Quantcast
Channel: EXO Fanfiction
Viewing all 4828 articles
Browse latest View live

Memories And Miracle (Chapter 3)

$
0
0

memories and miracle

Title                       : Memories and Miracle

Author                  : Putri Dini

Length                  : Chaptered

Genre                   : Angst, Romance, Life

Main Cast           : Bae Suzy, Oh Sehun

Other Cast          : Park Jiyeon, Park Chanyeol, etc.

Author’s Note   : ff ini adalah ff sequel dari ff author sebelumnya ‘Story Of The First Love And Endless Love’ yang couplenya Suzy-Baekhyun yang juga pernah di post disini tahun 2014 kalo gak salah. Semoga yang ingin membacanya dapat membaca dengan senang. Jika ada kesamaan kejadian hanya kebetulan semata. Thank’s.. Sorry for typo(s), Happy Reading…

 

 

 

–Memories and Miracle [Chapter 3]—

(Before Chapter 2)

Suzy terlihat sangat lemas. Ia bahkan terlihat sulit bernafas. Berkali-kali ia mengambil nafas dengan susah payah. Air matanya pun kembali mengalir. Mengingat apa yang terjadi pada Sehun membuatnya kembali teringat dengan Baekhyun. Air matanya mulai mengalir deras. Ia mulai menangis dalam diamnya. Menjatuhkan tubuhnya kesamping kanan akibat tak kuasa menahan air matanya. Wajahnya pun ia tenggelamkan dalam kasurnya, berusaha agar terdengar suara tangisannya.

***

“aku pergi dulu, ayah..” ucap Suzy memberi salam.

“aku juga, terima kasih telah memberiku tumpangan semalam..” ikut Sehun memberi salam.

“tidak apa, itu lebih baik daripada kau pulang tengah malam. Itu tidak baik..” ucap sang ayah tersenyum.

ne..” Sehun membalas dengan senyumnya.

***

Suzy terlihat termenung di kantornya. Ia duduk di meja kerjanya dengan tatapan kosongnya.

“wartawan Bae..” panggil ketua timnya.

“..ne..” Suzy yang sedikit telat menjawabnya.

“ada apa? Tak biasanya kau termenung, karyawan terfokus ternyata bisa termenung juga..” ejek ketua timnya tersebut.

Suzy terdiam.

“ah.. ketua tim.. bisakah aku keluar sebentar?” Suzy meminta izin keluar.

“kemana?”

“ada yang ingin ku kunjungi..” ucap Suzy.

“baiklah.. hati-hati…”

***

Suzy ternyata mengunjungi makam Baekhyun. Matanya menatap nisa yang bertuliskan nama Baekhyun tersebut dengan tatapan yang sulit diartikan. Ia kemudian meletakkan bunga yang sengaja ia beli untuk Baekhyun.

“kenapa kau lakukan ini padaku?” ucap Suzy yang terdengar sangat putus asa.

Nafas panjang pun mengiringi rasa putus asa yang dirasakan.

“kenapa kau mengirimkan orang yang sama sepertimu?”

“….kenapa kau membuatku merasakan ini untuk kedua kalinya?!” nada Suzy yang mulai meninggi.

Air mata kemudian mengalir kembali membasahi pipi Suzy. Ia kemudian terduduk lemas dengan air mata yang terus mengalir.

“apa yang harus aku lakukan? Rasa sakitmu belum hilang, apa aku harus merasakan sakit ini lagi..?” Suzy semakin terisak.

Tiba-tiba, ponsel yang sedari tadi ia pegang berbunyi. Ia melihat panggilan tersebut dari ketua timnya. Ia mencoba untuk menetralkan perasaannya dulu sebelum ia mengangkat panggilan tersebut.

“ini aku, ketua tim..”

“kau dimana? Masih lama?”

“kenapa? Ada apa?”

“kalau sudah selesai, jangan datang ke kantor. Datanglah ke rumah sakit, Oh Sehun pingsan di toilet, kami sedang menuju ke rumah sakit sekarang..” ucap ke tua tim tersebut dengan nada khawatir yang terdengar jelas.

ne? Sehun? Rumah sakit mana?” Suzy yang kaget dibuatnya.

***

Suzy berlari menyusuri koridor rumah sakit mencari seseorang yag ia kenal. Ia kemudian melihat ketua timnya sedang menunggu di depan IGD.

“ketua tim..”

eo, Suzy-ah..”

“apa tang terjadi?” tanya Suzy.

“aku juga tidak tahu, seorang karyawan melihatnya pingsan di toilet dan mereka langsung menelpon 119 setelah itu. Aku juga masih belum tahu..”

Suzy mencoba mengatur nafasnya yang ngos-ngosan sehabis berlari.

“bagaimana dengan kantor? Lebih baik ketua tim kembali ke kantor, aku akan disini mengawasi Oh Sehun..” ucap Suzy.

“begitu? Baiklah, nanti hubungi aku jika dia sudah sadar. Oh ya, walinya juga sedang menuju kesini..”

ne..

***

“perkembangan tumornya semakin cepat, penglihatannya juga sudah semakin berkurang. Kalau seperti ini terus hal yang terburuk bisa terjadi..” ucap sang dokter.

“lalu bagaimana?” tanya Suzy.

“sekarang operasi jalan satu-satunya. Namun, aku juga tidak bisa menyarankannya begitu saja..” ucap sang dokter.

Suzy terlihat sangat frustasi mendengar ucapan sang dokter.

***

Suzy duduk disamping ranjang Sehun. Suzy terlihat bingung dengan apa yang harus ia lakukan. Tak lama, Sehun pun mulai membuka matanya.

“apa itu Suzy..?” Sehun yang masih setengah sadar.

eo.. kau sudah sadar?” Suzy yang langsung bangkit.

Sehun langsung ingin merubah posisinya menjadi duduk.

“kenapa aku disini?” tanya Sehun.

“Oh Sehun, kau harus dioperasi..” Suzy yang tampak tak ingin basa-basi.

Sehun terkejut mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh Suzy.

“apa yang kau katakan?” Sehun yang terlihat bingung.

“tumormu kembali, dan sudah berkembang. Kau harus segera dioperasi..” ucap Suzy tegas.

Sehun lalu terdiam.

“ternyata ia kembali..”gumam Sehun sebari tersenyum tipis.

“kau tersenyum? Kau bisa tersenyum sekarang?” Suzy yang tak habis fikir dengan Sehun.

“kenapa jadi begitu agresif, aku sudah tahu bahwa ia akan kembali. Hanya saja waktunya aku tidak tahu. Sebaiknya, aku harus mempersiapkannya..” Sehun yang berbicara kepada dirinya sendiri di akhir kalimatnya.

“mempersiapkan apa?!” Suzy yang mulai meninggikan suaranya.

“Suzy-ah..”

“Sehun-ah..Sehun-ah..” seorang wanita paruh baya langsung menghampiri Sehun sembari menanyakan kondisinya.

“aku tidak apa-apa, bi..” Sehun tersenyum.

eomeoni..” Suzy yang mengenal wanita tersebut pun sedikit terkejut, ia adalah ibu Baekhyun.

***

“selama ini Sehun tinggal bersamamu?” tanya Suzy yang sedang duduk berhadapan dengan ibu dari Baekhyun di kantin rumah sakit.

“kalau ia di Korea, ia tinggal bersamaku. Ia sudah seperti anakku juga, orang tuanya berada di Jepang. Aku tidak tahu kalau kau rekannya Sehun..” ucapnya.

Suzy terlihat ingin mengatakan sesuatu. Namun, ia terlihat ragu untuk mengatakannya.

“ada apa? Ada yang ingin kau sampaikan?” tanya ibu Baekhyun.

“ahh.. begini, aku berfikir untuk tidak mengatakannya agar tidak membuatmu khawatir. Namun, kita tidak boleh terlambat untuk yang kedua kalinya, pikirku..”

“apa yang kau katakan?” ibu Baekhyun tampak tidak mengerti sama sekali dengan apa yang Suzy katakan.

“…Sehun.. tumornya kembali..” ucap Suzy mengakhiri penjelasannya.

Ibu Baekhyun pun tampak terkejut mendengar itu dari Suzy. Kalau saja, tidak dalam posisi duduk mungkin ia sudah terduduk lemas di lantai.

“ap,..apa yang baru saja kau katakan? Tu..tumornya kembali?” ibu Baekhyun yang sangat berharap ucapan Suzy adalah bohong.

ne, kita harus membujuknya untuk operasi. Kalau tidak….”

Suzy menatap ibu Baekhyun dengan tatapan putus asa.

“…kita bisa kehilangan Sehun seperti Baekhyun..” sambung Suzy.

Ibu Baekhyun tampak memegangi dadanya. Ia mulai kesulitan bernafas.

“kau tidak apa-apa?” tanya Suzy.

“pertama, kita harus hubungi orang tua Sehun terlebih dahulu..”

***

Suzy dan Sehun sedang duduk di bangku di atap rumah sakit.

“ini..” Sehun memberikan sesuatu kepada Suzy.

Suzy lalu melihat tangan Sehun yang mengarah kepadanya dan ternyata sebuah es krim. Sebelum menerimanya, Suzy sempat menolehkan pandangannya kepada Sehun.

“memakannya, apakah membuatmu teringat kepada hyung?” tanya Sehun sembari membuka bungkus es krim miliknya.

Suzy lalu menoleh kearah Sehun. Ia menatap Sehun seakan bertanya apa maksud dari pertanyaannya barusan.

“sebenarnya, aku melihat kau saat disekolah hari itu. Saat kau menyuruhku untuk pulang, aku tidak langsung pulang. Aku melihatmu, dari perpustakaan sampai ke bangku sekolah..”

“ternyata kau memang stalker..” ucap Suzy.

“saat itu aku melihatmu makan es krim sendiri dan menangis. Saat itu… aku berfikir aku sangat beruntung, aku sangat bersyukur..” Sehun yang kali ini menoleh kearah Suzy dan menatapnya.

“…aku bersyukur memiliki waktu yang telah kuhabiskan dengan orang yang kusayangi. Saat aku melihatmu, aku kasihan. Melihatmu tak memiliki banyak kenangan dengan orang yang kau sayangi, aku menyadari bahwa itu sangat sakit sampai membuat seseorang tak bisa hidup… sepertimu..” ucap Sehun dengan lembut yang tetap menatap Suzy.

Suzy pun sedari tadi menatap Sehun mendengar apa yang Sehun katakan.

“apa tujuanmu mengatakan ini?” tanya Suzy.

“aku sudah cukup bahagia, kenangan yang kumiliki juga sudah banyak. Pergi sekarang juga tidak buruk..” ucap Sehun.

“Oh Sehun..” Suzy yang mengetahui arah bicara Sehun.

“aku ingin berhenti, aku tidak ingin berada di ruang operasi lagi. Aku ingin pergi dengan damai, aku tidak ingin pergi selagi terbaring di meja operasi..” Sehun yang menjelaskan tujuannya sedari tadi bicara.

“kau tidak mati. Kenapa kau harus mati?” Suzy yang benar-benar tidak mau menyerah.

“Suzy-ah..”

“kau saja yang sudah cukup? Aku? Bagaimana denganku? Kenangan apa yang kumiliki?”

Sehun terdiam mendengar ucapan Suzy yang tak diduga olehnya.

“jadi..tak bisakah kau tetap disisiku? Kau bisa membuat kenangan untukku. Nanti kalau sudah cukup kenangan yang kau buat, kau boleh pergi..” Suzy yang mulai terdengar emosional.

“…kalau kau pergi sekarang… aku harus bagaimana?” Suzy mulai meneteskan air matanya.

“…aku harus menangis lagi? Hidup seperti mayat hidup selama 5 tahun lagi?” air mata Suzy yang semakin deras.

Sehun yang melihat Suzy pun dibuat terdiam. Ia tidak menyangka Suzy akan menjadi se-emosional berbicara dengannya. Ia hanya bisa menatap Suzy tanpa mengularkan sepatah katapun. Ia hanya bisa melihat Suzy yang berusaha mengontrol kembali emosinya dengan air mata yang terus mengalir.

***

“Suzy-ya..” panggil ibu Baekhyun.

ne..” Suzy langsung menghampirinya.

“Sehun dimana?”

“ia baru saja masuk kemar, mungkin sedang istirahat..” jelas Suzy.

“ini.. mereka adalah orang tua Sehun yang baru saja sampai dari Jepang..” ibu Baekhyun memperkenalkan seorang wanita dan lelaki yang datang bersamanya tadi.

ah ne.. annyeonghaseyo..” Suzy memberikan salamnya.

“bagaimana dengan kondisi Sehun?” tanya ibu Sehun yang sangat terlihat khawatir.

“ehmm, mungkin lebih baik dokter yang menjelaskannya..” jelas Suzy.

***

Suzy pun membawa kedua orang tua Sehun beserta ibu Baekhyun untuk menemui dokter yang bertanggung jawab untuk Sehun. Kedua orang tuanya pun terlihat sangat shock mendengar kondisi Sehun yang sebenarnya dalam kondisi yang tidak baik. Reaksi ibu Baekhyun pun tak berbeda, Suzy yang berada disampingnya pun mencoba menenangkan walaupun ia sendiri masih belum bisa mengontrol perasaannya.

“lalu apa tidak ada cara untuk menyembuhkannya?” tanya sang ayah.

“sebenarnya, ia bisa melalui operasi pengangkatan tumor. Namun, dari CT Scan terakhir menunjukkan operasi pun tidak bisa menjaminnya. Kemungkinan operasinya akan gagal diatas 90%” jelas sang dokter.

Mendengar itu orang tuanya semakin terpukul.

“Sekarang penglihatannya juga sudah mulai berkurang, jika ia melakukan operasi maka efek sampingnya akan menjadi buta permanen” tambah sang dokter.

“kalau kami tetap ingin dioperasi, bagaimana dokter?” Suzy buka suara.

“kalau kalian tetap berusaha ingin dioperasi, maka tugas kami sebagai dokter akan melakukan yang terbaik. Itu sudah pasti. Semua dokter tidak ada yang mau melihat pasiennya mengalami table death. Namun, melihat kemungkinan yang sangat kecil kami tidak menyarankannya” jawab sang dokter.

“lalu, apa yang sebaiknya kami lakukan?” tanya ibu Baekhyun.

“lebih baik lakukan apa yang ingin dilakukan pasien, lakukan sesegera mungkin. Itu akan membuatnya lebih nyaman”

***

Suzy meletakkan segelas kopi instan dihadapan ibu Sehun.

“Sehun… ia harus tetap dioperasi..” Suzy yang tetap berusaha.

“tapi… dokter bahkan tidak menyarankannya..” ibu Sehun yang mulai tampak menyerah.

“kalau begitu, apakah bibi akan menyerah begitu saja?”

“bukan menyerah, tapi membuatnya lebih nyaman. Membuatnya meninggal dalam kedamaian bukan membuatnya meninggal dalam ruang operasi..” jelas ibu Sehun.

“kenapa ia harus meninggal? Ia tidak akan meninggal.. tolong bujuk dia untuk melakukan operasi..” pinta Suzy dengan putus asa.

***

Suzy semalaman berada di rumah sakit. Ia bahkan tidak tidur. Orang tua Sehun beserta ibu Baekhyun disuruh pulang oleh Suzy agar dia saja yang menjaga Sehun.

“Suzy-ya..” panggil Jiyeon yang datang bersama Chanyeol.

Suzy langsung bangkit dari kursi tunggu yang berada di luar kamar Sehun.

“Sehun bagaimana?” tanya Jiyeon begitu ia berhadapan dengan Suzy.

“ya..begitu…”

“ini kamarnya?” tanya Chanyeol.

“iya, masuklah..” Suzy mengangguk.

Chanyeol pun langsung masuk mendahului mereka.

“kau bawa baju gantiku?” tanya Suzy kepada Jiyeon.

“ini.. ayo ke toilet..” Jiyeon yang hendak menemani Suzy.

***

“sudah sebegitu parahnya? Bagaimana bisa ini terjadi lagi?” gumam Jiyeon setelah mendengar cerita Suzy.

“jadi, apa rencanamu?” tanya Jiyeon.

“akan kupastikan ia dioperasi..” Suzy yang tetap pada pendiriannya.

***

“terima kasih kalian sudah datang..” ucap Sehun yang masih terbaring di ranjang pasien.

“sama teman tak berlu berterima kasih seperti itu..” ucap Chanyeol yang sudah hendak pergi.

“semoga kau baik-baik saja..” ucap Jiyeon sembari tersenyum.

“makasih..” Sehun balas tersenyum.

“kau akan tetap disini?” tanya Jiyeon kepada Suzy.

Suzy mengangguk.

“kalau begitu, kami pergi dulu..” ucap Chanyeol.

“baiklah, hati-hati..” ucap Suzy sembari menutup pintu kamar Sehun.

Suzy kemudian duduk di kursi yang terletak disamping ranjang Sehun.

“apa ada yang ingin kau makan?” tanya Suzy.

“tidak ada..” jawab Sehun sembari menggelengkan kepalanya.

Suasana kemudian menjadi agak canggung. Tak ada seorangpun yang berbicara lagi sampai Sehun yang akhirnya kembali buka suara.

“kau semalaman disini?” tanya Sehun.

eo? Iya..”

“tapi, kenapa kau tidak berada di kamarku?” tanya Sehun lagi.

Suzy terdiam. Suzy memang semalaman di rumah sakit. Namun, ia hanya duduk di kursi tunggu di depan kamar. Bahkan Sehun saja tidak tahu kalau ia beradi di rumah sakit.

“hanya saja…” jawaban Suzy yang terdengar tidak meyakinkan.

“aku akan keluar rumah sakit besok..” ucap Sehun.

“hei, Oh Sehun!” Suzy yang langsung bangkit dari duduknya dan menatap Sehun.

“ah..kau membuatku terkejut..” Sehun memegangi dada kirinya.

“kau harus dioperasi..”

“operasi apa yang kemungkinan gagalnya 90%?” Sehun yang mulai membela dirinya.

“kan masih ada 10% untuk berhasil..” Suzy yang sangat memohon dan putus asa.

“kalaupun berhasil, aku akan menjadi buta permanen..”

“kau takut menjadi buta? Aku akan menjadi matamu, jadi tolong terima operasinya..”

Sehun terdiam ketika mendengar Suzy akan menjadi matanya.

“tetap saja, aku tidak mau. Aku tidak mau menyia-nyiakan hidupku di dalam ruang operasi yang belum tentu berhasil..” Sehun yang tetap kukuh pada pendiriannya untuk menolak operasi.

“lalu, sebenarnya kau siapa berhak menyuruhku seperti ini? Setelah kupikir-pikir kita tidak memiliki hubungan tertentu. Sejujurnya, terakhir kali juga kau mengatakan kau tidak akan melihatku. Apa alasanmu berbuat seperti ini?” Sehun seakan mencoba membuat Suzy sadar akan posisinya.

“Oh Sehun..” Suzy yang terkejut melihat Sehun berkata seperti itu kepadanya.

“kenapa? Kau teringat dengan Baekhyun? Sadarlah Bae Suzy, aku bukan Baekhyun..”

“kenapa Baekhyun jadi terungkit disini?” Suzy yang terlihat marah mendengar nama Baekhyun dibawa-bawa.

“Suzy-ya, dengarkan baik-baik. Kau sekarang hanya kasihan melihatku. Melihatku seperti ini mengingatkanmu kepada Baekhyun, dan kau tidak ingin kehilangan Baekhyun untuk kedua kalinya makanya kau berbuat seperti ini. Tapi….” Sehun yang mulai serius dengan pembicaraannya.

“…aku bukan Baekhyun…”

Suzy seakan ditusuk dari belakang mendengar Sehun berbicara seperti itu.

“aku berbicara seperti ini bukan karena aku ingin mengusirmu atau membuatmu menjauh dariku. Aku berbicara seperti ini untuk diriku sendiri. Aku tidak mau menerima belas kasihan seseorang yang menganggapku sebagai orang lain..”

“kau benar-benar jahat…” hanya kalimat itu yang bisa dikatakan oleh Suzy setelah mendengar semua itu dari Sehun.

“kau benar, kenapa aku harus peduli padamu? Maafkan aku, aku tidak tahu kau berfikir seperti itu tentangku.. baiklah, lakukan apa yang kau mau.. aku berharap ini pertemuan terakhir kita.. aku pergi..” Suzy langsung berbalik dan meninggalkan Sehun.

Sesaat setelah pintu kamar Sehun tertutup, air mata Suzy langsung jatuh membasahi pipinya. Ia berjalan di koridor dengan menagis berat. Isakannya pun dapat didengar dengan jelas. Baru beberapa langkah ia berjalan, ia kemudian menyenderkan tubuhnya di dinding. Kakinya terlalu lemas untuk berjalan sehingga ia pun berjongkok disitu. Suara tangisannya semakin terdengar. Isakan tangisnya terdengar sangat menyakitkan bagi yang mendengarnya.

Ternyata Sehun melihat itu semua. Ia berdiri menatap punggung Suzy yang bergetar akibat isak tangis yang hebat. Sehun terlihat ingin menghampirinya, namun ia mengurungkan niatnya. Tatapan Sehun mulai terlihat sedih. Perlahan air mata pun mengalir di pipi Sehun. Ia seakan tak sanggup melihat Suzy seperti itu. Rasanya ia ingin menghampirinya dan langsung memeluknya, membiarkannya menangis di dalam pelukannya.

Seakan tak sanggup melihatnya, ia langsung masuk kembali ke kamarnya dan kembali menutup pintunya. Bukannya beranjak untuk naik ke ranjangnya, ia malah terduduk leas dibalik pintu. Ia masih mendengar jelas suara isakan tangis Suzy. Ia hanya bisa menyembunyikan wajahnya dibalik kedua lututnya.

***

Sudah 3 hari sejak kejadian di rumah sakit itu. Sejak saat itu pula, Suzy tak masuk kerja. Ia hanya berbaring di tempat tidurnya karena dalam kondisi sakit. Ia bahkan tak memakan makanannya. Selain ke kamar mandi, ia tidak pernah bangkit dari tempat tidurnya. Ibunya sudah berusaha membawanya ke dokter, tapi ia tidak menjawabnya dan tetap larut dalam diamnya. Saat seseorang berbicara ia hanya bisa menatap kosong. Saat malam tiba, ia hanya bisa menangis dalam selimutnya.

***

Keesokan harinya, Suzy akhirnya bangkit dari tempat tidurnya. Ia menuju meja makan untuk sarapan.

“Suzy-ya..” sang ayah yang terkejut melihat Suzy.

“kau mau pergi?” tanya sang ibu.

eo..” jawabnya tanpa menatap wajah sang ibu.

Bukannya melahap nasi yang telah disediakan, ia hanya duduk untuk minum air dan langsung bangkit.

“kemana kau? Kenapa tidak makan?”

“aku mau mandi..”

“Suzy-ya..” panggil sang ibu yang tak direspon olehnya yang langsung naik tangga.

***

“maaf merepotkanmu, Jiyeon. Ia bilang mau pergi, tapi ia masih kelihatan sakit jadi aku menelponmu untuk menemaninya..” jelas sang ibu.

“iya, bagus ibu menelponku..”ucap Jiyeon.

Tak lama, Suzy terlihat menuruni tangga dengan dandanan yang sudah rapi namun tetap terlihat bahwa ia masih sakit karena wajah pucatnya.

“kenapa kau disini?” tanya Suzy yang melihat Jiyeon.

“menemanimu..” jawab Jiyeon singkat.

***

“mau kemana?” tanya Jiyeon yang menyetir mobil.

“makam Baekhyun..” jawabnya dengan lemas tanpa menatap kearah Jiyeon.

“Suzy-ya…” ucapan Jiyeon yang langsung dipotong oleh Suzy.

“kumohon jangan katakan apapun, aku tidak punya kekuatan untuk berbicara..” ucap Suzy sembari menatap tatapan kosong keluar jendela.

Jiyeon pun dibuat bungkam olehnya.

***

Suzy menatap makam Baekhyun. Sudah sekitar 10 menit ia berdiri disitu tanpa mengatakan sepatah katapun. Yang ia lakukan hanyalah menatap makam tersebut.

Tak lama, seseorang berjalan mendekati kearah Suzy. Ia adalah Sehun. Sambil membawa satu buket bunga ia berjalan menuju makam Baekhyun. Namun, setelah mendongakkan kepalanya ia melihat sesosok gadis yang ia kenali. Langkahnya pun sontak terhenti melihat gadis tersebut. Ia langsung berbalik dan berdiri diantara makam lainnya. Ia hendak menunggu saat Suzy pergi.

“aku harus melakukan apa sekarang?” Suzy yang akhirnya buka suara.

Suara Suzy terdengar sangat parau.

“selama 5 tahun terakhir pertama kali aku merasakan hal ini..” sambungnya.

“…pertama kali aku merasakan ini saat bersamamu..memikirkanmu setiap malam dan itu membuatku menangis..tapi..perasaan itu kembali muncul.. kenapa bisa seperti itu?” gumamnya.

Mata Suzy sudah tampak berkaca-kaca.

“aku harus apa?” setetes air mata mulai mengalir bersama rasa putus asanya yang ia keluarkan di hadapan makam Baekhyun.

“setelah 5 tahun…aku hidup seperti mayat hidup.. makan makanan tidak ada rasa, saat senang hanya tersenyum tanpa arti, setiap teringat padamu aku menangis…”

Suzy mencoba mengatur nafasnya. Ia hendak menahan air matanya yang keluar, namun hatinya tak sanggup menahannya.

“…tapi, pertama kali… aku memikirkan orang lain selain dirimu dan aku merasa hidup seperti orang normal..”

Sehun sedikit terhenyah mendengar kalimat itu.

“..untuk pertama kalinya.. aku ingin bersama orang tersebut walaupun ia memintaku untuk tidak memerlukannya..”

Sehun tetap berusaha mendengar apa yang Suzy katakan.

“..perasaan apa itu? Orang itu mengatakan perasaanku ini hanya kasihan.. orang yang kau kirimkan untukku itu… ia mengatakan aku hanya kasihan kepadanya.. ia mengatakan bahwa aku hanya teringat kepadamu.. ia mengatakan….” Suzy yang mulai terlihat sangat emosional.

Air matanya terus mengalir walaupun ia berusaha menahannya.

“…bahwa ia bukan dirimu..”

Perkataan Suzy barusan sukses membuat Sehun terbelalak. Perkataan Suzy sedari tadi ternyata ditujukan kepadanya.

“orang itu berfikir aku melakukan ini karena aku menganggapnya dirimu.. tapi sejujurnya, aku tidak pernah berfikir seperti itu…”

“…karena itu aku makin dibuat gila… kalau bukan karenamu, kenapa aku memikirkannya? Kenapa aku memperdulikannya? Kenapa… kenapa aku ingin bersamanya?”

Suzy memegangi dadanya akibat sesak. Ia tak sanggup menahan rasa sakit di dadanya. Sedangkan Sehun menitikkan air matanya saat mendengar kalimat terakhir dari Suzy barusan. Ia tidak menyangka ternyata Suzy tulus kepadanya. Ia berfikir Suzy hanya melampiasakan rasa penyesalannya terhadap Baekhyun kepadanya. Ternyata, sekarang Sehun-lah yang merasa menyesal dengan perkataannya kepada Suzy tempo hari di rumah sakit.

***

Suzy berjalan keluar dari pemakaman. Ia menunggu Jiyeon dari parkiran. Suzy berjalan dengan kepala tertunduk. Itu sudah menjadi kebiasaannya saat dalam keadaan sulit. Namun, langkahnya terhenti ketika ia melihat sepasang sepatu berhenti dihadapannya. Suzy mendongakkan kepalanya untuk melihat seseorang yang telah menghalangi langkah kakinya. Suzy bisa melihat orang itu adalah Sehun.

“ayo berbicara sebentar..” ucap Sehun.

“Jiyeon akan…”

“aku sudah minta izin kepada Jiyeon..” Sehun yang langsung memotong ucapan Suzy.

***

Suzy dan Sehun duduk berhadapan di sebuah cafe. Sehun yang memulai pertemuan ini pun belum memulai untuk buka suara. Ia terlihat menatap Suzy saja.

“Bae Suzy, apa kau tidak ada yang mau kau katakan?” tanya Sehun yang malah melimpahkannya kepada Suzy.

“tidak ada, yang kutahu pertemuan terakhir kita saat di rumah sakit. Aku tidak menyangka akan bertemu lagi denganmu, jadi tidak ada yang ingin kukatakan” jawab Suzy yang masih  terkesan dingin dan arogan.

“kalau begitu, aku saja..”

“…sejujurnya, sampai sekarang aku masih belum berubah pikiran tentang operasi. Aku masih akan menolaknya..” ucap Sehun menatap Suzy.

Suzy yang sedari tadi tak menatap Sehun, ia hanya mengalihkan pandangannya ke tempat lain. Namun, ketika mendengar itu Suzy sontak menatap kearah Sehun.

“kau memintaku untuk duduk disini hanya untuk mengatakan itu?” ucap Suzy dengan nada sinis kepada Sehun.

“kau benar-benar tidak ingin mengatakan apa-apa?” Sehun mencoba meyakinkan Suzy.

“sebenarnya, apa yang ingin kau dengar?” Suzy yang mulai marah melihat Sehun mengulang-ngulang kata-katanya.

“tidak ada, tidak ada yang ingin kudengar darimu..”jawab Sehun.

Suzy menatap tajam Sehun. Ia merasa seperti dipermainkan. Suzy lalu hendak bangkit dari tempat duduknya.

“aku takut…”

Pergerakan Suzy tehenti ketika Sehun mengatakan kata tersebut. ia kembali duduk.

“…aku takut tidak akan pernah keluar hidup-hidup dari ruang operasi..” sambung Sehun yang mulai berbicara dengan nada yang cukup lembut.

“apa yang kau takutkan? Kau bahkan pernah dioperasi dulu? Bukankah pengalaman itu membuatmu lebih berani?” Suzy yang mulai kembali untuk membujuk Sehun.

“karena pengalaman itu aku lebih takut…” lirih Sehun menatap Suzy dalam.

Suzy terdiam, ia mencoba mendengarkan perkataan yang ingin dikatakan Sehun.

“aku… aku percaya setiap orang lahir dengan satu keajaiban.. dengan keajaiban itu kita bisa melewati masa tersulit kita..” Sehun yang semakin menatap Suzy penuh perasaan.

“kau memiliki keyakinan seperti itu, lalu kenapa harus takut?” tanya Suzy lembut.

“tapi.. aku sudah menggunakan keajaibanku pada saat operasi pertama. Pada saat itu, dokter juga mengatakan kemungkinan berhasil sangat kecil. Tapi, lihatlah aku masih hidup sampai sekarang hingga bertemu denganmu.. itu karena… keajaiban itu..”

Mata Sehun mulai berkaca-kaca saat mengingat masa-masa tersulitnya terdahulu.

“karena itu… aku tidak percaya diri untuk melakukan operasi ini..” Sehun seakan memberikan alasan mengapa ia bersikeras menolak operasi tersebut.

Suzy mendnegarkannya dengan baik dengan tetap menatap Sehun.

“kalau begitu, aku bisa memberikan keajaibanku, bukan?” respon Suzy.

Sehun mulai menatap aneh Suzy. Ia tidak menyangka itulah kalimat pertama yang dikeluarkan setelah mendnegar ceritanya tersebut.

“kau bilang setiap orang terlahir dengan satu keajaiban. Aku belum menggunakan keajaibanku. Jadi, aku akan memberikannya kepadamu..” sambung Suzy.

“Bae Suzy!” Sehun yang mencoba menyadarkan Suzy bahwa bukan itu maksud dari pembicaraannya.

“aku akan memberikannya.. jadi, tak bisakah kau tetap dioperasi?” Suzy yang kembali meminta dengan nada putus asanya.

“kau mengerti perkataanku sedari tadi atau tidak?”

“aku.. kalau aku kehilanganmu seperti ini mungkin aku akan hidup seperti mayat hidup lagi selama 6 tahun..atau bahkan 12 tahun… atau selamanya..” Suzy yang mulai kembali terlihat emosional.

“kau bisa melihatku seperti itu..?” lirih Suzy menatap Sehun.

Sehun menatap Suzy tanpa berkata apa-apa.

“aku duluan, aku sudah mengatakan apa yang ingin kukatakan..” Sehun yang seakan tak bisa menjawab mencoba menghindari Suzy.

Suzy tampak tak ada niat untuk menghentikan Sehun. Ia tetap duduk ketika Sehun hendak bangkit dari tempat duduknya. Namun, saat ia sudah bangkit baru selangkah ia berjalan Sehun langsung jatuh tergeletak disamping Suzy. Suzy yang melihat itu pun sontak sangat terkejut.

“Sehun-ah..” Suzy langsung bangkit dari kursi dan menggeser kursi tersebut.

“Sehun-ah.. hei, Oh Sehun.. sadarlah..” Suzy memegang kepala Sehun mencoba untuk menyadarkannya.

“tolong panggil ambulan..” ucap Suzy kepada salah satu pengunjung kafe yang berada di dekatnya.

–TBC–



My First Love Story

$
0
0

mfls

 

JUDUL FF: MY FIRST LOVE STORY

 

NAMA AUTHOR: AI HIKARI

 

GENRE: ROMANCE

 

RATING: PG-17

 

LENGTH: ONE SHOOT

 

MAIN CAST: LUHAN, SEOHYUN.

 

 

***

 

HAPPY READING!

 

 

 

“I like you, but I sometimes got scared when you get close to me. I think you might leave me” -ZX

***

Seohyun hanya menanggapi cerita teman-temannya itu dengan senyuman. Sementara temen-temannya yang lain begitu menggebu-gebu menceritakan kisah mereka masing-masing, kisah tentang cinta pertama yang konon begitu manis hingga sulit dilupakan. Yeoja mana yang tidak antusias dengan pembahasan itu. Seohyun terdiam, membawa dirinya pada kisah beberapa tahun silam. Kisahnya tentang seseorang. Seseorang yang sampai saat ini masih selalu diingatnya.

“Bagaimana denganmu Hyunnie? Siapa cinta pertamamamu?” tanya seorang yeoja berambut blonde yang baru saja menyadarkan Seohyun dari lamunannya.

“Aku tidak punya hal yang seperti itu,” jawab Seohyun, membuat yeoja yang bernama Nicole itu nyaris menganga. Seolah-olah Seohyun baru saja menemukan sebuah planet langka yang tidak pernah ada sebelumnya.

Jinjja?” tanyanya lagi memastikan. Seohyun hanya mengangguk, memangnya semua yeoja harus punya cinta pertama? batinnya.

Woah, daebak! Aku tidak percaya ada yeoja yang seperti dirimu,” timpal salah satu yeoja lainnya yang bernama Soyu.

“Tentu saja itu bukan hal yang luar biasa untuk yeoja seperti Seohyun. Aku bahkan tidak pernah melihatnya melirik namja mana pun. Entah karena memang dia tidak tertarik, atau dia menyukai salah seorang di antara kita,” tambah salah seorang yeoja yang paling cerewet di antara mereka, Hara. Seohyun hanya meliriknya dengan kesal seolah ingin mengatakan ‘hey, aku masih normal‘. Temannya yang lain hanya menimpali obrolan itu dengan tawa.

“Hyunnie, jangan terlalu mengambil hati perkataan mereka. Kau tahu sendiri, hanya aku temanmu yang masih waras,” kata yeoja lain sambil ber-high five dengan Seohyun. Teman yang paling dekat dengan Seohyun diantara sekumpulan yeoja-yeoja itu, Chorong.

Pembicaraan panjang mereka terpaksa berhenti melihat dosen yang baru saja masuk ke kelas. Kelas akan segera dimulai, jadi lebih baik mereka berhenti mengobrol sebelum dosen yang terbilang killer itu murka kepada mereka.

“Hyunnie, kau tidak terburu-buru kan? Aku harus ke perpustakaan dulu sebentar,” kata Chorong pada Seohyun setelah perkuliahan mereka hari ini berakhir.

“Baiklah, aku akan menunggumu di kantin,” kata Seohyun sambil memasukkan bukunya ke dalam tas.

“Sangat bukan Seohyun, biasanya kau akan memilih untuk ikut ke perpustakaan. Apa kau sudah bosan bergaul dengan buku-buku kesukaanmu?” tanya Chorong dengan senyum yang seperti mengisyaratkan ‘wah, sahabatku sepertinya sudah berubah‘.

“Aku hanya sedikit haus, dan kautahu tidak mungkin aku membawa mojito lemon ke perpustakaan,” jawab Seohyun, menyebutkan nama minuman kesukaannya.

Ne, arasseoyo,” kata Chorong lagi sebelum berlalu meninggalkan Seohyun.

“Kami juga harus pergi duluan Hyunnie, aku dan Hara harus berburu tas gucci terbaru sebelum kami kehabisan. Kau tahu kan yang baru ini limited edition,” kata Nicole menjelaskan, diiringi dengan anggukan setuju dari Hara. Terlalu antusias, sampai Seohyun takut kepala temannya itu terlepas.

Ne, hati-hati kalian berdua,” kata Seohyun pada mereka. Dalam hati dia sangat bingung, mengapa kedua yeoja ini sangat takut tertinggal untuk urusan-urusan semacam itu.

“Aku juga harus pergi lebih dulu Hyunnie, Sunggyu Oppa sudah menjemputku,” katanya tersenyum. “Seharusnya kau juga punya namjachingu, supaya kau tidak harus selalu pulang dengan Chorong,” bisiknya kemudian tersenyum jail.

Cih, pastikan saja kau tidak terkejut jika aku memperkenalkan namjachingu-ku,” kata Seohyun tepat sebelum Soyu keluar dari pintu kelas.

 

Soyu kembali memunculkan kepalanya dari balik pintu sambil berkata, “Aku tidak yakin itu akan terjadi,” katanya tertawa sebelum betul-betul menghilang dari penglihatan Seohyun.

***

Seohyun berjalan menuju tempat duduk yang berada di ujung taman kecil pada kantin itu. Setelah posisi duduknya dianggap sudah nyaman, ia kemudian membuka tas dan mengambil iPod-nya. Sepertinya mendengarkan musik bisa membantunya menghilangkan rasa bosan sambil menunggu pesanan mojito lemonnya datang. Dibukanya playlist pada iPod itu, kemudian menyentuh button bertuliskan shuffle on. Lagu pertama yang terputar cukup mengagetkannya.

You tell me you’re in love with me

Like you can’t take your pretty eyes away from me

It’s not that i don’t want to stay

But every time you come too close i move away …

Suara Britney Spears mengalun lembut kembali membawanya pada satu masa. Lagu inilah yang selalu mengingatkannya pada seseorang pada masa itu. Seseorang yang memberinya perasaan aneh, entah itu apa namanya.

.
.
.
.
.

Flashback On

“Hai, aku menyukaimu. Tidak, mungkin aku jatuh cinta padamu. Maukah kau menjadi kekasihku?” kata namja itu sambil memasang senyum yang terlampau lebar. Sangat bahagia, seolah dia sangat optimis Seohyun akan menerima perasaannya.

Seohyun terdiam sejenak, masih mencerna perkataan orang yang ada di depannya. Ia terlalu terkejut, bahkan Ia tidak sadar mulutnya agak menganga saking terkejutnya. Dalam hati ia bergumam ‘apa-apaan orang ini, ia bahkan belum mengenalku. Bagaimana mungkin ia bisa jatuh cinta?’. Dengan memberanikan diri, Seohyun akhirnya menjawab pernyataan sekaligus pertanyaan orang itu. Berusaha merangkai kata yang tepat agar namja itu tidak terluka.

I like you, but I sometimes got scared when you get close to me. I think you might leave me,” kata Seohyun dengan bahasa Inggris yang fasih. Terus terang, dia masih sulit berbicara dengan menggunakan bahasa negara yang saat ini ia tinggali. Jadi, berbahasa Inggris mungkin lebih baik. Ia harap namja itu mengerti apa yang diucapkannya.

Really? Unbelieveable. If you wanna see me, just call me,” katanya menjawab dengan bahasa Inggris yang cukup berantakan. Kemudian dengan sigap ia mengambil kertas di tasnya dan menuliskan sesuatu kemudian memberikan lembaran itu pada Seohyun. Seohyun akhirnya kembali menganga setelah namja itu langsung pergi meninggalkannya tanpa rasa bersalah, bahkan senyumnya tadi terlihat semakin lebar dua kali lipat.

Ige mwoya?” kata Seohyun depresi setelah memperhatikan kertas yang ternyata bertuliskan sebuah nomor telepon, mungkin milik namja tadi. Sial baginya, sepertinya namja itu hanya mengerti kata ‘I like you‘ dari kalimat panjang yang tadi Seohyun ucapkan. Kalimat penolakan yang seharusnya membuat namja itu kecewa, bukan malah sebaliknya.

Nan ottokkhae? Apa yang harus kulakukan pada orang aneh itu?” batinnya.

Flashback Off

.
.
.
.
.

Agasshi, ini pesanan anda.” Suara ahjumma yang membawa mojito lemon menyadarkan Seohyun dari lamunannya.

Kamsahamnida,” jawab Seohyun sopan. Matanya masih lekat memandang punggung ahjumma yang berlalu itu. Ada apa denganku? Apa aku sudah mulai gila? Ini sama sekali bukan diriku, fokuslah pada kehidupanmu sekarang Seohyun. Lupakan orang aneh dari masa lalumu itu, nasehatnya pada dirinya sendiri.

“Hei, yeoja aneh! Kau tidak jatuh cinta pada ahjumma itu, kan? Kau sama sekali tidak berkedip melihatnya.” Suara sahabatnya mengagetkan Seohyun, Chorong sudah duduk tepat di hadapan Seohyun sekarang.

“Apa maksudmu Chorong-ah? Berhenti menggangguku seperti mereka,” kata Seohyun tidak terima. Chorong tahu pasti ‘mereka‘ yang di maksud Seohyun adalah teman mereka yang tidak lain adalah Nicole, Hara dan Soyu. Mereka bertiga memang selalu menggoda Seohyun yang minim akan pengalaman cinta.

Arasseo, mian,” kata Chorong masih dengan senyum manis yang menghias bibirnya.

“Pesanlah sesuatu, kita makan siang di sini saja. Kau tidak masalah, kan?” kata Seohyun.

“Tidak sama sekali,” jawab Chorong kemudian memanggil salah satu ahjumma penjaga kantin, berniat memesan makanan.

“Kau tidak makan, Hyunnie?” tanya Chorong yang baru sadar melihat Seohyun hanya memesan minuman sejak tadi.

“Aku tidak lapar,” jawab Seohyun sekenanya. Sejujurnya pikirannya masih melayang-layang pada kejadian beberapa tahun yang lalu, membuatnya seketika tidak berselera untuk makan.

“Kau ingin bercerita tentang sesuatu? Kau terlihat gelisah,” tanya Chorong pada Seohyun. Sejak tadi sahabatnya itu terlihat tidak bersemangat, tidak seperti Seohyun yang biasanya. Meskipun cenderung jarang berbicara, wajahnya jarang mengeluarkan ekspresi seorang yang tertekan atau mempunyai masalah.

Ani, gwaenchana,” jawab Seohyun.

“Jangan bilang kau kepikiran ocehan-ocehan mereka tentang pengalaman cintamu,” kata Chorong tepat sasaran, melihat perubahan wajah Seohyun yang kaget sepertinya tebakannya benar. “Kautahu, tidak seharusnya kau menanggapi ucapan mereka dengan serius. Atau mungkin kau sekarang sudah mulai tertarik tentang hal seperti itu? Ke mana Seohyun yang selalu mengatakan hubungan cinta hanya membuang-buang waktu saja?” lanjutnya. Sedikit menyindir sahabatnya itu. Seohyun lupa Chorong bisa jadi yeoja cerewet yang sangat menyebalkan.

“Bukan begitu Chorong-ah, aku hanya berpikir. Apa aku normal? Melihat mereka yang selalu antusias dengan hal seperti itu, kupikir sepertinya aku adalah yeoja yang aneh karena hanya aku yang tidak tertarik dengan hal semacam itu,” jawabnya polos. Chorong hanya mendesah pelan mendengar jawaban Seohyun.

“Menurutku tidak ada yang aneh, perasaan seperti itu bukan hal yang bisa kita tentukan kapan dan bagaimana datangnya. Anggap saja mereka memang selangkah lebih unggul darimu. Mungkin saja kau terlalu sering bergaul dengan buku, jadi perasaanmu sedikit tumpul terhadap hal yang disebut cinta,” jawab Chorong. Sebenarnya dia juga tidak yakin dengan yang diucapkannya, dirinya tidak jauh berbeda dengan Seohyun. Bukan tipikal yeoja yang antusias dengan hal yang dinamakan cinta. Meski tak ia pungkiri, dia sudah pernah mengalami masa yang disebut pacaran pada saat masih sekolah dulu.

“Kurasa kau benar, Chorong-ah. Mungkin memang belum saatnya aku merasakan hal semacam itu. Sebaliknya dengan dirimu, sepertinya aku merasakan aura-aura yeoja yang kasmaran belakangan ini. Apa kau sedang berkencan dengan seseorang?” kata Seohyun. Mulai semangat menyinggung tentang kehidupan pribadi sahabatnya, hal yang sangat jarang terjadi.

“Kau mulai berkelakuan seperti mereka, Hyunnie. Hahahaha. Apa aku sedang diinterogasi sekarang?” kata Chorong. Tidak dapat menyembunyikan semburat merah dari wajahnya. Belakangan ini memang dia tertarik dengan seseorang.

“Ceritakan padaku, mungkin aku bisa membantumu,” katanya berusaha meyakinkan Chorong agar sahabatnya mau bercerita. Meskipun Seohyun tidak yakin dengan yang baru saja diucapkannya, sejujurnya dia hanya penasaran melihat gelagat mencurigakan dari sahabatnya. Dan dia benci dengan rasa penasaran itu.

“Baiklah, karena ini denganmu, kurasa aku tidak akan menyembunyikan perasaanku. Tapi kauharus janji untuk tidak memberitahu mereka, aku tidak ingin mereka menggodaku. Selain itu aku tidak mau jika mereka merebut namja yang aku sukai saat ini,” kata Chorong sambil tertawa. Meskipun apa yang dikatakannya itu jujur adanya.

Jika teman mereka yang lain tahu apalagi melihat namja yang ia maksud, bukan tidak mungkin yeoja-yeoja genit itu menyukai namja itu juga. Menurut Chorong, tidak ada seorang pun yang dapat menolak pesona namja yang saat ini dia sukai.

Arasseoyo, agasshi,” jawab Seohyun meyakinkan Chorong dengan wajah seriusnya.

***

“Hyunnie, ottokkhae? Besok aku akan bertemu dengan namja itu. Aku sangat gugup, aku bahkan tidak bisa tidur,” kata yeoja itu panik. Chorong, sahabatnya.

Seohyun masih sulit percaya, bagaimana mungkin sahabatnya itu tega meneleponnya pukul 11.00 malam. Sementara Seohyun dengan nyenyaknya tengah bermimpi indah. Hal yang baru saja disesali Seohyun adalah keputusannya menanyakan tentang kehidupan cinta sahabatnya.

Sudah dua minggu berlalu semenjak Chorong bercerita tentang namja yang disukainya, dan semenjak saat itu juga Chorong terus saja bercerita setiap detail perkembangan hubungannya dengan namja itu. Tidak jarang sahabatnya itu meneleponnya tengah malam hanya untuk bercerita hal yang menurut Seohyun tidak begitu penting, seperti halnya yang terjadi saat ini. Kenapa Chorong tidak bisa bersabar menunggu mereka bertemu di kampus kemudian baru menceritakannya. Seohyun mulai depresi dengan kelakuan sahabatnya itu.

Neo, jinjja! Ini sudah ketiga kalinya kau meneleponku hanya untuk bercerita tentang namja itu. Kautahu aku sedang tidur sekarang. Kaubaru saja merusak mimpi indahku,” jawab Seohyun setengah berteriak.

Kesabarannya sudah mulai habis menghadapi temannya yang satu ini. Tiba-tiba terlintas di benaknya ‘Chorong saja bisa seperti ini, apa kabar ketiga temannya yang lain itu jika sedang membahas tentang namjachingu mereka padanya‘, Seohyun bergidik ngeri memikirkan hal itu. Cukup Chorong yang seperti ini, dia tidak akan mau jika ketiga sahabatnya itu juga ikut membagi cerita hubungan cintanya pada Seohyun.

Ya! Seo Joo Hyun, tega sekali kau padaku,” kata yeoja itu. Sontak Seohyun menjauhkan handphone-nya dari telinga, dia bisa tuli mendengar teriakan sahabatnya itu.

“Kecilkan suaramu, Chorong-ah. Baiklah aku akan mendengarkanmu, tapi jangan berteriak lagi, aku bisa tuli,” kata Seohyun berusaha mendengarkan sahabatnya dengan sabar.

“Kautahu besok aku akan berkencan dengannya, bukan? Dan aku sangat gugup. Jadi aku butuh bantuanmu,” kata Chorong lagi.

“Jadi, bantuan apa yang bisa aku lakukan agar kau bisa lebih baik?” kata Seohyun lagi.

“Aku ingin kau menemaniku bertemu dengannya, aku sungguh tidak sanggup jika harus berdua saja dengannya. Aku takut aku mempermalukan diriku sendiri,” kata Chorong dengan Suara memelas.

MWO? MALDO ANDWAE!!! BAGAIMANA MUNGKIN AKU HARUS MENEMANI KALIAN BERKENCAN, HAH?” kata Seohyun. Suaranya sudah naik beberapa oktaf. Membuat sang appa meneriakinya untuk diam dari kamar bawah. “Kau tidak ingin mempermalukan dirimu sendiri, tapi kau malah mengajakku. Apa kau pikir aku tidak malu jika berada di antara pasangan yang sedang berkencan?” lanjut Seohyun, kali ini dengan suara yang normal tidak seperti sebelumnya.

“Bukan begitu maksudku. Kau boleh mengajak siapapun yang kau mau. Lagi pula ini bukan kencan, kami hanya mencoba saling mengenal lebih baik,” kata Chorong lagi, berusaha meyakinkan Seohyun agar bersedia membantunya.

“Siapa yang bisa kuajak? Kau tahu aku tidak mempunyai namjachingu. Kenapa kau tidak mengajak Nicole, Hara atau Soyu? Aku yakin mereka pasti tidak keberatan,” kata Seohyun masih berusaha protes.

“Mana mungkin aku mau mengajak yeojayeoja genit itu! Bisa bisa mereka malah merebut namja yang aku sukai.” Chorong beralasan. “Oh ya, kenapa tidak kau ajak Jinwoon? Bukannya dia sangat menyukaimu, dia bahkan sudah mengejar-ngejarmu sejak tahun pertama kita kuliah,” lanjut Chorong memberikan solusi yang langsung ditolak dengan tegas oleh Seohyun.

“Aku sama sekali tidak mempunyai perasaan spesial pada Jinwoon, aku hanya menganggapnya teman. Dan aku tidak mau membuat dia semakin menaruh harapan kepadaku,” kata Seohyun.

Ottokkhae? Lalu apa yang harus kulakukan, Hyunnie?” kata Chorong dari ujung sana.

Sepertinya dia menangis sekarang, yeoja itu memang cengeng. Jika ia sudah merasa kehabisan ide, maka hal itulah yang akan terjadi. Seohyun yang mendengar suara sesenggukan di ujung telepon itu, lantas semakin tidak tega. Salahkanlah dirinya yang tidak tegaan pada orang lain, apalagi jika sahabatnya sudah menangis seperti itu.

Arasseo, Chorong-ah. Uljima. Aku akan menemanimu,” kata Seohyun pada akhirnya. Pasrah adalah jalan satu-satunya agar sahabatnya itu bisa kembali seperti sedia kala.

Jinjja? Ah, Hyunnie. Kau memang dewi penyelamatku, saranghae. Bagaimana jika aku menyuruh oppa untuk mengajak temannya juga, apa kau keberatan?” kata Chorong. Berusaha mencari solusi lain untuk sahabatnya yang baik itu.

“Tidak perlu, akan lebih canggung lagi jika muncul seseorang yang tidak aku kenal,” kata Seohyun.

Ne, arasseoyo. Besok aku akan menjemputmu pukul 10.00 pagi. Pastikan kau tidak kesiangan, ne!” kata Chorong ceria sebelum akhirnya menutup telepon.

Seohyun hanya mendesah panjang. Tidak sanggup membayangkan apa yang akan terjadi padanya nanti. Dirinya saja belum pernah berkencan dengan namja mana pun. Demi apa, saat ini ia malah harus jadi orang ketiga di antara sahabatnya yang kasmaran. Bodoh, tentu saja demi sahabatnya. Seohyun kembali berbaring di ranjang empuknya, menyembunyikan wajahnya di balik boneka Keroro kesayangannya. Dia memutuskan kembali melanjutkan tidurnya, memasrahkan diri terhadap apa pun yang terjadi padanya besok.

***

“Ah, itu dia Hyunnie.  Namja yang sedang menelepon itu,” kata Chorong antusias sambil menunjuk seorang namja yang sedang berdiri membelakang. Seohyun hanya mengangguk malas. Sesungguhnya dia tidak tertarik seperti apa pun tampak namja yang membuat sahabatnya nyaris gila itu.

“Kita hampiri saja dia, aku takut dia sudah lama menunggu,” kata Chorong lagi. Mereka sedikit berlari menuju namja yang masih menelepon itu.

Annyeong, Oppa,” kata Chorong sumringah sambil menepuk bahu namja itu. Namja itu memberikan kode seperti ingin mengatakan ‘tunggu sebentar‘.

“Aku tutup teleponnya, aku akan menghubungimu lagi nanti,” kata namja itu kemudian berbalik menghadap Chorong. Sepertinya dia belum menyadari kehadiran Seohyun yang berdiri agak di belakang Chorong.

DEG!

Seohyun nyaris menganga melihat namja yang ada di depannya. Seketika ia ingat cerita Chorong tentang namja itu, mata namja itu yang indah. Kulitnya yang putih, dan fakta bahwa namja itu berasal dari Cina. Namun tak pernah terbesit sebelumnya, jika namja yang diceritakan Chorong itu adalah seseorang yang dulu ada di masa lalunya. Seseorang yang ternyata sangat disukai oleh sahabatnya

Oppa, kenalkan ini temanku, Seohyun. Hyunnie, ini Luhan Oppa,” kata Chorong menyadarkan Seohyun dari lamunannya. Seohyun sontak terkaget, sedetik kemudian dia membungkukkan badannya sambil mengucapkan ‘annyonghaseyo, Seohyun imnida‘. Namja di depannya itu tampak sama terkejutnya dengan Seohyun, ia bahkan masih terdiam memandang Seohyun lekat tanpa berkedip sedikit pun. Seperti terhipnotis oleh yeoja di depannya, yeoja yang sampai saat ini masih disukainya, bahkan meski beberapa tahun telah berlalu.

Oppa, Luhan Oppa!” kata Chorong sambil berdadah-dadah di depan wajah Luhan. Berusaha menyadarkan namja yang tampak tak bergeming itu.

“Xiannie,” kata Luhan nyaris berbisik. Membuat Chorong sedikit terkejut dengan kelakuan aneh namja di depannya. Chorong memperhatikan kedua orang itu bergantian, ada aura yang aneh diantara mereka.

“Apa kalian saling kenal?” tanyanya kemudian. Memecah keheningan yang ada.

Ne?” kata Seohyun agak terkejut. Entah bagaimana ia harus menjawab pertanyaan itu. Otaknya sibuk merangkai kata, sementara Chorong terus menatapnya, menunggu jawaban dari bibir mungilnya itu. Demi Tuhan, ada perasaan senang di hatinya mendengar namja itu memanggil nama Cina-nya lagi, tapi jika ia mempertahankan perasaan itu, tentu saja tak akan baik bagi persahabatannya dengan Chorong.

“Dulu dia adalah hoobae-ku saat SMP. Mungkin Xiannie tidak mengingatnya. Ah, maksudku Seohyun. Aku rasa bukan hal yang penting untuk mengingatku, tentu saja dia sudah lupa.” Pada akhirnya Luhanlah yang menjawab pertanyaan Chorong. Sementara Seohyun hanya membalasnya dengan senyum kikuk.

Jinjja? Berarti aku tidak salah kan mengajak temanku ini? Lihat, kalian bahkan reunian sekarang,” kata Chorong memamerkan senyum manisnya pada Luhan. Seohyun masih saja terdiam. Selama hidupnya, ini adalah situasi yang paling kikuk yang pernah ia alami.

“Sebaiknya kita masuk sekarang, kajja,” kata Chorong setelah membeli tiga tiket untuk mereka. Tiket masuk ke taman bermain itu.

Mereka bertiga berjalan masuk, Chorong berdiri di antara Seohyun dan Luhan. Mereka memutuskan untuk makan di sebuah cafe sebelum berkeliling memilih wahana yang ingin dimainkan.

Saat ini mereka sudah memilih tempat yang ada di sudut ruangan. Tidak banyak percakapan di antara mereka. Seohyun memilih diam karena tidak tahu harus berkata apa. Sementara Luhan hanya menanggapi sesekali ucapan Chorong. Sejak tadi, memang Choronglah yang mendominasi percakapan di antara mereka.

Mulai dari membahas tentang kegiatan Luhan di kampusnya, hingga membicarakan tentang seseorang bernama Minseok. Sepupu Chorong sekaligus sahabat Luhan semenjak dia pindah ke Korea beberapa tahun yang lalu. Orang yang berjasa yang telah mempertemukan Chorong dan Luhan. Bahkan orang itulah yang terus membujuk Luhan untuk bertemu dengan Chorong. Luhan yang lelah terus dibujuk oleh sahabatnya itu akhirnya mengiyakan. Tidak menyangka pertemuan hari ini akan seperti ini. Setidaknya dia tidak menyesal karena bisa bertemu dengan Xiannie. Yeoja yang sejak dulu selalu disukainya.

“Ini pesanan anda, selamat menikmati,” kata waiter itu menyadarkan orang-orang yang sibuk dengan pikirannya masing-masing.

Kamsahamnida,” kata Chorong tidak lupa memberikan senyuman kecil pada waiter itu.

Sebuah nada dering memecah keheningan orang-orang yang tengah menikmati makanannya itu. Membuat semua mata menoleh ke arah asal suara.

“Ah, itu handphone-ku,” kata Chorong kemudian mengeluarkan handphone dari tasnya. Matanya membulat melihat tulisan ‘Appa‘ yang ada di layar telepon.

Yoboseyo, Appa. Ne? Ani, haruskah aku? Ne, arasseoyo. Nanti aku hubungi Appa lagi,” kata Chorong, terlihat raut kecewa sekaligus rasa bersalah pada wajahnya.

Mianhae, aku harus pergi. Appa-ku baru saja tiba di Korea dan aku harus menjemputnya sekarang. Maafkan aku harus meninggalkan kalian,” kata Chorong. Jika bisa memilih, dia tidak ingin pergi melewatkan kesempatannya dengan Luhan. Tapi perintah sang appa adalah mutlak. Dia tidak bisa menolaknya.

Mwo? Chorong-ah ….” Kali ini Seohyun betul-betul terlihat depresi. Bagaimana mungkin Chorong tiba-tiba harus pergi, meninggalkannya dengan orang yang paling tidak siap untuk ia temui sekarang ini.

Mianhae, Hyunnie. Aku akan menjelaskannya nanti,” kata Chorong memotong perkataan Seohyun.

Oppa, nanti aku akan meneleponmu,” katanya pada Luhan sebelum meninggalkan tempat itu. Luhan hanya membalasnya dengan anggukan.

Seohyun nyaris sudah tidak dapat menelan makanan yang ada di mulutnya. Tangannya kini tengah sibuk meremas-remas bajunya di bawah meja. Ingin rasanya ia menghilang di telan bumi, saat ini juga.

“Aku tidak menyangka dunia begitu kecil Xiannie. Aku tidak tahu saat ini kau sudah ada di Korea lagi,” kata namja itu mulai memecah keheningan. Bohong. Tentu saja Luhan tahu Seohyun berada di Korea. Itulah alasan mengapa dirinya juga berada di negara ini.

“Semenjak lulus SMP aku memang sudah kembali ke sini,” jawabnya sekenanya.

“Apa kau benar-benar sudah melupakanku, Xiannie?” tanya Luhan.

DEG!

Seohyun terdiam. Jika boleh jujur, ia sama sekali tidak pernah melupakan namja itu. Tidak sekali pun. Meski mereka sudah tidak pernah bertemu bertahun-tahun. Seohyun bahkan sesekali memimpikan namja itu.

“Lu-Ge …,” kata Seohyun terbata. Selalu saja sulit merangkai kata untuk berbicara dengan orang ini.

“Sudah lama sekali aku tidak mendengar panggilan itu darimu,” kata Luhan tersenyum. Seperti ada rasa lega di hatinya meski hanya mendengar kata itu. Dia pikir dia tak akan pernah mendengarnya lagi dari bibir mungil yeoja itu.

Ya, Tuhan! Senyum itu lagi. Senyum yang selalu bisa membuat hatinya tak menentu sejak dulu bahkan sampai saat ini. Seohyun berdeham mencoba mengumpulkan keberaniannya untuk menatap namja yang ada di depannya itu.

“Bisa aku minta tolong padamu?” kata Seohyun. Membuat namja di depannya menaikkan satu alisnya.

“Katakan saja,” kata Luhan.

“Tolong jangan ceritakan tentang kita pada Chorong. Mungkin dia akan terluka,” kata Seohyun.

“Memangnya apa yang terjadi di antara kita?” tanya namja itu tersenyum sinis.

DEG!

Lagi-lagi Seohyun terdiam, tak tahu harus berkata apa. Namja itu masih namja yang sama dengan seseorang yang dulu dikenalnya. Hanya saja mereka terlihat seperti orang yang berbeda. Namja ini terlihat dingin. Sementara namja yang dulu dikenalnya itu sehangat sinar mentari pagi.

Mungkin Seohyun terlalu banyak berpikir, tentu saja orang bisa berubah. Apa yang dia harapkan dari namja yang hanya dikenalnya beberapa tahun yang lalu. Mungkin Luhan bahkan sudah tidak mengingat apa yang terjadi di antara mereka dulu.

Ani, maksudku eh … Ehm … Eh ….”

Bodoh! Seohyun merutuki dirinya. Apa-apaan kalimat tidak jelas yang baru diucapkannya. Otaknya sibuk merangkai kata, lagi. Berharap apapun yang keluar dari mulutnya kali ini tidak terdengar bodoh sama sekali.

“Kau adalah cinta pertamaku, yang dulu terus menerus kukejar-kejar seperti orang bodoh, hingga aku menolak semua yeoja-yeoja cantik yang berusaha menggodaku, dan selama ini aku masih menyukaimu, mencari-cari kabarmu yang seperti ditelan bumi, berusaha mengalihkan pikiranku dengan mengencani wanita mana pun agar bisa melupakanmu, dan asal kau tahu satu-satunya alasan kenapa aku mau bertemu dan mengenal yeoja bernama Chorong adalah karena sejak pertama kali melihatnya, dia mengingatkanku padamu. Kalau semua hal itu yang kau maksud agar tidak diketahui Chorong, maka aku akan diam. Apa kau puas?”

Seohyun yakin mulutnya sudah menganga selebar-lebarnya. Bahkan mungkin tinjunya muat dimasukkan ke mulutnya sendiri. Jangan lupakan wajahnya yang sudah memerah seperti albino yang tersengat matahari. Tidak, bukan hanya wajahnya. Tapi seluruh tubuhnya. Seohyun berharap ini hanya mimpi. Atau setidaknya, ia salah dengar. Tapi gagal, suara Luhan yang tertawa terbahak-bahak kembali menyadarkannya ke realita. Bahwa ini semua benar adanya. Bukan mimpi sama sekali.

Ya! Berhenti menganga. Atau haruskah kusumpal mulutmu dengan mulutku?” Luhan berusaha meredakan tawanya. Namun melihat Seohyun yang seketika membekap mulutnya dengan kedua tangannya, semakin membuat tawa namja itu lepas.

Aah … hanya Seohyun yang dapat membuatnya seperti ini. Sudah lama sejak ia dapat tertawa selepas sekarang. Seketika muncul ide cemerlang yang terlintas di pikirannya.

“Habiskan makananmu, kita harus bergegas,” katanya membuat Seohyun melotot. Dia tahu, dibalik tangan yang membekap mulutnya Seohyun pasti kembali menganga. “Menurut saja, atau aku akan menculikmu,” lanjutnya lagi yang sontak membuat Seohyun melanjutkan makannya seperti anak yang penurut. Yeoja ini memang sangat lucu, batinnya.

Dan disinilah mereka berada. Membaur bersama orang-orang yang sedang mengantre untuk menaiki wahana roller coaster itu. Semenjak tadi Seohyun hanya menurut, membiarkan tangannya terus digenggam oleh Luhan ke mana pun namja itu pergi. Mungkin Seohyun benar-benar takut jika Ia tidak menurut dan membuat Luhan akhirnya menculiknya. Hal itu pasti lebih fatal, mengingat namja yang sekarang bersamanya tidak semanis namja yang dulu dikenalnya.

“Berikan handphone-mu,” perintah Luhan pada Seohyun. Seohyun hanya menurut dan memberikan handphone itu padanya. “Aku sudah memasukkan nomor teleponku, jika aku telepon kau harus mengangkatnya. Karena kalau tidak, aku akan menceritakan semuanya pada yeoja itu. Arasseo?” kata Luhan yang hanya dijawab anggukan oleh Seohyun.

Kenapa jadi seperti ini? batin Seohyun. Untuk yang kedua kalinya namja itu kembali hadir di hidupnya. Membuat perasaan-perasaan aneh yang meledak seperti kembang api. Dan seperti sebelumnya, Seohyun hanya bisa pasrah menghadapi kenyataan ini.

