Quantcast
Channel: EXO Fanfiction
Viewing all 4828 articles
Browse latest View live

Super Fantasy Idol (Chapter 11)

$
0
0

shin-zelo-sehun  

Title : Super Fantasy Idol (SFI)

Chapt :11

Author           Azumi Aozora and Kunang

Main Cast        :

* Yang Shin Young/ Sandy/ Candy (OC),

* Oh Se Ra (OC)

* Oh Se Hun (EXO-K)

* Byun Baek Hyun (EXO-K)

* Zelo (B.A.P) ====> Leo

* Lee Tae Min (SHINee)

Support Cast: Cheondoong

Length             : sequel

Genre              : Family, romance, life, friendship, business entertainment, fantasy

Rating              : PG-15

Disclaimer Yang Shin Young milikku dan Oh Se Ra milik Azumi, Oh Se Hun, Byun Baekhyun, Zelo, dan Lee Tae Min milik grup mereka, dan mereka adalah milik Tuhan YME. Inii FF ASLI hasil karya aku dan Azumi Aozora, jadi kalau ga mau dijadiin laundry (?) sama Zelo, please jangan plagiat ini FF. 

Summary        : Populer grup EXO boleh punya kekuatan super di MV mereka, tapi di dunia nyata ada dua orang yeoja yang memiliki kekuatan yang tidak dimiliki manusia biasa. Kedua yeoja itu adalah Yang Shin Young, (17 tahun) dan Oh Se Ra (16 th). Dari mulai mereka mulai jadi trainee di JTUNE ent ada saja yang selalu mereka ributkan, dan lagi mereka sama-sama menyimpan rahasia. Rahasia kekuatan yang bisa berguna bagi mereka ataupun mencelakakan mereka ….

Note : Karena ‘main” dalam part ini ZeShinHun jadi posternya juga beda dari biasa *digetok Sera

~~Chapter 11~~

Sehari sebelum kembali ke Mato

 

=== || .:Shin Young/ Sandy PoV:. ||====

Malam hari di Mato

Outside the window, the sound of the rain rings

I remember the memories of us

I can’t live with you girls

On Rainy Days, I always run into you

::.Rain Sound by BAP.::

Sunyi, dingin dan hampa …

Aku terus berdiri sambil menatap kosong bangunan kecil yang sudah tak terurus di depanku. Tak mempedulikan sama sekali butiran-butiran air yang ntah sejak kapan mulai menjatuhiku, menyamarkan air mataku. Ya, ini lah rumahku. Rumah kecil dengan halaman cukup luas yang dulu penuh dengan kehangatan walaupun hanya untuk sesaat. Tempat yang pernah kutinggali bersama eomma dan oppa se-ibu ku, Cheondoong oppa.

Seandainya saja dulu aku berhasil membujuk Cheondoong oppa untuk tidak pergi dan tinggal bersama appa kandungnya, mungkin saja semuanya tidak akan berubah. Cheondoong oppa akan tetap bersama ku dan menyayangi ku seperti dulu, dan mungkin ibu ku masih hidup. Tapi begitu dia tinggal bersama appa nya, semua berubah. Cheondoong oppa berubah menjadi orang yang tak kukenali terlebih dia malah memanfaatkanku, membuat Sehun oppa kehilangan kepercayaan padaku. Terlebih eomma terpaksa memberiku ‘kekuatannya’  sekaligus mengorbankan nyawanya untuk menolongku.

Tapi ada satu yang tidak berubah, Cheondoong oppa selalu mau dia seperti apapun dia adalah oppa ku. Baik dulu saat semua orang  menjauhi ku karena kekuatan fire-ku, juga saat aku di bumi. Aku tahu semua penduduk Mato sekarang membencinya karena berusaha menghancurkan keluarga kerajaan. Ya, semua orang kecuali aku, aku tetap menyayanginya. Aku tak tahu dimana dia sekarang, setelah kejadian kemarin, dia seperti lenyap ditelan bumi.

Tapi orang yang paling aku rindukan adalah eomma. Aku merasa sangat bersalah. Karena memori palsu yang kudapatkan, selama bertahun-tahun aku membencinya. Padahal kenyataannya dia sangat menyayangi ku. Rasanya hatiku hancur ketika Zelo memberi tahu eomma ku meninggal sesaat setelah memberi kekuatannya padaku. Seandainya saja aku bisa melihatnya sekali lagi sebelum aku kembali ke bumi, aku sangat merindukannya.

            Seandainya saja hal itu mungkin…    

“Shin …, sudah kuduga kau ada disini” seseorang menepuk pundakku dan seketika itu pula tubuhku terlindungi dari hujan karena payung transparan menghalangiku dari gerimis. Aku pun berbalik dan mendongak untuk mendapati Zelo tersenyum ke arah ku. Dia memperhatikan ku dengan seksama dan langsung mencubit pipi kanan ku dengan tangan kanannya yang besar.

“Zelo…”

“Aigoo!! Sampai kapan kau mau pasang muka seperti ini heoh?”

Biasanya aku akan langsung membalas mencubit atau pura-pura marah saat dia menjahiliku, tapi aku hanya diam mendongak menatap kosong wajahnya. Mendadak senyum Zelo menghilang, dia menatap mataku lembut dan penuh pengertian.

“Kau ingin aku melakukan ‘itu’? sekarang?”

Mata ku membelalak menatap wajah seriusnya, sesaat aku melupakan fakta kalau dia bisa membaca pikiranku. Ya, tadi aku berpikir seandainya saja Zelo bisa berubah menjadi eomma ku meski hanya sesaat, setidaknya aku bisa melihat wajah eomma ku yang hampir kulupakan. Aku pun menganguk.

Zelo melepaskan tangannya yang memegang pipiku sekaligus melempar payung yang dia bawa, lalu ia pun sedikit menunduk hingga wajahnya sejajar denganku, entah mengapa aku merasa sedikit gelisah menyadari wajah nya yang sekarang basah mendekatiku. Rasanya baru kali ini aku melihat wajah Zelo sedekat ini.

“Shin, pejamkan mata mu, dan hitung sampai lima dalam hati”

“Ba.. baiklah…” kata ku dan aku pun memejamkan mata ku dan mulai berhitung dalam hati, satu.. dua… tiga…

“Shin-ah…. I love you, I’ll always be with you forever

Cup

“M..mwo?”

Sesuatu yang hangat menyentuh dahiku lembut sekaligus membuat mataku terbuka kembali. Tapi yang ada di depanku bukanlah lagi sosok jangkung Zelo melainkan wanita setengah baya yang masih terlihat sangat cantik. Ibu ku. Dia tersenyum ke arahku dengan lembut, dan tanpa bisa kutahan air mataku mulai mengalir deras.

“EOMMA!!!!” aku langsung memeluk sosok eommaku itu, walaupun aku tahu jelas bahwa sosok ini sebenarnya adalah Zelo tapi saat ini aku membuang jauh-jauh fakta itu. Setidaknya saat ini saja aku ingin benar-benar merasa memeluk eomma ku. Dan sepertinya Zelo mengerti perasaanku karena sekarang dia balas memelukku dan kembali mencium keningku dengan cara yang sama seperti eomma ku dulu.

Aku benar-benar beruntung mengenal Zelo

Tapi… kata-kata Zelo tadi? Mungkinkah …?

           

            ======Sehun PoV=====

@Capsule

Jadi yeoja inilah yang selama ini aku cari

            Aku tersenyum menatap gadis yang kepalanya sekarang terkulai di bahuku. Mata nya terpejam dengan sebagian tubuhnya tertutup selimut dan aku bisa mendengar jelas suara nafasnya yang teratur. Pasti ini hari keberuntungan ku karena aku bisa duduk disamping Candy selama kurang lebih 12 jam hingga kami semua tiba di bumi. Rasanya aku tidak akan pernah bosan menatap wajah manisnya. Dulu juga aku pernah melihat Candy tertidur, tapi kali ini aku lebih senang menatapnya karena dia tidak menangis lagi dalam tidurnya.

YAA!! Berhenti menatap wajahnya seperti itu!

            Aku menengok dan mendapati Zelo yang duduk tepat di depanku menatap ku kesal. Aku tersenyum penuh kemenangan dan kembali menatap Candy. Kali ini aku memperhatikan lengannya yang tidak tertutup selimut.

Jangan berpikir untuk menggenggam tangannya! YAA!!

            Aku tak membalas telepatinya dan dengan agak ragu aku menyelipkan telapak tanganku dan pada akhirnya ku genggam erat tangannya. Seketika aku tersenyum saat merasa dadaku semakin hangat. Rasakan kau Choi Jun Hong! Rasa cemburu mu saat ini tidak ada apa-apanya dibanding rasa cemburu ku selama ini. Jujur saja aku iri dengan kau yang hampir selalu bersama Candy-ku.

            Zelo : Mwo?? Kau bilang ‘Candy-ku’?

            Aku : Kau tidak salah membaca pikiran ku. Bagaimana? Kami pasangan serasi kan? Oh ya kau bisa membaca masa depan kan? Bisa kau beritahu kapan aku dan Candy akan menikah?

            Zelo : Seperti biasa, kau terlalu percaya diri Oh Se Hun! Memangnya kau pikir kau pantas menyukai Shin? Kau lupa apa yang telah kau lakukan padanya dulu?!

            DEG

            Aku membeku sesaat mendengar telepati Zelo, sekali lagi sebuah rasa penyesalan yang besar membuatku merasa hampir tidak bisa bernafas. Perlahan aku menguatkan genggaman tanganku padanya. Sebelumnya aku sudah berbicara dengan Candy dan dia berkata sudah tidak memikirkan kata-kata kasar ku dulu, tapi aku tetap merasa bersalah.

Zelo : Mian, Apa kata-kata ku kelewatan? aku tidak bermaksud—

            Aku balas menatap Zelo dengan penuh keyakinan.

Aku : Karena itu aku akan menebusnya! Aku ingin membuatnya bahagia dan selalu di sisinya seumur hidup ku, mianhae Zelo-ah, walaupun kau sahabat terbaiku, tapi aku tidak akan menyerah mengenai Candy sampai dia sendiri yang meminta ku menyerah.

            Sesaat Zelo hanya diam menatapku, dan akhirnya aku bisa melihat dia menarik nafas panjang.

            Zelo : Kau… ternyata tetap tidak berubah, aahh… entah aku sial atau beruntung punya sahabat seperti mu! Yang jelas awas ya kalau kau sampai macam-macam dengan Shin selama perjalanan! Ingat! Aku mengawasi kalian berdua!

            Aku : Nee.. nee.. dasar bawel

            Zelo menatap ku ragu, dan setelah beberapa saat dia kembali ke posisi duduknya  semula. Entah mengapa aku penasaran, sudah sejak kapan Zelo menyukai Candy? Apa jangan-jangan sejak kami semua masih di Mato? Padahal dulu aku mengira Zelo menyukai Sera. Dulu, mereka sangat akrab sampai membuatku merasa iri.

            Zelo : Sehun, kenapa harus Shin? Kenapa kau menyukainya?

            Aku menegakkan posisi dudukku dan menatap ke arah Zelo, baru kali ini aku melihatnya seperti ini. Begitu sungguh-sungguh menyukai seseorang, seandainya saja orang yang disukainya bukan Candy….

Aku : Tentu saja karena bagiku Candy sangat cantik dan manis, dia selalu jadi yang ‘tercantik’ bagiku, sudah interviewnya?

            Zelo : Aku punya teman yang lebih cantik dari dia, mau ku kenalkan?

            Aku : Ckk… sudah kubilang tetap Candy yang tercantik bagiku! Sudah aku mau tidur!

            Aku pun kembali menatap Candy sekilas dan memutuskan lebih baik tidur. Setidaknya telepati Zelo tidak akan masuk dan terus mengganggu pikiran ku. Sebelum memejamkan mata ku aku menarik selimut panjang yang menutupi tubuh Sandy sehingga menutupi tubuhku juga.

Zelo : YAAA!!! PAKAI SELIMUT MU SENDIRI!!!

            Aku : Jaljja~~

            Rasanya baru kali ini lagi setelah bertahun-tahun aku bisa tidur dengan nyenyak, dan aku tahu, itu karena aku telah menemukannya.

Naeui saranghaneun yeoja.

Walau begitu ada satu hal yang masih mengganjal di hatiku, apa Candy juga merasakan hal yang sama?

 

========= Shin Young/ Sandy POV=========

@JTUNe comp

“KAMI SYUTING VARIETY SHOW??!!” aku menatap namja tampan bermata sipit di depanku, dia menganguk-angukkan kepalanya. Masih bingung, aku menatap Sehun oppa, Zelo, Baek Hyun oppa, Tae Min oppa dan Sera, berbeda dengan ku, wajah mereka terlihat begitu antusias.

“Sebenarnya aku bisa mengembalikan kalian semua maksimal sampai  ke masa tepat saat Sandy, Taemin, Zelo dan Sehun pergi ke Mato, tapi karena  Se Ra dan Baek Hyun menghilang jauh lebih awal….”

“Jjamkaman…. “ aku menatap namja sipit di depanku, memastikan dia tidak sedang bercanda. Mengembalikan kami ke masa lalu? Jangan bilang kalau dia…

“Bi  sajangnim” Sera terlihat memahami sesuatu “jangan bilang kalau kau juga…”

“Bingo! Aku sama dengan kalian, memiliki kekuatan Mato, dan kekuatanku adalah bisa kembali ke masa lalu dan istimewanya aku bisa membawa orang lain bersamaku”

“Kembali ke masa lalu?” tiba-tiba aku teringat eomma, apa mungkin aku bisa kembali ke masa-masa saat  masih bersama eomma?

“Shin, Bi sajangnim hanya bisa membawa kita kembali maksimal satu bulan sebelum hari ini, yaitu tepat saat aku dan dan Sehun hyung pergi ke Mato” terang Zelo membuatku tertunduk lemas, Sera yang sadar dengan perubahan ekspresiku tanpa aku sangka memelukku dari belakang.

“Eonni… uljima yoo~~”

Aku langsung menatapnya aneh, sejak kapan si maknae keras kepala ini mendadak sok manja begini “Sera, kau salah minum obat?”

“Aishhhh……” Sera berdecak dan langsung mendorongku menjauhinya, sikapnya kembali sok cool, mau tak mau kami semua tertawa kecil melihat tingkahnya.

Oya, tadi setelah kami sampai ke bumi. Zelo langsung mengajak kami semua bertemu dengan Bi oppa. Aku baru tahu kalau Bi oppa adalah orang yang selama di bumi ini membantu Zelo ketika dia masih berwujud Leo. Dan Zelo juga sudah mendengar lebih dulu sejak Sera menghilang kalau Bi oppa sudah merencanakan sesuatu agar tidak terjadi kepanikkan diantara fans BAP, EXO dan SHINee ketika idola mereka menghilang tiba-tiba.

“Bi oppa, jadi… variety show apa yang kau maksud?” Tanya ku antusias “Apa semacam Running Man? Atau Healing camp? Atau jangan-jangan family outing?”

“Pernah dengar Romantic and Idol? Atau We Got Married? Yahh… meskipun format acaranya sedikit berbeda, tapi semacam itu lah”

Aku menatap Bi oppa tak percaya, seketika adegan-adegan romantis yang aku lihat sekilas saat melihat cuplikan acara tersebut melintas di depanku.

Ntah mengapa aku tidak berani melihat ekspresi Sehun oppa dan Zelo >,<

==============////=============

=============Still Sandy PoV===========

“Warning – sudah balik ke 1 bulan sebelumnya”

@Jeju-do

Pantai, Sore hari

“Yeppeo….” Aku menatap takjub pantai dan laut biru yang terbentang luas di depanku bagai lukisan. Angin darat menerpa wajah sekaligus menerbangkan rambut panjangku yang sekarang lurus. Tiba-tiba wajahku menghangat. Sial! Akhir-akhir ini angin selalu mengingatkan ku pada maknae EXO itu!

“EONNIIII!!!!! KAU MELUPAKAN COAT DAN SYAL MU!!!!” teriak seorang yeoja, membuatku berbalik. Sesaat aku mengira Sehun oppa sedang berlari ke arah ku! Demi Tuhan Yang Shin Young!!! Dia itu Oh Se ra! Aku menggelengkan kepala ku kencang lalu kembali memperhatikan Sera yang sudah hampir sampai. Dia memegang coat dan syal ku, sedangkan dia sendiri menggunakan coat tebal. Aku baru sadar kalau aku hanya menggunakan dress tipis putih selutut.

“Kau jadi semakin berbakat menjadi maknae” sindirku sambil tertawa kecil ketika dia menyerahkan coat ku, Sera merengut kesal.

“Kalau bukan karena Sehun oppa menelpon dan menyuruhku untuk memastikan kau tidak kedinginan, aku tidak akan repot-repot begini”

“Benarkah Sehun oppa melakukan itu?”

“Wae? Kau senang kan? Tapii.. tetap saja yeoja yang paling Sehun oppa sayangi itu aku” jawab Sera penuh percaya diri, aku mengacak-acak rambutnya dan kemudian duduk di pasir mengahadap ke arah laut, tak lama Se ra pun duduk di sebelah ku.

“Sandy apa kau—“

“YAAA!!! PANGGIL AKU EONNI”

“Kau ini…..” Sera menatapku tajam, kemudian aku bisa merasakan Sera menghembuskan nafas panjang “Apa sih yang Sehun oppa dan Zelo lihat dalam dirimu?”

Aku mengerenyit “Apa maksudmu?”

Sera menatapku tidak percaya, kemudian dia menggelengkan kepalanya “Kau ini memang bodoh atau pura-pura bodoh si? Apa kau—YAAA APPO!!”

“Kau bilang apa? Siapa yang kau bilang ‘bodoh’ heoh? ” kata ku tajam sambil mencubit pipi Sera, gadis itu terlihat kesal dan mengelus pipinya yang agak memerah. Aku tertawa kecil melihat ekspresinya dan anehnya dia juga ikut tertawa bersama ku. Rasanya akhir-akhir ini aku merasa jauh lebih nyaman bersama dengan Sera, walau kami masih sering berdebat seperti dulu tapi ntah mengapa sekarang berbeda.

“Sera –ah… aku hanya ingin memberi mu saran, tapi ini hanya pemikiran ku saja…” kata ku setelah kami berhenti tertawa.

“Mwo?”

“Aku pikir Kai kurang baik untuk mu, maksud ku… dia namja yang baik, tapi aku merasa Tae Min oppa dan Baek Hyun oppa benar-benar tulus padamu”

Sera mengerjapkan matanya, dia telihat terkejut “Apa Zelo yang memberitahumu?”

“Zelo?” aku mengerjapkan mataku, bingung “Anni, wae?”

“Karena kata-kata mu mirip dengan Zelo, oh ya baiklah! Di bumi ini aku harus memanggilnya ‘Zelo oppa’” rungut Sera, tanpa sadar aku tersenyum mengingat Zelo yang ternyata memiliki pemikiran yang sama dengan ku. “Kau tahu Sandy.. okeee.. jangan melihatku seperti itu! Maksudku Sandy eonni, ada yang bilang kalau ada dua orang yang pikirannya sama berarti mereka soulmate”

Aku tersenyum senang mendengar kata-kata Sera, tapi tidak terlalu memikirkan nya. Entah mengapa aku malah penasaran dengan namja yang sekarang disukai Sera, apa masih Kai atau….

“Jadi… sekarang siapa yang kau suka? Awas saja yaa! Jangan sampai membuat skandal yang aneh-aneh lagi”

“Molla!” Sera menjawab singkat dan tanpa aku sangka kepalanya meniduri paha ku “hmmmmm…. Aku tak mau memikirkannya dulu”

Aku menatap Sera yang sekarang wajahnya sudah terpejam, haha rasanya ajaib sekali kami bisa akur seperti ini.

“haaa… aku jadi penasara kenapa kita kemari duluan sedangkan namja-namja itu kesini besok tepat saat syuting dimulai, entah mengapa rasanya variety show ini agak mencurigakan, ya kan Sera?”

Sera tidak menjawab, sepertinya dia tertidur. Tiba-tiba aku teringat kata-kata Sera dulu yang bilang bahwa dia tidak ingin aku menjadi kakak iparnya, entah mengapa aku penasaran, kali ini sangat penasaran, apakah sekarang pun dia masih berpikir seperti itu?

==========Still Shin Young PoV========

@Keesokkan harinya, lokasi syuting

Secret Idol Outing (SIO) adalah acara dengan genre variety show yang menurutku perpaduan antara family outing dengan romantic and idol. Jadi script nya adalah aku dan Sera, duo member yang akan debut diberi kesempatan untuk break dan liburan oleh SIO PD. Ini bukan liburan biasa karena kami akan liburan bersama namja-namja idol lainnya yang sedang naik daun di Jeju dan menempati sebuah rumah bersama-sama (tentunya kamar namja dan yeoja terpisah). Aku dan Sera harus berpura-pura tidak tahu siapa saja namja idol tersebut. Yang jelas acara ini akan merekam interaksi kami dengan namja-namja idol tersebut, dan tentunya PD mengharapkan ada sesuatu yang lebih kutafsirkan skandal antara aku dan Sera dengan namja-namja idol tersebut untuk mendongkrak popularitas kami.

Walaupun aku tahu ini acara TV, tetap saja aku merasa acara ini bisa membuat aku dan Sera mendapat lebih banyak antifans walau mungkin juga malah ada juga fans yang malah menyukai pairing kami dengan namja idol itu.

Tapi seperti yang kuduga, namja-namja idol itu yang malah terlebih dahulu mendapat antifans. Siapa lagi kalau bukan kedua oppa ku, Seung Ho dan terutama Seung Hoon oppa.

“Shin, aku dengar Zelo, namja tinggi yang selalu mengikuti mu itu juga ikut acara itu ya?” tanya Seung Hoon oppa disebrang. Sekarang dia sedang menelponku. Dia memang tidak terlalu suka melihatku sering bersama Zelo. Untung saja Seung Hoon oppa belum tahu kalau aku akan tinggal serumah dengan Zelo dan yang lainnya, kalau tahu dia pasti sudah menyeretku dari acara itu.

“Yaaa!! Oppa! Kau membuatnya terdengar seperti seorang stalker” runggutku kesal sambil menutup telponku. Oppa ku yang satu ini benar-benar deh hampir mirip dengan fans-fans lainnya. Di konferensi pers aku dan Sera sudah mengumumkan aku dan dia akan mengikuti acara ini sebelum debut dan fans sudah mulai menebak-nebak siapa namja-namja idol yang akan outing bersama kami. Acara ini pun menjawab kenapa Sera dan Baek Hyun menghilang tiba-tiba, skenarionya mereka memang syuting duluan.

“Oke, syuting akan kita mulai hari ini, kami akan menyerahkan acara ini pada kalian. Kalian buat saja acara ini sesuka kalian, tapi ingat liburan kalian harus menarik, bagaimana?”

“Ah… nee…Bi oppa, tapi kenapa Kru nya belum terlihat?” Tanya ku bingung di depan villa sambil menyender ke pagar, sedangkan Sera disampingku terlihat mulai mencurigai sesuatu.

“Aku ingat! Zelo kan masih memiliki Crystal of Life, dia bisa merekam masa lalu orang-orang dan bukan mustahil mengeditnya jadi variety show” tebak Sera, Bi oppa mengangukkan kepalanya senang, sedangkan aku melihat Bi oppa tak percaya.

“Baiklah, sebentar lagi namja-namja itu akan ke sini, happy holiday girls! Dan ingat! Jangan gunakan kekuatan kalian disini!, bisa gawat kalau ketahuan” kata Bi oppa sambil menepuk bahu kami, kemudian dia pun melambaikan tangannya sebelum pergi dengan van hitam JTUNE.

Oh Baby SAY YES Baby SAY YES

nan meonghaniseoseo balabogoiss-eo

HP ku berbunyi, dengan agak malas aku membuka e-mail. Tapi mataku langsung menyipit ketika melihat nama pengirim e-mail ini

Baek  Hyun oppa?

========Sehun PoV=======

@Villa

Ada yang aneh dengan Candy.

Sejak aku, Zelo, Baek Hyun hyung dan Tae min hyung sampai di villa ini aku merasa Candy sebisa mungkin menjaga jarak dengan ku dan Zelo. Yeoja ini malah membuatku -dan sepertinya Zelo juga-  kesal karena sekarang dia sekarang malah terlihat begitu akrab dengan Baek Hyun hyung.

“Tidak ada apa-apa disini, sepertinya aku harus belanja” kata Candy begitu dia melihat isi lemari es setelah kami selesai mengecek villa yang akan kami tinggali sementara. Villa tingkat dua ini cukup luas dengan pemandangan yang menghadap ke laut. Ada tiga kamar disini, aku sekamar dengan Baek Hyun hyung sedangkan Zelo sekamar dengan Tae min hyung dan tentu saja Sera dengan Candy.

“SHIN/CANDY AKU ANTAR!” kata ku dan Zelo bersamaan, Candy terlihat agak terkejut kemudian dia bersikap seolah tidak mendengar tawaran aku ataupun Zelo. Yeoja berponi ini malah berjalan ke arah Baek Hyun dan Tae min hyung yang sedang bermain play station ditemani Sera di ruang tengah.

“Tae Min oppa~ tolong antar aku ke super market” ajak Candy dengan nada manja, membuat mataku tidak berkedip saking terkejutnya. Baru kali ini kulihat dia bertingkah manja seperti ini, dan dihadapan Tae Min hyung?! Aku pun berbalik untuk melihat reaksi Zelo, dia tidak terlihat sekaget aku walau raut mukanya terlihat begitu kesal.

Taemin hyung terlihat bimbang, dia meletakkan stick PS nya dan kemudian menatap Sera “Baiklah, boleh saja, kau mau ikut kan Sera? Nanti–”

“Sirrheo!!”  potong Candy sambil menarik tangan Tae Min hyung menjauh dari Se ra, aku benar-benar tidak mengerti apa yang sedang Candy pikirkan! Sekarang Se ra pun terlihat mulai kesal. “Kau disini saja dengan Baek Hyun oppa jaga villa, dan kalian…” Candy akhirnya menatap ku dan Zelo bergantian “Kalian pergi lah ke pelelangan ikan, tidak jauh kok, kalian pasti melewatinya tadi waktu lewat sini, beli ikan dan seafood lainnya untuk makan malam, arraseo?!”

“EONNI!!! YAAA!!! YANG SHIN YOUNG!!!!” umpat Sera sambil mengikuti Candy yang sudah menarik Tae Min oppa ke luar Villa diikuti Baek Hyun hyung, ketika aku akan mengikutinya tanpa kuduga Zelo menahan bahuku.

“Biarkan saja…..”

“Mwo?” aku menatap Zelo kesal “Mereka pergi berdua!”

“Ikuti saja kata-katanya kali ini, lagi pula kau tahu jelas kan siapa yang Tae Min hyung sukai?” Tanya Zelo, aku menganguk. Tentu saja aku tahu, aku mendengar sendiri pengakuan Tae Min ketika Sera nyaris meninggal di Mato.

“Kalau begitu, kau dan Baek Hyun saja yang ke pelelangan” kata ku sambil merebahkan tubuh di sofá, kalau aku ikut ke pelelangan artinya aku meninggalkan Sera hanya berdua dengan Baek Hyun. Walau aku sudah kenal lama dengan Baek Hyun hyung tetap saja aku tidak bisa membiarkannya.

“Kau akan ikut aku Oh Se Hun, itu juga kalau kau benar-benar ingin bersaing dengan ku mendapatkan Shin, bagaimana?” tantang Zelo sambil tersenyum sinis, aku langsung menegakkan tubuhku.

“Bersaing? Memangnya apa yang kita lakukan selama ini?”

“Kali ini aku tidak akan mengalah seperti dulu pangeran

Zelo kembali tersenyum misterius dan berbalik menuju ke arah pintu keluar. Rasanya hati ku menjadi resah, dulu walaupun Zelo lebih muda dari ku dia selalu mengalah ketika kami memperebutkan benda yang kami inginkan walaupun benda itu satu-satunya. Tapi kali ini lain. sesuatu yang sama-sama kami inginkan kali ini jauh lebih berharga dan aku yakin Zelo tidak akan melepaskannya begitu saja.

“Aku juga tidak akan kalah!”

==========Shin Young/ Sandy PoV=========

@Department Store

“Mau permen?” tawar Tae Min oppa begitu kami sampai di pelataran parkir In Dong department store, aku mengerjap kaget. Itu adalah kata-kata pertamanya pada ku sejak kami kembali dari Mato. Selama perjalanan pun kami berdua hanya diam, rasanya sangat ‘awkward’. Aku pikir dia akan memarahi ku karena meninggalkan Baek Hyun oppa dan Se ra berdua. Biasanya oppa Tae Min stick seperti lem di samping Se ra, makanya aku membantu Baekki oppa menjauhkan Taemin opa dengan Sera sementara.

“Wae? Kau tidak mau?”

“A…AKU MAU!” jawabku gugup sambil mengangkat tangan kanan ku tinggi-tinggi, Tae Min oppa tertawa kecil kemudian mengambil permen lollipop di tas gendongnya dan menyodorkannya ke arah ku, aku sempat melihat ke dalam tas nya dan aku melihat banyak sekali permen dan cokelat O.O. Selain itu aku melihat kotak cantik berwarna putih dengan pita berwarna pink, apa itu untuk si maknae judes itu?

“SHINee?” aku menatap takjub ketika memperhatikan lollipop yang diberikan Tae Min oppa, ternyata permen-permen ini bahkan sudah ditempeli logo SHINee. Tae min oppa tersenyum.

“Waktu aku debut dulu, Sera menyarankanku memberikan permen dengan logo SHINee pada noona-noona yang bertemu dengan ku, sekarang sih sudah jarang, tapi jadi kebiasaan membawa permen di tas” jelas Tae Min oppa sambil memakai topinya dan menaikkan syal yang menutupi setengah wajahnya, tentu dia harus menyamar. Bisa heboh kalau Shawol memergoki kami jalan bersama.

“Ayo, mau turun kan?”

Aku menganguk dan mengikuti Tae Min oppa yang sudah keluar dari mobil. Dia sama sekali tidak menunggu ku dan malah berjalan sendiri ke arah department store. Sial! Aku pikir dia mulai baik padaku, ternyata dugaan ku sejak awal benar, satu-satunya yeoja yang dia perhatikan hanyalah Oh Se ra.

“OPPA!!!! JJAMKAMAANNNNN!!!!!”

============Zelo PoV=============

@Toko ikan, Pelelangan Ikan

“YAAAA!!! CHOI JUN HONG! JAUHKAN MAKHLUK ITU DARIKU!!”

“HAHAHAHHAHAHAA!! Ini enak loh! Sudah berapa lama sih kau tinggal di korea?” aku tertawa kecil melihat ekspresi jijik Sehun ketika aku menyodorkan gurita hidup sebesar kepalan tangan ku ke arahnya, tapi ekspresinya yang hampir muntah ketika melihatku memakan salah satu tentakel gurita mentah itu jauh lebih menggelikan.

“Shin sangat suka baby octopus loh! Bahkan dia bisa memakannya mentah-mentah” godaku sambil mengambil gurita berukuran kecil yang masih hidup di kaca aquarium, Sehun kembali bergidik jijik. Bukan aku saja yang tertawa geli melihat ekspresi Sehun, ajusshi pemilik toko juga tak henti-hentinya tertawa kecil. Ada gunanya juga tadi aku diam-diam menggunakan kekuatan Shin pada Sehun, aku jadi tahu makanan yang dibencinya.

“Candy suka itu?” Sehun menatap ku tak percaya, dia sekarang sudah menjaga jarak setidaknya tiga meter dengan ku. Aku menganguk lalu kembali fokus dengan seafood di sekitar ku “Ajusshi tolong ya baby octopusnya 6 ekor lagi, lalu ikan ini, kepiting dan~~ bla bla bla”

“Memangnya siapa yang akan masak semua itu? “ aku bisa menyadari pandangan Sehun yang sekarang tertuju ke 5 plastik besar berisi aneka seafood segar.

“Kau pikir siapa? Sudah cepat bantú aku mengangkat ini” jawab ku tidak sabar, dia pun dengan ragu mendekatiku dan langsung tersentak ketika salah satu plastik yang akan dibawanya bergerak-gerak “YAA!! Itu kan cuma ikan! Wajar saja kan masih hidup”

“Aishhh!!! Kau ini! aku ini hyung mu! Berhenti berkata ‘banmal’ (informal) padaku” umpatnya sambil menjitakku, aku merenggut kesal dan akhirnya kami pun berjalan kembali menyusuri pantai ke arah villa.

“Jadi siapa yang memasak?” Tanya Sehun lagi sesaat setelah kami berjalan menuju villa, aku menatapnya aneh kemudian menarik nafas panjang.

“Menurutmu?”

“Hm.. Tidak mungkin aku, Sera juga hanya suka memasak sesuatu yang manis seperti pastry atau cake, Tae Min hyung memakai pisau untuk mengupas apel saja masih parah, Baek Hyun hyung hanya tahu cara makan bukan memasak, dan kau pernah hampir membakar dapur kerajaan saat memasak, jangan-jangan…”

“Nee… Shin yang memasak, apa kau tidak tahu, dia itu waktu junior high pernah mengikuti kontes chef remaja se-korea dan mengalahkan saingannya yang sudah senior high dan kuliah?”

Sehun hanya terdiam, sudah aku duga dia tidak tahu kalau Shin bisa memasak. Aku memang sengaja membuat Sehun menyadari bahwa selama ini dia tidak benar-benar mengerti Shin. Aku masih sedikit kesal dengannya. Baik dulu dan Sehun saat ini dia mengaku menyukai Shin, tapi dia tidak cukup mengerti apapun mengenai Shin. Dulu aku sering memergokinya dengan Shin mengobrol berdua di danau belakang sekolah, selalu Sehun yang berbicara dan menceritakan banyak hal mengenai dirinya dibandingkan Shin.

“Aku akan segera memastikan perasaan Shin pada ku” kata ku setelah keheningan panjang diantara kami, sekaligus membuat Sehun berhenti melangkah.

“Kenapa kau memberitahu ku?”

Aku tak menjawab pertanyaan Sehun dan kembali melangkah meninggalkan sahabat ku itu yang masih terdiam. Entah mengapa aku juga tidak tahu jawabannya.

=========Shin PoV========

@Malam hari

“Sera, jadi bagaimana siang tadi? Apa yang terjadi antara kau dan Baek Hyun oppa?” tanya ku antusias begitu Sera masuk kamar, aku bisa melihat wajahnya memerah.

“Tidak terjadi apa-apa!” jawabnya keras kepala, maknae satu ini langsung naik ke kasurnya dan menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut. Dasar yeoja keras kepala! aku tahu jelas ada yang terjadi antara Baek Hyun oppa dan Sera selama kami meninggalkan mereka berdua saja. Sebab mereka berdua mendadak jadi terlihat awkward satu sama lain.

“Sera-ahh… cerita kan pada eonni!” kata ku manja sambil merebut bantal yang menutupi wajah Sera yang sekarang sudah seperti kepiting rebús “jadi bagaimana? Apa Baek hyun oppa menembak mu? Apa kalian jadian? Apa kalian ciuman?”

“YAAA!! AKU MAU TIDUR!!” umpat Sera, sambil merebut bantal yang kupegang dengan secepat kilat, seketika itu juga aku bisa mendengar suara hujan turun di balik kaca. Aku langsung teringat pada Sehun oppa yang berkata ingin jalan-jalan di pantai seorang diri setelah makan. Sebenarnya bukan hanya Oh Se Ra yang tingkahnya aneh, Sehun oppa juga. Sepertinya ada yang mengganggu pikirannya.

“Oh Se Ra! Hentikan hujannya! Sehun oppa sedang di luar!”

Sera tidak bereaksi apapun, sedangkan suara hujan mulai mengecil. Rasanya aku jadi mengkhawatirkan Sehun oppa, tadi dia keluar sama sekali tidak membawa jaket, syal ataupun memakai topi.

Oh Baby SAY YES Baby SAY YES

nan meonghaniseoseo balabogoiss-eo

Aku membuka handphone ku, ternyata e-mail dari Zelo. Aku baru ingat kalau Zelo meminta ku untuk datang ke kolam renang belakang tepat pukul 11.15 KST yang artinya 10-15 menit lagi. Tapi bagaimana dengan Sehun oppa? Aku benar-benar mengkhawatirkan dia.

Harus kah aku menemui Zelo dulu, baru mencari Sehun oppa atau sebaliknya. Aishh.. seandainya saja aku bisa melakukan kedua nya sekaligus dalam waktu bersamaan.

Aku menepuk dahi ku  begitu menyadari sesuatu “Ommo!!! Kau adalah Yang Shin Young! Tentu saja kau dapat melakukannya sekaligus! Kenapa akhir-akhir ini otakku terus loading?! ”

“Salah satu tanda kegilaan adalah bicara sendiri” kata sebuah suara dengan nada datar, dan tak salah lagi Oh Se Ra sekarang menatapku dari balik selimut seolah aku adalah orang tidak waras.

Tentu saja, sebelum aku menemui Zelo ataupun Sehun oppa, aku harus men-ddakbam maknae satu ini!

*Ingat Shin punya kekuatan Doppleganger jadi dia bisa menggandakan dirinya*

———–Still Shin PoV———–

1st Yang Shin Young

Dalam kegelapan aku berjalan melalui koridor lantai satu ke arah kolam renang di belakang villa. Entah mengapa walaupun aku menyalakan sakelarnya, lampu tetap tidak menyala, padahal ketika aku naik ke lantai dua, lampu-lampu di lantai satu masih menyala. Zelo juga sama sekali tidak bisa dihubungi setelah e-mail tadi.

“Zelo? Kau dimana?” panggil ku ketika sudah sampai di pinggir  rumah tak jauh dari kolam renang. Hanya ada cahaya rembulan yang dipantulkan oleh air di kolam renang, sedangkan hujan sudah berubah menjadi gerimis kecil dan tak lama kemudian berhenti.

“ZELOOO???”  aku mulai gelisah, apa sih yang giant baby itu lakukan? Tiba-tiba mengajakku ke luar dan tidak memberi tahuku alasannya, ditambah lagi sekarang dia membuatku menunggu dalam kegelapan. “YAAA CHOI JUN HONG!!”

“Sudah lama menunggu ku?”

“E….EEEHHHH…??!!” aku terlalu terkejut untuk berkata apapun saat lengan seseorang melingkar di pinggangku, menarik badan ku ke belakang hingga punggungku menyentuh sesuatu yang hangat, dada seseorang. Rasanya jantungku seketika bekerja dua kali lipat.

“Shin, Happy Birthday! ~ Selamat ulang tahun yang ke-17!” ucap suara yang kenal di telingaku, seketika itu juga sebuah cupcakes dengan lilin mungil  berbentuk angka 17 dengan api kecil menyala, bagai sulap muncul di tangan kanannya. Dan yang membuatku terkejut, di samping lilin itu menyandar sepasang cincin berwarna keperakan dan salah satunya berhiaskan batu mulia cantik berwarna biru.

“Zelo.. tapi ini masih jam 11 an loh, dan cincin ini?”

“Bukan kah kau lahir jam 11. 15 pm? Aku tahu dari eomma kau” jawab Zelo sambil melepaskan pelukannya, dan sekarang dia mendorong ku mendekat ke arah kolam.

“YAAA!! Zelo!! Kau tahu kan kalau aku tidak bisa berenang?! Aku—-“

Kata-kata ku tercekat ketika tiba-tiba saja lampu-lampu yang entah sejak kapan dipasang di bawah kolam renang menyala. Lampu-lampu kecil itu membentuk tulisan yang membuatku sesaat hanya bisa menekapkan mulutku. Rasanya pipi ku menghangat. Hanya satu kata, tapi bermakna sangat dalam.

Saranghae

————–Still Shin PoV——

2nd Yang Shin Young

“Aishhh…. Kemana sih Sehun oppa?” kata ku sambil merapatkan jaket dan syal ku. Untung saja hujan nya sudah tidak deras lagi sehingga aku tidak repot-repot membawa payung karena aku harus membawa senter dan jaket tebal Sehun oppa. Seharusnya tadi aku menelpon Sehun oppa dulu, tapi aku tidak bisa melakukannya sekarang karena hp ku hanya satu dan dibawa wujud lain ku yang bertemu Zelo.

“Bukan kah itu…” mata ku menyipit ketika melihat sosok yang ku kenal duduk di pasir menghadap ke laut, tidak salah lagi dia adalah Sehun oppa! apa yang sedang dia lakukan sendirian disini sambil menatap laut?

Aku pun mengendap-endap mendekati namja berkulit putih susu ini dari belakang, berusaha sebisa mungkin tidak membuatnya menyadari kehadiran ku, dan ketika sudah dekat aku langsung menutup kedua matanya.

“Ayo tebak siapa?” kata ku dengan nada dibuat-buat, tapi Sehun oppa terlihat tidak terkejut

“Candy”

“Ah… tidak seru!” Aku mendorong tubuhnya dan melempar jaket Sehun oppa ke punggungnya lalu duduk di sampingnya. Sehun oppa tersenyum tipis dan tanpa aku sangka dia malah melepas kaos yang digunakannya! Kontan aku langsung menutup mata ku! “YAAA APA YANG KAU LAKUKAN?!”

“Kaos ku basah, jadi aku lepas, lagian kan ada jaket yang kau bawa” jelas Sehun sambil tertawa kecil melihat ekspresi ku, aku langsung menjulurkan lidah ku begitu dia sudah selesai memakai jaketnya.

“Candy, gomawo”

“Hm??”

“Kau sudah sengaja kemari dan membawa kan ku jaket” kata Sehun oppa sambil mengacak rambut ku dan mulai mencubiti pipi ku.

“YAAA!! APA ITU CARA BERTERIMA KASIH?!! Aishh kau dan Sera sama saja!” rungut ku kesal sambil mem-block tangan usilnya, sampai akhirnya Sehun oppa berhenti walaupun dia masih tertawa kecil.

“Kau ingat?” Sehun oppa tiba-tiba berbicara, kali ini dia menatap ke atas. Aku baru sadar sekarang langit sudah kembali cerah dan dihiasi ribuan bintang yang indah. Aku jadi teringat saat-saat di Mato, saat aku dan Sehun oppa menatap langit malam

“Aku ingat oppa, akhirnya keinginan kita untuk melihat langit bumi bersama-sama saat malam hari terpenuhi, aku senang” kata ku sambil menengok ke arah Sehun oppa, dan agak terkejut ketika mendapati dia sedang tersenyum ke arahku. Agak gugup aku melihat ke atas lagi.

Tidiiiidii tidididii tididiididiidii…

“Suara apa itu?”tanya ku penasaran, Sehun oppa melirik ke arah jam tangan yang digunakannya.

“Alarm, sekarang sudah jam 11.15, kau tahu artinya Candy?”

“Memang nya kenapa?” Tanya ku tak mengerti, rasanya hati ku makin resah ketika menyadari Sehun terus mendekatiku bahkan sekarang tangannya memegang dagu ku.

“Happy birthday Saranghaneun Candy-ah”

Cup

Dan sebelum aku sempat bereaksi apapun, sesuatu yang lembut dan manis sudah mengunci bibir ku terlebih dulu!

Eothokkhe?

TBC sodara2



This Is What I Feel (Chapter 1)

$
0
0

This Is What I Feel

Genre: Humor, Hurt, Romance

Cast:

  • Ryu Hye Ju (as: Jung Se hyeon)
  • Oh Sehun
  • J.E.H (Huang Chae Rin)
  • Kris/Kevin Wu
  • Other member EXO

 ***

              Disebuah kantor terlihatlah seorang gadis sedang mengotak  atikan komputernya dia adalah Jung Se Hyeon akrab dipanggil dengan nama Se Hyeon tapi kadang banyak yang salah sangka akan namanya karena penuturan namanya itu hampir sama dengan Se Hun, karena hal itu gadis ini pun mulai menyukai seorang model yang namanya Oh Sehun. Gadis ini melepas kacamatanya dan melakukan stretching karena merasa kepalanya jenuh “cih kapan pekerjaanku akan selesai membosankan sekali…” pekerjaan gadis ini adala seorang fotographer dan desainer grafis bisa dibilang dia terkenal akan kemahirannya dalam memotret.

Seorang gadis berambut panjang dengan kulit yang putih, matanya yang agak sipit dan hidungnya yang mancung member kesan keturunan dari darah Cina dengan campuran yang kuat “Se Hyeon yaa..kau sudah selesai?” Tanya gadis itu dengan muka memelas dia pasti sangat lapar sekali karena daritadi sengaja tidak makan dan menunggu sahabatnya itu selesai “sabarlah Chae Rin,…sebentar lagi tinggal diprint dan diberikan kepada manager yang songong itu…” ujarnya, Chae Rin mempoutkan bibirnya imut “kau gila ya … nanti selesai makan siang kan bisa” ucapnya kesal… “tapikan bukankah kita akan pergi setelah makan siang aku tau kau telah selesai mempotret kedua orang model tadi dari 2 jam yang lalu tapi bersabarlah ya” dengan alasan panjang lebar Se Hyeon membuat sahabatnya itu diam …

Trrrrtttet.. akhirnya printer tersebut berjalan dengan benar setelah diketok-ketok dengan tangan Se Hyeon “ayo!!” ucap Chae Rin riang “kau ini bagaimana kita harus memberikan ini dulu…” ucapnya agak kesal “titip saja padanya kau ini !! Yuu ra yaaa aku titip padamu tolong berikan ini kepada manager!! ya aku pergi dulu terima kasih …” orang yang bersangkutan hanya kebingungan melihatnya “ya sudahlaah lagipula hanya memberikan kepada manager juga kan…” ucap yang disapa Yuu ra lalu berjalan ke arah ruang bossnya.

~meanwhile~

Disebuah Café yang tidak jauh dari kantornya itu “kau ini tidak sopan sekali tadi sudah kubilangkan kau tidak boleh terus menitip kepada orang lain nanti manager itu mengira kalau kau atau aku punya alasan tertentu untuk tidak bertemu dengannya” ucap Se Hyeon sambil menyeruput kopinya “tidak akan manager itu bahkan tak akan peduli tentang kita dia hanya peduli akan kecantikannya bahkan saat mengetik laporan manager itu terus bolak balik dan merapikan rambutnya” ucap Chae Rin remeh “kau tak boleh meremehkannya…” Se Hyeon menatap jendela

“Sudah lama tidak makan bersama seperti ini biasa aku sibuk akan pekerjaanku dan kau sibuk dengan pekerjaanmu” ucap Se Hyeon tiba-tiba “aku tahu karena aku pergi ke Amerika untuk melakukan pemotretan dan menunggu hasil desain-desain bajuku selesai sungguh aku merindukanmu kau tau … aku bersikeras berdua denganmu…” ucap Chae Rin “maafkan aku, aku sibuk akan pekerjaan Desain Grafisku akhir-akhir ini sungguh sepi tidak ada kau…” sungguh bisa dikatakan Se Hyeon menyesal setelah hampir 2 minggu sahabatnya itu pulang dari Amerika dia seperti tak peduli akan Chae Rin saat dia mengajaknya pergi dia bahkan menolaknya hingga hari ini Chae Rin benar-benar memaksakannya selesai padahal pekerjaan Chae Rin sudah selesai duluan dan seharusnya pulang tapi dia bersikeras menunggu sahabatnya hanya untuk makan siangnya yang sudah sedikit lewat dari jamnya… “kau sahabatku yang terbaik Chae Rin” ucap Se Hyeon

“yaa tentu saja Se Hyeon ngomong-ngomong katanya Se Hun model itu akan menjadi model majalah STAR yang akan keluar bulan depan… ditempat kita, kau sudah mendengarnya” seketika itu muka Se Hyeon merah padam “ternyata kau masih menyukainya hahaha” ujar Chae Rin sambil tertawa “kau tau aku benar-benar fan kepadanya kau ini jangan meledekku!!” ucap Se Hyeon dengan wajah yang sudah merah “kau ingin bertemu dengannya bukan? Aku bisa mengatakan pada ketua agar kau yang memotretnya bagaimana” tawar Chae Rin sambil memasukkan potongan kue Green Tea kemulutnya “aku ingin tapi apa ketua menyetujuinya” Tanya Se Hyeon polos… Chae Rin menatapku dengan tatapan kesal “kau ini bagaimana kemahiranmu dalam memotret bahkan mengalahkanku kau tau itu kenapa kau tidak percaya kalau ketua akan menyetujuinya” ucap Chae Rin kesal “apa itu artinya aku diperbolehkan memotretnya” aku berdiri menatapnya mata Se Hyeon berbinar-binar “apa kau masih harus bertanya tentang itu?” Se Hyeon pun duduk dan terus membicarakan tentang Se Hun

~in Chae Rin Apartment~

Chae Rin melepas jaketnya dan berjalan kearah dapur untuk membuat teh setelah itu duduk diatas sofa dan membuka TV ketenangan itu berlangsung agak lama dan beberapa waktu kemudian terdengar suara gebrakan  pintu yang membuat Chae Rin loncat dari sofanya “ohh Hey noona” dia melihat adiknya yaitu Huang Zi Tao memasuki ruangan itu “kau mengagetkanku” itulah kata-kata yang keluar dari mulut Chae Rin “maaf aku tadi hanya panic karena pintunya tidak bisa dibuka seperti terkunci” Chae Rin yang melihat adiknya kesulitan itu membantunya membawanya “ baru pulang noona?” Tanya Tao “tidak sudah lama tadi pergi dengan Se Hyeon dulu, hehehe kau sendiri bagaimana pekerjaanmu?” Tanya Chae Rin “cukup baik…haahah lagipula Ajusshi itu baik sekali memberikanku gaji tambahan” ucapnya

Mereka makan malam dengan tenang “bagaimana kuliahmu, dan mana ayah tidak pulang?” Tanya Chae Rin maklum saja ia tidak tau karena memang dari saat dia pulang dari 2 minggu lalu ayahnya tidak ada “kau terus menanyakan ayah bahkan ayah tak peduli pada kita dia pergi dengan pelacurnya itu… dia tak sayang pada kita lagi” ucap Tao acuh “kau ini Tao dia ayah kita memang apa maksudmu pelacur belajar darimana kau hah?” Chae Rin naik darah… prang “aku sudah..” ucap Tao dingin.

Chae Rin bengong apa sih yang terjadi pada keluarganya sampai seperti ini …Tao membanting pintu kamarnya “menyebalkan sekali huh!” Tao melihat fotonya ayahnya, ibunya dan kakaknya.. mendekati foto itu dan.. ‘kau tak pantas berada disebelah ibu’ gumamnya pada foto ayahnya dan membanting foto tersebut, Chae Rin yang mencuci piring terkejut “Tao!” dia berlari kearah kamar Tao “kau ini kenapa sih tadi baik-baik saja perasaanku” Tanya Chae Rin bingung “noona…” Chae Rin menatap foto keluarga dengan bingkai yang sudah rusak alias pecah itu “astaga Tao kau ada masalah apa sih hah?” Chae Rin mendekati foto itu dan berjongkok berusaha membersihkan pecahan foto…”aww…” tangannya terkena pecahan kaca “noona kau berdarah” Tao segera berdiri dan mengambil P3K Chae Rin hanya diam melihat adiknya membersihkan lukanya “maaf noona gara-gara ulahku kau berdarah” Chae Rin hanya diam tak tau apa yang harus dikatakan ingin rasanya dia bertanya apa yang terjadi tapi sepertinya sekarang bukanlah waktu yang tepat.

 

~Jung Se Hyeon apartment~

“Membosankan sekali!!” menghempaskan badannya keranjang empuknya handphonenyapun bergetar ketika dia hendak tertidur ibunya mengirimkan pesan dan ternyata isi pesannya adalah “nak bagaimana disana kau baik-baik sajakan…sibuk ya maaf ibu tidak bisa mampir kesana ditoko sini ramai sekali pengunjung disana baik-baik ya jangan susahkan paman dan bibi… ibu mengirimkan syal untukmu mungkin besok akan sampai ibu mengirimkannya dirumah bibimu…kalau begitu bye…baik-baik ya disana” gadis itu bergumam tentang ibunya “aku merindukanmu, aku ingin lihat syalnya besok ya… baiklah!!! Lebih baik aku mandi dulu…”

Setelah beberapa menit mandi dia membuka laptopnya dan mulai melihat-lihat model yang bernama Oh Se Hun itu “sungguh dia gagah sekali.. aku ingin lihat aslinya pastilah lebih tampan..” Se Hyeon meraih bonekanya dan memeluknya erat NYONYONYONYO….besok sudah pemotretannya!! Haaah padahal aku belum siap-siap apapun lagi

KRIIIINGGG!!! Kali ini handphonenya bergetar begitu keras “halo?” tidak ada suara “halo!!!” ucapnya agak keras “Se Hyeon yaa..” itu Chae Rin “kau kenapa??” Tanya Se Hyeon bingung “aku tidak mengerti kenapa ini aku.. adikku bertingkah aneh dia mengatakan kalau ayahku itu…” dia terpotong ucapannya terisak “kau tak apa apa perlu aku kesana?” Tanya Se Hyeon yang mulai khawatir dan panic “tidak aku yang akan kesana Tao bersama temannya sekarang dan aku tidak enak mengganggunya lebih baik aku menginap dirumahmu bisakah?” aku mengiyakannya.

Aku menunggu dilobby karena panic sekali beberapa jam kemudian dia datang dengan membawa tas matanya seperti habis menangis aku memeluknya “kau kenapa sih Chae Rin… ayo kita ke apartment kusaja” setelah di apartment dia duduk terdiam “ceritakan padaku Chae Rin” Se Hyeon membawakan teh dan duduk disebelahnya “tadi saat dia pulang tidak apa-apa, saat kami makan malam aku menanyakan ayahku karena ayahku tidak pulang sejak aku pulang aku menanyakannya karena penasaran tapi dia marah dan … tidak lama dari itu dia memecahkan bingkai foto kami semua… aku tak mengerti” jelasnya, Se Hyeon memeluknya “tenanglah, pasti ada jalan keluarnya aku yakin”

~keesokan harinya~

Mereka berdua akhirnya sampai dikantor…kantor masih sepi tapi mereka sudah harus sampai karena memang mereka berdua punya tugas penting… “kalian berdua sudah datang mari, model itu sudah menunggu kalian” ucap seorang karyawan disana mereka hanya tak percaya karena dia sudah sampai pagi-pagi sekali?

Hati Se Hyeon berdetak dengan kencang dia bergetar “tenanglah kau ini nanti dia melihatmu aneh …” bisik Chae Rin “iya …” mereka mendekati pintu itu “oh ya dia ada didalam aku pergi dulu ada kerjaan lain “ Chae Rin dan Se Hyeonpun berterima kasih “buka pintunya” ucap Chae Rin tak sabaran “ketuk dulu kau ini”

TOK TOK TOK! “masuk saja” pintupun terbuka terlihat 2 orang laki-laki yang satu manager dan yang satunya lagi bisa ditebak… Chae Rin duduk dengan santai sedangkan Se Hyeon terus menunduk “silahkan perkenalkan diri kalian..” ucap managernya itu sopan “aku Huang Chae Rin desainer baju, ketua menyuruhku untuk mengedit majalah baru itu sedangkan yang disebelahku ini.. eh Se Hyeon angkat kepalamu” Se Hyeon mengangkat kepalanya dan pandangannya dengan si Se Hun itu bertemu “dia Jung Se Hyeon hahah maaf dia agak gagap hari ini soalnya gugup karena sudah lama dia tak melakukan hal seperti ini biasa dia hanya melakukan desainer grafis dan foto-foto alam jadi maklumkanlah” jelas Chae Rin sopan

Manager itu mengangguk Se Hyeon kembali menunduk.. “kamu jangan menunduk terus bagaimana akan memotretku nanti…” ucap Se Hun bukannya mengangkat kepalanya malah tambah menunduk “jangan takut, aku Oh Se Hun salam kenal..” ujar Se Hun sopan Chae Rin tersenyum ‘siapa yang takut denganmu aku malu dekat denganmu…’ pikir Se Hyeon “aku duduk disebelahmu bolehkan” Tanya Sehun dia panic karena takut yang menjadi fotografernya takut akan dirinya “ahh silahkan…” otomatis Chae Rin berdiri “aku pergi mengambil minum kau disini saja dulu angkat wajahmu Se Hyeonaa..”ucap Chae Rin sebelum pergi.

DUNG!! “apa aku kurang sopan sehingga kau menunduk dan tak mau menatapku nona Jung” ucapnya sopan, dengan otomatis Se Hyeon mengangkat kepalanya dia menatap Se Hun “ti-tidak koq aku yang berlebih maaf… aku malu karena kurasa …” ucapan Se Hyeon terpotong “kau begitu cantik kenapa kau malu… salam kenal semoga kita bisa bekerja sama dengan baik…” ucap Se Hun sambil tersenyum ‘manis sekali, yang kulihat difoto-fotonya wajahnya begitu dingin tak berekspresi tapi dia lebih baik dari yang kukira Tuhan apakah kau memberikanku kesempatan?’ pikir Se Hyeon sambil tersenyum kearah Se Hun “terima kasih” managernya tersenyum melihat itu… ‘untung saja..’ pikir manager Se Hun itu.

To Be Continue

J selamat membaca semoga suka

 


Even If The World is Against You

$
0
0

Author: @wufanqing

Cast: Sehun Luhan and the rest Exo Members /HunHan, BaekYeol,KaiSoo/

Genre: Romance / Drama

Length: Oneshot

Rate: Fiction T

***

Even If The World is Against You

‘Hey my lover, even if the world is against you, just remember one thing: I will still love you.
You are beautiful, no matter what others say!’

Luhan tidak menyangka dia benar-benar berdiri disini,di depan sebuah gedung bertuliskan “myeongdong C building” hey! Apa yang aneh dari gedung ini?ini hanyalah gedung serbaguna biasa yang disewakan untuk berbagai acara.. pernikahan,rapat,Event untuk remaja dan beberapa pertemuan. Ya,sebuah pertemuan. Bukan gedung ini yang mengusik Luhan,melainkan pertemuan yang diadakan ditempat ini yang membuatnya tidak percaya dia bisa dengan mantap meminta supir taksi mengantarnya kemari.

Pertemuan kaum gay

Ya,pertemuan itu yang akan dihadiri Luhan.. Dan ya dia adalah seorang Gay, walaupun beberapa tahun ini dia menyangkalnya.. Terus menyangkalnya sampai ia merasakan beberapa hubungan dengan kekasih wanitanya terasa begitu hambar. Bahkan ciuman yang kata orang-orang manis semanis madu tidak ia rasakan,debaran dada yang memacu saat melihat wajah cantik kekasih tak ia rasakan. Jantungnya tak pernah berdebar secepat kala itu,saat ia melihat Senyum manis seorang namja 4 tahun lalu…

Luhan menggeleng-gelengkan kepalanya,berusaha menghentikkan kenangan itu kembali terputar diotaknya. Kenangan dimana pertama kalinya dia tahu bahwa dia seorang gay..

Pertemuan ini tertutup sehingga Luhan tidak perlu khawatir rekan kerjanya di restoran milik Yixing ahjussi bisa melihatnya disini. Bercerita tentang Yixing dia adalah ayah angkat yang begitu baik untuk Luhan..Luhan adalah mahasiswa berumur 21 tahun, dia adalah pemuda dari China yang merantau ke Korea. Di China Luhan tinggal dipanti asuhan,dia adalah seorang yatim piatu. Luhan suka sekali dengan petualangan dan hal-hal baru. Itulah mengapa dia tertarik dengan tawaran Yixing ahjussi yang menawarinya kehidupan baru di Korea. Yixing ahjussi adalah pemilik restoran yang dekat dengan panti asuhan,Luhan sangat suka dimsum buatan Yixing ahjussi. Yixing ahjussi menyayangi Luhan seperti ia menyayangi anakya sendiri,Xiumin. Maka dari itu Yixing ahjussi tidak segan-segan menawarkan Luhan untuk tinggal bersamanya dan Xiumin di Korea.. Luhan akhirnya tinggal bersama Xiumin dan yixing hingga akhirnya dia memutuskan untuk menyewa apartemen di dekat kampusnya setahun yang lalu,dan bekerja di restoran Yixing untuk membayar biaya sewanya (well,walaupun Yixing Ahjussi bersikeras untuk memberi uang bulanan tanpa Luhan bekerja,tapi Luhan menolaknya) .

-Flashback-

Saat itu Luhan masih duduk di bangku SMP,Yixing berencana membuka restoran diKorea kala itu.. Luhan datang untuk membantu Yixing berkemas. tapi Yixing menangkap kesedihan dimata Luhan walaupun Luhan masih bisa bercanda tawa dengan Xiumin,sahabat seumuranya..

Lu…” panggil Yixing ahjussi lembut..

hmm?” Luhan merespon dengan memasang senyum lucunya..

apakah kau baik2 saja?” tanya Yixing,pertanyaan yixing ahjussi tepat sasaran! Luhan menghela napas dan mengangguk.

cih Xiao lu!kau sangat tidak berbakat dalam berbohong!” Cibir Xiumin..Luhan memukul Xiumin,ia paling tidak suka dipanggil Xiao Lu, tapi Xiumin tetap memanggilnya dengan nama tersebut ‘karna kau imut seperti rusa!maka dari itu aku akan tetap memanggilmu xiao lu!’ teriak Xiumin riang kala itu.

Luhan terkekeh lalu menundukkan kepalanya..

aku…hanya …tanpa kalian,aku tidak tahu ..” sebelum ia menyelesaikan kalimatnya,air mata menetes di pipi Luhan.. oh yang benar saja! Luhan tidak pernah menangis,saat duduk dikelas 3 SD Luhan berjanji tidak akan pernah menangis.. tapi luhan akui Perpisahan adalah hal yang ia takutkan,karena hal itulah satu-satunya yang bisa membuatnya menangis..Seperti sekarang..

Lu..aku menyayangimu..apa kau tau itu?” Luhan mengangguk di dalam dekapan Yixing..

Aku,Xiumin kami juga akan begitu berat meninggalkanmu disini. Kami tidak akan meninggalkanmu,jadi Ikutlah dengan kami lu?”

1 kalimat itulah yang selalu Luhan Syukuri sudah keluar lembut dari bibir Yixing . karena kalimat itu Luhan tak pernah merasa kesepian lagi di panti,karena kalimat itu ia sekarang berstatus ‘Anak Angkat ‘, lalu ia pindah ke Korea bersama keluarga barunya,negara yang teman-teman di panti favoritkan, dan karena kalimat itu pula Luhan bisa bertemu orang itu disekolah barunya..

-Flashback end-

-Luhan’ POV-

Aku terlihat kikuk di dalam ruangan ini,aku duduk dengan gelisah dan terus menundukan kepala karena grogi. Kami yang mungkin ada 15-20 orang ini duduk melingkar. Seseorang berdiri dan mulai membuka sesi perkenalan.

“Luhan?” Seseorang,yang mungkin adalah ketua perkumpulan ini memanggil namaku yang tertera di Kertas yang dipegangnya. Ok,ini adalah giliranku mengenalkan diri. Aku perlahan-lahan berdiri.

“uh hai?aku Luhan usiaku 21 tahun aku kuliah di S university mengambil program Sastra Inggris.” Aku tersenyum kikuk.. mereka membalas senyumanku lalu bertepuk tangan.

“jadi apa posisimu?” seseorang berkulit gelap bertanya. Aku mengernyitkan dahi bingung..

‘posisi?posisi apa?striker?keeper?apa?’ tanyaku dalam hati.

“uhhh striker?” jawabku asal,tapi aku ini memang striker di klub sepak bolaku di kampus jadi mungkin pria ini salah satu mahasiswa disana dan pernah melihatku bermain…Pria itu tertawa terbahak-bahak setelah mendengar perkataanku dia tertawa sambil memukuli lengan pria putih berperawakkan tinggi yang juga menertawaiku.. semua terkikik geli,membuatku malu setengah mati.

“oh shit sepertinya dia masih baru,apa kau masih single?” tanya laki2 berperawakkan tinggi itu.. Aku hanya mengangguk pasrah,dan kembali duduk.

“hei luhan,maafkan jongin dan chanyeol ya mereka memang seperti itu ” bisik laki-laki bermata bulat disebelahku. Aku mengangguk mengerti.

“aku kyungsoo ,kekasih jongin..” katanya sambil menunjuk jongin yang tersenyum disebelahnya.. Aku menatap tangan mereka yang saling menggenggam .. oh mereka romantis sekali,aku iri.

“yang disebelah Jongin adalah chanyeol dan pacarnya Baekhyun,kami satu universitas..oh tidak,tapi kita se-universitas” kata kyungsoo sengaja menekankan kata ‘kita’ di kalimatnya. Aku menatap ke4 teman ‘gay’ baruku tak percaya..

Mereka sekampus denganku adalah hal yang baik..

Mereka adalah gay sepertiku dan itu adalah hal yang terbaik.

Aku selama 2 tahun ini tersiksa sekali karena kupikir aku satu2nya gay di kampus,aku merasa seperti monster dibalik tubuh mungil ini yang jika ketahuan identitasnya maka semua akan berlari menjauhiku. Maka dari itu selama 2 tahun ini aku lebih baik menghindar dari pergaulan,temanku hanya Xiumin seorang. Xiumin tahu jati diriku tapi ia masih mau menemaniku,saat aku mengaku aku seorang gay dia menepuk bahuku dan berkata.

“hey!itu tidak mengubahmu menjadi orang lain!kau tetap luhan,Xiao lu!sahabatku oh tidak,saudaraku!”

Dan kini aku mempunyai 4 teman baru yang,well ‘sekaum’ denganku..

“jadi,kau kesini untuk mencari pasangan?” tanya Jongin sambil menggerlingkan matanya kearahku..

“eh?tidak..” jawabku grogi sambil menggaruk tengkukku yang tidak gatal..

“disini banyak seme tampan dan Uke yang cute!kau bisa mendekati salah satunya,sambil mencari tahu apakah kau Seme atau uke..” jelas chanyeol sambil terkikik geli.

Oke,aku mulai bingung. Apa itu seme?uke? apakah itu kode rahasia atau?

“Seme adalah yang berperan sebagai laki-laki di hubungan kaum kita,chanyeol dan jongin adalah seme. Sementara Uke lebih…feminim dan cute sepertiku dan kyungsoo” Jelas Baekhyun Malu-malu..

Aku ber’o’ ria lalu mengangguk-ngangguk tanda mengerti..

“jadi?kau ini apa?” tanya kyungsoo polos dengan matanya yang begitu bulat…

“eh?aku?aku tidak pernah punya hubungan dengan laki-laki manapun..” Ke4 teman baruku itu menatapku dengan mata membulat dan mulut yang terbuka,aku yang diperhatikan seperti itu bertambah kikuk.

“man,kita punya pekerjaan berat disini..” kata Jongin memecah keheningan antara kami..

“oke!oke!begini saja,Luhan kau bisa mencari pasangan disini,tunjuk saja yang menarik perhatianmu… kami mengenal beberapa dari mereka jadi mungkin kami bisa mengenalkannya padamu..” Tawar baekhyun lembut. Aku tersenyum lalu mulai mengedarkan pandanganku. Aku mulai memandangi beberapa wajah lelaki yang mungkin bisa menarik perhatianku.

‘tidak ada yang seperti dia…’ batinku

Jika kau disini,aku akan dengan cepat menunjukmu..

Tapi, itu tidak mungkin bukan?

-luhan pov end-

-flash back-

Luhan melangkahkan kakinya menuju sekolah baru,SMA setahun pindah ke Korea dan belajar intens bahasa Korea dengan guru privat,Luhan akhirnya mendaftar ke SMA H, SMA Khusus laki2 yang terkenal didaerahnya tinggal sekarang. Xiumin tidak satu sekolah dengannya,Xiumin sekolah di SMA biasa…

Luhan begitu senang karena ia akan masuk ke sekolah baru itu berarti ia akan mempunyai teman-teman baru!

Saat Luhan memasuki gerbang sekolahnya yang baru,Luhan dengan riang menyapa orang-orang yang berlalu melewatinya,sampai dikelaspun Luhan dengan riangnya menghampiri semua teman sekelasnya yang sudah datang..

annyeong Luhan Imnida!” teriaknya kepada seorang murid sebelum Luhan memilih bangku didepan murid tersebut..

hai luhan!aku Jongdae ,bangapta!” balas jongdae tak kalah riang. Mereka mengobrol banyak hal sampai mereka tak menyadari kelas sudah ramai.

selamat pagi anak-anak!” teriak seorang wanita yang membuat kelas menjadi tenang…

pagi songsaengnim!” wanita paruh baya itu tersenyum mendengar teriakkan semangat murid-muridnya.

baiklah,aku adalah wali kelas kalian namaku Park Yejin aku mengajarkan pelajaran biologi..”

Luhan mengangguk-angguk, ‘wah beruntungnya aku mendapat wali kelas secantik dan sebaik dia’ pikir luhan sambil terus tersenyum.

baiklah,sekarang giliran kalian memperkenalkan diri kalian..” Guru Park mulai mengabsen satu persatu muridnya,murid yang dipanggil mulai berdiri dan memperkenalkan nama masing-masing.. Luhan begitu heran ketika salah satu nama disebut tidak ada yang berdiri.. ‘bolos dihari pertama sekolah?anak macam apa dia?’ pikir luhan..

“Lu..han?” panggil Guru Park ragu..

Unik sekali namanya..’ pikir Yejin

Luhan berdiri sambil tersenyum,

ne,halo namaku Luhan aku berasal dari China ,salam kenal semua!” kata luhan sambil mebungkukkan tubuhnya.. Yejin tersenyum,rasa penasarannya terjawab,murid absen terakhirnya ini berasal dari China maka dari itu namanya sangat unik..

-tok tok tok-

Yejin memandang pintu yang tertutup sesaat,sampai bunyi ketukan kembali terdengar..

ya?silahkan masuk..” perintah Yajin.. Pintu kelas tergeser seorang anak laki-laki bertubuh lumayan tinggi,kurus dan berkulit pucat masuk dengan ragu..

maafkan karena aku terlambat songsaengnim!” anak laki-laki itu segera mambungkukkan badan..

“ne,Karena ini hari pertamamu masuk,akan kumaafkan..tapi sebagai gantinya kau harus berdiri didepan dan perkenalkan dirimu terlebih dahulu..”

Anak laki-laki itu berjalan ketengah lalu menghadap teman-temannya.. luhan memandangi anak yang terlambat itu,tatapan mereka bertemu,Luhan tersenyum kepada anak itu dan anak itupun membalas senyuman Luhan..

annyeonghaseyo choneun Oh Sehun Imnida…”

-Flashback end-

“Hey Luhan!” panggil Jongin membuyarkan lamunan Luhan. Luhan mengerjap-ngerjapkan matanya sebentar lalu menolehkan kepalanya..

“apa?” tanyanya pada Jongin..

“Kau baik-baik saja kan?” tanya Jongin cemas

“tentu..memangnya kenapa?”

“Kau tiba-tiba melamun dan tersenyum-senyum sendiri..” kata Jongin bergidik ngeri..

“mungkin ada laki-laki yang membuatnya tertarik jadi ia seperti itu..bukankah begitu?” tanya baekhyun,Luhan mengangguk..

“iya,tapi bukan disini..” kata Luhan sambil tersenyum miris..

“lalu dimana dia?” tanya Chanyeol penasaran..

