biasanya, aku hanya terdiam ditempatku. Angin musim gugur yang terasa lebih dingin terus menimpa permukaan kulitku.

“Kau tau, jika tawaranku untuk menikahimu masih berlaku,” jantungku berdegup dengan kencang namun bukan karena Jongin yang secara tidak langsung melamarku. Namun mataku melihat sesosok lelaki yang berdiri dibalik mobil Jongin, menatapku dan Jongin dengan tajam.

Dengan hanya bermodal lampu jalan yang tidak terlalu terang, aku masih dapat melihat wajah itu dengan jelas. Tubuhku terpaku, lidahku terasa kelu, bahkan aku dapat merasakan kupu-kupu berterbangan didalam perutku. Perasaan aneh yang telah lama hilang kembali datang menyelimuti dadaku.

Tanpa kusadari, aku tidak mendengar ucapan Jongin setelah itu hanya terfokus dengan orang yang saat ini paling ingin kutemui, sedang berdiri tidak jauh dari tempatku hingga akhirnya aku merasakan sesuatu yang hangat dan lembab menyetuh bibirku.

Oh god, Kim Jongin menciumku…

Dan Sehun sedang berdiri disana,

memperhatikanku dan Jongin. Wajahnya tampak tidak suka saat Jongin menciumku, aku tidak bisa berbuat banyak karena aku merasa shock sehingga membuat tubuku kaku, dan pikirianku tidak bisa berpikir jernih hanya ada satu pertanyaan didalam benakku.

Sehun, bagaimana bisa dia berada disini?!!

.

.

.

“Se –sehun?”

Ucap Hyeju disaat Jongin mencium bibir gadis itu, seperti sesuatu yang perih terasa di dada Kim Jongin. Apakah ini penolakan yang kedua kalinya untuk dirinya sendiri? Jongin pikir, setelah sekian lama tidak bertemu dengan Sehun, Hyeju akan membuka hatinya kepada Jongin. Namun sepertinya lelaki itu salah besar.

Jongin menatap Hyeju, kali ini mata Hyeju menatap kearah lain. Jongin yang mengikuti arah pandangan Hyeju hanya dapat terdiam, melihat teman lamanya berdiri disebelah mobilnya sambil menatap dirinya dan Hyeju dengan tajam. Seringai muncul dari sudut bibir Jongin.

Melihat bagaimana terlukanya ekspresi Sehun saat melihat dirinya dan Hyeju berciuman, bukan karena Jongin senang dengan kemenangan sesaatnya ini. Hanya ingin menyadarkan Sehun, jika ia tidak mengambil gadis ini dengan cepat maka Jongin akan senang hati mengambil Hyeju darinya.

Bagaiamanapun Jongin tau, jika Hyeju tidak akan pernah bisa ia menangkan. Dia bahkan telah kalah dari awal. Namun tidak ada salahnya untuk mencoba.

“kalian berpacaran?” teriak Sehun dari tempatnya ia berdiri. Sehun sama sekali tidak ingin mendekat kearah Jongin dan Hyeju. Jantungnya sudah cukup syok melihat Hyeju berdiri disana, ditambah dengan Jongin yang mencium Hyeju. Sehun takut jika ia hanya berhalusinasi, atau takut menerima kenyataan jika Hyeju sudah memiliki lelaki yang lebih baik.

“Menurutmu bagaimana? Ka–”

“Baiklah tidak perlu kalian perjelas aku bisa menyimpulkannya sendiri, tidak menyangka bisa bertemu kalian disini,” Sehun memutuskan untuk tidak mendengarkan penjelasan Jongin, Sehun pikir melihat Hyeju meskipun tidak lama sudah lebih dari cukup. Melihat gadis itu masih sehat, masih cantik, dan masih membuat jantungnya melompat tidak seirama sudah cukup.

Sehun tidak akan egois untuk mengharapkan hal yang lebih dari itu, Sehun sudah melakukan kesalahan besar. Hyeju meninggalkannya saja sudah menandakan gadis yang paling ia cintai tidak ingin bertemu dengannya lagi.

Lelaki itu berjalan menjauh meninggalkan Jongin dan Hyeju yang masih berdiri ditempatnya, namun sebelum Sehun menaiki mobilnya ia membalikan tubuhnya dan berteriak kearah Jongin dan Hyeju.

“Chukkae,”

Sehun melambaikan tangannya dan kemudian memasukan dirinya kedalam mobil, sekuat tenaga ia tidak menunjukkan betapa perih hatinya saat melihat Hyeju dengan lelaki lain. Sehun menghidupkan mesin mobilnya dan langsung menancap gas, berharap rasa sakit itu akan menghilang seiring dengan menjauhnya mobil ini.

“Selamat Hyeju-ya, kau menemukan lelaki yang lebih bertanggung jawab dariku,”

Mata lelaki itu terus tertuju kearah spion mobilnya yang masih menampakkan Jongin dan Hyeju yang saling berpelukan disana. Oh tidak, rasa sesak itu semakin nyata membuat Sehun tidak mampu lagi merasakannya lebih lama. Air mata lelaki itu keluar, ah kalian bercanda, lelaki menangis? Ya, itu berlaku untuk Sehun.

Disisi lain, setelah kepergian Sehun. Hyeju runtuh secara tiba-tiba, membuat Jongin harus menahannya atau lebih terlihat memeluknya agar gadis itu tidak jatuh disaat itu juga. Jongin sempat berpikir bagimana bodohnya Sehun dan Hyeju, mereka saling membutuhkan tapi bertingkah sebaliknya.

Gwaenchana?

Hyeju menggelengkan kepalanya lemah, tentu dia tidak baik-baik saja. Dia benci mengatakannya, tapi setelah ia melihat Sehun rasa rindu itu semakin memuncak dari dalam hatinya. Namun melihat bagaimana Sehun bertingkah membuat perasaannya gadis itu semakin tidak stabil, ia tidak bisa mengartikannya.

“Maaf, Jongin. A –”

Ssst. Aku tau, kau sudah menjawabnya. Cara kau melihat Sehun tadi, aku sudah mengerti. Aku tidak apa-apa, sungguh”. Bohong. Tentu saja ia sangat terluka, tapi akan lebih bodoh kalau Jongin mengatakan jika ia sakit hati karena Hyeju lebih memilih Sehun daripada dirinya. Jongin masih normal untuk tidak mengatakan itu.

Kemudian hanya tangisan yang dapat Jongin dengar, Hyeju menyandarkan kepalanya kepundak Jongin sambil terus menangis dengan kencangnya. Tidak ada yang bisa Jongin lakukan kecuali mengelus rambut gadis ini, berharap hal itu dapat menenangkannya.

.

.

.

Mom, are you okay? You look so pale, today,”

Seunghun memperlihatkan wajah khawatir saat melihat keadaanku, semenjak kejadian tadi malam aku tidak dapat tidur dengan tenang. Wajah Sehun terus saja terlintas dari benakku, kenapa pemuda itu harus menunjukan wajah yang seperti itu? Dan, kenapa Sehun berada didepan rumahnya?

Mataku tertuju kepada Seunghun, Tuhan mengapa Seunghun harus mempunyai wajah yang sangat serupa seperti Sehun. Semakin sulit untukku melupakan wajah lelaki itu. Aku mengelus rambut Seunghun dengan lembut.

“Seunghun-a, Mommy tidak apa-apa. Hari ini, ayo kita jalan-jalan! Kalian mau kemana?”

Seyoon dan Seunghun berteriak dengan senang dan bersorak sorai, mungkin satu-satunya cara untuk melupakan kejadian kemarin adalah dengan bersenang-senang dengan kedua anak ini. Seyoon tersenyum dengan lebarnya menampilkan giginya yang terlihat sangat kecil, dan Seunghun berputar-putar mengelilingiku.

“Aku ikut Mommy, terserah Mommy ingin mengajak kami kemana!”

Kami memutuskan untuk pergi ke taman yang berada di dekat sungai Han, untunglah terlalu banyak orang yang berada disana. Mungkin karena hari ini bukanlah hari libur, apalagi tempat ini berada didaerah perkantoran yang berada didekat sungai Han.

Seyoon dan Seunghun tampak senang, ditambah dengan beberapa alat bermain untuk anak-anak yang membuat mereka lebih gembira lagi. Aku melihat sungai Han yang tampak sangat tenang. Dulu, Sehun dan Aku sering bermain saat kami membolos kuliah di pinggir Sungai Han. Awalnya Sehun akan marah jika aku sudah meminta es krim, meskipun ia akan tetap membelikannya kepadaku.

Mom, aku mau es krim,” Seunghun berteriak sambil berlari kearahku, aku yang juga menginginkan es krim pada akhirnya mengiyakannya untuk Seunghun. Seyoon yang terlihat masih asik bermain perosotan yang ia mainkan membuatku membiarkan anak itu tetap berada disana. Lagipula aku pergi tak akan lama.

Let’s buy ice cream!,” sementara Seunghun dan Aku memutuskan untuk ke toko es krim yang tidak terlalu jauh dari tempat ini.

.

.

.

Mom!”

Seyoon berteriak dengan kencang saat melihat Hyeju berjalan menjauh bersama Seunghun, Seyoon menurunkan tubuhnya melewati perosotan dan mengejar Hyeju yang tiba-tiba saja menghilang dari pengelihatannya. Kaki mungil Seyoon tidak mampu mengejar Hyeju, dan tiba-tiba saja segerombolan orang bersepedah melintas.

Mommy!”

 

Seyoon terus menariaki Hyeju, dan tanpa diketahui Seyoon berjalan menjauh dari tempat dimana ia bermain tadi. Gadis kecil itu tidak menangis, namun ia merasa takut. Ia berada di tempat yang sama sekali tidak ia kenal. Dengan masih menggenggam boneka Teddy. Seyoon berjalan menuju jalan raya yang ramai akan kendaraan.

Gadis kecil itu memeluk boneka Teddynya dengan erat, ia ketakutan. Biasanya Seunghun selalu berada didekatnya kali ini, ia sendiri. Seyoon juga merasa sedih mengapa Hyeju berjalan menjauh dan meninggalkannya sendiri ditaman.

Tanpa gadis itu sadari, ia menangis terisak dipinggir jalan. Memang tidak terlalu banyak orang yang berlalu-lalang, meningat tempat ini adalah kawasan pekantoran elit. Seyoon yang semakin menangis tersedu-sedu dikagetkan oleh seseorang yang menaik tangannya dari pinggir jalan.

Mommy?”

Namun yang Seyoon liat bukanlah Hyeju melainkan seorang laki-laki yang sangat tinggi, wajahnya tampak asing untuk Seyoon. Seyoon sempat berontak karena Hyeju selalu berkata untuk tidak berbicara dengan orang asing. Tangis gadis itu semakin kencang hingga membuat laki-laki yang menolong Seyoon kelabakan.

“Tenang, ahjussi bukan orang jahat” perkataan sederhana itu, mampu membuat Seyoon tenang seketika. Entah mengapa Seyoon justru memeluk laki-laki yang telah menolongnya. Membuat laki-laki itu sedikit salah tingkah dengan tingkah laku anak kecil ini.

A-ahjussi,” dengan susah payah Seyoon memanggil laki-laki itu dengan sebutan ahjussi.

“A a-ahjussi tau, dimana Mommy?

“Anak manis, aku tidak tau dimana eommamu, aku melihatmu dipinggir jalan dan itu berbahaya,” laki-laki itu mengusap kepala Seyoon, dan kemudian mengusap air mata gadis kecil itu.

“Kau tadi bermain dimana, anak manis? Oh, perkenalkan aku Luhan, kau bisa panggil aku Luhan samchon,” Seyoon mangangguk pelan, namun satu kata asing terus berputar ditelinganya. What is Samchon? Apakah itu sejenis makanan.

“Tadi Seyoon bermain di taman, kemudian Seyoon melihat Mommy dan Seunghun jalan menjauh. Seyoon berusaha berlari mengejar Mommy tapi tiba-tiba saja Mommy menghilang dan Seyoon berjalan hingga kemari. Oh iya, tadi Seyoon melihat orang-orang menggunakan sepeda,”

Luhan menyimak anak gadis kecil ini dengan seksama, caranya menjelaskan kejadiannya sungguh menggemaskan ditambah pipinya yang chubby dan juga hidungnya yang memerah akibat menangis. Luhan berpikir, bagaimana bisa Ibu gadis kecil ini meninggalkan anaknya ditaman sendiri.

Memang belakangan ini marak dengan pembuangan anak, tapi apakah ini salah satu tingkah kriminal atau malah kejadian ini tidak disengaja. Luhan yang secara tidak langsung juga dikejar deadline harus sampai keruangan kerjanya dalam beberapa menit lagi.

Tidak mungkinkan dengan teganya ia meninggalkan anak manis ini dijalan seperti ini. Bagaimana jika gadis ini diculik, ah lebih baik Luhan membawanya ke kantor dan sehabis deadline meeting. Ia akan membawa gadis kecil ini ke kantor polisi.

“Oh, namamu Seyoon. Seyoon-a, samchon akan mengantarkanmu bertemu dengan Ibumu tapi samchon ada pekerjaan yang harus samchon kerjakan. Bagaimana jika menunggu sebentar di kantor samchon, dan kemudian kita mencari Ibumu?”