***

Sudah seminggu berlalu semenjak dirinya kembali bertemu dengan Luhan. Dan selama itu pula seorang Luhan kembali terus mengusik hidupnya. Mulai dengan selalu mengirimkan pesan singkat yang aneh seperti ‘kau harus rajin makan, aku tidak mau pipi tembammu mengecil‘, ‘semalam aku bermimpi, kita punya anak kembar‘, ‘aku sangat pusing, aku rasa memelukmu dapat menyembuhkanku‘. Hingga kelakuan-kelakuan aneh dari namja itu. Seperti ketika jam 10.00 malam dia tiba-tiba menelepon Seohyun memberitahukan bahwa ada yang mencarinya di depan rumah, dan ternyata tidak ada siapa-siapa melainkan sebuah boneka Keroro besar yang diikat dengan pita. Belum lagi selama seminggu berturut-turut ini dia terus mengirimi Seohyun setangkai mawar putih.

Seohyun benar-benar tidak habis pikir dengan namja itu, dalam hati kecilnya ia sangat merasa bersalah pada Chorong, sahabatnya. Seperti ia menghianati sahabatnya itu dengan tidak mengatakan hal yang sebenarnya. Tapi di sisi lain, Seohyun tahu Chorong akan terluka jika ia mengatakannya.

Yoboseyo, Lu-Ge,” katanya pada saat telepon yang ia hubungi tersambung. Hari ini ia membulatkan tekadnya untuk menelepon Luhan, menyuruhnya untuk menghentikan semua kelakuan anehnya.

Wei, Xiannie. Apa kau merindukanku?” katanya membuat orang yang ada diujung telepon mendesah kasar.

“Lu-Ge, bisa kau berhenti melakukan hal-hal aneh padaku?” kata Seohyun to the point.

“Memangnya apa yang aku lakukan?” kata Luhan pura-pura tidak mengerti.

Jinjja, orang ini. Apa sebenarnya maumu, eoh?” Kesabaran Seohyun mulai habis

“Jangan berpura-pura bodoh, Xiannie. Kautahu aku menginginkanmu sejak dulu,” kata Luhan dengan raut wajah serius. Meskipun Seohyun sudah pasti tak dapat melihatnya

DEG!

Seohyun terdiam. Lalu mendesah panjang.

“Lu-Ge, kautahu Chorong sahabatku. Dan kau juga tahu dia menyukaimu. Aku tidak mau membuatnya bersedih karena ini,” kata Seohyun. Hening. Hingga dia pikir telepon itu sudah terputus.

Wei, wei. Yoboseyo, yoboseyo! Lu-Ge …,”

“Lalu bagaimana denganmu? Apa kau tidak menyukaiku? Apa kau tidak peduli sedikit pun pada perasaanku? Kau hanya terus mengatakan tentang Chorong, Chorong dan Chorong,” kata Luhan. Suaranya naik beberapa oktaf.

DEG!

Seohyun kembali terdiam. Sebenarnya, dia juga tidak mengerti tentang perasaannya. Jika disuruh jujur, dia sama sekali tidak merasa terganggu akan kehadiran Luhan lagi dalam kehidupannya. Bahkan dia merasa terhibur dengan kelakuan-kelakuan aneh namja itu. Tapi, bagaimanapun ia tidak mau menghianati sahabatnya. Ia tidak ingin Chorong terluka.

“Xiannie, jawab. Jawabanmulah yang akan menentukan perlakuanku selanjutnya,” tanya Luhan menyadarkan Seohyun dari pergelutan yang terjadi di dalam hatinya.

Mian, Lu-Ge. Aku memang senang kita kembali bertemu. Tapi, sepertinya aku tidak menyukaimu. Aku hanya menganggapmu sebagai sunbae yang aku hormati,” kata Seohyun pada akhirnya. Sakit rasanya mendengar ucapan yang baru saja keluar dari mulutnya. Apa yang terjadi padanya?

Ne, arasseo,” jawab Luhan kemudian memutus sambungan telepon itu.

Seohyun tahu namja itu terluka, tapi apa yang bisa ia lakukan? Seohyun yakin Chorong bisa bahagia dengan Luhan. Ia sudah memutuskan untuk mendukung hubungan sahabat dan sunbae-nya itu. Seohyun menangis, menenggelamkan wajahnya pada bantal tidurnya. Dia terus saja menangis, meski tak tahu apa yang ditangisinya.

***

Annyeong, Hyunnie,” sapa Chorong pagi itu. Tidak dapat menyembunyikan raut bahagia dari wajahnya.

Annyeong, Chorong-ah,” balas Seohyun.

Ia sibuk mencatat tugas-tugas yang diberikan dosen. Meski sebenarnya tugas itu masih dikumpulkan minggu depan. Seohyun memang termasuk mahasiswi yang rajin. Tidak pernah menunda tugas yang ada. Lebih cepat lebih baik. Kalau bisa dikerjakan sekarang, kenapa harus ditunda? Begitulah prinsipnya.

Matanya sibuk mencatat namun sesekali memperhatikan handphone yang tergeletak di sebelah bukunya, menanti pesan singkat dari seseorang. Ah, bodohnya! Siapa yang ia harapkan? Sudah seminggu sejak Ia menelepon Luhan saat itu, dan sejak itu Luhan sama sekali tidak pernah menghubunginya. Bahkan sekadar mengirim pesan. Seperti yang Seohyun harapkan, semua kelakuan aneh Luhan pun sudah tidak pernah dilihatnya. Memang begitu seharusnya kan? Bukannya ia yang meminta Luhan seperti itu?

***

“Hyunnie, aku harus ke perpustakaan nanti. Jadi aku tidak bisa pulang bersamamu,” kata Chorong pada Seohyun.

Gwaenchana, aku akan menunggumu di kantin,” jawab Seohyun lagi.

“Hmm … sebenarnya Luhan Oppa akan menjemputku siang ini. Mian,” kata Chorong lagi, sedikit menyesal.

Arasseo, aku lupa kau sudah punya namjachingu,” kata Seohyun tersenyum kecut.

Anieyo, kami tidak berkencan. Setidaknya belum,” kata Chorong malu-malu. “Bodohnya diriku yang terlalu mengkhawatirkan yang tidak-tidak. Kupikir Luhan oppa menyukaimu, karena semenjak kita bertemu di taman bermain itu dia seperti menghindariku. Tapi, kurasa aku hanya terlalu banyak berpikir, seminggu belakangan ini dia terus menghubungiku dan sesekali mengajakku ke tempat yang romantis. Aku tidak sabar menjadi yeojachingu-nya,” lanjut Chorong menjelaskan panjang lebar. Mengabaikan dosen yang terus menerangkan di depan.

“Jangan mengajakku berbicara. Aku takut dosen akan mengeluarkan kita dari kelas,” jawab Seohyun. Sebenarnya bukan itu alasan yang sesungguhnya. Dia hanya tidak suka mendengar cerita Chorong yang terus membahas perkembangan hubungannya dengan Luhan. Meski ia pun sebenarnya penasaran. Tapi lebih baik jika ia tak mengetahuinya.

Ne, arasseoyo agasshi,” bisik Chorong.

***

Siang itu Seohyun memutuskan untuk makan siang di kantin. Ia tidak bisa pulang dengan Chorong dan makan siang bersama sahabatnya. Jangan tanyakan sahabatnya yang lain, tentu saja mereka pulang dengan namjachingu masing-masing.

Dan ia sedang malas makan di rumahnya. Seohyun beranjak menuju meja kantin kesukaannya. Di sudut tepat di sebelah taman. Mengambil posisi yang nyaman, memutar playlist sambil membaca buku. Satu per satu lagu terputar, hingga akhirnya suara itu lagi. Britney Spears dengan lagu ‘sometimes‘. Lagu yang selalu berhasil membawanya kembali ke masa lalu.

.
.
.
.
.

Flashback On

“Xiannie, awas bola!”

Terlambat. Seohyun tidak sempat menghindari bola yang berhasil meluncur bebas hingga mengenai kepalanya. Gelap. Hanya itu yang Seohyun ingat sebelum kesadarannya benar-benar lenyap.

“Kau sudah sadar?” Senyum sehangat mentari pagi itu menyambutnya dengan bahagia.

“Apa yang terjadi padaku?” tanyanya dengan menggunakan bahasa mandarin yang terbata-bata.

“Kau terkena bola tadi, kauingat?” kata namja itu.

Ah, ya benar. Dia tadi terlalu serius membaca buku hingga tidak melihat bola yang mendarat sempurna tepat di kepalanya. Pasti dia pingsan setelah kejadian itu, menyadari saat ini ia sedang berada di UKS sekolah.

“Kau membuatku takut, aku pikir kau mati. Kau pingsan selama dua jam. Kautahu?” kata namja itu.

Namja itu bodoh atau apa? Mana mungkin ia mati hanya karena terkena bola. Bagaimanapun sepertinya namja inilah yang membawanya ke UKS. Dia harus berterima kasih.

Tunggu sebentar, namja ini? Ah, ya. Namja ini yang saat itu menyatakan perasaannya. Yang memberinya sebuah nomor telepon. Meski Seohyun sama sekali tidak pernah menghubungi namja itu. Wajahnya seketika memerah, entah karena apa. Mungkin karena malu, tidak tahu harus bersikap bagaimana terhadap namja yang baru saja ditolaknya.

Xie xie, Gege. Terima kasih karena sudah menolongku.” Meski malu, tetapi ia harus berterimakasih bukan?

Bu xie. Aku senang menggendongmu. Dan maaf, tadi aku mencium bibirmu saat kau masih pingsan. Hehe,” katanya tanpa rasa bersalah.

Apa dia bilang? Gendong? Cium? Seketika Seohyun memeriksa seluruh badannya. Kalau-kalau saja namja ini melakukan hal lainnya. Dasar orang aneh! Berani-beraninya dia mengambil first kiss-ku.

“Mengapa kau melakukannya?” tanya Seohyun kesal. Sungguh dia tidak habis pikir dengan seniornya itu, bagaimana bisa dia mengambil kesempatan dalam kesempitan.

“Jangan salah paham, aku takut kau mati. Jadi aku memberimu napas buatan,” jawabnya lagi masih dengan wajah innocent itu.

Ingin sekali Seohyun menonjok wajah yang seperti maneqin itu. Apa tadi katanya? Napas buatan? Heol. Dasar namja tampan bodoh dan yadong. Ah, tidak seharusnya Seohyun menganggap namja itu tampan. Meski itulah kenyataannya.

“Lupakan saja, aku tidak ingin mengingatnya,” kata Seohyun lagi.

“Hei, kau sangat tidak sopan. Kau tahu aku setahun di atasmu, aku senior. Jadi kau harus sopan padaku,” kata namja itu pura-pura cemberut. Imut sekali. Ah, tidak. Apa yang Seohyun pikirkan. “Dan namaku Luhan. Kau harus mengingat namaku,” lanjut namja itu sambil terus tersenyum. Luhan.

Tentu saja ia tahu orang itu meski ia tak memperkenalkan diri. Kapten sepak bola yang sangat berbakat. Bukan hanya itu, wajahnya sungguh tampan dan imut pada saat yang bersamaan. Membuat ia sangat terkenal di kalangan anak perempuan. Bahkan ia punya fanclub di sekolah ini. Dan jangan lupakan kelakuan anak-anak perempuan yang ganjen selalu menyorakinya jika ia sedang bermain bola di lapangan. Tidak terkecuali teman-teman kelas Seohyun.

Siapa yang tidak mengenal idola yang dijuluki flower boy itu? Bahkan Seohyun yang baru saja resmi sebagai murid pindahan di sekolah ini langsung mengenalinya. Seohyun memang baru pindah ke Cina karena ayahnya harus mengurus perusahaan mereka yang sedang berkembang di negara ini. Ibunya? Yah, meski tak mau mengingat kejadian itu. Ia harus menerima kenyataan bahwa ayah dan ibunya sudah bercerai satu tahun yang lalu. Seohyun ikut ayahnya, sementara ibunya bersama adiknya di London. Ibunya memang seorang designer ternama yang lebih sibuk bekerja di London dan sekitarnya.

Arasseoyo,” kata Seohyun spontan menggunakan bahasa negaranya, Korea.

“Kau orang Korea, ya?” tanya Luhan. Seohyun menganggukkan kepala.

“Bagaimana kautahu?” tanya Seohyun.

“Aku sering mendengar kata itu di drama Korea yang kutonton,” jawabnya lagi membuat Seohyun menganga. Apa? Drama Korea? Namja macam apa yang suka dengan drama Korea yang penuh dengan romansa cinta? Seohyun saja lebih memilih menonton berita. “Kurasa aku akan lebih sering menonton drama itu agar aku bisa mengerti bahasamu. Hehe,” katanya lagi. Jjinjja daebak, batin Seohyun. Namja ini benar-benar namja teraneh yang pernah dia temui.

Flashback Off
.
.

.
.
.

“Xiannie, Xiannie, hei, Xiannieeeee.” Namja itu mengguncang-guncang tubuh yeoja di depannya. Ia sudah memanggil namanya sejak tadi, tapi yeoja itu tak bergeming sama sekali.

Omo! Apa yang kau lakukan padaku Lu-Ge?” kata Seohyun nyaris berteriak.

“Seharusnya aku yang bertanya ada apa. Kau seperti kesetanan,” kata Luhan.

Seohyun hanya mendesah. Ya, benar. Ia baru saja terhanyut dalam lamunannya. Dan betapa terkejutnya ia setelah menyadari orang yang dipikirkannya berada di depannya. Ada apa dengannya? Lagi-lagi dia mengingat masa lalu. Seohyun memerhatikan sepiring deokbukki dan segelas mojito lemon yang ada di depannya. Dia bahkan tak sadar saat pesanannya diantarkan. Bodoh sekali!

“Jadi, kenapa kau ada disini? Aku sudah bilang untuk tak melakukan hal aneh lagi,” kata Seohyun. Namja di depannya tersenyum sinis.

“Tampaknya kau terlalu percaya diri, Agasshi. Aku tidak punya kepentingan denganmu. Satu-satunya alasan aku di depanmu saat ini adalah karena aku menunggu Chorong. Dan bisa kau lihat di sekelilingmu, tak ada bangku kosong. Jadi, aku duduk disini. Apa aku harus pergi agar kau tidak terganggu?” kata Luhan sinis.

Namja itu kini bersikap dingin padanya. Ya, memang sebaiknya begitu kan? Seohyun merutuki kebodohannya yang berbicara tanpa berpikir dulu. Tentu saja Luhan kesini untuk Chorong. Dia bahkan sudah tahu itu. Babo Seohyun!

Mian, arasseoyo. Tidak perlu ke mana-mana, sebentar lagi aku akan pulang,” jawab Seohyun sekenanya.

“Kau bahkan belum menyentuh makananmu. Dan lihat, sekarang sedang hujan. Bagaimana caramu pulang, apa kaubawa kendaraan?” kata Luhan lagi.

Seohyun sontak menoleh ke sekeliling. Hujan? Sejak kapan mulai hujan? Ia bahkan tak menyadarinya. Pantas saja kantin begitu ramai, mungkin orang-orang tak pulang karena hujan yang sangat deras.

“Jangan pikirkan aku, aku bisa meminta seseorang menjemputku,” jawab Seohyun lagi kemudian melahap makanan yang ada di depannya.

Oppa, annyeong! Maaf aku membuatmu menunggu. Tadi penjaga perpustakaan sedang istirahat, jadi aku menunggunya kembali.” Suara Chorong memecah keheningan di antara mereka berdua. “Ah, Hyunnie aku pikir kau sudah pulang. Aaah … pasti karena hujan,” lanjut Chorong lagi kemudian mengambil posisi duduk di sebelah Luhan.

“Kau tampak lelah, apa kau baik-baik saja?” kata Luhan mesra sambil menyampirkan rambut yang sedikit menutupi wajah Chorong ke belakang telinganya. Chorong memerah mendapat perlakuan manis yang tiba-tiba itu. Sedangkan Seohyun nyaris menganga melihat pemandangan di depannya. Hatinya terbakar, matanya panas seolah air yang ada di dalamnya berontak untuk segera terjun bebas membasahi pipi tembamnya. Tanpa sadar Seohyun menusukkan garpu terlalu keras hingga suara nyaring pertemuan garpu dan piring terdengar bahkan di antara derasnya hujan.

Waeyo Hyunnie? Apa yang kaulakukan pada piringmu? Neon gwaenchana?” kata Chorong mengembalikan kewarasan Seohyun sepenuhnya.

Diperhatikannya piring yang kini sudah kosong. Kapan deokbukki-nya habis? Ia bahkan tak ingat. Seohyun menoleh ke sekeliling mendapati pandangan aneh orang-orang terhadapnya. Apakah sebegitu kerasnya suara garpu dan piring yang diciptakan Seohyun hingga orang-orang itu seperti melayangkan tatapan ‘ada apa denganmu? Dasar yeoja aneh‘. Malu dan kesal kini membaur menjadi satu. Babo! Babo! Babo! Apa yang dilakukannnya sekarang? Membuat dirinya tampak seperti orang bodoh. Ya, Tuhan. Kumohon bunuh aku sekarang, batinnya.

Anieyo, sebaiknya aku pulang. Aku merasa tidak enak badan,” kata Seohyun kemudian beranjak meninggalkan Chorong dan Luhan.

Luhan menatap punggung Seohyun hingga menghilang dari pandangannya. Dia tahu, Seohyun pasti kesal padanya. Dan jika dia tidak salah mengartikan, dia melihat kilatan cemburu di mata yeoja itu. Bahkan matanya berkaca-kaca. Luhan tersenyum kecil, berharap ia tidak salah paham. Rencananya sukses membuat yeoja itu cemburu.

***

Seohyun tidak peduli hujan terus membasahinya. Bahkan ia tak peduli tatapan aneh orang yang melihatnya. Ia menangis sejadi-jadinya membayangkan Chorong dan Luhan yang bermesraan. Hatinya begitu sakit mengingat kejadian itu. Sepertinya Luhan sudah betul-betul melupakannya. Dan ia yakin namja itu sudah jatuh cinta pada sahabatnya. Mengingat perlakuan Luhan yang dingin padanya.

Oppa, sini masuk ke payungku. Aku tidak ingin kau sakit,” kata anak SMA yang berjalan di depan Seohyun.

Seohyun baru sadar ternyata tidak hanya dirinya yang nekat berjalan menerobos di antara derasnya hujan. Yang membedakan hanya orang di depannya itu tidak berjalan sendiri, tidak semenyedihkan dirinya.

“Payungmu kecil, jika aku ikut pasti kau kebasahan. Aku tidak ingin yeojachingu-ku sakit,” kata anak laki-laki itu. Ah jadi mereka itu sepasang kekasih, pikir Seohyun.

.
.
.
.
.

Flashback On

“Xiannie, kau tidak dijemput hari ini?” kata namja itu pada yeoja di sebelahnya.

“Ayahku sibuk,” jawab Seohyun sekenanya.

Lagi-lagi namja ini. Seohyun sudah berulang kali menghindarinya, bahkan setiap ia berada dengan namja itu dalam jarak yang dekat, Seohyun berlari atau bersembunyi. Apa pun caranya agar namja ini tidak mengganggunya. Namja ini terlalu aneh. Ia takut tertular keanehannya. Tapi, seperti tak tahu diri atau mungkin tak tahu malu, namja ini pantang menyerah mendekatinya. Benar-benar namja babo!

“Hujannya tidak begitu deras, apa kau tidak bawa payung?” tanya namja itu lagi.

Seohyun hanya meliriknya dengan tatapan aneh. “Kalau aku bawa payung, aku tidak akan berdiri di sini. Aku pasti sudah pulang sejak tadi,” kata Seohyun lagi.

Sebenarnya ia malas meladeni orang aneh ini. Tapi, semakin didiami kelakuannya pasti lebih aneh lagi. Seperti pada saat Seohyun terus mengabaikan panggilannya. Namja ini terus mengiriminya surat dengan kalimat-kalimat aneh, seperti:

Halo malaikatku, Xiannie …

Kenapa kau terus mengabaikanku?

Apa aku tidak terlihat tampan di matamu?

Atau, haruskah aku datang ke rumahmu dan melamarmu di depan ayahmu agar kau menerima hatiku?

Atau, haruskah aku jadi boyband agar kau tertarik padaku?

Jangan mengabaikanku, Saranghae 💙

Seohyun bergidik ngeri mengingatnya. Bagaimana mungkin ada anak SMP yang memikirkan kata-kata seperti itu. Melamar? Pasti hanya namja ini namja yang paling aneh di dunia. Belum lagi kelakuannya yang mempermalukan Seohyun di depan murid sekolah mereka dengan menuliskan tulisan ‘wo ai ni, Xiannie‘ di tengah lapangan basket sekolah mereka dengan pilox. Tidak peduli hukuman dari para guru padanya.

Belum lagi ketika ia menuliskan ‘Xiannie, menikahlah denganku‘ di papan tulis kelas Seohyun. Abnormal! Namja itu harusnya masuk rumah sakit jiwa.

“Ah, kau benar juga,” kata namja aneh itu masih dengan senyumnya yang menawan. Ah tidak, lupakan kata menawan itu! “Bisa kau pegang bolaku sebentar?” tanyanya pada Seohyun. Seohyun hanya menerima bola yang diberikan padanya. Kelakuan aneh macam apa lagi sekarang? Namja itu membuka baju sekolahnya. Menampakkan badan kurus tanpa atasan sehelai benang pun. “Kajja, aku akan melindungimu.” Namja itu memosisikan tangannya yang sudah memegang baju sekolah di atas kepala Seohyun. Dan mendorong badan Seohyun dengan badannya. Seohyun hanya menurut dan berlari kecil di antara hujan yang menari-nari.

Orang-orang yang melihat mereka hanya tertawa. ‘Kelakuan anak SMP yang aneh, berniat melindungi kekasihnya agar tak basah meski dirinya sendiri kehujanan tanpa menggunakan baju dalam sekali pun‘, mungkin begitulah pikir orang-orang yang melihat mereka.

Flashback Off
.
.
.
.
.

Seohyun terkejut merasakan badannya yang tiba-tiba dibalik menghadap namja itu. Belum cukup ia tersadar melihat namja yang baru saja dipikirkannya, ia dikagetkan dengan bibir namja itu yang sudah menempel dengan bibirnya. Bibir namja itu melumat bibirnya dengan lembut. Seohyun masih terdiam, belum sadar sepenuhnya. Namja itu perlahan melepas ciumannya. Kemudian memeluk Seohyun seerat mungkin. Hujan masih lebat, dingin yang menusuk badan Seohyun tanpa ampun. Tapi anehnya, hatinya begitu hangat dalam pelukan namja itu.

“Apa kau bodoh? Apa yang kaulakukan di tengah hujan lebat seperti ini?” kata namja itu setelah melepas pelukannya. Ah, ya … Seohyun memang bodoh. Bagaimana mungkin ia melamun di tengah derasnya hujan. Melamunkan bagian dari masa lalunya bersama namja yang ada dihadapannya. Lagi dan lagi. Satu hal yang Seohyun sadari, ia sudah jatuh cinta pada namja yang ada di depannya itu.

***

“Apa kau sudah merasa baikan?” kata namja itu pada yeoja di depannya yang tidak lain adalah Seohyun. Yeoja itu kini tengah membungkus diri dengan selimut yang tebal, kedua tangannya memegang secangkir cappucinno. Ia mengesapnya perlahan, menghangatkan tubuhnya yang tadi sempat nyaris beku di tengah derasnya hujan.

Ne, gomawo,” kata Seohyun pelan.

Ia yakin wajahnya memerah sekarang, sejak tadi ia terus mengingat kejadian di tengah hujan itu. Ciuman dan pelukan yang membuatnya hangat. Dan hatinya sudah mengakui bahwa ia sudah benar-benar jatuh cinta pada namja aneh ini. Dan lihat sekarang? Ia bahkan berada di apartemen namja itu, menggunakan kemeja dan celana pendek namja itu. Jantungnya memompa dua kali lipat lebih cepat. Tidak bisa dipungkirinya, kini ia gugup berada di dekat namja tersebut

“Tidurlah jika kau lelah, aku akan mengantarmu pulang malam nanti,” kata Luhan lembut sambil mengusap rambut Seohyun.

“Aku tidak ingin tidur,” kata Seohyun nyaris berbisik. Sepertinya suaranya serak karena kehujanan tadi.

Waeyo? Apa kau ingin kutemani? Mungkin aku harus memelukmu agar kau lebih hangat,” kata Luhan yang membuat mata Seohyun membulat seketika. “Hahahahhaha. Kau ini mudah sekali ditipu. Tenang saja, aku tidak akan melakukannya. Kecuali jika kau memang menginginkannya,” kata Luhan menggoda Seohyun. Seohyun memerah. Kontras dengan bibirnya yang sangat pucat.

“Berhenti menggodaku,” kata Seohyun lagi. “Lu-Ge, aku tidak tahu sejak kapan, tapi kurasa aku jatuh cinta padamu,” kata Seohyun setelah mengumpulkan keberaniannya. Luhan yang mendengarnya sontak tersenyum. Hal ini adalah hal yang paling membahagiakan dalam hidupnya.

“Aku tahu,” kata Luhan tersenyum, ia lalu mengambil mug yang dipegang Seohyun kemudian meletakkannya di meja. Ia lalu menarik yeoja itu ke dalam pelukannya. “Wo ai ni, Xiannie. Aku mencintaimu sejak dulu hingga sekarang,” katanya berbisik di telinga Seohyun.

***

Pagi ini Seohyun sudah membulatkan tekadnya. Dia akan jujur sejujur-jujurnya pada Chorong. Dia bersedia menerima segala akibatnya. Dia tak ingin membohongi perasaannya lagi, juga tak ingin membohongi sahabatnya.

“Chorong-ah, bisa kita berbicara sebentar,” katanya ketika melihat Chorong yang berjalan menuju kelas. Nicole, Hara dan Soyu hanya saling tatap-menatap penasaran.

Dan disinilah mereka sekarang. Di kantin.

“Aku ingin mengakui sesuatu, sebenarnya …,” kata Seohyun menggigit bibirnya. Takut membayangkan bagaimana ekspresi Chorong setelah ia menjelaskan semuanya.

“Aku memaafkanmu,” kata Chorong memotong ucapan Seohyun yang belum selesai. “Aku tahu apa yang ingin kaukatakan. Aku sudah mendengar semuanya dari Luhan Oppa kemarin. Tentang kau yang ternyata adalah cinta pertamanya, dan bagaimana dia mengejar-ngejarmu sejak dulu. Dan dia mengatakan bahwa kaulah yang menyuruhnya untuk lebih memilihku karena takut aku terluka. Dia berkata sampai sekarang dia selalu mencintaimu. Dan aku juga sudah mendengar cerita tentang Luhan dari Minseok sepupuku, bagaimana Luhan memilih ke Korea untuk mencarimu. Dan Luhan yang ingin mengenalku karena kita terlihat mirip. Aku juga melihat adegan kemarin saat kalian berciuman dan berpelukan di tengah hujan …”

 

“… Jujur aku sakit hati, aku sedih. Oleh karena itu aku mengikuti mobilnya kemarin. Dan aku sadar, aku sama sekali tidak mempunyai kesempatan mendapatkan hatinya. Dia hanya mencintaimu. Satu hal yang paling membuatku kecewa adalah kenyataan bahwa kau tidak jujur padaku sejak awal. Apa kau tidak memercayaiku? Aku memang menyukainya, tapi aku lebih menyayangimu. Mana mungkin aku mau berbahagia di atas penderitaan sahabatku,” kata Chorong panjang lebar seperti kereta yang tak henti-hentinya berjalan. Ia mendesah. Matanya berkaca-kaca.

Seohyun tahu saat ini Chorong sangat terluka. Seohyun memeluk sahabatnya itu. Tangisnya pecah, menyadari betapa beruntungnya mempunyai sahabat yang ada di depannya ini. Mereka berpelukan dalam tangis. Sibuk dengan pikiran masing-masing.

Jinjja mianhae, Chorong-ah. Jinjja jinjja mianhaeyo,” kata Seohyun di sela tangisnya. Chorong hanya membalasnya dengan anggukan.

Woah, daebak! Apa kalian sedang bermain drama? Apa-apaan adegan sedih ini?” kata Nicole yang tiba-tiba muncul. Sontak Seohyun dan Chorong melepas pelukannya.

“Apa yang kalian sembunyikan dari kami?” lanjut Soyu.

“Kalian tidak sedang berkencan kan?” kata Hara yang langsung dibalas dengan tatapan membunuh keempat temannya. “Aku hanya takut mereka depresi karena tidak mempunyai namjachingu. Hingga menjadi seperti itu,” lanjutnya beralasan.

“Sebaiknya kita ke kelas sekarang, dosennya sudah masuk sejak tadi. Tapi, kalian berdua harus berjanji untuk menjelaskan semuanya nanti. Arasseoyo?” kata Soyu lagi. Seohyun dan Chorong hanya mengangguk setuju, tidak ada gunanya menyembunyikan hal itu lagi.

***

Kelas baru saja usai, dosen baru saja keluar. Tapi sesisi kelas itu hanya terdiam melongo melihat seorang namja tampan memasuki ruangan dan berdiri di depan. Semua mata tertuju padanya, terutama mata para yeoja-yeoja itu yang tidak menyembunyikan ketertarikannya pada namja tersebut. Seohyun masih fokus pada catatan yang dilengkapinya sampai suara itu mengagetkannya.

“Apa yeojachingu-ku di sini? Seo Joo Hyun, di mana kau? Aku merindukanmu.” Seohyun sontak melihat ke depan. Mulutnya menganga sempurna melihat kelakuan namja aneh itu. Jangan bilang dia mencariku ke setiap kelas? “Ah, itu dia,” katanya ketika melihat wajah Seohyun di antara kerumunan orang. Bisik-bisik membuat kelas itu ramai. Yang pasti mereka sedang membicarakan keanehan namja yang kini tengah menghampiri Seohyun dengan membawa sebuket mawar putih.

“Apa yang kaulakukan di kelasku, babo!” Seohyun mencubit namja itu sambil menatap matanya dengan tatapan membunuh. Keempat sahabatnya masih mematung. Melihat adegan live di depannya antara percaya dan tidak. Chorong menepuk kepalanya takjub dengan keanehan namja itu, ya namja yang sempat disukainya. Minseok memang sudah bercerita tentang keanehan yang dilakukan Luhan saat mengejar Seohyun, tapi melihatnya secara live itu jauh luar biasa rasanya. Dia tidak menyangka seorang Luhan yang terlihat dingin, dapat berubah menjadi namja super aneh bila dihadapkan dengan sahabatnya, Seohyun. Dia saja malu setengah mati sebagai sahabat Seohyun, apalagi sahabatnya yang jelas-jelas pemeran utama dalam adegan itu. Sementara Soyu hanya bergumam sendiri tampan sekali namjachingu-nya, sayang dia sangat aneh, Nicole dan Hara tidak sanggup berkata-kata lagi, mereka meninggalkan kelas seolah tidak mengenal Seohyun.

Waeyo Xiannie? Kaubilang kau mencintaiku, kenapa kau mengataiku babo?” kata Luhan membuat Seohyun kembali menganga. Luhan hanya tersenyum dengan wajah innocent-nya kemudian mendekati Seohyun dan menciumnya tepat di dahi. Belum sadar Seohyun dari keterkejutannya, namja itu kembali berteriak, “Hei, kalian semua yang ada disini, jangan berani mengganggunya. Dia adalah yeojachingu-ku,” kata Luhan masih dengan senyumnya yang lebar, sangat lebar hingga orang-orang yang melihatnya takut bibir namja itu sobek.

Ya, Tuhan. Bunuh aku sekarang, batin Seohyun.

***

Seohyun harus mengucapkan selamat tinggal pada hari-hari damainya. Mempunyai namjachingu seperti Luhan adalah sesuatu yang sangat langka. Mungkin Seohyun harus bersyukur, setidaknya namjachingu-nya bukanlah orang yang membosankan. Satu hal yang dapat dia simpulkan dari semua hal yang dialaminya dengan Luhan.

Luhan, namja aneh itu adalah cinta pertama Seohyun. Hanya namja itu yang memberinya perasaan aneh sejak dulu, sejak ia belum mengerti arti cinta hingga mengakui keberadaan cinta itu sendiri di dalam hatinya. Hanya namja itu yang membuatnya memahami arti pertemuan yang tidak bisa kau hindari. Benar kata Chorong, sahabatnya. Perasaan seperti ini bukan hal yang bisa kita tentukan kapan dan bagaimana datangnya. Hal itu terbukti padanya. Siapa sangka Seohyun bertemu lagi dengan Luhan melalui Chorong. Dan siapa sangka Seohyun menyadari perasaan cintanya ketika melihat Chorong dan Luhan bermesraan. Tuhan menuliskan takdirnya seperti ini. Takdir dengan namjachingu yang merupakan cinta pertamanya.

Namja aneh yang selalu ia hindari dulu, pada akhirnya adalah orang yang paling ia harapkan untuk berada disisinya.
 

 
FIN

Note:
Thankyou for reading this amateur fanfiction. Fyi, this story is already been published in wattpad named “AiV____”


PETRICHOR [7]

$
0
0

Featured Image -- 40463

Malam itu Nana tidak ada di rumah, Hyerim sudah mencoba menghubunginya dan Nana tidak akan pulang ke rumah karena harus menyelesaikan tugas di rumah salah seorang temannya. Bagi Hyerim ini bukan pertanda bagus, tapi dia terpaksa melakukannya. Membawa Dyo pulang ke rumah kost yang jauh lebih dekat dari pada dorm EXO, mereka sudah sangat basah dan harus segera mengganti baju sebelum udara menjadi sangat dingin.

Dyo juga menghubungi Suho dan managernya, dia tak akan pulang malam ini karena menginap di rumah teman lamanya. Hal ini menjadi masalah di dorm, karena semua member menduga Dyo bersama Hyerim. Karena dia tidak menjelaskan apapun kecuali tinggal di rumah teman lama.

“Minumlah” pinta Hyerim saat memberikan secangkir teh jahe merah hangat pada Dyo

Dyo merasa sedikit canggung, karena harus mandi dan ganti baju di tempat perempuan. Bahkan Hyerim memberinya baju ganti, kaos dengan motif lucu dan warna biru pastel.

“Sebelum matahari hari terbit aku akan pulang” ucapan Dyo terdengar terbata

“Mm” jawab Hyerim sambil mengangguk

Entah kenapa suasana menjadi sangat canggung malam itu, hampir satu jam mereka duduk berdampingan dengan teh hangat masing-masing.

“Istirahatlah, aku akan mengambilkan selimut dan bantal untukmu” Hyerim beranjak dari sofa hendak mengambil selimut namun Dyo menahannya

“Hyerim ah~ aku tidak ingin tidur” Hyerim mendadak gugup mendengarnya

Waeyo?” kini justru Hyerim yang terbata

Dyo menaruh tehnya di atas meja dan menarik lengan Hyerim, “Duduklah” pinda Dyo kemudian

Kemudian Dyo meletakkan kepalanya di pundak Hyerim, membuat hati Hyerim semakin tidak menentu. Tapi Dyo terlihat menikmatinya, dia bahkan langsung memejamkan matanya “Yya~ kau bilang tidak akan tidur?” protes Hyerim

“Tenanglah, ini tidak akan lama” ujar Dyo

Dia tidak benar-benar tidur, Dyo hanya mencoba mengulang cerita saat Hyerim tidur di pundaknya dulu. Beberapa menit terdiam lagi, “Aku merindukanmu” ucap Dyo tiba-tiba dengan mata yang masih terpejam

Hyerim benar-benar tidak tahu harus bagaimana sekarang, dia sibuk dengan perasaannya. Jantungnya berdegup begitu cepat, tapi pikirannya seolah berhenti.

SKIP

Pagi itu, Hyerim bangun kesiangan padahal dia harus ke kampus. Saat dia membuka mata, Dyo benar-benar sudah pergi. Tapi dia berhasil mencuri nomor ponsel Hyerim dan menghubunginya ketika Hyerim hendak ke kampus.

“Sudah bangun?” tanya Dyo

Awalnya Hyerim tidak tahu itu nomor Dyo, sampai dia mengenali suaranya “Mm, kau baik-baik saja?” tanya Hyerim khawatir

“Seharusnya aku yang bertanya, tidurmu sangat pulas sekali” Dyo terdengar begitu senang pagi

Tak berapa lama dia mendengar suara Hyerim sedang bersin “Kau baik-baik saja?” Dyo mendadak khawatir

“Tak apa, ini tak akan lama. Aku ada kelas sekarang, akan ku hubungi nanti” Hyerim izin sebelum dia ketinggalan bus ke kampus

“Baiklah, jangan lupa minum obatmu” pinta Dyo sebelum menutup telpon

Sesampainya di kampus, suasana menjadi tak seperti biasanya bagi Hyerim. Semua orang menatapnya sambil berbisik satu sama lain. Hyerim tak mendengar apa yang mereka bicarakan, sampai Nana datang dan memberitahunya.

“Hyerim, apa yang sebenarnya kau lakukan?” tanya Nana setelah berhasil menarik Hyerim ke tempat sepi di sudut kampus

“Apa maksudmu?”

Wajah Hyerim mendadak tenar di sosial media dan internet karena kejadian di acara pembukaan toko kemarin. Banyak yang mencibir bahkan mengatakan Hyerim seorang sasaeng fan yang berpura-pura akrab dengan member EXO. Kebanyakan dari mereka sangat marah dengan sikap Hyerim. Belum selesai sampai disitu, kejadian semalam saat dia sedang bersama Dyo pun menjadi trending topik di kalangan netizen dan fans. Ada seseorang yang melihat mereka berdua dan mempostingnya ke internet. Sekarang semua orang sedang mencari tahu identitas Hyerim yang sebenarnya.

Ini bukan sebuah skandal, tapi kesalahpahaman yang tidak diketahui publik. Semua member EXO sudah mengetahuinya, begitu pula Dyo dan managernya. Hampir semua member ingin marah pada Dyo, tapi manager berusaha menengahi dan meminta pendapat Dyo.

SKIP

Sepulang kuliah Hyerim bergegas pulang dan menghindari wartawan. Tapi pada akhirnya dia terjebak diantara kerumunan wartawan yang mengejarnya. Hyerim ketakutan dan Nana berusaha melindungi Hyerim. Tiba-tiba muncul Jimin dari balik kerumunan wartawan, dia berteriak dan matanya melotot tajam pada Hyerim. Dia berusaha mendekati Hyerim lalu menusuk tubuh Hyerim berkali-kali dengan brutal. Nana berteriak histeris ketika Hyerim jatuh tersungkur penuh darah. Beberapa orang berusaha menjauhkan Jimin dari Hyerim. Tiga kali tujukan di perut dan tiga kali di dada, membuat Hyerim tumbang seketika di depan beberapa wartawan.

“Hyerim ah~ yya… Song Hyerim, tolong selamatkan dia! Cepat panggil ambulan, cepat!” Nana sangat panik, dia berusaha menahan darah keluar dari perut Hyerim dengan kedua tangannya sambil menangis.

Suasana menjadi sangat tidak terkontrol, terlebih penyerangan mendadak itu terjadi di depan kampus dan pinggir jalan yang cukup ramai.

SKIP

Hyerim koma hingga 2 bulan, karena kondisinya sangat kritis. Paru-parunya sebelah kanan hampir tidak bisa berfungsi karena robek, bahkan ulu hati dan ginjalnya pun tak luput dari luka tusukan. Kepalanya terbentur keras saat Jimin mendorongnya lalu menusuknya berulang kali.

Saat itulah semuanya terkuak, Jimin sangat menyukai Dyo hingga terpaksa melakukan hal itu pada Hyerim. Diketahui Jimin memang mengalami gangguan jiwa, bahkan banyak orang mengatakannya seorang psycho. Karena dia akan sangat marah dan tega melukai orang-orang yang sangat dia benci. Jimin akhirnya  tidak masuk penjara, melainkan rumah sakit jiwa.

Dyo sempat menjenguk Hyerim di rumah sakit, dia menitipkan surat dan hadiah untuk Hyerim. Dyo bahkan menangis dan merasa menyesal karena sudah mengabaikannya selama ini. Dyo sangat berharap Hyerim segera membuka matanya, meski Dyo tidak akan pernah bisa menemuinya lagi sekarang.

Berkat kesaksian Chen, Baekhyun dan juga member EXO lainnya yang pernah bertemu langsung dengan Hyerim. Sekarang publik tahu yang sebenarnya, pada akhirnya mereka juga mendoakan kesembuhan bagi Hyerim. Banyak bunga dan hadiah yang dikirim ke ruang perawatan Hyerim, kebanyakan dari fans EXO.

Ketika Hyerim mulai sadar, orang yang pertama kali dia lihat adalah ibunya. Ibunya begitu senang sudah sadar, Nana pun jauh lebih senang. Mengingat tragedi berdarah yang terjadi di depan matanya 2 bulan lalu benar-benar membuatnya shock.

Beberapa hari sebelum keluar rumah sakit Nana memberikan surat dan hadiah dari Dyo. Hadiah kecil itu berisi sebuah cincin emas putih yang rencananya akan Dyo berikan pada Hyerim dua tahun lalu sebagai hadiah ulang tahun. Namun tidak tersampaikan karena Dyo terlalu sibuk dengan trainingnya

“… aku mencintaimu Hyerim, aku ingin megulang kalimat itu ribuan kali setiap bertemu denganmu, dan ini yang terbaik untuk kita. Aku tidak akan pernah meninggalkanmu, tetaplah seperti dulu yang selalu mencintaiku sebagai Kyungsoo”

END 


Did You See? ( Chapter 5 )

$
0
0

DYS POSTER

DID YOU SEE?

Author : Bitebyeol – Main Cast : Park Chanyeol & Ahn Alessa – Other cast will find by yourself – Genre : Romance, Family – Length :  Chaptered – Rating : PG

I own the plot

Sorry for Typos!

.

PROLOGPART 1 PART 2PART 3

Untuk PART 4, silahkan baca di SINI

Hujan masih setia melingkupi kota Seoul. Langit masih terlampau pagi dan matahari enggan menampakkan sinarnya akibat mendung beriring rintik air. Tampaknya aktivitas pagi ini akan diawali dengan menghirup udara sejuk nan lembab. Namun, diluar sana geliat kesibukan warga Seoul mulai berjalan seperti biasa meskipun cuaca sangat mendukung untuk bermalas-malasan dalam gelungan selimut hangat. Tak terkecuali bagi pria bermarga Park yang masih berbaring di ranjang apartemennya. Ia mulai membuka mata dengan kepala yang terasa berat.

Chanyeol mengerjap pelan hingga matanya terbuka sempurna. Tidur normalnya hanya sekitar 45 menit karena ia lebih banyak menghabiskannya untuk berendam pada bathup berisi air hangat. Chanyeol menyingkirkan selimutnya, kedua kaki jenjangnya menapak pada lantai dan mulai melangkah menuju kamar mandi. Seperti kebiasaan Chanyeol setiap harinya, setelah terbangun dari tidur ia menyempatkan waktu untuk mencuci wajahnya pada air keran wastafel., Chanyeol menghela nafas, masih berdiri dengan memandang cermin di hadapannya. Ia memperhatikan penampilannya sendiri melalui pantulan kaca cermin, mengelus sebelah pipinya. Bagaimana Alessa menampar pipi Chanyeol hingga meninggalkan sedikit rasa nyeri menjalar disana.

Dini hari tadi, gurat kekesalan Alessa tampak teramat jelas .Meski melihat Chanyeol memohon maaf di balik pintu gerbang mewahnya, Alessa tak peduli. Sekalipun mata kepalanya melihat Chanyeol menggigil melawan hawa dingin di bawah guyuran hujan. Alessa membiarkan Chanyeol bertekuk lutut di sana, tak memperbolehkan kaki Chanyeol bergerak barang seinchi pun ke pelataran rumahnya. Hingga para penjaga merasa lelah menasehati Chanyeol untuk segera pergi.

Dua jam Chanyeol bertahan dengan sia-sia. Akhirnya ia menyerah dan mengangkat kaki dari kediaman Alessa. Perasaan bersalah meliputi hati kecil Park Chanyeol akibat tindakannya kepada Alessa yang memasuki kamar hotel bak aparat menggrebek pasangan mesum. Mengetahui Luhan yang telah bertunangan, membuat otak Park Chanyeol berasumsi suatu hal. Entahlah, ada perasaan bahwa Chanyeol tak ingin Alessa terluka dan kecewa. Terlebih lagi Alessa memilih jalan dengan cara seperti itu. Chanyeol tak bisa tinggal diam. Tetapi, jelas tindakannya salah. Sekalipun Alessa melakukan hal serendah itu, Chanyeol tak seharusnya melangkah pada hal privatnya secara mendalam. Benar apa yang telah dikatakan oleh Alessa bahwa Chanyeol hanyalah seorang privat bodyguard untuk gadis itu, tidak lebih. Chanyeol hanya bertugas untuk menjaga hal-hal yang mengancam keselamatan Alessa, bukannya mencegah hal seperti tadi malam. Chanyeol tidak memiliki hak samasekali untuk itu.

“Apa kau menyesal Park Chanyeol?”

Chanyeol bergumam pada diri sendiri, lalu kembali mendesah merutuki perbuatannya yang kini dirasanya sangatlah tidak tepat. Chanyeol meraup wajahnya dengan kasar. Kemudian sesaat setelah lengan sebelahnya turun, ia beralih meraba pelipisnya secara perlahan. Tadi malam, perban kapas yang menutupi jahitan lukanya telah basah sempurna oleh air hujan. Chanyeol sudah membuangnya ke tempat sampah dan kini memperlihatkan jahitan yang telah tertutup menyatu dengan daging dan hanya meninggalkan bekas memanjang.Tidak terlalu kentara, namun Dokter Kang telah memberikan obat salep demi mempercepat penyembuhan luka itu. Obat salep tersebut ada di salah satu rak di samping wastafel. Chanyeol lebih suka menaruh obat-obatan untuk luka luarnya disana. Chanyeol mengambilnya dan menekan tube obat tersebut hingga krimnya sedikit mencuat keluar. Jemari telunjuknya mengoleskan diatas pelipis. Kegiatan sederhana itu sedikit mempengaruhi suasana hati Chanyeol. Setidaknya bibirnya terangkat, meskipun samar dan tidak dapat dikategorikan sebagai sebuah senyuman.

_

_

_

“Apakah dia masih berdiri di sana?”

Suara feminim Alessa memecah keheningan di ruang makan. Ia baru memulai sarapan pagi dengan menu sederhana saja, roti bakar dan segelas susu cokelat hangat. Rambutnya terurai lembut, dan Alessa sengaja memakai sebuah jepit kecil untuk merapikan poninya. Kedua pelayan yang berdiri tak jauh dari Alessa saling melirik satu sama lain. Alessa memperhatikan keduanya atas kediaman mereka tak menjawab pertanyaannya.

“Pria itu, kalian mengerti kan yang kumaksud? Park Chanyeol. Apakah dia masih berdiri atau sudah pergi dari depan gerbang sana?”

Tidak sabaran Alessa menanyakan kembali hal yang sama. Pelayan yang terlihat lebih tua baru saja hendak membuka mulut untuk bersuara jika Jinyeong, seorang driver yang bekerja untuk keluarga Alessa tak lebih dulu menjawab.

“Maaf Nona, Tuan Park Chanyeol sudah pergi dari jam 4 tadi.” Jinyeong entah sejak kapan sudah berada di samping Alessa. Pemuda berusia 35 tahunan itu menundukkan sedikit kepalanya.

“Tuan Park .. dia.. dia terlihat menggigil kedinginan dan saya pikir jika tidak di bujuk untuk pulang, Tuan Park bisa jatuh tak sadarkan diri.”

Apa yang dikatakan Jinyeong adalah kebenaran. Siapapun tidak akan tega melihat Chanyeol yang seluruh tubuhnya basah di terpa hujan deras. Setelah memarkirkan mobil Alessa di pelataran khusus, Jinyeong menaungi tubuh tinggi pria bermarga Park itu dengan sebuah payung lebar. Sekaligus menawarkan untuk mengantar Chanyeol pulang. Meski Chanyeol menolak dengan sangat keras, namun pada akhirnya ia memutuskan meninggalkan kediaman Alessa tanpa ditemani oleh siapapun.

Mendengar apa yang telah di sampaikan oleh Jinyeong, ada sedikit perasaan iba tertoreh dalam hati Alessa. Sedikit menyesal telah berlaku kejam pada Chanyeol. Biar bagaimanapun pria itu hanya melaksanakan tugasnya. Tugas yang malah menghancurkan rencana Alessa.

Tetapi, bagaimana keadaan Luhan sekarang? Apakah Luhan menyadari perbuatan mereka tadi malam?

Alessa menyelesaikan kunyahan roti bakarnya. Ia kemudian meneguk susu cokelatnya sekilas, namun tanpa minat untuk menghabiskan sisanya. Jarum jam bergulir menuju pukul 9 pagi, pikir Alessa masih sempat untuk berjalan-jalan sebentar. Rintik hujan dan embun di dinding kaca mobil mungkin tak seindah butiran salju, tapi mungkin hal itu bisa membuatnya sedikit terhibur nantinya.

“Jinyeong, antarkan aku berjalan-jalan.”

__

__

__

Alessa mengeratkan kedua sisi mantelnya akibat hawa dingin yang merayap seusai hujan. Sinar matahari mulai mengintip di sela-sela awan mendung, pun rintik-rintik kecil masih enggan menyudahi iramanya. Gadis itu sudah berada di dalam mobil. Duduk sambil menatap tetesan air yang menuruni kaca mobil. Jinyeong menyimpan seulas tersenyum kecil melihat nona mudanya. Gadis remaja yang baru menginjak usia 19 tahun itu sesekali menyesap kopi mocca yang tadi sempat dibelinya di salah satu cafe.

Tidak ada yang istimewa dengan pemandangan Seoul hari ini. Pepohonan di pinggir jalan terlihat sama seperti biasa. Diam-diam Alessa menyimpan pemikirannya sendiri di dalam hati. Sesungguhnya ia merindukan musim salju, dimana hamparan putih terlihat bak kapas empuk yang amat menarik di matanya. Musim salju bertahun-tahun yang lalu terasa amat cepat ia lewati. Alessa merindukan saat-saat ketika kedua tangannya menyentuh gumpalan dingin yang memenuhi sepanjang bahu jalanan. Namun,bermain dengan salju es itu akan membuat pipi Alessa memerah menahan dingin, begitu juga dengan hidung dan jangan lupakan kedua belah bibirnya yang memucat . Tetapi semua tetap terasa hangat bagi Alessa, karena setiap kali musim dingin, akan selalu ada Luhan bersamanya.

Dan sekarang setelah Luhan memiliki ikatan dengan Irene, apakah semuanya akan sama? Apakah Alessa masih bisa menikmati salju akhir tahun ini bersama Luhan lagi?

Tanpa sadar kepala Alessa menggeleng pelan. Sangat pelan hingga Jinyeong bahkan tidak mengetahuinya. Gadis itu memalingkan wajahnya menatap lurus ke arah depan. Menyesap kopinya sedikit demi sedikit. Tidak terasa Jinyeong membawanya kemana-mana, hingga sekarang mereka melewati jalan tol yang cukup lebar dengan lalu lalang kendaraan tidak begitu padat.

“Apakah sudah cukup Nona? Haruskah kita menuju ke kampus sekarang?” tanya Jinyeong.

Alessa menjawabnya dengan sebuah anggukan yang ia rasa Jinyeong akan mengerti. Jalanan terlihat lengang di kanan kiri. Jinyeong menginjak pedal gas dengan penuh. Tetapi Alessa kelihatannya menyadari sesuatu. Gadis itu melirik kaca spion dan kemudian memalingkan wajahnya ke belakang. Tak jauh dari mereka, mobil dengan kecepatan nyaris berimbang mengekor di mobil mereka.

“Bukankah itu Chanyeol?” Tanyanya sedikit keras dan kemudian menatap Jinyeong untuk melayangkan pandangan menuntut. Mobil Maserati putih itu… Siapa lagi pemilik mobil yang berani mengikuti Alessa jika bukan Chanyeol?

Jinyeong sedikit gugup, dengan terpatah ia mengangguk. “ Benar Nona, sepertinya pengemudi mobil itu adalah Tuan Park.”

Alessa berdecak menghenyakkan tubuh pada sandaran jok kulit mobilnya. Apanya yang memprihatinkan? Deskripsi yang telah dikatakan Jinyeong mengenai keadaan Chanyeol tadi benar-benar berbeda dari yang Alessa bayangkan. Berlebihan sekali Jinyeong ini. Alessa membatin. Tetapi, terlintas sebuah kelegaan di dalam benak Alessa mengetahui Chanyeol masih menjalani tugasnya sebagai privat bodyguard.

_

_

_

Kau sudah terlambat memasuki kelasmu Nona Ahn.

Kalimat itu adalah kalimat yang sudah di prediksi oleh Alessa begitu ia menginjakkan kakinya menuruni mobil. 10 detik, 15 detik, Alessa menunggu. Namun, tak ada tanda-tanda bahwa pria tinggi itu akan mengucapkan sesuatu. Sebaliknya pria itu – Park Chanyeol tetap bergeming dalam diam dengan sebelah tangan menggenggam payung terbuka untuk melindungi tubuh Alessa dari rintik hujan.

Apa Park Chanyeol menderita bisu secara tiba-tiba? Kenapa dia tidak berkata apa-apa?

Wajah pria jangkung itu tampak memasang ekspresi datar ketika Alessa diam-diam melirik untuk membaca air mukanya. Tiba-tiba Alessa merasa jengkel. Dilihat dari ujung kepala hingga kakinya, Park Chanyeol semakin terlihat seperti bodyguard sesungguhnya saja! Setelan jas hitam lengkap dengan sepasang sepatu mengkilap yang ia kenakan. Sementara Alessa terlindungi dari gerimis, justru rintik air itu jatuh bebas mengenai tubuh Chanyeol.

“Chanyeol-ssi.”

Pemuda yang disebut namanya itu akhirnya menoleh. Bukannya bertanya tetapi malah tetap diam menunggu perkataan Alessa selanjutnya. Gadis itu menjadi sedikit geram.

“Seharusnya kau tahu, rintik hujan seperti ini bukan apa-apa bagiku. Jadi singkirkan payung ini dari atas kepalaku.”

Tanpa bicara apa-apa, Chanyeol mengangguk dan melipat payungnya yang membuat Alessa menjadi semakin tertegun heran. Biasanya Chanyeol akan berlaku kasar, tapi sekarang, tidak?

_

_

_

Suasana berbeda dirasakan oleh keduanya. Semenjak kejadian itu, tembok selayaknya gunung es milik Alessa semakin menjulang dengan angkuh. Sementara Chanyeol, pria bermarga Park tersebut semakin menjaga jarak dan menjadi irit bicara. Berkata seperlunya, hanya kata ‘ya’ atau ‘tidak’ selebihnya ia hanya mengangguk singkat atau menuruti perintah tanpa berkata apapun. Sejak awal pertemuan, sikap Park Chanyeol memanglah dingin dan seringkali berlaku kasar, tetapi sekarang Alessa mengakui pria itu terasa berbeda.

Setelah hari ketiga, Chanyeol masih melakukan pekerjaannya untuk mengawasi kemana pun Alessa pergi, seperti yang telah ia lakukan dua hari yang lalu. Gadis itu belum juga mengizinkan Chanyeol memasuki pelataran rumahnya. Jadilah Chanyeol selalu bersiap siaga di depan pintu gerbang di tengah pagi-pagi buta sebelum Alessa berangkat kuliah. Tentunya mengawasi Alessa dalam jarak tertentu.

Sekarang ini, Alessa mengakui bahwa hubungannya dengan Luhan semakin merenggang. Tak hanya itu, hubungannya dengan Harin dan Kai juga semakin menjauh membuat keduanya berasumsi jika Alessa memang memiliki suatu masalah yang tidak ingin di baginya dengan orang lain. Entah permasalahan dan juga kesalahpahaman apa , yang jelas Harin kini tidak dapat menyentuh sisi kepribadian Alessa yang biasanya cerah.

Alessa memejamkan kedua matanya sejenak. Bayangan tubuh jangkung Park Chanyeol tepat mengekor di belakangnya. Tadi ketika Alessa baru saja menyelesaikan kelas perkuliahan, Luhan berada di lorong yang sama seolah tengah menungguinya sambil bercakap dengan seorang teman. Hal itu membuat Alessa hampir saja berbalik, tak ingin berpapasan dengan Luhan. Tetapi semuanya tidak terjadi akibat sentuhan hangat sebuah tangan besar di tangan Alessa. Kelima jari-jemari Park Chanyeol-lah yang saling menaut pada jemari kiri Alessa. Seolah memberi Alessa kekuatan, Chanyeol menggandeng tangannya berjalan melewati Luhan yang hanya dapat terdiam menyaksikan keduanya.

Mereka berjalan berdampingan. Tautan Chanyeol terasa begitu lembut, kontras dengan pandangan kakunya yang lurus kedepan. Seolah Chanyeol menganggap hal biasa saja. Diam-diam tercipta senyuman kecil di bibir Alessa atas tindakan Chanyeol. Merasa nyaman dibalik perlindungan yang Chanyeol berikan. Bodyguard itu terus menemani nona-nya seharian. Hingga saat ini mereka dalam langkah perjalanan ke mobil setelah Alessa menyelesaikan perawatan kulit di sebuah rumah spa terbaik di kota Seoul. Perawatan kulit tersebut berlangsung hampir 3 jam lamanya, yang tentunya membuat Park Chanyeol turut menunggu selama apapun waktu yang telah berlangsung. Tetapi pria itu tidak mengeluh dan malah terlihat sangat sabar serta menikmati tugasnya. Akibat pemikiran tersebut, Alessa menghentikan langkahnya tepat di samping pintu mobil. Ia membalikkan tubuh , menatap lekat wajah pria bernama Park Chanyeol itu.

“Chanyeol-ssi?”

Kedua manik mereka saling bertemu satu sama lain, bedanya tatapan mata Alessa terlihat memandang Chanyeol dengan sedikit cemas.

“Ya, Nona. Ada apa?”

Alessa sengaja memperlambat waktu demi menelusuri rahang tirus Chanyeol. Sedikit poni menjuntai menutupi dahi pria itu. Namun, Alessa dapat mengetahui dengan jelas bahwa dibalik pelipis Chanyeol sudah tidak terpasang lagi plester lukanya.

Chanyeol sedikit memiringkan kepalanya, terlalu lama menunggu gadis itu bicara membuat Chanyeol menjadi tidak sabar. Yang ada sekarang malah putri Ahn Jaehyun itu asyik mengamati lekuk wajahnya.

“Ada apa Nona Alessa?” Reflek Chanyeol menekan tubuh Alessa hingga membentur sisi badan mobil. Beruntungnya hal itu dilakukan Chanyeol dengan sepelan mungkin.

Kedua bola mata Alessa melebar terkejut seakan terkesiap dari kegiatan mengamati Chanyeol. Beberapa detik tadi ia seakan tersihir oleh paras rupawan yang dimiliki privat bodyguard-nya. Alessa mengakui, Chanyeol sempurna, tampan dan tubuh jangkungnya merupakan daya tarik tersendiri.

“Tidak, tidak ada apa-apa.” Alessa menyingkirkan lengan Chanyeol dari tubuhnya. Gerakan yang membuat Chanyeol tersadar dari apa yang telah ia lakukan pada Alessa. Cepat-cepat Chanyeol menundukkan kepala.

“Maaf.” Chanyeol berucap pelan.

_

_

A week later….

Alessa mempercepat langkahnya memasuki ruangan lorong lobi perusahaan milik sang ayah. Kekesalan sudah menggunung di puncak kepalanya. Ia tak habis pikir apakah Chanyeol sudah berniat berhenti sebelum masa perjanjiannya sebagai pengawal pribadi usai ?

Sejak kemarin sore, Alessa benar-benar menjalani aktivitas tanpa pengawalan apapun dan oleh siapapun. Khususnya tanpa pengawalan dari Park Chanyeol. Pria jangkung itu tidak terlihat berjaga sepanjang jarak pandangan mata Alessa. Ini adalah yang pertama kali Alessa terbebas dari pengawasan Chanyeol. Dimana pria itu tidak mengekor di belakang Alessa, tidak berdiri mendampinginya ataupun mengawasi Alessa dari jarak tertentu.

Ini tidak bisa dibiarkan. Alessa juga berprasangka bahwa Chanyeol telah melakukan laporan palsu mengenai keadaannya terhadap Ahn Jaehyun. Sebab, tak pernah sekalipun Ahn Jaehyun menyinggung persoalan Alessa dan Luhan beberapa waktu lalu. Itu pasti di karenakan hanya ada hal-hal baik yang sampai ke telinga sang ayah. Alessa sangat bersyukur mengenai hal itu. Tetapi bukan berarti setelah melakukan kebaikan untuk diri Alessa serta tidak membocorkan perilaku buruknya, lantas Chanyeol dengan seenaknya melarikan diri dari tugasnya sebagai pengawal pribadi.

Alessa bersiap memuntahkan segala amukannya di depan muka Park Chanyeol.Alessa memiliki akses penuh untuk memasuki seluruh ruangan di perusahaan ini. Ia memasuki ruangan Chanyeol dengan segera. Tetapi apa yang dilihat oleh Alessa di ruangan pria itu membuatnya kembali menelan kata-kata. Kursi di balik meja kerja berpelitur hitam itu kosong tanpa diduduki oleh si empunya ruangan. Berkas-berkas juga tertata rapi disisi sebelah meja tanpa terlihat tanda-tanda sudah tersentuh oleh tangan.

Kemana Park Chanyeol?

“Anyeonghaseyo Ahgassi.” Sebuah suara seorang pria mengenterupsi di sebelah Alessa. Pria itu mengenakan setelan jas lengkap, baru saja tiba di ruangan Chanyeol. Alessa pernah melihatnya bercakap dengan Chanyeol saat mengunjungi ruangan ini beberapa waktu lalu.

“Maaf Nona, jika kedatangan Anda kemari untuk menemui Park Sajangnim, beliau sedang berhalangan untuk bekerja hari ini.”

“Apa maksudnya? Jika Chanyeol tidak bekerja, lantas kemana dia sekarang?”

Pria itu tersenyum kecil sebelum kembali berbicara. Terlihat bahwa ia adalah seseorang yang penyabar.

“Park Sajangnim sedang sakit Nona . Tadi , saya baru saja menjenguknya di apartemen. Beliau menderita panas demam dan memang sudah mengeluh tidak enak badan sejak kemarin”

Semua kata-kata yang hendak di layangkan kepada Chanyeol, seolah menyusut dan lenyap dari pemikiran Alessa. Persiapan untuk menekankan mengenai perjanjian itu, kini berganti menjadi setitik perasaan bersalah dan khawatir. Sekilas kata-kata Jinyeong yang memberitahukan Chanyeol berdiri dibawah guyuran hujan hingga pagi, terngiang di telinga Alessa. Mungkinkah hal itu berdampak sekarang?

“Baiklah kalau begitu. Terimakasih atas informasinya Tuan …..” Alessa menghentikan ujung kalimatnya karena tidak mengetahui nama pria yang berhadapan dengannya saat ini.

“Kim Minseok, atau Minseok saja.” Pria itu memasang senyuman ramahnya.

“Ah,ya. Minseok, bisakah aku meminta bantuanmu?”

_

_

_

Alessa menatap pintu apartemen bercat abu-abu gelap didepannya dengan datar seolah tak pernah terlintas kecemasan dalam kepalanya. Tetapi gurat perasaan tersebut tetap tersirat melalui cara Alessa mengambil nafas. Jari-jemarinya juga saling terkepal menunjukkan keraguan. Alessa mengambil nafas sekali lagi.

“Baiklah. Ini tidak apa-apa.”

Alessa menekan bel serta mengarahkan wajahnya pada kamera pengawas. Tidak ada respon apa-apa dari sana. Alessa menekan bel berkali-kali hingga ia bosan. Akhirnya Alessa menekan tombol dengan kombinasi angka-angka sesuai yang telah dikatakan oleh Minseok. Cara ini pada ujungnya menjadi alternatif satu-satunya untuk memasuki apartemen Chanyeol. Tak ada orang selain Minseok yang mengetahui password apartemen Chanyeol. Maka dari itu, sangat tepat meminta bantuan kepada Minseok sebelumnya.

Terdengar suara klik yang menandakan pintu dapat dibuka. Alessa meyakinkan dirinya sendiri bahwa ini bukanlah sebuah kejahatan. Meski kenyataannya hati kecil Alessa sedikit tak nyaman bertamu dengan cara tidak lazim seperti ini.

Hening adalah kata pertama yang tergambar untuk mendiskripsikan keaadaan saat berada di ruang apartemen Chanyeol. Cat putih mewarnai hampir seluruh dinding ruangan. Sementara warna abu-abu terlihat terpoles di beberapa bagian sisinya. Lantainya menggunakan kayu dengan susunan pola satu arah. Corak cokelat bronze mahoni tiap lapisan kayunya memberikan kesan hangat sekaligus nyaman. Sofa kulit panjang berwarna hitam mengisi salah satu sudut dengan sebuah meja rendah. Sementara di hadapannya, diatas sebuah konsol tinggi dengan desain minimalis charcoal , terpasang satu set televisi berukuran besar.

Alessa menghentikan langkahnya sejenak di depan pintu sebuah ruangan lainnya. Ia meyakini bahwa inilah kamar pribadi Park Chanyeol. Gadis itu mengarahkan tangannya untuk membuka kenop yang ternyata langsung terdorong kedepan. Entah apa ini sebuah keberuntungan sebab pintu kamar itu samasekali tidak terkunci. Lantai kayu yang mendominasi ruangan ini, yang saat ini dipijak kaki Alessa berwarna sedikit lebih pucat dari ruang luar. Alessa hampir saja mengerang kecewa saat kedua matanya bersirobok dengan sebuah ruangan kerja yang cukup luas. Terdapat lampu baca serta seperangkat komputer di atas meja sana. Namun ternyata, ruang kerja ini terhubung menjadi satu dengan kamar tidur Chanyeol. Ada ruangan lain yang menjorok ke dalam dengan dua undakan berlapis hitam.

