Title : Our Destiny | Author : HCV_2
Main cast : Park Ji Eun(OC) Oh Sehun | Other cast : Kim Jong in, Luhan, Shin Taera (OC)
Genre : Romance | Length : Chaptered | Rating : T
Desclaimer : http://hcvelxfo.wordpress.com/
WARNING!! THIS NOT FOR SILENT READERS!!
Apakabar teman-teman sekaliiaaaannnnnn!!!!!!!! Huaaaaa kangen nih *kecup satu-satu* Akhirnya author nista ini kembali dengan lanjutan FF dari Ouuurrr Dessstiny~~~ *jeng jeng jeng* *ni author heboh bener* kekekeke
Maklum yak masih kebawa sama rasa bahagia comebacknya EXO yang buat author jd menggila kyk gini
Terlalu bahagia dan sulit diungkapkan dengan kata-kata *dih alay lu* Oya, author minta maaf dulu nih gegara updatenya agak telat dari janji, soalnya itu dia.. author sibuk ngefangirl sih heheh Saking senengnya EXO comeback author jd lupa daratan. Apalagi pas
denger 24 lagu EXO yang kece badai itu ( ื▿ ืʃƪ) dduuuuhh.. berbunga gitu dengernya~ lagunya bagus semua /sobs/ Apalagi yang Don’t go itu Huaaaa itu yang terperfect dari semua yang perfect :* author melting dengerinnya *__* Dan lagu itu juga yang sudah membangkitkan kembali semangat author untuk ngelanjutin FF kekeke
Eh duuuh ini kenapa authornya malah curhat berkepanjangan gini -___- Yaudah lah, dari pada makin gak jelas mending kita cusss ke ceritanya. Sebelumnya map ya kalau typo bertebaran atau cerita yang mungkin gak jelas pake bgt *bow* tapi mudah-mudahan tdk mengecewakan.
Baik sekian dan terimakasih!!!! Silahkan nikmati ceritanya~~~
*ppyong^o^)/
Please… Siders? don’t read!!!!!
![our destiny5(2)-vert]()
Tak mau kelihangan kesempatan, dengan cepat Jieun bangkit kemudian berlari keluar toko. Dia yakin kakek itu bisa membantu memecahkan keanehan yang terjadi pada dirinya dan Sehun.
Chapter 5
“Tunggu sebentar!!” pekik Jieun tepat setelah keluar daritoko. Kakek dan namja disebelahnya itu pun menoleh kesumber suara. Kakek tersebut tersenyum saat melihat Jieun, sementara pemuda disebelahnya hanya melihat Jieun yang tengah berlari kearahnya dengan dahi berkerut.
Jieun menghentikkan langkahnya didepan kakek itu sambil memegangi lututnya. “Kakek.. kakek masih ingat padaku kan?” tanya Jieun dengan nafas yang sedikit terengah.
Kakek itu tersenyum. “Tentu.. aku masih sangat ingat padamu agasshi..”
Mendengar jawaban kakek tersebut, Jieun tersenyum lega sembari menegakkan tubuhnya. Sempat ia berpikir kalau kakek itu takkan ingat padanya mengingat usia beliau yang terbilang sudah cukup tua. Sedetik setelahnya Jieun melirik pemuda bertubuh jangkung yang berdiri disebelah kakek itu, melihat tatapan namja itu kearahnya membuatnya sedikit gugup.
“Siapa nona ini kek?” tanya namja tampan itu sembari menoleh kearah kakeknya.
“Dia..gadis istimewa. Waktu itu kakek dan ayahmu pernah menolongnya” ucap kakek itu masih dengan senyum yang mengembang. Jieun mengernyit mendengar jawaban kakek itu pada cucunya, Gadis istimewa?
“Oya agasshi ada perlu apa memanggilku?” tanya kakek itu lembut seraya kembali mengalihkan pandangannya pada Jieun.
“Begini.. aku.. ingin bertanya sesuatu pada kakek.. apa kakek punya waktu?”
Lagi-lagi kakek itu tersenyum lembut. “Tentu saja..”
Jieun menghela nafas dalam-dalam. Sedikit bingung sebenarnya harus bertanya dari mana, terlalu banyak yang ia ingin tanyakan pada kakek itu, tapi setelah berpikir sejenak gadis manis itu pun memulainya. “Kakek ingat kan pada pemuda yang waktu itu aku tolong?” tanya Jieun ragu yang kemudian dibalas anggukan oleh kakek tersebut.
“Lalu kakek ingat kan waktu itu kakek pernah bilang kalau aku dan namja itu bereinkarnasi dan dipertemukan kembali?”
“Ne.. kalian adalah pasangan dimasa lalu yang kini bertemu kembali” jawab kakek tersebut seraya membenarkan posisi berdirinya.
“Nah kalau begitu.. bisakah kakek menjelaskan lebih jelas lagi mengenai hal itu? Akhir-akhir ini aku dan namja itu terus saja mengalami mimpi aneh secara bersamaan. Ada aku dan dia dimimpi itu tapi kejadian itu sama sekali tidak pernah kami alami. Kami bingung dan sama sekali tidak mengerti. Bisakah kakek memjelaskannya padaku?”
Kakek itu mengangguk. “Tentu saja.. aku akan menjelaskannya padamu agasshi tapi tidak bisa sekarang”
“Tidak sekarang?” ucap Jieun sambil menatap kakek tersebut dengan alis yang terangkat keatas.
“Chanyeol’ah apa kau ada kertas dan pulpen?” tanya kakek tersebut pada cucunya yang tadi hanya diam memperhatikan Jieun dan kekeknya. Namja bernama Chanyeol itu pun sedikit tersentak kemudian membuka tas ranselnya. Mencoba mencari apa yang kakeknya minta.
“Ini kek” ucapnya seraya menyodorkan sebuah pulpen dan kertas kecil pada kakeknya.
“Tuliskan alamat rumah kita untuk nona ini”
“Baiklah..” sesuai intrupsi kakeknya, namja itu mulai menuliskan alamat rumah mereka pada kertas tersebut. Jieun mengernyit dalam ketika kakek itu meminta cucunya untuk menulis alamat mereka untuknya. Ia tatap kakek yang berdiri dihadapannya dengan mata yang berkedip berulang kali. Kenapa memberikannya alamat rumah?
“Ini agasshi..” ucap namja itu sembari menyerahkan kertas tersebut pada Jieun.
Jieun tatap kertas itu sedetik, kemudian meraihnya. “Terimakasih..” ucap Jieun sambil mengangguk cepat pada namja itu. Namja itu pun membalasnya dengan tersenyum simpul.
“Datanglah kealamat itu kapanpun kau sempat, aku akan menjelaskan semuanya padamu. Kalau bisa kau ajak juga namja itu..” ucap laki-laki berpakaian sederhana itu seraya tersenyum dan menepuk pundak kanan Jieun.
Walau sedikit bingung Jieun akhirnya mengangguk. “Baik..”
¶¶¶¶¶
Hampir satu jam Sehun dan Luhan duduk diruangan ayah mereka. Setelah rapat dewan direksi selesai dilaksanakan, ayah mereka meminta mereka untuk menunggu diruangannya sampai rapat dengan kolega perusaahaan mereka selesai. Tapi hampir satu jam setelahnya ayahnya belum juga menampakkan diri.
Sehun mulai bosan.. sejak tadi hanya duduk disofa berwarna cream susu itu sambil memainkan game diponselnya. Bahkan dengan waktu menunggunya itu ia sudah hampir menamatkan permaianan tersebut. Sehun menghela nafas berlebihan dengan wajah yang tertekuk. Entah untuk apa ayahnya memintanya menunggu disana, yang jelas ia ingin pergi sekarang juga. Ia hanya agak bingung, karna ini pertama kalinya ia diminta ikut dalam rapat pengembangan proyek baru seperti itu. Dan satu hal yang paling membuatnya semakin tak ingin berlama-lama ada disana adalah, perasaan rindunya pada Jieun yang sudah sangat mengusiknya. Padahal baru beberapa jam yang lalu setelah ia berpisah dengan gadis itu diparkiran sekolahnya tapi rasa rindu itu sudah memenuhi dadanya. Apalagi gadis pujaan hatinya itu sama sekali tidak membalas pesan atau mengangkat telponnya, membuat hatinya semakin bergumuruh tak jelas.