Seyoon tampak berpikir dan kemudian menaikan jari kelingkingnya kearah Luhan sambil memasang wajah yang menggemaskan. “Tapi Luhan samchon janji akan menemaniku bertemu dengan Mommy? Promise?

Luhan tertawa pelan dan menautkan jari kelingkingnya kepada anak gadis kecil nan imut ini. Tanpa menunggu lama, Luhan menggendong Seyoon dan gadis itu memeluk Luhan dengan erat. Tak lama gadis itu mengingat sesuatu.

“Luhan samchon, what is samchon anyway? A kind of food?

Pemuda itu tertawa pelan saat mendengar pertanyaan polos dari mulut gadis ini. Memang Luhan mendengar logat aneh saat gadis ini berbicara, cara ia berbicara dengan bahasa Korea sangat lucu dan menggemaskan.

No, that means Uncle in Korean. Seyoon, bukan dari Korea ya?” Seyoon menggeleng pelan dan kemudian menopang kepalanya dipundak Luhan.

“Seyoon tinggal di Amerika, samchon tapi Mommy adalah orang Korea,”

“Kalau Appa-mu?”

Oh, I know, samchon. Appa means Daddy rite? Kata Mommy, Daddy bekerja di Korea tapi Seyoon tidak pernah melihat Daddy, bicara dengan Daddy, bahkan foto Daddy Seyoon tidak punya,” Tanpa Luhan sadari jika mata Seyoon semakin berat untuk terbuka, akhirnya gadis itu tertidur dipundak Luhan. Setelah bercerita tentang Ayahnya Seyoon tertidur dengan lelapnya.

.

.

.

Sehun menatap Luhan dengan tatapan tidak percaya, bagaimana lelaki ini datang ke ruangannya dan membawa seorang gadis kecil yang terlelap dipundaknya. Sehun yang berada didalam ruangan hanya menatap Luhan dan menuntut penjelasan sedetail mungkin.

Hyung, kau membawa anak siapa?” tanya Sehun saat Luhan menidurkan Seyoon di sofa ruangan lelaki itu. Well, Luhan mau saja menidurkan Seyoon diruangannya namun sepertinya tidak mungkin, takut jika gadis kecil itu bangun dan melihat tidak ada siapa-siapa disana. Pasti Seyoon akan ketakutan.

“Aku bisa jelaskan tapi setelah aku selesai meeting. Namanya Seyoon, jika dia menangis mungkin kau bisa memeluknya. Dia anak yang baik. Okay, Sehun. Aku pergi dulu, aku harus mengejar meeting ini! Bye

Tanpa sempat menjelaskan mengapa anak ini disini, Sehun melihat Luhan sudah melesat pergi dari ruangan kerjanya. Berbagai pertanyaan timbul dari benak Sehun, dia memang menyukai anak kecil namun bagaimana jika gadis kecil itu terbangun dan malah menangis. Luhan, kau benar-benar membuat pekerjaan ekstra untuk Sehun.

Ugh,”  mata Sehun tertuju pada sesosok gadis mungil yang berada di sofa. Gadis itu bergerak ke kanan dan ke kiri. Hingga akhirnya, gadis itu mendudukan tubuhnya disofa plus dengan rambutnya yang acak-acakan. Ia mengucek matanya dan melihat kesekeliling ruangan.

Sehun terpaku ditempatnya, mata lelaki itu tertuju pada Seyoon. Seyoon yang tidak tau berada dimana hanya dapat melihat dengan tatapan polos kearah Sehun. Seketika wajah gadis kecil itu mengingatkan akan wajah Hyeju, namun segera Sehun  tepis pikiran itu mungkin karena Sehun terlalu banyak memikirkan Hyeju akhir-akhir ini.

Ahjussi siapa? Luhan samchon dimana?”

Dengan cepat Sehun menutup laptopnya dan berjalan kearah Seyoon. Melihat gadis itu tidak menangis membuat Sehun sedikit bernafas lega, ia duduk disebelah gadis mungil itu. Seyoon memeluk boneka Teddynya dengan erat sambil menatap Sehun. Sehun mengelus rambut Seyoon dengan lembut sehingga gadis itu tersenyum.

“Ah, namamu Seyoon? Namaku Sehun, Seyoon-a, Luhan samchon ada pekerjaan dan dia tidak bisa mengantarkanmu untuk bertemu Ibumu. Tapi ia berjanji sehabis bekerja ia akan mengantarkanmu,” Seyoon menangguk pelan, tidak ada tangisan dan malah senyuman Seyoon yang terlihat sangat menggemaskan.

“Ok, Sehun samchon. Tadi Luhan samchon sudah mengantakannya padaku,” Sehun tersenyum melihat tingkah Seyoon kemudian memeluk gadis kecil ini sambil mengusap kepala gadis itu dengan lembut dan penuh kasih sayang.

“Seyoon-a, apakah kau tersesat? Apa kau tau nama Ibu-mu, atau nama Ayahmu? Adakah nomer ponsel yang kau hafal agar samchon dapat membantumu”

Seyoon menggeleng lemah ia mengembuskan nafasnya pelan sambil mengusap kepala boneka Teddy yang ia bawa sejak tadi. Seyoon kembali mengingat saat Hyeju pergi menjauh bersama Seunghun dari dirinya.

“Seyoon tidak tau, samchon. Seyoon berjalan terus berjalan lalu tiba-tiba saja Seyoon berhenti dipinggir jalan yang ramai. Dan Luhan samchon menemukan dan menganjak Seyoon kemari. Mommy meninggalkan Seyoon ditaman dan pergi bersama Seunghun, Seyoon sangat sedih, samchon

“Seyoon tidak tau nomer ponsel Mommy,” Sehun semakin memeluk gadis kecil itu dengan erat, entah mengapa sesuatu dalam dirinya menyuruhnya untuk memeluk gadis ini semakin erat, seperti menemukan sesuatu yang telah lama hilang.

“Siapa nama Ayah atau Ibumu, Seyoon-a,”

“Seyoon tidak tau nama Daddy, tidak pernah bertemu dengan Daddy, tapi kalau nama Mommy Seyoon tau, nama Mommy adalah Hyeju,” dalam benak Sehun tidak mungkin jika Hyeju yang gadis kecil ini maksud adalah orang yang sama dengan Hyeju yang selalu hinggap dipikirannya, kan?

“Sehun samchon, apa mungkin Mommy meninggalkan Seyoon untuk mencari Daddy? Jika benar, maka Seyoon tidak akan kesal dengan Mommy karena telah meninggalkan Seyoon,” Sehun mengelus puncak kepala gadis itu dan menanggukkan kepalanya.

Sehun tidak mengerti mengapa ia sangat senang melihat Seyoon berada didekatnya, apa mungkin karena anak ini bertingkah baik atau karena wajah gadis kecil ini sangat cantik dan menggemaskan?

“Mungkin saja, asalkan Seyoon menjadi anak yang baik mungkin Ibumu akan mencari Ayahmu,” Seyoon menanggukkan kepalanya dengan pasti, ia tertawa kemudian memeluk dan mencium pipi Sehun. Seyoon memang tidak terlalu sulit dekat dengan orang asing, namun memberikan pelukan apalagi ciuman sangatlah sulit untuk Seyoon.

Samchon, jika Mommy tidak menemukan Daddy, bisakah Samchon menemukan Daddy? Seyoon ingin bertemu dengan Daddy,”

.

.

.

“Jongin-a, kau dimana?”

dikantor, Hyeju-ya. Ada meeting, kau mengapa menangis?” dengan cepat ku tutup mulutku untuk menahan tangisku, bodoh kau Park Hyeju bagaiman bisa kau membiarkan Seyoon ditaman sendirian untuk membeli es krim.

“Seyoon menghilang, Jongin-a,”

Hyeju kembali menangis sudah lebih dari tiga jam ia berkeliling mencari Seyoon, namun tidak ada satupun orang yang melihat gadis itu. Aku seperti Ibu yang bodoh, seharusnya aku tidak melakukan keteledoran yang sangat fatal sehingga membuat malaikat kecilnya menghilang.

Bagaimana bisa? Kau dimana, aku akan kesana!” Dengan cepat aku mematikan ponselku dan mengirimkan pesan singkat yang berisikan alamat dimana aku berada saat ini.

Aku bahkan tidak bisa memberhentikan tangisanku sama sekali, Seunghun juga ikut menangis disebelahku. Aku telah berlari mencari gadis kecilku, namun tidak mendapatkan hasil sama sekali. Bagaimana jadi gadis kecilku di culik, apakah aku masih dapat bertemu dengannya?

Pikiran buruk terus menjalar dipikiranku, Seunghun bahkan tidak ingin memakan es krimnya lagi. Mungkin, ia takut jika ia tidak dapat bertemu dengan saudara kembarnya kembali.

Mommy, maafkan Seunghun karena Seunghun mungkin Seyoon menghilang,” aku tidak dapat menyembunyikan rasa bersalahku, aku memeluk Seunghun dengan erat. Kejadian ini bukanlah kesalah Seunghun, karena kejadian ini murni kebodohanku. Aku sungguh Ibu yang bodoh.

Dengan sekuat tenaga, kami memutuskan untuk beristirahat di kantor polisi yang berada di kawasan ini. Mungkin seseorang yang menemukan gadis kecilku akan mengantarkannya ke kantor polisi. Seyoon sayang, pasti kau sangat ketakutan saat ini. Maafkan Mommy.

Beberapa menit kemudian, aku melihat Jongin melihat kearahku. Ia tampak sangat panik, dan juga terburu-buru tanpa berpikir panjang ia langsung memelukku membuat tangisku kembali pecah. Aku sangat bodoh, bahkan aku tidak bisa mengawasi anakku sendiri.

“Tenang, Hyeju-ya. Aku yakin, pasti Seyoon akan ditemukan. Untunglah, aku sedang meeting dikawasan ini, jadi aku dapat kemari sesegera mungkin,” aku mengangguk didalam pelukkan Jongin. Aku tidak akan memaafkan diriku sendiri jika Seyoon sampai tidak dapat ditemukan.

.

.

.

“Sehun-a, mian, tapi sepertinya meeting ini akan berjalan lama. Bisakah kau antarkan Seyoon ke kantor polisi. Mungkin Ibu gadis kecil itu sudah menunggu, dan pastikan ia bertemu dengan Ibunya,”

 

Luhan menelepondan memintaku untuk mengantarkan Seyoon, sudah lebih dari 3 jam gadis kecil itu di ruangan Sehun dan Luhan tidak kunjung selesai dengan meetingnya. Meskipun gadis ini tampak senang tapi Ibu gadis ini pasti sangat khawatir, terlintas dibenak Sehun saat Ibunya menangis histeris ketika ia kabur dari rumah dulu.

“Baiklah, hyung. Kau tidak ingin mengucapkan salam perpisahan dengan Seyoon, ia pasti sangat sedih tidak melihatmu,”

“maafkan aku, Sehun-a, tapi meeting masih berjalan dan aku tidak bisa meneleponmu terlalu lama. Tolong ucapkan salam perpisahan dengan Seyoon, terima kasih Sehun-a,”

 

Luhan memutuskan sambungan telepon, Sehun yang melihat hari semakin gelap dari balik jendela tempat kerjanya memutuskan untuk pulang, dan juga pekerjaan lelaki itu sudah selesai ia kerjakan. Sembari pulang sambil mengantarkan Seyoon ke kantor polisi bukan hal yang buruk.

“Seyoon-a, ayo kita pulang,” Seyoon melihat Sehun bingung, ia pikir ia akan bertemu dengan Ibunya saat Luhan selesai bekerja.

Samchon, tapi Luhan samchon belum tiba. Seyoon sudah janji dengan Luhan samchon,” Sehun menudukkan badannya dan mencubit pipi gadis itu gemas, rasanya Sehun ingin sekali membawa anak manis ini pulang kerumahnya jika tidak mengingat kalau gadis ini pasti merindukan Ibunya.

“Seyoon-a, Luhan samchon sangat sibuk ia masih harus bekerja hingga malam. Pasti Ibumu sangat khawatir jika kau belum pulang, jadi samchon yang akan mengantarkanmu bertemu dengan Ibumu,”

“Benarkan, samchon?” Mata Seyoon berbinar dan senyum gadis kecil itu terukir dengan indah membuat Sehun menganggukan kepalanya dengan mantap, tak lama kemudian Seyoon langsung memeluk Sehun dengan erat.

Thank you, samchon.”

.

.

.

Sehun menggendong gadis kecil itu disebelah tangannya menuju mobil Sehun,  hendak membawa gadis kecil itu ke kantor polisi untuk bertemu dengan Ibu dari gadis kecil ini.

“Wah, samchon, apakah ini mobil samchon? sangat bagus! Mommy tidak punya mobil seperti ini,”

Lelaki itu terkekeh pelan saat mendengar celoteh dari Seyoon, siapapun pasti akan luluh dengan kepolosan Seyoon. Apalagi gadis kecil ini sangat berprilaku baik, justru Seyoon menghibur Sehun yang belakangan ini pikirannya sangat berantakan hingga membuat kepala Sehun serasa akan pecah.