Warna abu-abu mendominasi keseluruhannya. Tidak hanya dinding pada tiap sisi-sisinya, namun tirai panjangnya juga berwarna abu-abu. Begitu juga dengan bedcover yang melapisi sebuah tempat tidur besar lengkap dengan selimut tebal yang kini membalut tubuh seseorang. Pria itu tengah terbaring ,dengan bantal menopang kepala, matanya tampak terpejam lemah.

“Park Chanyeol…” Gumam Alessa tanpa sadar. Digenggamnya jemari pemuda itu, hangat menjalar begitu Alessa menyentuhnya. Jari-jemari kokoh yang tempo hari lalu menggenggam tangan Alessa tersebut, kini terasa lunglai seolah kehilangan tenaga. Jika begini, bagaimana bisa Alessa memarahinya?

Alessa menyisir pandangan, menelaah wajah Chanyeol seperti yang saat itu ia lakukan. Sirat terpejam lelahnya terlihat dengan jelas.

Jari-jemari yang digenggam Alessa itu sedikit bergerak kecil. Kedua mata Chanyeol berkedut dan mulai terbuka. Ia mengerjap sejenak kemudian berekspresi terkejut ketika mengetahui seseorang yang juga sedang berada di kamarnya sekarang.

“Nona Alessa?” Ucapnya serak. Chanyeol bangkit mendadak, membuat Alessa mengerjap sedikit gugup.

“Chanyeol.. aku tidak bermaksud buruk. Jangan salahkan Minseok-ssi yang telah memberitahukan password apartemenmu. Itu tadi, akulah yang memintanya.”

“Untuk menjengukmu…” Ucap Alessa lagi dengan suara lirih.

Chanyeol masih mengumpulkan kesadarannya. Ia diam terpana melihat Alessa di hadapannya, gadis itu kenapa terlihat begitu jujur? Tetapi Chanyeol samasekali tidak mempermasahkan alasan Alessa . Justru Chanyeol merasa bersalah sudah berjam-jam tidak melakukan tugasnya. Istirahatnya nyaris tidak terprediksi, tubuh Chanyeol benar-benar tak mampu untuk bekerja tadinya.

“Nona kenapa kemari? Bukankah Nona harus kuliah?”

Alessa tersenyum kecut mendengar Chanyeol malah mengalihkan perkataannya. Gadis itu menggeleng.

“Tidak ada kuliah hari ini Chanyeol-ssi.”

Chanyeol mengangguk kecil, tidak tahu harus berkata apa lagi. Perasaan sedikit canggung merayapi keduanya.

“Nona,…” Chanyeol menelan salivanya, ucapannya terputus lantaran tenggorokannya terasa kering. Ia mengarahkan satu tangannya ke meja nakas di samping ranjang. Menjangkau gelas berisi air putih dan meminumnya sampai habis. Ketika hendak mengembalikannya, Alessa lebih dulu menerima gelas kosong itu kemudian menempatkan semula di atas nakas. Sejenak, Alessa terdiam. Terdapat sekeranjang buah apel juga di atasnya dengan sebilah pisau. Plastik steril bening yang membungkus apelnya sudah terbuka, yang menandakan bahwa ada apel yang sudah di makan.

“Minseok-hyung tadi pagi datang kemari membawakan buah apel.” Chanyeol menjelaskan seolah tahu pemikiran Alessa. Gadis yang duduk di pinggir ranjangnya itu kemudian menoleh kembali pada Chanyeol, sedetik terpukau menyaksikan sebuah senyuman kecil terulas dari bibir pucat Chanyeol yang sensual .. Alessa membatin.

“Minseok..hyung?” Alessa mengulang. Maksudnya sekretaris Chanyeol tadi? Chanyeol mengangguk.

“Ya, Nona. Hyung itu..wajahnya terlihat lebih muda dariku, ya? Padahal justru usia Minseok Hyung-lah yang berada diatasku.” Chanyeol hampir-hampir saja tergelak setelah mengatakan itu pada Alessa. Tetapi tertelan akibat kebingungan yang tiba-tiba menyergap. Chanyeol hampir tidak percaya dengan kata-katanya sendiri yang begitu terbuka. Terlebih lagi kepada seorang wanita. Ada apa?

“Begitukah? Aku rasa aku harus meralat pemikiranku sebelumnya.” Alessa memasang senyuman manis. Namun tidak bertahan lama . Ekspresi wajah keduanya pun kembali datar.

Suatu hal membuat Alessa teringat. Kenapa ia menjenguk seseorang yang sedang sakit tanpa membawakan apa-apa? Tidak seperti Minseok yang membawakan sekeranjang apel. Bagaimana bisa seperti ini. Karena terburu-buru Alessa bahkan tidak sempat untuk sekedar membeli sesuatu yang menyehatkan untuk Chanyeol.

“Hmm, Chanyeol-ssi. Kurasa aku harus keluar sebentar. Aku akan kembali beberapa menit lagi.”

“Kemana?” Secara reflek Chanyeol mencekal lengan Alessa, menghentikan gadis itu yang bahkan belum sempat beranjak dari pinggir ranjang.

“Hmm, aku. Aku ingin membelikanmu sesuatu. Makanan, ya makanan. Karena aku tidak sempat membawa apa-apa saat kemari.” Memalukan, batin Alessa.

“Tidak apa-apa. Aku sudah makan dengan makanan yang dibawakan Minseok hyung sebelum aku meminum obat tadi.”

Cekalan tangan Chanyeol kian mengerat, seakan tidak rela Alessa meninggalkannya. Alessa meringis kaku melepaskan cekalan Chanyeol. Gadis itu mengambil ponsel, berniat menghubungi jasa makanan siap antar yang ia pikir akan lebih praktis. Chanyeol memperhatikannya.

Chanyeol memaksakan memajukan tubuh, melirik kegiatan Alessa yang tengah memilih-milih literatur menu makanan.

“Nona, tidak perlu memesankan makanan.“

Suara beratnya mengalun lembut di telinga Alessa. Tidak berkesan kaku samasekali. Seolah kata-kata Chanyeol bagai mantra sihir hingga mampu menghentikan kegiatan Alessa. Jarak mereka begitu dekat , aroma tubuh perpaduan keduanya, antara aroma tubuh feminim Alessa dan aroma maskulin khas Chanyeol menciptakan helaan yang menguar tenang. Terlebih lagi posisi mereka berada dalam satu ranjang yang sama.

Ranjang Chanyeol.                                                                                      

Alessa mengernyit menilai cara Chanyeol dalam memandang dirinya. Merasa ini bagai pertama kali diri mereka saling berhadapan seperti lelaki dan perempuan, bukan sebagai majikan dengan pengawal pribadi. Dan lagi Chanyeol mengenakan sweeter rumahan. Membuatnya dapat lebih tersentuh dan bersahabat dibanding mengenakan setelan jas hitam formal. Lekat-lekat Chanyeol menatap sepasang manik Alessa, seolah merindukan sesuatu dari dalamnya. Sejak awal bertemu, sepasang manik itulah yang berkesan bagi Chanyeol. Terasa teduh namun juga menyiratkan ketegasan.

“Chanyeol….”

Plukk

Tubuh Chanyeol meluruh seketika, mengikis jarak hingga tiada sisa. Kepalanya menghenyak di bahu Alessa yang sempit. Terjebak pada cekungan leher nona-nya dengan deru nafas tak beraturan.

“Chan… kau ..kenapa?”

Chanyeol diam terpejam, merasakan denyut yang semakin menusuk kepala. Tenaganya seakan menguap semakin banyak. Alessa membeku, beban di pundaknya terasa memberat, membuat ia kesulitan menopang kepala Chanyeol. Di usapnya punggung pria itu dengan sebelah tangan yang dengan cepat memindahkan respon terhadap sesuatu yang basah.

Chanyeol berkeringat dingin.

Alessa terkesiap, dicengkeramnya kedua lengan Chanyeol dengan sedikit dorongan hingga memberikan jarak. Gelenyar panas menyengat dari balik sweeternya.

“Alessa…” Chanyeol bergumam setengah sadar.

“Chanyeol.. Astaga, hidungmu berdarah!” Chanyeol mengernyit, disekanya tetesan darah itu oleh jemarinya sendiri. Namun, tetesannya seakan tidak berhenti. Kekhawatiran Alessa mendadak menyebar ke seluruh tubuh saat sepasang kelopak Chanyeol semakin sendu kemudian saling merapat. Tak lama, pria itu meluruh tidak sadarkan diri.

“Chanyeol! Chanyeol-ssi!’ Pria itu samasekali tidak bergerak.

“Bangunlah, Chanyeol. Kumohon , jangan membuatku takut seperti ini. Chanyeol!” Air mata mulai menggenangi di kelopak matanya. Ditopangnya tengkuk Chanyeol dengan sebelah tangan. Tetesan darah yang mengalir dari lubang hidungnya membuat Alessa takut. Wajah Chanyeol semakin pucat merata, kontras dengan noda darah yang keluar dari hidungnya. Bulir bening tidak dapat di tahan Alessa lagi.

Mengapa kau membuatku takut? Disaat kau sendiri menjadi satu-satunya sumber kekuatan untukku?

_

_

_

TBC.

 


Masochist Husband

$
0
0

kai

Masochist Husband

Author: MissCaramelizo a.k.a Suzy Choi

Cast:   -Kim Jong In EXO

-Kim Geulri (OC)

-Park Chanyeol (OC)

-Yoo Younghee (OC)

-other casts

Category: PG-17, Marriage life, hurt, angst, oneshoot.

Words: 5101 words

Disclaimer: Kalau liat FF ini di suatu situs, bukan maksud plagiat, memang author yg publish tapi dengan nama tokoh yg beda. Nama tokoh author cuma minjem, don’t copas, RCL, happy reading guys…