“tidak dimana-mana,dia hanya ada dipikiranku…”

-Flashback-

Ini istirahat tapi Luhan dan 5 orang lainnya masih diam dikelas,mereka enggan untuk keluar karena perbincangan diantara mereka begitu sayang dilewatkan.. ini hari pertama sekolah tapi mereka bercengkerama selayaknya teman lama. Luhan,Jongdae,Junmyeon si ketua kelas,Tao dan Kris yang keturunan China (yang membuat Luhan begitu riang seperti menemukan saudara yang telah lama hilang) dan si anak yang terlambat Sehun.

jadi apakah ayahmu asli Korea Luhan?atau ibumu?” tanya jongdae

Tidak,aku tidak tahu…Aku ini tinggal di Korea karena ayah angkatku mengajakku kesini,namanya Yixing..”

ayah angkat?jadi kau…” luhan mengangguk seperti mengerti apa yang akan ditanyakan Junmyeon.. teman-temannya terdiam tidak tahu harus merespon apa..mereka merasa bersalah karena mengungkit hal (yang mungkin) bisa menyakiti luhan…

hey guys!aku tidak apa-apa!sungguh! kalian jangan memasang tampang seperti itu!” kata Luhan menepuk-nepuk pundak semua teman barunya itu..

maafkan aku Luhan,harusnya aku tidak mengungkit masalah keluargamu..” kata Jongdae..

tidak apa-apa Jongdae,aku tidak merasa terusik dengan hal itu.. kau tahu? Hidupku sangat bahagia sekarang. Bertemu kalian juga hal yang begitu membahagiakan dihidupku!” kata Luhan bersemangat membuat teman-temannya tersenyum lalu mulai membahas topik tentang keluarga. Sehun menarik kursinya mendekati Luhan..

jadi,kebahagiaan seperti apa yang sudah kau alami luhan?” tanya Sehun sambil menopangkan dagunya dan menatap Luhan.. Luhan mulai bercerita tentang betapa bahagianya Luhan saat tau ada restoran baru didekat pantinya, betapa bahagianya ia saat Yixing membuatkan dimsum spesial sebanyak 8 porsi diulang tahunnya yang ke 8 dan betapa lucunya Xiumin saat ia berusaha menghibur luhan yang sedang sakit..

Luhan dan Sehun terus berbincang tentang kehidupan mereka berdua,Sehun bercerita tentang ia sebenarnya lebih muda satu tahun dari luhan,bercerita tentang kakak perempuannya yang menyebalkan, Kesukaannya terhadap menari, Bubble tea dan Justin bieber ..Mereka tertawa berdua,seperti tidak ada siapa-siapa disini selain mereka,mereka tidak memperhatikan teman mereka yang lain yang sedang mengobrol juga. Ini seperti Dunia mereka ,dunia Luhan dan Sehun.

Luhan dan Sehun berjalan beriringan..Setelah tahu rumah mereka dekat,mereka memutuskan untuk pulang bersama.. Luhan menyeruput bubble tea yang mereka berdua beli didepan sekolah..

bagaimana?enakkan?” tanya sehun sumringah..

Luhan mengangguk,pipinya menggelembung karena ia menyedot banyak bubble tea,Sehun tertawa..

sudah kuduga kau pasti akan suka ini…” kata Sehun senang.. Luhan sebenarnya tidak terlalu suka sesuatu yang manis.. Permen,Kue,Bubble tea dan makanan manis lainnya.. kecuali Sehun… Senyum Sehun sangat manis,tapi Luhan menyukainya..

Aku tidak suka ini..tapi jika kau Suka akupun Suka..’

Luhan,bagaimana kalau aku memberimu sebuah nama panggilan?” Luhan menatap Sehun bingung sambil terus menyedot bubble tea..

mmm…Hannie?bagaimana kalau Hannie?” tanya Sehun.. Luhan yang mendengar itu langsung tersedak dan terbatuk-batuk..

ya!itu terdengar …feminim!aku tidak suka!” teriak luhan sambil memukul kecil lengan Sehun.. Sehun hanya tertawa..

tidak juga… aku suka Hannie..Panggilan itu cocok untukmu..” kata Sehun datar.. luhan mendesis tak setuju..

lagipula,aku ingin memberi nama panggilan yang lain dari teman-teman,aku ingin menjadi yang spesial untukmu karena kau juga spesial untukku.. dan juga agar kau tau yang memanggilmu itu aku dan hanya akulah yang bisa memanggilmu dengan nama itu… arra?”

Luhan terkesiap,Sehun ini benar-benar…

hannie…” panggil Sehun lembut,sambil tersenyum kepada Luhan..

hmmm…Hunnie?” jawab Luhan sambil terkekeh.. mereka terus memanggil satu sama lain dengan ‘Hunnie’ dan ‘Hannie’ sepanjang jalan,Mereka tertawa bersama-sama. Baiklah kalau begitu Luhan akan mengizinkan Sehun (dan Hanya sehun) yang memanggilnya begitu, toh Luhan juga memberinya nama yang tak kalah imut,dan hanya Luhan yang memanggil sehun seperti itu,’Hunnie’..

Esoknya Luhan datang pagi-pagi sekali,kelas masih sepi hanya ada dia disana.. ia terus bersenandung sambil memakan biskuit gandum favoritnya.

-Krek-

Luhan memandang ke arah pintu,terlihat Sehun masuk sambil berjalan menuju bangkunya dengan malas-malasan..

Hunnie!Pagi!” teriak luhan kepada Sehun..

hoaammm… Pagi Hannie~ eoh apa itu yang sedang kau makan?aku lapar!” Sehun melempar tasnya lalu menghadap kebelakang,Luhan mengangkat biskuit yang ia pegang..

ini?biskuit,sayang tinggal satu hunnie dan ini akan kumakan sendiri!” kata luhan iseng sambil memakan lebih dari setengah biskuitnya.. Sehun teriak kecewa,ia melihat luhan masih mengigit biskuitnya sambil tertawa penuh kemenangan. Sehun dengan tiba-tiba mencondongkan badannya kearah Luhan yang duduk dibangku tepat dibelakangnya lalu mengigit sisa biskuit yang dimakan Luhan.

Luhan terkesiap,wajah sehun begitu dekat dengannya tadi,bahkan bibir mereka bersentuhan. Jantung Luhan berdebar keras .. ia melihat Sehun masih tertawa penuh kemenangan..

bocah bodoh itu,kenapa masih bisa tertawa?!apa ia tidak tau kami tadi hampir berciuman (atau mungkin sudah)?’

Semenjak kejadian tadi, Luhan terus diam dan tidak mau menatap Sehun.. Bahkan saat sehun berceloteh tentang kakaknya yang menyebalkan luhan tak bergeming..

Malamnya pun Luhan tak bisa tidur,bagaimana bisa?bayangan kejadian tadi pagi terus menghantuinya.. Luhan bingung kenapa ia begitu gugup dan jantungnya berdebar cepat sekarang.. Sehun bukan wanita Luhan,kenapa kau merasa seperti kau first kiss dengan wanita?

Sudah 2 bulan berlalu semenjak hari dimana ‘first kiss’ luhan dicuri oleh Sehun…
Luhan terlihat duduk sambil memeluk kakinya di pinggir lapangan,sekarang sedang pelajaran olahraga dan teman-temanya sedang bermain sepak bola. Luhan baru saja digantikan oleh Kris karena ia begitu lelah. Luhan menyaksikan pertandingan sampai seseorang menyandarkan tubuhnya dipunggung Luhan..

aish panasnyaa!” teriak Sehun frustasi sambil terus mengipas ngipas tubuhnya..

Hunnie,berat!” kata Luhan protes..

yak!biarkan seperti ini dulu aku lelah hannie~” kata Sehun merajuk..

Sebenarnya Luhan tidak keberatan dengan Sehun berada dipunggungnya.. Tetapi entah kenapa Jantung Luhan berdebar-debar jika Sehun sedekat ini dengannya. Ini dirasakan Luhan semenjak dua bulan yang lalu,saat kejadian mencuri-firstkiss-Luhan terjadi.. Semenjak hari itu debaran Jantung Luhan bertambah jika Sehun menempel dengannya.. Sehun sangat senang bermanja-manja kepada Luhan,tak jarang Sehun memegang tangan Luhan saat mereka menyebrang dan memeluk Luhan sambil merengek jika ia diusili Kris dan Jongdae. Mungkin Bagi Sehun,Luhan hanyalah bagaikan Kakak untuknya. Tapi tidak untuk Luhan,pipinya akan memerah jika Sehun melakukan semua ‘SkinShip ‘ itu.. saat Sehun memeluknya karena ‘rindu’ setelah Luhan izin tidak masuk sekolah karena ada urusan di China,saat Sehun menaruh kepalanya dipundak Luhan, Saat Sehun bergelayut manja dilengan Luhan. Walaupun luhan begitu gugup tapi luhan senang jika Sehun berlaku seperti itu,yang penting Sehun senang dan nyaman didekatnya, dan yang penting Sehun menganggap Luhan adalah hal terpenting dihidupnya sama seperti Luhan yang menganggap Sehun begitu penting untuknya..

hannie…” panggil Sehun lembut..

hmm?”

ada seorang wanita yang menyatakan perasaannya padaku kemarin..” Kata Sehun datar,Luhan begitu terkejut dengan kalimat Sehun..dan lama kelamaan ia merasa nyeri di ulu hatinya..

dia dari sekolah yang sama dengan Xiumin..” Lanjut Sehun tanpa tahu ekspresi kekecewaan dari Luhan sekarang…

hannie…” panggil sehun sekali lagi karena tidak ada respon dari Luhan..

apakah aku harus menerimanya?” Tanya Sehun.. Luhan merasa ia ingin menangis sekarang juga..

tidak sehun jangan..’

ke-kenapa kau menanyakannya padaku?a-aku aku memang siapa?” Luhan berusaha menahan airmatanya..

kenapa aku ingin menangis?’

well karena kau spesial… kau adalah sahabat terbaikku.. tidak bahkan seperti saudara kembar yang terpisahkan..mungkin?hahahha” kata sehun sambil tertawa walaupun terkesan dipaksakan..

sahabat?begitukah menurutmu?’

kalau begitu jika aku mengatakan iya,kau akan menerima wanita itu?” Sehun mengangguk..

jika aku mengatakan tidak?”

ya aku akan menolaknya…” kata Sehun enteng..

Sehun,kau tidak boleh bersamanya..kau harus bersamaku.’

menurutku,kau terima saja dulu.. mungkin dia baik..” Luhan merutukki dirinya karena sebenarnya bukan itu yang ia ingin sampaikan..

baik…baiklah kalau begitu..” sehun akhirnya berdiri,bangun dari senderannya dipunggung Luhan..

aku akan menerimanya hunnie..” kata Sehun mantap lalu berlari ke arah Jongdae dan Kris untuk ikut bergabung bermain bola.

Tak terasa air mata Luhan menetes..

Luhan ini konyol,kenapa kau harus merasa sesakit ini… dia memang orang yang terpenting dihidupmu,tapi ia bukan milikmu,ya kan?kenapa kau seposesif ini terhadap sahabatmu sendiri?’

Saat pulang sekolah Luhan berjalan ber4 bersama teman-teman sekelasnya tanpa Sehun..

hey lihat itu!itu kan sehun!” teriak Tao sambil menunjuk ke arah Sehun.. Luhan mengikuti arah yang ditunjuk Tao,ia melihat Sehun berdiri didepan seorang wanita,mereka terlihat sedang membicarakan sesuatu. tiba-tiba wanita itu memeluk Sehun sambil tersenyum riang ia lalu mengecup bibir Sehun sekilas lalu pergi sambil melambaikan tangan kepada Sehun..

Hati Luhan bagai ditusuk belati tajam melihat kejadian itu..

Oh tidak kenapa rasanya begitu menyakitkan…’

wow Sehun!sial kau mendahului kami!” Kris memiting kepala Sehun lalu mengacak-nngacak rambut Sehun..

Ya!ya! Hyung! sakit!” Kris melepaskan Sehun dan terus tertawa..

sehun-ah, ayo rayakan hari jadianmu!ayo traktir kami di sebuah cafe!” rajuk Jongdae yang diiyakan Junmyeon,Kris dan tao..

aish! Arra arra!aku akan menraktir kalian!” keempat orang itu bersorak gembira lalu berjalan beriringan mendahului Sehun dan Luhan..

Hyung?” panggil Sehun kepada Luhan yang masih membuang mukanya kepada sehun..

oh hunnie,bahkan sekarang kau memanggilku sama dengan yang lain.. jadi aku bukan orang yang spesial lagi untukmu?’

hyung!ayo!” teriak Sehun sambil menggapai tangan Luhan tapi dengan kasar Luhan menepis tangan sehun..

maaf sehun,aku tidak ikut..” Luhan lalu pergi meninggalkan Sehun yang berdiri mematung..

Luhan terus menangis dikamarnya,setiap bayangan wanita itu mencium sehun tadi muncul Luhan menangis lebih keras.. hatinya sakit..
Luhan tau waktu Sehun tidak akan ia berikan untuknya lagi,tapi untuk wanita itu.. Sehun juga pasti akan mengajak wanita itu untuk membeli bubble tea,dan pasti Sehun akan memberi nama panggilan yang imut kepada wanita itu..
Luhan bukan seseorang yang spesial lagi untuk Sehun.. mengetahui kenyataan itu Luhan menangis lagi. Semenjak itu Luhan menyadari bahwa ia menyayangi Sehun,bahkan ia mencintainya.. Sehun adalah orang yang terpenting dihidupnya,sangat spesial.. Sehun adalah yang pertama dalam segala hal,Sehun orang pertama yang mencium Luhan,Sehun yang pertama tahu bahwa Luhan phobia ketinggian, dan Sehun orang pertama yang membuatnya menangsi seperti ini. Luhan Sangat mencintai Sehun.. Luhan tau ini tidak normal,tapi hey!apakah salah merasakan Cinta?yang penting ia mencintai manusia bukan benda mati..

Semenjak Sehun mempunyai kekasih Luhan menjaga jarak dengannya, Sehunpun menghabiskan waktunya dengan sang kekasih karena kekasihnya begitu manja.. maka dari itu HunHan panggilan untuk Sehun&Luhan dari teman-temannya tidak nampak bersama lagi. Bahkan Luhan pindah ke bangku paling belakang dikelas,dan itu mengusik Sehun.. Ia begitu kesal karena Luhan menjadi pendiam dan berubah terhadapnya. Bahkan saat Sehun mencoba bermanja-manja dengan Luhan,Luhan mendorong tubuh Sehun dan pergi. Luhan bahkan lebih dekat dengan Kris sekarang,ia bersikap seperti Luhan yang biasa didepan teman-teman lain kecuali Sehun.. Sehun tidak suka itu,apa salah dirinya sampai Luhan menjauhinya seperti ini?

hyung..” panggil Sehun saat Luhan berlalu melewati bangku Sehun..

Hyung!” panggil Sehun sedikit lebih keras,tapi Luhan tetap pergi menjauh..

HANNIE!” teriak Sehun kesal sambil menarik luhan..

apa?” kata Luhan datar..

apa?apa katamu?ya Luhan kenapa kau menghindariku huh?” tanya Sehun to-the-point menusuk hati Luhan dalam..

aku tidak menjauhimu.. tidak pernah,bukankah kau yang jarang berkumpul dengan kami?” tanya Luhan sambit terseyum mencibir..

tsk,apa karena itu kau marah kepadaku?” tanya Sehun sekali lagi..Luhan tidak menjawab dan memalingkan wajahnya..

kalau benar begitu baiklah,aku akan putus dengannya..” Luhan kaget,bisa-bisanya kata-kata itu meluncur mulus dari Sehun..

kau gila sehun?!apa kau gila?!”

persahabatan kita lebih penting..” kata Sehun sambil menatap luhan.. hati luhan bagai Luka bakar yang disiram Es,sejuk tapi terasa perih..

Sehun,kau tidak waras!apakah perasaan wanita bagaikan mainan untukmu yang setelah kau mainkan bisa dibuang begitu saja?tidak segampang itu Sehun,pikirkan perasaan dia juga!” jelas Luhan,matanya berkaca-kaca mungkin sedikit lagi kaca-kaca itu akan meleleh..

hunnie… bukankah kau sudah tau,kau orang yang paling spesial untukku..Jika kau mengatakan iya akupun berkata iya,jika tidak akupun berkata tidak… kau sahabatku Hunnie.. jika wanita itu hilang aku bisa menggantinya dengan apapun.. tapi jika kau dan yang lainnya hilang,tidak akan ada yang bisa menggatikannya..kalian sahabat terbaik yang aku punya..” kata Sehun lirih…

Luhan menitikkan air matanya, Sakit terasa diulu hatinya walaupun ia akhirnya tahu sespesial itu arti sahabat untuk Sehun.. Sahabat,hanya sahabat?

Luhan pergi meninggalkan Sehun yang bingung karena melihat Luhan menangis..

kau brengsek Sehun!” Teriak kekasih Sehun dan menamparnya. Sehun betul-betul brengsek,ia memutuskan wanita itu karena alasan Sahabatnya adalah hal terpenting untuknya saat ini. Ia menundukkan kepala,moodnya sedang tidak baik saat ini . Yang bisa menghiburnya hanyalah bubble tea …
dan Luhan,sahabat kesayangannya..

Esoknya saat pulang sekolah Sehun mencoba menghubungi Luhan yang tadi tidak tampak saat pelajaran terakhir..

yeoboseyo?” jawab Luhan sambil berbisik. Sehun sangat lega karena akhirnya Luhan mengangkat teleponnya.

ah Luhan!kau dimana?”

aku sedang rapat organisasi sehun…kenapa?” tanya Luhan masih sambil berbisik..

ani,kita pulang bersama ya!aku akan membelikan bubble tea untuk kita berdua!” tawar Sehun riang..

tapi aku akan rapat sampai malam hunnie..” Sehun tersenyum,sepertinya Luhan sudah memaafkannya. Buktinya sahabatnya itu memanggilnya dengan panggilan ‘spesial’ itu lagi..

gwenchanayo!aku akan menunggumu dikelas sampai selesai,heum?otte?”

Luhan tidak menjawab,terdengar ia menghela napasnya berat. Luhan tau Sehun sangat keras kepala jadi pasti dia akan tetap menunggu Luhan..

ne,baiklah tunggu aku..” kata luhan akhirnya lalu memutuskan telepon dari sehun..

assa!” teriak Sehun lalu berlari menuju kedai bubble tea.

fyuhh akhirnya selesai juga rapatnya..” Keluh Luhan sambil berjalan ke kelasnya..

Sehun..” panggilnya saat ia membuka pintu kelas. Sehun terlihat tertidur dibangkunya,poni coklatnya menutupi kedua mata Sehun. Luhan menghampiri sahabatnya itu, dilihat dua gelas bubble tea tersimpan di meja, yang satu sudah kosong dan yang lainnya mulai meleleh menghasilkan air yang membasahi lengan seragam Sehun. Luhan menyingkirkan poni Sehun dari matanya.

kau menungguku sampai tertidur..” kata Luhan sambil membelai pipi sehun lembut. Dengan pelan ia mendekatkan wajahnya ke wajah sehun,lalu mengecup matanya dan yang terakhir mengecup bibirnya sekilas… Luhan tidak menyangka dia akan seberani ini,ia merasa bersalah karena ‘mencuri’ ciuman Sehun tapi disisi lain dia begitu senang karena ia bisa mencium Sehun.. orang yang dicintainya..

a-apa yang kau lakukan?!” teriak seorang yeoja histeris, Luhan terkejut dan menoleh. Itu adalah mantan kekasih Sehun,kenapa dia ada disini? Sehunpun terbangun dan mengangkat kepalanya pelan..

K-kau…dasar laki-laki tidak normal!” teriak Yeoja itu sambil menghampiri Luhan dan menampar wajah Luhan..

HEY!APA YANG KAU LAKUKAN HAH?!” Teriak Sehun sambil mencengkeram tangan Yeoja itu..

ya Oh Sehun!kau tidak tau hah?!laki-laki freak ini mencium bibirmu diam-diam!menjijikkan!” Yeoja itu memandang Jijik Luhan,sementara Luhan hanya tertunduk malu dan takut. Rasanya ia ingin menangis sekarang juga..

me-menciumku?Luhan..apa kau menciumku?” tanya Sehun kepada Luhan.. Luhan tidak menjawab.. Sehun memandangi Luhan..

jawab aku Luhan,apa yang dia katakan benar?dan kenapa?” tanya Sehun lagi,Luhan mulai menangis..

ma-maafkan aku Sehun,aku harus pergi..” kata Luhan lalu berlari meninggalkan Sehun,mengabaikan Sehun yang meneriakki namanya..

Luhan pikir perbuatannya tadi adalah sebuah dosa besar,Mencuri dan mencium,mencium seorang Pria.. Luhan tidak habis pikir kenapa ia bisa seperti ini?Luhan sebenarnya mencoba menyangkal perasaannya pada Sehun,ia yakin bahwa ini hanya kekaguman semata dan ia akan mulai jatuh cinta pada seorang wanita sesegera mungkin. Tapi setelah ia melakukan kencan buta dengan teman wanita Xiumin ia tidak merasakan apa-apa. Wanita itu cantik dan baik, 2 minggu mereka melakukan pendekatan tapi tidak ada rasa apapun yang muncul dihati Luhan.. bahkan saat wanita itu mencium pipi Luhan ia membayangkan Sehun-lah yang melakukan itu.. ia jatuh terhadap pesona Sehun,jatuh terlalu dalam..

Luhan kembali kesekolah setelah dua hari tidak masuk atau bisa dikatakan menghindari sekolah,ia takut bertemu sehun.. bagaimana jika Sehun jijik terhadapnya? Jika Yixing tidak memaksa Luhan untuk berangkat hari ini Luhan tidak akan pernah berangkat sampai kapanpun.. saat berjalan dilorong sekolah aura yang Luhan rasakan sangatlah berbeda dari biasanya,lorong sekolah terasa panjang untuknya, siswa-siswi yang berbisik dan memandang jijik Luhan bagai tikaman tajam 1000 pisau ditubuh Luhan. Luhan tahu pasti yeoja itu tak akan berdiam diri mengetahui ini semua. Mungkin bukan hanya bercerita pada teman segengnya tapi ia juga menceritakan kepada semua orang. Bahkan jika mungkin,yeoja itu akan menceritakannya secara Live di tv..
Saat masuk kelas semua mata memandang Luhan mereka terdiam,Luhan merasa kikuk bahkan dikelasnya sendiri..

luhan…” panggil Jongdae.. Ia tahu semua yang terjadi waktu itu.. Ayolah siapa disekolah ini yang tidak tahu berita seorang Luhan diam-diam mencium Sehun? Berita itu bahkan di tempelkan di semua penjuru sekolah.,bahkan dengan foto bukti yang tentu saja diambil (mantan) kekasih Sehun..

Luhan menunduk,nyalinya ciut untuk memandang teman-temannya.. ia mengacuhkan jongdae dan duduk di pojok kelas. Dia terus menunduk sampai ia tak menyadari ada seseorang yang berdiri didepannya..

“Lu…” panggil Sehun lirih..

“Bukankah ada yang harus kita bicarakan?” tanya Sehun sambil berjongkok didepan bangku Luhan,berusaha menatap mata Luhan yang masih tertunduk…

Maafkan aku Sehun..maaf..” hanya itu yang bisa keluar dari bibir kecil Luhan..

Sehun ingin berkata sesuatu ketika junmyeon berteriak bahwa Yejin songsaengnim akan masuk..

kita akan membicarakan hal itu nanti..” kata Sehun sebelum kembali kebangkunya..

Saat istirahat Luhan memutuskan untuk menghindari Junmyeon,Jongdae,kris,tao dan Sehun.. ia berlari kecil keluar kelas mengabaikan panggilan teman-temannya..

-Bruk-

Secara tidak sadar Luhan menabrak badan seorang Siswa.

“hey!” teriak Namja itu kesakitan…

“ah sunbaenim,mianhamnida…” kata Luhan sambil menunduk..

“hey hey! Lihat!bukankah ia seorang Gay yang mencium temannya itu?” tanya sunbaenim yang tadi ditabrak oleh Luhan..

“wah!iya benar!hey kau gay!apa rasanya mencium seorang laki-laki?!” teriak seorang namja diikuti tawa teman-temannya.. Nyali Luhan menciut.. Gay?Gay katanya?

“jangan-jangan kau ingin menciumku juga?hiiii!” teriak namja itu lagi,sambil bergidik ngeri.. mereka terus mencemooh Luhan,seperti Luhan ini makhluk paling Hina di dunia ini..

“HEY!apa yang kalian lakukan!” lengkingan seorang yeoja membuat sunbae-sunbae Luhan yang mengolok-oloknya tadi terdiam..

“p-park Songsaengnim?” kata Luhan lemah,oh park sonsaengnim seperti malaikat yang menariknya dari neraka jahanam.. Luhan yang daritadi hanya bisa menangis akhirnya tersenyum,lega sekali rasanya ada songsaengnim disini..Ia akhirnya terkulai lemah dan pingsan..

“Han…Luhan…Hannie..” suara Sehun samar-samar terdengar oleh Luhan. Dengan perlahan ia membuka matanya..

“luhan!” teriak Jongdae .. tao,Kris junmyeon dan Yejin songsaengnim menghampiri tempat tidur Luhan..

“syukurlah kau sudah sadar..” kata yejin songgaengnim lega sambil mengusap rambut Luhan.. Luhan tersenyum..entah kenapa tangannya begitu hangat,ia perlahan melihat tangannya yang digenggam erat oleh tangan Sehun.. Luhan lalu menatap Sehun,Sehun hanya tersenyum sambil mengusap tangan Luhan..

“apakah berita itu yang memberatkanmu nak?” tanya yejin songsaengnim dengan hati-hati..Luhan terdiam.. air matanya mulai mengalir lagi..

“maafkan aku..” katanya lemah..

“hei!untuk apa meminta maaf hah?bukankah harusnya yang kau ucapkan itu terima kasih kepada Sehun?dia yang menggendongmu kesini..” kata Tao sambil terkekeh..

“eumm…kau berat sekali Hunnie punggungku sakit~” Kata Sehun sambil pura-pura kesakitan..Luhan tertawa.. bodohnya dia menganggap teman-temannya apalagi Sehun akan menjauhinya..

“Luhan,kau tidak usah takut..kami akan melindungimu.. bukankah kita sahabat?” Kata kris sambil menepuk Pundak Luhan..

“ne..Kris benar.. Aku sebagai ketua kelas akan menjaga dengan sepenuh hati warga kelasku!” Kata Junmyeon sambil menepuk-nepuk dadanya..

“Cih gayamu sudah seperti presiden saja Junmyeon-ssi!” Cibir Jongdae yang diikuti tawa yang lain..

“Sudah sudah kalian ini!Luhan harus istirahat! Dan sebentar lagi pelajaranku akan dimulai aku tidak akan mentolerir kalau salah satu dari kalian terlambat!arra?!” ancam Yejin songsaengnim sebelum pergi dari UKS.. Jongdae,Kris,Junmyeon dan Tao mengangguk serentak seperti prajurit..

“songsaengnim maaf,tapi bisakah aku menjaga Luhan disini?” Tanya Sehun.. Yejin menatap Sehun lalu mengangguk lembut,lalu pergi meninggalkan UKS disusul yang lainnya..

Setelah pintu ditutup, Sehun kembali menatap Luhan dan tersenyum,tangannya tidak sedetikpun melepas tangan Luhan..

“gwenchana?” tanyanya..Luhan hanya mengangguk lemah..

“kau,tidak usah menunduk lagi Lu… kau tidak usah malu dan takut.. Aku tidak akan membiarkan mereka melukaimu..”

Luhan hanya tersenyum..

“hannie..” panggil Sehun..Luhan senang mendengar suara Sehun memanggilnya… Suara favorit yang ingin selalu Luhan dengar adalah suara Sehun memanggilnya seperti tadi..

“hmm?”

“berjanjilah,kau tidak akan menghindar dariku lagi…”

Sore menjelang,Luhan terduduk di kasur menunggu Sehun yang tadi pergi untuk mengambil tasnya dan tas Luhan.. Luhan terus memandangi tangannya yang sedari tadi digenggam Sehun,masih terasa hangatnya genggaman Sehun.. Hahkan wangi dari hand cream yang Sehun pakai masih tercium dipunggung tangannya..

“Wangi sehun..” bisik Luhan sambil tersenyum..

“tapi kenapa dia lama sekali ya?apa aku susul saja dia?” luhan berjalan keluar meninggalkan UKS. Sebelum ia sampai dikelasnya terlihat Sehun dikerubungi beberapa laki-laki. Luhan Hapal sekali siapa mereka, mereka adalah teman Sehun dari Klub menari. Sehun bilang ia suka menari,Klub ini adalah Klub kebanggaan Sehun,Sehun juga mengatakan akhir tahun ini mereka akan tampil di acara tahun baru salah satu stasiun tv. Sehun tidak pernah berhenti menceritakan persiapan menuju acara itu,ia begitu menunggu momen itu,momen dimana ia bisa sepanggung dengan artis-artis terkenal Korea..

“kau,menjijikkan Sehun! Kau tahu?kau adalah aib dalam Klub kami! Kau aku keluarkan! Dasar Gay!” Luhan kenal dengan suara itu,suara Yunho Sunbae ketua klub dance.. dikeluarkan?mana mungkin?bagaimana dengan perform Sehun akhir tahun ini?

“Gay!kau Gay yang menjijikkan!sana temani Pacar gay mu!” Hina seorang sambil mendorong Sehun..

“AKU BUKAN GAY! DAN DIA BUKAN PACARKU BODOH!” teriak Sehun penuh amarah sambil mendorong orang yang tadi mencemoohnya..

“oh ya?bukankah kau menerima saja saat kau diciumnya?bahkan memutuskan pacarmu untunknya,ya kan?sebesar itukah rasa sukamu padanya?” tanya orang itu lagi sambil tersenyum meremehkan..

“AKU MASIH NORMAL!AKU TIDAK MENYUKAINYA!KAU PUAS?!” teriak Sehun sambil memukuli temannya..

Kata-kata Sehun menusuk Luhan telak di ulu hatinya.. benar,sehun benar.. mana mungkin Sehun menyukainya.. jelas ia menyukai wanita,tidak mungkin menyukai sesama jenis. kehangatan Tangan yang tadi menggenggam tangan Luhan hanyalah kehangatan palsu. Senyumnya adalah senyum palsu. Luhan baru sadar sekarang,Sehun hanya merasa tidak enak kepada Luhan atau Sehun takut Yejin Songsaengnim menghukumnya. Bahkan sekarang Sehun harus keluar dari klubnya dan batal menari diatas panggung yang ia dambakan karena Luhan..Air mata Luhan menetes isakkan yang tidak bisa ia tahan terdengar oleh Sehun yang masih terengah setelah memukul temannya..

“lu-luhan?” Kata Sehun sambil melepas temannya yang tadi ia pukuli, semua teman Klubnya berlari ketakutan.. Sehun menghampiri Luhan,Luhan pasti mendengar semuanya.. Sehun yakin itu..

“a-aku lebih baik di cemooh semua orang disekolah ini .. aku lebih baik dihujat daripada harus menerima kepalsuan dari janjimu Oh Sehun.. Aku begitu bodohnya mempercayai semua omong kosongmu itu tulus.. Kau,bahkan menyakitiku lebih dari yang mereka lakukan..” kata Luhan tajam,Sehun hanya terdiam..

“luhan..”

“tidak usah memaksakan dirimu Oh Sehun…aku mengerti,maaf karena diriku kau harus keluar dari klub..” Luhan tersenyum lirih dan berjalan melewati Sehun..

Luhan mengunci diri dan terus menangis..Yixing khawatir melihatnya,ia terus mengetuk pintu Kamar Luhan..

“Lu,biarkan aku masuk.. jangan membuatku khawatir seperti ini..” kata Yixing memohon. Luhan tidak tega juga mendengar Yixing memohon begitu. Akhirnya ia membukakan pintu untuk Yixing dan membiarkan tubuh tegap Ayah angkatnya itu memeluknya..

“appa…appa hiks” panggil Luhan disela tangisanya,Yixing terus membelai kepala Luhan sambil menenangkannya..

“iya Luhan,appa disini.. jangan menangis lagi ya… sekarang jelaskan ada apa denganmu hmm?”

Luhan tidak menjawab pertanyaan Yixing dan terus terisak,ia tidak mungkin mengatakan bahwa ia mencintai seorang Pria kepada Yixing,tidak dengan jantung Yixing yang lemah..

“ani..appa,bolehkah aku meminta sesuatu?”

“ne,apa saja yang membuatmu bahagia..”

“Bolehkah aku Pindah Sekolah appa?”

Sehun merasa sangat terpukul karena ia telah menyakiti sahabatnya Luhan,ia menatap bangku Luhan yang kosong tepat dibelakangnya. Ia ingat waktu Luhan mencoba mengganggu tidurnya dengan menggelitik pinggannya. Dengan tangkas ia menangkap tangan Luhan untuk menghentikkan perbuatan usil Luhan,bahkan ia terus menggenggam tangan Luhan sambil tertidur agar sahabatnya itu tidak mengganggunya lagi.

‘kau betul-betul Bodoh Oh Sehun!’ umpat Sehun dalam hati..

“SEHUN!ADA BERITA BURUK!CEPAT IKUT AKU!” teriak Junmyeon panik,dengan gesit Sehun berlari mengikuti Junmyeon ke ruang Yejin songsaengnim. Terlihat Yejin mengurut-urut kepalanya yang pusing…

“Luhan…” ucap yejin menggantung..

“ia mengundurkan diri dari sekolah”

Berita itu bagai petir yang menyambar Sehun. Matanya membulat.. bagaimana mungkin ?Luhan tidak boleh pindah,Luhan tidak boleh meninggalkannya..Sehun berlari meninggalkan ruangan Yejin songsaengnim.. ia harus kerumah Luhan sekarang juga..

“LUHAN!HANNIE!” teriak Sehun dari luar pagar rumah Luhan..

“Maafkan aku!tolong izinkan aku menemuimu luhan!jebal!” teriak Sehun frustasi..

“nak..” sehun melihat Yixing ahjussi keluar dari rumahnya..

Sehun menunduk memberi salahm

“apakah Luhan ada?”

Yixing terlihat bingung lalu menjawab pertanyaan Sehun..

“kau tidak tahu?Luhan pindah ke Seoul..”

‘Sehun,Aku tidak akan membencimu,tidak akan bisa. Kau cinta pertamaku,mana mungkin aku bisa membencimu?itu akan terasa aneh.. Aku meninggalkanmu untuk kebaikan kita berdua,kebaikanmu. Yang membuatku sakit adalah ketika aku menjadi penghalangmu menuju mimpi yang kau tuju.. kau tahu? rasa ini adalah dosa besar… dosa besar yang tak akan pernah kusesali..’

-flashback end-

Luhan menceritakan semua tentang Sehun kepada empat teman barunya itu. Hanya saja Luhan tidak menyebut nama Sehun,ia terus memakai nama “hunnie” untuk menceritakan sehun ke teman-temannya.. bahkan ketika Chanyeol bertanya siapa ‘hunnie’nya itu Luhan enggan menyebut nama aslinya,bahkan ciri2 yang diberikan Luhanpun terbatas “tinggi dan kulit putih pucat”

“sekarang mungkin ia sudah melupakanku.. ” kata Luhan.. Kyungsoo yang daritadi menangis mendengar cerita Luhan angkat bicara..

“tidak mungkin ia melupakanmu! Aku yakin Luhan,dia juga menyukaimu!”

Luhan tertawa kecil mendengar ucapan Kyungsoo

“Kyungsoo-yaa~ aku tidak apa-apa,dia hanya serpihan dari memoriku saat SMA..”

“aku tidak yakin dengan itu..” kata jongin..

‘aku juga Jongin..aku tidak yakin kalau dia hanyalah serpihan kecil memoriku’ kata Luhan dalam hati..

“hunnie?mungkin kata dasarnya Hun?benarkan Chanyeol?seperti Kyungsoo yang memanggil Jongin dengan embel-embel ‘ie’?” kata Baekhyun menyelidik,ia masih penasaran siapa ‘Hunnie’ tercintanya Luhan..

“apakah dikampus kita ada yang kosa kata nama terakhirnya ‘Hun’?” tanya baekhyun lagi pada chanyeol..

“ada sih satu teman dekatku dan Jongin..tapi tidak mungkin dia,dia terlihat biasa-biasa saja..kau mengertikan maksudku?”

Baekhyun mengangguk-angguk tanda mengerti…Baekhyun Lalu menghampiri Luhan lalu menepuk pundak Luhan..

“Kau tahu Luhan?Jika aku bertemu Hunnie mu itu akan ku jamin 100% ia akan menyatakan perasaan yang sebenarnya padamu..”

-Luhan’s POV-

Hari ini setelah pertemuan dua hari yang lalu,Aku,baekhyun dan Kyungsoo berjanji akan bertemu di kantin Kampus.. dan disinilah kami mengobrol sambil menunggu Jongin dan Chanyeol sampai kelas mereka selesai. Aku sebenarnya hanya punya satu kelas pagi hari ini,sementara Baekhyun yang berkuliah dijurusan Seni baru saja menyelesaikan kelasnya dan Kyungsoo yang berkuliah di jurusan teknik Kimia ini menunggu kelasnya yang mulai pada sore hari..

“ah tunggu,chanyeol menelepon..” potong Baekhyun saat kami sedang membicarakan tentang acara menginap di apartemenku..

“yeoboseyo?eunngg jagiya~ sudah selesai kelasnya?mm arra,kami menunggu di kantin ya!aku sangat merindukanmu!” aku dan kyungsoo mendelikkan mata, ayolah baekhyun! Bukankah kau baru bertemu dengan chanyeol pagi tadi?

“Chanyeol akan kesini.. katanya Jongin dan salah satu teman mereka ada latihan dance dulu..”

Aku hanya mengangguk tanda mengerti..

“ish!Jongin kenapa dia tidak mengirim pesan jika ia akan berlatih dance?!” kata Kyungsoo kesal sambil memencet nomor Jongin lalu memanggilnya..

“YAK JONGIN!” teriak Kyungsoo sambil menjauhi kami.. kyungsoo tidak suka marah-marah didepan kami . jadi jika ia ingin memarahi Jongin ia pasti menghindari kami terlebih dulu..

Jongin suka menari,sama seperti Sehun.. caranya bercerita tentang hobi menarinya dua hari yang lalu begitu berapi-api dan antusias,sama seperti Sehun.. Sehun bagaimana keadaan ia sekarang? Apakah ia tetap menari?aku harap begitu.. aku suka tariannya,begitu enerjik dan keren..

“yak Baekhyun!kau ini sengaja kan membohongiku?!Jongin sedang menuju kesini!” baekhyun hanya menjulurkan Lidah.. aku terkekeh melihat betapa Kyungsoo begitu keras menyedot minumannya untuk melampiaskan kekesalan.. baekhyun-baekhyun kenapa kau begitu usil,kau dan chanyeol adalah pasangan usil! Dan serasi.. Baekyeol dan SooJong (singkatan dari Baekhyun,Chanyeol,Kyungsoo dan Jongin yang aku buat sendiri) adalah pasangan serasi,mereka begitu mesra,melindungi satu sama lain dan saling menyemangati satu sama lain mereka tidak takut dengan cemoohan orang. mereka terus berjalan dan saling menggenggam.. suatu hari,aku juga ingin hubungan seperti itu, hubungan dimana aku tidak takut untuk menunjukkan hubunganku dan pasanganku kepada dunia.

“Oi!” teriak Chanyeol dan Jongin berbarengan.. mereka menghampiri pasangan masing-masing lalu duduk disampingnya.. Chanyeol merangkuh pundak baekhyun dan baekhyun menyenderkan kepalanya dilengan chanyeol.. sementara Jongin memeluk pinggang Kyungsoo mesra..

“Katanya kau membawa seorang teman?mana?” tanya baekhyun terhadap chanyeol..

“oh seperti biasa dia sedang memesan minuman favoritnya… nanti Juga dia kesini” kata chanyeol sambil terus membaca menu didepannya..

“hei dengar kita merencanakan untuk bermalam di apartemen Luhan malam minggu ini,jadi minggu ini tidak ada kencan!malam minggu ini adalah waktu khusus untuk kami bertiga!” kata Kyungsoo..

“hei!itu tidak adil!kami juga mau ikut!” protes Chanyeol yang disetujui oleh Jongin..

“hahaha kalian boleh ikut kok,tenang saja waktu kencanmu tak akan kuambil sepenuhnya..” kataku sambil mengangkat-angkat alisku..

“h-hannie?”

Aku terdiam.. Oke Luhan Cukup,bahkan ditempat seramai ini suara Sehun masih terngiang.. segila ini kah kau pada sosok Sehun?

“Luhan?”

Luhan ini mulai Gila, bangun dari fantasimu Luhan,Sehun tidak ada disini..

“kau Mengenal Luhan?” tanya baekhyun entah ke siapa,aku ikut melirik ke seseorang yang ditanya oleh baekhyun..

Aku dengan refleks meremas tempat minumku. Ini tidak mungkin…

“Se-Sehun?”

“hei!ada apa ini?kalian saling mengenal?” tanya Jongin..

“tentu saja jongin… aku mengenalnya.. ia orang yang selalu kuceritakan padamu bukan?ia…sahabatku yang hilang”

Jongin menepuk dahinya..

“oh Shit! Pantas aku seperti pernah mendengar nama Luhan!”

Aku terus menatap Sehun, ia lebih tinggi sekarang bahkan dia memotong rambutnya dan mengecatnya menjadi pirang.. Sehun,kau semakin mempesona..

-Luhan POV’s End-

Luhan Duduk disamping Sehun yang sedang menyetir..

Sehun memutuskan akan mengantar Luhan pulang walau Luhan menolaknya.. Tapi Karena Baekhyun terus memaksa Luhan untuk mengiyakan ajakan Sehun akhirnya Luhan setuju..

“bukankah ini saatnya memperbaiki semuanya dengan Hunniemu?” kata baekhyun sambil mengedipkan matanya…

“well,bagaimana kabarmu?” tanya sehun memulai pembicaraan bersama Luhan..

“baik,aku baik-baik saja..” jawab Luhan sambil tersenyum…

“jadi.. kau mengambil jurusan apa?” tanya Sehun lagi..

“Sastra inggris.. Kau?”

“aku Manajemen bisnis…sejurusan dengan Jongin dan Chanyeol..” Luhan ber’o’ ria.

Mereka berdua terdiam,tidak tahu topik apa yang harus mereka bicarakan.. keadaan menjadi canggung..

“Sudah 2 tahun kita sekampus,tapi aku tak melihat sedikitpun batang hidungmu..” Kata Sehun lagi..

Luhan menatap Sehun.. Sehun benar, Luhan juga tidak pernah bertemu Sehun..

“tapi aku lega,akhirnya aku menemukanmu lu..” ,Luhan mengerjap-ngerjapkan matanya bingung.. jadi Sehun mencarinya selama ini?

“Luhan,maafkan aku…” Kata Sehun lagi.. Luhan tidak menjawab,ia terus memainkan jemarinya karena gugup..

“Kau… Jangan pergi lagi okay?” mohon Sehun kepada Luhan…

“pergi dari mana?” oke Luhan juga berpikir pertanyaan itu begitu konyol.. Luhan tahu pasti apa yang dimaksud Sehun,tapi ia tidak tahu respon apa yang harus ia siapkan untuk pernyataan Sehun itu..

“Pergi dariku,tentu saja… jangan lagi.. Kumohon..”

Luhan terdiam,Sehun terlihat serius…Luhan sudah tidak lagi memikirkan pertanyaan konyol seperti tadi.. ia tahu Sehun begitu tulus mengatakan itu,maka dari itu dengan senyum dan hati yang tulus Luhan menjawab…

“Tentu.. Tentu saja Sehun,aku tidak akan meninggalkanmu..”

Malam minggu yang direncanakan Luhan dengan Baekhyun dan kyungsoo akhirnya tiba. Walaupun rencana mereka tidak sesuai dengan apa yang mereka harapkan (karena ada tambahan 3 lelaki konyol yang mungkin bisa menghancurkan apartemen Luhan) tapi Luhan tetap menyiapkan semuanya dengan matang.. ia memasak banyak makanan hari ini,ia sengaja meminta resep Yixing appa untuk hari spesial ini.. betapa senangnya Luhan kala Xiumin dengan senang hati membantunya untuk menyiapkan ‘pesta’ kecil-kecilan ini . Luhan mengenalkan Xiumin kepada BaekYeol dan JongSoo tapi ia tidak berani mengenalkan Sehun.. karena Xiumin sangat membenci Sehun..

“Lelaki keparat itu jika ia ada didepan mataku aku tidak akan segan2 memukulnya Lu! Dia membuat saudaraku menangis!aku tidak pernah terima!” geram Xiumin kala itu saat ia tau Luhan menangis karena Sehun..
Maka dari itu Luhan tidak berani bilang bahwa Sehun kembali kekehidupanya.. bisa-bisa Saudaranya yang Lucu dan chubby ini mengamuk dan berubah menjadi monster yang menyeramkan..

“Lu,padahal aku ingin sekali bergabung.. tapi aku sudah ada janji kencan dengan kekasihku..” Luhan mengangguk..

“ne gwenchana..” Luhan berterima kasih kepada Sohee,karena ia ,Xiumin tidak akan bertemu Sehun hari ini…

Luhan duduk disofa setelah memastikan semuanya sudah siap untuk pesta kecil-kecilan di apartemennya ini.. ia lalu melirik 1 gelas bubble tea coklat kesukaan Sehun.. ia sengaja membelinya khusus untuk Sehun.. luhan mengambil segelas bubble tea itu lalu memutar-mutarnya ..

“aku ingin melihat ekspresi lucunya saat ia menyedot bubble2 ini” kata luhan sambil terkekeh..

-Ting Tong-

“ya?”

“Luluu~ hannie-ah ini kamii!” terdengar suara baekhyun di intercom..

“MWO?!hannie?!hey! itu panggilanku untuknya!” Luhan tertawa,itu suara Sehun..

Luhan membuka pintu apartemennya..

“hai!selamat datang!”

Satu persatu teman-temannya masuk,chanyeol dan Jongin langsung berlari menuju meja makan saat mencium aroma makanan yang begitu lezat..

“ya jagiya!kau sungguh tidak sopan!” protes baekhyun terhadap chanyeol..

“ani,gwenchana.. aku sudah tahu kerakusan mereka terhadap makanan..” kata Luhan mencibir,Chanyeol dan Jongin hanya terkekeh dan langsung duduk di meja makan… mereka ber6 akhirnya menyantap makanan yang Luhan buat. Tak henti-hentinya Pujian terlontar untuk Luhan sontak pipi Luhan menjadi merah merona karena malu ..

“bagaimana Sehun?masakan Luhan enakkan?sepertinya gizimu akan terpenuhi jika tinggal bersamanya..” goda baekhyun yang membuat luhan tersedak..

‘baekhyun kau benar-benar menyebalkan..’ gerutu Luhan dalam hati

“begitukah?well akan kupikirkan..” kata Sehun sambil tertawa renyah… Luhan jadi semakin malu,mukanya sudah memerah seperti kepiting rebus saat teman-temannya menggodanya dengan Sehun..

-Luhan’s POV-

“bagaimana kalau kita bermain peppero games?aku sudah membeli biscuit stick rasa coklat!” usul baekhyun yang disetujui Chanyeol dan JongSoo.. kami sedang duduk diruang tengah apartemenku.. Sehun duduk disebelahku sambil menyenderkan badannya di kaki sofa..

“peppero?” tanyaku sambil menatap wajah Sehun,meminta ia menjelaskan apa itu peppero..

“eumm..peppero,games memakan stik biskuit itu bersama,dari ujung yang berlawanan.. yang menyisakkan paling sedikit itu yang menang..”

Aku mengangguk tanda mengerti..

‘Jadi peppero itu lomba makan biskuit stick toh.. itu mudah,timku dan sehun pasti menang..Tapi tunggu dulu,kenapa Jongin dan Kyungsoo melakukannya seperti itu?’ aku membulatkan mataku saat JongSoo hampir berciuman.. hey!bukankah itu curang makan satu biskuit stick oleh dua orang?

“kenapa Jongin dan Kyungsoo melakukannya seperti itu?” tanyaku pada sehun yang duduk disampingku..

“karena memang begitu cara bermainnya..” Jawab Sehun datar..

“mwo?!” teriakku tak percaya..

“Hey SeLu Couple sekarang giliranmu!” Sehun bergeser kedepan dan mengambil satu stik biskuit.. ia menggigit ujung yang ada lumuran coklatnya dan menyodorkan ujung yang lainnya padaku..

“sehun!kau jahat sekali memberikan Luhan ujung yang tidak ada coklatnya!” protes Kyungsoo

“aish!aku tidak jahat!ia tidak suka makanan yang manis!”

Sehun mengingatnya mengingat bahwa aku tidak suka makanan yang manis..

“yak mulai!”

Sehun menggigit sedikit demi sedikit stik biskuit itu,ia memegangi kepalaku yang tidak berhentinya bergerak menjauh dari kepalanya.. ini terlalu dekat,bahkan aku bisa merasakan deru nafasnya.. jantungku berdegup kencang…

‘oke tenang Luhan,tenang.. ini hanya permainan..’ batinku.. dengan spontan aku menutup mataku,tidak bisa lagi melihat wajah Sehun yang semakin dekat..

Sehun menggigit habis semua stik biskuit kami,tidak tersisa… ini berarti tim kami menang kan?dan..ini berarti bibirnya menyentuh bibirku.. dan masih menyentuh bibirku sampai sekarang..Sehun melepaskan ‘ciuman’ kami, aku perlahan membuka mataku dan langsung menatap Sehun yang sedang mengunyah biskuit sambil tersenyum..

“hannie kita menang!” Sorak Sehun Gembira..

Kau,Kau yang menang Sehun.. Kau memenangkan hatiku,sekali lagi…

Setelah Peppero games dan beberapa menit waktu BaekYeol dan Jongsoo menggodaku dengan tema “SeLu berciuman” dan “SeLu rujuk kembali!” akhirnya kami memutuskan untuk menonton sebuah Film.. aku dan Sehun duduk berdampingan di karpet.. Sehun tidak mengizinkanku beranjak dari sampingnya, bahkan saat baekhyun mengajakku duduk di sofa Sehun melarangnya..

“Hey!kami baru saja bertemu setelah 4 tahun berpisah!kau tidak boleh memisahkannya dariku!” gerutu Sehun sambil memegang tanganku erat..

“cih dasar posesif!” kata baekhyun sambil menjulurkan lidahnya..

Di pertengahan Film yang kami tonton,tiba-tiba Sehun menyenderkan kepalanya dibahuku..

“aku ngantuk hunnie..” katanya sambil menguap.. tangannya masih menggenggam tanganku..

“tidurlah dikamar,aku sudah membereskan kamar untuk kalian..” tawarku padanya..

“shireo! Aku ingin tidur dibahumu.. sudah lama aku tidak tidur disini…ahh nyamannya!”

Aku tersenyum mendengar perkataan Sehun.. aku lalu membelai surai halusnya dengan tanganku.. terdengar dengkuran kecil dari bibir Sehun.. aku terkikik geli mendengarnya..

Film sudah selesai,Chanyeol sudah tertidur di sofa sementara Jongin lebih memilih tidur dilantai beralaskan kasur kecil yang biasa kupakai untuk bersantai di balkon.. baekhyun dan Kyungsoo tidur dikamarku,mereka sudah mengajakku untuk tidur tapi aku menolaknya. Aku tidak mau menganggu Sehun yang tertidur nyenyak. Aku dengan hati-hati memindahkan kepala Sehun ke pahaku.. ia masih tertidur pulas,bibirnya sedikit terbuka.. membuatnya begitu Lucu.. dengan iseng kufoto wajahnya memakai handphoneku..

Aku membelai rambut pirang Sehun.. sambil menatap setiap inci dari wajahnya.. Sehun,tidak ada yang berubah dari wajahmu,masih seperti dulu.. bahkan sifat manjamu juga tidak berubah.. Lalu bagaimana dengan perasaanmu padaku?apakah sudah berubah?atau masih sama seperti dulu?

Aku membuka mataku,saat kudengar pintu depanku terbuka lalu tertutup kembali…aku menyipitkan mataku saat merasakan kilau matahari yang mulai merasuk dari celah gorden jendelaku..

eh mana Sehun? Ini masih jam 7 pagi,Chanyeol dan Jongin saja masih tertidur.. kemana dia?
aku menyadari bahwa aku tertidur di karpet dengan jaket hitam yang menyelimutiku.. ini Jaket Sehun,wanginya yang begitu khas bisa langsung kutebak. Ia tidak pernah mengganti parfumnya dari dulu,aku menghirup aromanya sekali lagi lalu mulai berdiri untuk mencari Sehun..

“Hunnie…” panggilku tapi tidak ada jawaban..

‘mungkin yang tadi membuka pintu adalah sehun..’ pikirku. Akupun membuka pintu depan dan menyembulkan kepalaku bermaksud memanggil Sehun lagi ,tapi niat itu terhenti saat kulihat punggung tegapnya dihadapanku,samar-samar terdengar percakapannya melalui telepon..

“aku sedang ada diapartemen temanku.. ne,aku akan pulang hari ini…ne saranghae…” lalu Sehun menutup teleponnya …

-Luhan’ POV end-

‘siapa yang ditelepon Sehun?sampai ia harus mengakatakan ‘saranghae’ segala?’ batin Luhan.. bahkan Sehun bilang dia sedang di apartemen temannya.. teman? apa yang diharapkan luhan? Apa ia berharap sehun berkata bahwa ia sedang diapartemen Luhan,Laki-laki yang ia cintai dan agungkan? Tentu tidak mungkin,Luhan tau itu tidak mungkin.. tapi kenapa nyeri dihatinya muncul lagi?

“hannie,kau mengagetkanku!” gerutu Sehun,membuyarkan lamunannya,Luhan hanya terkekeh..

“bagaimana tidurmu?” tanya sehun sambil mengacak rambut Luhan ..

“mm lumayan..kau mau sarapan?” tanya Luhan..

“tentu saja!” jawab Sehun sambil terus mengekori Luhan sampai kedapur.. luhan membuka kotak rotinya dan mulai melumurinya dengan coklat. Luhan tau betul Sehun suka selai Coklat dan membeci Selai nanas.. Luhan terkesiap saat sepasang lengan memeluknya dari belakang..

“ahhh aku masih mengantuk Luhannie~” gerutu Sehun sambil menempatkan kepalanya dibahu Luhan..

“Sehun lepaskan..” Protes Luhan sambil menggeliat mencoba melepaskan diri dari Sehun..

“tidak,aku mau tidur disini..” Kata sehun sambil menenggelamkan matanya di Bahu Luhan..

“Sehun tolong lepaskan!” Luhan tahu ini salah, Sehun tidak boleh bersikap begini. Sehun mempunyai gadis pujaan hatinya, Luhan yakin yang Tadi Sehun telepon adalah kekasihnya.. Luhan tidak mau seperti dulu lagi,tidak untuk sekarang. Ia belum siap.

“SEHUN!DEMI TUHAN LEPASKAN AKU!” Teriak Luhan sambil menghempaskan tangan Sehun, Sehun terkejut dengan sikap Luhan. Ia menatap Luhan bingung. Chanyeol dan Jongin terbangun karena teriakkan Luhan..

“tolong Sehun,jangan seperti ini… Jangan membodohi aku lagi…” ucap Luhan lirih..

“aku..aku tidak membodohimu…Luhan..” Kata Sehun lembut..

“jelas kau membodohiku Sehun.. kau tau kan aku menyukaimu?oh tidak bahkan aku mencintaimu!” Luhan tidak percaya ia mengatakan itu pada Sehun.. Sehun masih membulatkan matanya,tak percaya dengan apa yang ia dengar..

“iya Oh Sehun, Aku mencintaimu.. Dari 4 tahun yang lalu,sampai sekarang… dan ya,Ciuman itu,ciuman yang kuberikan saat kau tidur,itu aku lakukan karena aku mencintaimu..” Luhan menangis,akhirnya ia menyatakan cintanya pada Sehun..

‘Sehun pasti tidak akan mau menemuiku lagi,ia pasti membenciku..’ kata Luhan dalam hati,tangisannya pecah saat kemungkinan buruk itu terus terngiang di pikirannya.. Luhan,tidak bisa kehilangan Sehun lagi.. 4 tahun sudah cukup menyiksanya..

“Luhan…” Sehun perlahan merengkuh tubuh Luhan yang masih menangis dan terisak..

“Jangan tinggalkan aku Sehun,Kumohon.. jangan benci padaku.. kita tetap bisa bersahabatkan?…kumohon”

“Bodoh…Luhan Bodoh,bagaimana bisa kita tetap bersahabat setelah kau menyatakan perasaanmu seperti itu hmm?” sehun mengelus rambut Luhan lembut,ia mengeratkan pelukannya ditubuh Luhan..

“aku..mencintaimu 4 tahun yang lalu.. kenapa kau tidak pernah mengerti?”

Luhan berhenti terisak..

‘apa?apa yang dikatakan Sehun tadi?’

“Aku sepertinya jatuh cinta kepada senyumanmu saat pertama kita bertemu..” sehun terkekeh..

“kau ingat?” tanya Sehun..

Tentu Luhan Ingat,saat itu Sehun duduk didepannya setelah ia memperkenalkan diri didepan kelas. Luhan mencolek Sehun dengan penggarisnya.. Sehun lalu berbalik..

“hai sehun,aku Luhan!” Kata Luhan riang sambil tersenyum… Senyuman itu membuat Sehun tersihir,ia terus memandangi Luhan yang terlihat bingung dengan sikap Sehun. Sehun jatuh cinta pada Luhan semenjak itu,tapi ia tahu ini hal yang sangat salah.. maka dari itu Sehun berusaha mengubur dalam-dalam rasa itu,rasa sukanya pada Luhan-si-senyum-angelic itu.

“kau tau waktu aku menanyakan pendapatmu tentang wanita itu,aku berharap kau mengatakan tidak… Aku terpaksa menerimanya,agar kau cemburu.. apakah itu berhasil?” tanya Sehun iseng

‘tentu,tentu itu berhasil!’ gerutu Luhan dalam hati

“Aku sangat senang karena waktu itu dengan tidak sengaja aku menciummu.. kau ingat?”

Wajah Sehun maupun Luhan memerah,mengingat kejadian rebutan biskuit yang mengakibatkan Sehun tidak sengaja mencium Luhan..

“tentu bodoh,kau mencuri ciuman pertamaku..” kata Luhan sambil mempoutkan bibirnya.. Sehun tertawa ..

“benarkah?wah!bahagianya!” kata Sehun sambil memeluk Luhan Gemas..

“lalu…saat kau menciumku,aku marah.. aku marah karena waktu itu aku tertidur..Aku jadi tidak merasakan apa-apa.. kau Curang!”

Wajah Luhan kembali Merona,ia menyembunyikan wajahnya di dada Sehun..

“Sehun… Berhenti,aku sudah tidak sanggup mendengarnya..” Sehun terkekeh,ia menangkup wajah Luhan lalu memandang Luhan..

“Look,aku mencintaimu Luhan.. sangat Mencintaimu… Sekarang jadilah milikku,teruslah bersamaku.. jangan pergi lagi.. aku hampir gila saat kau meninggalkanku luhan..” Luhan terkesiap,Mata Sehun yang menatapnya terlihat begitu Serius dan tulus..

“..tapi Sehun… kita tidak bisa bersama.. kita berdua,adalah laki-laki.. bagaimana kalau orang-orang mencemooh kita lagi?”

Sehun mengecup Bibir luhan lembut…

“hey dengar! Saat mereka mencemoohmu,bahkan Saat dunia melawanmu .. ingatlah satu hal,Aku akan tetap mencintaimu Luhan…Tidak peduli apa yang orang-orang katakan, Kau manusia terindah yang pernah aku kenal..”

Luhan seakan Bisu setelah mendengar kata-kata Sehun.. kata-kata itu seperti menyelimuti hatinya yang ciut karena ketakutannya terhadap Dunia yang seakan tidak mengizinkan Sehun dan Luhan bersatu..

“aku mencintaimu oh sehun…” Luhan memeluk Sehun erat.. begitupun Sehun.. seakan-akan mereka tidak ingin kehilangan satu sama lain.

“tapi tunggu dulu.. siapa yang kau telepon barusan?apa dia spesial untukmu?kenapa kau mengatakan cinta juga padanya?” Hardik Luhan sambil mengembungkan pipinya..

“aigoo..kau cemburu kepada ibuku?hahahha”

‘Urgh Sial..’ umpat Luhan dalam hati.. Luhan menenggelamkan wajahnya didada Sehun.. Sehun terus tertawa sambil memeluk Luhan.. seakan tidak ada hari esok,seakan dunia milik mereka,dan seakan-akan BaekYeol dan JongSoo yang sedang mengintip hanyalah ilalang ditaman cinta Sehun dan Luhan…

Kata-Kata Sehun menguatkan Luhan,ia tidak lagi takut akan perasaannya… toh ia manusia yang berhak merasakan cinta, ya kan? Cinta yang ia rasakan dengan Sehun adalah cinta yang sama yang dirasakan semua manusia.. tidak ada yang salah dengan hal ini..

Luhan sadar ia tidak bisa berubah, bahkan jika ia mencoba dan menginginkannya..

Jika Luhan dilahirkan kembali,Luhan akan tetap memilih jadi dirinya yang sekarang.. Luhan akan tetap memilih Sehun sebagai cintanya…


My Destiny With 12 Vampires (Chapter 1)

$
0
0

My Destiny With 12 Vampire
-Chapter  1-
Author : Paulla Putri (@littlethehun)
Cast :

  • Oh Sehun
  • Park Chanyeol
  • Song Ha Ni
  • Byun Baekhyun
  • Kim Jong In
  • Do Kyungsoo
  • Han Na Ra
  • Huang Zi Tao
  • Kim Joon Myung
  • Xi Luhan
  • Wu Yi Fan
  • Kim Eun Na
  • Kim Min Seok
  • Zhang Yi Xing
  • Park San Ji
  • Im Jae Bum
  • Song Jong Ki

Genre : Romance , Friendship , Family , Fantasi , Sad
Ratting : PG 15
Summary : Song Ha Ni , adalah gadis biasa yang sudah tidak memiliki orang tua lagi . Suatu hari , ia pergi ke rumah orang tuanya dulu  yang berada di daerah terpencil . Banyak kejadian aneh sejak Ha Ni tinggal di rumah warisan orang tuanya . Suatu hari , Ha Ni pergi ke rumah kosong yang ada di sebelah rumah Ha Ni . Ha Ni pun menemui takdir yang sebenarnya saat ia tau apa
isi dari rumah kosong tersebut …
***

Tahun 1995 , Di sebuah desa terpencil .
Saat itu , Hujan deras . Petir dan Gluduk pun
menyambar di langit Hitam pekat . Tampak sepasang suami istri yang sedang
menaiki mobil melewati desa tersebut dan berhenti di sebuah rumah kosong .
“Chagi , kita tinggalkan mereka disini saja . “
Ujar sang suami tersebut .
“Hiks .. Hiks .. Hiks .. “ Sang istri pun menangis
saat harus meninggalkan ke 14  anak
asuhnya yang sudah ia anggap anak sendiri sendirian di rumah tersebut .
“Ayo cepat , Sebelum para penjaga Istana mencari
kita lebih jauh lagi . “ Ujar sang Suami yang khawatir .
“Kim Min Seok , sekarang kau masuk ke dalam
rumah tersebut dengan jubah yang appa berikan kemarin ne . Ajak adik-adikmu
semua . Appa dan eomma akan pergi sebentar ne . Dan satu lagi , jangan buka
jubah itu hingga matahari terbit  “ Ujar
sang suami pada anak tertuanya yang masih berumur 5 tahun itu .
“Ne appa , Kajja dongsaeng . “ Anak tertua yang
berumur 5 tahun itu harus mengajak ke 14 adik-adiknya . Ke 14 anak kecil
tersebut pun menuruti perintah ayahnya . Mereka semua masuk ke dalam jubah
besar tersebut . Jubah itu pun , jubah hitam itu pun mampu menyembunyikan ke 14
anak kecil tersebut . Jubah tembus pandang itu pun menyembunyikan ke 14 anak
kecil itu sampai ke dalam rumah . Kim Min Seok , kakak tertua pun hanya bisa
menatap nanar adik-adiknya . Deru mobil pun akhirnya semakin jauh dari rumah
kosong yang dihuni 14 anak kecil tersebut.
17 Tahun Kemudian , Seoul Tahun 2012
“Appa , eomma , Jangan tinggalkan Ha Ni endiri .
“ Tangis seorang yeoja yang menangis di depan sebuah nisan . Di nisan tersebut
tertera nama Tuan dan Nyonya Song .
“Ha Ni-a , Kajja kita pulang . Appa dan eommamu
pasti akan sedih kalau ka terus menangisi appa dan eommamu . “ Ajak Yeon Ma
ahjuuma .
“Ne , “ Yeoja yang bernama Song Ha Ni
pun hanya menuruti ajakan Yeon Ma ahjumma yang sudah menjadi pengasuh nya sejak
kecil . Dalam perjalanan pulang , Ha Ni pun hanya menatap nanar pemandangan di
luar kaca mobil . Akhirnya , Mobil Ha Ni pun sampai di rumah mewah di perumahan
Seoul . Ha Ni pun hanya tersenyum pada pelayan-pelayan yang menyambut
kedatangan Ha Ni . Ha Ni pun memilih untuk masuk ke kamarnya . Kamar besar
bercat warna Biru dan putih . Ha Ni pun langsung naik ke atas ranjangnya . Air
mata Ha Ni pun tumpah , mengingat bahwa appa dan eommanya telah tiada .
Tok .. Tok .. Tok ..
“Ha Ni-a , bukakan pintunya ! Ini ahjumma Ha
Ni-a . “ Pinta Yeon Ma ahjumma dari luar pintu . Ha Ni pun buru-buru duduk dan
mengusap airmatanya . Segera , ia membukakan pintunya .
“Eo , ahjumma , ada apa ? Kajja ahjumma , masuk
saja . “ Ajak Ha Ni pada Yeon Ma ahjumma .
“Ha Ni-a , kau tidak apa-apa ? “ Tanya Yeon Ma
ahjumma yang masih khawatir dengan keadaan Ha Ni .
“Eo , ne ahjumma , Ha Ni baik-baik saja . Ada
apa ahjumma ? “ Ujar Ha Ni sambil tersenyum dan menanyakan kedatangan Yeon Ma
ahjumma .
“Ah , ne ahjumma hampir lupa , besok pengacara
Lee akan datang . Dan , Ha Ni-a , kau akan masuk universitas mana ? Tadi
pengacara Lee menanyakan hal itu . “ Ujar ahjumma panjang lebar .
“Nan Mollayo ahjumma , aku belum kepikiran untuk
melanjutkan kuliah . “ Ujar Ha Ni sambil menerawang kedepan .
“Ah , ne , Tuan dan Nyonya menitipkan ini
sebelum Tuan dan Nyonya pergi ke Jepang . “ Ujar ahjumma sambil memberikan
secarik amplop .
“Gomawo ahjumma . “ Ujar Ha Ni sambil membuka
isi amplop tersebut . Ha Ni pun melihat sebuah surat dan dibelakangnya adalah
rumah yang tidak diketahui oleh Ha Ni . Ha Ni pun membuka surat tersubut .
To : Uri Song Ha Ni .
Annyeong Ha Ni-a . Bagaimana kabarmu nak ? Appa
dan eomma sempat menulis surat ini sebelum appa dan eomma pergi . Ha Ni-a , kau
jangan sedih ne . Uri Ha Ni haruslah kuat seperti eomma . Appa dan eomma akan
menyayangi Ha Ni sampai kapanpun . Oh , Iya , appa dan eomma hampir lupa .
Bukalah gambar yang berada di belakang surat ini . Kau sudah lihat bukan ?
Indah tidak rumah itu ? Itu adalah rumah Appa dan eomma dulu sewaktu appa dan
eomma belum seperti ini . Disana , banyak kenangan indah antara appa dan eomma
. Appa dan eomma menyarankan , agar kau mengunjungi rumah kami dulu nak .
Mungkin kau akan suka pemandangan disana . Ha Ni-a , appa dan eomma ingin , Ha
Ni menjadi anak yang kuat . Yasudah , Ha Ni-a . Kami harus pergi ! Annyeong Ha
Ni-a .
From : Appa dan Eomma .
“Hiks .. Hiks .. Hiks .. “ Air mata Ha Ni pun
tumpah lagi , Yeon Ma ahjumma pun menghampiri Ha Ni dan memeluknya .
“Ha Ni-a , yang sabar ne . “ Ujar Yeon Ma
ahjumma sembari mengelus punggung Ha Ni .
“Ne , ahjumma . “ Ucap Ha Ni dengan suara parau
.
“Yasudah , kau mau makan ? “ Tanya ahjumma
sambil mengusap air mata Hani dengan tanganya
“Aniyo ahjumma , aku mengantuk . Aku mau tidur
saja . “ Ujar Ha Ni sambil mengusap air matanya .
“Oh , yasudah . Kau jangan menangis lagi ne . “
Ujar Yeon Ma ahjumma sambil keluar dari kamar Ha Ni .
Ha Ni pun akhirnya berbaring di atas ranjangnya
. Karena rasa sedih nya pun , Hani akhirnya tertidur .
Keesokan Harinya .
Ha Ni yang sudah siap menemui pengacara Lee pun
langsung menemui pengacara Lee di ruang tamu .
“Annyeong Haseo Ha Ni-ssi . “ Sapa pengacara Lee
yang melihat Ha Ni .
“Ne , Annyeong Ahjussi . “ Ujar Ha Ni sambil
menundukkan badannya 45o “ Ujar Ha Ni sambil duduk di depan
pengacara Lee.
“Ha Ni-ssi , saya kesini hanya ingin
menyampaikan surat wasiat dari Tuan dan Nyonya Song kepada Ha Ni-ssi .” Ujar
pengacara Lee .
“Ne, “ Ha Ni pun hanya mematuhi perkataan
pengacara Lee .
“Seluruh kekayaan keluarga Song , sepenuhnya
akan diserahkan kepada Song Ha Ni . Dan serta saham-saham di perusahaan lainnya
pun atas nama Song Ha Ni . “ Ujar pengacara Lee sambil membacakan isi wasiat
dari appa dan eommanya Ha Ni .
“Ne , ahjussi , bisakah ahjussi menambahkan
bahwa 20% warisan tersebut untuk Samchon , dan 5% untuk keluarga Shin Yeon Ma .
“ Ujar Ha Ni kepada pengacara Lee .
“Ha Ni-a , “ Yeon Ma ahjumma masih tidak percaya
apa yang barusan Ha Ni katakan . Ha Ni pun hanya mengangguk dan tersenyum pada
Yeon Ma ahjumma .
“Ne , algaseumnida Ha Ni-ssi . Kalau begitu ,
saya pamit dulu ne . Selamat Siang Ha Ni-ssi .” Ujar pengacara Lee yang
langsung pamit .
“Ahjumma , bilang pada Supir Kim untuk segera
mengantarkanku ke kampong halaman appa dan eomma ne . Aku akan mengambil
barang-barang dulu . “ Ujar Ha Ni yang langsung menuju ke kamarnya . Setelah
memastikan tidak ada barang atau keperluan yang tertinggal . Ha Ni pun langsung
bergegas turun .
“Ha Ni-a , kalu ada apa-apa , kau segera telepon
ne . “ Nasehat Yeon Ma ahjumma .
“Ne ahjumma , Ha Ni pamit ne . Annyeong ahjumma
. “ Pamit Ha Ni yang langsung naik ke mobil . Cukup 1 jam perjalanan dari Seoul
menuju kampung halaman orang tua Ha Ni .
“Supir Kim , ini uang untuk beli bensin nanti ne
. Yasudah , Ha Ni turun dulu ne . Supir Kim hati-hati waktu perjalan pulang . “
Ujar Ha Ni yang langsung turun dan memberikan uang kepada supir Kim .
“Ne, agashi . Agashi hati-hati ne . “ Ujar Supir
Kim . Ha Ni pun segera menuju ke rumah orang tuanya dulu . Ada taman kecil di
luar rumah . Ha Ni pun membuka rumah itu . Perabotan di dalam rumah tersebut
sudah berdebu . Ha Ni pun lebih memilih menaruh barang-barangnya di kamar
dahulu . Setelah berganti pakaian dan mencuci muka . Ha Ni lebih memilih
membersihkan perabotan-perabotan rumah . Hampir 2 Jam , Ha Ni membersihkan
rumah tersebut . Setelah melihat rumahnya lumayan bersih , Ha Ni pun langsung
duduk di atas kursi .
“Rumah yang indah , tidak salah apa yang
dikatakan oleh appa dan eomma . “ Gumam Ha Ni sambil melihat ruang tamu yang sudah
bersih itu . Ha Ni pun langsung naik ke kamarnya dan langsung membuka isi koper
yang ia bawa . Ha Ni pun langsung members-bereskan pakaiannya .Setelah selesai
memberes-bereskan pakaiannya , Hana pun membuka laptopnya dan membuka akun
twitter dan facebooknya .
“Twitter sepi , Facebook sepi , aah , aku bosan
. “ Keluh Ha Ni yang langsung menutup akun twitter dan facebooknya . Ha Ni pun
akhirnya lebih memilih membuka handphonenya , dan menelpon Yeon Ma ahjumma .
“Annyeong ahjumma ! “ Sapa Ha Ni .
“Oh , Ha Ni-a , Annyeong ! . Kau sedang apa ? “
Tanya ahjumma diseberang sana .
“Eo , aku sedang bermain laptop ahjumma .
Ahjumma , disini sangat sepi , “ Ujar Ha Ni .
“Ah , Kau kesepian ne ? Jadi kau menelpon
ahjumma agar kau tidak kesepian ? “ Tanya Yeon Ma ahjumma sambil terkekeh geli
.
“ahjumma jahat ! Aku sengsara , ahjumma malah
tertawa . ! “ Ha Ni pun berpura-pura marah .
“Aigoo , Ha Ni-a ternyata mudah marah ne ? “
Goda ahjumma di seberang sana .
“Ani , Ha Ni tidak marah . “ Ujar Ha Ni .
Tiba-tiba , Ha Ni pun mendengar seperti ada orang berbicara di luar sana . Ha
Ni pun langsung melihat dari jendelanya . Tapi nihil , tidak ada apa-apa .
“Hahaha , yasudah , Ha Ni-a , kau tidak tidur ?
Ini sudah larut malam . “ Nasehat Yeon Ma ahjumma . Ha Ni pun masih sibuk
mencari suara tersebut .
“Eo , ne ahjumma , Ha Ni sebenarnya mau tidur .
Tapi belum ngantuk , tapi setelah Ha Ni menelpon ahjumma , Ha Ni jadi mengantuk
ahjumma . “ Ujar Ha Ni sambil memerhatikan jalan di luar rumah . Karena bingung
tidak ada orang , Ha Ni pun akhirnya masuk ke kamarnya dan menutup jendela
“Eo , yasudah . Ha Ni tidur ne . Ahjumma juga
akan tidur . Chalja “ Ujar Yeon Ma ahjumma yang langsung mematikan sambungan
telepon . Ha Ni pun akhirnya tertidur . Saat tengah malam , Ha Ni pun terbangun
karena mendengar suara aneh tersebut .
“Yak Hyung ! Ayo kita ke hutan ! “ Teriak
seorang namja di luar sana . Hana pun kaget karena mendengar suara namja di
luar sana .
“Bukankah
hanya ada aku saja disini ? Kenapa ada namja ? Apa halunisasi ku saja ? “ Batin Ha Ni . Ha Ni pun akhirnya memberanikan
diri untuk mengintip dari jendela . Samar-samar , Hani melihat ada 14 orang
diluar sana . Ha Ni pun tidak tahu pasti siapa orang-orang yang ada di luar
sana . Saat Ha Ni sedang mengintip dari jendela , Ia melihat ada satu orang
tiba-tiba menghilang . Ha Ni pun akhirnya tetap mengintip 14 orang yang
sekarang menjadi 13 orang sampai akhirnya , Ha Ni merasakan ada yang menepuk
pundaknya .
Keesokan Harinya .
Suara cicit burung pun membangunkan Ha Ni dari
mimpinya .
“Eunghh .. “ Erang Ha Ni sambil mengerjap-ngerjapkan
matanya .
Setelah dirasa kesadarannya sudah pulih , Ha Ni
pun duduk di atas ranjangnya .Ha Ni pun berusaha mengingat-ingat apa yang
terjadi semalam .
“Bukankah kemarin ada 14 orang diluar ? “ Gumam
Ha Ni yang langsung membuka jendelanya dan melihat ke arah luar . Tapi kosong ,
Ha Ni pun tidak melihat apa-apa .
“Aneh , bukankah kemarin ada 14 orang di luar
sana . Dan satu lagi , siapa kemarin yang menepuk pundakku ya ? Apa rumah ini
angker ? “ Gumam Ha Ni , karena kebingungan , Ha Ni pun memilih untuk langsung
mandi . Lagi-lagi , kejadian aneh menimpa Ha Ni , setelah mandi , Ha Ni pun
mencium bau anyir . Karena kebingungan , Ha Ni pun mencari asal bau anyir
tersebut . Ha Ni pun hanya memakai celana pendek dan kaos berwarna putih serta
cardigan hitam . Karena suasana masih pagi hari , Ha Ni pun akhirnya mencari
bau anyir tersebut . Karena penasaran , Ha Ni pun memasuki sebuah rumah kosong
di sebelah rumah orang tua Ha Ni . Rumput-rumput pun tidak beraturan , tampak
berbagai macam kayu rapuh didepan rumah tersebut . Semakin Ha Ni memasuki rumah
kosong itu , semakin kuat bau anyir itu .
Ceklek . Ha Ni pun memberanikan diri membuka
pintu rumah tersebut . Gelap , pertama yang dilihat Ha Ni . Dengan bantuan
cahaya dari handphonenya , Ha Ni pun berhasil menemukan saklar lampunya . Ha Ni
pun menutup hidungnya dengan cardigan yang ia pakai . Karena di dalam rumah ini
lah , sumber bau anyir tersebut . Ketika lampu dinyalakan . Alangkah kejutnya
Ha Ni bahwa ia melihat 5 Kijang dan 9 rusa yang sudah mati dengan darah
berlumuran di sekitar lehernya dan bercak-bercak darah di sekitar bangkai hewan
tersebut . Dengan gemetar , Ha Ni pun mengambil ponselnya dan hendak menelpon
polisi , tapi hal itu tidak jadi karena ada suara namja yang menginterupsi Ha
Ni .
“Sedang apa kau disini ? “ Tanya namja tersebut
sambil menatap Ha Ni .

