Quantcast
Channel: EXO Fanfiction
Viewing all 4828 articles
Browse latest View live

Bittersweet : Sorry Sorry

$
0
0

bittersweet

Author : Iefabings

Main Cast :

  • EXO’s Kai as Kim Jongin
  • Red Velvet’s Seulgi as Kang Seulgi
  • EXO’s Sehun as Oh Sehun

Supporting Cast :

  • Red Velvet Yeri as Kim Yerin
  • Kim Yoonhye
  • Red Velvet’s Wendy as Son Seungwan

Genre : Romance, hurt, college life, friendship

Rating : PG-13

Length : Multi chapter, currently 16

Previous Chapter : The Circle | He’s My BoyfriendI Hate You | A Weird Dream | ApologyWhat IfShe’s My GirlfriendStupid, Dumb, IdiotTruth Or Dare |  Call You MineI Feel WarmFavorite Mistake | We’re Friends, Right?Love LetterUnfortunately |

^^Selamat Membaca^^

Kebetulan sekali. Saat dia baru turun dari mobilnya dan hendak naik ke lantai atas untuk menemui Seulgi, dilihatnya Sehun keluar dari gedung itu. Kali ini dia tidak takut lagi jika kedapatan menemui Seulgi di apartemennya. Bahkan sudah tak perlu lagi menyembunyikan perasaannya—yang masih ada—pada Seulgi. Semuanya sudah ia ketahui dari Baekhyun. Tentang Sehun, juga tentang kekecewaan Seulgi. Dia mengepalkan tangannya dan menghampiri Sehun yang berjalan gontai. Lalu tanpa basa basi, dia menyapanya dengan satu pukulan tepat di tulang hidungnya.

BUG

“Brengsek!”

BUG

Satu pukulan lagi di pipi kiri Sehun.

“Pengecut!”

BUG

Satu lagi di sudut bibirnya. Sehun tak sempat melawan, bahkan harus mengerjapkan mata berkali-kali saat dia tersungkur di tanah untuk tahu siapa yang memukulnya. Dia terbatuk, tampak darah mengalir dari hidung dan sudut bibirnya. Jongin menatapnya dengan nafas memburu, tangannya masih mengepal.

“Apa yang kau lakukan pada Seulgi, hah?” ditariknya kerah pakaian Sehun agar dia berdiri kembali. “Aku telah merelakan dia untukmu karena aku pikir, kau bisa lebih membahagiakannya! Aku mengira kau adalah yang terbaik untuknya! Kenapa kau malah menyakitinya seperti ini? Brengsek!” Jongin memukul Sehun lagi hingga terjatuh untuk kedua kalinya.

Sehun hanya diam dan menunduk. Itu semakin membuat Jongin murka dan ingin memukulinya lagi. Tapi yang terjadi, dia hanya mengusap wajahnya kasar. Helaan nafasnya pun terdengar kasar.

“Maaf…” akhirnya Sehun membuka suara.

“Apa kau sengaja melakukan ini untuk balas dendam padanya? Kau tidak pantas disebut lelaki!”

“Tidak pernah!” sela Sehun, kini mendongak menatap Jongin. “Tidak pernah sekali pun aku merasa dendam atau berniat membalasnya.”

“LALU KENAPA KAU MENYAKITI SEULGI?”

“AKU MERASA BERSALAH!” suara Sehun ikut meninggi. “Aku tahu ini kesalahan besar. Dia begitu baik… terlalu baik… tapi aku malah mengecewakannya,” ucapnya lirih.

Jongin menatap Sehun tak percaya. “Aku tidak paham bagaimana kalian bisa bersama,” dia berbalik untuk masuk, tapi kembali lagi. “Jika nanti aku melihatnya menangis, aku pastikan kau akan menyesal seumur hidupmu!” dan setelah itu Jongin benar-benar masuk dengan tergesa.

Tidak ingin membuang banyak waktu, bahkan untuk menunggu pintu lift terbuka sekali pun. Dia mengumpat karena benda metal itu tak juga bergeser. Ditekannya tombol buka berkali-kali, tetap tidak terbuka. Lalu Jongin berteriak dan menendangi pintu lift sebelum berlari ke arah tangga. Nama Seulgi terus ia suarakan dengan lirih walau nafasnya terengah karena berlari. Seulgi yang ia cintai mungkin sedang menangis sekarang. Sangat ia yakini itu. Dia saja, seorang lelaki bisa menangis karena ditinggalkan oleh Seulgi. Apalagi Seulgi yang begitu rapuh dan gampang menangis, dia pasti tidak mampu bertahan menghadapi kenyataan ini.

Apakah dia merasa menang? Tidak. Apa dia merasa senang karena ternyata Sehun lebih buruk darinya? Tidak. Atau mungkinkah dia merasa puas karena pasti Seulgi akan menyesal karena lebih memilih Sehun? Jawabannya tidak. Faktanya, justru dialah yang merasa menyesal. Dia menyesal karena tidak mengambil langkah berani untuk merebut Seulgi. Seharusnya malam itu dia menahan Seulgi untuk tidak pergi dengan Sehun, memintanya tetap bersamanya, atau kalau perlu membawa gadis itu pergi jauh sejauh-jauhnya dari Sehun. Kali ini dia akan lakukan. Persetan dengan yang namanya kelancangan. Sehun sama sekali tidak pantas untuk Seulginya. Dia tidak akan biarkan Seulgi bersama Sehun lagi.

Ditekannya bel apartemen Seulgi, cukup panjang agar terkesan memaksa. Ya, dia akan memaksa Seulgi keluar. Rupanya memang tak sia-sia. Seulgi membuka pintunya tak lama kemudian.

“Seulgi, kau tidak apa-apa?” Jongin langsung memburunya dengan pertanyaan bernada khawatir. Dilihatnya mata Seulgi yang masih sembab oleh air mata, juga kelopaknya yang kelihatan bengkak. Betapa dia ingin memeluk Seulgi saat itu juga.

“Hai, Jongin,” tapi dia memaksakan senyumnya. Jongin tahu sapaan ramah dan senyum itu adalah tindakan paksa yang ia coba tampakkan pada orang lain. “Ada apa?”

“Aku ingin tahu apa kau baik-baik saja….”

“Memangnya aku kenapa?” dia bahkan berpura-pura bertanya dengan wajah polos. Dia pikir mungkin Jongin tidak akan menyadari itu. Jongin mendesahkan nafas panjang.

“Seulgi, aku sudah tahu semuanya.”

“Tahu apa? Aku seharian ini tidak kemana-mana dan tidak melakukan apapun.”

“Baekhyun sudah menceritakannya padaku!” bentak Jongin, lelah melihat kepura-puraan Seulgi yang membuatnya merasa begitu tidak penting di mata gadis itu. “Kau tidak perlu berpura-pura di hadapanku. Kalau kau merasa sakit, tunjukkanlah!”

“Apa sekarang kau ingin menertawakanku?” senyum di wajah Seulgi sudah menghilang dan suaranya terdengar datar.

“Seulgi, aku datang ke sini karena peduli padamu. Aku ingin membuatmu merasa lebih baik. Tidak bisakah kau buang dugaan negatifmu itu?”

“Aku tidak ingin terlihat lemah, Jongin-ah. Orang-orang bisa berpikir aku tidak tahu diri karena sebelumnya, Sehun sudah pernah memaafkan pengkhianatanku.”

“Demi Tuhan kenapa kau masih saja mengingat soal itu, Kang Seulgi?!”

“Dia memaafkanku walau begitu kecewa karena aku mengkhianatinya. Jadi aku pun harus memaafkannya. Dia meminta waktu untuk berpikir hanya karena sedang bingung. Aku yakin, Sehun akan kembali seperti dulu.”

Jongin tak percaya dengan apa yang ia dapatkan setelah berlari menyusuri tangga hingga lantai 6, terengah hanya untuk memastikan Seulgi baik-baik saja. Sia-sia saja, dirinya tetap tak bernilai apa-apa. Seulgi masih menganggap Sehun adalah segalanya.

“Tidak bisakah kau menerimaku? Sekali pun hanya menerima bantuanku tanpa menerimaku kembali, setidaknya bersedia membagi kesedihanmu denganku. Biarkan aku memelukmu, mendengarkan keluh kesahmu, membuatmu merasa lebih baik. Sebentar saja, Seulgi. Sekali saja. Tidak bisakah?”

“Jongin,” sebutir air mata lolos dari mata Seulgi. “Kau sudah memiliki Yoonhye di sisimu. Bahagiakanlah dia demi aku. Dengan begitu aku akan merasa lebih baik. Jangan kecewakan Yoonhye seperti aku yang telah mengecewakan Sehun, juga seperti kau yang mengecewakan Soojung. Jangan lakukan kesalahan itu lagi. Berjanjilah. Kau bisa mengerti, kan?”

Helaan nafas panjang, lagi. Apa boleh buat. Memang Seulgi sudah tidak bisa ia bawa kembali. Membawanya pergi dari Sehun pun tidak bisa.

“Baiklah, kau yang menginginkannya,” Jongin mengangguk-angguk, melesakkan kedua tangan ke saku jaketnya. “Aku akan membuang semua tentangmu, mencoba untuk mencintai Yoonhye dan membahagiakannya. Begitu?”

Seulgi mengangguk. “Ya, begitu.”

“Baiklah, aku pergi,” Jongin mulai melangkah pergi. Dia menoleh pada Seulgi berkali-kali, tapi Seulgi tak sedikit pun menatapnya. “Aku pikir bisa memelukmu walau hanya malam ini. Sangat ingin membuatmu merasa baikan. Tapi… yah… aku pulang.”

Dan Jongin tidak berbalik lagi. Sepertinya tidak akan pernah. Sudah pasti sepulang dari tempat ini nanti dia akan menghabiskan banyak alkohol.

***

“Hati-hati,” Seulgi baru bisa mengatakan itu—dengan suara kelewat lirih—saat sosok Jongin sudah lenyap dari pandangannya. “Mine.”

Sebenarnya jika dia boleh egois, dengan senang hati akan berlari ke pelukan Jongin dan melupakan semua tentang Sehun. Jika saja dia tidak tahu malu, pastilah dia bersedia memulai kembali semua bersama Jongin. Tapi Seulgi merasa tak pantas. Dia telah menyakiti hati dua orang dan menurutnya, dia pantas mendapat hukuman seperti ini. Atau malah hukuman ini belum cukup untuk menebus kesalahannya. Dia hanya perlu menunggu Sehun kembali, bukan? Dia yakin tak lama lagi semua akan baik-baik saja.

***

Satu hari. Dua hari. Tiga hari.

Hingga seminggu lamanya Seulgi menunggu Sehun. Belum ada kabar sedikit pun yang ia dapatkan. Digunakannya waktu luang itu untuk mengajari Yeri dengan maksimal. Durasi belajar ia tingkatkan. Cukup senang saat tahu Yeri juga memiliki semangat yang besar. Saat bersama Yeri pula dia bisa sejenak melepas rasa sesaknya tentang cinta.

“Unnie.”

“Ya?” Seulgi mengalihkan mata dari novelnya. Saat ini Yeri sedang mengerjakan puluhan soal yang ia buat untuk latihan.

“Apa unnie punya pacar?”

“Yaaa masih kecil sudah tahu soal pacaran,” sahutnya sambil tertawa pelan.

“Aku sudah mau lulus SMA, unnie,” protes Yeri tidak terima.

“Tapi kau harus fokus belajar, jangan memikirkan itu.”

“Aku kan hanya tanya unnie. Bukan berarti aku punya pacar,” decak Yeri sebelum kembali menulis jawaban.

“Menurutmu, unnie punya atau tidak?” tanya Seulgi balik.

“Pasti punya. Unnie kan cantik, pintar, baik pula.”

“Hm…. Sebenarnya itu tidak menjamin bisa punya pacar.”

“Kalau benar unnie tidak punya, pacaran dengan oppaku saja. Kasihan dia sudah lama melajang.”

“Ssssh, kenapa malah mengejek oppamu sendiri, eoh?” Seulgi menusuk pipi Yeri dengan ujung pensil.

“Memang benar kok. Dia sudah melajang lama sampai lumutan begitu. Kata teman-temanku dia sangat tampan. Tapi apa gunanya tampan kalau pacar saja tidak punya? Ck, memalukan.”

Tingkah Yeri yang sok tua itu membuat Seulgi tertawa lepas. “Sudah, sudah. Tidak baik membicarakan oppamu. Lebih baik kerjakan soal yang unnie berikan sampai selesai dan harus benar semua.”

“Ndeeee,” sahut Yeri.

Seulgi kembali membuka novelnya, lanjut membaca. Baru beberapa baris ia baca, ponselnya bergetar panjang. Sebuah panggilan dari Seungwan dan dia langsung mengangkatnya.

“Kau ada dimana?”

“Sedang mengajar di rumah anak itu,” jawabnya seraya menutup novel.

“Kenapa lama sekali? Kau mengajar berapa jam sih?” dia mendengar Seungwan berdecak heran.

“Selagi banyak waktu luang, aku maksimalkan untuk membuat Yeri makin mengerti pelajarannya.”

“Arasseo, tapi sekarang kita mau ke bar. Aku jemput ya, mengajarnya bisa besok lagi, kan?”

“Kita?”

“Iya, The Circle.”

“Ooh,” diliriknya Yeri sekilas. “Baiklah, jemput saja. Aku akan pamit pulang,” ucapnya sebelum memutus panggilan.

“Unnie sudah mau pulang?” tanya Yeri setelah Seulgi selesai menelpon.

“Harus pulang,” dia tersenyum lebar. “Selesaikan soal latihannya ya. Besok akan unnie periksa.”

“Yah, unnie selalu pulang sebelum oppaku pulang. Lain kali kalian harus bertemu pokoknya!”

“Iya, pasti ketemu kok nanti. Unnie pulang dulu ya,” pamit Seulgi lalu menyandang tasnya.

Dia keluar dari kamar Yeri, turun untuk berpamitan pada ayah dan ibunya.

***

“Selamat datang Seungwan dan Seulgi!” sapa Yuri dengan ceria dan langsung menarik mereka untuk duduk. Sepertinya mereka berdua adalah yang terakhir datang. Banyak sekali minuman di atas meja, tapi Seulgi tidak melihat satu pun yang layak minum. Dia menatap Yuri penuh harap. “Ah… aku mengerti. Jongdae, bisa ambilkan soda-sodanya?” ujar Yuri yang langsung mengerti maksud Seulgi.

“Minumlah sepuasnya. Malam ini aku yang traktir,” Siwon mengangkat gelasnya dan menenggak minuman sampai habis. “Terima kasih atas kerja samanya sejauh ini. Mari kita buat event yang lebih hebat di periode selanjutnya!”

Mereka bersulang satu kali lalu minum secara serentak, termasuk Seulgi yang menghabiskan separuh dari sodanya. Tanpa sengaja dia melirik Jongin, tingkahnya sedikit aneh. Jika yang lain hanya minum secukupnya, Jongin menenggak langsung sampai habis.

“Yaa, pelan-pelan minumnya,” celetuk Minseok saat melihat cara minum Jongin.

“Dia minum seperti akan menelan habis botolnya juga,” sambung Baekhyun, tertawa kecil.

Seulgi berusaha keras untuk tidak tampak terlalu mencemaskan Jongin. Beberapa kali ia alihkan perhatiannya ke yang lainnya. Mengobrol dengan Joohyun dan Seungwan misalnya. Tapi sekeras apa pun ia berusaha, ekor matanya terus melirik ke arah Jongin. Tingkah lakunya makin aneh.

PRANG

Bahkan satu gelas baru saja pecah, membuat perhatian semuanya teralih pada Jongin.

“Yaa kau benar-benar mabuk,” Minseok berusaha menarik botol yang masih terisi separuh dari tangan Jongin, tapi ditepisnya.

“Aku bilang, aku baik-baik saja!” sanggah Jongin dengan suara khas orang mabuk. Dia kembali minum banyak walau keadaannya sudah tidak kelihatan baik.

“Ck, ck, dia sudah kelihatan aneh sejak datang tadi,” cibir Baekhyun seraya menunjuk Jongin dengan gelasnya.

“Aneh bagaimana?” beruntung Seungwan memiliki inisiatif untuk bertanya, jadi Seulgi tidak perlu bertanya.

“Wajahnya pucat, tidak fokus, bisa dikatakan raganya memang di sini, tapi jiwanya berada di tempat lain,” jelas Baekhyun dengan gaya dramatis.

Seulgi menatap Jongin, kali ini lebih berani karena semuanya fokus ke arahnya. Para senior mereka pun semakin mencemaskan pemuda itu. Seorang pelayan datang untuk membersihkan pecahan gelas akibat kelakuan Jongin.

“Sebaiknya dia pulang saja. Minseok atau Myungsoo, siapa saja antarkan dia pulang,” perintah Siwon.

“Ayo pulang, Jongin-ah. Aku antar,” dengan dibantu oleh Myungsoo, Minseok mencoba memapah Jongin keluar. Tapi Jongin memberontak dengan marah.

“Sudah ku bilang tidak apa-apa! Kenapa kalian memperlakukanku seperti orang yang sakit, huh? Lihat! Aku dalam keadaan yang sangat baik!” Jongin menepuk-nepuk dadanya marah.

“Kau tidak sehat, ayo pulang,” paksa Myungsoo, kembali menarik Jongin seperti tadi.

“Lepaskan aku!” semakin murka, Jongin mendorong mereka semua. Terlihat jelas sekali dia sedang mabuk berat. “Kalian tidak usah sok tahu! Memangnya dengan memperlakukanku seperti ini keadaanku akan jadi lebih baik?” lalu dia melangkah lebih dekat ke meja, tepat ke hadapan Seulgi. “Kau,” dia menunjuk Seulgi—yang terkaget hingga sepertinya mulai pucat. “Apa sekarang kau bisa tenang-tenang saja melihatku? Ah… aku tidak tahu hatimu terbuat dari apa. Kau bisa menjadi malaikat dan iblis dalam waktu bersamaan.”

“Apa yang kau bicarakan, Jongin-ah? Kau sedang mabuk berat, ayo pulang,” Minseok berusaha menengahi dengan menarik paksa Jongin. Tapi lagi-lagi, kekuatannya kalah oleh perlawanan Jongin. Sementara Seulgi hanya bisa diam dengan jemari yang gemetaran.

“Semuanya, Seulgi. Yang ku katakan padamu semuanya nyata. Bahwa aku mencintaimu, itu nyata. Bahwa aku bersedia menunggu selamanya, itu juga nyata. Aku bahkan bisa mengatakan hingga saat ini, perasaan itu masih. Saat kau masih bersamaku dulu, itu indah. Walau berisisian dengan rasa sakit karena harus selalu mengalah dari Sehun, bagiku sangat indah. Aku menguatkan diriku untuk bertahan untukmu sejauh ini, semua ku lakukan untukmu. Lalu apa yang ku dapatkan?”

“Jongin, sudah… kita pulang,” Minseok mencoba menarik Jongin lagi. Walau tidak begitu paham dengan masalah mereka, dari sebagian kata yang Jongin ucapkan dia sedikit paham bahwa itu tidak pantas untuk didengar oleh semuanya.

“Lepaskan!” Jongin mendorong Minseok lagi, kali ini lebih kuat. Pandangannya kembali pada Seulgi. “Kau tahu kenapa aku melarangmu mengaku pada Sehun? Harusnya kau—yang katanya mahasiswi terbaik di angkatanmu—bisa mengerti alasannya. Dunia pun pasti tahu bahwa Sehun tidak akan melepaskanmu apa pun yang terjadi. Kau pikir jika mengaku padanya semua akan baik-baik saja? Iya, bagi kalian. Tapi bagiku tidak. Aku benar-benar ditinggalkan. Sehun berusaha mati-matian untuk menjauhkanmu dariku selamanya. Apa aku menyerah akan perasaanku? Tidak. Aku malah mencari celah sekecil apa pun untuk bisa membawamu kembali. Itu seperti memulai dari awal. Mendekatimu sebagai teman, astaga, apa yang telah ku lakukan? Aku begitu percaya diri bisa membawamu kembali. Nyatanya tidak bisa. Harusnya aku sadar sejak awal itu tidak akan bisa,” sambil tertawa miris Jongin menggelengkan kepalanya. Mata Seulgi mulai berkaca-kaca. Dia memang merasa sakit atas semua yang Jongin katakan. Tapi dia juga tidak punya apa pun untuk dijadikan perlawanan. Itu semua memang salahnya. Sementara teman-teman mereka yang lainnya hanya diam. “Kau malah menyuruhku untuk mencintai orang lain, Seulgi. Padahal kau tahu tidak akan bisa. Tenagaku habis hanya untuk mencintaimu. Oh, tidak hanya untuk mencintaimu. Tenagaku juga habis karena harus menunggu, menahan sakit, dan memperjuangkan sesuatu sendirian. Aku berani mengambil resiko untuk mengejarmu, karena aku pikir kau juga akan mengambil resiko untuk bersamaku. Aku pikir kau mau berjuang bersamaku. Nyatanya tidak…” tawa miris Jongin kembali terdengar, bahkan kini sepertinya dia menangis. “Aku berjuang sendirian. Aku memperjuangkan seseorang yang sebenarnya tidak mau aku perjuangkan. Bodohnya, baru aku sadari saat perasaanku padamu semakin dalam.”

“Jongin, maafkan aku,” Seulgi berdiri. Walau merasa malu karena kini semua teman mereka tahu tentang dirinya dan Jongin, dia memberanikan diri untuk meminta maaf.

“Serius sekarang kau meminta maaf? Setelah semua yang kau lakukan?” tanya Jongin seperti tak percaya, lalu tertawa lagi. “Mudah ya, menurutmu semua bisa baik-baik hanya dengan minta maaf. Kau dan Sehunmu itu sama saja. Sayang sekali, aku tidak seperti dirimu dan aku bukan Sehun.”

“Ku mohon, jangan seperti ini,” Seulgi mencoba meraih tangan Jongin untuk menenangkannya. Dia semakin tidak enak karena semua teman-teman mereka menatapnya.

“Apa kau mencoba untuk kembali lagi padaku? Sudah terlambat, Seulgi. Aku sudah menghapus perasaanku padamu. Dan semua kenangan yang berhubungan dengan dirimu berubah menjadi kenangan yang menyakitkan. Aku sudah tidak mencintaimu lagi!”

“Yaa apa yang kalian lakukan? Apa ini adalah tontonan yang menarik?” Seungwan bersuara dan memberi kode agar seseorang melakukan sesuatu. Sepertinya cukup berhasil karena Myungsoo dan Minseok mulai bergerak lagi, juga Siwon yang langsung menarik paksa Jongin menjauh dari Seulgi.

“Aku tidak ingin melihatmu lagi, Seulgi! Melihatmu hanya membuatku ingat bagaimana sakitnya! Menjauh dariku! Aku tidak mencintaimu lagi!” itu kalimat terakhir yang masih bisa didengar sebelum Jongin menghilang.

“Yang benar saja, malah menonton,” desis Seungwan, lalu menggandeng Seulgi untuk pergi juga. “Harus pulang.”

Seulgi tidak menjawab apa-apa, kakinya terasa lemas. Pasrah saja saat Seungwan menarik dirinya pergi dari tempat itu. Dia shock atas sikap Jongin yang demikian. Ya, dia memang bersalah, tentu saja dia sadar itu. Tapi sama sekali tidak menduga akan dipermalukan dengan cara seperti ini.

***

“Semua kenangan yang berhubungan denganmu berubah menyakitkan!”

“Aku sudah menghapus semua perasaanku padamu!”

“Semuanya berubah menyakitkan!”

Waktu menunjukkan pukul 02.00 dini hari. Berkali-kali dia mengubah posisi tidurnya miring ke kanan, miring ke kiri, terlentang, bahkan tengkurap, dia tidak bisa tidur dengan posisi mana pun. Kata-kata Jongin terus terngiang, membuatnya merasa dihantui. Apa ini adalah rasa takut? Atau sebuah penyesalan.

“Sudah terlambat, Seulgi.”

Memang benar, terlalu terlambat untuk merasa menyesal. Tapi apa yang ia sesalkan?

“Aku sudah menghapus semua perasaanku padamu!”

Apa karena itu? Entahlah, dia merasa takut jika perasaan Jongin padanya hilang. Dia tidak ingin Jongin benar-benar menghapus perasaannya. Sepertinya benar. Yang dia takutkan bukanlah kehilangan Jongin, tapi kehilangan cintanya. Tapi semua sudah terlambat, bukan? Jongin membencinya sekarang. Seulgi yakin pemuda itu tidak ingin menemuinya lagi.

“Aku tidak ingin melihatmu lagi, Seulgi!”

Dengan putus asa dia duduk, mengusap wajahnya kasar. Diraihnya ponsel untuk mengecek ada tidaknya pesan dari Sehun. Sudah seminggu berlalu. Belum ada satu pesan pun darinya. Bahkan sekedar mengatakan ‘hai’, tak ada. Desahan nafas panjang keluar. Seulgi mulai putus asa menunggu. Haruskah dia menyerah saja? Atau mungkin ini adalah pertanda bahwa justru Sehun lah yang menyerah. Mungkin saja Sehun mengisyaratkan padanya bahwa dia tak akan pernah kembali.

Dia menekuk kaki dan menenggelamkan wajah di kedua lututnya.

“Sehun-ah… apa kau baik-baik saja? Aku ingin menanyakan itu saat kau kembali. Karena sekarang aku tidak baik-baik saja. Seseorang telah mempermalukanku, Sehun-ah…. Tapi entah kenapa aku malah merasa bersalah dan tidak punya keberanian untuk menunjukkan wajahku padanya. Rasanya aku ingin musnah saja…” dia mulai menangis. Sendirian.

***

“Unnie.”

.

.

.

“Unnie?”

.

.

.

“Unnie!”

“Ya?” sahut Seulgi sedikit kaget. Yeri memanggilnya dengan sedikit berteriak.

“Melamun ya? Aku panggil dari tadi,” protesnya sambil mengerucutkan bibir.

“Maaf, apa ada yang ingin kau tanyakan?” tanya Seulgi.

“Lupakan saja deh,” kata Yeri kesal

“Sekarang kau marah pada unnie?” Seulgi menusuk-nusuk pipi Yeri dengan ujung pensil, sengaja menggodanya.

“Kalau unnie sedang tidak enak badan, pulang dulu tidak apa-apa.”

“Aigoo, Yeriku sedang marah sekarang,” Seulgi kembali menusuk-nusuk pipi Yeri.

“Aku serius, unnie,” kata Yeri, menepis tangan Seulgi. “Sudah hampir 6 jam unnie menemaniku belajar. Kalau mau pulang sekarang tidak apa-apa.”

“Unnie akan memastikan dulu kau mengerti materi ini—“

“Tidak apa-apa, unnie. Jika nanti aku gagal, itu bukan salah unnie. Akulah yang harus belajar lebih keras lagi.”

“Tetap saja, unnie harus membantumu.”

“Unnie sudah membantuku dengan sangat baik,” Yeri berusaha meyakinkan Seulgi dengan tersenyum. “Lagi pula ini sudah malam. Waktunya pulang.”

Merasa tidak enak, tentu saja. Mana ada seorang murid les privat menyuruh gurunya pulang. Salahnya juga tadi tidak fokus, malah melamun.

“Maaf ya. Besok tidak akan terjadi lagi.”

Yeri hanya tersenyum dan membantu Seulgi memakai tas selempangnya. “Hati-hati di jalan, unnie.”

***

Seulgi berjalan kaki dengan sengaja ke arah halte yang lebih jauh. Bisa dikatakan sedang merenungi nasib. Lihat betapa menyedihkannya dia sekarang. Setelah menduakan cinta Sehun, dia kehilangan teman. Lalu setelah dia mengakui kesalahannya dan memilih setia, Sehun—yang ternyata seorang gay—malah kembali pada mantan kekasihnya. Dia coba untuk memaafkan Sehun seperti yang pernah pemuda itu lakukan padanya, malah Sehun yang masih ragu untuk kembali atau tidak. Sampai kapan dia harus menjadi pihak bersalah? Jika mendua salah dan setia pun salah, lantas apa yang harus dia lakukan? Jika berpikir tentang itu, Seulgi hanya bisa menertawakan dirinya sendiri. Kenapa dia jadi semenyedihkan ini? Ah… mungkin memang kesalahannya begitu besar sehingga patut mendapat hukuman yang besar pula.

Sesekali dia menendangi kerikil kecil. Sekian jauh berjalan dia merasa haus juga. Kepala ia tolehkan ke segala arah untuk mencari tempat singgah apa pun yang menyediakan makanan. Dia melihat sebuah cafe beberapa meter di depan. Beli satu gelas kopi dingin lalu pulang, begitu niatnya.

“Selamat datang,” sapa karyawan yang berdiri di balik mesin kasir saat Seulgi memasuki cafe. Hanya ada satu pelanggan, jadi Seulgi tidak perlu berdiri lama di belakangnya untuk mengantri. Ya, lega untuk beberapa saat sebelum pelanggan lain itu berbalik dan Seulgi bisa melihat wajahnya.

“Seulgi.”

Mendadak Seulgi merasa panik dan langsung berbalik. Bagaimana tidak? Orang itu adalah Jongin. Dia takut luar biasa. Takut Jongin mengumpatnya seperti kemarin malam. Diambilnya langkah cepat agar bisa pergi dari tempat itu segera. Tapi langkahnya tertahan karena seseorang mengunci pergelangan tangannya.

***

Selalu bertemu di tempat yang tak terduga. Seperti malam ini, saat dia mendapatkan segelas americanonya dan berbalik, sosok Seulgi berada dalam jangkauan pandangannya. Tapi tingkahnya begitu aneh. Terlihat ketakutan saat tahu itu adalah dirinya. Awalnya dia tidak mengerti mengapa. Lalu dia ingat kejadian kemarin malam di bar. Rupanya dia sudah sangat keterlaluan hingga Seulgi jadi ketakutan begini. Jadi benar jika Seulgi memilih Sehun. Dia tidak pernah bahagia di dekat Jongin. Yang bisa Jongin berikan hanya sakit, sedih, dan takut.

“Hey, kita harus bicara,” kata Jongin pelan. “Lebih tepatnya, aku ingin bicara denganmu untuk menjelaskan sesuatu.”

Ditariknya Seulgi hingga berbalik. Bisa terlihat jelas bagaimana gadis itu berusaha menghindari tatapannya. Dia menunduk takut, dan Jongin merasa sakit.

“Hai… Jongin,” sapanya dengan suara lirih, membuat Jongin makin sakit.

“Green tea latte satu,” pinta Jongin pada petugas kasir lalu membayarkan sesuai harga minuman yang ia pesan. Setelahnya, ia menarik Seulgi lagi ke salah satu meja kosong. Karena malam semakin larut, pelanggan makin berkurang sehingga mereka seperti sedang mengobrol berdua saja di sana. Seulgi masih terlihat takut dan canggung, berusaha sebisa mungkin agar tatapan mereka tak bertemu. Saat green tea latte dihidangkan di meja pun, dia menyibukkan diri menatap cangkirnya. “Maafkan aku, Seulgi,” ucapnya setelah menghela nafas.

“Tidak, tidak apa-apa. Aku mengerti kenapa kau bersikap seperti itu. Memang aku yang salah.”

“Lalu kenapa kau kelihatan takut padaku?”

“A-apa aku kelihatan takut?” Seulgi balik bertanya, tapi belum berani mengangkat wajahnya.

“Sangat. Seolah aku adalah monster.”

“Aku hanya melakukan apa yang kau inginkan,” dengan sedikit keberanian, Seulgi mengangkat wajahnya. “Bukankah kau tidak ingin melihatku lagi? Kau bilang, setiap kali melihatku membuatmu teringat akan sakitnya….”

“Aku tidak sadar saat mengatakannya, percayalah,” kata Jongin, menggenggam tangan Seulgi secara tiba-tiba.

“Tidak apa-apa, sungguh,” dan langsung Seulgi lepaskan. “Kau tidak perlu minta maaf.”

“Itu semua tidak benar,” tutur Jongin. “Kecuali tentang perasaanku. Aku benar-benar akan menghapusnya. Jadi kau tidak perlu merasa khawatir atau kasihan padaku.”

Bukankah Jongin semakin tampak menyedihkan sekarang? Pada kenyataannya, cinta untuk Seulgi terus melekat di suatu tempat dalam hatinya. Mana bisa dia hapus begitu saja. Kalau pun dia sangat ingin, tentu tidak akan semudah itu. Mencintai Seulgi sama dengan rasa sakit berkepanjangan. Dan parahnya, dia bertahan dengan itu.

“Jongin,” Seulgi mulai berucap. “aku tidak pernah bilang mengasihanimu….”

“Kau selalu bersikap baik pada semua orang. Sampai aku hampir salah mengartikannya sebagai cinta.”

“Jongin, itu tidak benar. Maksudku soal perasaanku itu benar, hanya saja….”

“Aku tidak membencimu, Seulgi,” Jongin tersenyum tulus. “Mana bisa aku membenci orang yang sangat aku cintai?”

“Maafkan aku, Jongin. Semua ku lakukan hanya karena aku ingin setia. Maaf,” Seulgi menggigit bibirnya agar tidak menangis.

“Hey,” Jongin kembali menggenggam tangan Seulgi, kali ini lebih erat. “Tidak perlu takut, aku masih mencintaimu dan akan selalu begitu. Sekarang aku sadar bagaimana cara yang benar untuk mencintai seseorang. Melakukan apa pun untuk membuatnya bahagia.”

“Jongin…” Seulgi menatapnya sendu. “Lalu kau sendiri bagaimana? Apa kau bahagia?”

“Kau bercanda? Selama kau bahagia tentu saja aku bahagia,” jawabnya sambil tertawa pelan. “Ku harap tidak ada kecanggungan lagi di antara kita. Aku janji tidak akan membebanimu dengan sikap atau perasaanku. Kau bisa anggap aku teman, saudara, atau minimal rekan satu organisasi.” Tapi wajah Seulgi masih terlihat penuh rasa bersalah. “Ayolah, Seulgi. Tersenyum walau hanya satu kali untukku. Maka kebahagiaanku akan menjadi sempurna.”

Dilihatnya Seulgi terlihat ragu. Tapi perlahan dia menarik kedua sudut bibirnya hingga membentuk senyuman.

“Terima kasih untuk segalanya, Jongin.”

“Rupanya sudah larut malam,” Jongin melirik jam tangannya. “Sebelum aku pulang dan kita berpisah, boleh aku tanya satu hal?”

“Apa?”

“Di antara kami berdua, siapa yang lebih kau cintai? Jujur saja, tidak apa-apa.”

Dia melihat wajah Seulgi yang dilema. Sudah pasti dia bingung harus menjawab apa.

“Soal itu… aku….”

Maka sebelum Seulgi makin bingung dan stress karena memikirkan jawaban, Jongin mengakhirinya dengan sebuah tawa ringan. Dia bangkit dengan membawa gelas kopi di tangan kiri sementara tangan kanannya ia gunakan untuk mengacak pelan rambut Seulgi.

“Jodoh pasti bertemu,” ucapnya sebelum benar-benar pergi meninggalkan Seulgi.

***

Dia duduk di dalam mobil sambil mengutak-atik ponselnya. Mula-mula dia mengubah homescreen, lockscreen, chat background, lalu terakhir dia menghapus beberapa foto dirinya dan Seulgi.

“Oppa! Apa aku lama?”

Pintu mobil terbuka dan Yoonhye masuk dengan wajahnya yang ceria, seperti biasa. Dia menghapus semuanya dengan cepat.

“Aku juga baru datang,” ucapnya dengan sebuah senyuman. Lalu dengan gerakan cepat dia memeluk Yoonhye. Tidak terlalu erat, tapi berusaha membuatnya nyaman.

“Oppa, kenapa tiba-tiba?”

Tentu saja Yoonhye kebingungan. Selama mereka menjalani hubungan sebagai sepasang kekasih, belum pernah Jongin menunjukkan sikap hangat seperti ini. Mereka jarang sekali melakukan hal manis seperti pasangan lainnya.

“Apa aku begitu buruk padamu selama ini?” tanya Jongin lirih.

“Tidak apa-apa, aku belajar memahami dirimu dan sekarang sudah terbiasa,” Yoonhye mengusap punggung Jongin pelan.

“Aku berjanji, mulai sekarang semua akan lebih baik. Beri aku kesempatan untuk membahagiakanmu. Mungkin tidak bisa cepat, tapi aku akan berusaha.”

“Oppa,” Yoonhye melepas pelukannya. “Aku tidak tahu apa yang membuatmu seperti ini tapi aku sangat bahagia. Mendengar niatmu yang begitu tulus saja, aku sudah merasa bahagia.”

Jongin tersenyum menatap Yoonhye, begitu juga gadis itu. Jika harus menjawab ketidaktahuan Yoonhye, maka jawabannya adalah Seulgi. Melalui Seulgi dia semakin mengerti tentang cinta. Bukan soal siapa yang lebih mencintai atau dicintai, tapi bagaimana membuat cinta menjadi kebahagiaan. Dia mungkin tidak bisa memiliki seseorang yang sangat dicintainya. Tapi dia memiliki seseorang yang sangat mencintainya. Dia juga tidak bisa bahagia bersama orang yang dicintainya. Tapi dia bisa bahagia bersama orang yang mencintainya. Sesederhana itu.

***

Seulgi sedang merenung sambil menatap langit-langit kamar saat ponselnya berdering. Dan saat melihat nama Sehun muncul, dia mengangkatnya dengan cepat.

“Hey, apa kau baik-baik saja?” tanpa sadar dia mengucapkan pertanyaan yang memang sudah ia pikirkan sejak lama.

“Aku baik, bagaimana denganmu?” tanya Sehun balik. Mungkin efek karena mereka begitu lama tak bertemu, suara Sehun terdengar berbeda.

“Aku baik selama kau baik-baik saja,” jawab Seulgi cepat. “Dan aku masih menunggumu….”

“Kenapa kau masih menunggu seorang pengecut yang tak pantas disebut lelaki?”

“Sehun-ah, jangan bilang begitu. Bagiku kau tetaplah Sehun yang aku cintai.”

Sejenak keduanya terdiam.

“Maafkan aku, Seulgi,” kata Sehun akhirnya.

“Aku tidak mengharapkan kata maaf. Harusnya kau tahu apa yang paling aku tunggu,” ucap Seulgi dengan mata terpejam. Seperti sedang menunggu eksekusi, dia diam dengan jantung berdebar.

“Apa kau ingin aku kembali seperti dulu, atau….?”

“Seperti apa pun dirimu, kau tetaplah Sehunku. Jika kau masih mencintaiku, semuanya akan tetap sama, Sehun-ah. Baik dulu mau pun sekarang, akan sama saja.”

Terdengar helaan nafas panjang Sehun. Seulgi kembali menunggunya bicara.

“Mari kita coba lagi. Dari awal.”

Senyum Seulgi merekah. Akhirnya, setelah lelah menekuk wajah seminggu lebih, dia bisa tersenyum juga.

“Katakanlah, kau masih mencintaiku.”

“Aku masih mencintaimu, Seulgi.”

***

Apa benar semua bisa kembali seperti semula? Nyatanya, tidak semudah yang dibayangkan. Sehun dan Seulgi kembali berkencan seperti dulu. Banyak hal yang mereka lakukan bersama. Belajar, makan eskrim, mengobrol hingga lewat tengah malam. Hangat seperti dulu. Tapi entah kenapa terasa berbeda. Baik Seulgi mau pun Sehun tidak tahu dimana letak perbedaannya.

“Seulgi,” ucap Sehun suatu malam, saat mereka sedang berpelukan di atas tempat tidur Seulgi.

“Hm?” sahut Seulgi dengan sedikit mendongakkan kepalanya.

“Aku tahu kau merasakannya,” kata Sehun lirih. Tangannya membelai rambut Seulgi perlahan.

“Merasakan apa? Jangan pikirkan apa pun dan nikmati yang kita miliki sekarang,” Seulgi berusaha menenangkannya.

“Tidak, aku tahu betul. Bahkan aku sendiri merasa ini berbeda.”

“Sehun-ah….”

“Maafkan aku.”

“Bukankah berkali-kali aku bilang, aku benci kata maaf.”

“Aku akan berusaha mengembalikannya,” kali ini Sehun mempererat pelukan mereka. “Sehun yang dulu, yang begitu kau cintai. Aku akan membawanya kembali. Bersabarlah, Seulgi. Hanya itu yang ku minta. Bersabar menungguku.”

Seulgi diam saja, membiarkan Sehun memeluknya seerat yang dia mau. Pernyataan itu tidak butuh jawaban juga. Sehun pasti tahu bahwa dia memahaminya. Dan dia juga pasti akan bersabar selama apa pun itu tanpa harus mengatakannya. Mungkin memang terasa berbeda, tapi dia akan berusaha bertahan. Semua bisa diperbaiki. Sekali pun Sehun tidak bisa kembali seperti dulu, dia bisa belajar untuk mencintai Sehun yang sekarang. Selama masih ada cinta yang Sehun berikan untuknya, maka dia akan mengimbanginya dengan cintanya juga. Sesederhana itu.

***Soon To Be Ended***

Author note : Cuma mau bilang, ini masih bersambung. Wkwk. Satu pertanyaan untuk kalian.

“Jika Seulgi menyuarakan jawabannya atas pertanyaan terakhir dari Jongin, kira-kira siapa yang lebih Seulgi cintai? Jawab sambil membayangkan diri kalian adalah Seulgi.”

Ditunggu ya jawabannya. Sampai jumpa chapter selanjutnya. Hoho^~^)/



There is Friendship, there is a Love… (Chapter 8)

$
0
0

tftl_1438569062198

There is Friendship, There is a Love… Chapter 8

Author                 : young96

Genre                   : school life, romance, friendship, triangle love, drama, *entahlah kesananya mau gimana lagi author bingung*

Rating                  : All Age *maybe(?)*

Main Cast            : Oh Sehun (Sehun EXO), Lee Taerin (OC or You), Lee Minhyuk (Minhyuk BtoB)

Support Cast     : Lee Donghae (Donghae Super Junior), Jung Taekwoon (Leo VIXX), Jackson Wang (Jackson GOT7), Kim Myungsoo (L Infinite), Kang Songhee (OC), Min Hana (OC), SMTOWN artis, BTOB member dan masih banyak lagi *sepertinya*

Warning              : Annyeonghaseyo.. ini kelanjutannya readers^^. Mian bagi yang sudah menunggu lama kelanjutannya.. dikarenakan author yang mulai sibuk di dunia perkuliahan ahaahahahahaha^^.. Semua cast(kecuali OC) milik Tuhan, Orang tua, dan agency mereka. Kalo ada kesamaan cerita, itu hanya kebetulan belaka. Mianhae kalo alur ceritanya *masih* enggak jelas dll. Meskipun jelek tapi tetep RCL ya ^^.

Happy Reading Guys ^^.

***young96***

(sebelumnya..)

Tiba-tiba ada yang menutup mulutnya dari belakang.”hmmm..!!” teriakannya tertahan oleh tangan orang itu, Taerin langsung menyiku perut orang itu dan menginjak kakinya, ia hendak berlari.

Namja itu langsung tersungkur setelah diserang Taerin “akhh.. yak appo!” ia kesakitan. Suara namja itu seperti.. Taerin langsung membalikan badan “benar dugaanku. Lee Minhyuk neo.. Michyeoseo?!” Taerin mendekati Minhyuk yang masih terduduk. Minhyuk meringis “aku tidak gila, kau yang gila Lee Taerin! Kau bernani menyerang seorang Lee Minhyuk namja tertampan di sekolah!” “tertampan?! Omo.. kau ini terlalu percaya diri” Taerin mengejek.

Minhyuk berdiri “memang kenyataannya aku yang tertampan, wae? Kau tak percaya?”, Taerin tersenyum meledek “terserah apa katamu tapi Sehun lebih baik”. ‘Sehun lagi? Kenapa harus dia??’ Minhyuk terdiam “kenapa kau menyuruhku datang kesini?” tanya Taerin, Minhyuk terkejut “eung..hmm.. kau tertinggal buku tugas dari Uhm saem..” Minhyuk menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Taerin heran “ige” lanjutnya singkat sambil memberikan buku itu.

“gomawo..” ucap Taerin sambil memasukannya ke dalam tas, “akan kuantar kau ke halte bus” ucap Minhyuk tiba-tiba, Taerin menatap Minhyuk “ne? kalau nanti ada fansmu..” “ahh sudahlah lagi pula ini sudah malam, tak baik yeoja malam-malam berjalan sendirian” potong Minhyuk sambil mendorong Taerin “kau yang menyuruhku hmmm..” Minhyuk langsung menutup mulut Taerin dengan tangannya dan terus berjalan keluar taman menuju halte.

***

“tadi itu Minhyuk BtoB?” tanya Jeongseok “eo.. wae?” Taerin memandang jalanan yang entah mengapa semakin malam malah semakin ramai. “kau ini.. dia itu temanmu, teman yang duduk di depanmu kan? Kau dan dia jangan bertengkar terus..” ucap Jeongseok.

“besok kau ada pemotretan, tapi aku tak tahu idol yang akan bersamamu itu siapa” jelas Jeongseok, “hmm.. oh ya oppa!” Jeongseok sekilas melirik Taerin “waeyo?” tanyanya. “Donghae oppa dan sajangnim..?” tanya Taerin khawatir, “gwenchana.. mereka tidak tahu masalah kau dan Minhyuk” jawab Jeongseok tersenyum dan itu membuat Taerin lega.

***

Biip..Biip.. handphone Taerin berbunyi ada pesan masuk dari “makhluk aneh”

From:makhluk aneh

Kau sudah tidur?

“ada apa dengannya?” Taerin bingung dan membalas pesan “makhluk aneh” itu.

To:makhluk aneh

Iya.. memangnya kenapa?!

Biip..Biip.. tanda pesan masuk, “cepat juga dia membalas” segara Taerin membuka handphonenya

From:makhluk aneh

Kalau begitu.. Jaljayo ^^

Sontak Taerin kaget melihat pesan itu, “dia..gila..”

***

“annyeonghaseyo BtoB imnida” ucap mereka serentak, jeongseok sedikit terkejut ‘sepertinya Minhyuk tidak ada, bagaimana jika dia ada? Bisa kacau ini’ Jeongseok mengangguk “ah ne annyeonghaseyo” sapa Jeonseok dan Kim.

Hampir bersamaan seorang namja berlari menghampiri member Btob berenam dan juga Taerin yang sudah berganti kostum menghampiri mereka semua, Taerin dan namja itu saling menatap dan.. “Neo?!” ucap mereka bersamaan.

Semua memerhatikan Taerin dan Minhyuk bersamaan, ‘jangan sampai mereka bertengkar disini’ Jeongseok cemas. “kalian saling kenal?” tanya Kim “ahh dia temen satu sekolah” ucap Taerin sambil mendekat ke Minhyuk tersenyum manis.

‘aiigoo.. dia acting?’ Minhyuk memerhatikan Taerin, Taerin member kode “ahh..” Minhyuk mengerti “bahkan dia duduk di belakangku, dia teman yang sangat baik” Minhyuk langsung merangkul Taerin, sontak membuat Taerin dan Jeongseok kaget.

“syukurlah kalau kalian teman dekat” ucap Kim sambil berlalu bersama Jeongseok untuk mengurus properti. Taerin dan Minhyuk pun saling menatap, Minhyuk melepas tangannya. Mereka berdua canggung, member BtoB laiinnya langsung mendekat ke Taerin dan Minhyuk.

“annyeonghaseyo Leader BtoB Eunkwang imnida” sapa pria berambut coklat, “annyeong maknae BtoB Sungjae imnida..” sapa pria berwajah imut dan punya gigi lucu “aku fansmu noona” lanjutnya setengah berbisik namun terlihat lucu dimata Taerin. Taerin terkekeh melihatnya, semua member BtoB satu persatu memperkenalkan dirinya masing-masing dan sesekali bercanda dengannya.

Tanpa Taerin sadari, dari tadi Minhyuk memerhatikan setiap gerak-gerik Taerin. Taerin yang sedang asik mengobrol dengan Hyunsik dan Changsub sambil sesekali tertawa bersama. Entah apa yg sedang mereka bicarakan. Taerin yang baru beberapa menit yang lalu berkenalan, kini sudah bisa akrab dengan BtoB (kecuali Minhyuk).

(BSG VIXX – G.R.8.U)

Semua member BtoB sudah berganti pakaian dan sudah dirias wajahnya. Taerin sudah berada di posisi yang ditentukan oleh Kim, member Btob pun mengikuti posisi yang diperintahkan Kim, termasuk Minhyuk.

“Eunkwang, Peniel, dan Ilhoon, kalian duduk di bawah ne. Lalu Changsub dan Sungjae, kalian sebelah kiri Taerin, Hyunsik dan Minhyuk kalian sebelah kananya. Oh ya untuk kau Minhyuk, karena kau teman Taerin aku ingin kau bersebelahan ya” jelas Kim.

Semuanya mengikuti arahan Kim, Minhyuk mendekati Taerin dengan canggung sesuai arahan tadi. Taerin terpaku melihat perubahan Minhyuk yang ia kenal di sekolah. Minhyuk menggunakan kemeja hitam dengan lengannya yang digulung sampai siku.

‘dia berbeda..’ Taerin terus memerhatikan Minhyuk dan mata mereka berdua bertemu. Taerin langsung memalingkan wajahnya, Minhyuk yang melihatnya langsung terkekeh.

Semua sudah berada diposisi masing-masing, dan mereka pun berpose sesuai arahan Kim. “ya bagus kalian, ayo terlihat ceria lagi” cklek.. cklek.. Kim dengan lihai memotret mereka berdelapan.

“untuk kalian yang berdiri, bisa lebih rapat mendekat ke Taerin, nah begitu sungjae.. bagus” cklek..cklek.. Kim memotret. “kalian yang berdiri sekarang saling rangkul ya” sontak Taerin dan Minhyuk saling memandang.

‘ini hanya sekali saja Taerin hanya sekali’ Taerin mengepal tangannya gugup, ‘aigo.. Kim hyungnim kenapa kau setega itu padaku’ dengan canggung Minhyuk merangkul pinggang Taerin agar mendekat padanya, sedangkan Sungjae merangkul pundak Taerin.

Cklek..cklek.. Kim memotret. “ayo enjoy saja kalian” cklek..cklek.. “Taerin tambah lagi senyummu ya” Taerin tersenyum sesuai arahan Kim. Cklek..cklek.. Kim kembali memotret mereka semua.

“ya bagus. Sekarang Eunkwang dan Peniel dulu yang di foto sisanya boleh istirahat” jelas Kim, semuanya pun bubar kecuali Eunkwang dan penile yang harus melanjutkan sesi fotonya. Member BtoB lainnya memerhatikan Eunkwang dan Peniel.

Minhyuk melihat sekeliling seperti sedang mencari seseorang, ‘kemana dia? Perasaan tadi dia kebelakang. Manajernya sih ada, tapi dia kemana?’ mata Minhyuk terus memerhatikan semua orang yang ada di lokasi.

Taerin sedang keluar bersama salah satu kru yeoja. “kau dan Minhyuk-ssi teman sekolah ya?” tanya Sera pada Taerin, “ah.. ne” Taerin kikuk, “sedari tadi dia melihatmu terus” ucap Sera sambil meerapikan make up Taerin.

“ye?” Taerin bingung dan langsung melihat ke arah Minhyuk. Minhyuk terus saja melihatnya dengan tatapan yang tidak bisa dimengerti oleh Taerin dan langsung pergi keluar ruangan. ‘ada apa dengannya?’ Taerin kembali fokus memerhatikan member BtoB yang sedang difoto.