Story begin

~~~

Author POV

Suatu siang di musim panas, yang panas teriknya mampu menembus dinding yang terbuat dari kaca di sebuah kantor pusat penyiaran Seoul, seorang reporter muda nampak berlari tergopoh-gopoh keluar dari pintu tangga darurat. Kim Geulri, nama itu tertulis di name tag-nya.

“Tak apalah, naik tangga itu menyehatkan, fighting Geulri-ah!” gumamnya untuk dirinya sendiri.

Geulri, yeoja cantik dan ceria ini selalu memiliki pikiran positif. Apapun yang terjadi pada harinya, ia selalu mengambil makna positifnya saja. Be positive, girl.

Di satu sisi, seorang namja tampan dan tinggi sedang berdiri angkuh dengan salah satu kakinya menginjak punggung karyawannya. Namja yang namanya tertera di papan nama CEO itu, Kim Jong In. Generasi kedua keluarga Kim yang berbisnis di bidang penyiaran.

“Enak ya, lembur, kamu malah berduaan dengan yeoja itu. Neo… HYAAAK..!!” Jangan tanyakan bagaimana kabar pernak pernik kaca di ruangan dengan nuansa elegan itu, hancur. Benar-benar tinggal serpih.

Kha..!” teriak Kai masih dengan nafas tersengal.

Baru saja sekelebat karyawan yang di marahinya keluar, pintunya di ketuk lagi. Tak lama, yeoja berponi dengan rambut ponytail yang di kepang muncul di balik pintu jati yang nampak begitu kokoh itu.

Omo.. sajang-nim..” Geulri –yeoja itu kelabakan melihat darah pelan tapi pasti mengalir dari pergelangan menuju ujung jari tengah boss-nya. Tanpa babibu, Geulri segera membebat luka Kai dengan begitu telaten. Kai? Tanyakan saja pada pandangannya yang kosong itu. Tanpa raut sakit sama sekali, Kai membiarkan Geulri menyentuh tubuhnya –tangannya.

“Nah, sajang-nim, lukamu akan segera sembuh, sshh~~” ucap Geulri sembari meniup-niup luka yang sudah diperban itu.

Kai yang sudah tersadar dari lamunannya, mendorong Geulri hingga punggungnya sempurna menubruk tembok di ujung ruangan.

‘Prang’

Kai memecahkan satu lagi botol hiasan di ruangannya.  Masih dengan memegang leher botol yang ujungnya sangat runcing, Kai merapatkan tubuhnya mengintimidasi Geulri.

Neo…” bisik Kai sembari menempelkan ujung runcing botol itu pada pelipis Geulri.

“Jangan bermesraan di kantorku, ARRA..?!!!” kata terakhir diucapkannya penuh penekanan disertai bentakan dan goresan kilat pecahan botol.

Cairan anyir berwarna merah darah itu sukses menganak sungai di sepanJang pelipis hingga garis rahang Geulri. Geulri tak sempat berfikir, ia hanya termangu, dan baru di detik selanjutnya ia meringis membekap pelipisnya agar tak semakin banyak darah yang keluar.

“HAHAHA…! Kha..! Lari sana..” tawa Kai begitu menggelegar di ruangan yang kedap suara itu. Tawa yang mengisyaratkan kepuasan, kelegaan, kebahagiaan, dan rasa sakit? Mungkinkah…?

 

..

 

Geulri POV

Sakit, sumpah ini sangat sakit dan pedih. Tapi bukankah untuk bekerja dan mendapat uang kita harus rela berkorban seberapapun rasa sakitnya? Aku anggap ini salah satu pengorbananku bekerja di sini. Dengan membekap pelipisku –meski tak ku pungkiri darah masih bisa merembes melewati sela-sela jari tanganku, aku keluar dari ruangan Kai sajang-nim.

Annyeonghaseyo, oppa” kuberikan senyum dan sapaanku pada Chanyeol oppa –sekertaris Kim Jong In sajang-nim sekaligus samchonku. Tapi karena umur kami tak berbeda jauh, aku memanggilnya oppa, supaya lebih akrab.

Aigoo, Geulri-ah, musun iriya?” ucap Chanyeol oppa dengan sangat panik dan langsung menggelandangku keluar kantor.

Oppa, eoddie? Nan gwenchana, jinjja,” tanyaku memperbaiki perban di pelipisku yang ku pasang saat masuk ke dalam mobil.

Micheosseo? Kita ke rumah sakit sekarang. Kai benar-benar gila,” gerutunya masih dengan raut panik dan tak hentinya dia mengumpat Kai sajang-nim.

Aku sering miris melihat Chanyeol oppa. Dia begitu menyayangi keluarganya lebih dari dirinya menyayangi diri dan hidupnya. Seperti aku saat ini. Dia mengkhawatirkanku, padahal kita sama-sama dari ruangan Kai sajang-nim, berarti bukan cuma aku yang mengalami ini, dia pasti juga. Tapi apa? Aku bertaruh 1 juta won bisa di balik jas kebanggaannya itu tak ada luka di punggungnya.

 

..

 

Tepat seminggu sudah aku memakai perban di pelipisku, dan hari ini i must say good-bye padanya. Lukaku sepenuhnya mengering, belum dengan bekasnya.

Hari ini, hari libur kerjaku, ku putuskan untuk pulang menemui haraboji dan halmoni di Incheon setelah 2 bulan lamanya aku bekerja di Seoul. Sesampainya di rumah masa kecilku, aku terkejut. Bukan apanya, Boss besar yang memberiku bekas luka di pelipis –Kim Jong In, sekarang ada di dalam rumah sedang mengobrol hangat dengan haraboji.  Masih dengan baju sporty dan sepeda di luar rumah, pertanda beliau baru saja bersepeda.

Annyeonghaseyo sajang-nim, haraboji,” sapaku ramah.

Aigoo, Geulri-ah, kenapa masih memanggil calon suamimu sajang-nim, ini kan bukan di kantor,”

Nde, haraboji?” jawabku bingung.

“Jangan pura-pura tak tau, kau ingin memberi haraboji kejutan, ne? Kai ini datang kesini jauh-jauh dari Seoul naik sepeda untuk melamarmu pada haraboji,” terang haraboji dengan senyum hangat.

Mian, haraboji, sajangnim, khalke,” pungkasku tak ingin terlibat dalam hal ini, ku serahkan haraboji mengambil keputusan.

 

..

 

Author POV

..MI..CHEO..SSEO..

Mungkin kata itulah yang patut di sorakkan tepat di daun telinga Kai sekarang. Dengan gilanya, Kai membuat geger seluruh kantor dan relasi bisnisnya –tak luput pula jantung Geulri disaat bersamaan. Bagaimana tidak? Lihat saja sekarang, gereja tempat pemberkatan pernikahan mereka sudah berisi orang-orang yang disebut diatas.

Tepat sehari setelah lamarannya, Kai menggelar pemberkatan. Dengan resepsi kilat karya Wedding Organizer profesional, resepsi dan pemberkatan dilakukan pada hari yang sama.

Malam pertama? Geulri sepenuhnya diboyong ke apartemen mewah Kai. Tak sepenuhnya, hanya diri Geulri dan tas rajut motif Hello Kitty buatan halmoninya. Jangankan baju, seandainya Geulri tak mengamuk selepas resepsi, pasti kini ia memakai gaun pengantinnya hingga di apartemen.

Be positive, Geulri menganggap ini semua balasan atas doa-doanya yang meminta dijodohkan dengan jodoh terbaik. Geulri menganggap Kai jodoh terbaiknya. Termasuk saat ia ditinggal di apartemen yang masih asing ini sendirian, di malam pertamanya.

Karena merasa Kai tak memberinya izin menjelajah apartemennya, Geulri memilih tidur di karpet ruang tamu yang letaknya langsung berpelurus dengan pintu masuk. Geulri sudah cukup bersyukur dibukakan pintu oleh Kai.

 

..

 

Di bawah jembatan yang melintasi sungai Han, seorang namja sedang mendirikan tenda. Dibalik gemerlap lampu di sepanJang sungai itu, ada satu titik kegelapan –tenda tak berlampu itu. Di sampingnya ada sepeda, jenis sepeda gunung yang auranya manly sekali. Ya, namja itu Kai. Di saat orang lain bersembunyi di balik selimut dengan penghangat ruangan menyala, Kai malah lebih suka berkemah tengah malam, sendiri.

Kai menggigil, bibirnya sepucat wajahnya yang memang coklat pudar, tapi jiwanya menolak respon tubuhnya. Bibir pucat itu menorehkan segaris senyum, lagi-lagi senyum penuh kepuasaan yang sedikit berlebihan rasanya.

 

..

 

Dini hari, sebelum matahari menunjukkan sinarnya, gelap masih menyelimuti sepenuhnya kota Seoul, tapi roda sepeda itu sudah berputar dengan asap putih yang mengepul tiap pengendaranya menghembuskan nafas. Kai juga suka bersepeda, terutama dini hari, seperti saat ini.

Ketika Kai tiba di apartemennya, dia melihat seorang yeoja yang dinikahinya kemarin meringkuk di atas karpet ruang tamunya. Sejenak, ada tatapan iba. Tapi hanya sekejap, rasa itu menguap, tergantikan oleh pikiran negatifnya.

‘Buk..Buk..Buk’

Kaki jenjangnya, Kai gunakan untuk menendangi tubuh Geulri yang dianggap telah meniduri karpet mahalnya tanpa izin. Kaki itu terus menendang hingga tubuh Geulri sempurna memeluk lantai marmer yang dinginnya serupa salju. Kai lalu melengos menuju kamarnya.

 

..

 

Pagi itu temaram, tak secerah hari biasanya. Matahari seolah kalah oleh awan-awan yang memboyong air hujan itu. Geulri terbangun ketika merasakan hawa dingin yang teramat sangat pada tubuhnya. Ia bangun dari tidurnya, berjalan mencari Kai di kamar utama.

“Oh, kkamjjagiya.  Sajang-nim, anda sudah bangun?” tanya Geulri spontan saat baru tiba di ambang pintu ia melihat Kai sudah berdiri dengan menatap tajam padanya.

Oppa, panggil aku oppa,” suara serak Kai terdengar sangat mengintimidasi dan dingin –seperti biasa.

Nde..op..pa. Ah, ye, Kai oppa, apa.. em.. apa aku boleh memakai dapur?” ucap Geulri dengan penuh hati-hati dan hanya di balas anggukan dan gumaman “terserah..”.

Geulri dengan penuh semangat, memasak. Masakan pertamanya untuk Kai. Berhubung cuaca di luar sedang mendung, Geulri ingin membuat sup sawi dengan daging asap. Sekitar 15 menit berkutat dengan dapur, masakan Geulri selesai, dan siap dihidangkan.

“Kai oppa, sarapan sudah siap, mari makan bersama,” panggil Geulri di ambang pintu kamar Kai.

“Kamu, pasangkan dasi ini untukku, cepat,” perintah Kai pada Geulri.

Ne,oppa,” Geulri menjawab sembari memasuki kamar mewah Kai. Ia merasa bagai sekor ayam yang masuk mobil Lamborghini. Miris.

Dengan telaten, Geulri memakaikan dasi pada leher Kai. Jika dipikir ulang, selama di kantor, Geulri tak pernah melihat CEOnya memakai dasi, Kai hanya biasa memakai kemeja dan jas.

Setelah selesai, Kai langsung nyelonong ke meja makan, duduk, lalu mengambil daging asap mentah dan sekepal nasi. Membungkus nasi itu dengan daging asap lalu menelannya bulat-bulat. Hal itu dilakukannya berulang-ulang hingga cukup 5 suapan.

Geulri dibuat ternganga olehnya. Kai sama sekali tak menyentuh supnya, memandangnya pun tidak.

Ketika Kai berdiri dari meja makan, Geulri dengan sigap membawa 1 gelas air putih di tangan kanan dan 1 gelas susu di tangan kiri. Dengan langkah super lebarnya, ia coba mengejar langkah lebar Kai.

Oppa, minum?” tawar Geulri pada Kai.

Kai mengambil air putih, meminumnya 1 teguk, dan memberi kembali pada Geulri.

Oppa, hari ini aku ingin ke flat-ku mengambil baju harian dan baju kantorku. Oh ya, aku juga ingin ke flat-nya Chanyeol oppa, laptopku ketinggalan di sana. Boleh?”

“Tidak.” Singkat, padat, dan sudah sangat jelas. Tak bisa di bantah, tak bisa ditolak, dan tak mungkin bisa di tawar.

 

..

 

Geulri dibuat uring-uringan oleh Kai. Dia tak boleh mengambil bajunya, tak boleh mengambil laptopnya, dan lebih kampretnya, dia dikunci di apartemen ini tanpa tau sandinya. Ia ingin menangkap kecoa seperti saat dia tinggal di flatnya dulu, tapi boro-boro kecoa, nyamuk pun tak ada di sini.

Dia ingin mencuci baju kotor yang dipakai Kai semalam, tapi pakaian itu lenyap entah pergi kemana, tak ada.

Televisi pun sama mirisnya, Kai tak punya CD drama atau film apapun. Geulri sangsi, kalau Kai pernah menonton TVnya.

Frustasi dengan keadaannya, Geulri tidur. Baru sedetik yang lalu ia memejamkan mata, pintu apartemen Kai terbuka. Ia bergegas keluar. Nampak seorang ahjumma membawa banyak paperbag.

“Oh, annyeonghasimnida, samunim,” sapa ahjumma itu sambil membungkuk 90 derajat.

“Ah, ye, annyeonghasimnida ahjumma,” balas Geulri dengan membungkukkan badan 90 derajat lebih. Situasi ini dinilainya sangat canggung dan awkward. Geulri kikuk, mau membalas apa. Ahjumma ini bersikap seolah bila salah 1 kedipan matanya saja, hidupnya akan hancur.

Samunim, Kai sajang-nim memberi anda ini. Beliau bilang agar anda memakainya,” ucapnya.

Aigoo, ahjumma, santai saja. Panggil aku Geulri, Jangan samunim, oke?” tawar Geulri sambil membuka paperbag.

“Tapi, samunim, Kai sajang-nim pasti akan memecat saya, jika saya tidak sopan memanggil anda dengan nama saja,” jelas ahjumma itu sambil menunduk.

Geulri mengangguk-angguk tanda paham. Dia bersuamikan seorang disaster rupanya. Daebak..! Dengan antusian Geulri membuka paperbag yang jumlahnya 10 buah itu.

  • Paperbag pertama, Geulri buka, berisi 4 setel gaun non-formal.
  • Paperbag kedua berisi 6 setel pakaian harian yang sangat feminim.
  • Paperbag ke-3,4,5,6 berisi masing-masing 1 gaun yang sangat cantik luar biasa.
  • Paper ketujuh berisi seperangat alat make-up
  • Paperbag ke delapan berisi handphone supercanggih yang baru dirilis beberapa jam yang lalu. Geulri memandang kembali handphonenya yang hanya punya fitur telpon dan sms saja itu. Minder. Pasti.
  • Paperbag kesembilan, adalah paperbag terbesar, dan berisi sebuah laptop dengan lambang apel digigit sedikit itu.
  • Paperbag ke-sepuluh, paperbag terakhir dengan bentuk yang super unyu bermotiif Hello Kitty, berisi kai.an.da.lam. Wah, daebak, Kai memperhatikannya hingga ke detail-detailnya.

 

 

Ketika waktu makan malam tiba, Geulri sudah siap dengan makanan yang tersaji di meja makan, dia memakai dress motif bunga kecil-kecil berwarna putih, rambut sepunggungnya ia kepang bentuk ponytail sederhana –gaya rambut favoritnya.

Saat melihat Kai menuju meja makan, ia tersenyum semanis mungkin, walau tak dilirik sama sekali. Geulri menyimpulkan Kai suka daging asap, sehingga malam ini dia memasak daging asap asam manis. Kai mencicipinya.

“Jangan terlalu manis,” komentar Kai dingin tapi sangat diapresiasi Geulri.

Nde, oppa. Bagaimana kalau tambah sayur, enak loh.” tawar Geulri sumringah, malah dibalas delikan mata tajam oleh Kai.

~Kai tak suka makan sayur. Kai suka daging asap. Kai tak suka manis~

Geulri mengetik memo itu pada smartphone barunya. Saat Kai lewat di depannya, ia menghentikannya, “Oppa, sini, liat deh,”

Sebut hari ini adalah hari dimana Dewi Fortuna berpihak padanya, Kai berbalik dan duduk di sofa, sedangkan Geulri di lantai –as we expected.

Oppa, sebelumnya, jeongmal gamsahamnida semuanya. Tapi, aku ingin laptopku yang dulu, bukan yang baru oppa. Bolehkah aku ke Chanyeol oppa mengambil laptopku?” Geulri coba menampilkan aegyo-nya pada Kai tapi malah muncul kilatan amarah di matanya.

‘SRAK..’

Dengan kasar, Kai menyeret Geulri pada rambutnya yang terkepang panJang. Kai terus berjalan tanpa memperdulikan rintihan Geulri yang semakin keras terutama saat kaki atau bagian tubuhnya yang lain terbentur meja dan pintu. Bila sebelumnya Geulri sangat membanggakan rambut panJangnya, untuk saat ini, dia menyesal. Menyesal, andai saja rambutnya tak sepanJang itu, mungkin saja rasanya tak kan sangat menyakitkan.

Suara bedebum pintu terdengar begitu memekakkan telinga. Mereka tiba di kamar Kai. Kai masih terus menyeretnya menuju kamar mandi. Tak cukup sampai disitu, Kai menyalakan kran wastafel dan kran shower. Dia mengguyur tubuh Geulri pada shower dengan air panas. Air yang benar-benar panas.

Dengan menggeret Geulri pada tali spagetti dress-nya, Kai mengangkat tubuh Geulri yang sudah tak berdaya itu lalu mencelup wajah Geulri pada wastafel yang berisi air dingin. Air yang bahkan tanpa di bekukan di lemari es, memang sudah dingin. Lagi, Kai menariknya ke bawah shower lagi, tapi dengan posisi wajah menengadah ke atas tepat pada air panas itu meluncur.

Merasa sudah puas, Kai menarik tubuh yang sudah lunglai itu berdiri, membantingnya agar bersandar pada tembok, menghimpitnya, lalu mengecup bibir yang sudah merah setengah melepuh itu. Berawal dari kecupan, kini bibir Kai dengan kasar melumat bibir Geulri dengan ganas dan menuntut.

Berawal dari menyesap bibir bawah Geulri yang sangat menggoda itu, manis pikir Kai berkomentar. Terlalu gemas, Kai menggigit bibir itu kasar, dan otomatis Geulri membuka mulutnya. Tanpa aba-aba lagi, lidah Kai sudah menerobos masuk bergulat dengan lidah Geulri, tak lupa pula mengabsen satu per satu gigi Geulri.

Saliva mereka lumer di sudut bibir Geulri. Geulri, bila tak ada tembok tempatnya bersandar, kini ia pasti sudah tergeletak tak berdaya di lantai  kamar mandi. Ini ciuman pertamanya, dan tak ia sangka firstkissnya akan se-dahsyat  ini.

Kai tak berhenti sampai disitu, kini ciumannya beralih menuju ke leher Geulri, menghirup dalam feromonnya, menyecapnya, lalu membuat kissmark sebanyak-banyaknya disana, dan Kai pun mulai merobek dress Geulri. Geulri sudah seperti robot sekarang, jiwanya, raganya, mati rasa sejak Kai mulai mengecup bibirnya.

Inilah resikonya berani-berani menikah dengan Kai –Boss yang dijuluki ‘gila’ oleh samchonnya. Tapi demi halmoni dan harabojinya yang meginginkan Kai menjadi menantu, Geulri rela.

Sembari kembali menciumi Geulri, Kai mulai melucuti bra dan meremas kedua bukit kembar itu. Kedua bukit kembar ituseolah sangat pasdi tangan Kai. Tanpa Geulri sadari, kini mereka berdua sudah ada di atas ranJang Kai. Geulri ingin menangis pun tak bisa, sudah dibilangkan, jiwanya sudah mati, setidaknya untuk saat ini.

“Uh, jalang, pelacur, neo..!!” umpatan kasar itu keluar dari bibir Kai. Kai tak segan mencakar dan menyakiti Geulri demi kepuasan dirinya.

“Engh..” gumam bibir tipis Geulri lirih, seperti bisikan.

“Mendesahlah jalang, bukankah ini kerjaanmu?”

Oppa.. Chanyeol oppa, jebal,” salah, Geulri malah menyebut nama samchonnya tepat di saat bersama Kai. Percuma Geulri memanggil Chanyeol, dia tak disini sekarang. Yang ada bersamanya hanya iblis berwajah malaikat tampan bernama Kai

Dengan sangat kesetanan, Kai yang mendengar istrinya  menyebut nama namja lain saat bercinta dengannya, murka. Masih meremas kasar payudara Geulri, Kai menghujamkan kejantanannya pada kewanitaan Geulri tanpa aba-aba.

“Kyaaa…!” Geulri berteriak kesakitan, dan Kai melanjutkan aksinya tanpa membiarkan liang kewanitaan Geulri beradaptasi dengan miliknya. Di titik ini, Geulri merasa dirinya tak lebih dari seonggok sampah tak berharga, saat ini keperawanannya telah di rebut secara tak berkemanusiaan, mirisnya oleh suaminya sendiri.

“Uh, oppa, ppali, akh..akh..” desahanitu lolosdari bibir Geulri.

“Yak, disitu oppa, fucking me, harder, faster, shh~~” racau Geulri saat kejantanan Kai mencapai G-Spotnya.

“Kau..!” ucap Kai masih gencar menggenjot kejantanannya dengan irama yang cepat, tak berniat menyudahi sama sekali.

“Ugh, michesseo, kau sangat nikmat Geulri-AAAKH…!!” Kai menyemburkan cairan spermanya tepat pada rahim Geulri. Cairan hangat itu merembes keluar ketika Kaihyn masih menggenjot kejantanannya dengan tempo lambat.

Setelah mencapai puncak kepuasan nafsunya, masih dengan nafas tersengal, Kai mencabut kejantanannya, dan tampaklah sperma itu tak sepenuhnya putih, ada darah disana.

“Kau, virgin?” tanya Kai heran. Geulri tak menjawab, matanya terpejam, tapi air matanya deras mengalir.

Mian,” ucap Kai sembari merapatkan selimut pada tubuh mereka, menyandarkan kepala Geulri di dadanya, memeluknya dengan erat.

 

 

Kai tak bisa tidur, sama sekali tidak. Ia memilih bangkit, mengambil krim luka bakar dilaci nakas. Dia menyibakkan rambut Geulri yang menutupi wajah, mengoleskan dengan hati-hati pada wajah istrinya itu. Di sudut bibirnya, Kai dapati darah yang mengering, ia menyekanya lalu memberinya krim.

Tangan Geulri digenggamnya erat, mengoleskan krim pada setiap luka yang dilihatnya. Hatinya miris.

 

Kai POV

Babo, aku memang layak disebut babo. Hanya karena kecemburuanku pada Chanyeol –yang notabenenya sekertarisku sendiri, aku malah melukai wanita yang kucintai sejak belajar membaca.

Kim Geulri, yeoja yang ku kenal sejak bangku kelas 1 hingga 2 SD. Yeoja yang selalu meminjamiku payung saat dia hanya memakai jas hujan yang robek bagian punggungnya.

Yeoja yang dengan polosnya, rela menjadi objek kejahilanku tanpa melapor pada halmoni dan harabojinya. Satu-satunya yeoja yang sudah paham pada kondisiku saat itu, saat trauma psikologis itu menyerangku, saat kilas bayangan Appa yang menyakiti Eomma terus menghantui masa awal SD-ku.

Masochist, kondisi dimana aku mendapatkan kepuasan saat orang lain menganggapnya ketidaknyamanan. Waktu itu, aku sangat suka dipukuli, makanya aku tumbuh menjadi anak yang nakal, pengganggu, pembuat onar, dan lain-lain. Anak yeoja jaman itu sangat suka mengadu, dan kalau sudah mengadu, maka Appa anak itu akan datang memukuliku. Aku senang. Senang sekali, sampai tertawa terbahak aku saat dipukuli.

Tapi ada 1 yeoja yang tak akan pernah mengadu, Kim Geulri. Yeoja yang terlalu terobsesi pada matematika. Aku pernah menyembunyikan sempoanya, mengambil pensilnya, bahkan memfoto rok yeoja itu dari bawah dengan kamera polaroid sudah pernah ku lakukan. Dia tak marahdan menangis pun tidak. Saat ku tanya kenapa, dia menjawab “kau melakukan ini karena kamu suka aku kan? Ayo menikah.”

Yeoja yang selalu berfikir positif itu, sampai kapan pun tak kan ku lepas dia.

Dan itu terpenuhi sekarang, aku menikahi yeoja itu dengan restu haraboji dan halmoninya. Tapi apalah guna pernikahan, jika hatinya masih pada satu nama, Chanyeol. Park Chanyeol.

Park Chanyeol, aku mengenalnya saat kuliah, dan kini dia ku perkerjakan menjadi sekertarisku. Dia mengenal Kim Geulri. Ku yakin, aku bisa bertemu dengannya jika dekat dengan Chanyeol. Chanyeol adalah orang yang pekerja keras, mengutamakan keluarga, dan selalu berpikir positif –sama seperti Geulri.

Tapi apa yang ku tahu di akhir begitu menyakitkan. Chanyeol dan Geulri lebih dari sekedar kenal, mereka dekat. “Kami pernah sedekat nadi, kau tau?”cerocos Chanyeol masih terekam jelas di otakku.

‘Prang..’

Entah sudah berapa lama aku melamun hingga tau-tau aku sudah ada di depan TV dengan tangan menggenggam serpihan-serpihan vas bunga. Vas putih ini sudah berubah warnanya menjadi kemerahan, karena bercampur darahku.

Rasa sakit ini, rasa ini sudah lama tak ku rasakan. Rasanya lebih nikmat ternyata. Daripada hanya melihat raut kesakitan orang lain, merasainya langsung lebih memberi kepuasan padaku.

Di pintu kamarku, berdirilah Geulri dengan memakai dress motif garis vertikal kali ini. Oh cantiknya, lebih cantik bila tak memakai rangkaian benang yang dijadikan baju laknat itu. Ku berikan senyum mengejekku padanya sambil mengajungkan jari tengahku padanya.

“Kai oppa, wae geurae? Ige mwoya, gwenchana?

Sial, dia dengan polosnya mengabaikan ancamanku sebelumnya dan malah memberiku pertanyaan basi itu. Gelap mata, ku goreskan pecahan vas yang di genggamanku melintang membentuk garis horizontal di sepanJang payudaranya. Dia meringis, yeah..!

Ku condongkan tubuhku pada dadanya, ku miringkan kepalaku hendak menghisap darah yang keluar merembes dress baru itu.

“Sshh.. Oppa, apayo, manhi apa, hiks..hiks..”

Ku alihkan cumbuanku pada bibirnya, mengulum bibir atas bawah itu seirama dengan tanganku yang terus menekan-nekan payudara itu, membuatnya makin berdarah-darah.

Dia tetap menangis eoh? Ku keluarkan smirk, dan lalu melanjutkan menjilat dan menghisap payudara rasa darah itu.

Pukul 8, jam itu memberiku peringatan bahwa aku harus segera ke kantor. Ku sudahi ‘acara sarapan pagi’ku kali ini dengan membiarkannya terduduk di depan TV. Dapat ku simpulkan sumber kenikmatan baruku mulai pagi ini adalah ‘wajah kesakitan orang yang ku cintai, istriku’.

 

 

Author POV

Tiap pagi, ahjumma yang membersihkan apartemen Kai rutin membawa paperbag berisi baju-baju cantik luar biasa. Bila orang lain memandangnya, pasti semua menatap iri pada Geulri, tanpa tau maksud dibaliknya.

Baju-baju cantik itu hanya bisa di pakainya satu kali. Sebab, yakin saja, gaun itu tinggal seonggok kain yang sobek dimana-mana setelah dipakai. Gaun formal? Bullshit, dari 20 gaun formal yang pernah dipakai Geulri, baru 1 yang benar-benar dipakainya untuk pesta, yaitu ketika pesta pernikahan salah satu kolega Kai.

Yang lainnya hanya sekedar dipakai kalau mereka menginap di hotel, atau saat Kai menyewa infinity swimming pool semalaman sebagai tempatnya memuaskan nafsu birahi dan nafsu masochist-nya.

Jangan tanya seberapa banyak luka lebam, bekas jahitan, lecet, sendi tergeser, tulang retak dan kulit terbakar pada tubuh Geulri. Sangat banyak, kalau kalian ingin mengetahuinya.

 

..

 

Pagi yang sangat cerah hari ini, Kai sudah berangkat ke kantor, sedangkan Geulri berkutat dengan proses penyembuhan lukanya sendiri. Dia tak berani kerumah sakit, Kai orang yang tersohor di negeri ini, jika sampai dokter bertanya dari mana luka-luka ini berasal, Geulri takut ia tak bisa berakting.

Ia mempercayakan pengobatannya pada anak ahjumma yang bekerja di apartemen Kai, sekaligus calon imo ipar karena tahun ini samchon paling kecenya –Chanyeol akan menikahi Younghee.

Imo, aku kangen sama samchon,” rengek Geulri.

“Kamu panggil aku imo sekali lagi, aku getok kepalamu pakai tiang infus, mau? Pangil aku eonni, arraseo? Kamu mau liat samchonmu ya? Gimana kalau hari ini kita ke apartemen baru samchonmu, kau belum pernah kesana kan?”

Ne, ne, aku mau, kajja,”

~~Oppa, aku ke rumah samchonku dengan Younghee ya? ~~

Geulri mengirim sms pada Kai, meski tau, itu tak kan di balas. Setidaknya Geulri sudah pamit pada Kai.

 

..

 

Pukul 5, dua cewek super rempong itu tiba di apartemen Chanyeol, beruntung dia sudah ada di rumah. Setelah acara temu kangen dan peluk-pelukan, tak terasa jam makan malam akan segera tiba. Younghee ada janji dengan seorang pasien sehingga harus ke RS saat itu juga, sehingga Geulri dan Chanyeol pergi ke kedai makanan berdua.

Oppa, aku mau ttebokki, jebal” rengek Geulri. Akhir-akhir ini Geulri emang suka meregek pada siapapun, meski hanya hal-hal kecil.

“Lama-lama kau pasti minta sate ikan, bulgogi, ramyeon, sup kimchi, daging asap, nas-“

Oppa, kajja, ini sudah mau malam, Kai  harus makan malam. Eomoni, ttebokki 1, daging asap 2, juseyo~~”

“Setelah hampir 1 bulan cuti, keponakan samchon udah pinter jadi istri yang baik  ya? Oh ya, Geulri-ah, apa di apartemen Kai banyak serangga? Leher dan seluruh tubuhmu tampak merah, sebagian malah biru,”

“Terserah, apa kata lu lah, bang. Eomoni, ige, gamsahamnida” ucap Geulri memberi 3000 won pada Antae ahjumma.

 

 

“Geulri-ah, kamu tinggal di lantai berapa?”

“Lantai 15 oppa, apartemen ekskluif nomor 71, geure, annyeong oppa, pai..pai..” Geulri masih bisa melengkungkan bibirnya –tersenyum saat itu, entah nanti.

Dengan menenteng kantong plastik dan tas selempang di pundaknya, Geulri membuka pintu apartemen, dan kaget karena tak terkunci, berarti Kai sudah ada di dalam.

“Hai.. annyeong oppa, ige, aku bawakan daging asap dari Antae ahjumma yang terkenal itu loh. Oppa sudah makan?”

Ajik,” Kai masih berdiri menatap Geulri dengan sorot mata penuh amarah dan dendam.

“Aku mau makan kamu, se..ka..rang,” suara Kai mulai serak, dan ada kilatan nafsu berkobar di matanya. Bibir Kai mulaimelumat bibir Geulri. Kantong yang dibawa Geulri sudah teronggok miris di lantai, disusul baju-baju yang bergeletakan selanjutnya.

Geulri sudah hapal betul bagaimana Kai akan memperlakukannya saat sedang bercinta, tubuhnya sudah kebal.

“Apa berkunjung ke rumah samchonmu semenyenangkan itu?” tanya Kai disela-sela kegiatannya mengendus leher Geulri.

“Engh..ah.. em..” Geulri kepayahan menjawab pertanyaan Kai.

“Apa lebih menyenangkan dari ini?” tanya Kai sarkartis sambil memilin puting Geulri dan memutarnya 360 derajat.

“Akh..oppa.. aniyo, jebal…” teriak Geulri  saat itu juga.

Masih di ruang tamu, Kai ingin mendisiplinkan istrinya saat ini juga. Kai menyeret tubuh Geulri dan langsung membantingnya hingga Geulri berada pada posisi tengkurap. Kai menghujamkan kejantanannya pada tubuh Geulri tanpa aba-aba. Tapi Geulri tetap diam, tak peduli, Kai melanjutkan aksinya lagi, menggenjot tubuh Geulri kasar.

Geulri sama sekali tidak merubah posisinya, dan tak mendesah pula. Hngga titik kepuasan surga dunia itu didapatkan Kai, Geulri diam. Tepat setelah kejantanannya tercabut dari tubuh Geulri, Kai merasa ada yang Janggal.

“Geulri-ah, ireona,” Kai menepuk punggung rapuh itu beberapa kali. Merasa tak dapat jawaban, Kai menyibakkan rambut panJang Geulri yang tergerai di lantai menutupi wajahnya.

Betapa kagetnya Kai ketika mendapati segelegak darah di lantai, dengan leher Geulri yang tertancap salah satu pecahan vas bunga yang dihancurkannya beberapa hari lalu.

Bukan ekspresi kesakitan yang divisualkan oleh wajah Geulri. Yang nampak hanya wajah pucat dengan garis-garis wajah yang begitu halus dan terkesan sangat damai meneduhkan. Justru ekspresi seperti itulah yang mampu mengerat-ngerat kewarasan Kai menjadi serpihan yang siap menjadi debu kapan saja.

Kai kalap, rasa kecewa dan penyesalan atas dirinya terlalu mendalam, tanpa sadar bahwa yang dibutuhkan yeoja itu saat ini adalah pertolongan dokter.

 

..

 

 

Ruangan berpintu kaca buram itu belum terbuka, dokter masih mencoba menolong istrinya. Kai tak henti menjedukkan kepalanya pada tembok, hingga Chanyeol tiba.

“Kau apakan keponkanku, HAH?” teriakan frustasi Chanyeol diiringi hantaman tepat pada rahang kiri Kai. Persetan dengan rasa hormat pada boss-nya. Sudut bibir Kai berdarah.

Samchon?” Kai berbisik pada hatinya sendiri, tentang kenyataan yang baru diketahuinya. Dia cemburu pada samchon istrinya. GI..LA..

Tak sempat berhenti dari keterkejutannya, dokter yang menangani Geulri keluar. Kaki Kai sudah tak sanggup menopang berat badannya sendiri, ia luruh, duduk lesehan di lantai dingin rumah sakit. Sesal..sakit.. itu yang dirasa Kai saat ini. Lidahnya kelu, ribuan kosakata dalam berbagai bahasa yang diketahuinya lenyap, tak ada yang bisa di keluarkan dari bibirnya saat dokter wanita itu berekspresi murung.

“Younghee-ya, bagaimana Geulri?” desak Chanyeol pada Younghee –yeojachingunya.

Mian chagi, ku rasa kau harus menyeret Kai ke ruanganku sekarang, kajja” ucapnya mendelik pada Kai.

Sesampainya di ruangan Younghee, 2 namja dewasa itu tampak begitu panik, yang satu panik kelihatan, satunya lagi kepanikan yang terpendam oleh rasa penyesalan.

Eotthe?” hanya 1 kata itu yang bisa diucapkan oleh bibir yang tiap harinya berkata kalimat pedas.

“Operasi pengangkatan pecahan kaca itu berhasil. Pendarahannya juga sudah diatasi, kandungan Geulri juga masih bisa selamat meski kondisinya lemah, tapi…”

“Anak kami?” tanya Kai lemah.

“Ya, usianya baru 2 minggu, sebelumnya selamat kau akan jadi ayah,” Younghee tak hentinya bersikap sinis pada Kai.

“Lalu kenapa, apa ada sesuatu yang buruk?” Chanyeol tak bisa menahan rasa penasarannya lagi.

“Tenang chagi. Geulri sekarang sedang koma, semuanya sudah berjalan baik, tapi sepertinya justru jiwa Geulri yang menolak membuka matanya. Bukan karena luka pecahan kaca dilehernya, tapi ini terkait dengan semua luka yang ‘belum-sembuh-datang-lagi’ di seluruh tubuhnya ditambah tekanan psikis trimester awal kehamilan yang tidak bisa dia salurkan. Kamu kira, luka istrimu itu sembuh karena siapa, hah..!! Aku yang mengobatinya, babo..!”

“Jadi, Geulri, ya ampun Geulri-ah. Younghee-ya kenapa kau tak bercerita padaku kondisi Geulri?” ucap Chanyeol mengacak-acak rambutnya frustasi.

“Geulri tak kan membiarkanmu mengetahuinya, katanya dia wajib menjaga nama baik suaminya. Dan biarkan ku tebak, pasti sekarang dalam komanya, dia ketar-ketir takut Kai akan menyiksanya ketika dia membuka mata,” delikan mata Younghee sangat tajam pada Kai.

 

 

Kai melumat dengan penuh kehti-hatian bibir Geulri. Bibir itu pucat, bagai tak ada darah mengalir melaluinya. Bibir yang rasanya manis itu, kini dingin dan hambar.

Jebal, Geulri, buka matamu. Ini sudah 14 hari kamu jadi putri tidur. Oh ya, bayi kita, disini, sudah ulang tahun yang ke-1 bulan,tidakkah kau ingin merayakannya bersamaku,” ucap Kai sambil mengelus dan mengecup perut yang masih rata itu.

“Bangunlah, yeobo, dan aku akan menjagamu selama hidupku, saranghae Geulri-ah,” Kai masih terus cerewet di samping ranJang istrinya.

“Makanlah Kai, ini sudah sore, sejak pagi kau belum makan. Bercukurlah, aku takut saat Geulri bangun nanti, dia pangling dengan suaminya sendiri,” suruh Chanyeol sambl meletakkan bekal makan.

Hyung, apa hanya sampai besok aku bisa melihat istriku?” tanya Kai dengan pandangan kosong.

“Kalau Geulri bangun sekarang, kau masih bisa melihatnya sepanJang sisa hidupmu. Tapi bila takdir mengatakkan dia belum bisa bangun besok atau lusa, pertama, kau akan kehilangan bayi kalian. Bayi kalian tak bisa hidup dalam kondisi seperti ini lebih dari 15 hari Kai. Saat operasi pengeluaran bayi kalian, bisa saja, Geulri yang memang masih tak mau membuka mata, berpeluang akan menutup mata dan catatan hidupnya,” jelas Chanyeol dengan pasrah, seluruh keluarganya memang sudah pasrah apapun yang akan terjadi.

“Tidak, Geulri akan membuka matanya, aku akan menunggunya di sini,”

“Tapi kau sudah meunggunya 2 minggu, hasilya nihil”

 

 

~Kai tak suka makan sayur. Kai suka daging asap. Kai tak suka manis~

~Resep Olahan Daging Asap~

~Aku ingin memperbaiki vas bunga yang pecah~

~Itu pasti karena Kai mencintaiku, dia akan membahagiakanku~

Sederet memo yang ditulis gadis itu benar-benar melukai rasa penyesalan yang memang sudah koyak berdarah-darah di hati Kai. Kai menyesal, tak membiarkan yeoja itu mengambil laptopnya, dan hari dimana gadis itu memperoleh laptopnya, malah jadi hari malapetakanya.

Laptop itu Geulri beli sendiri saat kuliah dengan uang hasil kerjanya menjadi pramuniaga supermarket –itu yang dikatakan Chanyeol. Isinya penuh dengan drama-drama korea dan film kartun. Childish, pikir Kai. Kai terkaget saat ia mendapati foto hasil bidikannya dengan kamera polaroid menampilkan bawahan rok Geulri tersimpan di salah satu foldernya.

Cukup, Kai sudah tak tahan lagi, ia ingin membangunkan Geulri sekarang. Bila perlu ia akan menopang kedua kelopak mata itu dengan korek api.

Ireona, Geulri-ah, ppali ireona. Jebal,” mirip kesetanan, Kai mengguncang tubuh Geulri. Tapi nihil, mata itu masih terpejam. Tak ada jawaban, semangat Kai mulai meredup, hatinya mencoba tegar, tapi egonya mengatakan bahwa cinta tak lebih dari sekedar angan hampa.

Kai mengecup kening Geulri penuh rasa sayang, lalu turun menuju dua kelopk mata yang enggan terbuka itu –mengecupnya. Hidung tak seberapa mancung itu di gesekkan dengan ujung hidungnya. Kemudian Kai mencium pipi, membaui feromon yeoja itu dengan mengendus garis rahang Geulri menuju dagu, dan bermuara di bibir pucat itu.

Melumatnya penuh hasrat yang menggebu, seolah tidak akan ada hari esok bila tak mencumbunya sekarang ini.

 

..

 

Sore hari selanjutnya, Kai pulang ke apartemennya setelah rapat direksi di kantor. Ketika membuka pintu utama, aroma daging asap yang menyambutnya. Di meja makan sudah tersaji daging asap asam manis. Kai kelimpungan mencari siapa yang memasakkannya. Dengan serampangan, satu per satu pintu di rumahnya ia buka.

Hingga diujung pintu kamarnya, dia melihat siluet orang duduk mengarah pada balkon. Dengan langkah pelan, Kai mendekatinya. Rambut panJang yeoja itu berkibar-kibar ditiup angin.  Tanpa babibu, Kai berlari lalu memeluknya. Di tenggelamkan wajahnya pada ceruk leher yeoja ini, Geulri, istrinya. Menghirup dalam feromon Geulri yang sudah seperti candu baginya.

Geulri tersenyum hangat, “bogoshipda oppa, saranghanda,” ucapnya lirih.

Nado, saranghae Geulri. Kim Geulri, uri aegi do. Appa minta maaf, ne, saranghae uri aegi,” ucap Kai bahagia.

Dan senja sore itu tak lagi sendu. Senja terakhir di musim panas. Adakah yang lebih merah muda ketimbang sebuah cinta yang tumbuh di awal musim gugur ini?

..

~~END~~

..

Salam-salam dari author..

Mian, typo bertebaran kaya ranjau. Gomawo sudah mau berkunjung dan membaca sampe akhir. Need sequel?

 


[Author Tetap] Mistake [Chapter 1]

$
0
0

Cast: Park Chanyeol, Jun Rayeon (OC)

Genre: Romance-comedy(?)

Rate: PG-13

Disc: ini ff asli milik saya. No copas or plagiat. Don’t be silent readers guys.

.

.

.

Rayeon menatap tubuhnya yang dibalut kain ketat di kaca. Matanya menatap sayu pemandangan ini.

“Pertama dan terakhir kalinya..” gumamnya seraya mengambil tas dan jaketnya lalu pergi ke luar.

Dentuman musik mungkin memberitahu semua orang tempat macam apa ini. Rayeon memasuki tempat itu dan mulai mencari laki-laki yang akan membayarnya.

Rayeon hanya datang karena ia tidak mempunyai uang, ia merasa kotor namun ia membutuhkan uang. Matanya mencari ke sekeliling dan berhenti pada seorang laki-laki yang menghampirinya.

“Hey. Apa kau ingin melakukannya?” Tanya seorang laki-laki yang tersenyum padanya. Rayeon menatap laki-laki tampan didepannya dengan gugup.

“Berapa yang bisa kau bayar?” Tanya Rayeon mencoba bernegosiasi.

“7 juta?” Well, itu cukup bagi Rayeon namun harga dirinya tak semurah itu. Lagipula, ia benar-benar membutuhkan uang lebih untuk kuliah.

“10?” Tawar Rayeon yang diangguki laki-laki tersebut.

“Rayeon.” Ujar Rayeon memperkenalkan diri.

“Chanyeol.” Rayeon mengangguk lalu berjalan mengikuti Kai yang sebenarnya anak buah Chanyeol.

Mereka sampai didepan ruang khusus. Kai mempersilahkan Rayeon masuk dan mengunci pintunya. Rayeon yang kaget langsung mengetuk pintunya dari dalam.

“Hei, buka!” Teriak Rayeon membuat Chanyeol yang berada didalam tertawa kecil.

Berkali-kali Rayeon mengetuk pintu meneriaki bahkan memaki Kai untuk membuka pintu tanpa menyadari Chanyeol yang sedang duduk.

Chanyeol berdeham membuat Rayeon terdiam. Ia tidak menyadari Chanyeol sedari tadi.

“Aku harus bilang bahwa Kai sudah pergi.” Ujarnya lalu memperlihatkan sms dari Kai lewat handphonenya.

“Aku Chanyeol. Siapa kau?”

“Jadi.. kau Chanyeol dan dia Kai?.” Suara Rayeon sangat kecil. Sungguh, bisa dikatakan Rayeon tidak berani menatap Chanyeol karena malu.

“Ya dan Kemarilah.” Ujar Chanyeol menepuk sofa disebelahnya.

Rayeon melangkah mendekati Chanyeol dan duduk disebelahnya. Ini pertama kalinya ia melakukan ini dan dirinya sangat gugup atas Chanyeol yang tidak tahu akan melakukan apa padanya.

“Aku menginginkanmu malam ini, siapa namamu?” Bisik Chanyeol seduktif di telinga Rayeon, membuat Rayeon setengah mati gugup.

“Ra-Rayeon..” Rayeon tergagap sedangkan Chanyeol tersenyum puas.

Chanyeol mencium bibir Rayeon lembut lalu menutup matanya. Rayeon tidam membalas ciuman Chanyeol.

No one ever did this to her.

“Aku rasa aku tak bisa melakukannya.” Ujar Rayeon mendorong Chanyeol.

“I-ini terlalu.. memalukan.” Chanyeol tertawa mendengarnya.

“Apa yang kau tau atas rasa malu?” Tanya Chanyeol membuat Rayeon terdiam.

Rayeon mungkin bukan gadis baik-baik namun ia masih memiliki hati dan Chanyeol benar-benar menyakiti perasaannya. Rayeon menunduk seraya menatap mata lantai yang dingin.

“Aku memang menjijikan..” lirih Rayeon lalu menatap Chanyeol yang mengeluarkan smirk.

Chanyeol mulai nempelkan bibirnya ke bibir Rayeon lagi namun kali ini Chanyeol mengecupnya sebentar. Rayeon yang bingung semakin gugup dan malu.

“Aku tahu kau bukan seperti mereka. Ikut denganku.” Chanyeol bangkit dan membuka pintu, menatap Rayeon yang langsung bangkit dan menabrak meja.

Chanyeol tertawa kecil lalu menarik tangan Rayeon untuk menuntunnya. Sungguh, perlakuan Chanyeol membuat Rayeon sangat gugup.

“Aku bosan. Ayo kita cari udara segar.” Chanyeol mengajak Rayeon memasuki mobilnya lalu melaju.

“Ini pertama kalimu?” Tanya Chanyeol yang diangguki Rayeon kaku.

“Kau lucu, berapa usiamu? dimana kau tinggal? apa kau memiliki keluarga?” Tanya Chanyeol membuat Rayeon bingung.

“Kenapa aku harus menjawabnya?” Tanya Rayeon tak mengerti, mereka akan berpisah setelah malam ini kan?

“Agar jika aku mengajakmu pergi dari sini, aku tidak sulit mengabarkan siapapun didekatmu.” Rayeon semakin bingung dengan kalimat Chanyeol. Mereka baru saja bertemu, memangnya Chanyeol ingin mengajaknya kemana?

“Kemana kita akan pergi?!” Teriak Rayeon lalu menempelkan tubuhnya ke kaca.Chanyeol tertawa kecil lalu menggeleng.

“Hanya mencari udara. Sekarang jawab aku atau kau akan menjadi makananku.” Rayeon tidak mengerti kalimat itu dan langsung menatap ngeri Chanyeol.

“Apa aku akan dimutilasi? Astaga!! Jangan! Aku hanya ingin kuliah.. aku tidak punya siapa pun tapi aku masih ingin hidup.” Chanyeol menggeleng dan kembali tertawa untuk kesekian kalinya.

“Kau lucu. Aku tidak akan memutilasi dirimu. Aku hanya seorang mahasiswa bukan psikopat.” Rayeon mengangguk namun masih takut pada Chanyeol.

Waktu menunjukkan pukul 10 malam, ini sudah larut namun Chanyeol masih belum sampai di tempat tujuannya. Sudah 20 menit ia mengendarai kendaraan ini. Rayeon yang mengantuk mulai terlelap sangat pulas.

“Hei.” Ujar Chanyeol yang tak digubrisi oleh Rayeon yang masih terlelap.

Chanyeol menghela nafas lalu mendekatkan wajahnya pada Rayeon.

“Ini sangat manis..” Chanyeol mencium kembali bibir Rayeon, membuat Rayeon sedikit bergerak sehingga Chanyeol menghentikannya.

Mata Rayeon mulai terbuka dan menatap Chanyeol yang berada di hadapannya dan bibirnya yang basah.

“Kau menciumku?!” Teriak Rayeon lalu menutup tubuhnya dengan tas kecil miliknya.

“Ya, itu sangat manis dan membuatku kecanduan.” Ujar Chanyeol lalu tersenyum nakal dan keluar dari mobil.

“Dimana kita?” Tanya Rayeon yang baru saja keluar dari mobil.

“Mansionku.” Rayeon yang menatap sekeliling langsung terkesima saat menatap mansion dihadapannya.

“Ini sangat besar!” Rayeon masih terkesima dan masuk ke dalam tanpa menunggu Chanyeol. Membuat Chanyeol menghela nafas panjang.

“Siapa yang sangka aku harus mengurus anak kecil sepertimu?” Gumam Chanyeol lalu masuk dan mencari Rayeon.

“Kau akan tinggal disini.” Ujar Chanyeol membuat Rayeon menatapnya tak percaya.

“Tidak! Kita bahkan tidak saling mengenal, bagaimana mungkin aku tinggal disini?!” Chanyeol sungguh ingin mencium bibir Rayeon untuk menutup teriakkan gadis itu.

“Ini perintah. Aku akan membayar semua kebutuhanmu dan kau hanya perlu tinggal disini.” Rayeon tak mengerti jalan fikir Chanyeol.

“Tapi.. kenapa?”

“Kau tak menolak. Baiklah, besok aku akan mengambil seluruh barangmu dan membawanya kesini. Kau tidurlah.” Chanyeol menarik tangan Rayeon ke kamarnya.

“Ini kamarku dan kamarmu.” Rayeon terbelalak mendengar hal itu.

“APA?!” Teriakkannya bahkan lebih kencang dari tadi.

“Aku hanya bercanda astaga. Kau tidur disini.” Rayeon bernafas lega saat Chanyeol menuntunnya ke ruangan tepat disebrang kamar tadi.

“Waaaahhh! Ini sangat indah! Ruanganku sebesar ini dan aku akan tidur nyenyak.” Rayeon melempar tasnya dan langsung tidur diatas ranjang.

“Tidurlah, kau pasti lelah.” Chanyeol baru saja mau menutup pintunya saat Rayeon bangun.

“STOP! Besok! Kita bicarakan semuanya besok!” Teriak Rayeon.

“Baiklah dan berhentilah berteriak!” Ujar Chanyeol lalu menutup pintu, meninggalkan Rayeon dengan segala fikirannya.

“Kenapa?” Gumamnya lalu mengacak rambutnya frustasi dan mulai tidur.

***

“ARGGGHHHH!” Demi apapun Chanyeol ingin menutup mulut Rayeon. Ini masih pagi dan Rayeon sudah berteriak.

Chanyeol dengan sigap berlari menghampiri Rayeon yang sedang terjatuh dari tempat tidur.

“Ada apa?” Tanya Chanyeol panik.

“Kakiku tak bisa kugerakkan!!” Chanyeol membantu Rayeon bangkit dan duduk di ranjang.

“Sakit…”

“Ini hanya keram.” Chanyeol memijit pelan kaki Rayeon dengan lembut.

“Tunggu sebentar.” Chanyeol pergi dan mengambil air putih untuk Rayeon.

“Minum ini.” Rayeon menuruti Chanyeol untuk meminum air tersebut.

“Hei.. aku ingin bertanya.” Rayeon memberanikan diri bertanya.

“Apa?”

“Kenapa kau membawaku kesini? Kenapa kau sangat baik padaku? Kenapa? Kenapa? Kenapaaaa???” Chanyeol mengecup bibir Rayeon lagi.

“Diam.” Rayeon terdiam seraya menutup bibirnya.

“Aku menyukaimu..” Chanyeol tersenyum sedangkan Rayeon semakin tidak mengerti semua ini.

“Aku hanya menyukaimu, Rayeon-ah.”

.

.

.

Hai, ini ff bakal aku lanjut kalo banyak yang like dan comment. Kalo dikit ya gatau sih hehe. Banyak ff yang belom di lanjut abisnya😦

So! Don’t forget like and comment ya!🙂


[Author Tetap] UNMASKED (Chapter 1)

$
0
0

1476252980189

UNMASKED

A story by Aerinim

Chanyeol x Kyungsoo (Chansoo) // 620 words

*

Kyungsoo adalah anak yang pendiam. Chanyeol berusaha mendekatinya.

*

Do not copy. Do not plagiarize. This story is made by aerinim and any similarities are pure coincidence.

***

Chanyeol tidak pernah mengira bahwa dirinya akan terlibat dalam kehidupan Kyungsoo. Ia tidak tahan melihat Kyungsoo yang selalu terdiam.

Chanyeol adalah murid yang baru pindah dua bulan yang lalu. Menurut teman-teman barunya di sekolah ini, Kyungsoo adalah anak yang harus dijauhi, entah apa alasannya. Semenjak itu ia selalu memperhatikan Kyungsoo yang hampir tidak pernah bicara. Satu-satunya orang yang mau mengajaknya bicara adalah Baekhyun yang terpaksa karena Ibu mereka bersahabat. Namun kemarin, Chanyeol akhirnya memberanikan diri untuk mendekati Kyungsoo.

“Kau punya pulpen?” tanya Chanyeol dengan pelan karena ia tidak mau Mr. Yoo membentaknya.

Kyungsoo melirik Chanyeol tanpa membalas sepatah katapun. Kemudian ia mengambil sebuah pulpen dari dalam tasnya sebelum menyodorkan kepada Chanyeol. Hal itu membuat Chanyeol terdiam beberapa saat sebelum ia mengambil pulpen tersebut. Ia tidak menyangka Kyungsoo akan sediam itu.

Saat kelas selesai, Kyungsoo langsung merapikan barangnya dan berjalan keluar kelas. Chanyeol yang menyadari hal itu hanya terdiam bingung dan menyimpan pulpen Kyungsoo di tasnya. Perilaku Kyungsoo membuatnya semakin penasaran.

Chanyeol berniat untuk mengembalikan pulpen Kyungsoo esoknya namun ternyata Kyungsoo tidak hadir. Ia pun menyesal tidak berbicara lebih dengan Kyungsoo kemarin saat ia memiliki banyak kesempatan.

Sore itu setelah pulang sekolah, Chanyeol memutuskan untuk pergi ke toko buku untuk membeli komik. Namun ia tidak menyangka akan bertemu dengan Kyungsoo, yang tengah melihat-lihat sebuah novel.

“Hai,” sapa Chanyeol dengan senyuman lebar.

Kyungsoo sedikit terkejut mendengar suara Chanyeol yang sangat berat itu. Dengan sedikit menganga (karena Chanyeol terlalu tinggi), ia membalas dengan senyuman kecil.

Chanyeol memperhatikan pakaian Kyungsoo yang menurutnya sangat aneh: sweater hitam, jeans panjang, dan sneakers hitam. Di hari yang sedingin ini Kyungsoo hanya memakai pakaian tipis, sementara Chanyeol repot-repot memakai sweater dan jaket tebal diatas seragam musim dinginnya.

“Kau tidak merasa dingin?” tanya Chanyeol.

Kyungsoo menggeleng. Matanya terfokus pada rangkaian tulisan di bagian belakang novel yang ia pegang. “Sudah biasa.”

Chanyeol terdiam karena ia tidak mengerti maksud Kyungsoo dan terkejut dengan fakta bahwa Kyungsoo berbicara dengannya. Sekarang, kepalanya dipenuhi oleh pertanyaan-pertanyaan yang ingin ia lontarkan kepada Kyungsoo, namun yang keluar dari bibirnya merupakan yang terburuk;

“Mau minum kopi bersama setelah ini?”

Rasanya ia ingin mengubur diri sekarang juga.

Tangan Kyungsoo gemetar. Ia tidak menyangka Chanyeol akan mengajaknya minum minuman kesukaannya. Di saat yang sama ia senang karena seseorang mau berbicara dengannya. Sudah lama sekali semenjak seseorang dari sekolah (kecuali Baekhyun dan guru, tentu saja) mengajaknya bicara. Ia tidak mau menyiakan kesempatan untuk memiliki teman, sehingga ia menerima ajakan Chanyeol.

“Kecuali kalau kau yang membayar,” tambah Kyungsoo, bermaksud bercanda.

Chanyeol tertawa kecil. “Tentu saja!”

Kyungsoo menoleh dengan panik. “Aku-“

“Aku akan ke bagian komik, 10 menit lagi aku akan menunggu di depan,” kata Chanyeol sebelum meninggalkan Kyungsoo.

“-tidak serius…” lanjut Kyungsoo pelan, kemudian tersenyum. Selama setahun penuh ia dijauhi oleh semua orang disekolah, sekarang ia akan memiliki teman. Kyungsoo tidak pernah menyangka ini adalah harinya.

10 menit kemudian, Kyungsoo yang telah membeli novel yang ia pegang sedari tadi pun menunggu di tempat yang Chanyeol beritahu. Ia melihat jam tangannya sambil tersenyum. Mungkin Chanyeol masih sibuk melihat komik, pikirnya dalam hati. Sambil menunggu, ia pun memutuskan untuk membaca bagian depan dari novel yang baru ia beli. Membaca prologue dari novel tersebut tidak akan merugikannya.

Beberapa menit berlalu, Chanyeol tak kunjung datang. Akhirnya Kyungsoo memutuskan untuk membaca satu halaman selanjutnya. Chanyeol pun masih belum muncul. Tidak sabar, Kyungsoo pun mencari Chanyeol di bagian komik. Tidak ada siapa pun disana. Ia berjalan melewati seluruh bagian di toko buku ini, namun tidak ada tanda-tanda keberadaan Chanyeol.

Kyungsoo sangat kesal dan merasa ditipu oleh Chanyeol. Ia mengira bahwa Chanyeol akan menjadi teman yang baik, tetapi ia hanya memberikan harapan palsu untuknya. Saat itu juga, Kyungsoo tidak ingin bicara dengan siapa pun seperti biasanya, bahkan kepada Chanyeol. Lebih parahnya, ia tidak ingin percaya dengan orang lain.

***

to be continued

Also posted on my blog & wattpad. Thank you for reading!❤


[author tetap] A Few Years Later – Nidhyun

$
0
0

1096134

A Few Years Later

|| Ashley Lee – Kim Jong In as EXO Kai – Jung Soo Jung as f(x) Krystal ||

|| Romance || PG ||

A Song Fiction by Nidhyun

Inspired by Song : A Few Years Later sung by Block B

Story of Someone I Know || Her Name is Ashley

 

 

 

***

 

(Sempat bersitegang dengan

netizen Korea, Ashley Lee justru sukses dengan film-nya di Tiongkok)

(Lagu yang dinyanyikan Ashley untuk OST film-nya, berhasil memuncaki charts musik)

(Hanya menjadi model di Korea, Ashley sukses besar di Tiongkok)

(Diberi komentar sinis karena pamer foto dengan Luhan di konsernya, Ashley dibela netizen)

(Meng-cover lagu Because of You milik Kelly Clarkson, Ashley Lee dibanjiri pujian)

(Ashley Lee berencana membuat single di Korea?)

(Ditanya soal kedekatannya dengan EXO, Ashley : “Kerimbang teman, aku lebih merasa seperti fans”)

(Ashley Lee memberi komentar mengenai persahabatannya dengan Krystal)

(Netizen menemukan foto Ashley dengan Kai saat pre-debut, pernah berkencan?)

 

Dalam beberapa tahun yang akan datang, setelah hari ini
setelah semua waktu yang telah berlalu
akankah kita menjadi diri kita sendiri
dan menjalani hidup dengan baik?
setelah aku merindukanmu
sebanyak yanga ku bisa lakukan dan cukup terluka
Pada saat itu, aku harus melepaskan tanganmu

 

***

 

Apa itu sesuatu yang membuat kita bertemu?
dan hal yang menjadi alasan mengapa kita dipisahkan
sambil menyeka mataku yang basah dan kenanganku yang telah menumpuk bagai debu
aku mencari sesuatu yang bisa kugunakan untuk menyalahkan diri sendiri.

 

Ashley melempar tasnya dengan kasar ke arah dofa panjang di ruang duduk apartemennya. Ini bukan kali pertama ia tergabung dalam aktivitas pembuatan film maupun drama, tapi film yang berjudul ‘Sky in Shanghai’ ini berhasil membawa namanya sejauh ini -menyeretnya ke dalam berbagai berita dan membuat banyak orang menggali masa lalu Ashley.

Dan…ia tidak tahu semua ini akan lebih merepotkan dari yang ia duga.

Tapi, Ashley takkan menyangkalnya. Ia bahagia. Ya. Sangat-sangat bahagia. Ini mungkin baru tangga pertama, atau mungkin tangga kedua dari proses perjalanan impiannya. Tapi…di luar dugaan, karena mengambil tokoh antagonis yang berhasil memutar hati penonton menjadi pendukungnya, nama Ashley naik daun bukan hanya di Tiongkok, tapi bisa dikatakan sampai tingkat Asia.

Meskipun projek film ini telah ia rampungkan sejak Januari lalu, ia tidak tahu respon penonton akan sebanyak dan positif untuknya. Ashley hanya mengambil peran ketiga, dan tentu saja dalam benaknya, ini hanya semacam peran figuran untuk memperkuat karakter utama dalam film. Tapi tentu saja, mendapat keuntungan bukan berarti tidak ada kerugian, kan? Seperti sekarang –para wartawan akhirnya sibuk mencari tahu siapa Ashley Lee di masa lalu.

“Seharusnya kau langsung menghapus foto-fotomu bersama Kai. Kau tahu, semua orang akan menganggapmu memiliki masalah dengan Krystal saat ini.” Manajer Ashley mulai mengoceh di seberang sana.

Ashley pun berjalan menuju kulkas dan mengambil sebotol air mineral, kemudian menuangkannya pada gelas kosong, “Aku tidak merasa menjadi artis. Lagipula dalam film itu aku hanya menjadi tokoh tambahan. Mana kutahu orang-orang menyukai chemistry Layi dan Xiang An?” Ashley pun meneguk kasar air mineral di gelasnya. Dan lagi…ia malas menyangkal kenyataan bahwa ia memang memiliki masalah dengan Krystal.

“Pokoknya, jangan berkomentar apa-apa sampai bos Yang memberi aba-aba, paham?”

Ashley mendengus kasar, “Entahlah. Jika aku perlu bicara maka aku akan bicara.”

“Ashley…”

“Oppa…jika posisi Krystal berubah menjadi buruk, aku tidak bisa diam saja. Bagaimana pun orang-orang di agensi lamaku…”

“Bisakah kau tidak mengambil keputusan berdasarkan sudut pandangmu saja?! Kau tahu apa yang terjadi pada Lee Hongki di FNC? Kau tidak mau masalah seperti itu muncul, kan?”

“Kalian juga hanya memikirkan keuntungan kalian dalam proses perjalananku. Jadi, aku hanya akan melakukan apa yang perlu aku lakukan.”

Ashley pun menutup teleponnya dengan kasar. Muak. Ternyata diakui oleh agensi rasanya seperti ini. Ashley pun mencibir, kali ini ia menyesal karena telah menyalahkan banyak hal pada Jongin dulu…. Kali ini, dia mengerti. Ia akhirnya bisa memahami bagaimana posisinya saat itu.

Ashley tertawa hambar. Lucu sekali dirinya saat ini. Selama ini, ia akan menyalahkan orang lain atas masalahnya –ia telah menyalahkan Jongin sebanyak mungkin, sebisa yang ia lakukan. Ia akan mendapat peran paling tertekan dan terluka dalam masalah mereka. Tapi kali ini, ia ingin menangisi dirinya dengan peran yang berbeda : ia mendapat peran antagonis yang menyesali semua perbuatannya.

Ashley pun mengambil kembali ponselnya dan mengecek blog lamanya. Blog yang berisikan aktifitas Ashley semasa training. Tentu saja di sana Ashley tidak hanya memposting masa-masa dirinya berkencan dengan Jongin. Bahkan ia pernah memposting dirinya dengan teman trainee laki-lakinya yang lain. Tapi entah kenapa para wartawan justru lebih tertarik dan terfokus pada fotonya dengan Jongin. Terlepas dari fakta yang sebenarnya, bahwa ereka pernah memiliki hubungan khusus dan…yeah, Ashley masih cukup normal untuk tidak perlu berkoar dan membenarkan gosip itu, kan?

 

‘Semua akan menemukan tempatnya
aku bertindak dngin dengan hal itu
dan semua orang pergi bersama dengan itu
aku berbicara tentang ketidak bergunaan cinta
tapi di mata orang lain aku hanya seseorang yang menyedihkan
hal semacam ini biasa disebut
kebebasan atau kemerdekaan
itu salah, karena penjara
dimuai setelah perpisahan
ini tak sama dengan apa yang kau bisa
debu jatuh dan bangun
karena tak ada keraguan bahwa tempat ini ada’

 

 

***

 

‘kenangan hanya karena itu semua, tanpa penuaan
kemalasanku, aku belu membereskan perasaanku
hidup sambil melihat ke belakang
mungkinkah ada sesuatu yang menakutkan besok?
akan lebih baik jika itu kebencian atau dendam’

 

“Kudengar kau begitu berhasil di Tiongkok, bahkan sekarang kau ditawari drama web di Korea, bagaimana pendapatmu?” Tanya MC pada Ashley di acara talkshow yang mengundangnya.

Ashley menarik sudut bibirnya, “Sejauh ini, aku hanya masih merasa menjadi seorang pemula dalam dunia akting. Meskipun mungkin sejak kecil beberapa kali aku sempat bermain dalam drama, tapi aku belum pernah mendapat posisi utama. Jadi, aku pikir kali ini aku berhasil karena orang-orang menyukai pasangan Layi dan Xiang An pada film, jadi aku sangat beruntung karena mendapat karakter Layi, dan sepertinya orang-orang menyukainya.” Ashley pun menjeda dan menarik napas panjang, “Dan untuk drama web, aku masih belum mendapat kepastian. Tapi aku masih memikirkannya dan mempertimbangkannya dengan agensi.” Yeah, akhirnya ia memulai akting dirinya yang sesungguhnya.

“Lagumu juga cukup berhasil, apa setelah ini kau akan membuat lagu lagi? Bukankah sebelumnya kau ingin menjadi penyanyi dan sering meng-cover lagu?”

Ashley kembali tersenyum, “Aku sangat senang dan bersyukur jika orang-orang menyukai lagu yang kubawakan dan mereka bisa mendengar suaraku saat bernyanyi. Tapi untuk lagu baru, aku belum memiliki rencana sejauh itu, tapi aku akan sangat senang bila aku bisa bernyanyi lagi.”

“Wah…sepertinya kau benar-benar ingin menjadi seorang idol ya di masa lalu? Tapi dari kabar yang kami dengar, kau pernah bergabung dengan SMEnt dan hampir debut bersama Red Velvet, bisa ceritakan tentang pengalamanmu itu?”

Ashley diam-diam mengepalkan tangannya kuat. Ini acara live, dan Ashley harus terlihat santai. Ia jadi teringat apa yang dibicarakan oleh Krystal saat ia memulai variety show pertamanya…

“Ya, dulu aku sempat bergabung dengan SMEnt dan menjadi trainee sekitar 5 tahun hingga akhirnya aku dipanggil untuk membicarakan debut. Aku berlatih sangat keras karena terlalu bersemangat, siapapun pasti akan sangat senang saat tahu dirinya akan debut dalam waktu dekat. Tapi ternyata, nasib sedang tidak berpihak padaku. Aku mengalami cedera kaki yang sangat parah dan membuatku tidak bisa melanjutkan debut. Karena tidak mungkin Red Velvet menungguku lebih lama, akhirnya posisiku kosong dan aku membatalkan debutku. Orang tuaku yang merasa khawatir karena kondisiku, akhirnya memintaku mengakhiri kontrak dengan agensi.” Ashley masih tersenyum saat menarik napas panjangnya, “Tapi…Tuhan masih mengizinkanku menggapai mimpiku dengan cara yang lain. YGK+ mengajakku bergabung setelah aku sembuh. Aku sangat bersyukur dan berterimakasih.”

Ashley sebenarnya ingin mencebik sinis ketika orang-orang bergumam “wow”. Kekaguman palsu. Jongin pernah membicarakan hal-hal semacam ini, hal-hal yang dibuat-buat namun harus terlihat natural.

“Jadi, itu sebabnya beredar foto-foto dan juga kabar mengenai dengan kedekatanmu dengan artis SM?”

Ashley terkekeh pelan sambil membulatkan matanya, berakting terkejut dengan pertanyaan itu, “Aku dan teman-teman semasa training-ku memang cukup dekat. Aku mencoba menambah wawasan dan menambah ilmu agar aku bisa mencapai prestasi yang aku harapkan. Tapi mungkin orang-orang melihatnya hanya dari apa yang mereka lihat, tanpa tahu kebenarannya. Sehingga ada beberapa berita yang tidak benar beredar di internet.”

“Saat kau ke Cina kau berfoto dengan Luhan, kau sengaja datang ke konsernya?”

“Ya. Aku tahu Luhan menggelar konser perdananya dan aku langsung membeli tiket. Tapi aku baru menghubunginya saat selesai konser dan Luhan memintaku untuk menenuinya. Aku dan Luhan sama-sama trainee internasional saat itu, aku mengenalnya dari Kris dan akhirnya kami mengenal satu sama lain. Karena kebetulan, kebanyakan anggota EXO sudah mengenal sebelum debut, jadi kami langsung saling mengenal meskipun tidak terlalu dekat.”

“Selain dengan EXO, apakah kau dekat dengan artis lainnya? Dalam berita, disebutkan bahwa kau dan Krystal fx adalah teman semasa sekolah?”

“Ya, kami bersahabat sejak kami sekolah. Aku juga mengenal agensi dan dunia hiburan Korea karena Krystal yang menjadi trainee di SMEnt. Berkat dia, aku akhirnya bisa berada di dunia hiburan seperti sekarang.”

“Dalam berita yang beredar kau juga pernah dekat dengan Kai. Apakah kau pernah berhubungan dengannya? Atau kau justru tahu mengenai hubungannya dengan Krystal sebelum beritanya beredar? Seperti yang kaukatakan sebelumnya, orang-orang sempat salah paham karena kedekatanmu dengan artis SM di saat trainee, apa maksudmu adalah beritamu dengan Kai?”

Ashley sempat melirik ke arah manajer-nya, tiba-tiba saja ia merasa ragu. Bagaimanapun, ia tidak terlalu bisa menyembunyikan kenyataan bahwa ia pernah memiliki luka yang cukup parah di masa lalu –bersama dengan Kai. Dan fakta bahwa ia bertengkar dengan Krystal karena ia merasa terkhianati…ia tidak terlalu yakin apakah ia bisa menjawab semua pertanyaan itu dengan benar. Tapi…

“Aku terkejut ketika orang-orang menemukan fotoku bersama Kai saat tahun 2011 itu. Kami memang bersahabat dan sangat dekat, sama seperi aku dekat dengan Taemin, Taeyong, Krystal, dan yang lainnya. Tapi entah karena momen foto itu ditemukan karena kabar hubungannya dengan Krystal baru terungkap. Tapi…aku sama sekali tidak tahu mengenai hubungan mereka sebelumnya, aku baru mengetahuinya ketika membaca berita. Dan setelah bertanya langsung pada mereka, mereka membenarkannya. Dan…yeah, aku cukup terkejut.” Kepalan tangan Ashley semakin kuat ketika dengan terpaksa melanjutkan kalimatnya, “Tapi aku turut berbahagia. Aku harap kita semua tetap berhubungan baik, apapun yang terjadi…”

Jong, Soo, kalian lihat? Akhirnya aku telah mengambil peranku sendiri di dunia hiburan ini.

 

‘aku pikir itu hujan yang tiba-tiba
aku pikir itu perasaan yang akan kering setelah basah untuk sesaat
tapi aku, yang bahkan bukan pemalu
setiap kali aku mencoba untuk membawamu ke luar
aku hanya menjagamu di dalam
hatiku menjadi berantakan karena aku hanya membeberkan alasan
saat mencoba untuk menarik bersama-sama, malam telah berlalu
kau, yang mengatakan bahwa kau tak pernah ingin menjadi beban
pergi setelah meninggalkan perpisahan seperti ini’

 

***

‘tidak lagi bisa hubungan antara kau dan aku
disebut kita
hanya beerapa hari
jika aku diberikan hanya beberapa hari…’

 

“Kau yakin tidak ingin menunda fansign besok? Kondisimu tidak terlihat baik sama sekali,” Manajer Ahn mendatangi Ashley yang tengah menyandarkan punggungnya dan menengadahkan kepalanya. Ia benar-benar tidak bisa menyembunyikan sakit kepalanya karena flu yang menyerangnya tiba-tiba. Dan dengan tidak beruntungnya, ia sakit tepat ketika jadwalnya sedang tidak bisa diundur.

“Setelah pemotretan ini kita pergi saja ke dokter. Aku tidak yakin bisa menundanya dan menemukan waktu luang lainnya. Lagipula ini hanya flu, aku akan menjaga pola makan dan istirahatku…” Ashley pun encoba bangun dan langsung didekati oleh asistennya.

“Artis pun pernah sakit. Mereka juga tidak sempurna karena mereka pun hanya manusia, kau bisa menundanya hingga kau sehat. Aku pikir mereka juga akan mengerti…” ucap Lilian Eonni –begitulah Ashley memanggil asistennya—dan membiarkan ia merapikan rambut Ashley.

“Tapi ini pertama kalinya setelah aku menunggu dan terbaring pada keterpurukan. Aku ingin memberikan yang terbaik selagi aku bisa, sebelum aku tidak bisa melakukannya. Jadi, sepulang pemotretan kita pergi ke dokter saja, ya?”

Lilian hanya mendengus panjang dan akhirnya mengiyakan permintaan Ashley. Yeah, gadis ini gadis dengan penuh luka di hatinya. Lilian juga tahu saat ini pasti Ashley tengah merasa bahwa ia berada di titik di mana ia bisa memulai mimpinya yang sempat tertunda.

Dan, setelah pemotretan usai, Ashley pun benar-benar dianar ke rumah sakit –melakukan pengecekan kesehatan berkala seperti yang sudah sering ia lakukan, sekaligus memeriksa kondisi kesehatannya yang agak menurun belakangan ini. Ashley memang rentan sakit, bahkan sejak masa training dulu, Ashley sudah sering sakit-sakitan karena kelelahan, kurang istirahat, ataupun karena terlambat makan. Alasan mengapa ia tidak pernah mendapat posisi teratas dalam ranking trainee, karena ketika semua orang akan berlatih lagi hingga malam, Ashley justru harus sudah pulang dan beristirahat.

“Sepertinya kau harus melakukan olah raga mulai sekarang. Kau sudah sering datang menemui dokter itu?” tanya manajer Ashley yang hanya dibalas kedikkan bahu.

“Saat aku cidera…dia adalah dokter pribadiku. Makanya aku akan menemuinya lagi meskipun hanya demam,” ujar Ashley sembari memejamkan matanya, sedikit terkenang dengan momen tuanya yang pahit

“Baiklah, tunggu di sini. Aku akan menebus obat,”

Ashley tidak menjawab dan hanya memeluk tubuhnya yang ditutupi jaket milik manajernya. Ia masih meemjamkan matanya dan tidak berniat untuk membuka matanya, hingga sebuah suara memaksa Ashley untuk membuka matanya.

“Eun-a?”

Itu nama koreanya. Nama panggilan yang hanya akan dilakukan oleh orang-orang terdekatnya. Dan entah harus merasa sial atau apa, tapi ia tahu bahwa suara yang menyebut namanya kali ini…adalah mantan kekasihnya.

 

***

 

“Kau cedera lagi?” Ashley dan Jongin akhirnya emutuskan untuk mengobrol di taman rumah sakit yang berada di lantai teratas. Selain karena banyak orang yang akan mengenali mereka, Ashley juga tidak akan nyaman jika ada orang yang akan mendengar obrolan mereka –obrolan mantan sepasang kekasih yang menyimpan dendam dengan caranya masing-masing.

Jongin yang dilempari pertanyaan hanya tersenyum –senyum yang masih sama. Dan Ashley meringis kecil ketika setan kecil di kepalanya berbisik pelan, sayangnya Jongin telah membagi senyumnya itu untuk orang lain dan bukan hanya Ashley.

“Kau tetap saja ceroboh. Bagaimana jika syarafmu terganggu lagi? Kau bahkan belum sembuh total tapi masih saja keras kepala,” Ashley seharusnya tidak memarahi Jongin seperti itu. Dengan cara yang sama seolah mereka masih pada hubungan yang sama.

Tapi…yeah, jika itu sudah menjadi sebuah kebiasaan, pasti akan sulit untuk mengubahnya, kan? Ashley dan Jongin bukan mengenal selama satu dua tahun, tapi lebih dari itu. Mereka sudah membagi air mata dan tawa bersama. Jadi, meskipun mereka menyatakan diri telah terlepas dari ikatan sepasang kekasih, tapi bukan berarti memori di kepala mereka telah lupa bahwa mereka pernah mengisi satu sam lain, bukan?

Jongin juga sama. Ia tidak ingin merasa degupan yang sama seperti yang dirasakannya beberapa tahun lalu ketika mereka masih saling menyimpan dan menyalurkan perasaan cinta yeah, Jongin memang pengecut. Ia tidak pernah berani membawa Ashley-nya kembali ketika mereka berpisah dulu. Jongin juga selalu merasa Ashley terlalu banyak mengaturnya dan akan membuatnya sulit karena statusnya yang mulai berubah menjadi selebriti.

Tapi mendengar Ashley memarahinya seperti barusan, rasanya Jongin baru saja mendapatkan taburan garam pada perasaan rindunya…yang bahkan Jongin sendiri tidak yakin apakah ia benar-benar menyimpannya atau tidak.

“Kau sendiri, kenapa kau ada di sini? Sakit lagi?” Jongin mengalihkan topic dari kakinya yang di-gips ini pada kondisi Ashley. Wajah gadis itu pucat. Dia pasti sakit. Dan tanpa menanyakannya pun, Jongin tahu pasti Ashley kelelahan. Dia mudah lelah dan mudah sakit.

“Hanya flu. Karena cuaca mungkin…”

Jongin pun mengambil sesuatu di dalam jaketnya, kemudian ia pun menyodorkannya ke arah Ashkey, “Kau selalu mengirimkan ini padaku dan menyuruhku meminumnya. Mengingatkanku siang malam seperti alarm, tapi kau sendiri tidak bisa menjaga kesehatanmu. Bawa ini. Dan kau harus meminumnya.”

Ashley tertawa kecut. Astaga, momen apa ini? Kenapa tiba-tiba harus ada benda ini? Yeah…ini hanya vitamin yang biasa diberikan olehnya pada Jongin dulu. Dan semenjak kabar Krystal dan Jongin beredar di internet, Ashley memutuskan untuk tidak lagi mengurusi apapun yang berkaitan dengan Jongin. Tapi sialan sekali bukan jongin ternyata masih membeli vitamin dengan jenis yang sama dan malah memberikannya pada Ashley. Membuat suasana semakin canggung….

“Kau tidak perlu menjawabnya.”

Ashley menoleh ke arah Jongin, “Apa?”

“Soal rumor. Kau tida perlu menjawab dan mengklarifikasi semuanya. Setiap selebriti pernah mengalami hal semacam itu, jadi kau tidak perlu selalu mengonfirmasi apapun. Rumor akan berakhir cepat atau lambat,”

Ashley tersenyum kecil dan mengambil botol vitamin yang disodorkan Jongin, “Kau tahu soal itu?”

“Bagaimana tidak? Kau bahkan muncul di acara live. Jika itu berat untukmu, kau bisa meminta pada PD-nim agar menghindari pertanyaan semacam itu. Kau tokoh utamanya, kau berhak mengatur…”

“Aku hanya tidak ingin siapapun terlihat buruk,” Ashley memotong cepat, “Bagaimanapun semua orang tahu bahwa aku dan Soojung bersahabat, bahkan sebelum mereka tahu bahwa aku mantantrainee di agensi kalian. Dan jika mereka juga berpikir bahwa aku mantan kekasihmu, bukankah akan terasa aneh untuk Soojung dan juga dirimu? Kau akan mendapat imej yang tidak terlalu bagus, begitupun dengan Soojung. Aku hanya khawatir. Dan selama aku bisa melakukannya, biarkan aku melakukannya,”

“Tapi kau bukan berdiri untukmu sendiri, Eun-a…” Jongin pun menghela napas panjang, “Dunia hiburan tidak semudah itu…”

“Kau membuatku merasa semakin menyesal,”

Jongin menoleh cepat ke arah Ashley. Ia tahu maksud dari ucapan Ashley. Dan…sebenarnya ia juga merasakan penyesalan yang sama. Bukan berarti ia ingin mengkhianati perasaan kekasihnya saat ini, hanya saja…

“Dulu, kita hidup seolah kita takkan pernah berpisah. Tapi lihat sekarang, kita menjadi orang yang…asing? Aku penasaran apa yang akan terjadi beberapa tahun lagi pada kita.”

“Ashley, ayo kita pulang!”

Ashley menoleh ke belakang, pada manajerya yang baru saja sampai. Ia pun mengangguk dan segera bangun, “Setelah ini dia pasti menceramahiku karena telah bertemu denganmu sembarangan. Dia benar-benar pengatur yang luar biasa,”canda Ashley yang sama sekali hambar.

“Kalau begitu, aku pergi…”

“Eun-a,” Jongin dapat melihat Ashley menghentikan langkah kakinya, ia tidak yakin dengan apa yang ingin ia katakan, tapi kemudian… “Mianhae…” bukan….bukan itu yang ingin Jongin katakan. Dan ketika ia mendapati Ashley meneruskan langkah kakinya, Jongin hanya bisa terdiam dan memandangi siluet tubuh gadis itu semakin menghilang.

“Aku merindukanmu,” bisik Jongin sendirian setelah ia benar-benar sendiri di sana.

 

‘aku ingin memelukmu erat dan memberitahumu
itu karena aku gila
aku mungkin terlihat baik baik saja
tapi iniaku menahan semuanya
bagaimana bisa bagian paling berharga dariku
tanpa setetes darah
aku, yang semuanya milikmu
aku sekarang seorang pengemis
kau, yang dengan berani hidup dan bernapas dalam diriku
apa yang bisa ku lakukan untuk menguburmu di hatiku?’

=the end=

20161116 PM0804

Dalam beberapa tahun yang akan datang, setelah hari ini
setelah semua waktu yang telah berlalu
akankah kita menjadi diri kita sendiri
dan menjalani hidup dengan baik?
maka kita akan tahu
meski aku merindukanmu sebanyak yang aku bisa
kita takkan terlupakan



Memories And Miracle (Chapter 4-End)

$
0
0

memories and miracle

Title                       : Memories and Miracle

Author                  : Putri Dini

Length                  : Chaptered

Genre                   : Angst, Romance, Life

Main Cast           : Bae Suzy, Oh Sehun

Other Cast          : Park Jiyeon, Park Chanyeol, etc.

Author’s Note   : ff ini adalah ff sequel dari ff author sebelumnya ‘Story Of The First Love And Endless Love’ yang couplenya Suzy-Baekhyun yang juga pernah di post disini tahun 2014 kalo gak salah. Semoga yang ingin membacanya dapat membaca dengan senang. Jika ada kesamaan kejadian hanya kebetulan semata. Thank’s.. Sorry for typo(s), Happy Reading…

 

 

–Memories and Miracle [Chapter 4-End]—

(Before Chapter 3)

Suzy tampak tak ada niat untuk menghentikan Sehun. Ia tetap duduk ketika Sehun hendak bangkit dari tempat duduknya. Namun, saat ia sudah bangkit baru selangkah ia berjalan Sehun langsung jatuh tergeletak disamping Suzy. Suzy yang melihat itu pun sontak sangat terkejut.

“Sehun-ah..” Suzy langsung bangkit dari kursi dan menggeser kursi tersebut.

“Sehun-ah.. hei, Oh Sehun.. sadarlah..” Suzy memegang kepala Sehun mencoba untuk menyadarkannya.

“tolong panggil ambulan..” ucap Suzy kepada salah satu pengunjung kafe yang berada di dekatnya.

***

Saat ambulan tiba, para pekerja medis pun terlihat sibuk.

“kata walinya, ia pasien tumor otak. Tiba-tiba pingsan..” jelas petugas ambulan kepada dokter yang sudah menunggu di rumah sakit.

Suzy pun ikut berlari memasuki UGD bersama Sehun yang dibawa bersama para dokter.

“wali, tolong tunggu disini..” seorang perawat menghentikan langkah Suzy saat di depan ruang ICU.

Pintu pun tertutup, dokter mulai bekerja, Suzy mulai dilanda panik. Saat itu pula tiba-tiba Suzy pun jatuh tergeletak di lantai. Ia pingsan.

“wali..wali…” panggil sang perawat mencoba menyadarkan Suzy.

***

Sehun mulai mengerjapkan matanya. Ia mulai sadar.

“Sehun-ah.. kau sudah sadar..” ibu Sehun ternyata yang berdiri disampingnya langsung mengelus wajah Sehun saat ia telah membuka matanya.

“ibu.. kenapa aku bisa disini?” tanya Sehun dengan sekuat tenaga karena ia terlihat sangat lemah.

“katanya kau pingsan di kafe.. sudah ibu katakan kalau pergi setidaknya ajak ibu atau ayahmu.. atau bibimu. Jangan seperti ini…” terlihat jelas nada kekhawatiran seorang ibu terhadap anaknya.

Sehun lalu mencoba merubah posisinya menjadi duduk.

“permisi..” Sehun yang ingin bertanya kepada perawat yang baru saja melifat infusnya.

ne?”

“wanita yang datang bersamaku.. dimana dia? Apa ia sudah pulang?” tanya Sehun.

“ah.. sesaat saat anda ditangani ia jatuh pingsan. Mungkin sekarang sedang berada di UGD..” jelas perawat tersebut.

Sehun yang mendengar itu langsung hendak turun dari ranjangnya.

“Sehun-ah.. kau tidak boleh seperti ini..” ucap sang ibu.

“sebentar.. benar-benar sebentar.. aku akan kembali..” ucap Sehun sembari melepas  infus yang tersangkut ditangannya.

“pasien..” panggil sang perawat namun tak digubris oleh Sehun.

***

Sehun memasuki UGD yang ramai akan manusia. Terlihat jelas para dokter sangat sibuk di UGD. Mata Sehun pun mencari sosok Suzy di setiap ranjang pasien yang ia lewati. Namun, ia kemudian mendengar sesuatu.

“pasien wanita yang pingsan di depan ICU tadi, saat sadar tolong langsung diberi makan. Ia terkena anemia dan maagnya parah. Ia terlihat tidak makan beberapa hari dan hanya meminum air. Tingkat stressnya juga tinggi nanti masukkan ke resep obatnya ya..” jelas seorang dokter.

Entah kenapa ia tahu bahwa yang dibicarakan itu adalah Suzy. Sehun kembali mencari Suzy dan akhirnya ia bisa melihat Suzy di ranjang yang berada di pojok. Sehun langsung berlari dan mendarat dengan posisi berlutut. Ia menggenggam tangan Suzy dengan posisinya yang berlutut disamping ranjang Suzy.

“Suzy-ya..” lirih Sehun sembari menatap wajah pucat Suzy.

Sehun menggenggam tangan Suzy dan wajahnya ditenggelamkan dalam genggaman tersebut. Tak lama, Suzy mulai tersadar. Ia membuka matanya dan ia bisa melihat sebuah kepala sedang menunduk sembari memegang tangannya.

“Sehun-ah..” lirih Suzy.

Suzy yang mengetahu bahwa orang itu adalah Sehun. Saat dipanggil, Sehun langsung mendongakkan kepalanya dan merubah posisinya menjadi berdiri dengan tetap menggenggam tangan Suzy.

“oh.. kau sudah sadar? Mau kupanggilkan dokter?” Sehun yang terlihat sangat khawatir.

Suzy menggelengkan kepalanya. Ia kemudian ingin merubah posisinya menjadi duduk. Melihat itu, Sehun pun membantu Suzy.

“kau tidak apa-apa?” tanya Suzy kepada Sehun.

“em..” Sehun menganggukkan kepalanya.

“wajahmu sangat pucat..” ucap Suzy.

“wajahmu lebih pucat..” balas Sehun.

Sehun yang duduk ditepi ranjang Suzy pun masih tetap menggenggam tangan Suzy. Suzy pun tak menolaknya, bahkan ia memperkuat genggaman tersebut.

“tapi, kenapa kau disini?” tanya Suzy.

“mau menagih sesuatu..”

“padaku?”

Sehun kembali menganggukkan kepalanya.

“aku tidak ingin memberika apa-apa..” ucap Suzy setelah sejenak berfikir.

“kau yakin?”

Suzy mengangguk setelah kembali berfikir.

“aku ingin makan es krim, ayo kita makan di atap..” ajak Sehun.

“baiklah..”

Suzy langsung hendak turun dari ranjang dengan bantuan Sehun.

“kalian mau kemana? Kau belum boleh pulang..” ucap sang dokter yang melihat Suzy bangkit dari ranjangnya.

“aku tidak pulang, hanya ke atap sebentar..” jelas Suzy.

“kalau begitu, jangan lama-lama..”

ne..”

Saat mereka hendak berjalan, baru dua langkah lutut Sehun menabrak ranjang disebelah ranjang Suzy tadi.

“argh..” ringis Sehun sembari memegang lututnya.

“kau tidak apa-apa?” tanya Suzy sembari mengecek lutut Sehun juga.

eo..

Suzy lalu menatap wajah Sehun. Tatapan Sehun mulai aneh. Ia seakan tidak bisa fokus untuk memandang.

“kau sudah mulai tidak bisa melihat?” tanya Suzy.

“tidak, aku tidak apa-apa..” jawab Sehun.

Suzy langsung meraih kedua bahu Sehun agar membuatnya menatap dirinya.

“ini berapa?” tanya Suzy sembari mengacungkan 3 jarinya.

Sehun mencoba melihatnya. Namun, pandangannya menjadi gelap. Hanya seberkas cahaya yang dapat ia lihat.

eo…”Sehun yang tetap berusaha untuk melihat.

“kau tidak bisa melihatnya..” Suzy seakan memberi simpulan.

Sehun hanya diam. Ia tidak bisa mengelak.

“tak apa, aku sudah katakan bahwa aku akan menjadi matamu..” Suzy terlihat menerimanya dengan santai.

Berbeda dengan Suzy, Sehun tampak takut dan khawatir.

“sini..” Suzy menarik lengan kanan Sehun.

Ia kemudian membuat tangan Sehun menggandeng lengan kiri Suzy.

“pegang dengan benar, akan kutunjukkan bagaimana cara kerja mata barumu..” ucap Suzy.

Lengan kanan Sehun lalu memegang lengan kiri Suzy juga. Terlihat jelas ia sangat takut.

“jalan lurus.. iya.. hati-hati.. pelan-pelan..” Suzy yang terlihat sangat hati-hati dan lembut dalam menuntun Sehun.

***

Mereka mampir ke minimarket dekat rumah sakit dulu untuk membeli es krim.

“duduklah..” Suzy menuntun Sehun untuk duduk disebuah bangku di depan minimarket.

“aku akan beli dulu..” ucap Suzy.

Tangan Sehun lalu memegang lengan Suzy yang sontak menghentikan langkah Suzy.

wae?”

“tak bisakah pergi bersama?” Sehun yang terlihat takut ditinggal sendiri.

Suzy melepaskan tangan Sehun dengan pelan.

“di dalam ramai, aku hanya sebentar. Jangan takut..” ucap Suzy.

Suzy kemudian pergi masuk ke minimarket tersebut.

***

Mereka sudah membeli es krim dan sekarang sedang mengantri untuk masuk lift. Karena terlalu ramai, banyak orang yang saling bersenggolan tak terkecuali dengan Sehun. Sehun terlihat sangat takut hingga ia menguatkan genggamannya pada Suzy. Suzy menatap Sehun. Ia bisa melihat Sehun sangat ketakutan.

“liftnya ramai, haruskah kita menunggu?” tanya Suzy.

“kita naik tangga darurat saja bisa tidak?”

“baiklah, ayo..” Suzy kembali menuntun Sehun.

***

Mereka kemudian sampai di atap. Suzy tetap menuntun Sehun hingga ke sebuah tempat duduk. Setelah duduk, Suzy membukakan es krim milik Sehun lalu diberikannya kepada Sehun.

“ini..” tangan Suzy menuntun tangan Sehun untuk mengambil es krim tersebut.

“tidakkan kau lelah?” tanya Sehun.

“apanya? Naik tangga?”

“bersamaku seperti ini, tidakkah kau lelah?”

“tidak, aku malah menyukainya..” Suzy yang menatap Sehun walaupun Sehun tak bisa menatapnya.

Wajah Sehun masih tampak tidak enak kepada Suzy. Melihat itu, Suzy lalu mengambil es krim yang dipegang oleh Sehun lalu diletakkannya di sampingnya. Tangan Sehun tersebut lalu diletakkannya diwajahnya.

“aku benar-benar menyukainya, peganglah. Aku sekarang sedang tersenyum..” ucap Suzy tersenyum tipis.

Sehun pun tersenyum dibuatnya. Sehun lalu menjatuhkan tangannya.

“anginnya sangat segar..” ucap Sehun semabri menutup matanya mencoba merasakan anginnya lebih dalam.

“lihatlah, saat matamu buta pun kau masih bisa merasakannya..” ucap Suzy.

Sehun terdiam dan melihat kearah Suzy walaupun ia tidak bisa menatapnya.

“jadi, kau tidak perlu takut. Aku juga ada disini..” sambungnya.

“kalau begitu, berikan sekarang..” ucap Sehun.

“apa? Sebenarnya apa yang kau inginkan?” Suzy yang masih belum mengetahui apa yang harus ia berikan.

“keajaiban, kau bilang kau akan memberikannya..” ucap Sehun lagi.

“ahh.. keajaiban.. tapi, bagaimana caraku memberikannya?” tanya Suzy yang bingung.

“entahlah.. aku belum pernah menerima hadiah sebuah keajaiban sebelumnya..” jawab Sehun yang juga bingung.

Suzy lalu menatap Sehun yang tampak berfikir. Ia lalu meraptkan posisinya dengan Sehun. Suzy mendekatkan wajahnya dengan Sehun. Ia kmudian mulai menempelkan bibirnya di bibir Sehun. Sehun sedikit terkejut merasakan sentuhan lembut di bibirnya. Namun, Sehun tak menolaknya. Ia malah menggenggam tangan Suzy yang sedari tadi di bangku. Sehun semakin kuat menggenggamnya. Suzy tetap konsistendengan posisinya. Ia seakan benar-benar memberikan keajaibannya kepada Sehun.

***

1 tahun kemudian

Suzy duduk di bangku depan rumahnya dengan tatapan kosong. Entah apa yang ia pikirkan.

“Suzy-ya” Jiyeon yang langsung duduk disampingnya.

Suzy yang tersadar dari lamunannya langsung menghadap kearah kiri menatap Jiyeon.

“sudah waktunya, ayo” ajak Jiyeon.

Suzy menatap jam tangannya.

“kau benar, kau duluan saja..” ucap Suzy.

“kita tidak pergi bersama?”

“aku harus mampir ke suatu tempat dulu..”

“kalau begitu, cepatlah.. aku duluan bersama Chanyeol..” Jiyeon yang bangkit dari tempat duduknya.

Setelah melihat Jiyeon pergi, Suzy pun bangkit dari tempat duduknya dan langsung masuk ke dalam mobilnya.

***

Suzy ternyata mampir ke sebuah toko bunga untuk mengambil pesanan bunganya.

“terima kasih..” ucap Suzysetelah menerima sebuket bunga lili putih.

Ia masuk ke dalam mobilnya dan meletakkan bunganya di jok belakang. Suzy melajukan mobilnya dan ternyata menuju ke rumah Baekhyun.

eomeonim..” panggil Suzy saat masuk ke rumah tersebut.

eo, kau sudah datang..” ibu Baekhyun keluar dari arah dapur.

“ibu terlihat cantik..” ucap Suzy semabri tersenyum tipis.

“tentu saja, peringatan kematiannya hanya setahun sekali tentu saja kita harus terlihat cantik dan bahagia..” jelas ibu Baekhyun tersenyum.

“kau benar..”

“duduklah dulu, aku akan mematikan kompor lalu kita bisa pergi..” ucap ibu Baekhyun yang langsung kembali menuju dapur.

Bukannya duduk, Suzy malah berjalan menuju ke sebuah pintu dan itu merupakan kamar Baekhyun. Suzy lalu membuka pintu tersebut. Ia lalu tersenyum melihat seseorang yang sedang duduk diatas tempat tidur sembari membuka sebuah album.

“Sehun-ah, mwohae?” tanya Suzy sembari menghampiri Sehun.

“kau datang?” ucap Sehun tersenyum.

“apa yang kau lakukan dengan itu?” tanya Suzy lagi.

“aku mau memasukkan foto ini di album foto kita..” Sehun memberikan sebuah foto kepada Suzy.

Dan ternyata, itu adalah foto Baekhyun bersama Sehun waktu kecil yang pernah ditunjukkan kepada Suzy dulu.

“sini, biar aku yang meletakkannya..” Suzy mencoba mengambil alih album yang dipegang Sehun.

Suzy lalu membuka lembar per lembar album tersebut. Itu merupakan albumnya bersama Sehun selama satu tahun terakhir. Itu seperti tanda akan kenangan yang dibuat Sehun untuk Suzy. Suzy lalu berhenti disebuah halaman. Ia tersenyum melihat foto tersebut, yaitu foto Suzy bersama Sehun saat pertama kali Sehun selesai dioperasi. Suzy pun meletakkan foto tersebut dibawah fotonya bersama Sehun.

“Suzy-ya.. ayo..” panggil ibu Baekhyun yang menghampiri kamar Baekhyun.

ne..” jawab Suzy.

“ayo..” ucap Suzy kepada Sehun.

Suzy lalu membantu Sehun berdiri. Suzy pun meraih lengan kanan Sehun dan diletakkannya di lengan kanannya. Suzy kembali menuntun Sehun dalam berjalan.

***

Sehun dan Chanyeol memberi penghormatannya di depan makam Baekhyun. Setelah itu, Suzy bersama Jiyeon dan ibu Baekhyun memberikan penghormatannya.

“setelah ini ayo kita makan, aku sudah memesan tempat..” ajak Chanyeol.

Yang lain tampak tersenyum akan ajakan Chanyeol.

“kalau begitu, aku, Chanyeol, dan bibi akan menunggu di depan. Kalian disini saja dulu..” ucap Jiyeon kepada Suzy dan juga Sehun.

Suzy mengangguk. Jiyeon pun langsung menggandeng ibu Baekhyun dan berjalan menjauh dari Suzy dan Sehun. Suzy kemudian menuntun Sehun agar berdiri disampingnya dan menghadap ke makam Baekhyun.

“tidak ada yang ingin kau katakan?” tanya Suzy kepada Sehun.

hyung.. gomawo.. terima kasih membuatku bertemu Suzy..” Sehun mengatakan apa yang ia ingin sampaikan pada Baekhyun.

“di kehidupan ini biarkan aku yang bersamanya, di kehidupan selanjutnya… kita bersaing saja untuk mendapatkan Suzy..” Sehun dengan nada candanya.

Suzy sedikit tersenyum mendengarnya.

“Baekhyun-ah.. jangan terlalu cemburu, di hatiku kau tidak akan kuhapus..” kali ini Suzy yang menyampaikan perasaannya pada Baekhyun.

“..dan.. aku tidak akan menangis lagi mulai sekarang. 5 tahun yang lalu aku lalui dengan air mata, 5 tahun kedepan akan kulali dengan senyuman kebahagian. Aku berharap kau juga ikut berbahagia melihatku dan Sehun seperti ini..” sambung Suzy.

“Baekhyun­ hyung pasti ikut berbahagia.. dia kan orang baik..” ucap Sehun.

Suzy lalu merogoh sakunya dan mengeluarkan sebuah flashdisk. Ia kemudian meletakkan flashdisk tersebut di tepi makam Baekhyun.

“ini aku kembalikan.. selama 5 tahun aku sudah hidup berkat bantuanmu, sekarang aku akan hidup dengan diriku sendiri..” ucap Suzy.

Sehun pun meletakkan sebuah flashdisk juga di tempat Suzy meletakkannya tadi. Suzy terlihat membantunya karena Sehun tak bisa melihat.

“aku juga mengembalikannya hyung.. aku sudah melaksanakan permintaanmu untuk melindungi Suzy, sekarang aku akan melindungi Suzy untuk diriku. Terima kasih, hyung..” Sehun tersenyum.

Sehun dan Suzy pun menatap makam Baekhyun dengan senyuman.

kajja..” ajak Suzy.

Sehun pun memegang lengan Suzy dan mulai berjalan menjauhi makam Baekhyun. Selagi berjalan mereka pun terlihat berbincang-bincang.

“Sehun-ah, apartemen kita sudah siap direnovasi kemarin. Kita bisa pindah minggu depan..” ucap Suzy.

“apa tidak apa-apa, pindah sebelum menikah?” tanya Sehun.

“apa salahnya, 3 hari setelah pindah kita juga sudah menikah..”

Sehun hanya menuruti Suzy.

“tapi, bibi ikut bersama kita kan?” Sehun yang bertanya tentang ibu Baekhyun.

“tentu saja, aku tidak bisa meninggalkannya..”

Sehun tersenyum.

“tapi, kenapa saat bersamaku kau tidak pernah membawa tongkatmu?” tanya Suzy.

“untuk apa, kau mengatakan akan menjadi mataku. Kenapa aku harus membawa tongkat jika ada mataku? Kenapa? Kau sudah menyerah menjadi mataku?”

“tidak, aku hanya penasaran..”

Sehun tersenyum mendengarnya. Suzy pun tersenyum melihat Sehun. Mereka pun terus berjalan untuk terus membuat kenangan dari sebuah keajaiban.

–The End—

Sorry for bad endings.. Thank’s for reading… please leave your comment.. biar author bisa memperbaiki ff selanjutnya.. kalo ada ide cerita commnet dibawah siapa tahu diantara ide kalian bisa memunculkan cerita di pikiran author (genre atau karakter pemainnya juga boleh..) hehehe.. makasih sekali lagi sekali lagi untuk yang udah meluangkan waktunya untuk baca ff abal-abalan ini..


Hyemi’s Tale Sweet of War (Chapter 10-End)

$
0
0

sweet-of-war-3

FF “Sweet Of War” ( Chapter 10 / 10)

Author   : Park Sae Young

Main Cast    : Jung Hye Mi | Wu Yi Fan / Kris and others

Genre   : Romance , Hurt    

Rating   : PG-14

Length         : Chaptered

 

“Aku ingin menikahi Hye Mi secepatnya , eomma”

Suara Siwon yang terdengar begitu tegas , memenuhi ruangan keluarga mewah milik keluarga Choi. Lelaki itu menatap sang ibu yang hanya terdiam didepannya sembari mengambil secangkir teh hijau miliknya kemudian menyesapnya perlahan.

“Apa kau sudah memikirkannya matang matang ?” Tanya nya dengan nada tidak bisa ditebak.

“Tentu saja” Siwon menjawabnya dengan tegas dan juga lantang.

Dari raut wajahnya sekarang ini ia benar benar yakin dengan keputusannya untuk menikahi Hye Mi secepat mungkin. Menjadikan gadis itu miliknya, seperti yang ia impikan selama ini. Nyonya Choi menghela nafasnya halus. Diletakkan cangkir teh itu diatas meja dan mulai menatap lekat sang anak yang sedang duduk didepannya. Umur Nyonya Choi memang sudah tidak muda lagi. Hampir setengah abad, tapi harus diakui garis wajahnya yang keibuan tidak pernah mengatakan demikian.

“Kau yakin ?” Lagi Nyonya Choi bertanya dengan tenangnya.

Bukannya dia tidak suka bila Hye Mi menjadi menantunya. Hanya saja, ia tidak yakin bila keputusan yang Siwon ambil itu benar. Hati kecilnya merasa ada yang tidak beres disini. Beberapa hari sebelumnya saat Hye Mi tinggal dirumahnya, ia bisa melihat dari mata keibuannya kalau gadis itu tersiksa dengan semua ini. Hye Mi tampak tidak bahagia berada disamping putranya, Choi Siwon.

“Tidakkah ini terlalu cepat ? Kau tahu kalau Hye Mi ingin menyelesaikan kuliahnya terlebih dahulu sebelum melepas status lajangnya bukan ?” Siwon menggeleng kuat

“Tidak eomma. Aku sudah membicarakan semuanya dengan Hye Mi dan dia setuju dengan semua itu. Lagipula setelah kita menikah bukan berarti dia tidak bisa melanjutkan kuliahnya bukan ?” Mendengar ucapan Siwon membuat Nyonya Choi berpikir sejenak. Tampak menimang nimang statement Siwon yang baru saja diutarakannya. Tidak. Seandainya saja Nyonya Choi tahu apa alasan Siwon ingin segera menikahi Hye Mi secepat mungkin.

Jawabannya mudah, pria itu ingin menjadikan Hye Mi miliknya seorang. Tidak peduli gadis itu mau atau tidak yang jelas dia harus jadi milik Choi Siwon. Pria itu ingin segera mengikat Hye Mi di sebuah pernikahan agar ia tidak terlepas lagi ke pelukan pria lain seperti Kris. Tidak peduli ia harus berbohong atau membual bak tokoh antagonis di film film. Semuanya, harus berjalan sesuai dengan keinginannya. Bahkan Siwon sendiri tidak peduli, apakah yang diperbuatnya benar atau tidak.

“Tapi yang eomma lihat Hye Mi belum siap dengan keputusanmu” Lagi Nyonya Choi tidak menyetujui apa yang Siwon inginkan.

Wanita paruh baya itu tersenyum lalu berdiri dari dudukannya secara anggun .

“Dengarkan aku Siwonnie, menikah bukanlah hal yang mudah . Banyak yang harus dipersiapkan terutama hati kalian. Aku setuju kalau Hye Mi menjadi menantuku , bahkan aku sangat berharap gadis itu menjadi pendampingmu seumur hidup. Tapi aku tidak setuju jika harapanku tidak membuat kebahagiaan baginya. Jadi , pikirkanlah dan rundingkan baik baik bersamanya” dengan sebuah tepukan pelan di pundak wanita itu meninggalkan siwon yang sudah sibuk dengan pikiranya sendiri.

*

Hyemi kembali memasuki rumah megah keluarga choi dengan perasaan berat hati. Ia seperti tahanan yang harus kembali ke dalam sel nya. Ya karena ny choi sudah kembali mau tidak mau gadis itu juga harus kembali ke rumah itu. Kembali bersikap sebagai ‘tunangan’ seorang choi siwon. Kembali berakting seolah semuanya baik baik saja. Gadis itu menghela nafasnya berat dan mulai melangkah memasuki rumah itu.

“Hyemi kau sudah pulang?” Tanya siwon ketika mereka berpapasan di ruang tamu.

Gadis itu hanya menoleh dan melanjutkan langkahnya tanpa mengeluarkan satu katapun. Sedangakan namja itu harus kembali menghela nafasnya kecewa. Sampai kapan gadisnya itu akan bersikap dingin padanya. Pria itu benar benar merindukan sikap hangat dari hyemi.

*

Jung hyemi memandangi taman belakang rumah keluarga choi. Di tempat inilah ia bisa sedikit menenangkan dirinya dari semua gangguan choi siwon. Semua kejadian belakangan ini membuat seluruh energinya terkuras. Tapi ia bersyukur sahabatnya aebi tidak harus mengalamii apa yang ia rasakan, kehilangan orang yang paling dicintai. Cukup hanya dirinya yang harus mengalami kenyataan pahit itu.

“Hyemi-a” Choi siwon memanggil hyemi dan duduk tepat di sebelah gadis itu.

Ini mungkin sudah usahanya yang kesekian kali untuk membuat gadisnya itu kembali bersikap hangat seperti dulu. Atau paling tidak gadis itu mau berbicara lagi denganya. Tapi sampai detik ini usaha choi siwon itu belum menunjukan hasil. Ia justru membuat hyemi semakin menjauh darinya.

“Apa salahku” kata kata itu keluar dari bibir hyemi.

Gadis itu masih terus menatap taman di depanya. Choi siwon cukup takjub mendengar hyemi bicara tidak dengan nada dingin atau marah yang biasanya digunakan gadis ini ketika bicara denganya. Nada sedih dan frustasi lah yang terdengar di telinga siwon saat ini.

“Apa salahku padamu oppa? Kenapa kau tidak bisa membiarkanku bahagia?” Hyemi menoleh kearah siwon.

Gadis itu menatap namja yang pernah dicintainya setengah mati itu. Mencoba mencari sesuatu yang hilang dari sosok yang ada di depanya ini. Ia sudah lelah bersikap dingin pada siwon. Karena nyatanya namja itu tidak gentar menghadapi sikap dingin hyemi. Hati siwon perlahan menghangat mendengar hyemi kembali memanggilnya dengan panggilan kesayanganya itu. Tapi rasa bersalah lebih mendominasi hati siwon saat ini. Apa yang baru saja gadis itu katakan? Siwon tidak membiarkan dirinya bahagia? Sejahat itukah dia di mata hyemi?.

“Aku hanya ingin memperbaiki semua kesalahanku di masa lalu padamu. Aku mencintaimu hyemi-a dan aku ingin kita bahagia bersama” siwon balas menatap wajah hyemi. Ia melihat kesedihan,keputus asaan disana. Di wajah cantik gadisnya. Dimana keceriaan yang selama ini selalu menjadi penyemangat hidupnya itu?.

Gadis itu tersenyum pahit tidak mengerti jalan pikiran siwon sekarang ini.

“kebahagiaan itu tidak akan pernah ada oppa , Hanya akan ada keterpaksaan disini. Kau harus tahu dihatiku sudah ada namja lain yang menggantikan tempatmu. Dan aku sangat mencintainya.” Ucapan hyemi membuat wajah tampan siwon merah padam menahan marah. Ia tahu pasti siapa yang dimaksud hyemi. Siapa lagi kalau bukan kris. Kenapa selalu namja itu yang disebut hyemi? Apakah namanya benar benar sudah terhapus dari hati gadisnya itu?

“Tapi aku bisa memastikan kalau aku lebih mencintaimu dibanding dia. Dan aku jauh lebih baik mengenalmu dari siapapun” ucap siwon tidak terima.

Hyemi adalah separuh hidupnya. Ia tahu apa saja mengenai gadis itu. Hal hal apa saja yang disukai ataupun tidak disukai gadis, kebiasan-kebiasan, bahkan hal-hal kecil mengenai hyemi diingat siwon di luar kepalanya.

” Benarkah kau mengenalku?” Hyemi mempertanyakan kata kata siwon. Namja itu diam memikirkan apa maksud pertanyaan gadisnya itu.

“Jika kau benar benar mengenalku. Kau harusnya tahu aku tidak akan bisa bahagia jika terus berada di sampingmu. Karena kebahagianku sekarang hanya jika aku bersama pria yang aku cintai. Dan itu bukan lagi kau oppa”

Dalam hati, siwon membenarkan apa yang diucapkan oleh hyemi. Gadisnya itu sekarang memang tidak bahagia berada di sisinya.

“Tapi aku yakin dan berjanji bisa membuatmu bahagia di sampingku hyemi-a” Ucap siwon tidak mau kalah. Ia yakin punya segala hal yang dapat membuat hyemi bahagia.

Lagi lagi hyemi harus menghela nafasnya. Ia tidak akan bisa percaya lagi dengan janji yang diucapkan choi siwon. Sudah berapa banyak janji mereka yang diingkari pria itu.

“Aku merindukan sosokmu yang tidak pernah egois dan selalu memperhatikan perasaan orang orang di sekelilingmu itu oppa. Itulah yang membuatku dulu mencintaimu setengah mati. Tapi sosok itu tidak bisa aku lihat dari choi siwon yang sedang duduk di sampingku. Aku….. kehilanganmu” Hyemi langsung bangkit dan berjalan menjauh, meninggalkan siwon sendiri.

Meninggalkan siwon yang masih saja memikirkan kata kata hyemi barusan. Ini adalah percakapan mereka yang paling panjang sejak mereka bertemu kembali dan Gadis itu kembali memanggilnya oppa tapi entah mengapa siwon bisa merasakan kesakitan saat mendengar hyemi memanggilnya seperti itu. Terlalu egoiskah dia?

*

Gadis itu menatap langit langit kamarnya menerawang. Ia tidak bisa tidur. Ini memang kamar dimana ia tumbuh besar, tapi kamar ini terasa seperti kerangkeng emas dimatanya. Gadis itu merindukan suasana apartmentnya dan tentu saja juga merindukan sahabatnya yoo aebi dan yang pasti ia merindukan kris. Drrrtt Drtttt. Ponsel gadis itu bergetar dan menujukan sederet nama yang tertera di layar ponselnya. Hyemi tersenyum melihat siapa yang sedang berusaha menghubunginya itu.

“Yoboseyo” Tanpa pikir panjang hyemi langsung menerima panggilan itu.

“Kau belum tidur?” Tanya suara diseberang sana. Suara yang sangat ia rindukan.

“Belum, Kau juga ge~?” Tanya hyemi balik pada kris.

Ya namja itulah yang sekarang sedang berada di sebrang telpon.

“Aku tidak bisa tidur, aku terlalu merindukanmu” Ucapan kris membuat hyemi tersenyum. Hatinya senang sekaligus sedih mendengarnya.

“aku juga merindkukanmu ge~. lebih baik kau istirahat sekarang, kau pasti lelah jangan sampai kau jatuh sakit lagi” Hyemi mencoba memperingatkan namja tampan di sebrang telepon itu.

Gadis itu tidak mau sampai kris jatuh sakit lagi. Membayangkan kris yang terbaring tidak berdaya seperti beberapa hari yang lalu membuat hyemi sangat sedih. Dan jika itu terjadi lagi ia tidak bisa menjamin dirinya bisa mendampingi kris sampai sembuh

“Arraseo aku hanya ingin memastikan keadaanmu. Kau juga istirahatlah. Saranghae hyemi-a” Kris menutup sambungan telponya dengan hyemi. Gadis itu masih terus menempelkan ponselnya di telinga walaupun sambungan telpon itu sudah terputus.

“Nado saranghae yifan ge~” Ingin sekali gadis itu membalas kata kata kris tadi.

Tanpa hyemi sadari ada sesorang yang sedari tadi berada di depan pintu kamarnya dan mendengar semua percakapanya dengan kris. ia tersenyum pahit. Tidak ada lagi kah namanya di hati gadis itu. Apa tidak bisa gadis itu mencintainya seperti dulu?

“Maafkan oppa hyemi-a tapi oppa tidak bisa melepaskanmu. Oppa tidak mau kehilanganmu lagi” ucap namja itu pelan lalu melangakah menjauhi kamar hyemi. Ia sadar keegoisanya sudah melewati batas. Tapi namja itu seakan tidak mau tahu. Ia hanya ingin bersama gadis yang sangat dicintainya itu.

*

Aebi sedang duduk dan memandangi apartemenya. Ada yang hilang saat hyemi memutuskan pergi dari sini. Ruangan yang biasanya penuh dengan teriakan teriakan mereka berdua itu kini sunyi. Aebi sangat ingin memberitahu ibu siwon mengenai apa yang terjadi sebenarnya. Tapi sahabatnya yang keras kepala itu sudah pasti melarangnya. Ia juga ingin melihat hyemi bahagia dengan pria yang dicintainya. Pria yang saat ini juga merasakan sakit yang sama dengan yang apa hyemi rasakan. Ia harus memikirkan cara untuk membantu hyemi. Apapun itu ia harus menemukanya.

*

Han river.

Sudah hampir dua jam hyemi duduk dan memandangi aliran sungai han yang ada di depanya. Mencoba memikirkan semua yang sedang terjadi padanya. Haruskah ia menyerah dan melepaskan semua kebahagianya? Melepaskan namja yang dicintainya dan kembali ke pelukan oppa nya. Tapi itu semua akan sangat sulit baginya. Hatinya sudah benar benar milik kris. Tidak ada ruang lagi untuk seorang choi siwon. Kris. Mengingat namja itu membuatnya semakin merasa bersalah. Ia sudah terlalu banyak menyakiti kris. Ia merasa tidak pantas untuk di cintai namja sebaik kris.

“Bisakah kau tidak membuatku cemas nona jung? aku mencoba menghubungi ponselmu tapi tidak kau angkat angkat” Namja itu. Namja yang sedang ada di pikiran hyemi sekarang sudah ada di depan gadis itu. Memandang hyemi dengan pandangan khawatir.

“Lebih baik kau tidak menghubungi aku lagi ge~” Ucapan hyemi membuat kris tersentak. Apa maksud gadis di depanya ini?

“Hyemi-a kenapa kau bicara seperti itu?” Kris tetap mencoba tersenyum menyingkirkan segala fikiran negatif yang sudah mulai muncul di kepalanya. Gadis itu tersenyum pahit.

Ia tidak ingin membuat kris lebih tersakiti lagi. Sudah tidak ada lagi harapan mereka bisa bersama dan membuat kris menjauhinya adalah jalan satu satunya.

“Ini semua sudah berakhir. Tidak akan ada jalan untuk kita. Jadi lebih baik kau melupakanku. Ada lebih banyak gadis yang jauh lebih baik dariku di luar sana” ucap hyemi lemah.