Sementara Luhan hanya duduk dengan tenang sambil membaca beberapa proposal proyek baru yang akan dikembangkan perusahaan mereka. Sebagai manager pemasaran tentu pendapatnya sangat dibutuhkan. Walau sebenarnya ditengah kesibukkannya itu ia juga memperhatikan Sehun yang sejak tadi nampak gelisah dengan ekor matanya.
“Aisssh.. cepat balas pesanku bodoh!” umpat Sehun seolah bicara dengan ponsel ditangannya. Luhan menghela nafas, mulai menyerah melihat tingkah adik laki-lakinya itu.
“Kau kenapa Sehunnie? Sejak tadi gelisah sekali” ucap Luhan seraya mengalihkan pandangannya pada Sehun.
“Tidak apa-apa hyung.. tidak usah pedulikan aku, lanjutkanlah perkerjaanmu” ucap Sehun dengan tatapan masih pada ponselnya. Luhan menggeleng pelan kemudian kembali melanjutkan apa yang tadi ia kerjakan.
“Awas kalau kali ini kau masih tidak membalasnya..” gumam Sehun sambil terus mengetik pesan dismartphone hitamnya. Mulai kehabisan kesabaran karna gadis itu belum juga membalas pesannya. Entah sudah pesan yang keberapa, tapi Sehun tetap tak mau menyerah.
To : Jieunnie
Subject : Cepat balas atau kau akan mati!
YA YA YA !!! PARK JIEUN!! KAU PERGI KEMANA EOH? APA KAU MATI DIMAKAN HARIMAU??!! KENAPA SAMA SEKALI TIDAK MEMBALAS PESANKU!! KALI INI CEPAT BALAS ATAU KAU LIHAT SAJA NANTI!!
Status : Sending
“Baiklah ayo kita tunggu balasan gadis bodoh itu” ucap Sehun seraya menghela nafas. Luhan yang mendengar ucapan adiknya mengernyit lalu menoleh.
“Gadis bodoh?” tanya Luhan pelan.
“Iya siapa lagi kalau bukan Park Jieun bodoh berotak sebesar telor burung itu hihhihi” ucap Sehun sambil terkekeh. Entah dari mana ia mendapatkan julukan itu, tapi ia senang akhirnya ia mendapatkan satu julukan untuk gadis yang selalu saja mengatainya namja aneh yang tidak waras.
“Hey.. kenapa bicara seperti itu. Tidak baik Sehunnie..” ucap Luhan seraya kembali mengalihkan perhatian pada berkas-berkas ditangannya.
Sehun menaikkan salah satu ujung bibirnya. “Tidak baik atau hyung tidak suka aku berkata seperti itu pada gadis yang hyung sukai?” ucap Sehun yang dengan sukses membuat Luhan mematung. Perlahan tapi pasti ia menoleh kearah namja disebelahnya. Menatap wajah adiknya dengan tatapan tak percaya, kenapa Sehun tau bahwa ia menyukai Jieun? Apa begitu terlihat?
“Kenapa hyung diam? Yang aku katakan benar kan?”
Dengan sekuat tenaga Luhan mencoba tersenyum. Mencoba bersikap senatural mungkin. “Sehunnie.. kenapa kau bicara seperti itu?”
“Karna aku tidak suka..”
Deg
Sehun menoleh kearah Luhan yang kini menatapnya. Ia balas tatapan Luhan dengan tatapan tegas. Luhan terhenyak melihat tatapan adiknya, begitu mengerti maksud dari tatapan tersebut.
“Aku tidak suka caramu menatapnya.. aku tidak suka ada orang lain yang menatapnya lebih selain aku. Aku tidak suka, karna itu hyung tau apa maksudku kan?”
“Sehunnie..”
“Jauhi dia hyung. Aku mohon, jangan seperti dulu lagi. Sudah cukup kau merebut Soora dariku, aku tidak akan membiarkanmu mengambil Jieun. Tidak akan pernah.. jadi lebih baik kau menyerah saja. Karna Jieun adalah milikku”
Luhan tersenyum kecut mendengar pernyataan Sehun. Benar.. dulu juga seperti ini. Saat mereka masih dibangku SD ada seorang gadis yang begitu Sehun sukai, tapi sayangnya gadis itu menyukai Luhan padahal Luhan tak ada perasaan pada gadis tersebut. Sehun sangat kecewa karna ia menganggap Luhanlah yang membuat gadis itu tidak memilihnya. Bahkan karna itu juga hingga sekarang Sehun bersikap dingin pada gadis-gadis yang mendekatinya, sampai akhirnya ia bertemu dengan Jieun.
Drrrt
Drrrtt
Baru saja Luhan akan menjawab perkataan Sehun, tiba-tiba getar ponsel Sehun membuatnya membatalkan ucapannya. Dengan cepat Sehun mengambil ponselnya dimeja, matanya berbinar saat melihat nama yang tertera dilayar ponselnya. Tanpa pikir panjang ia mengangkat telpon dari gadisnya.
“Hey bodoh! Kemana saja eoh?! Kenapa tidak membalas pesan dan tidak mengangkat telpon?!”
“Issh!! Pelan sedikit kenapa!? Kau pikir telingaku mainan, bisa dibeli dimana saja? Bagaimana kalau aku tuli?! Tsk”
“YA! Bukankah sudah sering aku bil—“
“Iya aku tau. Kalau kau tanya tinggal jawab saja jangan malah balik bertanya kan?!”
“Nah itu kau ingat” ucap Sehun sambil menyandarkan tubuhnya pada sofa, sama sekali tidak menyadari namja disebelahnya yang mulai merasa gelisah karna gemuruh dihatinya. Luhan membolak-balikkan proposalnya berusaha setenang mungkin.
“Tadi aku sibuk, makanya tidak sempat meladeni namja aneh sepertimu. Oya, aku sudah bertemu dengan kakek yang tau tentang reinkarnasi kita”
Dengan cepat Sehun kembali menegakkan tubuhnya dengan mata membulat. “Benarkah? Lalu apa katanya?” tanya Sehun antusias.
“Dia ingin kita datang kerumahnya bersama, dan dia akan menjelaskan semuanya pada kita”
“Baiklah. Kalau begitu dimana kau sekarang?”
“Ditoko bunga”
“Aku akan kesana sekarang”
Pip
Sehun mematikkan sambungan ponselnya kemudian dengan cepat bangkit dari duduknya. Ia berjalan kearah pintu dan berniat untuk pergi. Tapi baru saja ia akan memutar kenop pintu, ia berhenti kemudian berbalik.
“Katakan pada ayah kalau aku ada urusan penting” ucap Sehun pada Luhan kemudian melanjutkan niatnya. Ia putar kenop pintu dan baru saja ingin melangkah keluar. Tapi lagi-lagi ia berhenti kemudian memutar tubuhnya. “Tentang ucapanku tadi, kuharap hyung bisa mengerti” ucap Sehun sebelum akhirnya ia menghilang dibalik pintu.
Tepat setelah Sehun menutup pintu ruangan itu, Luhan menarik nafas dalam-dalam kemudian menghembuskannya. Mencoba untuk melenturkan otot-otot wajahnya yang sejak tadi menegang. Jantungnya pun masih berdetak cepat, masih tak percaya Sehun mengatakan kata-kata itu. Ia menyandarkan tubuhnya disofa, sejenak ia pejamkan mata seraya memijit keningnya yang berdenyut. Haruskah ia berhenti? Secepat inikah?
¶¶¶¶¶
“Issh dasar seenaknya saja!” umpat Jieun pada ponselnya lalu meletakkannya diatas meja. Ia baru saja menelpon Sehun, dan perasaannya campur aduk tak karuan. Antara senang dan juga kesal, senang karna Sehun akan datang menemuinya tapi ia kesal karna perangai buruk namja itu.