Minhyuk berjalan keluar langsung melepas kancing teratas yang terasa menyesakan dada. “aigo.. ada apa denganku? Kenapa dia melihatku seperti itu?” gerutu Minhyuk “ini tidak boleh terjadi padamu Minhyuk” Minhyuk memejamkan matanya untuk melupakan sedikit bebannya.

“hyung..” sayup-sayup Minhyuk mendengar seseorang memanggilnya. “hyung..” suara itu mendekati Minhyuk, “Hyung!!” Sungjae mengguncang pundak Minhyuk, “aish.. waeyo?!” bentak Minhyuk, “giliranmu sekarang, kau berfoto dengan noona” ucap Sungjae sambil berlalu meninggalkan Minhyuk.

“apa maksudmu? Yak!” Minhyuk langsung mengikuti Sungjae dan masuk kedalam ruangan. Taerin sudah ada diposisi untuk pemotretan dan menatap ke Minhyuk ‘darimana saja kau?’. “joesonghamnida” Minhyuk meminta maaf pada semua kru dan berjalan mendekati Taerin.

“gwenchana Minhyuk, aku tau kau sedang sibuk akhhir-akhir ini dan butuh udara segar jadi aku memaklumimu” jelas Kim sambil membenarkan lensa kameranya. Minhyuk menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

“oke kita akan mulai sesi fotonya. Kalian berdua teman sekelaskan?” tanya Kim, Taerin dan Minhyuk mengangguk ragu. Sedari tadi Jeongseok memerhatikan setiap gerak-gerik Taerin dan Minhyuk.

Jeongseok merasa lega karena mereka berdua tidak bertengkar seperti yang diceritakan Songhee padanya, tapi dia sedikit khawatir dengan kejadian tadi.

Ya.. Jeongseok melihat Minhyuk yang menatap Taerin dengan tatapan yang sulit diartikan. ‘kalau Minhyuk juga ada rasa padanya? Apa bisa Sehun mengalahkan saingannya?’ Jeongseok terus menatap Taerin dan Minhyuk yang sedang difoto ceria dan terlihat akrab.

“oke.. bagus. Minhyuk rangkul Taerin dan Taerin, kau peluk ya dan kalian harus lebih natural lagi cerianya” mendengar perintah Kim, Minhyuk dan Taerin saling memandang. Dengan canggung merka mengikuti arahan Kim.

Minhyuk merangkul Taerin agar mendekat dan Taerin memeluk Minhyuk, tak senaja Taerin merasakan abs Minhyuk dan wangi parfum Minhyuk.

‘astaga aku menyentuhnya!! Hilangkan pikiran kotormu Taerin’ Taerin menelan ludahnya. Minhyuk merasakan tangan hangat Taerin dipinggangnya ‘hilangkan otak kotormu!!’ Minhyuk mentralkan nafasnya.

“ya begitu.. bagus. Oke tersenyum natural ya” Minhyuk dan Taerin tersenyum sesuai dengan perintah Kim. Cklek..cklek.. Kim memotretnya kembali. “oke cukup, kalian sudah kerja dengan baik” ucap Kim. Akhirnya, pemotretan pun telah selesai.

Tak jauh di dekat pintu lokasi pemotretan, ada seseorang yang memerhatikan Taerin dan Minhyuk. Seorang namja dengan baju serba hitam, memakai topi dan wajahnya tertutup masker. Sorot mata tajamnya menatap kearah Minhyuk, tangannya mengepal menahan marah.

Jeongseok tak sengaja melihat namja itu dan ia penasaran. Namja itu sadar Jeongseok sedang melihatnya dan ia langsung pergi meninggalkan lokasi pemotretan.

‘nugunde? Apa jangan-jangan…?’ Jeongseok

~skip

#di lapang basket sekolah (BSG The Last Game) *author gatau siapa penyanyinya pokonya kalau readers tahu yang pas bagian Luhan di EXO902014^^*

PRIIITTT….

Sebuah suara peluit yang menandakan mulainya pertandingan. Pertandingan basket. Memang bukan perlombaan, hanya pertandingan biasa. Sehun cs juga ikut bermain, walaupun tidak satu tim. Leo bersama Sehun dan di tim lawan ada L dan Minhyuk, Jackson tidak terlihat di sana, karena dia sedang sibuk dengan GOT7.

Taerin dan Songhee ikut menyaksikan pertandingan itu, “Hana kemana?” tanya Taerin “dia izin ada audisi katanya” jelas Songhee dengan mata fokus melihat sosok yang ia idamkan. Taerin melihat ke arah yang di tuju Songhee, Taerin tersenyum “kau menyukai Leo?” Songhee mengangguk dan tersenyum.

Sehun dan Minhyuk terlihat begitu bersemangat untuk bertanding. Tak kenal lelah, keringat mereka bercucuran. “MINHYUK! FIGHTING!” teriak para yeoja. “SEHUN! FIGHTING!” teriak para yeoja yang lain.

Kini, bola dikuasai Sehun. Ia berlari sekuat tenaga mencoba mendribblenya menuju ring basket. Terikan-teriakan para yeoja yang menonton semakin menjadi-jadi(?). Sehun tidak peduli dengan terikan fansnya.

Minhyuk tak mengalah, ia berlari dan mencoba merebut bola dari Sehun. Namun, Sehun sudah berada di depan ring dan siap melemparnya. Sedetik kemudian, tanpa ragu Sehun melemparkan bola tersebut ke dalam ring dan alhasil masuk.

‘harus kuakui.. Sehun memang keren dalam keadaan apapun’ gumam Taerin dalam hati sambil terus menatap Sehun, “MINHYUK! FIGHTING!” teriak para yeoja yang berdiri di pinggir lapangan basket. Minhyuk tersenyum manis.

“KYAAA!” jerit yeoja sebelah Taerin. “Kau lihat tidak senyum Minhyuk?! Dia tersenyum pada kita?!”, “Ne! Aku melihatnya! Sampai-sampai rasanya ada darah yang mengalir dari hidungku (baca: mimisan)!” jawab teman yeoja yang tadi menjerit.

Sehun melihat ke penonton, dan matanya tertuju pada Taerin. Taerin memberi semangat pada Sehun dengan isyarat. Sehun tersenyum, Leo menghampirinya “kau suka padanya?” “ne.. sejak Donghae hyung menceritakannya” jawab Sehun.

“Donghae hyung?” Leo heran “dia sepupunya” bisik Sehun, Leo menganggukan kepala. Mata Leo terhenti ketika melihat yeoja yang di sebelah Taerin, mata mereka berdua bertemu. Leo tersenyum tipis lalu kembali bergabung dengan teman-temannya.

Minhyuk melihat satu persatu penonton yeoja yang ada di lapangan. ‘Lho? Itu kan Lee Taerin? Buat apa dia disini? Semakin mengganggu konsentrasiku saja!’ gumam Minhyuk dalm hati. “Minhyuk-a!” teriak temannya dengan cepat dia mengoper bola basket ke arah Minhyuk.

‘Hahahahaha! Aku dapat ide!’ gumam Minhyuk mengeluarkan evil smirk. Minhyuk mendribble bola basket itu. “Minhyuk-a! Oper ke aku!” teriak L,“Ya!” Minhyuk menyunggingkan senyumnya dan melempar bola basket itu.

Minhyuk tidak melempar kearah L, tapi kearah yang lain. “Taerin-a! Awas!!” teriak Leo ketika melihat bola itu mengarah ke arah Taerin.

BUK!

Terlambat. Bola basket itu mengenai kepala Taerin. Hantamannya cukup keras, tapi sukses membuatnya jatuh terbaring di tanah. Sehun menatap Minhyuk yang sedang menahan tawanya tajam. Semua orang kaget melihat kejadian itu, terlebih lagi Taerin tidak sadarkan diri dan keningnya yang sedikit mengeluarkan darah.

Leo dan L langsung menghampiri Taerin ikut membantu Songhee menolong Taerin. “Mwo haseyo Lee Minhyuk?!” Sehun mencengkram baju Minhyuk dengan kasar. Minhyuk hanya diam, dia masih berusaha menahan tawanya.“YAK! Aku mengajakmu berbicara sekarang! Jawab!” Sehun makin kesal.

“yak! Oh Sehun cepat bantu kami bawa Taerin ke UKS!” Songhee kesal melihat mereka berdua bertengkar. Sehun melepaskan tangannya dari baju Minhyuk. Sekali lagi, dia menatap tajam Minhyuk kemudian berlari kearah pinggir lapangan dan membantu Leo dan L membawa Taerin ke UKS.

Minhyuk terdiam ‘aish! Itu tadi terlalu keras! Kau hampir membuatnya mati!’ gumamnya mengacak rambutnya frustasi.

***TBC***

Cuap-cuap Author          : Eotteoke? Bagus gak? Wah Minhyuk O.O parah banget ini. Masih penasaran readers? Mungkin untuk chapter selanjutnya agak sedikit terlambat di karenakan jadwal perkuliahan author yang mulai padat hehehe ^^ tapi tenang aja pasti bakal dilanjutkan ceritanya.. Oke kita liat di chapter selanjutnya.. Jangan lupa ya readers! komentarnya^_^…


The Bad Neighbor (Chapter 1)

$
0
0

page

(Freelance) Multichapter: The Bad Neighbor Chapter 1

Title          : (Freelance)The Bad Neighbor Chap. 1

Author       : riskaagustyaa (@riskaagustya)

Length       : Multichapter

Main Cast   :

  • EXO Member (Xiumin, Suho, Baekhyun, Chanyeol, D.O, Lay, Kai, Sehun, Chen)
  • Im Yoona
  • Bae Irene
  • Son Wendy
  • Hwang Tiffany

Other Cast  :

  • Jeno as Bae Jeno
  • Na YeonHee (Irene & Jeno Mother * Yoona & Wendy Aunt)
  • Song HyunJae (Exo Manager)

Genre        : Romance, Family, Comedy

Disclaimer   : Fanfiction ini terinspirasi dari web drama Exo Next Door.       Selebihnya cerita merupakan asli dari karangan author sendiri.

“Hei … dengarkan aku! Aku punya berita baik untuk kalian.” Manager Song berujar setelah ia mendudukkan dirinya dihadapan sembilan pria yang duduk membentuk setengah lingkaran. Sembilan pria itu hanya terdiam, memandang penasaran kearah sang manager yang selama ini selalu bersama mereka bersembilan. Apa yang diakatakan Song Hyunjae ditambah dengan nada suaranya yang membuat penasaran. Tidak mampu untuk menutupi keingintahuan mereka tentang berita baik itu.

Manager Song tersenyum menggoda, melihat wajah-wajah penasaran dihadapannya. “Ahh .. palli Hyung. Apa kau mau menggoda kami?!” suara sengit itu keluar dari mulut pria termuda yang ada diantara Sembilan pria itu. Manager  Song terkekeh pelan, “Arraseo … Arraseo ..” ucapnya.

Sebuah amplop putih besar mendarat dengan mulus diatas meja yang ada diantara mereka semua. Mereka yang ada disana saling menatap dengan bingung kepada sang manager dan amplop yang baru saja diletakkannya diatas meja. “Apa ini?” tanya sang magnae lagi.

“Kau boleh membukanya Sehun. Kurasa semua hyungmu juga ingin tahu apa isi didalamnya.”

Sehun menatap managernya itu sebelum akhirnya mengambil amplop putih itu. sehun membukan dan menemukan beberapa lembar kertas foto. Dan gambar yang berada dilembar kertas foto itu adalah sebuah rumah dan segala sudut ruangan dan fasilitas yang dimiliki rumah itu. sehun bergiliran mengoper foto-foto itu kepada kakak laki-lakinya yang lain.

“Apa kau berencana membeli rumah baru? Hyung, ayolah, jangan main-main. Kami semua sudah cukup lelah untuk hari ini apalagi untuk ikut memberikan komentar mengenai rumah ini” kali ini seorang pria yang ditunjuk sebagai leader dikelompok sembilan pria itu yang bersuara. Apa yang dikatakan suho memang benar, wajah-wajah kelelahan begitu tergambar jelas diwajah tampan yang mereka miliki. Sebenarnya, mereka sudah merasa kesal saat sang manager mereka meminta untuk tidak langsung kembali ke dorm karena ingin membicarakan sesuatu. Dan jika pembicaran sesuatu yang seperti ini, bisakah Song Hyun jae membicarakannya besok. Apa dia tidak tahu bahwa Suho, Xiumin, Baekhyun, Kai, D.o, Canhyeol, Lay, Sehun, Chen sudah sangat membutuhkan istirahat, setelah seharian menyelesaikan jadwal mereka sebagai boy group papan atas Korea.

HyunJae kembali terkekeh sebelum memulai pembicaraannya, “Baiklah. Aku akan langsung saja, melihat wajah kalian yang seperti ini cukup menyeramkan. Rumah ini akan menjadi dorm baru kalian. Bukankah rumah ini bagus dan nyaman?”  Hyunjae mengakhiri ucapannya dengan senyum sumringah.

Tapi hal itu justru berbanding kebalik dengan wajah Sembilan pria dihadapannya. Mereka masih saja menatap Hyunjae dengan bingung dan aneh. Hyunjae berdecak kesal melihat tingkah bodoh pria-pria yang selama ini ia asuh, “haissh …!! Sepertinya rasa lelah kalian ini membuat otak kalian berjalan lambat.” Gerutu hyunjae dengan kesal yang dibalas wajah sengit dari beberapa pria yang ada dihadapannya.

“Jadi begini. Apa kalian tidak ingat saat Sooman Seosangnim menjajikan sebuah hadiah pada kalian pada saat kalian akan debut? Terserah kalian ingat atau tidak. Yang pasti karena sooman seosangnim sudah berjanji akan memberikan kalian hadiah kalau kalian berhasil melampaui penjualan album DBSK SNSD dan juga Super Junior ditambah dengan banyaknya daesang yang telah kalian dapatkan. Sooman seosangnim memutuskan untuk memberikan hadiah itu sekarang. Dan itulah hadiah kalian. Kalian tidak harus lagi berdesak-desakan di apartement. Karena, sooman seosangnim menyewakan kalian sebuah rumah, ingat sebuah rumah! Sebuah rumah dengan fasilitas yang lengkap untuk kalian tinggali selama kalian adalah member  EXO. Dan rumah itu adalah rumah yang akan kalian tinggali.” Akhir dari penjelasan Song Hyunjae yang membuat semua kesembilan member EXO sedikit merasa tercengang.

“jadi, karena penjualan kita berhasil mengalah para sunbae. Kita mendapatkan kesempatan tinggal di sebuah rumah yang akan menjadi Dorm kita?” Suho bertanya untuk kepastiannya kepada Hyunjae, yang dibalas dengan anggukan yakin managernya itu.

“Daebak!”  secara bersamaan Lay dan Sehun berseru setelah mengerti apa yang sedari tadi mereka bicarakan.  Begitu pun dengan semua member EXO yang lain mereka merasa senang dengan berita ini. “kurasa kita harus berterima kasih dengan Sooman seosangnim.” Celetuk Chanyeol yang balas anggukan yang lainnya.

“Tapi, bukankah itu bisa membuat artisnya lainnya merasa tidak adil?” Do bertanya dengan menampakkan wajah resahnya. Pasalnya, entah mengapa ia merasa tidak enak dengan ini. Mereka hanya seorang junior, mereka anak baru tapi mereka sudah mendapat fasilitas semacam ini.

Hyunjae menyetuh bahu Do yang duduk tak jauh darinya, “Kau tidak perlu khawatir Kyungsoo-ah, mereka semua sudah mendapatkannya.” Do menatap sanksi kepada Hyunjae, “Changmin, dan Yunho  mendapatkan jatah saham SM Ent. Yang cukup besar begitupun dengan BoA dan Kangta, SNSD mendapat mobil van baru dengan spesifikasi dan harga yang paling tinggi ditambah dengan masing-masing member yang mendapat manager, asisten, team make up& wardrobe dan mobil sendiri-sendiri, bagaimana dengan Suju? Kalian tahu kalau saat ini SM membuatkan perusahaan dan management sendiri untuk kelangsungan karir mereka. Jadi, kalian tidak perlu merasa khwatir. Oke Do.” Penjelan Hyunjae kemudian membuat semuanya termasuk Do yang mengajukan pertanyaan mengaggukan kepalanya paham.

Manager Song bangkit dari duduknya, “Baiklah. Semua sudah jelas sekarang. Kalian bisa kembali ke dorm dan beristirahat karena besok siang kita akan ke Singapore. Dan juga mulai packing untuk pindah. Karena, kita pindah minggu depan.” Manager  Song mengakhiri pembicaran mereka.

~

Malam baru saja menunjukka pukul delapan malam. Dan Yoona baru saja memakirkan Mercedes Benz E-Coupe miliknya tepat didepan rumahnya atau lebih tepatnya rumah bibinya yang berada di cluster perumahan  Mt. Bukhan Pyeongchang-dong di pusat kota Seoul. Suasana perumahan yang cukup nyaman begitu terasa dikawasan itu. udara yang dimilikinya jauh lebih segar dari tempat lainnya, suasana rindang juga begitu menenangkan dengan banyak pohon, ditambah lagi semua rumah yang berada di cluster ini tidak memiliki pagar, didepan bangunan utama rumh adalah sebuah halaman yang cukup luas sampai trotoar yang menjadi batas antara jalanan umum dan halaman rumah. Jadi banyak dari para warga yang tinggal disitu memanfaatkan halaman depan belakang mereka yang cukup luas untuk menjadikan taman yang cantik.

Yoona berjalan melewati taman bunga kecil tapi cantik dihalaman rumah sebelum mencapai bangunan rumahnya. Dengan wajah yang lumayan suntuk Yoona menekan tombol password pintu rumahnya. Ia melangkah masuk dan mengganti high heels yang dikenakannya menjadi sandal rumah.  “Aku pulang” pekiknya memberitahukan keberadaannya kepada orang-orang yang juga tinggal dirumah itu.

Yoona melanjutkan langkah menuju dapur saat tak ada satupun orang yang menyahutnya. Setelah melihat jam dipergelangan tangan kirinya, ia yakin dijam segini pasti bibinya tengah menyiapkan makan malam. Benar saja, ia menemuka seorang wanita paruh baya yang sedang sibuk menata meja makan yang sudah terisi penuh dengan beberapa hidangan, hanya tempat utama atau tempat yang paling tengah dari meja makan itu belum terisi. Sepertinya menu makan malam utamanya belum matang.

“Imo ..” sapanya pada wanita paruh baya yang masih terlihat cantik itu.

“Oh, Yoongie .. kau sudah kembali.” Balasnya tanpa mengalihkan pandangannya dari sendok yang sedang ia tata diatas meja. Yoona tetap menganggukan kepalanya walaupun bibinya tidak melihat karena terlalu focus pada kegiatannya. Yoona memandang sekitar dan benar-benar yakin menemukan bahwa bibinya sendirian didapur yang terhubung keruang meja makan itu. “Imo, kenapa sendiri? Wendy dan Irene tidak membantumu? Dimana Jeno?” tanya Yoona kemudian sambil meletakan tas, kunci mobil, dan mantel yang dari tadi disampirkannya dilengah kirinya diatas buffet tak jauh dari dapur. Ia lalu mengambil sebotol air mineral dari dalam kulkas dan meminumnya.

“Imo sengaja menyiapkannya sendirian. Imo menyuruh Irene dan  Wendy untuk mulai membersihkan rumah sebelah karena kurang dari seminggu akan mulai ditempati.” Jawab bibi Yoona –Nyonya Na Yeon Hee. Yoona menjauhkan botol minum dari mulutnya.

“Jadi, rumah sebelah sudah ada yang menyewa?”

“Ya. Dua hari yang lalu kami sudah menandatangami surat perjanjiannya. Kau tahu berapa lama mereka akan menyewa Yoong?” Yoona menggeleng mendengar pertanyaan bibinya.

“Dua tahun. Dan belum lagi mereka mengatakan ada kemungkinan perpanjangan kontrak.” Bibi Na kembali menimpali dengan semangat.

“ahh .. mungkinkah mereka pengantin baru ?” tanya Yoona lagi.

“Aniya… mana mungkin ada pengantin baru yang memilih menyewa rumah dengan harga yang mahal, kalau mereka bisa membeli rumah sendiri. Lagipula, rumah itu terlalu besar untuk ditinggali oleh sepasang suami istri.” Kini Bibi Yoona sibuk memotong timun sebagai pelengkap masakannya malam ini. “Lalu siapa?”

“yang mereka bilang, yang akan tinggal disana dalam beberapa pria muda.” Jawab Bibi Na.  Yoona sedikit sanski mendengar penuturan bibinya itu. “Imo? Kau bilang beberapa pria muda .. apa kau tidak curiga akan sesuatu yang tidak baik?” Setelah cukup mengabaikan Yoona akhirnya bibi Na menolehkan kepalanya menatap Yoona yang sedang bersandar disisi lan counter dapur. “Arra. Tapi, mereka sudah menjamin kalau mereka ini bukanlah orang-orang semacam itu. rumah itu hanya akan dijadikan sebuah asrama. Yaa semacam itulah.” Penjelah bibi Na masih membuat Yoona meragu.

“Apa jaminannya?” tanyanya lagi. Bibi Na menghembuskan nafanya, kemudian menghentikan kegiatan potong memotongnya. “Nona Im, sudahlah tidak ada yang perlu kau khawatirkan. Serahkan semuanya pada imo. Kalau sampai terjadi sesuatu yang tidak diinginkan imo yang akan menyelesaikannya.” Setelah mengakhiri perkataannya bibi Na kembali pada aktivitas sebelumnya. Sedangkan, Yoona mengangkat bahunya, menyerah.

“Baiklah, terserah imo.” Ucapnya sambil meletakkan botol minumnya, dan meraih barang-barangnya, “Aku keatas dulu imo. Aku mau mandi.” Lanjut  Yoona kemudian sambil berlalu menuju tangga yang menghubungkannya kekamar tidurnya yang berada dilantai dua rumah itu.

Setelah selesai mandi dan membuatnya diri kembali terlihat segar, Yoona kembali berjalan ,mneuruni tangga dan menuju dapur ia menemukan sang bibi kini sedang menatap kagum hasil masakannya sendiri. Yoona hanya tersenyum melihatnya. Walaupun ia single parents tapi dia adalah seorang ibu yang hebat walau terkadang ia bisa berubah menjadi menyebalkan. terkadang itulah yang membuat Yoona merasa iri dengan kedua sepupunya itu.

“Imo…” panggil Yoona yang membuat Bibi Na sedikit tersentak.

“Oh , sayang … kau sudah selesai?” Yoona menganggukan kepalany. “Imo, mereka semua belum kembali?” kali ini giliran bibi Na yang menggeleng. “Ahh .. iya, bisakah kau panggilkan Irene dan Wendy dirumah sebelah dan juga tolong telfonkan Jeno yaa .. imo mau kekamar mandi dulu.” Pesan bibi Na pada Yoona sebelum menghilang dibalik pintu kamar mandi. Yoona lalu segera melangkahkan kakinya. Setelah berada diluar rumah sambil berjalan menuju rumah yang terletak di sebelah rumah yang ditinggalinya, ia berjalan sambil mencoba menelfon seseorang.

Setelah menunggu cukup lama, akhirnya panggilan itu terjawab, “Nde Noona?” sapa orang diseberang sana. “Yaa… Jeno-yaa dimana kau? Ibumu memintamu segera pulang untuk makan malam.” Samar-samar Yoona mendengar suara bising music ia juga merasa Jeno harus berteriak saat bicara dengannya ditelfon. “Yak! Jeno! Jangan-jangan kau …”

“Aniya! Aku ada di Hongdae street sekarang. Sedang ada festival music jalanan disini. Jadi, aku datang. Kalian tidak perlu menungguku, makan saja duluan . aku tidak bisa jamin bisa sampai rumah tepat waktu.” Terang Jeno diseberang telfon.

“Yaak! Hey Jeno! Kenapa kau tidak bilang pada ibumu?” tanya Yoona lagi.

“Sudahlah, Yoona Noona. Aku tutup dulu yaa .. annyeong ..” bukannya menjawab pertanyaan yang diajukan kakak sepupunya, jeno malah seenaknya memutus sambungan telfon. Yoona menatap kesal layar ponselnya, “Dasar anak ini!” gerutunya.

Ia telah sampai didepan pintu rumah yang ditujunya. Ia mulai masuk kedalam rumah itu yang passwordnya memang ia ketahui. Baru saja selangkah memasuki rumah itu, Yoona sudah bisa mendengar sayup-sayup umpatan dan gerutuan suara wanita. Yoona dengan jelas mengenal pemilik suara itu dengan baik.

“Ckckckck … apa yang kalian lakukan? Kulihat tidak ada yang berubah dari tempat ini.” Ujar Yoona saat dirinya menemukan dua orang gadis diruang tengah rumah besar  itu. kedua wanita itu menoleh dan menatap Yoona dengan sengit.

“Jangan bicara! Kalau kau tidak mengerjakan apapun!” ketus Wendy dengan kesal. Yoona hanya terkekeh menanggapinya, “Baiklah baiklah, aku minta maaf. Kajja, kita pulang imo sudah menyiapkan makan malam untuk kalian.” Mendengar ajakan Yoona, Wendy dan Irene secara bersamaan melempar sapu dan kemoceng yang ada ditangannya. Lalu menghempaskan diri mereka diatas lantai.

“Ya … Yoong .. berarti kau sudah tahu kan, rumah ini akan segera berpenghuni?” tanya Irene pada Yoona yang sibuk memandang kesekelilingan ruangan itu. “Yaa ..” Jawab Yoona sambil menganggukan kepalanya.

“Aku benar-benar tak habis fikir bagaimana eomma bisa menyetujuinya saat tahu bahwa mereka yang tinggal disini adalah beberapa pria muda .. apa eomma tidak takut kalau misalnya pria-pria muda itu ternyata teroris yang sedang bersembunyi, atau Bandar narkoba.” Irene mengeluarkan unek-uneknya dengan diikuti anggukan semangat Wendy.

“Well .. aku sudah mengatakan pada eomma-mu.. dan ia bilang kalau mereka berani menjamin orang-orang yang akan tinggal disini adalah orang baik-baik.” jawab Yoona.

“Apa jaminannya?” secara bersamaan Wendy dan Irene bertanya. Yoona mengangkat bahunya, karena memang ia sendiri tidak tahu apa jaminan yang dimaksud bibinya itu. “Eomma-mu juga bilang apapun yang terjadi ia yang akan mempertanggung jawabkannya.” Lanjut Yoona kemudia.

“Ckckckck … itulah eomma-mu, Eonnie.” cibir Wendy pada Irene yang menatapnya kesal.

“ya sudahlah! Aku tahu kalian kesal bukan karena siapa yang akan tinggal disini, Karena aku tahu kalian itu tidak akan peduli. Kalian kesal karena disuruh untuk membersihkan tempat ini bukan.” Apa yang dikatakan Yoona memang tepat sasaran, tapi Wendy dan Irene sama-sama memilih bungkam. Yang sebenarnya mereka juga membenarkan.

~

sedang sibuknya bekerja dibalik layar I-Macnya, Yoona merasa ada seseorang yang duduk diseberang meja kerjanya. ia beralih dari layar i-macnya dan melihat seorang wanita yang terduduk dihadapannya dengan wajah yang kesal. “Waeyo?” tanya Yoona pada salah satu rekan kerjanya yang juga sahabat dekatnya. Yoona sendiri kembali focus pada pekerjaannya.

“Aku benar-benar kesal saat ini, Yoong!” gerutu wanita itu tanpa mengatakan maksudnya yang jelas. “Apa yang membuatmu kesal, steph?” tanya Yoona lagi.

“Aku enggan membahasnya. Kemana kau setelah pulang kerja?” gantian Tiffany yang balik bertanya pada Yoona. “kapan? Sekarang?” Yoona bertanya balik memperjelas pertanyaan Tiffany. “Ya”

“Pulang kerumah. Aku malas kemana-mana setelah pulang kerja, aku ingin dirumah saja.” Yoona mengutarakan keinginannya setelah pulang kerja.

“ya sudah .. aku ikut kerumahmu yaa? Aku bosan di apartement sendirian..” uajr Tiffany lagi. Tanpa banyak berfikir Yoona menganggukan kepalany. “baiklah…”

“Okay … kalau begitu aku kembali kemeja kerjaku dulu yaa .. Bye Yoongie.” Tiffany berlalu dan Yoona hanya membalasnya dengan deheman tanpa menatap kepergian Tiffany.

~

Exo baru saja selesai berpose di red carpet untuk ajang penghargaan music tahunan yang mereka hadiri saat ini. Mereka segera pergi menuju keruang ganti yang telah disediakan khusus oleh staff acara. Beberapa diantara mereka ada yang langsung ditangani oleh para stylist dan beberapa yang lainnya memilih sibuk sendiri-sendiri.

Pintu ruang ganti kembali terbuka, dan menampilkan Song Hyunjae dan seorang staff, “Exo kalian akan segera naik stage sepuluh menit lagi. Mohon untuk segera mempersiapkan diri.” Setelah mengatakan itu, staff itu berlalu. Para stylist langsung berusaha untuk kembali merapihkan penampilam artisnya itu. Manager Song melihat untuk sebentar sebelum akhirnya ikut berlalu meningglakan ruangan itu.

~

Yoona bersamaan dengan Tiffany baru saja tiba dirumah bibi Na setelah pulang kerja. Seperti yang dikatakan Tiffany sebelumnya, gadis itu benar-benar ikut kerumah bibi Na. saat mereka mulai turun dari mobil, pandangan Tiffany sudah disibukkan dengan para pekerja dari agen pindah rumah yang sibuk memindahkan beberapa barang-barang kedalam rumah yang ada disebelah rumah bibi Na.

“Apa rumah itu akan segera ditempati?” tanya Tiifany pada Yoona sambil mengikuti langkah gadis itu masuk kedalam lingkungan rumahnya. Yoona mengangguk, “ya .. sejak beberapa hari yang lalu barang-barangnya sudah mulai dipindahkan.” Jelas Yoona. “Kurasa yang akan tinggal disini ada seseorang yang istimewa. Barang-barangnya saja lengkap sekali.” Lanjut Yoona kemudian. Tiffany hanya terkekeh tanpa banyak bertanya.

Sesampainya didalam rumah, setelah menyapa bibi Na. Tiffany langsung saja berlalu dan naik keatas menuju kamar Irene. Membuat Yoona dan Bibi Na saling menatap bingung. Setelahnya, Yoona langsung mengikuti Tiffany kekamar atas.

Yoona membuka kamar Irene, dan menemukan pemandangan yang dimana, ada tiga orang gadis tiduran telungkup dan berjejer diatas tempat tidur sambil pandangan sama-sama tertuju pada layar laptop didepan mereka. Sepertinya mereka tidak menyadari kehadiran Yoona.

“Apa aku melewatkan banyak?” suara itu berasal dari Tiffany.

“Cukup banyak kurasa. Kau melewatkan red carpet, pembukaan, dan penghargaan pertama yang didapatkan Exo.” Balas Wendy yang disetejui Irene.

“Aisshh … benar-benar!! Kenapa aku bisa ketinggalan sebanyak itu … menyebalkan..!!” gerutu Tiffany.

“Tenang saja eonnie. Exo masih belum performance. Dan lagi kuyakin Exo akan kembali mendapatkan daesang.” Irene mencoba menenangkan Tiffany yang merasa buruk karena melewatkan banyak bagian dari artis idolanya itu.

“Aigooo .. kenapa Do oppa semakin hari terlihat semakin mempesona.” Desis Wendy berlebihan.

Yoona yang mendengar dan menyaksikan itu semua, hanya menggelengkan kepalanya. Ia tidak habis fikir dengan wanita-wanita didepannya ini. Mereka sudah bukan anak gadis remaja. Tapi, tingkah mereka saat membicarakan idola mereka yang, hebohnya melebihi anak remaja.

“Ckckckckckck … Jadi, ini alasanmu ingin ikut kerumahku, Steph?” pertanyaan Yoona membuat semuanya menoleh kepadanya. Tiffany tersenyum canggung, “Wi-Fi dirumahku error . jadi, aku kesal. Aku tidak ingin ketinggalan acara ini. Jadi, aku putuskan untuk nonton streaming disini bersama exo-l yang lainnya. Iya kan?” Tiffany begitu antusias begitupun dengan Wendy dan Irene.

“Yaa .. Yoong. Mau ikut menonton bersama?” Tanya Irene, yang mampu membuat Yoona bergidik ngeri mendengarnya. “Shirreo!”

Yoona memutuskan untuk melanjutkan kembali pekerjaannya yang belum selesai tadi dikantor. Ia mulai membukan laptop dan buku sketsanya, dan mulai mengerjakan pekerjaannya,

Baru saja setengah jam berlalu, Yoona sudah dikejutkan oleh suara teriakan yang cukup ramai dari kamar sebelahnya. Ia mengelus dadanya yag terasa naik turun saat terkejut tadi. Tahu siapa pelakunya. Yoona dengan kesal segera keluar dari kamarnya. Dan ia menemukan dua orang lainnya yang sedang menatap kesal kearah pintu yang membuat kehebohan dadakan itu. dengan bersama-sama mereka membuka pintu itu. dan menemukan tiga orang wanita yang tengah saling memeluk sambil berloncat-lancatan. Ketiganya terkejut dengan kedatangan Yoona , bibi Na, dan Jeno yang tiba-tiba. Membuat mereka hanya saling menatap.

“Exo … berhasil .. memenangkan .. daesang .. lagi.” Irene dengan pelan-pelan memberitahu kenapa mereka berteriak heboh seperti tadi.

“YAKKKK!!!!” teriakan itu dihadiahkan untuk Tiffany, Wendy, dan Irene. Oleh Yoona, bibi Na, dan Jeno.”

~

“Sebenarnya apa yang istimewa dari Exo?! Mereka hanya bisa menari-nari diatas panggung. Tapi begitu digilai banyak orang. Yak!! Apa kalian ini anak-anak remaja tanggung, kenapa begitu bersikap kekanakan seperti itu! seharusnya diusia kalian yang sekarang ini, kalian sudah memikirkan tentang masa depan. Pikirkanlah menikah!!” dipagi hari yang cerah sudah disambut dengan omelan bibi Na kepada putri dan juga keponakannya itu, karena sudah membuat keributan semalam. “Eomma, mereka memikirkan menikah. Tapi, dengan salah satu member exo itu.” gurauan Jeno membuat Wendy dan Irene kompak  berniat menghadiahkan pukulan kerasa kekepala pria itu. Jeno berhasil mengelak. Dengan kompak Yoona dan Jeno cekikikan melihat Wendy dan Irene lagi-lagi diomeli karena kegilaan mereka pada boy group exo itu. “Heuh!! Teruslah bermimpi!!” ketus bibi Na sambil meletakan mangkuk berisi nasi diatas meja makan.

“Eomma, sebenarnya mereka itu bisa bernyanyi dan acting.” Lirih Irene yang sialnya didengar oleh Eommanya, merasa tahu akan meledak lagi Irene segera memeluk eommanya itu, “Aniya eomma … akulah yang salah .. baiklah aku yang salah.” Irene memeluk eommanya dengan kuat tanpa memperdulikan eommanya yang terus berontak.

Setelah berhasil melepaskan pelukan putri satu-satunya itu, ia dengan berapi-api berujar, “Kalau aku sampai menemukan hal seperti semalam atau tingkah gila kalian karena si exo itu. kupastikan kalian tidak akan pernah melihat koleksi album itu lagi.” Ancam bibi Na kepada Irene dan Wendy yang langsung membuat keduanya ciut, diam membisu.

“Hahahahaha ,,, rasakan itu nona-nona.” Jeno tertawa dengan bahagia sambil meledek kedua kakak perempuannya itu. “Yakk! Kau juga Jeno! Berhenti melihat para girlgroup itu menari seksi. Atau eomma pindahkan kau kesekolah umum!.” Ancaman yang tak kalah menyeramkan juga keluar untuk Jeno. Membuat jeno diam tidak berkutik.

Yoona sendiri hanya menggelengkan kepalanya, melihat kekisruhan yang terjadi dimeja makan pagi ini.

Setelah menyelesaikan sarapan mereka yang penuh emosi. Bibi Na meminta semuanya untuk tidak beranjak. Karena tahu, kondisi wanita paruh baya itu sedang panas akan emosi semuanya tidak ada yang membantah. “Aku ingin kalian tahu, bahwa, aku sudah mengundurkan diri dari pekerjaanku.”

Apa yang dikatakan oleh bibi Na membuat yang ada disana merasa shock dan terkejut. “Waeyo eomma? Apa eomma dipecat?” Tanya Jeno.

“Yak! Bodoh! Bukankah sudah kubilang kalau aku yang mengundurkan diri.” Balas bibi Na dengan ketus.Jeno merutuki kebodohannya. Tak hanya Jeno Yoona, Wendy, dan Irene juga menatapnya dengan horror.

“ada pekerjaan lain yang ditawarkan padaku. Kebetula pekerjaan ini juga adalah kesukaanku.. bayaran yang kuterima pun cukup banyak. Jadi, terhitung mulai hari ini aku tidak lagi seorang dosen.” Penjelasan dilanjutkan oleh bibi Na.

“Eomma kau mendapat pekerjaan apa?” kali ini Irene bertanya dengan hati-hati.

~

“Mwoya?? Pekerjaan macam apa itu?! bagaimana mungkin eomma bisa menyia-nyiakan gelar profesornya demi menjadi tukang masak.” Irene mengeluarkan kekesalannya setelah keluar dari rumahnya. “Yaa ,, memasak itu hidupnya. Kalau eomma mendengar, kau kupasikan hancur lebur.”timpal Jeno.

“Aku benar-benar penasaran siapa sih mereka yang akan tinggal dirumah sebelah?” Wendy penasaran sambil menatap rumah sebelahnya diikuti oleh Jeno, Yoona, dan Irene. “Mereka bisa membuat imo menjadi pengangguran dan beralih menjadi pelayan mereka dalam sekejap.” Lanjut Wendy lagi.

“Sudahlah. Mungkin imo punya alasan yang tepat. Kajja! Kita berangkat kerja dan Jeno kau harus sekolah.” Yoona mencoba mengakhiri ini.

“Aku ikut mobilmu”Irene mendahului langkah yang lainnya dan masuk begitu saja kedalam mobil Yoona.

“Aku juga”

“Aku juga, noona.”

Dan diikuti oleh Wendy dan Jeno. Yoona memutar bola matanya malas. Jika, sudah seperti ini berarti ia harus mengatarkan para penumpangnya itu ketempat tujuan mereka masing-masing dipagi ini. Yoona mendesah dengan pasrah dan dengan berat berjalan menuju mobilnya. Hari ini akan menjadi pagi yang panjang untuknya. Mengantarkan Irene kerumah sakit di gangnam, mengantarkan wendy ke tempat bimbingan belajar b,inggris di cheondamdong, mengantarkan Jeno ke tempat sekolahnya SOPA di Guro. Lalu ketempat kerjanya sendiri di Ulsan. Ia bisa pastikan dirinya akan terlambat sampai dikantornya sendiri.

~

Exo baru saja tiba kembali di Incheon Aiport setelah menghadiri sebuah acara penghargaan music di Beijing. Saat ini mereka sudah berada dalam mobil menuju kantor pusat agensi mereka, SM entertainment. Didalam mobil van yang berisi Suho, Sehun, Baekhyun, Kai, dan Chanyeol ditambah dengan supir dan manager mereka Song Hyunjae. Sedangkan yang lainnya berada di mobil van yang lainnya. Hyunjae yang duduk disebelah supir menoleh kebelakang menatap member exo yang ada didalam mobil itu.

“Kalian akan pindah malam ini. Setelah mengisi acara di Sukira. Kalian yakin tidak ada yang tertinggal lagi diapartement kan?” tanya Hyunjae. Sehun menganggukan kepalanya. “Sudah kami pastikan tidak ada yang tertinggal hyung.” Timpal Suho.

Hyunjae menganggukan kepalanya mengerti. “Baiklah kalau begitu. Barang-barang kalian semua sudah dipindahkan dan ditata dirumah baru kalian. Do, Xiumin, Lay, dan Chen. Baru akan pindah besok setelah mereka kembali dari busan besok pagi. Setelah mengahadiri acara radio mereka akan langsung terbang ke Busan.” Penjelasan Hyunjae diabaikan oleh semua member Exo. Mereka terlalu lelah untuk kembali mendengar retetan schedule yang begitu mengerikan.

~

Malam sudah menunjukkan hamper tengah malam. Sudah saatnya untuk beristirahat dan terlelap. Tapi tidak dengan Jeno. Pria yang sedang dalam masa puber itu tetap terjaga, karena ia lebih memilih begadang sampai pagi dengan membaca komik daripada pergi tidur.

Sebenarnya sejak tadi ia sendiri merasa terganggu dengan kegaduhan yang terjadi dirumah sebelah, “Apa mereka masih terus memindahkan barang-barang dijam hampir tengah malam. Dan sebenarnya seberapa banyak mobil yang mereka punya kenapa ramai sekali sih.” Suara gaduh itu semakin menjadi saat terdengar ada mobil yang suara mesinnya cukup mengganggu.

Dengan kesal Jeno menghempaskan selimutnya dan meleparkan komiknya, Ia menyingkap tirai jendela yang ada dikamarnya. Dan sekarang dia dapat melihat dirumah sebelah terlihat lalu lalang yang sibuk. Ia melihat mobil van yang sepertinya baru saja berhenti tepat didepan rumah itu. ia dapat melihat orang-orang yang sebelumnya berada disekitaran rumah itu, buru-buru mengahampiri mobil itu dan mengambil barang-barang yang berada dalam mobil itu. beberapa koper dan kotak-kotak yang Jeno sendiri tidak tahu apa isinya, dan beberapa kantung-kantung berisi setelan jas mahal pasti.

Tak lama berselang, keluar orang-orang yang berada didalam mobil itu. dandanan mereka cukup tertutup dengan mantel tebal dan topi. tapi, entah mengapa Jeno merasa pernah melihat orang-orang itu, wajahnya terasa familiar untuknya. Tapi, ia sendiri lupa dimana ia pernah melihat mereka. Lagipula, ini sudah malam dan penglihatannya juga tidak jelas. Setelah berpaling untuk beberapa saat ia kembali melihat keluar jendela, namun didepan rumah itu sekarang hanya terlihat orang-orang yang memang sejak tadi berlalu lalang dirumah itu. mereka pasti sudah masuk kedalam.

~

Suho, Sehun, Baekhyun, Kai, dan Chanyeol tiba dirumah yang akan dijadikan dorm tempat tinggal mereka yang baru. Walaupun merasa sangat lelah, mereka tidak dapat menutupi kegembiraannya saat mengetahui bagaimana kondisi rumah itu. rumah itu begitu besar dan nyaman ditambah perusahann mereka begitu baik memberikan fasilitas yang lengkap untuk mereka.

“Mengenai penjelasan apapun mengenai rumah ini dan lainnya akan kujelaskan besok saat kalian semua sudah berkumpul. Sekarang pasti kalian sangat lelah. Istirahatlah roommate kalian sama seperti sebelumnya. Kalian bisa cek sendiri mana kamar kalian. Karena barang-barang kalian sudah ada disana dan juga sudah ditata dengan sedemikian rapi disana.” semuanya mengangguk paham.

“Nde hyung. Kami tidur dulu. Selamat malam hyung.” Ucap mereka sebelum berlalu. “nde. Selamat malam .”

~

Kediaman bibi Na terlihat tenang melakukan kegiatan sarapan mereka. Tapi mereka sebenarnya tidak bisa beralih dari kotak-kotak makanan yang terjejer rapi di counter dapur. Mereka tahu kalau wanita bernama Na Yeonhee itu sudah bangun lebih awal dari sebelumnya untuk mengisi kotak-kotak makanan itu dengan masakannya. Terlebih lagi bibi Na terlihat buru-buru memakan makanannya.

“Eomma, kau bilang mereka yang akan menempati rumah milik Kang Ahjussi akan datang seminggu lagi, bukankah itu hari ini. Apa hari ini mereka jadi pindah ?” tanya Irene dengan hati-hati.

“Ya … yang kutahu mereka seharusnya sudah pindah. Karena menurut perjanjian mulai hari inilah aku membuatkan sarapan untuk mereka.” Jawab bibi Na. yang disambut anggukan semua orang yang ada dimeja makan. Terkecuali, Jeno yang sejak tadi memejamkan matanya akibat begadang semalaman membaca komik. “Bae Jeno! Kalau kau tidak menghabiskan makananmu aku akan menumpahkannya kewajahmu sayang!” lembut tapi menusuk, perkataan ibunya masih belum mampu menyadarkan putra semata wayangnya itu. untuk mencegah hal-hal yang terjadi dipagi hari ini Yoona dan Irene meminta Wendy untuk membangunkan Jeno yang duduk disebelahnya.  Wendy langsung saja menabrakan bahunya dengan bahu Jeno yang membuat Jeno langsung tersentak dan terbangun, “Kalau kau tidak memakan sarapan mu kau akan hancur.” Bisik wendy ditelingah Jeno. Yang langsung membuatnya memakan sarapanya.

Ditengah-tengah kegiatan makannya Jeno memadang ketiga peremuan yang juga sedang memandangnya, “Eomma eodiga?” tanyanya yang menyadari tak ada kehadiran sang ibu. Yoona memberikan isyarat yang menunjuk kepintu kamar Bibi Na. Jeno langsung mengangguk mengerti.

~

Irene memandang malas ibunya yang kini sibuk merapihkan tatanan rambutnya dengan berkaca pada kaca jendela rumahnya. “Eomma, apa kau tau kalau kau sekarang terlihat berlebihan?” sindir Irene. Bibi Na menoleh dan menatap putrinya itu.

“Kau kalau tak mengerti apa-apa jangan bicara! Arra!” diakhiri dengan bentakan yang lumaya memekakan telinga. Irene memilih untuk mengunci mulutnya rapat. Bibi Na kembali merai kotak-kotak makanan yang ada dimeja depan dan mengambil kotak makan lainnya yang dipegang oleh Wendy dan Yoona.

“Imo yakin tidak mau kami bantu? Kami bisa membantumu mengantarkannya kesana.” Tanya Yoona diikuti anggukan Wendy. Bibi Na menggelengkan kepalanya, “Aniya. Tidak perlu, aku bisa mengatasinya sendiri. Kalian berangkatlah! Sudah siang nanti terlambat.” Tolak bibi Na.

Mereka yang sedari tadi memang sudah didepan rumah, membiarkan Bibi Na berjalan sendiri mengantarkan masakannya ketetangga baru mereka. “Its your mom.” Desah wendy, “I know. And I Love her so much.” Balas Irene. Yang membuat Yoona, Wendy, dan Jeno menatapnya. “Mwo?” tanya Irene saat menyadari tatapan mereka.

“Eomma! Baiklah kami berangkat! Eomma hati-hati yaa … saranghae!” teriak Jeno membuat langkah bibi Na berhenti dan berbalik menatap ketiga manusia yang begitu dicintainya. “Ya!! Kalian juga harus hati-hati!! I Love You my angels.” Balas bibi Na. yang entah mengapa membuat mood ketiga angel itu merasa sangat baik.

Mereka lalu mulai melanjutkan langkah mereka menuju mobil Yoona yang terparkir didepan. Ya. Kali ini mereka akan kembali ikut mobil Yoona, dan dengan berat hati ia harus mengantarkan para penumpangnya lagi ketempat tujuan mereka.

Saat mereka sudah sampai di mobil dan bersiap untuk naik, Irene mengalihkan pandangannya pada sang ibu yang sedang menunggu dibukakan pintu, “tunggu sebentar,” perkataan Irene membuat Yoona, Wendy, dan Jeno menghentikan kegiatannya yang akan masuk kedalam mobil. “Aku ingin lihat siapa tetangga baru tercinta kita itu. sehebat apa dia.” Lanjut Irene dengan nada yang terdengar seperti pendendam walau pada dasarnya ia bukanlah seorang gadis yang pendendam seperti itu. hanya saja Irene merasa kesal dengan orang itu yang membuat ibunya dengan gegabah berhenti dari pekerjaan yang dengan susah payah diraihnya sampai saat ini.

Yang lainnya pun menurut dan memandang lurus kearah rumah disebalah itu. tak lama kemudian keluarlah seorang pria dari balik pintu yang akhirnya terbuka itu. ia tersenyum hangat menyambut Nyonya Na. “jadi, itu orangnya.” Gumam Irene. “Kurasa ia juga orang yang kulihat semalam. Ya aku ingat mereka pindah semalam.” Cetus Jeno. Membuat pandangan Wendy dan Yoona beralih padanya. sedangkan, Irene masih sibuk menatap kearah ibunya yang masih asik berbincang dengan pria itu.

“Kau melihat mereka pindah semalam?” tanya Wendy pada Jeno. Yang dibalas anggukan kepala. “Aaww … yaakk!! Noona!!” jeno menatap horror pada Yoona yang memberinya sebuah pukulan dikepala, “Bukankah kau sudah berjanji untuk tidak begadang lagi!” gerutu Yoona dengan Jeno yang ada dalam kungkungan tangan Wendy. “arra! Arra! Aku salah.”

“Aisshh ,,, bisakah kalian tenang!” gerutu Irene yang masih belum memalingkan pandangannya dari sang ibu. Wendy, Yoona, dan Jeno menghentikan pertengkaran mereka dan kembali focus pada apa yang mereka lakukan sebelumnya, diiringi dengan gerutuan Jeno.

Sebuah mobil van melintas disebelah mereka saat mereka masih asik melakukan pengintaian. Karena suara mesinnya yang cukup keras mereka berempat menoleh mengikuti kemana arah mobil van itu berhenti. Dan mobil itu berhenti tepat didepan rumah milik tetangga baru mereka itu. kali ini mereka focus pada mobil van yang pintunya mulai terbuka.

Hingga seorang pria tampan dengan penampilan yang memang terlihat biasa turun dari mobil van itu, tak lama berselang beberapa pria lain yang tak kalah keren ikut keluar dari dalam mobil van itu. Irene dan Wendy jelas menyadari siapa mereka. Tapi entah mengapa mereka berdua terdiam kaku tanpa bereaksi apapun. Sedangkan, Yoona dan Jeno hanya memandangi mereka tanpa mengenal siapa mereka.

Dengan susah payah Wendy dan Irene mulai saling berhadapan dan saling menggengam tangan, “me ..mere..mereka .. Wendy-ah …” Irene tidak mampu untuk berkata-kata begitu pun dengan Wendy yang sama tercengangnya dengan apa yang barusan mereka lihat.

“AAAKKKHHHHH!!! EXOOO!!”

Teriakan yang cukup menganggetkan itu terdengar begitu nyaring. Bahkan Jeno dan Yoona saja sampai terlonjak kaget. Tak hanya mereka. Orang-orang yang saat ini sedang berada didepan rumah sebelah mereka juga, dan saat ini mereka tengah memandang kearah kumpulan Yoona dan yang lainnya. Begitupun dengan Nyonya Na.

Pelaku teriakan itu justru saat ini tengah saling berpelukan riang dan loncat-loncatan berlebihan karena perasaan bahagia yang kini tengah mereka rasakan. Tanpa memperdulikan tatapan yang tertuju pada mereka berdua. Ditambah dengan tatapan sengit milik Nyonya Na.

Merasakan kondisi yang tidak baik ditambah Yoona dan Jeno sama-sama menyadari tatapan galak yang diarahkan kearah mereka. Dengan cepat Yoona dan Jeno langsung dengan paksa memasukan kedua gadis gila itu kedalam mobil berwarna merah itu.

Setelah berhasil memasukan kedua orang gila itu kedalam mobil Jeno langsung saja memposisikan dirinya disamping kemudi sopir. Sebelum masuk kedalam mobil Yoona membungkukkan badannyaa berkali sambil mengucapkan kata maaf.