Sebisa mungkin ia menahan air mata nya. Ia tidak ingin lagi menangis di depan kris.

“Kau menyerah? Pasti akan ada jalan untuk kita hyemi-a. Jalan agar kita bisa bersatu” Kris tidak bisa menerima apa yang dikatakan gadis yang sampai detik ini masih sangat dicintainya. Satu satunya gadis yang memenuhi ruang hatinya.

“Lalu aku bisa apa lagi? Cepat atau lambat aku harus menikah dengan choi siwon. Dan jika semua itu terjadi tidak akan ada lagi kesempatan kita untuk bersama!!!” Gadis itu merasakan sesak yang luar biasa.

Ia tidak ingin itu sampai terjadi. Tapi ia harus menghadapi realita yang ada. Hyemi harus mulai belajar menerima statusnya sebagai tunangan choi siwon.

“Aku tidak peduli kau tunangan choi siwon! Bahkan jika kau istrinya sekalipun aku tidak peduli! Aku mencintaimu dan aku yakin kau juga memiliki perasaan yang sama. Yang terpenting kita bisa bahagia. Statusmu itu tidak akan bisa menghalangi rasa cintaku ini jung hyemi!” Kris.

Namja itu juga merasakan sesak yang sama seperti hyemi. Ia ingin sekali membawa hyemi pergi dan menjauh dari choi siwon. Membawanya pergi jauh dari negri ini membawa gadis yang sangat dicintainya itu lari dari semua kenyataan ini.

“Jangan gila wuyifan! Apa yang akan orang orang bilang jika kita terus bersama? Aku tidak mau kau di cap buruk karena mengencani tunangan seniormu!!! Fansmu pasti akan kecewa mendengarnya” Hyemi mencoba mengingatkan kris.

Statusnya sebagai idol tidak bisa membuat kris bertindak semaunya. Ada akibat yang harus di tanggungnya jika ia bertindak gegabah. Mungkin bukan hanya berdampak pada dirinya. Tapi juga member yang lainya.

“Lalu.. aku harus bagaimana hyemi-a? aku harus bagaimana?” Namja itu berlutut di depan hyemi mengerang frustasi. Kepalanya hampir pecah memikirkan semua masalah ini.

“Yang harus kau lakukan hanyalah melupakanku. Kita tidak di takdirkan untuk bersama” Hyemi bangkit dari duduknya dan meninggalkan kris yang yang masih tetap pada posisinya. Ia terus berjalan menjauih.

Meninggalkan namja yang ia cintai.

“Jung Hyemi!!! sampai kapanpun aku akan mencintaimu!!!” Teriakan kris membuat langkah gadis itu terhenti. Ingin sekali ia berbalik dan berlari kepelukan kris dan mengatakan hal yang sama pada namja itu.

Tapi yang dipilih hyemi adalah melanjutkan langkahnya dan mengahdapi kenyataan yang ada. Air mata yang sudah sejak tadi mengalir di pipi hyemi semakin deras menghiasi wajah cantik gadis itu. Hati hyemi serasa remuk. Ia sebenarnya tidak ingin mengambil keputusan ini. Tapi ia sudah tidak bisa lagi melihat jalan keluar dari semua masalahnya itu. Ia sudah siap dibenci oleh kris dan mungkin member exo bahkan aebi sekalipun akan membencinya karena mengambil keputusan ini.

*

Aebi berjalan pelan menyusuri halaman rumah megah di depanya. Ia tidak tahu apakah cara ini akan berhasil mengubah keadaan yang kacau saat ini. Yang terpenting dia sudah mencoba.

“Ada apa kau kemari?” tanya siwon kaget saat mendapat aebi berada d ruang tamu rumahnya.

“hyemi sedang tidak ada dirumah” tambah pria itu seperti mengisyaratkan ketidaksukaanya pada aebi.

Sedangkan gadis yang ada di depanya itu tersenyum kecil sebelum menjawab pertanyaan siwon.

“aku ingin bertemu denganmu choi siwon-ssi” ucap aebi berusaha tenang walaupun rasanya ia ingin sekali menendang pria tampan yang ada di depanya ini jauh-jauh dari hidup hyemi.

“Sepertinya kita tidak mempunyai masalah yang harus dibicarakan” balas siwon cukup terkejut mengetahui aebi ingin bertemu denganya.

“aku hanya ingin berbagi cerita dengamu, cerita tentang sahabatku, tentang wanita yang kau cintai itu” ucapan aebi membuat siwon langsung mendudukan dirinya dihadapan gadis itu.

“apa maksudmu? Apa yang ingin kau ceritakan?” tanya siwon sambil menatap tajam aebi.

“aku hanya ingin menceritakan semua hal tentang hyemi yang kau lewatkan. Semua hal yang tidak bisa kau lihat saat kau sedang sibuk merangkai popularitasmu itu” aebi membalas tatapan tajam siwon dengan senyum meremehkan.

“tidak kah kau ingin mendengarnya?” tanya aebi walaupun ia sudah yakin apa jawaban dari siwon.

Pria itu pasti ingin tahu segala sesuatu tentang hyemi. Apapun itu.

“Baiklah baiklah aku akan mendegarkanmu” suara pria itu melunak. Bagaimanapun apa yang ingin diceritakan aebi sangatlah membuatnya penasaran. Ini tentang gadisnya. Tentang hyemi nya.

Aebi tersenyum penuh kemenangan ia memang ingin sekali membuka mata choi siwon tentang apa saja yang sudah dilakukanya berdampak besar pada hidup hyemi.

“aku mengenal hyemi saat keadaanya sangat buruk. Ia tidak mempunyai teman karena semua teman-temanya menganggap hyemi sebagai pembual besar. Dan kau tau apa yang menyebabkan hyemqi di cap seperti itu?” aebi menghela nafasnya sejenak. Mencoba mengendalikan emosinya yang mulai muncul.

“itu semua karena ia selalu menyebut dirimu sebagai calon suaminya. Hyemi selalu bilang kalau seorang choi siwon sudah terikat janji denganya.” aebi kembali mengingat bagaimana keadaan hyemi dulu yang tidak mempunyai teman.

Selalu sendirian kemanapun. Hanya karena ia mengatakan apa yang memang menjadi kenyataan. Tapi siapa yang bisa percaya dengan seorang gadis biasa yang selalu bilang bahwa seorang superstar seperti choi siwon adalah calon suaminya.

“Hyemi terlalu polos mengatakan semua janji kalian akan benar benar terwujud. Mungkin tindakanya tidak bisa dibilang benar karena itu pasti akan merusak karirmu yang sedang naik daun. Tapi itu hanya karena hyemi terlalu polos dan sangat mempercayai janji kalian”.

Siwon sangat tidak percaya dengan apa yang di dengarnya. Hyeminya harus menanggung penderitaan seperti itu hanya karena janji yang mereka buat. Janji yang akhirnya diingkari oleh siwon sendiri.

“itu belum seberapa choi siwon” lanjut aebi seperti belum cukup melihat ekspresi terpukul siwon.

“kau harus tahu bagaimana hancurnya hyemi saat kau mengusirnya dari depan apartemenmu tepat dihari ulang tahunya yang ke 17. Saat ia ingin berpamitan denganmu. Saat ia ingin keluar dari rumahmu dan menjadi gadis mandiri yang bisa disandingkan dengan seorang bintang sepertimu. Tapi kau malah mengusirnya seakan akan hyemi hanya lalat penganggu”.

Ya siwon ingat hari itu. Hari dimana terakhir kali ia bertemu dengan hyemi sebelum gadis itu menghilang dari hidupnya. Hari itu ia memang sedang benar benar lelah karena sedang banyak sekali masalah yang dihadapinya. Dan hal yang sangat bodoh yang ia lakukan adalah ia menumpahkan semua kekesalanya itu pada hyemi. Ya ia memang sangat bodoh.

“Belum cukup sampai disitu. Setelah kau usir hyemi seperti sampah ia harus dirawat dirumah sakit karena tidak mau makan. Ia terus menerus memanggil namamu choi siwon. Ia hanya ingin kau selalu ada di sampingnya seperti janjimu itu” aebi semakin sulit mengendalikan emosinya.

“Dan kau kini mengambil kembali semua kebahagian nya. Semua usaha hyemi untuk kembali mendapatkan hidupnya kini kau hancurkan. Tidak kah kau terlalu egois choi siwon?” Tanya aebi sengit. Harusnya pria di depanya itu sudah sadar seberapa besar peranya dalam menghancurkan hidup hyemi.

“jika kau terus menjalankan semua rencanamu. Aku bisa jamin kau akan melihat dengan mata kepalamu sendiri bagaimana hancurnya hyemi kehilangan kebahagian yang lagi lagi karena dirimu!!!” aebi langsung beranjak dari duduknya. Sudah cukup ia menceritakan penderitaan yang harus dialami hyemi. Ia sendiri tidak sanggup menceritakan lebih dari ini. Karena ia akan sangat emosi jika harus menceritakanya pada choi siwon.

“aku permisi” ucap aebi lalu meninggalkam choi siwon sendirian. Pria itu hanya bisa menundukan kepalanya menyesali semua yang telah ia lakukan

*

Hyemi memandang rumah di depanya dengan pandangan hampa. Disinilah semuanya akan berakhir. Ia telah memilih untuk tidak kembali ke apartementnya dan kembali ke rumah keluarga choi untuk selamanya, seperti apa yang diminta ny choi. Gadis itu baru saja masuk kedalam rumah ketika paman yeon datang menghampirinya dengan wajah yang sangat khawatir.

“Nona muda kau harus kerumah sakit sekarang Nyonya terkena serangan jantung” Ucapan paman yeon yang sudah di kenalnya sejak kecil itu bagai petir yang menyambar hyemi.

Tanpa pikir panjang ia langsung berlari menuju rumah sakit. Tempat di mana sosok yang sudah ia anggap seperti ibunya sendiri itu sedang terbaring.

*

“Apa yang terjadi pada eomoni? ” Tanya hyemi panik saat sudah sampai di depan kamar ibu siwon di rawat. Di sana sudah ada siwon dan juga ayahnya. Hyemi cukup kaget melihat orang yang sudah tidak lama ia lihat itu ada disana. Ayah siwon sudah ia anggap seperti ayahnya sendiri. Tapi karena ia punya kesibukan yang luar biasa, hyemi jarang sekali bisa bertemu dengan pria itu bahkan sejak dulu.

“Anyeonghaseyo aboji” Hyemi memberikan salam hormatnya pada ayah siwon.

“Anyeong hyemi-a tidak aku sangka kita akan bertemu di keadaan seperti ini. Maaf tidak bisa hadir di acara pertunangan kalian” Balas ayah siwon.

Terlihat sekali wajah pria itu sangat lelah. Ia pasti sedang sangat sibuk dan sekarang ia harus menjaga istrinya yang sakit. Hyemi kembali mengarahkan pandanganya ke siwon. Mencoba mencari tahu jawaban pertanyaanya tadi.

“eomma kelelahan, masuklah kedalam ia ingin bertemu denganmu” ucap siwon mengerti apa maksud tatapan hyemi. Gadis itu langsung masuk menuju ruang perawatan ny choi.

“eomoni!” panggil hyemi saat ia sudah berada di samping tempat tidur wanita yang sangat disayanginya itu.

Sementara ny.choi membalas panggilan hyemi dengan senyuman lemah. Di tatapnya wajah hyemi yang penuh dengan ke khawatiran itu.

“Gwenchana hyemi-a, aku baik baik saja” ucap ny.choi lemah.

“Kenapa eomoni bisa sampai seperti ini?” Tanya hyemi sambil memandang sedih ny.choi . Yang ia tahu ibu choi siwon ini cukup sehat walaupun di usia yang tidak muda lagi. Seperti siwon Ia selalu menjaga pola hidup sehat dan olahraga.

“aku hanya terlalu banyak berfikir sayang” ucap ny choi masih dengan senyum di wajahnya.

“apa yang eomoni pikirkan? Jangan memikirkan hal hal aneh aku mohon” ucap hyemi memelas. Kesehatan ny.choi adalah segalanya. Ia belum siap jika haris kehilangan pengganti ibunya itu.

“Aku hanya berpikir apakah kau bahagia? Bahagia bersama siwon? Bahagia menjadi calon istrinya?” pertanyaan itu langsung membuat hyemi membeku. Ia ingin sekali melihat hyemi bersanding dengan putranya. Menjadi ibu dari pewaris keluarga choi. Tapi jiwa keibuanya tidak bisa di bohongi. Ia merasakan ada sesuatu yang ditutupi oleh gadis yang sudah ia anggap seperti anaknya sendiri ini.

“Tentu saja eomoni. Siapa yang tidak bahagia menjadi calon menantu keluarga choi” hyemi memaksakan sebuah senyuman di bibirnya. Bagaimana bisa ia berkata jujur dalam kondisi seperti ini.

“Jujurlah padaku sayang, kebahagianmu adalah kebahagianku juga” tangan ny.choi membelai pipi hyemi. Mencoba mencari kebenaran dari kata kata yang diucapkanya.

“Ne eomoni. Jangan berpikir yang tidak tidak. Cukup pikirkan kesehatanmu. Aku harus pergi dulu” pamit hyemi. Ia takut semakin lama mereka membahas masalah ini ia semakin tidak bisa berbohong dihadapan ibu choi siwon.

*

“Jung Hyemi!” Panggilan itu menghentikan langkah hyemi yang baru saja ingin memasuki mobilnya. Tak jauh dari tempatnya berdiri, choi siwon memandangnya dengan pandangan yang sulit diartikan.

“Ada apa?” Tanya hyemi jengah. Saat ini ia sedang tidak ingin di gamggu. Apalagi harus berurusan dengan namja tampan satu ini.

Choi siwon langsung mengambil langkah besar menghampiri hyemi. Sepertinya ada sesuatu yang harus mereka bicarakan.

“Aku mau kau menikah denganku secepatnya!” Ucap siwon tegas yang langsung membuat hyemi memandangnya tidak percaya. Apa yang baru saja diucapkan pria tampan itu? Menikah?.

“Choi siwon dengar, aku sedang tidak ingin berdebat dengamu. Dan jangan membicarakan hal hal yang aneh” ucap hyemi lelah. Ia sedang tidak ingin membahas segala sesuatu yang berhubungan dengan pria yang ada di depanya ini.

“Aku sedang tidak bercanda Jung Hyemi!!! Kau harus segera menikah denganku. Dan yang terpenting adalah kau harus terlihat bahagia di depan semua orang tanpa terkecuali!” Choi siwon mulai menaikan nada bicaranya.

Ia memang sedang tidak bercanda dengan apa yang ia bicarakan. Jika ia tidak bisa membuat hyemi mau menikah denganya secara suka rela. Maka ia akan membuat hyemi menikah denganya apapun caranya. Lagipula ia tahu kekhawatiran ibunya pada hyemi lah yang membuat kondisi ny.choi menurun. Dan hanya hyemi yang bisa memperbaiki kondisi ini. Yang ada di kepalanya saat ini hanyalah bagaimana cara membuat hyemi tidak akan bisa lagi lepas darinya sekaligus memperbaiki kondisi kesehatan eomanya.

“kau tidak punya hak apapun untuk mengatur hidupku Choi Siwon!!” teriak hyemi jengah.

Sebenarnya apa yang dipikirkan pria tampan yang ada di depanya ini.

“aku memang tidak punya hak untuk mengatur hidupmu hyemi sayang tapi aku bisa membuatmu melakukan apapun yang aku inginkan” ucap Choi siwon tersenyum misterius.

“apa maksudmu?” tanya hyemi penasaran. Sosok di depanya kini sudah jauh sekali dari sosok pria yang pernah dicintainya setengah mati.

” Jika kau tidak mau menuruti apa yang aku katakan. Kau akan melihat pria yang kau cintai itu menderita. Atau jika aku ingin dia bisa kehilangan nyawanya” sebuah senyuman licik terukir di wajah choi siwon.

Siapa sangka seorang choi siwon bisa memilih tindakan ekstrim untuk mendapatkan apa yang ia inginkan.

” Kau tidak akan berani menyakiti siapapun Choi siwon-ssi, aku mengenalmu! Dan kau tidak akan melakukan perbuatan itu!” ucap hyemi sambil memandang siwon tidak percaya.

Bagaimanapun ia mengenal sosok Choi siwon yang lembut dan baik hati. Ia tidak akan tega melakukan perbuatan yang sampai mencelakai orang lain.

“Kau pasti akan menikah denganku Hyemi sayang” Choi siwon lalu meninggalkan hyemi yang masih saja tidak percaya dengan kejadian yang baru saja dialami nya.

Apa benar tadi ia sedang bicara dengan Choi Siwon? Oppanya? Pria yang pernah ia cintai setengah mati?

Kenapa ia merasa berbicara dengan orang asing. Ia sama sekali tidak bisa merasakan sosok choi siwon yang sangat ia cintai dulu.

*

Hyemi masih saja terngiang-ngiang apa yang dikatakan choi siwon semalam. Apakah benar choi siwon akan mencelakai kris? Sejauh itukah ia akan bertindak demi mendapatkan hyemi kembali?

Lamunan hyemi di sadarkan oleh getaran ponselnya yang sudah entah keberapa kalinya berdering.

“Kau harus segera ke rumah sakit. Kris kecelakaan” tanpa sempat mengucapkan “halo” suara aebi langsung menyambutnya.

Tanpa pikir panjang gadis itu langsung mengambil kunci mobilnya. Apa yang sedang terjadi saat ini? Kris kecelakaan? Bagaimana bisa?

Sepanjang perjalanan menuju rumah sakit gadis itu tidak henti hentinya menangis. Apakah ini semua perbuatan siwon atau hanya kebetulan belaka? Jika memang ini semua perbuatan siwon berarti pria itu benar benar serius dengan ucapanya. Baru saja siwon mengancamnya dan kris sudah mengalami kecelakaan.

” apa yang terjadi?” tanya hyemi sambil mengatur nafasnya , pasalnya gadis itu langsung berlari ketika tiba di rumah sakit. Ia ingin tahu bagaimana keadaan kris

“Rem mobil kris tidak berfungsi” ucapan luhan yang juga berada disana langsung membuat hyemi lemas.

Ia tahu kris bukanlah pria ceroboh yang bisa membiarkan keadaan rem mobilnya tidak berfungsi dengan baik. Kecuali memang ada yang ingin mencelakai kris.

“Lalu bagaimana keadaanya sekarang?” tanya hyemi khawatir.

“Bagaiamana keadaanya??!!” Teriak hyemi frustasi karena tidak ada yang menjawab pertanyaanya.

” tenanglah hyemi-a kau harus tenang ini dirumah sakit.” aebi mencoba menenangkan sahabatnya itu.

Ia tahu bagaimana khawatirnya hyemi. Tapi mereka semua memang belum tahu keadaan kris sekarang karena dokter masih memeriksanya.

Hyemi terus menangis memikirkan keadaan kris. Bagaimana jika pria kesayanganya itu tidak bisa di selamatkan? Bagaimana jika hyemi tidak bisa lagi melihat kris?

Siapa yang tega membuat kris seperti ini?

Choi siwon.

Mungkinkah ini benar benar perbuatan Choi Siwon? Benarkah oppanya itu berani melukai orang lain hanya demi mendapatkan apa yang ia inginkan?

Ia harus segera menemui oppanya itu. Jika memamng benar Choi siwon yang melakukanya pria itu harus bertanggung jawab dengan apa yang dilakukanya.

“Bi tolong kabari aku jika kalian sudah tau kondisi yifan. Aku harus mengurus sesuatu” ucap hyemi lalu meninggalkan rumah sakit dengan penuh kemarahan. Kemarahan yang sudah ia pendam sekian lama.

*

“Choi Siwon!!!” hyemi memasuki kamar siwon tanpa mengetuk pintu. Ia sama sekali tidak peduli dengan sopan santun. Apalagi harus bersopan santun dengan pria brengsek yang ada di depanya itu.

Choi siwon tidak terkejut melihat hyemi masuk ke kamarnya dengan emosi meledak ledak. Ia sudah memprediksi ini akan terjadi.

“Ada apa hyemi sayang? Kau sangat merindukanku hingga mendatangiku langsung ke kamar?” Ucap siwon semakin memancing emosi hyemi.

“Kau! Kau memang benar-benar brengsek Choi Siwon!!!”

‘PLAK’

Sebuah tamparan mendarat di pipi Choi siwon.

Tapi namja itu hanya tersenyum meremehkan.

“Ada lagi yang ingin kau lakukan padaku sayang?” Tanya siwon merendahkan.

“Apapun yang kau lakukan padaku tidak akan bisa merubah apapun hyemi sayang. Itu tidak akan merubah keadaan pria yang kau cintai itu. Mungkin sebentar lagi kau akan melihatnya untuk terakhir kali” Ucap siwon lagi.

“KAU!! Kau tidak berhak mengambil hidup seseorang!!! Apa yang membuatmu bersikap seperti Iblis!!!” Amarah hyemi benar benar tidak bisa terbendung

“Kau. Kau yang merubahku menjadi seorang Iblis Jung Hyemi!” Ucap siwon dingin.

“karena kau tidak bisa kembali kepelukanku dengan cara baik baik. Maka aku akan menggunakan cara apapun untuk membuatmu kembali.” siwon menatap tajam hyemi yang sudah mengeluarkan air mata di depanya. Ingin sekali ia memeluk hyemi dan menghapus air mata yang mengalir di pipi gadis kesayanganya itu. Tapi ia sudah bertekad untuk bersikap keras pada hyemi sampai gadis itu kembali kepelukanya.

“Jadi lebih baik kau temani pria kesayanganmua itu di hari-hari terakhirnya. Atau… Kau ingin bersenang senang denganku disini? ” ucap choi siwon sambil menaikan alisnya sebelah.

“Itu tidak akan pernah terjadi!!!” Seru hyemi marah. Ia benar benar tidak lagi bisa mengenali pria yang ada di depanya ini.

Baru saja hyemi ingin melangkahkan kakinya keluar, Choi siwon mendorongnya ke tembok.

“Dengarkan aku hyemi sayang, kau sudah ditakdirkan untuk menjadi istriku. Kau akan selalu menjadi miliku” Ucap siwon tepat di depan wajah hyemi.

“Lepaskan aku Choi Siwon!!!” desis hyemi sambil menatap marah choi siwon. Tenaganya yang tidak sebanding dengan siwon membuat usahanya melepaskan diri dari pria itu sia sia.

“Lebih baik kau bersenang senang denganku disini. Tidak ada gunanya menunggui pria itu. Toh sebentar lagi dia akan mati” siwon balas menatap mata hyemi dengan senyum liciknya.

” itu tidak akan pernah terjadi!!” teriak hyemi marah.

“Lepaskan aku choi siwon!!!” hyemi sudah ingin menangis diperlakukan siwon seperti ini.

“Baiklah aku akan melepaskanmu kali ini. Tapi yang harus selalu kau ingat adalah kau sudah ditakdirkan untuk menjadi milikku dan kau tidak akan bisa lari dari kenyataan itu!” Siwon merasa sudah cukup mempermainkan perasaan hyemi saat ini.

Dengan langkah cepat hyemi langsung meninggalkan kamar siwon. Ia sangat terkejut dengan semua perubahan sikap siwon ini. Oppanya yang lemah lembut itu kini bersikap bagaikan iblis yang sangat kejam.

*

Sudah hampir dua hari hyemi menunggui kris yang belum sadar. Keadaan pria itu kritis dan hyemi sama sekali tidak beranjak dari sisi pria itu walaupun hanya sebentar. Ia ingin memastikan bahwa kris bisa kembali membuka matanya. Dan ia ingin saat pria itu membuka matanya hyemi ada di sampingnya.

“kau juga harus memikirkan kesehatan mu hyemi. Kau bahkan belum makan sejak entah kapan. Kau akan ikut sakit jika terus seperti ini” aebi kembali mengingatkan sahabatnya itu. Mau tak mau aebi juga menemani kris disini bersama luhan dan beberapa member exo yang lain secara bergantian.

“aebi benar hyemi, jika kau seperti ini kris juga pasti akan sedih jika dia melihatmu. Kau perlu makan dan istirahat” luhan ikut membenarkan kata kata kekasihnya. Ia tidak tega jika melihat hyemi seperti ini. Matanya sembab karena terlalu banyak menangis dan tampilanya sudah sangat kacau.

Sementara itu hyemi hanya menggeleng lemah. Ini semua salahnya. Apa yang terjadi pada kris karena kesalahanya. Harusnya pria itu tidak mencintainya jika harus mempertaruhkan nyawanya seperti ini. Hyemi terus memperhatikan wajah kris. Wajah pria yang sangat dicintainya itu.

Sanggupkah ia jika harus meninggalkanya? Sanggupkah ia mengecewakan pria yang sudah membantunya bangun dari keterpurukan. Tapi jika ia terus di samping pria ini pasti keselamatanya yang akan menjadi taruhanya. Choi siwon mungkin akan mencoba melukai kris lagi dan hyemi tidak mau itu sampai terjadi.

Dan dalam hati kecilnya ia merasa ikut bertanggung jawab atas perubahan sikap siwon yang tadinya bagaikan malaikat dan sekarang berubah menjadi iblis yang sangat kejam. Apa yang harus dilakukanya untuk memperbaiki keadaan yang sudah sangat kacau ini.

*

Keadaan kris belum juga membaik, luka dikepalanya cukup parah dan membuat pria tampan itu masih belum sadarkan dari tidur panjangnya. Sedangkan hyemi, gadis itu kini sedang duduk memandangi han river yang terbentang di depanya.

Bukanya ia tidak mau menemani kris sampai pria itu membuka matanya, tetapi ia perlu berfikir secara jernih untuk mengatasi masalah ini, ia harus membuat keputusan yang tidak akan membahayakan bagi orang lain walaupun itu akan menyakiti dirinya sendiri.

Bagaimana mungkin ia bisa menghadapi masalah ini sendirian, seandainya saja kris ada disini, pria tampan itu akan membantunya menemukan solusi dari permasalahan yang sudah sangat memuakkan ini.

*

Choi Siwon memandang gadis yang ada di depanya dengan senyum kemenangan. Ya Jung Hyemi baru saja mengatakan bahwa ia akan kembali kepelukan siwon dan akan mengikuti semua perintah dari pria itu. Dan itu membuat senyum puas tidak bisa hilang dari wajah tampan Choi Siwon.

“tapi kau harus berjanji tidak akan pernah menyentuh yifan lagi!” peringat hyemi pada namja yang ada di depanya itu.

“Tenang saja hyemi sayang, aku tidak akan menyentuh pria kesayangan mu itu lagi. Tapi hal pertama yang harus kau lakukan adalah panggil aku oppa kembali dan jangan pernah kau berbicara dengan nada seolah-olah kau membenciku seperti itu!” perintah siwon sambil menatap hyemi.

Kini ia bisa mengatur gadis kesayanganya ini lagi, ia akan mendapatkan hyemi nya lagi.

“ne” jawab hyemi pelan, bagaimana bisa ia memanggil siwon dengan panggilan kesayanganya itu tanpa kebencian? Sedangkan perasaan benci itu kini semakin besar di dalam hatinya.

“Aku tidak dengar kau bicara apa hyemi!” ucap siwon sedikit kesal. Kenapa sulit sekali mendengar hyemi memanggilnya seperti dulu.

“ne,,o,,oppa” ucap hyemi akhirnya. Mau tidak mau ia harus mengikuti semua permainan siwon daripada harus membahayakan orang lain, terutama kris.

Mendengar itu siwon lalu langsung memeluk hyemi. Ia sangat merindukan panggilan itu dan ia ingin hyemi selalu memanggilnya seperti itu. Pelukan siwon semakin erat dan tanpa sadar pria itu meneteskan air matanya. Air mata yang tulus dari seorang pria seperti choi siwon. Hyemi langsung membeku mengetahui siwon menangis. Ini kedua kalinya pria itu menangis di hadapanya.

“kau tidak boleh pergi dari hidupku apapun yang terjadi” ucap siwon pelan sambil terus memeluk erat hyemi.

*

Getaran ponsel hyemi mau tidak mau membuat siwon harus melepaskan pelukanya.

“angkatlah” perintah siwon sambil menatap hyemi tidak rela.

Hyemi langsung mengambil ponselnya dan melihat nama yang terpampang di ponselnya. Aebi.

” ada apa bi?” tanya hyemi tidak sabar. Ia berharap aebi membawa kabar baik tentang keadaan kris. Dan sepertinya doa hyemi dikabulkan oleh Tuhan.

” kris sudah sadar. Kau harus cepat kesini ia terus mencarimu hyemi-a” ucapan aebi di sebrang sana langsung membuat senyum hyemi mau tak mau merekah. Kris sudah sadar, oh Tuhan terima kasih kau masih menyelamtkan pria kesayanganya itu.

” ne aku akan segera kesana” hyemi langsung menutup sambungan teleponya. Namun ia langsung segera menyadari sesuatu. Di hadapanya kini ada Choi Siwon. Dan namja itu pasti tidak akan mengizinkan hyemi untuk hanya sekedar melihat keadaan kris.

” pria itu sadar?” tanya siwon menebak apa yang terjadi. Dari raut wajahnya jelas terpancar ketidaksukaan mendengar kabar baik itu.

“dan kau pasti ingin melihat keadaanya kan?” tanya siwon yang mengetahui isi kepala hyemi.

Mau tidak mau hyemi mengangguk menjawab pertanyaan choi siwon. Ia sangat mengkhawatirkan keadaan kris dan ingin melihat keadaanya dengan mata nya sendiri.

” kau pasti tahu kan aku tidak akan mengizinkanmu untuk kesana?” ucap siwon dingin.

“kecuali kau mau melakukan sesuatu” tambah siwon sambil tersenyum licik seperti menyimpan sebuah rencana.

*

” dimana hyemi?” pertanyaan itu sudah hampir diucapkan kris 5 menit sekali kepada teman-temanya.

” ya! Bisakah kau fokus pada keadaanmu dulu yifan!” ucap luhan kesal karena sepertinya kris sama sekali tidak peduli dengan keadaan dirinya. Pria itu hanya menanyakan hyemi sejak tadi.

“luhan hyung benar, kau harus fokus pada kesehatanmu dulu” suho ikut menambahkan, ia khawatir dengan keadaan kris yang jauh dari kata baik-baik saja.

” Bi, kau pasti tahu hyemi ada dimana kan? Dia ada dimana?” kini kris mengalihkan pandanganya pada aebi. Ia yakin gadis itu tahu dimana hyeminya.

“nanti dia pasti akan kesini oppa, kau tenang saja” aebi mencoba menenangkan pria itu. Masalahnya aebi juga tidak tahu dimana keberadaan hyemi sekarang.

” aku disini” suara itu membuat semua orang yang ada dalam ruangan itu langsung menoleh kearh pintu.

Disana hyemi sudah berdiri memandang kris.

“bisakah aku berbicara berdua dengan yifan?” pinta hyemi kepada yang lain.

“tentu saja hyemi-a” ucap yang lain mengiyakan permintaan hyemi

“Gomawo” ucap hyemi sambil tersenyum lemah.

Satu persatu para member exo meninggalkan ruangan itu.

“kau tidak apa apa?” tanya aebi memastikan. Wajah sahabatnya terlihat sangat lelah sekali.

“Gwenchana bi” hyemi memaksakan sebuah senyuman di wajahnya.

*

Aebi harus menahan nafasnya ketika melihat siapa yang berada di depan ruang perawatan kris. Choi Siwon. Apa yang di lakukan pria itu disini?

“ya! Apa yang kau lakukan disini?” Tanya aebi tidak bisa menahan emosinya. Luhan sampai harus menahan kekasihnya tersebut.

Choi siwon hanya tersenyum dan mengangkat bahunya.

” aku hanya menenemani calon istriku” jawab siwon ringan.

Tapi jawaban siwon itu cukup membuat semua orang yang ada di situ terdiam.

*

“hyemi-a” panggil kris sambil memandang hyemi yang masih berada di depan pintu.

” Kenapa kau baru datang? Kau baik baik saja kan” tanya kris yang justru khawatir dengan keadaan hyemi.

Sedangkan gadis itu hanya bisa memandang kris dengan perasaan bersalah. Ialah yang menyebabkan semua ini. Pertengkaran kris dengan siwon, sampai kecelakaan ini adalah salahnya.

” Ge~ aku minta maaf. Tapi…” hyemi menggantung kata-katanya dan memandang kris tepat di kedua matanya. Gadis itu tidak akan sanggup mengatakanya tapi ini semua demi kris.

” Aku akan menikah dengan siwon oppa bulan depan” ucap hyemi dengan satu kali tarikan nafas.

Hening.

Suasana kamar itu langsung hening. Kris masih mencoba mencerna apa yang baru saja di katakan hyemi.

” dan aku harap kau tidak mencegah atau melakukan apapun yang bisa membatalkan pernikahanku” tegas hyemi. Ia harus tega mengatakanya.

” kau dan aku sudah berakhir ge~. Biarkan aku bahagia dengan pria lain” hyemi terus menahan agar ia tidak menangis di depan kris walaupun pertahananya sudah hampir runtuh.

” aku harap kau bisa menemukan wanita lain yang lebih baik dari aku. Lupakan aku dan berbahagialah yifan” hyemi langsung berbalik dan menarik nafasnya dalam-dalam. Berakhir sudah.

Tapi pelukan yang tiba-tiba dirasakanya hampir membuat hyemi jatuh lemas. Kris kini memeluknya dari belakang. Pria itu tidak menghiraukan darah segar yang menetes dari tanganya karena ia mencabut selang infusnya dengan paksa.

” kau tahu aku tidak akan bisa melupakanmu hyemi-a, kau tahu kau adalah wanita pertama yang bisa membuatku jatuh cinta, dan sampai kapanpun tempatmu tidak akan bisa di gantikan oleh siapapun” ucap kris sambil terus memeluk erat hyemi.

” aku tahu kau selalu punya alasan dibalik semua keputusanmu. Dan aku akan selalu menghormati keputusan itu. Tapi kau harus selalu ingat, kau akan selalu ada di hatiku, dan kapanpun kau ingin kembali, tempat itu akan selalu ada untukmu” semua perkataan kris semakin membuat hyemi tidak bisa menahan tangisanya. Tapi ia sudah bertekad tidak akan menangis lagi di depan kris.

” Mianhae yifan~ge” ucap hyemi lalu melepaskan pelukan kris dan pergi dari ruangan itu.

*

Tatapan dari aebi dan para member exo lainya yang berada di luar ruang perawatan kris tidak lagi dihiraukan hyemi. Ia hanya ingin segera menumpahkan air matanya. Tapi tidak disini.

” kau sudah selesai sayang?” tanya siwon yang melihat hyemi.

” aku ingin pulang” ucap hyemi lemah dan siwon dengan senang hati langsung menggandeng tangan hyemi dan membawanya pergi dari tempat itu.

Dengan langkah berat dan diiringi tatapan tidak mengerti aebi dan yang lainya hyemi pergi meninggalkan tempat itu, meninggalkan kris, meninggalkan semua rasa cintanya pada kris.

*

Di dalam mobil hyemi hanya diam saja. Siwon tahu gadisnya itu sedang menahan air matanya. Dan itu juga membuat hati choi siwon sakit. Ia lalu mengarahkan mobilnya ke suatu tempat. Tempat dimana hyemi bisa mengeluarkan airmatanya.

“Kenapa kau membawaku kesini?” tanya hyemi saat mereka sudah berada di pinggir han river. Ya choi siwon membawanya kembali ke tempat yang penuh kenangan itu.

“kau boleh menangisi pria itu sepuasnya hari ini, menangislah” ucap siwon pelan.

Dan air mata itu langsung turun begitu saja dari mata hyemi. Semua kenanganya bersama kris terputar kembali seperti semua itu baru saja terjadi.

Siwon langsung memeluk hyemi. Ia tidak sanggup melihat hyemi harus menangisi pria lain.

” aku sangat mencintainya oppa” ucap hyemi sambil terus menangis di pelukan siwon

” kau hanya boleh menangisinya hari ini hyemi, kau tidak boleh menangisinya lagi karena aku berjanji akan membuatmu bahagia dan mencintaiku seperti dulu” siwon terus memeluk hyemi dengan erat dan kata-kata itu adalah janji yang akan terus di pegangnya. Ia akan membuat hyemi bahagia dan kembali mencintainya.

*

Pernikahan itu digelar dengan cara keluarga Choi, mewah megah dan meriah. Seluruh kolega bisnis Tn.Choi ada disana tidak lupa seluruh artist yang di kenal Choi Siwon. Pernikahan yang banyak diimpikan fans siwon di luar sana.

“Hyemi” aebi langsung memberikan pelukan pada pengantin wanita itu. Entah apa yang sudah di lakukan sahabatnya tapi hari ini hyemi sudah resmi menjadi istri sah Choi siwon.

” aku tidak tahu apa yang sedang kau lakukan, tapi ku harap ini yang terbaik dan kau bisa bahagia” ucap aebi pada sahabatnya itu.

“selamat choi siwon-ssi, aku harap kau tidak membuat kesalahan lagi” aebi memandang choi siwon dengan pandangan dingin. Sementara siwon hanya membalasnya dengan senyuman.

Aebi langsung berlalu dari hadapan siwon dan hyemi. Ia tidak mampu melihat keduanya lebih lama lagi karena ia tahu siapa pria yang masih ada di hati hyemi.

” Selamat hyung, walaupun aku tahu cara yang kau gunakan tidak benar. Tapi aku harap kau tidak akan pernah mengulangi kesalahan yang kau buat di masa lalu” Kyuhyun memandang hyungnya itu dengan pandangan yang tidak bisa di tebak. Kecewa tentu saja karena ia tahu hyungnya itu sudah merusak kebahagian orang lain. Tapi ia ikut senang siwon bisa menemukan kembali kebahagianya setelah semua hal sulit yang harus dialaminya.

” aku berharap kau bisa membuat nya bahagia siwon-ssi” suara itu langsung membuat hyemi mengangkat kepalanya. Kris. Pria itu sudah ada di hadapanya dan tersenyum. Betapa hyemi merindukan senyuman itu.

“dan kau hyemi, kau harus berjanji akan selalu bahagia” pria itu mengalihkan pandanganya ke arah hyemi.

” tentu saja aku akan membahagiakanya kris-ssi” janji siwon.

*

Epilog

1 year later

Sudah setahun hyemi menjalani kehidupan rumah tangganya dengan siwon. Dan seperti janjinya siwon bersikap sangat baik bahkan terlalu baik menurut hyemi pria itu berlebihan. Siwon selalu berusaha membuat hyemi tersenyum walaupun sulit pada awalnya. Tapi hyemi akhirnya sadar mungkin memang Tuhan tidak menakdirkan kris dan dirinya bersatu. Dan menjadi istri yang baik adalah cita-cita hyemi sejak kecil.

Satu hal yang tidak di lakukan hyemi adalah menginjakan kakinya di gedung SM ataupun konser-konser yang mempertemukan grup suaminya dan grup kris.

Sejak hari pernikahanya ia sengaja menghindari kemungkinan-kemungkinan bertemu pria itu. Perasaan bersalah selalu menghantuinya jika mengingat pria itu. Bagaimana dengan kejamnya hyemi menghancurkan pria baik seperti kris.

*

Hyemi sedang menonton televisi ketika sebuah acara membahas sebuah skandal percintaan seorang member grup ternama. Dan itu menarik perhatian hyemi karena dikabarkan pria itu berasal dari perusahaan yang sama tempat suaminya bernaung.

Dan hyemi harus menahan nafas melihat pria yang sedang dibahas di acara itu. Kris. Pria itu tertangkap kamera sedang berkencan dengan seorang gadis di han river.

Sebagian hatinya ikut bahagia melihat kris sudah bisa tersenyum seperti dulu, seperti tidak ada beban. Tapi sebagian hatinya merasa kecewa karena sudah ada wanita lain di hatinya.

Dering ponsel hyemi membuat gadis itu menghentikan lamunannya. Donghae? Untuk apa pria itu menelfonya? Sejak menikah dengan siwon memang hyemi lebih dekat dengan para member grup suaminya itu.

“Yoboseyo?” sapa hyemi.

“Ah sayang kau dirumah?” itu suara siwon.

” N-ne oppa, wae? Kenapa kau memakai ponsel donghae oppa?” tanya hyemi heran.

” itulah sayang ponselku tertinggal di kamar. Bisa kau antarkan ke sini? Aku sedang latihan bersama yang lainya. Aku mohon ne?” pinta siwon sedikit merajuk.

“Ne nanti aku akan antarkan oppa” ucap hyemi pelan. Bagaimana jika nanti disana ia bertemu dengan kris?

” Gomawo chagi, Saranghae” ucap siwon lalu menutup teleponya

*

Hyemi berjalan perlahan menyusuri lorong gedung tempat siwon berlatih, ia berharap kris sedang tidak berada di dalam gedung ini juga karena ia msih belum bisa berhadapan langsung denganya.

“Jung Hyemi!” sepertinya doa hyemi hari ini sedang tidak dikabulkan karena hyemi tahu persis pemilik suara yang baru saja memanggilnya itu.

Hyemi langsung membalikan badanya dan mendapati kris sudah berada tidak jauh dari tempatnya berdiri sekarang. Pria itu sedang memandangnya dengan tidak percaya.

“astaga Jung Hyemi ini benar kau?” tanya kris tidak bisa menahan kegembiraan dalam suaranya.

“N-ne anyeong Kris-ssi” hyemi berusaha mengatur suaranya agar terdengar normal. Tapi sepertinya ia gagal.

” Sejak kapan kau memanggilku seperti itu hyemi-a?” tanya kris tidak suka mendengar panggilan hyemi.

“bisakah kita bicara sebentar? Aku janji ini tidak akan lama” pinta kris dengan memelas. Ia memang harus berbicara dengan gadis yang hampir setahun ini seperti menghilang di telan bumi, walaupun ia tahu hyemi selalu ada di rumahnya bersama suaminya choi siwon tentunya.

“tapi aku harus menemui siwon oppa” ucap hyemi, ia takut apapun yang nanti ia bicarakan dengan kris akan membuat semuanya kembali rumit

” apa aku perlu meminta izin langsung dari suami mu itu?” tanya kris seperti menantang.

“tidak-tidak mari kita bicara saja” tolak hyemi cepat, ini akan semakin rumit jika siwon mengetahuinya.

*

Mereka berdua kini sudah berada di atap gedung. Hening. Belum ada yang membuka pembicaraan. Keduanya masih saling menikmati kebersamaan mereka.

“Kau pasti sudah mendengar tentang skandal itu kan?” kris memulai pembicaraan mereka.

“Ya semua pemberitaan itu benar. Dia kekasihku” lanjut kris tanpa menunggu jawaban hyemi.

Perkataan kris membuat hyemi tidak tahu harus berkata apa. Ia senang jika kris sudah bisa menemukan kebahagianya. Tapi ia juga sedih, berarti sudah tidak ada lagi dirinya di hati kris.

“Tapi seperti janjiku, kau akan selalu memiliki tempat tersendiri yang tidak akan tergantikan oleh siapapun” ucap kris sambil memandang hyemi.

“Tidak. Kau harus membiarkanya menggantikan tempatku” ucap hyemi balas memandang kris.

” Gadis itu harus bisa menggantikan tempatku. Ia pantas di cintai dengan sepenuh hati oleh mu. Kau harus bisa menemukan kebahagianmu sendiri kris. Dan aku harapkan kebahagianmu ada bersama gadis ini. Kau dan aku, semua yang terjadi di antara kita adalah hal yang paling indah dalam hidupku, namun aku yakin Tuhan selalu punya tujuan memisahkan kita. Kau harus bahagia. Jangan bersedih hanya karena aku” hyemi mengeluarkan semua hal yang selama ini belum bisa ia katakan pada kris.

” aku harus menemui suamiku sekarang, ia sedang menungguku. Selamat tinggal kris” pamit hyemi lalu meninggalkan kris yang hanya bisa memandangi kepergian hyemi.

“Bagaimanapun kau tidak tergantikan hyemi-a” ucap kris pelan.

-END-

Terima kasih buat yang udah mau baca.Mianhae kalo ending nya mengecewakan. part ini gak sebagus part sebelumnya karena editor ku tersayang lagi kehabisan inspirasi. See you in another story.

Love

JHM

 


ImBRONDONGssible Love

$
0
0

ImBRONDONGssible Love

Author : MissCaramelizo a.k.a Suzy Choi

Casts :   Oh Sehun

                Choi Mira

                Oh Jong In as Sehun big brother

                Kim Haneul

                Choi Hana as Mira big sister

                Park Chanyeol as Sehun cousin

Genre : Married life, hurt, little comedy

PG : 15

Lenght : Oneshoot

Disclaimer: Alur cerita karangan author, dont copas, take out with full credits, happy reading guys.

..

.

Summary : Brondong memang begitu, pesonanya tiada akhir. Ingin diembat berasa ngga tega. Ingin dilepas berasa ngga rela.

 

Author POV

-2016-

Di malam hari yang purnamanya menyeruak menghiasi langit, nampak seorang yeoja masih dengan pakaian SMA dibonceng motor besar menuju kompleks perumahan elit. Rambutnya pendek, sengaja ia potong gaya laki-laki. Sepatu, tas, model baju, dan perawakannya benar-benar seperti laki-laki andai saja ia menggunakan celana bukan rok.

Yeoja itu akan pulang ke rumahnya, ralat –rumah orang tuanya. Setelah berpamitan dengan namchin backstreetnya, Oh Jong In, ia memasuki rumah orang tuanya. Dan sudah bisa ia tebak, appanya sudah stand by di depan pintu masuk.

“Sudah appa bilang, jangan pacaran, apalagi backstreet. Arraseo Choi Mira?” bentak Choi Sinbi, appa Mira, saat melihat Mira memasuki rumah dengan senyum gak jelas diikuti sekelabat suara motor besar berlalu dari depan rumahnya.

Ne, kamu itu masih SMA, malah pacar-pacaran, belajar dulu yang bener. Rangking kamu turun nih,” tambah Choi Hana, eonni-nya Mira.

“Tapi appa, namchin-ku baik kok. Dia yang menjagaku di sekolah, menggantikan appa,” sanggah Mira. Tak kan di biarkannya Oh Jong In lepas dari genggamannya. Bisa-bisa Kim Haneul jingkrak-jingkrak kegirangan mengetahui fakta itu.

“Tidak tetap tidak Mira. Kamu sudah appa jodohkan dengan cucu teman kakekmu. Jangan khawatirkan jodohmu, kamu tidak akan appa biarkan jadi perawan tua.” tegas Choi Sinbi.

“Lalu calon suamiku kabur di hari pernikahan kami? Oh, appa ingin kejadian Hana eonni menimpaku juga, eoh? Heran, kenapa keluarga itu tak berhenti ingin jadi keluarga kita, huh!” cerocos Mira dengan bibir ngedumel kesal.

‘PLAK..’

Tamparan keras itu diberikan oleh appanya sendiri. Sedang eonninya entah sudah sejak kapan tak lagi disitu.

Appa?” Mira menimpali dengan suara lemah. Detik berlalu, yeoja itu kini sudah ada di jalanan malam kota Seoul. Ledakan hormon pubertas menguasai dirinya kini, hingga berani kabur. Ia tak terima, benar tak bisa terima, appanya menentang hubungannya.

Apa yang salah dari ucapannya tadi? Memang benar kan calon suami eonninya kabur sebelum pemberkatan karena mempelai pria yang dijodohkan dengannya kabur entah kemana. Dan menyebalkannya lagi, keluarga itu masih saja terus ingin menjadi besan dari keluarga Mira. Karena janji kakek Mira dengan keluarga itu.

 

Mira POV

Sial, sungguh sial. Mungkin hari ini Dewi Fortuna sedang sibuk, hingga lupa memberi secercah keberuntungannya padaku. Siang tadi, aku baru saja mendapati fakta bahwa aku ada di urutan kedua nilai ujian kenaikan kelas di International Senior High School of Seoul Academy. Tebak nama siapa diatas namaku? Kim Haneul, musuh bebuyutanku.

Oh Jong In, dia coba menghiburku dengan mengajakku kencan di Lotte World, dan baru pulang saat matahari sudah bersembunyi di peraduannya. Appa jelas saja marah, dia menamparku karena lagi-lagi aku mengungkit masa lalu Hana eonni.

Berakhirlah aku disini, menyusuri trotoar jalan Seoul yang tak pernah sepi, entah mau kemana, ku biarkan kakiku ini melangkah dengan sendirinya.

‘BUK..’

Debum buku jatuh mengembalikanku pada kehidupan nyata. Itu jelas suara buku, buku apa bentuknya yang debumnya sekeras itu. Pasti orang yang kutabrak ini si cupu kutu buku yang baru saja pulang les belajar.

Hyak..! Neo? Kurang sial apa lagi aku hari ini coba, aish..” gerutuku sebal.

Noona, ambilkan bukuku, kau menjatuhkannya,” suara anak laki-laki menyahut.

Mwo? Neo.. Aish jinjja, arraseo,” aku tak ingin memperpanjang masalah, ku putuskan menunduk mengambil buku anak itu.

“Buku apa ini? Berat sekali, seribu halaman, eoh?” keluhku sambil memberi tepat pada telapak tangan anak itu.

Ige, puas? Aigoo, kamu murid SMP, eoh? Ku kira kamu masih SD,” ledekku saat ternyata di buku itu tertulis kata SMP, sedangkan tinggi anak lelaki itu tak lebih dari ketiakku. Padahal aku di kelas sudah di sebut cebol, karena tinggiku tak lebih dari 156cm.

Gomawo, noona. Ah ye, buku ini 1234 halaman, kalau kau ingin tau,” ucap anak lelaki itu sambil berlalu. Dia tampak sangat mungil menerobos kerumuan orang-orang yang jauh lebih tinggi darinya.

 

..

 

Setelah berkeliling kota Seoul hingga tengah malam, aku memutuskan pulang. Tak tau ingin kabur ke mana. Jika aku ke rumah sahabatku, jangankan untuk menampung diriku, keluarganya saja harus bergiliran tidur di kamar. Ke rumah Jong In, aku masih punya harga diri. Selama 3 bulan pacaran, aku tak pernah membiarkan Jong In macam-macam. Padahal aku tau, kalau Jong In itu badboy kelas kakap, dengan sekali kedip, yeoja di depannya dapat di pastikan sudah dalam keadaan naked. Tapi itu tak berlaku selama Jong In pacaran denganku.

Dengan wajah tertunduk, aku berjalan terus tanpa memperdulikan sekitar, menuju kamarku. Dan tebak apa yang terjadi dengan kamarku. Kardus-kardus sudah berjajar rapi dengan lemari bajuku yang terbuka.

Eoh, wasseo? Appa kira kamu tidak akan pulang lagi, baru saja baju-bajumu akan appa sumbangkan ke panti asuhan,” tanya appa sarkatis padaku.

Appaaaaa~~…??” rengekku manja, dengan menampilkan aegyoku.

Aigoo, anak appa masih suka manja ya? Appa kira, Mira-ku sudah dewasa, sampai-sampai berani kabur dari rumah,” ucap appa sembari memelukku.

“Walau akhirnya balik lagi, aigoo. Kamu butuh pelajaran kabur, Mira-ya,” tambah Hana eonni.

Dan kami bertiga pun ketawa lepas bersama. Adakah yang lebih hangat dari sinar mentari di padi hari yang melelehkan embun? Ada. ‘Keluarga’ jawabku lantang, bila saja ada yang bertanya begitu.

 

..

 

Author POV

Choi Mira sudah duduk di bangkunya tepat sebelum bel masuk berbunyi. Semalam, ia mendapat kabar bahwa satu-satunya sahabat yang dia punya pindah sekolah. Karena keluarganya tak mampu menyekolahkannya di sekolah yang sama dengan Mira itu lagi. Masalah ekonomi pemicunya. Jadi mulai hari ini hingga ia lulus nanti, sangsi kiranya bakal ada yang menjadi sahabatnya, ah setidaknya teman.

Terbukti sekarang, sejak dia memasuki ruang kelas, sorot mata tak suka sudah ia dapat dari teman sekelasnya. Orang-orang di kelasnya sudah ada di bawah pengaruh Haneul sejak kelas 1 SMA sehingga mulai memusuhinya dan berlanjut hingga mereka menginjak tahun kedua di sekolah ini. Tak ada alasan lain, selain peringkat pertama se-sekolahan, dan akhir-akhir ini bertambah karena lelaki yang di sukai Haneul malah pacaran dengan  Mira.

“Hei, kau tau tidak, Mira itu sok jual mahal, bahkan sama pacarnya sendiri,”

“Oh ya? Kasihan Jong In, dia dulunya badboy kelas kakap, dan sekarang, jangankan menyentuh yeoja lain, pacarnya sendiri pun tak bisa ia sentuh,”

“Auh, betapa malang nasib Jong In, poor him,”

“Dia pasti tersiksa mental,”

“Bagaimana kalau kita yang menyentuhnya duluan? Hahaha..” celetuk salah satu dari gerombolan lelaki penggosip itu. Tak tahan dengan gunjingan itu, Mira melangkah menuju meja kumpulan lelaki itu, dan…

‘BAAAM’

Suara punggung yang mendarat pada lantai keramik itu begitu keras terdengar. Membuat yeoja itu menjadi pusat perhatian sekawanan orang-orang dikelasnya yang kini sudah mengerumuninya membentuk lingkaran.

“Kau ingin menyentuhku, eoh?” tanya Mira sakartis sambil meraba pelipis namja  itu dengan ujung telunjuknya.

“Biarkan kepalan tanganku duluan yang menyentuhmu, ba-bo,” tepat pada kata terakhir, kepalan tangan itu sudah meninju rahang kiri namja itu. Dengan kesal, namja itu coba mendorong kebelakang Mira, alhasil, Mira terjengkang dengan salah satu kakinya hampir terkilir, andai ia tak sigap.

“Oh, kamu ingin kakiku juga menyentuh tubuhmu, eoh? Arraseo,” dan kaki Mira pun menendang tulang kering, di lanjut dengan hantaman keras pada selangkangan namja itu. Tanpa Mira sadari, ada salah seorang yang mengabadikan momen itu dalam video amatir.

 

..

 

..2018 (Hari Kelulusan)..

 

..

 

Ada yang hilang dari derap langkah di sepanjang koridor dari aula itu, hampa. Langkah itu tanpa rasa, tidak pula dengan nada yang mengalun seirama. Mira, yeoja itu keluar dari ruang aula, bahkan sebelum acara penamatan anak kelas 3 selesai. Ya, waktu berjalan cepat, menggulirkan kisah-kisah yang kian berlalu. Tapi tidak pada kondisi Mira yang di drop out dari 10 besar peringkat tertinggi di sekolahnya, peraturan itu masih berlanjut bahkan sampai saat pengumuman peringkat di ujung tahun masa SMAnya.

Bullshit, dengan membanggakan orang tuanya. Hanya gara-gara tindakannya yang gegabah dan sering lost control, dia di cap sebagai siswi tak bermoral yang bertindak ala brandalan. Ditambah video sialan itu, kepala sekolah setuju untuk tak memasukkan namanya dalam peringkat 10 besar selama dia masih berstatus sebagai pelajar di sekolah itu.

Nilainya? Tak berpengaruh, meski brandal, tak pernah belajar, tapi dia tak pernah tidak mendapat nilai sempurna di semua mata pelajaran. IQ yeoja itu 158, sudah cukup menjadi alasan otaknya begitu encer.

Untuk apa nilai tinggi, kalau justru di depan banyak relasi bisnis appanya sekaligus orangtua murid di sini, dia tak kelihatan naik ke atas panggung sebagai 10 besar?

Di belakangya ada kaki lain yang melangkah lebar-lebar, mengikutinya. Oh Jong In, namja dengan peringkat ke-3 dari belakang itu nampak santai, sama sekali tak terganggu dengan urusan peringkatnya. Melihat Mira sudah terduduk dengan menyandar pada tembok di dekat taman, langkahnya pun di perpendek. Berhenti tepat di depan Mira.

Gwenchana, chagi-ya~, uljima..” ucapnya sambil mengelus rambut pendek Mira.

Appa, mianhae, hiks~~” Mira tetap terisak. Jong In coba menarik tangan Mira, meletakkannya di punggungnya, menuntun kepala Mira untuk bersandar tepat di dadanya. Tak ada penolakan dari Mira, yang dianggap Jong In sebagai lampu hijau setelah lebih 2 tahun bersamanya, baru kali ini Mira melakukan skinship dengannya.

Uljima, Mira-ya. Ah, ya, 320 dikurang 3 itu berapa ya?” tanya Jong In masih menepuk nepuk pelan punggung Mira.

“tiga..satu..tujuh,” jawab Mira dengan kepala masih di dada Jong In membuat suaranya tertahan.

“Hahaha, itu peringkatku,” tawa renyah Jong In membuatnya menampilkan gummy smilenya yang begitu cute. Jong In menangkupkan telapak tangannya pada kedua pipi Mira, mencoba mendekatkan wajahnya pada Mira. Hingga napas keduanya berbenturan pada pipi masing-masing, Jong In memiringkan kepalanya.

‘CUP’

Tak ada lagi jarak antara keduanya, bibir Jong In sukses menempel pada bibir pulm Mira. Belum sempat melakukan pergerakan apapun, Mira tersadar akan posisinya. Dengan refleks ia langsung berdiri dan memalingkan wajahnya dari Jong In.

Gomawo, aku sudah tidak sedih lagi. Keurigo, annyeong Jong In-ah, ppai..ppai..” ucap Mira yang hanya dibalas anggukan kepala oleh Jong In. Setelah punggung Mira sudah tak nampak dari pandangannya, bibir itu menorehkan smirk, yang kelihatan sangat licik dan misterius.

 

..

 

Sedang di belahan dunia yang jauh dari Korea Selatan, Jerman, seorang anak laki-laki –yang masih terlalu belia untuk duduk di bangku 3 SMP, melakukan presentasi atas penemuannya di bidang matematika. Bahasa yang digunakannya sangat sulit dimengerti oleh orang awam, tapi justru itulah yang mendapat stand applause seperti sekarang, sesaat setelah salam penutup di ucapkannya.

“Sehun Oh, you’re awesome, I hope you become a winner on this competitin. Congratulation..” kata salah satu dewan juri.

Thankyou,” jawab Sehun –anak laki-laki itu terkesan dingin. Tapi bagaimana lagi, memang itu wataknya. Ia menganut prinsip, speak less do more.

Dan benar saja, Sehun berhasil membawa pulang piala yang tingginya melebihi tinggi badannya sendiri. Ketika Sehun tiba di rumahnya, seorang namja yang baru saja merayakan kelulusan SMAnya sedang duduk santai di depan televisi.

Hyung, long time no see, how are you?” tanya Sehun ceria.

I prefer not see you,” jawab Jong In sinis.

 

Sehun POV

Lagi-lagi Jong In hyung sinis padaku, padahal kami saudara. Ya, meski hanya saudara tiri. Eomma kami beda. Eomma Jong In hyung lahir di keluarga yang terpandang, sederajat lah dengan appa. Tidak dengan eommaku, yang hanya menajdi selir appa, lalu dibuang setelah lahir aku.

Kami satu appa, tapi terlalu banyak perbedaan diantara kami. Jong In hyung tinggi –sangat sedangkan aku lebih sering disebut cebol olehnya. Jong In hyung selalu peringkat terakhir di sekolahnya sedangkan aku selalu peringkat pertama. Jong In hyung pintar sekali olahraga, sedangkan aku tidak.

Kalau masalah tinggi aku masih bisa mengelak dengan alasan aku belum puber padahal aku di bangku SMP. Tidak, bukan karena aku tidak normal. I’m totally normal. Tapi, aku lulus SD pada usia 10 tahun, SMP mengambil aksel, jadi di usiaku yang baru 12 tahun, aku sudah akan masuk SMA saat Jong In hyung memasuki dunia perkuliahan.

Yeobseyo, Haneul-ah..”

“—“

Chukkaeyo, kamu peringkat satu lagi,”

“—“

“hahaha, kamu memang kreatif, dengan satu langkah brilian, titel sebagai peringkat satumu terjamin hingga akhir”

“—“

Aniya, untuk yeoja secantik dirimu, apa yang tidak? Mari ketemu di cafe Remix jam 7 malam nanti ya,”

“—“

Aku mendengar seluruh percakapan Jong In hyung dengan yeoja bernama Haneul itu. Jong In hyung benar-benar bahagia kelihatannya. Tak berselang lama, layar intercomm kami menampilkan wajah yeoja yang pernah ku lihat 2 tahun silam. Aku hendak membukakan pintu untuknya. Ku dengar Jong In hyung bergumam, “Sudah banting harga, eoh? Ciih..”

Annyeong chagiya, wasseo? Baru pertama kali kamu ke sini, musun iriya?” tanya Jong In hyung pada noona itu dengan ekspresi sok bersahabat, padahal sebelumnya dia mengumpat.

Ani. Jong In-ah, aku sempat berpikir bagaimana kalau aku tarik saham appaku di perusahannya appa Haneul, apa kira-kira dia akan jera?” tanya noona itu yang kini sudah duduk bersandar di rangkulan Jong In.

“Jangan gegabah, chagi. Ini hanya masalah peringkat, arraseo? Jangan sangkut pautkan dengan urusan bisnis, besar dampaknya loh,” sanggah Jong In.

Geunyang, aku kesal sekali dengan Haneul, sejak kelas 2 SMA aku tidak pernah lagi merasakan peringkat 1, huh!” gerutu noona itu lagi.

Samchiman, Mira-ya, ku rasa kau harus pulang, ini sudah malam, nanti appamu marah lagi,” tawar Jong In hyung yang langsung disetujui oleh Mira noona –nama itu yang ku dengar tadi. Ba..bo noona. Poor you..!

 

 

-2020-

 

Hingga aku lulus SMA via akselerasi lagi –yang berarti Jong In hyung semester 4 di universitas, Jong In hyung masih terus saja bertemu dengan Haneul noona, dengan frekuensi yang lebih ekstrim. Sehari mereka bisa bertemu 3-4 kali. Sedangkan Mira noona entah, sudah lama aku tak melihatnya. Tapi kabarnya, Jong In tetap menjalin hubungan dengan Mira noona, meski LDR.

Masih segar di ingatanku yang super canggih ini, Mira noona menahan tawanya melihatku yang bertubuh mungil ternyata murid SMP. Andai kami di pertemukan lagi, mungkin dia akan tercengang melihatku yang kini mulai memasuki dunia perkuliahan jurusan matematika bisnis tahun ini.

Aku tak sependek dulu, hormon pubertas memang luar biasa. Kini tinggiku 187 cm, dengan bahu lebar, dada bidang, suara bass, dan otot yang menonjol di beberapa bagian tubuhku. Aku sangsi dia tak kan tercengang melihatku saat ini. Jong In hyung, kalah jauh, tubuhku kini lebih tinggi darinya dan lebih tegap pula.

 

..

 

-2023-

Selama kuliah, pesonaku tak pernah luntur, malah semakin bersinar, berkat kefasihanku memimpin organisasi kemahasiswaan. Terlebih, IP-ku yang tak pernah lari dari 4,00, dan tidak adanya huruf selain A dan A+ di raporku. Tak heran hanya dengan 3 tahun, aku menyelesaikan skripsiku dan langsung wisuda kelulusan S1.

Jong In hyung 1 tahun lebih dulu dariku untuk memasuki dunia kerja, walau hanya di kantor appa. Tak ingin kalah, setelah lulus, aku juga mengikuti jejak hyung di kantor appa. Bedanya, Jong In hyung langsung menempati posisi asisten manajer, aku memilih menjadi OB dan tukang fotokopi.

 

Author POV

Seorang yeoja memakai dress berwarna pastel memasuki kantor pusat PT.Oh Adversiting. Kulitnya begitu bersinar apalagi saat sinar matahari yang berhasil menembus kaca jendela pagi itu mengenai kulitnya, siap-siaplah kaca mata hitam.

Langkah anggunnya memasuki ruangan Jong In, disana ada Jong In dan Haneul yang menurut penglihatan Mira sedang ngobrol berdua, it’s okay. Tanpa tau bahwa mereka baru saja menyudahi ciuman panasnya.

“Mira-ya, long time no see,” sapa Haneul dan diangguki Mira.

“Selamat datang di Korea Selatan bu dokter muda,” sapa Jong In sambil memeluk Mira.

Tak berlama-lama, Mira langsung saja memberikan pilihan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan pernikahan, mulai dari gaun, tempat, konsep, dll. Jong In yang awalnya ceria, mendadak jadi murung. Haneul juga, pertama kalinya dia merasa iba pada musuhnya yang sedang menjelasakan buku ditangannya dengan sangat excited.

Eotthe?” tanya Mira sebagai pemungkas.

“Em.. Mira-ya,” ucap Jong In ragu.

“Begini. Ige otteokhae? Emm..Kami, aku dan Haneul, akan  menikah 1 bulan lagi,” lanjutnya.

Mira mundur beberapa langkah hingga ia menemukan tembok untuk bersandar. Entah petir dari mana di pagi hari yang sangat cerah ini, yang mampu menyedot energi pada kedua kakinya menjadi jeli untuk sekejap.

“Kalian.. Kau.. Haneul.. menikah? Jangan bercanda, huh, tidak lucu tau,” sangkal Mira dengan tertawa sumbang.

“Aku sudah megandung anak kami, sudah 1 bulan,” ucap Haneul tanpa babibu.

Tak ada pilihan lagi selain keluar dari ruangan mereka segera. Mira tak ingin mempermalukan dirinya dengan mengamuk di tempat kerja orang. Takdirnya begitu malang, pacarnya selingkuh dengan musuhnya. Tanpa meninggalkan tamparan atau bentakan apapun, Mira pergi.

 

Di sepanjang jalan menuju pintu keluar, mata itu sudah berkaca-kaca. Seorang namja mendekatinya, dia memakai seragam OB di kantor itu. Oh Sehun, nama itu tertulis pada seragamnya, tapi sayang, Mira tak melihat itu.

Ige,” ucapnya mengulurkan tisu.

Nugu?” tanya Mira sambil meneliti wajah namja itu.

Ah molla, gomawo ne,” pungkasnya sambil berjalan keluar.

 

..

 

Sehun yang tiba di rumah terlebih dahulu, sudah siap dengan bogemannya untuk Jong In. Dan benar saja, Jong In tiba dengan muka yang berseri-seri, seperti tidak sadar akan kesalahannya.

‘BUGH’

Satu tinjunya mengenai rahang kiri Jong In.

‘BUGH’

Satunya lagi mengenai perut Jong In.

Tak terima atas perlakuan adiknya, Jong In terlarut dalam permainan tinju-meninju ini. Hingga datanglah Oh Seunghan melerai anak-anaknya. Keduanya digelandang menuju ruang keluarga.

“Kalian ingat Park Chanyeol, sepupu kalian, yang kabur di hari pernikahannya dengan Choi Hana?” tanya appa mereka. Keduanya mengangguk.

“Kakek kalian dengan kakeknya Hana pernah terikat perjanjian untuk menjadi besan. Berhubung beliau hanya punya 2 cucu yeoja, dan salah satunya sudah menikah, maka tinggal satu yeoja lagi,”

Appa, aku tak bisa, aku sudah akan menikah dengan Haneul,”

“Sehun eotthe? Dia hampir seumuranmu, meskipun dia noona, tapi kamu yang menyelesaikan sarjanamu lebih dulu. Choi Mira namanya,”

“Mira? Hyung, Mira mantan pacarmu?” tanya Sehun buru-buru.

“Molla. Mantanku Choi Mira juga, anaknya PT. Hyunbi Tech, majayo, appa?”

Ne, kamu pernah pacaran dengannya, kenapa tidak bilang, eoh?”

“Mereka backstreet appa, lalu LDR, dan baru tadi pagi, Jong In hyung memutuskan secara sepihak hubungan mereka. Arraseo appa, aku bersedia menikah dengan Choi Mira noona. Tapi izinkan aku ikut pendidikan kepolisian appa, aku ingin menjadi polisi.”

Keduanya kaget akan keputusan Sehun, tapi tak bisa berbuat banyak, akhirnya mereka setuju. Setelah pernikahan Jong In dan Haneul, Sehun akan berangkat mengikuti pendidikan kepolisian selama 1 tahun.

 

..

 

Mira POV

Di saat teman-teman SMA kami mengirim rangkaian bunga ke pernikahan Jong In, aku membawa kado spesial. Sebuah box, tempat tidur bayi super gede, hanya dibungkus plastik transparan bertuliskan “Hi, Mom and Dad, I’ll come to the world soon. Wait me less than 7 months”. Box bayi itu sengaja ku sejajarkan dengan rangkaian bunga-bunga ucapan selamat.

Dengan tersenyum puas, aku memasuki hotel tempat resepsi. Saat aku melenggang sendirian, tiba-tiba tanganku dirangkul oleh seorang namja tinggi.

Kajja,” ucapnya tak membiarkanku mengajukan penolakan.

Sesampainya antrianku untuk menyalami kedua mempelai, ku lantangkan kata-kata pedasku, “eonni, dapat kado tuh, box bayi. Oh ya, box bayinya tadi bilang kalau bayinya akan cepet brojol. Hamil tuh kan 9 bulan ya, tapi kok box-nya tadi bilang, suruh nunggu kurang dari 7 bulan ya? UDAH TEK DUNG YA.??!!”

Dan tak mau berlama-lama lagi, ku salami keduanya dengan kilat, karena Haneul sudah kelihatan pucat menahan malu. Saat tiba di bawah panggung, benar saja, Haneul pingsan.

Ku keluarkan smirk ku, “Makanya ibu hamil gak usah berdiri lama-lama, kan—pfst…” belum selesai kalimatku, mulutku dibekap oleh namja tadi.

“HYAAAK… Dangsin nuguseyo? Khabayo..!

Shirreo,” jawab namja itu singkat. Sial, ngajak berantem nih.

Belum sempat mengeluarkan jurus-jurus pamungkasku, tanganku di gelandang ke tempat remang yang terpencil dari keramaian orang. Aku baru tau ada tempat seperti ini.

“Sepertinya bibirmu ini perlu diberi pelajaran, NOO..NA..!!”

Dan sepersekian detik bibir namja itu sudah menempel tepat di atas bibirku. Tanpa memberiku kesempatan untuk berpikir dimana aku pernah mendengar kata ‘Noona’ ini, bibirnya mulai melumat bibirku. Baru mulai menggerakkan bibirnya, aku tersedak.

Ya, amat memalukan. Ini ciuman pertamaku yang dengan lumatan. Aku noona-nya, dia dongsaeng alias brondongku, tapi malah aku yang keliatan amatir begini. Namja itu memberiku satu kecupan lagi.

Ige, puas? Aigoo, kamu noona, eoh? Ku kira kamu yeoja perawan amatir,” kata-kata namja itu seperti deja vu bagiku. Otakku bekerja keras mengingat dimana pernah mengalami kejadian yang serupa. Nihil. Otakku yang cerdas ini penuh dengan istilah-istilah medis yang terlalu banyak ku hapal.

Nuguya? Nappeun neo,” ucapku lalu pergi meninggalkan pesta itu.

 

..

 

Sejak kissing di pesta itu, namja yang tak ku ketahui namanya ini, terus saja mengikutiku seperti anak ayam. Pergi ke bioskop, ke mall, bahkan meeting antar sesama dokter, dia ada di sampingku.

“Mira-ya, namchinmu?” tanya salah satu rekan dokterku.

Aniya, dia dongsaengku. Aigoo, uri dongsaeng kyeowo~~” ucapku sambil mencubit pipinya. Ini pipi apa bisep temannya trisep ya, keras dan alot sekali.

Satu lagi saat  di game zone, dia menembak dengan sempurna dan mendapat boneka Hello Kitty super gede. Sang pemilik sangat kagum, dan meminta kami berfoto bersama.

Agasshi, mitosnya kalau ada pasagan berfoto disini dengan boneka hadiahnya, hubungan mereka  akan langgeng loh. Ah ya, namchinnya siapa namanya?” kata ahjusshi itu mengambil pulpen ingin menulis di sebuah kertas.

Ahjusshi, mian…” ucapku coba menyanggah ucapan ahjusshi itu, tapi terpotong oleh namja tadi.

“Oh Sehun dan Choi Mira, juseyo ahjusshi,” tambah Sehun sambil tersenyum ramah.

 

..

 

Aku cengo melihat namja satu ini yang katanya bernama Sehun. Setiap aku memandang suatu benda lebih dari 5 detik, maka ensiklopedia di otaknya akan mengirim signal pada bibirnya untuk menjelaskan. Seperti tadi, saat dengan kagum aku memandang boneka Mickey Mouse. Sehun menjelaskan kalau pembuat Mickey Mouse ini sebenarnya takut tikus, dan blablabla.

Andai ku tatap langit-lagit taman bermain ini, pasti dia juga akan menjelaskan komposisi baja ringan yang menopang atap. Apalagi kalau aku jalan menunduk, Sehun akan berubah menjadi ahli filsuf, yang akan menjelaskan filosofi-filosofi terkait lantai.

Aku heran, apa di dalam otaknya ada search engine semacam Google gitu ya? Tokcer sekali otaknya. Udah, kapok aku jalan sama dia.

“Sebentar sore, dandan yang cantik ya Mira,” ujarnya tanpa embe-embel noona.

 

..

 

Author POV

Tak ingin seperti kerbau yang dicucuk hidungnya, Mira justru dandan ala brandalan seperti saat ia masih SMA. Hot pants model rip jeans, dan kaus denim warna hitam, ditambah rambut panjang yang terikat asal-asalan dan kacamata berbingkai besar dia pakai.

Hana yang tak biasanya datang, kini datang dengan anak dan suaminya. Mira sudah berprasangka yang buruk-buruk. Dan tepat sekali, sesaat kemudian, mantan pacarnya, mantan musuh SMAnya, teman ayahnya, dan Sehun turun dari mobil. Mira yang sedang memasukkan kucingnya dalam kandang, cengo.

Tak tanggung-tanggung, Hana menarik Mira tepat pada kerah belakang bajunya ke kamar. Hana adalah tipe feminim dengan koleksi gaun se-abreg, dan tukang make up kilat. Buktinya sekarang Mira sudah menggunakan dress soft-pink sederhana, dan make up tipis.

“Oh Sehun..Oh Jong In.. eonni apa mereka kakak beradik?”

“Kamu gadaikan dimana otakmu, eoh? Iya, Sehun adiknya Jong In,” bibir Mira membentuk huruf O.

Hana yang tadi ada bersama Mira lenyap turut berbaur ke keramaian di ruang tamu. Yang ada bersama Mira sekarang hanya brondong kece bernama Sehun.

“Apa harus degan bibirku ku tutup mulutmu supaya tidak kemasukan nyamuk, eoh?” tanya Sehun.

Ralat, bukan brondong kece. Meski.. yah, Sehun memang kece –dalam artian keren cetar. Lebih rinciya Sehun ini brondong mesum yang kece. Brondong memang begitu, pesonanya tiada akhir, mau diembat berasa ngga tega, mau ditinggal berasa ngga rela.

Kajja, keluarga kita sudah menunggu,” ajaknya.

..

Ahjussi, noona, hyung, aku ingin menikahi Choi Mira, izinkan aku meminangnya,” suasana tampak tegang.

“Kalau kami setuju-setuju saja, kami serahkan langsung pada Mira, silahkan di jawab,” kata Sinbi santai.

Appa, anaknya mau dipinang sama orang ngga jelas gini kok langsung main setuju-setuju saja. Kenapa kamu ingin menikah dengan saya?” Mira menggerutu sebal dengan bibir mengerucut.

“Karena titah dari kakek saya. Selebihnya tidak ada.” Sehun tetap tenang, seperti air tak beriak.

“Hanya itu?”

“Iya sebab mencintai tidak butuh alasan. Kalaupun ada, alasan itu akan bersifat dinamis. Mungkin saat ini saya mencintaimu demi menjalankan titah kakek saya, suatu saat nanti, bisa jadi karena adanya buah hati kita,”

“Umur saya jauh lebih tua dari kamu, apa tidak masalah?”

“Tidak, asalkan rahimmu masih mampu melahirkan banyak anak untuk saya, tidak ada kata tua untukmu,”

“Saya lulusan kedokteran di universitas Tokyo, dan sekarang bekerja sebagai dokter gigi di RS pusat Seoul,”

“Saya lulusan termuda jurusan matematika bisnis di Seoul university. IQ saya 178. Bekerja di PT Oh Otomotif.”

“Sebagai OB?” Mira coba meng-skakmatt Sehun. Sehun tersenyum segaris, lalu mulai bicara.

“Ya, saya bekerja sebagai OB. Selepas lamaran ini saya akan mengikuti pendidikan kepolisisan selama 1 tahun untuk menjadi polisi abdi negara,”

“Huh..! Terserah appa, aku nurut appa,”

 

..

 

Selepas perdebatan selama prosesi lamaran, akhirnya kedua keluarga setuju, pernikahan mereka di laksanakan 1 tahun lagi, setelah pelantikan Sehun menjadi polisi. Sekarang Mira sedang melepas Sehun untuk pergi.

“Mira, aku akan merindukanmu,” ujar Sehun memble banget.

“Aku juga tidak akan merindukanmu,” jawab Mira tenang.

“Mira-ya~~” rengek Sehun manja.

“Panggil aku noona. Aku noona-mu, arra?” tegas Mira tak bisa di bantah.

“Untuk apa panggil noona, kalau nanti aku akan lebih sering memanggilmu chagi, yeobo, baby, honey. Atau Mommy aja deh, biar nanti anak-anak kita pada ngikut,”

“Mesum,”gumam Mira.

“Kalau aku ngga mesum, kita punya anaknya kapan?” tanya Sehun mulai menggoda.

“Kalau udah nikah lah. Sekarang sekolah dulu sana biar jadi polisi,” usir Mira dengan mendorong Sehun ke dalam mobil. Sehun justru ikut menarik Mira hingga tubuh mereka saling bertindihan di dalam mobil.

Kiss?” tanpa menunggu jawaban, Sehun sudah melumat bibir pulm rasa ceri itu. Lumatan itu sudah tak seperti pertama kalinya mereka ciuman. Bisa dibilang yang dulu itu masih amatiran, yang sekarang sudah profesional.

 

..

___1 tahun berlalu; 2024___

..

Ne, aku bersedia,” jawab Mira pada pendeta dia altar tempat mereka mengucapan janji pernikahan.

“Mempelai pria silahkan mencium mempelai wani–” belum sempat pendeta itu menyelesaikan kalimatnya. Bibir Sehun sudah tepat melumat bibir Mira tanpa rasa malu sama sekali. Sudah hampir 10 menit kedua bibir itu beradu, sepertinya tak akan ada kata berhenti.

“Ekhem..hem..hem..” Jong In berdehem keras-keras coba mengiterupsi kegiatan adik dan adik iparnya itu. Geli mengatakannya, mantan pacarnya itu sekarang berganti titel jadi adik ipar. Huh..

Dengan tak sabaran, Sehun menyelesaikan urusan pernikahannya di gereja. Resepsi? Sehun sengaja menunda resepsi dan segala macam tradisi di kepolisian untuk anggotanya yang menikah. Setelah selesai, langit itu masih menampakkan sinarnya, sangat menyilaukan. Tapi tak Sehun pedulikan, dia tetap menggelandang Mira memasuki mobilnya, menuju apartemennya.

Pintu apartemen itu mungkin saja akan protes andai bisa bicara, Sehun beberapa kali salah memasukkan sandi. Sekalinya terbuka, ia langsung membanting pintu masih dengan tangan Mira di genggamannya. Tak menunggu sampai di kamar, Sehun sudah menghimpit tubuh Mira dengan tubuhnya dan tembok.

Tak bisa berkutik, gaun pernikahan hasil rancangan designer tenar itu tinggal seonggok kain yang robek dimana-mana. Jangan bayangkan bagaimana kondisi Mira sekarang. Peluh menganak sungai di seluruh tubuhnya. Sehun benar-benar gila, Mira digarapnya selama 4 ronde sekaligus tanpa istirahat.

“Huh..hah.. jaljayo yeobo,” ucap Sehun sebelum memejamkan mata. Ruangan itu gelap, tentu saja sejak dipakai siang tadi sampai sekarang waktu menunjukkan pukul 9 malam, mereka tak beranjak dari tempat tidur. Tidak untuk sekedar menyalakan lampu.

Wajah Sehun terpancar oleh pantulan sinar rembulan. Mempesona. Mira tersenyum kecil, tak dia sangka, anak SMP yang dulu di kiranya masih SD, sekarang tumbuh semenakjubkan ini.

Saranghae, Sehun,”

“Emm..na..do.” jawab Sehun masih dengan mata tertutup.

“Kau belum tidur, eoh? Omo..” tanya Mira dengan semburat merah di kedua pipinya yang kini menjalar hingga hidungnya.

“Jangan buat aku mengarapmu untuk ke-lima kalinya malam ini, Mira-ya,”

Dan di saat inilah, Mira sadar. Ia tak punya alasan untuk mencintai Sehun. Dia tak butuh cinta yang besar, dia hanya butuh cinta yang tidak punya akhir. Karena mencintai yang membahagiakan hanyalah saat cinta itu tak ada ujungnya.

__END__

Suzy Choi hadir lagi, dengan ff yg masih bawa-bawa tema married life. Mian, kalu banyak typo. Visit my wattpad  on @MissCaramelizo kalau mau baca cerita dan ff chapter. Thankyouu..


CAN YOU HEAR ME ? (Please fade chapter 1)

$
0
0

cs49_seueaeduau

 

Can You Hear Me ?

  1. please fade

Au || Sad-Romance || Angst || Teen/General || Series

Oh Sehun – Kim Jin hee

@Winnietrii 2016

© do not plagiarism my story, Copy paste not allowed, please respect.

I own this story, and Cast belong their parent and agency.

Sorry For Typos and I’m not using EYD gays.

“His smile, Nobody could wear the sun better”

 

 

 

Apa kamu pernah merasakan bagaimana ketulusan cinta ? bisakah jelaskan kepada diriku yang bodoh ini apa makna dari kata ketulusan itu sendir?

Aku meyakinkan bahwa diriku begitu tulus mencintai pria bernama Oh Sehun, dia adik laki – laki dari temanku, ya kalian dapat mengataiku apapun, aku tidak peduli toh cinta bisa datang kepada siapa saja bukan?

Singkat saja ceritaku, mau dengar atau tidak?

Terserahlah, kalian bisa skip bagian ini.

Tanpa basa – basi aku akan memulainya.

 

Ya sekarang, tapi tunggu.

Berjanjilah kalian tidak mengataiku dengan kata ‘murahan’ ya meskipun aku memang murah sekali sih, bahkan tidak ada harganya sama sekali. Ha.

 

Jadi singkat saja, seperti perjalanan cintaku dengan pemuda itu yang begitu singkat , sampai aku merasa bahwa semua yang terjadi hanya sebuah mimpi indah dan selesai ketika aku terbangun.

 

Aku dan Sehun berpacaran selama satu tahun, dan terima kasih kepadaNya sang maha kuasa telah membuatku percaya bahwa di dunia yang kejam ini masih ada pemuda sebaik dirinya, dia membuatku lupa akan pahitnya luka di masalalu, semua yang ku lewati bersamanya terasa manis, lebih manis dari semua coklat yang pernah aku rasakan selama 22 tahun umurku ini.

 

Tapi satu kesalahan yang sengaja aku lupakan, fakta yang terus tersembunyi yang pada akhirnya menamparku juga.

 

Terlalu manis juga tidak terlalu baik, karena ketika aku sakit aku bisa sekarat lalu mati.

 

Itu yang ku rasakan, tepatnya 38 hari yang lalu Sehun memutuskanku, dengan satu alasan yang tidak pernah aku pikirkan sebelumnya.

 

 

Lelakiku pergi.

 

Dia pergi dengan sebuah alasan yang membuatku mempertahankannya, membuatku membuka hati dan benar – benar mencintainya.

 

Awalnya

 

Sehun, aku ini wanita dewasa, usiaku 22 tahun berada dua tahun diatasmu, kau tidak mungkin mengencani wanita yang lebih tua darimu”

“apa tolak ukur kedewasaan selalu berlandasan bilangan usia? Apa hanya aku berada dibawahmu jadi aku tidak bisa melindungimu serta memimpinmu dimasa depan? Aku tidak pernah seserius ini dengan semua wanitaku, kau tahu aku lelah, aku hanya ingin satu cinta sampai akhir nanti, cinta terakhirku dan itu, kamu”

 

Lalu setelahnya adegan yang kami lakukan seperti cerita cerita dongeng yang aku sukai, dia menekuk lututnya, memohonku untuk terus bersamanya.

 

Tetapi tidak ada yang menjamin kan bagaimana kelanjutan kisahku? Aku sakit, dan sekarat saat ini.

 

aku telah memikirkan semuanya baik – baik, sebaiknya kita akhiri semua ini.”

“Sehun, aku mencintaimu”

“aku juga, bahkan sangat tetapi lebih baik kita akhiri sebelum semua lebih parah dari ini”

“kenapa”

“Alasannya karena usia, aku belum siap menikah, maksudku aku masih 20 tahun, kau tahu kan aku hanya karyawan biasa, hidupku masih jauh dari kata layak, aku takut, aku takut kau tidak bisa menungguku dan berpaling pada sosok pria yang punya segalanya, lalu aku? Baiknya seperti ini, sebelum aku terlalu jatuh semakin dalam, aku harus menyelamatkan diriku, dan mengertilah”

“Sehun, kau egois. Kau membuatku tenggelam bersamamu dan kau menyelamatkan dirimu sendiri tanpa menolongku”

“tidak, aku menolongmu, menolong  kita. Percayalah semua akan baik – baik saja, kita hanya butuh waktu”

“Sehun aku mencintaimu, ku mohon’

“maaf Jinhee, dan terimakasih”

 

 

Lalu setelah semua adegan konyol yang diiringi hujan air mata dariku kami berakhir.

 

Persetan dengan kata – kata kita hanya butuh waktu

Bukan kita, tapi aku.

Aku butuh waktu untuk melupakannya, dan dia butuh wanita lain untuk melupakanku.

 

 

Tentu saja aku lah yang paling bodoh dalam kisah ini, ini kisah paling jahat yang pernah aku alami selama hidupku, setidaknya sampai detik ini.

 

Aku pernah mencintai sebelum aku jatuh kepada pesona Sehun, aku pernah sakit hati sebelum aku berdiri dan bangkit bersamanya.

 

Tetapi ini semua terlalu cepat, Sehun berlalu terlalu dini sampai aku tidak sempat mengunkapkan bahwa begitu berharganya dia.

 

Seminggu setelah putus aku masih bisa melihatnya baik – baik saja, bahkan jauh lebih baik.

Aku yang sama sekali tidak baik, menjadi stalker itu tidak menyenangkan.

Dua meninggu setelahnya bahkan dia telah beberapa kali kencan dengan wanita.

Dan sialnya aku selalu tahu, sialnya aku selalu ingin tahu, dan paling sialnya selalu berakhir tragis dimana aku harus menangis.

Minggu ketiga, hidupnya begitu sempurna, ya sangat sempurna sampai semua pesan bodohku dia abaikan.

Sebenarnya sih wajar saja dia mengabaikannya, aku bukan siapa – siapanya.

Minggu keempat, semua telah menjadi biasa untukku, memang masih ada rasa aneh ketika aku tidak sengaja melihatnya atau sekedar berpapasan dengannya. Tetapi waktu memang mengijinkanku untuk lebih tenang, untuk lebih berlapang dada, dan telah ku bangun tembok pertahananku lagi, sedikit demi sedikit.

Minggu kelima, aku bahkan telah kembali seperti diriku sebelumnya, meskipun tidak seutuhnya, setidaknya bayangan dirinya telah memudar.

Tetapi semua hancur.

 

 

Hanya dengan satu kata yang ia kirimkan melalui pesan teks singat

 

“Rindu”

 

 

Semua tembok ku hancur, semuanya bahkan hanya sisa – sisa debu, tertiup angin pula, pokoknya habis.

 

Ternyata bayangannya belum menghilang sepenuhnya, aku masih mengingat bagaimana bentuk wajahnya.

 

Memori yang berusaha aku pendam menyeruak kembali, mengirimkan segala gambar juga emosi yang selama ini susah payah aku kubur,

Matanya

Hidungnya

Bibirnya

Aku tidak percaya, aku bahkan masih bisa mengingat pancaran cahaya matanya, merasakan sentuhan deru nafasnya, dan menganggumi indah senyumnya, aku bersumpah his smile, nobody could wear the sun better.

 

Dia masih menjadi pusat dimana duniaku berputar rupanya, masuk akal tentunya aku tidak bisa bermimpi tanpa tidur kan?

 

 

Dan semenjak saat itu, kegilaanku makin menjadi. Aku semakin giat menerornya dengan pesan pesan sampahku, aku yakin bahwa dia juga menginginkanku sebanyak aku menginginkannya, tapi nyatanya aku salah.

Dia bersikap dingin kepadaku, seolah dia menegaskan bahwa dia telah membuangku dan aku bukan lagi barang yang dia butuhkan.

 

Lalu untuk apa kata rindu?

Untuk memastikan bahwa aku memang masih tolol mencintainya sampai detik ini?

Jika ini adalah drama – drama favoritku mungkin kisah ini akan menjadi dimana dia menyadari tulusnya aku dan kembali kepadaku.

Tapi semua cerita manis hanya ada dalam drama bukan?

Yang ku hadapi adalah seorang pria yang mengatas namakan gengsi juga harga dirinya setinggi langit.

Atau memang dia tidak lagi peduli?

Tentu saja, wanita yang lebih cantik banyak yang rela menunggunya, menawarkan kebahagiaan yang lebih dari apa yang aku beri, jadi apa alasan untuknya memilihku, lagi?

 

Lagi.

Logika ku kalah fungsi dengan hati, dan bisakah hatiku bekerja dengan semestinya saja? Tidak usah mengontrol logikaku agar berbuat bodoh seperti ini.

Karena tidak ada artinya ketika aku mengungkapkan bagaimana rindunya diriku terhadapnya, aku menjelaskan bagaimana setiap inci juga sekon tentangnya yang tidak bisa lepas dari hidupku, aku menuliskan sebuah cerita indah dan manis untuknya, berharap setidaknya dia paham atau mengerti.

Tetapi yang aku dapatkan adalah jawab “Oh seperti itu”

 

Hanya itu?

 

Lalu apa yang seharusnya aku harapkan?  Mendapatkan sikap manisnya seperti dulu?

Bukankah aku mengenalnya?

Bukankah aku tahu bahwa tidak ada yang dia pedulikan didunia ini kecuali orang yang dia cintai, dan aku bukan lagi terdaftar sebagai orang yang ida cintai kan?

 

Jadi siapa yang jahat disini?

Dia yang tidak tahu diri karena telah kucintai sampai rasanya ingin mati.

Atau aku?

Sudah tahu dia telah bahagia tetapi tetap menjadi parasit yang menganggunya?

 

Sumpah inginku menghapusnya segera dari hidupku, inginku memberontak dengan keadaan ini. Ingin ku salahkan semua yang telah terjadi, tetapi dengan siapa aku harus lampiaskan semuanya?

 

Aku meneguhkan hatiku malam ini, aku memberanikan diri mengganti semua yang berkaitan dengannya, menghapus semua foto – foto kami dimasa lalu, berusaha mengenyahkan bahwa pernah ada bahagia diantara gambaran itu.

 

 

“Tuhan, aku pasrah, jaga dia, aku tahu tanganku tak akan sampai menggapainya apalagi memeluknya, aku titipkan semua rinduku kepadaMu,”

 

 

Semuanya akan kembali kepadaNya bukan? Semua yang memang milikNya, termasuk hatiku.

Mungkin esok akan menjadi hari baru, semoga saja Tuhan mengasihaniku dengan menghapus semua tentangnya, membuatku lupa memori indah nan menyakitkan itu.

Tiada yang tidak mungkin bukan ?


[author tetap] Playing with Fire – nidhyun

$
0
0

fb_img_1466255732565

Playing With Fire

|| Kim Jong In as EXO Kai – Jung Soo Jung as f(x) Krystal – Ashley Lee as Lee Haeun (OC)||

|| Romance || PG ||

A Song Fiction by Nidhyun

Inspired by Song : Playing With Fire sung by Blackpink

Story of Someone I Know || Her Name is Ashley || A Few Years Later

 

 

 

 

***

“Kau bertemu dengan Ashley?”

Jongin tidak terkejut dengan keberadaan Soojung-nya ketika ia membuka pintu apartemen pribadinya. Hari ini ia tidak kembali ke dorm –untuk sementara, selama masa penyembuhan cederanya,, ia diizinkan untuk tidak tinggal di dorm selama beberapa waktu. Dan Soojung akan berkunjung ke mari setiap hari –selama ia senggang, seperti sekarang.

Jongin tidak terkejut ketika ia mendapati gadisnya tengah duduk dengan angkuh di atas sofa. Ia sedang dalam unmood –Jongin bisa melihat jelas dari mimiknya. Tapi Jongin tidak mengatakan apa-apa dan hanya mendekati Soojung. Ia sudah tahu resiko seperti ini mungkin terjadi. Dan ia pikir, ini salah satu resiko yang harus dihadapinya.

“Kau menyebutnya seolah-olah kalian tidak dekat,” Jongin berujar santai. Tangannya terulur mengambiln kaleng bir yang telah terbuka di atas meja.

“Kami memang tidak sedekat itu lagi. Kau lihat sendiri reaksinya saat itu. Ia mencntaimu. Sangat. Dan aku adalah sahabat yang mengkhianatinya. Bukankah itu terlalu jelas?”

Jongin tersenyum kecut. Yeah, ia tahu –sangat tahu. Tapi yang membuat Jongin semakin sakit bukan hanya engenai Ashley, tapi karena ia juga membuat Soojung tidak nyaman. Well, jika dipikir ulang, Jongin memang terlalu naif ketika mengambil keputusan untuk menjalani hubungan ini dengan Soojung. Bukan berarti ia tidak mencintai Soojung, ia tidak akan mengencani gadis yang tidak disukainya. Tapi…yeah, sisi brengsek dalam dirinya juga tidak bisa menyangkal bahwa ia juga menyesal karena tidak pernah mencoba untuk memperjuangkan Ashley lagi.

“Kami tidak sengaja bertemu, dia terkena flu. Dan aku juga sedang melakukan pengecekan. Kami bertemu, saling menyapa, dan…yeah, tidak mungkin aku meninggalkannya begitu saja, kan?” Jongin tidak mengada-ada. Ia memang sama sekali tidak akan tega untuk berpura-pura tidak melihat Ashley dan mengabaikannya.

“Dia tidak membiarkanku masuk ke apartemennya ketik akami bertemu,” pandangan Soojung masih ke arah televisi, tatapan kosong. Jongin dengan kentara bisa melihat ketidak nyamanan tercorat-coret di mata Soojung, “Dia mencintaimu, dan sudah sangat sewajarnya dia takkan memusuhimu seperti dia memusuhiku…”

Jongin pun merangkul pundak Soojung, memberi sedikit kenyamanan –yang entah berpengaruh atau tidak, ia hanya berusaha melakukan yang terbaik sebisa yang ia lakukan, “Kau menyesal?” pertanyaan retorik itu membuat tubuh Soojung sempat menegang. Tapi gadis itu tetap bertingkah biasa saja.

“Aku yang paling tahu bahwa dia masih mencintaimu. Aku yang melihatnya menangis setelah kalian putus. Aku yang melihatnya mengeluhkan dirimu, mendnegarkannya menyebut namamu sebanyak yang ia bisa, membiarkan dirinya menyanyikan lagu cinta karena merindukanmu, dan…aku justru mengambil tempat di sisimu, tempat yang paling diinginkan Ashley. Menurutmu, apa aku harus bertingkah biasa saja? Atau justru aku harus merasa menyesal dan…” Soojung tidak ingin menangis. Tapi air mata sialannya tidak bisa diajak berkompromi sama sekali, “Aku menyembunyikan perasaanku darinya karena…aku tidak ingin kami berubah hanya karena cinta. Tapi aku juga tidak bisa menyangkal kenyataan bahwa…”

“Ssh…ini bukan salah siapapun,” Jongin pun mencoba menghaous air mata Soojung, “Haeun juga bukan anak-anak lagi. Dia juga pasti akan mengerti…”

“Jadi, kau masih menyukainya? Kau menyesal telah berkencan denganku?”

Jongin menarik sudut bibirnya –kecut, “Aku…hanya menyesal karena tidak pernah mencoba untuk memperjuangkannya lagi dan hanya melihat segala sesuatunya dari sudut pandangku saja. Tapi…kau harus tahu, aku tidak menyesal telah mengencanimu karena…seperti yang kau tahu,” Jongin pun menarik Soojung semakin mendekat ke arahnya, “Aku mencintaimu.”

 

‘Because love is like playing fire
I’ll get hurt.’ –Playing with Fire sung by Blackpink

=the end=

20161117 PM1039

Sebenernya aku nggak maksud bikin lanjutan ff ini dari POV nya kaistal. Tapi…ada satu komentar yang seolah nggak suka sama penyudutan ke Krystal di ff ini.

Yeah…aku, salah satu orang yang pernah suka sama orang yang disuka temenku sendiri. Aku satu-satunya yang denger dia cerita tentang cowok itu, aku yang ngebuat mereka deket, aku yang…yeah –aku nggak pernah maksud ngebuat cowok itu deket sama aku. Hanya karena cowok itu dingin dan pendiem, waktu aku ngedeketin dia, itu pure tanpa ada niatan jelek apapun, kalo kasarnya sih ‘nikung’.

Tapi siapa yang tau  aku bakalan suka sama dia? Siapa yang pengen suka sama temen cowok sendiri yang selalu dengerin cerita kamu, dengerin tangisan kamu, ketawa bareng kamu –saat kamu suka sama temenmu sendiri, saat itu kamu kehilangan dia. Itu yang aku rasain.

Dan aku ngerasa jalan ke arah tambang api semasa itu –karena aku harus ngambil peran pengkhianat atas nama temenku. lebay ya? tapi itu salah satu lubang penyesalan yang aku punya.

So, intinya aku nggak maksud nyudutin Krystal –ataupun orang yang pacaran sama mantan temennya atau semacamnya—karena cinta nggak pernah salah. Tapi orang yang ngambil peran dalam drama percintaan itu yang mungkin salah ambil jalan –mungkin.

Benar dan salah mutlak milik Tuhan, kan?

Dan…kemaren itu, yang kalimat digarisbawahi, itu lirik lagu Block B – A Few Years Later. Bukan puisi…

So…sampai jumpa di seri berikutnya…


Saranghae (Chapter 1)

$
0
0

14359215_630116080502485_1167665170961550754_n

Saranghae
 
Author : sonyeo Kim a.k.a lingga putri utami
Main cast :

* Oh Sehun ( Exo )

* Oh Hyerin ( OC )

* all others

Gendre : sad , romance , school life

Leght : chaptered

Note author : typo hinggap di mana mana . Di larang kelas plagiat , oke ?

Summer :
Saat pertama kali jantungku berdetak up normal. Membuatku dengan jelas merasakan setiap detakannya. Ya, saat itu adalah saat menatap matamu. Deg..Deg..Deg..Deg.., apakah kau mendengarnya? Coba rasakan lebih dalam, pasti jantungmu juga merasakan hal yang Sama. Tapi, apakah perasaan semacam ini benar? Kau kakakku dan aku adikmu. Lantas apakah ini salah? Lalu jika memang begitu, untuk apa di ciptakan perasaan semacam ini?

Chapter 1 : Love You My Handsome brother.

– prolog-

Aku tak tau apakah perasaan semacam ini benar. Perasaan dimana jantungku selalu berdetak dengan kencang saat menatap mata seseorang yang nyatanya adalah kakaku sendiri. Meskipun kami tidak kandung, tetapi apakah rasa ini tetap salah?
.

.

=>
Mentari pagi tersenyum lembut di atas langit kota Seoul. Membawa kehangatan musim semi di setiap paginya. Meskipun waktu sudah berubah, sang surya akan tetap berusaha menghangatkan. Bahkan sampai musim dingin sekalipun, sinarnya akan tetap berusaha mencairkan segala yang membeku.
Seorang gadis dengan rambut coklat bergelombangnya berhias senyum di wajah cantiknya, menuruni anak tangga menuju meja makan dimana para anggota keluarga lain telah menunggunya.

” annyeong…, appa..! Eomma…!” sapa gadis itu ramah di selingi lambaian tangannya.

” annyeong sayang. Hyerin cepat bergabung. Kau ingin makan apa kesayangan eomma? Eomma sudah membuatkan omelet telur kesukaanmu, kau harus mencobanya” ucap wanita paruh baya dengan wajah cantiknya yang tidak lain adalah eomma gadis bernama hyerin.

” gomawo eomma.., oh ya dimana oppa? Aku tidak melihatnya?” tanya hyerin berusaha mencari keberadaan kakak laki-laki sematawayangnya dan benar saja tak lama berselang orang yang ia caripun menampakan dirinya. Seorang namja tampan dengan kulit seputih susunya yang mempesona.

” sehun, cepat kemari. eomma sudah membuatkan kimchi dengan ekstrak udang kesukaanmu” ucap eomma dengan lembut tetapi sepertinya pria bernama lengkap oh sehun ini tidak mendengarkan perkataan eommanya, bahkan ia terlihat acuh pada eomma.

” berhenti !” ucap tuan oh dengan tegas yang berhasil membuat sehun menghentikan langkahnya.

“oppa, ayo kita sarapan. Lihat eomma sudah membuatkan sarapan untuk kita” ajak hyerin seraya mengenggam pergelangan tangan sehun.

” cih.., eomma katamu? Lepaskan tanganmmu dariku! Sarapan ? Bahkan aku tak ingin melihat makanan itu” ucap sehun dengan senyum miringnya.

” oh sehun ! ” ucap tuan oh yang tak lain adalah ayah dari sehun dengan suara tinggi.

” cih.., jadi kau membelanya? Mengesankan, kau selalu membela mereka. Siapa yang anakmu di sini? Aku atau gadis ini? Bagus sekali tuan oh, kau adalah ayah yang begitu buruk. Bahkan aku malu memiliki ayah sepertimu”

-PLAKKK-

” yeoppo.., cukup ! Jangan sakiti sehun. Dia bahkan tak mengerti akan apa yang baru saja ia ucapkan” bela nyonya oh, berusaha memenangkan suaminya. Sebuah tamparan mendarat di wajah kanan sehun, membuat putra tunggal keluarga ini menatap appanya dengan penuh kebencian. Senyum menyamping terlihat dari wajahnya. Ya, tepat sebelum sehun pergi meninggalkan rumah itu. Bahkan sehun seolah tak ingin menerima kenyataan yang begitu menyakitkan baginya. Kenyataan dimana seseorang yang nyatanya adalah apannya tak lebih dari seorang penghianat. Ini begitu menyakitkan baginya, semuanya tersimpan di balik wajah tampannya yang dingin, yang bahkan ia kadang tak mengerti kenapa ia sendiri harus di takdirkan seperti ini.

****

Angin terasa bebas melewati setiap sendi bangunan yang menjulang tinggi. Aroma sejuk begitu terasa terutama kala angin berhembus dengan kencang. Seorang namja mendudukan dirinya di tepi roof top, menatap pemandangan sekelilingnya acuh. Wajah tampannya kini menampakan aura kesedihan yang selama ini selalu ia sembunyikan bahkan perlahan sepasang matanya mulai di penuhi oleh titik-titik air.

” eomma…, aku tidak salahkan? Wanita itu bukan ibuku. Aku tau ini bukan salahnya, tapi aku tetap saja tak bisa menerimanya dan gadis itu” gumam sehun seraya menatap sebuah foto keluarga miliknya. Semua di dalam keluarga itu tersenyum bahagia, berbeda dengan saat ini. Ia merasa sendiri, namja ini merasa tak memiliki siapapun di dunia ini. Perlahan foto yang terlihat kusam itu di penuhi oleh titik titik air. Kertas foto itu bahkan sudah tak terlihat utuh lagi, tepat di bagian ujungnya telah sobek, menyisakan tiga anggota keluarga lain. Tentu saja yang tersobek itu foto appanya dan itu tentu saja akibat perbuatan sehun sendiri. Apa gunanya menyimpan foto pria yang bahkan sehun anggap tidak ada, sungguh ia benar benar tak menginginkan hidup yang seperti ini. Tapi, ayahnya yang menyebabkan semuanya. Andai saja tuan oh tak melakukannya, pasti semua ini takkan terjadi.

Seorang gadis dengan pita berbentuk telinga kelinci dengan motif poladot putih menghiasi rambut panjang bergelombangnya yang di biarkan tergerai dengan indah, gadis ini tengah sibuk dengan buku tebal di tangannya. Bahkan sepasang mata dengan manik kecoklatan itu sampai tak memperhatikan jalannya. Kaki gadis ini terus saja melangkah ke salah satu meja tempatnya tadi sempat mendudukan diri dengan tumpukkan buku-buku fisika yang begitu tebal dan menjulang.ini semua berkat guru super kiler yang memberinya tugas bertumpuk, dan tentu saja ini semua harus selesai hari ini juga,atau tidak hidupnya tidak akan pernah aman terutama saat jam pelajaran guru yang benar-benar menyeramkan.

 

-BRUKKK-

 

Tubuh mungil gadis itu hampir saja terhempas ke lantai. Ya, jika saja tubuh pria kekar nan tampan itu tak menahannya. Mereka saling bertukar manik untuk beberapa saat. Entah kenapa detakan kencang menghujam jantung pria yang nyatanya adalah sang killer teacher. Pria ini memang masih begitu muda dan tampan. Tubuhnya yang tinggi dengan dada bidangnya menjadikan tubuh tubuh itu terlihat begitu proposional. Sayangnya ia adalah guru yang begitu sangat menyeramkan. Jarumjam akan seolah berhenti bergerak saat jam pelajarannya tiba. Waktu seolah berjalan sangat lama dan jantungmu akan seolah akan terlepas dari tempatnya. Untung saja namja ini mempunyai kadar ketampanan  di atas rata-rata,sehingga tidak terlalu membosankan jika harus berlama-lama dengannya.

 

“ maafkan aku Mr.Park” ucap hyerin seraya membungkuk hormat sebagi tanda permintaan maafnya.gadis ini tidak ingin mencari masalah dengan siapun terutama dengan guru pelajaran kejurusannya yang terkenal akan kekillerannya ini. Semoga saja Mr.Prak tidak mempermasalahkan hal ini.

 

“ya,lupakan saja. Kau boleh pergi” ucap pria yang bernama lengkap Park chanyeol ini. Usianya masih terbilang muda. Ia hanya baru menginjak 23 tahun, dan nyatanya ia adalah seorang guru dengan imajes (?) yang buruk.

 

“ ne, permisi “ ucap Hyerin perlahan meninggalkan Mr.Park dengan buku buku tebalnya.

 

“ Hyerin !” panggil Mr. Park. Berhasil membuat Hyerin terpaku di tempatnya. Ada apa ini? Apa sekarang Mr.Park akan memarahinya? Atau ada kesalahan lain yang ia lakukan?

 

“ne,Mr? “ tanya hyerin membalikan tubuhnya.

 

“ berhati-hatilah lain kali”

 

****

 

Rembulan malam kembali menyapa, dengan udara dingin yang begitu menusuk kulit. Seorang pria dengan rambut coklatnya yang begitu kontraks dengan wajahnya yang terlihat begitu manis tengah terpaku pada sebuah buku bergambar minion sebagi covernya. Buku ini jelas bukan milik pria benama chanyeol itu karna,tertera jelas nama Oh Hyerin  sebagai pemiliknya.

 

-FLASH BACK         –

 

“ maafkan aku Mr.Park” ucap hyerin seraya membungkuk hormat sebagi tanda permintaan maafnya.gadis ini tidak ingin mencari masalah dengan siapun terutama dengan guru pelajaran kejurusannya yang terkenal akan kekillerannya ini. Semoga saja Mr.Prak tidak mempermasalahkan hal ini.

 

“ya,lupakan saja. Kau boleh pergi” ucap pria yang bernama lengkap Park chanyeol ini. Usianya masih terbilang muda. Ia hanya baru menginjak 23 tahun, dan nyatanya ia adalah seorang guru dengan imajes (?) yang buruk.

 

“ ne, permisi “ ucap Hyerin perlahan meninggalkan Mr.Park dengan buku buku tebalnya.

 

“ Hyerin !” panggil Mr. Park. Berhasil membuat Hyerin terpaku di tempatnya. Ada apa ini? Apa sekarang Mr.Park akan memarahinya? Atau ada kesalahan lain yang ia lakukan?

 

“ne,Mr? “ tanya hyerin membalikan tubuhnya.

 

“ berhati-hatilah lain kali”

 

Chanyeol menatap punggung hyerin yang menjauh dengan wajah datarnya yang terkadang terlihat begitu hangat manik matanya menatap benda milik Hyerin yang tertinggal buku minion berwarna kuning. Hyerin sudah pergi,lebih baik ia mengembalikannya besok saat jam pelajaran.

 

-flash back end-

 

Sepasang tangan besar itu mulai membuka setiaplembar bukumilik gadis manis ini.isinya di penuhi dengan gambar gambar sketsa yang begitu indah dengan ungkapan ungpan kata di sana.seperti lukisan minion ini “ makhluk kecil yang menggemaskan. Andai saja mereka benar benar ada, aku akan memelihara satu seperti bob yang pendek untuk di kamarku” chanyeol tersenyum kecil. Bagaimana mungkin gadis seusianya masih menyukai hal-hal seperti ini. Lembar kedua,ketiga ,keempat dan seterusnya. Tapi, tunggu! Bukankah ini chanyeol? Chanyeol yang tengah tersenyum? Bagaimana mungkin hyerin dapat menggambar dirinya yang tengah tersenyum sementara ia tak pernah menampakannya disekolah” dia tampan, tertuma jika tersenyum tapi, dia menyeramkan , menyebalkan, dan dingin. Andai saja ia sedikit lebih baik dan tersenyum walau hanya sekali saja mungkin aku akan berubah pikiram. Tapi,itu mustahil.PCY killer teacher” chanyeol berdecik. Entah kenapa ia jadi memikirkan gadis itu. Gadis yang paling ceroboh yang pernah ia temui. Bahkan saat pertama kali mereka bertemu, hyerin menabraknya dan menumpahkanice ceram tepat di baju chanyeol. Kesan yang buruk memang, tetapi entah kenapa begitu terasa lucu baginya.

 

****

 

“ kapan kau akan pandai jika terus seperti ini-eoh? Pantas saja so jin lebih pandai dari pada kau pabo! Kau seharusnya lebih giat” ucap baekhyun pada hyerin yang mulai frustasi akan tugas Mr.Park. Baekhyun itu adalah kakak keras hyerin. Dia adalh namja yang cukup pintar di kelas, tak banyak yeoja yang bisa dekat dengannya bahkan mereka ingin. Tapi lihat nyatanya namja bermarga Byun ini denkat dengan hyerin.bahkan,baekhyun sering membantu hyerin mengerjakan tugas sekolahnya. Baekhyun itu sudah seperti kakak bagi hyerin karna sehun bahkan tak pernah bersikaplayaknya seorang kakak padanya dan hyerin mencoba mengerti akan hal itu.

 

“ oppa, bisakah kau berhenti membandingkan kami? Kami berbeda, aku tau aku tak sepintar dia, untuk itu aku berusaha. Jangan membuatku merasa tak berguna” keluh hyerin manja seraya mepoutkan bibirnya. Jika sudah begitu baekhyun akan merasa tidak tega dan akan benar-benar merasa gemas pada gadis ini.

 

“ mianhaeo. Aku hanya ingin menyemangatimu,sekedar memotivasi ”

 

“ tapi oppa, kami berbeda”

 

“ne,maafkan aku” ucap baekhyun dan nyatanya gadis ini justru mengabaikannya.

 

“mianhaeo,jeongmal Bagaimana jika sebagi tanda permintaan maaf aku menteraktirmu ice cream?”

 

“ jinja? Baiklah kalau begitu kau ku maafkan”

 

Hyerin menikmati sebuah ioce ceram rasa coklat pemberian baekhyun.rasanya menyegarkan sekali menyantap ice cream di tengah cuaca sore yang sedikit panas. Bahkan jika cuaca dinginpun hyerin tidak akan menolak makanan yang satu ini.

 

“ oppa?”

 

“ ne?” tanya baekhyun menatap herin seraya menjilati ice cramnya

 

“ kenapa kau selalu membandingkan dengannya?”

 

“eoh?”

 

“so jin”

 

“hmm…., karna aku menyukainya. Dia gadis yang pintar dan juga manis” ucap baekhyun dan tentu saat itu bohong. Oh tidak! Itu benar, tapi itu dulu tepat sebelum mengenal so jin. Ya,  baginya so jin adalah gadis yang manis namun baginya hyerin lebih manis.

 

Hyerin adalah gadis yang begitu ceria, takmudah menyerah dan putus asa. Awalnya baekhyun merasa biasa saja, namun entah mengapa perasaan itu tumbuh. Perasaan yang seharusnya tidak terjadi. Bahkan kau tau, awalnya hyerin ingin mendekatklan baekhyun dengan sahabatnya eun ji. Karna eun ji begitu menyukai namja ini. Namun, justru bekhyun dan hyerinlah yang semakin dekat. Ini tidak munafik!percayalah eun ji mengetahui semua ini.ia percaya bahwa sahabatnya tak memiliki perasaan apapun pada baekhyun. Ini hanya sebatas pertemanan bagi bherin.

 

“ kalau pegitu perjuangkan dia,perjuangkan cintamu” ucap hyerin.

 

“ apa kau lupa apa yang pernah ku katakan pabo?” tanya bakehyun.

 

“ baiklah kau tidak ingin memiliki kekasih dulu untuk saat ini sampai sekolahmu selesai”

 

Mungkin ini terdengar aneh tapi nyatanya itulah yang pernah baekhyun katakan.

 

“ tapi, tidakkah itu terdengar konyol. Aku berkali kali mendengarnya dan semuanya bohong”

 

“ aku tak berbohong ini memang benar tapi aku rasa aku berubah pikiran. Aku rasa aku ingin memilikiseorang seorang kekasih”

 

“ dan gadis itu adalah kau hyerin,andai aku dapat mengatakannya” batin baekhyun.

 

****

 

Seorang gadis dengan balutan seragam SOPA high school seperti tengah mencari sesuatu.ya, mungkin ada yang sempat terjjatuh di perpustakaan yang membosankan ini.

 

“ dimana benda itu? Akhh…,bagaimana mungkin bisa hilang? Kenapa kau begitu bodoh sekali Oh Hyerin? ” keluh hyerin

 

“ apakah kau mencari ini?”

 

TBC

 

Gomawoyang udah nyempetin baca. Ditunggu ya next chapternya😀


First Love

$
0
0

poster

Author            : OR

Title                : FIRST LOVE

Genre             : Romance,AU,sad

Length           : Oneshoot

Cast                : Kyungsoo x OC

Disclaimer     : Cerita ini fiksi dan murni ide dari otak saya. Jadi, jika ada kesamaan peran karakter maupun jalan cerita saya minta maaf., karena saya tidak tahu menahu. Ini FF pertama saya jadi mohon saran dan kritiknya.
THIS IS NOT SAD ENDING FANFIC, MAYBE?

ENJOY READING GUYS!! ^^

,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,             

“Aku berharap semoga dikehidupan selanjutnya

kita dapat bertemu lagi dan menjadi sepasang kekasih”

,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,

 

Author pov

2014s

“kyunsoo-ah?”

“wae?” jawab kyungsoo. “bejanjilah kau tak akan meninggalkanku” ucapnya yeoja yang sekarang sedang berada didepannya saat ini

“kenapa kau berbicara seperti itu ?” jawab kyungsoo

“ani hanya berjanjilah kepadaku eoh?”

“arraseo aku takkan meninggalkanmu. Jawab kyungsoo dengan mengusap pipinya lembut

Itulah janji terakhir kyungsoo bersama dengannya. Janji yang tak bisa ia tepati. Janji yang hanya terucap dibibir. Janji yang ia ingkari. Janji yang membuat wanita yang ia sayangi menderita. Janji yang membuatnya berpisah. Janji yang sudah hilang

Selamanya