Samchon, apa ini wangi Lavender? Hmmm, Mommy loves Lavender! Ah, Seyoon jadi merindukan Mommy!” Sehun mengusap kepala gadis itu dengan lembut dan kemudian mencubit pipi Seyoon disela-sela Sehun menyetir.

“Benar, ini wangi Lavender. Apakah Seyoon suka? Dulu, teman baik samchon sangat menyukai wangi Lavender,” Seyoon menganggukan kepalanya dengan semangat, tentu saja Seyoon suka wangi bunga Lavender, karena Ibunya juga menyukainya bahkan Seyoon ingat jika hampir seluruh rumahnya berbau Lavender.

“Seyoon suka sekaaaaaali wangi Lavender karena Mommy juga menyukai wangi ini, samchon, menurutmu apakah nanti Seyoon dapat bertemu dengan Daddy? Mungkin Mommy telah menemukan Daddy,”

Sehun tersenyum sekilas kearah Seyoon, dimana Sehun sangat menghindari bertemu dengan Ayahnya sedangkan Seyoon ingin sekali bertemu dengan Ayahnya. Sehun tersentuh dengan bagaimana Seyoon bercerita tentang Ayahnya meskipun tidak pernah sama sekali bertemu dengan Ayahnya sendiri.

Samchon tau, kata Mommy kalau Daddy itu sangat tampan dan juga tinggi namun sayang sekali Daddy tidak terlalu bisa bermain musik, tidak apa-apa sih karena bertemu dengan Daddy saja sudah membuat Seyoon senang”

“Mungkin Daddy mirip dengan samchon hehe,”

Sehun mengerutkan keningnya, Seyoon yang duduk disebelahnya sambil memeluk boneka Teddy tersenyum kearahnya membuat hati Sehun kembali luluh. Bagaimana bisa Ayah dari gadis ini tidak pernah melihat gadis semanis Seyoon?

“Kenapa? Kenapa Seyoon bisa bilang begitu?”

“Karena samchon tampan dan juga tinggi,” Sehun tertawa pelan dengan jawaban gadis manis ini kemudian mengacak rambut Seyoon pelan, sungguh anak yang lugu.

Setibanya didepan kantor polisi, Sehun kembali menggendong Seyoon disebelah tangannya. Seyoon melingkarkan kedua tangannya yang mungil dileher Sehun, ia memeluk Sehun dengan erat membuat Sehun kembali mengelus kepala gadis kecil ini dengan perasaan sayang.

Namun, belum saja Sehun masuk kedalam kantor polisi ia merasakan seseorang menarik tangannya dengan kasar kemudian sesuatu yang perih terasa di pipi sebelah kanannya membuat Seyoon yang melihat kejadian itu langsung memekik keras dan menangis.

Sehun yang merasa jika dirinya ditampar dengan keras oleh seseorang, langsung menatap pelaku yang telah melakukan hal itu kepadanya. Sehun melihat seorang wanita tengah berdiri dihadapannya dengan air mata yang berderai dari kedua matanya.

Samchon!!!” Seyoon memekik keras dan memeluk Sehun dengan erat, sedangkan Sehun masih terpaku ditempatnya. Tidak pernah dalam hidupnya ia melihat wanita yang paling ia kasihi menangis seperti ini dihadapannya, didepannya.

Park Hyeju.

Mata Sehun menatap kearah Hyeju dengan tatapan kosong, ia tidak mengerti mengapa dia berada disini dihadapnnya. Kemudian mata Sehun tertuju keseorang lelaki berdiri tidak jauh di belakang Hyeju, ia adalah Kim Jongin. Dan juga, seorang lelaki kecil yang mungkin sebaya dengan Seyoon berdiri disebelah Hyeju dan menatap Hyeju syok.

“Jangan pernah kau mengambil Seyoon dariku, Sehun,”

.

.

.

Saat Jongin, Seunghun dan Aku hendak pulang dari kantor polisi dengan hasil nihil. Aku melihat sebuah mobil baru saja terparkir didepan kantor polisi, awalnya aku tidak yakin apakah mungkin orang itu datang dan membawa Seyoon untuk melaporkannya jika anak itu menghilang.

Namun, tiba-tiba pikiranku buntu dan ketakutan muncul di dalam benakku saat melihat seseorang yang baru saja memarkirkan mobil itu adalah Sehun, lelaki itu masih mengenakan baju kantor. Kemudian tak berapa lama, Sehun tampak menggendong seorang anak kecil.

Aku meyipitkan mataku, jika aku tidak salah melihat oh tidak, Sehun sedang menggendong Seyoon dilengannya. Tanpa berpikir panjang, aku berlari kearah Sehun menahan lengan lelaki itu, kemudian menampar wajah lelaki itu dengan keras. Jujur saja, aku sangat kaget dengan tingkahku sendiri, namun aku tidak bisa mengantur emosiku sama sekali.

Dapat kudengar Seyoon memekik dengan keras dan kemudian menangis, bahkan Seyoon memeluk Sehun dengan erat. Takut, jika Seyoon mengetahui bahwa Sehun adalah Ayah yang selama ini ia cari, dan juga takut bahwa Sehun mengetahui tentang keberadaan Seyoon dan Seunghun.

“Jangan pernah mengambil Seyoon dariku, Sehun”

Ucapan lebih terdengar seperti peringatan, sangat kasar sehingga aku dapat melihat Seunghun yang berada di sebelahku menatapku kaget. Ku beranikan diriku untuk menatap Sehun jika aku tidak main-main dengan ucapanku. Namun, sepertinya aku mengambil salah langkah.

Tatapan Sehun membuat jantungku berhenti berdenyut, bagaikan ribuan jarum yang menancap dijantungku. Sehun menatapku dengan tatapan… seakan tersakiti. Ia tidak bergeming, bahkan pipinya yang memerah akibat tamparanku tidak ia hiraukan.

Mommy, kenapa kau lakukan itu kepada Sehun samchon!” Seyoon berteriak dengan keras dan menatapku kesal, kedua matanya mengeluarkan air mata. Seyoon bukanlah anak yang jahat justru gadis itu adalah anak yang baik. Melihat ekspresi Seyoon yang menatapku seperti itu, aku merasa sangat bodoh.

Dapat kulihat dari kedua mataku, bagaimana Sehun mengelus rambut Seyoon dengan penuh kasih sayang mengusap air mata yang turun dari kedua matanya. Tak lupa ia mencium pipi Seyoon dengan lembut, pemandangan ini membuat jantungku semakin sakit.

“Tidak apa-apa, Seyoon-a. Ah, sepertinya Ibumu sudah menjemput, samchon harus pulang,” Sehun masih sempat memberikan seulas senyuman kepada Seyoon sebelum menyerahkan gadis kecil itu kepadaku, dan justru Seyoon malah semakin mengeratkan pelukannya kepada Sehun.

“Dia bukan Mommy, Mommy tidak mungkin melakukan hal jahat, Mommy adalah orang yang baik,” untuk kedua kalinya aku merasakan jantungku kembali terasa sakit saat Seyoon mengatakan hal itu, ia bahkan memeluk Sehun dengan erat. Sehun kembali mengecup pipi gadis itu pelan.

“Hye, lain kali tolong jaga Seyoon dengan baik. Kau tau, aku sudah memprediksikan jika hari seperti ini akan datang cepat atau lambat,” Sehun melepaskan paksa pelukan Seyoon dan memberikan gadis kecil itu kepadaku, Seyoon yang masih menangis menatap Sehun dengan kedua bola matanya. Sehun kembali mengelus kepala Seyoon.

“Apakah dia Seunghun?” Aku tidak menjawab pertanyaan Sehun, kemudian melihat lelaki itu berjongkok agar menyamai tingginya dengan Seunghun. Dapat kurasakan, Seunghun memegang tanganku erat, kemudian Sehun mengelus rambut Seunghun dan mencubit pipi Seunghun pelan.

“Tidakkah kita mirip, Seunghun-a?” Sehun menarik nafasnya pelan, sedangkan aku hanya terpaku ditempatku. Sehun, mengapa kau bertingkah seperti ini? Bertingkahlah seperti biasa yang sering kau lakukan kepadaku, jangan bertingkah seperti akulah Ibu yang jahat.

“Hye, tolong jaga mereka dengan baik, aku tau sekarang mengapa kau pergi meninggalkanku. Aku hanya ingin meminta maaf atas apa yang pernahku perbuat saat beberapa tahun silam. Bodoh sekali, kan? Aku baru meminta maaf sekarang, setidaknya aku senang, perasaan bersalah selama tiga tahun ini akhirnya terangkat dari dadaku,”

Lelaki itu melihat kearahku, ia berdiri didepanku. Bahkan pipi lelaki yang baru saja aku tampar masih terlihat memerah dengan jelas diwajahnya. Ia menempatkan tangannya di puncak kepalaku, dan mengelusnya lembut. Dapat kulihat senyum Sehun yang sedikit terpaksakan.

“Hye, mianhae,”

.

.

.

Notes:  Hai, siapa yang nonton TLP INA Prem D? Kalo ada, kemungkinan besar pasti kalian liat aku hahahaha (Loh siapa lo gilzzz) hahaha. Cuman mau bilang dan pasti kalian semua udah tau kalo Sehun ganteng to the maxxxxxxxx!!!!! Buat yang belum nonton gpp kok, pasti mereka bakal dateng lagi. Btw menurutku sih, mereka asli dan di foto ga beda jauh (itu sih emang dari lahir udh ganteng)

 

Back to story, gimana lucu kan Seyoon dan Seunghun (huhu maaf readers aku suka banget sama anak kembar apalagi kalo cewe cowo, lucuuuu bgt pasti!) Fluffy banget ya, sedih bgt ya, tuh buat yang sebel sama sehun disini. Sehun itu anak baik kok cuman salah jalan aja!!!!

 

Ini adalah part terpanjang yang pernah aku tulis, jadi ya maaf ya kalo semakin ngebosenin, masih abal, masih menye-menye ceritanya dan kayak telenovela wakakak. Aku harap kalian suka!


Sparks Fly

$
0
0

SPARKS FLY

Author : gadisgem97

Genre : Romance, Family, Drama

Cast : Byun Baekyun(EXO) | Anneliese Ackerman(OC)

Other Cast : Xi Luhan(EXO) | Shin Eun Hyo(OC) | Park Chanyeol(EXO) | Oh Sehun(EXO)

Length : Chapter

Note      : Fanfiction ini karangan saya sendiri. Maaf jika ada kesamaan nama, tokoh, tempat, dan lain lain. Fanfiction ini terinspirasi dari lagu Taylor Swift yang berjudul sama dengan Fanfiction ini yaitu Sparks Fly. Selamat membaca, selamat menikmati. J

Introduce

Anneliese Ackerman (Ann)

                Seorang wanita Korea berdarah campuran Amerika. Berumur 22 tahun. Seorang mahasiswi jurusan Bussiness and Social sciences di Sungkyunkwan University. Wanita dengan tinggi rata-rata wanita Korea dengan kulitnya yang putih pucat, rambutnya yang hitam legam dan tentunya, sebagai daya tariknya sendiri, bola matanya yang hijau menyegarkan. Seorang wanita yang cuek, tidak terlalu memperhatikan dunia luar. Hidupnya adalah belajar.

Ayahnya Gladmon Ackerman seorang pengusaha terkenal di negerinya – USA menikah dengan seorang wanita bernama Yoon Se Yoo – designer terkenal di Korea. Orang tuanya bercerai ketika ia berumur 15 tahun di karenakan ayahnya yang berselingkuh dengan sekretarisnya. Sidang perceraian telah di jatuhkan da hak asuh jatuh ke tangan ibunya – Yoo Se Yoo. Setelah sidang perceraian Ann tinggal bersama ibunya dan neneknya di Seoul, sedangkan ayahnya kembali ke Amerika melanjutkan bisnisnya. 3 tahun kemudian Yoon Se Yoo menikah kembali dengan pria duda pebisnis dari negri Cina – Xi Lau Ho – yang memiliki satu anak laki-laki yang berbeda 2 tahun dengannya bernama Xi Luhan.

Byun Baek Hyun (Baekhyun)

                Pria Korea dengan wajahnya imut dan terkesan berisiknya. Berumur 22 Tahun dan seorang mahasiswa jurusan Medicine and Health di Sungkyunkwan University. Seorang pria childish yang selalu mengikuti kemanapun Ann pergi ketika Junior High School dulu. Ohh, jangan lupakan satu hal, mereka – Ann & Baekhyun – sudah berteman sejak mereka berada di JHS hingga saat ini. Entah apa yang terjadi pada diri Ann hingga betah berteman dengan Baekhyun.

Xi Luhan (Luhan)

                Berusia 25 tahun. Bekerja di perusahaan ayahnya sendiri sebagai karyawan biasa. Ayahnya sudah menyarankan untuk menggantikan posisinya sebagai direktur utama. Namun Luhan menolak, ia merasa belum cukup sempurna untuk menggantikan ayahnya. Ketika ayahnya menikah lagi dan mengetahui ia memiliki seorang adik, pada awalnya ia tak menerimanya. Ia berpikir bahwa ayahnya sudah melupakan mendiang ibunya. Seiring berjalannya waktu, Luhan mampu menerima semuanya dan berusaha menjadi seorang kakak yang baik.