~

Saat ini semua member Exo dan empat manager ditambah asisten yang menangani mereka. Tengah berkumpul bersama diruang tengah yang sudah disulap menjadi tempat berkumpul yang nyaman dengan segala fasilitas pelengkapnya. Bahkan dirumah itu exo memiliki ruangan khusus untuk bermain dengan alat-alat permainan elektronik lainnya, dilengkapi dengan ruang latihan juga.

Sesuai dengan janji Hyunjae bahwa pagi ini ia akan menjelaskan mengenai apapun terutama tentang rumah ini, karena itulah mereka berkumpul sekarang. Hyunjae terlihat akan mempersiapkan diri memulai pidatonya sambil menatap semua orang yang kini juga tengah menatapnya dengan gayannya masing-masing.

“Oke baiklah. Alamat rumah ini adalah Cluster TulipGarden Block AC No 25 Mt. Bukhan Pyeongchang-Dong, Seoul. Semalam kami baru saja menyelesaikan pemasangan kamera cctv yang kami letakan dibeberapa sudut rumah ini. Kepindahan kalian kerumah ini sudah dipastikan tidak ada media manapun yang tau, tapi, aku tidak menjamin sasaeng fans. Walaupun seperti kalian tidak perlu merasa khawatir. Keamanan didaerah ini adalah yang terbaik. Sekalipun kalian membuang dompet kalian kedepan dijalanan sana, aku yakin besoknya kalian masih akan menemukan dompet itu ada disana. jadi, dengan keamanan yang super ketat kalian tidak perlu mengkhawatirkan sasaeng fans. Dan kalian tidak perlu merasa khawatir dengan tetangga kalian yang mungkin akan mengenali kalian dan justru membuat kalian susah berada disini. Kami sudah melakukan penyelidikan bahwa rata-rata mereka yang tinggal disini ada para lansia. Kami tidak menemukan adanya remaja tanggung dan labil tinggal didaerah ini setidaknya di Cluster ini …”

“Apa menurutmu kami tidak memiliki fans Lansia?” celetukan yang keluar dari mulut Lay berhasil memotong penjelasan yang sedang dilakukan Hyunjae.

“Bagaimana menurutmu, Lay-ssi? Sekalipun mereka mengenalimu mereka tidak akan bersikap berlebihan seperti fans remajamu itu kan..” untuk sesaat Lay terdiam. Membuat semua yang ada disana memotar bola matanya malas, “Lanjutkan, Hyung. Aku yang akan menjelaskannya nanti.” Ujar Sehun yang kini merangkul Lay yang masih terlihat berpikir.

“Oke. Kawasan ini juga sepi dan tenang. Dan kalian sendiri bisa merasakan bagaimana suasananya rumah ini. Kami juga sudah bekerja sama dengan security dikawasan ini mengenai keamanan kalian dan kerahasiaan kalian. Demi keamanan dan mencegah kemungkinan buruk yang terjadi kami tidak akan membiarkan mobil van kalian menginap disini. Jadi, kalian juga bisa membawa mobil kalian masing-masing kesini. Rumah ini memiliki garasi yang mampu menampung enam mobil, empat mobil berada dalam bangunan, yang dua berada tepat didepat pintu garasi tapi tidak dijalanan. Dan sisanya bisa parkir dipinggir jalanan. Kalian tidak perlu mengkhawatirkan keamannya. Seperti yang kukatakan keamanan disini tekendali dengan baik.ah .. ya .. dan juga kalian tidak perlu terlalu memikirkan makan kalian. Kali ini kalian akan lebih sehat lagi. Karena, bibi yang tinggal dirumah sebelah yang juga seseorang yang dipercaya untuk mengelola rumah ini akan memasak untuk kalian setiap sarapan dan makan malam. Dan karena pembagian kamar sudah jelas semua, Sehun-Suho, Baekhyun-Chanyeol, Kai-D.O, Chen-Lay, dan Xiumin sendiri, tidak ada masalah kan. Rumah ini adalah rumah yang paling memenuhi syarat untuk menjadi tempat tinggal kalian. Dan iya ada satu lagi ruang kamar kosong dibawah dan aku menjadikannya tempat untuk menyimpan hadiah dari fans. Ini ada ruang kama paling kecil dari ruang kamar yang kalian gunakan. Ruang kamar Xiumin dan ruang kamar hadiah ini memiliki ukuran yang sama. Tapi, karena Xiumin biasa sendirian kuharap itu tidak menjadi masalah.” Akhir penjelasan Hyunjae dengan menatap Xiumin.

“Tentu saja tidak masalah. Hyung ruangan itu cukup besar malah hanya memang lebih kecil dari kamar yang lainnya. Tapi sangat cukup untukku.” Terang Xiumin kemudian.

“Baiklah kalau begitu.” Hyunjae memberikan tepukan singkat dibahu Xiumin.

“Lalu, Bagaimana dengan perempuan-peremuan yang membuat kehebohan pagi tadi? Kau yakin semua aman??” tanya D.O dengan sanksi saat mengingat kelakuan Wendy dan Irene saat mereka baru saja tiba. Beberapa member exo yang tidak mengetahui kejadian itu langsung menatap D.O dan Hyunjae dengan bingung.

“memang apa yang terjadi pagi tadi?” tanya Suho.

“Kehebohan apa?” tanya Baekhyun.

“Saat kami tiba tadi tiba-tiba saja ada yang berteriak dengan heboh dan mengatakan EXO.” Jelas Chen kepada yang lainnya yang belum tahu.

“Aku tidak begitu yakin. Tapi, kurasa kalian tidak perlu mengkhawatirkan hal itu. kurasa ini juga salahku, aku terlalu sibuk kesana kemari sampai lupa memberitahukan siapa yang akan menempati rumah ini. Jadi, tadi aku kerumah bibi Na YeonHee itu dan mulai menjelaskan. Dan ia juga meminta maaf atas kelakuan putri-putrinya. Ia bilang putri-putrinya bukanlah seorang remaja atau fans yang menyeramkan. Mereka hanya seorang pekerja wanita biasa. Tapi, yang pasti mereka bisa mengendalikan diri mereka, kalau mereka tidak bisa maka bibi Na lah yang akan bertindak. Yang pasti bibi Na meminta kita untuk santai saja dan tidak terlalu khawatir.” Jelas Hyunjae.

“Jadi, Wanita-wanita itu adalah putrinya?” tanya Xiumin dengan antusias.

“Ya. Seorang perawat, guru bahasa inggris, dan arsitek.” Balas Hyunjae lagi.

“Yaa .. kurasa aku benar-benar ingin melihat wanita-wanita itu hyung …” Ujar Sehun bercanda.

“Wow… sepertinya mereka adalah kebanggan ibu mereka..” Kali ini Kai yang bersuara.

“Lansia apanya. Buktinya masih saja ada mereka. Kau pastikan hyung tidak terjadi masalah. Aku ingin sekali terbebas dari mereka (fans) untuk beberapa waktu yang cukup lama.” Ucap D.O pada Hyunjae.

“Arraseo! Tidak perlu khawatir! Dan kembali tidur sana! Aku tahu kau setengah sadar saat mendengar penjelasanku tadi. Ya sudah. Kalian semua bebas schedule untuk hari ini. Jadi, selamat menikmati rumah baru kalian.  Aku akan kembali kekantor.” Hyunjae bersama dengan rekan-rekannya yang lain mulai beranjak pergi.

~

Yoona, Jeno dan juga Nyonya Na terkerjut saat melihat Wendy dan Irene turun dari tangga menuju ruang makan dengan raut wajah yang riang ditambah dengan wajah mereka yang full make up dan dengan pakaian mereka yang berbeda dari biasanya.

Awalnya Yoona kira ia akan melihat wajah suntuk dan bengkak karena kurang tidur dari keduanya. Tapi, dugaannya meleset jauh. Setelah semalam suntuk diberikan pidato dengan betakan yang cukup menakutkan karena insiden reaksi berlebihan pagi tadi hingga membuat bibi Na merasa malu ditambah dengan keduanya ketahuan mengintip rumah sebelah dengan teropong dari kamar Irene.

Tapi, sekarang keduanya turun dengan penampilan yang berbeda dan rona wajah yang ceria, “Good Morning everbody.” Sapa Wendy dengan ceria. Mereka lalu mulai mengambil posisi duduk mereka seperti biasanya dimeja makan.

“Kalian baik-baik saja?” bisik Yoona pada Irene yang duduk disebelahnya. Irene hanya menoleh dengan senyuman yang sedikit menyeramkan untuk Yoona.

“Eomma bolehkah kami membatumu?” tanya Irene setelah ia menghabiskan sarapannya.

“Katakan saja apa mau kalian?” balas Nyonya Na dengan ketus. Seketika membuat Irene merasa sedikit ciut. Ia lalu menatap Wendy dan meminta Wendy untuk melakukan sesuatu melalui isyarat matanya. Sedangkan, Yoona dan Jeno hanya terdiam mengawasi segala bentuk kelakuan kedua wanita itu ditambah dengan Nyonya Na.

“Imo. Biarkan kali ini kami membantumu ya … biar kami saja yang mengantarkan makan sarapan untuk tetangga sebelah kita. Bagaimana imo?” perkataan Wendy sukses membuat Yoona menyemburkan kembali air yang baru ditenggaknya dan membuat Jeno tersedar sup ayam yang sedang dimakannya. Jangan lupakan Nyonya Na yang langsung menghadiakan tatapan horornya kepada kedua gadis itu.

Yoona merutuki kebodohan kedua adiknya itu. bagaimana mungkin mereka bisa meminta hal itu, setelah semalam suntuk diomeli habis-habisan oleh bibi Na. tak bisakah mereka menunggu keadaan menjadi lebih baik sebelum bertindak yang tidak-tidak.

“Jadi, alasan kalian menggunakan pakaian seperti ini dengan dandanan seperti badut ini. Setelah apa yang kalian lakukan, kalian belum juga sadar?1 Huh?!” makian dan bentakan kemabli dihadiahkan kepada Irene dan Wendy. “Eomma, lagipula kenapa kau tidak mengatakan kalau yang akan pindah itu Exo. Jadi, kami kan bisa mempersiapkan diri.” Rengek Irene tanpa memandang mata sang ibu.

“Yakk!! Gadis nakal!! Kau piker ibu tahu apa!! Bukankah sudah kuberitahu semalam alesan mereka pindah kesini. Kalau kalian melakukan hal yang berlebihn itu akan membuat mereka pergi lagi. Dan jika mereka pergi, merek tak akan membayarku untuk memasak. Dan, bagaiaman bisa aku membiayai hidup ini.” Kali amarah bibi Na benar-benar tersulut oleh kelakuan Wendy dan Irene.

Nyonya Na merasa lelah setelah memaki kedua anak gadisnya itu. ia terdiam sambil berusaha menenangkan dirinya. Wendy yang melihat sebuah kesempatan emas mulai mencari kelengahan Nyonya Na. Wendy memberi isyarat kepada Irene untuk mengikutinya.

Yoona dan Jeno yang sadar dengan apa yang akan dilakukan oleh mereka berdua berusaha menggelengkan kepala untuk menghentikan mereka. Set! Dalam tiga detik Wendy dan Irene berhasil meraih beberapa kotak makan itu dan dengan cepat berusaha membawanya keluar. Yoona memijit pelipis pelan melihat tingkah keduanya. Sedangkan, Jeno mengantisipasi ledakan eommanya. “Mianhae Eomma/Imo.” Teriak mereka bersamaan saat akan mencapai pintu keluar.

Nyonya Na yang menyadari hal itu langsung saja naik pitam dan berusaha mengejar kedua anak nakal itu. dengan sigap Jeno langsung memeluk eomman dan berusaha untuk mencegah eommany keluar rumah. “Eomma… eomma… tenaglah. Kau tenang saja, eomma tidak perlu lelah untuk mengejar mereka. Aku yang akan menghajar mereka nanti.” Jeno mencoba menenangkan ibunya dengan kata-katanya yang terdengar menyebalkan. Yoona dengan cepat meraih barang-barangnya dan ikut berlari keluar rumah menyusul kedua sepupunya itu.

Sesampainya diluar Yoona menemukan Wendy dan Irene yang sedang berdiri didepan pintu rumah yang ditempati member Exo itu. mereka berdua terlihat gugup menunggu pintu yang akan dibuka. “Didalam rumah terasa mencekam dan sekarang mereka terlihat begitu tenang didepan pintu rumah orang lain.” Yoona bergumam sambil bersandar di mobilnya menunggu kedua gadis itu. “Ck .. ahh.. jadi seperti itulah EXO. Aku bahkan belum melihat mereka dengan jelas. Tapi, kurasa tidak ada yang menarik.” Yoona masih saja asyik bergumam sendiri.

“Yaa,, ingat apa yang dikatakan Imo. Alasan mereka pindah kesini. Dan keinginan mereka untuk jauh dari fans yang berlebihan. Jadi, sebisa mungkin kita harus tenang dan terlihat anggun dan juga sedikit jual mahal. Arraseo.” Wendy mencoba mengajari Irene. Irene sendiri menganggukan kepalanya walaupun ia merasa dirinya sedang dilanda kegugupan yang parah.

Cklek!

Pintu terbuka secara bersamaan Wendy dan Irene mengalihkan focus mereka pada pintu yang perlahan terbuka. Jantung mereka berdua berdegup kencang, tangan mereka mulai terasa basah Karena keringat dingin dan terasa gemetar. Mereka masih tak percaya kalau seseorang yang ada dibalik pintu itu adalah mereka yang ingin sekali mereka temui.

Dan pada akhirnya pintu terbuka …

 

 

~To Be Continue~

 

Oke … hai saya author baru disini ,,, dan ini ff pertama yang saya publish disni dan juga ff pertama yang pake cast member exo dan red velvet. Ini masih chapter satu .. dan masih awal cerita banget … klau masih bnyk yang kurang jelas atau typo mohon maaf, untuk kejelasan masing-masing peran akan mulai dibukan dichapter selajutnya. Dan sekarang chapter selanjutnya lgi mulai pengerjaan. Pkoknya disini Irene sama Wendy ditambah Tiffany itu ngefans berat sama Exo.  Dan juga disini yang anaknya Nyonya Na yeonhee itu cuma Irene sma Jeno. Yoona sama Wendy itu keponakannya, tapi Wendy sama Yoona bukan adik kakak yaa … hehehe ,,,

Makasih bngt buat yang sudah maau nyempetin baca …

Dan mohon bangt kritik dan saran .. serta masukan-masukan ..

Buat memperbaiki di ff yang selanjutnya…

Terima kasih ..

Jangan lupa RCL … ;)

Kalau sempet kunjungi page aku juga yaa https://yoongdeersmtown.wordpress.com/

Thank you ;)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


[REMAKE] The Rocker That Holds Me

$
0
0

1454487662175

[REMAKE] The Rocker That Holds Me

by

TerryAnne Browning

 

Remake Fiction by :

CHANSSOFEEL

Main Cast :

Kim So Eun – Oh Se Hun

Other Cast :

Park Chan Yeol – Kim Kai – Wu Kris

Genre :

Romance, Novella

Rate :

Mature

Leght :

Chaptered

Sinopsis:

 

 

Ikut tur keliling dengan empat rocker mungkin adalah impian…

 

Setidaknya itulah yang orang-orang katakan padaku. Bagiku empat rocker itu adalah keluargaku. Mereka mengawasiku dari waktu aku berumur lima tahun. Melindungi dari amukan ibuku saat ia terpengaruh alkohol dan narkoba. Ketika mereka telah berhasil menjadi band besar mereka masih mengawasiku. Dan ketika ibuku meninggal mereka mengambil alih tugasnya sebagai waliku.

 

Dalam enam tahun sejak saat itu, aku telah mengawasi keempat pria yang berarti segalanya bagiku. Aku mengurus mereka seperti yang pernah mereka lakukan padaku. Aku menangani semua pekerjaan kotor di balik layar kehidupan para rocker.

 

Ini tidak selalu menyenangkan. Beberapa kali nyaris menjijikkan, terutama ketika aku harus menyingkirkan bekas one night stands mereka. Ugh!

 

Namun mengurusi mereka tidaklah menggangguku. Maksudku aku kan tidak jatuh cinta dengan salah satu dari mereka. Itu pasti gila. Jatuh cinta pada seorang rocker tidaklah cerdas.

 

Oke, jadi aku tidaklah cerdas. Aku menyayangi mereka, dan salah satu dari mereka menggenggam hatiku di tangannya. Tapi aku bisa mengatasinya. Aku telah mampu menyimpan rahasia kecilku selama bertahun-tahun sekarang.

 

Bagaimanapun, aku tak mampu menghadapi gangguan yang tampaknya telah kuderita. Ini sungguh membuatku takut. Aku benci dokter, tapi aku tiba-tiba lebih khawatir mengetahui apa yang salah denganku daripada apa yang dokter mungkin lakukan padaku.

 

 

Ketika aku memperoleh hasil pemeriksaanku, hidupku tak akan pernah seperti dulu lagi…

 

 

So if you like rockstars, romance, friendships and twists and turns, then The Rockstar That Holds Me is definitely the book for you. It’s a short read but it holds so much in the plot. We definitely recommend it to all of you!

 

 

 

 

Copyright© 2013 by The Rocker That Holds Me

 

 

 

 

 

 

Prolog

 

 

Saat itu hujan. Aku suka hujan, tapi tidak dengan guntur dan kilat. Cahaya kilat tidaklah seburuk guntur yang menggemuruh. Itu mengingatkanku pada Ibuku ketika dia sedang murka, melayang karena obat terlarang, minuman beralkohol, dan laki-laki. Hari ini aku mendapat dosis ganda amukan karena ada badai yang mengamuk di luar dan monster Ibuku yang mengamuk dalam kemarahannya.

 

Aku berharap dan berdoa pada Tuhan bahwa dia hanya akan pergi tidur seperti yang biasa dilakukannya. Tapi sepertinya Tuhan tidak mendengarkan doaku saat ini. Tampaknya Tuhan tidak pernah mendengar doaku di setiap aku berdoa kepada-Nya. Aku mulai bertanya-tanya apakah Dia benar ada? Seperti yang selalu di sampaikan pendeta yang selalu singgah berulang-ulang kali bahwa…

 

Dia ada. Ibuku sering mengutuk Tuhan, jadi aku pikir dia percaya kepada-Nya.

 

Hujan membasahi baju kaus tipis dan celana leggingku. Aku menyelinap keluar jendela sesaat setelah ibuku selesai denganku. Hujan menyapu airmataku dan darah yang mengalir dari luka yang ditinggalkan ibuku setelah dia mengejarku dengan sebuah cambuk dan tinjunya. Air dingin menyengat tubuh berbilur dan memarku, tapi aku telah terbiasa dengan rasa sakitnya.

 

Secepatnya setelah kaki telanjangku menginjak tanah di luar rumahku, aku berlari dengan cepat ke arah celah kecil berumput yang membatasi rumah dimana aku tinggal dengan rumah Sehun. Aku berdoa semoga ibunya belum memutuskan untuk membersihkan kamarnya, semoga beliau tidak mengunci jendela kamar seperti yang selalu dibiarkan Sehun tidak terkunci untukku, sekedar untuk berjaga-jaga.

 

Ketika aku naik pada ember tua berukuran lima galon yang kugunakan sebagai tangga, aku merintih saat menemukan bahwa benar ibunya telah berada dikamarnya. Jendela terkunci. Aku menggigil sekarang karena hujan bertambah deras, dan aku tak punya sepatu, jas bahkan tempat hangat untuk berlindung. Aku tahu tidak ada gunanya untuk mencoba berkeliling di rumah-rumah sekitar. Ayah Chanyeol ada dirumah dan aku tak akan pernah masuk kesana ketika ada kesempatan Mr.Park bisa menemukanku. Rumah Kai dan Kris hanya punya jendela kecil yang terlalu tinggi untuk dinaiki oleh kaki kecilku, kecuali salah satu dari mereka membantuku.

 

Sebuah isakan kecil keluar dari bibirku saat aku menyibakkan rambut basah dan kusutku dari wajahku, hanya untuk berjengit ketika aku menyentuh pipiku yang bengkak. Ibuku seorang yang ahli dalam menampar wajahku. Dan hari ini dia tepat pada sasarannya, mengingat jumlah obat yang dipakainya dan minuman keras yang habis ditenggaknya.

 

Terdengar suara berisik dari seberang halaman rumput kecil. Ibuku telah kembali untuk ronde kedua dan dia telah mengetahui ketidakberadaanku. Jantungku berpacu, aku melakukan hal yang hanya bisa aku pikirkan. Aku menarik drum yang kugunakan untuk menaiki jendela. Aku menarik dan menarik, mengiris tanganku saat aku melakukannya. Tapi, akhirnya dengan rintihan kemenangan aku berhasil menariknya cukup kebelakang sehingga aku bisa merangkak bersembunyi di lubang dibawah rumah Sehun.

 

Begitu aku sudah dibawah, aku mendorong drum itu kembali ke tempatnya setelah itu. Aku menahan jeritan saat aku bersandar dan tanganku menyentuh bangkai tikus. Aku mengelap tanganku di celana lembabku dan memeluk tubuhku agar aku tidak bersentuhan dengan tikus itu lagi. Kepalaku bersandar pada pondasi dan kupejamkan mata, berdoa semoga Ibuku tidak akan berpikir untuk mencariku disini.

 

Aku pasti tertidur. Ketika aku bangun, aku mendengar Sehun dan Chanyeol memanggil namaku. mereka terdengar panik. “Soeun?” Sehun tepat disampingku di sisi lain dari drum. “Sso?”

 

Aku meraih drum dan menariknya kebelakang cukup untuk melihat keluar. Pada awalnya mereka tidak memperhatikanku. Sehun berdiri bersama Chanyeol, keduanya memakai baju band mereka yang aku bantu untuk mendesainnya. Chanyeol memegang stik drum di tangan kirinya sementara yang satunya terkepal. Sehun terlihat khawatir. “Dia tidak akan pergi jauh.”

 

 

“Dasar pelacur sialan! Jika saja mereka tidak akan membawa Soeun dari kita seperti yang kupikirkan, aku akan segera langsung menelpon polisi,” omel Chanyeol.

 

“Tapi mereka akan melakukannya, Yeol. Dan kemudian dia akan berada di tempat yang lebih buruk dari sebelumnya. Setidaknya kita bisa menjaganya,” ujar Sehun padanya.

 

Ini adalah topik pembicaraan yang sama yang selalu mereka bahas setelah kejadian penganiayaan. Jika mereka menelpon polisi, dinas sosial akan membawaku pergi. Tempat penampungan tidak lebih aman dari Ibuku. Mungkin lebih buruk. Aku berumur 7 tahun dan aku mengerti maksudnya. Sehun dan yang lainnya telah menjelaskan padaku berulang kali.

 

Aku menarik drum itu lebih mundur lagi dan perlahan merangkak keluar. Aku kaku dan terluka. Lumpur menempel di bekas luka cambukan dan goresan di tanganku dari pondasi. Aku lebam dan memar. Dan aku mulai merasakan gatal di tenggorokanku yang akan berakhir dengan radang tenggorokan. Tiba-tiba ada lengan kuat yang menarikku keluar. Begitu ujung kakiku terlihat, aku segera dipeluk Sehun.

 

“Sial!” seru Chanyeol.

 

 

“Diam, Yeol!” Nik membentaknya sembari mempererat pelukannya padaku. Aku bisa melihatnya berpikir keras. Dia sedang berpikir kemana harus membawaku, menyembunyikanku. Aku mendengar suara tawa dari rumahkuku—Ibuku pasti sedang kedatangan salah satu teman lelakinya, dan terdengar suara televisi dari rumah Sehun—jika Ibunya melihatku seperti ini, beliau akan langsung menelpon polisi, tidak ada pilihan lain.

 

 

“Ayahku sudah pergi.” Chanyeol telah mulai berjalan menuju rumahnya. “Ayo Hun!”

 

Aku menggigil sesampainya kami di kamar Chanyeol. Aku kedinginan, sungguh kedinginan dan terluka parah. “Kita harus membuatnya hangat,” ujar Sehun. “Mulailah menyalakan air panas supaya aku bisa memandikannya”.

 

Chanyeol tidak berkata apa-apa saat dia meninggalkan kamar dan aku mendengar bunyi air menyala dari ruangan sebelah. Sehun mengajakku berdiri di kakiku dan mulai melepaskan baju basahku. Aku tidak membantah saat dia melepaskan celana leggingku bersama dengan celana dalamku. Dia menarik napas panjang saat dia melihat memar; luka yang menganga di kaki dan tanganku, satu dipunggung dan sepanjang perutku.

 

“Maafkan aku, Soeun.” Bisiknya. “Aku sangat menyesal.”

 

 

Aku terdiam sebab aku tak mengerti mengapa dia meminta maaf. Bukan dia yang memukulku. Ini bukan salahnya. Aku mungkin seorang gadis kecil, namun aku tahu dia takkan bisa selalu melindungiku. Dia punya band, dan hari ini mereka bermain musik di sebuah pesta untuk beberapa orang anak dari sekolahnya. Aku berharap dia mengajakku, tapi aku sadar seorang anak berumur 7 tahun di pesta anak SMP bukanlah ide yang bagus. Kris mencoba menjelaskannya padaku dan aku hampir yakin aku mengerti alasan tersebut.

 

“Hun!” Chanyeol memanggil dari kamar mandi. “Aku kurang yakin apakah ini terlalu panas atau tidak. Kemarilah dan periksa ini.”

 

 

Chanyeol menuntunku dengan tangannya ke kamar mandi kemudian membungkuk untuk mengetes suhu air. “Ini kelihatannya sudah pas,” dia mengangkatku dan menempatkanku di air.

 

Aku merengek ketika air menyentuh lukaku. Itu sakit namun panas dari air terasa enak di kakiku yang dingin. Tak lama kemudian aku berhenti menggigil. Sehun membersihkanku, berusaha bersikap lembut sat dia membersihkan luka di tubuhku. Rahangnya mengeras dan kurasa ada air mata menggenang di matanya.

 

Kemudian setelah rambutku bersih dan wangi, dia mengangkatku keluar dari air, membungkusku dengan handuk. Chanyeol memegang sekotak plester luka dengan gambar putri kecil di atasnya yang sangat kusukai. Tapi ada juga sebuah salep lengket di tangannya yang lain dan aku menggelengkan kepalaku. “Tidak, itu sangat perih.”

 

Sehun menggosokkan handuk ke seluruh tubuh basahku, masih berusaha untuk lembut. Beberapa luka berdarah lagi dan perih saat terkena gosokan handuk. Ketika dia selesai dia mengambil salep dariku dan aku menjauh “Tidak, Hun.” rengekku. “Aku tidak mau itu.”

 

“Aku tahu, Sso. Aku tahu ini pasti sakit, tapi kau tidak mau terinfeksi, kan?” Dia berkedip-kedip dan kurasa dia sedang menahan diri untuk tidak menangis. “Jika kau terinfeksi, maka kau harus ke dokter dan mereka akan menyuntikmu.”

 

Itu kata-kata ajaibnya. Aku benci disuntik ! Aku benci dokter ! Jadi aku duduk di bak cuci kecil dan membiarkannya mengoleskan salep ke seluruh tubuhku, mencoba bertahan untuk tidak merintih karena sakit ini. Tak lama setelah dia selesai, salep itu hampir habis. Chanyeol menolongnya memasang plester luka. Setelah selesai, mereka mencium luka itu dan mengatakan hal yang selalu mereka katakan. “Semoga lekas sembuh.”

 

Chanyeol memakaikan salah satu kemejanya untukku. Tapi karena kebesaran mereka menyimpulnya, sehingga aku tidak akan jatuh terjerembab saat berjalan. Ketika aku telah berpakaian, Sehun engangkatku dan membawaku kembali ke kamar Chanyeol. Mereka menempatkanku di tempat tidur kecil yang berlawanan dengan dinding dan memakaikan selimut yang beraromakan seperti Chanyeol.

 

Kai dan Kris memasuki ruangan. Kai menjinjing tas dari Wal-Mart dan mengeluarkan sekotak obat-obatan. Mereka memberiku sedosis besar Tylenol dan kemudian menyuapiku. Krid telah mampir di McDonalds dan membelikanku paket chicken nugget. Perutku berbunyi dan aku sadar aku belum makan sejak kemarin.

 

Perutku sakit saat kunyahan pertama. Aku duduk dan memegang perutku hingga sakitnya hilang kemudian melahap habis sisa nugget dan kentang goreng. Aku tidak minum Sprite yang mereka beli sampai aku selesai makan. Ini sungguh enak. Akhirnya aku meraih mainanku, boneka binatang dengan rambut aneh dan baju kaus. Aku mendekapnya erat di dadaku saat Sehun menyisir rambut kusutku. Rambutku saling menarik, karena jarang disisir, tapi aku tak mengeluh dan dia berlaku lembut.

 

Selama sisir itu bekerja di rambutku, mataku semakin berat. Tak lama aku pun tertidur…

 

 

 

 

TBC (Tepok Bokong Chanyeol)

 

 

 

 

CHANSSOFEEL

 

 

 

03.02.2016

 


Another Me (Chapter 3)

$
0
0

IMG-20160130-WA0000

Title                 : Another Me

Author             : Jojjomi

Length             : chapters

Genre              : Fantasy, romance, family

Rating             : T

Cast                 : Kwon Alice, Oh Sehun (EXO), and many more.

A/N                 : this story belong to me. Info tentang makhluk – makhluk fiksi dalam cerita           ini dapat dari beberapa FF fantasy lain dan google tentunya.

 

Chapter 3

Look at the mirror! You’ll find another reflection of yours…

 

Sore itu hujan deras mengguyur Cove Crown. Cuaca berubah buruk akhir-akhir ini, padahal tadi begitu cerah dan murid-murid sedang menikmati sore hari mereka di halaman sekitar Cove Crown. Sehun berlari memasuki koridor kastil sekolah. Sepatunya menginjak genangan air di lantai koridor Cove Crown. Terang saja banyak air menggenangi lantai koridor, hujan begitu deras hingga memasuki koridor luar. Vampir itu mengibaskan rambutnya, memandangi pakaian dan sepatunya yang sudah basah kuyup. Ia tau sore ini akan turun hujan deras, kalau saja Luhan dan Xiumin, dua malaikat yang berada di tahun kelima mereka bersekolah di Cove Crown tidak memaksanya untuk ikut bertanding sepak bola bersama anak-anak lain tadi siang, dia tidak akan berakhir basah kuyup seperti ini. rencananya adalah tidur di kamarnya sore ini, tapi rencana hanya tinggal rencana. Setidaknya, dia berhasil merajuk pada Luhan untuk berhenti ikut bermain. Luhan tau tabiat Sehun, malas untuk melakukan sesuatu yang berhubungan dengan olahraga, jadi Luhan mengiyakan permintaan Sehun untuk kembali ke kamarnya meninggalkan Luhan, Xiumin, dan anak-anak penggila sepak bola lainnya yang masih bermain di lapangan dengan guyuran air hujan.

Sehun menyusuri koridor dengan langkah gontai, vampir itu seperti sudah bosan hidup kalau dilihat dari cara ia berjalan. Percuma saja bosan hidup, dia akan menjalani kehidupannya sampai berabad abad nanti kalau tidak ada belati perak yang menghujam jantungnya. Sehun berhenti ketika melihat gadis berambut hitam berdiri tidak jauh didepannya, sedang mengobrol dengan gadis werewolf. Alice dan Yue. Sehun tidak mengerti kenapa seminggu ini kemanapun ia pergi selalu bertemu dengan Alice, selain di kelas tentunya. Sejak kejadian di perpustakaan seminggu lalu lebih tepatnya.

Ia memperhatikan mereka berdua, hingga matanya menemukan sesuatu ketika melihat pada genangan air dibelakang tempat Alice berdiri. Sehun melihat pantulan Alice pada genangan air disana, tapi bukan hanya satu. Ada dua! Sehun mengerjapkan kedua matanya berkali-kali, memastikan kalau yang ia lihat bukanlah halusinasi atau kesalahan pada matanya.

Tidak ada perubahan. Pantulan yang lain itu masih ada. Pantulan satunya Sehun yakin itu pantulan Alice sendiri karena berada tepat dibawah Alice berdiri, tapi pantulan satu lagi, itu Alice tapi pantulan itu seperti berada di samping Alice. Bukan. Itu bukan Yue. Yue jelas berada di depan Alice, tidak akan terlihat pantulan Yue pada genangan itu karena Alice menutupi Yue untuk terlihat pada genangan air. Mata Sehun tidak salah kali ini, pantulan Alice yang lain itu memang benar ada disana, terlihat pada genangan air. Apa itu yang membuat Alice membaca buku-buku yang ia bawa di perpustakaan seminggu lalu?

Tangan sosok itu terulur seolah ingin meraih Alice. Sehun semakin tercekat melihat pergerakan yang berbeda dari sosok pantulan itu, berbeda dengan pergerakan yang Alice lakukan karena Alice sekarang sedang melipat kedua tangannya didepan dada. Terus mengulurkan tangannya, masih berusaha meraih Alice. Sehun panik melihatnya, Alice tidak juga beranjak dari tampatnya, gadis itu masih asik berbincang dengan temannya

Dengan cepat Sehun segera melesat mendekati Alice, menarik gadis itu membawanya menjauh dari genangan air tadi ketika dilihatnya sosok tadi hampir berhasil menyentuh pundak Alice. Yue melompat kecil kebelakang, kaget dengan kemunculan Sehun yang tiba-tiba dan menarik temannya menjauh darinya.

“apa-apaan kau Oh Sehun!!” sembur Yue langsung dengan mendelikkan matanya menatap Sehun yang masih memeluk pundak Alice. Alice sendiri masih termangu diposisinya sebelum menyadari kalau kedua tangan sehun berada pada kedua pundaknya, memeganginya begitu erat. Detik berikutnya Alice mendorong Sehun kuat tapi tak sampai membuat vampir tampan itu terjatuh. Mata Alice juga ikut mendelik menatap Sehun, kesal sekaligus tak mengerti dengan apa yang dilakukan Sehun barusan.

“sorry. Aku tadi melihat sesuatu pada genangan air itu, sesuatu seperti ingin meraih pundakmu. Aku pikir itu akan menyakitimu, tapi…” Sehun diam sejenak, matanya kembali menatap pada genangan air tempat pantulan tadi terlihat. Tak ada. Sosok mirip Alice yang tadi ia lihat sudah tak ada. Alice sendiri tak kalah kagetnya, matanya semakin membesar seperti akan keluar dari tempatnya ketika mendengar kalimat Sehun barusan.

“sesuatu? Sesuatu apa? Jangan mencoba menakuti kami ya Sehun! Tidak akan bisa!” tegas Yue. Gadis werewolf itu juga memperhatikan genangan air yang Sehun maksud, tak ada apa-apa disana, hanya ada pantulan atap koridor dan pilar-pilar koridor disekitar genangan.

“dia hilang. Sungguh aku melihatnya disitu tadi!” sahut Sehun tak kalah keras, tidak terima dituduh sedang menakuti mereka.

“sud-sudahlah… ngg… mungkin kau salah liat, Hun. Ayo Yue, kita kembali ke asrama saja” Alice berusaha menyudahi ini semua sebelum Yue dan Sehun semakin curiga, ia menarik lengan Yue dan berlalu melewati Sehun untuk kembali ke kastil asrama. Pikirannya berkecamuk. Bingung. Takut. Gelisah. Khawatir. Entahlah, semuanya jadi satu.

Bagaimana Sehun bisa melihat sosok tersebut? Jelas sekali kalau selama ini tidak ada yang bisa melihat sosok itu selain dirinya sendiri. Dulu, dia pernah menarik Hanbin yang sedang duduk disebelahnya saat mereka berada di dalam mobil. Alice melihat sosok tersebut pada jendela mobil yang gelap sehingga memunculkan pantulan dirinya dan sosok lain itu. Ia meremas kemeja Hanbin sembari menunjuk pada jendela, berbicara pada Hanbin lewat telepatinya memberitahu kakak keduanya kalau sosok yang mengikutinya kembali muncul. Tapi Hanbin tidak melihat apapun. Dia hanya melihat pantulan dirinya sendiri dan adiknya, hanya satu pantulan Alice, bukan dua seperti yang Alice katakan. Bahkan mommynya, Bobby, dan kedua adiknya juga tidak bisa melihat sosok lain itu. Kecuali daddynya. Sosok itu selalu menghilang duluan ketika daddynya hampir mendekatinya.

Sehun masih menatap genangan air tadi. Ia sendiri masih penasaran dengan sosok yang ia lihat barusan. Itu mirip Alice, bahkan sangat sempurna untuk kemiripannya. Apa tadi? Incubus? Hantu? Atau doppleganger seperti apa yang ia katakan pada Alice ketika di Perpustakaan? Atau iblis lain yang sedang berusaha mencelakai Alice? Vampir bersurai coklat itu menggelengkan kepalanya. Terlalu pusing untuk dipikirkan, lagipula sejak kapan ia jadi sangat penasaran dengan apa yang terjadi pada orang lain?

Lupakan Oh Sehun. Kembali saja ke kamar dan tidur. Batin sehun sambil meninggalkan tempatnya.

Yinghan baru saja keluar dari kelas pengendalian khusus malaikat. Gadis malaikat yang memiliki kecantikan luar biasa itu berjalan sambil memeriksa buku-buku yang ia bawa, hebatnya Yinghan tidak menabrak siapapun yang melintas didepannya, gadis itu sudah memiliki kewaspadaan tinggi untuk mengetahui ada siapa saja didepannya jadi dia berhasil berjalan lancar tanpa menubruki siapapun dengan matanya yang masih saja terfokus pada buku.

Dengan sesekali berdengus, matanya masih menelisik tulisan-tulisan dalam bukunya. Ia bingung dengan kelas pertahanan khusus malaikat yang baru saja ia ikuti tadi. Ini kelas pertahanan tapi kenapa tadi gurunya meminta para murid malaikat untuk mencoba melihat masa lalu dan masa depan. Untuk latihan katanya. Bercanda, guru itu pasti hanya main-main, pastinya beliau tau kalau semua malaikat sudah diwarisi kemampuan untuk melihat masa lalu maupun masa depan sejak mereka dilahirkan. Tanpa harus latihan lagi semua malaikat pastinya sudah bisa dengan jelas melihat masa lalu dan masa depan manusia maupun makhluk lain.

“tak ada bab yang membahas mengenai itu disini. Seharusnya guru itu mengajar sesuai kurikulum yang sudah ada di buku. Kalau memeng mau memodifikasi jangan sampai melenceng jauh. Ckk!” gumamnya masih terlihat kesal. Yinghan terlalu kritis kalau soal mata pelajaran.

“apanya yang tidak ada?” suara Alice yang tiba-tiba sudah berada disamping Yinghan, berjalan sejajar dengannya. Yinghan hanya menggeleng lemah tetapi matanya masih terfokus pada buku ditangannya. Sudah tidak kaget lagi dengan kemunculan Alice yang mendadak begitu. Yinghan jelas faham vampir bisa bergerak dengan kecepatan begitu tinggi dan memiliki pendengaran amat sangat tajam. Mungkin saja gadis vampir yang sering dipanggil ‘El’ itu sudah mendengar gumamannya sejak gadis itu masih berada di kelasnya. “kelas apa yang kau ikuti barusan?” tanya Alice kembali. Biarpun mereka berada di angkatan yang sama dan banyak mengikuti kelas yang sama sejak tahun pertama, tetapi ada beberapa kelas yang mengharuskan mereka berpisah, berkumpul hanya dengan ras mereka tidak berbaur seperti di kelas pertahanan, sihir, dan sejarah.

“kelas pengendalian” jawab Yinghan singkat. Kepalanya masih saja menunduk, tidak bisa melepaskan rasa penasarannya pada hubungan melihat masa lalu dan masa depan dengan kelas pengendalian diri.

Mereka berdua berhenti di koridor dekat taman, memilih untuk duduk di bangku panjang yang terbuat dari marmer. Duduk menghadap taman yang dipenuhi anak-anak lain. Setelah gadis malaikat berambut coklat terang itu meletakkan bokongnya pada bangku marmer yang dingin akibat hujan tadi pagi, ia menutup bukunya, meletakkan di sebelahnya sebelum menolehkan kepalanya untuk melihat sahabatnya di Cove Crown selama lebih dari setahun ini.

Seluruh tubuh Yinghan membeku. Matanya melebar, bibirnya bergetar, gadis itu bingung dengan apa yang dilihatnya. Ia lupa menutup segel pada dirinya untuk melihat masa lalu dan masa depan makhluk lain sembarangan. Sungguh ia lupa akan hal itu. Menyebabkan sekarang Yinghan dapat seketika melihat masa depan juga masa lalu sahabat vampirnya. Ini yang membuat badannya membeku seketika, wajahnya berubah memperlihatkan ekspresi kengerian ketika menatap Alice. Untung saja gadis vampir disampingnya sedang memandangi arah lain, jadi tidak tau apa yang terjadi pada Yinghan.

“mana bisa begitu? Apa…?” gumam Yinghan tak percaya dengan apa yang ia lihat. Gumamannya otomatis membuat Alice memindahkan pandangannya pada sahabat malaikatnya. Alice jadi ikut bingung dengan ekspresi wajah sahabatnya.

“ada apa, Yi?” tangan Alice menggenggam tangan Yinghan erat. Takut kalau telah terjadi sesuatu pada sahabatnya. tapi Yinghan hanya menggeleng cepat sambil menarik tangannya dari genggaman Alice.

“tidak… tidak ada apa-apa, El. Aku lupa kalau aku harus menemui Lu ge” ucapnya cepat sebelum berlari meninggalkan Alice. Vampir yang Yinghan tinggalkan hanya menatap punggung Yinghan dengan tatapan tak mengerti, Alice berusaha membaca pikiran Yinghan tapi tidak bisa. Gadis malaikat itu pasti menutup pikirannya agar tidak ada makhluk pembaca pikiran lain yang sembarangan membaca pikirannya.

Begitu juga dengan kemampuan melihat masa depan dan masa lalu yang Yinghan miliki. Malaikat itu bisa menyegel kemampuannya tersebut agar ia juga tidak sembarangan melihat masa lalu dan masa depan makhluk lain. Rasanya sangat tidak sopan saja jika melihat masa lalu juga masa depan yang lain tanpa mereka tau. Itulah sebabnya, lama sebelum ia masuk Cove Crown ia sudah meminta kakaknya untuk mengajarinya cara menyegel kekuatan alami malaikat yang satu itu. Alasan mengapa Yinghan begitu terkejut ketika melihat masa lalu dan masa depan Alice tanpa ia sengaja, ia baru membuka segelnya dan lupa menutupnya kembali setelah kelas pengendalian selesai. Baru pertama ia melihat masa lalu maupun masa depan sahabatnya, baru pertama kali juga Yinghan melihat hal yang seperti tadi, hal yang ia lihat pada masa lalu dan masa depan Alice.

Maka itu ia harus segera menemui kakaknya. Ia rasa harus bertanya tentang apa yang baru saja ia alami. Ia takut kalau saja apa yang ia lihat adalah kesalahan yang datang dari dirinya.

Tidak membutuhkan waktu lama bagi Yinghan untuk segera menemukan kakaknya. Ia berlari begitu kenacang menuju kebun belakang kastil sekolah. Disana ia temukan laki-laki berparas manis dengan surai berwarna senada dengan surai miliknya, coklat terang, sedang berdiri membelakanginya menghadap pada lapangan luas memandangi kuda-kuda milik sekolah yang sedang bebas berlarian di lapangan itu.

Xi Luhan. Malaikat murid tahun kelima. Malaikat laki-laki yang menjadi favorit seluruh guru-guru Cove Crown, termasuk kepala sekolah. Tahun pertama ia menginjakkan kakinya di Cove Crown saja sudah membuat sekolah itu gempar kedatangan malaikat luar biasa yang begitu hebat menguasai kekuatan tingkat tinggi di usianya yang masih sangat muda ketika itu. Walaupun dia harus terima ada dua malaikat lagi di angkatan yang sama sepertinya yang memiliki kemampuan tak kalah hebat darinya. Luhan tidak pernah menyombongkan apa yang ia miliki, biarpun dia begitu dipuja oleh teman seangkatannya dan seluruh adik kelasnya, malaikat yang selalu memaksa Sehun untuk bergabung bermain sepak bola bersamanya itu tidak menyombongkan diri seperti makhluk lain yang satu angkatan dengannya. Malaikat tampan itu begitu ramah bahkan pada siapapun. Sifatnya begitu menurun pada Yinghan.

“Lu ge!” teriak Yinghan dari kejauhan. Kakaknya segera membalikkan badannya menghadap Yinghan. Tersenyum lebar begitu manis menyambut kedatangan adik kesayangannya.

“sudah berlari jauh sepertinya hahaha. Ada apa sayang?” laki laki yang dipanggil Lu ge oleh Yinghan membungkukkan tubuhnya berusaha mensejajarkan tinggi mereka ketika Yinghan berhasil berdiri di depannya.

“a- aku… aku tidak sengaja melihat masa depan Alice-“ tangan Yinghan mengenggam lengan kakakknya begitu kuat, berusaha mencari kekuatan dari kakaknya.

“tenang dulu, lalu ceritakan dengan pelan. Kau membuatku takut melihat tingkahmu yang seperti baru menghadapi raja iblis mengacungkan tongkat kutukannya padamu” Luhan mengusak lembut rambut milik adiknya.

“aku lupa menutup segelnya setelah selesai dari kelas pengendalian kemudian aku bertemu Alice yang membuatku tidak sengaja melihat masa depan vampir itu. Tapi…” gadis didepan Luhan menghentikan kalimatnya sejenak. “tapi ge… aku tidak melihat apapun di masa depannya, begitu juga dengan masa lalu Alice. Hanya cahaya putih dan sesekali gelap pekat, aku tidak bisa melihat apa-apa lagi selain itu. Apa itu normal? Tidak ada yang salah denganku kan?” mata Yinghan menyiratkan ketakutan dan kebingungan. Kasus seperti ini tidak pernah ia temui. Ia tidak pernah tidak bisa melihat masa lalu dan masa depan malaikat maupun makhluk lain. Luhan hanya tersenyum pada adiknya. Tangannya mengusap lembut pipi gadis yang memiliki darah yang sama dengannya.

“aku juga melihat hal yang sama. Xiumin juga, Suho juga. Bahkan aku yakin semua malaikat yang pernah bertemu dengannya juga pasti melihat hal yang sama seperti apa yang kau lihat, Yi” ucap luhan lembut.

“tapi kenapa? kenapa bisa seperti itu?” tanya adiknya begitu penasaran.

“oh aku minta maaf, dear. Aku tidak tau kenapa bisa seperti itu”

“tidak mungkin kan kalau Alice menghapus masa lalunya dan menutup penglihatan pada masa depannya?”

“tidak. Tidak ada yang bisa menghapus masa lalu dan tidak ada yang bisa menghalangi penglihatan malaikat tentang masa depan” jelas Luhan meyakinkan adiknya. Laki-laki itu beranjak dari tempatnya, berjalan menuju pagar kayu pembatas lapangan tempat kuda-kuda yang ia lihat tadi berada. “kecuali… kalau sudah mati.”

Yinghan terperanjat begitu mendengar ucapan Luhan barusan. Mati? Iya benar, Yinghan pernah tahu itu dari salah satu malaikat tinggi yang ia kenal di tempat tinggalnya. Malaikat hanya akan melihat cahaya putih atau tempat gelap tanpa pencahayaan sedikitpun pada masa lalu dan masa depan makhluk yang sudah mati.

“tapi Alice masih hidup, ge! Tidak mungkin karena aku tidak merasakan aura zombie padanya. Dia masih berjalan kesana kemari dan terlihat normal seperti vampir lainnya”

“aku tau. Itu juga yang membuatku bingung, Yi. Aku sempat berbicara pada Suho soal Alice, tapi kami tidak mengerti dengan gejala yang ia timbulkan itu” kepala Luhan menggeleng lemah.

Gadis malaikat dibelakang Luhan juga menggelengkan kepalanya. Berusaha menyingkirkan kemungkinan-kemungkinan terburuk yang terjadi pada sahabatnya. Tidak mungkin menghapus. Tidak mungkin menyegel. Dan tidak mungkin juga Alice sudah mati. Semua fakta tentang kenapa bisa ia melihat hal seperti itu pada Alice sangat tidak mungkin.

Taman di sisi sayap kanan castil asrama Cove Crown begitu riuh siang ini. hampir setengah bunga-bunga indah yang tumbuh di taman itu sudah rata menyatu dengan tanah. Beberapa pohon yang berdiri di taman itu juga sudah roboh, batang dan rantingnya berantakan tersebar kemana mana.

Disana, diantara batang pohon yang hancur berdiri vampir laki-laki dengan surai coklatnya, badannya sedikit membungkuk, wajahnya penuh luka yang perlahan mulai menutup kembali, kaos yang ia kenakan sudah robek dibagian belakang. Ada bekas cakaran di bagian lengannya yang juga mulai menutup kembali. Mata vampir muda itu menatap tajam pada seekor serigala besar yang berdiri tidak jauh didepannya. Mengawasi pergerakan apalagi yang akan dilakukan serigala berbulu coklat gelap yang kini sedang menggeram kuat terus menerus. Serigala itu juga memiliki luka di beberapa bagian tubuhnya, kaki belakangnya seperti tidak bisa berdiri dengan sempurna karena tulangnya yang sepertinya sudah retak.

“apa kalian berdua tidak bisa menghentikan sahabat kalian disana hah?!” suara milik laki-laki elf bermata doe yang tengah terbang diatas kerumunan murid-murid lainnya yang sejak tadi menonton pertarungan dua makhluk beda ras jauh didepan mereka sana.

“kau diam saja lah Kyungsoo. Apa kau tidak lihat yang lainnya justru terhibur dengan tontonan gratis ini. tenang saja, sahabatku itu tidak akan mati hanya karena werewolf” Jongin menyauti ucapan elf yang bernama Kyungsoo dengan begitu tenang. Vampir berkulit tan itu menyandarkan tubuhnya pada pilar castil asrama, bibirnya tertarik menunjukkan senyuman yang biasanya dapat membuat para gadis mengiris urat nadi mereka sendiri hanya karena melihat senyumannya. Elf laki-laki tadi hanya mendengus kesal, sayapnya mengepak makin cepat memperlihatkan cahaya perak yang bersinar begitu terang meskipun pada siang hari.

Anak-anak yang berkumpul semakin berteriak heboh ketika serigala besar disana melompat kearah Sehun, berusaha menerjangnya sambil menggeram lebih kuat. Tapi dengan kecepatan vampir sekali lagi Sehun berhasil menghindari serangan serigala tadi dengan melompat kemudian melesat ke arah lain. Tidak akan lagi ia biarkan tubuhnya terkena serangan bahkan cakaran serigala menjijikkan itu. Suara geraman kembali terdengar dari si serigala, sepertinya ia kesal karena serangannya berhasil dihindari oleh vampir lawannya. Belum lama serigala itu menyesali kegagalannya, ia terpelanting kembali menghantam pohon lain yang masih berdiri kokoh di taman itu. Sehun yang membuatnya terpental jauh dengan tinjunya pada perut si serigala. Lolongan menyedihkan keluar dari si Serigala karena rasa sakit akibat tulang punggungnya menghantam pohon besar hingga pohon tersebut juga ikut roboh menyusul dua pohon yang sudah lebih dulu roboh berantakan.