~~~~~~~~~~FIRST LOVE~~~~~~~~~~~~

kyungsoo pov

Lagi-lagi aku harus menghabiskan hari-hari membosankan diruang ini. Sampai kapan aku harus berada disini? Aku benar-benar sangat bosan. Haruskah aku keluar? Ya sepertinya itu ide yang bagus. Aku akan pergi sebentar untuk mencari udara segar

“ah ini sangat menyegarkan” ucapku dengan mata yang terpejam merasakan udara malam hari yang sangat segar

“sudah berapa hari ya aku disini? Sepertinya waktu berjalan dengan cepat” ucapku

Kali ini aku duduk dikursi yang berada ditaman tempatku berada saat ini. Aku berada dirumah sakit dari 3 hari yang lalu. Aku harus menjalani serangkaian metode penyembuhan dan ini sangat membosankan aku ingin kembali kesekolah, aku ingin bertemu dengan teman-temanku bercanda gurau bersama mereka dan juga bertemu dengannya.

Bertemu dengan yeoja  yang sampai saat ini masih berada didalam hatiku aku sangat ingin bertemu dengannya, melihat matanya,melihat wajahnya dan juga mendengar suaranya

“kyungsoo?”

Ah suara itu suara yang benar-benar aku rindukan

“Do kyungsoo?”

Kenapa suara itu muncul lagi? apa aku gila sekarang? Tidak. Aku masih waras

“ya do kyungsoo apa yang kau lakukan disini?” ucap seorang yeoja yang sangat ku kenal suaranya dan ia menepuk bahuku lantas aku langsung membalikkan tubuhku menghadapnya . Aku terkejut bukan main aku tak menyangka yeoja yang sedang ku pikirkan berada dihadapanku sekarang.

Aku tidak bemimpikan? Ini bukan mimpi? Wajahnya nyata. Mata itu. Ini benar-benar nyata aku tak tau harus mengatakan apa sekarang otakku bergerak sangat lambat .

“neo gwenchana?”

“ah nde nan gwenchana” ucapku setelah tersadar dari lamunanku

“apa yang kau lakulakan disini? Kau pasien disini? tanyanya sedikit curiga karna baju pasien masih melekat ditubuhku

“iya aku pasien disini” jawabku yang hanya dijawab dengan anggukan kecil darinya

“kau sakit apa?” tanyanya

Kali ini aku hanya bisa diam selama ini aku menyembunyikannya tak ada seorangpun yang tau bahkan teman-temanku pun tak tau.

“ ya do kyungsoo jawab aku!” ucapnya kali ini dengan nada yang sedikit dongkol mungkin karna dari tadi aku hanya diam tak menjawabnya

“ya kyungsoo apa ada yang kau sembunyikan dariku eoh?” tanyanya kali ini dengan nada penuh selidik matanya menatap lekat mataku

“bukan urusanmu” jawabku dingin aku tak ingin apa yang telah aku sembunyikan selama ini terbongkar

~~~~~~~~~~FIRST LOVE~~~~~~~~~~~~

Author pov

Flashback

“kyungsoo-yaa” panggil hyemi

Aku mendatangi ruangan tempat kyungsoo dan teman –temannya biasa berkumpul disana hanya ada sehun dan baekhyun saja. Kemana dia? Apa dia pergi ketoko buku?

“sehun-ssi apa kau melihat kyungsoo?” tanyaku pada sehun yang sedang asyik bermain game dengan baekhyun

“oh hyemi-ssi kyungsoo tadi keluar mungkin sedang ketoko buku biasa” jawab sehun

“oh arraseo gumawo sehun” hyemi  langsung bergegas ketoko buku yang biasa kyungsoo datangi

Apa yang ia beli kali ini? Bukakah bukunya sudah sangat banyak? Dasar kutu buku  tapi kenapa ia tak mengajakku? Apa mungkin ia sudah tau kalau aku tak suka diajak ketoko buku? Yah mungkin juga. Ucap hyemi dalam hati

Hyemi udah hampir sampai didepan toko buku, namun langkahnya terhenti.

Ia sangat kaget dengan apa yang ia lihat saat ini. Ia tak tau harus melakukan apa. Ini pasti mimpi. Yang aku lihat tak mungkin kenyataan, ini pasti mimpi. Ucap hyemi dalam hati.

 Apa yang dilihatnya kali ini terasa seperti mimpi saat ini kyungsoo sedang berciuman dengan seorang wanita. Dan itu wanita itu temannya lee jangmi hyemi merasa kakinya sangat lemas.

Apa yang mereka berdua lakukan saat ini? Apa mereka menjalin hubungan dibelakangku selama ini? Banyak sekali pertanyaan didalam benak hyemi saat ini. Hyemi memberanikan diri ia mengumpulkan seluruh tenaga yang ia miliki saat ini

“kyungsoo” ucap hyemi dengan suara yang cukup bergetar

Bagaimana tidak. ia sedang menahan tangisnya saat ini. Menahan rasa sakit yang ia rasakan saat ini. Kedua orang yang sedang berada didepannya saat ini menghentikan aktivitasnya

Hyemi sudah tak tahan lagi. ia tak kuat lagi untuk menahan tangisannya. Sekarang air matanya mengalir perlahan demi perlahan hyemi merasa hancur dalam sekejap. Hyemi menghampiri kyungsoo dan menamparnya.

Ia tak menyangka orang yang sangat ia cintai melakukan ini terhadapnya. Hyemi langsung lari bergegas meninggalkan kyungsoo dan jangmi. Hyemi sudah tak tahan berada disana rasanya ia sangat ingin berteriak saat ini namun ia tak bisa ia masih waras, ia tak ingin dianggap sebagi orang gila karna berteriak ditengah jalan. ia memutuskan pulang kerumahnya meluapkan segala perasaan kecewanya terhadap kyungsoo. Ia kecewa. Sangat kecewa. Ia tak pernah membanyangkan orang ia percaya melakukan itu terhadapnya ia benar-benar tak menyangka.

~~~~~~~~~~FIRST LOVE~~~~~~~~~~~~

 “yo do kyungsoo kau sudah sembuh?” Tanya chanyeol saat kyungsoo masuk kedalam kelas suasana kelas cukup ramai hampir semua yang berada di dalam kelas itu menatap kyungsoo.

Sudah 1 minggu ia tidak masuk sekolah karna sakit. Kyungsoo menghampiri teman-temannya ia sangat merindukan teman-temannya itu ia sangat rindu candaan dari mereka, dan juga ia merindukan yeoja yang saat ini tengah duduk di kursinya dan menenggelamkan wajahnya dimeja. Itu kebiasaanya. Tidur dikelas.

 kyungsoo tak mengerti kenapa ia sangat mencintai wanita itu. Padahal teman-temannya selalu bertanya mengapa ia menyukainya? Padahal ia sering sekali tertidur didalam kelas?

Biasanya kyungsoo hanya mengangkat bahu dan berkata “entahlah”

Tapi sekarang kyungsoo sudah kehilangan yeojaNya itu. Ia telah menyakitinya dan kyungsoo tau itu lebih dari siapapun

Kringgggggggg

Bel berbunyi semua anak-anak duduk dimejanya termasuk kyungsoo. Ia duduk disamping chanyeol sesaat kyungsoo menolehkan kepalanya kebelakang melihat keaadaan yeoja yang sudah ia sakiti itu

Dia masih menenggelamkan kepalanya. Apa dia tidak tidur semalam? Apa yang sebenarnya ia lakukan dirumah? Mengapa ia selalu saja tertidur?

Hyemi akhirnya mengangkat kepalanya ia merasa kepalanya saat pening. Dirumah ia sama sekali tak bisa tidur. Ia terus menerus didesak oleh orang tuanya untuk belajar.

Hyemi mengalihkan pandangannya kearah kyungsoo. Mata mereka bertemu. Dalam. Sangat dalam. Hyemi akhirnya mengalihkan pandangannya terlebih dahulu. Dada hyemi sesak apabila menatap mata itu

Hyemi rasanya ingin sekali memukul wajahnya

 Ingin sekali berteriak kepadanya

Bertanya padanya mengapa ia melakukan itu padanya

Namun apa daya hyemi hanya bisa menerimanya

~~~~~~~~~~FIRST LOVE~~~~~~~~~~~~

Flashback  

“lee jangmi” panggil kyungsoo

“waeyo?” jawab yeoja itu

“bisakah kau membantuku?” Tanya kyungsoo. Jangmi heran sekali melihat keadaan kyungsoo sekarang wajahnya benar-benar pucat

“ya neo gwenchana?” Tanya jangmi khawatir

“nan gwenchana, tapi bisakah kau menolongku?” pinta kyungsoo sekali lagi

“baiklah apa yang harus kulakukan?” jawab jangmi

“kajja ikut aku” kyungsoo langsung menarik jangmi menyuruh ia untuk mengikutinya

,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,

“ya do kyungsoo kita mau kemana eoh?” Tanya jangmi cukup dongkol bagaimana tidak? ia diseret selama perjalanan, ia memaklumi kalau kyungsoo terburu-buru tapi tidak seperti ini caranya

 tapi tunggu dimana ini?

Bukankah ini toko buku?

Untuk apa kyungsoo mengajakku kesin? Pikir jangmi

Kyungsoo menghentikan langkahnya ia menatap ragu manik jangmi

“kau ingin tau permintaannya?” Tanya kyungsoo jangmi hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban

Kyungsoo menengokkan kepalanya kebelakang ia melihat hyemi menuju kearahnya dengan cepat kyungsoo menatap kembali wajah jangmi

“aku hanya ingin kau berciuman denganku” ucap kyungsoo

Sontak jangmi kaget mendengarnya jangmi melihat hyerin dibelakang kyungsoo

“mwo?”

Tanpa aba-aba kyungsoo menarik tengkuk jangmi menciumnya kyungsoo tak peduli dengan tatapan orang-orang yang melewatinya

Jangmi kaget apa yang sebenarnya kyungsoo lakukan? Pikir jangmi

Awalnya kyungsoo hanya menempelkan bibirnya namun lama kelamaan kyungsoo mulai melumat bibir jangmi pelan jangmi hanya bisa diam ia tak bisa melakukan apa-apa lagi otaknya beku ia tak tau harus melakukan apa dan akhirnya jangmi hanya mengikuti lumatan kyungsoo

Kyungsoo merasa ada yang memperhatikan kegiatannya dengan jangmi dan kyungsoo tau siapa orang tersebut

Kyungsoo sengaja melakukan ini didepan yeojanya itu ia ingin yeoja didepannya ini membenci dirinya

“kyungsoo” ucap yeoja itu dengan suara yang bergetar

Kyungsoo tau yeoja didepannya itu menahan tangisnya lantas kyungsoo menghentikan kegiatannya menatap yeoja itu dan benar saja yeoja itu sudah mulai menangis air matanya pelahan mulai turun

Sungguh kyungsoo-pun tak sanggup melihatnya ia tak sanggup melihat yeoja yang ia cintai itu menangis kyungsoo ingin menghapus air mata itu kyungsoo merasa sangat jahat membiarkan air mata itu lolos dari mata yeoja yang sangat ia cintai itu

Ia melihat hyemi mulai mendekatinya dan

Plakk

Kyungsoo merasa pipinya panas hyemi menamparnya

Kyungsoo merasa ia pantas mendapatkan itu kyungsoo hanya diam

Ia melihat hyemi pergi meninggalkannya. kyungsoo hanya menatap punggung hyemi yang lama kelamaan menghilang

“kyungsoo sebenarnya apa yang kau lakukan?” Tanya jangmi yang sedari tadi hanya diam ia merasa tak enak dengan hyemi

Bagaiman tidak?  ia berciuman dengan namja chingu temannya

Berpura-puralah seakan tidak terjadi apapun” ucap kyungsoo langsung pergi meninggalkan jangmi sendiri

“mwo? Ya kyungsoo apa kau gila?!” teriak jangmi namun kyungsoo tak menanggapinya kyungsoo tetap jalan terus tanpa menoleh kebelakang

“aissh dasar kyungsoo bodoh, apa yang harus kukatakan besok kepada hyemi?” ucap jangmi

~~~~~~~~~~FIRST LOVE~~~~~~~~~~~~

“kyungsoo? Kau langsung pulang?” Tanya chanyeol

“oh aku langsung pulang” jawab kyungsoo. “ya kyungsoo neo gwenchana?” Tanya baekhyun

“memangnya kenapa?”

“aniyo keunde wajahmu semakin pucat saja apa kau sakit?” Tanya bekhyun sekali lagi

Kyungsoo hanya diam menanggapi pertanyaan baekhyun ia tak tau apa yang harus ia katakan

Kyungsoo hanya tersenyum lallu pergi meninggalkan teman-temannya itu ia harus bergegas kerumah sakit ia tak ingin membuat dokter kim menunggu

“dia pergi kemana? Mengapa ia tak bersama teman-temannya?” Tanya seorang yeoja yang memperhatikan kyungsoo dari jauh

Kyungsoo tak menyadari sedari tadi ia sedang diikuti

Hyemi heran untuk apa kyungsoo pergi kerumah sakit

Apa ia masih sakit? Sebenarnya sakit apa dia? Tanya hyemi dalam hati

Hyemi kembali mengikuti kyungsoo yang sudah memasuki rumah sakit ia terus mengikuti kyungsoo sampai kyungsoo hilang dibalik pintu

Banyak sekali pertanyaan dikepala hyemi sekarang

Apa yang ia lakukan disini? Bukankah ini bagian untuk penyakit kanker? Apa jangan-jangan kyungsoo..

Lamunannya terpecahkan ketika pintu yang kyungsoo masuki sekarang terbuka memunculkan sosok yang sedari tadi memenuhi pikiran hyemi

Hyemi lantas berdiri menghampiri kyungsoo

“Do kyungsoo” panggil hyemi

Merasa dipanggil kyungsoo membalikkan tubuhnya ia sangat terkejut melihat hyemi disini

“apa yang kau lakukan disini?” Tanya kyungsoo dingin

“bukankah harusnya aku yang bertanya seperti itu, apa yang kau lakukan disini?” Tanya balik hyemi

Kyungsoo hanya diam ia menatap lama yeoja didepannya ini

“bukan urusanmu” jawab kyungsoo dan langsung pergi meninggalkan hyemi

Namun kali ini hyemi tak tinggal diam hyemi menahan tangan kyungsoo

“kau selalu mengatakan itu” jawab hyemi

Mereka berdua bertatapan diam. Mereka berdua tak tau harus mengatakan apa disatu sisi kyungsoo ingin langsung pergi namun hyemi sudah terlanjur melihatnya disini

Dan hyemi ingin sekali bertanya namun terlalu banyak pertanyaan dikepalanya

“bisa kita bicara?” Tanya hyemi

“baiklah” jawab kyungsoo

,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,

“apa yang ingin kau katakan?” Tanya kyungsoo langsung pada intinya

“apa kau benar-benar sakit?” Tanya hyemi kali ini hyemi memberanikan diri menatap namja disampingnya itu

“oh aku sakit” jawab kyungsoo singkat

“kau sakit apa?” Tanya hyemi. Kyungsoo hanya diam ia bingung harusng menjawab apa ia tak ingin semua yang ia sembunyikan semua terbongkar

“ya do kyungsoo jawab aku?!” ucap hyemi kali ini suara cukup meninggi

“apa mungkin kau sakit..”

“kanker” potong kyungsoo cepat. “ ya aku sakit kanker selama ini” ucap kyungsoo

“kenapa kau sembunyikan dariku?” Tanya hyemi kali ini  suaranya sangat pelan

Kyungsoo menatap hyemi begitupun sebaliknya mata mereka bertemu

Banyak sekali kerinduan dimata mereka berdua, banyak sekali yang ingin mereka berdua katakan

“hyemi-ah” ucap kyungsoo

Hyemi tak dapat lagi membendung air matanya ia sangat merindukan sura itu, merindukan panggilan itu hyemi hanya bisa menutup mulutnya rapat-rapat saat ini ia tak sanggup berkata-kata lagi

“mianhe” hanya kalimat itu yang berhasil lolos dari mulut kyungsoo

“mian? Hanya itu?” jawab hyemi ia benar-benar kecewe dengan kyungsoo apa hanya itu yang ingin ia katakan?

“eoh hanya itu” jawab kyungsoo tanpa berani menatap mata hyemi

“wahh do kyungsoo kau memang benar-benar pandai ya” ucap hyemi

“setidaknya kau jelaskan padaku kyungsoo kenapa kau menyembunyikannya? Mengapa kau mengakhiri hubungan kita begitu saja? Apa karna penyakitmu ini eoh?!” Tanya hyemi

Kali ini hyemi benar-benar sudah kesal dengan kyungsoo bukankah seharusnya ia menjelaskannya padanya sekrang? Mengapa ia hanya diam? Ucap hyemi dalam hati

“ lee hyemi” ucap kyungsoo

“bisakah kau melupakanku?” tanya kyungsoo

Pertanyaan kyungsoo kali ini benar-benar tak masuk akal apa yang ia minta? Melupakannya? Memangnya ia pikir itu mudah? Kalau itu mudah aku pasti sudah melakukannya dari awal. Ucap hyemi dalam hati

“mworago?” ucap hyemi kesal. Ia benar benar sudah kesal dengan kyungsoo bagaimana mungkin ia mengatakan itu apa dia sudah tidak menyukainya lagi?

“apa kau sudah tak menyukaiku lagi? apa sekarang kau benar-benar sudah melupakanku?” Tanya hyemi

“ya aku sudah tak menyukaimu lagi. kau puas?” jawab kyungsoo dingin tanpa menatap hyemi

“ah jadi kau sudah tak menyukaiku Keure aku akan melupakanmu, aku akan melupakan rasa sukaku dan rasa sayangku ini. Puas kau?” ucap hyemi kesal

Hyemi langsung berjalan meninggalkan kyungsoo ia benar-benar kecewa dengan kyungsoo sekarang

Mengapa ia sangat cepat melupakannya?