Jieun berjalan dengan langkah gontai menuju meja kasir. Bibinya sedang mengantar pesanan dan ia diminta untuk melanjutkan mengitung pengeluaran toko untuk minggu ini. Sambil bersenandung ia menghitung catatan itu dengan hati yang berbunga.
Tring
Jieun tersentak mendengar pintu tokonya terbuka. Sempat berharap kalau yang datang adalah Sehun, tapi matanya pun membulat ketika yang ia lihat adalah sahabat kecilnya. “Jongin..” ucap Jieun pelan dengan kedua mata yang berkedip berulang kali.
“Kenapa kau ada disini? Bukankah kau sedang ke Jinan dengan ayahmu?” tanya Jieun seraya menghentikkan kegiatan menghitungnya.
“Aku kabur..” ucap namja bertuxedo hitam itu sambil menggaruk tengkuk lehernya.
Mata Jieun membulat. “Kabur? Kenapa kau kabur Jonginnie? Ayahmu bisa marah besar nanti” Jieun keluar dari meja kasir lalu berjalan kedepan Jongin.
“Karna aku harus segera mengatakannya padamu” Jongin mendongak dan menatap kedua mata Jieun tajam. Seketika Jieun mematung karna Jongin menatapnya seperti itu, seolang terhipnotis agar tidak bergerak dari tempatnya.
“Sejak kemarin aku sudah berusaha untuk tidak memikirkannya. Tapi entah kenapa hatiku sama sekali tidak merasa tenang. Pikiran buruk itu terus saja menggangguku Jieunnie. Terus saja membuatku memikirkan hal itu, padahal aku ingin menunggu waktu yang tepat tapi seolah tak menggubris perintah otakku hatiku terus berlari kemari untuk menemuimu..” ucap Jongin sedikit panik. Jieun mengernyit melihat tingkah aneh sahabatnya. Otaknya bahkan sangat sulit menangkap maksud dari semua perkataan namja tampan itu.
“Apa.. maksudmu Jonginnie?”
“Maksudku.. aku tidak bisa berhenti memikirkanmu Jieunnie. Kau selalu saja membuat hatiku merasa gelisah. Apalagi setelah pembicaraan malam itu dirumahmu membuatku perasaanku semakin tak karuan”
“Pembicaraan?”
“Iya.. malam saat Sehun mengantarmu pulang. Saat aku jujur padamu, jujur bahwa aku cemburu melihatmu dengan Sehun. Aku ingin meralatnya, saat itu aku bukan cemburu sebagai sahabatmu Jieunnie. Aku.. cemburu karna aku..aku menyukaimu..”
Deg
Seolah baru saja tertimpa palu berukuran jumbo. Otot-otot wajahnya menegang, Jieun terdiam ditempatnya.. bahkan hanya untuk menghirup oksigen saja membuatnya harus bekerja lebih keras. Pernyataan frontal namja didepannya membuatnya kehilangan seribu bahasanya. Jongin menyukainya? Sahabatnya sendiri?
“Aku tau kau akan sangat terkejut karna ini..Tapi Jieunnie, aku sudah lama memendamnya. Hampir 8 tahun setelah aku sadar bahwa aku menyukaimu dan selama itulah aku memendam perasaanku. Awalnya aku santai karna selama ini kau juga tak banyak dekat dengan namja disekitarmu. Tapi semuanya berubah saat Sehun datang.. aku takut kalah langkah darinya, karna itu aku ingin cepat mengungkapkannya.. padamu”
Jieun menghela nafas berlebihan. Ia memalingkan pandangannya dari tatapan mata Jongin. Tatapan itu sungguh membuat kakinya mulai lemas. “Jonginnie.. aku bingung bagaimana harus menjawabnya. Tapi kenapa? Kenapa aku?”
“Aku juga tidak mengerti.. Tapi bukankah siapapun bisa jatuh cinta pada siapapun. Jadi tidak ada yang tidak mungkin jika aku menyukaimu”
“Tapi kau sahabatku Jonginnie.. aku..Aissshh” Jieun tak tau harus bagaimana. Ini terlalu sulit untuknya, perasaannya pada Jongin hanya sebatas sahabat bahkan sudah menanggap namja itu seperti saudaranya sendiri, tapi ia juga tidak mau membuat Jongin kecewa. Dia bilang selama 8 thn memendam perasaannya untuk Jieun? Bahkan selama itu?
Greeep
Sekali lagi Jongin membuat jantung gadis itu hampir melompat dari tempatnya. Dengan satu gerakan cepat Jongin memeluk tumbuh Jieun. Memeluknya erat seolah takut jika tiba-tiba saja gadis itu menghilang. Seluruh tubuh Jieun seketika membeku tak mampu bergerak.
“Maafkan aku Jieunnie.. aku juga tak ingin seperti ini. Aku juga tidak ingin membuatmu bingung akan perasaanku, tapi aku juga tidak bisa memaksanya pergi. Terlalu indah jika membuang perasaan sebahagia itu. Setiap kali bersamamu aku merasa senang, saat melihat senyummu jantungku berdetak semakin cepat, aku sangat menikmati semua perasaan itu, karna itu aku mempertahankannya sampai sekarang..” ucap Jongin dengan suara yang mulai agak bergetar.
“Jongin..” Jieun memejamkan matanya seraya membenamkan kepalanya pada dada bidang namja itu. Ia balas pelukan Jongin dan kehangatan pun seketika menyeruak ditubuhnya. Pandangan matanya mulai memburam karna airmata yang menumpuk dipelupuk matanya. Terlalu sakit membayangkan jika ia harus menolak Jongin, tapi.. ia sudah punya seseorang yang menempati hatinya.
“Tidak bisakah kau menerimaku Jieunnie? Mungkin saat ini kau tidak punya perasaan itu tapi, kau bisa membangunnya secara perlahan kan?”
“Jongin aku—“
“Jangan dijawab!” pekik seseorang dari arah pintu yang seketika memotong kalimat Jieun. Dengan cepat Jieun melepas pelukan Jongin saat melihat siapa yang berdiri didepan pintu toko bunga itu. Mata Jieun membulat dan nafasnya seketika tercekat ditenggorokan.
“Se..sehun” ucap Jieun tergagap. Keadaan ini terlalu diluar dugaannya, apa Sehun mendengar dan melihat semuanya?
Sehun berjalan cepat kearah Jongin dan Jieun dengan tatapan yang tak lepas dari Jongin. Tatapan tajam berkilat-kilat yang membuat Jieun terhenyak. Ini pertama kalinya ia melihat Sehun setegas itu.
“Tidak perlu menjawabnya! Ayo pergi!” Sehun meraih tangan kiri Jieun kemudian menariknya. Sempat terhuyung kedepan karna tarikan Sehun yang cukup kuat, tapi ia berhasil menegakkan kembali kakinya. Namun tak kalah cepat dari gerakan Sehun, Jongin meraih tangan kanan Jieun dan menghentikan langkah kedua manusia tersebut.
“Tunggu dulu! Kenapa seenaknya kau memerintahkannya eoh? Siapa kau melarang Jieun menjawab pertanyaanku?!” ucap Jongin dengan tatapan yang tak kalah tegas dari Sehun. Tatapan yang sungguh mengisyaratkan ketidaksukaannya.
Sehun menghela nafas seraya menyeringai kemudian kembali menatap Jongin. “Diamlah dan lepaskan tanganmu”
“Tidak akan! Jieun jawab dulu pertanyaanku, kau menerimaku atau tidak?” ucap Jongin sembari mengalihkan pandangannya pada Jieun. Jantung gadis itu berdetak sangat cepat, perasaan Jieun mulai tak enak, ia merasakan firasat buruk dihatinya.
“Ak—“
“Jangan dijawab Jieunnie!” ucap Sehun cepat saat baru saja Jieun membuka mulutnya.
Darah Jongin mendidih, kesabarannya mulai habis akan sikap Sehun. Apa mau namja itu sebenarnya? Kenapa menahan Jieun menjawab pertanyaannya? “Heh bodoh! Bisakah kau diam! Biarkan Jieun menjawabnya?!” nada Jongin mulai meninggi, bahkan Jieun terkesiap karna suara tegas Jongin.
“Kau yang seharusnya diam!”