Sesungguhnya pertarungan ini tidak akan terjadi kalau saja Jongin mau bersabar karena ada werewolf yang mengganggu tidurnya. Ini hari minggu. Anak-anak biasa menggunakan hari libur mereka di taman dekat kastil asrama untuk bermain atau hanya bersantai. Dan siang itu juga digunakan oleh tiga vampir laki-laki yang sejak tahun pertama selalu kemana-mana terlihat bersama. Chanyeol, Jongin, dan Sehun. Mereka bertiga sedang duduk-duduk santai dibawah pohon besar yang rindang. Menghindari terik matahari yang begitu menyengat siang itu. Vampir memang tidak tahan kalau harus berada dibawah sinar matahari terlalu lama.

Chanyeol duduk bersandar pada batang pohon, sedangkan Jongin sedang tertidur di sampingnya. Ia menggunakan jaketnya untuk menutupi wajahnya ketika tertidur. Tapi ketenangan mereka terusik ketika ada werewolf jantan yang tiba-tiba berguling kearah mereka, menghantam Jongin yang sedang tertidur pulas. Bukan menghantam, jatuh diatas tubuh Jongin lebih tepatnya. Otomatis saja Jongin langsung melompat dari posisinya tertidur tadi, vampir dengan surai hitam legamnya itu segera berdiri waspada, ia pikir ada musuh yang sudah menyerangnya tadi. Wajahnya begitu kesal dan amarah keluar dari matanya yang berwarna merah delima ketika mendapati werewolf yang ada didepannya.

            “kau buta atau matamu itu tertutupi bulu-bulumu yang bau sampai kau menyerangku yang jelas sedang tertidur tenang huh?!” suara Jongin menguar jelas membuat beberapa anak yang berada tak jauh dari mereka menghentikan aktivitas mereka untuk melihat apa yang sedang terjadi. Vampir jangkung yang tadinya duduk di sebelah Jongin kini sudah berdiri, ikut menatap tak suka pada werewolf yang tadi menabrak sahabatnya.

            “aku tidak ada niatan untuk menyerangmu vampir tukang tidur! Aku tidak sengaja! Tadi aku sedang berlatih lompatan dengan teman-temanku disebelah sana” sahut werewolf yang tingginya hampir sama dengan Chanyeol sambil menunjuk teman-temannya yang sedang berdiri di ujung taman.

            “berlatih kau bilang? Jangan sok pamer kekuatan di luar jam pelajaran kau Huang Zitao!” Jongin masih tidak terima dengan penjelasan werewolf yang biasa dipanggil Tao. Vampir tampan itu memang tidak pernah suka jika ada yang mengganggu kegiatan tidurnya, dia akan berubah menjadi sangat sensitif jika kegiatan kesukaannya terganggu. Lengan Jongin disentuh oleh Chanyeol, Chanyeol berusaha menenangkan sahabatnya. “percuma saja kau berlatih sekeras apapun. Saat di medan tempur kalau kau menghadapi kawanan vampir kau tidak akan bisa menang dari kaum kami!!” suara Jongin kembali meninggi. Ucapannya barusan benar-benar menyinggung Tao. Werewolf begitu sensitif jika mengenai persaingan kekuatan dengan vampir

            “shit!! Beraninya kau menghina kaumku!!!”

            Tanpa Jongin sadari, Tao sudah berlari cepat kearahnya mendorong tubuhnya kuat hingga terdorong menabrak pohong dibelakangnya, membuat pohon itu bergoyang. Vampir lainnya yang sedang duduk di atas pohon yang Jongin tubruk tadi mulai terusik akibat goyangan pada batang tempatnya duduk bersantai diatas sana. Matanya semula terpejam seketika terbuka memperlihatkan manik berwarna hijau menyala menyiratkan kekesalannya. Ada lagi saja yang tidak bisa membiarkannya bersantai! Batinnya begitu kesal. Padahal sejak tadi mulai keributan ia berusaha untuk menghiraukannya, membiarkan saja apa yang dilakukan sahabatnya dan werewolf itu dibawah sana.

            “beraninya kau menyerang temanku! Mau aku patahkan lehermu hah?!!” itu suara Chanyeol. Ia berteriak tidak terima pada Tao. Kesal melihat sahabatnya diserang secara mendadak oleh si werewolf Cina. diatas sana dahi Sehun berkerut. Kekesalannya sudah tidak bisa ditahan lagi. Segera ia melompat turun dari atas pohon, melesat turun dan berdiri di depan Jongin. Mata Sehun kini bertatapan langsung dengan mata milik Tao.

            “oohh, kau bersembunyi dibalik kedua temanmu ini Kim Jongin?” ledek Tao menatap sinis pada Sehun yang tiba-tiba muncul dihadapannya. Tidak terima dengan ejekan Tao, lecutan listrik keluar dari diri Jongin. Ia sengaja melepas seluruh energinya karena kesal dengan mulut serigala. Vampir yang berdiri di depannya membalik tubuhnya malas kebelakang, menatap sahabatnya sambil berkomunikasi lewat pikiran mereka. lecutan listrik yang dikeluarkan Jongin tentu tidak akan berpengaruh pada Sehun dan Chanyeol, mereka berdua sudah sangat terbiasa dengan kekutan dari masing-masing sahabat mereka.

            “simpan kembali tenagamu bodoh!”

            Belum lama mereka berbicara lewat pikiran mereka, Chanyeol berteriak memanggil Sehun kemudian sebuah cakaran dari binatang besar yang berbulu dirasakan Sehun menggores punggungnya.  Cakaran itu bukan saja berhasil merobek kaos Sehun tapi juga merobek kulit pucat punggung milik Sehun.

            Sontak kemudian Sehun berbalik, menggeram memperlihatkan taring-taringnya yang sudah memanjang. Begitu tajam. Ia mendapati Tao sudah berubah menjadi serigala seutuhnya sedang berdiri melonglong padanya dan Jongin yang masih saja tidak menutup kembali kekuatannya. Sebelum Chanyeol melempar bola api dari tangannya, Sehun sudah terlebih dahulu membuat puting beliung kecil yang berhasil menerbangkan Tao jauh menuju pohon lain, mengakibatkan pohon itu roboh akibat terjangan tubuh Tao dan puting beliung milik Sehun.

            Sudah cukup. Kesabarannya sudah benar-benar habis. Tidak ada lagi menahan kekuatan. Sebenarnya, bukan hanya Jongin yang sensitif jika diganggu. Sehun maupun Chanyeol juga sama saja seperti Jongin. Mereka bertiga sama-sama sensitif, berubah mengerikan ketika ada yang mengganggu kesenangan mereka. mungkin itu yang membuat mereka bertiga bersahabat. Memiliki sifat yang sama.

Begitulah yang menyebabkan kekacauan sekarang terjadi. Sehun dan Tao masih saja saling serang di tengah taman. Terakhir Tao berhasil kembali hampir menggigit lengan Sehun kalau saja vampir itu tidak segera menghindar bergeser ke lain arah kemudian memberi sikutan tajam di perut Tao. Mereka tidak menyadari ketika Mr. Kangin, salah satu guru kelas pertahanan yang terkenal paling kejam dan ditakuti oleh semua murid di Cove Crown datang sambil berkacak pinggang. Melotot menakutkan melihat keadaan taman yang tadinya begitu indah dan menyenangkan kini sudah hancur porak poranda karena ulah dua makhluk beda ras.

“YA! LANJUTKAN TERUS PERTARUNGAN KALIAN SAMPAI KALIAN MATI SAJA!” teriak Mr. Kangin begitu keras dan menggelegar di seluruh taman. Anak-anak yang berkumpul dekat koridor menuju kastil asrama seketika diam membeku. Udara yang semula panas dan matahari rasanya seperti menusuk kepala kini berubah. Langit mulai mendung, keadaan taman mulai menggelap, angin dingin menerpa tubuh semua murid yang berada disana tak terkecuali vampir dan serigala yang sedang bertarung tadi.

Mr. Kangin berlari begitu cepat menuju dua makhluk yang belum juga menghentikan pertarungan mereka.vampir laki-laki dewasa itu menarik kerah kaos Sehun dari belakang, kemudian melompat menuju Tao dengan kerah kaos Sehun masih berada dicengkramannya membuat Sehun ikut tertarik akibat pergerakannya. Mr. Kangin menghampiri Tao mencengkram kuat leher serigala itu sebelum kembali ke wujud manusia lagi.

“haruskah aku mencekik kalian sampai mati?!” teriak Mr. Kangin tepat ditelinga mereka berdua. Tangannya masih mencengkram kuat leher belakang Sehun dan Tao. “jelaskan ini di kantor kepala sekolah! Sepertinya aku akan mengusulkan hukuman menyenangkan untuk kalian berdua” senyuman miring milik Mr. Kangin terlihat sambil ia berjalan menyeret kedua muridnya. Melewati kerumunan anak-anak yang tadi menonton pertarungan mereka berdua. Tak ada yang berani berucap ketik guru vampir itu melewati mereka semua.

Jongin dan Chanyeol saling bertatapan bingung. Merasa harus menolong sahabat mereka dari hukuman yang akan diberikan oleh Mr.  Kangin tapi mereka sendiri tidak berani mengganggu guru mengerikan itu.

 

-TBC-

 

Nah, kalo yang masih inget kenapa di chapter kemarin Kim Jongsuk kaget pas pertama ngeliat Alice, jawabannya udah ada di chapter ini ya. Dijawab sama dua malaikat kakak beradik ituu~


Sarang Love Story (Chapter 1)

$
0
0

postersls

Sarang Love Story

Author  : OhCha a.k.a Camelia

Rating   : PG-17

Genre   : Romance, Hurt

Cast       :

–      Chanyeol EXO as Park Chanyeol

  • Yoon eun hye as Yoon Sarang
  • Sehun EXO as Oh Sehun
  • Sooyoung SNSD as Choi Sooyoung
  • Suho EXO as Kim Junmyeon
  • Seulgi Red Velvet as Kang Seulgi

NB          :

                Annyeong ini ff kedua yang author buat^^ Karena I am surrounded by men’s lagi buntu hehe.. Kalau ada komen atau masukan buat ff ini silahkan isi box comment ya chingu.. happy reading J

Author *pov*

“Sooyoung-ah.. aku berangkat dulu, aku sudah sangat terlambat!” Teriak Sarang sambil terburu-buru mengenakan sepatunya.

“Hya.. hya.. hyaa.. setidaknya makan buah ini dulu,” Sooyoung berlari kecil dari dapur menghampiri Sarang dengan membawa semangkung buah yang baru saja dia potong “palli mokko..”

Sarang memasukan buah ke dalam mulutnya dan mengambil beberapa lagi.

“Gomawo Choi sooyoung, aku pergi dulu annyeong.. ” Ucap Sarang dengan mulutnya yang masih penuh lalu mencium pipi sooyoung dan langsung keluar meninggalkan rumah.

“Jangan pulang terlambat! Saranghae.. ” masih teriak sooyoung yang langsung menghela nafas.

Ya di rumah kontrakan yang sederhana, Sarang tinggal bersama sahabatnya Sooyoung. Sarang memang sebatang kara, orang tuanya sudah meninggal sejak dia masih dudu di bangku SMA. Dan karena orang tuanya tidak dari kalangan yang berada membuatnya menjadi seseorang yang giat dan pekerja keras. Meskipun sudah tidak punya keluarga tapi setidaknya Sarang bersyukur masih mempunyai sahabat yang baik, bahkan mereka sudah menganggap seperti saudara Satu sama lain. Sebenarnya keluarga sooyoung juga masih lengkap dan dia juga memiliki adik, tapi dia lebih memilih tinggal bersama dengan Sarang dengan alasan tempat kerjanya lebih dekat. Tapi alasan sebenarnya Sooyoung hanya tidak ingin sarang merasa sendiri dan ingin berbagi biaya hidup Sarang dengannya.

 

Sarang pagi ini bekerja di cafe, ya sarang tidak hanya memiliki satu pekerjaan tapi dia punya tiga pekerjaan paruh waktu. Karena satu pekerjaan paruh waktu tidak cukup untuk memenuhi kebutuhannya setiap bulan. Pagi dia di cafe, siangnya dia bisa di retaurant ayam atau minimarket, itu tergantung Sarang membagi shift setiap harinya. Sarang memang lulusan perguruan tinggi tapi akhir- akhir ini sangat sulit mencari pekerjaan yang bagus di Seoul. Jadi sambil mencari pekerjaan tetap untuknya, Sarang tetap mengerjakan kerja paruh waktunya.

“Mau pesan apa tuan?” Tanya pelayan perempuan yang sekaligus rekan kerja Sarang yang bertugas di tempat kasir.

“Ahjumma.. bisakah gadis itu saja yang melayani kami?” namja itu sambil menunjuk ke arah Sarang yang sedang sibuk meracik kopi.

“Aishhh.. kau mau pesan apa tidak? Apa ahjumma? Aku saja masih belum menikah arraseo!” Jawab wanita ini sedikit kesal.

“Iya.. kami tidak akan pesan kalau tidak dia yang melayani!” Seru namja yang lain yang juga sedang antri memesan.

“Ye.. ye.. arasseo.. arraseo.. ” wanita itupun beranjak dari tempatnya dan menyuruh Sarang menggantikannya, “Sarang-shi cepatlah gantikan aku” ucap wanita itu dengan cemberut.

“Nde.. ” Sarang tersenyum dan langsung mengerjakan tugasnya,  yang membuat pria-pria itu langsung kegirangan.

Sarang memang menjadi daya tarik sendiri di cafe ini. Tentu saja, karena paras Sarang yang begitu cantik dan tubuhnya yang indah dan sexy layaknya model. Tapi yah begitulah hidupnya tak secantik wajahnya.

 

*_______*

 

Sebuah mobil sedan mewah putih sedang melaju di jalan. Dikemudikan seorang namja berpakaian rapi dengan setelan jas dan celana warna abu-abu. Tampan, itu pasti yang yang akan diucapkan para yeoja yang melihatnya. Ditambah ekspresinya yang datar dan terlihat dingin menambah kesan misterius tapi tidak menghilangkan kharismanya. Dialah Park Chanyeol CEO Winner grup. Muda dan sukses siapa yang tidak ingin menjadi seseorang yang dicintainya.

Drrrt~  Drrrtt~

“Yeoboseo aboeji..” jawab chanyeol kepada ayahnya yang ada diseberang telpon.

“Park chanyeol.. jangan lupa hari ini kita akan makan siang dengan keluarga tuan Kang.” Ayahnya mengingatkan.

“Tapi Aboeji..  hari ini aku ada rapat penting.” Pinta chanyeol dengan nada sehalus mungkin.

“Kau kan bisa menyuruh asisten Kim menggantikanmu, aboeji tidak mau kalau kau sampai tidak datang.”

“Baiklah aboeji.” Chanyeol menutup telponnya, dia memamg tidak akan bisa menolak kemauan ayahnya.

 

-Kantor-

Chanyeol memasuki kantor dan langsung disambut oleh para karyawan yang langsung membungkukan badan mereka.  Asisten Kim yang tau Chanyeol datang langsung mengikuti ke dalam ruangan CEOnya itu.

“Park Chanyeol.. ayahmu sudah menelponku untuk menggantikanmu dalam rapat nanti siang.” Kata Junmyeon yang memang notabennya dia adalah sahabat Chanyeol dan sekarang jadi asistennya, jadi mereka selalu bicara tidak formal.

“mianhe junmyeon.. kau tau kan bagaimana abojie dan eommonim.” Chanyeol sambil melihat tumpukan file yang sudah ada di mejanya.

“Yah karena kau kan sudah cukup umur untuk menikah, mungkin paman dan bibi ingin segera menimang cucu.” Goda Junmyeon.

“Hyaa..  junmyeon.. aku masih ingin fokus dengan perusahaan, aku pasti akan menikah tapi pastinya dengan seseorang yang aku benar-benar cintai bukan lewat perjodohan yang aku pun tidak tahu bagaimana sifat gadis itu..” Jelas chanyeol yang sedikit terlihat frustasi.

“Arraseo chanyeol-aa.. hajiman.. siapa yeoja  yang beruntung bsa menaklukanmu?” selidik Junmyeon ingin tau.

“aihh.. jinja.. kenapa kau ingin tau sekali? Urus dirimu sendiri..” Chanyeol mulai kesal.

“kkkk~ arraseo.. aku akan bekerja sekarang.” Sambil sedikit terkekeh junmyeon meninggalakan chanyeol.

“Pergi sana, kau selalu menggangguku.”

 

*_______*

 

Di jam istirahat Chanyeol menjalankan mobilnya menuju restaurant dimana menjadi tempat bertemunya keluarganya dan keluarga Kang. Lalulintas cukup lancar meskipun kendaraan cukup padat. Saat chanyeol menunggu lampu hijau di persimpangan jalan, tiba-tiba..

Braaakkk..

Chanyeol sontak terkejut dan langsung menepikan mobilnya untuk mengecek apa yang terjadi. Dia keluar dari mobil dan mendapati bagian belakang mobilnya yang ringsek. Di tengah jalan Sarang masih terduduk mencoba mengangkat scooternya.

“Hyaa.. kau ini bisa menyetir tidak? Lihat mobilku jadi seperti ini!” Bentak Chanyeol pada Sarang yang masih kuwalahan menepikan scooternya.

“Mi.. mianheo, aku tidak tahu kalau rem scooterku tidak berfungsi tuan chosuamida..” Ucap Sarang penuh sesal.

“Mwo? Kau pikir dengan maaf mobilku bisa kembali seperti semula lagi? Kau tau ini sangat mahal! Aku tidak mau tahu agashi kau harus tanggung jawab!”

“Ta.. tat.. tapi aku tidak punya uang sekarang tuan.” Sarang mulai gugup dan matanya mulai berkaca-kaca. Chanyeol yang punya wajah dan hati yang dingin juga tiba-tiba merasa iba melihat Sarang dengan wajah yang sendu itu. Apalagi lengkap dengan penampilan yang sederhana seorang pengantar delivery restaurant ayam. Tapi kenapa pegawai restaurant ayam bisa secantik ini? Itu yang ada dibatin chanyeol. Tunggu, badannya juga sexy meskipun sarang tidak memakai pakaian yang ketat. Hyaa apa yang ada dipikiran chanyeol, matanya tak bisa lepas dari yeoja ini.

Sarang melepas helmnya, terlihat kening sebelah kirinya berdarah

“baiklah tuan saya akan bertanggung jawab, tapi tolong beri saya waktu.. ne?” sarang sambil mengatupkan kedua tangannya tanda memohon.

“Arraseo.. tapi sebagai jaminan aku harus membawa kartu identitasmu.. dan juga berikan nomor ponselmu, palli aku sedang sibuk.”

“Baik tuan.. ” dengan masih gugup sarang mengambil sesuatu didompetnya lalu menyobek nota dan menuliskan nomornya.

“Igo.. ” sarang menyerahkan kartu identitas dan secarik kertas

“Baiklah aku akan segera menghubungimu untuk memberikan biaya perbaikan,” Chanyeol akan membalikan badannya tapi dia berbalik pada Sarang lagi. Dia merogoh kantong celananya mengambil sebuah sapu tangan.

“Gunakan ini.. ada darah keningmu.” Chanyeol menyodorkan sapu tangan biru tua miliknya dengan senyum sedikit evilnya(OMO.. apa-apaan chanyeol? XD).

Sarang yang sedikit terkejut dengan ucapan chanyeol refleks memegang keningnya, benar saja memang tadi sarang terbentur mobil chanyeol sebelum terjatuh. Sarang mengambil sapu tangan itu lalu chanyeol segera masuk mobilnya dan pergi.

Sarang masih terpaku di tempatnya, meskipun menurutnya wajah namja tadi cukup dingin dan menyeramkan saat marah-marah, tapi ternyata dia baik. Dan tampan, ya, tampan. Sarang menggeleng-gelengkan kepalanya,

“ahh ani.. apa yang aku pikirkan.”

Chanyeol yang meninggalkan tempat itu, masih melihat Sarang yang masih berdiri di tempat tadi lewat spionnya. Senyum itu terlihat  lagi diwajah chanyeol.

 

-TBC-


Unlogical Time? #5

$
0
0

PhotoGrid_1453032335183

Unlogical Time? #5

Author : Blue Sky

Rating : PG-15

Length : Multichapter

Cast : Oh Sehun & Song Daera (and Other cast)

Genre : Fantasy, Married Life

Haalloooo ^^)/ ngelanjutin ff Unlogical Time part 5, mungkin kelamaan updatenya. Mianeee soalnya author lagi sibuk hehe ^^) thankyou yang udah setia baca ff ini dari awal hingga part 5 ini. semoga kalian nambah sukaa~

Unlogical Time?

~*~

Segelas jus buah kini bergetar di genggaman Daera, “Apa Daehun boleh punya adik?” Tanya lagi Daehun, membuat Daera semakin bergetar dan tak mampu untuk meminum jus buahnya.

Sehun terkekeh melihat istrinya yang pucat pasih “tentu saja boleh Daehun-ah” Jawab Sehun dengan enteng

Daera seketika memicingkan matanya dengan tajam, menatap Sehun dengan tatapan  membunuh. “benarkah Ayah?” Daehun tersenyum gembira, pipi tembemnya merah merona “eo, tapi Daehun harus menunggu, Arrachi?” Sehun mengacungkan jari kelingkingnya dan di balas mantap oleh kelingking mungil Daehun

 

Ahjumma dengan cepat mendatangi Sehun “Tuan, nyonya sooyoung dan juga nyonya jung telah tiba”

 

“Ibu dan bibi jung?”

Daera kebingungan mendengar kata ibu, apakah ibu sehun? Dan bibi jung siapa?

Sedetik kemudian sosok yang menjadi tanda tanya besar bagi Daera menampakkan diri, terlihat nyonya sooyoung alias ibu Sehun yang tersenyum “halmoni” teriak Daehun riang dan segera menghampiri ibu Sehun yang tidak lain adalah neneknya “Omo! Kau merindukan halmoni kan?” ibu Sehun memeluk cucunya dengan hangat dan tak lupa juga bibi jung yang tersenyum pada Sehun dan juga Daera

“Lama tidak bertemu”

Sehun tersenyum pada bibi jung, namun Daera? Ia memasang ekspresi terkejutnya. Bagaimana ia tidak terkejut? Bibi jung adalah sosok yang tak asing baginya di masa lalu, wanita paruh baya itu adalah pemilik restoran di tempat ia bekerja.

 

~*~

 

“Bagaimana keadaan kalian? Apa baik-baik saja?” Tanya ibu Sehun

Sehun mengangguk “kami baik-baik saja”

“syukurlah” Ibu Sehun memperhatikan Daehun yang sedang asyik bermain bersama bibi Jung “apa kau mendapat hadiah dari Ayah dan ibumu?” Tanya bibi Jung pada Daehun, “Ne, tapi aku ingin punya adik” Pernyataan Daehun menusuk hingga ke telinga Daera, membuat gadis mungil yang sedang mantap meminum jus itu tersedak. Mata nyonya sooyoung terbelalak “ehem”

“Aku ke toilet dulu” Ujar Daera,ia membungkuk pada Ibu Sehun yang duduk tepat di sampingnya dan berlalu dengan cepat.

 

“Sehun” Kini bukan mata istrinya yang memicing dengan tajam, melainkan ibunya sendiri. “Aku tidak mengatakan apa-apa pada Daehun, dia sendiri yang memintanya” Jelas Sehun dengan nada yang pelan atau bisa disebut seperti berbisik pada Ibunya.

 

Ibu Sehun mengangguk kecil “Tidak ku sangka, aku akan mempunyai cucu lagi”

Sehun tersenyum ” tenang saja, ibu masih terlihat muda seperti belum mempunyai cucu” godanya

 

“Aisshh! Kau ini”

 

~*~

Daera mengacak rambut pendeknya, Ia melihati wajahnya di cermin “Aku ingin pulangg” rintihnya

“biarkan aku hidup kembali di apartemenku, biarkan aku makan ramen setiap hari”

 

Ia menatap lekat wajahnya yang agak berbeda karena pengaruh bertambahnya 7 tahun dalam hidupnya “Daehun-ah, bisakah kau meminta hadiah yang lain?” Kemudian kembali mengacak-acak rambutnya dan berjalan mondar mandir ditoilet.

 

Tok! Tok!

Suara Ketukan berasal dari luar pintu toilet “Siapa itu?” teriak Daera

“Ini aku” Daera mengenali persis suara tersebut, Tak lain adalah suara bibi jung “Oh? Ne, tunggu sebentar” Daera meraih knop pintu dan segera membukanya. Mendapati wanita paruh baya yang tersenyum hangat padanya “Apa kita bisa berbicara sebentar?”

….

 

Kini Daera dan juga bibi jung tengah berada di taman yang terletak di belakang rumah “Sudah lama sekali ya?” suara bibi jung memecah keheningan

Ne?”

“Aku masih mengingat ketika Sehun berjuang untuk mendapatkanmu”

Kening gadis itu berkerut samar, mencerna perkataan bibi jung. Berjuang mendapatkannya? Sungguh Daera sama sekali tidak mengerti apa yang terjadi dengan dirinya dan Sehun hingga akhirnya mereka menikah.

“Tapi.. Itu semua berakhir dengan bahagia seperti di cerita dongeng” Bibi jung tersenyum

“Aku bahagia kau bersama Sehun” ujarnya

 

Daera hanya bisa menyegir, kemudian mengangguk “Yah, begitulah”

Entahlah apa yang dirasakan Daera saat ini, Ia sama sekali tidak mengerti di balik senyuman bahagia wanita paruh baya yang terduduk di sampingnya itu. Ia juga tidak pernah berpikiran akan mempunyai suami dari keluarga konglomerat, dan juga keluarga Sehun yang selalu tersenyum hangat padanya. Ia juga tidak pernah merasakan bahagianya keluarga karena orangtuanya yang telah tiada akibat kecelakaan hingga membuat Daera harus menanggung Sendiri kehidupannya.

 

“rupanya kalian di sini” Tegur Sehun

“kau mengganggu pembicaraan kami” ucap bibi Jung

Sehun segera meraih kursi putih tepat di samping Daera dan mendudukinya “Apa yang kalian bicarakan?”

“bukan apa-apa” jawab bibi Jung

~*~

Daehun-ah, Halmoni akan pulang sekarang”

“cepat sekali, apa halmoni tidak menginap di sini?” pinta Daehun

Ibu Sehun mengusap lembut puncak kepala Cucunya “Mianee, lain kali halmoni akan datang lagi”

Daehun hanya bisa mengangguk, mata Ibu Sehun beralih ke Daera “Aku akan datang lagi” dan memeluk erat Istri dari anaknya itu, Daera merasakan kehangatan. Sungguh ia tidak pernah merasakan pelukan dari seorang Ibu

 

Perlahan Ibu Sehun melepas pelukannya “Sehun, Ibu pergi dulu”

Sehun membungkuk pada Ibunya, Bibi Jung tengah menunggu di mobil mewah milik ibu Sehun “cepatlah sooyoung, kau semakin lambat saja”

“sabarlah, ku rasa aku memang sudah terlalu tua untuk memakai sepatu hak tinggi”

Sehun dan Daera terkekeh melihat tingkah Bibi Jung dan Juga Ibunya yang terus saja mengomel.

 

Mobil Ibu Sehun pun berlalu, Namun sebuah mobil sport merah memasuki halaman rumah Sehun, Daera menyipitkan matanya melihat sosok di dalam mobil tersebut “Eonni?”

Eunji keluar dari mobilnya bersama dengan sosok lelaki jangkung dan seorang anak perempuan. “Daera-ah” teriak Eunji dengan riang.

 

Sehun tersenyum, Eunji dan juga lelaki yang tidak lain adalah suaminya Park Chanyeol serta anaknya menghampiri Sehun dan juga Daera “Sudah lama kita tidak bertemu” Sapa Chanyeol pada Sehun “eo”

Daehun-ah saengil cukhae, kau semakin tampan” Eunji mencubiti kedua pipi tembem Daehun, “Hayeol-ah, apa kau tidak mau mengucapkan sesuatu pada oppa?” tanya Eunji pada anaknya

Saengil cukhae Daehun oppa” ucap Hayeol malu

Gomawo”

 

“masuklah, di luar sangat dingin” Sehun menuntun Eunji dan Chanyeol memasuki rumahnya

 

~*~

 

Kini mereka tengah berkumpul di ruang tengah, Daera melirik lelaki jangkung yang menurutnya lelaki itu adalah suami Eunji. “Eonni” Daera menyiku Eunji.

eo? Kenapa?”

Daera mendekatkan bibir mungilnya pada telinga Eunji “Apa itu suamimu? Yang namanya Park Chaniyu?”

“Park Chanyeol, bukan Chaniyu. Itu kedengaran seperti nama waria”

Daera mengangguk “ahh” dia memperhatikan dengan seksama dan tampang yang serius pada suami Eunji “dia tampan”

Eunji tersenyum malu “benarkan? Dia memang sangat tampan”

“dan itu? Anakmu?”

Eunji mengangguk “namanya Park Hayeol, dia berbeda satu tahun dengan Daehun” jelasnya

 

Di lain sisi Sehun dan Chanyeol sedang asyik berbicara tentang perusahaan mereka masing-masing,

“Maaf, apa aku mengganggu kalian?” terdengar suara seseorang yang menghentikan obrolan mereka.

 

Sehun menyipitkan matanya, melihat seseorang yang tak asing baginya “Minri?”

Wanita yang tidak lain adalah Minri itu tersenyum, “Ahh, sama sekali tidak mengganggu. Duduklah” sapa Eunji dengan riang

Minri menduduki sofa, Ia terlihat sedang membawa sebuah kado “Aku membawakan hadiah untuk Daehun”

Minri segera menyerahkan hadiah itu pada Daehun “Daehun-ah, semoga kau suka dengan hadiah ini”

Daehun tersenyum “Kamsahamnida Ahjumma” dan di balas senyuman lembut oleh Minri.

 

“kenalkan dia asistenku di perusahaan, Ahn Minri” Sehun memperkenalkan Minri pada Cahnyeol dan Eunji

“Senang bisa bertemu denganmu” Eunji membungkuk sedikit dan begitu pula dengan Minri “Ne”

 

“Apa ada yang ingin kau beritahu padaku?” Tanya Sehun

Ne, Besok kita akan ke busan lagi. Direktur Sang mengundang anda dalam rapat pentingnya”

Sehun mengangguk “Baiklah”

“Tapi.. Mungkin waktunya agak lama dan anda harus menginap di sana selama 3 hari” Lanjutnya

 

Daera mendengar dengan seksama. Sehun akan menginap di busan selama 3 hari? Ia terlihat cukup senang, namun Ia juga merasa kesal karena yang menemani Sehun adalah Minri.

Entah mengapa Daera sangat tidak menyukai setiap Minri hadir di antaranya, Ia selalu merasa gelisah. Apa ada yang salah antara hubungannya dengan Minri di masa depan?

 

Sehun terlihat mendengus kasar “Baiklah, kita akan ke busan besok pagi”

Minri tersenyum lembut “Ne”

 

~*~

 

Malam telah tiba, jam telah menunjukkan pukul 10 malam. Sehun terlihat lelah karena aktivitasnya yang di mulai dari mengerjakan tugasnya di perusahaan hingga Ulang tahun Daehun. Ia terlihat telah memakai piyama berwarna merah maroon, dan terduduk di ranjang.

Lelaki itu menyadari Istrinya yang belum juga keluar dari kamar mandi “Apa dia baik-baik saja?”

Sehun segera melangkahkan kakinya menuju pintu kamar mandi dan mengetuk pintu tersebut “Daera? Kau sedang apa? Apa kau baik-baik saja?”

….

Daera terkejut mendengar suara ketukan pintu  “itu pasti Sehun”

“Daera? Kau sedang apa? Apa kau baik-baik saja?”

Daera mendengus kasar, ia semakin panik san menggigiti kukunya.

Jujur saja alasan mengapa ia tak keluar dari kamar mandi adalah karena ia takut akan di mangsa oleh Sehun malam ini, itu semua karena permintaan Daehun yang selalu terngiang di kepalanya.

“Tunggulah, aku akan keluar” Teriak Daera

Sehun mendengarnya dari balik pintu, Ia membalikkan badannya dan melangkahkan kakinya menuju ranjang.

Cklek!

Terdengar suara knop pintu yang terbuka, Sehun berbalik memperhatikan Daera yang menunduk dan menutupi sebagian wajahnya dengan rambutnya.

“Kau seperti hantu” Tegur Sehun

Daera tidak memperdulikan Sehun yang mengatakannya dirinya seperti hantu atau apalah, di dalam pikirannya hanya ia hanya ingin keluar dari kamar ini.

Perlahan Daera mengambil bantal sofa sebanyak mungkin, membuat Sehun mendengus memperhatikan Istrinya yang kembali menimpuk bantal di antara mereka “Kenapa tumpukkan bantal ini semakin banyak? Kau membuat benteng Cina?”

 

“Ini perbatasan! Kau ingat kan? JANGAN-PERNAH-ME-LE-WA-TI-NYA” Daera terlihat menyeramkan dengan mengeja setiap kata.

eo, baiklah”

Daera segera menarik selimut.

“Apa kita tidak bisa baikan saja?” Tegur Sehun

“ssstt.. Jangan ribut, aku mau tidur”

Sehun kembali mendengus “kenapa dia marah lagi? Bukannya tadi pagi dia baik-baik saja?”Gumamnya.

Lelaki itu menepis pikirannya dan segera menarik selimut juga dan kemudian tertidur.

 

~*~

 

Pagi menjelang, Daera terbangun akibat cahaya yang menusuk di balik kelopak matanya. Ia segera bangkait dan mengerjap perlahan, Tangannya meraih jam digital yang terletak di atas meja nakas “Jam berapa ini?” Ia menyipitkan mata, melihat angka yang tertera pada jam tersebut. Seketika matanya terbelalak “Jam 8?”

 

Gadis itu melihat ke arah luar jendela, matahari terlihat sudah tinggi. Ia sontak berbalik melihati sosok di sampingnya, namun nihil. Lelaki tersebut sudah tak berada di sampingnya “Apa dia sudah berangkat?”

 

Pintu kamar terbuka, Daera terkejut mendapati Sehun yang telah Rapih dengan setelan jasnya dan tersenyum manis padanya di pagi hari “Rupanya kau sudah bangun” ucapnya

Rambut Daera terlihat menjuntai kesana kemari tetapi ia tidak perduli dengan penampilannya “Apa kau belum berangkat ke busan?”

“Aku akan berangkat, Minri sudah di bawah”

Mendengar nama Minri, Daera terlihat sedikit kesal. Dengan mantap ia segera meloncat dari ranjang dan cepat menuju ke toilet, Sehun terkejut melihatnya “Dia kenapa?”

…..

 

Daera telah berpenampilan normal di pagi hari dan telah memakai sedikit riasan di wajahnya agar terlihat lebih cantik namun alami. Gadis itu melangkah dengan mantap menuruni setiap anak tangga dan segera menuju di ruang tamu, terlihat Sehun yang tengah bersiap. Lelaki itu berbalik menatap istrinya yang berbeda pada hari ini “Ada apa denganmu? Apa kau memakai riasan?” Sehun memperhatikan seksama wajah Daera

Daera terlihat gugup, Ia mencoba menepis pertanyaan Sehun “Ahh, tidak. Aku tidak memakainya”

 

Minri mendatangi Sehun dan membungkuk “Apa kita bisa berangkat sekarang Sehun-ssi?”

 

Daera terlihat geram, penampilan Minri begitu memukau pada hari ini. Wajah mungilnya yang seperti terpahat sempurna membuatnya seperti bidadari yang entah dari mana datangnya.

Daera betul-betul merasa jatuh dan kalah Style dari wanita itu.

“oke, kita akan berangkat”

Sehun berbalik pada Daera dan tersenyum kemudian mengecup singkat bibir mungil gadis itu “Aku pergi dulu” Daera terlihat mematung, pipinya kembali merona tipis “I..Iya” jawabnya

 

Terlihat Mobil Sehun yang berlalu meninggalkan Daera yang masih mematung di ujung sana

 

~*~

Daera memperhatikan kalender, Ia menyadari dirinya telah menetap di masa depan ini selama 3 minggu lebih.

“Ibu” Daera membalikkan tubuhnya, mendapati Daehun yang telah menarik-narik ujung roknya. Daera segera berjongkok “Kenapa?”

“apa Ayah sudah pergi?”

Daera mengangguk “eo, Kau libur hari ini kan? Bagaimana kalau Daehun dan juga Ibu jalan-jalan?”

Daehun tersenyum riang namun sedetik kemudian ia terlihat murung “tapi Ayah tidak ada”

“tidak apa-apa. Hari ini adalah hari Daehun dan juga Ibu, oke?” ucap Daera dengan riang, Ia lalu berdiri “Ayo kita pergi!!”

….

Mobil sport putih milik Daera telah terparkir di halaman, Gadis itu segera mendudukkan Daehun tepat di sampingnya dan memsangkan sabuk pengaman “Apa Daehun semangat hari ini?”

Ne!!” sorak Daehun riang

“ingat ini adalah hari..?”

“Hari Daehun dan Ibu” Jawabnya lagi

“Okee! Baiklah kita akan berangkat sekarang!!” sorak Daera dengan semangat berapi-api.

Dengan perlahan ia melajukan mobilnya,

Gadis itu terlihat gugup mengendarai mobilnya. “tenanglah Daera, mengendarai mobil adalah keahlianmu”

 

Ia pun melajukan mobilnya dengan tenang, menyusuri jalan di kota seoul dan tak lupa juga ia menggunakam GPS sebagai penunjuk jalannya “Daehun ingin ke mana?” Tanya Daera

“ke taman hiburan” Jawab Daehun dengan pasti

“Baiklahh!!”

 

Tak berselang lama, Daera dan juga Daehun telah sampai di tempat tujuan mereka.

Gadis itu memarkirkan mobilnya di halaman depan taman hiburan

“Ayo kita pergi Daehun-ah

Mereka berdua pun bersenang-senang, tak lupa dengan menaiki berbagai macam wahana yang membuat Daera seperti melupakan bahwa dia adalah seorang ibu dengan satu anak.

~*~

Sehun dan juga minri bersama pengawalnya telah tiba di Busan, lebih tepatnya di perusahaan Direktur sang. Lelaki bertubuh tegap itu dengan mantap memasuki perusahaan tersebut dan di sambut hangat oleh Direktur sang bersama pegawainya.

Direktur sang menjabatkan tangannya pada Sehun “selamat datang Direktur Oh”

Minri terlihat di belakang Sehun dan segera membungkukan badannya pada Direktur sang “silahkan masuk, kalian pasti lelah menempuh perjalanan ke Busan”

Ne”

“Aku harap urusan penting ini tidak membebani anda Direktur Oh”

Sehun tersenyum “tentu saja tidak, kapan mulainya rapat?”

“sekitar 15 menit lagi”

Sehun mengangguk singkat, mereka mulai memasuki ruangan di mana terlihat Direktur dari berbagai perusahaan. Semua membungkuk ketika Sehun memasuki ruangan, sedetik kemudian mereka menduduki kembali kursi.

“Maaf, Direktur sang. Saya akan keluar sebentar, ada urusan penting” ucap Sehun

Ne”

Kening Minri berkerut samar, Ia melihat Sehun yang berjalan keluar dari ruang rapat.

Minri mengikuti Sehun dari belakang tanpa lelaki itu sadari.

 

Sehun-ssi, Apa ada masalah?”

Sehun terkejut mendapati Minri yang tengah berdiri di sampingnya “tidak, aku hanya ingin menelepon Istriku”

Raut wajah Minri seketika berubah, Ia mengangguk kecil.

 

Yeoboseyo?” terdengar suara Daera di ujung sana

“kau di mana?”

“aku lagi bersama Daehun di taman hiburan, kenapa?”

“aku hanya ingin memberitahumu kalau aku telah tiba di Busan”

“Ahh, ya ya”

“sepertinya kau bersenang-senang”

“seperti itulah”

“sebentar lagi aku akan rapat, nanti aku akan menelponmu”

eo? Ya”

“Aku mencintaimu” tutup Sehun

 

Minri terlihat membelakangi Sehun yang tengah sibuk menelepon. Satu kalimat yang menusuk hingga ke hatinya, membuat Ia merasa geram pada pembicaraan Sehun dan Daera. Minri mengepalkan tangannya dengan erat.

 

Di lain sisi..

“Apa aku tidak salah dengar? Aku mencintaimu?” Daera menatap layar ponsel namun sedetik kemudian ia menepis pemikirannya dan menatap Daehun yang tengah duduk manis di sampingnya sambil menjilati permen “Daehun-ah, ayo kita pulang. Sekarang sudah siang”

Ne” jawabnya

~*~

 

Malam telah tiba pada langit Busan, Sehun dan Direktur perusahaan lainnya mengikuti Dinner. Seperti biasanya makanan berkelas tinggi telah berjejer di sepanjang meja tersebut. Terlihat semua memakai jas maupun gaun yang tidak kalah mewahnya. Minri memasuki ruangan tersebut, semua mata tertuju padanya. Gaun merah maroon hingga mencapai tumitnya yang memikat pemandangan setiap orang, rambutnya yang di biarkan terurai indah serta tubuh rampingnya yang menambah kesan glamour pada balutan gaun.

Ia melangkahkan kaki menuju kursi yang terletak tepat di samping Sehun, lelaki itu hanya terdiam mantap dengan menyantap makanan di hadapannya.

“Apa kau asisten direktur Oh?”

Tanya istri dari direktur Sang pada Minri yang berada satu meja dengan Sehun “Ya Nyonya”

“kau sangat cantik, ku kira kau adalah istri Direktur Oh”

Sehun tercekat mendengarnya, namun ia tidak perduli dan kembali menyantap hidangannya

…..

“Apa yang kau lakukan di sini Sehun-ssi?”

Sehun berbalik “hanya menghirup udara segar” jawabnya singkat. mereka tengah berada di lantai 2 restoran, menghirup udara segar di tengah gelapnya langit Busan

“sudah lama sekali saat kita hanya berdua begini” ujar Minri memecah keheningan

Sehun hanya terdiam, lelaki itu terlihat sangat dingin di hadapan Minri. Membuat Perasaan Minri seakan sesak bahkan Sehun sama sekali tidak menatapnya, Ia hanya menatapi gemerlapnya cahaya di kota Busan.

“aku ingin kembali ke masa itu”

“sudahlah, jangan bahas masa lalu di hadapanku” tepis Sehun

Minri terlihat sangat kecewa “Aku selalu menyayangimu, dulu tidak seperti ini. Tapi ini semua karenanya kan?”

“bisakah kau diam? Aku benci jika kau membahas masa lalu”

Sehun menatap dingin pada Minri, Lelaki itu segera berbalik dan meninggalkan Minri.

Menatapi punggung Sehun yang semakin menjauh “Aku membencinya, sangat membenci Song Daera”

~*~

 

2 hari setelah perginya Sehun ke Busan, membuat rumah tampak sepi. Daera bangun di pagi hari yang cerah, wajahnya terlihat pucat. Ia merasakan perasaan aneh yang melanda dirinya, perutnya serasa keram semalaman, membuatnya tak bisa tertidur lelap “apa aku salah makan kemarin?” gumamnya

Ia segera bangkit dan mengerjap, namun rasa mual melandanya dengan tiba-tiba. Ia segera berlari ke toilet dan mengeluarkan apapun yang membuat perasaannya tak enak.

Ahjumma mendengar suara orang muntah, ia pun memasuki kamar Sehun dan Daera. Mendapati Daera yang tengah sibuk memuntahkan sesuatu “Nyonya apa anda tidak apa-apa?”

Daera berbalik, wajahnya sangat pucat pasih membuat Ahjumma terlihat panik dan segera menghampiri Daera.

“Anda kenapa Nyonya?”

“A.. Aku tidak tahu, perutku terasa keram. Dan terlebih lagi aku tiba-tiba mual seperti ini” jelasnya dengan cepat kemudian ia kembali muntah

“perut anda terasa keram? Apa anda hamil?”

Daera terbelalak “APA??”

Tak butuh waktu yang lama, Daera keluar dari toilet memegang sebuah alat kecil yang terdapat simbol plus di bagian tengahnya, Daera merasa lemas. Ahjumma segera mendatanginya “Aku betul-betul sedang hamil” ucap Daera.

~*~

Sehun tengah serius berbincang bersama Direktur Sang, namun suara dering ponsel menghentikan pembicaraan mereka. Sehun menatapi layar ponselnya, dan segera membungkuk pada Direktur Sang “Maaf, saya ada urusan penting sebentar” Direktur Sang mengangguk, Sehun pun meninggalkan Direktur Sang dan mengangkat teleponnya

Yeoboseyo? Daera?”

“Tuan ini saya” Sehun mendapati suara Ahjumma dan bukan istrinya.

Ahjumma? Ada apa?”

“Tuan, bisakah anda kembali ke seoul? Istri anda sedari tadi mual”

Kening Sehun berkerut samar “Mual?”

“Ne, Istri anda hamil Tuan”

“APA??”

 

TO BE CONTINUED…..


Bittersweet : Seulgi

$
0
0

bittersweet

Author : Iefabings

Main Cast :

  • EXO’s Kai as Kim Jongin
  • Red Velvet’s Seulgi as Kang Seulgi
  • EXO’s Sehun as Oh Sehun

Genre : Romance, hurt, college life, friendship

Rating : PG-13

Length : Multi chapter, currently 17, the last chapter

Previous Chapter : The Circle | He’s My BoyfriendI Hate You | A Weird Dream | ApologyWhat IfShe’s My GirlfriendStupid, Dumb, IdiotTruth Or Dare |  Call You MineI Feel WarmFavorite Mistake | We’re Friends, Right?Love LetterUnfortunatelySorry Sorry |

^^Selamat Membaca^^

Jika kau jatuh cinta pada dua orang, maka pilihlah yang kedua. Karena jika orang pertama sudah cukup baik, kau tidak akan jatuh cinta pada orang kedua.

Itu kata orang kebanyakan.

Mungkinkah yang terjadi padaku ini karena aku telah salah memilih? Aku memilih Sehun atas dasar kesetiaan, bukan karena dia yang pertama atau kedua. Dan sepertinya… kini aku menyesal. Semuanya tidak baik-baik saja, malah semakin buruk dan penuh tekanan. Jika bukan karena aku salah pilih, lantas kenapa?

Oh, mungkin karena aku tidak bisa menentukan mana orang pertama dan mana yang kedua. Awalnya aku berpikir Sehun adalah orang pertama yang ku cintai karena dia adalah orang pertama yang memilikiku. Lalu aku menelaah lagi ke masa lalu, saat aku bertemu Jongin untuk pertama kali. Semakin aku pikirkan hingga detik ini, semakin aku paham bahwa sebenarnya itu adalah awal cinta di antara kami tumbuh. Melalui tatapan kami yang bertemu, ruang dan waktu telah menyiapkan jeda bagi kami untuk mengisinya dengan cinta. Tapi aku terlalu gegabah. Aku terlalu terburu-buru memulai hubungan dengan orang lain sehingga cinta itu tidak bisa tumbuh dengan baik.

Aku tidak sempat menyadarinya. Lalu timbullah berbagai andai dalam benakku.

Andai aku mengenal Jongin lebih awal lagi.

Andai saat itu aku belum bertemu Sehun.

Andai Jongin dan aku punya kesempatan lebih banyak untuk mengobrol.

Andai aku tidak terburu-buru mengatakan ‘iya’ atas pernyataan cinta Sehun.

Andai Jongin yang menyatakan cinta lebih dulu.

Andai….

Andai aku punya kesempatan untuk bersama Jongin.

Semakin aku memikirkannya, semakin aku menyesal. Hingga saat ini, jika aku sendirian dan tanpa sengaja merenung, ingatanku pasti terbang pada Jongin. Dan semakin sakit tahu bahwa aku tidak sempat membuatnya bahagia. Aku tidak sempat bahagia bersamanya. Malah… yang dia katakan… kenangan bersamaku adalah rasa sakit.

Aku menyesal.

Untuk jawaban atas pertanyaan yang Jongin utarakan malam itu, aku memang masih bingung dengan hatiku. Jika aku menjawab Sehun, maka dia pasti akan merasa sakit mendengarnya. Jika aku menjawab dirinya, aku takut perasaan yang ku sebut cinta ini hanyalah dalih atas kekecewaan karena mengetahui kenyataan tentang Sehun. Ya, ini membingungkan. Aku tidak tahu mengapa Tuhan memberiku jatah kisah cinta yang begitu membingungkan. Aku begitu tertekan hingga rasanya ingin pergi saja. Pergi jauh dan menghapus semua ingatanku.

Bisakah kalian memahaminya? Aku hanya tidak ingin menyakiti hati siapa pun. Alasanku memilih Sehun adalah karena selama ini dia telah memberikan kebahagiaan untukku. Mengetahui bahwa aku menduakannya saja pasti sudah menyakitkan, bagaimana bisa aku membuatnya lebih sakit lagi dengan meninggalkannya?

Mengenai Jongin… malam itu saat aku mengakui pengkhianatanku pada Sehun, lalu dengan pasrah mengikutinya pergi meninggalkan Jongin, bukan karena aku sengaja menyakitinya. Aku hanya berpikir mungkin Jongin lebih kuat dari Sehun. Ku pikir dia bisa mengerti karena memang sejak awal aku adalah milik Sehun. Juga saat itu, aku masih mengira dia sama seperti playboy lainnya yang bisa berganti pasangan dengan mudah. Aku mengira dia pasti akan cepat melupakanmu dan mendapat pengganti baru.

Ternyata tidak.

Dia terus menunjukkan ketulusannya, juga bahwa dia bersungguh-sungguh atas perasaannya. Yang dia bilang cinta, ternyata memang cinta. Bagaimana bisa aku mencampakkan cinta yang begitu besar ini? Oh, aku merasa semakin buruk. Tapi sudah terlanjur. Sebagai seseorang yang sudah memiliki kekasih, aku merasa harus tetap setia. Jadi seberapa seringnya Jongin menunjukkan cintanya padaku, sebesar apa pun sakit yang ku tahan karena tidak bisa bersamanya, aku memilih setia. Bukankah setia itu adalah perbuatan baik? Aku percaya jika melakukan perbuatan baik, maka Tuhan akan memberikan kehidupan yang baik juga untukku.

Ternyata belum. Aku harus menerima kenyataan menyakitkan yang tidak biasa. Sebenarnya saat itu aku ingin marah. Tidak hanya pada Sehun, tapi juga pada pria bernama Kris itu. Tapi aku langsung sadar diri. Aku jauh lebih buruk dari yang Sehun lakukan. Tentu saja dia berhak menduakanku, bukankah aku sudah menduakannya? Dan mungkin saat itu dia benar-benar butuh seseorang di sisinya, sementara aku tidak bisa. Aku memang sempat bertindak egois, meminta Kris meninggalkan Sehun. Saat itu aku tidak memikirkan bagaimana perasaan Sehun. Aku tidak berpikir bahwa mungkin saja Kris bisa lebih membahagiakan Sehun. Yang ku pikirkan hanyalah bagaimana caranya agar Sehun tidak meninggalkanku.

Pada akhirnya dia memang tidak meninggalkanku. Aku pikir dengan tetap bersama, maka kisah kami akan membaik seperti semula. Kami akan melakukan banyak hal penuh cinta, saling merindukan, dan mempersiapkan rencana pernikahan kami di masa depan. Aku tidak peduli ini sedikit memaksakan keadaan. Saat Sehun memintaku menunggunya membawa ‘Sehun yang dulu’ kembali, aku pikir memang benar-benar akan memperbaiki keadaan di antara kami.

Tapi lagi-lagi pikiranku salah. Bahkan setelah aku telah bersabar menunggunya kembali, semua tidak membaik. Aku mencoba bahagia untuk menghargai usahanya, tapi tidak bisa. Yang ku rasakan adalah kehampaan. Kami memang tersenyum seperti biasa. Saling mengatakan cinta seperti sebelumnya. Tapi setiap kali menatap matanya, aku tidak menemukan cinta itu lagi. Aku menangis keras pada Tuhan. Apa ini karena aku terlalu memaksakan diri? Apa ini artinya saat itu aku seharusnya memilih Jongin dan meninggalkan Sehun saja? Atau memang sebenarnya mereka berdua bukanlah untukku?