                Luhan menikah muda di usianya 20 tahun dengan seorang jaksa wanita bernama Shin Eun Hyo dan memiliki anak laki-laki bernama Xi Liu Mei yang sekarang berumur 5 tahun.

********

                Penasaran dengan kelanjutan fanfictionnya? Tunggu aja kelanjutannya di Chapter 1 Sparks Fly.. J ANYYEONG… !!! :D. maaf jika kurang jelas ataupun nggak nyambung, soalnnya masih author baru. Hehehe.


Love You Ms. Queer [Part 1]

$
0
0
Title : Love  you  ms. queer
AUTHOR: vyasehunee <3
LENGTH: Chaptered
GENRE: Romance, comedy, Friendship, School Life.
RATED: PG-12
CHARACTERs
Cast : park mimi (OC), EXO member , lee seul bi
<span

class=”yiv0033275081″>Disclaimer: Me and those who inspired me

A/N: Mian, sebenernya ini udh di post di ffindo, dan krn emg ga boleh do-post, rencananya ff ini saya pindah kesini aja, soalnya blognya lebih spesifik ke exo.
Titipan dari temen, enjoy ^^
-
DON’T BE A SILENT READER!
.
 
-chapter 1
Matahari baru saja keluar dari bayang-bayang saat waktu tengah menunjukkan pukul 6 pagi. Seorang perempuan yang baru bangun dengan rambut coklat yang tidak teratur  dan masih memakai penutup mata bergambar pororo yang terletak di dahi nya, perempuan itu berjalan malas ke arah dapur dan membuka lemari pendingin lalu mengambil sebuah botol air dan menuangkan di gelas yang ia pengang dan meneguk nya sekali
gadis dengan tampang yang masih kucel itu berjalan keluar dengan penutup mata nya yang masih ada di dahi nya. Ia berdiri di depan pintu apartemenya sembari melihat dari atas  orang-orang yang berolahraga pagi, ia meregangkan tangan nya kedepan “ SELAMAT PAGI” teriak nya
masih dengan kondisi setengah mengantuk, perempuan itu mengulet sebentar sambil menguap lebar-lebar layak nya  kuda nil. Ia mengucek kedua matanya dengan asal kemudian mengerjapkannya beberapa kali hingga penglihatannya sudah jelas “ MIMI kau baru bangun” teriak seorang laki laki tinggi dari bawah yang kelihatan nya sedang lari lari pagi, merasa namanya di panggil, gadis itu pun melihat ke bawah            “ chanyeol” pikir perempuan itu “SEDANG APA KAU DI SANA ” teriak mimi gadis itu, laki-laki bernama Chanyeol itu hanya mengelengkan kepala nya “ ckckc apa dia belum sadar dari tidur nya” gumam chanyeol  “ TENTU SAJA OLAHRAGA PAGI” balas chanyeol teriak “  BEGITU YAH” teriak mimi “ AKU DULUAN” teriak chanyeol lalu meneruskan lari pagi nya , mimi memilih masuk tapi langkah nya berhenti ,mata nya menagkap sesuatu dari  samping kiri ia menoleh dan melihat kardus kardus di depan apartement sebelah nya  “ apa  ada orang yang menempati di sebelah yah” pikir mimi “ buat apa kau  memikirkan nya mimi, seperti nya bukan kau saja ” ucap nya lalu melanjutkan langkah nya masuk ke dalam    
 
 
Matahari mulai bersinar cerah di ufuk timur. Para pejalan kaki dari segala kalangan, baik siswa sekolah, bussinessman, karyawan, maupun pegawai negeri—mulai tumpah ruah mengisi jalanan kota metropolitan ini.
Di dekat sebuah halte bus yang tidak terlalu ramai di sudut kota Seoul, terlihatlah seorang perempuan berseragam sekolah dengan  berambut acak-acakan tengah berlari mengejar sebuah bus kota yang baru beberapa saat lalu meninggalkan halte. dia adalah mimi. Dengan napas terengah-engah, ia meneriaki bus yang terus saja melaju itu,dan terus berlari dengan kecepatan maksimal untuk mengejarnya.
“Yaaah!! berhenti kau, bus jahat!!!” teriaknya lantang-lantang tanpa memperdulikan pandangan orang-orang di sekitarnya. Tapi percuma, meskipun suara teriakannya sudah sekeras itu, bus kota berwarna biru muda  itu terus saja melaju hingga menghilang di sudut jalan tanpa sedikitpun berniat menurunkan kecepatan.
Merasa tidak sanggup lagi berlari, akhirnya dia  menyerah dan berhenti untuk mengatur napasnya yang terasa sangat berat. Ia terlihat sangat lelah, sekujur tubuhnya dibasahi oleh keringat padahal hari masih pagi dan lumayan dingin. Jantungnya juga mulai berdetak dengan tidak terkendali.
“astaga… pagi-pagi aku sudah tertimpa musibah…” gerutunya sambil menghapus aliran keringat di dahinya. Setelah merasakan nafasnya mulai kembali normal, dia  berjalan kembali menuju halte bus tadi sambil bergumam kesal. Mau tidak mau, ia harus menunggu bus berikutnya.    Itu artinya, ia akan terlambat hadir sepuluh menit di sekolah.
 
Sambil mengelap peluh di pelipisnya yang seakan tidak berhenti mengalir,  gadis itu mendudukkan dirinya di atas bangku panjang halte. Matanya menatap jalanan di depannya yang dipenuhi pejalan kaki dan mobil-mobil yang berlalu-lalang, namun tidak satupun bus yang terlihat melintas di sana.
“Arghhh!” yeoja itu menjambaki rambutnya sendiri yang dibiarkan tergerai sampai ke punggung. “ini semua gara gara anak bodoh itu kalo saja dia tidak menyembunyikan sepatuku di kamar mandi aku tak akan terlambat begini, awas kau Jungkook ” ujar yeoja itu dengan mata berapi-api dan tangan kanan yang terkepal ke atas. Ternyata tingkahnya itu menarik perhatian seorang laki laki yang kebetulan duduk di sebelahnya, satu-satunya orang yang menunggu di halte itu selain dirinya. Dia  menoleh mengelengkan kepala nya  dan mengernyitkan dahinya menatap bingung ke arah mimi
“Ternyata ada juga perempuan yang suka menggerutu sepertimu,” komentar laki-laki  itu sekilas, “aku paling tidak suka dengan yeoja seperti nya”  ucapnya yang diikuti decakan pelan, kemudian memalingkan wajahnya kembali pada buku di tangannya yang sejak awal sudah dibacanya.
Merasa di bicarakan dia akhir nya menoleh ke Bukan hanya “apa namja ini barusan membicarakan ku” pikir mimi dan juga hanya dia yang ada di tempat ini selain laki-laki di samping nya
“Yah! Kau pikir kau siapa, mengomentariku seenak mu ? Lagipula, siapa yang peduli kalau kau menyukai perempuan yang hobinya menggerutu atau tidak!” omelnya sambil menoleh ke arah namja di sebelahnya. “kau pasti orang yang sangat menyebalkan, ya kan? Ckck” gumam mimi mengelengkan kepala nya laki-laki itu hanya menghiraukan celotehan celotehan gadis di samping nya, mimi memperhatikan laki laki yang menurut nya menyebalkan itu tiba tiba ia membelalak lebar dan tampak kaget. “apa kau sudah selesai dengan gerutu mu itu” ucap laki laki itu datar dan masih menatap buku di tangannya.
“T—Tunggu,” kata perempuan itu dengan keadaan masih kaget, “apa kau satu sekolahan denganku?” tanyanya sambil memperhatikan seragam yang dikenakan laki laki  itu, yaitu kemeja putih yang dibalut blazer berwarna abu-abu dengan dasi berwarna hitam yang tersemat di leher.
“Sepertinya aku juga tidak asing dengan mukamu” Lanjut perempuan itu lagi sambil menggaruk-garuk pelipisnya. “Siapa namamu?” tanyanya kemudian sambil menggeser duduknya mendekati laki laki itu , dengan ekspresi rasa ingin tahu yang tinggi.
Merasa jaraknya dengan yeoja ‘aneh’ itu semakin dekat, laki laki itu  menggeser duduknya menjauh sambil memasang tampang risih. Laki laki itu lalu mengamati perempuan tersebut dari ujung kaki hingga ujung kepala dengan sudut matanya, dan akhirnya membuat kesimpulan sendiri.
“Maaf, tapi aku tidak kenal dengan perempuan berantakan sepertimu.” kata-kata itulah yang terlontar darinya setelah mengamati perempuan  di sebelahnya, kemudian tanpa rasa bersalah ia memalingkan pandangannya kembali pada buku di tangannya.
Mendengar ucapan laki laki itu yang terdengar kasar, Ia langsung terlonjat terkejut “cihh! Kau memang namja yang menjengkelkan! kau memang kurang ajar!” dengusnya sambil menyilangkan tangannya di depan dada dan membuang muka, ia tak habis pikir dengan kelakuan laki laki di samping nya ini “wajah nya memang tampan, tapi kata katanya sungguh dingin ckck kalo di pikir dia mirip seseorang” pikir mimi
Tak selang beberapa saat, sebuah bus berwarna merah berhenti tepat di depan halte. Si yeoja buru-buru berdiri karena tidak ingin lama-lama duduk dengan orang yang menyebalkan. Ia lalu berjalan cepat ke pintu masuk bus yang baru saja terbuka secara otomatis.
Baru saja ia hendak menaiki tangga bus di hadapannya, tiba-tiba ada seseorang yang menyerobot di depannya.
“aku duluan”  ucap si laki laki menyebalkan tadi dengan nada sombong, kemudian buru-buru masuk ke dalam bus.
“heol !! apa dia tidak tahu dengan kata ladies first” gerutu si yeoja sambil mendecak kesal dan mengentak-entakkan kakinya. Entah mimpi apa dia semalam  hingga ia bisa bertemu dengan laki-laki  yang kelakuannya kurang ajar, dan sangat sombong.
 
***
At school
Mimi  berlari terengah-engah menghampiri sekolahnya yang jaraknya hanya tinggal beberapa meter saja di depannya. Gerbang sekolah yang bisa terbuka selebar lima meter itu kini hanya terbuka satu meter saja, menandakan sebentar lagi bel masuk sekolah berbunyi, dan gerbang itu akan ditutup secara total. Dalam hati,mimi  bersyukur. Untung saja bus yang ditumpanginya tadi melaju dengan kecepatan yang lumayan, sehingga ia sempat mengejar keterlambatannya.
“hooh … aku selamaaatt… aku selamaattt…” gumam mimi penuh syukur setelah berhasil memasuki gerbang sekolah dengan aman dan tentram, meski sempat ditatap oleh  guru tata tertib  yang kini sudah bertengger di pinggir gerbang. Tepat setelah mimi  berlari masuk ke dalam, guru tatatertib itu  memerintahkan petugas sekolah untuk menutup gerbang sekolah rapat-rapat dan menggemboknya, tidak memberi ampun sedikitpun kepada anak-anak yang terlambat.
Ia menoleh kiri dan kanan “ aku rasa namja menyebalkan itu tadi datang bersama ku tapi sekarang dia di mana” pikir mimi “ YAH PARK MIMI APA KAU MAU TINGGAL MELAMUN DI SANA” teriak guru tadi dengan tatapan ingin memakan mimi “ ani  saem kim” ucap mimi lalu berlari dengan kecepatan cepat karena ia tidak ingin di hukum lagi sama guru menakutkan itu
 
Mimi pov
Aku  berjalan menuju kelas ku yang berada  di lantai dua. “ckckc … teriakan saem kim  memang dapat membangun kan orang !” gerutuku  sepanjang perjalanan melewati lorong-lorong kelas dua.
2-B
Setibanya di depan kelasku , yakni kelas 2-B, aku  meniup poniku  dan menyiapkan mental untuk memasuki pintu kelas
aku menghela nafas lega karena belum ada guru di dalam kelas hanya teman teman ku yang bermain dan berbicara mengenai para siswa populer di sini  , tiba-tiba  kurasakan sebuah tepukan dari belakang  aku menoleh malas siapa lagi kalo bukan dia  “ hei mimi” sapa orang itu dengan senyum kotak nya itu , betul kan apa yang kubilang dia baekhyun “ hai” sapa ku masih malas sembari masuk di ikuti baekhyun di belakang ku karena dia duduk tepat di depan ku “ kenapa dengan mu?” Tanya kyungsoo dia adalah juga teman dekat  ku dia duduk bersama baekhyun sedangkan aku duduk sendiran di bangku belakang , dia tidak seperti baekhyun yang banyak bicara dia adalah orang  yang pendiam dan tidak peduli dengan apa pun , “ apalagi, pasti dia terlambat lagi” celetus baekhyun , belum aku menjawab nya baekhyun sudah menjawabnya , seperti nya mereka sudah tahu sekali kebiasan ku yang satu ini , aku menghela nafas berat , kyung soo melihat ku seakan bertanya apa-kah-itu-benar “ dia benar, aku hampir terlambat lagi” ucap ku malas lalu kusandar kan pipi kanan ku di meja ini “ apa gara gara jungkook lagi ” Tanya kyungsoo menoleh ke belakang , aku hanya menganguk mengiyakan  “ seperti nya dia memang senang mengerjai mu” ucap baekhyun dan dia memang benar , “mimi bangun lah saem min sudah datang” kudengar baekhyun dari depan sembari menepuk lengan ku , aku membangunkan kepala ku dengan malas , dan kulihat saem min yang sudah di depan “ buka buku kalian hal 23 lalu kerjakan bab 1 sampai 2” jelas saem jung yang memberikan tugas , aku tahu itu, pasti saem min akan memberika tugas lagi, seperti nya aku harus mempercayakan kyungsoo karena hanya dia teman yang akan membantu ku kerjakan tugas tugas “ baiklah saem” ucap semua murid di kelas ini , yah dengan wajah murung mereka
 