Bruak
Jongin tersungkur dilantai. Satu pukulan keras dari Sehun membuatnya terjatuh menabrak beberapa pot bunga yang terpajang disana. Mata Jieun membulat sempurna karna kejadian itu. Ia tatapan Sehun yang menatap tajam kearah Jongin, nafas namja itu terdengar memburu. Jongin meringis sembari berusaha bangkit, ia bersihkan darah yang keluar di sudut bibirnya. Dengan cepat Jieun berlari kearah Jongin lalu membantunya yang tertatih.
“Jonginnie kau tidak apa-apa?” tanya Jieun dengan nada panik.
“Aku tidak apa-apa Jieunnie..”
“YA!! Ada apa dengamu Oh Sehun!? Kenapa kau memukulnya?!” pekik Jieun sambil menatap Sehun tajam. Seolah baru tersadar dari kekalutannya, Sehun terdiam melihat Jieun menatapnya seperti itu.
Jieun memejamkan matanya seraya menghela nafas. “Cepat keluar..”
Mata Sehun membulat. “Eh? Tapi.. Jieunnie?”
“Kubilang keluar!”
Sehun tersentak karna bentakan tegas gadis didepannya. Tapi tak ingin semakin memperkeruh keadaan, Sehun berusaha mengalah. Ia sadar ini juga salahnya sendiri, perlahan tapi pasti ia memutar tubuhnya lalu berlalu dibalik pintu.
Sedetik setelah Sehun menghilang dibalik pintu, kaki Jieun lemas seketika. Dia sendiri tidak percaya bisa berkata seperti itu pada Sehun. Tapi inilah yang terbaik, kalau namja itu terus disini suasana kacau tadi takkan bisa dihentikkan. Jongin diam sambil menatap Jieun dengan tatapan tak percaya, Ini pertama kalinya gadis itu mampu bertindak sekeras itu.
“Kemarilah Jonginnie.. akan aku obati lukamu” ucap Jieun seraya berjalan masuk keruang istirahat. Jongin mengangguk kemudian mengekor dibelakang Jieun.
¶¶¶¶¶
Sehun berjalan mondar-mandir didepan ruang guru menunggu seseorang. Menunggu seorang gadis yang sejak kemarin mengacuhkannya. Jieun sedang menghadap wali kelas untuk beberapa urusan, karna itu Sehun yang mengikuiti Jieun hingga kesana harus menunggu diluar. Sejak kejadian ditoko kemarin sore, Jieun terus saja mengacuhkannya. Tidak mangangkat telpon, tidak membalas pesan bahkan menemuinya saja gadis itu tidak mau. Sehun tau Jieun sangat marah padanya, karna itu ia takkan menyerah sampai ia mendapat kesempatan untuk minta maaf.
Sehun menghela nafas berlebihan, sudah hampir 15 menit Jieun belum juga keluar dari ruangan tersebut. Ia hanya takut jika bel tanda istirahat pertama selesai berbunyi sebelum ia sempat bicara. Ia sandarkan tubuhnya pada dinding dekat pintu masuk. Sampai akhirnya sebuah lengkingan membuatnya tersentak.
“SEHUNNIE!!!!” pekik Taera seraya berlari menghampiri Sehun. Sehun menghela nafas seraya memalingkan wajah melihat gadis penganggu ketenangan hidupnya itu datang. Sekarang ia sadar betapa tersiksanya Jieun saat dia dan Jongin mulai berulah.
“Sehunnie ternyata kau disini? Sejak tadi aku mencarimu tau..” Taera merangkul lengan kanan Sehun erat sambil mulai mengeluarkan kicauannya.
Perlahan Sehun menarik lengannya dari rangkulan tangan gadis berambut panjang itu. “Taera aku mohon jangan ganggu aku dulu” ucap Sehun berusaha sabar, dengan suasana hatinya yang sedang tak karuan seperti sekarang, tentu tak menutup kemungkinan ia akan membentak Taera jika gadis itu tak segera pergi.
Taera mengernyit. “Sehunnie kau mengusirku?” ucap gadis berambut kemerahan itu dengan memasang tampang sedih. Tapi sayang.. disaat seperti ini ekspresi itu tak mampu membuat Sehun melembut.
“Bukan mengusir.. aku hanya sedang sibuk sekarang. Jadi pergilah Taera’ah..”
Masih tetap bersikeras, gadis itu merangkul lengan Sehun lagi. “Tidak mau! Aku sudah susah payah mencarimu hingga kemari. Aku akan menunggumu kalau kau memang sedang—“
“Sudah kubilang pergi!” bentak Sehun seraya melepaskan tangannya kasar. Gadis itu terkesiap lalu menatap Sehun dengan mata yang mulai berkaca-kaca.
“Suasana hatiku sedang tidak baik.. Maaf aku sudah membentakmu. Karna itu aku mohon tinggalkan aku dulu Taera’ah” ucap Sehun seraya mencoba menetralkan emosinya. Ia tak ingin melampiaskan perasaan kesal pada dirinya sendiri kepada orang yang tidak ada sangkut pautnya sama sekali.
“Baik Sehunnie.. kalau kau memang tidak suka aku disini. Aku pergi” Taera memutar tubuhnya cepat kemudian berjalan meninggalkan Sehun dengan langkah yang menghentak. Seolah mempertegas kekesalannya pada namja itu. Tapi itu tetap tak berpengaruh untuk Sehun, dia sudah terlalu terbiasa dengan perangai Taera yang seperti itu.
Dengan kekesalan yang memuncak diotaknya, Taera berjalan kembali menuju kelasnya. Sepanjang koridor gadis itu hanya mengumpaat kesal. Ia tau Sehun seperti itu pasti karna Jieun, gadis yang baginya belakangan ini menjadi pengganggu hubungannya dengan Sehun.
Bugh
“Aduh!” ringis Taera saat tubuhnya tidak sengaja menabrak seseorang. Karna terlalu sibuk dengan perasaan kesalnya, ia sampai tidak memperhatikan sekelilingnya. Akhirnya ia menabrak seorang namja tepat dipintu masuk kelasnya.
“Aissh! Kalau jalan itu gunakan matamu!”
Dengan cepat Taera mendongak lalu menatap namja yang ia tabrak dengan memicingkan matanya. “Setauku jalan itu pakai kaki bukan mata! Issh..”
Jongin tersenyum dengan menaikkan salah satu ujung bibirnya mendengar jawaban gadis didepannya. Tapi seketika alisnya terangkat saat melihat mata Taera berkaca-kaca. “Kau menangis ya? Ahhh.. aku tau! Pasti diacuhkan pengeranmu lagi kan?” ejek Jongin sambil memasukkan tangannya kedalam saku celana.
“Bukan urusanmu!” sanggah Taera cepat seraya berjalan menuju bangkunya. Ia duduk kemudian membenamkan wajahnya pada tangan yang dilipat diatas meja. Tak mau ikut campur, Jongin pun berjalan santai menuju bangkunya.
“Jongin’ah!! Apa kau lihat Jieun?” pekik duo Hyun seraya menghambur masuk kedalam kelas. Mereka berlari kebangku Jongin dengan membawa sebuah buku tulis ditangan masing-masing.
“Jieun sedang menemui guru Kim. Ada apa?”
“Kalau begitu tolong ambilkan buku matematika Jieun. Minta ijinnya nanti saja” ucap Hyuna seraya menunjuk tas Jieun yang ada disebelah bangku Jongin.
Jongin mengernyit. “Memangnya untuk apa?”
“Jam istirahat kedua nanti kami akan remedial matematika dan kata murid kelas sebelah soal dihalaman 87 buku paket yang akan menjadi soalnya, karna itu kami ingin menyontek milik Jieun. Kami yakin Jieun sudah selesai mengerjakannya..heheh” jelas Hyunji sambil terkekeh. Jongin pun mengangguk mengerti kemudian mengambil buku Jieun dan menyerahkannya pada anak kembar itu.
“Terimakasih Jongin!” ucap dua gadis itu kompak seraya berlari keluar kelas. Taera yang baru ingat kalau dirinya juga mendapat nilai merah dalam tes matematika itu pun mendongak cepat. Mendengar informasi yang duo Hyun itu katakan tadi membuatnya kelakabakan sendiri, mencoba mencari seseorang yang bisa dipinjami buku.