Bagaimana bisa? Ucap hyemi dalam hati

Hyemi terus jalan tanpa menoleh kebelakang sedikitpun ia benar benar sudah tak ingin melihat kyungsoo

BRUGK

Hyemi menghentikan langkahnya dan langsung membalikkan tubuhnya ia sangat terkejut sekarang

Kyungsoo terbaring lemas dilantai dengan sigap hyemi langsung menghampiri kyungsoo mengguncang-guncangkan tubuh kyungsoo menampar pelan pipi kyungsoo dan ia sangat terkejut ketika cairan merah mengalir dari hidung kyungsoo

Hyemi bergegas mencari pertolongan

Ia memanggil dokter dan dokter langsung memberikan pertolongan untuk kyungsoo

“kyungsoo-ah bertahanlah eoh?” ucap hyemi ketika sedang mendorong tempat tidur kyungsoo menuju UGD

Sudah 1 jam hyemi menunggu kyungsoo didepan UGD ia terus berdoa kepada tuhan untuk menyelamatkan kyungsoo saat ini

Oh god apa yang harus kulakukan? Apa kau akan mengambil kyungsoo sekarang? Aku harap tidak aku mohon tuhan. Ucap hyemi dalam hati

Pintu UGD akhirnya terbuka dokter yang menangani kyungsoo-pun keluar hyemi bergegas menanyakan keadaan kyungsoo

“dokter bagaimana keadaan kyungsoo?”

~~~~~~~~~~FIRST LOVE~~~~~~~~~~~~

2016

“lee hyemi” panggil seorang namja

“oh kau sudah selesai?” jawab hyemi dengan senyum andalannya

“iya aku sudah selesai, kajja kita pergi” ucap namja itu seraya merangkul bahu hyemi

Mereka segera bergegas menuju tempat tujuan mereka butuh sekitar 30 menit menuju tempat tujuan mereka

“akhirnya kita sampai” ucap namja bertubuh tinggi itu

“kajja” ucapnya sekali lagi

Hyemi hanya diam ia masih menatap gedung didepannya.Sesak.Itu yang ia rasakan saat ini

“hyemi-ah gwenchana?” Tanya namja yang berada disamping hyemi saat ini

“oh nan gwencahana” jawab hyemi

“jinja?” tanyanya kali ini dengan sedikit khawatir

Hyemi tersenyum kepada namja yang sedari tadi menanyakan keadaannya itu

“aku baik-baik saja chan” jawabnya hyemi dengan menunjukkan senyumnya untuk menghilangkan rasa khawatir chanyeol

“baiklah kalau begitu kajja” ucap chanyeol

Sudah 1 tahun hyemi sudah menjalin hubungan dengan chanyeol ia merasa  nyaman dengan  namja bertubuh tinggi itu. Ternyata chanyeol sudah menyukainya sejak lama namun chanyeol tak ingin mengganggu hubungannya dengan kyungsoo saat itu

Kyungsoo

Ah nama itu hyemi masih menyimpan sedikit perasaan untukknya dan chanyeol tau itu

Chanyeol juga memakluminya

Bagaimana tidak? Kyungsoo tiba-tiba saja meninggalkan hyemi dan teman-temannya yang lain 2 tahun yang lalu. Chanyeol tau hyemi pasti yang paling merasa kehilangan saat itu karna hyemi yang berada disamping kyungsoo saat kyungsoo menembuskan nafasnya yang terakhir.

Dan sekarang disinilah mereka berdua ditempat peristirahatan terakhir kyungsoo

“tak terasa sudah 2 tahun saja” ucap chanyeol

“bagaimana kabarmu? aku harap kau baik-baik saja” ucapnya sekali lagi

“hari ini aku mengunjungimu bersama orang yang sangat kau cintai”

“kyungsoo anyeong” ucap hyemi

“sudah lama ya? Bagaimana kabarmu? Aku harap kau baik-baik saja. Disini aku baik-baik saja aku bahagia dengan kehidupan baruku dengan chanyeol, dan aku harap kau juga bahagia dengan kehidupanmu disana” ucap hyemi sedikit bergetar

“aku sudah menepaiti janjiku kyungsoo-ah ak..kku bahagia sekarang bersama chanyeol kka..u tak usah mengkhawatirkanku eoh? Aku akan mengunjungimu lagi tahun depan eoh” ucap hyemi sedikit terisak ia menahan tangisnya ia tak tau mengapa ia selalu ingin menangis apabila mengingat kyungsoo dadanya tersa sesak apabila mengingatnya.

HIKSS

“kyy..ungsoo-ah ann..yeong” ucap hyemi

Hyemi tak dapat menahan tangisnya lagi saat ini, tangisnya pecah didalam pelukan chanyeol hatinya benar benar sakit ia tak pernah membayangkan kehilangan orang yang sangat ia cintai

Hyemi dan chanyeol bergegas pulang kembali kerumah dan didalam perjalanan hyemi hanya diam dan chanyeol pun tak berusaha membuka pembicaraan dengan hyemi

Ia tahu saat ini hyemi butuh sendiri

~~~~~~~~~~FIRST LOVE~~~~~~~~~~~~

“kyungsoo-ah gwenchana?” Tanya kyungsoo

Kyungsoo hanya mengangguk sebagai jawaban. Hyemi tersenyum lembut kepada kyungsoo saat ini hyemi hanya ingin berdua bersama dengan kyungsoo menatap matanya menyentuh jarinya ia hanya ingin berdua dengan kyungsoo saat ini

Hanya itu

“hyemi-ahh” ucap kyungsoo lemah

“hmm wae?” jawabnya. “bisakah kau berjanji padaku?”

“apa itu?”.

“berjanjilah kau harus selalu berbahagia,bahagialah walaupun tak ada aku disampungmu” ucap kyungsoo

“wae? Kenapa kau bicara seperti itu? Kau akan selalu disampingku” jawab hyemi sambil menyentuh jari-jari kyungsoo

“arra, keunde hanya berjanjilah eoh?” ucapnya

“eoh aku berjanji”ucap hyemi mengalah

Hyemi dan kyungsoo terus bertatapan diam. Mereka berdua diam . menikmati waktu mereka berdua perlahan kyungsoo mulai mendekatkan wajahnya ke wajah hyemi dekat semakin dekat sampai akhirnya bibir mereka saling bersentuhan air mata hyemi perlahan demi perlahan turun begitu pula kyungsoo

Kyungsoo mulai memegang tengkuk hyemi memperdalam ciuman mereka entah sudah berapa lama mereka seperti itu sampai tangan kyungsoo terhempas lemas begitu pula tubuhnya

Hyemi panik dan berteriak memanggil dokter

“dokter dok..ter to..long kyungsoo!”ucapnya kepada sang dokter

Dokter melakukan segala cara agar detak jangtung kyungsoo kembali namun apadaya pendeteksinya memunculkan garis panjang dan dokter berhenti melakukan pertolongan terhadap kyungsoo

“andwee andwee dokter kenapa kau berhenti eoh?! Selamatkan kyungsoo jeball dokter” ucap hyemi sudah tak karuan ia mendekati kyungsoo menguncang-guncangkan tubuh kyungsoo berharap kyungsoo segera bangun