Maka malam ini, dengan kemantapan hati, aku duduk dan tersenyum menyambut kedatangan Sehun yang baru saja melewati pintu cafe. Dia membalas senyumanku lalu membuka syalnya dan duduk di hadapanku.

“Lama menunggu?”

Aku menggeleng singkat kemudian menggeser segelas kopi ke arahnya. “Sudah ku pesankan.”

“Kau memang selalu pengertian,” dia mengusap pipiku dan tersenyum. Aku tahu dia berusaha keras untuk memperlakukanku dengan penuh cinta. Namun mata itu tidak bisa membohongiku.

“Sehun-ah,” aku menggenggam tangannya di pipi, hanya sesaat sebelum ku lepaskan. “Ada yang ingin ku katakan.”

“Aku tahu, makanya kita bertemu sekarang kan,” kata Sehun, menyesap kopinya sedikit.

Saat itulah, aku melepas cincin putih yang selama beberapa bulan ini melingkari jari manisku. Mata Sehun—yang tadinya melirik ke dalam gelas—kini melirikku, tepatnya jemariku. Lalu tatapannya berakhir di cincin yang ku letakkan di atas meja, tepat di hadapannya. Dia berdeham singkat, meletakkan gelas kopinya di sebelah cincin itu.

“Sepertinya harus kita akhiri, Sehun-ah.”

Sejenak kami terdiam. Hanya ada suara helaan nafas Sehun, sesekali. Mungkin dia sedang berpikir mau menjawab apa. Aku terus menunggunya memberi respon.

“Seulgi, aku pikir kau bisa memberiku kesempatan untuk membawanya kembali.”

“Aku telah memberikannya, Sehun. Tapi masalahnya bukan padamu. Masalahnya adalah kita.”

“Seulgi, maaf….”

“Ayolah, Sehun. Jangan minta maaf, aku semakin merasa bersalah. Sungguh, ini bukan karena aku kecewa padamu. Aku benar-benar merasa kita sudah tidak merasakan cinta lagi. Setiap kali menatapmu, aku hanya melihat rasa bersalah dan permintaan maaf. Kau tahu tidak, itu justru membuatku terbebani. Akhirnya kita hanya saling merasa terbebani satu sama lain. Itu bukan cinta namanya.”

Sehun tertunduk. Yang ku katakan tadi benar, kan? Aku harap dia mengerti dan bisa menerimanya.

“Apa kita akan tetap bertemu?”

Aku langsung meraih tangannya, menggenggamnya. “Aku hanya ingin kita sama-sama bahagia. Awalnya aku masih dikuasai oleh egoku dan berkeras bahwa kita bisa memulainya kembali. Butuh waktu cukup lama untuk menyadari bahwa bahagia kita bukanlah bersama.”

“Bisa kan, kita tetap bertemu? Sebagai teman, mungkin?”

Aku bernafas lega. “Tentu saja. Aku berusaha membuat ini berakhir tanpa rasa sakit. Jadi di masa depan nanti kita masih bisa menjalin hubungan baik. Ku harap kelak kau menemukan seorang gadis yang lebih baik dan benar-benar bisa membahagiakanmu.”

“Tidak ada yang sebaik dirimu, Seulgi.”

“Kau juga, tidak ada yang bisa menandingi kebaikanmu,” ucapku tulus.

“Terima kasih untuk segalanya,” dia mengambil cincin itu, mengantonginya. “Sangat indah.”

“Iya, biar bagaimana pun itu indah.”

Lalu kami berdiam lagi, saling menatap. Setidaknya kali ini tanpa rasa bersalah. Hatiku merasa lega dan aku yakin Sehun pun begitu.

“Jadi… apa yang akan kau lakukan selanjutnya?”

“Entahlah, mungkin fokus dengan kuliah,” jawabku sambil mengangkat bahu.

“Sukses kuliahnya.”

“Kau juga.”

Sejenak kami hanya tersenyum satu sama lain. Memang masih belum terbiasa seperti ini, bersikap sebagai teman biasa. Tapi aku yakin selanjutnya kami akan terbiasa. Aku berharap ini adalah awal dari sesuatu yang baik di antara kami.

“Kalau begitu aku pulang,” Sehun beranjak dari tempat duduknya. “Oh, kau mau ku antar?”

“Tidak, aku masih menunggu seseorang. Dia bilang akan datang jam 10 nanti,” jawabku, berbohong. Bukan karena aku sengaja menjauh. Aku hanya ingin membuat ini lebih mudah bagi Sehun, juga bagiku.

“Masih satu jam lagi….”

“Aku bisa menunggu sambil baca novel,” kutarik novel yang ku bawa dari dalam tas.

“Baiklah, kalau begitu sampai nanti,” ucapnya sebelum benar-benar berbalik.

“Sampai nanti,” balasku seraya melambai. “Entah kapan,” tambahku lirih, sangat lirih sehingga Sehun tidak pernah mendengarnya.

Ya, mungkin itu menjadi pertemuan terakhir kami. Aku menatap punggungnya yang menjauh. Ini lebih baik dari pada harus selalu menatap mata bersalahnya.

Ku arahkan pandanganku ke luar cafe, melihat kendaraan yang lalu lalang, juga pejalan kaki yang lewat. Tanpa sengaja saat menopang dagu, ku lihat sepasang kekasih sedang bergandeng tangan dan tersenyum satu sama lain. Mereka sangat ku kenali. Jongin dan Yoonhye. Tidak bisa ku pungkiri bahwa ada sedikit rasa iri dengan posisi Yoonhye. Dulu, aku punya kesempatan besar untuk bisa berada di posisi itu dan tersenyum seperti Yoonhye saat ini. Walau begitu, aku juga merasa lega dan ikut bahagia. Jongin benar, cara yang baik untuk mencintai seseorang adalah dengan mengupayakan kebahagiaannya. Sekarang aku ikut bahagia dengan melihatnya bahagia.

Perlahan aku memahaminya. Ini bukanlah suatu konsekuensi karena aku salah pilih. Pada dasarnya, bukan kita yang memilih dengan siapa akan berbagi cinta nantinya. Tuhan lah yang memilihkan seseorang untuk kita, dan nantinya dia akan mengirimkannya saat waktunya tiba. Jika Jongin memang seseorang yang akan Tuhan kirimkan untukku, kelak kami akan dipertemukan lagi dalam keadaan dan kesempatan yang jauh lebih baik. Tanpa rasa sakit, tanpa beban, dan tanpa pengkhianatan.

***

Dua tahun kemudian

Apa kalian ingin tahu apa yang terjadi pada kami setelah dua tahun berlalu? Kami semua baik-baik saja. Setidaknya itu yang ku yakini, karena aku kehilangan kontak sama sekali dengan Jongin dan Sehun.

Aku dan Jongin memang satu kampus, tapi kami sangat jarang bertemu. Berbeda fakultas dan jurusan salah satu penyebabnya. Tanpa The Circle tidak alasan untuk bertemu. Dan aku sudah keluar dari organisasi itu beberapa hari setelah mengakhiri hubunganku dengan Sehun. Sesekali aku dan Jongin mengobrol via LINE, bahkan juga berkirim voice note. Dia juga pernah mengajakku makan bersama, tapi aku tolak karena tidak mau Yoonhye salah paham. Lagi pula menurutku akan lebih baik jika kami benar-benar menjaga jarak. Kian lama obrolan kami kian singkat, frekuensinya pun berkurang. Akhirnya benar-benar tidak pernah mengobrol lagi. Aku pernah iseng membuka profil LINEnya dan dia menggunakan fotonya bersama Yoonhye sebagai direct picture. Dia pasti bahagia bersama Yoonhye, aku yakin. Walau akhirnya mereka putus. Itu kabar terakhir yang ku dapatkan kira-kira 6 bulan kemudian sebelum ponselku rusak dan semua aplikasi, data, juga kontaknya hilang.

Tentang Sehun, ternyata pertemuan malam itu benar-benar menjadi yang terakhir. Kami tidak pernah bertemu lagi setelahnya. Aku sempat ingin menghubunginya paling tidak melalui pesan singkat, tapi aku bingung harus berbicara apa. Jadi dari pada canggung, aku putuskan untuk tidak memulainya. Hahaha, lucu sekali padahal dulu pernah saling mencintai. Mungkin kau merasa kecewa karena aku begitu mudahnya mengakhiri hubungan dengan Sehun. Aku juga tidak terlalu memaksamu untuk memahamiku. Sebenarnya aku juga tidak menyangka hubungan kami akan berakhir dengan mudah dan enteng, mungkin karena kami sudah sama-sama melewati rintangan menyakitkan, juga tangis yang banyak. Bisa dikatakan, aku sudah lelah. Sehun juga pasti demikian. Yang jelas, saat ini aku semakin yakin bahwa langkah itu adalah benar. Aku tidak tahu setelah putus denganku dia menemukan gadis lain dan berkencan lagi atau tidak. Kami benar-benar putus kontak.

Kalian pasti juga penasaran dengan yang terjadi pada Soojung. Keadaannya baik. Sebenarnya aku kehilangan kontak juga dengannya. Tapi terakhir kali tanpa sengaja bertemu dengannya di sebuah cafe, dia sedang bersama seorang pemuda tampan. Aku yakin mereka berkencan. Syukurlah, menurutku dia pantas mendapatkan pemuda yang baik.

Oh iya, aku sampai lupa menceritakan keadaanku sendiri. Aku baik-baik saja, tentu saja. Aku juga memiliki seseorang di sisiku. Kali ini aku tidak akan membuat kesalahan lagi dan sangat berharap dia adalah yang terakhir. Aku tidak menyesal karena telah melepaskan Sehun dan Jongin karena kini memiliki dia. Walau dia tak seromantis Sehun dan tak sekeren Jongin, semua perlakuannya membuatku merasa begitu dicintai.

Satu hal lagi. Jika kau jatuh pada dua orang sekaligus, maka kau tidak perlu sibuk berpikir harus pilih yang mana. Akan lebih baik jika kau tinggalkan keduanya. Karena sebenarnya, kau tidak berhak atas kedua cinta itu. Biarlah Tuhan yang menentukan untukmu, saat hatimu telah siap untuk menerima satu cinta saja.

Ah… sepertinya aku jadi sok bijak sekarang. Tetap saja, itu kembali lagi pada dirimu sendiri. Aku hanya menulis sesuai dengan apa yang ku alami. Kau boleh membenciku atau mengasihaniku. Yang jelas, sekarang kehidupanku sudah baik-baik saja. Begitu juga kehidupan Jongin dan Sehun. Aku yakin itu.

***END***

Author note :

Akhirnya, saya bisa mengatakan ini sekarang. Satu hal yang perlu kalian ketahui, yang sangat penting sehubungan jalannya cerita ini. Sebenarnya ini adalah kisah nyata. Bisa kalian percayai atau tidak sih. Eh, tapi untuk adegan (agak) dewasanya itu hanya pemanis(?) gak benar-benar terjadi kok :’D Semua pertanyaan dan permintaan pendapat yang saya ajukan itu semata-mata sebagai media untuk introspeksi dan saya ucapkan banyak terima kasih. Semua aspirasi kalian telah saya sampaikan pada ‘Seulgi’ langsung. Fanfiction ini saya tulis sebagai ucapan maaf ‘Seulgi’ yang belum tersampaikan hingga saat ini kepada ‘Jongin’ dan ‘Sehun’. Entah dimana mereka sekarang. Bisa jadi mereka membaca ff ini juga seperti kalian, di suatu tempat, lalu menyadari ini pernah terjadi pada diri mereka hahaha.

Semua quote, lirik lagu, puisi, gombalan(?), yang ada di dalam ff ini disadur langsung dari kenangan yang masih diingat oleh ‘Seulgi’. Dan mengenai ending yang (mungkin) membuat kalian kecewa, tolong jangan protes ke saya :’v Saya hanya menulis sesuai dengan apa yang terjadi dan masih diingat oleh ‘Seulgi’. Jadi untuk KaiSeul shipper jangan kecewa ya. SeulHun shipper juga, jangan marah-marah hehe. Misal suatu hari nanti ‘Seulgi’ dan ‘Jongin’ dipertemukan kembali oleh takdir atau bahkan mereka jodoh, mungkin saya akan membuat sequel ff ini. Eh, tapi jangan deh. ‘Seulgi’ sama yang sekarang aja udah :’v

Udah kali ya, ini note paling panjang yang pernah saya buat. Sebenarnya part ini sangat singkat karena memang hanya saya niatkan sebagai epilog :’v

Sampai jumpa di ff karya saya berikutnya!



[REMAKE] The Rocker That Holds Me Chapter 1

$
0
0

img_2243

[REMAKE] The Rocker That Holds Me

by

TerryAnne Browning

Remake Fiction by :

CHANSSOFEEL

Main Cast :

Kim So Eun – Oh Se Hun

Other Cast :

Park Chan Yeol – Kim Jong In (Kai) – Wu Yi Fan (Kris)

Genre :

Romance, Novella

Rate :

Mature

Leght :

Chaptered

Disini ‘aku’ adalah Main cast kita, Kim Soeun.

 

 

 

BAB 1

 

 

Aku membuka mata begitu bus berhenti. Sambil meringis, aku mendorong diri untuk bangun dari sofa dan melihat sekilas keluar. Bus wisata terparkir di parkiran sebuah hotel. Bus lainnya penuh dengan para kru dan dua trailer beroda delapan belas di tarik dibelakangnya, penuh dengan segala perlengkapan panggung dan band. Aku ingin mandi dan tidur sepanjang malam yang benar-benar penuh, tapi aku masih punya banyak hal yang harus dilakukan.

 

Berdiri, aku berjalan menuju bagian belakang bus untuk membangunkan yang lain. Kris tengkurap di tempat tidur paling bawah. Dia memegang sebotol Jack Daniel’s di tangannya, setengah botolnya telah kosong. Di atasnya Kai sedang mendengkur, bassnya di dekap erat ke dadanya. Di sisi lain Chanyeol sedang mengigau, bergumam tentang beberapa “pengacau”.

 

Sambil mendesah, aku mengguncang bahunya terlebih dahulu. “Chanyeol-ah.” aku harus mendekat ke telinganya dan meneriakkan namanya. Mereka semua tukang tidur yang parah, tapi Chanyeollah yang terparah. “Yeol! Ayolah, mari kita pergi tidur di tempat tidur yang sebenarnya.”

 

Chanyeol menguap kemudian membuka matanya. “Sso?”

 

 

Aku menyeringai ke arahnya. “Siapa lagi?” aku mencium pipinya dan menarik lengannya. “Bangunlah, kita sudah sampai.”

 

Ketika dia sudah duduk, aku pindah ke Kai. Yang harus aku lakukan hanyalah mengambil bassnya. Dia mengencangkan tangannya di sekitar bassnya dan bangun. “Aku sudah bangun,” gerutunya.

 

 

“Kris.” Aku mengambil botol Jack Daniel’s dari tangannya dan menutupnya kembali. Punggungnya telanjang dan tato Dragon’s Wings sepanjang punggungnya itu menekuk saat aku membangunkannya. “Ugh, kau benar-benar harus mandi.” Aku hampir muntah mencium bau minuman keras di napasnya saat dia berbalik dan menarikku ke arahnya. “Bangun kau, Pemabuk.”

 

Dia mencium pipiku sebekum dia melepaskanku dan aku berdiri, bergerak maju menuju akhir bus. “Kalian semua segera berpakaian. Setelah aku membangunkan Sehun, aku akan mengurus masalah kamar kita… Jangan kembali tidur, Chanyeol-ah!” aku memperingatkannya. Mengetahui dia akan melakukannya. “Aku punya seember air es untukmu jika kau melakukannya.”

 

Dia menggumam mengutukku, tapi aku hanya menyeringai.

 

 

Televisi menyala. Aku mematikannya dan menjatuhkan diri di sofa di samping Sehun. Dia tidak memakai apa – apa kecuali celana boxernya.

 

Aku tidak berhenti untuk mengerlingkan mataku pada dadanya yang keras dan perutnya yang kencang. Aku sudah melakukannya berulang kali sebelumnya. Malahan aku membungkam mulutnya dan mencubit hidungnya. butuh beberapa detik saat sebelum dia tersentak dan mendorongku jatuh. “Sialan!” Dia menggerutu tapi membantuku untuk bangun dari tempat aku terjatuh.

 

Aku berdiri sambil tertawa dan meraih kaus Dragon’s Wingsnya. “Apakah tidurmu nyenyak?”

 

“Aku baru saja tertidur beberapa jam lalu,” dia mengambil kaus yang aku berikan padanya dan memakainya. “Banyak hal yang aku pikirkan. Lagu-agu yang ingin keluar tapi terkunci di otakku.”

 

“Aku bermimpi,” curhatku.

 

 

Dia menegang, mengetahui bahwa mimpi-mimpiku tidak pernah menyenangkan. “Kau baik-baik saja?” tanyanya sembari meraih tanganku dan menarikku ke pangkuannya. “Mau membicarakannya?”

 

Menenangkanku, dia menyisir rambutku dengan jari- jarinya. Aku memejamkan mata dan mengubur wajahku di lehernya. “Oh Tuhan, kau begitu harum! Seperti biasa, kalian semua menjagaku. Itu salah satu dari sekian banyak mimpi ketika Ibuku mencambukku.”

 

Lengannya yang keras memelukku dengan erat. Jari-jarinya mengencang di ikatan rambutku, tapi aku tak protes. “Aku benci wanita sialan itu,” ucapnya. “Semoga dia membusuk di neraka sana.”

 

Aku sangat setuju. Ibuku meninggal 6 tahun yang silam akibat overdosis obat-obatan terlarang. Untuk berkata aku merasakan kasihan rasanya merupakan pernyataan yang berlebihan. Semua yang aku rasakan ketika aku menemukan tubuh dinginnya terbujur kaku saat aku pulang dari sekolah hari itu hanyalah kelegaan yang sangat luar biasa. Aku 15 tahun dan aku bebas dari penyakit, yaitu Ibuku.

 

“Aku butuh kopi.” Sehun berdiri dengan aku masih dalam pelukannya.

 

 

Aku memeluknya dengan erat untuk beberapa detik kemudian melepaskannya. “Aku pastikan kau akan mendapatkannya.” Aku berbicara dari balik bahuku saat aku melangkah menuju bagian depan bus.

 

 

“Itu bukan tugasmu untuk mendapatkannya!” Dia berteriak kepadaku.

 

Tapi memang iya. Sepanjang hidupku, Sehun dan lainnya telah merawatku. Bahkan ketika mereka harus meninggalkanku setelah mendapatkan tawaran kontrak sepuluh tahun silam, mereka masih memperhatikanku. Mengirimkan aku uang dan hadiah-hadiah. Memastikan seseorang mengecekku setiap hari. Mereka tengah mengadakan tour, melakukan apa yang harus dilakukan oleh para rocker, tetapi mereka tetap menelponku setiap hari. Ponsel yang mereka berikan padaku adalah satu-satunya penghubungku ke mereka. Aku bisa menelpon, mengirim pesan singkat, mengirim surel atau apapun yang aku inginkan atau butuhkan, sehingga aku bisa berbicara dengan mereka setiap hari.

 

Kemudian ketika Ibuku meninggal, mereka kembali, meninggalkan segalanya segera setelah aku menelpon Sehun. Mereka mengurus pemakaman. Dan disaat petugas Dinas Sosial datang mencoba membawaku, mereka membelaku dengan mengatakan bahwa aku adalah bagian dari mereka. Mereka membawaku jauh dari kehidupan gelap rumah kumuh dimana selama ini kami dibesarkan. Mereka membelikanku laptop, mengatur agar aku mengikuti kelas online sehingga aku bisa menyelesaikan pendidikanku dari balik bus.

 

Para priaku takkan pernah meninggalkanku lagi.

 

 

Dan aku berhutang pada mereka untuk selalu merawatku. Menjemputku, memulihkanku. Menjaga kewarasanku. Memberiku makan. Memberiku pakaian. Menyayangiku. Tidak semua orang bisa melakukannya. Tapi Sehun, Kai, Kris dan Chanyeol berbeda. Mereka mengenalku sejak aku berumur 5 tahun. Membawaku di bawah sayap-sayap gelap mereka, melindungiku meskipun mereka 8 tahun di atasku. Mereka adalah keluargaku dan kini adalah saatnya aku untuk merawat mereka.

 

Jadi aku mengurus semuanya. Mereka ingin kopi, aku bawakan mereka kopi. Jika Kris ingin sekotak Scotch berumur 50 tahun yang baru, yang sangat mustahil untuk di dapat, aku pastikan dia akan mendapatkannya. Aku mengurus semuanya, dari pemesanan kamar hingga perempuan. Yeah, aku telah menjadi seorang profesional yang mampu menyingkirkan wanita-wanita manapun yang telah lewat masa keberadaannya. Dan itu biasanya terjadi di pagi hari berikutnya.

 

Dua jam kemudian, aku telah mengatur mereka berempat masing-masing di kamarnya. Aku menghabiskan waktu lebih lama di kamar Kris, untuk memastikan dia mandi dan menggosok giginya. Memberikannya sepasang pakaian bersih dan menyuruhnya tidur. Ketika aku menuju kamarku, aku merasa melayang. Aku mandi dengan cepat dan hampir terlelap sebelum kepalaku menyentuh bantal.

 

“Sso!”

 

 

Chanyeol menggedor pintu kamarku membangunkanku beberapa jam kemudian. Aku menatap jam, melihat bahwa sudah saatnya menuju Seoul Gymnastic untuk mempersiapkan konser malam ini dan bangun dari tempat tidur. Aku membuka pintu untuk Chanyeol supaya dia tidak merubuhkannya. Dia berjalan masuk saat aku mengganti baju tidurku.

 

“Kau baik- baik saja, Sso?” tanyanya bahkan tidak pusing untuk mengalihkan pandangannya saat aku memakai bra dan memasang kaus Dragon’s Wings dari atas kepalaku. “Kau tidak pernah lewat tertidur sebelumnya.”

 

Kenyataannya aku merasa tidak enak badan untuk akhir-akhir ini. Tapi, aku tak berniat untuk memberitahukannya. Dia akan memberitahu ke yang lain dan mereka akan mengerumuniku, memaksaku untuk pergi ke dokter. Aku benci dokter! “Baru saja mengalami malam yang sulit kemarin.”Elakku. “Mimpi buruk.”

 

Aku menarik celana dalam baru dan kemudian memasang celana jins ketat. Sepatu bot selutut dengan hak 3 inci dan aku siap. Aku mengikat rambut berantakanku menjadi ekor kuda. Tidak perlu berdandan, lalu berputar dengan dia masih menatapku. “Aku baik-baik saja, Chanyeol-ah.” Aku memeluknya erat dan berjinjit untuk mencium pipinya. “Tenang.” Aku menarik satu tanganku ke atas dan mengusap kepalanya. Dengan rambut merah dan tindik di sudut bibirnya, Itu sangat seksi dan semua orang sangat ingin mengusap sudut rambutnya. Tetapi dia hanya menyukainya jika aku yang melakukannya.

 

“Aku pikir kita perlu sebuah liburan,” ujarnya saat mengikutiku keluar dari kamar. “Mungkin kita harus kembali ke rumah untuk beberapa saat.” Aku meliriknya melalui bahuku saat aku memencet tombol lift. “Dan dimana tepatnya rumah itu? Kita telah tinggal di bus selama 6 tahun ini.”

 

“Sehun berbicara tentang membeli rumah. Tapi kita tidak bisa memutuskan dimana kita akan menetap. Kris menyarankan di Jeju, Shane ingin ke Busan.” Dia mengangkat bahunya sambil melangkah masuk bersamaku ke dalam lift. “Bagaimana menurutmu?”

 

 

Sejujurnya, aku tak tahu apa yang aku pikirkan. Aku akan mengikuti kemanapun mereka pergi asalkan kami tetap bersama. Aku tidak perduli. Tapi aku tidak menyangka mereka akan secepat ini menetap, bahkan di saat kita telah lelah untuk pindah dari satu tempat ke tempat lain. “Aku tak pernah memikirkannya,” ucapku padanya.

 

“Well, kau harus memikirkannya. Kami ingin tahu dimana kau ingin tinggal dan menetap. Kau tahu kemanapun kau pergi, kami akan mengikutimu.”

 

Kata-katanya menghangatkan hatiku dan aku memeluknya erat. Dia mencium puncak kepalaku dan kami keluar dari lift di lantai dasar. Sehun, Kris, dan Kai sudah menunggu kami. Mereka semua memberiku tatapan khwatir, tapi aku hanya melewati mereka menuju ke limo yang sudah menunggu di luar.

 

 

 

 

TBC (Tepok Bokong Chanyeol)

 

 

 

 

CHANSSOFEEL

 

 

 

 

04.03.2016

 

 


LOVE KILLER Part 8

$
0
0

img_2244

Title                     : LOVE KILLER

Cast                     :

  • Kim Joon Myun/Suho ( EXO )
  • Do Kyungsoo ( EXO )
  • Kim Sooyong ( OC )
  • Kim Jisoo ( Actor )
  • Shin HyeRa ( OC )

 

Lenght                 : Chapter

Rating                  : T

Genre                   : School Life, Romance

Author                 :   @helloimterra91 & @beeeestarioka

( Cerita ini juga dipublish di https://www.facebook.com/Dreamland-Fanfiction-EXO-Seventeen-Fanfiction-715754941857348/?fref=ts   )

 

***

 

Meski pikirannya terus tertuju pada Jisoo, tapi Sooyong tetap fokus dengan pelajarannya. Dia tidak boleh terlihat lemah dihadapan Kyungsoo dan yang lain. Semua orang yang dulu menghormatinya kini berbalik melawannya. Dia harus bisa melindungi dirinya sendiri agar Kyungsoo tidak semakin semena-mena terhadapnya.

 

“Apa ada yang tahu kenapa Jisoo absen hari ini?” tanya Kyuhyun sebelum dia memulai pelajaran.

 

Chanyeol mengangkat tangannya dengan senyum jahil, “Mungkin Jisoo sedang sibuk berjuang mendapatkan cinta sang putri” ucapnya sambil melirik Sooyong yang duduk disebelahnya membuat murid yang lain tertawa dengan nada mengejek.

 

Sooyong tidak peduli. Dia hanya diam sambil menatap layar ponsel. Dia berharap Jisoo menghubunginya.

 

“Baiklah, buka buku paket halaman 49. Karena ada satu hal yang harus Sam kerjakan. Kalian pahami materinya lalu kerjakan soal yang ada, setelah itu kumpulkan” suruhnya yang ditanggapi dengan berbagai keluhan dari beberapa murid yang memiliki prestasi akademik pas-pasan. “Jangan sepelekan tugas ini karena 10 siswa yang mendapat nilai terbaik tidak perlu mengikuti ulangan minggu depan. Jadi kerjakan dengan benar dan ketua kelas yang akan memantau kalian”

 

Setelah memberikan tugas, Kyuhyun pergi meninggalkan kelas. Suasana kelas yang tadinya tenang kini mulai sedikit ribut. Mereka tidak mengganggu Sooyong tapi mereka terus membicarakannya dengan nada sindiran. Cepat-cepat Sooyong menyumpal telinganya dengan headset dan mulai mengerjakan tugas.

 

 

 

…………………………………………….

 

 

 

Ketika istirahat tiba, Sooyong seperti biasa mengantri untuk mengambil makan siang. Dibelakangnya Haneul dan Minji memperhatikan dengan tatapan tidak suka. Lalu tak sengaja lengannya menyenggol makan siang Haneul hingga isinya tumpah mengenai bajunya. Sooyong tidak meminta maaf. Dia berjalan menuju kursi yang berada tidak jauh dari tempat makanan.

 

Begitu dia duduk, Minji dan Haneul mendatanginya, “Ya! Bukannya kau harus minta maaf. Apa orang tuamu di rumah tidak pernah mengajarimu?”

 

“Mungkin Ibumu terlalu sibuk bekerja sampai tidak bisa mengajarimu bersikap sopan pada orang lain”

 

“Kenapa aku harus meminta maaf? Kalian juga tidak pernah minta maaf karena selalu menggangguku. Anggap saja itu balasan dari perbuatan kalian”

 

“Dasar gadis sombong. Ya! Harusnya kau sadar, selama ini kami segan padamu karena Kyungsoo. Kau pikir kami suka berteman dengan gadis sombong dan angkuh sepertimu? HyeRa bahkan mengalahkanmu dalam sekali telak”

 

“Sekarang tidak ada yang membelamu lagi. Seorang Bokdong bahkan tidak bisa berkutik dihadapan tuannya kau tahu!” Minji dan Haneul terus saja mengoceh membuat ketiganya kini menjadi pusat perhatian.

 

“Sekarang Kim Sooyong menjadi targer ­bully-an mereka. Orang berkuasa itu bisa membuatmu melakukan apa saja termasuk menyakiti orang lain” Syuhan yang duduk didepan HyeRa berkomentar dengan suara pelan.

 

HyeRa merasa kasihan dengan Sooyong. Tidak ada seorang pun yang berada disisi gadis itu sekarang. Meski Sooyong terlihat kuat, tapi hatinya tidak bisa berbohong. Dia pasti terluka menerima perlakuan tidak menyenangkan dari teman-temannya. Dia ingin menolong tapi kata-kata Suho mengurungkan niatnya. Lagipula dia tidak suka terlibat dengan masalah orang lain dan Sooyong tidak meminta bantuannya.

 

Perdebatan ketiganya terhenti begitu Suho berdiri sambil menggebrak meja. Sontak Minji dan Haneul menoleh kearah Suho yang duduk dimeja seberang bersama teman-temannya yang setia.

 

Suho mendekati meja Sooyong. “Kalian berdua kenapa berisik sekali sih! Tidak bisakah kalian menikmati makan siang dengan tenang!” dia menatap tajam keduanya.

 

Kyungsoo yang sedari tadi asyik menonton tercengang karena Suho merusak pertunjukan tersebut tanpa seizinnya.

 

Minji dan Haneul diam. Mereka saling berpandangan dengan wajah takut. Kemudian keduanya pergi begitu Suho mengisyaratkan dengan gerakan wajah.

 

Kini tinggal mereka berdua. “Ayo keluar” suruh Suho dengan suara pelan.

 

Sooyong tidak bergeming. Dia menatap Suho bingung.

 

“Cepat! Kau mau tahu tentang keberadaan Jisoo kan?” ucapnya membuat Sooyong tertarik. “Ayo kita bicara diluar”

 

Dengan enggan Sooyong bangkit dari tempat duduknya. Begitu dia siap melangkah, dia terkejut saat tangan Suho merangkulnya. “Mwoya ige?” dia coba melepaskan diri. Dia merasa tidak nyaman.

 

Namun Suho tetap kukuh merangkulnya kuat membuat gadis itu akhirnya menyerah. “Jangan banyak bicara dan ikuti saja aku!” ucapnya kali ini dengan penuh penekanan agar Sooyong menurut.

 

Sebelum pergi, Suho sempat melirik HyeRa. Dia menunggu respon gadis itu dan dia terkejut karena HyeRa juga tengah melihatnya.

 

 

 

………………………………………………..

 

 

 

“Apa kau salah makan?” Sooyong melepaskan rangkulan Suho begitu keduanya keluar dari kantin.

 

“Aniya”

 

“Lalu kenapa tiba-tiba kau jadi seperti ini? Bukannya kau juga yang menyuruh mereka menggangguku?”

 

Suho menghela nafas. Tadi itu dia hanya ingin mencegah HyeRa. Dia tahu, HyeRa dan Sooyong tidak terlalu dekat, tapi dia tidak mungkin tinggal diam melihat semua ini. Bukan karena gadis itu ingin sok menjadi pahlawan, tapi yang dia tahu HyeRa tidak suka dengan orang yang memperlakukan orang lain dengan semena-mena. Makanya dia langsung turun tangan. Dia tidak mau Kyungsoo juga ikut-ikutan menyakiti HyeRa. Laki-laki itu bisa melakukan cara licik sekalipun agar tujuannya tercapai.

 

“Anggap saja karena rasa kasihan” jawab Suho cepat.

 

“Aku tidak perlu rasa kasihan darimu”

 

Sifat keras kepala Sooyong membuat Suho harus bersabar menghadapi gadis ini. “Terserah kau saja. Aku tidak ingin berdebat”

 

“Apa yang mau kau bicarakan tentang Jisoo? Cepat katakan! Aku tidak mau berlama-lama denganmu”

 

“Ya ampun. Kau benar-benar menyukainya sampai kau jadi seperti ini?”

 

“Ini bukan hanya karena hubunganku dengan Jisoo. Tapi ini menyangkut kehidupan seseorang. Mungkin kau dan Kyungsoo terbiasa menyingkirkan orang yang berani mengacaukan kekuasaan kalian, tapi aku bukan orang seperti itu. Lagipula setelah hak asuhku selesai, aku akan tinggal di Jepang bersama Ayah. Aku tidak tahan harus hidup dengan melihat wajah kalian”

 

“Lalu bagaimana dengan Jisoo?”

 

Sooyong tidak menjawab. Dia justru menatap Suho dengan tatapan curiga, “Aku rasa ini bukan urusanmu. Siapa yang tahu kalau setelah ini kau mungkin akan mengatakannya pada Kyungsoo”

 

“Ya, mungkin kau benar, tapi aku tidak akan melakukannya. Apa kau sudah menghubungi Jisoo?”

 

Sooyong menggeleng. Dia membuang muka. Dia tidak ingin Suho melihatnya menangis karena itu sangat memalukan.

 

Dengan ragu Suho menepuk pelan pundak Sooyong untuk menenangkannya. Walau terkesan kaku, tapi Sooyong bisa merasakan ketulusannya.

 

“Kau sudah mencari ke apartment nya? Mungkin Jisoo disana. Kau harus segera menemukannya sebelum Kyungsoo berbuat lebih jauh lagi” Suho memperingatinya membuat Sooyong tahu dimana dia harus mencari Jisoo.

 

 

 

…………………………………………………….

 

 

 

Jam istirahat telah berakhir. Seluruh siswa memasuki kelasnya masing-masing. HyeRa dan Syuhan berjalan bersama. Didepan kelas, Suho tengah bicara dengan Chen. Dia menyadari kehadiran HyeRa. Dia tersenyum untuknya.

 

HyeRa hanya melihatnya biasa. Tidak tahu harus bagaimana setiap Suho tersenyum padanya. Perilaku laki-laki ini sangat membingungkan.

 

Suho menghalangi jalan HyeRa memasuki kelas, “Kau marah padaku?”

 

HyeRa menatapnya bingung, “Kenapa aku harus marah padamu?”

 

“Apa kau pikir senyumku ini barang obral yang bisa kau lihat dimana saja! Kau tidak merasakan sesuatu saat kau melihatnya?”

 

HyeRa semakin dibuat bingung. “Aku tahu tingkat percaya dirimu kelewat batas, tapi bicaralah dengan jelas. Aku tidak mengerti. Sekarang minggir! Kau menghalangi jalanku” dia menyenggol pundak Suho lalu memasuki kelas.

 

HyeRa masuk melalui pintu depan. Dia menemukan sesuatu yang aneh. Meja Sooyong hilang!

 

Sooyong yang baru masuk langsung sadar kalau mejanya tidak ada. Dia menatap seluruh teman sekelasnya. Ada yang tertawa, ada yang berbisik. Tatapan mereka merendahkannya.

 

“Ya! Kau tidak pantas sekolah disini” Minji mendorong pundak Sooyong.

 

“Lebih baik kau keluar sebelum kau mempermalukan dirimu sendiri” tambah Haneul.

 

Sooyong menatap keduanya sengit. Ini pasti ulah mereka. Dia pun berbalik dan berlari keluar.

 

HyeRa tidak suka dengan sikap Minji dan Haneul. Teman macam apa mereka! Meski hubungan mereka hanya berlandas sebuah relasi, tapi ini sudah keterlaluan.

 

Suho menahan HyeRa. Dia tahu HyeRa akan melabrak Minji dan Haneul.

 

“Jangan menghalangiku” ucapnya penuh penekanan.

 

“Sudah kubilang jangan terlibat”

 

“Tapi mereka keterlaluan. Semua barang milik Sooyong hilang”

 

“Kau punya bukti kalau mereka yang melakukannya?”

 

HyeRa menatap Suho, “Hh. Aku lupa kalau kau teman mereka. Sikapmu tadi pagi sempat membuatku kagum tapi sekarang, kau membuka topengmu”

 

Ada perasaan sedih ketika HyeRa meragukan ketulusan Suho. Dia melakukan semua ini untuk melindunginya.

 

HyeRa memperoleh pelajaran berharga. Dia tidak boleh cepat menilai orang hanya karena satu sikap manis. Itu tidak menjanjikan kalau dia orang baik.

 

Shindong memasuki kelas dan seluruh siswa langsung duduk ditempatnya. HyeRa menatap tajam Suho sebentar sebelum dia duduk ditempatnya. Dia benci diskriminasi yang terjadi di sekolah ini.

 

 

 

………………………………………………….

 

 

 

Shindong hanya mengajar selama satu jam pelajaran. Sisanya dia berikan tugas lalu meninggalkan kelas. Para siswa mengerjakan 20 soal Seni Budaya dengan tenang. Mulut mereka kelu untuk mengobrol karena otak mereka harus dipakai untuk menemukan jawaban.

 

HyeRa selesai mengerjakan soalnya dalam sepuluh menit. Dia kedepan untuk mengumpulkan tugas. Setelah itu dia berencana keluar untuk membantu Sooyong.

 

“Kau tidak boleh keluar, murid baru” pernyataan dingin Kyungsoo menghentikan langkah HyeRa.

 

“Aku sudah menyelesaikan tugasku”

 

“Tidak ada yang boleh meninggalkan kelas ini”

 

“Kenapa aku harus mendengarkanmu? Ketua kelas saja tidak berkomentar apa-apa”

 

Suho mengangkat kepala karena dirinya disebut. Dia menatap Kyungsoo dan HyeRa bergantian. Kepalanya mendadak sakit. Dia sudah bersusah payah melindunginya tapi masalah muncul didepan matanya.

 

“Kembali ketempatmu, HyeRa”

 

HyeRa menatapnya. Kyungsoo tersenyum menang. Dia melempar senyum licik kepada HyeRa. HyeRa semakin kesal. Dia menatap tajam Suho dan Kyungsoo. Dia tidak mau tinggal diam.

 

“Jika kalian menggunakan kekuasaan untuk mengatur orang lain, aku juga bisa melakukan hal yang sama. Aku melakukan apapun yang aku suka dan tidak ada seorangpun yang berhak melarangku!” dia berjalan mendekati pintu lalu menggeser kemudian membanting pintunya dengan keras setelah dia keluar.

 

Seluruh siswa menjadi gaduh dengan saling berbisik. HyeRa berani menantang Kyungsoo. Suho meremas pulpennya kuat-kuat. Sia-sia sudah perjuangannya melindungi gadis itu. Dia melirik Kyungsoo. Kyungsoo nampak tenang namun aura kejamnya terpancar keluar. HyeRa telah masuk daftar mangsanya. Kini Kyungsoo akan membuat perhitungan dengan gadis itu.

 

 

 

…………………………………………………..

 

 

 

HyeRa mencari Sooyong kesegala tempat. Dia berlari kesana kemari. Dia mengkhawatirkannya. Dia tidak mau bertanya kepada siapapun karena seluruh penghuni sekolah pasti sudah dicuci otaknya oleh Kyungsoo dan Suho. Dia mencari kebelakang sekolah. Matanya menoleh dan mencari dengan seksama.

 

Dan dia menemukannya!

 

Nampak sosok Sooyong duduk diatas mejanya. Gadis itu menatap kosong keatas. Dia melamun.

 

HyeRa mendekatinya dengan langkah pelan. Dia berusaha agar tidak mengejutkannya. “Kau baik-baik saja?”

 

Sooyong menurunkan kepalanya. Matanya berkaca. Dia terlihat sangat sedih. HyeRa jadi ikut merasakan kesedihan Sooyong.

 

“Aku benci sekolah ini” ucap Sooyong, “Aku sangat membenci Do Kyungsoo”

 

HyeRa memeluk Sooyong. Gadis ini memiliki banyak tekanan dari sekitarnya. Seorang anak yang selalu dituntut oleh Ibunya harus menanggung keegoisan laki-laki yang tidak dia suka. HyeRa jadi marah hanya dengan memikirkannya saja. Ujian ini terlalu berat untuk Sooyong.

 

“Aku ada dibelakangmu, Soo. Aku tidak akan membiarkan mereka menyakitimu” balas HyeRa dengan nada pasti.

 

Sooyong merasakan keyakinan dalam ucapan HyeRa. Dia mengangguk sebagai ucapan terima kasih. Air matanya mengalir. Dia menutupi wajahnya dipundak HyeRa. Dia ingin mengakhiri semuanya. Dia ingin pergi dari kehidupan yang memuakkan ini.

 

 

 

…………………………………………………..

 

 

 

HyeRa dan Sooyong kembali ke kelas setelah bel pulang selesai berbunyi. Mereka menunggu selama lima menit sampai memastikan seluruh siswa telah keluar dari kelas. Sebenarnya mereka bisa menunggu lebih lama agar situasi lebih aman agar terhindar dari perlakuan tidak bermoral tapi HyeRa tidak sabar untuk pulang. Dia ingin segera bertemu Ayah.

 

Kelas mereka telah kosong. Sedikitnya mereka bernafas lega. HyeRa mengambil tas lalu memakainya. Mereka hendak pergi sebelum Kai masuk dan dengan cepat menahan lengan Sooyong dibelakang tubuhnya. Kai menutup mulut Sooyong dengan tangannya yang lain.

 

Tidak berapa lama Kyungsoo masuk dengan santainya. Dia tersenyum miring pada Sooyong sebelum melempar pandangan kearah HyeRa, “Kau pikir kau bisa pulang dengan selamat hari ini” ucapannya terdengar seperti pembunuh yang siap menghabisi korbannya. Dia mendekati Sooyong lalu berhenti disampingnya. Dia mengusap rambut Sooyong yang membuat gadis itu bergidik ngeri. Wajahnya menjadi pucat.

 

Kyungsoo berbisik, “Tenanglah, Soo. Kita akan bersenang-senang” kemudian dia menatap HyeRa. “Aku akan melepasnya setelah kau bersujud padaku. Kau harus memohon dan menuruti semua perkataanku. Aku yang berkuasa disini. Semua orang mendengarkanku. Kalau kau melawan” dia memegang wajah Sooyong dengan kasar, “Kalian berdua akan terluka” ancamnya diakhiri tawa iblis yang membahana.

 

Sooyong menggeleng agar HyeRa tidak menuruti Kyungsoo. Dia harus pergi. Jangan pedulikan dirinya. Ini adalah masalah mereka berdua.

 

HyeRa mengepalkan tangannya dengan geram. Sial! Dia bisa terlambat pulang. Rasanya dia ingin meledak sekarang juga.

 

“Kau akan menyesal karena membuatku pulang terlambat hari ini” balas HyeRa tanpa rasa takut.

 

Kyungsoo tersenyum licik.

 

Sementara tidak jauh dari kelas mereka, Suho setengah mati berteriak, “Jangan halangi aku, brengsek!” Chanyeol dan Sehun menahan tubuhnya. “Kubilang minggir!!!” dia mendorong Chanyeol dan Sehun. Mereka dibuatnya mundur beberapa langkah.

 

Suho habis kesabaran. Dia tidak akan membiarkan Kyungsoo menyakiti HyeRa. “Maju dan lawan aku” suruhnya dengan tatapan dingin.

 

Chanyeol dan Sehun harus menurut pada Kyungsoo karena laki-laki itu mengancam mereka. Dan mereka sadar, Suho bukanlah tandingan keduanya. Tapi mereka tidak bisa mundur. Mereka pun maju dan perkelahian tidak bisa dielakkan.

 

 

 

…………………………………………………..

 

 

 

Sooyong tidak bisa hanya diam saja menghadapi situasi ini. Dia harus melakukan sesuatu. Dia sudah muak dengan sikap Kyungsoo yang semakin menjadi. HyeRa bahkan terseret dalam masalahanya. Kyungsoo dan Suho sudah saling bersiap untuk saling melayangkan pukulan. Sooyong harus menghentikannya. Dia injak kaki Kai hingga pegangan tangannya melonggar. Sooyong memakai kesempatan itu untuk segera melepaskan diri dari cengkraman pemuda berkulit tan lalu dia memukul kepala Kyungsoo dengan ujung tasnya hingga pertahanan lelaki itu sedikit oleng.

 

Suho terdiam ditempat, dia melirik Sooyong yang menatapnya dengan tatapan untuk segera pergi dengan membawa HyeRa selagi Kyungsoo kesakitan. Segera Suho menggenggam tangan HyeRa dan membawa gadis itu pergi.

 

“Dasar gadis sialan!” umpatnya marah. “Apa yang kalian lakukan, cepat kejar mereka!” Kyungsoo menyuruh yang lain untuk mengejar Suho dan HyeRa. Mereka harus menerima hukuman karena telah ikut campur atas segala masalahnya.

 

Namun semuanya terlambat begitu Kyuhyun datang ke kelas mereka. “Apa yang kalian lakukan dan kenapa kalian belum pulang?” tanyanya yang tidak dijawab satu pun. Kyuhyun melihat Kyungsoo dengan luka memar dikepalanya. “Kalian berkelahi? Sooyong-haksaeng, apa kau disakiti mereka?”

 

“Itu…” Kai menyela dengan wajah kebingungan.

 

Sooyong mendekati Kyungsoo. Dia menatap pria itu dengan wajah penuh kebencian. “Aku akan membalas semua perbuatan kalian. Kau tidak sepenuhnya lupa kan kalau aku punya Ayah yang berkuasa. Menurutmu apa yang akan ayahku lakukan saat ia tahu semua ini? Selama ini aku menahannya tapi kekasaranmu membuatku muak. Sadarlah, kau itu hanya pecundang yang menggantungkan hidupmu dari kekayaan Ayahmu. Kau terlalu meremehkanku, Do Kyungsoo”

 

Jleb!

 

Kata-kata Sooyong seperti pisau yang menusuk sampai kedalaman hatinya. Kyungsoo mungkin lupa bagaimana kerasnya tabiat gadis itu.

 

Kyuhyun yang tidak mengerti apapun hanya bisa menyuruh mereka untuk segera kembali ke rumah.

 

 

 

 

 

tbc ~


My Beautiful Seducer (Teaser)

$
0
0

My Beautiful Seducer

 img_2245

Author : Angel Devilovely95 (@MardianaSanusi) An author of Closer FF too

Cast : Oh Sehun & Im Neyna (OC)

Other Cast : Kim Jongin

Lee Kurumi (OC)

Park Hyejin (OC)

Genre : Romance

Rating : 17 or will be Mature someday!

Length : Chaptered

Casts

 

Oh Sehun, 30 yo

Professor Seoul National University (SNU) jurusan sastra Inggris bidang Translation. Sehun juga merupakan pengusaha, tepatnya pemilik mall di Korea dan di beberapa Negara maju lainnya. He’s extremely handsome and sexy but sadist like a devil in terms of teaching, leading his company or perhaps to others.

 

Im Neyna, 17 yo

A strip dancer. She’s extremely beautiful and cheerful. Neyna tinggal berdua dengan Song Ahjumma, mucikari berusia 45 tahun sejak eommanya meninggal 9 tahun yang lalu demi melunasi hutang Appanya. She loves children and she has asked to be a kindergarten teacher but she is being refused by the headmaster of some kindergartens because of her education background.

 

Kim Jongin, 30 yo

 

Dokter anak di rumah sakit terbaik Korea dan Eropa, yaitu RS Woorldul Spine yang ada di Seoul. Jongin juga merupakan sepupu sekaligus sahabat Sehun. He’s handsome and sexy with his tan skin. He’s also kind and gentle unlike Sehun.

 

Lee Kurumi, 29 yo

Arsitek. Sehun’s girlfriend who will be Sehun’s ex-girlfriend soon. Pintar, angkuh, dan mandiri. Kurumi merupakan keturunan Korea-Jepang. She has already went out with Sehun for three years. She hates children as well as Sehun.

 

Park Hyejin, 5 mo

Anak sahabat Sehun, Chanyeol dan Hyera yang nantinya akan diadopsi Sehun. She’s a very cute baby with her chubby looks. She likes mother’s milk (ASI) so badly. She also loves her baby sitter who will be revealed her identity soon.

 

Ini bukan teaser yang kaya teaser kebanyakan karna hanya ada pengenalan karakter aja. Cuplikan cerita sengaja gak ditampilin biar penasaran dan emang cerita keseluruhannya masih dalam proses pengetikan. Kalau mau liat foto setiap karakternya ada di wp pribadiku [My Beautiful Seducer Teaser]

 

Just wait ok ^^

 

 

Regards

 

 

Angel Devilovely95


Medical in Love (Chapter 8)

$
0
0

poster medical in love

Medical in Love

Author : Shim Na Na

Genre : Romance

Rating : General, Teenager

Length : Multichapter (2.811 words)

Cast :

Park In Jung (OC)

Kim Jongin (EXO – Kai)

Oh Sehun (EXO – Sehun)

Etc

 

Part 8

Siang menjelang sore, akhirnya jadwal praktik Kai berakhir untuk hari itu. Kai berjalan menuju ruang kerja D.O. Kai mengetuk pintu, setelah mendengar sautan dari D.O, Kai membuka pintu. Di dalam ruangan, Chanyeol dan Suho sedang duduk berdiskusi dengan D.O.

“Oh Kai, ada apa ? Ayo sini masuk. Kau sudah selesai praktik ya ? Ayo sini duduk.” Suho dengan hangatnya menyambut Kai masuk ke ruangan D.O, menyuruh Kai duduk di sampingnya.

“Kau sedang apa hyung ? Apa kalian sedang mengadakan rapat kecil lagi ?”

“Tidak, kami hanya beristirahat sebentar. Ruangan D.O memang ruangan yang paling nyaman diantara ruangan yang lain, karena itu kami memilih beristirahat disini hahaha.” Suho menjawab santai pertanyaan Kai.

“Itu karena aku merapikan ruanganku hyung, semestinya kau merapikan ruanganmu yang selau berantakan dengan file-file kerja itu. Setidaknya ruanganmu tidak akan sesempit sekarang.” D.O melirik ke arah Suho yang hanya tertawa mendengar perkataan D.O.

“Hmm..hyung, hari ini aku pulang duluan ya. Aku mau mampir ke suatu tempat, kau tidak apa kan kalau aku pulang duluan ?” Kai meminta izin dari D.O yang membalas dengan tatapan yang tertuju pada Kai.

“Hmm..baiklah, aku bisa pulang bersama Chanyeol nanti. Tapi kau mau pergi kemana Kai ?” D.O melirik ke arah Kai dengan memasang wajah tanpa ekspresinya.

“Aku hanya ingin pulang lebih cepat hyung, ada yang ingin ku lakukan sebelum pulang. Apa kau ingin menitip sesuatu saat aku pulang ? Barangkali stok persediaan di kulkas kita menipis.” Kai memberikan senyuman manis untuk mengalihkan perhatian D.O.

“Hmm..apa ya ? Aku titip sayuran di supermarket saja, aku rasa persediaan bahan masakan sudah mulai menipis. Jangan pergi terlalu lama ya Kai, kabari aku kalau kau sudah sampai di apartemen.” Akhirnya Kai berhasil mengalihkan perhatian D.O mengenai alasan Kai pulang lebih awal. Setelah Kai berpamitan dengan para seniornya, Kai bergegas kembali ke ruang kerjanya untuk membereskan barang-barang dan pergi meninggalkan rumah sakit.