****
Kringgggg kringgggg kringggg
Terdengar Bunyi bel istirahat , yang semua orang tunggu terutama aku bukan kah itu memang benar siapa yang tidak senang bila istirahat sekian lama nya pelajaran akhir nya istirahat juga
“ saya kira sampai di sini, sampai ketemu minggu berikut nya” ucap saem min “ terimah kasih saem” ucap semua murid dengan wajah senang mereka
Kurenggan kan tangan ku kedepan “ lelah nya” gumam ku “ apa kau mau kekantin” Tanya baekhyun yang menoleh ke arah ku “ kalian duluan saja nanti aku menyusul” ucap ku dengan senyum mengembangku “ baiklah , tapi kau harus menyusul yah” ucap baekhyun aku hanya menganguk mengiyakan “ kyungsoo kita pergi, kata nya dia akan menyusul” ucap baekhyun ke kyunsoo dan mereka berdua berjalan pergi
 
-
Aku masuk ke suatu rungan yaitu rungan loker kelas ku, aku melewati loker loker yang  berwarna merah marun ini , aku berhenti di nomor loker 235 itu adalah loker ku , aku mengambil kunci nya di saku blazer ku dan membuka nya , dan saat membuka nya  di sana ada surat kecil lagi  surat yang sering ada di loker ku semejak satu tahun terakhir ini . aku mengambil nya dan melihat nya
Selamat siang mimi, syukurlah kau tidak di hukum tadi , makan lah yang banyak
“ ckckck apa dia tidak bosan mengirim pesan begini” aku hanya mengelenkan kepala aku  sudah malas untuk menangapi nya dan tidak mau tahu siapa yang sering mengirimkan nya , aku tidak menayakan masalah ini ke seseorang maupun kyungsoo dan baekhyun tentang masalah ini pasti mereka akan mentertawakan ku, dan juga apa dia juga punya kunci loker ku , aku hanya mengela nafas berat dan menyimpan lagi kertas itu entah sudah berapa banyak kertas kertas kecil  di dalam loker ku
Mimi pov end
 
Author pov
At kantin
Terlihat baekhyun yang melambaikan tangan ke arah mimi yang baru datang , ia melihat baekhyun dan langsung berjalan ke arah tempat kyungsoo dan baekhyun
“ duduk lah” ucap baekhyun dengan senyum nya , mimi duduk dan langsung mengambil makanan baekhyun “ ckck kau sudah kebiasaan” ucap baekhyun mengelengkan kepala nya “ kau tahu bahkan aku tak makan pagi ini aku  kelaparan, kau mau lihat aku kurus kering kelaparan eoh” celoteh  mimi dengan berlebihan , kyungsoo dan baekhyun hanya tertawa kecil melihat mimi yang makan dengan lahap nya “ kau akan tersedak minumlah” kyungsoo menyodorkan minuman ke mimi yang senang tiasa dia ambil “ gomawo” ucap mimi dengan cengiranya itu             lalu seorang laki laki menghampiri tempat mereka “ hai hyung ” sapa baekhyun dengan senyuman kotak nya yang begitu melihat laki laki itu “ xiumin hyung ? Ada apa hyung  kemari?” Tanya kyungsoo kepada laki laki yang di panggil dengan xiumin itu  “ aku hanya ingin memangil dia” xiumin menunjuk mimi yang tengah makan dengan lahap , merasa sedang di tunjuk mimi akhir nya menoleh “ xiumin ” ucap mimi bingung “ mimi panggil dia sunbae” celetus baekhyun “ biarlah itu sudah menjadi kebiasa nya ,lihatlah betapa suka nya ia makan sampai sampai dia tak menyadari ku dari tadi” gumam xiumin baekhyun hanya tertawa mendengar nya , sedang kan mimi yang sedari tadi tidak tahu apa yang mereka bicarakan hanya menyegir polos “ suho sunbaenim memangil untuk tugas laporan” ucap xiumin , mimi hanya menganguk mengerti “ aku duluan, tapi baeki terimah kasih makan nya” ucap mimi lalu berjalan mengikuti xiumin di depan nya “ ckckc dia memang begitu , tapi untung nya dia bisa berkata terimah kasih setelah mengambil makan ku” baekhyun mengelengkan kepala nya “ apa kau marah” Tanya kyungsoo “ tentu saja tidak, buat apa aku marah” jawab baekhyun “ ayolah kita kembali ke kelas” ucap kyung soo
Mimi pov
aku berjalan bersama laki laki di sebelah ku dia adalah  senior ku nama nya xiumin aku sering di kritik orang karena aku tidak pernah memangil xiumin ataupun senior senior lain nya dengan sebutan sunbae atau apalah itu , aku dan xiumin adalah termasuk anggota osis dan juga termasuk kyungsoo
at room osis
aku sudah sampai di ruang osis , kulihat para anggota lain nya ada di situ termasuk sih ketua osis  kim joon myun atau bisa di panggil dengan suho dan juga yeoja yang sangat terkenal di sekolah dia termasuk sekertaris osis nama nya lee seul bi dia menjadi pujaan pujaan di sini bukan karena cantik nya saja tapi seul bi adalah yeoja yang feminim , lemah lembut , baik,  sering tersenyum kepada orang  dan aku bahkan hanya dua kali , tiga kali tersenyum dan selanjut nya hanya berwajah masam sampai pulang .
“ kau sudah datang” sahut suho yang menoleh ke arah ku dengan senyum kata perempuan di sini layak nya malaikat , baiklah itu berlebihan menurutku itu  biasa biasa saja “ dia tadi makan siang dulu hyung” ucap xiumin di samping ku ,
Apa ada yang salah kenapa dengan mereka seperti nya menahan tawa        “ apa ada yang salah” Tanya ku bingung mengaruk dahi “ lihatlah” ucap lay yang menunjuk ke bawah , aku pun menoleh ke bawah dan benar saja , selama tadi aku tidak sadar  memakai kaos kaki yang berbeda warna dengan sebelah nya, aku langsung segera melepas nya , mereka hanya tertawa ckckc “ pantas saja mereka melihat ku sedari tadi , mereka sangat jahat tak memberitahu ku” gerutu ku dan duduk di samping xiumin “ kudengar tadi kau terlambat lagi” sahut suho “ benarkah” ucap chen yang tidak percaya dengan apa yang di dengar  “ iya benar, ini gara gara sepupuku  yang menyebunyikan lagi sepatu ku” ucap ku malas mereka tertawa puas“ apa kau ingin aku menghajar sepupu mu itu” ucap xiumin “ yak, yak, yakk apa kau gila kau mau aku tidur di luar” ketus ku    “ bukan kah itu terdengar bagus” ledek chen  “ baiklah kita mulai saja” ucap suho semua langsung terdiam dan menyimak ucapan ketua osis itu    “ mimi kau di tugas kan meliput tentang pemain basket sekolah kita” ucap suho membuat ku terkejut , APA? Meliput namja namja dingin seperti mereka “ aku yang meliput mereka?” Tanya ku ulang “ iya” jawab suho menganguk “ hanya aku saja?” Tanya ku lagi “ iya” suho menganguk lagi “ suho eh maksud ku sunbae kenapa hanya aku saja” rengek ku, hanya mimpi saja kalo mereka mau di liput “ dan lagi mereka sangat tidak suka di liput sunbae” rengek ku lagi memohon agar suho membatalkan nya “ mereka pasti mau kalo sama kau ” ejek lay aku hanya cemberut “ kau lakukan saja mimi , karena mereka semua sudah di tugas kan dan sisa nya hanya tinggal kamu” ucap suho dengan bijak , berapa kali aku memohon dan hasil nya aku harus tetap meliput mereka
 
 “ sekian dari ini, kalian bisa boleh pergi” ucap suho dan berdiri dari tempat duduk nya sementara aku menghampiri xiumin semoga saja dia mau gantian tugas dengan ku “ xiu, kumohon kita gantian tugas saja yah” ucap ku memohon sembari memperlihatkan wajah konyol ku “ tidak mau, mimi anggap saja kau sedang sial” ledek xiumin lalu pergi,mereka memang jahat fiuhh “ aku saran kan untuk pakai pelindung, siapa tahu mereka langsung menendang mu” sahut lay menoleh dan meledek “ yah! Kalian jahat! ” pekik ku dan apa apaan ini mereka menoleh hanya untuk tertawakan ku
 
***
Matahari telah berubah berwarna orange menandakan hari telah sore , jalanan kota seoul kembali di padati oleh pejalan kaki yang umum nya orang orang yang pulang dari kerja begitu pula di honguk high school pelajaran sudah berakhir terlihat siswa siswa yang baru keluar dari sekolah itu baik naik kendaraan maupun berjalan kaki , terlihat dari dalam mimi, kyungsoo dan baekhyun yang baru keluar “ kau yakin tidak ingin ku antar” Tanya kyungsoo yang lagi lagi menawarkan mimi untuk mengantar nya, bahkan setiap hari ia menanyakan hal yang sama  “ iya, bukan kah kau masih bekerja kau akan lelah” celetus baekhyun “ yah!, yah! Baekiyah , kyungsooyah apa kalian melihat ku seorang halmonie , aku masih kuat tahu, lagi pula bukan kah setiap hari nya aku hanya jalan kaki saja ” celoteh mimi dengan mulut mengkerutnya “ lihatlah kau tetap saja menolak” ucap baekhyun mengelengkan kepala “ kalo begitu kami duluan” ucap kyungsoo dan mereka berdua pergi “anyeong” teriak mimi yang melambaikan tangan nya ke arah baekhyun dan kyungsoo yang sudah berlalu , dia menghela nafas berat lalu berbalik dan berjalan berlawanan arah
 
jalanan kota seoul kembali di padati oleh pejalan kaki terlihat seorang perempuan  dengan masih pakai seragam nya berjalan di pingiran toko toko yang ia lewati , dan juga seorang laki laki di belakang nya  yang seperti nya sedari tadi mengikuti perempuan yang berjalan di depan nya, laki laki itu terlihat memakai seragam yang sama dengan perempuan itu
merasa di ikuti perempuan itu pun menghentikan jalan nya dan laki laki itu juga berhenti berjalan , lalu perempuan itu berjalan lagi dan laki laki itu pun berjalan lagi , terlihat perempuan itu menghela nafas berat dan langsung berbalik ke belakang sontak laki laki tadi terkejut “ yah! Panda ! Kau sudah ketahuan” pekik perempuan itu kesal “ benarkah” ucap laki laki itu dengan cegiran polos nya dan berjalan menghampiri perempuan itu “ apa  kamu terkejut” Tanya laki laki itu antusias tapi perempuan itu hanya menatap nya kesal “ siapa juga yang terkejut , kau bahkan setiap hari menguntit ku dari belakang” ucap perempuan itu “ yah,! Kau pede sekali park mimi” ledek  laki laki itu “ yah, tao! ” kesal perempuan itu “ baiklah kau menang , lagi pula rumah ku ada di ujung sana” ucap laki laki yang bernama tao itu menunjuk ke arah depan “ siapa yang peduli” perempuan itu melanjutkan jalan tanpa menoleh ke tao lagi
lalu tiba lah perempuan itu tiba  ke tempat tujuan dan masuk ke sebuah café  , sementara tao hanya memandang ke arah mimi yang masuk dan ia kembali berjalan tapi bukan ke arah depan melain kan berputar ke arah berlawanan
“ baiklah aku sudah bisa pulang , setidak nya aku sudah mengantar nya ke tempat kerja nya” ucap laki laki tu tersenyum simpul dan lanjut berjalan
-TBC -
 

Freaky Girl [4]

$
0
0

freaky girl

“Freaky Girl [4]”

Author : alfykmn || Casts : OC, Secret Cast, Sehun [EXO], Baekhyun [EXO], Luhan [EXO], etc || Genre : Friendship, Life, School-life, Love/Hate, AU, Comedy (maybe only this part) || Lengrt : Chapter || Rating : Teen

(PS : already post at dreamersradio –fanfiction– dengan berbagai perubahan disini )

.

.

.

“PFFFTTTTT….”

Chanyoung memutar kedua matanya dengan kesal.