Jongin perhatikan tingkah Taera yang terlihat sangat panik. Ia terkekeh, kemudian mengeluarkan buku matematikanya dari dalam tas. “Ini pinjam punyaku saja..” ucapnya seraya menyodorkan bukunya pada Taera.
Taera yang sedang clingukan sendiri itu pun tersentak lalu menoleh kearah Jongin. Sejenak ia tatap buku Jongin kemudian dengan ragu mengambilnya. “Te..terimakasih banyak” Setelah buku Jongin berpindah ketangannya dengan cepat Taera menyalin jawaban dihalaman 87 itu kebuku miliknya.
“Hey Shin Taera.. ada ingin kutanyakan” ucap Jongin sedikit gugup. Ini pertama kalinya ia bicara seperti ini dengan gadis itu. Gadis itu bisa dibilang adalah orang yang cukup jutek. Karna itu, Taera jarang bicara dengan orang dikelas kecuali namja yang duduk sebangku dengannya.
“Tanya apa?” jawab Taera dengan tatapan yang masih tertuju pada bukunya.
“Sebenarnya hubunganmu dengan Oh Sehun itu seperti apa?”
Mendengar pertanyaan Jongin, sejenak gadis itu menghentikan kegiatannya seraya menghela nafas lalu kembali melanjutkannya. “Dia itu teman kecilku. Dulu sebelum ayah Luhan oppa menikah dengan ibu Sehun, beliau adalah manager diperusahaan ayahku. Mereka teman baik hingga sekarang”
“Oh begitu.. jadi mereka saudara tiri?”
Taera mengangguk. “Begitulah”
“Lalu perasaanmu padanya?” tanya Jongin sambil memutar posisi duduknya menghadap Taera.
“Bertepuk sebelah tangan..” ucap gadis itu sambil tersenyum kecut. “Tapi itu tidak akan lagi. Karna aku akan membuat Sehun menyukaiku. Pasti!” Taera mengangguk mantap sambil mengepalkan tangannya. Sedetik setelahnya ia kembali melanjutkan kegiatannya.
Jongin memutar posisi duduknya lagi. “Yakin sekali dia” gumam Jongin pelan. Ia sandarkan tubuhnya pada bangku, lalu tersenyum kecut. Ia menunduk sejenak sembari menghela nafas. Jongin lirik Taera yang sedang asik menyalin dengan ekor matanya, bukankah nasibnya sama seperti gadis itu? Tapi melihat kegigihan gadis itu untuk mendapatkan Sehun membuatnya merasa seperti pengecut. Ia juga tak mau kalah, ia akan berusaha meyakinkan Jieun akan perasaannya.
¶¶¶¶¶
Ceklek
Pintu ruang guru akhirnya terbuka, dan Sehun menghela nafas lega karna orang ia tunggu akhirnya menampakan diri. Dengan cepat Sehun berjalan kehadapan Jieun yang sedang kembali menutup pintu. Mata Jieun pun membulat ketika mendapati Sehun masih menunggunya disana. Dengan cepat Sehun meraih sebelah tangan Jieun yang baru saja berniat pergi meninggalkannya.
“Beri aku kesempatan untuk bicara” ucap Sehun dengan nada memohon. Jieun menghela nafas lalu menatap Sehun tajam.
“Aku tidak punya waktu!” jawab Jieun ketus seraya menghentakkan tangannya kasar. Ia pun kembali melanjutkan langkahnya, tapi lagi-lagi tangan kekar Sehun menghentikannya.
“Kenapa kau semarah ini hanya karna aku memukul Jongin!?” ucap Sehun tegas sembari berjalan kehadapan Jieun.
Jieun mendongak lalu menatap mata sipit namja berambut silver itu. “Karna aku tidak suka namja kekanak-kanakkan! Kau memukul Jongin begitu saja tanpa alasan, aku tidak suka! Jongin itu sahabatku Sehun’ah, aku tidak suka ada yang menyakitinya” ucap Jieun sedikit menahan emosinya. Jujur sebenarnya ia sama sekali tidak mampu bersikap seperti ini pada Sehun. Tapi ia hanya ingin membuat Sehun bisa bersikap lebih dewasa.
“Baik-baik aku mengerti. Aku tau aku salah Jieunnie, aku tau! Karna itu aku mohon maafkan aku, aku tidak sanggup jika kau terus menjauh dariku seperti ini, terlalu sakit hingga dadaku terasa sesak” Sehun menghentikkan kalimatnya sejenak seraya menarih kedua tangan Jieun. “Kemarin aku terlalu terbawa emosi, darahku terasa mendidih saat melihat Jongin memelukmu. Apalagi mendengarnya menyatakan perasaannya padamu, seketika kakiku melemas. Aku pikir aku sudah kalah langkah darinya, aku terlalu takut jika kau akan mengatakan bahwa perasaanmu sama sepertinya. Karna itu aku menahanmu untuk menjawab. Tapi karna Jongin terus menekanku, tanpa sadar aku malah memukul wajahnya. Maafkan aku.. jika sudah terlalu kekanak-kanakan..” lanjut Sehun seraya menunduk dalam.
Jieun hanya diam, berusaha menahan airmatanya yang sudah menumpuk dipelupuk mata. Entah kenapa ia terharu akan ucapan Sehun. Namja itu bilang ia takut kehilangan Jieun? Sehun mengernyit saat samar-samar mendengar isakan kecil, dengan cepat ia mendongak dan matanya pun membulat melihat gadis manis itu menangis.
“Ke..kenapa kau menangis Jieunnie? Apa aku salah lagi?” tanya Sehun dengan ekspresi panik. Ini pertama kalinya ia menghadapi gadis menangis.
“Hiks.. tidak Sehun’ah.. kau tidak salah. Mataku hanya kelilipan karna itu menangis..hiks”
Sehun tersenyum simpul, ia arahkan tangannya ke kedua pipi putih Jieun. Ia hapus airmata yang mengalir disana dengan lembut. “Jadi.. kau memaafkanku?”
“Orang yang harus kau mintai maaf itu Jongin Sehun’ah, bukan aku” ucap Jieun seraya menetralkan isakannya. Ia sendiri malu sudah menangis didepan Sehun.
Sehun tersenyum lega lalu memeluk Jieun erat. Ia benamkan wajahnya pada puncak kepala Jieun, menikmati aroma shampoo Jieun yang menyeruak dihidungnya. “Baiklah.. aku akan minta maaf padanya. Tapi berjanjilah kalau kau tidak akan menghindariku lagi”
Jieun membalas pelukan Sehun lalu mengangguk. “Baiklah..”
Sehun melepaskan pelukannya kemudian menatap mata bening Jieun dengan tatapan teduhnya. Perlahan ia menghapus jarak antara wajahnya dengan wajah Jieun, ia kecup pipi tirus Jieun lembut penuh perasaan. Jieun terhenyak dan seketika semburat merah memenuhi wajahnya. Otot-otot wajahnya mengendur dan jantungnya berdebar cepat saat itu juga.
“Tapi kalau boleh tau.. jawaban apa yang kau berikan pada Jongin?” tanya Sehun sedikit berbisik. Ekspresi polos Jieun berubah kesal, baru saja berbaikan kenapa Sehun menanyakan hal itu lagi?
“Aku sedang tidak ingin membahas itu!” ucap Jieun ketus seraya memutar tubuhnya cepat. Tanpa pikir panjang ia langkahkan kakinya meninggalkan Sehun. Mata Sehun membulat lalu dengan cepat menyusul Jieun, tak sulit baginya menyamakan langkah dengan kaki mungil gadis itu.
“Tapi aku kan ingin tau jawabanmu Jieunnie. Kau tidak menerimanya kan?” tanya Sehun lagi seolah tak mengerti maksud dari wajah Jieun yang tertekuk.