To Be Continued .


You Can’t Disappear From Me (Chapter 8)

$
0
0

Tittle : You Can’t Disappear From Me

Author : Hyuuga Ace (@dioxing_0307)

Length : Multichapter

Genre : Romance, Drama, School Life, Hurt

Rate : G

Web : cynicalace.wordpress.com

 

Main Cast :

Oh Yu Bin (OC)

Kim Jong In / Kai

Park Chan Yeol

Lee Sae Ra (OC)

 

Other Cast : Kwon Yura (OC), Xi Luhan, Do Kyungsoo /D.O, Oh Se Hun, Zhang Yixing / Lay, Park Ye Rin (OC), Shin Hee Ra (OC), Han Jae Ha (OC)

 

Author’s note :

Akhirnya sampe juga di chapter 8. Kekeke~ makasih bwt readers yg msh mw baca ff ini.. Smga chapter ini ga ngecewain yaa.. Ohh ya, cman mw ngsh tau kalo FF ini bakalan END di chapter 9. Hehehe

Skli lg gomawo bwt admin yg udh ngepublish ff ini.

HAPPY READING ALL ^ ^

you-cant-disappear-from-me-final

Kai’s PoV

 

Perasaan ini..

Perasaan yang lebih menyiksa daripada tidak bisa merengkuhnya dalam pelukanmu

Perasaan yang lebih menyakitkan daripada tidak melihat dan berbicara dengannya hampir lebih dari sebulan

Perasaan yang lebih menakutkan daripada melihat masa depanmu tanpanya

 

Perasaan, ketika melihatnya tidak sanggup membuka kelopak matanya. Ketika melihatnya terdiam dalam keheningan panjang. Membuatnya merasakan kesakitan, dan itu semua karena dia rela mengorbankan tubuh mungilnya untuk  menyelamatkan nyawamu yang tidak berguna.

 

Nyawa seseorang yang selalu saja menyakitinya. Nyawa seseorang yang selalu membawa air mata hadir dalam hidupnya.

 

Yubin, andai saja kau tidak membalikkan tubuhmu, andai saja kau bersikap lebih egois, andai saja kau tidak mencintaiku.

 

Mungkin aku yang berada di tempat itu, bukan dirimu. Dan itu jauh lebih baik.

 

_______

 

Author’s PoV

 

“Bagaimana keadaannya?!” 2 orang yeoja dan seorang namja berjalan tergesa- gesa mendekati gerombolan itu, mereka bahkan lupa untuk mengganti seragam kerja mereka.

 

“Dia masih di dalam, di ruang oprasi.” Luhan, sebenarnya dia tidak mengenal ketiga orang itu -mungkin teman kerja Yubin?- menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh salah satu di antara mereka. Mengingat tidak memungkinkan orang lain menjawab hal tersebut. Kai? Dia terlalu frustasi dan kacau sehingga membuatnya berdiri di pojokan dengan air muka kosong dan menyedihkan. Chanyeol? Dia tidak jauh berbeda dengan Kai hanya saja Chanyeol masih bisa menopang tubuhnya berdiri, tidak seperti Kai yang sudah ambruk terduduk di lantai. Yura? Dia menangis sejadi-jadinya, sementara Kris -sepupu Chanyeol itu- menenangkan dirinya disampingnya. Sementara orang tua Yubin masih di dalam perjalanan ke tempat ini -Sehun yang menjemputnya.

 

Tidak lama setelah kehadiran orang tua Yubin dan Sehun yang menjemputnya, mereka semua di tempat itu bisa langsung dapat membaca bahwa kedua orang tua Yubin sangat terpukul, apalagi melihat Yubin eomma yang harus ditopang nampyeonnya untuk hanya sekedar berdiri.

 

Setelah hampir 3 jam, semua mata di tempat itu dikagetkan dengan padamnya lampu ruang oprasi.

 

Oprasi telah selesai.

 

Kemudian, orang- orang berbaju serba hijau itu keluar dari pintu dan menjelaskan bagaimana kondisi Yubin saat ini.

 

“Kita harus bersyukur karena pasien telah melewati masa kritisnya, terlebih bersyukur karena tulang rusuk yang patah akibat kecelakaan ini tidak melukai organ dalamnya. Ini seperti keajaiban, karena jika saja serpihan tulangnya mengenai jantung atau paru- paru. Sulit untuk menyelamatkannya.” Jelas dokter berkaca mata itu panjang lebar.

 

“Kapan kiranya Yubin akan sadar?” Yubin appa maju selangkah dan menanyakan hal tersebut kepada dokter yang hanya dibalas dengan gelengan kepala.

 

“Kami tidak tahu pasti kapan ia akan sadar, karena walau telah melewati masa kritis. Denyut nadinya masih sangat lemah.”

 

_______

 

Kai’s PoV

 

Aku tidak bisa mendengar hal tersebut lebih jauh, ketika dokter mengatakan bahwa Yubin -walau telah melewati masa kritis, keadaannya masih sangat lemah. Setiap kata yang keluar dari mulut dokter itu dan setiap kenyataan yang terjadi makin menyiksaku.

 

Aku tidak tahu kakiku membawaku kemana, sampai retina ku menangkap sekelompok anak kecil yang bermain di sebuah taman kecil. Taman kecil yang mungkin dirancang untuk menghibur anak- anak yang sedang sakit. Hal tersebut yang pertama terbesit di otakku.

 

Kakiku terasa lemas dan aku perlu duduk dan kursi panjang yang berada tidak jauh dari kumpulan anak yang bermain itu dapat membantu.

 

Kupejamkan mataku, mencoba merasakan sedikit kehidupan disini.

 

“Dia pasti akan baik- baik saja.” Suara bass membuyarkan keheningan.

 

Kubuka kelopak mataku perlahan dan menoleh ke arah suara tersebut. Seperti dugaanku, itu Chanyeol, sejak kapan dia duduk di sebelahku?

 

“Yubin.” Chanyeol, dia tersenyum ketika menyebut nama itu.

 

“Dia jauh lebih kuat dibanding siapapun, saat kami masih sebesar mereka..” Tunjuknya ke arah segerombolan anak- anak di depan kami.

 

Aku tidak mengetahui arah pembicaraannya, namun bola mataku tetap mengikuti arah yang ia tunjuk.

 

“Dia pernah terjatuh dari atas panggung saat sekolah kami mengadakan pentas seni.” Aku masih terdiam, mengumpulkan konsentrasiku untuk mendengarkan cerita namja yang seharusnya menjadi rivalku ini.

 

“Dia menangis…” Chanyeol mendengus seolah- olah menangis adalah hal yang wajar mengenai Yubin. “Namun dia tidak mengeluh sakit, dia menangis sambil tertawa. Memang bodoh sekali kedengarannya. Dan kau tahu apa yang dia ucapkan saat itu? ‘Mian, aku menganggu pertunjukan.’”

 

Aku menatapnya tidak mengerti, apakah Yubin itu memang sudah aneh semenjak kecil? Yeoja kecil seumuran itu seharusnya menangis sejadi- jadinya dan merengek kesakitan, bukan malah meminta maaf. Lagipula walau itu mungkin salahnya sendiri, bukankah dia yang menjadi korban? Memikirkannya saja sudah membuatku khawatir.

 

“Dia tidak pernah memikirkan dirinya sendiri, memikirkan bahwa kaki mungil yeoja berusia 8 tahun perlu diperban selama berminggu- minggu. Memikirkan rasa sakitnya.”

 

Dadaku terasa makin berat. Dia sudah mengalami masa yang sulit semenjak kecil. Dan aku tidak pernah mengetahui hal itu. Aku tersenyum miris. Chanyeol, dia mengetahui segala sesuatu tentang Yubin.

 

“Dia selalu memikirkan orang lain..” Ujarku pada akhirnya sambil tersenyum kecut.

 

“Kau benar, dan hal yang dilakukannya saat ini juga adalah hal yang benar menurut sudut pandangnya. Dia menyelamatkan orang yang sangat ia cintai.”

 

“Dia bodoh…” Kelopak mataku menekan bola mataku kuat- kuat, aku tidak bisa menangis. Terutama menangis di depan Park Chanyeol.

 

“Dia bodoh, namun dia tulus.” Aku memandangnya, memandang dirinya yang sedang menatap jauh ke atas langit. Seakan mencoba membayangkan sesuatu.

 

“Kau sangat beruntung, Kai. Yeoja itu sangat mencintaimu.”

 

“Bukankah kau juga mencintainya? Mengapa kau malah berkata hal seperti ini padaku? Bukankah seharusnya kau marah? Marah karena yeoja yang kau cintai menyelamatkan nyawaku dan mengorbankan dirinya?”

 

Dia hanya tertawa kecil. Membuatku makin tidak mengerti.

 

“Aku mengenalnya jauh lebih baik darimu, Kai.”

 

“Aku tahu itu, kau tidak perlu menjelaskannya.” Aku memutar bola mataku bosan. Sementara dia hanya mendengus.

 

“Kau tidak perlu cemburu padaku hanya karena hal itu. Ckkk.”

 

Aku tidak merasa seperti itu bodoh.

 

Sungutku dalam hati, namun tidak sama sekali berniat untuk mengucapkannya.

 

Chanyeol membuang napas keras- keras dan kembali melanjutkan ucapannya yang sempat terintrupsi. “Walaupun sekarang dia harus menahan sakit, namun aku tahu dia bahagia. Bahagia karena bisa menyelamatkanmu.”

 

Aku mendengus, ini tidak benar.

 

“Aku hanya ingin hidup melihatnya bahagia. Apakah kau membayangkannya? Jika posisinya ditukar. Yeoja itu melihatmu tertabrak dan dia tidak melakukan apa- apa. Bahkan membayangkannya pun aku tidak ingin, membayangkan hidupnya akan sefrustasi apa.”

 

Aku menarik nafas panjang, merasakan dinginnya angin musim semi berhembus. Merasakan bahwa bernafas pun menjadi jauh lebih menyakitkan. Aku tidak sepenuhnya setuju akan apapun pendapat namja ini.

 

“Walaupun aku juga merasakan derita melihatnya terbaring lemah seperti itu, namun itu masih jauh lebih baik daripada melihatnya hidup namun seperti orang mati.”

 

Aku mengerinyitkan keningku, apa maksudnya?

 

“Apa maksudmu?”

 

Bukan menjawab pertanyaanku, namja ini hanya tersenyum miring. Seolah meremehkanku.

 

“Jika kau benar- benar mencintainya, seharusnya kau dapat mempercayainya. Percaya bahwa ia kuat dan akan melewati hal ini. Dan suatu saat dia dapat tersenyum lagi kepadamu.” Namja ini berdiri dan berjalan santai meninggalkanku, aku melihat punggungnya yang makin menjauhiku.

 

Dan sampai akhir pun dia tidak menjawab pertanyaanku.

 

_______

 

 

Author’s PoV

 

Hari demi hari berlalu, dan hal itu masih saja bersarang dalam benaknya. Seakan tidak ada hal yang dapat mengusirnya pergi.

 

Lee Saera, yang saat itu berada tidak jauh dari Kai, dia melihatnya. Melihat saat mobil itu berjalan cepat dan hampir menabrak Kai. Melihat Yubin berbalik dan melempar tubuhnya sendiri dan mendorong Kai.

 

Melihat… bahwa dia juga ingin menolong Kai, namun kakinya seakan lumpuh dan tak bisa bergerak sedikitpun. Seakan ada rantai yang mengunci kakinya di tempatnya berpijak.

 

Dan kenyataan yang paling ia takuti.

Melihat bahwa, ia takut.

 

Ya, Saera takut. Dia berada jauh lebih dekat dengan Kai dibanding Yubin, namun dia tidak bisa melakukan apa- apa. Seakan rasa cintanya pada Kai itu terkalahkan rasa takutnya.

 

“Kau mencintainya? Kai?”

 

“Ya! Aku sangat mencintainya. Kau tahu? Aku menyukai Kai sudah jauh lebih lama dibandingkan yeoja itu. Aku mencintainya lebih tulus dibandingkan siapapun.”

 

“Jika kau benar- benar mencintainya, apa yang akan kau pilih? Kai terluka, atau dirimu sendiri yang terluka?”

 

“Pikirkanlah.”

 

Dan mengapa? Mengapa perkataan namja bernama Luhan itu selalu terngiang di benaknya.

 

Seolah- olah setiap perkataannya itu menghakiminya.

 

Kai terluka atau dirimu sendiri yang terluka?

 

Ya, Saera mengetahuinya. Jawaban dari pertanyaan itu, dia terlalu takut untuk terluka, dia takut mati. Dan karena ketakutannya itu ia memilih Kai yang akan terluka.

 

Berbeda dengan Yubin.

 

Hal ini begitu menyakitinya, seakan kenyataan ini benar- benar menusuknya. Dia berusaha mengabaikan kenyataan itu. Namun seperti udara. Hal itu akan kembali teringat dalam benaknya setiap kali dia mencari udara untuk bernapas. Dia selalu teringat hal itu setiap kali dia bernafas.

 

Saera menyerah, dia tidak bisa terus seperti ini. Dan pada akhirnya dia pun menyadarinya.

 

Lee Saera, selama ini cintamu ini adalah cinta yang egois.

 

Dan yeoja ini menangis karena kenyataan itu.

 

“Apakah kau masih hidup?” Seseorang mengetuk pintu apartemennya seraya mempertanyakan hal itu. Hal konyol.

 

Seseorang menerobos keheningan panjang yang tercipta beberapa hari ini di apartemennya. Dan dia merasa terganggu mendengar suara orang lain.”Nugu?!”

 

“Whoa calm down, ini aku. Luhan.” Saera mendengus malas, orang yang paling tidak ingin ia temui dan ia dengar suaranya sekarang malah datang ke apartemennya.

 

“Pergi.”

 

“Ada yang ingin kubicarakan denganmu.”

 

“Aku tidak.”

 

Luhan hanya mendengus ketika mendengar dinginnya ucapan yeoja yang entah sedang apa di balik pintu ini.

 

“Ya sudahlah, aku tidak memaksa.”

 

Namja ini baru saja hendak melangkahkan kakinya meninggalkan tempat itu ketika suara seseorang memanggilnya dari dalam.

 

“Ya, apakah kau berpikir bahwa aku ini peran antagonis dalam kisah Kai dan Yubin?”

 

Luhan menahan langkahnya, tertawa kecil mendengar siapa yang barusan bertanya. Dia tahu dengan pasti, siapa orangnya. “Ne?”

 

“Sudah jawab saja.” Luhan memutuskan untuk membalikan tubuhnya kemudian memposisikan dirinya duduk bersandar pada pintu apartemen yeoja ini.

 

Begitupun dengan Saera, karena ingin mendengar jelas perkataan Luhan ia pun hampir melakukan hal yang sama dengan Luhan -menyender di sisi lain pintu, karena ia ingin berbicara tanpa harus berteriak.

 

Suara Luhan terdengar di udara, sedikit membuat Saera bersyukur karena Luhan tidak meninggalkannya. Namun sedetik kemudian ia menggeleng tidak setuju, bukankah ia yang mengusirnya tadi? “Tidak selamanya tokoh antagonis itu akan bertahan dengan julukan itu. Dia bisa mengubahnya ketika dia memutuskan sesuatu yang lain.”

 

“Sesuatu yang lain?”

 

“Hmmm…”

 

Hening cukup panjang, sampai hembusan nafas panjang terdengar. Itu Saera.

 

“Luhan, kau tahu? Saat aku kecil aku sangat menyukai dongeng, aku juga bercita- cita saat aku besar nanti aku ingin menjadi putri dan pangeran tampan yang mencintaiku akan menjemputku. Namun jika dipikir- pikir, rasanya aku lebih terlihat sebagai nenek sihir sekarang.. Hahaha.”

 

Saera, yeoja itu mulai menggigiti bibir bawahnya. Menahan tangisannya. Dia butuh teman bicara sekarang, dia tidak ingin berdiam dan merenung sendiri di dalam apartemennya. Dan entah karena tujuan apa, Luhan.. dia datang. Walaupun awalnya dia mengutuk kehadirannya, namun entah mengapa sekarang dia merasa lebih baik, karena Luhan.. datang.

 

“Apa kau sedang merasa sedih, Saera-ssi?”

 

“Tentu saja aku sedang sedih.” Gerutunya sambil memberengut karena pertanyaan Luhan yang ia anggap retoris.

 

“Apa kau ingin menceritakannya padaku? Walaupun aku tidak terlalu menyukaimu dan mengenalmu dengan baik. Telingaku bersedia mendengarkan.”

 

Ini bukan tugasnya, namun entah mengapa Luhan ingin sedikit mengetahui tentang gadis ini.

 

“Luhan-ssi, apakah menurutmu aku ini egois?”

 

“Ya.” Jawab Luhan cepat, terlalu cepat malah.

 

“MWO?!” Saera membelalakan matanya. Luhan, manusia ini menyebalkan sekali.

 

“Aku hanya berkata jujur.”

 

“Yah dan itu memang benar, kecelakaan yang menimpa Yubin menyadarkanku satu hal. Bahwa selama ini cintaku pada Kai adalah cinta yang egois. Tapi, walaupun egois. Itu tetap dinamakan cinta, kan?”

 

“Apakah kau akan melanjutkannya?”

 

“Aku tidak tahu. Aku tidak ingin menyerahkan Kai pada orang lain, karena hampir sepanjang hidupku sampai detik ini, ia selalu menjadi milikku.”

 

“Namun hatinya bukan milikmu.”

 

“YA!! Tidak usah kau perjelas!” Pekik yeoja bermarga Lee itu frustasi. Dia ingin menangis karena kenyataan itu, namun setiap kali Luhan menimpali ucapannya. Yang ia rasakan kemudian adalah perasaan sebal.

 

“Arraseo, lanjutkan.”

 

“Aku ingin memilikinya, namun aku juga lelah melihatnya yang tidak pernah melihatku.”

 

“Kau baru menyadarinya yah?” Saera berdecak sebal, jadi ini Luhan yang sebenarnya.

 

“Kau hanya perlu melepaskannya Lee Saera.” Kemudian Luhan kembali bersuara, di dalam suaranya ada sesuatu yang lain. Jauh lebih serius dan tegas.

 

“Walau Kai tengah berusaha keras melawan perjodohan ini lewat ayahnya. Namun bagaimanapun kau yang pada akhirnya harus memutuskan melepaskannya atau tidak.”

 

“Apa maksudmu? Apa yang sedang dilakukan Kai?” Tanya Saera penuh dengan kerutan kebingungan tercipta di wajah cantiknya. Apa ada sesuatu yang tidak dia ketahui? Dia harus mengetahui apapun itu, sekarang.

 

Kemudian Luhan menceritakan segala yang ia tahu, mengingat kemarin hasil test masuk Harvard telah Kai terima, dan ialah yang pertama kali melihatnya. Tentu saja Luhan dan sahabat- sahabat Kai lainnya telah menanyakan segalanya, tentang apa yang sebenarnya terjadi.

 

Tentang hasilnya? Tentu saja Kai berhasil. Orang ber IQ tinggi sepertinya memang layak masuk Harvard. Dan hal itu tidak perlu diragukan.

 

Namun, Kai sama sekali tidak berniat ketika membaca surat itu. Ia hanya tersenyum pahit dan mulai berjalan keluar kamarnya kembali ke ‘rumahnya’ beberapa hari belakangan ini. Rumah sakit. Dia bahkan tidak menagih apapun pada ayahnya, seolah melupakan perjanjian tersebut.

 

Luhan menceritakan semua yang sebenarnya terjadi, yang membuat air mata Saera benar- benar tumpah.

 

Kai sebegitu tidak inginnya kah kau bersama diriku?

 

Saera menjeritkan kata- kata itu dalam hatinya, rasanya di dalam sana sudah benar- benar remuk.

 

Luhan di sisi lain, telah selesai menceritakan segalanya. Namun, ia tak mendengar lagi suara Saera yang menanggapinya. Ia hanya mendengar isak tangis seorang Lee Saera.

 

“Saera-ssi. Apapun yang kau pikirkan sekarang, dan apapun yang kau akan lakukan selanjutnya, percayalah padaku. Suatu saat pangeran tampan yang benar- benar mencintaimu seperti yang kau ucapkan tadi, akan hadir dalam hidupmu. Kau hanya perlu menunggunya.” Luhan bangkit dari posisinya. Hendak beranjak pergi. Sebenarnya ia ingin masuk ke dalam dan melihat keadaan yeoja itu.

 

Walaupun dia tidak menyukainya tapi tetap saja mendengar seorang yeoja menangis benar- benar membuatnya tidak nyaman. Namun Saera pasti tidak mengijinkan hal itu. Jadi dia memilih untuk pergi saja.

 

“Aku pergi, apa yang ingin kuucapkan telah kusampaikan. Annyeong.”

 

Lama setelah kepergian Luhan dan setelah air matanya mengering, Saera membuka pintu yang terkunci di belakangnya dan melangkahkan kakinya keluar.

 

Retinanya menangkap sesuatu disana, di depan pintu yang telah berhasil ia buka.

 

Coklat dan secarik kertas yang bertuliskan,

 

Kali ini aku membawa coklat yang masih utuh.  Semoga kau tidak diet dan mau memakannya, tapi jika kau tidak ingin, jangan kau buang! Kembalikan saja coklat ini padaku kapanpun kau ingin masuk sekolah.

 

NB : Jangan merasa kesepian, jika kau membutuhkan telinga untuk mendengarkan kisahmu. Mungkin aku bisa membantu?

 

Tanpa sadar Saera tersenyum, membaca memo ini membuatnya tersadar bahwa Luhan sangat menyukai coklat.

 

Dan ada hal lain yang jauh lebih penting yang ia sadari kini. Ia lelah menjadi tokoh antagonis.

 

Mungkin kini saatnya ia merelakannya, merelakan Kai yang tidak akan pernah melihatnya.

 

Mungkin setelah ia melepaskan Kai hidupnya akan jauh lebih mudah?

 

Siapa yang tahu.

 

_______

 

 

Saera melangkahkan kakinya ke sebuah ruangan yang sebelumnya belum pernah ia kunjungi, ruang rawat teman sebangkunya. Oh Yubin.

 

Ruangan ini terasa hening karena hanya ada eomma nya yang menemaninya.

 

Yubin eomma mempersilahkan Saera masuk dan meninggalkannya berdua saja dengan Yubin.

 

“Oi, chingu!” Sapa Saera ketika hanya mereka berdua di dalam ruangan itu.

 

“Kau harus banyak berterima kasih padaku, aku telah melepaskannya. Kai, dia boleh menjadi milikmu sekarang. Kau harus cepat sadar, eoh?”

 

Saera tersenyum kecil. Tentu saja ini hanya pembicaraan monolog. Tapi ia tahu Yubin dapat mendengarnya.

 

“Jangan membuat Kai hidup dalam perasaan bersalah. Jadi cepatlah sadar dan sembuh.”

 

Saera menarik napas panjang dan membuangnya perlahan. Ia tahu ini benar, tapi rasanya tetap berat dan menyebalkan.

 

“Oh ya, saat kita bertemu di lain waktu, kau hanya perlu berlari. Kau tahu, ada banyak sekali perasaan yang kurasakan ketika melihatmu. Perasaan marah, kecewa, sedih, namun di atas hal- hal tadi aku merasa sangat malu dan bersalah padamu. Jadi jangan mempersulitku.”

 

“Mian jika aku terlambat menjengukmu.”

 

Saera hendak melangkahkan kakinya keluar saat tiba- tiba ia mendengar seseorang terbatuk di belakangnya.

 

Dia segera menoleh ke belakang dan melihat Yubin menatapnya tidak percaya, menatapnya penuh keraguan.

 

YUBIN, SADAR?!

 

“Saera-ya…..” Lirihnya lemah.

 

_____

 

Kai’s PoV

 

“Kai, penerbanganmu pukul 03.00 PM, lusa. Jangan terlambat.”

 

“Aku tidak berniat akan berangkat kemana pun, abeoji.” Ujarku dengan nada datar. Tidak ada yang benar- benar aku inginkan sekarang. Bahkan di mataku sekarang, usahaku selama ini hanyalah sia- sia.

 

Aku hanya ingin melihat Yubin sadar dan sembuh. Aku sudah tidak peduli lagi tentang Harvard, abeoji, atau perjodohanku dengan Saera. Semua itu terasa buram di kepalaku.

 

“Sebenarnya, apa maumu, Kai?!” Bentaknya padaku.

 

Aku terdiam. Jika saja kau bisa membaca pikiranku kau akan mengetahuinya, abeoji. Tunggu jika saja abeoji adalah seorang mind reader dan merasa kasihan padaku walau hanya sedikit, tentu saja semua ini tidak akan terjadi. Karena aku akan bersama Yubin, dan bahagia bersamanya. Tapi sayangnya dia bukanlah seorang mind reader, melainkan hanya seorang Kim Il Hyun. Ayahku.

 

“Baiklah…” Abeoji kembali menarik kembali dirinya, dan duduk di kursinya. “Appa anggap kau menolak Harvard. Kau tahu konsekuensinya? Dalam waktu seminggu kau harus masuk perusahaan, dan pernikahanmu akan segera dilangsungkan sesaat setelah kau masuk perusahaan.”

 

“Shirreo.” Kutolehkan kepalaku cepat, dan retina ku menangkapnya. Seorang yeoja berjalan cepat ke arah kami. Saera. Sedari tadi ia disini? Dia menguping?

 

“Mianhamnida ahjussi, tapi aku tidak ingin menikah dengannya.”

 

“Saera-ya…” Aku terkejut mendengar penuturannya. Dengan nada bicara seperti itu, kurasakan hal ini bukan main- main. Atau ia sedang merencanakan sesuatu yang lain.

 

“Ahjussi, aku juga menolak perjodohan ini. Jika kedua pihak menolak, otomatis perjodohan ini batal kan?”

 

“Saera-ya, tapi abeojimu? Kalian tidak bisa seenaknya seperti ini.” Dapat kutangkan abeoji mulai gusar dan wajahnya sudah merah padam. Dan kutahu, ia sedang menahan amarahnya.

 

“Ahjussi, sepertinya selama ini kita semua salah paham. Appa menginginkan calon suami yang jelas dan pantas untukku. Tapi dia tidak menyebutkan bahwa itu harus Kai, kan? Aku Lee Saera, ingin meminta maaf sebesar- besarnya karena telah menyusahkan keluarga Kim sejak dulu. Sekarang aku berpikir untuk hidup mandiri. Jadi tolong batalkan pertunangan ini, ahjussi. Jebal.”

 

Aku menatapnya tidak percaya, terlebih ketika dia menundukan kepalanya ke arah abeoji. Dia benar- benar terlihat bersungguh-sungguh. Jadi, ada sesuatu yang telah mengubahnya?

 

Aku mulai bertanya- tanya kira- kira hal apa yang dapat mengubah seorang Lee Saera. Pasti ada sesuatu yang terjadi.

 

“Terserah pada kalian sajalah, tapi untukmu Kai. Kau harus benar- benar masuk perusahaan.” Ya, aku tahu bahwa beliau tidak bisa menahan amarahnya lebih lama lagi karena terus melihat kami berdua. Kemudian ia melangkahkan kakinya cepat melewati kami dan menutup- tidak, membanting pintu ruangan ini dengan cepat.

 

Namun suatu saat ia pasti mengerti, dia abeojiku.

 

“Kai.” Panggilnya seraya mengulurkan tangannya. Aku menaikan satu alisku, mempertanyakan semuanya. Namun ia hanya menarik tanganku dan memposisikannya seperti orang berjabat tangan.

 

“Gomawo. Gomawo telah menemaniku sejak kecil. Gomawo telah menyayangiku, yah walau mungkin hanya sebatas keluarga.”

 

“Apa maksudmu?”

 

“Aku belum selesai berbicara. Geurigo mianhae, aku telah banyak menyusahkan hidupmu. Semoga suatu saat kau bisa memaafkan keegoisanku. Aku hanya berharap.”

 

“Lee Saera?” Dia menatapku dengan cara yang berbeda dari selama ini. Membuatku bertanya- tanya apa maksudnya yang sebenarnya. Dan jujur saja, Saera entah apa yang terjadi padanya. Ia terlihat jauh lebih tulus sekarang, matanya sama seperti mata saat pertama kali aku bertemu dengannya. Bening dan tulus.

 

“Aku melepaskanmu, Kai.” Dia menatapku dengan senyumannya. Dan aku membelalakan mataku, seolah- olah hal ini adalah hal teraneh yang pernah kudengar. Ralat, bukan seolah- olah. Hal ini memang aneh.

 

“AKU MELEPASKANMU.” Ia menekankan tiap kata yang ia ucapkan. Mungkin bermaksud meyakinkanku.

 

“Tapi aku hanya melepaskanmu untuk Oh Yubin. Tapi jika suatu saat kau meninggalkan Yubin-”

 

“Itu tidak akan terjadi.” Tanpa sadar aku memotong ucapannya.

 

“Ya, itu benar juga.” Kemudian yeoja ini tersenyum kecil, tidak ada rasa kesal di wajahnya. ” Dan sepertinya kau harus benar- benar berangkat ke Cambridge untuk Harvard. Kau tidak ingin masuk perusahaan kan? Kau pasti akan menjadi sesuatu yang lebih, Kai.”

 

“Aku tidak ingin.. Yubin, dia masih-”

 

“Yubin, dia telah sadar.” Saera meralat ucapanku cepat dan menatapku jahil. “Kasihan sekali dia, orang pertama yang dilihatnya itu bukan kau.”

 

Hatiku mencelos, dan tanpa sadar kakiku berjalan tidak- berlari meninggalkan tempat itu. Aku hanya ingin cepat- cepat pergi ke rumah sakit dan menemukan kebenarannya, benarkah Yubin telah sadar?

 

Namun saat aku mengingat tanganku yang melepaskan genggaman tangannya yang masih menjabatku, aku teringat sesuatu. Kubalikan tubuhku, dan tersenyum ke arahnya.

 

“LEE SAERA, GOMAWO.” Teriakku yang hanya disambutnya dengan tawa.

 

“Akhirnya kau berterima kasih dan tersenyum tulus kepadaku, Kai!”

 

Aku tersenyum kecil dan kembali membalikan tubuhku. Berlari ke garasi dan memacu mobilku ke rumah sakit.

 

______

 

Yubin’s PoV

 

Aku tersadar, semuanya begitu terang. Walau rasanya badanku seakan remuk. Tapi aku bahagia. Entah karena alasan apa, aku bahagia.

 

Saat mataku pertama kali menangkap sosok Lee Saera, entah mengapa mengetahui kenyataan dia masih mau menjengukku dan menjadi orang pertama yang aku lihat ketika aku siuman, membuatku bahagia.

 

Aku sangat bahagia, ketika aku masih bisa melihat eomma dan appa dan kedua sahabatku, Kris oppa, juga teman- teman kerjaku. Aku lebih bahagia lagi ketika melihat teman- teman Kai datang mengunjungiku.

 

Namun, aku masih belum melihat Kai.

 

Apakah orang itu telah menghilang lagi? Apakah senyumannya waktu itu adalah yang terakhir kali dapat aku lihat?

 

Banyak sekali spekulasi dalam benakku, namun semuanya musnah ketika aku mendengar pintu ruangan yang berdecit, seseorang membukanya cepat dan tergesa- gesa dari luar. Kemudian ketika melihat seseorang dengan rambut yang berantakan serta jaket kulit menerobos masuk.

 

Itu Kai. Dia ada disini, dan dia melihat ke arahku.

 

Aku hanya bisa tersenyum, ya…Seolah semuanya lengkap.

 

Hanya dengan melihatnya lagi membuat hidupku terasa lengkap.

 

Saat tangan seseorang melingkari pundakku baru aku tersadar, tersadar bahwa sekarang hanya aku berdua dengannya di ruangan ini. Sedari tadi kesadaranku hilang kemana sebenarnya?

 

“Sejak kapan hanya kita berdua yang berada dalam ruangan ini, huh?” Tanyaku bingung dan melihat ke sekelilingku.

 

“Sejak aku mengusir mereka semua.” Ujarnya dingin dan melepaskan pelukannya dan kemudian duduk di sisi ranjangku.

 

“Wae?”

 

“Aku hanya ingin berdua denganmu. Memangnya ada alasan lain?”

 

Aku mendengus pelan, “Itu tidak sopan Kai.”

 

“Tenang saja, mereka meninggalkan ruangan ini dengan senang hati kok.”

 

Aku menatap bola matanya yang teduh, aku tidak ingin terlambat lagi. Aku ingin mengucapkannya, bahwa aku sangat berterima kasih padanya.

 

“Kai… Gomawoyo.” Aku tersenyum, rasanya ringan sekali.

 

“Gomawo karena aku masih bisa melihatmu lagi.” Sambungku.

 

“Ani, aku yang seharusnya berterima kasih. Gomawo karena kau telah menyelamatkan nyawaku, dan gomawo karena kau masih bisa membuka kelopak matamu dan melihatku lagi.”

 

Aku tertawa pelan. “Bahkan jika aku tidak ada pun, kau seharusnya mengetahuinya. Aku pasti akan selalu melihat ke arahmu, Kai.”

 

Kai tersenyum, sekali lagi. Melihat senyumannya, adalah salah satu hal terbaik dalam hidupku.

 

______

 

Kai’s PoV

 

Hari telah berganti. Sepanjang malam aku terus memikirkannya, apakah aku harus pergi ke Harvard atau tidak?

 

Aku tidak ingin meninggalkan Yubin, tapi aku mulai berpikir aku tidak ingin selalu bergantung dalam bayang- bayang abeoji.

 

Aku ingin mencari jati diriku sendiri. Sehingga kelak aku bisa hidup mapan dan berasal dari usaha ku sendiri. Jika aku bisa masuk dan lulus dari tempat itu, bukankah setidaknya masa depanku terjamin?

 

Aku mengesampingkan pikiran- pikiran itu dan berjalan memasuki ruangan rawat Yubin.

 

Namun aku tidak menemukan apapun disana.

 

Kemana Yubin?

 

Aku melangkahkan kakiku cepat ke segala penjuru rumah sakit dan menanyakan keberadaanya pada suster, dan akhirnya kudapati dirinya sedang duduk terdiam di bangku taman yang cukup sepi karena mungkin orang- orang lebih memilih berdiam diri di kamar dibandingkan duduk- duduk di taman karena angin yang kencang.

 

Namun, yeoja ini hanya menutup matanya. Seolah- olah sedang merasakan angin berhembus ke arahnya. Dan itu membuatnya begitu cantik dan menawan.

 

“Apakah kau tidak kedinginan?” Ujarku mendekatinya sambil melepas jaketku dan memakaikannya padanya.

 

“Gomawo.”

 

“Hmmm… Jadi?”

 

“Walau mungkin tubuhku merasa dingin, namun hatiku terasa hangat, Kai. Jadi tidak apa- apa.” Dan dia kembali menutup matanya.

 

“Ayo kembali ke kamar.” Aku hendak menarik tangannya namun tiba- tiba dia bersuara.

 

“Jadi, kau akan berangkat ke Harvard besok, Kai?”

 

Aku menatapnya penuh tanda tanya. Aku yakin dengan pasti aku belum pernah menceritakan hal ini padanya, jadi darimana ia tahu?

 

“Eommamu menjengukku semalam, sesaat setelah kau kusuruh pulang. Dia menceritakannya semuanya. Kau benar- benar luar biasa, Kai.” Bola matanya memancarkan kekagum saat ia melihatku. Aku menggeleng pelan.

 

“Yubin-ah, aku masih belum memutuskan tentang Harvard.”

 

“Tentu saja kau harus pergi, aku tahu dalam hati kecilmu kau ingin berangkat. Bukan begitu, Kai?”

 

Mungkin itu benar, tapi bagaimana dengan dirinya. Jika aku ingin lebih cepat lulus dari Harvard, bukankah aku tidak bisa mengambil jatah liburanku dan mungkin tidak akan pulang untuk waktu yang cukup lama?

 

“Bukankah kau ingin menjadi arsitek?”

 

Dia mengencangkan jaketku dan kembali menutup matanya, merasakan angin yang semakin kencang berhembus. Menerbangkan helaian rambutnya.

 

“Ya, kau pernah mengatakannya padaku bahwa kau berbakat menjadi arsitek.” Sambungnya dengan nada yang begitu tenang.

 

“Kau tidak melupakannya.” Aku tersenyum kecil.

 

“Begitulah, jadi jangan berfikir terlalu banyak tentang diriku. Karena 6 atau 7 tahun lagi aku akan tetap mencintaimu, aku akan menunggumu, Kai. Apapun pilihanmu, kau harus memilih sesuatu yang membuatmu bahagia. Karena jika kau bahagia, aku pun juga akan bahagia.”

 

Aku tersenyum ke arahnya saat ia menolehkan wajahnya ke arahku. Ya, inilah keputusanku. Seakan ucapannya tadi memiliki sihir, dia mengahapus semua keraguanku. Aku ingin menjadi seseorang yang bisa dijadikan kebanggan untuknya suatu saat. Dan inilah langkah kecil pertamaku.

 

Aku ingin bersamanya di masa depan. Dan aku juga ingin melihatnya melihatku penuh kebanggan.

 

Aku mencoba menyalurkan isi hatiku padanya, dan ia hanya mengangguk. Dia mengerti, bahkan sesuatu yang tidak kuucapkan.

 

“Karena besok kau akan berangkat, bagaimana jika hari ini kita berkencan?”

 

Tentu saja aku menolaknya, yeoja ini memang aneh.”Mwo?! Jangan bercanda Yubin-ah, kau masih sakit.”

 

“Aku tidak apa- apa. Sungguh. Ayolah.. Jebal.” Dia menatapku dengan wajah memelas yang membuatku gemas sekaligus tidak tega. Chanyeol benar, dia yeoja yang benar- benar kuat.

 

“Uh…”

 

“Kajja!” Dia menarik tanganku penuh semangat seolah- olah dia bukan pasien yang baru saja sadar dari koma nya semalam.

 

______

 

Yubin’s PoV

 

“Ahahahaa, kita harus berterima kasih pada Luhan oppa!” Aku tertawa ringan.

 

“Kau benar- benar jahat padanya.” Kai berkomentar di sampingku sambil mulai menjalankan mobilnya.

 

“Aku tidak bermaksud begitu. Aku benar- benar merasa bersalah padanya, tapi hal ini hanya bisa dilakukan olehnya. Kau tahu, di antara teman- temanmu. Dialah yang paling cantik.” Racauku sambil mengingat- ingat kejadian barusan.

 

“Dan karena dia cantik kau menyuruhnya memakai wig dan baju pasien, dan menyuruhnya berbaring membelakangi pintu. Setelah itu berpura- pura tidur.”

 

“Hehehe, setelah itu ketika dokter atau suster datang, teman- temanmu yang lain akan langsung maju menghadang mereka untuk mencegahnya memeriksa ‘Oh Yubin’ dengan alasan ia tertidur pulas.” Sambungku cepat.

 

“Untuk mencegah pihak rumah sakit tahu pasiennya kabur.” Aku memukul pelan lengannya. Dia benar- benar tidak setuju dengan semua ini hanya karena alasan aku adalah pasien yang baru siuman tadi malam.

 

“Kai, mianhae jika aku bertingkah menyebalkan. Tapi aku hanya ingin bersamamu. Karena besok kau sudah harus berangkat. Dan ini kesempatan terakhir sebelum kau berangkat, Kai.” Aku menunduk, benar- benar merasa bersalah sekarang. Jika Kai tidak ingin, itu tidak apa- apa. Kita bisa kembali ke rumah sakit.

 

Tapi aku merasakan tangan besar dan hangat menyentuh daguku dan mengangkatnya.

 

“Aku juga ingin bersamamu. Jadi jangan berpikiran hal lain. Tapi kau harus berjanji, jika kau merasa sakit atau tidak nyaman dengan kondisimu kau akan mengatakannya padaku. Arrasseo?” Dia menatapku jauh ke dalam bola mataku, membuatku tidak bisa mengucapkan hal lain dan hanya bisa mengangguk.

 

_______

 

Hari ini terasa sangat cepat dan ringan, kencan kami. Ya, aku dan Kai. Sesuatu yang selama ini selalu aku harapkan, saat aku berdua saja dengannya berjalan- jalan menyusuri jalanan Seoul. Membeli coklat dan kiwi ice cream di kedai ice cream, kemudian naik monorel atau kereta gantung di Namsan Tower.

 

Walau sepanjang hari tak hentinya ia menanyakan keadaanku seperti, apakah kau baik- baik saja? Ada yang sakit? Ataukah kita perlu kembali ke rumah sakit?

 

Walaupun pertanyaan- pertanyaan itu sedikit menyebalkan, karena aku merasa diriku baik- baik saja. Namun mengetahui maksudnya yang sebenarnya, bahwa ia peduli padaku membuatku merasa senang.

 

Dan yang membuat hari ini terasa lebih menyenangkan lagi, karena Kai selalu mengenggam tanganku erat. Seakan- akan ia takut aku akan pergi, hal ini membuatku tersenyum miris.

 

Bukankah ia yang akan pergi?

 

Tapi kau tidak bisa menjadi makhluk yang lebih egois lagi, Oh Yubin.

 

Pada akhirnya, Kai melihatmu dan mengenggam erat tanganmu. Itu seharusnya sudah lebih dari cukup.

 

Aku mengangguk, seakan mencoba meyakinkan hatiku bahwa aku siap tidak bertemu Kai dalam waktu panjang.

 

“Apa yang sedang kau pikirkan?” Kai sudah kembali dengan sekaleng soda untuknya dan susu hangat untukku.

 

Tempat yang terakhir kali kami kunjungi hari ini adalah Han River. Duduk di salah satu bangku yang sepi dan melihat tenangnya Han River dari kejauhan.

 

“Tidak ada.” Aku tersenyum kecil dan mulai meminum susuku. Rasanya..  Hangat.

 

“Yubin-ah…” Dia memanggilku lembut membuat aku menoleh ke samping dan menangkapnya sedang melihatku dengan tatapan yang.. Aku juga tidak tahu bagaimana cara menjelaskannya.

 

Ketika bola mataku terkunci di mata teduhnya, ia kembali melanjutkan ucapannya.

 

“Bisakah kau menungguku? Mungkin permintaanku sedikit keterlaluan. Tapi, 6-7 tahun lagi, bisakah kau tetap disisiku?”

 

Aku terdiam, bola matanya menatapku dalam, seakan mencari jawaban yang tidak bisa aku ucapkan. Aku hanya tersenyum dan balik menatapnya,

 

“Bagaimana denganmu? 6 atau 7 tahun lagi apakah kau masih -”

 

“Aku pasti akan tetap mencintaimu.” Potongnya cepat seraya menatapku lebih dalam lagi. Ditatap seperti ini membuatku sulit bernafas dan membuat setiap sel dalam otakku seakan berjalan lambat.

 

“6 – 7 atau bahkan 50 tahun lagi, aku tahu dengan pasti. Aku pasti akan tetap mencintaimu. Karena aku tahu, mencintaimu tidak bisa diukur dengan waktu.” Seakan menghipnotisku, dia kini menatapku penuh keyakinan dan kesungguhan.

 

“Kau hanya perlu menungguku, namun jika hal itu terasa terlalu berat. Aku akan kembali lagi setelah 7 tahun dan aku akan membuatmu kembali mencintaiku.” Kemudian Kai menatapku sambil memiringkan senyumnya membuat kupu- kupu seakan bertebangan di dalam perutku.

 

Pikiran ku kacau, bahkan aku tidak merasa kakiku menapak di tanah. Ini halusinasi memang, tapi aku merasa sedang terbang jauh menantang langit. Merasa tidak sanggup untuk berkata kata apapun, aku hanya menganggukan kepalaku seakan hanya hal itu yang dapat kulakukan.

 

Kemudian aku mendengar suara tawanya, wajahnya yang bersinar dan senyumannya. Semuanya terekam baik dalam memori kepalaku.

 

“Gomawo.” Ujarnya riang, seraya mencium bibirku.

 

APA?! DIA MENCIUMKU?!

 

TBC


Fallen (Chapter 9)

$
0
0

Tittle: FALLEN – CHAPTER 9: KEADAAN TIDAK BERSALAH
Author: @FYEAHZELO_
Main Cast:   -Lucinda Price : Park Gi Eun (OC)

-Daniel Grigori : Xi Luhan (EXO-M)

-Cameron Briel : Wu Yi Fan a.k.a Kris (EXO-M)

-Arriane Alter : Amber Josephine Liu (F(X))

-Pennyweather Van Syckle-Lockwood : Lee Sun Kyu a.k.a Sunny (SNSD)

-Roland Sparks : Roland Sparks (OC)

-Gabrielle Givens : Lee Hyori (OC)

Support Cast :        -Sophia Bliss : Kim Hyun Jin—Miss Kim (OC)

-Mary Margaret ‘Molly’ Zane : Choi Jin Hee (OC)

-Randy : Kim Joon-myun a.k.a SuHo (EXO-K)

-Callie : Jung Ji Hyun (OC)

-Todd Hammond : Park Chanyeol (EXO-K)

-Trevor : Trevor (OC)

Genre  : Western-Life, Paranormal Romance, Supernatural Romance, Young Adult Fiction, Fantasy

Credit : FALLEN karya Lauren Kate

Warning : Typo merajalela (?), OOC

CHAPTER 9:

KEADAAN TIDAK BERSALAH

Senin sore, Miss Kim berdiri di balik podium kelas terbesar di Augustine, berusaha membuat berbagai bentuk dengan bayangan kedua tangannya. Pada saat-saat terakhir ia mengadakan pelajaran tambahan untuk murid-murid yang mengikuti pelajaran agama sebelum ulangan tengah semester besok, dan karena ketinggalan satu bulan pelajaran, Gi Eun merasa banyak yang harus dikebutnya.

Itulah sebabnya hanya ia satu-satunya murid yang bahkan hanya pura-pura mencatat. Dan tak satu pun murid menyadari bahwa sinar matahari sore yang menembus jendela-jendela sempit di barat mengganggu panggung cahaya buatan Miss Kim. Dan Gi Eun tidak ingin orang-orang sadar bahwa ia memperhatikan pelajaran dengan berdiri di dekat jendela yang berdebu.

Ketika sinar matahari menyapu tengkuk Gi Eun, ia baru menyadari sudah berapa lama ia duduk di ruangan ini. Ia mengamati sinar matahari timur berkilau seperti surai singa jantai di seputar rambut Mr. Lee yang sudah menipis pagi tadi selama jam pelajaran sejarah dunia. Ia menderita dalam panas matahari yang terik pada pelajaran biologi bersama sang Albatross. Kini sudah hampir malam. Matahari telah mengitari seluruh bagian sekolah, tapi Gi Eun nyaris belum meninggalkan bangku. Tubuhnya terasa sekaku bangku besi yang ia duduki, benaknya setumpul pensil yang habis ia gunakan untuk mencatat.

Untuk apa sih pertunjukan bayangan tangan ini? Memangnya ia dan murid-murid lain bocah berusia lima tahun?

Tapi kemudian ia merasa bersalah. Dari seluruh staf pengajar di sekolah ini, Miss Kim orang yang paling ramah, bahkan kemarin dengan hati-hati ia menjauhkan Gi Eun dari murid lain untuk membicarakan betapa ketinggalannya Gi Eun menyangkut tugas penulisan pohon keluarga. Gi Eun harus berpura-pura terkejut saat berterima kasih karena Miss Kim membimbingnya lagi selama satu jam mengenai pengerjaan tugas itu. Ia agak malu, tapi berpura-pura bodoh jauh lebih baik daripada mengakui bahwa ia terlalu terobsesi pada salah satu teman cowoknya di kelas sehingga tidak meluangkan waktu mengerjakan tugas.

Kini Miss Kim berdiri dalam balutan gaun hitam, dengan anggun mengaitkan kedua ibu jari dan mengangkat tangan, bersiap-siap menampilkan bentuk berikutnya. Di luar jendela, awan menutupi matahari. Gi Eun kembali memperhatikan pelajaran ketika menyadari bahwa kali ini mendadak benar-benar ada bayangan di dinding belakang Miss Kim.

“Seperti yang kalian ingat setelah membaca Paradise Lost tahun lalu, ketika Tuhan memberi malaikat-malaikat-Nya kehendak sendiri,” kata Miss Kim, berbicara melalui mikrofon yang dijepitkan di kerah baju berwarna gading dan mengepakkan jemari lentiknya seperti sayap-sayap malaikat yang sempurna, “ada satu yang melewati batas.” Suara Miss Kim direndahkan dengan gaya dramatis. Dan Gi Eun memandangi saat Miss Kim menekuk jari-jari telunjuknya sehingga sayap-sayap melaikat itu berubah jadi tanduk setan.

Di belakang Gi Eun, seseorang bergumam, “Masa bodoh, itu kan gerakan paling basi.”

Sejak Miss Kim memulai pelajaran, rasanya minimal ada satu orang di dalam ruangan ini yang mempermasalahkan setiap kata yang keluar dari mulut guru itu. Mungkin karena Gi Eun tidak pernah diperkenalkan pada agama seperti yang lain, atau mungkin karena ia kasihan pada Miss Kim, yang jelas ia ingin sekali berbalik dan membungkam si pengejek.

Ia dongkol. Lelah. Lapar. Bukannya keluar kelas untuk makan malam bersama murid-murid lain, dua puluh murid yang mengikuti pelajaran agama Miss Kim diberitahu bahwa jika mereka ikut pelajaran “pilihan”—istilah yang sangat salah, menurut Sunny—makanan mereka akan diantar ke kelas tempat pelajaran itu digelar, untuk menghemat waktu.

Makanan itu—makan malam bukan, makan siang pun bukan, hanya pengganjal perut sore hari yang biasa—merupakan pengalaman aneh bagi Gi Eun, yang sulit menemukan apa pun yang bisa ia makan di kantin yang didominasi daging. Suho hanya mendorong kereta saji berisi beberapa sandwich yang menyedihkan dan beberapa botol air minum hangat.

Sandwich­-nya berisi irisan-irisan dingin sesuatu yang misterius, mayones, dan keju, dan Gi Eun memerhatikan dengan iri ketika Sunny mengunyah satu per satu sandwich itu, meninggalkan bekas-bekas gigitan ketika memakannya. Gi Eun berusaha mengeluarkan daging dari sandwich ketika Kris muncul di dekatnya. Cowok itu membuka kepalan tangannya untuk menunjukkan beberapa tangkai buah ara segar. Kulit buah yang berwarna ungu itu tua itu tampak seperti permata di tangannya.

“Apa ini?” Gi Eun bertanya, menahan senyum.

“Tidak mungkin makan roti saja, kan?” jawab Kris.

“Jangan makan buah itu.” Hyori menerobos, menyambar buah-buah ara dari jemari Gi Eun dan melemparnya ke tempat sampah. Gadis itu lagi-lagi mengganggu obrolan pribadi orang lain dan mengisi tempat kosong di telapak tangan Gi Eun dengan segenggam penuh cokelat M&M isi kacang dari mesin makanan kecil. Hyori mengenakan bandana berwarna pelangi. Gi Eun membayangkan menyentakkan bandana itu dari kepalanya dan melemparkannya ke tempat sampah.

“Dia benar, Gi Eun.” Amber muncul, melotot ke arah Kris. “Siapa yang tahu racun apa yang ia masukkan ke situ?”

Gi Eun tergelak, karena tentu saja Amber hanya bercanda, tapi karena tak ada seorang pun yang tersenyum, ia terdiam dan memasukkan M&M itu ke saku tepat ketika Miss Kim berseru menyuruh para murid duduk di tempat masing-masing

Setelah waktu yang terasa seperti berjam-jam kemudian, mereka masih terjebak di dalam kelas dan Miss Kim baru beranjak dari Hari Penciptaan Dunia ke peperangan di Surga. Mereka bahkan belum sampai pada Adam dan Hawa. Perut Gi Eun keroncongan minta diisi.

“Dan apakah kita semua tahu siapakah malaikat jahat yang menentang Tuhan?” Miss Kim bertanya, seakan membaca buku cerita bergambar pada sekelompok anak kecil di perpustakaan. Gi Eun setengah mengharapkan seisi ruangan serentak menyahut Ya, Miss Kim dengan nada kekanak-kanakan.

“Ada yang tahu?” Miss Kim bertanya lagi.

“Roland!” Amber berseru pelan.

“Tepat sekali,” Miss Kim berkata, mengangguk dengan takzim. Ia hanya agak kurang bisa mendengar. “Sekarang kita menyebutnya setan, tapi selama bertahun-tahun ia menggunakan banyak nama samaran—Mephistopheles, atau Belial, bahkan Lucifer.”

Jin Hee, yang duduk di depan Gi Eun dan sengaja menghantam-hantamkan bagian belakang kursinya ke meja Gi Eun selama satu jam terakhir untuk membuat Gi Eun kesal, dengan cepat melemparkan selembar kertas lewat bahunya ke meja Gi Eun.

Gi Eun… Lucifer… ada hubungan keluarga?

Tulisan tangannya tampak sebal, tebal, marah, dan penuh emosi. Gi Eun bisa melihat tulang pipi Jin Hee yang tinggi terangkat saat cewek itu menyeringai. Dalam keadaan lemas karena kelaparan, dengan marah Gi Eun mulai menuliskan jawaban di balik kertas Jin Hee. Bahwa ia di beri nama seperti Oh Gi-Eun, penyanyi dan pengarang lagu wanita terhebat yang pernah ada. Bahwa salah satu konsernya yang nyaris bubar karena hujan menjadi tempat orangtuanya pertama kali bertemu. Bahwa setelah terpeleset karena gelas plastic, terguling dan tergelincir di lumpur, lalu mendarat dalam pelukan ayahnya, ibunya tak pernah meninggalkan pelukan itu lagi selama dua puluh tahun. Bahwa hanya namanya diambil dari suatu peristiwa romantic dan apa yang bisa diceritakan si banyak mulut Jin Hee tentang dirinya sendiri? Lagi pula, jika di seluruh sekolah ini ada orang yang paling mirip setan, dia bukanlah si penerima catatan, tapi pengirimnya.

Kedua mata Gi Eun menatap tajam bagian belakang kepala Jin Hee yang berpotongan rambut model pixie dan baru di cat merah tua. Gi Eun siap melemparkan kertas yang dilipat dan mengambil risiko menghadapi kemarahan Jin Hee ketika Miss Kim menarik perhatiannya ke kotak cahaya.

Miss Kim mengangkat kedua tangannya di atas kepala, telapak tangan ke atas dan menangkup udara. Ketika ia menurunkannya, bayangan jemarinya di dinding secara ajaib kelihatan seperti tangan dan kaki yang bergerak-gerak di udara, seperti orang melompat jembatan atau gedung. Pemandangan tersebut begitu aneh, begitu suram tapi juga begitu nyata, Gi Eun jadi galau (?). Ia tidak bisa berpaling.

“Selama Sembilan hari dan Sembilan malam,” Miss Kim berkata, “setan dan para malaikatnya terjatuh, makin jauh dan terus makin jauh dari Surga.”

Kata-katanya mengusik sesuatu dalam ingatan Gi Eun. Ia menoleh melewati dua barisan kearah Luhan, yang menatap Gi Eun sesaat sebelum membenamkan wajah dalam buku catatan. Tapi tatapan sekilas itu sudah cukup, dan dalam sekejap semua muncul kembali dalam benak Gi Eun: mimpinya kemarin malam.

Mimpinya pengulangan kejadian dirinya dan Luhan di danau. Tapi dalam mimpi itu, ketika Luhan mengucapkan selamat tinggal dan menyelam kembali ke dalam air, Gi Eun punya keberanian untuk mengejarnya. Air terasa hangat, begitu nyaman sehingga ia bahkan tidak merasa basah, dan segerombolan ikan ungu berenang-renang di sekelilingnya. Ia berenang secepat yang ia mampu, dan awalnya mengira gerombolan ikan itu membantu mendorongnya ke arah Luhan dan menuju tepi danau. Tapi tak lama kemudian kelompok ikan tersebut mulai berubah gelap lalu menutupi pandangannya, dan ia tak bisa melihat Luhan lagi. Ikan-ikan itu berubah menjadi bayangan dan terlihat garang, lalu berenang mendekatinya dan makin dekat hingga ia tak bisa melihat apa-apa lagi, dan ia merasakan dirinya tenggelam, meluncur ke bawah, turun ke endapan lumpur di dasar danau. Masalahnya bukan bahwa ia tidak akan bisa bernapas, melainkan ia takkan bisa muncul lagi ke permukaan. Masalahnya adalah kehilangan Luhan untuk selamanya.

Lalu, dari bawah, Luhan muncul, kedua lengannya terentang seperti layar. Kedua lengan itu mengusir ikan-ikan bayangan dan merengkuh Gi Eun, lalu mereka berdua melesat lagi ke permukaan. Mereka menembus air, makin tinggi, terus makin tinggi, melewati batu dan pohon-pohon magnolia tempat mereka meninggalkan sepatu. Sekejap kemudian, mereka begitu tinggi sehingga Gi Eun bahkan tidak bisa melihat daratan.

“Lalu mereka mendarat,” kata Miss Kim, menaruh tangan di podium, “di neraka yang berkobar.”

Gi Eun memejamkan mata dan mengembuskan napas. Itu hanya mimpi. Sayangnya, inilah kehidupan nyata.

Ia menghela napas dan menumpukan dagu di tangan, teringat pada surat balasan untuk Jin Hee yang terlupakan. Kertas itu terlipat dalam genggamannya. Kini surat itu terasa bodoh dan kasar. Lebih baik ia tidak membalas, lebih baik Jin Hee tidak tahu ia berhasil mengusik Gi Eun.

Pesawat kertas mendarat di tangan kirinya. Ia menoleh ke pojok kiri terjauh kelas, tempat Amber duduk sambil mengedipkan mata dengan gaya berlebihan.

Kuanggap kau tidak menghayal setan. Kabur ke mana kau dan XL Sabtu kemarin sore?

Gi Eun belum sempat mengobrol berdua saja dengan Amber sepanjang hari ini. Tapi bagaimana Amber bisa tahu ia pergi bersama Luhan? Sementara Miss Kim menyibukkan diri dengan pertunjukan bayangan tentang Sembilan lingkaran neraka, Gi Eun memandangi Amber melemparkan lagi pesawat kertas yang diarahkan dengan sempurna ke mejanya.

Begitu pula Jin Hee.

Gadis itu merapat tepat pada waktunya dan menyambar pesawat dengan jemari kurusnya yang bercat kuku hitam, tapi Gi Eun takkan membiarkannya menang kali ini. Ia menyambar pesawat itu kembali dari genggaman Jin Hee, sayapnya robek di tengah dengan suara nyaring, Gi Eun sempat memasukkan pesan yang robek itu ke saku sebelum Miss Kim berbalik cepat.

“Park Gi Eun dan Jin Hee,” ia berkata, mengerutkan bibir dan memegang erat podium dengan kedua tangan. “Aku berharap apa pun yang kalian berdua ingin bicarakan dengan saling melempar pesan dengan tidak sopan begitu bisa diucapkan untuk seluruh kelas.”

Otak Gi Eun berputar cepat. Jika ia tidak segera mendapatkan ide, Jin Hee akan mendahuluinya, dan tidak bisa ditebak bakal seberapa memalukannya tindakan gadis itu.

“J-Jin Hee cuma mengatakan,” Gi Eun tergagap, “ia tidak setuju dengan cara pandang Anda tentang bagaimana neraka menjadi kacau. Ia punya pandangan sendiri.”

“Yah, Jin Hee, jika kau punya pandangan lain tentang neraka, aku benar-benar ingin mendengarnya.”

“Masa bodoh,” Jin Hee bergumam. Ia berdeham dan berdiri. “Yah, Anda mengatakan mulut Lucifer tempat terendah di neraka jahanam, sehingga para pengkhianat berakhir di sana. Tapi bagiku,” ia berkata, seakan sudah menghapalkan kalimatnya, “kurasa tempat yang paling menyiksa di neraka”—ia menoleh ke belakang kea rah Gi Eun cukup lama—“bukan diperuntukkan bagi para pengkhianat, tapi untuk para pengecut. Pecundang yang paling lemah dan paling tidak punya pendirian. Karena menurutku para pengkhianat setidaknya menentukan pilihan. Tapi para pengecut? Mereka hanya berlarian sambil menggigit kuku, benar-benar takut melakukan apa pun. Dan itu jauh lebih buruk.” Ia batuk, “Park Gi Eun!” dan berdeham. “Tapi itu hanya pendapatku.” Ia duduk kembali.

“Terima kasih, Jin Hee,” Miss Kim berkata hati-hati, “aku yakin kita semua merasa mendapatkan pencerahan.”

Gi Eun tidak merasa demikian. Ia tidak lagi mendengarkan pada pertengahan celoteh Jin Hee, ketika ia dilanda perasaan seram.

Bayangan-bayangan itu. Ia merasakan bayangan-bayangan tersebut sebelum melihatnya, menggelegak seperti aspal dari dalam lantai. Tentakel gelap melingkari pergelangan tangannya dan Gi Eun menatap ke bawah dengan ngeri. Bayangan itu mencoba menyusup ke sakunya. Bayangan tersebut mengincar pesawat kertas Amber. Gi Eun bahkan belum membacanya! Ia memasukkan kepalan tangan jauh ke saku lalu menggunakan dua jarinya mencubit bayangan itu keluar dari saku sekuat tenaga.

Sesuatu yang menakjubkan terjadi: Bayangan itu mundur, melesat cepat seperti anjing yang terluka. Ini kali pertama Gi Eun bisa melakukan itu.

Ia bertatapan dengan Amber diseberang ruangan. Amber menelengkan kepala dan mulutnya ternganga.

Pesan itu—ia pasti masih menunggu Gi Eun membaca pesan itu.

Miss Kim mematikan kotak cahaya. “Kurasa sudah cukup neraka bagi radang sendiku malam ini.” Ia terkekeh, mengajak murid-murid yang sudah kram otak untuk tertawa bersamanya. “Jika kalian semua membaca ulang tujuh tugas kritik yang kutetapkan untuk Paradise Lost, kurasa kalian cukup siap untuk ujian besok.”

Ketika murid-murid lain bergegas mengemasi tas dan keluar dari ruangan, Gi Eun membuka pesan Amber:

Katakan padaku dia tidak mengucapkan kalimat norak “Aku pernah disakiti” itu.

Aduh. Gi Eun benar-benar harus bicara dengan Amber dan menyelidiki apa yang diketahui gadis itu tentang Luhan. Tapi pertama-tama…

Pemuda itu berdiri dihadapannya. Gesper perak ikat pinggangnya bersinar sejajar dengan mata Gi Eun. Ia menarik napas panjang dan mendongak menatap wajah cowok itu.

Kedua mata Luhan yang kelabu kelihatan tenang. Gi Eun belum bicara lagi dengannya dua hari terakhir ini, sejak ia meninggalkan Gi Eun di danau. Seakan waktu yang ia habiskan jauh-jauh dari Gi Eun membuatnya lebih segar.

Gi Eun menyadari ia masih memegang pesan rahasia dari Amber yang terbuka di meja. Ia menelan ludah dan mengantongi itu kembali.

“Aku mau minta maaf karena tiba-tiba pergi hari itu,” kata Luhan, terdengar resmi. Gi Eun tidak tahu apakah ia seharusnya menerima permintaan maaf itu, tapi Luhan tidak memberinya kesempatan menjawab. “Kurasa kau berhasil sampai ke tepi danau dengan selamat?”

Gi Eun mencoba tersenyum. Terlintas dalam benaknya untuk menceritakan mimpinya pada Luhan, tapi untungnya ia menyadari itu akan aneh sekali.

“Bagaimana menurutmu tentang kelas tambahan ini?” Luhan kelihatan seperti menjaga jarak, kaku, seakan mereka belum pernah mengobrol. Mungkin ia bercanda.

“Benar-benar siksaan,” jawab Gi Eun. Gi Eun selalu jengkel terhadap gadis-gadis pandai yang berpura-pura tidak tertarik pada sesuatu hanya karena pikir itulah yang diinginkan cowok. Tapi Gi Eun tida berpura-pura; pelajaran tadi memang benar-benar menyiksa.

“Bagus,” kata Luhan, kelihatan lega.

“Kau membencinya juga?”

“Tidak,” Luhan menyahut pelan, dan kini Gi Eun berharap tadi ia berbohong agar lebih tertarik daripada yang sebenarnya.

“Jadi… kau menyukainya,” kata Gi Eun, ingin mengatakan sesuatu, apa saja untuk menahan Luhan di dekatnya, mengobrol. “Tepatnya apa yang kausukai dari pelajaran tadi?”

“Mungkin ‘suka’ bukanlah kata yang tepat.” Setelah terdiam cukup lama, Luhan berkata, “Ada dalam keluargaku… mempelajari hal ini. Kurasa aku tidak bisa mengabaikan perasaan adanya hubungan.”

Gi Eun butuh waktu cukup lama untuk mencerna kata-kata Luhan. Benak Gi Eun melayang ke ruang bawah tanah tua tempat penyimpanan arsip, ketika ia mengamati sekilas catatan Luhan yang hanya satu lembar. Catatan yang menyebutkan Xi Luhan menghabiskan sebagian besar hidupnya di Rumah Yatim Piatu Wilayah Los Angeles.

“Aku tidak tahu kau punya keluarga,” kata Gi Eun.

“Kenapa kau berpendapat begitu?” Luhan mengejek.

“Aku tidak tahu… Jadi, maksudku, apa kau punya keluarga?”