“Kalau kalian mau ketawa, tertawa saja. Tak perlu ditahan begitu. Daripada nanti ada angin busuk keluar dari bawah-_-“

“MUAHAHAHAHAHA…….”

“BUAHAHAHAHA…….”Chanyoung tersenyum selebar mungkin, menunjukkan deretan giginya yang putih bersih karenanya. Dari dulu memang ia merasa begitu bahagia seperti berada di surga kalau teman-temannya tertawa karena ucapan konyolnya.

Ia menoleh ke kiri dan melihat salah satu teman kesayangannya tersebut masih menunjukkan ekspresi datar dan serius –tidak seperti 3 temannya yang lain yang tengah tertawa keras sampai susah dikendalikan.

“Kau tidak tertawa, Sehun-ah?”

Sehun menggeleng pelan lalu berkata,”Tidak, aku tidak bisa tertawa saat kau sedang menahan sakit.”

Mendengar suara Sehun yang sarat dengan nada dingin, membuat 3 orang yang tengah tertawa itu terdiam lalu berdehem pelan.

“Oh iya, benar juga kata Sehun. Tapi tadi lucu sih bisa melihat ekspresi Baekhyun….”

“Benar-benar ekspresi orang sakit perut. Darah Chanyoung juga merembes begitu lucu –ah iya iya maa Sehunnie, aku mengerti kok tadi bukan tindakkan yang baik….”

“Ya ampun, kok aku bisa tertawa seheboh tadi sih.”

“Kalian kebiasaan,” sahut Sehun sinis membuat senyum lebar Chanyoung hilang.

“Ini hanya luka biasa, tidak usah dibesar-besarkan kali. Aku kan sudah biasa kena luka begini jadi –HEY! Jangan memukul lukaku!”Chanyoung menaikkan nada suaranya begitu melihat tangan kanan Sehun yang terkepal erat nyaris saja menyentuh, mengelus, atau memukul (entahlah, hanya Sehun dan Tuhan yang tau) luka di bahu Chanyoung yang hanya terbalut perban saja.

“Kalau tidak sakit harusnya kau tidak mencegah sampai berteriak heboh begitu.”

Chanyoung terdiam beberapa saat sebelum menunjukkan cengiran bodohnya begitu teringat sesuatu yang dia anggapnya menarik.

“Wuahahaha! Ayo kita bertanding dengan mereka lagi begitu aku sembuh!” ujar Chanyoung bersemangat –terutama saat melihat Baaekhyun di ujung lapangan tengah menatapnya. Ia langsung menggulung lengan baju kanannya dengan cepat, sampai gulungannya seperti di lengan kiri.

“Hanya karena kau baru saja di perban jadi kau ingin melawan mereka lagi? Itu keputusan orang bodoh, Chanyoung-ah. Sana ke kelas!!” seru Sehun, Chen, Luhan, dan Kyungsoo keras tapi tidak mampu membuat Chanyoung yang keras kepala ini menyerah dan diam begitu saja.

“Urusanku dengan-”

“Kau bisa menyelesaikannya lain waktu,” potong Chen selembut mungkin.

“Nanti aku atau kita dikira-”

“Untuk sekali ini biarkan kita dikira pengecut. Yang terpenting kita aslinya bukan pengecut kan?” potong Luhan tak sabar.

“Aku dibilang pengecut itu biasa, mungkin karena status perempuanku. Tapi kali-”

“Diledek pengecut sekali-kali mungkin menarik dan patut dicoba,”potong Chen dengan senyuman lebarnya. Meskipun asbun (asal bunyi), 2 orang teman lainnya mengangguk bersemangat, tanda setuju.

“Atau kita yang menyelesaikannya tanpamu? Bagaimana?”

No,”jawab Chanyoung pendek tanpa perlu berpikir panjang. Ini masalahnya bukan masalah teman-temannya. Teman-temannya hanya membantu jadi dia tidak mungkin menurunkan masalahnya kepada mereka yang tidak tau jelas apa obsesinya sampai ingin menyelesaikan masalah dengan seorang Byun Baekhyun.

Maaf-maaf saja, dia tidak seperti para siswi di sekolahnya yang kebanyakkan menyerahkan masalah kepada teman lelakinya begitu saja. Karena kalau saja ia –alias Chanyoung bertindak seperti itu –menyerahkan semuanya ke laki-laki maksudku–, itu sama sekali tidak gentle dan tentu bukan gayanya.

“Kalau begitu, cepat istirahat di UKS atau masuk kelas,”sahut Kyungsoo tiba-tiba, nyaris membuat Chanyoung mengerang karena pikirannya langsung terpecah begitu saja namun tak tega melukai sahabatnya yang paling baik dan perhatian ini.

Chanyoung menghela nafas sebentar sebelum menadahkan tangannya di depan Luhan membuat si empu bermata rusa tersebut hanya yang bisa mengerutkan kening.

“Aku pinjam bla-”

“Lukamu belum kering karena belum dijahit jadi jangan memakai pakaian tertutup dulu.”

“Tapi Sehun, nanti-” Sehun membalikkan badannya, menghadap Chanyoung yang sudah duluan menghadap ke arahnya.

“Dengarkan aku kali ini anak kepala batu,” meskipun ada embel-embel tak mengenakkan seperti itu, Chanyoung tetap saja tidak bisa mencegah dirinya untuk menegak air liurnya dalam-dalam.

Sehun jarang sekali menggunakan berbicara dengan nada memohon serta susunan kalimatnya yang halus juga lembut, biasanya kan anak itu spontanitas berkata sesuai apa yang ia pikirkan –tak peduli yang dia ucapkan itu kasar, tajam, dingin atau bahkan datar.

Lagipula salah satu sahabatnya ini hanya akan menunjukkan ekspresi memelas kecuali kalau itu memang benar-benar penting –tentu saja keselamatan nyawa gadis tersebut termasuk hal penting juga kalau tak mau dimangsa bibinya.

Meskipun ia sudah tau jelas akan hal-hal menyangkut Sehun tadi, setengah dirinya tentu masih tak bisa menahan diri untuk tidak membantah –meskipun hanya satu dua kata saja.

“Tapi-”

Jebal…..” Sehun menggenggam kedua tangan Chanyoung lalu meremasnya pelan, berharap rasa khawatir dan hangat dari tangannya dapat tersalurkan sampai hati kecil gadis tersebut sedikit terketuk.

“Oh cerita roman picisan,” sahut Chen malas kemudian ia menutup mulutnya dengan tangan karena menguap yang langsung mendapatkan jitakan manis tanpa bayar dari Kyungsoo tepat di ubun-ubunnya.

 “ChanHun moment….Omo, HunHan moment dikalahkan oleh ChanHun. Aku iri….huhuhuhu,” Luhan menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan –maksudnya ia berpura-pura menangis tapi itu malah membuat dia terlihat berlebihan dan terlalu mendramatis. Berkat itu, dia berhasil membuat Chen dan Kyungsoo yang nyaris berdebat, memperhatikannya dengan tatapan aneh.

Bahkan Chen yang masih dendam karena ubun-ubunnya mendapatkan hadiah tadi mulai menunjukkan tanda-tanda tak wajar, salah satunya wajahnya berubah menjadi ungu seperti mainan bebek karetnya –seakan memberikan tanda kalau si pemilik wajah siap untuk mengeluarkan isi perutnya–,setelah mendengar komentar Luhan yang agak –mungkin lebih tepatnya memuakkan.

“Chanyoung-ah, kali ini menurut pada Sehun lah…..Kau tau kan kalau Sehun sudah bersikap sok romantis –ah mungkin memang benar-benar romantis– begini itu tidak bisa dibantah lagi?” tanya Kyungsoo halus mampu membuat Chanyoung meneguk air liurnya lagi –kembali sadar akan dilema yang melanda, dilema antara siat kepala batunya dan hatinya yang ternyata sedikit terketuk tadi.

Selain karena ucapan Kyungsoo yang tepat sasaran itu, Sehun mulai menatap Chanyoung dengan tatapan yang tidak biasa dan itu mampu membuat Chanyoung yang tetap berjenis kelamin perempuan ini menjadi sedikit gugup sendiri.

“A-ah ya ya baiklah….” Sehun melepaskan tangan Chanyoung dari genggamannya lalu tersenyum tipis.

“Pilihan yang bagus, anak manis,” Sehun mengelus –nyaris mengacak pelan rambut Chanyoung. “Nah jadi setelah ini kau akan memilih di kelas atau di UKS? Setelah pulang sekolah, kita HARUS pergi ke klinik untuk menjahit lukamu. Arra?”

“Tidak bisa-”

“Tidak. Tidak ada kata penolakkan,” potong Sehun kelewat tegas. Chanyoung mengalihkan pandangannya ke kanan lalu mendengus kasar seraya mengutuk teman-temannya di dalam hati begitu melihat mereka sudah kabur duluan, mencari zona aman masing-masing.

Sehun ikut menoleh lalu menatap Chanyoung kembali dengan senyum miring. “Nah nona, sekarang tidak ada yang membelamu lagi. Jadi bagaimana hm?”

Gadis tersebut memutar kedua bola matanya malas seraya melirik kedua jarum jam yang ada jam tangannya.

“Di UKS. Ini sudah waktunya pelajaran Astronomi. Aku sama sekali tidak mau kena semprot guru Kang karena melihat siswi ‘kesayangannya’ ini menggulung lengan bajunya dan tidak memakai blazer.”

Sehun mengangguk, nyaris seperti kaku. “Baiklah, aku akan menemanimu sebentar oke? Memastikan kau tidak akan kabur untuk nekat mengajak Byun sialan itu berduel kembali,” Sehun menunjuk ke depan, lebih tepatnya ruang ganti yang terlihat penuh itu. “Aku sedang pelajaran Olahraga, anak lain sedang menganti baju jadi tenang saja.”

Chanyoung mendengus pelan lalu menyeringai nakal. “Aku tidak akan menyerahkan nyawaku begitu saja kok padanya,” kemudian ia terkikih kecil sampai kening Sehun mengerut cukup dalam.

“Kau tak usah sebegitu khawatirnya, tuan Oh. Bibiku tidak akan ikhlas memangsamu yang tampan ini kok, sudah sana ganti baju. Kau tau sendiri kan toilet sekolah ini sedikit mistis?” lanjutnya separuh menggoda pemuda bermata sipit yang benci akan segala jenis hal berbau mistis beserta oknum-oknumnya.

Sehun dengan mata yang disipitkan –dari sipit makin sipit menatap gadis tersebut. “Aku menurutimu karena sedang jadi penurut bukan karena hantu dan kawan-kawannya itu. Dan yah kalau kau membahas hantu dan kawan-kawannya lagi, aku tidak akan mengajakmu bicara seperti waktu Luhan dulu.”

Yang barusan diancam hanya bisa mengedikkan bahunya lalu tersenyum santai seperti di pantai. “Iya terserah kau saja. Oh ya, kudengar kalau kita membahasnya atau sekedar menyebutkan namanya secara terus menerus nanti mereka –atau salah satu dari mereka akan datang loh. Keren sekali bukan?”

Pemuda tersebut menormalkan posisi pupilnya sebelum mundur perlahan sampai hanya kepalanya yang terlihat di balik pintu. “Aku serius akan ucapanku untuk mendiamkanmu.”

BRAK!

“Hahahaha~Coba saja sendiri tuan Oh!” seru Chanyoung keras-keras sebelum meluruskan punggungnya sampai rileks lalu menggunakan ruangan UKS ini untuk mengistirahatkan sebentar tubuhnya.

****

***

Chukkae,” Sehun dengan mood masih buruk akan hal-hal yang dibahas di UKS tadi langsung memperlambat aktivitas pemanasannya sebentar lalu menatap Baekhyun yang berada di serong dari tempat ia berdiri dengan tatapan aneh.

For what?”

“Kau lah. Kau yang hari ini sudah resmi berpacaran dengan Chanyoung kan? Chukkae tapi hati-hati dengan Chanyoung, dia-” Tawa Sehun yang monoton dan datar memotong ucapan Baekhyun. Baekhyun sendiri hanya bisa mengeraskan rahangnya untuk menahan amarah, dia sama sekali tidak suka dipotong saat berbicara oleh siapapun –entah orang terdekat atau bahkan orang lain, apalagi kalau ia sedang serius seperti ini.

Sehun langsung menghentikkan tawa tak wajarnya saat menyadari suasana terlalu hening sekarang. Ia menggerakkan kepalanya ke kanan sampai berbunyi ‘krek’ sebelum berjalan menghampiri lawan bicaranya.

“KYAAA! Sehun sunbae menghampiri Baekhyun sunbae dengan penuh gaya!”

“Mana mana? Aku tidak lihat!”

“OMO OMO! Kerennya!!”

Sehun menghiraukan jeritan dan komentar dari belakang punggungnya, malahan dia menggerak-gerakkan tangan dan kepalanya hingga berbunyi ’tek tek tek’ berkali-kali. Bunyi ‘tek tek tek’ yang cukup mengerikan dan terdengar ngilu.