“mianhe saya sudah melakukan yang terbaik” ucap dokter itu

“andwee kyungsoo jangan tinggalkan aku” ucap hyemi berteriak

~~~~~~~~~~FIRST LOVE~~~~~~~~~~~~

 “Kyungsoo-ah kau cinta pertamaku, walaupun kau bukan yang terakhir itu tak masalah Terima kasih sudah ada dalam kehidupanku. Aku berharap semoga dikehidupan selanjutnya kita dapat bertemu lagi dan menjadi sepasang kekasih” ucap hyemi dalam hati

END

 

HAI SEMUAAA ^^

Sebelumnya ff ini pernah aku kirim ke dokyungsoofanfictionindonesia tetapi sampai sekarang ff ini belum di publish disana, aku hanya ingin mengkonfrimasi agar tak terjadi kesalapahaman

kembali ke FF

Saya gatau fanfiction ini gereget apa engga, saya juga ga tau fanfic ini dapet apa engga feelnya soalnya selama ini aku hanya reader saja. Dan mungkin jalan cerita ini juga sudah pasaran tapi aku harap kalian akan suka

Maaf kalo endingnya jelek

Ditunggu saran dan kritinya ya

BYEEEE ^^



[Author Tetap] Regret (2) : Just Let Him Go

$
0
0

4c6b3f73dd5b09a6db2bd1d17fdf3988

Write by Alkindi | STUCK IMAGINE

Kim Jongin & Bella – Series- Psycho, Hurt, Angst, Romance, – PG-17

I’m your Angel , darling. I’ll protect you !

Previous :

Till it Hurts

 

Bad Boy,”

“Sudah tinggalkan saja.” Nara sekali lagi mengingatkan sahabatnya agar tidak menderita seperti sekarang.

Cukup sudah ia melihat Bella datang padanya dengan keadaan yang tak wajar. Nara lelah melihat Bella yang selalu datang dengan memar-memar merah di bagian tubuhnya dan air mata di pipinya.

Kai memang selalu menghajar Bella tatkala gadis itu berbuat kesalahan yang bisa dikatakan sepele bagi siapapun orang yang medengarnya. Disisi lain Kai juga terlalu banyak menghabiskan waktu bersama wanita lain di luar sana.

Bella sudah seperti mayat hidup sekarang. Matanya tak luput dari secangkir kopi yang tak lagi panas. Sementara kedua tanganya mengepal di atas meja dengan bergetar, seakan menyiratkan bahwa gadis itu sangat ketakutan sekarang.

I’m afraid. Aku takut kehilangan Kai.” Ungkap Bella akhirnya, walau rintih namun masih bisa masuk ke pendengaran Nara.

“Kau tak perlu takut kehilangan Kai, Bella. Untuk apa kau melakukan semua itu ?” Nara sedikit mengeraskan volumenya, membuat beberapa pengunjung di cafe itu mengalihkan perhatian mereka.

“Karena aku mencintainya, aku yakin Kai juga mencintaiku.” Ucap Bella terdengar putus asa.

“Mencintaimu kau bilang ? Kalau dia mencintaimu, kau tidak mungkin datang padaku dengan memar di wajahmu, kau tidak mungkin datang kepadaku dengan air matamu. Cukup Bella, jangan habiskan sisa hidupmu untuk menangisi pria brengsek sepertinya.” Nara mengguncang kedua bahu Bella.

“Nara cukup, kau membuatku Down !

“Tapi memang itu kenyataanya ! Sekarang keputusan kuserahkan padamu, kalau kau di sakiti lagi oleh Kai, aku akan melaporkanya ke polisi.” Nara mengeluarkan seluruh emosi yang bersarang di kepalanya.

“Lagipula masih ada Baekhyun yang selalu menantimu. Pria itu jauh lebih baik dari Kai kurasa.” Ungkap Nara setelah emosinya sedikit mereda.

“Baekhyun…” ucap Bella lemah sambil menatap pada sesosok pria yang berdiri dengan sebucket mawar di tanganya.

Ya benar. Baekhyun berdiri di sana, dengan senyuman yang selalu tulus di wajahnya. Pria itu semakin mendekat dan menarik satu kursi di antara Bella dan Nara.

“Hai, princess !” Sapanya berusaha membuat Bella tersenyum. Sedetik berikutnya sebucket mawar ia berikan pada Bella. San Bella menampilkan senyuman—walau agak terpaksa, untuk membalasnya.

“Sepertinya aku harus pergi sekarang.” Ungkap Nara sambil memberi aba-aba mata yang menunjuk pada segerombol pria yang terduduk di meja lainya di sudut Cafe besar itu. Baekhyun mengangguk dan langsung mengerti.

Di sudut lain dari Cafe itu, ada Kai dan teman-temanya yang sedang merayakan suatu pencapaian di perusahaan mereka. Baekhyun tahu itu, tapi Bella tak menyadarinya. Kai terlihat sangat bahagia sekarang, berbanding terbalik dengan Bella yang menderita di depanya.

“Buang air matamu untuk lelaki brengsek sepertinya.” Ungkap Baekhyun sambil mengepalkan kedua tanganya. Ia semakin menjadi tatkala melihat seorang wanita yang datang dan langsung dicumbu oleh Kai.

“Apa maksudmu ?” Tanya Bella akhirnya, ia berbalik memandang hal yang sedari tadi ia belakangi, di sana ia melihat Kai dengan gadis yang tak ia kenali. Kai sepertinya juga melihat Bella dari sana.

“Aku ingin membunuhnya sekarang juga !” Baekhyun berdiri dari kursinya, ia berjalan menghampiri Kai dan menghadiahi pria itu dengan tinjuan keras di wajahnya.

Wanita dan teman-teman Kai terkejut, pun juga dengan para pengunjung yang mulai mendekat menghampiri mereka. Kai mengelap kasar bibirnya yang mengeluarkan darah. Setelahnya ia berdiri dan meninju balik wajah Baekhyun.

“Siapa kau ?” Teriak Kai dengan senyuman hambar, membuat Bella yang berdiri di sudut lain ketakutan dan bergetar hebat. Bella sekalipun tak berani menghampiri mereka dan hanya bisa berdiri dan menonton dari kejauhan.

“Kau lihat gadis yang berdiri di sana ?” Ungkap Baekhyun sambil mencengkram kerah kemaja Kai. Kai melihat gadis yang di maksudkan oleh Baekhyun, dan Kai cukup terkejut .

“Aku akan merebutnya darimu.” Lanjut Baekhyun, ia melepas kasar kerah kemeja Kai dan berlalu menghampiri Bella yang masih berdiri mematung di sana. Ia menyelimuti tubuh gadis itu dengan jaketnya dan menggandengnya berlalu meninggalkan Kai, pria yang selalu mensia-siakanya.

Di sisi lain Kai hanya bisa menahan emosinya dengan kepalan di tangan. Fokus matanya tak berpaling dari punggung Bella dan Baekhyun yang sudah pergi meninggalkan tempat itu.


Unfair (Oneshot)

$
0
0

unfair-pic

Tittle : Unfair

Author : GoldGray

Cast : Byun Baekhyun & Z.Hera

Genre : Romance, fancy, etc

Rating : PG-15

Lenght : Oneshot (Sequel tergantung pada reader)

Disclaimer : This story is mine, Byun Baekhyun and Z.hera just a couple that i like even their drama Moon Lovers : Scarlet Heart Ryeo. They are to be married couple in that drama.I love their acting their so funny become married couple. DON’T PLAGIAT MY STORY!!!

 

 

 

Baekhyun P.O.V

Aku saat ini sedang menjalani syuting drama yang akan aku bintangi, ini adalah pertama kalinya aku membintangi sebuah drama besar, ya meski hanya mendapat peran kecil tapi itu suatu kebanggaan untuk ku walaupun sebelumnya aku pernah bermain drama ya itu web drama dan aku hanya mendapatkan beberapa peran kecil karena si Yoda Chanyeol itu yang menjadi pemeran utama di web drama itu. Semoga ini adalah awal yang baik untuk ku di dunia acting, tolong selalu dukung aku EXO-L.

Banyak sekali sunbae-sunbae yang membintangi drama ini, mereka juga membantu ku saat aku mengalami kesulitan dalam memahami karakter yang akan aku perankan ini. Dalam drama ini aku akan dipasangkan dengan seorang wanita yang bernama Z.Hera. Aku pikir dia mempunyai kepribadian yang unik, dia dengan mudah untuk beradaptasi dengan para sunbae, kru, dan juga staff yang bekerja di dalam drama ini.

Saat pertama kali melihatnya, aku memang menanggapinya biasa saja tapi setelah melakukan syuting bersama dengannya aku mulai memahami dirinya. Aku tidak mengerti kenapa aku diam-diam memerhatikannya. Sebelumnya aku tidak pernah seperti ini, saat aku menyukai Taeyeon nuna pun awalnya aku hanya menyukainya sebagai seorang idol hingga aku tak mengerti kapan mempunyai perasaan cinta itu untuknya dan yah sebagai seorang namja aku menyatakan cinta padanya dan Seolmaaa dia menerima ku lalu semuanya berjalan begitu saja hingga kami memutuskan untuk mengakhiri hubungan kami karena kami sama-sama tidak mempunyai waktu satu sama lain.

Tapi ada apa dengan gadis yang bernama Z.Hera ini, bahkan aku baru mengenalnya saat kami membintangi drama yang sama dan secara kebetulan kita menjadi pasangan didrama itu. Dia membuatku selalu memerhatikannya secara diam-diam di lokasi syuting. Z.Hera-ssi apa kau melakukan hal yang sama dengan ku? Ini sungguh tidak adil.

Setelah melakukan syuting selama beberapa bulan akhirnya drama itu akan segera tayang dan kami melakukan press conference untuk launching drama itu.

Saat menghadiri acara prescon untuk launching drama, aku berjalan ke atas panggung bersama dengannya, aaa Z.Hera-ssi neomu yeppeo. Dia sangat lucu, tingkah malu-malunya itu membuat  ku terkejut karena saat di lokasi syuting dia tidak pernah memperlihatkan sikap yang seperti itu. Ya! Z.Hera-ssi kau merasa malu berdiri di atas podium bersama ku hahaha aku menyukai ekspresinya itu bahkan ekspresi seperti itu tidak dapat ku lihat di diri taeyeon nuna. Heoll ige mwoya, Z.Hera-ssi sekarang kau membuatku membandingkan dirimu dengan taeyeon nuna. Ini sungguh tidak adil.

Setelah acara prescon kami para aktor dan aktris yang memerankan drama ini beserta dengan sutradara dan kru membuat party kecil, aku hanya berdiri di sisi panggung saja karena aku masih sedikit canggung. Tapi aku melihat Z.Hera dia sangat atraktiv, saat DJ memainkan musiknya Z.Hera tampak menikmati dan menari di atas panggung. Aku terpesona melihatnya, aku bingung dengan perasaan yang aku rasakan saat ini. Ini sungguh tidak adil.

Beberapa bulan telah berlalu, aku melakukan comeback EXO dengan lagu LOTTO. Hah benar-benar melelahkan dengan semua jadwal padat ini, tapi entah kenapa di sela-sela kesibukanku aku masih suka teringat dengan gadis itu.

Aku masih suka mengingat adegan demi adegan yang aku dan dia perankan bersama-sama, dan saat mengingat itu pasti aku akan tersenyum sendiri dan chanyeol akan mengejek ku habis-habisan saat dia melihatku tanpa sadar tersenyum ketika teringat tentang gadis itu. Aku pun baru tahu beberapa minggu yang lalu bahwa gadis itu debut dengan menjadi seorang solois wanita dan saat itu aku mulai mendengarkan lagunya.

Aku suka dengan lagu debutnya yang berjudul Peacock, judul lagunya unik seperti gadis yang menyanyikannya kkkkk liriknya pun bagus dengan suaranya yang sangat khas itu. Lagunya sangat easy-going untuk didengarkan.

 

Aku tahu sekarang, aku jatuh cinta pada gadis itu. Ya sekarang aku mengakuinya.

 

Aku memberanikan diri untuk mengirim pesan langsung ke akun instagramnya, darimana aku tahu walaupun kita tidak saling memfollow akun kita tapi kita tetap bisa mengirim pesan langsung. Itu karena aku mendapati banyak sekali fans yang mengirim pesan langsung ke akun instagram ku dan ya aku membaca semuanya jika aku mempunyai waktu dan itu sangat menyenangkan untuk ku Walaupun aku tak bisa membalas pesan dari fans ku tapi aku menyukainya.

 

Aku mengirim pesan langsung ke akun instagram gadis itu, aku mengatakan..

 

Hi Hera-ssi

 

Dan tak berapa lama aku mendapat notifikasi kalau Hera membalas pesan ku, dan dia menjawab..

 

Eo.. Annyeonghaseyo Baekhyun-ssi.

Bagaimana bisa kau menghubungiku? Apa ada suatu hal yang penting?

 

Aku tertawa melihat pesan balasan darinya, ini sangat canggung dia mengatakan bagaimana bisa aku menghubunginya dan dia bilang apakah ada yang penting.. heol apa harus ada hal penting terlebih dahulu untuk menghubunginya. Jinjja iyeoja kkkkk.

 

Memang tidak ada hal yang penting, tapi apa harus ada hal penting hanya untuk menghubungimu Hera-ssi kkkkk

 

Aa tidak bukan begitu, hanya aku merasa sedikit yaa… aneh kau tahu hehehe

 

Aaa kau benar, emm Hera-ssi boleh aku minta nomor ponsel mu. Pesan mu tenggelam dengan pesan para fans ku kkkk

 

Baiklah, ini Baekhyun-ssi +82*********

 

Terima kasih Hera-ssi semoga kita bisa berteman baik hehehe

Aku sebentar lagi ada pemotretan jadi sampai disini dulu yah Hera-ssi. Aku akan menghubungimu. Annyeong Hera-ssi.

 

Ya sama-sama Baekhyun-ssi. Baiklah annyeong~

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Pemotretan kali ini berjalan sangat lama, hingga malam hari aku dan teman-teman ku baru bisa menyelesaikan pemotretan untuk majalah Elle.

Setelah pemotretan kami masih harus ke tempat latihan, yah beginilah kehidupan seorang idol yang super sibuk seperti ku terkadang aku merasa lelah tapi aku kembali mengingat perjuangan ku sebelum menjadi seorang idol seperti apa. Itu lebih sulit dari apa yang aku lakukan sekarang, menjadi penyanyi dan penari adalah impian ku dan setelah aku mendapatkannya aku tak mungkin menyia-nyiakannya hanya karena rasa lelah sesaat ku ini. Terutama karena adanya uri fans uri EXO-L, itu membuatku semakin kuat dan terus bekerja keras. Cintai kami dimana pun kapan pun dan dengan keadaan apapun, EXO-L Saranghae..

 

Author P.O.V

Setelah seminggu penuh ini Baekhyun dan member EXO lainnya dipenuhin dengan kesibukan mereka sebagai idol, EXO diberikan liburan selama 3 hari oleh agensi mereka dan kesempatan itu tak di sia-siakan oleh Baekhyun yang hatinya kini tengah berbunga-bunga kembali pasca berakhir hubungannya dengan Kim Taeyeon.

 

Selama seminggu itu Baekhyun sesekali berkirim pesan dengan Hera, syukurlah Hera menanggapinya dengan hangat dan itu membuat Baekhyun merasa mempunyai kesempatan emas menurutnya.

Liburan 3 hari yang diberikan agensinya ini akan Baekhyun gunakan untuk mengajak Hera berkencan, Baekhyun berencana mengajak Hera ke sebuah salon perawatan yang juga menyediakan spa dan pijat karena Baekhyun berpikir jika ia mengajak Hera berkencan sebagaimana halnya anak muda biasa itu akan berbahaya bagi mereka berdua yang merupakan idol apalagi Baekhyun juga khawatir dengan Hera jika mereka ketahuan sedang berkencan oleh fans Baekhyun maka Hera akan dibully habis-habisan oleh fans Baekhyun dan Baekhyun tidak mau hal itu terjadi. Hera pun menyetujui ajakan Baekhyun itu dia memikirkan hal yang sama dengan yang Baekhyun pikirkan tentang kencan pertama mereka ini.

 

Siang hari Baekhyun sudah siap dengan setelan Kaos berwarna hitam dan jas berwarna biru dongker serta celana jeans berwarna hitam, ia menata rambut coklatnya sedemikian rupa. Baekhyun mengalami syndrom ManInLove saat ini.

 

Baekhyun akan menjeput Hera di apartemennya, ia menggunakan mobilnya yang jarang sekali ia pakai sehingga para fans tidak mengetahui jika itu adalah mobil seorang idol Byun Baekhyun.

 

Baekhyun memasuki baseman apartemen Hera dan melihat Hera sudah menunggu di dekat lift baseman lengkap dengan penyamarannya, Baekhyun tertawa kecil melihat Hera sepertinya sudah mempersiapkan dengan matang acara kencan mereka ini

 

Akhirnya aku sampai di baseman apartemen Hera, aku melihatnya telah menungguku di dekat lift baseman ini.

 

Ya tuhan apa itu, Hera menggunakan pakaian serba hitam lengkap dengan kaca mata dan masker yang berwarna hitam. Dia lucu sekali memakai pakaian itu seperti teroris saja, apa dia tidak takut dicurigai sebagai teroris oleh orang-orang yang melihatnya. Jinjja iyeoja hahahaha…

 

Aku menghentikan mobilku tepat di depan Hera, dia tampak menundukkan badannya dan melihat ke arah mobil dan ku turunkan kaca mobilku agar Hera tahu bahwa ini adalah aku. Setelah mengetahui bahwa mobil ini yang mengemudi adalah aku ia langsung masuk ke mobil ku tanpa menunggu aku yang membukakan pintu.

 

“Annyeong oppa..” Ujar Hera sambil menggunakan seatbeltnya dan tersenyum ke arah ku, Ya tuhan senyumnya apakah aku boleh meleleh saat ini juga hehehe. Ya Byun Baekhyun kemana perginya Baekhyun-si-namja-Manly itu.

 

“Ya Ra-ya baru saja aku akan keluar untuk membukakan mu pintu, kau membuatku terlihat tidak gentle sama sekali kau tahu.” Benar-benar yeoja ini, apa dia tidak mengerti perasaan seorang namja disaat namja akan menjemput yeoja untuk kencan hal kecil seperti membukakan pintu mobil untuk yeojanya adalah suatu kejantanan bagi para namja.

 

“Ya! oppa kau mau ketahuan oleh paparazi jika kau lah yang menjemputku. Kau sangat kekanakan sekali.” Ujar Hera mendelik tajam ke arah ku, apa-apaan mata itu melihat ku tajam seperti itu tapi walaupun wajahnya jutek seperti itu entah kenapa aku tak bisa marah padanya hahahha.

 

Oh ya kalian pasti bingung kenapa Hera memanggilku oppa, karena aku memintanya. Ya seminggu pendekatan kita melalui pesan-pesan dan terkadang aku akan meneleponnya membuat kami menjadi lebih akrab dan saat aku memintanya untuk memanggil ku oppa ia tidak keberatan sama sekali dan menerimanya begitu saja, memang awalnya canggung tapi itu hanya sesaat tak mungkin seorang Byun Baekhyun membiarkan suasana canggung itu berlama-lama diantara aku dan Hera.

 

Setelah mengakhiri perdebatan kecil mereka mengenai kegentlelan-namja-dalam-hal-membukakan-pintu-mobil, Baekhyun melajukan mobilnya dijalanan seoul yang lumayan lenggang, Baekhyun dan Hera masih menggunakan Kaca mata hitam mereka karena takut ada paparazi atau salah satu fans mereka yang menyadari keberadaan Baekhyun dan Hera.

Menempuh 45 menit perjalanan dari apartemen Hera ke tempat salon yang akan mereka kunjungi bersama untuk kencan mereka ini. Baekhyun memilih salon ini karena ia juga ingin memanjakan tubuhnya dengan pijatan dan spa karena tubuhnya akhir-akhir ini merasa lelah sehingga Baekhyun butuh merilekskan tubuhnya dan Hera setuju saja. Salon ini merupakan salon terkenal, dan salon ini mempunyai tingkat privasi yang tinggi. Mereka akan menjaga privasi para konsumennya jika para konsumennya sangat membutuhkan hal tersebut.

 

Baekhyun Hera memasuki salon tersebut dan menjalani segala rangkaian perawatan, di mulai dari pijatan pada tubuh, tangan, dan kaki mereka. Selama menjalani itu Baekhyun dan Hera banyak membicarakan sesuatu, Baekhyun dan Hera seperti tidak kehabisan bahan bicara mereka tertawa dan terkadang Hera akan mendelik tajam ke arah Baekhyun saat Baekhyun mengejeknya. Mereka terlihat seperti pasangan walaupun pada kenyataannya ini adalah kencan pertama mereka.

 

Setelah melakukan pijatan, Baekhyun dan Hera berendam di air hangat dengan wewangian aroma terapi. Mereka sangat menikmati ini, karena ini membuat mereka menjadi lebih dekat satu sama lain.

 

“Oppa bagaimana tubuh mu sudah lebih rileks sekarang?” Ujar Hera sambil menatap ke arah Baekhyun, mereka berada di suatu ruangan khusus yang di dalamnya terdapat 2 set bath up. Jangan pikir mereka sama-sama dalam keadaan naked. Mereka berendam dengan menggunakan pakaian serba putih yang disediakan oleh pihak salon.

 

“Ya ra-ya ini sangat menyegarkan, seperti batu-batu yang telah menempeli tubuh ini pergi begitu saja. Ini membuatku nyaman dan rileks.” Ujar Baekhyun sambil menyandarkan tubuhnya.

 

Hera yang melihat itu hanya tersenyum, ia sangat senang melihat wajah tenang Baekhyun.

 

Hera sangat senang melihat wajah tenang Baekhyun, Hera tahu Baekhyun merupakan idol yang mempunyai kesibukan di tingkat dewa jadi saat Baekhyun mengajaknya berkencan ke salon perawatan seperti ini ia menerimanya karena Hera berpikir ini bagus untuk merilekskan tubuh Baekhyun yang lelah akibat aktivitas padatnya.

Hera pun mengikuti Baekhyun menyandarkan tubuhnya, dan saat ia akan menutup matanya..

“Ra-ya..” Baekhyun memanggil Hera dengan mata yang masih terpejam dan Hera melihat Baekhyun mengulurkan tangannya. Hera bingung kenapa Baekhyun mengulurkan tangannya, apa yang Baekhyun minta sebenarnya. Baekhyun hanya memanggil Hera dan mengulurkan tangannya tanpa mengatakan satu hal pun. Hera tampak berpikir..

“Apa yang kau minta sebernarnya oppa? Aku bingung karena kau tak memberitahuku!” Ujar Hera sedikit kesal

Baekhyun membuka matanya, dan menatap mata Hera..

“Aku hanya ingin menggenggam tangan mu ra-ya. Aku membutuhkan genggaman tangan mu agar aku bisa tidur dengan tenang.” Ujar Baekhyun menatap mata Hera dengan lembut.

Hera pun tampak salah tingkah mendengar Baekhyun mengatakan itu, dan ia menerima uluran tangan Baekhyun dan saat itu juga Baekhyun kembali menyandarkan tubuhnya dan memejamkan matanya. Hera pun melakukan hal yang sama seperti Baekhyun.

Diam-diam Baekhyun tersenyum dalam tidurnya, ia benar-benar bahagia. Baekhyun berharap semuanya akan berjalan sesuai apa yang ia harapkan.

Baekhyun Hera telah menyelesaikan acara berendam yang diiringi dengan sikap romantis dari seorang Byun Baekhyun, dan sekarang mereka sedang melakukan creambath bersama-sama. Baekhyun bilang ia ingin mengganti warna rambutnya menjadi hitam seperti warna rambut Hera saat ini, Hera pun hanya tertawa melihat Baekhyun yang seperti ini. Hera tak pernah berpikir atau pun membayangkan jika ia akan bisa sedekat ini dengan seorang Byun Baekhyun, Hera benar-benar masih mengaggap ini seperti mimpi di mulai Baekhyun yang mengirim pesan ke akun Instagramnya dan hingga saat ini ia merasa ini benar-benar tidak nyata. Tapi Hera tetap akan menjalani ini, sepertinya Hera sudah lebih nyaman dengan kehadiran seorang Baekhyun di kehidupannya ini.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Tak terasa malam telah tiba, Baekhyun dan Hera sudah menyelesaikan serangkaian perawatan tubuh, rambut, dan wajah. Mereka berjalan menuju baseman..

“Ra-ya kali ini biarkan aku membukakan pintu mobil untuk mu oke..!!” Ujar Baekhyun dengan nada memaksa.

“Ya, terserah kau sajalah oppa.” Ujar Hera dengan nada malasnya tetapi itu terlihat imut di mata Baekhyun yang tengah mengalami syndrome ManInLove ini.

 

 

Di dalam mobil Baekhyun dengan sengaja memutar lagu debut Hera yang berjudul Peacock dan ia menyanyikan beberapa bait lagu itu. Hera kaget mendengar lagu apa yang tengah di putar oleh Baekhyun di mobilnya ini bahkan Baekhyun menyanyikan liriknya dengan begitu fasih.

“Oppaa ba.. bagaimana bisa kau.. emm kau tahu lagu ini?” Ujar Hera dengan wajah kagetnya mehadap ke arah Baekhyun. Baekhyun hanya tersenyum dan menatap Hera dengan pandangan yang mengatakan aku-akan-menjelaskan-setelah-lagu-ini-berakhir. Bait terakhir yang dinyanyikan Baekhyun berakhir lagu itu pun berakhir.

내 키보다 커져버린 슬픈 꿈들이

희미한 빛마저 가려도

헤매다 지쳐버린 아픈 영혼이

푸른 메아리로 노래해

라이 라이라이라이

라이 라이라이라이

아스라이

보이는 길

한발 더 가까이

바이 바이바이바이

바이 바이바이바이

You never gonna feel my heart beat

날 지켜봐줄래

까만 밤 지나면

저 별들 속을

오오오 나 오오오

꿈꾸듯 날아가

다시 저 태양을 향해

나를 믿어줘 그 곳에 Stay for me

흩어지는 차가운 숨 떨림의 온도

오히려 날 강하게 하고

눈앞에서 펼쳐지는 시련의 벽이

막아서도 놀라지 않아

라이 라이라이라이

라이 라이라이라이

아스라이

보이는 길

한발 더 가까이

바이 바이바이바이

바이 바이바이바이

You never gonna feel my heart beat

날 지켜봐줄래

까만 밤 지나면

저 별들 속을

오오오 나 오오오

꿈꾸듯 날아가

다시 저 태양을 향해

나를 믿어줘 그 곳에 Stay for me

귀를 기울이고 너를 기다려

바람결에 들린 너의 속삭임

풀리지 않았던 크레타 미로

이젠 날아오르니

I just can do it

두두루 두두루 두두두두 두두루

오오 오오 오

두두루 두두루 두두두두 두두루

오오 오오 오

날 지켜봐줄래

까만 밤 지나면

저 별들 속을

오오오 나 오오오

꿈꾸듯 날아가

다시 저 태양을 향해

나를 믿어줘 그 곳에 Stay for me

날 지켜봐줄래

까만 밤 지나면

저 별들 속을

오오오 나 오오오

꿈꾸듯 날아가

다시 저 태양을 향해

나를 믿어줘 그 곳에 Stay for me

Baekhyun menyelesaikan nyanyiannya dengan tersenyum mengahadap Hera.

“Kenapa kau sangat terkejut seperti itu Ra-ya, kau tahu aku sangat menyukai lagu mu itu.” Ujar Baekhyun sambil mengelus Rambut Hera dengan mata yang masih fokus ke arah depan dengan setir yang berada di tangan kirinya.

“Bagaimana aku tidak terkejut, kau mengetahui lagu debut ku disaat orang lain pun tak begitu tahu tentang itu. Gomawo oppa.” Ujar Hera dengan senyum malu-malunya.

“Untuk apa berterima kasih, akulah yang harus berterima kasih hari ini sungguh sangat menyenangkan untuk ku. Kau tahu aku sangat menikmati kencan pertama kita ini, aku harap kau juga menikmatinya!” Ujar Baekhyun dengan wajah berseri-serinya.

 

“Ya oppa, sejujurnya aku juga menikmatinya. Ini adalah kencan pertama ku yang menakjubkan kau tahu hahaha. Untuk pertama kalinya setelah aku debut menjadi idol dan oppalah orang pertama yang mengajak ku melakukan kencan buta seperti ini. Suatu keberuntungan bagi ku bisa berkencan dengan idol yang sangat terkenal seperti mu. Aku tidak akan melupakan hal ini oppa.. Gomapta oppa.” Ujar Hera sambil sedikit membungkukkan tubuhnya.

Baekhyun menghentikan mobilnya ke pinggir jalan dan ia pun mengahadap ke arah Hera.

“Ya ya ya Ra-ya, kenapa kau seperti ini kau tak perlu berterima kasih dengan membungkukkan tubuh mu seperti itu. Aku senang mendengar mu berbicara seperti itu. Jadi mari kita mencoba untuk lebih dekat lagi, kau mau kan?” Ujar Baekhyun, ia memegang kedua tangan Hera dan menatap Hera..

Hera tampak berpikir, yang dikepalanya saat ini “Apa maksud Baekhyun oppa sebenarnya?” Hera tak bisa berpikir hal lain saat ini, tetapi pada akhirnya ia hanya mengangguk dan membalas senyum Baekhyun. Melihat respon Hera yang seperti itu, Baekhyun pun tersenyum semakin lebar dan ia mengelus rambut Hera dengan sayang.

Ya kita semua tak tahu arti dari apa yang dikatakan Baekhyun sebenarnya, biarkan keduanya merasakan perasaan satu sama lain dengan perlahan-lahan. Semoga Baekhyun dan Hera mendapatkan kebahagiaan yang diinginkan kedua hati mereka.

 

 

E.N.D

 

Annyeong yeoreobeun hehehe^^ jelek kan? Amburadul kan? Gaje kan? Itulah saya wkwkwk.. cerita ini mungkin agak absurd. Yah saya hanya mencoba menuangkan cairan yang berbentuk cerita ini ke dalam sebuah tulisan absurd ini. Daripada dibuang nanti mubadzir kan saya jadi dosa juga hehehehe..

Kenapa aku pakai couple Baekhyun dan Z.Hera karena aku suka mereka di drama moon lovers scarlet heart ryeo, sumpah itu akting baekhyun lucu bgt apalagi waktu sama z.hera itu aghh mereka berdua cocok. Aku sih berharap mereka bisa berteman tapi kayanya si Baek ini susah untuk deket sama cewe yah atau mungkin belum bisa move on dari mantannya dia itu kkkk semoga aja ngga deh. Akhir-akhir ini juga EXO lagi banyak masalah terus yah si Kai yang cedera chanyeol juga trus D.O yang dibilang mau keluar lah ahh k-net emg kadang berlebihan emang apa salahnya D.O mau kencan atau hang out bareng-bareng temen aktornya itu juga kan salah satu bentuk kesopanan siapa tau karena kebetulan temen-temen aktor D.O itu lagi ada di jepang dan saat itu juga kan D.O abis konser di jepang jadi mereka memutuskan hang out bareng. Fans jepang juga bilang D.O cuman hang out ke mall bareng temen-temen aktornya itu. Yah semoga aja D.O ga kaya kibum suju yah, kita doakan yang terbaik untuk EXO dan semoga EXORDIUM di jakarta Tahun depan aja karena uang ku belum cukup untuk beli tiket konser huuuaaa,, ada yang berniat bayarin author heheehe ngga kok bercanda. Oke deh segitu aja, EXO SARANGHAJA EXO-L WE ARE ONE.

 

Bonus pic

1

2

3

4

( kalo kalian liat videonya ngakak deh liat ekspresi Baekhyun dan Z.Hera ^^)

5

6

7

8

9

10

11

(Bajunya sama-sama warna putih nih^^ t-shirt couple bukan tuh kkkkk)

 

Gamsahamnida^^ *Bow

 


exofanfiction ‘XOXO PARTY 2017’

$
0
0

posterYaaaay It’s party time! Tahun 2017 sebentar lagi dan event  XOXO Party sudah dimulai ya~ Ini event tahunan kami yang mengajak kamu untuk mengembangkan bakat menulismu. Jadi yang suka menulis WAJIB ikut. Kenapa? Banyak hadiah menanti dan karyamu akan diterbitkan oleh penerbit major.

Yang berbeda tahun ini adalah:

  • Bukan fanfiction tapi Korean story. Setting tidak harus di Korea tapi penamaan tokoh dan cerita berbau Korea.
  • Toko Original Character (OC), tidak boleh menggunakan nama beken alias nama panggung.
  • Tidak ada pemilihan Most Dedicated Reader (MDR) tapi tenang saja, setelah event XOXO PARTY ini kami akan mengadakan event Blog Tour dimana kamu menulis review buku yang nanti akan diterbitkan (berisi 10 cerita terbaik dari event ini). Akan ada hadiahnya juga.
  • Jika tidak ada kendala, akan ada event plus book launching & book signing (jadi siapkan tanda tangan terbaikmu), dan gathering kpopers juga🙂

Langsung aja tengok aja info lengkapnya yuk!

………………………………..✗………………………………..

♚Hadiah: 

Kategori Terbaik

  • Juara 1: Total hadiah senilai 750.000 >> Official Lightstick EXO (version 1), Phonecase, Masker, Minifan, Minibanner, Unofficial photocard
  • Juara 2: Total hadiah senilai 450.000 >> EXO Love Me Right Album, Phonecase, Masker, Photosticker, Unofficial photocard, Photosticker
  • Juara 3: Total hadiah senilai 420.000 >> EXO Exodus Album, Phonecase, Masker, Photosticker, Unofficial photocard, Photosticker

Kategori Favorit Juri

  • Favorit 1: Total hadiah senilai 380.000 >> EXO XOXO Album, Etude darling liptint, Etude drawing eyebrow
  • Favorit 2: Total hadiah senilai 220.000 >> Topi ‘ WOLF’, Official poster, Unofficial poster
  • Favorit 3: Total hadiah senilai 150.000 >> Minifan, Official poster, Unofficial poster

Kategori Inspiring Story

  • Inspiring 1: Total hadiah senilai 225.000 >> EXO Miracle In December Mini Album, Etude drawing eyebrow, Unofficial poster
  • Inspiring 2: Total hadiah senilai 215.000 >> Topi ‘ XOXO’, Official poster, Unofficial poster

Kategori Tema Cerita Terunik

  • Terunik 1: Total hadiah senilai 225.000 >> Pouch, Mug, Etude darling liptint, Official poster, Unofficial poster
  • Terunik 2: Total hadiah senilai 175.000 >> Pouch, Mug, Official poster, Unofficial poster

Selain hadiah di atas, 10 Karya terbaik akan diterbitkan dalam bentuk kumpulan cerita oleh Penerbit Grasindo dan kalian akan mendapatkan paket buku yang diterbitkan. 10 Penulis yang karyanya masuk dalam buku tidak mendapatkan royalti, namun jika penjualan buku baik maka kami akan memberikan kompensasi dengan jumlah tertentu (informasi detail nanti akan dikirimkan ke email masing-masing).

Ongkos kirim pengiriman paket hadiah ditanggung pemenang.

………………………………..✗………………………………..

➷Persyaratan:

SYARAT ADMINISTRATIF

FOLLOW blog exofanfiction.wordpress.com

FOLLOW twitter @exofanfic_id dan @grasindo_id

FOLLOW instagram sponsor berikut:

  • @exofanfic_id
  • @grasindo_id
  • @pandas.Kshop
  • @noonaonstore
  • @mykpopstore_
  • @kbahyun
  • @btrice_store
  • @Kpopplanet.id
  • @bentheletude
  • @firelights_kshop
  • @koreanshopp

ADD LINE@ blog dan sponsor/media partner berikut:

◢Cek home/timeline LINE@ EXOFanfiction dan SHARE postingan tentang lomba ini ke timeline kamu (public share)

SHARE info tentang event ini ke 2 GRUP (minimal 10 anggota) atau ke 20 orang temanmu di LINE.

Screenshot bukti share dan follow/add kamu, lalu kirim ke LINE@ EXOFanfiction, jangan lupa sertakan nama pena yang kamu gunakan juga ya.

KETENTUAN PENULISAN & PENGIRIMAN

  • Tema: Colors of My Life
  • Satu orang hanya boleh mengirimkan 1 cerita.
  • Tokoh utama ORIGINAL CHARACTER (OC). Jika kamu inggin menggunaan tokoh artis, misalnya EXO Kai, makan gunakan nama Jongin. Tidak boleh menggunakan nama beken alias  nama panggung.
  • Original character (OC) juga berlaku untuk tokoh pendukung lainnya.
  • Length FF: Oneshot (1900 – 2000 kata) bisa dihitung dengan word count di microsoft word 1900 – 2000 kata adalah jumlah kata dalam cerita, tanpa spasi, bukan keseluruhan kata dalam satu file Microsoft Word). Tidak ada toleransi kekurangan/kelebihan jumlah kata
  • Belum pernah dipublikasikan ke media sosial, blog atau website manapun.
  • Tidak mengangkat tema keartisan atau kehidupan nyata Boybad/girlband tertentu.
  • Tidak mengandung unsur SARA, kekerasan yang berlebihan/gore, self-harm, genderbender/genderswitch, YADONG, YAOI, dan YURI.
  • Tidak plagiat, jika diketahui melakukan plagiarism akan didiskualifikasi. Admin memberikan perhatian khusus terhadap kemungkinan aksi ini.
  • Batas rating: PG-15
  • Genre dibebaskan kepada peserta asalkan disesuaikan dengan rating cerita dan tema yang diberikan.
  • Diutamakan isi cerita yang dapat memberikan inspirasi positif kepada pembaca.
  • Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Penulisan sesuai EYD.
  • Istilah dan kalimat asing diperbolehkan (jika author menganggap itu penting) tapi tidak disarankan.
  • Kata dan kalimat asing harus dicetak miring dan diberi terjemahan di akhir kata. Dan kata hasil terjemahan tetap dihitung dalam length loh, jadi hati-hati untuk tidak terlalu banyak menggunakan bahasa asing. Mari kita mencintai bahasa negeri kita sendiri ya.
  • Font yang digunakan: TIMES NEW ROMAN. SIZE 12. SPACING 1.5 LINES.
  • Berikut format naskah yang harus dikirim kepada kami.

Halaman pertama naskah cerita.

  1. Judul:
  2. Genre:
  3. Length (jumlah kata):
  4. Abstrak cerita : Garis besar FF (3-4 kalimat sudah cukup)

Isi cerita kamu

Halaman paling akhir naskah.

Tuliskan Biodata kamu, antara lain:

  • Nama lengkap
  • Nama pena atau nama yang ingin digunakan jika cerita kamu diterbitkan.
  • Alamat rumah lengkap (termasuk kecamatan dan kode pos)
  • No.HP
  • ID LINE dan display name LINE
  • Tipe HP yang digunakan

Tuliskan paragraf perkenalan kamu untuk ditaruh pada bagian ‘Tentang Penulis‘ di buku. Cukup 3-4 kalimat saja.

Lihat contoh di sini.

  • Karya yang akan dinilai juri adalah yang terlah memenuhi semua persyaratan di atas. Jadi pastikan kamu mengisi format tulisan di atas karena jika kamu alpa mengisi salah satu item, kamu akan didiskualifikasi jadi pastikan lengkap dan semua terisi ya.
  • Simpan naskah kamu dalam format Microsoft Word 2003 dengan nama dokumen: Nama pena kamu_Judul Cerita kamu.
  • Kirim dokumen dalam bentuk attachment atau dilampirkan ya. Tidak diperkenankan menuliskan cerita di body email. Kirim ke email ke exofanfiction.party@yahoo.com dengan format subyek/judul email:

[XOXOPARTY2017]_ Nama pena kamu_Judul cerita kamu

  • Nama yang dimaksud di atas adalah nama pena atau nama yang ingin digunakan untuk publikasi.
  • Peserta tidak perlu mengirimkan poster dan tidak mempengaruhi penilaian.
  • Keputusan Juri tidak dapat diganggu gugat kecuali yang terbukti plagiat.
  • Jika kamu sudah mengirimkan email silahkan chat di LINE@ exofanfiction dengan menyebutkan ‘Nama pena & Judul Cerita’.

………………………………..✗………………………………..

➷Jadwal Kegiatan:

Tanggal Uraian Keterangan
21 November 2016 Mulai promosi kegiatan
21 November – 31 Januari 2017 Pengiriman naskah cerita Kirim ke email yang sudah ditentukan.

exofanfiction.party@yahoo.com

31 Januari 2017 Penutupan pengiriman naskah Pukul 24.00 WIB
5 Februari Pengumuman Judul naskah yang lolos tahap administrasi Diseleksi oleh admin
5 Februari – 5 Maret 2016 Penjurian
6 Maret 2017 Pengumuman Pemenang Diumumkan di blog exofanfiction

Pemenang terpilih diharapkan sering men-cek email dan blog untuk informasi terbaru

April 2017 Buku terbit. Pengiriman hadiah dan konfirmasi penerimaan hadiah Pemenang wajib memberikan testimoninya jika sudah menerima hadiahnya dan men-tag blog serta sponsor

………………………………..✗………………………………..

Nah, itu informasi detail tentang XOXO Party 20176, jika masih ada yang kurang jelas silahkan meninggalkan pertanyaan di kolom komentar atau langsung chat ke LINE@ kami. Budayakan untuk membaca dulu sebelum bertanya ya dan mohon untuk tidak menanyakan pertanyaan yang sama berulang-ulang. Kamu bisa cek juga pertanyaan-pertanyaan yang sudah dijawab admin. Cek terus blog untuk update terbaru. Dan, jangan lupa untuk mempromosikan event ini ke teman-teman kamu ya~ Selamat berkarya!

__________________


(Author Tetap) Marry Me? (sequel of You and I)

$
0
0

6kn2nsutoy

story by: blank.

Park Chanyeol, OC | oneshot | general | romance

–sequel of You and I–

\(^o^)/

Wanita itu menghembuskan napasnya untuk yang kesekian kali, beruasaha untuk tetap tenang bahkan pada saat ponselnya memberitahu jika manusia yang sedang ia telpon dalam keadaan tidak aktif.

Dia merebahkan punggungnya pada senderan kursi di kafe itu, memandang jenuh pada jendela di sampingnya, memperhatikan banyak mobil berlalu-lalang, lalu netranya melirik barang sebentar ke arah jam di pergelangan tangannya.

Sudah jam lima sore dan manusia yang ia tunggu belum juga datang, tak mungkin bahwa manusia itu lupa. Bahkan wanita itu baru mengiriminya pesan singkat lima menit lalu. Dan sudah enam kali pelayan wanita itu menghampiri mejanya, menanyakan apa yang ingin ia pesan dengan wajah yang lama-kelamaan tampak jengkel. Ia hanya tersenyum, bilang jika yang ia tunggu belum juga datang.

Jadi ia putuskan, ia akan menunggu tiga menit lagi. Sebelum benar-benar tepat jam lima sore.

Rasanya, tiga menit berlalu dengan sangat lama, wanita itu menarik napas jengah, bersiap meninggalkan kafe dengan tatapan jengkel dari sang pelayang wanita.

Dia berjalan pelan menyusuri jalanan ibu kota yang mulai di selimuti salju dengan wajah tertekuk, tak bersemangat untuk menghabiskan malam dingin seorang diri. Ia butuh seseorang.

Ia butuh pria-nya.

Tapi mana? Bahkan laki-laki sialan itu mematikan ponselnya, tak menggubris panggilan rindu darinya.

Ia rindu, ingin sekali rasanya menyesap pelan bibir lelaki itu.

Ia mengerutkan keningnya begitu kakinya terantuk sesuatu di depan pintu apartemennya. Ia menunduk, memperhatikan benda apa yang sudah menghalangi jalannya.

Kotan besar dengan pita berwarna biru.

Ia ambil kotak itu, memperhatikan bentuknya, dan mencari kertas kecil yang biasanya memberitahu siapa si pengirim kotak.

Tak ada, isinya hanya baju musim dingin cantik berwarna merah.

Wanita itu memperhatikan sekitar, lehernya bergerak ke kanan dan kiri, mencari seseorang yang kemungkinan masih di sana, mengintip dari balik tembok besar di ujung lorong. Atau orang yang sedang mencari kotak besar di depan pintu apartemennya (karena mungkin saja si pengirim salah alamat). Tapi tak ada, lorong apartemen itu sepi.

Sampai di dalam, wanita itu segera membongkar isi kotak besar di hadapannya, dan alisnya semakin bertaut saat terselip kertas kecil kusam dengan tulisan tangan yang ia tak ketahui siapa;

Untuk Song Chae Yoon. Pakai baju ini dan keluarlah pukul 7. Lihat betapa berkilaunya langit malam ini. Lihat betapa cantiknya dirimu.

Sungguh, ini bukan lelucon yang lucu.

Ia bolak-balik kertas kecil itu, berharap ada penjelasan yang lebih masuk akal mengenai baju yang harus ia kenakan tepat pukul 7. Tapi nihil, kertas itu kosong kecuali isi yang ia baca tadi.

Ya ampun, apa-apaan ini.

Tepat pukul tujuh kurang lima belas, Chae Yoon sudah rapi dengan setelan yang ada di dalam kotak besar itu.

Ia mengenakan sweater putih dengan mantel panjang merah. Lengkap dengan syal dan topi rajut warna senada. Ia poleskan sedikit riasan pada wajah cantiknya, dan membiarkan rambutnya tergerai dengan jepit kecil hitam yang ia beli bersama kekasihnya saat natal tahun lalu.

Ah, ia jadi merindukan pria-nya lagi.

Park Chanyeol. Sedang apa ia sekarang? Apa lelaki itu juga merindukannya seperti ia merindukan Chanyeol?

Chae Yoon menghela napas, memejamkan mata, lalu melihat ke arah jam dinding di belakangnya. Sudah tepat pukul tujuh.

Saat ia mendorong pintu putih apartemennya, hal pertama yang ia lihat adalah balon merah muda dengan tali yang di ikat dengan batu dan secarik kertas (mungkin agar tidak terbang dan berdiri tegak). Tapi apa kertas itu? Apa gunanya?

Maka, ia ambil kertas itu, sekali lagi mengerutkan alis saat kertas itu bertuliskan;

Pergi ke luar sekarang, temukan kejutanmu malam ini.

Chae Yoon mati-matian menahan umpatan kotor di otaknya, bersiap memaki siapa saja yang dengan kurang ajarnya membuat lelucon tak lucu seperti ini.

Eh, tapi salahkan ia juga karena dengan bodohnya mengikuti permainan sialan ini.

Masih dengan tangan menggenggam kertas kecil yang ia dapat dari balon di depan pintu apartemennya, Chae Yoon berjalan ke arah lift, memencet tombol lobby, dan berdiri di sana dengan canggung.

Pasalnya, ada seorang pria paruh baya dengan pakaian mencurigan yang memegang sebuah tongkat panjang. Pakaiannya agak kumal, dengan topi besar di kepalanya. Perawakannya juga tinggi, tidak terlalu besar, tapi rahangnya tegas.

Tunggu. Sepertinya ia mengenali laki-laki paruh baya di sampingnya.

“Hei, Nak. Bisa kau ambil ini?”

Chae Yoon terkejut, hampir saja terjengkak bila tak ada tembok besar di belakangnya. Bapak tua ini tiba-tiba menyodorkan kotak kecil abu-abu dengan secarik kartu putih di atasnya.

“Ambil, Nak.” Bapak tua itu mengulangi, sedikit menggoyang tangannya.

Canggung, Chae Yoon ambil kotak itu, “Terimakasih,” lalu berharap agar lift yang ia naiki segera sampai ke tempat tujuan.

Lobby itu masih sama, tak ada yang mencurigakan. Dan Chae Yoon mengucap syukur karena itu.

Netranya menyapu seluruh isi ruangan, orang-orang, dan banyak benda di tempat itu. Semuanya sama. Jadi, apa maksudnya ia datang ke sini?

Ya ampun, Song Chae Yoon. Kamu ini idiot sekali.

Oh!

Chae Yoon melupakan kotak pemberian si Bapak Tua. Ia merogoh saku mantelnya, tersenyum saat menyadari betapa cantiknya kotak abu-abu yang ada di genggamannya. Wanita itu menarik kartu yang terselip di kotak kecil, lalu membacanya dalam hati.

Jangan berani untuk membukanya. Datanglah ke taman. Sekarang.

Apa lagi ini? Oke, Chae Yoon mulai panik di sini. Lagipula, apa maksudnya dengan “pergi ke taman”? Lalu, apa isi kotak ini? Dan, siapa Bapak Tua yang ia temui di lift?

Baiklah, Song Chae Yoon. Jangan takut. Lagipula, dulu kau pernah ikut ekskul taekwondo.

Chae Yoon berjalan menuju taman yang entah kenapa malam ini terasa begitu sepi dan–gelap?

Bulu kuduk Chae Yoon meremang, di susul oleh semilir angin yang menusuk kulit mulusnya, Chae Yoon bersiap menelpon polisi dan berteriak sekencang yang ia bisa bila sesuatu yang buruk terjadi padanya.

Semakin dekat dengan taman itu, semakin terasa jika lampu-lampu jalan di pinggir taman semakin remang cahayanya. Dan banyak orang yang meninggalkan tempat itu.

Ini perasaannya saja atau memang taman ini mendadak menyeramkan?

Song Chae Yoon bodoh. Ini karena kamu kebanyakan menonton drama. Aih, bodohnya aku.

Sesampainya di sana, Chae Yoon melongo ke arah dalam taman (lebih tepatnya mengintip dari balik pohon), dan setelah di rasa cukup aman dan dia sudah bersiap dengan ponsel di tangannya (berjaga-jaga untuk menelpon polisi sambil berlari dan berteriak kencang), Chae Yoon melangkah ragu-ragu ke dalam taman.

Satu langkah, satu lampu di taman itu menyala. Kecil, membuat pijaran lampunya menerangi jalan walau hanya selangkah.

Chae Yoon terperanjat, hampir saja memaki jika ia tak sadar bahwa yang menyala hanya lampu kecil yang sengaja di tanam seseorang di rumput.

Tunggu, sejak kapan ada lampu kecil seperti ini di rumput? Kalau terinjak bagaimana?

Masih dengan alis bertaut dan kebingungan, Chae Yoon melangkah lagi ke depan dengan perasaan tak enak. Dan, seperti yang ia duga, satu lampu lagi menyala.

“Memang ini hari apa, sih?” Gumamnya sembari terus melangkah takut-takut, masih menggenggam ponsel, omong-omong.

Tiga lampu menyala saat Chae Yoon melangkah maju tiga langkah. Masih dalam keadaan was-was, Chae Yoon mencoba untuk membuka suaranya. “Siapapun kamu,  ayolah, ini benar-benar tidak lucu.”

Hening, hanya angin malam yang menusuk tulang yang berembus pelan, menerbangkan beberapa helai anak rambutnya.

“Aku bisa telpon polisi kapan pun aku mau. Jadi kamu percuma saja berbuat hal semacam ini.”

Susah payah, Chae Yoon telan salivanya, mencoba berjalan lebih jauh untuk melihat ke depan sana. Karena ia tak bisa bohong, satu bagian hatinya menginginkan pergi ke sana, entah ada hal apa yang menunggu, tapi bagian itu punya firasat baik. Dan Chae Yoon percaya apa kata hati kecilnya.

Sudah hampir sampai di tengah bukit taman, dan terlihatlah siluet seorang pria di ujung sana. Ah, benar, kan!

“Permisi. Anda siapa, ya?” Langkah Chae Yoon terhenti, menunggu respon dari siluet hitam di depannya.

Siluet itu melambai, menyuruh Chae Yoon untuk mendekat. Chae Yoon tahu jika orang itu bukan orang jahat. Maksudnya, mana ada seorang jahat yang melambaikan tangannya ke arah seorang gadis? Lagi pula, kenapa pula dia dengan repotnya membelikan Chae Yoon mantel mahal dan buket bunga segala. Repot-repot memasang lampu macam begini pula.

Eh, tunggu. Kenapa Chae Yoon jadi kepikiran sesuatu?

Dengan cepat, Chae Yoon melangkahkan kakinya menuju tempat dimana siluet itu berada. Kali ini lebih lebar dan cepat. Karena ia tahu, meski ini hanya perasaannya, tapi ia yakin, orang itu yang selama ini ia tunggu.

Orang itu adalah Park Chanyeol-nya.

Sepuluh langkah lagi, dan Chae Yoon bisa melihat jelas wajah Chanyeol yang sedang tersenyum dibawah sinar bulan, mengenakan mantel hitam dan sweater abu-abu. Rambut laki-laki itu masih saja acak-acakan, dan matanya bersinar terang.

“Chanyeol…” Chae Yoon melangkah terbata, sedang Chanyeol hanya tersenyum sambil merentangkan tangannya.

“Iya, ini aku. Aku sudah pulang, Song Chae Yoon.”

Chae Yoon berlari, menghampiri Chanyeol dan memukuli pria itu dengan emosi meletup-letup. “Kurang ajar kau Park Chanyeol! Apa-apaan maksudnya semua ini?! Kenapa kamu tidak bilang saja jika kamu sudah pulang?! Aku hampir mati kedinginan menunggumu tahu?!” Chae Yoon menangis sejadi-jadinya di pelukan Chanyeol, laki-laki itu hanya diam, membiarkan punggungnya sakit karena di pukul oleh Chae Yoon. Hanya diam sambil mengelus rambut hitam Chae Yoon.

“Kamu jahat… hiks… kamu jahat…” lama-lama, pukulan keras di punggung Chanyeol terhenti, diganti dengan pelukan hangat yang dilakukan wanita itu.

“Aku rindu kamu… Chanyeol… sangat rindu.. hiks…”

Chanyeol tersenyum, mempererat pelukannya. “Aku juga rindu kamu. Bahkan bisa dipastikan, besar rinduku jauh lebih besar dibanding kamu.”

Lama mereka berpelukan, melepas rindu, akhirnya Chanyeol membuka percakapan. “Kamu masih ingat mimpimu?”

Chae Yoon terkekeh. “Aku punya banyak mimpi, Chan.”

Chanyeol tersenyum, melupakan fakta jika wanita-nya mempunyai banyak sekali mimpi. “Maksudku mimpi ketika kau akan dinikahi oleh seorang pria yang kamu cintai.”

Chae Yoon mengangguk. “Aku ingin dia mengatakannya di bawah sinar bulan, dengan lilin-lilin kecil di sekelilingnya, udara dingin karena musim salju, dan aku mengenakan mantel cantik berwarna merah. Aku juga ingin memakai jepit rambut yang aku beli dengan pria-ku. Ju–,” Chae Yoon menggantung kalimatnya, mendongak menatap Chanyeol. “Tunggu, ini–,”

“Iya,” Chanyeol tersenyum. “Aku ingin membuat mimpimu jadi kenyataan, Chae Yoon-ah.”

Chae Yoon diam, matanya berkaca-kaca, dan mulutnya sedikit terbuka.

Chanyeol mundur sedikit, mengambil sesuatu di dalam kantong mantel Chae Yoon, lalu mengeluarkan kotak kecil berwarna hitam. Membukanya, dan menatap lurus mata hitam Chae Yoon yang membulat.

“Aku mencintaimu, Song Chae Yoon. Dan aku ingin menikahimu.”

Chae Yoon balas menatap Chanyeol, yang sekarang sedang mantap meluruskan maksudunya.

Would you like to be my wife, Song Chae Yoon?”

Chae Yoon menitikkan air matanya detik itu juga, tersenyum senang.

Of course i would, Mr. Park.”

Iya haha ~^w^~ akhirnya fanfic ini selesai juga. Walaupun ceritanya makin gak jelas ya /nyengir/ ini adalah sequel untuk fanfic You And I v: terimakasih untuk yang sudah merelakan lima menit waktu hidupnga untuk membaca ff-ku dan sepuluh detik untuk membaca kalimat gak berfaedah ini~~

Sampai ketemu di karyaku selanjutnyaa~~!

punya wattpad? mampir ke work aku, yuk!  @chocory

kutunggu vomment-nya, lho. follow juga ya~~! >.< terimakasiiih~~


Baby Don’t Cry (Chapter 1)

$
0
0

“BABY DON’T CRY”

CHaPTER 1

 

Author            : PSR_Sungrin

Title                 : “BABY DON’T CRY”

Main Cast       : PSR (Park Sungrin (OC)), KJI (Kim Jongin/Kai)

Other Cast      : PSH (Park Shinhye), KWB (Kim Wobin), LJS (Lee Jongsuk) etc.

Category         : Married life, NC-21, Yadong, romance.

Lenght            : Chaptered

 

Ini FF yadong pertama author. Maaf kalau isinya acak-acakan. Mohon jangan di bash, kalau mau koment silahkan, kritik dan saran sangat dierlukan. Buat silent readers terima kasih telah membaca J. Ok sekian.
happy reading

TYPO BERGENTAYANGAN

 

“Deoneun mangseoriji ma jebal nae simjangeul geodueo ga

geurae nalkaroulsurok joha dalbit jochado nuneul gameun bam”

Author POV

Hiruk pikuk kota Seoul terliht sangat padat, orang-orang berlalu lalang dan sangat sibuk dengan urusan pribadi masing-masing. Disebuah gedung, terlihat seorang gadis berumur  26 tahun sedang berpose di depan kamera. Dia terlihat sangat cantik serta menggoda dengan hanya mengenakan outfit berupa kemeja bermotif biru putih yang dilipat sampai siku dan celana pendek jins coklat muda yang memamerkan kaki jenjang mulus nan putih. Sentuhan sepatu hak tinggi brand ternama menambah kesempurnaan gadis tersebut.

“Oke, Shinhye pertahankan, bagus” Cekrik-sekrik

“Letakkan tangan kananmu diatas kepala, iya seperti itu” cekrik-cekrik

“Angkat kaki kirimu, ya seperti iu. Pertahankan” Cekrik-cekrik.

Suara fotografer terlihat tengah membimbing sang model cantik bernana Park Shinhye tersebut unuk bergaya di depan kameranya. Terlihat wajah puas tergmbar diwajah sang fotografer dengan hasil jeprtannya.

“Oke cukup, Good Job” Seru sang fotrografer menghentikan pemotretan.

Gadis bernama lengkap Park Shinhye tersebut bisa dikatakan Dewi Korea saat ini. Karir cemerlang, agensi mapan da dari keluarga chabeol Korea menambah nilai plus tersendiri.

AUTHOR POV END

 

PSY POV

“Oke cukup, Good Job” Seru sang fotrografer menghentikan pemotretan.

“Akhirnya pemotreta menyebalkan ini berakhir juga” batin Shinhye saat duduk dikursinya dan menenggak habis air mineral.

Aku mengambil ponselku memriksa apakah ada pesan dari Kai, kekasihku. Kim Jongin atau Kai C.E.O dari SM ent, sebuah perusahaan agensi terbesar dikorea adalah kekasihku. Kami telah menjalin hubungan sejak Kuliah, atau sekitar 5 tahun. Namun 1 tahun yang lalu Kai harus meninggalkan korea dan menuju ke Jepang untuk mengembangkan bisnis keluarnya KIM coorporation, perusahaan multinasional Korea yang bergerak dlam bidang konstruksi dan perhotelan. Entalah Aku tidak paham, keluarga lelaki itu memang sungguh sangat kaya. Sama halnya dengan keluargaku.

–binnaneun geotdeureun manha,  Geu ane jinjjareul bwabwa, Call me baby, Call me baby, Call me baby, Call me baby— Suara tingtone Hpku berbunyi, kulihat nama Kai tertera disana

“Yoboseyo” “Kenapa lemas begitu” ucap suara bass diserang telvon.

“Hmmmm” ucapnya sambil berlalu keluar ruangan menuju tempat sepi

“Kau marah yah?” ucapnya ringan. “Tentu saja bodoh” bati shinhye

“Kenapa baru menghubungiku sekarang, heol kau tau aku sngat khawtir karena kau menghilang selama dua hari. Aishh kau ini”  Aku mngucapkannya dengan cepat tanpa jeda.

Terdengar kekehan didebrang suara, membuatku semakin mengegembungkan pipinya.

“Jangan cemberut, kau tahu kalau kau cemberut aku sangat ingin menciummu sekarang juga” ucap Kai santai. Lelaki ini pasti tahu jika aku sedang cemberut seperti ini

“Silahkan, aku tak takut” Ucapku menantang

“Oh, keure” Flip.

Kai dengan seenaknya mematikan sambungan telvon. Membutku mengcuap sumpah serapah kepadanya. Dengan kesal Aku berjalan menuju tempat pemotretannya, tiba-tiba sebuah tangan menariknya menuju kesebuah ruangan dan menguncinya. Mataku membulat ketika menyadari siapa yang melakukannya.

“Oremaniyo” ucap suara bass tersebut dan langsung menyambar bibirku dengan  ganas.

Siala lelaki ini, baru bertemu tetapi dia sudah dengan seenaknya menyambar bibirku. Kulepaskan tautan bbir ini terlebih dahulu karena sudah kehabisan nafas. Kulihat Kai terengah-engah, begitu pula denganku, mata kami salaing memandang satu sama lain dan akhirnya tersenyum bersama.

“I want you baby” ucap Kai penuh  nafsu ditelingaku itu.

Oh shit, kai selalu berhasil membuat nafsu dalam diriku bangit, lelaki seksi dan brengsek ini sungguh sangat sialan. Akku melepaskan pelukan mereka dan mengambil ponselnya. Kulihat Kai mendesah kecewa. Apa perduliku aku tetap cuek dan menghubungi seseorang

“Batalkan semua jadwalkuku hari ini’ Flip sambungan langsung ditutup, lalu aku tersenyum menggoda kearah Kai, seketika merubah raut wajahnya menjadi cerah.

PSY POV END

 

AUTHOR POV

Ahh… ahh.. ahhh.. Oppaahhh.. ahhh… kennapaa disini..”

Desahan Shinhye sudah menggema dari dalam ruang tersebut karena Kai tak menunggu lama dan langsung meyerangnya ditempat itu.

Setelah mencium panas dan cepat, tangan kai langsung turun dan membuka celana pendek Shinhye sembarangan, lalu membuka resleting celananya sendiri dan menusukkan benda itu dari belakang.

Tanpa membuka baju dan telanjang. Kai masih berpakaian lengkap hanya celana yang turun sedikit dan penisnya sudah masuk kembali kedalam sarang.

Menggenjot Shinhye dari belakang, memegangi dadanya dan meremasnya, mencium tengkuk Shinhye adalah hal yang palik nikmat saat ini.

“Ahhhh Chagi, kenapaa kau masih sajaa sempithhh….ahhh” Kai semakin membabi buta menyerang Shinhye dari belakang. Ini memang bukanlah kegiatan sex pertama mereka. Sebeum kai berngkat ke pars mereka telah sering melakukannya.

“Ahhh….oppaahh…ahhhh iyaaa…..ahh disituhhh…ehmmm… ahhhh.. eunghhh fasterrrr Kaihhh..” Ditambah deahan Shinhye itu Kai bertindak semakin gila.

Bebarapa saat kemudian Kai merasakan penisnya dijepit kuat oleh dinding vagina yang berdenyut itu, menandakan Shinhye akan segera mendekati pelepasannya.

“Ahhh… chaguu.. lepaskaaannn “ujar Kai memberi semangat pada kekasihnya

“Ahhh..oppaaahhhhh….arrghhhhhh” Kai membiarkan Shinhe menikmati pelepasannya

“Arrghhhh” disusul pelepasan Kai.

Ini sudah ketiga kalinya mereka melakukan pelepasan. Celana Kai yang tak terbuka sepenuhnya sudah basah oleh sprema yang tak muat ditampunng dirahim Shinhye dan berjatuhan

“Gomapta, kau sangat nikmat” ucap Kai sambil mengecup tengkuk Shinhye dan hanya dibalas gumaman oleh Shinhye. Mereka segera memakai pakaiannya dan berjalan menuju mobil lamborghini Kai dengan diam-diam

AUTHOR POV END

 

AUTHOR POV

Di sebuah butik elit dan ternama dikawasan Gangnam “PY Gallery”, terlihat seorang gadis mengenakan outfit berupa gaun putih selutut berlengan panjang dan tanpa motif  tengah duduk dimeja kerjanya tengah seriuas membuat gris-garis indah dibukunya. Dilantai ruangan gadis tersebut tersebar banyak sekali gambar pakaian dengan berbagai macam mode. Sang gadis terlihat sangat serius dengan pekerjaannya sampai tidak menyadari jika sekitar 10 menit yang lalu, seorang lelaki telah masuk keruangannya dan bersandar di tembok sambil mengamati gadis terebut. Merasa lelah gadis yang akrab disapa Sungrin atu Rin itu meregangkan badannya dan saat itulah dia tahu bahwa ada seseorang diruangannya.

“Sejak kapan kau ada disana?” tanyanya.

“Emhhh mungkin 15 menit yang lalu” jawab pria yang bernama Wobin tersebut.

“Oh. Ada apa?” Tanya Sungrin tanpa basa-basi

“Hanya ingin mengunjungi sangjangnim kita yang cantik ini” ucap Woobin sambil tersenyum kearah Sungrin.

Sementar yang diajak berbicara hanya memsang wajah datarnya dan terlihat enggan menanggapi. Membuat lelaki tampan dengan outfitnya berupa kemeja denim biru dongker yang dilipat samai kesiku dan celana jins hitam kebiruan hanya bis menghela nafas kasar.

“Aishh, kau ini. Tak bisa diajak bercanda sama sekali” ucap Wobin kesal

“Aku hanya ingin mengatakan model untuk pakaian untuk Limited edition Spesial Ulang tahun butik sudah terpilih”

“Ya, siapa saja” ucap Sungrin yang terlihat kembali serius dengan desingnya.

Membuat lelaki yang bernama Wobin tersebut hanya menghel nafas berat melihat kelakuan bosnya yang cuek dan dingin ini.

“Lee Jong Suk dari YG ent. dan Park Shinhye dari SM ent.” Jawab Wobin dengan suara enggan.

AUTHOR POV END

 

PSR POV

“Lee Jong Suk dari YG ent. dan Park Shinhye dari SM ent.”

Ketka mendengar kedua nama itu, wajahku kontan mengeras, dua nama yang sangat mengusik kehidupanku. Namun dengan cepat kuubah kembail mimik wajahku. Aku tak ingin membuat Kim Woobin merasa tidak nyaman, lelaki itu sudah cukup tahu banyak tentang kehidupanku meski hanya sepersekian persen saja. Tetapi dibandingkan degan orang lain, dia yang paling mengerti banyak

“Hmm, Not Good” balasku dengan suara setenang mungkin. Aku terus memfokuskan diri pada desain yang aku buat. Yah aku adalah seorang desainer yang cukup berpegaru di korea. Karya-karyaku sudah tidak dapat diragukan lagi.

“Mian, ini keputusan bersama” ucap Wobin.

Aku menangkap ada nada menyesal didalam kalimatnya. Aku tetap tidak memperdulikannya toh, ini sudah keputusan dewan pemasaran yang berada di bawah kepemimpinannya. Aku harus profesiaonal.

“Hmm” balasku singkat

“Baiklah, silahkan sangjangnim yang cantik dan dingin ini melanjutkan kegiatannya. Maaf karena sudah mengganggumu” ucap Wobin lembut kemudian melakukan bow singkat dan meninggalkan ruanganku.

Setelah Wobin keluar, aku menutup mata sejanak. Mengatur emosi yang ada di dalam hatiku ini. Tiba-tiba bayangan masa lalu itu muncul kembali.

PSR POV END

 

AUTHOR POV

Flash back On

“Jongsuk-ah” panggil Sungrin dengan suara riang dan ceria ketika mendapati seorang tersebut tengah berada di lapakan basket di sebuah gedung Elementray School. Ya mereka masi berada di kelas 5 Sebuah sekolah dasar

Anak lelaki yang dipanggil namanya itupun menoleh dan kontan memberi senyuman melihat sipa yang memanggilnya. Sungrin langsug berlari kearah anak lelaki tersebut dan memeluknya erat. Hal itu membuat anak lelaki yang bernama lengkap Lee Jongsuk tersebut kaget, tidak lama kemudian Jongsuk melepaskan pelukan Sungrin. Membuat gadis kecil itu mempoutkan mulutnya.

“Ini sekolah Rin-ah” ucap Jongsuk lemah sambil mengacak-acak rambut Sungrin

“Aishh, hentikan kau merusaknya” teriak Sungrin kesal.

Sementara Jongsuk hanya terkekeh melihat tingkah sahabatnya ini. Mereka berdua memang terkenal sudah dekat sejak berskolah disini. Sungrin yang ceria dan sangat mudah bergaul dengan siapapun membuat Jongsuk nyaman berada disisinya.

Namun hal itu tiba-tiba berubah ketika Lee Jongsuk kecil mengenal saudara seayah Sungrin, Park Shinhye. Entah kenapa Sungrin merasa Jongsuk berubah, dia menjadi anak lelaki yang selalu ketus dan jahat kepada Sungri, mereka berdua selalu membully Sungrin. Sungrin terus menanyakan hal tersebut kepada Jongsuk namun lelaki itu tidak peduli dan malah terus membullynya. Sungrin merasa hidupnya benar-benar penuh derita, dulu dia masih bisa tersenyum meski keluarganya membencinya adalah karena sahabatnya Jongsuk. Tetapi lambat laun senyum itu menghillang digantikan dengan wajah dingin dan datar. Hal ini berlangsung terus sampai mereka berada di SMA. Puncaknya adalah ketika Event basket sekolah, Jongsuk dan Shinhye mempermalukan Sungrin habis-habisan didepan semua warga sekolah.

“Ya, anak haram” Teriak Shinhye keras. Mebuat semua orang yang berada di lapangan melihat kearahnya.

Shinhye yng kala itu bersama Jongsuk melangkah dengan cepat menuju kerah Sungrin yang berada di lapangan basket. Sesampainya di tengah lapangan Shinhye langsung menjambak rambut gadis itu dan membuatnya bersujud di depannya

“Dasar anak haram sialan. Kau!! Apa kau tidak puas dengan membunuh eommaku Oh. Sekarang kau juga membunuh Appaku” teriak Shinhye dengan suara keras dan lantang.

Semua padangan langsung tertuju pada pemandangan dilapangan. Tak ada yang berusaha melerai karena ini adalah kabar yang menggemparkan bagi mereka.

“Dasar wanita jalang, kau sungguh sangat busuk” teriak Jongsuk tak kalah keras dengan Shinhye.

Dia lalu meberdirikan tubuh Sungrin dan langsung menghempaskan tubuhnya ke lapangan. Mereka lalu berjalan menjauh dari Sungrin. Sungrin hanya meringis, dia sudah terbiasa diperlakukan seperti ini, terutama dirumhnya.

Flash back Off

 

Sungrin hanya tersenyum kecut mengingat kenagan tersebut. Tak ingin berlama-lama Park Sungrin lalu keluar dari ruanganya. Jam masih menunjukkan pukul 10.00 menandakan bahwa belum saatnya untuk jam makan siang. Dia menaiki lift dan menuju keatap butik miliknya. Butik ini memang tidak terlalu besar tetapi dia sudah memiliki berpuluh-puluh cabang yang tersebar di korea dan dunia. Di depan butik miliknya ini berdiri sebuah gedung yang bertuliskan PY Company. Sebuah perusahaan fashion dan majalah miliknya dan rekannya berdiri “Yoon Enhye”. Disanalah berbagi karya Sungrin dan Eunhye tercipt. Sungrin menyerahkan sepenuhnya jalannya perusahaan kepada eonninya tersebut sedangkan dia yang mengurus butik-butik yang ada.

AUTHOR POV END

 

KWB POV

Wanita itu sungguh pintar untuk menyembunyikan perasaanya dengan wajah datar dan dingin yang selalu dia tunjukan. Tetapi dia sudah salah menilai diriku. Aku adalah Kim Woobin, teman dan mungkin bisa dibilang sahabatnya sejak 4 tahun yang lalu ketika kami sama-sama menuntut limu di Paris. Kulihat Sungrin menaiki lift

“Dia pasti menuju atap butik” Aku langsung menyusulnya dengan lift satunya.

Kulihat Sungrin berjalan menuju ketepi bangunan, kebiasaan yang tidak pernh bisa dia hilangkan ketika pikrannya sedang kacau. Kuhampiri Sungrin

“kau tidak pernah berubah”  ucapku singkat dan kulihat dia segikit menoleh kearahku namun hanya sebentar dan langsung mengarahkan pandangannya kedepan.

Kudengar dia hanya bergumam, kebiasaan buruk yang diilikinya ketika enggan untuk menjawab. Sungguh gasi yang sangat dingin tetapi juga menarik. Dia memiliki pesona yang tidak bisa kutolak selama ini. Dingin tetapi hangat sekaligus, Tak pandai bersosialisasi tetapi sangat Percaya diri, cuek tetapi juga sangat baik. Aku sempat mengira dia punya penyakit kepribadian ganda tetapi ternyata memang itulah kepribadiannya.

“Apa sebegitu menyenangkannya kah diatap?” tanyaku dan kulihat sungrin hanya diam dengn wajah datarnya. Aku tak marah karena memang seperti inilah dia.

“Kau tahu Elsa dalam erita forzen. Kau seperti dia, si ice prince. Cantik luarbiasa tapi membuat orang yang berada di  membeku. Bedanya mungkin Elsa lebih menunjukkan ekpresinya tetapi dirimu sungguh sangat dingin dan datar” ucapku panjang  lebar dan kulihat Dia hanya menyungging senyum tipis

“Mungkin seperti itu diriku” ucapnya lalu berjalan pergi meninggalkan diriku sendiri di atap, aku hanya bisa tersenyum miris menatap punggungnya yang berlalu pergi.

Meski dangat dekat tap aku bisa merasakan bahwa dia juga sangat jauh dan sulit sekali untuk disentuh. Selama pertemanan kami dia tidk pernah menceritakan apapun, soal keluarga khususnya adik tirinya yang bernama Park Shinhyepun aku thu karena ketidk sengajaan. Dia sangat pandai dalam menutupi semuanya.

KWB POV END

 

AUTHOR POV

Suasana pagi yang sunyi dan tenang terlihat di sebuah apartemen di kawasan gangnam. Park Sungrin terlihat tengah tergeletak lemah diatas tempat tidur, matanya masih tepejam dan enggan untuk membuka. Kringgggggggg…… suara alarm yang sangat nyaring kontan membangunkan gadis itu, dengan langkah malas dia menuju kearah jam beaker miliknya. Terlihat jam masih menunjukkan pukul 05.00 am. Masih sangat pagi bagi sesorang, tetapi tidak bagi Sungrin. Dengan langkah gontai ia menuju ke dapur lalu menenggak segelas air putih. Berjalan kearah tempat gym diapartementnya untuk melakukan olahraga singkat, sekitar 30 menit dia habiskan hanya untuk melemaskan otot-otot tubuhnya.

Rasa lapar menyeruak, Sungrin langsung berjalan kedapur dan membuka lemari es. Dia mengeluarkan bebarapa sayuran. Bau harum masakan tercium sudah, setalah mencicipi masakannya dan merasa sudah puas. Di meletakkannya dipiring dan menghidangkan masakan yang 99% berupa tumis sayur itu untuk dirinya. Setelah makan dan membereskan dapurnya. Sungrin langsung bergegas kekamar mandi. Tepat pukul 07.30 Sungrin sudah siap dengan outfit kerjannya yaitu sebuah gaun merah berlengan pendek dengan anjang lumayan tinggi diatas lututnya, penampilannya semakin mempesona dengan paduan helss tali satu dengan warna senada bajunya dan tas dari barnd terkenal berwarna biru. Rambutnya ia gerai begitu saja.

“baby don’t cry tonigt, ………..

Suara dering ponsel Sungri menghentikannya, menyerengit sekilas ketika mendapati siapa yang menelvonnya.

AUTHOR POV END

PSR POV

Aku melihat HP milikku, terlihat nama sekertaris Han disana.

“Ne, Sekertaris Han”

“Anda diminta Sangjangnim datang kerumah sekarang”

“Algasseumnida” Flip aku menutup sambungan telvon, kulihat jam masih ada sekitar 30 menit sebelum jam kantor, kuputuskan untuk mengirim pesan singkat ke Eunhye.

 

[PSR]

Aku akan terlambat.

 

Setelah mengirimkan pesan singkat dan tnpa menunggu balsan dari Yoon Eun Hye aku bergegas menuju mobilnya dan melajukannya menuju kediaman rumah lamaku.sekitar 15 menit aku telah ssampai disana. Kulihat rumah itu tidak ada yang berubah, masih sama seperti terakhir kali aku menginjakkan kaki disana. Rumah mewah namun sangat dinngin. Dengan langkah berat aku memasuki rumah tersebut. Rumah inilah yang menjadi saksi bisu kehidupanku disisin. Aku menyungging senyuman ipis ketika mengingat berbagai macam hal yang terjadi di rumah ini.

Di dalam rumah tersebut Aku melihat seluruh anggota keluarga telah berkumpul di meja makan. Aku melakukn bow singkat kepad pemilik rumah ini, kakek ani Sangjangnim. Tak ada balasan yang kuterima, sudah hal biasa yang terjadi.

“Duduklah, kita makan terlebih dahulu” Ucap Chanyeol lembut

Cucu pria tertua ini memang sdikit berbeda. Aku langsung berjalan menuju kearah meja makan, mengambil kursi di sebelah Chanyeol.

“Siapa yang menyuruhmu untuk duduk di sana” suara bass yang dingin dan tajam itu menteruak keluar.

“Bianhamnida” ucapku singkat kemudian berdiri dan sedikit menjauh dari sana.

Kulihat adikku Shinhye tersenyum puas melihatnya. Aku tak memperdulikannya dan tetap berdiri di sudut rungan seperti dulu. Mengingat masalalu membuatku semankin mengangkat pundak dan kepalaku. Aku harus kuat dan bertahan. Tak berselang lama kulihat mereka selesai makan.

“Salah satu diantara kalaian harus menikah dengan anak lelaki keluarga KIM. Bulan ini” Ucap kakek tegas dan tak terbantahkan. Membuatu membulatkan mata sempurnah “Mwo? Menikah dengan anak keluarga KIM?” gumamku dalam hati

“Haraboji..” kudengar rengekan Shinye “Aku akan menikah dengan Kim Jongin tapi tidak dalam waktu dekat ini, karirku sedan menanjak sekarang” ya aku tahu Jongin adalah kekasihnya dan mereka sudah berhubungan sejak lama.

“Itu keputusanku, Kau atau anak sialan itu akan menikah dengan KIM JONGIN. Ini untuk kelangsungan bisnis keluarga ini” Tersirat nada yang tak terbantahkan bisa kudengar dari suara kakek. Aku hanya bisa terdiam.

“Mwooo? Haraboji. Jongin itu pacarku. Aku tak akan membiarkan Wanita jalang ini untuk menyentuhnya” Shinhye menolak dengan nada berapi-api. Yah siapa juga yang ingin menika dengan lelaki brengsek macam Kim Jongin yang selalu berganti pasangan ranjang.

“Park Shnhye jaga ucapanmu” sahut Park Chanyeol geram.

“Kalau begitu meikalah agar wanita jalang itu tidak menyentuh Jongin-mu” terdapat nada mengejek dan kebencian yang keluar dari mulut kakek ketika menyebut kata wanita jalang, sebuah kalimat sang sering aku dengar selamahidupku. Kuhela nafas panjang.

“Maafkan saya, tapi saya tidak berminat untuk menikah” ucpku tegas sambil memandang lurus ke arah mata kakek

“Kau berani menantangku bocah sialan. Apa kau pikir karena kau sudah berhasil dengan bisnismu kau bisa seenaknya” pyarrr, terdengar suara gelas pecah, yah saat berkata tadi kakek elemparkan geas miliknya kearahku.

Untung saja gelas itu membentr tembok di sebelah pipiku, tetapi tetap saja menimbulkan sebuah goresan tipis.

“Haraboji…” sentak Chnyeol

“Bianhamnida, bukan maksut saya seperti itu sangjangnim. Kim Jongin akan menikah dengan Park Shinhye” ucapku tak gentar lalu berjalan keluar dari rumah tersebut. Aku sudah cukup lelah dengan penghinaan yang selalu kuterima tetapi aku juga sangat menghormati kakekku. Entah pembicaraan apa yang mereka lanjutkan aku tidak perduli lagi. Tujuanku sekarang adalam memacu audi milikku menju ke perusahaan.

PSR POV

 

AUTHOR POV

Saat dikantor Sungrin terlihat tidak begitu fokus dengan pekerjaannya. Kertas putih yang sedari tadi ada dimejanya terlihat tidak tersentuh sama sekali.  Bayangan masalalu itu tiba-tiba kemabali menyeruak keluar

 

Flass back On

Sungrin yang merupakan mahasiswa baru kala itu melakukan MOS seperti kebanyakan mahasiswa lain, dia mengmbil jurusan fashion designer. Untuk pertama kali dalam hidupnya dia jatuh cinta pada pandangan pertama kepada seorang sunbee di kampusnya itu. Namja itu terlihat sangat keren dn tampan. Kulit coklat dan wajah dingin yang dimilikinya serta sorot mata tajam namun sangat menawan. Tetapi Sungrin yang telah terlanjur memiliki luka yang cukup banyak dihidupnya memlih untuk mengabaikan semua rasa itu.

Flass back Off

AUTHOR POV

 

PSR POV

Aku tersenyum kecut mengingat hal itu. Ya sejak kuliah Aku memang sudah menyukai Jongin mungkin sampai sekarang, pesona laki-laki itu tidak bisaku hindarai. Semakin ingin melupakan semakin besar rasa itu. Hal yang selalu aku hindari selama ini adalah menyukai atau menyayangi seseorang karena ketika aku memberikannya kepada seseorang orang itu akan menjauh dariku dan lebih memilihi untuk menyeyangi adiknya Shinhye. Entah kesalahan masa lalu apa yang sudah aku perbuat sehingga kehidupanku seperti ini.

Tok tok tok. Lamunanku buyar ketika suara ketukan pintu terdengar.

“Masuk” Suruhku tegas.

Kulihat Kim Woobin memasuki ruangan dengan wajah yang tampan dan hangat. Sebenarnya  tak kalah tampan dari seorang Kim Jongin. Tapi entah mengapa aku hanya mengganggapnya sebagi teman.

“Ada apa?” tanyaku singat

“Aigoo, Sangjangnm yang satu ini memang sangat dingin. Lihatlah ini sudah jam berapa? Aku sudah lama menunggumu di koridor.” Ucap Woobin sambil menunjuk jam yang ternyata sudah menunjukkan jam makan siang.

Sial aku sudah membuang waktu berhargaku anya untuk memikirkan hal penting seperti tadi

“Ah, baiklah. Ayo” ucapku sambil melenggang pergi

Kulihat Kim Woobin yang hanya mengenakan pakaian kaos polos putih dan jaket putih serta celana biru keungun dan sepatu boots coklat itu melongo. Aku memang sering melihatnya memasang ekpresi seperti itu ketika melihat kelakuanku yang terlewat dingin dan cuek ini

“Apa kau tidak ingin pergi” Ucapku dengan suara tegas dan dingin.

Kulihat dia mengerjapka matanya dan sadar dari rasa terkejutnya. Dengan segera dia menyusulku

PSR POV END

 

AUTHOR POV

Sekitar 15 menit kemudian mereka telah sampai kesebuah kedai makanan yang direkomendasikan Woobin. Setelah memarkir mobil, mereka berjalan memasuki kedai tersebut. Semua pasang mata dari pengunjung konta melihat mereka kagum, mereka terlihat seperti romeo dan juliet. Sadar akan pandangan seluruh penjuru mata Woobin langsung menarik Sungrin menuju sebuah kursi kosong yang terletak diujung kedai, sedikit jauh dari kerumunan orang. Sementara Woobin memesankan makanannya di kasir Sungrin memndang kearah luar jendela. Hanya mobil-mobil yang berlalu lalang. Tak lama kemudian Woobin datang, dia terus berbicara kepada Sungrin meski hanya dibalas degan Ya, tidak, dan terkadang hanya gumama semata. Woobin tak pernah protes dengan sikap Sungrin yang satu ini, dia sudah terbiasa menghadapinya. Tak lama kemudian seorang pelayan menghampiri mereka dan meletakkan pesannan.

“Jajangmyun 1, Ramyun 1, Air putih 1, lemon ice 1. Oh teoppoki dan khimci masing2 1 posrsi” ucap sang pelayan sambil menata piring makanan dimeja. “silahkan menikmati”

AUTHOR POV END

 

KWB POV

“Ghamsamnida” ucapku singkat dan tersenyum. Kulihat pelayan itu tersipu malu.

Sungrin langsung menyambar jajangmyun kesukaannya, dia makan dengan sangat lahap. Aku tersenyum melihatnya, hal ini menandakan bahwa sahabtaku yang satu ini masih memiliki kesukaan terhadp sesuatu. Kusambar ramyun milikku, kami makan dalam diam.

“Kim Woobin” sebuah suara mengintrupsi kegiatan kami.

Kutolehkan kepalaku kesumber  suara yang memanggil. Aku menyerengit ketika mendapati seorang laki-laki dengan kemeja putih dengan dasi yang masih melekat berjalan ke arah ku.

“Khamjong-ah” seruku ketika mengetahui siapa lelaki tersebut.

Kami berjabat tangan ketika dia sudah samai di depanku, aku persilahkan untuk duduk. Kulihat sung rin masih tetap fokus dengan kegiatannya dan jajangmyun miliknya. Gdis ini sungguh sangat cuek terhadap sesuatu

“Oremaniyo Hyung” ucap khmjong setelah duduk

“Baik, bagaimana denganmu? Dan hei kapan kau kembali dari paris eoh” tanyaku bertubi dan Khamjong hanya menyengir kuda

“Jangan panggil aku khanjong hyung, namaku Kai” terlihat ada nada ketidak sukaan dalam kalimat tersebut. Aku hanya terkekeh melihat tingkah adik sepupuku ini.

“Oh ya kenalkan, ini Sungrin. Teman dan atasanku” aku hampir lupa dengan gadis didepnku ini.

Kulihat kai sedikit mengnyrengitkan dahinya. Mencoba mengingat sesuatu tetapi kemudian dia menyodorkan tangannya untuk berkenalan

“Kim Jongin, Kai” ucapnya.

“Park Sungrin” balas sungrin dingin tapa menjabat tangan kai.

Sungguh ini memang kelakuan Sungrin, aku terkekeh pelan melihat tampang Kai yang cengo karena penolakan. Kuhentikan tawaku ketika Sungrin menatapku tajam dan dingin.

“Ehem, kau belum menjawab pertanyaanku Kai” ucapku mengalihkan perhtian

“Tidak penting juga, nanti akan aku ceritakan ketika berkunjng” ucapnya singkat lalu melambai keseorag gadis yang baru saja masuk kedalam kedai ini. Gadis itu mendekat sambil tersenyum namun ketika sampai ditempat, kuliaht senyum itu menghilang ketika dia melihat Sungrin tetapi dengn cepat pula dia mengembangkan senyumnya. Ah ternyata dia adalah Park Shinhye, adik tiri dari Sungrin pantas saja.

“Park Shinye, dia kekasihku” Jongin mengenalkan kekasinya tersebut

“Kami sudah mengenalnya” jawabku malas, sungguh aku tidak menyangka jika kekasih Jongin adalah gadis ini.

KWB POV END

 

KJI POV END

“Kami sudah mengenalnya” jawaban dari Woobin hyung membuatku mengnyrekitkan dahi. Trdengar ada nada malas dan ketidak sukaan ketika dia mengucapkannya..

“Ne kai-ah, Park Sungrin adalah kakak tiriku” ucap Shinye

“Mow? Jadi dia kakak tirimu itu” ucapku kaget. Pantas saja hal ini terjadi.

Ternyata gadis ini adalah kakak tiri yang selalu diceritakan Shinhye kepadaku. Kakak iri yang sudah menghancurkan keluarganya, membunuh ibu dan ayahnya.

“Woobin-ssi, aku sudah selesai. Kita bisa pergi” kudegar gdis yang bernama Park Sungrin tersebut mengakhiri acara makannya dan akan beranjak pergi

“kenapa buru-buru nuna, makananmu masih banya dan aku masih ingin mengobrol dengan hyungku yang satu ini” Selaku sambil menunjukkan smirk milikku.

Tunggu nona, aku ingin kau mendapat sedikit balasan karena atelah menyakiti kekashku

“Iya, Rin-ah. Sebantar saja” ternyat  Woobin hyung juga mendukung keinginanku.

“Mwo, Rin-ah. Oh jadi ini kekasihmu itu eonni” Kudengar Shinhye mengucapkannya sambil menhejek, terdengar bahwa dia sangat membenci kakak irinya terseut.

“Maaf nona, hubungan kami hanya sebatas teman.” Kudengar Woobin Hyung mengklarifikasi pernyataan Shinhye

“Ah sudah akku kira, tidak mungkin ada lelaki yang mau dengan wanita sepertimu” Baru kali ini aku melihat banyak kebencian yang tersirat dari seorang Park Shnhye, gadis ini tentu mendapat banyak penderitaan dari kakak tirinya.

KJI PON END

 

PSR POV

Sedari tadi aku hanya diam. Bersikap cuek dan tidak perduli seperti biasa. Entah apa yang mereka bicarakan sunggu aku tidak tertarik dan tak memperdulikannya. Aku terus memandang keluar jendela, seperti ada hal yang jauh menarik daripada pembicaraan tersebut. Aku sadar sedari tadi ekor mata Woobin terus mengamatiku, lelaki itu terihat khawatir tetapi sungguh aku tidak perduli. Tanpa aku sadari, kini di meja hanya tersisa diriku dan Shinhye. Kutolehkan kepalaku mencari dimana sosok kedua lelaki itu. Tapi nihil batang hidung mereka tidak kelihatan.

“Kau sungguh hebat bisa menggaet seorang Kim Woobin” kudengar nada sinis dalam kalimatnya. Aku mencoba mengabaikannya dan bersikap cuek, seolah hanya ada diriku disini.

“Dasar waita sialan, aku berbicara denganmu” sulut shinhye

Kutolehkan Wajahku, “Apa aku perlu menjawab” entah mengapa selalu suara dengan nada dingin dan wajah datar ini yang selalu muncul ketika aku berbicra dengn Shinhye.

Kulihat wajahnya menengang menahan amarah, tangannya terkepal kuat.

“Kauu!! Akan aku buat ku menderita selamanya wanita jalang. Aku tak akan menikah dnegna kai tetapi aku juga tak akan melepaskannya. Jadi Kau yag akan menikah dengannya. Terpenjara seumur hidup tanpa adanya kasih sayang karena keu telah merebut semua kasih sayang yang kumiliki. Akan kubuat kau seperti ibumu yang pelacur itu” Bisa kulihat smirk yng dia tunjukkan.

Emosiku memuncak beraniny dia mengin ibuku. Dapat kurasakan wajahini mengeras. Kukepalkan tanganku kuat-kuat mencoba menhan emosi sebisa mungkin. Ingin sekali aku menampar gadis yang selalu mengejek dan menghinaku ini.

“Kita lihat saja nanti, apakah aku akan merebut kasih sayang yang kau miliki kembali” jawabku sambil menunjukkan smirk dan melenggang pergi.

Entah apa yang terjadi yang kursakan saat itu adalah tubuhku terdorong kuat dan kini aku dalam kondisi tersungkur kelantai. Kupandang taja dirnya.

“Kau merebut kasih sayang kai. Mimpi kai wanita jalang. Ah mungin dengan menjualkan tubuhmu yang sama seperti ibumu itu kau dapat melakukannya” Shinhye mengucapkan kalimat tersebut taa rasa bersalah.

Aku sudah sangat muakkan, setelah berdiri kulangkahkan kaki in mendekat kearahnya

“Ide yang bagus” ucapku sambil melakukan smirk singkat dan melenggang pergi

Kudengar Shinhye berteriak frustasi, rasakan gadis jahat.

AUTHOR POV

Tepat 1 minggu setelah insiden di kedai. Malam ini keluarga Park dan Kim akan bertemu untuk mebicarakan masalah perjodohan. Kini kelauarga KIM dan PARK telah berada disebuah restoran mewah. Mereka menyewa sebuah ruangan VVIP guna lebih membuat nyaman. Sungrin terliht dtang terlambat. Gadis yang mengenakan gaun warna hitam lenn panjan selutut dari bahan broket yang sangat pas ditubuhnya itu melakukan bow singkat. Kemudian bergabung kedalam acara.

Acara dimulai dengan makan malam dengan hidangan yang sangat mewah. Sungrin tak menyentuh banyak makanan. Dia hanya memakan makanan yang terbuat dari sayuran dan meminum jus miliknya. Tak ada sebuah suara yang terdengar selama acara makan malam, karena memang itulah adat keluarga KIM dan PARK. Setalah acara makan malam yang mewah dan membosankan itu berakhir, tibalah mereka ke acar inti. Tuan Kim Jongkook selaku ayah dari Kim Jongin membuka pembiaraan terlebih dahulu

“Cucumu sungguh sangat cantik tuan Park” pujinya

“Terima kasih” ucap Shinhye lembut sementara Sungrin hanya tersenyum tipis.

“Baiklah pernikahan akan dilakukan 1 bulan dari sekarang. Semua konsep pernikahan aku serahkan kepada nyonya KIM” ucap lelaki tua bernama Park Jungsoo tersebut

“Dengan senang hati tuan park” nyonya kaya tersebut menjawabnya dengan anggun.

AUTHOR POV

 

KJI POV

“Dengan senang hati tuan park” eomma menjawabnya dengan sangat ringan, seolah dia sudah merencanakan ini semua  sebelumnya.

Kulirik Shinhye, gadis itu sungguh cantik malam ini. Gaun hitam lengan panjang selutut bermotif bunga berwarna merah dan memperlihatkan punggung indhnya, sungguh sangat cantik.

Kuliht dia juga memandang kearahku dn tersenyum, akupun menyungging senyum terbaikku kearahnya. Setelah puas melihatnya kulihkan pandanganku kegadis disebelah Shinhye, seorang gadis yang sebenarnya tidak kalah cntik dari Sungrin. Jika Shinhye canti dengan segala sisi terang yang ada disekelilingnya, gadis itu cantik dengan sisi misterius nan dingin seperti putri ice.

“Shit, mata itu sungguh indah” upatku ketika gadis bernama Sungrin itu melihat kearahku dengan tajam. Mata hazel yang terlihat indah namun menakutkan sekaligus. Aku mengalhkan pandanganku dan dari lirik mata kulihat dia tersenyum tipis.

“Siapa adik iparku? Park Shinhye atau Park Sungrin?” tanya kakakku Kim Teoyon penasaran

“Park Sungrin” jawab kakek Park. Kulihat ada sedikit raut keterkejutan dari gadis itu. Aku hanya menyungging sedikit senyum dibibirku. Kulihat Shinhye juga melakukan hal yang sama.

KJI POV END

PSR POV

“Park Sungrin” Suara kakek begitu terdengar dengan jelas ditelingaku.

“Apa Park Sungrin. Gila apa haraboji tidak salah menyebutkan nama” gumamku dalam hati

Sudut mataku menangkap sebuah smirk yng terpasang di wajah Shinhye. Apa lagi yang direncanakan gadis tersebut.

“Maaf, mungkin ada kesalahan. Sangjangnim” ungkapku tanpa ragu sambil memandang tajam kearah mata beliau

“Tidak ada kesalahan, yang akan menikah dengan putra keluarga Kim adalah KAU. Park Sungrin”

Skakmat, tidak ada keraguan dan candaaan dari pandangan mata beliau. Tubuhku tiba-tiba menegang, wajahku yang datar terlihat semakin datar.

“Oh, jadi Park Sungrin yang akan menjadi menanutu. Bagaimana Jongin, apa kau menyetujuinya?” Tuan Kim menanyakan hal tersebut kepada laki-laki yang bernma Kim Jongin itu.

“Kuharap dia menolaknya, pasti dia menolaknya karena dia dan Shinhye masih berpacaran” gumamku dalam hati

“Aku menerimanya aboji” bagaikan petir menyambar diriku, tubuhku seketika kaku, tak ada kata yang bisa keluar ari mulutku.

Kulihat semua orang tersenyum bahagia mendengar keputusan ini. Hanya diriku yang masih termenung, berharap ini hanyalah semua mimpi buruk. Kulirik kakakku Chanyeol, dia juga tersenyum tapi saat mata kami saling beradu senyum itu menghilang tergantikan oleh tatapan mata sendu. Aku merasakan saat ini hidupku tak akan sama lagi, semuanya berubah dalam hitungan sepersekian detik. Entah apa yang mereka bicarakan selanjutnya aku tak mendengarkan.

Entah sudah berapa lama Aku hanya terfokus kepada duniaku sendir, kulihat kini seluruh anggota keluarga telah meninggalkan acara makan malam. Menyisahkan Diriku dan Kai diruangan

PSR POV

 

AUTHOR POV

Tak ada yang membuka pembicraan terlebih dahulu. Kai memperhatikan wanita itu yang sedar tadi hanya melihat kearah luar jendela.

“Apa pemandangan dilur jauh lebih menarik dari pemandangan yang didepanmu nona?” tanya kai yang sudah tidak tahan dengan kesunyian yang tercipta.

Tak ada jawaban dari gadis itu. Membuat kai sedikit mengerm kesal

“Aku bertanya kepadamu Nona park Sungri. Apa ibumu tak megajrimu sopan santu eoh”

Sungrin kontan mengalihkan pandangannya karah Kain, menatap tajam kearah mata biru Kai dengan mata hazel miliknya. Kai yang ditatap tajam dan dingin itu terlihat sedikit kelimpungan. Entah karena tatapan tajam gadis itu atau keindaan mata hael miliknya. Sebuah mata yang indah namun syarat akan keseihan dan kesendirian.

“Kau tak tahu apapun tentang ibuku Kim Jongin-ssi” ucap Sungrin datar dan tajam, terdengar nada ketidaksukaan dari kalimatnya

“Oh ternyta kau bisa berbicra juga. Aku kira kau bisu nona” balas kai tak mau kala.

Sekali lagi sungrin hanya diam dan memandang lurus kearah mata indah Kai. Membut sang pemilik mata gugup dengan pandangan tersebut dan mengalihkan pandangannya. Sungrin hanya tersenyum tipis meliht tingkah laku calon suaminya itu.

“Aku tak ingin berbasa-basi nona. Mari ita buat perjanjian.” Sekali lagi tak ada balasan yang terdengar dari sungrin, membuat lelaki itu sangat kesal bukan main

AUTHOR POV END

 

KJI POV

“Aku tak ingin berbasa-basi nona. Mari ita buat perjanjian.” Aku megawali pembicaraan, tapi lihatlah gadis ini tetap diam.

Sungguh sangat menyebalkan, jika biasanya tak akan ada seorang gadis yang mampu menolak pesonaku tapi kini gadis yang akan menjadi istriku ini seperti tak tertarik kepadaku. Sungguh bisa gila diriku jika terus didiamkan seperti ini.

“Status kita hanya suami-istri tak lebih. Setelah kau menghasilkan anak untukku kita akan bercerai” uangkapku ringan. Yah aku hanya menginginkan dia memiliki anak dariku.

“Aku tak melihat keuntungan dalam perjanjianmu itu tuan” balas sungrin tajam. Lihatlah gadis ini sungguh sangat licik.

“Cih, dasar wanita tidak tahu diri. Apa kau inngin aku membatalkan perjodohan ini sehhingga membuat perusahaan kakekmu itu bangkrut” Aku mencoba mengancam dirinya, dia pikir dia bisa menjatuhkan seorang Kim Jongin, kau salah nona.

“Silahkan saja. Jika kau ingin artis-artismu kehilangan pekerjaan” Dingin dan tegas itu nada yang bisa kudengar dar kalimatnya tadi.

“Sial” umpatku dalam hati

Aku sadar gadis ini memiliki pengruh yang sangat kuat di dunia entertainer, semua pakaian trend yang ada di korea dan dunia adaah hasil tangan dingin miliknya.

“Kau sungguh licik nona, jadi perjajnjian seperti apa yang ku inginkan?” Tentu aku tak mau kalah dari gadis ini. Selama ini jika masalah perdebatan dan kalimat dingin akulah juaranya.

Kulihat dia menatap tajam kearahku, jujur saja aku sedikit gentar dengan tatapan matanya.

“Anak. Akan menjadi milikku” ucap Sungrin pasti dan dingin. Aku sungguh tidak menyngka bahwa syrat yang diajukan hanyalah sepele seperti itu. Tapi anak itu harus menjadi milikku.

“Akan aku setujui sekarang biar nanti aku pikirkan jalannya” gumamku dalam hati

“Baiklah” Aku pada akhirnya menyetujui dengan keputusan itu.

Kuliht dia tersenyum, cantik itu kalimat yang terlintas di kepalaku saat melihat senyum tiis nan singkat miliknya. Tak ada pembicaraan setlah keputusan itu diabuat. Aku menyeringai puas, rencanaku dengan Shinhye akan berjalan dengan lancar.

Flash back on

“Mwo? Apa maksudmu kau tidak ingin menikah Shinhye” sentak jongin

“Oppa, dengarkan aku dulu ne” Shinhye berkata sabil menggenggam tangan Kai kuat dan pandangan yang lembut.

Lelaki yang bernama Kai itu luluh, dia menganggukan kepalanya untuk mendengar penjelasan Shinhye

“Oppa menikahlah dulu dengan wanita sialan itu, buat dia menderita. Aku ingin oppa menghancurkan dia. Membalaskan semua penderitaan yang telah dia berikan kepadaku Oppa. Aku ingin Oppa melakukannya. Ini menguntungkan banyak pihak Oppa. Bisnis keluarga kita dan juga diriku serta oppa.  Buat dia hamil anakmu bair dia mendrita setelah kau ceraika oppa. Sebentar lagi kontrakku akan berakhir setelah itu kita bisa menikah oppa. Bagaimana?” penjelasan Shinhye sunggu membuat Kai pusing.

Melihat wajah Shinhye yang lebut dan teduh serta tersirat luka di dalamnya. Kai menghela nafas berat.

“Baiklah sayang, apapun untukmu” ucap Kai dan langsung menyambar bibir mungil kekasihnya itu’

Flash back Off

KAI POV END

AUTHOR POV

1 Bulan kemudian “PERNIKAHAN”

Suasana ramai dan meriah layaknya sebuah pesta rakyat tengah berlangsung di salah satu gedung ternama di korea selatan. Acara yang mengundang ribuan tamu tersebut adalah acara pernikahan pewaris Kim Company dan Park Corporation, dua perusahaan raksasa korea selatan bahkan dunia. Kedua perusahaan itu sepakat untuk mengikat hubungan kerjasama sebagai besan perusahaan dengn menikahkan putra dan cucu dari kerajaan masing-masing.

Kim Jongin dengan tuxedo hitam yang mewah namun simple berdiri dengan wajah dingin namun menawan bak dewa yunani. Disebelah kanannya tampak derang gadis yang menggandeng lengan sang pria. Gadis itupun terlihat bak dewi dengan gaun hitam dengan aksen bunga dan bagian pudak yang terexplore. Sungrin mendesain sendiri baju pernikahannya, kluarga Kai pada awalnya menolak usulan rancangan sungrin dengan gaun warnah hitam tapi sungrin tetap kekeh dengan pendepatnya. Sekarang lihatlah hasilnya, sungguh sangat luarbiasa cantik dan anggun.

Kedua insan ini menjadi ratu dan raja pada acara tersebut, meski dengan wajah yang sama2 dingin, kedua anak titisan dewa ini terlihat sangat menwan dan tak jarang menimbulkan decak kagum dari para tamu undangan yang datang.

“Tersenyumlah, ini pesta kalian” bisik wanita paru baya yang bernama Kim Hanna, ibu dari seorang Kim jongin. Sang putra hanya sedikit menaikkan sudut bibirnya namun tak lama kemudian wajah datar nan dingin itu kembali ia tunjukan. Sedangkan sang gadis tetap mempertahankan wajah datar dan dinginnya sejak awal, tanpa mau menunjukan ekspresisedikitpun.

Yah, mereka menikah bukan atas dasar cinta, tetapi berlandaskan sebuah pernikahan politik perusahaan. Pernikahan yang dilangsungkan karena akan saling menguntungkan satu sama lain, hal inilah yang menjadikan kedua insan ini enggan untuk tersenyum.

Disudut pesta terlihat seorang gadis yang mengenakan dress berwarna biru memandang kearah kedua ratu dan raja semalam itu. Terllihat seringai yang muncul diwajahnya

“Welcome to the Hell, eonni” ucapnya pelan

Pesta yang menyedot seluruh perhatian warga korea selatan dan dunia itupun akhirnya berakhir, raja dan ratu dari pesta tersebutpun langsung melesat dengan mobi lamborgini aventador menuju kediaman mereka di sebuah apartemen mewah tapi minimalis yang terletak di daerah gangnam.

AUTHOR POV END

 

PSR POV

Akhirnya pesta laknat itu berakhir, pesta yang menyedot seluruh perhatian rakyt kore itu khirny berakhir. Kini aku dan suamiku sudah berada di apartement milik kami. Kami kini telah mengganti pakaian mereka dengan piyama couple pemberian kakak jong in, Kim Taeyon. Sungguh lucu piyama ini. Tak ada pembicaraan yang terjadi, au hanya diam dan menikmati rutinitasku untuk membersihkan cat kuku milikku. Kulirik Jongin sekilas, dia terlihat tidak nyaman duduk di ranjang, bergerak gelisah kekanan dan ke kiri. Setelah selesai melakukan rutinitas ini, aku meletakkan semua perlengkpan di tepatnya.

“Kau tak ingin tidur” ucapku lembut, entah apa yang terjadi yang jelas kini aku akan berusaha menjadi istri yang baik untuknya.

Kulihat dia terkejut dengan nada bicaraku

“Aku akan tidur di kamar tamu, jika kau merasa tak nyaman dengan kondisi ini” ucapnya sambil berdir dan berjalan keluar kamar. Aku tersenyu miring, lelaki ini ternyata bisa gugup juga seperti ini.

“Kau atau aku yang tak nyaman Jongin-ssi.” ucapku pada akhirnya

PSR POV END

 

KJI POV

“Kau atau aku yang tak nyaman Jongin-ssi.”.

Aku membalikkan badan sehingga kedua manik mata kami bertemu, cukup lama aku memandangin mata tersebut, indah.

“Aku siap melawanmu Tuan kim, lakukanlah sesuatu.  aku tidak berpengalaman” Aku membelalakkan mataku terkejut, gila gadis ini sungguh gila.

Kulihat dia kini tengah  membuka ikatan baju tidurnya. Aku berlari kearahnya dan mencegah tangannya membuka tali gaun itu. Astaga bisa gila diriku

“jangan, jangan sekarang !” kataku terengah-engah, nafasku memburu.

“aku… aku sangat tegang, sangat gugup bersamamu. disampingmu. jangan lakukan hal-hal yang mengejutkan dulu. aku akan mati terkena serangan jantung!” aku berkata sambil menutup mata dan menggenggam tangannya.

Kudengar dia tertawa kecil sehingga membuatku mendongak kearahnya

“kau tertawa ?” tanyaku padanya

“kenapa ?” hanya jawaban itu yang keluar dari mulutnya

Perlahan Aku melepaskan tangannya dan menariknya untuk duduk ditepian tempat tidur kami, mengusap kepalanya lembut. Gadis ini luar biasa seksi saat menantangku dan mengatakan kalau dia sudah siap.  Setelah berada didekatnya dan melihatnya tersenyum hatiku menghangat. Tak ada Park Sungrin  yang kukenal dingin dan sinis. Dan saat aku menciumnya berkali-kali, gadis ini hangat dan nikmat disentuh. Dia pasrah, dia menyerahkan dirinya padaku malam ini.

KJI POV END

 

Author POV

Menciumi bibir seksi yang merah itu kemudian turun ke tengkuk dan mulai meraba sesuatu dibalik baju tipis itu, Kai sudah benar-benar kehilangan akal sehatnya. Dan gadis itu merasa melayang, untuk pertama kali dia disentuh seintim ini. Sungrin mengeluarkan desahan pertamanya. yang membuat kai semakin brutal mencium leher jenjang gadis cantik itu.

“ahhhhh……” desahan Sungrin semakin panjang kala Kai menghisap kulit lehernya.

Tangan Kai perlahan membuka gaun itu dan kembali mencium bibir Sungrin panas.
“buka mulutmu sayang, aku ingin lidahmu” ujar kai disela ciumannya

Sungrin yang tidak berpengalaman hanya menurut saja dan menerima perlakuan Kai.

Menghisap, menggigit kecil bibir gadis itu sambil meremas payudara Sungrin yang tergenggam penuh ditangannya.

Ah sial, gadis ini benar-benar masih perawan asli. Bagaimana caranya dia menjaga barang-barang yang menggairahkan ini begitu lama tanpa pernah disentuh siapapun?

“biar oppa bantu buka bajumu sayang ” kata Kai sambil melepaskan gaun itu dari tubuh Sungrin.

Gadis itu terlihat kikuk dan malu, untuk pertama kali bagi Kai ia melihat Sungrin mengeluarkan mimik seperti itu.

“santai saja sayang…”
Kai kembali menciumi bibir Sungrin sambil membuka bra miliknya dan segera memegangi payudara yang menggantung indah itu.

“aahhhh…ahhh…..kaiiiihhhhh”
Sungrin mendesah nikmat saat Kai turun kebawah dan menjilati dadanya yang polos tanpa bra.

“apa ini nikmat sayang ? kau masih benar-benar asli..” Kai berkata disela desahan Sungrin yang semakin kuat.

“engggghhh….”
Sungrin seakan mencoba menahan desahan dari bibirnya , namun terlalu tidak tahan melihat Kai memperlakukannya seperti ini.

Kai membaringkan Sungrin dan membuka celana dalam yang hanya satu-satunya benda yang menempel ditubuh Sungrin.

“oppa, tunggu. aku… aku bantu lepaskan bajumu..” Sungrin langsung duduk dan membuka baju kai menunda kegiatan Kai selanjutnya. Lalu entah dapat dorongan dari mana ia berani mencium leher kai yang putih.

Menghirup feromon pria itu dan merasakan bau yang wangi dari tubuh kyuhyun.

Kai yang awalnya terkejut lama-lama menikmati ciuman Sungrin dan membiarkannya lebih jauh.

Bahkan Sungrin sekarang sudah memegang batang yang menegang panjang diselangkangan Kai.

“oppa tak tahan lagi chagi.. besok kita lanjutkan main-mainnya” kai mendorong tubuh telanjang Sungrin hingga tertidur dan kemudian menindihnya pelan.

“ini akan sedikit sakit sayang…” kai memperingatkan dan hanya dibalas anggukan oleh Sungrin.

perlahan tapi pasti gerakan kai menerobos lubang vagina itu dan Sungrin mulai menangis merasakan perihnya.

“sakiittt oppa, perihhhh” katanya sambil bersimbah air mata

“oppa mencoba sepelan mungkin, kalau dihentikan akan lebih sakit sayang” Sungrin hanya mengangguk sambil meremas rambut Kai melampiaskan rasa sakitnya.

Kai menciumi bibir eunji yang langsung diterima Sungrin dan menghisapnya kuat mengalihkan rasa sakitnya, hingga akhirnya saat itupun tiba.

Kejantanan Kai tertancap sempurna didalam sana dan desahan lega mereka segera terdengar sesaat setelah penyatuan itu.

Kai mengusap air mata Sungrin, ia bisa merasakan darah mengalir disela lubang yang ditusuknya dengan si junior dibawah sana.

“maafkan aku sayang..” Kai mencium kening Sungrin melihat wanita itu menangis kesakitan karena ulahnya.

Tanpa menunggu lama, setelah penyatuan yang melelahkan itu kai menggoyangkan pinggulnya naik turun pelan pelan kemudian cepat, membuat desahan keduanya terdengar jelas

“ahhhh….. ahhh… oppaahh….” desahan Sungrin membuat Kai semakin semangat melakukan aktifitasnya.

“mendesahlah chagi, sebut namaku..”

“ahhh,, ahhh… kaiihh.. ahhh… lebih cepat… ahh…” Sungrin menantang Kai dengan suaranya yang terdengar seksi saat ini.

“ahhhh fasterrrr…. kaiihh”

“ahhh sial.. kau sempitt.. sayanghhh,, ah nikmat sekali… ahhh…,,

Kai terus menggenjot pinggulnya dengan serampangan, ia merasa dimanjakan oleh pijatan vagina Sungrin yang sempit. seakan menyedot penisnya lebih jauh kedalam sana. Merasakan surga dunia yang tidak ada duanya.

“aahhh… kaiihh… ahh oppahhh… fasterr….”

“ahhh chagii… kau sangat Indahh… ini nikmat sayanggghhh…”

“ahhh… oppaahh aku aahh….
“bersamaa sayangkuh…ahh…

Setelah mencapai pelepasan bersama dan mulai kembali ke dunia nyata, Sungrin merasa malu dengan apa yang dia lakukan barusan. Kai yang menyadari itu langsung mencium pipinya pelan.

“perawan akan selalu malu setelah pelepasannya bersama sang pria” kontan kata-kata Kai membuat Sungrin tak berani menatapnya. Benar-benar malam yang indah. gumam Sungrin dalam hati.

“aku tak tahu kalau seks senikmat ini..” Sungrin membuat Kai tersenyum senang.

Kemudian mengeluarkan penisnya dari dalam vagina Sungrin diiringi desahan yang membuat Kai merinding.

“Tak perlu mendesah lagi, kau hanya akan membuatku menindihmu lagi” jawab Kai galak

“Bukankah pengatin baru akan melakukannya lebih dari satu kali ?” ujar Sungrin menantang.

Dan tanpa menunggu lagi Kai melanjutkan bercinta sesi keduanya malam itu.

AUTHOR POV END

 

KJI POV

Pagi hari tiba, Kai terbangun karena suara seseorang yang membangunkannya.

“Kai. Irona.” Ucap suara itu lembut

“5 menit lagi Shinhye-ah”

Dengan kesadaran yang hampir terkumpul aku terlonjak kaget ketika mendapati Sungrin tengah berdiri disampingku dan mengenakan dress jauh diatas lutut berwarna putih dan sedikit terawang. Sementara diriku masih dalam keadaan naked dibawah selimut karena kejaidan semalam.  Kulihat Sungrin beranjak keluar kamar

“Sial apa dia marah karena aku salah menyebutkan namanya” gumamku dalam hati.

Aku segera melesatkan tubuhku menuju kamar mandi untuk membersihkan badan. Sekitar 20 menit kemudian aku telah selesai mandi, kulihat Sungrin tengah menyiapkan pakaian kerjaku, sebuah kemeja polkadot hitam putih dipadu dengan jas hitam dan jelana yang senda dengan jasnya, formal tapi terkesan casual.

“Sarapan sudah siap” ucapnya kembali dingin.

“Kau tak perlu menyiapka pakaianku, aku tidak suka orang lain menyentuh barang milikku” ucapku tak kalah dinginnya.

Tapi Sungrin hanya melenggang pergi menuju kearah dapur. Setelah mengenakan pakaian yang disiapkan olehnya aku duduk di meja makan. Sungrin dengn cekatan  menghidangkan masakan yang telah dibuatnya. Hanya nasi goreng kimchi untukku dan salad sayur untuk dirinya. Kami makan dalam keadaan diam, entalah aku merasa Sungrin yang hangat kemarin malam kini telah menghiang menjadi dirinya seperti biasa.

“Letakkan saja di wastafel, nanti akan aku cuci” seru sungrin seraya meninggalan meja makan, gadis itu hanya memakan sayur tetapi tidak menghabiskannya, pantas saja tubuhnya kerig seperti itu. Dengan langkah cepat kutarik tangan Sungrin kuat. Membuat tubuh gadis berbalik menghadapku.

KJI POV

 

AUTHOR POV

“Apa kau mencoba untuk merayuku nona?” tanya kai dengan tatapan tajam

“Merayu? Apa maksudmu tuan?” Tanya Sungrin.

“Pakaianmu, gantilah” ucap Kai tajam

“Dan hentikan semu kelakuan konyolmu ini, apa kau merasa menjadi seorang istri karena sex kita semalam? Ayolah, itu hanya sebuah kebutuhan untukku? Lanju kai dingin dan tajam

“Aku hanya mengikuti air mengalir. Mungkin ini hanya status bagimu. Tapi bagiku menikah berarti kau sudah menjadi istri seseorang. Bahagia atau tidak itu urusan nanti, entah kita menjadi teman atau musuh mari kita putuska kelak. Aku hanya mencoba menjalankan kewajibanku dan membangun pertemanan denganmu.” Kai terlihat terkejut, untuk pertama kalinya dia mendengar gadis itu berkata panjang lebar.Sungrin beranjak keluar apartemen terlebih dahulu, meninggalkan kai yang masih terpaku di tempatnya.

AUTHOR POVE END

 

AUTHOR POV

Kai membanting keras tas kerjanya ketika sampai dikantor. Pria itu sangat kesal di hari pertama pernikahannya.

Tok tok… suara intu ruangan kai terdengar

“Masuk” Seru Kai dengan suara tegas

“Mianhamnida Presdir, Park Sangjangnim memanggil anda” ucap sang sekertaris.

Terlihat kerutan di kepla Kai, untuk apa ayahnya memanggilnya sepagi ini.

“Baiklah” ucap Kai lalu bergegas menuju ke tempt obilnya berada dan melajukannya menuju perusahaan pusat ayahnya tersebut.

Tidak sampai 30 menit Kai telah sampai ke perusahaan tersebut.

“Tuan sudah menunggu anda di dalam” ucap sekertaris Yoon

“Terima kasih Ajushi” ucap Kai lalu melenggang masuk kearah kantor.

Dia melakuka bow ingkat kearah ayahnya

“Kau sudah datang, duduklah Sungrin juga ada disini”

AUTHOR POV END

 

KJI POV

“Kau sudah datang, duduklah Sungrin juga ada disini” kulirik sofa di depan ayahku dan memang kursi itu tidak kosong tetapi terdapat seoarng gadis yang tengah duduk disana.

Aku berjalan dan duduk disamping gadis itu. Kulihat senum terkembang di bibir ayahku.

“Aku senang akhirnya kalian menjadi suami-istri” ucap ayahku masih dengan senyum di bibirya

Aku membalas senyuman itu dan Sungrin gadis itu ternyata masih diam dengan wajah datar miliknya

“Maafkan Aboji karena sudah memanggil kalian sepgi ini. Ada hal penting yang harus aku sampaikan kepada kalian” Ayah berkata dengan nada tegas dan pasti. Aku penasaran dengan apa yang akan beliau sampaikan sehingga memanggil kami sepagi ini.

“Ne aboji. Gwancenayo” Sungrin menjawab kalimat tersbut.

“Aboji tahu kalian menolak mengadakan honeymoon karena kesibukan kalian. Tetapi sebagai orang tua kami merasa menyesal karena seharusnya kalian menikmati liburan tersebut” terdapat jeda darikalimat aboji, kulirik sungrin masih mendengarkan dengan cukup khidmat. Sepertinya aku tahu arah pembicaraan aboji kali ini.

“Kami sebagai orang tua menghadiahkan kalian paket honeymoon ke pulau Jeju” ucap Ayahku pada akhirnya. Sudah kuduga mereka tidak akan menyerah untuk memaksa kami berbulan madu.

“Mianhamnida, aboji. Ttapi kami sekarang sedang sibuk dengan urusan perusahaan” aku mencoba menolak dengan halus, takut menyakiti hati ayahku. Tapi kulihat senyum malah terkembang dibibirnya

“Sudah aboji duga kalian akan menolaknya dengan alsan pekerjaan. Tenang saja, disana kalian juga akan bekerja terlebih dahuu setelah itu liburan. Kau ingat dengan proyek wedding dress milikmu Sungrin-ah? Kau akan melakukannya disana, aboji sudah mengaur semuanya dan untuk kau Jongin. Tidak ada penolakan” seru ayah tegas. Kulihat Sungrin hanya diam. Cih wanita ini selalu saja diam.

Pada akhirnya kamipun harus berbulan madu ke jeju dan kami berangkat 1 minggu dari sekarang.

KJI POV

PSR POV

Disiniah kami sekarang, pulau jeju. Abonim dan eommonim merencanakan ini semua untuk bulan madu diriku dan Jongin. Kami disini selama 5 hari, 2 hari untuk pemotretan rancanganuterbaru dan 3 hari untuk honeymoon.

Hari pertama diriku tiba aku sudah sangat sibuk sekali, saat kami landing kami lansung mengyiapkan take untuk tempat pemotretan. Kai dia tidak bersama diriku, sejak landing dia sudah menghilang entah kemana dan aku tidak perduli.

“Rin-ah, ada masalah” kudengar Woobin berkata dengan suara tersendat kepdaku karena sehabis berlari

“Wae?” tanyaku

“Han Hyo Jo. Dia tidak bisa hadir dalam pemotretan karena barusan ada berita tentang skandal sex dirinya”

Aku memejamkan mataku kuat, ini adalah hari pengambila gambar pertama kami dan sanga model membatalkannya dengan seenaknya saja karena skandal tersebut.

“Minta seluruh kru untuk istirahat terlebih dahulu dan tunggu kabar dariku” aku mengintruksikan kepada Woobin dan segera melesat menuju ke mobil mengambil Tablet milikku.

Nihil, tabletku tak ada. Aku mencoba mengingat dimana aku menaruhnya. Ah matta masih di kamar. Kulangkahkan kakiku menuju kearah hotel tempatku menginap. Tidak jauh dari lokasi pemotretan.

PSR POV

 

AUTHOR POV

15 menit sungrin sudah masuk ke dalam kamar yang akan dia tempati bersama Kai saat bulan madu. Dia menemukan tablet, sekarang dia harus mencari catatan miliknya. Sunyi, mungkin Jongin belum kembali. Sungrin melangkahkan kakinya menuju kearah kamar, tapi dia malah mendengar desaahan aneh yang keluar dari sana. Betapa terkejutnya dia saat mendapati Shinhye berada diatas Kai dan melakukan sex. Tak menghiraukan mereka Sungrn mengambil koper miliknya dan menyeretnya keluar kamar.

“Ohhh, eonniii. Kau disniiii” Sungrin mendengar Shinhye berkata kepadanya dengan suara yang mendesah

“Maaf mengganggu. Aku hanya ingin mengambil barang” Ucap Sungrin sambil menyeret kembali kopernya menuju keluar kamar. Entah apa yang dipikirkan gadis ini saat melihat uaminya sedang bercumbu mesra dengn adik kandungnya di kamar mereka.

AUTHOR POV

 

KJI POV

“Ohhh, eonniii. Kau disniiii” Kudengar Shinhye mengucapkan kalimat tersebut tapi bukan kearahku dan betapa terkejutnya diriku mendapati Sungrin tengah berdiri sambil menyeret koper miliknya. Sial apa yang aku lakukan pasti sungrin berpikiran macam-macam tentang diriku. Tapi tunggu apa perdulliku, dia hanyalah orng asing yang masuk ke dalam hidupku.

“Maaf mengganggu. Aku hanya ingin mengambil barang” Kudengar Sungrin berkta sambil menyeret kembali kopernya. Dingin dan tidak perduli itulh yang aku tangkap dari nada bicaranya. Kai kau begitu bodoh menghawatirkan perasaan gadis tersebut. Akupun melanjutkan aksiku dengan Shinye kembali

KJI POV END

 

PSR POV END

Aku hanya bisa terduduk diluar kamar sambil memegangi koper milikku dengan kuat. Ku tersenyum mengejek melihat kondisiku saat ini. Pa yang aku harapkan dari pria brengsek semaca Kai. Dengan segera aku mengambil buku catatan miliknya dalam koper. Sungrin menghubungi seseorang lewat tablet miliknya. Tapi nihil semu orang yang dia telvon engaturkan permohonan maaf karena mereka sedang dalam keadaan tidak dapat melakukannya. Sungrin memejamkan matanya kuat-kuat. Tidak dia tidak bisa menyerah begitu saja. Terlintas dlam pemikirannya untuk menggunakan Sinhye sebgai modelnya.

Ting tong…. suara bel berbunyi. Sungrin bergegas menuju karah pintu dan dia mendapati Woobin tengah berdiri disana dengan nafas yang tersengga-senggal

“Kamii… kamii … sudah … menemukan solusinya” Woobin berkata dengan terputus-putus

Sungrin mempersilahkan Woobin masuk dan menyuguhkan botol air mineral yang langsung diteguk habis olehnya

“Solusi seperti apa Woobin-ssi?” tanyaku

“Park Shimhye, kudengar dia sedang ada disini. Dia bisa menjadi mode kita” seru Woobin riang.

Tepat seperti pemikiranku, Shinhye. Aku berfikir keras, itu akan susah mengingat Shinhye memiliki tubuh yang sedikit berisi dan lebih pendek dari Han Hyo Joo. Gadis itu akan tenggelam di dalam gaun tersebut dan sanat tidak pas.

“Shinhye tidak akan terlihat’ ucapku datar

“Maksutmu” tanya Woobin lagi

“Han Hyo Joo dan Park Shinhye, tubuh mereka berbeda” ucapku memberi penjelasa singkat.

Kulihat Woobin berpikir dan dia menganggukkan kepalanya sekilas.

Aku berdiri dan melangkahkan kaki menuju kearah balkon ruang tengah tersebut.

“Ketemu” ucap Woobin sambil menggegam tanganku erat dengan mata yang bersinar

Bersamaan dengan itu kulihat Kai dan Shinhye keluar dari kamar dan melihat kearah kami

“Apa yang kau lakukan Park Sung rin” sentak Kai Marah….

 

TBC …….

Maaf Cerita abal-abal dan typo kanan kiri. Jika kaian penasaran siahkan tunggu kelanjutannya… Ghamsamnida…


Viewing all 4828 articles
Browse latest View live