Kai memulai perjalanannya setelah keluar dari parkiran rumah sakit. Tujuan Kai pertama kali adalah bertemu dengan In jung. Entah kenapa, sejak pagi Kai sudah membulatkan tekadnya untuk bertemu dengan In jung hari ini, mungkin dikarenakan ia melihat In jung tadi pagi. Sebenarnya Kai sedikit ragu, apa sebaiknya ia mengirimi In jung pesan singkat terlebih dahulu sebelum pergi menemui In jung. Kai tidak mungkin tiba-tiba datang begitu saja ke rumah In jung, In jung pasti bertanya kenapa Kai menghampirinya, lagi pula Kai tidak tahu pasti apakah In jung ada di rumahnya saat ini atau tidak. Setelah berpikir agak lama, Kai mendapatkan solusi yang dibuatnya sendiri, sambil tersenyum Kai mulai menggas mobilnya menuju rumah In jung. Rencananya, Kai akan mengajak In jung untuk pergi bersama ke sebuah tempat makan. Tidak ada kan yang menolak diajak pergi ke tempat makan. Kai memacu mobilnya, berpikir kemana dia sebaiknya mengajak In jung untuk makan bersama.

Kai tiba di depan rumah In jung, tapi Kai masih sedikit ragu untuk turun dari dalam mobil. Kai melihat ke kiri kanan, barangkali In jung sedang tidak ada di rumah dan malah memergoki Kai yang berhenti di depan rumahnya. Setelah kurang lebih sepuluh menit mencoba untuk menguatkan tekad, Kai akhirnya keluar dari dalam mobilnya. Tidak akan begitu susah kan kalau mengajak seseorang untuk pergi makan bersama Kai, siapa yang akan menolaknya ? Kai dengan percaya diri turun dari mobil dan berjalan menuju rumah In jung. Kai mendorong pintu pagar, lalu berjalan agak lambat menuju pintu rumah In jung yang terlihat jelas di depannya. Belum sempat Kai sampai di depan pintu rumah, seseorang berteriak menghentikan langkah Kai.

“Hei, tunggu !” Kai memberhentikan langkahnya, melihat ke arah darimana suara itu berasal. Saat Kai berbalik, Kai melihat seorang anak perempuan berlari ke arahnya sambil membawa sebuah bungkusan. “Kau siapa ? Aku tidak pernah melihatmu sebelumnya, apakah kau dokter yang akan mengobati eonni ?” Anak perempuan itu bertanya pada Kai sambil terengah-engah sehabis berlari. Kai merasa bingung, kenapa tau-tau dia dihampiri seorang anak perempuan, anak itu tau darimana kalau Kai seorang dokter ? Apa karena Kai yang kelupaan menanggalkan jas praktiknya.

“Hmm.. kau siapa ?” Kai berjongkok agar dia dapat melihat wajah anak itu dengan jelas. Kai mencoba menebak, apa mungkin dia adiknya In jung, tapi kalau dilihat anak ini tidak begitu mirip dengan In jung.

“Aku adik In jung eonni, namaku Eun gi. Kau pasti dokter yang akan memeriksa In jung eonni kan ? Kenapa kau tidak membawa peralatan untuk memeriksa eonni, bukannya setiap dokter pasti membawa tas ya ?” Eun gi melirik curiga ke arah Kai. Kai memang tidak membawa apa-apa, karena dia juga tidak menyangka kalau ternyata In jung sedang sakit.

“Apakah In jung eonni sedang sakit ? Aku tidak tau kalau In jung sedang sakit. Apakah In jung eonni ada di rumah ? Bagaimana keadaannya ?” Pertanyaan Kai membuat Eun gi mengerutkan dahinya. “Kata eomma, eonni harus beristirahat dan makan yang banyak. Ini aku membawakan sup untuknya, tapi aku rasa dokter seperti oppa tau obat apa yang bisa menyembuhkan eonni. Tapi kenapa dokter tidak membawa apa-apa, semestinya dokter membawa obat dan makanan untuk pasiennya supaya cepat sembuh, bagaimana sih ?” Ucapan Eun gi membuat Kai berpikir. Kai tidak tau kalau ternyata In jung sedang sakit, pantas saja tadi pagi tidak biasanya In jung belum berangkat ke penitipan anak tempatnya bekerja. Semestinya Kai tau kalau In jung sedang sakit dan semestinya Kai membawakannya sesuatu.

“Eun gi, kau tau makanan kesukaan In jung eonni kan ? Bagaimana kalau kau menemaniku pergi membelinya. Eonni mu itu harus makan yang banyak supaya cepat sembuh. Kau mau kan menemaniku ?” Kai melemparkan senyuman mematikannya pada Eun gi kecil yang membuatnya terkesima.

“Tentu saja oppa, aku akan menemanimu. Ini semua demi eonni, aku akan pergi dengamu untuk membeli semua makanan kesukaan eonni. Ayo kita pergi sekarang, tunggu apa lagi ?” Eun gi menarik tangan Kai, Kai segera berdiri dan tersenyum, berjalan menuju mobilnya untuk pergi membeli semua yang dibutuhkan In jung untuk segera sembuh.

Kai tidak memikirkan apa pun selain fokus untuk membeli semua makanan kesukaan In jung yang informasinya didapat dari Eun gi. Kai tidak merasa ragu untuk mengikuti semua saran Eun gi dan mengambil semua makanan yang ditunjuk Eun gi. Kai dan Eun gi bahkan tidak hanya berhenti di satu toko makanan, tapi beberapa toko makanan mereka jelajahi demi membeli makanan untuk In jung. Setelah menghabiskan satu jam untuk berkeliling, Kai dan Eun gi kembali ke rumah In jung dengan tangan yang menenteng seabrek kantong belanjaan.

Kai menekan bel rumah In jung dan begitu pintu terbuka, In jung terkejut melihat Kai sudah berdiri di depan pintu rumah bersama Eun gi dengan tangan yang penuh menenteng kantong belanjaan. Kai berusaha tersenyum sewajarnya, berusaha mengendalikan perasaannya saat bertemu dengan In jung yang bahkan saat itu masih mengenakan piyama nya.

“Kai, kenapa kau bisa sampai disini ?” In jung benar-benar merasa terkejut karena kedatangan Kai sampai-sampai wajah In jung langsung memerah. “Bukankah eonni sedang sakit, makanya memanggil dokter oppa ini ?” Eun gi melirik ke arah In jung, memasang wajah kebingungannya. “Kapan ? Akuu.. apa aku tidak sengaja menghubungimu ? Maaf ya Kai, mungkin aku tidak sengaja menghubungimu.” In jung menjadi kikuk, padahal jelas sekali In jung tidak menghubungi Kai dan malah Kai yang berinisiatif mengunjungi In jung tanpa tau kalau In jung sedang sakit.

“Eonni, apa kami akan berdiri disini sepanjang hari ? Kaki ku sudah pegal sekali berkeliling bersama oppa.” Eungi memasang wajah memelasnya. “Ah, benar. Silahkan masuk.” In jung membukakan pintu rumahnya lebar-lebar agar Kai dan Eun gi bisa masuk ke dalam rumah. Untung saja tadi In jung masih sempat merapikan rumahnya.

Kai sebenarnya sedikit ragu untuk masuk ke rumah In jung. Bagaimana tidak, Kai rasanya belum yakin untuk diperbolehkan masuk ke dalam rumah, karena itu Kai masih berdiri di depan pintu. Sadar Kai masih berdiri di depan pintu, In jung melihat ke arah Kai. “Kai, kau tidak masuk ? Kenapa berdiri di depan pintu ?” In jung dengan polosnya bertanya, tetapi Kai hanya membalas dengan senyuman. In jung langsung menangkap sinyal camggung dari Kai untuk masuk ke dalam rumah. Pasti Kai merasa tidak enak masuk ke dalam rumah. “Ah benar juga. Tunggu sebentar ya Kai.” In jung berlari kecil menuju pintu belakang rumahnya, membuka pintu lali berlari ke luar rumah dari jalan setapak kecil di halaman belakang menuju pintu depan tempat Kai masih berdiri menunggu di depan pintu.

“Kai, lewat sini. Kita ke halaman saja.” Kai mengikuti In jung dari belakang menuju halaman belakang rumah In jung. Kai baru tau bahwa In jung memiliki halaman belakang yang luas. Ada bangku-bangku dan sebuah meja makan besar di halaman itu. Ada juga meja-meja kecil yang di tutupi payung warna warni serta sebuah gazebo dengan sepetak taman bunga. Kai membelalakkan matanya, merasa takjub melihat halaman belakang rumah In jung. Kai tidak pernah tau kalau rumah In jung semenarik itu. Tapi kai buru-buru menyadarkan dirinya sebelum In jung sempat melihat ekspresi Kai tadi.

“Jadi In jung ssi, kau sakit apa ?” Kai bertanya sambil membantu In jung menaruh belanjaan di atas meja makan besar. “Aah tidaaak.. Aku hanya tidak enak badan jadi kupikir tidak ada salahnya mengambil izin dan beristirahat di rumah. Tapi kenapa kau bisa tau kalau aku sedang sakit ?” Dalam hati In jung berharap jawaban Kai tidak menggantung seperti jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang biasa Kai lontarkan. Kai hanya tersenyum sambil mengangkat bahunya, dan jawaban itu yang tidak diharapkan In jung karena membuatnya penasaran setengah mati.

In jung menyiapkan semua makanan yang dibawa Kai dan Eun gi, menyiapkan minuman dan buah yang diambilnya dari dalam kulkas. Kai dan Eun gi membantu In jung menata meja makan di halaman luar. Mereka akan makan sore bersama di rumah In jung. Ini karena Kai dan Eun gi terlalu banyak membeli makanan untuk In jung dan tidak mungkin bisa In jung menghabiskan semuanya sendiri. Mereka sudah duduk di meja makan besar di halaman belakang rumah dengan meja yang berisi berbagai jenis makanan. Eun gi dan In jung duduk berhadapan, sedangkan Kai duduk di kursi utama tempat ayah In jung biasanya duduk saat ada acara makan bersama. Kai merasa ganjil duduk di kursinya, karena tau kursi ini pastilah untuk kepala keluarga Park. Mereka makan dalam hening, persis sebuah keluarga kecil yang lalu hidupnya tertata terlalu rapi, sampai Eun gi mulai melirik ke arah Kai.

“Oppa, kenapa diam saja ? Ayo dimakan, semua makanan ini kesukaan eonni. In jung eonni juga, makan yang banyak biar cepat sembuh. Ibu sudah membuatkan bubur jagung kesukaanmu, ayo dihabiskan.” Eun gi berkata sambil masih dengan mulut yang penuh, mencoba untuk menghabiskan makanannya sedikit demi sedikit namun pasti. Kai menanggapi Eun gi dengan senyumannya yang khas, membuat In jung berusaha menahan diri sekuat tenaga untuk tidak melirik ke arah Kai.

“Hmm.. jadi In jung ssi, mana keluarga mu yang lain ? Aku belum bertemu dengan ibumu, apa tidak apa-apa aku bertamu tanpa memperkenalkan diri ?” Kai bertanya setelah meneguk habis isi gelasnya. In jung menegakkan kepalanya ketika mendengar pertanyaan Kai. Kai pasti lah belum tau kalau ia hanya tinggal sendirian setelah seluruh anggota keluarganya pindah ke Busan. “Umm.. sebenarnya keluarga ku tidak tinggal disini. Mereka tinggal di Busan bersama dengan halmoni. Semestinya aku tinggal bersama yang lainnya, tapi karena aku bekerja disini jadi aku tidak bisa pindah begitu saja.” Mendengar jawaban In jung membuat Kai merasa sedikit bingung. “Maksudmu, hanya kau dan Eun gi yang tinggal disini ? Bukankah Eun gi adik mu, In jung ssi ?” Kai bertanya sambil mencoba mencerna perkataan In jung. “Eun gi ? Eun gi ini tetanggaku, sejak dia kecil memang sering sekali bermain bersama disini. Keluargaku dan keluarga Eun gi memang dekat, jadi kami seperti keluarga besar. Jadi yaaa, aku juga sudah menganggap Eun gi sebagai adik ku.” In jung mengelus kepala Eun gi sambil tersenyum.

Kai memperhatikan In jung, Kai baru sadar bahwa masih banyak yang belum diketahuinya dari In jung. Ada sesuatu hal dalam diri In jung yang membuat Kai penasaran dan ingin mengenal In jung lebih dekat, tapi bagaimana caranya. Baru kali ini Kai merasa begitu penasarannya dengan seseorang.

“Oppa, bagaimana kalau kita besok pergi bersama eonni ? Eonni pasti butuh hiburan kan setelah seharian di rumah saja. Ayolaah oppaaaa, kita pergi bersamaaa…” tiba-tiba Eun gi mulai merengek saat Kai sedang asik memperhatikan In jung dari kejauhan yang sedang membawa masuk kembali makanan ke dalam rumah.

“Kau mau kita pergi bersama ? Kau mau kita pergi kemana ?” Mendengar Kai mengiyakan idenya, Eun gi langsung antusias. Eun gi langsung berbisik pada Kai. “Oppa tau tidak, minggu depan In jung eonni ulang tahun. Oppa harus memberikan kado. Ayo kita buat kejutan.” Mendengar itu Kai tentu saja terkejut, wajar saja karena Kai tidak tahu kapan In jung berulang tahun. “Kau yakin minggu depan In jung berulang tahun ? Kau tidak salah memberitahuku kan Eun gi ?” Kai menatap Eun gi penuh harap. “Tentu saja oppa, aku hanya memberitahukan ini kepadamu, karena sepertinya eonni menyukaimu.” Eun gi memberikan tatapan penuh kepastian pada Kai. Apa yang harus Kai lakukan ? Apa yang harus dihadiahkan Kai pada In jung ? Bagaimana caranya memberikan kejutan pada In jung ? Aduh rasanya Kai belum siap menjawab pertanyaan Eun gi barusan. Dan lagi, apa benar In jung menyukainya ? Apa itu Cuma pikiran Eun gi saja, tidak mungkin Kai percaya saja dengan perkataan Eun gi yang masih kecil begitu, bahkan mungkin dia belum paham apa maksudnya dengan menyukai seseorang.

“Eun gi, menurutmu apa hadiah yang diinginkan In jung eonni ? Sebagai adiknya kau pasti bisa menebaknya kan ?” Pertanyaan Kai membuat Eun gi diam dan berpikir sejenak. “Aha ! aku tau. Eonni pasti ingin berlibur ke suatu tempat. Kasihan eonni, karena sibuk bekerja tidak punya waktu untuk berlibur, dia juga jadi jarang pulang ke Busan. Semestinya ada orang yang menemaninya pergi berlibur. Bagaimana kalau oppa menemaninya berlibur, In jung eonni pasti sangat senang.” Kalau dipikir pikir, In jung memang jarang pergi berlibur bukan karena tidak ada waktu tapi lebih karena dia tidak bisa pergi sendirian. Dia sering kali tersesat kalau pergi jauh dari rumah karena dirinya yang terlalu kikuk dan kebodohan-kebodohan lain yang sering dilakukannya.

Meninggalkan Kai yang sedang sibuk menyusun rencana untuk ulang tahun In jung bersama Eun gi, di tempat berbeda, D.O dan Chanyeol sedang bersiap untuk pulang dari rumah sakit. Karena Kai pulang duluan, D.O akhirnya pulang bersama Chanyeol. Sepanjang perjalanan mereka hanya membicarakan soal pekerjaan sampai ketika Chanyeol dan D.O melihat mobil Kai yang terparkir di depan rumah In jung.

“Bukankah itu mobilnya Kai ? Tadi dia bilang pulang duluan kan ? Kenapa mobilnya ada disini ?” Chanyeol bertanya pada D.O yang tentu saja tidak tau jawabannya. D.O yakin yang dilihatnya memang mobil milik Kai, tapi pertanyaan yang tepat adalah kenapa mobil Kai ada disana ? D.O merogoh tas dan mengambil ponselnya untuk menghubungi Kai, tapi sayang sekali Kai tidak menjawab telponnya.

“Kita mau berhenti disini atau terus jalan ?” Chanyeol bertanya pada D.O dengan sedikit takut karena melihat pandangan D.O yang begitu tajam melihat ke arah mobil Kai. Chanyeol tahu betul kalau D.O memberikan tatapan seperti itu berarti D.O sedang sangat serius dan tidak bisa diganggu. Chanyeol menunggu jawaban D.O dengan menurunkan laju mobilnya. “Kita lanjut saja, aku ingin pulang.” D.O mengalihkan pandangannya setelah memasukkan kembali ponselnya ke dalam tas. Chanyeol menebak pasti ada hal yang mengganggu pikiran D.O tapi Chanyeol tidak mau berkomentar dan memilih untuk menaikkan kembali laju kendaraannya. Mereka melewati mobil Kai tanpa berhenti.

Akhirnya Kai berpamitan pada In jung setelah selesai menyusun rencana perayaan ulang tahun bersama Eun gi tanpa diketahui In jung. Kai mulai menginjak gas mobilnya setelah memastikan Eun gi memberikan nomor ponsel yang bisa dihubungi Kai untuk menyusun rencana mereka lebih matang. Kai sambil tersenyum memulai perjalanannya untuk pulang ke apartemen, dia berharap rencana yang disusunnya bersama Eun gi akan sukses, seminggu bukanlah waktu yang lama dan Kai harus menyiapkan sebuah kejutan yang paling tepat untuk hadiah ulang tahun In jung. Kai melirik jam tangannya, ternyata lama juga ia menghabiskan waktu di rumah In jung. Kai menekan password apartemennya, membuka pintu dengan santai tanpa tahu D.O sudah menunggunya di dalam.

“Kau dari mana saja Kai ? Coba jelaskan padaku kenapa kau baru pulang ?” suara D.O mengagetkan Kai karena dia tidak tahu kalau D.O sudah lebih dulu pulang. Apakah D.O melihat mobilnya terparkir di depan rumah In jung ? Apakah D.O tahu kalau Kai pergi untuk menemui In jung ? Ini jelas akan menjadi masalah untuk Kai.

*****

TBC….

See you on next Chapter ^^

 

Author’s note:

Annyeeeooong~

Maafkan author yang sudah sekian lama belum sempat ngepost chapter 8 ini karena waktu nya udah mulai kesita sama kerjaan. Author mau ngucapin terimakasih buat readers yang masih setia baca MIL sampe ke chapter ini. Semoga readers tetep ngasih semangat buat author untuk segera ngepost chapter berikutnya. Bagi readers yang udah mulai lupa gimana jalan cerita sebelumnya boleh deh baca chapter-chapter sebelumnya hehe. Ditunggu komen dari pada readers yang baik hati, terimakasiiih~


Solar Twins (Chapter 1)

$
0
0

Solar Twins

Judul              : Solar Twins Chapter 1

Author            : parkhyera (AFF: parkhyera)

Genre             : family, angst, drama.

Length            : Chaptered

Rating             : 15+

Main cast        :

  1. Kim Jong In
  2. Park Hyera (OC)

Supporting Cast:

  1. EXO Member
  2. And many more

 

Disclaimer      : FF ini murni milik saya. Kesamaan ide cerita murni kebetulan belaka. FF terinspirasi oleh novel barat berjudul ‘Crossfire series’. Saya menghargai setiap komentar. Baik dari kritik dan saran akan saya tampung. FF ini sudah saya post di Asianfanfics dengan judul yang sama. Terima kasih ^^

 

Sinopsis:

Saat kau kecil,kau berpikir bahwa ibumu adalah orang yang paling baik yang pernah kau temui..

Namun bagaimana jika bahwa ibumu tak sebaik yang kau pikir?

Park Hyera berusaha menyangkal..

Namun ia tak bisa mengelak..

Ia lari dan bertemu dengan Kim Jong In..

Kim Jong In menyimpan banyak rahasia menyakitkan yang perlu diungkap..

Berdua mereka berusaha untuk menyelamatkan jiwa mereka yang tenggelam..

 

Park Hyera berusaha untuk tidak mengikuti jejak ibunya.

Kim Jong In berusaha untuk melawan trauma psikologis yang dideritanya.

 

 

 

 

Aku membenci tatapan mereka. Mata mereka seolah menembus seluruh sela tubuhku. Aku tak tahu mengapa mereka seperti itu. Kuakui aku memang tidak dapat membuat banyak teman, namun hari ini berbeda. Baik para murid perempuan dan laki-laki menatapku jijik.

Aku benci itu.

Mengambil beberapa baju di loker, aku segera melenggang pergi ke toilet. Setelah pelajaran fisik, akan ada pelajaran biologi. Tatapan itu tak pernah lepas. Aku tak punya teman dekat perempuan di sekolah ini. Kebanyakan dari mereka membenciku karena telah merebut kekasih mereka. Huh..

Apakah suatu kelebihan atau malah menjadi sebuah kekurangan. Akupun tak tahu. Mataku memiliki ‘aegyo sal’ dan ‘double eyelids’, tulang pipiku tinggi dan rahangku membentuk huruf V. Tinggiku 168 sentimeter dengan berat 45 kg. Kulitku pucat dengan rambut panjang lurus berwarna cokelat alami. Dengan kata lain, kalian bisa menyebutku cantik.

Ibuku memberikan semua kecantikannya padaku. Menumpahkan seluruh gen fisiknya padaku. Namun tidak untuk seluruh sifatku. Ibuku adalah orang yang pandai membuat teman, berkepribadian hangat dan lembut. Sedangkan aku? Aku adalah antonim dari seluruh kata sifat tersebut. Mungkin dari gen ayahku.

 

Aku juga tidak seberapa ingat bagaimana sifat ayahku.

 

Ibuku yang berhati hangat jatuh cinta dengan ayahku yang berhati dingin. Aku tidak tahu bagaimana itu bisa terjadi. Kau tahu? Ayahku dan ibuku sebenarnya tak pernah menikah. Saat aku kecil, setiap hari Minggu seorang laki-laki yang mengaku sebagai ayahku datang ke rumahku membawakanku mainan atau makanan yang kusukai. Aku bertanya pada ibu mengapa ayah tidak tinggal bersama kami dan ibu bilang bahwa ayah bekerja sehingga beliau hanya bisa pulang setiap hari Minggu.

Usiaku lima tahun saat aku memiliki teman pertamaku. Namanya Kwon Si Ah. Dia empat tahun lebih tua dariku. Di siang hari, aku akan bermain dengannya di taman dari pukul 1 siang hingga pukul 4 sore. Ketika aku bercerita padanya tentang keadaan ayah dan ibuku, dia hanya mengangguk seolah mengerti. Namun keesokannya aku tak melihatnya di taman.

Keesokannya lagi aku bertemu dengannya. Aku menyapanya riang namun dia hanya bisa menangis. Aku bertanya mengapa dia menangis dan ingin memeluknya. Namun dia menolak untuk kupeluk. Dengan sesenggukannya dia berkata bahwa orang tuanya melarangnya untuk bermain lagi denganku. Dia juga berkata bahwa dia harus menjauhiku karena aku lahir dari seorang wanita perebut suami orang.

Anak kecil seusia lima tahun tentu tak mengerti apa maksudnya. Dua tahun berlalu dan barulah aku mengerti semua yang terjadi. Ayahku dan ibuku sebenarnya tidak pernah menikah. Aku hanyalah anak dari seorang wanita selingkuhan. Ketika usiaku delapan tahun, ayahku tidak pernah mengunjungiku lagi. Akupun tak ingin bertanya pada ibu pula karena saat itu yang ibu lakukan hanya minum minuman keras.

Kupikir dia mati..

Begitulah cerita keluargaku. Saat ini aku hidup dengan ibuku saja di apartemen yang cukup nyaman di daerah Seocho-dong. Ibuku bekerja sebagai pelayan di sebuah Bar. Ibu bekerja di malam hari hingga dini hari. Terkadang aku merasa iba dengan ibuku yang bekerja keras agar aku bisa bersekolah dan melanjutkan pendidikanku ke universitas.

Saat ini aku berada di tahun ketigaku di Seocho High School. Walaupun hanya ada aku dan ibuku, namun aku bahagia. Ibuku seperti malaikat dengan senyumnya yang menawan. Di usianya yang ke-38 tahun, ibuku masih memiliki tubuh yang terawat dan kulit yang kencang.

Namun hari ini seluruh opini itu hancur.

Kris, laki-laki tampan nan dingin itu mengaku telah tidur dengan ibuku. Kris, laki-laki tinggi itu telah menyebarkan berita bahwa ibuku adalah wanita yang dapat disewa. Kalian pasti tahu maksudnya. Dia mengatakan bahwa ibuku adalah pelacur. Dan itulah penyebab seluruh tatapan tajam tersebut mengarah kepadaku.

 

Tatapan tajam dan cibiran telah mengarah padaku selama seminggu ini di sekolah. Aku tak peduli. Toh tak ada bukti yang membuktikan bahwa Kris menyewa ibuku. Aku sendiri tak percaya bahwa ibuku adalah orang yang seperti itu. Pekerjaannnya sebagai pelayan bar memang tidaklah mudah. Ibuku mengakui bahwa ibu sering digoda oleh lelaki-lelaki nakal. Namun aku yakin ibuku bukanlah wanita yang dapat disewa.

Seorang lelaki dengan tubuh kecilnya berlari padaku. Luhan. Lelaki yang tengah aku kencani menghampiriku. Sebuah senyum manis terulas diwajahnya. Dia datang dengan tangan membawa telepon pintarnya.

“Hai..”, ucapnya.

“Hai..”, balasku.

“Kau ada waktu saat ini? Aku ingin berbicara sesuatu.”, tanyanya.

Selama seminggu ini memang Luhan seperti menyembunyikan sesuatu dariku. Mungkin ini akibat dari seluruh rumor tersebut. Ia pernah menanyakan kebenaran dari rumor tersebut tiga hari yang lalu. Tentu aku menepisnya. Ibuku bukan wanita seperti itu.

Aku hanya mengangguk.

Dia memegang pergelangan tanganku dan mengajakku ke taman di belakang sekolah. Tempat ini cukup sepi mengingat saat ini hampir seluruh siswa telah pulang. Aku tinggal hanya untuk mencatat pelajaran fisika yang telah diberikan oleh Mrs. Bae.

Luhan dan aku telah berkencan selama satu tahun. Satu tahun lima bulan persisnya. Aku tak tahu apakah aku telah jatuh cinta padanya. Yang aku tahu aku menyukainya. Dia baik dan sering mengajariku pelajaran Sejarah. Nilaiku tidak terlalu bagus untuk pelajaran sosial. Begitupula kehidupan sosialku.

Tidak bagus.

Kami duduk disebuah bangku. Aku menatap wajahnya yang manis. Untuk beberapa detik kemudian kami terdiam. Menatap manik mata masing-masing.

“Hyera~ya, maaf.”, ucapnya pelan.

“Untuk apa?”, tanyaku. Masih menatap matanya.

“Kumohon kau bisa mengerti. Lihatlah ini.”, ucapnya seraya memberikanku ponsel pintarnya. Kuambil ponselnya.

Tak ada kata yang bisa kuucapkan. Bibirku terasa kelu bahkan untuk membuka. Pun tak ada air mata yang keluar. Dunia serasa berhenti. Dadaku begitu bergemuruh seolah jantungku akan melompat keluar.

“Terima kasih, Luhan..”, ucapku sebelum aku berdiri dan pergi meninggalkannya.

Aku berbalik meninggalkannya.

 

Tak terasa air mataku menetes. Segera aku menuju ke toilet di bagian ujung lantai 1. Aku tak ingin air mataku dilihat oleh orang lain. Kutatap mataku yang sembab lewat pantulan kaca. Rasanya aku tak ingin memejamkan mataku. Hal tersebut akan membuatku ingat isi foto yang ditunjukkan Luhan di ponselnya. Aku hampir tak percaya dengan apa yang baru kulihat. Namun aku tahu bahwa itu adalah ibuku.

Ibuku yang tidur dengan Kris.

 


The Rocker That Holds Me (Chapter 2)

$
0
0

1454487662175

[REMAKE] The Rocker That Holds Me

 

by

 

TerryAnne Browning

 

Remake Fiction by :

CHANSSOFEEL

Main Cast :

Kim So Eun – Oh Se Hun

Other Cast :

Park Chan Yeol – Kim Jong In (Kai) – Wu Yi Fan (Kris)

Genre :

Romance, Novella

Rate :

Mature

Leght :

Chaptered

 

Disini ‘aku’ adalah main cast kita, Kim Soeun

 

 

 

 

Bab 2

 

Menyiapkan peralatan dan melakukan cek suara adalah hal-hal yang tidak mampu aku lakukan. Jadi, aku memilih untuk berurusan dengan urusan dibelakang panggung. Aku memastikan buffet makan malam telah tersaji rapi sehingga para priaku dapat makan sebelum mereka tampil malam ini. Kemudian aku mengecek daftarku tentang apa yang harus dilakukan untuk menyiapkan diri menghadapi grup fans belakang panggung.

 

Kebanyakan dari mereka adalah perempuan, yang semuanya berharap untuk dapat berakhir di ranjang setidaknya salah satu anggota band Dragon’s Wings. Aku membenci satu persatu dari mereka, namun aku hanya memberi tatapan dingin meremehkan ke arah mereka sebagai gantinya. Mereka juga membenciku, karena siapapun yang menjadi penggemar Dragon’s Wings pasti tahu bahwa hanya aku perempuan yang berarti bagi semua anggota band.

 

Aku memastikan fans setia belakang panggung tetap menempati area yang disediakan untuk mereka dimana para keamanan mengawasi mereka laksana elang- untuk menghindari salah satunya masuk ke ruang ganti untuk sebuah ‘seks kilat’ atau lebih parahnya untuk mencari ketenaran karena telah berhasil membunuh seorang rocker terkenal- sementara aku memastikan para priaku sudah diurus dengan baik. Aku lega ketika melihat mereka makan di kamar gantinya. Begitu pula dengan Kris, walau dia tetap membuatku menggelengkan kepalaku saat aku melihat dia lebih memilih minum Jack Daniel’s dibanding soda ataupun air putih.

 

Aku mengambil botol itu dari tangannya dan menggantinya dengan sebotol air dingin dan berbalik untuk melihat apakah yang lain membutuhkan sesuatu. Ketika mereka telah selesai makan, aku membuang piring mereka ke tempat sampah dan memastikan bahwa mereka telah memegang sebotol Air ataupun Gatorade. Mereka butuh cairan karena sebuah konser selalu menghabiskanya. Terutama Sehun yang bernyanyi sambil berlari di atas panggung.

 

Aku menatap mereka satu persatu, menikmati ketampanan sejati mereka masing-masing. Kris dan Kai dengan rambut cokelat gelapnya dan mata hitam besarnya. Mereka begitu tampan dengan struktur wajah yang tegas dan tubuh langsing berotot yang ditutupi tato. Chanyeol dengan kepala merahnya dan mata besar biru yang bisa berubah sesuai emosinya. Dia besar, dengan semua ototnya yang membuncah keluar, membuat orang terkagum-kagum akan dirinya yang entah bagaimana dapat memainkan drum dengan begitu lancar dengan otot-ototnya.

 

Untuk beberapa detik lebih lama aku membiarkan mataku menatap Sehun. Dengan suaranya yang mampu mengacaukan wanita luar dalam, dan sepasang mata hitamnya yang sebagian tersembunyi di balik tirai lembut bulu mata hitam dan tebal, tidak banyak wanita yang mampu untuk mengatakan bahwa seorang Oh Sehun tidak mempengaruhi gairah mereka bahkan hanya secuil sekalipun. Tubuh langsing berotot dengan wajah yang membuat para Dewa menangisi hari kelahirannya dan tubuh setinggi dengan para saudara band yang lainnya, dia telah membuat seluruh penggemar yang mengikuti Dragon’s Wings karena cinta, nafsu maupun iri kepadanya.

 

“Jadi yang mana malam ini? Pirang, cokelat atau rambut merah?” aku bertanya sambil menaikkan alisku dan senyuman tipis dibibirku. Kai menyeringai ke arahku dari sofa tempat dia berbaring. “Aku akan mengambil salah satu dari masing-masing mereka.”

 

Aku memutar mataku padanya. Dari mereka berempat, Kai adalah playboy terbesar. Membawa satu persatu dari tiap tipe wanita menurutnya “ringan”. “Hmm…ada banyak pilihan sih, tapi seperti biasa pasti yang pirang yang lebih banyak. Tolong berhati-hatilah.” Aku menatap Kai penuh arti. “Kau sudah bersiap, kan?”

 

“Soeun!” nampak sedikit rona merah dipipinya. Aku terus menatapnya sambil mengangkat alis. Akhirnya dia membuang muka. “Aku punya kondom,” gumamnya.

 

Yang lain hanya tertawa mengejek. Aku mengabaikan mereka ketika berbalik ke pintu. “Kalian punya wawancara jam 9 pagi besok. Aku telah mengatur agar kita dapat menggunakan salah satu ruang pertemuan sesampainya kita di hotel. Jadi, kumohon bawa badanmu keluar dari kamarmu sebelum aku menggedor pintu kamar kalian.” Aku tahu aku harus memperingatkannya sekarang sebab aku takkan bisa membayangkan akan dapat bertemu mereka lagi setelah konser hingga pagi menjelang. “Kris, jangan buat aku memandikanmu di pagi hari. Secepatnya bersihkan badanmu dari aroma pelacur dan minuman.”

 

“Oh Tuhan, Soeun!” Dia berteriak kepadaku. “Kenapa kau hanya memarahiku hari ini?”

 

Aku berhenti sejenak di pintu dan berbalik untuk melotot padanya. “Tolong lakukan saja, Kris.”

 

Dia menggerutu dan aku merasa sedikit buruk karena memperlakukannya begitu kejam. Tapi dia seorang pria dewasa dan lebih sering daripada tidak aku memandikannya karena dia terlalu mabuk atau terlalu melayang untuk melakukannya sendiri.

 

Konser hampir selesai ketika aku merasakan ponselku bergetar. Aku mengambilnya dari kantong belakang celanaku dan melihat nama manajer Dragon’s Wings. Dia menyukaiku karena aku melakukan apa yang seharusnya menjadi tanggung jawabnya. Sementara dia enak-enakan tidur di rumahnya, di ranjang besarnya yang nyaman, aku disini bekerja keras untuk para priaku.

 

“Apa yang kau inginkan?” Bentakku sambil mendekatkan ponsel ke telingaku, berjalan menjauh dari panggung sehingga aku bisa lebih jelas mendengarkannya daripada suara band.

 

Suho tertawa, membuatku ingin menampar wajah tampannya. “Siapa yang mengencingi cherrio-mu?”

 

“Aku sedang kesal,” sungutku padanya, tidak yakin mengapa aku jadi pemarah sore ini. Tapi dia seharusnya sudah terbiasa dengan sifatku ini. Aku benci dia! “Apa yang kau inginkan?”

 

“Seperti biasa…Dominasi dunia…Miliaran Dollar. Dan sebuah band yang membuatku terlihat bagus. Aku punya beberapa dari hal yang terakhir aku sebutkan tadi.” Aku memutar mataku. Dragon’s Wings adalah band paling keren yang ditanganinya. Mereka lebih dari membuatnya tampak bagus. Mereka membuat orang-orang berpikir betapa jeniusnya dia “menemukan” mereka. “Sehun mengatakan bahwa dia ingin mengambil waktu liburan musim panas, jadi aku hanya ingin memberitahumu bahwa Tur “’Other World Dragon’s Wings’ telah aku pindahkan ke bulan September.”

 

Ini mengejutkanku. Sehun tidak pernah menyebut apapun tentang liburan musim panas. Kenapa dia tidak memberitahuku? Aku menatap tajam ke belakangku, berharap aku bisa mendapatkan jawaban dari Sehun sekarang. Tapi sepertinya hal itu harus menunggu. Semenjak tur musim panas dipindahkan, kami hanya memiliki waktu beberapa minggu ke depan untuk menyelesaikan tur di Jepang.

 

“Oke,” jawabku pada Suho. “Kirimkan padaku rincian jadwal barunya. Aku akan memastikan semuanya diurus dengan baik.”

 

“Aku tahu kau bisa. Karena itu aku sangat menyayangimu, Tuan Putri. Kau membuat hidupku lebih mudah.”

 

Aku menggertakan gigi. “Jangan panggil aku Tuan Putri!” Aku berteriak padanya dan mengakhiri pembicaraan. Aku sangat tidak menyukai si brengsek itu. Dan aku tidak suka dipanggil Tuan Putri.

 

Si brengsek itu tahu, tapi dia selalu melakukannya setiap kali ada kesempatan.

 

Suara Sehun di panggung menyadarkanku dari kebencianku kepada Suho dan aku mengalihkan perhatianku kembali kepada para priaku. Suara Sehun sungguh membuat populasi para wanita mabuk kepayang.

 

Ketika salah satu speaker berdentum keras tak sengaja di dekatku, aku segera tersentak sadar dari lamunan penuh hasratku dan segera mencari kesibukan. Aku tidak bisa membiarkan orang lain mengetahui bagaimana Sehun mempengaruhiku. Aku tahu bahwa dia tidak merasakan hal yang sama. Untuknya dan para pria yang lain aku adalah adik kecil perempuan mereka. Mereka akan menyerahkan nyawanya untukku, sama seperti yang akan kulakukan untuk mereka.

 

Perpaduan antara parau dengan serak dan rayuan merupakan belaian pada tempat kegelapan diantara kedua kaki wanita. Aku jauh daripada kebal pada suara itu dan malah menemukan diriku membiarkan hasratku padanya terlihat saat aku berdiri disana menonton pertunjukan band mereka.

 

Dan bila pada Sehun aku tidak lain hanyalah gadis kecil yang telah dia rawat sepanjang 16 tahun masa hidupnya. Aku mengabaikan perasaanku karena aku tahu bahwa bukan aku yang diinginkannya. Kebahagiaannya lebih penting daripada kebahagianku.

 

Dengan bibir gemetar, aku meyakinkan diriku untuk tidak mendengarkannya bernyanyi lagi di sisa malam ini.

 

***

 

Aku tidak pernah menjadi penyuka muntah. Aku telah membersihkan lebih banyak muntahan orang lain daripada diriku sendiri selama bertahun-tahun. Sebagian besar muntahan ibuku, dalam beberapa tahun terakhir ini para priaku – terutama Kris. Tapi aku sendiri? Aku hanya melakukannya beberapa kali seumur hidupku.

 

Pagi ini adalah salah satunya.

 

Aku tahu bahwa aku takkan bisa menahannya secepat mungkin saat aku turun dari tempat tidur. Perutku memberiku peringatan dua detik sebelum aku mencoba untuk melompat dari tempat tidur. Aku melakukannya di ujung tempat tidur sebelum aku membersihkan semua sedikit makanan yang aku paksakan untuk ditelan sehari sebelumnya. Baunya sangat tidak mengenakan daripada melihatnya.

 

Secepatnya ketika aku bisa sedikit menguasai refleks mualku, aku berlari ke dalam toilet sehingga aku bisa menyelesaikannya. Rambutku menghalangi pandanganku dan aku memuntahi rambutku juga sebelum aku bisa menyingkirkannya dari wajahku. Baunya membuatku mual dan aku muntah sampai aku kehabisan nafas. Air mata bercucuran di wajahku, alisku berkeringat dan perutku terasa bergulung.

 

Aku berdoa kepada setiap Tuhan yang kuketahui dan memohon ampun. Tidak ada yang terjadi. Bahkan aku harus memaksa diriku untuk berdiri sendiri pada kakiku yang goyah dan memegang mulutku dibawah kran air sampai aku bisa menghilangkan sebagian besar rasa pahit di dalam mulutku. Aku ingin mandi tetapi pertama aku harus membersihkan kekacauan di kamar tidur sebelum aku melakukannya.

 

Ketika akhirnya aku mandi aku merasa lebih baik setelahnya. Tetapi aku terlambat sehingga tetap membiarkan rambutku basah dan tergesa-gesa berpakaian sebelum membangunkan para priaku.

 

Aku tidak terkejut ketika menemukan Kai masih diselimuti gadis-gadis ketika aku membuka pintu kamar hotelnya. Aroma seks didalam ruangan sangat kental membuat perutku protes, tetapi aku menelan rasa pahit di mulutku dan menyeretnya keluar dari bawah ketiga gadis. Tanganku mengepal di rambutnya dan aku menyentakknya sampai ia berdiri. “Cepat mandi!” perintahku, sedang tidak ingin berurusan dengan para gadis nakal setelah mengalami pagi seperti tadi. “Aku memberikan ceramah pada Kris tentang hal ini, tetapi ternyata kau yang harus aku urus pagi ini.”

 

“Soeun-ah!” Kai protes ketika aku memaksanya berjalan pancuran air berdiri dan memutar air dingin dengan kekuatan penuh. “Sialan!”

 

“Turun ke lantai bawah dalam sepuluh menit!” Aku berteriak padanya sebelum membanting pintu kamar mandi di belakangku. Para pelacur di tempat tidur terbangun dan aku membelalak jijik pada mereka. “Ambil baju kalian dan keluar. Kalian mempunyai waktu dua menit sebelum keamanan melempar kalian keluar, berpakaian atau telanjang. Aku tidak perduli.”

 

Chanyeol masih tidur ketika aku berjalan ke dalam kamarnya. Aroma seks masih tertinggal di dalam kamar tetapi dia sendirian di tempat tidur. Aku bahkan tidak mencoba membangunkannya dengan lembut. Aku mengisi air ke dalam gelas dan membuangnya ke kepalanya. “Aku bangun. Aku bangun.” Dia megap-megap.

 

“Bagus!” Aku membentak lalu meninggalkannya untuk bersiap.

 

Aku terkejut menemukan Sehun sudah bangun. Ketika aku meletakkan kunciku di pintunya ternyata sudah terbuka. Dia sudah berpakaian. Rambutnya yang tebal sudah tertata. Seperti biasa melihatnya aku merasakan sakit di tempat yang tidak seharusnya sakit. Dahinya berkerut khawatir saat melihatku. “Soeun-ah. Merasa lebih baik, baby girl?”

 

Berlari kesana kemari membuatku pusing dan perutku masih protes. Tetapi aku tidak ingin berdebat dengannya. Jika dia tahu aku sakit, dia akan memaksaku untuk pergi ke dokter. Itu tidak akan terjadi. “Terima kasih sudah bangun.” Gumamku.

 

“Sso…” Dia memanggil pelan ketika aku meninggalkannya.

 

Aku mengabaikannya dan melangkah ke lift dan pergi ke lantai atas. Kamar Kris berbau keringat, minuman keras dan seks. Tapi untungnya gadis atau beberapa gadis mengingat jumlah bungkus kondom di atas lantai di samping tempat tidur lenyap. Dia sepertinya sudah bangun ketika aku masuk ke dalam. Tentu saja karena kepalanya ada di dalam toilet. Suara muntahannya membuat refleks muntahku bereaksi dan aku muntah ke dalam wastafel. Cairan pahit hijau adalah semua yang dapat kuhasilkan dan aku memutar keran air sehingga aku dapat menelan beberapa tegukan air. Setidaknya sekarang aku mempunyai sesuatu untuk di keluarkan.

 

Tangan Kris yang berkeringat menyentuh punggungku. “Sso?” Suaranya parau memanggil namaku dan aku melihat sekilas kepadanya, menyeka keringat dari atas bibirku. “Kau tidak apa-apa?”

 

Aku memberinya senyum lemah. “Sepertinya kita berdua mengalami pagi yang buruk.” Gumamku.

 

Dia mengerang saat berdiri. Pantatnya telanjang tapi tak ada satupun dari kami perduli. Aku telah melihat setiap inci dari tubuh para priaku. Tidak ada yang memalukan dari bagian tubuh kami.… Tidak ada satupun yang mengedipkan mata ketika kami melihat satu sama lain telanjang. Oke mungkin aku mengedipkan mata sekali atau dua kali ketika aku melihat Sehun telanjang, tapi aku tidak akan membiarkan mereka tahu. “Kau tidak pernah sakit.”

 

Aku mengangkat bahu. “Aku baik-baik saja. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Pergi mandi, oke?” Dia mengangguk dan aku berbalik pergi. “Sikat gigimu.” Aku mengingatkannya.

 

***

 

Sepuluh menit kemudian mereka telah duduk di sofa panjang di ruang pertemuan. Hidangan makanan pagi telah disiapkan. Aku mencoba bernafas melalui mulutku untuk mengatasi aroma yang tidak mengenakan. Biasanya aku akan menyiapkan sepiring makanan dan secangkir kopi, tetapi pagi ini aku rasa aku tidak bisa berurusan dengan itu dan tidak muntah. Untungnya tidak ada satupun dari mereka perduli bahwa aku tidak menyiapkan segala kebutuhan mereka.

 

Wartawan dari majalah Rock Seoul telah mulai mengajukan pertanyaan pada mereka. Kurus dengan kacamata tebal dan suara sengau membuatku saraf bawahku merinding mendengar setiap perkataan yang diucapkan dari mulutnya, aku heran bagaimana laki-laki seperti ini bisa menjadi wartawan di dunia musik rock. Mungkin mempunyai seseorang ayah orang penting. Aku tidak yakin dan aku tidak perduli.

 

Dia seseorang yang ingin mengetahui apa yang juga ingin diketahui semua fans Dragon’s Wings. Bagaimana mereka bertemu? Apa makna signifikan dari nama band? Apa yang mereka lakukan saat musim panas? Kapan mereka akan membuat album baru?

 

Seperti yang selalu mereka lakukan mereka tidak pernah menjawab dua pertanyaan pertama dari orang tersebut. Tidak ada yang tahu dari mana mereka berasal atau bagaimana kehidupan mereka sebelum terkenal; kebanyakan merupakan bentuk perlindungan mereka padaku karena gaya hidup ibuku yang tidak menyenangkan walaupun kehidupan masa kecil mereka juga tidak begitu bahagia. Tetapi mereka selalu menceritakan secara detil tentang musim panas dan lagu-lagu baru yang Chanyeol sedang kerjakan untuk album mereka selanjutnya. Sejam kemudian lelaki itu berdiri dan pergi. Setelah berjabat tangan dengan semua orang dia berbalik padaku. “Jadi bagaimana rasanya kamu bekerja untuk Dragon’s Wings?”

 

“Soeun bukan pembantu.” Chanyeol memberitahu pria itu, yang mana kami semua sudah tahu bahwa pria itu sudah mengetahuinya.

 

“Wawancaramu telah selesai.”

 

Nada peringatan tegas dan jelas dari suara sang drumer dan membuat wartawan itu segera kabur. Chanyeol bisa mejadi si ’kepala panas’, mudah marah dalam satu waktu dan cepat melayangkan sebuah tinju. Aku harus menjamin dia untuk keluar beberapa kali dari penjara karena ia terlibat perkelahian.

 

Aku menunggu beberapa saat untuk memastikan pria itu pergi sebelum aku berhadapan dengan mereka. “Aku ingin meminta maaf karena bersikap mengesalkan kemarin dan pagi ini.” Aku mengatakan pada mereka, penuh penyesalan. Aku tidak sering bersikap mengesalkan pada para priaku. Sejujurnya aku bisa menjadi seorang ratu jahat jika aku mau, tetapi bukan pada mereka.

 

“Duduk, Sso. ” Chanyeol memerintahkan padaku. Ketika aku hanya berdiri, dia menarik tanganku dan mendorongku ke sofa diantara dia dan Sehun. “Kita perlu bicara.”

 

Aku menggigit bibirku, takut jika mereka membuatku pergi ke dokter. Atau berteriak padaku. Dari kedua pilihan aku pikir aku memilih diteriaki, tapi keduanya tetap akan membuatku menangis. Tangan Sehun membungkus disekitar pundakku, jarinya bermain di ujung rambutku yang masih basah. Ini menenangkan dan hanya dengan berada didekatnya membuatku aman dan dicintai. “Soeun-ah, kami bisa melihat jika kau mulai lelah. Ini tidak apa-apa. Kita semua seperti itu. Itu sebabnya kami memutuskan berlibur di musim panas.”

 

“Aku sudah tahu bahwa kau merencanakan liburan musim panas ini.” Aku memutar mataku padanya. “Suho menelponku kemarin malam.” Aku mengatakan padanya ketika ia terlihat bingung. “Kita akan tur ke Jepang dan tur Otherworld dimulai bulan September.”

 

“Suho sialan.” Chanyeol bergumam. “Kami ingin mengejutkanmu.”

 

“Ngomong-ngomong…Kami berfikir untung menyewa sebuah rumah di suatu tempat. Tetapi kami pikir kau yang ingin memilihnya.” Sehun tersenyum padaku, senyumnya selalu membuatku hatiku nyeri untuk sesuatu yang tidak mungkin aku miliki. “Dimanapun di dunia ini yang kau inginkan, Sso. Pilih sebuah tempat, temukan sebuah rumah untuk kita dan dimana kami bisa menghabiskan musim panas kita.”

 

Daguku bergetar. Aku lega mereka tidak berteriak, bahwa aku tidak dikhianati Kris mengadukan keadaanku tadi pada yang lain dan mereka tidak memaksaku untuk pergi ke dokter. Jadi kenapa tiba-tiba aku terisak-isak?

 

 

 

TBC (Tepok Bokong Chanyeol)

 

 

 

Kalo masih pada bingung dengan umur cast disini :

 

Kim So Eun – 21 tahun

Oh Se Hun – 29 tahun

Park Chan Yeol – 29 tahun

Kim Kai – 29 tahun

Wu Kris – 29 tahun

 

Kenapa para namja disini ‘dituakan’ dari umur sebenarnya? Ini hanya untuk kepentingan cerita:) bayangin aja wajah mereka sedikit lebih ‘dewasa’ dari umur asli mereka hehe:D

 

Thanks for reading~

 

XOXO

 

CHANSSOFEEL

 

04.02.2016


UNIMAGINABLE (Chapter 2)

$
0
0

pizap_Fotor2

UNIMAGINABLE (2)

Author : YuraKim

Genre : romance , school life // Length : multichapter // Rating : PG-15

Cast : Park Chanyeol (OOC) , In Jung (OC, you)

Support Cast : banyak

Note : Maaf kalo banyak typo hehe . No plagiarism and sider ya , mian kalo ada yang jalan ceritanya mirip , tapi ini murni hasil pemikiran author HAPPY READING!^^~

AUTHOR POV

ONE WEEK LATER

“In Jung!” teriak seorang namja berlari tergesa2 ke arahnya

“Ah, Kyungsoo?Ada apa?” tanya In Jung berjalan santai

“Haduh sepertinya kamu harus mengadukan ini ke appa mu , anak bernama Chanyeol itu sekarang sedang berantem dengan Jinhwan di parkiran ” ujar Kyungsoo kelelahan

“Jinjja? Dasar namja bodoh beraninya mengganggu temanku” ujar In Jung berlari menghampiri kedua namja yang sedang berantem .

“Aduh sekolah macam apa ini , cuma gara2 dia anak direktur terus songsaenim takut semua , ngga ada yang berani menegurnya” gerutu In Jung

Terlihat kerumunan orang yang tengah meyaksikan pertengkaran itu .

“Stop!!” teriak In Jung dari balik kerumunan

“Bubar semua! Kembali ke kelas kalian , aku ada urusan dengan 2 namja ini” ujar In Jung menyuruh teman2 nya masuk ke kelas .

“Jinhwan gwaenchana?Kenapa kalian berantem?”tanya In Jung kepada Jinhwan yang sedang meringis kesakitan memegangi bibirnya yang berdarah .

“tanya saja pada namja pabo itu” ujar Jinhwan melangkah pergi .