“Sudah kubilang aku tidak ingin bahas! Isshh..” cibir Jieun kesal kearah Sehun. Ia tak habis fikir, sebenarnya namja itu bodoh atau apa? Apa dengan semua sikapnya Sehun sama sekali tidak bisa membacanya? Jelas gadis itu tidak menerima Jongin, karna hatinya memilih Sehun.
Sehun terkekeh melihat ekspresi kesal Jieun yang menurutnya manis. Ia tersenyum sembari mengacak-acak rambut Jieun. “Iya iya.. tidak akan aku bahas lagi”
¶¶¶¶¶
Setelah hampir satu jam berputar-putar mencari alamat rumah kakek-kakek yang mengetahui tentang reinkarnasi mereka, akhirnya Jieun dan Sehun berhasil menemukan alamatnya. Setelah memarkirkan mobilnya, Sehun dan Jieun pun turun kemudian berjalan menuju gerbang. Sebelum memencet bel, sedetik Jieun melirik kertas ditangannya bermaksud memastikkan bahwa mereka tidak salah alamat.
“Benar ini rumahnya kan?” tanya Sehun sambil memperhatikan rumah dihadapannya dengan seksama. Rumah minimalis yang cukup mewah.
Jieun mengangguk, “Iya alamatnya sudah benar” setelah kembali memasukkan kertasnya kedalam saku, Jieun pun memencet bel rumah tersebut.
Ting
Tong
Tak lama setelahnya, seorang pemuda bertubuh jangkung keluar dan berjalan kearah gerbang. Seorang pemuda yang Jieun tau jelas siapa. Jieun tersenyum saat pemuda tersebut membuka gerbang, sementara Sehun hanya diam dengan tampang datarnya.
“Selamat sore.. maaf mengganggu” sapa Jieun seraya mengangguk cepat. “Kau Chanyeol cucu kakek itu kan?” lanjut Jieun sambil tersenyum manis.
Sedikit bingung Chanyeol memperhatikan Jieun dan Sehun bergantian. Tapi sepersekian detik setelahnya, namja itu akhirnya ingat. “Ahhh iya! Kau nona yang ditoko bunga waktu itu kan?” ucap Chanyeol dengan nada antusias sambil menunjuk kearah Jieun. Jieun mengangguk seraya tersenyum.
“Apa kakekmu ada dirumah?” tanya Jieun sopan.
“Ne, dia sudah sangat menunggumu nona. Mari masuklah”
“Terimakasih” Jieun pun mengukiti namja bersuara bass itu dari belakang. Tapi saat baru berjalan 3 langkah, gadis itu berhenti kemudian berbalik. Jieun menghela nafas saat melihat Sehun masih berdiri dengan tegaknya didepan pintu gerbang.
“Hey bodoh! Apa yang kau lakukan disana? Cepat masuk!” perintah Jieun sambil menggelengkan kepalanya cepat.
“Untuk apa? Bukankah yang namja itu persilahkan hanya kau saja? Jadi aku diam disini saja” ucap Sehun santai dengan kedua tangan didalam saku celanya.
“Issh! Ini bukan waktunya bercanda. Sudahlah! Ayo masuk!”
Tidak ingin menanggapi sikap kekanakan namja itu, dengan cepat Jieun meraih tangan Sehun kemudian menyeretnya masuk bersama. Saat memasukki rumah tersebut, Jieun memperhatikannya dengan seksama. Seolah mencari sesuatu dalam rumah tersebut.
“Biasa saja..” gumam Jieun pelan. Ia sempat berpikir kalau kakek itu adalah seorang peramal yang menyimpan barang-barang sakral didalam rumahnya karna itu kakek tersebut bisa tau hal-hal seperti reinkarnasi. Tapi sepertinya dugaannya salah. Sementara Jieun sibuk bergelut dengan pikirannya, Sehun hanya berjalan dengan senyum yang mengembang sempurna. Dia hanya terlalu senang karna Jieun masih menggenggam erat tangannya. Bukankah ini pertama kalinya Jieun yang memulai? Ia hanya berpikir mungkin gadis pujaannya itu sudah mulai membalas perasaannya.
Ceklek
“Kakek, nona yang kakek tunggu sudah datang” kata Chanyeol seraya membuka pintu kamar kakeknya.
“Hmm..kakek tau. Kau tolong ambilkan minum untuk mereka” jawab kakek itu dengan tatapan masih menghadap kejendela kamarnya. Chanyeol pun mengangguk kemudian mengikuti perintah kakeknya.
“Kalian berdua masuklah” kakek itu mempersilahkan Sehun dan Jieun masuk seraya tersenyum lembut.
Dengan langkah ragu, Sehun dan Jieun masuk kedalam kamar tersebut. Setelah kembali menutup pintu, mereka pun duduk bersebelahan. Mata Jieun berkedip berulang kali melihat kakek tersebut menatap dirinya dan Sehun dengan ekspresi yang terlihat begitu senang. Kakek itu menatap mereka seperti menatap seseorang yang sudah sangat lama tidak ditemuinya. Kerinduan seolah tersirat di kedua matanya.
“Apa kakek yang tau tentang reinkarnasiku dengan Jieun?” tanya Sehun sedikit ragu memulai percakapan. Dan kakek itu pun hanya menjawab dengan sebuah anggukan cepat.
“Lalu? Bisakah kakek menjelaskannya pada kami?” kini giliran Jieun yang bertanya.
“Tentu saja bisa, hanya saja kakek bingung harus menjelaskannya dari mana. Ini cukup rumit” ucap kakek itu sembari menunduk dan menghela nafas kecil. Tapi sedetik kemudian ia kembali mendongak kemudian mengeluarkan sebuah buku yang cukup tebal dari laci mejanya. Sebuah buku tua dan terlihat sangat usang. Keduanya pun menatap buku itu dengan tatapan bingung.
“Buku apa ini kek?” tanya Jieun sambil membenarkan posisi bersimpuhnya lalu kembali menatap kakek yang masih mengembangkan senyum teduhnya itu.
“Itu album photo, dialbum itu terdapat foto-foto dari beberapa keturunan keluarga kami yang terdahulu”
“Lalu untuk apa kakek menunjukkannya pada kami?” tanya Sehun sedikit tidak sabar.
“Bukankah kalian ingin tau tentang reinkarnasi kalian? Jawabannya ada dalam album photo itu”
“Eh?” Jieun dan Sehun mengernyitkan dahi bersamaan kemudian saling menatap. Perlahan Sehun meraih album photo tersebut kemudian membukanya. Perlahan tapi pasti mereka berdua memperhatikkan setiap halaman dialbum tersebut.
Sementara mereka sibuk melihat album photo tersebut, Chanyeol masuk untuk menyuguhkan minum sesuai perintah kakeknya. Namun namja itu tersentak saat melihat apa yang sedang diperhatikkan Jieun dan Sehun. Ia tatap kakeknya dengan kedua mata yang membulat.
“Kakek? Bukankah itu album photo keluarga kita? Kakek bilang tidak boleh ditunjukkan kepada orang asing kan? Tapi kenapa..”
“Mereka bukan orang asing, tapi mereka orang istimewa..”
Chanyeol mengernyitkan dahinya dalam, “Istimewa?”
“Sudahlah.. keluar dan lanjutkan saja tugas kuliahmu”
“Iyaya baiklah kek..” rungut Chanyeol imut sembari berjalan keluar dari kamar kakeknya. Jieun yang menangkap percakapan kakek dan cucunya tersebut pun mendongak dan menatap kakek yang duduk dihadapannya lekat.
“Or..orang istimewa?”
“Iya, kalian adalah orang istimewa. Kalian bukanlah orang asing dikeluarga ini” jawab kakek tersebut lembut.
“Eh? Apa maksud—“
“Orang ini!” seru Sehun sambil menunjuk kesebuah foto dialbum tersebut yang seketika menghentikkan ucapan Jieun. Jieun tersentak kemudian menoleh kearah foto yang ditunjuk namja disebelahnya itu. Dan matanya pun membulat sempurna saat melihat sepasang sejoli difoto tersebut. Foto seorang pemuda dan seorang gadis sedang duduk disebuah taman bunga. Sedang menikmati piknik bersama dimusim semi, keduanya berfoto dengan senyum yang mengembang. Walau wajah sang gadis terlihat pucat tapi keduanya tetap tersenyum dengan tulus. Sepasang kekasih yang pernah muncul dalam mimpi mereka.