“Pertanyaannya adalah kenapa kaupikir kau tahu apa pun tentang keluargaku—atau aku?”

Gi Eun merasa perutnya melilit. Ia bagai melihat tulisan Awas: Ada penguntit menyala pada mata Luhan yang terkejut. Dan Gi Eun tahu ia lagi-lagi merusak suasan dengan Luhan.

“Luhan.” Roland muncul dari belakang mereka dan meletakkan tangannya di bahu Luhan yang mengenakan kaus. “Kau mau tinggal di sini untuk melihat apakah akan ada lagi ceramah selama setahun, atau kau akan pergi?”

“Yeah,” Luhan berkata pelan, sambil menoleh sekilas pada Gi Eun. “Ayo kita pergi dari sini.”

Tentu saja—seharusnya—Gi Eun beranjak beberapa menit yang lalu. Seperti, pada saat pertama kali ia ingin mengungkapkan isi arsip Luhan. Orang pandai yang normal akan menghindari pembicaraan itu, atau mengganti topic ke sesuatu yang tidak terlalu menakutkan, atau setidaknya, menutup mulut besarnya.

Tapi. Gi Eun hanya membuktikan dari ke hari bahwa—terutama jika menyangkut Luhan—ia tidak mampu melakukan apa pun yang masuk kategori “normal” atau “pandai”.

Ia memperhatikan ketika Luhan berjalan pergi bersama Roland. Cowok itu tidak menoleh lagi ke belakang, dan setiap langkah yang menjauhkan dirinya dari Gi Eun membuat Gi Eun merasa semakin menjadi orang aneh yang kesepian.

To Be Continue

 

 

Buat yang udh baca chapter ini jangan lupa tinggalin comment ya…

Don’t be a silent readers

Gomawo ^^


Candy’s Kiss (Chapter 3)

$
0
0

Author : Fami27

Title     : Candy’s Kiss

Length : Chaptered

Genre  : School life, Friendship, Romance

Rating : PG 16

Main Cast :

Park Chanyeol

Kim Yunra (Kira) ( OC)

Other Cast :

Kang Sujin (OC)

Oh Sehun

Byun Baekhyun

Kim Joonmyun

WARNING!!!

typo bertebaran dimana-mana!!

candy

Kira POV

“Kalian dari mana saja?” Tanya Sujin ketika aku dan Sehun datang bersama.

“Hmm, aku ketaman dan saat aku menuju kelas, aku bertemu Sehun dan setelah itu kami ke kelas bersama.” Jawabku berbohong.

Sehun menatapku dengan tatapan yang seolah bertanya “Kau berbohong?” aku hanya membalasnya dengan senyuman dan kuharap ia mengerti maksudku.

Sujin hanya berOH ria setelah mendengar jawabanku.

Oh ya, kalian sudah tau bukan? Yaa, Sehun lah yang menolongku tadi, sebenarnya tidak bisa disebut sebagai menolong, tapii.. aku bersyukur setidaknya aku tidak membuat masalah hari ini. Jadi, apa tebakan kalian benar?

Bel masuk pun berbunyi,  kami pun bersiap-siap mengikuti pelajaran.

~~~

Setelah bel pulang berbunyi, aku dengan cepat membereskan buku-bukuku dan memasukkannya ke dalam tas. Aku harus segera pulang untuk mengerjakan tugas-tugas yang baru saja Lee sonsaengnim berikan, tugas yang sangat banyak dan harus di kumpul besok. Aisss, aku bisa gila.

“Sujin-ah, Sehun-ssi aku pulang duluan.” Pamitku kepada mereka.

“Ne.” Jawab mereka kompak.

Aku berjalan menuju gerbang sekolah, ku lihat sudah ada mobil appa disana dan aku segera masuk ke mobil.

“Mianhae appa aku merepotkanmu, besok aku akan pulang naik bus.” Kataku merasa tidak enak.

“Gwenchana sayang, appa tidak merasa direpotkan.” Kata appa dengan santai.

“Aniya, aku tau appa sangat sibuk. Jadi, besok appa tidak usah menjemputku. Oke?” Kataku sedikit membujuk appa.

“Oke chagi.” Setuju appa akhirnya.

“Gomawo appa.” Kataku senang.

“Ne, bagaimana sekolahmu?” Tanya appa.

Aku sedikit berpikir “Hmm, menyenangkan.” Jawabku. Kurasa aku tidak perlu menceritakan pada appa kejadian disekolah hari ini. Appa hanya mengangguk paham.

Sesampainya di rumah, aku segera berlari ke kamarku. Segera saja ku kerjakan tugas-tugasku yang sudah menumpuk.

Saat asyik mengerjakan, tiba-tiba perutku berbunyi.

“Aisshh,, masih banyak.” Keluhku kesal.

“Baiklah, aku akan makan setelah itu aku akan lanjutkan tugas ini.”

Setelah selesai makan aku segera naik menuju kamarku dan melanjutkan tugasku kembali.

“Hoammm, aku sangat mengantuk.” Ku lirik jam beker yang ada di meja belajarku, pukul 6 sore. Aku memutuskan untuk mandi setelah itu kembali mengerjakan tugas, karena masih ada satu tugas lagi dari Kang songsaengnim.

Setelah selesai mandi dan berpakaian, aku merebahkan tubuhku di kasurku yang begitu empuk. Heumm, kurasa tidur sebentar tidak masalah.

“Euhhh.” Aku merenggangkan tubuhku yang terasa kaku dan masih dengan kesadaran yang belum sepenuhnya aku menatap jam bekerku, aku membelalakkan mataku ketika tau sekarang sudah pukul 2 dini hari.

“Kyaaaa~ tugasku belum selesai.” Kataku frustasi, aku segera berlari ke meja belajarku dan dengan cepat menyelesaikan tugasku.

><?<<?><?<>?

Aku tiba di kelas, hampir saja aku terlambat. Aku berjalan menuju mejaku dan sudah ada Sujin disana. Aku duduk di kursiku dan menghela napas pelan membuat Sujin menoleh ke arahku.

“Wae?” Tanya Sujin heran.

“Aku lelah dan mengantuk.” Kataku sambil merebahkan kepalaku di atas meja.

“Kau begadang?”

“Ne, aku mengerjakan tugas dari Kang songsaengnim.”

“Hmm, bukankah tugas itu di kumpulkan minggu depan?” Aku terkejut mendengar perkataan Sujin. Aku mengangkat kepalaku dan menoleh ke arah Sujin.

“Jeongmalyo?” Tanyaku tak percaya. Sujin menjawab dengan anggukan.

“Aissshh jinjjaro, aku sudah membuang-buang waktu tidur berhargaku.” Kataku sambil mengacak-acak rambutku frustasi. Sujin hanya bergeleng kepala melihatku.

“Sudahlah, tidak ada ruginya kan mengerjakan tugas itu.” Kata Sujin kemudian.

“Huff, yaa kau benar tapi sekarang aku benar-benar mengantuk Sujin-ah.”

“Kajja kita ke toilet sebelum bel masuk.” Ajak Sujin.

“Mwo untuk apa?” Tanyaku bingung. “Aku sedang tidak ingin buang air.” lanjutku.

Sujin menepuk kepalanya “Aigoo, tentu saja untuk mencuci wajahmu Kira-ya.”

“Shireoya, aku malas Sujin-ah.” Aku kembali menenggelamkan kepalaku.

~~~

“Kau tidak di jemput?” Tanya sebuah suara disampingku yang ternyata adalah Sehun. Aku kini sedang berada di halte bus, untuk menunggu bus tentunya. Sesuai janjiku kemarin pada appa, aku akan pulang sendiri menggunakan bus.

“Ahh, ne. Mulai sekarang aku akan pulang dengan bus.” Jawabku.

“Hmm,,dan kau?” aku bertanya balik.

“Ne, aku sama sepertimu.” Jawabnya sambil tersenyum.

“Ahh, jadi kita bisa pulang bersama setiap hari.” Kataku sambil terkekeh. Sehun cukup terkejut mendengar ucapanku, terlihat dari raut wajahnya.

“Wae?” Tanyaku bingung.

“A-aniyo. Busnya sudah datang, kajja.” Aku dan Sehun segera menaiki bus itu, kami duduk bersebelahan. Aku merasa masih ada kecanggungan di antara kami, yahh wajar saja kami masih terbilang beberapa kali berbicara.

Di dalam bus kami hanya saling diam, melakukan aktivitas masing-masing. Aku yang sedari tadi menatap keluar jendela bus melihat keramaian di jalan dan Sehun yang ku lihat ia hanya diam seperti memikirkan sesuatu.

“Ahh, sudah sampai. Aku duluan Sehun-ssi, Annyeong.” Pamitku saat bus berhenti di halte yang berada tidak jauh dari rumahku.

“Ne, hati-hati.” Balas Sehun.

Aku berjalan menuju rumahku yang sudah terlihat dari tempat ku berjalan sekarang. Sesampainya dirumah,

“Ahh, kenapa begitu sepi.” Gumamku saat melihat keadaan rumah yang kosong.

“Huff, mungkin eomma ada urusan.” Jawabku sendiri. Aku segera menuju kamar dan langsung merebahkan diri di kasurku.

“Huwaaa~ Hari ini hidupku lebih damai.” Kataku berbicara sendiri dan setelah itu aku terlelap.

^&^&^&^&

“Kira-ya..” Panggil seseorang yang ku yakin pasti Sujin.

“Ne, waeyo Sujin-ah?” Tanyaku pada Sujin yang sudah duduk di sampingku.

“Hmm, bisa temani aku ke perpustakaan?”

“Baiklah, kajja.” Kami pun pergi menuju perpustakaan.

Di sepanjang jalan, masih saja ada beberapa siswa yang menatapku dengan tatapan yang berbeda-beda, ada tatapan aneh dan juga tatapan benci dari beberapa yeoja yang ku yakin mereka adalah fans dari sunbae gila itu.

Namun, aku tidak peduli dengan semua itu. Aku dan Sujin terus berjalan hingga akhirnya kami sampai di perpustakaan.

Ketika memasuki perpustakaan aku melihat raut wajah Sujin berubah, aku mengikuti arah pandangannya.

“Waeyo Sujin-ah?” Tanyaku bingung.

“Aniyo, kajja kita kembali ke kelas.” Katanya hendak berbalik namun aku menahannya.

“Yaakk, tadi kau yang mengajakku kemari, kenapa kau sekarang ingin kembali? Bahkan kita belum melakukan apa-apa disini.” Kataku kesal.

“Eumm, tiba-tiba saja aku sedang malas membaca.” Katanya beralasan.

“Aissshh, alasan macam apa itu? Aku tidak mau tau, sekarang cepatlah cari buku yang ingin kau baca.”

“Kira-ya jebal.” Bujuk Sujin.

“A-“ belum sempat aku berbicara tiba-tiba ada seorang sunbae yang menegur kami.

“Yak, bisakah kalian tenang? Ini perpustakaan.” Sunbae itu menatap kami bergantian.

“Heyy, kau kan si yeoja berisik.” Kata sunbae itu sambil menujuk Sujin. Apa mereka saling mengenal?

“Kenapa kau selalu membuat kebisingan?” Tanya sunbae itu pada Sujin dengan wajah yang menurutku sedikit meremehkan. Sujin hanya menatap kesal ke arah sunbae itu.

“Mianhae sunbae karena telah mengganggu kegiatanmu.” Kataku kemudian sambil sedikit membungkuk.

“Ne, gwenchana Kira-ssi.” Jawab sunbae itu sambil tersenyum.

“Ba-bagaimana sunbae bisa mengetahui namaku?” Tanyaku bingung, aku benar-benar tidak mengenal sunbae ini bahkan ini yang pertama kalinya aku bertemu dengannya, bagaimana bisa ia tahu namaku?

Sunbae itu kembali tersenyum “Tentu saja, seisi sekolah ini pun tahu siapa kau.”

Mwoya? Setenar itukah aku? Aisshh, ini pasti karna kejadian itu. Aku hanya menggaruk tekukku dan tersenyum canggung.

“Kajja, Kira-ya kita kembali.” Kata Sujin tiba-tiba.

“Yakk, kau belum meminta maaf padaku.” Sunbae itu sekarang menoleh ke arah Sujin.

“Bukankah temanku sudah meminta maaf?” Tanya Sujin dengan tatapan kesalnya. Sepertinya ada sesuatu di antara Sujin dan sunbae ini.

“Itukan dia bukan kau, seharusnya kau juga meminta maaf padaku.” Kata sunbae itu tak mau kalah.

Mereka saling bermusuhankah? Aigoo, kurasa sekarang aku dan Sujin sama-sama memiliki musuh, ahh sebenarnya bukan musuh tapi eumm… kalian mengerti kan maksudku?

“Isss,, arraso. Jeongmal jeosonghamnida sunbae.” Kata Sujin menekan kalimatnya, yahh Sujin akhirnya mengalah.

“Kau sudah puas sunbae?” Tanya Sujin yang  kekesalannya sepertinya sudah mencapai puncak gunung Everest.

Namun sunbae itu hanya membalas dengan tersenyum puas.

Aku dan Sujin kembali ke kelas. Sepanjang jalan Sujin hanya diam, masih dengan wajah kesalnya. Ia berjalan sangat cepat, aku sedikit sulit mengimbangi langkahnya.

“Sujin-ah, pelan-pelan.” Pintaku yang kini berada di belakangnya. Tetapi ia tidak menghiraukanku.

Tiba-tiba Sujin berhenti mendadak membuatku menabraknya. Alhasil kepala kami saling terbentur.

“Aigoo, Sujin-ah. Kenapa kau berhenti mendadak?” Kataku kesal sambil memegangi kepalaku yang cukup terasa sakit . Ia menoleh kearahku dengan tatapan tajamnya.

“Yakk, jangan menatapku seperti itu, kau membuatku takut. Kau kesal kepada sunbae itu kenapa malah aku yang menjadi sasaran.Huh” Aku mengerucutkan bibirku kesal.

“Mianhae Kira-ya.” Kata Sujin pelan dengan wajah menyesalnya.

“Ne, gwenchana. Kajja sekarang kita kembali ke kelas.” Balasku sambil tersenyum dan menggandeng tangannya menuju kelas.

Sesampainya di kelas aku langsung bertanya tentang sunbae tadi pada Sujin. Sujin pun menjelaskan semuanya dari awal kejadian Sujin bertemu dengan sunbae itu sampai pada kejadian yang baru saja terjadi.

“Ohh, jadi seperti itu. Kau tau nama sunbae itu?” Tanyaku penasaran. Sujin menggelengkan kepalanya.

“Mwo? Kau tidak tau? Aku pikir kau tau.”

“Untuk apa tau nama sunbae itu, tidak penting sekali. Sudahlah Kira-ya, jangan membahas tentang sunbae menyebalkan itu lagi.” Kata Sujin kembali kesal, aku hanya terkekeh mendengarnya, baru kali ini aku melihat Sujin sekesal ini.

“Arraso.” Kataku akhirnya. Aku tidak ingin membuatnya lebih kesal lagi.

___

Saat istirahat aku memutuskan untuk pergi ke taman yang kini menjadi tempat favoritku untuk sekedar bersantai atau membaca buku. Sebenarnya aku juga ingin mengajak Sujin tapi sepertinya moodnya masih buruk jadi lebih baik aku sendiri saja.

Dari kejauhan aku melihat ada seorang namja duduk di tempat duduk yang sering aku kunjungi, aku semakin mendekat dan ternyata namja itu Sehun.

“Ahh, ternyata kau Sehun-ssi.” Kataku yang ternyata  membuat Sehun sangat terkejut.

“Mianhae aku mengejutkanmu, bolehkah aku duduk disini juga?” Tanyaku.

“Ne, tentu saja boleh.” Jawabnya sambil tersenyum. Aku pun segera duduk di samping Sehun dan mulai membuka halaman buku yang kubawa.

“Kira-ssi apa kau sering kesini?” Tanya Sehun.

“Ne, hampir setiap hari aku kesini, dan kau?”

“Ini pertama kalinya aku kesini dan ku rasa aku menyukai tempat ini.” Sehun mengarahkan pandangannya ke taman.

“Aku pun sama, tempat ini sangat tenang dan nyaman.” Kataku tersenyum.

“Ne, kau benar. Eumm, Kira-ssi aku ingin ke kantin sebentar membeli minum, kau ingin menitip sesuatu?” Tawar Sehun.

Aku berpikir sebentar  “Sepertinya aku ingin softdrink.”

“Baiklah kalau begitu, kau tunggu saja disini ne?” aku mengangguk paham. Aku melanjutkan membaca buku yang sedang ku pegang. Tidak lama kemudian Sehun pun datang membawa softdrink. Ia memberikan salah satu softdrink itu padaku.

“Gomawo Sehun-ssi.” Kataku sambil tersenyum .

“Ne.” Balas Sehun singkat.

Author POV

Kira dan Sehun sibuk dengan buku yang mereka baca masing-masing. Tiba-tiba Sehun terkejut bukan main ketika kepala Kira terjatuh ke bahunya. Ya, ternyata Kira tertidur.

“M-mwo, Kira-ssi kau tidur?” Tanya Sehun gugup, ia tak menyangka Kira bisa tertidur dengan pose(?) posisi seperti sekarang ini.

Akhirnya karena tidak tega membangunkan Kira, Sehun membiarkan Kira tetap tertidur di bahunya karena bel istirahat berakhir masih cukup lama berbunyi. Sehun mencoba untuk menenangkan jantungnya yang sejak tadi berdetak dengan kencang, ia berharap Kira tidak terbangun karena mendengar suara detak jantungnya.

Tidak jauh dari tempat itu, terlihat seorang namja jangkung berjalan dengan santainya. Ternyata ia menuju ke arah Taman tempat Sehun dan Kira berada sekarang, tetapi ia menghentikan langkahnya ketika melihat pemandangan yang cukup mengejutkannya.

“Mereka berpacaran?” gumam namja itu. Kemudian ia berputar arah, tidak melanjutkan langkahnya ke tempat yang ia ingin tuju. Di pikirannya masih berkelebat tentang kejadian yang baru saja ia lihat tadi.

Bel masuk tersisanya 5 menit, dengan berat hati Sehun pun membangunkan Kira yang masih dengan pulasnya tidur di bahu Sehun.

“Kira-ssi ireona, sebentar lagi bel masuk akan berbunyi.” Sehun menggoyang-goyangkan tangan Kira pelan. Kira pun menggeliat dan mengangkat kepalanya dari bahu Sehun. Sepertinya ia masih belum sadar sepenuhnya. Ia mengosok-gosok matanya dengan polosnya, sehingga membuatnya terlihat sangat cute dan tentunya membuat Sehun gemas.

“Aigoo, apakah aku tertidur di bahumu?” Tanya Kira memastikan dugaannya. Sehun pun mengangguk.

“Ahh Sehun-ssi, jeongmal mianhae karena…” belum sempat Kira selesai berbicara Sehun memotongnya “Gwenchana, kajja sekarang kita kembali ke kelas.” Ajak Sehun kemudian, ia berjalan lebih dulu dan kemudian Kira menyusulnya.

Kira dan Sehun memasuki kelas bersamaan, Sujin yang melihat hal itu sedikit mengerutkan keningnya.

“Wae? Kenapa melihat kami seperti itu?” Tanya Kira pada Sujin. Kira sudah duduk ditempatnya tepat di samping Sujin dan Sehun duduk di belakang Kira.

“Anni, aku hanya berpikir akhir-akhir ini kalian sering bersama. Apa kau dan Sehun…” Ucapan Sujin terhenti karena ia mendapat tatapan yang tak mengenakan dari Kira.

“Kenapa berhenti? Lanjutkan saja.” Kata Kira masih dengan tatapan yang sama.

“A-aniyo tidak jadi, hehe”

“Aku tau apa yang kau pikirkan Sujin-ah. Jangan berpikiran yang macam-macam, kami hanya berteman, arraso?”

“Hemm, arraso.”

Sehun yang berada di belakang mereka hanya diam menyimak pembicaraan 2 yeoja yang ada di hadapannya sekarang, di dalam hati Sehun berharap suatu hari nanti ia dan Kira bisa menjadi lebih dari teman.

~~~

Pulang Sekolah

Kira sudah selesai merapikan buku-bukunya, sedangkan Sujin masih duduk termenung menatap hasil ulangan dadakan tadi yang menurutnya kurang memuaskan.

“Yaak, Sujin-ah kau tidak pulang?” Tanya Kira yang kini sudah berdiri.

“Ani.” Jawab Sujin pelan.

“Aigoo, Sujin-ah kau berlebihan, nilaimu itu sudah sangat memuaskan kenapa kau masih belum puas juga?” Kira cukup kesal melihat kelakuan Sujin sekarang, penyakit SMP Sujin ternyata masih belum hilang. Sujin hanya diam tak menghiraukan ucapan Kira.

Kira berdecak kesal “Ck, kau ini tidak pernah berubah.”

“Biaklah kalau begitu aku dan Sehun pulang duluan ne? Annyeong. Sehun-ah kajja kita pulang.” Kira berjalan keluar kelas kemudian Sehun mengikuti di belakang.

“Kau dan Sehun benar-benar seperti sepasang kekasih Kira-ya.” Gumam Sujin ketika melihat Kira dan Sehun sudah keluar dari kelas.

“Aigoo, aku tidak habis pikir Sujin masih saja seperti di SMP selalu mengeluh jika nilainya tidak sempurna.” Gerutu Kira kesal dengan sahabatnya yang satu itu.

Sehun tersenyum mendengar gerutuan Kira. “Memangnya berapa nilai yang Sujin dapatkan tadi?”

“Eumm, 99.” Jawab Kira. Sehun menoleh kearah Kira, ia cukup terkejut.

“Mwoya? Kenapa tanggung sekali.” Ucap Sehun cukup miris.

“Ne, kau benar dan itulah yang membuat Sujin sangat menyesal karena tidak hati-hati saat mengerjakan ulangan tadi.” Jelas Kira.

“Akupun juga pernah mengalami hal seperti itu dan itu memang sedikit menyakitkan. Kau pernah?”

“Heumm, ne tentu saja. Awalnya memang menjengkelkan namun aku bertekad agar di ulangan berikutnya akan lebih baik lagi.” Terangnya sambil tersenyum.

Mereka terus berbincang sepanjang koridor, hingga akhirnya ada seseorang yang menghampiri keduanya. Kira sedikit tidak senang bertemu dengan orang tersebut.

“Waeyo sunbae?” Tanya Kira sopan.

“Kau di tunggu Jung saem di ruang  musik sekarang juga.” Kata Jiyoo yang ternyata adalah orang yang menghampiri mereka. Kira sebenarnya sedikit bingung karena yang ia tahu ia tidak memiliki urusan dengan Jung saem.

“Ahh, arraso. Kalau begitu aku akan kesana sekarang. Gomawo karena sudah memberi tahu, sunbae.” Jiyoo menatap Kira sebentar dan kemudian pergi.

“Eumm, Sehun-ssi kau pulang duluan saja ne? Mungkin aku akan lama.”

“Gwenchana, aku akan menunggumu.”

“Aniyo, kau pasti memiliki kegiatan juga, akan merepotkan jika kau menungguku. Nan gwenchana, aku bisa pulang sendiri nanti.” Ucap Kira meyakinkan Sehun. Ia tidak ingin merepotkan Sehun.

“Baiklah kalau begitu, aku pulang duluan ne?” Pamit Sehun.

Kira menganggukkan kepalanya sambil tersenyum “Hemm,, Annyeong~”

Kini Kira sudah berada di depan ruang musik, kemudian ia memasuki ruangan itu. Kira memperhatikan ruang itu dengan seksama “Dimana Jung saem?” Gumamnya.

BLAMMM

Tiba-tiba terdengar suara pintu yang ditutup dengan keras. Sontak Kira menoleh kearah pintu yang kini sudah tertutup. Ia berlari kearah pintu itu dan mencoba untuk membukanya namun ternyata pintunya terkunci.

“Mwoya, terkunci?” gumam Kira sangat terkejut.

“Arghh..nan baboya, sunbae itu pasti yang melakukan ini. Kenapa aku dengan mudah mempercayai ucapannya.” Kesal Kira pada dirinya sendiri.

“Sekarang apa yang harus ku lakukan?” gumamnya lagi. Ia berjalan membolak-balikkan badannya sambil terus berpikir.

Semua siswa sudah pulang, hanya beberapa orang saja yang masih berada di lapangan basket namun karena ruangan musik cukup jauh dari lapangan basket akan percuma bila Kira berteriak meminta bantuan. Handphone? Kira tidak membawanya hari ini. Karena tidak tahu apa yang harus di lakukan, Kira pun pasrah menunggu sebuah keajaiban datang.

Hampir 3 jam Kira berada di ruangan musik itu. Tiba-tiba saja ia ada seseorang dari luar mencoba untuk membuka pintu.

“Mwo? Kenapa terkunci?” gumam orang itu bingung.

“Gitarku masih ada di dalam.ck” decaknya kesal. Kemudian ia pergi dari tempat itu namun terhenti oleh teriakan Kira dari dalam.

“Yaaa,, seseorang yang diluar tolong buka pintunya.”

“Mwo? Siapa itu?” gumamnya sambil kembali menuju ruang musik.

“Heyy,, siapa kau?” teriaknya dari luar.

“Aku Kira, tolong bukakan pintu ini.” Balas Kira berteriak dari dalam.

“Mwo? Yaak, monyet kecil apa yang kau lakukan di dalam sana? Cepat keluar.”

“Monyet kecil? Aisss,, ini pasti sunbae gila itu.” Gumam Kira pelan.

“Yakk, sunbae gila yang babo. Jika pintunya tidak terkunci aku akan keluar dari tadi.” Teriak Kira begitu kesal, ia tidak menyangka sunbae yang populer disekolahnya ini begitu bodoh.

“Mwo? Apa kau bilang barusan? Gila?babo? Beraninya kau mengataiku seperti itu” Kesal Chanyeol yang tidak terima dikatai gila dan babo.

“Karena itu memang kenyataan kan. Aisshh, sunbae palli buka pintunya.” Teriak Kira lagi sambil menggedor-gedor pintu dengan keras.

“Yakk, monyet kecil yang babo. Jika aku memiliki kunci ruangan ini, aku akan membukanya sejak tadi.” Balas Chanyeol mengikuti ucapan Kira.

“Mwo? Itukan kata-kataku tadi, dasar tidak kreatif~~~ aaaarghh,, sunbae palli buka pintunya.”

“Jika aku tidak mau bagaimana?”

“Ck,, sunbae ini benar-benar membuatku gila. Ottokhae?? Apa yang harus ku lakukan” batin Kira.

Tiba-tiba ia melihat sebuah gitar dengan inisial PCY terletak tidak jauh dari tempatnya berdiri. Kira langsung tersenyum licik dan tau apa yang harus ia lakukan sekarang.

“Aku akan mematahkan gitar jelekmu ini jika kau tidak membukakan pintu ini sunbae.” Kini giliran Kira yang mengancam. Mendengar ucapan itu Chanyeol sangat terkejut bukan main, pasalnya gitar itu sangat berharga baginya.

“Heyy, awas saja jika kau berani menyentuh gitar itu. Kau tidak akan selamat monyet kecil.”

“Jika kau ingin gitar ini aman, cepat temui satpam sekolah dan minta kunci ruangan ini. Palli~~”

“Aisss,, arraso arraso.” Pasrah Chanyeol akhirnya, ia segera melesat pergi mencari satpam sekolah yang biasanya sedang berkeliling memeriksa keadaan sekolah.

Beberapa menit kemudian Chanyeol datang dengan membawa kunci ruang musik ditangannya. Ia dengan cepat membuka pintu tersebut setelah itu ia segera masuk dan langsung mengambil gitarnya yang terletak diatas sebuah meja.

“Yeayyy,, aku bebas.” Girang Kira yang kini sudah berada di luar ruang musik.

“Kau tidak melakukan apa-apa terhadap gitarku kan?” Tanya Chanyeol tiba-tiba yang sekarang berada di belakang Kira. Hal itu tentu saja membuat Kira terkejut. Ia kemudian membalikkan badannya kearah Chanyeol.

“Tenang, tadi aku hanya mengancammu saja.” Jawabnya santai.

“Wae? Kau terlihat takut sekali sunbae” Ejek Kira sambil tertawa meremehkan.

“Sudah puas kau tertawa, monyet kecil?” Perkataan Chanyeol barusan sontak membuat Kira menghentikan tawanya.

“Kenapa kau bisa terkuci didalam?” Tanya Chanyeol penasaran.

“Molla, tanyakan saja pada yeojachingumu itu.” Jawab Kira malas, ia menjadi kesal mengingat sunbae itu (Jiyoo).

Awalnya Chanyeol bingung siapa yang Kira maksud, tapi tidak lama ia pun tahu bahwa yang Kira maksud adalah Jiyoo.

“Maksudmu Jiyoo? Dia bukan yeojachinguku lagi.” Sahut Chanyeol mengelak.

“Ahh iya, aku lupa akan hal itu.” Ucap Kira kemudian ia berjalan pergi.

“Yakk, kau mau kemana?” Teriak Chanyeol yang melihat Kira sudah mulai berjalan.

“Tentu saja pulang.” Balas Kira sambil terus berjalan menuju gerbang sekolah.

“Yakk, bahkan kau belum mengucapkan terima kasih padaku, dasar tidak sopan.” Kesal Chanyeol.

Kira menghentikan langkahnya dan kemudian berbalik “Gamsahamnida sunbae.” Ucap Kira sambil membungkukkan badannya 90o. Setelah itu ia kembali melanjutkan jalannya.

“Aigoo, bocah itu kenapa begitu menyebalkan.ck” Decak Chanyeol kesal. Kemudian ia pergi sambil membawa gitarnya.

~~~

Kira masih dengar sabarnya menunggu datangnya bus dihalte. Langit terlihat mulai jingga menandakan bahwa sebentar lagi matahari akan terbenam.

“Kenapa busnya lama sekali.” Gumam Kira pelan.

Tiba-tiba ada mobil yang berhenti di depan halte bus tersebut.

“Hey monyet kecil.” Sapa orang itu pada Kira yang sedang menunduk. Kira menoleh dan menatap orang itu dengan wajah malas “aigoo kenapa harus bertemu sunbae gila ini lagi” gerutu Kira di dalam hati.

“Mwoya?” Balas Kira ketus. Ia merasa sangat sial karena bertemu lagi dengan sunbaenya yang satu ini.

“Sedang apa kau disini?” Tanya Chanyeol penasaran. Kira memutar bola matanya sebal karena menurutnya itu adalah pertanyaan yang sangat konyol.

“Hey sunbae gila yang babo, ini halte bus, tentu saja aku disini untuk menunggu bus.” Jawab Kira sambil menahan kekesalannya. Di dalam hati Kira berharap bus berikutnya segera tiba.

“Yakk, berhenti mengataiku gila dan babo. Sekali lagi kau mengataiku seperti itu, kau akan tau akibatnya” Ancam Chanyeol.

“Tidak akan. Semakin lama kau memang semakin tidak waras dan babo. Lagipula untuk apa kau kesini hah?” Sahut Kira.

“Aigoo, aku sedang malas berdebat denganmu. Lebih baik kau ikut aku, aku akan mengantarmu.” Ajak Chanyeol akhirnya. Kira mengerutkan keningnya bingung.

“Mwoya? Kau mengajakku pulang bersama? Shireo, lebih baik aku naik bus dibanding denganmu.” Tolak Kira mentah-mentah.

“Kuberi tahu kau monyet kecil, di jam seperti ini tidak akan ada bus yang berhenti disini.” Bohong Chanyeol, ia mengatakan dengan mimik yang sangat meyakinkan.

“Jinjja? Omo~ bagaimana aku bisa pulang cepat?” Kata Kira dengan wajah cemas.

“Sudah ku bilang kau ikut saja denganku.” Bujuk Chanyeol.

“Shireo~ lebih baik aku pulang berjalan kaki.” Kira yang kesal langsung saja berdiri dan bersiap pergi dari sana, namun dicegah oleh Chanyeol yang kini sedang mencengkram tangannya.

“Yakk, sunbae lepaskan. Kalau tidak, aku akan berteriak.” Seru Kira sambil mencoba melepaskan cengkraman Chanyeol.

“Mwo? Kau pikir aku ini seorang penjahat yang akan menculikmu?” Kata Chanyeol tak habis pikir.

“Tolong~ tolong~ orang ini ingin menculikku, tolong~” Teriak Kira tiba-tiba membuat Chanyeol membulatkan matanya tidak percaya dengan apa yang baru saja hoobaenya ini lakukan.

Chanyeol segera menyekap menutup mulut Kira yang sejak tadi tidak henti-hentinya berteriak minta tolong, ia khawatir orang-orang akan berpikir ia benar-benar seorang penculik.

“Hmmppp,,hmmpp..” Kira mencoba memberontak namun tenaganya tidak sekuat Chanyeol, akhirnya ia menginjak kaki Chanyeol sekuat mungkin sehingga membuat Chanyeol mengaduh kesakitan dan melepaskan tangannya dari mulut Kira.

Setelah itu Kira memukuli Chanyeol sejadi-jadinya melampiaskan kekesalannya.

“Kau memang gila sunbae, aku hampir mati karena sulit bernapas.issss..” Kira terus saja memukuli punggung Chanyeol. Chanyeol hanya diam pasrah, ia juga tidak merasa kesakitan karena menurutnya pukulan ini kurang lebih sama dengan pukulan keponakan-keponakannya.

“Aku membencimu sunbae, aku membencimu~.”

“Aigoo, yeoja-yeoja zaman sekarang memang sangat menyeramkan.” Gumam seorang namja yang kebetulan melewati halte bus tersebut, disampingnya ada seorang yeoja yang kini sedang menatapnya tajam.

“Apa maksud perkataanmu tadi eoh?” Tanya yeoja itu masih dengan tatapan tajamnya.

“A-aniya chagi.” Jawab namja tersebut gugup karena tatapan tajam yeojanya itu.

Back to Chanyeol-Kira

“Ughhhh, kau menyebalkan sunbae.” PLAKK tanpa sengaja Kira menampar pipi Chanyeol. Kira maupun Chanyeol sama-sama terkejut, Chanyeol tidak menyangka Kira akan menamparnya (lagi) dan Kira merasa sedikit bersalah karena ia benar-benar tidak sengaja melakukan hal itu.

“Appoyo.” Ringis Chanyeol sambil memegangi pipnya yang kini memerah. Chanyeol menatap tajam kearah Kira. Kira sedikit takut dengan tatapan itu, perasaannya mulai tidak enak, sama seperti dulu (ketika di mos).

“Mwoya? Aku tidak sengaja melakukannya, lagipula salahmu karena sudah membuatku kesal.” Ucap Kira sebisa mungkin bersikap santai, namun Chanyeol masih memandangnya dengan tatapan yang sama.

“Yakk, berhenti menatapku seperti itu.” Ucap Kira mulai kesal pasalnya Chanyeol hanya terus diam sambil menatapnya tajam.

“Aisshh.. arasso arasso, mianhae sunbae, karena aku telah menamparmu yaa walaupun itu tidak ku sengaja. Sekarang hentikan tatapanmu itu sunbae, kau membuatku….” Chu~

Ucapan Kira terhenti karena Chanyeol sudah menciumnya terlebih dahulu. Kira terdiam mematung, sepertinya saraf dan ototnya berhenti bekerja sejenak.

“Akhirnya aku bisa membuatmu berhenti mengoceh.” Ucap Chanyeol setelah melepas ciuman yang cukup lama tadi, yaa tidak terlalu lama tapi setidaknya lebih lama dari ciuman ketika MOS.

Diam mematung, itulah yang Kira lakukan sekarang. Chanyeol menjadi heran karena ia tidak melihat reaksi redoks  apapun dari Kira.

“Heyy,, kau masih hidup?” Tanya Chanyeol sambil mengibas-ngibaskan tangannya didepan wajah Kira, namun Kira masih saja tak merespon.

Chanyeol yang masih bingung akhirnya menarik masuk Kira kedalam mobilnya. Kira yang kini sudah duduk di mobil Chanyeol masih saja diam.*kesambet ni anak xD

“Kisseu season 2. Hahaha..” Kata seseorang yang berada tidak jauh dari halte bus, ia menatap sebuah photo di handphonenya yang baru saja ia ambil sambil tertawa puas.

TBC

Wuooo~~

Jeongmal gomawo buat kalian semua yang sudah mau baca dan komen, gomawo juga buat yang sudah mau nunggu ff ancur ini. Mianhae karena author gak nepatin janji buat lanjutin habis UKK, soalnya author sibuk banget, banyak tugas, apalagi sekarang udah kelas 12 jadi harus fokus belajar. Ini dia part 3nya, maaf kalau tidak memuaskan dan pendek, soalnya ini otak udah ngestuck banget, gak tau mau lanjutin kayak gimana dan akhirnya jadilah seperti ini, gaje banget dan typo banyak juga -__- Maaf banget yaa readers.

Untuk part 4 gak janji bakalan cepat yaa, tapi pasti bakal dilanjut kok.

Inikan author bikin masih dalam suasana lebaran Idul Adha jadi author mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Adha 1434 H. Mohon Maaf Lahir & Batin yaa buat semuanya J

Komen yaa ^^

Kritik & saran ditunggu~


Second Heart (Chapter 1)

$
0
0

Second heart

 

Tittle : second heart

Author : mey27

Genre : romance-sad

Rating : PG-15

Length : chapter

Cast : ▪ oh sehun

▪ kim soojin -OC-

▪ Other cast

[ chapter 1 ]

 

Aku membuat cerita baru, masih cerita klasik. Mungkin terjadi di real life kalian. Tetap menjadikan biasku-sehun- jadi main cast disini. Mencoba menjadi lebih baik lagi di setiap tulisan, semoga tidak membosankan. Cerita ini aseli dan nggak terinspirasi dari cerita mana-mana. kalau ada kesamaan, harap dimaklumi. Sama-sama dibuat dengan otak. Ff ii pernah di share di blog pribadi aku, jadi ini author yang sama.

Real storyline from mey27©

 

Warn :

Disini lebih banyak dari sudut pandang soojin ya. Soojin side-

Typo anywhere, sorry.

Happyread^^

 

***

 

Summary-

“oppa, jebal jadikan aku yang kedua. Aku sangat mencintaimu oppa”

“kau yakin soojin-ah?”

“yakin”

 

 

***

 

Soojin side-

 

Aku hanya menatap bosan sekelompok namja yang sedang bermain basket di tengah lapangan oranye itu. Dan teriakan beberapa yeoja yang sangat mengganggu telingaku mambuatku tambah merasa bosan. Mengapa para yeoja itu meneriakan nama-nama namja yang sedang bermain basket itu, apakah salah satu pemain basket itu adalah namjachingu-nya?. Ah tak usah dipusingkan soojin-ah, batinku. Urusi saja masalah percintaanmu.

Benar sekali, urusan percitaanku memang sama sekali tak mulus. Memang benar selama kurang lebih satu tahun aku dekat dengan seorang namja, sangat dekat bahkan. Tapi aku dengan namja itu tidak pernah menunjukan kedekatan kami sama sekali di mata umum. Kami bukan tanpa alasan seperti itu, karena namja itu sudah memiliki kekasih. Ya, memiliki kekasih. Aku seorang perusak hubungan orang? Hm bisa di bilang seperti itu, bisa juga tidak. Bahkan sampai saat ini aku tak berpacaran dengan namja itu, hanya sebatas teman yang sangat dekat. Bisakah disebut sebagai yeoja perusak hubungan orang lain? Terserah kalian mau menyebutku apa. Yang jelas aku sudah dibutakan dengan cintanya namja itu. Aku sungguh mencintainya.

Yang membuatku bisa menjadi dekat dengan sehun oppa-namja tadi- karena aku mengikuti klub olahraga softball di sekolahku, karena sehun oppa adalah seniorku di sekolah kami, maka dari itu sehun oppa memberikan pembelajaran kepada para juniornya yang baru masuk, dan aku salah satunya yang dapat di ajarkan olehnya. Sedangkan kim minji-yeoja chingu sehun oppa- yang satu angkatan dengan sehun oppa dan ia juga mengajarkan pembelajaran tentang softball kepada juniornya yang lain. Dan ternyata saat aku sudah mulai menyukai sehun oppa, sehun oppa dan minji eonni juga sedang dekat, dan setelah mereka menjadi dekat beberapa bulan kemudian mereka sudah menjadi sepasang kekasih. Aku sempat terpuruk karena itu, dan sempat aku tidak menghadiri beberapa kali pertemuan klub softball, tetapi ternyata malah membuatku semakin tersiksa. Dan ku putuskan untuk tidak menjadi seorang pengecut. Kerena sekolahku akan mengikuti olimpiade softball antar beberapa sekolah menengah yang ada di seoul, membuatku dan sehun oppa menjadi semakin intens untuk bertemu. Dan disaat itulh rasa itu semakin berkembang.

Sehun oppa pernah bercerita bahwa sebenarnya ia sudah bosan dengan minji eonni karena ada beberapa sifat minji eonni yang mebuat sehun oppa tidak nyaman. Padahal meraka sudah berpacaran selama kurang lebih dua tahun, dan selama setahun itulah aku menjadi bisa dibilang simpanan sehun oppa. Dan aku pernah bertanya mengapa ia tidak memutuskan minji eonni, dan jawabanya sangat membuatku sakit. Alasannya karena sehun oppa tidak tega untuk memutuskan minji eonni, dan karena sehun oppa masih mencintai minji eonni. Tapi mengapa sehun oppa mengatakan bahwa ia telah bosan? Membingungkan.

Sebentar lagi anggota klub softball akan berkumpul. Pastinya juga akan ada sehun oppa dan minji eonni, terkadang mereka menunjukan kedekatan mereka di depan umum yang secara tidak langsung sangat menyakiti hatiku, sangat. Tapi mau bagaimana lagi, aku tah berhat untuk marah dengan sehun oppa, sehun oppa pasti tak menganggapku lebih. Aku akan menyiapkan hati yang tegar dari sekarang, kau harus kuat soojin-ah.

Ku lajukan kakiku melewati koridor sekoahku yang sedang ramai oleh beberapa pasangan yang sedang di mabuk kasmaran, yang lainnya hanya sedang memakan bekal makan siang mereka. Mereka benar-benar membuatku iri. Aku hanya berjalan sembari menunduk, ku belokan jalanku menuju gedung olahraga in-door yang ada di sekolahku, saat aku baru saja memasuki gedun tersebut terlihat pasangan yang sebenarnya sama sekali tak ingin aku lihat, sehun oppa dan minji eonni. Dan tanpa sengaja aku melihat kegiatan apa yang mereka kerjakan dari ekor mataku, minji eonni sedang menyuapkan  bekal makan siangnya untuk sehun oppa. Dan aku mendengar dengan jelas gelak tawa meraka. Sakit. Aku berjalan sambil meremas kuat dadaku yang sama sekali tidak sakit, tetapi nyeri di dalamnya. Ku beranikan diriku untuk melirik kearah mereka, dan ternyata pandanganku dengan sehun oppa bertemu. Segera kupalingkan wajahku, aku takut sehun oppa melihat mataku yang sudah memerah. Untung aku sudah menahannya, kalau tidak airmataku sudah turun sejak tadi.

Aku masuk ke ruang ganti pakaian yang ada di dalam gedung ini, dan berjalan ke arah loker yang bertuliskan namaku-kim soojin-. Segeraku ganti pakaian seragamku dengan baju pemain softball. Sembari mengganti pakaian, aku juga berusana menghentingkan tangisku, akar saat aku keluar tidak ada yang curiga mengapa aku menangis. Aku berdiri di depan cermin sejenak, memperhatikan mataku yang untungnya tidak merah lagi. Mataku sudah kembali normal, tidak seperti orang yang habis menangis. Aku berjalan keluar dari ruang ganti ini, dan saat aku keluar terlihat beberapa temanku yag ternyata sudah berakaian seragam softball, entah mereka mengganti bajunya dimana. Mungkin hanya aku saja yang tidak memperhatikan mereka, karena memang benar perhatianku hanya kepada kedua pasangan yang sudah tidak menunjukan kemesraan mereka.

Lebih baik aku fokus dengan latihan hari ini karena tinggal beberapa bulan lagi olimpiade akan berlangsung.

 

***

 

Soojin side-

Latihan baru saja selesai 15 menit yang lalu, setelah mengganti pakaian tadi kuputuskan untuk kembali kekelas, aku sangat lelah. Masih ada satu mata pelajaran tambahan lagi yang harus kuikuti sebelum pulang sekolah. Jam istirahat yang tersisa tinggal 30 menit lagi.  Aku ingin segera pulang, moodku berubah menjadi sangat buruk karena kejadin tadi.

Sebuah benda tipis berwarna putih di dala tasku bergetar, segera kucari benda yang sedari tadibergetar. Di layar itu bertuliskan nama seseorang yang sangat ku rindukan beberapa hari ini.

From : sehunie oppa

Jinie-ya cepat temui aku di taman belakang sebelum bel masuk berbunyi.

Palliyo. Bogoshiposeo{}

 

Begitulah pesan singkat dari namja itu, dengan sedikit enggan aku bangkit dan berjaan menuju taman belakang sekolah kami yang memang jarang di kunjungi oleh siwa disini, entah mengapa. Padahal suasana taman belakang sangatlah sejuk. Dan itu merupakan keberuntungan untuk pasangan gelap sepertiku, karena taman belakang adalah tempat persembuyian untukku dan sehun oppa mengobrol tanpa diketahui orang lain. Sebenarnya aku juga sangat merindukanmu oppa. Aku tengah melewati koridor dengan terburu karena takut bel pelajaran berbunyi, sebentar lagi aku akan segera sampai di mana namja itu berada.

Ku-edarkan arah pandangku mencari seorang namja yang menungguku, dia berada tepat di bawah pohon yang lumayan rindang, ia tersenyum begitu hangat. Aku hanya dapat membalasnya juga dengan senyuman.

“oppa” sapaku. Sehun oppa segera menarik tanganku untuk mengajaku duduk di sampingnya. Tanpa ragu aku mendudukan tubuhku tepat disampingnya.

“soojin-ah kau terlihat sangat letih, apa kau berlari untuk keini?”tanyanya khawatir.

“ah, anio. Gwaenchana. Hanya berlari kecil” jawabku meyakinkannya. Ia memberiku saputangan putih miliknya. Aku mengambilnya tanpa ragu dan segera mengelap keringatku yang bercucuran walaupun tidak terlalu deras di daerah pelipisku.

“waeyo oppa memanggilku oppa?”tanyaku lagi.

“Anio, hanya merindukanmu, apakah kau tak merindukanku? Sudah beberapa hari ini kan kita sama-sama sibuk hm?”

Aku hanya tersenyum mendengarnya. Aku mencintaimu oppa.

“nado oppa, ku kira ada suatu hal yang sangat penting” sehun oppa hanya terkikik pelan. Aku merasakan kehangatan di jemari tangan kananku yang teryata sedang di genggam olehnya.

“jinie-ya, mianhae” ucapnya memegag erat tanganku.

“mianhae? Untuk?” tanyaku tak mengerti, tapi aku memang tak merngerti maksud ucapannya.

“soal yang di gedung olahraga tadi. Jeongmal mianhae, aku tak bermaksud untuk melukain hatimu, aku benar- ” segera kupotong ucapannya sebelum ia menyelesaikan perkataannya.

“gwaencaha oppa, mengapa aku harus marah? Aku sama sekali tak ada hak untuk itu” ucapku lirih. Sebisa mungkin aku menahan tangisku, aku benar-benar cengeng.

Ia menarik kepalaku untuk bersandar di pundaknya.

“mianhae sopjin-ah aku selalu membuatmu menangis, menangislah jika kau ingin menangis. Agarkau lebih tenang” ucap sehun oppa. Tak perlu kau suruh oppa, sedari tadi memang air mataku sudah menddesak untuk keluar. Aku menangis sesenggukan dipundaknya, dan menyebabkan kemeja sekolahnya sedikit basah karena airmataku.

Tangannya masih terus mengelus jemariku dan menyalurkan kehangatan. Semilir angin menambah suasana melankolis saat ini.

Tet..tet..tett..

Ber sudah berbunyi tiga kali pertanya jam pelajaran tambahan akan berlangsung sebentar lagi. Segera ku lepas genggaman tangannya. Dan kuhapus sisa air mataku.

“oppa, sudah masuk. Aku kembali kekelas dulu, ne? Sampai jumpa” pamitku. Beru saja aku bangkit dan ingin berlari menginggalkannya. Ia menarikku kedalam pelukannya. Di bawah pohon yang sangat rindang.

“jangan sedih lagi ne, saranghae” ucapnya, aku hanya mengangguk dalam pelukannya. Ia melonggarkan pelukannya dan menarik wajahku yang sedari tadi menunduk.

Chu~

Ia mengecup puncak kepalaku singkat. Aku hanya tersenyum bahagia, hanya karena sebuah kecupanpun aku dapat luluh dibuatnya.

“palli, nanti kau telat” suruhnya. Aku tak menjawab ucapannya, hanya anggukan.

Aku segera berlari meninggalkan taman belakang itu. Menuju kelasku yang terletak tidak begitu jauh dari taman tadi.

Setelah sampai di depan kelasku, aku tersenyum lega. Ternyata guru jung belum datang. Aku memasuku kelasku, lalu langsung mendudukan tubuhku di kursi. Dan teman sebangkuku terlihat khawatir denganku karena nafasku yang tersenggal-senggal.

“soo-ah, gwaenchana? Kau dari mana? untung saja guru jung belum datang. Kalau sudah datang kauakan mati olehnya” cetus temanku, jung raena.

“gwaenchana raena-ya. Aku hanya lelah sehabis berlari karena ada urusan tadi”ucapku dan raena hanya bisa menggeleng pasrah.

Drtt..drtt..

Benda kotak tipis yang ada di saku rok-ku bergetar. Segera ku rogoh saku yang terdapat sumber getaran tadi.sebuah pesan, kubuka.

 

From : sehunie oppa

Soo, nanti aku akan mengantarmu pulang, kau tunggu saja di depan sekolah. Aku akan segera datang. Hari ini minji akan melatih beberapa anggota softball yang masih kurang. Sampai ketemu. Saranghae:*

 

Begitulah pesan yang sehun oppa kirimkan untukku. Tidak munafik kalau aku sangat senang.

Sebuah tangan mengoyangkan pundak kiriku. Dakuun tersadar.

“kim soojin, mengapa kau tersenyum sendiri? Kau membuatku takut” tanya raena. Tawaku meledak karenanya.

“ah~ anio raena-ya. Kau yang membuatku takut” bela-ku. Kamipun tertawa bersama.

Laluku ku ketik balasan pesan tadi

To : sehunie oppa

Ne oppa. Nado saranghae:*

 

Sent!

 

***

 

To be continue^^

hoho baru part 1~

Sampai ketemu di part selanjutnya.

Real storyline mey27©

 

Bighug,

 

Mey27 xoxo

 

 



Hello Precious (Chapter 9)

$
0
0

FF EXO|[HELLO PRECIOUS!]|#9 Into Your World

 

Title : Hello Precious!

Subtitle : Into Your World

Author : @bbymomoo

Genre : Romace, Drama, Fluff, Sad

Rating : T – PG17

Length : Chaptered

Main Cast :

Ahreum (T-ara—ex)

Kai (Exo-k)

Suho (Exo-k)

Krystal (f(x))

D.O (Exo-k)

Naeun (A-pink)

Sehun (Exo-k)

Support Cast :

Luna dan Suzy as Krystal’s friends

Shindong, Kangin, Jung

Jessica

Kang Sora as Jung Sora –has die-

 

WARNING: Typo(s)

A/N : Happy Reading!

newcoverpart9_

Krystal mengedarkan pandangannya. Tenggorokannya mulai haus berkeliling sana-sini untuk berbelanja. Namun, tak disangka ia malah mendapati siluet tubuh Ahreum yang berada di antrean panjang salah satu wahana di sana—bianglala. Ia memfokuskan pandangannya lagi. Ahreum terlihat membawa dua bubble tea di tangannya dan memberikannya satu pada seseorang di sana. Tangannya juga menenteng beberapa belanjaan.

“Kai?”kaget Krystal bercampur rasa ingin tahu. Pemuda itu terlihat menerima bubble tea dari Ahreum dan meminumnya. Kai juga menepuk kepala Ahreum lalu mengacak rambut depannya.

9th

==========

HELLO PRECIOUS!

========

I wanna be your favorite hello…

…and your hardest goodbye

.

.

 

Aboji?”

Jessica bangkit dari duduknya begitu sadar kalau tangan Yunho mulai bergerak. Matanya yang menutup mulai terbuka perlahan. Jessica menghapus sisa air mata di sudut matanya. Tak lupa Jessica menekan tombol di dekat ranjang Yunho untuk memanggil Dokter.

                “Aboji gwaencaha?”

Yunho mengedarkan pandangannya. Kepalanya sedikit berdenyut nyeri. Yang dilihatnya hanya langit-langit kamar dan ruangan serba putih. Lalu matanya menangkap manik mata Jessica. Gurat kekhawatiran terlihat di wajah wanita itu.

Tak berapa lama seorang dokter dan suster datang ke ruangan itu. Jessica minggir mempersilakan sang dokter untuk memeriksa. Dokter itu memulai dengan mendengarkan degup jantung Yunho lalu memeriksa mata pria tua yang telah bercucu tersebut. Jessica bernapas lega karena dokter muda itu tidak meunjukkan raut-raut cemas.

“Sudah merasa lebih baik?”tanya dokter itu pada Yunho.

Yunho mengangguk, “Iya, kurasa begitu.”ujarnya dengan nada parau. Kesehatanya belum pulih seutuhnya.

“Jangan terlalu memikirkan masalah yang berat, tuan Jung,itu bisa membuat jantung anda kambuh seperti tadi.”jelas dokter itu.

                “Gamshamnida uisanim.”ujar Jessica sambil membungkukkan badan. Dokter muda itu tersenyum canggung. Ini kali pertamanya menangani pasien yang lebih tua darinya.

“Ah, tidak perlu seperti itu, nyonya. Bukankah begitu tugas seorang dokter.”ujarnya.

Jessica terperangah. Kemudian ia tersenyum—menyampaikan rasa terimakasihnya. “Kalau begitu aku keluar dulu, nyonya,”pamit dokter itu.

“Jung Sooyeon..”panggil Yunho.

Jessica langsung menoleh. Mendekat ke tepi ranjang ayahnya. Ia sudah mengetahui mengapa penyakit ayahnya kambuh mendadak seperti ini. Sedih memang, namun Jessica seperti mendapat lampu hijau karena bisa memanfaatkan momen tersebut.

“Ada apa aboji?”tanya Jessica.

“Aku tidak akan dirawat lama di sini kan?”tanya Yunho. Jessica mengangguk pelan.

“Mungkin, tapi kalau pun aboji dirawat lama aku bisa menelpon Yonghwa untuk menggantikan aboji mengurus perusahaan di sini.”jawab Jessica.

Perusahaan keluarga Jung bergerak di bidang Industri dan pasar swalayan organik. Namun yang paling menonjol adalah jasa pelayaran dengan kapal-kapal pesiar keluarga Jung yang mewah. Sementara perusahaan di Korea ditangani oleh Yunho—dan perusahaan di China-Jepang ditangani oleh Yonghwa—menantunya atau suami Jessica.

“Tidak perlu, dia cukup repot menangani krisis ekonomi perusahaan di China dan Jepang, kan?”

“…”

“Tinggalkan aku untuk istirahat.”ujar Yunho.

“Baiklah, aboji. Aku akan pulang dulu. Ehm, Shindong-ssi akan menunggumu di sini.”ujar Jessica sebelum akhirnya berlalu meninggalkan ruangan serba putih itu. Yunho menghela napasnya, lalu memejamkan mata.

Jessica mengendarai mobilnya menuju Seoul. Ia benar-benar kesal karena Yunho masih saja mendatagi makan Sora. Mengingat Sora, ia langsung terbayang wajah gadis kecil bernama Lee Ahreum itu.

“Kenapa dua orang itu terlihat sama?”batinnya.

Jessica kembali mengingat-ingat kejadian yang tak pernah ia lupakan. Seumur hidupnya sampai saat ini. “Mokpo? Bukankah Shindong dan anak gadisnya itu berasal dari Mokpo?”

Seperti mendapatkan clue, ia lagsung meraih tasnya dan mengambil ponsel. Menelpon seseorang yang dia rasa bisa membantunya.

Yobeoseyo?”

“Nona Jung?”ujar seseorang di ujung telepon.

“Aku mau kau menyelidiki sopir keluarga Jung dan anaknya yang bernama Lee Ahreum.”titah Jessica.

.

Hello Precious

.

                “Kau mau kemana?”tanya Sehun begitu melihat Ahreum hendak beranjak keluar kelas. Ahreum memandangi pemuda itu heran. Tidak biasanya nada bicara Sehun seperti itu. Terlihat tidak seperti bertanya—malah terkesan melarangnya pergi.

“Aku akan makan siang.”jawab Ahreum polos. Tentu saja ia menunggu jam makan siang—untuk makan siang bersama Suho.

“Ikutlah makan di kantin,”Sehun memohon. Ia sekarang sudah hafal kalau Ahreum sering makan siang sendiri karena gadis itu membawa bekal dari rumah.

“Tidak bisa, aku..”

“Siapa?” Sehun menebak. Tebakan yang sangat tepat. Ahreum menelan ludahnya susah.

“Bagaimana bisa kau tahu?”Ahreum balik bertanya.

“Kau pikir?”

“Aah..”Ahreum membuang napasnya. “Jangan katakan pada Naeun, aku makan siang dengan Suho oppa.”

Ahreum menyatukan telapak tangannya lalu mengangkatnya ke atas, seolah memohon pada Sehun. Sambil mengeluarkan puppy eyes miliknya. Sehun bingung, sebenarnya bukan ke arah itu yang ia bicarakan. Tapi pemuda itu bernapas lega.

“Baiklah, pergilah sebelum jam makan siang selesai.” Sehun bangkit dari duduknya dan langsung keluar kelas. Ahreum tersenyum malu. Ia ikut menyusul Sehun keluar kelas.

Sambil membawa bekalnya, Ahreum berjalan menuju ruang osis lagi. Namun ia berjalan cepat sambil sedikit menyembunyikan wajahnya. Ia takut Gahee sonsaeng akan memergokinya lagi. Bisa-bisa ia dihukum membersihkan seluruh toilet di sekolah.

Ahreum melongok ke dalam ruang Osis yang pintunya terbuka. Kosong. Yang ia dapati hanya sebuah ruangan besar dan penuh dengan berkas-berkas di setiap mejanya—tidak begitu jauh dari ruang guru. Hanya saja ada meja rapat dan meja ketua Osis. Seperti kantor umum saja.

Puk

Seseorang menepuk pundak Ahreum dari belakang. Gadis itu membulatkan matanya was-was. Jangan sampai itu Gahee sonsaeng yang selalu berkeliaran di koridor osis kelas 11. Atau bahkan Kai yang akan menjadi perusak harinya? Perlahan ia membalikkan badannya.

“Oppa! Kau membuatku kaget..” Ahreum menghembuskan napasnya lega. Setidaknya bukan Kai atau Gahee sonsaenim, tapi Suho dengan senyuman malaikatnya.

“Mencariku atau?”tanya Suho yang membuat rona merah di pipi Ahreum.

“Eung.. tentu saja, Oppa sudah janji untuk makan siang bersama, kan?”ujar Ahreum. Tsk! Ia langsung merunduk. Merutuki kebodohannya. Hello, itu sama sekali bukan seorang Lee Ahreum.

“Haha..”Suho tertawa lalu mengacak rambut Ahreum. “Baiklah ayo, kau pasti belum pernah makan siang di greenhouse sekolah kan?”

Greenhouse?”Ahreum mengerjapkan matanya imut. Suho tersenyum miring lalu segera menarik tangan gadis itu agar mengikuti langkahnya. “Eo? Bukankah itu kawasan kelas ipa?”batin Ahreum.

Suho terus menarik tangan Ahreum. Greenhouse SMA Hanlim tidak begitu besar. Hanya saja ada banyak jenis tanaman dan beberapa hewan yang menghiasi rumah kaca serba hijau itu. Mulai dari tanaman hias bahkan sampai tanaman obat tradisional. Di sana juga terdapat hewan-hewan seperti burung, ikan, dan sebagainya untuk bahan penelitian. Tempat ini berada di lantai dua, jadi Suho dan Ahreum bisa memandangi indahnya langit dari sini.

Suho melepaskan tangan Ahreum begitu mereka sampai. Ada beberapa bangku di sana. Bangku yang biasa digunakan pada saat penelitian atau pengamatan tanaman tempat tersebut.

“Wah kenapa aku baru tahu kalau greenhouse sebagus ini?”ujar Ahreum takjub. Benar-benar segar berada di tengah-tengah tanaman seperti itu. Suho tersenyum.

“Ini tempat favoritku di sekolah.”ujar Suho. Pemuda itu sudah duduk di salah satu bangku kayu di sana.

Tempat favorit, artinya tempat kesukaan. Ahreum jadi ingat tempat favoritnya di belakang sekolah. Tepat di bawah pohon apel, tempat favoritnya sebelum ada pemuda jangkung menyebalkan yang sekarang kakaknya sedang bersama dirinya. Lupakan soal pemuda itu, Ahreum! Batinnya.

Mokgo kajja*!” (*Mari makan)

Ahreum langsung duduk di sebelah Suho sambil membuka kotak bekalnya. Begitu juga dengan Suho. Mereka makan berdua sambil sesekali bercanda.

Kimbab buatanmu enak sekali,”puji Suho.

Jinjja? Tapi bukan aku saja yang membuat. Tadi pagi Oppa juga membantuku.”Ahreum mengelak.

“Hanya sedikit.”

Suho mengambil ipod dan earphone dari sakunya. Memutar salah satu lagu kesukaannya di playlist benda berwarna putih itu. Tangan Suho terulur untuk memasangkan salah satu earphone itu ke telinga Ahreum—agar keduanya bisa sama-sama mendengar.

“Eo?”kaget Ahreum lalu menatap Suho.

“Dengarkan saja.”

Lagu ini. Ahreum mendengarkannya dengan seksama. Ke dalam duniamu.. Sebagai pelindungmu, akan ku halau semua angin kaku, meskipun orang berpaling kepada mu, aku bisa menjadi orang yang bisa menghapus air mata mu pada hari yang melelahkan..

Lagu yang dinyanyikan Suho, D.O dan Baekhyun saat final camp di Jeju waktu itu. Ahreum berhenti mengunyah. Ia menatap Suho lalu tersenyum. Lagu yang indah, batinnya. Angin yang masuk melalui celah-celah ventilasi dan jendela menerpa keduanya lembut. Membuat rambut Ahreum yang tergerai sebagian menjadi terbang-terbang.

Suho tertawa melihat itu. Bukan. Bukan karena angin yang menerpa rambut Ahreum. Tapi karena sisa makanan di sudut bibir gadis itu. Ahreum malah ikut tertawa bersama Suho. Pemuda langsung menghapus noda belepotan di sudut bibir Ahreum dengan ibu jarinya. Gadis itu berhenti tertawa seketika.

“Kau ini kan sudah besar, Ahreum-ah. Makanmu seperti anak kecil saja.”ujar Suho lalu merogoh sakunya—mengambil sapu tangan.  Dan kambali membersihkannya lagi.

“Hehe.”Ahreum tertawa canggung. Ia menunduk. Tidak berani menatap Suho karena sudah pasti wajahnya memerah sekarang.

Tanpa mereka Ahreum sadari, bahkan ada seseorang yang tengah mencarinya untuk makan siang. Siapa lagi kalau bukan Kai.

.

Hello Precious

.

                Ahreum hampir kehilangan jantungnya melihat Kai sudah berdiri di depan kelasnya saat pulang sekolah. Bagaimana tidak, Ahreum berencana segera pulang ke rumah siang ini. Dan, begitu keluar kelas ia mendapati pemuda tinggi itu sedang bersandar di dinding dengan tangan yang dilipat. Belum selesai Ahreum menetralkan napasnya—Kai malah langsung menariknya.

“Ya!”protes Ahreum. Entah mengapa ia berpikir kalau kemiripan Kai dan uho adalah—kenapa mereka sama-sama hobi menarik tangan seperti ini?

Semua pandangan murid di sana tertuju pada Kai yang menyeret Ahreum. Percuma saja melepaskan diri dari Kai—percuma. Jadi Ahreum memutuskan untuk menghiraukan tatapan menusuk siswa-siswa Hanlim yang notabenenya banyak yang menjadi fans Kai.

“Hei asisten Lee, kemana saja kau jam makan siang tadi?”tanya Kai kesal. Mereka berada di depan mobil pemuda jangkung itu saat ini.

“E.. itu aku..”Ahreum mencoba menyusun kata-kata yang tepat. Kai memutar bola matanya malas.

“Sudahlah. Kau ini, sekarang ikut aku.” Kai memerintah Ahreum untuk masuk ke dalam mobilnya. Ahreum menurut. Terserah saja kemana Kai akan membawanya, ia sudah tidak peduli. Ia benar-benar lelah dengan tingkah Kai yang seenaknya.

Selama perjalanan, Ahreum dan kai saling diam. Diam yang berbeda. Ahreum diam karena benar-benar takut—sebab Kai mengendarai mobilnya brutal. Dengan kecepatan yang Ahreum kira seperti kecepatan mobil di pertandingan piala Piston. Semntara Kai hanya terfokus pada jalanan.

“Hei asisten!”ujar Kai yang melihat wajah Ahreum hampir pucat pasi. Tangannya memegangi seatbelt erat-erat.

Tuk

Ahreum menjitak kepala Kai. Pemuda itu meringis sambil memegangi kepalanya.

“Ya! Kau mau membunuhku ya?”

Kai yang sadar arah pembicaraan Ahreum langsung tertawa terpingkal-pingkal. Padahal Kai sudah biasa mengendarai mobil seperti itu.

“Hahaha.. Kau ini sangat berlebihan.”tanggap Kai.

“Kau pikir itu lucu? Jantungku hampir keluar kau tau! Bodoh!”umpat Ahreum. Ia lalu melihat berada dimana mobil Kai berhenti sekarang. Lotte?

“Untuk apa kita kemari?”tanya Ahreum. Kai berhenti tertawa.

“Ah, aku ingin makan malam di rumah. Bisa tidak kau memasak makanan rumah?”

“Itu mudah.”

“Ayo turun kalau begitu.”

Kai dan Ahreum turun dari mobil. Mereka menuju mall Lotte. Kai langsung berjalan ke arah supermarketnya. Ia tahu benar di rumahnya sudah kehabisan persediaan makanan sehat. Ia pun langsung mengambil troli belanja.

“Nah, terserah kau mau belanja apa asistenku, asalkan jangan brokoli.”ujar Kai sambil merangkul Ahreum yang lebih pendek darinya.

“Singkirkan tanganmu!”

Keduanya lantas mendorong troli bersama. Baru ketika berbelok ke arah stan sayur-sayuran, Ahreum berjalan mendahului Kai—membiarkan Kai mendorong troli itu sendiri sementara ia sibuk memilih. Ahreum memasukkan lobak dan sawi hijau ke dalam troli.

“Apa ini?”tanya Kai.

“Sawi.”jawab Ahreum singkat.

“Tapi warnanya hijau, aku tidak mau.”Kai mengembalikan sawi itu ke tempatnya. Ahreum memandang Kai kesal. Ia langsung mengambil lagi sayuran bernama sawi hijau itu. Kai mengembalikannya lagi.

“Ya! Taruh di troli atau aku ganti dengan brokoli?”ancam Ahreum sambil berkacak pinggang.

“Tsk!”Kai berdecih, Ahreum mengambil sawi itu lagi dengan senyum sumringah. “Sebenarnya asisten disini dia atau aku sih?”umpat Kai pelan. Ia kembali mengikuti langkah kaki Ahreum menyusuri stan sayur-mayur dan buah-buahan disana.

“Buah apa yang kau suka?”tanya Ahreum. Di tangannya memegang sekotak buah anggur dan pisang.

“Apel.”jawab Kai. Ahreum segera mengembalikan buah yang tadi ia pegang dan mengambil buah apel.

“Haah, kau ini memang tuan Apel ya?”ujar Ahreum namun tidak didengar Kai. Pemuda itu mengedarkan pandangannya. Matanya langsung bersemangat begitu melihat ada sebuah promosi.

“Hei, ayo kita ke sana!”ujar Kai. Ahreum lantas menoleh ke arah yang di maksud Kai. Sebuah promosi panggangan dan daging sapi. Gadis itu tersenyum lalu keduanya pun menuju tempat promosi itu.

“Selamat siang, ada yang bisa dibantu?”ujar bibi pedangang di sana. Bibi itu sedang memanggang beberapa daging dagangannya sebagai promosi.

“Ah, iya bibi, boleh kami coba daging ini? Kelihatanya enak.”ujar Ahreum.

“Ne, silakan nona.”ujar bibi paruh baya itu sambil memberikan sumpit pada Ahreum. Mata Kai berbinar melihat daging-daging sapi yang dipanggang itu berubah warna menjadi cokelat tua.

“Ahreum, biarkan aku mencobanya dulu.”pinta Kai mirip seperti anak kecil. Ahreum tidak menanggapinya dan malah menyumpit sepotong kecil daging sapi tersebut untuk dirinya sendiri. Kai memandangnya sebal. “Jangan curang!”

“Hehe..”Ahreum tertawa lalu mulai menyumpit lagi. Kai membuka mulutnya. Ahreum memasukkan daging itu ke mulut Kai—menyuapinya.

“Eoh, ini enak sekali!”ujar Kai sambil mengunyah daging itu. Ahreum tersenyum geli melihat tingkah Kai saat ini. Bagaimana kalau fans-fansnya atau Krystal tau ya? Pikirnya.

“Sudah kan? Ayo,”ajak Ahreum.

“Tambah satu daging lagi, ya?”Kai menawar. Ahreum membulatkan matanya. Lalu meminta ijin lagi pada bibi itu. Dengan sedikit sungkan dan malu-malu ia kembali menyuapi Kai. Bibi itu malah tersenyum senang melihat Kai dan Ahreum.

“Nah, kajja!”Kai berjalan duluan meninggalkan Ahreum.

Gamshahamnida eommonim*, maafkan kelakuannya tadi ya?”ujar Ahreum sambil menunjuk-nunjuk Kai. “Dia memang seperti itu.”lanjut Ahreum. (*bibi)

“Tidak apa-apa, kalian pasangan yang serasi,”ujar bibi itu. Wajah Ahreum memerah.

“Eoh?”kaget Ahreum.

“Hei, Lee Ahreum cepatlah!”teriak Kai. Ahreum segera membungkuk dan menyusul pemuda itu. Ia mengusap-usap pipinya. Bagaimana bisa bibi tadi menganggapnya berpacaran dengan Kai.

“Daging yang tadi enak sekali, kau masak itu saja nanti.”ujar Kai.

“Ah, iya baiklah.”balas Ahreum.

Setelah selesai berbelanja bahan makanan, Kai mengajak Ahreum untuk berjalan-jalan sebentar ke wahana Lotte. Setelah sebelumnya menaruh barang belanjaan makanan di mobil Kai—keduanya berjalan berdua layaknya sepasang kekasih yang sedang berkencan.

“Katamu hanya berbelanja bahan makanan saja, dasar menyebalkan! Otak burung!”ujar Ahreum melihat Kai yang sudah keluar-masuk beberapa toko di mall Lotte. Entah toko baju, toko olahraga bahkan toko alat musik dan aksesoris. Eh.

“Ya! Ya! Kau ini kan asistentu, dilarang mengeluh seperti itu asisten.”ujar Kai sambil tersenyum. “Ini bawakan!”perintahnya sambil memberikan beberapa kantong belanjaannya.