“Pabo katamu?siapa suruh kau nyetir ugal2an sampai merusak spion mobilku? Kau yang salah tapi malah mengajakku berantem!” ujar Chanyeol yang ternyata tangannya terluka jauh lebih parah .

In Jung menjitak kepala Chanyeol keras

“Awh appo! Pacar macam apa kau ini?” perkataan Chanyeol tadi sontak membuat kerumunan yang sudah agak jauh itu menoleh lagi , Jinhwan pun begitu

“Pacar? Kau pacarnya Chanyeol?” tanya Suho pada In Jung

“Pabo! Sampai mati aku ngga akan mau jadi pacarmu! “ ujar In Jung hendak meninggalkan kerumunan itu dan berlari pergi .

Chanyeol dengan sigap menarik tangan In Jung sehingga mereka saling bertatap muka .

“Aku tau kita tidak saling mencintai karena ini semua ulah appa kita , tapi ayolah berteman” ujar Chanyeol dengan wajah serius

“Untuk apa berteman denganmu? Itu hanya akan membuang waktu ku yang berharga , aku lebih baik berteman dengan namja lain daripada denganmu” ujar In Jung masih berusaha melepaskan tangan Chanyeol

“pabo! Kita akan menikah dan kau masih tetap begini? Apa yang akan dikatakan anak2 kita nanti?” ujar Chanyeol yang mengundang teriakan kaget dari teman2nya

“Anak? Siapa yang mau punya anak darimu , bahkan aku tidak akan pernah tertarik dengan namja sepertimu , juga tidak pernah ingin menikah denganmu” ujar In Jung berjalan pergi .

“Chan , kenapa tidak pernah bilang kalau kalian pacaran?” tanya Xiumin melongo

“Pacaran saja terpaksa , ngapain juga bilang . Lagian kita seperti orang yang tidak saling kenal” ujar Chanyeol melangkah pergi di susul kedua temannya .

SKIP

Keadaan apartement sangat sepi , hanya tedengar bunyi detik jam yang memenuhi ruangan

“In Jung!Kau dimana?” teriak Chanyeol yang baru saja pulang

“Ini sudah jam 6 , apa dia belum pulang?” tanya Chanyeol dalam hati sambil menaruh sebuah kotak kecil hitam di atas meja ruang TV .

Chanyeol mulai berjalan keliling aprtemen , membuka satu per satu ruangan barang kali menemukan yeoja itu . Capek juga membuka satu2 karena ruangan di apartemen itu cukup banyak dan luas .

KRIETT

Chanyeol membuka sebuah ruangan di paling pojok kanan dekat kamar mandi perlahan .

“Kau benar2 berengsek! Aku membencimu Chanyeol!” ujar seorang yeoja yang ternyata adalah In Jung . Dia sedang menenendang samsak(itu loh guling yang ditendang2 sama org kick boxing) tanpa menggunakan pengaman apapun dengan sekuat tenaga . Bahkan lebih kuat dari tendangan laki- laki.

Chanyeol masuk perlahan , berdiri senderan di tembok dengan memasukkan kedua tangannya ke saku celana , hanya tersenyum2 mendengar apa yang dikatakan yeoja itu .

“Kalau aku punya kesempatan akan aku bunuh kau karena sudah datang ke dalam hidupku tanpa meminta ijin, mengganggu hidupku yang berharga ini “ ujar In Jung memukul samsak menggunakan tangan nya

“Tidak ada yang melarang seseorang masuk ke dalam kehidupan orang lain bodoh” ujar Chanyeol memasang muka cool nya

In Jung membelalakkan matanya , kemudian membalikkan badannya dan melihat seorang namja tinggi berjalan ke arahnya

“Siapa yang suruh kau masuk kesini?” kata In Jung kasar kepada Chanyeol perkataannya .

“Mandilah , kamu terlihat capek . Jam 7 kita harus berangkat , appa memberitau hari ini kita akan bertunangan” ujar Chanyeol meninggalkan ruangan kemudian di susul In Jung

“Tunangan? Secepat inikah?” tanya nya sebal

“Hmm begitulah , appa baru memberitahu ku sepulang sekolah tadi . Berdandanlah yang cantik , aku sudah membelikanmu dress yang bagus di sofa TV , pakailah itu . Aku tidak mau tunangan ku terlihat jelek disana” ujar Chanyeol masuk ke dalam kamarnya .

—————————

“Jadi bagaimana In Jung? Kau menerima lamaranku?” ujar Chanyeol berlutut di depan gadis yang mengenakan gaun putih selutut , menyodorkan kotak hitam tadi yang ternyata isinya adalah cincin berlian , disaksikan oleh banyak orang2 penting Korea disana .

“Ah aku tidak boleh mempermalukan appa disini “ ujar In Jung dalam hati

“Ne , Chanyeol-ssi , aku menerima mu” ujar In Jung dengan hati yang sebenarnya ingin berontak .

“Selamat mr Park dan mr Jung” ujar para hadirin memberi ucapan selamat kepada 2 keluarga besar itu

In Jung dan Chanyeol pun juga tak luput dari ratusan ucapan selamat yang mereka terima .

“Ini melelahkan” gerutu In Jung

“Sebentar lagi acaranya selesai kok , diamlah” ujar Chanyeol masih tersenyum menerima selamat dari hadirin

Sesi pemotretan di mulai

“Chanyeol , geser sedikit ke kanan supaya lebih mepet . Rangkul dia”ujar mr Park kepada Chanyeol

“Ne appa” ujar Chanyeol tanpa bantahan sedikitpun . In Jung yang berada di sebelahnya masih memaksakan senyuman palsu nya agar tidak mempermalukan keluarganya , mengingat ia sudah berkali2 membuat umma appa nya malu gara2 kelakukan beringas nya .

Satu , dua , tiga

*jepret jepret*

NEXT DAY

Berita pertunangan ini sudah menyebar luas di sekolah , bahkan menjadi bahan gossip para yeoja .

Tapi tak tampak tanda2 kemesraan dari dua orang yang seharusnya baru saja bertunangan .

In Jung memilih tidur di rooftop sekolah sambil mendengarkan lagu . Sementara Chanyeol sibuk makan di kantin sekolah dengan teman2 nya

“Bagaimana pertunanganmu?Dia masih membencimu kah? Pasti hubungan kalian tidak menyenangkan” ujar Suho sambil memakan bibimbap nya yang masih panas

“Benci? Mana ku tau lah ngomong saja jarang sekali , setiap ngomong pasti ending nya kita bertengkar” ujar Chanyeol memandang luar jendela kantin .

“Hei , kau kan namja normal. Apa tidak ada yang terjadi dengan kalian saat di apartemen?” tanya Xiumin menggoda Chanyeol

“Heh?Maksutmu?”

“Chan jangan pura2 polos , kau tau kan kalau yeoja dan namja berada di satu ruangan yang sama mereka akan.. ya..” ujar Xiumin sambil menyatukan telunjuk nya yang kanan dengan yang kiri .

Spontan Suho mengeplak kepala Xiumin dari belakang .

“Haish kau sama saja , masih mesum ternyata” ujar Suho menggeleng2kan kepalanya

“ya aku tau aku namja normal dan aku juga ingin melakukannya . Coba kalo dia yeoja yang manis sudah aku sikat dari dulu . Tapi dia sungguh beringas , kalau aku memaksa melakukannya , besok mungkin kalian mendengar bahwa aku hanya tinggal nama” ujar Chanyeol sibuk menghabiskan chicken curry nya .

“Eh , itu In Jung kan ya?” tanya Suho menunjuk luar jendela kearah rooftop bangunan di seberang .

“ne , kamu ngga tau dia kan emang sukanya disana?” kata Xiumin berjalan mendahului mereka berdua yang masih makan

“Dia suka disitu? Dia ngga punya teman kah kayaknya menyendiri terus” ujar Chanyeol bingung

“Semua anak disini temannya . Biasanya kalo jam istirahat gini sama temen2nya kok , ngga tau tumben aja kesana jam istirahat , padahal dia suka kesana sepulang sekolah” ujar Xiumin dari jauh

———————ROOFTOP———————

Seorang namja berdiri depan In Jung dan menepuk pundaknya yang sontak mengagetkannya .

“kkamjagya! Ya Chanyeol aku kira ada setan di depanku” ujar In jung kembali tidur lagi

“Setan katamu? Kau yang setan” ujar Chanyeol mendengus

“Ngapain disini? Turun sana habis gini pelajaran mulai” ujar In Jung berdiri dari tempatnya tadi tidur

“Lah sendirinya kenapa ga balik ke kelas?”

“Malas saja , lagian aku ini anak yang punya sekolah jadi bebas mau ngapain”

“Hei In Jung , sampai kapan kau mau mengacuhkanku seperti ini?” tanya Chanyeol untuk yang kesekian kalinya .

“Sampai aku mati bodoh” ujar In Jung dengan wajah datar *ala Sehun*

“Berhentilah memanggilku bodoh!” bentak Chanyeol menarik tangan In Jung membuatnya berdiri menghadap Chanyeol . Entah mengapa sepertinya kekuatan In Jung hilang , atau In Jung memang sengaja tidak melepaskan cengkraman tangan Chanyeol

“Mengapa kau berharap terus bahwa aku suatu saat akan memperhatikanmu? Ngga ada yang bisa kau lakukan untuk membuatku menyukaimu” ujar In Jung lagi2 dengan nada datar

“Benarkah tidak ada?Apakah setelah aku melakukan ini kamu akan tetap mengacuhkanku?”

“Apa memangnya? Mau berantem denganku lagi terus setelah kamu bisa mengalahkanku maka aku akan menuruti semua perintahmu?drama macam apa ini” ujar nya mengalihkan pandangan ke langit

Chanyeol mendorong keras tubuh In Jung dan merapatkannya ke tembok .

“Hei bodoh apa yang mau kau lakukan? “ ujar In Jung berusaha melepas cengkraman kuat dari Chanyeol tapi tidak berhasil karena terlalu kuat .

“Apa Chanyeol marah padaku? Ia tidak biasanya begini , aku lawan sedikit saja dia sudah kalah” ujar In Jung dengan kesal dalam hati .

Chanyeol mencium bibir In Jung dengan lembut . Yeoja itu lekas memberontak tapi ia tidak cukup kuat hari ini untuk melawan Chanyeol .

5 menit berlalu , Chanyeol kemudian melepas ciumannya dan berkata “Cobalah mengacuhkanku setelah ini , aku yakin kau ngga akan bisa , In Jung” ujar Chanyeol melepas cengkraman kuatnya dan pergi meninggalkan In Jung sendirian .

In Jung berusaha sekuat tenaga untuk bernafas kembali . “Aku bahkan tidak dapat memukulnya , kenapa aku ini” ujar In Jung mengacak2 rambutnya sendiri. Jantungnya mulai derdetak sangat cepat dan tidak terkendali .

APARTEMENT

In Jung berjalan canggung , perlahan tanpa suara menuju kamarnya berharap Chanyeol tidak menyadari kehadirannya, melewati namja yang sedang menonton TV .

“Mau coklat? Aku barusan membeli nya di supermarket tapi ini terlalu banyak untukku” ujar Chanyeol menoleh kebelakang sambil menyodorkan coklat 1 kg itu .

“ash kamjjagya! Berhentilah mengageti ku” ujar In Jung sebal

“Jangan sok keren , aku tau kamu suka coklat . Duduklah sini” kata Chanyeol menyuruh In Jung duduk di sebelahnya .

In Jung yang sebenarnya memang suka coklat kemudian duduk di samping Chanyeol , mengambil coklat itu dan memakannya tanpa sepatah kata pun , memandang TV yang tengah menampilkan film horror

Tiba-tiba In Jung melompat kaget dan memeluk Chanyeol .

“Ahh matikan2 aku takut” kata In Jung yang sudah gemetaran karena baru saja melihat hantu di TV

“Haish gayamu saja sok keren tapi sama hantu takut , btw di belakangmu itu apa ya” ujar Chanyeol semakin menggoda In Jung

“Chanyeol hentikan!! Matikan TV nya dan berhenti menggodaku” ujar In Jung yang sudah menangis tak karuan .

Chanyeol kemudian mengganti nya channel kartun anak2

“Nih liat ini saja , dasar penakut “ kata Chanyeol tertawa

Bukannya diam In Jung malah menangis keras .

“Ehh uljimaaaa !!sudah2 berhenti .. aduh mainhae” kata Chanyeol mengusap air mata In Jung

“Pabo! Aku sudah hampir mati rasanya” teriak In Jung sambil terus menangis

“Aku benar2 minta maaf chagi..” eh , Chanyeol keceplosan bilang chagi yang membuat In Jung kaget

“Jangan memanggilku begitu atau kubunuh kau” ujarnya membentak Chanyeol

Chanyeol memeluk In Jung dan mengusap2 kepalanya .

“Setelah ini aku janji ngga akan mengajakmu nonton horror , kamu ternyata setakut itu kan aku ngga tau . Sudah ya jangan nangis , aku disini” kata Chanyeol mencium kening In Jung

“Dasar menggunakan kesempatan untuk memelukku di saat seperti ini” ujar In Jung mendengus pelan

“Tidak boleh? Ini kan yang dilakukan orang jika sudah bertunangan? Lagian kamu juga menikmatinya kan?” kata Chanyeol cekikikan

“Diam pabo , aku memelukmu bukan karena aku mencintaimu tapi..”

CTARR GLEDARR

“Aaaaa petirrr!!” teriak In Jung menangis lagi dan mengeratkan pelukannya

“Aduh petir takut hantu takut , kau ini . Ayo berhenti nangis dong , aku merasa bersalah . Kamu mau apa? Kalau kamu berhenti nangis aku janji membelikanmu apapun yang kau mau” kata Chanyeol masih memeluk In Jung

“Benarkah?” tanya In Jung langsung berhenti menangis .

“Heem , tapi ada syaratnya lagi “

“apa lagi? Yasudah aku ngga jadi minta”

“Eh In Jung ada hitam2 di belakangmu”

“Chanyeol hentikan!! Iya2 syaratnya apa” pekik In Jung ketakutan setengah mati

“Cium aku dulu”

“Aish kau ini mesum , aku nggak mau”

“Yasudah aku lanjutkan cerita horrornya” goda chanyeol tertawa

CHU~

In Jung mencium bibir Chanyeol secepat kilat dan melepasnya .

“Sudah kan? Jangan cerita yang macam2 ” ujar In Jung mengalihkan pandangannya

“Bukan ciuman seperti ini yang aku mau” kata Chanyeol polos

“lalu?”

Chanyeol mendorong badan In Jung terlentang di atas sofa , ia memposisikan dirinya di atas badan In Jung dan menciumnya dengan lembut tanpa perlawanan sedikitpun dari In Jung .

Chanyeol melepaskan ciumanya setelah beberapa menit , membiarkan yeoja itu bernafas lepas .

“Jadi kau mau apa?” tanya Chanyeol pada In Jung

“Aku mau kau berhenti mengangguku , jangan meminta ku memperdulikanmu dan bilang pada appa mu kita batalkan pertunangan ini” ujar In Jung yang sontak membuat Chanyeol kaget .

“Aku tidak akan memenuhi permintaanmu” ujarnya singkat

“Kau sudah berjanji padaku bukan apapun kemauanku akan kau turuti?” tanya In Jung

“Tidak untuk yang ini , apa kamu serius berniat mengacaukan segalanya? Mengacaukan perasaan yang sedang berusaha aku bangun agar aku dapat mencintaimu dan membuat hubungan kita jadi lebih baik meskipun sulit sekali gara2 kelakuan beringasmu?”

 

[To be continue]

 



Life of a Cupid (Chapter 1)

$
0
0

Title: Life of a Cupid (Spin-off Emergency Boyfriend)

Nama Author: Cassandra Ayu

Main Cast: Byun Baekhyun (EXO) Jung Eunji (APink)

Other Cast: Suho (EXO), Park Chorong (APink), other EXO and APink member as cameo

Genre: Romance, Fluff, Fantasy.

Rate: PG-13

Length : Chaptered

Summary: Setelah berhasil mempersatukan Park Chanyeol dan Kim Sora, kini Baekhyun mempunyai misi baru, yaitu mempersatukan Kim Junmyeon dan Park Chorong. Namun sialnya, pasangan baru ini bahkan lebih menyebalkan dari pasangan sebelumnya.

Untuk mempermudah misinya, Baekhyun pun meminta bantuan Jung Eunji. Namun siapa sangka, kalau Jung Eunji ternyata sangat manis ketika bekerja.

Author’s Note: Please read the first installment, Emergency Boyfriend. Ga harus sih, tapi supaya lebih ngerti kejadian di chapter 1 dan hubungan antara cast nya, disarankan untuk membaca. Terimakasih ^^

 

Chapter 1

-Disurga, terdapat sebuah sekolah bernama Akademi Cupid. Byun Baekhyun, adalah senior paling populer di sana-

 

Menyebalkan. Adalah hal terlintas dipikiran Byun Baekhyun setelah berbicara dengan Kim Sora. Wanita itu memang mempunyai wajah menarik, tetapi Baekhyun tidak tertarik dengan manusia biasa seperti Kim Sora. Cupid terhormat seperti Baekhyun tidak akan jatuh cinta, apalagi pada manusia seperti Sora.

“Ini adalah kencanku yang kesepuluh,”ucap Sora sambil tertawa geli. “Tapi tidak ada yang jadi, karena, ya kau tahulah, tidak ada yang memenuhi standar,” lanjut Sora acuh.

“Astaga, sok cantik sekali, sih?” Pikir Baekhyun kesal. Baekhyun heran, kenapa manusia baik seperti Park Chanyeol bisa berjodoh dengan wanita sombong seperti Kim Sora. Tapi Baekhyun tidak peduli siapa berjodoh dengan siapa, itu urusan surga, tugas Baekhyun hanyalah memastikan kalau Chanyeol dan Sora menyadari perasaan masing-masing dan hidup bahagia selamanya.

“Kau yakin wanita cantik sepertimu tidak punya pacar?” goda Baekhyun. Ia benci sekali harus mengatakan itu, tapi demi rekor ‘Sempurna’ dalam raport cupidnya selama ini, Baekhyun rela menggombali Sora. Kim Sora harus jatuh cinta padanya.

Sora tertawa geli, jenis tertawa wanita cantik yang dibuat-buat, pikir Baekhyun. “Kalau aku punya pacar, mana mungkin aku ikut kencan buta,” ujar wanita itu.

“Aku heran, masa wanita cantik seperti kau tidak punya pacar, apa lelaki disekitarmu buta semua?” lanjut Baekhyun.

“Banyak yang mengajakku pacaran, tapi semuanya kutolak, lelaki di sekolahku payah semua.”

Kalau bukan karena misi, Baekhyun sudah akan mendepak wanita angkuh ini dari hadapannya. Sekarang Baekhyun menyesal kenapa begitu mudahnya ia mengiyakan permintaan Eunji untuk menyelesaikan misi ini.

“Pantas saja Eunji tidak sanggup menyelesaikan misi ini,” pikir Baekhyun. “Wanita ini menyebalkan sekali.

“Baguslah kalau kau menolak lelaki payah seperti itu, karena wanita cantik seperti kau pantasnya dengan lelaki hebat, kau cocok menjadi Nyonya Byun.”

Air muka Sora mengeras. Baekhyun sadar kalau gombalannya kelewatan, sial, pikirnya, kalau begini Kim Sora tidak akan jatuh cinta padanya. Baekhyun tidak ingin misi ini gagal. Dia harus menunjukkan kredibilitasnya sebagai senior terhormat di depan juniornya, Eunji.

Sejenak kemudian Sora tertawa, membuat Baekhyun mengembuskan napas lega. “Kau ingin aku menjadi Nyonya Byun? Apa kau yakin bisa memenuhi standar calon suami idamanku?”

Ugh, kau pikir kau cantik sekali, ya? “Tentu saja,” ujar Baekhyun sambil menutupi rasa kesalnya. “Hanya wanita sepertimu yang pantas menjadi Nyonya di rumahku.”

“Umm, permisi, aku ke toilet sebentar.”

Sial!pikir Baekhyun. Baekhyun mengarahkan pandangannya ke arah Eunji yang tengah duduk di pojok cafe. Eunji mengangguk tanda mengerti maksud Baekyun, kemudian mengikuti Sora ke toilet.

From : Eunji

Dia menelpon Park Chanyeol, sunbae. Chanyeol akan datang berpura-pura menjadi pacarnya

Beberapa saat kemudian Baekhyun membaca pesan dari Eunji, kemudian tersenyum palsu ke arah Sora yang sudah duduk kembali di hadapannya.

“Kau lama sekali di toilet?” tanyanya pada Sora.

“Um, aku menerima telpon dari seseorang,” ujar Sora, sikap angkuhnya masih nampak, walaupun Baekhyun tahu bahwa sebenarnya Sora takut padanya.

“Seseorang? Seseorang spesial?” desaknya. Sora hanya menggumamkan sesuatu. Baekhyun berpikir bahwa misi ini tak akan berhasil. Di tahap ini, tidak mungkin dia berhasil membuat Sora tertarik padanya dan membuat Chanyeol cemburu. Baekhyun sudah hilang akal sampai dia mendapatkan sebuah ide. Byun Baekhyun, cupid paling populer di Akademi Cupid, tidak mungkin gagal dalam misi mudah seperti ini.

“Siapapun pacarmu, Kim Sora, aku bersumpah bahwa kau akan menjadi nyonya Byun suatu saat nanti,” ujarnya sambil tersenyum seram. Dia harus membuat Kim Sora ketakutan kalau dia ingin rencana B ini berhasil.

Dia tersenyum puas saat melihat wajah ketakutan Sora. Menyelesaikan misi sambil mengerjai wanita sombong ini, Baekhyun cinta pekerjaannya.

 

 

“Ya ampun, mereka romantis sekali,” puji Eunji setelah mobil Chanyeol yang membawa Sora keluar dari parkiran. “Kau juga berpikiran sama, kan Sunbae?”

Baekhyun hanya menggangkat bahunya acuh.

“Tapi sunbae..” ujar Eunji ragu. “Sepertinya kita tidak berhasil membuat Sora jatuh cinta padamu, kalau begini, bagaimana Chanyeol bisa cemburu?”

Baekhyun menghela napas pelan, “untuk itu, Jung Eunji, kau harus punya rencana B,” ujarnya.

“Kau punya rencana B? Apa?”

“Aku akan mengikutimu masuk ke sekolah mereka.”

Sekarang, misi YoelRa couple sudah terselasaikan, Eunji sudah kembali ke Akademi Cupid dan Baekhyun juga siap menyelesaikan misi barunya. Dengan membuat YeolRa terus menerus berpura-pura pacaran, dan tentu saja dengan sedikit dorongan –membuat Kim Sora cemburu- Baekhyun dan Eunji berhasil mempersatukan mereka.

Baekhyun sangat lega ketika misi menyebalkan itu selesai, walaupun pada akhirnya dia sedikit mengakui kalau Kim Sora tidak seburuk yang ia sangka, tapi tetap saja, wanita itu sungguh angkuh.

Namun melihat misi selanjutnya, Baekhyun berharap kalau dia masih berurusan dengan wanita sombong seperti Sora, karena Kim Junmyeon dan Park Chorong jauh lebih rumit dan menyebalkan.

“Dalam hubungan antar sesama cupid, jarang sekali terjadi suatu hubungan percintaan, hal ini bisa disebabkan oleh sulitnya bagi seorang cupid untuk jatuh cinta dikarenakan ketakutan akan patah hati. Dalam sejarah cupid, banyak cupid yang berubah menjadi debu dan menghilang setelah patah hati. Salah satu kasus yang paling terkenal adalah cupid Kim Jinri, cupid yang merupakan mantan anggota dewan kehormatan, yang kemudian menjadi debu setelah jatuh hati dan ditolak oleh seorang manusia.”

Jung Eunji dengan malas mendengar penjelasan dari guru cupid. Dari semua pelajaran yang diajarkan di Akademi Cupid, Sosiologi dan Sejarah Peradaban Cupid adalah mata pelajaran yang paling dibenci Eunji.

Sebagai cupid, Eunji menyukai hal yang manis dan menyenangkan. Dia tidak suka kalau harus mendengarkan dan membahas hal-hal yang membuat frustasi seperti krisis dedikasi cupid dan cupid terkenal yang patah hati. Hal-hal menyedihkan seperti itu membuat Eunji sakit kepala.

Eunji ingin cepat-cepat kelas tiga dan menjadi senior, karena senior tidak perlu lagi masuk kelas. Eunji iri sekali dengan para seniornya yang hanya punya satu mata pelajaran, Praktek. Eunji suka sekali praktek, dia sudah pernah praktek untuk mata pelajaran Cupid dan Pekerjaannya, dan dia dapat nilai B+ karena berhasil mempersatukan sepasang kekasih. Dia bisa saja mendapat nilai A, kalau saja dia mengerjakannya misinya sendiri dan tidak meminta bantuan senior. Tapi hey, jangan salahkan Eunji, Chanyeol dan Sora memang keras kepala sekali, sampai-sampai Eunji frustasi.

“Guru Kim, bisa saya pinjam Jung Eunji sebentar?” Guru piket memotong penjelasan guru Kim mengenai mengapa jatuh cinta berbahaya bagi cupid.

Eunji senang sekali bisa keluar dari kelas, walaupun dia tidak yakin alasan dia dipanggil guru piket merupakan kabar baik.

“Jung Eunji, kepala sekolah menyuruhmu untuk turun ke bumi,” ucap guru piket saat Eunji sudah di luar kelas.

“Turun ke bumi? Kenapa? Apa aku dalam masalah?” tanya Eunji cemas.

“Tidak,” ujar guru piket lembut sambil tersenyum. “seorang senior memintamu untuk membantunya menyelesaikan misi.”

“Benarkah? Siapa?”

“Byun Baekhyun.”

 


Sarang Love Story (Chapter 2)

$
0
0

postersls

Sarang Love Story

 

Author  : OhCha a.k.a Camelia

Rating   : PG-17

Genre   : Romance, Hurt

Cast       :

–              Chanyeol EXO as Park Chanyeol

–              Yoon eun hye as Yoon Sarang

–              Sehun EXO as Oh Sehun

–              Sooyoung SNSD as Choi Sooyoung

–              Suho EXO as Kim Junmyeon

–              Seulgi Red Velvet as Kang Seulgi

A/N        :

Annyeong.. chapter kedua ini semoga bisa diterima dengan baik ya chingu. Dalam cerita ini semua cast aku bayangkan seperti yang ada diposter, termasuk pemeran Sarang yaitu Yoon eun hye. Tapi kalian bebas membayangkan sosok yang lain hehe.. maaf jika banyak kekurangan dalam ff ini, please saran dan masukannya gomawo.. ^^

___________

 

 

– Restauran –

Orang tua Chanyeol sedang menunggu kedatangan keluarga Kang. Yang membuat mereka sedikit cemas adalah putranya Park Chanyeol masih juga belum datang, mereka takut jika tiba-tiba Chanyeol menolak datang dipertemuan keluarga itu.

“Yeobo.. kau sudah pastikan kan putra kita akan datang?” Sedikit kecemasan ada pada wajah ny. Park, ibu chanyeol.

“Kau tenang saja dia sudah menyanggupi untuk datang.”

“Ooh.. arraseo.”

Tidak lama keluarga tuan Kang datang dan memasuki ruangan restauran. Ya karena kedua belah pihak keluarga adalah dari kalangan pengusaha mereka memilih restauran yang bersifat private dan mewah dengan gaya klasik. Seorang yeoja cantik juga memasuki ruang restauran, dengan menggunakan atasan cape warna putih dan skirt selutut bewarna merah membuatnya terlihat anggun. Dia adalah putri satu-satunya tuan Kang yang akan dijodohkan dengan Park chanyeol.

“Aigoo.. tuan Kang selamat datang.” Sambut tuan Park hangat, kedua keluarga itupun saling berjabat tangan dan menyapa.

“Ini pasti Seulgi? Hyaa.. kau benar-benar tumbuh jadi gadis yang cantik” puji tn. Park yang

Membuat Seulgi sedikit malu.

“Oo Yepeune.. aku yakin chanyeol juga pasti akan menyukaimu.” Nyonya park dengan tertawa diikuti ayah chanyeol dan orang tua seulgi.

“Ayo silahkan duduk.” Ajak tuan Park

“Tuan park di mana chanyeol? Apa dia tidak datang?” Tanya tuan Kang

“Dia terlambat, mungkin sudah menuju kemari. Anak itu benar-benar sibuk, dia memimpin perusahaan dengan sangat bersemangat hahaha.. ”

Author *pov* end

 

Chanyeol *pov*

Aku memasuki restauran dengan

Dengan berjalan sedikit cepat. Aku pasti sudah sangat terlambat. Gara-gara gadis tadi, benar-benar ceroboh.

Kenapa aku sedikit gugup akan masuk ruang pertemuan keluarga. Aku penasaran gadis seperti apa yang membuat Aboeji dan oemmonim sampai membuat pertemuan seperti ini. Sebelum masuk aku menghela nafas untuk menghilangkan rasa gugupku. Lalu aku masuk ke dalam ruangan.

“Annyeonghaseo..”

“Oh putraku sudah datang.. sini duduk disini.” Oemmonim sangat antusias sekali dengan kedatanganku, aku segera berjalan menuju tempat duduk sebelah Oemma, dan menyapa keluarga Kang. Aku duduk dan melihat yeoja di hadapanku. Dia tersenyum kepadaku, aku hanya membalas senyumnya singkat. Kami mulai makan siang dan mengobrol banyak hal, dan tentu saja orang tuaku dan orang tua seulgi yang mengobrol aku hanya berbicara beberapa kali saja. Ya jujur aku sedikit tidak berminat dengan ide untuk pertemuan ini. Dan gadis ini, kang Seulgi dia terus saja mencoba mencuri pandang padaku. Bukan ak ke ge-eran, tapi itu faktanya. Aku juga baru tau ternyata dia seorang penyanyi pendatang baru yang baru saja diorbitkan. Gadis ini cantik, ya karena dia seorang selebritis. Tapi.. kenapa aku biasa saja dengan gadis ini, maksudku aku seperti tidak ada rasa ketertarikan sama sekali.

Setelah makan siang selesai kami memgantar keluarga Kang menuju mobilnya.

“Kita akan bertemu lagi untuk bicara tentang hal yang lebih serius.” Aku tau pasti ibu akan mengatakan hal seperti itu, dan itu disambut sekali sepertinya oleh keluarga seulgi. Aku hanya mencoba mengedarkan pandanganku.

“Seulgi kau tidak membawa kendaraan?” Oemma bertanya pada seulgi yang sedari tadi berdiri di sebelahnya.

“Aku datang kesini dengan managerku.. lalu dia langsung kembali ke kantor.”

“Kalau begitu kau akan diantar chanyeol,ne?”

“Mwo? Oemmonim, aku akan ke bengkel dulu memperbaiki bumper mobil dan ak ada pertemuan dengan klien nanti aku harus segera ke kantor.” Aku bilang saja begitu aku sangat malas sekali oemma seperti mendekatkanku dengan gadis ini.

“Kau ini bicara apa.. antarkan seulgi apa kau tidak kasihan?” Oemma selalu membuatku merasa sulit

“Kalau begitu oemonim saja yang mengantarnya.” Jawabku enteng

“Tidak usah bibi, aku bisa naik taksi saja.” Kelihatan sekali dia tampak tidak enak sendiri, mungkin karena ucapanku.

“Sudah-sudah.. chanyeol kau antarkan seulgi saja dulu, lalu pergilah kebengkel. klien kan bisa menunggu, Lagi pula seulgi kan seorang artis bagaimana kalau ada penguntit itu berbahaya..” oke aku benar-benar tidak bisa mengelak lagi dengan perkataan aboeji.

“Arraseo..” aku segera masuk dalam mobilku. Aku melihat gadis itu tetap berdiri ditempatnya.

“Apa aku harus menunggumu? Cepatlah aku sibuk.”

“Cepat sana masuklah.” Oemma menyuruhnya untuk segera masuk. Lalu dia berpamitan pada orang

Tuaku, lalu kamipun segera meninggalkan mereka.

Dijalan aku hanya fokus menyetir, aku malas juga membuka pembicaraan dengannya.

“Mianhe.. aku jadi merepotkanmu.” Ternyata dia sadar.

“Aku tidak bisa melawan orang tuaku.” Aku menjawabnya datar, lalu dia diam kembali.

“Apa disini?” Aku bertaya padanya karena ini sudah berada di alamat tinggalnya yang dia katakan tadi. Dia mengangguk, lalu aku berhentikan mobil.

“Tidak ingin mampir dulu?”

“Tidak perlu.”

“Baiklah gomawoyo chanyeol-shi.. kuharap kita bisa pergi bersama lain kali.” Dia tersenyum lalu turun dari mobilku. Dia melambaikan tangan padaku tapi aku langsung melajukan mobilku.

Chanyeol *pov* end

 

Sehun *pov*

Ahh.. aku sudah terkurung di apartemenku seharian. Bosan, aku benar bosan dan lapar. Tidak ada persediaan makan yang aku punya, sedangkan aku sendiri tak bisa keluar karena seluruh wartawan dari kemarin menunggu di depan pintu apartemen milikku. Jinja.. aku benar-benar dibuat gila oleh mereka karena skandal murahan yang gampang sekali mereka percayai. Menjadi aktor tenar memang tak semudah yang aku bayangkan.

Sudah satu jam aku memesan makanan tapi kenapa tidak datang juga, lihat saja aku tidak akan menjawab kalau ahjussi tukang antar itu datang.

Ting tong~

 

Kudengar suara bel berbunyi, pasti itu tukang antar.

“Pesanan anda sudah datang.. ” suara perempuan, jadi yang mengantar seorang perempuan? Ah tetap saja aku sebal karena menunggu lama.

“Yoboseo.. Pesanan anda sudah datang.. ” ah aku menjadi tak tega. Aku beranjak dari sofaku lalu melihat dari layar intercom.

Yeoja ini.. tiba-tiba tubuhku terasa kaku karena terkejut dan jantungku serasa ingin meledak.

Aku membuka pintu dan langsung menarik yeoja itu masuk ke dalam apartemen dengan cepat.

“Hyaa.. apa yang anda lakukan,” dia lalu menatapku dan tampak matanya terbelalak “Oh sehun?”

“Annyeong nona Yoon sarang.. ” aku tersenyum padanya lalu aku memeluknya erat seakan aku tidak ingin kehilangan dia. Lagi.

Aku benar-benar merindukannya, teman masa kecilku dan cinta pertama bagiku.

Aku melepaskan pelukanku. Dia nampak gugup dan pipinya sedikit memerah, menggemaskan.

“Kau ke mana saja? Kau pindah tanpa memberitahuku, kau benar-benar jahat sarang.”

“Mianhe.. aku merindukanmu. tapi sehun-aa aku sering melihatmu di tv, kau benar-benar aktor yang keren.” Senyumnya itu, ah aku merindukan senyuman itu juga.

“Ah itu tidak penting.. kemarilah, duduk disini aku ingin mendengar ceritamu dan kemana saja kau selama ini.”,”kau tinggal dimana sekarang?” Aku sangat ingin tau segala hal tentangnya.

“Aku tinggal dikontrakan, tidak jauh dari sini..”

“Paman dan bibi apa kabar?” Dia agak terkejut mendengar pertanyaanku, dan sedikit ada guratan sedih diwajahnya.

“Appa dan oemma sudah meninggal saat aku SMA.”

“Ah.. mianhe aku turut bersedih sarang-ah.” Aku menepuk punggungnya pelan. Aku jadi sedih melihatnya seperti ini, aku tau semua ini pasti berat untuknya. Waktu kami kecil keluarganya sering mengalami masalah financial, tapi aku bersyukur orang tuaku yang cukup berada tidak membedakan sarang dan mereka selalu membelikan apapun yang kupunya juga diberikan untuk sarang.

“Kau bekerja di restauran ayam ini?” Tanyaku sambil melirik pesananku yang dia taruh di atas meja.

“Ne.. aku bekerja paruh waktu disana, aku masih belum mendapat pekerjaan yang bagus karena aku baru lulus kuliah” syukurlah dia masih mementingkan pendidikan, dia memang gadis cerdas dari dulu.

“Aku akan mencarikan pekerjaan untukmu.”

“Anieyo sehun-aa, aku aku sudah mengirim lamaran ke beberapa perusahaan. Jangan khawatir.. ” dia tidak berubah selalu berusaha menolak bantuanku, ya karena dia tidak ingin merepotkan orang-orang yang dekat dengannya.

“Tunggulah disini akan kuambilkan minum untukmu.” Saat aku hendak beranjak ke dapur sarang menahan lenganku dan berdiri.

“Tidak usah repot, aku akan pergi masih banyak pekerjaan.”

“Begitukah?” Dia hanya menjawab dengan anggukannya.

“Baiklah, secepatnya kita akan bertemu lagi. Arraseo?”

“Arraseoyo.. ” dia tersenyum, benar-benar cantik masih seperti dulu.

“Apa diluar masih ada wartawan tadi?”

“Aku tidak melihatnya..”

“Kalau begitu aku antar kau ke bawah.”

“Tidak perlu.. kalau ada wartawan di bawah akan jadi masalah untukmu” benar apa yang dikatan Sarang.

Sarang pun pergi aku hanya mengantarnya sampai depan pintu apartemenku. Dan melihatnya menghilang di ujung lorong. Aku sudah bertemu dia lagi, aku berjanji akan selalu disampingnya, menjaganya, dan mencintainya.

Sehun *pov* end

 

Author *pov*

Sarang memasuki rumah dengan ekpresi yang sangat lelah.

“Aku pulang..” ucapnya tanpa gairah.

“Ohh kau sudah datang.. kau sudah makan malam?” Sarang hanya mengangguk lemas.

Sooyoung yang tadinya sedang menonton tv sambil menggunakan masker jadi penasaran kenapa sahabatnya jadi seperti itu tidak biasanya dia terlihat sangat lelah. Biasanya sarang akan pulang dengan ceria meskipun pekerjaannya yang sangat melelahkan itu.

Sarang duduk dan bersandar di sofa dia menarik nafas panjang.

“Kau mau kita minum malam ini?” Ajak sooyoung dengan mendekatkan wajahnya pada sarang.

“Boleh.. ” sarang menjawab dengan antusias juga. Lalu sooyoung beranjak kedapur dan mengambil dua kaleng bir. Dia kembali dan memberikan satu pada sarang. Mereka membuka dan langsung menyeruput minuman mereka.

“Kau ada masalah? Sepertinya kau sangat lelah hari ini?” Sooyoung akhirnya memancing pembicaraan agar sarang dapat bercerita padanya.

“Hari ini memang sangat melelahkan,” sarang menyibakan poninya ke atas,”Kau tau dahiku yang terluka ini karena aku tadi menabrak mobil seorang pria. Dan aku harus tanggung jawab.” Sarang nampak frustasi lalu sedikit mengacak rambutnya.

“Aigoo.. kenapa itu bisa terjadi? Lalu bagaimana?” Soyoung cemas

“Ya dia akan menghubungiku lagi

Untuk biaya perbaikan.”

“Aku akan membantu biaya perbaikannya kau tenang saja.. ” sooyoung sambil menepuk paha sarang yank didekatnya.

“Gwenchana.. itu keteledoranku aku ada tabungan sedikit semoga saja cukup.” Sarang tersenyum tipis.

“Ck.. kau ini selalu saja begitu.”

“Tapi aku masih sedikit senang.. aku bertemu sahabat masa kecilku.” Sarang seperti membayangkan sesuatu lalu senyum-senyum sendiri.

“Sahabat masa kecilmu? Berarti?” Soyoung menoleh pada sarang,”Hyaa kau bertemu oh sehun?” Sarang hanya mengangguk masih tetap dengan senyumnya itu.

“Daebak.. kau bertemu aktor idolaku.” Soyoung melanjutkan meminum birnya.

Sarang lalu meletakan minumannya mencoba merogoh tas selempang miliknya untuk mencari ponsel. Dia membuka ponselnya dan ada sebuah email masuk. Dia membuka email tersebut yang membuat dia berteriak histeris yang membuat sooyoung kaget saat meminum birnya sehingga menumpahkan sedikit dibajunya.

“Hyaa.. Yoon sarang, kau ini kenapa membuatku terkejut.. kau kesurupan!” Sarang tertawa dan langsung memeluk sooyoung dan melihatkan isi email itu.

“Coba lihat aku diterima kerja di kantor winner grup.” Antusias sarang

“Jinjaa.. chukaeyo uri sarang.” Merekapun berpelukan dan melompat kegirangan bersama.

 

**______**

 

Matahari sudah mulai naik, hari ini terasa udara begitu bagus dengan cuaca yang cerah. Orang-orang di kota Seoul sudah akan menjalani aktifitasnya. Termasuk seorang namja yang didalam apartemen mewah dan besar

Dengan interior yang begitu elegan. Didalam kamarnya yang juga mewah Chanyeol mengenakan kemejanya didepan kaca besar. Saat ia akan mengenakan dasi tiba-tiba ponselnya berbunyi. Oemma? Pagi-pagi sekali ada apa? Pikir chanyeol.

“Ye Oemmoni.. ”

“Chanyeol-aa.. besok kita semua akan makan malam dengan keluarganya seulgi,” kata ibunya

“kita akan membahas rencana pertunangan kalian.. ”

Lidahnya terasa ngilu, chanyeol sangat shock dengan pernyataan oemmanya. Bagaimana tidak bahkan sedikitpun chanyeol tidak tertarik dengan gadis bernama Seulgi itu.

“Oemmoni.. aku tidak akan bertunangan dengannya, kenapa kalian membuat keputusan tanpa bertanya padaku.” Nada chanyeol sedikit kesal

“Park chanyeol, kau sudah cukup umur dan oemma ingin segera memiliki cucu.”

“Aku masih ingin fokus dengan perusahaan oemmoni.. ” belum selesai chanyeol memberikan penjelasan segera dipotong oleh ibunya

“Perusahaan biar ditangani oleh adikmu nanti sementara waktu, dia kan juga akan kembali dari london.”

“Aku tidak akan membiarkan brandal itu di perusahaan.”

“Chanyeol-aa jangan seperti itu dengan adikmu.. pokoknya oemma hanya menginginkan kau segera menikah dengan seulgi.” Paksa ibunya.

“Tidak.. tidak dengan seulgi oemmoni,” chanyeol menghela nafas “aku akan menikah dengan seseorang yang aku cintai.” Lalu chanyeol menutup telponnya. Dia tidak ingin lama-lama berdebat dengan ibunya. Seseorang yang dicintainya? Bahkan chanyeol tidak sedang dekat dengan yeoja manapun karna kesibukannya.

Chanyeol segera merapikan penampilannya lalu segera turun ke parkiran. Di dalam mobil saat dia mencari kaca mata hitam miliknga di laci dashboard ada sesuatu yang jatuh, seperti kartu. Chanyeol mengambilnya, kartu identitas milik sarang. Chanyeol lalu teringat dengan kejadian tempo hari.

“Yoon Sarang.. jadi itu namanya.” Chanyeol tersenyum lalu segera menjalankan mobilnya.

 

-kantor-

Chanyeol berjalan memasuki kantor dengan mimik yang dingin dan angkuh. Dibelakangnya dia diikuti beberapa bawahannya dan junmyeon disebelahnya. Saat hendak menuju ruangannya chanyeol melihat sosok wanita yang pernah ia lihat sebelumnya. Sosok yang ada didalam foto kartu identitas yang dia temukan tadi.

Ya karena ruangan bagian divisi hanya disekat dengan kaca. Chanyeol tiba-tiba berhenti begitu juga orang-orangnya. Dia nampak heran, apa yang dilakukan yeoja itu disini karena chanyeol belum pernah melihatnya di kantor ini.

“Junmyoen.. yeoja itu siapa dia?” Chanyeol menunjuk sarang yang sedang berada di meja kerjanya yang nampak sedang beradaptasi dengan tempat kerjanya saat ini.

“Hmmm sepertinya dia pegawai bagian humas yang baru masuk hari ini.”

“Begitukah? Aku ingin bertemu dengannya,” lanjut chanyeol “bawa dia datang ke ruanganku.” Junmyeon nampak heran dengan perintah chanyeol, tidak biasanya dia berurusan dengan pegawai. Karena chanyeol selalu menyerahkan semuanya pada junmyeon. Chanyeol terlalu sibuk mengurusi urusan penting tentang perusahaan.

Author *pov* end

 

Sarang *pov*

Aku tak bisa hentikan senyumku yang terus mengembang hari ini. Akhirnya aku mempunyai pekerjaan yang tetap, di perusahaan terbesar Korea selatan. Aku bersyukur dengan ini, selama ini aku bekerja keras untuk menopang hidupku

Sendiri dan sekarang inilah pencapaianku. Aku harus bekerja dengan baik disini. Atasan dan rekan kerjaku juga menerimaku dengan baik, tapi aku sangat sedikit risih d sini mereka semua selalu mencuri pandang padaku. Aku mencoba merapikan pakaian dan rambutku tapi tidak ada yang aneh. Memang bisa dibilang tubuhku cukup sexy dibanding wanita korea pada umumnya, makanya sooyoung selalu menyarankanku untuk memakai pakaian yang tidak terlalu ketat. Aku mencoba bercemin lewat ponsel dan tidak ada yang aneh dengan riasanku, karena memang aku tidak begitu suka berdandan.

“Kau sudah cantik.” Ketua Jang mengagetkanku dengan sedikit tertawa yang membuatku geli. Dengan usia ketua jang yang sudah sangat berumur.

Aku pun menaruh ponselku diatas meja. Aku sangat malu sekali, di jam kerja seperti ini aku malah berkaca sepertu wanita yang genit. Aku sangat gugup sekarang aku takut kalau ketua Jang akan menegurku, karena pada dasarnya aku sangat mudah gugup dan takut.

“Yoon sarang-shi, pergilah ke ruangan CEO park dia menyuruhmu menemuinya.. ” ketua jang masih memperlihatkan senyum lebarnya itu yang sekarang membuatnya seperti seorang pelawak didepanku.

“Ye? CEO?” Aigoo.. apa membuat suatu kesalahan dihari pertamaku bekerja? Kenapa CEO memanggilku?

 

Aku sekarang melangkah menuju ruang CEO, aku bingung kenapa dia memanggilku. Aku merasa gugup sekarang sangat gugup, kurasakan telapak tanganku berkeringat. Aku membuka knop pintu itu pelan dan langsung masuk.

“Saya Yoon sarang dari bagian humas, apa ada yang bisa sa.. ” aku tak bisa melanjutkan kata-kataku saat melihat siapa CEO yang dihadapanku.

Orang yang mobilnya aku tabrak.

‘Matilah kau sarang’ batinku.

Aku menundukan wajahku karena aku takut, malu dan merasa bersalah. Apa dia memanggilku karena masalah waktu itu?

“Yoon Sarang.. jadi kau adalah

Karyawanku?” Dia nampak tersenyum sinis padaku.

“Tuan Park maafkan aku.. tolong maafkan aku, aku akan segera mengganti kerugian itu..” aku memohon sambil berulang kali membukukan badanku padanya.

“10 juta.. ”

“Ye?”

“Kau berkata akan menggantinya kan? 10 juta itu yang harus kau bayar.” Aku bagai kena petir disiang bolong. Aku hanya bisa mematung dengan perkataanya itu.

“Ta tat.. tapi.. saya tidak punya uang sebanyak itu tuan.. ” aku sekuat tenaga menahan sesuatu yang akan keluar dimataku.

“Kalau begitu aku akan berikan

Penawaran padamu.”

“Penawaran seperti apa tuan.. ?” Kataku pelan

“Jadilah kekasihku.”

“Mwo.. ?”

 

-TBC-


The Prospective Of Old Brother In Law Is My Husband (Chapter 1)

$
0
0

cats

Tittle            : The Prospective Of Old Brother In Law Is My Husband (Chapter 1)

Author       : Dwi Lestari
Genre         : Romance, Marriage Life

Length        : Chaptered

Rating         : PG 17+

Main Cast :
Yenni Wilson / Hwang Yen Ni (Yenni) | Byun Baek Hyun (Baekhyun)

Support Cast :

Hwang Re Ni (Reni), Byun Seo Hyun (Seohyun), Song Hen Na (Henna), Do Kyung Soo (Kyungsoo), Park Chan Yeol (Chanyeol), Xi Lu Han (Luhan)

 

Disclaimer          : Story and plot in this fanfic originaly made by me.

Author’s note       : Saya akan menunggu komennya para Readers. Mian jika alurnya gj. No kopas, no plagiat. Gomawo.

Warning                : Typo bertebaran      

 

The Prospective Of Old Brother In Law Is My Husband (Chapter 1)

 

“Hello mom”.

“Oh, darling. You’re coming”, kata mothernya.

“Yes”.

“Come here, darling”.

“Yes, what happen mom”.

Kedua orang tuanya saling melihat.

“Why? Mom, Dad. Ani problems?”.

“No. Sit down, please!”.

Yeoja itupun segera duduk.

“Listen to me. We will come back to Korea. Tomorrow!”, kata orang tuanya.

“Tomorrow! But… Why?”, tanya yeoja itu.

“Your sister will marry”, kata mothernya.

“What? Marry? Reni will marry? Really?”.

“Yes, darling. Are you follow us”.

“Oh, sure. I wiil follow you”.

“Ok, darling. You must fine your self”, kata dadynya.

“Understand, Dad”.

Setelah percakapan itu, yeoja itu bersiap-siap untuk pulang ke Korea. Yeoja itu akan menghadiri pesta pernikahan kakaknya.

§§§

Sebuah pesawat telah mendarat di bandara Incheon dari New York. Semua penumpang segera turun. Tak mau ketinggalan, keluarga Wilson juga turun dari pesawat itu. Mereka membawa barang mereka masing-masing. Di bandara itu terlihat banyak orang yang sedang menjemput keluarga, saudara atau teman-teman mereka. Banyak orang yang membawa tulisan dari nama-nama orang yang akan mereka jemput.

Yeoja dari keluarga Wilson itu terlihat senang. Dia bahkan berteriak gembira. “Korea, I’m coming”. “Darling, enough. They will say you crazy, if you noise. Silent, please”, kata mothernya. “I’m sorry, Mom”, kata yeoja itu.

Keluarga itu segera mencari orang yang akan menjemput mereka. Mereka melihat kesana-kemari, dan akhirnya mereka melihat seseorang dengan tulisan ‘Wilson Family’. Mereka segera mendekati orang tersebut. “Come here, darling”, kata Dadynya. “Yes, Dad”, kata yeoja itu. Orang itu menyapa mereka.

“Kalian pasti keluarga Wilson”, tanya orang itu dengan ramah. “Yes, alright. Apa kau utusan dari keluarga Hwang?”, tanya Dadynya. “Ne tuan. Mari ikut saya. Mobilnya ada di sebelah sana”, kata orang tersebut. “Okay”, jawab mereka serempak.

Mereka mengikuti orang tersebut menuju mobil. Sampai ditempat mobil tersebut, orang itu membantu memasukkan barang-barang mereka ke bagasi mobil. Mereka segera naik mobil. Dan mereka segera pergi dari bandara tersebut.

§§§

Mobil Lexus hitam itu berhenti tepat di halaman keluarga Hwang. Supirnyapun segera turun yang diikuti oleh orang-orang yang ada di dalam mobil itu. Lalu supirnya mengeluarkan barang-barang yang ada di bagasi mobil dan mengantar mereka ke dalam rumah.

Di rumah keluarga Hwang tengah sibuk mempersiapkan pesta pernikahan putrinya. Banyak orang sedang lalu lalang menata dan menghias setiap perabot yang ada di rumah itu. Sudah hampir separo dekorasinya selesai. Ketiga orang yang turun dari dari mobil segera masuk ke rumah keluarga Hwang itu.