Baekhyun sendiri tidak berniat berjalan mundur sejengkal pun saat Sehun mendekatinya dengan tatapan menusuk. Ia sendiri malah mengangkat dagunya, pertanda ia menantang seorang Oh Sehun di tengah lapangan.

Sehun tersenyum lebar sampai mata sipitnya benar-benar menghilang begitu mereka sudah saling berhadapan. Bukannya memukul, menarik lalu mengangkat tinggi-tinggi Baekhyun yang terbilang kecil untuknya, atau membunuh Baekhyun dengan tatapan mematikannya yang langka.

Oh tidak tidak tidak, Sehun bukanlah orang yang ringan tangan atau mudah melemparkan ancaman berbahaya yang serius sekalipun pengecualian jika dia sudah marah besar.

Satu lagi, dia juga tidak ingin menodai tangannya karena memukul Baekhyun yang menurutnya tampak begitu kotor sekaligus Sehun juga sama sekali tidak mau diceramahi ketua kesiswaan yang merangkup sebagai paman tuan Byun sombong ini serta guru Bimbingan Konsleting.

“Aku hanya mengucapkannya sekali jadi dengarkan baik-baik…..” Senyum tuan Oh langsung hilang begitu saja setelah ia mengambil jeda cukup panjang. “Tuan Byun, kau jangan lihat dia dari penampilannya. Penampilannya memang berandalan, sikapnya juga, tapi hatinya? Who’s know?”Senyuman Sehun mengembang kembali bahkan sekarang terlihat cukup menyeramkan.

“Satu lagi, dia memang bukan pacarku tapi jangan sekali-kali mendekatinya. Ada kau didekatnya, ada bahaya yang mengancamnya…..Hm yeah, actually she’s mine,” Sehun berkata sedemian rupa seraya menepuk-nepuk bahu Baekhyun cukup keras dengan wajahnya yang masih dihiasi senyuman.

“Cih, jangan bermuka dua begitu Oh Sehun,” Tak ada senyuman lagi, Sehun malah sudah langsung memasang ekspresi datar.

“Dia bukan milikmu secara ‘sah’ kan? Tapi kenapa kau seenaknya mencapnya sebagai milikmu? Belum tentu juga dia ingin menjadi milikmu. Ck, dasar aneh,” Baekhyun menggelengkan kepalanya sebentar. “Lagipula aku-sama-sekali-tidak-berniat-mendekati-Chanyoungmu-itu. Aku hanya ingin mengecek seberapa tangguhnya dia.”

“Hah? Seberapa tangguhnya dia?” tanya Sehun seakan-akan baru saja salah dengar, mungkin saja terlalu sering mendengar lagu membuat pendengarannya rusak.

Kemudian secara tiba-tiba ia tertawa cukup keras lalu ekspresinya kembali datar. “Memang kalau dia tangguh atau tidaknya itu ada untungnya untukmu? Berhadiah apa kah kalau kau sudah mendapatkan jawabannya? Oh ya satu lagi,” Sehun menjilat cepat bibirnya. “Tolong, jangan permainkan dia. Jauhi dia saja jika tidak mau kena masalah dari berbagai arah. Disini dia tidak sendirian, pendukungnya sebanyak dirimu –mungkin lebih banyak.”

Pemuda dengan tinggi menjulangnya tersebut maju satu langkah, melanjutkan perkataannya di telinga tuan Byun dengan suara berbisik. “Yah, kalau kau tidak mendengar ucapanku tidak ada peringatan manis lagi Byunbaek.”

PRITTT!!

Semua murid –entah yang kelasnya di dekat lapangan, mejanya di dekat jendela kelas, murid-murid di kantin atau sekedar lewat di koridor dekat lapangan, dan bahkan yang sedang berolahraga tersentak kaget begitu mendengar suara peluit yang memekakkan, cukup membuyarkan konsentrasi bayangan kejadian selanjutnya dari perang dingin Oh Sehun vs Byun Baekhyun yang menaik ini.

“HOI! Kalian ini jangan bengong saja!!” seru guru olahraga mereka benar-benar keras dan menghancurkan bayangan mereka semua yang memperhatikan perang dingin tadi.

“Ya kalian! Benar, Oh Sehun dan Byun Baekhyun yang sedang bergosip! Apa bergosip ada di bagian pemanasan kita?”

Mereka berdua –Oh Sehun maupun Byun Baekhyun menggeleng malas.

“Nah kalian sendiri tau bukan? Jadi Oh Sehun, Byun Baekhyun sekarang kalian berdua keliling lapangan 7 kali! Yang lain lanjutkan gerakkan pemanasan dari awal!! Jangan bengong atau berhenti atau saya mulai dari awal kembali!”

“YAH! BAPAK JAHAT SEKALI SIH!!!”

“YA SUKA SUKA SAYA DONG!”

PRITTT!!!

“Masih mengeluh akan saya hukum lebih parah! Hey kalian berdua ayo cepat mulai berlari!”

Sehun menghela nafas pelan sebelum menepuk sekali punggung Baekhyun lalu tersenyum kembali.

“Nah, Tuan Byun silahkan mulai cerna ucapanku baik-baik,” katanya sebelum berlari di depan Baekhyun ang masih cukup terpaku di tempat.

Baekhyun mengedipkan sebentar matanya sebelum mendengus kasar. “Ck, padahal permainan baru dimulai. Aku tidak akan mundur dengan mudah tuan Oh.”

-TBC-

NB      : well done….ini baru part keempat tapi aku…aku…..sudah lelahT_T

Modem paketannya abis, ditenggelamkan oleh tugas yang seabrek…..aduh rasanya mau nangis takut ngecewain readersT_T makanya aku sengaja bikin ini part jadi panjang/?

Tapi meskipun lelah gak bakalan nyerah kok tenang saja/? Dan ya semoga readers yang menikmati/suka makin makin suka, menikmatinya yang awalnya biasa aja tapi sekedar iseng baca jadi suka sekaligus menikmati. Maaf ya kalo ada banyak kesalahan:vv sampai jumpa di part kelimanya~~~ *terbang ke tempat banyak bunga bunga*


She Wanted Me to Fled

$
0
0

cover swmtf

Title: She Wanted Me to Fled

Author : Nara Fawnia

Cast :

  • Do Kyungsoo (EXO)
  • Han Seokyung (Ocs)
  • Byun Baekhyun (EXO)

Length : Oneshoot

Genre : Romance

Rating  : PG-13

.

***

Seokyung berulang kali melirik jam di tangannya. Kyungsoo menelan ludah melihatnya, kikuk. Ia berfikir, apa saat ini ia tengah melakukan basa-basi yang terlalu lama?

Kotak cincin seolah bergetar di dalam saku jasnya dan berteriak ‘keluarkan aku atau aku akan melingkar di lehermu’

“Kyungsoo-ssi, aku ingin membicarakan sesuatu,” Seokyung memulai.

“Aku juga.”

Taman hiburan ini tidak terlalu ramai. Itu sebabnya Kyungsoo mengajak Seokyung pergi ke sini. Tapi kesepian tempat ini mungkin malah membuat Kyungsoo terus saja mengulur waktu untuk mengungkapkan perasaannya.

Seokyung menyesap minumannya lalu kembali berbicara.

“Aku ingin kita membuat perjanjian.”

“Ha?”

Seokyung tersenyum lebar. Cantik. Tidak, tidak. Sangat cantik. Kyungsoo bahkan lupa dengan cincin yang bergetar di saku jasnya itu.

“Aku berhasil membujuk ayah untuk menyerahkan sertifikat itu. Dan sekarang kebun binatang itu resmi menjadi milikku.”

“Perjanjian kita adalah– kurasa itu yang harusnya kau katakan.”

Seokyung mengernyit. “Perjanjian kita adalah kau harus kabur dari pernikahan kita.”

“TIDAK.”

“Aku belum selesai. Kau pergi dan bawalah sertifikat itu. Aku akan segera mengubah nama pewarisnya menjadi namamu. Itu-kan yang kau inginkan dari perjodohan ini? Dengan begitu aku bisa menikah dengan Baekhyun. Ayah tidak akan marah padamu, percayalah. Ini semua murni keinginanku. Aku akan bertanggung jawab.”

Kyungsoo berdecak. Tapi kini tidak begitu! Dia tidak lagi memikirkan hak milik kebun binatang itu. Ia sangat tulus ingin berumah-tangga dengan Seokyung.

“Itu tidak mungkin Seokyung-ah, lagipula aku tidak bisa menjalankan kebun binatang sementara ayahmu akan berada di sekitarku. Aku bukan pecundang yang brengsek seperti itu. Aku akan tetap menikahimu. Dan, mana mungkin ayahmu akan membiarkan pengangguran itu membajak pernikahan kita?” Kyungsoo tidak lagi gugup, ia berkonsentrasi penuh dengan pembicaraan ini. Ia harus menang telak dari Seokyung.

“Ayolah, Kyungsoo-ssi. Kau bisa mendapatkan kebun binatang itu, bisa menjualnya atau apa. Dan mendirikan yang baru, jauh, dari ayah atau Korea.”

Kyungsoo membulatkan matanya. Apa maksud gadis ini? Mengusirnya?

“Ayahku, dia punya ego yang sangat tinggi. Dia tidak mungkin membiarkan sebuah pernikahan menurunkan reputasi dan mempermalukannya. Maksudku, ia akan mengizinkan Baekhyun menikahiku.”

“Tetap tidak bisa.”

Air muka Seokyung berubah garang.

“Baik. Baiklah kalau begitu biar aku saja yang kabur, atau aku bisa bunuh diri setelah sebelumnya menjual kebun binatang itu.”

“Kau..kau tidak peduli pada ayahmu?”

“Memangnya ia peduli padaku? Memaksaku menikah dengan seseorang yang tidak kucintai. Setelah itu dia akan mati karena sakitnya. Tetap saja pada akhirnya aku lagi yang menderita.”

“Seokyung-ah! Jangan berbicara begitu! Ayahmu tahu apa yang terbaik bagimu. Dan harusnya kau mendukungnya untuk sembuh.” Kyungsoo sudah hilang kesabaran. Gadis di hadapannya benar-benar kurang ajar.

“Maksudmu kau? Kau yang terbaik begitu?”

“Aku akan berusaha.”

“Berusahalah untuk tidak menghancurkan hidup orang lain, kumohon. Pergi dan bawa sertifikat itu. Ayah akan sadar betapa Baekhyun juga bisa menjadi terbaik, itu hanya butuh waktu.”

“Aku tidak sedang menghancurkan hidupmu, aku..aku hanya–”

“Kau egois! Kau menikahiku karena ingin mendapatkan kebun binatang itu dan perhatian ayah.”

Cukup. Kyungsoo sadar bahwa inilah saatnya. Ia harus mengungkapkan yang sebenarnya pada Seokyung. Tapi tidak di bangku taman ini, tidak juga di bangku-bangku dingin lainnya.

Sret.

Kyungsoo menarik tangan Seokyung kasar dan membawanya ke arah bianglala.

“Lepaskan!” Seokyung terus meronta meminta lepas, namun Kyungsoo malah mendekatkan badan mereka.

“Giliranku,” ucap Kyungsoo.

“Apa?’

“Berbicara.”

Lelaki itu kembali menyeret Seokyung. Mau tidak mau gadis itu menurut. Di depan pintu masuk bianglala Seokyung terus-menerus melihat jam tangannya. Ia khawatir Baekhyun pasti sudah menunggunya sejak tadi. Tapi, masalahnya dengan Kyungsoo harus diselesaikan sekarang. Baekhyun pasti paham mengapa ia terlambat.

Saat melangkah masuk ke dalam salah satu bilik bianglala, ia meraba mantelnya. Ponsel, dan benda itu tidak ada. Pasti tertinggal.

“Ponselku!” teriaknya dan melompat lagi keluar.

“Seokyung-ah!” teriak Kyungsoo yang tidak sigap menahan gadis itu tadi.

“Aku akan kembali,” ia berjanji.

Seokyung berlari cepat. Bagaimana jika Baekhyun menelepon? Bagaimana jika ponsel itu telah diambil seseorang? Ia mengedarkan matanya mencari bangku yang ia tempati tadi. Tapi sial, bangku seperti itu berserakan di sini. dan ia tidak ingat posisi tepatnya saat pembicaraan perjanjian itu.

Ia memutar balik pandangannya, melihat ke arah bianglala. Sudah berputar! Pasti Kyungsoo akan sangat marah padanya. Tapi, biarlah.

“Seokyung-ah.” Panggil seseorang. Seokyung berbalik dan mendapati Baekhyun berdiri sambil mengacungkan ponsel miliknya.

“Baekhyun-ah. Ponselku?”

“Aku menyusulmu sambil terus menghubungi nomormu, dan menemukannya menghibur diri dengan berdering di bangku sendirian.”

Seokyung tersenyum. Baekhyun terkekeh.

“Ayo, festival lentera akan segera dimulai,” ajak Baekhyun sambil mengulurkan tangannya. Seokyung meraihnya ketika teringat sesuatu. Kyungsoo, tadi ia sudah bilang kalau akan kembali.

Tapi biarlah. Sekedar peringatan kalau ia bisa saja berubah menjadi gadis jahat dan menyebalkan. Dengan itu Kyungsoo akan menurutinya dengan menyetujui perjanjian itu.