“Bersambarlah Lee Ahreum, huuft..”Ahreum hanya bisa menghela napas sambil tersenyum paksa. Ia mengekor di belakang Kai yang sedang mengamati beberapa toko yag mereka lewati. Ia melihat wahana yang ada di sana, sebuah biang lala yang terlihat dari jendela mall besar itu. Seandainya ia datag kemari bersama Suho—pasti akan jauh lebih menyenangkan

“Kau mau naik itu?”tiba-tiba suara berat Kai membuyarkan lamunannya. Pemuda itu berdiri di sampingnya sekarang.

“Eo?”

“Kalau begitu ayo kita coba.”Kai segera menarik tangan Ahreum untuk mengantre ke wahana tersebut.

“Aku kan tidak bilang iya.”protes Ahreum begitu mereka sudah sampai di antrean.

“Matamu kelincimu berkata lain,”ujar Kai sambil menjulurkan lidahnya. “Ah, aku haus sekali.”keluhnya.

“Salah mu sendiri berlari ke sini.”ledek Ahreum.

“Kau kan asisten, cepat belikan aku minum!”Kai menunjuk salah satu stan kecil yang menjual bubble tea. Lagi-lagi Ahreum membuang napasnya.

“Baiklah tuan Kai, aku segera kembali.”

Ahreum segera ke tempat bubble tea sementara Kai mengantre. Pemuda itu tersenyum puas karena sudah berhasil mengerjai Ahreum. Ia melirik jam tangannya. Sudah hampir sore. Lalu ia melihat keterangan wahana itu. Durasi: Lima sampai sepuluh menit. Bianglala ini memang besar ya walau tidak sebesar London eye.

“Ini.”Ahreum kembali dengan dua bubble tea di tangannya. Lalu menyodorkan salah satu dari minuman itu pada Kai. Kai mengambilnya lalu mengacak rambut Ahreum.

“Kau memang asistenku yang terbaik!”ujarnya. Ahreum memutar bola matanya malas lalu meminum bubble tea miliknya. Tangannya juga masih setia membawakan barang belanjaan Kai. Namun, Kai dan Ahreum sama-sama tidak sadar kalau mata onyx Krystal tengah memandang mereka dari kejauhan.

Terlihat sekali Krystal memandang Kai dan Ahreum cemburu. “Kai?”gumam Krystal. Tangannya mengepal menahan amarahnya. Ia pun langsung melenggang pergi meninggalkan Luna dan Suzy yang memanggil-manggil namanya.

“Krys!”panggil Luna. Namun Krystal malah semakin menjauh.

“Ada apa sih dengannya?”tanya Suzy. Luna mengendikkan bahu. Hanya sebuah jawaban yang bisa ditangkap keduanya jika Krystal tiba-tiba berubah mood menjadi seperti itu. Kim Jongin, tunangannya.

Krystal terus berlari menjauh. Gadis itu segera keluar dari Lotte. Memanggil taksi dan bergegas pulang.

                Sementara itu, Kai tersenyum melihat Ahreum yang tengah melihat takjub pemandangan dari balik kaca bianglala yang mereka naiki. Mulut gadis itu tidak berenti berkata ‘Wah’ melihat kota Seoul dari ketinggian. Meski awalnya Kai tahu kalau Ahreum sedikit takut dengan wahana yang menurutnya tidak menegangkan sama-sekali.

“Lihatlah! Mataharinya hampir terbenam.”ujar Ahreum. Ia menempelkan telapak tangannya ke keca jendela. Membuatnya seperti anak kecil yang baru pertama menaiki bianglala.

“Seharusnya kita naik putaran berikutnya agar bisa melihat sunset.”balas Kai.

“Benarkah?”takjub Ahreum. Pasti akan sangat indah. “Aku juga mau naik ini lagi bersama Suho oppa! Kkk~”Ahreum bergumam sambil mengepalkan tangannya. Sedetik kemudian ia tersenyum-senyum sendiri membayangkan fantasinya.

“Kau membayangkan naik ini bersama Suho hyung?”tebak Kai yang membuat Ahreum langsung membulatkan matanya. Kaget dan panik.

“Eoh?”responnya.

“Tsk!” Kai berdecih. Selalu saja sama. Dari dulu tak ada yang berubah. Selalu saja Suho yang lebih ‘dilihat’ daripada dirinya. Selalu saja Suho yang paling disadari tapi ia merutuki kenapa bukan hyung-nya itu yang dijodohkan dengan Krystal? Kenapa harus dirinya? Hidup benar-benar tidak adil bukan?

Begitu selesai menaiki wahana itu, keduanya langsung berjalan keluar—menuju tempat parkir. Kai hanya diam. Tidak mengoceh, menggoda Ahreum tau membuat gadis itu jengkel. Ahreum jadi sedikit bingung. Perubahan raut wajah Kai embuat Ahreum mengurungkan niatnya untuk bertanya. Baru setelah perjalan Kai baru membuka mulut.

“Dimana rumahmu?”tanya Kai.

Dahi Ahreum berkerut heran. Bukannya pemuda ini tadi menyuruhnya memasak makan malam? Ia bahkan masih bisa melihat barang belanjaannya tadi—sayuran dan bahan makanan—masih ada di jok belakang mobil Kai.

“Dimana?”tanya Kai lagi.

“Di perumahan, beberapa blok dari rumah nona Soojung.”jawab Ahreum. Kai langsung memutar balik arah laju mobilnya menuju tempat yang dimaksud Ahreum.

Gadis itu memandang Kai di sampingnya. Wajahnya berubah dingin. Untungnya pemuda itu tak mengendarai mobilnya brutal. Ahreum pun akhirnya lebih memilih diam—memikirkan apakah ia ada salah bicara dengan pemuda ini. Pamuda yang merubah kehidupannya, sedikit.

Lima belas menit berlalu. Tak terlalu jauh dari kawasan mall tadi. Ahreum meminta Kai menurunkannya di gang depan blok rumahnya.

“Turunkan aku disini saja.”pinta Ahreum. Tanpa protes seperti yang biasa dilakukannya, Kai pun menurutinya. Ahreum melepas seatbeltnya pelan-pelan. Menunggu apa Kai akan mengatakan sesuatu; seperti menyuruhnya datang pagi ke apartemennya atau membuatkannya bekal dan.. Kai tak menunjukkan sinyal-sinyal untuk mengatakan hal itu.

“Terimakasih sudah mengantarkan aku,”ujar Ahreum. Gadis itupun turun dari mobil Kai. Perlahan, mobil itupun melaju. Ahreum masih berdiri disana hingga mobil Kai menjauh dan menghilang di tikungan.

“Haaah.. Kim Jongin itu benar-benar aneh!”ujar Ahreum bermonolog. Ia melangkahkan kakinya untuk pulang.

.

Hello Precious

.

 

Eomma!”

Teriak Krystal dan langsung menghempaskan tubuhnya di samping Jessica yang sedang asyik membaca majalah fashion minggu ini. Jessica lantas menutup majalahnya.

“Ada apa?”tanya Jessica. Ia tahu kalau wajah Krystal kesal seperti ini pasti ada masalah.

“Aku melihat Ahreum dan Kai berkencan di Lotte siang ini.”ujar Krystal. Ia merengek manja sambil memajukan bibirnya kesal.

“Lalu?”tanya Jessica lagi.

“Aahh, eomma bagaimana bisa eomma hanya bertanya lalu?”kesal Krystal. Begitu melihat Ahreum dan Kai tadi, ia langsung meninggalkan Luna dan Suzy disana. Jessica memijat pelipisnya pelan. Perasaannya berkecamuk. Krystal dan Sehun tentu belum mengetahui kalau kakek mereka ada di rumah sakit.

Chagi, dengarkan eomma. Eomma sedang menyelidiki tentang gadis itu. Kau hanya perlu mendekati Kai saja, otte?

“…”

“Percayalah pada eomma..”Jessica meyakinkan Krystal.

Gadis cantik itu mengangguk pelan. Namun dalam hatinya ia bersumpah akan membalas Ahreum.

Drrt Drrttt

Ponsel Jessica bergetar. Ada sebuah panggilan masuk yang membuat senyumnya merekah. Ia lantas mengangkat panggilan telepon itu. Krystal memandang ibunya bingung. Ia langsung menyandarkan punggungnya di sofa. Masih memikirkan apa benar Kai mengajak Ahreum berkencan? Bukankah Luna dan Suzy bilang Kai menyuruh Ahreum menjadi pembantunya?

Tak lama setelah berbincang di telepon, Jessica langsung memamerkan senyumnya pada Krystal. Membuat wajahnya semakin cantik. Namun siapa mengira ada sebuah kelicikan di baliknya.

Wae?”tanya Krystal bingung.

Eomma akan pergi dulu, sebentar.”jawab Jessica. Ia langsung mengambil kunci mobil pribadinya. Meninggalkan Krystal dengn pandangan sejuta tanya.

Jessica tersenyum puas memikirkan telepon yang barusan ia dapat. Sebuah informasi yang ia butuhkan saat ini. Apalagi, ia menyuruh Shindong untuk menunggu Yunho di rumah sakit. Tentu lebih memudahkannya menjalankan rencana yang tengah ia lakukan.  Jessica mengemudikan mobilnya dengan kecepatan normal. Sampai di tujuannya, wanita itu membelokkan mobilnya ke sebuah gedung perusahaan. Perusahaan milik keluarga Jung.

Ia langsung berjalan masuk ke gedung pencakar langit tersebutbegitu mobilnya terparkir—Jessica lebih senang memarkir mobilnya sendiri daripada menyuruh satpam. Wanita cantik itu berjalan cepat menuju ruangan salah satu manajer perusahaan. Tanpa mengetuk pintu ia memasuki ruangan tersebut. Seorang lelaki tengah merapikan beberapa berkas di sana.

“Manajer Kim! Dimana data itu?”tanya Jessica to the point. Ia adalah wanita yang tidak menyukai basa-basi.

Manager Kim langsung menyerahkan sebuah map cokelat pada Jessica. “Aku menyuruh anak buahku menyelidikinya. Dan.. aku yakin semua data itu adalah benar, nyonya Jung.”jelasnya.

Dengan cepat Jessica membuka map tersebut. Jantungnya berdebar, aliran darahnya semakin cepat. Tangannya bergetar begitu ia membaca salah satu berkas paling penting di sana. Mulutnya membuka menandakan wanita itu benar-benar shock.

“Tidak mungkin..”gumamnya sambil menutup mulutnya dengantelapak tangan kanannya. Kepalanya menggeleng lemah. Sementara manajer Kim hanya diam melihat ekspresi Jessica. Wanita itu meremas kertas di tangannya. Matanya memanas, memorinya mengkilas balik beberapa kejadian tak terlupakan di hidupnya. Sepertinya, Jessica akan semakin membenci Ahreum.

.

Hello Precious

.

                Tok Tok Tok!!

Shindong langsung bergegas ke ruang tamu begitu mendengar ketukan pintu rumahnya. Ketukan keras dan kasar.

Tok Tok Tokk!!

“Sebentar!”teriak Ahreum dari dalam rumahnya. Ia heran, siapa pagi-pagi seperti ini sudah bertamu. Padahal ia masih menyiapkan keperluannya dan ayahnya. Apalagi cara mengetuk pintu yang sama sekali tidak bisa dibilang sopan.

Klek

“Nona Soojung?”kaget Ahreum. Ia langsung memasang wajah ramahnya.

“Mari, silakan masuk nona.”ujar Ahreum sambil tersenyum manis seperti biasa. “Ah, Appa memang belum berangkat karena ini masih jam setengah enam,”ujar Ahreum. Ia menduga Krystal datang karena Shindong belum menjemputnya.

Krystal memasang wajah angkuhnya. Sangat terlihat dari sorot matanya yang tajam. Memandang Ahreum dengan seragam sekolahnya—namun belum memakai blazernya.

“Tidak. Urusanku bukan tentang hal itu!”ujar Krystal. “Tentu kau masih ingat kejadian di Jeju kan, Lee Ahreum?”nada bicara Krystal benar-benar tidak enak. Ahreum berdebar. Mana mungkin ia melupakan kejadian itu begitu saja. Bahkan jas milik Suho masih ada padanya karena kejadian itu.

“…” Ahreum diam. Menatap Krystal takut-takut.

“Apa yang kau lakukan bersama Kai kemarin siang?”tanya Krystal penuh penekanan.

“Apa?”

“Jangan pura-pura bodoh!!”bentak Krystal. Gadis cantik itu benar-benar muak. Ia muak pada Ahreum, Kai dan bahkan dirinya sendiri. Ia muak kenapa Kai tidak pernah memandangnya seperti pemuda itu memandang Ahreum. Kenapa tatapan calon tunangannya itu berbeda?

“Maafkan aku nona—aku tidak bermaksud.. Itu tidak seperti yang kau lihat..”

“Ada apa Ahreum?”teriak Shindong. “Nona muda?” Shindong ikut kaget melihat Krystal ada di depan rumahnya.

“Nona muda silakan masuk dulu, tidak enak bukan bicara diluar.”lanjut Shindong dengan sopan. Lelaki itu menyadari walaupun masih remaja Krystal adalah majikannya. Ia juga pernah mengasuh gadis cantik itu sewaktu gadis itu masih kecil. Cantik dan polos, berbanding terbalik dengan diri Krystal yang sekarang.

“Tidak perlu, urusanku sudah selesai paman.”jawab Krystal.

“Urusan?”heran Shindong. Lelak tambun itu memandang Ahreum-Krystal bergantian.

“Tolong beritahu pada Ahreum agar tidak mendekati Kai! Calon tunanganku! Aku bisa saja mengadu pada eomma untuk memecat kalian berdua,”ancam Krystal sebelum benar-benar berlalu dari rumah kecil Shindong dan Ahreum.

Begitu Krystal pergi Shindong langsung menatap Ahreum yang diam.

“Apa benar itu?”tanya Shindong selidik. Ahreum malah menunduk.

“Jawab Appa, Ahreum!”ujar Shindong.

“Aku hanya membantu Kai belanja untuk makan malamnya Appa, lagi pula dia yang memintaku.”jelas Ahreum. Shindong menghela napas kecewa.

“Sekarang kau tahu kan? Jangan ulangi lagi atau nona muda Soojung akan melakukan ancamannya pada kita.”ujar Shindong. Ahreum hanya mengangguk. Sekarang Shindong sudah mengetahuinya. Seharusnya Ahreum tidak mengindahkan permintaan bodoh Kai yang memaksanya menjadi asistennya selama dua minggu. Dan seharusnya Krystal tahu kalau ia melakukan itu hanya agar dapat bertemu Suho bukan Kai.

.

Hello Precious

.

                Krystal kembali ke rumahnya setelah dari rumah Ahreum tadi. Ia sengaja bangun lebih awal untuk memberi peringatan kedua—sebelum ia melakukan tindakan nyata kepada Ahreum. Sekarang ia harus menjadi gadis manis karena ayahnya sengaja datang jauh-jauh dari Jepang ke Korea, untuk mengambil alih jalannya perusahaan Jung di Korea.

“Krystal? Kau dari mana chagi?”tanya Jessica yang sedang sibuk membantu pelayan dapur keluarga Jung menyiapkan sarapan.

“Eh, bersepeda pagi mencari udara segar.”bohong Krystal dengan senyum manisnya. “Berapa menit lagi Appa datang, eoh?”tanya Krystal mengalihkan pembicaraan.

“Mungkin sepuluh menit, kau panggilah Sehun.”perintah Jessica.

Krystal mengangguk dan langsung melangkahkan kakinya menaiki tangga. Menuju kamar Sehun di lantai dua. Semalam, Jessica sudah bercerita kalau Yunho dirawat di rumah sakit. Agenda keluarga Jung hari ini adalah menjenguk tetua keluarga bangsawan tersebut—Jung Yunho.

“Sehun-a!”panggil Krystal tepat di depan pintu kamar Sehun. “Cepatlah turun, kita akan sarapan bersama!!”teriak Krystal diakhiri sebuah gedoran di pintu kayu tersebut.

“Jangan berteriak aku bisa mendengarmu.”

Klek

Sehun langsung membuka pintu kamarnya. Pagi ini, Sehun terlihat tampan dari biasanya. Mungkin juga karena akan menjenguk Yunho nanti—sepulang sekolah. Rencana Sehun adalah mengajak Ahreum ikut bersamanya.

“Ya sudah. Ayo turun.”ajak Krystal lalu berjalan mendahului Sehun. Kembali turun ke ruang makan rumah megah itu.

Krystal dan Sehun lantas duduk di bangku mereka biasanya. Sementara Jessica dan beberapa pelayan di sana sibuk di ruang tamu—untuk menyambut Yonghwa datang.  Tak lama, sebuah mobil warna hitam berhenti di halaman rumah tersebut. Yonghwa sudah tiba. Jessica memamerkan senyum sumringahnya.

“Well, welcome to Korean.”ujar Jessica sebelum menghambur ke pelukan Yonghwa. Lelaki itu tersenyum.

“Aku rindu segalanya.”ungkapnya sambil membalas pelukan Jessica.

“Ayo kita sarapan, Krystal dan Sehun sudah menunggu.”

Jessica langsung mengajak Yonghwa masuk untuk sarapan. Di belakang Yonghwa, manajer Oh mengekor. Jessica juga mempersilahkan manajer Oh untuk makan bersama. Manajer Oh adalah pengasuh Sehun saat di Jepang. Sampai-sampai Sehun mengira marganya adalah Oh, dan sebenarnya ia menyukai hal itu.

Appaaaa!” Krystal langsung bangkit dari duduknya, berlari lalu menghambur ke pelukan Yonghwa. “Aku sangat merindukanmu!”ujar Krystal sambil mempererat pelukannya.

“Kau pikir Appa tidak?”balas Yonghwa. “Wah, Krystal kecil sudah semakin cantik sekarang.”lanjut Yonghwa. Krystal melepas pelukannya hanya untuk tersenyum pada yahnya itu.

Sehun juga ikut bangkit dari duduknya untuk memberi salam hormat.

“Sehun, kau juga tampan, seperti aku.”puji Yonghwa yang membuat beberapa orang di sana tertawa.

Lalu acara sarapan pun dimulai. Jessica tampak mendominasi percakapan di meja. Begitupula dengan Krystal. Awalnya Sehun tak begitu acuh hingga akhirnya Jessica membuat keputusan sepihak. Membuat Sehun ingin pergi dari sana saat itu juga.

“Uhm, Sehun-a, aku berpikir bagaimana kalau kau kembali ke Jepang lagi? Dengan kau masuk kelas D, itu membuat pamor keluarga Jung agak menurun.”jelas Jessica. Alasan yang tidak masuk akal sebenarnya.

Sehun menghentikan makannya saat itu juga. Memandang Jessica sengit. Jessica malah memicingkan matanya—melihat manjer Oh.

“Aku sudah membicarakannya denganmu juga kan, Oh-ssi?”lanjut Jessica. Sehun ganti memandan manajer Oh dengan pandangan penuh tanya. Sementara Krystal malah memasang senyum kemenangannya.

“Iya, nyonya.”balas manajer Oh pelan. Sehun membanting sendok dan garpunya.

“Bukankah sebentar lagi masih ada ujian kenaikan kelas?”Sehun mengelak.

“Ya, setelah ujian kenaikan kelas, kembalilah ke Jepang.”tegas Jessica.

-ToBeContinued:)-


One Person (Chapter 1)

$
0
0

One Person (Sequel of ‘A Lot of Love, in Every Silence’) Part 1

Title : One Person (Sequel ‘a lot of love, in every silence’)

Author : phyokyo

Genre : Romance, Sad, etc

Rating : G

Length : 1/?

Main Cast : Do Kyungsoo, and other that you can find it later

Recommended song : 316 – All About You (search on your tube now!)

Note : Beginilah yang bisa saya buat semampunya. Maaf kalo mengecewakan. Maaf kalo lama. Maaf kalo ceritanya banyak yang gak nyambung. Dan maaf, saya harus mengatakan, Happy reading!

ALOLIES Part 1 : http://exofanfiction.wordpress.com/2013/07/19/a-lot-of-love-in-every-silence-part-1/#more-14499

ALOLIES Part 2 : http://exofanfiction.wordpress.com/2013/08/19/a-lot-of-love-in-every-silence-chapter-2/

 Capture

&&&

Hanya berharap suatu saat takdir mempertemukan kita untuk yang ketiga kalinya.

Dan aku berjanji, tak akan ada lagi kata ‘tidak’ untuk mengakui kalau kau adalah takdirku.

Sampai suatu saat Tuhan kembali memisahkan kita, untuk yang ketiga kalinya..

***

That’s snow.

Desis seorang laki-laki. Kedua manik matanya kini tengah menatap kristal-kristal salju yang berjatuhan melalui jendela kamarnya. Ia semakin mengeratkan mantel tebalnya saat udara dingin kembali menerobos, menyentuh permukaan kulit putihnya. Salju baru saja turun tadi pagi di Kanada.

Laki-laki itu berjalan menuju nakas di samping tempat tidurnya. Tangannya lantas meraih sebuah kertas persegi panjang yang terselip pada sebuah buku tebal di atasnya. Kedua sudut bibirnya segera terangkat saat ia menatap kertas persegi panjang itu. Ia kembali menatap ke luar jendela, tersenyum sambil membayangkan wajah seseorang yang amat ia rindukan.

Seseorang yang ia cintai, yang akan hidup bahagia bersamanya kelak nanti.

Laki-laki itu tersenyum geli begitu tersadar dengan apa yang di pikirkannya tadi. Mustahil, gumamnya. Ia bahkan tidak tahu apakah ia akan bisa bertemu dengan gadis itu nanti.

Kyungsoo menghela nafasnya sesaat lantas kembali menatap kertas persegi panjang itu. Kertas dengan tulisan yang di bold di bagian tengahnya, Kanada-Seoul.

Besok. Dan ia ingin segera hari esok. Atau  akan lebih baik lagi, jika ia segera bertemu dengan gadis itu. Gadis dalam mimpinya.

&&&

[Flashback]

“Kyungsoo ya…”

“Kyungsoo…”

“Kejar aku!”

Laki-laki itu mengerjapkan matanya perlahan, berusaha beradaptasi dengan cahaya yang menyilaukan.

Padang bunga matahari. Begitu yang terlihat di matanya pertama kali. Kyungsoo berdecak kagum memandang keindahan di sekelilingnya. Nampak seorang gadis tengah berlarian di antara rimbunan bunga matahari sambil melambaikan tangan padanya, membuat mata Kyungsoo segera tertuju pada gadis itu.

“Ya! Tunggu aku!”

Kyungsoo berlari mengejar gadis itu, menyusuri ruas-ruas batang bunga matahari yang setinggi pinggangnya. Ribuan bunga matahari yang bermekaran indah di sekelilingnya tak membuat matanya beralih dari gadis itu. Walaupun ingin, ia lebih memilih untuk mengejar gadis itu ketimbang bermain-main bersama bunga matahari. Gadis itu jauh lebih indah di matanya saat ini.

Kyungsoo berhenti berlari saat nafasnya mulai tersengal. Ia merunduk, sambil memegang dadanya. Berusaha mengatur nafasnya secepat mungkin. Hanya lima detik, dan ia segera meluruskan tulang punggungnya, bersiap untuk berlari lagi. Namun saat ia mengangkat pandangannya, gadis itu telah menghilang…

Kyungsoo memutar kepalanya ke sekeliling untuk mencari gadis itu. Namun yang di lihatnya hanyalah ribuan bunga matahari yang membisu. Ia menggaruk tengkuknya saat menyadari tak ada kehidupan disana. Sunyi. Hanya suara semilir angin sejuk yang meniup rambut halusnya sejak tadi.

“Naeri ya!! Neon eodiseo?!! (Kau dimana?)” Kyungsoo berteriak memanggil-manggil nama gadis itu. Namun lagi-lagi yang terdengar hanyalah  suara hembusan angin.

Ia tertunduk lemas saat tak sedikitpun sahutan yang terdengar di telinganya. Perasaan sesal timbul di hatinya, ia telah lalai dan membuat gadis itu menghilang begitu saja.

“Kyungsoo.. Aku disini.”

Kyungsoo menoleh cepat kebelakang saat suara lembut itu tiba-tiba saja memanggilnya. Ia segera berlari menghampiri gadis itu dan memeluknya.

“Gajima.. (Jangan pergi)”

Hwang Naeri, kini bisa merasakan degupan jantungnya kembali. Ia juga dapat merasakan nafasnya walaupun kini terasa sesak. Bahkan, ia dapat mencium aroma tubuh laki-laki itu. Merasuk, memenuhi seluruh rongga paru-parunya. Sebuah rasa syukur terucap dihatinya..

Perlahan ia menelusupkan tangannya pada laki-laki itu, mencoba membalas sedikit kehangatan yang dirasakannya saat ini. Tanpa sadar, ia memejamkan matanya. Mencoba  menghirup dalam-dalam aroma tubuh laki-laki itu dalam ingatannya. Aroma yang belum tentu dapat ia hirup kembali.

Bunyi detak jarum jam mulai terdengar di telinganya. Membuatnya segera membuka mata dan melepas pelukannya dengan cepat.  Ia harus segera kembali.

“Naeri—“ Kyungsoo terlihat kecewa saat Naeri melepas pelukannya. Namun nafasnya segera  tercekat begitu mendapati mata gadis itu berlinang. Ia ingin sekali menarik gadis itu kembali dalam pelukannya, dan membiarkannya ikut merasakan apa yang gadis itu kini tengah rasakan.

Naeri melangkah mundur saat tangan Kyungsoo mencoba meraih tangannya.

“Kyungsoo.. Lupakan aku.”

Kedua manik mata gadis itu kini menatap mata Kyungsoo dalam. Mencoba menyalurkan semua yang ia rasakan. Berharap Kyungsoo segera paham dengan apa yang di ucapkannya tadi, sehingga ia tidak perlu menjelaskannya lebih lama lagi.

“Maksudmu?”

Naeri menghela nafas, ia tahu ucapannya tadi tidak dapat menjelaskan apapun, “Lupakan aku, dan hiduplah bahagia bersama satu takdirmu. Satu takdir yang telah kau pilih. Dan satu takdir yang akan bahagia bersamamu nanti.”

Kyungsoo menatap gadis di hadapannya ini lekat-lekat. Mencoba menangkap sesuatu yang tersembunyi di balik raut pilu itu.

“Naeri ya, aku tidak mengerti maksud—“

“Aku harus pergi.”

Kyungsoo meratap pada Naeri seolah meminta penjelasan lebih dari gadis itu.

“Kau tidak perlu tahu. Karena aku akan pergi. Jauh.. Sangat jauh..”

Kyungsoo menelan air liurnya, tenggorokannya kini terasa sakit. Ia ingin menahannya, namun nyatanya tetesan itu malah semakin mengalir di pipinya satu persatu. “Tapi, kenapa?”

Gadis itu terdiam. Ia memejamkan matanya dan kembali membukanya setelah satu helaan nafas panjang. Ia tersenyum. Senyum yang amat tulus, namun terlihat begitu menyakitkan.

“Karena aku.. mencintaimu..”

Kyungsoo terhenyak dan tubuhnya membeku seketika.

Sebuah asap kabut tebal tiba-tiba saja menutupi pandangannya dari gadis itu. Tubuh gadis itu menjauh, semakin menjauh darinya. Kyungsoo ingin berlari untuk mengejar gadis itu, namun usahanya tidak berhasil, kakinya seolah menempel sehingga ia sama sekali tidak bisa bergerak.

Panik, Kyungsoo tidak tahu harus berbuat apa. Sementara gadis itu semakin lama semakin jauh, hingga hilang sama sekali dari pandangan Kyungsoo.

“Naeri ya! Kembali! Naeri ya!—“

“Naeri yaaa!!”

…..

Laki-laki itu terbangun saat sebuah teriakan kencang keluar dari mulutnya. Ia membelalak dengan nafas yang terengah, bulir-bulir besar keringat terlihat di sekitar dahinya. Suhu udara yang tidak cukup untuk dikatakan dingin saja tetap membuat suhu di sekitarnya terasa panas. Ia masih terengah dengan satu tangan menelungkup di dada.

Kyungsoo, laki-laki itu kini memijat pelan keningnya yang berkeringat. Sedikit terasa pusing saat ia membuka mata dan mendapati kamarnya yang gelap. Malam, dan mimpi—yang ia sadari beberapa menit setelah itu—yang baru saja ia alami masih membayang di kepalanya, begitu silau bila di bandingkan dengan kamarnya yang gelap. Ia mencoba menghirup oksigen sebanyak-banyaknya untuk mengisi paru-parunya yang sesak, kemudian menghembuskan nafasnya perlahan.

Ia membuka kedua telapak tangan yang kini menelungkup di kedua pahanya, lalu memandangnya lurus. Masih terasa betul disana sedikit kehangatan yang ia rasakan beberapa saat yang lalu, saat ia berada di alam bawah sadarnya. Aroma vanilla itu bahkan masih dapat tercium olehnya walau samar.

“Aku akan pergi… Kau tidak perlu tahu, karena aku akan pergi jauh.. sangat jauh..”

Kyungsoo menggeleng kuat kepalanya, meluruskan kembali apa yang ada di pikirannya. Tidak, gadis itu masih ada. Dan apa yang di pikirkannya tidak boleh terjadi. Gadis itu, tidak mungkin ‘pergi’.

This is reality. Dan itu hanya mimpi. Sebisa mungkin, ia harus bertemu dengan gadis itu kembali, dan menemukan bukti bahwa gadis itu juga mencintainya, seperti yang di katakannya dalam mimpi Kyungsoo.

5 tahun meninggalkan Korea dan 1 bulan yang lalu ia baru menghubungi gadis itu, mengatakan hal yang seharusnya tidak di katakannya.Kata-kata kalau ia mampu melupakan gadis itu. Tidak, bahkan tidak sedetikpun sampai saat ini ia mampu melupakan gadis itu. 10 tahun di tambah 5 tahun lamanya memendam sebuah perasaan cinta membuat batinnya tersiksa. Ia harus menemukan gadis itu dan mengatakan semuanya secara langsung pada gadis itu. Semua yang dirasakannya sampai saat ini.

Bagaimanapun dan dimanapun gadis itu berada, ia harus menemukan gadis itu. Walaupun takdir, belum tentu sejalan dengannya.

&&&

“Ada dorongan kuat dari dalam diri pasien untuk hidup. Jantungnya kembali berdetak dengan normal, walaupun saat ini ia masih membutuhkan alat bantu pernafasan. Ini sungguh mukjizat..” Jelas Kim uisa.

Sebuah tangis bahagia segera memecah memenuhi koridor rumah sakit, Tuhan telah memberikan keajaiban pada seorang gadis yang hampir dinyatakan meninggal beberapa menit yang lalu.

Hwang Naeri. Ditemukan dalam keadaan meninggal di sebuah trotoar yang berbatasan langsung dengan sungai Han. Tubuhnya pucat dan kaku. Di sekujur tubuhnya juga terdapat banyak bercak kemerahan yang mendominasi warna kulitnya.

Namun, siapa yang menyangka jika Tuhan menakdirkannya untuk hidup kembali?

Ya, gadis itu kembali hidup. Setelah sebuah kain putih menutupi seluruh tubuhnya, sebuah hembusan kecil terlihat meniup kain putih tersebut tepat di bagian hidung. Beberapa suster juga mengaku pernah melihat butiran air mata yang mengalir pada pipi gadis itu. Aneh. Namun itulah yang terjadi.

Setelah sebulan lamanya dinyatakan koma, gadis itu mengalami penurunan drastis pada kesehatannya beberapa jam yang lalu. Tak ada yang bisa mereka lakukan lagi selain berdoa, memohon pada Tuhan atas kesembuhan Naeri. Karena yang ia butuhkan hanyalah dorongan untuk dapat bertahan hidup, baik dari luar maupun dari dalam dirinya sendiri.

Jantung Naeri kini kembali berdetak. Tubuhnya yang sedari tadi memucat dan dingin kini pun kembali normal. Nafasnya kembali berhembus walaupun nampak terlihat sesak. Kim Uisa menghela nafas lega dan mengusap keningnya yang berkeringat. Selama 20 tahun berkarier sebagai dokter dan ratusan kali menangani pasien, baru kali ini ia mengalami keanehan seperti ini. Gadis bername-tag Hwang Naeri pada ranjang perawatannya ini, benar-benar menjadi pengalaman baru baginya.

“Entah apa yang membuat gadis itu dapat kembali bertahan hidup. Namun aku yakin, ada kekuatan diluar jangkauan manusia yang menjadi dorongan kuat dalam dirinya. Dan kekuatan itu adalah…”

“Cinta.”

[Flashback end]

 

&&&

Kyungsoo menghirup nafasnya dalam-dalam. Menikmati sejuknya angin musim semi di Seoul. Kota kelahirannya. Ia berjalan sambil mendorong trolinya menatap kesekeliling lobi kedatangan Incheon Airport. Sedikit berubah menurutnya. Namun terlihat lebih baik dari sebelumnya. Gaya elegan masih tetap menjadi ciri khas pada gedung bandara ini.

“Taxi!”

Kyungsoo segera menarik kopernya menuju bagasi mobil yang di panggilnya tadi.

“Myeongdong Apartment.” Ucapnya pada supir taksi.

Kyungsoo menatap keluar jendela sepanjang perjalanan. Memperhatikan keadaan kota yang jauh berbeda sejak 5 tahun yang lalu ia meninggalkan kota ini. Pembangunan di sana sini membuatnya lebih terlihat maju dari sebelumnya. Ia tidak menyangka jika keadaan kota kelahirannya ini telah berkembang begitu pesat.

Alunan nada dering ponselnya terdengar, membuat Kyungsoo segera merogoh saku celana dan menempelkan benda persegi panjang itu di telinganya.

“Yoboseyo?”

….

“Ne eomma. Aku sudah sampai.”

“Belum, aku masih dalam perjalanan menuju apartemen.”

“Apa? KNUA? (Korean Nasional University of Arts)”

“Besok? Eomma mendaftarkanku disana?  Aku masih belum siap untuk kuliah lagi..”

“Hm, yah baiklah. Nanti aku kabari. Sampai nanti.”

Kyungsoo mendesah pasrah begitu selesai menerima telfon dari eommanya. Ia bahkan baru sampai di Seoul beberapa menit yang lalu dan eomma sudah mendaftarkannya di universitas. Tujuannya kembali ke Korea adalah untuk menemukan gadis itu secepat mungkin, dan bukan untuk melanjutkan kuliah. Namun jika seperti ini keadaannya, akan semakin sulit ia menemukan gadis itu dengan cepat.

Korea Selatan bukanlah negara yang kecil, dan peluang untuk menemukan gadis itu kembali sangatlah sedikit.

Lagi-lagi takdir. Ia hanya bisa berharap pada takdir, takdir yang akan mempertemukannya kembali dengan gadis itu.

&&&

Seorang gadis tengah menatap bayangan dirinya pada pantulan kaca sambil tersenyum. Pipinya bersemu kemerahan, sama seperti Cherry Blossom yang baru bermekaran mengawali indahnya musim semi di negaranya.

Ia bangkit dari tempat duduknya lantas berjalan menuju jendela kamarnya. Tangannya meraih tirai pink yang menutupi jendelanya, dan menyingkapnya. Seberkas cahaya dari matahari pagi langsung menelusup masuk, membuat matanya segera menyipit, menyesuaikan diri dengan intensitas cahaya yang begitu menyilaukan matanya.

Kedua sudut bibirnya terangkat bersamaan dengan sebuah rasa syukur yang terucap dalam hatinya. Akhirnya ia kembali menatap dunia luar, setelah sekian lama mendekam dalam sebuah ruangan berbau obat dengan bunyi alat pendeteksi detak jantung—elektrokardiograf—yang cukup meramaikan suasana kamarnya yang sepi.

“Naeri ya!! Suho oppa sudah datang! Cepat turun! Jangan lupa jaketmu!”

“Ne eomma!” Naeri tersenyum riang sambil membuka lemarinya dan mengambil jaket tebalnya yang menggantung disana. Ia lantas meraih tasnya, dan berjalan keluar kamar.

Jaket tebal dan celana jins di musim semi. Bukan rok mini dan hoodie kebesaran seperti yang biasa di pakainya di tahun-tahun sebelumnya. Namun ia sadar, mulai saat ini dan seterusnya, ia harus membiasakan diri menggunakan pakaian hangat, apapun musimnya. Mau atau tidak, suka atau tidak, ia harus tetap memakainya.

Naeri menuruni tangga sambil menatap pemuda yang kini tengah duduk bersama eommanya  di ruang tamu. Ia segera menyunggingkan senyum lebar ketika  pemuda itu menoleh dan menyapanya dengan penuh semangat.

“Annyeong yeppeun yeoja (gadis cantik)! Sudah siap?” Naeri segera duduk di samping Suho begitu eommanya berdiri dan meninggalkan mereka berdua.

“Ne! aku sudah siap oppa! Hey, wajahmu! Ada apa?” Naeri menatap wajah Suho dari dekat seolah ada benda aneh disana. Suho segera meraba wajahnya dengan kedua tangan.

“Kenapa? Ada apa dengan wajahku?” Suho menatap Naeri bingung.

“Ada hidung. Ada mata. Dan.. ada mulut.” Naeri tersenyum memamerkan gigi-gigi kecilnya pada Suho tanpa rasa bersalah.

“YA!!”

Kim Junmyeon. Atau Naeri biasa memanggilnya dengan panggilan ‘Suho oppa’. Pemuda yang mengaku berumur di atasnya 3 tahun. Guardian atau Suho adalah panggilan khusus yang diberikan oleh Naeri padanya. Dia pelindung bagi Naeri.

Sketchbook. Karena sketchbook-nya lah ia dipertemukan dengan Suho oppa. Menurut penuturan Suho, ia tak sengaja menemukan sketchbook Naeri yang terbang dan jatuh tepat dihadapannya. Ia juga lah yang memanggil ambulance untuk segera menjemput tubuh malang seorang gadis yang ia temukan tergeletak tak berdaya di tengah trotoar sungai Han. Dan Suho oppa jugalah yang selama ini selalu setia menemaninya saat ia masih terbaring koma di rumah sakit. Untuk hal ini, orang tuanya lah yang menceritakannya.

Tidak. Bahkan Naeri belum pernah mengenal Suho oppa sebelumnya. Begitu pula sebaliknya. Namun tanpa segan, Suho oppa selalu datang dan membawakan Naeri sebatang bunga matahari segar yang selalu menghiasi kamar perawatan Naeri. Dan setelah Naeri sadar dari komanya, Suho oppa tetap datang mengunjungi Naeri bersama bunga mataharinya.

Suho oppa tak hanya selalu menjaganya saat ia jatuh sakit, tapi ia juga telah membuat hidupnya menjadi lebih ceria. Laki-laki itu banyak sekali mengajarkan padanya banyak hal tentang kehidupan yang indah. Kehidupan yang membahagiakan diluar sana, yang membuat Naeri semakin termotivasi untuk segera keluar dari rumah sakit.

Naeri menempelkan kedua telapaknya, seolah memohon pada Suho.

“Hee… Mianhae oppa, aku hanya bercanda..” Suho memberengut sambil membelakangi Naeri seolah kesal. Namun akhirnya ia tertawa saat melihat tingkah Naeri yang kini bersimpuh di depannya sambil menyipitkan mata dengan wajah yang memelas.

“Hahaha.. Kajja! Kita sudah hampir telat!” Suho mengacak rambut Naeri dan menarik lengan gadis itu untuk berdiri. Naeri kembali tersenyum riang sambil mengikuti langkah laki-laki itu.

“Eommaa! Aku berangkaat!”

“Ya! Hati-hati nak! Suho! Ingatkan anak itu untuk makan!” Teriak eommanya dari arah dapur.

“Ne imo.. Tenang saja..”  Suho tersenyum sopan pada Eomma Naeri sebelum akhirnya kakinya melangkah keluar mengikuti Naeri yang sudah lebih dulu berjalan.

Sudah 2 hari ini Naeri kembali ke universitas. Dan selama itu pula Suho selalu datang ke rumah Naeri untuk menjemput gadis itu dan berangkat ke kampus bersama. Korean National University of Arts. Suho dalam bidang acting, sedangkan Naeri dalam bidang seni lukis.

Naeri dan Suho memang sengaja di tempatkan dalam universitas yang sama. Orang tua Naeri telah menitipkan Naeri pada Suho, agar Suho selalu ada di samping Naeri kapanpun gadis itu membutuhkannya. Terlihat seperti bodyguard memang, namun Suho tak sedikitpun mengeluh atas ‘jabatan’ yang kini disandangnya. Memang sudah menjadi kewajiban baginyalah untuk menjaga seorang Hwang Naeri setiap saat.

Seperti biasa, Naeri langsung masuk begitu suara remote kunci mobil Suho berdecit. Tanpa menunggu laki-laki itu masuk, Naeri segera menyalakan fasilitas radio yang terdapat di dalam mobil. Jari telunjuknya kini sibuk menekan tombol next hingga menemukan lagu yang terdengar nyaman di telinganya.

Suho membuka pintu mobilnya saat Naeri baru saja berhenti menekan tombol next di radionya. Lagu Missing You milik ‘Fly To The Sky’ segera memenuhi seisi mobilnya. Ia menyunggingkan senyum pada Naeri yang kini asyik bersenandung sebelum akhirnya ia memasukkan kunci mobil dan menyalakannya.

……

Tonight is just one night..

Neoreul ilhgi jeon cheoreom..

Hanbeonman nae mameul deureojwo..

Everyday, everynight I am missing you—‘

 

“Kenapa di matikan?” Suho menoleh saat Naeri menekan tombol off di radionya, membuat suasana hening menyelimuti mereka berdua seketika.

“Bosan.”

Naeri memalingkan wajahnya dari Suho dan menatap keluar jendela. Ia berbohong. Entah kenapa moodnya tiba-tiba saja menjadi buruk setelah mendengar lagu tadi. Biasanya ia tidak pernah mempermasalahkan lirik sebuah lagu, namun kali ini, lirik dari lagu yang berjudul ‘Missing You’ itu benar-benar membuatnya unmood seketika.

“Kau merindukan seseorang?”

Selalu. Selalu saja Suho oppa tahu apa yang sedang dirasakannya. Itulah sebabnya ia tak berani menatap Suho oppa saat ia menoleh tadi. Dan sekarang, tanpa menoleh pun Suho oppa telah tahu apa yang ada dalam pikirannya.

“Tidak.” Jawab Naeri. Ia menghindari tatapan Suho dengan menyibukkan dirinya, mengaduk isi tas seolah mencari sesuatu. Sebuah tab berukuran 10 inch segera keluar dari dalam tasnya, Ia menarik pen khusus yang tersedia dan mulai mencoret-coret sesuatu disana. Menggambar selalu menjadi kebiasaannya saat ia ingin menghindari tatapan Suho.

Suho menarik sebelah sudut bibirnya, “Bohong.”

“Tidak oppa.. aku tidak bohong, aku memang sedang bosan.” Sesaat Suho melirik Naeri yang masih berpura-pura sibuk dengan sketsanya.

“Baiklah, aku percaya padamu.”

&&&

Naeri menghirup dalam-dalam udara di sekitarnya, dan menghembuskannya perlahan. Perasaannya selalu tenang setiap kali ia melakukan itu. Berharap ia bisa terus dapat menghirup udara segar seperti saat ini lagi. Ia tak ingin kembali dalam ruangan panas beraroma obat-obatan itu. Cukup 2 bulan dan ia tak ingin tinggal disana lagi.

Di nyatakan koma selama 1 bulan lebih lamanya setelah sebelumnya dinyatakan meninggal bukanlah hal menarik yang harus di ingat. Dan terbangun hanya karena sebuah suara memanggilnya untuk kembali. Benar-benar tak masuk akal.

Terkadang pertanyaan konyol sering terlintas di benaknya, kenapa Tuhan menghidupkannya kembali? Kenapa tidak Tuhan biarkan saja ia mati dalam keadaan menyedihkan? Apa sebenarnya yang Tuhan rencana kan padanya?

Tidak, ia harus bersyukur. Tuhan telah memberikannya waktu untuk hidup kembali dan ia tidak boleh mengeluh. Ia harus menggunakan kesempatan ini dengan sebaik mungkin. Ia yakin, alasan-alasan itu akan terjawab seiring berjalannya waktu.

“Bye oppa!” Naeri melambaikan tangannya pada Suho.

“Bye! Kirim pesan jika kau kuliahmu sudah selesai. Aku tunggu di taman..” Naeri mengangguk kecil dan tersenyum.

Setidaknya, ia tidak akan sendiri lagi saat ini. Karena sekarang, telah ada Suho oppa, yang telah berjanji akan selalu menemaninya setiap saat. Sampai batas waktu yang telah Tuhan tentukan padanya.

&&&

“Oppa!”

Naeri melambaikan tangannya pada Suho, lantas berlari menghampirinya.

“Sudah lama menunggu ya?” Tanya Naeri, nafasnya masih terengah namun ia tetap menampakkan senyum cerianya pada laki-laki itu,

“Sudah kubilang jangan bersikap seolah kau ‘baik-baik saja’ padaku.” Suho mendengus, ia lantas menempelkan telapak tangannya pada dahi Naeri dan menggenggam tangan gadis itu.

“Lihat. Dahimu sudah berkeringat dingin, dan tanganmu juga dingin. Kau tidak melepas jaketmu sama sekali kan? Berapa suhu ruangan kelasmu tadi? Kau juga selalu pakai sarung tanganmu di kelas kan?” Tanya Suho bertubi-tubi, membuat gadis itu melongo menatapnya.

Naeri segera menyembunyikan kedua tangannya dan tersenyum kekanakan pada Suho, “Aku melepas sarung tanganku tadi. Aku tidak suka pakai sarung tangan, tanganku jadi tidak leluasa untuk menggambar.. Aku bahkan belum menyelesaikan sketsa ku tadi..”

Suho menangkap raut kecewa gadis itu. Ia tahu, cepat atau lambat gadis itu pasti akan merasa tak nyaman dengan peraturan-peraturan yang mengikat segala aktivitasnya. Orangtuanya sempat melanggarnya untuk tidak kembali melanjutkan kuliah. Namun gadis itu selalu beralasan kalau ia ingin melihat dunia luar. Dunia luar yang penuh dengan kehidupan indah, seperti yang diceritakan Suho oppa padanya. Suho sempat menyesal pernah mengatakan hal itu padanya.

Kehidupan luar memang indah, namun tidak semua apa yang nampak didunia saat ini akan sama indahnya seperti apa yang Naeri khayalkan. Akan banyak rintangan-rintangan yang akan gadis itu hadapi dikemudian hari. Terlebih dengan keadaannya yang seperti ini.

Masih teringat betul di kepala Suho saat pertama kali—2 hari yang lalu—Naeri masuk ke universitas, seluruh mahasiswa yang di lewatinya selalu memandangnya aneh. Ya, aneh, karena mereka baru pertama kali melihat seorang gadis dengan pakaian musim dingin di musim semi. Walaupun begitu, gadis itu tetap menampilkan wajah cerianya, bagaimanapun orang memandangnya.

Naeri mendongakan kepalanya menatap Suho dengan wajah memelas, “Maaf..”

Suho menghela nafasnya pasrah, “Aku harap tidak untuk selanjutnya. Kau tahu kalau aku selalu mencemaskanmu, Naeri..”

&&&

Kyungsoo menarik nafasnya panjang dan menghembuskannya perlahan. Seharian ini ia sudah habis-habisan menggunakan suaranya untuk bernyanyi. Cukup membuat tenggorokannya terasa sakit dan lehernya pegal saat ini. Sebelumnya ia tak pernah merasa selelah ini, bahkan saat di Kanada, ia tak pernah bosan untuk menemui dosennya hanya untuk mengajarinya beberapa teknik vocal yang sulit.

Namun hari ini, ia benar-benar tidak dalam mood yang baik. Pikirannya melayang entah kemana, tidak focus pada apa yang di ajarkan dosennya tadi pagi. Semua pikirannya hanya tertuju pada ‘bagaimana caranya ia menemukan gadis itu’. Hanya itu, dan itu cukup membuat kepalanya terasa pening sekarang.

Kyungsoo mendudukkan dirinya pada sebuah bangku di taman kampusnya. Tangannya lantas memijit pelan dahinya. Mencoba menghilangkan sedikit rasa pusing dikepalanya. Cuaca yang cukup panas membuat dahinya begitu berkeringat saat ini.

Kyungsoo masih memijat dahinya saat sebuah suara seorang gadis membuatnya menoleh cepat mencari pemilik suara tersebut.

“Oppa!”

Mata Kyungsoo segera membulat dengan sempurna begitu melihat wajah itu. Seketika Kyungsoo merasa pusing dikepalanya menghilang. Ia masih terduduk sambil menatap gadis yang kini tengah berlarian. Wajah itu. Kyungsoo tak perlu berfikir lebih lama untuk mengingat siapa gadis pemilik pipi bulat itu. Hanya satu yang amat begitu dikenalnya, dan orang itu ada di seberangnya saat ini.

“Naeri?”

To Be Continued~

Yaaa akhirnyaaa~ (udah gitu doang?)

Segera berikan aku komentar dan saran kalian! ^^

 


Sex Addict – Bath Up (Chapter 3)

$
0
0

Tittle                : Sex Addict – Bath Up (Chapter 3)

Main Cast        :

-           Park Han Seul (YOU / OC)

-           Kim Jong In (Kai)

Other Cast       :

-           EXO’s Byun Baekhyun (Baekhyun)

 

Author : _Autumn59  nisautari94.wordpress.com

 

Length : Chapter

 

Rating             : NC-17

 

Genre              : Alternate Universe, School Life & Romance

 

Note                : Tidak sepenuhnya NC yang terlalu membawa feel, tetapi bagi yang belum berumur 17 tahun mohon berpikir ulang. Dan maaf jika ada typo dsb.

 

Confirmation   : Di Chapter sebelumnya, saya mengetik ‘kemeja’, seharusnya jas. Semacam rompi sekolah, mian.

 

———————————————————————————————————————

 

- Park Han Seul POV-

 

Sungguh, aku sangat berterimakasih. Insiden tadi, kalian tahu. Di perpustakaan. Dia hanya sekedar mempermain kanku. Dia? Tentu saja Kim Jong In.

 

Masih kuingat wajahnya yang tersenyum puas memandangku. Menahan tubuhku yang sudah lunglai di pelukannya. Gadis mana yang tahan diperlakukan sepertiku tadi? Ck..

 

Dan sekarang, aku hanya mengikuti langkahnya. Memasuki apartemennya yang kurasa cukup mewah. Bertemakan serba putih. Dan aku, menyukainya.

 

“Jadi, kau tinggal sendiri. Jong In-ssi?”, Aku memulai percakapan. Sambil menelusuri setiap inci dari ruangan yang kulalui.

 

Oh, come on. Jangan se formal itu”, dia berdecak. Sambil melepaskan jas serta dasinya. Sedangkan aku hanya mengelus seprai kasurnya, dan duduk.

 

“Ok, Kai”. Aku menjawab seadanya, lalu merebahkan tubuh bagian atasku di kasurnya. Sedangkanbagian paha hingga kakiku masih bergelantung ke arah lantai.

 

Aku hanya menatap langit langit kamarnya, putih kosong. Dan kurasa dia sedang berjalan ke arah kamar mandi. Meninggalkanku dalam diam.

 

Ergh, badanku lengket. Jika saja aku di rumah, aku pasti sudah mandi dan berkeramas. Akhir akhir ini cuaca sangat panas. Di tambah jika aku melakukan ‘permainan permainan’ dengan Kai. Ugh!

 

Membayangkannya membuatku menggelengkan kepalaku ke kanan dan ke kiri.Tidak, ini tak boleh terus berlanjut. Aku merasakan syaraf syarafku sudah mulai putus. Pikiran kotor selalui menghantuiku, dan aku cukup tak suka dengan ini. Otakku mulai terpengaruh oleh Kai.

 

“Han Seul-aa”, kudengar Kai meneriakkan namaku. Dan perasaanku mulai tak enak. Aku tahu ini menjurus kemana. Dan yang menjadi pikiranku adalah, bisakah aku menolaknya?

 

Kulangkahkan kakiku ke depan kamar mandinya,”A-ada apa?”. Sialan, suaraku terdengar sangat gugup.

 

“Masuk”, lagi lagi, nada memerintah itu terdengar. Otakku menolak, namun tubuhku tak bisa ber kompromi. Tanganku membuka knop pintu dengan perlahan.

 

Kurasakan jantungku sedikit berpacu, anggota tubuhku hanya diam. Aku ingin memalingkan wajahku, atau sekedar menutup mataku. Namun tak bisa. Kerja syarafku terhenti.

 

Kulit coklat Tan Skin, dada yang bidang, rambut yang acak acakan terlihat basah, dan ugh! Entah apa lagi. Aku hanya meneguk salivaku perlahan. Apalagi dengan posisinya yang seperti itu.

 

Punggungnya bersandar di ujung Bath Up, tangannya memegang batas Bath Up, dan kakinya.. terlihat seperti mengangkang, atau hanya perasaanku saja? Seperti ibu ibu yang ingin melahirkan. Hey, kenapa aku berpikir menuju ibu ibu melahirkan? Lmao.

 

“Buka pakaianmu”, nadanya datar, dan aku hanya bisa membelalakkan mataku.

 

“Kubilang, buka pakaianmu. Han Seul-aa”. Dia mengulangi kalimatnya. Dan aku sudah mengerti apa maksudnya. Perlahan, kakiku melangkah mundur. Namun yang kutakutkan terjadi.

 

Dia keluar bath up, mendatangiku, dengan keadaan polos! Oh GOD.. tubuhku bergetar, langkahku seperti slow motion.

 

Tangannya menarik tubuhku, menempelkan bibirnya dan melumat dengan perlahan bibirku yang tadinya bergetar. Beberapa tetes air dari rambut basahnya mengenai wajahku. Dan hell, kurasakan perlahan dia melepaskan satu persatu kain yang menutupi tubuhku.

 

Sungguh, lumatannya selalu membuatku terbuai. Sayup sayup bahkan kudengar decakan dari kami berdua. Lidahnya meng ekspos setiap sudut rongga mulutku. Dan tepat saat dia memagutkan lidahnya dengan milikku, kurasakan tali bra ku terjatuh di bawah kakiku. Tak lama, menyusul CD merah mudaku.

 

Oh, GOD..

 

Dia sekarang membawaku ke dalam Bath Up, dan dia kembali ke posisi awal. Sedangkan aku duduk di antara kakinya yang terbuka.

 

“Lakukan”, satu kata yang membuatku memandangnya diam, menatap matanya.

 

You know what I mean, Park Han Seul. Aku tahu kau tidak sepolos itu”, Kai memutar bola matanya.

 

“Kau tahu kurasa ini sedikit..”

 

“Jika kau tak melakukannya, tak akan kubiarkan kau keluar dari apartementku dengan selamat”. Jong In langsung memotong kata kataku. Dan aku mengerti apa arti kata ‘selamat’ tadi baginya. Keperawananku, caraku berjalan, dan ugh.. kau tahu maksudku? Tidak? Pikirkanlah lagi.

 

Dengan lambat, kumasukkan kepalaku ke dalam air, menahan nafas serta menutup mataku rapat. Tak mungkin aku membuka mataku dengan keadaan air berbusa seperti ini kan?

 

Jariku bergetar, ketika memegang juniornya. Kurasa, benda ini sudah membesar dan terkesan kaku atau apa, aku tak mengerti. Keras? Oh, aku bahkan bingung bagaimana menjelaskannya. Berdiri? Mungkin itu kata yang tepat.

 

Dengan perlahan, jemariku mulai memijit juniornya. Dan tentu saja, jantungku berdetak cepat. Detakannya bahkan seakan mengalir di seluruh tubuhku, dan terdapat dua pusat detakan. Di bagian bawahku, entah itu rahim atau vagina. Aku tak tahu, dan tentu saja dadaku, jantung.

 

Aku bahkan bisa merasakan urat urat yang mulai menegang di juniornya. Ergh, nafasku sudah habis. Aku tak tahan. Ini terlalu lama.

 

Dengan cepat, kuangkat kepalaku dari air, melepaskan tanganku dari juniornya lalu mengusap wajahku. Membersihkan sisa sisa air serta sabun yang melekat di wajahku.

 

Wajah Jong In menengadah ke atas, membiarkan lehernya bersandar di ujung Bath Up. Dan sedetik kemudian, dia memandangku. Membuatku menatap ke bawah.

 

“Hanya itu? Hey, aku tahu kau bisa melakukannya lebih baik dari itu”, dia berkomentar, wajahnya datar. Apakah dia sehebat ini? Tak terangsang atau sedikitpun menyukai apa yang telah kulakukan?

 

“Aku.. Aku tak bisa, Kai. Kau tahu, ini adalah kali…”

 

“Kali pertama mu, begitu?”, dia memotong ucapanku lagi. Membuatku semakin takut memandangnya.

 

Kurasakan air yang meneggelamkan sebagian tubuh kami bergerak. Tubuhnya merengkuhku. Kurasakan juniornya menyentuh perutku, bahkan hampir ke bagian bawah organ vitalku. Tangannya yang tadinya memeluk tubuhku, sekarang memegang rahang wajahku.

 

Tubuhnya semakin menempel ke tubuhku, sampai kedua buah dadaku menyentuh dada bidangnya. Tuhan, tatapannya. Tatapannya melembut. Membuatku terenyuh.

 

“Kubilang, Lakukan.. Park Han Seul”, suaranya membuatku terhipnotis. Aku bahkan tidak sadar kalau kepalaku sudah mengangguk mengiyakan.

 

Tangannya menyelipkan rambutku ke belakang telinga,“Good girl”.

 

Lalu dia kembali ke posisi semula. Bagaimana ini, haruskah aku melakukannya?

 

Huft, tidak ada cara lain. Kalau aku tak melakukannya, aku yakin diriku tidak akan selamat keluar dari sini. Bahkan mungkin, dia sudah berencana untuk memperkosaku. Bukan hal yang mustahil, benar?

 

Kutarik nafasku dalam dalam. Lalu menenggelamkan kepala serta hampir seluruh tubuhku menghadap selangkangannya. Tanganku mencari cari juniornya.

 

Dan ketika menemukannya, langsung kudekatkan ujung juniornya ke mulutku. Memasukkannya perlahan.

 

Dengan hati hati, aku mengulum juniornya. Tanganku sambil memijit dan sesekali memaju mundurkan adik kecilnya.

 

Tidak buruk, itu yang kupikirkan.

 

Aku melakukannya sampai oksigen di dalam paru paruku habis. Lalu aku kembali keluar dari dalam air. Menatapnya seakan meminta komentar.

 

Dan kulihat dia tersenyum, senyum tipis yang membuatku sedikit senang. Oh, aku merasa seperti seorang gadis kecil yang baru saja menyelesaikan tugas dari sang ayah.

 

“sudah cukup. Setidaknya kau bisa melakukan dasar dasarnya”, dia mendekat. Menempelkan tubuh kami lagi.

 

Bibirnya menempel di keningku. Mengecupnya lama. Aku bahkan terkejut Jong In akan melakukan ini terhadapku. Jujur, aku bahagia.

 

“Sekarang, ayo bersihkan diri kita. Dan aku akan langsung mengantarmu pulang”. Lagi, dia mengucapkan kalimat kalimat itu dengan tersenyum. Membuat asumsiku bertambah, apakah dia mulai menyukaiku?

 

___________a_u_t_u_m_n__________

 

Dan benar saja, Kai memang mengantarku sampai ke rumah. Kukira tadinya dia akan berbohong, lalu menerkamku di ranjang apartementnya.

 

Tapi ada yang aneh, dan aku baru menyadarinya ketika Kai mengantarku ke depan pintu. Mobil. Kemana mobil keluargaku? Bukankah orang tuaku sangat jarang pergi dan tidak memberitahuku?

 

Belum selesai aku berpikir soal mobil, pintu rumahku terbuka. Menampakkan sosok yang begitu kukenal.

 

Baekhyun? Ada apa di dalam rumahku?

 

Kulihat mata Baekhyun menatap kami berdua, sedikit terkejut. Sama sepertiku.

 

“Baekhyun? Kenapa kau bisa..”

 

“Orang Tuamu tiba tiba harus pergi ke Jepang. Sesuatu terjadi dengan Nenekmu. Mereka bilang, ponselmu tidak bisa dihubungi. Dan aku di suruh untuk menjagamu beberapa hari”. Raut wajah Baekhyun mulai berubah, terkesan dingin. Hanya perasaanku, atau dia terlihat sangat tidak suka dengan keberadaan Kai?

 

“Ponselku lowbatt, Baek”. Jawabku seadanya, karena memang itu yang telah terjadi.

 

“Tak apa. Aku mengerti. Tapi bisakah kau masuk sekarang? Ini sudah sangat malam. Aku takut kau sakit”. Dia berkata itu sambil sesekali menatap Kai.

 

“Kai, kalau begitu, aku masuk dulu”. Aku memandangnya tidak nyaman. Dia hanya tersenyum tipis lalu mengacak rambutku lembut.

 

Ok, good night..”.

 

Dan kulihat sekilas dia tersenyum tidak suka terhadap Baekhyun. Well, atmosfire di sini menjadi sangat tidak nyaman.

 

Tak mau berlama lama, aku melangkahkan kakiku masuk. Menutup pintu rumah sambil diiringi sedikit senyuman kepada Kai.

 

Pintu tertutup, dan aku langsung berbalik. Menatap Baekhyun tidak suka.

 

“Baek! Kenapa kau seperti itu terhadap Kai?”, nada suaraku terdengar sangat bersahabat.

 

Kedua tangan Baekhyun memegang kedua ujung bahuku. Wajah serta matanya menatapku dalam.

 

“Dengar, Park Han Seul. Kai bukanlah orang baik baik. Kau tidak boleh bersamanya”. Ucapannya terdengar sangat mengintimidasiku.

 

“Tapi Baek, aku mencintainya”

 

Baekhyun memutar bola matanya,”kau mungkin mencintainya. Tapi dia? Apakah kau yakin dia juga seperti itu?”.

 

Jawaban Baekhyun sedikit membuatku tertohok. Benar, apa mungkin dia juga mencintaiku? Sampai sekarang, tidak pernah kudengar Kai berpacaran dengan serius. Dia bahkan memacari semua wanita hanya karena menginginkan tubuh mereka. Tak lebih.

 

“Tapi kurasa, dia mulai menyukaiku..”. Ucapanku hampir tak terdengar, terlebih aku sekarang menunduk. Aku tak sanggup menatapnya.

 

“Demi Tuhan, Han Seul. Aku peduli terhadapmu. Menjauh darinya, mengerti?”. Suara Baekhyun melembut. Tangannya merengkuh tubuhku ke dalam dekapannya. Dan dapat kurasakan tangannya mengelus lembut rambutku.

 

“Baek, aku tak dapat menjanjikan itu. Kau tahu, dia bahkan datang di saat saat yang tidak terduga. Aku tak bisa lari darinya”

 

Baekhyun melepaskan tangan yang berada di kepalaku. Wajahnya menatapku lembut, “Kalau begitu, kau harus terus bersamaku”.

 

Tulus, itu yang kurasakan dari ucapannya, dan aku tak ada pilihan lain selain mengangguk. Membuatnya melukiskan sebuah senyuman di wajahnya.

 

Bingung, itu yang kurasakan sekarang. Di satu sisi, aku mencintai Kai. Namun di sisi lain, Ucapan Baekhyun memang benar adanya.

 

Tuhan, tolong bantu aku memilih jalan yang harus kulalui..

 

___________a_u_t_u_m_n__________

 

 

TBC~

 

Huft, mohon rclya ^^

Soalnya part ini, ngerjainnya di sela sela belajar buat UTS dan sedikit flu, sangat membutuhkan perjuangan ..

OK, thanks..

 

Nisa Utari, Park Hye Na, Autumn /bow/


Super Fantasy Idol (Chapter 11)

$
0
0

Image

Title : Super Fantasy Idol (SFI)

Chapt :11

Author           Azumi Aozora and Kunang

Main Cast        :

* Yang Shin Young/ Sandy/ Candy (OC),

* Oh Se Ra (OC)

* Oh Se Hun (EXO-K)

* Byun Baek Hyun (EXO-K)

* Zelo (B.A.P) ====> Leo

* Lee Tae Min (SHINee)

Support Cast: Cheondoong

Length             : sequel

Genre              : Family, romance, life, friendship, business entertainment, fantasy

Rating              : PG-15

Disclaimer Yang Shin Young milikku dan Oh Se Ra milik Azumi, Oh Se Hun, Byun Baekhyun, Zelo, dan Lee Tae Min milik grup mereka, dan mereka adalah milik Tuhan YME. Inii FF ASLI hasil karya aku dan Azumi Aozora, jadi kalau ga mau dijadiin laundry (?) sama Zelo, please jangan plagiat ini FF. 

~~Chapter 12~~

===== Oh Se Ra’s PoV =====

@Pulau Jeju….

Seperti yang sudah dikatakan oleh PD-nim, acara reality show berjudul Secret Idol Outing (SIO) adalah perpaduan antara The Romantic and Idol dengan Family Outing. Aku tidak tahu seperti apa kedua acara itu, jadi aku pun menonton acaranya lewat youtube.

Oh.., jadi begitu. Kami akan melakukan banyak games dan kegiatan lain yang seru di pulau ini, dan pada akhirnya…, kami akan “berpasangan”. Tentu saja hanya pura-pura. Tapiii…, bukankah di sini hanya ada 2 orang cewek dan 4 orang cowok? Apakah itu berarti akan ada pairing antara namja dan namja? Hahaha. Seandainya Luhan Oppa ikut.., mungkin di akhir akan terbentuk pairing HunHan.

Aku memikirkan kata-kata Zelo dan juga Sandy. Luhan menyukaiku hanya karena aku mirip Sehun? Sungguh, itu konyol sekali. Tapi…aku tidak terlalu memikirkannya karena aku menyukai Luhan hanya sebagai teman.

Tapi Kai.., apa yang membuat Zelo dan Sandy yakin bahwa Kai tidak baik untukku? Mengapa mereka bersikeras agar aku memilih antara Baekhyun dan Taemin? Sementara aku sendiri bingung dengan perasaanku.

Di Villa…

Sandy bersikap aneh sekali. Mengapa dia mengajak Taemin pergi belanja dengannya? Mengapa dia tidak mengajak Zelo atau Sehun Oppa saja?!

Aku menundukkan kepalaku. Diam-diam mengutuki diriku sendiri. Memangnya kenapa kalau Sandy eonni dan Taemin pergi ber-2? Kenapa aku harus merasa kesal?!

“Kau disini saja dengan Baek Hyun oppa jaga villa” kata Sandy padaku, “dan kalian…” Sandy menatap Sehun Oppa dan Zelo bergantian “Kalian pergi lah ke pelelangan ikan, tidak jauh kok, kalian pasti melewatinya tadi waktu lewat sini, beli ikan dan seafood lainnya untuk makan malam, arraseo?!”

“EONNI!!! YAAA!!! YANG SHIN YOUNG!!!!”umpat-ku. Kesal karena seenaknya saja Sandy menentukan siapa yang harus pergi belanja dan siapa yang harus tinggal menjaga villa! Menyebalkan!

Setelah Sehun Oppa dan Zelo pergi ke pelelangan ikan, kini hanya tinggal aku dan Baekhyun berdua. Kami hanya saling diam. Awkward.

“Kenapa harus aku yang jaga villa?” gumamku kesal. Mood-ku benar-benar jelek.

“Sera ssi.., bagaimana kalau kita main uno?” tanya Baekhyun tiba-tiba. Kedua matanya berbinar cerah dan senyumannya lebar sekali.

“Tidak mau! Aku tidak suka main uno!” tukasku dingin. Aku duduk di sofa dan mulai menyalakan TV. Tidak ada acara yang bagus!

“Kalau monopoli?” tanya Baekhyun lagi.

“Main monopoli ber-2 mana seru!”

“Hmmm.., uno blok?”

Aku menggeleng. “Tidak.”

“Ular tangga?” Baekhyun terus bertanya dengan bersemangat meskipun aku selalu menjawab dengan ketus.

Aku menghela nafas panjang. “Aku tidak mau main apapun.”

Baekhyun tetap tersenyum meskipun aku selalu menolak ide-nya. “Bagaimana kalau kita jalan-jalan?”

Aku terdiam sejenak, kemudian tersenyum. “Ayo!” aku langsung berdiri dengan bersemangat. “Tidak usah bawa kamera! Kamera-kamera ini merepotkan saja!” kataku. Seharusnya.., bila kami pergi ke manapun, kami harus membawa kamera atau handycam. Melakukan selca atau merekam teman pairing kita. Di villa ini saja banyak sekali dipasang kamera!

Aku mendekatkan wajahku ke kamera yang dipasang di dekat sofa dan mulai berbicara ke kamera itu. “Sandy eonni.., aku tidak mau jaga rumah. Membosankan! Aku juga tidak mau beres-beres rumah. Aku mau jalan-jalan saja. Bye-bye eonni.” Hah! Bagus! Sandy dan yang lain baru akan bisa melihat rekaman ini nanti.., saat acara ini ditayangkan.

“Baekhyun Oppa, ayo kita pergi!” ajakku bersemangat sambil tersenyum lebar. Mood-ku berubah seketika. Aku suka jalan-jalan!

Baekhyun hanya terdiam kaku dan menatapku aneh. Kenapa? Kenapa ekspresinya seperti itu?

“Kau memanggilku Oppa?” tanya Baekhyun pelan.

“Mwo? Memangnya kenapa? Aku juga refleks memanggilmu Oppa. Kau tidak suka? Kau ingin aku memanggilmu bacon? Atau baekki?”

Baekhyun nyengir lebar. “Anni. Aku suka. Kau harus terus memanggilku Oppa.”

“Tidak mau!” tukasku cepat. “Semua itu tergantung. Tergantung apakah sikapmu layak untuk disebut Oppa atau tidak.”

Baekhyun tertawa. “Hahaha. Baiklah. Ayo~~” dengan casual, Baekhyun menarik tanganku dan menuntunku ke luar. Rasanya aneh. Tapi aku suka karena sepanjang perjalanan, Baekhyun selalu menuntun tanganku. Seolah ia takut aku tersesat dan menghilang.

Kami berjalan-jalan di sepanjang pantai. Menikmati indahnya laut dan pemandangan di sekeliling kami. Rasanya begitu luas…bebas… tidak terbatas.

Pantai-pantai di Pulau Jeju tidak kalah bila dibandingkan dengan pantai yang ada di Mato. Hanya saja bedanya…, langit di Mato tidak se-biru ini. Langit siang hari di Mato selalu perpaduan unik antara warna biru-pink-dan kuning.

Banyak sekali turis asing maupun turis local yang bermain-main di pantai. Berjemur, main volli, bahkan tidak sedikit yang menampakkan kemesraan mereka di depan umum.

Aku dan Baekhyun sama-sama memalingkan wajah kami ketika melihat sepasang kekasih yang saling merangkul erat sambil berciuman. Tanpa sadar aku semakin mempercepat langkahku, meninggalkan pasangan-pasangan yang sedang kasmaran itu.

Setelah agak jauh, aku baru sadar…, genggaman tangan kami menjadi aneh. “Tanganmu basah.” Kataku. Berhenti dan menatap Baekhyun.

Baekhyun tertawa kaku. Dia melepaskan tangannya dan me-ngelap keringat di tangannya itu ke baju-nya. Setelah itu, suasana kembali terasa awkward. Baekhyun menggaruk-garuk tengkuknya yang tidak gatal.

Pandangan mataku tertuju pada beberapa orang yang bermain sepeda di pinggir pantai. “Aku ingin main sepeda.” Celetukku tiba-tiba. “Tapi aku tidak bisa mengendarainya.”

“Mwo? Huwahahahaha…, kau tidak bisa main sepeda? Hahahaha.” Baekhyun terbahak-bahak.

Aku mendelik kesal padanya. “Sehun selalu melarangku bermain kendaraan di Mato yang mirip sepeda di sini. Karena itulah kau harus mengajariku.”