“Ini..a..aku dan..Se..sehun?” ucap Jieun terbata. Terlalu terkejut melihat siapa yang ia lihat difoto itu. Bahkan Sehun masih belum melepas tatapannya dari foto tersebut.
Kakek itu mengangguk, “Ne, itu adalah kalian dimasa lalu”
“Ka..kami dimasa..lalu?” Sehun mendongak dan menatap kakek tersebut dengan kedua mata yang membulat.
“Iyaa, kalian saat 60thn yang lalu. Kalian dikehidupan yang sebelumnya”
“Jadi.. yang kami lihat dalam mimpi kami itu adalah..”
“Benar sekali, itu adalah kalian dimasa lalu. Park Jieun dan Oh Sehun dikehidupan sebelumnya. Dulu kalian pernah bersama dan saling mencintai, bahkan kalian sudah akan menikah. Tapi karna penyakit yang Jieun derita yang lebih dulu merenggut nyawanya, kisah kalian akhirnya harus berakhir..”
“..Setelah kepergian Jieun, Sehun merasa terpukul dan depresi. Suatu hari ia bertemu dengan seorang biksu dikuil didaerah busan. Seorang biksu yang bisa mengetahui masa depan secara pasti. Biksu itu mengatakan padanya kalau dirinya dan Jieun akan dipertemukan kembali dikehidupan berikutnya tapi dengan jalan yang sama, yaitu berakhir karna sebuah penyakit berbahaya. Tak ingin gadisnya kembali merasakan penderitaan yang sama, Sehun sempat menngumbar sumpah dikuil tersebut bahwa ia ingin menggantikan Jieun jika memang gadis itu harus memiliki penyakit yang sama..” kakek itu memotong penjelasannya seraya menyeruput tehnya.
“Dan itu benar-benar terjadi padaku” gumam Sehun pelan dengan tatapan yang masih terfokus pada foto dialbum tersebut. Sementara Jieun juga masih tak bergeming ditempatnya, mendengarkan cerita kakek tersebut dengan seksama.
Kakek tersebut mengangguk kemudian kembali meletakkan cangkir tehnya diatas meja. “Entah karna sumpahnya memang terkabul atau jalan takdirnya memang seperti ini, kakek juga tidak tau..”
Jieun menelan salivanya kasar, tak percaya dengan apa yang ia dengar. Jadi Sehun rela memiliki penyakit itu hanya untuk dirinya? Seberharga itukah dia untuk Sehun dikehidupan sebelumnya?
“Ja..jadi..aku dan Sehun adalah buyut dari keluarga kakek?”
“Benar, lebih tepatnya kau Jieun. Bukankah marga kita sama?”
Mata Jieun membulat, “Kakek juga bermarga Park?”
Kakek Park mengangguk. “Ne..karna itu kakek bilang kalian istimewa”
¶¶¶¶¶
Jieun hanya diam sambil menatap pemandangan malam dari jendela mobil Sehun. Setelah hampir 4 jam dirumah kakek Park untuk mencari informasi akhirnya mereka memutuskan untuk pulang. Dan sudah hampir setengah jam perjalanan Jieun belum juga membuka mulut, hanya diam dan sibuk dengan dunianya sendiri. Setiap kali Sehun mencoba membuka pembicaraan, gadis itu terus saja mengacuhkannya. Entah apa yang Jieun pikirkan, yang jelas Sehun tidak ingin mengganggu dulu. Bagaimana pun bukankah mereka baru saja mendapatkan sebuah informasi yang bisa dibilang sangat mengejutkan.
Sepanjang perjalanan Jieun terus saja menyalahkan dirinya sendiri. Menyalahkan karna ia pikir ialah penyebab kenapa Sehun bisa memiliki penyakit berat seperti sekarang. Hatinya hanya sulit untuk menerima, kenapa mereka dipertemukan kembali jika akhirnya mereka tetap tidak bisa bersama? Dosa apa yang mereka perbuat sampai mereka harus mendapatkan takdir semacam ini?
Jieun menghela nafas berlebihan sambil membenarkan posisi duduknya. Memejamkan mata sejenak kemudian mengalihkan pandangan pada namja tampan yang sedang fokus dengan jalan didepannnya. Jieun tatap wajah Sehun lekat, menatap dengan tatapan yang menyiratkan penyesalan. Menatapnya dengan seksama seolah takut jika suatu hari ia tidak lagi bisa melihatnya. Tulus didalam hatinya.. ia tidak ingin berakhir seperti yang dulu. Terlalu tidak sanggup kehilangan sosok seindah Sehun. Tidak bisakah ia mengubah takdir?
“Hey gadis berotak sebesar telor burung! Berhenti menatapku seperti itu. Aku tau aku tampan, tapi tidak perlu seserius itu juga kan? hihihi” celetuk Sehun sambil terkekeh. Bermaksud ingin mencairkan suasana kaku ini. Tapi sayang usahanya gagal, Jieun masih diam dan tidak menanggapi candaannya.
“Setelah mendapat saran dari biksu yang ditemuinya dikuil busan. Sehun akhirnya memutuskan untuk ikut mengabdi kuil tersebut dan menjadi biksu. Ia meminta ijin pada ketua pengurus dikuil tersebut, kalau ia ingin membuat kuil kecil untuk Jieun diarea itu”
“Ia ingin memberikan sebuah hadiah terakhir untuk gadisnya tersebut. Sebuah hadiah kecil yang bisa mengabadikan kesetiaannya. Dan setelah menempuh perjalanan panjang akhirnya rencana itu disetujui. Ia lalu tinggal disana bahkan sampai ia meninggal. Dan sesuai dengan permintaan terakhinya, bersama dengan abu Jieun, abunya juga disimpan dikuil tersebut. Karna itu jika kalian ingin mengunjungi mereka, datanglah.. Kakek akan sangat menunggu kalian”
“Sehun’ah? Lain kali bagaimana kalau kita berkunjung kekuil itu..” ucap Jieun akhirnya setelah cukup lama termenung.
Sehun tersenyum, “Tentu saja! Hari minggu depan kita kesana, bagaimana?”
“Hmm, baiklah..” Jieun kembali memalingkan pandangannya kearah depan. Sehun mulai merasa tidak nyaman dengan sikap Jieun itu. Ini sungguh berbeda 360 derajat dari Jieun yang ia kenal. Sehun pun melirik Jieun dengan ekor matanya, ia sedikit terhenyak melihat tatapan mata gadis manis itu. Tatapan yang begitu menggambarkan kesedihan dalam hatinya. Sekarang Sehun tau kalau pepatah bahwa mata adalah jendela hati itu benar.
Sehun menghela nafas, “Tidak perlu dipikirkan.. mungkin takdir kita memang seperti ini..” ucap Sehun dengan nada yang sangat lembut. Sangat lembut dan Jieun merasakan ketulusan disana.
“Maafkan aku..” kata Jieun seraya menunduk, dengan kerja keras gadis itu berusaha menahan airmatanya. Takut jika itu semakin membuat Sehun tidak nyaman.
“Kenapa minta maaf? Kau sama sekali tidak salah Jieunnie.. bukankah kau juga tau kalau ini semua adalah keinginanku sendiri?”
“Tapi..”
“Sudahlah, kau tidak perlu merasa bersalah. Aku bahkan merasa sangat lega karna kau tidak perlu merasakan kesengsaraan itu untuk yang kedua kalinya. Aku senang karna Tuhan mengabulkan permintaan diriku yang terdahulu”
¶¶¶¶¶
“Biksu itu mengatakan padanya kalau dirinya dan Jieun akan dipertemukan kembali dikehidupan berikutnya tapi dengan jalan yang sama, yaitu berakhir karna sebuah penyakit berbahaya. Tak ingin gadisnya kembali merasakan penderitaan yang sama, Sehun sempat menngumbar sumpah dikuil tersebut bahwa ia ingin menggantikan Jieun jika memang gadis itu harus memiliki penyakit yang sama”
Kata-kata kakek Park masih terngiang jelas ditelinga Jieun. Walau ia sudah berusaha untuk tidak memikirnya seperti yang diminta Sehun, tapi sebanyak apapun ia mencoba ia tetap tidak bisa melakukannya. Sejak pulang dari rumah kakek Park, Jieun hanya duduk diatas tempat tidurnya sambil termenung. Bahkan hanya untuk makan saja dia butuh tenaga ekstra, kalau saja Sehun tidak terus menelpon dan mengomelinya ia mungkin tidak akan makan malam. Semua tugas sekolah yang biasanya selalu ia kerjakan tepat waktu saja terlupakan begitu saja. Kini pikirannya terlalu fokus pada satu objek—
―Sehun.