Di dalam rumah itu terdapat meja-meja untuk tempat makanan dan minuman. Alat-alat makanan sudah ditata rapi di meja-meja itu. Sebagian sudah terisi makanan-makanan. Dan sebagian lagi sudah terisi minuman-minuman. Keluarga Wilson segera mencari keluarga Hwang. Setelah bertemu mereka saling manyapa.

“Hello eomma”, kata anak yeoja keluarga Wilson. Orang yang dipanggil eomma tersebut langsung menoleh. “Yenni, kau sudah datang”, katanya lalu mencium pipi kanan dan kiri Yenni. “Yes, eomma”, kata Yenni sambil tersenyum. “Bagaimana kabarmu? Aku sangat merindukanmu”, kata nyonya Hwang. “I’m fine, eomma. I miss you too”, kata Yenni. “Kau sendirian?”, tanya nyonya Hwang. “No no. I with my parents”, Yenni lalu memanggil kedua orang tuanya. “Mom, Dad, come here. This is Mrs Hwang”.

Kedua orang tua Yenni lalu mendekat. “Kalian juga ikut. Hallo, apa kabar”, sapa nyonya Hwang. Dia juga mencium pipi kanan dan kiri Mrs Wilson dan bersalaman dengan Mr Wilson. Mr Wison menjawab pertanyaan nyonya Hwang. “We are fine. Em… where Mr Hwang?”. “Oh, sebentar saya panggilkan. Appa, kemarilah. Ada Mr dan Mrs Wilson”, kata nyonya Hwang.

Dari arah lain terdengar suara tuan Hwang. “Ne eomma, ada apa?”, jawabnya sambil berjalan mendekati mereka. “Ada Mr dan Mrs Wilson”, kata nyonya Hwang. “Oh, kalian sudah datang?”, kata tuan Hwang lalu memeluk Mr Wilson dan berjabat tangan dengan Mrs Wilson. “Hello Appa! Remember me?”, kata Yenni. “Kau! Kau pasti Yenni?”, kata tuan Hwang. “Yes, alright”, kata Yenni sambil tersenyum. Tuan Hwang lalu memeluk Yenni. “Bagaimana kabarmu nak?”, tanya tuan Hwang. “I’m fine Appa, how about you?”, kata Yenni. “I’m fine too”, kata tuan Hwang, Yenni lalu tersenyum mendengar perkataan tuan Hwang.

“Oh ya, kalian beristirahatlah dulu. Kalian pasti lelah. Eomma, tolong tunjukan kamar mereka”, kata tuan Hwang. “Ne Appa. Ayo sayang”, kata nyonya Hwang sambil menggandeng tangan Yenni. Mereka berempat lalu menuju kamar yang dimaksudkan. Belum sampai di kamarnya Yenni teringat sesuatu, “Oh, I’m forget”, kata Yenni, “Where are Reni now, Eomma?”. “Reni ada di kamar atas kau mau menemuinya?”, tanya nyonya Hwang. “Yes, Emma. I hope she not forget me. I will meet she, Mom”, kata Yenni. “Yes, be careful, darling”, kata Mrs Wilson. “Yes, sure, Mom”, kata Yenni.

Yenni segera pergi ke kamar Reni. Dia menaiki anak tangga demi anak tangga. Tangganya sudah dihias dengan bunga dan berbagai hiasan lainnya. Dia sudah sampai di depan kamar Reni. Dia segera mengetuk pintu kamar itu. Namun tidak ada jawaban. Segera saja dia membuka knop pintu itu, ternyata tidak dikunci, dengan segera dia masuk kamar itu.

Dia melihat kesana-kemari dimana sosok Reni, namun dia tidak menemukannya. Dia mencari di kamar mandi juga tidak ada. Dia mendengar seseorang berbicara, dia segera mencari asal suara itu. Akhirnya dia menemukan Reni di balkon kamarnya. Yeoja itu sedang menelfon seseorang. Tapi Yenni rasa sudah selesai, karena Reni telah menutup telfonnya. Segera saja Yenni mengagetkannya.

“Door”, kata Yenni. Mendengar hal itu Reni kaget. “Aw…”, teriak Reni, dia segera menoleh kepada orang yang telah mengagetkannya. “Oh, kau! Kau Yenni kan?”, tanya Reni. “Yes, sure”, kata Yenni. Reni lalu memeluk Yenni dengan erat dan hal itu membuat Yenni susah bernafas. “Hei..hei. I can not breathe. You want kill me?”, kata Yenni. Reni lalu melepaskan pelukannya, “Mianhae, aku tidak sengaja”. Yenni lalu menarik nafas panjang, “O.K, O.K. No problem”.

“Kapan kau sampai?”, tanya Reni.

“A moment ago”, kata Yenni.

“Kau langsung dari New York?”.

“Yes, Miss. Haha…”.

“Kemarilah, kita duduk di dalam saja”, Reni mengajak Yenni duduk di atas ranjangnya. “Bagaimana kabarmu?”, tanya Reni.

“I’m fine, how about you?”.

“I’m fine too. Sudah lama sekali kita tidak bertemu. Oh ya, apa kau sendirian?”.

“No. I come with my parents”.

“Jinja!”.

“Yes. You know, I not believe if you will marry”.

“Aku juga tidak percaya kalau aku akan menikah”.

“Really! Then, why you will marry?”.

“Entahlah, semuanya terjadi secara tiba-tiba”.

“Are you don’t love your prospective husband?”.

“Bukan, bukan karena itu. Tentu aku mencintainya”.

“It’s means, you’re ready for married, Miss”.

Reni malah tersenyum mendengar ucapan Yenni.

“Why! Anything funny?”.

“Aniyo. Tidak ada yang lucu kok”.

“Why are you laugh?”.

“Bukan apa-apa. Aku hanya tertawa mendengar nada bicaramu”.

“Ah, enough. I’m tired. I wanna go to my bedroom. Do you wanna join?”.

“Tidak perlu. Aku mau bersiap-siap”.

“O.K. congratulation, Miss. Get ready fast, understand. Good bye”.

Yenni segera keluar dari kamar itu. Dia menuruni anak tangga demi anak tangga. Dia juga memperhatikan sekelilingnya. Dekorasinya sungguh bagus. Saat sampai di lantai bawah, orang-orang yang mendekorasi rumah itu sudah sepi. Tinggal orang-orang yang menyiapkan makanan dan minuman. Dia segera menemui nyonya Hwang.

“Apa kau sudah bertemu Reni?”.

“Yes, she is not changed, Eomma. She is the same as before”.

“Ne, begitulah kakakmu. Ya sudah, kau harus ganti baju. Sebentar lagi acaranya dimulai. Tamu-tamu eomma juga akan segera datang”.

“Yes, Eomma”.

Yenni segera pergi ke kamarnya untuk berganti pakaian. Dia segera membuka koper miliknya dan mengambil baju yang sudah disiapkannya. Dia memakai minidress selutut warna biru laut, dengan lengan pendek. Dia membiarkan rambut panjangnya terurai. Setelah dirasa siap Yenni segera keluar dari kamarnya.

Dia melihat kesana-kemari, setelah menemukan orang yang dicarinya dia segera menemuinya. “Mom”, sapanya pada orang yang dicari tadi. Dan orang itu segera menoleh, “Hello darling. Oh, you are very beautiful”, pipi Yenni merona mendengar hal itu. “Really Mom!”, jawabnya sambil malu-malu. “Yes, sure darling”, kata mothernya. “Thank you, Mom”. Yenni tak sengaja melihat ke arah lain dan dia melihat piano. “Kenapa sayang, kau mau bernyanyi?”, tanya mamanya. Yenni malah tersenyum, “Kenapa hanya tersenyum, kalau kau ingin bernyanyi bernyanyilah”, kata eommamya. “Yes, eomma. I will sing”, Yenni segera menuju tempat piano itu. Dia duduk di depan piano itu. Dengan lihainya Yenni memetik not demi not piano itu, lalu dia bernyanyi dalam bahasa inggris.

There’s nothing I could say to you

Nothing I could ever do to make you see

What you mean to me

All the pain the tears I cried

Still you never say goodbye

And now I know how far you’d go

I know I let you down

But it’s not like that now

This time I’ll never let you go

I will be all that you want

And get myself together

Cause you keep me from falling apart

All my life I’ll be with you forever

To get you through the day

And make everything okay

I thought that I had everything

I didn’t know why life could bring

But now I see honestly

You’re the one thing I got right

The only one I let inside

Now I can breathe, cause you’re here with me

And if I let you down

I’ll turn it all around

Cause I would never let you go

I will be all that you want

And get myself together

Cause you keep me from falling apart

All my life I’ll be with you forever

To get you through the day

And make everything okay

Cause without you I can’t sleep

I’m not gonna ever ever let you leave

You’re all I’ve got you’re all I want, yeah…

And without you I don’t know what I’d do

I can never ever live a day without you

Here with me do you see

You’re all I need

And I will be all that you want

And get myself together

Cause you keep me from falling apart

All my life I’ll be with you forever

To get you through the day

And make everything okay©

Saat mulai bernyanyi lagu, semua tamu yang sudah hadir menatap ke arahnya. Mereka semua menikmati lagu yang dinyanyikan Yenni. Saat itulah keluarga pengantin pria datang. Mereka segera disambut oleh keluarga Hwang. Mereka dipersilahkan masuk. Saat melihat Yenni bernyanyi pengantin pria diam-diam memperhatikannya. Dia juga menikmati lagu yang dibawakan Yenni. Yenni tidak memperhatikan hal itu, karena dia terlalu asyik bermain piano sambil bernyanyi.

Disisi lain, dari arah samping rumah ada yang berteriak pada Reni. Reni segera melihat ke arah jendela. Melihat seseorang yang dia kenal, dia segera melemparkan tali ke luar jendela. Dengan hati-hati dia turun dari jendela kamarnya dengan tali itu. Orang yang tadi berteriak pada Reni segera menangkap tubuh Reni.

“Luhan, gomawo”, kata Reni pada orang itu. “Kajja, kita harus cepat”, kata orang itu. “Ne”, jawab Reni. Setelah memastikan keadaan mereka aman, mereka segera meninggalkan rumah itu dan pergi entah kemana.

Di dalam rumah itu, sudah penuh oleh tamu-tamu undangan, karena sebentar lagi acara akan dimulai. Yenni juga sudah selesai dengan lagunya. Suara tepuk tangan terdengar setelahnya. Yenni mengucapkan terima kasih pada mereka semua. Lalu dia segera mendekati mothernya.

“Good voice, darling”.

“Thanks, Mom. But I feel shame, Mom”.

“No problem darling. It’s good”.

“Really”.

“Yes, sure”.

Nyonya Hwang lalu mendekati Yenni.

“Suaramu indah sekali sayang”.

“Thank you, eomma”.

“Oh ya, sayang. Kenalkan ini tuan dan nyonya Pujambi. Mereka adalah calon besanku”.

“Hello Mr and Mrs Pujambi. My name is Yenni, Yenni Nadya Wilson. I’m young sister of Reni”, kata Yenni Baekhyunh.

“Oh, jadi kau saudara perempuan Reni”, kata Mrs Pujambi.

“Yes, alright”.

“Kau mirip sekali dengan Reni, tadi ku kira kau Reni”, kata Mrs Pujambi.

“Really”, kata Yenni sambil tersenyum.

“Baekhyun, kemarilah! Ini Yenni calon adik iparmu”.

Baekhyun lalu menatap Yenni, dia segera mengulurkan tangannya dan memperkenalkan dirinya pada Yenni, “Annyeong, aku Baekhyun”. Yenni membalas uluran tangan Baekhyun, “ I am Yenni. Nice to meet you Mr Baekhyun”. “Kau mirip sekali dengan Reni”, mendengar itu Yenni hanya tersenyum.

“Oh ya, dimana Reni?”, tanya Baekhyun.

“Dia ada di atas. Kau mau melihatnya?”, tanya nyonya Hwang. Baekhyun menjawabnya dengan anggukan.

“Yenni, kau bisa mengantarnya”, tambah nyonya Hwang.

“Sure, Eomma. Come on Mr Baekhyun”, kata Yenni.

Mereka berdua pergi ke kamar Reni. Sepanjang perjalanan menuju kamar Reni mereka mengobrol kecil untuk menghilangkan kecanggungan.

“Jadi kau saengnya yang ada di New York itu?”, tanya Baekhyun memulai pembicaraan.

“Yes, Sure”, jawab Yenni singkat.

“Kapan kau datang?”.

“At 16 o’clock”.

“Oh”.

Setelah sampai di depan kamar Reni, Yenni segera mengetuk pintu kamar Reni. Namun nihil, tidak ada jawaban. Segera saja dia membuka pintu kamar itu, karena memang tidak di kunci. Mereka segera masuk ke dalam kamar itu. Saat masuk ke kamar itu, hal pertama yang mereka lihat adalah baju pengantin Reni masih tergantung rapi di dekat lemari pakaian. Yenni segera memanggil Reni, “Miss Reni, where are you? You in bathroom?”, Yenni segera menuju kamar mandi, namun Reni juga tidak ada disitu. “Yuhu, Miss Reni”, tetap saja tidak ada jawaban. Yenni segera menuju balkon kamar Reni, disitu juga tidak ada Reni.

Yenni melihat tali yang diikat pada pagar balkon kamar itu, dan tali itu sampai ke tanah. Segera saja dia memanggil Baekhyun. “Mr Baekhyun, come here. You must see it?”. Baekhyun segera menemui Yenni, “Mworago?”. Yenni menunjukkan tali itu, “I think she’s gone somewhere”. Baekhyun mengambil nafas panjang, “Aku akan menghubunginya”. Baekhyun segera menelfon Reni, namun tidak ada jawaban. Berkali-kali dia menelfon namun tidak ada jawaban.

 

>>>TBC<<<

© Lagunya Avril Lavigne yang berjudul “I Will Be”


A Little Memo

$
0
0

a little memo

Title: A Little Memo//Author: Kyeongline (@kyeopta_yeoja)//Cast: Jongin & OC (You)//Genre: Angst, School life, Romance//Rating: G//Length: Drabble

.

©kyeongline_2016

. https://kyeonglinexoxo.wordpress.com/

.

2016-02-03

Aku mengenalnya 221 hari lalu, dan semua terlihat baik-baik saja. Jongin tampak baik dari segi apapun, bahkan di hari ke tujuh kami bertemu dan mulai berinteraksi di hari yang sama. Hanya mengenai pemilihan ekskul, dan kami memilih ekskul yang sama.

Semua terlihat baik, hingga hari per hari interaksi yang terjalin terkikis. Ini sedikit terdengar buruk, ketika hari ini pula pria dengan senyuman semanis permen kapas itu terlambat, seperti biasa dan waktu yang kugunakan untuk menatapnya lebih lama pun berkurang.

Demi apapun, aku tidak mengerti mengapa semuanya bergulir, membuatku semakin tampak bodoh. 19 hari lalu aku terduduk di belakang bahu tegapnya, menganggap semua ini adalah mimpi dan delusi. Jongin menanyaiku mengenai tugas sejarah.

Tuhan mengizinkan ini dimulai. Membiarkan detik demi detik dibalut luka sekaligus kebahagiaan batin.

.

.

2015-11-14

Ketika aku mendekap ranselnya, aku hanya berpikir mengenai keamanan berkendara. Sesaat menyadari, bahwa pria dengan nama Kim Jongin ini tidak pula ugal-ugalan dii atas aspal.

“Jongin, bisakah kau pelankan sedikit saja?” cicitku, pelan. Detak jantung mulai berceracau.

“Kau takut jatuh? Kau… bisa memegang ranselku.”

Tanpa menunggu, aku mendekap ranselnya, erat. Hingga dalam sekejap, aku dan Jongin terhanyut dalam obrolan tanpa henti.

.

.

2015-08-19

“Jihyo, ini menyebalkan. Baekhyun terus menggangguku.”

Diskusi kelompok pagi ini, aku buka dengan mendirikan kelompok kecil lain bersama Park Jihyo. Aku, Jihyo, Sehun, Kyungsoo, dan Jiri, serta Jongin ditempatkan dalam kelompok yang sama. Mengenai Baekhyun; dia pria menyebalkan yang membuatku kehilangan selera makan, dia teman satu kelasku saat di tingkat pertama SMP. Dan sekarang. Kami ditakdirkan untuk bernaung dalam satu kelas, dengan 30 lainnya.

“Gangguan seperti apa?”

Kupikir, terkadang Baekhyun seperti hantu. Dia muncul, di mana pun aku ada.

“Ini terdengar sedikit jahat. Tapi ketahuilah, dia berusaha mendekatiku dengan caranya yang aneh itu. Kenapa dia tidak mendekati dengan cara yang baik?”

Belum sempat Jihyo membalas ucapanku, Jongin menyambar.

“Bukankah seharusnya Baekhyun mendekatimu seperti aku? Secara baik-baik.” Pria itu menyeringai.

Apa yang dimaksud Kim Jongin?

.

.

2015-10-13

“Choi Sera, Park Jihyo! Kalian berjalan berdua, hingga tidak menyadari kehadiranku. Hei, bahkan kalian terlihat seperti pasangan—”

“Oh? Kau butuh pasangan?” Kim Jongin, tanpa aba-aba menyodorkan tangannya.

“Ya?”

.

.

2015-10-22

Aku tidak tahu, sekaligus tidak menyadari, bahwa perasaan ini benar-benar telah merayapi dinding hati; mengisyaratkan bahwa aku benar-benar telah ditenggelamkan oleh perasaan yang orang-orang sebut ‘cinta’.

Kami telah menjalin sebuah relasi yang baik dalam lingkup pertemanan, menyatakan pada khalayak bahwa tidak ada yang lebih dari apapun. Jongin selalu menganggap seperti itu, sedangkan aku beberapa derajat berbeda. Aku sedikit tidak terima, walaupun pada kenyataannya, ini adalah hal yang pahit.

Aku merasa salah, dan berulang-ulang salah.

Hari ini, Jihyo mengatakan yang sejujurnya, bahwa terdapat sebuah berita yang menggemparkan kelas.

“Jongin menyukai Choi Sera.”

Oh.

Aku hanya dapat menarik napas lebih dalam lagi. Berulang-ulang.

.

.

2015-12-11

Kemarin adalah ulang tahunku. Jongin tidak mengucapkannya secara langsung—mungkin pria itu sibuk—tapi sebuah hal yang membanggakan bersemayam di benak. Dia mengucapkannya melalui sosial media, dan tidak ada yang aku lakukan, selain membalasnya dengan kalimat membahagiakan lain.

 

@deardear10 Selamat ulang tahun J :3

@kkamjongah Terimakasih class 대장님 :3

 

            Dan, pagi ini. Jihyo memperdengarkan sebuah berita yang mengundang banyak tanda tanya.

“Jongin menyukaimu. Percaya atau tidak.”

Hei. Apa-apaan. Bukankah waktu itu Jongin mengatakan bahwa pria itu menyukai Sera?

“Aku tidak percaya. Bukankah dia menyukai Sera?”

Jihyo menggeleng kuat. “Itu hanya gimmick.”

Aku menyeringai, “Mungkin yang ini juga gimmick.”

Hati tidak untuk dipermainkan. Benar?

.

.

2016-02-03

Aku mengenalnya 221 hari lalu, dan semua terlihat baik-baik saja. Tapi, hingga hari ini, semua yang Jihyo ungkapkan tidak terbukti. Sama sekali. Kim Jongin membuat semua tampak semakin tidak baik. Sama sekali.

Aku mengenalnya 221 hari lalu, dan semua terlihat baik-baik saja. Tapi, hingga hati kecilku menangis, semua yang pria itu ciptakan hanya sebuah memo yang terselip di salah satu folder di ponselku. Memo yang ditulis dengan perasaan senang, sedih, bahkan berlumur air mata.

Bahkan di 1000 hari pertemuan kami, Kim Jongin tetap sebuah memo. Aku hanya dapat menyimpannya, di sebuah bagian yang disebut hati.

.

.fin.

 

A/N: Hello! Ini fiksi penggemar yang ditulis berkat sebuah kejadian nyata. Gak bisa disebut nyata juga, karena semuanya terasa kayak mimpi. Kalo ada yang mau minta SQUEL, I am here;;;____;;; karena kurasa fic ini masih gantung sekali. See you all! Xoxo.

 

 


Destiny Of Love (2/2)

$
0
0

destiny of love 2

Tittle     : Destiny Of Love| 2/2

 

Author  : RichFams06

 

Cast      : Kim Junmyeon as Suho

                 Kim Ra Hee as (OC)

                 Etc.

Length : Two Shoot

Genre             : Hurt/Comfort, Romance.

Rated : T

Synopsis :

“ Aku hanya seorang fansite, bahkan aku bukan fansite ‘darinya’, orang yang telah membuatku melupakan dunia yang selama tujuh tahun kujalani dan dia adalah Kim Junmyeon, Suho”

– Kim Ra Hee-

“Aku sangat kaget saat melihatnya membalasku dengan memanggil Oppa, bahkan aku belum tidur tapi ini sudah seperti mimpi untukku, aku bisa mati muda jika begini.Kuharap esok adalah awal yang baik untuk kami.”

-Suho-

 

 

WARNING!! MANY TYPO’S! KESAMAAN TEMPAT,SITUASI DAN HAL – HAL LAIN ADALAH BUKAN DISENGAJA!

BEBERAPA ARIAL BERARTI BICARA DALAM HATI

INI HANYA IMAJINASI! INI HANYA FANFICTION!

DON’T LIKE DON’T READ

DON’T PLAGIAT!

 

***

 

Before’s

Aku sangat kaget saat melihatnya membalasku dengan memanggil Oppa, bahkan aku belum tidur tapi ini sudah seperti mimpi untukku, aku bisa mati muda jika begini.Kuharap esok adalah awal yang baik untuk kami.

“Saranghae Ra Hee-ah” dan aku terlelap dalam mimpiku.

Suho

 

Destiny of Love Chapter 2

START!

 

Ra Hee’s Pov

Pagi ini aku memiliki jadwal kuliah pagi dan SuhoOppa ingin mengantarkanku pagi ini.Entah mengapa aku merasa ini terlalu cepat dan membingungkan untukku, dia meminta waktu hanya 7 hari untuk merebut hatiku, yang benar saja. Bagaimana mungkin dia bisa melakukannya, bahkan aku sendiri masih menjadi fans gila dari KyuhyunOppa.

Seperti hari biasanya, aku akan membuatkan sarapan untuk adikku dan mengantarkannya hingga kedepan rumah jika dia berangkat ke sekolahnya, ah iya, aku belum mengatakan bahwa adikku berusia sekitar 14 tahun dan tentunya dia anak yang cukup rajin dalam belajar, sehingga aku tidak perlu bersusah payah mengajarkannya lagi jika dia akan ujian. Setelah mengantarkan adikku hingga kedepan rumah dan supir kami tentunya mengantarkan adikku, tidak berapa lama munculah sebuah mobil mewah yang sepertinya pernah kulihat, dan munculah seseorang darisana.

Good morningchagi, sudah siap berangkat ke kampus?” ternyata dia adalah SuhoOppa.

“ck, pagi – pagi sudah sok manis” jawabku ketus.

“memangnya salah jika aku melakukan hal manis dengan takdirku?” jawabnya tanpa merasa aneh.

“haish, berhenti berkata seperti itu, aku ingin muntah, asal Oppa tau” dia mendekat kearahku dan memandangku dengan tatapan anehnya lagi.

“sepertinyachagi-ku butuh sesuatu agar diam” ia menatapku dengan tampang berfikirnya.

“jangan membuatku penasaran Oppa, apa yang kau maksud hah?” aku sungguh penasaran dengan apa yang lelaki 1 ini pikirkan, benar – benar membuatku mati penasaran.

“hmmm, apa ya?” dia mendekatkan wajahnya didepan wajahku, dan tentu saja refleks aku memundurkan wajahku.

“a-apa yang kau lakukan?” tiba – tiba dia menahan tengkuk leherku dan kembali mendekatkan wajahnya dihadapanku.

“wajahmu sangat cantik dan manis jika penasaran seperti itu, hahaha” ia menjauhkan wajahnya dan tertawa keras.

“yakkk! Oppa! Kau menyebalkan!” aku memalingkan wajahku dan kesal terhadapnya.

“Eiii, jangan ngambek chagi, kan aku hanya bercanda, ini sudah siang, bukankah seharusnya kamu kuliah? Ayo kita berangkat, sudah siap kan?” tanyanya padaku.

“hmmm” aku hanya mendeham tanda jawabku.

“aigo, jangan ngambek chagi, aku sudah bilang kan aku hanya bercanda” dia memegang pipiku lembut sangat lembut.

“a..ayo kita berangkat Oppa” aku dengan cepat membuka pintu mobilnya yang tidak terkunci dan duduk begitu saja, entah apa yang terjadi, mengapa jantungku berdetak tidak karuan begini, aku memegang dada kiriku dan berbisik agar cepatlah detakkan ini berhenti, aishh, aku sangat malu, bagaimana ini.

 

***

Author’s Pov

Suho tersenyum penuh kemenangan kala melihat Ra Hee salah tingkah, saat Ra Hee langsung berlalu begitu saja kedalam mobil membuat Suho tersenyum sendiri, wajah wanitannya merah karena malu yang disebabkan oleh dirinya. Lalu Suho-pun bergegas masuk kedalam mobil mewah miliknya. Saat ia duduk dikursi kemudi, ia melirik kearah Ra Hee yang terlihat melihat ke arah luar jendela, ia tau bahwa Ra Hee sangat malu dengan apa yang ia lakukan padanya tadi.

Dengan senyum merekah Suho melajukkan mobilnya menuju kampus dimana tempat Ra Hee berkuliah.Suasana yang tercipta lagi – lagi hanya sebuah keheningan.Ra Hee hanya menatap keluar jendela tanpa mengatakan sepatah katapun, dan Suho tentunya juga merasa bingung harus mengatakan apa untuk memulai lagi pembicaraan dengannya, karena ia juga merasakan kecanggungan yang terjadi antara dirinya dan wanitanya tersebut.

“Ra Hee-ah” terdengar suara lelaki tersebut ditengah keheningan yang sudah terjadi selama 10 menit lamanya.

Ne?” jawab Ra Hee tanpa melihat kearah Suho.

“kamu sudah sarapan?” tanya Suho.

“sudah, tadi aku sudah sarapan, apakah Oppa sudah sarapan?” tanya Ra Hee tanpa sadar.

“ah, aku belum sarapan, aku tidak sempat karena di Dorm terlalu banyak orang, jadi jika mau makan pagi agak sedikit susah” jawah Suho sembari menyetir mobilnya dengan hati – hati.

“apa? Jadi Oppa belum sarapan?” tanyaRa Hee, dan kali ini ia menatap wajah Suho yang sedang menyetir.

“uhmm, Ne, aku belum sarapan chagi-ah” jawab Suho lesu.

“kuliahku masih sekitar 30 menit lagi, bagaimana jika Oppa sarapan didekat kampusku?” tawar Ra Hee.

“ah, boleh juga tawaranmu, aku akan menggunakan penyamaran jadi nanti kamu jangan kaget ya?”

“kaget? Mengapa aku harus kaget?” tanyaRa Hee.

“kamu akan melihatnya nanti chagi-ah, hmm, ngomong – ngomong kenapa kamu mendiamkanku chagi? Aku tidak suka jika kamu diam begitu”

“eh? Ah keuge, geunyang..”Ra Hee tiba – tiba menjadi gugup.

“tidak usah dijawab chagi, tapi aku lebih suka kamu berkata ketus padaku dibandingkan kamu mendiamkanku selama 10 menit seperti tadi”

“maaf, aku hanya bingung harus bicara apa padamu Oppa” jawab Ra Hee dengan nada sedih.

“tidak apa, tapi lain kali jangan seperti ini lagi, dan kita sebentar lagi akan sampai didekat kampusmu, dimana kita akan makan?”

“nanti akan kutunjukkan, itu adalah café tempatku makan biasanya dengan temanku”

“baiklah” Suho mengarahkan mobilnya hingga ketempat dimana Ra Hee mengarahkan dirinya, dan setelah mereka memarkirkan mobil, merekapun keluar dari mobil tersebut dan menuju café yang Ra Hee katakan, tidak lupa Suho yang seorang artis melakukan penyamarannnya.

Ra Hee yang melihat penyamaran Suho yang benar – benar anehpun tertawa keras hingga memegang perutnya, Suho menyamar dengan menggunakan Wig berwarna silver dan juga tidak lupa kacamata yang ia pakai, kacamata berwarna hitam, sehingga kini Suho tidak tampak seperti dirinya. Hingga mereka duduk ditempat merekapun, Ra Hee masih saja tertawa dengan geli melihat Suho melakukan penyamaran yang benar – benar absurd untukknya.

“yakchagi, tidak bisakah kamu berhenti mentertawakanku huh?” tanya Suho dengan wajah kesal.

“maaf, aku tidak tahan untuk tidak mentertawakanmu Oppa, hahahaha” Ra Hee masih tertawa hingga akhirnya ia lelah sendiri.

“sudah? Sudah puas tertawanya huh? Bahkan makanan sudah datangpun kau masih tertawa”

“iya iya, maaf chagi-ya” jawab Ra Hee.

“a-apa? Tadi kamu memanggilku apa?” tanya Suho kaget.

“aku memanggilmu chagi” jawab Ra Hee enteng sembari memakan makanan Suho.

“APA?!KAU MEMANGGILKU CHAGI?!” refleks karena kagetpun Suho berteriak kesenangan.

“yaakk!! Tidak bisakah tidak berteriak heboh begitu?!” teriak Ra Hee.

Mianhae, aku terlalu senang..” jawab Suho pelan.

“kau memanggilku chagi, kenapa aku tidak boleh memanggilmu begitu juga? Yahh, walaupun yeoboku KyuhyunOppa sih, hehe” jawab Ra Hee polos.

“ah, iya..” dan tidak sadar Ra Hee yang telah membuat Suho senang kembali mematahkan perasaan Suho.

“kenapa?” tanya Ra Hee bingung dengan perubahan Suho.

ania, aku hanya lapar, ayo kita makan!” Suho menutupi hatinya yang sakit akan perkataan wanitanya, ya dia sadar bahwa Kyuhyunhyungnya tentulah masih ada dalam hati wanitannya, dia sangat tau dan juga sadar posisi dirinya sekarang dimata Ra Hee.

***

 

Suho’s Pov

Aku tau dia tentu masih tergila – gila dengan Kyuhyunhyung, tapi mengapa disaat aku sudah bahagia dengan apa yang terjadi denganku juga dengannya, ia seperti kembali menjatuhkan dan membuatku merasa tidak bisa kembali bangkit ketempatku semula bertahan. Bagaimanapun aku akan bertahan dengan apapun yang terjadi nantinya dihadapanku, aku tidak akan menyerah, berapa kalipun dia ingin pergi dariku, berapa kalipun dia mengatakan cintanya pada Kyuhyunhyung aku akan menganggap diriku tidak mendengar apapun tentang itu semua. Semua akan kulakukan untuk merebut hati pujaanku dan bertahan dari semua yang terjadi.

Tidak ada kata menyerah dalam kamusku, aku akan berusaha merebut hatimu, aku yakin bisa melakukan hal tersebut. Walaupun banyak hal yang harus kulalui, termasuk membuatmu melihat kearahku. Melihatnya bersamaku saat ini saja sudah sangat membuat hatiku terasa sangat bahagia, karena itu aku harus bertahan hingga aku dapat sepenuhnya mendapatkan hatinya, Kim Ra hee aku berjanji akan menempatkan diriku didalam hatimu seperti aku yang menempatkan dirimu dihatiku, kau membuatku benar – benar berbeda seperti ini.

“Ada apa ?kenapa melamun begitu?” Ra hee bingung melihatku terdiam memperhatikannya.

“aku hanya sedang menikmati pemandangan indah dihadapanku, hal tersempurna yang pernah kulihat dan mungkin akan sangat sering membuatku ketagihan untuk memperhatikannya” jawabku diiringi dengan senyumanku.

“lagi – lagi jurus gombal, Oppa ini bisa saja membuatku merasa aneh” aku mengerenyitkan keningku bingung.

“merasa aneh bagaimana?” tanyaku padanya.

“hmm, rasanya dadaku bergemuruh dan jantungku seperti mau keluar” jawabnya dengan wajah polos.

“kamu belum pernah benar – benar jatuh cinta pada seseorang ya Ra hee-ah? Bahkan kamu tidak tau itu artinya apa” aku tersenyum kecil melihatnya bingung.

“aku kan sudah bilang cinta pertamaku KyuhyunOppa, dan aku juga pernah merasakan perasaan ini padanya dulu dan jika aku merasakan hal ini denganmu itu berarti-“ aku langsung memotongnya.

“itu artinya kau mencintaiku..” aku menatapnya dengan mantap.

“cinta? Mencintaimu? Benarkah?” ia tampak semakin bingung.

“ya, kamu mencintaiku atau bisa juga kamu menyukaiku” tambahku lagi.

“tapi ini terlalu cepat jika disebut dengan cinta bukan, hhh mungkin aku baru menyukaimu saja Oppa, ah aku sudah harus kekampusku, lanjutkanlah makanmu Oppa, aku harus pergi, annyeong~” dia meninggalkanku dengan langkah yang cukup tergesa, mungkin dia masih bingung dengan apa yang ia rasakan, apakah mungkin aku adalah namja pertama yang bersamanya? Itu juga tidak mungkin kan, lelaki mana yang buta dan tidak menginginkan perempuan seperti dia, dia bahkan sangatlah cantik dimataku.

***

Author’s Pov

Suho meninggalkan tempat itu setelah menghabiskan sarapan yang ia makan, karena kebetulan hari ini ada jadwal ia harus bergegas pergi dari tempat tersebut. Namun Suho tidak bisa membohongi hatinya jika dia sangat merindukan Ra hee, ia harus hadir dalam acara musik karena kebetulan EXO sedang dalam masa promosi albumnya, sehingga mau tak mau dia mengesampingkan wanitanya terlebih dahulu.

Kebetulan SUPER JUNIOR, sunbaenim dari EXO juga sedang comeback dan dalam masa promosi, Suho langsung berfikir bahwa wanitanya pasti sekarang berada disini, karena yang ia tahu bahwa Ra hee adalah Fansite Kyuhyun , sudah pasti Ra hee berada ditempat ini, ia berencana untuk mencari Ra hee setelah menyelesaikan pekerjaannya. Dia sudah menanyakan pada Ra Hee juga perihal keberadaan perempuan tersebut dan wanitanya menjawab ia berada di tempat SUPER JUNIOR saat ini, semakin membuat Suho ingin menemuinya.

***

Suho’s Pov

Akhirnya setelah aku melakukan seluruh pekerjaan aku dapat pergi juga untuk menemukan Ra Hee diluar, pasti dia juga baru saja keluar dari tempat ini, aku harus segera menyamar dan menemukannya, aku bisa gila jika tidak bertemu dengannya sekarang juga. Aku berjalan menuju lorong untuk keluar dari tempat kami, aku juga sudah mengatakan pada manager hyung untuk pulang lebih dulu karena ada sebuah urusan yang ingin kulakukan.

Aku sangat bersemangat untuk pergi ketempat ELF berada, karena menurutku dia pasti berada disana, aku harus bergegas sebelum semua telah pulang, aku berjalan menuju pintu belakang menuju tempat para fans berada, ah mengapa aku tidak melihat dirinya disana? Apa dia sudah pulang? Hhh, lebih baik aku ketempat parkir mobil dan kembali ke Dorm karena dia tidak berada disana, sial, kenapa dia sudah pergi, aku jadi tidak dapat bertemu dengannya, sudahlah aku ketempat parkir saja, dimana mobilku?, kenapa sangat jauh.

DEG!

Kim Ra Hee..Dia..

***

Author’s Pov

Suho berjalan menuju tempat dimana ia memarkirkan mobilnya namun tidak disangka ia mendapatkan pemandangan yang mengejutkan dihadapannya, didekat pintu keluar dimana biasanya seorang artis masuk ia melihat Ra hee berada disana bersama KyuhyunHyung yang sangat ia hormati, Suho sangat terkejut.

Melihat sang pacar berdua dengan orang lain tentu membuat hatinya merasa sakit, ekspresi wajah kacau sangat terlihat. Entah perasaan sedih,marah,kesal atau kecewa yang sekarang ia tunjukkan, segala emosi yang ia milikki bercampur menjadi 1 dan sulit untuk mendeskripsikan ekspresi emosi apa yang ia tunjukkan.

Melihat kebahagiaan yang terpancar jelas pada wajah Ra hee saat bersama hyungnya, melihat kedekatan mereka bagaikan suatu pertunjukkan hebat yang sulit untuk diterima olehnya, sangat menyakitkan melihat suatu hal yang mungkin menjadi salah 1 alasannya untuk terus mundur dari wanita yang ia cintai tersebut. Mungkin jika orang lain yang melihat mereka hanya mengira bahwa mereka berdua adalah kakak dan adik yang sangat dekat, namun persepsi yang dikeluarkan oleh pemikiran dari Suho berbeda karena ia tau bahwa wanita tersebut memiliki perasaan yang disebut dengan cinta pada lelaki yang ia lihat kini sedang bersama dengannya.

Tidak tahan melihat pemandangan dihadapannya, ia langsung bergegas menuju mobil yang tidak jauh darinya dan langsung pergi tanpa mengidahkan apapun disekitarnya.

 

 

***

Ra hee’s Pov

Setelah melihat performance dari SUPER JUNIOR dan mengambil banyak foto KyuhyunOppa akupun bergegas keluar untuk pergi menemui KyuhyunOppa, maklum Oppa sudah janjian denganku dibelakang pintu masuk, karena para fans tidak tau SUPER JUNIOR berada diruangan mana, sehingga aku bisa mengendap menemui Oppa dan Oppa juga melakukan penyamaran, ia bilang ada sesuatu yang ingin ia katakana padakku, dia tidak memiliki waktu yang banyak untuk bertemu denganku, karena itu dia menyuruhku untuk menemuinya.

Tapi yang menjadikanku bingung saat ini, aku mendapat pesan dari SuhoOppa, saat kubalas ada apa dia tidak menjawab, ya sudah lagipula itu juga bukan salahku kan, jadi untuk apa aku memikirkannya. Baiklah sekarang aku sudah berada ditempat, tapi dimana KyuhyunOppa ya, kenapa dia belum datang.

“Ra hee-ah, Oppa datang”

“akhirnya datang juga, ada apa Oppa? Apa hal yang membuat Oppa harus menemuiku seperti ini, apa yang terjadi?” tanyaku padanya.

Oppa mau menikah Ra hee-ah”

MWO!!” aku reflek berteriak.

“sssttt, yakk, jangan berteriak begitu, kalau tidak orang – orang akan mengetahui kita berada disini Dongsaengpabo” KyuhyunOppa menggeplak kepalaku dengan kerasnya.

“isshh, appoyo~ mianOppa aku terkejut, kenapa Oppa menikah? Apa yang terjadi?” tanyaku penasaran padanya.

Oppa mengahimili Rayeol eoni, jadi Oppa harus segera menikahinya, Oppa mau bertanggung jawab” jawab Oppa.

“kenapa bisa Oppa mengahimili eoni, Oppa itu ya, benar – benar berengsek, yaish napeunnamja” dengan sinis aku menatap KyuhyunOppa.

Oppa mabuk saat itu, sehingga terjadilah kejadian ini, untung saja Oppa mengingatnya dan Oppa langsung menanyakannya, Rayeol eoni menutupinya dari Oppa, tapi Oppa berhasil tau juga pada akhirnya karena dia mau mengakuinya” jawab KyuhyunOppa dengan lesunya.

“baiklah Oppa, aku tidak bisa berbuat apapun selain mendukung kalian berdua, tapi aku hanya ingin mengingatkanmu 1 hal, publikasi pernikahan kalian harus sesuai dan jangan seperti sungmin Oppa dulu yang mengambil keputusan dan tindakkan yang cukup salah, aku tidak ingin Oppa disakiti” aku tersenyum, padahal hatiku juga sedih mengetahui Oppa akan menikah.

GomawoDongsaeng-ah, kau memang fans terbaikku, yang selalu mendukungku dan mengerti keadaanku tanpa harus kubilang padamu, suatu saat kuharap ada lelaki baik yang akan menjagamu dengan sangat baik, aku tidak rela menyerahkan Dongsaengku ini dengan orang yang salah, mengerti? Masalah itu, Oppa akan mengurus semuanya dan jika sudah saatnya Oppa akan mempublikasikannya, tentu dengan cara yang baik” tidak disangka Oppa memelukku dengan sangat erat dan tidak sengaja aku juga melihat, SUHO!.

Oppa..Oppa lepas pelukannya palliwa..” pintaku.

waeyo? Ada yang salah?” tanyaKyuhyunOppa.

“tadi kalau tidak salah melihat aku melihat Suho, apakah itu dia?” aku menunjuk pada seseorang yang kurasa mirip dengan Suho juga orang itu berbalik badan saat aku melihatnya sehingga dia memunggungi kami, ia sangat berbeda tapi entah mengapa aku bisa mengenalinya, bagaimana kalau itu dia dan dia salah paham terhadapku?.

“mungkin kamu salah liat, itu bukan seperti Suho”

“iya, mungkin aku salah liat Oppa, kalau begitu aku pulang dulu ya, ini sudah sore, annyeong~” aku melambaikan tanganku pada Oppa dan segera pergi dari tempat itu, aku langsung bergegas mencari taksi untuk pulang kerumah.

***

Sesampainya dirumah aku bergegas mandi untuk membersihkan tubuhku yang sangat lengket ini, hari ini sangat melelahkan, dimulai dari kuliah dan kegiatan fansite-ku, seperti biasa, setelah makan aku akan menguplod seluruh foto yang kudapatkan saat tadi berada diacara, tentu saja foto saat KyuhyunOppamenuju tempat Pre-Recording, setelah semua sudah aku mengecek ponselku, mengapa tidak ada 1pun pesan dari orang itu ya? Hhh sudahlah untuk apa juga aku memikirkan orang itu, lagipula dia baru 2 hari berkenalan denganku kan. Tapi janjinya untuk membuktikan cintanya padaku selama 7 hari kemana? Hhh, harusnya aku sadar bahwa seorang idola itu memiliki sifat yang sama semua, hanya mempermainkan saja perasaan seseorang.

Tetap saja, bagaimana bisa orang yang sudah berjanji tidak menepatinya, aishh apa sih aku ini, jangan bilang aku benar – benar mulai menyukai orang itu. Aku ini perempuan harusnya aku bisa menahan emosiku sedikit, kenapa aku malah jadi yang terlihat banyak berharap darinya begini.Sudahlah lebih baik aku tidur saja.

***

Author’s Pov

Malam yang sunyi kini semakin terasa dingin, Ra hee terdiam bukannya tertidur, ia memikirkan apa yang terjadi selama 2 hari ini tampak seperti sebuah mimpi yang tak pernah ia bayangkan. Bertemu dengan seseorang yang belum lama ia kenal, hatinya yang bergemuruh tak bisa berbohong. Tampak kegelisahan dan perasaan tidak enak muncul didalam hatinya, dadanya terasa sesak karena memikirkan orang tersebut, memang semua terlalu cepat, tapi apa lagi yang bisa ia tampik, ia memang merasakan kegelisahan itu.

Namun yang menjadikannya pertanyaan besar adalah apakah ini hanya sebuah emosi sesaat saja, apakah ini bukan suatu yang benar bisa disebut dengan cinta.Belum lagi banyak hal yang berputar juga dalam pikirannya.Ia tidak tau bahwa seseorang yang dipikirkannya kini juga sedang menahan rasa sakit yang amat sangat karena sebuah kegagalan persepsi.

Dering ponsel terdengar, suara itu muncul dari ponsel Ra hee, ID call Kim Junmyeon yang muncul disana, bingung, tentu saja Ra hee bingung harus menjawab apa, karena orang yang telah menjadi fokus dalam otaknya kini menelphone dirinya. Dengan gugup ia memandang layar ponsel canggihnya tersebut, dan dengan helaan nafas ia menjawabnya.

yeoboseyo, ada apa Oppa?” tanya Ra hee memulai percakapan.

“hmm, temui aku di Bar, aku ingin bicara denganmu..hikk”

“kau mabuk?? Apa yang terjadi hah? Kenapa mabuk?” tanya Ra hee panik karena Suho terdengar mabuk berat.

palliwa, cepatlah kesini, ketempat Kyuhyunhyung dan aku sering minum, kau pasti tau kan? Hikk cepatlah” pinta Suho paksa.

“b..baiklah..tunggu aku disana, jangan kemanapun!” setelah itu ia langsung bergegas tanpa mengganti bajunya, ia hanya mengambil jaket tebal untuk menutupi piyama sekaligus membuatnya hangat.

Segera ia naik mobil pribadi miliknya dan bergegas menuju Bar tempat Kyu-line biasa minum bersama, tentu ia sangat tau karena ia adalah seorang fans KyuhyunOppanya jadi ia tentunya tau, dengan kecepatan yang cukup tinggi ia sampai ditempat tersebut, langkah tergesa ia masuk dalam Bar tersebut, sebuah Bar elite yang biasanya hanya kaum orang kaya yang bisa minum disana. Ra hee mencari sosok Suho disana, namun ia kesulitan, sampai akhirnya ia menemukan seorang lelaki yang sangat mabuk berat didekat meja bartender.

“kenapa kau mabuk begini?” Ra hee menatap tajam Suho.

“ahh, kau datang, mau minum bersamaku?” tawar Suho padanya.

“tidak, terimakasih. Aku sedang tidak menginginkannya.Cepat bayar dan kita pergi dari sini, biar aku yang mengantarkanmu” namun yang Suho lakukan malah menambah gelas minumannya menjadi penuh dengan alkohol.

“duduklah disini, aku ingin bicara denganmu..” Suho menatap Ra hee dengan wajah Sayu miliknya, terlihat kekecewaan disana.

“a..apa yang ingin kau bicarakan denganku?” tanya Ra hee takut.

“aku..sangat..hnggg mencintaimu..BRUKK” setelah mengucapkan perkataan tersebut Suho akhirnya tidak sadarkan diri, tentu saja Ra hee bingung sekali harus bagaimana, ia juga tidak tau dorm EXO berada dimana, apalagi rumah Suho.

eotokhe? Micheoso?”Ra hee benar – benar blank dan tidak tau harus bagaimana, mau tak mau dia meminta tolong orang Bar untuk menolongnya membawa Suho masuk kemobil miliknya.

“aku tidak tau rumahnya dimana, apa aku bawa dia kerumah saja ya, untung dirumah tidak ada adik, baiklah jika dia tidur dikamar adik tidak masalah” Ra hee menjalankan mobilnya dan pergi kerumahnya, ia tidak tau harus membawa Suho kemana, tidak mungkin dia membawa Suho ke hotel yang ada malah skandal artis muncul, karena itu dia mengajak Suho menuju rumahnya setidaknya tidak akan ada isu yang merebak.

Sesampainya dirumah, Ra hee langsung menutup wajah Suho dengan bennie miliknya agar jika ada wartawan atau sasaeng diluar sana tidak ada yang mengenali itu Suho. Setelah bersusah payah membawa Suho kedalam rumah ia langsung membaringkan badan Suho di Sofa rumahnya.

“fiuhh~ sampai juga~” melirik kearah Suho sebentar, ia merasa ada hal aneh yang terjadi pada orang ini, pasti sesuatu terjadi.

***

Suho’s Pov

Ada dimana aku ini?

Akhhh, kepalaku mengapa sakit sekali, dan perutku sangat mual..hngg, apa aku mimpi, aku melihat Ra hee dihadapanku..

Ra hee-ah..kau hanya milikku..

Jadilah milikku seutuhnya..

Jadilah hanya untukku..

Akhhh..mengapa tubuhku sangat panas..

T..tidak jangan lagi.. aku tidak mau..andwae!

 

***

Author’s Pov

Kedua insan berbeda gender itu kini berada dalam 1 tempat yang sama, suasana ditempat tersebutpun entah mengapa berubah menjadi panas. Lelaki bernama Suho itu terbangun dan menatap sang wanita bernama Ra hee dengan tatapan anehnya, Ra hee bahkan seperti tidak mengenali lelaki tersebut.

“a..apa yang kau lihat? Kau kenapa huh? Ada apa oppa?” tanyaRa hee dengan gugupnya.

“jadilah milikku Kim Ra hee!” dan Suho menarik tangan sang gadis, memeluknya dengan erat tanpa sadar dan mulai melepas baju perempuan tersebut.

“lepas!! Andwae! Lepas!” teriak Ra hee keras.

 

TIDAK….!!!

Tak seorangpun yang mendengar teriakan perempuan cantik tersebut.

***

3 month letter…

“hueekk, uhuk” sudah beberapa bulan ini Ra hee merasa ada yang sangat aneh dengan tubuhnya, ia menjadi cepat lelah dan sekarang parahnya dia harus selalu mual dan mengeluarkan isi perutnya setiap memakan sesuatu, dan ia merasa bahwa perutnya semakin membuncit, dia curiga apakah jangan – jangan ia kurang gizi, dia sangat anti dengan rumah sakit, jika tidak parah maka dia tidak akan pernah pergi ketempat tersebut.

eoni¸ lebih baik pergi kerumah sakit ya, aku temani mau?” tanya adik Ra hee.

“tidak, biar eoni sendiri yang kerumah sakit, kamu dirumah saja ya, jaga rumah, eoni akan pergi kerumah sakit” pinta Ra hee pada adiknya.

“baiklah, kalau ada apa – apa hubungi aku ya”

“tentu saja, kalau begitu eoni pergi dulu kerumah sakit sekarang” setelah itu ia pergi mengganti baju dan bergegas naik taksi kerumah sakit, karena tidak memungkinkan sekali jika ia harus menyetir, ia sebenarnya merasa janggal, setelah kejadian Suho berada dirumahnya saat itu semua terlihat berbeda, namun baiknya hubungan dirinya dan lelaki itu sangat baik, bahkan Suho sudah melamarnya, hanya saja ada sebuah hal yang tidak bisa ia ingat sama sekali.

Sampai dirumah sakit ia langsung melakukan check up jadi ia mengambil darah juga menunggu hasilnya, saat suster mmanggilnya iapun memasuki ruangan dokter.

“selamat siang nyonya” sapa sang dokter.

“siang dokter, bagaimana hasil dari test saya?” tanyanya cepat.

“semua baik, hanya saja anda memang kurang gizi sedikit, selamat nyonya anda hamil, juga sudah memasuki usia 3 bulan” jawab sang dokter, Ra hee saat itu juga merasa kaget sangat kaget.

“s..saya hamil dokter?” tanyanya lagi.

“ia, silahkan beritahukan pada suami anda pasti dia akan sangat bahagia, tolong anda jaga pola makan anda, saya akan memberikan resep pada anda, silahkan anda ambil diapotek” dokter menyerahkan resep padanya dan dirinya yang masih kaget tentu hanya berjalan keluar dengan tatapan kosong, hamil? Ia hamil? Bagaikan terserang petir disiang bolong.

 

Kim Junmyeon..habislah kau…

 

-end or and??

-KKEUT-

Note from author

Yuhuu~ akhirnya Richfams06 update juga fanfict ini, maaf ya kalau jadi membosankan, saya bingung harus gimana lagi soalnya, saya juga lagi sibuk ujian sampai bulan januari februari, maaf banget lama update, tapi gimana? Walaupun lama yang penting udah update kan?? Maaf masih banyak kekurangan. Terimakasih untuk reader’s yang masih menunggu FF ini~^^ keep Reading ya, jangan lupakan KOMENTAR~ terimakasih

Ps.kalau banyak komentar janji buat lanjutannya..dalam bentuk sequel~

 

 


Viewing all 4828 articles
Browse latest View live