“Apakah Sehun tidak akan marah padaku?” tanya Baekhyun polos.

Aku mendengus tak sabar. “Dia tidak akan tahu. Lagipula…kita tidak membawa kamera, dan untungnya tidak ada cameramen yang membuntuti kita.”

Baekhyun tampak berpikir sejenak. “Hmmm…”

“Ayolaaahhh~~~” bujukku. “Baekhyun Oppa!” tukasku tak sabar.

Baekhyun nyengir. “Baiklah…”

Kami berlari dengan bersemangat ke tempat penyewaan sepeda. Tapi sialnya.., tidak ada sepeda yang tersisa! Semuanya sudah habis di sewa. Kalaupun harus menunggu.., itu sekitar 2 jam lagi, baru akan ada sepeda yang dikembalikan.

Bahuku langsung terkulai lemas. Begitupula dengan Baekhyun. Tapi perkataan si pemilik penyewaan sepeda itu kembali membuatku bersemangat. “Apakah kalian mau mencoba naik kuda di sepanjang pantai?”

Kuda? Seperti Lihorse di Mato, tapi bedanya tidak bisa terbang?!

“Aku mau!” kataku langsung. Aku menatap Baekhyun. Ekspresi wajahnya terlihat horror. “Aku tidak bisa naik kuda.” Katanya pelan.

“Aku akan mengajarimu.” Kataku.

Baekhyun menggeleng. Wajahnya pucat sekali.

Aku berpikir sejenak. “Kalau begitu.., kita naik kuda sama-sama saja.”

“Mwo?”

Orang-orang tak henti-hentinya melihat ke arah kami. Ada beberapa alasan mengapa mereka melihat kami terus. Yang pertama : tentu saja karena Baekhyun adalah seorang idol terkenal di bumi ini. Orang-orang pasti tahu siapa dia.

Alasan yang ke-2…, saat ini kami naik kuda. Aku duduk di belakang, dan Baekhyun duduk di depanku. Aku tidak pernah menyangka ternyata Baekhyun se-begitu takutnya pada kuda. Posisi duduk Baekhyun saat ini memang sedikit aneh untuk ukuran cowok. Dia duduk menyamping.

Bila aku yang duduk di depan dan menyamping.., itu sih wajar. Tapi ini kebalikannya. Seolah aku adalah sang Pangeran dan Baekhyun sang Putri!

Beberapa orang terkikik geli melihat kami. Orang-orang tak henti-hentinya menjepret-jepretkan kamera ponsel mereka pada kami.

Aku memegang tali kendali kuda itu dengan kedua tanganku. Dari pinggir, aku bisa melihat kuping Baekhyun merah sekali. Sejak tadi ia juga hanya diam saja.

“Kau takut?” tanyaku.

Baekhyun hanya terdiam.

Aku tertawa dan semakin senang menggodanya. “Bagaimana kalau kita balapan dengan pengendara kuda yang lain di depan sana? Aku pembalap yang hebat.”

“YAA!!! Jangan!” bentak Baekhyun. Nadanya ketakutan.

Aku hanya tertawa, kemudian memacu kuda kami semakin kencang. Baekhyun berteriak. Aku semakin bersemangat memacu kuda kami. Tanpa kuduga, kuda kami tersandung bebatuan.

“AAAAAAARRRGGGHHH” Teriak Baekhyun saat kuda kami terjatuh, dan kami pun otomatis terjatuh, terlempar ke depan.

BRUGGG

Sial! Sekujur tubuhku terasa sakit sekali. Selama beberapa detik, aku hanya terdiam sebelum akhirnya mencerna apa yang terjadi pada kami. Tubuhku menimpa tubuh Baekhyun daaaannn…, yang paling mengerikan adalah bibirku menempel di bibirnya!

Aku hanya mengerjap-ngerjapkan mataku. Bibir kami masih menempel. Mata kami sama-sama membelalak lebar.

Aku tidak bisa berpikir. Detik berikutnya, Baekhyun memeluk punggungku dan dalam sekejap membalikkan posisi tubuh kami. Kini giliran aku yang berada di bawah. Pasir terasa panas di punggungku. Baekhyun memejamkan matanya dan mulai menciumku.

Aku masih membelalakkan mataku. Apa yang dia lakukan?! Dengan sekuat tenaga, aku pun mendorong tubuh Baekhyun menjauhiku. Dan dengan kekuatanku, aku pun berlari secepat kilat menuju villa, meninggalkan Baekhyun.

Aku terus mengunci diriku di dalam kamarku dan Sandy. Tidak perlu khawatir karena Sandy punya duplikat kunci-nya.

Selama sisa hari itu aku terus berbaring. Mencoba memahami apa yang baru saja terjadi antara aku dan Baekhyun. Kenapa dia melakukan hal itu? Dan kenapa jantungku rasanya mau copot?!

AAARRRGGHHHHH!!!!!

Tak terasa hari sudah berubah gelap. Sandy dan Taemin sudah kembali membawa banyak sekali belanjaan, sementara Zelo dan Sehun masih belum pulang.

Sesekali aku keluar kamar untuk ke toilet. Dalam hati mengutuk pembuat villa ini. Kenapa mereka tidak membuat toilet di dalam kamar sih?!

Untungnya, selama aku ke luar kamar, aku tidak berpapasan dengan Baekhyun. Entah di mana dia berada saat ini.

“Se Ra, jadi bagaimana siang tadi? Apa yang terjadi antara kau dan Baek Hyun oppa?” tanya Sandy antusias begitu aku masuk kamar lagi. Entah kenapa wajahku memanas mendengar pertanyaan Sandy barusan.

“Tidak terjadi apa-apa!” jawabku ketus. Keras kepala. Aku langsung naik ke tempat tidur dan menutupi seluruh tubuhku dengan selimut dan bantal.

“Sera-ahh… cerita kan pada eonni!” kata Sandy sambil merebut bantal yang menutupi wajahku. “Jadi bagaimana? Apa Baek hyun oppa menembak mu? Apa kalian jadian? Apa kalian ciuman?”

“YAAA!! AKU MAU TIDUR!!” bentakku, sambil merebut bantal yang Sandy pegang dengan secepat kilat. Seketika itu juga aku langsung menurunkan hujan dengan deras saking kesal-nya.

“Oh Se Ra! Hentikan hujannya! Sehun oppa sedang di luar!” pekik Sandy. Oh, benar. Aku pun mengecilkan hujan.

Beberapa menit berlalu, sampai kemudian aku mendengar Sandy berbicara. Kupikir ia berbicara padaku, tapi ternyata ia bicara sendiri! “Ommo!!! Kau adalah Yang Shin Young! Tentu saja kau dapat melakukannya sekaligus! Kenapa akhir-akhir ini otakku terus loading?!”

“Salah satu tanda kegilaan adalah bicara sendiri” kata-ku dengan nada datar, sambil menatap Sandy dari balik selimut seolah dia adalah orang tidak waras.

*****

Keesokan harinya….

Alarm ponsel-ku terus berbunyi dengan sangat nyaring. Sejujurnya aku sangat malas untuk bangun! Aku tidak ingin bertemu Baekhyun!

“Aaarrgghhhh!!!! Kenapa sudah jam 9 lagiii??? Aku tidak mau banguunn!!!” lagi-lagi, Sandy bicara sendiri. Ternyata bukan hanya aku yang malas bangun. Hoaaaahhmmmm…, tapi mau tak mau aku harus bangun. Perutku keroncongan sekali.

Aku pun keluar dari kamar, meninggalkan Sandy yang masih bergelung di balik selimut.

Aroma wangi makanan tercium dari arah dapur, ternyata makanan sudah tersedia di atas meja.

“Zelo?” aku terkejut melihat Zelo memakai celemek dan tampak sibuk menata makanan di meja makan.

“Aku tidak percaya masakan-mu layak untuk dimakan!”

Zelo mendelik sekilas padaku, kemudian dia tersenyum. Makin lama makin lebar. Seolah bisa tahu isi otak-ku. Oh, benar, aku lupa! Dia kan memang bisa membaca pikiran! Kekuatan sialan!

“Tidurmu nyenyak?” tanyanya dengan nada meledek. “Oh, tentu saja sekarang aku bisa memasak dengan enak. Tidak seperti dulu. Kau lupa aku punya itu?”

Aku mendengus keras seperti kuda. Oh, Kuda. Sial! aku kembali teringat kejadian kemarin. Dan mengingat kejadian aneh dan memalukan di hadapan Zelo bukanlah sikap yang bijak.

Zelo tertawa terbahak-bahak. Aku menatapnya dengan tajam dan menusuk. Benar kan! Dia pasti baru saja membaca isi kepalaku!

“Huwahahahaha…hahahaha…hahaha…” Zelo masih tertawa sambil terbungkuk-bungkuk. Dia mencengkram kursi di sampingku sambil berjongkok. Air matanya keluar saking lama-nya tertawa.

Taemin masuk ke dalam ruang makan sambil menatap Zelo dengan tatapan aneh.

“Zelo berubah jadi gila.” Kataku.

Taemin tersenyum dan duduk di hadapanku.

Tak lama, Sandy masuk. “Oh.., sekarang orang gila-nya ada 2. Yang satu tertawa sendiri, yang satu sering bicara sendiri.” Kataku sambil menyeringai pada Zelo dan Sandy.

Tanpa kuduga, Zelo langsung berhenti tertawa begitu Sandy datang. Dia berdehem dan memasang tampang cool.

Sandy duduk jauh dari kami, sementara Zelo duduk di sampingku. Sandy tidak bicara apa-apa. Ia hanya menundukkan kepalanya. Aku terus memerhatikannya dan bisa melihat ada lingkaran hitam di matanya. Tanda kurang tidur. Lalu aku menatap Zelo di sampingku. Dia juga memiliki lingkaran hitam di bawah matanya. Hah! Ada apa ini? Apa yang membuat mereka sama-sama tidak bisa tidur?

Beberapa menit kemudian, Sehun dan Baekhyun datang. Aku menghindari menatap Baekhyun, dan sebagai gantinya terus menatap Sehun. Sama seperti Sandy dan Zelo, Sehun juga terlihat kurang tidur.

Aku merasa ada sesuatu yang terjadi antara mereka ber-3.

Zelo : berhenti menebak-nebak! Kau sendiri terlihat mencurigakan. Meskipun aku sudah tahu apa sebabnya. Hahahahaha.

Zelo yang duduk di sampingku mulai mengganggu-ku dengan telepatinya.

Aku : licik!

Posisi duduk kami saat ini adalah : Baekhyun – Zelo – aku.

Di sebrang Baekhyun ada Sandy. Di sebrang Zelo ada Sehun. Dan di sebrangku ada Taemin. Bagus! Aku tidak perlu menatap wajah Baekhyun.

Zelo : berterima kasihlah padaku. Karena aku duduk di sini.

Aku : Cih!

Harus kuakui.., ini adalah sarapan bersama yang paling awkward yang pernah kualami. Satu-satunya percakapan yang terjadi hanyalah telepati antara aku dan Zelo. Semuanya terdiam. Tapi mungkin diantara mereka ada yang saling telepati juga.

Zelo : tidak ada. Hanya kita berdua yang mengobrol.

Seperti biasa, Zelo membaca pikiranku.

Aku memakan sarapan-ku sambil menatap Zelo.

Aku : ceritakan padaku apa yang terjadi antara kalian!

Zelo : tidak mau! Ra-ha-si-a.

Aku : Kau benar-benar makhluk paling licik se-jagad raya, Zelo!

Zelo (tertawa) : Hahaha. Kau baru sadar, Tuan Putri? Hahaha.

Aku mendengus keras dan cepat-cepat menghabiskan makananku.

“Morniing…” tiba-tiba saja PD-nim datang, diikuti serombongan kru yang membawa kamera. Aku baru sadar, ruangan ini pun sejak tadi sudah dilengkapi kamera. Itu berarti semua adegan tadi terekam. Yah.., kecuali percakapan rahasiaku dengan Zelo. Tidak akan ada yang tahu isi percakapan telepati kami.

“Setelah kalian selesai sarapan.., kita akan mengadakan games untuk menentukan pairing.” Kata produser acara ini.

Aku dan Zelo saling tatap. Zelo hanya mengangkat bahu.

Zelo : kau ingin ber-pasangan denganku?

Aku : NO WAY!!!

Zelo : Hahahaha. Aku mengerti. Kau pasti ingin berpasangan dengan Taemin.

Aku : dia jauh lebih baik darimu. Setidaknya dia tidak berisik dan mengganggu isi kepalaku!

PD-nim menatap kami semua dan menjelaskan aturan mainnya. Jadi.., karena acara ini perpaduan antara The romantic and idol dengan family outing.., kini cara menentukan pasangan untuk hari ini pun mirip dengan yang di acara The Romantic and Idol.

Akan terbentuk 3 pairing. Tentu saja pairing-nya bisa siapa saja. Bisa saja aku pairing dengan Sandy. Itu tidak masalah. Karena ini hanya games.

Cara membentuk pairingnya adalah dengan memilih lagu. Jadi, kami ber-6 akan dipisahkan di 6 ruangan yang berbeda. PD-nim dan para kru akan memutar beberapa buah lagu. Siapapun diantara kami yang menyukai lagu itu, ataupun menganggap lagu itu oke, diharapkan untuk keluar dari ruangan kami. Mungkin nantinya akan ada 3 atau 4 orang langsung yang keluar. Bila hal itu terjadi, maka akan ditentukan games selanjutnya untuk memilih menjadi 1 pasangan. Dan bisa saja dalam sebuah lagu hanya ada 1 orang yang keluar. Itu berarti dia harus menunggu siapapun nanti yang tidak kebagian pasangan.

Oke, kini semua orang sudah terpisah di ruangan masing-masing. Aku kebagian berada di ruang perpustakaan. Beruntung, aku bisa membaca-baca buku sambil menunggu lagu di-putar, atau ketika lagu yang di-putar tidak sesuai seleraku.

Kami ditemani masing-masing 1 kru yang membawa kamera. Aku ditemani oleh seorang kameramen yang lumayan asyik. Selama menunggu, dia banyak bertanya hal-hal yang masih bisa kujawab, tapi saat ia bertanya saat ini aku ingin pairing dengan siapa, aku sedikit kebingungan, sampai akhirnya kujawab : “Sehun. Karena aku rindu sekali bermain berdua dengan kakakku itu”.  Jawaban yang aman, diplomatis, dan tidak akan menimbulkan skandal.

Lagu pertama mulai terdengar. Soundtrack Full House yang berjudul I Think I Love You.

Jelas lagu ini bukan tipe-ku. Aku pun kembali membaca buku sampai lagu itu berakhir. Dalam hati penasaran juga siapa yang keluar untuk lagu ini. Siapa pairing pertama yang terbentuk?!

Lagu ke-2 mulai mengalun dan mau tak mau membuatku melakukan gerakan-gerakan dance. Yap. Salah satu lagu senior-ku, MBLAQ yang berjudul Monalisa. Oke, aku sangat suka lagu ini. Tapi.., bukan lagu yang paling kusuka. Dan entah kenapa aku punya feeling,,Sandy akan keluar demi lagu ini. Ini kan lagu kakak kandungnya!

Lagu ke-3.., lagu terakhir. Aku menarik nafas dalam-dalam. Di lagu terakhir ini..aku bisa keluar..bisa juga tidak. Bila ternyata aku tidak keluar.., maka aku akan berpasangan dengan siapapun yang belum memiliki pasangan.

Kira-kira.., siapa saja yang belum memiliki pasangan? Apakah semuanya sudah kecuali aku? Apakah di lagu pertama tadi Baekhyun keluar seorang diri sehingga ia akan berpasangan denganku sekarang? Aaarrrgggghhh..kuharap tidak! Lebih baik aku berpasangan dengan si bawel Zelo daripada dengan Baekhyun! Kalau Baekhyun.., pasti akan terasa aneh dan canggung.

Lagu ke-3… lagu berbahasa Jepang. My Heart Draws a Dream yang dibawakan oleh band Jepang L’arc-en-ciel. Ini benar-benar lagu favoritku! Aku harus keluar! Tidak peduli siapa pasanganku nanti! Tapi aku masih berharap…orang itu bukan Baekhyun!

Aku masih terdiam di dalam ruanganku. Menikmati lagu itu sambil ikut bernyanyi. Sejak tiba di bumi, aku memang menyukai lagu-lagu yang dibawakan oleh band Jepang ini. Kuharap di Mato ada band se-bagus ini.

Sebelum lagu berakhir, aku pun cepat-cepat keluar dari dalam ruanganku. Mulutku menganga begitu melihat siapa yang menunggu di ruang tengah. Zelo! Dia nyengir lebar padaku.

Zelo mulai berbicara lewat telepati.

Zelo : Kau senang kan.., karena berpasangan denganku?

Aku : You wish!

Zelo : Hahaha. Tidak usah berbohong. Aku bisa membaca isi kepalamu.

Aku : Sial! Kau sengaja ya? Kau sengaja melakukan ini?

Zelo : Apa?

Aku : Tidak usah pura-pura bego. Aku mengenal dirimu luar-dalam, Zelo!

Zelo : Hahaha.., bukankah ini waktunya kita ber-nostalgia? Dan heeyy.., aku ingin membantumu.

Percakapan kami terputus oleh PD-nim. “Kalian tidak usah saling tatap terus seperti itu. Kalian sudah menjadi pairing untuk seharian ini. Hahaha…” PD-nim mendorong tubuhku ke arah Zelo. Membuatku menubruk dadanya yang keras. Zelo memegang kedua lenganku sambil nyengir lebar.

“Ehem. SeRa.” Terdengar suara Sehun. Dia menatapku serius. “Hati-hati.” Kemudian ia menatap Zelo tajam. Seolah memperingatkan sesuatu.

Ow.., sekarang aku bisa melihat pairing yang lain. Sehun berpasangan dengan Taemin. Sedangkan Sandy dengan Baekhyun.

Zelo : di lagu pertama…, Sehun dan Taemin langsung keluar. Benar-benar lucu.

Aku (mendengus) : Apanya yang lucu? Dasar makhluk aneh!

Zelo (mengangkat bahu) : Taemin pikir.., kau akan keluar untuk lagu pertama itu. Sejak kecil kan kau suka lagu-lagu se-tipe itu. Kasihan Taeminnie…, dia tidak tahu sekarang kau sudah berubah. Hahaha.

Aku : Tidak lucu!

Zelo : Sedangkan Sehun.., dia tahu pasti Sandy tidak akan keluar untuk lagu seperti itu. Jadi dia pun memutuskan untuk keluar, tidak peduli siapa yang akan jadi pasangannya nanti, asalkan bukan Sandy. Dia bahkan berpikir…lebih baik ia berpasangan denganku. yah..like brother like sister. Kalian ternyata punya pikiran yang sama.

Aku : ewww.., Sehun gay!

Zelo terbahak-bahak. Yang lain langsung menatapnya aneh. Termasuk PD-nim yang merasa terganggu karena pembicaraannya diganggu oleh suara tertawa Zelo yang tiba-tiba.

Aku menyeringai lebar.

Aku : Sekarang semua orang tahu kau gila! Hahaha.

Zelo : Tidak masalah. Btw, balik lagi ke topik tadi. Sebenarnya Sehun ingin pairing denganku bukan tanpa alasan. Dia ingin mengorek informasi dariku. Cih! Malas sekali. Lagipula.., aku ingin berpasangan denganmu hari ini.

Aku : kenapa? Agar kau bebas menggangguku seharian?

Zelo menatapku dengan serius.

Zelo : Sudah kubilang.., aku ingin membantumu. Kau sedang bingung. Dilemma.

Aku balas menatap Zelo dengan serius.

Aku : Kau tahu? Sekarang aku benar-benar berharap kau tidak memiliki crystal of life

Zelo (menghela nafas) : Aku juga. Aku masih mencari tahu caranya mengeluarkan Kristal ini. Kau pikir enak apa bisa membaca pikiran semua orang? Bagus kalau pikiran semua orang itu baik dan bersih. Kenyataannya.., Cih! Aku tahu banyak hal yang seharusnya tidak perlu ku-ketahui.

Zelo : Tapi Kristal ini masih berguna. Dan hari ini.., kuharap Kristal ini bisa membantumu.

Aku : Bagaimana caranya?

“Ehem! Zelo…Sera.., kuharap kalian memperhatikanku dulu. Aku tahu…, pandangan lovey dovey itu.” PD-nim menyeringai lebar. “Tapi kalian tidak akan tahu kalian harus pergi ke mana dan apa yang harus kalian lakukan nantinya. Kalian tadi tidak memperhatikan apa yang kukatakan kan?”

Zelo menatap PD-nim. “Kami berdua pergi ke laut menaiki sebuah kapal pesiar, dan nantinya kami harus melakukan beberapa misi yang ditulis oleh Anda lewat sebuah amplop pink.”

PD-nim menganga. Lalu berdehem dan kembali berbicara kepada semua orang.

Zelo mengedipkan sebelah matanya padaku. Aku tersenyum. Ada gunanya juga si baby giant ini punya kekuatan membaca pikiran!

Jadi, aku-Zelo akan berpetualang di lautan dengan kapal pesiar. Sandy-Baekhyun akan berpetualang di bawah laut, diving. Sementara Sehun-Taemin akan berpetualang di hutan.

*******

@Kapal Pesiar….

Orang-orang yang berada di kapal pesiar mini bersama kami mulai mengenali Zelo. Beberapa orang tak sungkan-sungkan minta foto bareng. Beberapa gadis tampak tidak suka melihatku. Duh, belum juga debut, antifans-ku sudah menggunung!

Kemarin-kemarin Baekhyun…dan sekarang Zelo. Fans mereka pasti sangat membenciku!

Zelo menuntunku ke luar. Angin laut menampar pipiku. Udara yang kuhirup juga terasa asin dan lembap.

Kru yang meliput kami mengikuti ke manapun kami pergi. Aku dan Zelo berdiri di dek kapal. Menatap lautan yang terbentang luas di hadapan kami. Kameramen yang berdiri di samping Zelo terdiam kaku. Seperti patung. Aku mulai curiga.

“Aku membuatnya menjadi patung untuk sementara.” Zelo tersenyum. Dia mematikan kamera.

“Bukankah nanti PD-nim akan curiga bila kita tidak punya rekaman?”

“Tenang saja. Kita akan merekam yang harus kita rekam. Tapi tidak sekarang. Ingat? Hari ini aku ingin membantumu.”

Aku melipat kedua lenganku di depan dada. “Bagaimana caranya kau membantuku?”

Zelo mengulurkan tangannya padaku, seolah memintaku menggenggamnya. “Dengan menunjukkan masa depan padamu.”

“Masa depanku?”

Zelo mengangguk. “Masa depan kita semua.”

Mataku menyipit. “Bukankah kau tidak bisa melihat masa depanmu sendiri?”

Zelo mengangguk. “Memang. Tapi aku bisa melihatnya lewat orang lain. Ingat apa yang pernah kukatakan? Masa depan seseorang bisa berubah, tergantung pada pilihan yang ia ambil. Untuk sekarang…, ada banyak pilihan yang sama kuat untuk kau ambil…, untuk Sandy ambil. Karena itulah aku bisa melihat banyak hal.., banyak masa depan. Aku sendiri tidak tahu mana yang akan jadi kenyataan.”

Zelo masih mengulurkan tangannya, menungguku. “Aku ingin membagi penglihatan tentang masa depan ini denganmu.”

“Kenapa?”

Zelo tersenyum lemah. “Karena aku butuh bantuanmu.”

“Apa yang bisa kubantu?” tanyaku bingung.

Zelo tersenyum tipis. “Kau akan tahu.”

Perlahan aku mulai mengulurkan tanganku dan menyambut tangan Zelo. Dia menggenggam tanganku dengan erat.

“Jangan terkejut. Semuanya akan terasa seperti menonton film.”

Aku tidak mengerti apa maksudnya, sampai beberapa detik kemudian rasanya jiwaku tersedot ke dalam sebuah lubang hitam, dan tahu-tahu aku sudah berada di tempat yang berbeda. Sendirian.

“Zelo???” aku mencari-cari Zelo, tapi tidak kutemukan.

Aku berada di Mato!!! Bagaimana bisa??? Oh, benar! Ini masa depanku. Salah satu masa depanku. Entah nantinya jadi kenyataan atau tidak.

Aku berjalan di padang rumput itu, dan langsung berhenti begitu melihat pemandangan paling aneh.

Aku melihat diriku sendiri!

Diriku yang beberapa tahun lebih tua dariku. Memakai gaun biru dan tiara yang sangat cantik. Aku yang memakai gaun itu duduk di atas sebuah ayunan. Seorang pria berjubah raja mengayunkan ayunan itu pelan. Pria itu membelakangi aku yang sekarang.

Aku mendekati pria itu dan diriku di masa depan itu. Ya Tuhaann.., Taemin!

Meski tadi aku sudah bisa menduga siapa pria itu.., tapi tetap saja aku merasa terkejut. Aku terkejut melihat tatapan matanya pada wujudku di masa depan.

Taemin tersenyum lembut. Cara ia menatap.., rasanya tidak asing. Entah kapan tapi rasanya ia pernah menatapku seperti ini. Tapi juga terasa sedikit berbeda.

Taemin menghentikan ayunannya. Ia berjongkok kesatria di hadapan wujud masa depanku. Perlahan tangannya mengelus perut-ku dengan lembut. “Baby Min dan Baby Ra berkata mereka sangat senang hari ini…”

Wujud masa depanku tertawa renyah. “Benarkah?”

“Hmm.” Taemin mengangguk sambil tersenyum. Kedua tangannya masih memegang perutku. Seolah melindunginya. Seolah itu adalah hal yang paling berharga di seluruh jagad raya ini.

Wujud masa depanku menyentuh tangan Taemin. Tersenyum. Taemin balas tersenyum. Aku yang sekarang seperti bisa merasakan tatapan Taemin yang penuh cinta dan penuh sayang itu. Yang kulihat saat itu adalah ketulusan dan kejujuran.

Tiba-tiba saja rasanya jiwaku seperti tersedot ke dalam lubang hitam lagi. Detik berikutnya…, aku berada di sebuah tempat di bumi. Di depan sebuah Taman kanak-kanak.

Aku melihat diriku di masa depan sedang menuntun kedua anak kecil kembar laki-laki dan perempuan. Wajahku terlihat cerah dan bahagia. Masa depanku itu menghampiri seorang pria yang baru turun dari sebuah mobil.

“Aigoo~~~ kalian memang anak ayah yang paling pintar.” Pria itu menggendong kedua anak TK kembar itu. Masa depanku tertawa bahagia.

Aku yang sekarang kini bisa melihat jelas wajah pria itu. Baekhyun!

“Kau jadi harus bolos kerja beberapa jam…”  kata masa depanku.

Baekhyun nyengir. “Demi anak-anak dan istriku tercinta.., apa sih yang tidak bisa kulakukan?”

Mereka pun tertawa.

“Aigoo~~ anak-anak ayah sudah lulus TK.., ayo.. kalian mau makan apa?”

Tubuhku tertarik ke dalam lubang hitam lagi, dan tiba-tiba muncul di dalam sebuah kamar berukuran besar.

Aku melihat masa depanku duduk di atas tempat tidur. Masa depanku itu terlihat kusut. Wajahnya sembab karena air mata. Rambutnya seperti tidak pernah disisir. Make-up nya luntur dan berantakan.

Seorang pria dan seorang wanita yang tidak kukenal masuk ke dalam kamar itu dan menatap masa depanku dengan pandangan meremehkan.

“Pergi!” bentak pria itu pada masa depanku.

Masa depanku menatap pria itu dengan tatapan terluka, namun… terlihat rasa cinta dibalik tatapan terlukanya itu.

“Wanita lain lagi?” tanya masa depanku.

Pria itu memamerkan smirk-nya. “Bukan urusanmu. Karena aku tidak pernah mencintaimu.”

Ya Tuhaaann. Pria itu Kai!!!!

Sebelum aku yang sekarang berlari untuk menonjok wujud Kai di masa depan…, tubuh dan jiwaku ditarik kembali oleh lubang hitam.

Aku kembali berada di Mato. Di dalam ballroom istana yang telah di-dekorasi dengan sangat indah. Rasanya seperti berada di negeri bunga. Penuh bunga cantik dan wangi.

Di depan altar sana…, berdiri Sehun dan Sandy. Saling memasangkan cincin suci di jari mereka. Orang-orang bertepuk tangan riuh, kecuali satu orang pria yang duduk di barisan depan. Zelo.

Zelo masa depan tersenyum, tapi matanya terlihat sedih. Di samping Zelo masa depan…, duduklah masa depanku, dan di samping masa depanku duduk Taemin. Masa depanku menggenggam tangan Zelo. Seolah memberinya kekuatan. Zelo menoleh pada masa depanku dan tersenyum. “Yang Mulia.., setelah ini kalian berdua harus mengizinkanku tinggal di bumi selamanya. Karena rasanya…aku tidak sanggup hidup di bawah langit yang sama dengan mereka berdua.” Kata Zelo pelan sekali pada masa depanku dan Taemin.

Lagi-lagi aku tersedot lubang hitam.

Aku berada di bumi. Di dalam sebuah konser musik. Aku melihat Zelo masa depan duduk di depan sebuah grand piano hitam, di atas panggung. Ia mengenakan tuksedo. Wajahnya terlihat sangat bahagia. Zelo masa depan memainkan sebuah lagu klasik romantis, dan di sampingnya berdiri Sandy. Memakai gaun hitam anggun, bermain biola. Permainan musik mereka benar-benar sempurna. Tepuk tangan penonton membahana.

Pintu masuk aula konser terbuka tiba-tiba. “CANDYYYYY!!! CANDYYYYY!!!!” terdengar suara raungan seseorang. Sehun! Sehun masa depan terlihat kacau sekali. Dia terus memanggil nama Sandy sambil berurai air mata. Beberapa petugas keamanan mencengkram lengan Sehun. Tapi Sehun terus memberontak dan terus saja memanggil Candy.

Lubang hitam menelanku lagi. Kali ini terasa lebih menyesakkan. Rasanya jiwaku seperti tertinggal entah di mana, sedangkan tubuhku terasa seperti dihempaskan dari langit.

“Sera..” sebuah suara menyadarkanku. Udara asin dan lembap kembali menyapaku. Aku sudah kembali dari perjalanan jiwaku untuk melihat masa depan kami semua. Kemungkinan masa depan.

“Uljima…” Zelo menghapus air mata yang tanpa sadar menetes di pipiku.

“Sehun Oppa…” bisikku. Masih mengingat dengan jelas adegan terakhir tadi.

“Sekarang kau mengerti bukan? Kau mengerti mengapa aku membutuhkan bantuanmu?” tanya Zelo pelan. Aku menggeleng. “Aku tidak bisa membantu apapun.”

“Kau bisa.” Kata Zelo. “Kau lihat…, di masa depan kau dan Kai tidak bisa memiliki kehidupan yang baik. Tapi kau bisa memiliki kehidupan yang baik dengan Baekhyun ataupun Taemin. Semua itu tergantung pada jalan hidup mana yang kau pilih. Baekhyun dan Taemin bisa memberimu masa depan. Tapi aku….” Zelo berhenti sejenak dan menghela nafas berat.

“…..masa depanku dan Sandy akan membuat Sehun terluka. Begitupun sebaliknya. Seperti yang kau lihat. Aku butuh bantuanmu, Sera~ya.., mana yang harus kupilih?”

“Kau sebut itu bantuan? Dengan memilihkanmu masa depan?” tanyaku sinis. “Tentu saja aku ingin Sehun Oppa bahagia. Dan aku juga ingin kau bahagia.”

Zelo menggeleng pelan. “Untuk saat ini..masa depan itulah yang bisa kulihat dengan jelas. Aku baru melihat masa depan ini dengan jelas tadi malam, setelah aku menyatakan perasaanku pada Shin. Dan ternyata.., pada saat yang sama.., Sehun juga menyatakan perasaannya pada Shin.”

“Aku tidak bisa melihat Sehun Oppa menderita.” Kataku pelan sambil menatap lautan.

Zelo tersenyum. “Aku tahu. Bisa saja aku bersikap egois….,dengan tidak membagi penglihatan masa depan ini denganmu. Tapi aku tahu…aku harus membaginya denganmu.”

“Kenapa?” aku menatap Zelo heran.

“Karena kau sahabat kecilku.., dan juga adikku.” Zelo nyengir lebar sambil mengelus kepalaku.

“Pabo.” Gerutuku. Air mataku menetes lagi. “Eottokhe? Tidak bisakah kau dan Sandy bahagia di masa depan , dan Sehun Oppa pun bahagia?”

“Aku belum melihat masa depan seperti itu.”

Aku menatap Zelo lurus-lurus. “Bagaimana kalau aku mencintaimu?”

“Mwo?” Zelo kaget.

“Masa depan seperti apa yang akan kita semua miliki seandainya aku mencintaimu? Seandainya kau mencintaiku?”

“Aku….aku tidak tahu.”

“Dengan kekuatanmu…, bisakah kau membuatku mencintaimu lebih dari sekedar sahabat dan kakak? Dengan kekuatanmu…, bisakah kau membuat dirimu mencintaiku lebih dari seorang adik?”

Zelo memelukku dengan erat. “Kau benar-benar menyayangi Sehun ya…”

Aku mengangguk. “Hmm. Aku juga menyayangimu. Kau sama seperti Sehun. Kau juga sudah kuanggap sebagai kakakku.”

Zelo tersenyum. “Lalu bagaimana denganmu? Tidakkah kau menyayangi dirimu sendiri? Bukankah tadi kau melihat….masa depan yang kau miliki dengan Taemin maupun dengan Baekhyun sangatlah indah? Kau rela menukar semua itu dengan masa depan yang tidak pasti? Bersamaku? Bagaimana bila kita tidak memiliki masa depan?”

Aku menggeleng. “Aku percaya padamu.”

Zelo mengelus-elus rambut panjangku.

Tanpa kami sadari…, ada 2 pasang mata yang memperhatikan kami. Baekhyun dan Sandy. Mereka baru saja muncul ke permukaan laut setelah melakukan diving.

Mereka berdua naik ke atas perahu karet. Sandy melepas peralatan selam-nya, lalu menatap kami yang masih berpelukan di atas kapal pesiar.

“Zelo…, Sera….” Panggil Sandy. Perlahan perahu karet-nya mendekati kapal pesiar kami.

Aku melepas pelukan Zelo. “Apa yang harus kulakukan?” tanyaku pelan pada Zelo.

TBC pemirsahhh :)

soo siapa couple fav kalian?? this is the options

*SenDy (Sehun X Candy)

*ZeShin (Zelo X Shin)

*ZeRa (Zelo X Sera)

*BaekRa (Baekhyun X Sera)

*TaeRa (Taemin X Sera)

*KaiRa (Kai X Sera) (author : couple ini aga impossible, ada yg pernah baca FF Kunang & azumi yang Moonlight Destiny?? kalo udah pasti tau knapa.  clue : kai hanya menyukai satu cewek~ /eh /oke abaikan author note yg pake warna pink ini -.-

Thank Youu

 


You’re The One

$
0
0

Tittle               : You’re The One / ChanBaek~
Author            : Byun
Cast                : Byun Baekhyun ~ Park Chanyeol~
Length            : Ficlet
Genre             : Romance~ Yaoi
Rating             : T

 

All Chanyeol side~

 

Hari ini aku menatap dua manik kecoklatan itu lagi. retinanya memancarkan aura keindahan dalam sosoknya. Apakah mata itu punya sihir? Aku tak tahu. Atau mata itu memiliki kekuatan untuk menghipnotis? Akupun tak tahu. Aku benar – benar tak tahu.

 

“apa yang kau lihat channie?” suara itu. aku menyukainya. Segalanya aku suka. Entahlah. Aku meraup dua pipi tirus itu. hangat.

 

“matamu” ucapku tanpa berhenti menatap matanya yang kini menatapku sedikit heran. Mungkin ia heran karena setiap kali hanya itu jawaban yang ia dapat ketika ia bertanya kesekian kalinya.

“aku bosan” ia beringsut. Tapi ku cegah dengan memeluknya seduktif.  Begitu erat, aku tak pernah rela melepas setiap pelukanku kecuali dia yang memaksa melepasnya. Dan akan ada raut kekecewaan diwajahku setelahnya.

 

“tapi aku tidak” aku menatapnya, lebih dalam dari sebelumnya. Ia mengangkat wajahnya menyorotkan tatapan yang seolah menyampaikan ‘mengapa kau suka menatap mataku’

 

“Chanyeol~ aku bosan. Mengapa terus menatapku?” ku lihat ia kembali tertunduk, dua tangan kecilnya disandarkan pada dadaku. Karena tak ada tempat lain, jarak kita begitu dekat. Hampir tak ada sekat yang membatasi.

 

“kau bosan? Apa aku membosankan?” aku berusaha mencari wajah yang tertunduk itu. sempat ingin ku angkat namun ku urungkan sebentar, aku hanya ingin tahu alasannya mengapa ia bosan.

 

anniyeo~ aku..aku hanya malu jika kau terus menatapku” wajah cantiknya itu kembali tertunduk. Bukankah ini begitu membuat hatiku kian membuncah. Mengapa Baekhyun begitu cantik. aku tahu dia juga laki – laki sama sepertiku. Apa Tuhan salah memberinya wajah? Mungkin.

 

“lihat aku baekhyunnie~” aku mengangkat wajah cantik itu, aroma kemerahan terpatri di kedua pipinya yang tirus. Dia benar benar malu. Dan itu semakin menggelitik hatiku. Sungguh aku mencintainya. Hanya baekhyun.

 

Dua mata itu menatapku. Aku mengembangkan senyumku, dan ia membalasnya. Kini benar benar tak ada jarak. Dua indra penciuman kami bertemu, aku menyentuh wajah itu. begitu lembut, berapa kali sehari ia melakukan perawatan? Mengapa wajah ini tak ada cacat satu titikpun.

 

Ku rasakan nafas yang saling beradu. Aku masih ingin menyentuh wajahnya lebih lama.

 

“Chanyeol~ aku ingin bertanya sesuatu” Baekhyun membuka keheningan diantara suasana yang benar benar ‘hangat’ ini.

 

“hm~ bertanyalah” balasku singkat. tanpa melepaskan dua dahi dan hidung yang menyatu serta sentuhan jemariku di wajah cantiknya.

 

“apa kau juga seperti ini dengan kekasihmu yang sebelumnya?”

 

Pertanyaan itu. aku tak tahu harus tertawa atau terkejut. Atau bahkan dua duanya. Sungguh mengapa ‘peri cantik’ ini tiba – tiba berpikiran seperti itu. bahkan aku tak pernah memikirkan masa lalu. Karena aku benar benar tak punya masa lalu. Baekhyun adalah yang pertama. Jadi masa laluku tentu saja Baekhyun. Juga masa depanku.

 

“tentu saja~” balasku tersenyum dan kembali merapatkan pelukan dan sentuhan sentuhan yang kuberikan.

 

Namun raut cantik itu nampak tak suka dengan yang aku katakan. Bibir cantiknya ia buat begitu merapat. Semua tau jika seperti itu maka tandanya ia ‘kecewa’ atau merajuk?

 

“ku kira aku special” peri cantikku kembali menunduk, dengan cepat aku mengangkatnya dan kembali menyatukan indra penciuman kami.

 

“tidak~ tapi kau terlalu special” jari jemariku menelusuri lekuk tirus wajahnya. Ia hanya diam dan tak lama dengan pemikiran pemikirannya ia kembali berbicara.

 

“apanya? Aku sama saja dengan mantan mantan kekasihmu. Kau memperlakukanku sama dengan mereka” benar benar aku tak bisa melihat peri cantikku sesedih ini. Tapi megapa aku justru ingin tertawa. Ini konyol. Apa yang ia katakan? Mantan – mantan? Bagaimana mungkin. Bahkan kekasihku hanya satu dan akan tetap satu sampai aku mati. Itu janjiku. Dan itu hanya Baekhyun.

 

“kekasihku yang dulu yang sekarang yang akan datang itu sama~ hanya kau baekhyunnie~” aku kembali menelusuri wajah itu hingga jemariku menuntunku menyentuh bibir cantik kemerahan itu.

 

“maka dari itu aku akan memperlakukan kekasihku dengan hal yang sama seperti ini. Masa laluku adalah dirimu, masa masaku yang sekarang adalah dirimu. Masa depanku adalah dirimu. Semuanya sama” dua tangan kecil itu masih terjaga didadaku. Sedikit meremas kerah kemejaku. Aku tersenyum karenanya.

 

Ia tak berucap. Hanya deru nafas tertahan yang terdengar dan begitu terasa diwajahku.

 

“Park Chanyeol~” ia menatap mataku, begitu dekat.

 

“hm?” kembali aku menyentuh iris tipis kemerahan itu.

 

“kau menyebalkan~ tapi aku mencintaimu. Sangat mencintaimu. Chanyeol~” dan yang ku ketahui sekarang adalah aku melihat seorang peri menangis. aku benar – benar merasa bodoh dan bersalah.

 

“mengapa menangis? Seorang peri tak pantas menangis. Ia hanya pantas bahagia” aku berusaha menenangkannya dan menghapus air mata yang terlalu berharga untuk ‘peri’ secantik dirinya.

 

pabbo~ aku manusia bukan peri. Dasar menyebalkan” dua tangan kecilnya memukul dadaku. Tak ada rasa sakit. Justru bahagia yang aku rasakan. Melihatnya merajuk seperti ini, membuatku tak perlu berpikir dua kali bahwa ia memang takdirku. Begitu juga aku, aku adalah takdirmu Baekhyun.

 

“tapi kau suka~ bahkan sangat  mencintaiku~ bukan begitu? Hm?” untuk kedua kalinya tangan kecil itu dilayangkan untuk memukul dadaku.

 

“kapan aku mengatakannya?” aku tahu, peri cantik ini tengah tersipu malu.

 

“aku merekam ucapanmu. Jadi kau tak bisa mengelak lagi” aku tersenyum ‘menang’ dan ia terus meninju dadaku.

 

“isssssh~ aku membencimu Chanyeol~ sangat membencimu”

 

“aku tahu. Aku juga sangat mencintaimu. Hiduplah denganku Byun Baekhyun. Aku ingin menjagamu. Aku ingin jadi orang pertama yang kau lihat saat kau terbangun dari tidurmu dipagi hari. Aku ingin jadi satu satunya orang yang mengatakan bahwa masakan istriku sangat enak. Aku ingin jadi orang yang beruntung karena setiap pagi kecuali sabtu dan minggu kau yang memakaikan dasi untukku sebelum aku berangkat ke kantor. Aku ingin jadi satu – satunya orang yang kau buatkan air hangat untukku mandi setelah lelah bekerja. Aku ingin jadi orang yang terakhir kau lihat disampingmu sebelum kau tertidur”

 

‘Peri cantik’ ini menatapku tak percaya. Tetesan bening itu kembali menganak sungai di kedua pipinya. Aku mengusapnya pelan. Mengecup kedua matanya bergantian. Lalu meraih iris tipis kemerahan itu. menyalurkan kehangatan melalui sebuah ciuman.

 

Aku tak ingin melepaskan ciumanku dibibir cantiknya. Dua tangan kecilnya disandarkan didadaku. Dua tanganku melingkar kuat disekitar pinggang cantik ini. Sampai ia memintaku untuk menyudahi dulu ciuman kami. Aku terpaksa melepasnya.

 

“aku serius jadi tak usah memintaku menjelaskan apa yang aku katakan tadi” aku berkata bahkan sebelum baekhyun mengatakan apa yang ingin dikatakannya. Aku hanya tahu dari raut wajahnya. Ia ingin penjelasan yang lebih dalam. Aku tahu itu.

 

Baekhyun tersenyum.

 

“aku juga ingin jadi satu – satunya orang yang merasakan sentuhan bibirmu dan dekapan hangatmu seperti ini Chanyeol~” ku lihat ia sedikit menundukan wajahnya. Aura kemerahan kembali menyelimuti wajah kekasihku ini. Dia begitu cantik. aku bersumpah.

 

“orang yang pertama kau lihat dipagi hari adalah aku. Aku yang akan memasak masakan yang enak enak untukmu. Aku yang akan memasang dasi untukmu sebelum kau berangkat ke kantor. Aku yang akan membuat air hangat untukmu mandi setelah pulang dari kantor. Dan orang yang kau lihat sebelum kau tidur juga hanya aku” lanjutnya. Setelahnya aku benar – benar semua kebahagiaan telah ada didepan mataku.

 

Aku kembali menarik raut cantiknya. Menariknya kedalam sebuah ciuman hangat yang lebih dalam dari sebelumnya.

 

“dan aku juga ingin jadi satu – satunya orang yang menyentuhmu~ merasakan hangatnya bibir indahmu~ dan mendekapmu hangat seperti ini” balasku sembari mempererat pelukan kami.

 

END~

 

Selesai~ dan selamat menempuh hidup baru yaa chanbaek~ jangan lupa authornya diundang~ *siap jadi penghulu* XD

 

Yang mau kenalan sama author boleh di follow aja entar dipolbek XD

Twitter : @baekyuniken

Facebook : Niken Presia

 

Sekian yaaa~! modus banget XD~


The Kiss Of Blood (Chapter 1)

$
0
0

THE KISS OF BLOOD (Chapter 1)

Title : The Kiss Of Blood (Chapter 1)

Author : Soojin98

Genre : Fantasy, Romance

Rate : PG-15

Length  : Chapter

Cast :

-          Park Hana (OC) a.ka park Sungjae

-          Oh Sehun

-          Kim Jong In

-          Other cast…

Yahh author lagi pengen buat ff vampir nih, wkwk langsung aja deh. Awas typo bertebaran…

Happy Reading..

                                                                        oOo

Pagi itu muncul menyelimuti kejadian semalam. Hana sangat lelah, dan karena kedatangan  Mr. Sung itu, ia hampir tidak tidur semalaman. Ia selalu bertanya pada dirinya, apakah ia sedang berhalusinasi atau apakah kembalinya Mr. sung adalah sebuah kesengajaan agar tampak terlihat dari jendela. Ia terjaga dari tidurnya dan gemericik suara hujan menarik perhatiannya. Sesaat setelah menjelang pagi, ia meninggalkan kamarnya untuk memulai pencariannya. Di lengan bajunya, ia menyelinapkan sebuah surat dari Mr. sung, jikalau ada seseorang yang bertanya-tanya padanya.

Flashback

“Hana, kau harus menyamar menjadi pelayan agar bisa mencari biang dari pembunuhan berantai ini. Dan masalahnya adalah kau harus menjadi pelayan namja.” ucap Mr.sung

“Apapun akan aku lakukan agar bisa menemukan biang dari pembunuhan ini ajushi.” Kata Hana sambil memotong rambut ikalnya yang panjang itu.

“Baiklah, setelah ini ikutlah kau ke kantorku, di sana terdapat kamar kecil, Kau tidak maukan harus tidur dengan pelayan namja lainnya?” jawab Mr.sung

“Tentu ajushi” Kata hana setelah memakai pakaian pelayannya.

“Satu lagi, kita butuh nama samaran. Bagaimana kalau Sungjae?”usul Mr. sung kepada Hana

“Baiklah ajushi” jawab hana, Setelah itu mereka pergi menuju kantor Mr.sung. setelah sampai mereka pun memasukinya. Setelah itu Mr.sung mengajaknya ke belakang kantor itu, di sana terdapat sebuah ranjang dan didekatnya terdapat tempat perapian. “Ranjangnya memang tak bagus” kata Mr. sung seraya meminta maaf, “tapi hendaknya kamu bisa beristirahat tanpa di ganggu. Aku harus ke anakbuahku dulu, aku sudah lama pergi” Kata Mr. sung seraya meninggilakan kamar itu. Setelah Mr. sung meninggalkan dirinya sendirian di kamar itu, Hana melihat sekeliling kamar itu dan mencoba menyesuaikan diri. Ketika malam menjelang, Hana menyalakan api unggun di kamar itu dan menarik sebuah kursi, lama sekali ia mengamati perapian itu. Ketika nyala api semakin kecil dia merasakan seseorang sedang mengamatinya, tatapan orang asing. Ia mengangkat kepalanya, tatapan matanya kesana kemari mengamati kamar itu. Tidak ada siapa-siapa, lalu dia mengamati jendela itu, dia menangkap sebuah bayangan hitam di jendela. Karena penasaran ia pun mendekat ke jendela itu. Tatapannya mengenai kaca dan memantulkan sejenak raut wajahnya dan menatap bayangan hitam di belakangnya. “Hana” suara itu terdengar keras dan membuatnya khawatir. Jatungnya berdetak kencang lambat laun menjadi normal ketika melihat Mr.sung muncul dari kegelapan. Ketika Mr.sung melihat pengait besi yang berada di tangan Hana, ia segera menarik pistonya. “Ada apa hana?” tanya Mr.sung

Hana menoleh kearah jendela. “Ada orang lain di luar sana”. Mr.sung pun menggeser Hana ke belakanya sambil mengarahkan senjatanya ke jendela, sesaat dia mengintip keluar. “Tidak ada apa siapa siapa” jawab Mr.sung, hana pun tersenyum “Mungkin saja aku sedang lelah” jawabnya. “Jangan kau cemaskan Hana, kau tidak perlu takut.” Ucap Mr.sung

Flashback off

Hana pun meninggalkan kantor Mr.sung dan berkeliling di sekitar kota kelahirannya dulu, orang- orang di kota itu sangat ramah dan sangat senang berteman dengan Hana, di kota itu juga dia menemukan Oh Sehun dan Kim Jong In, sahabat yang amat dia sayangi, tapi itu dulu. Semuanya berubah ketika appanya yang di kenal sangat baik hatinya telah membunuh rekan kerjanya yang juga merupakan appa dari Kim Jong in sahabatnya sendiri. Semua itu membuat Hana menderita, bahkan dia tidak bisa bertemu dengan kedua sahabatnya, Hana tidak berani bertemu kedua orang itu lagi dan semua orang mulai membenci Hana dan keluarganya, selain orang- orang tertentu. Setelah berkeliling, dia berhenti di sebuah kandang besar. Langit mendung itu terlihat menyeramkan. “apa ini karena ulah darkblood”

“Aku belum pernah melihatmu di sini” ketika Hana berjalan ke sekeliling kandang itu, ia menahan nafas karena terkejut ketika dua orang anak muda tiba-tiba berpapasan dengannya. Barulah ketika ia sadar, ternyata keduanya tidak di kenalnya dan ia pun bisa bernapas lega. Ia pun mencoba tersenyum. “Aku baru datang kemarin

“Mengapa kami tidak melihatmu sejak kemarin?” si penanya maju lebih dekat. Tubuhnya tinggi, hingga membuat hana mengadahkan kepalanya agar bisa menatapnya. Wajah namja itu tampan, dengan sorot matanya yang hitam jernih serta raut wajah rupawan.

“Mengapa kau tidak ada di ruang pembantu?” tanyanya

“Kamarku berada di dalam ruangan majikanku” jawab Hana

Untuk sesaat mata kedua namja itu melotot dan raut wajahnya berubah masam. “Coba lihat” ia berubah menjadi ramah. “Anak muda ini merasa istimewa, karena pada saat pertama kali datang ia tinggal di tempat tuannya.” Ia maju mendekat. Tanpa di sengaja Hana pun mundur beberapa langkah. Kedua namja itu meringis kesal “Dia takut padamu Kris!” kata namja yang satunya

“Ia hanya seorang anak kecil Chen! Kaki saja tidak berbulu” Kris menatap Hana tajam, Hana pun mulai ketakutan. “Hei Kris, apakah itu anak baru” seorang namja berambut pirang tiba tiba muncul dari belakang mereka. Namja itu langsung mendesak di antara kedua namja tadi. Hana hanya terdiam.  “Kepala asrama ingin bertemu denganmu anak muda” kata Namja berambut pirang itu kepada Hana

“Kita baru saja berbicara dengannya” gerutu Kris. Si pirang itu hanya menggeleng gelengkan kepalanya. “Kau tahu, apa yang akan terjadi apabila kepala asrama melihat luka goresan di tubuh kecil ini. Ia pasi akan bertanya, kau pasti tidak akan mau terjadi apa apa denganmu kan” Si pirang itu merangku Hana dengan tangannya dan menariknya Hana hampir saja bengkok seperti besi, tetapi kemudian Kris melepaskan cengkramannya. “Sebaiknya kau pergi dari mereka. Kris merasa kalau dirinya seorang kapten dan tiap kali melihat anak baru, ia menganggapnya sebagai sebuah ancaman” Si pirang menggerakkan bahunya sambil tersenyum “Namaku Luhan” kata Luhan sambil mengulurkan tangannya “Su sungjae” jawab Hana menerima uluran tangan Luhan. Pikiran akan bertemu dengan kepala asrama membuat Hana merasa gelisah . “Kapala asrama…” bisik Hana

“… Ah itu hanya omong kosong, itu kulakukan agar kau bisa menjauh dari Kris dan Chen” kata Luhan sambil tersenyum sambil memukul halus lengan Hana, setelah itu Luhan pun mengajak Hana berkeliling. Setelah beberapa lama berkeliling Hana pun mengucapkan terimakasih. “Emm Luhan, Gomawo untuk hari ini” kata Hana “Aku harus pergi sekarang, kalau tidak aku bisa mendapat hukuman dari majikanku” lanjut hana.

“Emm araseo Sungjae, sampai jumpa” jawab Luhan lalu pergi meninggalkan Hana. Setelah memastikan tidak ada orang lagi Hana pun  berjalan dengan santai menuju kantor Mr.sung. “Hei kau anak muda” tiba tiba saja seseorang memanggilnya. Hana pun segera mengenali suaranya “Oh Sehun!! Aku harus melewetinya tanpa ketahuan” kata Hana dalam hati. Dengan sedikit membungkuk dia menjawab “Tuan?”

“Lihat aku” kata Sehun tegas. Hana mengangkat kepalanya, tatapan Sehun membuat Hana terpaku. Sehun pun melihat ke wajah Hana, memerhatikannya hingga berulang-ulang hingga matanya melotot. “Apakah aku mengenalmu?”

Hana tersentak ketika Sehun mendekat ke arah Hana. Sekarang mereka sangat dekat, hingga Hana bisa mengenali noda kecil bewarna keemasan yang ada di matanya yang coklat. Bulu kakinya merinding, telapak tangan nya basah. Sulit bagi Hana untuk bernafas “Tidak tuan, aku baru saja datang kemarin” jawabnya dengan pelan.

“Baiklah kalau begitu. Berhati-hati lah dengan siapa kau bertemu di dalam gang, sebagian dari mereka tidak merasa senang jika kau berjalan melewati mereka, kau harus memberi mereka salam” ucap Sehun memperingatkan.

“Tentu saja, jika aku…” kata kata Hana pun terpotong oleh omongan Sehun

“Mr.sung sudah menunggumu” tanpa menoleh lagi Sehun pun meninggalkan Hana. Hana menatapnya hingga ia sampai di ujung jalan. Setelah itu berulah ia bisa bernafas lega

oOo

Beberapa saat kemudian Hana pun menyusuri jalan kecil, setelah sampai di kerajaan, tampak terlihat lampu yang bersinar redup seperti sebuah kain yang tergantung di dinding dan bangunan. Supaya terhindar dari bahaya agar tidak bertemu Sehun ataupun Kai, Hana pun  menaiki Kastil dan masuk melalui pintu samping. Di depan kandang besar itu ia mengamati suasana di sekitarnya yang sudah hampir gelap. Tiba tiba ada seseorang menariknya.

“Kali ini Luhan tidak akan membantumu” desis seseorang di samping telinganya. Kris! “Kau akan rasakan akibatnya, pesuruh tentara!” Hana menendang Kris agar terlepas dari dekapan nya. “Tolong aku Chen! Tahan dia!” tiba tiba saja muncul seorang namja di belakan Hana, namja itu ingin mendekap Hana. Tetapi belum sampai tangan namja itu mendekap hana, hana sudah menggigitnya hingga berdarah. Namja itu pun mengerang kesakitan. Dengan cepat Hana mengambil batu dan di lempar batu itu ke muka Kris, batu itu membuat darah mengalir di sudut mulut Kris. “Dasar kau, kau akan mendapatkan balasannya. Chen tunjukkan.” Tiba tiba saja Chen memukulnya, pukulan itu mendarat di pelipis mata dan telinganya. Darah segar membasahi wajahnya. Dengan sekuat tenaga, Hana menendang perut Chen. Chen pun mengerang kesakitan.Kris pun berlari ke arahnya, serangannya mengenai bahu Hana dan membuat Hana terjembab di tanah.

Hana berusaha bangkit, dengan penuh dendamnya, Kris menekan punggung Hana dengan lututnya membuat Hana berteriak. “Tidak ada seorangpun yang memukulku hingga gigiku lepas!” Kris pun mencekik Hana sebelum menjatuhkan Hana ke tanah. Hana pun merayap mencoba menghindar, tetapi Kris mencengkram pundaknya dan menarik tubuhnya hingga jatuh di depan air minum kuda. Kris pun mencoba menenggelamkan Hana ke air itu, membuat baju dan tubuhnya basah kuyup, Hana pun menghentakkan kaki nya mencoba untuk melepaskan dirinya, tapi tenaganya mulai melemah. Ketika Kris menariknya keluar dari air, tenaganya sudah hampir habis bahkan untuk menarik nafas, tubuhnya kaku. Ia terbatuk batuk dan dari mulutnya keluar air. Kris mengangkat tubuhnya lagi, Hana berpikir Kris akan menengelamkannya lagi, tetapi tangan itu tiba tiba saja hilang dan Hana jatuh terkapar.

Sanyup sayup dia mendengar suara yang membuat kedua namja tadi lari tunjang tanggang. Hana hampir menyerah, akan tetapi sebuah bisikan menariknya kembali ke dunia ini “Ayo bangun”

Hana berusaha untuk melihat siapa yang membisikinya, tetapi dia terlalu lemah untuk melihat saja, dan tak lama kemudian dia pun tak sadarkan diri

oOo

Sambil mengulurkan tangannya di samping jendela, Sehun memandangi yeoja muda yang berbaring lemah di tempat tidurnya. Setelah pertemuannya dengan yeoja itu, dia langsung mencari Mr. sung karena yeoja tadi mengaku pelayan Mr.sung. tetapi setelah dia mencari cari Mr. sung ternyata Mr. sung tidak berada di kantornya. Dan dia memutuskan untuk kembali di kastil, di kastil dia melihat Kris dan Chen lari pontang panting seperti melihat sesuatu yang menyeramkan, itu membuat Sehun penasaran. Barulah ia memutuskan untuk mencari tau apa yang terjadi, pada saat itu dia menemukan Hana tak sadarkan diri. Tanpa fikir panjang ia segera mengangkatnya dan membawanya ke tempat tidurnya. “dia akan di jemput maut, jika aku tidak segera melepaskan pakaiannya yang basah kuyup ini” Akhirnya Sehun pun memutuskan untuk mengulurkan tangannya kembali ke Hana dan mulai melepaskan pakaiannya. Supaya tindakan ini tidak di tolak olehnya, matanya sesekali memandang Hana. Jari jarinya telah selessai menyelesikan tugasnya, setelah itu dia membersihkan tubuh Hana dari lumpur dan membalutnya menggunakan selimut. “Tidak!” Hana bangun sambil berteriak dengan keras. Rasa panic menguasai dirinya sesaat, Sehun lalu mendekapnya. Hana berusaha ntuk melepaskan dirinya dari dekapan Sehun, tapi Sehun tidak mau melepaskan dekapan itu.

“Tidak apa apa! Kau sudah aman” ada sesuatu di diri Sehun yang membuat Hana takut, tapi suaranya tenang. “Hana” akhirnya Hana mulai mengenali suara itu. Ia mendengar dan berusaha untuk berbalik. Dadanya naik turun karena berusaha untuk bernafas.

“Tidak apa apa!” kata Sehun sekali lagi lalu ia memeluk Hana. Hana mencoba berontak dan mencoba untuk membebaskan dirinya. Sehun pun mengeluaakan dua jari tangannya dan bertanya pada Hana. “Berapa jari yang kau lihat?” tanyanya

“Apa?” jawab Hana

“Berapa jari?”

Ia diam, memukul mukul selimut dan mulai berdiri. Tiba tiba ia merasa sempoyongan. Sehun membungkuk sebelum akhirnya Hana kehilangan keseimbangannya, lalu sehun pun menahan tubuh Hana. “Sebelum bangun, kau harus yakin dulu, apakah kau benar benar bisa melihat dengan jelas. Coba kau berbaring, jika kau masih pusing.”

“Tidak akan.” Jawab Hana. Matanya menatap kebawah dan mendapati bajunya tergantung, satu satunya pakaiaan yang di lepas dari badannya. “Ya Tuhan!” mukanya merah menahan marah. Supaya Hana tidak merasa lebih malu lagi, Sehun kembali mengangkat tangannya untuk menutupi matanya. Sementara tangan satunya mendekap pinggang Hana supaya Hana tidak terjatuh. “Berbaringlah” ucap sehun

“Tidak akan! Pasti Mr.sung memberitahu semuanya !” jawab Hana, ucapan itu seakan menusuk hati sehun

“Ayolah Hana kau aman disini, Mr. sung tidak berbuat apa apa Hana. Percayalah padaku” ucapan Sehun yang menenangkan membuat hana tenang.

“Kau tidak akan memberitahu Kai kalau aku berada disini kan?” tanya Hana

“Tidak akan Hana, aku berjanji. Sekarang tidurlah” jawab Sehun menggendong Hana hingga Hana berada di tempat tidurnya.

oOo

Ketika Hana terbangun keesokan paginya, Sehun sudah tidak ada lagi di tempatnya, dia melihat kemejanya ada di ruang kerjanya. Dengan cepat dia memakai bajunya dan mengikat rambut belakanganya dan menyelipkannya ke dalam topi. Pipinya tampak memerah ketika dia berfikir kalau Sehun telah melepaskan bajunya. Dia begitu terhanyut dengan perasaannya, hingga dia kaget pintu belakangnya terbuka.

“Ini aku” Sehun masuk ke ruangan dan memendangnya dengan teliti. “Kau terlalu pucat. Sebaiknya kau berbaring saja” lanjutnya.

“Aku tidak apa- apa. Apakah kau sudah berbicara dengan Mr. sung kalau aku berada di sini? Mr. sung bisa saja khawatir.” Jawab Hana

“Aku masih belum bisa bertemu dengannya.” Jawab Sehun

“Sehun-ah maukan kau mengantarku ke suatu tempat?” pinta Hana

“Kau mau kemana?” jawab Sehun

“Aku ingin melihat makam appa” jawabnya

“Tidak bisa Hana, jangan sekarang” jawab Sehun

“Dia kan… tapi kan…” rasa takutnya merambat melalui jari jarinya yang panjang

“Ya, dia telah meninggal dan dikubur. Apa kau yakin untuk mengunjunginya?” Kata Sehun sembari memandangi Hana.

“Aku yakin, ayo jalan” ucapan Hana berhasil membuat Sehun kaget.

oOo

“Apa kau baik baik saja?” suara Sehun yang lembut terlintas ke telinga Hana. Baru sekarang Hana menyadari kalau dia terpaku. Kemudian di dalam perjalanan menuju ke makan appanya, matanya terbelalak tertuju ke sebuah makam yang berada di hadapannya. Park Chanyeol tulisan di atas sebuah salib kayu yang sederhana itu. Di bawah gundukan tanah beku itu terdapat jasad appanya. Di suatu makam yang seharusnya tidak layak untuk ditempatinya, tak terasa air matanya menetes ketika dia mengingat masa lalunya dengan apanya.“Kenapa kau berbaring di sebuah makam yang jauh dari kehormatan, kenapa kau berbaring di makam pembunuh dan penjahat” katanya dalam hati sambil menahan isaknya.

“Apa kau baik baik saja?” Sehun bertanya dengan wajah khawatirnya, dan hanya di jawab oleh anggukan kepala saja. Hana telah melihat apa yang ingin dia lihat, “Gomawo” ucapannya sangat pelan, begitu pelan hingga dia tidak yakin ucapannya itu sampai ke telinga Sehun. Sejak dia mengenal kebenaran, dia mulai merasa benci kepada appanya. Dia merasa ngeri jika dia berada di sini berdiri di atas makamnya, bercampur dengan jejak kesedihan di tengah kebencian.

Berulang kali ucapan Sehun menyadarkannya dari lamunannya. “Kau tidak memerlukan pakaian ini lagi Hana, maukah kau tinggal?” ucap Sehun meraba pakaian Hana. Hana menggelengkan kepalanya. “Mengapa tidak?” tanya nya lagi. “Apakah aku harus menjawab? Aku sudah tidak bisa lagi melihat Kai dan orang orang lain di sekitarku setelah itu terjadi Sehun-ah. Apa gunanya aku berada di sini, aku harus tetap mencari biang dari pembunuhan itu” Ucap Hana pelan

“Kau tidak bisa berbuat apa apa,” kata Sehun menimpali “semua ini akibat ulah appa mu dan bukan karenamu! Kau tidak perlu menanggung semua kesalahannya!” tambahnya

“Tapi aku menyayangi appa. Bertahun tahun aku tidak tahu siapa dia sebenarnya. Mungkin aku sama sekali tidak mau melihatnya. Aku harus bagaimana?” Rasa bersalah tiba tiba menjadi kuat.

“Tidak sama sekali” Sehun mendekat “Lihat aku.” Ketika Hana tidak bereaksi, Sehun menyentuh dagu Hana dan mengangkat kepalanya, “Tolong lihat aku Hana” Sehun pun mendesak. Akhirnya Hana pun mengangkat wajahnya. “Kau menyayangi appamu. Kau tidak bisa menolaknya.” Ucapan Sehun sangat mengena di hati Hana. “Mungkin saja appa mu seorang pembunuh dan penipu, tapi aku yakin akan satu hal yaitu kalau appamu sangat menyayangimu. Mungkin inilah alasannya dia menyembunyikan semuanya darimu. Mungkin saja dia malu di dalam hatinya yang paling dalam dan dia tidak mau putri semata wayangnya ini menanggung akibat perbuatan ini.” Ucap Sehun. Hana ddiam seribu bahasa, justru di luar dugaan Sehun yang menceritakan semua ini kepadanya, dia berdiam diri di hadapan Sehun dan sejenak kemudian dia sadar kalau dia menangis.

oOo

Menjelang tengah hari mereka pun pulang. Hana merasa kelelahan dan anehnya dia juga merasa kebingungan. Menyaksikan makam appa nya memang menyedihkan bagi nya, tetapi justru Sehun lah yang dia perhatikan. Kehangatan yang Sehun pancarkan sungguh membuat Hana kagum, seolah oleh dia adalah sesuatu yang sangat berharga.

Kembali ke tempat tidurnya Sehun mendesaknya agar berbaring, tapi Hana ingin berbicara lagi. “Jangan sekarang” kata Sehun sambil menggelengkan kepalanya dan mengulurkan selimut menutupi tubuhnya. Sesaat Hana terpana tidak bergerak dan memandang raut wajah Sehun. “Aku senang kau ada di sini” ucap Sehun mengeluarkan senyum manisnya, sangat manis sehingga membuat Hana terpana untuk kedua kalinya. Sehun pun meninggalkannya sendiri.

Hana berbaring cukup lama, karena dia merasa lapar dia beranjak menuju pintu untuk mengambil makanan. Disaat yang bersamaan dia mendengar percakapan Sehun dengan seseorang yang ingin membunuh Kai, Hana pun membuka sedikit celah di pintu, dan dia melihat Sehun berjalan mengendap endap menuju kesuatu tempat, karena penasaran Hana pun mengikutinya. Sehun pun memasuki ruangan yang gelap gulita, Hana pun tetap mengikutinya. Setelah lama mengikutinya Hana pun kehilangan jejak Sehun. Ketika dia ingin berputar sepasang tangan yang amat kuat mencengkram pundaknya dan menariknya, belum sempat ia berteriak sebuah tangan langsung mendekap mulutnya. Dia di dorong ke dinding oleh sebuah tubuh yang tegap dan akhirnya dia pun menyerah. Hana berusaha untuk melawan tetapi tangannya di dekap oleh orang itu tadi.

“Hana” suara Sehun terdengar hangat. Hana pun berusaha melepaskan diri “Demi Tuhan Hana, berhenti! Aku tidak ingin melukaimu!” ucap Sehun

“Lepaskan aku!” elak Hana

Hana POV

“Lepaskan aku!” elakku

“Aku kan melepaskanmu jika kau berhenti melawanku!” ucap Sehun. Oh Sehun orang yang selama ini aku percaya ternyata sedang bersekongkol untuk membunuh Kai. Apa kau sudah gila Oh Sehun!

“Apa kau ingin membunuh Kai!” ucapku geram.

“Apa? Hana aku tidak pernah…” ucapnya terputus, nafas hangatnya menerpa wajahku ketika dia menghela nafas. “Sepertinya aku harus menjelaskan semua ini kepadamu” jawab Sehun, tetapi dia masih tetap membekapku.

“Aku merasa kalau ada seseorang yang mengikutiku. Jika aku tahu kalau ternyata itu kau, aku tidak mungkin menyerangmu atau bahkan…”

Tiba tiba terlihat sebuah cahaya mendekat dan Sehun berhenti bicara. Terlihat Kim Jong In berdiri di anak tangga paling bawah dan memandang kesana kemari. “Sehun akan menghadangnya!” kataku di dalam hati

“Kai! ini jebakan! Sehun akan membunuhmu!” teriakku

Hana POV end

“Kai! ini jebakan! Sehun akan membunuhmu!” teriak Hana, teriakan itu membuat Kai menoleh ke arahnya, matanya nanar dalam kebingungan. Pikiran pikiran tentang apa yang telah Kai lakukan kepada nya selama ini sirna oleh kekhawatiran akan keselamatan Kai. “Setiap saat pasti Sehun akan menyerangnya! Tapi kenapa dia hanya diam” kata Hana dalam hati. Bahkan di dalam kegelapan sorot mata kai yang coklat tetap memancar. Hana mencari cari tanda kebencian, benci atau murka di raut wajah Kai, tapi sulit bagi Hana untuk mempercayainya. Kai sama sekali tidak berubah. Sebuah jimat yang belum pernah dilihat oleh Hana sebelumnya. Jimat itu pemberian dari umma Kai beberapa sebelum kematiannya. Itulah satu satunya warisan yang di berikan kepada Kai. Kai pun mendekat

“Mengapa kau berada di sini?” kata Kai tak percaya Hana berada di sana bersama Sehun

“Dia pikir aku akan membunuhmu” jawab Sehun

“Ya tuhan, bagaimana bisa kau menuduh Sehun begitu?” jawab Kai menyentuh rambut Hana kemudian mengelus pelan rambutnya. “Apa yang kau lakukan dengan rambutmu?”

ini chapter 1 nya, gimana? Jelekkah? Author emang lagi gak pengen pake “POV”. Mianhae ya kris dana chen jadi antagonis di situ abisnya aku bingung nyari tokohnya yang pas.


Pinky Boy, Luhan

$
0
0

Pinky Boy, Luhan

EXO Cover

 

TITLE                      : Pinky Boy, Luhan

AUTHOR              : Sandy [ @Sandy_Lee99 ]

CAST                      : EXO MEMBERS

GENRE                  : FRIENDSHIP, BROTHERSHIP, ETC

LENGTH               : ONESHOOT

 

——————————–

  Suara gaduh dari kelas 3 di SMA XOXO terus bergema. Pagi itu seperti biasanya semuanya sibuk dengan hal masing masing. Hingga akhirnya Bel masuk pun berbunyi. Kegaduhan dari kelas mulai berkurang. Suasana semakin hening saat pak guru Sooman masuk ke kelas. Dari belakang pak Sooman ada seorang anak laki laki.

“Dia sepertinya anak baru..” Bisik Kyungsoo (D.O) kepada Jongin teman sebangkunya.

“Ya, mungkin saja” Jawab Jongin (Kai).