“Aissssshh… kenapa malah seperti ini!!!!” Jieun mengacak-acak rambutnya kasar kemudian merebahkan tubuhnya diatas tempat tidur. Memejamkan matanya sejenak, lalu menatap langit-langit kamarnya lurus-lurus.
“Kenapa? Kenapa aku baru merasa bersedih sekarang? Bukankah aku sudah tau tentang penyakit Sehun sejak pertama kali bertemu? Tapi kenapa baru sekarang perasaan takut kehilangan ini datang? Apa hanya karna aku baru tau kalau dia seperti ini karna berkorban untukku atau..AAHHHH!!!!”
“Tapi..sungguh..aku sungguh takut kehilangan dia. Aku tidak mau dia meninggalkanku..Tidak mau…” ucap Jieun sambil mengusap-usap wajahnya.
“Belum cukup masalah baru dengan perasaan Jongin, sekarang Sehun juga membawa hidupku kebabak yang lebih rumit lagi. Mereka berdua.. tidak bisakah membuat hidupku lebih tenang hanya untuk sedetik?! Kenap—“
Ting
Tong
“Eh? Issshh… Siapa sih yang datang malam-malam begini?!” umpat Jieun seraya beranjak dari tempat tidurnya. Dengan langkah gontai ia berjalan menuju pintu apartemennya sambil menerka-nerka siapa yang mengunjunginya kali ini. Karna dalam hatinya, ia sangat berharap bahwa yang datang bukanlah Jongin ataupun Sehun. Sebelum membuka pintu, Jieun mengintip pada alat yang tertempel didinding dekat pintu apartemennya. Dan matanya pun membulat saat melihat siapa yang menunggu dibalik pintu rumahnya.
Ceklek
“Selamat malam Park Jieun..”
“Shin Taera? Ada apa malam-malam kemari?” tanya Jieun sedikit ketus. Cukup terkejut karna gadis pemuja Sehun itu datang kerumahnya.
“Apa kau selalu setidak sopan ini pada tamu?” ucap Taera dengan nada sinis serta dengan gaya angkuhnya.
“Apa?”
“Ada tamu yang datang tidakkah seharusnya kau mempersilahkannya untuk masuk dulu?”
Jieun menghela nafas berat, “Masuklah..” ucap Jieun malas. Gadis berambut hitam kemerahan itu pun masuk dengan angkuhnya kedalam apartemen Jieun. Jieun hanya mencibir kearah gadis yang sungguh tidak diharapkan kedatangannya itu. Dibanding Sehun ataupun Jongin, Jieun sungguh lebih tidak ingin gadis menyebalkan itu yang datang. Setelah menutup pintu rumahnya kembali Jieun berjalan kedepan Taera yang masih sibuk memperhatikan seluk beluk rumahnya.
“Mau minum apa?” ketus Jieun sambil menatap Taera malas.
“Tidak perlu repot-repot Jieun’ah. Aku kesini bukan untuk beramah tamah, tapi untuk membicarakan sesuatu yang penting” ucap Taera sambil mengibaskan rambut panjangnya kebelakang. Jieun menghela nafas kemudian duduk disebelah gadis sombong itu.
“Mau bicara apa?”
“Umh.. jadi begini Park Jieun. Kurasa kau sudah tau topik apa yang ingin kubicarakan—“
“Sehun kan”
“Benar.. kau memang sangat pintar Park Ji—“
“Langsung saja keintinya, tidak usah banyak basa-basi” ucap Jieun cepat memotong perkataan Taera. Taera menyeringai kemudian menatap Jieun tajam. Jieun tersentak kemudian membenarkan posisi duduknya. Mungkin ini bukan pertama kalinya Taera menatapnya seperti itu, tapi tetap saja tatapan semacam itu membuatnya harus menelan kasar salivanya.
“Jauhi Sehun..” ucap Taera sinis.
“Apa?”
“Aku sudah tau semuanya Park Jieun. Bagaimana kisah lamamu dengan Sehun, aku tau. Kau.. bukankah kau penyebab utama penyakit yang Sehun derita? Iyakan?”
Kedua mata Jieun membulat sempurna dengan kedua alis terangkat. Sangat terkejut dengan apa yang gadis sombong dihadapannya itu katakan. Dia tau tentang hal itu? Tentang reinkarnasinya dan Sehun? Bagaimana bisa?
“Tidak perlu tau dari mana aku mengetahuinya, yang jelas aku ingin kau sadar diri Park Jieun. Bukankah karna kau Sehun jadi menderita penyakit separah itu? Apa kau tidak merasa malu eoh? Kau lebih terlihat seperti parasit yang menempel di inangnya jika kau didekat Sehunnie”
“..Dengar, ini bukan hanya masalah penyakit yang Sehun derita. Tapi ini juga menyangkut hubungan persaudaraan Sehun dan Luhan oppa”
Jieun mengernyit dalam. Kenapa topiknya berubah? “Apa maksudmu?”
“Kau itu memang tidak tau atau pura-pura tidak tau eoh? Karna kau.. hubungan Sehun dan Luhan oppa longgar lagi. Karna kau Sehun lagi-lagi membeci kakaknya”
“Hey bicara lebih jelas! Apa maksudmu Sehun membeci Luhan oppa karna aku? Memangnya apa salahku?!”
“Karna Sehun tau kalau Luhan oppa juga menyukaimu. Dan dia merasa Luhan oppa berniat merebutmu darinya, karna itu dia marah dan kini hubungan mereka tidak baik..”
Deg
Jieun terdiam ditempat, seketika energinya menguap begitu saja. Entah kemana.. seribu bahasanya juga lenyap, bahkan untuk bernafas pun rasanya menjadi perkerjaan yang sangat sulit. Tubuhnya membeku dan matanya yang membulat sulit untuk menutup kembali. Apa yang Taera katakan? Luhan menyukainya? Mana mungkin!
“Heh Shin Taera? Berhentilah membuat lelucon” ucap Jieun sekuat tenaga. Dengan susah payah ia berusaha untuk bersikap tenang, mungkin saja ini hanya akal licik gadis dihadapannya.
“Tsk..Munafik..”
“Apa kau bilang?”
“Kau tau dulu Sehun dan Luhan oppa juga pernah bertengkar hanya karna seorang gadis. Cukup lama Sehun mengacuhkan Luhan oppa hanya karna gadis yang Sehun sukai ternyata menyukai kakaknya. Dengan susah payah Luhan oppa membangun kembali hubungannya dengan Sehun, tapi lalu kau datang dan dengan sekejap mata menghancurkan semua usaha Luhan oppa. Kau membuat hubungan mereka pecah untuk yang kedua kalinya”
“..Karna itu berhentilah sekarang, atau kau ingin membuat hidup Sehun semakin berantakan. Kau tidak mau kan kalau Luhan oppa dan Sehun bermusuhan hanya karna dirimu? Karna itu, jauhi mereka..” Taera bangun dari duduknya seraya menyandang tas mahalnya. Ia menghela nafas kemudian menatap Jieun yang masih membeku ditempat dengan tatapan mengintimidasi.
“Aku hanya memberimu dua pilihan.. Lakukan dengan cara baik-baik atau kau ingin cara yang tegas dan kasar. Aku sangat yakin kau mengerti akan maksudku..Park Jieun”
¶¶¶To Be Continued¶¶¶
N/B : NO SIDERS!! NO PLAGIAT!!! HARGAI KARYA ANAK BANGSA!!!