Baekhyun merangkulkan tangannya kepada Seokyung, sementara ia mengirim pesan pada Kyungsoo.

From: Han Seokyung

Aku pergi dengan Baekhyun. Bersenang-senanglah selagi kau masih single.

Kyungsoo menatap layar ponselnya terluka. Seokyung mengancamnya. Bahwa ia takkan bisa merasa senang lagi jika sudah menikahi Seokyung. Begitukah?

Ia kembali menatap pemandangan menyedihkan itu dari atas. Padahal tadi ia ingin keluar tapi petugas taman hiburan malah menguncinya di dalam, dan bianglala berputar.

Ia melihatnya, lagi. Baekhyun, pria itu selalu menginterupsi kencannya dengan Seokyung. Tapi tidak bisakah jangan hari ini? Jangan malam ini? Ia akan melamar Seokyung! Ia akan mengutarakan semuanya!

Lelaki itu merangkul Seokyung mesra. Hatinya memanas. Airmatanya jatuh begitu saja.

“Han Seokyung! Aku mencintaimu! Aku sangat mencintaimu! Menikahlah denganku! Aku tidak menginginkan kebun binatang itu lagi. Jadi, menikahlah denganku!! Aku menginginkanmu!!” teriak Kyungsoo frustrasi.

Ya! Kyungsoo melihat gadis itu berbalik!

“Han Seokyung! Kau mendengarnya ‘kan?!” teriaknya lagi. Yang terakhir. Karena Seokyung kembali berjalan menuju pintu keluar.

Kyungsoo memang tengah menangis tapi ia takkan menyerah.

***

Hutan Seoul sangat ramai malam ini. Seokyung melihat Baekhyun melambai sambil tersenyum padanya. Pria itu sedang mengantri di tempat penukaran lentera dan mengambil dua buah lentera berbentuk persegi. Seokyung kembali memperhatikan orang-orang yang begitu sibuk dengan lenteranya masing-masing. Menulis sebuah permohonan.

Baekhyun selesai dengan antrian itu dan mengajak Seokyung menepi, agak jauh dari riuh orang-orang. Mereka duduk di rerumputan dan mulai menulis permohonan pada lentera.

Kumohon agar aku bisa menikah dengan Byun Baekhyun.

“Kau begitu mencintaiku ya?” Baekhyun terkekeh pelan membaca permohonan Seokyung.

“Ya! Kau tidak boleh mengintip!” desis Seokyung. Baekhyun tertawa.

“Sebagai gantinya, kau boleh melihat permohonanku.” Baekhyun menyodorkan lenteranya.

Gadis itu ragu. Seokyung memang penasaran setengah mati, tapi permohonan di lentera harusnya rahasia. Tapi, Baekhyun sudah melihat miliknya juga kan?

Kumohon agar aku mendapatkan pekerjaan.

Seokyung sedikit kesal. “Kau tidak ingin menggantinya? Menyelipkan namaku agar kita bisa menikah?” tanyanya sedikit kecewa.

Lagi-lagi Baekhyun tertawa.

“Bagaimana kalau permohonan kita terkabul? Itukan akan lebih baik, chagi,”

“Aku memilikimu dan memiliki pekerjaan,” lanjut Yoonjae. Ia tersenyum manis pada Seokyung. Gadis itu mengerti, keinginan terbesar Baekhyun adalah membahagiakannya. Makanya ia membalas senyum itu.

Lampu di sekitar lokasi mulai dipadamkan. Semua orang menunggu angin untuk menerbangkan lentera mereka.

Sedikit demi sedikit, angin mulai berhembus. Yoonjae mengeluarkan korek dan menyalakan kedua lentera. Begitupun orang-orang lainnya.

Saat angin mulai berhembus semakin kencang, serentak semua orang melepaskan lentera itu untuk terbang. Langit Hutan Seoul yang hitam pekat, kini berhiaskan lentera-lentera menyala yang sangat cantik.

Tiba-tiba Baekhyun menarik tangan Seokyung hingga mereka berhadapan. Baekhyun semakin mendekat. Dan bibir mereka pun bertemu. Seokyung mengalungkan tangannya pada leher Baekhyun, dan lelaki itu semakin erat memeluk dan memperdalam ciumannya. Dengan lentera-lentera mengelilingi keduanya.

Tidak, tiga. Kyungsoo ikut menikmati pertunjukan itu. Dengan hati bergetar, menyaksikan calon istrinya dipeluk dan dicium orang lain, seakan semuanya dapat menjadi lebih buruk lagi.

“Kau pasti kembali,” Kyungsoo membatin.

***

Hari ini pernikahan Kyungsoo dan Seokyung. Semua persiapan sudah sangat matang, karena diserahkan pada wedding organizer yang terbaik di Korea.

Kyungsoo menatap pantulan tubuhnya di cermin. Dan tersenyum getir. Hari ini pula ia akan melarikan diri dari pernikahannya.

Seseorang masuk ke dalam ruangan. Seokyung. Dengan gaun pengantin putih membuatnya tampak begitu cantik. Wajahnya pun berseri-seri, seperti pengantin pada umumnya.

“Kyungsoo-ssi, semangat! Tidak boleh gagal.” Seokyung mengepalkan tangannya sambil tersenyum lebar. Pintu terbuka lagi, kali ini Baekhyun. Dia mengenakan tuxedo seolah ia ingin membuat para tamu bingung dengan siapa sebenarnya yang akan menikahi Seokyung.

Kyungsoo sangat marah melihat pakaian yang dikenakan Baekhyun, itu karena lelaki itu akan langsung menggantikannya di hadapan pendeta nanti. Di hadapan ayah Seokyung, di hadapan semua orang.

Dan dirinya akan menjadi seorang pengecut, bajingan, dan lain-lain karena kabur dan membawa sertifikat.

Baekhyun tidak berani menatap Kyungsoo, dia hanya berdesis memanggil Seokyung agar gadis itu keluar.

Kini Kyungsoo kembali sendirian. Setelah lamarannya gagal, menangis di dalam bianglala kemudian melihat sesuatu yang tidak menyenangkan di Hutan Seoul. Tekatnya sudah bulat, ia tidak ingin merusak kebahagiaan Seokyung dan menyakiti dirinya sendiri meskipun ia sangat mencintai Seokyung. Tapi, ia tidak akan membawa sertifikat itu! Sampai kapanpun!

Kyungsoo meraih sebuah topi dan memakainya. Ia mendekati jendela, membukanya lebar-lebar, kemudian menghela nafas panjang. Kyungsoo melompat keluar.

***

“Seokyung-ah!! Kyungsoo tidak ada di ruangannya!!” teriak ayahnya panik. Di belakangnya ada paman Seokyung yang membuntuti.

Seokyung tengah mendempul lagi wajahnya dengan bedak dan membenarkan riasannya yang kurang rapi. Ia berusaha pura-pura terkejut.

“Apa? Lalu bagaimana pernikahanku ayah?!” nadanya berubah menjadi cemas, dan merengek.

“Kita harus mencarinya! Ayah sudah menghubunginya tapi nomornya tidak aktif. Cobalah kau mencarinya lewat teman-temannya!”

“Ayah, waktunya tidak akan sempat. Kau tahu kan berapa banyak tamu yang hadir hari ini? Kalau aku tidak menikah bukan cuma kau saja yang malu, aku juga ayah!”

Ayah Seokyung menghela nafas panjang.

“Kyungsoo harus ditemukan. Biar aku yang bicara pada para tamu.”

“Ya!! Aku tidak mau! Teman-teman SMA-ku datang dan aku tidak ingin mereka menertawakan pernikahanku yang batal!!”

“Ah, tapi Seokyung-ah, kau tidak bisa menikah tanpa mempelai pria,” celetuk paman.

Seokyung menunduk, berusaha mengeluarkan airmatanya namun nihil. Ia tidak bisa menangis, justru ia ingin tertawa.

“Beginikah? Memisahkanku dengan Baekhyun, memaksaku menikah dengan orang yang tidak kusukai, dan sekarang orang itu menghilang, lalu aku dipermalukan, di upacara pernikahan indah yang sangat diimpikan semua wanita. Beginikah cara ayah menyayangiku? Aku benci ayah!”

Seokyung menghentakkan kakinya keras-keras, sengaja. Ia berlari kecil menuju pintu dan menabrak seseorang, tentu saja; Baekhyun.

Airmata Seokyung berhasil turun. Saat Baekhyun menangkap tubuhnya.

“Seokyung-ah, jangan menangis.”

“Baekhyun-ah, aku sangat menderita.” Seokyung berdrama.

“Baekhyun, bersiaplah di altar. Seokyung perbaiki riasanmu. Kau menikahlah dengan dia,” suara ayah Seokyung datar, ia langsung keluar ruangan dengan paman mengekorinya.

Baekhyun dan Seokyung berusaha menahan senyum mereka. Lalu lelaki itu bergegas meninggalkan Seokyung.

Dengan perasaan berbunga-bunga, didampingi ayah yang menggandengnya dan dengan sepupu-sepupu kecilnya yang memegangi ujung gaun, Seokyung melangkah menuju mempelai prianya, Baekhyun.

Ia menatap sepatu berkilauan yang dikenakannya sambil terus tersenyum. Ia, akan segera menikah dengan lelaki yang dicintainya.

Seokyung berhenti meneliti sepatunya dan mengangkat pandangannya begitu merasakan ayahnya memijat lengannya erat. Ia menatap mata tua lelah milik ayahnya, pria itu tersenyum lebar. Padahal sejak tadi dia sangat dingin dan terlihat tidak peduli. Seokyung membalas senyuman ayahnya tulus.

Akhirnya kini ia merasakan bagaimana menjadi wanita yang paling dicemburui di dunia. Pernikahan impiannya, ayahnya tersenyum melepaskannya bersama pria yang ia cintai. Sungguh tidak pernah ia fikirkan akan sebahagia ini rasanya.

Seokyung memalingkan tatapannya ke depan, melihat calon suaminya berdiri di sana, tersenyum.

Seokyung merasa akan jatuh pingsan jika ayahnya tidak memeganginya sangat erat.

Pria itu kembali, Do Kyungsoo kembali. Berdiri menunggunya dengan senyuman hampa. Gadis itu mengedarkan pandangan pada para tamu. Di sana! Deret ke tiga, di tengah-tengah. Baekhyun menatapnya sambil menggigit bibirnya. Matanya terlihat berkaca-kaca. Namun ia memaksa untuk tersenyum saat Seokyung menemukannya.

Seokyung merasakan jantungnya berdetak begitu kencang. Marah, benci, kesal, sedih, semuanya. Ia menatap kedua manik milik Kyungsoo seolah bisa menembusnya.

“Aku. Membencimu!” bisik Seokyung tajam dan dalam. Matanya berkilat-kilat penuh emosi dan kebencian.

“Baiklah,” balas Kyungsoo menunduk untuk menelan ludah lalu menegakkannya lagi

“Apa?!”

“Benci aku Seokyung-ah, aku tidak akan berbuat apa-apa walau kau terus menerorku dengan ancaman-ancamanmu. Aku akan tetap menikahimu. Bencilah aku, benci aku sepuasmu sampai kau tidak bisa membenci lagi. Sampai kau lelah membenci, sampai kau lupa apa itu membenci. Setelah itu, bisakah kau mencoba mencintaiku?” suara Kyungsoo bergetar.

“Kau…..” Seokyung merasakan airmatanya kini sangat mudah mengalir. Jadi begini rasanya benar-benar hancur?

“Maafkan aku karena mencintaimu, aku egois dan terlalu menginginkanmu, Seokyung-ah.”

Pendeta memulai upacara pernikahan. Tapi Seokyung merasa dirinya terlalu lemas untuk berlari dari pernikahannya. Fikirannya kacau dari mulai berniat untuk pura-pura pingsan, pura-pura gila, menangis histeris atau bagaimana??

Hingga akhirnya janji suci itu terucap. Seokyung dan Kyungsoo resmi menjadi sepasang suami istri.

Kyungsoo kembali menatap Seokyung. Wajahnya pucat pasi. Perlahan ia mendekatkan wajahnya pada wajah istrinya. Tidak ada reaksi, tidak ada penolakan, yang ada Seokyung memejamkan matanya. Kyungsoo sempat melirik ke arah Baekhyun berada namun pria itu sudah mennghilang. Ia pun mencium bibir Seokyung lembut dan sebentar.

Seperti sedang dihipnotis, suara tepuk tangan para tamu undangan malah membuat Seokyung benar-benar jatuh pingsan.

***

Kyungsoo POV

Aku memang menikahi Seokyung, memisahkannya dengan kekasihnya, Baekhyun yang saat ini entah di mana. Lelaki itu menghilang begitu saja. Ayah sangat bahagia karena aku dan Seokyung memberinya seorang cucu laki-laki. Tapi Seokyung masih membenciku. Kami hidup bersama namun hatinya tidak untukku. Namun aku harus tetap bahagia, demi anakku. Dan aku tidak akan pernah menyerah atas Han Seokyung. Wanita yang teramat kucintai.

END


Viewing all 4828 articles
Browse latest View live