“Selamat Pagi anak-anak, hari ini kalian mendapatkan teman baru. Dia datang dari Seoul” Jelas pak Sooman, “Kau.. Perkenalkan dirimu..”

Anak baru tadi kemudian tersenyum, dan mulai membungkukkan badannya sebagai tanda penghormatan. Lalu dia memulai memperkenalkan diri..

“Annyeong.. Namaku Luhan.. Aku dari Seoul, mohon bimbingan teman-teman semua..”

“Seoul?” Jongdae (Chen) keheranan.

“Kenapa anak kota pindah disekolah terpencil didesa sini?” Minseok (Xiumin) Ikut keheranan.

“Aneh..” Wufan (Kris) menambahkan.

“Luhan, dibelakang sana ada tempat duduk kosong, silahkan duduk” Pak Sooman mempersilahkan duduk.

Luhan kemudian duduk, disampingnya ada Sehun. Mereka kemudian melakukan perkenalan singkat.

“Annyeong, Thehun imnida~”

“Annyeong, Luhan imnida ^^”

Pelajaran berlangsung seperti biasa, sampai jam istirahat tiba. Mereka yang biasanya langsung melahap bekal masing masing kemudian berkumpul. Membicarakan anak baru tadi.

“Kau lihat dia makan bekalnya..” Tao angkat bicara.

“Iya, makan bekalnya mewah. Tapi kenapa banyak sayuran yang dibentuk seperti bunga-bunga aissh~” Chanyeol Mengkritik.

“Jangan jangan dia banci, lihat saja. Sweater Rajutnya warna pink. Hadeeh~” Berikutnya Kritik dari Baekhyun.

“Iya, Baekhyun benar! Bisa jadi dia.. kekeke” Chanyeol dan yang lainnya tertawa.

“Heh! Kalian sedang apa? Kenapa bergosip, seperti anak perempuan saja! Sebentar lagi jam istirahat selesai, kalian tidak makan, hah!?” Kata Suho si ketua kelas.

Kemudian semuanya bubar. Jam istirahat telah selesai, pelajaran kembali dilanjutkan. Hingga akhirnya Bel pulang berbunyi. Anak anak berhamburan keluar kelas.

“Lihat!” Lay menepuk pundak Tao. “Itu anak baru tadikan?”

“Hm?” Tao mencari arah yang Lay maksud. “Oh iya! Itu Luhan, wah anak kota. Dijemput dengan mobil. ckckck”

“Ah sudah lah, biarkan saja anak banci itu” Chanyeol tiba tiba datang, “Jangan lupa sore ini ya!”

Sore tiba… Semua anak tadi bermain Bola Sepak dilapangan. Semua tertawa lepas, permainan tampak seru dan menyenangkan. Sejenak permainan mereka berhenti. Sebuah Layang-Layang jatuh ke tengah lapangan. Semua tampak keheranan.

“Ini punya Thiapa?” Sehun memungut layangan itu.

Lalu dari kejauhan terdengar suara orang berlari, semua melihat ke arah orang itu.

“Dia?” Suho merasa kurang yakin.

“Maaf, itu layangan ku” Luhan berlari dan tampak kelelahan tapi tetap tersenyum khas.

“Layangan Pink ini?” Baekhyun bertanya.

“Iya? Boleh aku mengambilnya kembali” Luhan memintanya dengan sopan.

Sehun menyerahkan layangan itu. “Ini ambilah, Luhan”

“Gomawo~” Luhan sedikit membungkuk, berterimakasih, kemudian pergi meninggalkan yang lainnya.

Semua menunjukan wajah keheranan. Kecuali Kris yang sibuk dengan Bola dan terkesan cool.

“Kenapa tidak kita ajak main Bola saja tadi?” Kata chanyeol.

“Sudahlah lupakan saja, ayo kita lanjutkan saja mainnya.” Ajak Baekhyun.

“Ha, Layangan Pink. Aku meragukan kelaki-lakiannya” Ejek Chanyeol.

“Belisiik~” Sehun menarik pipi Chanyeol, seolah tidak terima.

“Heh! Cadel! Apa yang kau lakukan! Ini Sakit!” Chanyeol marah, kemudian mendorong Sehun.

BRUK!! Bola mengenai kepala Chanyeol.

“Yakk!! Apa-apaan ini Kris!?” Chanyeol semakin meradang, saat dia melihat Kris yang menendang Bola tadi ke arahnya.

“Sudahlah, ayo main lagi” Ajak Suho.

Mereka kembali mulai bermain. Suho memang memiliki sosok kepemimpinan yang sangat baik. Semua akan segera patuh saat Suho memberikan perintah.

Keesokan Harinya…

Suasana kelas kembali gempar sama seperti saat pertama Luhan masuk kelas. Kali ini saat pelajaran Bimbingan Konseling, dimana guru memberikan tugas agar mereka maju satu persatu kedepan kelas, dan menceritakan tentang keluarga masing-masing. Saat giliran Luhan untuk maju dan menceritakan tentang keluarganya. Dia hanya berdiri terdiam, tangannya mengepal kuat, dan kepalanya tertunduk. Lalu tiba tiba dia menangis. Sambil terbata-bata dia mulai bercerita… Seisi kelas menjadi hening…

Luhan menceritakan tentang adiknya, Hanni. Hanni adalah satu satunya saudara yang Luhan miliki. Ia sangat menyayangi adik perempuannya itu. Hanni adalah anak yang lincah, ia sangat pintar dan selalu meraih juara kelas. Harusnya yang sekarang duduk di kelas 5 SD terpaksa harus berhenti sekolah. Hanni menderita Kanker Darah yang membuat dokter angkat tangan dengan penyakitnya, dengan kata lain, Hanni sudah tidak bisa sembuh lagi.

Luhan sekeluarga pindah ke desa agar Hanni bisa menghirup udara segar. Hanni sangat menyukai warna Pink. Bahkan Sweater Pink yang dipakai Luhan adalah rajutan tangannya. Hanni juga sangat senang melihat Layang-layang terbang dilangit biru. Setiap sore Luhan mendorong kursi roda Hanni, dan menerbangkan Layang-Layang bewarna Pink untuknya.

Hanni bertepuk tangan seolah-olah aku baru saja menyulapkan pelangi dilangit untuknya, dengan senyumnya yang manis dia bilang ‘Lebih tinggi! Oppa! Terbangkan Lebih Tinggi’” Dengan tangisan yang yang tersedu Luhan melajutkan ceritanya, “Setiap malamnya aku selalu berdoa, Agar Hanni bisa sembuh. Aku sangat menyayangi Hanni. Tetapi jika kamu harus pergi, Pergi saja.. Tak apa.. Oppa akan menerbangkan Layang-layang pink kesukaan mu untuk kau lihat dari atas awan sana..” Luhan mengakhiri ceritanya.

Suasana kelas menjadi haru. Semua anak perempuan terlihat menangis, sedangkan anak laki-laki seperti menahan air mata. Cerita Luhan tadi, kemudian di sambut dengan Bel pulang. Semua anak berhamburan pulang.

Sore harinya…

Luhan kembali bermain layang-layang bersama adiknya, Hanni.

“Oppa! Bagus sekali!” Teriak Hanni sambil bertepuk tangan.

“Kau suka? Hehe” Luhan mengelus kepala adiknya, itu.

Tapi tiba-tiba… Layangan Luhan putus..

“Yak! Layangannya Putus!! Hanni tunggu sebentar ya! Oppa akan mengejar layang-layang itu untuk mu.” Saat Luhan akan lari, tiba tiba Hanni menarik baju Luhan hingga ia ikut terseret dan jatuh dari kursi rodanya. “Hanni!?”

Hanni tampak kesakitan. “Oppa, jangan berlari lagi. Hanni tidak suka melihat Oppa kelelalahan Cuma untuk mengejar layang-layang Itu buat Hanni.”

Luhan hanya terdiam kemudian memeluk adiknya itu.

“Luhaan!” Terdengar teriakan dari arah belakang.

Hanni dan Luhan melihat ke arah asal suara tersebut. Ternyata yang berteriak tadi adalah Sehun. Sehun datang bersama teman-teman lainnya. Semua membawa layang-layang bewarna pink.

“Kami ingin bermain layang-layang bersama” Chanyeol menunjukan layang-layang pinknya. “Aku menggambarkan serigala, biar tidak terlalu terlihat girly. Kekeke~” Semua tertawa.

Semua menerbangkan layangan mereka bersama. Luhan dan Hanni tampak bahagia, tidak hanya ada satu, sekarang ada sebelas layangan pink di langit biru.

“Terimakasih.. Sehun.. Jongdae.. Kyungsoo.. Jongin.. Lay.. Tao.. Kris.. Suho.. Minseok.. Chanyeol.. Baekhyun..” Luhan kembali meneteskan air mata haru.

“Gomawo, OPPADEUL!!” Hanni terlihat senang, ia bertepuk tangan. Semua tersenyum.. Bahagia..

S E L E S A I

 

 

NOTE :

Fanfiction ini merupakan pengembangan dari Cerita Pendek yang berjudul “Rahasia Pink Dito” oleh Pradikha Lestari. Cerpen ini dapat dibaca pada majalah Bobo Edisi 08 yang terbit pada 30 Mei 2013, halaman 26 dan 27.

Kemudian oleh saya sendiri dikembangkan, dan diubah menjadi FanFiction yang diganti tokoh dan jalan ceritanya. Jadi jangan heran jika pembaca sekalian merasa pernah membaca cerita yang jalan ceritanya seperti demikian. Saya hanya mengambil garis besar dari cerita, kemudian mengembangkannya tanpa ada unsur plagiat dari Fanfiction lain. Saya harap Fanfiction ini mampu menghibur dan memberikan sisi positif buat pembaca sekalian. ^^

Kesempurnaan hanya milik Tuhan, untuk itu saya membutuhkan masukan berupa kritik dan saran dari pembaca sekalian yang bisa langsung ke alamat Twitter saya di @Sandy_Lee99. Terimakasi ^^



What Will You Do If It’s Our Destiny?? (Chapter 1)

$
0
0

What Will You Do If It’s Our Destiny??

Chapter 1

Author                : Shailee Jay ^^ @mrskim_lbert98

Main Cast           : Shin Hyu Ra (OC), Kim Jong In (EXO-K), Oh Se Hoon (EXO-K), Hwang Hyo Sung (OC), Kang Hyejin (OC)

Other Cast          : hmm.. cari sendiri yaa ^^

Rating                 : PG 15+

Length                : Chaptered

Genre                  : Romance, AU, (a little bit) Hurt

 

Annyeong! ^^

Aku balik lagi sambil bawa FF chaptered yg baruuuuuu #horeeeeee!!! Cerita ini aku bikin sebagian dari real life ku. Pokoknya aku bikin FF ini pas lagi galau-galaunya gara-gara cowok. Padahal akhirnya aku nyadar, buat apa galau gara-gara cowok? .

Dan setelah aku sadar ternyata ff ini belom beres. Aish, jadi aku beresin dulu deh nih ff u,u Dan… gue ngga tau mau ngomong apalagi -_-‘’

Yaudah, silahkan mencicipi (?) fanfic abal gue ini =3

“““““““““““““““““““““““““““““““““““““““““““`

Hyu Ra’s POV

Aku menyukainya. Aku menyukai namja itu.

Kata itu terus saja terlontar didalam pikiranku. Memang aku menyukai namja itu sejak lama. Dengan sembunyi-sembunyi. Wae? Karena dia sangat populer disekolahku. Julukannya adalah Sexy Prince. Sangat cocok dengan keadaannya yang memang seksi. Terlalu seksi malahan. Tapi jujur, aku belum pernah melihat sedikitpun abs-nya. Aku hanya mendengar dari beberapa temanku bahwa ia mempunyai sweet abs.

Selain itu, dia juga telah menjadi teman sekelasku dari 2 tahun yang lalu dan langsung menjabat sebagai ketua kelas. Dan semenjak itu pun aku menyukainya, pada pandangan pertama. Berlebihan? Ya, menurutku memang berlebihan. Tapi sudahlah. Kalau sudah terlanjur seperti ini mau bagaimana lagi?

Dan sekarang, namja itu berada tepat didepanku. Tertawa bersama chingu nya. Dibalik wajah dan sikapnya yang dingin pada semua orang, dia masih bisa tertawa dengan chingu terdekatnya, Sehun. Mereka seperti couple. Kemana-mana selalu saja bersama. Ada yang bilang, jika Sehun berada ditimur, maka namja itu berada disebelah barat. Ah, Sehun juga sekelas denganku, eh, dengan kami maksudnya.

Mereka berdua memang keren. Tapi sayangnya aku kurang tertarik kepada Sehun. Padahal dia baik sekali padaku. Bukan hanya itu, kami adalah sepupu jauh :D

“Hyura-a, apa kau masih menatapnya sampai sekarang?”

Tiba-tiba saja ada suara nyaring yang sukses membuatku kaget dan memalingkan wajahku dari namja itu.

“Ya! Hyejin-a, kenapa kau selalu saja mengagetkanku ha? Lalu kemana saja kau, kenapa baru datang?”, omelku pada Hyejin, sahabatku.

“Aigoo, kau saja yang terlalu fokus berimajinasi ria, Hyura-a. Daritadi kan aku disini bersamamu”

“Ohh, begitukah? Hehe.”, aku hanya bisa nyengir kuda mendengar pernyataannya. Ternyata dia benar, aku saja yang terlalu fokus memperhatikan namja pujaanku.

“Annyeong, Hyura-a, Hyejin-a!”, sapa Sehun sambil melambaikan tangannya pada kami berdua.

“Oh, annyeong Sehun-a!”, sapa Hyejin kembali. Aku tidak menyapanya kembali karena lagi-lagi aku sibuk memperhatikan seseorang yang berada dibelakang Sehun, seseorang yang mengikutinya. Seperti biasa, wajahnya tidak memperlihatkan ekspresi apapun saat didepan orang yang kurang akrab dengannya. Huh, sayang sekali. Padahal aku kan teman sekelasnya.

“Kalian akan kekelas?”, tanya Sehun.

“Ne, kau juga?”

“Ne. Hyura-a kita ke kelas bersama saja yuk?”

Tanpa aba-aba Sehun langsung merangkul lenganku. Seperti biasanya, anak ini selalu manja padaku. Dasar Sehun, aneh sekali kau ini -_- Sebelum aku melangkahkan kakiku ke kelas, aku menyempatkan diriku untuk melirik namja yang ada dibelakang Sehun. Masih saja sama seperti tadi. Hah, kapan dia akan melihatku?

Eits, tunggu. Perasaan daritadi aku bilang dia, namja itu, pujaan hatiku terus. Kenapa aku tidak memperkenalkannya pada kalian? Ah, sepertinya kalian juga sudah tau. Siapa lagi orang yang punya dark skin, sweet abs dan smirk yang membuat para yeoja meleleh? Orangnya sudah pasti Kim Jong In.

 

Author’s POV

Kelas Hyura disibukkan oleh tugas yang diberikan Park saem karena selama seminggu guru yang mempunyai rambut aneh itu tidak akan masuk karena kepentingan pribadinya. Ini keberuntungan, atau malah kesialan? Banyak yang bilang ini adalah keuntungan, karena mereka bisa bebas dari cengiran kuda saem nya itu. Dan juga tentang tugas… ah biarkan saja mereka. Lantas mereka sibuk karena apa? Ada tugas lain yang menunggu mereka. Apalagi kalau membuat kacau dikelas? ß author capruk -_-“

Yup. Mereka sedang besenang-senang dikelas mereka. Tanpa guru, tanpa mengerjakan tugas dan tanpa peraturan dari saemnya. Ada yang main gitar, main laptop, main perhiasan, bahkan yang tidur pun ada. Siapa lagi yang tidur kalau bukan Jongin? Namja itu hampir setiap harinya selalu tidur dikelas, aneh sekali padahal dia adalah namja yang sangat amat pintar.

Berbeda dengan Jongin, Hyura sedari tadi hanya duduk sambil melamun. Mendengarkan musik yang dipantulkan headset putih miliknya. Dia sedang melamunkan seseorang yang selama 2 tahun kebelakang ia sukai secara diam-diam. Namja yang memikat hatinya, menarik hatinya sampai tidak bisa melepasnya lagi.

“Aigoo, bagaimana mungkin dia bisa setampan itu disaat tidur?”, gumamnya. Hyejin yang berada disebelahnya hanya bisa mengangkat satu alisnya. Chingu nya yang satu ini terlalu sering mendengar kekaguman Hyura pada Jongin. Ia sudah sangat bosan mendengarnya. Tidak adakah topik lain, Hyura-ya?

TENG.. TENG.. TENG..

Bel sekolah berbunyi, itu artinya waktunya istirahat dan makan siang! Satu persatu murid keluar, tapi tidak dengan Hyura. Dia masih saja memandang pemandangan indah didepannya.

“Ya! Hyura-a, apakah kau tidak akan makan siang?”, tanya Hyejin. Namun, ia tidak mendapat respon dari sahabatnya itu. Hyura tetap tidak memalingkan wajahnya dari objek didepannya. Hyejin pun memutar bola matanya kesal dan langsung pergi meninggalkan Hyura dikelas. Sungguh, ia tidak ingin tertular dengan rasa gila Hyura pada Jongin.

Hyura tersenyum-senyum sendiri melihat Jongin yang masih terlelap didalam mimpinya. Daritadi dia belum bangun juga, padahal tadi Sehun sudah mencoba membangunkannya. Dan akhirnya, sampai waktu istirahat habis, Hyura tetap tidak memalingkan wajahnya dari Jongin sampai namja itu bangun dari ketidaksadarannya (?).

 

One week later…

“Baik, karena saem  sudah lama tidak masuk untuk memberi kalian materi, saem akan membuat kelompok untuk mendiskusikan materi selanjutnya”, ujar Park saem.

“Ye? Diskusi? I hate this!”, geram Hyura sambil berbisik. Hyejin yang menjadi teman sebangkunya hanya bisa terkekeh pelan melihat tingkah lucu dari sahabatnya itu.

“Aigoo, Hyura-ya, lebih baik diskusi seperti ini daripada kau harus mengerjakan tugas dari saem berambut aneh itu! Hahaha”

“Ah, ne, kau benar, hahaha”

“Hei! Shin Hyura! Park Hyejin! Jika kalian terus mengobrol disitu lebih baik jika kalian yang mendiskusikan seluruh materi dibuku ini!!”, bentak Park saem sambil mengangkat buku paket tebal yang ia pinjam dari perpsus.

Hyura dan Hyejin langsung membungkam mulut mereka dan kembali membuka-buka buku. Dipojok belakang, Sehun terkekeh pelan melihat tingkah laku sepupunya itu. Lucu sekali, pikirnya. Berbeda dengan Jongin yang malah tersenyum meremehkan.

“Baik, kelompok pertama Shin Hyu Ra, Xi Lu Han, Park Chan Yeol, Park Hye Jin,  dan Oh Se Hoon. Untuk kelompok 2, Kim Jong In, Lee Tae Ri, Hwang Ji Young, Kim Min Seok dan kau imut, Byun Baek Hyun”

“Mwo? Aish, lagi-lagi aku tidak sekelompok dengannya. Kenapa jauh sekali untuk menggapainya, Hyejin-a?”

“Aigoo, Hyura-ya, pikirkan dulu tentang diskusi. Pikirkan saja namja dingin itu setelah tugas kita selesai”, ujar Hyejin yang dibalas dengan pouting dari Hyura.

Dan mereka pun mengerjakan tugas mereka yang akan mereka persentasikan minggu depan.

“Oh iya, aku hampir lupa dengan berita yang satu ini.”

Eh? Berita?, batin Hyura.

“Berita apa, saem?”, tanya Joon Myun.

“Kita kedatangan murid baru dari Pyongyang. Hyo Sung-a, ayo masuk!”

SREEKK…

Setelah pintu kelas terbuka, masuklah seorang yeoja berparas cantik dan anggun dengan senyuman manisnya. Dia pun langsung menghampiri seonsaengnim dan memperkenalkan dirinya didepan kelas.

“Annyeonghaseyo, namaku Hwang Hyo Sung, untuk kedepannya mohon bantunannya”, ucap yeoja bernama Hyo Sung dengan lembut.

Hampir semua namja dikelas menatap Hyosung dengan tatapan yang.. err.. pervert? Yah, bagaimana tidak? Rok 20 cm diatas lutut dan jaket ketat berwarna merah pekat membuat kesan seksi didalam diri Hyosung terbuka. Ditambah lagi tubuhnya yang S line. Tapi, Jongin terus membaca komiknya dan tidak peduli dengan apa yang sedang terjadi dikelasnya. Berbeda dengan Hyosung yang malah terpaku setelah melihat Jongin.

Omonaaaa, namja itu keren sekali. Aku harus mendapatkannya!

“Silahkan duduk di… ah disebelah Jongin saja”, ucap seonsangnim sambil menunjuk salah satu bangku tepat disebelah Jongin. Jongin yang merasa dipanggil menutup komiknya.

Woow, kebetulan sekali. Batin Hyosung.

“Ne, kamsahamnida seonsaengnim

Hyosung pun berjalan pelan menuju Jongin lalu duduk disampingnya. Dia langsung tersenyum ketika matanya bertatapan langsung dengan mata elang milik Jongin. Namun, Jongin menatap yeoja itu dengan wajah datarnya. Apa-apaan yeoja ini? Dan akhirnya, Jongin kembali berkutat dengan komiknya yang masih setia berada ditangannya.

“Baiklah, diskusi akan dimulai minggu depan. Dan kau Hyosung, kau akan masuk kekelompok Jongin. Semoga betah kau dikelas ini”, Park saem pun pergi meninggalkan kelas karena bel istirahat sudah berbunyi beberapa menit yang lalu.

Didepan sana, terlihat wajah Hyura yang merah membara. Karena apa? Tentu saja karena cemburu. Bagaimana bisa dia diam saja melihat namja yang ia sukai, eh, ia cintai didekati yeoja centil seperti Hyosung? Aish! Padahal Hyosung itu rivalnya sewaktu SMP. Hyura lega karena akhirnya Hyosung pindah ke Korea Utara saat semester genap waktu itu. Tapi kenapa sekarang wajah kucing itu muncul kembali dihadapannya? Terlebih kenapa Hyosung harus mendekati namja yang Hyura cintai? >n<

Aish! Kenapa aku harus bertemu lagi dengan wajah licik itu? bukankah dia sudah menetap dia Korea Utara? Argh! Sial! Jangan dekati namjakuuuuuuuuuuuuu!!! >o<

“Hyura-ya…”

“…”

“Hyura-ya? Bukankah itu Hyosung teman kita dulu?”

“Mwo? Ya Hyejin-a, jangan pernah kau anggap aku berteman dengannya. Tak sudi aku mempunyai teman seperti—“

“Ah, iya maaf maaf. Aku salah bicara. Dia itu rivalmu waktu SMP kan?”

“Ne”

“Loh, bukannya dia sudah pindah?”, tanya Hyejin heran.

“Aku juga tidak tahu. Padahal aku sudah merasa lega tidak ada yeoja centil itu dikehidupanku”

Rasa kesal menyelimuti Hyura kembali. Sungguh, dia tidak ingin hal yang dulu terulang lagi. Dimana kekasih yang sangat ia cintai berpindah hati saat bertemu dengan yeoja bermuka dua itu. Sungguh, dia tidak ingin semua ini terjadi.. pada Jongin.

Aish! Apa yang aku pikirkan? Belum tentu Hyosung mengenalku dan belum tentu juga ia menyukai Jongin. Jangan negatif thinking dulu Hyura-ya.

“Hyura-ya, kita ke kantin yuk? Aku lapar nih”, pinta Hyejin dengan aegyo-nya.

“Ah, ne, kajja”, jawab Hyura lesu.

Hyejin tahu, hal ini pasti membuat Hyura kaget. Makanya itu Hyejin mencoba untuk menghibur Hyura supaya tidak terlalu memikirkan hal ini.

Setibanya dikantin Hyejin langsung memesan makanan kesukaan mereka. Hyejin menyodorkan susu stroberi pada Hyura, susu rasa favorit Hyura.

“Gomawo, Hyejin-a”, ucap Hyura.

“Hyura-ya, nanti sebelum pulang kita jalan-jalan dulu yuk? Kita kan sudah lama tidak pernah pergi bersama”

“Hmm,bagaimana ya?”

“Hey! Kalian kenapa tidak menungguku hah? Seenaknya saja kalian meninggalkanku sendirian dikelas”, ucap Sehun sambil mempoutkan bibirnya. Ia pun langsung duduk disebelah Hyejin.

“Aigoo, Sehun-a, bukankah ada Jongin dikelas?”

“Iya, tapi dia sedang pedekate dengan yeoja baru itu”

PRRFFFFFF…

Hyura menyemburkan susu yang baru saja diminumnya barusan. Untung saja tidak terkena orang didepannya.

“MWORAGO?!!”, pekik Hyura setelah mendengar keluhan Sehun.

Omonaaa, apa yang dilakukan yeoja itu pada namjakuu?!

“Waeyo Hyura-ya? Apa ada masalah?”

PLETAK!

“Ya! Itu sakit Hyejin-a..”

“Ya! Oh Se Hoon! Apa kau masih tidak mengerti? Tentu saja ada masalah. Sudah jelas-jelas yeoja itu mendekati Jongin, namja yang disukai Hyura—“

“Oh ya?”

Ucapan Hyejin terpotong ketika ada yang menyela bicaranya. Hyejin dan Sehun sedikit kaget ketika mengetahui bahwa itu Hyosung. Dan Hyura yang tadinya diam mengeluarkan suaranya.

“Hyosung…”, Hyura mencoba untuk berdiri dan sedikit melangkah mendekati Hyosung.

“Annyeong, Hyura-ya! Oraenmaniya!”

/krikk krikk/

Tidak ada satu orang pun yang menjawab sapaan Hyosung. Hyura masih saja kaget dengan apa yang ada dihadapannya. Bukan karena Hyosung mendengar kata-kata Hyejin, tapi karena Hyosung sekarang sedang bersama.. Jongin.

Ya Tuhan, apa dia mendengarnya? Aku harap tidak! (>̯┌┐<)

“Hmm, Hyura-ya, tadi aku mendengar bahwa kau menyukai Jongin. Apa itu benar?”, tanya Hyosung dengan tampang polosnya.

DEG! Hyura terdiam ditempat. Lidahnya terasa kelu. Ia bingung dengan situasi ini. Hyejin dan Sehun yang berada dibelakang Hyura pun tidak bisa berbuat apa-apa.

Ya! Dasar bedebah kau! Kenapa kau begitu licik Hwang Hyo Sung?!! Ya Tuhan, keluarkan aku dari situasi ini!! (>̯┌┐<)

“Euuh, emm, i-itu, a-anu, ak-u—“

TAP..TAP..TAP..

Jongin pergi meninggalkan Hyura dan yang lainnya. Tanpa sepatah katapun. Ia masih mencerna apa yang sedang terjadi. Hyura.. menyukainya? Hyura menyukainya? Sepupu dari sahabatnya menyukainya? Oh, itu tidak mungkin. Sehun tidak memberitahunya tentang hal ini. Tak ia sangka Hyura menyukainya. Kenapa harus dia yang menyukainya? Dia benci hal ini!

Hyura terpaku, terdiam sambil menatap punggung seorang Kim Jong In yang terus menjauh. Pergi menjauh sampai tidak dapat dijangkau oleh kedua manik matanya. Hyosung menampilkan smirknya. Senang sekali dihatinya karena ia telah berhasil membuat Jongin mengetahui bahwa Hyura menyukainya. Rencana awalnya kembali ke Seoul memang karena ia ingin membuat Hyura berlutut padanya. Ia tidak akan membuat Hyura tenang selama ia masih bisa bernafas. Ia tidak ingin seorang Hwang Hyo Sung dikalahkan oleh yeoja bernama Shin Hyu Ra yang tidak pantas bersanding dengannya. Ia datang kembali, untuk balas dendam.

Hyo Sung berjalan pelan mendekati Hyura yang masih saja terdiam, bergelut dengan pikirannya. Ia mendekatkan bibirnya ketelinga Hyura dan membisikkan sesuatu yang membuat Hyura kaget setengah  mati.

“Sudah lama kita tidak bersaing seperti ini, Shin Hyu Ra-ssi. Mari kita kibarkan, bendera perang kita sekali lagi”, bisik Hyosung masih dengan smirk yang terlukis dibibirnya. Dan setelah mengucapkan kata-kata yang memang ingin ia ungkapkan sejak pertama kali melihat Hyura saat dikelas, ia langsung pergi meninggalkan Hyura yang sekarang sudah menjadi batu.

Hyejin dan Sehun langsung mengguncang-guncang tubuh Hyura saat Hyosung telah menghilang dari hadapan mereka.

“Hyura-ya, ada apa? Cepat katakan pada kami!”, panik Hyejin melihat wajah Hyura yang pucat.

“Chagiya, wae geurae?”, Sehun pun ikut-ikutan panik. Mereka berdua pindah tempat duduk menjadi bersebelahan dengan Hyura.

“Sehun-a, Hyejin-a, dia.. sudah mengibarkan bendera perang antara kami berdua. Dan umpannya adalah.. Kim Jong In…”

Sehun dan Hyejin membelalakan matanya, tidak percaya. Hyejin sudah menyangka ini semua akan terjadi. Sehun tidak percaya yeoja imut dan polos seperti Hyo Sung bisa mengancam sepupu kesayangannya sampai tidak bisa berkutik lagi. Hebat.

Setelah dikiranya Hyura tenang, mereka langsung kembali kekelas. Hyura sempat menolak, tapi akhirnya ia luluh oleh aegyo dari Sehun. Ia memang tidak tahan melihat Sehun yang bertingkah seperti anak kecil itu.

Sesampainya dikelas Hyura merasa merinding karena Jongin menatapnya dengan tatapan menusuknya. Ia tahu, Jongin pasti membencinya sekarang. Ia tahu bahwa Jongin tidak akan menyukai orang yang menyukainya. Dan itu semua sedang berlaku untuk Hyura meskipun dia adalah sepupu dari sahabatnya, Sehun.

Menjijikkan! Dasar yeoja tidak tahu malu! Menyukaiku? Heh! Dia dan mereka semua yang meyukaiku hanya  menginginkan hartaku. Jangan kalian pikir aku akan mempercayai rasa cinta kalian! Aku tidak sebodoh itu!

“Jongin-a! Kau bisa mengajariku rumus ini?”, tanya Hyosung.

Jongin yang ditanya hanya bisa menampilkan tatapan dingin dan datarnya pada yeoja yang sekarang menjadi teman sebangkunya itu. tak ia hirraukan pertanyaannya dan menutup wajahnya dengan buku. Ia ingin merilekskan tubuhnya sebentar.

Hyosung merasa kesal. Seharian ini ia mencoba untuk mengakrabkan diri dengan Jongin. Tapi ternyata tidak semudah itu. Sial! Apa yang harus kulakukan agar dia menatapku?, batinnya kesal.

 

At Hyura’s Home 16.45 PM

Sehun mengantarkan Hyura sampai kerumahnya. Ia takut hal-hal aneh akan terjadi pada sepupu kesayangannya itu. Ia takut jika yeoja bernama Hwang Hyo Sung menyakiti Hyura. Ia tidak ingin Hyura disakiti oleh siapapun.

“Gomawo, Sehun-a kau sudah mengantarkanku sampai kerumah”, ucap Hyura dengan senyum yang berkembang dibibirnya.

“Ne, sama-sama. Lagipula sudah kewajibanku sebagai Oppa-mu, Hyura-ya”, kata Sehun lembut. Hyura pun mempoutkan bibirnya.

“Ya! Oh Se Hoon!”

“Kenapa? Aku memang oppamu, kau tahu itu kan?”

“Kkeumanhae! Aku tidak ingin menyebutmu dengan sebutan oppa, kau tahu itu kan?”

“Hahaha, arraseo, arraseo. Yasudah, masuklah sudah hampir malam. Jalja!”, Sehun pun melangkah keluar dari rumah Hyura. Tapi dengan sigap Hyura menahan tangan Sehun.

“Tunggu dulu!”

“Wae?”, tanya Sehun heran.

“Oppa…”

Hah? Oppa? Tumben sekali, bukankah dia bilang dia tidak ingin menyebutku dengan sebutan oppa?, batin Sehun bingung.

“… Temani aku, disini. Jebal..”, ucap Hyura manja.

“Mwo?”

“Jebalyo, oppa. Eoma dan appa sedang berada dirumah teman mereka. Entah sedang apa. Aku disini sendiri oppa, kau tahu kan kalau dirumah mati lampu aku akan—“

“Ah, arra arra. Dasar kau ini. Ternyata ada maunya -_-“

Hyura pun tertawa gembira. Sehun menyuruh Hyura untuk masuk duluan kerumah karena ia ingin memarkirkan mobil Exora Star miliknya. Dan setelah ia memarkirkan mobil mewah itu kedalam garasi, ia langsung menghampiri Hyura kedalam rumah. Dilihatnya Hyura sedang bersantai ditengah rumah sambil menonton tv dan memakan cemilan yang ada dimeja. Dihampirinya dongsaengnya itu.

“Hyura-ya, aku.. ingin bertanya satu hal padamu”

“Hmm? Apa itu, oppa?”, tanya balik Hyura. Sehun sedikit merasa senang karena akhirnya Hyura bisa memanggilnya oppa.

“Emm, itu.. apa kau.. benar-benar mencintai Jongin?”

Hyura menghentikan acara makannya dan beralih menatap Sehun.

“Apa itu penting.. bagimu?”, tanya Hyura dengan wajah yang datar dan sama dinginnya dengan Jongin. Sehun yang melihatnya langsung bergidik ngeri ditatap seperti itu oleh dongsaengnya sendiri. Aigoo, jika dia melihatku dengan gaya seperti ini pasti aku telah menyinggung perasaanya.

“Ah, aniya hehe. Tidak ada apa-apa, lanjutkan saja acara makanmu. Aku.. aku mau makan ramen didapur. Daaaah!”, Sehun pun pergi meninggalkan Hyura yang sudah merubah bentuk wajahnya (?).

Aish, dasar namja!

Dan akhirnya ia pun melanjutkan acara makannya itu dengan sedikit masalah berkutat dipikirannya. Apakah dia harus meladeni Hyosung? Apakah yeoja itu ingin membuat Jongin membencinya? Apakah dirinya bisa menghadapi berbagai masalah yang akan ditimbulkan Hyosung? Aaargh! Aku pusiiiiing!!!

 

Hyura’s POV

Still at Hyura’s home 20.37 PM

Aigooo, Sehun sudah pulang. Dan sekarang, aku, disini sendirian. Tidak ada yang menemaniku. Kemana orang tuaku? Aku tidak menyangka mengunjungi teman saja sampai selarut ini. Aish! Kenapa aku sial sekali hari ini?!!

Aku berjalan menuju kamarku. Mungkin orang tuaku akan menginap dirumah temannya. Biarlah, mereka pulangpun mereka masih bisa masuk. Kan mereka membawa dupilkat kunci rumah. Dengan langkah gontai aku menaiki tangga rumahku. Sedikit merinding bila berada dirumah ini sendirian. Apalagi rumahku ini bisa dibilang besar tapi ‘tak berpenghuni’. Ahh, jinjja!!

CEKLEK…

Omo! Siapa itu?

Aku melangkahkan kakiku kembali kelantai bawah. Karena kudengar ada suara pintu dibuka. Apa ada percuri? MALING?! Andwae!

“DOR!”

“KYAAAAAA!!! YA APPAA!”

Aku memekik ketika yang aku tahu bahwa yang membuka pintu adalah eoma dan appa ku. Ah, mereka selalu saja berlebihan seperti ini.

“Ahahahaha! Apa yang kau lakukan, chagiya?? Mengendap-endap? Apa kau pikir kami adalah pencuri, heh?”, ucap appaku sambil memelukku. Eoma pun melakukan hal yang sama.

Aneh sekali, tak biasanya.

“Appa, kenapa kalian tidak memberiku informasi kalau kalian akan pulang? Aku pikir kalian akan menginap dirumah teman kalian itu”

Mereka menggiringku untuk duduk disofa ruang tengah. Setelah duduk, eoma menggenggam tanganku erat. “Chagiya, eoma.. ingin mengatakan sesuatu padamu”

“Eh? Memangnya ada apa eoma? Appa? Tidak biasanya kalian tegang seperti ini”

“Hmm, kau tahu—“

“Ya mana aku tahu appa? Dikasih tahu saja belum”

“Ya! Makanya jangan memotong pembicaraanku”

Wkwkwkwk, aku senang appa tidak secanggung tadi lagi. “Lalu, ada apa memangnya? Kalau berbicara jangan dipotong-potong”, ujarku polos. Terdengar helaan nafas dari kedua orang tuaku. Kikiki, kalian pasti tidak tahan dengan sikapku yang satu ini.

“Chagiya, aku ingin kau mencoba berpikir serius kali ini. Kami.. telah menjodohkanmu dengan seorang namja”

………………….

HENING…

Apa? Apa yang tadi appa bilang? Dijodohkan? DI-JO-DOH-KAN? Apa otak mereka tersumbat makanan berminyak? Helooooo, sekarang sudah modern dan kalian ‘menjodohkan’ku dengan seseorang? Aku bukan gadis showa, eoma, appa!

“Chagiya, aku tahu ini berat untukmu tapi—“

“Tapi apa eoma? Bukankah kalian sudah tahu kalau aku sudah memiliki seseorang yang aku sukai? Sehun oppa pun tahu eoma!”

Ah, aku keceplosan menyebut Sehun dengan sebutan ‘oppa’. Menggelikkan sekali. Brrrr……

“Iya, chagi. Eoma tahu. Tapi, ini mendesak sayang. Perusahaan appa harus mempunyai investor yang baru”

“MWO? Jadi eoma dan appa mementingkan perusahaan daripada anak kalian yang semata wayang ini? Ok fine! Lebih baik aku menginap bersama Sehun oppa daripada aku harus dijodohkan dengan namja yang tidak aku cintai!”

Aku berlari keatas. Kekamarku. Tempat yang bisa aku jadikan pelampiasan. Sungguh aku tidak ingin semua ini terjadi.

BRAK!! Aku menutup pintu dengan keras dan langsung melemparkan tubuhku kekasur. Memeluk guling berwarna pink bercorak putih. Warna kesukaanku.

Aku mencintai Jongin eoma! Aku hanya mencintai namja itu seorang. Meskipun cintaku bertepuk sebelah tangan tapi hatiku untuknya tidak akan terbagi dan tak bisa tergantikan. Somebody help meeee!!

Aku menangis sejadi-jadinya. Aku tidak tahu apalagi yang harus aku lakukan. Sebaiknya mulai besok aku tinggal bersama Sehun. aku memejamkan mata dan berharap ini semua hanyalah mimpi.

.

.

Kubuka perlahan mataku. Kukerjap-kerjapkan untuk menyesuaikan mataku dengan sekitarnya. Jam berapa ini? Sudah pagi? Kulirik jam weker Angry Bird-ku. Jam 06.18?? Ah sial! Aku bisa terlambat!

Langsung saja aku melompat dan mengambil handukku yang aku simpan disamping kasurku. Setelah membersihkan tubuhku yang lembab ini pun aku langsung memakai seragam dan turun kebawah untuk sarapan. Kulihat eoma dan appa diruang makan. Kupasang wajah datarku, kebiasaanku jika seseorang telah menyinggung perasaanku.

Ternyata harapanku kemarin malam tidak dikabulkan. Mengapa Engkau menjuruskanku pada semua ini Ya Tuhaaaaann?! Aku tidk ingin semua ini terjadi padaku, sungguh. Ah, selera makanku tiba-tiba menghilang. Lebih baik aku langsung berangkat saja daripada aku harus melempar bufet mini kesayangan appa. Tanpa sepatah katapun aku melangkahkan kakiku keluar rumah. Ah, andai aku punya namjachingu.

Kubuka pintu kelas.Kosong. Tak ada siapapun didalam. Ah, aku lupa. Sekarang kan Park saem tidak akan masuk kelas lagi. Pasti murid-murid pada ngaret (bahasa apa ini? -_-) Kusimpan tasku diatas meja bangkuku. Kubuka tasku untuk membawa satu notebook warna pink cerah milikku. Ini.. diaryku.

Hahh, sudah berapa kali aku curhat pada diaryku ini sampai-sampai dalamnya lecek sekali. Padahal usianya baru beberapa bulan. Ckckck. Kusimpan lagi note kecil itu kedalam tasku. Sambil menunggu teman-teman datang aku langsung memberi Hyejin dan Sehun e-mail.

Ya! Dimana kalian? Aku sudah ada dikelas dan tidak ada siapapun disini. Cepat kemariiiiiiiii!!’

Setelah mentouch tulisan ‘Send’ aku pun terdiam. Menunggu balasan dari salah satu diantara mereka. Tak lama kemudian ada balasan dari Hyejin.

Neeeee.. kau ini cerewet sekali. Aku sedang dijalan nih, tunggu saja

Oh, akhirnya dia sudah berangkat. Aku kira dia masih berkutat bersama dengan gulingnya.

DRRT.. DRRT..

Ini pasti dari Sehun. aku melihat layar ponselku dan.. ternyata benar. Hah, aku penasaran dimana namja ini.

Yaaaaaaaa! Kenapa kau menyuruh oppa mu dengan cara kasar seperti itu, Hyu-ya? Tenang saja aku sedang dijalan kok! ^^’

Huh, dasar Sehun. memang sih dia itu oppa ku, tapi ngga usah seperti itu juga kali? Iya kan? #iyaaaaaa!

Dan sekarang, aku kembali terdiam. Tiba-tiba aku teringat perkataan Hyosung. Mari kita kibarkan, bendera perang kita sekali lagi’. Aku menutup telingaku dan menggeleng-gelengkan kepalaku. Hyura-ya, jangan terlalu dipikirkan. Itu hanya akal-akalannya saja untuk mengganggumu. Acuhkan saja dia seperti waktu itu. Kau bisa, Hyura-ya! Halssuisseo!

SREEKK…

Ah, pintu dibuka. Tumben sekali ada yang datang pagi-pagi. Biasanya jam 7 juga baru beberapa orang. Seseorang melangkahkan kakinya kedalam kelas. Omo! Mataku tak berkedip ketika kumelihat sosok pangeran tampan nan gagah melewat didepanku. Aku.. tidak mimpi kan? Itu.. Jongin kan? Omonaaa.. bahkan dipagi hari pun aura cool nya sudah tersebar kemana-mana.

DEG!

Dia.. melihatku! Omo! Omoooo!!! Bagaimana ini? Apa aku harus bersikap biasa saja? Atau pergi kekantin? Atau menyapanya?? Aigoo eotteokhae???? Aku binguuuung!!

Kulihat Jongin menatapku dengan.. pandangan benci? Atau tidak suka? Dan kenapa tiba-tiba ia mendelik kearahku dan melangkahkan kakinya keluar kelas? Aku mengernyitkan dahiku. Aneh. Tidak biasanya seperti ini. Memang sih sikapnya selalu dingin. Tapi jika dingin yang seperti ini, aku baru pertama kali melihatnya.

Tak lama kemudian Sehun datang dan langsung memelukku. Dasar anak ini, selalu saja kekanak-kanakan. Kalau begini terlihat seperti aku lah noona nya. Padahal kan aku yeodongsaengnya -_-. Kulirik pintu yang baru saja dilewati Sehun. Tak ada. Berarti Jongin belum bert`emu dengan Sehun. Aish! Sebenarnya ada apa ini??

Omo! Apa ini karena.. waktu itu?

‘Hmm, Hyura-ya, tadi aku mendengar bahwa kau menyukai Jongin. Apa itu benar?’

Apa ini semua karena kata-kata sikucing Hwang Hyo Sung itu? Ah, jinjja! Jika semua ini memang benar ulahnya aku tidak segan-segan untuk menghabisinya dan memulangkannya kembali ke Utara.

“Chagi, chagiya! Kau tidak apa-apa?”, Sehun menggoyang-goyangkan bahuku.

“E-Eh? Ap-a? Aku.. aku tidak apa-apa kok hehe”, ucapku garing sambil sesekali melirik kearah pintu.

“Memangnya ada apa sih? Apa kau melihat hantu? Ya! Jangan menakutiku Shin Hyu Ra!”

“Ya! Siapa bilang aku melihat hantu? Lagipula mana ada hantu siang bolong begini huh?”

“Ya! Ini masih pagi bukan siang bodoh!”

“Ya!!”

Yah, begitulah. Kami bukan seperti adik-kakak tapi seperti kucing dan anjing. Tidak heran memang. Sudah terlalu region semua ini terjadi pada kami. Tapi aku sangat menyayanginya. Itu karena aku tak mempunyai saudara kandung dan aku hanya mempunyai oppa sok ganteng -tapi memang ganteng- ini dari Oh appa, adik eoma.

Aku dan Sehun dari kecil memang seperti ini. itu juga karena keluarga kami dekat dan rumah kami juga tidak terlalu jauh. Ah, andai aku bisa serumah dengan Sehun.

Okay, back to the story.

Singkat cerita, akhirnya Hyejin pun datang melerai pertengkaran kami berdua. Dia memaklumi keadaan ini karena dia sudah terlalu sering melihat kami seperti ini. karena hari ini Park saem tidak masuk –lagi-, aku dkk sepakat untuk mengerjakan tugas presentase yang Park saem berikan. Dan setelah itu, kami bermain sepuasnya.

Hahh, seperti biasanya, Hyosung masih saja mendekati Jongin. Apa dia tidak bosan mengganggu terus hidupku. Hyejin yang ada disebelahku hanya bisa mengelus bahuku pelan. Yah, setidaknya ini sedikit membantu untuk merendahkan amarahku agar tidak kuledakkan saat itu juga.

Kadang-kadang dia melirikku dengan smirk jeleknya itu. Memang sih Hyosung itu tinggi dan bertubuh S line. Dan juga wajahnya yang innocent itu membuat hati para namja luluh akan tatapannya. Terkecuali Jongin tentu saja. Tapi jika dia sudah menampakkan wajah liciknya aku malah ingin menjambak rambut dan mencakar wajah jeleknya itu dibanding luluh pada tatapan kucing! Dasar licik!

Saat istirahat, aku, Sehun, dan Hyejin pergi kekantin. Untuk makan tentunya. Tapi entah kenapa hari ini seleraku untuk makan lenyap. Tapi aku tetap memesan makanan. Aku hanya melamun kesembarang arah.

“Hyu-ya, kenapa makanannya tidak dimakan? Nanti susunya keburu dingin loh!”, ucapan Sehun membuyarkan lamunanku. Ah, kasihan sekali roti coklat dan susu ini. tidak kusentuh sama sekali.

Kalian tahu apa yang kulamunkan?

“Hyura-ya, maaf, aku mendengar dari eoma mu kalau kau.. kalau kau akan dijodohkan”

100 untuk Sehun. Dia memang tahu isi hatiku, benar-benar oppa yang baik.

“Mwo?? Huyra-ya, kau.. akan dijodohkan? Dengan siapa?”, tanya Hyejin bertubai-tubi.

Sungguh aku tidak ingin dulu bercerita pada siapapun. Tapi, mereka adalah pengecualian.

“Mollayo, Hyejin-a. Eoma dan appa baru mengakatakanya kemarin malam, saat mereka baru pulang dari rumah CALON MERTUA KU”, ucapku lesu karena sudah menekankan kata “CAMER” itu.

“Jadi.. kau sudah setuju dengan keputusan ini?”, tanya Sehun, terlihat guratan khawatir diwajahnya.

Aku menaikkan bahuku pelan. Ah, mengapa cobaanku didunia ini terus-menerus bertambah?

Hyejin menepuk bahuku.”Sudahlah, jangan terlalu dipikirkan. Aku yakin orangtuamu akan mengerti jika kau menolaknya”

“Hmm, semoga saja”

Apa yang harus kulakukan untuk menghindari semua ini Ya Tuhaaaann?? Kualihkan pandanganku pada Sehun dan akhirnya sebuah ide muncul didalam kepalaku. Ide ini pasti akan berhasil. Aku mendekatkan bibirku ketelinga Sehun. Aku tahu dia pasti sudah merasakan aura kejahatanku yang pasti akan menyiksanya. Wkwkwk. Mianhae oppa-ya, hanya satu kaliiii sajaa.

Setelah kubisikkan ide gilaku ini. Sehun membulatkan matanya dan menatapku tidak percaya. Seolah-olah dia mengatakan,’Yak! Jukgeoshipeo?!’. Hahaha aku ingin tertawa melihatnya. Tapi Sehun, tolong aku, kali ini saja. Kapan-kapan akan kubalas kebaikanmu iniiii. Dan akhirnya, setelah aku memnunjukkan puppy eyesku –yang kupelajari darinya—ini dia mau tak mau harus menganggukkan kepalanya. Ah, memang ini jalan yang terbaik.

 

Sehun’s POV

Omo!! Apa dia gila? Dia memang gila, tapi apakah gilanya itu tidak bisa ia tularkan kepadaku? Telingaku geli mendengar perkataannya yang bisa dibilang, WOW! Nekat sekali.

Dia. Ingin. Serumah. Denganku! Selama 17 tahun aku belum pernah ia mengatakan ingin serumah atau bahkan tidur bersamaku. Eits, jangan dulu berpikir yang tidak-tidak. Maksud tidur disini adalah menginap selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan atau bertahun-tahun atau bahkan selamanya MENUMPANG dia rumahku. Apakah dia sudah menjadi warga RSJ? Sungguh mencengangkan.

Ini semua gara-gara berita perjodohan itu sih. Kalau saja dia tidak segera dijodohkan aku tidak akan repot seperti ini. Sebenarnya bukan repot, aku  hanya kaget saja. Masa dia lebih memilih satu atap dengaku –hal yang paling dibencinya—daripada dijodohkan dengan namja kaya raya nan tampan –menurut eoma nya—itu? Lagipula, apa seburuk itu rasanya dijodohkan? Sepertinya tidak.

Dan akhirnya, disinilah kami. Di-ru-mah-ku. Aigoo, aku takut jika saja appa nya mendobrak pintu rumahku dan membawa paksa dirinya untuk dijodohkan dengan namja yang entah siapa aku pun tak tahu.

Kulihat dirinya langsung duduk bersantai disofa sambil melepas kaus kakinya. Dia bersandar sambil mendesah frustasi. Ah, kasihan sekali dongsaengku ini. Bagaimana caranya agar aku dapat membuatnya ceria kembali? Kudekati dirinya yang sedang memejamkan mata itu. Kubelai pipinya lembut.

“Hyura-ya…”

“Hmm?”

Aigoo, sebegitu seriusnya pada imajinasinya sampai sampai hanya bergumam untuk membalas ucapanku? -_-

“Apa yang.. bisa membuatmu tidak sefrustasi ini?”, tanyaku sambil mengusap rambutnya. Dia membuka matanya dan bola mata berwarna coklat itu menatap lurus kemataku. Aku tahu, dia pasti akan mengatakan hal serius sekarang.

“Entahlah, Sehun-a. Aku.. aku tidak ingin dijodohkan dengan namja itu, tapi.. aku takut eoma dan appa melakukan hal yang nekat untukku. Atau bahkan untuk mereka sendiri. Kau tahu kan kalau eoma dan appa itu sama sama keras kepala?”

Aku mengangguk.

“Kadang aku aneh, kenapa mereka begitu bersikeras untuk menjodohkanku dengan namja itu. Lagipula, apa yang bisa dibanggakan dari namja itu jika dia bersanding dengan Jongin? Pasti nihil”

Dia mempoutkan bibirnya. Lucu sekali. Memang hanya ‘Jongin’ yang bisa membuatnya seperti ini. Sepertinya Hyura memang benar-benar menyukai Jongin. Tapi.. aku takut jika nanti Hyura malah.. Ah sudahlah. Belum tentu Hyura benar-benar menyukai Jongin. Bisa saja Hyura hanya mengagumi Jongin dari luarnya saja kan? Baiklah, Oh Se Hoon, jangan pikir macam-macam dan buat dongsaengmu yang satu ini ceria lagi. Yosh!

“Hmm, Hyura-ya! Aku punya 2 box ice cream loh! Unlimited!”, ucapku ngawur.

“Mwo? Jeongmal? Ya! Mana ada ice cream unlimited? Dasar oppa pabo!”

“Hahaha. Aku ambilkan dulu ya?”

Dia mengacungkan jempolnya. Langsung saja aku berlari kedapur dan membawakan nampan beserta ice cream ‘unlimited’ yang aku sebut tadi. Semoga dia bisa tabah pada sikap Jongin.

 

 

Hyura’s POV

Setelah hari itu, seterusnya dan seterusnya dia bersikap sama padaku. Bongkahan es yang ada dihatinya takkan pernah bisa kuhancurkan. Malah sekarang bongkahan es itu makin bertambah seiring bertambahnya kejadian mengejutkan yang membuat dia makin menganggapku rendah dan selalu membenciku.

Ya Tuhann, kenapa semua ini menjadi begitu sulit untuk aku gapai?

Dan juga, tentang perjodohan itu. Apakah eoma dan appa tidak bisa mempertemukan kami terlebih dahulu? Mungkin saja jika aku bertemu dengan nya rasa cintaku pada Jongin perlahan bisa berpindah pada calon nampyeonku itu. apa yang harus aku lakukaaan? Apakah aku harus terus menerus mengeluh dan tidak melakukan apapun? Apa harus bisa aku lakukan agar semua penderitaan ini berhenti?

…..

Hari ini aku pergi kesekolah bersama Hyejin dan Sehun. mereka berdua menjemputku setelah aku tidak sekolah selama 3 hari. Aku demam dan tidak ada yang menengokku kecuali mereka berdua. Mungkin aku terlalu memikirkan semua cobaan ini. biarlah semua ini mengalir, toh aku juga tidak bisa melakukan apapun.

Setelah kami turun dari mobil Sehun kami langsung berjalan menuju kelas. Oh, aku lupa!

“Sehun-a, Hyejin-a, kalian duluan saja kekelas. Aku akan keperpustakaan, meminjam buku untuk mengerjakan PR yang waktu itu”

“Oh, begitukah?”

“Baiklah, kami duluan. Hati-hati kau jangan sampai pingsan!”

“Ne, oppa!”

Aku sedikit tertawa mendengar perintah Sehun untuk menjaga tubuhku yang masih belum sembuh total. Ah, semoga demamku bisa menurun dengan cepat. Aku berbalik arah dan berjalan menuju perpustakaan. Dan saat itu juga..

BRUGH!!

Aku jatuh tersungkur ketika tubuhku yang masih lemah ini menabrak sesuatu, ah lebih tepatnya seseorang. Aku mendongkak dan mendapati seorang yang rindukan selama ini berada tepat didepanku. Meskipun—masih—dengan wajah dinginnya.

Aku mencoba berdiri. Tapi kenapa ku jatuh lagi? Apakah aku selemas ini?

“Sudahlah, jangan cari perhatian. Bangun dari jatuh saja tidak bisa. Memangnya kau terjatuh cukup keras hah? Menjijikkan!”

DEG!

Dia.. dia meninggalkanku. Setelah dia mengucapkan hal yang sangat menusuk hatiku ini dia langsung meninggalkanku. Ya Tuhan, sebegitu bencinya kah dirinya padaku?

Kucoba untuk berdiri lagi. Ah, mengapa tubuhku lemas sekali? Apa suhu tubuhku semakin bertambah? Ah, sial!

“Mau kubantu, Princess?”

Princess? Rasanya aku ingat sebutan itu. Aku mendongkak dan mendapati seorang malaikat berkharisma mengulurkan tangnnya padaku. Sepertinya khusus dikirim untuk menolongku.

DEG!

Ya! Itu kan..

“Kris…”

Tidak mungkin! Ya Tuhan.. di-dia.. bagaimana bisa dia ada disini???

 

Author’s POV

Jongin menghentikan langkahnya. Entah kenapa perasaannya tidak enak saat ini.

“Apa aku melakukan kesalahan?”

Tiba-tiba ia terpikir sesuatu, eh seseorang. Hyura.. Aish! Kenapa aku memikirkan yeoja menjijikkan itu? Sudahlah, Jongin, tatapan lurus kedepn dan anggap semua tidak terjadi. Okesip.

Ia mulai berjalan lagi dan mencoba untuk bersikap cool. Namun, lagi-lagi langkahnya terhenti. Dia terlihat berpikir sebentar dan tak lama kemudian ia berbalik arah dan berlari. Entah akan kemana, tapi satu yang pasti. Sekarang, dipikirannya hanya ada Shin Hyu Ra, yeoja lemah yang baru saja menabraknya.

Hyura yang kaget akan kedatangan Kris secara tiba-tiba terdiam masih dengan posisi terjatuh. Kris yang merasa diacuhkan langsung saja menarik tangan Hyura untuk membuat yeoja itu berdiri.

Hyura masih menatap Kris tidak percaya. Apa yang dilakukannya disini?

“Annyeong, Hyura-ya. Long time no see!”, sapa Kris.

Hyura tetap diam. Karena kesal, Kris menjentikkan jarinya didepan wajah Hyura dan berhasil! Hyura akhirnya menyadari bahwa Kris yang ada didepannya ini memang benar-benar nyata.

“K-Kris? Kau.. bagaimana—“

“Tentu saja bisa sayang. Aku menyusulmu kemari”, bisik Kris ditelinga Hyura.

Dan.. CUP!

Hyura membelalakkan matanya ketika bibir seksi milik Kris menyentuh pipinya.

 

Hyura’s POV

Ya Tuhaaaann!! Apa semua ini? K-Kenapa, Kris bisa..?

“Sudah lama kita tak bertemu, my ex-girlfriend!”

DEG!!

Kata-katanya itu.. ANDWAEEEE!! KRIS KENAPA KAU KEMBALI MUNCUL DIHADAPANKU?!! AKU BISA PUSING JIKA KAU BERADA DISINI!! >_<

Sungguh aku tidak menyangka semua ini. Wu Yi Fan atau lebih sering disebut Kris adalah mantanku saat aku berada di Kanada dulu. Dialah namja pertama yang mencampakkanku ketika aku sedang jatuh cinta padanya. Aku membencinya! Sungguh! Dan sekarang, dia berada tepat didepanku sambil memamerkan senyuman mematikannya! Sungguh diluar akal sehatku!

“Kris.. bagaimana kau bisa disini?”

“Aku sudah menjadi member sekolah ini, honey

M-Mwo?? Honey?! Jangan harap kau bisa menyebutku dengan sebutan aneh seperti itu lagi, Kris!

Tanpa menunggu lama, aku meninggalkannya sendirian. Berjalan berbalik arah dengan wajah cengo yang entah sebagaimana memalukannya diriku. Namun sialnya, dia menarik tanganku dengan kasar. Saat aku berbalik, bibirku basah karena bibirnya menempel dengan bibirku! Andwaaeeeeee!!! SEHUNNNN!! HYEJINNNN!! TOLONG AKUUUU!!!

Dia melumat bibirku kasar. Aku tidak bisa melakukan apapun, tapi..

BUGH!! BRAAGHH!!

Aku terkaget ketika melihat Kris jatuh tersungkur karena mendapat tinjuan dari.. dari?

“Bisakah kau tidak kasar terhadap yeoja, ahjushi?”

DEG! Suara itu..

“Jongin-a..”, lirihku.

Dia.. datang untuk menyelamatkanku? Dia.. aku tidak bermimpikan? Hey! Aku tidak bermimpi kan?!

Aku masih diam menatapnya. Sedikit tidak percaya dengan semua kenyataan ini. tapi, tiba-tiba dia menarik tanganku dan menyeretku entah kemana. Aku tidak bisa fokus sekarang. Aku hanya bisa menatap genggaman tangannya.

Oh, aku tau. Dia akan membawaku kekelas.

SREEKK…

Setelah dia membuka pintunya, dia melepaskan genggamannya dari tanganku. Sedikit kecewa tapi.. ya sudahlah tak apa. Dengan perasaan campur aduk antara senang, khawatir, panik dan takut aku duduk dibangkuku. Boleh aku tanya sekali lagi? Ini bukan mimpi kan? Aku masih tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi.

Kuedarkan pandanganku. Hey, kemana Sehun dan Hyejin? Hyosung pun tak ada. Kemana mereka semua? Penglihatanku berhenti ketika aku melihat namja yang tadi menciumku secara paksa. Kris! Kenapa dia bisa sampai kekelasku? Dan, kenapa ada Park saem dibelakangnya? Jangan bilang kalau..

“Baik anak-anak, sepertinya kita kedatangan murid baru lagi. Kebetulan yang akan menjadi murid baru adalah namja ini, namja keren dan beken bernama Wu Yi Fan”

“Annyeonghaseyo, Wu Yi Fan imnida. Kalian bisa memanggilku dengan Kris. Bangapta!”

Ya Tuhan! Dia berbicara pada semua orang tapi kenapa tatapannya hanya bertuju padaku? Aku merasakan akan ada hal aneh yang terjadi setelah semua ini.

“Baik, Kris. Silahkan berbaur dulu dengan teman-teman barumu disini. Aku harap kau akan nyama dikelas ini”

“Baik, Park saem

“Silahkan mencari tempat dudukmu….. Dan, hari ini, kami guru-guru akan mengikuti rapat dadakan Nasional di Gangnam. Mungkin beberapa hari ini kalian belajar sendiri, tapi ingat! Tidak ada kata libur! Sekian dan terimakasih”

Hah? Sekarang dan beberapa hari kedepan kelas ini akan kosong dan kami bebas? Lalu apa yang harus aku lakukan dengan namja masa laluku itu???? AAAAARRGHH!!

 

Jongin’s POV

Oh, jadi namja itu murid baru? Dan dia seumuran denganku? Aigoo, kenapa terlihat seperti bapak bapak? -_-

Tak sengaja pandanganku tertuju pada Hyura, kenapa wajahnya tegang begitu? Apa karena namja itu? Memang ada apa diantara mereka? Apa mereka mempunyai hubungan rahasia? Aish! Kenapa kau ingin tahu saja Kim Jong In? Itu bukan urusanmu tahu!

Ah, akhirnya guru rapat lagi, berarti aku bebas hari ini. Lebih baik aku pulang saja. Aku membawa tasku dan berjalan keluar kelas. Oh iya, kemana Sehun? Tumben hari ini aku tidak melihatnya. Sebaiknya aku mencarinya terlebih dahulu.

Saat aku keluar kelas tiba-tiba perasaan ini datang kembali. Kenapa lagi-lagi perasaanku tidak enak begini? Apa jangan-jangan..

Kubalikkan tubuhku dan kembali memasuki ruangan kelasku. Dan benar saja, si brengsek murid baru itu sedang merayu Hyura. Tiba-tiba saja tanganku mengepal dan segera saja aku berjalan cepat dan langsung menonjok lagi pipi mulusnya itu. Tapi tunggu, kenapa aku? Maksudku, kenapa tubuhku bergerak sendiri? Ada apa ini?

“Cih, kau lagi. Apa yang kau mau hah?!”

Namja brengsek itu bangkit kembali dan memajukan tubuhnya kearahku. Pasti dia ingin membalasnya. Aku mengambil ancang-ancang (?). Tapi..

BUGHH!!

“Arghh!!”

Aku membelalakan mataku dan berteriak sekencang-kencangnya. “SHIN HYU RAAA!!”

 

Author’s POV

Jongin membawa Hyura dalam gendongannya ke UKS. Entah kenapa dengan tubuhnya hari ini yang selalu melakukan hal-hal aneh, seperti kemasukan setan saja. Ia menelepon Sehun untuk datang ke UKS. Dan begitu Sehun datang ia langsung pergi meninggalkan ruang UKS itu. tapi ada hasrat dihatinya untuk menemani Hyura sampai sadar.

Aish! Aku sudah gila pastinya!, pikirnya frustasi.

Tak lama kemudian Hyura sadar dari pingsannya. Perlahan ia membuka matanya dan mengerjapkannya pelan.

“Hmmh—Sehun? Hyejin? K-Kalian…”

“Kau sudah sadar? Syukurlah!”

Sehun menghambur pelukannya pada sepupu tersayangnya ini. Hyura sedikit bingung, kenapa dia bisa ada di UKS? Apa yang terjadi?

Ya ampun, tadi Jongin dan Kris? Bagaimana dengan Jongin?

Hyura membuka selimutnya dan mencoba beranjak dari kasur. Tapi Sehun menahannya.

“Mau kemana kau? Demammu masih belum turun Hyura-ya, tahu begitu aku tidak akan menjemputmu untuk sekolah tadi pagi”

“Aniya, Sehun-a, ma-mana Jongin? Apa dia.. baik-baik saja? Apa dia terluka?”

“Hyura-ya, memang apa yang terjadi barusan? Kenapa kau bisa bersama Jongin?”, tanya Hyejin.

“Hyejin-a, Kris.. Kris kembali..”

“MWO?!!”

.

.

.

.

.

TBC

 

Dan.. gue ngga tau gimana kedepannya XD

Kalo ada yg mau fanfic ini lanjut, silahkan tuangkan kritik dan saran kalian dibawah ini =3 /moash moash/


Goodbye Tokyo

$
0
0

Title: Gooodbye Tokyo

Cast: Luhan,

Genre: sad romance, Songfic, tragedy

Rating: G

LENGTH: Oneshot

Author: bluehigh (@blue_high17)

Note: read this with listening YUI- Tokyo

Disclaimer: This if songfic, that idea is from me and inspiration from YUI- Tokyo

 

~~~~~~~~~~

Sumi nareta kono heya wo

Dete yuku hi ga kita

Aku melihat apartement yang telah aku tempati selama 2 tahun terakhir, yang menyimpan banyak kenanganku dengannya. Aku masih ragu ragu tentang perjalananku. Tetapi aku mantapkan hatiku, bahwa aku harus menginggalkan Tokyo. Harus. Must. Aku berjalan menuju halte bis, lalu masuk kedalam bis yang akan mengantarkanku menuju statiun.

 

Atarashii tabidachi ni mada tomadotteru

Eki made mukau BASU no naka

 

Ku ketik sms untuk Xiumin, hanya untuk menyatakan keberadaanku dan agar ia tak khawatir dan menjelajahi seluruh Jepang agar bisa menemukanku.Terkadang tingkahnya memang konyol tetapi sebenarnya ia adalah teman yang sangat baik.

 

Ku tatap Tokyo untuk terakhir kali, didepan statiun aku berjanji bahwa sebisa mungkin melupakannya dan tak datang ke Tokyo, ah bukan sebisa mungkin tidak pergi ke Tokyo, tapi meninggalkan Tokyo untuk

                SELAMANYA.

 

Aku masuk kedalam stasiun. Membeli makanan dan memakannya dengan lahap, walaupun aku tak lapar sama sekali. Setidaknya aku harus makan agar penyakit maagku tidak kambuh dan merepotkan orang lain.

 

‘Keberangkatan menuju Osaka, kereta  akan sampai 2 menit lagi, mohon bersiap siap’ aku duduk menunggu kereta, sesekali melirik gitar disebelahku.

 

Tomodachi ni MEERU shita

Asa no HOOMU de denwa mo shitemita

Demo nanka chigau ki ga shita

 

Aku masuk kedalam peron, berusaha menelponnya, tapi aku merasakan sesuatu yang berbeda, tak seperti biasanya. Aku tahu pasti hal ini akan terjadi entah cepat atau lambat. Ia tak menjawab telponku, lalu aku memasukkan handphoneku kedalam saku celana. Membatalkan niatku untuk menelponnya lagi.

 

Furui GITAA wo hitotsu motte kita

Shashin wa zenbu oitekita

 

Aku tak membawa baju, bekal, atau fotoku satupun, yang kubawa hanya gitar tua disebelahku. gitar tua yang sudah usang tapi menyimpan banyak kenangan antara kami.

 

Nanika wo tebanashite soshite te ni ireru

Sonna kurikaeshi ka na?

 

Apakah dengan meninggalkan Tokyo aku akan menemukan yang kutemukan di Tokyo di Osaka? Apakah sirklus pertama kali aku tiba di Tokyo sampai sekarang akan terjadi lagi di Osaka?

 

Tsuyogari wa itsudatte yume ni tsuduiteru

Okubyou ni nattara soko de togireru yo

 

Seperti dahulu, aku tak pernah berubah, pura pura tegar padahal rapuh. Berusaha kuat padahal lemah. aku ingat akan mimpi mimpiku, mimpi mimpinya, mimpi mimpi kami, yang akan kami lakukan dimasa depan. Aku tahu jika kubiarkan diriku menjadi seorang pengecut, mimpi mimpi itu berakhir, hanya meninggalkan angan angan yang tak akan bisa digapai.

 

Hashiri dashita densha no naka

Sukoshi dake naketekita

 

Mado no soto ni tsuduiteru kono machi wa

Kawara nai de to negatta

 

Furui GITAA wo atashi ni kureta hito

Toukyou wa kowaitte itte ta

 

Kereta yang aku tumpangi berjalan sedikit, dan aku menangis, kenangan kami berputar bagaikan film indah yang kami buat berdua. Aku berharap jalan yang membentang diluar tidak berubah. Terlalu berat meninggalkan Tokyo yang menyimpan banyak kenangan ini. Aku menengok lagi ke gitar tua ini. Ia yang memberikanku gitar tua ini.

Ia yang selalu mengatakan bahwa Tokyo itu sangat menakutkan. Awalanya aku tak percaya, tetapi sekarang aku percaya. Yang ia katakan benar, Tokyo sangat menakutkan, karena itu aku meninggalkan Tokyo yang menyimpan banyak kenangan ini.

 

Kotae wo sagasu no wa mou yameta

Machigai darakede ii

 

Aku sudah tak perduli, aku tak akan mempertanyaan bahwa meninggalkan Tokyo itu keputusan yang benar atau tidak, tak akan menjadi masalah dan tak masalah jika aku membuat suatu kekeliruan.

 

Akai yuuyake ga BIRU ni togireta

Namida wo koraetemo

Tsugi no asa ga yattekuru tabigoto ni

Mayou koto datte aru yo ne?

 

Langit senja yang indah itu terhalang gedung gedung yang cukup tinggi. Aku sebisa mungkin menahan air mataku. Awal dari setiap pagi yang baru bukan untuk membuat orang sedih bukan? hanya itu yang aku tahu, aku hanya ingin memulai hariku yang baru di Osaka. Hanya itu, tak bermaksud memusnahkan sesuatu yang kudapatkan di Tokyo.

 

Tadashii koto bakari erabe nai

Sore kurai wakatteru

 

Aku turun dari kereta, aku sudah sampai di Osaka, aku akan memulai hidupku yang baru disini dengan baik, sama baiknya ketika hidup di Tokyo walaupun tanpanya. Lagipula aku tak bisa hanya memilih yang orang lain fikir bahwa itu hal yang baik, itu yang kutahu. Pemikiran setiap orang berbeda bukan? Hal itu memang cocok untukku tetapi belum tentu baik untuk orang lain bukan? Begitu pula sebaliknya.

 

Sepertinya langit senja sudah berganti menjadi abu gelap. Langit biru yang cerah sudah menjadi  biru kelabu. Aku harus makan malam agar bisa bertahan hidup, aku menuju sebuah cafe di stasiun. Ku pesan semangkuk Sukiyaki. Dan ketika pesananku sampai didepan mataku aku memakannya dengan lahap, dan aku tidak merasakan lapar dari tadi, sejak makan di stasiun Tokyo aku sudah kenyang, ah masa bodoh aku lapar atau tidak, aku harus terus hidup pokoknya!

Tiba tiba ada yang memelukku dari belakang dan menagis dibahuku.

 

dare desu ka? (Siapa itu?)”

 

“Ini aku Lulu-niichan (kakak)” ini suaranya.

 

daijoubu chagi (kamu tidak apa-pa sayang)?”

 

Nande mo nai niichan (tidak kenapa-kenapa)”

 

“Bogosshiposseo? Kau tak merindukanku lulu-niichan?” katanya dengan manja.

 

Iie (bukan), Shinjiru (percayalah) aku merindukanmu setiap saat”

 

“Jinja?” tanyanya dengan semangat.

 

Sou desu ne (begitulah)”

 

Wakarimashita (aku mengerti)” katanya sambil mengangguk.

Aku menengok kearahnya, ia masih menggunakan baju pengantinnya. Dan ia mengejarku dari Tokyo sampi Osaka?

 

kirei na (cantiknya)” kataku kelapasan.

 

Gomen, Moo ichido kudasai (maaf, tolong ucapkan sekali lagi)?” katanya dengan manja

 

kirei na (cantiknya)” ulangku

 

“Jinja niichan? Gomapta”

 

“Tentu saja chagi,”

 

“Mari kita mulai kisah kita dari awal, disini di Osaka bukan di Tokyo”

 

“Ne,Wakarimashita (aku mengerti),” jawabnya sambil mengangguk semangat.

 

“anak pintar” kataku samil mengacak rambutnya. Ia hanya memanyunkan bibirnya sedangkan aku tertawa kecil.

 

“Bagaimana kau tahu aku ada di Osaka?”

 

“Dari Xiumin-nii (kakak), tadi aku menelponnya sehabis kau menelponku, maaf tadi aku kabur dari gereja untuk mengejar lulu-niichan, tadi aku tak sempat mengangkat telepon niichan, gomensai (maaf)”

 

“Gwanchana, yang penting kau sudah ada disini, bersamaku”

-END-

 

 

Gimana bagus enggak? Kalau nggak, mian

Author bikin ff ini ngebut 1 jam jadi

Padalah nggak nyampe 1 jam juga sih

Ah dari pada nungguin author yang telmi

author ucapkan

Khamsahammida yeorobun! For read my fanfiction

Please give a comment, dont be a silent readers please!

 


Loving You Like Crazy (Chapter 9)

$
0
0

Loving You Like Crazy [Part. 9]

new-poster

Title: Loving You Like Crazy [Part. 9]

Author: nune

Main Cast: -Park Chanyeol

-Baek Jisun

Other Cast: -Kai

-Shin Yeonhwa

-Baek Eunjo (Jisun’s uncle)

-Do Kyungsoo

-Kim Hyesun

Length: Multichapter

Genre: Drama, Romance, Marriage Life

Ratting: PG-15

*****

Chanyeol berjalan lunglai melewati lautan orang-orang yang sedang berseok-seok mengikuti dentuman musik yang cukup keras. Sesekali banyak gadis-gadis yang bergelayut manja dilengannya seperti lintah. Sayangnya dia tidak punya minat untuk itu, Chanyeol berjalan kesamping pojok dan duduk disana.

“Pesan minum apa, tuan?” tanya si Bartender. Bartender itu menatap Chanyeol lekat, merasa ini kali pertama dia melihat pelanggan yang satu ini. Oh Tuhan apa jadinya mahasiswa seteladan Park Chanyeol datang ketempat seperti ini untuk melepaskan stress-nya?

Tidak menyangka ia akan datang lagi kemari. Terakhir kali saat ayahnya divonis tidak tertolong lagi, tepatnya setahun yang lalu.

“Apa saja! Kau boleh campuri semua minuman disini agar aku bisa cepat mati!” seru Chanyeol datar.

Si Bartender itu mengernyitkan alisnya “Maaf?”

Chanyeol menghela nafas panjang. “AKU BILANG CAMPURI SEMUANYA!!”

“Ah, nde! Algeseubnida” Lalu Bartender berlalu pergi.

Entahlah… siapapun yang mengajak Chanyeol bicara terlihat begitu menyebalkan baginya. Apa mereka tak mengerti bahwa Chanyeol sekarang tidak ingin diajak bicara apalagi ditanya?

“Silahkan, tuan.” Ujar Bartender sambil menyuguhkan minuman di gelas kecil –yang tanpa  Chanyeol ketahui itu hanya campuran dari minuman Vodka dan Wine saja– Kadar alkoholnya tidak cukup ganas.

Chanyeol meminumnya dalam sekali teguk.

“Berikan aku 10 gelas lagi!”

Si Bartender itu sedikit tertegun. Namun apa boleh buat? Bukankah pembeli adalah raja?

Sebelum itu Chanyeol memberikan secarik kertas berikut nomor telepon dan alamat rumahnya. Jadi jika ia sudah mabuk berat si Bartender tak perlu kerepotan, ia hanya perlu mengantar Chanyeol ke taxi dan memberikan alamat tersebut kepada si supir.

Sambil menunggu pesanannya datang, Chanyeol menangkupkan wajahnya dikedua tangannya yang terlipat. Sakit… Rasa sakit itu masih tercetak jelas disana, padahal kejadian itu sudah tiga jam berlalu. Apa yang harus ia lakukan? Sungguh Chanyeol tak menyangka bahwa kepulihan Jisun membawa petaka menakutkan untuknya.

Bagaimana jika Chanyeol hidup tanpa nya? Bagaimana jika Jisun lebih memilih Myungsoo daripada dirinya? Rasa tidak rela, dan sesak memenuhi relung hatinya. Chanyeol sangat membutuhkan Jisun saat ini… sekarang…

Apa begini rasanya? Apa begini rasanya patah hati? Apa dulu Jisun juga sering merasakan ini saat Chanyeol menyakitinya? Chanyeol merasa bersalah, Jisun ternyata sudah banyak menderita karena-nya.

Rasanya seumur hidup Chanyeol tidak pernah merasa sekosong ini. Haruskah Chanyeol menyerah dan enyah dari pandangan Jisun selamanya?

*****

Keesokan harinya~~

 

Tok… Tok… Tok…

“Anyeong, Jisunie~~”

“Jisunie?!”

“Jisunie!!!!”

“JISUN!”

“OY, BAEK JISUN!”

Jisun terhentak dari lamunan-nya saat mendengar teriakkan menuntut dari seseorang.

Samchun?! Sejak kapan samchun berada diruang rawatku?!” seru Jisun sambil mengusap dadanya. Ia sedikit terkejut atas kehadiran paman kecil nya ini, Baek Eunjo.

Baek Eunjo hanya menghela nafas panjang sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Kalian lihat? Ternyata sembuhnya Jisun dari amnesia-nya malah membuat keadaan memburuk.

“Aku sudah memanggilmu lima kali! Dan kau tidak dengar? Tch…” Baek Eunjo menghampiri Jisun yang sedang duduk-setengah-terbaring.

Jisun hanya mengulum bibirnya, merasa tak enak hati juga pada samchun-nya itu.

“Mobil Hyung yang ringsek sudah dibenarkan, lalu ia memberikannya padaku! Ugh menyebalkan sekali mengapa aku selalu dapat yang bekas-bekas-__-“ keluh Baek Eunjo.

Mianhaeyo, samchun. Lain kali aku tidak akan ceroboh lagi. Jeongmal mianhaeyo~

Jisun merasa tak enak hati karena terlalu banyak merepotkan orang lain setelah kecelakaan yang ‘pernah’ membuatnya Amnesia ini.

Neon waegurae? (kau kenapa) ” Baek Eunjo mendorong pundak Jisun pelan. Biasanya Jisun akan membalas perkataan maupun ejekan Eunjo dengan bersikeras. Tapi sekarang? Rasanya ada yang tidak beres. Apa Jisun sedang ada masalah?

“Eung?? Tidak. Tidak ada apa-apa, samchun.” Jisun menggeleng, meyakinkan paman-nya bahwa ia baik-baik saja. Lebih tepatnya, pura-pura baik baik saja. Saat ini topeng –aku-baik-baik-saja terpasang apik diwajahnya

TOK TOK TOK…

Mereka berdua –Jisun & Eunjo- mengalihkan perhatiannya pada daun pintu, dan mendapati Kai dan Yeonhwa disana.

Yeonhwa dan Kai memberi hormat salam pada Baek Eunjo. Setelah itu Yeonhwa duduk disamping Jisun, menggenggam tangan Jisun erat. “Apa kabar, Jisun-ah? Maaf aku baru mengunjungimu ><”

“gwaenchana… Kalian pasti punya kesibukan masing-masing.” Ujar Jisun seraya melemparkan senyuman hangat pada mereka.

“Aku senang besok kau sudah dipulangkan Jisun-ah~” sambar Kai. Hmm… Sebenarnya akhir-akhir ini fikirannya sedikit kacau dan kalut. Besok Jisun akan dipulangkan dari rumah sakit ini, namun apa yang harus ia lakukan selanjutnya? Kemana Jisun harus pulang?

Haruskah Jisun tetap tinggal di Apartment itu bersama… Errr Chanyeol? Jangan bercanda! Sejak tadi pagi Jisun tidak melihat kemana namja jangkung itu pergi. Hal ini membuat Jisun merasa sangat sedih dan selalu bertanya-tanya… Apa perbuatannya ini sudah keterlaluan?Tapi akan kah kejadian kemarin membuat seorang Park Chanyeol tergoncang? Rasanya tidak, bagi Jisun sampai saat ini Chanyeol masih mengunci hati itu untuknya.

Lalu, kemana ia akan pulang? Ke rumah orang tua-nya? Rasanya tidak mungkin. Satu atau dua hari Jisun menetap disana pasti mereka akan menyuruh Chanyeol untuk menyusulnya dan membawanya ke Apartment, tempat seharusnya Jisun menetap. Huh sama saja.

“Ya, aku sangat bersyukur.”

Baek Eunjo tertegun. Ah hampir saja dia lupa! Sejak kemarin ada sesuatu yang ingin ia tanyakan pada Jisun. Ia pun merogoh sakunya dan mengeluarkan seutas Bracelet “Aku menemukan ini di Dashboard mobil Hyung. Apa ini punyamu?”

DEG!

Jisun terenyuh saat melihat sebuah Bracelet yang mengait indah dijari Baek Eunjo. Itu adalah… Bracelet Couple yang ia punya bersama Chanyeol!!

“Hanya untuk hari ini. Oppa memakainya hanya untuk hari ini. Setelah itu oppa boleh membuangnya atau terserah apa yang ingin oppa lakukan pada Bracelet itu.” (Loving You Like Crazy -Chapter 3-)

Tiba-tiba Jisun teringat akan kalimat yang pernah ia lontarkan saat itu. Tidak! Tidak seharusnya Jisun memikirkan namja yang seharusnya ia lupakan! Jisun tidak boleh melanggar keteguhan hatinya untuk yang kesekian kali. Kejadian itu sudah lama berlalu, jadi artinya Chanyeol sudah membuang Bracelet itu sejak jauh jauh hari ‘kan?

“Itu hanya sampah. Buang saja.” Jisun mengalihkan pandangannya ke lain arah, agar semua orang disini tidak melihat cairan yang ingin jatuh dari sudut matanya.

“Bukankah itu Bracelet Couple yang kau punya bersama dia, Jisun-ah?” tanya Yeonhwa.

Kai dan Eunjo saling bertemu pandang. Mereka jelas tahu siapa yang Yeonhwa maksud.

Yeonhwa tahu semuanya karena Jisun membeli Bracelet tersebut saat mereka berdua mengunjungi Festival kembang api di Namsan Tower.

“Jangan ungkit aku dengannya lagi, Yeonhwa-yah”

Kai mengernyitkan alisnya “Ada apa Jisun-ah? Kau ada masalah dengannya? Kalian bertengkar?”

“Aku hanya tak ingin berurusan lagi dengannya.” Balas Jisun dengan wajah datarnya. Jauh didalam sana, hatinya berteriak tak rela. Walaupun Jisun sudah mendorong keras Chanyeol untuk pergi dari hidupnya, namun rasa cinta itu masih tetap ada.

“Mwo? Kalian sudah terikat pernikahan. Bagaimana bisa?!” pekik Baek Eunjo.

“……” Jisun hanya terdiam

“Tolong jangan seperti ini, Jisun-ah. Fikirkan lagi matang-matang! Pertengkaran suami-istri itu adalah hal yang biasa.” Himbau Yeonhwa.

“Jangan seperti ini, Jisunie. Kalian saling mencintai, bukan?” tanya Eunjo.

Jisun menggeleng “Sampai gambus tenggelam pun dia tidak akan pernah mencintaiku.”

Hening…

“Ternyata anak itu masih saja menutupinya. Kau masih belum sadar juga, Jisun-ah?” Kai berdecak pelan sambil menggelengkan kepalanya.

Jisun menatap Kai seolah berkata ‘apa-maksudmu-Kai.’

Kai menghela nafas panjang. Baiklah ini saatnya mengungkapkan apa yang tidak seharusnya dirahasiakan. “Sebelumnya aku minta maaf. Dua minggu sebelum pernikahan kalian aku memukulnya! Aku memaksa dia untuk menjauh darimu karena aku takut kau akan menderita lagi. Aku terus menekannya! Tanpa ku kira dia berlutut dihadapanku dan memintaku untuk merelakanmu. Karena dia telah sadar bahwa hatinya telah tertuju padamu, Jisun-ah. Dia mencintaimu!”

Jisun sangat tertegun atas apa yang Kai ceritakan. Apa Kai tidak salah bicara? Chanyeol berlutut pada Kai untuk melepasnya? Benarkah jika Chanyeol mencintainya? Benarkah harapan kosong yang ia punya selama ini sudah menjadi nyata?

Yeonhwa tersenyum tipis dan menyambung pembicaraan Kai “Bukan hanya itu, Jisun-ah. Chanyeol rela menghabiskan waktunya yang berharga untuk mendekorasi kamarmu untuk malam pertama kalian.”

“B…Bagaimana kau tahu?” tanya Jisun. Ia heran mengapa Yeonhwa bisa tahu bahwa kamar malam pertama mereka terdekorasi.

Yeonhwa terkekeh “Dia menghampiriku dan bertanya banyak tentangmu! Bertanya apa bunga kesukaanmu, wewangian macam apa yang kau sukai, warna apa yang kau sukai. Dia hanya ingin membuatmu bahagia, Jisun-ah. Cintanya untukmu begitu tulus.”

Jisun memekik tak percaya, benarkah seorang Park Chanyeol rela menghabiskan waktu untuknya? Jadi tataan indah yang sesuai dengan seleranya malam itu sudah terencanakan dari awal? Rasanya semuanya sudah terbukti.

Perasaan Jisun berkecamuh antara sedih dan bahagia. Bahagia karena ia tahu bahwa akhirnya Chanyeol membalas perasaannya, dan sedih karena takut semuanya akan terlambat. Pantaskah ia menyesali perbuatannya sekarang?

Kai tersenyum penuh arti “Lalu apa yang kau lakukan dengannya saat malam pertama, Jisun-ah? Kekekeke—Auww” Kai mengaduh kesakitan atas cubitan pedas yang Yeonhwa berikan. Baek Eunjo hanya terkekeh geli melihat mereka berdua.

“…Kami tidak melakukan apa-apa.”

Kai yang aneh, disaat kalut seperti ini masih saja bertanya hal semacam itu.

“Itu hal gawat, Jisun-ah! Kau mungkin tidak menggairahkan untuknya. Artinya dia tidak menginginkanmu,” kata Baek Eunjo dengan senyum usil.

Jisun hanya mendecih dan menatap sinis Eunjo.

Eunjo menggapai puncak kepala Jisun, lalu mengelusnya. “Paman hanya bercanda, cantik. Fikirkanlah dulu sebelum melakukan sesuatu, jangan sampai kau menyesal! Saat kalian sudah bercerai namun kau masih mencintainya, bagaimana? Apa kau siap menanggung rasa sakit seumur hidup?”

Perkataan mereka bertiga benar-benar membuat pendirian Jisun untuk melupakan Chanyeol runtuh. Ya, Jisun harus bicara pada Chanyeol. Harus!

“Apa kalian tahu dimana dia sekar—“

Tok Tok Tok…

Eh? Siapa lagi yang datang?

DEG! Mereka………

“Anyeonghaseyo Kim Hyesun imnida…” Jisun membalas tundukan gadis itu dengan kikuk. Kim Hyesun? Sepupu Chanyeol? Bagaimana dia bisa tahu jika Jisun dirawat disini?

“Anyeonghaseyo, Kyungsoo imnida…” kata namja yang berada disebelah Hyesun.

“Ah! Anyeonghaseyo…” balas Jisun. Tunggu dulu! Hyesun bersama Kyungsoo? Setahu Jisun ia adalah teman terdekat Chanyeol di kampus. Tapi benarkah mereka kemari hanya untuk menjenguk Jisun saja?

“Ternyata kau sedang ada tamu, maaf menganggu ketenangan kalian.” kata Hyesun ramah.

“Anniyo… Terimakasih sudah menyempatkan diri menjengukku. Sini masuk,”

Melihat Kim Hyesun seperti ini membuat Jisun mengingat lagi kebodohan yang pernah ia lakukan. Saat itu, Jisun pernah cemburu buta pada gadis ini! Saat itu Jisun melihat Chanyeol dan Hyesun tengah suap-suapan ice cream di sungai Han. Jisun sangat sedih dan frustasi, karena ini baru pertama kalinya ia melihat Chanyeol bermesraan dengan yeoja.

Setelah mengurung diri dikamar selama satu minggu tanpa makan dan minum, akhirnya Jisun jatuh sakit! Saat itu rasanya cahaya hidup Jisun sudah meredup, semuanya sudah tak berguna lagi baginya! Oh Hani dan Baek Seungjo sangat bersedih dan ikut stress memikirkan anak semata wayangnya yang sedang dilanda depresi berat.

Sampai akhirnya orang tua Chanyeol menjenguknya bersama Chanyeol dan Hyesun. Jisun semakin lemas dan tak berdaya. Fikirnya mereka akan memperkenalkan Hyesun sebagai calon menantu mereka. Namun hal yang mengejutkanpun terjadi! Hyesun memperkenalkan dirinya sebagai sepupu Chanyeol, dan memanggil appa Chanyeol dengan sebutan “Samchun”.

Setelah itu Jisun jadi semakin optimis dan membangun lagi harapan yang sempat hancur karena salah faham itu. Ya, ya, ya. Jisun memang sangat bodoh dan ceroboh. Tapi karena kejadian itu, hubungan mereka berdua (Jisun-Hyesun) sekarang jadi jauh lebih baik.

“Bagaimana keadaanmu, Jisun-ssi? Apa Amnesia mu sudah pulih total?” tanya Hyesun.

Jisun tersenyum “Sudah, Hyesun-ssi. Besok pagi aku sudah dibolehkan pulang.” Hyesun mengangguk mengerti.

“Syukurlah. Kau pulang ke Apartment Chanyeol, kan?” Tanya Kyungsoo kali ini.

Jisun terdiam…

“Ah, keuromnyo (Tentu saja)” sambar Baek Eunjo yang diikuti anggukan dari Kai dan Yeonhwa

“Tidak. Aku tidak pulang kesana.” Pekik Jisun.

Seisi ruangan tampak terkejut. Hmm sepertinya masalah mereka berdua memang serius. Eunjo mulai memikirkan rencana agar pasangan bodoh ini tetap menyatu.

“Tolong jangan seperti ini, Jisun-ssi. Chanyeol oppa sangat membutuhkanmu. Oppa meninggalkan kuliah akhir-akhir ini karena sibuk mencari pekerjaan! Untuk mengobati Amnesia-mu yang tak kunjung sembuh. Tapi syukurlah kau pulih sekarang.”

Hari ini, sudah tak terhitung berapa orang yang menyuruh Jisun untuk mempertahankan hubungannya dengan Chanyeol. Karena gemas, Kyungsoo akhirnya menceritakan semua alasan mengapa saat itu Chanyeol tidak pulang dan meninggalkannya begitu saja. Kyungsoo menceritakannya dengan detail, seperti tak ada satupun hal yang terlewatkan.

Perlahan air mata itu turun dari matanya, melewati pipinya. Jisun merutuki dirinya sendiri, ia adalah orang yang terbodoh! Jisun harus bertemu dan menjelaskan semuanya. Meminta maaf pada Chanyeol tentang hal kemarin. Jisun ingin kembali ke pelukannya dan memulai semuanya dari nol! Jisun sangat menyesal sekarang. Ya Tuhan tolong kabulkan harapannya kali ini, ia berharap agar semuanya belum terlambat.

“Aku ingin menemuinya! Dimana dia sekarang?!”

*****

            Hari ini akhirnya Jisun dipulangkan dari rumah sakit. Ia memutuskan untuk segera menemui Chanyeol di Apartment, tapi sayangnya Jisun tidak bisa masuk semudah itu, Chanyeol memblokir kunci otomatisnya, mungkin saat ini Chanyeol tidak ingin menerima tamu dulu. Ponselnya juga tidak pernah aktif, Kyungsoo maupun Hyesun-pun selalu mengedikkan bahu jika ditanya sedemikian. Yaaahhh tidak heran, Chanyeol memang sangat tertutup sejak dulu.

Mau tidak mau Jisun menginap dirumah Yeonhwa untuk beberapa malam, dan memutuskan untuk menemui Chanyeol besok. Jisun harap Chanyeol ada disana dan mau bicara dengannya.

~Ruang keluarga, kediaman Baek~

“Hyung, kita harus melakukan sesuatu!” pekik Baek Eunjo sambil menggerakan kakinya dengan gelisah.

“Ada apa?” Baek Seungjo mengalihkan pandanganya dari buku yang tengah dibacanya. Setelah itu Oh Hani menuangkan secangkir teh hangat untuk mereka berdua dan ikut duduk bergabung bersama mereka.

“Sepertinya Jisun dan Chanyeol sedang bertengkar hebat! Akan sulit untuk mereka bicara. Bagaimana, hyung?”

Baek Seungjo memutar bola matanya, berfikir.

“Bagaimana bisa? Bukankah Jisun sudah pulang ke Apartment bersama Chanyeol?”

Baek Eunjo berdecak “Tidak, hyung! Sejak kemarin Jisun menginap dirumah Yeonhwa. Setahuku besok ia akan mengunjungi Chanyeol!”

“Mwo? Dasar anak itu…” keluh Baek Seungjo. Tak habis fikir ternyata Jisun sudah berbuat sejauh ini. Hening sejenak… mereka tengah bergelut dengan fikiran masing-masing.

Oh Hani tersenyum penuh arti “Tenang saja. Aku punya senjata ampuh. Beritahu aku jam berapa Jisun akan menemui Chanyeol besok!”

*****

Keesokan Harinya, @ Sun-Yeol Apartment~

Piiipp

Pintu itu berbunyi setelah Jisun menekan enam digit password disana. Artinya pintu itu sudah berhasil terbuka. Jisun kira Chanyeol masih memblokirnya.

Haruskah ia masuk sekarang? Ya, Jisun harus masuk saat ini juga! Jisun melangkah masuk dan menutup pintunya kembali. Rasanya aneh, setelah satu minggu tidak menginjakkan kaki kesini, Jisun seperti menyelinap kerumah orang lain.

Jisun mengamati isi Apartment ini dengan jeli. Tidak ada yang berubah, semua furniture ditempatkan pada posisi yang sama. Tapi keadaan Apartment ini seperti ditinggal penghuninya pulang kampung selama berbulan-bulan. Terlihat sangat kotor dan tak ter-urus! Banyak debu yang menempel dilantai maupun dipermukaan meja, terdapat banyak piring kotor yang didiamkan begitu saja di dapur, dan baju-baju habis pakai yang berserakan dilantai. Ditambah lagi bau busuk dari tempat sampah yang belum sempat dibuang.

“Aneh. Bagaimana bisa?” gumam Jisun bingung. Jisun tahu betul bahwa Chanyeol sangat tidak betah dengan keadaan yang seperti ini.

Jisun mendelik pada jam dinding didekat ruang tamu, jam tujuh pagi. Baiklah, Jisun memang sengaja datang sepagi ini untuk memantau keadaan Chanyeol dan memasak untuknya. Melihat keadaan Apartment yang sekotor ini membuat Jisun gemas ingin menyapu habis seluruh kotoran hingga ke sela.

Oke! Sebelum Chanyeol bangun, keadaan Apartment sudah harus bersih seperti sedia kala! Jisun harus menjalani salah satu kewajibannya sebagai istri, yaitu membersihkan rumah. Jisun menyingsingkan lengannya keatas sikut dan mulai beraksi.

Two Hours Later~~

Chanyeol terbangun karena ada sesuatu yang menyengat hidungnya sejak tadi, sesuatu yang berupa aroma pedas yang cukup tajam, yang membuat hidung dan lehernya sedikit gatal. Dengan setengah nyawa Chanyeol berjalan gontai menuju dapur, berniat untuk mengambil segelas air.

Langkahnya terhenti dan matanya terbuka lebar saat melihat sosok yang ia rindukan dalam diam. Sosok itu tengah membelakanginya, mengaduk Ddeok Ppokgi pedas yang aromanya semakin menguat diatas kompor. Jadi aroma ini yang membuatnya terbangun? Ah itu bukan hal penting! Maksudnya, sejak kapan Jisun berada disini?

Apa ini sungguhan? Atau ini semacam halusinasi efek Hangover dari mabuknya semalam? Tapi mungkinkah jika Hangover ini terlalu kuat sehingga sosok itu terlihat sangat nyata? Ugh… Chanyeol harus mengetess-nya!

“Jisun-ah?” gumam Chanyeol dengan nada rindu yang berlebihan.

Jisun terhentak saat mendengar suara itu. Apa Chanyeol sudah tepat berada dibelakangnya?

“Tunggulah di meja makan, aku akan segera menyiapkan Ddeok Ppokgi hangat untuk opp- untukmu.” Jisun berusaha bersikap sebiasa mungkin. Ia tak ingin kegugupannya terlihat.

Chanyeol terdiam. Dia masih waras! Ternyata ini semua bukan halusinasinya!

Masihkah ada kesempatan untuk mereka mengulang dari nol lagi? Apa semangkuk Ddeok Ppokgi hangat ini bisa mempengaruhi Chanyeol untuk memaafkannya?

“Simsalabim… Semoga kau memaafkanku.” Jisun seolah mengucapkan mantra pada Ddeok Ppokgi yang sudah tersaji diatas piring besar.

Chanyeol duduk di kursi ruang makan sambil mengusap wajahnya dengan gusar. Ia menghela nafas pelan saat melihat keadaan Apartment yang sudah sangat bersih dan rapih. Mengingat bahwa dirinya jarang berada di Apartment, Chanyeol lebih memilih keluar mencari kesibukan lain agar otaknya tidak lagi memikirkan hal yang menyangkut tentang gadis itu. Ya, setiap malam Chanyeol pergi ke club untuk menghapus penatnya.

“Makanlah,” Jisun menyajikan sepiring Ddeok Ppokgi hangat dihadapan Chanyeol. Hmm… Sejak Jisun dirawat dirumah sakit, pola makan Chanyeol jadi tidak teratur. Chanyeol terlihat agak kurus, Jisun tahu itu.

Chanyeol mencicipi sesuap dan meletakkan sendoknya ketempat semula.

“Pulanglah. Aku ada kuliah,”

“Hari ini hari minggu.”

“Aku ingin merendam baju kotorku.” Elak Chanyeol lagi

“Sudah kulakukan.”

“Aku ingin tidur.”

Jisun menghela nafasnya. Sedih… Ternyata Chanyeol masih sulit diajak bicara. Tidak heran sih, tentu saja Chanyeol masih marah padanya. Tapi sampai kapan? Haruskah besok Jisun datang lagi kemari sampai Chanyeol siap diajak bicara?

“Baiklah aku pulang. Habiskan, ya!” pesan Jisun seraya menyembunyikan rasa kecewanya. Ia mengambil Hoodie-nya dan berlalu pergi.

Chanyeol menghempaskan tubuhnya diatas sofa, ia mengacak rambutnya gusar. Rasanya kepalanya ingin meledak sekarang juga! Sebenarnya apa sih yang ada difikiran gadis itu? Setelah menghempasnya, gadis itu datang lagi seakan menyusun lagi harapan lama yang sudah sirna. Jika ditarik ulur begini Chanyeol tidak bisa tinggal diam. Lama-lama Chanyeol bisa gila karenanya!

Piiiip… Terdengar lagi suara pintu terbuka.

“Gawat!” Entah sejak kapan Jisun sudah berada dihadapan Chanyeol –yang masih merenung-, Jisun berjalan kesana kemari dengan resah.

“Wae??”

Jisun mengatur helaan nafasnya yang tak beraturan dan beralih menatap Chanyeol “Halmoeni dan Haraboji sedang menuju kesini!!”

“Mworagu? (Apa kau bilang)” pekik Chanyeol.

“Aku berpapasan dengan mereka saat ingin menaiki Lift! Akghh Bagaimana in—“

Ting Nong… Ting Nong…

Mereka saling bertatapan. Sudah bisa ditebak itu pasti Halmoeni dan Hraboji!

“Bersikaplah biasa-biasa saja.” ujar Chanyeol dingin. Jisun menundukkan kepalanya sambil bergumam setuju.

Chanyeol membuka pintu bersama Jisun yang berada disampingnya.

“Anyeonghasimika, Halmoeni Haraboji.” Salam Jisun dan Chanyeol bersamaan disertai bungkuk hormat mereka. (Readers masih inget kan omoni dan aboeji-nya Baek Seungjo -Playful Kiss- yang baik hati dan tidak sombong itu? ^^)

Halmoeni masih tetap saja terlihat sama, cantik dan murah senyum seperti dulu. Walau rambutnya sudah hampir memutih, dan terdapat kerutan diwajahnya, aura keibuannya masih tetap melekat padanya.

“AAAAAAAAAAAAAAA URI JISUNIE, BOGOSHIPOYOOO…” teriak Halmoeni sambil memeluk Jisun erat, melompat-lompat kegirangan, sampai membuat Jisun sesak.

“Silahkan masuk,” seru Chanyeol pada Haraboeji yang tidak ada bedanya seperti dulu, terutama postur tubuhnya yang ‘bulat’.

Ya benar, mereka kemari atas dasar kerjasama yang disusun oleh Baek Brothers (Baek Seungjo-Baek Eunjo) dan Oh Hani. Mari kita lihat apa yang akan mereka lakukan pada Jisun dan Chanyeol.

Sandiwara mereka pun dimulai…………

*****

“Maaf, ya kalau dagingnya tidak hangat lagi. Kalian tahu sendiri kan, perjalanan dari Wangshibli ke Seoul memakan waktu 4 jam? Hehehehehe…” Halmoeni menaruh potongan daging -yang dibekalkan dari Wangshibli- ke mangkuk Jisun dan Chanyeol sambil tersenyum lebar.

“Tak apa, Halmoeni…” tanggap Chanyeol. Jisun menatap sendu pada Chanyeol yang duduk disebelahnya, mengapa namja ini terlihat santai-santai saja? Padahal Jisun sendiri merasa awkward karena duduk bersebelahan dengannya.

Tapi yang paling Jisun khawatirkan adalah bagaimana jika Halmoeni dan Haraboeji mengetahui bahwa mereka sedang bertengkar?

“Makanlah yang banyak Chanyeol-ah!! Agar kau bisa kuat dan perkasa ditempat tidur.”

Chanyeol tersenyum tipis setelah mendengar kata-kata itu dari Haraboeji. Bagaimana bisa mereka melakukan ‘itu’, jika saat ini mereka sedang tidak ‘Harmonis’?

Jisun yang tak mengerti hanya diam saja.

“Iya. Kapan kalian akan memberikan kami cicit?”

Chanyeol spontan menjatuhkan sumpitnya, Jisun terbatuk-batuk dan menggapai segelas air didekatnya. Mengapa pembicaraan mereka bisa sejauh ini?

“Kau satu-satunya harapan kami, Jisunie. Kau satu-satunya cucu kami!” pelas Halmoeni dengan wajah sedih yang berlebihan. Jisun dan Chanyeol mendadak Speechless. Entah di dunia nyata maupun di dunia drama, peran si nenek pasti menuntut cicit dari cucunya yang baru menikah. Ironis.

“Kami masih berusaha,” kata Chanyeol pelan.

“Iya. Kami masih berusaha.” Jisun menundukkan kepalanya. Jisun tak tahu lagi harus menjawab apa, selain berbohong seperti yang Chanyeol lakukan.

Setelah jamuan makan siang selesai, Jisun merapihkan piring kotor bekas makan siang mereka, sedangkan Chanyeol pergi sebentar ke kamar kecil.

“Kau tidak keberatan kan jika kami menginap disini untuk semalam, Jisunie?”

Jisun tertegun, spontan menghentikan aktifitasnya yang tengah menumpuk piring menjadi satu.

“Nde, Tentu saja!” Detik berikutnya Jisun tersenyum renyah, berusaha sebisa mungkin menutupi rasa gugupnya.

Oh Tuhan, apa yang harus dilakukannya?

*****

SunYeol’s Apartment. 20:00 KST.

 

Mentari sudah menuntut rembulan untuk menggantikan tugasnya. Tak terasa musim dingin akan segera tiba, semua orang menyiapkan pakaian terhangat mereka dan enggan untuk keluar di cuaca yang seperti ini.

Hmm… Musim demi musim telah berlalu… Terhitung sudah hampir tiga bulan Jisun menjalani status sebagai istri dari pria pujaannya, Park Chanyeol.

Jisun melemparkan senyum hangatnya pada Halmoeni dan Haraboejinya yang sedang tertawa menonton Happy Together diruang keluarga.

“Ingin aku buatkan teh hangat?” tanyanya lembut. Halmoeni dan Haraboeji menoleh ke cucu tersayangnya dan mengangguk pelan.

*

Chanyeol haus, ia pun meraih gagang kulkas yang berada didapur. Mengambil air mineral disana dan meneguknya hingga tandas. Chanyeol menatap nanar pada istrinya yang sedang membelakanginya, bergelut dengan perlatan dapur disana.

Tanpa harus membalikan badannya, Jisun tahu bahwa Chanyeol sedang berdiri dibelakangnya.

“Halmoeni dan Haraboeji akan menginap disini.” Tukas Jisun dengan hati-hati.

“Aku sama sekali tidak keberatan.” Tanggap Chanyeol

Jisun-ku yang aneh. Mana mungkin aku mengusir mereka pulang, eoh? Chanyeol membatin.

Jisun menggigit bibir bawahnya dengan resah. “Tapi…”

“Apa?”

“Terpaksa kita harus tidur satu kamar ‘kan?”

Ya, seharian ini Jisun tak tenang karena memikirkan ini. Bukannya Jisun merasa keberatan, ia akui Jisun juga rindu pada Chanyeol. Tapi… Bagaimana bisa mereka tidur satu kamar dengan tentram, sedangkan mereka masih saling diam seperti ini? Jisun jadi merasa canggung, sangat!

Chanyeol menghela nafas panjang.

“Jika Halmoeni dan Haraboeji sudah terlelap, aku akan tidur di sofa ruang tengah.” Balas Chanyeol akhirnya. Ada sedikit rasa kecewa yang berkabung di hatinya. Apa maksudnya ‘Terpaksa’ harus tidur satu kamar? Apa yang salah disana? Mengapa Jisun merasa terpaksa? Bukankah tidur disatu ranjang yang sama merupakan kewajiban sepasang suami-istri? Aish… Memikirkan hal kecil ini membuat hatinya jadi gundah.

Jisun mengangguk dan menaruh teko dan beberapa gelas diatas nampan. Sialnya, beratnya isi teko yang sedang ditampahnya diatas nampan tidak seimbang dengan lengannya kini. Dan…

PRAAANGGG…

Chanyeol dengan sigap menarik lengan Jisun untuk menjauh dari teko dan gelas yang berjatuhan dilantai.

Baek Jisun… Kau ceroboh sekali.

“Gwaenchanha?” tanya Chanyeol padanya. Jisun membalas tatapan Chanyeol dan menggeleng pelan. Ia mendelik pada jari kelingking Chanyeol yang memerah. Kelingkingnya terkena siraman teh panas saat Chanyeol menarik lengannya.

‘Bodoh. Jelas-jelas, dia sendiri yang terluka’  Jisun membatin.

“Kelingkingmu……” gumam Jisun.

Chanyeol menggepalkan tangannya dengan tujuan menyembunyikan luka itu dari Jisun. Ah ayolah ini bukan luka yang harus dibesar-besarkan. Ini belum seberapa dengan rasa sakit yang sudah Jisun berikan tempo hari padanya.

Halmoeni berlari kecil ke dapur diikuti dengan Haraboeji dibelakangnya

“AIGOO… ada apa ini?” pekik Halmoeni membelalakan matanya melihat dapur yang sedikit berantakan.

“Jisun-ah, Chanyeol-ah. Kalian tidak apa-apa?” tanya Haraboeji.

“Gwaenchanseubnida.” Chanyeol menunduk dalam dan pamit pergi ke kamarnya.

*****

~23:00 KST~

Jisun menyalakan penghangat di kamar tamu dan menghampiri tempat tidur dimana Halmoeni dan Haraboeji-nya tengah terbaring.

“Jisun-ah. Kalian berdua, berbahagialah. Sayangilah anak dan cucu kalian kelak. Itu permintaan dari Halmoeni mu yang rendah ini.” kata Halmoeni dengan lembut.

Jisun tersenyum hangat, ia menaikkan selimut sampai ke bawah dagu mereka. Ternyata hanya Haraboeji yang sudah terlelap.

“Tentu saja, halmoeni. Selamat tidur.”

Jisun mematikan lampu kamar dan melangkah pergi.

‘Berbahagia bersama dengan Chanyeol?’ Ia sudah memikirkan hal ini untuk yang keseratus kalinya. Dan Jisun berjanji pada dirinya jika ia tidak akan pernah mengecewakan Chanyeol seperti waktu itu lagi.

*****

@ Sun-Yeol’s BedRoom~ 23:00 KST

Jisun duduk disudut tempat tidur yang berukuran King Size itu sambil matanya menerawang ke sekelilingnya. Padahal baru satu minggu ia tidak tidur disini, tapi rasanya terasa asing. Jisun seperti masuk ke kamar orang lain. Entahlah… baginya hawa ruangan ini sudah terasa berbeda.

Ia menatap sebuah foto besar yang terpajang ditembok. Foto pernikahannya dengan Chanyeol, di foto itu dirinya hanya memasang wajah datar dan begitupun juga Chanyeol. Ia tersenyum kecil mengingat kenangan itu, bagaimana jadinya jika pernikahannya dilangsungkan sebelum Amnesia sialan itu terjadi? Pasti Jisun akan tersenyum selebar-lebarnya sampai rahangnya pegal hanya untuk foto pernikahan mereka. Tidak seperti ini, datar.

“Ada yang ingin ku bicarakan.” Seru Chanyeol tiba-tiba saat keluar dari kamar mandi.

Jisun berdecak. Padahal itu adalah perkataan yang ingin Jisun ungkapkan. Namun sayang, Chanyeol sudah lebih dulu mengucapkannya.

“Aku juga.” kata Jisun singkat. “…Kau duluan.” Desis Jisun padanya.

Chanyeol menatap Jisun sebentar lalu ia berjalan kearah nakas yang tepat berada disebelah Jisun terduduk. Chanyeol membukannya, mengambil Map hijau disana dan menutupnya lagi.

“Surat cerai.”

DEG!

Chanyeol menghempaskan Map Hijau itu dipermukaan tempat tidur.

Jisun terdiam tak berkutik. Ia kira Chanyeol sedang mencekiknya sekarang, tapi ternyata tidak! Realita lah yang tengah mencekiknya sampai tenggorokannya tercekat, bahkan saliva yang ditelannya itu terasa pahit sekali.

Ini…sungguhan?

“Kita akhiri saja~ Aku sudah melakukan apa yang kau minta. Lagipula aku tidak enak pada Dokter Baek dan Suster Oh. Dan juga pada Halmoeni dan Haraboeji-mu.”

“……” Jisun masih terdiam.

“…Mereka terlalu menaruh harapan pada kita. Jika kita seperti terus, yang ada malah mengecewakan mereka semua nantinya.” Lanjut Chanyeol lagi.

Jisun merutuki air mata yang tanpa seizinnya jatuh begitu saja. Benarkah hal itu yang menjadi alasannya? Rasanya tidak. Tuhan bisa mendengar hati Chanyeol yang sedang berteriak-teriak sekarang ini. Tapi apa gunanya pernikahan, jika mereka tidak bisa membahagiakan satu sama lain?

“Dan kelihatannya kau bernafsu sekali mencium Myungsoo kemarin. Kalian cocok,” Ujar Chanyeol dengan sinis. Tau kah engkau bahwa Jisun sama sekali tidak menikmatinya?

Perkataan itu bagaikan garam yang bertaburan diatas lukanya sendiri. Bukannya membuat Chanyeol puas, tapi malah membuat lukanya semakin membusuk.

Jisun mengerti, Chanyeol ternyata masih sangat marah padanya. Walau Jisun sangat menyesalinya, ia tak bisa berbuat apa-apa untuk membangun kepercayaan Chanyeol kembali.

Bagaimana ini? Dari dulu sampai sekarang, Jisun tak bisa menghirup oksigen dengan benar tanpa adanya namja itu. Tidak bisa!

Air mata yang Jisun tahan ini malah memberikan efek buruk dihatinya. Hatinya terasa sesak dan membuatnya sulit bernafas. Ia takut jika perceraian itu akan benar benar terjadi.

Chanyeol berdecih “Ah, ya. Aku lupa! Aku tak berhak berbicara begini pada calon ‘mantan istriku’. Aku baru tahu kau semurah ini, Jisun-ah.”

Akhrinya setelah sekian lama, ia menerima lagi perkataan pedas dari mulut namja itu. Tapi kali ini berbeda! Biasanya Jisun akan menganggap perkataan menyakitkan namja itu sebagai angin lalu, tapi kali ini tidak! Perkataan itu menyayat habis kekebalannya.

Apa dia bilang? Murah? Apa baginya Jisun semurah ini?

Jisun memejamkan matanya sebentar untuk mengkontrol perasaannya. Jisun menghela nafas panjang untuk menghempas semua racun yang kini tengah menggerayangi hatinya.

“Aku juga tak seharusnya tidur dengan calon ‘mantan suamiku’!!” desis Jisun dengan tajam. Ia menggulung Bed Cover dengan asal lalu membawanya.

Jisun berencana untuk tidur di sofa ruang tengah, namun ia baru ingat bahwa Halmoeni sudah mengunci mereka dari luar! ARKGHHHHH… Baiklah tak ada pilihan lain!

Jisun menghentakkan kakinya menuju pintu balkon lalu membukanya. Detik itu juga angin malam yang dinginnya sampai menusuk ke tulang itu menyambutnya dengan segera. Jisun tak peduli! Ia mengamparkan bed cover itu sebagai alas tempat tidurnya di lantai balkon.

Terserah lah jika mobil dan motor yang berlalu lalang dibawah sana melihat ada gadis aneh yang tertidur di balkon seperti ini.

Gretakan gigi Jisun semakin terlihat jelas setelah beberapa menit ia terbaring, ini baru pertama kalinya ia merasa takut bahwa angin bisa saja membunuhnya! Ah sial~ Tidak ia kira bahwa angin musim dingin bakal seperti ini. Persetanlah dengan ini semua! Jisun lebih mementingkan ego-nya, ia tak peduli jika ia harus tidur di hamparan balkon semalaman.

Chanyeol menghampirinya sambil melemparkan bantal dan guling ke arahnya.

BRAAAAK…

Lalu menutup pintu balkon dengan kasar, membiarkan Jisun yang terbaring kedinginan disana.

Jisun menangis dalam diam, padahal jauh dilubuk hatinya ia berharap Chanyeol akan menggendongnya ke dalam! Ah, Tidak! Paling tidak Chanyeol menarik Jisun kembali kedalam kamar yang hangat itu, bukan membiarkannya tertidur layaknya gelandangan seperti ini.

Prediksinya benar, kembalinya Jisun yang dulu membuat Chanyeol berbuat semena-mena lagi padanya. Lalu apa perkataan Kai, Yeonhwa, Hyesun dan Kyungsoo semuanya bohong? Tidak mungkin, mereka tidak akan bercanda sejauh ini padanya. Jisun berada disini atas karena dorongan mereka semua, namun apa yang ia dapat sekarang? Map hijau sialan itu?

“Nappeun namja.” Desisnya.

Jisun menangis lagi. Ia mengingat perjuangannya mendapatkan Chanyeol hingga sejauh ini, waktu cepat berlalu seperti mimpi, tidak terasa. Rasa sakit yang Jisun terima juga tak terhitung lagi banyaknya. Apa semua itu akan berakhir sia-sia?

Mengapa cekikan realita itu masih terasa? Hatinya terasa teremas dan penderitaan itu semakin menjeratnya. Namun yang ia tahu, itu semua hanya Chanyeol yang bisa menyembuhkannya

Jisun memejamkan mata sambil menahan dinginnya malam yang bahkan membuat bulu-bulunya berdiri. Ia sudah tak tahu lagi harus berbuat apa, dan rasanya ia juga harus mengakhiri ini semua.

……Haruskah?

*****

Keesokan harinya. 7:00 KST~

Jisun menyikat giginya sambil menatap pantulan dirinya pada cermin. Ah sial matanya terlihat sangat bengkak! Tidak heran jika wajahnya akan jadi seperti ini, karena ia menangis sampai tertidur semalam.

Tapi yang sedang ia herankan adalah… Ada apa dengannya? Dengan jelas tadi malam ia tertidur di balkon. Namun saat ia membuka matanya kembali, ia mendapati dirinya tengah terbaring ditempat tidur yang hangat itu! Apa mungkin Jisun berjalan saat tidur? Setahunya dia tidak pernah berbuat hal seaneh itu seumur hidup.

Ia menyeret tubuhnya yang lemas menuju dapur. Jisun mendapati Chanyeol yang sudah berpakaian rapih sedang membelakanginya, Chanyeol sedang membuat secangkir kopi.

“Aku baru saja mengantarkan Halmoeni dan Haraboeji ke stasiun.” Kata Chanyeol dingin. Jisun sedikit terhentak, ternyata Chanyeol menyadari keberadaannya.

Entah keberanian dari mana… Jisun berjalan mendekat dan memeluk Chanyeol dari belakang, ia bisa mengukur bagaimana kurusnya Chanyeol sekarang, dan bagaimana hangatnya punggung namja itu. Jisun… Sangat… Merindukannya.

“Gomawoyo.” gumamnya

Jisun merasa tersentuh atas kepedulian Chanyeol terhadap semua keluarganya.

Chanyeol masih terenyuh disana, merasakan kehangatan yang Jisun salurkan. Jantungnya berdetak hebat dan darahnya berdesir disana. Sangat menyenangkan.

“…Dan atas semua kesalahanku, aku minta maaf. Jeongmal mianhaeyo.”

‘…Aku minta maaf karena mencium Myungsoo dan banyak berbuat hal-hal bodoh. Aku minta maaf karena mengusirmu dan melemparmu dengan jeruk tempo hari’ Jisun membatin.

Chanyeol yang mendengar penuturan Jisun hanya bisa terdiam. Chanyeol bisa memahami semua perkataan Jisun tanpa harus diperjelas. Intinya, Jisun meminta maaf atas semua kesalahan yang ia perbuat ‘kan?

“Rrr… Semalam sepertinya aku Sleep-walking (berjalan saat tidur). Soal itu aku juga minta maaf.” Desis Jisun. Tapi kali ini suaranya jauh lebih halus.

‘Aku yang menggendongmu ke dalam, bodoh!’’ Chanyeol membatin. Chanyeol membalikkan tubuhnya hingga mereka saling berhadapan.

Chanyeol menatap Jisun lekat.
Jisun berjinjit sebelum bibirnya menyentuh permukaan bibir Chanyeol. Mata Chanyeol membulat sempurna, lalu detik berikutnya ia ikut memejamkan matanya sebelum menarik pinggang Jisun untuk semakin mendekat padanya. Mereka menikmati Morning Kiss mereka yang pertama. Jisun merasakan sensasi yang sangat berbeda kali ini, Chanyeol menciumnya dengan dalam tapi penuh dengan sensasi kehangatan. Mereka saling menyalurkan hasrat rindu yang selama ini terpendam.

Akhirnya Jisun yang sebenarnya dapat mencium Chanyeol seperti ini. Dalam hati, Jisun berharap bahwa ini bukan yang terakhir untuknya. Ciumannya, sentuhannya… Segalanya…

Jisun melepaskan tautan bibir mereka secara sepihak, bahkan sapuan saliva Chanyeol di bibir Jisun masih jelas terlihat. Kening mereka masih bersentuhan dan haluan nafas hangat Chanyeol masih bisa dijangkaunya. Jisun menggepalkan lengannya agar air mata itu tidak kembali terjatuh.

“Aku sudah memikirkan semuanya.” Desis Jisun yang terdengar sangat menggoda untuk Chanyeol.

“Ayo kita bercerai.” Lanjutnya.

Chanyeol tertegun dan menautkan kedua alisnya. “……Jisun-ah~”

*To Be Continued*

READ THIS PLEASE!

Anyeong Readersdeul, bagaimana komentar kalian di chapter ini? Ah aku mohon maaf kalau ngirimnya agak telat, aku banyak tugas sekolah dan ujian akhir semester bakal semakin deket TT—TT Ah iya, Chapter 10 bakalan jadi chapter terakhir dari Fanfic ini. Btw, boleh dong minta saran kalian sedikit tentang apa yang bakal aku tulis di chapter 10 nanti. Kalian bisa bantu aku kan? Kita saling ngebantu aja ya^^ Leave Your comment + suggestion guys :D See you later.


Avenged

$
0
0

 

Title: Avenged

 

Author: bluehigh

 

Cast:      Lee Kyungmi

D.O KyungSoo

Wu Yifan

 

Subcast: All Member EXO

 

Genre: Sad

 

LENGTH: Oneshoot

 

Rating: G

 

 

Apakah aku salah menangis dalam diam?

 

Apakah salah aku menangisi orang yang tak pernah mengangisiku?

 

Apakah aku salah mencintai orang lain walau orang itu tak mencintaiku?

 

Semua orang berkata bahwa aku salah

 

Tapi hanya ia yang berkata

 

‘Tidak ada yang salah. Yang kau lakukan bukan kehendakmu bukan? Jangan menangis lagi… Kau terlihat jelak kalau menangis tahu. Jadi jangan menangis lagi arra ?’ katanya sambil mengacak rambutku. Aku hanya tertawa kecil

 

‘Gomawo Kyun Soo-ya, kau telah mengembalikan semangatku’ kataku sambil tersenyum lebar

 

‘Cheomna, hwaigthing!!’

 

‘Ne, hwaighting Kyung Soo-ya’

 

Sejak saat itulah aku dan ia menjadi dekat. Ia yang ceria, membuat hariku yang suram menjadi sedikit ceria

 

 

-AVENGED-

 

January, 9th 2013, at 11.45 KST

@Seoul Senior High School of Arts

 

“Kyung Soo-ya, gwanchanayeo? Mukamu pucat sekali” kataku sedikit khawatir. Ku usap pipinya lembut. Bukankah ia sangat baik padaku? Lalu kenapa aku harus jahat padanya? Tak ada alasan bukan? Ia sangat baik, jadi akupun harus baik juga padanya.

 

“Ne, gwanchana” Katanya sambil menepis tanganku halus. Ku tatap dirinya dengan tajam. Ia bukan seperti Kyung Soo yang ku kenal.

 

“Aku benar benar tak apa apa” katanya, lalu ia mendesah pelan.

 

“Ada apa? Ada yang kau sembunyikan dariku?”

 

“Aniya” katanya. Walau baru dekat beberapa minggu yang lalu, tapi aku bisa memahaminya dengan sangat mudah, karena ia tipe orang yang sangat mudah di pahami, tidak sepertiku, tipe orang yang sulit dipahami.

 

“Jujur padaku, Kyung Soo-ya”

 

“Ne, aku tak enak badan, kepalaku terasa pusing, puas?” katanya dengan kasar dan ketus. Aku hanya menatapnya tajam lalu pergi meninggalkan. Membuang makanan yang tadi pagi aku masak untuknya, yang barusan aku urungkan niatku untuk memberikannya padanya.

 

=Author POV=

                Kyung Soo merasa tak enak dengan kelakuannya pada Kyung Mi. Ia mengikuti Kyung Mi. Dari kejauhan ia melihat KyungMi membuang makanan.

 

“Apakah makanan itu untukku?” tanya D.O Kyung Soo pelan

 

-AVENGED-

                Sejak saat itu Kyung Mi menjauhi Kyun Soo dan selama itu Kyung Soo sakit dan melewatkan ulang tahunnya dengan sakit di rumah. kyungMi juga sibuk dengan rapat osis untuk classmeeting, pengajuan lomba, dll. Apalagi pembuatan novelnya. Ia bercita cita menjadi penulis. Dan sekarang 16 Januari. Sudah 4 hari yang lalu Kyung Soo ulangtahun. Kyung Mi merasa tidak enak. Oleh karena itu sekarang ia membawa sebuah kotak dan sebuket bunga untuk Kyung Soo dan menjenguknya dirumahnya  yang mewah itu.

 

-AVENGED-

January, 17th 2013, at 10.00

@D.O Kyung Soo’s House

 

“Annyeong ahjumma, Kyung Soonya ada?” Tanya  Kyungmi melalui intercorm

 

“Anda siapa?”

 

“uri chingu, ahjumma”

 

“Ya masuk.” Lalu kepala pelayan tersebut keluar dan membukakan pintu dan pagar, dan membawa Kyung Mi masuk.

 

“Tunggu disini ahgassi, saya akan panggilkan tuan mudanya dulu” lalu kepala pelayan itu naik kelantai atas dan mengetuk pintu kamar Kyung Soo.

 

“Masuk, pintunya tidak terkunci” jawab Kyung Soo dari dalam kamar. Lalu sang ketua pelayan masuk dan menundukkan kepalanya memberi hormat

 

“Ada apa?”

 

“Ada nona yang mencari anda tuan muda”

 

“Aku tidak mau bertemu siapapun”

 

“Baik, saya akan menyampaikannya pada nona tersebut” lalu sang pelayan tersebut turun dan menghampiri Kyung Mi.

 

“Jweongsahammida ahgassi, tapi tuan mudanya tak mau bertemu dengan siapapun”

 

“Gwanchana ahjumma, saya titipkan ini saja,” Lalu KyunMi menyerahkan buket bunga tersebut dan sebuh kado

 

“Heikke, khamsahammida ahjumma” Lalu KyungMi berjalan keluar, sang pelayan mengantarkannya menuju pintu gerbang untuk menunjukkan kesopanan

 

“Khamsahammida telah datang”

 

“Cheomnayeo ahjumma” lalu Kyungmi berjalan pulang, sang pelayan tadi masuk kedalam rumah, mengantarkan buket bunga dan kado tersebut kepada Kyung Soo.

 

TOK!TOK!

 

“Masuk” lalu sang kepala pelayan tersebut masuk dan memberi hormat.

 

“Nona tadi menitipkan ini tuan”

 

“Taruh saja di meja itu” kata Kyung Soo sambil menunjuk sebuah meja di pojok ruangan. Lalu sang pelayan tersebut menaruh benda tersebut dan keluar dari kamar tersebut, tentu dengan memberi hormat sebelum keluar. Lalu Kyung Soo menuju meja dimana buket bunga dan kado tersebut berada, mengambilnya dan membaca pesan yang ada itu pelan pelan.

 

“Get Well Soon Kyung Soo-ya, Lee KyungMi” lalu D.O tersenyum, lalu ia menaruh bunga tersebut dan beralih mengambil kado dan membukanya, dan isi dari kado tersebut adalah sebuah arloji,

 

“Mianhae, baru mengucapkan ini sekarang, Sangeil Chukkhaehammida, D.O Kyung Soo” D.O hanya tersenyum melihat tulisan Kyung Mi yang rapih.

 

-AVENGED-

 

January, 18th 2013, at 11.45 KST

@ Seoul Senior High School of Arts

 

Kyung Mi berjalan menuju toilet wanita, sesampainya disana ia langsung menuju cermin, berusaha agar bisa tersenyum, walau itu terlihat konyol dan ia tahu, tapi ia ingin bisa tersenyum, ketika ia merasa cukup ia langsung menuju ruang kesenian, dimana tempat para member EXO berada. Pintunya terbuka, jadi ia masuk ke dalam dan berniat menghampiri mereka.

 

“Hyung, kalian kalah, Kyung Soo bisa menaklukkan hati yeoja itu” kata Kai, Kyungmi menghentikan langkahnya, mengurungkan niatnya  untuk mendekat, membiarkan dirinya mendengar apa yang mereka bicarakan.

 

‘Bukankah KyungSoo akhir-akhir ini dekat danganku?’

 

‘Ah ia kan orangnya baik,’

 

‘tapi aku yakin bahwa yang mereka bicarakan adalah aku…’

 

‘karena yeoja di sekolah ini yang tak tergila gila oleh mereka hanya aku…’

 

‘karena ini ia sangat baik padaku akhir akhir ini?’

 

‘naeppun..’

 

Hyung…” kata Sehun yang baru menyadari keadaan Kyung Mi, dan dia menyadari paling pertama karena tempat ia duduk pas menghadap pintu. Yang lainnya yang sedang tertawa satu persatu terdiam. Kyung Soo yang merasa janggal menengok kearah pintu karena ia duduk membelakangi pintu.

 

“Kyung Mi….” Panggil Kyung Soo lirih

 

“Aku pergi dulu, aku rasa aku mengganggu kalian” kata Kyung Mi dingin.

 

Lalu Kyungmi  pergi menuju kelasnya. Kyung Soo berusaha mengejarnya, Kyung Soo merasa ia berlari sangat lambat, bagaimana mungkin, seorang yeoja yang berjalan tak mampu dikejar oleh namja yang sedang berlari?

 

‘Pabbo, Kyung Soo pabbo’ batin Kyung Soo

 

‘Dimana ia?’

 

‘Jalannya cepat sekali…’

 

‘Perpustakaan? Taman?’

 

‘Aku yakin ia tak ada disana….’

 

‘Kelas!’

 

Kyung Soo menuju kelas Kyung Mi, yang ia lihat sekarang adalah Kyung Mi ditarik oleh salah satu hyungnya, Kris. Kyung Soo penasaran dan mengikuti mereka dari belakang.

 

‘Ya tuhan apa yang akan dilakukan oleh Kris hyung dengannya?’

 

‘Jangan Negative thinking dulu Kyung Soo ia hyung mu’

 

Kyung Soo terlalu sibuk dengan fikirannya, oleh karena itu ia kehilangan jejak Hyungnya dan yeoja tersebut. Ia panik, mencari kepenjuru lapangan, berharap matanya masih bisa melihat orang yang dicarinya. Nihil, percuma, ia tak melihat orang yang dicarinya, ia mengacak rambutnya frustasi. Lenyap sudah harapannya, pupus sudah percaya dirinya.

 

-AVENGED-

 

January, 18th 2013, at 12.15 KST

@ Seoul Senior High School of Arts’s Park

 

“Kau sudah mendengarnya bukan, kumohon kau mendengarkanku, kau sudah tahu ia mempermainkanmu” Mohon Kris, tak ada kebohongan dari sana, tak ada mata yang berkilat licik disana, tak ada senyum nakal yang biasa seperti ia memainkan yeoja lain, yang ada hanya ketulusan dan kesungguhan dari sana, dan Kyung Mi tahu itu.

 

“Aku rasa pendengaranku masih sangat baik sunbae- nim” ungkap Kyung Mi dingin.

 

“Aku mohon berikan aku kesempatan, saranghae Kyung Mi-ssi”

 

“Kau mau menjadi yeoja chinguku?” tanya Kris hati hati.

 

‘aku harus membalaskan dendamku’

 

‘Ia alatnya? Tapi ia tak bersalah’

 

‘Tapi aku harus melakukannya! Ia jalan satu satunya’

 

‘Ia tulus dan bersungguh sungguh’

 

‘Masa bodoh’

 

“Hmmm,  baiklah sunbae-nim” jawab Yoonhee berat hati.

 

“Gomawoyeo” Kris ingin sekali memeluk yeoja didepannya itu, tetapi ia langsung mengurungkan niatnya.

 

-AVENGED-

 

February, 1st 2013

@Seoul Senior High School of Arts’s Cafetaria

 

Sejak saaat itu sikap Kyung Mi sama saja, tak ada yang berbeda, hanya menjadi manja kepada Kris didepan Kyung Soo seperti saat ini.

 

“Oppa! Kau makan berantakan sekali, lihat banyak sisa noda disudut bibirmu” kata Kyung Mi sambil mengelap sisa noda dibibir Kris dengan tissue yang ia ambil dari saku blazernya.

 

“Gomawo chagi” Ucap Kris. Kyung Mi tersenyum manis, senyum palsu. Sedangkan Kyung Soo melihat adegan didepannya dengan pandangan tidak suka, cemburu, coba yang didepannya buka Kris, mungkin ia sudah memukulnya sampai babak belur. Masa bodoh ia pacar Kyung Mi atau tidak.

 

‘Tuhan, ciptaanmu ini sangat indah, aku tahu aku hanya menjadi alat balas dendamnya, apa perduliku? Asal ia ada didekatku, aku akan melakukan apapun untuknya, demi dirinya’

 

“Kau bisa ikut aku oppa sebentar?” tanya Kyung Mi, ia bangkit dari duduknya lalu menarik tangan Kris.

 

“Ah ne, tentu saja” kata Kris ikut bangkit, lalu mengikuti Kyung Mi, setelah cukup jauh dari cafetaria ia langsung melepas gandengan tangannya.

 

“Ada apa Kyung Mi?” tanya Kris, ternyata ia dibawa ke taman belakang sekolah. Lalu mereka duduk di kursi taman yang kosong

 

“Gomapta sunbae- nim, kau hanya alatku untuk membalas dendam dan kau berhasil membuatnya cemburu dan patah hati, kita putus,” bisik Kyung Mi tepat di kuping Kris lalu bangkit dari tempat duduknya dan berlalu pergi. Kris mematung.

 

-AVENGED-

 

-END-

 

 

Gimana bagus enggak? Kalau nggak, mian

Khamsahammida yeorobun! For read my fanfiction

Please give a comment, dont be a silent readers please!

 


Unpredictable Morning

$
0
0

Unpredictable Morning

 PicsArt_1378088465045

 

Author: Chenhye

Cast: Byun Baekhyun and a girl

Genre: Romance, Married Life, Fluff

Rating: PG-15

Length: Ficlet

 

already posted in my own blog and other fanfiction blog

 

Plot is mine. The casts belong to God, expect OC. Don’t plagiarism. Don’t read if you dislike.Last, please give ur comment. Don’t be a silent reader! Thank you and happy reading! ^^~

Kring…. Kring….

 

Suara bising yang menyeruak di kedua telingaku membuatku terjaga dari tidur yang terasa sangat singkat bagiku. Aku mencoba membuka mataku perlahan, meski kedua mataku terasa berat seperti ada sebuah batu yang tengah menahannya. Jam berapa aku terlelap tadi malam? Apa dia sudah tiba di rumah?

 

Yang kuingat terakhir kali, aku tengah membaca sebuah novel di sofa ruang tamu dengan mata yang setengah mengantuk – tanpa makan malam, karena aku enggan makan sendirian. Siapa lagi kalau bukan karena menunggu seseorang yang akhir-akhir ini pulang lebih larut dari jadwal biasa ia selesai bekerja.

 

Dan… oh, astaga! Kenapa aku berada di sini? Apa saat tertidur di sofa tanpa sadar di tengah malam aku berjalan dengan sendirinya ke kamarku? Tempat tidurku??

 

Suara erangan pelan membuyarkan ‘kesibukanku’ dan untuk yang kedua kalinya aku terperangah mendapati seorang lelaki tengah meringkuk di balik selimut hangat yang membalut kedua tubuh kami. Bodohnya, aku baru menyadarinya.

 

“Kenapa pagi-pagi buta begini kau gelisah seperti baru saja kehilangan koleksi sepatumu, eoh?”

 

Neol?? YA! Kenapa kau bisa di sini?? Neol?? Omo~! Bagaimana kau bisa–“ Aku sontak membungkam begitu ia mendaratkan jari telunjuknya di depan kedua bibirku. Kulihat seulas senyum terukir di bibirnya dengan mata yang masih terpejam.

 

Astaga, aku merindukan ini. Ketika aku terbangun dari tidurku dan mendapati dirinya di sampingku, menyambutku dengan senyuman yang sudah diyakini akan membuatku membeku untuk detik-detik yang begitu panjang.

 

Apa lagi kalau bukan senyuman seorang Byun Baekhyun, seorang lelaki yang telah resmi menjadi pendamping hidupku sejak 3 bulan yang lalu.

 

Ia lalu membuka kedua matanya. Damn, dapat kulihat seringaian kecil dari sudut bibirnya. Ia pasti mendapati semburat merah di kedua pipiku akibat ulah senyumannya beberapa detik yang lalu. He got me!

 

“Jadi, katakan bagaimana kau bisa masuk? Apa kau berusaha mencongkel jendela kamar kita?” tanyaku sembari menatapnya tajam, berusaha tampak ‘baik-baik saja’ di hadapannya.

 

Hening. Tidak ada tanda-tanda ia akan menjawab pertanyaanku dengan segera. Entah kenapa aku merasa sedikit khawatir akan hal itu. Aku mengerling, menunggu ia membuka mulutnya.

 

“Kau lupa mengunci pintu rumahnya.” ucapnya kemudian dan entah sejak kapan ia menatapku dengan tatapan menghujam seperti itu. Ada atmosphere kegelapan yang entah bagaimana menyeruak di sorot matanya.

 

Kau tahu, dia bisa berubah kapan saja, dalam keadaan yang tak memungkinkan sekalipun.

 

Jinjja-yo?” Aku mendelik kikuk – menghindari tatapan matanya yang mendadak tampak sedikit mengerikan. Eung, seingatku setelah pergi ke mini market tadi sore aku sudah menguncinya. Apa aku benar-benar melupakannya, huh?

 

Baekhyun tiba-tiba memajukan wajahnya, menyisakan beberapa centimeter antara jarak wajahku dan miliknya. Tatapan matanya yang intens memaksaku untuk menahan napas. “Jangan coba menghindariku, Nona Byun.”

 

“Kau beruntung karena aku yang mendapati pintu rumah tidak terkunci sama sekali. Bagaimana kalau itu adalah orang asing? Bagaimana kalau yang berada di sebelahmu sekarang bukan aku? Apa aku masih bisa melihatmu seperti ini? Setidaknya dalam keadaan yang utuh?”

 

Aku terhenyak, sedikit terkejut dengan apa yang baru saja kudengar dari mulutnya. “Kau terlalu menganggap serius dan berpikir jauh, Baekhyun-ah.”

 

Belum sempat aku menghela napas untuk sekedar menghirup oksigen, ia mulai membuka mulutnya lagi. Matanya tampak berkilat-kilat. Sebuah awal pertanda yang buruk.

 

“Apa kau bilang? Kau pikir hal itu sebuah lelucon? Kenapa kau berpikir terlalu pendek dan menganggap semuanya terlihat akan baik-baik saja?” Kudengar gemertak kecil dari gigi-giginya. Sekarang wajahnya tampak merah padam, menahan amarah yang siap untuk meluap-luap lagi.

 

Aku tidak menghindar, tidak juga mengelak. Karena kuakui yang ia katakan seutuhnya benar. Aku terlalu ceroboh untuk sekedar mengingat mengunci pintu rumah, mematikan air yang mendidih hingga mengering, dan kebodohan lainnya yang tanpa sadar kuanggap sepele.

 

“Dan, hentikan kebiasaan burukmu untuk tidur larut malam dan berkutat dengan novel-novel tebal itu. Lebih-lebih melupakan jadwal makan malammu. Seharusnya kau menggunakan waktu senggangmu untuk istirahat.”

 

Ia berkicau lagi. Baiklah, Byun Baekhyun. Pagi ini kau menyambutku dengan sebuah senyuman hangat serta siraman ocehan yang sukses membuat mood-ku hancur berkeping-keping kali ini. Terima kasih.

 

Aku memang terlalu muda untuk menjadi ibu rumah tangga yang baik. Mengingat umurku yang lebih muda 3 tahun darinya dan masih memakan bangku kuliah yang memuakkan. Mungkin hal itu juga yang membuat jalan pikir kami berbeda. I’m childish and he got a mature.

 

Tak ada yang berbicara lagi. Entah Baekhyun frustasi dengan sikap kekanak-kanakanku atau bagaimana, yang kudengar hanya helaan napas kasar yang berhembus dari rongga hidungnya. Rasanya seperti tak ada tenaga bagiku untuk sekedar mengucapkan sepatah kata. Sementara pikiranku melayang entah kemana. Aku terlalu lelah untuk berpikir lagi.

 

I’m sorry.” ucapnya memecah keheningan. “I worried you too much than myself.” lanjutnya lantas seperti bisikan kecil yang menyelinap masuk ke dalam celah rongga telingaku.

 

Sedetik kemudian kudapati diriku terisak di dekapannya. Tangan kekarnya melingkar di pinggangku sementara yang sebelah mengusap lembut punggungku seiring dengan bahuku yang bergerak naik turun. Sudah berapa lama aku tidak merasakan betapa hangatnya pelukannya seperti ini?

 

Detik-detik berlalu lambat hingga entah sudah berapa menit kami seperti ini. Aku tidak terisak lagi tapi ia tak membiarkanku sedikitpun untuk keluar dari dekapannya. Membiarkan rasa rindu itu meluap dan lenyap melalui dekapan hangat. Seperti ini, lebih lama lagi, seakan waktu tengah berhenti dari rotasinya.

 

“Sejauh ini, seberapa buruk aku menjadi istrimu?” tanyaku, memberanikan diri meskipun aku tahu pertanyaan itu bisa saja membuatnya mengamuk, lagi?

 

Ia menarik tubuhnya perlahan dan beralih meneneliti kedua mataku, ia bergumam, kemudian, “Sangat buruk. Tiga hari lembur membuatmu tampak semakin kurus seperti tengkorak hidup. Ini terlihat seperti kau yang lembur dan aku yang menunggu di rumah, tidakkah begitu?”

 

Aku tersenyum kecut. Kelihatannya memang benar karena kurasa dada bidang miliknya terasa lebih lebar dan eung… besar? dari terakhir kali aku memeluknya. Kurang lebih 3 hari yang lalu mungkin. Apa ia makan dengan baik selama lembur?

 

“Dan aku benci melihat lingkaran ini.” Ia mengecup kedua mataku bergantian. Aku tahu, pasti ada lingkaran hitam di sana.

 

Ia mendelik kemudian, “Ini tampak seperti aku yang menjadi suami yang buruk untukmu.” Suaranya terdengar tertahan.

 

Aku menggeleng cepat lalu mengusap wajahnya dengan lembut. “Ani-ya, kau suami terbaik yang pernah ada di muka bumi ini.”

 

Kudapati kedua sudut bibirnya tertarik, mengukir sebuah senyum sempurna di wajahnya yang membuatnya semakin terlihat tampan.

 

Mianhae oppa, aku terlalu kekanak-kanakan untuk menjadi pendampingmu. Mungkin aku hanya menambah bebanmu? Tapi aku janji akan menjadi yang lebih baik lagi untukmu.” ucapku sembari menatap kedua matanya dengan senyum yang tengah mengembang di wajahku.

 

Jeongmal?” Ia balik menatapku lebih intens, ada seringaian kecil yang kudapati di sudut bibirnya.

 

Sebelum aku menjawab atau sekedar mengangguk mengiyakan pertanyaanya, ia telah membungkam bibirku dengan miliknya. Lembut, hangat, manis, namun berhasil membuat tubuhku membeku disertai dengan jantung yang memompa jauh lebih cepat dari biasanya.

 

Don’t be afraid. I will protect you as long as my soul keeps in that place. I love you for unlimited times.” Ia bergumam ditengah ciuman kami dan setelah itu ia menangkup wajahku dan memperdalam ciumannya. Hanya terdengar degup jantung yang beradu penuh irama menyelimuti pagi itu di kamar kami, lebih tepatnya di atas tempat tidur kami.

 

End


Viewing all 4828 articles
Browse latest View live